Anak Harimau 10
Anak Harimau Karya Siau Siau Bagian 10
baik." "Tidak usah." tampik Tok Nio-cu tanpa ragu-ragu.
"sekarang hari sudah malam, apa lagi kamarpun sudah dipesan, tak usah mengganggu ketenangan kalian lagi.*
"Nyonya telah datang dari jauh untuk menjenguk kami, sudah sewajarnya bila kami sambut kedatangan nyonya
dengan suatu perjamuan besar, paling tidak sebagai penebus bagi kekhilafan kami yang tidak menyambut dari kejauhan"
cepat-cepat Liang Si gwan mendesak lagi.
Lan See-giok sadar, bila mereka sampai datang ke
pesanggrahan penyambut tamu agung itu, niscaya gerak-
geriknya menjadi kurang leluasa, tapi sebelum ia sempat
mengucapkan sesuatu, Tok Nio-cu telah berkata sambil
tertawa merdu. "Kami sudah kenyang bersantap maupun minum arak,
perjamuan dari Liang Toucu biar kuhadiri di kemudian hari saja."
http://kangzusi.com/
Liang Si gwan sedikit mengerutkan dahi nya lalu berdiri
dengan sopan, katanya lembut:
"Nyonya dan Lan siauhiap telah menempuh perjalanan
selama berhari-hari, sekarang tubuh pasti penat dan perlu beristirahat, aku tak akan mengganggu lebih lama lagi, biar memohon diri sampai di sini saja."
Melihat hal ini Tok Nio-cu seperti teringat akan sesuatu, keningnya berkerut dan matanya cerah, sekulum senyuman
halus dengan cepat menghiasi bibirnya yang merah.
Cepat dia bangkit berdiri lalu menjawab dengan riang.
"Selamat jalan Liong toucu, maaf bila aku tidak
menghantarmu"
Sementara berbicara, menggunakan kesempatan disaat
Liang Si gwan sedang memberi hormat, dengan cekatan
sekali dia memberi tanda kepada Lan See giok dan Oh Li cu yang berdiri di sisinya.
Pada waktu. itu Lan See Giok dan Oh Li cu sedang
merasa geli atas sikap Liang Si Gwan yang begitu sopan
santun dan mau mengundurkan diri dengan begitu saja.
begitu melihat tanda rahasia dari Tok Nio-cu, ke dua orang tersebut menjadi melongo dan tidak habis mengerti.
Sebaliknya Liong Si gwan yang mendengar ucapan Tok
Nio-cu yang merdu dan nyaring tersebut menjadi menggigil karena terkejut, apalagi setelah menjura, ia menjumpai
senyuman yang begitu cerah di wajah perempuan tersebut,
wajahnya kontan berubah hebat.
Buru-buru serunya berulang kali.
"Nyonya tak usah menghantar lagi, nyonya -tak perlu menghantar lagi . , . !"
http://kangzusi.com/
Sembari berkata. matanya mengawasi tubuh Tok Nio-cu
lekat-lekat, sementara tubuhnya mengundurkan diri dengan tergesa- gesa.
Berkerut kening Tok Nio-cu melihat sikap lawan,
sepasang matanya memancarkan cahaya berkilat dan tanpa
terasa ia perdengarkan suara tertawa dingin yang penuh
mengandung hawa napsu membunuh.
Paras muka Liang Si gwan segera menunjukkan
perubahan yang semakin ngeri dan takut, sementara
gerakan tubuhnya yang mundur pun semakin bertambah
cepat. Lan See giok sebagai seorang pemuda yang saleh dan
penuh cinta kasih, meski belum mempunyai pikiran yang
kelewat mendalam, toh ia dibuat tertegun juga oleh
peristiwa itu, tak tahu apa gerangan yang sesungguhnya
telah terjadi"
Dalam pada itu Liang Si gwan telah mengundurkan diri
dari ruangan, sedang paras muka Tok Nio-cu telah berubah menjadi hijau membesi mengerikan sekali . . .
Tiba. tiba . . .
Secepat sambaran petir Liang Si gwan membalikkan
tubuhnya, kemudian melejit ke tengah udara.
Berkilat sepasang mata Tok Nio-cu, bentaknya secara
tiba-tiba, "Kawanan tikus, kau berarti kurang ajar . ."
Belum habis bentakan tersebut, tangan kanannya sudah
merogoh ke dalam saku dan cahaya biru berkilauan, dia
siap melepaskan serangan ke muka.
Lan See giok yang awas dengan cepat maju setindak, dia
cengkeram pergelangan tangan Tok Nio-cu, kemudian
http://kangzusi.com/
berpaling pula ke arah Liang Si gwan, ternyata orang itu sudah tak nampak lagi bayangan tubuhnya.
Baru sekarang Lan See giok mengerti apa sebabnya
Liong Si gwan mengundurkan diri dari ruangan secara
tergesa - gesa, nampak nya orang itu kuatir sekali bila Tok Nio-cu melepaskan serangannya yang keji.
Hanya ada satu hal yang tidak dipahami olehnya, yaitu
apa sebabnya Tok Nio-cu hendak membunuh Liang-Si
gwan" Ketika ia menunduk kembali, terlihat olehnya cahaya
biru berkilauan diantara jari-jari tangan Tok-Nio-cu yang lembut, ada tiga bilah pisau terbang liu yap hui to berwarna biru yang berada dalam genggamannya, jelas pisau-pisau
terbang tersebut sudah diberi racun yang amat jahat.
Pemuda itu tertegun, kemudian melepaskan genggamannya atas tangan lawan.
Dengan sorot mata tajam Tok Nio-cu mengamati wajah
Lan See giok lekat-lekat, kemudian ujarnya dingin.
"Bila kau membiarkan dia kabur sekarang akhirnya pasti akan menyesal sekali"
Lan See giok tertawa hambar, sahutnya serius:
"Biarkan saja perbuatan mereka mencurigakan, asal kita tidak terlepas dari arah dan rel yang sebenarnya."
Merah padam selembar wajah Tok Nio-cu ucapan anak
muda tersebut membuatnya terbungkam dalam seribu
bahasa. Oh Li cu yang berdiri di sampingnya memuji sekali atas
kecerdasan dan kecekatan Liang Si gwan bertindak, di
samping itu diapun merasakan betapa kejamnya Tok Nio-
cu, bahkan jauh di atas kekejaman sendiri,
http://kangzusi.com/
Namun begitu, dia pun tidak habis mengerti mengapa
Tok Nio-cu hendak turun tangan membunuh Liang Si
gwan. Akhirnya dia bertanya keheranan.
"Apakah kau beranggapan dengan membunuh Liang Si
gwan, maka hal ini akan bermanfaat sekali dengan usaha
kita menuju Tay ang san . . . ?"
"Tentu saja," jawab Tok Nio-cu tanpa ragu-ragu, "aku berani memastikan Kiong Tek ciong dari Tay ang san
hingga kini masih belum tahu kalau kita bertiga sudah
berada di Tiang siu tian."
"Atas dasar apa kau berkata begini?", tanya oh Li cu tidak puas,
Tok Nio-cu tertawa angkuh.
"Ditinjau dari kedatangan Liang Si gwan yang tergesa-gesa, dapat dibuktikan kalau kehadiran kita disini telah memberikan rasa kaget yang luar biasa baginya. dari situ pula terbukti kalau pihak Tay ang san masih belum
mengetahui gerak gerik kita, Liang Si gwan mengundang
kita agar menginap di pesanggrahan penerima tamu, hal
tersebut tak lain bertujuan untuk mengurangi gerak gerik kita, karena itulah tawarannya ku tampik, dia sudah
memastikan rupanya bahwa malam ini kita akan berangkat
ke Tay ang san, dan hal tersebut membuatnya merasakan
betapa gawatnya situasi, karena itu dia buru-buru minta diri agar ada waktu cukup untuk melaporkan kejadian ini ke
markas besar dan membuat persiapan seperlunya."
Mendengar penjelasan tersebut, Lan See giok. mengangguk berulang kali sembari memuji.
"Pandangan nyonya memang tepat sekali aku merasa
sangat kagum . . . !" "
http://kangzusi.com/
Tok Nio-cu merasa sangat tak senang karena selama ini
Lan See giok selalu memanggil dirinya dengan sebutan
"nyonya", namun dia sendiripun tak bisa memaksa pemuda tersebut untuk memangginya dengan sebutan cici.
Melihat pemuda itu memuji Tok Nio-cu, Oh Li-cu segera
mendengus sambil segera mengalihkan pokok pembicaraan.
"Kalau dia menduga kita naik gunung tadi malam ini, lebih baik kita sengaja berangkat esok pagi saja"
Waktu itu Tok Nio-cu sedang merasa tak senang hati,
mendengar ucapan mana dia segera tertawa dingin.
"Jika besok baru berangkat, aku yakin kecuali adik Giok seorang, kau dan aku jangan harap bisa kembali dalam
keadaan hidup,"
Mendengar betapa seriusnya persoalan yang mereka
hadapi Lan See giok menyela.
"Kalau memang begitu mari kita berangkat sekarang
juga!" "Bila berangkat sekarang, aku kuatir sudah agak
terlambat," kata Tok Nio-cu sambil memandang sekejap pemuda tersebut dengan pandangan apa boleh buat.
Oh Li-cu menganggap sikap tersebut merupakan
kesengajaan Tok Nio-cu bersikap sok tegang, segera ujarnya dingin.
"Aku tidak percaya kalau Tay ang san begitu hebat dan menakutkan sehingga jauh lebih mengerikan dari pada
akherat . . : "
"Hmm. jika kau tak percaya mengapa kita tidak segera berangkat untuk membuktikan sendiri?".
Berbicara sampai di situ, berangkatlah mereka bertiga
menuju ke ruang-belakang.
http://kangzusi.com/
Dalam pada itu para pelayan dan kacung yang melayani
pesanggrahan tersebut sudah pada ketakutan dan menyembunyikan diri di sudut ruangan, tak seorangpun
diantara mereka yang berani bersuara.
Tiba di halaman belakang, Lan See giok bertiga segera
melejit dan melompat naik ke atas atap rumah.
Waktu itu langit masih agak terang karena cahaya
rembulan. perkiraan baru mendekati kentongan kedua.
Memandang jauh ke muka, bukit Tayang san yang
angker berdiri di depan mata, bukit yang terjal dan
bayangan hitam yang menyelimuti seluruh
tanah perbukitan mendatangkan suasana, yang menggidikkan hati
bagi yang melihat .
Memandang tanah perbukitan itu. Tok- Nio-cu berkata
kemudian kepada sang pemuda
"Kalau dilihat dari keadaan, agaknya mereka masih
belum melakukan suatu persiapan yang ketat ."
Habis kesabaran Lan See giok setelah memandang bukit
Tayang san yang berada di depan mata, ujarnya cepat.
"Kalau toh memang begitu, mari kita berangkat sekarang juga:"
Tidak membuang waktu lagi, ketiga orang itu segera
mengerahkan ilmu meringankan tubuh masing-masing dan
berangkat menuju ke kaki bukit sebelah selatan.
Sementara mereka sedang menempuh per jalanan cepat
menuju ke arah tanah perbukitan itu, tiba-tiba .
Ditengah udara bergema suara burung yang terbang
melintas dari atas kepala mereka..
Lan See-giok segera menghentikan langkahnya sambil
mendongakkan kepalanya, di tengah kegelapan tampak ada
http://kangzusi.com/
selapis titik hitam sedang terbang melintas dengan gerakan yang cepat sekali, jumlahnya mencapai puluhan. dan
burung-burung merpati itu semuanya terbang menuju
kearah bukit. Berkerut kening Tok Nio-cu menyaksikan kesemuanya
itu, dia memandang sekejap ke arah Lan See giok yang
sedang memperhatikan burung-burung merpati itu, lalu
ujarnya agak mendongkol.
"Bila bersikap lemah terhadap kaum durjana, akibatnya diri sendiri yang rugi, coba kalau Liang-Si-gwan kita bunuh, tidak bakal kita jumpai kesulitan macam begini."
Sembari berkata, sinar matanya yang dingin seperti es
kembali dialihkan ke wajah Oh li-cu.
Berkobar amarah di dalam dada Oh Li-cu melihat sikap
lawannya. ia seperti hendak mengucapkan sesuatu, namun
secara tiba-tiba ia lihat diantara rombongan burung merpati itu ada satu titik bayangan hitam yang menukik ke bawah
dan meluncur ke arah tanah tebing bersinar lentera di depan situ.
Mencorong sinar terang dari balik mata Tok Nio-cu,
segera serunya keras-keras.
"Adik giok, di depan sana rupanya adalah Tebing mayat menggelapar. ketuanya adalah si hakim paku hati, jika kita serbu tebing tersebut secepatnya, aku rasa para bukit
lainnya pasti akan kelabakan dibuatnya."
Selesai berkata dia lantas meluncur ke arah bukit itu
lebih dulu, Lan See-giok dan Oh li-cu yang tidak begitu
mengenal keadaan medan hanya bisa mengikuti di belakang
perempuan itu. Memasuki mulut, bukit, angin malam terasa berhembus
kencang. menggunakan batuan karang dan pohon siong
http://kangzusi.com/
yang tumbuh di situ sebagai perlindungan, mereka bertiga meneruskan perjalanannya ke atas.
Mendekati tempat bersinar lentera itu, Lan See giok
memandang sekejap sekitar sana, keningnya segera
berkerut, dia merasa keadaan medan di atas bukit Tay angsan ini tidak sebahaya apa yang dilukiskan Tok Nio-cu
sebelumnya. Tok Nio-cu sendiri walaupun
sudah dua kali mengunjungi bukit Tay ang san, namun setiap kali bersama Gui Pak ciang diundang sebagai tamu.
Kini keningnya berkerut setelah memandang keadaan
sekitar situ dan wajahnya memperlihatkan perasaan serba
salah, diam-diam ia mencoba untuk melihat kembali kearah manakah mereka harus meneruskan perjalanannya,
Berbeda sekali dengan Oh li-cu, sesudah melihat keadaan
medan dibukit-bukit
Tay ang-san ini, dia baru sadar bahwa keadaan Wi-lim-
poo dimana ia berdiam memang tidak sebahaya dan seterjal keadaan medan di tempat ini.
Sementara itu Lan See-giok telah melihat sebuah terjalan dinding tebing pada puluhan kaki diarah barat daya mereka, satu ingatan tiba-tiba melintas dalam benaknya lalu ia
berbisik. "Bila keadaan medan sudah curam dan berbahaya,
kebanyakan penjagaan yang mereka lakukan tidak terlalu
ketat, mari kita turun ke bawah melalui dinding tebing itu saja"
Tok Nio-cu dan Oh li-cu menjumpai dinding tebing yang
dimaksud tingginya mencapai ratusan kaki, di atas
ditebingpun seperti dipenuhi batuan cadas dan semak
http://kangzusi.com/
belukar, karena yakin mereka masih sanggup untuk
melewatinya, maka kedua orang itu segera mengangguk.
Mereka bertiga tidak ragu lagi dan langsung menuju ke
tebing curam tersebut, tiba di situ Lan See-giok segera
memimpin dengan melompat naik lebih dahulu.
Agak tertegun Oh li-cu sesudah menyaksikan gerakan
tubuh Lan See-giok ketika melompat naik, gerakan begitu
cepat seperti burung elang, dalam sekali lompatan saja
beberapa kaki bisa melampaui secara mudah.
Baru sekarang dia membuktikan ucapan dari Tok Nio-
Anak Harimau Karya Siau Siau di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
cu, jadi rupanya perempuan itu bukan mengumpak atau
menyanjung kehebatan adik giok nya.
Di samping itu diapun amat terkejut atas kepesatan ilmu
silat yang diperoleh pemuda tersebut dalam setahun
belakangan ini. .
Ketika memandang pula kearah Tok Nio-cu, dilihatnya
perempuan itu pun bisa bergerak dengan enteng dan
cekatan, kenyataan menunjukkan bahwa-ilmu meringankan
tubuh yang dimiliki nya masih kalah setingkat jika
dibandingkan dengan perempuan tersebut.
Dalam keadaan was-was dan prihatin, gadis tersebut
turut melompat naik dengan menghimpun seluruh
kekuatannya. Sementara itu Lan See-giok telah berubah wajahnya
setelah memandang keadaan di seputar sana, rupanya di
sepanjang tebing itu ditemukan banyak sekali balok kayu
dan batu-batu cadas yang digulingkan ke bawah.
Mungkin saking kagetnya, tanpa terasa dia sampai
menghentikan langkahnya di atas sebatang pohon
http://kangzusi.com/
Menengok ke bawah. di jumpainya Tok Nio-cu serta Oh
li-cu masih berada puluhan kaki di bawahnya, baru
sekarang ia merasakan betapa berbahayanya keadaan di
sekitar situ. Sedikit saja mereka bertindak kurang hati-hati, batu besar dan kayu raksasa yang dipersiapkan di tepi tebing niscaya akan mengguling ke bawah, dan bila hal ini sampai terjadi, niscaya mereka bertiga akan mati dengan tubuh hancur
berantakan. Dalam keadaan begini. tiba-tiba saja pemuda itu
merasakan bahwa kehadiran Tok, Nio-cu bersama Oh li cu
justru merupakan suatu beban baginya, karena itu dia
mengulapkan tangannya berulang kali memberi tanda agar
mereka berdua mendekati ke arahnya.
Tok Nio-cu dan Oh Li-cu segera menangkap tanda
tersebut, di dalam beberapa kali lompatan saja mereka
sudah menghampirinya. Tok Nio-cu tiba pada sasaran lebih dulu, tapi berhubung pohon itu pendek lagi kecil
memanfaatkan kesempatan tersebut dia berpegangan pada
lengan kanan sang pemuda sambil menempelkan tubuhnya
ke depan payudaranya yang montok dan empuk otomatis
menempel sebagian di atas lengan kanan si anak muda
tersebut., Sayang sekali Lan See-giok yang berada dalam keadaan
berbahaya sama sekali tidak berminat untuk memperhatikan kesemuanya itu, dia segera bertindak pula
menarik tangan Oh li-cu.
Setibanya di atas pohon, Oh li cu baru menjumpai
bagaimana Tok Nio-cu bersandar di atas tubuh kekasihnya, api cemburu segera membara dan api amarahpun berkobar.
Tapi sebelum ia sempat mengumpatkan kata katanya,
Lan See-giok telah menunjuk ke atas tebing di depan sana.
http://kangzusi.com/
Apa yang terlihat hampir saja membuat Oh li-cu
menjerit, tubuhnya segera menggigil karena ketakutan,
nyaris dia jatuh tertelungkup ke bawah, api cemburu yang semula berkobar pun seketika menjadi padam.
Mimpi pun dia tak menyangka bahwa tempat dimana ia,
berada sekarang merupakan suatu tempat yang begitu
berbahaya sehingga setiap saat besar kemungkinannya akan merenggut jiwa mereka.
Berbeda sekali dengan keadaan Tok Nio-cu dia tetap
bersikap acuh tak acuh terhadap batuan besar dan balok
kayu di sekitarnya tebing tersebut, malah sambil tertawa hambar, dia manfaatkan kesempatan tersebut untuk
menempelkan bibirnya di sisi telinga sang pemuda sembari berbisik lirih:
"Adik Giok keselamatanku dan nona Oh sudah
mencapai titik yang kritis dan kemungkinan besar akan
hilang setiap saat, aku ingin tahu dengan cara apakah
engkau menyelamatkan kami sekarang?"
Oh li-cu yang melihat kesemuanya ini, di samping
merasa kagum atas ketenangan Tok Nio-cu di dalam
menghadapi masalah, ia pun mendongkol kepadanya
karena perempuan itu pandai memanfaatkan kesempatan
untuk bermesraan dengan kekasihnya.
Sedemikian mendongkolnya dan mangkelnya dia,
hampir saja dia tak tahan untuk berteriak-teriak agar pihak atas tebing melepaskan batu dan balok kayunya sehingga
mereka bertiga mampus bersama.
Merah padam selembar wajah Lan See -giok atas
pertanyaan tadi, agak tersipu-sipu sahutnya:
"Mari kalian ikuti aku naik ke atas tebing setibanya di situ, gunakanlah kesempatan disaat ku terjang para
http://kangzusi.com/
penjaganya. kalian berdua menggunakan tali untuk
melompat naik."
Tok Nio-cu dan Oh li cu mengangguk bersama dan
mengikuti di belakang Lan See -giok untuk melanjutkan
gerakannya menuju ke atas tebing, sebisa mungkin mereka
mencoba untuk mengurangi suara yang di timbulkan dari
baju mereka Setibanya dibawa tumpukan batu cadas dan balok kayu
tersebut, pertama tama Lan See giok memberi tanda dulu
kepada Tok Nio-cu serta Oh Li cu, kemudian tubuhnya
melejit ke atas dan menerjang ke arah tali yang
mengendalikan tumpukan batu karang serta balok kayu
tersebut Pucat pias selembar wajah Tok Nio-cu serta Oh Li cu
melihat kejadian itu, saking kagetnya hampir saja mereka menjerit tertahan.
Tiba-tiba mereka saksikan Lan See giok menyambar tali
sambil berayunan ditengah udara, kemudian dalam satu
jumpalitan ia sudah melenting ke atas.
Disaat sepasang kaki Lan See giok mencapai permukaan
tebing dan belum sempat melihat pemandangan di
sekitarnya, mendadak dari tebing itu kedengaran seseorang membentak keras.
"Siapa di situ?"
Sebilah anak panah tiba-tiba dibidikkan ke arahnya.
Lan See giok sangat terkejut, dia rendahkan bahunya
sambil menghindar, anak panah itu segera melesat melalui sisi telinga nya, keadaan berbahaya sekali.
http://kangzusi.com/
Setelah itu dia baru melihat seorang lelaki kekar sedang mengangkat goloknya dengan gugup untuk siap dibacokkan
ke atas tali pengendali jebakan.
Tak terlukiskan rasa terkejut Lan See giok menyaksikan
kejadian tersebut, ia membentak keras, tubuhnya melejit ke udara dan kelima jari tangan kanannya memancarkan lima
gulung desingan angin jari yang tajam menyambar tubuh
lelaki itu. Jeritan ngeri yang memilukan hati segera bergema
memecahkan keheningan, lelaki bergolok itu melejit lalu
roboh terkapar di atas tanah..
Apa mau dikata, goloknya yang besar kebetulan sekali
terjatuh di sisi tali tersebut dan tak ampun tali tadi menjadi putus.
Melihat hal ini Lan See giok membentak keras, dengan
hati terkejut ia meluncur ke bawah secepat kilat, dengan bentakan kaki kanannya dia injak tali yang putus itu agar berhenti.
Disaat ujung kaki Lan See-giok menginjak tali yang
putus itu, dua kali desingan tajam telah meluncur tiba, dua batang anak panah menyambar ke tubuhnya disertai
desingan angin tajam.
Lan See-giok sama sekali tidak bergeser dari posisi
semula, dengan menghimpun tenaga dalamnya ke ujung
baju kanan ia mengebaskannya ke muka, kedua batang
anak panah tersebut segera disapunya sehingga mencelat.
Sementara itu di atas tebing tadi sudah berkumandang
suara teriakan-teriakan yang gegap gempita, diantara
cahaya tajam yang berkilauan. segenap lelaki penjaga tebing telah mengayunkan goloknya untuk membacok putus tali
pengendali alat jebakan itu.
http://kangzusi.com/
Dalam waktu singkat suasana menjadi sangat ramai dan
gaduh, keadaanpun terasa bertambah tegang.
Tiba-tiba terdengar bentakan nyaring bergema di udara,
bayangan manusia berkelebat lewat, Tok Nio-cu telah
melompat naik ke atas puncak tebing. menyusul kemudian
Oh Li-cu dengan pedang terhunus
mengikuti di belakangnya. Bagaikan melepaskan beban yang berat Lan See-giok
mengangkat kaki kanannya..
Suara gemuruh yang memekikkan telinga pun bergema
memecahkan keheningan, berhubung tali pengendali alat
jebakan itu terlepas, maka secara otomatis batu cadas dan balok
kayu raksasa yang telah dipersiapkan
pun berhamburan memuntah ke bawah tebing sana ..Bentakan -
bentakan keras bergema dari empat penjuru, kawanan
penjaga di situ bersama-sama mengayunkan senjatanya
sambil menerkam ke arah muka.
Oh Li-cu berkerut kening, wajahnya dingin seperti es,
sambil membentak dia menerjang ke muka, pedangnya
diayun kian kemari melepaskan bacokan-bacokan maut.
Dalam pada itu Lan See-giok beranggapan kalau
tujuannya datang ke sana adalah menemukan Beruang
berlengan tunggal Kiong Tek ciong secepatnya, dia merasa tidak
ada perlunya untuk
melibatkan diri dalam
pembantaian di situ.
Mendadak ia membentak dengan suara keras.
"Enci Cu. hentikan seranganmu!"
Belum habis ia berseru, puluhan orang lelaki kekar itu
sudah menerjang tiba, mereka masing - masing mengayunkan senjatanya mengancam tubuh Oh Li cu.
http://kangzusi.com/
Berkilat sepasang mata Oh Li cu diiringi senyuman
dingin yang menggidikkan hati, dia lepaskan sebuah
bacokan kilat ke arah dua bilah golok yang berada di
hadapannya dengan jurus serangan menyikap awan melihat
sang surya: "Trriiing traang . . . "
Letupan bunga api segera memancar ke empat penjuru,
dua bilah golok besar itu tersampok hingga mencelat ke
samping. menyusul bentakan
keras, cahaya tajam menyambar lewat dan dua jeritan ngeri yang memilukan
hati segera bergema memecah kan keheningan.
Diantara darah segar yang memancar ke mana-mana, ke
dua orang lelaki itu tergeletak mampus di atas tanah.
Puluhan orang lelaki lainnya serentak menyerbu ke
depan dan mengepung Oh Li cu ketat-ketat, diiringi
bentakan-bentakan nyaring serangan dilancarkan bertubi
tubi. Tentu saja oh Li cu tak akan memandang sebelah
matapun terhadap kawanan manusia tersebut, pedangnya
dengan jurus Hujan angin di delapan penjuru, ia ciptakan lapisan cahaya pedang yang membukit dan mendesak
kawanan lelaki itu,
Sementara itu dari kejauhan sana tampak cahaya api
memancar ke udara, nampaknya sebatang anak panah
berapi telah dibidikkan ke tengah udara.
Dengan cepat Lan See giok dapat melihat bagaimana
kawanan lelaki yang memenuhi itu kian lama kian
bertambah banyak, bila keadaan semacam ini dibiarkan
berlangsung terus, sebagaimana yang dikatakan Tok Nio-
cu, dia harus melakukan pembantaian secara besar besaran atas orang-orang yang berada di tiga tebing sembilan
puncak dan dua belas benteng sebelum bisa bertemu dengan
http://kangzusi.com/
sasaran utamanya. bila hal sampai terjadi, niscaya dia
sudah akan mati kelelahan lebih dulu dibukit Tay ang-san.
Baru saja dia hendak membentak Oh Li cu agar
menghentikan pertarungan, mendadak Tok Nio-cu yang
berdiri angkuh di arena telah membentak nyaring.
"Tok Nio-cu berada disini, kalian semua cepat hentikan pertarungan"
Mendengar nama "Tok Nio-cu". kawanan lelaki
bersenjata yang sedang menerjang tiba serentak menghentikan langkahnya, sedangkan puluhan orang lelaki
yang mengepung Oh Li cu juga serentak mengundurkan
diri, beratus ratus pasang mata yang kaget dan ngeri
bersama sama dialihkan ke wajah Tok Nio-cu.
Lan See giok serta Oh Li cu yang menjumpai hal tersebut
menjadi tertegun, mereka berdua sama sekali tak menduga
kalau Tok Nio-cu memiliki daya pengaruh yang begitu
besar. Kembali terdengar Tok Nio-cu membentak dengan suara
dingin: "Mana hiangcu kalian yang bertanggung jawab di tempat ini?"
Mendapat pertanyaan tersebut, puluhan orang lelaki
yang berada di sekitar tempat Itu menjadi celingukan kian kemari tak lama kemudian dari kejauhan sana tampak tiga
sosok bayangan manusia sedang bergerak mendekat dengan
kecepatan tinggi.
"Ho hiangcu telah datang!"- serentak puluhan orang lelaki itu berseru bersama.
Lan See-giok segera menengok ke muka, ternyata ketiga
sosok bayangan manusia yang sedang bergerak mendekat
http://kangzusi.com/
itu adalah tiga orang lelaki yang berusia diantara tiga puluh tahunan.
Salah seorang diantaranya mengenakan baju merah
dengan senjata tombak pendek, alis matanya tebal matanya besar dan berperawakan tinggi besar lagi kekar.
Sedangkan dua orang lainnya berbaju abu-abu dengan
menyoren golok dipunggungnya mungkin para komandan
regu di bawah pimpinannya. Tatkala ketiga orang itu sudah mencapai lima kaki dari mereka, tampak kawanan lelaki
lainnya sama-sama menyingkir ke samping untuk memberi
jalan lewat. Lelaki berpakaian ringkas yang berada ditengah itu
segera maju ke muka dengan dada dibusungkan dan
langkah lebar. sepasang matanya yang bulat besar dan
bercahaya mula-mula memandang sekejap ke arah dua
sosok mayat yang terkapar di atas genangan darah itu.
Anak Harimau Karya Siau Siau di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Tok Nio-cu tidak menunggu sampai lelaki tadi berdiri
tegak, dengan suara dalam ia lantas menegur:
"Apakah kau adalah Ho hiangcu yang bertanggung
jawab atas tebing sebelah timur ini ?"
Lelaki itu berhenti melangkah lalu menjawab dengan
suara tajam: "Betul, akulah Ho hiangcu, ada urusan apa nyonya datang membunuh orang ditengah malam buta
begini?" Sambil berbicara, sorot matanya yang tajam memandang
sekejap kearah Oh Li cu yang membawa pedang terhunus
serta Lan See-giok yang berdiri tak jauh darinya.
Sebelum Tok Nio-cu menjawab pertanyaan itu, tiba-tiba
terdengar Oh Li-cu menimbrung sambil tertawa dingin.
http://kangzusi.com/
"Akulah yang membunuh mereka, urusan sama sekali
tiada sangkut pautnya dengan dia!"
Ho Hiangcu segera berpaling dan menatap wajah Oh Li-
cu penuh amarah, tegurnya kemudian.
"Nona, siapa namamu" Ada urusan apa kau datang
membunuh orang ditengah malam buta?"
"Hmm!" Oh Li cu mendengus menghina, "siapakah namamu, selain Kiong Tek-ciong sendiri, siapa saja tidak berhak untuk mengetahuinya."
Ho hiangcu seketika naik darah. alis mata nya berkernyit lalu bentaknya keras-keras.
"Biarpun aku tidak berhak untuk menanyakan namamu,
namun aku berhak untuk membunuhmu guna membalaskan dendam bagi kematian kedua orang anak
buahku" Sambil membentak tubuhnya menerjang ke muka,
senjata tombak pendeknya disapu ke muka, menyambar
pinggang Oh Li cu.
Tampaknya Tok Nio-cu ada maksud untuk menilai ilmu
silat yang dimiliki Oh Li cu, sebaliknya Oh Li cu sendiripun berhasrat untuk menunjukkan kehebatan Wi-lim-poo,
karenanya sambil tertawa dingin tubuhnya bergerak secepat kilat, dengan begitu sapuan senjata lawan mengenai sasaran kosong,
Menyusul kemudian ia membentak nyaring pedangnya
dilancarkan secara bertubi tubi melepaskan tiga serangan berantai yang mengancam atas tengah dan bawah tubuh
lawan, yaitu bagian tenggorokan, dada serta lambung.
Sesungguhnya Ho Hiangcu datang ke situ dengan tugas
untuk berusaha mengulur waktu selama lamanya, tidak
http://kangzusi.com/
heran kalau dia manfaatkan kesempatan tersebut untuk
mengajak Oh Li-cu bertarung.
Kendaripun demikian, mimpi pun dia tidak mengira
kalau kekejaman Oh Lieu sebetulnya jauh melebihi
kekejaman Tok Nio-cu sendiri.
Baru saja serangannya gagal, cahaya tajam telah
menyambar tiba, dalam kaget nya dia segera melompat
mundur ke belakang
Sudah barang tentu Oh Li-cu tak sudi membiarkan
musuhnya kabur, ia menjejakkan kakinya ke atas tanah dan melakukan pengejaran dari belakang.
Belum sempat sepasang kaki Ho hiangcu menginjak
tanah, tahu-tahu Oh Li cu sudah menyusul tiba, diiringi
bentakan keras, pedangnya meluncur ke muka menusuk
lambung Ho hiangcu.
Melihat pemimpin mereka diserang, dua orang lelaki
berbaju abu-abu lainnya segera membentak keras, sambil
mengayunkan golok mereka membacok Oh Li cu.
Lan See giok sangat gusar atas kejadian ini, dia hendak
melepaskan sentilan jarinya untuk merobohkan lawan, tapi sebelum ia bertindak, Tok Nio-cu telah membentak lebih
dulu. "Kawanan tikus, pingin mampus rupanya kau!"
Dua titik cahaya biru diiringi desingan angin tajam
menyambar ke wajah ke dua orang lelaki tersebut,
kecepatannya luar biasa sekali, dalam sekilas berkelebat tahu-tahu sudah tiba di sasaran.
Tiga kali jeritan ngeri yang memilukan hati bergema
memenuhi angkasa, dua orang komandan pasukan itu
membuang senjatanya sambil menutupi wajah sendiri
http://kangzusi.com/
dengan kedua belah tangan, tubuhnya segera terjungkal ke tanah.
Ho Hiangcu pun berteriak keras, dada dan lambungnya
tersayat hingga robek, isi perutnya berhamburan ke luar
semua, tentu saja selembar jiwanya turut melayang
meninggalkan raganya.
Suasana dalam arena menjadi amat kalut dan kacau
tidak karuan, berpuluh puluh orang lelaki bersenjata golok itu sama-sama mengayunkan senjatanya sambil menjerit-jerit, namun tak seorang pun di antara mereka yang berani mendekati lawannya.
Tok Nio-cu segera melihat bahwa kesempatan baik ini
tak boleh dibuang dengan begitu saja, kepada Lan See giok serunya:
"Ayo berangkat!"
Mereka bertiga segera berangkat menuju kearah mana
cahaya lentera bersumber.
Melihat musuhnya beranjak pergi. Puluhan orang lelaki
itu sama - sama memutar senjata sambil membentak,
serentak mereka lakukan pengejaran.
Ditengah gerakannya meluncur ke depan tiba-tiba Lan
See giok berpaling dan ujarnya kepada Tok Nio-cu serta Oh Li-cu.
"Kita tak usah membuang waktu percuma di tempat-
tempat semacam itu, yang penting terus menemukan si
Beruang berlengan tunggal secepatnya!"
Oh li cu manggut berulang kali tanpa menjawab,
sedangkan Tok Nio-cu segera menjelaskan:
http://kangzusi.com/
"Tanpa melalui sembilan puncak dengan tiga tebingnya mustahil kita dapat memasuki puncak Keng thian hong
dimana markas besar Kiong Tek ciong terletak."
Sementara pembicaraan berlangsung, cahaya lentera
yang terang benderang dimuka situ tinggal sepuluh kaki
lagi, sementara kawanan lelaki yang mengejar dari belakang makin lama semakin mendekat.
Tatkala Tok Nio-cu melihat cahaya api itu berasal dari
obor-obor yang disulut di atas dinding benteng, mendadak ia menjerit kaget, "Hei, cepat berhenti!"
Lan See-giok tahu tentu ada sesuatu hal yang tak beres,
tiba-tiba saja dia hentikan gerakan tubuhnya.
Oh Li cu juga berusaha untuk menghentikan gerakan
tubuhnya, namun berhubung peringatan tersebut datangnya
terlalu mendadak, membuat tubuhnya tetap maju sejauh
tujuh depa sebelum bisa berhenti.
Bersamaan waktunya dengan berhentinya ketiga orang
itu, dari atas dinding benteng kedengaran suara teriakan keras. lalu secara tiba-tiba muncul puluhan sosok bayangan, manusia, suara gendewa dipentang orangpun bergema,
panah-panah berapi berhamburan ke arah mereka seperti
sambaran petir.
Gusar sekali Lan See giok melihat kejadian ini, serta
merta ia meraba pinggangnya sambil melepaskan senjata
gurdinya, cahaya emas dengan cepat, memancar ke empat
penjuru, bayangan gurdi membukit dan semua panah berapi
yang menyambar datang kena dipukul sampai terpental ke
mana-mana. Tok Nio-cu berkelebat maju ke muka lalu menyembunyikan diri di belakang tubuh Lan See-giok.
Mendadak terdengar jeritan lengking bergema di udara.
http://kangzusi.com/
Dengan perasaan terperanjat Lan See-giok berpaling, apa
yang terlihat membuatnya sangat kaget, secepat sambaran
petir dia memutar senjata gurdi emasnya sambil buru-buru bergeser mendekati Oh Li cu.
Ketika mendengar jeritan dari Oh Li cu, Tok Nio-cu
sadar bahwa keadaan tidak menguntungkan, apalagi setelah menengok ke samping, ia bertambah kaget,
Ternyata bahu bagian belakang gadis itu sudah tertancap
sebatang anak panah, biarpun api sudah padam tapi masih
mengepulkan asap tebal.
Sebaliknya Oh Li cu masih memutar pedangnya ke sana
kemari tanpa berhenti.
Tok Nio-cu tahu, panah itu menancap di tubuh sang
gadis karena terpental oleh putaran senjata Lan See-giok sendiri, dengan perasaan terkejut ia segera berteriak keras
"Ayo cepat kembali!"
Sementara berbicara, Lan See giok sudah berada tiga
depa dari Oh Li cu, ujung baju kirinya segera dikebaskan ke muka, anak panah yang menancap dibahu belakang Oh Li
cu pun segera rontok ke tanah.
Sekali lagi Tok- Nio-cu berseru.
"Adik Giok, cepat mundur, panah berapi itu mengandung racun belerang yang sangat jahat, luka dari
nona Oh perlu diohati dengan segera.."
Lan See giok merasa sangat tidak tenang apalagi setelah
mendengar panah berapi itu beracun, hilang niatnya untuk melanjutkan perjalanan.
Setelah mengangguk berulang kali. dia memutar senjata
gurdi emasnya sambil mengundurkan diri.
http://kangzusi.com/
Dalam pada itu, puluhan orang lelaki yang semula
mengejar mereka, semenjak tadi telan menghentikan diri di luar jangkauan anak-anak panah beracun itu. tiada
seorangpun yang maju ke depan, tiada orang pula yang
berteriak. Sewaktu menyaksikan Lan See giok dan Tok Nio-cu
bertiga muncul kembali, serentak mereka membubarkan diri untuk mencari selamat.
Lan See giok, Tok Nio-cu dan Oh Li-cu mengundurkan
diri sampai di luar jangkauan anak panah berapi. dengan
cepat mereka mencari batu besar sebagai tempat
perlindungan, Pada saat inilah mendadak dari atas dinding benteng
berkumandang suara gelak tertawa seseorang yang penuh
kegembiraan. "Haaahhh . haaahhh . haaahhh. . Tok Nio-cu, malam ini aku si Hakim paku hati pasti akan menyuruh kau
menggoyang pinggul kian kemari sebelum, merasakan
kehebatanku."
Ucapan itu sudah jelas mengandung nada yang cabul lagi
kotor, tidak heran jika Lan See giok menjadi amat gusar, hawa napsu membunuhnya segera timbul, tapi dia tak bisa
menghukum manusia jahanam tersebut pada detik itu juga.
Sebaliknya paras muka Oh Li cu dan Tok Nio-cu
berubah menjadi merah membara, tentu saja Tok Nio-cu
segan-menjawab kata-kata cabul dari si Hakim paku hati
tersebut. Dengan cepat dia memeriksa keadaan luka yang diderita
On Li-cu, kemudian bertanya.
"Nona Oh, apakah kau mempunyai obat penawar racun
yang lebih mustajab?"
http://kangzusi.com/
Oh Li cu hanya menggelengkan kepalanya tanpa
menjawab. Dengan nada susah Tok Nio-cu kembali berkata.
"Walaupun aku mempunyai bubuk penawar racun, tapi
sayang setelah dibubuhkan akan menimbulkan rasa sakit
yang luar biasa."
Oh Li cu menjadi sangat mendongkol.
"Walaupun ayahku mempunyai pil penawar racun yang
bagus, sayang aku tidak membawanya,"
Tergerak perasaan Lan See giok mendengar perkataan
itu, tanyanya kemudian tak mengerti.
"Apakah kau maksudkan ketiga butir pil mestika yang kau berikan kepadaku tempo hari?"
Berkilat sepasang mata Oh Li-cu, kejut dan girang dia
menganggukkan kepalanya berulang kali.
"Benar, benar, ayo cepat keluarkan dan berikan
kepadaku adik Giok"
Lan See giok tak berani berayal lagi, dari sakunya dia
mengeluarkan sebuah botol porselen kecil lalu diserahkan kepada Oh Li cu- -
Pada saat itulah, tiba-tiba terdengar Tok Nio-cu
membentak sambil menggertak gigi:
"Manusia-manusia bodoh, nampaknya kalian benar-
benar ingin mencari mampus!"
Lan See giok segera berpaling, ternyata puluhan orang
lelaki berpakaian ringkas itu dengan langkah berhati hati dan senjata terhunus sedang mendekati tempat mereka
berada. http://kangzusi.com/
Tiba-tiba Tok Nio-cu membentak keras, tangannya
disambit ke depan melepaskan dua butir peluru api beracun.
Dua gulung bola api yang memancarkan sinar biru,
diiringi suara desingan dan mengepulkan kabut hijau yang tebal segera meluncur ke tubuh puluhan orang lelaki
tersebut. Berubah hebat paras muka puluhan lelaki itu, suasana
menjadi kalut dan serentak
semua orang membubarkan diri dengan perasaan panik
ketakutan setengah mati.
Sambil tertawa dingin sekali lagi, Tok Nio-cu
membentak keras. "Sebelum meninggalkan nyawa. Apakah kalian ingin pergi dengan begitu saja?"
Kembali tangannya diayunkan ke depan, segulung api,
biru secepat kilat meluncur ke depan menubruk ke dua butir peluru api beracun pertama yang sedang meluncur ke
bawah. "Blaammm! Blaammm!"
Sewaktu ke empat butir peluru api beracun itu saling
bertumbukan di tengah udara terjadilah ledakan yang gegap gempita.
Akibat dari ledakan tersebut, ke empat gumpalan api biru tadi segera berubah menjadi beratus ratus api bintang yang meluruk ke empat penjuru dan berhamburan kemana mana.
Melihat bunga api yang beterbangan itu, pucat pias
wajah puluhan lelaki kekar itu, mereka jadi ketakutan
setengah mati hingga sukma serasa melayang meninggalkan
raganya. Suasana jadi panik, semua orang berdesak desakan agar
bisa kabur lebih cepat lagi,
http://kangzusi.com/
Dalam waktu singkat sembilan orang, di antara mereka
yang sudah terpercik api tersebut, tak ampun mereka
bergulingan di atas tanah sambil menjerit jerit kesakitan, suasana mengerikan dan mengenaskan sekali.
Berubah hebat wajah Lan See giok melihat kesemuanya
itu, tanpa terasa ia menggelengkan kepalanya berulang kali.
Bagaimana pun juga Tok Nio-cu memang pantas diberi
julukan perempuan beracun, sebab dari kekejamannya hal
ini, memang sesuai dengan keadaan tersebut.
Sesungguhnya Tok Nio-cu bisa disebut orang sebagai
perempuan beracun karena konon dia memiliki enam
macam senjata rahasia yang beracun itu, di samping itu
entah masih terdapat beberapa macam lagi benda-benda
beracun yang digembolnya.
Menjumpai Lan See-giok menggeleng sambil menghela
napas, Oh Li cu segera berkata dingin.
"Sewaktu terkena panah berapi tadi, nyaris akupun ikut hendak bergulingan di atas tanah, waktu itu, mengapa kau tidak merasa sakit hati dan sedih" Mengapa kau tidak
mengeluh sambil memeriksa keadaan lukaku?"
Anak Harimau Karya Siau Siau di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Sambil berkata dia melemparkan sebutir pil berwarna
merah yang diserahkan kepada Tok Nio-cu. kemudian
mengembalikan botol kecil itu ke tangan sang pemuda. .
Merah jengah selembar wajah Lan See giok, setelah
menerima botol tadi diapun segera memeriksa keadaan luka dari Oh Li-cu.
Di atas bahu bagian belakangnya yang putih dan halus,
sekarang telah bertambah dengan sebuah jalur panjang
mulut luka yang berdarah, darah hitam yang busuk masih
ke luar tiada hentinya,
http://kangzusi.com/
Ditengah suasana penuh jerit kesakitan yang memilukan
hati, sikap Tok Nio-cu masih tetap acuh tak acuh seolah-
olah sama sekali tidak terpengaruh oleh suasana di
hadapannya. Setelah menerima pil kecil itu, cepat dia meremasnya
menjadi bubuk lalu ditebarkan di atas mulut luka Oh Li-cu.
Kemudian dari tangan si nona dia mengambil secarik
sapu tangan, menyingkap pakaiannya dan menyeka air
darah berwarna hitam itu . . .
Mendadak sekujur badan Tok Nio-cu gemetar keras,
wajahnya berubah hebat, sorot matanya yang jeli
mengawasi mulut luka Oh Li-cu tanpa berkedip, ia seolah-
olah tertegun dibuatnya.
Dengan perasaan terkejut bercampur tidak habis
mengerti, Lan See giok segera menegur:
"Nyonya, mengapa . . . mengapa kau. . .?"
Oh Li-cu juga merasakan keanehan lawan, cepat ia
berpaling lalu mengawasi Tok Nio-cu yang masih termangu
mangu, sedih itu dengan perasaan tak habis mengerti.
Menanti Tok Nio-cu peroleh kesadarannya kembali,
mendadak dia memeluk tubuh Oh Li-cu kencang-kencang
sambil menangis tersedu sedu penuh kesedihan.
Sambil menangis terisak, ia berseru berulang kali.
"Adikku., ooh..kau adalah adik ku yang patut dikasihani. ."!
Tentu saja sikap Tok Nio-cu yang sangat tiba-tiba ini
sama sekali di luar dugaan Lan See giok serta Oh Li cu,
tidak heran kalau mereka dibuat tertegun dan kelabakan,
lama sekali mereka berdua hanya bisa memandang
perempuan itu tanpa memahami apa gerangan yang
sebenarnya telah terjadi.
http://kangzusi.com/
Puluhan lelaki yang sudah kabur di kejauhan sana,
sekarang juga menoleh dengan perasaan kaget.
Sebaliknya ke sembilan lelaki yang tubuhnya terjilat api beracun itu sudah melarikan diri kalang kabut, tentu saja mereka tak sempat lagi memperdulikan jerit tangis Tok Nio-cu yang mendadak itu
Memang semenjak pandangan pertama tempo hari, Lan
See-giok sudah merasa bahwa wajah Tok Nio-cu agak mirip
dengan wajah Oh Li cu, keadaan yang terpentang di depan
mata sekarang membuatnya segera mengerti.
Sambil menjerit kaget katanya kemudian. "Apa" Kau
maksudkan enci Cu adalah adik kandungmu" sambil
menemukan Oh Li cu dan menangis tersedu sedu, Tok Nio-
cu mengangguk berulang kali.
"Benar, dia adalah adik Cui lan ku!"
Kemudian sambil memandang Oh Li cu yang masih
berdiri melongo, dia melanjutkan sambil menangis terisak.
"Kau adalah Cui-lan, kau tak akan teringat dengan
keadaan kita yang amat tragis .."
Bagaikan orang gila, dia menggoyangkan badan Oh Li
cu tiada hentinya, seakan akan dia berharap dari guncangan tersebut bisa membuat Oh Li cu teringat kembali dengan
masa lalunya Dalam pada itu Oh Li cu seperti tak bisa menyambut
perubahan yang datangnya secara tiba-tiba ini setelah
melihat sikap gila Tok Nio-cu, apalagi diapun merasa raut wajahnya memang mirip sekali dengan wajah perempuan
itu, betul masih ada keraguan di hati kecilnya, namun air matanya tak urung toh jatuh bercucuran juga.
http://kangzusi.com/
Lan See giok seperti dapat merasakan bahwa Oh Li cu
enggan mengakui hal tersebut secara gegabah, cepat ia
memperingat kan kepada Tok Nio-cu:
"Nyonya, dari mana kau bisa tahu kalau enci Cu adalah adik kandungmu?"
Tok Nio-cu menjadi sadar kembali, sembari menyeka air
matanya, ia menunjuk ke bahu Oh Li-cu sambil berkata.
"Aku telah melihat tahi lalat tiga bunga yang berada dibahu adikku, tahi lalat tersebut dibuat oleh ibu kami. . ."
Lan See giok bisa menyimpulkan kalau di atas bahu Tok
Nio-cu pun pasti terdapat juga sebuah tahi lalat, maka
selanya kemudian.
"Itu mah gampang sekali, nyonya kan boleh mempersilahkan enci Cu untuk melihat pula tahi lalat di
atas bahumu . . , "
Belum habis ia berkata, paras muka Tok Nio-cu telah
berubah menjadi merah dadu, bibirnya bergerak seperti
hendak mengucapkan sesuatu, namun seperti sukar untuk
diutarakan. Lan See giok menjadi tertegun, ketika ia berpaling pula
ke arah Oh Li-cu, ternyata gadis itupun menunjukkan
wajah semu merah, malah merahnya sampai ke telinga,
diantara kejengahan terselip pula perasaan bangga.
Tahun ini, Lan See giok memang sudah berusia delapan
belas tahun, namun ia belum tahu bahwa seorang gadis
yang sudah kehilangan keperawanannya, maka tanda tahi
lalat tersebut akan turut menjadi hilang, tentu saja persoalan semacam ini sulit bagi Tok Nio-cu yang sudah kawin itu
untuk menerangkan.
http://kangzusi.com/
Sementara ke tiga orang itu berada dalam keadaan serba
salah. mendadak terdengar lagi dengan dua kali desingan
angin tajam, Lan See giok yang pertama tama menyadari hal tersebut,
tahu-tahu dua batang anak panah sudah meluncur datang , .
. . Oh Li-cu dapat melihat kejadian tersebut dengan jelas ia membentak keras dan pedang nya segera diayunkan ke
depan, anak panah itupun rontok seketika.
Lan See giok ikut naik pitam sambil membentak keras
dia menerjang ke arah mana berasalnya bidikan anak panah itu.
Disaat tubuh Lan See giok sedang menerjang ke luar dari
tempat persembunyiannya, terdengar teriakan
keras bergema memecahkan keheningan lalu hujan panah pun
berhamburan ke seluruh udara.
Lan See giok menghentikan sebentar gerakan tubuhnya.
hawa napsu membunuh kini sudah membara di dadanya,
sambil memutar senjata gurdi emasnya dia menerkam
kembali ke arah puluhan pemanah tersebut secara kalap.
Dari atas dinding benteng berkumandang suara gelak
tertawa keras, menyusul kemudi an terdengar seseorang
membentak nyaring,
"Lepaskan panah berapi!"
Mengiringi bentakan itu, panah berani bagaikan ular
meluncur ke tubuh Lan See giok secara gencar.
Pada saat itulah tiba-tiba terdengar Tok Nio-cu menjerit kaget. "Adik Giok, cepat kembali."
Lan See giok tahu ada sesuatu yang tak beres, dia
membalikkan badan lalu mundur kembali secepat kilat.
http://kangzusi.com/
Tidak sampai pemuda itu berdiri tegak, Oh li-cu segera
menuding ke muka sambil serunya:
"Adik Giok, cepat lihat!"
Mengikuti arah yang ditunjuk, Lan See giok merasa
sangat terkejut, ternyata dari atas sebuah puncak bukit di sebelah depan situ, tampak asap tebal mengepul diangkasa agaknya ada beberapa buah bangunan rumah yang sudah
terjilat api. Bagaikan sedang berguman. Tok Nio-cu berbisik tiba-
tiba. "Sungguh aneh, siapa lagi yang mendatangi Tay ang- san pada malam ini?"
Lan See giok sendiripun tidak habis mengerti, ia sedang
tiada hentinya bertanya kepada diri sendiri, siapakah orang ini"
Belum habis ingatan tersebut melintas lewat, suara
bentakan merdu yang amat dikenal olehnya tiba-tiba
berkumandang dari puncak tebing itu.
Gemetar keras seluruh badan Lan See giok mendengar
suara tersebut, wajahnya berubah hebat, sambil membentak keras secepat kilat ia menerjang ke depan..
Pucat pias selembar wajah Tok Nio-cu melihat hal ini,
buru-buru teriaknya keras
"Adik Giok, jangan ke situ .."
Sesudah mendengar teriakan dari Tok Nio-cu, Lan See
giok baru teringat kalau jalan di depan sana buntu, serentak ia mengalihkan gerakan tubuhnya dengan menerjang
kearah dinding benteng.
-ooo0dw0ooo- http://kangzusi.com/
BAB 21 DALAM pada itu, suasana di atas dinding benteng telah
terjadi kekalutan, apalagi dari teriakan "kebakaran" yang bergema di mana-mana, dapat diduga bahwa kebakaran
besar telah melanda bangunan rumah mereka.
Mendadak terdengar si Hakim paku hati berteriak.
"Lepaskan panah api !"
Jeritan yang kalut kembali berubah menjadi teriakan
ramai, panah-panah berapi mulai berhamburan kemana-
mana. Gerakan tubuh Lan See giok cepat bagai-kan sambaran
petir, baru selesai si Hakim paku hati berbicara. ia telah menerjang ke depan benteng, sewaktu panah berapi
dibidikkan, tubuhnya telah melayang ke tengah udara:
Cahaya emas segera menyambar lewat, dua kali jeritan
ngeri yang memilukan hati mengiringi robohnya dua orang
lelaki berbusur dari pagar benteng.
Pada saat itulah ditengah kekalutan yang melanda
kawanan lelaki itu, terdengar bentakan keras bergema
memecahkan keheningan, sesosok bayangan manusia
melompat ke luar.
Waktu itu Lan See-giok sedang meroboh kan beberapa
orang lelaki kekar dengan senjata gurdi emasnya, merasa
datangnya terjangan cepat ia mendongakkan kepalanya
Ternyata orang yang sedang menerjang datang itu adalah
seorang lelaki berusia empat puluh tahunan yang berjubah merah, membawa senjata poan-koan pit, beralis segi tiga
mata bulat hidung paruh betet dan berjenggot hitam.
http://kangzusi.com/
Tampaknya orang inilah yang menamakan dirinya
sebagai si Hakim paku hati.
Bertemu dengan Lan See-giok, si Hakim Paku hati
melotot besar, lalu sambil berteriak aneh dia menerjang ke muka, senjata poan-koan-pit nya dengan jurus bintang
timur menubruk bintang, dia serang ubun-ubun lawan.
Lan See-giok benci kepada si Hakim Paku hati karena
mulutnya cabul sekali, di tambah pula dia ingin selekasnya tiba di puncak seberang, maka tubuhnya begitu berkelebat lewat, senjata gurdi emasnya di ayunkan ke muka dan
mengikat senjata poan-koan-pit lawan.
Hakim paku hati sangat terkejut, sambil membentak dia
melompat mundur dengan sepenuh tenaga.
Lan See-giok tertawa dingin, tangannya digetarkan ke
muka dan tahu-tahu senjata poan-koan-pit tersebut sudah
terlepas dari cekalan.
Hakim paku hati jadi ketakutan setengah mati,
sukmanya merasa melayang Meninggalkan raganya, sambil
menjerit aneh, dia melompat naik ke atap rumah dan
melarikan diri terbirit-birit ..
"Hakim paku hati, tinggalkan dulu jiwa mu.. ." Tok Nio-cu tahu membentak keras.
Bersamaan dengan bentakan tersebut, tangannya segera
diayunkan ke depan, segumpal jarum lembut seperti bulu
kerbau, diiringi percikan cahaya tajam Langsung menyambar kearah si Hakim paku hati yang sedang
melarikan diri itu.
Berubah hebat paras muka Lan See-giok ia cukup
mengetahui akan kelihaian jarum lembut tersebut, selain
cepat dan hebat, serangan datang tanpa menimbulkan suara
http://kangzusi.com/
bahkan seseorang yang berilmu tinggi jangan harap bisa
menghindari secara mudah.
Belum habis ingatan tersebut melintas lewat, si Hakim
Paku hati telah menjerit kesakitan lalu roboh dari atas atap rumah dan jatuh berguling, dalam waktu singkat jiwanya
turut melayang meninggalkan raga nya.
Kematian dari si Hakim paku hati tersebut segera
membuat paniknya kawanan lelaki di atas dinding benteng, suasana menjadi kacau dan semua orang berusaha untuk
menyelamatkan diri.
Pada saat itulah. dari atas puncak bukit di seberang yang terjadi ledakan-ledakan yang memekikkan telinga, cahaya
api membumbung tinggi ke angkasa, asap tebal
menyelimuti pandangan, kobaran api yang menggila
seakan-akan menyambar benda apa saja yang di
jumpainya.. Di bawah cahaya api yang membara suasana di seputar
situpun dapat terlihat dengan jelas.
Oh Li-cu sangat mendendam karena bahunya termakan
bidikan panah, dia segera melompat naik ke atas dinding
benteng, diambinya obor-obor di situ kemudian disambitkan kearah bangunan benteng
Dalam pada itu Lan See giok hanya memikirkan soal
teriakan merdu yang didengarnya tadi, walaupun dia belum berani memastikan, tapi suara yang amat dikenalnya itu
cukup menimbulkan kecurigaan dalam hatinya.
Maka sambil menengok kearah Tok Nio-cu, tanyanya
kemudian dengan gelisah.
"Nyonya, apakah harus lewat situ menuju ke utara ?"
http://kangzusi.com/
Tangan kirinya yang menuding ke arah depan kelihatan
agak gemetar.-.
Dari sikap Lan See giok yang gelisah dan cemas setelah
mendengar suara bentakan merdu tadi. Tok Nio-cu tahu
bahwa orang tersebut sudah pasti mempunyai hubungan
yang sangat akrab dengan Lan See-giok.
Biarpun saat ini dia sudah tak ingin bersaingan lagi
dengan adiknya, tapi mau tak mau dia harus menguatirkan
Anak Harimau Karya Siau Siau di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
kebahagian adiknya itu, terutama sekali ia dapat melihat bahwa Lan See-giok sebenarnya tidak berniat sama sekali
untuk memperistri Oh Li-cu ..
Ia manggut-manggut, lalu dengan kening berkerut segera
tanyanya lagi: "Adik Giok, siapa sih perempuan itu","
Menjumpai Tok Nio-cu mengangguk, Lan See-giok sama
sekali tak berminat untuk berbicara lagi dengannya,
sahutnya singkat:
"Dia adalah sumoay ku.."
Belum selesai berkata, tubuhnya bagaikan segulung asap
telah meluncur ke utara.
Dengan jawaban ini. selintas wajah benci dan dendam
menghiasi wajah Tok Nio-cu, hawa napsu membunuh
segera menyelimuti wajahnya, ditatapnya
bayangan punggung Lan See-giok tanpa berkedip, kemudian tertawa
dingin tiada hentinya.
Pada mulanya Oh Li cu menyangka bentakan tersebut
berasal dari Hu-yong siancu atau Ciu Siau-cian, tapi
sesudah mendengar kata "sumoay". . paras mukanya berubah hebat, memandang bayangan punggung Lan See-
http://kangzusi.com/
giok yang menjauh, titik air mata tanpa terasa jatuh
bercucuran.. Tok Nio-cu amat menyayangi adiknya, sambil menggigit
bibir ia segera berseru.
"Ayo kita kejar, asal cici masih hidup selain kau, aku tak akan membiarkan siapa pun berbaik dengan Lan See-giok!"
Sambil berkata, dia lantas membungkuk kan badan dan
memungut sebilah golok dari sisi sesosok mayat. kemudian melakukan pengejaran lebih dulu.
BERUBAH paras muka Oh Li-cu menyaksikan hal ini,
dengan cepat ia menubruk ke muka dan menarik
pergelangan tangan Tok Nio-cu sambil pintanya dengan air mata bercucuran.
"Cici, kau tak boleh membunuhnya!"
Dengan cekatan Tok Nio-cu mengigos ke samping
sehingga goloknya tidak sampai terampas, setelah
mendengus marah segera serunya:
"Bila Lan See-giok tidak mencintaimu dengan sesungguh hati, buat apa kita mesti biarkan ia tetap hidup bagi
keuntungan orang lain.?"
"Dia tentu akan mencintaiku." pinta Oh Li cu lagi dengan air mata bercucuran, "dia bersikap dingin kepadaku, hal ini dikarenakan ia mencurigai Oh Tin san sebagai
pembunuh ayahnya, tapi setelah ia mengetahui asal usulku sekarang"
Perkataan itu terpaksa terhenti sampai separuh jalan
karena gadis itu melihat Tok Nio-cu semakin mengejar
semakin cepat. http://kangzusi.com/
Sementara itu, semua orang yang berada di benteng
tersebut telah kabur menyelamatkan diri, dengan begitu tak nampak sesosok bayangan manusia pun di situ.
Beberapa buah obor yang dilemparkan Oh Li cu ke
dalam bangunan rumah tadi kini mulai membara besar dan
menimbulkan asap hitam yang amat tebal..
Oh Li cu sangat gelisah, dia takut encinya Tok Nio-cu
benar-benar akan turun tangan keji terhadap Lan See giok, ketika mendongakkan kembali kepalanya. ia tidak melihat
bayangan tubuh si anak muda itu lagi..
Waktu itu, Lan See giok dengan mengerahkan ilmu
meringankan tubuhnya sedang bergerak menuju ke utara,
dia yakin suara bentakan merdu yang didengar berasal dari adik seperguruannya Si Cay soat, tapi ia tak habis mengerti apa sebabnya gadis itu bukan berdiam di dalam gua.
sebaliknya turun gunung dan berkelana dalam dunia
persilatan"
Dalam gerakan larinya, tiba-tiba ia melihat lebih kurang puluhan kaki didepannya terbentang sebuah jurang yang
dalam sekali, tanpa terasa dia memperlambat gerakan
tubuhnya. Ketika mendekat, ternyata jurang itu lebarnya mencapai
sepuluh kaki dasarnya sama sekali tak nampak, hanya
lamat-lamat masih kedengaran suara air yang sedang
mengalir. Disaat itulah dari puncak bukit seberang berkelebat
cahaya tajam yang meluncur dari atas ke bawah,
keadaannya bagaikan sebutir bintang yang sedang
meluncur. Tatkala Lan See giok mengamati lebih seksama lagi,
perasaannya segera bergetar keras, ternyata bayangan
http://kangzusi.com/
manusia yang sedang meluncur ke bawah itu tak lain adalah Si Cay soat yang membawa pedang Jit hoa kiam.
Kejut dan gembira membuat pemuda itu segera berteriak
keras: "Adik Soat, adik Soat. aku berada disini!"
Di tengah seruan mana, dia lari menuju ke kanan dengan
menelusuri sisi jurang.
Agaknya Si Cay soat yang sedang meluncur ke bawah itu
sempat pula menangkap teriakan Lan See giok, begitu
kakinya mencapai tanah, ia lantas menubruk datang.
"Tunggu dulu adik Soat," teriak Lan See giok lagi memperingatkan, "di sini terbentang jurang yang lebar!"
Tapi Si Cay soat yang sedang meluncur ke bawah seolah-
olah tidak mendengar peringatan tersebut, tanpa mengurangi kecepatan tubuhnya yang sedang meluncur, dia
bergerak terus menuju ke bawah, sementara cahaya pedang
yang terpantul cahaya api memekikkan sekuntum awan
merah yang menyilaukan mata.
Lan See giok yakin, Si Cay soat tentu sedang
terpengaruh emosi yang menggelora, ditambah lagi letusan-letusan keras sedang menggelegar dari arah puncak, ini
semua membuatnya tidak mendengar suara peringatannya.
Dalam kejutnya peluh dingin sempat bercucuran
membasahi seluruh tubuhnya.
Dengan cepat dia memandang sekejap sekitar itu, tiba-
tiba ia melihat ada seutas tali yang terikat pada sebatang pohon besar di sisi jurang, ujung tali tersebut justru tepat pada puncak pohon setinggi delapan sembilan kaki.
Tergerak hatinya melihat hal itu, cepat ia meluncur ke
depan. http://kangzusi.com/
Bersamaan waktunya, ia pun menjumpai Si Cay soat
sudah berada cuma dua puluh kaki dari tepi jurang, cepat-cepat teriak-nya lagi dengan keras:
"Berhenti adik Soat, cepat hentikan langkahmu adik
Soat.." Tubuhnya yang telah mendekati pohon besar itu cepat
menyambar tali tersebut, sementara gurdi emas yang berada ditangan kanannya diayunkan ke depan memutuskan ujung
tali yang terikat pada pohon di ujung seberang.
Sesudah itu dia menjejakkan kakinya ke tanah dan
tubuhnya berayun menggunakan tali tadi menuju ke pantai
seberang, sambil berayunan sekali lagi ia berteriak:
"Adik Soat, cepat berhenti, aku telah datang.."
Si Cay-soat yang terkejut bercampur gembira bahkan
seperti agak tertegun itu masih saja berlarian menuju ke tepi jurang, kini jarak nya tinggal satu kaki.
"Engkoh Giok.."
Si Cay-soat tidak mampu menahan diri lagi, sambil
menjerit ia langsung menubruk ke tubuh anak muda
tersebut. Lan See-giok sangat terkejut, baru saja dia bermaksud
menghalangi perbuatan gadis itu, mendadak dari tepi
seberang kedengaran suara dari Oh Li-cu sedang menjerit
kaget. "Aaah, jangan .."
Tapi. "Kraas!" tali itu putus secara tiba-tiba, sebilah golok berkelebat lewat sambil memancarkan cahaya tajam.
http://kangzusi.com/
Waktu itu Lan See giok sedang bersiap -siap untuk
menyambar pinggang Si Cay soat, ia tak menduga kalau tali yang digunakan untuk berayun mendadak putus menjadi
dua. Dengan lenyapnya keseimbangan badan maka tidak
ampun lagi tubuhnya segera meluncur ke bawah.
Pemuda itu terkejut sekali, sambil membentak keras,
ujung baju kirinya dikebaskan ke muka dengan sepenuh
tenaga. "Weess..!"
Tubuhnya mengikuti sisa tenaga yang terpantul dari tali
yang terputus meluncur lagi sejauh enam depa ke arah
pantai seberang, namun tubuh Si Cay soat yang menubruk
tiba telah menerjang di atas badannya.
Lan See giok mendengus tertahan, dengan cepat
tubuhnya meluncur ke bawah, padahal selisihnya dengan
tepi jurang hanya tinggal tiga depa saja
Si Cay soat memeluk tubuh si anak muda itu kencang-
kencang, ia jatuh tak sadarkan diri, pedang Jit hoa kiam yang berada di tangannya ikut meluncur ke dasar jurang ..
Dari pantai seberang, masih kedengaran dengan jelas
suara teriakan dan isak tangis Oh Li cu yang memilukan
hati . Lan See giok benar-benar berada dalam keadaan yang
amat kritis, masih untung dia tak sampai panik atau
gelagapan. Sementara tubuhnya masih meluncur ke dasar jurang
dengan kecepatan tinggi, mendadak sepasang matanya
menangkap sebatang pohon yang tumbuh di sisi jurang .
http://kangzusi.com/
Serta merta ia membentak keras, senjata gurdi emas di
tangan kanannya secepat kilat diayunkan ke muka..
"Sreeet!"
Senjata gurdi emas itu persis melingkar pada batang
pohon yang besar itu, dengan demikian tubuhnya yang
sedang meluncur ke bawahpun terhenti secara mendadak.
Namun dengan terhentinya gerakan meluncur itu,
sepasang tangan Si Cay soat yang memeluknya. juga turut
mengendor lepas, berhubung si nona berada dalam keadaan
tak sadar. Lan See giok sangat terkejut, dengan cepat ia memeluk
tubuh si nona kencang-kencang. Dengan tangan kanan
berpegangan pada senjata gurdi emasnya, tangan kiri di
pakai untuk memeluk Si Cay soat, bergelantungan di udara, tubuhnya bergoyang kian kemari tiada hentinya . .
Sekuat tenaga pemuda itu berusaha untuk menenangkan
hatinya, membiarkan pikirannya yang kalut menjadi jernih kembali. Kini dia tahu bahwa Si Cay soat telah jatuh
pingsan, tapi sayang ia tak dapat menundukkan kepalanya
untuk memeriksa keadaan gadis tersebut.
Begitu tubuhnya yang bergelantungan di tengah udara
sudah menjadi tenang, pemuda itu baru mengangkat tubuh
Si Cay soat ke atas. lalu menggigit pakaian bagian dadanya kuat-kuat. setelah melepaskan tangan kiri nya, dengan
tangan yang lengkap dia baru merangkak naik ke atas
pohon. Segenap tenaga dalamnya telah disalurkan ke luar
dengan menyelimuti badan, gerakan
merangkaknya dilakukan amat berhati-hati, tiba di atas pohon, dia
membaringkan tubuh si nona diantara dahan dengan
ranting pohon yang kuat.
http://kangzusi.com/
Mula-mula dia mengikat diri di atas dahan pohon
dengan senjata gurdi emasnya, kemudian baru membaringkan Si Cay soat dalam pelukannya, baru
sekarang pemuda itu merasakan amat penat memandang
adik Soat dalam pelukannya tanpa terasa titik air mata jatuh berlinang-Air muka Si Cay soat pucat pias bagaikan mayat.
wajahnya sayu, matanya terpejam rapat-rapat sementara
alis matanya yang lembut berkernyit menjadi satu.
Bibirnya yang pucat sedikit terbuka hingga kelihatan dua baris giginya yang putih diantara bulu matanya masih
tampak basah oleh air mata.
Lan See giok sedih sekali setelah melihat kesemuanya
ini, air mata terasa jatuh bercucuran, hanya berpisah
setengah bulan, sungguh tak disangka adiknya menjadi
begitu layu dan lemas bagaikan baru sembuh dari penyakit parah.
Teringat akan kejadian yang memedihkan hati, tanpa
terasa dia menyusupkan kepalanya di atas dada Si Cay soat dan menangis, sementara tangannya memeluk gadis itu
makin kencang. Pipi kanannya ditempelkan di atas payudara sebelah kiri
si nona, ia dapat mendengar detak jantungnya yang lemah, hal tersebut membuat air matanya bercucuran semakin
deras. Isak tangis yang memedihkan hati membuat seluruh
kemurungan dan kemasgulan dalam hatinya terlampiaskan
ke luar, yang dipikirkan olehnya saat ini hanya
pengorbanan dan cinta kasih si nona kepadanya.
Dia tak ingin mencari tahu lagi mengapa adik Soatnya
bisa muncul di bukit Tay ang san, diapun tak menggubris
http://kangzusi.com/
apa sebabnya tali yang digunakan berayun tadi bisa putus secara tiba-tiba"
Mendadak suara panggilan yang lemah tak bertenaga
bergema di sisi telinganya-
"Eeeh ..engkoh Giok.."
Cepat-cepat Lan See-giok mendongakkan kepalanya, dia
melihat Si Cay soat sedang membuka matanya dengan
sayu, butiran air mata nampak bercucuran sangat deras.
"Adik Soat, kau telah mendusin.." sapa nya kemudian sambil menyeka air mata si nona dengan penuh kasih
sayang. Si Cay Soat hanya menggerakkan matanya yang sayu,
setelah mengetahui bahwa dirinya sedang berbaring dalam
pangkuan kekasih hatinya, gadis itu memejamkan kembali
matanya. Seperti diketahui, Lan See-giok adalah seorang pemuda
yang sama sekali belum berpengalaman, ia tak tahu bahwa
Si Cay-soat bisa demikian lantaran gejolak emosi yang
melampaui batas membuat darahnya tersumbat, dalam
anggapannya gadis itu baru sembuh dari penyakit parah
hingga kondisi tubuhnya masih lemah.
Padahal asal dia tepuk jalan darah Mia bun-hiatnya,
niscaya gadis tersebut akan nampak segar kembali.
Tak terlukiskan rasa kalut dan bingung yang menghantui
pikiran Lan See-giok sekarang, melihat kondisi Si Cay soat yang makin melemah, napasnya yang lirih, dia hanya bisa
memeluk tubuhnya sambil bercucuran air mata, wajahnya
ditatap lekat-lekat seakan-akan raut wajah yang cantik itu tak bakal dijumpai lagi.
http://kangzusi.com/
Tiba-tiba satu ingatan melintas dalam benaknya, tanpa
terasa dia mulai menciumi seluruh wajah Si Cay soat yang sayu, dalam keadaan demikian, ia benar-benar tak tahu
bagaimana mesti mengutarakan rasa kuatir dan sayangnya
terhadap gadis itu.
Ketika dirasakan badan gadis itu mulai gemetar. dengan
Anak Harimau Karya Siau Siau di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
perasaan terkejut dipeluk si nona semakin kencang .
Memandang butiran air mata yang bercucuran dari balik
matanya yang lentik. tak tahan dia mencium matanya, dia
hendak mencium air matanya sampai mengering.
Kemudian dia pula mencium bibir Si Cay soat yang
pucat tak berdarah, dia ingin menciumnya sampai menjadi
merah segar kembali seperti sedia kala.
Sementara tubuhnya dipeluk semakin kencang, dia
hendak mempergunakan tenaganya untuk menghangatkan
hatinya. Betul juga, ia menjumpai paras muka Si Cay soat mulai
memerah, bibirnya mulai membara bagaikan api, tubuhnya
yang ramping justru gemetar semakin keras.
Di samping itu dia pun menjumpai tangan si nona
memeluknya kencang-kencang
sambil menggosokkan
dadanya di atas dada sendiri, bibirnya bergetar dan
memanggil namanya tiada hentinya.
Pemuda Itu segera menghentikan ciumannya lalu
mengawasi wajah Si Cay soat yang kini merah membara
hingga telinganya.
Dengan perasaan kaget bercampur keheranan, tanyanya
tiba-tiba dengan perasaan kuatir:
"Adik Soat, bagaimana rasanya sekarang?"
http://kangzusi.com/
Walaupun pikiran Si Cay soat telah jernih sekarang,
namun ia justru merasa malu sampai tak berani membuka
matanya, sementara dadanya terasa sesak sukar bernapas,
akhirnya tak tahan lagi dia berbisik lirih.
"Engkoh Giok, jalan darah Mia bun hiat. . "
Setelah mendengar seruan itu. Lan See giok baru
mendusin, cepat-cepat dia menepuk jalan darah Mia bun
hiat di tubuh gadis tersebut.
Si Cay soat menarik napas panjang lalu membenamkan
kepalanya makin dalam ke dalam pelukan pemuda itu,
wajahnya berubah semakin merah membara.
Dalam pada itu, api kebakaran di atas jurang telah
merubah langit menjadi merah membara, ditengah jeritan
dan teriakan yang amat ramai lamat-lamat ia pun
mendengar suara seorang gadis sedang menangis tersedu
sedu. Lan See giok terkejut, ia segera teringat kembali dengan Oh Li-cu serta Tok Nio-cu..
"Adik Giok..uuh. uuh.. adik Giok, uuh. uuh . . ."
Lan See-giok masih mengenali suara isak tangis tersebut
dari Oh Li-cu. la mencoba untuk memeriksa keadaan jurang tersebut,
ternyata jaraknya dari permukaan masih dua puluh kaki
lebih, di bawah sinar merah yang membara, ia masih dapat melihat pohon besar di tepi jurang tersebut. dia pun melihat pula ujung tali yang terputus di atas pohon tersebut.
Melihat tali yang putus itu, satu ingatan segera melintas di dalam benak pemuda tersebut. baru sekarang terpikir
olehnya mengapa tali yang diikatkan pada pohon tersebut
dapat putus secara tiba-tiba.
http://kangzusi.com/
Dia pun masih ingat, tali itu baru putus setelah
mendengar Oh Li-cu berteriak kaget. hal ini membuktikan
bahwa tali itu memang sengaja diputus oleh seseorang, tapi siapakah dia" Mungkinkah para jagoan dari Tay ang san"
Biarpun Lan See giok cerdik, tentu saja mimpi pun dia
tak pernah akan menyangka kalau orang yang memutuskan
tali tersebut, tak lain tak bukan adalah Tok Nio-cu yang bersedia untuk berbakti kepadanya.
Ketika didengarnya suara tangisan Oh Li cu makin lama
semakin memedihkan hati, tak tahan lagi pemuda itu segera mendongakkan kepalanya dan berteriak keras. .
"Hei, kalian tak usah menangis lagi, aku belum lagi mampus- .!"
Teriakan itu begitu bergema. isak tangis di atas jurang
pun segera terhenti, mungkin mereka kaget, mungkin juga
tertegun. Sementara Si Cay soat yang berada dalam pelukannya
tiba-tiba bangun dan duduk, lalu bertanya keheranan.
"Siapa sih mereka itu?"
Sementara berbicara matanya mengawasi sekeliling
tempat itu dengan mata terbelalak, kemudian ia menjerit
lengking dengan perasaan kaget, sambil memeluk tubuh
Lan See giok kencang-kencang, tanyanya ketakutan.
"Engkoh Giok, mengapa - mengapa kita bisa berada
disini-.?"
Lan See giok tertawa riang.
"Thian lah yang mengatur kesemuanya itu untuk kita, agar kita berdua bersama sama terjatuh ke dalam jurang!"
Si Cay soat tidak memahami maksud perkataan dari Lan
See giok, ia mengerdipkan matanya berulang kali sambil
http://kangzusi.com/
mengawasi engkoh Gioknya yang masih tersenyum, setelah
itu kembali dia bertanya.
"Thian yang mengatur kesemuanya ini?"
"Tentu saja, pemuda itu mengangguk sambil tertawa
misterius, "sebab Thian telah mengatur kita berdua tidak mati di sini "
Dengan cepat Si Cay soat memahami apa yang
dimaksud itu. dengan wajah tersipu sipu karena malu,
tanyanya lagi sambil tersenyum:
"Engkoh Giok, maksudmu kita lolos dari musibah maka di kemudian hari tentu banyak rejeki" "
"Tidak!" sengaja Lan See giok menggeleng dengan serius
"Thian telah memberi keberanian kepadaku!"
"Keberanian apa?" gadis itu tertegun.
Lan See giok tersenyum tanpa menjawab, tapi matanya
mengawasi bibir si nona yang mungil sambil menunjukkan
senyuman hangat
Dengan cepat Si Cay soat menjadi paham, ia tahu yang
dimaksudkan adalah menciumnya, tak heran mukanya
berubah menjadi merah karena jengah, segera serunya
manja. "Engkoh Giok jahat, kau jahat"
Sambil berseru, tangannya segera memukul dada
pemuda itu dengan gemas.
Tiba- tiba.. Si Cay soat menghentikan perbuatannya, air mukanya
berubah hebat lalu serunya dengan kaget.
"Aaah, mana pedangku.-" Mana Jit hoa kiam itu?"
http://kangzusi.com/
Wajahnya berubah menjadi pucat pasi, peluh dingin
bercucuran deras dengan perasaan gelisah dia celingukan
kesana ke-mari.
Lan See-giok sendiripun merasa terkejut, tapi dia tahu
pedang mestika itu tentu sudah terjatuh ke dalam jurang
biar begitu, dia mencoba untuk memeriksa di sekitar sana, jangan-jangan pedang itu tidak sampai terjatuh ke dasar
jurang" Pada saat itulah dari atas permukaan jurang kedengaran
Oh Li cu sedang berteriak dengan rasa terkejut bercampur gembira.
"Adik Giok, apakah kau terluka?"
Dalam gelisahnya Lan See-giok menengok ke atas, di
bawah sinar api yang membara dia melihat bayangan tubuh
Oh Li cu dan Tok Nio-cu yang berdiri di tepi jurang. dia pun melihat bagaimana Oh Li-cu berjalan mondar mandir
di sekeliling jurang, tampak nya dia seperti hendak
menyusulnya ke bawah.
Menjumpai hal ini, buru-buru dia berteriak lagi dengan
perasaan gelisah.
"Aku tidak terluka dan kalian tak usah turun, aku bisa berusaha untuk naik ke atas"
Waktu itu, Si Cay-soat sudah dicekam perasaan gugup
dan kalut, ia sama sekali tak berniat lagi untuk mencari tahu siapakah yang berbicara di atas, kepada Lan See-giok
kembali katanya dengan gelisah.
"Engkoh Giok, aku hendak turun ke bawah untuk
mencari pedang .."
http://kangzusi.com/
Lan See-giok cukup mengetahui akan asal usul pedang
Jit-hoa-kiam tersebut, apalagi merupakan pemberian
gurunya, tentu saja senjata tersebut tak boleh sampai hilang.
"Baik, kutemani kau turun ke bawah sana ayo berangkat"
sahutnya manggut-manggut.
Dengan cepat dia melepaskan senjata gurdi emasnya lalu
dililitkan pada pinggang nya.
Sementara itu Si Cay-soat sudah melayang turun ke
bawah, ia melayang turun di atas sebuah batu tonjolan
berapa kaki di bawah sana.
Lan See giok memang mempercayai kebolehan ilmu
meringankan tubuh yang dimiliki adik Soatnya, biar lebih berbahaya pun keadaan medannya tak bakal akan
menyulitkan dirinya.
Biarpun begitu, dia toh berkata juga dengan penuh
kekuatiran. "Adik Soat, kau mesti berhati hati, biar aku saja yang turun lebih dulu!"
Tenaga sakti Hud Kong sin kang yang dimilikinya
dengan cepat disalurkan mengelilingi seluruh badan, lalu sambil mengebaskan sepasang ujung bajunya, dengan jurus
naga sakti masuk ke samudra, dengan kaki di atas kepala di bawah, dia meluncur ke dasar jurang.
Tatkala melalui batu tonjolan dimana Si Cay soat
sekarang berdiri, Lan See giok sama sekali tidak
menghentikan gerakan tubuhnya, hanya secara tiba-tiba saja dia merubah posisi badannya sambil mengebaskan kembali
ujung bajunya ke arah batu tonjolan tersebut,
Dengan demikian posisinya sekarang terbalik, kakinya
kembali berada di bawah dengan kepalanya di atas,
http://kangzusi.com/
kemudian melanjutkan luncurannya menuju ke atas batu
tonjolan lain yang berada di bawah.
Tiba di atas batu tonjolan yang dimaksud, pemuda
tersebut menjejakkan lagi kakinya dan melanjutkan gerakan meluncurnya menuju ke bawah..
Suara gemuruhnya air di dasar jurang mulai kedengaran
sangat memekikkan telinga, hawa dingin yang merasuk
tulang dan menyayat kulit mulai menyerang seluruh
tubuhnya. Berhubung kobaran api di atas tebing sangat besar
sehingga langitpun menjadi merah membara, lamat-lamat
pemandangan di dasar jurang itu dapat terlihat dengan
jelas, apalagi Lan See-giok dan Si Cay soat berdua memiliki ketajaman mata yang jauh melebihi orang biasa. tentu saja mereka dapat melihat keadaan di sekitar situ bagai kan
ditengah hari saja
Kedalaman jurang itu mencapai ratusan kaki lebih,
dengan gerakan tubuh yang sangat cepat Lan See-giok tiba lebih dulu di tepi jurang berisi air tadi
Dengan berdiri di atas batuan karang, pemuda itu
mencoba untuk memeriksa keadaan di sekitar sana.
Hampir semua permukaan dasar jurang itu dipenuhi
aneka batuan karang yang besar lagi tajam. airpun mengalir sangat deras, sedemikian derasnya sampai bunga air
muncrat setinggi satu kaki, hawa dingin yang mencekam
dan suara air yang gemuruh memekikkan telinga terasa
merupakan suatu siksaan yang berat.
Kedalaman air tidak terlalu dalam, tapi kecepatan
arusnya luar biasa sekali, dari balik air itulah terlihat bayangan bersinar berkilauan, tidak diketahui bendakah
atau ikankah"
http://kangzusi.com/
Pada saat itulah bayangan merah berkelebat lewat, Si
Cay soat telah melayang turun pula ke atas sebuah batuan karang di tepi jurang tersebut.
Sebagaimana tempat-tempat yang sepanjang tahun tidak
terkena cahaya matahari, tidak heran kalau permukaan
jurang itu di liputi oleh lumut yang tebal, ditambah lagi arus air yang begitu deras. hal tersebut membuat permukaan
batu menjadi sangat licin.
Si Cay soat tidak menduga sampai ke situ, karena
kegegabahannya, tiba -tiba saja gadis itu menjerit tertahan dan tubuhnya tergelincir masuk ke dalam air.
Lan See-giok menjadi terkejut, sambil membentak
tubuhnya meluncur ke muka dan terjun ke air dengan cepat dia menarik tubuh Si Cay soat yang mulai terseret arus itu.
Si Cay goat tidak berdiam diri, setelah tubuhnya tertarik oleh sang pemuda, ia mulai berenang mengikuti arus
menuju ke tepian.
Sebagaimana diketahui, Lan See-giok mengenakan
pakaian yang terbuat dari ulat sutera langit, sebuah pakaian yang berkhasiat ganda, hal ini membuatnya sama sekali
tidak merasa kedinginn.
Biarpun begitu, tatkala tangannya menyentuh air
tersebut, terasa juga betapa dinginnya sehingga sakit
bagaikan disayat sayat pisau dengan cepat dia menjadi
paham apa sebabnya Si Cay soat hanya membungkam diri
sambil berenang dengan sekuat tenaga menuju ke tepian.
rupanya dia merasa kesakitan karena rasa dingin yang
menyayat-nyayat badan.
Maka tidak membuang waktu lagi pemuda itu melompat
ke depan sambil membentangkan tangannya, kemudian
http://kangzusi.com/
bergerak mendekati si nona yang masih meronta di dalam
air. Beruntung sekali ketika pemuda itu berhasil mencapai di
tempat kejadian. Si Cay- soat yang sudah berapa hari tidak tertidur dan tak sempat makan itu telah jatuh tak sadarkan diri.
"Untung pula air di dasar jurang itu tidak terlalu dalam", dengan cepat Lan See-giok merangkul pinggang si nona
kemudian melompat ke udara dan melayang turun di atas
sebuah batuan karang.
Ternyata di belakang batu karang dimana ia berada
sekarang terdapat sebuah gua. sewaktu diamati, permukaan gua itu nampak menjurus kearah atas.
Lan See-giok merasa gelisah sekali. dia merasa perlu
untuk menyadarkan Si Cay soat lebih dulu, sementara dia
hendak membaringkannya ke atas tanah, mendadak
dilihatnya ada sebuah gagang pedang berpita merah
tergeletak tak jauh dari sana.
Tergerak hatinya melihat hal itu dan cepat-cepat
menghampirinya ternyata pedang itu tak lain adalah Jit
hoa-kiam yang sedang dicarinya, cuma seluruh tubuh
pedang itu terbenam dibalik batu, ini bisa membuktikan
sampai dimanakah ketajaman senjata tersebut..
Kejut den gembira pemuda itu berseru keras.
"Adik Soat, cepat lihat, pedangnya berada di sini."
Tapi dengan cepat ia teringat kembali kalau Si Cay soat
berada dalam keadaan tak sadar.
Pemuda itu semakin terkejut lagi setelah menundukkan
kepalanya, menggigil seluruh badannya melihat keadaan si nona.
http://kangzusi.com/
Ternyata bibir Si Cay soat telah berubah menjadi hijau
kehitam hitaman, mukanya pucat pias bagaikan kertas,
sementara dengusan napasnya seolah-olah sudah tak ada
lagi. Tak terlukiskan betapa kaget dan paniknya Lan See giok
setelah menjumpai keadaan itu, dia merasa seluruh jagat
seakan akan berputar kencang, matanya terbelalak dan
mulutnya melongo, badannya menjadi sempoyongan
hampir saja roboh terjengkang.
Cepat-cepat dia memusatkan seluruh pikirannya menjadi
satu dan cepat berjongkok gagang pedang digenggamnya
erat-erat lalu membetotnya dengan sepenuh tenaga, seperti terbenam dibalik tahu yang empuk, tanpa bersusah payah
pedang mestika itu segera tercabut ke luar .
Seketika itu juga cahaya tajam memancar ke empat
penjuru. hawa dingin yang merasuk tulang pun seketika
terusir pergi oleh pancaran cahaya itu.
Lan See giok tidak terlalu memperhatikan keadaan
Anak Harimau Karya Siau Siau di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
seperti ini, sambil membopong Si Cay soat dan membawa
pedang itu buru-buru dia masuk ke dalam gua.
Berkat pancaran sinar yang begitu terang dari pedang Jit hoa kiam, seluruh pemandangan dalam gua tersebut dapat
terlihat pula dengan jelas.
Ruang gua itu sempit lalu memanjang, berhubung sangat
lembab maka kedua sisi, dindingnya sudah dipenuhi oleh
lumut yang tebal.
Terpaksa pemuda itu harus melanjutkan langkahnya
menuju ke ruang gua yang lebih dalam.
Makin lama permukaan gua itu semakin menjorok ke
atas, permukaan tanahnya pun semakin mengering. ada
http://kangzusi.com/
yang lebar ada pula yang sempit, tinggi rendahnya juga tak menentu.
Dalam keadaan begini, Lan See giok hanya ingin
secepatnya menyadarkan kembali Si Cay soat, namun
meski sudah tiga empat puluh kaki dia menelusuri gua
tersebut, masih juga belum ditemukan suatu tempat yang
bisu dipakai mereka berdua untuk duduk, hal ini
membuatnya makin lama semakin gelisah.
Akhirnya habis sudah kesabaran pemuda itu. dia mulai
berlarian dengan cepat, tak sampai sepuluh kaki. pemuda
itu menjumpai anak-anak tangga terbuat dari alam yang
agaknya terbentang menuju ke atas sana,
Dengan perasaan terkejut Lan See giok segera
menghentikan langkahnya sambil berpikir.
"Waah, jangan-jangan gua ini ada penghuni nya" Atau mungkin juga para anggota Tay ang san?"
Namun ketika ia mencoba meneliti anak tangga itu,
dijumpai debu yang tebal, ini menunjukkan kalau tempat
tersebut sudah cukup lama tak pernah dijamah manusia.
Berada dalam keadaan begini, tiada waktu lagi baginya
untuk berpikir lebih mendalam, cepat-cepat pemuda itu
melanjutkan perjalanannya menuju ke atas.
Selisih jarak antara anak tangga yang situ dengan lainnya tidaklah menentu, ada yang selisih lima depa, tapi ada pula yang mencapai satu kaki, semuanya dirubah menurut
keadaan alam yang sesungguhnya.
Setelah naik setinggi belasan kaki berakhirlah anak
tangga itu, sekarang dihadapannya muncul sebuah pintu
batu yang terbuat sangat sederhana.
http://kangzusi.com/
Lan See giok tidak ragu-ragu lagi, sambil mengerahkan
tenaga dalamnya untuk melindungi badan, dia menempelkan ujung pedangnya di atas pintu lalu pelan-
pelan mendorongnya ke belakang, pintu batu itu segera
terbuka. Dengan terbukanya pintu itu, segera terendus bau harum
yang sangat aneh tersiar ke luar dari balik ruangan.
Lan See-giok sangat terkejut, bau harum semerbak
semacam ini teramat dikenal olehnya, sebab tidak berbeda sama sekali dengan bau harum Leng-sik-giok-ji yang pernah diberikan gurunya kepadanya ketika masih berada dalam
kuburan kuno dulu
Dengan sorot mata yang tajam dia awasi ruangan tadi,
ruang tersebut kecil sekali hanya mencapai satu kaki, di dalamnya tertumpuk kain halus berwarna putih, ada yang
tinggi ada yang rendah. ketebalannya tak menentu, yang
tinggi hampir mencapai langit-langit ruangan, yang
rendahpun mencapai dua depa, kecuali itu tidak nampak
benda lainnya. Lan See giok mencoba untuk memeriksa lagi dengan
seksama, namun tidak diketemukan jalan lain, ia lantas
menyimpulkan kalau gua tersebut bisa jadi pernah
digunakan oleh seorang tokoh silat sebagai tempat
pertapaan. Ia kuatir dibalik kain halus tersebut masih terpendam
benda lain, maka dia melepaskan sepatunya yang basah
kuyup, tapi jubah panjang dan celananya justru tetap
kering, tak setetes air pun yang menempel.
Lan See giok menjelajahi hampir seluruh permukaan gua
itu. ia menemukan adanya daya pantulan yang besar dari
bawah kaki-nya, inipun membuktikan kalau lapisan kain
itupun bukan kain biasa.
http://kangzusi.com/
Mula-mula pemuda itu menancapkan pedang Jit hoa
kiam nya ke atas permukaan dinding, tanpa menimbulkan
suara pedang itu melesak sedalam setengah depa, menyusul kemudian dia baru membaringkan tubuh si nona ke atas
lantai. Di bawah sinar pedang yang terang benderang Lan See
giok dapat melihat keadaan Si Cay soat dengan lebih jelas lagi, ia tertegun seketika karena terkejut, rupanya bibir si nona itu sudah menghitam, mukanya pucat pasi. tak jauh
berbeda seperti sesosok mayat.
Ia mencoba untuk meraba pipinya, sama sekali tidak
terasa ada kehangatan lagi, pakaian ringkasnya yang
berwarna merah berada dalam keadaan basah kuyup, hawa
dingin yang terpancar ke luar sangat menusuk tulang,
untung saja lapisan kain di atas permukaan lantai gua justru memancarkan kehangatan.
Di dalam gelisah dan gugupnya, pemuda itu perlu untuk
melepaskan semua pakaian Si Cay soat yang basah kuyup
itu kemudian mencari api untuk menghangatkan badannya.
Di dalam keadaan begini, dia tak berani banyak berpikir
lagi, pintu ruangan segera ditutup dan pemuda itu
berjongkok di sisi si nona ..
Namun ketika tangannya menyentuh ikat pinggang gadis
tersebut, tanpa sadar dia menghentikan perbuatannya.
Tapi setelah memandang kembali wajah si nona yang
pucat bagaikan mayat itu, terutama sekali bila teringat budi kebaikan yang pernah diterimanya dari gadis tersebut, dia menghela napas sedih dan segera turun tangan melepaskan
ikat pinggangnya:
Menyusul kemudian pakaian luar yang dikenakan gadis
itu juga turut dilepas, sehingga akhirnya yang masih
http://kangzusi.com/
melekat di tubuhnya cuma kutang dan pakaian dalam yang
berwarna merah.
Yang terpampang di depan matanya sekarang tak lain
adalah sesosok tubuh yang indah dan merangsang hawa
napsu. Sambil melepaskan pakaian si gadis, Lan See-giok
mengucurkan airmatanya dengan sedih. sebab di mana
tangannya menyentuh tubuh si nona. ia tidak merasakan
lagi kehangatan tubuhnya barang sedikitpun juga.
Pemuda itu segera mencoba meraba dada gadis itu,
ternyata denyutan jantungnya masih ada, walaupun sudah
lemah sekali. Biarpun begitu, namun setitik pengharapan, segera
muncul dalam hati kecilnya, dengan cepat pemuda itu
menyeka air matanya lalu bangkit berdiri, dicarinya kain yang paling tebal dari sudut ruangan sana. kemudian
dipergunakan untuk menyelimuti tubuh Si Cay-soat yang
membugil. Kemudian pemuda itu merasa bahwa pekerjaan pertama
yang harus dilakukan sekarang adalah membuat seonggokan api unggun untuk meningkatkan kehangatan
dalam ruangan tersebut
Tapi. di tempat seperti ini ke manakah dia harus mencari bahan untuk membuat api unggun"
Mendadak satu ingatan melintas kembali di dalam
benaknya, sambil melepaskan kaus kakinya yang basah, dia duduk bersila di sisi si nona, hawa murninya segera
dihimpun dan disalurkan ke dalam telapak tangannya.
dengan sebelah tangan dia meraba dada gadis itu.
tangannya yang lain ditempelkan di atas pusarnya.
http://kangzusi.com/
Dalam waktu singkat muncul dua gulung aliran hawa
panas yang segera menyusup ke dalam tubuh Si Cay-soat.
Selang berapa saat sudah lewat. Tapi Si Cay soat belum
juga memperlihatkan tanda- tanda akan mendusin, meski
kehangatan tubuhnya mulai bertambah dan tubuhnya mulai
hidup kembali, bahkan wajahnya mulai hidup kembali,
mulai bersinar dan bibirnya semakin memerah..
Lan See giok Sedikitpun tidak putus asa, diangkatnya
kain selimut itu kemudian menyusupkan kepalanya ke
dalam dengan menempelkan telinga kanannya di atas dada
si nona, ditemukan jantung meski berdenyut tapi masih
tetap lemah sekali.
Pemuda itu mulai berpikir, apa yang harus dilakukannya
sekarang agar meningkatkan kehangatan tubuh gadis itu
hingga denyutan jantungnya makin kuat dan napas nya
makin lancar . .
Mendadak sorot matanya terhenti di atas bibirnya Si Cay
soat yang merah itu, satu ingatan segera melintas dalam
benaknya. Pemuda itu segera melompat bangun, dengan cepat
melepaskan senjata gurdinya, lalu mencopot pakaian yang
dikenakan, sesudah itu dia turut menyusup masuk ke dalam balik selimut.
Agaknya pemuda ini bermaksud untuk menyalurkan
hawa murninya dengan sistim mulut ditempelkan di atas
mulut, dengan demikian hawa hangat akan lebih cepat
memasuki tubuh gadis tersebut.
Sistim pengobatan semacam ini memang merupakan
satu satunya cara pengobatan yang paling manjur, sekalipun begitu cara semacam inipun paling banyak menghamburkan
tenaga, jadi seseorang yang tidak memiliki tenaga dalam
http://kangzusi.com/
yang amat sempurna, mustahil mereka berani melakukannya . Tapi sekarang Lan See-giok justru menumpukan segenap
pengharapannya pada sistim pengobatan tersebut.
Maka pertama dia memeluk erat-erat tubuh Si Cay-soat
yang sudah mulai menghangat itu, kemudian tangan
sebelah di tempelkan di atas jalan darah Ki-hay hiat,
sementara tangan yang lain ditempelkan di atas jalan darah Mia-bun-hiat setelah itu dengan bibir menempel di atas
bibir, ia mulai mengerahkan tenaga murninya.
Tiga gulung aliran hawa panas serentak menyusup ke
dalam tubuh si Cay soat, segulung hawa aliran panas
menyusup ke dalam nadi Jin meh dan segulung lagi
menembus Tok-meh sementara aliran panas yang masuk
melalui bibir langsung mencapai isi perut.
Dalam waktu singkat seluruh badan Si Cay-soat telah
menjadi hangat sekali.
Seperminuman teh sudah lewat, panas badan Lan See-
giok semakin meningkat hingga mencapai titik didih, peluh telah membasahi seluruh tubuhnya, sementara dengusan
napas Si Cay soat juga mulai kedengaran, malah peluh
mulai bercucuran pula dari tubuhnya, Lewat berapa soat
lagi, Lan See giok mulai kehabisan tenaga, selain saluran hawa murni nya mulai tersendat sendat, diapun mulai
pusing dan terasa penat sekali,
Sementara itu Si Cay-soat berada dalam pelukannya
meski sudah mulai bernapas namun masih juga belum
membuka matanya. Lan See-giok
menjadi gugup, jantungnya berdebar semakin keras sementara rasa
pusingnya kian lama kian bertambah berat,
Mendadak .. . http://kangzusi.com/
Bau harum semerbak yang selama ini tersimpan di dalam
darahnya, sekali lagi timbul dan menyelimuti rongga
mulutnya, tapi pada saat itu pula Si Cay soat merintih dan pelan-pelan membuka matanya kembali.
Hawa murni di tubuh Lan See giok segera membuyar,
hampir saja ia roboh tak sadarkan diri, sedemikian
penatnya pemuda itu sampai dia harus menyandarkan
kepalanya di atas wajah gadis itu, kemudian hawa
murninya mulai diatur kembali dengan harapan kondisi
badannya dapat pulih kembali dalam waktu singkat.
Si Cay soat pelan-pelan membuka matanya, memandang
sekejap keadaan sekeliling-nya dengan ragu, kemudian
memejamkan matanya kembali.
Kesadaran yang semula menghilang lambat laun pulih
kembali, gadis itu mulai teringat bagaimana ia tercebur ke dalam air, bagaimana hawa dingin yang merasuk tulang
menyerang seluruh badannya, lalu bagaimana dia berusaha
keras untuk berenang mencapai tepian.
Tapi disaat itulah ia merasa jantungnya amat sakit
seperti di sayat-sayat pisau dan akhirnya apa yang
kemudian terjadi tidak diketahui lagi olehnya.
Ketika sekali lagi dia membuka matanya, ditemukan
engkoh Giok yang dicintainya berada di atas tubuh sendiri sambil memeluknya erat-erat, seluruh badannya terasa
hangat, dari atas sampai bawah seperti tertutup oleh selimut tebal.
Tiba-tiba.. Paras mukanya berubah hebat, jantungnya berdebar
sangat keras dan saking kagetnya hampir saja ia menjerit tertahan.
http://kangzusi.com/
Rupanya dia menemukan tubuhnya yang dipeluk Lan
See giok dan ditindihi olehnya sekarang berada dalam
keadaan telanjang.
Akan tetapi setelah diketahui bahwa eng-koh Gioknya
masih mengenakan pakaian dalam, gadis itu baru merasa
tenang. apalagi setelah ia mencoba merasakan bagian
tertentu tubuhnya apakah ada gejala aneh atau sakit.
ternyata tidak ditemukan hal yang mencurigakan, gadis itu semakin lega.
Ketika gadis itu mencoba untuk memperhatikan Lan
See-giok lagi yang masih memeluknya, ternyata pemuda itu sudah tertidur.
Tanpa terasa ia membayangkan kembali apa yang telah
dialaminya sewaktu sadar tadi, ia merasa pemuda itu
seolah-olah sedang menciumnya, tapi sesudah melihat
wajahnya yang pucat, peluh yang membasahi tubuhnya
serta kondisi tubuhnya yang begitu lemah tak bertenaga,
dengan cepat gadis itu menyadari apa gerangan yang telah terjadi.
Sudah pasti demi menyelamatkan jiwanya pemuda itu
telah mengorbankan banyak sekali tenaga dalamnya.
Berpikir sampai di situ, air mata keharuan segera
bercucuran ke luar, ia bertambah menyesal lagi bila teringat akan dugaannya semula bahwa pemuda itu telah
memperkosanya, ia menegur diri sendiri yang dikatakan
menuduh yang bukan- bukan.
Gadis tersebut mulai bertanya kepada diri sendiri.
"Benarkah aku sangat mencintai si anak muda itu" Kalau toh aku sangat mencintai-nya, bukankah aku bersedia
mengorbankan segala-galanya untuk demi engkoh Giok .
Asal ia bisa gembira, bukankah aku pernah bersumpah akan
Anak Harimau Karya Siau Siau di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
http://kangzusi.com/
mempersembahkan segala sesuatu untuk-nya, termasuk
kesucian badanku" Yaa, aku bersedia, menemaninya
sepanjang masa, aku bersedia melahirkan anak untuknya
menjadi seorang istri yang paling setia .. bila aku tidak menjadi istri-nya, mana mungkin aku bisa melahirkan anak untuk engkoh Giok . . ?"
Tatkala ingatan tersebut melintas di dalam benaknya,
gadis itu segera merasakan membaranya cinta yang muncul
dari hati kecilnya, semua rasa takut dan malu hilang lenyap seketika.
Sementara tubuhnya yang semula sudah digeserkan ke
samping, kini malah didekap kan makin keras di atas tubuh pemuda itu, dengan tangannya yang lemah ia membantu
menyeka peluh di tubuh See giok, selain itu dengan bibirnya yang kecil mungil. ia mencium wajah sang pemuda yang
tampan, matanya yang terpejam, hidungnya yang mancung
serta bibirnya yang mengering.
Sementara itu Lan See giok telah selesai bersemedi, dia
hanya merasa penat sekali. tapi begitu diciumi oleh si nona, jantungnya bergetar keras, dalam keadaan demikian
pemuda tersebut hanya ingin membuka mata secepatnya.
Kemudian ia menjumpai titik air mata membasahi gadis
itu, senyuman jengah menghiasi bibirnya yang merah
merekah. Menyaksikan kesemuanya itu, pemuda itu segera
menyaksikan timbulnya segulung hawa panas yang muncul
dari pusar dan segera menyebar ke seluruh bagian
tubuhnya. Pemuda itu tak tahan kemudian tanpa sadar ia balas
memeluk adik Soat nya kencang-kencang. sementara
seluruh rasa penat di badan hilang lenyap seketika
http://kangzusi.com/
Waktu itu. kendatipun Si Cay soat telah mempersiapkan
diri dengan sebaik-baiknya untuk menjadi seorang istri yang setia, toh tak urung dia dibikin terkejut sekali setelah dipeluk pemuda itu erat-erat, saking kaget nya gadis itu sampai berubah muka dan menjerit tertahan . . .
Jeritan itu membuat Lan See giok terkejut, ia merasa
bagaikan disambar geledek di siang hari bolong, rasa
menyesal segera muncul dari hatinya hingga tanpa terasa
dia menyusupkan kepalanya di balik kain selimut.
Si Cay- soat baru terkejut setelah melihat keadaan
pemuda itu, ia menjadi menyesal setengah mati.
Cepat-cepat ia menempelkan tubuhnya di atas tubuh
sang pemuda, lalu dengan wajah tersipu sipu malu,
tanyanya lirih: "Engkoh Giok. apakah kau ingin"
Lan See-giok menutupi wajah sendiri dengan kedua
belah tangan, kemudian menggelengkan kepalanya berulang kali dengan penuh penyesalan..
Si Say soat sedih sekali, ia sadar jeritan kagetnya tadi telah menyinggung perasaan pemuda itu, namun ia
bertekad akan berusaha membangkitkan kembali rasa
gembira pemuda itu.
Maka bagaikan anak yang manja, dia menyusupkan
tubuhnya ke dalam pelukan pemuda itu, kemudian ujarnya
dengan lembut penuh perasaan cinta kasih:
"Engkoh Giok, kau jangan marah, kau mesti tahu aku
sudah menjadi milikmu, masih ingatkah kau " Ketika
hendak turun gunung tempo dulu, kau pernah berkata
kepadaku bahwa kesungguhan hatimu disaksikan oleh
Thian?" Lan gee giok tetap menutupi, wajahnya dengan ke dua
belah tangan, namun ia toh mengangguk berulang kali.
http://kangzusi.com/
Si Cay soat mencium pipi pemuda itu dengan hangat dan
mesra. kembali ujar nya dengan lembut:
"Engkoh Giok aku bersedia melayani kemauanmu, asal
kau senang aku..aku.. sudah siap menyambutmu sekarang
juga" Lan See giok merasa terharu, malu bercampur terima
kasih yang tak terhingga, namun ia tetap menggelengkan
kepalanya Si Cay soat semakin sedih, dia mengira pemuda itu tidak
bersedia memaafkannya, maka tanyanya lagi pedih,
"Engkoh giok, apakah kau tidak mencintai-ku?"
Lan See giok segera mengetahui kalau gadis itu salah
paham, serta merta dipeluknya gadis tersebut semakin
kencang, lalu bisiknya dengan lirih:
"Aku bersedia-cuma aku merasa amat penat"
Mendengar kata "aku bersedia ". Si Cay soat merasakan jantungnya segera berdebar keras, wajahnya berubah
menjadi merah membara, tapi setelah mendengar kata "aku penat". ia berbisik kembali.
"Kalau begitu, mari kita tidur sejenak:" Tiba-tiba gadis itu seperti teringat akan sesuatu, setelah menghela napas panjang. kembali ujarnya sedih.
"Nasibku memang sangat buruk, agaknya aku tidak
berjodoh untuk mempergunakan pedang mestika itu. lain
kali" Sebelum gadis itu menyelesaikan kata katanya, Lan See
giok telah menongolkan kepalanya sambil berseru cepat.
"Adik Soat, coba kau lihat!"
http://kangzusi.com/
Sambil berkata ia lantas menunjuk ke arah pedang Jit
boa loam yang berada di atas.
Dengan perasaan ingin tahu Si Cay soat berpaling. apa
yang terlihat membuatnya segera melompat bangun karena
terkejut bercampur gembira
Namun ketika ia merasa tubuhnya terhembus angin
dingin, gadis itu baru sadar bahwa ia berada dalam keadaan bugil, sambil menjerit kaget, cepat-cepat dia menggulingkan tubuhnya lagi ke dalam pelukan sang pemuda.
Menjumpai sikap dan gerak gerik si nona yang kaget dan
panik, Lan See giok tak bisa menahan rasa gelinya lagi, ia segera tertawa terbahak bahak.
Sebetulnya Si Cay soat merasa gembira sekali sampai
lupa daratan sehubungan ia melihat pedang mestikanya Jit hoa kiam berhasil ditemukan kembali.
Tapi setelah ditertawakan oleh Lan See giok, dia menjadi malu sekali tak tahan dicubitnya paha pemuda itu keras-keras.
Lan See giok segera menjerit kesakitan dan segera
menggelinding ke samping.
Sekali lagi Si Cay coat menongolkan kepalanya sambil
bertanya kemalu-maluan:
"Engkoh giok, bagaimana caramu menemukan pedangku
itu?" "Pedang tersebut kujumpai, di atas batu cadas di mulut gua sana.."
Berbicara soal gua. Si Cay soat baru teringat kalau
mereka sedang berada di sebuah ruang gua, matanya segera bergerak mengawasi sekeliling tempat itu.
http://kangzusi.com/
Tiba-tiba ia menemukan sebuah botol kecil berwarna
hijau terletak di langit-langit ruangan pada ujung sebelah kiri.
Ketika diendusnya, terasa bau harum semerbak tersiar
sampai dimana-mana, dan bau harum semacam ini mirip
sekali dengan bau Leng-sik-giok-ji yang pernah diberikan kepadanya dari gurunya dulu.
Karena itu sambil menunjuk kearah botol kecil di sudut
ruangan tersebut, seru nya terkejut:
"Engkoh giok, cepat kau ambil botol kecil itu!"
Dengan perasaan tak mengerti Lan See giok berpaling
dan berjalan mendekatinya, sewaktu botol kecil itu di
kocok, terasa bau harum yang sangat tajam tersiar sampai di seluruh ruangan.
Sambil mengendus bau harum yang semerbak itu, Si Cay
soat segera berseru dengan rasa terkejut bercampur gembira.
"Ya, benar, agaknya apa yang kuduga memang tak salah lagi, cepat bawa kemari akan kulihat berapa tetes cairan yang terdapat di dalamnya."
Sambil berkata buru-buru dia bangkit dan duduk,
dipakaianya kain untuk menutupi bagian dadanya, tapi
bahunya yang putih dan tangannya yang telanjang terlihat jelas sekali.
Buru-buru Lan See giok menyerahkan botol kecil itu
kepada Si Cay-soat, kemudian tanyanya tidak mengerti:
"Adik Soat, kau bilang apa isi botol tersebut?"
"Cairan mestika Leng si giok ji" jawab Si Cay-soat gembira, tanpa ragu-ragu.
"Apa" Masa benar Leng si giok ji?" seru Lan See-giok lagi dengan perasaan terkejut.
http://kangzusi.com/
Cepat-cepat dia menghampiri nona itu dan memeriksa isi
botol porselen tadi,
Di dalam botol kecil itu nampak berisikan cairan hijau
yang agak kental, paling tidak isinya mencapai puluhan
tetes. Dengan perasaan terkejut bercampur keheranan kembali,
Si Cay-soat berseru:
"Aaah, mungkin cairan tersebut sudah seratus tahun
lebih usianya.."
Ketika dilihatnya- pemuda itu rada tidak percaya,
kembali gadis itu menjelaskan.
"Bayangkan saja, setiap tetes membutuhkan waktu
sepuluh tahun, padahal berapa banyak isi botol tersebut, bukankah berarti isi botol tersebut sudah berusia ratusan tahun?"
Mendengar penjelasan mana, Lan See giok mengangguk
berulang kali, kemudian untuk beberapa saat lamanya dia
jadi termenung.
Entah berapa saat lamanya sudah lewat, mendadak Si
Cay-coat menegur dengan keheranan:
"Engkoh Giok, apa yang sedang kau pikir kan?"
Pertanyaan tersebut segera membuat anak muda itu
sadar kembali, sahutnya kemudian:
"Aku sedang berpikir, apa sebabnya kau bisa mengejar sampai di Tayang-san ini secara tiba-tiba!".
Si Cay-soat tahu, pemuda itu mempunyai kesulitan yang
tak bisa diutarakan, tapi persoalan tersebut memang
merupakan masalah yang hendak dijelaskan kepada Lan
See giok maka dengan wajah amat murung katanya.
http://kangzusi.com/
"Keesokan harinya setelah keberangkatan mu, naga sakti pembalik sungai Thio loko telah datang.."
"Apakah dia membawa kabar tentang suhu?" tanya pemuda itu dengan perasaan bergetar keras.
Si Cay soat menggelengkan kepalanya berulang kali,
sahutnya dengan wajah sedih.
"Tidak.., sewaktu Thio loko mendengar kau telah turun gunung, dia hanya bisa mendepak depakkan kakinya
berulang kali dengan perasaan gelisah. ketika aku dan adik Gou bertanya kepadanya mengapa. dia tidak menjawab,
akhirnya dia mendesak kepada kami untuk turun gunung
mengejar dirimu?"
"Mengapa?" tanya Lan See giok tidak habis mengerti.
Si Cay soat menggelengkan kepalanya berulang kali.
"Tampaknya Thio loko merasa kurang bebas untuk
menjelaskan kepada kami, aku-pun lantas bertanya
kepadanya apakah Hu-yong siancu dari enci Cian telah
menjumpai musibah . ."
Lan see giok sangat terkejut oleh perkataan mana, saking kagetnya sekujur badan sampai gemetar keras, tanyanya
tanpa terasa, "Sungguh kah perkataanmu itu?"
Tampaknya Si Cay soat tidak berani membohongi
pemuda itu, secara jujur sahut nya.
"Tapi Thio loko sama sekali tidak memberi penjelasan, jika dilihat dari perubahan mimik wajahnya serta kesedihan yang mencekam sorot matanya, bisa diketahui bahwa ia
telah mengalami banyak percobaan berat."
"Apakah sampai sekarang Thio loko masih berada di
atas puncak?" sela Lan See giok dengan perasaan gelisah.
http://kangzusi.com/
Sambil berkata dia mengambil pakaian milik Si Cay-Coat
yang selesai dikeringkan dan diberikan kepada gadis itu, sementara is sendiri mengenakan bajunya.
"Thio loko dan Thi-gou berangkat ke Pek ho-cay." Si Cay-soat menjelaskan sambil menerima pakaiannya,
"sementara aku berangkat ke Tayang-san seorang diri, di dalam anggapannya selama setengah bulan ini kau pasti
berada diantara ke dua tempat tersebut, secara khusus Thio Loko berpesan kepadaku, entah kau ditemukan atau tidak,
aku harus selekasnya pulang ke kampung nelayan di tepi
Phoa-yangoh untuk menjumpainya."
Sementara pembicaraan berlangsung, mereka selesai
berpakaian, Lan See giok juga telah melilitkan senjata gurdi emasnya di pinggang.
Si Cay soat bagaikan seorang istri yang saleh, secara
khusus membantu Lan- See giok mengenakan jubah
panjangnya, bahkan membantunya pula menyisir rambutnya yang kusut.
Sayang sekali Lan See-giok sedang murung dan bingung
sehingga ia tidak berminat sama sekali untuk merasakan
kasih sayangnya itu.
Sebab dia sedang memutar otak sambil mencari akal
bagaimana bisa menemukan si Beruang berlengan tunggal
secepatnya, kemudian pulang ke telaga Phoa yang -oh, yang paling dikuatirkan olehnya adalah jika bibi Wan dan enci Cian nya sampai menjumpai musibah.
Lan See-giok tidak percaya kalau si naga sakti pembalik
sungai, tidak menerangkan duduk
persoalan yang sebenarnya kepada gadis itu, dalam anggapannya Si Cay-
soat memang sengaja hendak mengelabuhinya, agar dia tak
usah kelewat gelisah,
http://kangzusi.com/
Tapi, bukanlah tianglo Bu tong pay, Keng hian sian tiang sudah tiga tahun lamanya hidup, mengasingkan diri"
Bagaimana mungkin tosu tersebut bisa membawakan surat
dari gurunya"
Tentang persoalan ini, dia sendiri pun tak ingin
menjelaskan kepada Si Cay soat terlalu awal.
Si Cay soat kembali menelan dua tetes Leng sik giok ji,
sekarang hawa murninya telah pulih kembali, semua rasa
penat terusir ke luar dari dalam tubuhnya, ia kelihatan
bertambah cantik, menarik dan mentereng.
Buru-buru Lan See giok mengenakan sepatunya,
kemudian mencabut pedang Jit hoa kiam dari atas dinding, setelah itu dengan langkah tergesa gesa dia menarik tangan Si Cay soat sambil serunya.
"Aku akan membawa pedang ini sebagai pembuka jalan, ikutilah aku di belakang."
Dengan cepat mereka berdua meninggalkan ruangan itu
serta menutup kembali pintunya.
"Engkoh Giok, apakah kita akan berangkat ke Phoa yang oh?" tanya si nona kemudian tidak mengerti.
"Tidak!" jawab Lan See giok tanpa ragu-ragu, "setelah sampai di Tay ang san bagaimanapun juga kita harus
mencari si Beruang berlengan tunggal sampai ketemu"
Sementara berbicara, mereka berdua sudah melayang
turun, dalam waktu singkat mereka telah sampai di luar
gua. Butiran air memercik deras di luar gua dan membentuk
kabut yang tebal, hal ini membuat kedua orang muda-mudi
itu sulit melihat keadaan cuaca, tapi berdasarkan sepercik
http://kangzusi.com/
sinar yang sempat menembusi jurang dapat diduga fajar
telah menyingsing.
Lan See-giok menyerahkan pedangnya kepada Si Cay-
soat, lalu mendongakkan kepalanya memeriksa sekejap
keadaan di seputar sana, sesudah itu dia menghimpun
tenaga dalamnya dan melejit lebih dulu ke atas, Buru-buru Si Cay soat masukkan pedangnya ke dalam sarung,
kemudian menyusul di belakangnya.
Dengan diteguknya leng sik-giok-ji oleh kedua orang
muda mudi itu, boleh dibilang tenaga dalam yang dimiliki kedua orang tersebut telah peroleh kemajuan yang pesat,
terutama sekali untuk Si Cay soat, kemajuan yang berhasil dicapainya sungguh luar biasa,
Dengan gerakan tubuh seenteng burung walet, ke dua
orang itu melayang ke udara dan dalam sekejap mata
mereka telah muncul dari balik kabut.
Mereka berdua segera merasakan pandangan matanya
menjadi silau, pemandangan di atas tebing terlihat jelas, langit nan biru dan sepercik sinar sang surya yang lembut memancarkan cahayanya ke empat penjuru, saat itu sudah
Anak Harimau Karya Siau Siau di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
merupakan fajar keesokan harinya.
Sekejap kemudian mereka telah sampai di atas
permukaan tebing, saat itu asap putih masih mengepul dari arah puncak, namun kebakaran telah padam.
Lan See giok berpaling sambil memeriksa sekejap
keadaan di tebing seberang, suasana di situ sunyi senyap dan tak kedengaran sedikit suarapun, Oh Li cu serta Tok
Nio-cu juga tak kelihatan lagi, dia yakin mereka tentu sudah kembali ke Tiang siu tian.
http://kangzusi.com/
Dari sikap si anak muda itu, Si Cay soat segera teringat pula akan isak tangis dari seorang gadis yang didengarnya semalam, tanyanya kemudian dengan nada tak mengerti:
"Engkoh Giok, siapa sih nona yang menangisimu di atas tebing semalam-?"
-ooo0dw0ooo- BAB 22 LAN SEE GIOK sudah berapa kali berpengalaman
menghadapi adik Soat nya cemburu, betul pertanyaan yang
diajukan olehnya sekarang amat datar dan biasa, namun dia yakin dihati kecilnya tentu terdapat benih-benih cemburu Karenanya dengan suara hambar jawabnya:
"Yang seorang adalah Oh Li cu, putri Oh Tin san,
sedangkan yang lain adalah Tok Nio-cu, istri Pek ho
caycu!". Si Cay soat merasa tidak habis mengerti, masalah Oh Li-
cu memang pernah didengarnya dari penjelasan engkoh
Giok, tapi mengapa pula Tok Nio-cu turut datang
bersamanya ke Tay ang san"
Terdorong oleh rasa ingin tahu. ia bertanya kembali.
"Tok Nio-cu itu - "
Sembari memeriksa keadaan di sekitar tebing cepat-cepat
Lan See giok menerangkan:
"Tok Nio-cu adalah kakak kandung Oh Li cu, Tok Nio-
cu datang ke Tay ang san gara-gara penghianatan si
harimau berkaki cebol, seorang anak buahnya yang kabur
dan kini mendapat perlindungan dari Beruang berlengan
tunggal,,."
http://kangzusi.com/
Belum selesai penjelasan tersebut diberikan, dari antara dua bukit di sebelah kanan mendadak terdengar suara
bentakan nyaring.
Berkilat sepasang mata Lan See giok, cepat-cepat
serunya. "Aai mereka belum pergi, ayo kita kejar mereka!"
Sembari berkata, tubuhnya bagaikan segulung asap
segera menerjang ke depan.
Si Cay soat tidak mengetahui keadaan yang sebenarnya,
diapun tidak habis mengerti mengapa Tok Nio-cu bisa
menjadi kakak kandung Oh li cu dan siapa pula, si harimau berkaki cebol itu. walaupun demikian tanpa mengucapkan
sepatah katapun diikutinya pemuda itu menuju ke depan
sana. Mereka berdua melalui hutan yang lebat dengan aneka
batuan cadas, kemudian di depan situ dijumpainya sebuah
lembah hijau yang luasnya mencapai dua-tiga ratusan kaki persegi.
Di empat sekeliling lembah tadi tumbuh aneka bambu
dan pohon siong, sedangkan dibagian tengah merupakan
sebuah daratan datar, suatu tempat yang baik sekali untuk tempat latihan silat.
Ditengah lembah terdapat ratusan orang lelaki kekar
berpakaian ringkas yang melakukan pengepungan dengan
senjata terhunus, mereka sedang memusatkan semua
perhatiannya mengikuti jalannya pertarungan ditengah
arena. Oh Li cu dengan rambut terurai kalut sedang memainkan
pedangnya bertarung melawan enam orang lelaki kekar
berpakaian ringkas, bajunya sudah compang camping
dengan beberapa lubang di sana sini, posisi nya amat kritis.
http://kangzusi.com/
Tak jauh dari arena pertarungan, pada sudut sebelah
utara tanah lapang, berdiri berjajar lima orang manusia
yang rata-rata berwajah buas dan menyeramkan.
Senyuman menyeringai menghiasi ujung bibir masing-
masing, mereka sedang mengawasi pertarungan antara ke
enam lelaki kekar itu melawan Oh Li cu.
Diantaranya merupakan seorang hwesio pendek yang
bertubuh gemuk, beralis tebal, mata besar, hidung besar dan mulut lebar, senjata yang dibawa berupa sebuah tongkat
berwarna hitam pekat.
Orang yang berada di sisi kirinya adalah seorang kakek
berusia lima puluh tahunan serta seorang nikou tua, si
kakek bertubuh ceking, berbaju hitam, mata cekung, kening cembung dan bersenjatakan sebuah golok besar.
Sementara si nikou berusia enam puluh tahunan.
bermulut lancip, mata tikus, hidung menghadap ke atas
serta mengenakan jubah putih, ia memegang senjata giok ji gi.
Kisah Pedang Bersatu Padu 1 Senyuman Dewa Pedang Karya Khu Lung Kisah Para Pendekar Pulau Es 9
baik." "Tidak usah." tampik Tok Nio-cu tanpa ragu-ragu.
"sekarang hari sudah malam, apa lagi kamarpun sudah dipesan, tak usah mengganggu ketenangan kalian lagi.*
"Nyonya telah datang dari jauh untuk menjenguk kami, sudah sewajarnya bila kami sambut kedatangan nyonya
dengan suatu perjamuan besar, paling tidak sebagai penebus bagi kekhilafan kami yang tidak menyambut dari kejauhan"
cepat-cepat Liang Si gwan mendesak lagi.
Lan See-giok sadar, bila mereka sampai datang ke
pesanggrahan penyambut tamu agung itu, niscaya gerak-
geriknya menjadi kurang leluasa, tapi sebelum ia sempat
mengucapkan sesuatu, Tok Nio-cu telah berkata sambil
tertawa merdu. "Kami sudah kenyang bersantap maupun minum arak,
perjamuan dari Liang Toucu biar kuhadiri di kemudian hari saja."
http://kangzusi.com/
Liang Si gwan sedikit mengerutkan dahi nya lalu berdiri
dengan sopan, katanya lembut:
"Nyonya dan Lan siauhiap telah menempuh perjalanan
selama berhari-hari, sekarang tubuh pasti penat dan perlu beristirahat, aku tak akan mengganggu lebih lama lagi, biar memohon diri sampai di sini saja."
Melihat hal ini Tok Nio-cu seperti teringat akan sesuatu, keningnya berkerut dan matanya cerah, sekulum senyuman
halus dengan cepat menghiasi bibirnya yang merah.
Cepat dia bangkit berdiri lalu menjawab dengan riang.
"Selamat jalan Liong toucu, maaf bila aku tidak
menghantarmu"
Sementara berbicara, menggunakan kesempatan disaat
Liang Si gwan sedang memberi hormat, dengan cekatan
sekali dia memberi tanda kepada Lan See giok dan Oh Li cu yang berdiri di sisinya.
Pada waktu. itu Lan See Giok dan Oh Li cu sedang
merasa geli atas sikap Liang Si Gwan yang begitu sopan
santun dan mau mengundurkan diri dengan begitu saja.
begitu melihat tanda rahasia dari Tok Nio-cu, ke dua orang tersebut menjadi melongo dan tidak habis mengerti.
Sebaliknya Liong Si gwan yang mendengar ucapan Tok
Nio-cu yang merdu dan nyaring tersebut menjadi menggigil karena terkejut, apalagi setelah menjura, ia menjumpai
senyuman yang begitu cerah di wajah perempuan tersebut,
wajahnya kontan berubah hebat.
Buru-buru serunya berulang kali.
"Nyonya tak usah menghantar lagi, nyonya -tak perlu menghantar lagi . , . !"
http://kangzusi.com/
Sembari berkata. matanya mengawasi tubuh Tok Nio-cu
lekat-lekat, sementara tubuhnya mengundurkan diri dengan tergesa- gesa.
Berkerut kening Tok Nio-cu melihat sikap lawan,
sepasang matanya memancarkan cahaya berkilat dan tanpa
terasa ia perdengarkan suara tertawa dingin yang penuh
mengandung hawa napsu membunuh.
Paras muka Liang Si gwan segera menunjukkan
perubahan yang semakin ngeri dan takut, sementara
gerakan tubuhnya yang mundur pun semakin bertambah
cepat. Lan See giok sebagai seorang pemuda yang saleh dan
penuh cinta kasih, meski belum mempunyai pikiran yang
kelewat mendalam, toh ia dibuat tertegun juga oleh
peristiwa itu, tak tahu apa gerangan yang sesungguhnya
telah terjadi"
Dalam pada itu Liang Si gwan telah mengundurkan diri
dari ruangan, sedang paras muka Tok Nio-cu telah berubah menjadi hijau membesi mengerikan sekali . . .
Tiba. tiba . . .
Secepat sambaran petir Liang Si gwan membalikkan
tubuhnya, kemudian melejit ke tengah udara.
Berkilat sepasang mata Tok Nio-cu, bentaknya secara
tiba-tiba, "Kawanan tikus, kau berarti kurang ajar . ."
Belum habis bentakan tersebut, tangan kanannya sudah
merogoh ke dalam saku dan cahaya biru berkilauan, dia
siap melepaskan serangan ke muka.
Lan See giok yang awas dengan cepat maju setindak, dia
cengkeram pergelangan tangan Tok Nio-cu, kemudian
http://kangzusi.com/
berpaling pula ke arah Liang Si gwan, ternyata orang itu sudah tak nampak lagi bayangan tubuhnya.
Baru sekarang Lan See giok mengerti apa sebabnya
Liong Si gwan mengundurkan diri dari ruangan secara
tergesa - gesa, nampak nya orang itu kuatir sekali bila Tok Nio-cu melepaskan serangannya yang keji.
Hanya ada satu hal yang tidak dipahami olehnya, yaitu
apa sebabnya Tok Nio-cu hendak membunuh Liang-Si
gwan" Ketika ia menunduk kembali, terlihat olehnya cahaya
biru berkilauan diantara jari-jari tangan Tok-Nio-cu yang lembut, ada tiga bilah pisau terbang liu yap hui to berwarna biru yang berada dalam genggamannya, jelas pisau-pisau
terbang tersebut sudah diberi racun yang amat jahat.
Pemuda itu tertegun, kemudian melepaskan genggamannya atas tangan lawan.
Dengan sorot mata tajam Tok Nio-cu mengamati wajah
Lan See giok lekat-lekat, kemudian ujarnya dingin.
"Bila kau membiarkan dia kabur sekarang akhirnya pasti akan menyesal sekali"
Lan See giok tertawa hambar, sahutnya serius:
"Biarkan saja perbuatan mereka mencurigakan, asal kita tidak terlepas dari arah dan rel yang sebenarnya."
Merah padam selembar wajah Tok Nio-cu ucapan anak
muda tersebut membuatnya terbungkam dalam seribu
bahasa. Oh Li cu yang berdiri di sampingnya memuji sekali atas
kecerdasan dan kecekatan Liang Si gwan bertindak, di
samping itu diapun merasakan betapa kejamnya Tok Nio-
cu, bahkan jauh di atas kekejaman sendiri,
http://kangzusi.com/
Namun begitu, dia pun tidak habis mengerti mengapa
Tok Nio-cu hendak turun tangan membunuh Liang Si
gwan. Akhirnya dia bertanya keheranan.
"Apakah kau beranggapan dengan membunuh Liang Si
gwan, maka hal ini akan bermanfaat sekali dengan usaha
kita menuju Tay ang san . . . ?"
"Tentu saja," jawab Tok Nio-cu tanpa ragu-ragu, "aku berani memastikan Kiong Tek ciong dari Tay ang san
hingga kini masih belum tahu kalau kita bertiga sudah
berada di Tiang siu tian."
"Atas dasar apa kau berkata begini?", tanya oh Li cu tidak puas,
Tok Nio-cu tertawa angkuh.
"Ditinjau dari kedatangan Liang Si gwan yang tergesa-gesa, dapat dibuktikan kalau kehadiran kita disini telah memberikan rasa kaget yang luar biasa baginya. dari situ pula terbukti kalau pihak Tay ang san masih belum
mengetahui gerak gerik kita, Liang Si gwan mengundang
kita agar menginap di pesanggrahan penerima tamu, hal
tersebut tak lain bertujuan untuk mengurangi gerak gerik kita, karena itulah tawarannya ku tampik, dia sudah
memastikan rupanya bahwa malam ini kita akan berangkat
ke Tay ang san, dan hal tersebut membuatnya merasakan
betapa gawatnya situasi, karena itu dia buru-buru minta diri agar ada waktu cukup untuk melaporkan kejadian ini ke
markas besar dan membuat persiapan seperlunya."
Mendengar penjelasan tersebut, Lan See giok. mengangguk berulang kali sembari memuji.
"Pandangan nyonya memang tepat sekali aku merasa
sangat kagum . . . !" "
http://kangzusi.com/
Tok Nio-cu merasa sangat tak senang karena selama ini
Lan See giok selalu memanggil dirinya dengan sebutan
"nyonya", namun dia sendiripun tak bisa memaksa pemuda tersebut untuk memangginya dengan sebutan cici.
Melihat pemuda itu memuji Tok Nio-cu, Oh Li-cu segera
mendengus sambil segera mengalihkan pokok pembicaraan.
"Kalau dia menduga kita naik gunung tadi malam ini, lebih baik kita sengaja berangkat esok pagi saja"
Waktu itu Tok Nio-cu sedang merasa tak senang hati,
mendengar ucapan mana dia segera tertawa dingin.
"Jika besok baru berangkat, aku yakin kecuali adik Giok seorang, kau dan aku jangan harap bisa kembali dalam
keadaan hidup,"
Mendengar betapa seriusnya persoalan yang mereka
hadapi Lan See giok menyela.
"Kalau memang begitu mari kita berangkat sekarang
juga!" "Bila berangkat sekarang, aku kuatir sudah agak
terlambat," kata Tok Nio-cu sambil memandang sekejap pemuda tersebut dengan pandangan apa boleh buat.
Oh Li-cu menganggap sikap tersebut merupakan
kesengajaan Tok Nio-cu bersikap sok tegang, segera ujarnya dingin.
"Aku tidak percaya kalau Tay ang san begitu hebat dan menakutkan sehingga jauh lebih mengerikan dari pada
akherat . . : "
"Hmm. jika kau tak percaya mengapa kita tidak segera berangkat untuk membuktikan sendiri?".
Berbicara sampai di situ, berangkatlah mereka bertiga
menuju ke ruang-belakang.
http://kangzusi.com/
Dalam pada itu para pelayan dan kacung yang melayani
pesanggrahan tersebut sudah pada ketakutan dan menyembunyikan diri di sudut ruangan, tak seorangpun
diantara mereka yang berani bersuara.
Tiba di halaman belakang, Lan See giok bertiga segera
melejit dan melompat naik ke atas atap rumah.
Waktu itu langit masih agak terang karena cahaya
rembulan. perkiraan baru mendekati kentongan kedua.
Memandang jauh ke muka, bukit Tayang san yang
angker berdiri di depan mata, bukit yang terjal dan
bayangan hitam yang menyelimuti seluruh
tanah perbukitan mendatangkan suasana, yang menggidikkan hati
bagi yang melihat .
Memandang tanah perbukitan itu. Tok- Nio-cu berkata
kemudian kepada sang pemuda
"Kalau dilihat dari keadaan, agaknya mereka masih
belum melakukan suatu persiapan yang ketat ."
Habis kesabaran Lan See giok setelah memandang bukit
Tayang san yang berada di depan mata, ujarnya cepat.
"Kalau toh memang begitu, mari kita berangkat sekarang juga:"
Tidak membuang waktu lagi, ketiga orang itu segera
mengerahkan ilmu meringankan tubuh masing-masing dan
berangkat menuju ke kaki bukit sebelah selatan.
Sementara mereka sedang menempuh per jalanan cepat
menuju ke arah tanah perbukitan itu, tiba-tiba .
Ditengah udara bergema suara burung yang terbang
melintas dari atas kepala mereka..
Lan See-giok segera menghentikan langkahnya sambil
mendongakkan kepalanya, di tengah kegelapan tampak ada
http://kangzusi.com/
selapis titik hitam sedang terbang melintas dengan gerakan yang cepat sekali, jumlahnya mencapai puluhan. dan
burung-burung merpati itu semuanya terbang menuju
kearah bukit. Berkerut kening Tok Nio-cu menyaksikan kesemuanya
itu, dia memandang sekejap ke arah Lan See giok yang
sedang memperhatikan burung-burung merpati itu, lalu
ujarnya agak mendongkol.
"Bila bersikap lemah terhadap kaum durjana, akibatnya diri sendiri yang rugi, coba kalau Liang-Si-gwan kita bunuh, tidak bakal kita jumpai kesulitan macam begini."
Sembari berkata, sinar matanya yang dingin seperti es
kembali dialihkan ke wajah Oh li-cu.
Berkobar amarah di dalam dada Oh Li-cu melihat sikap
lawannya. ia seperti hendak mengucapkan sesuatu, namun
secara tiba-tiba ia lihat diantara rombongan burung merpati itu ada satu titik bayangan hitam yang menukik ke bawah
dan meluncur ke arah tanah tebing bersinar lentera di depan situ.
Mencorong sinar terang dari balik mata Tok Nio-cu,
segera serunya keras-keras.
"Adik giok, di depan sana rupanya adalah Tebing mayat menggelapar. ketuanya adalah si hakim paku hati, jika kita serbu tebing tersebut secepatnya, aku rasa para bukit
lainnya pasti akan kelabakan dibuatnya."
Selesai berkata dia lantas meluncur ke arah bukit itu
lebih dulu, Lan See-giok dan Oh li-cu yang tidak begitu
mengenal keadaan medan hanya bisa mengikuti di belakang
perempuan itu. Memasuki mulut, bukit, angin malam terasa berhembus
kencang. menggunakan batuan karang dan pohon siong
http://kangzusi.com/
yang tumbuh di situ sebagai perlindungan, mereka bertiga meneruskan perjalanannya ke atas.
Mendekati tempat bersinar lentera itu, Lan See giok
memandang sekejap sekitar sana, keningnya segera
berkerut, dia merasa keadaan medan di atas bukit Tay angsan ini tidak sebahaya apa yang dilukiskan Tok Nio-cu
sebelumnya. Tok Nio-cu sendiri walaupun
sudah dua kali mengunjungi bukit Tay ang san, namun setiap kali bersama Gui Pak ciang diundang sebagai tamu.
Kini keningnya berkerut setelah memandang keadaan
sekitar situ dan wajahnya memperlihatkan perasaan serba
salah, diam-diam ia mencoba untuk melihat kembali kearah manakah mereka harus meneruskan perjalanannya,
Berbeda sekali dengan Oh li-cu, sesudah melihat keadaan
medan dibukit-bukit
Tay ang-san ini, dia baru sadar bahwa keadaan Wi-lim-
poo dimana ia berdiam memang tidak sebahaya dan seterjal keadaan medan di tempat ini.
Sementara itu Lan See-giok telah melihat sebuah terjalan dinding tebing pada puluhan kaki diarah barat daya mereka, satu ingatan tiba-tiba melintas dalam benaknya lalu ia
berbisik. "Bila keadaan medan sudah curam dan berbahaya,
kebanyakan penjagaan yang mereka lakukan tidak terlalu
ketat, mari kita turun ke bawah melalui dinding tebing itu saja"
Tok Nio-cu dan Oh li-cu menjumpai dinding tebing yang
dimaksud tingginya mencapai ratusan kaki, di atas
ditebingpun seperti dipenuhi batuan cadas dan semak
http://kangzusi.com/
belukar, karena yakin mereka masih sanggup untuk
melewatinya, maka kedua orang itu segera mengangguk.
Mereka bertiga tidak ragu lagi dan langsung menuju ke
tebing curam tersebut, tiba di situ Lan See-giok segera
memimpin dengan melompat naik lebih dahulu.
Agak tertegun Oh li-cu sesudah menyaksikan gerakan
tubuh Lan See-giok ketika melompat naik, gerakan begitu
cepat seperti burung elang, dalam sekali lompatan saja
beberapa kaki bisa melampaui secara mudah.
Baru sekarang dia membuktikan ucapan dari Tok Nio-
Anak Harimau Karya Siau Siau di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
cu, jadi rupanya perempuan itu bukan mengumpak atau
menyanjung kehebatan adik giok nya.
Di samping itu diapun amat terkejut atas kepesatan ilmu
silat yang diperoleh pemuda tersebut dalam setahun
belakangan ini. .
Ketika memandang pula kearah Tok Nio-cu, dilihatnya
perempuan itu pun bisa bergerak dengan enteng dan
cekatan, kenyataan menunjukkan bahwa-ilmu meringankan
tubuh yang dimiliki nya masih kalah setingkat jika
dibandingkan dengan perempuan tersebut.
Dalam keadaan was-was dan prihatin, gadis tersebut
turut melompat naik dengan menghimpun seluruh
kekuatannya. Sementara itu Lan See-giok telah berubah wajahnya
setelah memandang keadaan di seputar sana, rupanya di
sepanjang tebing itu ditemukan banyak sekali balok kayu
dan batu-batu cadas yang digulingkan ke bawah.
Mungkin saking kagetnya, tanpa terasa dia sampai
menghentikan langkahnya di atas sebatang pohon
http://kangzusi.com/
Menengok ke bawah. di jumpainya Tok Nio-cu serta Oh
li-cu masih berada puluhan kaki di bawahnya, baru
sekarang ia merasakan betapa berbahayanya keadaan di
sekitar situ. Sedikit saja mereka bertindak kurang hati-hati, batu besar dan kayu raksasa yang dipersiapkan di tepi tebing niscaya akan mengguling ke bawah, dan bila hal ini sampai terjadi, niscaya mereka bertiga akan mati dengan tubuh hancur
berantakan. Dalam keadaan begini. tiba-tiba saja pemuda itu
merasakan bahwa kehadiran Tok, Nio-cu bersama Oh li cu
justru merupakan suatu beban baginya, karena itu dia
mengulapkan tangannya berulang kali memberi tanda agar
mereka berdua mendekati ke arahnya.
Tok Nio-cu dan Oh Li-cu segera menangkap tanda
tersebut, di dalam beberapa kali lompatan saja mereka
sudah menghampirinya. Tok Nio-cu tiba pada sasaran lebih dulu, tapi berhubung pohon itu pendek lagi kecil
memanfaatkan kesempatan tersebut dia berpegangan pada
lengan kanan sang pemuda sambil menempelkan tubuhnya
ke depan payudaranya yang montok dan empuk otomatis
menempel sebagian di atas lengan kanan si anak muda
tersebut., Sayang sekali Lan See-giok yang berada dalam keadaan
berbahaya sama sekali tidak berminat untuk memperhatikan kesemuanya itu, dia segera bertindak pula
menarik tangan Oh li-cu.
Setibanya di atas pohon, Oh li cu baru menjumpai
bagaimana Tok Nio-cu bersandar di atas tubuh kekasihnya, api cemburu segera membara dan api amarahpun berkobar.
Tapi sebelum ia sempat mengumpatkan kata katanya,
Lan See-giok telah menunjuk ke atas tebing di depan sana.
http://kangzusi.com/
Apa yang terlihat hampir saja membuat Oh li-cu
menjerit, tubuhnya segera menggigil karena ketakutan,
nyaris dia jatuh tertelungkup ke bawah, api cemburu yang semula berkobar pun seketika menjadi padam.
Mimpi pun dia tak menyangka bahwa tempat dimana ia,
berada sekarang merupakan suatu tempat yang begitu
berbahaya sehingga setiap saat besar kemungkinannya akan merenggut jiwa mereka.
Berbeda sekali dengan keadaan Tok Nio-cu dia tetap
bersikap acuh tak acuh terhadap batuan besar dan balok
kayu di sekitarnya tebing tersebut, malah sambil tertawa hambar, dia manfaatkan kesempatan tersebut untuk
menempelkan bibirnya di sisi telinga sang pemuda sembari berbisik lirih:
"Adik Giok keselamatanku dan nona Oh sudah
mencapai titik yang kritis dan kemungkinan besar akan
hilang setiap saat, aku ingin tahu dengan cara apakah
engkau menyelamatkan kami sekarang?"
Oh li-cu yang melihat kesemuanya ini, di samping
merasa kagum atas ketenangan Tok Nio-cu di dalam
menghadapi masalah, ia pun mendongkol kepadanya
karena perempuan itu pandai memanfaatkan kesempatan
untuk bermesraan dengan kekasihnya.
Sedemikian mendongkolnya dan mangkelnya dia,
hampir saja dia tak tahan untuk berteriak-teriak agar pihak atas tebing melepaskan batu dan balok kayunya sehingga
mereka bertiga mampus bersama.
Merah padam selembar wajah Lan See -giok atas
pertanyaan tadi, agak tersipu-sipu sahutnya:
"Mari kalian ikuti aku naik ke atas tebing setibanya di situ, gunakanlah kesempatan disaat ku terjang para
http://kangzusi.com/
penjaganya. kalian berdua menggunakan tali untuk
melompat naik."
Tok Nio-cu dan Oh li cu mengangguk bersama dan
mengikuti di belakang Lan See -giok untuk melanjutkan
gerakannya menuju ke atas tebing, sebisa mungkin mereka
mencoba untuk mengurangi suara yang di timbulkan dari
baju mereka Setibanya dibawa tumpukan batu cadas dan balok kayu
tersebut, pertama tama Lan See giok memberi tanda dulu
kepada Tok Nio-cu serta Oh Li cu, kemudian tubuhnya
melejit ke atas dan menerjang ke arah tali yang
mengendalikan tumpukan batu karang serta balok kayu
tersebut Pucat pias selembar wajah Tok Nio-cu serta Oh Li cu
melihat kejadian itu, saking kagetnya hampir saja mereka menjerit tertahan.
Tiba-tiba mereka saksikan Lan See giok menyambar tali
sambil berayunan ditengah udara, kemudian dalam satu
jumpalitan ia sudah melenting ke atas.
Disaat sepasang kaki Lan See giok mencapai permukaan
tebing dan belum sempat melihat pemandangan di
sekitarnya, mendadak dari tebing itu kedengaran seseorang membentak keras.
"Siapa di situ?"
Sebilah anak panah tiba-tiba dibidikkan ke arahnya.
Lan See giok sangat terkejut, dia rendahkan bahunya
sambil menghindar, anak panah itu segera melesat melalui sisi telinga nya, keadaan berbahaya sekali.
http://kangzusi.com/
Setelah itu dia baru melihat seorang lelaki kekar sedang mengangkat goloknya dengan gugup untuk siap dibacokkan
ke atas tali pengendali jebakan.
Tak terlukiskan rasa terkejut Lan See giok menyaksikan
kejadian tersebut, ia membentak keras, tubuhnya melejit ke udara dan kelima jari tangan kanannya memancarkan lima
gulung desingan angin jari yang tajam menyambar tubuh
lelaki itu. Jeritan ngeri yang memilukan hati segera bergema
memecahkan keheningan, lelaki bergolok itu melejit lalu
roboh terkapar di atas tanah..
Apa mau dikata, goloknya yang besar kebetulan sekali
terjatuh di sisi tali tersebut dan tak ampun tali tadi menjadi putus.
Melihat hal ini Lan See giok membentak keras, dengan
hati terkejut ia meluncur ke bawah secepat kilat, dengan bentakan kaki kanannya dia injak tali yang putus itu agar berhenti.
Disaat ujung kaki Lan See-giok menginjak tali yang
putus itu, dua kali desingan tajam telah meluncur tiba, dua batang anak panah menyambar ke tubuhnya disertai
desingan angin tajam.
Lan See-giok sama sekali tidak bergeser dari posisi
semula, dengan menghimpun tenaga dalamnya ke ujung
baju kanan ia mengebaskannya ke muka, kedua batang
anak panah tersebut segera disapunya sehingga mencelat.
Sementara itu di atas tebing tadi sudah berkumandang
suara teriakan-teriakan yang gegap gempita, diantara
cahaya tajam yang berkilauan. segenap lelaki penjaga tebing telah mengayunkan goloknya untuk membacok putus tali
pengendali alat jebakan itu.
http://kangzusi.com/
Dalam waktu singkat suasana menjadi sangat ramai dan
gaduh, keadaanpun terasa bertambah tegang.
Tiba-tiba terdengar bentakan nyaring bergema di udara,
bayangan manusia berkelebat lewat, Tok Nio-cu telah
melompat naik ke atas puncak tebing. menyusul kemudian
Oh Li-cu dengan pedang terhunus
mengikuti di belakangnya. Bagaikan melepaskan beban yang berat Lan See-giok
mengangkat kaki kanannya..
Suara gemuruh yang memekikkan telinga pun bergema
memecahkan keheningan, berhubung tali pengendali alat
jebakan itu terlepas, maka secara otomatis batu cadas dan balok
kayu raksasa yang telah dipersiapkan
pun berhamburan memuntah ke bawah tebing sana ..Bentakan -
bentakan keras bergema dari empat penjuru, kawanan
penjaga di situ bersama-sama mengayunkan senjatanya
sambil menerkam ke arah muka.
Oh Li-cu berkerut kening, wajahnya dingin seperti es,
sambil membentak dia menerjang ke muka, pedangnya
diayun kian kemari melepaskan bacokan-bacokan maut.
Dalam pada itu Lan See-giok beranggapan kalau
tujuannya datang ke sana adalah menemukan Beruang
berlengan tunggal Kiong Tek ciong secepatnya, dia merasa tidak
ada perlunya untuk
melibatkan diri dalam
pembantaian di situ.
Mendadak ia membentak dengan suara keras.
"Enci Cu. hentikan seranganmu!"
Belum habis ia berseru, puluhan orang lelaki kekar itu
sudah menerjang tiba, mereka masing - masing mengayunkan senjatanya mengancam tubuh Oh Li cu.
http://kangzusi.com/
Berkilat sepasang mata Oh Li cu diiringi senyuman
dingin yang menggidikkan hati, dia lepaskan sebuah
bacokan kilat ke arah dua bilah golok yang berada di
hadapannya dengan jurus serangan menyikap awan melihat
sang surya: "Trriiing traang . . . "
Letupan bunga api segera memancar ke empat penjuru,
dua bilah golok besar itu tersampok hingga mencelat ke
samping. menyusul bentakan
keras, cahaya tajam menyambar lewat dan dua jeritan ngeri yang memilukan
hati segera bergema memecah kan keheningan.
Diantara darah segar yang memancar ke mana-mana, ke
dua orang lelaki itu tergeletak mampus di atas tanah.
Puluhan orang lelaki lainnya serentak menyerbu ke
depan dan mengepung Oh Li cu ketat-ketat, diiringi
bentakan-bentakan nyaring serangan dilancarkan bertubi
tubi. Tentu saja oh Li cu tak akan memandang sebelah
matapun terhadap kawanan manusia tersebut, pedangnya
dengan jurus Hujan angin di delapan penjuru, ia ciptakan lapisan cahaya pedang yang membukit dan mendesak
kawanan lelaki itu,
Sementara itu dari kejauhan sana tampak cahaya api
memancar ke udara, nampaknya sebatang anak panah
berapi telah dibidikkan ke tengah udara.
Dengan cepat Lan See giok dapat melihat bagaimana
kawanan lelaki yang memenuhi itu kian lama kian
bertambah banyak, bila keadaan semacam ini dibiarkan
berlangsung terus, sebagaimana yang dikatakan Tok Nio-
cu, dia harus melakukan pembantaian secara besar besaran atas orang-orang yang berada di tiga tebing sembilan
puncak dan dua belas benteng sebelum bisa bertemu dengan
http://kangzusi.com/
sasaran utamanya. bila hal sampai terjadi, niscaya dia
sudah akan mati kelelahan lebih dulu dibukit Tay ang-san.
Baru saja dia hendak membentak Oh Li cu agar
menghentikan pertarungan, mendadak Tok Nio-cu yang
berdiri angkuh di arena telah membentak nyaring.
"Tok Nio-cu berada disini, kalian semua cepat hentikan pertarungan"
Mendengar nama "Tok Nio-cu". kawanan lelaki
bersenjata yang sedang menerjang tiba serentak menghentikan langkahnya, sedangkan puluhan orang lelaki
yang mengepung Oh Li cu juga serentak mengundurkan
diri, beratus ratus pasang mata yang kaget dan ngeri
bersama sama dialihkan ke wajah Tok Nio-cu.
Lan See giok serta Oh Li cu yang menjumpai hal tersebut
menjadi tertegun, mereka berdua sama sekali tak menduga
kalau Tok Nio-cu memiliki daya pengaruh yang begitu
besar. Kembali terdengar Tok Nio-cu membentak dengan suara
dingin: "Mana hiangcu kalian yang bertanggung jawab di tempat ini?"
Mendapat pertanyaan tersebut, puluhan orang lelaki
yang berada di sekitar tempat Itu menjadi celingukan kian kemari tak lama kemudian dari kejauhan sana tampak tiga
sosok bayangan manusia sedang bergerak mendekat dengan
kecepatan tinggi.
"Ho hiangcu telah datang!"- serentak puluhan orang lelaki itu berseru bersama.
Lan See-giok segera menengok ke muka, ternyata ketiga
sosok bayangan manusia yang sedang bergerak mendekat
http://kangzusi.com/
itu adalah tiga orang lelaki yang berusia diantara tiga puluh tahunan.
Salah seorang diantaranya mengenakan baju merah
dengan senjata tombak pendek, alis matanya tebal matanya besar dan berperawakan tinggi besar lagi kekar.
Sedangkan dua orang lainnya berbaju abu-abu dengan
menyoren golok dipunggungnya mungkin para komandan
regu di bawah pimpinannya. Tatkala ketiga orang itu sudah mencapai lima kaki dari mereka, tampak kawanan lelaki
lainnya sama-sama menyingkir ke samping untuk memberi
jalan lewat. Lelaki berpakaian ringkas yang berada ditengah itu
segera maju ke muka dengan dada dibusungkan dan
langkah lebar. sepasang matanya yang bulat besar dan
bercahaya mula-mula memandang sekejap ke arah dua
sosok mayat yang terkapar di atas genangan darah itu.
Anak Harimau Karya Siau Siau di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Tok Nio-cu tidak menunggu sampai lelaki tadi berdiri
tegak, dengan suara dalam ia lantas menegur:
"Apakah kau adalah Ho hiangcu yang bertanggung
jawab atas tebing sebelah timur ini ?"
Lelaki itu berhenti melangkah lalu menjawab dengan
suara tajam: "Betul, akulah Ho hiangcu, ada urusan apa nyonya datang membunuh orang ditengah malam buta
begini?" Sambil berbicara, sorot matanya yang tajam memandang
sekejap kearah Oh Li cu yang membawa pedang terhunus
serta Lan See-giok yang berdiri tak jauh darinya.
Sebelum Tok Nio-cu menjawab pertanyaan itu, tiba-tiba
terdengar Oh Li-cu menimbrung sambil tertawa dingin.
http://kangzusi.com/
"Akulah yang membunuh mereka, urusan sama sekali
tiada sangkut pautnya dengan dia!"
Ho Hiangcu segera berpaling dan menatap wajah Oh Li-
cu penuh amarah, tegurnya kemudian.
"Nona, siapa namamu" Ada urusan apa kau datang
membunuh orang ditengah malam buta?"
"Hmm!" Oh Li cu mendengus menghina, "siapakah namamu, selain Kiong Tek-ciong sendiri, siapa saja tidak berhak untuk mengetahuinya."
Ho hiangcu seketika naik darah. alis mata nya berkernyit lalu bentaknya keras-keras.
"Biarpun aku tidak berhak untuk menanyakan namamu,
namun aku berhak untuk membunuhmu guna membalaskan dendam bagi kematian kedua orang anak
buahku" Sambil membentak tubuhnya menerjang ke muka,
senjata tombak pendeknya disapu ke muka, menyambar
pinggang Oh Li cu.
Tampaknya Tok Nio-cu ada maksud untuk menilai ilmu
silat yang dimiliki Oh Li cu, sebaliknya Oh Li cu sendiripun berhasrat untuk menunjukkan kehebatan Wi-lim-poo,
karenanya sambil tertawa dingin tubuhnya bergerak secepat kilat, dengan begitu sapuan senjata lawan mengenai sasaran kosong,
Menyusul kemudian ia membentak nyaring pedangnya
dilancarkan secara bertubi tubi melepaskan tiga serangan berantai yang mengancam atas tengah dan bawah tubuh
lawan, yaitu bagian tenggorokan, dada serta lambung.
Sesungguhnya Ho Hiangcu datang ke situ dengan tugas
untuk berusaha mengulur waktu selama lamanya, tidak
http://kangzusi.com/
heran kalau dia manfaatkan kesempatan tersebut untuk
mengajak Oh Li-cu bertarung.
Kendaripun demikian, mimpi pun dia tidak mengira
kalau kekejaman Oh Lieu sebetulnya jauh melebihi
kekejaman Tok Nio-cu sendiri.
Baru saja serangannya gagal, cahaya tajam telah
menyambar tiba, dalam kaget nya dia segera melompat
mundur ke belakang
Sudah barang tentu Oh Li-cu tak sudi membiarkan
musuhnya kabur, ia menjejakkan kakinya ke atas tanah dan melakukan pengejaran dari belakang.
Belum sempat sepasang kaki Ho hiangcu menginjak
tanah, tahu-tahu Oh Li cu sudah menyusul tiba, diiringi
bentakan keras, pedangnya meluncur ke muka menusuk
lambung Ho hiangcu.
Melihat pemimpin mereka diserang, dua orang lelaki
berbaju abu-abu lainnya segera membentak keras, sambil
mengayunkan golok mereka membacok Oh Li cu.
Lan See giok sangat gusar atas kejadian ini, dia hendak
melepaskan sentilan jarinya untuk merobohkan lawan, tapi sebelum ia bertindak, Tok Nio-cu telah membentak lebih
dulu. "Kawanan tikus, pingin mampus rupanya kau!"
Dua titik cahaya biru diiringi desingan angin tajam
menyambar ke wajah ke dua orang lelaki tersebut,
kecepatannya luar biasa sekali, dalam sekilas berkelebat tahu-tahu sudah tiba di sasaran.
Tiga kali jeritan ngeri yang memilukan hati bergema
memenuhi angkasa, dua orang komandan pasukan itu
membuang senjatanya sambil menutupi wajah sendiri
http://kangzusi.com/
dengan kedua belah tangan, tubuhnya segera terjungkal ke tanah.
Ho Hiangcu pun berteriak keras, dada dan lambungnya
tersayat hingga robek, isi perutnya berhamburan ke luar
semua, tentu saja selembar jiwanya turut melayang
meninggalkan raganya.
Suasana dalam arena menjadi amat kalut dan kacau
tidak karuan, berpuluh puluh orang lelaki bersenjata golok itu sama-sama mengayunkan senjatanya sambil menjerit-jerit, namun tak seorang pun di antara mereka yang berani mendekati lawannya.
Tok Nio-cu segera melihat bahwa kesempatan baik ini
tak boleh dibuang dengan begitu saja, kepada Lan See giok serunya:
"Ayo berangkat!"
Mereka bertiga segera berangkat menuju kearah mana
cahaya lentera bersumber.
Melihat musuhnya beranjak pergi. Puluhan orang lelaki
itu sama - sama memutar senjata sambil membentak,
serentak mereka lakukan pengejaran.
Ditengah gerakannya meluncur ke depan tiba-tiba Lan
See giok berpaling dan ujarnya kepada Tok Nio-cu serta Oh Li-cu.
"Kita tak usah membuang waktu percuma di tempat-
tempat semacam itu, yang penting terus menemukan si
Beruang berlengan tunggal secepatnya!"
Oh li cu manggut berulang kali tanpa menjawab,
sedangkan Tok Nio-cu segera menjelaskan:
http://kangzusi.com/
"Tanpa melalui sembilan puncak dengan tiga tebingnya mustahil kita dapat memasuki puncak Keng thian hong
dimana markas besar Kiong Tek ciong terletak."
Sementara pembicaraan berlangsung, cahaya lentera
yang terang benderang dimuka situ tinggal sepuluh kaki
lagi, sementara kawanan lelaki yang mengejar dari belakang makin lama semakin mendekat.
Tatkala Tok Nio-cu melihat cahaya api itu berasal dari
obor-obor yang disulut di atas dinding benteng, mendadak ia menjerit kaget, "Hei, cepat berhenti!"
Lan See-giok tahu tentu ada sesuatu hal yang tak beres,
tiba-tiba saja dia hentikan gerakan tubuhnya.
Oh Li cu juga berusaha untuk menghentikan gerakan
tubuhnya, namun berhubung peringatan tersebut datangnya
terlalu mendadak, membuat tubuhnya tetap maju sejauh
tujuh depa sebelum bisa berhenti.
Bersamaan waktunya dengan berhentinya ketiga orang
itu, dari atas dinding benteng kedengaran suara teriakan keras. lalu secara tiba-tiba muncul puluhan sosok bayangan, manusia, suara gendewa dipentang orangpun bergema,
panah-panah berapi berhamburan ke arah mereka seperti
sambaran petir.
Gusar sekali Lan See giok melihat kejadian ini, serta
merta ia meraba pinggangnya sambil melepaskan senjata
gurdinya, cahaya emas dengan cepat, memancar ke empat
penjuru, bayangan gurdi membukit dan semua panah berapi
yang menyambar datang kena dipukul sampai terpental ke
mana-mana. Tok Nio-cu berkelebat maju ke muka lalu menyembunyikan diri di belakang tubuh Lan See-giok.
Mendadak terdengar jeritan lengking bergema di udara.
http://kangzusi.com/
Dengan perasaan terperanjat Lan See-giok berpaling, apa
yang terlihat membuatnya sangat kaget, secepat sambaran
petir dia memutar senjata gurdi emasnya sambil buru-buru bergeser mendekati Oh Li cu.
Ketika mendengar jeritan dari Oh Li cu, Tok Nio-cu
sadar bahwa keadaan tidak menguntungkan, apalagi setelah menengok ke samping, ia bertambah kaget,
Ternyata bahu bagian belakang gadis itu sudah tertancap
sebatang anak panah, biarpun api sudah padam tapi masih
mengepulkan asap tebal.
Sebaliknya Oh Li cu masih memutar pedangnya ke sana
kemari tanpa berhenti.
Tok Nio-cu tahu, panah itu menancap di tubuh sang
gadis karena terpental oleh putaran senjata Lan See-giok sendiri, dengan perasaan terkejut ia segera berteriak keras
"Ayo cepat kembali!"
Sementara berbicara, Lan See giok sudah berada tiga
depa dari Oh Li cu, ujung baju kirinya segera dikebaskan ke muka, anak panah yang menancap dibahu belakang Oh Li
cu pun segera rontok ke tanah.
Sekali lagi Tok- Nio-cu berseru.
"Adik Giok, cepat mundur, panah berapi itu mengandung racun belerang yang sangat jahat, luka dari
nona Oh perlu diohati dengan segera.."
Lan See giok merasa sangat tidak tenang apalagi setelah
mendengar panah berapi itu beracun, hilang niatnya untuk melanjutkan perjalanan.
Setelah mengangguk berulang kali. dia memutar senjata
gurdi emasnya sambil mengundurkan diri.
http://kangzusi.com/
Dalam pada itu, puluhan orang lelaki yang semula
mengejar mereka, semenjak tadi telan menghentikan diri di luar jangkauan anak-anak panah beracun itu. tiada
seorangpun yang maju ke depan, tiada orang pula yang
berteriak. Sewaktu menyaksikan Lan See giok dan Tok Nio-cu
bertiga muncul kembali, serentak mereka membubarkan diri untuk mencari selamat.
Lan See giok, Tok Nio-cu dan Oh Li-cu mengundurkan
diri sampai di luar jangkauan anak panah berapi. dengan
cepat mereka mencari batu besar sebagai tempat
perlindungan, Pada saat inilah mendadak dari atas dinding benteng
berkumandang suara gelak tertawa seseorang yang penuh
kegembiraan. "Haaahhh . haaahhh . haaahhh. . Tok Nio-cu, malam ini aku si Hakim paku hati pasti akan menyuruh kau
menggoyang pinggul kian kemari sebelum, merasakan
kehebatanku."
Ucapan itu sudah jelas mengandung nada yang cabul lagi
kotor, tidak heran jika Lan See giok menjadi amat gusar, hawa napsu membunuhnya segera timbul, tapi dia tak bisa
menghukum manusia jahanam tersebut pada detik itu juga.
Sebaliknya paras muka Oh Li cu dan Tok Nio-cu
berubah menjadi merah membara, tentu saja Tok Nio-cu
segan-menjawab kata-kata cabul dari si Hakim paku hati
tersebut. Dengan cepat dia memeriksa keadaan luka yang diderita
On Li-cu, kemudian bertanya.
"Nona Oh, apakah kau mempunyai obat penawar racun
yang lebih mustajab?"
http://kangzusi.com/
Oh Li cu hanya menggelengkan kepalanya tanpa
menjawab. Dengan nada susah Tok Nio-cu kembali berkata.
"Walaupun aku mempunyai bubuk penawar racun, tapi
sayang setelah dibubuhkan akan menimbulkan rasa sakit
yang luar biasa."
Oh Li cu menjadi sangat mendongkol.
"Walaupun ayahku mempunyai pil penawar racun yang
bagus, sayang aku tidak membawanya,"
Tergerak perasaan Lan See giok mendengar perkataan
itu, tanyanya kemudian tak mengerti.
"Apakah kau maksudkan ketiga butir pil mestika yang kau berikan kepadaku tempo hari?"
Berkilat sepasang mata Oh Li-cu, kejut dan girang dia
menganggukkan kepalanya berulang kali.
"Benar, benar, ayo cepat keluarkan dan berikan
kepadaku adik Giok"
Lan See giok tak berani berayal lagi, dari sakunya dia
mengeluarkan sebuah botol porselen kecil lalu diserahkan kepada Oh Li cu- -
Pada saat itulah, tiba-tiba terdengar Tok Nio-cu
membentak sambil menggertak gigi:
"Manusia-manusia bodoh, nampaknya kalian benar-
benar ingin mencari mampus!"
Lan See giok segera berpaling, ternyata puluhan orang
lelaki berpakaian ringkas itu dengan langkah berhati hati dan senjata terhunus sedang mendekati tempat mereka
berada. http://kangzusi.com/
Tiba-tiba Tok Nio-cu membentak keras, tangannya
disambit ke depan melepaskan dua butir peluru api beracun.
Dua gulung bola api yang memancarkan sinar biru,
diiringi suara desingan dan mengepulkan kabut hijau yang tebal segera meluncur ke tubuh puluhan orang lelaki
tersebut. Berubah hebat paras muka puluhan lelaki itu, suasana
menjadi kalut dan serentak
semua orang membubarkan diri dengan perasaan panik
ketakutan setengah mati.
Sambil tertawa dingin sekali lagi, Tok Nio-cu
membentak keras. "Sebelum meninggalkan nyawa. Apakah kalian ingin pergi dengan begitu saja?"
Kembali tangannya diayunkan ke depan, segulung api,
biru secepat kilat meluncur ke depan menubruk ke dua butir peluru api beracun pertama yang sedang meluncur ke
bawah. "Blaammm! Blaammm!"
Sewaktu ke empat butir peluru api beracun itu saling
bertumbukan di tengah udara terjadilah ledakan yang gegap gempita.
Akibat dari ledakan tersebut, ke empat gumpalan api biru tadi segera berubah menjadi beratus ratus api bintang yang meluruk ke empat penjuru dan berhamburan kemana mana.
Melihat bunga api yang beterbangan itu, pucat pias
wajah puluhan lelaki kekar itu, mereka jadi ketakutan
setengah mati hingga sukma serasa melayang meninggalkan
raganya. Suasana jadi panik, semua orang berdesak desakan agar
bisa kabur lebih cepat lagi,
http://kangzusi.com/
Dalam waktu singkat sembilan orang, di antara mereka
yang sudah terpercik api tersebut, tak ampun mereka
bergulingan di atas tanah sambil menjerit jerit kesakitan, suasana mengerikan dan mengenaskan sekali.
Berubah hebat wajah Lan See giok melihat kesemuanya
itu, tanpa terasa ia menggelengkan kepalanya berulang kali.
Bagaimana pun juga Tok Nio-cu memang pantas diberi
julukan perempuan beracun, sebab dari kekejamannya hal
ini, memang sesuai dengan keadaan tersebut.
Sesungguhnya Tok Nio-cu bisa disebut orang sebagai
perempuan beracun karena konon dia memiliki enam
macam senjata rahasia yang beracun itu, di samping itu
entah masih terdapat beberapa macam lagi benda-benda
beracun yang digembolnya.
Menjumpai Lan See-giok menggeleng sambil menghela
napas, Oh Li cu segera berkata dingin.
"Sewaktu terkena panah berapi tadi, nyaris akupun ikut hendak bergulingan di atas tanah, waktu itu, mengapa kau tidak merasa sakit hati dan sedih" Mengapa kau tidak
mengeluh sambil memeriksa keadaan lukaku?"
Anak Harimau Karya Siau Siau di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Sambil berkata dia melemparkan sebutir pil berwarna
merah yang diserahkan kepada Tok Nio-cu. kemudian
mengembalikan botol kecil itu ke tangan sang pemuda. .
Merah jengah selembar wajah Lan See giok, setelah
menerima botol tadi diapun segera memeriksa keadaan luka dari Oh Li-cu.
Di atas bahu bagian belakangnya yang putih dan halus,
sekarang telah bertambah dengan sebuah jalur panjang
mulut luka yang berdarah, darah hitam yang busuk masih
ke luar tiada hentinya,
http://kangzusi.com/
Ditengah suasana penuh jerit kesakitan yang memilukan
hati, sikap Tok Nio-cu masih tetap acuh tak acuh seolah-
olah sama sekali tidak terpengaruh oleh suasana di
hadapannya. Setelah menerima pil kecil itu, cepat dia meremasnya
menjadi bubuk lalu ditebarkan di atas mulut luka Oh Li-cu.
Kemudian dari tangan si nona dia mengambil secarik
sapu tangan, menyingkap pakaiannya dan menyeka air
darah berwarna hitam itu . . .
Mendadak sekujur badan Tok Nio-cu gemetar keras,
wajahnya berubah hebat, sorot matanya yang jeli
mengawasi mulut luka Oh Li-cu tanpa berkedip, ia seolah-
olah tertegun dibuatnya.
Dengan perasaan terkejut bercampur tidak habis
mengerti, Lan See giok segera menegur:
"Nyonya, mengapa . . . mengapa kau. . .?"
Oh Li-cu juga merasakan keanehan lawan, cepat ia
berpaling lalu mengawasi Tok Nio-cu yang masih termangu
mangu, sedih itu dengan perasaan tak habis mengerti.
Menanti Tok Nio-cu peroleh kesadarannya kembali,
mendadak dia memeluk tubuh Oh Li-cu kencang-kencang
sambil menangis tersedu sedu penuh kesedihan.
Sambil menangis terisak, ia berseru berulang kali.
"Adikku., ooh..kau adalah adik ku yang patut dikasihani. ."!
Tentu saja sikap Tok Nio-cu yang sangat tiba-tiba ini
sama sekali di luar dugaan Lan See giok serta Oh Li cu,
tidak heran kalau mereka dibuat tertegun dan kelabakan,
lama sekali mereka berdua hanya bisa memandang
perempuan itu tanpa memahami apa gerangan yang
sebenarnya telah terjadi.
http://kangzusi.com/
Puluhan lelaki yang sudah kabur di kejauhan sana,
sekarang juga menoleh dengan perasaan kaget.
Sebaliknya ke sembilan lelaki yang tubuhnya terjilat api beracun itu sudah melarikan diri kalang kabut, tentu saja mereka tak sempat lagi memperdulikan jerit tangis Tok Nio-cu yang mendadak itu
Memang semenjak pandangan pertama tempo hari, Lan
See-giok sudah merasa bahwa wajah Tok Nio-cu agak mirip
dengan wajah Oh Li cu, keadaan yang terpentang di depan
mata sekarang membuatnya segera mengerti.
Sambil menjerit kaget katanya kemudian. "Apa" Kau
maksudkan enci Cu adalah adik kandungmu" sambil
menemukan Oh Li cu dan menangis tersedu sedu, Tok Nio-
cu mengangguk berulang kali.
"Benar, dia adalah adik Cui lan ku!"
Kemudian sambil memandang Oh Li cu yang masih
berdiri melongo, dia melanjutkan sambil menangis terisak.
"Kau adalah Cui-lan, kau tak akan teringat dengan
keadaan kita yang amat tragis .."
Bagaikan orang gila, dia menggoyangkan badan Oh Li
cu tiada hentinya, seakan akan dia berharap dari guncangan tersebut bisa membuat Oh Li cu teringat kembali dengan
masa lalunya Dalam pada itu Oh Li cu seperti tak bisa menyambut
perubahan yang datangnya secara tiba-tiba ini setelah
melihat sikap gila Tok Nio-cu, apalagi diapun merasa raut wajahnya memang mirip sekali dengan wajah perempuan
itu, betul masih ada keraguan di hati kecilnya, namun air matanya tak urung toh jatuh bercucuran juga.
http://kangzusi.com/
Lan See giok seperti dapat merasakan bahwa Oh Li cu
enggan mengakui hal tersebut secara gegabah, cepat ia
memperingat kan kepada Tok Nio-cu:
"Nyonya, dari mana kau bisa tahu kalau enci Cu adalah adik kandungmu?"
Tok Nio-cu menjadi sadar kembali, sembari menyeka air
matanya, ia menunjuk ke bahu Oh Li-cu sambil berkata.
"Aku telah melihat tahi lalat tiga bunga yang berada dibahu adikku, tahi lalat tersebut dibuat oleh ibu kami. . ."
Lan See giok bisa menyimpulkan kalau di atas bahu Tok
Nio-cu pun pasti terdapat juga sebuah tahi lalat, maka
selanya kemudian.
"Itu mah gampang sekali, nyonya kan boleh mempersilahkan enci Cu untuk melihat pula tahi lalat di
atas bahumu . . , "
Belum habis ia berkata, paras muka Tok Nio-cu telah
berubah menjadi merah dadu, bibirnya bergerak seperti
hendak mengucapkan sesuatu, namun seperti sukar untuk
diutarakan. Lan See giok menjadi tertegun, ketika ia berpaling pula
ke arah Oh Li-cu, ternyata gadis itupun menunjukkan
wajah semu merah, malah merahnya sampai ke telinga,
diantara kejengahan terselip pula perasaan bangga.
Tahun ini, Lan See giok memang sudah berusia delapan
belas tahun, namun ia belum tahu bahwa seorang gadis
yang sudah kehilangan keperawanannya, maka tanda tahi
lalat tersebut akan turut menjadi hilang, tentu saja persoalan semacam ini sulit bagi Tok Nio-cu yang sudah kawin itu
untuk menerangkan.
http://kangzusi.com/
Sementara ke tiga orang itu berada dalam keadaan serba
salah. mendadak terdengar lagi dengan dua kali desingan
angin tajam, Lan See giok yang pertama tama menyadari hal tersebut,
tahu-tahu dua batang anak panah sudah meluncur datang , .
. . Oh Li-cu dapat melihat kejadian tersebut dengan jelas ia membentak keras dan pedang nya segera diayunkan ke
depan, anak panah itupun rontok seketika.
Lan See giok ikut naik pitam sambil membentak keras
dia menerjang ke arah mana berasalnya bidikan anak panah itu.
Disaat tubuh Lan See giok sedang menerjang ke luar dari
tempat persembunyiannya, terdengar teriakan
keras bergema memecahkan keheningan lalu hujan panah pun
berhamburan ke seluruh udara.
Lan See giok menghentikan sebentar gerakan tubuhnya.
hawa napsu membunuh kini sudah membara di dadanya,
sambil memutar senjata gurdi emasnya dia menerkam
kembali ke arah puluhan pemanah tersebut secara kalap.
Dari atas dinding benteng berkumandang suara gelak
tertawa keras, menyusul kemudi an terdengar seseorang
membentak nyaring,
"Lepaskan panah berapi!"
Mengiringi bentakan itu, panah berani bagaikan ular
meluncur ke tubuh Lan See giok secara gencar.
Pada saat itulah tiba-tiba terdengar Tok Nio-cu menjerit kaget. "Adik Giok, cepat kembali."
Lan See giok tahu ada sesuatu yang tak beres, dia
membalikkan badan lalu mundur kembali secepat kilat.
http://kangzusi.com/
Tidak sampai pemuda itu berdiri tegak, Oh li-cu segera
menuding ke muka sambil serunya:
"Adik Giok, cepat lihat!"
Mengikuti arah yang ditunjuk, Lan See giok merasa
sangat terkejut, ternyata dari atas sebuah puncak bukit di sebelah depan situ, tampak asap tebal mengepul diangkasa agaknya ada beberapa buah bangunan rumah yang sudah
terjilat api. Bagaikan sedang berguman. Tok Nio-cu berbisik tiba-
tiba. "Sungguh aneh, siapa lagi yang mendatangi Tay ang- san pada malam ini?"
Lan See giok sendiripun tidak habis mengerti, ia sedang
tiada hentinya bertanya kepada diri sendiri, siapakah orang ini"
Belum habis ingatan tersebut melintas lewat, suara
bentakan merdu yang amat dikenal olehnya tiba-tiba
berkumandang dari puncak tebing itu.
Gemetar keras seluruh badan Lan See giok mendengar
suara tersebut, wajahnya berubah hebat, sambil membentak keras secepat kilat ia menerjang ke depan..
Pucat pias selembar wajah Tok Nio-cu melihat hal ini,
buru-buru teriaknya keras
"Adik Giok, jangan ke situ .."
Sesudah mendengar teriakan dari Tok Nio-cu, Lan See
giok baru teringat kalau jalan di depan sana buntu, serentak ia mengalihkan gerakan tubuhnya dengan menerjang
kearah dinding benteng.
-ooo0dw0ooo- http://kangzusi.com/
BAB 21 DALAM pada itu, suasana di atas dinding benteng telah
terjadi kekalutan, apalagi dari teriakan "kebakaran" yang bergema di mana-mana, dapat diduga bahwa kebakaran
besar telah melanda bangunan rumah mereka.
Mendadak terdengar si Hakim paku hati berteriak.
"Lepaskan panah api !"
Jeritan yang kalut kembali berubah menjadi teriakan
ramai, panah-panah berapi mulai berhamburan kemana-
mana. Gerakan tubuh Lan See giok cepat bagai-kan sambaran
petir, baru selesai si Hakim paku hati berbicara. ia telah menerjang ke depan benteng, sewaktu panah berapi
dibidikkan, tubuhnya telah melayang ke tengah udara:
Cahaya emas segera menyambar lewat, dua kali jeritan
ngeri yang memilukan hati mengiringi robohnya dua orang
lelaki berbusur dari pagar benteng.
Pada saat itulah ditengah kekalutan yang melanda
kawanan lelaki itu, terdengar bentakan keras bergema
memecahkan keheningan, sesosok bayangan manusia
melompat ke luar.
Waktu itu Lan See-giok sedang meroboh kan beberapa
orang lelaki kekar dengan senjata gurdi emasnya, merasa
datangnya terjangan cepat ia mendongakkan kepalanya
Ternyata orang yang sedang menerjang datang itu adalah
seorang lelaki berusia empat puluh tahunan yang berjubah merah, membawa senjata poan-koan pit, beralis segi tiga
mata bulat hidung paruh betet dan berjenggot hitam.
http://kangzusi.com/
Tampaknya orang inilah yang menamakan dirinya
sebagai si Hakim paku hati.
Bertemu dengan Lan See-giok, si Hakim Paku hati
melotot besar, lalu sambil berteriak aneh dia menerjang ke muka, senjata poan-koan-pit nya dengan jurus bintang
timur menubruk bintang, dia serang ubun-ubun lawan.
Lan See-giok benci kepada si Hakim Paku hati karena
mulutnya cabul sekali, di tambah pula dia ingin selekasnya tiba di puncak seberang, maka tubuhnya begitu berkelebat lewat, senjata gurdi emasnya di ayunkan ke muka dan
mengikat senjata poan-koan-pit lawan.
Hakim paku hati sangat terkejut, sambil membentak dia
melompat mundur dengan sepenuh tenaga.
Lan See-giok tertawa dingin, tangannya digetarkan ke
muka dan tahu-tahu senjata poan-koan-pit tersebut sudah
terlepas dari cekalan.
Hakim paku hati jadi ketakutan setengah mati,
sukmanya merasa melayang Meninggalkan raganya, sambil
menjerit aneh, dia melompat naik ke atap rumah dan
melarikan diri terbirit-birit ..
"Hakim paku hati, tinggalkan dulu jiwa mu.. ." Tok Nio-cu tahu membentak keras.
Bersamaan dengan bentakan tersebut, tangannya segera
diayunkan ke depan, segumpal jarum lembut seperti bulu
kerbau, diiringi percikan cahaya tajam Langsung menyambar kearah si Hakim paku hati yang sedang
melarikan diri itu.
Berubah hebat paras muka Lan See-giok ia cukup
mengetahui akan kelihaian jarum lembut tersebut, selain
cepat dan hebat, serangan datang tanpa menimbulkan suara
http://kangzusi.com/
bahkan seseorang yang berilmu tinggi jangan harap bisa
menghindari secara mudah.
Belum habis ingatan tersebut melintas lewat, si Hakim
Paku hati telah menjerit kesakitan lalu roboh dari atas atap rumah dan jatuh berguling, dalam waktu singkat jiwanya
turut melayang meninggalkan raga nya.
Kematian dari si Hakim paku hati tersebut segera
membuat paniknya kawanan lelaki di atas dinding benteng, suasana menjadi kacau dan semua orang berusaha untuk
menyelamatkan diri.
Pada saat itulah. dari atas puncak bukit di seberang yang terjadi ledakan-ledakan yang memekikkan telinga, cahaya
api membumbung tinggi ke angkasa, asap tebal
menyelimuti pandangan, kobaran api yang menggila
seakan-akan menyambar benda apa saja yang di
jumpainya.. Di bawah cahaya api yang membara suasana di seputar
situpun dapat terlihat dengan jelas.
Oh Li-cu sangat mendendam karena bahunya termakan
bidikan panah, dia segera melompat naik ke atas dinding
benteng, diambinya obor-obor di situ kemudian disambitkan kearah bangunan benteng
Dalam pada itu Lan See giok hanya memikirkan soal
teriakan merdu yang didengarnya tadi, walaupun dia belum berani memastikan, tapi suara yang amat dikenalnya itu
cukup menimbulkan kecurigaan dalam hatinya.
Maka sambil menengok kearah Tok Nio-cu, tanyanya
kemudian dengan gelisah.
"Nyonya, apakah harus lewat situ menuju ke utara ?"
http://kangzusi.com/
Tangan kirinya yang menuding ke arah depan kelihatan
agak gemetar.-.
Dari sikap Lan See giok yang gelisah dan cemas setelah
mendengar suara bentakan merdu tadi. Tok Nio-cu tahu
bahwa orang tersebut sudah pasti mempunyai hubungan
yang sangat akrab dengan Lan See-giok.
Biarpun saat ini dia sudah tak ingin bersaingan lagi
dengan adiknya, tapi mau tak mau dia harus menguatirkan
Anak Harimau Karya Siau Siau di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
kebahagian adiknya itu, terutama sekali ia dapat melihat bahwa Lan See-giok sebenarnya tidak berniat sama sekali
untuk memperistri Oh Li-cu ..
Ia manggut-manggut, lalu dengan kening berkerut segera
tanyanya lagi: "Adik Giok, siapa sih perempuan itu","
Menjumpai Tok Nio-cu mengangguk, Lan See-giok sama
sekali tak berminat untuk berbicara lagi dengannya,
sahutnya singkat:
"Dia adalah sumoay ku.."
Belum selesai berkata, tubuhnya bagaikan segulung asap
telah meluncur ke utara.
Dengan jawaban ini. selintas wajah benci dan dendam
menghiasi wajah Tok Nio-cu, hawa napsu membunuh
segera menyelimuti wajahnya, ditatapnya
bayangan punggung Lan See-giok tanpa berkedip, kemudian tertawa
dingin tiada hentinya.
Pada mulanya Oh Li cu menyangka bentakan tersebut
berasal dari Hu-yong siancu atau Ciu Siau-cian, tapi
sesudah mendengar kata "sumoay". . paras mukanya berubah hebat, memandang bayangan punggung Lan See-
http://kangzusi.com/
giok yang menjauh, titik air mata tanpa terasa jatuh
bercucuran.. Tok Nio-cu amat menyayangi adiknya, sambil menggigit
bibir ia segera berseru.
"Ayo kita kejar, asal cici masih hidup selain kau, aku tak akan membiarkan siapa pun berbaik dengan Lan See-giok!"
Sambil berkata, dia lantas membungkuk kan badan dan
memungut sebilah golok dari sisi sesosok mayat. kemudian melakukan pengejaran lebih dulu.
BERUBAH paras muka Oh Li-cu menyaksikan hal ini,
dengan cepat ia menubruk ke muka dan menarik
pergelangan tangan Tok Nio-cu sambil pintanya dengan air mata bercucuran.
"Cici, kau tak boleh membunuhnya!"
Dengan cekatan Tok Nio-cu mengigos ke samping
sehingga goloknya tidak sampai terampas, setelah
mendengus marah segera serunya:
"Bila Lan See-giok tidak mencintaimu dengan sesungguh hati, buat apa kita mesti biarkan ia tetap hidup bagi
keuntungan orang lain.?"
"Dia tentu akan mencintaiku." pinta Oh Li cu lagi dengan air mata bercucuran, "dia bersikap dingin kepadaku, hal ini dikarenakan ia mencurigai Oh Tin san sebagai
pembunuh ayahnya, tapi setelah ia mengetahui asal usulku sekarang"
Perkataan itu terpaksa terhenti sampai separuh jalan
karena gadis itu melihat Tok Nio-cu semakin mengejar
semakin cepat. http://kangzusi.com/
Sementara itu, semua orang yang berada di benteng
tersebut telah kabur menyelamatkan diri, dengan begitu tak nampak sesosok bayangan manusia pun di situ.
Beberapa buah obor yang dilemparkan Oh Li cu ke
dalam bangunan rumah tadi kini mulai membara besar dan
menimbulkan asap hitam yang amat tebal..
Oh Li cu sangat gelisah, dia takut encinya Tok Nio-cu
benar-benar akan turun tangan keji terhadap Lan See giok, ketika mendongakkan kembali kepalanya. ia tidak melihat
bayangan tubuh si anak muda itu lagi..
Waktu itu, Lan See giok dengan mengerahkan ilmu
meringankan tubuhnya sedang bergerak menuju ke utara,
dia yakin suara bentakan merdu yang didengar berasal dari adik seperguruannya Si Cay soat, tapi ia tak habis mengerti apa sebabnya gadis itu bukan berdiam di dalam gua.
sebaliknya turun gunung dan berkelana dalam dunia
persilatan"
Dalam gerakan larinya, tiba-tiba ia melihat lebih kurang puluhan kaki didepannya terbentang sebuah jurang yang
dalam sekali, tanpa terasa dia memperlambat gerakan
tubuhnya. Ketika mendekat, ternyata jurang itu lebarnya mencapai
sepuluh kaki dasarnya sama sekali tak nampak, hanya
lamat-lamat masih kedengaran suara air yang sedang
mengalir. Disaat itulah dari puncak bukit seberang berkelebat
cahaya tajam yang meluncur dari atas ke bawah,
keadaannya bagaikan sebutir bintang yang sedang
meluncur. Tatkala Lan See giok mengamati lebih seksama lagi,
perasaannya segera bergetar keras, ternyata bayangan
http://kangzusi.com/
manusia yang sedang meluncur ke bawah itu tak lain adalah Si Cay soat yang membawa pedang Jit hoa kiam.
Kejut dan gembira membuat pemuda itu segera berteriak
keras: "Adik Soat, adik Soat. aku berada disini!"
Di tengah seruan mana, dia lari menuju ke kanan dengan
menelusuri sisi jurang.
Agaknya Si Cay soat yang sedang meluncur ke bawah itu
sempat pula menangkap teriakan Lan See giok, begitu
kakinya mencapai tanah, ia lantas menubruk datang.
"Tunggu dulu adik Soat," teriak Lan See giok lagi memperingatkan, "di sini terbentang jurang yang lebar!"
Tapi Si Cay soat yang sedang meluncur ke bawah seolah-
olah tidak mendengar peringatan tersebut, tanpa mengurangi kecepatan tubuhnya yang sedang meluncur, dia
bergerak terus menuju ke bawah, sementara cahaya pedang
yang terpantul cahaya api memekikkan sekuntum awan
merah yang menyilaukan mata.
Lan See giok yakin, Si Cay soat tentu sedang
terpengaruh emosi yang menggelora, ditambah lagi letusan-letusan keras sedang menggelegar dari arah puncak, ini
semua membuatnya tidak mendengar suara peringatannya.
Dalam kejutnya peluh dingin sempat bercucuran
membasahi seluruh tubuhnya.
Dengan cepat dia memandang sekejap sekitar itu, tiba-
tiba ia melihat ada seutas tali yang terikat pada sebatang pohon besar di sisi jurang, ujung tali tersebut justru tepat pada puncak pohon setinggi delapan sembilan kaki.
Tergerak hatinya melihat hal itu, cepat ia meluncur ke
depan. http://kangzusi.com/
Bersamaan waktunya, ia pun menjumpai Si Cay soat
sudah berada cuma dua puluh kaki dari tepi jurang, cepat-cepat teriak-nya lagi dengan keras:
"Berhenti adik Soat, cepat hentikan langkahmu adik
Soat.." Tubuhnya yang telah mendekati pohon besar itu cepat
menyambar tali tersebut, sementara gurdi emas yang berada ditangan kanannya diayunkan ke depan memutuskan ujung
tali yang terikat pada pohon di ujung seberang.
Sesudah itu dia menjejakkan kakinya ke tanah dan
tubuhnya berayun menggunakan tali tadi menuju ke pantai
seberang, sambil berayunan sekali lagi ia berteriak:
"Adik Soat, cepat berhenti, aku telah datang.."
Si Cay-soat yang terkejut bercampur gembira bahkan
seperti agak tertegun itu masih saja berlarian menuju ke tepi jurang, kini jarak nya tinggal satu kaki.
"Engkoh Giok.."
Si Cay-soat tidak mampu menahan diri lagi, sambil
menjerit ia langsung menubruk ke tubuh anak muda
tersebut. Lan See-giok sangat terkejut, baru saja dia bermaksud
menghalangi perbuatan gadis itu, mendadak dari tepi
seberang kedengaran suara dari Oh Li-cu sedang menjerit
kaget. "Aaah, jangan .."
Tapi. "Kraas!" tali itu putus secara tiba-tiba, sebilah golok berkelebat lewat sambil memancarkan cahaya tajam.
http://kangzusi.com/
Waktu itu Lan See giok sedang bersiap -siap untuk
menyambar pinggang Si Cay soat, ia tak menduga kalau tali yang digunakan untuk berayun mendadak putus menjadi
dua. Dengan lenyapnya keseimbangan badan maka tidak
ampun lagi tubuhnya segera meluncur ke bawah.
Pemuda itu terkejut sekali, sambil membentak keras,
ujung baju kirinya dikebaskan ke muka dengan sepenuh
tenaga. "Weess..!"
Tubuhnya mengikuti sisa tenaga yang terpantul dari tali
yang terputus meluncur lagi sejauh enam depa ke arah
pantai seberang, namun tubuh Si Cay soat yang menubruk
tiba telah menerjang di atas badannya.
Lan See giok mendengus tertahan, dengan cepat
tubuhnya meluncur ke bawah, padahal selisihnya dengan
tepi jurang hanya tinggal tiga depa saja
Si Cay soat memeluk tubuh si anak muda itu kencang-
kencang, ia jatuh tak sadarkan diri, pedang Jit hoa kiam yang berada di tangannya ikut meluncur ke dasar jurang ..
Dari pantai seberang, masih kedengaran dengan jelas
suara teriakan dan isak tangis Oh Li cu yang memilukan
hati . Lan See giok benar-benar berada dalam keadaan yang
amat kritis, masih untung dia tak sampai panik atau
gelagapan. Sementara tubuhnya masih meluncur ke dasar jurang
dengan kecepatan tinggi, mendadak sepasang matanya
menangkap sebatang pohon yang tumbuh di sisi jurang .
http://kangzusi.com/
Serta merta ia membentak keras, senjata gurdi emas di
tangan kanannya secepat kilat diayunkan ke muka..
"Sreeet!"
Senjata gurdi emas itu persis melingkar pada batang
pohon yang besar itu, dengan demikian tubuhnya yang
sedang meluncur ke bawahpun terhenti secara mendadak.
Namun dengan terhentinya gerakan meluncur itu,
sepasang tangan Si Cay soat yang memeluknya. juga turut
mengendor lepas, berhubung si nona berada dalam keadaan
tak sadar. Lan See giok sangat terkejut, dengan cepat ia memeluk
tubuh si nona kencang-kencang. Dengan tangan kanan
berpegangan pada senjata gurdi emasnya, tangan kiri di
pakai untuk memeluk Si Cay soat, bergelantungan di udara, tubuhnya bergoyang kian kemari tiada hentinya . .
Sekuat tenaga pemuda itu berusaha untuk menenangkan
hatinya, membiarkan pikirannya yang kalut menjadi jernih kembali. Kini dia tahu bahwa Si Cay soat telah jatuh
pingsan, tapi sayang ia tak dapat menundukkan kepalanya
untuk memeriksa keadaan gadis tersebut.
Begitu tubuhnya yang bergelantungan di tengah udara
sudah menjadi tenang, pemuda itu baru mengangkat tubuh
Si Cay soat ke atas. lalu menggigit pakaian bagian dadanya kuat-kuat. setelah melepaskan tangan kiri nya, dengan
tangan yang lengkap dia baru merangkak naik ke atas
pohon. Segenap tenaga dalamnya telah disalurkan ke luar
dengan menyelimuti badan, gerakan
merangkaknya dilakukan amat berhati-hati, tiba di atas pohon, dia
membaringkan tubuh si nona diantara dahan dengan
ranting pohon yang kuat.
http://kangzusi.com/
Mula-mula dia mengikat diri di atas dahan pohon
dengan senjata gurdi emasnya, kemudian baru membaringkan Si Cay soat dalam pelukannya, baru
sekarang pemuda itu merasakan amat penat memandang
adik Soat dalam pelukannya tanpa terasa titik air mata jatuh berlinang-Air muka Si Cay soat pucat pias bagaikan mayat.
wajahnya sayu, matanya terpejam rapat-rapat sementara
alis matanya yang lembut berkernyit menjadi satu.
Bibirnya yang pucat sedikit terbuka hingga kelihatan dua baris giginya yang putih diantara bulu matanya masih
tampak basah oleh air mata.
Lan See giok sedih sekali setelah melihat kesemuanya
ini, air mata terasa jatuh bercucuran, hanya berpisah
setengah bulan, sungguh tak disangka adiknya menjadi
begitu layu dan lemas bagaikan baru sembuh dari penyakit parah.
Teringat akan kejadian yang memedihkan hati, tanpa
terasa dia menyusupkan kepalanya di atas dada Si Cay soat dan menangis, sementara tangannya memeluk gadis itu
makin kencang. Pipi kanannya ditempelkan di atas payudara sebelah kiri
si nona, ia dapat mendengar detak jantungnya yang lemah, hal tersebut membuat air matanya bercucuran semakin
deras. Isak tangis yang memedihkan hati membuat seluruh
kemurungan dan kemasgulan dalam hatinya terlampiaskan
ke luar, yang dipikirkan olehnya saat ini hanya
pengorbanan dan cinta kasih si nona kepadanya.
Dia tak ingin mencari tahu lagi mengapa adik Soatnya
bisa muncul di bukit Tay ang san, diapun tak menggubris
http://kangzusi.com/
apa sebabnya tali yang digunakan berayun tadi bisa putus secara tiba-tiba"
Mendadak suara panggilan yang lemah tak bertenaga
bergema di sisi telinganya-
"Eeeh ..engkoh Giok.."
Cepat-cepat Lan See-giok mendongakkan kepalanya, dia
melihat Si Cay soat sedang membuka matanya dengan
sayu, butiran air mata nampak bercucuran sangat deras.
"Adik Soat, kau telah mendusin.." sapa nya kemudian sambil menyeka air mata si nona dengan penuh kasih
sayang. Si Cay Soat hanya menggerakkan matanya yang sayu,
setelah mengetahui bahwa dirinya sedang berbaring dalam
pangkuan kekasih hatinya, gadis itu memejamkan kembali
matanya. Seperti diketahui, Lan See-giok adalah seorang pemuda
yang sama sekali belum berpengalaman, ia tak tahu bahwa
Si Cay-soat bisa demikian lantaran gejolak emosi yang
melampaui batas membuat darahnya tersumbat, dalam
anggapannya gadis itu baru sembuh dari penyakit parah
hingga kondisi tubuhnya masih lemah.
Padahal asal dia tepuk jalan darah Mia bun-hiatnya,
niscaya gadis tersebut akan nampak segar kembali.
Tak terlukiskan rasa kalut dan bingung yang menghantui
pikiran Lan See-giok sekarang, melihat kondisi Si Cay soat yang makin melemah, napasnya yang lirih, dia hanya bisa
memeluk tubuhnya sambil bercucuran air mata, wajahnya
ditatap lekat-lekat seakan-akan raut wajah yang cantik itu tak bakal dijumpai lagi.
http://kangzusi.com/
Tiba-tiba satu ingatan melintas dalam benaknya, tanpa
terasa dia mulai menciumi seluruh wajah Si Cay soat yang sayu, dalam keadaan demikian, ia benar-benar tak tahu
bagaimana mesti mengutarakan rasa kuatir dan sayangnya
terhadap gadis itu.
Ketika dirasakan badan gadis itu mulai gemetar. dengan
Anak Harimau Karya Siau Siau di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
perasaan terkejut dipeluk si nona semakin kencang .
Memandang butiran air mata yang bercucuran dari balik
matanya yang lentik. tak tahan dia mencium matanya, dia
hendak mencium air matanya sampai mengering.
Kemudian dia pula mencium bibir Si Cay soat yang
pucat tak berdarah, dia ingin menciumnya sampai menjadi
merah segar kembali seperti sedia kala.
Sementara tubuhnya dipeluk semakin kencang, dia
hendak mempergunakan tenaganya untuk menghangatkan
hatinya. Betul juga, ia menjumpai paras muka Si Cay soat mulai
memerah, bibirnya mulai membara bagaikan api, tubuhnya
yang ramping justru gemetar semakin keras.
Di samping itu dia pun menjumpai tangan si nona
memeluknya kencang-kencang
sambil menggosokkan
dadanya di atas dada sendiri, bibirnya bergetar dan
memanggil namanya tiada hentinya.
Pemuda Itu segera menghentikan ciumannya lalu
mengawasi wajah Si Cay soat yang kini merah membara
hingga telinganya.
Dengan perasaan kaget bercampur keheranan, tanyanya
tiba-tiba dengan perasaan kuatir:
"Adik Soat, bagaimana rasanya sekarang?"
http://kangzusi.com/
Walaupun pikiran Si Cay soat telah jernih sekarang,
namun ia justru merasa malu sampai tak berani membuka
matanya, sementara dadanya terasa sesak sukar bernapas,
akhirnya tak tahan lagi dia berbisik lirih.
"Engkoh Giok, jalan darah Mia bun hiat. . "
Setelah mendengar seruan itu. Lan See giok baru
mendusin, cepat-cepat dia menepuk jalan darah Mia bun
hiat di tubuh gadis tersebut.
Si Cay soat menarik napas panjang lalu membenamkan
kepalanya makin dalam ke dalam pelukan pemuda itu,
wajahnya berubah semakin merah membara.
Dalam pada itu, api kebakaran di atas jurang telah
merubah langit menjadi merah membara, ditengah jeritan
dan teriakan yang amat ramai lamat-lamat ia pun
mendengar suara seorang gadis sedang menangis tersedu
sedu. Lan See giok terkejut, ia segera teringat kembali dengan Oh Li-cu serta Tok Nio-cu..
"Adik Giok..uuh. uuh.. adik Giok, uuh. uuh . . ."
Lan See-giok masih mengenali suara isak tangis tersebut
dari Oh Li-cu. la mencoba untuk memeriksa keadaan jurang tersebut,
ternyata jaraknya dari permukaan masih dua puluh kaki
lebih, di bawah sinar merah yang membara, ia masih dapat melihat pohon besar di tepi jurang tersebut. dia pun melihat pula ujung tali yang terputus di atas pohon tersebut.
Melihat tali yang putus itu, satu ingatan segera melintas di dalam benak pemuda tersebut. baru sekarang terpikir
olehnya mengapa tali yang diikatkan pada pohon tersebut
dapat putus secara tiba-tiba.
http://kangzusi.com/
Dia pun masih ingat, tali itu baru putus setelah
mendengar Oh Li-cu berteriak kaget. hal ini membuktikan
bahwa tali itu memang sengaja diputus oleh seseorang, tapi siapakah dia" Mungkinkah para jagoan dari Tay ang san"
Biarpun Lan See giok cerdik, tentu saja mimpi pun dia
tak pernah akan menyangka kalau orang yang memutuskan
tali tersebut, tak lain tak bukan adalah Tok Nio-cu yang bersedia untuk berbakti kepadanya.
Ketika didengarnya suara tangisan Oh Li cu makin lama
semakin memedihkan hati, tak tahan lagi pemuda itu segera mendongakkan kepalanya dan berteriak keras. .
"Hei, kalian tak usah menangis lagi, aku belum lagi mampus- .!"
Teriakan itu begitu bergema. isak tangis di atas jurang
pun segera terhenti, mungkin mereka kaget, mungkin juga
tertegun. Sementara Si Cay soat yang berada dalam pelukannya
tiba-tiba bangun dan duduk, lalu bertanya keheranan.
"Siapa sih mereka itu?"
Sementara berbicara matanya mengawasi sekeliling
tempat itu dengan mata terbelalak, kemudian ia menjerit
lengking dengan perasaan kaget, sambil memeluk tubuh
Lan See giok kencang-kencang, tanyanya ketakutan.
"Engkoh Giok, mengapa - mengapa kita bisa berada
disini-.?"
Lan See giok tertawa riang.
"Thian lah yang mengatur kesemuanya itu untuk kita, agar kita berdua bersama sama terjatuh ke dalam jurang!"
Si Cay soat tidak memahami maksud perkataan dari Lan
See giok, ia mengerdipkan matanya berulang kali sambil
http://kangzusi.com/
mengawasi engkoh Gioknya yang masih tersenyum, setelah
itu kembali dia bertanya.
"Thian yang mengatur kesemuanya ini?"
"Tentu saja, pemuda itu mengangguk sambil tertawa
misterius, "sebab Thian telah mengatur kita berdua tidak mati di sini "
Dengan cepat Si Cay soat memahami apa yang
dimaksud itu. dengan wajah tersipu sipu karena malu,
tanyanya lagi sambil tersenyum:
"Engkoh Giok, maksudmu kita lolos dari musibah maka di kemudian hari tentu banyak rejeki" "
"Tidak!" sengaja Lan See giok menggeleng dengan serius
"Thian telah memberi keberanian kepadaku!"
"Keberanian apa?" gadis itu tertegun.
Lan See giok tersenyum tanpa menjawab, tapi matanya
mengawasi bibir si nona yang mungil sambil menunjukkan
senyuman hangat
Dengan cepat Si Cay soat menjadi paham, ia tahu yang
dimaksudkan adalah menciumnya, tak heran mukanya
berubah menjadi merah karena jengah, segera serunya
manja. "Engkoh Giok jahat, kau jahat"
Sambil berseru, tangannya segera memukul dada
pemuda itu dengan gemas.
Tiba- tiba.. Si Cay soat menghentikan perbuatannya, air mukanya
berubah hebat lalu serunya dengan kaget.
"Aaah, mana pedangku.-" Mana Jit hoa kiam itu?"
http://kangzusi.com/
Wajahnya berubah menjadi pucat pasi, peluh dingin
bercucuran deras dengan perasaan gelisah dia celingukan
kesana ke-mari.
Lan See-giok sendiripun merasa terkejut, tapi dia tahu
pedang mestika itu tentu sudah terjatuh ke dalam jurang
biar begitu, dia mencoba untuk memeriksa di sekitar sana, jangan-jangan pedang itu tidak sampai terjatuh ke dasar
jurang" Pada saat itulah dari atas permukaan jurang kedengaran
Oh Li cu sedang berteriak dengan rasa terkejut bercampur gembira.
"Adik Giok, apakah kau terluka?"
Dalam gelisahnya Lan See-giok menengok ke atas, di
bawah sinar api yang membara dia melihat bayangan tubuh
Oh Li cu dan Tok Nio-cu yang berdiri di tepi jurang. dia pun melihat bagaimana Oh Li-cu berjalan mondar mandir
di sekeliling jurang, tampak nya dia seperti hendak
menyusulnya ke bawah.
Menjumpai hal ini, buru-buru dia berteriak lagi dengan
perasaan gelisah.
"Aku tidak terluka dan kalian tak usah turun, aku bisa berusaha untuk naik ke atas"
Waktu itu, Si Cay-soat sudah dicekam perasaan gugup
dan kalut, ia sama sekali tak berniat lagi untuk mencari tahu siapakah yang berbicara di atas, kepada Lan See-giok
kembali katanya dengan gelisah.
"Engkoh Giok, aku hendak turun ke bawah untuk
mencari pedang .."
http://kangzusi.com/
Lan See-giok cukup mengetahui akan asal usul pedang
Jit-hoa-kiam tersebut, apalagi merupakan pemberian
gurunya, tentu saja senjata tersebut tak boleh sampai hilang.
"Baik, kutemani kau turun ke bawah sana ayo berangkat"
sahutnya manggut-manggut.
Dengan cepat dia melepaskan senjata gurdi emasnya lalu
dililitkan pada pinggang nya.
Sementara itu Si Cay-soat sudah melayang turun ke
bawah, ia melayang turun di atas sebuah batu tonjolan
berapa kaki di bawah sana.
Lan See giok memang mempercayai kebolehan ilmu
meringankan tubuh yang dimiliki adik Soatnya, biar lebih berbahaya pun keadaan medannya tak bakal akan
menyulitkan dirinya.
Biarpun begitu, dia toh berkata juga dengan penuh
kekuatiran. "Adik Soat, kau mesti berhati hati, biar aku saja yang turun lebih dulu!"
Tenaga sakti Hud Kong sin kang yang dimilikinya
dengan cepat disalurkan mengelilingi seluruh badan, lalu sambil mengebaskan sepasang ujung bajunya, dengan jurus
naga sakti masuk ke samudra, dengan kaki di atas kepala di bawah, dia meluncur ke dasar jurang.
Tatkala melalui batu tonjolan dimana Si Cay soat
sekarang berdiri, Lan See giok sama sekali tidak
menghentikan gerakan tubuhnya, hanya secara tiba-tiba saja dia merubah posisi badannya sambil mengebaskan kembali
ujung bajunya ke arah batu tonjolan tersebut,
Dengan demikian posisinya sekarang terbalik, kakinya
kembali berada di bawah dengan kepalanya di atas,
http://kangzusi.com/
kemudian melanjutkan luncurannya menuju ke atas batu
tonjolan lain yang berada di bawah.
Tiba di atas batu tonjolan yang dimaksud, pemuda
tersebut menjejakkan lagi kakinya dan melanjutkan gerakan meluncurnya menuju ke bawah..
Suara gemuruhnya air di dasar jurang mulai kedengaran
sangat memekikkan telinga, hawa dingin yang merasuk
tulang dan menyayat kulit mulai menyerang seluruh
tubuhnya. Berhubung kobaran api di atas tebing sangat besar
sehingga langitpun menjadi merah membara, lamat-lamat
pemandangan di dasar jurang itu dapat terlihat dengan
jelas, apalagi Lan See-giok dan Si Cay soat berdua memiliki ketajaman mata yang jauh melebihi orang biasa. tentu saja mereka dapat melihat keadaan di sekitar situ bagai kan
ditengah hari saja
Kedalaman jurang itu mencapai ratusan kaki lebih,
dengan gerakan tubuh yang sangat cepat Lan See-giok tiba lebih dulu di tepi jurang berisi air tadi
Dengan berdiri di atas batuan karang, pemuda itu
mencoba untuk memeriksa keadaan di sekitar sana.
Hampir semua permukaan dasar jurang itu dipenuhi
aneka batuan karang yang besar lagi tajam. airpun mengalir sangat deras, sedemikian derasnya sampai bunga air
muncrat setinggi satu kaki, hawa dingin yang mencekam
dan suara air yang gemuruh memekikkan telinga terasa
merupakan suatu siksaan yang berat.
Kedalaman air tidak terlalu dalam, tapi kecepatan
arusnya luar biasa sekali, dari balik air itulah terlihat bayangan bersinar berkilauan, tidak diketahui bendakah
atau ikankah"
http://kangzusi.com/
Pada saat itulah bayangan merah berkelebat lewat, Si
Cay soat telah melayang turun pula ke atas sebuah batuan karang di tepi jurang tersebut.
Sebagaimana tempat-tempat yang sepanjang tahun tidak
terkena cahaya matahari, tidak heran kalau permukaan
jurang itu di liputi oleh lumut yang tebal, ditambah lagi arus air yang begitu deras. hal tersebut membuat permukaan
batu menjadi sangat licin.
Si Cay soat tidak menduga sampai ke situ, karena
kegegabahannya, tiba -tiba saja gadis itu menjerit tertahan dan tubuhnya tergelincir masuk ke dalam air.
Lan See-giok menjadi terkejut, sambil membentak
tubuhnya meluncur ke muka dan terjun ke air dengan cepat dia menarik tubuh Si Cay soat yang mulai terseret arus itu.
Si Cay goat tidak berdiam diri, setelah tubuhnya tertarik oleh sang pemuda, ia mulai berenang mengikuti arus
menuju ke tepian.
Sebagaimana diketahui, Lan See-giok mengenakan
pakaian yang terbuat dari ulat sutera langit, sebuah pakaian yang berkhasiat ganda, hal ini membuatnya sama sekali
tidak merasa kedinginn.
Biarpun begitu, tatkala tangannya menyentuh air
tersebut, terasa juga betapa dinginnya sehingga sakit
bagaikan disayat sayat pisau dengan cepat dia menjadi
paham apa sebabnya Si Cay soat hanya membungkam diri
sambil berenang dengan sekuat tenaga menuju ke tepian.
rupanya dia merasa kesakitan karena rasa dingin yang
menyayat-nyayat badan.
Maka tidak membuang waktu lagi pemuda itu melompat
ke depan sambil membentangkan tangannya, kemudian
http://kangzusi.com/
bergerak mendekati si nona yang masih meronta di dalam
air. Beruntung sekali ketika pemuda itu berhasil mencapai di
tempat kejadian. Si Cay- soat yang sudah berapa hari tidak tertidur dan tak sempat makan itu telah jatuh tak sadarkan diri.
"Untung pula air di dasar jurang itu tidak terlalu dalam", dengan cepat Lan See-giok merangkul pinggang si nona
kemudian melompat ke udara dan melayang turun di atas
sebuah batuan karang.
Ternyata di belakang batu karang dimana ia berada
sekarang terdapat sebuah gua. sewaktu diamati, permukaan gua itu nampak menjurus kearah atas.
Lan See-giok merasa gelisah sekali. dia merasa perlu
untuk menyadarkan Si Cay soat lebih dulu, sementara dia
hendak membaringkannya ke atas tanah, mendadak
dilihatnya ada sebuah gagang pedang berpita merah
tergeletak tak jauh dari sana.
Tergerak hatinya melihat hal itu dan cepat-cepat
menghampirinya ternyata pedang itu tak lain adalah Jit
hoa-kiam yang sedang dicarinya, cuma seluruh tubuh
pedang itu terbenam dibalik batu, ini bisa membuktikan
sampai dimanakah ketajaman senjata tersebut..
Kejut den gembira pemuda itu berseru keras.
"Adik Soat, cepat lihat, pedangnya berada di sini."
Tapi dengan cepat ia teringat kembali kalau Si Cay soat
berada dalam keadaan tak sadar.
Pemuda itu semakin terkejut lagi setelah menundukkan
kepalanya, menggigil seluruh badannya melihat keadaan si nona.
http://kangzusi.com/
Ternyata bibir Si Cay soat telah berubah menjadi hijau
kehitam hitaman, mukanya pucat pias bagaikan kertas,
sementara dengusan napasnya seolah-olah sudah tak ada
lagi. Tak terlukiskan betapa kaget dan paniknya Lan See giok
setelah menjumpai keadaan itu, dia merasa seluruh jagat
seakan akan berputar kencang, matanya terbelalak dan
mulutnya melongo, badannya menjadi sempoyongan
hampir saja roboh terjengkang.
Cepat-cepat dia memusatkan seluruh pikirannya menjadi
satu dan cepat berjongkok gagang pedang digenggamnya
erat-erat lalu membetotnya dengan sepenuh tenaga, seperti terbenam dibalik tahu yang empuk, tanpa bersusah payah
pedang mestika itu segera tercabut ke luar .
Seketika itu juga cahaya tajam memancar ke empat
penjuru. hawa dingin yang merasuk tulang pun seketika
terusir pergi oleh pancaran cahaya itu.
Lan See giok tidak terlalu memperhatikan keadaan
Anak Harimau Karya Siau Siau di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
seperti ini, sambil membopong Si Cay soat dan membawa
pedang itu buru-buru dia masuk ke dalam gua.
Berkat pancaran sinar yang begitu terang dari pedang Jit hoa kiam, seluruh pemandangan dalam gua tersebut dapat
terlihat pula dengan jelas.
Ruang gua itu sempit lalu memanjang, berhubung sangat
lembab maka kedua sisi, dindingnya sudah dipenuhi oleh
lumut yang tebal.
Terpaksa pemuda itu harus melanjutkan langkahnya
menuju ke ruang gua yang lebih dalam.
Makin lama permukaan gua itu semakin menjorok ke
atas, permukaan tanahnya pun semakin mengering. ada
http://kangzusi.com/
yang lebar ada pula yang sempit, tinggi rendahnya juga tak menentu.
Dalam keadaan begini, Lan See giok hanya ingin
secepatnya menyadarkan kembali Si Cay soat, namun
meski sudah tiga empat puluh kaki dia menelusuri gua
tersebut, masih juga belum ditemukan suatu tempat yang
bisu dipakai mereka berdua untuk duduk, hal ini
membuatnya makin lama semakin gelisah.
Akhirnya habis sudah kesabaran pemuda itu. dia mulai
berlarian dengan cepat, tak sampai sepuluh kaki. pemuda
itu menjumpai anak-anak tangga terbuat dari alam yang
agaknya terbentang menuju ke atas sana,
Dengan perasaan terkejut Lan See giok segera
menghentikan langkahnya sambil berpikir.
"Waah, jangan-jangan gua ini ada penghuni nya" Atau mungkin juga para anggota Tay ang san?"
Namun ketika ia mencoba meneliti anak tangga itu,
dijumpai debu yang tebal, ini menunjukkan kalau tempat
tersebut sudah cukup lama tak pernah dijamah manusia.
Berada dalam keadaan begini, tiada waktu lagi baginya
untuk berpikir lebih mendalam, cepat-cepat pemuda itu
melanjutkan perjalanannya menuju ke atas.
Selisih jarak antara anak tangga yang situ dengan lainnya tidaklah menentu, ada yang selisih lima depa, tapi ada pula yang mencapai satu kaki, semuanya dirubah menurut
keadaan alam yang sesungguhnya.
Setelah naik setinggi belasan kaki berakhirlah anak
tangga itu, sekarang dihadapannya muncul sebuah pintu
batu yang terbuat sangat sederhana.
http://kangzusi.com/
Lan See giok tidak ragu-ragu lagi, sambil mengerahkan
tenaga dalamnya untuk melindungi badan, dia menempelkan ujung pedangnya di atas pintu lalu pelan-
pelan mendorongnya ke belakang, pintu batu itu segera
terbuka. Dengan terbukanya pintu itu, segera terendus bau harum
yang sangat aneh tersiar ke luar dari balik ruangan.
Lan See-giok sangat terkejut, bau harum semerbak
semacam ini teramat dikenal olehnya, sebab tidak berbeda sama sekali dengan bau harum Leng-sik-giok-ji yang pernah diberikan gurunya kepadanya ketika masih berada dalam
kuburan kuno dulu
Dengan sorot mata yang tajam dia awasi ruangan tadi,
ruang tersebut kecil sekali hanya mencapai satu kaki, di dalamnya tertumpuk kain halus berwarna putih, ada yang
tinggi ada yang rendah. ketebalannya tak menentu, yang
tinggi hampir mencapai langit-langit ruangan, yang
rendahpun mencapai dua depa, kecuali itu tidak nampak
benda lainnya. Lan See giok mencoba untuk memeriksa lagi dengan
seksama, namun tidak diketemukan jalan lain, ia lantas
menyimpulkan kalau gua tersebut bisa jadi pernah
digunakan oleh seorang tokoh silat sebagai tempat
pertapaan. Ia kuatir dibalik kain halus tersebut masih terpendam
benda lain, maka dia melepaskan sepatunya yang basah
kuyup, tapi jubah panjang dan celananya justru tetap
kering, tak setetes air pun yang menempel.
Lan See giok menjelajahi hampir seluruh permukaan gua
itu. ia menemukan adanya daya pantulan yang besar dari
bawah kaki-nya, inipun membuktikan kalau lapisan kain
itupun bukan kain biasa.
http://kangzusi.com/
Mula-mula pemuda itu menancapkan pedang Jit hoa
kiam nya ke atas permukaan dinding, tanpa menimbulkan
suara pedang itu melesak sedalam setengah depa, menyusul kemudian dia baru membaringkan tubuh si nona ke atas
lantai. Di bawah sinar pedang yang terang benderang Lan See
giok dapat melihat keadaan Si Cay soat dengan lebih jelas lagi, ia tertegun seketika karena terkejut, rupanya bibir si nona itu sudah menghitam, mukanya pucat pasi. tak jauh
berbeda seperti sesosok mayat.
Ia mencoba untuk meraba pipinya, sama sekali tidak
terasa ada kehangatan lagi, pakaian ringkasnya yang
berwarna merah berada dalam keadaan basah kuyup, hawa
dingin yang terpancar ke luar sangat menusuk tulang,
untung saja lapisan kain di atas permukaan lantai gua justru memancarkan kehangatan.
Di dalam gelisah dan gugupnya, pemuda itu perlu untuk
melepaskan semua pakaian Si Cay soat yang basah kuyup
itu kemudian mencari api untuk menghangatkan badannya.
Di dalam keadaan begini, dia tak berani banyak berpikir
lagi, pintu ruangan segera ditutup dan pemuda itu
berjongkok di sisi si nona ..
Namun ketika tangannya menyentuh ikat pinggang gadis
tersebut, tanpa sadar dia menghentikan perbuatannya.
Tapi setelah memandang kembali wajah si nona yang
pucat bagaikan mayat itu, terutama sekali bila teringat budi kebaikan yang pernah diterimanya dari gadis tersebut, dia menghela napas sedih dan segera turun tangan melepaskan
ikat pinggangnya:
Menyusul kemudian pakaian luar yang dikenakan gadis
itu juga turut dilepas, sehingga akhirnya yang masih
http://kangzusi.com/
melekat di tubuhnya cuma kutang dan pakaian dalam yang
berwarna merah.
Yang terpampang di depan matanya sekarang tak lain
adalah sesosok tubuh yang indah dan merangsang hawa
napsu. Sambil melepaskan pakaian si gadis, Lan See-giok
mengucurkan airmatanya dengan sedih. sebab di mana
tangannya menyentuh tubuh si nona. ia tidak merasakan
lagi kehangatan tubuhnya barang sedikitpun juga.
Pemuda itu segera mencoba meraba dada gadis itu,
ternyata denyutan jantungnya masih ada, walaupun sudah
lemah sekali. Biarpun begitu, namun setitik pengharapan, segera
muncul dalam hati kecilnya, dengan cepat pemuda itu
menyeka air matanya lalu bangkit berdiri, dicarinya kain yang paling tebal dari sudut ruangan sana. kemudian
dipergunakan untuk menyelimuti tubuh Si Cay-soat yang
membugil. Kemudian pemuda itu merasa bahwa pekerjaan pertama
yang harus dilakukan sekarang adalah membuat seonggokan api unggun untuk meningkatkan kehangatan
dalam ruangan tersebut
Tapi. di tempat seperti ini ke manakah dia harus mencari bahan untuk membuat api unggun"
Mendadak satu ingatan melintas kembali di dalam
benaknya, sambil melepaskan kaus kakinya yang basah, dia duduk bersila di sisi si nona, hawa murninya segera
dihimpun dan disalurkan ke dalam telapak tangannya.
dengan sebelah tangan dia meraba dada gadis itu.
tangannya yang lain ditempelkan di atas pusarnya.
http://kangzusi.com/
Dalam waktu singkat muncul dua gulung aliran hawa
panas yang segera menyusup ke dalam tubuh Si Cay-soat.
Selang berapa saat sudah lewat. Tapi Si Cay soat belum
juga memperlihatkan tanda- tanda akan mendusin, meski
kehangatan tubuhnya mulai bertambah dan tubuhnya mulai
hidup kembali, bahkan wajahnya mulai hidup kembali,
mulai bersinar dan bibirnya semakin memerah..
Lan See giok Sedikitpun tidak putus asa, diangkatnya
kain selimut itu kemudian menyusupkan kepalanya ke
dalam dengan menempelkan telinga kanannya di atas dada
si nona, ditemukan jantung meski berdenyut tapi masih
tetap lemah sekali.
Pemuda itu mulai berpikir, apa yang harus dilakukannya
sekarang agar meningkatkan kehangatan tubuh gadis itu
hingga denyutan jantungnya makin kuat dan napas nya
makin lancar . .
Mendadak sorot matanya terhenti di atas bibirnya Si Cay
soat yang merah itu, satu ingatan segera melintas dalam
benaknya. Pemuda itu segera melompat bangun, dengan cepat
melepaskan senjata gurdinya, lalu mencopot pakaian yang
dikenakan, sesudah itu dia turut menyusup masuk ke dalam balik selimut.
Agaknya pemuda ini bermaksud untuk menyalurkan
hawa murninya dengan sistim mulut ditempelkan di atas
mulut, dengan demikian hawa hangat akan lebih cepat
memasuki tubuh gadis tersebut.
Sistim pengobatan semacam ini memang merupakan
satu satunya cara pengobatan yang paling manjur, sekalipun begitu cara semacam inipun paling banyak menghamburkan
tenaga, jadi seseorang yang tidak memiliki tenaga dalam
http://kangzusi.com/
yang amat sempurna, mustahil mereka berani melakukannya . Tapi sekarang Lan See-giok justru menumpukan segenap
pengharapannya pada sistim pengobatan tersebut.
Maka pertama dia memeluk erat-erat tubuh Si Cay-soat
yang sudah mulai menghangat itu, kemudian tangan
sebelah di tempelkan di atas jalan darah Ki-hay hiat,
sementara tangan yang lain ditempelkan di atas jalan darah Mia-bun-hiat setelah itu dengan bibir menempel di atas
bibir, ia mulai mengerahkan tenaga murninya.
Tiga gulung aliran hawa panas serentak menyusup ke
dalam tubuh si Cay soat, segulung hawa aliran panas
menyusup ke dalam nadi Jin meh dan segulung lagi
menembus Tok-meh sementara aliran panas yang masuk
melalui bibir langsung mencapai isi perut.
Dalam waktu singkat seluruh badan Si Cay-soat telah
menjadi hangat sekali.
Seperminuman teh sudah lewat, panas badan Lan See-
giok semakin meningkat hingga mencapai titik didih, peluh telah membasahi seluruh tubuhnya, sementara dengusan
napas Si Cay soat juga mulai kedengaran, malah peluh
mulai bercucuran pula dari tubuhnya, Lewat berapa soat
lagi, Lan See giok mulai kehabisan tenaga, selain saluran hawa murni nya mulai tersendat sendat, diapun mulai
pusing dan terasa penat sekali,
Sementara itu Si Cay-soat berada dalam pelukannya
meski sudah mulai bernapas namun masih juga belum
membuka matanya. Lan See-giok
menjadi gugup, jantungnya berdebar semakin keras sementara rasa
pusingnya kian lama kian bertambah berat,
Mendadak .. . http://kangzusi.com/
Bau harum semerbak yang selama ini tersimpan di dalam
darahnya, sekali lagi timbul dan menyelimuti rongga
mulutnya, tapi pada saat itu pula Si Cay soat merintih dan pelan-pelan membuka matanya kembali.
Hawa murni di tubuh Lan See giok segera membuyar,
hampir saja ia roboh tak sadarkan diri, sedemikian
penatnya pemuda itu sampai dia harus menyandarkan
kepalanya di atas wajah gadis itu, kemudian hawa
murninya mulai diatur kembali dengan harapan kondisi
badannya dapat pulih kembali dalam waktu singkat.
Si Cay soat pelan-pelan membuka matanya, memandang
sekejap keadaan sekeliling-nya dengan ragu, kemudian
memejamkan matanya kembali.
Kesadaran yang semula menghilang lambat laun pulih
kembali, gadis itu mulai teringat bagaimana ia tercebur ke dalam air, bagaimana hawa dingin yang merasuk tulang
menyerang seluruh badannya, lalu bagaimana dia berusaha
keras untuk berenang mencapai tepian.
Tapi disaat itulah ia merasa jantungnya amat sakit
seperti di sayat-sayat pisau dan akhirnya apa yang
kemudian terjadi tidak diketahui lagi olehnya.
Ketika sekali lagi dia membuka matanya, ditemukan
engkoh Giok yang dicintainya berada di atas tubuh sendiri sambil memeluknya erat-erat, seluruh badannya terasa
hangat, dari atas sampai bawah seperti tertutup oleh selimut tebal.
Tiba-tiba.. Paras mukanya berubah hebat, jantungnya berdebar
sangat keras dan saking kagetnya hampir saja ia menjerit tertahan.
http://kangzusi.com/
Rupanya dia menemukan tubuhnya yang dipeluk Lan
See giok dan ditindihi olehnya sekarang berada dalam
keadaan telanjang.
Akan tetapi setelah diketahui bahwa eng-koh Gioknya
masih mengenakan pakaian dalam, gadis itu baru merasa
tenang. apalagi setelah ia mencoba merasakan bagian
tertentu tubuhnya apakah ada gejala aneh atau sakit.
ternyata tidak ditemukan hal yang mencurigakan, gadis itu semakin lega.
Ketika gadis itu mencoba untuk memperhatikan Lan
See-giok lagi yang masih memeluknya, ternyata pemuda itu sudah tertidur.
Tanpa terasa ia membayangkan kembali apa yang telah
dialaminya sewaktu sadar tadi, ia merasa pemuda itu
seolah-olah sedang menciumnya, tapi sesudah melihat
wajahnya yang pucat, peluh yang membasahi tubuhnya
serta kondisi tubuhnya yang begitu lemah tak bertenaga,
dengan cepat gadis itu menyadari apa gerangan yang telah terjadi.
Sudah pasti demi menyelamatkan jiwanya pemuda itu
telah mengorbankan banyak sekali tenaga dalamnya.
Berpikir sampai di situ, air mata keharuan segera
bercucuran ke luar, ia bertambah menyesal lagi bila teringat akan dugaannya semula bahwa pemuda itu telah
memperkosanya, ia menegur diri sendiri yang dikatakan
menuduh yang bukan- bukan.
Gadis tersebut mulai bertanya kepada diri sendiri.
"Benarkah aku sangat mencintai si anak muda itu" Kalau toh aku sangat mencintai-nya, bukankah aku bersedia
mengorbankan segala-galanya untuk demi engkoh Giok .
Asal ia bisa gembira, bukankah aku pernah bersumpah akan
Anak Harimau Karya Siau Siau di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
http://kangzusi.com/
mempersembahkan segala sesuatu untuk-nya, termasuk
kesucian badanku" Yaa, aku bersedia, menemaninya
sepanjang masa, aku bersedia melahirkan anak untuknya
menjadi seorang istri yang paling setia .. bila aku tidak menjadi istri-nya, mana mungkin aku bisa melahirkan anak untuk engkoh Giok . . ?"
Tatkala ingatan tersebut melintas di dalam benaknya,
gadis itu segera merasakan membaranya cinta yang muncul
dari hati kecilnya, semua rasa takut dan malu hilang lenyap seketika.
Sementara tubuhnya yang semula sudah digeserkan ke
samping, kini malah didekap kan makin keras di atas tubuh pemuda itu, dengan tangannya yang lemah ia membantu
menyeka peluh di tubuh See giok, selain itu dengan bibirnya yang kecil mungil. ia mencium wajah sang pemuda yang
tampan, matanya yang terpejam, hidungnya yang mancung
serta bibirnya yang mengering.
Sementara itu Lan See giok telah selesai bersemedi, dia
hanya merasa penat sekali. tapi begitu diciumi oleh si nona, jantungnya bergetar keras, dalam keadaan demikian
pemuda tersebut hanya ingin membuka mata secepatnya.
Kemudian ia menjumpai titik air mata membasahi gadis
itu, senyuman jengah menghiasi bibirnya yang merah
merekah. Menyaksikan kesemuanya itu, pemuda itu segera
menyaksikan timbulnya segulung hawa panas yang muncul
dari pusar dan segera menyebar ke seluruh bagian
tubuhnya. Pemuda itu tak tahan kemudian tanpa sadar ia balas
memeluk adik Soat nya kencang-kencang. sementara
seluruh rasa penat di badan hilang lenyap seketika
http://kangzusi.com/
Waktu itu. kendatipun Si Cay soat telah mempersiapkan
diri dengan sebaik-baiknya untuk menjadi seorang istri yang setia, toh tak urung dia dibikin terkejut sekali setelah dipeluk pemuda itu erat-erat, saking kaget nya gadis itu sampai berubah muka dan menjerit tertahan . . .
Jeritan itu membuat Lan See giok terkejut, ia merasa
bagaikan disambar geledek di siang hari bolong, rasa
menyesal segera muncul dari hatinya hingga tanpa terasa
dia menyusupkan kepalanya di balik kain selimut.
Si Cay- soat baru terkejut setelah melihat keadaan
pemuda itu, ia menjadi menyesal setengah mati.
Cepat-cepat ia menempelkan tubuhnya di atas tubuh
sang pemuda, lalu dengan wajah tersipu sipu malu,
tanyanya lirih: "Engkoh Giok. apakah kau ingin"
Lan See-giok menutupi wajah sendiri dengan kedua
belah tangan, kemudian menggelengkan kepalanya berulang kali dengan penuh penyesalan..
Si Say soat sedih sekali, ia sadar jeritan kagetnya tadi telah menyinggung perasaan pemuda itu, namun ia
bertekad akan berusaha membangkitkan kembali rasa
gembira pemuda itu.
Maka bagaikan anak yang manja, dia menyusupkan
tubuhnya ke dalam pelukan pemuda itu, kemudian ujarnya
dengan lembut penuh perasaan cinta kasih:
"Engkoh Giok, kau jangan marah, kau mesti tahu aku
sudah menjadi milikmu, masih ingatkah kau " Ketika
hendak turun gunung tempo dulu, kau pernah berkata
kepadaku bahwa kesungguhan hatimu disaksikan oleh
Thian?" Lan gee giok tetap menutupi, wajahnya dengan ke dua
belah tangan, namun ia toh mengangguk berulang kali.
http://kangzusi.com/
Si Cay soat mencium pipi pemuda itu dengan hangat dan
mesra. kembali ujar nya dengan lembut:
"Engkoh Giok aku bersedia melayani kemauanmu, asal
kau senang aku..aku.. sudah siap menyambutmu sekarang
juga" Lan See giok merasa terharu, malu bercampur terima
kasih yang tak terhingga, namun ia tetap menggelengkan
kepalanya Si Cay soat semakin sedih, dia mengira pemuda itu tidak
bersedia memaafkannya, maka tanyanya lagi pedih,
"Engkoh giok, apakah kau tidak mencintai-ku?"
Lan See giok segera mengetahui kalau gadis itu salah
paham, serta merta dipeluknya gadis tersebut semakin
kencang, lalu bisiknya dengan lirih:
"Aku bersedia-cuma aku merasa amat penat"
Mendengar kata "aku bersedia ". Si Cay soat merasakan jantungnya segera berdebar keras, wajahnya berubah
menjadi merah membara, tapi setelah mendengar kata "aku penat". ia berbisik kembali.
"Kalau begitu, mari kita tidur sejenak:" Tiba-tiba gadis itu seperti teringat akan sesuatu, setelah menghela napas panjang. kembali ujarnya sedih.
"Nasibku memang sangat buruk, agaknya aku tidak
berjodoh untuk mempergunakan pedang mestika itu. lain
kali" Sebelum gadis itu menyelesaikan kata katanya, Lan See
giok telah menongolkan kepalanya sambil berseru cepat.
"Adik Soat, coba kau lihat!"
http://kangzusi.com/
Sambil berkata ia lantas menunjuk ke arah pedang Jit
boa loam yang berada di atas.
Dengan perasaan ingin tahu Si Cay soat berpaling. apa
yang terlihat membuatnya segera melompat bangun karena
terkejut bercampur gembira
Namun ketika ia merasa tubuhnya terhembus angin
dingin, gadis itu baru sadar bahwa ia berada dalam keadaan bugil, sambil menjerit kaget, cepat-cepat dia menggulingkan tubuhnya lagi ke dalam pelukan sang pemuda.
Menjumpai sikap dan gerak gerik si nona yang kaget dan
panik, Lan See giok tak bisa menahan rasa gelinya lagi, ia segera tertawa terbahak bahak.
Sebetulnya Si Cay soat merasa gembira sekali sampai
lupa daratan sehubungan ia melihat pedang mestikanya Jit hoa kiam berhasil ditemukan kembali.
Tapi setelah ditertawakan oleh Lan See giok, dia menjadi malu sekali tak tahan dicubitnya paha pemuda itu keras-keras.
Lan See giok segera menjerit kesakitan dan segera
menggelinding ke samping.
Sekali lagi Si Cay coat menongolkan kepalanya sambil
bertanya kemalu-maluan:
"Engkoh giok, bagaimana caramu menemukan pedangku
itu?" "Pedang tersebut kujumpai, di atas batu cadas di mulut gua sana.."
Berbicara soal gua. Si Cay soat baru teringat kalau
mereka sedang berada di sebuah ruang gua, matanya segera bergerak mengawasi sekeliling tempat itu.
http://kangzusi.com/
Tiba-tiba ia menemukan sebuah botol kecil berwarna
hijau terletak di langit-langit ruangan pada ujung sebelah kiri.
Ketika diendusnya, terasa bau harum semerbak tersiar
sampai dimana-mana, dan bau harum semacam ini mirip
sekali dengan bau Leng-sik-giok-ji yang pernah diberikan kepadanya dari gurunya dulu.
Karena itu sambil menunjuk kearah botol kecil di sudut
ruangan tersebut, seru nya terkejut:
"Engkoh giok, cepat kau ambil botol kecil itu!"
Dengan perasaan tak mengerti Lan See giok berpaling
dan berjalan mendekatinya, sewaktu botol kecil itu di
kocok, terasa bau harum yang sangat tajam tersiar sampai di seluruh ruangan.
Sambil mengendus bau harum yang semerbak itu, Si Cay
soat segera berseru dengan rasa terkejut bercampur gembira.
"Ya, benar, agaknya apa yang kuduga memang tak salah lagi, cepat bawa kemari akan kulihat berapa tetes cairan yang terdapat di dalamnya."
Sambil berkata buru-buru dia bangkit dan duduk,
dipakaianya kain untuk menutupi bagian dadanya, tapi
bahunya yang putih dan tangannya yang telanjang terlihat jelas sekali.
Buru-buru Lan See giok menyerahkan botol kecil itu
kepada Si Cay-soat, kemudian tanyanya tidak mengerti:
"Adik Soat, kau bilang apa isi botol tersebut?"
"Cairan mestika Leng si giok ji" jawab Si Cay-soat gembira, tanpa ragu-ragu.
"Apa" Masa benar Leng si giok ji?" seru Lan See-giok lagi dengan perasaan terkejut.
http://kangzusi.com/
Cepat-cepat dia menghampiri nona itu dan memeriksa isi
botol porselen tadi,
Di dalam botol kecil itu nampak berisikan cairan hijau
yang agak kental, paling tidak isinya mencapai puluhan
tetes. Dengan perasaan terkejut bercampur keheranan kembali,
Si Cay-soat berseru:
"Aaah, mungkin cairan tersebut sudah seratus tahun
lebih usianya.."
Ketika dilihatnya- pemuda itu rada tidak percaya,
kembali gadis itu menjelaskan.
"Bayangkan saja, setiap tetes membutuhkan waktu
sepuluh tahun, padahal berapa banyak isi botol tersebut, bukankah berarti isi botol tersebut sudah berusia ratusan tahun?"
Mendengar penjelasan mana, Lan See giok mengangguk
berulang kali, kemudian untuk beberapa saat lamanya dia
jadi termenung.
Entah berapa saat lamanya sudah lewat, mendadak Si
Cay-coat menegur dengan keheranan:
"Engkoh Giok, apa yang sedang kau pikir kan?"
Pertanyaan tersebut segera membuat anak muda itu
sadar kembali, sahutnya kemudian:
"Aku sedang berpikir, apa sebabnya kau bisa mengejar sampai di Tayang-san ini secara tiba-tiba!".
Si Cay-soat tahu, pemuda itu mempunyai kesulitan yang
tak bisa diutarakan, tapi persoalan tersebut memang
merupakan masalah yang hendak dijelaskan kepada Lan
See giok maka dengan wajah amat murung katanya.
http://kangzusi.com/
"Keesokan harinya setelah keberangkatan mu, naga sakti pembalik sungai Thio loko telah datang.."
"Apakah dia membawa kabar tentang suhu?" tanya pemuda itu dengan perasaan bergetar keras.
Si Cay soat menggelengkan kepalanya berulang kali,
sahutnya dengan wajah sedih.
"Tidak.., sewaktu Thio loko mendengar kau telah turun gunung, dia hanya bisa mendepak depakkan kakinya
berulang kali dengan perasaan gelisah. ketika aku dan adik Gou bertanya kepadanya mengapa. dia tidak menjawab,
akhirnya dia mendesak kepada kami untuk turun gunung
mengejar dirimu?"
"Mengapa?" tanya Lan See giok tidak habis mengerti.
Si Cay soat menggelengkan kepalanya berulang kali.
"Tampaknya Thio loko merasa kurang bebas untuk
menjelaskan kepada kami, aku-pun lantas bertanya
kepadanya apakah Hu-yong siancu dari enci Cian telah
menjumpai musibah . ."
Lan see giok sangat terkejut oleh perkataan mana, saking kagetnya sekujur badan sampai gemetar keras, tanyanya
tanpa terasa, "Sungguh kah perkataanmu itu?"
Tampaknya Si Cay soat tidak berani membohongi
pemuda itu, secara jujur sahut nya.
"Tapi Thio loko sama sekali tidak memberi penjelasan, jika dilihat dari perubahan mimik wajahnya serta kesedihan yang mencekam sorot matanya, bisa diketahui bahwa ia
telah mengalami banyak percobaan berat."
"Apakah sampai sekarang Thio loko masih berada di
atas puncak?" sela Lan See giok dengan perasaan gelisah.
http://kangzusi.com/
Sambil berkata dia mengambil pakaian milik Si Cay-Coat
yang selesai dikeringkan dan diberikan kepada gadis itu, sementara is sendiri mengenakan bajunya.
"Thio loko dan Thi-gou berangkat ke Pek ho-cay." Si Cay-soat menjelaskan sambil menerima pakaiannya,
"sementara aku berangkat ke Tayang-san seorang diri, di dalam anggapannya selama setengah bulan ini kau pasti
berada diantara ke dua tempat tersebut, secara khusus Thio Loko berpesan kepadaku, entah kau ditemukan atau tidak,
aku harus selekasnya pulang ke kampung nelayan di tepi
Phoa-yangoh untuk menjumpainya."
Sementara pembicaraan berlangsung, mereka selesai
berpakaian, Lan See giok juga telah melilitkan senjata gurdi emasnya di pinggang.
Si Cay soat bagaikan seorang istri yang saleh, secara
khusus membantu Lan- See giok mengenakan jubah
panjangnya, bahkan membantunya pula menyisir rambutnya yang kusut.
Sayang sekali Lan See-giok sedang murung dan bingung
sehingga ia tidak berminat sama sekali untuk merasakan
kasih sayangnya itu.
Sebab dia sedang memutar otak sambil mencari akal
bagaimana bisa menemukan si Beruang berlengan tunggal
secepatnya, kemudian pulang ke telaga Phoa yang -oh, yang paling dikuatirkan olehnya adalah jika bibi Wan dan enci Cian nya sampai menjumpai musibah.
Lan See-giok tidak percaya kalau si naga sakti pembalik
sungai, tidak menerangkan duduk
persoalan yang sebenarnya kepada gadis itu, dalam anggapannya Si Cay-
soat memang sengaja hendak mengelabuhinya, agar dia tak
usah kelewat gelisah,
http://kangzusi.com/
Tapi, bukanlah tianglo Bu tong pay, Keng hian sian tiang sudah tiga tahun lamanya hidup, mengasingkan diri"
Bagaimana mungkin tosu tersebut bisa membawakan surat
dari gurunya"
Tentang persoalan ini, dia sendiri pun tak ingin
menjelaskan kepada Si Cay soat terlalu awal.
Si Cay soat kembali menelan dua tetes Leng sik giok ji,
sekarang hawa murninya telah pulih kembali, semua rasa
penat terusir ke luar dari dalam tubuhnya, ia kelihatan
bertambah cantik, menarik dan mentereng.
Buru-buru Lan See giok mengenakan sepatunya,
kemudian mencabut pedang Jit hoa kiam dari atas dinding, setelah itu dengan langkah tergesa gesa dia menarik tangan Si Cay soat sambil serunya.
"Aku akan membawa pedang ini sebagai pembuka jalan, ikutilah aku di belakang."
Dengan cepat mereka berdua meninggalkan ruangan itu
serta menutup kembali pintunya.
"Engkoh Giok, apakah kita akan berangkat ke Phoa yang oh?" tanya si nona kemudian tidak mengerti.
"Tidak!" jawab Lan See giok tanpa ragu-ragu, "setelah sampai di Tay ang san bagaimanapun juga kita harus
mencari si Beruang berlengan tunggal sampai ketemu"
Sementara berbicara, mereka berdua sudah melayang
turun, dalam waktu singkat mereka telah sampai di luar
gua. Butiran air memercik deras di luar gua dan membentuk
kabut yang tebal, hal ini membuat kedua orang muda-mudi
itu sulit melihat keadaan cuaca, tapi berdasarkan sepercik
http://kangzusi.com/
sinar yang sempat menembusi jurang dapat diduga fajar
telah menyingsing.
Lan See-giok menyerahkan pedangnya kepada Si Cay-
soat, lalu mendongakkan kepalanya memeriksa sekejap
keadaan di seputar sana, sesudah itu dia menghimpun
tenaga dalamnya dan melejit lebih dulu ke atas, Buru-buru Si Cay soat masukkan pedangnya ke dalam sarung,
kemudian menyusul di belakangnya.
Dengan diteguknya leng sik-giok-ji oleh kedua orang
muda mudi itu, boleh dibilang tenaga dalam yang dimiliki kedua orang tersebut telah peroleh kemajuan yang pesat,
terutama sekali untuk Si Cay soat, kemajuan yang berhasil dicapainya sungguh luar biasa,
Dengan gerakan tubuh seenteng burung walet, ke dua
orang itu melayang ke udara dan dalam sekejap mata
mereka telah muncul dari balik kabut.
Mereka berdua segera merasakan pandangan matanya
menjadi silau, pemandangan di atas tebing terlihat jelas, langit nan biru dan sepercik sinar sang surya yang lembut memancarkan cahayanya ke empat penjuru, saat itu sudah
Anak Harimau Karya Siau Siau di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
merupakan fajar keesokan harinya.
Sekejap kemudian mereka telah sampai di atas
permukaan tebing, saat itu asap putih masih mengepul dari arah puncak, namun kebakaran telah padam.
Lan See giok berpaling sambil memeriksa sekejap
keadaan di tebing seberang, suasana di situ sunyi senyap dan tak kedengaran sedikit suarapun, Oh Li cu serta Tok
Nio-cu juga tak kelihatan lagi, dia yakin mereka tentu sudah kembali ke Tiang siu tian.
http://kangzusi.com/
Dari sikap si anak muda itu, Si Cay soat segera teringat pula akan isak tangis dari seorang gadis yang didengarnya semalam, tanyanya kemudian dengan nada tak mengerti:
"Engkoh Giok, siapa sih nona yang menangisimu di atas tebing semalam-?"
-ooo0dw0ooo- BAB 22 LAN SEE GIOK sudah berapa kali berpengalaman
menghadapi adik Soat nya cemburu, betul pertanyaan yang
diajukan olehnya sekarang amat datar dan biasa, namun dia yakin dihati kecilnya tentu terdapat benih-benih cemburu Karenanya dengan suara hambar jawabnya:
"Yang seorang adalah Oh Li cu, putri Oh Tin san,
sedangkan yang lain adalah Tok Nio-cu, istri Pek ho
caycu!". Si Cay soat merasa tidak habis mengerti, masalah Oh Li-
cu memang pernah didengarnya dari penjelasan engkoh
Giok, tapi mengapa pula Tok Nio-cu turut datang
bersamanya ke Tay ang san"
Terdorong oleh rasa ingin tahu. ia bertanya kembali.
"Tok Nio-cu itu - "
Sembari memeriksa keadaan di sekitar tebing cepat-cepat
Lan See giok menerangkan:
"Tok Nio-cu adalah kakak kandung Oh Li cu, Tok Nio-
cu datang ke Tay ang san gara-gara penghianatan si
harimau berkaki cebol, seorang anak buahnya yang kabur
dan kini mendapat perlindungan dari Beruang berlengan
tunggal,,."
http://kangzusi.com/
Belum selesai penjelasan tersebut diberikan, dari antara dua bukit di sebelah kanan mendadak terdengar suara
bentakan nyaring.
Berkilat sepasang mata Lan See giok, cepat-cepat
serunya. "Aai mereka belum pergi, ayo kita kejar mereka!"
Sembari berkata, tubuhnya bagaikan segulung asap
segera menerjang ke depan.
Si Cay soat tidak mengetahui keadaan yang sebenarnya,
diapun tidak habis mengerti mengapa Tok Nio-cu bisa
menjadi kakak kandung Oh li cu dan siapa pula, si harimau berkaki cebol itu. walaupun demikian tanpa mengucapkan
sepatah katapun diikutinya pemuda itu menuju ke depan
sana. Mereka berdua melalui hutan yang lebat dengan aneka
batuan cadas, kemudian di depan situ dijumpainya sebuah
lembah hijau yang luasnya mencapai dua-tiga ratusan kaki persegi.
Di empat sekeliling lembah tadi tumbuh aneka bambu
dan pohon siong, sedangkan dibagian tengah merupakan
sebuah daratan datar, suatu tempat yang baik sekali untuk tempat latihan silat.
Ditengah lembah terdapat ratusan orang lelaki kekar
berpakaian ringkas yang melakukan pengepungan dengan
senjata terhunus, mereka sedang memusatkan semua
perhatiannya mengikuti jalannya pertarungan ditengah
arena. Oh Li cu dengan rambut terurai kalut sedang memainkan
pedangnya bertarung melawan enam orang lelaki kekar
berpakaian ringkas, bajunya sudah compang camping
dengan beberapa lubang di sana sini, posisi nya amat kritis.
http://kangzusi.com/
Tak jauh dari arena pertarungan, pada sudut sebelah
utara tanah lapang, berdiri berjajar lima orang manusia
yang rata-rata berwajah buas dan menyeramkan.
Senyuman menyeringai menghiasi ujung bibir masing-
masing, mereka sedang mengawasi pertarungan antara ke
enam lelaki kekar itu melawan Oh Li cu.
Diantaranya merupakan seorang hwesio pendek yang
bertubuh gemuk, beralis tebal, mata besar, hidung besar dan mulut lebar, senjata yang dibawa berupa sebuah tongkat
berwarna hitam pekat.
Orang yang berada di sisi kirinya adalah seorang kakek
berusia lima puluh tahunan serta seorang nikou tua, si
kakek bertubuh ceking, berbaju hitam, mata cekung, kening cembung dan bersenjatakan sebuah golok besar.
Sementara si nikou berusia enam puluh tahunan.
bermulut lancip, mata tikus, hidung menghadap ke atas
serta mengenakan jubah putih, ia memegang senjata giok ji gi.
Kisah Pedang Bersatu Padu 1 Senyuman Dewa Pedang Karya Khu Lung Kisah Para Pendekar Pulau Es 9