Pencarian

Golok Sakti 1

Golok Sakti Karya Chin Yung Bagian 1


"Golok Sakti
Karya : Chin Yung
I PADA suatu musim rontok...
Tiupannya sang angin diwaktu malam meresap ketulangtulang,
dijalan raya dari kota See-an tampak sangat sepi,
seakan-akan orang merasa segan untuk berkeluyuran
sekalipun sang rembulan tampak terang benderang,
menerangi jagat yang luas.
Sunyi senyap, hanya terdengar sayup-sayup meniupnya
sang angin. Saat itu tiba-tiba pintu salah satu rumah
penginapan terbuka, tampak dengan perlahan-lahan ada
berjalan keluar seorang muda.
Sambil menggendong tangannya, pemuda itu telah jalan
dijalan raya dengan banyak pikiran ngelamun rupanya, sebab
saban-saban ia merandek mengawasi pada sang putri malam,
siapa seolah-olah dianggap kawan satu-satunya pada malam
yang sunyi itu.
Pemuda itu berperawakan tegap. hidungnya mancung,
matanya bersinar jernih, cakap dan tampan keadaan pemuda
itu, hanya sayang ia mengenakan pakaian yang apak tidak
terurus suatu tanda bahwa ia bukannya dari golongan mampu.
Meskipun dalam pakaian yang agak mesum, kenyataannya
tidak menghilangkan air muka yang gagah dan tampan,
perawakannya yang kokoh kekar, Suatu tubuh yang sempurna
yang menjadi idaman-idamannya para pemudi.
Selama berjalan dengan sebentar- bentar merandek
mengawasi rembulan yang indah terang, sering helaan
napasnya, seperti juga ia sedang sangat berduka.
Kini ia sudah berumur dua puluh satu tahun, bekerja pada
satu kantor Piauw-kiok (perusahaan mengantar barang). Sejak
kecil ia kerja, yalah dari jaman jadi pesuruh sehingga
sekarang-sudah dewasa ia merasakan dirinya tidak ada
majunya, meskipun ia banyak tahu segala urusan Piauw-kiok
dan kenal banyak orang dan mempunyai banyak sahabat.
Itulah disebabkan ia dikenal hanya satu pemuda biasa saja,
tidak kenal ilmu silat. Dalam perusahaan piauw justru sangat
dipentingkan orang yang pandai silat, untuk dijadikan piauwsu
(tukang antar barang), untuk melindungi barang-barang yang
diantarnya di perjalanan jangan sampai kena diganggu oleh
orang jahat. Disamping pandai silat juga orang yang menjadi piauwsu
harus bisa menyesuaikan diri, pandai bicara dan merendah
diwaktu perlu dan bengis juga jikalau temponya meminta itu.
Justru pemuda ini tidak ada mempunyai kepandaian yang
sempurna itu maka meskipun sudah lama bekerja dalam
perusahaan piauw tidak juga ia mendapat kenaikan pangkat
dalam penghidupannya.
Inilah ada pandangannya Piauwtao (kepala pengantar
barang) saja atas dirinya anak muda itu, sedang yang
sebenarnya diam-diam ia sudah mempunyai kepandaian yang
boleh ditonjolkan diantara kawan kawannya mungkin juga
sesama kawan sekerjanya tidak ada yang tahan menempur
anak muda itu. Justru ia tidak pernah memperlihatkan
kepandaiannya itu, maka diantara kawan-kawannya
menganggap ia hanya seorang muda biasa saja yang tidak
punya kepandaian bu (ilmu silat), bahkan diantaranya ada
yang menganggap ia pemuda tolol penakut.
Cara bagaimana ia mendapatkan kepandaian silatnya itu"
Itulah adalah kejadian pada lima tahun yang lampau, ia waktu
itu baru berumur enam belas tahun. Kejadian dikota Kilam,
ketika pada suatu hari ia sedang jalan melewati sebuah sawah
ia menemukan seorang anak kecil perempuan berumur dua
belas tahun sedang menangis di pinggir sawah karena boneka
mainannya telah kecemplung kedalam sawah yang banyak
airnya. Ia takut turun untuk mengambilnya, maka ia jadi
menangis sendirian.
Dilihat dari pakaiannya, sigadis cilik itu mengenakan
pakaian yang mewah, ada suatu tanda bahwa ia anak seorang
hartawan- Lantaran pakaiannya yarg bagus itu rupanya yang
membuat ia takut nyebur kedalam sawah untuk mengambil
bonekanya. Anak muda itu lalu menghampiri dan menanya.
"Hei, adik cilik,kenapa kau menangis sendirian disini?"
Sambil menyusut air matanya dan masih terisak-isak,
tangannya yang mungil menunjuk kesawah di mana
bonekanya sedang ngambang disana.
"Adik kecil, kau jangan nangis, nanti aku tolong ambilkan
untuk kau," kata si pemuda berbareng ia telah membuka
sepatunya dan menggulung naik celananya.
Si gadis cilik tidak menjawab, harya ia segera berhenti
menangisnya dan mengawasi si anak muda yang ngerobok
kedalam sawah untuk mengambilkan barang mainannya.
Waktu itu keadaan udara sangat dinginnya, angin meniup
tidak berhentinya, akan tetapi si pemuda tidak menghiraukan
itu semua dan melanjutkan pertolongannya. Ketika ia sudah
naik kembali, ia serahkan boneka itu kepada pemiliknya.
Bukan main girangnya si nona cilik, bukan saja ia berhenti
menangis, bahkan tersenyum-senyum memperlihatkan air
mukanya yang manis menarik dan sepasang sujennya yang
tak dapat dilupakan begitu saja.
"Koko, kau baik sekali sudah tolong ambilkan bonekaku."
katanya dengan sikap berterima kasih.
"Adik kecil, bonekamu aku sudah tolong ambilkan, harap
jangan dilemparkan lagi ketengah sawah, sebab nanti tidak
ada yang mau ambilkan, karena aku sudah pergi jauh dari
sini." Anak muda itu ketawa, menyambut senyumannya sinona
cilik. "Koko kalau saja Yayaku ada disini tentu dia akan
menghaturkan terima kasih...., " sambung suara nyaring
dibelakang mereka, entah sejak kapan ada orang
dibelakangnya dua orang itu.
Ketika mereka berpaling dengan kaget, ternyata orang
yang menyambung perkataannya sinona cilik ada engkongnya
sendiri. Lekas Sinona memburu dan memeluk pahanya sang
engkong menggelendot dengan roman yang aleman sekali.
"Ha, ha, ha, bagus " kata orang tua tadi sambil mengeluselus
kepalanya sang cucu. "Kau terima budi. Yayamu yang
disuruh membilang terima kasih."
"Yaya, kau sombong betul," jawab sang cucu, sambil
mencubit pahanya sang engkong Matanya terus mengawaskan
padaanak muda didepannya, ia meneruskan berkata. "Yaya,
coba lihat itu koko kedinginan, apa kau tega antapkan saja dia
dalam keadaan demikian sedang dia sudah memberikan
pertolongan kepada Hong Jie." Sang engkong mengawasi
pada anak muda didepannya.
"Eh, Yaya, apakah tidak baik Hong Jie ajari dia ilmu
bersemedhi, supaya dia bisa tahan dingin dan tidak menggigil
seperti sekarang?"
Sang engkong melengak mendengar kata-kata cucunya.
"Hong Jie, kau ada satu anak perempuan mana boleh
berlaku demikian?" sang engkong berkata sambil mengeluselus
jenggotnya yang panjang.
Si gadis cilik yarg bernama Hong Jie jebikan bibirnya
cemberut, hingga sang engkong tidak tahan kalau tidak
ketawa. "Kalau Hong Jie tidak boleh menurunkan pelajaran itu, Yaya
yang harus mengajarnya baru berarti kita pulang terima kasih,
hi hi, hi..." gadis cilik itu cekikikan ketawa.
Lucu sekali lagaknya. Tadi ia menjebikan bibirnya yang
mungil, cemberut seperti yang marah kepada engkongnya,
sekarang ia cekikikan ketawa dengan manisnya, teralami
sujennya yang membuat sianak muda yang menyaksikannya
tak dapat melupakannya. Sungguh manis sekali anak ini,
entah kalau dia sudah jadi besar, tentu luar biasa cantiknya
dan murah hati kepada sesamanya demikian diam-diam ia
berkata dalam hatinya.
Sementara itu hawa dingin sudah menyerang dengan
hebatnya, lamerasakan tubuhnya kesemutan, hampir-hampir
ia tidak dapat berdiri tegak.
"Hei, bocah kau sebenarnya dari mana dan siapa
namamu?" tanya engkong si Hong Jie
"Aku.... aku.... she Ho dan bernama Tiong Jong adalah..."
ia tak dapat meneruskan bicaranya, karena tidak tahan
bibirnya bergemetaran, tubuhnya menggigil kedinginan,
hingga sigadis cilik yang melihatnya menjadi kaget dan
berteriak pada engkongnya.
"Hei, Yaya kau jangan biarkan koko mati kedinginan"
Orang tua itu juga kasihan melihat keadaannya IHo Tiong
Jong, sebab ia sampai demikian keadaannya gara gara
ngerobok dalam sawah untuk mengambilkan boneka anaknya,
maka ia cepat merogoh sakunya dan mengeluarkan sebuah
botol kecil. Dari mana ia mengeluarkan sebutir pil diberikan
kepada Ho Tiong Jong sambil berkata.
"Hei, bocah, cepat-cepat kau telan obat ini untuk mengusir
hawa dingin dan keadaanmu akan pulih kembali dalam waktu
sekejapan saja."
"Koko. kau lekas lekas menelannya."
Hong Jie menimbrung, parasnya menunjuk rasa kuatir,
akan tetapi wajahnya tetap ramai dengan senyuman-
Ho Tiong Jong sebenarnya ada satu pemuda yang angkuh
adatnya, ia tidak mau gampang gampang menerima budi
orang, tapi karena melihat si orang tua dan gadisnya ada
demikian sungguh-sungguh kelihatannya memberikan
obatnya, maka ia mau juga menerimanya dan terus
ditelannya. Benar saja obat itu manjur sebab ketika sudah berada
diperutnya perlahan-lahan ia merasakan ada hawa panas yang
mendorong hawa dingin dan tubuhnya lantas tidak begitu
kedinginan lagi, akan kemudian sudah kembali normal. Diamdiam
ia merasa kagum akan obatnya si orang tua yang
demikian mustajab.
"Banyak terima kasih atas pertolorgan lo-pe, sehingga
sekarang aku sudah sembuh dari kedinginan-" kata Ho Tiong
Jong dengan hormat.
Orang tua itu ketawa bergelak-gelak. "Hei. bocah kau tahu
obat yang tadi kukasihkan padamu" Ia ada pil Siauw yang-tan
bikinan leluhurku, siapa yang makan pil itu bukan saja
khasiatnya untuk menolak hawa dingin akan tetapi juga dapat
memberikan tenaga tanpa disadari."
Ho Tiong Jong hanya anggukan kepalanya.
"Bocah," kata lagi siorang tua, "kalau nama mu Tiong Jong
tentu kau ada anak yang ke dua. Kau sebenarnya anak siapa
dan apa kerjanya orang tuamu?"
Ho Tiong Jong geleng-gelengkan kepalanya. "Aku sebatang
kara, tidak kenal engko dan tidak kenal orang tua, dimana
mereka berada aku juga tidak tahu," jawabnya.
Orang tua itu setelah melengak sejenak lalu berkata lagi.
"Kasihan, kau sudah sebatang kara, sekarang kau bekerja
apa?" "Aku bekerja pada kantor Piauw-kiok. "jawab Ho Tiong
Jong singkat. Anak muda itu tampak kurang puas melayani orang tua itu
bicara, karena sikapnya si orang tua agak tawar dan
pertanyaan-pertanyaan yang diajukan agaknya seperti
terpaksa. "Yaya," menyelak si gadis cilik, "koko barusan sudah
menelan Siauw yang-tan, pengaruhnya pil ini hanya beberapa
hari saja tidak lebih baik ajak dia pulang kerumah untuk diajari
ilmu bersemedhi supaya dia tidak kedinginan lagi?"
"Hong Jie, kau terlalu banyak omong," Sang engkong
menyesali. "Yaya, kalau kau keberatan, Hong Jie yang mengajari
dia..." "Hong Jie" memotong sang engkong. "Apa barusan kau
tidak dengar Yayamu bilang bahwa kau ada orang perempuan,
mana boleh berbuat demikian?"
"Tapi Yaya, aku kasihan padanya. Dia sudah menolong aku,
maka sepantasnya kalau aku membalas budinya dengan
mengasih apa-apa yang berarti."
Sang engkong kewalahan dengan cucunya yang bawel.
Meskipun usianya masih kecil, ternyata tadi cilik ini pintar dan
sering bikin orang tuanya kewalahan kalau berdebat
dengannya. "Ya sudah, aku nanti ajarkan dia ilmu yang berani, sebagai
tanda terima kasihnya kau, anak bawel" Sang engkong
berkata sambil ketawa.
Sigadis cilik monyongkan mulutnya yang mungil tapi diam
diam dalam hatinya merasa sangat girang engkongnya
meluluskan keinginannya. Ia lalu menghampiri Ho Tiong Jong
kepada siapa ia berkata. "Koko, mari ikut kami pulang, Disana
kau akan diacari ilmu yang membikin tubuhmu sehat segar,
tidak takut dingin lagi."
"Terima kasih, dik, kau baik sekali lapi..."
"Tapi apa" Jangan pakai tapi, kalau kau mau mengangkat
nama sebagai laki-laki harus mempunyai ilmu yang berarti.
Kalau kau lepaskan kesempatan ini. kau akan menyesal
selama-lamanya, "
Ho Tiong Jong tundukkan kepalanya.
Sebenarnya ia hendak menolak undangannya sang adik
kecil itu, karena melihat sikap si orang tua yang tidak
mencocokan hatinya. Akan tetapi, mendengar kata kata si
gadis cilik yang belakangan, membikin semangatnya
terbangun. Matanya mengawasi sejenak kepada si orang tua
didepannya, seakan-akan ia hendak menilai apakah benar
orang tua ini ada mempunyai ilmu yang akan mengangkat
nadanya dikemudian hari"
"Kau jangan ragu-ragu, asal otakmu encer dan cepat
menyangkok apa yang dipelajari oleh Yayaku. aku tanggung
kau akan ternama. Ilmu... ilmunya..." sampai disini si gadis
melirik pada engkongnya yang terus menyaksikan tingkah
lakunya sedang membujuk si anak muda, Hampir berbisik
suaranya ia meneruskan- "llmu tenaga dalamnya dan golok
keramatnya tanpa tandingan didunia ini."
Ho Tiong Jong kaget dibuatnya. Matanya membelalak
mengawasi Hong Jie yang lucu dan jenaka segala gerakgeriknya.
Mengingat kebaikannya si gadis cilik yang dengan sungguh
sungguh memperhatikan dirinya, maka ia mau juga datang ke
rumahnya si orang tua. dimana sejak hari itu ia telah di ajari


Golok Sakti Karya Chin Yung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

ilmu mengatur pernapasan-
Sehari lewat sehari ia bersemedi, merasa bahwa kemajuan
apa-apa tidak dirasakan olehnya selain badannya dirasakan
lebih segar dan enteng. Pada suatu hari ketika ia sedang
menjalankan latihannya, engkongnya Hong Jie datang diluar
tahunya. Orang tua itu mengawasi lama juga, akhirnya
berkata pada dirinya sendiri.
"Ah, tak diragukan lagi memang bocah ini bagus sekali
tulang bakatnya. Kalau dia dapat meyakinkan dengan mahir
ilmu goloknya, pasti dikalangan kangouw sukar ia mencari
tandingannya "
Kemudian ia berdehem, hingga Ho Tiong Jong yang sedang
bersemedhi membuka matanya. Ketika ia bergerak hendak
bangun memberi hormat dicegah oleh si orang tua itu yang
berkata. "Bocah, bakatmu aku lihat bagus sekali. Aku mau
menurunkan padamu ilmu golok delapan belas jurus yang
lihay sekali. Ilmu golok itu asalnya dari Siauw-lim-si bukan
ciptaanku sendiri. Asal kau sudah mahir dengan delapan belas
jurus ini, jikalau bertempur, belum habis kau menjalankan
delapan- belas jurus ilmu golokmu itu pasti musuhmu sudah
ngacir. kalau tidak kena dipukul rubuh tanpa ampun,
bagaimana, apa kau suka belajar ilmu ini ?" Ho Tiong Jong
sangat girang hatinya, tapi ia tidak utarakan itu jawabannya.
"Terima kasih atas perhatian lope" katanya. "Kalau lope
suka menurunkan ilmu itu kepadaku bagaimana aku tidak
menjadi girang " Budi mana tentu aku tak dapat
melupakannya. "
Sambil mengurut- urut jenggotnya orang tua itu tertawa.
Mulai hari itu Ho Tiong Jong telah di gembleng dalam
pelajaran ilmu golok keramat atau Butek sin-to (ilmu golok
tanpa tandingan). Berkat otaknya yang encer, kemauan hati
yang keras, membuat dalam sedikit tempo saja Ho Tiong Jong
telah mendapat kemajuan yang pesat sekali.
Dua belas jurus ilmu golok dari jumlah delapan belas jurus
telah ia apal betul, hingga orang tua itu melihatnya merasa
sangat girang dan kagum akan kemajuannya bocah yang tidak
dikenal siapa orang tuanya itu.
Tapi entah sifatnya memang begitu, atau ia ada sedikit
memandang rendah kepada sebocah yang tidak ketahuan
asal-usulnya, si-orang tua selama waktu-waktu menurunkan
pelajarannya telah menunjuk sikap yang dingin terhadap Ho
Tiong Jong, hingga pemuda ini merasa tidak enak hati.
Demikian, pada suatu hari Ho Tiong Jong panggil oleh
orang tua itu dan berkata kepadanya.
"Tiong Jong. sekarang kau boleh pulang. Kau teruskan
latihanmu selama setahun yang mendatang, jikalau kau sudah
memahirkan ilmu mengentengkan tubuh sampai bisa
melompati loteng beberapa tingkat, kau boleh bilik kembali
kesini dan aku akan terima kau menjadi muridku. Itu enam
jurus lagi dari ilmu golokmu yang belum kau dapati, akan
kuturunkan semuanya kepadamu. Nah, sekarang kau boleh
berangkat pulang."
Ho Tiang Jong yang mendengar bicaranya orang tua
menjadi kesima. ia berdiri terpaku mengawasi si orang tua,
sebab ia tidak menyangka sekali dirinya dipanggil buat terima
pesenan tadi yang tidak enak didengarnya.
Ia menganggap seakan-akan si orang tua itu mengusir
pada dirinya. Sebenarnya ia sudah mulai betah dalam rumahnya si orang
tua, selainnya hari-hari ia menerima pelajaran ilmu golok dari
orang tua itu, diwaktu waktu yang senggang Hong Jie suka
menemani padanya. Kelakuannya gadis cilik itu yang lucu
jenaka membuat ia tidak merasa bahwa dirinya hidup dalam
dunia ini ada sebatang kara.
Sering Hong Jie membawakan makanan apa apa
kepadanya dan ngobrol kebarat ketimur dengan gembira.
Bukan saja ia tidak merasa kesepian, malah semangatnya
terbangun untuk meyakinkan ilmunya dengan sungguhsungguh
untuk menjadi satu pendekar. Semua itu ada
anjurannya si dara cilik yang manis menarik hati.
Tapi sekarang ia disuruh berlalu dengan tiba-tiba seolaholah
ia di usir oleh Yaya-nya si gadis. Hatinya yang tinggi,
angkuh dan tidak mudah dihina orang, mengangap si orang
tua sudah tidak senang akan dirinya.
Maka dalam gusarnya, ia sudah meninggalkan rumah itu
tanpa pamit dari orang tua yang baik hari itu, dan juga dari si
dara cilik yang melepas budi kepadanya. Ia tidak balik kembali
dalam tempo setahun seperti dipesan si orang tua.
Kini setelah sang waktu lewat lima tahun, tiba-tiba
perasaan menyesal telah mengaduk dalam otaknya.
Dibawahnya sinarnya rembulau yang terang, ia termenungmenung
memikirkan pada kejadian lima tahun yang lampau.
Dipikir dalam-dalam lamerasa dirinya betul-betul tidak tahu
diri, tidak punya perasaan terima kasih kepada si orang tua
yang menurunkan pelajaran dua belas jurus ilmu golok
keramat kepadanya dan melupakan Hong Jie yang lucu
menarik. Semakin diingat ia semakin terkenang kepada dua orang
itu, lebih lebih terhadap si dara cilik dengan sujennya yang
menyolok pada saat ia ketawa tidak bisa dilupakan olehnya.
Entah Hong Jie sekarang ini tentu ia sudah besar dan
menjadi seorang gadis cantik menarik dan membuat tiap
pemuda terpesona karenanya.
Selama lima tahun itu tidak putusnya Ho Tiong Jong
berlatih ilmu golok keramatnya hingga tidak heran kalau untuk
dua belas jurus itu ilmunya sudah apal benar. ia pikir sekarang
ia sudah mahir dalam ilmu itu, sekalipun belum pernah dijajal
karena tidak ada musuhnya, sebaiknya ia membeli sebilah
Golok baja untuk digantung dipinggangnya, dengan mana
dirinya tidak akan dipandang tolol penakut lagi.
Pada malam itu, selagi ia melamun enak enaknya
mengenangkan pada jaman lima tahun yang lampau, tiba-tiba
ia dikagetkan oleh munculnya seorang muda dengan
dandanan seperti satu pelajar. Pemuda itu cakap sekali,
mukanya putih dan bibirnya merah, gigi putih matanya jeli
ditawungi oleh alis yang melengkung indah sekali, hingga Ho
Tiong Jong yang melihatnya dibikin terpesona menyaksikan
seorang muda yang demikian cakapnya.
Ketika pemuda itu lewat didepannya, tiba-tiba hentikan
tindakannya dan tertawa kepadanya. Ho Tiong Jong jawab ini
dengan anggukkan kepalanya.
"Sahabat," tiba-tiba pemuda pelajar itu berkata, " langit
dan laut sama-sama biru warna nya, aku tidak akan menanya
apa yang lampau, hanya ingin mengetahui apa maksudmu
menggadangi sang rembulan?"
Suaranya itu kedengaran sangat merdu, terasa
berkumandang dalam telinganya.
Ho Tiong Jong gelisah, karena ia tidak mengerti apa yang
dimaksudkan dengan kata-katanya pemuda pelajar tadi.
Melihat Ho Tiong Jong membisu, pemuda pelajar itu telah
perdengarkan pula suranya yang merdu.
"Menurut pandanganku, kau adalah seorang yang alim. Aku
sebenarnya baru pulang dari luar kota dan menikmati bulan
yang cemerlang ini. Kalau melihat tanah seperti bertaburan
perak karena sorotnya sang dewi malam, aku merasa seperti
hidup bukannya di dunia yang penuh manusia "
Ho Tiong Jong hanya anggukkan kepalanya, ia tidak tahu
apa yang ia harus jawab akan kata-katanya pemuda pelajar
itu. "Aku bernama Seng Giok Cin," kata pula si pemuda pelajar,
"sudilah kau memperkenalkan namamu juga" "
Belum pertanyaan ini dijawab, pemuda pelajar itu melihat
pakaiannya Ho Tiong Jong yang cumpang camping, membikin
ia kerutkan alisnya yaag lentik sejenak lalu menyambung
perkataannya. "Ya, geloranya sang ombak. selalu
menimbulkan rupa rupa perasaan dalam sanubari kita.
Rupanya aku bawel dan telah membingungkan pikiranmu
bukan?" "Ya maafkan aku, Seng Siang kong. Aku karena tidak
bersekolah, maka sudah tidak mengerti dengan kata-katamu
barusan itu, apa yang seberarnya kau ada maksudkan?"
Demikian Ho Tiong Jong paksakan berkata dan pura-pura
batuk-batuk. "Hei, kau berada disini ada urusan apa?" tanya si pemuda
jengkel. "Aku" Aku bekerja dalam perusahaan mengantar barang."
" celaka dua belas. aku sudah capai menggoyang lidah,
jawabannya hanya secara tolol ini."
Setelah berludah, pemuda pelajar itu mengangkat kakinya
berlalu, tapi belum ia berjalan jauh tiba-tiba memalingkan
kepalanya dan berkata. "ia kau ini memang berbadan tegap"
Ho Tiong Jong bengong mendengar kata-katanya si
pemuda pelajar yang ia tidak dapat menangkap sama sekali
tujuan atau maksudnya. ia sebenarnya ingin bersahabat, tapi
melihat pakaiannya yang mewah dan kata-katanya yang sukar
dimengerti dari pemuda pelajar itu, membikin ia tidak berani
bicara hal persahabatan-
Malam itu ia tidak menemukan apa-apa yang dapat
menghibur hatinya, bahkan menjadi pusing memikirkan
kelakuannya si pemuda pelajar tadi ia kembali ke
penginapannya dan masuk tidur.
Pada keesokan harinya ia benah-benahi barangnya, untuk
merantau kebeberapa tempat, kemudian mampir di propinsi
ouw-lam untuk melamar pekerjaan sebagai pengantar barang
juga atas usul seorang sahabatnya.
Dari Kota See-an ia menuju ke Kota Lok yang kemudian
kearah tenggara melewati tempat-tempat Lam-koan, Bu-koan,
Hok cui-koan dan lain lainnya terus masuk ke propinsi Ouw
lam, tempat yang ia tuju untuk melamar pekerjaan. Demikian
ia merancang perjalanannya yang akan ditempuh.
Ho Tiong Jong baru saja keluar dari kota See-an, tiba-tiba
merasa dari belakangnya bahunya ditepuk orang, Ketika itu
menoleh Kiranya yang menepuk itu ada kawan sekerjaannya
dulu, siapa telah berkata kepadanya,
"Hei, Tiong Jong. Kau mau meningggalkan See-an, bukan?"
"Betul, kau sendiri Bhe toako mau kemana?"
Orang yang dipanggil Bhe toako mengejar napas.
"Yah, aku sedang sialan-" Katanya.
"Kemarin dengan Kho Piauwtao aku pergi ke kota Lokyang,
malamnya telah berjudi habis habisan sehingga dua
kuda kami juga turut ludes dipakai berjudi, hingga terpaksa
kami berjalan kaki."
Sebelum lampias bicaranya. Kho Piauwtao datang
menghampiri dan menyelak. "Hayo kita pergi sekarang "
"Phe toako mau pergi kemana?" tanya Ho Tiong Jong.
"Mari kita sama sama jalan, kami juga mau ke Lam-koan,"
ajaknya. Ho Tiong Jong girang hatinya. Pikirnya, ia tidak jadi
kesepian dalam perjalanannya karena ada dua orang yang
menemaninya. Mereka lantas berangkat ke lam koan.
Perjalanan telah melewati gunung-gunung dan memang akan
kesepian jikalau jalan bersendirian.
Pada suatu tempat tiba tiba, Bhe kong (Bhe toako) yang
berjalan didepan merandak dan dua tangannya di pentang
mencegah dua kawannya maju lebih jauh. Kho Piauwtoa
menjadi heran, ia mendorong Ho Tiong Jong untuk berjalan
terus. "Sstt" Bhe kong tempelkan jarinya di mulut, "Jangan ribut
ribut, coba kau dengarkan, apakah itu bukan siulannya
Sepasang orang ganas?"
Kho Piauwtao pasang kupingnya, sedang Ho Tiong Jong
acuh tak acuh sebab ia memang belum pernah dengan siapa
yang dikebut Sepasang orang ganas oleh Bhe Kong.
Siulan kedengaran saling susul. Tampak Kho Pieuwtao
berubah air mukanya, dalam hatinya menanya. "Apa iya
siulan-siulan itu ada dari Sepasang orang ganas?"
Bhe Kong melihat Ho Tiong Jong acuh tak acuh telah
berkata. "Tiong Jong, kau tahu Sepasang orang ganas itu dalam
sepuluh lahun belakangan ini namanya menjadi sangat
terkenal" Bukan saja ilmu silatnya tinggi, tapi juga ada sangat
ganas dan kejam sekali, maka berdua telah mendapat julukan
demikian yang tepat sekali. Tahun yang lalu ong Piauwtao dari
It Tong Piauwkiok dan phiuw-suiya si Golok Emas ciauw It
telah binasa dibawah tangannya. Pertandingan dengan
Sepasang orang ganas itu memakan sepuluh gebrakan saja.
Banyak Piauwsu lainnya yang binasa dibawah tangannya.
Mereka sangat kejam, sekali merasa dibikin marah
kekejamannya bukan saja ditujukan kepada pribadinya yang
tersangkut, tapi juga sekeluarganya dibasmi habis habisan.
Maka itu, paling baik kita jangan berurusan dengan mereka
itu, mari kita lari saja."
Ho Tiong Jong tidak senang mendengar bicaranya Bhe
Kang. ia anggap iniBhe toako nyalinya kecil, apalagi itu Ho
Piauwtao yang ia lihat itu tengah menyembunyikan dirinya
dibelakang pohon besar.
"Apa benar-benar mereka tidak ada yang berani
menempurnya"Jika demikian, terang selanjutnya perusahaan
perusahaan pengantar barang akan bangkrut semua, karena
tidak ada yang berani mengantarkan barang takut oleh
keganasan mereka itu. Kematiannya ong cin Bu dan ciauw It
dari It Tong Piauw kiok apa tidak ada kawan-kawannya yang
menunaikan balas?" Bhe Kong tidak menjawab.
Terlalu kata pula Ho Tiong Jong dengan suara sedikit
nyaring. " Kawan- kawan mereka banyak. tersebar diberbagai
tempat, banyak tentu yang berilmu tinggi, tapi tidak satu yang
mau menuntutkan balas akan kematian mereka, ini betul-betul
terlalu..."
"Hei, Tiong Jong. kau jangan keras-keras bicara"
memotong Bhe Kong.
"Kenapa?"
"Ah-kau ini betul-betul mencari celaka. Kalau bicaramu
kedengaran oleh "Sepasang orang ganas" habislah jiwamu.
Kau tahu, dalam kantor kita tidak ada seorang yang mahir
ilmu silatnya, siapa yang berani cari urusan dengan "Sepasang
orang ganas?" Daerah yang dikuasainya sangat luas, kalau
ada rombongan pengantar barang lewat didaerahnya itu tentu
mereka memungut cukai sepuluh-persen dari harganya
barang-barang yang diantarnya itu.


Golok Sakti Karya Chin Yung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Dalam daerahnya, bukan saja orang jalan hitam yang
bertempat tinggal tapi juga orang yang berjalan putih ada disana,
cuma saja mereka yang tersebut belakangan tidak
berdaya menghadapi pengaruhnya dua penjahat itu,"
Ho Tiong Jong geleng-geleng kepala dan menarik napas
mendengar bicaranya sang kawan tentang pengaruhnya
"Sepasang orang ganas" yang besar.
Tiba-tiba Ho Tiong Jong melihat ada rombongan orang
datang rupanya, kira-kira tujuh sampai delapan orang jalan
melewati jembatan, terus melalui jalanan pegunungan yang
agak sempit dan dikanan kirinya ada jurang.
Ketika mereka sampai pada suatu tempat, mendadak
muncul dua orang yang memegat mereka.
Diantara rombongan saudagar tadi ada dua orang yang
bersenjatakan golok telah maju kedepan hendak melindungi
kawan-kawannya, akan tetapi baru bertempur tiga sampai
empat gebrakan mereka satu persatu kena dipukul jatuh
binasa. Mayat-mayatnya lalu dibuang kejurang.
Kawan-kawannya yang lain menjadi ketakutan dan pada
berlutut minta diampuni.
"Hmr.." Ho Tiong Jong menggeram. "Sungguh kejam,
mereka tidak boleh dikasih tinggal hidup"
Berbareng ia berbangkit dan hendak turun menghampiri
kawanan penjahat tadi, akan tetapi tangannya cepat ditarik
oleh Bhe Kong. "Hei, kau jangan berbuat setolol ini. Apa kau mau
membuang jiwamu dengan percuma menghadapi kawanan
iblis yang kejam?" demikian katanya sang kawanTiraikasih
Website http://kangzusi.com/
Ho Tiong Jong sudah panas hatinya, ia tak perdulikan
omongannya Bhe Kong dan hendak turun menghampiri dua
penjahat tadi tapi urung karena melihat sekonyong-konyong
ada kelihatan dua orang yang berkuda tengah melarikan
kudanya mendatangi kearahnya. Ho Tiong Jong kenali dua
orang tadi ada sipemuda pelajar bersama pelayannya.
Bhe Kong juga melihat dua orang itu, siapa lalu berbisik
dikuping Ho Tiong Jong, "Nah, dua orang itu, akan menjadi
mangsanya si "Sepasang orang ganas". Mereka rupanya
merupakan kambing gemuk. Sebab dalam dunia rimba hijau,
orang yang menjalankan kejahatan sudah dapat tahu
datangnya kereta berisi atau tidak. Rupanya dua orang itu ada
membawa barang-barang berat, tentu ada berharga isinya itu.
Bisa dilihat dari telapakan kaki kudanya, kau lihat sepasang
kaki belakangnya seperti yang keberatan."
Bisa saja Bhe Kong menyatakan pendapatnya, sebenarnya
itu hanya isepan jempolnya belaka membikin Ho Tiong Jong
percaya. Dua ekor kuda yang dinaiki oleh si pemuda pelajar dengan
pelayannya ternyata ada Kuda-kuda pilihan, larinya pesat dan
sebentar saja sudah mendatangi Ho Tiong Jong lantas berdiri,
ia merasa kuatir dua orang itu akan di begal oleh dua penjahat
tadi. "Hei, kau berdiri mau apa?" tanya Bho Kong.
"Aku mau beritahukan mereka supaya hati-hati,
dihadapannya ada kawanan begal yang akan mencegatnya,
"jawab Ho Tiong Jong.
"Ah, biarkan saja, buat apa kau turut campur."
"Tidak bisa, aku kenal pemuda itu, mana dapataku peluk
tangan melihati dia terjerumus dalam bahaya ?"
"Baik, kau hendak memperingati padanya jangan berteriak
dari sini, lekas kau turun, jangan membawa-bawa orang lain
celaka " Ho Tiong Jong pikir, ini Bhe toako nyalinya kecil, hanya
memikirkan diri sendiri, masa bodo yang lain celaka. Tapi
kapan ia pikir sebaliknya, memang siapa yang mau menemani
ia menempuh bahaya. Saat ia sedang berpikir bulak- balik,
mendadak ia lihat dua penjahat tadi telah muncul lagi dan
mencegat sipemuda pelajar dengan pelayannya.
Mereka muncul secara tiba-tiba, tidak heran kalau kudanya
sipemuda pelajar menjadi kaget dan berjingrak dibuatnya.
Masing-masing penjahat itu dengan golok telanjang
ditangannya kelihatan galak sekali.
"Jangan kaget, kami disuruh mengundang saudara untuk
mampir di markas kami. Silahkan turun dari kuda" berkata
salah satu penjahat.
Pemuda pelajar itu tampak ketakutan, hingga membikin Ho
Tiong Jong yang melihatnya sangat kuatir. Ia cepat lari turun
gunung menghampiri, serunya.
"Hei, sahabat kau jangan turun, cepat-cepat larikan kuda
mu pergi jauh-jauh dari sini"
Dua penjahat itu terkejut dengan munculnya Ho Tiong Jong
secara tiba-tiba.
"Hei. kau anak liar dari mana datangnya mengadu biru?"
teriak satu dlantaranya.
"Lekas, cepatan lari kan kudamu pergi dari ini....." Ho Tiong
Jong masih terus menyuruh anak muda pelajar tadi
meninggalkan tempat itu.
Sipemuda pelajar seperti kesima masih tetap tidak mau
keprak kudanya melarikan diri dari situ. Hatinya Ho Tiong Jong
jadi gelisah. Sementara itu, dua penjahat tadi sudah datang
menghampiri padanya.
Satu diantaranya membentak. "Anak liar dari mana datang
mengacau disini" Apakah matamu buta tidak melihat panji
yang terpancang ditepi itu" Dua majikan kami lengkap ada
disini, ha ha ha..., kemana kau mau lari" Meskipun kau bisa
tumbuh sayap juga tidak nanti dapat meloloskan diri dari
tempat ini?"
Satu antaranya yang tidak bicara telah melompat
kearahnya Ho Tiong Jong, menyerang dengan goloknya yang
tajam. Ho Tiong Jong meskipun sudah pandai menjalankan dua
belas jurus ilmu golok keramat, tapi belum pernah bertempur,
dengan musuh, maka ketika itu ia ada agak gugup menangkis
serangan lawan- Biarpun demikian lagi sekali tenaganya yang
besar, sebab penjahat yang ditangkis goloknya tadi telah
mundur sempoyongan-
Kawannya melihat itu, sudah lantas menyerang kepada Ho
Tiong Jong dengan tipu golok "Angin puyuh menghembus".
Mereka jadi bertempur seru. Pelahan-lahan Ho Tiong Jong
tidak kikuk lagi melayani musuhnya.
Ho Tiong Jong mendesak lawannya dengan ilmu golok
keramatnya.. Tidak sampai tiga jurus, satu tangkisan yang
dibarengi dengan tenaga dalam, membuat golok ditangan
musuhnya hampir terlepas dari cekalannya.
Meskipun merasa tangannya bergemetar, penjahat itu
masih terus memberikan perlawanan- Bahkan semangatnya
lebih terbangun, ketika melihat enam tujuh orang kawannya
datang menyerbu mengerubuti musuhnya yang tangguh.
Melihat dirinya dikepung musuh, Ho Tiong Jong putar
goloknya sebagai titiran, hingga tidak seorang lawannya yang
berani datang dekat. Mereka hanya terputar-putar
mengepung, tidak berani nyerbu dan mengadukan goloknya
dengan golok si pemuda.
Sementara itu, Ho Tiong Jong dibikin mendongkol hatinya,
karena pemuda pelajar tadi yang ia suruh lekas lekas lari
bukannya menurut malah menonton ia bertanding.
Sedang ramainya orang bertempur, tiba-tiba kelihatan
seorang meluncur turun dari atas gunung dengan cepat sekali.
ia berteriak-teriak supaya mereka yang bertempur berhenti.
Tapi sampai orang itu berada diantara mereka Ho Tiong Jong
masih belum memberhentikan menyerangnya karena ia punya
gerakan dua belas jurus ilmu goloknya belum dimainkan habis.
Ketika selesai, baru ia berhenti. Dua diantara musuhnya
sudah rubuh mendapat luka, sedang lainnya pada bubar dan
lari berdiri dibelakangnya orang yang barusan berteriak-teriak
menyuruh mereka berhenti bertanding.
Ho Tiong Jong lihat ujung goloknya berdarah merah,
hatinya merasa tidak tega.
Sejenak kemudian ia berpaling kepada orang yang baru
datang, kiranya ia ada seorang tua yang bertubuh kurus tapi
wajahnya keren, berkumis dan matanya bersorot tajam.
"Hayo, semua mundur." ia teriaki orang-orangnya yang berdiri
dibelakangnya. Tidak sampai disuruh kedua kalinya, mereka
semua telah bubaran-Orang tua itu kemudian berkata pada Ho
Tiong Jong. "Sahabat, aku lihat ilmu golokmu bagus sekali siapakah
gurumu yang mulia" Aku Teng Hong alias siBurung Kepala
Sembilan ingin menjumpai gurumu."
orang tua itu yang mengaku dirinya bernama Teng Hong
ada salah satu dari Sepasang orang ganas yang
menggemparkan dunia kang ouw. ia melihat ilmu goloknya
sipemuda ada demikian bagus, diam-diam merasa jerih dan
oleh karenanya ia menanyakan gurunya sipemuda siap2 untuk
mengelakan permusuhan-
Ho Tiong Jong tidak menjawab hanya berpaling kepada
sipemuda pelajar.
"Saudara, sebaiknya kau menurut perkataanku kau lekaslekas
pergi dari sini. . . ."
Sipemuda pelajar bersenyum manis dan anggukkan
kepalanya, tapi masih tinggal tidak bergerak diatas kudanya.
Ho Tiong Jong tidak mau meladeni, pikirnya pemuda itu
bandel betul, disuruh pergi tidak mau pergi seolah-olah tidak
mau mengerti akan maksud orang yang baik. Ia balik
menghadapi si orang tua dan menjawab pertanyaannya.
"Aku tidak punya guru dan tidak punya kepandaian-
Barusan, meskipun aku tahu aku bukan tandingan kau orang,
terpaksa turun tangan karena anak buahmu yang sangat
kejam telah membunuh dua orang dalam rombongan yang
lewat disini. Apakah dosa mereka" Kalian tidak ingat akan
kedukaan dari keluarganya yang menanti-nantikan pulangnya
mereka itu yang terbunuh disini. Kalian berbuat seganas itu,
apakah tidak takut akan hukuman alam "
Ho Tiong Jong sangat bernafsu, sebenarnya ia mau omong
banyak. Tapi tidak keluar dari mulutnya saking panas hatinya
sampai badannya bergemetaran. Teng Hong tertawa tergelakgelak
dikata-kata oleh Ho Tiong Jong. la bukannya merasa
malu, sebaliknya mukanya berubah beringas.
"Bocah ingusan," katanya, "kau jangan banyak jual lagak
disini. Nanti kakekmu akan kirim rokhmu keakherat dan disana
kau boleh mengadu pada Giam lo ong, ha ha ha.. ini yang
akan mengantar rokhmu menemui raja akherat, ha ha ha"
Tong Hong berkata sambil mengacungkan senjata
gaetannya, senjata yang mengangkat namanya termashyur
dalam kalangan rimba hijau.
Ho Tiong Jong gemas sekali dirinya dikatakan bocah
ingusan ia balas memaki. "lblis tua yang sudah dekat mati,
berani omong besar didepan tuan muda-mu" Hm...., Apa kau
kira dengan mengandalkan senjata gaetanmu bisa
merubuhkan aku si orang she Ho, sebentar kau akan rasakan
golokku yang tajam"
Teng Hong berubah air mukanya. Dengan bengis ia
gerakkan senjatanya hendak menyerang pada Ho Tiong Jong.
Si pemuda juga tak takut, ia sudah menyekal erat gagang
goloknya untuk menempur orang tua yang kejam itu.
Dalam keadaan genting itu tiba-tiba terdengar suara merdu
berseru. "Hei, sahabat, jangan bertempur"
Dua orang yang sudah berhadap-hadapan dan tinggal
menggerakkan senjatanya bertempur menjadi kaget
mendengar teriakan itu, keduanya lalu berpaling kearah tadi
orang berteriak- Kiranya ia ada sipemuda pelajar yang masih
terus berada disitu sekalipun sudah berkali-kali disuruh berlalu
oleh Ho Tiong Jong.
"saudara lebih baik kau tidak menyampuri urusan kami.
Lekas cambuk kudamu dan berlalu dari sini." Ho Tiang Jong
untuk kesekian kalinya menyuruh ia pergi.
Sipemuda pelajar tidak menghiraukan kata-kata Ho Tiong
Jong, sebaliknya sambil mengacungkan cambuk lemasnya
telah menunjuk pada Teng Hong dan berkata.
"IHei, kau ini yang bernama Teng Hong, salah satu dari
"Sepasang orang ganas" yang jahat dan kejam dan tak punya
perikemanusiaan sedikitpun?" orang tua itu perdengarkan
suara ketawa-nya yang dingin. "Kau siapa" Kau juga beraniberani
jual lagak disini" Hm.."
"Aku Seng Giok Cin, aku tak takut berhadapan dengan
manusia tidak punya rasa perikemanusiaan seperti..."
"Aku si Garuda Hitam Lauw coe Teng juga ada seorang
yang tidak punya perikemanusiaan ha ha ha..." demikian
terdengar suara orang berkata dibelakangnya sipemuda
pelajar yang mengaku namanya Seng Giok cin.
Orang itu tiba-tiba telah muncul dari pinggir jurang
berbadan kurus, muka bengis dan kejam tidak jauh bedanya
dengan Teng Hong.
Ialah ada Lauw coe Teng alias Garuda Hitam orang kedua
dari Sepasang orang ganas. Manusia kejam, entah sudah
berapa banyak korban jatuh dibawah tangannya.
Ho Tiong Jong menduga tepat ini orang kedua dari
Sepasang orang ganas. Kini ia menghadapi dua iblis jahat
kejam yang tidak mengenal kasihan, ia dikepung dan apakah
ia harus lari supaya jangan mendapat kebinasaan" Tidakpikirnya
sudah mantap. Ia akan menempur dua iblis itu mati-matian untuk
menolong orang banyak dari gangguannya mereka itu. ia
sudah tidak menghiraukan lagi akan kepandaiannya yang tidak
dapat menandingi dua orang jahat itu. Dengan suara tenang
ia berkata. "Bagus, bagus dua orang ganas sudah ada dihadapanku.
Aku memang sudah tahu kelihayannya Sepasang orang ganas,
tapi toh mau juga mencoba-coba sampai dimana kelihayan
kalian. Nah, marilah maju satu demi satu atawa dua sekaligus,
aku si orang she Ho tidak akan menampik,"
"Waduh, jagoan benar ini sahabat" menyindir Lauw coe
Teng lalu berkata pada Teng Hong. "Hei, lotoa, kalau dia bisa
tahan sepuluh jurus saja dari gempuran kita berdua, lebih baik
kita undurkan diri dari pekerjaan kita. Ha ha ha ha..."
"Bagus, bagus. Sekarang kau datang kemari, kita tempur
bocah sombong ini sampai dia terkuing-kuing minta ampun,
baru kita merasa puas dan kejumawaannya tentu akan punah
sendirinya."
Belum habis bicaranya Teng Hong, seperti burung garuda
saja Lauw coe Teng sudah melayang dari tempatnya


Golok Sakti Karya Chin Yung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

menubruk pada Ho Tiong Jong.
Lauw coe Teng menggunakan senjata poan koan-pit
sedang Teng Hong menggunakan senjata gaetan, berbareng
menyerang, pada Ho Tiong Jong yang segera memainkan
godoknya menangkis serangan musuh.
Dua belas jurus ilmu golok keramat warisannya si orang tua
telah dimainkan dengan bagus sekali oleh Ho Tiong Jong,
sehingga Seng Giok Cin yang menyaksikanya menjadi sangat
kagum. ia memuji ilmu goloknya Ho Tiong Jong.
-ooooo00dwkz00ooooo-
II. MANUSIA MENGHISAP DARAH MANUSIA.
PERTEMPURAN berjalan sengit sekali.
Dua lawan satu, senjata pit dan gaetan menyerang bertubitubi,
golok berkelebatan dengan cepat sekali. Siapa yang
menyaksikan pertarungan ini memang akan menjadi terpesona
dan kagum. Tidak terkecuali dengan Seng Giok Cin.
Dalam girangnya ia menganjurkan beberapa kali supaya Ho
Tiong Jong berlaku tenang, jangan gugup karena dikerubuti.
Anjuran ini bukan membikin Ho Tiong Jong bersemangat dan
lebih hati-hati, malah menjadi lelet. Tidak heran, ketika
melihat lowongan ini si Burung Kepala Sembilan Teng Hong
sudah dapat menggunakan gaetannya melukai tangan kirinya
Ho Tiong Jong. Seperti banteng terluka Ho Tiong Jong beringas. ia
kerahkan seranganya lebih hebat lagi, mendesak lawannya
yang merangsek dengan rupa-rupa tipu serangan yang lihay.
Jurus-jurus ilmu golok keramatnya dimainkan indah sekali oleh
Ho Tiong Jong. Badannya kelihatan terputar, membuat ia terlolos dari
serangan dan senjata pit dengan gaetan menjadi saling bentur
sendirinya. Tapi cepat sekali dua lawannya itu perbaiki posisinya dan
melakukan offensif lagi. Ho Tiong Jong putar goloknya santar
sekali berkelebetan meminta korban, hingga dua lawannya
kelihatan rada rada jerih untuk merangsek dengan matimatian
kuatir jadi makanannya golok Ho Tiong Jong.
Ketika Ho Tiong Jong memainkan jurusnya yang kesebelas,
kelihatan ia sudah berada diatas angin- Saking girangnya
entah bagaimana, Seng Giok Cin telah berteriak. "Hei, kau
sudah menang, lekas usir mereka pergi "
Ho Tiong Jong dalam hati sangat jengkel seng Giok Cin
banyak omong. - "Hei. Jangan banyak omong yang menyakiti
hati orang memang maksudku untuk membikin senjata
mereka terlepas"
"Sepasang orang ganas" itu mengetahui bahwa mereka
tidak bisa menang dari anak muda yang tangguh itu. Kalau
pertandingan diteruskan, achirnya mereka akan jadi
pecundang, pikirnya. Mereka sudah ternama dikalangan
Kangouw, kalau sampai kena dijatuhkan oleh orang muda
yang tidak terkenal, bagaimana malunya mereka nanti ketemu
kawan kawan seperjuangannya. oleh sebab itu mereka
mengambil putusan untuk mengundurkan diri.
Teng Hong lalu memberi isyarat dengan matanya kepada
orang orangnya, kemudian ia melompat keluar dari kalangan
berkelahi diikuti oleh Lauw coe Teng.
Sebagai gantinya, dua belas orangnya si "sepasang orang
ganasi sudah menggantikan kepalanya untuk mengerubuti Ho
Tiong Jong yang sudah lelah.
Ho Tiong Jong masih meneruskan jurusnya yang kedua
belas dari ilmu golok keramatnya.
Jurus kedua belas ini telah mengambil dua korban
lawannya, tapi ia sudah sangat lelah dan tidak tahu untuk
meneruskan pertandingan- Dalam keadaan demikian sebatang
golok musuh mampir dibahunya, ia coba menghindarkannya
terlambat dan dari bahunya itu telah mengucurkan banyak
darah. Untung meskipun sudah sangat lelah, ia masih bisa
menangkis, lain-lain serangan musuhnya, hingga ia tidak
sampai menjadi perkedel, dalam pertempuran seru itu.
Melihat Ho Tiong Jong hanya dapat memainkan dua belas
jurus ilmu golok keramat nya, enam jurus lagi seperti ia belum
meyakinkannya, diam diam Seng Giok Cin merasa heran-Tapi
bagaimana juga ia tidak bisa tinggal diam melihat Hong Tiong
Jong sudah sangat letih kelihatannya. Maka ia berseru.
"Hmm aku kira Sepasang orang ganas yang
menggemparkan dunia kangouw ada dua orang yang tinggi
ilmu silatnya, tidak tahunya aku menyaksikan dengan mata
kepala sendiri hanya sebegitu saja. Pengecut dan tidak tahu
malu. Huh kalian tahu bahwa toako yang membela keadilan
itu hanya berkepandaian dua belas jurus ilmu silatnya, akan
tetapi kalian tidak tahu siapa adanya aku ini. Ha ha ha ..betulbetul
perbuatan kalian akan menjadi buah tertawanya orargorang
dalam dunia kangouw. Hayo. kalian lekas berhenti
jangan bertempur terus"
la meneriaki pada orang-orang yang mengerumuni Ho
Tiong Jong. Tapi dua belas orang penjahat itu tidak mau
memberhentikan serang-serangannya" membikin Seng Giok
cin jadi sangat mendongkol.
Dari atas kudanya ia enjot tubuhnya melayang sambil
perdengarkan siulan bajunya berkibaran membawa tubuhnya
turun kebawah dekat dimana Ho Tiong Jong sedang ramainya
bertempur. "Apa kalian tidak mendengar perintah ku?" ia berkata,
tubuhnya nyerbu diantara mereka, dalam sekejap saja sudah
ada enam penjahat yang terpelanting keluar dari
pertempuran- Melihat kelihayan Seng Giok cin- penjahat
penjahat lainnya menjadi ciut nyalinya dan pada tumpang siur
melarikan diri.
Seng Giok Cin melihat itu tidak mau mengejar hanya
setelah tertawa dingin ia berkata: "Ha ha ha kawanan tikus
hanya sebegini saja keberanian nya..."
Teng Hong dan Lauw coe Teng mendengar kata-kata
sombong itu tidak bisa menelaniya, mereka menghampiri si
pemuda pelajar itu dengan menggunakan senjatanya masingmasing
tidak banyak rewel, lagi telah menyerang pada Seng
Giok Cin. Doa orang ganas dengan bersenjata telah mendekati Seng
Giok Cin yang tidak bersenjata, tapi Seng Giok Cin tidak takut.
ia mengandaikan kegesitan dan telapakan tangannya balas
menyerang pada dua orang jahat itu.
Senjata poan-koan pit Lauw coe Teng lihay sekali
kelihatannya,saban-saban menyerang kebagian bagianjalan
darah yang berbahaya sedang senjata gaetannya Teng Hong
juga di mainkan dengan hebat sekali. Tapi semua itu dengan
tangan kosong dihadapi oleh Seng Giok cin- Tidak ada
lowongan terbuka membikin pemuda pelajar itu terluka hingga
dua penjahat itu menjadi gelisah sendirinya.
Satu ketika, senjata gaetannya Teng Hong yang menyerang
sudah kena dirampas oleh Seng Giok Cin, siap telah
meluncurkan balik senjata itu kepada pemiliknya lagi. Baiknya
Lauw coe Teng awas, ia cepat menggunakan senjatanya
menyontek, hingga senjata gaetan itu nyeleweng jurusannya
dan jatuh ditanah tidak jadi meminta korban. Kalau saja Lauw
coe Teng tidak turun tangan pada waktunya yang cepat. Teng
Hong tentu saat itu hanya tinggal namanya saja.
Teng Hong merasa bersyukur kepada kawannya yang
sudah meloloskan dirinya dan bahaya kematian.
Pertempuran masih terus dilanjutkan dengan sengitnya.
Ho Tiong Jong merasa kagum akan kepandaiannya Seng
Giok Cin yaig tadinya ia duga tidak punya kepandaian silat
makanya ia berulang-ulang menyuruh ia pergi supaya tidak
kerembet dan menjadi korban nya Sepasang orang ganas.
Pikirnya, pantasan Seng Giok Cin saban kali ia menyuruh
berlalu hanya dijawab dengan senyum dan anggukkan kepala,
akan tetapi tidak bergerak dari tempatnya Kalau begitu
memangnya ia pandai silat"
Melihat Seng Giok Cin berikan perlawanan dengan tangan
kosong berada diatas angin dari kedua musuhnya Ho Tiong
Jong pikir tidak perlu ia turun tangan membantu.
Ketambahannya ia merasakan sakit dibahu-nya yang
terluka kena hajaran golok musuh. Maka setelah sejenak
melihat lukanya, ia lantas meninggalkan tempat itu pergi
kelereng gunung, dimana tadi ia bersama Bhe Kong dan Kho
Piauwtao berada. Ia disana kecele, sebab ia tidak menemukan
kawannya itu. Ho Tiong Jong menghela napas jikalau mengingat akan dua
kawannya itu yang berhati pengecut dan memikirkan hidupnya
sendiri saja. Ia periksa dengan teliti lukanya, ternyata hanya luka biasa
saja, tidak terkena racun- Maka setelah ia membelebat. lantas
ia duduk mengasoh mengawasi kebawah. dimana Seng cick
cin masih terus bertempur dengan "Sepasang orang ganas"
Betul-betul lihay Seng Giok Cin itu, sebab saban kali ia
menyerang dengan telapakan tangannya, musuhnya mesti
sempoyongan dan dengan susah payah baru bisa menegakkan
pula dirinya. Demikian ketika untuk kesekian kalinya ia membikin dua
musuhnya sempoyongan mundur, ia telah bersiul kegirangan
dan berkata. "Hmmm Kalian ini orang macam apa, baru tiga gebrakan
saja sudah begini rupa keadaannya. Sebaiknya kalian ngiprit
saja pulang kesarangmu untuk memikirkan nasib kalian yang
sialan itu ketemu aku. Kalau kalian masih tidak puas dan
hendak menagih hutang kekalahan ini, boleh datang cari aku
dibenteng seng-kee-po yang terletak disebelah timur dari kota
Lok-yang."
Teng Hong yang sedang sesak napasnya habis menerima
angin pukulan Seng Giok Cin, berubah mukanya ketika
mendengar kata-katanya si pemuda pelajar. ia bertanya
apakah pemuda itu ada kepala dari Seng kee-po" Pertanyaan
mana tidak dijawab oleh Seng Giok cin, hanya ia
menambahkan- "Untuk mencari aku, jikalau kalian tidak menemui aku di
Seng-kee-po, boleh mencari ke "Rumah Es digunung Taypekssan",
kalian pasti akan menempurnya."
"sepasang orang ganas" itu dibikin terkejut mendengar
perkataannya Seng Giok Cin.
Bagaimana mereka tidak kaget, karena benteng Sengkeepo
itu ada sangat termasyhur namanya, pusat dari
Peserikatan Benteng-Perkampungan, lebih lagi ketika
mendengar disebutnya "Rumah Es" digunung Tay-pekssan
yang dikepalai oleh Kok-Lo lo, salah satu dari lima pendekar
yang termasyhur dalam rimba persilatan pada masa itu. Teng
Hong meskipun ketakutan, coba menabahkan hatinya dan
dengan ketawa dibikin-bikin ia berkata.
"Ya, harap Seng Siauw-ya suka mengampuni perbuatan
kami yang tidak baik. Kami adalah orang yang berwatak tidak
baik, sukar dirubahnya. Harap saja lain kali kita dapat
berjumpa pula."
Setelah mengucapkan perkataan itu, lalu ia mengajak Lauw
coe Teng dan anak buahnya berlalu dari situ.
Seng Giok Cin mengawasi mereka berlalu sampai kemudian
menghilang dari pemandangannya. Mendadak ia seperti kaget,
matanya celingukkan seperti ada yang dicari.
Memang ia kehilangan Ho Tiong Jong, di mana adanya
pemuda itu ia tidak tahu. Pelayannya ditanya hanya
mengunjuk ke lereng gunung, lain tidak.
Pemuda pelajar itu mengelah napas dengan muka muram.
setelah menyemplak pula kudanya lantas berjalan diikuti oleh
pelayannya. juga beberapa saudagar yang terluput dari
kematian, sudah mengikuti jejaknya dua orang tadi yang
masing-masing naik kuda putih dan hitam.
Ho Tiong Jong diatas gunung menyaksikan berlalunya
mereka itu dengan pikiran kusut. Ia sebenarnya ingin bisa
berkenalan dengan Seng Giok Cin yang berkepandaian tinggi,
tapi hatinya tidak mengasih karena tertekan oleh rasa rendah
diri. PIKIRAN ia ada seorang pemuda miskin, tidak
berpendidikan dan ilmu silatnya tidak seberapa tinggi.
Sebaliknya Seng Giok Cin ada suatu Kongcu (anak hartawan),
terpelajar dan berilmu silat tinggi, mana dapat ia bergaul
dengan orang seperti Seng Giok cin" Tambahan dalam katakatanya
yang mengandung teka-teki ia tidak dapat
memecahkannya^ Setelah menghela napas beberapa kali, Ho Tiong Jong
berbangkit dari duduknya dan ia juga pergi mengikuti mereka
menuju ke kota Lok-yang. Di dalam perjalanannya yang telah
memakan waktu lima hari lamanya untuk sampai di kota Lokyang,
bukan sedikit ia mengalami penderitaan dari bahunya
yang sakit kena hajaran golok. ia naik turun gunung dengan
susahnya, tapi akhirnya, sampai juga ketempat tujuannya.
Dari salah seorang sahabatnya ia juga ada bawa surat
perkenalan untuk salah satu perusahaan pengantar barang di
Lok-yang. Pikirnya, mungkin ia bernasib baik dalam kota itu,
maka ia terus mencarinya perusahaan yang dimaksudkan.
setelah masuk keluar beberapa perusahaan sejenis itu, ia
telah lewat didepan perusahaan pengantar barang yang merek
nya tidak nyata.
Rumahnya rendah, bendera kantor piauwkiok itu berkibar
kibar diatasnya, akan tetapi mereknya sudah luntur Meskipun
begitu ia perlu menyelidiki siapa tahu itu ada kantor pengantar
barang yang dimaksudkan oleh sahabatnya.
Ketika ia menghampiri lebih dekat, tiba-tiba pintu kantor
terbuka dan keluar seorang lelaki berumur kira-kira empat
puluh tahun, Ketika melihat Ho Tiong Jong seperti seorang
asing sedang langak longok, ia telah menegur. "saudara cari
siapa?" "oh, maafkan aku, ada kurang sopan, Aku sedang mencari
piautao Lim San yang bergelar Huito (golok terbang), apakah
saudara itu ada bekerja disini?"
"itulah aku sendiri, saudara datang dari mana?" tanya
orang itu. "Aku datang dari kota See-an bernama Ho Tiong Jong, ada
membawa surat dari sahabatku untuk disampaikan pada
saudara." Ho Tiong Jong berkata sambil merogo sakunya dan
keluarkan sepucuk surat diserahkan kepada si Golok Terbang
Lim San- Setelah surat dibaca, mendadak air mukanya Lim San
berubah dan dengan suara dingin berkata.


Golok Sakti Karya Chin Yung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"saudara Ho ada menginap di penginapan mana" sekarang
aku sedang ada urusan penting hendak diurus, maka sebentar
malam saja aku datang kesana untuk bicara dengan saudara,
akur." Ho Tiong Jong sedikit bingung, karena ia belum tahu akan
menginap dirumah penginapan yang mana, sebab dalam
kantongnya tidak punya uang. Ketambahan melihat air
mukanya Lim San yang demikian, seakan-akan tidak akan
menerima ia bekerja dalam kantornya, maka ia telah
menjawab sembarangan saja.
"oh, ya, aku baru saja sampai di kota ini, Belum tahu
dimana aku akan menginap. maka sebentar malam aku sendiri
saja yang datang kesini, bagaimana pikiran Saudara?"
Lim San tidak memberikan jawabannya, ia terus saja
meninggalkan Ho Tiong Jong masuk kedalam kantornya,
Kelakuan mana telah membikin Ho Tiong Jong melongo.
Diam-diam dalam hatinya mengutuk orang itu tidak tahu
adat, belum selesai bicara, sudah meninggalkannya tanpa
mengatakan apa-apa.
Dengan pikiran jengkel Ho Tiong Jong menindakkan
kakinya tanpa tujuan-
Dalam kantong tidak ada uang, dimana ia harus menginap"
Dalam rumah penginapan, tidak mungkin sebab harus
mempunyai uang untuk membayar sewanya, ia tidak
mempunyai sahabat, seorang pun dalam kota Lok-yang itu,
kepada siapa ia harus minta pertolongan" Pikarannya jadi
melayang-layang, ia tidak tahu kakinya sudah membawa
dirinya kemana.
Tiba-tiba ia dibikin kaget ketika dari belakang orang
menepuk bahunya, ia cepat-cepat menoleh orang yang
menepuknya seperti orang dari kantor piauwkiok.
"Saudara ini bukannya yang bernama Ho Tiong Jong?"
tanya orang itu sambil ketawa, tampaknya ia ramah sekali
seperti juga bicara terhadap kenalan lama.
Ho Tiong Jong membisu sejenak. karena ia tidak kenal
dengan orang yang menanya dirinya itu. Ketika ia hendak
membuka mulutnya menjawab, orang itu sudah mendahului
berkata pula. "Aku bernama ong Kong Gie, pegawai dari Lok-yang Piauwkiok.
Tadi aku mendengar dari Lim Piauw-tao, katanya
saudara baru saja datang ke kota ini, Betulkah.?"
"Ya, betul aku memang baru datang, Barusan aku bicara
dengan Lim Piauw-tao, belum ada keputusannya sudah
ditinggal pergi begitu saja, Aku tidak tahu, entah itu ada
adatnya yang angkuh atau karena dia terlalu repot, hingga
melupakan kesopanan?" ong Kong Gie tertawa mendengar
bicaranya Ho Tiong Jong.
"Saudara Ho jangan kau kecil hati. Memang pada
belakangan ini Lim Piauwtao ada sangat repot dengan urusan
pribadinya, hingga kadang-kadang ia tidak sadar dengan
kelakuannya yang dapat membikin orang mendelu hatinya,
Aku yang menjadi anak buahnya dengan ini memohon maaf
banyak-banyak atas sikapnya Lim Piauw-tao."
Ho Tiong Jong lumer mendongkolnya mendengar katakatanya
ong Kong Gie yang ramah dan jenaka, maka ia juga
bikin habis urusan itu dan menanyakan maksud ong Kong Gie
datang kepadanya ada urusan apa"
"Saudara Ho," kata ong Kong Gie, sambil menyekal lengan
orang. "Biarlah aku menjadi tuan rumah untuk menyambut
kedatanganmu dari jauh-jauh, Mari, mari kita mencari makan
untuk menangsal perut, Aku kira saudara Ho tentu sudah
lapar, bukan ?"
Ho Tiong Jong agak kemerah-merahan mukanya, akan
tetapi ia tidak berkata apa-apa, sebab memang waktu itu ia
sedang laparnya, ia mengikuti sang sahabat yang baru dikenal
itu mencari salah satu rumah makanTiraikasih
Website http://kangzusi.com/
Tidak sukar ong Tong Gie membawanya Ho Tiong Jong
masuk kedalam sebuah rumah makan yang lezat makanannya.
Ia memesan pada pelayan makanan dan minuman yang
istimewa, sementara menanti barang hidangan disiapkan ong
Kong Gie lah menanya pada Ho Tiong Jong, "Saudara Ho,
apakah kau datang dikota Lok-yang ini hanya sendirian saja"
Bagaimana dalam perjalanan apa tidak menemui apa-apa
yang mengherankan?"
"Betul, aku hanya datang sendirian saja, Di perjalanan tidak
ada apa-apa yang aku ketemukan mengherankan- "jawab Ho
Tiong Jong ia tidak mau menceritakan pengalamannya sudah
bertempur dengan "Sepasang orang ganas, dan
pertemuannya dengan si pemuda pelajar yang berbadan
sangat mewah. "Saudara Ho, sebenarnya ada sesuatu yang aku ingin
bicarakan denganmu, oh, sebentar saja jikalau sudah habis
makan" Seiring dengan kata-katanya, ong Kong Gie membantu
pelayan mengatur makanan yang dipesan diatas meja.
Demikian mereka telah makan minum dengan diseling oleh
pembicaraan yang tidak ada hubungannya dengan jalannya
cerita. Begitu selesai makan, ong Kong Gie telah berkata.
"Saudara Ho, aku harus mengucapkan selamat kepadamu."
"Hei, selamat apa. saudara ong?"
"Selamat lantaran namamu sekarang telah naik tinggi."
"Sebabnya?"
"Kau sudah berani bermusuhan dengan "Sepasang orang
ganas" yang sangat ditakuti dalam kalangan kang-ouw, Kau
berani menempur dan mengalahkan mereka, sudah tentu
namamu menjadi terkenal dimana- mana. Kantor kami sudah
mengetahui tentang saudara punya pengalaman, meskipun
saudara sendiri kelihatannya sungkan untuk menuturkannya
ketika aku menanyakan pengalaman saudara di perjalanan-"
"Saudara ong, kau terlalu memuji tinggi, Aku tidak
mempunyai kepandaian apa-apa, kalau tokoh aku berani
menempur pada "Sepasang orang ganas" disebabkan sang
hati tidak tega melihat keganasan yang dilakukan oleh mereka
terhadap orang-orang yang tidak salah berdosa, Maka, apa
yang aku perbuat hanya sekedar untuk membela keadilan,
bukannya dengan sengaja mau mencari nama dalam kalangan
kangouw." ong Kong Gie angguk-anggukan kepalanya. Sambil
mengacungkan jempolnya, ong Kong Gie berkata lagi.
"itulah ada perbuatannya satu pendekar tulen- Dengan
tidak menghiraukan diri sendiri dan tidak memikirkan akan
akibatnya urusan yang diperbuatnya, saudara sudah tunjukan
diri untuk membela keadilan, jarang orang yang seper..."
ong Kong Gie tidak meneruskan kata-katanya, karena
diganggu oleh masuknya tiga orang laki laki berbadan tegap
dengan sikap yang sombong sekali.
Mereka datang dengan berkuda, satu diantaranya yang
berjalan di depan sungguh menjemukan lagaknya, ia berjalan
lewat diantara tetamu yang pada makan di situ seolah-olah
tidak memandang mata, sangat angkuh sikapnya, hingga yang
melihatnya menjadi sebal.
Ho Tiong Jong yang melihat ong Kong Gie tidak
meneruskan kata-katanya dan matanya mengawasi kesatu
jurusan, ia pun berpaling mengikuti kemana ong Kong Gie
mengarahkan penglihatannya .
Hatinya Ho Tiong Jong juga jadi mendelu melihat sikapnya
orang sombong tadi.
ong Kong Gie udah sedari tadi menundukkan kepalanya lagi
ia melihat Ho Tiong Jong masih mengawasi kepada tiga orang
yang baru datang tadi, lalu berkata dengan suara berbisik
"saudara Ho sebaiknya jangan kita mengawasi mereka, kita
bicara tentang urusan kita saja."
"Kenapa" Apa saudara ong, kenal pada mereka?" tanya Ho
Tiong Jong. ong Kong Gie punya pengalaman sebagai piauwsu sudah
tiga puluh tahun, ia sudah kawakan dan mengenal banyak
orang gagah dari rimba persilatan, baik yang gagah budiman
maupun yang gagah jahat, pengalamannya banyak dan
pengetahuannya sangat luas, Dengan suara berbisik ia
menjawab pertanyaannya Ho Tiong Jong.
"Ya, kalau tidak keliru mereka itu ada murid-muridnya dari
si siluman Khoe Tok yang sudah mengasingkan dirinya selama
tiga puluh tahun belakangan ini dari dunia kangouw." Ho
Tiong Jong berpaling pula mengawasi bajunya mereka agak
aneh. "Hei, saudara ong, apakah kau kenal orang yang berbaju
disulam mata satu siapakah gerangan dia" Kelihatannya dia
sangat tajam."
"Memang betul demikian, pemandanganmu tepat sekali.
Tentang riwayatnya siluman Khoe Tok sedikit sekali orang lain,
di kota Lok yang ini barangkali hanya akulah yang dapat
menyediakan riwayatnya."
Tiga tetamu congkak tadi ambil tempat agak berjauhan
juga dari Ho Tiong Jong dan ong Kong Gie, sementara suara
berisik dari tetamu yang pasang omong, membuat apa yang
dibicarakan oleh Ho Tiong Jong dan ong Kong Gie tidak dapat
didengar oleh yang lain-
"Kalau begitu," kata Ho Tiong Jong, "aku harap saudara
ong suka, menceritakan kepadaku ada baiknya sekedar
menambahkan pengalaman ku."
ong Kong Gie angguk-anggukkan kepala, "Khoe Tok yang
terkenal julukannya si "Siluman," ong Kong Gie mulai
menutur, "pada masanya ia malang melintang dalam dunia
kangouw perbuatannya sangat kejam, ia suka sekali
menghisap atau minum darahnya manusia. Darah dari wanita
yang datang bulan ia bikin menjadi obat, entah obat untuk
apa" Ketika ia beraksi dalam kalangan kangouw telah
menggemparkan rimba persilatan karena kekejaman dan
keganasannya. Dia punya kebiasaan menghisap dan meminum darah
manusia, membuat banyak pendekar yang berilmu silat dan
budiman menjadi marah besar. Banyak yang sudah mencari
padanya, tapi ilmu silatnya Khoe Tok yang tinggi sukar
dijatuhkan bahkan bukan sedikit kawanan pendekar yang
menjadi korban kekejamannya."
"Kalau begitu dia sukar dibunuh sukar disingkirkan jiwanya
untuk menolong banyak korban dari keganasannya." menyelak
Ho Tiong Jong. "Memang begitu kenyataannya. Rimba persilatan gempar
dibuatnya kekejaman dan keganasannya si Siluman Khoe Tok
semakin menjadi-jadi. Saban kali ia membunuh orang dia
hisap atau minum darahnya.
Yang paling gila, dia kumpulkan banyak wanita yang
tengah datang bulan, masing-masing disuruh kumpulkan
darahnya untuk dijadikan obat. Wanita-wanita itu setelah
berhenti datang bulan, lalu diganggu kehormatannya, siapa
yang tidak menuruti digeragot lehernya dan dihisap darahnya,
sehingga si korban mati seketika itu karena kehabisan
darah..." " celaka" seru Ho Tiong Jong tertahan-
"Husssst..." ong Kong Gie tempelkan jarinya dimulut, "Kau
jangan sibuk tidak karuan, nanti aku tidak mau meneruskan
ceritanya, Sebab urusan ini kalau tiga muridnya itu tahu,
terang jiwaku akan melayang."
"Hmm" Ho Tiong Jong menahan hawa amarahnya.
Ia sebenarnya sudah ingin berteriak-teriak mencaci maki
Khoe Tok si siluman yang kejam dan ganas, akan tetapi
mengingat kalau ia berbuat demikian akan menimbulkan onar
yang tak diingini dan ong Kong Gie kena kejiret oleh
karenanya, maka ia paksa tekan amarahnya yang hampir
meluap dari takarannya.
"Teruskan, aku tak akan mengganggu kau cerita" kata Ho
Tiong Jong dengan air muka agak beringas.
ong Kong Gie ketakutan, ia berpikir sebenak untuk
meneruskan ceritanya, hingga membuat Ho Tiong Jong tak
sabaran. "Teruskan, kenapa saudara ong diam saja?" katanya
menegur. ong Kong Gie pikir, kalau tidak diteruskan akibatnya bisa
runyam, melihat Ho Tiong Jong sangat bernapsu untuk
mendengarnya, maka dengan apa boleh buat ia melanjutkan
ceritanya. "Perbuatannya Khoe Tok itu membuat gusar satu pendekar
pedang kawakan yang bernama cin Tong, siapa ada tergolong
salah satu diantara "Lima Tokoh" yang tertinggi ilmu silatnya
dalam dunia persilatan- cin Tong dengan seorang diri telah
mencari sarangnya Khoe Tok dan menantang kepadanya,
setelah membeber kejahatannya si siluman yang jahat kejam
itu." "Bagus, bagus," menyelak Ho Tiong Jong "tapi bagaimana,
apa dia juga mati dibawah tangannya siluman kejam itu?"
ong Kong Gie geleng-geleng kepala, "Tidak." jawabnya,
"kali ini dia ketemu batunya, Dalam suatu pertempuran seru,
Khoe Tok keteter, hingga perlu dibantu oleh muridnya yang
terpandai bernama oet-ti Haa. pertandingan bertambah seru.
cin Tong dikerubuti dua orang guru dan murid tapi cin Tong
betul-betul gagah, Dia dengan pedangnya telah berhasil
menusuk oet ti Hin hingga roboh, sedang dengan telapakan
tangannya ia menyerang telak pada Khoe Tok hingga terpaksa
siluman itu melarikan diri.
Sejak mana Khoe Tok tidak kedengaran lagi namanya
dalam kalangan Kangouw, ia menyembunyikan dirinya
sehingga sekarang sudah tiga puluh tahun lamanya. Halnya
siluman Khoe Tok itu hanya akulah yang dapat menceritakan
seterang ini, orang lain barang kali tidak dapat."
Ho Tiong Jong setelah mendengar habis ong Kung Gie
cerita, lantas berpaling ke arahnya tiga muridnya si siluman
kejam, seakan-akan ia hendak memandang atau menegasi
bagaimana sih rupanya murid-murid dari Khoe Tok itu"
"Sekarang keadaan disini amat genting." kata pula ong
Kong Gie, "aku lihat banyak orang dari rimba persilatan yang
jalan putih dan hitam mengalir masuk kota, Mungkin yang
berjalan hitam ada hubungannya dengan "Sepasang orang
ganas", Saudara Ho sudah menanam bibit permusuhan
dengan "Sepasang orang ganas", kantor kantor piauwkiok
disini menganggap ada berbahaya untuk menerima kau
bekerja, maka sebaiknya kau angkat kaki dari sini pergi ke
Kang- lam umpamanya, siapa tahu disana kau bisa mendapat
pekerjaan, sekalian untuk menyelamatkan diri, entah
bagaimana ada pikiran saudara Ho?"


Golok Sakti Karya Chin Yung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Ho Tiong Jong tidak menjawab akan nasehatnya ong Kong
Gie, la termenung, pikirnya. Lim piauwTao rupanya sengaja
mengirim ong Kong Gie untuk menyuruh aku lekas angkat kaki
dari sini, itu sih tidak jadi apa, cuma saja dalam kantongku
tidak membekal uang barang Sepeser, bagaimana dengan
ongkos dalam perjalananku" Dan kemana aku harus pergi"
Betul-betul dalam dunia ini orang harus kejam dan telengas,
baru bisa beruntung, orang seperti aku ini, tidak lebih seperti
sampah masyarakat, Kesana-sini melamar pekerjaan ditolak.
apakah nasibku memangnya ada demikian buruk " Apa
sebenarnya keyakinanku sehingga aku mengalami meski
penderitaan hidup begini" Diam-diam ia merasa putus asa.
Dalan bengong memikirkan nasibnya, tiba tiba ong Kong
Gie berkata, "Saudara Ho, kau dari tempat jauh datang disini,
mungkin ada kekurangan ongkos dijalan, maka sukalah kau
terima sedikit pemberianku ini sebagai tandanya persahabatan
kita, untuk menambah bekal diperjaianan yang akan kau
tempuh." Setelah berkata ia meletakkan uang tiga tahil perak diatas
meja. Dalam keadaan setengah sinting adatnya, Ho Tiong Jong
yang angkuh timbul dengan tiba-tiba, ia menggebrak meja,
hingga yang diatasnya suaranya yang nyaring. Para tetamu
pada menoleh kearah dua orang itu dengan wajah merasa
heran dan menduga-duga, apakah dua orang itu hendak
bertempur"
sambil berbangkit dari duduknya Ho Tiong Jong berkata.
"Saudara ong, banyak terima kasih atas pemberianmu, aku
masih ada cukup uang di kantong untuk melanjutkan
perjalananku Disini aku sudah tidak dapat tempat untuk
tancap kaki, semoga dilain tempat ada yang suka pakai aku
punya tenaga."
Ketika matanya melirik kepada tiga orang jumawa tadi,
jusru mereka punya mata pun sedang ditujukan kearah nya,
hingga berbentrokan.
Satu antaranya yang muda, yang sang at jumawa tadi,
telah berkata pada dua kawannya.
"Hei, kalian lihat, itu tikus matanya menyala pada kita,
kelihatannya sangat menantang"
Ia berkata seraya berbangkit dari duduknya menghampiri
mejanya Ho Tiong Jong, hingga ong Kong Gie menjadi
ketakutan dan mukanya pucat pasi.
Ketika ia datang dekat, ia melihat uang yang jatuh tadi
telah melesak diatas meja, Diam- diam ia bersenyum, katanya.
"Kau main-main didepan kami orang seperti juga yang
menantang, apa artinya itu?"
Ia tutup kata-katanya sambil menggebrak meja hingga
uang yang nancap tadi telah mencelat keluar.
Masing-masing telah menggunakan tenaga dalamnya yang
mahir, hingga para tetamu lainnya yang menyaksikan menjadi
sangat kagum. orang tadi mengawasi pada Ho Tiong Jong
dengan roman menghina.
"Kau ini anjing kecil berani unjuk lagak didepan tuan
besarmu, lekas kalian berdua berlutut baru ada harapan
diampuni jiwa kalian-"
Mendengar hinaan itu, Ho Tiong Jong diam-diam berpikir,
"Lebih baik aku mati dari pada menelan hinaan orang."
Tengah ia berpikir untuk berlaku nekad, tiba-tiba ia melihat
ong Kong Gie telah menjatuhkan dirinya berlutut, Sambil
manggut-manggutkan kepalanya seperti ayam yang matokin
gabah. ong Kong Gie meratap minta ampun-
Tiga orang jahat itu tertawa tergelak- gelak, tapi kemudian
wajahnya beringas, karena melihat Ho Tiong Jong masih
tinggal berdiri tegak, tidak mau berlutut seperti kawannya
telah berbuat. Anak muda itu telah unjuk sikapnya yang tenangkan sorot
matanya yang dingin mengawasi kepada tiga penjahat itu.
"IHmm . . . ." menggeram si jumawa tadi, "Sayang kami
ada urusan penting yang meminta lekas diurus, kalau tidak
hmm.." "Kalau tidak kenapa?" tanya Ho Tiong Jong dengan berani.
"Siapa namamu?" sijumawa tidak menjawab pertanyaan Ho
Tiong Jong. "Aku belum pernah menukar nama dalam perjalananku aku
she Ho nama Tiong Jong, kau mau apa?"
"Ho Tiong Jong." menggerutu sijumawa.
"Ho Tiong Jong kau mau apa" Siapa nama kalian, aku juga
mau tahu bukan?" Sijumawa marah sekali mendengar
ceritanya Ho Tiong Jong.
"Aku oet-ti Koe dan ini engkoku oet ti Kang, yang itu ada
suhengku Song Boe Ki yang bergelar si "Tangan Telengas",
Kalau kan orang she Ho ada bernyali besar, sebentar malam
jam tiga boleh datang ditempat yang bernama Lian-mang
kang, kau boleh pilih diantara kami bertiga siapa yang kau
taksiran menempur."
"Hmm..." Ho Tiong Jong keluarkan suara dihidung.
"Kau boleh membawa kawan untuk mengerubuti salah satu
diantara kami bertiga," meneruskan sijumawa, hatinya
mendongkol sekali melihat sikapnya Ho Tiong Jong yang
kelihatannya tidak jerih sedikitpun terhadap mereka.
"Hm..." kembali Ho Tiong Jong menggeram.
" Kenapa kau menggeram?"
"Aku sebal mendengar kata katamu yang tengik, Kenapa
aku harus membawa pembantu, kalau aku sendirian saja
menghadapi kalian masih kekurangan lawan" Ha ha ha, kau
terlalu memandang rendah padaku."
Sijumawa panas hatinya, "Bagus bagus" katanya "Kaiau
sebentar malam kau tak muncul ditempat yang barusan aku
sebuikan, kami bertiga saudara akan mencari kau sampai
dapat meskipun sampai diujung langit sekalipun- Kami akan
menghisap dan meminum darahmu yang masih hangat, untuk
menghilangkan rasa haus, kau ngerti?"
Ho Tiong Jong geli dalam hatinya mendengar kata-kata
sombong itu, setelah ia tertawa terbahak-bahak. berkata,
"Kalian tak usah mencari aku, sebab aku sendiri yang akan
mencari kalian, ini bukan sudah bagus untuk menghemat
tempo kalian?"
Bertiga saudara itu sebenarnya sudah sangat marah dan
ingin turun tangan saat itu pun kalau tak terhalang oleh
urusannya yang penting, Lantaran mana, mereka hanya
mengawasi dengan sorot mata mendelu ketika Ho Tiong Jong
dengan agak sempoyongan lewat diantara mereka pergi
keluar rumah makanla
sudah ambil putusan nekad, Mati dan hidup sudah
maunya takdir, ada ditangannya Yang Maha Esa, maka ia
tidak harus takuti segala orang jahat itu.
Meskipun ia agak sinting, matanya awas dan dapat melihat
berkelebatnya bayangan Bhe Kong, yang sudah lantas hendak
menjauhkan diri ketika melihat Ho Tiong Jong.
"Ha ha ha, Bhe toako kau mau kemana?" kata Ho Tiong
Jong sambil menyekal orang punya bahu, hingga Bhe Kong
terpaksa hentikan tindakannya, ia kelihatan ketakutan dan
mukanya meringis ringis kesakitan bahunya dicekal Ho Tiong
Jong. "Bhe toako, kau ini sangat pengecut. Lihat aku Ho Tiong
Jong, dikemudian hari pasti akan tersohor namanya
dikalangan kangouw, ha ha ha..."
"Mungkin demikian-" jawab Bhe Kong, "tapi lebih dahulu
lepaskan cekelanmupada bahuku, sakit, nih".
Ho Tiong Jong segera melepaskan cekelannya, hingga Bhe
Kong merasa lega hatinya. "Tiong Jong, namamu dikantor
pengantar barang sangat dikagumi, tapi..."
"Tapi, kenapa?" tanya Ho Tiong Jong tidak sabaran.
"Tapi karena demikian tenagamu tidak ada orang yang mau
pakai dalam kantor Piaukiok, sebabnya?"
"Sebabnya kau terlalu polos dan mau campur saja urusan
orang untuk membela keadilan-Lebih-lebih kau ada menanam
bibit permusuhan dengan "Sepasang orang ganas", tidak ada
satu kantor piauwkiok yang mau pakai tenagamu, karena
mereka takut pembalasan si Sepasang orang ganas, yang
kejam telengas."
"Aku tidak perduli. Aku berbuat menurut kemauanku
berdasarkan keadilan-"
"Sebenarnya, ilmu silatmu belum dapat menandingi
sepasang orang ganas. Hanya nyalimu saja yang besar
membuat kau berlaku nekad, Andaikata kau dipakai oleh salah
satu kantor Piuuw-kiok. yang menjadi sasaran si sepasang
orang ganas, bukan hanya pada dirimu saja, akan tetapi juga
kantor pengantar barang tersangkut sekalian disikat habis, ini
bukan merugikan" Maka nya bagaimana juga setelah kau
menanam bibit permusuhan dengan dua orang jahat itu, kau
tak dapat bekerja lagi di kantor Piauw-kiok."
Ho Tiong Jong bengong sejenak, pikirnya apa yang
dikatakan oleh Bhe Kong memang beralasan- Tapi ia
penasaran dan hatinya mendongkol katanya.
"Hmm.... Memangnya penghidupanku tergantung pada
kantor Piauw-kiok saja" Tanpa bekerja pada kantor demikian
aku jadi kelaparan " Ha ha ha. Bhe toako kau salah hitung.
Bicara terus terang, sejak hari ini aku tidak akan
menghiraukan aku yang jadi urusan Piauwkiok. Kau lihat saja
sendiri, dikemudian hari aku Ho Tiong Jong akan mengangkat
nama menjadi seorang lihay. Nah, selama tinggal..." Ia segera
meninggalkan Bhe Kong, siapa menjadi melongo dibuatnya.
Ho Tiong Jong jalan menuju kepintu utara.
Setelah berada diluar kota, mabuknya perlahan-lahan telah
hilang kena disapu oleh angin musim rontok. ia mencari salah
satu pohon besar dan memanjat keatasnya, ia baringkan
dirinya pada sebatang dahan setelah mengikat dirinya sendiri
dengan ikat pinggang kepada dahan pohon dimana ia
berbaring supaya jangan sampai jatuh. Dalam sekejapan saja
ia sudah tidur menggeros dengan nyenyaknya.
Entah berupa lama ia tertidur, sang rembulan yang terang
telah memancarkan sinarnya, sehingga sang jagat menjadi
terang benderang.
Ketika ia mendusin, tengah mengucek-ngucek matanya ia
melihat kebawah ada seorang wanita dengan rambut riap- riap
sedang berlutut sembahyang kepada sang dewi malam.
Wanita itu mengenakan baju putih mukanya ketika
berdongak tampak pucat seperti mayat, Tersorot oleh
terangnya sang dewi malam tampaknya lebih pucat lagi dan
menyeramkan hati.
Sebentar lagi ia bangkit berdiri, mukanya mendongak
keatas memandang rembulan, mulutnya berkemak-kemik
seperti yang sedang berdoa.
Selainnya tiupan angin yang membuat cabang pohon dan
daun daunnya berkresekan saling bentur, keadaan disitu sunyi
senyap. Tiba tiba terdengar sayup,sayup suaranya seperti
orang menangis, pelahan-pelahan suara itu, semakin
terdengar nyata dan menusuk kuping, hingga Ho Tiong Jong
tanpa terasa menjadi bergidik.
Suara tangisan itu seperti telah keluar dari mulutnya si
wanita yang berada dibawah pohon, Ho Tiong Jong dengan
hati berdebaran mengikuti terus gerak-geriknya wanita aneh
itu. Sebentar lagi wanita itu menundukkan kepalanya,
kemudian tekuk lututnya menghadap lurus kedepan, Dua
tangannya dilonjorkan dan sepuluh jarinya dibuka lebar.
Perlahan-lahan dari ujung jari-jarinya wanita itu ada keluar
sinar lemah berwarna hijau. la tertawa, tapi tertawanya itu
seperti mengandung perasaan yang kurang puas, dengan hasil
latihannya belum sempurna, sinar hijau yang keluar dari
sepuluh jarinya masih lemah, belum memuaskan hatinya.
Sinar itu adalah yang dinamai api setan, ia rupanya sedang
meyakinkan ilmu nyeleweng, ilmu gaib yang dapat membikin
celaka sesamanya.
Tengah ia sedang memainkan api senjatanya, tiba dari luar
rimba ada meluncur sebuah batu besar kearahnya dibarengi
dengan teriak-kan seseorang.
Wanita itu tidak jadi kaget diserang dengan batu yang tidak
kurang dari lima puluh kati beratnya, ia menggunakan api
senjatanya untuk menyambuti, begitu batu itu kebentur
dengan api bikinannya, lantas saja sang batu nyeleweng dari
tujuannya dan jatuh diatas lapangan rumput yang hijau.
Kemudian dengan cepat-cepat ia menyimpan kembali api
senjatanya, dua tangannya diulur kekepalanya untuk
membereskan rambutnya yang riap-riapan dan disanggul rapih
sebentar lagi tampaklah wajahnya yang cantik luar biasa,
sehingga Ho Tiong Jong yang berada diatas pohon menjadi
melongo saking kagum.
Pada saat wanita itu sudah beres menyanggul rambutnya,
tampak mendatangi kearahnya seorang pemuda sambil cengar
cengir dan berkata.
"Bagus bagus, memang ilmumu. "Telapakan tangan setansangat
lihay, cuma sayang wanita yang termasyhur cantik
bernama ie Ya dengan gelar Li-lo-sat sudah mengorbankan
dirinya menjadi mayat hidup karena meyakinkan ilmu setan
itu, ha ha ha..."
Pemuda itu pengawakannya tegap. bahunya lebar dan
pinggangnya langsing. Sayang alisnya besar dan kasar,
sedang hidungnya melesak. hingga tampak nyata mukanya
yang buruk. umurnya ditaksir kira-kira dua puluh lima tahun-
Ho Tiong Jong tertegun ia pikir, berani benar pemuda itu
terhadap pendekar wanita yang menguasai daerah Huang-ho
(sungai kuning) bernama le Ya yang bergelar Li lo-sat (Wanita
telengas), bahkan dengan seenaknya saja menyindir dengan
kata-katanya, siapakah gerangan anak muda yang berwajah
buruk itu. Li- lo-sat ie Ya selama beberapa tahun ini namanya terkenal
dikalangan kangouw sebagai Li-mo-tao atau Kepala Wanita
Setan, ia bukan saja parasnya sangat cantik, tapi kepandaian
silatnya sangat tinggi. ia malang melintang dalam dunia kang
ouw menuruti sesuka hatinya, kalau diwaktu marah ia dapat
membunuh orang dengan mata tidak berkesiap. ia marah dan
gembira sesenang hatinya saja, Banyak pendekar dalam
kalangan kang-ouw yang sungkan berurusan dengan wanita
aneh ini. Ho Tiong Jong sudah lama mendengar nama wanita
telengas itu, tapi belum melihat bagaimana macam orangnya,
Kini dengan mata kepala sendiri ia melihatnya, Ternyata Li- losat
Ie Ya ada sangat cantik dan menggiurkan siapa yang


Golok Sakti Karya Chin Yung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

melihatnya. Entah, bagaimana macamnya kalau ia sedang
marah" Li-lo-sat Ie Ya ketika mengetahui siapa yang datang,
dengan tersenyum berkata:
"Aku kita siapa, tidak tahunya Khoe-ya (tuan Khoe). Apakah
Khoe- ya sudah lama datang" Lo Pocu bagaimana, apakah
tidak datang?"
"Ya, ayah telah meninggalkan benteng "jawab orang itu,
"dikalangan kangouw terus onar tidak habisnya, Bagatmana
tentang kau ini, apa baik-baik saja" Apa kau tak pernah
mendengar tentang ayahku ada dimana."
"Tidak." jawabnya sambil menggeleng-gelengkan kepala.
Pemuda wajah jelek itu mengawasi paras nya le Ya yang
cantik menarik.
"Aku juga datang kesini hanya sebentaran saja."
"Ah, apa betul-betul katamu?" menyela si pemuda sambil
bertindak maju menghampiri si cantik. Tangannya diulur
hendak memegang tangan yang putih mulus, tapi le Ya cepat
menarik tangannya, hingga tidak sampai terpegang.
Pemuda itu itu merangkak hendak menubruk dan memeluk
sicantik, tapi le Ya dengan gesit sudah bisa menghindarkan
dirinya. "IIHhh... Siauw pocu suka main-main," katanya sambil
bersenyuman genit.
"le Ya, kau benar-benar sangat cantik, kenapa kau selalu
menjauhkan diri dariku.." oh, kau.... cantik benar le Ya..."
matanya beringas, seolah-olah hendak menelan korbannya.
"Siauw Pocu kau terlalu memuji aku," jawab le Ya dengan
wajah ramai senyuman, "tapi kau tak tahu kalau dalam Seng
keepo ada nona Seng yang kecantikannya seratus kali
melebihi aku. Nah, sebentar kalau kau sudah melihatnya, kau
lantas akan melupakan wajah ku yang buruk. Hi hi hi" le Ya
tertawa genit, sambil menekan mulutnya.
"Hmm.... mana ada wanita yang melebihi kecantikanmu,
Aku tak percaya, eh, le Ya apa kau hendak terus-menerus
berlaku kejam tidak memberi kesempatan padaku untuk
memeluk pinggangmu yang ramping dan-.."
"Masih belum, Siauw Pocu..." le Ya menyelak.
"Belum bagaimana?"
"Belum sampai waktunya, hi hi hi..."
Pemuda itu melengak. semakin dipandang wajahnya Ie Ya
yang genit menarik semakin mengobarkan napsunya untuk
memeluk dan memberikan beberapa ciuman hangat kepada
iblis wanita itu.
Keadaan pun disitu ada sangat sepi dan ada kesempatan
baik untuk ia melakukan sesuatu menuruti napsu hatinya
terhadadap si genit apa mau ia sedang menjalankan tugas
yang memaksa ia harus pergi dari situ.
Memikir akan tugasnya, seketika itu napsunya telah
tertekan dan lumer sendirinya, ia mengelah napas, " Ya h,
sudahlah aku harus pergi sekarang, Harap lain kali kita bisa
bertemu muka lagi disini, Selamat tinggal, sampai ketemu lagi
Ie Ya..." Kata-katanya belum habis, orangnya sudah melesat
dan menghilang dari pemandangan-
"Sungguh hebat kepandaiannya dia" Ho Tiong Jong diam
diam berkata dalam hatinya sendiri, sementara itu ia melihat
Te Ya berdiri mengawasi perginya si orang she Khu sambil
tolak pinggang.
Bibirnya yang halus mungkin memperlihatkan senyuman
mengejek. "Hmm..." kedengaran ia berkata sendirian, "Macammu yang
seperti kodok buduk. Jangan harap dapat menggerakkan
hatinya Li-lo sat Ie Ya..."
Tiba-tiba ia melihat dibawah seperti ada bayangan orang
yang berada diatas pohon, ia cepat mendongakkan mukanya
mengawasi keatas dan melihat benar saja ada manusia diatas
pohon- ia perdengarkan tertawanya yang aneh, badannya
berbareng melesat ke atas, hingga tidak jauh dari dahan di
mana Ho Tiong Tong tadi merebahkan dirinya. Saat itu
sipemuda sedang repot membuka tali yang mengikat dirinya
dengan dahan pohon tak tahu kalau Li-lo-sat le Ya sudah
berada dibadapannya.
Matanya si iblis wanita berkilat-kilat menakutkan, ia marah
benar, sebab adegan barusan antara ia dan Siauw Pocu
(kepala benteng muda) tentu telah dilihat dengan nyata oleh
orang-orang yang sekarang berada dihadapannya, ia sudah
demikian beringas, napsu membunuhnya timbul seketika.
Tapi Tiba-tiba Ho Tiong Jong mendongakkan mukanya
memandang kepadanya membikin semua amarahnya telah
terbang entah kemana, ia berdiri kesima, karena melihat
wajah yang cakap tampan dari si pemuda dihadapannya.
"Apa mungkin ada orang begini cakap?" ia menanya dalam
hatinya sendiri.
Ho Tiong Jong sementara itu sudah menjadi ketakutan
menghadapi wanita telengas itu, tapi dengan ramah tamah si
iblis wanita datang mendekati dan menanya dengan lemah
lembut. "Kau siapa berada di atas pohon" Apa dengan sengaja
kau mengintai aku barusan?"
Ho Tiong Jong melihat le Ya tidak bersikap bengis,
sebagaimana yang ia duga semula hatinya menjadi tenangan
"Aku Ho Tiong Jong," jawabnya.
Li-lo-sat ie Ya berpikir sejenak. "Oh, kau yang telah
bertanding dengan Sepasang orang ganas?" Meskipun dalam
pandanganku dua setan itu tidak ada artinya, tapi kau berani
menempur mereka sesungguhnya harus dipuji juga nyalimu
yang besar, sebab mereka dalam kalangan kangouw terkenal
kejam dan ganas serta banyak yang rubuh ditangannya,
hingga mereka menjadi sangat sombong."
"Ya, aku Ho Tiong Jong yang menempur mereka, ini
bukannya aku sengaja, rapi karena terdorong oleh perasaan
ingin menolong orang yang diperbuat sewenang-wenang oleh
mereka maka aku terpaksa turun tangan."
"Nah baik, sekarang kau jawab pertanyaanku. Kenapa kau
berada diatas pohon ini" Kau tentu menyaksikan dan
mendengarkan pembicaraan kami dengan Siauw Pocu, bukan"
Lekas jawab" nada suaranya agak dingin dan sikapnya juga
berubah bengis.
Ho Tiong Jong tidak menjawab lantas hanya terus
membuka tali yang mengikat dirinya, setelah bebas, ia
menatap wajahnya ie Ya.
Roman bengis dan nada suara dingin barusan entah
bagaimana telah menjadi hilang tanpa bekas diawasi si anak
muda. "Betul- betul dia cakap " demikian suara hatinya berkata
sambil tundukan kepala. Sesaat kemudian ia dongak lagi dan
balas mengawasi si pemuda yang masih terus memandang
padanya. "orang she Ho, lekas dijawab pertanyaanku." katanya
dengan suara lemah.
Ho Tiong Jong tertawa manis, "Aku berada disini tidur
lantaran mabuk." jawabnya.
"Apa perbuatanmu dengan si orang she Khoe itu secara
kebetulan aku telah mendengar dan melihatnya. tapi betulbetul
bukan sengaja aku mengintai."
ie Ya merah selebar mukanya, ia merasa jengah sendirinya.
"Kau..." hanya ini yang meluncur dari mulutnya.
Sementara itu Ho Tiong Jong sudah lompat turun dari atas
pohon, tapi sebelum ia berdiri tegak Li-losat ie Ya sudah
berdiri dihadapannya dengan pedang terhunus ditangannya,
wajahnya yang pucat tampak dingin sekali.
Napsu membunuhnya timbul lagi, tapi lenyap lagi ketika
matanya yang berkilat-kilat bentrok dengan matanya si
pemuda yang jernih diantara mukanya yang cakap tampan-
"celaka" ia kata dalam hatinya sendiri. Mana aku tega
membunuh dia yang secakap ini" oh, kemana perginya
ketelengasanku... ia jadi gelisah tak dapat mengambil
putusan, Akhirnya ia berkata pada Ho Tiong Jong, "orang she
Ho, kau sudah mendengar dan menyaksikan percakapanku
dengan siauw Pocu, aku harap kau suka pegang rahasia, tidak
menceritakan kepada orang lain, Apa kau suka berjanji ?"
"Aku suka berjanji." jawab Ho Tiong Jong sungguhsungguh.
"Bagus, seorang laki-laki akan memegang janjinya dengan
betul." le Ya kata, sambil memasukkan pula pedang
nyakedalam sarungnya . Mendadak Ho Tiong Jong ingat
sesuatu. "Hei, apa kau tahu tentang ilmu silatnya orang yang
bernama Khoe Tok dengan julukan si "Siluman dan anak
muridnya?" ia menanya. Li-losat le Ya agak kaget mendengar
ditanya demikian-
Hatinya yang telah terpincuk oleh kecakapannya Ho Tiong
Jong membuat ia ingin lama-lamaan pasang omong dengan
pemuda itu. Maka ia sambil mengawasi wajah yang tidak
membosankan dari sipemuda, ia berdiam lama juga sebelum
memberikan jawabannya, Ho Tiong Jong tidak sabaran- Tapi
sebelum ia menegur lagi le Ya sudah menjawab katanya.
"Yang kau maksudkan bukankah ong Boe Kie si Tangan
Telengas dan dua saudara oet ti yang terkenal namanya" Aku
memang tahu ilmu silatnya mereka berapa tinggi mereka amat
sombong. tidak memandang mata kepada orang lain seolaholah
dirinya punya kepandaian sudah tidak ada yang
menandinginya, Memang mereka punya kepandaian ada lebih
tinggi sedikit dari "Sepasang orang ganas ^, cuma saja
diantara mereka semua ada bangsa berengsek, tidak ada satu
yang boleh dipilih " Ho Tiong Jong anggukkan kepalanya
Pikirnya, tiga musuhnya itu lihay lihay kepandaiannya,
maka ia harus waspada menghadapinya. Saat itu ia sudah
hendak meneruskan perjalanannya, maka ia ambil selamat
berpisah dari Li lo-sat ie Ya.
"Nona ie, biarlah sampai disini saja kita berpisahan ."
"Hei, kau ada urusan apa yang penting yang dapat aku
membantunya."
"Oh, tidak ada apa-apa, selamat tinggaL"
Ho Tiong Jong sudah lantas angkat kaki dari hadapan Li losat
ie Ya, hingga si iblis wanita menjadi melongo karenanya.
Ho Tiong Jong percepat tindakannya. dalam sekejapan
sudah menghilang dari pemandangan le Ya. waktu itu sudah
jam tiga malam, bulan sedang terangnya, maka Ho Tlong Jong
tidak begitu takut masuk keluar rimba. Tapi apa mau ketika ia
melewati satu tempat yang sangat sunyi, ia jadi jerih juga.
Sebab disitu selainnya terdengar berkreseknya cabang-cabang
pohon yang beradu satu dengan lain, adalah suaranya burung
hantu terdengar menyeramkan.
Ia menabahkan hatinya dan berjalan terus,
pengharapannya kalau-kalau ia dapat menjumpai salah satu
orang, rasa takutnya pasti akan hilang.
Apa celaka, justru ia jalan melewati tempat yang banyak
kuburan malang melintang, hingga hatinya semakin dak dik
duk saja. ia berhenti beristirahat di bawahnya sebuah pohon
yang rindang, Matanya celingukan melihat ke kanan kiri, tibatiba
ia seperti melihat ada seorang berbaju putih berdiri di
bawahnya sinar rembulan yang terang.
Mukanya tak dapat dilihat tegas, Ketika ia meneliti orang
berbaju putih itu hanya seorang diri saja, Tapi sebentar
setelah ia alihkan pandangannya ke lain jurusan sejenak dan
melihat lagi kepada orang berbaju putih tadi ternyata ia sudah
menghilang entah pergi kemana.
-ooo00dw00ooo- III BERANI KARENA BENAR
HO Tiong Jong melihat kejadian itu jadi tertegun
Perlahan-lahan ia meraba goloknya, kemudian dihunus
keluar, Pikirnya, setelah memegang golok ia tak usah kuatir
apa-apa. Apakah mungkin pikirannya keingatan saja kepada Li-lo-sat
yang membikin kaget padanya ketika dengan tiba-tiba ia
sudah berada diatas pohon" Tengah memikirkan si baju putih
tadi, mendadak bayangan putih tadi muncul lagi.
Kini hanya berjarak dengannya dua tumbak saja, Hatinya
mendongkol lalujalan menghampiri pada si baju putih, apa
mau bayangan itu kembali telah menghilang. Hei, apakah dia
setan" Diam-diam ia menanya dalam hatinya sendiri.
Ia lalu memalingkan kepalanya ke lainjurusan, kembali ia
nampak seorang berbaju putih sedang berdiri sebelumnya ia
menegasi kembali orang itu telah menghilang. Di lihat
keadaan disitu banyak kuburan, kemungkinan besar si baju
putih tadi ada setan penasaran yang gentayangan diwaktu
malam, ia tabahkan hatinya seberapa bisa.
"Hmm" ia menggeram "Jangan main-main terhada tuan
besarmu, kalau kau benar manusia lekas unjukkan
cecongormu, aku nanti kasih rasa golokku yang tajam ini. Apa
dengan menakut-nakati orang itu kiranya aku si orang she Ho
akan jadi gentar" Ha ha bisalah hitung sana..."
Kata-katanya tersendat seketika, karena merasa bahunya
tiba-tiba dipegang orang dari belakang, ia bergidik dan bulu
romanya berdiri, sebab dikiranya yang memegang bahunya itu
setan yang marah karena ia barusan menantang dengan
sengitnya. cepat ia memalingkan kepalanya, kiranya yang memegang
bahunya tadi adalah Si tangan Telengas Song Boe Ki,
muridnya si siluman Khoe Tok.
Dari kaget Ho Tiong Jong berubah menjadi gusar, sebelum
ia membuka mulut telah didahului oleh Song Boe Ki.
"Nyalimu memang besar, tidak punya rasa takut, sayang
kepandaian silatmu sangat rendah. coba barusan aku pegang
bahumu dan mengerahkan tenaga dalamku, pasti tulangtulangmu
akan menjadi remuk karenanya, Ha ha ha" Ho Tiong
Jong panas hatinya.
"Apa kau kira aku takut dengan kepandaianmu yang tinggi"
Hmm Kau salah sahabat, Siapa yang lebih unggul
kepandaiannya barulah dapat ditetapkan jikalau diantara kita
sudah mengadu ilmu silat, Dan-.."
Ho Tiong Jong berhenti bicaranya, karena dari jauh ada
meluncur dua buah benda melayang kearahnya, ia mengira
akan senjata rahasia musuh, maka ia cepat-cepat
mengerahkan tenaganya untuk menyambuti, sebab-benda
yang diluncurkan itu ada besar seperti bungkusan-
Setelah dua benda itu berada ditangannya kiranya itu
hanya dua jubah putih.
Selagi ia bengong mengawasi dua jubah putih itu, tiba-tiba
dari kedua sampingnya muncul dua orang yang bukan lain
daripada oet ti bersaudara.


Golok Sakti Karya Chin Yung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Sambil tertawa terbahak-bahak dua saudara oet ti
mengejek pada Ho Tiong Jong, siapa dikatakan nyalinya kecil,
karena melihat bayangan putih saja sudah ketakutan setengah
mati. Kini Ho Tiong Jong mengerti, bahwa dua bayangan putih
yang muncul saling susul dan menghilang kembali kiranya ada
oet ti bersaudara yang main sandiwara, Tidak heran kelau ia
sangat marahnya, apalagi dikatakan, pengecut dan bernyali
kecil oleh mereka. Dengan keras ia berkata.
"Kalian kita aku takut mari" Meskipun betul kalian sudah
mampus menjadi roh gentayangan mengganggu aku, juga aku
tidak takuti kalian- Apalagi kalian masih segar bugar begini,
siapa yang takuti kalian" Hmm"
"Aduh sombongnya "Oet-ti Koen mengejek "Baru dapat
menempur "Sepasang orang ganas" saja sudah kepala gede,
Apa sih kepandaianmu?"
Ho Tiong Jong tertawa tergelak- gelak. Kelakuannya yang
demikian tenang mau tidak mau telah membikin tiga muridnya
si siluman Khoe Tok menjadi kagum juga. Apakah mungkin
tidak takuti mereka bertiga" Demikian ada pertanyaan dalam
hatinya masing-masing. Terdengar Ho Tiong Jong berkata.
"Mungkin orang memuji tinggi ilmu kepandaian kalian
bertiga, hingga mendengar namanya saja sudah lari
ketakutan- Tapi, hmmm... Aku si orang she Ho tidak gentar
barang sedikit terhadap kalian, Nah, marilah sekarang kalian
boleh maju, Satu demi satu sekaligus maju tiga-tiganya, aku
bersedia untuk melayaninya, Sebentar, kalau kita sudah
bertanding sepuluh jurus baru ketahuan siapa yang lebih
unggul dan boleh bicara lagi tentang siapa yang ilmu silatnya
rendah" Suatu tantangan yang hebat sekali.
Mereka seolah-olah tidak dipandang mata oleh Ho Tiong
Jong, tidak heran kalau oet-ti Koen yang berangasan menjadi
berjingrak karenanya.
Dengan amarah meluap-luap oet-ti-K.oen menjawab,
"Kalau kami bertiga dalam sepuluh gebrakan dikalahkan
olehmu, kami akan membunuh diri saja"
"Bagus, bagus..." kata Ho Tiong Jong sambil tertawa.
"Seorang laki-laki kalau sudah mengeluarkan perkataannya
seperti juga ludah tidak boleh diji..."
"Samte, pelahan dahulu" si Tangan Telengas Song Boe Ki
menyelak ditujukan kepada oet-ti Koen "Menghadapi macam
tikus begini, untuk apa kita salah satu yang maju kalau
kemudian kenyataan satu persatu kita dikalahkan olehnya, kita
boleh melepaskan ia pulang saja."
oet-ti Kang menimbrung. "Memang sebenarnya begitu, tapi
biarpun demikian rasanya aku merasa jijik untuk turun tangan
kepada tikus begini, sebab hanya mengotor-ngotori tangan
saja, Dia tidak punya kepandaian yang berarti untuk kita ambil
sebagai pelajaran-"
Ho Tiong Jong mendelik matanya, "Jangan banyak rewel
hayo maju Lihat aku membuka serangan lebih dahulu ...."
Seiring dengan kata-katanya, Ho Tiong Jong sudah mainkan
golok bajanya. Ilmu golok keramat delapan belas jurus ia mulai kasih
unjuk golok bekelebatan demikian cepatnya, seolah-olah yang
mengurung kepada mereka bertiga.
oet-ti Kang yang menyambuti Ho Tiong Jong bertarung
untuk melayani ilmu golok keramat Ho Tiong Jong, si orang
she oet-ti telah mainkan ilmu pedang Tujuh bintang. Untuk
menambah hebatnya serangannya, oet-ti Kang telah
menyalurkan tenaga dalamnya ke pedang, Tidak heran, ketika
pedang dan golok beradu membuat Ho Tiong Jong terhuyunghuyung
mundur, karena merasakan gempuran yang dahsyat
sekali dari oet-ti Kang
Melihat itu, Song Boe Ki berteriak "Jite, ia begitu, Jangan
kasih kesempatan lolos kepadanya sebab kalau ia bisa lolos
berarti nama kita buruk dikalangan kang-ouw. Ya, begitu terus
cecer saja bikin dia tidak berdaya..."
Mendengar anjurannya sang suheng, oet-ti Kang lantas
merubah serangan dengan ilmu pedang "Tiga belas gerakan
pedang terbang keawan-. Pedangnya berkilat-kilat menyambar
dari segala jurusan-
Song Boe Ki sementara itu juga sudah turun tangan, ia
menggempur dua kali pada Ho Tiong Jong, ia lantas dapat
tahu bahwa ilmu tenaga dalamnya Ho Tiong Jong tidak
seberapa, ia hanya bernyali besar saja menantang mereka
bertiga turun tangan semua. Maka mengingat ini, ia terus
lompat mundur, kasihkan jitenya menempur sendiri.
Song Boe Ki tidak tahu, Ho Tiong Jong punya ilmu golok
ada sangat mempesonakan-Golok bajanya berkelebatan
menangkis serangan dan balas menyerang lawancepat
sekali pertarungan sudah berjalan tujuh jurus, oet-ti
Kang diam-diam mengeluh karena ia masih belum dapat
menjatuhkan Ho Tiong Jong, sebentar kalau sudah sepuluh
jurus dilewati apa tidak menjadi runyam urusan" Maka dia
telah mengerahkan kekuatan tenaga dalamnya dipakai
menyerang pada Ho Tiong Jong.
Tekanan tenaga yang hebat itu, membuat Ho Tiong Jong
merasa kewalahan, ilmu golok keramatnya dimainkan mulai
pelahan, tidak segencar tadi sebelumnya oet-ti Kang menindih
dengan kekuatan tenaga dalamnya yang ampuh.
Ho Tiong Jong masih terus bandel, ia tidak mundur terus ia
bikin perlawanan dengan jurus jurus berikutnya, Pikirnya,
kalau ia sudah menjalankan dua belas jurus yang ia miliki ilmu
golok keramat itu, masih juga tidak dapat merubuhkan
musuhnya ia akan angkat kaki begitu mendapat kesempatan-
Jurus kesebelas tampak sudah dimainkas habis, belum juga
ada perubahan yang menguntungkan kepadanya, maka dalam
jurus kedua belas, ia mendesak oet-ti Kang, goloknya satu kali
dikelebatkan demikian rupa hingga oet-ti Kang harus lompat
mundur untuk mengasih lewat bahaya, justru ini ada
lowongan untuk Ho Tiong Jong melarikan diri ia tidak mensiasiakan
ketika. Badannya melesat keluar dari kalangan berkelahi dan
mabur, hingga tiga musuhnya yang melihat kejadian itu telah
dibikin melongo, Tiba-tiba Song Boe Ki tertawa tergelakgelak.
"Aku bilang juga apa." katanya dengan bangga, " orang
bersemangat tikus begitu mana kuat lama bertanding, Biarlah
kasih kesempatan dia lari duluan sampai sepuluh tumbak baru
kita mengejarnya, siapa diantara kita yang dapat
menangkapnya terlebih dahulu sipengecut itu. Ha ha ha..."
Sementara itu Ho Tiong Jong terus lari.
Setelah melewati beberapa pohon besar, pikirnya lebih baik
ia menyembunyikan dirinya dibelakang salah satu pohon,
Selagi ia celingukan memilih pohon yang dapat digunakan
tempat sembunyinya, tiba-tiba mendengar siulan saling susah
itulah ada siulan Song Boe Ki dengan dua saudara oet-ti.
Ho Tiong Jong kebingungan juga, ia tidak jadi sembunyi
dipohon yang ia hampiri dan teruskan larinya kelain pohon,
dimana ia melihat samar-samar seperti ada yang
menghadang, ia kira ada ikat pinggang merah yang segera
melihat pada goloknya yang saat itu ia hendak ayunkan
menyabet pada ikat pinggang itu yang dikiranya ada manusia.
Bukan main Ho Tiong Jong kaget, Kiranya itu ada ikat
pinggangnya Li-losat le Ya yang segera terdengar suaranya
diatas pohon berkata.
"Hei, hayo kau lekas lekas naik pohon, aku yang nanti
menyesatkan mereka"
Berbareng dengan naiknya Ho Tiong Jong, Ie Ya juga
sudah lompat turun dan menyelinap dibalik sebuah pohon,
Tidak lama, Song Boe Ki dengan dua saudaranya telah datang,
Ie Ya melontarkan dua cabang pohon kepadanya, hingga Song
Boe Kijadi kaget, dengan angin telapak tangannya ia
menangkis dua cabang pohon itu hingga jatuh ketanah,
kemudian ia teriaki dua saudaranya untuk menguber lebih
lanjut. Ie Ya sudah lari jauh, disusul terus oleh mereka sebab
mengiranya ia ada Ho Tiong Jong. suaranya siulan nyaring
saling susul perlahan-lahan telah hilang sendirinya,
menyatakan bahwa mereka sudah berada jauh dari Ho Tiong
Jong. Dengan perlahan-lahan pemuda itu turun dari atas
pohonTiraikasih
Website http://kangzusi.com/
Ia menghela napas, memikirkan kepandaiannya masih
belum cukup sempurna untuk digunakan bertanding dengan
lawan yang kuat ia menyesal kalau mengingat akan adanya
yang tinggi hingga pada enam tahun yang lampau ia mensiasiakan
kesempatan, tidak balik lagi kerumahnya Hong Jie dan
menerima pelajaran enam jurus lagi ilmu goloknya dari
Yayanya si nona.
coba kalau ia sudah mainkan lengkap delapan belas jurus
ilmu golok keramat, tentu ia sudah menjadi seorang jago yang
memiliki ilmu golok tanpa tanding (Bu-tek Sin-to). Semua
sudah berlalu, menyesal juga percuma saja.
Setelah berpikir sejenak. ia mengambil putusan- ia pikir, ie
Ya telah membawa tiga muridnya Khu Tok lari kelurusan
barat, maka sebaiknya ia mengambil jurusan ketimur supayah
tidak berjumpa pula dengan mereka. Tapi kemana ia harus
pergi" Malam itu telah berubah gelap keadaan sunyi mulai
terasa lagi olehnya. Sambil berjalan pelahan ia segera ia
memikirkan nasibnya dikemudian hari, dan sekarang kemana
ia harus pergi"
Tanpa merasa ia berjalan sudah melewati puluhan li, hari
pun tampak sudah mulai terang, Tidak jauh dari ia berjalan
tampak ada sebuah kelenteng (kuil), ia cepatkan tindakannya
menuju kesana untuk mengasoh beberapa saat lamanya.
PADA pagi hari udara tampak terang terdengar diluar
kelenteng ada lewat beberapa orang yang menunggang kuda
menuju ke satu jurusan- Ho Tiong Jong ketarik hatinya, diamdiam
ia telah mengikuti jejak mereka.
Kira-kira berjalan setengah lie dari kelenteng. Ho Tiong
Jong nampak sebuah benteng yang kokoh kuat, diatasnya
terpentang dua bendera tiga segi. Satu dengan latar putih
tulisan merah ada tersulam kuda terbang. Satunya lagi latar
merah tulisan putih ada berbunyi. "Mengadu kepandaian
mengumpulkan Sahabat,"
Ho Tiong Jong menghampiri dan memeriksa keadaan
benteng yang besar dan tinggi itu. Didepan benteng ada
lapangan yang hias, pintu benteng terdapat disebelah depan
dan belakang. Bagian belakangnya tampak bangunannya ada
lebih tinggi dan kekar.
Dilihat bangunan itu ada demikian besarnya, maka
didalamnya tentu ada luas dan banyak rumah rumah seperti
suatu perkampungan saja. Pikirnya Ho Tiong Jong. Dengan
dipancangnya bendera yang bertulisan "mengadu kepandaian
mengumpulkan sahabat", tentu pocu (kepala benteng) dari
benteng besar itu hendak memilih mantu.
Dipasangnya tulisan itu maksud yang sebenarnya tentu
hendak memilih pemuda-pemuda, yang kiranya cocok bakal
menjadi mantunya.
Perutnya dirasakan lapar. Pikirnya ia tidak ada urusan apaapa
dan untuk terpilih menjadi mantunya pocu juga tidak
mungkin, se-baiknya ia masuk kedalam untuk melihat-lihat
keadaan disitu. Untuk memuaskan pemandangan, sekalian
menonton orang yang akan mengadu kepandaian-
Saat itu tiba-tiba ia melihat ada dua orang muda berkuda
berhenti didepan pintu masuk disambut oleh penjaganya
dengan berseri hormat. Setelah menyerahkan kudanya kepada
pelayan disitu, mereka merapihka n pakaiannya dan langsung
masuk kedalam. Ho Tiong Jong menghela napas.
"Begitulah kalau orang ternama, kedatangannya disambut
dengan muka berseri-seri dan dilayani demikian hormatnya."
demikian ia berkata sendirian.
Sebelumnya ia bertindak untuk turut juga masuk, tiba-tiba
ia melihat ada dua ekor kuda lagi mendatangi dinaiki oleh satu
pemuda dan satu wanita cantik. Ketika mereka pada turun
dari kudanya didepan pintu benteng sejenak mengawasi
keatas pintu yang tertulis Seng- keepo". .Pemuda itu
berpinggang langsing, mukanya merah dan gagah, sayang
agak bengkok badannya. Umurnya kira-kira tiga puluh tahun-
Yang perempuan parasnya cantik sekali perawakannya
tidak ada celanya, umurnya ditaksir duapuluh tahun. Dengan
paras bersenyum-senyum ia mengikuti yang lelaki jalan
menghampiri pintu benteng, dimana mereka disambut oleh
orang yang jaga disitu dengan kelakuan hormat.
Kepada si penjaga anak muda bengkok itu perkenalkan
namanya. "Aku adalah murid dari oey-san-pay bernama Him Toa Ki
dan ini ada sumoyku bernama Tiong Ie. Secara kebetulan
lawat di- kota Lok-yang ini mendengar bahwa disini ada
berkumpul banyak orang gagah maka kami datang untuk
bantu meramalkan sebagai penonton-oleh sebab kesusu,
maka semua antaran tidak keburu disediakan-.. "
Mengetahui slapa yang datang penjaga benteng dengan
kelakuan lebih hormat lagi telah menyilahkan tetamunya ia
masuk ke-dalam setelah dua ekor kudanya diserahkan kepada
pelayan yang sudah ditugaskan untuk itu. Kembali Ho Tiong
Jong menghela napas.
Pikirnya, kalau ia sebentar mau masuk. apakah penjaga
benteng akan menyambut padanya demikian hormatnya pula"
Tentu tidak sebab ia ada berpakaian kumel dan tidak ternama.
Habis, bagaimana" Apakah ia bisa masuk ke dalam benteng"
Tengah ia berjalan mundar mandir sambil menggendong
tangan, telah dihampiri oleh seorang yang berbadan tegap.
yang sudah lama mengawasi kepadanya. "Hei. sahabat, kau
disini jalan mundar-mandir ada urusan apa?" tegur orang itu.
Ho Tiong Jong menatap wajah penegurnya sejenak.
"oh, aku bernama Ho Tiong Jong. sebagai seorong kangouw
dimana juga aku merdeka untukjalan-jalan, untuk apa
kau menegurku?" orang itu tampak berubah parasnya.
Ho Tiong Jong ada satu nama yang barusan saja terkenal
karena mengalahkan Sepasang orang ganas. Sikapnya orang
itu tiba-tiba berubah lunak.
"oh, kau yang bernama Ho Tiong Jong, Perkenalkan,
namaku Tham-Khek dan orang telah memberi julukan pa daku
si "Ular Kumbang."
Ho Tiong Jong tertawa melihat sikap orang itu hormat
padanya. Ia memang sedang mencari sahabat, maka kebetulan sekali


Golok Sakti Karya Chin Yung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

ia dapat berkenalan dengan orang she Tham ini. la sendiri
tidak pernah dengar nama si Ular Kumbang, tapi sengaja ia
mengumpak. "oh, nama saudara dengan julukan si Ular Kumbang telah
lama aku kagumi, apa Saudara juga ada penghuni dari
benteng besar ini ?" Si Ular Kumbang girang mendengar
namanya di kagumi.
"Sebaiknya saudara Ho turut masak ke-dalam benteng,
untuk menyaksikan keramaian, belajar kenal dengan banyak
orang gagah yang sudah pada berkumpul," jawab si Ular
Kumbang yang tidak menjawab langsung pertanyaannya si
anak muda. "Ya, memang ada maksudku demikian- cuma dikuatirkan
yang menjaga pintu tidak memperkenankan aku masuk."
jawab Ho-Tiong Jong.
"Ah, mustahil. Mari aku antar saudara masuk."
Si Ular Kumbang lantas jalanjalan menghampiri penjaga
pintu benteng diikuti oleh Ho Tiong Jong Si Ular Kumbang
bicara beberapa patah perkataan dengan penjaga pintu, ia ini
lalu memanggil pelayan dan menyilahkan Ho Tiong Jong
masuk. Pelayan antar Ho Tiong Jong ke sebuah rumah berloteng
yang bertulisan- Tempat berkumpul tetamu. Dikanan kirinya
rumah berloteng itu ada dibangun rumah-rumah yang bagus
bagus. Mengikuti si pelayan Ho Tiong Jong masuk kedalam sebuah
kamar yang diperlengkapi komplit dan menarik hati.
"Disinilah ada tempat tidur Ho Siang kong?" kata si
pelayan, ketika hendak meninggalkan Ho Tiong Jong. "Harap
Ho Siangkong perhatikan tanda jam makan tetamu, yalah
bunyi kentongan tiga kali. Tidak akan dipanggil sendirisendiri."
"Terima kasih." kata Ho Tiong Jong sambil anggukkan
kepalanya bersenyum^
Ho Tiong Jong setelah berada sendirian dalam kamar,
pikirannya terkenang pada masa lima tahun yang telah
berselang, makan dirumahnya si orang tua engkongnya Hong
Jie ia juga mendapat kamar seperti itu, yalah kamar ia untuk
bersemedhi. Tingkah lakunya dan romannya yang mungil menarik dari si
dara cilik Hong Jie, yang sekarang entah bagaimana
kecantikannya sebab sudah dewasa, saat itu telah terbayang d
ihadapan matanya Ho Tiong Jong. Ia diam-diam menghela
napas. Dalam kamar itu ia tidak tiduran, tiduran terus bersemedhi
sampai kemudian terdengar ada tiga kali suara kentongan-
Perutnya sudah lama minta diisi, maka tidak heran kalau ia
sudah tergesa-gesa meninggalkan kamarnya untuk pergi ke
ruangan makan-Beberapa orang yang melihat dandanannya
diam-diam pada bersenyum.
la merasa asing setelah berada dalam ruangan makan,
karena tidak ada seorangpun yang ia kenali.
Untung ada orang yang memanggil padanya untuk diajak
sama sama duduk makan, ia tanpa sungkan sungkan lagi
sudah menghampiri dan ambil tempat duduknya. Satu meja
untuk empat orang makan.
Tiga kawannya semeja Ho Tiong Jong memperkenalkan
namanya Kiauw Jang, Hoi Jang dan Soe coe Liang, tiga orang
yang Ho Tiong Jong ingat pernah dengar namanya ada dari
kalangan penjahat yang ulung.
Dalam tempo sebentar saja mereka sudah bikin Ho Tiong
Jong tidak merasa asing lagi akan dirinya dan saban-saban
menyalahkan ia mengambil makanannya tanpa malu malu.
Diam diam Ho Tiong Jong menanya pada dirinya sendiri.
Apakah mereka kenal dengan "Sepasang orang ganas?""
Tapi kemudian ia tidak pikirkan lagi tiga-orang itu dari
kalangan jahat atau baik, sebab buktinya menyenangkan
padanya dalam makan minum itu. Mereka bersenda gurau
dengan jenaka sekali seperti juga terhadap kawan lama. Ho
Tiong Jong merasa puas dapat kawan semeja dengan mereka
ini. Setelah selesai makan, Ho Tiong Jong balik lagi
kekamarnya untuk tiduran menghilangkan mabuknya karena
banyak menenggak arak. Tapi saat itu sedang panasnya,
mana ia betah tinggal didalam kamar" ia tidak bisa tidur, lalu
pergi keluar untuk mencari hawa adem. Baru saja ia berjalan
dipintu luar, tiba-tiba ia berpapasan dengan seorang wanita
yang sangat cantik.
Hatinya Ho Tiong Jong berdebaran ketika matanya
berbentrokan dengan mata si nona yang jeli halus, mulutnya
yang mungil menyungging senyuman memikat hati.
Pikirnya, ia tentu ada nona dari Seng- keepo. Tidak baik ia
berpandangan dengan seorang gadis yang belum dikenalnya,
maka ia lalu tundukkan kepalanya. Sejenak. ketika ia
mengangkat kepalanya lagi si cantik sudah menghilang entah
kemana. Ia terus berjalan keluar, dimana ia berjumpa dengan nona
cing ie yang cantik didampingi oleh suhengnya Him Toa Ki
yang terkenal dengan julukannya cek- bin Thian-ong (Raja
Langit Muka Merah) yang sedang mengobrol dengan Song Boe
Ki dan dua saudara oet ti.
Sebenarnya Ho Tiong Jong mau pura-pura tidak melihat
mereka, tapi Song Boe Ki tiba-tiba menegur "oh, sahabat Ho
juga ada disini" Betul seperti kata peribahasa, sebegitu lama
manusia bernapas satu waktu dapat berjumpah lagi.
Bagaimana dengan sahabat Ho setelah kita berpisahan-"
Berkata demikian manis untuk yang tidak tahu duduknya
urusan, tapi pahit untuk Ho Tiong Jong yang menjadi
pecundang dari tiga murid Siluman KhuTok. Ho Tiong Jong
tidak bisa menjawab, ta tebalkan muka untuk tertawa.
"Ya. saudara Song. "Tiba-tiba Him Toa Ki berkata pada
Song Boe Kie, "dia siapa gurunya " Apa kau suka jadi
perantara untuk aku belajar kenal dengan-.."
"oh, dia ada seorang yang tidak laku di- semua kantor
Piauwkiok. Banyak kali ia melamar pekerjaan jadi Piauwsu
selalu ditolak." sebelum Song Boe Ki bicara habis. Ho Tiong
Jong menyelak. "Aku yang rendah bernama Ho Tiong Jong seorang tidak
berguna sudah lama aku mengagumi nama Him Tay hiap dan
sumoy nona .."
"Sudah, sudah, jangan mengumpak-ngumpak orang."
memotong Him Toa Kie. "Menurut saudara song di dekat
sebuah gunung Hui cui yang banyak binatangnya itu.
bagaimana kalau kita sama-sama pergi ke sana untuk berburu
?" Belum Ho Tiong Jong menjawab, cong Ie menyeletuk.
"Hei, bukankah kau bernama Ho Tiong Jong yang
menga..." "Husst...." memotong suhengnya, sambil mengedipkan
matanya pada sang sumoy hingga nona cong tak jadi
meneruskan kata-katanya. Ho Tiong Jong hanya bersenyum
"Mari, mari kita pergi, bagaimana, apa saudara Ho suka
turut?" Him Toa Ki berkata lagi pada Ho Tiong Jong
"Aku mau turut, cuma cuma aku tidak punyaku..."
Belum lampias kata-katanya ia dibikin heran dengan
munculnya seorang pelayan menuntun seekor kuda bagus,
komplit dengan golok baja kegemarannya.
"Ho Siang kong" kata si pelayan, "karen tentu kau ingin
pesiar dengan naik kuda, maka majikanku sengaja telah
mengirim kuda ini untukmu?"
Ho Tiong Jong kemekmek. belum ia membuka mulutnya
atau pelayan tadi sudah menghilang dari pandangannya.
"Bagus, bagus..." kata Him Toa Ki sambil ketawa terbahakbahak.
"Barusan saudara Ho mau bilang tidak punya kuda eh,
mendadak muncul kuda sebagus ini..." Demikian mereka telah
pergi berburu dengan masing-masing naik kuda.
sepanjang jalan Ho Tiong Jong masih memikirkan halnya
kuda yang diberikan untuk ia pakai. Kudanya mungkin tidak
mengherankan, sebab mungkin tuan ramah ada menaruh
perhatian akan kepercayaannya sang tetamu, akan tetapi itu
golok juga bukannya golok sembarangan- Betul-betul ia tidak
Pendekar Jembel 12 Bara Naga Karya Yin Yong Dewi Ular 8
^