Pencarian

Jago Kelana 3

Jago Kelana Karya Tjan I D Bagian 3


seorang gadis yang belum pernah berkelana dalam dunia
kangouw bisa tertanam rasa dendam, sakit hati yang
demikian mendalamnya.
Ia tidak tahu, Si Soat Ang yang sudah kebiasaan
memelihara rasa tinggi hati dan selalu dihormati oleh setiap orang, setelah rasa harga dirinya tersinggung timbullah rasa dendam, sakit hati yang susah dilukiskan lagi.
Setelah rasa terkejut lenyap dari hatinya, timbullah rasa
simpatik dan iba buat kedua orang yang berbaring diatas
permukaan salju itu.
Kedatangannya kebenteng Thian It Poo tidak lebih
hanya sebagai tamu, walaupun Liem Hauw Seng adalah
kemenakan dari Poocu tapi antara dia dengan pemuda
tersebut sama sekali tiada terikat sangkut paut apapun,
perjumpaannya dengan pemuda she-Liem inipun sangat
jarang sekali. Sedang mengenai Giok Jien, dalam benteng Thian It Poo
dayang maupun pelayan banyak bagaikan mega diawan,
boleh dikata dayang yang bernama Giok Jien mempunyai
raut muka yang bagaimanapun ia sendiri tidak paham.
Dan kini rasa simpatik yang muncul pada dasar hatinya
terhadap Liem Hauw Seng serta Giok Jien bukan
disebabkan perubahan air muka Si Soat Ang sangat
menakutkan, dalam hati ia tahu dalam keadaan seperti ini
kedua orang muda-mudi itu jauh lebih baik mati dari pada
hidup. Karena bila ditinjau keadaan. jikalau kedua orang itu
belum mati maka Si Soat Ang pasti akan menggunakan cara
apapun untuk menganiaya, menyiksa mereka berdua.
"Sobat Ang ! "ujarnya kemudian, "Berjalan di atas permukaan salju susah sekali, biarlah aku yang pergi periksa mereka sudah mati atau belum !"
Tapi ucapan dari Kan Tek Lin ini segera ditolak mentah2
oleh si gadis she-Si."
"Tidak !" seru Si Soat Ang dengan nada berat. "Paman Kan Jie-siok, setelah menemukan kedua bangsat ini disini,
apa yang harus kulakukan hanya untuk berjalan diatas
permukaan salju saja?" Sembari berkata ia meloncat turun dari atas kereta.
Semalam salju turun dengan hebatnya, tumpukan bunga
salju diatas permukaan tanah saat ini mungkin mencapai
satu depa lebih.
Ketika Si Soat Ang meloncat turun, badannya segera
sempoyongan hampir saja jatuh, tapi dengan cepat ia
meloncat bangun dan melayang kesisi Liem Hauw Seng
serta Giok Jien berdua.
Melihat hal tersebut diam2 Kan Tek Lin menghela napas
panjang. Waktu itu baik Liem Hauw Seng maupun Gok Jien
sama2 pejamkan matanya, Giok Jien sigadis cilik itu masih
bersandar diatas dada sang pemuda kekasihnya.
Napas mereka ter-engah2, oleh karenanya sewaktu Si
Soat Ang tiba di hadapan mereka, gadis tadi segera
mengetahui bila mereka berdua belum mati.
Si Soat Ang benar2 kegirangan setengah mati, sebetulnya
Liem Hauw Seng serta Giok Jien adalah manusia yang
paling ia benci dalam hatinya, tapi berhubung melihat
orang yang paling dibenci masih belum mati dan kini
berada di-hadapannya siap disiksa olehnya, sang hati jadi
kegirangan setengah mati sehingga susah dilukiskan lagi.
Mendadak gadis itu mendongak lalu perdengarkan suara
gelak tertawanya yang aneh dan menyeramkan.
Gelak tertawanya bergema melengking tinggi menjulang
ke angkasa, dalam suasana yang dingin sunyi ditengah
pegunungan yang sepi, suara gelak tertawanya ini benar2
mengerikan sekali.
Kan Tek Lin merasa amat terperanjat, buru2 tegurnya:
"Soat Ang, kenapa kau ?"
"Ha ha ha mereka belum mati" sahut Si Soat Ang
sembari masih tertawa tiada hentinya.
Sekali enjot badan Kan Tek Lin melayang ke sisi gadis
itu, serunya: "Oooow... mereka belum mati " kalau begitu mari kita bawa kembali kedalam Benteng, agar ayahmu bisa
jatuhi hukuman kepada mereka."
"Tidak !" tolak Si Soat Ang tegas, giginya di gertakkan kencang2. "Biar aku yang jatuhi hukuman kepada mereka !"
Sembari berkata cambuk ditangannya sekali getar
membentur gerakan satu lingkaran ditengah udara,
kemudian diiringi desiran tajam yang menggidikkan
menjilat leher Giok Jien.
Merasa akan datangnya desiran tajam Giok Jien
membuka matanya, tapi sinar mata si gadis ini sama sekali
tidak memperlihatkan cahaya ketakutan ataupun gugup, ia
hanya membentangkan tangannya melindungi wajahnya.
Siapa nyana baru saja tangannya diangkat ujung cambuk
Si Soat Ang dengan tajam telah berhasil menjirat
pergelangan tangannya, sekali disentak seluruh tubuhnya
terangkat ketengah udara dan terlempar dua-tiga tombak
jauhnya dari tempat semula.
Walaupun Giok Jien pandai bersilat, tapi ilmu silatnya
tidak lebih adalah ajaran Liem Hauw Seng sewaktu masih
berada didalam benteng Thiat It Poo apabila pemuda ini
ada waktu lowong, mana mungkin ilmu silatnya bisa
menandingi kepandaian silat Si Soat Ang "
Apalagi pada saat ini keadaannya boleh diumpamakan
"Ada kemauan tak ada tenaga", tenaga perlawanan dalam tubuhnya sama sekali sudah punah.
Ketika ia terbanting sejauh dua, tiga tombak diatas
permukaan salju, dengan sekuat tenaga gadis itu meronta
lalu merangkak bangun.
"Nona...kau...kau jangan menyiksa engkoh Hauw Seng
lagi..." serunya terputus2. "Kau... kau bermurahlah hati kepadanya, ia...ia...luka yang ia derita sudah terlalu
parah..." Cambuk Si Soat Ang sudah diangkat siap mengirim
hajarannya yang kedua.
Sudah tentu hajarannya kali ini siap ditujukan kearah
Liem Hauw Seng pemuda tampan itu.
Tapi ketika mendengar ucapan Giok Jien tersebut,
tangan yang telah diayun mendadak menjadi lemas
kembali, dalam sekejap mata sikapnya yang galak dan buas
telah berubah jadi bimbang.
Tapi semuanya ini hanya berlangsung dalam sekejap
mata saja, senyum sinis kembali menghiasi wajahnya,
seraya berpaling ke arah Giok Jien serunya:
"Ooooouw... begitu " kau berkata luka yang ia derita
sangat parah dan sebentar lagi bakal mati ?"
"Benar, kau jangan pukul dia lagi pukul... pukullah
diriku." teriak Giok Jien berusaha merontak bangun.
"Heeeee... heee... cinta kasih kalian boleh dihitung sudah mendalam bagaikan samudra luas!"
Giok Jien menunduk, air mukanya berubah pucat pasi
bagaikan mayat.
Sekali lagi Si Soat Ang menunduk, tiba2 bentak nya
kearah Liem Hauw Seng yang menggeletak diatas tanah
"Kau masih ingin menggeletak di atas tanah pura2 mati "
kenapa tidak bangun berdiri saja ?"
Liem Hauw Seng gertak gigi sehingga menimbulkan
suara gemerutukan tubuhnya mulai coba meronta. Tapi
perduli secara bagaimana dia meronta akhirnya tiada
berdaya juga untuk bangkit berdiri, seluruh tubuhnya
hampir boleh dikata terpendam didalam salju, tapi diatas
jidat nya mengucur keluar keringat sebesar kacang.
Seraya memandang pemuda she-Liem ini Si Soat Ang
tertawa dingin tiada hentinya. Sedang Giok Jien dengan
napas ter-engah2 lari mendekati kemudian bimbing Liem
Hauw Seng untuk bangun. "Nona aku sudah ada beberapa
tahun melayani dirimu, kau kasihanilah diriku...lukanya
teramat parah, cepatlah kau hantar ia kembali ke
Benteng...un...untuk mengobati lukanya, kau suka aku
berbuat bagaimana. aku pasti akan mengabulkan... aku
mohon... aku mohon nona suka mengabulkan !"
Kata2 terakhir penuh bernadakan gemetar, sepasang
lutut menjadi lemah dan akhirnya jatuh berlutut diatas
tanah. Perasaan Si Soat Ang pada saat ini benar2 amat puas,
tapi kesemuanya ini masih belum dapat melenyapkan rasa
benci yang telah merasup kedalam tulang sumsumnya.
Dengan dingin ia mendengus.
"Kau bimbing dulu bangsat itu keatas kereta salju !"
perintahnya keren.
Dengan susah payah Giok Jien merangkak bangun dari
atas tanah kemudian membimbing tubuh Liem Hauw Seng
dan bergerak kedepan.
Tapi baru saja berjalan dua langkah, mereka ber-sama2
menggelinding dan roboh keatas tanah.
Melihat kejadian itu Ken Tek Lin kerutkan alisnya,
sekali sambar ia telah menarik Liem Hauw Seng bangun
dari tanah. Siapa nyana justru tindakannya inilah membuat Si Soat
Ang, sang gadis tersebut menjadi kurang puas.
"Paman Kan Jie-siok. apa yang kau lakukan ?"
"Apa yang aku lakukan ?" Balik seru Kan Tek Lin
dengan nada melengak.
Air muka Si Soat Ang berubah jadi sangat jelek sehingga
susah dipandang, sembari menuding Liem Hauw Seng
serunya: "Mengapa kau bimbing ia bangun ?"
Kontan seketika itu juga dari dasar hati Kan Tek Lin
timbul rasa gusar yang susah dikendalikan, jikalau Si Soat
Ang yang ada dihadapannya saat ini bukan putri
kesayangan dari saudara angkatnya mungkin sejak semula
ia sudah umbar bawa amarah.
Air mukanya langsung berubah menghebat.
"Aku hendak bimbing ia naik keatas kereta salju agar
cepat2 bisa tiba dibenteng Thian It Poo."
"Apa perlunya kembali kebenteng Thian It Poo ?".
"Luka yang ia berita amat parah, jika tidak kembali ke benteng Thian It Poo, bagaimana mungkin lukanya bisa
disembuhkan ?"
"Sungguh sayang aku tidak ingin kembali ke Benteng
Thian It Poo."
Giok Jien yang ada disamping setelah melihat keadaan
tersebut, paling sedikit ia tahu Kan Tek Lin menaruh
simpatik kepada mereka berdua, oleh karena itu menggunakan kesempatan yang sangat baik ini mohonnya:
"Kan Jien-ya ! Engkoh Hauw Seng terluka parah sehingga sedikitpun tak dapat bergerak, bila tidak cepat2 dibawa
pulang ke Benteng Thian It Poo maka ia bakal mati
kedinginan. Kan Jie-ya, aku mohon sukalah kau beri belas
kasihan kepada kami, aku akan berlutut dan mengangguk-
anggukkan kepalaku di-hadapanmu !"
Seraya berkata Giok Jien siap jatuhkan diri dan berlutut.
Tapi tindakannya ini keburu dicegah oleh Kan Tek Lin.
"Tidak perlu tidak perlu, aku sudah punya rencana sendiri !"
"Paman Jie-siok, kau... kau sungguh ingin mencari gara2
dengan diriku ?" teriak Si Soat Ang dengan air muka
berubah hijau membesi.
"Hauw Seng adalah kakak misanmu, coba kau pikir
apakah ayahmu mengijinkan kau berbuat ngaco belo
macam begini ?"
"Aku tahu ia tak bakal mati, sudah tentu aku punya obat pemunah yang mujarab untuk menyembuhkan lukanya,
tapi aku tidak ingin kembali ke benteng Thian It Poo"
Ucapan dari Si Soat Ang ini sangat tegas dan kuat,
bahkan sama sekali tidak sopan, agaknya ia ada maksud
mencari gara2 dengan Kan Tek Lin.
Rasa gusar yang muncul dihati Kan Tek Lin makin lama
makin memuncak, makin lama makin mendalam.
"Tidak bisa!" bentaknya keras2. "Maksudmu keluar dari Benteng adalah mencari kedua orang ini sudah kita
temukan, sudah seharusnya kita bawa pulang kebenteng
untuk menantikan hukuman yang bakal dijatuhkan oleh
ayahmu sendiri !"
Sepasang kepalan Si Soat Ang dirapatkan kencang2
dengan suara yang tinggi melengking memecahkan
kesunyian yang mencekam teriaknya:
"Kau jangan mencari gara2 dengan diriku, terus terang
kuperingatkan janganlah kau orang mencari gara2 dengan
diriku !" Sejak semula Kan Tek lin sudah dapat tahu Si Soat Ang
gadis cantik ini sudah terbiasa dimanja oleh ayahnya tetapi ia tidak menyangka urusan bisa berlangsung jadi begini,
hatinya disamping kheki juga geli.
"Mengapa aku harus mencari gara2 dengan dirimu ?"
tanyanya cepat.
"Kalau begitu kau harus membiarkan aku berlalu dengan
membawa serta kedua orang ini, bahkan peristiwa apa yang
bakal terjadi dikemudian hari tak boleh kau ungkap
dihadapan ayahku." seru Si Soat Ang sembari melangkah
maju. Mendengar ucapan Si Soat Ang makin lama semakin
keterlaluan Kan Tek Lin tak dapat menahan rasa gusarnya
lagi. segera bentaknya: "Tidak dapat !"
"Sungguh tidak dapat ?" tanya gadis she Si itu setelah lama sekali membungkam.
Mendadak telapak tangan Si Soat Ang diayunkan
kedepan, dimana tangannya bergerak serentetan cahaya
keemasan dengan membelah angkasa meluncur keluar
Saking cepatnya benda tersebut menyambar lewat, tak
seorangpun yang melihat sebenarnya benda apakah itu.
Bersamaan itu pula tiba2 pandangan mata jadi silau oleh
sorotan cahaya ke-emas2an, be-ratus2 batang jarum tajam
sepanjang lima Coen dengan memancarkan cahaya tajam
ber-sama2 mengurung seluruh tubuh Kan Tek Lin.
Bagi Kan Tek Lin sendiripun, mimpipun ia tidak pernah
menyangka Si Soat Ang keponakan angkatnya bisa turun
tangan keji terhadapnya.
Karena tidak lama setelah ia tiba di benteng Thian It
Poo, atas permintaan Si Liong mereka berdua telah saling
angkat saudara.
Menanti jarum2 tajam tadi telah menyambar dekat, Kan
Tek Lin baru tahu benda apakah yang tergenggam ditangan
Si Soat Ang, karena tempo dulu Si Liong pernah
memperlihatkan benda tersebut kepadanya.
Si Liong pernah bercerita benda itu adalah sebuah
tabung baja bercampur emas yang dibuat oleh seorang jago
lihay dari Se-ih, sekali pencet tombol rahasianya maka ada
sembilan puluh sembilan batang jarum tajam ber-sama2
menyebar keempat penjuru.
Bagi seorang jagoan lihay yang memiliki kepandaian silat


Jago Kelana Karya Tjan I D di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

amat tinggipun susah untuk menghindarkan diri dari
serangan ini, apalagi Kan Tek Lin.
Kiranya Si Liong yang amat sayang terhadap putrinya
karena takut ia jatuh kecundang ditangan orang lain, maka
sengaja ia persenjatai dirinya dengan sebuah senjata aneh
yang bernama "Si Seng Ciam" atau alat pembidik jarum bintang.
Dibawah penjelasan Si Liong tempo hari Kan Tek Lin
pun pernah mengagumi kelihayan alat tersebut, ia tidak
pernah menyangka pada suatu hari Si Soat Ang, putri
saudara angkatnya bisa menggunakan alat dahsyat tersebut
untuk menghadapi dirinya.
Diiringi bentakan murka sepasang bajunya di-kebut
kedepan kencang2, sedang badannya ikut bergerak
menubruk kearah gadis tersebut.
Reaksi yang dilakukan boleh dikata amat cepat, tapi
berhubung jaraknya dengan Si Soat Ang tidak terlalu dekat,
Kedua daya tembak alat rahasia Si Seng Ciam sangat kuat
dan sekali tembak sembilan puluh sembilan batang jarum
berbisa meluncur ber sama2 kendari gerakan menghindar
nya cukup cepat, tapi sewaktu badannya berada ditengah
udara bagian bawahnya sama sekali tak terjaga sepasang
kakinya tidak ampun lagi termakan hajaran senjata rahasia
tersebut, diikuti rasa sakit yang luar biasa menyerang
seluruh badan, paling sedikit ada tiga empat puluh batang
jarum telah bersarang ditubuhnya.
Hanya saja kepandaian silat yang dimiliki Kan Tek Lin
sangat lihay, sekalipun tubuhnya kena terhajar begitu
banyak jarum rahasia, tubuhnya sempat bersalto pula
ditengah udara dan melayang turun dua tiga tombak lebih
kedepan. Setelah bangkit berdiri dari atas tanah, dengan penuh
kemurkaan bentaknya keras:
"Soat Ang, kau..."
Hanya ucapan itu yang dapat meluncur keluar karena
pada saat yang bersamaan sepasang kaki nya yang terhajar
oleh jarum mulai terasa gatal2 kaku dan linunya bukan
kepalang. Rasa terkejut yang dialami Kan Tek Lin kali ini susah
dibayangkan lagi. ber-turut2 ia cabut beberapa batang jarum rahasia yang bersarang ditubuhnya kemudian diperiksa
dengan cermat. Begitu dipandang, sukma terasa melayang tinggi di-
awang2. Pada-ujung jarum yang panjangnya hanya dua coen
kelihatan memancarkan cahaya ke-hijau2an yang berkilap,
sekali lihat setiap jago tentu mengerti kalau jarum2 itu
sudah dipolesi racun ganas.
Tanpa disadari lagi seluruh tubuh Kan Tek Lin gemetar
keras, suara pembicaraanpun dalam sekejap mata berubah
amat serak. "Serahkan obat pemunahnya !"
Tapi dengan air muka hijau membesi Si Soat Ang tetap
berdiri tak berkutik hanya sahutnya dengan suara dingin:
"Aku suruh kau jangan mencari gara2 dengan diriku, kau tidak suka menggubris ! sudah berapa kali kuperingatkan,
janganlah coba2 memusuhi diriku !"
"Serahkan obat pemunahnya !" sekali lagi Kan Tek Lin berteriak seraya kertak gigi kencang2.
Sembari berteriak tubuhnya bergerak meloncat kemuka
dan siap menubruk gadis tersebut.
Sungguh sayang, akibat dari loncatannya ini bukan saja
tidak berhasil menubruk sasaran yang dituju, badannya
malah jatuh terpelanting diatas permukaan salju.
Jelas terbukti hanya dalam sekejap itulah sepasang
kakinya sudah menjadi kaku tak berasa sedikitpun juga
bahkan untuk disaluri tenaga murnipun tak sanggup lagi,
tidak aneh kalau badannya jatuh terpelanting dan roboh
diatas permukaan salju.
Begitu Kan Tek Lin roboh, mendadak tangannya
menekan permukaan salju dan berusaha sekuat tenaga
menggunakan tenaga tekanan ini meloncat bangun
sedangkan tangannya yang lain pada saat yang bersamaan
merogoh ke dalam saku mengambil keluar seruling besi
yang telah mengangkat namanya dalam Bu-lim.
Bila ia tidak bergerak mungkin masih tidak mengapa,
begitu badannya kerahkan tenaga kelewat batas darah
bergolak sangat kerasnya didalam rongga dada, daya
bekerja racun itupun makin cepat, rasa kaku kini sudah
merembet hingga kepinggang.
Sekalipun Kan Tek Lin sudah ada puluhan tahun
lamanya berkelana dalam dunia persilatan, belum pernah ia
temukan ataupun berjumpa dengan daya bekerja racun
ganas sedemikian dahsyat, sedemikian cepatnya.
Loncatannya barusan sekali lagi membanting badannya
roboh keatas permukaan salju.
Saat itulah tampak seseorang berlari kesisinya dan
berjongkok disamping tubuhnya seraya berseru penuh
kecemasan : "Kan Jie-ya, kenapa kau" kenapa kau ?"
"Kau kah yang bernama Giok Jien ?" seru Kan Tek Lin dengan napas ter-engah2, "Kau harus ingat, asalkan kau masih
bisa bernapas berusahalah keras untuk menyampaikan berita buruk ini kee... kee... kepada Poocu,
kaa . . katakan kepadanya a .. aku mati ditangan siapa."
"Kan Jie ya ! kau tak akan mati" Teriak Giok Jien dengan hati yang pedih. "Nona hanya bergurau saja dengan dirimu, kadangkala nona pun pernah berkata hendak
membunuh diriku, tapi ia tak pernah turun tangan
sungguh2 biarlah kumohon obat pemunah buat dirimu."
Bicara sampai disitu mendadak Giok Jien membungkam.
Karena walaupun napas Kan Tek Lin masih ter-engah2,
tapi dari sepasang kelopak matanya, dari hidung dan telinga maupun dari mulut mulai mengucurkan darah beracun
yang hitam matang...
Giok Jien jadi terperanjat bercampur ketakutan, buru2 ia
merangkak mundur satu langkah kebelakang.
Waktu itu Kan Tek Lin masih coba meronta sekuat
tenaga." "Perrr... perkataanku yang kusampaikan tadi sudah kau i
. . . ingat baik ?"
Kecuali mengangguk tiada hentinya Giok Jien tak
sanggup mengucapkan sepatah katapun.
Mendadak Kan Tek Lin memperdengarkan jeritan
lengkingnya yang menyeramkan dan membuat bulu roma
pada bangun berdiri.
Mengikuti jeritan lengking yang menyayatkan hati, darah
segar bagaikan sumber mata air muncrat keluar dari
mulutnya. Semburan darah segarnya ini sama sekali tiada sangkut
paut dengan keracunan jarum rahasia tersebut, hanya saja
karena ia teringat dengan kegagahan serta kekosenan
dirinya tempo dulu dan kini ternyata harus berakhir disuatu tempat yang sepi tanpa ada yang tahu, hatinya jadi pedih,
sedih dan kecewa, saking tak tertahan jantungnya jadi
pecah berantakan.
Darah segar muncrat membasahi permukaan salju nan
putih, tubuhnya tergetar sangat keras, mendadak ia
meloncat lagi kedepan tapi baru saja melayang sejauh dua
depa badannya terbanting keatas tanah dan tak berkutik
lagi. Dengan mata terbelalak besar Giok Jien melototi tubuh
Kan Tek Lin yang mati dalam keadaan sangat mengerikan,
mulutnya terbuka lebar sedang badan gemetar keras, tak
sepatah kata pun bisa diutarakan keluar.
Lama.. lama sekali, akhirnya per-lahan2 ia mendongak
dan memperhatikan wajah Si Soat Ang.
Waktu itu adalah wajah Si Soat Ang berubah hijau
menyeramkan, iapun sedang melototi mayat Kan Tek Lin
yang mati dengan mengerikan tanpa berkutik sedikitpun
juga. "Nona...nona.. kau...kau sudah membinasakan Kan Jie-
ya !" akhirnya Giok Jien berseru dengan napas ter-engah2.
Seluruh tubuh Si Soat Ang gemetar keras, ia mundur dua
langkah kebelakang dengan sempoyongan.
Tadi, karena gusar tanpa memikirkan apa akibatnya, ia
sudah menghadiahkan lelaki itu dengan beberapa batang
jarum beracun dari alat "Si Seng Ciam" nya, tapi menanti Kan Tek Lin benar2 menggeletak mati diatas permukaan
salju dalam keadaan mengerikan, hatinya baru merasa
terperanjat. Apa lagi Giok Jien menegur dengan dingin, hatinya
semakin terpukul lagi sehingga tak kuasa badannya mundur
sempoyongan. Ketika badannya mundur sempoyongan kebelakang,
sepasang tangannya menutupi mulut sendiri. "la... ia mati ?"
teriaknya tersentak kaget.
"Benar, Kan Jie-ya sudah mati, ia mati ditanganmu..."
Seru Giok Jien sedih.
Tapi belum habis sidayang cantik ini menyelesaikan
kata2nya mendadak Si Soat Ang berteriak melengking.
"Tidak... tidak peristiwa ini tiada sangkut pautnya
dengan diriku, aku tak ada hubungannya... sejak tadi sudah
kularang dia orang mencari gara2, ia tak mau tahu . . ia
sen... ia sendiri yang cari gara2."
"Tapi sekarang, ia mati ditanganmu. kau telah
membinasakan dirinya." sambung Giok Jien tegas, nada
ucapannya telah berubah tenang tapi keren dan penuh
wibawa. Tiba2 Si Soat Ang meng-gerak2kan tangannya ke kanan
kekiri seperti orang gila, entah apa yang sedang dipikirkan olehnya pada saat ini, juga tak tahu apa yang diucapkan
waktu itu. Yang jelas, Si Soat Ang gadis cantik dan Benteng Thian
It Poo ini penuh diliputi rasa ketakutan.
Ia tahu dirinya sudah membinasakan Kan Tek Lin, bila
peristiwa ini sampai tersiar ditempat luaran maka ayahnya
tak akan berdiam diri. Orang yang paling menyayangi
dirinya bakal ikut tahu kejadian ini.
Sejak kecil hingga menginjak dewasa, entah sudah
beberapa kali Si Soat Ang buat keonaran dan menciptakan
bencana buat bentengnya, sekalipun begitu belum pernah ia
merasa takut. Namun ini kali, kini ia betul2 ketakutan setengah mati.
Menggunakan saat meng-gerak2kan tangannya ke kanan
kekiri seperti orang gila ini ia bermaksud mencari alasan
yang kuat untuk melindungi diri dari segala tuduhan. tapi
akhirnya ia tak berhasil dengan usahanya, karena Kan Tek
Lin benar2 dan terbukti mati di tangannya.
Lama... lama sekali mendadak ia berhenti bergerak,
serasa memandang Giok Jien tanyanya dengan napas
terengah. "Dia... dia mati ditanganku ?"
"Benar !" Dengan sangat berani Giok Jien bangun berdiri lalu menjawab penuh ketegasan.
Tiba2 Si Soat Ang mendongak dan tertawa seram.
"Dia memang aku yang bunuh, tapi siapa yang tahu"
Siapa yang tahu?"
"Aku tahu! engkoh Hauw Seng juga tahu, hati kecilmu
sendiri juga tahu" kembali Giok Jien menjawab penuh
ketegasan. Gelak tertawa Si Soat Ang makin lama kedengaran
makin lengking dan menyeramkan, sembari tertawa ia
menjengek dingin.
"Kau" dia" kalian anggap kamu berdua bisa hidup lebih
lama lagi" aku" Mungkinkah aku ceritakan peristiwa ini
kepada orang lain" hee hee hee dikolong langit tak akan ada yang tahu, tak seorang manusiapun yang tahu dia mati di
tanganku, tak seorangpun yang tahu akulah pembunuhnya!"
Sembari berteriak2 badannya menerjang terus kedepan
hingga tiba disisi mayat Kan Tek Lin, lalu berjongkok dan
mulai mencabut jarum yang bersarang dikaki mayat itu satu
demi satu. Dengan ter-mangu2 Giok Jien berdiri mematung,
matanya memandang gadis itu dengan melongo.
Sudah tentu Giok Jien pun tahu apa yang hendak
dilakukan Si Soat Ang, tapi ia tak bertenaga untuk
menghalangi maksudnya, ia hanya bisa berdiri mematung
disana seraya memandang gadis tadi bekerja.
Pada saat itulah mendadak Giok Jien merasakan ada
seorang menggelinding kesisi kakinya.
Giok Jien yang sedang pusatkan seluruh perhatiannya
untuk memperhatikan gerak gerik Si Soat Ang, tiba2 merasa
ada seseorang menggelinding ke sisinya, ia jadi terperanjat.
Buru2 ia menunduk, dilihatnya orang itu bukan lain
adalah Liem Hauw Seng.
Sepasang gigi pemuda she-Liem ini bergemerutukan
keras, jelas dengan menahan rasa sakit yang luar biasa ia
berusaha mendekati gadis Giok Jien ini.
Pemuda itu mendongak, tangannya gemetar keras tapi ia
sempat melakukan gerakan2 tangan seraya menuding kereta
salju yang tidak jauh terletak disisi tubuhnya.
Giok Jien mendongak, ia segera mengerti apa
maksudnya Maksud Liem Hauw Seng, menggunakan kesempatan
sewaktu Si Soat Ang pusatkan perhatiannya untuk
menghilangkan jejak mayat Kan Tek Liu. mereka meloncat
naik dan melarikan diri.
Tindakan ini memang merupakan satu2nya jalan hidup
bagi mereka. Asalkan mereka berhasil meloncat naik keatas kereta
salju itu, maka kendari ilmu meringankan tubuh yang
dimiliki Si Soat Ang lebih lihaypun jangan harap bisa
menyandak mereka.
Setelah Giok Jien dibuat paham dengan maksud
kekasihnya Liem Hauw Seng, jantung terasa berdebar
sangat keras. Buru2 ia membongkok untuk bimbing Liem Hauw Seng
bangun, setelah itu per-lahan2 mundur kebelakang.
Ketika itu Si Soat Ang sama sekali tidak merasa
peristiwa apa yang telah terjadi dibelakang tubuhnya, ia
hanya pusatkan perhatiannya untuk mencabuti jarum
beracun yang bersarang ditubuh Kan Tek Lin sebatang
demi sebatang.

Jago Kelana Karya Tjan I D di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Giok Jien sembari memayang tubuh Liem Hauw Seng
selangkah demi selangkah mundur kebelakang, beberapa
kali mereka terjatuh ke permukaan salju tapi setelah
memperoleh harapan untuk hidup semangat yang berkobar
dalam rongga dada mereka berduapun semakin menyala.
Akhirnya setelah bersusah payah, sampai juga sepasang
muda mudi ini diisi kereta salju.
Dengan sekuat tenaga Giok Jien mendorong tubuh Liem
Hauw Seng naik keatas kereta salju sedang ia sendiri
berdiri. Diiringi bentakan keras, tali les digentakkan kencang,
kesepuluh ekor anjing serigala itu menggonggong ramai
kemudian lari kencang kedepan.
Suara gonggongan anjing mengejutkan Si Soat Ang dari
perhatiannya, bagaikan tersambar ombak ia meloncat
bangun dan berpaling.
Tapi gerakannya ini sudah terlambat.
Sepuluh ekor anjing sembari menggonggong tiada
hentinya telah berlari kencang kemuka, kereta bersalju
dengan meninggalkan muncratan bunga2 salju memancar
delapan tombak jauhnya ke kedua belah samping.
Melihat kereta saljunya dibawa lari, Si Soat Ang
perdengarkan suatu jeritan aneh yang sangat tidak enak
didengar tubuhnya menerjang maju ke-muka.
Sayang, ketika badannya mencapai beberapa tombak
jauhnya, kereta salju itu sudah jauh mencapai dua puluh
tombak lebih meninggalkan gadis itu jauh dibelakang.
Si Soat Ang menjerit melengking tiada hentinya, suara
jeritan tersebut tinggi, dan tajam dan mendebarkan hati.
Walaupun Giok Jien yang berada diatas kereta salju telah
jauh meninggalkan dirinya tapi ia masih dapat menangkap
jeritan lengkingannya yang sangat mengejutkan hati itu.
Hampir2 saja jantung Giok Jien meloncat keluar dari
rongga dadanya, tiada henti ia getarkan tali les agar kereta saljunya bisa berlari makin cepat.
Sekalipun kereta salju sudah berlari bagaikan terbang, ia
masih juga berseru-seru.
"Cepat dikit, cepat dikit ! kita hampir lolos dari
cengkeramannya, cepat dikit, . . ayoh cepat lagi sedikit !"
Bunga2 salju beterbangan menyambar diatas bibir,
hidung dan matanya, tulang terasa linu tersampuk angin
dingin bagaikan pisau tajam yang menyayat tubuhnya, tapi
ia tidak perduli semuanya demi kereta salju dilarikan
bagaikan terbang.
Kurang lebih setengah jam kemudian, daya lari ke
sepuluh ekor anjing-anjing penghela kereta makin lama
makin lambat dan akhirnya sangat perlahan. Dan Giok Jien
berpaling, dilihatnya seluruh penjuru hanya tampak
permukaan salju nan putih, tak terlihat sesosok bayangan
manusiapun yang melakukan pengejaran.
Ia menghembuskan napas panjang, membentak keras
dan menghentikan larinya sang kereta.
Dalam sekejap mata hampir2 ia tidak mempercayai lagi
akan keuntungannya, air mata tak tertahan meleleh keluar
membasahi seluruh wajah, air mata ini adalah air mata
kegirangan Ia berpaling, dan berseru:
"Engkoh Hauw Seng, kita..."
Belum habis ucapan tersebut diutarakan keluar,
mulutnya terasa terkunci bungkam dalam seribu bahasa.
Di atas kereta salju tak ada manusia lain kecuali dia
seorang. Tidak, seharusnya diatas kereta salju ini kecuali masih
ada orang lain.
Dia adalah engkoh Liem Hauw Seng nya !.
Seluruh tubuhnya terasa jadi kaku, ia berdiri tertegun,
pukulan yang menghajar dadanya kali ini bukan saja
datangnya sangat mendadak bahkan peristiwa ini sungguh
telengas sekali, kejadian ini telah menghancurkan semua
pengharapan nya untuk hidup lebih lanjut
Ia berdiri mematung ditempat semula, setelah berapa
lamanya ia berteriak keras:
"Engkoh Hauw Seng !"
Tapi, sekarang ia jadi terkejut setelah mendengar
teriakannya ini. Suara tersebut amat kering, tidak enak
didengar dan kosong... kosong tak berisi, apakah ini suara
yang keluar dari kerongkongannya " tapi itu bukan
suaranya, lalu suara siapa " siapakah yang masih ingin
memanggil nama engkoh Hauw Seng dalam keadaan
seperti ini " " "
Mulut Giok Jien terpentang lebar2, ia ingin berteriak dan
menangis tersedu2 tapi sedikit suara tak sanggup
diperdengarkan, ia hanya merasa badan sendiri sedang
melayang, melayang di angkasa sedang hatinya tertekan
terasa berat, berat bagaikan batu ribuan kati.
Ia melihat pemandangan salju di hadapannya seperti
telah berubah warna, cahaya ke-perak2an yang memantul
dari permukaan tanah makin lama berubah makin gelap
dan akhirnya gelap gulita.
Ketika itulah Giok Jien berteriak keras: "Engkoh Hauw
Seng !" Sebenarnya, matanya sudah ber-kunang2 kepala terasa
pening, badannya hampir rubuh tidak sadarkan diri, tapi
teriakan terakhirnya berhasil menolong gadis ini.
Karena berteriak peredaran darahnya menjadi lancar
kembali, badannya hanya sedikit tergetar dan tetap berdiri
tegak, dan kerobohannya diatas tanah berhasil dihindarkannya.
Giok Jien menarik napas panjang2, kemanakah perginya
Liem Hauw Seng "
Sewaktu ia temukan diatas kereta salju tak kedapatan
Liem Hauw Seng ada disana, hatinya sangat kacau, ia tak
bisa berpikir lagi kemanakah perginya pemuda tersebut.
Tapi kini, ia sudah tahu kemanakah perginya Liem
Hauw Seng kekasih pujaan hatinya.
Tentu kereta salju berlari terlalu cepat sehingga tubuh
pemuda she Liem ini terpental dan jatuh menggelinding
diatas permukaan salju.
Sedangkan ketika mereka melarikan diri menggunakan
kereta salju, Si Soat Ang mengejar dari belakang, maka
jikalau Liem Hauw Seng terjatuh ditengah jalan, ada
kemungkinan besar ia sudah terjatuh ditangan gadis she Si
dari benteng Thian It Poo ini.
Teringat akan hal ini, Giok Jien merasakan seluruh
peredaran darah dalam tubuhnya seperti hampir membeku,
ia merasa seluruh badannya jadi kaku, sepasang kaki lemas
tak sanggup bangun berdiri lagi, ia roboh terjengkang diatas permukaan salju.
Wajahnya dalam terkubur dibalik tumpukan salju, bunga
salju mencair menjadi air dingin membuat wajah yang
terpendam jadi peri, linu, seperti tertusuk beratus2 batang jarum.
Ia menghembuskan napas berat didalam tumpuk kan
salju, setiap kali ia menghembuskan segumpal salju ikut
tertelan kedalam perutnya.
Entah lewat beberapa saat lamanya.. ia mulai berpikir
kembali, berpikir tentang nasib Liem Hauw Seng.
Ia menduga sekalipun pemuda kekasihnya ini telah jatuh
terpelanting diatas salju, tapi belum tentu berhasil
ditemukan oleh Si Soat Ang.
Jika ia tidak sampai diketahui oleh Si Soat Ang dan ia
sendiri berdiri tertegun disitu bukankah sama artinya ia
sudah memberikan kesempatan bagi malaikat elmaut untuk
mencabut nyawa kekasih nya "
Teringat akan hal itu, semangat Giok Jien segera
berkobar kembali. ia meloncat bangun dari permukaan salju
dan menggelinding naik keatas keretanya lalu diiringi
bentakan keras serta gonggongan anjing, kereta kembali
bergerak dengan cepatnya.
Ketika itu salju sudah berhenti, Giok Jien yang
melarikan kereta saljunya dengan mengikuti bekas yang
ditinggalkan tadi. tidak sulitlah baginya untuk kembali
ketempat semula.
Selama kereta bergerak cepat, hati gadis ini bagaikan ter-
katung2 ditengah angkasa, dengan cermat diperhatikannya
terus suasana disekelilingnya.
Ia tahu asalkan Liem Hauw Seng terpental jatuh dari
kereta dengan membawa luka yang parah tak akan jauh ia
merangkak pergi.
Kurang lebih seperminum teh kemudian sedikitpun tidak
salah dari tempat kejauhan ia melihat ada seseorang
menggeletak diatas permukaan salju.
Saking girangnya Giok Jien jerit melengking, tidak
menunggu kereta tersebut berhenti lagi, ia meloncat turun
dan ber-lari2an menghampiri manusia yang dilihatnya
menggeletak diatas tanah.
Beberapa kali ia harus jatuh bangun sebelum sampai
dihadapan orang tadi, setelah susah payah sampai juga dia
disana. Tubuh orang itu melingkar jadi satu, tapi Giok Jien
dapat melihat jelas dia bukan lain adalah-engkoh Hauw
Seng nya. Napasnya memburu, sembari tertawa air mata tiada
hentinya jatuh berlinang.
"Coba kau lihat aku benar2 sangat tolol" teriaknya seraya lari menghampiri. "Kau terjatuh dari atas kereta tapi aku masih belum merasa, tapi sekarang baikan sudah, akhirnya
berhasil juga kutemukan dirimu."
Setelah gadis ini menemukan kembali Liem Hauw Seng
masih ada disana, hatinya jadi lega, perkataanpun tak
sanggup diutarakan lagi.
Sekalipun begitu bukan saja Liem Hauw Seng tidak
memberi jawaban kepadanya, bahkan badan pun tak
berkutik. Kontan Giok Jien membungkam dalam seribu bahasa,
jantungnya terasa berdebar sangat keras, sekuat tenaga ia
membalikkan badan kekasihnya.
"Engkoh Hauw Seng !" teriaknya keras.
Pada saat itulah Liem Hauw Seng baru bersuara,
terdengar ia menghela napas panjang.
"Aaai...! aaa...apa maksudmu datang mencari diriku lagi
?" Giok Jien tertegun.
"Engkoh Hauw Seng, kenapa aku tak boleh datang
mencari dirimu " sekarang aku berhasil temukan dirimu, ini
sangat bagus sekali. mari kita cepat pergi, sebelum nona
sempat menemukan kita. kita harus cepat2 pergi !"
Liem Hauw Seng pejamkan matanya rapat2, sekali lagi
ia perdengarkan suara helaan napas panjang.
Sekuat tenaga Giok lien memayang bangun tubuh
pemuda tersebut tapi sebelum mereka sempat berangkat
mendadak dari belakang tubuh mereka berkumandang
datang suara teguran yang sangat dingin.
"Sungguh sayang waktu tak mengijinkan lagi, aku telah
menemukan kalian kembali."
Suara itu muncul diri bibir Si Soat Ang.
Waktu itu Giok Jien sudah siap melangkah pergi, tapi
begitu ucapan Si Soat Ang meluncur keluar memecahkan
kesunyian, ia jadi tertegun dan akhirnya berdiri kaku,
bahkan untuk berpaling sekejappun tidak sanggup.
Suara tertawa dingin dari Si Soat Ang berkumandang
tiada hentinya dari belakang tubuhnya, tertawa dingin itu
memberikan perasaan bagi Giok Jien bagaikan selangkah
demi selangkah mendekati liang kubur.
Beberapa saat kemudian, dengan suara yang serak lagi
kering ia berseru lirih:
"Nona kau berhasil menyandak kami ?"
Tubuhnya tetap tak bergerak, tapi ia merasa Si Soat Ang
makin lama semakin mendekati tubuhnya.
Akhirnya tangan Si Soat Ang berhasil menekan
pundaknya, suara gelak tertawa yang diperdengarkanpun
makin menggidikkan hati.
Kelima jarinya semakin mengencang dan terakhir
hampir2 telah menembusi pundak Giok Jien sehingga
menimbulkan rasa sakit yang bukan kepalang.
Seluruh tubuh gadis itu gemetar keras, air mata meleleh
keluar membasahi seluruh wajahnya, menanti seluruh
tubuhnya kena diangkat ke tengah udara oleh Si Soat Ang,
ia baru menjerit kaget.
Tapi dengan cepat putri kesayangan dari Poocu Benteng
Thian It Poo ini telah memerseni sebuah tempelengan keras
keatas wajahnya.
Tamparan yang menggunakan tenaga sangat besar ini
membuat tubuh Giok Jien mundur sempoyongan, tapi Si
Soat Ang tidak membiarkan badannya jatuh, sekali
cengkeram ia menyambar lagi dada gadis tersebut.
"Nona..." seru Giok Jien dengan nada gemetar. "Kau...
kau bunuhlah aku seorang tapi aku mohon janganlah kau
mencelakai engkoh Hauw Seng."
Dalam pada itu Si Soat Ang telah mencengkeram Liem
Hauw Seng dikiri dan Giok Jien dikanan, rasa benci yang
terkumpul dalam dadanya selama ini sekarang disalurkan
semua, ia telah berubah hampir mendekati sinting, jeritan
lengkingnya bercampur baur dengan tertawa
yang meringkik. "Hiiii... hiiii... membunuh dirimu" kau boleh berlega
hati, aku tak akan membinasakan dirimu, tak akan
kulakukan hal sebodoh itu."
Sejak semula Giok Jien tidak memikirkan mati hidupnya
lagi, oleh karena itu mendengar ucapan Si Soat Ang
tersebut ia merasa terlalu gembira.
"Lalu bagaimana dengan engkoh Hauw Seng." buru2
tanyanya cepat.
"Kau boleh berlega hati ," teriak Si Soat Ang dengan nada meIengking. "ia pun tak akan mati, aku masih ingin ia hidup agar bisa melihat banyak persoalan."
Tak kuasa lagi Giok Jien jatuhkan diri dan berlutut.
"Nona asalkan kau suka menolong engkoh Hauw Seng,
suruh aku berbuat apapun aku sanggup."
Mendadak gadis she Si mendongak dan tertawa ter
bahak2.

Jago Kelana Karya Tjan I D di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Oooouw benar begitu " baik, kau boleh payang dia naik keatas kereta bersalju dan kita segera berangkat !"
Walaupun dalam hati Giok Jien tahu urusan tak akan
beres segampang ini, ia merasa paling sedikit urusan yang
ada didepan mata dibereskan dulu, asalkan Liem Hauw
Seng bisa tertolong semua hal mudah diselesaikan, oleh
karena itu buru2 ia payang pemuda itu naik keatas kereta
salju. Sembari memayang badannya, tiada hentinya ia
menghibur pemuda kekasihnya:
"Engkoh Hauw Seng, nona sudah setuju untuk menolong
dirimu, kau tidak usah gelisah, hatimu makin gelisah
lukamu makin sukar untuk sembuh."
Beberapa kali Liem Hauw Seng membuka mulutnya
mau mengucapkan sesuatu, akhirnya tak sepatah katapun
yang diutarakan keluar.
Tidak selang beberapa saat, ketiga orang itu sudah naik
keatas kereta salju, dimana cambuk berayun kereta bergerak
dengan cepatnya kemuka.
Kurang lebih setengah jam kemudian mereka telah tiba
diatas sebuah bukit dengan tujuh, delapan buah bangunan
rumah tembok, Ketujuh delapan buah bangunan rumah
tembok itu melingkari sebuah halaman, ditengah halaman
berdiri sebuah loteng peronda yang tingginya tiga tombak.
Kiranya tempat itu bukan lain adalah sebuah pos
penjagaan dari benteng Thian It Poo.
Ketika kereta salju bergerak mendekat, tampaklah
beberapa orang munculkan diri menyambut kedatangan
mereka. Si Soat Ang melarikan keretanya kehadapan beberapa
orang itu tampak lelaki2 kekar tersebut dengan wajah
kegirangan berteriak keras.
"Aaaah...! nona sungguh2 datang, peristiwa ini tidak
kami sangka sebelumnya."
Si Soat Ang tidak menggubris ocehan2 itu, ia langsung
bertanya dengan nada yang ketus.
"Dimana Oen Su-ko" adakah ia disini?"
Pertanyaan itu baru saja diutarakan, seorang lelaki kurus
tinggi dengan memakai topi terbuat dari kulit binatang
berlari datang seraya menyahut tiada hentinya:
"Ada! ada!"
Lelaki yang bernama "Oen Su Ko" ini punya sedikit nama besar disekitar daerah Utara, senjata andalannya
sangat luar biasa yaitu sebuah roda bulat yang panjangnya
beberapa depa dengan ujungnya bertaburkan duri2 tajam,
bila digetarkan maka akan menimbulkan suara dengungan
yang sangat aneh.
Ia she Oen dengan gelar Toh Ming Hwi Loen, atau
siroda terbang pencabut nyawa.
Pada saat itu dengan wajah penuh senyuman ia
menyambut kedatangan Si Soat Ang..
"Nona, secara bagaimana kau bisa sampai disini" apakah Poocu tahu akan kedatanganmu disini?" sapanya ramah.
"Apakah kedatanganku harus diketahui Poocu dulu ?"
hardik Si Soat Ang kurang senang.
"Ooouw . . . tidak, tidak, sudah tentu tidak dengan
kepandaian silat yang nona miliki saat-ini jangan dikata
hanya berkeliling disekitar benteng Thian It Poo, sekalipun berkelana di daerah Utara maupun selatan juga sudah
cukup." Si Soat Ang tertawa senang.
"Oen Su-ko selembar mulutmu betul2 sangat lihay, mari !
bantu aku sebentar disini ada seorang sedang menderita
luka, cepat payang dia masuk kedalam."
Setelah mendengar perintah dari gadis she Si ini Oen Su
ko baru perhatikan bila diatas kereta salju masih ada
seorang yang sedang menderita luka sangat parah, ia jadi
tertegun dan buru2 maju menghampiri untuk payang orang
itu. Setelah dekat, ia makin terperanjat lagi karena dalam
sekali pandangan manusia she Oen ini lantas mengenali
kembali bila orang itu adalah Liem Hauw Seng keponakan
Poocu mereka juga merupakan kakak misan dari Si Soat
Ang. Luka yang diderita Liem Hauw Seng sangat parah, tapi
sikap Si Soat Ang amat hambar bahkan masih bisa bergurau
dan tertawa, Kendari Oen Su ko sudah ada setengah umur
berkelana dalam dunia persilatan juga susah untuk menebak
kejanggalan tersebut.
Setelah memayang tubuh Liem Hauw Seng, ia pelototi
terus wajah Si Soat Ang dengan ragu2 dan kebingungan.
"Cepat kami kirim dua orang kembali ke benteng untuk
mintakan obat luka pada ayahku, cepat pergi dan cepat
kembali." perintah Si Soat Ang lebih lanjut "Beritahu juga pada ayahku, katakan untuk sementara waktu aku tak akan
kembali ke benteng dan akan tetap berada disini untuk
merawat luka Piauw-ko."
Mendengar perintah tersebut Oen Su segera menyahut.
"Orang yang pergi mengambil obat harus cepat kembali,
dilarang banyak bicara, jikalau sampai merusak urusanku,
aku akan suruh kalian rasakan bahwa aku adalah manusia
yang tidak gampang diganggu." teriak gadis she Si ini lebih lanjut dengan wajah membesi.
Sekali lagi Oen Su menyahut, buru2 ia perintahkan dua
orang dengan menunggang kereta berlalu dari sana, sedang
sisanya segera masuk kedalam ruangan.
Setelah masuk kedalam ruangan hawa hangat menyelimuti badan, Oen Su membaringkan Liem Hauw
Seng keatas pembaringan sedang Si Soat Ang mengeluarkan
sebutir pil, dengan bantuan arak ia paksa obat itu masuk
kedalam perut pemuda she-Liem.
Selama ini Giok Jien selalu berada disisi Liem Hauw
Seng, melihat Si Soat Ang agaknya sungguh2 hendak
menyembuhkan luka kekasihnya, rasa girang dalam hatinya
susah dilukiskan lagi.
Tidak selang beberapa saat kemudian Si Soat Ang
berkata kembali:
"Oen Su-ko, dalam pos perjagaan ini semuanya ada
berapa orang ?"
"Seluruhnya ada delapan belas orang"
"Kecuali dua orang yang pergi minta obat, sisanya
keenam belas orang segera suruh berkumpul aku mau
periksa satu persatu."
Oen Su tidak mengerti apa maksud Si Soat Ang dengan
berbuat demikian, iapun tidak berani banyak bertanya,
terpaksa sahutnya:
"Terima perintah." Ia singkap gorden dan berjalan keluar.
Tidak selang beberapa waktu suara langkah kaki
bergema didepan pintu.
"Cukup... cukup... tak usah suruh mereka masuk, biar
aku yang keluar sendiri" buru2 gadis she Si membentak.
Sembari berkata mendadak ia tarik tangan Giok Jien dan
diajak keluar dari ruangan menuju ketempat luaran,
Tampak di tengah halaman berdiri puluhan lelaki kekar
tinggi pendek tak menentu, sebagian besar berwajah jelek2
dan buas. Diantaranya ada seorang lelaki yang pendek gemuk,
wajahnya sangat jelek sekali, kepalanya besar bulat seperti babi, badannya penuh berbulu hitam dan guyur2 lemas.
Giok Jien yang kena ditarik keluar oleh Si Soat Ang, ia
lantas merasakan kejadian tidak menguntungkan bagi
dirinya, tak kuasa lagi jantung terasa berdebar sangat keras.
Waktu itu Si Soat Ang menarik dia menuju kehadapan
lelaki jelek itu, Giok Jien makin curiga dan takut sehingga badannya gemetar keras.
Dengan pandangan mata yang tajam putri kesayangan
dari Poocu benteng Thian It Poo ini perhatikan lelaki jelek itu beberapa kejap. lalu tertawa.
"Wajahmu terasa amat asing, siapakah namamu?"
Agaknya lelaki jelek itu dibikin kaget setengah mati
sehingga untuk beberapa waktu hanya berdiri me-Iongo2
dengan mata terbelalak, tak sepatah katapun bisa
diutarakan keluar.
Oen Su yang ada disisinya segera mewakili untuk
memberi jawaban:
"Nona, dia adalah "Ci Bian Koei" atau setan berwajah merah Ciauw Loo-chiet, kepandaian silatnya tidak jelek .
"Ooouw...kiranya Ciauw Cung-su !"
Sisetan berwajah merah Ciauw Chiet sebenarnya tidak
lebih hanya manusia rendah, sedang Si Soat Ang adalah
putri kesayangan poocu benteng Thian It Po, baginya cukup
memandang gadis ini dari tempat jauh saja jantungnya
sudah berdebar keras, apalagi saat ini gadis tersebut bukan saja berdiri di hadapannya bahkan nadanya halus dan
begitu berbicara lantas memanggil dirinya dengan sebutan
"Ciauw Cung-su", Ciauw Loo-chiet ini makin gelagapan lagi.
Keringat mengucur deras membasahi seluruh tubuhnya,
ia tidak tahu harus mengucapkan perkataan apa baiknya.
Kawan yang berdiri disisinya segera menjawil dia dan
memberi tanda agar ia jangan membisu terus.
Ciauw Loo chiet pentangkan mulutnya lebar2, lama
sekali ia baru menyahut: "Benar... hemm... aku adalah
pendekar Ciauw !"
Ucapannya ini langsung mendatangkan rasa geli dihati
semua orang, tidak terkecuali juga Si Soat Ang, ia tertawa
ter-kekeh2. Hanya Giok Jien seorang yang tundukkan kepala,
badannya gemetar sangat keras.
Lama sekali gelak tertawa baru sirap, mewakili Ciauw
Loo chiet yang jadi jengah sehingga wajah nya berubah
merah padam seperti babi hangus ujar Si Soat Ang:
"Ciauw Cuang-su benar2 seorang lelaki sejati, kalian
jangan mentertawakan dirinya, pendekar Ciauw, aku ingin
menanyakan satu persoalan kepadamu."
"Uuu . . uru. . . urusan apa " " ?"
Si Soat Ang melirik sekejap kearah Giok Jien, lalu
senyuman sinis yang menyeramkan berkelebat diatas
wajahnya. "Pendekar Ciauw, kau sudah menikah belum?"
Ciauw Loo-chiet berdiri melengak, jelas ia tidak pernah
menyangka Si Soat Ang bisa mengajukan pertanyaan
macam itu kepadanya.
Sisanyapun ikut berdiri tertegun, untuk sesaat suara
manusia, gelak tertawa jadi serap.
Karena pertanyaan yang diajukan gadis she Si ini sangat
luar biasa dan tak seorang pun diantara mereka yang
mengerti maksudnya.
Ketika semua orang berdiri melengak, Ciauw Loo chiet
berdiri me longo2, mendadak Giok Jien menjerit
melengking. "Nona kau berbuatlah kebaikan." sembari berteriak ia jatuhkan diri berlutut dihadapan Si Soat Ang.
Bagaimanapun Giok Jien bukan hanya sehari dua hari
bergaul dengan majikannya ini, sudah tentu ia tahu
persoalan apakah yang sedang di pikirkan dalam hati Si
Soat Ang. Semua orang melihat Giok Jien jatuhkan diri berlutut
makin melengak lagi dibuatnya, tapi Si Soat Ang sama
sekali tidak menggubris bekas budaknya ini, kembali ia
mengulangi pertanyaannya.
Dengan tangan digoyangkan berulang kali, Ciauw Loo
chiet menjawab juga akhirnya: "Belum... belum kawin."
"Kalau begitu bagus sekali." Si Soat Ang tertawa seram.
"Pendekar Ciauw, coba kau lihat bagaimana wajah
dayangku ini ?"
Ciauw Loo-chiet tertegun, buru2 ia alihkan sinar
matanya kearah Giok Jien yang masih berlutut diatas tanah.
Pada dasarnya Giok Jien memang seorang gadis cantik,
kini wajahnya pucat pasi badannya gemetar keras, semakin
membuat orang merasa kasihan.
Melihat wajahnya yang cantik sepasang mata Ciauw Loo
chiet kontan melotot bulat2, ia seperti berada dalam impian dan hanya bisa tertawa bodoh belaka.
"Jika kau suka, biar aku yang jadi mak comblangnya,
malam ini juga kalian kawin !"
Ucapan ini menimbulkan kegemparan dikalangan para
jago yang hadir disana, ada beberapa orang lelaki segera
mengempit tangan dan kaki Ciauw Loo chiet lantas
diangkat dan di-lempar2 kan ke tengah udara.
Tubuh Ciauw Loo chiet gemuk besar, ia tidak mengerti
apa yang dinamakan ilmu meringankan tubuh, kena
dilemparkan ketengah udara langsung saja menjerit seperti
babi disembelih tangannya bergerak keras dan menimbulkan suatu sikap yang sangat jelek.
"Sudah jangan ribut" seru Si Soat Ang kemudian sambil tertawa. "Jangan sampai membuat sipengantin jadi
ketakutan, nanti sipengantin
perempuan tak akan mengampuni kalian."
Beberapa orang itu segera turunkan kembali Ciauw Loo
chiet keatas tanah, Oen Su yang ada disisinya dengan cepat
dorong ia kedepan.
"Manusia yang tidak tahu diri" tegurnya keras. "Masih tidak kau ucapkan terima kasih atas budi nona kepadamu ?"
Tidak usah disuruh kedua kali Ciauw Loo-chiet jatuhkan
diri berlutut dan meng-angguk2 kan kepalanya berulang kali
di hadapin Si Soat Ang.
Waktu itu Giok Jien masih berlutut diatas tanah, sedang
Si Soat Ang tertawa dingin tiada hentinya:
"Eeeii kenapa kalian begitu gelisah, mau memberi
hormat seharusnya menunggu lilin kawin dinyalakan lebih
dulu!" Ucapan ini kembali mendatangkan gelak tertawa
dikalangan para jago yang ada disana.
Tubuh Giok Jien gemetar semakin keras, ia merangkak
maju beberapa langkah hingga tiba dihadapan Si Soat Ang
lalu seraya memeluk ke dua kaki bekas majikannya
teriaknya ber-kali2:
"Nona... nona..!"
Ditengah suara gelak tertawa yang keras, suara
jeritannya terdengar sangat lemah dan hampir sirap, tapi Si Soat Ang masih bisa menangkap suaranya, per-lahan2 ia
ayunkan tangan keatas sehingga suasana jadi tenang
kembali. Lalu dengan pandangan dingin Si Soat Ang mengalihkan


Jago Kelana Karya Tjan I D di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

sinar matanya kebawah.
Waktu itu Giok Jien sedang mendongak dan merengek
memohon belas kasihannya, melihat wajah musuh cintanya
ini sangat mengenaskan dan sebentar lagi kesuciannya akan
musnah ditangan orang lain, dalam hati ia merasa sangat
girang dan sangat senang.
"Apa yang ingin kau katakan ?" serunya sepatah kata demi sepatah kata.
Air mata Giok Jien mengucur keluar semakin deras.
"Nona, kau... kau boleh hajar diriku..! kau boleh bunuh diriku, aku tak akan murung atau merasa kesal, tapi
sebelum menjatuhi hukuman macam ini kepadaku haruslah
kau ikut memikirkan buat diri engkoh Hauw Seng !"
"Iiih sungguh aneh sekali, aku rada sedikit tidak
mengerti, kau adalah dayangku aku mau kau kawin dengan
siapa, apa sangkut pautnya dengan Hauw Seng Piauw ko ?"
seru Si Soat Ang dengan alis melentik, Giok Jien masih
terus menerus memohon.
"Nona, aku mohon kepadamu jangan..! janganlah
bersikap demikian kepadaku, janganlah bersikap demikian
kepadaku."
Makin gadis itu merengek dan memohon di-hadapannya
Si Soat Ang merasa makin kegirangan, sengaja dengan
perlambat ucapannya ia berseru:
"Oouw ! kalau begitu kau tidak ingin kawin dengan
Ciauw Ciang su ini ?"
"Nona, aku..." Giok Jien mulai terisak nangis.
"Baiklah, sekarang coba bicara sendiri sebenarnya kau
ingin kawin dengan siapa ?"
Sebenarnya seluruh tubuh Giok Jien sedang gemetar
sangat keras, tapi menanti ucapan terakhir dari Si Soat Ang meluncur keluar tiba2 badannya tidak gemetar lagi,
bersamaan itu pula ia berhenti menangis.
Bukan begitu saja, setelah suara tangisannya berhenti
per-lahan2 ia merangkak dan bangkit berdiri
Dalam sekejap mata ia sudah mulai paham, sekalipun ia
merengek terus dihadapan Si Soat Ang, jangan dikata
hanya melelehkan air mata, kendari menangis sampai
kucurkan darah segar pun juga percuma.
Keadaan Si Soat Ang saat ini mirip seekor kucing yang
berhasil menangkap seekor tikus, ia permainkan dulu tikus
itu sehingga akhirnya sedikit demi sedikit menjadi mati.
Setelah Giok Jien bangun berdiri, ia menghela napas
panjang. "Nona apabila kau ingin paksa aku mati, biarlah aku
mati sekarang juga !"
"He he he siapa yang ingin paksa kau mati ?" jengek Si Soat Ang sembari tertawa dingin. "apalagi kau tak boleh mati, jika kau mati maka rasa gemas, benci yang
terkandung dalam hatiku hendak ku lampiaskan kepada
siapa ?" Sebetulnya dalam anggapan Giok Jien, asalkan ia adu
jiwa sampai mati, maka semua urusan akan selesai dendam,
benci yang tertanam dalam hati gadis she Si ini pun akan
musnah dengan sendirinya.
Tapi kini ia mulai mengerti urusan tak akan segampang
itu. Bila ia menyetujui kawin dengan Ciauw loo chiet.
Kejadian ini sukar dibayangkan bagaimana akhirnya, maka
ia bakal menerima suatu penghinaan yang amat besar.
kehidupan selanjutnya tak tahu bagaimana jadinya, tapi ada
kemungkinan besar Si Soat Ang tak akan membenci tak
akan menyakiti Liem Hauw Seng lagi.
Bila ia memilih jalan mengadu jiwa, dalam keadaan
gusar Si Soat Ang bisa saja menggunakan cara yang paling
keji untuk menyiksa Liem Hauw Seng.
Berpikir akan akibat2 yang bisa terjadi Giok Jien
merasakan badannya merinding, bulu kuduk pada bangun
berdiri. Ia tak mungkin bisa mati, ia tak boleh mati, jika ia mati
maka Liem Hauw Seng akan tinggal seorang diri dikolong
langit, pemuda itu akan tersiksa hatinnya selama hidup.
Tapi bila ia tak mati, bagaimana jadinya " harus kawin
dengan seorang lelaki macam babi "
Giok Jien tidak sanggup untuk berpikir lebih lanjut, ia
merasa badannya jadi kaku, bukan saja seluruh tubuhnya
bahkan hatipun ikut jadi kaku, ia berubah jadi goblok,
berubah jadi manusia tolol. apapun tak bisa dipikir lagi.
Giok Jien berdiri tertegun, sedangkan Si Soat Ang tiada
hentinya memperdengarkan gelak tertawanya yang aneh
dan menyeramkan.
Sembari tertawa. desaknya lebih lanjut: "Kau sudah
setuju bukan " asalkan kau mengangguk maka malam ini
adalah malam pengantinmu, jika kau tidak setuju, Heeee...
heee... aku masih punya cara yang lain."
Dengan pandangan sayu Giok Jien mendongak, sudah
tentu Si Soat Ang punya cara yang lain, dengan sangat
mudah sekali gadis she Si dapat menotok jalan darahnya
kemudian memberikan badannya yang tak bisa berkutik
untuk dikerjai oleh Ciauw Loo-chiet.
Tapi justru Si Soat Ang paksa dia untuk mengangguk!
paksa ia menyetujui sendiri. Sudah tentu Giok Jien tahu
maksud tujuan dari Si Soat Ang, gadis dari benteng Thian It Poo ini sengaja berbuat demikian agar Liem Hauw Seng
yang ada didalam ruangan rumah bisa ikut mendengar
suara sahutan dari kekasihnya ini, agar Liem Hauw Seng
tahu bila Giok Jien adalah rela sendiri kawin dengan Ciauw
Loo-chiet. Bila demikian adanya. maka Liem Hauw Seng akan
memandang rendah dirinya, melupakan dia dan tidak
merindukan dia lagi, ia akan menganggap dirinya sebagai
seorang perempuan rendah yang tidak tahu malu.
"Tidak boleh kusanggupi !" Teriak Giok Jien didalam hatinya, "Bagaimanapun nasib menekan diriku, lebih baik aku pasrah saja. aku tak boleh mengangguk, tak boleh
mengikuti paksaannya !"
Dengan kaku ia berdiri, disana, seluruh badannya seperti
membeku. sedikitpun tak berkutik lagi.
Si Soat Ang mengulangi kembali pertanyaan itu sampai
beberapa kali. -Tapi Giok Jien tetap tak bergerak.
Lama kelamaan suaranya makin meninggi, kegusarannyapun makin membakar hatinya.
Oen Su yang berdiri disamping, karena takut Si Soat Ang
sulit turun panggung, dengan maksud mencari muka
ujarnya: "Nona, ini hari malam semakin kelam, lebih baik kita
bicarakan besok saja."
"Apa yang kau ketahui " tidak usah banyak bicara !"
teriak Si Soat Ang penuh kegusaran.
Oen Su sama sekali tidak menduga ia bakal ketanggor
batunya, saking takutnya buru2 ia bongkokkan badannya
berulang kali. "Baik ! Baik ! Baik !"
Badannya segera mengundurkan diri dari sana.
Melihat Si Soat Ang jadi naik pitam semua orang yang
hadir disana tak berani menghembuskan napas berat2 lagi,
masing2 orang mulai merasa heran dan bingung, mereka
tidak tahu kenapa Si Soat Ang paksa dayangnya yang
cantik untuk kawin dengan Ciauw Loo-chiet yang jelek
bagaikan babi. Pada saat itulah mendadak dari belakang tubuh Si Soat
Ang berkumandang datang suara teriakan lirih dan lemah.
"Piauw moay, piauw moay !"
Mendengar panggilan itu, tubuh Si Soat Ang tergetar
keras, per-lahan2 ia berpaling.
Entah sejak kapan Liem Hauw Seng telah merangkak
turun dari atas pembaringan dan kini berdiri didepan pintu
dengan tangan mencekal tiang.
Walaupun sekuat tenaga ia berusaha berdiri tegak, tapi
kelihatan sekali setiap saat dapat roboh ketanah, wajahnya
pucat pasi bagaikan mayat.
Waktu itu, ditengah lapangan kosong telah di buat
seonggokan api unggun, cahaya api yang berwarna kuning
ke emas2an berkobar menjulang tinggi keangkasa, dibawah
sorotan cahaya api wajah Liem Hauw Seng yang pucat pasi
kelihatan sangat aneh sekali.
Setelah Liem Hauw Seng berteriak dua kali, ia tidak
bicara lagi. Sedangkan Si Soat Ang sejak putar badan iapun
membungkam dalam seribu bahasa, beberapa saat
kemudian baru terdengar ia bertanya: "Kau sedang
memanggil diriku ?"
Diatas selembar wajah Liem Hauw Seng yang pucat
tersungging satu senyuman pahit.
"Benar aku sedang memanggil dirimu. Piauw moay aku
lihat kau sudah cukup mengacau hubungan kami"
"Hmm, yang ingin kau sampaikan kepadaku hanya ini
saja ?" Tubuh Liem Hauw Seng menerjang maju lagi beberapa
langkah, bila bukan mencekal pinggiran dinding hampir2
saja badannya roboh terjengkang diatas tanah.
Seluruh tubuhnya mengeluarkan suara gemerutukan
yang keras, sahutnya tegas: "Benar, bila dalam hatimu
masih ada hal2 yang terasa kurang puas, kau boleh
laksanakan siksaan mu itu dibadanku, kau jangan
menyusahkan Giok Jien lagi."
Setelah menyiksa Giok Jien tadi, rasa mangkel dan rasa
gusar yang berkobar dalam dada Si Soat Ang telah banyak
berkurang. Melihat parahnya luka yang diderita Liem Hauw Seng,
hatinya mulai iba. Bagaimanapun juga ia pernah jatuh cinta
dengan pemuda ini karena pun dalam hatinya ingin cepat2
sembuhkan luka yang diderita pemuda tersebut.
Tapi, setelah mendengar ucapan yang terakhir dari lelaki
she Liem ini, rasa gusarnya kembali berkobar.
"Oooouw, , . cinta kalian berdua benar2 sangat
mendalam sekali," sindirnya diiringi tertawa dingin yang menyeramkan.
Liem Hauw Seng menghela napas panjang.
"Aaaai . . . kau jangan anggap Giok Jien adalah seorang anak yatim piatu, aku lihat hatinya suci dan polos ia tentu mempunyai asal-usul yang besar, aku lihat lebih baik kau
jangan keterlaluan, dan lepaskan dirinya !"
"Ha ha ha Liem Hauw Seng, kau anggap ucapanmu itu
bisa menakuti diriku ?" tiba2 Si Soat Ang mendongak dan tertawa terbahak2 "Setelah kau keluar urusan jauh lebih bagus lagi."
"Oen Su ! tangkap mereka berdua !" perintah yang
diturunkan dengan wajah hijau membesi siapa yang berani
membangkang " walaupun Oen Su tahu kedudukan dari
Liem Hauw Seng tapi bagaimanapun juga kedudukannya
tak akan setinggi kedudukan Poocu serta Si Soat Ang.
Oleh karena itu setelah ragu2 sejenak mereka maju juga
untuk memayang Liem Hauw Seng dan diseret pergi.
Air muka Si Soat Ang pucat kehijau2an, dengan
tersungging suatu senyuman yang menyeramkan kembali
perintahnya: "Ambil segentong air panas, jangan terlalu panas, hati2
jangan menyelomoti badan Liem sauw-ya!"
Dua orang berjalan keluar meninggalkan barisan, tidak
lama kemudian mereka kembali dengan membawa
segentong air panas yang masih mengepulkan asap.
Hingga detik ini tak seorang manusiapun paham apa
yang hendak dilakukan oleh Si Soat Ang setelah kedua
orang itu meletakkan gentong berisikan air panas itu keatas tanah, gadis she-Si ini baru berkata kembali.
"Oen Su, masukkan dia kedalam gentong air panas itu!"
"Nona..." teriak Oen Su melengak.
Tapi tidak menanti ia menyelesaikan ucapannya, Si Soat
Ang sudah berseru kembali.
"Sudah dengar belum?"
Oen Su tidak berani banyak bicara lagu terpaksa ia
angkat badan Liem Hauw Seng dan dijebloskan kedalam
gentong air panas.
Air dengan cepatnya membasahi seluruh lutut Liem
Hauw Seng dan merendamnya hangat2.
Tapi cuaca ditempat luaran sangat dingin, sekalipun air
yang diangkut keluar masih panas dalam sekejap mata
panasnya telah berkurang.
Dengan perasaan bangga Si Soat Ang tertawa seram.
"Manusia rendah, sudah kelihatan belum ?" jengeknya sinis, "Aku lihat paling banter satu jam lagi segentong air panas ini akan berubah jadi segentong air dingin, waktu itu sepasang kaki engkoh Hauw Seng mu yang ada dalam
tumpukan salju akan terasa hangat sedap sekali... haa...
haaaa... tentu kau bisa bayangkan bukan, bagaimana
rasanya waktu itu !"
Giok Jien jadi ketakutan.
"Nona, jangan... janganlah berbuat demikian!" teriaknya gemetar.
"Haaaa... haaa sekalipun kau minta kepadaku juga
percuma saja." Teriak Si Soat Ang agak histeris. "Kapan saja kau menyanggupi untuk kawin dengan Ciauw Loo-chiet, saat itu juga Oen Su akan mengangkat dia lepas dari
gentong air ?"
Ia lantas berpaling dan tambahnya: "Liem Hauw Seng,
bila kau tidak ingin sepasang kakimu jadi cacad akibat
kedinginan maka mohon lah bantuan kekasihmu asal suka
menolong jiwamu."
Kembali ia tertawa dingin, kepada Oen Su serunya pula:
"Oen Su, sudah kau dengar belum ?"
Sebetulnya Oen Su pun seorang lelaki buas yang kasar
dan berhati telengas, tapi menyiksa orang dengan
menggunakan cara demikian kejinya baru untuk pertama
kali ini ia jumpai, suaranya berubah jadi serak tidak enak
didengar. "Aaaa.. aku sudah dengar !".
Si Soat Ang tertawa dingin, dengan membawa
kemangkelan ia melangkah masuk kedalam ruangan.
Oen Su yang memayang tubuh Liem Hauw seng tidak
berani berkutik. sedang Liem Hauw Seng sendiri
memejamkan matanya rapat2, nadanya mulai kedengaran
sangat lemah. Menanti Si Soat Ang sudah berlalu Giok Jien segera
menubruk kesisi gentong air itu, teriaknya setengah
memohon: "Toa-ya sekalian, kalian sudilah kiranya berbuat
kebaikan, dia adalah seorang yang sedang menderita luka
parah. dia... dia sudah tidak sanggup untuk menerima
siksaan lagi, kalian sudilah berbuat baik, Oen Su-ya ! kalian sukalah berbuat kebaikan !"
Suaranya begitu mengenaskan, ditengah malam buta
yang dingin mendatangkan perasaan ngeri bagi yang
mendengar. Lelaki liar yang hadir disana, bukannya tidak
berperikemanusiaan semua, namun Si Soat Ang berada
dalam ruangan, siapa yang berani banyak bertingkah "


Jago Kelana Karya Tjan I D di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Terdengar Oen Su menghela napas dan coba menghibur:
"Nona. aku lihat Ciauw Loo-chiet pun lumayan juga.."
Tetapi ucapannya sudah terputus oleh isak tangis Giok
Jien, sembari bersedu sedan gadis memasukkan tangannya
kedalam gentong air, mendadak ia menjerit kaget dan
berteriak: "Aaah...! airnya mulai mendingin, airnya mulai
mendingin !"
Barang siapapun dapat melihat kalau air dalam gentong
sudah mendingin, sebab sejak tadi sudah tak mengepulkan
asap lagi. Sembari berteriak, gadis itu meloncat kesana kemari
dengan sekuat tenaga mendorong Oen Su.
Dari Liem Hauw Seng, seringkali ia memperoleh
petunjuk ilmu silat, lagi pula Oen Su tidak menyangka gadis itu bermaksud mendorong dirinya, ditambah pula pada saat
ini ia sedang diliputi ketegangan, tenaga dorongan semakin
kuat diluar dugaan.
Dorongannya barusan kontan membuat tubuh Oen Su
terpental selangkah lebar kedepan.
Dalam pada itu Oen Su sedang berdiri sambil memayang
tubuh Liem Hauw Seng, secara tiba2 Oen Su terpental ke
depan membuat tubuh Liem Hauw Seng pun roboh
terjengkang keatas tanah.
-ooo0dw0ooo- Jilid 5 BAGAIKAN kalap Giok Jien menerjang ke depan,
memeluk tubuh kekasihnya dan ambil peluang tersebut
menggotong pemuda itu meninggalkan gentong air.
"Engkoh Hauw Seng... engkoh Hauw Seng..." Teriaknya dengan suara amat memilukan.
Karena kaget dan cemas ketika itu Liem Hauw Seng
sudah jatuh tidak sadarkan diri, ia sama sekali tidak
mendengar lagi jeritan Giok Jien.
Ber-kali2 Giok Jien menjerit namun tidak mendengar
jawaban dari kekasihnya, ia lantas menganggap pemuda itu
sudah putus nyawanya, setelah tertegun beberapa saat ia
menjerit... jeritannya mengerikan dan sangat menyayatkan
hati. Sembari memeluk tubuh Hauw Seng erat, ia putar
badan. Sementara itu kebetulan Sie Soat Ang sedang melangkah
keluar dari dalam rumah, Giok Jien segera berteriak
lengking: "Kau sudah... kau sudah membinasakan Kan Djie-ya,
sekarang kembali kau binasakan engkoh Hauw Seng! kau
pembunuh terkutuk!"
Mendengar Giok Jien mengungkap kembali peristiwa
kematian Kan Tek Lin, air muka Sie Soat Ang berubah
hebat, dengan cepat badannya meluncur kedepan menotok
jalan darah "Tjian-cing-hiat" pada bahu gadis hu..
Tubuh Giok Jien tergetar keras, kemudian ber sama2
Liem Hauw Seng roboh menggeletak ke-atas tanah.
Ketika itu Oen Su dengan penuh ketakutan masih berdiri
disisi kalangan, Sie Soat Ang segera membentak dingin:
"Disini sudah tak ada urusan kalian lagi, pada bubar
semua!" Dalam sekejap mata para jago sudah bubarkan diri,
kecuali Tjiauw Loo tjhiet yang berjalan menghampiri
tuannya sembari berseru:
"Siotjia, aku , , soal perkawinan kami..."
Sie Soat Ang sedang mendongkol, mendengar ucapan itu
kontan ia naik pitam, sebuah tendangan kilat bersarang
ditubuh Tjiauw Loo tjhiet membuat lelaki ini mencelat ke
belakang dan jatuh bergelindingan, buru2 orang she Tjiauw
tadi merangkak bangun dan melarikan diri.
Perlahan2 Si Soat Ang putar badan dan menendang
tubuh Giok Jien dengan mata melotot, pelbagai cara keji
untuk menyiksa gadis ini bermunculan didalam hatinya,
tanpa sadar air muka nya berubah menyengir kejam.
Mendadak dari ujung tembok berkumandang datang
suara tertawa dingin yang sinis, dan mengerikan.
Tertawa dingin itu begitu menyeramkan membuat bulu
kuduk diseluruh tubuh Sie Soat Ang bangun berdiri, buru2
ia putar badan dan memandang dengan tajam
Secara lapat2 ia menemukan sesosok bayangan manusia
berdiri diujung tembok dengan sikap yang mengerikan.
Walaupun Sie Soat Ang sadar, tempat ini adalah salah
satu pos penjagaan bentengnya, asalkan ia berteriak maka
puluhan orang akan bermunculan untuk membantu dirinya,
namun entah apa sebabnya ia tidak berani berbuat
demikian, hatinya serasa tercekat.
Lama sekali ia tarik napas panjang2, lalu tegurnya
dengan suara gemetar: "Siii... siapa... siapa kau ?"
Orang itu tidak menjawab, ia masih saja memperdengarkan suara tertawa dinginnya yang amat
menyeramkan. "Siapa " siapa yang bersembunyi diujung tembok sana ?"
Kembali ia membentak keras.
Bentakan tersebut memancing kehadiran Oen Su disana,
tampak orang itu berjalan mendekat sembari bertanya:
"Siocia, apa yang telah terjadi?"
"Coba kemari, coba kau cepat kemari !"
Oen Su mengiakan, ia segera berjalan mendekati
tuannya. Setelah ada orang lain yang berada disisinya, nyali Sie
Soat Ang makin besar, ia segera menuding kedepan dan
berkata: "Coba kau pergi keujung tembok sana dan periksalah
teliti barusan aku lihat seperti ada orang tertawa dingin
ditempat itu."
Ucapan gadis itu mendatangkan rasa ngeri dalam hati
Oen Su, bulu kuduknya pada bangun berdiri, buru2 selanya.
"Mungkin siocia sudah salah mendengar, bukankah
barusan siocia suruh kami masuk kedalam ruangan, siapa
berani tinggal ditempat luaran?"
"Oen Su!" Bentak Sie Soat Ang penuh kegusaran, "Aku perintahkan kau segera melakukan pemeriksaan kesana,
kau berani membangkang atas perintahku?"
Walaupun dalam hati Oen Su merasa sangat ketakutan,
namun ia tak berani membangkang perintah siocia nya yang
sudah tersohor akan kekejiannya.
"Baik, baik - -" jawabnya kemudian. "Aku kau tidak berkata tak mau kesana, aku hanya bilang tak mungkin ada
orang didepan sana." sembari berkata, selangkah demi
selangkah ia berjalan kedepan.
Tertawa dingin yang muncul dari balik tembok tadi
dapat didengar oleh Sie Soat Ang dengan sangat jelas, ia
mengerti dibalik tembok tentu ada sesuatu yang tidak beres, oleh karena itu ketika Oen Su berjalan kedepan, ia pusatkan seluruh perhatiannya untuk mengawasi.
Tidak selang beberapa saat kemudian, Oen Su telah tiba
diujung tembok kemudian selangkah lagi tubuh lelaki tadi
sudah lenyap dibalik kegelapan sekalipun begitu secara
lapar2 masih kelihatan ia berdiri disitu.
"Ada orangkah disana " Ada orangkah disana ?"
terdengar ia berseru keras.
Ia mengulangi kembali seruan itu sampai beberapa kali,
namun tak kedengaran suara jawaban, akhirnya ia
bergumam: "Aaakh ! kiranya tak ada orang, tak ada."
Belum sampai ucapan itu diutarakan mendadak tampak
tubuhnya mundur selangkah
kebelakang, kemudian
mundur lagi selangkah dengan langkah berat, seakan2 ia
sedang merasa amat gusar.
Menjumpai keadaan tersebut Sie Soat Ang jadi marah
bercampur mendongkol sebelum ia bertindak sesuatu tubuh
Oen Su sudah mundur kehadapannya, ia segera
menghardik: "Hay Oen Su, apa yang sedang kau lakukan ?"
Kena dibentak badan Oen Su berhenti kemudian
memperdengarkan jeritan yang aneh sekali.
Jeritan itu mirip sedang menangis tapi bukan suara
tangisan. mirip tertawa namun bukan gelak tertawa, atau
boleh dikata mirip jeritan kuntilanak ditengah malam buta.
Sementara Sie Soat Ang masih tertegun, tubuh Oen Su
mendadak jatuh terjengkang keatas tanah.
Walaupun Si Soat Ang dibikin terperanjat oleh jeritan
aneh Oen Su, ia tidak menyangka telah terjadi sesuatu.
Ketika melihat tubuh Oen Su jatuh terjengkang kearahnya,
ia menganggap lelaki itu mengandung maksud tidak
senonoh, ditengah bentakan keras jari tangannya laksana
kilat mencengkeram leher orang itu.
Setelah mencengkeram leher orang itu, lengannya
bergerak cepat membalikkan tubuh Oen Su sementara
tangan kirinya diayun kedepan mengirim sebuah gaplokan.
Tetapi sewaktu tangannya siap mengayun kedepan,
mendadak ia menjerit ngeri, cengkeramannya pada leher
Oen Su terlepas dan ia mundur empat lima langkah
kebelakang. Ternyata ia sudah menemukan sesuatu yang menyeramkan diatas wajah Oen Su sewaktu tangannya
hendak menggaplok pipi orang itu.
Wajah Oen Su sudah hancur berantakan, darah segar
mengucur keluar membasahi seluruh badannya, ketika itu
panca indranya sudah tak dapat dibedakan lagi, seakan2
dalam waktu sesingkat itu diatas wajahnya sudah ditancapi
dengan beratus2 batang paku.
Keadaan tersebut benar2 mengerikan sekali, tidak aneh
kalau Sie Soat Ang menjerit keras saking kagetnya.
Ketika ia mengendorkan cengkeramannya tadi, tubuh
Oen Su menggeletak keatas tanah dan tak berkutik lagi,
jelas sewaktu ia menjerit aneh tadi nyawanya sudah
melayang, Sie Soat Ang benar-benar ketakutan setengah
mati, ia tak berani berpaling lagi kearah ujung tembok
tersebut. Makin ia tak ingin menengok kesana, sinar matanya
selalu beralih ketempat itu, dibalik kegelapan, seakan2
muncul seseorang ditempat itu, namun se-olah2 juga disitu
tak ada orang. Makin dipikir gadis ini makin ketakutan, sehingga tak
tahan lagi ia menjerit-jerit.
"Hey kalian semua ada dimana " Ayoh keluar semua,
ayoh keluar semua !"
Tiada hentinya ia berteriak walaupun hati terasa takut
tetapi teringat sebentar lagi bakal ada orang yang
bermunculan rasa takutnya sedikit banyak masih bisa
diatasi. Siapa nyana kendari ia sudah berteriak berulang kali
namun tak kedengaran juga suara sahutan, kali ini rasa
takutnya memuncak.
Lambat2 ia mundur kebelakang, terus mundur sampai
kedepan pintu dan menghembuskan napas lega setelah jari
tangannya menempel diatas horden depan pintu,
"Hey, kalian semua sudah tuli" tidak mendengar
panggilanku?" makinya dengan penuh kegusaran.
Sembari berteriak ia membuka kain horden dan
berkelebat masuk kedalam ruangan, namun sekali lagi ia
menjerit lengking.
Dalam ruangan itu terdapat tiga orang. lampu masih
memancarkan cahayanya dengan terang benderang, justru
karena terangnya suasana maka hancurnya wajah ketiga
orang itu dapat terlihat amat jelas.
Kiranya ketiga orang itu sudah lama mati bahkan
keadaannya tiada berbeda dengan kematian Oen Su.
Sembari menjerit2 Sie Soat Ang mundur kebelakang,
ditengah ketakutan ia cabut keluar pedang pendeknya dan
membabat hancur kain horden kemudian menerjang keluar
dari ruangan tersebut memasuki ruangan lain.
Ruangan kedua ini berisi tujuh orang lelaki kekar.
Namun semakin banyak penghuninya keadaan mati
mereka semakin mengerikan membuat bulu kuduk pada
bangun berdiri Berturut2 Sie Soat Ang memasuki empat bilik, enam
belas orang tak segelintir manusiapun hidup, semuanya
mati dalam keadaan yang tak berbeda.
Sie Soat Ang tidak berani berdiam diri dalam bilik terlalu
lama lagi, buru2 ia mengundurkan diri kedalam halaman,
Suasana disekeliling tempat itu amat sunyi, sehingga saking sepinya gadis itu dapat menangkap hembusan napasnya
yang sangat menusuk telinga,
-ooo0dw0ooo- BAB 4 HATINYA benar2 ketakutan, seluruh tubuh gemetar
keras, walaupun ia tahu ilmu silat kedelapan belas orang itu hanya biasa2 saja, namun dalam sekejap mata, tanpa
menimbulkan sedikit suarapun mati berbareng, kejadian ini
betul2 sangat mengerikan sehingga susah dilukiskan dengan
kata2. Sie Soat Ang maju beberapa langkah kedepan, pedang
pendek ditangannya diobat-abitkan kesana kemari kendari
disisinya sama sekali tak ada seorang manusiapun.
Akhirnya ia tiba disisi Liem Hauw Seng beserta Giok
Jien, sampai kakinya menyangkut di tubuh gadis tadi, ia
baru teringat. Paling sedikit masih ada seorang masih hidup dikolong langit, dia adalah Giok Jien sekalipun orang ini
paling dibenci olehnya.
Buru2 ia tundukkan kepalanya, tampak Giok Jien
dengan sepasang mata melotot bulat2 sedang memandang
kearahnya, sinar mata gadis itu penuh mengandung rasa
benci dan mendendam!
Sekalipun sinar matanya mengerikan Soat Ang merasa
jauh lebih nyaman dari pada se orang diri menghadapi
kesunyian yang diliputi kengerian, delapan belas jiwa
lenyap dalam sekejap tanpa menimbulkan sedikit suarapun.


Jago Kelana Karya Tjan I D di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Karena itu ia membebaskan jalan darah dayangnya yang
tertotok dan menyapa dengan suara halus:
"Giok Jien..."
Sekali loncat, dayang itu sudah bangun berdiri, ia berdiri
tegak di hadapannya dengan wajah penuh rasa dendam.
Sie Soat Ang tertawa getir, segera tegurnya:
"Giok Jien, apakah kau... kau melihat sesuatu?"
Maksud Sie Soat Ang, adakah ia melihat sesuatu
makhluk aneh yang bisa membinasakan seluruh penjaga
pos tersebut dalam sekejap mata, tanpa meninggalkan
sedikit suarapun
Lambat2 Giok Jien angkat kepala dan menyahut. "Aku...
semua yang terjadi dapat kulihat dengan sangat jelas."
Nada suaranya datar dan berat, namun membawa
keseraman yang menimbulkan rasa bergidik dihati orang.
Mendengar ucapan itu, Sie Soat Ang makin terperanjat.
"Apa yang kau temukan " manusiakah dia " siapakah
orang itu ?" serangkaian pertanyaan meluncur keluar secara bertubi-tubi.
Karena tak dapat menahan rasa ngeri yang mencekam
hatinya, tanpa disadari ia sudah mendekati tubuh Giok
Jien, maksudnya dengan ambil kesempatan tersebut bisa
mengurangi rasa takut dalam hatinya.
Siapa sangka, ketika badannya berada didepan Giok
Jien, mendadak gadis itu melancarkan sebuah serangan
mencengkeram bahunya.
"Kau... kau... !" terdengar Giok Jien berteriak sambil kertak giginya kencang-kencang.
"Kau sudah gila !" Bentak Se Soat Ang dengan rasa kejut bercampur gusar, "Cepat lepaskan diriku, aku sedang
bertanya kepadamu, apakah kau menjumpai pembunuh
sadis tersebut !"
Sembari berkata ia meronta sekuat tenaga, namun
cengkeraman Giok Jien amat kencang, untuk sesaat sulit
baginya untuk melepaskan diri.
Sie Soat Ang semakin gelisah, tangannya laksana kilat
berkelebat mengirim beberapa kali gaplokan keatas pipinya.
Seluruh wajah Giok Jien sembab bengkak oleh tamparan
tersebut, namun ia masih dapat bicara serunya keras2:
"Kaulah orangnya, pembunuh sadis itu adalah kau
sendiri, kau membunuh Kan Jie-ya lebih dahulu kemudian
membunuh pula engkoh Hauw Seng !".
Sie Soat Ang dibikin kehabisan akal, sepasang
telapaknya segera didorong ke depan menghantam dada
Giok Jien, Tenaga dorongan tersebut amat besar, seketika
membuat badan gadis tersebut mencelat beberapa tombak
kebelakang dan jatuh terjengkang.
Bantingan tersebut amat berat sekali, terbukti beberapa
kali Giok Jien gagal meronta bangun.
Sie Soat Ang menghembuskan napas panjang, makin
dipikir ia merasa makin ngeri. pikirnya:
"Aku tak boleh berdiam terlalu lama disini, lebih baik cepat2 tinggalkan tempat ini, Giok Jien tak dapat kubawa
serta, lebih baik sekali hantam cabut selembar jiwanya.
Kemudian akan kulaporkan bahwa kematiannya, kematian
Kan Tek Lin serta kematian orang2 ini disebabkan seorang
manusia misterius Bukan saja aku bisa cuci tangan bersih2,
bahkan tak usah memikul resiko pula."
Karena berpikir demikian, tubuhnya segera berkelebat
kedepan, sewaktu lewat disisi Liem Hauw Seng melirik
sekejappun ia tidak. sebab ia mengira pemuda tersebut pasti sudah menemui ajalnya.
Ia tiba di depan Giok Jien dan tertawa dingin tiada
hentinya. "Giok Jien !" jengeknya sinis, "Aku tak dapat membiarkan kau tetap hidup dikolong langit, setelah sukma
mu berada diakhirat jangan salahkan diriku."
Baru saja ia bicara sampai disitu mendadak pundaknya
terasa sangat berat seakan2 ada segulung tenaga yang
menekan tubuhnya, kemudian diiringi gelak tertawa seram
muncul dibelakang.
Suara tertawa dingin itu sangat mengerikan, jaraknya
begitu dekat sehingga seakan2 terasa hembusan napasnya.
"Sungguh aneh sekali" terdengar suara yang amat dingin menggema datang dari arah belakang. "Setelah ia mati dan tiba diakhirat, kalau bukan salahkan dirimu harus salahkan
siapa ?" Orang itu pasti berada dibelakangnya, sebab Sie Soat
Ang dapat merasakan hembusan napasnya yang dingin
sewaktu orang itu berbicara, ia ingin sekali berpaling namun tak ada tenaga barang sedikitpun untuk berbuat demikian,
jantung nya berdetak keras.
Entah lewat beberapa saat lamanya, ia baru bertanya
dengan suara gemetar.
"Si... sii... siapa kau ?"
Orang itu hanya tertawa dingin tiada hentinya, tak
terdengar suara jawaban.
Tubuh Sie Soat Ang gemetar keras, walaupun ia melihat
Giok Jien masih menggeletak diatas tanah, namun ketika
itu ia sedang angkat kepala dan memandang kearahnya,
sementara orang itu pun berada dibelakangnya, itu berarti ia dapat melihat manusia misterius itu dengan sangat jelas.
"Giok Jien !" serunya dengan napas terengah-engah.
"Siii... siapa... yang berada dibelakangku ?"
"Dia... dia buu... bukan manusia !" jawab Giok Jien sepatah demi sepatah.
Ucapan itu seakan2 segentong air dingin yang
membasahi seluruh tubuh Sie Soat Ang, giginya saling
beradu sehingga menimbulkan suara gemeretukan yang
nyaring. "Dia... kaaa... kalau bukan manusia...... laaa... luu... lalu siapa ?" serunya lirih.
Pucat pias seluruh wajah Giok Jien, namun raut
mukanya sama sekali tidak kelihatan rasa takut, sebab dia
berada dalam keadaan seperti ini, tak berharga baginya
untuk merasa takut.
"Akupun tak tahu macam apakah dia ?" jawabnya dingin
"Aku hanya tahu dia bukan manusia, mungkin hari naasmu sudah tiba, Siocia. takutkah kau..."
Mendengar ucapan itu hati Sie Soat Ang merasa terkejut
bercampur gusar, rasa takutnya bisa teratasi beberapa
bagian, ia malah sedikit lebih tenang, ia tarik napas dalam-dalam, pikirnya:
"Yang berada dibelakangku tentu manusia, kalau bukan
manusia mana bisa berbicara " Giok Jien berkata demikian
tentu sedang me-nakut2i diriku, Budak hina itu sungguh
menggemaskan !"
Jantungnya masih berdetak keras, namun suara
pembicaraannya tidak lagi terputus2 seperti semula.
"Kawan ! aku adalah putrinya Sie Poocu dari Benteng
Thian It Poo, siapa anda ?" dia bertanya.
Setelah mengucapkan kata2 hatinya semakin mantap
sebab dalam anggapannya tidak banyak manusia yang
berani melakukan kesalahan terhadap orang2 Thian It Poo
apalagi putri kesayangannya.
Manusia yang berada dibelakang tubuhnya segera
tertawa seram. "Heee... heee... aku sudah tahu, kalau kau bukan putri kesayangan dari Sie Loo-toa, mana bisa membinasakan
Kan Loo jie" heee... heee..."
Seluruh tubuh Sie Soat Ang kembali gemetar keras
setelah mendengar ucapan itu.
"Bukankah saat ini kau ingin cepat2 kembali kebenteng
Thian It Poo?" Terdengar orang itu kembali berkata sembari tertawa dingin, "Baiklah kau boleh berangkat selangkah lebih dahulu aku segera akan menyusul datang."
Bersamaan dengan selesainya ucapan itu, segulung
tenaga yang amat besar meluncur keluar menghantam
tubuhnya, hal ini membuat Sie Soat Ang tak tahan lagi
maju tujuh-delapan langkah kedepan dengan sempoyongan.
Setelah berdiri tegak, ia putar badan dan memandang
tajam kearah orang itu. seandainya tidak melihat masih tak
mengapa, begitu menengok hampir2 saja ia jatuh tak
sadarkan diri. Yang berdiri diatas salju benar2 bukan manusia tetapi
makhluk aneh yang berwarna putih dan penuh dengan
bulu. Jikalau dikatakan orang itu mengenakan mantel bulu,
tidak mungkin kalau keadaannya begitu menakutkan.
Dengan hati kebat kebit selangkah demi selangkah Sie
Soat Ang mundur ke belakang, setelah bersusah payah ia
tiba juga diujung tembok, sembari menjerit tajam ia lari
kedepan. Gadis ini tidak berani menunggang kuda lagi, dengan ter-
birit2 ia lari tiada tujuan.
Dalam sekejap mata enam, tujuh li sudah dilewati tanpa
terasa. Selama ini ia sendiri tak tahu apa yang telah dilakukan,
menanti terdengar gonggongan anjing dari tempat
kejauhan, kesadaran Sie Soat Ang baru pulih kembali
seperti sedia kala, ia pun memperlambat larinya.
Dari arah depan muncul sebuah kereta salju., orang yang
ada diatas kereta salju bukan lain adalah lelaki yang dikirim kembali ke benteng Thian It Poo untuk meminta obat.
Melihat ditempat itu muncul seseorang, Sie Soat Ang jadi
kegirangan, ia segera lari menyambut kedatangan kereta
tersebut. Dalam sekejap mata kereta sudah berhenti dan dua orang
manusia meloncat turun dari atas kereta. mereka
menghampiri gadis tersebut. sembari memayang tanyanya
berulang kali: "Apa yang telah terjadi" apa yang telah terjadi?"
Perlahan-lahan Sie Soat Ang dapat tenangkan kembali
pikirannya, ia mengenali kedua orang itu bukan lain adalah
Sia To Hwie Hauw. dua bersaudara she Tang.
Sin To Hwi Hauw atau Golok Sakti Harimau terbang
merupakan jago lihay dalam benteng Thian it Poo,
menjumpai mereka berdua bagi Sie Soat Ang sama halnya
telah minum obat penenang, buru2 serunya:
"Sungguh bagus sekali kedatangan kalian, Aaah...
sungguh mengerikan... sungguh mengerikan..."
Melihat wajah Sie Soat Ang begitu gugup, ketakutan dan
pucat, Sigolok sakti harimau terbang berduapun diam2
tercekat segera ujarnya berbareng: "Pocu merasa tidak lega hati, biarkan kau keluar benteng seorang diri, beliau sengaja kirim kami datang menjemput dirimu, apa sebenarnya yang
telah terjadi?"
"Sungguh mengerikan, sungguh mengejutkan!" Kata
gadis itu sambil menghembuskan napas berulang kali.
"Bayangan manusiapun tidak kelihatan, Oen Su sekalian
dua puluh orang yang berada dibenteng sebelah depan mati
terbunuh."
Sewaktu melihat wajah Sie Soat Ang pucat, Sigolok sakti
Harimau terbang sudah tahu peristiwa yang menyeramkan.
"Aaaah ! sudah terjadi peristiwa semacam ini?"
Biji mata Sie Soat Ang berputar, ia mengerti inilah
kesempatan paling bagus baginya untuk melepaskan diri
dari pertanggungan jawab atas kematian Kan Tek Lin, oleh
karena itu segera ujarnya kembali: "Buat apa aku
membohongi kalian, bahkan paman Kan Jie siok pun
menemui ajalnya ditangan manusia misterius tersebut !"
Ketika Sie Soat Ang melaporkan Oen Su dua puluh
orang menemui ajalnya ditangan orang lain, walaupun si
Golok sakti Harimau Terbang merasa terkesiap namun
masih tidak seberapa.
Lain halnya setelah mendengar kabar bahwasanya Kan
Tek Lin pun ikut menemui ajalnya, Mereka berdua sadar
ilmu silat yang dimiliki masih kalah jauh dari Kan Tek Lin, manusia selihay itupun menemui ajalnya, apa lagi mereka
berdua " Kontan dua bersaudara she Tang ini bungkam dalam
seribu bahasa. Tentu saja Sie Soat Ang tahu apa sebabnya kedua orang
jago lihay ini ketakutan, sembari depakkan kaki keatas
tanah ia memaki dengan hati mendelu: "Konyol, berengsek, nyali kalian sungguh kecil ! masa dengan akupun tidak
memadahi... berengsek !"
Sepasang mata Golok sakti Harimau Terbang berputar
kesana kemari memeriksa keadaan disekelilingnya, setelah
yakin disekitar sana tak ada orang mereka baru
menghembuskan napas lega.
"Siocia!" ujarnya berbareng, "Bahkan Kan Jie-ya pun sudah kehilangan nyawanya, sekalipun kami kesanapun
percuma saja, kau anggap jiwa kami boleh dibuat
geguyonan?"
"Aaah benar, maka dari itu aku ketakutan sekali, untung sekali telah berjumpa dengan kalian, aku... perlukah kita
menuju kesana untuk melihat apakah orang itu sudah pergi
atau belum?"
"Tidak perlu, tidak perlu." buru2 Golok sakti harimau terbang goyangkan tangannya berulang kali, "Dari luar
sudah kedatangan musuh tangguh, kita harus cepat2
kembali kebenteng dan laporkan peristiwa ini kepada Poocu
kita." Sie Soat Ang dapat melihat kalau mereka ber duapun
sudah dibikin ketakutan setengah mati, segera ujarnya
kembali: "Aaaai..! hanya sekali saja aku melihat manusia, hampir2 saja jatuh tidak sadarkan diri, dia... boleh dikata tidak mirip manusia, seluruh tubuhnya putih berbulu,
jenasah paman Kan Jiesiok masih berada disana, walaupun
kematiannya sangat mengerikan. seharusnya kita bawa
pulang jenasahnya dan di kubur dalam benteng Thia It-poo
secara kebesaran."
Pada saat ini, seumpama golok Sakti Hari mau Terbang
suruh Sie Soat Ang kembali kesana sekali lagi, sekalipun
penggal leher gadis itu tak bakal sudi menuruti kemauan
mereka. Namun gadis yang cantik dan licik ini sudah dapat
menembusi dahulu rahasia kedua orang itu, karenanya ia
berbicara lebih dahulu, Dengan demikian seumpama lain
hari jenasah Kan Tek Lin tidak dijumpai berada disana,
iapun bisa cuci tangan dari segala tanggung jawab.
Sedikitpun tidak salah, Golok Sakti Harimau Terbang
gelengkan kepalanya berulang kali.
"Tidak usah kesana. tidak usah kesana, lebih baik kita kembali dulu kebenteng untuk melaporkan kejadian ini
kepada pocu."
Tanpa banyak bicara lagi, kedua orang itu memayang Sie
Soat Ang keatas kereta dan menjalankan kereta tersebut
kembali kebenteng.
Semakin lama mereka meninggalkan tempat itu. hati Sie
Soat Ang semakin mantap akhirnya dari tempat kejauhan
dapat terlihat cahaya lampu yang memancar keluar dari
dalam benteng Thian It Poo, kemudian beberapa saat lagi
kereta mereka sudah berada didepan pintu.
"Siocia telah kembali cepat buka pintu." Teriak GoIok Sakti sepasang Harimau dengan suara keras.
Pintu benteng terbuka, kereta salju segera menerjang
masuk kedalam benteng dan langsung menuju keruang
tengah, Seakan2 baru saja selamat dari lubang jarum, Siu
To Siang Hauw berteriak-teriak keras: "Aduuuh poocu,
celaka, celaka, sudah terjadi peristiwa, sudah terjadi
peristiwa !"
Teriakan mereka berdua segera memancing perhatian
puluhan orang banyaknya, mereka pada berkumpul dan
bertanya apa yang sudah terjadi, suasana jadi sangat gaduh.
Tetap Sio To Siang Hiuw sendiripun tidak tahu peristiwa
apa yang sebenarnya telah terjadi, karena itu mereka hanya
berkata: "Kan Jie-ya mati terbunuh, Oen Su sekalian dua puluh orang pun mati dibunuh orang !"


Jago Kelana Karya Tjan I D di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Suasana kontan jadi gempar, para jago terkesiap dan
suara gaduh memenuhi angkasa, mengikuti dibelakang Sin
To Siang Hauw serta Sie Soat Ang tiga orang, mereka ber-
sama2 menuju ketempat kediaman Poocu.
Selama ini Sie Soat Ang berjalan ke dalam ruangan
dengan wajah hijau membesi, sepatah katapun tak
diutarakan menanti ayahnya Sie Liong munculkan diri ia
baru berseru dan menangis tersedu: "Tia !" Kontan ia menubruk kedalam pelukan ayahnya.
Sebelum Sie Liong munculkan diri tadi, ia sudah
mendengar suara gaduh yang mengatakan Kan Jie-ya telah
menemui ajalnya, ia tahu Kan Tek Lin pergi ber sama2
putrinya, kini Kan Tek Lin menemui ajalnya, dan berarti
putrinya pun terancam mara bahaya.
Oleh sebab itulah sewaktu ia berjalan keluar, hatinya se
akan2 tergantung diatas awang2.
Menanti ia munculkan diri dan menjumpai putri nya Sie
Soat Ang berada dalam keadaan sehat walafiat ia baru
menghembuskan napas lega dan buru2 memayang putrinya
sembari bertanya: "Sebenarnya apa yang telah terjadi " siapa yang berani cari gara2 dengan benteng Thian It Poo kita ?"
"Aku sendiripun tidak tahu" jawab Soat Ang sambil menangis tersedu2. "Aku serta paman Kan Jie-siok berhasil menemukan kembali engkoh Hauw Seng terluka parah
karena teringat Oen Su ada disekitar sana maka aku
membawa dirinya kesana dan segera kirim orang untuk
mengambil obat."
"Benar, soal ini aku sudah tahu." Sie Liong mengangguk.
"Karena tidak berlega hati maka aku kirim dua bersaudara she Thang untuk membawa obat tersebut."
Sie Soat Ang menangis semakin menjadi, ujarnya-
kembali: "Siapa sangka engkoh Hauw Seng telah bersekongkol
dengan seorang tokoh lihay dari aliran sesat, dalam sekejap mata semua orang sudah terbunuh tinggal aku seorang diri."
Walau pun Sie Long terkejut, namun bagaimanapun juga
dia adalah seorang tokoh kenamaan dalam dunia persilatan,
hatinya segera tertegun dibuatnya, "sebenarnya apa yang telah terjadi" secara bagaimana semua orang bisa mati
dalam sekejap mata?" ia bertanya.
Sejak semula Sie Soat Ang sudah mempersiapkan
jawabannya, ia segera berkata "Ketika itu aku menemani engkoh Hauw Seng berada dalam ruangan mendadak
terdengar paman Kan Jie-siok berteriak aneh diluar bilik,
aku tertegun kemudian buru2 lari keluar, tampak paman
Kan Jie-siok telah menggeletak mati ditanah sangat
mengerikan sekali."
Sekalipun Sie Soat Ang sedang berbohong, namun ada
separuh bagian merupakan kisah nyata ketika mendengar
Sie Liong bertanya mengenai kematian orang itu, gadis she
Sie ini segera teringat kembali peristiwa yang baru saja
terjadi di depan mata.
Setelah bersin beberapa kali ia menjawab:
"Mereka mati dalam keadaan sadis... wajah mereka
hancur berantakan dan penuh berlepotan darah !"
Begitu ia menjelaskan bagaimanakah ngerinya kematian
orang2 itu, para jago yang hadir di-sana pada bergidik.
Air muka Sie poocu berubah hebat, rasa kagetnya bukan
alang kepalang, dengan cepat ia angkat kepala dan berseru:
"Yu heng !"
Dari antara para jago muncul seorang kakek yang kurus
kering, namun dengan cepat ia mundur kebelakang
berulang kali seraya menjura.
"Poocu, terima kasih atas perhatian serta pelayananmu
selama beberapa hari ini, aku orang she Yu ingin mohon
diri !" Sudah banyak tahun kakek kurus kering ini berada dalam
benteng Thian It Poo, semua orang kenal dengan dirinya,
Berhubung Sie Poo cu sangat menghormati dirinya maka
semua orangpun amat sungkan terhadapnya.
Sebaliknya kakek kurus ini pada hari2 biasa tak suka
menyapa orang karena itu semua orang hanya tahu dia she
Yu dan seorang manusia aneh.
Tetapi pada saat ini, semua orang melihat Poo cu mereka
tidak menyapa orang lain justru hanya memanggil dia
seorang dan melihat ia segera mohon diri, semua orang jadi
tertegun dan tidak tahu apa sebabnya.
Mendengar kakek kurus kering itu hendak mohon diri,
Sie Poocu amat gelisah, sekali loncat ia hadang jalan
perginya. "Yu-heng, kau
pernah berkata, seandainya
aku menjumpai mara bahaya maka kau akan membantu diriku
dengan segenap tenaga, mengapa sekarang malah hendak
pergi?" serunya.
Dengan cepat sikakek kurus kering itu gelengkan
kepalanya berulang kali.
"Sie Poocu, aku memang pernah berkata demikian,
namun dalam menghadapi masalah ini aku tidak sanggup
mengatasinya, kalau tidak pergi apa yang hendak
kunantikan lagi ?"
"Yu heng. apakah kau benar2..."
"Banyak bicarapun tak berguna" Dengan cepat kakek kurus itu menukas kata2nya "Lebih baik kau tak usah
mengungkap soal ini lagi !"
Selesai bicara ia putar badan dan berlalu dengan langkah
lebar. Melihat kakek itu mau berlalu, seorang lelaki kasar yang
tinggi besar bagaikan pagoda munculkan diri menghadang
jalan perginya, sambil menuding wajah kakek tersebut
tegurnya: "Hey sudah banyak tahun kau tinggal dalam benteng,
kini dalam benteng Thian It Poo terjadi peristiwa, bukannya membantu kau malah melarikan diri, akan kuhajar kau
anjing busuk !"
Sebuah pukulan yang maha dahsyat segera dikeluarkan
menghantam tubuh kakek itu.
"Sun Cuang-su, jangan !" buru2 Sie Liong berteriak mencegah.
Namun serangan lelaki itu terlalu cepat, telapaknya
sudah diayunkan kedepan, pada saat itu pula mendadak
sikakek kurus mengeluarkan kelima jari tangannya yang
kurus mencengkeram lengan lelaki tersebut.
Kelihatan sekali.. kendati cengkeramannya mengenai
sasaran asalkan lelaki itu getarkan tangannya niscaya
cekalan tersebut akan terlepas.
Sementara itu para jago jadi puas dan kegirangan dengan
tindakan itu. Siapa sangka lima jari kurus dari kakek itu benar2 luar
biasa melebihi jepitan besi, urat nadinya begitu terpegang, lelaki itu mendadak menjerit aneh diikuti lengan kakek tadi bergerak cepat "Kraak!"
Sebuah lengan lelaki itu putus jadi dua.
Perubahan tersebut boleh dikata terjadi sangat mendadak, semua orang hanya bisa saling bertukar
pandangan dengan mulut melongo.
"Yu-heng, harap menaruh belas kasihan kepadanya !"
buru2 Sie Poocu berteriak.
Setelah Sie Poocu mohonkan ampun, kakek kurus itu
mengendorkan cekalannya dan memaki sambil menuding
lelaki kekar tersebut: "Seandai nya Poocu kalian tidak mohonkan ampun, akan kutarik lenganmu sampai hancur
!" "Cepat mundur kebelakang." kembali Sie Poocu
membentak. "Siapa yang berani kurang ajar lagi terhadap Yu-heng" bagi sahabat keluarga Sie kami boleh pergi atau
datang semaunya, siapapun dilarang menghalangi niat
tamu2 kami."
Dalam pada itu setelah memaki lelaki tadi dengan
beberapa patah kata kakek Kurus itu putar badan kembali
dan buru2 berlalu.
Dengan cepat Sie Poocu maju mengejar sembari berseru:
"Yu-heng, harap tunggu sebentar."
Kakek kurus itu tak menggubris, badannya berkelebat
cepat keluar, sembari melayang pergi teriaknya: "Bukankah kau sudah berkata sendiri, bagi sahabat2 keluarga Sie boleh pergi datang sesuka hati ?"
Dalam sekejap mata bayangan orang itu sudah lenyap
tak berbekas. "Yu-heng !" teriak Sie Liong cemas. "Mau pergi silahkan pergi, tetapi sepantasnya kalau kau memberi petunjuk dulu
kepadaku !"
Begitu ucapan ini diutarakan keluar, semua orang makin
tertegun dibuatnya. Dalam pandangan mereka poocu
benteng Thian It Poo adalah seorang jago lihay kelas satu
dalam Bu-lim seorang tokoh silat tanpa tandingan dikolong
langit dewasa ini.
Tetapi sekarang, setelah kakek kurus itu lenyap tak
berbekas, wajahnya berubah pucat pasi bagaikan mayat,
dengan sikap gugup mohon bantuan orang lain, kemana
perginya kegagahan, keangkeran serta kewibawaan seorang
ketua Benteng"..
Beberapa jago tak dapat menahan diri. mereka segera
berseru: "Poocu, tentara datang kita hadapi dengan
panglima, air bah datang kita tahan dengan tanah kita..."
Belum selesai jago2 itu berbicara terdengar suara dari
kakek kurus itu berkumandang, datang dari tempat
kejauhan, begitu suara itu bergema Sie Liong segera
ulapkan tangannya sembari membentak:
"Tutup mulut, dengarkan
apa yang diucapkan"
Bersamaan itu pula muncul harapan dalam wajah Sie
Liong, jelas ia ingin memperoleh petunjuk dari kakek kurus
itu. Terdengar suara dari kakek kurus tadi berkumandang
datang dari tempat kejauhan:
"Sie Poocu, setelah menerima pelayananmu selama
banyak tahun, aku tak bisa tidak harus memberi petunjuk
kepadamu, setelah kau mengajukan keinginan tersebut. Aku
nasehati dirimu lebih baik cepat2 benahi barang yang
penting kemudian bawa sanak keluargamu melarikan diri
dari sini, makin jauh kau pergi makin baik."
Suara yang berkumandang datang itu makin lama
semasa lirih dan semakin rendah, jelas sembari mengirim
suara kakek itu meneruskan larinya kedepan, sehingga
ketika mengucapkan kata2 penghabisan suaranya amat lirih
sekali. Air muka Sie Poocu yang pada mulanya penuh dengan
harapan kini berubah jadi sangat kecewa, badannya tanpa
terasa mundur beberapa langkah kebelakang sehingga
menempel diatas dinding, lama sekali ia baru angkat kepala
dan memandang sekejap kearah beberapa orang itu.
Para jago yang berada disekeliling Sie Poocu tak
mengeluarkan sedikit suarapun, menanti ia sudah angkat
kepala suasana baru gaduh.
Terdengar Sie Soat Ang mendengus dingin dan berkata.
"Siapa sih kakek tua yang barusan melarikan diri itu " ia hanya biasanya makan minum gratis ditempat kita, buat
apa kita dengarkan omongannya " dalam benteng Thian It
Poo kita masih terdapat banyak jago. Seandainya melarikan
diri, Hmm ! bisa2 ditertawakan orang !"
Walaupun Sie Soat Ang dibikin ketakutan setengah mati
sewaktu menghadapi peristiwa tersebut, namun setelah ia
berada dalam Benteng Thian It Poo, nyalinya jadi makin
besar. "Poocu !" ada orang berteriak, "Perduli siapa pun yang sudah datang, masa dengan jumlah kita orang yang begitu
banyak tak sanggup menghadapinya.."
"Poocu !" ada pula yang berseru, "Kakek tua itu sengaja memperkecil semangat kita, mungkin dia adalah mata2
yang sengaja dikirim kedalam benteng kita sebagai mata2 !"
"Stttt... jangan bicara sembarangan." Tukas Sie Liong dengan badan lemas. "Dia..."
"Aku lihat dia bukan seorang manusia baik !" Sambung Sie Soat Ang dengan hati cemas.
"Aaaai... sewaktu ia datang kemari, sama sekali tidak
memperkenalkan diri, ia hanya mengaku she Yu, akupun
tidak tahu apa maksudnya mendatangi benteng Thian It
Poo kita, namun di tinjau dari keadaannya tidak mungkin
membawa maksud jahat oleh karena itu selama ini akupun
tidak pernah mengungkapkan soal asal usulnya."
Berbicara sampai disini Sie Liong merandek sejenak dan
menyapu sekejap kearah para jago, kemudian lambat2
ujarnya lebih jauh:
"Namun. tidak lama setelah ia tiba aku sudah tahu kalau dia bukan lain adalah salah seorang dari Tionggoan Su
Koay yang tersohor itu."
Baru saja Sie Liong mengucapkan kata2 itu air muka
beberapa orang jago yang hadir disana sudah berubah
hebat, tanpa sadar mereka sama2 berseru.
"Si Koay Chiu atau Manusia Bertangan aneh Yu Put
Ming!" Air muka Se Liong makin memberat, ia mengangguk
tiada hentinya.
"Benarlah, dia oranglah sebenarnya."
Seketika timbul kegaduhan diantara para jago yang hadir
disana, tidak lama kemudian muncul empat lima orang
berkata sambil tertawa.
"Sie Poocu, Terima kasih atas sanjungan Poo-cu selama
ini sehingga kami memperoleh makan dan tempat tidur
dalam benteng Thian It Poo ini, namun... kini... kini,
sampai si manusia bertangan aneh Yu Put Ming yang
demikian lihaynya pun tidak Heee... heee... kami... kami..."
Kembali Sie Liong menghela napas panjang.
"Aaaai, kalian tak usah berbicara lebih lanjut aku sudah tahu! barang siapa diantara kalian tidak ingin tinggal
didalam benteng Thian It Poo lagi, silahkan segera
meninggalkan tempat ini, aku tidak akan menghalangi niat
kalian?" Bagaikan mendapat pertolongan saja, sinar kegirangan
terpancar keluar dari wajah mereka.
Pada mulanya ada beratus2, orang jago yang
berkerubung disekitar Sie Liong, sikap mereka se-olah2
begitu jantan dan tidak takut menghadapi musuh sebagai
tangguhpun. Tetapi kini, setelah semua orang tahu sikakek kurus
kering yang baru saja melarikan diri bukan lain adalah
simanusia bertangan aneh Yu Pit Ming salah seorang dari
Tionggoan Su Koay yang amat tersohor itu, air muka
mereka baru berobah hebat.
Nama besar Yu Pit Ming sudah tersohor dimana2,
wataknya kukoay dan ilmu silatnya sangat lihay, bahkan
boleh dikata sulit menemui tandingan dikolong langit
dewasa ini. Namun kini setelah mendengar dalam benteng
Thian It Poo terjadi peristiwa, untuk melarikan diripun


Jago Kelana Karya Tjan I D di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

orang she-Yu itu takut tidak dapat, hal ini bisa dibayangkan betapa luar biasanya musuh tangguh yang menyerang.
Semua orang sadar, bahwa ilmu silat mereka tak dapat
menandingi ilmu silat Yu Pit Ming, apalagi orang she-Yu
itupun sudah jauh sebelumnya melarikan diri ter birit2.
Hanya saja untuk sementara waktu mereka tidak enak
untuk mohon diri, kendari pikiran untuk melarikan diri
sudah memenuhi benak mereka.
Lain halnya setelah Sie Liong mengucapkan kata2 itu,
suasana jadi gempar, kontan para jago membubarkan diri
dan melarikan diri ter-birit2, ada diantara berwajah baik,
masih mengucapkan terima kasih, tetapi sebagian besar
membungkam, seakan2 mengucapkan sepatah dua patah
kata hanya akan menghalangi jalan pergi mereka saja.
Melihat para jago membubarkan diri, Sie Soat Ang jadi
sangat mendongkol sampai badannya gemetar keras, sesaat
suasana dalam seluruh benteng Thian It Poo jadi gempar,
ringkik kuda gonggongan anjing bergema gegap gempita.
Namun suasana kacau seperti itu tidak berlangsung
lama, sebentar kemudian semuanya sudah berubah tenang
kembali. Setelah semuanya berubah hening, Benteng Thian It Poo
jadi kelihatan lebih mengerikan, tak kedengaran sedikit
suarapun menggema kecuali hembusan angin yang
menambahkan keseraman suasana disekitar sana.
Sebenarnya Sie Soat Ang sedang gusar sampai badannya
gemetar, namun sekarang badannya masih gemetar hanya
badannya saat ini rasa takut jauh lebih banyak dari rasa
gusar. Lambat2 Sie Soat Ang putar badan memandang kearah
ayahnya, tampak orang tua itu masih berdiri disana tak
berkutik, segera tegurnya sambil mendepakkan kakinya
keatas tanah. "Ayah ...!" seluruh tubuh Sie Liong gemetar keras, dengan cepat ia berpaling.
"Soat Ang, mengapa kau masih juga berdiri disana"
mengapa kau tidak ikut berlalu?"
Belum pernah gadis she Sie ini melihat ayahnya
kebingungan seperti ini, haru hampir2 saja ia menangis
tersedu, namun dasar wataknya yang keras hati ia berusaha
menahan diri. "Tia, bagaimana dengan kau" apakah kau tidak ikut
pergi?" balik tegurnya pula.
"Aaaah benar, akupun harus pergi." Seru Sie Liong dengan napas ter-engah2, bagaikan baru saja sadar dari
impian. "Kita... berangkat bersama, Soat Ang, Apakah
mereka... mereka semua sudah pergi?"
Hampir saja tangisannya meledak tetapi gadis ini masih
mempertahankan diri.
"Benar!" jawabnya lirih. "Mereka semua telah..."
Sebelum kata "Pergi" diutarakan, ia berdiri tertegun.
Sebab dugaannya meleset, tidak benar kalau dikatakan
semua orang telah melarikan diri.
Sebab diujung tembok masih tertinggal satu orang, dia
berjongkok ditanah dan kebetulan berada ditempat
kegelapan sehingga kalau tidak di perhatikan sukar untuk
menemukan orang itu.
"Tia, masih ada yang belum pergi, disini masih ada satu orang yang tidak ikut melarikan diri."
Sie Liong tertegun, jelas peristiwa ini berada diluar
dugaannya, dengan cepat ia berpaling ke arah mana yang
dituding oleh Sie Soat Ang.
Dalam pada itu orang yang berjongkok ditanah lambat2
bangun berdiri.
Gerakannya amat lambat dan kelihatan aneh sekali,
mendatangkan sesuatu perasaan ngeri buat yang melihat.
"Siapa ?" Tegur Sie Liong setelah menarik napas
panjang. Orang itu mempunyai perawakan tinggi lagi kurus,
namun bayangannya serasa dikenal, bukan seorang asing,
melihat hal tersebut sedikit banyak Sie Poocu rada berlega
hati juga. "Sie Poocu, aku !" jawab orang itu lirih.
Suara orang itu lemah tak bertenaga, namun terasa
sangat dikenal, hanya saja Sie Liong belum teringat kembali siapakah dia.
Dalam pada itu Sie Poocu sudah putus asa, seandainya
orang yang masih tertinggal disana adalah seorang jago
lihay sebangsa si manusia bertangan aneh Yu Put Ming,
semangatnya tentu akan bangkit kembali, ia pasti akan
bulatkan tekad untuk mempertahankan benteng Thian It
Poo mati2an. Lain halnya setelah ia mendengar suara, itu lemah tak
bertenaga, jelas seorang prajurit tanpa nama yang-tidak
berguna. Ia lantas tertawa getir dan menghela napas panjang,
katanya: "Sobat, bencana besar akan menimpa benteng Thian It
Poo, semua orang akan melarikan diri..."
Teringat jerih payahnya selama ini hancur berantakan,
rasa pedih memenuhi benak pocu dari benteng Thian It Poo
ini, setelah merandek sesaat ia baru bicara lebih jauh:
"Sahabat kau tidak pergi, apa yang kau nantikan lagi?"
Dengan tidak bertenaga orang itu tertawa, sambil tertawa
selangkah demi selangkah maju mendekat, menanti ia
sudah keluar dari tempat kegelapan wajahnyapun dapat
kelihatan amat jelas.
Orang itu berusia tiga puluh tahunan, wajahnya pucat
pias dan kurus, pakaiannya warna abu2 sudah tua sehingga
kelihatan begitu rudin beda dengan kementerengan para
jago lainnya. Orang itu berhenti kurang lebih enam tujuh depa di
hadapan Sie Liong, karena tidak kenal dengan orang itu Sie
Liong lantas menjura.
"Harap saudara suka memberi maaf kalau cayhe tidak
kenal siapakah anda..."
"Nama kecilku tiada berharga diutarakan." jawab orang itu hambar.
Karena pikiran Sie Liong saat ini lagi kacau, mendengar
orang itu tak mau mengutarakan nama nya. ia pun tidak
mendesak lebih jauh, hanya ujarnya:
"Tiada berguna anda masih tetap tinggal dibenteng Thian It Poo, semua orang telah pergi !"
Kembali orang itu tertawa hambar.
"Sie Poocu, orang lain pergi itu urusan orang lain. Poocu telah melepaskan budi kepadaku, sekarang benteng Thian It
Poo sedang menghadapi mara bahaya, tidak sanggup
bagiku untuk melarikan diri dalam keadaan seperti ini."
Walaupun suaranya lemah tak bersemangat namun apa
yang diucapkan sangat gagah, membuat Sie Soat Ang tak
kuasa berseru memuji:
"Kau benar2 seorang lelaki jantan !"
Agaknya orang itu sangat gembira, ia berpaling kearah
Sie Soat Ang dan mengangguk,
"Terima kasih atas pujian siocia, sepanjang hidup tak
akan kulupakan kata2 pujian itu !"
Ketika Sie Soat Ang berpaling tadi, kebetulan orang
itupun sedang berpaling pula kearah-nya, empat mata
bertemu jadi satu menimbulkan debaran keras dalam hati
gadis tersebut. Dalam pada itu Sie Liong dibikin
kebingungan setengah mati oleh ucapan orang itu, sambil
mengetuk kening sendiri ia bertanya.
"Saudara, apa yang kau ucapkan kenapa tak kuingat
kembali akan persoalan ini."
"Sie Pocu, masih ingatkah pada setengah tahun berselang ada serombongan pedagang kulit yang lewat disini dan
menitipkan seorang manusia yang hampir sekarat kepada
diri Pocu?"
"Aaah...!" Sie Pocu berseru tertahan, sekarang ia sudah teringat kembali. Sedikitpun tidak salah, setengah tahun
berselang memang benar ada serombongan pedagang kulit
yang mampir dalam benteng mereka sewaktu hendak
masuk ke Tionggoan.
Bagi benteng Thian It Poo kejadian itu merupakan suatu
kejadian lumrah, sebab Sie Poocu mempunyai hubungan
yang erat dengan para pedagang itu.
Tetapi, suatu kali pedagang itu bukan saja memberi
beberapa hadiah kepadanya bahkan masih menitipkan pula
seorang lelaki yang hampir sekarat.
Menurut pedagang2 itu, mereka temukan orang ini
menggeletak ditengah jalan dengan badan berlepotan darah,
napasnya tinggal satu dan hanya tunggu ajalnya.
Mereka tahu kalau orang ini tiada harapan, namun
teringat bahwasanya menolong selembar jiwa menangkan
berbuat kebajikan apapun, lagi pula tidak jauh dari benteng Thian It Poo maka mereka bawa serta orang itu kedalam
benteng. Pedang Ular Mas 2 Kisah Si Rase Terbang Karya Chin Yung Hati Budha Tangan Berbisa 4
^