Pencarian

Tokoh Besar 3

Tokoh Besar Karya Khu Lung Bagian 3


ternama di sana boleh dikata banyak yang kukenal!"
Ocehan ini menggerakan hati Dian Susi.
"Kau kenal banyak orang?" tanya Dian Susi. "Kau
kenal Cin Ko?"
"Orang yang suka kelayapan, jarang yang tiada kenal
Cin Ko." Seketika bersinar biji mata Dian Susi, katanya:
"Kabarnya dia sering kelayapan kemana-mana, sukar
untuk menemukan dia."
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Jadi kau ke Kanglam mau mencari dia?"
"Em," Dian Susi mengiakan.
"Untung kau bertemu aku di sini, kalau tidak sia-sia
perjalananmu ke sana."
"Kenapa?"
"Sekarang dia tak berada di Kanglam, kini berada di
Tionggoan."
"Kau... kau tahu di mana dia berada?"
"Kemarin lusa aku masih berkumpul sama dia."
Sungguh tertarik, iri dan cemburu Dian Susi dibuatnya,
katanya menggigit bibir: "Apa dia berada di tempat
sekitar sini?"
"Ya, tidak jauh dari sini."
Sesaat lamanya Dian Susi terpekur, katanya
kemudian: "Sudikah kau beritahu kepadaku, di mana aku
bisa menemukan dia?"
"Tidak bisa," sahut Thio Hou-ji.
Dian Susi menjublek, akhirnya dia berjingkrak bangun
terus berlari keluar.
Tiba-tiba Thio Hou-ji tertawa, serunya: "Tapi aku bisa
bawa kau ke sana menemui dia."
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Langkah Dian Susi berhenti, hampir berjingkrak
senang, serunya:
"Apa benar" Kau tidak menipu aku?"
"Kenapa harus menipumu?" Tiba-tiba Dian Susi
merasa orang ini berhati baik. Apa yang terpikir dalam
benaknya sukar untuk dinyatakan dengan ucapan, segera
dia putar badan memburu ke depan Thio Hou-ji, katanya
sambil menarik tangan Thio Hou- ji: "Kau memang orang
baik." "Sejak bertemu aku amat menyukai kau."
"Kau... kapan kau hendak ajak aku menemui dia?"
"Kapan saja bolehlah, cuma... mungkin ada orang
yang tidak mengizinkan kau pergi."
"Siapa berani melarang aku?"
Thio Hou-ji menuding keluar, katanya berbisik: "Babi
gendut itu."
Dian Susi tertawa riang, katanya: "Berdasar apa dia
melarang aku" Yang benar dia tidak punya hak
merintangi keinginanku."
"Kau benar-benar tidak takut?"
"Takut apa" Siapa takut setan kepala besar itu?"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Kalau sekarang kau berani pergi, hayolah kubawa kau
ke sana, besok pagi mungkin kau bisa bertemu Cin Ko."
"Kalau begitu mari sekarang berangkat, siapa tidak
berani dialah anjing kecil."
"Marilah kita merat lewat jendela saja, biar setan
kepala besar itu mencak-mencak tak menemukan kita,
bagaimana?"
"Bagus," Dian Susi menyetujui usulnya. Dapat
membikin Nyo Hoan keripuhan, sungguh amat
menyenangkan hatinya.
* * * * * Dian siocia mulai perjalanan dalam pengembaraannya.
Di jalan bukan saja lebih nyaman daripada di kamar,
lebih segar juga berada di pekarangan. Dian Susi
menghirup nafas segar, tiba-tiba dia merasa kakinya
dingin lembab. Baru sekarang dia sadar kakinya tidak
pakai sepatu. "Sejak mula babi gendut itu ternyata tidak
pernah memperhatikan kedua kakinya."
Diam-diam Dian Susi kertak gigi, katanya: "Aku... biar
aku kembali dulu sebentar?"
"Kembali lagi untuk apa?" tanya Thio Hou-ji tertawa.
"Tak usah kau kuatir dia kelabakan, orang-orangku tahu
ke mana aku hendak pergi, besok pagi mereka pasti
memberi tahu kepadanya."
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Merengut mulut Dian Susi, katanya: "Perduli dia akan
gugup sampai mati, aku ingin mengambil sepatuku."
"Aku membawa sepatu, sepatu model apapun aku
punya." "Tapi... masa aku harus berangkat begini saja?"
"Aku tahu di suatu tempat, meski larut malam di sana
kita bisa menyewa kereta."
"Kau memang pintar bekerja, agaknya banyak urusan
yang kau ketahui."
"Soalnya terpaksa, perempuan yang kelayapan di luar,
jikalau tidak cari akal untuk mengurus diri sendiri, setiap
saat bisa digoda laki-laki."
"Memangnya laki-laki bukan manusia baik-baik."
"Laki-laki yang baik memang tidak banyak."
"Tapi darimana kau tahu aku she Dian" Apa setan
kepala besar itu yang memberi tahu kepadamu?"
"Ya."
"Apa saja yang dia katakan kepadamu?"
"Apa yang dikatakan laki-laki di belakang orang, lebih
baik jangan kau mendengarnya."
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Apa salahnya kudengar" Yang terang apapun yang
dia katakan, kuanggap kentut."
"Sebetulnya dia tidak mengatai dirimu, cuma
mengatakan kau terlalu mengumbar adat sebagai nona
pingitan dari keluarga besar yang kaya raya, kalau tidak
dididik secara baik-baik, kelak pasti lebih galak dan sukar
dikendalikan."
"Setan kepala besar, berani dia kendalikan aku"
Memangnya dia punya hak?"
"Dia pun mengatakan, cepat atau lambat kau harus
kawin sama dia, mau tidak mau dia harus mendidikmu."
"Jangan kau percaya akan kentutnya, coba kau pikir,
sudikah aku kawin dengan laki-laki seperti dia itu?"
"Sudah tentu tidak, dalam hal apa dia setimpal
mempersunting kau?"
"Tapi kau justru bersikap baik terhadapnya."
"Terhadap banyak laki-laki aku sudah biasa baik!"
"Tapi terhadap laki-laki yang satu ini, perhatianmu luar
biasa, benar tidak?"
"Soalnya dia kenalan lamaku."
"Kau sudah lama mengenalnya?"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Thio Hou-ji mengiakan, katanya: "Jangan kau kira dia
itu orang jujur, kelihatannya memang jujur, tapi
obrolannya justru mengandung bisa, setiap ucapannya
hakikatnya tidak boleh dipercaya."
"Memangnya sudah kukatakan, apapun yang dia
katakan, anggap saja kentut busuk." Di mulut berkata
demikian, namun perasaan hati berkata lain. "Bagaimana
juga, si kepala besar ini toh pernah membantu aku." Dian
Susi memangnya bukan manusia yang lupa akan budi
dan membalas air susu dengan air tuba, kelak bila ada
kesempatan dia berjanji untuk membalas kebaikannya
itu. Dalam pada itu mereka sudah beranjak di jalan raya,
derap kaki kuda berdentam di batu-batu jalan raya, Thio
Hou-ji berkata:" Agaknya kita rada mujur, tak usah pergi
mencarinya, kereta sudah diantar datang!"
* * * * * Ada sementara orang selalu ketiban rejeki baik. Kereta
yang datang ini bukan saja kosong, malah kereta besar
yang mewah terukir dan dipajang indah, kereta baru
yang nyaman lagi menyegarkan. Kusir kereta juga
pemuda yang sopan dan ramah tamah, malah kepalanya
menggunakan ugel-ugel kain panjang warna merah,
ujung ugelannya yang terurai memanjang tertiup angin
melambai-lambai.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Dian Susi menjublek mengawasi lambaian kain merah
ini, seolah-olah dia sudah berhadapan dengan Cin Ko.
Pemuda yang pegang kendali jadi kikuk dan risih,
katanya tertawa malu-malu: "Silahkan nona naik kereta."
Merah muka Dian Susi, tanyanya: "Kulihat kau pun
pakai selendang merah segala, memangnya kau
mengagumi Cin Ko?"
"Sudah tentu, siapa orang Kangouw yang tidak kagum
terhadap Cin Tayhiap?"
"Kau pernah melihatnya?"
"Kami dari kalangan rendah, siapa punya rejeki
sebesar itu bisa kebetulan berhadapan dengannya?"
"Kau ingin tidak melihatnya?"
"Asal bisa melihat Cin Tayhiap, disuruh puasa tiga hari
aku pun mau."
Dian Susi geli. Mendengar orang memuji Cin Ko,
seolah-olah hatinya lebih senang daripada orang memuji
dirinya. Katanya tertawa lebar: "Besok aku akan bertemu
sama dia, dia adalah... adalah temanku." Dia tidak
merasa dirinya membual, karena di dalam benaknya, Cin
Ko bukan saja sudah dianggapnya sebagai teman karib,
boleh dikata sudah dianggap kekasihnya, calon suami.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Seketika terpancar kagum pada sorot mata si kusir
muda ini, katanya: "Nona memang beruntung besar..."
Serasa terbang badan Dian Susi saking syuur dan
sedap. Memang dia merasa peruntungan dirinya teramat
besar, pilih punya pilih, ternyata tidak meleset pilihannya.
Cin Ko memang tokoh istimewa.
* * * * * Kereta akhirnya berhenti. Kebetulan cahaya terang
mulai muncul di ufuk timur. Fajar telah menyingsing.
Dian Susi sedang bermimpi, mimpi yang manis mesra.
Dalam mimpinya sudah tentu tidak ketinggalan bayangan
Cin Ko. Sayang sekali mimpinya di tengah jalan karena Thio
Hou-ji menggoyang pundaknya.
Dian Susi mengucek-ucek mata, dari jendela dia
memandang keluar. Tampak dua daun pintu warna
merah darah bersinar ketingkah sinar surya pagi, dua
buah singa batu yang besar mendekam di dua sisi pintu.
Dengan berkedip-kedip dia bertanya: "Apa sudah
sampai" Tempat apakah ini?"
"Inilah pondokku," sahut Thio Hou-ji.
Dian Susi tertawa.
"Apa yang kau tertawakan?" tanya Thio Hou-ji heran.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Aku geli karena kau terlalu sungkan, kalau rumah
seperti ini adalah pondokmu, lalu gedung bagaimana
baru menjadi rumah tinggalmu?"
Thio Hou-ji tertawa riang. Bahwa rumah gedungnya
dipuji orang, siapapun akan merasa girang. Memangnya
siapapun yang melihat dan berada di tempat seperti ini,
pasti akan memuji ala kadarnya.
Gelang baja di daun pintu mengkilap seperti emas, di
dalam lingkungan pagar tembok ada sebuah pekarangan
yang luas, serambi yang dibangun serba ukiran, daun
jendela memakai kertas sutra yang paling mahal dan
putih halus, namun warnanya menjadi kehijauan
ditingkah reflek sinar matahari yang menyinari dedaunan
kembang di pekarangan. Kembang mekar dan
tetumbuhan subur hidup dalam pekarangan, burung
berkicau, burung walet terbang pergi datang
membangun sarangnya di terap gedung.
"Gedung ini milikmu?" Dian Susi bertanya. "Kau sendiri
yang membelinya?"
"Baru kubeli dua tahun yang lalu, pemiliknya yang
dulu adalah keluarga bangsawan, kabarnya serba pandai,
sayang orang sekolahan, maka gedung ini dapat kubeli
dengan harga yang amat murah."
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Agaknya menjadi seorang ahli kebajikan memang
amat menguntungkan, paling tidak jauh lebih baik bagi
seorang yang lulus dari ilmu kesarjanaan."
Thio Hou-ji manggut-manggut dengan muka merah,
lekas dia pura-pura batuk-batuk. Agaknya Dian Susi
menyadari akan kelepasan omongnya, lekas dia
menambahkan: "Apa Cin Ko hari ini akan kemari?"
"Biar kau ke belakang dulu istirahat, umpama dia tidak
kemari, aku akan mengundangnya ke sini."
Taman belakang lebih indah dan permai dari
pekarangan depan. Gedung-gedung mini bertingkat
dibangun tepat di tengah taman, selintas pandang dari
luar laksana gambar lukisan, demikian pula dipandang
dari dalam tak ubahnya seperti di dalam surga. "Indah
benar tempat ini," tak tertahan Dian Susi memuji.
"Bila hawa teramat terik, aku jadi malas kelayapan,
maka aku sering menyembunyikan diri di dalam taman
kembang ini."
"Kau memang pintar menikmati hidup mewah,"
demikian puji Dian Susi. Bahwasanya tempat tinggalnya
tidak kalah permai dan sejuknya dari tempat ini, justru
ada kesenangan tidak mau dinikmati, malah kelayapan di
luar mengalami derita dan kesukaran.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Thio Hou-ji tertawa, katanya: "Jikalau kau senang
tempat ini, biar kusediakan untukmu, kelak bila kau
kawin dengan Cin Ko, boleh kau tempati gedung loteng
ini sebagai kamar pengantin."
Merah biji mata Dian Susi, tak tertahan dia tarik
tangan orang, katanya: "Kenapa kau begini baik


Tokoh Besar Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

terhadapku?"
"Tadi sudah kukatakan, sekali pandang hatiku merasa
cocok dengan kau, itulah yang dinamakan jodoh,"
ditepuknya tangan Dian Susi lalu menyambung:
"Sekarang pergilah kau mandi ganti pakaian dan merias
diri, lalu pergilah tidur, bila Cin Ko datang, nanti
kubangunkan kau, jangan lupa berdandanlah yang baik."
Dian Susi menunduk melihat pakaiannya yang kotor
dan sobek, mengawasi sepasang kakinya yang telanjang
dan dekil, tak tertahan dia menghela nafas.
Berkata pula Thio Hou-ji tertawa: "Perawakanmu
sebanding dengan aku, biar kucari beberapa stel pakaian
yang paling baik untukmu, sebentar kusuruh Siau-lan
membawanya kemari."
"Siau-lan?" tanya Dian Susi.
"Siau-lan adalah budak kecil yang baru kubeli, cukup
cerdik dan pintar, jikalau kau suka, boleh kuberikan dia
kepadamu."
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Sungguh tak kepalang terima kasih hati Dian Susi atas
kebaikan orang kepada dirinya. Orang dari tingkat dan
kelas apapun di dalam masyarakat pasti ada yang baik,
di dalam liku-liku pengembaraan secara liar ini, terhitung
sekarang dia menemukan seorang yang benar-benar baik
hati. Sepeninggal Thio Hou-ji, seorang diri Dian Susi
mengamat-amati hiasan lukisan-lukisan kuno dari
pelukis-pelukis kenamaan dan syair-syair dari pujangga
jaman lalu, begitu asyiknya sampai dia lupa ganti pakaian
lupa mandi, pada saat-saat itulah tiba-tiba didengarnya
suara ketukan pintu yang lirih dari luar. Pintu hanya
dirapatkan, maka Dian Susi segera bersuara: "Apakah
Siau-lan" ...masuklah!"
Seorang babu cilik yang mengenakan pakaian serba
merah beranjak masuk sambil menyunggi setumpukan
pakaian, katanya sambil menunduk: "Siau-lan patuh akan
petunjuk nona," biji matanya besar bundar, mulutnya
kecil mungil, meski dalam keadaan wajar, tidak marah,
namun bibirnya suka dimonyongkan.
Hampir saja Dian Susi berjingkrak kaget dan berteriak.
Dian Sim! Babu kecil ini terang adalah Dian Sim adanya.
Dian Susi memburu maju terus memeluknya, pakaian
yang dibawa babu cilik itu sampai kena terjang jatuh.
"Budak mampus, budak setan! Bagaimana kau bisa lari
kemari" Kapan kau tiba?"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Babu cilik ini membelalakkan matanya, amat heran
dan kaget, sahutnya tergagap: "Aku sudah dua tahun di
sini." Dian Susi cekikikan, makinya: "Setan cilik, mau
menipuku ya" Memangnya kau kira aku sudah tidak
mengenalmu lagi?"
Budak cilik berkedip-kedip tanyanya: "Nona dulu
pernah melihatku?"
"Memangnya kau kira kau tidak pernah melihatku?"
"Tidak!"
Dian Susi tertegun, katanya: "Kau sudah tidak
mengenalku lagi?"
"Tidak kenal."
Dian Susi mulai kaget, dia kucek-kucek mata, katanya:
"Kau... apakah kau bukan Dian Sim?"
"Aku bernama Siau-lan atau Kembang Cilik," dari
nadanya yang bersungguh, terang perkataannya bukan
bualan, juga tidak berkelakar.
"Apakah kau kesurupan setan?" teriak Dian Susi.
Mengawasi orang Siau-lan seperti mengawasi orang
yang sakit ingatan, segera dia menunduk seperti segan
bicara, katanya: "Kalau nona tidak punya urusan, biar
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
kusiapkan air untuk nona mandi," tanpa menunggu
jawaban, secepat angin dia lari pergi.
Dian Susi melongo. "Apa dia bukan Dian Sim" Jikalau
bukan kenapa tampangnya begitu mirip dengan Dian
Sim, sampai pun mulutnya yang monyong, mirip benar
seperti pinang dibelah dua." Demikian Dian Susi berpikir
dan menduga-duga. Namun dia harus percaya akan
kenyataan. Dua orang babu tua yang berbadan kekar masing-
masing menjinjing sebuah baskom besar yang terukir
indah buat mandi. Air di dalam baskom jernih dan berbau
harum, malah masih hangat mengepulkan asap wangi.
Tangan Siau-lan membawa handuk dan sabun,
katanya: "Apa perlu aku melayani nona mandi?"
Lama Dian Susi menatapnya, lalu menggeleng, tiba-
tiba berkata keras: "Benarkah kau bukan Dian Sim?"
Siau-lan berjingkrak kaget sampai menyurut mundur,
dengan keras kepalanya menggeleng-geleng, seperti
melihat setan saja, cepat sekali dia sudah lari
menghilang. Dian Susi menghela nafas, katanya dengan getir:
"Benar-benar aku melihat setan... mungkinkah ada
kejadian begini kebetulan dalam dunia ini..." Hatinya
diliputi kecurigaan, namun air hangat dalam baskom
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
yang harum itu sungguh menarik perhatiannya. Dalam
dunia jarang ditemukan gadis cantik pingitan yang tidak
mandi selama tiga hari, masakah dia kuasa melawan
daya tarik air wangi yang hangat ini setelah badannya
kotor, dekil dan gerah. "Apapun yang terjadi, aku harus
mandi dulu."
Dengan menghela nafas, pelan-pelan Dian Susi
mencopoti kancing bajunya. Di sebelah depan kebetulan
ada sebuah cermin besar bundar telur, potongan
badannya yang langsing semampai berisi dan montok
seketika terbayang di dalam cermin. Perawakannya
mungkin tidak sesubur dan matang seperti potongan
Thio Hou-ji yang masak, tapi kulit badannya halus
mengkilap, dagingnya terang lebih kenyal dan kekar,
malah mengandung kekenyalan dari kulit daging seorang
gadis perawan. Kedua pahanya lencir panjang, tumitnya
seperti lebah bergantung, lekuk likunya mempesona.
Badan sesuci ini belum pernah terjamah, apalagi
dipeluk laki-laki. Memang dia sedang menunggu,
menunggu seorang laki-laki yang patut dan menjadi
pilihannya, berapapun lama dia harus menunggu tidak
menjadi soal, yang terang Cin Ko adalah seorang calon
yang sedang ditunggu.
Seketika merah jengah selebar mukanya bila
membayangkan adegan yang tidak senonoh, seolah-olah
sekujur badannya menjadi panas lebih hangat dari air
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
wangi di dalam baskom besar itu. Pakaian dalamnya
yang ketat sudah basah oleh keringatnya, potongan
badannya yang sempurna sudah terbayang di dalam
cermin. Pelan-pelan dia mulai membuka pakaiannya.
Mendadak dia terbelalak kaku.
Di kamar ada sebuah ranjang besar yang empuk dan
nyaman. Di atas ranjang bergantung kelambu yang
tersingkap. Dari pandangannya melalui cermin tampak
oleh Dian Susi di balik kelambu yang bergantung itu
terdapat dua lubang bundar, sinar terang menyorot dari
kedua lubang bundar ini. Sorot mata yang bersinar.
Jadi ada seseorang bersembunyi di balik kelambu
tengah mengintip gerak-geriknya. Keruan kaget dan
gusar, sampai sekujur badan Dian Susi kaku dan mati
rasa. Dengan kencang dia gigit bibir, sedapat mungkin
menekan perasaannya, pelan-pelan dia membuka
kancing pertama, lalu lebih pelan lagi membuka kancing
kedua... Mendadak dia menerjang maju serta menarik kelambu
sekuat-kuatnya. Begitu kelambu tertarik jatuh, dilihatnya
seseorang sembunyi di balik kelambu. Seorang yang
kaku dan tidak bergeming.
Biasanya seseorang yang mengintip gadis mandi dan
ketahuan, tentunya amat kaget dan gugup. Tapi bukan
saja orang ini tidak bergerak, raut mukanya sedikit pun
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
tidak menunjuk rasa kaget. Apakah dia bukan manusia,
memangnya patung manusia yang diukir dari kapur"
Tapi Dian Susi tahu dia adalah manusia tulen, manusia
yang ia kenal. Kek-siansing! Kek siansing yang mirip setan gentayangan, ternyata
muncul di tempat ini. Saking kaget tenggorokan Dian
Susi serasa tersumbat, ingin berteriak, suara tidak keluar,
ingin lari kaki tak kuasa bergerak. Kek-siansing sendiri
pun tidak bergerak. Demikian kaki tangan, biji matanya
pun tidak bergeming. Kedua biji matanya yang guram
seperti mata iblis mendelong kaku menatap Dian Susi,
sorot matanya tidak membawa perasaan apa-apa. Tapi
tiada mimik jauh lebih menakutkan daripada mimik
perasaan. Betapa susah Dian Susi mengangkat kakinya, segera
dia lari sipat kuping. Setiba dia di luar pintu Kek-siansing
tetap tidak bergeming. Kenapa dia tidak mengejar"
Memangnya dia tahu Dian Susi takkan lolos dari
tangannya"
Dian Susi sembunyi di balik pintu, pelan-pelan dia
mengintip ke dalam, tiba-tiba didapatinya kedua biji mata
Kek siansing tetap tertuju ke tempatnya di mana dia tadi
berdiri. "Apakah dia kesurupan setan?" Meski tidak mau
percaya seratus persen, namun bila hal ini kenyataan
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
bukankah merupakan kesempatan paling baik bagi
dirinya menuntut balas melampiaskan kemendongkolan
hatinya" Dendamnya merupakan daya tarik yang tak
terlawankan. Dengan kertak gigi, segera dia melangkah
setindak demi setindak.
Kek siansing tetap tidak bergerak. Pelan-pelan Dian
Susi membungkuk badan, dari atas kursi dijemputnya
tempat sabun yang keras seperti terbuat dari perak.
Siapapun bila kepalanya terketuk benda sekeras ini,
saking kesakitan pasti berjingkrak. Dengan kerahkan
seluruh kekuatannya Dian Susi timpukkan tempat sabun
perak itu. "Tuk!" dengan telak dan keras sekali mengenai batok
kepala Kek siansing.
Kek siansing tetap tidak bergerak, biji matanya pun
tidak bergerak, seolah-olah dia tidak merasa sakit sedikit
pun. Tapi kepalanya sudah terketuk luka keluar kecap.
Bila seseorang kepalanya terketuk bolong, jikalau sedikit
rasa pun tidak, umpama dia bukan orang mati, tentu
sudah sekarat. Tidak kepalang tanggung Dian Susi angkat kursi kecil
terus dilempar pula dengan seluruh kekuatannya. Kali ini
keadaan Kek siansing lebih mengenaskan, lubang kecil di
kepalanya menjadi lubang besar, darah bercucuran. Tapi
dia tetap tidak bergeming.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Lega hati Dian Susi, lekas dia memburu maju, "plak"
dengan keras dia gampar pipi orang. Tapi orang tetap
tidak bergeming.
Dian Susi tertawa senang dan dingin, katanya penuh
kebencian: "Orang she Kek, tak nyana kau pun
mengalami nasibmu yang mengenaskan ini." Dian Susi
sebetulnya bukan gadis jahat dan bertangan gapah, tapi
dia sungguh benci terhadap laki-laki yang satu ini, segera
dia renggut rambut Kek siansing, terus menjinjing badan
orang, kembali tangannya melayang pergi datang
menghajar pipinya. Masih belum juga amarahnya
terlampias, air panas buat dia mandi masih panas. Bila
kepala orang yang bocor ditekan ke dalam air sepanas
itu, betapa rasanya dapatlah kita bayangkan. Dian Susi
tekan kepala Kek siansing ke dalam baskom air. Buih
tidak terlihat dari pernafasan hidungnya, memangnya
orang ini sudah mampus"
Lama kelamaan tangan Dian Susi terasa kemeng,
segera dia angkat kepala orang. Mata orang masih
mendelong, sedikit pun tidak menampilkan perasaan
apa-apa. Keruan Dian Susi menjadi gelisah dan gugup,
teriaknya: "Hai, kau dengar aku bicara" ...kau sudah
mampus belum?"
Sekonyong-konyong seorang menjawab dengan
tertawa: "Dia belum mati, tapi tidak dengar apa yang kau
katakan." TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
* * * * * Suara tawanya seperti kelinting berdering. Jarang ada
orang tertawa semerdu ini. Tanpa berpaling Dian Susi
sudah tahu yang datang adalah Thio Hou-ji.
"Kau kenal orang ini?" tanya Dian Susi gemas.
"Orang seperti ini belum setimpal untuk berkenalan
dengan aku," sahut Thio Hou-ji.
"Kalau demikian, cara bagaimana dia bisa menjadi
tamu dalam kamar ini?"
"Masa kau tidak tahu kapan dan cara bagaimana dia
masuk kemari?"
"Sudak tentu aku tidak tahu."
"Aku juga tidak tahu," sahut Thio Hou-ji tertawa. "Tapi
aku tahu kenapa dia berubah jadi begini rupa."
"Lekas katakan."
"Memangnya kau tidak bisa lihat bila dia tertutuk Hiat-
tonya?" Baru sekarang Dian Susi sadar, Kek siansing memang
tertutuk Hiat-tonya, jelasnya bukan satu dua Hiat-tonya
saja yang tertutuk. Ilmu silat Kek siansing tidak lemah,
hal ini diketahui dengan jelas, jikalau ada orang di luar
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
tahunya tiba-tiba menutuk tujuh Hiat-tonya, peristiwa ini
sungguh sulit dipercaya.


Tokoh Besar Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Kaukah yang menutuk Hiat-tonya?" tak tahan Dian
Susi bertanya. I
"Bagaimana mungkin aku" Aku tidak punya
kepandaian setinggi itu?"
"Lalu siapa kalau bukan kau?"
"Coba kau terka, kalau tidak tepat, baru kuberitahu
kepadamu."
"Aku tidak bisa main terka," mulutnya bicara namun
dalam hati dia sudah menduga mendadak dia berjingkrak
dan berteriak: "Apakah Cin Ko?"
"Tepat sekali."
Ternganga mulut Dian Susi, mata pun terkesima,
seolah hampir jatuh pingsan. Lama sekali baru dia
menarik nafas panjang, katanya: "Dia... dia sudah
datang?" "Sudah datang setengah hari," Thio Hou-ji
menjelaskan: "Waktu dia datang kebetulan dilihatnya ada
seseorang berindap-indap memasuki loteng ini, secara
diam-diam dia membuntutinya, waktu orang ini membuat
lubang di kelambu, dia lantas menutuk Hiat-tonya."
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Di belakang kelambu memang terdapat sebuah
jendela kecil, tentunya dia menerobos masuk lewat
jendela ini. "Dan anehnya," demikian kata Thio Hou-ji lebih lanjut,
"banyak kejadian di belakang kelambu, namun sedikit
pun kau tidak tahu memangnya saat itu kau sedang
mimpi?" Memang Dian Susi sedang mimpi. Mimpi yang tidak
boleh diketahui orang lain. Dengan muka merah dia
menunduk, katanya "Di mana dia sekarang?"
"Setelah dia menutuk Hiat-to orang ini lantas menemui
aku..." I Tiba-tiba Dian Susi menukas, katanya mengertak gigi:
"Waktu itu kenapa dia tidak memberitahu kepadaku,
supaya aku tidak... tidak..." tak kuasa dia mengatakan
"diintip" oleh orang ini.
"Walaupun dia bukan seorang Kuncu, tapi waktu
melihat anak gadis sedang copot pakaian, tentu tidak
enak dia keluar menemui kau."
Sepanas gosokan muka Dian Susi, katanya tertunduk
malu: "Dia.. dia tadi pun sudah melihatnya?"
"Jikalau di atas kelambu ada dua lubang, umpama
seorang Kuncu, siapapun takkan kuasa menahan diri
untuk tidak mencuri lihat."
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Bukan saja mukanya merah dan panas, jantung Dian
Susi pun berdebar-debar, katanya tersendat: "Dia apa
yang dia katakan tentang diriku?"
"Dia bilang kau amat cantik, pahamu pun tak kalah
indahnya."
"Apa benar?"
"Kenapa tidak benar" Jikalau aku laki-laki, aku pun
akan berkata demikian. Sekarang aku hanya ingin tanya
kepadamu, kau ingin menemuinya tidak?"
"Di mana dia?"
"Sekarang berada di bawah loteng, aku sudah
membawanya kemari."
Belum habis orang bicara Dian Susi sudah putar tubuh
berlari keluar. Lekas Thio Hou-ji menariknya, katanya
dengan memonyongkan mulut ke badannya: "Dengan
keadaanmu seperti ini kau hendak menemuinya?"
Merah muka Dian Susi, dengan malu-malu dia
cekikikan geli sendiri.
"Umpama tergesa-gesa tidak sempat mandi, paling
tidak toh cuci kaki dulu."
Air masih panas.
Kek siansing segera disusupkan ke kolong ranjang.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Berkata Thio Hou-ji: "Sementara biar dia meringkuk di
bawah sini, tunggu kapan kalau ada waktu untuk
membereskan dia."
Dengan kecepatan maksimun Dian Susi mencuci
kakinya, tapi waktu dia ganti pakaian gerak-geriknya
malah lamban. Ada beberapa stel pakaian, setiap stel
sama bagus, pilih sana pilih sini, akhirnya Dian Susi minta
bantuan Thio Hou-ji untuk memilihkan.
Mode dan warna apa yang biasa disukai laki-laki,
sudah tentu Thio Hou-ji jauh lebih tahu.
"Coba kau bantu, pakai yang mana lebih baik?"
Dari kepala sampai kaki Thio Hou-ji mengamat-amati
sekian lama, katanya: "Menurut pendapatku, waktu
dalam keadaan polos paling cantik," dengan kata-katanya
ini sekaligus membuktikan bahwa Thio Hou-ji memang
paling memahami selera laki-laki, coba pembaca katakan,
benar tidak"
* * * * * Waktu beranjak turun dari tangga loteng, jantung Dian
Susi serasa hendak copot.
Bagaimana sebetulnya tampang Cin Ko" Adakah
segagah dan setampan apa yang selalu dia bayangkan"
Dian Susi hanya tahu bahwa badannya tentu penuh
dihiasi bekas-bekas bacokan golok. Tapi badan laki-laki
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
yang penuh dihiasi codet-codet luka bacokan golok
bukan saja tidak jelek, malah kelihatannya semakin
gagah, seperti pahlawan perang.
Bagaimana juga, akhirnya cita-citanya untuk bertemu
dengan tokoh besar yang diagul-agulkan dalam
sanubarinya akan tercapai. Dian Susi pejamkan mata,
waktu kakinya menginjak anak tangga terakhir baru
matanya terbuka lagi. Maka dia pun sudah melihat Cin
Ko. * * * * * Ternyata Cin Ko yang ini mirip dengan bentuk
bayangan dalam sanubarinya, laki-laki yang selalu
menjadi idam-idaman setiap gadis dalam alam mimpinya.
Perawakannya sedikit tinggi dibanding laki-laki umumnya, pundaknya lebar, pinggangnya kecil, kelihatan
kekar dan bertenaga, terutama di kala mengenakan
pakaian ketat serba hitam. Kedua biji matanya besar dan
bersinar, penuh diliputi kegairahan hidup. Selembar sapu
tangan merah terikat di lehernya. Tiba-tiba didapati oleh
Dian Susi, sapu tangan merah terikat di leher memang
jauh lebih bagus daripada terikat di bagian lain.
Pandangan Cin Ko mengandung senyum hangat,
siapapun yang melihat sepasang matanya, takkan lepas
untuk memperhatikan codet-codet bekas bacokan golok
di mukanya. Begitu Dian Susi turun dia lantas berdiri,
bukan saja sorot matanya mengandung rasa simpatik,
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
mukanya pun dihiasi seyuman hangat dan gagah.
Agaknya dia amat senang bertemu dengan Dian Susi,
malah sikapnya tidak canggung.
Jantung Dian Susi berdetak keras. Seharusnya dengan
wajar dia maju menghampiri, tapi mendadak ia tertegun.
Mendadak ia teringat telah melupakan sesuatu. Sejak
pertama mendengar nama dan kisahnya Cin Ko, dalam
benaknya sudah sering terbayang banyak angan-angan.
Maka dia sudah membayangkan bagaimana keadaan
dirinya bila berhadapan dengan Cin Ko kelak, terbayang
pula bila dirinya rebah di dalam pelukannya, betapa
hangat terhibur dan mesranya. Malah dia pun pernah
membayangkan kehidupan berumah tangga mereka
berdua, dia akan menemani pujaan hatinya minum arak,
main catur, naik kuda, mengiringinya berkelana di
Kangouw, dia ingin merawat dan melayani segala
keperluannya. Setiap pagi, dia akan ganti selembar sapu
tangan merah untuk diikat di lehernya, baru menyiapkan
sarapan pagi yang paling menjadi kesenangannya.
Segalanya pernah terpikirkan, entah berapa kali dia
mengulanginya. Tapi justru lupa akan satu hal. Dia lupa
memikirkan begitu berhadapan, apa yang harus dia
katakan. Di dalam angannya, begitu berhadapan dengan Cin
Ko, dirinya sudah rebah di dalam pelukannya. Sekarang
tentu dirinya tidak bisa berbuat demikian, tentunya dia
harus mengajak ngobrol dulu, namun mulutnya justru
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
terkancing, tidak tahu apa yang harus dikatakan"
Demikian pula Cin Ko agaknya kehilangan akal sehatnya,
dia pun diam saja sekian lama, akhirnya cuma bersuara
ala kadarnya: "Silahkan duduk!"
Dengan menunduk Dian Susi mendekati kursi lantas
duduk, sampai detik ini dia masih tidak tahu apa yang
harus ia katakan. Sebetulnya ini kesempatan baik yang ia
dapatkan setelah mengorbankan banyak ujian, sedikitnya
dia harus bersikap wajar, pintar dan supel, tapi di dalam
suasana seperti ini, dia justru menjadi orang pikun yang
lidahnya kelu. Saking gemas ingin rasanya dia korek keluar lidah
sendiri. Thio Hou-ji justru berpeluk tangan, dia tetap
berdiri di anak tangga dengan tersenyum lebar
mengawasi mereka.
Untung Siau-lan si babu cilik berjalan masuk
membawa nampan yang berisi dua cangkir teh, masing-
masing diletakkan di atas meja dekat mereka. Dia
menunduk kepala, waktu tiba di hadapan Dian Susi,
seolah-olah mengatakan dua patah kata apa yang amat
lirih. Tapi Dian Susi sedang pusing tujuh keliling,
hakikatnya tidak mendengar apa yang dia bisikkan.
Terpaksa Siau-lan menyingkir.
Waktu pergi mulutnya menyong dan cemberut,
kelihatan gugup dan marah.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Akhirnya Thio Hou-ji beranjak turun dengan langkah
gemulai, katanya: "Di sini bukan toko boneka lho!"
"Toko boneka?" Cin Ko keheranan.
"Jikalau bukan toko boneka, masa ada dua boneka
besar yang sama-sama bungkam dan membisu?"
Cin Ko tertawa, kepalanya terangkat memandang
keluar jendela, katanya: "Cuaca hari ini teramat baik."
"Hahahaha!" Thio Hou-ji tertawa besar.
"Apa artinya hahaha?"
"Tiada arti apa-apa, seperti apa yang kau katakan,
obrolan yang tak berguna."
Cin Ko menyengir tawa, katanya: "Apa yang harus
kukatakan?"
"Paling tidak kau tanya kepadanya, siapa nama dan
shenya" Dimana tempat tinggalnya"... memangnya aku
harus mengajarkan kepadamu?"
Cin Ko batuk-batuk kering dua kali, tanyanya: "Nona
she apa?" "Aku she Dian, bernama Dian Susi."
Thio Hou-ji mengerut kening, katanya: "Lho orang
sedang bicara apa nyamuk berbunyi?"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Dian Susi tertawa geli oleh godaan yang lucu ini,
suasana dalam rumah sedikit longgar. Baru Cin Ko
hendak berkata pula, babu cilik yang molek itu tahu-tahu
melangkah masuk pula dengan menunduk, langsung
menghampiri Dian Susi serta mengambil cangkir tehnya
di atas meja, entah kenapa, tiba-tiba tangannya gemetar,
secangkir air teh itu seketika menciprat membasahi
pakaian Dian Susi. Tersipu-sipu Siau-lan membersihkan
pakaian Dian Susi dengan menggosoknya kian kemari.
Bagian 6 Terasa oleh Dian Susi tangan orang mencari
kesempatan meraba dadanya, kelihatannya babu cilik ini
tidak gila, baru saja Dian Susi merasa heran, Thio Hou-ji
sudah menarik muka, semprotnya: "Untuk apa kau
mondar-mandir?"
Rada pucat muka Siau-lan, katanya menunduk: "Aku...
kuatir air teh nona Dian dingin, pikirku hendak
menggantinya dengan yang panas."
"Siapa suruh kau banyak urusan, lekas keluar, tanpa
diundang jangan masuk!"
Lekas Siau-lan mengiakan. Dengan menunduk dia
beranjak keluar, sebelum berlalu, dia mengerling sekali
kepada Dian Susi, sorot matanya rada aneh.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Apakah dia punya rahasia yang hendak disampaikan
kepada Dian Susi"
Sayang sedikit pun Dian Susi seperti tidak memikirkan
hal ini, mengawasi pakaiannya yang basah, gugupnya
setengah mati, masakah senggang dia memikirkan
gerak-gerik orang yang ganjil ini. Apalagi bila babu cilik
ini ada omongan, kenapa tidak disampaikan waktu
mengantar pakaian tadi, tiada alasan menunggu
sekarang baru mau menyampaikan kepada dirinya.
Dian Susi menggigit bibir, katanya tiba-tiba: "Aku...
aku ingin ganti pakaian sebentar."
"Silahkan nona," ujar Cin Ko sambil berdiri, "Cayhe
pun ingin pamitan, sepanjang jalan nona sudah letih,
silahkan istirahat saja." Dia sudah lantas berlalu begitu
saja. Setelah bayangan orang menghilang di balik pintu,
Thio Hou-ji membanting-banting kaki, katanya gelisah:
"Dengan susah payah kucari kesempatan supaya kalian
bertemu, kenapa kau biarkan bebek yang sudah dimasak
terbang tanpa sayap?"
Merah selebar muka Dian Susi, katanya: "Aku... entah
mengapa aku pun tidak tahu, begitu berhadapan,
mulutku lantas kaku, tidak tahu apa yang harus
kukatakan."
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/


Tokoh Besar Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Dalam keadaan seperti ini masa kau hendak
menahannya" Melihat sikapmu yang mematung, orang
sudah sebal dibuatnya, kalau tidak masakah ditinggal
pergi begini saja."
"Lain kali... lain kali takkan begini lagi."
"Lain kali" Tiada kesempatan lain kali lagi."
Dian Susi segera menarik tangannya, katanya
memohon: "Tolonglah kau usahakan, bantu orang
bantulah sampai cita-citanya terlaksana."
Sekilas Thio Hou-ji meliriknya, akhirnya dia tertawa
cekikikan, katanya: "Ingin aku tanya, bagaimana
kesanmu terhadapnya" Kau harus jujur dalam hal ini."
"Kesanku terhadapnya... sudah tentu baik sekali."
"Baik bagaimana?"
"Dia begitu ternama, namun sedikit pun tidak
congkak, sedikit pun tidak kasar, terhadapku malah
sopan santun."
"Dan apa lagi?"
"Yang lain aku tidak bisa mengatakan, yang terang dia
orang baik, pilihanku tidak meleset."
"Jadi kau mau kawin dengan dia?"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Dian Susi gigit bibir dengan menunduk, dia ragu-ragu
menjawab. "Ini bukan urusanku, jikalau kau tidak bicara
sejujurnya, aku tidak perduli lagi."
Dian Susi jadi gugup, katanya dengan malu-malu:
"Apa artinya tidak menjawab, memangnya kau tidak
tahu?" Thio Hou-ji tertawa senang, katanya: "Kalau kau ingin
kawin dengan dia, maka kau harus pegang kesempatan
baik ini."
Akhirnya Dian Susi manggut-manggut.
"Kesempatan tidak banyak lagi, paling lama aku hanya
bisa menahannya dua hari saja."
"Dua hari" Dalam tempo sependek ini mana bisa jadi?"
"Dua hari berarti dua kali dua puluh empat jam,
banyak urusan yang bisa diselesaikan dalam jangka
sependek ini, kalau aku sendiri sih dua jam sudah
cukup." "Tapi sungguh aku bingung, apa yang harus
kulakukan?"
Thio Hou-ji mencubit pipinya, katanya: "Gadis bodoh,
ada kalanya urusan tanpa diajarkan kau bisa
melakukannya sendiri, memangnya kau minta aku
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
mengantarmu masuk ke kamar pengantin?" tawanya
yang merdu seperti kelinting kumandang semakin jauh.
Pintu masih terbuka. Angin lalu menghembus,
sehingga kain yang basah itu terasa dingin. Dian Susi
berdiri menjublek, sekenanya dia menarik bajunya, tiba-
tiba segulung kertas melayang jatuh dari lengan bajunya,
namun sedikitpua dia tidak melihat dan menyadarinya.
"Ada sesuatu urusan yang tak perlu diajarkan orang
lain," terngiang kata-kata ini pada kupingnya, seketika
merah panas selebar mukanya, dengan menggigit bibir
lekas dia naik ke loteng.
Tiada seorang pun di bawah loteng, keadaan sunyi
senyap. Siau-lan babu kecil itu melangkah datang pula,
maksudnya hendak membereskan kamar tamu ini,
melihat lipatan kertas di atas lantai, seketika berubah air
mukanya, cepat ia memburu maju menjemputnya. Kertas
itu masih terlipat baik, seperti belum terbuka, dengan
memonyongkan mulut membanting kaki, agaknya dia
sudah hendak memburu kertas loteng, namun pada saat
itu pula didengarnya jeritan dari atas loteng.
Ternyata Kek siansing yang disimpan sementara di
bawah ranjang tadi kini sudah menghilang. Sebetulnya
Dian Susi sudah melupakan orang ini, begitu berhadapan
dengan Cin Ko, diri sendiri pun sudah terlupakan
olehnya. Begitu kembali ke kamar dan duduk di atas
ranjang, tiba-tiba dia berjingkat dan ingat bahwa di
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
bawah ranjang ada manusia setan yang kaku tertutuk
itu. Kek siansing memangnya jauh lebih menakutkan dari
setan. Waktu Thio Hou-ji memburu datang, badannya masih
gemetar, mendadak dia peluk Thio Hou-ji serta pecah
tangisnya menggerung-gerung, katanya sesenggukan:
"Orang itu sudah pergi!"
Thio Hou-ji menepuk punggungnya, katanya halus:
"Sudah pergi ya sudah, kau tidak perlu takut, ada aku di
sini, apapun tak perlu kau takuti."
"Tapi aku tahu dia pasti akan datang lagi, kalau tahu
aku di sini, dia pasti takkan melepas aku."
"Siapakah dia sebenarnya"
Kenapa selalu membuntutimu?"
"Aku sendiri tidak tahu kenapa dia selalu membuntuti
aku" Aku tidak hutang, juga tidak bersalah terhadapnya,
aku... hakikatnya aku tiada hubungan apa-apa
dengannya."
"Tapi kau amat takut terhadapnya."
"Aku memang takut, dia bukan manusia..."
"Perduli dia manusia atau setan, kau tidak perlu
takut," terdengar seseorang menimbrung. "Jika dia
berani datang lagi, aku tidak akan melepasnya pergi."
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Ternyata Cin Ko pun ikut memburu tiba. Suaranya
lembut penuh keyakinan, bukan saja tenang dan mantap,
orang yang mendengar pun percaya dan yakin benar
akan sumbarnya.
Thio Hou-ji justru tertawa dingin: "Kali ini seharusnya
dia tidak pulang, jikalau aku yang tutuk Hiat-tonya, dia
pasti takkan berkutik."
Cin Ko tertawa tawar, ujarnya: "Memang aku yang
salah, karena tutukanku kurang berat, soalnya aku belum
tahu siapa dia sebenarnya."
"Laki-laki yang menyusup ke kamar dan mengintip
gadis yang salin pakaian memangnya bukan manusia
baik-baik."
"Tapi aku..."
"Perduli apapun yang kau katakan," tukas Thio Hou-ji,
"kau harus ikut bertanggung jawab akan kejadian ini,
jikalau adik ini kelak mengalami sesuatu yang tidak
diinginkan, aku harus minta tanggung jawabmu."
Cin Ko menghela napas, katanya dengan getir: "Lebih
baik aku tak mencampuri urusan orang lain saja."
"Tapi sekarang kau sudah turut campur, maka kau
harus menyelesaikan seluruhnya."
"Apa yang harus kuselesaikan?"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Kukira kau sendiri sudah tahu."
"Kau minta aku melindungi nona Dian di sini?"
"Agaknya kau sudah pintar," puji Thio Hou-ji tertawa.
Dian Susi yang menyembunyikan muka dalam pelukan
orang, hampir ikut tertawa. Semula dia merasa
permintaan Thio Hou-ji rada keterlaluan, baru sekarang
dia mengerti akan maksud baik orang. Itu berarti hendak
memberi kesempatan mereka berdua saling berdekatan.
Berkata pula Thio Hou-ji: "Bukan saja kau harus
melindungi nona Dian, setiap saat setiap detik, siang
malam kau harus menjaganya sampai kau berhasil
meringkus orang itu."
"Jikalau orang itu tidak muncul lagi?"
"Maka kau pun harus melindunginya seumur hidup,"
ucapannya ini sebetulnya terlalu menonjol dan janggal,
umpama kau seorang pikun, tentu juga sudah maklum ke
mana juntrungan yang dikandung.
Bukan saja muka Dian Susi merah, muka Cin Ko juga
bersemu merah. Tapi dia diam-diam saja, tidak menolak
dan tidak memberi reaksi.
Senang dan serba susah serta malu Dian Susi
dibuatnya, terpaksa dia menyembunyikan mukanya di
dada Thio Hou-ji. Tapi orang justru menariknya, katanya
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
sambil menyeka air mata: "Sekarang legalah hatimu,
adanya orang seperti dia melindungi keselamatanmu
apapula yang kau takuti... nah cobalah tertawa manis?"
Ingin tertawa merasa rikuh, namun akhirnya Dian Susi
tertawa juga. Thio Hou-ji segera bersorak, serunya: "Nah
tertawa, sudah tertawa!"
Diam-diam Dian Susi mencubitnya, katanya berbisik:
"Memalukan!"
Mendadak Thio Hou-ji putar badan, katanya: "Kalian
duduk dan ngobrol di sini, aku mengundurkan diri dulu,"
sembari bicara langsung dia beranjak keluar.
Lekas Dian Susi menariknya, katanya gugup: "Kau
hendak ke mana?"
"Ada orang yang tidak ingin kehadiranku di sini, buat
apa aku tetap di sini?"
Saking malu dan gugup, Dian Susi membanting-
banting kaki, katanya: "Kau... jangan pergi!"
"Kenapa tidak boleh pergi" Dia bisa melindungimu
seumur hidup, aku sebaliknya tiada kemampuan, perlu
aku cari orang lain untuk melindungiku," tiba-tiba dia
kibaskan tangan Dian Susi terus berlari turun loteng.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Keruan Dian Susi bingung dan terlongong, duduk
salah, berdiri pun salah, apapun yang dibuatnya terasa
janggal, yang terang dia merasa jantungnya berdebar.
Di sana Cin Ko mengawasi dirinya dengan tersenyum.
Melirik pun dia tidak berani akhirnya dia menunduk
mengawasi jari-jarinya yang runcing dan halus. Rasanya
Cin Ko pun sedang mengawasi tangannya itu, ingin
rasanya menyembunyikan tangan, tapi ke manapun
disembunyikan terasa kurang benar, tiba-tiba terasa jari-
jari tangan Cin Ko sudah terulur maju dan tahu-tahu pula
tangannya sudah dipegangnya.
Jantung Dian Susi berdebur semakin keras, badannya
bergoncang, darah terasa merangsang naik ke kepala,
terasa Cin Ko tengah membisiki apa-apa di pinggir
telinganya, suaranya lembut dan halus, sepatah kata pun
tidak jelas. Ucapan Cin Ko kedengarannya semerdu
orang bernyayi. Lagu suaranya lantang berisi dan jauh,
seolah-olah buaian lagu di dalam mimpi. Begitu asyik dia
mendengar dengan terlongong, seperti orang mabuk saja
keadaannya. Entah berapa lama kemudian, terasa jari-
jari Cin Ko sudah merambat memegang pinggangnya,
seluruh badannya sudah rebah dalam pelukan Cin Ko,
terasakan pula dengus nafas orang yang hangat mulai
memburu. Sudah tentu dengan nafasnya pun ikut
tersengal, mulutnya entah mengigau apa.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Pendengaran Dian Susi semakin layap-layap dan tidak
jelas lagi apa yang dibisikkan, cuma terasa dekapan
tangan orang semakin kencang, tangan orang seolah-
olah sudah berubah jadi tiga. Badan Dian Susi mulai
bergelinjang dan gemetar, ingin mendorongnya, justru
tenaga tak kuasa dikerahkan, seluruh badannya seperti
terombang-ambing naik mega.
Akhirnya dia menyadari badannya sudah dibopong Cin
Ko, beranjak ke ranjang. Umpama segala urusan tidak
diketahui, mau tidak mau sekarang dia menyadari bahwa
gelagat tidak menguntungkan dirinya. Tapi bukankah
adegan seperti ini selalu dia idam-idamkan dalam mimpi"
"Tidak, tidak boleh demikian, jangan begitu." Di mana
yang ganjil, tempat mana yang salah, dia sendiri tidak
jelas. Cuma satu tekad dalam sanubarinya, dia harus
mendorongnya, dia harus menolak. Tapi ingin menolak
pun sudah terlambat.
Di dalam perasaannya, sang waktu seolah-olah sudah
berhenti, seharusnya Cin Ko tetap berdiri di tempatnya.
Tapi entah apa yang telah terjadi, tahu-tahu dia sadar
bahwa dirinya sudah rebah di atas ranjang. Ranjang
yang empuk, hangat dan harum, rebah di ranjang mirip
rebah di gumpalan mega. Bukan saja tiada tenaga
menolak, tiada waktu untuk menolak.
Hubungan laki dan perempuan memangnya teramat
ganjil dan sukar diraba, jikalau kau tidak punya waktu
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
persiapan untuk menolak, kelak baru kau akan
menyadari hakikatnya kau memang tiada tempo untuk
menolak. Karena keberanian dan keyakinan orang sudah
terpupuk di dalam sanubarinya, umpama kau menolak,
itu pun tak berguna. Detik-detik seperti ini, umpama dia
tahu dirinya sudah tiada kuasa menolak. Dan saat inilah
detik-detik paling senang dan gembira bagi laki-laki,
detik-detik paling tegang bagi perempuan.
Saking tegang Dian Susi sampai merasa sekujur
badannya dingin kaku. Untunglah pada saat gawat itu,
suara ketukan pintu yang gencar berkumandang di luar.
Terdengar Siau-lan berteriak di luar pintu: "Nona Dian,
Cin siauya, kau mau sarapan tidak" Kebetulan aku baru
masak bubur sarang burung."
Cin Ko berjingkrak dari atas ranjang, memburu ke
sana menarik pintu, sentaknya keras: "Siapa sudi makan
bubur setanmu. Pergi! Menggelindinglah pergi! Pergi
yang jauh!" Suaranya garang mukanya beringas,
tingkahnya kasar, tidak selembut tadi.
Siau-lan monyongkan mulut, dengan beringsut segera
dia turun dari loteng. Baru saja Cin Ko hendak menutup
pintu, tiba-tiba dia didorong terjerembab ke depan.
Entah kapan Dian Susi memburu turun dari ranjang,
dengan kerahkan seluruh kekuatannya dia dorong orang
keluar pintu. "Blang" dengan keras dia tutup pintu dan
dikunci dari dalam. Dian Susi bersandar di pintu,


Tokoh Besar Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
nafasnya tersengal-sengal, seluruh pakaiannya basah
kuyup! Sudah tentu Cin Ko kaget, dengan keras pintu dia
gedor, teriaknya: "Apa sih yang kau lakukan" Kenapa kau
dorong aku keluar" Lekas buka pintu."
Dian Susi kertak gigi, tidak perdulikan teriakkannya.
Setelah sekian lama menggedor tanpa mendapat
sahutan, Cin Ko menjadi kewalahan dan risih sendiri,
katanya seorang diri: "Aneh, apa orang ini rada sinting?"
Dian Susi sendiri mulai curiga: "Apa aku ini sudah
sinting?" Adegan yang sudah sekian lama diimpikan,
orang yang menjadi pujaan hati, namun setelah semua
idam-idamannya terlaksana, di saat orang sudah berada
di sisinya, dia malah mendorongnya keluar.
Mendengar derap kaki Cin Ko turun dari loteng, walau
hatinya rada lega, namun hatinya hambar dan kosong,
seolah-olah kehilangan apa-apa. "Sekali dia pergi,
mungkin kelak tidak akan kembali pula." Kalau mukanya
pucat, sebaliknya biji matanya merah, ingin rasanya dia
lampiaskan kepedihan hatinya dengan tangis sejadi-
jadinya. Pada saat itulah, langkah kaki berdentam di anak
tangga. "Apakah dia kembali lagi?" Di saat jantungnya
berdebar pula. Dengan seluruh kekuatan badannya dia
menahan daun pintu, namun dia mengharap orang
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
menendang daun pintu itu. Bahwasanya apa yang
menjadi pemikirannya, dia sendiri pun tidak tahu.
"Lekas buka pintu, inilah aku," itulah suara Thio Hou-
ji. Lega hati Dian Susi, tapi tercampur rasa kecewa pula.
Akhirnya pintu terbuka.
Dengan marah-marah Thio Hou-ji melangkah masuk,
terus duduk di kursi dengan muka kereng menghijau
gusar, katanya keras: "Kau ini bagaimana" Memangnya
kau sinting?"
Dian Susi menggeleng-geleng, lalu manggut-manggut,
duduk lalu berdiri pula.
Melihat tingkah lakunya yang aneh seperti hilang
semangat, baru sikap Thio Hou-ji berubah, marahnya
mereda, katanya menghela nafas: "Betapa susah
payahku berusaha mencari kesempatan untuk pertemuan
kalian ini, kau sebaliknya mengusirnya malah?"
Merah muka Dian Susi, katanya menunduk: "Aku...
aku takut."
"Takut" Apanya yang dibuat takut" Memangnya dia
hendak mencaplokmu?" Sampai di sini tak urung dia
tertawa cekikikan, katanya lembut: "Sekarang kau bukan
anak kecil lagi, takut apa" Setiap orang perduli laki
perempuan bakal menikmati surga dunia seperti itu,
kecuali seumur hidup kau tidak mau kawin."
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Tapi... tapi gerakannya yang kasar seperti serigala
kelaparan, sungguh bikin siapapun takut!"
"O, jadi kau bukan takut, tapi lantaran dia bertindak
kasar, mungkin terlalu gugup dan tak sabar lagi," Thio
Hou-ji menghampiri lalu mengelus rambutnya. "Memang
tidak boleh disalahkan kau, bagaimana juga kau nona
segede ini masih perawan, setelah menanjak seusiaku,
kau pasti akan tahu, semakin laki-laki gugup dan tak
sabar, itu pertanda dia amat menyukai kau."
"Kalau benar-benar suka kepadaku, dia harus bersikap
hormat kepadaku."
Thio Hou-ji tertawa terkial-kial, katanya: "Budak
bodoh, dalam adegan semacam itu mana boleh kau
katakan dia tidak menghormatimu" Jikalau berada di
dalam ruangan besar di hadapan orang banyak,
perbuatannya itu terang tidak benar, tapi di dalam kamar
tidur dan dilakukan hanya kalian berduaan saja, maka
kau harus menurut segala keinginan dan petunjuknya,"
dengan melirik segera dia menambahkan: "Kelak kau
akan tahu, jikalau di dalam adegan ranjang kau sedikit
menuruti kemauannya, segala persoalan dia akan
menuruti kemauanmu. Jikalau perempuan ingin
suaminya mendengar kata, pulang pergi hanya dalam
soal inilah kuncinya."
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Merah jengah muka Dian Susi, uraian seperti ini bukan
saja belum pernah dengar, malah membayangkan pun
tidak berani. "Sekarang aku ingin tanya kepadamu, sebenarnya kau
ada maksud tidak kepadanya?"
"Bagaimana dia terhadapku?"
"Dia tidak perlu kau urus, aku hanya tanya kau, kau
sudi tidak?"
"Kalau aku mau, memangnya kenapa?" Dian Susi
memberanikan diri.
"Asal kau manggut-manggut, biar aku yang
memutuskan, malam ini juga kalian boleh kawin!"
Dian Susi berjingkrak kaget: "Apa begitu cepat?"
"Besok dia akan pulang ke Kanglam, jikalau kau ingin
ikut dia pulang, kau harus lekas kawin dengannya,
setelah keduanya terikat sebagai suami istri, di
perjalanan jauh lebih leluasa."
"Tapi... tapi aku perlu memikirkannya dengan
seksama." "Pikir apa lagi" Dia adalah enghiong, dan kau pun
seorang pendekar perempuan, di dalam melakukan suatu
keputusan harus tegas dan gamblang, kalau pikir-pikir
saja, bebek yang sudah matang mungkin bisa terbang
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
pergi." Thio Hou-ji melanjutkan dengan sikap sungguh-
sungguh: "Inilah kesempatanmu yang paling sukar dicari,
jikalau tidak kau pegang kencang kesempatan baik ini,
untuk mencari laki-laki yang cocok, sepanjang jalan kau
menabuh gembreng pun jangan harap bisa kau
dapatkan."
"Tapi... jangan kau memaksaku demikian rupa!"
"Sampai sekarang kau masih mengatakan aku
memaksamu, kelak bila orang sudah memanggilmu Cin
hujin, kau akan berterima kasih kepadaku. Ketahuilah
panggilan Cin hujin bukan sembarang kau dapatkan di
pinggir jalan, entah berapa banyak gadis-gadis mekar
yang mengidamkan panggilain ini."
Dian Susi memejamkan mata. Seolah-olah terbayang
olehnya dirinya bersama Cin Ko dalam perjalanan ke
Kanglam, seperti melihat rombongan orang banyak
bertampik sorak menyambut kedatangan mereka. "Cin
hujin memang cantik molek, memang pasangan yang
setimpal dengan Cin Tayhiap. Hanya gadis secantik Cin
hujin yang setimpal menjadi jodoh Cin Tayhiap."
Di antara sekian orang yang merubung di tengah jalan
sudah tentu ada seorang yang berkepala besar, main
sembunyi di belakang orang banyak memandang dirinya
dengan rasa jelus dan cemburu. Maka dengan tersenyum
lebar, dia akan berkata: "Bukankah kau bilang aku tidak
laku kawin" Sekarang tentu kau tahu bahwa
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
pandanganmu keliru?" malah dilihatnya pula mimik si
kepala besar yang menyesal dan hampir saja menangis.
Didengarnya Thio Hou-ji sedang berkata: "Coba lihat,
lekas ambil putusan, kalau tidak kau tidak akan jadi Cin
hujin, orang lain akan merebutnya."
Dian Susi mendadak berkata lantang: "Hanya aku
yang setimpal jadi Cin hujin, orang lain jangan harap!"
* * * * * Pakaian pengantin serba merah dengan hiasan warna-
warni. Wajah Dian Susi lebih merah, lebih menyala.
Melihat wajahnya sendiri di dalam cermin, dalam hati dia
memuji akan kecantikan diri sendiri. Thio Hou-ji berada
di sampingnya, melihat orang merias dan mendandani
pengantin. Dian toasiocia yang cantik setelah dirias dan
didandani memang lebih molek dan jelita.
Thio Hou-ji menghela nafas, ujarnya: "Sungguh
pengantin yang cantik rupawan, entah darimana Cin Ko
memperoleh rejeki sebesar ini. Jikalau Dian toaya
mendengar kabar gembira ini, tanggung dia amat puas
dan senang mendapatkan mantu segagah dia."
Sedap rasa hati Dian Susi, tanyanya: "Mana babu
cilikmu Siau-lan itu?"
"Sejak setengah hari ini, entah kemana dia berada."
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Dulu aku pun punya pelayan bernama Dian Sim,
wajah dan perawakannya mirip benar dengan Siau-lan."
"O, kalau demikian biarlah Siau-lan selanjutnya
melayanimu saja," kata Thio Hou-ji, lantas dia putar
tubuh turun dari loteng. Begitu berada di luar pintu,
mukanya seketika berubah bengis, langsung dia menuju
ke rumpun kembang. Di tengah rumpun kembang sana,
ada sesosok bayangan orang, agaknya sejak tadi dia
sembunyi di sini, Thio Hou-ji langsung mendekati,
tanyanya: "Mana Siau-lan?" Orang itu menyahut:
"Kusuruh orang mengawasinya."
"Lebih baik kau sendiri yang menghadapinya, jangan
beri kesempatan bertemu dengan Dian Susi, terutama
jangan sampai mereka bicara."
Orang itu tertawa, ujarnya: "Jikalau kau tidak senang
mendengar dia bicara, biar kubikin dia tidak bisa
bersuara."
* * * * * Rentetan bunyi petasan yang nyaring menusuk
pendengaran, menandakan suasana gembira. Setelah
bunyi petasan berakhir. Sepasang mempelai lantas
sembahyang kepada Thian dan bumi. Suara protokol
amat nyaring, Dian Susi sebagai mempelai perempuan
dibimbing keluar, dengan tanda sentuhan sikut
pembimbingnya menyuruh dia berlutut.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Dian Susi tahu sekali dia berlutut, selanjutnya dirinya
bukan lagi Dian toasiocia. Begitu dia berlutut dan
bersembahyang, maka dia berubah jadi Cin hujin. Para
pengiringnya jadi gelisah dan tak sabar lagi, akhirnya
berbisik di telinganya: "Lekas berlutut!"
Dian Susi hanya mendengar suara tapi tidak melihat
raut muka mereka. Kepalanya berkerudung kain sutra
merah yang tersulam sepasang burung hong,
pandangannya teraling, sedikit pun dia tidak bisa melihat
apa yang terjadi di sekitarnya.
"Menikah memangnya peristiwa umum yang terang
gamblang, kenapa mempelai perempuan tidak boleh
dipandang terang-terangan dan memandang orang?"
tiba-tiba terbayang dalam benak Dian Susi peristiwa yang
dialaminya di desa kecil tempo hari, seketika timbul rasa
takut dan ngeri. Terbayang olehnya Kek siansing yang
berjubah merah bersulam naga dan berdandan sebagai
mempelai pria itu. "Pengantin perempuannya adalah
kau!" Kalau hari itu dia bisa melihat sepasang kaki orang.
Tapi sebaliknya sekarang apapun tidak dilihatnya, lalu
siapa mempelai pria" Bukan mustahil berubah menjadi
Kek siansing lagi"
Hadirin sudah mulai bisik-bisik, semua heran dan
gelisah. Terutama pengiring pengantin semakin gugup,
tak tahan dua orang berbareng menekan pundaknya.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Tapi badan Dian Susi sekeras dan kaku seperti patung,
mendadak dia berteriak. "Tunggu dulu."
Bahwa pengantin perempuan bersuara, keruan hadirin
kaget dan geli, para pengiringnya sebaliknya kaget dan
pucat, belum pernah terjadi peristiwa lucu dan
menggelikan seperti ini. Untung Thio Hou-ji sudah
memburu datang, katanya berbisik: "Sudah tiba saatnya,
apa pula yang harus ditunggu?"
Dian Susi menggigit bibir, sahutnya: "Aku ingin
melihatnya dulu."
"Melihat siapa?"
"Dia."
Akhirnya Thio Hou-ji mengerti siapa yang dimaksud
dengan 'dia', tak tahan dia tertawa geli, katanya:
"Sekarang buat apa kau gugup, setelah masuk kamar
pengantin, kau boleh memandangnya sepuasmu."
"Sekarang juga aku ingin melihatnya," Dian Susi
mengukuhi permintaannya.
Thio Hou-ji membanting kaki, katanya: "Kenapa harus
melihatnya?"
"Sebelum jelas kepada siapa aku menikah, mana bisa
hatiku lega kawin sama dia?" Apa yang dia ucapkan
memangnya masuk akal.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Dongkol dan geli pula Thio Hou-ji, katanya:
"Memangnya kau kuatir salah menikah dengan orang
sembarangan?"
"Pendek kata aku harus melihatnya dulu."
Tak tahan Thio Hou-ji membanting kaki pula, katanya:
"Pengantin perempuan berkukuh hendak melihat
pengantin pria, memangnya siapa yang kuasa merintangi
keinginannya?" Memangnya hal ini teramat jamak dan
adil. Seluruh hadirin gempar dan tertawa riuh. Siapa yang
tidak geli justru lucu malah. Mendadak Dian Susi rasakan
pandangan matanya terbuka, kain sutra kerudung
mukanya tiba-tiba dicopot orang. Tampak pengantin pria
berdiri di hadapannya, sepasang matanya yang bersinar
mengandung rasa heran dan tidak mengerti, namun
wajahnya nan ganteng masih menyimpulkan senyum
gagah dan prihatin.
Tidak salah pengantin pria memang Cin Ko. Dian Susi
menghembuskan nafas lega, mukanya jadi merah
jengah, terasa perbuatannya rada keterlaluan.
"Bagaimana, sudah cukup belum?" goda Thio Hou-ji
sambil mengerling tajam.


Tokoh Besar Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Dian Susi manggut-manggut dengan menundukkan
kepala. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Sekarang boleh dimulai sembahyang!" Thio hou-ji
seperti memberi perintah.
Kain sutra merah kembali menutup kepala dan muka
Dian Susi, petasan brondong kembali berbunyi di luar
pintu, suara protokol kembali kumandang: "Ke satu
sembahyang kepada bumi dan langit..."
Akhirnya Dian Susi menyerah dan hampir berlutut.
Jikalau dia berlutut, maka kesalahan besar sudah dia
lakukan tanpa dia sadari. Sayang sekali, dia justru tidak
tahu di mana letak kesalahannya. Pembaca tahu di mana
letak kesalahannya"
Pernikahan bukan saja peristiwa menggembirakan
juga suatu kejadian yang baik. Lalu siapa berani bilang
pernikahan kali ini bukan kejadian baik"
Tepat di ambang pintu sudah disiapkan meja
sembahyang, sepasang lilin besar sudah terpasang.
Setelah kedua mempelai mulai beranjak hendak berlutut
di hadapan bumi dan langit, baru Thio Hou-ji merasa
lega benar-benar.
Pada saat itulah, pintu kecil di pojok sana, mendadak
terbuka dan menerobos keluar seseorang, setangkas
burung walet dia menyelinap maju dan menghadang di
depan dua mempelai tangannya membawa nampan,
katanya dengan tersenyum: "Siocia, silahkan minum teh
dulu." TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Dalam saat genting yang menentukan bagi kedua
mempelai, masih ada orang mengantar air teh untuk
mempelai, sungguh bikin orang meringis geli.
Dian Susi kenal benar suara ini, dia singkap sedikit
kain kurung mukanya, dilihatnya seraut wajah berseri
dengan mata bundar mulut kecil mungil di hadapannya.
Dian Susi sendiri susah membedakan dara cilik ini
sebenarnya Dian Sim atau Siau-lan"
Sebaliknya raut muka Thio Hou-ji menjadi masam,
alisnya bertaut, sorot matanya setajam golok melotot
kepada dara cilik ini, seolah-olah sekali tendang ingin dia
menyingkirkan orang dan membikinnya mati. Tapi dalam
suasana gembira di hadapan sekian banyak tamu lagi,
sudah tentu tidak bisa dia main tendang. Maka dengan
kertak gigi, dia mendengus bengis: "Siapa suruh kau
kemari" Lekas menggelinding pergi".
Dara cilik ini malah cekikikan, sahutnya menggeleng:
"Aku tidak boleh pergi."
"Kenapa?"
"Karena seorang Cin kongcu suruh aku tetap tinggal di
sini." "Cin kongcu" Cin kongcu yang mana?"
"Aku tidak mengenalnya, aku hanya tahu dia she Cin
bernama Cin Ko."
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Berubah muka Thio Hou-ji, sentaknya bengis: "Kau
edan, Cin Ko terang berada di sini."
"Aku tidak edan, memang benar ada seorang Cin
kongcu, tapi bukan orang ini."
Berubah rona muka mempelai laki-laki, selanya: "Di
mana orangnya?"
Belum dara cilik itu menjawab, seseorang sudah
bersuara: "Berada di sini," di tengah gelak tawanya, api
lilin bergoyang-goyang seperti terhembus angin kencang,
sehingga cahaya menjadi guram, dan api pun hampir
padam. Namun setelah api lilin menyala normal, tampak
di depan sepasang lilin besar itu berdiri seseorang.
Seorang berkepala besar, berbadan tromok, dengan biji
mata kecil panjang.
Nyo Hoan. Hampir Dian Susi menjerit kaget. Sungguh tak pernah
terpikir olehnya, cara bagaimana setan kepala besar ini
bisa menemukan dirinya, lebih tidak diduganya bahwa
orang hendak bikin onar menghalangi pernikahannya.
Melihat Nyo Hoan, sikap Thio Hou-ji seperti takut-takut
dan segan, tidak semarah tadi, katanya dengan cengar-
cengar dipaksakan: "Kiranya kau" Kenapa kau
mengganggu hari baik orang lain?"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Karena ini bukan urusan baik," sahut Nyo Hoan
tawar. Muka pengantin pria Cin Ko merah padam, selanya:
"Siapa bilang bukan urusan baik?"
"Aku yang mengatakan."
"Kau ini barang apa?"
"Seperti dirimu, aku bukan barang apa-apa."
Dian Susi sudah buka mulut, namun dia urung bicara,
sungguh tak pernah terpikir olehnya setan kepala besar
ini ternyata berani kurang ajar di hadapan Cin Ko. Dan
anehnya bukan merasa marah Dian Susi malah tertarik.
Cin Ko justru amat marah, semprotnya: "Kau tahu
siapa aku?"
"Tidak tahu," sahut Nyo Hoan kalem.
"Aku inilah Cin Ko."
"Aneh kalau begitu."
"Apanya yang aneh?"
"Karena aku ini pun Cin Ko."
Thio Hou-ji memaksa tawa, katanya: "Kelakar apa
yang kau lakukan, silahkan duduk saja makan minum
sepuasmu, mari kutemani kau."
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Nyo Hoan menarik muka, katanya: "Siapa bilang aku
berkelakar, kalau dia boleh bernama Cin Ko, kenapa aku
tidak boleh bernama Cin Ko?" Tiba-tiba dia bertanya
kepada dara cilik itu: "Siapa namamu?"
"Namaku Cin Ko," sahut si dara.
"Betul, kalau orang ini boleh bernama Cin Ko, setiap
orang boleh juga bernama Cin Ko."
Semakin gelap raut muka Cin Ko, sebaliknya muka
Thio Hou-ji semakin pucat, secara diam-diam kedua
orang saling lirik memberi isyarat. Mendadak segulung
asap tipis menyemprot keluar dari lengah baju Cin Ko
menerjang ke muka Nyo Hoan.
Lekas dara cilik mendekap hidung mundur tujuh
delapan kaki. Nyo Hoan sebaliknya tidak bergeming,
seperti tidak merasakan apa-apa, cuma mulutnya saja
yang meniup seperti orang bersiul. Segulung asap yang
menyembur keras itu tiba-tiba berubah arah, putar balik
menyembur ke muka Cin Ko sendiri malah.
Kontan Cin Ko berbangkis beberapa kali, air mata pun
bercucuran. Lambat laun badannya meloso lemas dan
tak berkutik lagi seperti cacing kepanasan.
Dengan tertawa Nyo Hoan bertanya kepada dara cilik:
"Tahukah kau barang apa yang dia semprotkan tadi?"
"Obat wangi yang membius orang."
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Tahukah kau orang macam apa yang biasa
menggunakan obat bius?"
"Hanya manusia rendah hina dan cabul serta maling-
maling kurcaci saja yang menggunakan obat bius untuk
menjatuhkan korbannya."
"Tak nyana, kau pun begini luas pengetahuan."
"Tapi Cin Ko bukan maling kurcaci dan manusia cabul
yang hina dina."
"Dia memang bukan."
"Kalau demikian orang ini bukan Cin Ko."
"Siapa bilang dia Cin Ko, dia itu anjing buduk."
"Memangnya siapa kalau bukan Cin Ko?"
"Maling cabul yang hina dan rendah martabatnya."
"Tapi maling cabul amat banyak."
"Dia adalah satu di antaranya yang paling kotor dan
paling cabul, malah obat bius yang dia gunakan pun obat
bius nomor sembilan yang paling rendah kualitasnya
kecuali dia sendiri, siapapun jangan harap dapat dia
bius." "Betapapun cabul dan rendahnya seseorang,
sedikitnya kan punya nama."
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Orang cabul juga punya nama yang cabul pula."
"Siapa namanya?"
"Namanya dia ukir di dadanya, kau ingin melihatnya?"
"Bikin mataku kotor tidak setelah melihat namanya?"
"Asal kau melirik sekilas saja," ujar Nyo Hoan tertawa.
Mendadak dia robek baju di depan dada orang yang
masih baru dan tersulam indah itu, maka kelihatan dada
orang. Ternyata di kulit dada orang yang putih itu
bertato seekor kupu kembang.
"Jadi orang ini bernama Hoa-ouw-tiap (kupu-kupu
kembang)?"
"Benar, sejak dulu kala, orang yang menamakan
dirinya Kupu-kupu Kembang dia bukan manusia baik-
baik." "Tak nyana apa yang kau ketahui ternyata jauh lebih
banyak dan luas dari aku."
"Karena kepalaku jauh lebih besar, sudah tentu yang
termuat di dalamnya juga lebih banyak."
Selama ini Thio Hou-ji hanya pasang kuping diam saja,
mukanya semakin pucat.
Dian Susi pun pasang kuping, wajahnya semakin
merah, mendadak dia memburu maju terus layangkan
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
kakinya menendang tepat perut Hoa-ouw-tiap. Sungguh
bencinya bukan kepalang hampir gila rasanya. Hampir
saja dirinya menjadi istri maling cabul yang rendah
martabatnya, dengan kertak gigi Dian Susi melotot
kepada Thio Hou-ji, katanya: "Kau... kau punya sakit hati
apa terhadapku" Kenapa kau hendak mencelakakan
aku?" saking marah air mata sampai bercucuran.
"Sungguh maaf," ujar Thio Hou-ji menyengir getir.
"Tapi aku sendiri pun tertipu olehnya." Dia pun
melangkah maju ikut menendang dada orang, katanya
beringas: "Kau binatang ini, kau bikin aku malu saja."
Seolah-olah dia lebih marah dan lebih penasaran, maka
tendangannya lebih keras.
"Kau... apa benar kau pun tidak tahu?" tanya Dian
Susi. "Buat apa aku menjebloskan kau?" ujar Thio Hou-ji
menghela nafas. "Aku kan tidak bermusuhan dengan
kau." Nyo Hoan mendadak menghela nafas, katanya:
"Sungguh aku kagum kepadamu."
Thio Hou-ji melengak, katanya: "Kagum apa tentang
diriku?" "Kau pandai main sandiwara."
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Dara cilik berkedip-kedip, katanya: "Apa dikira dirinya
masih bisa mengelabui kau?"
Nyo Hoan tertawa, katanya tawar: "Tentunya dia tahu
takkan bisa mengelabui aku."
"Adakah orang dalam kolong langit yang bisa
mengelabui kau?"
"Mungkin hanya satu orang saja yang bisa menipuku."
"Siapa?"
"Aku sendiri."
* * * * * Seluruh hadirin jadi melongo dan berdiri menjublek.
Mereka datang untuk makan dan minum perjamuan
pernikahan, sekarang hidangan gagal mereka santap,
malah melihat sebuah permainan sandiwara yang tegang
dan lucu. Sekonyong-konyong
Dian Susi melayangkan tangannya menampar muka Thio Hou-ji. Thio Hou-ji
sedikit pun tidak bergerak, mukanya yang pucat seketika
merah bengap. "Pukulan bagus," sorak si dara cilik, "pukul lagi lebih keras."
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Nyo Hoan berkata: "Orang seperti dia kulit mukanya
lebih tebal dari tembok, lebih keras kau menggamparnya,
dia pun takkan merasa sakit."
"Lalu bagaimana kita harus menghukumnya?"
"Tidak diapa-apakan."
"Tidak diapa-apakan?" dara cilik mengerut kening,
"apa dilepas begini saja?"
"Ya, biar dia pergi."
"Apakah tidak terlalu murah bagi dia?"
"Manusia seperti dia, sejak dilahirkan memang sudah
kodrat tukang menipu orang, justru aneh jikalau dia tidak
menipu orang lain, maka..."
"Maka kenapa?"
"Maka bila kau bertemu dengan orang macam ini, kau
harus waspada dan hati-hati, lebih baik menyingkir saja,
kalau tidak umpama benar kau tertipu olehnya
memangnya pantas dan syukur."
Dian Susi berjingkrak, serunya: "Apa kau maksud aku
yang pantas ditipu, malah-malah menyukurkan!"
"Benar!" sahut Nyo Hoan tegas.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Melotot biji mata Dian Susi, hampir meledak dadanya,
saking marah dan gugup.
"Dia kan tidak paksa kau" Adakah dia mengancam dan
menekan kau" Atau kau sendiri yang mau ikut dia
kemari?" Bungkam dan tak kuasa bersuara mulut Dian Susi
saking marah, memangnya tiada omongan yang bisa dia
ucapkan. Thio Hou-ji memang tidak memaksa dan
mengancam dirinya.
Berkata Nyo Hoan: "Seseorang melakukan sesuatu bila
tidak hati-hati, lebih baik jangan menyalahkan orang lain,


Tokoh Besar Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

apalagi mengomeli orang yang tidak tersangkut paut."
Suaranya datar dan mantap. "Siapapun harus belajar
lebih dulu mengoreksi diri sendiri, baru bisa mengoreksi
orang lain, kalau tidak itu hanya menandakan dia adalah
bocah cilik yang belum lagi tumbuh dewasa."
Dian Susi tiba-tiba memalingkan muka dan berlari
pergi. Nyo Hoan mengawasi dara cilik, dara cilik tertawa,
terus lari memburunya.
Thio Hou-ji malah mengawasi Nyo Hoan, katanya:
"Kau sudah tahu akan persoalan ini?"
"Hanya tahu sedikit saja, belum jelas seluruhnya."
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Tapi sudah lebih dari cukup."
"Cukup."
"Apa pula yang akan kau tindak atas diriku?"
"Coba kau katakan apa yang harus kulakukan?"
Thio Hou-ji menunduk, katanya: "Biang keladinya
bukan aku."
"Aku tahu bukan kau."
"Mana Kek siansing?"
"Lebih baik kau urus dirimu sendiri, baru urus orang
lain." Thio Hou-ji gigit bibir, katanya: "Kalau aku berjanji
kepadamu, selanjutnya takkan menipu orang lagi, kau
percaya tidak?"
"Aku percaya."
Tersenyum lebar Thio Hou-ji, katanya: "Kau memang
orang baik, tapi juga manusia aneh."
* * * * * Sebetulnya Nyo Hoan bukan aneh, sedikit pun tidak
aneh. Dia tidak lebih seperti orang awam umumnya, bisa
saja. Satu hal yang tidak mirip orang lain ialah, bukan
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
saja dia percaya kepada orang, dia pun percaya kepada
diri sendiri. Setiap menghadapi persoalan dan melaksanakan kerja
selalu dia menggunakan caranya sendiri, tapi cara itu
pun cara yang paling umum, cara biasa. Adil, tapi tidak
pakai kekerasan dan tekanan. Terhadap siapapun tidak
keterlaluan, tapi juga tidak akan memberi peluang. Dia
suka menggunakan ajaran Nabi Khongcu, Tiong-yong
atau tengah sempurna dan pengampunan, suka
menggunakan sikap yang wajar dan jiwa yang besar
untuk menghadapi kehidupan manusia.
* * * * * Dian Susi berlari keluar pekarangan dan memeluk
sebatang pohon lalu menangis menggerung-gerung. Air
mata bercucuran saking marah dan penasaran. "Babi
gendut, setan kepala besar... aku benar-benar bertemu
dengan setan kepala besar." Kalau tidak bertemu dengan
setan kepala besar, bukankah sekarang dirinya sudah
menjadi bini maling cabul" Lambat laun pikirannya
tenang emosinya reda, baru terasa olehnya apa yang
diucapkan Nyo Hoan tentang dirinya memang tepat dan
benar. Tiba-tiba sebuah tangan terulur mengangsurkan
sebuah cangkir teh. "Siocia, minumlah teh ini untuk
meredakan amarahmu."
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Dara cilik itu tahu-tahu berada di sampingnya,
tawanya manis dan nakal.
Tak tahan Dian Susi bertanya: "Sebetulnya kau ini
Siau-lan atau Dian Sim?"
"Agaknya umpama aku menjadi abu, Siocia tetap
mengenalku juga."
"Jadi kau adalah Dian Sim?"
"Siapa bilang aku bukan Dian Sim, siapa adalah an..."
Kontan Dian Susi mencubit pipinya, makinya tertawa:
"Setan cilik, baru saja kenal setan kepala besar, kau
sudah menirukan caranya bicara..."
"Ah, tidak apa, paling kelak aku bantu Siocia melipat
selimut membetulkan ranjangnya."
Kontan Dian Susi menarik muka, katanya penasaran:
"Kau jangan ngelindur, umpama laki-laki seluruh dunia
ini mampus seluruhnya, aku pun takkan kawin sama dia."
Tidak beri kesempatan Dian Sim bicara dia lantas
bertanya: "Jadi sejak awal kau sudah tahu bahwa Cin Ko
yang ini samaran orang lain?"
Dian Sim manggut-manggut.
Dian Susi kertak gigi, katanya: "Budak mampus, kau
sudah tahu, kenapa tidak siang-siang memberitahu aku?"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Aku tidak punya kesempatan."
"Pertama kali kau antar pakaian, kenapa tidak kau
katakan?" "Waktu itu aku tahu Kek siansing berada di dalam
kamar, maka Siocia tanya aku ini Dian Sim atau Siau-lan,
aku pun tidak berani menjawab."
Mendengar nama Kek siansing, Dian Susi bergidik
seram. "Belakangan aku sengaja menumpahkan air teh ke
badan Siocia, maksudku berkesempatan menyusupkan
lipatan kertas ke baju Siocia, siapa nyana kau malah
membuangnya."
Dian Susi menghela nafas, sahutnya: "Waktu itu mana
terpikir olehku. Sampai detik ini, aku masih tak habis
mengerti, kenapa mereka berusaha menjebak diriku."
"Sebetulnya mereka tidak ingin mencelakai kau, cuma
ingin kau menjadi istri orang saja."
"Kenapa mereka mengatur tipu daya begini rumit, lalu
siapa biang keladinya?"
"Kek siansing."
Bergidik Dian Susi dibuatnya, katanya gemetar: "Jadi
dia bersekongkol dengan Thio Hou-ji?"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Kau masih belum paham?"
"Jadi dia pun tidak tertutuk Hiat-tonya oleh Cin Ko
palsu itu?"
"Yang terang mereka sengaja bersandiwara di
hadapanmu, supaya kau lebih percaya kepada Cin Ko
palsu itu," dengan menghela nafas Dian Sim
menambahkan: "Sebetulnya umpama ada sepuluh Kupu-
kupu Kembang, cukup dengan dua jarinya saja Kek
siansing mampu memites mampus keseluruhannya
dengan gampang."
"Memang orang itu amat menakutkan."
"Menurut apa yang kutahu, ilmu silatnya memang jauh
lebih menakutkan dari tokoh manapun yang pernah kita
jumpai." Sampai di sini Dian Sim cekikikan, "Tapi begitu
dia melihat Nyo kongcu, mirip tikus berhadapan dengan
kucing." Dian Susi menarik muka, katanya dingin: "Darimana
kau tahu?"
"Jikalau Nyo kongcu tidak datang tepat pada waktunya
menolong aku, mungkin sekarang aku sudah tidak bisa
bertemu dengan Siocia."
"Orang itu hendak membunuhmu?"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Agaknya mereka sudah tahu hubunganku dengan
Siocia." "Tapi cara bagaimana kau bisa sampai di sini?"
"Ong toanio membawaku kemari, dia menjual aku
kepada Thio Hou-ji."
"Jadi hari itu kau tidak melarikan diri?"
Dian Sim menggeleng-geleng. "Mana aku bisa lari dari
cengkeramannya?"
Dian Susi tertawa geli, katanya: "Ong toanio bukan Ji-
lay-hud, kenapa kau tak mampu lolos dari telapak
tangannya" Bukankah kau Sun-go-kong ini biasanya
serba pintar dan cerdik?"
Dian Sim memonyongkan mulut, katanya: "Soal apa
yang bikin kau geli?"
"Apa kau tidak bisa melihat, setan kepala besar itu
mirip seseorang?"
Dian Sim tertegun, "Mirip siapa" Orang yang kita
kenal?" "Sebetulnya kau mengenalnya, karena dia teman baik
dengan Sun-go-kong."
Dian Sim akhirnya mengerti, katanya cekikikan:
"Maksudnya dia mirip Ti-pat-kay?"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Dian Susi bertepuk tangan, katanya tertawa: "Mirip
tidak menurut pendapatmu?"
"Aku sih tidak tahu dalam hal apa dia mirip."
"Dia pandai makan, senang tidur, begitu berhadapan
dengan perempuan cantik, matanya lantas memicing dan
cengar-cengir seperti bau kentut, bukankah dia mirip Ti-
pat-kay?" Dian Sim menghela nafas, katanya: "Tapi kalau tiada
Ti-pat-kay, kau dan aku mungkin sudah dikerjai orang."
Dian Susi merengut, "Kenapa kau selalu membela
dia?" "Karena aku mengaguminya."
"Kalau begini, biarlah kau kuserahkan kepadanya,
menjadi bininya. Mau tidak?"
"Mau saja," sahutnya tegas dan lantang, tanpa pikir
lagi. "Kau mau?" Dian Susi melongo malah.
"Kenapa tidak mau?"
"Kepalanya tiga lipat lebih besar dari orang biasa,
memangnya kau tidak melihat?"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Apa jeleknya kepala besar" Orang berkepala besar
pasti lebih pintar."
"Pinggangnya pun lebih besar dari gentong air."
"Tapi hatinya lebih lembut, dan cermat dibanding
sebatang jarum, perduli persoalan apapun pasti dia
pikirkan dengan seksama."
"Kau tidak merasa dia itu seorang buruk rupa?"
"Seorang laki-laki cukup asal dia pintar bekerja dan
cekatan, umpama dia benar-benar jelek juga tidak
menjadi soal, apalagi sebenarnya dia toh tidak jelek."
"Dia tidak jelek?" Dian Susi berjingkrak, "orang macam
apa baru kau anggap jelek?"
"Menurut hematku Kupu-kupu Kembang jauh lebih
jelek, cita-cita seorang laki-laki pun dia tidak
memilikinya." Dengan memejamkan mata, mulutnya
mengoceh seperti orang mengigau dalam mimpi: "Jika
kau membayangkan secara cermat, kau akan merasa
setiap jengkal badannya normal dan patut dipandang,
terutama dikala dia tertawa, sungguh menawan hati."
"Baik, kalau kau menyukainya, kenapa tidak kau kawin
dengannya?"
"Sayang dia tidak menyukai aku, orang yang disukai
adalah..."
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Orang yang kusukai adalah aku sendiri," seseorang
menukas. Tahu-tahu Nyo Hoan sudah berdiri di hadapan
mereka dengan berseri tawa, katanya pula: "Siapapun
pasti menyukai dirinya sendiri." Dian Sim menunduk
dengan muka merah, tak berani buka mulut lagi.
Nyo Hoan berbangkis sekali lalu katanya: "Marilah kita
pergi." "Pergi?" Dian Susi melotot, "pergi begini saja?"
"Tidak begini memangnya harus bagaimana?"
"Mana Thio Hou-ji?"
"Di dalam rumah."
"Kau melepasnya begini saja?"
"Memangnya
apa yang harus kulakukan"
Membunuhnya" Menghajar tiga ratus rangket?"
"Kau... kau... sedikitnya melampiaskan kedongkolanku!"
"Apamu yang harus dilampiaskan" Dia pernah pukul
kau?" "Tidak!"
"Pernah memakimu?"
"Juga tidak."
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Setelah kau ikut dia kemari, apa pula yang dia ingin
kau lakukan?"
"Dia suruh aku mandi, suruh aku ganti pakaian, lalu...
lalu..." "Memberimu
makan sampai kenyang, memperkenalkan seorang laki-laki pula, benar tidak?"
"Benar sih benar, namun..."
"Namun kenapa" Tetap ingin melampiaskan dongkol?"
"Sudah tentu." Dian Susi berjingkrak, serunya
membanting kaki: "Kau... kau bantu aku" Atau membela
dia?" "Siapapun tidak kubela, aku hanya membela
kebenaran."
"Kau kira aku tidak benar" Kalau dia" Kenapa dia
menipu aku" Kenapa dia menipuku menikah dengan laki-
laki itu?"
"Mungkin lantaran kau terlalu cantik, maka orang
begitu kepincut dan ingin mempersunting kau, jika
seperti aku, umpama kau berlutut minta orang
mengawinimu, orang tetap tidak sudi."


Tokoh Besar Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Marah bukan kepalang Dian Susi, teriaknya: "Siapa
bilang aku cantik, sedikit pun aku tidak cantik,
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
memangnya kau tidak tahu bahwa mereka bersengkongkol?"
"Sejak kapan kau berubah begini rendah hati" Sukar
didapat..." Nyo Hoan menggeliat, sambungnya: "Aku
mau pergi, mau ikut tidak terserah kepadamu."
"Sudah tentu terserah aku, dengan hak apa kau urus
aku?" Nyo Hoan melangkah pergi, omelnya: "Jika ketemu
Kek siansing, sebetulnya tidak perlu takut, paling dia
hanya ingin mengawini kau, takkan menelanmu bulat-
bulat." Belum habis dia bicara Dian Susi sudah memburunya,
katanya dengan nafas memburu: "Apa katamu" Kek
siansing masih di sini?"
"Mana aku tahu dia masih di sini atau tidak" Dia di sini
memang ada sangkut paut apa dengan aku?"
"Barusan kau masih melihatnya?"
"Tidak salah."
"Kenapa tidak kau bekuk dia?"
"Kau sendiri pernah melihatnya beberapa kali, kenapa
kau tidak menangkapnya?"
"Karena aku tidak mampu menangkapnya."
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Aku pun demikian."
"Kau tidak mampu menangkapnya" Masa kepandaian
silatmu tidak lebih unggul?"
"Yang terang kepandaianku tidak setinggi yang kau
bayangkan, kenapa kau mengagulkan aku terlalu tinggi."
"Kenapa begitu melihat kau lantas lari sipat kuping?"
"Mungkin aku adalah seorang Kuncu, seorang
sosiawan sejati, sesat tak menang melawan lurus, masa
kau tidak paham akan pengertian ini."
* * * * * Jagat gelap gulita hanya disinari bintang kelap-kelip,
angin lalu menghembus membawa bau kembang yang
harum. Nyo Hoan jalan di depan, Dian Susi mengikuti di
belakangnya. Meski setan kepala besar ini membosankan, betapapun lebih baik daripada Kek
siansing. Dian Sim berjalan di samping mereka, kedua
biji matanya yang besar ganti berganti mengerling ke
sana kemari. Tiba-tiba Dian Susi memecah kesunyian: "Coba kau
tanya dia kemana hendak pergi."
Dian Sim mengedip mata, "Kenapa tidak kau tanya
sendiri." TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Dian Susi melotot, tapi tidak bersuara lagi.
Bagian 7 Dian Sim tiba-tiba berkata pula: "Mulut Thio Hou-ji
memang pandai membual, tapi ada sebuah hal dia tidak
menipu kau."
"Hal apa?"
"Cin Ko memang sudah tiba di sini, beberapa hari yang
lalu aku dengar mereka memperbincangkannya."
Bercahaya mata Dian Susi, katanya: "Kau dengar di
mana dia sekarang?"
Dian Sim menggeleng-geleng, Nyo Hoan tiba-tiba
berpaling, katanya: "Jikalau benar dia sudah tiba di sini,
aku tahu suatu tempat di sana pasti bisa menemukan
dia." "Tempat apa?"
"Laki-laki bujangan suka pergi ke tempat mana,
tentunya kau bisa mengira-ngira."
Tempat yang suka didatangi laki-laki bujangan" Dian
Susi bertanyatanya.
* * * * * TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Cepat sekali Nyo Hoan sudah membawa mereka ke
suatu tempat, suatu tempat yang terletak di pojok
dinding kota yang buntu. Sebuah rumah yang bobrok,
hembusan angin badai pun bisa merobohkannya. Dua
daun pintunya yang besar bercat luntur tertutup rapat. Di
depan pintu bertumpuk sampah.
Belum sampai di depan rumah, hidung Dian Susi
sudah dirangsang bau busuk, tak tahan dia mendekap
hidung, katanya uring-uringan: "Untuk apa kau bawa aku
kemari?" "Bukankah kau ingin mencari Cin Ko?"
"Memangnya dia bakal berada di tempat sekotor ini?"
"Bukan saja dia akan kemari, setelah di sini dia akan
merasa berat tinggal pergi."
"Kenapa?"
"Nanti kau akan tahu apa sebabnya."
Dian Susi berhenti, tanyanya ragu: "Apa di sini banyak
orang yang suka mengagulkan diri seperti Thio Hou-ji
sebagai tokoh kebajikan?"
"Memang orang-orang yang kemari suka menjadikan
diri sendiri sebagai orang bajik."
"Aku tidak mengerti apa maksudmu."
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Maksudku orang-orang ini suka menggunakan
uangnya untuk menolong orang lain, malah memberi
secara spontan dan cepat."
"Berapa cepatnya?"
"Kalau kau memberikan uangmu, tanggung takkan
ada tempat lain yang bisa lebih cepat dari tempat ini."
Dian Sim tiba-tiba menyeletuk: "Aku mengerti, tempat
ini tentu sebuah sarang judi."
"Tepat, agaknya kau lebih cerdik."
Dian Susi merengut, katanya dingin: "Rumah sebobrok
ini, orang yang sudi berjudi di sini tentu orang-orang
kroco." "Agaknya kau tidak mengerti, bahwa seseorang yang
keranjingan judi, perduli di manapun, umpama di selokan
mereka pun tidak menjadi soal."
"Kalau di tempat manapun boleh judi, kenapa mereka
justru ke tempat ini?"
"Karena tempat ini amat rahasia."
"Kenapa harus serba rahasia."
"Banyak sebabnya."
"Coba kau uraikan alasannya."
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Umpamanya ada orang yang takut bini, tidak berani
judi, ada orang yang punya profesi luar biasa, tidak boleh
judi, ada kalanya uang seorang tidak halal, jikalau
taruhannya terlalu besar, kuatir dicurigai orang lain."
Lalu dengan tertawa dia melanjutkan: "Di sini,
terserah cara bagaimana kau hendak pertaruhkan
uangmu tiada yang ganggu dan melarang. Bukan saja
tiada orang berani menangkapmu, orang tidak akan
menanyakan asal-usul uangmu juga."
"Kenapa?"
"Karena pemilik tempat ini adalah Kim toa-hu-cu (Kim
si Brewok)."
"Siapa pula Kim toa-hu-cu itu?"
"Orang yang tidak berani diganggu siapapun."
"Cin Ko tidak takut bini, tidak punya latar belakang
yang memalukan, kenapa dia suka datang kemari?"
"Karena pertaruhan di sini amat besar dan
menyenangkan, bukan orang yang berduit tebal, pintu
besar ini pun orang tidak berani masuk."
Dian Susi meliriknya: "Dan kau" Kau bisa masuk
tidak?" "Kalau aku tidak bisa masuk, cara bagaimana aku bisa
bawa kau masuk?"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Tak nyana bukan saja kau setan kepala besar, setan
arak, kau pun setan judi."
"Sebetulnya kau sudah tahu sejak mula," ujar Nyo
Hoan tersenyum lebar.
* * * * * Di bawah pintu besar terdapat pintu kecil. Setelah Nyo
Hoan mengetuk gelang tembaga di atas pintu, pintu kecil
lantas terbuka. Dari dalam pintu menongol keluar seraut
muka orang. Muka orang bengis dengan sorot mata
beringas. Dengan melotot suaranya pun galak: "Untuk
apa kau kemari?"
"Kau tidak mengenalku?"
"Siapa kenal kau?"
"Kim toa-hu-cu kenal aku," tiba-tiba entah apa yang
dia rogoh terus dijejalkan ke dalam pintu, katanya:
"Bawa ini perlihatkan kepadanya, dia tahu siapa aku."
Habis melotot baru orang itu menutup pintu kecil
sekeras-kerasnya.
Dian Susi bertanya: "Benarkah si Brewok kenal kau?"
"Aku bukan ahli kebajikan, aku tidak bisa menipu
orang." "Bagaimana kau bisa kenal orang seperti itu?"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Karena aku setan judi, setan arak lagi."
"Kek siansing mungkin kemari tidak?"
"Darimana aku tahu?"
"Kau pasti tahu, aku kira kau sudah lama
mengenalnya, dia pun sudah tahu siapa kau
sebenarnya."
Sampai di sini pintu mendadak terbuka, bukan pintu
kecil, namun pintu besar, laki-laki yang garang tadi kini
bersikap ramah tamah, katanya sambil menunduk:
"Silahkan, silahkan masuk."
Di sebelahnya seorang laki-laki bertubuh gede kekar,
beralis tebal, kulit mukanya benjal-benjol, jenggotnya
tercukur bersih, begitu melihat Nyo Hoan lantas
memapak maju, katanya tergelak-gelak: "Angin apa yang
meniupmu kemari?"
"Segulung angin yang salah arah."
"Apa angin salah arah?" laki-laki itu melengak.
"Kalau bukan salah arah, masa bisa meniupku
kemari?" Laki-laki gede berpakaian kembang-kembang mewah
tertawa besar, katanya: "Sudah berapa bulan kau tidak
kemari menghabiskan uang, memangnya tidak kuatir
uangmu busuk?"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
* * * * * Rumah ini cukup besar, namun di mana-mana diliputi
asap rokok yang menyesakkan nafas, manusia berjejal di
mana-mana. Berbagai orang dengan corak yang
berlainan, semuanya bersitegang leher, orang yang tidak
tegang hanya pura-pura menenangkan diri belaka, yang
benar pakaian dalamnya sudah basah kuyup. Di antara
sekian banyak orang hanya satu orang yang tidak
merasa tegang, yaitu laki-laki gede berpakaian kembang
yang membawa Nyo Hoan. Karena hanya dia yang tahu
siapa pemenang paling besar dalam ruang judi ini,
kecuali dirinya sendiri.
Katanya sambil menepuk pundak Nyo Hoan: "Silahkan
kau bermain sesukamu, setelah segala kesibukanmu
berakhir, nanti kutemani kau minum arak."
Setelah orang pergi, Dian Susi tertawa dingin,
jengeknya: "Agaknya hubunganmu intim dengan si
Brewok, kalau tidak kenapa dia tidak keluar
menyambutmu."
"Lalu siapa kau kira orang yang membawa kita masuk
tadi?" "Jelasnya dia bukan si Brewok bukan?"
"Lalu siapa kalau dia bukan si Brewok?"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Apa" Jadi dia itu si Brewok" Kenapa tidak punya
jenggot?" "Jenggot kan bisa dicukur."
"Kalau dia dinamakan si Brewok, kenapa jenggotnya
dicukur?" "Karena belakangan ini dia mempersunting bini."
"Apa sangkut paut kawin dengan brewoknya?"
"Bukan saja ada hubungannya, malah sangkut
pautnya amat erat dan besar."
"Apakah bininya yang suruh dia mencukur jenggot?"
"Kali ini kau sudah cukup pintar."
"Siapa kira manusia segede itu juga takut bini."
"Berbagai orang mungkin saja takut bini, karena takut
bini tidak membedakan ras dan kelas."
"Jadi, takut bini adalah suatu hal yang adil?" Dian Susi
tertawa. "Persoalan yang begini adil memang jarang terjadi "
tapi untung juga belum banyak!"
* * * * * TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Dalam ruangan itu ada beberapa macam perjudian,
baykiu, dadu, besar kecil, rolet genap ganjil dan banyak
lagi. Di atas dinding ada sebuah pengumuman yang
ditulis huruf besar berbunyi:
"Taruhan terbesar seribu tail, terkecil sepuluh tail."
Setengah harian Dian Susi celingukan kian kemari,
katanya: "Mana CinKo?"
"Kutanggung nanti pasti datang," sahut Nyo Hoan.
"Kau tidak menipuku?"


Tokoh Besar Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Kenapa aku menipumu?"
"Kapan dia akan datang?"
"Sukar dikatakan, yang terang kita harus menunggu
sampai dia datang."
"Eh, coba lihat, di sana ada perempuan," tiba-tiba
Dian Sim menyeletuk.
Di dalam perjudian ada perempuan bukan suatu hal
yang aneh, tapi perempuan yang satu ini sungguh terlalu
muda, terlalu cantik. Dia sedang bermain baykiu, malah
sedang pegang kartu.
Pakaiannya dari bahan kain yang mahal, perhiasannya
pun gemerlapan, tapi cepat sekali barang-barangnya
ludes, baju di depan dadanya sampai tersingkap, lengan
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
bajunya pun terjinjing ke atas, maka tampak dada dan
lengannya yang putih halus menggiurkan. Agaknya
kartunya jeblok, maka sebagai bandar dia harus
membayar taruhan dua kali lipat. Tumpukan uang perak
di hadapaannya sekejap saja sudah habis untuk
membayar. Seorang laki-laki muka burikan di sebelahnya tengah
melirik ke arah dadanya yang terbuka, dengan cengar-
cengir dia berkata dengan maksud kurang baik: "Nyonya
muda, lebih baik biarkan orang lain yang pegang kartu."
Merah padam nyonya muda ini karena kehabisan
uang, sahutnya: "Tidak, aku harus keduk kembali modal
dan kemenangan berlipat ganda."
"Hendak merebut kemenangan mungkin sampai besok
pun tiada harapan, seluruh perhiasan dan uangmu sudah
habis, peraturan di sini tidak boleh pakai cek atau teken
bon." Sekian lama nyonya muda menggigit bibir, melongo
sekian lamanya, tiba-tiba berkata: "Aku masih ada
barang untuk taruhan."
"Barang apa?" tanya laki-laki burikan.
"Aku sendiri," sahut nyonya muda membusungkan
dada. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Seketika bersinar mata laki-laki burik, seperti tertawa
tidak tertawa, dia amat-amati orang katanya: "Berapa
kau pertaruhkan harga dirimu?"
Nyonya muda tiba-tiba mengerling genit, katanya:
"Menurut pendapatmu, berapa aku harus pertaruhkan
diriku?" Mengawasi dada orang yang tersingkap dan kelihatan
dua bukitnya yang montok, si burik menelan air liur,
katanya: "Tiga ribu tail mau tidak?"
Nyonya muda menggebrak meja, serunya: "Baik,
keluarkan uangmu, kutaruh diriku untukmu."
Pandangan Dian Susi sampai mendelong, katanya
menghela nafas: "Entah dia nyonya muda dari keluarga
mana, begitu mengenaskan kekalahannya."
Dari samping tiba-tiba seorang tertawa dingin:
"Nyonya muda kentut, nyonya muda yang genah
masakah sudi berada di tempat ini?" Orang ini bermuka
kuda, seluruh pakaiannya serba hitam, dandanan dan
seragamnya mirip dengan penjaga pintu tadi, tentunya
anak buah si Brewok.
Tak tahan Dian Susi bertanya: "Orang-orang macam
apa saja yang berada di sini?"
"Perempuan yang datang ke tempat ini seorang diri,
kalau bukan dijual, tentu gundik entah keluarga besar
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
mana," kata orang itu, lalu menuding nyonya muda,
katanya pula: "Dia adalah gundik ketiga belas Ong Pek-
ban yang berkuasa di Tay-tong-hu, biasanya kelihatan
alim dan genah, tapi sekali berjudi, watak aslinya lantas
kelihatan, demikian juga belangnya."
Dian Susi tertawa dingin, katanya: "Kalau laki-laki
tukang judi memangnya tidak menunjukkan kedok
aslinya juga?"
Orang itu menyengir, katanya: "Sayang sekali
umpama laki-laki mau jual diri, toh tiada orang sudi
membelinya." Dengan cengar-cengir dia berlalu, tak lupa
melirik dua kali kepada Dian Susi.
Pucat muka Dian Susi saking dongkol, katanya gemas:
"Kenapa perempuan selalu ditakdirkan bernasib lebih
jelek dari laki-laki. Kenapa laki-laki bisa bertaruh,
perempuan tidak boleh?"
"Karena perempuan ditakdirkan bukan laki-laki."
"Apa-apaan ucapanmu?"
"Kependekan omongnya, banyak perempuan justru
tidak mengerti."
* * * * * Nyo Hoan mulai ikut bertaruh. Dia ikut main baykiu,
taruhan paling rendah sepuluh tail, maka dia tetap
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
mematuhi aturan, perduli menang atau kalah dia tetap
menaruh sepuluh tail. Orang-orang di sebelahnya
memang tidak memberi komentar, namun pandangan
mereka kelihatan mulai menghina. Tapi Nyo Hoan sedikit
pun tidak perduli sikap mereka.
Tapi Dian toasiocia justru tidak sabar lagi, bahwa dia
datang dan duduk bersama Nyo Hoan, kalau Nyo Hoan
malu dia pun ikut malu, tak tahan dia berbisik: "Bolehkah
kau bertaruh sedikit banyak?"
"Tidak bisa!" tegas dan pendek jawaban Nyo Hoan.
"Kenapa tidak bisa?"
"Karena aku tidak ingin kalah terlalu cepat, namun aku
pun tidak ingin menang."
"Judi macam apa caramu ini" Masakah mengagulkan
diri sebagai setan judi."
"Aku tidak pernah mengatakan diriku setan judi, kau
yang mengatakan."
Dian Susi tertawa geli, katanya melotot: "Umpama kau
benar setan judi, kau pun hanya terhitung setan judi
tingkat terendah."
Nyo Hoan tidak menanggapi, dia tetap menaruh
uangnya, tetap sepuluh tail.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Sekonyong-konyong dalam ruang judi yang besar itu
serempak terdengar sorak-sorai: "Cin Tayhiap datang...
Cin siauhiap datang, suasana tentu lebih ramai."
Cin Ko ternyata benar-benar datang. Terasa mulut
Dian Susi kering, kaki tangan dingin, saking tegang
sampai nafasnya terasa sesak. Dia sudah pentang mata
lebar-lebar dan ulur leher setinggi mungkin, namun
belum juga melihat Cin Ko, mungkin karena tegang
pandangan matanya pun menjadi kabur. Untunglah
akhirnya dia melihat sapu tangan merah yang terikat di
leher, sapu tangan merah menyala laksana sinar
matahari senja.
Cin Ko memang seorang terkenal, di manapun dia
berada dirinya tentu dielu-elukan. Seluruh hadirin
merubung maju. Nyo Hoan justru tetap tenang dan
duduk sekokoh gunung di tempatnya, seluruh
perhatiannya tertuju kepada taruhannya. Sepuluh tail.
Dongkol, gemas dan penasaran hati Dian Susi, Cin Ko
tokoh setenar itu datang, dia malah acuh tak acuh,
keruan hatinya getol sekali, terpaksa dia bertanya kepada
Dian Sim: "Kau sudah melihat dia tidak?"
"Dia" Siapa yang kau maksud dengan dia?"
"Sudah tentu Cin Ko yang kumaksud, kecuali Cin Ko
siapa lagi?"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Melihat sih sudah, cuma..."
"Bagaimana tampangnya?"
"Bagaimana tampangnya" Ya tetap sama seperti
manusia umumnya" Matanya dua, hidungnya satu,
punya mulut punya dua kuping, biasa saja."
Keruan Dian Susi uring-uringan, ingin rasanya dia
sumbat mulut usil ini dengan sekeping uang sepuluh tail.
Untunglah cepat sekali dia sudah mendengar suara Cin
Ko. Suaranya lantang berisi: "Mau judi ya judilah sampai
puas, kalau tidak, lebih baik pulang saja membopong bini
di rumah."
Hadirin tertawa geli. "Benar, Cin Tayhiap memang
seorang jenaka dan periang."
"Main pasangan genap ganjil lebih menyenangkan, Cin
Thayhiap bagaimana kalau kau jadi bandar?"
Cin Ko menjawab dengan tegas dan riang: "Baik,
bandar ya bandar, cuma aku ada satu syarat."
"Silahkan Cin Tayhiap bicara."
"Aku tidak perduli tentang aturan yang ditegakkan si
Brewok, yang bermain sama aku, paling sedikit harus
bertaruh seratus tail, lebih banyak lebih baik, bagi aku
semakin besar taruhan semakin bergajul."
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Orang-orang yang merubung tadi akhirnya bubar.
Baru sekarang Dian Susi sempat melihat Cin Ko, akhirnya
dia merasa lega dan terhibur bahwa dia sudah melihat
tokoh besar yang dipuja-puja dalam hati. Sudah tentu
sapu tangan merah itu yang dia lihat pertama kalinya,
merah semerah rona mukanya sekarang.
Sapu tangan itu terikat di leher yang besar dan kekar,
kelihatannya amat serasi dengan badan dan kewibawaan
Cin Ko. Wibawa Cin Ko memang amat besar, sekali rogoh
dia keluarkan segebung uang kertas di atas meja. "Hayo
taruh uangmu, terserah berapa menurut kemampuan
dan keberanian kalian!"
Maka beramai-ramai orang mempertaruhkan uangnya,
ada yang ratusan, tidak sedikit yang bertaruh ribuan
juga. Seolah-olah orang yang berjudi di sini, kalau
uangnya tidak hasil curian, tentu hasil merebut milik
orang lain. Dian Susi menyentuh Nyo Hoan dengan sikutnya,
tanyanya perlahan: "Kau kenal Cin Ko tidak?"
"Tidak kenal."
"Sungguh memalukan, katanya kau sering kelayapan
di Kangouw, tokoh sebesar ini kau pun tidak
mengenalnya."
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Karena aku bukan tokoh besar, apalagi setiap
berhadapan dengan tokoh besar, hatiku lantas tegang."
"Kenapa tidak kau berusaha untuk kenal dia?"
"Kenapa harus berusaha kenal?"
"Karena... karena aku ingin mengenalnya."
"Urusanmu sendiri, sudah kukatakan, hanya
membawamu kemari, urusan lain kau selesaikan sendiri,"
jawabannya selalu sepele, namun pendengarnya bisa
jengkel. Tapi Dian Susi tidak kehilangan akal, sekilas dia putar
otak dengan biji mata berputar, tiba-tiba dia bertanya:
"Si muka burik itu kau kenal tidak?"
"Burik itu sih aku kenal, karena dia bukan tokoh
besar." "Apa kerja orang itu?"
"Kabarnya dia penghisap darah di sarang judi ini."
"Penghisap darah?"
"Kerjanya khusus menunggu orang-orang yang kalah
judi dan membeli barang-barangnya dengan harga
rendah, barang yang seharusnya berharga tiga ratus tail,
dia bisa membelinya seratus lima puluh tail."
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Sebagai orang baik, bagaimana kalau kau tolong
kesulitanku?"
"Bantu kesulitan apamu?"
"Juallah diriku kepada si burik."
Nyo Hoan melengak dan mengamatinya dari kepala ke
kaki, tanyanya: "Kau sakit atau suiting?"
"Tidak, aku tidak sakit."
"Lalu untuk apa kau harus kugadaikan kepada dia?"
"Tak perlu kau urus apa maksudku, asal kau sudi
membantu, selanjutnya aku tidak akan mempersulit kau."
"Jadi kali ini untuk yang terakhir?"
"Pasti terakhir kali."
"Baiklah, lebih baik sakit sebentar daripada lama
menderita, kali ini aku turuti kemauanmu," lalu dia
melambaikan tangan kepada si burik dan berteriak: "Tio
Kong, bisa kemari sebentar?"
Tio toa-ma mengawasinya sebentar lalu berpaling
kepada Dian Susi di sebelahnya, akhirnya datang
menghampiri dengan mimik tawa tidak tawa, katanya:
"Bertaruh sepuluhan tail juga ludes kau" Lalu apa yang
ingin kau gadaikan?"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Coba kau taksir, berapa kau berani membelinya?"
Lama Tio Kong mengamat-amati Dian Susi, tanyanya
dengan muka terang: "Berapa yang kau minta?"
"Nona secantik dan semuda ini, paling sedikit berharga
tiga ribu."
Mengawasi Dian Susi, Tio Kong sampai melamun,
mulutnya menggumam: "Agaknya barang asli dan masih
baru... baiklah, kubayar tiga ribu, tapi kau harus
tanggung dia takkan melarikan diri."
"Memangnya kau takut orang menipumu?"
"Siapa yang berani menipu aku, aku harus
mengaguminya," ujar Tio Kong tergelak-gelak. Lalu dia
keluarkan tiga ribu tail uang kertas diberikan kepada Nyo
Hoan. Belum lagi sempat diterima mendadak Dian Susi
berjingkrak dan berteriak: "Tolong, tolong!" Suaranya
lebih keras dan menakutkan dari orang mencekik leher
ayam hidup-hidup.
Nyo Hoan melirik pun tidak, seakan-akan dia sudah
menduga sebelumnya. Cuma Tio Kong yang tersentak
kaget, kecuali dia orang lain seperti tidak mendengar
sama sekali.

Tokoh Besar Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Akhirnya Dian Susi nekad, sambil berteriak dia lari ke
arah Cin Ko: "Tolong, tolong!" Boleh dikata dia sudah
berteriak di pinggir kuping Cin Ko. Baru Cin Ko seperti
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
mendengar dan berpaling dengan bingung, tanyanya
mengerutkan alis: "Ada apa?"
Dian Susi menuding Nyo Hoan, katanya: "Dia... dia...
hendak menjual aku kepada orang lain."
Cin Ko mengamat-amatinya sebentar, tanyanya: "Dia
pernah apamu?"
Dian Susi membanting-banting kaki dengan gugup
seperti hampir menangis, sahutnya: "Dia bukan apa-
apaku, aku cuma diajaknya dolan ke sini, siapa tahu,
dia... dia..."
Mendadak Cin Ko menggebrak meja, serunya gusar:
"Kurang ajar, masakah tiada aturan dalam dunia ini!"
Dengan langkah lebar menghampiri Nyo Hoan, tanyanya
melotot: "Dengan hak apa kau hendak menjual nona cilik
itu?" Nyo Hoan menghela nafas, sahutnya: "Aku ini setan
judi, uangku sudah habis-habisan."
Alasannya patut dihajar tiga ratus kali pentungan di
pantatnya. Tak nyana Cin Ko seperti simpatik kepadanya
malah, katanya: "Ya, tak bisa salahkan kau. Berapa
banyak uang yang ingin kau keduk kembali?"
"Agaknya Cin Tayhiap sudi turun tangan, seperak pun
aku tidak mau lagi."
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Nyo Hoan berdiri sambil menepuk-nepuk pakaian terus
berlalu tanpa berpaling lagi.
Melihat punggung orang, timbul rasa iba dan duka
dalam benak Dian Susi. "Bagaimana juga, setan kepala
besar ini bukan orang jahat, kelak aku harus cari
kesempatan untuk membalas kebaikannya." Tiba-tiba
teringat olehnya akan Dian Sim, pikirnya pula: "Dia
belum menikah, Dian Sim menyukainya juga, kenapa
tidak kujodohkan Dian Sim kepadanya saja?" Sayang
sekali waktu dia berpaling dan mencari-cari Dian Sim
entah pergi ke mana, bayangannya tidak kelihatan,
dengan kebingungan akhirnya dia berpaling pula,
dilihatnya Cin Ko sudah berdiri di sampingnya, seperti
tertawa tidak tertawa mengawasi dirinya.
Setelah mengalami banyak derita, banyak membuang
waktu dan tenaga, dengan susah payah akhirnya berhasil
berhadapan dengan tokoh besar ini. Cin Ko masih
menatap dirinya, agaknya menunggu dia buka suara,
sepasang matanya berkilat dan berwibawa.
Akhirnya Dian Susi unjuk senyuman manis, katanya:
"Terima kasih akan pertolongan Cin Tayhiap, kalau tidak,
aku... entah bagaimana keadaan diriku."
"Kau kenal siapa aku?" tanya Cin Ko.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Dian Susi mengerling ke arah sapu tangan merah di
lehernya, sahutnya tertawa lebar: "Orang Kangouw siapa
yang tidak kenal Cin Tayhiap?"
"Kau tahu dan yakin bahwa aku pasti menolongmu?"
"Cin Tayhiap menegakkan keadilan, menolong yang
lemah menindas yang lalim, semua kaum persilatan tahu
akan kebesaran jiwa Cin Tayhiap."
"Lantaran kau tahu aku pasti menolongmu, maka kau
minta orang itu menjual dirimu kepada si Burik?"
Seketika Dian Susi tertegun. Sungguh mimpi pun dia
tidak menduga Cin Ko dapat memecahkan muslihatnya,
lebih tidak nyana orang bakal membebernya secara
terbuka. "Kau... darimana kau tahu?"
Cin Ko tertawa, katanya: "Bagaimana aku tidak tahu"
Kau kira caramu ini bagus, bagi diriku cara ini sudah
usang. Karena sedikitnya sudah tujuh kali aku pernah
mengalami kejadian serupa ini."
Merah jengah selebar muka Dian Susi, ingin rasanya
menggali lubang menyembunyikan diri untuk menutupi
rasa malunya. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Tiba-tiba Cin Ko berkata pula: "Tapi ada satu hal kau
berbeda dengan gadis-gadis yang pernah mau menipu
aku." Dengan gigit bibir, Dian Susi memberanikan diri,
tanyanya: "Hal... hal apa?"
Cin Ko tersenyum, ujarnya: "Kau lebih cantik, tawamu
pun lebih manis. Perempuan yang tawanya manis,
rejekinya kelak semakin baik, maka..." tiba-tiba dia
menarik Dian Susi, katanya: "Mari, temani aku berjudi,
coba kau bisa membawa nasib baik bagi aku?"
Akhirnya terlaksana juga cita-cita Dian Susi untuk
berkenalan dengan Cin Ko setelah mengalami banyak
aral rintangan dan lika-liku. Didapatinya Cin Ko adalah
laki-laki yang berani berkata berani melakukan. Inilah
kesimpulan Dian Susi.
* * * * * Umumnya seorang penjudi pasti setan arak. Demikian
pula Cin Ko adanya. Sembari main, entah barapa banyak
arak yang sudah masuk ke perutnya. Selama itu Dian
Susi tidak banyak omong dan ulah, dia hanya
memperhatikan keadaan Cin Ko, suatu ketika baru dia
sadar bahwa Cin Ko sudah kalah dan habis-habisan.
Kalau orang lain kalah main, biasanya mukanya amat
jelek, tapi lain bagi Cin Ko, dia tetap tenang dan wajar,
roman mukanya sedikit pun tidak berubah. Entah kapan
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
si Brewok yang sudah mencukur kelimis jenggotnya tahu-
tahu muncul, berdiri di sampingnya, mukanya mengunjuk
rasa simpatik dan belas kasihan, katanya: "Cin Tayhiap,
hari ini rada sial, banyak kekalahanmu?"
Cin Ko tergelak-gelak, katanya: "Aku berjudi memang
siap untuk kalah, asal hati senang, kalah selaksa dua
laksa tidak menjadi soal?" Si Brewok acungkan
jempolnya, katanya lantang: "Bagus! Inilah sikap gagah
seorang laki-laki sejati, berani judi juga berani kalah,"
lalu dia ulapkan tangan, katanya pula: "Pergi ambil lima
laksa tail kemari, supaya Cin Tayhiap bisa mengeruk
kemenangan."
Cin Ko pun tertawa besar, serunya: "Sejak mula aku
sudah tahu kau memang seorang royal, tentu tidak perlu
Sepasang Pedang Iblis 6 Perkampungan Misterius Seri Pendekar Cinta 4 Karya Tabib Gila Duri Bunga Ju 3
^