Pencarian

Jago Kelana 2

Jago Kelana Karya Tjan I D Bagian 2


Besi yang menggetarkan lima telaga Kan Tek Lim adanya."
Walaupun selama dua puluh tahun lamanya Tong Hauw
mengasingkan diri didaerah luar perbatasan, namun
kebanyakan ia kenal dengan jago tersohor dalam dunia
persilatan, siseruling besi yang menggemparkan lima telaga
Kan Tek Lim merupakan Cay cu dari benteng ditepi telaga
Tong-Ting, wataknya jujur, jantan dan berjiwa besar.
Gerak gerik Kan Tek Lim sangat ber-hati2 sekali, setelah
melayang turun dari atas dinding, punggungnya segera
menempel diatas dinding, setelah merasakan suasana tetap
tenang saja dan melihat perempuan itu sama sekali tidak
menyadari akan kehadirannya ia mendekati perempuan itu
semakin dekat. Tiba2 .. "Tong Hauw !" sambil putar badan perempuan itu
menjerit lengking.
"Tong Hauw ?" seru Kan Tek Lim dengan alis berkerut.
"Yang kau maksudkan apakah Si-telapak berdarah Tong
Hauw yang tersohor disekitar Kanglam tempo dulu " " ?"
Perempuan itu tidak menjawab, sebaliknya malah
berteriak semakin keras:
"Telapak berdarah Tong Hauw ! telapak berdarah Tong
Hauw !" Mendengar jeritan itu Tong Hauw semakin keheranan, ia
merasa seandainya dahulu
perempuan ini pernah menjumpainya muka sepanjang masa tak akan dilupakan,
tapi ia merasa belum pernah menjumpai orang ini, tetapi
bagaimana mungkin ia bisa mengucapkan kata2 tersebut"
mungkinkah ia ada sangkut paut atau hubungan dengan
dirinya " Pikiran Tong Hiuw segera bergerak, tak kuasa ia bersin
beberapa kali buru2 pikirnya:
"Tidak tidak, tidak mungkin, aku tidak boleh berpikir
sembarangan pasti tak mungkin demikian . ."
Sementara itu perempuan tadi sudah berhenti menjerit
selangkah demi selangkah ia mendekati Kan Tek Lim.
Para jago Thian It poo yang bersandar diatas dinding,
segera pada berdetak keras sewaktu dilihatnya perempuan
itu mendekati diri Kan Tek Lim.
"Kan Ji ya, hati2, ia akan turun tangan," Belum selesai peringatan itu diutarakan mendadak kelima jari perempuan
itu bagaikan jepitan telah meluncur kedepan. serangan
perempuan itu cepat, namun Kan Tek Lim pun menghindar
dua langkah ke samping.
Serangan tadi mengenai sasaran kosong dan langsung
menghajar tembok dinding yang ada di hadapannya.
"Braaak. . ." tembok tebal terbuat dari beton tersebut seketika hancur ber-keping2 dan meninggalkan lima buah
bekas cengkeraman yang dalam sekali, ditinjau dari hal ini, bisa membuktikan betapa sempurna tenaga Iweekang yang
dimiliki perempuan itu.
Ambil kesempatan bagus itu, Kan Tek Lin segera putar
badan balas melancarkan sebuah cengkeraman mengancam
pergelangan lawan.
Terhadap datangnya serangan ini perempuan tersebut
tidak menghindar, melihat peristiwa itu Kan Tek Lin girang
sekali, kelima jarinya dengan cepat mencengkeram
pergelangan lawan.
Siapa sangka ketika itulah ujung telapak tangan
perempuan itu bergetar, diantara sambaran ujung bajunya
segulung angin pukulan yang maha dahsyat mengancam
dada orang she-Kan tersebut.
Segulung tenaga lunak yang besar dan dahsyat bagaikan
gulungan ombak ditengah samudra meluncur tiada
hentinya menekan dada lelaki tersebut.
"Bruukk !" Kan Tek Lin tergetar keras, tak berdaya badannya
mundur selangkah
kebelakang sementara dadanya jadi sesak, kepala pusing tujuh keliling dan mata
ber-kunang2, rasa kaget yang dialami Kan Tek Lin saat ini
susah dilukiskan dengan kata2.
Lengannya segera bergetar cepat, sebatang seruling besi
yang hitam pekat sepanjang dua depa segera diambil keluar,
"Criit, criit, criit" beruntun tiga jurus serangan berantai telah dilepaskan, serangan itu kelihatan cepat bagaikan kilat
namun dalam kenyataan merupakan jurus pertahanan yang
kuat, sembari melepaskan ketiga jurus tadi iapun mundur
tiga langkah kebelakang.
Menanti ia sudah lolos dari mara bahaya, para jago yang
berada disekeliling dindingpun menghembuskan napas lega,
terdengar diantara mereka ada yang berseru keras:
"Kan Jie hiap, aku lihat lebih baik tunggu saja kehadiran Pocu kita !"
Tentu saja orang itu berkata demikian karena bermaksud
baik, tapi justru karena perkataan ini pula Kan Tek Lin
membatalkan maksudnya untuk mengundurkan diri, sebab
ia merasa seandainya dia mengundurkan diri maka nama
besarnya akan kecundang.
Ia mendengus dingin dan berseru:
"Hmm! ternyata ilmu silat perempuan ini benar2 sangat
lihay !" "Benar." jawab seseorang, "Bahkan Poocu sendiripun. .
." "Jangan bicara sembarang !" belum habis orang itu berkata, salah seorang rekannya telah menukas.
Kan Tek Lim tertawa lebar, ujarnya kembali: "Karena
tak kusangka ia memiliki ilmu silat selihay itu, hampir2 saja aku menderita kerugian besar agaknya ia tidak benar2 gila
!" Sembari berkata selangkah demi selangkah ia berjalan
mendekat, hanya saja gerakannya kali ini semakin hati2, ia
berhenti kurang lebih tiga-empat depa dihadapan lawan.
Badannya mendadak merendah, serulingnya laksana
kilat meluncur kedepan menotok jalan darah lemas
dipinggang perempuan itu.
Serangan ini ganas, telengas dan cepatnya luar biasa,
pada hari2 biasa serangan ini akan bersarang ditubuh lawan
sebelum pihak musuh merasakan apa sebenarnya yang telah
terjadi. Senjata seruling ditangan Kan Tek Lin dalam sekejap
mata telah tiba ditempat sasaran sebentar lagi serangan itu pasti akan menemui sasarannya, tiba2 perempuan itu putar
badan menyambar ke arah seruling besi tersebut.
Sejak Kan Tek Lin berhasil merebut gelar seruling besi
yang menggemparkan lima telaga, entah sudah berapa
banyak jago yang roboh ditangannya namun belum pernah
ia jumpai kejadian seperti ini,
Buru2 serangannya dibuyarkan dan senjata seruling
besinya ditarik kembali kebelakang.
Ia cepat, perempuan itu jauh lebih cepat, sebelum dia
sempat menyelamatkan senjatanya, seruling besi itu sudah
kena dicengkeram oleh perempuan tadi.
Setelah berhasil mencekal senjata tersebut, kembali ia
berdiri termangu. disana, kejadian ini makin membuat Kan
Tek Lin malu, sudah beberapa kali ia coba menarik kembali
senjatanya, tetapi tiap kali maksudnya gagal total.
Kan Tek Lin tahu, bila ia tidak lepas tangan pada saat ini
maka kerugian besar akan diterimanya, sebaliknya kalau ia
lepas tangan berarti nama besarnya jatuh kecundang
ditangan orang lain.
Setelah ragu2 beberapa waktu, ia segera ambil keputusan
dengan menggunakan tenaga sembilan bagian ia menarik
serulingnya kuat2.
Tarikan ini tetap gagal merampas senjata tersebut,
namun cukup membuat perempuan itu bergoyang keras.
Terdengar perempuan itu menjerit, tangan kanannya
ditarik kebelakang keras2 membuat badan Kan Tek Lim tak
kuasa lagi terseret kedepan.
Rasa kaget yang dialami Kan Tek Lim bukan alang
kepalang, berada dalam keadaan seperti ini kalau ia tidak
lepas tangan maka keadaan semakin konyol, terpaksa ia
lepas senjata andalannya dan mundur kebelakang, akhirnya
berhenti didepan bangunan gelap.
Pada saat ini asalkan ia berpaling maka sitelapak
berdarah Tong Hauw serta Si Soat Ang yang bersembunyi
ditempat kegelapan bakal ketahuan jejaknya.
Tetapi saat ini jantungnya sedang berdetak keras, tak ada
waktu baginya untuk mengurusi persoalan lain, apalagi
Tong Hauw sudah tutup semua pernapasannya.
Sementara itu bukan saja Kan Tek Lin bungkam, bahkan
Tong Hauw serta semua anggota Thian It Poo pun tertegun
dibuatnya, Kan Tek Lin bukan jagoan sembarangan, siapa
nyana dalam satu jurus saja senjatanya berhasil dirampas
orang ini, betapa lihaynya ilmu silat yang dimiliki orang ini.
Setelah berhasil merampas senjata tersebut seruling tadi
dibolak balik berulang kali seakan tidak tahu benda apakah
itu, kemudian dibuangnya benda tersebut kesamping.
"Criing . . ." dengan diiringi desiran tajam seruling tersebut meluncur kedepan dan menancap didalam tembok
sehingga lima coen dalamnya.
Begitu melihat senjatanya dibuang, Kan Tek Lio segera
meloncat kesisi tembok dan dicabut nya sekuat tenaga,
kemudian tanpa memperdulikan gengsinya lagi, ia meloncat
naik keatas tembok dinding.
"Poocu menerima tanda bahaya, saat ini sudah
meninggalkan benteng karena takut siocia menjumpai
peristiwa diluar dugaan."
"Siapakah perempuan ini " apakah diantara kalian tak
seorangpun yang tahu ?" kembali Kan Tek Lim bertanya.
Orang2 itu pada membungkam, mereka
saling berpandangan tanpa seorangpun yang bisa menjawab, lama
sekali . . seorang yang berusia rada lanjut baru buka suara berkata:
"Jian Jie-ya, perempuan ini misterius sekali, hampir
boleh dikata semua anggota dalam benteng Thian It Poo
mengetahui akan perempuan gila ini, tapi tak tahu asal
usulnya, aku dengar aku dengar... sejak ia datang kemari.
Poocu lantas mengusir semua orang yang semula tinggal
dalam benteng Thian It Poo ini, peristiwa tersebut terjadi
setahun setelah Poocu berpesiar keselatan."
Buat Kao Tek Lin yang mendengar kisah ini hanya
mangut2 belaka, tanpa ada perasaan lain.
Tetapi sitelapak berdarah Tong Hauw yang bersembunyi
ditempat kegelapan hampir2 saja berseru tertahan setelah
selesai mendengar kisah tersebut untung dia adalah seorang
jago kangouw kawakan, walaupun terperanjat ia tidak
sampai melampiaskan emosinya, per-lahan2 ia menghembuskan napas panjang sementara sepasang
matanya dengan ber-kaca2 memperhatikan perempuan gila
yang lebih mirip siluman itu.
Kan Tek Lin setelah berada diatas tembok dengan wajah
ter-sipu2 tertawa kering lalu berkata:
"Ilmu silat yang ia miliki sangat lihay sekali, aku bukan tandingannya, tetapi kedudukan serta asal usulnya amat
misterius, kemungkinan besar ia ada hubungan dengan
Poocu. . . aku lihat- -aku. . " bicara sampai disitu ia tertawa kering dan tambahnya:
"Aku lihat lebih baik kita bicarakan lagi setelah Poocu kalian pulang !"
Sejak Kan Tek Lin menderita kekalahan total, para jago
Thian It Poo sudah pada ketakutan setengah mati, mereka
kepingin sekali mengundurkan diri dari sana. Kini
mendengar ajakan orang she Kan itu, tidak menanti
perkataan kedua diutarakan dalam sekejap mata sudah pada
mengundurkan diri semua.
Dalam pada itu suara dari Kan Tek Lin masih terdengar
berkumandang datang dari balik dinding tembok.
"Merepotkan kalian harus ber jaga2 disini, sekalipun ia meloncat keluar dari dinding ini, kalianpun tak usah terlalu gugup, aku lihat asalkan tak ada orang yang turun tangan
lebih dahulu, ia tak akan melukai orang !"
"Kalau begitu Kan Jie-hiap, kau . ."
"Aku akan panggil pulang poocu kalian, kalau ia
tinggalkan halaman ini kuntitlah terus dari belakangnya,
coba kalian lihat perempuan gila itu pergi kemana saja,
dengan demikian kalau Poocu pulang, dengan gampang
bisa ditemukan !"
Walaupun orang2 itu sangat takut namun terpaksa
disetujuinya perintah tersebut, suasana jadi tenang kembali kecuali suara2 menggerutu dari beberapa orang. Menanti
suasana jadi tenang kembali Tong Hauw baru alihkan sinar
matanya kembali kearah perempuan itu.
Ia berusaha untuk menemukan tanda2 persamaan dari
orang yang dibayangkan dalam benaknya saat ini, namun ia
jelas mengerti hal ini tak mungkin terjadi, sebab orang yang dibayangkan adalah seorang perempuan cantik sedang
perempuan yang berada dihadapannya jelek sekali.
Sekalipun begitu Tong Houw masih ragu2. . . .
Akhirnya ia lepaskan cekalannya pada Si Soat Ang dan
per lahan2 maju kedepan, selangkah demi selangkah tanpa
mengeluarkan sedikit suara pun mendekati perempuan itu,
pendengaran perempuan itu benar2 tajam mendadak ia
berpaling. Tong Hauw tetap membungkam, ia maju terus kedepan,
semakin mendekati raut wajah perempuan tersebut yang
jelek seperti tengkorak, perasaan aneh semakin menebal,
bahkan seluruh tubuhnya mulai gemetar keras menahan
emosi. Akhirnya dia berhenti dihadapan perempuan itu
sementara perempuan itupun melototi dirinya tak berkedip,
sepasang biji matanya tak bersinar, sayu dan mendatangkan
rasa ngeri bagi setiap orang.
Tong Hauw berhenti, mengatur napas dan menghembuskan napas panjang, lalu tegurnya lambat-
lambat: "Kau . . kau adalah Ciang Oh ?"
Suara itu rendah dan lirih, sebab ia takut suaranya
kedengaran para jago Thian It Poo yang ada diluar tembok
dinding.

Jago Kelana Karya Tjan I D di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Walaupun suara itu lirih, namun perempuan tersebut
memberi reaksi, tiba2 ia putar badan, dalam sekejap mata
raut wajahnya yang kurus seperti tengkorak menampilkan
suatu perasaan yang susah dilukiskan dengan kata2.
Diikuti terdengar ia menjerit lengking, suara nya tinggi
keras dan memekikkan telinga . . .
Jeritan ini membuat Tong Hauw terperanjat buru2 ia
mundur dua langkah kebelakang sementara suaranya diluar
dinding tembok jadi amat gaduh.
Setelah menjerit perempuan itu tertawa aneh.
Sambil tertawa bibirnya bergetar mengucapkan puluhan
patah kata, namun disebabkan gelak tertawanya amat
memekikkan telinga maka apa yang diucapkan sepatah
katapun tak bisa ditangkap jelas.
Buru2 Tong Hauw bergerak mundur kembali kedalam
bangunan kecil tersebut, pikirannya terasa makin kacau.
Apa sebabnya perempuan itu menjerit lengking
kemudian tertawa aneh setelah mendapat pertanyaan itu,
mungkinkah dia adalah Cang Ooh " mungkinkah dia
adalah Ciang Ooh yang dianggap sudah mati sejak dua
puluh tahun berselang "
Tidak mungkin ! hal ini tidak mungkin terjadi, Ciang
Ooh adalah wanita tercantik didaerah Biauw, waktu
pertama kali ia berjumpa dengan gadis tersebut tepat
merupakan malam bulan purnama, gadis itu bagaikan
bidadari yang turun dari kahyangan, kecantikan wajahnya
amat mempersonakan karena itulah ia memberi nama
Ciang Ooh kepadanya.
Sedang perempuan yang berada dihadapannya " Jelek.
menakutkan, bahkan lebih seram dari siluman, mana
mungkin dia adalah Ciang Ooh"
Lagi pula Ciang Ooh hanya seorang gadis suku Biauw
biasa. ia tidak memiliki ilmu silat, sedangkan perempuan
gila yang ada dihadapannya memiliki ilmu silat yang sangat
lihay, tentu saja dia bukan Ciang Ooh yang di-idam2kan
dan dirindukan selama ini.
Kalau benar dia bukan Ciang Ooh, mengapa perempuan
ini menunjukkan sikap terperanjat sewaktu mendengar
nama tersebut " dan mengapa pula ia selalu memanggil
namanya " Timbul suatu perasaan dalam benak Tong Hauw, ia
merasa sekalipun perempuan itu bukan Ciang Ooh tentu
punya hubungan yang sangat erat dengan gadis biauw
tersebut atau mungkin...dari nada ucapannya bisa ditarik
kesimpulan tempo dulu Ciang Ooh telah sangat menderita..ia mati karena tersiksa.
Teringat sampai disitu Tong Hauw gertak gigi kerat2,
seluruh tubuhnya gemetar hebat.
Seperminum teh lamanya perempuan itu menjerit,
kemudian suasana hening kembali kecuali bibirnya masih
bergerak seperti lagi mengucapkan sesuatu namun tak
kedengaran sedikitpun
Melihat suasana tenang kembali, Tong Hauw ingin sekali
berjalan keluar lagi, se-konyong2 . . suara bentakan keras
berkumandang dari tempat kejauhan makin lama semakin
mendekat dan cepatnya luar biasa.
Bentakan itu mula2 ditempat jauh tapi dalam sekejap
mata sudah berada didepan mata bahkan laksana be-ribu2
ekor kuda berlari berbareng seluruh kalangan tergetar keras.
Tong Hauw berdiri tertegun, ia tertegun bukan karena
kaget oleh bentakan tersebut melainkan ia dapat mendengar
suara itu dipancarkan oleh Si Liong. Poocu dari benteng
Thian It Poo yang didendam dan dibencinya selama dua
puluh tahun. Sementara ia masih berdiri tertegun, Kan Tek Lim yang
ada diluar tembok sedang berkata:
"Toako, kau telah kembali " apakah keponakan Soat An
tidak menemui kejadian apa2 ?"
"Hemm !" Si Liong mendengus dingin "Budak itu belum kutemukan, namun aku telah menjumpai suatu peristiwa
diluar dugaan."
Tong Hauw terkesiap sehabis mendengar ucapan itu, ia
tahu yang dimaksud "peristiwa diluar dugaan" oleh Si Liong tentu menunjukkan dirinya.
Segera pikirnya didalam hati:
"Walaupun aku punya Si Soat Ang sebagai sandera,
namun tidak mempunyai keyakinan untuk menang, paling
sedikit aku harus cari kesempatan untuk mengundurkan diri
dari sini..."
Karena itu ia segera masuk kembali kedalam kamar
gelap itu dan mencengkeram Si Soat Ang kencang2.
Terdengar Si Liong yang ada diluar tembok bertanya
kembali: "Apakah ia melarikan diri dari kurungan ?".
"Benar." seseorang menjawab, "Kan Jie-ya pergi menghadapinya... namun... namun menderita kerugian."
Kan Tek Lin menghela napas panjang.
"Aaaai...Toako. walaupun benteng Thian It Poo terletak jauh diluar perbatasan, namun nama besarnya benar2
bukan nama kosong belaka didalam sejurus perempuan gila
itu berhasil merebut senjata seruling besiku !".
"Jie-te jangan menggoda. bahkan aku sendiri . . . aku
sendiripun..." Si Liong cuma bicara sampai setengah jalan untuk kemudian menghela napas beberapa kali dan
membungkam. "Toako, siapakah perempuan itu ?"
"Kalau dibicarakan amat panjang sekali, persoalan ini
tentu akan kuberitahukan kepadamu, ia bisa melarikan diri
dari kurungan berarti jeriji besi setebal satu coen yang
mengurung dirinya berhasil dipatahkan atau dengan
perkataan lain ilmu silatnya memperoleh kemajuan pesat,
belum tentu aku bisa menangkap dia. Jie-te, mari bantu
diriku !" "Baik !"
Dua sosok bayangan manusia laksana kilat meloncat
melewati tembok dan melayang turun keatas permukaan.
Tong Hauw yang bersembunyi ditempat kegelapan dapat
melihat jelas sekali, orang pertama bukan lain adalah si
seruling Besi yang menggetarkan lima telaga Kan Tek Lin,
sedang orang kedua punya perawakan tinggi besar,
bercambang warna emas serta wajah yang keren terutama
sekali sepasang matanya memancarkan cahaya.
Sudah dua puluh tahun lamanya Tong Hauw tidak
berjumpa dengan orang ini, dia bukan lain adalah Si Liong.
Tong Hauw harus mengerahkan segenap kemampuannya untuk menahan diri, lambat2 ia tarik napas
dan mengerem langkah kakinya yang hendak melangkah
keluar sementara itu Si Liong telah melayang turun
kedalam halaman, ia menghela napas dan ulapkan
tangannya memberi tanda kepada Kan Tek Lin agar jangan
terlalu mendekati perempuan itu, sedang ia sendiri berhenti kurang lebih lima enam depa dihadapan perempuan
tersebut. Setelah itu kembali ia menghela napas panjang dengan
suara yang serius dan keren tegurnya:
"Kau . . . kembali kau melarikan diri, Aaai buat apa kau menyusahkan diriku terus menerus ?"
Perempuan itu tetap berdiri tak berkutik ditempat
semula. "Mari. ikut aku pulang kekamarmu !" seru Si Liong kembali sambil angsurkan tangannya ke-depan.
Gerakannya lambat sekali, siapapun dapat melihat kalau
ia bertindak sangat hati2 dan tak berani gegabah.
Namun perempuan itu tetap berdiri tak berkutik.
Makin lama tangan si Liong semakin mendekati
pergelangannya, ketika itulah gerakan orang itu semakin
cepat, laksana kilat kelima jarinya mencengkeram pergelangan perempuan itu.
Gerakan ini betul2 cepat laksana kilat, tahu2 kelima jari
tangannya berhasil mencengkeram urat nadi perempuan itu
erat2, wajahnya terlintas rasa girang bukan main.
"Kita . . ." serunya.
Mendadak situasi berubah diluar dugaan.
Laksana kilat perempuan itu putar badan memandang
sekejap kearah Si Liong, diikuti telapak tangannya diayun
menggaplok pipi lelaki tua itu.
Buru2 Si Liong berkelit, namun gerakannya terlambat
selangkah. "Plaaak!" dengan telak serangan itu bersarang diatas pipi Si Liong membuat lelaki tua ini mundur tiga langkah
kebelakang. cengkeramannyapun jadi mengendor.
Menanti ia dapat berdiri tegak, terdengar Kan Tek Lin
berseru tertahan: "Toako, pipimu . ."
Si Liong meraba pipinya, bukan saja terasa panas, linu
dan sakit bahkan bekas gaplokan lima jarinya dapat teraba
nyata. Air muka Si Liong kontan berubah hebat, ia tarik napas
panjang2 kemudian ambil keluar suatu senjata tajam yang
aneh sekali bentuknya.
Senjata itu berupa cakar naga yang panjangnya tiga depa
dan terbuat dari baja murni, lima sisik cakar memancarkan
cahaya ke-emas2an yang berkilauan.
Setelah senjata ini dikeluarkan maka Kan Tek Lin makin
tegang, senjata serulingnya disiapkan mengarah jalan darah
penting di depan dada perempuan itu. Kali ini ia tak berani bertindak gegabah.
Tong Hauw yang mengintip kejadian itu dari tempat
persembunyiannya jadi terkesiap, keringat dingin serasa
mengucur keluar dengan derasnya.
Waktu itu Si Liong telah mempersiapkan senjatanya,
selangkah demi selangkah ia mendesak kedepan, wajahnya
penuh diliputi ketegangan.. ia mendesak kedepan dari
sebelah kiri perempuan itu, sementara Kan Tek Lin dengan
senjata terhunus dan mengarah kebawah selangkah demi
selangkah maju kedepan.
Akhirnya Si Liong tiba di hadapan perempuan itu, ia
merandek sejenak dan menegur dengan suara berat:
"Kau jangan mengaco belo lagi, ayoh cepat ikut aku
pulang !".
Tenaga lweekangnya amat sempurna. bentakan ini
bagaikan guntur membelah bumi disiang hari bolong.
Seluruh tubuh perempuan itu tergetar keras, mendadak ia
jerit melengking dan tertawa ter-kekeh2.
"Apa yang kau tertawakan"!" bentak Si Liong teramat gusar.
Sembari menegur, senjata cakar naganya dengan disertai
sekilas cahaya tajam dari atas kearah bawah menghantam
batok kepala perempuan itu, gerakannya cepat laksana
sambaran kilat.
Tong Hauw yang melihat kejadian itu dari tempat
persembunyian jadi tercelos hatinya, sebab dari jarak sejauh tiga-empat tombak ia masih kedengaran desiran tajam dari
serangan itu. "Kau ingin membinasakan diriku ?" mendadak perempuan itu berteriak aneh.
Bersamaan teriakan itu badannya merendah ke bawah,
gerakan ini aneh dan tidak masuk dalam akal.
Sebab serangan Si Liong mengancam batok kepalanya,
sekalipun ia telah merendah kebawah paling banter hanya
memperlambat beberapa saat serangan tersebut, untuk
menghindar boleh dikata percuma.
Melihat hal tersebut diatas, Si Liong memperbesar tenaga
serangannya, senjata cakar naganya bergetar semakin cepat.
Terdengar perempuan itu menjerit aneh, mendadak
badannya makin merendah kebawa untuk kemudian melejit
keatas. Serangan Si Liong yang menggunakan tenaga amat besar
ini tak sempat ditarik kembali lagi, begitu sasarannya lenyap senjata
cakar naganya tidak ampun menghantam permukaan tanah keras.
Bunga2 salju beterbangan memenuhi angkasa diiringi
suara bentrokan keras permukaan salju yang tebal beberapa
coen itu hancur ber-keping2.
Perempuan itu setelah melejit ketengah udara sebenarnya
ia punya peluang baik untuk merebut kemenangan namun
perempuan gila itu tidak berbuat demikian ia melayang
turun ke atas permukaan dan berdiri mematung.
Si Liong segera mundur kebelakang, wajahnya berubah
hijau membesi dengan ter-sipu2 ia tertawa apa boleh buat.
"ilmu ... ilmu silatmu benar2 tambah lihay." serunya.
Perempuan itu gelak tertawa. suaranya tinggi melengking. Karena gagal menggunakan kekerasan, kali ini Si Liong
menggunakan kelunakan, dengan suara halus ujarnya:
"Kau. . . Aaaai . . padahal kalau tidak gila, akupun tidak akan mengurung dirimu dalam pagoda tersebut seorang diri
!" Perempuan tadi tetap membungkam se-olah2 terhadap
apa yang diucapkan Si Liong sama sekali tidak mendengar.
Lambat2 Si Liong berjalan makin mendekati lagi.
"Toako, hati2..." melihat tindakan tersebut Kan Tek Lim segera berseru. Dengan cepat Si Liong goyangkan
tangannya mencegah ia bersuara lebih jauh. ia berjalan
sampai kesisi perempuan tadi kemudian dengan suara halus
sapanya: "Ciang Ooh. . ."
Tentu saja setelah menyebut namanya, ia masih
mengucapkan perkataan lain, hanya si telapak berdarah
Tong Hauw yang bersembunyi ditempat kegelapan tak
mendengar sedikitpun apa yang diucapkan.
Ketika Tong Hauw mendengar kata2 "Ciang Ooh"


Jago Kelana Karya Tjan I D di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

tersebut benaknya seperti digodam dengan martil berat,
dalam sekejap pandangan jadi gelap dan telinga serasa
mendengung keras.
Tentu saja kejadian ini hanya berlangsung sedetik, diikuti
jeritan perempuan itu menyadarkan dirinya, ia mulai dapat
menguasai diri dan melihat kejadian didepan matanya
semakin nyata. Tampak olehnya Si Liong sedang mundur ke belakang
dalam keadaan mengenaskan, sementara sepasang mata
perempuan itu melototi dirinya tak berkedip.
Sepasang biji mata perempuan itu yang benar bukan
mata manusia hidup, biji matanya hampir boleh dikata
berwarna abu2 semua itu kelihatan amat mengerikan sekali.
"Ciang Ooh " benarkah perempuan seram ini adalah
Ciang Ooh " tidak mungkin !"
Tapi bukankah dengan jelas sekali Si Liong memanggil
perempuan itu sebagai Ciang Ooh"
Ciang Ooh, adalah nama yang diberikan olehnya kepada
seorang gadis suku Biauw pada dua puluh lima tahun
berselang, sebetulnya gadis itu punya sebuah nama yang
jelek dan susah dibaca, beberapa kali Tong Hauw tidak bisa
menghapalnya, kemudian ia panggil gadis ini sebagai Ciang
Ooh. Tong Hauw bukan seorang penyair atau pujangga
pandai, ia hanya tahu Ciang Ooh adalah bidadari paling
cantik dirembulan. sedang Ciang Oh nya adalah perempuan
yang paling cantik pula di kolong langit.
Sewaktu Tong Hauw berkenalan dengan gadis tersebut.
ia sudah berusia tiga puluh tahunan, nama besarnya sudah
tersohor didalam dunia persilatan.
Ilmu telapak berdarah yang ia yakini sebenarnya ilmu
beracun, dan iapun bukan seorang lelaki sejati, maka dari
itu namanya tidak sedap di dengar, setiap orang akan
membayangkan dia sebagai seorang manusia paling sadis,
paling menakutkan, semua orang tahu akan hal ini kecuali
seorang yakni Ciang Ooh yang ada di daerah Biauw.
Ciang Ooh hanya tahu ia bernama Tong Houw si telapak
berdarah Tong Hauw.
Dalam bayangan Ciang Ooh, lelaki yang bernama Tong
Hauw sama halnya malaikat dari langit, orang yang paling
dicintainya, paling dihormatinya sebab kalau bukan ada
Tong Hauw ia sudah mati ditelan harimau, dan dengan
mata kepala sendiri pula ia melihat bagaimana caranya
Tong Hauw membinasakan harimau tersebut dengan
mudah. Bagi Tong Hauw sendiripun tidak pernah menyangka,
perjalanan yang bermaksud mencari kitab ilmu silat warisan
seorang tokoh silat dari aliran Thiam-cong pay berakhir
dengan perjumpaan tersebut.
Demikianlah mengikuti adat istiadat suku Biauw, ia
kawin dengan Ciang Ooh dan berdiam selama tiga tahun
disana. Selama tiga tahun ini boleh dikata merupakan masa
paling bahagia baginya, kalau dibandingkan dengan dua
puluh tahun kemudian maka perbedaannya bagaikan
disurga dan dineraka.
Tiga tahun kemudian, tiba2 Tong Hauw teringat dengan
sahabat2 karibnya yang tinggal di Tionggoan, ia ingin
memboyong istrinya pulang negeri leluhur dan dipamerkan
di hadapan rekan2 nya, namun Ciang Ooh tidak mau
meninggalkan desa kelahirannya, karena itu Tong Hauw
lantas berjanji setahun kemudian dia akan kembali lagi ke
daerah Biauw dan sejak itu tidak akan pergi2 lagi.
Seumpamanya waktu itu Tong Hauw tidak meninggalkan dirinya, mungkin keadaannya akan jauh
berbeda. Tetapi Tong Hauw telah meninggalkan daerah Biauw, ia
bermaksud melakukan beberapa peristiwa yang menggemparkan dunia persilatan.
Demikianlah setahun kemudian, dengan penuh kegembiraan Tong Hauw kembali ke daerah Biauw tapi apa
yang ditemukan"
Pondokannya sudah rata dengan tanah, yang terlihat
hanya puing2 yang berserakan.. berapa jam lamanya ia
berteriak dan mencari namun gagal sehingga akhirnya
beberapa orang Biauw yang masih tersisa muncul dari
tempat persembunyian dan menceritakan apa sebetulnya
yang telah terjadi.
Kiranya tidak lama setelah ia pergi, ditempat itu muncul
serombongan orang2 Han yang memiliki ilmu silat tinggi,
katanya mereka sedang mencari kitab ilmu silat warisan
seorang tokoh sakti.
Namun sejak mereka berjumpa dengan Ciang Ooh, soal
kitab ilmu silat sudah terlupakan sama sekali. Demi
mendapatkan perempuan cantik ini beberapa orang bangsa
Han itu mulai gontok2an sendiri sehingga akhirnya
dimenangkan oleh seorang lelaki tinggi besar yang berhasil
memboyong pulang Ciang Ooh.
Sebelum gadis itu diboyong, beberapa orang suku Biauw
melihat dengan mata kepala sendiri betapa Ciang Ooh
mencabut sebilah pisau dan menusuk dada sendiri, banyak
orang menyangsikan mungkin ia sudah lama menemui
ajalnya. Waktu itu Tong Hauw merasakan badannya seperti
kaku, ia berdiri mendelong beberapa saat lamanya sehingga
beberapa orang berteriak keras, barulah ia mendusin dan
menangis tersedu2.
Tangisannya ini betul2 luar biasa, tiga hari tiga malam
tidak berhenti, makan tidak minum tidak bahkan tidurpun
tidak, beberapa orang suku Biauw yang bersedia menolong
dirinya. Beberapa hari kemudian ia berangkat meninggalkan
daerah Biauw. Sejak ia kehilangan Ciang Ooh, dalam
dunia persilatanpun kehilangan seorang tokoh silat yang bernama
sitelapak berdarah Tong Houw.
Untuk memperoleh bagaimanakah bentuk wajah bentuk
badan manusia yang merampas Ciang Oh tersebut, Tong
Hauw telah mengorbankan waktu setengah tahun lamanya,
ia menyusun lukisan itu berdasarkan gambaran beberapa
orang suku Biauw yang menyaksikan sendiri jalannya
peristiwa tadi.
Kemudian dengan membuang banyak tenaga dan pikiran
pula ia berkelana didalam dunia persilatan untuk mencari
orang yang dimaksud.
Setelah selidiki sana selidiki sini, ia ambil kesimpulan
kemungkinan besar Si Liong seorang pemimpin benteng
Thian It Poo lah merupakan manusia yang dicari.
Begitulah ia lantas berangkat keluar perbatasan dan
tanpa mengucapkan banyak kata2 ia bertarung melawan Si
Liong. Waktu itu Tong Hauw tidak langsung melaporkan asal-
usulnya, ia cuma bergebrak sebanyak tiga jurus dengan
orang itu, dari sana ia bisa menarik kesimpulan bahwasanya
ilmu silat yang ia miliki masih ketinggalan jauh, untuk
membalas dendam bukan suatu pekerjaan yang ringan.
Disamping itu iapun tahu, penjagaan didalam benteng
Thian It Poo amat ketat, jago lihay banyak terdapat disana, untuk menyelonong kedalam bentengnya merupakan suatu
pekerjaan yang lebih sukar dari pada terbang kelangit.
Pelbagai kesulitan menimbulkan kebulatan tekadnya
untuk berjuang mati2an. ia lantas menyaru sebagai seorang
pelarian yang kemudian bersemayan diluar benteng Thian
It Poo, disana ia mendirikan sebuah rumah gubuk dan
melewatkan hidupnya dengan susah payah dan mengenaskan. Selama banyak tahun ini, orang2 benteng Thian It Poo
hanya tahu kakek tua itu bernama Tan Loo-ya, tak
seorangpun yang tahu asal-usul sebenarnya, selama dua
puluh tahun ini setiap ada kesempatan Tong Hauw segera
bekerja keras membuat terowongan dibawah tanah yang
akhirnya berhasil ia tembusi sampai kedalam benteng Thian
It Poo. Kebulatan tekad serta kekukuhan hatinya ini timbul
karena ia hendak membalaskan dendam kematian Ciang
Ooh, sebab didalam pandangannya Ciang Ooh, istri
tercintanya sudah mati ditangan orang lain.
Namun sekarang apa yang terjadi "
Dengan jelas sekali ia mendengar Si Liong menyebut
perempuan itu sebagai "Ciang Ooh" . . .
Mungkinkah perempuan jelek yang lebih mirip siluman
ini adalah Ciang Ooh " " istrinya yang tercinta " seorang
gadis Biauw yang paling cantik dikolong langit. . .
Usia berlalu dengan amat cepatnya laksana sambaran
kilat, hanya sebentar saja dua puluh tahun sudah berlalu
didalam waktu yang sangat lama ini ia sendiri dari seorang
pemuda yang gagah dan tampan kini sudah berubah
menjadi seorang kakek yang kurus kering dan berkeriput,
apalagi diri Ciang Ooh ia berubah jadi begitu sebenarnya
sama sekali tidak mengherankan.
Tetapi . . . pada masa yang lalu Ciang Ooh adalah
seorang gadis cantik yang lemah lembut hanya terkena
tiupan angin saja sudah ber-goyang2, bagaimanapun
sesudah berpisah selama dua puluh tahun ia bisa berubah
setengah gila bahkan memiliki kepandaian silat yang
demikian tinggi nya ?"
Pikiran si telapak berdarah Tong Hauw pada waktu ini
amat kacau sekali, berbagai persoalan yang menimbulkan
rasa curiga dihatinya mulai memenuhi seluruh benaknya
akhirnya saking bingungnya tak kuasa lagi tubuhnya rubah
beberapa langkah kesamping, menanti tangannya berhasil
memegang tembok tubuhnya baru bisa berdiri kembali.
Sepasang matanya dipentangkan lebar2 memandang
kearah luar, dimana pada waktu itu Si Liong sedang
mundur kebelakang dengan kecepatan bagaikan kilat.
Kiranya Si Liong kena didesak mundur terus kebelakang
oleh tudingan perempuan itu yang semakin lama semakin
mendekati kearah badannya.
"Kaukah yang memanggil aku ?" teriak perempuan itu setengah menjerit.
Sesudah mendengar ucapan dari perempuan tersebut,
dalam hati Tong Hauw sudah berani memastikan kalau
perempuan jelek yang ada dihadapinya ini benar2 adalah
Ciang Ooh. . Karena ..kendati mereka sudah berpisah
selama dua-puluh tahun lamanya, sehingga nada suaranya
boleh dikata sama sekali berubah. . . berubah semakin
melengking, semakin mengerikan dan membuat bulu kuduk
setiap orang pada berdiri tapi nada keras dalam bahasa Han
yang masih di campuri dengan bahasa suku Biauwnya
belum hilang sama sekali.
-oooo0de-wi0oooo-
Jilid 3 "CIANG OOH ! memang aku yang memanggil dirimu"
sahut Si Liong keras. "Kau jangan mengacau lagi, ayoh ikut aku pulang dan berpikirlah secara tenang seorang diri."
"Siapa yang aku pikirkan ?" mendadak Ciang Ooh
berteriak sambil melototkan matanya kearah siorang tua itu,
"Heee. . . heeh..." Si Liong tertawa dingin tiada hentinya
"Sudah tentu memikirkan orang yang selama ini kau
pikirkan terus!"
Dari bagian tenggorokan Ciang Ooh mendadak
memperdengarkan suatu suara yang amat serak dan aneh
sekali. "Tong Hauw... sitelapak berdarah TongHauw" teriaknya.
Tong Hauw yang ada didalam ruangan sewaktu melihat
dan mendengar apa yang diucapkan oleh perempuan
tersebut, bahkan menjerit dan menyebutkan namanya
dengan suara yang begitu menyeramkan, dalam hatinya
semakin mantap bila dia benar2 adalah Ciang Ooh yang
sudah berpisah selama dua puluh tahun lamanya dengan
dirinya. Hatinya benar2 merasa tidak tahan lagi, ia merasakan
suara sesunggukan isak tangis mulai berbunyi dari
tenggorokannya, karena tertahan dengan paksa maka suara
tersebut pada saat ini kedengarannya jadi sangat aneh
sekali. Pada waktu itu Si Liong sedang pusatkan seluruh
perhatiannya untuk menghadapi Ciang Ooh sehingga dia
orang sama sekali tidak mendengar adanya suara aneh yang
berkumandang keluar dari balik ruangan disampingnya.
Lain halnya dengan Kan Tek Lin yang berdiri disisinya,
sewaktu mendengar dari dalam ruangan bergema keluar
suara yang sangat aneh, ia jadi rada tertegun.
"Toako, siapa yang ada didalam ruangan itu?" serunya tak tertahan, Si Liong jadi melengak, "Aaakh ! tidak ada orang..." Tetapi belum habis ia mengucapkan kata2nya
pada waktu itu iapun bisa menangkap datangnya suara
aneh dari dalam ruangan tersebut.
Tubuhnya buru2 meloncat kesamping kemudian laksana
sambaran kilat berkelebat maju dua tiga langkah kedepan.
"Siapa ?" bentaknya sambil mengayunkan senjata cakar naga saktinya kedepan.
Pada waktu itu, sekalipun Si Liong tidak membentak,
Tong Hauw dengan sendiripun akan ke luar dan tempat
persembunyiannya.


Jago Kelana Karya Tjan I D di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Menurut pikiran Tong Hauw, kepingin sekali ia
menerjang keluar dan langsung menerjang kehadapan
Ciang Ooh untuk menuturkan seluruh kisah sedihnya
selama perpisahan ini.
Tetapi...penghidupan selama dua puluh tahun yang
terasing membuat sifatnya jauh lebih tenang, ia tahu berada dalam keadaan seperti ini bilamana ia bertindak secara
gegabah maka nyawanya kemungkinan sekali bakal
terancam bahaya.
Oleh karena itu sewaktu mendengar suara bentakan dari
Thian It Poocu, ini tangannya mencengkeram pergelangan
tangan Si Soat Ang jauh lebih mengencang lagi sedang
telapak kanannya ditempelkan rapat2 diatas batok kepala
gadis tersebut.
Setelah itu dengan langkah yang amat perlahan ia
munculkan dirinya dari balik ruangan ter sebut.
"Si Poocu ! aku adanya !"
Halaman tersebut sudah sangat lama dikosongkan, Si
Liong sebagai Thian It Poocu sudah tentu tidak mungkin
tidak tahu kalau tempat itu sebenarnya adalah kosong.
Sewaktu mendengar timbulnya suara aneh tadi dalam
hati ia merasa keheranan apalagi pada saat ini mendengar
suara jawaban rasa terperana dari Si Liong kali ini benar2
luar biasa sekali.
Selama satu malaman ber-turut2 sudah terjadi dua buah
peristiwa yang ada diluar dugaan.
Ditengah suasana yang sunyi dan curahan salju yang
lebat ber-turut2 Si Liong harus mendapatkan dua kali
pukulan keras, apalagi jejak dari putrinya tidak diketahui, ditambah lagi pada saat ini didalam bentengnya secara
mendadak muncul seorang asing bagaimana mungkin hal
ini tidak membuat hatinya terasa sangat terperanjat " "
Haruslah diketahui, penjagaan disekeliling Benteng
Thian It Poo amat ketat sekali, jangan harap ada seorang
manusiapun bisa memasuki benteng tersebut tanpa
diketahui oleh para penjaga.
Tetapi kini, didalam Benteng Thian It Poo ternyata
sudah muncul seorang asing tanpa berhasil diketahui oleh
para penjaga, jelas hal ini menunjukkan kalau kepandaian
silat dari orang itu sangat luar biasa sekali.
Oleh karena itu dalam keadaan sangat terperanjat buru2
ia memberi tanda kepada Kan Tek Lin untuk bersiap siaga
sedang ia sendiri dengan
pandangan yang tajam memperhatikan orang itu.
Tong Hauw sesudah buka bicara, tubuhnyapun dengan
cepat munculkan dirinya dari balik pintu.
Per tama2 yang dapat dilihat oleh Si Liong adalah
munculnya Si Soat Ang dibawah cengkeraman Tong Hauw
. . Sewaktu melihat putri kesayangannya secara tiba-tiba
munculkan dirinya disana, Si Liong jadi terkejut.
"Ang-jie!" teriaknya keras.
Tubuhnya dengan cepat berkelebat menubruk kearah
depan ! Tetapi sebentar kemudian ia sudah melihat bila nyawa
putrinya pada saat itu sudah ada di tangan orang lain,
dengan cepat ia menghentikan langkahnya dan memandang
tajam keatas wajah sitelapak berdarah yang ada dibelakang
putrinya itu. sepasang mata dari Thian It Poocu yang sangat tajam
dengan tiada berkedip memandang wajah Tong Hauw terus
menerus, lama sekali mereka berdua tak mengucapkan
sepatah katapun.
"Toako ! siapakah dia orang?" akhirnya Kan Tek Lim ada di sisinya tak bisa menahan sabar lagi dan bertanya.
"Aku rasa kawan ini tentunya bukan lain adalah si
telapak berdarah Tong Hauw yang sudah lama lenyap dari
kalangan Bulim. bukan begitu ?"
"Heee... heeee... sedikitpun tidak salah, aku orang
memang she Tong !" teriak Tong Hauw sambil
memperdengarkan suara tertawa dinginnya yang amat
menyeramkan. "Heee... haaaa... haaa... ternyata saudara bisa menandingi benteng Thian It Poo seorang diri, peristiwa ini benar2 sangat mustahil sekali!"
"Hmmm, dikolong langit tak ada urusan yang sukar, asal dalam hati ada niat !"
Per-lahan2 Si Liong maju satu langkah kedepan.
"Tadi sewaktu aku keluar dari Benteng Thian It Poo dan berbicara dengan para anggota Benteng serta Teh Hoo
Siang Sah, cayhe baru tahu bila kau sudah menyaru sebagai
seorang kakek tua yang sedang menyingkir dari bahaya dan
berdiam selama dua puluh tahun lamanya diluar benteng
Thian It Poo, agaknya tujuanmu hendak memasuki ke
dalam benteng kami !"
Dalam hati Tong Hauw benar2 merasa amat gusar,
tetapi bagaimanapun dia adalah seorang jagoan yang sudah
lama berkelana didalam dunia persilatan dia tahu setelah
dirinya berhasil mencengkeram Si Soat Ang maka keadaan
situasi sangat menguntungkan terhadap dirinya.
Tetapi sesudah dilihatnya sampai pada saat ini keadaan
masih tidak juga menguntungkan dirinya, dan memerlukan
waktu yang lebih lama lagi untuk bersabar maka dengan
paksakan diri menahan rasa gusar yang berkecamuk
dihatinya ia menjawab:
"Sedikitpun tidak salah !"
Si Liong dongakkan kepalanya tertawa terbahak2, suara
tertawanya ini sangat aneh sekali dan memanjang tiada
henti2nya. Kurang lebih seperminum teh kemudian ia baru berhenti
tertawa. teriaknya keras:
"Lalu apakah saudara ada ikatan dendam dengan aku
orang she Si ?"
"Benar ! dendam atas perbuatanmu merebut istriku ?"
Teriak Tong Hauw sambil menggertak giginya kencang2.
Didalam anggapan Sitelapak berdarah, setelah perkataan
tersebut diucapkan keluar maka diatas paras muka Si Liong
tentu akan memperlihatkan perubahan yang sangat hebat,
karenanya dengan penuh perhatian gerak gerik musuhnya
sambil diam2 mengambil persiapan untuk menghadapi
perubahan mendadak.
Siapa sangka, peristiwa yang telah terjadi jauh berada
diluar dugaannya, Si Liong hanya melengak saja sesudah
mendengar perkataan tersebut "Apa maksud dari perkataan saudara ini?" tanyanya kebingungan.
"Apakah kau masih tidak paham ataunya memang pura2
berlagak pilon ?" Bentak Tong Hauw dengan murka, "Siapa yang pernah kau rebut pulang dari daerah Biauw Ciang
pada dua puluh tahun yang lalu ?"
Air muka Si Liong mendadak berubah menghebat,
"Ciang Ooh ?" serunya tak tertahan.
Sembari berkata ia melangkah mundur satu langkah
kebelakang lalu memandang sekejap kearah Ciong Ooh dan
memandang pula kearah Tong Hauw, agaknya ia menjadi
paham kembali dan mengangguk perlahan.
"Ehmmm...! tidak aneh kalau dia menyebut kan nama
Tang Hauw terus menerus, kiranya dia adalah..."
Tidak menunggu Thian It Poocu menyelesaikan
perkataannya, dengan jantung hampir meledak saking tidak
kuatnya Tong Hauw menggembor keras:
"Benar! dia adalah istriku !"
Teriakannya kali ini benar2 sangat keras laksana
halilintar yang membela bumi, membuat semua orang
merasa sangat terperanjat !
Bersamaan dengan suara gemborannya itu mendadak
tampaklah telapak tangan kirinya mencengkeram kencang2
urat nadi Si Soat Ang sedang tangan kanannya yang semula
ditekan ke atas batok kepala gadis tersebut pada saat ini perlahan2 diayunkan keatas.
Telapaknya per-lahan2 berubah jadi memerah laksana
darah, sambil menarik tubuh Si Soat Ang maju kedepan
telapak tangannya langsung melancarkan satu pukulan
dahsyat menghantam dada Si Liong.
Datangnya serangan tersebut benar2 luar biasa cepatnya,
Si Liong yang melihat telapak tangannya sudah berubah
jadi merah padam laksana darah dan sangat menyeramkan
sekali, apabila angin pukulan yang menyambar datang
diselingi dengan bau darah yang amis buru2 meloncat
mundur kebelakang.
Senjata cengkeraman naga saktinya dengan gerakan dari
atas menuju kebawah menghajar pergelangan tangan kanan
Tong Hauw. Tong Hauw begitu dapat melihat wajah Si Liong yang
ada dihadapannya, dalam benak pun segera teringat
kembali akan pahit getirnya yang diderita selama dua puluh
tahun ini. Hawa amarah yang memuncak tak dapat di tahan lagi,
dengan penuh rasa dendam dan benci ia mengirim satu
pukulan yang maha dahsyat kearah musuhnya.
Tampak sepasang matanya berubah jadi merah ber-api2,
dari mulutnya memperdengarkan suara jeritan yang sangat
aneh. Melihat serangannya gagal mendadak ia menarik
kembali tangannya kebelakang kemudian tanpa berpikir
panjang lagi kembali ia mengirim satu hajaran keatas batok
kepala Si Soat Ang.
Urat nadi dari Si Soat Ang sudah kena dicengkeram hal
ini membuat dirinya pada saat ini boleh dikata tak memiliki tenaga lagi untuk me lawan, ditambah pula datangnya
serangan tersebut cepat laksana kilat.
Kelihatannya sebentar lagi batok kepala dari Si Soat Ang
sang gadis tersebut akan hancur di bawah hajaran serangan
telapak berdarahnya itu !
Tetapi pada saat2 vang amat kritis itulah, situasi kembali
berubah. Si Liong Hauw melihat putri kesayangannya bakal
menemui ajalnya ditangan Tong Hauw, saking terperanjatnya ia jadi berdiri mematung dengan mata
terbelalak dan mulut melongo lebar2 kendari tak ada
maksud untuk berteriak tetapi tak sepatah katapun berhasil
meloncat keluar dari mulutnya.
Kan Tek Lin yang melihat putri kawan karibnya
terancam bahaya segera membentak keras, seruling besinya
dengan disertai suara desiran yang tajam membabat
kedepan memaksa Tong Hauw mau tak mau harus menarik
kembali serangannya kebelakang.
Ketika itu Tong Hauw sudah mengumbar rasa dendam
serta gusarnya yang terpendam selama dua puluh tahun
lamanya ini. bagaikan kalap ia menerjang dan menubruk
kesana kemari bermaksud hendak membinasakan musuhnya. Melihat Kan Tek Lim menggagalkan usahanya untuk
membinasakan gadis tersebut ia semakin gusar lagi, sambil
berteriak keras laksana kilat menyambar kembali dia orang
mengirim satu pukulan laksana ombak dahsyat ditengah
tengah samudra.
Kontan saja tubuh Kan Tek Lin kena terhantam sehingga
tak kuasa lagi kena terdesak mundur satu langkah lebar
kebelakang. Tetapi justru karena ia mundur kebelakang tubuhnya jadi
terbentur dengan Ciang Ooh yang ada disana.
Kan Tek Lin pernah merasakan pahit getir-nya ditangan
Ciang Ooh, begitu ia merasakan tubuhnya menubruk
perempuan tersebut dalam hati lantas mengerti kalau
keadaan sangat tidak menguntungkan bagi dirinya.
Belum sempat ia meloloskan diri dari sana, Tiba2
terdengar Ciang Ooh menjerit aneh, pundaknya terasa sakit
tahu2 ia sudah kena dicengkeram oleh perempuan tersebut.
Kan Tek Lim jadi amat terperanjat, tetapi perubahan
situasi sudah berlangsung dengan cepatnya, belum sempat
ia menjerit kaget telapak tangan Ciang Ooh sudah
digetarkan. Tanpa ampun lagi tubuhnya melempar keatas udara
kemudian melayang turun menekan ke-arah Tong Hauw.
Seluruh kejadian ini berlangsung dalam waktu yang amat
singkat, bahkan boleh dikata berlangsung dalam saat yang
bersamaan ! Telapak tangan Tong Hauw belum sampai mampir
diatas balok kepala Si Soat Ang, tubuh Kan Tek Lin yang
tinggi besar itu sudah jatuh menindih tubuhnya.
Terhadap Tong Hauw, peristiwa ini merupakan suatu
kejadian yang berlangsung diluar dugaannya, ia ingin
menghindarkan diri tetapi tidak sempat lagi.
Dalam keadaan gugup dan gelagapan buru2 hawa
murninya ditarik mengelilingi seluruh tubuh, pergelangan
tangannya mendadak membalikkan serangannya yang
semula ditujukan keatas batok kepala Si Soat Ang, kini
berbalik menghantam keatas pundak Kan Tek Lin.
"Braak.... aduuuh !" suara benturan serta jeritan berkumandang ber-sama2 memenuhi angkasa.
Pukulan telapak berdarah dari Tong Hauw benar2 luar
biasa lihaynya sekalipun Kan Tek Lin adalah seorang
jagoan lihay yang memiliki kepandaian silat tinggi tak
urung tubuhnya kena terhajar pula sehingga kembali
terpental ketengah udara.
Diiringi suara jeritan ngeri yang menyeramkan tubuh
orang itu melayang ketengah udara bagaikan layang2 putus
dan terlempar jauh keluar dari kalangan.
Dan bersamaan waktu itu pula Si Liong berhasil
menenangkan pikirannya.
Bagaimanapun Si Liong adalah seorang jagoan Bu lim
yang mempunyai pengetahuan luas, pada saat itulah ia
dapat melihat telapak kanan Tong Hauw mengayun keatas
sedang tangan kirinya mencengkeram urat nadi Si Soat Ang
membuat bagian dadanya jadi terbuka, inilah suatu


Jago Kelana Karya Tjan I D di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

kesempatan yang bagus untuk melancarkan serangan.
Tanpa ragu2 lagi, kakinya menginjak kedudukan "Tiong
Kiong" menuju kepintu "Cong Bun", senjata cengkeraman naga saktinya laksana serentetan cahaya pelangi langsung
menerjang kearah dada Tong Hauw.
Baru saja sitelapak berdarah berhasil memukul pantai
tubuh Kan Tek Lin, untuk membalikkan lengan menangkis
datangnya serangan tersebut tidak mungkin lagi . . . ia jadi bingung setengah mati ! !
Didalam keadaan yang sangat kritis ia merasa jauh lebih
penting mempertahankan nyawanya, mendadak terdengar
Tong Hauw berteriak aneh, kelima jari tangan kirinya yang
mencengkeram Si Soat Ang dilepaskan, lalu melemparkan
tubuh gadis tersebut jauh2 dari tengah kalangan.
Tangan kirinya langsung menerjang kedepan menyambut
datangnya serangan senjata cengkeraman naga sakti
tersebut dengan gerakan menyambar.
Walaupun sambarannya ini dilakukan dalam keadaan
ter-gesa2, tetapi gerakannya sangat tepat dan ganas, tahu2
kelima jarinya sudah mengejang dan mencekal senjata
musuhnya erat2.
Mereka berdua ber-sama2 kerahkan tenaga untuk
menarik kearah belakang. Bila membicarakan soal tenaga
dalam maka hawa Iweekang yang dimiliki Si Liong jauh
lebih tinggi satu tingkat dari sitelapak berdarah, oleh karena itu sewaktu mereka berdua ber-sama2 menarik senjata itu
sekuat tenaga. tubuh Tong Hauw tidak bisa berdiri tegak
lagi, tak kuasa tubuhnya tersentak maju setengah langkah
kedepan. Ketika itu mereka berdua sama2 mencekal senjata
cengkeraman naga saktinya setiap orang satu ujung yang
berlawanan dengan jarak cuma tiga depa saja, justru
keadaan yang sangat dekat inilah membuat situasi semakin
menegangkan karena pertempuran jarak dekat lebih
mengerikan dari pada pertempuran biasa.
Suara tertawa terbahak2 dari Si Liong tadi sebenarnya
merupakan pertanda bagi jago2 lihay dari benteng Thian It
Poo, pada waktu ini mereka dengan membawa obor segera
berlarian mendatang dan mengurung halaman tersebut
rapat2. BoIeh dikata hampir seluruh pekarangan sudah dipenuhi
dengan jago2 lihay, hanya saja Tong Hauw serta Si Liong
yang sedang melakukan pertempuran sengit tak ada waktu
lagi untuk memperhatikan hal2 tersebut.
Sebaliknya para jago yang keburu tiba disana ketika
melihat si seruling besi yang menggetarkan lima telaga Kan
Tek Lin kena terpukul pental oleh hantaman musuh dan
melihat pula Pocu mereka sedang melangsungkan pertempuran jarak dekat dengan pihak musuh, saking
kagetnya mereka pada membelalakkan matanya dan mulut
melongo! Tong Hauw segera melancarkan satu pukulan menghajar
tubuh Si Liong yang berada sangat dekat dengan dirinya
itu. Dalam hati Si Liong mengerti bila tenaga dalam yang
dimilikinya jauh lebih tinggi dari tenaga lwekang pihak
musuh, kendari begitu ia pun mengetahui pula bila pukulan
telapak berdarah merupakan salah satu ilmu pukulan
beracun yang sangat lihay dari aliran sesat, bila ia berani menerima datangnya serangan dengan keras lawan keras,
malah tidak urung dirinya akan menderita kerugian juga !
Oleh karena itu sambil menunduk menghindarkan diri
dari datar gaya serangan tersebut, tiba2 ia melepaskan
senjata andalannya dan berputar secepat kilat diatas
permukaan salju langsung menubruk kebelakang punggung
Tong Hauw. Terlihatlah bunga2 salju beterbangan memenuhi angkasa
dan tersebar keempat penjuru karena terkena gesekan
kakinya itu. Pada waktu itu Tong Hauw lagi berdiri melengak, Si
Liong yang berhasil menerobos kebelakang punggung
musuhnya kontan mengayunkan sang telapak tangan
melancarkan satu pukulan bebat.
Tong Hauw yang melihat pihak musuhnya secara tiba2
melepaskan senjata andalannya, dalam hati sudah merasa
keadaan tidak beres, apalagi pada saat ini secara mendadak
ia merasakan datangnya angin pukulan dibelakang
punggung, dalam hati merasa semakin terperanjat lagi.
Ujung kakinya buru2 menutul keatas permukaan tanah
untuk menerjang maju kearah depan.
Sebenarnya keadaan dari Si Liong pada saat ini sangat
menguntungkan sekali, asalkan
pukulannya dikirim kedepan maka pihak musuh pasti akan terkena hajaran.
Siapa tahu . . pada saat itulah se-konyong2 terdengar Si
Soat Ang putri kesayangannya menjerit keras.
"Aaaaah, , . ayah ! cepat. . . . cepat tolong aku. . .ayah !"
Begitu mendengar suara teriakan itu, tanpa banyak
berbicara lagi Si Liong menarik kembali serangannya dan
buru2 menoleh kearah putrinya.
"Aaah. ." Begitu dapat melihat apa sudah terjadi, Thian It Poocu segera merasakan hatinya bergidik, bulu roma
pada berdiri semua.
Terlihatlah Si Soat Ang, putri kesayangannya sudah
terjatuh ketangan Ciang Ooh siperempuan gila itu !
cengkeraman Ciang Ooh yang aneh seperti cakar elang
dengan kencangnya mencengkeram pundak sang gadis dan
mengangkat tubuhnya sehingga jauh meninggalkan permukaan tanah.
Walau Si Soat Ang meronta sekuat tenaga tetapi tiada
berguna, bukannya terlepas dari cengkeraman perempuan
itu, ia malah merasakan pundaknya semakin sakit.
Yang membuat Si Liong lebih terkejut lagi adalah paras
muka Ciang Ooh yang berubah sangat aneh sekali pada
waktu itu. Sebenarnya paras muka Ciang Ooh sudah amat kurus
sekali sehingga dagingpun sudah habis dan mirip dengan
seperangkat tengkorak, apa lagi pada saat ini bergetar amat keras membuat setiap orang yang melihat wajahnya terasa
seperti melihat panca indranya sedang bergoyang dan
berpindah tempat tiada hentinya.
Terutama sekali sepasang matanya yang memancarkan
cahaya tajam itu !
Melihat peristiwa tersebut saking terperanjatnya Si Liong
hanya bisa berdiri mematung sambil goyangkan tangannya
berulang kali, apa yang ingin dibicarakan sukar untuk
dikeluarkan ia merasa tenggorokannya seperti tersumbat
oleh sesuatu. Didalam menghadapi situasi semacam ini sudah tentu
tak ada waktu lagi baginya untuk melanjutkan serangannya
kearah Tong Hauw.
Sedang Tong Hauw pun buru2 melayang sejauh
beberapa kaki kemudian memutar badannya, tetapi ketika
melihat kejadian ini diapun dibuat berdiri melengak.
"Eeeei . . . cepat lepaskan dirinya ! cepat lepaskan dirinya
. . . " teriak Thian It Pocu dengan suara yang keras.
Tenaga dalam dari Thian It Poocu sudah berhasil dilatih
hingga mencapai pada taraf kesempurnaan apalagi Si Soat
Ang adalah putri kesayangannya.
Suara teriakannya kali ini benar-benar amat keras sekali
bahkan sangat menyeramkan !
Saking ngerinya membuat Tong Hau yang sudah ber-
siap2 melancarkan serangan kedepan jadi tertegun dan
membatalkan niatnya itu.
Walaupun jago2 lihay dari Benteng Thian lt Poo sangat
banyak, tetapi suatu melihat puteri kesayangan Poocu
mereka terjatuh ditangan siperempuan gila itu, mereka pun
tidak bisa berbuat apa2, dengan wajah pucat dan mata
mendelong mereka cuma bisa berdiam diri.
Suasana disekeilling tempat itu segera berubah jadi
sangat tenang sekali, tak kedengaran sedikit suarapun
bergema disana.
Si Soat Ang yang kena dicengkeram Ciang Ooh, dalam
hati benar2 merasa amat takut, dengan napas ter-engah2
dan berusaha meronta sekuat tenaga tiba2 teriaknya keras.
"Tia ! kenapa kau tidak turun tangan menolong aku"
kenapa kau tidak hajar perempuan gila yang terkutuk ini ?"
Butiran keringat dingin sebesar kacang kedelai mulai
mengucur keluar dengan derasnya, membasahi seluruh
tubuh Si Liong ber-turut2 ia maju dua langkah kedepan.
Pada waktu itulah mendadak
"Heee. . . heee, . kau jangan coba2 berjalan maju lagi. . .
kalau tidak, . . Hemm ! aku hajar mati dulu si bocah
perempuan ini !" ancam Ciang Ooh dengan nada suara
yang sangat dingin.
Agaknya pada waktu itu kesadarannya sudah rada jadi
tenang. Sekalipun Si Liong mempunyai kepandaian silat yang
sangat lihaypun menghadapi keadaan seperti ini ia jadi mati kutunya.
"Ciang Ooh ! kiranya kau sudah sadar kembali." serunya pura2 merasa gembira, "Kalau begitu bagus sekali ! mari kita bicarakan persoalan kita secara per-lahan2 !"
"Hee . . hee, . . selama puluhan tahun ini aku selalu sadar
! kapan aku pernah kehilangan kesadaranku ?" Tegur Ciang Ooh dingin, "Sejak kapan aku pernah melupakan
perbuatanmu yang seperti binatang terkutuk itu ?"
Beberapa patah perkataan itu diucapkan oleh perempuan
tersebut dengan amat jelas sekali, hal ini membuat keadaan
diri Si Liong lebih mengenaskan lagi, tetapi dia orang sama sekali tidak mengumbar hawa amarahnya.
"Benar. . . benar sekali !" terpaksa jawabnya, "Tetapi seharusnya kau lepaskan dulu bocah perempuan itu !"
walaupun perkataan dari Ciang Ooh kedengarannya sangat
jelas dan menunjukkan kalau pikirannya masih terang,
tetapi omongnya ternyata kadang2 rada kacau.
Terdengar ia tertawa dengan seramnya "Heee... heeee
kenapa " aku... aku tidak gampang aku mencari dirinya,
sekarang sesudah kuketemu kan kenapa harus aku lepaskan
kembali ?"
"Ciang Ooh ! kau sudah salah menduga," teriak Si Liong sembari mengusap kering keringat yang mengucur keluar
"Kau kira orang yang kau cekal pada saat ini adalah siapa ?"
Sepasang mata dari perempuan gila itu mulai berputar2,
sedang dari tenggorokannya memperdengarkan suara yang
amat tinggi melengking.
"Tong Hauw. . . sitelapak berdarah Tong Hauw..."
Keadaan serta pemandangan yang berlangsung pada saat
ini benar2 membuat Tong Hauw merasa amat pedih dan
seperti di-iris2, saking terpukulnya seluruh tubuh tiada
hentinya gemetar sangat keras.
Kepingin sekali dia orang berbicara banyak dengan
perempuan itu tetapi, kecuali suara aneh yang tiada
hentinya bergema keluar dari bibirnya tak sepatah katapun
bisa diucapkan keluar
Si Liong yang mendengar jawaban dari perempuan gila
itu, per-lahan2 baru menghembuskan napas lega.
"Ciang Ooh ! kau sudah salah mencari orang2 yang kau
pegang pada saat ini bukanlah Tong Hauw !" serunya keras,
"Coba kau perhatikan lebih jelas lagi. dia cuma seorang bocah perempuan yang masih kecil, seorang gadis sudah
tentu tidak mungkin adalah Tong Hauw-mu itu!"
Ciang Ooh jadi melengak, mendadak ia mengangkat
tubuh Si Soat Ang tinggi2 kemudian sambil pentangkan
matanya lebar2 ia memperhatikan gadis tersebut tajam2.
Pada saat itu ujung hidungnya hampir2 saja menempel
dengan hidung dari Si Soat Ang, sepasang matanya yang
sudah sayu dan boleh dikata mati memancarkan cahaya
tajam yang amat menakutkan.
Si Soat Ang jadi sangat ketakutan, ia pejamkan matanya
rapat2 sedang mulutnya menjerit2 terus.
Setelah memperhatikan si Soat Ang beberapa waktu
lamanya, terakhir Ciang Ooh gelengkan kepalanya berulang
kali "Perkataanmu sedikitpun tidak salah, dia... dia memang bukan Tong Hauw ku !"
Sembari berkata ia benar2 mengendorkan cekalannya
sehingga membuat tubuh Si Soat Ang jadi jatuh terkulai
keatas tanah, tetapi sebelum tubuh gadis tersebut mencapai
permukaan tanah Si Liong sudah keburu merendahkan
badan sambil melancarkan serangan dengan mendorong
sepasang telapaknya sejajar dada.
"Branak . . !" segulung angin pukulan yang sangat keras dengan cepat menggulung tubuh Si Soat Ang sehingga jatuh
terpental kearah luar kalangan.
"Jie-te !" teriak Si Liong dengan cepat sehabis
melancarkan serangan tersebut.
Kan Tek Lin menyahut, tubuhnya dengan gesit dan
sebatnya lantas mencelat kedepan mengejar tubuh Si Soat
Ang dan menerima badan gadis tersebut sebelum terjatuh
kembali ketanah.
Begitu gadis tersebut kena terpegang oleh Kan Tek Lin.
ia jadi lemas dan merintih tiada hentinya. Ternyata ia sudah kehabisan tenaga saking takut dan tegangnya tadi.
"Jie-te !" teriak Thian It Poocu kembali.
"Tidak mengapa, tidak mengapa ia cuma jatuh tak
sadarkan diri karena saking takut dan terperanjatnya".
Melihat putrinya selamat tanpa kekurangan sesuatu
apapun, Si Liong baru bisa menghembuskan napas lega,
tubuhnya dengan cepat mengundurkan diri kearah
belakang. "Si Liong, kau jangan pergi !" mendadak Ciang Ooh menjerit tajam.
Si Liong jadi melengak, telapak tangannya segera
disilangkan kedepan serta kebelakang ber jaga2 terhadap
serangan bokongan dari Tong Hauw.
"Ada apa kau memanggil aku lagi ?" tegurnya. "Selama ini aku mengira kau sudah menjadi gila maka itu demi
kebaikanmu aku sudah kurung dirimu didalam pagoda
tersebut kini bilamana kau merasa pikiranmu sudah terang.
suka meninggalkan tempat ini pergilah sesukamu, aku tidak
akan menahan dirimu lagi !"
Untuk beberapa waktu lamanya tegak Ciang Ooh seperti
orang yang sedang kebingungan terhadap perkataan dari Si
Liong tadi. ia menengadah keatas dan terpekur diam.
"Aku.,.aku harus pergi kemana ?" tanyanya kemudian semudah lewat beberapa saat lamanya.
Mendadak Si Liong berkelebat menyingkir sejauh-jauh,
delapan depa kesamping kalangan.
"Kau mau pergi kemana, bagaimana aku bisa tahu "
lebih baik kau tanyakan saja kepada sitelapak berdarah


Jago Kelana Karya Tjan I D di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Tong Hauw !" jawabnya kemudian.
"Tong Hauw?" teriak Ciang Ooh sambil memperdengarkan
tertawa pahitnya yang sangat menyedihkan, "Dia...dia ada dimana ?"
Sitelapak berdarah Tong Hauw sudah tidak bisa
menahan sabarnya lagi, mendadak ia menjerit aneh dan
berteriak keras:
"Aku...aku...aku ada.,.ada disini !"
Disebabkan golakan didalam hatinya yang sangat hebat
dicampur pula perasaan terharu yang mencengkram seluruh
benaknya, memulai perkataannya tadi jadi gemetar dan
terputus2. Mendengar jeritan tadi, sekali lagi Ciang Ooh
mendongakkan kepalanya keatas.
Dengan badan gemetar Tong Hauw mulai melangkah
maju kedepan dan akhirnya berhenti di depan tubuh
siperempuan tersebut.
"Ciang Ooh !" sapanya, "Aku adalah Tong Hauw yang kau pikirkan selama !"
Kali ini, agaknya Ciang Ooh bisa mendengar jelas
perkataan tersebut. sepasang matanya terbelalak lebar2
kemudian memandang tajam seluruh tubuh sitelapak
berdarah itu. Tong Hauwpun membelalakkan matanya yang pada saat
ini sudah dibasahi dengan kucuran air mata, dalam hati ia
berpikir, Ciang Ooh tentu bisa mengenali dirinya kembali !
dia pasti kenal dirinya !"
ia mengira Ciang Ooh yang sedang memperhatikan
seluruh tubuhnya tentu akan membuat perempuan tersebut
mengenali kembali dirinya, hal ini sudah tentu menurut
pikiran serta perasaan dari Tong Hauw sendiri.
Padahal, jangan dikata Ciang Ooh adalah seorang
perempuan yang sudah gila, sekalipun seorang yang masih
segar bugar dan awaspun belum tentu dapat mengenali
dirinya yang tempo dulu merupakan seorang pemuda yang
tampan dan kini telah berubah menjadi seorang kakek tua
yang wajahnya telah dipenuhi dengan keriput dan matanya
memancarkan cahaya berapi2.
Selagi Tong Hauw hendak mengucapkan sesuatu,
mendadak Ciang Ooh siperempuan gila itu mengayunkan
tangannya memerseni sebuah gaplokan keras kearah wajah
Tong Hauw. Pada ketika itu Tong Hauw sedang memandang wajah
Ciang Ooh dengan rasa terharu, semua pikiran didalam
benaknya sudah kosong melompong ditambah pula ia tidak
menyangka kalau perempuan tersebut bisa melancarkan
serangan kearahnya.
Tanpa ampun lagi: "Plaaak!" pipinya kena terhajar sangat keras hingga membuat tubuh si telapak berdarah
terpental kesamping dan jatuh terjengkang keatas tanah.
Walaupun dengan sebatnya Tong Hauw berhasil
meloncat bangun kembali, tapi tak urung pipinya jadi
bengkak juga terkena gaplokan yang amat keras itu.
Napasnya masih ter-engah2, sedang matanya terbelalak
semakin lebar, untuk beberapa saat lamanya sitelapak
berdarah yang telah sangat terkenal didalam dunia
persilatan ini tak dapat mengucapkan sepatah katapun.
Waktu itulah terdengar Ciang Ooh mulai memaki kalang
kabut "Hmm ! kau manusia macam apa " bagaimana mungkin
kau adalah Tong Hauw yang aku pikirkan !"
"Ciang Ooh ! aku adalah Tong Hauw, aku benar2 adalah
Tong Hauw... coba kau perhatikan lebih teliti, aku memang
banyak berobah tetapi bila kau perbaikan lebih seksama
maka kau pasti akan mengenali diriku kembali, coba ! kau
perhatikan diriku lagi" jerit sitelapak berdarah dengan keras.
Sinar mata yang tajam dari Ciang Ooh tiada hentinya
memperhatikan wajah Tong Hauw, tetapi tempo dulu
sewaktu ia memasuki benteng Thian It Poo ini dalam
keadaan gila, ia sendiri pun sama sekali tidak mengetahui
dirinya pada waktu itu sudah berubah jadi seperti apa
didalam benaknya ia cuma mengingat terus bahwa Tong
Hauw seorang pemuda yang sangat tampan.
Kini secara mendadak seorang kakek tua cela ka
mengakui dirinya sebagai Tong Hauw, hal ini sudah tentu
membuat hawa amarahnya jadi memuncak. Terdengar
perempuan itu tiba2 mem perdengarkan suara jeritan yang
tidak enak didengar.
"Kau berani mengaku lagi !" bentaknya gusar
Ketiga patah kata itu dijeritkan dengan sangat
mengerikan laksana enam batang anak panah yang
menembusi selaput telinga saja membuat paras muka setiap
orang terasa berubah hebat.
Kan Tek Lin serta Si Liong sekalipun buru2
menghindarkan diri beberapa langkah kebelakang, sedang
para jago yang bersembunyi disekeliling tembok pekarangan
tersebut ada beberapa orang yang hatinya tergetar keras
sehingga tak terhindar lagi pada jatuh terpelanting keatas
tanah. Tong Hauw yang pertama2 menerjang kedepan, didalam
sekejap saja merasakan darah panas bergejolak dengan amat
kerasnya didalam dada, ia merasa mulutnya jadi manis,
sambil mundur kebelakang dengan sempoyongan dan
mulutnya memuntahkan darah segar.
Dimana tubuhnya mengundurkan diri tepat merupakan
dihadapan Si Liong berada.
Thian It Poocu yang melihat kesempatan baik ada
didepan mata, ia tidak mau me-nyia2kan lagi, kontan saja
telapak tangannya dikirim kedepan melancarkan satu
pukulan dahsyat menghajar pinggang dari sitelapak
berdarah itu. Didalam jeritannya tadi sebenarnya Ciang Ooh tidak ada
maksud buat melukai orang, tetapi berhubung tenaga
dalamnya berhasil dilatih hingga mencapai pada taraf yang
sangat tinggi maka jeritannya tadi tanpa terasa sudah
mempunyai daya kekuatan yang mirip dengan ilmu
"Auman singa emas" dari kalangan Buddha serta "Ilmu iblis pembelot sukma" dari aliran sesat.
Jika dibicarakan dari tingkatan tenaga lwee-kang yang
berhasil dimiliki Tong Hauw pada waktu itu, asalkan
kerahkan tenaga murninya untuk melindungi seluruh
tubuhnya saja tidak bakal sampai terluka dibawah serangan
jeritan keras tadi.
Cuma sayang, sewaktu keadaan mencapai pada saat2
kritisnya, Si Liong sudah menggunakan kesempatan baik
itu untuk mengirim satu pukulan keatas punggungnya.
Tak kuasa lagi badan si telapak berdarah itu terpelanting
kearah depan dan muntahkan darah segar dengan amat
derasnya. Tubuhnya yang rubuh keatas tanah segera melingkar jadi
satu, darah segar yang muncrat ke luar dari mulutnya
dengan cepat mengotori permukaan salju nan putih itu.
Si Liong yang melihat serangannya berhasil merubuhkan
Tong Hauw keatas tanah dalam hati serasa sangat girang,
tubuhnya dengan cepat maju selangkah kedepan siap2
mengirim kembali satu hantaman guna membereskan
nyawanya. Pada saat itulah mendadak. . .
"Si Pocu! jangan turun tangan jahat" mendadak dari balik tembok pekarangan berkumandang datang suara
seseorang. "Orang ini kami perlukan dalam keadaan
hidup2!" Diiringi suara perkataannya, muncullah sesosok bayangan manusia melayang turun kedalam kalangan.
Orang itu bukan lain adalah sibidadari angin hitam Chao
Sie adanya! Di belakang tubuh sibidadari angin hitam Chan Sie
menyusul pula suaminya si malaikat kelabang emas Li
Siauw beserta beberapa orang jagoan lihay dari benteng
Thian It Poo seperti Sin To Siang Hauw dan lain2nya.
Si Liong yang sedang siap2 melancarkan pukulan
menghajar mati Tong Hauw mendadak tindakannya ini
dicegah oleh Chan Sie, dengan cepat ia menurunkan
tangannya kembali.
"Ooouw...kiranya kaitan berdua sudah datang" ujarnya perlahan "Apakah kalian berdua pun ada ganjalan sakit hati sedalam lautan dengan sitelapak berdarah Tong Hauw ?"
"Benar !" sahut Chan Sie membenarkan. "Kami sudah ada dua puluh tahun lamanya mencari dirinya, ini hari
sesudah menemukan dirinya kembali sangat mengharapkan
Si Poocu suka menyerahkan kepada kami. Budi ini kami
berdua tidak bakal melupakan untuk selamanya".
"Haaa...haaa...Chan Sian Ho terlalu sungkan... bila
orang ini benar merupakan musuh bebuyutan yang sedang
kalian cari, kami orang2 dari pihak benteng Thian It Poo
pasti tidak akan menghalangi perbuatan kalian ini"
"Kalau begitu kami ucapkan terima kasih dulu kepada Si Poocu !" seru Chan Sie serta Li Siauw berbareng.
Gerakan mereka serempak, sembari berkata tubuhnya
sudah melangkah maju kedepan, masing-masing orang
sambil berjongkok dengan arah yang berlainan mendadak
mencengkeram urat nadi kedua tangan Tong Hauw.
Diantara getaran sepasang tangannya mendadak mereka
menarik tubuh si telapak berdarah itu dengan paksa dalam
arah yang berlawanan.
Wajah Tong Hauw pada waktu itu sangat menyeramkan
sekali, separuh pipinya sembab bengkak, ujung bibirnya
masih membekas darah segar yang pada waktu ini sudah
membeku saking dinginnya cuaca pada waktu itu.
Agaknya luka dalam yang dideritanya amat parah sekali,
walaupun tubuhnya pada saat ini sudah diangkat oleh Li
Siauw serta Chan Sie tetapi kepalanya masih tertunduk
dengan lemas. "Ha ha ha hi hi hi Tong Hauw ! tidak di sangka kaupun
bisa jadi begini pada hari ini !" Teriak Chan sie serta Li Siauw berbareng sambil memperdengarkan suara jeritannya
yang sangat menyeramkan.
Per-lahan2 simalaikat kelabang emas Li Siauw mengangkat telapak tangannya keatas siap2 hendak
ditabokkan keatas batok kepala sitelapak berdarah itu.
Tetapi baru saja tangannya diayunkan keatas mendadak
Chan Sie, istrinya sudah melancarkan serangan menyentil
telapak tangannya itu.
"Hey, apa yang hendak kau lakukan ?" mendadak
bentaknya keras "Bila kau sekali tepuk menghajar mati
dirinya bukankah terlalu enak bagi dirinya ?"
Li Siau yang merasa berpengalaman tangannya kena
disentil, buru2 menarik kembali tangannya
"Tong Hauw !" teriak Chan Sie.
Tong Hauw tetap menundukkan kepalanya rendah-
rendah, tak sepatah katapun yang diucapkan keluar
olehnya. "Tong Hauw !" kembali Chan Sie membentak.
Suara bentakan keduanya ini tetap tidak memperoleh
suara jawaban dari Tong Hauw, sebaliknya menimbulkan
perhatian dari Ciang Ooh si-perempuan gila itu.
"Siapa kau " apa kau kira nama Tong Hauw bisa kau
sebutkan seenaknya ?" tiba2 saja ia menegur dengan
suaranya yang sangat dingin.
Mendengar perkataan tersebut kontan saja Chan Sie serta
Li Siauw jadi tertegun, sibidadari angin hitam yang bersifat lebih berangasan dalam hati segera merasa amat gusar.
Bilamana pada saat ini ia tidak berada didalam Benteng
Thian It Poo mungkin sejak semula dia sudah kepingin
mengumbar hawa amarahnya, tetapi dalam hati ia tahu,
dirinya tidak dapat bergerak secara gegabah bila tidak
menginginkan terjadinya bentrokan2 dengan orang2
Benteng Thian It Poo.
Mereka berdua baru saja datang kedalam Benteng Thian
It Poo dengan dipimpin oleh Sio To Siang Hauw, sudah
tentu tidak mengetahui pula siapakah Ciang Ooh ini.
Dengan dingin Chan Sie melirik sekejap kearah
perempuan gila itu lalu sambil menoleh kearah Thian It
Poocu tanyanya:
"Eeei, Si Poocu, siapakah orang ini ?"
Pikiran tajam dengan cepat berkelebat didalam benak
siorang tua ini, akhirnya ia tertawa tawar.
"Chan Sian Hoo! pertanyaanmu ini sungguh lucu sekali.
dia datang kedalam benteng Thian It Poo kami ber sama2
dengan Tong Hauw, bagaimana aku bisa tahu siapakah dia
orang ?" Begitu beberapa patah kata itu meluncur ke luar dari
mulut sang Poocu dan benteng Thian It Poo, kontan saja
membuat Kan Tek Lin beserta Sio To Siang Hauw sekalian
beberapa orang jagoan lihay jadi melengak dan berdiri
melongo, karena mereka tahu bila apa yang sedang
dibicarakan oleh Poocunya sama sekali tidak benar !
Tetapi mereka adalah jago2 dunia persilatan yang
berpikiran cerdik, setelah tertegun beberapa saat lamanya
dengan cepat mereka menjadi paham kembali apakah
maksud yang sebenarnya dari Si Poocu mereka ini.
Karena itu tak seorangpun diantara mereka yang buka
suara, semua orang bungkam diri sambil melihat perubahan
situasi selanjutnya.
"He he he, kiranya begitu." seru simalaikat angin hitam sambil tertawa dingin, "Jadi kau lagi turun tangan untuk menolong Tong Hauw ?"
"Tong Hauw " Tong Hauw ada dimana ?" teriak Ciang Ooh kebingungan.
Chan Sie serta Li Siauw diam2 saling bertukar
pandangan sekejap kendari mereka sudah sering berkelana
didalam dunia persilatan sehingga mereka memiliki
pengetahuan yang amat luas tetapi pada saat inipun tidak
berhasil menebak dari aliran manakah perempuan tersebut.
Sambil menahan hawa gusar yang semakin memuncak
didalam dadanya, Chan Sie tertawa dingin tiada hentinya.
"Tong Hauw ada dimana apakah kau tidak tahu ?" balik tanyanya.


Jago Kelana Karya Tjan I D di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Ciang Ooh adalah seorang perempuan yang sudah gila,
sewaktu pikirannya tidak boleh di kata urusan apapun tidak
diketahui olehnya kecuali Tong Hauw seorang.
Oleh sebab itu ketika mendengar pertanyaan dari si
bidadari ang"n hitam ini ia jadi menangis tersedu2.
"Aku tidak tahu, aku tidak tahu Tong Hauw ada
dimana..." teriaknya keras.
Melihat kejadian ini perasaan curiga didalam hati Chan
Sie serta Li Siauw semakin menebal.
"Hmm ! Tong Hauw sudah berhasil kami tawan apakah
kau tidak dapat melihat ?" bentak Chan Si lagi.
Sewaktu pikiran Ciang Ooh tidak sadar, biji matanya
memang berwarna abu2 dan sama sekali tak bersinar
sehingga keadaannya mirip sekali dengan seorang buta,
karena itu Chan Sie baru mengajukan pertanyaan tadi.
"Dimana?" terdengar Ciang Ooh siperempuan gila itu menggembor keras, "Kalian sudah menawan dirinya "
mengapa kalian menawan Tong Hauw ku ?"
Sembari menjerit keras tubuhnya segera menerjang maju
ke depan mendesak kearah mereka berdua.
Chan Sie yang melihat pihak lawan mendesak datang,
dengan cepat ia mengirim satu kerlingan mata kearah Li
Siauw. Li Siauw mengiakan begitu dilihatnya tubuh Ciang Ooh
sudah ada dua tiga tengah dihadapan mereka buru2 ia
melepaskan cekalannya pada pergelangan tangan si telapak
berdarah itu. Begitu Li Siauw melepaskan tangannya, Can Sie segera
menyentak lengannya kebelakang dan melemparkan tubuh
Tong Hauw yang sama sekali tak bertenaga itu kearah
belakang. Pada Waktu itulah Li Siauw sudah merangkap sepasang
telapaknya sejajar dengan dada kemudian langsung
mengirim satu pukulan menghantam dada Ciang Ooh.
Chan Sie agaknya merupakan seorang yang mempunyai
sifat teliti, karena dalam hatinya ia masih merasa takut
terhadap hubungan perempuan gila itu dengan pihak
benteng Thian It Poo, maka sewaktu Li Siauw melancarkan
serangan dahsyat kearah depan sinar matanya yang tajam
berputar tiada hentinya memandang disekeliling tempat itu.
Diam2 tangannya menggenggam satu genggaman senjata
rahasia. ia ber-siap2 bila orang2 dari Benteng Thian It Poo memberikan sesuatu gerak gerik yang mencurigakan ia
segera akan menghadapinya dengan menggunakan senjata
rahasia. Sekalipun ia sudah bersiap sedia dan memperhatikan
gerak gerik disekelilingnya tetapi orang2 dari benteng Thian It Poo itu ternyata benar2 tidak ambil perduli terhadap
peristiwa tersebut, setiap jago pada berdiri ditempatnya
semula tanpa bergerak.
Melihat keadaan tersebut Chan Sie baru merasa berlega
hati, mendadak.
"Braak !" dengan menimbulkan suara yang sangat keras sepasang telapak tangan dari Li Siauw yang melancarkan
serangan dahsyat tersebut berhasil menghantam dada dari
Ciang Ooh. Bagaimana kedahsyatan tenaga dalam yang dimiliki
simalaikat kelabang emas pada saat ini sudah tentu Chan
Sie mengetahuinya dengan teramat
jelas, sewaktu dilihatnya serangan yang sangat gencar itu berhasil
mengenai sasaran, didalam anggapannya kendari seorang
jagoan lihaypun belum tentu kuat menahan serangan
tersebut tidak terkecuali Thian It Poocu sendiri Si Liong.
Maka dari itu ia rasa kemenangan sudah pasti berada
didalam pihaknya.
Saking gembiranya perempuan itu mulai tertawa seram
dengan amat kerasnya.
Mendadak terdengar Li Siauw mendengus berat disusul
tubuhnya mundur satu langkah kebelakang dalam keadaan
sempoyongan. Chan Sie jadi amat terperanjat buru2 ia menoleh dan
memandang kearah-nya. Tampaklah air muka Simalaikat
kelabang emas yang semula merah padam pada saat ini
sudah berubah jadi pucat pasi bagaikan mayat, jelas sekali
ia sudah menderita luka dalam yang sangat parah sekali.
Rasa terkejut dari si Bidadari angin hitam kali ini benar2
luar biasa hebatnya, tanpa memperdulikan lagi bagaimanakah keadaan luka yang diderita oleh suaminya Li
Siauw, pergelangan tangannya mendadak digetarkan enam
batang senjata rahasia beracun dengan kecepatan laksana
kilat segera melesat ketengah udara.
Gerakan dari keenam batang senjata rahasia berkelebat
dengan amat cepatnya kearah depan.
"Plaaak. . . plaaak. . . !" dengan mengeluarkan suara benturan yang nyaring, keenam senjata rahasia itu dengan
tepat berhasil menghajar diatas tubuh Ciang Ooh.
Siapa sangka mendadak perempuan gila tersebut
mengulapkan tangannya kedepan, senjata rahasia yang
semula menancap di seluruh tubuhnya pada saat ini sudah
jatuh berserakan diatas tanah kemudian dengan gerakan
yang sangat tenang ia melangkah maju kedepan.
"Tong Hauw ada dimana" apakah kau sudah menawan
Tong Hauwku ?" teriaknya berulang kali
Ketika itu darah segar mengucur keluar dengan derasnya
dari ujung bibir Li Siauw, sedang Chan Sie yang melihat
Ciang Ooh mulai mendesak ke arahnya pun jadi rada
ketakutan, tubuhnya buru2 mengundurkan diri sembari
menarik tangan Li Siauw.
Gerakan dari Ciang Ooh benar2 luar biasa cepatnya,
hanya dalam sekejap mata ia sudah berada di depan mereka
berdua. "Kau tidak boleh menangkap Tong Hauwku!" kembali
teriaknya keras.
Dimana tubuh Ciang Ooh menyambar datang Chan Sie
hanya merasakan segulung hawa tekanan yang sangat keras
mengurung seluruh badannya, membuat napaspun terasa
mulai jadi sesak, apalagi pada saat ini suaminya menderita
luka dalam yang amat parah, boleh dikata daya kekuatan
untuk bertempur sama sekali sudah punah.
Sekalipun begitu mereka pun tidak ingin ter-buru2
meninggalkan tempat tersebut, sudah ada dua puluh tahun
lamanya mereka berkelana untuk mencari jejak Tong Hauw
guna membalas dendam atas kematian putranya, kini
mereka sudah menemukan jejak sitelapak berdarah
pembunuh putranya.
Sudah jelas Chan Sie berdua tidak ingin lepas tangan
dengan begitu saja.
Tetapi sewaktu melihat keadaan saat ini yang sama
sekali tidak menguntungkan terhadap dirinya ini, dalam
hati perempuan tersebut merasa sangat terkejut bercampur
gusar. Sembari menyalurkan hawa murninya mengelilingi
seluruh tubuh bentaknya keras:
"Nih. Tong Hauw mu ada disini !"
Begitu perkataan terakhir meluncur keluar dari bibirnya
sang telapak sudah diayunkan kedepan melemparkan tubuh
Tong Hauw kearah tubuh Ciang Ooh.
Sebenarnya Tong Hauw sudah menderita luka dalam
yang amat parah, kini Chan Sie mencengkeram urat
nadinya dengan mengerahkan tenaga besar, hal ini
membuat lukanya semakin parah lagi, sembari melayang
kearah tubuh Ciang Ooh kembali ia muntahkan darah
segar. Chan Sie sesudah melemparkan tubuh Tong Hauw
kearah Ciang Ooh sambil menarik tangan Li Siauw, buru2
ia enjotkan badannya berkelebat melewati tembok
pekarangan. "Si Poocu, berkat bantuanmu kali ini aku orang tidak
akan melupakan untuk selamanya." teriaknya keras.
Haruslah diketahui pada waktu ini yang diinginkannya
telah lebih bisa mengundurkan diri dari tempat tersebut,
tanpa berani mencari gara2 lagi dengan orang2 benteng
Thian It Poo. Sio To Siang Hauw sekalian ketika melihat kedua orang
itu berlalu buru2 melirik sekejap kearah Si Liong Poocu
mereka, Si Liong dengan cepat ulapkan tangannya memberi
tanda agar mereka tidak usah melakukan pengejaran.
Melihat Poocu mereka sudah memberi perintah, orang2
itupun lantas berdiri tegak ditempat semula sambil alihkan
pandangannya kearah Ciang Ooh.
Waktu itu siperempuan gila tersebut sedang membimbing tubuh Tong Hauw yang sudah amat parah
keadaannya sambil mengucurkan airmata dengan sangat
derasnya. "Toako! perempuan ini..." seru Kan Tek Lin dengan suara yang amat lirih.
"Kita tidak nian banyak berbicara, secara diam2 mari
pada keluar dari tembok pekarangan ini " potong Si Liong sambil ulapkan tangannya.
"Tapi.. Poocu, tindakan ini bukan suatu cara yang benar"
sela Sin To Siang Hauw dengan cepat
Si Liong tertawa pahit.
"Apakah tadi kalian tidak melihat sendiri bagaimanakah kehebatan serta kesempurnaan dari tenaga Iweekang serta
ilmu silatnya " Siapa diantara kita yang bisa menahan
serangannya " Aku rasa perempuan itu pasti akan menangis
beberapa saat lamanya, sedang Tong Hauw pun
kebanyakan tak bisa hidup lebih lama lagi" katanya
kemudian. "Mari kita mengundurkan diri dulu ke balik tembok
pekarangan dan memerintahkan orang yang lebih banyak
untuk ber-jaga2 disekelilingnya, bila ia memperlihatkan
sesuatu gerakan kembali, barulah kita mengambil langkah2
selanjutnya".
Akhirnya semua orang mengangguk tanda setuju,
demikianlah satu persatu mereka mulai meloncat keluar
dari tembok pekarangan itu dan terakhir Si Liong serta Si
Soat Ang pun meloncat keluar dari sana.
Menanti mereka telah tiba dibalik tembok pekarangan, Si
Soat Ang mendadak menangis tersedu2.
"Ang-Jie! sekarang sudah tak ada urusan lagi buat apa
kau menangis ?" tegur Si Liong dengan cepat
"Tia !" sembiri menangis terisak, "Seorang perempuanpun kau tidak berhasil menangkan, bila
dikemudian hari waktu berkelana didalam dunia persilatan
bukankah nama kita diluaran akan kurang baik " bukankah
semua orang bakal mengejek aku sebagai seorang putri dari
Thian It Poocu yang tidak becus ?"
"Ang-jie ! kau jangan sembarangan berbicara lagi"
potong Si Liong dengan rasa amat jengah "Perempuan gila ini.. sebenarnya aku tidak ingin bergebrak secara terang2an melawan dirinya !"
"Hmm..!" dengus gadis itu, agaknya ia tidak suka
membicarakan soal itu lagi, sambil mengerutkan dahinya Si
Soat Ang melanjutkan kembali masalahnya dengan
persoalan yang lain.
"Tia ! lalu bagaimana dengan Liem Hauw Seng serta
Giok Jien kedua orang itu " aku ingin membawa orang
untuk mengejar mereka berdua !"
"Heeei... Ang jie ! kau dengarkanlah perkataanku dan
jangan mengubris diri mereka lagi." seru Thian It Poocu sambil menghela napas panjang, "Kalau memangnya
mereka sudah meninggalkan benteng Thian It Poo biarlah
mereka pergi ! bila malam ini kau tidak melakukan
pengejaran terhadap mereka, rasanya tidak bakal pula
sampai menimbulkan banyak persoalan !"
Air muka Si Soat Ang segera berubah hebat sesudah
mendengar perkataan tersebut, wajahnya yang semula
cantik menarik dan mempesonakan pada saat ini sudah
berubah hijau membesi, sepasang matanya memancarkan
cahaya yang sangat buas sehingga membuat paras mukanya
itu kelihatan sangat menyeramkan sekali.
Begitu menanti ayahnya menyelesaikan kata2 nya, ia
menjerit keras dan mendepak-depakkan kakinya keatas
tanah. "Tidak bisa ! Tidak bisa ! aku pasti akan mengejar
mereka kembali - aku pasti akan mengejar mereka pulang ! !
!". Si Liong sebenarnya adalah seorang jagoan Bu-lim yang
mempunyai kedudukan amat tinggi didalam dunia
persilatan, tetapi sejak kecil ia sudah terbiasa dimanjakan putri kesayangannya ini, kini sama sekali tak kuasa baginya untuk memperlihatkan sikap yang keren terhadap gadis
tersebut. Setelah ter mangu2 beberapa saat lamanya terakhir
sambil mengerutkan alis rapat2 katanya:
"Benteng kita baru saja kacau balau, kitapun membutuhkan orang untuk menjaga pekarangan tersebut,
lebih baik..".
Tidak kendari Si Liong menyelesaikan kata2 nya Si Soat
Ang sudah mendepakkan kakinya ke atas tanah.
"Baik... baiklah ! tidak ada orang yang ikut aku pergi juga biarlah, aku bisa pergi sendiri l"
Sembari berkata ia lantas melangkah menuju kearah luar
benteng ! "Ang-jie ! kau jangan cari gara2 lagi" teriak Si Liong dengan sangat cemas, "Bilamana kau tidak cari gara2
bagaimana mungkin sitelapak berdarah Tong Hauw pun
bisa terpancing untuk memasuki benteng kita?"
"Hmm, kau yang lagi bermimpi disiang hari bolong!"
teriak Si Soat Ang dengan sangat gusar.
"Liem Hauw Seng serta Giok Jien bersembunyi didalam
jalan rahasia dibawah tanah yang digali oleh si telapak
berdarah Tong Hauw, sitelapak berdarah bisa masuk


Jago Kelana Karya Tjan I D di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

kedalam benteng tentu mereka berdua yang sudah kasih
petunjuk."
Melihat putrinya berani membentak dihadapannya air
muka Si Liong kontan berubah membesi.
"Soat Ang ! semakin lama kau semakin tidak pakai
aturan, kau tahu pada saat ini siapa yang lagi kau ajak
bicara ?" tegurnya.
"Hemmm, soal ini bagaimana bisa menyalahkan diriku
?" seru Si Soat Ang sambil mencibirkan bibirnya yang kecil mungil dan menarik hati itu. "Siapa yang suruh kau tanpa mengetahui sebabnya sudah menuduh orang lain dengan
kata2 yang bukan2 ?"
Terhadap putrinya ini Thian It Poocu benar2 kewalahan,
akhirnya ia cuma bisa menghela napas panjang saja.
"Heeeei, . . Ang-jie !" katanya perlahan, "Baik atau buruk Hauw Seng adalah kakak misanmu."
"Bukan ! aku tidak mempunyai saudara semacam
dirinya" tidak menunggu ayahnya menghabiskan perkataan tersebut Si Soat Ang sudah menjerit keras.
"Macam apakah dia orang " Hmm ! aku orang sama
sekali tiada hubungan dengan dirinya !"
Melihat kebandelan dan keketusan dari Si Soat Ang ini,
lama kelamaan Si Liong merasa gusar juga air mukanya
berubah semakin membesi.
"Baik ! sekarang aku mau bertanya kepadamu bilamana
kau berhasil mendapatkan mereka berdua untuk diseret
pulang, apa yang hendak kau lakukan terhadap mereka?"
tanyanya. "Aku . . aku akan . . akan menghajarnya."
"Sudah! jangan banyak bicara lagi !" bentak Si Liong kemudian dengan sangat keras.
Walaupun diluarnya ia membentak keras untuk
memotong pembicaraan putrinya, padahal dalam hati ia
merasa amat sedih dan ragu2.
Ibu Si Soat Ang sudah meninggal, untuk merawat putri
kesayangannya ini berpuluh tahun belum pernah dia orang
meninggalkan benteng Thian It Poo barang selangkahpun
Bagaimana sifat dari putrinya ini sudah tentu siorang tua
inipun mengetahui sangat jelas sekali, ia tahu setiap orang yang sudah melanggar dan bertentangan dengan maksud
hatinya, ia pasti akan mencaci dirinya dan berusaha untuk
membalas dendam tersebut.
Dan kali ini Liem Hauw Siang serta Giok Jien telah
melarikan diri ber-sama2. Si Liong mengetahui, bila
didalam hati putrinya tentu menaruh rasa dendam terhadap
mereka berdua, sebenarnya ia tidak ingin mendengar
putrinya menceritakan dengan cara yang bagaimana dia
hendak menyiksa dan menganiaya kedua orang itu.
"Heeee. . . heeee, . . Tia ! harap kau suka berlega hati."
seru Si Soat Ang sang gadis sambil memperdengarkan suara
tertawanya yang sangat menyeramkan, "Asalkan aku
berhasil menawan mereka, aku pasti mempunyai cara untuk
menyiksa mereka berdua !"
"Ang jie !" per-lahan2 Si Liong berjalan mendekati-putri kesayangannya. "Bukankah sejak kecil kau sudah menyukai Hauw Seng " Bagaimana kalau kita ber-sama2 pergi
mencari mereka, lalu biarlah aku yang memberi nasehat,
kemungkinan sekali..."
Si Soat Ang menggigit bibirnya semakin kencang, paras
mukanya sudah berubah jadi pucat si bagaikan mayat, dari
kelopak matanya keluarlah titik2 air mata dengan sangat
derasnya, tetapi ia berusaha keras untuk menahan menetes
keluarnya sang air mata tersebut.
Lama sekali ia baru berteriak:
"Sungguh memalukan sekali! Tia ! kau jangan berbuat
tindakan yang memalukan lagi !"
Si Liong jadi melengak dibuatnya.
"Memalukan " apa maksud dari perkataanmu itu" kapan
aku pernah berbuat tindakan yang memalukan ?" tanyanya.
Si Soat Ang sama sekali tidak menjawab, sebaliknya
putar badan dan berlalu dari situ.
Si Liong dengan cepat mengulur tangannya bermaksud
hendak menarik kembali badannya tetapi sewaktu teringat
bagaimana, kasarnya sifat dari putri kesayangannya ini.
sebelum tangannya berhasil menangkap tubuh sang gadis
tersebut, ia sudah menarik kembali cepat2.
"Bagaimana ?" tanyanya terpaksa.
"Aku.... aku sudah pernah membicarakan persoalan ini
dengan dirinya" ujar Si Soat Ang sambil menarik napas
panjang2. Semula Si Liong rada melengak, tetapi sebentar
kemudian ia sudah tersadar kembali, bila putri kesayangannya ini sebenarnya sudah pernah menyatakan
rasa cinta kepada Lie Hauw Seng.
Ia kembali jadi melengak.
"Lalu apa yang dikatakan oleh Hauw Seng, si bocah cilik itu..?" tanyanya.
Suara dari Si Soat Ang lelah berubah jadi dingin dan
kaku seperti es, suara pembicaraannya amat tawar seperti
sedang membicarakan persoalan orang lain yang sama
sekali tiada hubungan dengan dirinya.
"Apa yang dia katakan " dia bilang, ia tidak ingin hidup didalam Benteng Thian It Poo lagi yang se gala2nya
menggantungkan pada orang lain, ia ingin berkelana dan
mengembara ditempat luaran, ia tidak ingin orang lain
menganggap dirinya hanya bisa hidup kalau menggantungkan benteng Thian It Poo saja !"
Alis yang dikerutkan Thian It Poocu semakin lama
semakin mengencang, sewaktu mendengar kisah yang
dituturkan oleh putrinya ini dalam hati sudah tentu merasa
rada marah, tetapi bagaimana pun dia adalah seorang
jagoan Bu-lim yang sudah punya nama.
Setelah mendengar perkataan tersebut kendari dalam hati
merasa marah tetapi iapun merasa bangga pula.
"Ehmm ! bocah cilik itu ternyata punya semangat juga !"
pujinya. "Benar ! dia memang bersemangat!" teriak Si Soat Ang dengan suaranya yang melengking meninggi, "Hemm !
kalau ia berkata tidak ingin bersandar pada benteng Thian lt Poo lagi hal ini sama saja ia sudah tidak maui aku lagi,
aku...aku lantas suruh dia menggelinding pergi dari sini,
aku tidak mengijinkan dia berdiam lagi didalam Benteng
Thian lt Poo."
"Apa " kau mengusir dia pergi ?" teriak Si Liong sangat terperanjat.
"Kenapa ?" per-lahan2 Si Soat Ang putar badannya,
"Terang2an orang lain sudah mengatakan bila ia tidak ingin bersandar pada benteng Thian It Poo lagi, apakah kita
orang perlu me mohon2 dirinya untuk tetap tinggal disini "
apakah benteng Thian It Poo kita tergantung padanya ?"
"Maksudku bukannya begitu, bukankah selama ini kau
suka kepadanya, dengan perbuatan ini bukankah... heee !
bukanlah terlalu."
"Hi hi hi, aku rasa inilah suatu tindakan yang paling
bagus!" teriak gadis itu sambil tertawa sombong
"Sebenarnya aku masih tidak tahu kalau dia adalah seorang binatang yang tak berperasaan dan berhati licin, aku
mengira dia adalah seorang lelaki sejati yang patut di puji dan dibanggakan sekarang... Hmm ! ia sudah menggaet
Giok Jien untuk diajak lari, dia sudah membawa lari
budakku ! Tia, coba kau bilang pantaskah aku melepaskan
dia begitu saja" ayoh kau katakan."
Semakin berbicara suara dari gadis itu semakin tinggi
melengking, butiran air matapun mengucur keluar dengan
sangat derasnya, jelas dalam hati ia merasa kheki
bercampur mendongkol. keadaannya sangat mengenaskan.
oooOdwOooo BAB 3 MELIHAT keadaannya itu Si Liong merasa hatinya
seperti di-iris2 dengan beribu-ribu bilah golok tajam.
"Benar ! bangsat cilik itu memang sangat kurang ajar
sekali !" teriaknya keras.
"Tia ! kalau memang begitu, tentunya kau sudah
mengijinkan aku membawa orang untuk menangkap
kembali kedua orang itu bukan ?" seru Si Soat Ang sambil menghentikan isak tangisnya. "Aku tahu mereka masih
berada didalam jalan rahasia dibawah tanah, sekalipun
berhasil keluar dari tempat itu kedua orang bangsat itupun
tidak mungkin bisa pergi terlalu jauh, karena Lim Hauw
Seng sudah terluka ?"
"Benar, selama ini selalu mengira rahasia kepergiannya sangat rapat dan tidak diketahui orang lain, padahal begitu ia melarikan diri aku lantas tahu, maka aku melakukan
pengejaran ke luar dan bergebrak dengan dirinya."
"Tetapi... tetapi sejak kapan kepandaian silatmu berhasil melampaui dirinya ?"
Tanya Si Liong dengan pandangan mata penuh ke-
ragu2an. "Dia..."
Mendadak ia merandek sejenak, setelah lewat beberapa
saat lamanya baru menyambung kembali:
"Sebetulnya ia bisa menangkan diri ku, tetapi selama itu ia selalu melindungi Giok Jien siperempuan rendah itu,
maka dari itu ia baru berhasil aku desak sehingga berada
dibawah angin dan akhirnya kena kulukai. bilamana waktu
itu hujan salju tidak deras dan angin tidak kencang
ditambah pula ia memperoleh bantuan dari sitelapak
berdarah Tong Hauw, bangsat itu pasti tidak bakal berhasil
meloloskan diri !"
"Ooouw . . . kiranya begitu !" ujar Si Liong dengan rasa setengah percaya setengah ragu2. "kalau begitu, bagaimana kalau aku suruh paman Kan Jie siokmu saja yang
mengawani dirimu ?"
"Aaak...!" hal itu sangat kebetulan sekali. Paman Jie-siok
!" Teriak Si Soat Ang kegirangan.
Pada waktu itu Kan Tek Lin baru saja berjalan keluar
dan memutari sebuah ujung tembok mendengar suara
panggilan dari Si Soat Ang tersebut dengan cepat ia putar
badan. "Soat Ang, ada urusan apa?"
"Paman Jie Siok. Tia suruh kau orang mengawani diriku
pergi keluar benteng kau suka bukan?" tanya gadis tersebut sambil berlari mendekat.
Pada saat ini hatinya sangat penurut sekali, ia tahu kalau
Kan Tek Lin sebagai seorang jagoan Bu lim yang memiliki
kepandaian silat tinggi suka membantu dirinya maka usaha
ini tentu bakal menemui kesuksesan.
"Hal ini sudah tentu saja !" sahut Kan Tek Lin sambil tertawa.
Si Soat Ang jadi kegirangan dengan cepat ia bersuit
panjang dengan amat kerasnya.
"Cepat berangkat dan persiapkan kereta salju!"
"Apakah kedua orang yang kau cari adalah Hauw Seng
serta gadis itu ?"
"Benar !" sahut Si Soat Ang mengangguk dan menggigit kencang bibirnya.
Per-lahan2 Kan Tek Lin menghela napas panjang.
"Heeei...! Soat Ang, walaupun aku belum begitu lama
berada didalam benteng Thian It Poo, tetapi aku rasa Hauw
Seng bukanlah seorang penjahat. Soat Ang ! sekalipun kita
berhasil menemukan mereka, aku berharap agar kau jangan
bertindak keterlaluan terhadap dirinya !"
Dalam hati Si Soat Ang benar2 merasa amat gusar sekali
sewaktu mendengar perkataan tersebut, tetapi rasa
marahnya ini tidak sampai diperlihatkan diluaran
"Paman Jie Siok" katanya. "Kau orang bukan nya membantu aku untuk mendapatkan kembali mereka
berdua, kini malah bantu mereka untuk ucapkan beberapa
patah kata ! hmmm !"
Kan Tek Lin tertawa, ia lantas putar kepalanya
kebelakang. "Toako, perempuan yang ada didalam halaman
tersebut..." serunya.
"Heei., aku bisa menghadapi mereka dengan sangat ber-
hati2. Jie-te, kaupun harus ber-hati2 mengawasi Soat Ang !"
"Toako boleh berlega hati aku akan menganggap Soat
seperti putri kesayanganku sendiri" kata Kan Tek Lin
sambil tertawa.
Waktu itu terdengarlah suara gonggongan anjing
bergema memecahkan kesunyian disusul suara seseorang
yang berteriak sambil berlari mendekat.
"Kereta salju sudah dipersiapkan !"
Kan Tek Lin serta Si Soat Ang segera melangkah keluar
dari pintu benteng, tampaklah enam belas ekor anjing
dengan menarik sebuah kereta salju sudah menanti didepan
pintu. Mereka berdua dengan cepat menaiki kereta kereta salju
itu. diantara ayunan cambuk dari Si Soat Ang yang amat
keras, keenam belas ekor anjing itu dengan menarik sang
kereta segera berlari sangat cepat menuju kearah depan.
Cuaca makin lama semakin terang benderang, pagi pun
sudah menjelang datang.
Sang surya per-Iahan2 muncul diufuk timur dan
menyinari empat penjuru diatas permukaan salju yang amat
luas tampaklah dua sosok bayangan hitam dengan sangat
perlahan bergerak maju kedepan.
Kedua orang itu bukan lain adalah sepasang muda mudi
yang masih muda.
Yang lelaki memakai sebuah mantel tebal yang terbuat
dari kulit kambing tetapi pada saat ini mantelnya sudah
tersayat robek bahkan diatasnya masih kelihatan bekas
darah yang sudah membeku.
Sedang yang perempuan mempunyai rambut yang amat
panjang terurai sepanjang pundak, disebabkan tubuh lelaki
tersebut hampir2 rubuh keatas badannya maka dengan amat
ngotot dan susah payah sambil membimbing tubuh sang
lelaki tersebut ia melanjutkan perjalanannya.
Kepalanya tertunduk rendah2, sedang rambutnya yang
panjang terurai menutupi seluruh wajahnya dengan
demikian tak dapat terlihat bagaimanakah sebenarnya
wajah dari perempuan tersebut.
Kedua orang itu dengan susah payah per-Iahan2
melanjutkan perjalanan diatas permukaan salju.
Akhirnya kakinya terasa lemas. sepasang muda mudi itu
tak kuasa untuk melanjutkan kembali perjalanannya dan
jatuh terduduk diatas permukaan salju.
Perempuan itu buru2 berdiri kembali dan menarik tubuh
lelaki tersebut.
Orang lelaki itu ternyata masih amat muda, usianya
kurang lebih dua puluh tiga, dua puluh empat tahunan,
tetapi badannya amat kurus paras mukanya pucat pasi
bagaikan mayat.


Jago Kelana Karya Tjan I D di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Ditinjau dari bibirnya yang terkancing rapat, jelas dia
sedang menahan suatu penderitaan sakit yang luar biasa.
Ternyata dia adalah seorang lelaki yang benar2 bersifat
jantan, sekalipun rasa sakit dibadan terasa amat menyiksa
dirinya tetapi sedikit pun tidak kedengaran ia merintih.
Sang gadis yang berulang kali tidak berhasil menarik
lelaki itu untuk bangun, akhirnya saking cemas tak tertahan lagi menangis tersedu2.
Aaaakh . . . ! kiranya perempuan itu adalah seorang
gadis yang sangat cantik sekali, sekali pun sedang menangis sama sekali tidak menutupi kemolekan paras mukanya itu.
Dia bukan ia ia adalah Giok Jien, budak dari Si Soat
Ang itu putri kesayangan dari Thian It Poocu, dan tidak
usah diterangkan lagi orang lelaki yang rubuh diatas
permukaan salju sudah tentu tidak bukan adalah Liem
Hauw Seng, keponakan dari Poocu Benteng Thian It Poo.
Mereka berdua sedang bersembunyi didalam jalan
rahasia dibawah tanah dari sitelapak berdarah.
Sewaktu menunggu lama sekali tidak juga melihat Tong
Hauw balik kesana, maka dalam hati sepasang muda mudi
ini merasa inilah suatu kesempatan yang paling baik bagi
mereka untuk melarikan diri.
Demikianlah, dibawah bimbingan Giok Jien, mereka
berdua mulai melarikan diri dari sana, tetapi berhubung
Liem Hauw Seng terluka parah maka perjalanan dilakukan
dengan sangat lambat sekali.
Kepandaian silat yang dimiliki Giok Jien kebanyakan
berhasil dipelajari dari Liem Hauw Seng bila ada waktu
senggang, sudah tentu apa yang berhasil dimilikipun tidak
seberapa. Kedua orang itu tahu, mereka berdua tak dapat berdiam
terlalu lama disana, kendari Si Soat Ang tidak datang
mencari mereka lagi, mereka pun harus mati karena
kedinginan serta kelaparan, oleh sebab itu tempat tersebut
buru2 ditinggalkan.
Tampak Lim Hauw Seng yang rubuh keatas tanah per-
Iahan2 membuka matanya.
"Giok Jien. . . kau jangan menangis lagi !" serunya dengan suara yang keren dan berat "Bukankah kau suka
mendengarkan semua perkataanku " ayoh. . . jangan
menangis lagi."
"Engkoh Hauw Seng, kita. . . kita bagaimana" apa yang
harus kita lakukan ?" tanya Giok Jien tetap menahan rasa isak tangisnya.
Dengan sekuat tenaga Liem Hauw Seng mempertahankan diri sehingga suara pembicaraannya tidak
sampai terputus2, katanya lagi: "Giok Jien ! kau jangan menangis... asal kau suka mendengarkan perkataanku aku
tentu . . aku tentu punya akal !"
Per-lahan2 Giok Jien, si gadis itu berhenti menangis.
"Engkoh Hauw Seng, coba kau pikir kapan aku pernah
tidak mendengar perkataanmu lagi?" katanya.
"Kalau begitu, perkataanmu kali ini tentunya kaupun
suka menurut bukan ?" seru pemuda itu sambil mencekal
erat2 tangan Giok Jien sang gadis cantik yang putih halus
itu. Giok Jien merasakan bila perkataan dari pemuda
tersebut sangat aneh sekali, menyuruh dia mendengar
perkataannya bukanlah suatu pekerjaan yang sulit, kenapa
ia menanyakan terus berulang kali " karena itu kepalanya
lantas dianggukkan dengan perlahan.
000Ode-wiO000 Jilid 4 "KAU suruh aku berbuat apa" katakanlah !"
"Bila kau suka mendengarkan perkataanku... itu baa...
bagus," Seru Liem Hauw Seng ter-engah2, "Giok Jien ! kau pergilah seorang diri !"
Sebenarnya walaupun Giok Jien sudah berhenti
menangis, tapi ia masih terisak tiada hentinya, kini habis
mendengar ucapan dari Liem Hauw Seng, seluruh
tubuhnya terasa tertegun.
Lama... lama sekali baru terdengar Giok Jien berseru
dengan nada gemetar:
"Kau... apa kau kata " Engkoh Hauw Seng apa kau kata
?" Per-lahan2 Liem Hauw Seng menghela napas panjang, ia
melepaskan diri dari cekalan gadis tersebut.
"Tadi kau sudah pernah berkata suka mendengarkan
perkataanku, sekarang cepatlah kau pergi dari sini,
berangkatlah menuju ke selatan dan setelah tiba didaratan
Tionggoan jangan kembali lagi kesini, dengan begitu kau
bakal lolos dari cengkeraman mereka, tapi bila kau ingin
menyeret diriku pula maka... tindakanmu ini hanya akan
mencelakai dirimu sendiri."
Dalam keadaan seperti ini Giok Jien tidak menangis lagi,
bukan saja tidak menangis bahkan gerak geriknya jauh lebih
tenang. sembari membereskan rambutnya kebelakang
tangannya mengusap kering air mata yang jatuh menetes.
"Engkoh Hauw Seng, maksudmu kita berdua pasti tak
akan berhasil lolos dari tangan mereka bukan begitu ?"
"Aku tidak pernah berkata demikian" Seru Lim Hauw Seng amat cemas, "Maksudku, jika kau suka berangkat
dulu, maka aku bisa berusaha untuk mengikuti dari
belakang."
Tiba2 Giok Jien tertawa sedih.
"Engkoh Hauw Seng, kau sedang membohongi diriku,
kau pernah berkata tak akan membohongi diriku lagi,
kenapa sekarang kau menipu aku ?"
Lim Hauw Seng meronta berusaha bangun berdiri, tapi
baru saja tubuhnya menegang kembali ia roboh terjengkang
kearah permukaan salju.
Lama sekali Giok Jien memandang pemuda itu tajam2,
akhirnya tanpa mengucapkan sepatah kata pun ia berbaring
di sisinya. "Giok Jien, kau sedang berbuat apa?" Teriak Lim Hauw Seng dengan suara yang serak sewaktu melihat perbuatan
kekasihnya. "Jika kita bisa melarikan diri, mari berangkat lah bersama2. bila tak bisa lolos bukankah lebih baik kita ber-
sama2 ?" "Aaaai...! soal ini...buat apa kau cari siksa sendiri ?"
"Engkoh Hauw Seng ! kau tidak tahu, sejak aku mengerti urusan belum pernah ada orang yang bersikap demikian
baiknya kepadaku, setiap orang tentu bicara dengan nada
kasar membentak, memaki dan mencemooh diriku, setiap
pekerjaan yang kotor tentu diberikan kepadaku, setiap
orang boleh turun tangan memukuli aku, memaki aku.
Tentunya kau tidak pernah menyangka bukan sewaktu aku
berusia sepuluh tahun pernah satu ingatan ingin mati
memenuhi benakku ?"
Lim Hauw Seng tidak bicara, hanya kulit wajahnya
berkerut sehingga kelihatan amat menyeramkan.
"Malam itu, aku berdiri lama sekali disisi sumur"
sambung Giok Jien lebih lanjut. "Aku berpikir, jika
kuloncat masuk kedalam sumur itu apa jadinya " sudah
tentu aku bisa mati, tapi setelah mati apa yang bisa
kulakukan " akupun pernah menjumpai orang mati, setelah
orang mati maka ia tak akan dimaki orang, tak pernah
dipukul orang, ia hanya berbaring...berbaring terus hingga
akhir masa, aku berpikir keras, apa jeleknya jadi seorang
yang telah mati ?"
"Kau...kau jangan bicara lagi, Giok Jien kau ...kau
jangan bicara lagi" potong Lim Hauw Seng terputus2.
"Tidak, aku harus bicara." Seru Giok Jien sembari menggeleng, "Karena kau ingin mengusir aku pergi, setelah aku katakan kesemuanya ini, kau tak akan mengusir aku
lagi, kau bakal paham aku adalah seorang perempuan yang
tidak takut mati."
"Krooook . . krooook . . !" dari tenggorokan Liem Hauw Seng mendadak memperdengarkan suara yang sangat aneh,
mulutnya terpentang lebar-lebar tapi tak sepatah katapun
berhasil meluncur keluar, darah segar mengikuti pentangan
bibirnya, mengucur keluar membasahi seluruh tubuh,
permukaan salju dan akhirnya membeku.
Buru2 Giok Jien bangun berdiri dengan menggunakan
ujung bajunya ia membersihkan noda darah disekeliling
bibir Liem Hauw Seng, mukanya pucat pasi bagaikan
mayat, tapi sikapnya luar biasa tenangnya.
"Engkoh Hauw Seng." bisiknya lirih, "Sewaktu aku berada seorang diri, keinginanku untuk mati sangat besar,
dan sekarang setelah bersama sama dirimu, apa yang harus
kuinginkan lagi ?"
Dengan sekuat tenaga Liem Hauw Seng berusaha
meronta bangun, akhirnya ia berhasil juga mengutarakan
beberapa patah kata.
"Tapi . . . tapi usiamu masih sangat muda."
"Kau sendiri apa sudah jadi kakek2 tua ?" seru Giok Jien sembari tertawa sedih. "Engkoh Hauw Seng, sejak kau tiba disana sekalipun hidupku makin tersiksa, hatiku tetap
terhibur, setiap kali kuingat dirimu dalam hati merasa
nikmat dan hangat, kau sungguh bersikap terlalu baik
terhadap diriku."
Wajahnya berubah merah padam bagaikan kepiting
rebus, kepalanya per-lahan2 dijatuhkan kedalam pangkuan
kekasihnya Liem Hauw Seng dan pejamkan matanya
menikmati suasana di sekelilingnya.
Sewaktu berada dalam benteng Thian It Poo,
menggunakan kesempatan sewaktu orang tidak menduga
seringkali merekapun berbuat demikian.
Tapi waktu itu, ketika kepalanya disandarkan diatas
dada Liem Hauw Seag dan menempelkan telinganya
kedada pemuda itu. ia dapat menangkap suara detakan
jantung kekasihnya.
Tapi kini, walaupun ia sudah tempelkan telinganya
kedada pemuda tersebut, hampir boleh dikata detakan
jantungnya tak terdengar lagi.
Air mata mengucur keluar setetes demi setetes, dengan
payah Liem Hauw Seng keluarkan tangannya untuk
membelai pipi gadis tersebut.
Saat itulah, tiba2 suara gonggongan anjing berkumandang datang dari tempat kejauhan...
Begitu gonggongan anjing tadi memancar datang tubuh
kedua orang muda mudi ini kelihatan tergetar sangat keras.
Tetapi mereka hanya sedikit tergetar belaka, setelah itu
membungkam dan tak berkutik lagi.
Gonggongan anjing makin jelas, dengan cepatnya suara
itu sudah berada sangat dekat. Makin lama Giok Jien mulai
dapat menangkap sebuah titik hitam bergerak mendekat
dengan cepatnya, Dalam sekejap mata titik hitam itu makin
lama makin besar dan akhirnya kecuali suara gonggongan
anjing kedengaran pula ayunan cambuk membelah bumi.
Sebuah kereta salju makin jelas tertera didepan mata,
Giok Jien pun dapat menangkap diatas kereta tadi berdiri
dua orang, salah satu diantaranya adalah Si Soat Ang nona
majikannya. Menanti ia jelas melihat orang itu benar Si Soat Ang,
matanya dipejamkan kembali badanpun tak berani berkutik.
Salju beterbangan memenuhi angkasa terhempas oleh
hancuran kereta, bunga2 salju mulai melayang turun dan
menutupi kepala maupun wajah Giok Jien serta Liem
Hauw Seng, tapi mereka berdua tetap tak berkutik.
Tiga, empat tombak jauhnya kereta salju melewati kedua
orang itu, mendadak Si Soat Ang membentak keras seraya
menarik tali les, kereta segera berhenti berlari.
"Soat Ang ! kedua orang itu sudah mati" ujar Kan Tek Lin seraya berpaling.
"He he he permainan setan kedua orang ini terlalu
banyak, bila cuma begini saja lantas suruh aku
mempercayai bahwa mereka sudah mati Hmm . . . sungguh
menggelikan sekali !"
Saat ini, setelah ia berhasil menemukan orang yang
sedang dicari, suatu senyuman yang menyeramkan,
menggidikkan hati menghiasi seluruh wajahnya.
Perubahan tersebut bukan saja membuat orang lain
merinding, kendari Kan Tek Lin yang berada disisinyapun
ikut terperanjat, ia tidak menyangkapun tidak paham
Golok Halilintar 11 Jodoh Si Mata Keranjang Karya Kho Ping Hoo Petualang Asmara 6
^