Pencarian

Golok Sakti 2

Golok Sakti Karya Chin Yung Bagian 2


habis mengerti.
Beranjau naik kuda turun dan naik gunung sampai sepuluh
li jauhnya. Sepanjang jalan Ho Tiong Jong selalu digocek dan mau
dibikin celaka oleh musuhnya, akan tetapi selalu ia dapat
menghindarkan dirinya.
Siluman Khoe Tok dengan oei-san-pay memang ada
menaruh ganjalan, maka tiga muridnya juga anggap dua
orang suheng dan sumoy yang berada diantara mereka itu
ada musuh-musuhnya. Kiranya ganjalan bukan saja dibuktikan
dengan kekuatan tenaga orang atau senjata, akan tetapi jaga
dengan cara berkuda orang mau mengunjukkan
keunggulannya. Jadi mereka telah berlompat- lompat naik dan turun
gunung, untuk membuktikan siapa diantar mereka yang mahir
mengendalikan binatang kaki empat itu.
Nona cong ie mengenakan baju hijau dan kudanya berbulu
kuning bagus. Ia mahir sekali menunggang kuda, ketambahan
kudanya bagus maka ia kelihatannya yang paling hebat
berlomba, dibelakangnya ada Ho Tiong Jong yang terus
mengintil. Bukannya tidak tahu disepanjang jalan tiga musuhnya
selalu main mata untuk menyelakakan dirinya, akan tetapi ia
tidak berdaya akan menimpanya dengan kekuatan maka
sebisa-bisa ia mencari akal untuk menghindari dirinya dari
bahaya. cong ie yang melihat Ho Tiong Jong terus mengintil
dibelakang tidak dapat merendenginya ia berkuda, maka ia
berhentikan kudanya menunggu. Setelah Ho Tiong Jong
sampai meneruskan berkudanya berendeng.
"Engko Ho," tiba-tiba cong ie berkata, "aku lihat kudamu
baik dan larinya tentu hebat, tapi kenapa kau ketinggalan
saja?" Ho Tiong Jong tidak menjawab, ia hanya bersenyum.
cong ie ada putrinya Tlong coe Goan, ketua oei-san-pay.
Sedang Him Ton Ki apa murid kesayangannya cong coe Goan,
belakang hari yang menggantikan cong coe Goan tentu Him
Toa Ki sebagai ciang bun jin (ketua partai).
Sebagai putri tunggal, cong ie sangat dimanja oleh orang
tuanya.Tidak heran kalau ia kolokan dan adatnya sangat
congkak. Melihat Ho Tiong Jong diam saja atas penanyaanya tadi,
maka dengan sengaja ia sabet kudanya dan dikaburkan- ia
tidak kira Ho Tiong Jong masih bisa mengintil terus
dibelakangnya dalam jarak yang tertentu.
Ketika hendak menaiki gunung. cong ie berteriak. "Engko
Ho.hayo kita berlomba naik gunung, siapa yang sampai
terlebih dahulu kesana"
Ho Tiong Jong tidak menjawab, hanya bedal kudanya
menyusul si nona yang sudah larikan kudanya terlebih dahulu.
Banyak selat-selat gunung yang berbahaya telah di lalui oleh
mereka, hampir-hampir diantara-nya masuk jurang. cong ie
ternyata tenaga dalamnya cukup mahir ia gunakan itu untuk
imbangan sehingga kudanya tidak sampai jatuh kedalam
jurang. Ketika sampai disatu tempat, cong ie menanya pada Ho
Tiong Jong. "Engko Ho, apa kau berani untuk naik terus?"
Ho Tiong Jong sebenarnya sudah tidak mau meneruskan
naik gunung, karena semakin lama jalanan sudah jadi semakin
sempit saja, tapi karena ia merasa malu kalau mesti
menyebutkan tidak berani, maka ia berkata.
"Nona Tiong, baik aku iringi kehendakmu jikalau kau masih
ada minat untuk naik terus."
cong ie bersenyum manis, matanya mengerling galak,
hingga Ho Tiong Jong tidak berani menatapnya wajah yang
cantik itu lama-lama. Si nona lalu keprak kudanya lagi untuk
naik terus. Betul betul putri ketua oey-San-pay ini tidak mengenal
takut. ia jalankan kudanya sampai ditempat yang tidak dapat
dilalui oleh dua ekor kuda berendeng diteruskan keselat
dimana sang kuda tak dapat memutarkan badannya lagi.
Sampai ditempai itu barulah si nona geleng-geleng kepala.
Dengan Ho Tiong Jong ia mencari akal bagai mana baiknya
untuk membalikan tunggangannya masing masing supaya bisa
kembali, "Nona cong, kalau tadi kau tidak nekad, sekarang kita tak
akan menemui kesukaran ini." terdengar si pemuda seperti
yang menyesali kawannya.
"Engko Ho, kalau tadi kau menampik ajakanku tentu kita
tidak akan menemui kesukaran ini." si nona membalas
menyesali: Ho Tiong Jong tidak berdaya di-kik balik oleh cong
ie. Melihat anak muda itu membisu si nona berkata lagi.
"Engko Ho, kau tidak seharusnya menyesali aku sebab kalau
kau tidak mau tentu juga aku tidak akan datang disini
sendirian- Sekarang ibarat beras menjadi bubur mau apa lagi"
Selainnya kita mencari daya bagaimana kita akali supaya kuda
kita bisa berbalik badannya, bukan?" Ho Tiong Jong tertawa
murung mendengar alasannya si nona. Mereka bercakapcakap
sambil duduk di atasnya batu besar.
Ho Tiong Jong lantas gerakan badannya turun kebawah
mencari tali, tapi barang yang dicarinya tidak diketemukan-
Terpaksa ia naik lagi dengan perasaan agak bingung
menghadapi kesulitan diatas selat gunung yang sunyi itu.
"Kau turun kebawah mau apa?" tanya si nona, ketika
melihat Ko Tiong Jong sudah naik kembali.
"Aku mencari tali."
"Tali untuk apa ?"
"Mengikat leher kuda untuk ditarik keatas supaya badannya
bisa berbalik."
cong ie bersenyum. Kemudian ia mengeluarkan selendang
panjang yang menyiarkan bau harum menusuk hidung. "
inilah, kau boleh pakai." kata si nona sambil menyerahkan
selendangnya. Ho Tiong Jong menyambuti sambil tertawa nyengir.
Bau harum selendang itu membuat semangatnya Ho Tiong
Jong terbangun, ia kerjakan akalnya dengan bantuannya cong
ie, benar saja ia berhasil memutar badannya kuda mereka
menghadap balik ke ke tempat asalnya
Makan tempo juga pekerjaan itu, tapi berhasil setelah
dikerjakan dengan tidak mengenal sulit karena sebelum
mereka melakukan pekerjaannya itu sambil pasang omong
dalam soal soal yang menarik dan menggembirakan hati.
---ooo0dw0ooo---
IV ORANG ANEH DALAM TANAH
"BAGAIMANA, apa kau masih menyesalkan aku" tanya cong
ie bergurau. Ho Tiong Jong bersenyum girang tidak
menjawab. Sebagai gantinya ia menggeleng-gelengkan
kepalanya . "Hm... orang bisu ..." menggrendeng si nona, sambil naik
pula kudanya. Selendang cong ie tadi tidak dikembalikan kepada
pemiliknya, tapi disesapkan dalam kantongnya Ho Tiong Jong.
Kali ini dalam perjalanan pulang, mereka tidak melarikan
kudanya berlomba, tapi jalankan kudanya berendeng sambil
pasang omong. Sambil menikmati pemandangan alam yang indah mereka
kelihatan gembira sekali. Setelah sejenak mereka berhenti
bercakap-cakap. cong Ie berkata. "Engko Ho, bagaimana
pendapatmu hal dirinya itu dua saudara oet-ti?"
"Entahlah."
"Aku benci sekali padanya, Mereka sangat jahat, kalau
suheng tidak melarang supaya aku jangan bikin onar ditempat
ini, sudah sejak siang-siang aku ganyang dua manusia
sombong itu."
"Ow, galak betul kau nona cong"
"Bukannya galak. memang tabiatku membenci orang yang
sombong. Mereka kira kepandaiannya sudah tak ada taranya
makanya sikap angkuh dan menyebaikan itu," Ho Tiong Jong
tidak memberikan pendapatnya.
Tampak ia hanya angguk anggukkan kepala, seolah-olah ia
juga merasa setuju dengan pikiran sang kawan yang merasa
sebal dengan sikap oet ti bersaudara.
Sementara Ho Tiong Jong dan cong ie dalam gembira
menjalankan kudanya kembali ke tempat penginapannya, di
lain pihak oet-ti bersaudara telah bersepakatan untuk
membunuh mereka.
Melihat cek-bin Thian ong Him Toa Ki berada diatas puncak
gunung ditemani oleh si Tangan Telengas Song Boe Ki, maka
dua saudara oet-ti telah mengambil keputusan untuk
menyingkirkan jiwanya cong ie dan Ho Tiong Jong berdua.
Mayatnya akan dilemparkan kedalam jurang, supaya Him Toa
Ki nanti menyangka kalau dua orang itu telah binasa dalam
suatu kecelakaan-
Demikianlah, mereka telah mencegat jalan pulangnya dua
korbannya. Tempat dimana dua orang itu sedang lewat ada jalanan
sempit dan pada kedua belah tepinya berjurang dalam sekali.
oet ti bersaudara mengintai mereka dibalikpohon dengan
pikiran mengiri dan cemburu melihat kemesraan mereka
bercakap-cakap.
Ketika dua calon korban itu datang mendekati mereka. oetti
Koen berkata perlahan pada engkonya.
"Jiko, mari kita dorong saja mereka masuk kedalam jurang,
bagaimana pikiran Jiko" ini adalah kesempatan baik untuk kita
melampiaskan dendam."
"Itu juga baik." jawab oet ti Kang sambil anggukan
kepalanya. Berdua lantas melihat kesekitarnya, untuk dapat kepastian
apakah benar sudah tidak ada orang yang lihat pekerjaan
mereka sebentar" Tapi apakah kagetnya mereka ketika
menampakkan dirinya di puncak gunung ada Him Toa Ki dan
Song Boe Ki yang tengah memandang kebawah dimana Ho
Tiong Jong dan cong ie sedang jalankan kudanya.
Him Toa Ki ada jago kawakan dari oei-san-pay, ia dibuat
jerih juga oleh oet-ti bersaudara maupun suhengnya si Tangan
Telengas Song Boe Ki, tidak heran kalau oet-ti- Koen saat itu
menjadi cemas sendirinya.
"celaka, ada dia di atas yang melihat. Sukar untuk kita
bekerja menurut rencana kita. Dasar mereka masih bernasib
baik" demikian kata oet-ti Koen sambil menghela napas
menyesal oet-ti Kang hanya anggukkan kepalanya ia juga tidak
berkata. Song Boe Ki ketika dengan Him Toa Ki berada dikaki
gunung, masing-masing telah turun dari kudanya. Setelah
melihat-lihat pemandangan disitu, tiba tiba Song Boe Ki
berkata. "Saudara Him, bagaimana kalau kita naik ke puncak
gunung tanpa naik kuda".
Him Toa Ki mengerti maksudnya Song Boe Kie hendak
mencoba kepandaiannya, maka ia anggukkan kepala dan
menjawab. "Baiklah, sembari kita lihat- lihat pemandangan-"
Song Boe Ki girang mendengar kesanggupan itu, sebab
memang sebenarnya ia ingin menjajal kepandaiannya jago
dari oei-san-pay itu.
Ketika mereka sampai ditengah-tengah gunung, tampak
song Boe Ki kalah napas oleh Him Toa Ki, sebab kalau si orang
she Him masih tenang-tenang saja adalah sebaliknya dengan
si tangan Telengas, napasnya sudah sedikit memburu. Hal
mana bukannya tidak dapat dilihat oleh Him Toa Ki, tapi
karena hendak menutup orang punya malu, maka jago dari
oei san-pay itu telah jalan bersama-sama saja.
Him Toa Ki dari jarak tiga puluh tombak telah melihat
kebawah cong ie dan Ho Tlong Jong berkuda dijalanan yang
berbahaya, maka ia minta Song Boe Ki suka bersama sama
turun gunung untuk menyongsong cong ie dan Ho Tiong Jong.
oet-ti bersaudara juga sudah muncul dari tempat
persembunyiannya.
Mereka berenam lalu berjalan pulang. Kalau yang lainlainnya
pulang dengan hati senang karena selamat, adalah
oet-ti bersaudara merasa kecewa dengan akal jahatnya telah
gagal. Tapi diam-diam mereka masih punya pengharapan, lain
kali dapat menganiaya Ho Tiong Jong dan cong ie.
Sebelum mereka sampai dibenteng Seng-kee-po ditengah
jalan berpapasan dengan Li-lo sat ie Ya. Semua tidak menaruh
perhatian pada wanita galak itu, hanya Ho Tiong Jong yang
terkejut diam-diam ia mengawasi ie Ya dalam hati menanya,
kedatangannya itu apa maksudnya?"
ie Ya setelah melemparkan senyuman kepada Ho Tiong
Tong, lantas menghampiri cong ie dan berkata padanya.
"Barusan aku mendapat kabar si Raksasa in Goei sudah
datang ke benteng. Tapi kau jangan takut, dia datang dengan
pendekar kawakan Kong-thong Sian-im Hoei Tok Tojin-Mereka
berdua telah pergi, maka entah sekarang bagaimana keadaan
mereka." cong ie berubah mukanya mendengar bicaranya ie Ya.
"Ya, In Goei pada lima tahun berselang pernah diusir oleh
ayahku, dia tentu sampai sekarang ada menendam sakit hati."
Ho Tiong Jong merasa heran-
Sambil tertawa, ie Ya berkata padanya. "Ya, dua partay itu
ada merupakan dua musuh besar dari dahulu, maka
dendaman sakit hati tak habis-habisnya." Mereka beromongomong
sambil berjalan menuju ketempat penginapan masing
masing. Ho Tiong Jong ketika sampai, segera disambut oleh pelayan
yang mengantarkan kekamarnya dilain bagian, bukan
dikamarnya yang semula.
Menurut keterangan pelayan, katanya ditempat itu khusus
untuk para pendekar ulung yang dapat langsung berhubungan
dengan Seng- Lo-pocu (kepala benteng).
Kamar kamar disitu dipecah dua baris yang sebelah kiri
untuk pria mendapat pelayan-pelayan pria juga sedang
sebelah kanannya untuk kaum wanita yang dilayani oleh
pelayan wanita. Tampak keadaan disitu rapi dan resik sekali
hingga menyenangkan yang menempatinya .
Ho Tiong Jong terbelalak matanya, ketika ia memasuki
kamarnya. Perabotan disitu di- hias rapih dan indah,
disekitarnya kamar penuh dengan pemandangan yang
menarik hati.

Golok Sakti Karya Chin Yung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Diam-diam Ho Tiong Jong menanya pada dirinya sendiri.
"Apakah orang tidak keliru menanggap tentang diriku " Aku
bukannya pendekar ulung, akan tetapi mendapat tempat yang
istimewa begini, betul-betul aku tidak habis mengerti".
Selagi ingatannya melayang-layang, pelayan yang
mengantarnya tiba-tiba berkata.
"Ho Siang kong tentu belum tahu, dalam rumah ini
mempunyai empat ratus kamar. Dalam bagian kamar-kamar
disini masih belum ada yang datang, maka Ho Siang kong
harus tinggal sendirian dahulu. Hari keramaian yang
ditentukan masih ada tujuh hari lagi, untuk beberapa hari ini
pasti Ho Siangkong akan merasa kesepian tinggal sendirian-
Siangkong kalau ada keperluan apa-apa, panggil saja pelayan,
ia pasti datang untuk melayani Siangkong. Tentang makan,
sesuka siangkong mau dimana, dibawa kekamar juga boleh
atau mau makan bersama sama teman juga tidak halangan-
Pelayan akan menyediakannya. Sebentar malam, Pocu akan
memperkenankan semua tetamunya yang sudah datang."
"Terima kasih," jawab Ho Tiong Jong bersenyum, "aku
sekarang belum mempunyai teman, maka kalau tidak
keberatan aku lebih suka kalau makanan untukku dibawa
kekamarku saja"
"Baiklah" kata si pelayan- sambil anggukkan kepalanya lalu
keluar dari situ.
Setelah sang pelayan berlalu, Ho Tiong Jong otaknya
bekerja. ia memikirkan diam ditempat itu harus berlaku sopan
santun, pakaian juga harus pantas enak dilihat orang. Ia bisa
berlaku sopan santun, tapi bagaimana dengan pakaiannya"
Diam-diam ia merasa tidak enak sendirinya.
Selagi pikirannya bekerja sambil jalan mundar mandir
dikamarnya, ia kaget ketika pintu kamar dibuka. Kiranya
pelayan tanggung kira kira umurnya sepuluh tahun masuk
kedalam. Dengan hormat ia berkata.
"Aku bernama Keng Jie. sengaja datang pada Siang kong
untuk menanyakan, apakah Sian kong tidak ingatan untuk
membersihkan badan seulah menempuh perjalanan demikian
jauh?" Ho Tiong Jong melengak. la tidak mengira datang-datang
pelayan cilik ini mengajukan pertanyaannya yang tepat sekali.
Apakah dia tahu bahwa aku telah melakukan perjalanan jauh"
Kalau tidak siapakah yang memberi tahukan padanya?"
Demikian Ho Tiong Jong menanya pada dirinya sendiri.
Kemana ia ingin mandi, tapi bagaimana dengan
tukarannya" Apa ia harus pakai pakaiannya lagi yang buruk
itu" Setelah ia menjawab. Keng Jie sudah membuka lagi
mulutnya berkata.
"Ho Siang kong, mari ikut aku, Akan ku antarkan kau
ketempat mandi, setelah mandi aku tanggung kau akan
merasa segar..." ia bersenyum.
Kembali Ho Tiong Jong dibikin heran- Baru saja ia ketemu
dengan pelayan cilik ini, tapi ia sudah dapat bergurau seperti
yang sudah lama kenal. Heran pikirnya. Tapi bagaimana juga
memang ingin mandi maka ia lantas menjawab. "Baiklah mari
antarkan aku ke tempat mandi." Keng Jie cepatjalan di muka,
diikuti oleh Ho Tiong Jong.
Tidak berapa lama mereka berjalan, sampailah pada
sebuah kolam yang dikitari oleh pepohonan yang rindang
daunnya. Sejuk sekali keadaan disitu, airnya juga bening
sekali, ketika Ho Tiong Jong melongok kedalam kolam.
Keng Jie yang menghentikan tindakannya sambil menunjuk
kekolam tadi ia berkata. "Nah inilah tempat untuk Siangkong
membersihkan badan-"
Ho Tiong Jong memang senang sekali kalau bisa mandi
dalam kolam yang jernih airnya itu, maka dengan tidak
menjawab lagi ia sudah membukai pakaiannya dan dengan
hanya celana pendek. ia nyebur kedalam kolam, berenang
kesana sini dengan gembira sekali, entah berapa lama
merendam dirinya ketika matanya mengawasi kepinggiran,
tidak tertampak Keng Jie untuk menantikan ia. Ia lalu
berenang kepinggiran, lalu naik dan hendak mengambil
bajunya. Tapi alangkah herannya ia sebab pakaiannya yang
sudah Compang camping tidak ada pula ditempatnya, sebagai
gantinya ada setumpukkan pakaian baru.
Setelah tertegun sebentaran ia lain mendekati pakaian tadi.
Diatasnya ada sepotong surat yang berbunyi singkat saja.
"Jangan sungkan, pakailah tukaran ini." Tidak ada tanda
tangan siapa yang mengirimnya, tapi tulisan indah sekali.
la ingin tahu menanyakan pada Keng Jie, akan tetapi
pelayan cilik itu sudah tidak kelihatan mata hidungnya. Entah
kemana ia sudah pergi" Dengan apa boleh buat Ho Tiong Jong
pakai pakaian sumbangan orang itu. Ternyata pakaiannya itu
pas benar dengan perawakannya, warnanya putih terang.
Anak muda itu dalam pakaian ini tampak menonjol parasnya
yang cakap tampan-
Sambil berjalan Ho Tiong Jong memikirkan, siapa
gerangannya yang telah menaruh perhatian padanya demikian
besar" Bagaimana juga ia mengerjakan otaknya untuk
menduga-duga, ia tidak dapat menebaknya.
Ia jalan terus, melewati sebuah kolam bunga teratai. Disini
ia jalan mundar-mandir sambil menggendong tangan- Tibatiba
pada suatu tempat tidak jauh dari kolam ia melihat ada
tanah mumbul seperti terdorong dari sebelah dalam.
Matanya terus mengawasi pada tanah yang mumbul itu.
kemudian terlihat satu kepala manusia yang lancip nongol
disusul dengan badannya keluar dari tanah.
"Apakah ia setan yang muncul disiang hari?" ia menanya
dirinya sendiri.
Meskipun menduga adanya setan- Ho Tiong Jong tidak
takut. Ia terus mengawasi apa yang orang itu akan lakukan
lebih jauh. orang itu berpakaian hitam, tangannya besar dengan kukukukunya
yang meruncing berkilat, hidungnya mancung,
matanya sipit dan bibir tebal. Matanya yang sipit di-pelototkan
kearah Ho Tiong Jong, sambil perlihatkan giginya yaug besar.
Sungguh menyeramkan bagi orang penakut yang melihatnya .
Ho Tiong Jong tetap berdiri tidak bergerak mengawasi orang
itu. Setelah meloloskan pakaiannya yang serba hitam tadi,
tampak dimasukkan kedalam sebuah kantong. Kemudian ia
merapihkan lagi tanah yang barusan terbongkar gara-garanya
ia keluar dari tanah, hingga rapih kembali seperti asal
mulutnya. Ho Tiong Jong terus mengikuti segala gerak-geriknya, ia
masih terus menduga bahwa orang itu tentu ada satu jejadian
penunggu disitu.
orang itu setelah kembali mengawasipada Ho Tiong Jong
tiba-tiba telah tertawa terbahak-bahak.
"Hei, lote, kau mengawasi saja kepadaku tentu kau merasa
heran barusan aku keluar dari tanah bukan" Kau jangan takut,
sebab aku bukannya setan atau siluman- coba kau datang
kemari untuk kita bersenda gurau... ha ha ha "
Ho Tiong Jong mendengar suaranya orang itu, ia mendapat
kepastian bahwa ia bukannya setan yang ia duga tadi. Hatinya
mulai tegar, maka ia lantas menjawab. "Betul, aku kira tadinya
kau ada setan yang menggasir tanah."
Kembali orang itu ketawa girang. "Laote, kau kemarilah.
Aku ada punya rahasia yang akan kuceritakan padamu, amat
penting, sukakah kau mendengarnya ?" Ho Tiong Jong
bersenyum tidak menjawab.
Kembali orang itu tertawa tergelak- gelak sambil
menunjukkan giginya yang besar. "Kalau begitu, biarlah aku
yang datang padamu"
Perkataannya belum lampias, orangnya sudah melesat
menghampiri dan sebentar saja sudah berada di hadapannya
Ho Tiong Jong. "Laote, aku mau tuturkan suatu rahasia padamu," kata
orang ini, "apakah kau suka mendengarnya" "
Kali ini Ho Tiong Jong anggukkan kepalanya.
Diam-diam Ho Tiong Jong merasa suka dengan gerak-gerik
dan segala ucapannya orang aneh itu, yang lucu jenaka.
"Toako, kau hendak cerita rahasia urusan apa?" tanyanya
sambil tertawa.
"Sekarang kau hendak membuka rahasia itu dibelakang mu
ada banyak orang yang mengawasi kau, kau percaya tidak?"
jawab siorang aneh.
Ho Tiong Jong cepat berpaling kebelakang nya, benar saja
ada beberapa orang yang mengawasi kepadanya sambil pada
bersandaran ditiang jalanan-
Ho Tiong Jong menghadapi lagi si orang aneh katanya.
"Mereka kira barangkali kita Sedang main sandiwara."
orang itu ketawa lagi. Tidak diduga orang itu ketawanya
murah sekali. saban-saban ketawa, membikin Ho Tiong Jong
mau atau tidak terpaksa ikut-ikutan-
"Nah, disini kau lihat." kata orang aneh itu sambil
menunjukpada dua pemuda yang edang kasak-kusuk bicara,
"Mereka ada pemuda sombong dari Go bie-pay, saban hari
jalan ambil menyoren pedang dengan muka angkuh. Aku
sebel melihatnya, mereka namakan dirinya ebagai "im- yang
Siang-kiam", tunggu aku kasih mereka rasa."
Ia berkata sambil memunggut sebuah batu sebesar
kepalan- Sambil mengangkat tangannya ia kemak-kemik mendoa.
"Atas nama langit dan bumi, semoga batu ini mengenakan
tepat kepada dua orang sombong itu"
Ho Tiong Jong melihatnya jadi terkejut. Sambil lompat ia
mencegah. "Toako, kau mau berbuat apa ?"
"Aku mau kasih dua orang ini rasai batu ini" jawabnya
sambil nyengir "Ah, tidak baik berbuat begitu. Tidak baik mencari setori,
nah, sekarang kau harus perkenalkan namamu kalau kau mau
mengikat persahabatan aku." orang itu ketawa bergelak-gelak.
Sambil tepok-tepok kepalanya sendiri berkata.
"Aku ini memang peluapaan- Maksudku menghampiri
padamu adalah hendak berkenalan, tapi barusan timbul
marahku pada dua orang jumawa itu. maka aku jadi lupa.
Harap laote suka maafkan-" ia sambil menjura memberi
hormat. Ho Tiong Jong menyambuti hormatnya orang sambil
bersenyum geli.
Batu yang hendak ditimpuki tadi, telah dimasuki kedalam
kantong bajunya yang besar pada saat ia hendak memberi
hormat pada Ho Tiong Jong.
"Laote, sebenarnya kau she apa dan nama mu yang
terhormat?" tanyanya Jenaka.
"Aku she Ho namaku Tiong Jong. Dan toako ?" Ho Tiong
Jong balik menanya.
" Laote bicara terus terang, aku sebenarnya barusan
didalam tanah telah melihat kau merasa suka dan ingin
bersahabat dengan kau, makanaaku sudah nerobos keluar
untuk berjumpah muka."
"Hei, bagaimana didalam tanah dapat melihat aku?"
menyelak Ho Tiong Jong heran. orang itu tertawa tergelakgelak.
"Laote, memang juga kau akan merasa heran kalau aku
belum bercerita tentang diriku, Aku senang padamu, ingin
bersahabat, maka aku akan menceritakan padamu."
"Toako kau masih belum menjawab pertanyaanku."
"Pertanyaan apa?"
"Namamu yang terhormat" jawab Ho Tiong Jong sambil
bersenyum. "ow.. namaku Mudah saja. Aku bernama Kho Kie, suhuku
yang menamai aku begitu, Kie, artinya buang, jadi aku ini
anak buang-buangan- Ha ha ha ha..."
"Dan Kho, apa artinya?" tanya Ho Tiong Jong berlaga pilon.
"Ah, masa laote tidak tahu. Kho, artinya tinggi, artinya
inilah yang menjadikan aku tidak habisnya menyesal, karena
aku bukan nya orang tinggi. Aku pikir hendak merubah
namaku, supaya lebih enak kedengarannya."
Semakin lama Ho Tiong Jong semakin ketarik oleh Kho Kie
yang Jenaka dan menggelikan hati segala gerak-gerik dan
perkataannya. "Kho toako, aku pikir buat apa kau ganti namamu, sebab
itu sudah baik,." Kho Kie ketawa nyengir.
"Khotoa-ko, sekarang baik kau ceritakan padaku bagaimana
kau dapat belajar ilmu masuk kedalam tanah. Kepandaianmu
itu betul-betul membikin aku tidak mengerti," demikian kata
Ho Tiong Jong pula sambil tertawa.
Kho Kie kelihatannya bangga ilmunya itu dikagumi sianak
muda. la beraksi lucu sekali sebelumnya ia menuturkan
kisahnya. "Ya," ia kata, "sebenarnya ilmuku ini sangat dirahasiakan,
tidak boleh sembarangan diberitahukan kepada orang lain-
Tapi tidak apa aku ceritakan sedikit saja cara bagaimana aku
bisa mendapatkan ilmu itu." Ho Tiong Jong angguk-anggukkan
kepalanya. "Bagus, bagus ceritakanlah apa yang boleh diceritakan,"
katanya tertawa.
"Ilmu itu dinamai Tun-te-sut (ilmu masuk tanah) yang aku
yakinkan dengan susah payah baru berhasil. Aku harus
melatih kepalaku supaya jadi keras, dibantu oleh alat yang
merupakan topi lancip dari baja murni.
Bermula aku meyakinkan beberapa kali merasa pening
kepalaku, tetapi pelahan-lahan dengan pengunjukan guruku
yang telaten dapat juga mempelajarinya ilmu itu. Setelah aku
dapat masuk ketanah, sering sering aku tidur dalam tanah,
hingga guruku bukannya jarang telah kehilangan diriku: ha ha
ha." ia tertawa tergelak-gelak.
Tingkah lakunya Kho Kie yang lucu dan agaknya berhati
polos, membuat Ho Tiong Jong semakin lama semakin
menaruh perhatian dan suka kepadanya.
Ia sebenarnya tidak percaya ada orang bisa masuk kedalam
tanah, akan tetapi mau atau tidak ia harus percaya sebab ia
sudah menyaksikan dengan mata kepala sendiri. Mereka
bercakap-cakap sambil duduk didepannya jendela kamar.
Kelihatannya dua orang itu akur sekali, seperti juga kenalan
lama. Tiap pembicaraan ditutup dengan suara ketawa, malah
terkadang Ho Tiong Jong ketawa nya keterlepasan hingga
merasa jengah sendirinya karena disitu ia seberapa bisa harus
membawa dirinya berlaku sopan santun-
"Laote" Kho Kie berkata lagi, setelah berhenti ketawa.
"tempat disini sangat adem, aku akan pindah disini saja


Golok Sakti Karya Chin Yung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

menemani laote, bagaimana?"
"Dengan senang hati." jawab Ho Tiong Jong ketawa.
Kho Kie lalu minta pelayan ambilkan barang-barangnya
untuk ia pindah kesitu. Kemudian ia berkata lagi pada Ho
Tiong Jong. "Laote, ketika aku berpisahan dengan suhuku beliau telah
berkata padaku, bahwa aku ini sangat nakal. Kalau masih
dibawah perlindungannya ada selamat, tapi kalau tidak dalam
perlindungannya lagi aku bisa menemui bahaya karena
perbuatanku yang nakal dan ugal-ugalan-"
"Ah kalau memang kita tidak mencari onar lebih dahulu,
jangan kuatir kita dapat bahaya. Sebab orang boleh tidak
begitu gila akan memusuhi kita tanpa alasan, bukan?"
menyelak Ho Tiong Jong.
"Suhuku bilang lebih jauh," ia meneruskan sambil ketawa
nyengir, "kalau aku diserang dari depan aku dapat
melawannya, tapi kalau musuh menyerang membokong cilaka
tiga belas aku tidak berdaya. Maka beliau pesan wanti-wanti s
upaya aku jangan nakal dalam perantauan-"
"Siapa nama suhu toako?" tanya Ho Tiong Jong.
"Suhuku Kong Tong Shu alias Sin- yu Lokong. orang di
seng-keepo tidak tahu aku ini ada muridnya karena suhu
memesan aku jangan menyebut nama-namanya. Aku
sembarangan saja mengatakan muridnya It Im Lo ni, ha ha
ha..." "Eh, toako, siapa itu It Im Lo-ni?"
"It Im Lo ni dari kuil cauw Im Yan di Bu tong-san,
musuhnya suhuku, ha ha ha..." ia tertawa geli sekali
kelihatannya. Ho Tiong Jong sebaliknya menjadi heran, bagaimana Kho
Kie dapat menyebutkan muridnya It Im Lo-ni"
"Tapi, toako," ia berkata nyaring, melihat Kho Kie terusterusan
ketawa. "Orang tentu heran, kenapa It Im Lo ni
memungut kau sebagai muridnya" Mau juga ia pungut murid
perempuan sebagai nikouw dikuilnya."
"Laote, kau memang benar," jawabnya.
sambil menyusut matanya yang mengeluarkan air saking
enaknya tadi ia ketawa. "Ada eorang kuasa disini yang
menanyakan begitu kepadaku. Aku sudah kibuli padanya,
bahwa Lo-ni itu telah mengingkari janjinya dan telah
menerima aku sebagai muridnya. orang itu tidak percaya dan
suruh aku mengunjukkan beberapa jurus ilmu silatnya Lo-ni
itu dihadapannya."
"Habis, bagaimana?" menyelak Ho Tiong Jong tidak
sabaran- "Aku telah unjukkan ilmu itu untuk membikin yang
menanya puas hatinya. Aku tahu Lo-ni itu senjatanya kebutan
yang dinamai Kim-soa Giok-peng in Tipu ilmu silatnya "Lianhoa-
tjat" yang sangat terkenal. Aku sudah coba unjukkan itu,
sekali aku bergerak orang yang tidak percaya tadi telah dibikin
terpelanting, maka ia baru percaya aku ada muridnya si nikow
tua, ha ha ha...."
Ho Tiong Jong juga ikut ketawa, diam-diam berpikir. "Betulbetul
kau nakal, tidak heran kalau gurumu memesan wantiwanti
Supaya jangan nakal diluaran. Apakah orang yang
begini lucu jenaka akan menghadapi bahaya" Ah. sungguh
sayang sekali..."
"Siapa orang yang kau sengkelit itu toako ?" Tanya Ho
Tiong Jong "Setelah aku berjalan dalam benteng seng kee-po ini baru
saja, kalau dia itu ada si "Ular Kumbang" yang menjadi
pengurus nomor dua dalam benteng ini. Aku tidak takut sama
segala ular, maka juga aku masih hidup sampai sekarang, ha
ha ha..." Kali ini ia ketawa keterlepasan, hingga ia dengan kursinya
telah terjungkel kebelakang dan membentur kaca jendela,
hingga mengeluarkan suara "prang" yang nyaring sekali.
Kaca jendela telah menjadi pecah karenanya.
Ketika ditarik mundur, ternyata Kho Ke telah menindih
seorang pelayan yang saat napasnya empas empis karena
keberatan kena tertindih barang berat. Pelayan itu justru
bukannya lain dari pada Keng Jie.
Setelah kaca jendela yang pecah ditutup dengan kertas, Ho
Tiong Jong dan Kho Kie meneruskan kongkonya (bercakapcakapan
) kali ini mereka masing-masing mengisahkan riwayat
dirinya. Diam diem Ho Tiong Jong menyesalkan dirinya yang
tidak bersekolah dan berkepandaian-
Dibandingkan dengan Kho Kie jauh benar pengetahuan
surat dan ilmu silatnya. Ia malu bergaul dengan Kho Kie yang
jauh lebih pintar, akan tetapi Kho Kie sebaliknya merasa suka
dan senang bergaul dengan anak muda itu yang dianggapnya
ada orang baik-baik dan tidak sombong.
Kho Kie yang ramah tamah dan polos terus mengajak Ho
Tiong Jong bergurau, hingga perasaan malunya si anak muda
menjadi lumer sendirinya. Selanjutnya mereka pasang omong
dengan amat gembira sekali.
Selagi mereka sibuk dengan ceritanya masing-masing, tibatiba
terdengar suara tindakan kaki mendatangi. Ketika itu Kho
Kie sudah siap hendak masuk kedalam tanah, tapi dilihatnya
yang datang terayata adalah si Ular Kumbang. Sebentar saja
mereka sudah hadapan, Ho Tiong Jong sambil menjura telah
memohon maaf untuk kaca yang tadi pecah itu karena tidak
disengaja. "oh itu perkara kecil, jangan dibuat pikiran- "jawab si Ular
Kumbang sambil tertawa.
Ho Tiong Jong merasa lega hatinya.
"Kedatanganku adalah hendak memberitahukan kalian,"
kata pula si Ular Kumbang, "tentang perjamuan menyambut
tetamu, besok semua tetamu akan diperkenalkan satu persatu
dalam perjamuan itu, yalah supaya tetamu satu dengan lain
mengenali terlebih dahulu." Ho Tiong Jong anggukkan
kepalanya, sedang Kho Kie hanya ketawa saja.
Tengah mereka bertiga bercakap-cakap. terdengar
suaranya kaki wanita mendatangi. Ketika mereka menegasi
kiranya yang datang ada si nona in, pelayannya nona Seng
putri kepala benteng dari Seng-kee-po.
Si Ular Kumbang telah menjura dengan hormat kepada
nona pelayan itu, sebelumnya ia membuka suara terdengar
nona ln berkata secara bergurau, setelah sejenak mengawasi
kepada jendela yang pecah kacanya. Ho Tiong Jong dan Kho
Kie. "Hei, apa kalian sudah berkelahi sampai kaca jendela
pecah?" Wajahnya berseri-seri ia meneruskan berkata pada Ho
Tiong Jong. "Bagaimana" Apa Ho Siang kong senang tinggal
dalam kamar ini?"
"senang... senang," jawab Ho Tiong Jong seraya
anggukkan kepala.
Nona in ketawa manis hingga Kho Kie yang melihatnya
menjadi kesengsem. sambil tertawa nyengir ia menimbrung.
"Nona in,akupun pindah kemari, kalau engkau ada tempo
sukalah sekali waktu datang menyambang kepada kita di sini."
Nona in tidak menjawab, hanya matanya mengerling galak.
Sambil menekap mulutnya karena merasa geli melihat gerakgeriknya
Kho Kie yang lucu, nona pelayan itu telah
meninggalkan mereka.
setelah nona in berlalu, si Ular Kumbang menegur pada
Keng Jie. "IHei, Keng Jie. perlu apa kau memanggil padanya
kemari?" "Aku bukannya sengaja memanggil. Selagi aku keluar
berpapasan dengannya, dia menanyakan tentang keadaannya
Ho Siang-kong, aku lantas ceritakan kejadian barusan sebab
aku kira mereka telah berkelahi. Katanya dia kebetulan mau
melihat Ho Siang-kong, maka dia bersama-sama aku kesini.
Eh perjamuan besok bukannya malam, tapi jam tiga sore...."
demikian Keng Jie nyerocos bicara.
Ho Tiong Jong tidak perhatikan pelayan itu nyerocos lebih
jauh hanya diam-diam memikirkan, apa perlunya nona in
menengoki ia" Hatinya merasa tidak enak berbareng saat itu
pelayan yang disuruh Kho Ki datang membawa barangbarangnya
Kho Kie yang sudah dapat kesitu. Sedang tukang
kayu juga sudah muncul untuk membetulkan kaca yang pecah
tadi. "Ho laote. buat apa kita tinggal diam saja disini. Mari kita
keluar jalan-jalan makan angin ha ha ha..." Kho Kie kembali
dengan suaranya yang Jenaka lucu.
"Baiklah." sahut Ho Tiong Jong.
Ia berkata sambil mengikuti, pikirannya terus melayang
pada nona in yang sengaja datang untuk melihat ia, entah apa
sebabnya " Maka setengah jalan, ia sudah berkata pada Kho
Kie. "Kho Toako, aku mau kembali kekamarku dulu, ada yang
hendak kutanyakan pada Keng Jie, harap kaujalan-jalan
sendiri saja. Sebentar kalau urusan sudah beres, aku akan
mencari kau lagi?"
Ho Tiong Jong berbareng hendak membilukkan kakinya
akan tetapi Kho Kie telah menyegah, katanya. "Ho siaocu. kau
jangan tinggalkan aku sendirian- Biar saja. sebentar lagi juga
kita ketemu Keng Jie, apa yang perlu kau tanya boleh
ditanyakan kepadanya bukankah sama juga?"
Ia berkata sambil menarik-narik lengannya Ho Tiong Jong,
hingga anak muda itu kelihatannya apa boleh buat mengikuti
si orang aneh tukang nerobos tanah itu. Berdua terus berjalan
jalan sambil ngobroL Tiba-tiba mereka berjumpah dengan
nona cong ie. Setelah saling memberi selamat. Ho Tiong Jong telah
memperkenalkan Kho Kie kepada si nona.
"Engko Ho." kata nona cong pada Ho Tiong Jong "Malam
ini mungkin aku meninggalkan tempat ini, aku menyesal sekali
tidak dapat menghadiri berkumpulnya orang-orang gagah
dalam benteng ini."
Ho Tiong Jong terkejut. Ia lantas ingat, bahwa nona cong
mau meninggalkan tempat ini tentu lantaran gara-garanya si
Raksasa in Goei, maka ia lalu menanya. "Apa si Raksasa in
Goei belum pergi dari sini."
cong ie geleng kepala. "Hmm.... Sekarang belum tahu,
sebentar malam baru mendapat kepastian dia pergi atau
tidak." Kho Kie yang mendengar pembicaraan Ho Tiong Jong dan
cong Ie lantas mengerti bahwa nona itu akan meninggalkan
benteng sebab takut oleh In Goei, maka hatinya mendadak
sudah menjadi panas dan berkata.
"Nona, kau tak usah meninggalkan tempat ini. Biar aku usir
si Raksasa itu, aku mendengar julukannya demikian sudah
merasa sebal."
"Kho toako." menyelak Ho Tiong Jong "kau tidak boleh
berbuat begitu. Kalau kau bikin onar ditempat ini aku tidak
mau bersahabat dengan kau lagi." Kho Kie tertawa nyengir.
cong ie kelihatan unjuk paras muka merengut, ia agaknya
merasa kesal dengan soal yang dihadapinya ia mendengar
kata-katanya si orang aneh, matanya yang bagus tiba-tiba
melirik. kemudian memandang pada Ho Tiong Jong yang
menegur Kho Kie.
Ia masih berdiri sejenak didepan mereka, kemudian telah
meninggalkan mereka dengan tidak berkata apa-apa lagi.
Ho Tiong Jong melongo melihat cong ie begitu ketus.
"Ha ha ha..." tiba-tiba terdengar Kho Kie buka suara "Ho
laote barusan kau keliru melarang aku tidak boleh membuat
onar, sebab dianggapnya oleh si cantik tadi kau tidak
memihak kepadanya ikut membenci kepada orang yang
dibencinya. Sebaliknya kau lebih memandang berat diriku,
mana dia tidak jadi marah ?"
Ho Tiong Jong masih bingung dengan kata-katanya Kho
Kie. "Kho toako, sebenarnya kenapa sih dia seperti yang
ngambek berlalu dari sini "
"Ha ha, kau masih belum mengerti juga orang omong. Dia
jengkel, karena kau menghalang-halangi untuk memberi
hajaran kepada musuhnya, kau mengerti ?" Baru sekarang Ho
Tiong Jong mengerti.
Ia kelihatan geleng-gelengkan kepalanya, tapi ia tidak mau
disesalkan- "Biarlah kita jangan pusingkan yang begituan, aku memang
lebih menghargai persahabatan daripada wanita dan-.."
Perkataannya belum habis, cong ie tampak sudah muncul
kembali didepan mereka.
Ia agaknya mendongkol pada Ho Tiong Jong, pada siapa ia
berkata. "Mana itu selendangku, lekas kau kembalikan" katanya
dengan suara dingin.
Ho Tiong Jong terkejut, mukanya seketika itu juga merjadi
merah karena merasa malu sudah menyimpan selendangnya
si nona dan kini telah di tagih.
Ia merogo-rogo sakunya, Sudah tentu saja tidak kedapatan
karena selendang itu ada dalam saku bajunya yang kotor,
yang diambil oleh Keng Jie, Entahlah apakah Keng Jie mencuci
bajunya sekalian dengan selendang itu turut dicuci" "oh nona
cong, maafkan aku kelupaan membawanya."
Sambil sipitkan matanya dengan kelakuan lucu sekali Kho
Kie telah menyelak.
"oh, selendang itu kepunyaannya nona cong" celaka tiga
belas, sebenarnya aku tak seharusnya bersenda gurau dengan
Ho laote, selendang itu aku telah curi dari Ho laote dan ada
disini." Ia terus meraba raba kantongnya yang besar kemudian
dikeluarkan segala isinya Kira nya didalam kantong itu berisi
macam-macam benda seperti baju tipis hiram untuk keluar
masuk tanah, uang perakan beberapa, potong sebuah batu
sebesar kepelan, dua mainan dari kayu, potongan besi bersegi
tiga dan empat yang tajam sekali, sebagai penuntun ia
keluarkan handuknya yang sudah dekil dan menyiarkan bau
asam, hingga cong ie yang turut memeriksa apa isinya
kantong telah menekap hidungnya.
Ia heran mengapa Kho Kie mengantongi banyak macam
barang " Tadinya ia hendak marah akan tetapi melihat kelakuannya
Kho Kie yang lucu diam-diam ia merasa sangat geli, ia ketawa
dibalik tangannya yang menutupi mulutnya. Untuk menahan
rasa gelinya, supaya jangan keterlepasan ketawa, cong ie
telah melototkan matanya mengawasi pada Kho Kie.
Sambil garuk-garuk kepalanya yang tidak gatal, Kho Kie
berkata didepannya si nona:


Golok Sakti Karya Chin Yung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Nona cong," katanya, " betul- betul aku ini orang celaka,
aku sekarang ingat betul selendangmu itu bukan kutaruh
dalam kantong ini, tapi..."
"Tapi dimana" Lekas katakan" kata si nona separuh
membentak. "Aku taruh di bawah bantal kepalanya Ho laote..."
jawabnya sambil nyengir. Ho Tiong Jong terbelalak matanya.
Si nona merah selembar mukanya, akan tetapi diam-diam
ia merasa girang.
"Biarlah, aku tidak perlu lagi dengan benda itu," katanya
agak bersenyum kepada si pemuda yang saat itu tinggal
membisu menyaksikan kawannya menjual aksi.
"Tapi nona cong, tidak apa kau sekarang pergi
mengambilnya." kata Ho Tiong Jong.
"Sudahlah " kata si nona, "Aku tak memerlukan lagi barang
itu. kalau nanti kau dapatkan boleh buang saja."
Matanya yang jernih menarik mengerling kearahnya si
pemuda tampan, setelah meninggalkan senyumannya ia telah
pergi dari situ. Ho Tiong Jong dan Kho Kie jadi saling
pandangan satu dengan yang lain-Keduanya kemudian ketawa
terbahak-bahak.
"Ah, betul-betul wanita itu aneh..." Ho Tiong Jong
menggandeng sendirian-
"Ho laote," kala Kho Kie sambil nyengir.
"Nona cong itu kelihatannya sangat memperhatikan
padamu, cuma sayang kau tak bisa memikat hatinya, ia cantik
sekali parasnya."
"Kho toako, kau jangan tertawakan aku, orang semacam
aku ini mana dipandang oleh matanya nona cong yang unggul
segala-galanya dari aku. Kalau dia sudah mau manggutkan
kepalanya saja terhadap aku, sudah membikin aku merasa
sangat bahagia, Aku tidak memikirkan hal yang bukan-bukan."
Kho Kie tertawa, Tiba-tiba parasnya tampak menjadi
sungguh-sungguh.
"Ho laote, kalau untuk aku memilih wanita aku akan
memilih nona in itu daripada..."
"IHusstt...." Ho Tiong Jong mencegah kawannya
meneruskan kata-katanya." Kau jangan sembarangan berkata,
nanti dapat didengar orang tidak baik."
Ho Tiong Jong melihat ada orang yang memperhatikan
mereka dalam berCakap- cakapnya itu, makanya ia cepat
mencegah kawannya berkata lebih jauh.
Ia heran, kenapa gerak-geriknya selalu diawasi saja" orang
tadi telah mengikuti terus kemana mereka pergi seperti orang
yang sedang menguntit pencuri saja.
Kho Kie juga tahu itu, tapi keduanya seperti yang sudah
sepakat, tidak memperdulikan gerak-geriknya orang yang
menguntitnya mereka itu.
Mereka teruskan jalan-jalannya, bercakap tidak putusnya
dan sebentar-sebentar ditutup dengan gelak ketawanya malah
Ho Tiong Jong terkadang sampai terpingkal-pingkal
ketawanya, rupanya tidak tahan dengan omongan-omongan
Kho Kie yang mengitik urat ketawa.
oleh karenanya, tidak heran kalau banyak tetamu dalam
benteng itu pada menonton lagak- lagunya mereka berdua ini.
Tiba-tiba Ho Tiong Jong berhenti bertindak dan berbisik
ditelinganya Kho Kie. "Kho toako, coba kau lihat disana, dialah
itu si Raksaksa in Goei..."
Kho Kie cepat menoleh kearah yang di tunjuk Ho Tiong
Jong, Dilihatnya dipinggir sebelah kiri dari ruangan tamu ada
jalan seorang yang berbadan tinggi besar dan sikapnya gagah
sekali, ia berjalan lewat diantara para tamu, Tiba-tiba ia
berpapasan dengan ie Ya dengan siapa ia bercakap-cakap
sambil ketawa- ketawa.
"Ho laote, bagaimana kalau aku gunakan senjata rahasia
untuk bikin sebelah matanya buta, sehingga dia sebentar
malam tidak dapat menghadiri pejamuan. Dengan begitu nona
cong juga tidak harus meninggalkan tempat ini karena garagaranya,
kau pikir. baik atau tidak."
-ooodwooo- V. KEMATIAN YANG ANEH.
KHO KIE menanya pikirannya sang kawan sambil ketawa
nyengir ia tidak berani sembarangan menuruti hatinya, karena
ia kuatir sang kawan nanti ngambek dan tidak mau
bersahabat dengannya. Kho Kie dalam tempo pendek saja
hatinya sudah tertawa oleh kelakuannya Ho Tiong Jong yang
jujur dan polos, maka sayang sekali kalau karena kelakuannya
yang ugal-ugalan dapat membikin putus tali persahabatan
dengannya. Ho Tiong Jong ditanya demikian tampak sangsi sangsi, tapi
tokh ia anggukkan kepalanya. Kho Kie lantas siapkan senjata
rahasia-nya setelah mendapat persetujuannya sang kawan.
Senjata gelapnya seperti sebuah batu dilepas dari lengan
bajuuya, Dengan kecepatan luar biasa senjata telah
membentur batu besar didepannya in Goei, hingga ia ini kaget
dan celingukan mencari siapa yang telah melancarkan
serangan gelap itu, justru ia belum dapat melihat terang,
matanya telah disamber oleh pecahan senjata gelapnya Kho
Kie yang membentur batu tadi. Tidak ampun lagi matanya
yang sebelah kanan mengucurkan darah, sambil menekap
matanya yang luka,. in Goei berteriak kesakitan dan hampir
saja jatuh pingsan karenanya..
Ie Ya yang melihat kejadian itu segera memberikan
pertolongan dengan memberikan totokan dibcberapa tempat
jalan darah, sehingga darah tidak sampai mengucur lebih
jauh, Para tetamu yang melihat juga pada kaget, mereka
menduga duga siapa yang telah melancarkan senjata gelap
membikin matanya in Goei terluka" Peristiwa yang tak didugaduga
itu membuat ie- Ya hatinya merasa tidak enak. cepatcepat
ia menghampiri Ho Tiong Jong dan Kko Kie, kemudian
menanya. "Hei, kalian apa tahu siapa yang telah melancarkan
serangan gelap atas dirinya si Raksasa in Goei" Aku tak
senang dengan perbuatan membokong itu, sebab belakangan
hari orang akan menduga bahwa aku yang berbuat demikian-"
Ho Tiong Jong membisu mendapat pertanyaan si nona, tapi
Kho Kie sebaliknya sambil ketawa nyengir telah menjawab
"Nona le sebenarnya kalau bukan padamu aku tidak mau
bicara terus terang siapa yang telah melancarkan senjata
gelap itu."
"Jadi kau sendiri yang telah berbuat ?" memotong Ie Ya.
"Bukan, bukan aku." jawab Kho Kie dengan tenang-tenang
saja, seraya unjak aksinya seperti yang benar-benar tahu
kemana larinya Sipembokong In Goei. "Aku lihat barusan ada
orang lari menerobos ketempat wanita berbareng aku
mendengar teriakannya ia Goei, aku...." ia tidak meneruskan
kata-katanya, karena sudah diselak oleh Ho Tiong Jong,
menanya kepada Ie Ya.
"Ya, Nona Ie, kalau seandainya orang yang membokong itu
diketahui In Goei mau berbuat apa terhadapnya?"
"Aku tidak tahu," sahut Ie Ya. "lihat saja nanti bagaimana?"
Ie Ya berkata sambil bersenyum pada pemuda
dihadapannya, pemuda yang cakap ganteng menawan hati
setiap wanita. Sementara itu si Raksasa In Goei sudah di gotong masuk
kekamar untuk diberikan obat sebagaimana mestinya, orang
banyak pada menonton gerak-gerik Ie Ya yang menarik hati
tengah bercakap-cakap dengan Ho Tiong Jong dan Kho Kie.
Menyambut senyumannya Ie Ya, diam-diam Ho Tiong Jong
berpikir dalam hatinya.
"Ie Ya ada begini cantik, maka mudah saja memikat
hatinya banyak lelaki dan mudah membuat dirinya jadi
populer, Aku seharusnya juga membikin diriku jadi populer
dimatanya orang banyak."
Berpikir kesitu lalu ia berkata, "Mari kita masuk kedalam
ruangan untuk bercakap-cakap."
Li-lo-sat Ie Ya bersenyum manis,
"Ah, jangan, Aku masih banyak urusan, Pocu sebentar lagi
tentu akan menyuruh orang untuk melakukan penyelidikan
atas kejadian ini. Betul betul hatiku merasa sangat tidak enak,
Eh, ya, hampir aku lupa memesan-.."
"Memesan apa?" Tanya Ho Tiong Jong tidak sabaran.
"Memesan kau harus berhati hati sebentar malam dalam
perjamuan- Murid-muridnya Siluman Khoe Tok tentu akan
membikin susah padamu." Ho Tiong Jong bengong sejenak
alisnya di kerutkan, tapi tidak berkata apa-apa.
"Ya, paling baik kau mendekati itu orang-orang dari oey
san-pay." berkata pula Li-lo-sat ie Ya ketika melihat Ho Tiong
Jong seperti merasa kebingungan-
Setelah sekali lagi melemparkan senyumannya, Li-lo-sat ie
Ya telah meninggaikan Ho Tiong Jong dengan Kho Kie yang
telah saling pandang satu sama lain-sebentar lagi tampak Kho
Kie menggeleng-gelengkan kepalanya, "Sayang, sungguh
sayang..."
"Apa yang dibuat sayang?" tanya Ho Tiong Jong heran-
"Sayang dengan nasibnya wanita telengas itu, ia sangat
ditakuti, tapi juga ia harus dikasihani nasibnya yang buruk."
" Nasibnya bagaimana, apa Kho toako dapat menceritakan
padaku?" "Eh ya, celaka tiga belas. Dia tentu sudah mengetahui..."
"Siapa yang mengetahui urusan apa Kho toako ?"
"Nona cong."
"Nona cong kenapa ?"
" Laote kau tidak tahu, nona cong ketika melihat aku
mengeluarkan isi kantongku mencari selendangnya, tentu dia
dapat melihat juga senjata gelapku, pasir Terbang, suatu
senjata yang lain daripada yang lain karena hanya suhuku saja
yang mahir menggunakan senjata demikian."
Ho Tiong Jong terdiam. ia jadi memikirkan juga hal itu,
karena dengan diketahuinya rahasia senjata itu pasti orang
akan menuduh kepada Kho Kie yang telah membuat si
Raksaksa in Goei terguling.
Mereka kasak-kusuk mencari jalan keluar untuk
menyelamatkan diri, akhirnya diambil putusan buat dengan
diam-diam balik ke kamarnya.
Demikianlah, setelah mereka berada dikamar Kho Kie lalu
mengeluarkan semua isi kantongnya untuk Ho Tiong Jong
lihat, Diantaranya yang paling menarik adalah itu pasir besi
yang menjadi senjata gelapnya Kho Kie yang ampuh,
Bergempal sebesar kepelan, beratnya luar biasa.
Kepada Sang- kawan Kho Kie menceritakan kisahnya
belajar ilmu Pasir Terbang itu. suhunya ada seorang baik,
meski benar tabeatnya kaku. Entah kenapa oleh dunia
kangouw ia dicap sebagai orang yang jalan hitam (Jahat),
Selama dua puluh tahun ia mengasingkan diri digunung Samju,
orang telah memberi julukan padanya Sam-ju Lo long atau
Petani dari gunung Sam ju. ilmunya senjata gelap Pasir
Terbang dibuat jerih oleh lawan maupun kawan-
Senjata ini dari pasir besi, dibikin menjadi sebesar kepelan
tangan, ia dilepaskan dari lengan baju, Menggunakannya tidak
perlu menuju sasarannya, cukup membenturkan senjata itu
kepada salah satu benda yang berdesakan dengan yang
diarahnya. Segera seketika itu setelah kebentur mengeluarkan
reaksinya dan pasir besi halus menyerang kearah sasarannya.
"Hebat betul senjata rahasiamu itu, Kho toako." kata Ho
Tiong Jong, diam-diam ia bergidik juga mendengar bagaimana
bekerjanya senjata gelap itu yang tidak mengasih kesempatan
kepada korbannya untuk meloloskan diri. Kho Kie ketawa
nyengir lalu meneruskan kisahnya.
"Ia telah meyakinkan ilmu itu selama sepuluh tahun dan
sekarang cukup mahir menggunakannya, ia ada mempunyai
seorang suheng bernama Kie Gie Seng, siapa setelah
meninggalkan perguruan telah berbuat yang bukan-bukan
diluaran, hingga menimbulkan amarahnya orang-orang dalam
dunia persilatan-
Mereka mengutuk kepada suhunya dan mereka
merencanakan untuk menuntut balas, Sang suhu mendengar
ini, tidak ambil pusing, ia tahu, bahwa semua itu ada garagara
muridnya yang nyeleweng dan getahnya dilekatkan
padanya. Belakangan kejadian-kejadian jahat kejam dan telengas itu
hilang dengan sendirinya.
Dengan begitu pelahan-pelahan maksud menuntut balas
untuk perbuatan-perbuatan yang membangkitkan hawa
amarah itu, telah lumer dengan sendirinya.
Mereka tidak tahu, kalau suhengnya yang berbuat itu
semua, ketika pulang kegunung menemui suhunya telah
dibikin buta matanya dan ilmu silatnya dimusnahkan-
Sejak membikin muridnya yang tersayang menjadi tak
berguna sering-sering suhunya tampak menangis, rupanya
sangat menyesal menerima murid yang tak kebetulan
sehingga namanya menjadi jelek dikalangan kangouw."
Sampai disini Kho Kie menutur, tiba-tiba Ho Tiong Jong
ingat akan selendangnya nona cong, maka ia lalu menanya
"Toako, mana itu selendang nona cong?"
Sebelum Kho Kie membuka mulut menjawab, tiba-tiba
masuk pelayan Keng Jie membawa benda itu dan diterimakan
pada Ho Tiong Jong.
"Ho Siang kong, barang ini aku ketemukan dalam saku baju
ketiga pakaian Siankong hendak dicuci," kata Keng Jie
bersenyum, sambil menyerahkan selendang nona cong.
Ho Tiong Jong merah mukanya, ia memesan pada Kebg Jie,
supaya kejadian itu tidak di ceritakan kepada lain orang lagi.
Keng Jie berjanji akan perhatikan itu.
"Eh. Keng Jie, aku lupa tanya padamu." tiba-tiba Ho Tiong
Jong berkata. "Ada pertanyaan apa, Ho Siang kong ?"
" Keng Jie, itu nona in yang kau antar pada kami itu siapa
?" Keng Jie bersenyum, "Ho Siang kong nona in adalah
pelayan yang disayang oleh puterinya pocu, makanya ia
sangat dihormati oleh orang-orang dalam benteng ini."
Ho Tiong Jong jadi bengong, Pikirnya,
"Nona yang begitu cantik, kedudukannya hanya sebagai
pelayan saja, Sayang..." Saat itu tiba-tiba Kho Kie tertawa,
"Ho laote." katanya, "pelayannya sudah demikian cantik,
entah bagaimana kecantikannya nona yang dilayaninya,
dapatlah kau membayangkannya sendiri, Ha ha ha..."
Ho Tiong Jong hanya bersenyum, Keng Jie sementara itu
sudah meninggaikan mereka dan waktu sudah mengunjuk jam


Golok Sakti Karya Chin Yung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

empat sore. Hatinya Ho Tiong Jong merasa tidak enak. karena
bagaimana ia dapat turut dalam perundingan sekarang
kepandaiannya ada sangat terbatas.
Jago-jago yang akan dihadapinya semua, terdiri dari
pendekar-pendekar ulung, Apakah tidak lebih baik ia
mengeloyor dengan diam-diam meninggalkan tempat itu
supaya tidak mengunjukkan kejelekannya didepan umum"
Sebab kalau misalnya ia harus bertempur dan mengalami
kekalahan bukan saja dirinya merasa malu, tapi juga hal itu
akan memalukan Kho Kie yang sudah menjadi sahabat
karibnya. Melihat kawannya membungkam seperti ada apa-apa yang
dipikirkan keras, Kho Kie lalu menanya. "Ho laote kau
kenapa?" Ho Tiong Jong geleng geleng kepalanya, tapi kemudian ia
minta pikirannya sang kawan juga, bagaimana baiknya untuk
dirinya yang berkepandaian terbatas menghadapi musuhmusuh
yang sudah ulung,
Kho Kie terdiam, ia juga rada bingung memikirkannya.
Diam-diam ia ingat dirinya ada mempunyai ilmu silat Kim-ci
Gin ciang atau, jari emas Telapakan perak, yang hanya tiga
jurus, tapi untuk membela diri juga ampuhnya luar biasa, ia
ingin turunkan ilmu silat ini kepada Ho Tiong Jong, tapi ia
yang takut kepada suhunya, sebab ilmu silat itu tidak boleh
sembarangan di turunkan kepada lain orang, ia jadi bingung
bagaimana dapat menolong kawannya itu. Terdengar Ho
Tiong Jong berkata sambil menghela napas.
"Kho toako daripada aku menanggung malu, apa tidak lebih
baik aku diam-diam saja meninggalkan bentengan ini ?"
Kho Kie merasa kesian, Segera ia ambil keputusan,
katanya. "Ho laote, jangan, kau jangan meninggalkan bentengan ini.
Aku nanti ajarnya kau ilmu silat tiga jurus yang lihay untuk
melawan musuh." Pemuda itu berubah girang wajahnya.
"Ho laote, sebenarnya bakatmu bagus sekali, ilmu tenaga
dalammu juga cukup, asal kau mendapat pimpinan orang
pandai dalam sedikit tempo saja kau akan merupakan seorang
yang sangat lihay dalam rimba persilatan- Kini aku mau
ajarkan kau ilmu silatku Kim-cie Gan ciang yang hanya tiga
jurus, yalah jurus kesatu menggunakan jari kiri telapakan
tangan kanan, kedua menggunakan jari kanan telapakan kiri,
jadi sebaliknya dan yang ketiga balik ke yang kesatu yaitu jari
kiri dengan telapakan tangan kanan yang agak sukar adalah
bekerjanya tangan kanan dalam jurus ketiga dan tangan kiri
dalam jurus ke-dua sebab ada banyak perubahannya,
sekarang aku mulai memberi petunjuk harap kau perhatikan
betul-betul..."
Lantas saja Kho Kie menjalankan ilmunya, memberikan
petunjuk petunjuk yang penting.
Ho Tiong Jong otaknya cerdik dan memang punya bakat
yang luar biasa, maka tidak heran kalau dalam beberapa kali
dimainkan saja ilmu silat tiga jurus tadi telah tercatat benar
dalam otaknya. Kemudian ia diminta oleh Kho Kie untuk menjalankan ilmu
yang diberi petunjuk olehnya barusan- Dengan sungguhsungguh
Ho-Tiong Jong telah mainkan ilmu itu dengan segala
perubahannya, yang membikin Kho- Kie bukan main
girangnya, sebab semuanya tak ada kesalahannya
"Ho laote, kau hebat sekali." katanya sambil menepuknepuk
bahu orang. Waktu-pun saat itu sudah jam lima sore
dekat saat perjamuan akan dibuka.
"Ho laote, kau diam diam teruskan berlatih, aku mau
kekamar kecil sebentar," kata Kho Kie tiba tiba sambil terus
ngeloyor keluar kamar.
Saat Ho Tiong Jong mau memulai lagi dengan latihan
ilmunya "tiga jurus" tiba-tiba pintu kamar terbuka dan nona in
tampak masuk kedalam. Ho Tiong Jong heran, ia mengawasi
nona in yang mukanya tertawa berseri-seri.
Nona in membawa kotak kecil, Sambil menyerahkan benda
itu pada Ho Tiong Jong ia berkata.
"Aku disuruh oleh nonaku untuk memberikan benda ini
kepada Ho Siangsong, tapi.." sambil menyambut kotak kecil
itu, diam-diam Ho Tiong Jong berpikir "Hei, nonamu belum
kenal denganku, untuk apa ia menyerahkan benda ini
padaku?" la berpikir demikian, tapi tidak membuka mulut menanya,
Hanya menantikan nona in menyambung bicaranya." tapi
ingat, benda ini ada untuk orang yang bersifat berani dan baik
peruntungannya .... "
"Apa isinya ?" menyela k Ho Tiong Jong.
"Didalamnya ada dua butir pil yang macam dan besarnya
sama. Yang sebutir ada pil bikinannya Tok-sian Kong Jat Sin
yang dinamai Siau-hoa-tan, sebuah pil yang sangat ajaib,
Sebab kalau orang memakannya itu dapat bertambah
tenaganya seperti sudah melatih diri puluhan tahun lamanya,
sedang yang sebutir lagi..."
Nona in merandek. matanya yang bening halus menatap
kepada pemuda cakap didepannya,
hingga Ho Tiong Jong merasa kikuk, Tapi toch ia menanya
Nona in, "kenapa kau berhenti menutur, apa sih yang sebutir
lagi?" Nada suaranya nona ia agak tergetar ketika menerangkan
"Ya... yang satunya lagi adalah pil maut (beracun) orang yang
menelannya akan menderita hebat, keluar darah dari semua
bagian tubuh yang berlubang misalnya hidung, mulut, kuping
dan sebagainya sekarang kau diharuskan memilih salah satu
diantara dua pil ini. Kalau kau memang nasibmu bagus, tentu
kau akan memilih Siauw hoan tan, tapi kalau sebaliknya tentu
ang membikin jiwamu melayang ke akherat."
Ho Tiong Jong kerutkan alisnya, Barusan ia menerima
bingkisan diam-diam merasa kegirangan sebab itu ada
bingkisan dari puterinya Pocu dari seng-ke-po, pikirnya baik
betul nona itu telah menaruh perhatian atas dirinya yang
belum dikenal. Tapi kini, setelah bicaranya nona in, hatinya
merasa tidak enak.
Benar soal mati hidup ada ditangan Tuhan Yang Maha Esa,
akan tetapi kalau mati karena makan pil itu, benar-benar ia
mati konyol dan penasaran sekali. Meskipun berpikir demikian,
adatnya yang tinggi dan pantang mundur mendorong ia untuk
membukanya juga kotak kecil itu dengan perlahan-lahan-
Begitu terbuka, segera bau wangi menerjang keluar dari
kotak itu. Pil itu diperiksa, keduanya berwarna merah dan sama
bentuknya, setelah menatap wajahnya nona in sebentar, ia
berkata. "Nona in, aku akan ambil salah satu pil ini, mati hidupnya
ada terserah ditangan Tuhan, tapi aku ada satu permintaan-"
Nona In bersenyum, "Ho Siang kong, katakanlah ada
permintaan apa ?"
"Justeru aku hendak menerangkan pada Ho Siang kong."
jawab nona In " kau tentu masih ingat diwaktu lohor ini
gunung Hui-cui ada pesuruh menyerahkan seekor kuda dan
sebilah golok baja padamu, itulah nona Seng majikanku yang
memberikannya. Kau tentu heran sebab apa nonaku berbuat demikian"
sebetulnya ia sudah tahu Ho Siang kong ada seorang jujur dan
polos sifatnya, ia amat memperhatikan apa-apa yang
dibutuhkan oleh Ho Siang- kong, ia sangat menaruh perhatian
kepada seorang yang baik hati, maka Ho Siangkong jangan
salah mengerti padanya."
"Dan itu pakaian baru?" menyelak Ho Tiong Jong. "juga
nonaku yang telah memberikannya jawab nona In."
Ho Tiong Jong tundukkan kepalanya. Diam-diam ia merasa
bersyukur kepada nona Seng yang begitu memperhatikan
dirinya tapi siapakah nona itu" ia belum pernah melihat kenal
padanya. Terdengar ia menghela napas. "la budi nonamu dan kau
sendiri aku tidak bisa lupakan, sebenarnya dalam hidupku
selainnya kau berdua yang menaruh perhatian begitu baik,
hanya toako ada satu-satunya kawan karibku. Nah, kalau
sebentar lagi aku mati juga tidak akan merasa penasaran aku
sudah rela."
"Nona Seng." menyelak nona In, "sudah tahu ilmu silat Ho
Siangkong, meskipun tinggi, tapi latihannya kurang. Jadi,
kalau harus bertanding dengan orang-orang yang sudah
berkumpul disini, perbedaannya jauh sekali, Apa lagi
mengingat itu Siluman Khoe Tok punya anak murid yang jahat
dan kejam. Malam itu tentu mereka mencari akal keji untuk
mencelakakan pada Ho siang kong. Nona Seng pikir bulakbalik
untuk menolong Ho Siang kong, akhirnya dia telah
mengambil dua butir pil ini sudah disimpan lima tahun
lamanya untuk diberikan kepada Ho Siangkong."
Ho Tiong Jong merasa heran sekali, demikian besar ada
perhatian nona Seng.
"Ya, memang juga aku lebih baik mati makan pil ini
daripada menerima hinaan orang, Hanya aku tidak menduga
sama sekali kalau nonamu ada begitu besar menaruh
perhatian atas diriku yang rendah...."
Sambil berkata, tangannya menjemput salah satu pil dan di
telannya seketika. Ia menatap wajahnya nona In yang
tertegun melihatnya pemuda itu menelan pil.
Ho Tiong Jong berseyum. "Nona in, sebenarnya aku tidak
ingin mati, tapi, ia, karena hatiku yang angkuh dan pantang
menyerah membuat aku memilih kematian dengan menelan
ini daripada menerima hinaan orang."
Nona In merasa terharu mendengar kata-katanya anak
muda itu. "Sebenarnya pil ini selalu dibawa-bawa oleh nona Seng,
tapi ia tak berani menerjang bahaya untuk menelannya," kata
nona In- "Dari mana nonamu mendapat pil mujarab dan beracun
ini?" tanya Ho Tiong Jong sambil menyerahkan kembali kotak
yang masih terisi satu butir pil lagi. Sambil menyambuti kotak
tadi, nona In lalu menceritakan kisah nona Seng.
"Nona Seng pada suatu hari ada menonton gurunya, Kok
Lo-lo, bermain catur dengan si Dewa Racun (Tok-sin) Khong
Yat Sin, suatu saat nona Seng merasa kesal melihat kedua
lawan itu terus mengasah otaknya, tak mau menggerakkan biji
caturnya, sedang ia sudah tahu kemana jalannya untuk
gurunya dapat memperoleh kemenangan dalam pertandingan
itu. Ia yang berdiri dipinggiran mesem-mesem melihat dua jago
tua itu memutar otaknya, hal mana dapat dilihat oleh Kong Jat
Sin. siapa telah berkata, "Hei, nona kecil kau mesem-mesem
apakah sudah menemukan jalan untuk gurumu memperoleh
kemenangan?"
Nona Seng hanya anggukkan kepala sambil melirik pada
gurunya tidak berani membuka mulut.
Setelah gurunya mengijinkan untuk ia menunjukkan
jalannya bagaimana dapat menjatuhkan lawannya, nona Seng
baru mau berikan pengunjukan-
Dua orang tua itu merasa heran. Benar saja tidak lama
kemudian Kong Jat Sin kena dikalahkan oleh Kok Lo lo atas
bantuannya sang murid.
"Ha ha ha..." demikian Kong Jat Sin tertawa bergelak-gelak
sambil mengurut- urut jenggotnya yang panjang, "Kau
sungguh cerdik nona kecil, Nah untuk Kecerdikanmu aku si
orang tua pecundang menghadiahkan padamu dua pil
mustajab dan beracun, untuk suatu waktu bila diperlukan kau
boleh menelannya."
Kong Jat Sin berkata sambil mengeluarkan dari sakunya
dua ples kecil, dikeluarkannya sebutir pil dari masing-masing
ples dan diberitahukan khasiatnya, hingga nona, Seng
kegirangan bukan main.
"Bagaimana selanjutnya kisah pil mustajab dan beracun
itu." kata nona in yang menutup ceritanya "itulah Ho Siang
kong sendiri dapat menanyakan kepada nonaku " Nona In
kemudian minta diri meninggaikan kamar Ho Tiong Jong,
Di pekarangan tiba-tiba ia melihat Kho Kie sedang jongkok
sambil memainkan batu-batu"
"Melihat nona in mau lewat didepannya, tiba-tiba Kho Kie
bangun dan menghalang-halangi sambil cengar-cengir ketawa
dan mengucapkan beberapa perkataan bergurau jenaka .
Nona In sebenarnya suka pada Kho Kie yang Jenaka lucu
ini, akan tetapi ia ketika itu sedang ada urusan penting
menyampaikan laporan kepada nonanya, maka hatinya
mendelu juga ketika dihalang-halangi dan diajak bergurau.
"Nona In, parasmu yang cantik ada muram sedikit kenapa
sih?" Nona In menjebikan bibirnya, tidak menyahut.
Ketika ia mau jalan, kembali Kho Kie menghalang-halangi,
ia jadi tidak sabarandan sikutnya sudah membentur dadanya
si orang aneh yang bisa masuk dalam tanah.
Benturan itu telak sekali, sebenarnya tidak dirasakan apaapa
oleh Kho Kie, tapi saat itu ia menemukan jalan rupanya
untuk menarik perhatiannya si nona pelayan yang cantik maka
ia sudah pura-pura sempoyongan sambil memegang dadanya,
ia membentur dinding pekarangan dan rubuh.
Nona In matanya membelalak kaget, Apakah pukulannya
sangat keras barusan" Tanyanya dalam hati, cepat ia sudah
menghampiri Kho Kie yang pura-pura menggeletak pingsan.
Dirabalah dada si konyol dan diurut-urut. "Kau kenapa, apa
sakit kena disikut aku barusan" Makanya jadi orang jangan
konyol, ini bagiannya orang yang suka godain orang." Kho
Khie tinggal diam saja, hingga hatinya nona In menjadi lebih
kuatir lagi. Diam-diam sebenarnya Kho Kie merasa sangat bahagia,
dadanya diuruti oleh tangan yang halus mungil, bau wangi
dari badannya nona In menusuk hidungnya, hingga dirasakan
seketika itu semangatnya seperti sedang melayang layang
dikayangan. Nona In coba angkat ia bangun, tapi sengaja Kho Kie
memberatkan badannya hingga si nona menjadi kewalahan
Kepinginnya ia berdiam terus di uruti oleh si nona pelayan
yang telah menawan hatinya. Tapi nona In rupanya ada cara
lain untuk mengangkat bangun padanya, ia selusupi
tangannya yang mungil dalam ketiak orang, kemudian
mengerahkan tenaganya menyeret Kho Kie.
Kali ini, ternyata ia berhasil sebab Kho Kie tidak bisa
memberatkan dirinya lagi, karena tidak tahan merasa geli


Golok Sakti Karya Chin Yung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

ketiaknya disodok tangan si nona, ia paling takut kalau
ketiaknya kena dikitik, maka dalam sekejapan saja ia sudah
dapat dibawa ke kamarnya untuk direbahkanTiraikasih
Website http://kangzusi.com/
Kamarnya Kho Kie berhadap hadapan dengan kamarnya Ho
Tiong Jong. setelah ia merebahkan Kho Kie, ia tidak
mendengar suara apa-apa dari kamarnya Ho Tiong Jong, ia
lupa Ho Tiong Jong telah menelanpil, karena hatinya sedang
kusut memikirkan Kho Kie yang diduganya mendapat luka
parah didalam karena sikutnya tadi, ia merasa simpati pada
orang Jenaka ini, terutama ketika sudah mendengar
riwayatnya yang sedih yang ia diam-diam mencuri dengar
ketika Kho Kie ngobrol dengan Ho Tiong Jong, ia memeriksa
jalan napasnya Kho Kie, kenyataan sebagaimana biasa, maka
hatinya merasa lega juga.
Sebaliknya Kho Kie yang berpura-pura diam-diam merasa
tidak enak. karena ia membuat orang ketakutan- Sambil
memejamkan matanya ia memikir jalan bagaimana untuk bisa
menghibur hatinya sinona pelayan cantik ini.
Tiba-tiba nona In ingat Ho Tiong Jong telah menelan pil
maka ia cepat-cepat keluar dari kamar Kho Kie dan masuk
kekamamya si pemuda. Apa yang ia lihat"
Hatinya berdebaran keras, ia melihat Ho Tiong Jong rebah
dalam keadaan tidak berkutik "Mati, oh dia mati.." pikirnya
dengan sangat sedih.
Ia jalan menghampiri ketika ia memeriksa keadaan, Ho
Tiong Jong, betut-betul badannya sudah dingin, maka ia telah
mengucurkan air mata karena sedih. Pada saat hatinya gelisah
tiba tiba pintu terbuka dan masuklah Keng Jie.
Nona In cepat-cepat menutupi badan Ho Tiong Jong
dengan selimut dan berkata pada Keng Jie, bahwa Ho Tiong
Jong entah kenapa dengan mendadakan saja telah mati.
Setelan berkata, ia terus ngeloyor ke kamarnya Kho Kie,
meninggaikan Keng Jie yang jadi berdiri melongo mendengar
kata-katanya nona In tadi.
Nona In mendekati Kho Kie dan menanya "Hei, apa kau
sudah mendingan sakitnya?" Tidak enak kalau ia tidak
memberikan jawaban, maka Kho Kie menjawab: "Ya, lukaku
sudah mendingan-"
Nona In girang mendengar Kho Kie menyahut, maka ia
datang lebih dekat lagi dan menyampaikan kabar kematiannya
Ho Tiong Jong. Kali ini Kho Kie bukan pura-pura lemas badannya, betulbetul
ia lemas dan gelisah halnya mendengar apa yang
diceritakan oleh nona In- Sahabat karibnya dengan
mendadakan telah mati sebab apa" Ah, tak mungkin, Tapi,
kenapa mati"
Kho Kie tidak susah menanti jawaban, sebab nona in sudah
menceritakan tentang dua pil yang diberikan pada Ho Tiong
Jong dan satu diantaranya telah ditelan oleh pemuda itu.
Rupanya ia telah menelan yang beracun maka ia telah
menemui kematiannya. Kemudian ia menyerahkan pil yang
satunya lagi kepada Kho Kie, berkata:
"Nih, sebutir lagi aku serahkan padamu, aku tidak tahu kau
akan berbuat apa dengan pil ini untuk menolong sahabat
karibmu itu. Kho Kie menjublek. seolah-olah tidak mendengar
apa yang dikatakan si nona, semangatnya saat itu seperti
sudah tidak ada lagi dalam tubuhnya, terbawa oleh kabar
kematian atas sahabat karibnya itu.
"Ya, sungguh harus dibuat sayang orang yang demikian
baik hatinya seperti Ho Siang- kong telah menemui ajalnya."
kata nona in, sementara itu ia sudah gerakan kakinya untuk
meninggaikan kamarnya Kho Kie.
Melihat nona In sudah berlalu dari kamarnya, Kho Kie jadi
melamun- Pikirnya, "Betul- betul peristiwa dalam dunia ini tak dapat
diduga-duga, Kawan karibnya yang segar bugar mengadakan
telah mati, bagaimana akan terjadi dengan dirinya sendiri"
Semua kejadian orang alami seperti dalam mimpi saja.
Saat ia dalam berduka demikian, tiba-tiba ia mendengar
ribut ribut dikamarnya Ho Tiong Jong. Kiranya kesitu sudah
datang orang-orang yang mengurus kematian, hendak
mengangkut mayatnya Ho Tiong Jong.
Mereka dikepalai oleh seorang bernama Ie Yong dengan
julukan si Rajawali Botak. Kepalanya botak klimis, tapi ia
bertenaga besar dan ilmunya ada "Eng-jiauw-kang" suatu ilmu
mencengkeram yang ganas dan terkenal dalam kalangan
kangouw. Ketika Ie Yong masuk ke kamar Ho Tiong Jong, lantas bikin
pemeriksaan mayat, kemudian menyuruh dua orang
sebawahannya mengambil usungan untuk mengangkut mayat
pindah kekuil Po-im-yan yang terletak dibelakang rumah
penginapan tamu itu.
Kepada yang lainnya ia menyuruh supaya mengambil peti
mati yang belum jadi di gudang nomor dua, menyuruh tukang
kayu untuk menyelesaikannya cepat-cepat.
Ketika Ie Yong mengulurkan tangannya membuka selimut
yang menutupi wajah IHo Tiong Jong, tiba-tiba ia berkata
pada dirinya sendiri "Ah, sungguh sayang orang begini cakap
telah mati mendadak Entah apa.yang dia sudah makan
sehingga menemukan ajalnya begini" Betul-betul lucu..."
Sampai disini ia berhenti, karena dua orang yang disuruh
membawa usungan sudah tiba untuk mengangkut mayatnya
Ho Tiong Jong, Letaknya kuil Po im-yan kira-kira setengah lie
dari rumah penginapan tamu, Disitu terdapat rimba bambu,
Menurut kebiasaan orang yang mati lantas ditanam, malah
petinya disiapkan juga ada peti yang bagus dan mahal
harganya, ia betul-betul merasa heran ia hanya menurut
perintah dari nona Seng saja.
Sebenarnya ia banyak mengetahui segala rahasia dalam
benteng itu, Misalnya kedatangan Ho Tiong Jong yang
mendapat sambutan lain daripada tetamu yang lainnya,
kemudian kamarnya dipindahkan kekamar yang sekarang,
juga yang memberi kuda dan golok serta pakaian baru pada
Ho Tiong Jong ia tahu ada perintah nona Seng, tapi ia tak mau
membocorkan rahasia ini kepada yang lainnya.
Hanya kematian Ho Tiong Jong yang mendadak ini benarbenar
ia dibikin tidak habis mengerti, mengingat perhatiannya
nona Seng ada demikian besar pada anak muda itu.
Dilain pihak Kho Kie yang sedang dalam kedukaan tiba-tiba
dipanggil oleh Keng Jie untuk menghadiri perjamuan-
Kho Kie mengikuti Keng Jie, ketika sampai diruangan
perjamuan, ia nampak banyak pendekar sudah pada hadir
dengan roman yang angker. ia tidak ambil pusing semua ini,
hanya terus nyelonong mencari tempat duduk.
Sebentar kemudian ketika ia mengangkat kepalanya, ia
lihat diantara yang hadir ada beberapa imam dari Kongtongpay,
Im yang Siang-kiam Kong Soe Jin dan Kon Soe Tek diri
Ngo biepay, Kauw Seng Ngo dan Hong Siang Ju dari Kun-lunpay,
kemudian murid-murid dari Siluman Khoe Tok ialah Song
Boe Kie, oet ti Kang dan oet-ti-kun- Li losat juga tidak
ketinggalan, iblis wanita cantik yang banyak menarik
perhatian, Yang duduk dikursi sebelah kanan tuan rumah adalah
seorang paderi tua teman karibnya Lo Pocu ( majikan tua )
Seng Eng yang dikenal dengan nama Pek-Boe Taysu,
disebelah kirinya seorang nikow (paderi wanita) ceng Bice
Sian-kow berumur kira-kira empat puluh tahun, lalu orangorang
dari oei-san-pay Him Toa Ki danTlong le serta dua padri
Tibet bernama Pua Dho Ka dan Li Dho.
Selainnya ini, banyak hadir pemuda pemudi yang Kho Kie
tidak kenal semuanya kelihatan gagah, cantik dan tampan-
Murid-murid dari orang bukan sembarangan-
Boleh dikata para hadirin disitu campur aduk dari golongan
jalan putih dan hitam, jadi ada mengunjukkan luasnya
pergaulan Seng Eng sebagai majikan dari benteng Seng ke-po,
cong le yang melihat Kho Kie wajahnya seperti bersedih dan
tidak melihat munculnya Ho Tiong Jong, hatinya berCekat
ingin ia menanyakan pada Kho Kie, tapi sayang ia tidak ada
tempo, karena matanya saat itu saling melotot dengan Tok-it
Tojin dari Kong-tong-pay .
Rupanya diantara partai Kong-tong dan oei-san ada terbit
ganjelan yang berlarut-larut, makanya juga kehadiran wakilwakil
kedua partai disitu telah menampakkan rasa bencinya
masing-masing. Lo-pocu Seng Eng tampak berseri-seri diantara banyak
tetamu yang berisik bercakap-cakap satu dengan lain,
tampaknya ia gembira sekali melihat kehadiran begitu banyak
tetamu. Sayang Seng Giok Cin, puterinya, tidak turut muncul. Kalau
tidak. tentu nona yang sangat cantik itu akan menjadi
sasarannya mata semua pemuda yang ada disitu.
Tapi para pemuda itu tidak usah terlalu kecewa karena ada
gantinya Kim-Hong Jie putri kesayangan dari majikan benteng
Kim-hong-po. Usianya Kim Hong Jie kira-kira tujuhbelas tahun, parasnya
cantik luar biasa, Yang menjadi ciri yang menyolok adalah
sujennya di-pipinya yang botoh. Semang kin ia tertawa sujen
itu semakin dekik, mempesonakan dan menawan hati yang
melihatnya. Kim Hong Jie adalah nona cilik yang pada lima enam tahun
yang lalu menangis ditepi sawah, menangisi bonekanya yang
kecemplung kedalam sawah dan Ho Tiong Jong yang
menolong mengambilkan barang mainannya itu. sebagai jasa
untuk pertolongan itu Ho Tiong Jong mendapat dua belas
jurus ilmu golok keramat dari ayahnya Kim Hong Jie.
Hanya sayang anak muda itu tinggi hati, ia tidak mau balik
kembali kerumahnya Kim Hong Jie setelah lewat satu bulan
yang dijanjikan, Kalau tidak ia sudah mahir dengan tiga belas
jurus semuanya ia boleh menjagoi dikalangan Kang-ouw.
Para hadirin berhenti bercakap-cakapnya ketika Lo-pocu
Seng Eng sebagai tuan rumah berdiri angkat bicara. Dalam
pidatonya ia mengucapkan terima atas perhatian para tetamu
yang datang hadir, kemudian ia memperkenalkan satu demi
satu sekalian tetamu-nya agar masing masing dapat mengenal
satu dengan lain dalampibu (adu silat) nanti.
Ia mohon maaf padapara tamu kalau ada sesuatu
pelayanannya yang tidak menyenangkan Kemudian ia
mempersilahkan sekalian tetamunya untuk makan minum
sepuasnya dalam perjamuan itu menjelang esok hari pibu di
adakan. Sebagai penutup bicaranya Seng Eng telah
memberitahukan syarat-syarat dalam pibu nanti. Untuk
memimpin pibu ini ditetapkan mengangkat tiga Taycu masingmasing
Teng cu ada wakilnya semuanya menjadi enam orang.
orang yang berminat pibu diatas luithay (panggung
berkelahi), pemuda harus menghadapi wakil Taycu kesatu,
bertanding dengan tangan kosong. Kalau kalah boleh turun
panggung, tapi kalau dalam tiga puluh jurus masih belum
kalah, boleh maju untuk menghadapi wakil Taycu kedua dan
bertanding dengan menggunakan senjata.
Kalau dalam dua puluh jurus dapat menjatuhkan wakil
Taycu itu, seterusnya boleh maju ketemu dengan Taycu
sendiri, Menghadapi Taycu orang boleh sesukanya memilih
pertandingan, dengan tangan kosong atau senjata, juga boleh
menggunakan senjata gelap.
Syaratnya, pertandingan dengan tangan kosong atau
menggunakan senjata ditetapkan dalam lima belas jurus
berhenti, tak perduli pertandingan masih berjalan berimbang,
Tapi kalau menggunakan senjata gelap. harus berjanji dahulu
dalam gerakan beberapa yang menentukan kalah menangnya.
Pada siapa yang keluar sebagai pemenang, tuan rumah
berjanji akan menghadiahkan apa-apa sebagai tanda kenangkenangan
untuk kegagahan dari orang yang bersangkutan"
Semua hadirin paham dengan syarat-syarat yang
disebutkan tuan rumah, tapi mereka menghadapi teka-teki,
apakah diantara tiga Taycu itu ada terdapat tuan rumah
sendiri" "Lohu pikir," kata pula tuan rumah, "semua syarat yang
disebutkan tadi dapat di-setujuinya oleh para sahabat, cuma
yang paling penting adalah pertandingan terakhir, harap
sekalian sahabat suka mengeluarkan kepandaiannya yang
istimewa untuk menggembirakan para kawan yang
menontonnya."
Pidato tuan rumah mendapat sambutan tepuk tangan riuh
rendah dari para hadirin-Mereka kemudian sambil bersenda
gurau melanjutkan pestanya dengan gembira sekali.
Terdengar pula Lo-pocu Seng Eng berkata.
"Anak perempuanku saat ini masih ada sedikit urusan maka
ia belum dapat datang Baiknya kalian adalah orang-orang
sendiri,aku pikir semuanya tidak akan menyalahkan kepada
kami berdua."
Kim Hong Jie mendengar ini kelihatan bersenyum manis,
sujennya yang menyolok menggiurkan siapa yang melihatnya,
menambah kejelitaannya.
"Seng sick-sick, apa tidak lebih baik lekas-lekas panggil
encie Seng keluar untuk menghadiri perjemuan" Sore tadi aku
hanya sebentar saja bercakap cakap dengannya dan
mendapat tahu kalau encie Seng berkepandaian sastra dan
silat sangat sempurna sukar orang mencari kepadanya."
"Betul, betul." menimbrung nona Lauw Eng dari Kauw ke
chung di Kim leng. "Sick sick harap menyurut orang untuk
mengundang dia datang tiba aku ingin sekali berkenalan
dengannya."
Saat itu tiba-tiba ada orang datang mendekat Seng Eng
bicara bisik bisik dikupingnya.
"Ha ha ha ha . ..." tertawa Seng Eng, sambil mengurut-urut
jenggotnya yang bagus " Kebetulan lohu ada urusan masuk
kedalam biarlah lohu akan memanggilnya dia keluar untuk
berjumpa dengan kalian-"
Setelah berkata, ia berbangkit dari tempat duduknya dan
ngeloyor masuk.
Melihat tuan rumah tidak ada ditempatnya, ceng Ie dan it
Tok Tojin kembali saling pandang dengan mempelototkan
matanya masing-masing. Keduanya kelihatan bernapsu untuk
bertempur, cuma saja tidak baik disitu banyak tetamu dan
malu hati terhadap tuan rumah, yang tentu tidak mengijinkan
mereka bertempur begitu saja.
Sebentar lagi tampak cong Ie meninggalkan tempat
duduknya dan menghampiri pada Kho Kie ia menanya.


Golok Sakti Karya Chin Yung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Hei, Kho toako, kau sendirian saja" Mana Tiong Jong?"
Kho Kie unjuk muka lesu, ia tak lantas menjawab, hanya
menatap wajahnya nona cong yang cantik.
"Toako, kau kenapa?" desak si nona. melihat Kho Kie
seperti yang ragu-ragu untuk berbicara.
Sebelum Kho Kie dapat membuka mulut menjawab, tibatiba
terdengar suara tertawa gelak-gelak diantara tiga
muridnya siluman Khoe Tok.
Mereka kelihatan iri hati melihat si nona seperti yang
sangat memperhatikan sekali atas dirinya Ho Tiong Jong, itu
pemuda yang ia incar mau dianiayainya.
"Nona cong..." kata oet-ti Koen mengejek. "itu siorang she
Ho sudah mati, apa kau belum pergi sembahyang didepan peti
matinya" Ha ha ha..." ciong Ie terkejut sekali mendengarnya.
Ia tidak ambil perduli kata katanya oet-ti Koen yang
mengejek hatinya saat itu tergetar oleh kabar kematiannya Ho
Tiong Jong, "Dia mati..." ia mendumel setelah bengong
sejenak. Kemudian ia mengawasi pada Kho Kie. "Kho toako,
apakah benar engko Ho ma...?"
Ia tak dapat melampiaskan kata penghambisan "ti", karena
tenggorokannya terasa seperti tersumbat oleh kesedihan-
Kho Kie hanya anggukkan kepalanya ia mengerti bahwa
kabar itu telah menggetarkan hatinya si nona yang tampaknya
ada menaruh perhatian besar kepada si anak muda.
"Kho toako, mari antar aku kesana..." kata pula si nona,
seraya gunakan setangan-nya yang harum semerbak untuk
menyeka air matanya yang mengembeng. Kho Kie bangun
dari tempat duduknya, Diam-diam dua orang itu telah
ngeloyor pergi.
cek-bin Thian ong Kim Toa melihat Su-moynya mau berlalu
sudah lantas menanya. "Hei, sumoay, kau mau pergi
kemana?" "Aku mau pergi sembahyang pada jenazahnya engko Ho,"
jawabnya. Him Toa Kie mengkerutkan aslinya.
Diam-diam ia berpikir "sumoay baru saja berkenalan
dengan orang she Ho itu, ternyata hatinya sudah tertawan
olehnya, Buktinya, air matanya berlinang-linang mendengar
kabar kematiannya si pemuda.
Dia ada begitu besar menaruh perhatian, mungkin hatinya
jatuh cinta pada Ho Tiong Jong, Untung dia sudah mati, kalau
tidak. bagaimana aku harus mempertanggung jawabkan
kelakuannya sumoayku itu didepan ayahnya?"
Setelah berpikir demikian, ia pun meninggalkan tempat itu
berjalan masuk keruangan dalam.
Kho Kie yang belum tahu jenazahnya Ho Tiong Jong ada
ditempatkan dimana, lalu mencari keterangan pada orangTiraikasih
Website http://kangzusi.com/
orang Seng kee-po, kiranya jenazahnya pemuda itu ditaruh
dalam kuil Po-in-yan- Untuk kesana, mereka harus mencari
sungai kecil dan masuk kedalam rimba bambu yang ada di
sebelahnya. Disitu tidak ada jembatan, hingga orang harus lompat
menyebrang. cong le yang sudah tidak sabaran untuk melihat
jenazahnya Ho Tiong Jong, sudah enjot tubuhnya melesat dan
sebentar saja sudah berada diseberang, kemudian terus
berjalan ke kuil Po-im-yan.
Tinggal Kho Kie yang jadi kebingungan sendiri, karena ia
tidak pandai mengentengi tubuh, ia tidak ungkulan untuk
lompat menyebrangi sungai itu yang jaraknya ada setombak
lebih, tapi karena hatinyapun sudah ingin lekas-lekas melihat
jenazahnya sang kawan, ia sudah pejamkan matanya dan
paksa lompat menyebrang.
Bagaimana selanjutnya" Apa Kho Kie rupanya lebih pandai
masuk kedalam tanah dari pada lompat menyebrang kali
karena saat itu tidak ampun lagi ia kecebur kedalam sungai
dan terpaksa berenang sebentar untuk mencapai kelain tepi,
setelah naik didarat pakaiannya menjadi basah kuyup, ia tidak
perdulikan itu, terus menyusul nona cong yang entah sudah
sampai dimana. Sesampainya dalam kuil ia mencari kesana kemari dimana
jenazahnya Ho Tiong Jong ada ditaruh ia segera menemui
kamar yang terang benderang lalu masuk kedalamnya. Pada
dekat dinding sebelah kanan tampak ada satu tempat tidur,
dimana ada diletakkan jenazahnya Ho Tiong Jong.
Dengan badan bergemetar menahan rasa sedihnya Kho Kie
datang menghampiri. Ia membuka kelambu dan menatap
wajahnya sang kawan beberapa lamanya.
Wajahnya Ho Tiong Jong seperti masih hidup hingga diamdiam
Kho Kie tidak mengerti mengapa dengan wajah yang
begini Ho Tiong Jong dikatakan sudah mati.
Ia menghela napas berulang-ulang, "Ho laote, melihar air
mukanya kau ini seperti yang tidak rela meninggal dunia,
sebab apa kau tidak mau hidup kembali" Ah, sebaiknya kau
hidup lagi, jangan sampai banyak nona-nona itu menjadi sedih
karena mu, Ho Tiong Jong seperti yang yang mendengar katakatanya
Kho Kie, matanya yang tertutup tampak seperti
bergerak terbuka separuh. Kho Kie menjadi terkejut.
Terus ia memegang nadinya, tapi tidak terasa denyutan
juga badannya sudah dingin seperti mayat, Kho Kie benarbenar
merasa sangat duka
Saat itu, ia merasa sangat sayang sahabat karibnya ini
telah menemui ajalnya dengan cara yang luar biasa.
Dalam termenung- menungnya, tiba-tiba ia mendengar ada
suara wanita dan senjata yang saling bentur seperti orang
yang sedang bertempur, ia menjadi heran- Tapi tanpa
memperdulikan siapa wanita yang bertempur itu, ia sudah
lantas keluar melihatnya.
Suara pertempuran itu terjadi dibalik tembok pekarangan
yang ia tak mungkin melompatinya karena sangat tinggi,
Lantas ia keluarkan topi lancipnya untuk masuk kedalam
tanah. Ia nerobos dan keluar dibalik tembok pekarangan tadi,
dilihatnya yang bertempur itu ada nona in dan cong Ie.
Mereka bertempur sengit sekali, nona in menggunakan
pedang dan nona cong berpegangan sepasang golok tajam
sudah lima puluh jurus mereka bergebrak, sudah kelihatan
nyata bahwa nona in bukan tandingannya lagi cong Ie,
pikirannya Kho Khie yang sudah menjadi sibuk, apalagi
melihat serang-serangan cong-le ada berbahaya sekali,
Mungkin suatu saat nona in kena dihajar oleh sepasang
goloknya yang tajam.
Tiba-tiba terdengar suara nona In tertahan pedangnya
kena dipukul jatuh goloknya nona cong yang tersebut duluan
ketakutan dan sudah meramkan matanya untuk menerima
nasib, tapi apa mau, ketika goloknya nona cong membabat,
mendadak nona in sudah menghilang entah kemana, hingga
goloknya hanya membabat angincong
le tertegun sekian lamanya, ia Celingukan mencaricari
musuhnya, akan tetapi tidak kedapatan disekitarnya.
Meskipun ia penasaran ingin mencarinya, tapi keinginan
lekas lekas ingin- melihat wajahnya Ho Tiong Jong ada lebih
mempengaruhi hatinya.
cepat ia enjot tubuhnya melompati tembok peka rangan,
kemudian masuk kedalam kuil Po-im-yan untuk melihat
jenazahnya Ho-Tiong Jong.
Ketika ia memasuki kamar jenazahnya Ho Tiong Jong,
dengan airmata berlinang-linang ia membuka kelambu tempat
tidur ia menatap wajahnya si pemuda yang cakap tampan
sambil bercucuran air mata.
Ia berlutut ditepi pembaringan dan mengusap-usap pipinya
sipemuda yang sudah menjadi dingin. Hatinya sedih seperti
disayat pisau. Belum lama ia berkenalan dengan pemuda ini,
hatinya sudah tertawan dan ia meskipun diluarnya bersikap
keras dalam hatinya sangat memuja kepada pemuda yang
sekarang sudah jadi mayat ini.
Ia menangis terisak-isak sekian lamanya, Sambil menatap
lagi parasnya Ho Tiong Jong, ia mengusap-usap lagipipinya
danjidatnya si anak muda, "Engko Ho, aku tidak nyana kau
sebegini pendek umur, Kau kelihatannya segar bugar, kenapa
kau bisa mati secara mendadakan" oh. Engko Ho kau..."
Si nona tidak dapat melanjutkan kata-katanya, karena
mendadak ia lihat wajahnya Ho Tiong Jong seperti yang
bersenyum, ke dua matanya yang tertutup bergerak-gerak
seperti hidup, Kejadian mana membuat cong Ie menjadi ketakutan-
Kakinya lemas dibuatnya, hingga hampir saja ia tak dapat
berbangkit dari berlututnya dan jatuh lemas.
Untung dia masih bisa tabahkan hatinya, dengan sekali
gerakan lututnya ia lompat mundur kedekat pintu, kemudian
tanpa menghiraukan lagi apa yang akan terjadi lebih jauh
dengan jenasahnya Ho Tiong Jong, si nona sudah angkat kaki
melarikan diri terbirit-birit.
Dengan napas masih tersengal-sengal ia sudah berada pula
di ruangan perjamuan, dimana banyak orang tengah
bercakap-cakap sambil tertawa-tertawa ramah. Rasa
ketakutannya sudah tidak mencengkeram lagi hatinya.
Him Toa Ki yang selalu memperhatikan sumoaynya, melihat
wajahnya sang sumoay datang pula kedalam ruangan
demikian pucat dan napasnya tersengal-sengal, sudah lantas
menanya. "Hei sumoay, kau menemui apa seperti yang
ketakutan dan wajahmu pucat sekali?"
"Kiii" kata cong Ie sambil bergidik.
"Kau kenapa, sumoay?"
Si nona tidak lantas menjawab, hanya menatap wajahnya
sang suheng seperti yang sudah tidak sabaran sekali, karena
pertanyaannya belum dijawab. Setelah di tanya pula, cong le
lalu menjawab "Suheng, apa kau percaya adanya setan dalam
dunia ini?"
"Aku tidak percaya, karena belum melihatnya."
"Suheng, mungkin setan itu ada. Hanya orang yang bintang
terang saja tak dapat melihatnya ia..."
"Hei, ada apa?" Him Toa Ki mendengus, Tapi cong Ie tidak
menjawab, hanya kepalanya digeleng- gelengkan dan
matanya mengawasi ketempat seorang udna yang sedang
dirubung-rubung oleh banyak tetamu perempuan,
kelihatannya mereka riang sekali bercakap-cakap"
VI. SEPASANG ORANG GANAS TAMAT RIWAYATNYA.
KlRANYA nona yang menjadi pusat perhatian itu ada nona
Seng Giok Cin, puterinya Pocu dari Seng-kee-po yang cantik
luar biasa. Bagaimana dengan mendadak nona menghilang ketika mau
dihajar dengan goloknya nona ceng" Mari kita ajak pembaca
menengok pada nona in
Nona in yang mendadak menghilang, adalah perbuatannya
Kho Kie didalam tanah.
Kho Kie yang melihat nona in dalam bahaya, sudah lantas
menarik masuk kedalam tanah, Nona in sebenarnya sudah
terbang dengan semangat ketika pedangnya di pukul jatuh
oleh goloknya nona ceng, kemudian ia pejamkan matanya
terima binasa, Tak dinyana ia rasakan dirinya seperti ada yang
telah menolongi dan masih hidup dalam dunia. Saat itu dalam
pelukannya Kho Kie.
"Apakah aku ini masih hidup atau sudah berada dalam
neraka?" terdengar ia berkata-sendirian.
"Nona in, kau masih hidup, Karena aku tarik kau masuk
kedalam tanah, tak sampai putus batang lehermu dan
menghadap Giam-lo-ong. Ha ha ha .... apa kau kenali aku ini
Kho Kie?" Nona in menghela napas.
Karena kuatir lama-lama nona in dalam tanah bisa mati
pengap. maka Kho Kie sudah cepat-cepat bawa lagi si nona
keluar dari tanah untuk menghirup udara segar lagi.
Nona in sudah berdiri lagi menginjak tanah. Sambil
merapihkan bajunya yang kusut dan rambutnya yang tidak
karuan, matanya telah melirik pada Kho Kie yang dalam
pakaian hitam dan bertopi lancip hitam, persis seperti setan
penunggu gunung.
Tidak heran kalau nona In agak kaget dan hampir
keluarkan jeritan tertahan, kalau tidak lekas lekas Kho Kie
membuka topi lancipnya dan wajahnya yang asli tampak
didepan matanya si nona.
"Ah, Kho toako, betul-betul kau bikin aku mati ketakutan-.."
kata si nona bersenyum. Kho Kie tertawa nyengir.
"Kho toako, kau baik sekali sudah menolongku. coba kau
tidak ada, tentu rohku sudah melayang dan menemui GIaM-loong
seperti barusan kau katakan-.
"Eh, nona In kau jangan bilang begitu, Aku menolong
karena merasa senang kepada MU.. tapi ah, aku terlalu
banyak bicara, nanti kau marah."
Nona In bersenyum manis. Nona pelayan ini selain
romannya cantik manis, juga ramah tamah dan lincah sekali,
hingga menarik perhatiannya Kho Kie. ia senang terkadang
suka melamun, kalau boleh ia akan jadikan nona In itu
sebagai kawan hidupnya.
Nona In mengerti kemana juntrungannya Kho Kie bicara,
maka ia tidak menegur dan hanya bersenyum manis, "Kho
toako, atas pertolongan ini aku tidak tahu bagaimana aku
harus membuang terima kasih kepadamu.... " kata si nona
sambil matanya mengerling kearahnya Kho Kie, hingga
membuat hatinya Kho Kie berdebaran-
"Ah, tidak apa, tidak apa, asal... " Kho Kie berkata tidak
lampias, "Hei, Kho toako, kau jelaskan asal apa?" Kho Kie ketawa
nyengir. Lagak-lagunya yang Jenaka ini yang membuat nona in suka
kepadanya, tambahan si nona tertarik hatinya oleh riwayatnya
Kho Kie yang sedih.
"Kho toa ko, jangan main-main, lekas jelaskan, asal apa
sih?" sambil mengerling.
"Tidak, tidak, ah, biarlah lain kali saja..."
Nona In kewalahan, ia meng kerutkan alisnya yang lentik
bagus dan menatap wajahnya.
Si "Setan tanah" hingga yang diawasi menjadi tundukkan
kepalanya, sebentar kemudian Kho Kie mengangkat kepalanya
dan menanya. "Nona In, bagaimana kau bisa ketemu nona
dan bertempur?"
"oh, iya, aku belum menuturkan padamu," jawab nona In-
"Aku dengar nonaku barusan ada dalam kamarnya jenazah Ho
Siangkong.Tiba tiba ada pelayan mengabarkan bahwa Lo-pocu
ada mencari nonaku, maka ia dengan terburu-buru sudah


Golok Sakti Karya Chin Yung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

meninggalkan kamar jenazah dan memesan aku menyusul
belakangan, justru aku mau menyusul nonaku, aku telah
berpapasan dengan nona cong."
"Aku menanyakan maksud kedatangannya ia menjawab
angkuh sekali, hingga hatiku merasa tidak senang, Kita jadi
bertengkar kesudahannya telah diselesaikan dengan
pertempuran yang hampir hampir saja..."
Ia cukup perkataannya dengan menjura hormat sekali pada
Kho Kie, mengucapkan rasa terima kasihnya, hingga Kho Kie
menjadi gugup menyambutnya. "Jangan, jangan-.. buat apa
mengucapkan terima kasih aku hanya..."
Ia berkata sambil tangannya diulur menyekal lengannya si
nona, yang menjerit tertahan karena kesakitan itulah lengan
yang terluka barusan bertempur dengan cicng ie, maka tidak
heran kalau tersentuh oleh Kho Kie menjadi kesakitan-
Kho Kie tarik pulang tangannya.
"Maaf, maaf aku tidak sengaja menyentuh lenganmu yang
terluka, Nona In, mari kasih aku lihat bagian mana yang
terluka aku dapat mengobatinya."
Nona In tidak menjawab, hanya matanya menatap Kho Kie
dan selebar mukanya menjadi merah karena merasa jengah.
Setelah melemparkan senyuman, ia enjot tubuhnya melalui
tembok pekarangan meninggalkan Kho Kie yang jadi melongo
dibuatnya. Nona in ketika mampir kekamamya Ho Tiong Jong
dan melihat jenazahnya Ho Tiong Jong bergerak-gerak seperti
mau bangun, bukan main kagetnya. Lantas saja ia melarikan
diri tanpa menoleh lagi kebelakang.
Kho Kie yang jadi kebingungan karena tidak dapat
melompati tembok pekarangan lalu mengeluarkan pula topi
wasiatnya dan masuk kedalam tanah. sebentar lagi ia sudah
berada pula didalam kamarnya Ho Tiong Jong.
"Kali ini ia kaget benar-benar, karena Ho Tiong Jong
dilihatnya sudah duduk dipembaringan sambil menggerakgerakannya
tulang-tulangnya yang telah berbunyi "kretek
kretek" beberapa kali. Diam-diam dalam halnya Kho Kie
berkata, "Ho laote, kau mati penasaran makanya juga kau
menjadi mayat hidup, Aku adalah sahabat karibmu, janganlah
kau membikin ketakutan sampai mati konyol."
Ia pikir lagi, dirinya berbaju kulit kebal yang tak mempan
senjata tajam atau pedang maka kalau benar-benar IHo Tiong
Jong mencekik padanya, paling banyak ia mati konyol tidak
sampai dirinya kena dibakar. Memikir kesini hatinya menjadi
besar lagi tidak takut menghadapi mayat hidup Ho Tiong Jong.
Sebentar lagi kelihatan Ho Tiong Jong turun dari
pembaringan mengulurkan tangan dan kakinya digerakgerakan
dan tubuhnya juga bergerak-gerak seperti kepegelan.
Tiba-tiba terdengar ia berkata.
"Hei, aku ini sekarang berada dimana?" Kho Kie yang
mendengarnya menjadi heran, matanya terbelalak.
"Dia tidak mati", katanya dalam hati, Terus ia lompat
menghampiri dan berteriak. "Hei, loate, kau tak jadi mati?"
Suaranya Kho Kie menyelusup ketelinga Ho Tiong Jong
yang masih dalam linglung. Perlahan-lahan ingatannya
berkumpul lagi, Teriakannya Kho Kie mengingatkan ia kepada
kejadian ia telah menelan pil dari nona in atas suruhannya
nona Seng. Ia pikir, dirinya ternyata tidak mati. "Hei, apakah aku ini
tidak mati" Tidak mati, sebab apa?" ia berkata sendirian
sambil lompat kegirangan memeluk Kho Kie. Sebentar lagi Ho
Tiong Jong mendorong badannya Kho Kie dan berkata.
"Hm, Kho toako, apa barusan kau masuk ke dalam tanah"
Bajumu begini dingin, bahkan masih banyak lumpurnya."
"ya memang barusan aku keluar dari tanah." jawab sang
kawan sambil nyengir. Kemudian ia menceritakan
pengalamannya yang barusan terjadi.
"Ho laote." katanya sebagai penutup bicaranya, "bajuku ini
terbikin dari sutera ular es dari kutub utara, tak dapat robek
atau di-lekati lumpur. Badanku terlindung dari goresan
apapun, senjata tajam maupun peluru. Tapi ya, baju karena
kelamaan akhirnya bisa robek dan hilang juga pengaruhnya
terhadap lumpur, seperti buktinya sekarang kau lihat..Ha ha
ha..." Ho Tiong Jong tidak memperhatikan bicaranya sang kawan,
hanya matanya berputaran melihat kesekelilingnya. Bukan
main girangnya diam-diam dalam hatinya berkata "Aku tidak
matinya betul aku..."
"Bagaimana aku bisa tidak mati sesungguhnya ada suatu
teka teki, Ah. Tuhan rupanya kasihan orang yang tak berdosa,
aku tidak mati."
Kho Khie melihat sahabatnya seperti sedang melayanglayang
pikirannya, saat itu ia ingat akan sesuatu, maka ia
cepat ulur tangannya merogoh kedalam sakunya dan
dikeluarkan kotak pil yang diberikan nona in kepadanya.
"Ho laote." katanya, dalam kotak ini ada sebutir pil lagi
yang kau belum telan, apa kiranya kau berani menelannya."
Ho Tiong mengawasi kotak kecil itu beberapa lamanya,
kemudian perlahan-lahan mengulurkan tangannya untuk
menerimanya dari Kho Kie.
ia membuka, dalam mana memang masih ada sebutir lagi
temannya pil yang telah ia telan, matanya mengawasi pil ajaib
itu sejenak. kemudian berkata. "Kho toako apa pil ini yang
tulen"."
"Ya, aku tidakjelas, menurut katanya nona in yang tulen,
tapi kenyataannya sekarang kau tidak mati."
Ho Tiong Jong sudah ambil keputusan, ia tidak perduli pil
itu yang tulen atau beracun, ia sudah jumput dan menelannya
lagi, Kemudian ia jatuhkan diri dipembaringan, berkata kepada
Kho Kie. "Kho toako, kali ini kalau aku benar-benar mati, kau jangan
bersusah hati. Soal mati hidup ada ditangannya Tuhan Yang
Maha kuasa, Orang semacamku perlu apa hidup lama-lama
dalam penderitaan, lebih baik mati tidak ada ceritanya lagi."
Kho Kie bengong melihat keberaniannya sang sahabat yang
tanpa ragu-ragu telah menelannya pil yang masih dalam tekateki
beracun atau tidaknya.
"Ho laote." katanya. "aku harus memuji padamu yang
demikian tabah sudah berani menelannya. Kalau untuk orang
lain, aku berani pastikan tentu tidak berani." Ho Tiong Jong
tidak menjawab, ia pejamkan matanya rebah diatas
pembaringan seolah-olah ia sedang menantikan reaksinya pil
yang ditelannya tadi.
Ho Tiong Jong merasa heran- Ternyata dengan menelan pil
yang satunya itu bukannya ia mati, akan tetapi pelahan-lahan
ia rasakan perubahan yang tidak diduga-duga dalam
tubuhnya, semangatnya dirasakan tambah berlipat ganda,
bukan main segarnya dan badannya dirasakan kuat sekali.
Mendadak ia lompat bangun dan berkata pada Kho Kie.
"Kho toako, pil tadi bukannya pil kematian sebab aku
rasakan perubahan dalam tubuhku. Bukan saja semangatku
bertambah, tapi kekuatanku juga bukan main rasanya,
Badanku merasa sangat segar, yang tadi ini tentu betul Siauw
hoan-tan-" Kho Kie yang nendengarnya pun merasa girang.
"Kalau begitu, coba kau mainkan ilmu pukulan tangan
kosong yang aku ajari padamu." katanya pada sianak muda.
Ho Tiong Jong menurut.
Kho Kie setelah melihat Ho Tiong Jong habis memainkan
ilmu pukulannya menjadi putus asa, karena dilihatnya Ho
Tiong Jong tidak mendapat kemajuan apa-apa. Hanya
semangatnya saja betul tampak berubah banyak.
Maka ia pikir, pil itu hanya untuk menipu orang saja, tidak
ada faedahnya. "Pil itu sudah lama disimpan-" kata Ho Tiong Jong,
"mungkin kasiatnya sudah lumer. sebab menurut katanya
nona in pil ini kalau dimakan kita akan mendapat keuntungan
seperti juga kita sudah berlatih tenaga dalam puluhan tahun
lamanya." Kho Kie tidak menjawab, Kedua-duanya terdiam beberapa
lama, kemudian Kho Kie yang membuka suara mengajak Ho
Tiong Jong untuk meninggalkan kamar jenazah itu.
"Tapi toako" kata IHo Tiong Jong, "bagaimana aku bisa
pulang ke benteng karena mereka menganggap aku ini sudah
mati" Aku pikir, biarkan saja mereka menganggap aku sudah
mati, Kelak kemudian hari aku dapat malang melintang
didUnia kangouw dengan nama baru, tentu saja sebelumnya
ini aku harus mencari dahulu suhu yang berkepandaian
tinggi." "Baiklah," kata Kho Kie setelah berpikir sejenak "cuma aku
harus mengambil buntelanku dan golokmu dahulu di benteng
kita baru bersama-sama melarikan diri dari sini. orang lihat
aku berlalu sendirian, mereka tentu tidak curiga aku melarikan
jenazahmu, bukan?"
Ho Tiong Jong setuju dengan pikirannya sang kawan-
Mereka lalu keluar dari kuil Po-im yan-
Setelah melewati rimba bambu, IHo Tiong Jong sembunyi
dibawahnya sebuah pohon besar, sedang Kho Kie meneruskan
langkahnya menuju ke benteng.
Ho Tiong Jong menengadah ke langit yang diterangi oleh
sinarnya bintang-bintang. Malam itu ada demikian sunyi,
hingga pikirannya jadi melayang-layang kemasa lampau yang
terus terusan hidup menderita kesedihan-
Dalam keadaan termenung-menung demikian, ia tidak
berasa ada dua bayangan yang mendekati kepadanya. Kapan
mereka itu perdengarkan suara ketawanya yang aneh, barulah
Ho Tiong Jong menjadi kaget.
Ia berpaling kebelakang dan dilihatnya ia punya musuh
tampak berdiri dihadapannya. Mereka itu ada "Sepasang
orang ganas" Teng Hong dan Lauw cica Teng.
"Bagus, bagus..." kata Teng Hong, "Kita dapat berjumpa
muka lagi disini."
Lauw coe Teng menambahkan "Ho Tiong Jong, meskipun
kau bersembunyi di tempatnya orang she Seng, kau tidak
akan berluput dari kepala besarku ini" sambil memperlihatkan
kepelannya yang gede.
Ho Tiong Jong marah mendengar kata-katanya Lauw coe
Teng, "Sahabat, kau jangan banyak jual lagak. Kalau ada
kepandaian boleh keluarkan semua untuk menghadapi kau
punya tuan muda."
"Sepasang orang ganas" murka bukan main, terus
mencabut senjatanya masing-masing dan berbareng
menyerang kepada Ho Tiong Jong yang tidak bersenjata.
Tapi Ho Tiong Jong berani, ia tidak menghiraukan
senjatanya, sepasang orang ganas itu, ia keluarkan
kepandaiannya ilmu pukulan telapak tangan Kunci Gi Nio lang
ajaran Kho Kie, yang ia mainkan mengeluarkan angin hebat
sekali. Teng Hong dan Lauw coeTeng lompat mundur, mereka
menjadi heran sekali ilmu yang dimainkan Ho Tiong Jong lihay
sekali. Sebenarnya sianak muda sendiri tidak menginsafi
pukulannya yang ampuh itu, ia hanya merasakan bahwa
tenaganya sudah bertambah berlipat ganda ia mainkan
ilmunya seperti gapah sekali.
Ia terus mendesak kepada Lauw coe Teng dengan
serangan totokan dan telapakan tangan hingga orang she
Lauw itu terdesak mundur, senjata Poan-koanpil ditangannya
tidak berdaya menangkis ceceran IHo Tiong Jong.
Teng Hong yang melihat saudaranya terdesak lantas
menggerakkan senjata gaetannya nyerbu mengerubuti Ho
Tiong Jong, tapi pemuda itu tidak takut. Hanya semakin tabah
setelah mendapat kenyataan reaksi dari hasil latihan Iweekang
yang dipelajari dari ayahnya Kim Hong Jie tempo hari.
Kalau tadinya, sebelum ia mendapat tambahan tenaga
yang berlipat ganda itu, tenaga dalamnya tidak memberikan
pengaruh apa apa, kini telah memperlihatkan kefaedahannya
yang membuat Ho Tiong Jong diam-diam menjadi sangat
kagum sendiri. Meskipun bersenjata, Teng Hong dan Lauw coe Teng tidak
berdaya menghadapi Ho Tiong Jong yang bertangan kosong,
Ho Tiong Jong merasakan tenaganya sangat kuat, seperti ada
tenaga yang tidak kelihatan membantunya ia menggempur
musuhnya. Sebenarnya, bukanlah begitu adanya, Ho Tiong Jong punya
latihan Iweekang tempo hari yang sudah mahir, belum
kelihatan reaksinya karena ia belum mempunyai tenaga yang
luar biasa dan kuat, sekarang karena sudah mendapat tenaga
ajaib dari dua pil yang telah ditelannya itu, membikin
latihannya seperti sudah mencapai puluhan tahun, hingga
dengan kontan latihan Iweekang tempo hari telah
memperlihatkan reaksinya yang luar biasa.
Semakin lawannya menyerang hebat, Sin kang (tenaga
sakti) Ho Tiong Jong semakin kuat dan lincah sekali
gerakannya. Serangannya dengan totokan yang lihay dan telapakan
tangan yang menghembuskan angin dahsyat, cukup membikin
sepasang orang ganas mengeluh dan copot nyalinya untuk
menghadapi lebih jauh. Ho Tiong Jong yang dianggapnya tadi
akan menjadi mangsanya yang empuk.
Sebentar lagi tanpa senjata Poan koanpit Lauw coe Teng
sudah terlepas dari pemiliknya, lalu disusul oleh teriakan dan
tubuhnya Lauw coe Teng rubuh sambil memuntahkan darah
segar karena pukulan telak telapakan tangan Ho Tiong Jong.
Teng Hong juga kemudian rubuh dengan dapat luka parah
didadanya kena totokan jarinya Ho Tiong Jong.
Betul-betul Ho Tiong Jong seperti sudah salin rupa, ia
seolah-olah bukan Ho Tiong Jong si calon piauwsu tidak laku,
hanya ada Ho Tiong Jong yang akan menjadi pendekar ulung
dalam rimba persilatan-
Setelah melihat dua musuhnya menggeletak ditanah, diamdiam
Ho Tiong Jong mengucapkan rasa syukurnya kepada
ayahnya Kim Hong Jie yang telah melatih lweekang kepadanya
demikian baiknya, disampingnya sudah tentu kepada nona
Kam Hong Jie sendiri yang menjadi perantarannya, perasaan
terima kasih lainnya ia tujukan kepada nona Seng yang telah
menaruh perhatian besar kepadanya dengan memberi kuda
dan golok pakaian, serta pil mujijat yang membikin dirinya
dirasakan seperti Ho Tiong Jong yang baharu dijelmakan lagi.
Ho Tiong Jong melirik pada sepasang orang ganas yang
menggeletak ditanah, satu sudah melayang jiwanya dan yang
satunya lagi napasnya sudah empas-ampis menanti saatnya
untuk pergi ke neraka.


Golok Sakti Karya Chin Yung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Diam-diam IHo Tiong Jong merasa bersyukur sudah
menjatuhkan dua orang jahat iiu, ia tidak menyesal akan
pukulannya yang terlalu berat tadi atas dirinya dua penjahat
itu. karena dipikirnya, ia berbuat demikian ada satu kebaikan
telah menyingkirkan kejahatan untuk keselamatannya rakyat.
Tiba-tiba ia pikir, dua manusia jahat diwaktu malam
keluyuran dalam benteng Seng kee-po, apa perlunya" Tentu
mereka ada mempunyai maksud jahat, ia lalu jalan
menghampiri dua penjahat itu untuk menggeledah badannya.
Tiba-tiba Teng Hong yang terluka parah telah menggeram.
"Hmm... ada satu waktu nanti pembalasan datang untuk
perbuatanmu terhadap kami orang Seng Giok Cin benar benar
nasibnya baik, hingga aku tidak bisa tidur sama-sama
dengannya."
"Kau ini orang she Teng tidak takut mampus" memotong
Ho Tiong Jong bengis.
"Hmm... hmm..." ia menggeram. "Kalau aku takut mati,
sudah tentu tak datang kesini, Kau berani membunuh aku"
Hmm... benar-benar kau ada satu jagoan-.."
Belum lampias omongannya, kakinya Ho Tiong Jong sudah
diayun menendang tubuhnya penjahat licin itu, hingga
terpental beberapa tombak jauhnya, setelah berkelejetan
sebentar ia minta berhenti jadi orang, menyusul rohnya Lauw
cu Teng yang sudah berangkat lebih dulu keneraka.
Setelah membunuh dua orang jahat itu, mayatnya mereka
disembunyikan oleh Ho Tiong Jong dibaliknya pohon besar, ia
sendiri juga mencari tempat sembunyi menanti kedatangannya
Kho Kie. Saat itu angin meniup kencang, hingga daun-daun yang
membentur satu dengan lain lelah menerbitkan suara berisik,
Di langit hanya kilauan bintang-bintang yang berkelap-kelip
menerangi sang malam yang gelap.
Tiba- tiba pikirannya melayang kepada kejadian beberapa
waktu berselang, ketika ia melihat pertemuannya dua orang
ialah si hidung pesek she Khoe dan Li-Io sat le Ya.
Dipikir bulak-balik, dilihat dari tingkah lakunya itu, mereka
seperti ada bersekongkol, dan ancamannya Li-lo sat
kepadanya supaya ia tidak mengeluarkan tentang
pertemuannya mereka. Ho Tiong Jong menduga akan maksud
jahat dari kedua orang itu terhadap keluarga Seng dari Sengkee-
po itu, Entah apakah yang menjadi sebabnya.
Selagi ia memikirkan hal itu, tiba-tiba telah dibikin kaget
oleh sesosok bayangan hitam dibarengi oleh suara aneh
meluncur turun dari udara.
Ketika ditegasi, kiranya ada satu pengemis tua dengan
pakaiannya yang compang-camping dan kaki telanjang
dipegangnya ada melihat senjata bandringan, Melihat
keadaannya orang tua pengemis itu orang bisa merasa
kasihan, akan tetapi bila melihat wajahnya yang beringas dan
matanya bersinar kejam, sepertinya orang akan merasa
ketakutan dibuatnya.
Ho Tiong Jong menduga pengemis tua ini ada seorang
kejam dan telengas.
Memang tidak, orang itu ada Tok-kay Kang Kicng (si
Pengemis Beracun Kang ciang). Sudah lama ia mengasingkan
diri. Tadinya ia ada kepala rampok dan menganggap
membunuh jiwa manusia itu sebagai barang mainan saja.
Ilmu silatnya tinggi, banyak orang sungkan berurusan
dengannya dan sangat ditakuti, Tempat tinggalnya tidak
ketentuan, sebentar disana dan sebentar banyak musuhnya ia
takut dengan pembalasan mereka itu.
Tok-Kay Kang ciong tampak Celingukan memeriksa
keadaan disekitarnya, lalu mengerutkan alisnya seperti yang
merasa cemas. Terdengar ia berkata sendirian-"Hm... dua
tikus itu berani main sandiwara padaku" Kemana mereka
sudah pergi?" Setelah berpikir sejenak. dilihatnya kembali
keadaan disekitarnya.
"Ya, sungguh heran sekali dua tikus itu berani menipuku,
Mereka tentu sudah berhasil membawa pergi benda itu, Entah
kemana perginya?"
Ho Tiong Jong menduga dua tikus yang di maksudkan oleh
Tok-kay Kang ciong tentu ada "sepasang orang ganas" yang ia
barusan binasakan, Mungkin Kang ciong sudah berjanji
matang dengan "Sepasang orang ganas" untuk menyatroni
Seng-kee-po dan membawa kabur suatu benda, yang
kemudian akan dibagi rata atau "Sepasang orang ganas"
dapat upah untuk mereka punya capai lelah.
Kalau demikian, semua itu ada maksud membuat rugi
keluarga Seng. Entahlah, apa Kang ciong juga akan isengiseng
mempertontonkan ilmunya dalam pertemuan pibu atau
tidak. Tok-kay Kang ciong tiba-tiba terdengar lagi berkata
sendirian- "Ya, setelah aku membalas dendam, aku akan dapat benda
wasiat yang berharga, tapi mereka dapat nona cantik, Hm
perdagangan begini sebenarnya tidak menguntungkan diriku,
Nah, baiknya mereka tidak mentaati janji datang kemari.
Sudahlah, kau pengemis tua, nanti kau dapat marah dari
sinenek Rumah Es di Tay-pek-sa serakah amat sih..." Katakata
ini dapat didengar tegas oleh Ho Tiong Jong.
Kini ia tahu, bahwa nona Seng itu ada muridnya dari Kok
Lo-io, pemilik Rumah Es di Tay-pekssan, hatinya menjadi
berdebar-debar.
Tiba-tiba terdengar suara "sat... sat" dari tanah yang
rendah, Tok-kay Kang ciong terkejut, lalu memasang
telinganya. Gerak-geriknya ditonton oleh Ho Tiong Jong.
Anak muda ini pikirannya telah melayang kepada nona
Seng yang baik hati, memperhatikan dirinya luar biasa, maka
ia telah mengambil keputusan apa juga akan terjadi ia musti
membela nona seng. Kembali terdengar suara tadi dibarengi
dengan keluhan-
Tok kay Kang ciong yang mendengar itu cepat enjot
badannya melesat kearah tempat darimana keluarnya keluhan
tadi, Diam-diam Ho Tiong Jong menanya pada dirinya sendiri,
"Apa itu keluhan Teng Hong yang belum mati" Kalau dia
belum mati setelah ketemu Tok-kay niscaya dia akan
menceritakan hal diriku yang membunuh kepadanya, selain
itu, Tok-kay tentu mengambil benda wasiat yang ada d isaku
bajunya. Ah. kenapa aku bodoh amat tidak menggeledah
bajunya tadi?"
Tok-kay dilain pihak ketika melihat dua mayat didepan
matanya, tampak mengunjukkan wajah beringas, Alisnya
dikerutkan, setelah menghela napas sejenak terus memeriksa
tubuhnya dua mayat itu, dua tikus yang tadi ia maki-maki.
Lauw coe Teng ternyata kena pukulan telepak tangan,
hatinya tergetar dan mati karenanya. Ketika melihat lukanya
Teng Hong, ia terkejut juga, sebab Teng Hong terkena
pukulan "Kim ci Gini ciang" ilmunya San-yu Lo long, ia
memaki-maki dengan gemas kepada orang yang
mencelakakan dua kawannya itu, lalu ia menggeledah seluruh
badannya Teng Hong dan Lauw coe Teng, tapi tidak
kedapatan benda wasiat yang dimaksudkanTiraikasih
Website http://kangzusi.com/
Setelah puas memeriksa, lantas ia perdengarkan suara
ketawanya yang panjang tubuhnya berbareng melesat dan
menghilang di telan oleh kegelapan- Ho Tiong Jong saat itu
bengong terlongong-longong.
Tiba-tiba ia disadarkan oleh suara sat, sat lagi tidak jauh
daripadanya, dilihatnya tanah mumbul, kemudian disusul
dengan munculnya benda lancip, Inilah ada topi wasiat-nya
Kho Kie yang keluar dari tanah, sebentar lagi orangnya juga
telah muncul dari dalam tanah.
Ketika Ho Tiong Jong datang menghampiri Kho Kie berkata
padanya. "Hmm... kau laote masih untung kau tak dapat dilihat oleh
Tok kay Kang ciong, seorang yang jahat dan kejam hatinya"
"Kho toako, aku sudah menbunuh dua orang penjahat
disini." kata Ho Tiong Jong yang tidak meladeni kata katanya
sang kawan tentang Tok-kay.
"Dua penjahat siapa?"
"Dua penjahat yang dikenal dengan julukannya, sepasang
orang ganas, yang terkenal kejam dan teleng as kepada
rakyat jelata."
"Oh, mereka" Tapi bagaimana kau dapat menang dari
mereka yang ilmu silatnya tidak rendah, apalagi kau dikerubuti
tentunya" "Berkat pil Siauw-hoan-tan yang mujijad"
"Apa" Pil Siauw hoan-tan?"
"Ya, pil siauw hoan-tan?"
"Ah, laote, itu tidak mungkin, Paling banyak pil itu
menambah kekuatan tenaga berlipat ganda, tapi apa gunanya
kalau tidak berkepandaian ilmu tenaga dalam (lwekang) yang
mahir. Buktinya, ketika aku minta kau perlihatkan ilmu silat
yang barusan kau pelajari dariku kelihatannya tidak selincah
seperti yang aku bayangkan semula." Ho Tiong Jong
bersenyum bangga.
"Kho toako," katanya, kau tidak tahu, aku sebenarnya
sudah mempunyai dasar latihan lweekang yang sempurna.
Hanya saja karena aku kekurangan tenaga dan ilmu itu harus
dilatih bertahun-tahun baru mendapatkan tenaga yang sesuai,
maka faedahnya tak dapat terlihat. Tapi..."
Pendekar Super Sakti 8 Amanat Marga Karya Khu Lung Kisah Si Bangau Putih 3
^