Pencarian

Sepasang Pedang Pusaka Matahari Dan Rembulan 1

Sepasang Pedang Pusaka Matahari Dan Rembulan Karya Aminus, B_man, Kucink Bagian 1


"JIT GOAT SIANG POKIAM
(Sepasang Pedang Pusaka Matahari dan Rembulan)
Karya : Aminus, B_man, Kucink, Mel,"Tembuyun Belitong, Trulythe, Toan_ie kongcu, Zetta
Bab 1. Menghadang Piaw-kok, Merampas Hantaran
Matahari belum lagi tinggi diatas kepala, terlihat seorang pemuda cakap berumur 23 tahun yang sedang berjalan santai sambil berlatih silat. Pemuda itu adalah Bu Dian Long yang berasal dari sebuah dusun yang bernama Bu-kee-cung (perkampungan keluarga Bu). Dian Long pergi menuju sebuah kali disebelah utara dusun tempat tinggalnya untuk berlatih ilmu silat seperti biasanya.
Ketika semakin dekat ke tempat tujuan, Dian Long mendengar suara tawa cekikikan banyak perempuan dari arah kali. Memang kadang kala gadis-gadis dari kampung sebelah suka sekali mandi sambil mencuci pakaian secara berkelompok di kali tersebut. Semakin jelas suara tawa canda itu, semakin lebar Dian Long tersenyum. Walaupun Dian Long bukanlah sebangsa pemogoran pengganggu wanita alias jai-hoa-cat, dia hanyalah seorang pengagum kecantikan kaum hawa. Menikmati suara tawa canda anak gadis yang sedang mencuci sambil bermain air merupakan suatu kesenangan baginya. Maka tanpa membuang waktu, Dian Long pun mengembangkan ginkangnya melesat menuju ke kali itu.
Sesampai di dekat kali Dian Long melihat dari jauh ada beberapa nona sedang berada didalam kali. Gadis - gadis itu kira-kira 7 orang jumlahnya. Sepertinya mereka itu bagaikan 7 orang bidadari yang turun dari kahyangan,wajah cantik dengan kulit yang putih mulus nampak bercahaya terkena sinar matahari pagi yang sedang bersinar hangat. Mereka sedang bersenda gurau sambil tertawa cekikikan. Entah apa yang sedang mereka bicarakan.
Dian Long berusaha mendekat untuk mencoba mendengarkan isi pembicaraan mereka. Dia mengerahkan ginkangnya untuk naik ke atas pohon yang paling dekat dengan sungai itu tanpa mengeluarkan suara, lalu bersembunyi di balik dedaunan yang sangat rindang itu.
Dari balik rimbunan daun Dian Long melihat biarpun gadis-gadis itu bersenda gurau, tetapi mereka tidak nampak seperti gadis dusun yang biasanya dia lihat sebelumnya. Matanya yang tajam tidak hanya menikmati pemandangan indah gadis-gadis cantik yang hanya memakai kain yang dilibatkan di tubuh, namun juga menangkap bayangan pedang dibawah tumpukan baju-baju yang sedang dicuci.
Rasa dingin menyelusup badan Dian Long karena dia tahu dengan adanya pedang tersembunyi itu pasti ada sesuatu hal menarik yang akan terjadi. Tertarik situasi aneh dan menggairahkan Dian Long bertekad untuk bertahan lebih lama lagi. Niatnya berlatih ilmu silat sudah terbang entah kemana.
Tidak jauh dari sisi kali tiba-tiba terdengar seperti ada rombongan kereta yang akan lewat, dari jauh pun debu sudah terlihat mengepul. Suatu firasat muncul dalam hati Dian Long, keberadaan gadis-gadis yang menyembunyikan pedang itu pasti berhubungan dengan rombongan yang sedang lewat itu.
Rombongan itu sepertinya adalah rombongan Piauw-kok yang sedang terburu-buru melintasi daerah itu. Kereta kuda itu di pacu secepat mungkin. Wajah para piauwsu itu terlihat sangat tegang sekali. Mereka terus mengawasi keadaan di sekitarnya. Sepertinya barang yang mereka bawa adalah barang yang sangat berharga atau berhubungan dengan orang besar.
Sekelebat tampak di dalam kereta itu, seperti terdapat bungkusan kotak yang memanjang. Disampingnya tampak 2 orang yang sedang berjaga - jadi berada di samping bungkusan itu. Sementara itu di luar kereta, nampak beberapa orang yang tempaknya sangat terlatih melindungi kereta itu.
Tak lama kemudian rombongan Piauw-kok tersebut melintasi tepi sungai tempat ketujuh gadis cantik yang sedang mencuci pakaian tersebut. Kereta kuda dipacu tanpa mengurangi kecepatannya, di tengah ketegangannya rombongan Piauw-kok tersebut jadi tidak berselera menikmati pemandangan gadis-gadis cantik didalam kali yang menggiurkan dan membuat mata Dian Long jelalatan. Kereta kuda tetap dipacu dengan kencangnya.
Tiba-tiba sekilat cahaya putih berkelebat bercampur dengan butiran air yang dingin dan kemudian tampak cairan merah bertaburan bagai gerimis di siang hari lalu kemudian diikuti dengan jeritan pilu seorang piauwsu yang berada paling depan disertai dengan jatuhnya potongan kepala piauwsu tersebut.
Kejadian tersebut sangat cepat, tapi mata Dian Long yang tajam mampu melihat dengan jelas gadis tercantik dari rombongan tersebut telah mengeluarkan sebilah pedang yang lentur dari balik kainnya dan dengan gerakan yang cepat dan indah menyerang pimpinan para piauwsu tersebut, tapi sang piauwsu kawakan berhasil menghindar dan seorang anak buahnya menjadi sasaran serangan si gadis cantik. Serangan pedang tersebut benar-benar cepat dan indah apalagi dilakukan oleh seorang gadis cantik yang hanya menggunakan baju tipis yang memperlihatkan keindahan lekuk-lekuk tubuhnya.
"Jit-tok-hoa (tujuh bunga berbisa)!" seru si pimpinan para piauwsu tersebut dengan terkejut. Di dunia kangouw nama Jit-tok-hoa sudah sangat terkenal sebagai sekelompok tujuh gadis cantik yang berkepandaian tinggi dan kejam. Ketujuh gadis ini hasil didikan Tee-it Thian-mo (Iblis Langit Nomor Satu) yang juga merupakan ketua perkumpulan rahasia pembunuh bayaran Hiat-Ouw (Danau Berdarah). Sebenarnya apa yang dikawal para piauwsu tersebut sehingga mengundang minat Jit-tok-hoa.
Ketika para piawsu sedang berusaha menyatukan potongan Kepala si piawsu apes dengan badan nya, mendadak terdengar teriakan panik Dian Long yang sedang keasyikan ngumpet diatas pohon. Tubuhnya dirubung tawon yang agaknya bersarang diatas pohon yang dihinggapi oleh Dian Long. Suara Dian Long dan gerakannya mengibas-ngibaskan tangan untuk mengusir tawon-tawon tersebut menarik perhatian seorang anggota Jit-tok-hoa.
Si Gadis tercantik Jit-tok-hoa yang merupakan hasil didikan pertama Tee-it Thian-mo (Iblis Langit Nomor Satu) langsung melesat ke bawah pohon tempat Dian Long bersembunyi sambil mengerahkan khikang dan bertanya kepada Dian Long dengan suara halus bagai sutera tetapi tajam bagaikan sembilu, Siapa yang bersembunyi diatas pohon"
Bu Dian Long yang sedang sibuk menghalau tawon itu mana sempat menjawab pertanyaan gadis cantik itu. Gadis itu bertambah marah dan membentak," Hei, apakah kau tuli" " Dian Long lalu menolehkan kepalanya ke gadis itu.
Tapi dia tidak bisa menjawab dan hanya ternganga melihat kecantikan wajah gadis itu dan tubuhnya yang menggiurkan, terutama karena saat ini gadis itu hanya memakai pakaian dalam ringkas yang otomatis memperlihatkan semua lekuk tubuhnya yang indah. Gadis yang bernama Cui Beng Kiam Hoa itu wajahnya memerah dan menjadi bertambah marah dan gemas.
Tanpa sengaja seekor tawon secara kebetulan masuk mulutnya yang menganga saking kesengsem dengan aduhai-nya tubuh setengah telanjang itu. Karena kaget, Dian Long menutup mulutnya dan tertelan tawon itu olehnya.
Hey akuuhuk.uhuk.., kata Bu Dian long sambil terbatuk batuk.
Sebetulnya tawon yang tertelan Bu Dian Long bukanlah tawon biasa, melainkan sejenis tawon
langka yang jarang terlihat manusia. Tawon khas ini diketahui orang kangouw dipelihara oleh
tokoh tua dunia persilatan yang sudah lama tak terdengar lagi kabarnya Ban Su To Niocu (Nona berpengetahuan selaksa). Entah bagaimana tawon ini bisa berada bersama kawanan tawon biasa itu.
Tawon yang bernama tawon asmara ini bila tersengat, otomatis memberikan efek asmara luar biasa bagi orang yang tersengat. Tak perduli lelaki atau perempuan, hormon yang terdapat didalam tubuh langsung dipicu seketika. Tesengat saja, hormon testosteron Dian Long langsung bergejolak, apalagi tertelan oalehnya.
Ketika Dian Long ingin memberi penjelasan lebih lanjut, tiba-tiba dia merasakan da hawa panas dari dalam perutnya yang menjalar dengan cepat ke seluruh tubuhnya. Nafsu birahinya timbul seketika dan dengan cepat merambat naik ke otaknya.
Kebayang penderitaan Bu Dian Long kepergok sang bidadari, menelan tawon, dan birahinya naik mendadak bersamaan munculnya. Tergagap sambil menahan derita, Bu Dian Long keluar dari tempat persembunyiannya.
Sementara keenam gadis lain bergerak secepat kilat menyerang dan menghabisi rombongan piaukok. Piawsu-piawsu itu bukanlah tandingan gadis-gadis cantik itu dan dalam sekejap saja sudah terbantai.
Bu Dian Long sendiri saat itu tidak dapat berbuat apa-apa. Dia sendiri sedang mengerahkan tenaga dalamnya untuk menahan gejolak birahi yang timbul karena tawon asmara. Gadis cantik yang memarahi Dian Long tidak dapat lagi menahan marahnya, melihat Dian Long memandanginya seakan-akan dia sedang bertelanjang bulat, dan langsung menerjang dengan pedang di tangan.
Muka Dian Long tambah memerah, tak dapat lagi dia bertahan. Dengan ganasnya dia menerjang Cui Beng Kiam Hoa yang pada saat bersamaan bagaikan kilat menyabet pedang lenturnya. Cahaya pedang bertaburan bagai kelopak bunga menerjang ganas ke arah Dian Long. Dalam pengaruh birahi Dian Long berkelit dan menyusup di balik cahaya pedang dan memeluk pinggang ramping si nona cantik tersebut. Sebenar kepandaian Cui Beng Kiam Hoa tidak rendah, terbukti namanya yang cukup terkenal di dunia kangouw, tapi ia terlalu memandang enteng kepada Dian Long yang tampak kebodoh-bodohan, apalagi Dian Long menyeruduk bagai banteng kesurupan. Mau berkelit juga tak mungkin lagi Cui Beng Kiam Hoa menusukkan pedangnya ke punggung Dian Long yang sedang memeluk pinggangnya, tapi tiba-tiba tangannya kesemutan dan ia kehilangan tenaga, rupanya Dian Long telah menotok jalan darahnya sehingga seketika ia menjadi lemas tak bertenaga.
Sambil tertawa beringas Dian Long memanggul Cui Beng Kiam Hoa dan secepat kilat berlari ke arah timur menggunakan ginkang Thian-gwa Liu-seng (Bintang Dari Luar Angkasa), ginkang andalan keluarga Bu dari Bu-kee-cung (Perkampungan Keluarga Bu).
Tawa keras Dian Long memancing reaksi dari keenam saudari Cui Beng Kiam Hoa. Mereka meninggalkan mayat-mayat piauwsu korbannya setelah mengambil isi di dalam kotak kayu kawalan dan dengan cepat memburu ke arah Dian Long. Sembari mengejar mereka juga menimpukan semacam am-gi (senjata gelap) yang membuat repot Dian Long. Walaupun ginkangnya hebat, tetapi dengan membopong seorang gadis dan harus berkelit kesana-kesini ginkang Dian Long tidak bisa lagi terkembang sempurna.
Dian Long menyadari ada sesuatu yang tidak beres dengan tubuhnya. Dian Long memang pemuda yang doyan pelesiran, tapi jelas sama sekali bukan sebangsa pemetik bunga yang suka main paksa merusak anak gadis orang. Maka dengan berat hati, Dian Long tinggalkan itu gadis di pinggir jalan dan kemudian melesat secepat kilat meninggalkan para pengejarnya.
Entah dari mana datangnya tenaga luar biasa yang membuat Dian Long melesat cepat bagaikan setan, Dian Long kembali ke Bu-kee-cung dan langsung mengurung diri dikamar, berusaha mengendalikan nafsu birahinya yang semakin menjadi-jadi. Akan tetapi, tawon asmara peliharaan Ban Su To Niocu memang tidak bernama kosong, semakin berusaha ditekan, efeknya malah menjadi semakin berlipat. Ketika sudah mencapai tingkat yang tidak dapat ditahan lagi, tiba-tiba masuklah A Hu, jongos lelaki kecil keluarga Bu ke kamar Bu Dian Long. "Eh, kongcu sudah pulang?"
A Hu!!! teriak Bu Dian Long,Cepat kau undang Sinshe (Tabib) Sie Pe Giok kesini.
Dengan agak kaget, karena peluh di dahi Bu Dian Long menetes segede gede biji jagung, pergilah A Hu keluar rumah dengan tergesah-gesa, sampai pintu dapurpun lupa di tutup.
Akhir nya tibalah A Hu bersama dengan Sinshe Sie Pe Giok, Sinshe Piawai itu langsung memeriksa Nadi Bu Dian Long. Sambil mesem berkatalah si Sinshe Piawai kepada Bu Dian Long,Sebenar nya kau tidak perlu pertolonganku, berbahagialah kau bisa naik birahi tanpa harus beli Viagra yang mahal.
Bu Dian Long yang baju nya sudah basah kuyup keringatan, saking menahan birahi yang berkobar kobar keracunan tawon peliharaan Ban Su To Niocu, memohon dengan amat sangat kepada Sinshe Sie Pe Giok untuk di berikan obat pemunahnya.
Baiklah, kata Sinshe Piawai itu, ini resep Yo-bi-su, harus diambil dari Gan Bin To Siansing, bisa kau temukan dia di bagian dinas pertabiban kerajaan Beng cabang kota Hangciu. Kau harus cepat minum obat ini, jika tidak 3 bulan lagi nyawamu akan melayang. Diberikannya surat pengantar kepada A Hu yang segera melesat pergi keluar kampung.
Dengan terengah-engah sampailah A Hu di gedung dinas pertabiban kerajaan Beng di kota Hangciu. Langsung menghadap Gan Bin To Siansing memohon obat penawar sambil menyerahkan resep dan surat pengantar dari Sinshe Sie Pe Giok. Gan Bin To Siansing adalah seorang pedagang asing merangkap tabib yang jujur dan rendah hati, tanpa ayal diberikan lah pada A Hu obat penawar yang berupa Air Seduhan Yo-bi-su.
Yo-bi-su adalah surat kulit kambing, yang air seduhan nya adalah obat manjur untuk penawar racun tawon Ban Su To Niocu. Hal itu disebabkan karena kulit kambing yang digunakan untuk membuat Yo-bi-su adalah sejenis kambing bandot langka yang hanya ada di tanah Palembang, satu kerajaan dekat negH0ri Man-Ze-Bo-Yi di seberang Laut Tionggoan selatan.
Gan Bi To Siansing berkata, Aku kenal dengan Ban Su To Niocu yang memelihara tawon asmara. Dulu dia juga sempat meminta obat Yo-bi-su untuk dicampurkan dengan madu tawon asmara. Minum obat Yo-bi-su saja mungkin kurang efektif kalau melihat cara Ban Su To Niocu meminum obat. Lebih baik dicampur dengan madu tawon asmara. Madu itu selain dimiliki oleh Ban Su To Niocu, juga ada pada Temuyun siucay yang pernah menerima madu tawon asmara dari Ban Su To Niocu. Pergilah engkau ke tempat Temuyun siucay, akan kuberikan surat pengantar.
Setelah mendapatkan obat Yo-bi-su dan surat pengantar dari Gan Bi To Siansing, A Hu langsung lari lagi menuju arah utara kota tempat tinggal Temuyun siucay.
------------------------------ooOoo------------------------------
Spin Off (Latar belakang tokoh)
Latar belakang tokoh - Binarto Siansing atau Gan Bi To Siansing (fiksi)
Tidak ada yang tahu nama asli dari Binarto Siansing. Orang-orang di kompleks istana hanya mengenal cerita tentang Binarto Siansing dari mulut para perwira muslim anak buah laksamana Cheng Ho yang bergaul cukup akrab dengan Binarto Siansing selama perjalanan dari tanah jawa kembali ke tioanggoan.
Selama perjalanan para perwira muslim ini berulang kali menanyakan nama Binarto Siansing, tetapi beliau selalu menolak memberikan namanya sambil berkata, Apalah arti sebuah nama. Akhirnya para perwira muslim ini tidak enak untuk mendesak terus, walaupun masih bingung bagaimana memanggil Binarto Siansing. Mereka sementara memanggil beliau si Anu.....
Setelah cukup lama melakukan perjalanan di atas kapal dan perlahan mereka mulai akrab, akhirnya sedikit demi sedikit Binarto Siansing mau menceritakan sedikit riwayat hidupnya. Ternyata Binarto Siansing masih keturunan orang asing dari tanah seberang yang penduduknya menyebut dirinya sebagai keturunan dewi matahari. Ayah Binarto Siansing adalah seorang pendekar terkenal dari negeri matahari tebit yang berkelana sampai ke tanah jawa. Ayah Binarto Siansing barnama Naruto dikenal dengan julukannya Konoha no Kyuubi Kitsune alias Rase ekor sembilan dari Konoha.
Sejak itu para perwira muslim memanggilnya dengan nama Bin Naruto atau Ibnu Naruto (anak dari Naruto) sehingga beliau dikenal dengan nama Bin Naruto Siansing.
Sewaktu tiba di tanah tionggoan, penduduk setempat ikut-ikutan memanggil beliau dengan nama Bin Naruto Siansing. Hanya saja karena pelafalan dengan lidah mereka agak sulit sehingga ucapannya tidak tepat lagi dan berubah menjadi Bin Narto Siansing. Seiring berjalannya waktu lama kelamaan panggilan tersebut berubah menjadi Binarto Siansing
Setelah diterima kaisar Yong Le, kaisar memberikannya nama baru Gan Bi To yang dipakai sampai sekarang, sehingga dia dipanggil Gan Bi To Siansing.
JIT GOAT SIANG POKIAM
Bab 2. Racun Tawon Asmara
Si gadis cantik bertubuh menggiurkan yang bernama Cui Beng Kiam Hoa, masih menggeletak di pinggir jalan, setelah ditinggalkan oleh Bu Dian Long secara ter gesa-gesa. Ke enam saudara nya ternyata mengejar ke arah yang salah, sehingga Cui Beng Kiam Hoa masih dalam keadaan tertotok tak berdaya. Hari sudah siang dan dia tetap saja belum bisa membebaskan totokannya.
Mata nya yang indah bagai bintang Kejora plarak plirik mencari asal suara keresekan dedaunan.
Dari jauh dia mengenali ada seorang hwesio sedang berlatih silat, jari nya menunjuk-nunjuk seolah olah dia sedang bersilat menggunakan Pedang.
Cui Beng Kiam Hoa berteriak, Hwesio Lo-Suhu tolonglah aku !
Si hwesio gundul terperanjat, langsung melesat mendekati si gadis cantik. Tolong bebaskan totokanku, kata Cui Beng Kiam Hoa dengan suara lirih kepada si Hwesio.
Setelah melihat jelas keadaan si gadis yang setengah telanjang hanya dengan pakaian dalam tipis, yang memperlihatkan lekuk lekuk tubuh yang menggiurkan membuat hwesio itu tertegun
Si Hwesio jadi menggaruk garuk batok kepala nya yang gundul
"Hei, keledai gundul, apa yang kau lihat! Mau tolong, ya tolong, mau enyah, silahkan enyah!"
Dihardik begitu, si hwesio jadi makin kikuk malah. "Baik, enyah ya enyah" kata hwesio tadi sambil beranjak pergi seperti khawatir akan sesuatu. Melihat si hwesio pergi begitu saja, si gadis menjadi makin kelabakan malah. Tiba-tiba entah muncul darimana, datang seorang pria yang sejatinya pasti seorang yang menarik, tetapi kali ini nampak kumal seperti sudah berhari-hari buron dari sesuatu. Yang menarik dari pria ini adalah kumisnya yang entah bagaimana identik sekali dengan sepasang alisnya.
"Huh..hwesio jujur ternyata tidak sejujur namanya, melihat nona tidak berdaya, malah kabur, gumamnya, Hwesio yang aneh! Tenanglah, akan segera aku buka totokan nona", sambil berjalan menghampiri si nona.
Sebelum sampai dihadapan sinona, si pria berhenti bergerak, wajahnya menampakkan mimik ketakutan.
" Maaf nona, bukannya saya enggan menolong nona, hanya saja malaikat penyabut nyawa telah datang!" katanya sambil kabur begitu saja.
Melihat kejadian yang terjadi didepan matanya, si nona hanya bisa bengong. Tahu-tahu berkelebat bayangan seorang pria melewati si nona belari kearah pria berkumis pergi tadi sambil ngendumel,Orang she Liok, mau lari kemana juga pasti bisa kukejar.
Setelah semuanya sudah lewat, si nona hanya bisa berteriak gegetun"Sialan, siapa mereka!!!?""
Si nona semakin bingung, sudah tiga laki-laki yang muncul tapi mereka bukannya membantu malah sama-sama kabur. Benar-benar cocok apa yang dulu dibilang ibunya bahwa semua laki-laki memang tidak berguna. Dari lelaki biasa, lelaki bangsa pemogoran, dan terutama laki-laki macam hweeshio dan tosu yang mengaku bangsa peribadatan.
Cui Beng Kiam Hoa hanya bisa pasrah pada nasibnya sendiri. Padahal biasanya dia begitu teliti mengingat pengalamannya sudah lebih dari 2 tahun berkecimpung didunia kang-ouw menyelesaikan seluruh tugas gurunya dengan sempurna. Dia menganggap remeh Dian Long yang karena tampangnya agak ketololan ilmunya pun juga dianggapnya cetek, ternyata malah dirinya yang ketiban sial. Dia berusaha mengerahkan tenaga dalamnya untuk memunahkan totokan Dian Long, tapi rupanya totokan itu terlalu kuat. Tanpa terasa setitik air mata jatuh ke pipinya. Semenjak dari perguruan dahulu mereka bertujuh adalah sosok-sosok gadis yang sangat dipuja, semua orang sangat memandang tinggi dan takut pada nama guru mereka. Siapa sangka kali ini saat menunaikan tugas dari gurunya malah seperti ini hasilnya. Tertotok tanpa daya dan terpisah dari keenam saudarinya.
Sedang Cui Beng Kiam Hoa bergelut dalam kebingungannya yang semakin menjadi, gerumbul semak didekat gadis itu kembali bergemerisik. Dengan penuh harap si nona menatap kearah datangnya suara. Namun teriakan yang sudah diujung lidahnya serta merta tertelan kembali, sedang air mukanya pucat laksana mayat. Bukan laki-laki atau perempuan yang muncul kali ini, melainkan ular kembang sebesar betis dengan mata tajam berkeredepan!
Hwesio yang pergi tadi ternyata tidak pergi jauh dari tempat Cui Beng Kiam Hoa terbaring. Hwesio itu sebenarnya bukanlah Hwesio biasa. Dia terkenal dengan nama Jai Hoa Hong-cu (Kumbang penghisap kembang) yang berpakaian hwesio tetapi bersifat cabul. Kedatangannya kedaerah ini sebenarnya untuk mencari Ban Su To Niocu yang terkenal akan kepandaian dan kecantikannya 30 tahun yang lalu. Ban Su To Niocu selain terkenal dengan kepandaian silat dan sastranya, dia juga terkenal dengan kepandaiannya memelihara binatang-binatang aneh. Konon katanya Ban Su To Niocu pernah memelihara seekor naga. Walaupun cerita ini berlebihan tetapi kaum kangouw cukup maklum kalau berita itu sangatlah mungkin terjadi jika melihat kebesaran nama Ban Su To Niocu atau si nona selaksa kepandaian.
Jai Hoa Hong-cu bermaksud mencuri tawon asmara yang di pelihara oleh Ban Su To Niocu untuk diambil racun sengatannya. Selain untuk meracuni para korbannya, dia juga mendengar selentingan kabar kalau dengan menelan tawon asmara akan mendapatkan selain "efek kedepan" jika dikombinasikan dengan meminum madu yang dihasilkan tawon asmara akan meningkatkan lweekang berlipat ganda dan menjadi kebal terhadap racun.
Ban Su To Niocu adalah tokoh kosen yang jarang ada tandingannya saat ini. Hanya saja beliau telah menghilang selama 30 tahun yang lalu, sehingga sulit untuk ditemukan. Jai Hwa Hong-cu sendiri mendapatkan kabar kalau beliau terlihat disekitar daerah ini. Oleh karena itu dia mencari peruntungannya, walaupun tak mungkin meminta atau memaksakan kehendak mendapatkan tawon asmara dari Ban Su To Niocu, setidaknya dia bisa mencuri secara diam-diam.
Jai Hoa Hong-cu yang melihat Cui Beng Kiam Hoa, seperti mendapatkan rejeki nomplok. Tak perlu dia mencari bunga, malah bunganya sendiri yang datang ke sini. Hanya saja sejak datang ke daerah pegunungan ini dia harus bisa mengekang hawa nafsunya, mengingat ada kemungkinan Ban Su To Niocu ada disekitar sini. kalau kepergok Si Nona Selaksa kepandaian tanpa medapatkan tawon asmara dan madunya terlebih dahulu, bisa berantakan rencananya.
Karena itu ketika ada orang lain datang, secepatnya dia pergi bersembunyi dan mengintai dari jarak agak jauh.
Cui Beng Kiam Hoa yang terbelalak melihat ular itu hampir pingsan dibuatnya. Tiba-tiba Hwesio cabul Jai Hoa Hong-cu muncul didepannya dan menangkap ular tersebut. Sebetulnya dengan kepandaiannya yang tinggi Jai Hoa Hong-cu dengan mudah dapat membunuh ular tersebut. Berhubung rencananya mengambil keuntungan dari si Nona cantik, dia pura-pura bergelut seru dengan ular besar tersebut.
Setelah beberapa lama akhirnya dengan nafas terengah-engah Jai Hoa Hong-cu menghampiri Cui Beng Kiam Hoa.
Nona tidak apa-apa. Maafkan Pinceng yang datang terlambat.
Tidak apa-apa, sahut Cui Beng Kiam Hoa. tapi tolong buka totokan ditubuhku ini.
Wah, kalau kubuka totokannya tentu bunga mangsaku ini akan terbang seketika, pikir Jai Hoa Hong-cu. Sebaiknya kubawa saja ketempat lain yang lebih tenang. Paling tidak tempat yang kira-kira tidak akan kepergok oleh Ban Su To Niocu.
Ilmu silat Pinceng sangatlah cetek, sepertinya tidak akan sanggup membuka totokan nona. Bagaimana kalau Pinceng bawa nona kekuil disebelah barat untuk meminta bantuan Pinceng punya Suheng yang lebih tinggi ilmunya, demikian alasan Jai Hoa Hong-cu. Padahal mana dia tahu disebelah barat ada kuil atau tidak, yang penting dia dapat membawa si nona ketempat sepi untuk melanjutkan maksud jahatnya.
Baiklah. Cepat kau bawa aku, kata Cui Beng Kiam Hoa.
Pinceng minta maaf berlaku tidak sopan, kata Jai Hoa Hong-cu sambil memondong Cui Beng Kiam Hoa.
Sungguh beruntung diriku mendapatkan kembang semulus ini, pikir Jai Hoa Hong-cu sambil tak sengaja meraba tubuh si Nona. Segera ia lari kearah barat sambil mencari tempat ideal untuk melampiaskan nafsunya. Tanpa disadarinya Jai Hoa Hong-cu justru pergi ke arah Bu-Kee-Cung, kampungnya Bu Dian Long.
---------------------ooOoo-----------------------
Hari sudah menjelang siang ketika Bu Dian Long baru saja selesai bersemedi. Dia mengeleng-gelengkan kepalanya sambil bergidik membayangkan hampir saja dia kalah oleh racun tawon asmara. Kemudian dia juga tersenyum-senyum teringat kemolekan gadis-gadis cantik tapi sangat ganas itu.
Dia tiba-tiba saja teringat pada gadis yang ditotoknya tadi pagi. Astaga, gadis itu bisa-bisa berada dalam bahaya jika bertemu orang jahat dalam keadaan tertotok. Dia bangkit dari tempat tidurnya dan pergi menuju ke tempat dia meninggalkan Cui Beng Kiam Hoa.
-----------------------ooOoo---------------------------
Jai Hoa Hong Cu saat itu telah membawa Cui Beng Kiam Hoa ke sebuah kuil kecil di pinggiran Bu Kee Chung. Begitu masuk dia segera bergerak cepat menawan para biksu disana, lalu melemparkan Cui Beng Kiam Hoa ke ranjang sambil tertawa-tawa.
Cui Beng Kiam Hoa ketakutan tetapi juga sangat marah, " Biksu jahat, apa yang hendak kau lakukan padaku" Bebaskan aku segera, mari bertarung hingga ribuan jurus. " Jai Hoa Hong Cu hanya tertawa-tawa saja, sambil mulai melepas pakaian luarnya.
Bu Dian Long yang sedang menuju arah sungai telah tiba di pinggir luar kampung Bu-kee-cung. Tiba-tiba dia mendengar bentakan marah seorang wanita disertai tawa cabul seorang pria di sebuah kuil kecil.
Cepat dia lari kekuil itu, mendobrak jendela tempat asal suara dan dilihatnya seorang Hwesio sedang menanggalkan baju seorang wanita yang tak berdaya. Wanita itu tampaknya tertotok sehingga tidak bisa bergerak untuk melawan.
Tiba-tiba saja dia mengenal wanita itu sebagai nona cantik yang tadi ditotoknya.
Celaka, totokanku rupanya membahayakan nasib nona cantik itu pikirnya.
Berhenti !!!teriak Bu Dian Long,Berani kau berbuat tidak senonoh di kampung Bu-kee-cung ini. Benar-benar mencari mati
Huh, sudah jelas aku ada di luar kampung, kau saja yang banyak urusan, Jengek Jai Hoa Hong-cu.
Begitu kata urusan selesai diucap, tiba-tiba saja Jai Hoa Hong-cu melesat kearah Bu Dian Long sambil jarinya menotok ke tenggorokan Bu Dian Long. Jai Hoa Hong-cu langsung mengerahkan ilmu andalannya Toat-beng Kiam-ci (Jari Pedang pencabut nyawa) dengan maksud mencabut nyawa pemuda itu dalam sekali gebrak
Tapi Bu Dian Long bukanlah pemuda biasa. Sebat sekali dia mengelak sambil memapak pinggir lengan hwesio cabul itu.
Terkejut Jai Hoa Hong-cu melihat gerakan pemuda itu, langsung disambutnya papakan pemuda itu dengan keras lawan keras.
Duarrrrr..... Jai Hoa Hong-cu terdorong mundur 5 tidakan. Tapi Bu Dian Long malah mental kearah Cui Beng Kiam Hoa tergeletak. Nyata-nyata tenaga dalam Bu Dian Long masih kalah setingkat.
Bu Dian Long jatuh menimpa Cui Beng Kiam Hoa tanpa bisa di elakkan lagi. Melihat perempuan cantik setengah telanjang, tiba-tiba saja racun tawon asmara menyerangnya. Birahi Diang Long memuncak seketika.
Pada saat itu Jai Hoa Hong-cu terkejut dengan lawannya yang masih muda tapi memiliki tenaga yang cukup handal. Segera dia meloncat kea rah Bu Dian Long jatuh sambil jarinya menotok ke ulu hati Bu Dian Long.
Bu Dian Long yang masih rebah diatas tubuh Cui Beng Kiam Hoa benar-benar terkejut dengan serangan maut itu. Kalau dia mengelak, tubuh mulus dibawahnya akan celaka. Terpaksa dia mengerahkan segenap tenaga dalamnya untuk menyambut serangan Jai Hoa Hong-cu dengan tapaknya.
Duaarrrrr.. Kali ini bukan Dian Long yang tergencet oleh tenaga pukulan hwesio cabul itu, justru Jai Hoa Hong-cu terpental bagaikan layangan putus.
Begitu Jai Hoa Hong-cu mendarat keras dan muntah darah, dia terkejut melihat wajah Dian Long seakan melihat setan gentayangan di siang hari.
Kulit Dian Long ternyata berbelang-belang kuning dan hitam bagaikan tawon. Inilah efek dari tawon asmara. Begitu racun tawon asmara menyerang birahi Dian Long memuncak disertai tenaga dalamnya naik tingkat berlipat-lipat. Tapi juga menyebabkan kulitnya berbelang seperti tawon.
Melihat perubahan yang besar pada pemuda itu, Jai Hoa Hong-cu menjadi kecut dan ragu-ragu. Dia segera meloncat untuk menyerang Dian Long yang masih belum bangkit dan mengeluarkan satu gerakan yang paling hebat Siau-hun It ci (satu jari pembuyar sukma). Diserangnya Dian Long yang masih sedang bingung dan berusaha menekan hawa nafsunya itu. Serangannya yang sangat dasyat dan gencar itu membuat Dian Long pun kalang kabut menyambuti. Setelah beberapa kali tubuhnya terkena jari si Hwesio cabul, Dian Long segera mengerahkan jurus kedua dari Hang Liong Sip Pat Chiang yaitu Hui-liong Cay-thian (Naga terbang dilangit) yang dikuasainya untuk melawan musuhnya yang menyerang dari atas tersebut. Ternyata efek racun tawon itu benar-benar luar biasa, walaupun beberapa kali tubuh Dian Long terkena jurus jari mematikan tubuhnya tidak mengalami luka apapun hanya bajunya tersobek-sobek tidak karuan. Sebaliknya 18 tapak penakluk naga milik Dian Long dapat melukai Jai Hoa Hong-cu.
Melihat lawannya sudah kepayahan, Dian Long mengubah gaya serangannya dengan membalas dengan ilmu It-yang-ci warisan leluhurnya. Dia segera mengeluarkan totokan satu jari yang cepat dan membuat Jai Hoa Hong-cu menjadi sempoyongan ke arah luar pintu kuil itu. Ilmu jari milik Dian Long memang lebih lihay dibandingkan jari pedang milik Jai Hoa Hong-cu. Karena menyadari posisinya yang tidak akan menang melawan pemuda itu, Jai Hoa Hong-cu segera melarikan diri. Walau demikian Dian Long masih sempat mengirimkan satu serangan totokan. Jarak antara Dian Long dan Jai Hoa Hong-cu sebenarnya masih 2 depa, tapi lambung si Hwesio cabul masih saja terkena hawa totokan yang dilancarkan Dian Long.
Dulu It Teng Taysu mendapat nama besar dengan It-yang-ci yang bisa menyerang lawan dari jarak jauh. Hanya saja kemampuan Dian Long masihlah jauh bila dibandingkan It Teng Taysu. Namun kali ini Dian Long sendiri kaget, biasanya totokan Dian Long tidak pernah mengeluarkan hawa totokan yang bisa mencapai sasaran dari jarak jauh seperti sekarang.
Sambil membawa luka, Jai Hoa Hong-cu melesat pergi sejauh mungkin dari dusun Bu-kee-cung. Hari ini dia benar-benar sial bertemu Dian Long.
Dian Long yang ditinggal oleh musuhnya begitu saja, mulai merasakan suatu keanehan pada tubuhnya. Dia merasa tubuhnya bertambah kuat tenaganya. Ketika dia melihat Cui Beng Kiam Hoa yang hanya bisa berteriak, "Lepaskan totokanmu, bodoh" dan "bebaskan aku" saja, dia langsung teringat kalau dia harus melepaskan totokannya. Baru saja dia bermaksud untuk melepas totokan di Cui Beng Kiam Hoa. Tiba-tiba efek birahi racun tawon nya langsung memuncak ketika tangannya menyentuh tubuh Cui Beng Kiam Hoa. Tubuhnya terasa semakin panas. Semakin dia mendekati gadis itu, semakin memuncak efek dari racun itu.
Cepat Dian Long membuka totokan dan sebelum Cui Beng Kiam Hoa bisa bergerak leluasa karena sekian lama tertotok, Dian Long segera melompat keluar kuil sambil menahan birahi.
Tak terduga, hanya menotol sedikit saja tubuhnya mencelat bagaikan kilat hingga menabrak dinding kuil, tak terkendali oleh nya tenaga dalam sekuat ini.
Dian Long melayang bagaikan kilat ke sebelah utara dusun yang diketahuinya terdapat sebuah sungai kecil. Ia ingin mencuci mukanya disana untuk menyegarkan pikirannya yang bagaikan panas membara.
Biasanya dengan menggunakan ginkang, Dian Long membutuhkan waktu sepeminuman teh untuk mencapai sungai, kali ini sepertinya teh yang diminum tumpah karena saking cepatnya Dian Long mencapai sungai.
Setiba ditepi sungai Dian Long yang ingin mencuci mukanya terkejut melihat bayangannya mukanya dipermukaan air. Wajah tampannya yang membuat wanita-wanita di rumah pelesiran tergila-gila padanya berubah menjadi aneh, lucu dan kadang menakutkan. Belang-belang kuning dan hitam silih berganti mewarnai mukanya bagaikan tawon manusia. Tak percaya pada penglihatannya cepat Dian Long mencuci mukanya dengan air sungai yang segar. Nafsunya yang membara perlahan-lahan mulai mendingin, racun tawon asmara rupanya hanya memberikan efek sementara.
Setelah birahinya menghilang, perlahan kulit Dian Long juga menjadi normal.
Saking senangnya Dian Long meloncat ke atas sambil berteriak. Tapi kali ini locatan Dian Long tidaklah sehebat waktu racun tawon asmara sedang kumat. Loncatannya kali ini normal seperti biasa.
Dian Long berpikir,Wah, efek racun tawon asmara rupanya bukan nama kosong belaka.
Jika nafsu birahiku naik rupanya lweekangku juga naik berlipat-lipat. Jangankan Hwesio cabul itu, sepuluh orang seperti dia ditambahkan mengeroyokku juga pasti bisa kukalahkan. Sayang sekali wajah tampanku juga berubah jadi tawon dalam keadaan seperti ini, Lagipula kalau efek racunnya menghilang tenagaku kembali seperti biasa.
Bagaimanapun lain kali aku harus berhati-hati menggunakan efek samping racun tawon asmara ini. Paling tidak aku harus berpikiran kotor kalau bertemu musuh tangguh, untuk memancing datangnya efek racun tawon ini. Hmmmmbenar-benar sebuah taktik bertarung yang bagus!
Di saat sedang termenung di tepi sungai, tiba-tiba muncul keenam gadis teman Cui Beng Kiam Hoa. dua diantaranya terlihat membawa bungkusan kulit kambing yang berbentuk pipih panjang. Mereka langsung mengepung Dian Long. Belum lagi hilang rasa terkejut Dian Long melihat enam orang gadis cantik dan molek itu, salah satu gadis yang paling muda sudah membentaknya, "Keparat kau kemanakan suci (kakak seperguruan) kami, kalau kau tidak segera mengatakannya, kami akan menyiksamu hingga kau hidup segan mati tak hendak."
Dian Long yang kaget tiba-tiba merasakan racun tawon asmara di tubuhnya mengamuk kembali, namun dia berusaha untuk mengendalikan dirinya supaya tidak sampai kalah oleh birahinya. Dengan tersenyum masam dia menjawab, "Terakhir dia kulihat di kuil kecil di pinggir dusun sebelah selatan."
"Bohong! " teriak gadis yang paling muda, dan langsung menyerang Dian Long diikuti kelima gadis yang lain. Kepandaian gadis-gadis itu sebenarnya masih di bawah Dian Long, namun barisan pedang gadis-gadis itu sungguh hebat, sehingga Dian Long kewalahan juga. Belum ditambah baju gadis-gadis itu berkibar-kibar memperlihatkan tubuh mereka yang indah. Dian Long kembali beringas akibat pengaruh racun tawon asmara yang belum hilang sepenuhnya. Tenaganya meningkat dan dengan dua gerakan sangat cepat dia mematahkan semua serangan dan mementalkan gadis-gadis itu. Ketika gadis-gadis itu berdebuk jatuh ke tanah dua bungkusan yang dipegang oleh dua orang gadis juga ikut terlepas.
JIT GOAT SIANG POKIAM
Bab 3. Sepasang Pedang Pusaka
Sementara itu Cui Beng Kiam Hoa mulai bisa bergerak leluasa. Segera dia membereskan baju luarnya sambil mengomel tidak keruan. Hwesio-hwesio kuil kecil itu pada meringkuk ketakutan semua, tapi gadis itu tampaknya tidak perduli.
Kiam Hoa keluar dari kuil sambil memikirkan 6 orang saudara perguruannya yang lain, selamatkah mereka" Berhasilkah mereka mendapatkan sepasang pedang mestika yang sedang diantar para piawsu ke kotaraja"
Pedang mestika yang hendak mereka rebut adalah Jit Goat Siang Pokiam (sepasang pedang mestika matahari dan rembulan). Guru mereka mendengar kabar rahasia kalau kedua belah pedang mestika itu jatuh ketangan Ban Su To Niocu. Jarang ada yang tahu kalau Ban Su To Niocu masih berdarah kerajaan, malah masih saudara sepupu dari kaisar Beng yang memerintah sekarang yaitu kaisar Yong Le. Tee-It Thian-Mo mengetahui hubungan Ban Su To Niocu dengan kerajaan dinasti Beng, sehingga dia menduga kedua bilah pedang pusaka itu pasti akan dihaturkan Ban Su o Niocu pada kaisar Yong Le.
Entah dari mana Jit Goat Siang Pokiam jatuh ketangan Ban Su To Niocu, tapi yang jelas, supaya tidak menarik perhatian, Ban Su To Niocu mengirim kedua bilah pedang pusaka itu ke istana kaisar melalui jasa Piaw-kok. Hanya saja kali ini dia ketiban sial, Tee-It Thian-Mo melalui mata-mata dan sogokan uangnya entah bagaimana dapat mengetahui informasi tersebut.
Menurut kabar Jit Pokiam (pedang pusaka matahari) adalah sebilah pedang panjang yang tajam luar biasa, bersinar terang benderang bagaikan matahari, dan memancarkan hawa panas. Sedangkan Goat Pokiam (Pedang pusaka Rembulan) kebalikan dari Jit Pokiam, sebilah pedang yang agak pendek, tumpul, bersinar temaram seperti rembulan, dan memancarkan hawa dingin.
Orang orang kangouw dibikin heboh oleh sepasang pedang ini. Selain karena pedang pusaka, juga katanya terletak suatu rahasia besar pada pedang ini. Entah itu harta karun, ilmu silat istimewa, siapa yang tahu" Bagaimanapun desas desus ini telah membuat ngiler para pendekar dari golongan lurus dan sesat. Bahkan kaisar Yong Le sendiri turut memerintahkan jago-jago istana kaisar untuk turut mencari sepasang pedang tersebut.
Kiam Hoa akhirnya memutuskan untuk mencari keenam saudara perguruannya terlebih dahulu, baru mencari kabar tentang sepasang pedang pusaka pada keenam saudara perguruannya. Kalau mereka berhasil, artinya tinggal pulang ke tempat gurunya Tee-it Thian-mo. Kalau gagal, terpaksa dia harus mencari akal untuk mendapatkan kedua pusaka itu, karena bagaimanapun gurunya tak kan mengampuni dirinya dan saudaranya bila pulang dengan tangan hampa.
Tiba-tiba sesosok bayangan melesat dihadapannya. Seorang kakek pesolek berbaju mewah muncul dihadapannya.
Kiam Hoa menjatuhkan diri berlutut dihadapan kakek itu memberi hormat dan berkata,Suhu!
------------------------------ooOoo------------------------------
Marilah kita ikuti perjalanan A Hu. Setelah ia mendapatkan obat penawar dan surat pengantar dari Gan Bin To Siansing, cepat cepat lah ia berlari ke arah rumah Temuyun siucay, sastrawan muslim kepercayaan laksamana Cheng Ho yang bergaul cukup akrab dengan Gan Bin To Siansing selama perjalanan dari tanah Jawa kembali ke Tioanggoan.
Siang-siang panas begini terdengar suara orang mengeluh dari dalam rumah tempat tinggal Temuyun siucay.
Wah, kali ini Hongsiang (Baginda Kaisar) rupanya tidak main-main, urusan mencari Pokiam (pedang Pusaka) menjadi urutan nomor satu, padahal aku sudah mengajukan cuti. Selain cuti dibatalkan juga ditambah tugas khusus mencari pokiam , nasib....nasib ! katanya.
Padahal semua orang tahu, bahwa dunia kangouw sangat berbahaya dan telengas keluh si pemuda kepada teman bicaranya.
Pemuda tersebut adalah putra Toan Wangwe (Hartawan kaya bermarga Toan) , yang biasa nya disebut Toan kongcu (Tuan muda Toan). Toan kongcu adalah seorang pejabat tinggi bagian Dinas Intelijen Kerajaan Beng, sebuah organisasi yang telah lama didirikan sejak jaman Kaisar Hongwu (Gelar Chu Goan Chiang selama menjabat kaisar). Dinas inteljen ini tercatat dalam sejarah telah banyak menangkap para pembantu Chu Goan Chiang dalam meraih tahta dari tangan mongol dengan tuduhan memberontak.
Pangkat Toan kongcu sebenarnya cukup tinggi, hanya berada langsung dibawah Kepala Dinas Inteljen Cia Taijin yang sudah cukup berumur. Kelihatannya kalau Cia Taijin pensiun, Toan kongcu kemungkinan besar akan diangkat menggantikan Cia Taijin. Jabatan wakil kepala Dinas Inteljen itu sendiri diperoleh oleh Toan kongcu berkat hubungan baik ayah nya dengan selir kesayangan Kaisar. Walaupun demikian, Toan kongcu bukanlah orang lemah. Kepandaiannya cukup mumpuni karena dia pernah berguru pada seorang tosu lihay dari Kun-lun pai
Sehubungan dengan tugas baru tersebut Toan kongcu berkunjung dan ingin mengadakan pertemuan dengan Temuyun siucay.
Mata-mata yang kusebar dikota Hangciu baru saja melapor kepadaku bahwa para piawsu yang diutus mengirim sepasang pedang pusaka secara diam-diam dicegat ditepi sungai tak jauh dari dusun Bu-kee-cung. Aku datang kesini untuk minta bantuan cianpwe merebut sepasang pedang tersebut dari musuh, kata Toan kongcu.
Kongcu sepertinya salah alamat meminta bantuanku. Cayhe adalah petualang yang suka rela ikut dengan Laksamana Cheng Ho tanpa masuk menjadi pegawai kerajaan. Urusan kerajaan adalah urusan kongcu, apalagi kongcu adalah petugas dinas inteljen yang gerak geriknya0seharusnya dirahasiakan, tidak diceritakan pada orang awam seperti cayhe , jawab Temuyun siucay
Cianpwe terlalu merendah. Mungkin aku juga tidak akan melihat tinggi Temuyun siucay kalau tidak mendengar cerita Ban Su To Niocu sendiri tentang kehebatan ilmu siucay yang dikatakan lebih hebat dari Ban Su To Niocu sendiri. Ban Su To Niocu juga saat ini sedang mengejar para pembunuh pawsu tersebut. Harap cianpwe maklum dan membantu.
HahahaBan Su To Niocu terlalu merendahkan dirinya sendiri. Dia sendiri sebagai murid Ciu Locianpwe yang bekas ketua Gobipai seharusnya mempunyai ilmu yang luar biasa. Kalau aku sendiri tidak berlatih tanding dengan Kong-ciak Sin-na (Cengkeraman sakti burung merak) miliknya, tentu aku juga tak akan tahu kalau sumber ilmunya berasal dari Ciu Locianpwe.
Bagaimana cianpwe, maukah anda membantu kami.
Hmmmm.... bagaimanapun aku tidak ingin mengkhianati prinsipku sendiri. Lagi pula dengan adanya Ban Su To Niocu dipihakmu, kongcu tak perlu bantuanku lagi. Maaf Toan kongcu, aku sendiri tidak ingin terlbat dengan urusan pemerintahan. Sekali lagi cayhe minta maaf.
Sementara itu tibalah A Hu di pekarangan kediaman Temuyun siucay diantar oleh seorang pelayan menghadap. Setelah menerima dan membaca surat dari Gan Bin To Siansing, tertawalah dia Hahaha, dasar Binarto dari dulu tidak berubah, kalau ada mau nya baru kirim Arak tiok-yap-jing, dasar,dasar. Padahal dia tahu kalau aku tidak doyan minum arak !.
Temuyun siucay adalah kawan karib nya Gan-Bin-To Siansing, jadi sudah terbiasa menyebut Gan-Bin-To Siansing dengan nama Binarto, walaupun Binarto Siansing sudah mendapat hadiah nama Han dari Kaisar, tetap saja dia tidak peduli.
Oooo, rupanya kau datang karena urusan madu tawon asmara. Sayang sekali madu tawon asmara hasil pemberian Ban Su To Niocu simpananku sudah habis buat obat penyakit raja singa para pangeran yang hobi pelesiran. Satu-satunya orang yang masih memiliki madu itu sekarang hanyalah Ban Su To Niocu seorang. Maafkan aku, karena dimana adanya Ban Su To Niocu sendiri aku tidak mengetahuinya. Mungkin Toan kongcu ini bisa membantumu, ujar Temuyun siucay kepada A Hu sambil memperkenalkan Toan kongcu yang duduk dihadapannya.
A Hu yang mendengar pemuda perlente dihadapannya itu dapat menolong tuan mudanya segera berlutut dan berkata, Hamba A Hu dari dusun Bu-kee-cung memohon agar Toan kongcu bersedia menolong tuan muda hamba dari keracunan.
Hey...hey...aku sendiri tidak punya penawar racun, kenapa harus minta tolong padaku" sahut Toan kongcu
A Hu yang masih berlutut menatap Temuyun siucay dengan bingung. Sambil tersenyum lebar Temuyun siucay menyahut, Maksudnya adalah supaya kongcu bersedia membujuk Ban Su To Niocu supaya suka rela memberikan madu tawon asmara. Lagipula tidakkah tadi kongcu mendengar kalau anak ini berasal dari Bu-kee-cung, bukankah ini suatu kebetulan dan kebetulan seperti ini biasanya murupakan jodoh dari Thian. Anak ini pasti mengenal daerah sekitar Bu-kee-cung dan bisa mengantar kongcu mencari pencuri pusaka dengan lebih menghemat waktu.
Hmmm. Toan kongcu berpikir sebentar sebelum menyahut,Memang betul kata cianpwe. Baiklah, sekarang juga kita berangkat. Aku berjanji akan membantu membujuk Ban Su To Niocu. Tapi soal beliau mau atau tidak itu bukan urusanku.
Hahaha.... setahu cayhe Ban Su To Niocu walaupun angkuh tetapi bukanlah orang jahat. Aku yakin beliau pasti mau menolong anak ini.
Temuyun siucay mengantar kedua orang tersebut kedepan halaman rumah. Toan kongcu dan A Hu memberi hormat pada Temuyun siucay sambil mengucapkan terima kasih lalu berlari menuju arah Bu-kee-cung. Supaya perjalanan lebih cepat, Toan kongcu mengerahkan ginkangnya sambil menarik tangan A Hu. Kontan A Hu berteriak kegirangan karena dia merasa seakan-akan terbang tidak menginjak tanah.
-------------------------------ooOoo---------------------------------
Latar belakang tokoh - Temuyun siucay (fiksi)
Siapakah Temuyun siucay yang terkenal sebagai saudara angkat Ma Huan, orang kepercayaan Laksamana Cheng Ho" Desas desus banyak yang mengatakan bahwa beliau masih keturunan Temujin, mungkin karena kemiripan nama atau kah suatu kebenaran" Namanya juga desas-desus, kalau makin digosok jadilah gosip. Sebelum menjadi pembantu Laksamana Cheng Ho dan ikut berlayar ke negeri asing, Temuyun siucay dikenal sebagai Yu siucay (pelajar pengelana) rudin yang doyan bertualang kesana kemari.
Beliau aslinya berasal dari suku Uighur yang mayoritas beragama islam di daerah Sing Kiang. Keluarga beliau terkenal sebagai keluarga harum, dimana setiap anggota keluarganya mengeluarkan keringat yang berbau harum. Kakak beliau terkenal didunia kang-ouw berjuluk Siang Kongcu (tuan muda harum). Dimasa depan, salah seorang putri keluarga harum ini malah dipaksa oleh kaisar mancu untuk menjadi selirnya. Sayang sekali bagi Temuyun siucay, keringatnya justru berbau asem seperti orang biasa, sehingga beliau tidak betah diam di kampungnya mendengar olok-olok dari tetangga. Setelah berhasil lulus ujian negara, beliau bukannya ingin diangkat jadi pembesar negeri, malah memutuskan mengikuti para pedagang untuk mencari pengalaman melewati jalan sutera.
Dalam perjalanan inilah ketika melewati daerah Persia, Temuyun siucay bertemu dengan tokoh misterius aliran terang (Beng Kauw/Ming Gou). Beliau ini dikenal sebagai tokoh pelindung aliran terang yang telah lama mengundurkan diri karena dianggap murtad keluar dari agama majusi yang menyembah api dan memeluk agama baru dari daerah barat yang disebut islam. Selama pengasingan inilah tokoh aliran Beng ini menciptakan sebuah ilmu silat aneh yang diberi nama Pai It-Thian Kun Hoat (Silat menyembah Tuhan yang satu). Ilmu luar biasa ini diwariskannya kepada Temuyun siucay. Pai It-Thian Kun Hoat sendiri merupakan sejenis ilmu tiam-hoat (ilmu totok jalan darah) yang aneh. Dasar gerakannya adalah seperti menulis huruf di udara dengan gerakan menotok jalan darah, hanya saja huruf yang ditulis adalah huruf arab berdasarkan kitab suci islam yang jarang diketahui oleh orang di tionggoan. Lagi pula cara menulisnya bukan hanya dari kanan ke kiri saja, melainkan kadang juga dari atas ke bawah atau sebaliknya. Benar-benar ilmu tiam-hoat yang sangat aneh luar biasa.
Dengan bekal ilmu inilah Temuyun siucay berkelana didunia kang-ouw membantu orang-orang lemah dan tertidas terutama pada saat terjadinya perang saudara antara sesama pewaris kaisar Beng. Hanya saja saja nama Temuyun siucay tidak pernah menjadi pembicaraan kaum kang-ouw karena dia tidak pernah meninggalkan namanya saat bertindak. Pada saat Laksamana Cheng Ho yang sedang mencari orang pandai untuk diajak berlayar kenegeri seberang, beliau memerintahkan tangan kanan kepercayaannya yang bernama Ma Huan untuk mengundang para petualang yang memiliki kepandaian. Pada suatu hari, Ma huan secara kebetulan berjumpa dengan Temuyun siucay dan merasa cocok berteman. Malah akhirnya Ma Huan dan Temuyun siucay saling mengangkat saudara. Karena memang pada dasarnya Temuyun siucay doyan berpetualang, otomatis sangat tertarik ikut serta ekspedisi ke negeri seberang yang di sponsori kekaisaran Beng.
JIT GOAT SIANG POKIAM
Bab 4. Dian Long merebut Goat Pokiam
Kembali ke cerita Bu Dian Long. Sebuah bungkusan kulit kambing yang berbentuk panjang pipih terjatuh dari pegangan seorang gadis berbaju hijau yang terjatuh tidak jauh dari tempat Dian Long berdiri.
Gadis yang berbaju hijau cepat berdiri untuk mengambil bungkusan tersebut, hanya saja dia masih kalah cepat dengan Bu Dian Long yang kulitnya telah berubah menjadi belang-belang kuning dan hitam. Benda panjang pipih yang terbungkus kulit kambing itu seketika diambil oleh Bu Dian Long.
Gadis baju hjau itu langsung berteriak khawatir, kembalikan barang milikku.
Penasaran demi melihat kekhawatiran gadis baju hijau, tentu bungkusan itu merupakan benda berharga. Hal ini menjadikan Dian Long tidak sabaran membuka bungkusan dan terlihat sebuah pedang yang langsung diloloskan dari sarungnya oleh Dian Long. Memancar sinar temaram kebiruan dari batang pedang tersebut seraya diterangi sinar matahari.
Dian Long pernah mendengar desas-desus bentuk Jit Goat Siang Pokiam sebelumnya. Inikah Pedang pusaka rembulan yang terkenal itu pikir Dian Long sambil memandang pedang aneh itu. Goat Pokiam ternyata sebuah pedang yang lebih pendek dari pedang biasa, berwarna gelap dan memancarkan hawa dingin. Sisinya tidak lurus seperti pedang biasa melainkan berlekuk, hingga ada 7 lekukan seperti yang dihitung oleh Dian Long. Bagian tengahnya terlihat ukiran yang indah, ukiran ini belum pernah dilihat Dian Long seumur hidupnya dan sepertinya pembuat pedang ini bukanlah berasal dari tanah tionggoan. Yang lebih mengherankan lagi pedang tersebut hanya tajam diujung tapi tidak disisi, sisinya tumpul dan kasar. Terlihat jelas pedang itu belum selesai ditempa penuh oleh empu pembuatnya.
Nanti aku akan memperlihatkan pedang ini pada Gan Bi To Siansing. Beliaukan sering berpergian ke negeri asing dan banyak melihat hal aneh. Beliau kemungkinan besar mengenal asal pedang aneh ini, pikir Dian Long.
Bu Dian Long sama sekali tak menyangka kalau Goat Pokiam dibuat ditanah asal Gan Bi To Siansing di Pulau Jawa dan biasanya disebut oleh orang setempat dengan nama keris. Tak disangkanya pula kalau senjata yang digenggamnya itu mempunyai riwayat berdarah mengerikan. Pembuat keris itu sendiri mati dibunuh oleh pemesan keris dengan menggunakan keris yang belum selesai dibuatnya olehnya sendiri. Sebelum mati pembuat keris mengutuk pembunuhnya kalau keris yang belum selesai ditempa itu akan membunuh si pemesan beserta 7 keturunan anggota keluarganya.
Kutukan itu ternyata menjadi kenyataan, dimana si pemesan yang nantinya naik tahta menjadi Raja kemudian terbunuh oleh keris yang belum selesai ditempa tersebut. Begitu juga dengan 7 keturunannya yang saling berebut tahta tewas karena tertikam oleh keris yang sama. Raja keturunan terakhir merasa keris pusaka keluarganya tersebut terlalu mengerikan untuk dipakai olehnya, sehingga memutuskan untuk menyimpannya di ruang penyimpanan pusaka kerajaan.
Ketika Kaisar Mongol dinasti Goan(Yuan) Kubilai Khan mengutus seorang jenderalnya yang bernama Meng Ki ke tanah jawa untuk memaksa Raja tanah jawa tersebut mengakui kekuasaan kekaisaran Mongol, Raja jawa yang merasa terhina memotong kuping Jenderal Meng Ki. Meng Ki merasa sakit hati dan sebelum pergi meninggalkan tanah jawa ia menyuruh 4 orang pengawalnya yang memiliki ilmu silat tinggi mencuri benda pusaka yang paling berharga di dalam kamar penyimpanan pusaka keraton raja jawa. Penjaga kamar penyimpan pusaka raja ternyata orang yang berilmu sangat tinggi. Sedirian dia mampu menghadapi 4 pengawal Meng Ki tanpa kesulitan, malah berhasil membunuh 3 diantaranya. Satu orang pengawal Meng Ki berhasil lolos dengan luka parah sambil membawa sebatang keris yang dicuri dari kamar penyimpanan pusaka. Setelah menyerahkan keris tersebut pada Meng Ki, ia pun ikutan tewas menyusul rekannya.
Meng Ki yang pulang kembali ke tanah tionggoan melaporkan kejadian yang dialaminya kepada Kaisar Kubilai Khan sambil mempersembahkan benda pusaka berupa keris yang berhasil dicuri tersebut kepada Khan yang agung. Walaupun belum selesai ditempa dan sisinya masih tumpul, keindahan ukirannya tiada taranya. Lagi pula dengan hawa dingin dan cahaya temaram kebiruan yang dihasilkannya membuktikan kalau keris tersebut adalah senjata pusaka. Khan yang agungpun memutuskan untuk menyimpannya secara pribadi. Karena gagangnya yang aneh bagi orang tionggoan yang biasanya bergaman pedang dan golok, Khan yang agung memerintahkan seorang pandai besi istana untuk mengganti gagang keris tersebut dengan gagang baru berupa gagang pedang yang juga berukir indah. Jadilah keris tersebut menjadi sebilah pedang aneh tiada duanya dan diberi nama baru oleh kaisar mongol sebagai Goat Pokiam.
Sewaktu dinasti Goan berhasil dihancurkan dan digantikan oleh dinasti Beng, Goat Pokiam turut menghilang dari istana kaisar. Entah dari mana datangnya, tahu-tahu Goat Pokiam muncul bersamaan dengan Jit Pokiam dan dijadikan sepasang pedang pusaka perebutan kaum kang-ouw.
Hawa dingin yang dipancarkan pedang pelahan menyusup ke tubuh Dian Long melalui tangannya yang menggenggam pedang. Walaupun Dian Long merasa kepalanya panas membara karena nafsu birahi yang ditimbulkan tawon asmara, tapi hawa dingin pedang justru mendinginkan hatinya dan membuatnya bisa mengendalikan birahinya. Bu Dian Long merasa cocok dengan pedang ini, karena ia bisa memanfaatkan lweekang luar biasa dari tawon asmara tanpa kehilangan kendali akibat nafsu birahi.
Sungguh aneh bila memandang Bu Dian Long sambil bergaman Goat Pokiam. Seorang pemuda berkulit belang-belang kuning hitam sedang menggenggam pedang pendek berlekuk aneh yang memancarkan hawa dingin. Bagaikan tawon raksasa yang memegang penyengatnya dengan tangan
Ketika Dian Long menyimpan pedang kembali kedalam sarungnya, tiba-tiba sekelebat bayangan0orang berbaju putih menyambar ke salah satu gadis Jit-tok Hoa berbaju kuning yang juga terbanting roboh oleh pukulan Dian Long. Tanpa disadari si baju kuning, orang berpakaian putih itu sudah mengambil bungkusan kulit kambing yang juga terjatuh dari dalam baju luar gadis berbaju kuning dan kemudian terbang ke arah Dian Long sambil berseru,Serahkan Goat Pokiam!
Kaget Dian Long dengan serangan yang menimbulkan pukulan bercuit keras itu, seketika Dian Long mengangkat tangan kanannya yang kosong memapak serangan itu dengan tapaknya.
Duaarrrrr.!!!! Dian Long tergetar mundur sampai 3 tindakan, tetapi lawannya yang berbaju putih itu mencelat mental dan terhempas keras. Kaget ia akan tenaga lawan yang berlipat diatas tingkatannya sambil memuntahkan sedikit darah karena benturan itu mengguncang isi dadanya.
Dian Long bengong menatap seorang perempuan cantik dan anggun dihadapannya0memegang bungkusan kulit kambing pipih panjang ditangan kirinya. Wajah wanita itu putih bersih dan mulus dengan mata mencorong angkuh bagaikan orang disekitarnya tidak lebih dari hamba sahaya. Wanita jelas jauh lebih kuat daripada Hwesio cabul yang dihadapinya tadi.
Wanita itu menunjuk ke arah Dian Long sambil berkata, Maling hina! setelah mencuri makan tawon asmaraku yang langka, lalu sekarang kaupun ingin mencuri Goat Pokiam!!
Terkejut Dian Long mendengar kata-kata itu. Setahunya tawon asmara dipelihara oleh tokoh yang terkenal puluhan tahun yang lalu bernama Ban Su To Niocu. Kalau Ban Su To Niocu malang melintang 30 tahun yang lalu, paling tidak usianya sekarang sekitar 50 tahunan. Tapi menurut taksiran Dian Long, wanita ini paling tua baru sekitar 30 tahun. Ragu-ragu Dian Long hendak menjawab.
Wanita itu langsung menukas,Siapa lagi ditanah tionggoan yang memelihara tawon asmara selain aku, Ban Su To Niocu! Kau pikir cuma kau seorang yang pernah memakan tawon asmara" Sungguh ceroboh kau mencuri dan memakan tawon asmara, tahukah kau kalau hidupmu tinggal 3 bulan lagi"
Maafkan siawte yang tidak mengenal Locianpwe yang mulia, kata Bu Dian Long
Mendengar kata-kata Dian Long, wajah wanita itu terlihat keruh. Seketika Dian Long sadar atas kesalahannya. Wanita manapun tentu tidak suka disebut sebagai orang tua, walaupun sudah umuran. Segera Dian Long menyambung,Niocu bilang selain siawte masih ada orang lain yang pernah memakan tawon asmara, apakah orang itu Niocu sendiri" Tapi mengapa tenaga Niocu tidak......
Wajah Ban Su To Niocu kembali seperti sedia kala sambil menjawab.
Orang tolol sepertimu mana mengerti ilmu hayati, tahukah kau kalau laki-laki dan wanita punya hormon yang berbeda" Walaupun efek sengatan tawon asmara pada laki-laki dan wanita sama saja tapi kalau memakannya jelas beda. Selain kulit belang dan efek mata keranjangmu itu muncul pada kedua jenis kelamin, efek lainnya tidak lah sama. Kalau pada lelaki akan timbul lweekang yang tingginya berlipat, pada perempuan justru menjadi obat awet muda. Aku memakan tawon asmara 25 tahun yang lalu, menurutmu bagaimanakah tampangku sekarang"
Aih... Terdengar sura pekikan lirih dari keenam gadis yang berdiri hanya mendengarkan Dian Long dan Ban Su To Niocu berbicara. Perempuan manapun pasti tertarik pada obat awet muda, apalagi mereka melihat bukti langsung didepan mata. Wajah ke enam gadis itu terlihat sangat tertarik dengan obat awet muda Ban Su To Niocu. Walaupun mereka melihat benda terbungkus kulit kambing itu ada ditangan Ban Su to Niocu, mereka tidak berani bertindak gegabah.
Huh, jangan harap kalian mendapatkan tawon asmara. Dari sekian banyak tawon peliharaanku, tawon asmaraku hanya tinggal seekor dan itupun sudah dimakan oleh pemuda tolol itu, kata Ban Su To Niocu sambil menjengek pada ke enam gadis tersebut.
Lagi pula kalau makan tawon asmara tanpa penawar, tentu akan menghadap Giam-lo-ong dalam waktu 3 bulan kedepan Lanjut Ban Su To Niocu.
Siawte sudah memesan resep obat penawar Yo-bi-su, dan dalam waktu dekat siawte pasti akan mendapatkan Yo-bi-su itu
Huh...memang kalau makan resep obat penawar Yo-bi-su dapat menghilangkan pengaruh racun tawon asmara termasuk lweekang luar biasa yang kau punya. Tapi apa kau tidak sayang melepas tenaga sakti yang langka itu begitu saja"
Tentu saja Dian Long merasa sayang, hanya saja apa yang harus dilakukannya"
Apa kau pikir selama 25 tahun kenapa aku masih hidup dan awet muda begini tanpa sebab tertentu" Tanpa menunggu jawaban Ban Su To Niocu melanjutkan ucapannya.
Penyebabnya adalah madu tawon asmara yang dicampur obat penawar Yo-bi-su bisa menghilangkan racun tawon tanpa menghapus lweekang bagi lelaki dan awet muda yang didapat bagi perempuan. Jika kau mau memberikan Goat Pokiam kepadaku, akan aku serahkan madu tawon asmara yang sudah dicampur dengan obat Yo-bi-su kepadamu. Bagaimana"
Air muka Bu Dian Long terlihat bingung dengan pilihan ini, tapi Ban Su To Niocu melihat jelas kalau kulit belang Dian Long perlahan memudar selama mereka berdua berbicara panjang lebar. Rupanya perhatian Dian Long mulai beralih dari nafsu birahi.
Cepat Ban su To Niocu melanjutkan taktik mengulur waktu, karena tahu kekuatan utama Dian Long sangat bergantung pada lweekang racun tawon asmara.
Ngomong-ngomong siapa namamu"
Siawte Bu Dian Long dari Bu-kee-cung, jawab Dian Long
She Bu dari Bu-kee-cung" Bukankah turun temurun Cungcu (kepala kampung) dari Bu-kee-cung adalah keluarga Bu keturunan dari Siang-Yang Siang-Liong (sepasang naga dari Siang-Yang) Bu Tun-Ji dan Bu Siau-Bun murid Kwee Ceng Tayhiap"
Terkejut Dian Long mendengar ucapan ini. Jarang sekali ada orang yang mengetahui silsilah keluarganya.
Julukan Ban Su To (berpengetahuan selaksa) cocok sekali dengan Niocu. Memang keluarga Bu kami masih keturunan Bu bersaudara murid Kwee Ceng Tayhiap dan Cungcu sekarang adalah Toa-siok (paman) siawte sendiri, Paman Bu Kiong. Setelah moyang kami Bu bersaudara gugur membela kota Siang-Yang, keluarga Bu kami masih tetap berjuang untuk mengusir bangsa mongol dari tanah tionggoan. Pada saat bangsa mongol terusir dan dinasti Beng berdiri, kakek Bu berpesan kepada anak keturunannya agar tinggal di Bu-kee-cung tanpa mencampuri urusan politik dan dunia kang-ouw, jelas Bu Dian Long.
Mencampuri urusan politik dan dunia kang-ouw" Emangnya keluarga Bu kalian itu punya kemampuan apa" Apa itu Siang-Yang Siang-Liong" Bu bersaudara moyangmu itu tidak lebih dari gentong kosong yang keberatan nama julukan, malah memalukan nama besar Kwee Tayhiap. Apalagi kalau dibandingkan dengan nama keponakan Kwee Tayhiap, Yo Ko yang berjuluk Sin Tiaw Tayhiap. Nama Bu bersaudara cuma keroco tak ada artinya! ejek Ban Su To Niocu.
Merah padam muka Bu Dian Long mendengar leluhurnya diejek sedemikian rupa.
Ya, merah padam. Karena belang di wajah Dian Long sudah pudar seluruhnya. Rupanya ejekan Ban Su Ti Niocu bertujuan mempercepat hilangnya pengaruh racun tawon asmara. Sebagai pemelihara, Ban Su To Niocu tentu mengerti sifat-sifat dan pengaruh racun tawon asmara. Nafsu marah Bu Dian Long rupanya mempercepat hilangnya nafsu birahi.
Leluhurku Bu bersaudara memang tidak dapat menyaingi kebesaran nama Kwe Tayhiap dan Yo Tayhiap, tapi paling tidak jiwa patriot mereka tidak kalah dibandingkan Chu Goan Chiang! balas Dian Long membela leluhurnya.
Terkesiap juga Ban Su To Niocu mendengar kata-kata Dian Long yang menyinggung nama kaisar pertama dinasti Beng yang juga terhitung pamannya. Walaupun Dian Long tidak mengetahui kalau she (marga) Ban Su To Niocu adalah she Chu, tapi kata-kata ini menyinggung keangkuhan Ban Su To Niocu yang merasa dirinya berdarah bangsawan.
Tiba-tiba terdengar suara tawa terbahak-bahak dan dari arah hutan berjalan seorang kakek berpakaian perlente diikuti seorang gadis yang berjalan dibelakangnya.
Hahaha....30 tahun tidak berjumpa, malah sekarang melihat Ban Su To Niocu sedang berdebat dengan seorang bocah.
Melihat kedatangan kakek ini, Ban Su To Niocu tidak jadi menggebrak Dian Long.
Keenam gadis Jit-tok Hoa berlutut didepan kakek itu sambil berkata
Suhu, Teecu memberi hormat
Disambung kemudian oleh nona nomor dua dari Jit-tok Hoa, Hoa-Gan Sia-Hun mewakili sumoay-nya.
Teecu sekalian sudah berhasil merampas kedua pusaka dari para piawsu, tetapi kemudian dua orang ini merebutnya dari kami
Hehehe....kalau Ban Su To Niocu sudah turun tangan, kalian bisa apa" Sudahlah, biar selanjutnya aku yang urus, Kata si kakek sambil tertawa.
Ke enam nona mengucapkan terima kasih sambil bangkit dan menghampiri nona yang berada dibelakang kakek tersebut.
Kiam Hoa suci, engkau tidak apa-apa"
Kiam Hoa suci, apakah engkau terluka"
Mereka berbarengan bertanya kepada nona yang ternyata Cui Beng Kiam Hoa adanya.
Rupanya ketika sedang mencari 6 saudaranya dia bertemu dengan gurunya Tee-It Thian-Mo, kemudian bersama-sama mencari ke enam Jit-tok Hoa yang lain.
Ah, namanya Kiam Hoa rupanya, pikir Dian Long sambil memperhatikan kakek yang baru datang dengan seksama.
Niocu, bukankah bungkusan yang kau pegang itu salah satu dari Jit Goat Pokiam" tanya Tee-It Thian-Mo asal-asalan seperti tidak perduli. Padahal matanya mencorong menatap bungkusan ditangan Ban Su To Niocu dan pedang ditangan Bu Dian Liong.
Kau mengirim murid-murid mu untuk merampas barang hantaran yang kumiliki. Tentu saja kau sudah tahu benda apa yang kupegang sekarang, hanya saja aku heran, darimana kau mendapat kabar hantaran rahasia ini" kata Ban Su To Niocu.
Hahahaha...Bukan hanya mata-mata kaisar Beng saja yang tersebar didunia ini, jaringan mata-mata Hiat-ouw (Danau Berdarah) tidak kalah hebatnya. Apalagi, apa sih yang tidak bisa dibeli dengan uang, kata Tee-It Thian-Mo sambil sekilas melirik pedang ditangan Bu Dian Long.
Tee-It Thian-Mo berpikir,Walaupun pemuda ini bisa merampas Goat Pokiam yang pendek, tentu kepandaiannya tidaklah sehebat Ban Su To Niocu. Kalau Goat Pokiam sudah ada ditanganku, akan lebih mudah menghadapi Ban Su To Niocu.
Tiba-tiba Tee-It Thian-Mo meloncat ke arah Ban Su To Niocu sambil berseru,Serahkan Pokiam!
Memang sejak datangnya kakek iblis ini, Ban Su To Niocu sudah waspada, begitu si kakek melompat ke arahnya Ban Su To Niocu sudah siap menerima serangan.
Tak disangkanya Tee-It Thian-Mo tidak meneruskan serangannya, malah secara mengejutkan dia membalikkan arah serangan ke ulu hati Bu Dian Long sambil sebelah tangannya mencengkeram pedang ditangan kiri Dian Long. Serangan ini sangatlah dahsyat karena Tee-It Thian-Mo menggunakan ilmu andalannya Hek-hiat Tok-jiaw (cakar beracun darah hitam) yang menyebabkan tangan kakek itu berwarna kehitam-hitaman sampai pangkal siku. Jika sampai terkena cakarnya, nyawa Dian Long akan melayang karena keracunan.
Dian Long tidak menyangka kalau kakek licik ini akan bertindak sedemikian rupa. Untung saja Dian Long sadar kalau pengaruh racun tawon telah sirna, sehingga Dian Long tidak berani menerima langsung pukulan. Cepat dicabutnya Goat Pokiam sambil mengelak serangan dan menebas tangan Tee-It Thian-Mo yang ingin mencengkeram tangan kirinya.
Pedang belum sampai tapi hawa dinginnya sudah terasa mengiris tangan, cepat kakek iblis itu menarik tangannya sambil melancarkan tendangan sebagai serangan susulan. Kali ini Dian Long sudah siap, dibelokkannya arah pedang ke kaki Tee-It Thian-Mo yang sedang menendang. Kembali hawa dingin Goat Pokiam serasa mengiris kakinya membuat Tee-It Thian-Mo membatalkan serangannya.
Benar-benar hebat Goat Pokiam, hawa pedangnya saja sudah sanggup melukai lawan sebelum serangan sampai, padahal sisi pedangnya sendiri tumpul. Untung saja Tee-It Thian-Mo memiliki lweekang tinggi sehingga bisa terhindar dari tebasan hawa pedang. Tapi sedikit saja terlambat, tangan dan kakinya tentu sudah buntung. Menyadari hal ini, Tee-It Thian-Mo semakin ngiler saja untuk mendapatkan Goat Pokiam.
Tiba-tiba dirasakan oleh Tee-It Thian-mo kesiuran angin serangan dari arah samping kanannya sambil terdengar suara Ban Su To Niocu membentak,Selama aku ada disini, jangan harap kau bisa merampas sebilah pedangpun!!
Serangan Ban Su To Niocu sangatlah lihay dan indah. Gerakannya bagaikan burung merak yang anggun, indah mempesona tetapi sangatlah berbahaya. Inilah gerakan dari jurus burung merak berebut mestika
Kali ini terjadi pertempuran segi tiga yang aneh. Sebenarnya Ban Su To Niocu dan Tee-It Thian-Mo lah yang bertempur dan Bu Dian Long terjepit ditengah-tengah pertempuran. Sambil bertempur kedua tokoh kosen itu saling mencari kesempatan untuk merampas pedang ditangan Dian Long. Hanya saja kalau ada yang bergerak menyerang Dian Long satu sama lain saling menghalangi dan melindungi Dian Long karena tidak ingin Goat Pokiam jatuh ketangan lawan.
Dian Long paham akan kondisinya yang terjepit, ilmu silatnya masih kalah matang dengan kedua tokoh ini dan tanpa lweekang dari racun tawon asmara, dia bukanlah tandingan mereka. Selain karena Ban Su To Niocu dan Tee-It Thian-Mo saling menjegal, beruntung dia masih memiliki Goat Pokiam yang hawa dinginnya menyebabkan Ban Su To Niocu dan Tee-It Thian-Mo tidak berani menyerang dekat.
Tiba-tiba Dian Long mendapat akal untuk memancing pengaruh racun tawon asmara. Diapun berteriak ke arah Jit-tok Hoa sambil mengelak dari totokan kakek iblis pesolek, Nona Kiam Hoa, Bukankah engkau masih berhutang budi padaku. Tadi kan aku menyelamatkanmu dari hwesio cabul. Tolong bantu aku kali ini
Bingung Kiam Hoa mendengar permintaan Dian Long. Bagaimanapun juga Dian Long telah menyelamatkan kehormatannya tadi. Yang menjawab justru Tee-It Thian-Mo sambil menghindari cengkraman maut Ban Su To Niocu, Kiam Hoa, apa kau mau turun tangan melawan suhu-mu"
Hooiiii, aku tidak memintamu turut bertempur, teriak Dian Long.
Asalkan tidak melawan suhu-ku tentu aku akan membalas budi, balas Kiam Hoa
Kalau tolong buka pakaianmu sedikit saja didaerah dada atau buka sedikit celanamu agar aku bisa melihat pahamu, jawab Dian Long polos.


Sepasang Pedang Pusaka Matahari Dan Rembulan Karya Aminus, B_man, Kucink di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Tentu saja Kiam Hoa kaget dan tergagap terhadap permintaan aneh dan memalukan ini. Karena Kiam Hoa belum menjawab Dian Long menyambung
Kalau kau keberatan, bolehlah kau sedikit menari striptise yang seksi saja
Tee-It Thian-Mo yang tidak tahu menahu dengan kelebihan Dian Long hanya menganggap pemuda itu biang pemogoran dan tertawa terbahak. Tapi Ban Su To Niocu mengerti akal Dian Long yang aneh dan bodoh. Mana mau nona itu melakukan hal yang memalukan didepan orang lain. Entah Dian Long tolol ataukah memang pemuda polos.
Ban Su To Niocu tahu-tahu berbicara kepada Dian Long sambil mengirim serangan cakar ke arah Tee-It Thian-Mo yang terlihat ingin mencengkeram bahu Dian Long.
Tahukah kau pemuda tolol, semakin kau mengumbar nafsu birahimu, semakin cepat racun itu membunuhmu. Bisa jadi sebelum satu bulan kau sudah mampus duluan!
Kaget Dian Long mendengar penjelasan Ban Su To Niocu. Baru dia mengetahui jeleknya efek lweekang super dari racun tawon asmara malah memperpendek umurnya.
Selagi Dian Long bingung, tiba-tiba terdengar suara dari arah sungai, Hehehehe...2 gajah berkelahi, pelanduk ditengah jadi kejepit. Benar-benar dunia kang-ouw ini semakin aneh.
----------------------------ooOoo-------------------------------
Spin Off (Latar belakang tokoh)
Latar belakang tokoh - Ban Su To Niocu (fiksi)
Hampir semua orang tahu kalau Chu Goan Chiang sebelum nak tahta menjadi kaisar pertama dinasti Beng adalah seorang rakyat jelata yang pernah berprofesi berbagai macam seperti penggembala, biksu, bahkan preman untuk menyambung hidup ditengah kemiskinan akibat penjajahan mongol. Orang tua dan saudara-saudarinya kebanyakan mati akibat wabah dan kelaparan yang melanda tionggoan. Ketika Chu Goan Chiang naik tahta menjadi Kaisar Hong Wu, satu-satunya saudara yang tersisa yaitu adik perempuannya meninggal dunia setelah melahirkan bayi perempuan yang diberi nama Bi Lian. She (marga) Chu baru saja memegang tampuk kekuasaan kekaisaran yang baru sehingga otomatis she Chu menjadi marga bangsawan kerajaan. Karena itu ayah Bi Lan memutuskan anak satu-satunya menggunakan she ibunya, untuk mengangkat derajat anaknya.
Chu Bi Lan tumbuh besar di kota Yingtian (sekarang Nanking) sebagai keponakan kaisar yang disayangi oleh seluruh anggota keluarga Chu termasuk pamannya kaisar Hong Wu. Sejak kecil, Chu Bi Lan dikenal dekat hubungannya dengan putra ke empat kaisar Hong Wu yang bernama Chu Ti (Zhu Di) bergelar Pangeran Yan. Bahkan ketika Chu Ti di perintahkan ayahnya untuk pindah dan mengurus kota Beiping (sekarang Beijing) yang terkena bencana kelaparan, wabah penyakit dan menghadapi ancaman mongol di utara, Chu Bi Lian ikut pindah bersama kakak sepupunya.
Ketika paman kaisarnya meninggal dunia dan cucu kaisar (anak dari putra mahkota Chu Piao yang meninggal karena sakit) diangkat sebagai kaisar baru yang bergelar Jianwen. Chu Ti yang banyak berjasa bagi dinasti Beng merasa tidak puas, lagi pula kaisar Jianwen terlihat ingin menyingkirkan paman-pamannya yang dilihatnya sebagai batu sandungan bagi mahkota kekaisaran yang di pegangnya. Dari semua pamannya, Jianwen memandang Chu Ti adalah penghalang terbesar. Maka terjadilah perang saudara yang akhirnya dimenangkan Chu Ti. Pangeran Yan kemudian diangkat sebagai kaisar baru Beng bergelar Yong Le. Selama perang saudara antar she Chu ini, Bi Lian berpihak pada kakak sepupunya Chu Ti.
Sejak kecil Bi Lian dikenal sebagai anak yang cerdas dan mendapat pendidikan yang setara dengan anak-anak kaisar yang lain, malah bisa dikatakan dia lebih unggul. Nama Banyak sekali buku-buku pengetahuan yang habis dilalapnya sehingga Bi Lian dikenal sebagai anak yang luas pengetahuannya.
Ketika berumur 12 tahun, Bi Lian diajak menyertai pangeran Chu Ti berburu di hutan sekitar Beiping, Bi Lian terpisah dari rombongan dan tersesat dihutan. Pada saat itu baru 14 tahun dinasti Beng berdiri dan Beiping yang merupakan bekas ibukota dinasti mongol masih dalam keadaan rawan. Bi Lian yang tersesat tentu saja dengan mudahnya bertemu para perampok yang masih banyak berkeliaran disekitar Beiping. Chu Ti yang kehilangan adik sepupu yang disayanginya kalang kabut dan memerintahkan para prajurit mencari Bi Lian disegala pelosok Beiping. Ternyata bukannya Bi Lian ditemukan oleh para prajurit, Bi Lian bahkan pulang sendiri tanpa kurang sesuatu apapun kembali ke benteng Beiping. Ketika ditanya apa yang terjadi selama dia tersesat, Bi Lian hanya menjawab seorang Lihiap (pendekar wanita) telah menyelamatkannya.
Sejak saat itu, Bi Lian sehari penuh dalam setiap minggunya selalu keluar benteng Beiping dan meminta untuk tidak dikawal. Pernah satu kali Chu Ti memerintahkan pengawalnya yang berilmu cukup tinggi menjaga Bi Lian secara diam-diam malah melaporkan setelah keluar benteng dan masuk ke hutan, putri Bi Lian tiba-tiba menghilang bersama seorang wanita yang bisa terbang. Chu Ti maklum kalau Bi Lian bersama orang pandai, sehingga tidak khawatir lagi dikemudian hari.
Ternyata Lihiap yang menyelamatkan Bi Lian telah mengangkatnya sebagai murid, terutama setelah melihat bakat dan potensi yang luar biasa dalam diri Bi Lian. Gurunya sama sekali tidak pernah menyebutkan namanya kecuali she-nya Ciu. Sejak itu Bi Lian memanggil gurunya dengan nama Ciu-subo (ibu guru Ciu) atau subo saja.
Walaupun Ciu-subo sama sekali tidak pernah menyebutkan asal usul dirinya, tetapi ilmu silat yang dimiliki ternyata luar biasa. Ilmu silat andalannya bernama Kong-ciak Sin-na (Cengkeraman sakti burung merak) diturunkannya kepada Bi Lian. Ciu-subo menceritakan kalau Kong-ciak Sin-na pada awalnya merupakan sebuah ilmu luar biasa yang bernama cakar tulang putih sembilan bulan. Hanya saja karena telengas, selama bertahun-tahun terakhir Ciu-subo berusaha keras untuk memperlembut dan memperlunak ilmu cakar tulang putih sembilan bulan supaya tidak terlalu kejam sehingga terciptalah Kong-ciak sin-na. Malah dahulu menurut Ciu-subo, ada seorang wanita yang bernama Bwe Tiaw-Hong menggunakan tengkorak manusia untuk melatih ilmu keji ini. Ilmu ini banyak menelan korban selama malang melintang di dunia kang-ouw.
Aku juga pernah membunuh orang yang semestinya tidak perlu kubunuh dengan ilmu ini kata Ciu-subo sambil menghela nafas menyesal.
Setelah menceritakan asal usul ilmu Kong-ciak Sin-na, Ciu-subo kembali murung seperti pembawaannya sejak awal bertemu Bi Lian Sepertinya Ciu-subo menyimpan beban berat di dalam pikiran tetapi tidak ingin membagi bebannya pada orang lain. Karena Ciu-subo tidak pernah membicarakan urusannya, otomatis Bi Lian juga tidak ingin bertanya walaupun dalam hatinya ingin membantu meyelesaikan masalah subo-nya. Pembawaan Ciu-subo terkadang aneh. Kadang Ciu-subo terlihat angkuh bagaikan ketua partai perguruan besar, kadang menangis sendiri seperti menyesali sesuatu, tetapi Ciu-subo paling sering terlihat murung.
Selama 5 tahun Ciu-subo melatih Bi Lian dengan keras satu hari penuh dalam seminggu terutama ilmu merak sakti simpanannya. Setelah umur Bi Lian mencapai 17 tahun, tiba-tiba Ciu-subo pergi begitu saja dengan hanya meninggalkan sepucuk surat yang menyatakan dirinya ingin pergi menyepi. Kepergian Ciu-subo membuat Bi Lian bersedih dan memutuskan diam-diam mencari kemana subo-nya pergi. Bi Lian kemudian meminta ijin kepada Chu Ti untuk pergi mengembara mencari pengalaman. Tahu akan kemampuan Bi Lian, Chu Ti-pun mengijinkannya untuk pergi mengembara.
Selama perang saudara melawan kaisar Jiangwen, Bi Lian kembali ke Beiping untuk membantu Chu Ti menggulingkan kekuasaan kaisar Jianwen. Nama besar Bi Lian mulai tersiar di dunia kang-ouw. Karena Bi Lian bertindak tanpa pernah meninggalkan nama, dunia kang-ouw memanggilnya dengan nama Ban Su To Niocu (Nona dengan selaksa pengetahuan). Hanya tokoh-tokoh besar saja didunia kang-ouw yang mengetahui bahwa Niocu yang ini masih punya hubungan kerabat dengan kaisar dinasti Beng.
Hanya saja walaupun Ban Su To Niocu tidak pernah melakukan tindakan kejahatan, sikap angkuhnya menyebabkan orang-orang kang-ouw kurang senang. Bagaimanapun Bi Lian masih berdarah bangsawan, sehingga sering memandang rendah orang lain. Walaupun awet muda, hingga berumur 50 tahun, Bi Lian masih belum menikah. Desas desus mengatakan kalau Ban Su To Niocu menganggap rendah para bangsawan yang melamarnya sebagai orang lemah jika dibandingkan dengan kepandaian silatnya. Sedangkan orang-orang kang-ouw yang melamarnya ditolak dengan alasan tidak pantas seorang bangsawan menikah dengan rakyat jelata.
JIT GOAT SIANG POKIAM
Bab 5. Pewaris Ilmu Pengemis Utara dan Kaisar Selatan
Saking asyiknya dengan urusan Jit Goat Siang Pokiam, mereka yang berada didarat tidak sadar ada perahu mendekat. Orang didalam perahu itu terlihat masih muda, paling berumur 25 tahunan, warna biru pakaian yang dikenakannya terlihat sudah pudar saking tuanya, terlihat ada beberapa tambalan. Walaupun demikian pakaiannya bersih, tidak seperti pengemis yang kumal. Tangannya terlihat memegang tongkat pancing dari bambu.
Tee-It Thian-Mo yang merasa gusar belum berhasil medapatkan pusaka, tiba-tiba melemparkan am-gi (senjata gelap) ke arah pemuda di atas perahu. Tak disangkanya pemuda yang dianggapnya nelayan biasa itu justru menangkis am-gi dengan tongkat pancingnya.
Trangtrangtrang.Berturut 3 am-gi ditangkis olehnya.
Tiba-tiba pemuda itu meloncat dari perahu ke pinggir sungai, padahal jarak antara perahu dan daratan masih lumayan jauh. Ginkang yang dikerahkan tidak boleh dianggap main-main.
Setiba didaratan dia langsung menyerang Tee-It Thian-Mo dengan tongkat pancingnya yang sudah tak bertali.
Kurang ajar, sudah menyerangku gelap-gelapan, am-gi mu malah memutuskan tali pancingku. Harus kubalas perbuatanmu
Baru kali ini Tee-It Thian-Mo menghadapi serangan ilmu tongkat yang aneh. Tak pernah sebelumnya dia melihat ilmu tongkat pemuda ini walau sudah malang melintang didunia kang-ow puluhan tahun. Kadang serangan tongkat itu mengincar dadanya, tapi secara mendadak membelok menusuk matanya. Benar-benar kewalahan Tee-It Thian-Mo kali ini. Semenjak Kakek iblis perlente itu diserang pemuda bertongkat, dengan sendirinya pertarungan segi tiga berakhir. Dian Long dan Ban Su To Niocu juga lebih tertarik melihat pertarungan baru tersebut dari pada rebut sendiri.
Ban Su To Niocu tertegun melihat cara pemuda itu memainkan tongkat. Pernah gurunya bercerita tentang ilmu tongkat kebanggaan kaypang (partai pengemis) yang bernama Ta-kauw Pang-hoat (ilmu tongkat pemukul anjing). Biasanya Ta-kauw Pang-hoat turun temurun diajarkan hanya kepada ketua kaypang. Saat benteng Siang-yang runtuh diserang tentara mongol ratusan tahun yang lalu, para pemimpin teras kaypang termasuk bekas kaypangcu (ketua partai pengemis) Oey Yong dan kaypangcu saat itu Yelu Chi tewas bersama Kwee Ceng Tayhiap dan ratusan pendekar yang ikut mempertahankan Siang-yang. Sejak saat itu ilmu Ta-kauw Pang-hoat juga bagaikan lenyap dari muka bumi. Ketua kaypang yang sekarang malah hanya menerima tongkat pemukul anjing sebagai tanda ketua tapi tidak menguasai Ta-kauw Pang-hoat, sehingga pamor kaypang ikut anjlok bagaikan partai gurem yang punya anggota banyak tapi tak punya pengaruh.
Tak tahan menghadapi ilmu tongkat aneh pemuda itu, Tee-It Thian-Mo meloncat mundur. Tadi Ban Su to Niocu bertarung hanya dengan tangan kanan karena tangan kirinya masih memegang bungkusan kulit kambing pipih panjang. Kalau dia maju juga bersama pemuda bertongkat ini, walaupun dibantu murid-muridnya belum tentu dia bisa mengimbangi. Tipis harapannya mendapatkan pedang pusaka hari ini. Biarlah kubiarkan dulu mereka memegangnya, toh dengan jaringan mata-mataku mudah untuk menemukan mereka lagi, pikir Tee-It Than-Mo.
Kita pergi! Bentak Tee-It Thian-Mo pada anak muridnya sambil melocat ke arah hutan diikuti oleh Jit-tok Hoa. Kiam Hoa masih sempat melirik ke arah Dian Long sekejap sebelum ikut meloncat mengikuti suhu-nya.
Ban Su To Niocu mengangkat tangannya memberi hormat pada pemuda bertongkat sambil berkata,Saudara muda sungguh lihay bisa mengusir anjing dengan pukulan tongkat, padahal tongkat yang digunakan hanyalah tongkat pancing biasa. Aku adalah kenalan baik kaypangcu, siapakah nama saudara dan dari cabang kaypang manakah"
Pemuda itu tersenyum,Ban Su To Niocu sungguh jeli mengetahu nama ilmu tongkat yang kupakai, tapi sayang sekali cayhe bukanlah anggota kaypang.
Terkejut Ban Su To Niocu mendengar jawaban pemuda itu. Bagaimana bisa Ta-kauw Pang-hoat bisa dikuasai oleh orang luar kaypang pikirnya, kecuali ada satu kemungkinan.
Kalau begitu, apakah saudara she Yelu" tanya Ban Su To Niocu lebih lanjut.
Hahaha apakah cayhe she Yelu atau she Chu (marga keluarga kaisar Beng) tentulah tak berguna diketahui oleh Ban Su To Niocu yang mulia. Lagipula she Yelu adalah she bangsa Liao bukan" Cayhe sendiri tidak mengerti bahasa Liao, Hahaha.
Hmmm, bekas ketua kaypang yang terakhir menguasai Ta-kauw Pang-hoat adalah Yelu Chi seorang Liao yang menikah dengan Kwee Hu, anak pendekar Kwee Ceng. Jika keturunan mereka menikah dengan orang Han turun temurun, tentu saja turunan mereka tidak bisa berbahasa Liao bukan"
Hahahaha.. tak percuma Niocu bergelar Ban Su To, terpaksa aku mengaku. Memang aku bermarga Yelu. Namaku Ceng yang berasal dari nama Kwee Ceng Tayhiap. Ayahku ingin agar aku selalu mengingat nama leluhurku sehingga memberikan nama demikian.
Yelu Ceng-sicu, apakah datang kesini juga karena ingin merebut Jit Goat Siang Pokiam"
Wah...wah.... Niocu menuduh yang bukan-bukan. Senjataku adalah tongkat, buat apa aku ikut berebut pedang. Aku hanya numpang lewat saja sambil melihat keramaian orang-orang kang-ouw berebut pedang. Sejak peristiwa perebutan Ih Thian Kiam dan To Liong To, sudah lama tidak terjadi keramaian seperti sekarang ini. Hanya saja untuk memilikinya aku tidak tertarik!
Hmmmm Pedang Langit dan Golok Naga tetap dibiarkan patah oleh kaisar Hongwu dan disimpan didalam ruang penyimpanan pusaka kerajaan tanpa pernah ditempa ulang. Kini malah muncul keributan baru karena dua pedang ini.
Ban Su To Niocu membuka bungkusan kulit kambing sehingga terlihat sebatang pedang yang sarungnya berukir bunga seruni yang indah. Dicabutnya Jit Pokiam, dan terlihat cahaya terang memancar dari pedang bagaikan matahari bersinar cerah. Pedang itu sendiri berhawa panas menyengat, sehingga Ban Su To Niocu harus mengerahkan tenaga dalam untuk menolak pengaruhnya.
Pedang ini adalah milik kerajaan, karena merupakan hadiah dari kaisar Tung-yang-kok (negeri diseberang laut timur sekarang jepang) kepada kaisar Hongwu. Pedang pusaka ini adalah buatan empu pembuat pedang Tung-yang-kok terkenal yang bernama Okazaki Masamune, khusus dibuat sebagai hadiah untuk kaisar Beng yang mengusir bangsa mongol. Bunga seruni ukiran ini sendiri adalah lambang kekaisaran Tung-yang-kok. Dengan demikian adalah hak kaisar Beng menyimpannya di istana kaisar. Sedangkan Goat Pokiam adalah pusaka istana kaisar sejak jaman dinasti mongol. Tentu pula setelah penguasa mongol telah terusir, Goat Pokiam tetap dimiliki oleh penguasa istana kaisar sekarang
Yelu Ceng menghampiri Bu Dian Long sambil bertanya,Hiante, bagaimana Goat Pokiam bisa berada ditanganmu" Kenapa pula bajumu copang-camping robek tidak keruan" Sampai ku sangka engkau ini pengemis kaypang.
AhhhSiawte bukan anggota kaypang, sedangkan baju robek ini gara-gara si hwesio cabul Kemudian Dian Long mulai bercerita tentang diri dan pengalamannya mulai dari awal bertemu dengan Jit-tok Hoa sampai kedatangan Yelu Ceng.
Keluarga Bu dari Bu-kee-cung" Bukankah keluargamu keturunan Bu bersaudara murid Kwee Ceng Tayhiap yang terkenal mempertahankan kota Siang-yang" Ilmu silatmu pastilah lihay karena kudengar sepasang pendekar Bu mewarisi 18 telapak penakluk naga milik Kwee Ceng Tayhiap. Selain itu juga mereka mewarisi ilmu andalan It Teng Taysu yang bernama It-yang-ci dari ayah mereka Bu Sam-tong yang merupakan murid It Teng Taysu.
Ahsayang sekali kepandaian keluarga Bu tidak seperti yang sicu perkirakan. Bakat leluhurku Bu bersaudara tidaklah terlalu bagus, sehingga Hang Liong Sip Pat Chiang yang di wariskan oleh Kwee Tayhiap tidak bisa dkuasai dengan sempurna oleh mereka. Turun temurun ilmu tersebut diterima oleh keluarga Bu dengan bakat yang kurang bagus, sehingga generasi yang sekarang ini hanya mampu memainkan 10 jurus awal Han Liong Sip Pat Chiang berikut kembangannya. Sedangkan It-yang-ci yang diajarkan leluhur Bu Sam-tong juga tidak sempurna seratus persen. Boleh dikatakan kalau kami keluarga Bu memiliki ilmu hebat tetapi menguasainya secara tanggung.
Tidakkah mereka mewariskan kitab yang berisikan teori ilmu secara lengkap" Dengan demikian kalaupun ada keturunannya yang berbakat akan bisa menguasainya dengan sempurna, lanjut Yelu Ceng.
Kakekku pernah menceritakan hal ini ketika aku masih kecil. Beliau pernah bilang kalau Bu bersaudara pernah menuliskan kauw-koat (teori ilmu silat) yang diberikan kepada anak mereka sebelum Siang-yang dikepung oleh pasukan mongol pada pertempuran terakhir. Entah dimana kauw-koat itu sekarang, entah jatuh ke tangan pasukan mongol yang menyerbu ataukah masih disimpan oleh leluhur kami ditempat rahasia, siapa yang tahu. Cerita kakekku ini lama kelamaan menjadi mirip legenda atau dongeng saja bagi generasi kami.
Tiba-tiba Ban Su To Niocu menyela pembicaraan mereka,Engkau sendiri kenapa baru sekarang muncul di dunia kang-ouw" Selama ini aku tidak pernah mendengar kabar keluarga Yelu walaupun cuma secuil.
Hahaha...keluarga Yelu memang tidak seperti keluarga Bu yang patriot membela negara dengan ilmu silatnya. Kakek moyangku turun temurun lebih suka berdagang atau mempelajari ilmu pengobatan dari pada ilmu silat. Kakekku dan ayahku sendiri adalah tabib yang lebih suka menolong orang terluka dari pada membuat orang lain terluka. Walaupun demikian jiwa patriot mereka tidak kalah dengan orang lain. Kakekku sudah banyak menolong para patriot dan penduduk yang terluka ketika terjadi perang mengusir penjajah mongol, begitu juga dengan ayahku yang menolong orang saat perang saudara antara kaisar Jianwen dan kaisar Yong Le. Kauw-koat Ta-kauw Pang-hoat dibiarkan menjadi pusaka keluarga tanpa dipelajari isinya. Sekian lama, baru aku yang akhirnya membaca dan mempelajarinya.
Dian Long menghela nafas kemudian memberi hormat pada Ban Su To Niocu dan berkata, Sekarang apa yang hendak Niocu lakukan" Apakah tetap akan menyerangku dan merebut Goat Pokiam"
Ban Su To Niocu menyahut,Aku tahu kalau engkau bukan orang jahat yang mencuri makan tawon asmaraku. Kalau kau setuju, sekarang juga akan kuberikan madu tawon yang sudah kucampur dengan obat Yo-bi-su, asalkan kau serahkan Goat Pokiam untuk kupersembahkan kepada kaisar.
Kali ini, dengan adanya Yelu-sicu disini siawte percaya penuh dengan Niocu. Marilah cuwi sekalian berkunjung ke rumahku di Bu-kee-cung untuk siawte jamu ala kadarnya. Di Bu-kee-cung nanti, siawte serahkan sendiri pedang pusaka ini dihadapan paman siawte dan Yelu-sicu sendiri.
Hahaha. Janganlah kau panggil aku dengan panggilan sicu, membuatku malu saja. Panggil aku twako saja. Eh Niocu, pemuda ini tidaklah setolol yang kau kira. Dia tidak akan menyerahkan Goat Pokiam kepadamu sebelum yakin kalau obat yang kau berikan adalah asli. Hahaha.....Aku sendiri tertarik untuk pergi ke Bu-kee-cung. Jelek-jelek begini, leluhurku masih punya hubungan dengan leluhur keluarga Bu., kata Yelu Ceng sambil tertawa.
Huh, jangan dikira aku takut pada keluarga Bu kalian! Lagi pula aku tidak akan menipu obat. Ayo kita pergi! jengek Ban Su To Niocu.
Baiklah,marilah Yelu....eh.... twako dan Niocu ikut denganku.
Berbareng mereka masuk ke dalam hutan dan berjalan menuju arah perkampungan keluarga Bu. Belum jauh mereka memasuki hutan, tiba-tiba dari atas pohon berkelebat tubuh seseorang berpakaian hitam menyambar ke arah Dian Long. Jari tangan kirinya menotok ke arah pundak seiring dengan tangan kanannya mencengkeram ke arah tangan Dian Long yang memegang Goat Pokiam.
Kaget dengan serangan tiba-tiba itu, Dian Long membanting tubuhnya ke belakang dengan maksud menghindari serangan orang itu. Namun si penyerang rupanya tidak berhenti begitu saja, cepat dia memburu ke arah Dian Long yang masih berguling di atas tanah. Kali ini Ban Su To Niocu tidak tinggal diam, tangan kanannya membentuk cakar dan bergerak menghalangi si penyerang dari samping. Si penyerang itu merasakan hawa dahsyat dari cengkeraman Ban Su To Niocu. Seketika dia mengubah totokannya menjadi serangan tapak menangkis serangan Ban Su To Nocu.
Duarrrrr.....Kedua orang ini sama-sama terdorong mundur, Ban Su To Niocu 5 tindakan dan si penyerang mundur 3 tindakan. Ini menandakan tenaga Ban Su To Niocu masih kalah tipis.
Ban Su To Niocu dan Yelu Ceng terkejut menyaksikan kehebatan kepandaian si penyerang yang ternyata mengenakan kedok hitam untuk menutupi wajahnya. Tetapi yang paling terkejut adalah Dian Long, si kedok hitam itu tadi menggunakan gerakan Hang Liong Sip Pat Chiang untuk menangkis serangan Ban Su To Niocu. Tidak berhenti begitu saja si kedok hitam lalu berbalik lagi ke arah Diang Long dan kembali bergerak menotok siku Dian Long. Jelas sekali tampak si kedok hitam ingin merampas Goat Pokiam. Hanya saja kali ini Dian Long sudah siap sedia, cepat Dian Long menyambut totokan itu dengan kelitan sambil balas menotok dengan ilmu It-yang-ci.
Kejutan bagi Dian Long belumlah berakhir karena si kedok hitam sepertinya mengetahui gerakan Dian Long termasuk kembangan dari berbagai macam gerak tipuan It-yang-ci. Malah kali ini si kedok hitam membalas serangan Dian Long dengan ilmu yang sama. Namun yang membuat Dian Long lebih kaget lagi, It-yangci yang diperagakan si kedok hitam kelihatannya lebih lengkap dari It-yang-ci yang dikuasai keluarga Bu dari Bu-kee-cung. Beberapa gerakan It-yang-ci yang dikenal oleh Dian Long disambung dengan totokan beruntun dari gerakan yang tidak dikenal Dian Long. Gerakan sambung menyambung itu terlihat serasi sekali dengan gerakan It-yang-ci sebelumnya. Sepertinya itulah gerakan It-yang-ci yang sempurna!
Kelabakan juga Dian Long menghadapi totokan beruntun itu walaupun dibantu oleh Ban Su to Niocu yang berulang kali menangkis totokan si kedok hitam yang mengincar tangan Dian Long dengan cakarnya. Akhirnya tak kuasa juga Dian Long mempertahankan pedang ditangannya. Tiba-tiba saja Dian Long merasakan tangannya kesemutan dan dengan cepat Goat pokiam sudah berpindah tangan ke genggaman si kedok hitam. Tidak hanya itu Dian Long merasakan kakinya lemas tak bertenaga kena totokan dan menyebabkan dia jatuh terguling dan keluar dari arena pertempuran.
Melihat keadaan demikian, Yelu Ceng meloncat ikut menyerang si kedok hitam dengan tongkat pancingnya. Tadinya dia ragu-ragu ikut mengeroyok si kedok hitam. Tapi demi melihat orang ini memakai kedok dan merampas Goat Pokiam, tentulah bermaksud tidak baik. Sehingga dia tidak menghiraukan lagi tata tertib dunia kang-ouw dan ikut terjun mengeroyok.
Gerakan tongkat Yelu Ceng benar-benar aneh dan membuat si kedok hitam berulang kali berseru kaget. Tapi segera si kedok hitam silih berganti melancarkan serangan dengan tapak dan totokannya.
Kembali Dian Long yang melihat dari luar arena membelalak kaget0karena Dian Long mengenali gerakan Ciam Liong Put Yong (Naga berendam ngumpet tak berguna) yang disambung dengan gerakan tapak yang tak dikenalnya. Hang Liong Sip Pat Chiang yang dilancarkan si kedok hitam benar-benar hebat dan lengkap si kedok hitam sepertinya juga menguasai 18 jurus Hang Liong Sip Pat Chiang komplet dengan segala perubahan dan kembangannya. Dengan dua ilmu sakti ini si kedok hitam bisa menahan serangan Ban Su To Niocu dan Yelu Ceng berikut dengan serangan balasannya.
Tiba-tiba terdengar suara pedang terhunus dan melesat cahaya berkeredepan diiringi hawa panas menuju tengkuk si kedok hitam. Ternyata Ban Su To Niocu sudah tidak sabar lagi dan menggunakan Jit Pokiam untuk menaklukkan si kedok hitam.
Trannggg..... muncrat lelatu api dari pergesekan dua pedang sakti. Ternyata si kedok hitam juga menghunus Goat Pokiam untuk menangkis Jit Pokiam. Kedua pedang pusaka itu memang setanding dan tidak ada satupun yang rusak karena pertemuan kedua pedang tadi.
Kembali pertarungan dilakukan dengan senjata ditangan. Dua pedang pusaka memang setara, tetapi tongkat pancing ditangan Yelu Ceng bukanlah Ta-kauw Pang (tongkat penggebuk anjing), pusaka tanda ketua kaypang. Dalam beberapa jurus saja tongkat pancing itu sudah terpotong tiga.
Cepat Yelu Ceng membuang sisa tongkat ditangannya kemudian melompat keatas pohon dan mematahkan sebatang ranting yang cukup lurus untuk digunakannya sebagai pengganti tongkat pancingnya yang putus tadi. Setelah itu kembali Yelu Ceng meloncat ke arena pertarungan lagi. Kali ini Yelu Ceng lebih bertindak hati-hati dan tak ingin mengadu senjata dengan Goat Pokiam. Selain itu Yelu Ceng mulai memainkan ilmu silatnya yang lain, dimana tangan kanannya memainkan ilmu tongkat pemukul anjing sedangkan tangan kirinya memainkan ilmu silat tangan kosong. Kedua ilmu ini sebenarnya bertentangan gerakannya, tetapi Yelu Ceng bisa memainkannya dengan cukup baik sehingga seakan-akan seorang Yelu Ceng mendadak menjadi 2 orang Yelu Ceng. Inilah ilmu silat peninggalan si Bocah Tua Nakal yang merupakan guru dari Yelu Chi, leluhur Yelu Ceng. Si kedok hitam kaget melihat perubahan gerakan Yelu Ceng. Si kedok hitam sendiri bisa memainkan 2 ilmu silat hebat yang dikuasainya secara bergantian, tapi lawannya yang masih muda ini malah bisa memainkannya secara bersamaan dengan kedua belah tangannya
Pada saat itu datang 2 orang, yang satu menghampiri Dian Long yang masih rebah lemas dan sedang berusaha membebaskan totokan dengan tenaga dalamnya. Sedangkan yang satu lagi mencabut pedangnya dan ikut mengeroyok si kedok hitam. Yang menghampiri Dian Long adalah A Hu dan yang ikut mengeroyok si kedok hitam adalah Toan kongcu.
Walaupun Toan kongcu memiliki ilmu pedang Kun-lun pai yang cukup lihai, tetapi dibandingkan dengan kepandaian tiga orang yang lainnya kepandaiannya tidaklah terlalu berguna, malah mengganggu 2 pengeroyok yang lain. Dengan cepat dia terdesak oleh serangan tapak dan totokan si kedok hitam hingga pedang yang dipegangnya putus dibabat Goat Pokiam. Terkejut dengan rusaknya pedang, perhatian Toan kongcu agak teralih dan dadanya pun terkena pukulan tapak si kedok hitam.
Buukkk. Toan kongcu terlempar keluar arena pertarungan dengan muka pucat pasi, dadanya tergetar oleh pukulan sakti Hang Liong Sip Pat Chiang. Cepat dia mengumpulkan hawa murni untuk mendorong gumpalan darah didadanya supaya keluar.
Hoaakkkkk.... Toan kongcu memuntahkan darah segar dari mulutnya kemudian pingsan seketika. Walaupun demikian nyawanya sudah terselamatkan.
Sedangkan A Hu menangis di samping Dian Long tanpa tahu apa yang harus dilakukannya. Totokan si kedok hitam walaupun menggunakan It-yang-ci, tetapi karena terganggu oleh serangan Ban Su To Niocu, agak meleset sedikit dari jalan darah Dian Long yang dituju. Perlahan tapi pasti Dian Long sedikit demi sedikit mulai dapat memunahkan totokan tersebut dengan tenaga dalamnya.
Sambil berusaha memunahkan totokannya, Dian Long memikirkan identitas si kedok hitam. Bagaimana orang ini dapat menguasai 2 ilmu andalan Pengemis Utara dan Kaisar Selatan yang terkenal0sekitar 200 tahun yang lalu dengan sempurna, sedangkan seluruh anggota keluarga Bu satupun tidak ada yang menguasainya dengan lengkap. Lagi pula Dian Long merasa heran dengan serangan si kedok hitam terhadapnya tadi. Jelas sekali serangan si kedok hitam pada Dian Long hanyalah untuk merampas Goat Pokiam, sedangkan serangannya terhadap Ban Su To Niocu dan Yelu Ceng dengan maksud menurunkan tangan maut.
Pertarungan si kedok hitam dan 2 pengeroyoknya sudah sampai pada puncaknya. Yelu Ceng mengeluarkan salah satu jurus rahasia Ta-kauw Pang-hoat yang bernama anjing menggonggong pengemis berlalu. Berbarengan dengan itu Ban Su To Nocu juga menebaskan Jit Pokiam dengan sebuah jurus maut dari Gobi Kiam-sut.
Si kedok hitam tampaknya kali ini tidak bisa mengelak, sehingga terpaksa dia menyambut kedua serangan ini. Goat Pokiam yang berada ditangan kanannya menyambut serangan Jit Pokiam, sedangkan tangan kirinya menyambut ranting.
Traannggg....kedua pedang pusaka itu menempel satu sama lain, sedangkan ranting ditangan Yelu Ceng juga ditangkap oleh tangan kiri si kedok hitam. Terjadilah adu tenaga sakti antara 3 orang itu. Masing-masing pihak berusaha menekan lawan dengan lweekang. Adu tenaga dalam ini sangatlah berbahaya. Jika salah satu kalah, nyawalah taruhannya.
Hanya saja si kedok hitam memang sedang bernasib sial. Dengan mengandalkan Hang Liong Sip Pat Chiang dan It-yang-ci memang dia dapat mengimbangi lawannya. Tapi untuk adu tenaga dalam, si kedok hitam hanya menang tipis terhadap Ban Su To Niocu. Kali ini dia harus menghadapi Ban Su To Niocu dan Yelu Ceng berbarengan, tentu saja dia merasa kerepotan. Walaupun Hang Liong Sip Pat Chiang merupakan ilmu yang memiliki serangan sederhana tetapi gerakannya efektif dan berdasarkan kekuatan lweekang. Sedangkan si kedok hitam baru melatih Hang Liong Sip Pat Chiang setelah cukup berumur. Tentu saja tenaga sakti yang dipupuknya belum terlalu sempurna, berbeda jika dia melatihnya sejak usia muda.
Perlahan tapi pasti si kedok hitam mulai terdesak mundur. Tiba-tiba dari atas pohon dibelakang si kedok hitam meluncur bayangan seseorang sambil terdengar suara terkekeh mengejek. Karena konsentrasinya sedang mengadu tenaga dengan Ban Su To Niocu dan Yelu Ceng, tentu saja si kedok hitam tak sempat memperhatikan orang yang berada dibelakangnya.
Crookkk..... Orang yang baru turun dari pohon itu menyarangkan serangan cakar ke punggung si kedok hitam dari belakang. Ternyata orang yang membongkong si kedok hitam adalah Tee-It Thian-Mo. Kakek itu rupanya tidak rela begitu saja menyerahkan Jit Goat Siang Pokiam kepada orang lain sehingga masih menunggu didalam hutan dengan harapan musuh-musuhnya lengah. Murid-muridnya sendiri entah disuruhnya menunggu dimana.
Cakar beracun Hek-hiat Tok-jiaw milik Tee-It Thian-Mo dengan tepat bersarang di punggung si kedok hitam. Si kedok hitam sendiri karena seluruh lweekang-ya dikonsentrasikan untuk adu tenaga dalam, dengan sendirinya meninggalkan punggungnya kosong tanpa perlindungan.
Ban Su To Niocu dan Yelu Ceng sendiri terkejut dengan kelicikan Tee-It Thian-Mo, seketika mereka menarik tenaga sakti secara berbarengan. Bagaimanapun mereka berdua tidak suka kepada si kakek pesolek itu, dan tentu saja tak sudi dibantu olehnya. Sedangkan Tee-It Thian-Mo sendiri secepat kilat merebut Goat Pokiam dari tangan kanan si kedok hitam kemudian melompat mundur dengan maksud segera melarikan diri.
Tak terkira oleh Tee-It Thian-Mo kalau kedua lawan si kedok hitam justru menarik serangan mereka sehingga si kedok hitam justru terbebas dari gencetan tenaga lawan. Sambil meraung murka si kedok hitam berbalik menghadap Tee-It Thian-Mo dan melancarkan jurus ke-14 dari Hang Liong Sip Pat Chiang yang bernama Sie-seng Liok-liong (mengendarai enam naga) dengan sepenuh tenaga terhadap Tee-It Thian-Mo. Kakek iblis itu sendiri tak menyangka si kedok hitam masih mampu menyerangnya dengan hebat dengan luka separah itu.
Cepat tangannya menggerakkan Goat Pokiam menusuk jantung si kedok hitam. Si kedok hitam hanya berkelit sedikit, namun serangannya sama sekali tidak dihentikannya.
Crapp.....Goat Pokiam bersarang di pundak si kedok hitam, tetapi tapak si kedok hitam 6 kali dengan telak mengenai dada, ulu hati, tengkuk dan 3 bagian lain tubuh Tee-It Thian-Mo. Pukulan Hang Liong Sip Pat Chiang yang ini bukanlah pukulan yang tadi mengenai Toan kongcu. Jika tadi si kedok hitam membagi tenaga serangannya terhadap tiga lawan, kali ini tapaknya mengandung kekuatan sepenuh tenaga.
Duaakkkk.kali ini apeslah nasib Tee-It Thian-Mo. Tubuhnya melayang bagaikan layangan putus dan sebelum tubuhnya jatuh ketanah nyawanya telah putus dengan tubuh bagian dalam remuk.
Si kedok hitam terjatuh setelah mengerahkan seluruh kekuatannya pada pukulan terakhir. Pada saat itu Dian Long telah berhasil sepenuhnya melepaskan dirinya dari totokan. Segera dia meloncat ke arah si kedok hitam untuk menyerang.
Long-ji (anak Long)........jangan!!! seru si kedok hitam pada Dian Long.
Terperanjat Dian Long mendengar suara itu, baru kali ini si kedok hitam mengeluar suara dan Dian Long langsung mengenali suara itu. Kali ini Dian Long melesat ke arah si kedok hitam bukan untuk melancarkan pukulan melainkan tangannya bergerak membuka kedok si kedok hitam.
Ketika kedok terbuka, tampaklah seraut wajah gagah berumur sekitar 50 tahunan dengan jenggot pendek yang mulai agak memutih.
Toa-siok!!!jerit Dian Long terkejut melihat orang yang memakai kedok tadi ternyata pamannya yang merupakan cung-cu dari Bu-kee-cung, Bu Kiong.
Toa-siok, apa yang terjadi" Mengapa engkau memakai kedok dan menghadang kami" kebingungan Dian Long memberondong Bu Kiong dengan berbagai pertanyaan sambil menotok sana sini untuk menghambat mengucurnya darah lebih banyak. Walaupun luka tusukan pedang dipundak cukup berbahaya, tetapi luka paling parah terdapat dipunggung Bu Kiong. Dari luka dipunggung menetes darah Bu Kiong yang berwarna agak kehitaman. Rupaya racun Hek-hiat Tok-jiaw sudah menyebar dan penyebaran racun semakin cepat setelah Bu Kiong mengerahkan tenaga terakhirnya untuk menghantam mampus Tee-It Thian-Mo.
JIT GOAT SIANG POKIAM
Bab 6. Cerita Si Kedok Hitam
Ban Su To Niocu dan Yelu Ceng mendekati kedua orang she Bu itu dengan wajah penuh tanda tanya, tapi tidak mengeluarkan sepatah katapun. Sedangkan A Hu hanya berlutut disamping Bu Kiong sambil menangis dan memanggil-manggil Loya (tuan).
Setelah kucuran darah berhenti dari luka, Bu Kiong menggapai ke arah Dian Long sambil berkata, Kemarilah Long-ji, jangan kau menyela perkataanku. Racun bangsat tua itu sudah menyebar dan mengancam jantungku, aku hanya bisa menahannya dengan tenaga dalamku beberapa saat saja. Waktuku tak banyak dan jiwaku sudah tak terselamatkan lagi. Sebelum mati, aku ingin menceritakan sesuatu dan memberikan pesan terakhirku.
Tetapi Toa-siok, kalau kita cepat kembali ke Bu-kee-cung mungkin tabib Sie Pe Giok bisa .....
Sudah kubilang kalau waktuku tinggal sedikit, tak perlu kau membantah perkataan terakhirku, potong Bu Kiong.
Mendengar kata-kata pamannya, Dian Long hanya diam tak berkata apa-apa, hanya bergerak membantu supaya pamannya dapat berbaring dengan tenang sambil mengerahkan tenaga dalam untuk membantu tenaga pamannya menahan racun.
Sebagai anak dan cucu dari seorang tabib, Yelu Ceng menghampiri Bu Kiong dan memeriksa sejenak. Sambil menghela napas akhirnya dia berkata, Seorang ahli silat tentu paling tahu kondisi badannya sendiri.
Wajah pucat Bu Kiong menoleh pada Ban Su To Niocu dan Yelu Ceng dan berkata, Semua hal ini diawali oleh perbuatanku dua tahun yang lalu. Aku memang terlalu berambisi ingin mengangkat nama Bu-kee-cung kami supaya bersinar terang didunia kang-ouw. Yang menyebarkan desas-desus didunia kang-ouw tentang Jit Goat Siang Pokiam adalah aku sendiri. Hanya saja aku tak menyangka kalau urusan ini memakan korban banyak nyawa. Hal ini yang menimbulkan penyesalanku.
Terkejut ketiga orang itu mendengar perkataan Bu Kiong, hanya A Hu saja yang tak tahu menahu dengan urusan pedang tetap menangis tersengguk-sengguk. Sementara itu mulailah Bu Kiong mengisahkan masa lalunya.
----------------------------------ooOoo------------------------------------
Bu kiong adalah anak sulung dari Bu-kee-cungcu sebelumnya. Dari 5 bersaudara, adik ketiganya lah yang paling akrab bergaul dengannya. Mungkin karena mereka memiliki banyak kesamaan watak dan pikiran. Bersama adik ketiganya yang bernama Bu Kiat, Bu Kiong bercita-cita untuk mengharumkan nama Bu-kee-cung dan mengangkat nama kampung mereka supaya setara dengan partai persilatan besar lainnya seperti Siaw-lim pai maupun Bu-tong pai, walaupun ayah mereka berpesan untuk tidak mencampuri urusan kang-ouw dan politik kerajaan. Sayang sekali kemampuan seluruh keluarga Bu tidaklah sehebat yang disangka orang diluaran. Ilmu kepandaian mereka walaupun lihai tetapi tanggung sehingga tidak bisa mencapai puncak kehebatannya.
Sewaktu kecil, sama seperti anggota keluarga Bu yang lain, Bu Kiong dan Bu Kiat juga sering mendengarkan cerita kepahlawanan leluhur mereka beserta para pahlawan lain membela kota Siang-yang dari ancaman mongol, termasuk cerita Bu bersaudara meninggalkan kauw-koat pusaka yang hilang.
Bu Kiong dan Bu Kiat sepakat bahwa dengan mendapatkan kauw-koat pusaka yang hilang itu mereka dapat meningkatkan kepandaian hingga mencapai tahap yang lebih hebat dari ketua partai persilatan lainnya. Hal ini tentu akan membuat nama Bu-kee-cung terkenal menjulang tinggi. Sejak muda dan diperbolehkan untuk bertualang, mereka berdua berusaha mencari kauw-koat pusaka yang hilang itu. Mereka mencari mulai dari dalam kampung Bu-kee-cung, makam leluhur, hingga ke kota Siang-yang pun di jelajahi.
Waktu cepat berlalu, tak terasa dari pernikahan mereka lahirlah anak keturunan keluarga Bu yang baru. Bu Kiat memiliki anak laki-laki satu-satunya yang diberikan nama Bu Dian Long, sedangkan Bu Kiong memiliki 2 anak perempuan. Walaupun demikian cita-cita dan harapan mereka untuk menjayakan nama Bu-kee-cung belumlah padam. Mereka berdua tetap berupaya mencari pusaka keluarga yang hilang tersebut.
Sekian tahun usaha mereka sia-sia, hingga suatu hari ayah mereka meninggal dunia dan Bu Kiong ditunjuk oleh para tetua Bu-kee-cung untuk menggantikan kedudukannya sebagai cung-cu. Setelah itu yang banyak menghabiskan waktu untuk mencari adalah Bu Kiat, karena waktu Bu Kiong banyak dihabiskan untuk mengemban tugas dan tanggung jawab cung-cu.
Ketika usia Dian Long beranjak 10 tahun, Bu Kiat pulang dari daerah mongol dalam usahanya mencari kauw-koat pusaka. Tetapi kali ini kepulangannya sambil membawa luka parah karena diserang oleh gerombolan perampok yang berilmu tinggi. Walaupun bisa bertahan hingga 3 hari, akhirnya Bu Kiat pun meninggal dunia. Bu Kiong yang marah mengumpulkan jago-jago keluarga Bu dan menggempur habis sarang perampok yang menyerang adiknya, membunuh seluruh anggota perampok dan membakar sarangnya hingga rata dengan tanah.
Tak lama setelah kejadian itu, istri Bu Kiat juga meninggal dunia menyusul suaminya dan meninggalkan Bu Dian Long sebatang kara. Sejak itu Bu Kiong dan istrinya mengambil dan merawat Dian Long bagaikan anaknya sendiri.
Bu Kiong merasa seluruh tanggung jawab kampung beserta cita-citanya begitu berat membebani pundaknya. Dia sering sekali menyepi di pemahkaman keluarga Bu sampai berhari-hari. Kadang terlihat Bu Kiong seperti mengobrol dengan mahkam adiknya, terkadang terlihat mengeluh didepan mahkam leluhur keluarga Bu.
Delapan tahun setelah kematian Bu Kiat, Bu Kiong justru menemukan sesuatu yang diimpikannya selama bertahun-tahun. Pada saat itu hal yang tak terlihat oleh Bu Kiong dan Bu Kiat pada waktu biasa, entah bagaimana bisa terlihat jelas oleh Bu Kiong yang sedang depresi. Bertahun-tahun dia sering menyepi di pemahkaman keluarga Bu, tanpa sengaja justru dia menemukan apa yang dicarinya selama bertahun-tahun tanpa hasil didalam kompleks mahkam leluhur keluarga Bu yaitu kauw-koat lengkap Hang liong Sip Pat Chiang dan It-yang-ci.
Mendapatkan kauw-koat lengkap Hang liong Sip Pat Chiang dan It-yang-ci tanpa adanya Bu Kiat disampingnya, membuat Bu Kiong awalnya tidak terlalu bersemangat. Walaupun demikian, dia diam-diam mulai berlatih kedua ilmu kepandaian lihay itu disekitar wilayah pemahkaman keluarga Bu dan meminta tak seorangpun mengganggunya selama berada didalam daerah pemahkaman. Tak seorangpun dari Bu-kee-cung yang bisa menduga kalau kepala dusun mereka berubah menjadi memiliki kepandaian luar biasa.
Setelah 5 tahun berlatih, kepandaian Bu Kiong semakin lama semakin meningkat pesat, hingga timbul semangat baru dari dalam hati Bu Kiong untuk melanjutkan cita-citanya dahulu. Sayang sekali, walaupun bakatnya cukup besar, tetapi karena Bu Kiong mempelajari ilmu tersebut dimasa tuanya, kemajuan penguasaan tenaga dalamnya tidaklah sepesat kapandaian ilmu silatnya. Ilmu kepandaian Hang liong Sip Pat Chiang dan It-yang-ci yang dikuasai keluarga Bu secara umum, tidaklah mencakup cara pemupukan lweekang dan penguasaannya secara mendalam. Sehingga terpaksa Bu Kiong kembali melatih cara menggunakan jurus disertai pengerahan tenaga dalam yang benar dari awal. Walaupun demikian sulit dicari orang yang bisa mengimbangi Bu Kiong dalam hal kepandaian silat pada saat itu.
Hingga sampai pada waktu 2 tahun yang lalu, ketika Bu Kiong sedang berlatih Hang liong Sip Pat Chiang dan It-yang-ci di dalam area pemahkaman keluarga Bu seperti biasanya, tak terduga olehnya kalau ada orang lain yang memperhatikan latihannya. Dengan kepandaiannya sekarang sangatlah mudah bagi Bu Kiong untuk mendeteksi keadaan sekitar, apalagi kalau ada gerakan orang datang. Sedikit saja bergerak, kesiuran anginnya dapat di rasakan oleh Bu Kiong. Tapi untuk orang misterius ini, hal itu merupakan suatu pengecualian. Tidak sedikitpun Bu Kiong menyadari kedatangan orang ini, hingga akhirnya Bu Kiong mendengar orang itu berkomentar.
Ilmu silat yang hebat! Benar-benar lihay dan sulit dicari tandingannya. Sayang gerakan yang hebat tidak disertai pengerahan tenaga yang tepat. Apalagi Hang liong Sip Pat Chiang yang gerakannya sederhana, kalau tidak disertai tenaga yang cukup, tentu berkurang pula kedahsyatannya.
Tentu Bu Kiong terkejut mendengar ada orang yang mengomentari kepandaiannya tanpa dia ketahui kehadirannya. Ketika Bu Kiong berbalik tubuh, terlihat seseorang yang usianya lebih tua sedikit dari dirinya meloncat turun dari sebatang pohon berdaun rimbun. Bagaimana mungkin aku tidak mengetahui kehadirannya, pikir Bu Kiong. Orang ini tentu memiliki kepandaian tinggi.
Dengan kepandaian seperti ini, tidakkah engkau berminat untuk menjadi seorang Bu-lim Beng-cu (ketua umum dunia persilatan)" Dengan demikian kau tentu bisa mengangkat nama keluarga Bu kepuncak ketenaran. Kalau kupikir tidak seorangpun ketua partai persilatan didunia ini sekarang yang bisa menandingimu,ujar orang misterius itu.
Hmmm... aku tidak punya urusan denganmu, lagipula masuk kedaerah pemahkaman keluarga Bu adalah terlarang bagi orang luar. Karena itu aku berhak menghukummu!
Menyadari orang dihadapannya tidaklah memiliki kepandaian biasa, Bu Kiong langsung menyerang dengan jurus ke 12 dari Hang liong Sip Pat Chiang, yaitu Siang-liong Coe-sui (Sepasang naga mencari air).
Kedua tapak Bu Kiong bergerak bersamaan menyerang tubuh atas dan bawah orang misterius itu diiringi suara kesiuran angin hebat. Diluar dugaannya orang misterius itu bisa menghindari serangannya dengan mudahnya, seakan-akan Hang liong Sip Pat Chiang hanyalah ilmu kepandaian yang tiada artinya.
Sayang sekali, kalau Kwee Ceng sendiri yang menyerangku dengan jurus ini, tentu aku terperangkap ditengah badai pusaran tenaga dan sulit untuk mengelak,gumam orang misterius itu.
Mendengar komentar orang misterius itu, segera Bu Kiong mengganti serangannya dengan It-yang-ci, sehingga terdengar suara mencicit nyaring yang diakibatkan jari tunggal serangan Bu Kiong. Kembali orang misterius itu bisa menghindar dan memuji ilmu It-yang-ci beserta It Teng Taysu, tanpa menyinggung nama Bu Kiong.
Berturut-turut Bu Kiong menyerang berganti-ganti Hang liong Sip Pat Chiang dan It-yang-ci, hingga terpaksa si misterius melawan. Bagaimanapun juga kedua ilmu Bu Kiong adalah ilmu dahsyat yang menggegerkan duania kang-ouw dimasa lalu, sehingga si misterius tidak bisa menganggapnya main-main. Akhirnya tapak serangan Bu Kiong dipapak oleh pukulan orang misterius itu secara langsung.
Duarrrr!!! Bu kiong mencelat mundur sambil bersalto untuk mengurangi daya tolakan, sedangkan si misterius masih tetap berdiri tegak. Penasaran dengan kemampuan si misterius, Bu Kiong langsung menyerangnya dengan jurus-jurus pilihan. Kali ini orang misterius itu meladeni serangan Bu Kiong dengan ilmu kepandaiannya yang aneh dan tenaga dalamnya luar biasa hebat. Bu Kiong merasa udara disekitar tubuhnya bagaikan dibolak-balik membuat dirinya bagaikan terombang-ambing dilautan. Dan yang membuat Bu Kiong semakin kagum adalah lweekang lawannya yang seakan mengalir tak habis-habisnya, padahal kalau mengingat perawakan si misterius itu berusia sedikit lebih tua dari pada Bu Kiong, seharusnya lebih dulu kehabisan tenaga setelah bertarung lebih dari seratus jurus.
Begitu pertarungan sudah mencapai jurus ke dua ratus, tiba-tiba si misterius membentak,Cukup!!!. Lalu Bu Kiong merasa tenaganya ditarik oleh lawannya tanpa bisa dicegah dan pegelangan tangan kanannya tertangkap oleh orang misterius itu. Ketika Bu Kiong meronta untuk melepaskan tangannya, orang misterius itu melemparnya ke belakang dengan tenaga lembut sehingga Bu Kiong bisa mendarat ditanah tanpa terluka.
Bu Kiong mengerti bahwa si misterius ini mengampuni nyawanya, kalau tidak tentu sewaktu tangannya tertangkap dengan gampang si misterius itu menghantamkan tangannya ke batok kepala Bu Kiong dan membuatnya mampus seketika. Lagipula sepertinya si misterius ini dapat menaklukkannya sebelum jurus ke seratus. Hanya saja karena bermaksud mengujinya, dia membiarkan Bu Kiong menyerangnya hingga dua ratus jurus.
Bu Kiong segera menjura kepada si misterius sambil berkata,Siawte Bu Kiong mengaku kalah dan merasa kagum dengan kepandaian cianpwe. Kalau pemilihan Bu-lim Beng-cu berdasarkan kepandaian, cianpwe adalah orang yang tepat di posisi Beng-cu tersebut.
Hahaha sayangnya aku tak tertarik dengan posisi Bu-lim Beng-cu. Kalau aku mau tentu sudah bertahun-tahun yang lalu aku sudah dipanggil Beng-cu. Cita-citaku lebih tinggi dari hanya sekedar menjadi Beng-cu!
Bu Kiong terkejut mendengar kata-kata si misterius,Apakah cianpwe..
Ya, betul, si misterius memotong kata-kata Bu Kiong, Memang aku ingin menjadi kaisar. Aku tidak pernah menceritakan hal ini kepada orang yang baru kukenal kecuali kau. Karena aku percaya padamu dan yakin kau pasti bisa membantuku meraih ambisiku ini. Kalau cita-citaku tercapai, bukan hanya menjadi Beng-cu, jabatan tinggi di istana kaisar pasti akan kau peroleh.
-----------ooOoo-------------
Apa kau bilang" Orang itu berani mengatakan ingin memberontak" Ban Su To Niocu memotong cerita Bu Kiong saking terkejutnya.
Ya, dia bilang keluarga Chu tidak pantas menduduki tahta kekaisaran karena Chu Goan Ciang menggunakan tipu muslihat curang untuk mendapatkan tahta, sehingga keturunan she Chu juga tidak berhak menjadi kaisar.
Siapakah namanya" bagaimana pula tampangnya" Tanya Ban Su To Niocu penasaran.
Sayang sekali selama 5 kali bertemu dalam 2 tahun ini, satu kalipun dia tidak pernah menyebutkan namanya. Bahkan 5 kali bertemu, tampangnya juga selalu berubah dari tampang kakek-kakek, orang setengah umuran sampai tampang anak muda dengan suara yang berbeda-beda. Dengan demikian aku juga tidak tahu perkiraan usianya. Orang itu benar-benar luar biasa. Selain ilmu silatnya sangat tangguh, pintar bersiasat dan ahli menyamar pula.
Lalu engkau sendiri mengapa menceritakan hal ini kepada kami" Bukankah kami dapat mengadukan dirimu pada pihak kerajaan dengan tuduhan memberontak" tanya Ban Su To Niocu.
Sebab setelah pertemuan terakhirku dengannya aku baru menyadari betapa berbahaya orang gila berambisi seperti dirinya jika mendapatkan kekuasaan kaisar ditangannya. Rakyat yang sudah hidup tenang dimasa damai sekarang tentu akan lebih menderita.
Kali ini Yelu Ceng yang bertanya,Apa yang diminta oleh orang aneh itu kepada cianpwe"
Pertama kali bertemu dia memintaku untuk menyebarkan desas desus mengenai Jit Goat Siang Pokiam. Aku sendiri tidak tahu ada apa dibalik keistimewaan sepasang pedang pusaka itu. Tetapi yang pasti pada pertemuan kedua dia mengatakan kalau berita tentang sepasang pusaka itu tentu akan menyebabkan ketidakstabilan dan gejolak di dunia kang-ouw. Bila tiba saatnya aku akan dimintanya maju kedepan mengatasi kekacauan, memimpin dunia kang-ouw sebagai Bu-lim Beng-cu dan membantunya dari belakang dalam merebut tahta. Hanya saja supaya kekacauan lebih parah, dia menyuruh beberapa orang anak buahnya membunuhi beberapa tokoh dunia persilatan. Tahukah kalian kalau orang yang membunuh wakil ketua Siaw-lim pai Tiong-ki Taysu, Bu-liang Tosu dari Bu-tong pai dan Siang-wi siansing dari Hoa-san pai adalah orang-orang suruhannya.
Astaga! Orang gila ini benar-benar licik. Rupanya dia bilang keladi ketegangan hubungan antar perguruan besar kang-ouw selama dua tahun ini. Selama ini tersebar kabar simpang siur kalau semua tokoh partai besar yang tewas itu karena berebut Jit Goat Siang Pokiam
Betul, hal ini baru kuketahui langsung dari mulut orang itu. Pada saat itulah aku memutuskan untuk merebut sepasang pedang pusaka supaya bisa kusimpan diam-diam hingga keributan berakhir. Paling tidak aku bisa mencegah terjadinya pertumpahdarahan lebih lanjut.
Mengapa tidak kau laporkan hal ini ke istana kaisar"tanya Ban Su To Niocu.
Karena secara tanpa sadar orang itu pernah kelepasan kata-kata yang secara tidak langsung menyebutkan kalau dirinya adalah orang dalam istana kaisar, bahkan sepertinya menjabat kedudukan penting, sahut Bu Kiong dengan suara semakin lemah.
Wajah Ban Su To Niocu menjadi pucat pasi mendengar jawaban itu.
Tiba-tiba Bu Kiong muntah darah lagi dan kali ini terlihat darah yang keluar warnanya semakin gelap. Cepat dia menoleh pada Ban Su To Niocu dan Yelu Ceng sambil berkata lemah,Aku ingin memberikan pesan terakhir mengenai Bu-kee-cung dan keluarga Bu pada keponakanku ini, harap anda berdua menghormati hal ini.
Ketika Ban Su To Niocu dan Yelu Ceng menghampiri Toan kongcu yang masih pingsan, segera Bu Kiong berkata pada Dian Long yang sedang memangku pamannya sambil mengerahkan tenaganya membantu Bu Kiong menahan racun yang sudah menyebar,Long-ji, nanti katakanlah pada paman ke-dua mu agar memegang jabatan cungcu sementara hingga dipilihnya kepala dusun yang baru.
Baiklah Toa-siok, sahut Dian Long sambil berlinangan air mata seperti A Hu yang juga duduk di sampingnya.
Untukmu sendiri aku memberikan tugas berat menjaga nama baik dan keamanan Bu-kee-cung. Jika semua urusan sudah selesai, pelajarilah ilmu tata letak pat-kwa dan ilmu lima unsur lalu pergilah ke kompleks pemahkaman luluhur keluarga Bu dan gunakan pengetahuan itu untuk menemukan kauw-koat pusaka keluarga Bu.
Tapi aku..kata Dian Long
Aku tahu kalau bakatmu untuk belajar ilmu silat jauh lebih hebat dibandingkan aku, hanya saja karena kau suka keluyuran latihan silatmu jadi terbengkalai. Mulai sekarang kau harus giat melatih kauw-koat itu sampai sempurna. Aku takut orang misterius itu akan mengincar Bu-kee-cung jika tahu aku telah melawan kehendaknya. Tugasmulah untuk menjaga Bu-kee-cung dimasa depan, jangan sampai mengecewakan aku, lanjut Bu Kiong dengan napas semakin melemah.
Jagakampung.dan..keluarga Bukata Bu Kiong kali ini sambil menutup matanya dengan napas terengah-engah. Setelah itu beberapa saat kemudian berhentilah napasnya karena nyawanya telah lepas dari tubuhnya.
Tinggallah Dian Long dan A Hu menangis tersedu-sedu hingga menarik perhatian Ban Su To Niocu dan Yelu Ceng yang masih berusaha menyadarkan Toan kongcu. Menyadari kondisi Toan kongcu tidaklah berbahaya, mereka berdua menghampiri Dian Long. Yelu Ceng memeriksa keadaan Bu Kiong dan akhirnya menghela napas panjang.
Beliau sudah tiada.
JIT GOAT SIANG POKIAM
Epilog - tamat
Beberapa saat kemudian, Dian Long mengangsurkan Goat Pokiam kepada Ban Su To Niocu sambil berkata,Aku akan pulang ke Bu-kee-cung mengurus jenazah pamanku, harap Niocu bersedia memberikan penawar racun untukku.
Tentu saja aku akan menepati kata-kataku, kata Ban Su To Niocu sambil mengambil sebuah bungkusan dari dalam bajunya, Inilah resep Yo-bi-su dan madu tawon asmara yang sudah kuracik., tinggal diseduh dengan air panas dan diminum 1 kali sehari. Dalam waktu seminggu racun tawon asmara akan hilang tanpa mengganggu lweekang yang kau peroleh dari tawon asmara.
Setelah memberikan pedang dan menerima bungkusan obat, Dian Long mengangkat tangannya untuk berpamitan. Tapi Yelu Ceng menggapai tangannya sambil berkata, Tunggu dulu Bu-Hiante, ada yang ingin kubicarakan denganmu dan Niocu.
Hmmmhal apa yang ingin engkau bicarakan" tanya Ban Su To Niocu.
Walaupun aku sebenarnya tidak ingin ikut serta dalam urusan ini, tetapi mengingat orang yang berada dibelakang peristiwa ini sangatlah berbahaya terpaksa aku Yelu Ceng ikut campur tangan. Niocu, bukankah tapi Bu Kiong cianpwe mengatakan kalau tokoh misterius itu adalah orang dalam istana kaisar malah kemungkinan besar mempunyai kedudukan tinggi, apakah tidak berbahaya kalau Jit Goat Siang Pokiam dibawa pulang ke istana kaisar"
Jadi, bagaimana pendapat Yelu-sicu mengenai hal ini" tanya Ban Su To Niocu.
Ah, aku yang bodoh ini sebenarnya tak pantas memberi pendapat didepan orang kang-ouw yang berjuluk Ban Su To.
Pendapat dari keturunan Kwee Ceng Tayhiap tentu saja berharga untuk didengar. Katakanlah, lanjut Ban Su To Niocu.
Baiklah. Mengingat tokoh misterius itu kemungkinan besar berada didalam istana kaisar, sebaiknya kedua pedang pusaka hendaklah dibawa terpisah. Kalaupun tokoh misterius itu dapat merebut salah satu pedang yang dibawa ke istana, pedang yang lain masih dapat diselamatkan dari tangan tokoh misterius itu. Menurut pendapatku, jika Jit Pokiam dibawa oleh Niocu ke kota raja Beiping untuk diserahkan kepada kaisar, Goat Pokiam biarlah tetap berada ditangan Bu-Hiante. Anggap saja Niocu meminjamkannya untuk sementara waktu. Toh jika Niocu ingin mengambilnya kembali tidak sulit untuk mencarinya di Bu-kee-cung. Lagipula aku percaya Bu-Hiante bukanlah manusia rendah yang ingin mengangkangi pusaka milik orang lain.
Tapi Yelu-twako, aku tidak.... belum sempat Dian Long menjawab, Yelu ceng sudah memotong ucapannya.
Hendaklah hiante mau menerima pinjaman. Bagaimanapun hal ini untuk kebaikan dunia kang-ouw. Apakah hiante menginginkan kematian paman hiante sia-sia begitu saja"
Tapi kalau Niocu tidak kali ini yang memotong ucapan Dian Long adalah Ban Su To Niocu.
Aku setuju, memang ide Yelu-sicu cukup baik. Akupun tadi berpikir untuk memisahkan kedua bilah pedang pusaka ini. Jika keadaan sudah tenang, aku akan menjemput kembali Goat Pokiam, kata Ban Su To Niocu sambil menyerahkan kembali Goat Pokiam kepada Dian Long.
Dian Long menerima Goat Pokiam kembali dengan serba salah.
Baiklah, siawte akan menjaga pedang ini dengan sebaik-baiknya sampai Niocu kembali mengambilnya. Sekarang siawte mohon diri terlebih dahulu, kata Dian Long sambil bersoja kepada Ban Su To Niocu dan Yelu Ceng.
Yelu Ceng membalas penghormatan Dian Long dan juga bersoja pada Ban Su To Niocu sambil berkata, Urusan meminjam pedang ini sebaiknya dirahasiakan diantara kita bertiga, karena semakin sedikit orang tahu akan semakin baik. Sambil melirik Toan kongcu yang berada cukup jauh dibawah pohon sedang bersemedi memulihkan luka dalamnya dan A Hu yang berlutut disamping jenazah Bu Kiong. Dan cayhe juga mohon diri untuk berkelana sambil mencari informasi tentang rencana tokoh misterius itu. Lagipula, cayhe ini termasuk masih baru dan belum berpengalaman didunia kangouw, sekalian menimba pengalaman.
Baiklah kalau begitu. Harap kalian hati-hati karena bagaimanapun kepandaian dan kelicikan tokoh misterius itu jauh diatas kita. Bu Kiong yang berkepandaian hebat itu saja bisa kalah dalam seratus jurus. Benar-benar musuh yang berbahaya! Kalau ada informasi menarik harap kalian tidak segan mencariku di kota raja Beiping, kata Ban Su To Niocu.
Ketiga orang itu saling menghormat satu sama lain. Setelah itu Yelu Ceng kembali ke arah sungai tempat dia meninggalkan perahunya tadi, sedangkan Dian Long mengajak A Hu pergi sambil memapah jenazah Bu Kiong.
Tinggal Ban Su To Niocu yang menunggu Toan kongcu sambil memperhatikan Bu Dian Long pergi dan bergumam,Anak muda ini dalam dua atau tiga tahun kedepan pasti akan menggegerkan dunia persilatan. Dugaanku ini takkan mungkin meleset.
Ketika matahari hampir terbenam, Ban Su To Niocu beserta Toan kongcu telah pergi menuju ibu kota Beiping. Terlihat dipinggir hutan, tempat bekas pertempuran tadi berlangsung, tujuh orang gadis berlutut didepan mayat Tee-It Thian-Mo entah dengan perasaan sedih ataukah perasaan terbebas dari kekangan. Matahari senja yang kemerahan menyinari ketujuh gadis yang menggotong pergi mayat Tee-It Thian-Mo dan menjadi saksi atas kejadian awal dari peristiwa besar yang akan terjadi dua-tiga tahun di depan.
--------------------------------ooOoo-------------------------------------
TAMAT Pedang Pembunuh Naga 1 Perjodohan Busur Kumala Karya Liang Ie Shen Pendekar Kidal 7
^