Alap Alap Laut Kidul 5
Alap Alap Laut Kidul Seri Ke 3 Pecut Sakti Bajrakirana Karya Kho Ping Hoo Bagian 5
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
rumahmu dan kita tidak melakukan atau memikirkan hal-hal yang tidak baik. Mengapa harus malu dan khawatir akan pendapat orang lain?" Dia lalu membuka lagi buntalan pakaiannya dan mengeluarkan celan hitam dan memberikannya kepada Winarsih. "Nah, kau kenakan calana ini mbakyu agar engkau leluasa menunggang kuda."
Winarsih tersenyum, menerima celana itu dan pergi lagi ke balik semak-semak untuk mengenakan celana itu di balik sarungnya. Ia berterima kasih sekali kepada Aji yang demikian penuh pengertian. Setelah selesai mengenakan celana dan keluar, ia melihat Aji sudah mengambil pakaian yang tadi dijemur dan dimasukkan dalam buntalannya.
"Sekarang kita berangkat, mbakayu," kata Aji yang sudah menggendong buntalan pakaiannya. Dia lalu membantu Winarsih naik ke atas pelana kuda. Wanita itu duduk menghadap ke depan dan tentu saja merasa lebih enak dan lebih mudah daripada ketika ia menunggang kuda dengan duduk miring. Aji lalu melompat ke belakang wanita itu, menjaga jarak agar tubuhnya tidak berhimpitan dengan tubuh Winarsih.
Demikianlah dengan berboncengn seperti itu, Aji memegang kendali kuda dan perjalanan kini dapat dilakukan jauh lebih cepat. Semula Winarsih merasa rikuh juga dengan adanya seorang laki-laki duduk di belakangnya berdempetan.
Belum pernah ia begitu dekat dengan seorang pria kecuali dengan suaminya. Akan tetapi ia merasa lega ketika tidak merasa tubuh pemuda itu menghimpit tubuh belakang dan ia menjadi semakin kagum saja kepada pemuda itu. Seorang pemuda yang benar-benar sopan dan berhati bersih.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Ketika malam tiba. mereka memasuki dusun Dadapan.
Dusun di tepi Kali Bogawanta ini kecil, akan tetapi Winarsih pernah berkunjung ke dusun ini bersama suaminya dan ia mengenal Ki Wirobandi, kepala dusun itu. Maka ia mengajak Aji berkunjung ke rumah kepala dusun. Ki Wirobandi mengenal dan menghormati Ki Sumali sebagai seorang pendekar gagah perkasa. Maka, melihat Winarsih, dia mengenal istri pendekar itu dan menyambutnya dengan hormat.
Tadinya dia merasa heran melihat isteri Ki Sumali berboncengan dengan kuda bersama seorang pemuda tampan, akan tetapi setelah Winarsih memperkenalkan Lindu Aji sebagai seorang adiknya, diapun menyambut pemuda itu dengan ramah dan hormat. Mereka berdua dijamu makan malam dan bermalam di rumah kepala dusun itu. Pada keesokan harinya, pagi-pagi sekali, setelah dijamu sarapan pagi, mereka mengucapkan terima kasih kepada Ki Wirobandi dan keluarganya, berpamit dan melanjutkan perjalanan dan berboncengan kuda. Perjalanan dilakukan dengan cepat dan menjelang tengah hari mereka sudah tiba di luar dusun Loano.
"Kita berhenti di sini, dimas Aji." kata Winarsih. Aji menahan kudanya lalu melompat turun. Dia membantu Winarsih, memegang pinggangnya yang ramping dengan kedua tangannya lalu menurunkannya dari atas pelana kuda.
"Kenapa berhenti di sini, mbakayu?"
Winarsih memandang ke sekeliling. Kali Bogawanto berada di sebelah kiri dan sebelah kanan jalan itu tampak sawah luas membentang dan ada gubuk di sana sini.
"Kita sampai di luar dusun Loano. Itu dusunnya sudah tampak di depan." Ia menuding ke depan di mana tampak gerombolan pohon dan atap-atap rumah. "Semua penduduk
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
mengenalku dan aku merasa rikuh kalau mereka melihat kita berboncengan kuda. Juga pakaian ini memalukan, tentu akan menjadi buah tertawaan orang. Sebaiknya kalau aku berganti pakaianku yang kemarin."
Aji tak berkata apa-apa. Dia membuka buntalannya dan mengeluarkan pakaian Winarsih terdiri dari tapih (kain panjang) dan baju yang sudah robek di bagian pundak dan punggung.
"Masih agak lembab, belum kering benar, mbakayu."
katanya. Winarsih menerima pakaiannya. "Tidak mengapa. nanti kalau sampai di rumah aku berganti lagi pakaian kering." Ia mencari-cari dengan pandang matanya , kemudian menghampiri sebuah gubuk terdekat di persawahan itu untuk berganti pakaian. Aji diam saja, duduk di atas batu di tepi jalan, membelakangi gubuk itu. Kudanya dibiarkan makan rumput yang tumbuh di tepi jalan.
Tak lama kemudian dia mendengar suara Winarsih di belakangnya. "Ini kukembalikan pakaianmu, dimas aji. Terima kasih!"
Aji bangkit dan memutar tubuhnya. Winarsih sudah berdiri di depannya, berpakaian wanita, biarpun pakaiannya kusut dan rambutnya awut-awutan, namun ia tampak ayu manis.
Pada saat itu, tiba-tiba terdengar suara melengking-lengking, merdu sekali namun suara suling yang mendayu-dayu itu mengandung suara yang membayangkan kemarahan.
hal ini terasa benar oleh Aji yang juga pandai meniup dan memainkan suling. Dia tahu bahwa peniup suling itu biasanya
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
untuk mengiringi tembang orang yang sedang marah dan menantang!
Mendengar suling itu, Winarsih membelalakkan matanya, memutar tubuh menghadapi arah dari mana datangnya suara itu, melihat sebuah gubuk ditengah sawah agak jauh dari situ, lalu ia berseru "Dia di sana ...... !"
kemudian lari ke arah gubuk itu.
Aji tak tahu siapa yang dimaksudkan Winarsih. Karena khawatir kalau keselamatan wanita itu terancam, maka dia lalu mengikutinya dari belakang.
Setelah tiba di depan gubuk, Aji melihat bahwa peniup suling itu seorang laki-laki yang sedang duduk bersila dipanggung gubuk itu. seorang laki-laki berusia lima puluh empat tahun, rambutnya sudah bercampur banyak uban, mengenakan kain pengikat kepala bewarna biru, pakaiannya sederhana namun bersih dan rapi, bercelana hitam sebatas lutut, bajunya lurik berlengan panjang, sarungnya dilibatkan di pundak dan sebatang gagang keris tampak terselip di pinggangnya. Orang ini bertubuh sedang namun masih tampak tegap. Wajahnya yang setengah tua itu masih ganteng dan gagah. Kedua tangannya memegang sebatang suling bambu yang sedang ditiup dan dimainkannya, dan dia duduk bersila dengan tubuh tegak.
"Kakang ...... !" Aji melihat Winarsih berseru dan wanita itu berlari menghampiri panggung gubug, tangannya dijulurkan hendak menyentuh pria itu. Akan tetapi tiba-tiba pria itu menghentikan tiupan sulingnya dan sekali tangan kirinya bergerak seperti mendorong, ada angin keras menyambar dan tubuh Winarsih terpental ke belakang! Ia tentu
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
akan terjengkang roboh kalau saja Aji tidak cepat bergerak dan menahan dengan kedua tangan menangkap pundak Winarsih.
"Jangan sentuh aku!" Pria itu membentak sambil menudingkan telunjuk kirinya ke arah muka Winarsih. "Jangan kotori aku dengan tubuhnu yang ternoda dan hina!"
Mendengar ucapan ini, seperti lemas kaki Winarsih dan ia terkulai, menjatuhkan dirinya berlutut di atas tanah sawah depan gubuk, air matanya bercucuran lalu berkata di antara isak tangisnya. "Kakang ...... engkau kenapakah, kakang" Apa
...... apa dosaku kepadamu?"
Pria itu tersenyum mengejek dan pandang matanya yang tajam membayangkan kejijikan. "Engkau masih berpura-pura menanyakan dosamu, perempuan tak tahu malu" Engkau pergi dua hari satu malam tanpa pamit. Kucari ke mana-mana tidak ada, tanpa meninggalkan jejak dan sekarang engkau muncul bersama seorang pemuda tampan, menunggang kuda berboncengan, berhimpitan, bahkan mengenakan pakaian pria, tentu milik pemuda itu. Baru ganti pakaian setelah tiba di sini.
Aku melihat semua itu dan kini engkau masih bertanya tentang apa dosamu?"
Ketika tadi melihat pria itu, Aji menduga-duga siapa gerangan dia. baru dia dapat menduga bahwa pria itu tentu suami Winarsih ketika ia menyebut kakang kepada pria tua itu.
tentu pria inilah yang bernama Ki Sumali, pendekar itu. Dari dorongan jarak jauh yang membuat Winarsih terpental tadi saja dia tahu bahwa pria itu memiliki tenaga sakti yang kuat.
Mendengar betapa pria itu mencaci maki Winarsih, Aji menjadi penasaran dan cepat berkata.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Paman, mbakayu Winarsih sama sekali tidak bersalah!
Sama sekali tidak kotor ternoda seperti dugaan paman! Paman keterlaluan, mabok cemburu!"
Ki Sumali melotot ketika mendengar ucapan itu dan dia memandang wajah pemuda itu dengan tajam. kemudian tiba-tiba tubuhnya yang tadinya duduk bersila itu melompat dan bagaikan seekor burung tahu-tahu dua sudah berdiri di depan Aji.
"Keparat! Dengan usia muda dan ketampananmu engkau berani menggoda isteri orang dan sekarang masih berani membuka suara seperti itu" Orang semacam engkau ini tidak patut hidup!" Setelah berkata demikian, tangan kanannya bergerak ke arah kepala Aji. Aji maklum betapa dahsyat dan berbahaya serangan ini, maka diapun mengerahkan tenaga dan menggerakkan tangan kiri untuk mengangkis.
"Wuuttt ...... dukkkk!" Dua tenaga sakti yang amat kuat bertemu melalui kedua lengan itu dan akibatnya Aji merasakan getaran hebat mengguncangkannya, akan tetapi Ki Sumali terhuyung ke belakang sampai tiga langkah. Pria itu terbelalak kaget.
"Babo-babo, kiranya engkau seorang yang digdaya juga. Bagus! Kalau begitu, mari kita selesaikan pertentangan ini di hutan sebelah timur itu!"
"Kakang ...... ! Dengarlah dulu keteranganku. Aku diculik orang dan adimas Lindu Aji ini yang menolongku ...... "
"Tutup mulutmu!" Ki Sumali memotong. "Tiada gunanya semua alasan yang kau cari-cari itu. Aku takkan percaya! Orang muda, pantang bagi orang gagah untuk berkelahi di depan wanita dan memperebutkannya. Demi membela kehormatan, aku tantang engkau untuk mengadu
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
tebalnya kulit kerasnya tulang di hutan sana. Kalau engkau tidak berani, berarti engkau seorang pengecut besar dan aku pasti akan mencarimu dan membunuhmu!" Setelah berkata demikian, Ki Sumali sudah melompat dan lari menuju hutan yang berada di ujung persawahan sebelah timur, tidak perduli akan jerit tangis Winarsih.
Mendengar ucapan itu, Aji merasa tersinggung kehormatannya. Selain harus mempertahankan kehormatannya, juga dia merasa berkewajiban untuk menyadarkan pemarah itu dan membela Winarsih agar nama wanita itu kembali bersih dan suaminya menyadari kekeliruannya. Maka, diapun pergi ke jalan, meloncat ke atas punggung kudanya dan mengejar Ki Sumali yang sudah berlari cepat sekali ke hutan.
Setelah tiba di dalam hutan, Aji melihat Ki Sumali sudah berdiri sambil memegang suling bambunya dengan tangan kanan, sedangkan tangan kirinya bertolak pinggang.
Wajahnya yang gagah itu tampak kemerahan. Aji melompat turun dari punggung kudanya, dengan tenang menambatkan kendali kuda pada sebatang pohon kemudian menghampiri kakek itu. Mereka kini berdiri saling berhadapan, hanya disaksikan pohon-pohon yang tumbuh di sekitar tempat itu.
Dengan sikap tenang Aji berkata, "Paman Sumali, kita baru saja saling berjumpa dan diantara kita tidak ada permusuhan apapun. Akan tetapi mengapa paman memusuhi aku?"
"Hemmm, orang muda, Siapa namamu tadi?"
"Lindu Aji"
"Ya, Lindu Aji. Aku memusuhimu bukan sekali-kali untuk memperebutkan wanita, melainkan untuk membela kehormatanku yang sudah kau injak-injak. Engkau
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
mengandalkan ketampanan dan kedigdayaanmu untuk merusak pagar ayu (melanggar kesusilaan), berarti mencoreng arang di mukaku dan menginjak-injak kehormatanku. Karena itu, sebagai orang-orang yang menghargai kegagahan, engkau atau aku yang harus mati!"
"nanti dulu, Paman Sumali. Sabar dan tenanglah, dengarkan dulu penjelasanku. Isterimu diculik penjahat. Aku hanya membebaskannya dari tangan orang-orang jahat kemudian mengantarkannya pulang. sama sekali kami tidak melakukan hal-hal yang melanggar kesusilaan."
"Cukup! Ia mengenakan pakaianmu, ia berboncengan kuda denganmu, kalian tampak begitu akrab dan mesra. Semua itu kulihat sendiri! Aku belum buta untuk dapat melihat bahwa kalian berdua saling menyukai! Engkau masih berani menyangkal bahwa engkau suka dan mencinta Winarsih?"
"Tidak kusangkal bahwa aku kagum dan suka kepada mbakayu Winarsih! Akan tetapi itu bukan berarti bahwa aku mencintanya dan bahwa kami telah melakukan hal-hal yang tidak patut. Aku bukan seorang laki-laki yang suka menggoda isteri orang lain! Kalau aku suka kepadanya karena ia seorang wanita yang bijaksana dan baik budi dan kalau ia suka kepadaku karena aku telah menyelamatkannya dan bersikap sopan kepadanya, apakah itu salah" Pikiranmu sudah dikotori bayangan nafsu, Paman Sumali, sehingga engkau membayangkan yang bukan-bukan. Rasa suka, bahkan cinta sekalipun, tidak selalu harus dikotori dengan perjinahan ulah nafsu!" Panas juga rasa hati Aji karena dia dituduh sebagai perusak pagar ayu.
"Engkau boleh mengoceh apapun, akan tetapi mataku tidak buta. Winarsih pasti jatuh hati kepadamu dan hal itu apa
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
anehnya" Engkau masih muda, tampan, dan pandai mengambil hati. sedangkan aku ...... "
"Paman, kiranya tuduhanmu itu timbul dari rasa rendah dirimu! Engkau merasa sudah tua dan sebagainya! Sungguh engkau keliru, paman. Aku merasa yakin bahwa mbakayu Winarsih adalah seorang isteri yang mencinta suaminya, seorang isteri yang setia ...... "
"Cukup! Katakan saja engkau takut dan aku akan membunuhmu sebagai seorang perusak pagar ayu yang berjiwa pengecut!"
Marahlah Aji mendengar ini. "Dan engkau seorang laki-laki yang keras kepala, ingin benar dan menang sendiri, seorang suami yang sudah menjadi buta karena cemburu yang tak berdasar. Bodoh dan tolol, percuma saja menganggap diri sebagai seorang pendekar!"
"Bagus kalau engkau berani melawanku. nah, sambut seranganku ini!"
Ki Sumali lalu menyerang dengan sulingnya. Biarpun senjata itu hanya sebatang suling bambu, akan tetapi ditangan seorang sakti dapat menjadi senjata yang ampuh dan berbahaya sekali. Ketika suling itu digerakkan untuk memukul ke arah kepala Aji dan menyambar, terdengar suara melengking seolah suling itu ditiup!
Akan tetapi Aji sudah waspada. Dia maklum bahwa orang ini memiliki kesaktian dan dia tahu benar betapa dahsyat dan berbahayanya serangan suling itu. Maka diapun cepat bergerak seperti kera, memainkan ilmu silat Wanara Sakti dan dengan mudahnya dia mengelak dari serangkaian serangan suling yang berisi tujuh kali serangan bertubi-tubi itu. Ki Sumali terkejut juga melihat betapa serangkai serangannya itu
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
dengan mudah dapat dielakkan oleh lawannya yang masih begitu muda. Padahal, serangkai serangan itu merupakan serangan andalannya dan jarang ada lawan mampu mengelak secara berturut-turut tujuh kali. Diam-diam dia berkemak kemik membaca manteram, tiba-tiba dia mendorongkan tangan kirinya ke depan dan mulutnya mengeluarkan pekik melengking Lengkingan suara itu mengandung getaran yang amat dahsyat, membuat jantung Aji seperti diguncang dan dari telapak tangan kiri yang didorongkan itu keluar asap hitam yang panas! Inilah Aji Jerit Bairawa, semacam pekik ditambah serangan asap hitam yang mengandung tenaga sihir yang amat berbahaya. Jerit mengerikan itu dapat memecahkan jantung dan asap hitam itupun dapat membakar tubuh lawan!
Aji dapat menduga penyerangan semacam apa yang mengancam dirinya. Serangan itu mengandung dua macam kekuatan. Kekuatan sihir terkandung dalam pekik dahsyat itu yang dapat menyerang jantung dan melumpuhkan lawan, sedangkan serangan tangan kiri mengandung tenaga sakti yang amat kuat. Maka diapun mengerahkan tenaga saktinya dan tiba-tiba dia berjongkok, kedua tangannya menyentuh tanah sambil menggebrak tanah dia mengeluarkan bentakan nyaring.
Dia telah mengerahkan tenaga Surya Candra dan mengeluarkan Aji Guruh Bumi yang dahsyat.
Dua kekuatan dahsyat bertemu di udara dan akibatnya, Ki Sumali kembali terhuyung! Wajahnya berubah pucat, sama sekali tidak mengira bahwa pemuda itu mampu melawan ilmunya sehebat itu. Saking merasa penasaran, dia menjadi marah dan sambil menggereng kembali dia melompat dan menerjang Aji dengan sulingnya! Akan tetapi sekali ini Aji tidak hanya mengandalkan kelincahan gerakan ilmu silat
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Wanara Sakti untuk mengelak, melainkan untuk balas menyerang. Terjadilah pertempuran yang amat seru. Aji harus mengakui bahwa lawannya memang hebat, memiliki ilmu silat aneh yang dimainkan dengan senjata suling, yang dapat mengimbangi ilmu silatnya Wanara sakti. Di lain pihak, Ki Sumali juga terheran-heran. Belum pernah dia bertemu tanding seorang yang masih begini muda namun memiliki kepandaian yang demikian tinggi. Mereka saling serang, balas membalas.
Hanya bedanya, kalau Aji hanya menyerang untuk merobohkan lawan tanpa membunuhnya, sebaliknya Ki Sumali menyerang dengan jurus-jurus maut! Puluhan jurus lewat dan pertandingan itu masih berlangsung seru.
Tiba- tiba Winarsih datang berlari-
lari. Wanita ini merasa khawatir sekali melihat suaminya dan Aji pergi ke hutan itu. Ia lalu melakukan pengejaran dan ketika tiba
di dalam hutan itu ia melihat suaminya sedang berkelahi mati-matian dengan Aji. Cepat ia nekat memasuki arena perkelahian dan
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
mencabut sebatang pisau belati yang tadi diambilnya dari rumah sebelum mengejar ke hutan.
"Kalian berhenti atau aku akan membunuh diri!"
Teriakan ini mengejutkan hati Aji dan cepat ia melompat ke belakang sehingga Ki Sumali terpaksa menghentikan gerakannya juga. Dia sudah mandi keringat sendiri dan pernapasannya agak terengah.
"Kakang Sumali, engkau telah menuduhku secara keji sekali. Aku adalah isterimu yang sudah beberapa tahun mendapat bimbinganmu sehingga aku mengerti tentang harga diri seorang wanita! Harga diri seorang isteri adalah kesetiaannya terhadap suami. Aku bersumpah bahwa aku tetap setia kepada suamiku. Biarlah aku dikutuk para dewa kalau aku melanggar kesetiaanku dan bertindak jina dengan pria lain!
Kakang Sumali, engkau boleh saja menuduh aku sesat, akan tetapi engkau berdosa besar sekali kalau kau menuduh adimas Aji. Dia telah menyelamatkan aku, aku berhutang budi dan nyawa kepadanya, dan apa balasanmu" Engkau malah hendak membunuhnya! Kalau dia mati di tanganmu, kakang, aku akan membunuh diri untuk menebus dosamu kepadanya. Adimas Aji, jangan lanjutkan perkelahian ini. Kalau sampai Kakang sumali tewas dalam perkelahian ini, apa gunanya aku hidup"
Hanya dia seorang gantungan hidupku, kebahagiaanku, dan hanya dialah pria yang kucinta. Maka kalau dia tewas, aku akan membunuh diri pula!" Setelah berkata demikian, Winarsih mengancam dengan menempelkan ujung belati di dadanya dan menangis sesenggukan.
"Paman Sumali, apakah engkau belum insaf betapa setia dan besar cinta kasih isterimu kepadamu" Apakah engkau belum juga mau mendengar penjelasanku?" Tanya Aji dengan
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
alis berkerut merasa iba kepada Winarsih dan merasa gemas kepada Ki Sumali.
Ki Sumali memandang kepada Winarsih dengan alis berkerut, lalu memandang kepada Aji. Terbayang lagi dalam ingatannya keika ia melihat istrinya itu duduk berhimpitan dengan pemuda itu, berboncengan di atas punggung seekor kuda. Teringat betapa pemuda itu membantu Winarsih turun dari kuda dengan mengangkatnya pada pinggangnya, lalu betapa isterinya bertukar pakaian dalam sebuah gubuk, dan sikap dan pandang mata dari kedua orang muda itu ketika saling bicara dan berhadapan. Cemburu merupakan api yang berkobar membakar segalanya, merupakan racun yang menggerogoti hati, mengacaukan pertimbangan akal dan menggelapkan pandangan. Ki Sumali menghela napas panjang, menyelipkan suling di pinggangnya. Akan tetapi ketika Aji dan Winarsih sudah merasa lega melihat gerakan Ki Sumali ini, mereka dikejutkan ketika tiba-tiba tangan kanan Ki Sumali menghunus kerisnya! Keris itu berluk Sembilan dan bentuknya seperti ular, warnanya hitam legam. Itulah keris pusaka Sarpo Langking (Ular Hitam) yang mengandung bisa amat mematikan!
"Hayo, Lindu Aji, jangan kepalang tanggung. engkau atau aku yang harus mati!" kata ki Sumali.
Aji menjadi marah sekali. Bukan main kerasnya hati orang ini! Sungguh buta mata batinnya, tidak tahu memiliki isteri yang demikian setia dan mencinta! Orang macam ini harus diberi pelajaran keras. Akan tetapi keris pusaka yang dipegangnya itu tampak ampuh dan berbahaya sekali. Maka diapun segera menghampiri buntalan pakaiannya, membukanya dan mencabut keris pusaka Kyai Nagawelang pemberian
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Sultan Agung untuk menandingi keris hitam di tangan lawannya.
"Kalau itu kehendakmu, Paman Sumali, aku hanya ingin melayanimu!" kata Aji.
Akan tetapi tiba-tiba Ki Sumali membelalakkan matanya memandang ke arah keris Kyai Nagawelang yang berada di tangan Aji. Suaranya terdengar gemetar ketika dia berkata lirih, " ...... pusaka itu ...... luk tiga belas berkepala naga terhias jamang ...... berlapis emas ...... ahhh ...... bukankah itu Kyai Nagawelang" Keris pusaka Mataram buatan Paman Empu Supa?"
Aji merasa heran akan perubahan sikap Ki Sumali yang tiba-tiba tampak jinak dan tenang, juga memandang keris pusakanya dengan sikap hormat.
"Benar sekali, paman. Pusakaku ini adalah Kyai Nagawelang."
"Akan tetapi ...... pusaka itu milik Gusti Sultan agung!
Bagaimana bisa berada di tanganmu?" tanyanya sambil memandang kepada Aji dengan sinar mata penuh selidik.
"Aku menerimanya sebagai anugerah dari Gusti Sultan, sebagai tanda bahwa aku adalah utusan beliau yang mendapatkan kekuasaan." jawab Aji sejujurnya.
Tiba-tiba Ki Sumali menekuk lututnya dan menyembah kepada Aji!
"Mohon beribu ampun, Raden. Saya tidak tahu bahwa Raden adalah utusan Gusti Sultan yang diberi kekuasaan memiliki Kyai Nagawelang! Saya berdosa besar telah tidak percaya kepada Raden!"
Aji tersenyum dan tahulah dia bahwa orang ini, betapapun keras hatinya, ternyata adalah seorang yang setia
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
dan menghormati Sultan Agung sebagai junjungannya. Dia cepat membungkuk, memegang kedua pangkal lengan Ki Sumali, mengangkatnya dan berkata, "Ah, Paman Sumali, aku hanya seorang utusan, harap jangan menghormati aku secara berlebihan. Bersikaplah wajar saja dan jangan sebut aku raden agar kita dapat bicara dengan leluasa tanpa rikuh rikuh." Diam-diam Aji mengerahkan tenaga saktinya, Ki Sumali dapat merasakan getaran kuat melalui telapak tangan pemuda itu yang memegang kedua bahunya. Sekali lagi mereka ingin saling menguji dan dia mengerahkan aji kesaktiannya membuat tubuhnya menjadi berat sekali. Akan tetapi tetap saja tubuh atasnya terangkat dan dia terpaksa berdiri. Dia memandang wajah pemuda itu penuh kagum dan kini wajahnya cerah berseri dan mulutnya menyungging senyuman.
"Anakmas Aji, kini aku tidak merasa heran mengapa Gusti sultan Agung mengangkat engkau menjadi utusan dengan membekali Keris Pusaka Kyai Nagawelang sebagai tanda pengenal. Nah, sekarang ceritakanlah, anakmas, apa yang sesungguhnya terjadi dengan istriku Winarsih?"
"Isterimu Mbakayu winarsih, tadi telah berkata sebenarnya. Ia diculik orang dan dilarikan dari Loano dengan menggunakan perahu menuju ke hilir. Aku yang sedang melakukan perjalanan berkelana melihat ia dengan dua orang laki-laki penculiknya. Aku hendak dirampok oleh anak buah orang itu, bahkan yang seorang juga ikut mengeroyok. Setelah merobohkan lima orang yang mengeroyokku, aku lalu terjun ke air dan mengejar perahu yang didayung seorang pemimpin perampok dan yang melarikan Mbakayu Winarsih. Aku berhasil menyusul dan mengalahkan pemimpin perampok itu setelah berkelahi didalam air. Akan tetapi perahu itu dia
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
gulingkan. Untung Mbakayu Winarsih belum sampai hanyut.
Aku menolongnya dan membawanya berenang ke tepi sungai.
Nah, karena kami basah kuyup, untuk mencegah ia masuk angin, aku lalu meminjamkan seperangkat pakaian untuk ia pakai sebagai pengganti pakaiannya yang basah kuyup.
Kemudian aku mengantar ia pulang ke Loano. Karena perjalanan cukup jauh dan Mbakayu Winarsih ingin sekali segera dapat pulang dan bertemu denganmu, maka kami lalu berboncengan di atas kuda. percayalah, paman, aku cukup menghayati aturan tata susila yang pernah diajarkan mendiang bapa dan eyang guruku dan Mbakayu Winarsih adalah seorang wanita yang bersusila, baik budi dan setia kepada suami sehingga biarpun kami berboncengan, akan tetapi kami saling menjaga sehingga kami tidak berhimpitan. Karena itu tuduhanmu tadi terhadap isterimu sungguh tidak pantas dan amat menyakiti hati Mbakayu Winarsih yang kesetiaan dan kasih sayangnya kepadamu murni dan bersih."
Ki Sumali mengerutkan alisnya, matanya menunjukkan penyesalan besar ketika dia memandang kepada Winarsih yang masih bersimpuh di atas tanah dan menangis tersedu-sedu.
Wanita itu masih menggenggam gagang pisau belati dan mendengar pembelaan Aji, hatinya terasa perih seperti disayat-sayat sehingga tangisnya semakin mengguguk.
"Aduh, diajeng Winarsih ...... !" Ki Sumali berlutut dan merangkul isterinya. "Maafkan aku, diajeng. Mataku seperti buta, telingaku seperti tuli sehingga aku tega menotori kesucianmu dengan tuduhan-tuduhan keji! Sudah sepatutnya kalau engkau tanamkan cundrik (belati) itu kedadaku, diajeng
...... !" TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Kakang Sumali ...... !" Winarsih melepaskan belatinya dan iapun menangis dalam dekapan suaminya. Kedua orang suami isteri itu bertangisan dan pada saat itu terasa benar oleh mereka betapa mereka itu sesungguhnya saling mencinta. Aji melangkah mundur dan mengalihkan pandangan sambil tersenyum. Hatinya girang bukan main melihat sepasang suami isteri itu telah rukun kembali. Betapa bahagianya seorang pria seperti Ki Sumali yang sudah tua itu memiliki seorang isteri seperti Winarsih yang masih muda, ayu manis dan baik budi penuh kasih sayang pula! Diam-diam dia mengharapkan agar kelak dia dapat memperoleh jodoh seorang wanita seperti ini!
Setelah keharuan mereka agak mereda, Ki Sumali merangkul isterinya dan diajak bangkit berdiri. "Ah, benar seperti yang dikatakan anak mas Aji tadi. Aku telah mabok, bahkan gila karena cemburu buta. Akan tetapi, anakmas Aji, dapatkah perasaan cemburu itu dihilangkan dari hati yang lemah ini" Aku jauh lebih tua dari diajeng Winarsih, bahkan ia sepantasnya kalau menjadi anakku. Bagaimana perasaan cemburu tidak akan menggoda hatiku kalau ia bertemu dengan pria lain yang jauh lebih muda dan tampan dariku?" Ki Sumali bertanya sambil memandang wajah Aji.
Pemuda itu tersenyum. Dia adalah seorang pemuda yang sama sekali belum mempunyai pengalaman tentang cinta dan cemburu. Akan tetapi dia sudah memiliki dasar pengertian yang luas tentang kehidupan. Dari mendiang Ki Tejobudi dia mendapat gemblengan batin dan diperkenalkan dengan nafsu-nafsu daya rendah dan segala macam ulahnya yang selalu mencoba untuk menguasai manusia.
"Paman Sumali, sesungguhnya saya pribadi belum pernah merasakan apa yang dinamakan cinta terhadap wanita
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
dan bagaimana rasanya cemburu itu. Akan tetapi saya dapat menduga dan membayangkan. Paman, kalau saya tidak salah, cemburu timbul karena ketidak percayaan. Adalah keliru sekali kalau paman tidak percaya kepada Mbakayu Winarsih. Ia seorang wanita dan isteri yang kiranya sukar paman dapatkan keduanya di jagad ini. Berilah kepercayaan sepenuhnya kepadanya, paman, percaya dengan penuh keyakinan bahwa ia tidak akan sudi melakukan penyelewengan. Kepercayaan penuh keyakinan itu pasti akan mampu melenyapkan racun cemburu yang mengeram di dalam hati paman."
"Apa yang dikatakan dimas Aji itu tepat dan benar sekali. Kakang Sumali. Hal itu telah terbukti dalam hatiku. Aku percaya dengan penuh keyakinan bahwa engkau tidak akan menyeleweng dngan wanita lain dan selama ini aku tidak pernah merasa cemburu kepadamu, kakang, biarpun aku tahu bahwa engkau amat terkenal di Loano dan banyak wanita terkagum-kagum kepadamu."
Ki Sumali mengangguk-angguk dan memandang
kepada Aji dengan pandang mata penuh kagum. "Anakmas Aji, sungguh tak kusangka engkau yang semuda ini memiliki pandangan seluas itu. Akan tetapi, kiranya tidak dapat disangkal bahwa seorang pemuda setampan dan segagah engkau tentu mempunyai daya tarik kuat bagi wanita dan aku dapat merasakan bahwa isteriku tentu kagum dan suka kepadamu." Ucapan ini sama sekali tidak mengandung amarah atau curiga, membuktikan bahwa dia tidak lagi dipengaruhi cemburu.
"Suka dan tertarik kepada orang lain, apalagi yang berlawanan jenis, merupakan hal yang wajar, paman. Akupun mengaku bahwa aku tertarik, suka dan kagum kepada Mbakyu
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Winarsih, seperti aku akan kagum terhadap seseorang atau sesuatu yang indah, baik dan menarik perhatian menimbulkan kagum. Mungkin saja Mbakyu Winarsih suka dan kagum kepadaku karena aku telah menyelamatkannya dari tangan orang-orang jahat. Apa salahnya dengan rasa kagum dan suka itu, paman" Kita adalah manusia, mahluk beradab yang dibatasi oleh tata susila dan tata hukum. Rasa kagum dan suka kita itu terbatas oleh kesusilaan dan hukum, tidak mendorong kita untuk memiliki apa yang kita kagumi dan sukai, apalagi kalau yang kita sukai dan kagumi itu telah menjadi milik orang lain. Kalau aku kagum melihat bunga yang indah dan timbul rasa suka, bukan berarti aku ingin memetik dan memilikinya, apalagi kalau bunga itu menjadi milik orang lain. Bukan rasa suka dan kagum, melainkan nafsu binatanglah yang mendorong orang melakukan penyelewengan. Coba paman renungkan lalu jawab dengan sejujurnya. Apakah paman tidak akan tertarik melihat wanita lain yang cantik, pandai, bijaksana dan memiliki sifat-sifat baik lain yang mengagumkan" Apakah paman tidak akan menjadi kagum dan suka?"
Ki Sumali memejamkan kedua matanya, mengerutkan alisnya, lalu tersenyum dan mengangguk-angguk.
"Nah, itu jujur namanya. Laki-laki melihat wanita cantik menarik menjadi kagum dan suka atau sebaliknya wanita melihat pria tampan menarik menjadi kagum dan suka adalah suatu perasaan yang wajar dan sama sekali tidak perlu menjadikan malu. Kalau ada pria atau wanita mengaku bahwa dia tidak tertarik melihat lawan jenisnya yang mengagumkan, maka dia itu berbohong atau tidak normal. Suka dan kagum bukan berarti lalu menuruti nafsu dan menyeleweng. Semua itu tergantung pada pribudi manusianya, paman. siapa sih yang
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
tidak akan tertarik melihat sesuatu, baik manusia atau benda, yang indah mengagumkan?"
Ki Sumali tersenyum lebar, senyum lega dan menandakan bahwa hatinya terbuka dan pandang matanya kepada isterinya penuh kasih sayang dan pengertian.
Betapapun juga, dia masih belum puas akan kebenaran yang telah dilihatnya, mengingat apa yang dialami dan dilihatnya dalam kehidupan sehari-hari dalam masyarakat.
"Akan tetapi, anakmas Aji. Dalam pergaulan hidup bermasyarakat, orang condong mengatakan bahwa kalau orang mudah tertarik melihat wanita cantik, dia disebut sebagai mata keranjang. Bagaimana ini?"
"Aku juga mendengar akan sesuatu itu, paman. Kukira sebutan itu hanya patut diberikan kepada seorang pria yang menjadi budak dari nafsu berahinya sendiri. Kalau seorang pria suka dan kagum melihat wanita yang menarik, lalu menyimpan rasa suka dan kagum itu dalam hati maka hal itu adalah wajar saja. Akan tetapi kalau rasa suka dan kagum itu lalu menimbulkan nafsu berahi dan mendorongnya untuk melakukan usaha untuk mendapatkan wanita itu sebagai pelampiasan nafsunya, maka pria seperti itulah yang pantas disebut mata keranjang. demikian pula kebalikannya dengan wanita. bukankah kaupikir demikian, paman?"
Kembali Ki Sumali mengangguk-angguk. "Sungguh heran! Aku, laki-laki berusia lima puluh empat tahun yang banyak pengalaman, mendengarkan kebenaran ini keluar dari mulut seorang pemuda remaja seperti engkau, Anakmas Aji."
"Kakang Sumali dan Dimas Aji, kalian ini bagaimana sih" Bercakap-cakap di tengah hutan. Kakang, apakah tidak sebaiknya kalau kita undang Adimas Aji berkunjung ke rumah
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
kita di mana kalian dapat bercakap-cakap lebih leluasa dan enak?"
"Ah, engkau benar sekali, diajeng! Aku masih ingin bercakap-cakap lebih banyak dengan Anakmas Aji. Mari, anakmas, kami persilakan anakmas berkunjung ke gubuk kami.
Perkenalan ini harus dipererat!"
Aji tidak dapat menolak. Mereka bertiga keluar dari hutan. Winarsih dibantu suaminya naik ke atas punggung kuda dan dua orang pria itu berjalan kaki.
-o0-dwkz~budi-0o-
Rumah Ki Sumali cukup besar bagi keluarga yang belum mempunyai anak itu. Yang tinggal di situ hanaya mereka berdua, seorang pelayan wanita setengah tua dan seorang pelayan pria juga mengurus kebun mereka.
Hari telah menjelang senja ketika mereka tiba di rumah Ki Sumali. Aji dipersilakan mandi. Setelah mereka semua mandi dan menikmati hidangan makan malam, Ki Sumali dan Winarsih lalu mengajak Aji bercakap-cakap di ruangan dalam.
Aji sudah dibujuk suami isteri itu untuk menginap di rumah mereka dan pemuda itu tidak dapat menolak keramahan mereka.
"Nah, sekarang kita dapat mengobrol dengan enak.
Akan tetapi sebelum kita bicara, aku ingin sekali mengenalmu lebih baik lagi dan mengetahui banyak tentang dirimu. anak mas Lindu Aji, kami hanya mengetahui bahwa engkau adalah seorang pemuda yang sakti mandraguna, berbudi mulia dan sebegini muda telah menjadi kepercayaan Gusti Sultan Agung sehingga diberi Pusaka Kyai Nagawelang. Akan tetapi kami tidak mengetahui siapa sebenarnya engkau, anak mas, dari
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
mana asalmu, siapa orang tuamu dan siapa pula gurumu yang mulia" Maukah engkau menceritakannya kepada kami?"
"Saya anak dusun, hidup bersama ibu yang telah menjadi janda di pantai Laut Kidul, dusun Gampingan. Guru saya juga sudah meninggal dunia, nama mendiang guru saya Ki Tejobudi. Pada suatu hari, secara kebetulan saya bertemu dengan Gusti Puteri Wandansari yang berkelahi dengan orang-orang jahat yang sakti mandraguna. Setelah saya mengetahui bahwa wanita itu adalah Sang Puteri yang namanya sudah saya dengar, saya langsung membantunya dan akhirnya orang-orang jahat itu dapat dikalahkan. Gusti Puteri Ratu Wandansari mengajak saya menghadap Gusti Sultan Agung dan saya dianugerahi pusaka ini, paman." keterangan Aji itu singkat saja karena memang dia tidak ingin banyak bercerita tentang dirinya. akan tetapi agaknya keterangan itu, terutama sekali mendengar bahwa Aji pernah membantu Ratu Wandansari dan menghadap Sultan Agung, membuat Ki Sumali tampak bersemangat dan gembira.
"Sungguh pertemuanku dengan engkau ini merupakan berkah dari Gusti Allah, anak mas Aji! Bukan saja engkau telah menyelamatkan isteriku dari bencana, akan tetapi agaknya Gusti Allah mengirim engkau datang untuk membantu aku menghadapi musuh-musuhku, Kuharap engkau tidak menolak kalau aku minta bantuanmu untuk menghadapi musuh-musuhku, anak mas Aji."
Aji mengerutkan keningnya. "Paman, maafkan aku.
Kalau paman mempunyai musuh-musuh, aku tidak dapat mencampuri. Aku tidak tahu, siapa musuh paman itu dan apa urusannya dengan paman. Bagaimana aku dapat mencampuri
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
urusan pribadi paman dan ikut-ikut memusuhi orang-orang yang aku tidak mengenalnya sama sekali?"
"Ha-ha-ha, aku mengerti apa yang kau pikirkan, anak mas Aji. Aku tidak menyalahkanmu. Memang sudah sepatutnya kalau engkau meragu dan menolak permintaan bantuanku karena engkau tidak mengenal siapa musuh-musuhku dan apa kesalahan mereka. Engkau tentu tidak mau salah tindak dan memusuhi orang-orang yang tidak berdosa.
Baiklah kuceritakan persoalannya dan setelah engkau mendengar ceritaku, baru engkau boleh memutuskan apakah engkau mau membantuku menhadapi mereka atau tidak." Ki Sumali lalu bercerita, didengarkan dengan penuh perhatian oleh Lindu Aji.
Ki Sumali adalah penduduk asli Loano dan sejak dilahirkan dia tinggal di Loano. Akan tetapi sejak mula dia suka berkelana dan mempelajari ilmu-ilmu kanuragan sehingga dia terkenal sebagai pendekar Loano yang disegani dan dohormati banyak orang. Dia selalu menolong yang lemah dan menentang yang jahat. Ketika Loano pada suatu ketika diserbu bajak sungai, Ki Sumali seorang diri membela dan mengamuk, menewaskan banyak anggauta gerombolan bajak dan perampok. Dalam peristiwa itu dia menyelamatkan seorang perawan dusun yang diculik gerombolan. Perawan itu adalah Winarsih yang ketika itu berusia delapan belas tahun. Sejak itu nama Ki Sumali menjadi makin terkenal. dan yang merupakan hadiah terbesar bagi Ki Sumali adalah Winarsih yang jatuh cinta kepadanya karena pertolongan itu. Winarsih yang berusia delapan belas tahun itu dengan suka rela dan senang hati menjadi isterinya padahal waktu itu usianya sudah lima puluh satu tahun. Ki Sumali yang tadinya seorang perjaka tua itu
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
menikmati kebahagiaan berumah tangga dengan isterinya tersayang.
Ki Sumali yang namanya terkenal itu masih juga belum puas dengan ilmu kanuragan yang telah dikuasainya. Dia masih ingin memperdalam ilmunya. Untuk ini dia mengadakan hubungan dengan orang-orang yang memiliki kedigdayaan untuk bertukar pikiran dan menambah pengalaman. Satu di antara kenalannya adalah Aki Somad, seorang pertapa yang sakti mandraguna dan berdiam di Nusa Kambangan.
Perkenalannya dengan Aki Somad yang berusia enam puluh tahun itu memperkaya ilmu kanuragan yang dimiliki Ki Sumali. Biarpun mereka bersahabat, namun karena banyak yang dipelajarinya dari Aki Somad, maka Ki Sumali menganggap Aki Somad seperti seorang gurunya.
Akan tetapi persahabatan itu menjadi agak renggang, atau lebih tepat lagi, Ki Sumali yang sengaja menjauhkan diri setelah melihat betapa Aki Somad menjalin hubungan dengan Gerombolan Gagak Rodra yang dikenal oleh penduduk sebagai gerombolan yang condong untuk memusuhi Mataram. Padahal, Gerombolan Gagak Rodra inilah yang dulu, tiga tahun yang lalu, pernah menyerbu dusun Loano. Ketika pada suatu hari dia melihat beberapa orang anggauta gerombolan itu berada di Nusa Kambangan, mengantarkan bahan makanan dan barang-barang berharga untuk Aki Somad, Ki Sumali merasa tidak senang dan dia tidak pernah lagi mengunjungi Aki Somad yang tadinya dia anggap sebagai sahabat, bahkan sebagai guru itu.
Pada suatu hari, kurang lebih sebulan sebelum pertemuannya dengan Aji, Ki Sumali kedatangan tamu. Yang datang itu bukan lain adalah Aki Somad. Kakek berusia sekitar enam puluh tahun ini bertubuh kurus dan agak bongkok, tangan
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
kanannya selalu memegang sebatang tongkat dari ular kering.
Mukanya meruncing ke depan seperti muka kuda, matanya yang sipit itu bersinar tajam penuh wibawa. Pakaiannya serba hitam dan berkalung sarung yang masih baru. Kedua lengannya mengenakan gelang akar bahar hitam dan jari-jari tangannya penuh cincin bermata akik yang besar-besar.
Ki Sumali dan Winarsih yang sudah tiga tahun menjadi isterinya menyambut Aki Somad dengan hormat. Diam-diam Winarsih yang baru sekali itu berjumpa dengan Aki Somad, merasa ngeri melihat betapa sinar mata kakek itu menggerayangi tubuhnya dengan genit dan nakal. Akan tetapi melihat suaminya amat menghormati kakek itu, iapun bersikap ramah dan hormat.
"Heh-heh, Adi Sumali. Inikah isterimu yang kabarnya masih amat muda itu" Hemm, engkau benar-benar beruntung, mendapatkan isteri yang muda, bahenol dan cantik!" kakek itu terkekeh. Ki Sumali tersenyum dan tidak merasa tersinggung karena dia mengenal sahabat yang juga dianggap gurunya ini memang seorang yang berwatak terbuka sehingga kadang-kadang terdengar kasar dan kurang ajar. Akan tetapi Winarsih menjadi sebal, mukanya berubah merah dan ia lalu mengundurkan diri, tidak mau keluar lagi. Bahkan ketika menyuguhkan hidangan, ia menyuruh Mbok Ginah, pembantu yang baru dua bulan bekerja kepadanya, untuk membawa hidangan itu ke ruangan tamu. Mbok Ginah yang berusia kurang lebih lima puluh tahun itu bekerja bersama suaminya, Pak Karto yang menjadi tukang kebun dan terkadang juga bekerja di ladang mereka. Suami isteri tua ini tadinya memasuki Loano sebagai orang-orang yang terlantar meninggalkan kampung halaman di tepi sungai Bogawanta
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
yang kebanjiran. Ki Sumali menampung mereka yang sedang menderita itu dan menerima mereka sebagai pembantu.
"Kakang Somad, angin apakah yang meniup kakang berkunjung ke gubuk kali ini?" Tanya Ki Sumali setelah mempersilahkan tamunya minum. "Terus terang saja, saya agak kaget menerima kunjungan kakang yang saya tahu tidak pernah meninggalkan Nusa Kambangan."
"Heh-heh, benar apa yang kau katakan itu, Adi Sumali.
Memang, kalau tidak karena urusan penting sekali, aku tidak pernah mau meninggalkan Nusa Kambangan. Akan tetapi, kedatanganku ini membawa urusan yang penting sekali. Aku ingin mengajak engkau untuk bekerja sama, atau lebih tepat lagi, aku ingin minta bantuanmu."
"Kerja sama" Bantuan" Saya akan merasa senang sekali kalau dapat membantumu, kakang. Katakanlah, urusan penting apakah itu yang membutuhkan bantuanku?"
"Begini, Adi Sumali. Engkau tentu sudah mendengar akan sepak terjang Sultan Agung di Mataram yang penuh angkara murka itu! Dia menggunakan kekerasan menaklukkan seluruh kabupaten dan kadipaten yang berada di JawaTimur, bahkan telah menaklukkan Madura, Surabaya dan Giri! Tentu engkau sudah mendengar akan hal itu, bukan?"
Ki Sumali mengangguk-angguk, akan tetapi sepasang alisnya berkerut. "Tentu saja saya sudah mendengar bahwa Mataram telah berhasil menundukkan seluruh kadipaten di Jawa timur, Madura, Surabaya dan Giri, Kakang Somad. Akan tetapi yang saya ketahui, hal itu dilakukan Kanjeng Gusti Sultan Agung sama sekali bukan karena sifat angkara murka.
Beliau menghendaki agar seluruh kadipaten di Nusantara ini bersatu padu untuk menghadapi ancaman yang berbahaya yaitu
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Kumpeni Belanda. Tanpa adanya persatuan, kiranya tidak mungkin untuk dapat mengusir Balanda dari Nusantara."
-o0-dwkz~budi-0o-
JILID IX eh-heh-heh, agaknya engkau juga sudah terkena pengaruh Mataram! Ketahuilah, Adi Sumali, semua H yang kaukatakan itu sebetulnya hanya merupakan akal licik Sultan Agung saja untuk mencari alasan agar keangkara murkaannya tidak tampak. Dia menggunakan dalih untuk mengusir Belanda. Pada hal, apa sih kesalahan Belanda"
Mereka datang untuk berdagang. Kedatangan mereka di Nusantara menguntungkan bangsa kita. Mereka membawa kepandaian yang perlu kita pelajari. Mereka datang membawa kemakmuran karena mereka itu kaya raya. Karena itu, Adi Sumali, kita dapat mempergunakan kepandaian dan kekuatan Belanda untuk membendung keangkara murkaan Sultan Agung di Mataram!"
"Maksudmu, saya harus berbuat apa, Kakang Somad?"
Tanya Ki Sumali, menahan perasaan hatinya yang panas mendengar kata-kata yang jelas bernada memusuhi Mataram itu.
"Begini, Adi Sumali. Kami telah lama membantu pihak Belanda yang berjanji untuk membebaskan kami dari kekuasaan Mataram. Kami telah berhasil menggagalkan usaha pasukan Mataram yang melakukan penyerangan ke Jayakarta.
Untuk itu, Kumpeni Belanda berterima kasih kepada kami dan
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
memberikan banyak hadiah. Akan tetapi, Kumpeni Belanda minta agar kami waspada karena mereka percaya bahwa pihak Mataram tentu akan melakukan penyerbuan lagi. Maka, kami ditugaskan untuk menghimpun tenaga, membujuk para pejabat dan pamong praja di daerah Kadipaten Banyumas dan lain-lain, juga di daerah Loano ini, untuk menghimpun kekuatan dan menghalangi gerakan Mataram kalau mereka hendak melakukan penyerbuan ke barat lagi. Untuk itu, semua biayanya akan diberikan oleh pihak Belanda dan kita akan mendapat hadiah harta kekayaan yang besar. Bahkan besar kemungkinannya, kalau kumpeni Belanda dapat mengalahkan Mataram, kita akan mendapatkan kedudukan tinggi. Bukan tidak mungkin, dan kami akan mengusulkan kepada Kompeni kelak, engkau sendiri akan diangkat menjadi Adipati yang menguasai Loano dan daerahnya, Adi Sumali."
Sejak tadi Ki Sumali sudah menahan kesabaran dan menekan kemarahannya. "Maksud Kakang Somad agar saya
...... memberontak kepada Mataram?"
"Ya, memberontak terhadap raja yang lalim, Adi Sumali! Dan ini merupakan tugas seorang satria seperti adi!
Menegakkan kebenaran dan keadilan, menentang si angkara murka!"
Ki Sumali tersenyum dan menggeleng kepala. "Kakang Somad telah salah duga! Kanjeng Sultan Agung di Mataram adalah seorang raja yang adil dan arif bijaksana, sama sekali bukan lalim. Yang lalim dan palsu adalah Belanda dan agaknya Kakang Somad telah dipengaruhi racun bujukan Belanda yang mempergunakan harta benda untuk membujuk orang agar menjadi pengkhianat! Tidak, Kakang Somad, maafkan saja, saya tidak dapat membantu kakang dalam hal ini!"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Adi Sumali! engkau ingin mengorbankan persahabatan kita dengan menolak tawaran kerja sama itu?" Aki Somad berseru marah.
"Apa boleh buat, Kakang Somad. Bagaimanapun juga, sampai mati saya tidak mau mengkhianati Mataram dan akan tetap setia kepada kanjeng Sultan!"
Aki Somad bangkit berdiri dengan marah. "Babo-babo, Ki Sumali! Kalau kelak Kumpeni Belanda menggilasmu, aku tidak akan menolongmu dan persahabatan antara kita putus sampai di sini!" Dia menggerakkan tongkat ularnya, dihantamkan ke atas meja.
"Brakkk !!" Meja itu pecah berantakan dan semua hidangan yang berada di atas meja berloncatan dan jatuh berserakan di atas lantai!
Ki Sumali juga bangkit berdiri, akan tetapi dia masih bersikap tenang dan waspada. "Terserah kepadamu, Kakang Somad! Engkau yang memutuskan, bukan aku."
Aki somad mendengus marah lalu memutar tubuh dan meninggalkan rumah itu dengan langkah lebar. Mendengar suara ribut-ribut itu Winarsih berlari memasuki ruangan dan ia terbelalak memandang meja yang sudah remuk dan hidangan yang berserakan di atas lantai. Akan tetapi hatinya lega melihat suaminya berdiri di situ dalam keadaan selamat.
"Kakang, ada terjadi apakah" Di mana tamunya dan semua ini ...... " Ia menuding ke arah meja dan hidangan yang berserakan.
Melihat mata terbelalak dan wajah pucat isterinya, Ki sumali mendekati dan merangkul pundaknya. "Tenanglah dan jangan kaget, Narsih. Panggil saja Mbok Ginah dan Pak Karto agar mereka menyingkirkan dan membersihkan semua ini."
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Winarsih menurut, memanggil dua orang pembantunya.
Suami isteri yang usianya sekitar lima puluh tahun itu masuk dan mereka segera membersihkan ruangan itu tanpa banyak bertanya. Ki Sumali mengajak isterinya masuk ke ruangan dalam.
"Kakang, aku khawatir sekali. Aki Somad itu ......
menyeramkan dan aku mendapat perasaan yang tidak enak, seolah ada bahaya besar mengancam kita, kakang."
"Tenanglah, Narsih, Gusti Allah akan selalu melindungi orang yang tidak bersalah. Kakang Somad tadi memang marah karena aku tidak mau diajak untuk memberontak terhadap Mataram. Kelak dia tentu merasa akan kesalahannya dan menyesal atas sikapnya hari ini."
Setelah menceritakan semua yang telah dialaminya kepada Aji, Ki Sumali memandang kepada pemuda itu dan menghela napas panjang. "Demikianlah, anakmas Aji. Sejak hari itu, aku selalu waspada dan menjaga segala kemungkinan.
Akan tetapi dua hari yang lalu kami kecolongan juga! Aku masih tidur ketika Winarsih meninggalkan rumah pada waktu fajar, mencuci pakaian di sungai belakang rumah. Hal ini kuanggap aman saja karena di sana ada kedua orang pelayan kami yang juga sudah bangun. Aku sama sekali tidak menduga bahwa kesempatan itu dipergunakan orang-orang jahat itu untuk menculiknya."
"Dua orang itu menepuk tengkukku dan aku tidak mampu megeluarkan suara. Dalam keadaan tidak mampu bersuara itu aku dilarikan kemudian dibawa perahu. Setelah beberapa lamanya, baru aku dapat mengeluarkan suara kembali dan melihat seorang pemuda berkelahi melawan anak buah
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
penjahat itu, aku lalu berteriak minta tolong. Akhirnya dimas Aji berhasil menyelamatkan aku."
"Paman Sumali dan Mbakayu Winarsih, andika berdua sudah menceritakan semua itu kepadaku. Sekarang Mbakayu Winarsih telah pulang dengan selamat. Lalu bantuan apa lagi yang paman kehendaki dariku?"
"Begini, anak mas Aji. Engkau adalah orang kepercayaan Kanjeng Sultan Agung. tentu tidak akan tinggal diam melihat ada usaha pengkhianatan dan pemberontakan.
Aku yakin bahwa penculikan atas diri Winarsih itu ada hubungannya dengan kemarahan Aki Somad kepadaku.
Usahanya untuk membujuk para pamong praja untuk mengkhianati Mataram, untuk kelak menghalangi Mataram kalau pasukan Mataram hendak menyerbu ke Jayakarta atau Batavia, haruslah ditentang dan digagalkan."
"Paman Sumali, apakah engkau mengenal nama Ki Blekok Ireng?"
"Ehh?" Ki Sumali memandang heran. "Mengapa engkau menanyakan nama itu" Apakah engkau mengenal nama-nama kepala bajak dan rampok yang terkenal di seluruh Kadipaten Kedu itu?"
"Orang bernama Ki Blekok Ireng itulah yang memimpin penculikan atas diri Mbakayu Winarsih. Dia mengakui namanya ketika bertanding denganku dalam air."
"Ah, sudah kuduga! Dan ini menjadi bukti kebenaran kecurigaanku terhadap Aki Somad. Jelas sekarang, dialah dalang penculikan ini dengan niat untuk menghancurkan aku.
Ketahuilah, anak mas Aji. Ki Blekok Ireng itu adalah ketua dari gerombolan Gagak Rodra yang terkenal bersikap menentang dan memusuhi Mataram. Bukan aneh kalau
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
gerombolan itu kini diperalat oleh Kompeni Belanda, dan aku sudah mendengar bahwa Aki Somad menjalin hubungan dengan gerombolan itu. Hal itulah yang membuat aku enggan bersahabat lagi dengan dia. Kalau sekarang ketua gerombolan itu yang menculik Winarsih, mudah diduga bahwa Aki Somad berada di belakang peristiwa itu."
Aji mengangguk-angguk. "Agaknya dugaan paman itu tidak salah. lalu, apa yang akan paman lakukan sekarang?"
Alap Alap Laut Kidul Seri Ke 3 Pecut Sakti Bajrakirana Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Kita harus hancurkan gerombolan Gagak rodra itu. Ya, kita. Engkau dan aku, anak mas Aji. Hancurnya gerombolan itu berarti lenyapnya penghalang dan gangguan bagi Mataram, juga berarti hancurnya segerombolan antek Belanda di daerah ini!"
Pada saat itu, seorang wanita memasuki ruangan itu. Ia berusia sekitar lima puluh tahun, rambutnya sudah berwarna dua dan pakaiannya yang sederhana menunjukkan bahwa ia seorang pelayan. Memang wanita itu adalah Mbok Ginah pembantu keluarga Ki Sumali. Ia membawa sebuah piring besar berisi singkong rebus yang masih mengepul panas.
"Silakan makan singkong rebusnya raden." katanya kepada Aji. setelah berkata dmikian, ia keluar dari ruangan itu.
Winarsih tersenyum. "Silakan, dimas Aji. Selagi masih hangat, singkong rebus ini gurih sekali." Ia menawarkan.
"Ya, silakan, anak mas Aji! Ini makanan desa, seadanya saja." kata pula Ki Sumali mempersilakan.
Aji tersenyum. "Ah, saya juga biasa makan singkong rebus seperti ini, paman." Dia menggerakkan tangan kanan untuk mengambil makanan itu. Akan tetapi terjadi keanehan.
Tangannya itu seperti bergerak di luar kehendaknya dan mendorong piring berisi singkong rebus itu sehingga piring itu
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
terdorong jatuh dari atas meja dan isinya berserakan di atas lantai.
Ki Sumali dan Winarsih memandang heran dan keduanya hendak bangkit dari tempat duduknya untuk mengambil makanan yang terjatuh berserakan itu. Akan tetapi tiba-tiba Aji menjulurkan kedua tangan dan memegang lengan mereka.
"Harap kalian jangan bergerak dan biarkan ayam itu makan singkong rebus!" bisiknya. tentu saja suami isteri itu merasa heran sekali dan mereka memandang kepada seekor ayam, ayam mereka, yang memasuki ruangan itu dari pintu depan. Agaknya ayam itu tertarik melihat singkong rebus berceceran dan binatang itu lari mendekat dan mematuk sepotong singkong, terus memakannya dengan asik. Aji dan suami isteri itu memandang, Aji dengan penuh perhatian, dan suami istri itu dengan heran dan tidak mengerti akan sikap Aji yang amat aneh itu.
Kemudian terjadi hal yang membuat suami isteri itu terbelalak dan Winarsih menahan jerit di balik tangannya.
mereka berdua melihat ayam itu tiba-tiba terguling dan berkelojotan, lalu mati!
Aji bangkit dari duduknya dan mengangguk-angguk.
"Sudah kuduga. Paman Sumali dan Mbakayu Winarsih.
Singkong rebus itu mengandung racun yang amat berbahaya."
"Apa" Bagaimana mungkin?" Ki Sumali berseru heran, lalu memandang ke arah dalam rumah dan berteriak memanggil. "Mbok Ginah ...... ! Ke sinilah ...... !"
Terdengar langkah kaki berlari-larian dari dalam dan muncullah Pak Karto dan Mbok ginah. Suami isteri pelayan ini
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
agaknya terkejut mendengar panggilan Ki Sumali yang berteriak keras itu.
"Ada ...... apakah ...... ?" Pak Karto bertanya gagap.
"Andika memanggil saya......?" Mbok Ginah bertanya kepada ki Sumali yang memandang kepadanya dengan alis berkerut.
Aji cepat mengambil dua potong singkong rebus dari atas tanah dan menyerahkan dua potong singkong rebus itu kepada Pak Karto dan Mbok Ginah.
"Kami bertiga minta agar kalian bedua makan singkong rebus ini, sekarang juga, di muka kami!" kata Aji dengan nada memaksa.
Suami isteri tua itu menerima sepotong singkong rebus dan mereka tampak bingung dan heran, lalu keduanya saling pandang dan kemudian memandang kepada Ki Sumali dan Winarsih. Ki Sumali yang maklum bahwa Aji mencurigai kedua orang pelayan itu menaruh racun pada singkong rebus dan kini sengaja menyuruh mereka makan, mengangguk dan berkata, "Turuti saja permintaan anak mas Aji."
Winarsih memandang dengan muka pucat dan mata terbelalak ketika suami isteri itu dengan tenang membawa singkong rebus ke mulut mereka dan hendak menggigitnya.
Melihat ini, tiba-tiba tangan Aji menyambar dan kedua orang tua itu berseru kaget, singkong rebus di tangan mereka terpental dan jatuh ke atas tanah.
"Ah, apa artinya ini ...... ?" keduanya berseru heran.
Ki sumali melihat mereka tadi benar-benar hendak makan singkong rebus itu, merasa lega karena hal itu membuktikan bahwa mereka berdua tidak tahu menahu tentang
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
racun yang berada di singkong redus. Kalau mereka tahu tidak mungkin mereka mau memakannya.
"Begini, Pak Karto dan Mbok Ginah, kami
mendapatkan kenyataan bahwa singkong rebus ini mengandung racun yang mematikan."
"Racun ...... ?" Suami istri pelayan itu berseru kaget.
"Lihat ayam itu," kata Ki Sumali. "Ayam itu segera mati setelah makan singkong yang tercecer."
"Akan tetapi ...... kenapa den mas ini menyuruh kami memakannya kalau sudah tahu bahwa singkong itu beracun?"
Tanya Mbok Ginah menasaran, "dan kemudian mencegah kami memakannya?"
"Ah, saya tahu sekarang!" kata Pak Karto. "Mbokne, den masnya ini agaknya mencurigai kita yang meracuni singkong itu dan hendak menguji kita!"
"Sebenarnyalah." kata Aji, "memang aku tadi mencurigai kalian dan maafkan aku ternyata bukan kalian yang menaruh racun dalam singkong rebus itu. Akan tetapi ceritakanlah, siapa yang merebus singkong ini?"
"Saya yang merebusnya, denmas!" kata Mbok Ginah.
"Apakah ketika merebusnya, engkau menjaganya, ataukah kautinggalkan pergi, mbok?"
"Tentu saja saya tinggalkan untuk melakkan pekerjaan lain, denmas. Mosok nggodok singkong saja harus dijaga?"
"Dan apakah tadi kalian tidak melihat ada orang memasuki dapur, atau masuk ke pekarangan rumah ini?"
"Tidak ada, denmas." kata Mbok Ginah.
"Nanti dulu!" kata Pak Karto. "Ketika tadi saya menyirami bunga, saya seperti melihat bayangan orang berkelebat di samping rumah. Karena heran dan tertarik, saya
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
mengejar dan mencarinya di sekitar rumah. Akan tetapi tidak menemukan orang. Maka saya kira saya hanya salah lihat.
Jangan-jangan ...... "
"Hemmm, tentu ada orang lain menyelinap masuk!"
kata Ki Sumali. "Sudahlah, kalian bawa singkong ini cepat tanam dalam tanah. Hati-hati, jangan tercecer. Bisa mati semua ayam kita. Dan jangan lupa bawa bangkai ayam itu, juga kubur bangkai itu."
Suami isteri itu lalu mengumpulkan singkong rebus yang tercecer dan mengambil bangkai ayam lalu meninggalkan ruangan itu. Setelah mereka pergi, Ki Sumali berkata kepada Aji.
"Nah, anak mas Aji. Engkau melihat sendiri betapa mereka itu berusaha untuk mencelakai dan membunuh kami.
Karena itu, aku harus mendatangi gerombolan Gagak rodra, menuntut mereka yang telah menculik Winarsih. Kalau mereka tidak berterus terang siapa yang menyuruh mereka atau mendalangi semua ini, aku akan membasmi perkumpulan itu yang menjadi pengkhianat bangsa dan antek belanda. Dan aku mengharap engkau akan suka membantuku, mengingat bahwa engkau adalah orang kepercayaan Kanjeng sultan!"
Aji mengangguk. "Setelah mendengar semua ceritamu dan melihat kenyataan tentang penculikan atas diri Mbakayu Winarsih dan usaha meracuni kita tadi, aku tahu bahwa aku harus membantumu, Paman Sumali. Pertama untuk menentang kejahatan, kedua untuk membela Mataram."
"Bagus!" Ki Sumali berseru girang sekali. "Terima kasih, anak mas Aji. Dengan bantuanmu, aku tidak takut menghadapi Kakang somad, seandainya benar-benar dia yang berdiri di belakang gerombolan Gagak Rodra. Sekarang
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
sebaiknya kita mengaso dulu. Malam ini kita harus mengumpulkan tenaga dan besok pagi-pagi barulah kita akan berkunjung ke sarang geombolan Gagak Rodra."
"paman tahu di mana sarang gerombolan itu?" tanya Aji.
"Aku tahu. Mereka memiliki sebuah perkampungan yang menjadi sarang mereka di Lembah Kali Bogawanta." kata Ki Sumali.
"Akan tetapi jumlah mereka tentu banyak sekali.
Bagaimana kalian yang hanya berdua akan menentang mereka"
Tentu kalian akan di keroyok banyak orang!" kata Winarsih dengan khawatir sekali.
"Jangan khawatir, Narsih. Aku mendengar bahwa di sarang mereka itu terdapat keluarga mereka, isteri dan anak-anak mereka. Para anggauta gerombolan itupun manusia-manusia yang menyayangi anak isteri mereka. Kami berdua hanya akan menentang para pimpinan mereka saja. Kalau pimpinan mereka sudah dapat kami tundukkan, anak buahnya tentu akan tunduk pula. Selain itu, akupun akan mengumpulkan para muda di Loano untuk ikut dengan aku. Mereka adalah orang-orang yang setia kepada Mataram dan disamping itu, mereka tentu siap kalau diajak menggempur gerombolan perampok yang sering mengganggu penduduk di daerah Kedu dan sekitarnya. Sekarang harap engkau suka beristirahat dulu, anak mas Aji. Aku bersama mbakayumu akan pergi mengunjungi para pemuda di Loano dan mempersiapkan mereka untuk ikut dengan kita besok pagi."
"Baiklah, paman. Aku akan beristirahat."
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Engkau pakailah kamar di sebelah ini, Dimas Aji.
Jangan sungkan, minta saja kepada Mbok Ginah." kata Winarsih ramah.
"Terima kasih, Mbakayu Winarsih."
Suami isteri itu meninggalkan rumah dan Aji lalu memasuki kamar yang disediakan untuknya. Ketika dia teringat akan kuda yang tadi ditungganginya bersama Winarsih, dia keluar dari kamar lalu menuju ke belakang untuk melihat keadaan kuda itu. Diapun hendak melihat suami isteri pembantu rumah tangga itu. Dia melangkah perlahan memasuki dapur.
Akan tetapi, suara bisik-bisik di dapur segera terhenti.
Ini menunjukkan bahwa langkah kakinya yang perlahan itu dapat tertangkap oleh pendengaran mereka yang berada di dalam dapur. Dia memasuki dapur dan melihat suami isteri pelayan itu duduk di bangku berhadapan dan menengok kepadanya. Mereka sudah menghentikan percakapan mereka.
"Ah. denmas Aji ......, apa yang dapat kami lakukan untukmu?" Tanya Mbok Ginah dan mereka berdua bangkit berdiri.
"Aku hendak bertanya kepada Pak Karto apakah kuda itu sudah dirawat dengan baik." kata Aji.
"Oh, jangan khawatir, den mas. Kuda itu sudah saya guyang (mandikan), sudah saya beri makan rumput." kata Pak Karto.
"Syukurlah kalau begitu dan terima kasih, Pak Karto."
Aji lalu masuk kembali dan di dalam kamarnya dia duduk termenung di atas pembaringan. Dia merasa curiga kepada suami isteri tua itu. Pertama, sikap dan ucapan mereka terkadang rapi teratur, tidak seperti orang dusun dan sikap
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
ketololan itu agaknya dibuat-buat. Kedua, tadi ketika disuruh makan singkong rebus, dia melihat Pak Karto memberi isyarat kedipan mata yang tidak kentara kepada isterinya, dan sikap mereka yang keheranan itupun dibuat-buat karena pandang mata mereka sama sekali tidak membayangkan keheranan melainkan penasaran. Dan ketiga, baru saja kedua orang itu membuktikan bahwa mereka bukan orang sembarangan karena mereka berdua dapat menangkap langkah kakinya yang dibuat dengan hati-hati. Dua orang itu patut dicurigai, biarpun belum ada bukti yang nyata.
Setelah jauh malam, Ki Sumali dan Winarsih pulang.
Ki Sumali tampak gembira ketika Aji keluar dari kamar menyambut mereka.
"Eh, anak mas Aji, engkau belum tidur?" Tanya Ki Sumali.
"Kenapa engkau tidak mengaso, dimas Aji?"Tanya pula Winarsih.
Aji tersenyum. "Aku belum mengantuk, paman.
Bagaimana hasilnya?"
"Wah, baik sekali! Para pemuda itu penuh semangat dan menyatakan untuk membantu kita besok. sedikitnya lima puluh orang pemuda akan ikut dengan kita!"
"Bagus." kata Aji. "Akan tetapi kuharap paman memberi tahu kepada mereka agar tidak terburu nafsu turun tangan menyerang kalau keadaan tidak memaksa. Seperti paman katakan tadi, kalau bisa kita tundukkan para pemimpinnya agar anak buah mereka tidak melakukan perlawanan. Kalau sampai terjadi pertempuran, aku khawatir akan jatuh banyak korban di kedua pihak."
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Tepat sekali, cocok dengan jalan pikiranku, anak mas Aji. Aku memang sudah memesan demikian kepada mereka.
Aku mengajak kepada merekapun hanya untuk menggertak agar para anak buah gerombolan Gagak Rodra tidak akan dapat melakukan perlawanan. Akan tetapi seandainya mereka nekat, apa boleh buat. Para pemuda Loano juga bukan orang-orang lemah. Mereka sedikit banyak sudah mempelajari ilmu kanuragan dan mereka bersemangat tinggi untuk membela Mataram dan menentang para penjahat yang mengganggu keamanan."
"Syukur, kalau begitu, paman."
"Sekarang sudah larut malam. Mari kita mengaso, anak mas Aji. Besok pagi kita berangkat."
Mereka lalu memasuki kamar masing-masing. Aji segera merebahkan dirinya untuk tidur. Akan tetapi dia tetap memasang kewaspadaannya karena dalam hati kecil dia tetap curiga kepda Pak Karto dan Mbok Ginah. Biarpun dia tidur pulas, namun pendengaran telinganya tetap peka dan siap menangkap suara yang tidak wajar.
Saat itu jauh lewat tengah malam, bahkan sudah menjelang fajar. Pada saat seperti itu, orang-orang sedang pulas-pulasnya tidur. Bahkan ayam jantan pun belum ada yang bersuara. Suasana sunyi sekali dan hawa udara amat dinginnya.
Rumah Ki Sumali juga masih sunyi sekali. Agaknya semua penghuninya masih tidur pulas.
Dua sosok bayangan manusia bergerak dengan cepat dan ringan sekali dalam rumah itu. Dua pasang kaki itu bergerak demikian ringan seperti kaki kucing saja. Mereka menghampiri jendela kamar yang ditempati Aji. Daun jendela yang cukup lebar itu mereka buka dengan mudah sekali, hanya
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
ditarik begitu saja sudah terbuka. Agaknya memang tidak dipalang dari dalam, hanya ditutupkan begitu saja. Dua orang itu mencabut senjata, seorang mencabut sebatang parang dan yang seorang lagi mencabut sebatang pisau belati. Setelah melongok ke dalam kamar yang gelap dan sunyi itu, mereka lalu bergerak melompat ke dalam kamar melalui lobang jendela. Gerakan mereka yang gesit membuktikan bahwa kedua orang itu memiliki ketangkasan.
Dua orang itu tanpa ragu segera menghampiri pembaringan di mana Aji tidur. Agaknya mereka sudah hafal benar akan keadaan dalam kamar itu. Buktinya mereka dapat bergerak dalam kegelapan tanpa menabrak meja kursi. Setelah tiba di tepi pembaringan, kedua orang itu dengan gerakan cepat dan kuat membacokkan parang dan menusukkan pisau belati ke atas pembaringan. Mereka merasa yakin bahwa sekali serang, orang yang tidur di atas pembaringan itu tentu tewas seketika tanpa dapat mengeluarkan suara lagi.
"Wuuuttt ...... brakkkk ...... !"
Dua orang itu terkejut bukan main. Senjata mereka mengenai papan pembaringan sehingga menimbulkan suara keras. Agaknya tidak ada orang tidur di atas pembaringan itu!
Dua orang itu terkejut dan cepat mereka berloncatan ke luar dari kamar itu melalui jendela. Di luar kamar tidak segelap dalam kamar karena tempat itu diterangi sebuah lampu gantung. ketika mereka tiba di luar kamar, Aji sudah berdiri menunggu mereka.
"Pak Karto dan Mbok Ginah, kiranya kalian benar-benar mempunyai niat buruk untuk membunuh seperti yang kuduga!" kata Aji kepada dua orang yang bukan lain adalah Pak Karto dan Mbok Ginah.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Kini Pak Karto dan Mbok Ginah tidak tampak loyo seperti biasa. mereka mengenakan pakaian ringkas dan tampak gesit dan bersemangat. Ucapan Aji itu mereka sambut dengan serangan parang dan pisau belati mereka!
Melihat gerakan mereka yang tangkas dan serangan yang mengandung tenaga kuat itu, maklumlah Aji bahwa dua orang itu memiliki kepandaian tinggi. Mereka yang menyamar sebagai pembantu itu ternyata adalah orang-orang yang digdaya. Dia sudah bersiap siaga. memang dia sudah menaruh curiga, apa lagi ketika semalam dia melihat bahwa jendela kamarnya hanya ditutup begitu saja, tidak dipalang. Agaknya memang ada orang yang sengaja melakukan hal ini dan karena itu maka dia cepat bersiap ketika tadi mendengar suara gerakan mereka yang ringan. Dia sudah meninggalkan pembaringan dan bersembunyi di balik almari di sudut. Ketika dua bayangan itu masuk, diapun diam-diam ke luar melalui pintu dan menghadang mereka di luar jendela. Kini, melihat serangan kedua orang itu, Aji cepat menggerakkan tubuhnya, bersilat dengan ilmu silat Wanara Sakti. Tebasan parang ke arah lehernya itu dielakkan dngan merendahkan tubuhnya dan tusukan pisau belati ke arah perutnya dia tepis dengan tangan kirinya sehingga tangan Mbok Ginah terpental.
Akan tetapi dua orang itu cepat menyerang lagi dengan lebih ganas, bahkan kini serangan mereka bertubi-tubi. Aji mempergunakan kecepatan gerakannya, mengelak dan tubuhnya berkelebat, tidak pernah dapat tersentuh dua senjata itu. Dia melihat bahwa gerakan Pak Karto jauh lebih cepat dan lebih bertenaga dibandingkan gerakan Mbok Ginah. Setelah menghindarkan diri dari serangan mereka selama belasan jurus, Aji menggerakkan kaki kirinya, menendang ke arah samping.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Dia tidak ingin melukai dua orang itu, dan kakinya hanya menyembar pergelangan tangan Mbok Ginah yang memegang pisau belati. Wanita itu berteriak kesakitan dan pisau belatinya terlepas dari pegangannya dan terlempar, jatuh berkerontangan d atas lantai.
Suara ribut-ribut itu membangunkan Ki Sumali dan Winarsih.
"Heiii ...... ada apakah ini ......
?" Ki Sumali
keluar dari kamarnya dan berseru heran ketika melihat Aji diserang Pak Karto dengan parang. Melihat munculnya Ki Sumali, Pak Karto yang sudah merasa gentar melihat ketangguhan Aji, segera melontarkan parangnya ke arah Aji, lalu dia melompat pergi, diikuti oleh Mbok Ginah.
Parang itu meluncur cepat ke arah dada Aji karena dilontarkan dari jarak dekat dengan tenaga yang kuat. Akan tetapi Aji tidak menjadi gugup. dengan tenang dua miringkan
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
tubuhnya dan sekali tangan bergerak, dia telah berhasil menangkap gagang parang itu.
Ki Sumali masih merasa terkejut dan heran sekali.
"Anak mas Aji, ada apakah" Mengapa Pak Karto dan Mbok Ginah tadi bersikap demikian aneh?"
Winarsih juga keluar dari kamar dan wanita ini tampak gelisah. "Apa ...... apa yang terjadi ...... ?"
"Tenanglah, Mbakayu Winarsih. Tidak ada apa-apa, bahaya telah lewat. Mari kita duduk, akan kuceritakan apa yang terjadi."
Mereka semua duduk di ruangan dalam. "Seperti sudah kuduga, ternyata Pak Karto dan Mbok Ginah itu hanyalah pelayan-pelayan palsu, bahkan mungkin nama mereka bukan Karto dan Ginah. Mereka adalah orang-orang yang digdaya dan agaknya sengaja menyamar menjadi pelayan kalian, tentu dengan niat buruk. Apakah mereka telah lama menjadi pelayanmu, Paman Sumali?"
"Belum, baru beberapa bulan. mereka mengaku pengungsi karena kampung mereka kebanjiran dan karena merasa iba kami lalu menerima mereka menjadi pembantu-pembantu kami." kata Ki Sumali.
"Mereka itu memang sengaja diselundupkan ke sini, tentu untuk memata-mataimu, paman. Ketika aku datang dan kita merundingkan perlawanan terhadap Gagak Rodra, mereka berdua mencoba untuk membunuh kita dengan singkong beracun."
"Akan tetapi ketika engkau menyuruh mereka makan singkong itu, mereka tidak menolak dan hampir saja mereka memakannya." kata Winarsih.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Memang, benar aku ingin menguji mereka. Kalau mereka menaruh racun pada singkong, tentu mereka tidak akan mau memakannya. Maka ketika melihat mereka mau memakannya, aku lalu mencegahnya. Pada waktu itu aku juga meragu apakah mereka sengaja meracuni singkong itu. Akan tetapi ada hal-hal yang mencurigakan hatiku. Pertama, sikap dan kata-kata mereka yang kadang-kadang teratur rapi itu menunjukkan bahwa mereka bukan orang-orang dusun yang bodoh, Kedua, ketika aku menyuruh mereka makan singkong, aku melihat Pak Karto memberi isarat berkedip kepada Mbok Ginah."
"Akan tetapi kalau ketika itu engkau tidak melarangnya, tentu mereka sudah mati karena makan singkong beracun itu, Dimas Aji!" kata Winarsih
"Belum tentu, mbakayu. Baru semalam aku teringat bahwa orang yang pandai mempergunakan racun, tentu juga memiliki obat penawarnya. Aku yakin dua orang itu sudah makan obat penawar ketika mereka kuuji untuk makan singkong beracun itu. Kecurigaanku semakin kuat ketika aku melihat bahwa jendela kamarku tidak terpalang, hanya ditutup begitu saja sehingga mudah dibuka dari luar. Karena itu, aku telah siap siaga sehingga ketika mereka berdua memasuki kamar lewat jendela dan menyerang dengan senjata ke pembaringan, aku sudah meninggalkan pembaringan itu dan menghadang mereka di luar jendela. Maka terjadilah perkelahian itu."
"Ih, mengerikan sekali! Kalau diingat bahwa selama berbulan ini kami memelihara dua orang pembunuh ditengah-tengah akmi!" kata Winarsih.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Kukira anak mas Aji betul. Mereka itu sengaja diselundupkan ke sini hanya untuk memata-matai aku. Mereka masih mengharapkan aku mau bekerja sama dengan mereka.
Baru setelah dua orang mata-mata itu melihat aku dan anak mas Aji bertekad untuk menentang mereka, maka dua orang itu berusaha untuk membunuh," kata Ki Sumali. "Sayang sekali kita tidak dapat menangkap mereka, anak mas Aji. Kalau mereka dapat ditangkap tentu kita dapat memaksa mereka mengaku siapa yang mengirim mereka ke sini."
"Aku memang tidak tega melukai mereka, paman.
Akan tetapi agaknya tak dapat diragukan lagi bahwa mereka berdua itu pasti ada hubungan dengan Gerombolan Gagak Rodra. Menurut apa yang paman ceritakan, Gerombolan Gagak Rodra memang mempunyai dendam permusuhan dengan paman. Pertama tentu saja ketika dahulu mereka menyerbu dusun ini dan paman memusuhi mereka dan kedua mungkin karena mereka itu menentang Mataram padahal paman bersikap setia kepada Mataram."
"Kurasa pendapatmu itu benar, anak mas Aji. Sekarang fajar hampir menyingsing. Sebaiknya kita bersiap-siap. Anak-anak sudah kupesan untuk berkumpul di luar dusun dan setelah matahari terbit, kita berangkat." kata Ki Sumali.
"Baiklah, paman."
Winarsih lalu sibuk di dapur mempersiapkan sarapan pagi agar sebelum berangkat, kedua orang itu dapat makan lebih dulu. Setelah sarapan, Ki Sumali mengajak Winarsih pergi ke rumah kepala dusun Loano. Dia menitipkan isterinya di rumah kepala dusun itu agar isterinya aman selagi dia pergi bersama Aji.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Setelah menitipkan isterinya, Ki Sumali lalu mengajak Aji berangkat, Di luar dusun telah berkumpul kurang lebih lima puluh orang pemuda. Mereka telah mempersiapkan diri, membawa senjata tajam apa saja yang mereka miliki. Mereka semua sudah siap dan bertekad untuk bertempur melawan para gerombolan orang jahat itu.
Gerombolan Gagak Rodra mempunyai sebuah
perkampungan di lembah Sungai Bogawanta. Perkampungan yang khusus dihuni para anggauta gerombolan ini terpencil dari dusun-dusun lain dan menjadi sarang gerombolan itu. Kurang lebuh limapuluh orang anak buah gerombolan tinggal di perkampungan itu dan anak istri merekapun tinggal di situ sehingga seluruh penghuni perkampungan itu berjumlah hampir dua ratus orang.
Pada pagi hari itu, pagi-pagi sekali perkampungan Gerombolan Gagak Rodra kedatangan seorang tamu istimewa.
Tamu itu seorang wanita cantik yang cantik jelita. Usianya tampak masih jauh lebih muda walaupun usianya sudah tiga puluh tahun. Rambutnya panjang hitam ngandan-andan (berombak) sampai ke punggung dan dibiarkan terurai.
Pakaiannya mewah sekali. Wajahnya yang berbentuk bulat itu memang ayu manis dengan mata lebar dan hidung mancung.
Mulutnya memiliki bibir yang bentuknya indah dan menantang, menggairahkan hati setiap orang pria yang melihatnya. Mata dan mulutnya mempunyai daya tarik yang kuat sekali, mulut yang selalu tersenyum manis dan mata jeli yang dapat mengerling dengan genit. Tubuhnya yang berkulit putih mulus itupun ramping dan padat.
Akan tetapi. kedatangan wanita ayu ini ternyata disambut penuh kehormatan oleh dua orang pimpinan Gagak
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Rodra, yaitu Ki Blekok Ireng dan Ki Jalak Uren. Bagi anak buah Gagak rodra pun, wanita ini sudah amat dikenalnya juga ditakutinya. mereka semua tahu bahwa wanita itu adalah seorang yang sakti mandraguna dan berwatak kejam sekali.
Kalau marah, siapa saja akan dibunuhnya dengan darah dingin.
Dan wanita itupun oleh mereka dianggap sebagai seorang iblis betina. Walaupun cantik menarik, tak seorangpun diantara para anggauta Gagak Rodra yang kasar itu berani bersikap kurang ajar. Bahkan begitu wanita itu muncul, para ibu yang menyusui anak-anak segera menyembunyikan anak mereka karena mereka tahu bahwa wanita cantik itu mempunyai kebiasaan seperti iblis sendiri, yaitu suka menghisap darah anak-anak sampai habis!
Kita sudah mengenal wanita itu. Ia adalah Nyi Maya Dewi, datuk wanita dari daerah Parahiyangan yang mempelajari ilmu sesat. Di dunia hitam, yaitu dunianya para penjahat, Nyi Maya Dewi dikenal baik dan ditakuti. Semua orang menghormatinya karena takut. Maka, ketika wanita itu muncul di perkampungan Gerombolan Gagak Rodra, ia disambut dengan penuh penghormatan oleh Blekok Ireng dan Jalak Uren, dua orang pimpinan gerombolan Gagak Rodra.
"Selamat datang di perkampungan kami, Nyi Maya Dewi yang kami hormati. Apakah kiranya yang dapat kami lakukan untuk andika?" Tanya Blekok Ireng setelah mempersilakan wanita itu mengambil tempat duduk. mereka berdua, ditemani oleh Jalak Uren, duduk dipendopo rumah besar yang menjadi tempat tinggal kedua orang pimpinan gerombolan itu.
"Ki Blekok Ireng dan Jalak Uren, kalian berdua adalah pimpinan Gagak Rodra dan kalian berdualah yang bertanggung
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
jawab atas kemajuan di daerah Kedu dan disepanjang Kali Bogawanta. Nah, laporkan kepadaku bagaimana kemajuan usaha kalian."
Dua orang pimpinan Gagak Rodra itu saling pandang dengan heran. Mereka memang mengenal datuk wanita ini sebagai seorang tokoh besar yang ditakuti dan dihormati. Akan tetapi itu bukan berarti bahwa datuk wanita itu menjadi pemimpin mereka, bahkan mereka tidak merasa pernah menjadi anak buah Nyi Maya Dewi. bagaimana sekarang tiba-tiba wanita itu minta mereka memberi laporan" Tentang kemajuan usaha apakah"
"Maafkan kami, Nyi Maya Dewi. sesungguhnya kami masih belum
mengerti apa yang andika maksudkan. Laporan apakah yang harus kami berikan" kemajuan dalam usaha apakah?" "Hemmm, aku
lupa bahwa kalian belum mengenal benar siapa aku. Lihatlah ini. kenalkah kalian dengan ini?" Wanita itu mengeluarkan sebuah uang emas yang bergambar sepasang singa. Melihat itu, dua orang pemimpin
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Gerombolan Gagak Rodra itu terbelalak, lalu cepat mereka bangkit berdiri dan memberi hormat dengan menyembah kepada Nyi Maya Dewi.
"Mohon maaf karena kami tidak mengetahui maka kami menyambut andika yang ternyata adalah seorang diantara para pengawas yang mendapat kekuasaan dari Jenderal Kumpeni di Batavia. selama ini, yang menjadi pengawas dan memberi prtunjuk kepada kami adalah Aki somad di Nusa Kambangan."
"Aku mengenal Aki Somad dan pagi ini diapun akan datang kesini karena sudah kuundang dia untuk datang. Aku membawa pesan khusus dari Tuan Jenderal Kumpeni sendiri untuknya. Nah, sekarang cepat kalian memberi laporan.
Apakah kalian sudah berhasil membujuk para pamong praja di daerah Kedu dan di sepanjang Kali Bogawanta, khususnya di Loano?"
"Kami telah berusaha keras, Nyi Maya Dewi. Akan tetapi hasilnya belum memuaskan. mereka itu kebanyakan takut dan setia kepada Sultan Agung di Mataram, terutama sekali karena mereka itu terpengaruh oleh seorang pendekar yang dihormati di Loano."
"Hemmm, seorang pendekar menjadi penghalang"
siapakah dia?" Tanya Nyi Maya Dewi penasaran.
"Namanya Ki Sumali, seorang yang sakti mandraguna."
"Ahh, lalu apa kerjanya Aki Somad" Apakah dia tidak mampu menanggulangi orang itu?"
"Aki Somad sudah berusaha membujuk Ki Sumali untuk diajak bekerja sama, akan tetapi tidak berhasil. Bahkan dia lalu mengutus kami untuk bertindak menculik isteri Ki Sumali."
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Bagus siasat itu untuk memaksa dia tunduk. Lalu bagaimana hasilnya?"
"Kami sedang sial. Kami telah berhasil menculik wanita itu, akan tetapi kami bertemu seorang pemuda yang digdaya dan pemuda itu menggagalkan penculikan kami dan menolong wanita itu."
"Tolol benar kalian." Nyi Maya Dewi mamaki.
"Akan tetapi kami tidak putus harapan dan kami masih mempunyai cara lain untuk menundukkan dia atau kalau perlu membunuh dia sekeluarga agar tidak menjadi penghalang bagi kami."
"Bagaimana caranya?"
"Kami tidak kekurangan akal, Nyi Maya Dewi!" kata Ki Blekok Ireng dengan nada suara bangga.
"Benar, Nyi Maya Dewi. Kami tanggung Ki Sumali akan mampus di tangan kami!" sambung Ki Jalak Uren untuk menghibur karena kegagalan usaha mereka.
"Hemm, bagaimana akal itu" Cepat katakan!"
"Jauh hari sebelumnya, sudah beberapa bulan ini kami berhasil menyelundupkan dua orang yang kini diterima menjadi pembantu-pembantu rumah tangga Ki Sumali. Mereka telah dipercaya dan melalui kedua orang pembantu itu kami akan dapat mencelakai Ki Sumali."
"Bagus! Sungguh bagus sekali akal itu. Kalau siasat kalian ini berhasil, aku akan mencatat jasa kalian!" kata Nyi Maya Dewi girang.
Tiba-tiba terdengar suara dua orang berlari-lari masuk ke dalam ruangan itu. Mereka itu bukan lain adalah laki-laki dan wanita yang mengaku bernama Pak Karto dan Mbok Ginah pelayan rumah Ki Sumali!
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Eh, kalian bardo dan Sumi, kalian sudah datang"
Bagaimana dengan tugas kalian, sudah beres dan berhasil baik, bukan?" tegur Ki Blekok Ireng.
"Wah, celaka, Kakang Blekok ireng, celaka sekali ......
!!", kata Karto alias Bardo.
"Celaka bagaimana" Hayo kalian katakan, celaka bagaimana?" Ki Blekok Ireng membentak, alisnya berkerut marah.
"kami telah gagal ...... !" kata pula Mbok Ginah alias Sumi.
"Keparat! Kalian layak dihukum!" bentak Ki Blekok ireng dan dia sudah melangkah maju hendak memukul dua orang pembantunya itu.
"Tahan! Jangan pukul dulu. Biarkan mereka
menceritakan mengapa mereka sampai gagal!" tiba-tiba Nyi Maya Dewi berseru dan Ki Blekok Ireng menahan diri lalu duduk kembali. Dua orang pembantu itu berlutut di atas lantai, tampak ketakutan.
"Kau dengan itu" Bardo, cepat seritakan apa yang terjadi!" kata Ki blekok Ireng.
"Ceritakan sejujurnya bagaimana kalian sampai gagal, Kakang Bardo, agar hukumanmu ringan." Ki Jalak Uren ikut bicara.
"Begini kejadiannya. Kami berdua melihat Winarsih pulang dalam keadaan selamat diantar seorang pemuda. kami tahu bahwa usaha kita menculiknya berarti telah gagal. Kami mengintai dan mendengar percakapan antara Ki Sumali dan pemuda penolong itu. Rupanya mereka hendak membongkar rahasia kita membantu Kumpeni dan hendak menentang kita.
Karena itu, kami melaksanakan rencana selanjutnya, yaitu
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
meracuni mereka. Kami telah mencampurkan racun ke dalam singkong rebus dan menghidangkannya kepada mereka. Akan tetapi, lagi-lagi pemuda itu yang menggagalkan usaha kami itu.
bahkan pemuda itu mengetahui bahwa singkong rebus itu beracun! Dia minta kepada kami untuk memakannya. Kami tahu bahwa dia curiga kepada kami dan hendak menguji kami.
Karena kami sudah menelan obat penawar, kami siap memakannya. Akan tetapi pemuda itu mencegah kami memakannya. Agaknya kesediaan kami makan singkong itu menghilangkan kecurigaannya. Akan tetapi kami menganggap pemuda itu berbahaya sekali. Maka kami melakukan usaha terakhir. Jauh lewat tengah malam tadi, sebelum fajar, kami berdua memasuki kamar pemuda itu dengan niat membunuhnya. Akan tetapi ketika kami menyerang pembaringan, ternyata pembaringan itu kosong dan ketika kami keluar, pemuda itu sudah menghadang di luar kamar! Kami berdua menyerangnya, akan tetapi dia benar-benar sakti mandraguna. Kami berdua yang bersenjata tidak mampu mengalahkan dia yang bertangan kosong. Karena Ki Sumali terbangun, kami berdua lalu melarikan diri dan cepat lari ke sini."
"Nanti dulu" kata Nyi Maya Dewi. "Pemuda yang sakti mandraguna itu, siapakah dia" Bagaimana orangnya?"
Bardo dan Sumi tentu saja sudah mengenal Nyi Maya Dewi, maka Bardo menjawab, "Dia masih muda sekali, jangkung tegap, wajahnya tampan dan pakaiannya sederhana."
"Namanya! Siapa namanya?" Tanya datuk wanita itu.
"Kami tidak tahu, akan tetapi kami dengar Ki Sumali menyebut dia anak mas Aji, dan Winarsih menyebutnya Dimas Aji."
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Ahhh ...... dia kiranya?" Nyi Maya Dewi berseru kaget. Tringatlah ia akan pengalaman di pantai Laut Kidul, ketika ia menculik dua orang bocah yang dianggapnya berdarah bersih untuk dijadikan korbannya. Anak-anak itu diselamatkan oleh seorang pemuda yang sakti mandraguna.
Tentu pemuda itu yang kini menolong Ki Sumali! Siapa lagi kalau bukan pemuda itu"
"Andika sudah mengenal pemuda itu?" Ki Blekok ireng bertanya.
"Mungkin. Bagaimanapun juga, kita harus bersiap siaga. Alangkah baiknya kalau sekarang Aki Somad sudah berada di sini agar kedudukan kita lebih kuat."
"Kakang Blekok Ireng, kita memang harus bersiap siaga. Ki Sumali semalam telah mengumpulkan pemuda-pemuda Loano dan agaknya dia hendak menyerbu ke sini."
kata Bardo. "Benarkah" Ah. kalau begitu, cepat siapkan kawan-kawan. Kita semua harus menjaga di luar perkampungan agar mereka tidak sampai menyerbu ke dalam untuk melindungi keluarga kita!" kata Blekok Ireng.
Ki Blekok Ireng dan Ki Jalak Uren segera
mengumpulkan semua anak buahnya, berjumlah lima puluh orang lebih dan mereka semua menghadang di depan perkampungan dengan senjata di tangan, siap bertempur. Hati kedua orang pimpinan gerombolan Gagak Rodra ini menjadi agak tenang karena di situ terdapat Nyi Maya Dewi yang dapat mereka andalkan.
-o0-dwkz~budi-0o-
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Matahari telah naik tinggi ketika rombongan pemuda Loano yang dipimpin oleh ki sumali tiba di luar perkampungan gerombolan Gagak rodra. Para pemuda itu sudah dipesan oleh Ki Sumali agar jangan bertindak sembrono dan tidak melakukan penyerangan sebelum diperintah. Pesan ini sesuai dengan permintaan Aji yang tidak menghendaki terjadi pertempuran besar-besaran yang menjatuhkan banyak korban di kedua pihak. Kalau mungkin, dia hendak menyadarkan Gerombolan Gagak Rodra itu. Yang perlu ditundukkan adalah para pemimpinnya, karena kalau para pemimpinnya sudah dapat ditundukkan, tentu anak buahnya mudah di atur.
Ki Sumali dan Aji berjalan di depan rombongan pemuda itu dan setelah berhadapan dengan gerombolan itu di depan perkampungan, mereka berhenti dan saling pandang. Ki Sumali melihat dua orang pimpinan Gagak Rodra berdiri dengan sikap angkuh dan di sebelahnya berdiri seorang wanita cantik. Juga dia melihat Pak Karto dan Mbok Ginah berdiri di depan. Ini membuktikan bahwa dugaannya benar. Dua orang itu memang diselundupkan oleh Gagak Rodra untuk menjadi pembantu di rumahnya, tentu untuk memata-matai dan kemudian berusaha membunuhnya. Ki Sumali menjadi marah sekali. Dia belum pernah berhadapan langsung dengan Ki Blekok Ireng dan Ki Jalak Uren, akan tetapi dia sudah pernah mendengar nama dua orang pimpinan Gagak Rodra ini dan dapat menduga bahwa tentu dua orang laki-laki yang tampak gagah itu yang menjadi pimpinan Gagak Rodra.
Sementara itu, Aji mengenal dua orang kepala gerombolan yang pernah bentrok dengannya itu. Dan diapun diam-diam terkejut melihat Nyi Maya Dewi berada di situ, berdiri di pihak gerombolan Gagak Rodra, Juga dia melihat
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Mbok Ginah dan Pak Karto di sana. Akan tetapi Aji bersikap tenang dan membiarkan Ki Sumali yang berhadapan dan bicara dengan mereka.
Di lain pihak, Ki Blekok Ireng dan Ki Jalak Uren juga terkejut ketika mereka mengenal Aji. Mereka sudah merasakan betapa saktinya pemuda ini. akan tetapi kehadiran Nyi Maya dewi di situ membesarkan hati mereka dan mereka bersikap congkak. Mereka sama sekali tidak mengira bahwa pada saat itu, Nyi Maya Dewi juga terkejut sekali. Tentu saja ia mengenal Aji, akan tetapi ia diam saja dan diam-diam memutar otaknya mencari akal untuk dapat mengatasi pemuda yang sakti mandraguna itu.
Blekok Ireng melangkah maju menghadapi Ki Sumali dan dengan sikap congkak, bertolak pinggang dan berkata.
"Kalau tidak keliru, andika tentu Ki Sumali dari Loano. Apa kehendakmu mengajak puluhan orang dan datang ke perkampungan kami?"
Ki Sumali memandang kepada dua orang laki-laki bertubuh tinggi itu, kemudian menjawab. "Tidak salah lagi kiranya, kalian berdua tentu yang bernama Blekok Ireng dan Jalak Uren, pimpinan gerombolan Gagak Rodra!"
Alap Alap Laut Kidul Seri Ke 3 Pecut Sakti Bajrakirana Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Tidak salah dugaanmu, aku adalah Ki Blekok Ireng dan ini adalah Ki Jalak Uren. Kami pimpinan Perkumpulan Gagak Rodra. Heh, Ki Sumali, apa kehendakmu datang ke perkampungan kami?"
Ki Sumali tersenyum mengejek. "Perlukah kalian bertanya lagi" Mengapa kalian masih berpura-pura tidak mengerti" Kalian telah mencoba untuk menculik isteriku Winarsih. Kemudian kalian menyelundupkan dua orang hina yang mengaku Karto dan Ginah itu untuk mencoba membunuh
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
kami, dan kini kalian masih bertanya apa maksudku datang ke sini" Kalian bukan laki-laki sejati, mempergunakan cara yang curang dan pengecut. Kalau kalian memang hendak memusuhi aku, sekarang aku datang untuk menantang kalian bertanding seperti laki-laki jantan!"
"Ki Sumali manusia sombong! Sikapmu yang sombong itu yang memancing permusuhan. Kalau engkau menuruti kehendak Aki Somad, tentu kami tidak akan memusuhimu dan kita dapat bekerja sama dan sama-sama hidup mulia dan senang. Apa yang kami lakukan kepadamu itu adalah sesuai dengan perintah Aki Somad. Oleh karena itu, kalau engkau hendak bertanya tentang itu, tanyailah saja kepada Aki Somad!"
"Hemm, tak salah dugaanku. Kalian gerombolan Gagak Rodra juga sudah menjadi antek antek Belanda! hei orang-orang Gagak Rodra, tidak malukah kalian" Lupakah kalian bahwa kalian adalah orang-orang Jawa dan tinggal di Nusa Jawa" Apakah kalian begitu hina untuk mengkhianati bangsa sendiri, hendak menjual tanah air kepada bangsa Belanda"
Sadarlah kalian, orang-orang lembah Kali Bogawanta dan mari kita membantu Mataram untuk menentang Kumpeni Belanda!"
Blekok Ireng marah sekali, khawatir kalau di antara anak buahnya ada yang terpengaruh. "Tutup mulutmu, Ki Sumali! Engkaulah yang tidak tahu malu! Engkau yang sudah menjadi antek Sultan Agung yang telah menindas dan menaklukkan daerah kami. Kami akan selalu menentang Mataram yang angkara murka dan Kumpeni Belanda hanya membantu kami!"
"Sudahlah, Blekok Ireng. tidak perlu banyak cakap lagi.
kedatanganku ini untuk membuat perhitungan karena kalian
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
telah berusaha menculik isteriku, kemudian berusaha membunuh kami. Aku tantang engkau untuk bertanding satu lawan satu sebagai seorang jantan. Kalau engkau tidak berani, jangan banyak cakap lagi. Engkau harus membubarkan gerombolan Gagak Rodra dan tidak lagi membantu Kumpeni Belanda atau aku dan kawan-kawan akan membasmi kalian semua!"
Merah muka kedua orang pimpinan Gagak Rodra. Jalak uren melompat ke depan sambil menghunus sebatang klewang (semacam golok) yang berkilauan saking tajamnya.
"Ki Sumali, akulah yang hendak melawanmu!"
Akan tetapi Blekok Ireng juga melompat ke sisi Jalak Uren dan berkata. "Ki Sumali, kami sebagai pimpinan Gagak Rodra menyambut tantanganmu, tentu saja kalau engkau berani melawan kami berdua!" berkata demikian, Blekok Ireng juga mencabut senjatanya, sebatang pedang besar panjang yang berkilauan tajam.
Ki Sumali mengerling kepada Aji dan melihat pemuda itu mengangguk, dia tersenyum dan melangkah maju menghadapi dua orang pimpinan Gagak rodra itu. Aji sudah pernah bertanding melawan dua orang ketua gerombolan itu, dan diapun pernah bertanding melawan Ki Sumali maka dia dapat menilai kepandaian masing-masing dan merasa yakin bahwa Ki Sumali mampu menandingi pengeroyokan dua orang itu.
Anak buah kedua pihak hanya menonton dan siap siaga menanti perintah. Aji berdiri menonton dengan sikap tenang namun waspada. Dia tahu bahwa wanita cantik yang berdiri di sana itu merupakan seorang yang amat berbahaya, curang dan juga kejam sekali. Di lain pihak, Nyi Maya Dewi juga hanya
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
berdiri menonton. Baginya, ia tidak perduli apakah pihak Gagak Rodra akan kalah atau menang karena mereka itu bukan anak buahnya. Mereka itu hanya antek-antek kecil saja. Akan tetapi kehadiran Aji di situ membuat perasaan hatinya tidak enak. Ia memandang pemuda itu dengan penasaran dan juga membencinya karena ia pernah dikalahkan. akan tetapi ia juga merasa agak jerih di samping kagum. Kalau saja ia dapat memiliki seorang kekasih sesakti pemuda itu, masih amat muda dan tampan lagi, hatinya akan merasa puas! Ia berdiri menonton dengan sikap yang tampaknya tenang, namun dalam hatinya ia sedang mencari-cari cara untuk menghadapi pemuda itu, atau mungkin mengalahkannya, bahkan lebih baik lagi kalau ia dapat menarik pemuda itu menjadi sahabatnya, bukan musuhnya!
Melihat dua orang lawannya sudah menghunus parang dan pedang, Ki sumali tidak mau bersikap sembrono dan kedua tangannya bergerak ke arah pinggang dan di lain saat tangan kanannya sudah mencabut sebatang keris yang berlekuk-lekuk panjang seperti seekor ular dan berwarna hitam. Itulah keris pusaka Kyai Sarpo Langking (Ular hitam) dan tangan kirinya memegang sebatang suling dari bambu, akan tetapi berada di tangan Ki Sumali, benda lemah itu dapat menjadi senjata yang ampuh sekali dan hal ini sudah dibuktikan oleh Aji ketika dia bertanding melawan pendekar Loano itu.
"Blekok Ireng dan Jalak Uren, aku sudah siap. Kalian mulailah!" tantang Ki Sumali sambil menyilangkan keris dan suling di depan dadanya. Sikapnya tenang namun waspada dan dia tampak gagah sekali.
Dua oang pemimpin Gagak Rodra itu juga bukan orang lemah. meraka berdua sudah terkenal digdaya, apalagi kini
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
keduanya maju bersama. mereka menggeser kaki, perlahan-lahan Ki Blekok ireng menggeser ke sebelah kanan Ki Sumali, sedangkan Ki Jalak Uren menggeser ke sebelah kirinya.
Mereka hendak mengepung lawan itu dari kanan kiri.
Tiba-tiba Jalak Uren membentak dari sebelah kiri.
"Haaahhh ...... !!" Bentakannya itu disusul menyambarnya senjata klewang yang berkilauan tajam itu ke arah leher Ki Sumali. Klewang itu tajam bukan main. Para anggota Gagak Rodra melihat sendiri betapa klewang itu mampu mencukur bersih brewok muka Ki Jalak Uren. Kalau sudah dapat dipakai mencukur brewok, dapat dibayangkan tajamnya klewang ini.
Sekali babat saja, leher tentu akan putus! Juga sabetan itu mengandung tenaga yang amat kuat. Buktinya ketika disabetkan, klewang itu mengeluarkan bunyi berdesing.
Namun dengan gerakan yang ringan dan lincah, Ki Sumali sudah merendahkan tubuhnya sehingga sabetan klewang itu lewat di atas kepalanya. akan tetapi pada detik berikutnya pedang yang runcing di tangan Blekok Ireng sudah meluncur dan menusuk ke arah dadanya. ki sumali mengangkat lagi tubuhnya dan menggerakkan keris di tagan kanan dengan gerakan memutar untuk menangkis tusukan pedang sambil mengerahkan tenaganya.
"Trangggg ........!" Pedang itu terpental tertangkis keris dan tampak bunga api berpijar ketika dua senjata itu beradu.
Blekok ireng terkejut karena pertemuan dua buah senjata itu membuat telapak tangannya yang memegang pedang menjadi panas dan pedang itu terpental seperti bertemu dengan benda keras yang kuat sekali.
Dua orang Pimpinan Gagak Rodra itu menjadi penasaran sekali ketika serangan pertama mereka gagal.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Hoosssss ........ !" Kembali klewang menyambar ganas, kini menyerampang ke arah kaki Ki Sumali. Jalak Uren menyerang sambil berjongkok. Ki Sumali melompat ke atas sehingga serampangan klewang itu menyambar lewat di bawah kedua kakinya. Pada saat itu, pedang di tangan Blekok Ireng sudah menyambar lagi, kini menyerang dengan bacokan dari atas ke bawah mengarah kepala.
"Hyaaaatttt ........ !" Blekok Ireng mengeluarkan teriakan nyaring ketika pedangnya membacok. Namun dengan gerakan gesit sekali tubuh Ki Sumali yang masih belum menginjak tanah itu bergerak ke samping lalu berjungkir balik.
Dia sudah dapat menghindarkan diri dari bacokan pedang itu.
Dua orang lawannya menjadi semakin penasaran.
mereka mendesak terus. Sampai enam tujuh kali Ki Sumali selalu mengelak atau mengakis sambil mempelajari gerakan dua orang pengeroyoknya. Setelah mulai mengenal dasar gerakan dua orang pengeroyoknya, mulailah Ki Sumali melakukan serangan pembalasan. Namun sepasang senjatanya terlalu pendek dibandingkan senjata kedua orang pengeroyoknya yang lebih panjang.
Ketika klewang dan pedang itu membacok dari kanan kiri, keduanya mengarah kepalanya, Ki Sumali cepat menyambut dengan keris dan sulingnya sambil mengerahkan tenaganya.
"Trakkk!" Empat senjata bertemu dan seperti melekat dan pada saat itu, tubuh Ki Sumali melompat, kedua kakinya mencuat ke kanan kiri menendang ke arah dada lawan.
"Bukk! Bukk!" Tepat sekali kedua kaki Ki Sumali menghantam dada Blekok Ireng dan Jalak Uren. Dua orang itu terjengkang dan terbanting roboh. Akan tetapi dua orang
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
pimpinan Gagak Rodra itu memiliki tubuh yang kuat juga.
Tendangan itu tidak membuat mereka terluka. Mereka segera bangkit kembali dan melakukan pengeroyokan dengan lebih ganas. Ki Sumali mengandalkan kecepatan gerakan untuk menyambut kedua orang pengeroyoknya dan membalas serangan mereka. Serang menyerang terjadi dengan serunya.
Aji menonton dengan hati tenang. Dia dapat melihat bahwa Ki Sumali tidak akan kalah menghadapi pengeroyokan dua orang itu. Karena menonton perkelahian itu dengan penuh perhatian, Aji tidak tahu bahwa sejak tadi Nyi Maya Dewi sudah tidak menonton pertandingan itu, melainkan mencurahkan perhatian kepadanya. Wanita itu agaknya juga dapat melihat bahwa kedua orang pimpinan Gagak Rodra itu sukar sekali akan dapat keluar sebagai pemenang. Maka ia mengalihkan perhatian sepenuhnya kepada Aji. Biarpun Ki Sumali cukup sakti, namun ia masih merasa yakin bahwa ia akan mampu mengalahkan pendekar Loano itu. Yang berbahaya baginya adalah pemuda sederhana itu. Maka ia harus dapat mendahuluinya, sebelum kedua orang pimpinan Gagak Rodra kalah. Karena kalau kedua orang itu sudah kalah, kedudukannya menjadi sulit dan berat sekali kalau ia harus melawan Ki Sumali dan Lindu Aji.
Selagi perhatian Aji tertarik kepada pertandingan itu, Nyi Maya Dewi sejak tadi diam-diam telah menghimpun seluruh tenaga batinnya, mulutnya berkemak kemik membaca mantera dan ia mengerahkan aji pengasihan yang disebut Aji Pelet Mimi-mintuno. Setelah merasa bahwa kekuatan aji pengasiham itu sudah mencapai puncak kekuatannya, ia lalu melangkah perlahan menghampiri Aji. Setelah berdiri dalam jarak kurang lebih empat meter di sebelah kiri pemuda itu, ia
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
lalu memasang aji pengasihan itu, suaranya merdu merayu ketika ia berkata lirih namun mengandung getaran aneh dan cukup keras untuk terdengar oleh Aji yang berdiri dekat.
"Aji, wong bagus! Inilah aku jodohmu! Kita sehidup semati, atut runtut berkasih-kasihan seperti Mimi dan Mintuno!
Ke sinilah, sayang, aku rindu kepadamu."
Aji menoleh dan dalam pandangan matanya, wanita itu tampak ayu manis, cantik jelita seperti seorang dewi kahyangan. Mata itu demikian jeli indah, sinarnya sayu lembut setengah terpejam mengandung gairah membangkitkan rangsangan berahi, hidung kecil mancung itu cupingnya bergerak-gerak lembut mengembang kempis, mulut itu sedikit ternganga, sepasang bibir yang tipis, penuh, lembut dan merah membasah itu seperti terengah, merekah menantang. Tubuh yang ramping padat, mengkal lembut itu seolah menuntut untuk didekap dan dibelai.
-o0-dwkz~budi-0o-
JILID X ji belum pernah merasa tertarik oleh kecantikan wanita, kecuali ketika dia bertemu dengan Ratu A Wandansari yang membuatnya kagum namun penuh hormat, sekali ini merasa tersedot oleh daya tarik yang luar biasa, Baru sekali ini selama hidupnya dia mengalami berkobarnya gairah berahi dalam dirinya dan dengan sendirinya kedua kakinya melangkah, memenuhi panggilan wanita itu! Pengalaman yang baru sekali dirasakannya itu
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
membuat Aji terkejut dan segera dia menyadari bahwa hal ini adalah tidak wajar! Kesadaran sekilat ini bagaikan sinar menyambarnya dan otomatis dia sudah tenggelam dalam Aji Tirta Bantala yang dia dapatkan dari mendiang Ki Tejobudi.
matanya terpejam, bibirnya bergerak-gerak dan dengan suara berbisik dia menyebut, "Allah ........ Allah ........ Allah ........ "
Pada saat itu, berhentilah semua nafsu hati akal dan pikiran yang tadi mencengkeramnya dan dia merasa dirinya tenang dan bersih kembali. Ketika dia membuka mata memandang ke arah Nyi Maya Dewi yang berdiri dalam jarak tiga meter darinya itu, dia melihat wajah yang tetap cantik akan tetapi mengerikan! Mata itu mencorong penuh nafsu, mulut yang indah bentuknya itu menyeringai sehingga tampak kejam mengerikan1
"Ya ampun, Gusti ........ !" aji berbisik lirih dan kakinya bergerak mundur beberapa langkah menjauhi wanita itu.
Nyi Maya Dewi yang tadinya merasa girang dan hampir yakin bahwa aji pengasihan Pelet Mimi Mintuno yang dikerahkan itu tentu berhasil, menjadi terkejut dan kecewa marah melihat pemuda itu sadar kembali. Ia tahu bahwa pengaruh aji pengasihannya itu telah gagal. dengan marah sekali ia mengeluarkan segenggam daun sirih dan setelah berkemak kemik membaca mantera ia berseru, "Aji, mampuslah engkau diserang barisan ularku!" dan ia lalu membanting segenggam daun sirih itu ke atas tanah. Seruan itu terdengar pula oleh para pemuda Loano yang menonton dan mereka terbelalak keheranan dan ngeri melihat betapa daun-daun yang dibanting wanita cantik itu benar-benar telah berubah menjadi banyak ular weling yang merayap ke arah Aji dengan sikap buas! Para pemuda Loano ini tadi melihat betapa
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
wanita itu seperti merayu Aji. Akan tetapi mereka tidak tahu apa yang terjadi. Hanya melihat pemuda yang dirayu itu maju beberapa langkah, lalu berhenti dan mundur lagi. Akan tetapi kini melihat serangan aneh itu mereka menjadi jerih dan mengkhawatirkan keselamatan pemuda itu. Juga hati mereka merasa takut menghadapi serangan sihir yang mengubah daun-daun menjadi ular-ular weling itu. Mereka semua mengenal ular yang amat berbahaya itu. Sekali tergigit, orang akan tewas seketika!
Namun Aji yang diancam serangan puluhan ekor ular weling itu tampak tenang saja. Dia berjongkok mengambil segenggam tanah dan dilontarkannya tanah itu ke arah ular-ular yang merayap menuju kakinya.
"Demi Allah, kembalilah kepada kodratmu!"
Begitu disambar tanah yang dilontarkan ke arah ular-ular itu, tampak asap mengepul dan ular-ular jadi-jadian itupun kembali dalam ujud semula, yaitu beberapa helai daun sirih yang berserakan di atas tanah! Melihat ini, para pemuda Loano bertepuk tangan dan bersorak. Sebaliknya, para anak buah Gagak Rodra yang tadinya sudah merasa girang, mengerutkan alis mereka.
Nyi Maya Dewi menjadi semakin marah. Tepuk tangan dan sorak sorai itu terdengar oleh telinganya bagaikan suara yang mengejeknya. Ia merangkap kedua tangan itu ke atas, lalu sambil membaca mantera ia menurunkan kedua tangan masih dalam sembah dan tiba-tiba ia mengeluarkan teriakan melengking dan panjang, kedua tangan itu dikembangkan ke arah puluhan orang pemuda Loano. Tiba-tiba dari kedua telapak tangannya itu muncul asap hitam yang tebal bergulung-
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
gulung, seperti hidup asap itu melayang ke arah puluhan orang pemuda Loano!
Tentu saja puluhan orang pemuda Loano itu menjadi gentar dan panik. Mereka bingung dan tidak tahu harus berbuat apa. Hendak maju mereka takut. Kalau melarikan diri mereka malu. Akan tetapi pada saat itu, tampak bayangan berkelebat dan Aji sudah melompat ke depan kelompok pemuda Loano itu. Dia menyambut datangnya asap hitam itu dengan dorongan kedua telapak tangannya sambil mengerahkan tenaga Surya Chandra.
"Wuuussss ........ !" dari dorongan ini muncul tenaga dahsyat seperti angin yang menerpa gulungan asap hitam itu.
Asap hitam itu seperti hidup. Diterjang tenaga dahsyat itu asap membalik, bergulung-gulung seperti bingung, seperti naga yang ketakutan, kemudian asap itu terbang kembali ke arah kedua telapak tangan Nyi Maya Dewi!
Melihat betapa berbagai penyerangannya dengan ilmu sihir dapat dipunahkan Aji, Nyi Maya Dewi memuncak kemarahannya.
"Bocah sombong, aku bersumpah untuk
membunuhmu!" teriaknya dan ia menggosok-gosokkan kedua telapak tangannya. Tampak asap mengepul di antara kedua telapak tangannya berubah merah seperti berlepotan darah!
Inilah Aji Telapak Ludiro yang didapatkannya dengan latihan yang amat keji, yaitu menghisap darah anak-anak yang masih murni lahir batinnya! Kedua telapak tangan yang merah ini mengandung hawa pukulan beracun yang amat jahat. Semenjak menguasai ilmu sesat ini, belum pernah Nyi Maya Dewi mempergunakannya dalam perkelahian. Akan tetapi beberapa
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
ekor kerbau dan sapi telah menjadi korbannya, tewas seketika begitu terkena tamparan tangannya!
Jaka Lola 12 Bunga Ceplok Ungu Karya Herman Pratikto Pendekar Aneh Dari Kanglam 3
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
rumahmu dan kita tidak melakukan atau memikirkan hal-hal yang tidak baik. Mengapa harus malu dan khawatir akan pendapat orang lain?" Dia lalu membuka lagi buntalan pakaiannya dan mengeluarkan celan hitam dan memberikannya kepada Winarsih. "Nah, kau kenakan calana ini mbakyu agar engkau leluasa menunggang kuda."
Winarsih tersenyum, menerima celana itu dan pergi lagi ke balik semak-semak untuk mengenakan celana itu di balik sarungnya. Ia berterima kasih sekali kepada Aji yang demikian penuh pengertian. Setelah selesai mengenakan celana dan keluar, ia melihat Aji sudah mengambil pakaian yang tadi dijemur dan dimasukkan dalam buntalannya.
"Sekarang kita berangkat, mbakayu," kata Aji yang sudah menggendong buntalan pakaiannya. Dia lalu membantu Winarsih naik ke atas pelana kuda. Wanita itu duduk menghadap ke depan dan tentu saja merasa lebih enak dan lebih mudah daripada ketika ia menunggang kuda dengan duduk miring. Aji lalu melompat ke belakang wanita itu, menjaga jarak agar tubuhnya tidak berhimpitan dengan tubuh Winarsih.
Demikianlah dengan berboncengn seperti itu, Aji memegang kendali kuda dan perjalanan kini dapat dilakukan jauh lebih cepat. Semula Winarsih merasa rikuh juga dengan adanya seorang laki-laki duduk di belakangnya berdempetan.
Belum pernah ia begitu dekat dengan seorang pria kecuali dengan suaminya. Akan tetapi ia merasa lega ketika tidak merasa tubuh pemuda itu menghimpit tubuh belakang dan ia menjadi semakin kagum saja kepada pemuda itu. Seorang pemuda yang benar-benar sopan dan berhati bersih.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Ketika malam tiba. mereka memasuki dusun Dadapan.
Dusun di tepi Kali Bogawanta ini kecil, akan tetapi Winarsih pernah berkunjung ke dusun ini bersama suaminya dan ia mengenal Ki Wirobandi, kepala dusun itu. Maka ia mengajak Aji berkunjung ke rumah kepala dusun. Ki Wirobandi mengenal dan menghormati Ki Sumali sebagai seorang pendekar gagah perkasa. Maka, melihat Winarsih, dia mengenal istri pendekar itu dan menyambutnya dengan hormat.
Tadinya dia merasa heran melihat isteri Ki Sumali berboncengan dengan kuda bersama seorang pemuda tampan, akan tetapi setelah Winarsih memperkenalkan Lindu Aji sebagai seorang adiknya, diapun menyambut pemuda itu dengan ramah dan hormat. Mereka berdua dijamu makan malam dan bermalam di rumah kepala dusun itu. Pada keesokan harinya, pagi-pagi sekali, setelah dijamu sarapan pagi, mereka mengucapkan terima kasih kepada Ki Wirobandi dan keluarganya, berpamit dan melanjutkan perjalanan dan berboncengan kuda. Perjalanan dilakukan dengan cepat dan menjelang tengah hari mereka sudah tiba di luar dusun Loano.
"Kita berhenti di sini, dimas Aji." kata Winarsih. Aji menahan kudanya lalu melompat turun. Dia membantu Winarsih, memegang pinggangnya yang ramping dengan kedua tangannya lalu menurunkannya dari atas pelana kuda.
"Kenapa berhenti di sini, mbakayu?"
Winarsih memandang ke sekeliling. Kali Bogawanto berada di sebelah kiri dan sebelah kanan jalan itu tampak sawah luas membentang dan ada gubuk di sana sini.
"Kita sampai di luar dusun Loano. Itu dusunnya sudah tampak di depan." Ia menuding ke depan di mana tampak gerombolan pohon dan atap-atap rumah. "Semua penduduk
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
mengenalku dan aku merasa rikuh kalau mereka melihat kita berboncengan kuda. Juga pakaian ini memalukan, tentu akan menjadi buah tertawaan orang. Sebaiknya kalau aku berganti pakaianku yang kemarin."
Aji tak berkata apa-apa. Dia membuka buntalannya dan mengeluarkan pakaian Winarsih terdiri dari tapih (kain panjang) dan baju yang sudah robek di bagian pundak dan punggung.
"Masih agak lembab, belum kering benar, mbakayu."
katanya. Winarsih menerima pakaiannya. "Tidak mengapa. nanti kalau sampai di rumah aku berganti lagi pakaian kering." Ia mencari-cari dengan pandang matanya , kemudian menghampiri sebuah gubuk terdekat di persawahan itu untuk berganti pakaian. Aji diam saja, duduk di atas batu di tepi jalan, membelakangi gubuk itu. Kudanya dibiarkan makan rumput yang tumbuh di tepi jalan.
Tak lama kemudian dia mendengar suara Winarsih di belakangnya. "Ini kukembalikan pakaianmu, dimas aji. Terima kasih!"
Aji bangkit dan memutar tubuhnya. Winarsih sudah berdiri di depannya, berpakaian wanita, biarpun pakaiannya kusut dan rambutnya awut-awutan, namun ia tampak ayu manis.
Pada saat itu, tiba-tiba terdengar suara melengking-lengking, merdu sekali namun suara suling yang mendayu-dayu itu mengandung suara yang membayangkan kemarahan.
hal ini terasa benar oleh Aji yang juga pandai meniup dan memainkan suling. Dia tahu bahwa peniup suling itu biasanya
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
untuk mengiringi tembang orang yang sedang marah dan menantang!
Mendengar suling itu, Winarsih membelalakkan matanya, memutar tubuh menghadapi arah dari mana datangnya suara itu, melihat sebuah gubuk ditengah sawah agak jauh dari situ, lalu ia berseru "Dia di sana ...... !"
kemudian lari ke arah gubuk itu.
Aji tak tahu siapa yang dimaksudkan Winarsih. Karena khawatir kalau keselamatan wanita itu terancam, maka dia lalu mengikutinya dari belakang.
Setelah tiba di depan gubuk, Aji melihat bahwa peniup suling itu seorang laki-laki yang sedang duduk bersila dipanggung gubuk itu. seorang laki-laki berusia lima puluh empat tahun, rambutnya sudah bercampur banyak uban, mengenakan kain pengikat kepala bewarna biru, pakaiannya sederhana namun bersih dan rapi, bercelana hitam sebatas lutut, bajunya lurik berlengan panjang, sarungnya dilibatkan di pundak dan sebatang gagang keris tampak terselip di pinggangnya. Orang ini bertubuh sedang namun masih tampak tegap. Wajahnya yang setengah tua itu masih ganteng dan gagah. Kedua tangannya memegang sebatang suling bambu yang sedang ditiup dan dimainkannya, dan dia duduk bersila dengan tubuh tegak.
"Kakang ...... !" Aji melihat Winarsih berseru dan wanita itu berlari menghampiri panggung gubug, tangannya dijulurkan hendak menyentuh pria itu. Akan tetapi tiba-tiba pria itu menghentikan tiupan sulingnya dan sekali tangan kirinya bergerak seperti mendorong, ada angin keras menyambar dan tubuh Winarsih terpental ke belakang! Ia tentu
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
akan terjengkang roboh kalau saja Aji tidak cepat bergerak dan menahan dengan kedua tangan menangkap pundak Winarsih.
"Jangan sentuh aku!" Pria itu membentak sambil menudingkan telunjuk kirinya ke arah muka Winarsih. "Jangan kotori aku dengan tubuhnu yang ternoda dan hina!"
Mendengar ucapan ini, seperti lemas kaki Winarsih dan ia terkulai, menjatuhkan dirinya berlutut di atas tanah sawah depan gubuk, air matanya bercucuran lalu berkata di antara isak tangisnya. "Kakang ...... engkau kenapakah, kakang" Apa
...... apa dosaku kepadamu?"
Pria itu tersenyum mengejek dan pandang matanya yang tajam membayangkan kejijikan. "Engkau masih berpura-pura menanyakan dosamu, perempuan tak tahu malu" Engkau pergi dua hari satu malam tanpa pamit. Kucari ke mana-mana tidak ada, tanpa meninggalkan jejak dan sekarang engkau muncul bersama seorang pemuda tampan, menunggang kuda berboncengan, berhimpitan, bahkan mengenakan pakaian pria, tentu milik pemuda itu. Baru ganti pakaian setelah tiba di sini.
Aku melihat semua itu dan kini engkau masih bertanya tentang apa dosamu?"
Ketika tadi melihat pria itu, Aji menduga-duga siapa gerangan dia. baru dia dapat menduga bahwa pria itu tentu suami Winarsih ketika ia menyebut kakang kepada pria tua itu.
tentu pria inilah yang bernama Ki Sumali, pendekar itu. Dari dorongan jarak jauh yang membuat Winarsih terpental tadi saja dia tahu bahwa pria itu memiliki tenaga sakti yang kuat.
Mendengar betapa pria itu mencaci maki Winarsih, Aji menjadi penasaran dan cepat berkata.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Paman, mbakayu Winarsih sama sekali tidak bersalah!
Sama sekali tidak kotor ternoda seperti dugaan paman! Paman keterlaluan, mabok cemburu!"
Ki Sumali melotot ketika mendengar ucapan itu dan dia memandang wajah pemuda itu dengan tajam. kemudian tiba-tiba tubuhnya yang tadinya duduk bersila itu melompat dan bagaikan seekor burung tahu-tahu dua sudah berdiri di depan Aji.
"Keparat! Dengan usia muda dan ketampananmu engkau berani menggoda isteri orang dan sekarang masih berani membuka suara seperti itu" Orang semacam engkau ini tidak patut hidup!" Setelah berkata demikian, tangan kanannya bergerak ke arah kepala Aji. Aji maklum betapa dahsyat dan berbahaya serangan ini, maka diapun mengerahkan tenaga dan menggerakkan tangan kiri untuk mengangkis.
"Wuuttt ...... dukkkk!" Dua tenaga sakti yang amat kuat bertemu melalui kedua lengan itu dan akibatnya Aji merasakan getaran hebat mengguncangkannya, akan tetapi Ki Sumali terhuyung ke belakang sampai tiga langkah. Pria itu terbelalak kaget.
"Babo-babo, kiranya engkau seorang yang digdaya juga. Bagus! Kalau begitu, mari kita selesaikan pertentangan ini di hutan sebelah timur itu!"
"Kakang ...... ! Dengarlah dulu keteranganku. Aku diculik orang dan adimas Lindu Aji ini yang menolongku ...... "
"Tutup mulutmu!" Ki Sumali memotong. "Tiada gunanya semua alasan yang kau cari-cari itu. Aku takkan percaya! Orang muda, pantang bagi orang gagah untuk berkelahi di depan wanita dan memperebutkannya. Demi membela kehormatan, aku tantang engkau untuk mengadu
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
tebalnya kulit kerasnya tulang di hutan sana. Kalau engkau tidak berani, berarti engkau seorang pengecut besar dan aku pasti akan mencarimu dan membunuhmu!" Setelah berkata demikian, Ki Sumali sudah melompat dan lari menuju hutan yang berada di ujung persawahan sebelah timur, tidak perduli akan jerit tangis Winarsih.
Mendengar ucapan itu, Aji merasa tersinggung kehormatannya. Selain harus mempertahankan kehormatannya, juga dia merasa berkewajiban untuk menyadarkan pemarah itu dan membela Winarsih agar nama wanita itu kembali bersih dan suaminya menyadari kekeliruannya. Maka, diapun pergi ke jalan, meloncat ke atas punggung kudanya dan mengejar Ki Sumali yang sudah berlari cepat sekali ke hutan.
Setelah tiba di dalam hutan, Aji melihat Ki Sumali sudah berdiri sambil memegang suling bambunya dengan tangan kanan, sedangkan tangan kirinya bertolak pinggang.
Wajahnya yang gagah itu tampak kemerahan. Aji melompat turun dari punggung kudanya, dengan tenang menambatkan kendali kuda pada sebatang pohon kemudian menghampiri kakek itu. Mereka kini berdiri saling berhadapan, hanya disaksikan pohon-pohon yang tumbuh di sekitar tempat itu.
Dengan sikap tenang Aji berkata, "Paman Sumali, kita baru saja saling berjumpa dan diantara kita tidak ada permusuhan apapun. Akan tetapi mengapa paman memusuhi aku?"
"Hemmm, orang muda, Siapa namamu tadi?"
"Lindu Aji"
"Ya, Lindu Aji. Aku memusuhimu bukan sekali-kali untuk memperebutkan wanita, melainkan untuk membela kehormatanku yang sudah kau injak-injak. Engkau
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
mengandalkan ketampanan dan kedigdayaanmu untuk merusak pagar ayu (melanggar kesusilaan), berarti mencoreng arang di mukaku dan menginjak-injak kehormatanku. Karena itu, sebagai orang-orang yang menghargai kegagahan, engkau atau aku yang harus mati!"
"nanti dulu, Paman Sumali. Sabar dan tenanglah, dengarkan dulu penjelasanku. Isterimu diculik penjahat. Aku hanya membebaskannya dari tangan orang-orang jahat kemudian mengantarkannya pulang. sama sekali kami tidak melakukan hal-hal yang melanggar kesusilaan."
"Cukup! Ia mengenakan pakaianmu, ia berboncengan kuda denganmu, kalian tampak begitu akrab dan mesra. Semua itu kulihat sendiri! Aku belum buta untuk dapat melihat bahwa kalian berdua saling menyukai! Engkau masih berani menyangkal bahwa engkau suka dan mencinta Winarsih?"
"Tidak kusangkal bahwa aku kagum dan suka kepada mbakayu Winarsih! Akan tetapi itu bukan berarti bahwa aku mencintanya dan bahwa kami telah melakukan hal-hal yang tidak patut. Aku bukan seorang laki-laki yang suka menggoda isteri orang lain! Kalau aku suka kepadanya karena ia seorang wanita yang bijaksana dan baik budi dan kalau ia suka kepadaku karena aku telah menyelamatkannya dan bersikap sopan kepadanya, apakah itu salah" Pikiranmu sudah dikotori bayangan nafsu, Paman Sumali, sehingga engkau membayangkan yang bukan-bukan. Rasa suka, bahkan cinta sekalipun, tidak selalu harus dikotori dengan perjinahan ulah nafsu!" Panas juga rasa hati Aji karena dia dituduh sebagai perusak pagar ayu.
"Engkau boleh mengoceh apapun, akan tetapi mataku tidak buta. Winarsih pasti jatuh hati kepadamu dan hal itu apa
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
anehnya" Engkau masih muda, tampan, dan pandai mengambil hati. sedangkan aku ...... "
"Paman, kiranya tuduhanmu itu timbul dari rasa rendah dirimu! Engkau merasa sudah tua dan sebagainya! Sungguh engkau keliru, paman. Aku merasa yakin bahwa mbakayu Winarsih adalah seorang isteri yang mencinta suaminya, seorang isteri yang setia ...... "
"Cukup! Katakan saja engkau takut dan aku akan membunuhmu sebagai seorang perusak pagar ayu yang berjiwa pengecut!"
Marahlah Aji mendengar ini. "Dan engkau seorang laki-laki yang keras kepala, ingin benar dan menang sendiri, seorang suami yang sudah menjadi buta karena cemburu yang tak berdasar. Bodoh dan tolol, percuma saja menganggap diri sebagai seorang pendekar!"
"Bagus kalau engkau berani melawanku. nah, sambut seranganku ini!"
Ki Sumali lalu menyerang dengan sulingnya. Biarpun senjata itu hanya sebatang suling bambu, akan tetapi ditangan seorang sakti dapat menjadi senjata yang ampuh dan berbahaya sekali. Ketika suling itu digerakkan untuk memukul ke arah kepala Aji dan menyambar, terdengar suara melengking seolah suling itu ditiup!
Akan tetapi Aji sudah waspada. Dia maklum bahwa orang ini memiliki kesaktian dan dia tahu benar betapa dahsyat dan berbahayanya serangan suling itu. Maka diapun cepat bergerak seperti kera, memainkan ilmu silat Wanara Sakti dan dengan mudahnya dia mengelak dari serangkaian serangan suling yang berisi tujuh kali serangan bertubi-tubi itu. Ki Sumali terkejut juga melihat betapa serangkai serangannya itu
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
dengan mudah dapat dielakkan oleh lawannya yang masih begitu muda. Padahal, serangkai serangan itu merupakan serangan andalannya dan jarang ada lawan mampu mengelak secara berturut-turut tujuh kali. Diam-diam dia berkemak kemik membaca manteram, tiba-tiba dia mendorongkan tangan kirinya ke depan dan mulutnya mengeluarkan pekik melengking Lengkingan suara itu mengandung getaran yang amat dahsyat, membuat jantung Aji seperti diguncang dan dari telapak tangan kiri yang didorongkan itu keluar asap hitam yang panas! Inilah Aji Jerit Bairawa, semacam pekik ditambah serangan asap hitam yang mengandung tenaga sihir yang amat berbahaya. Jerit mengerikan itu dapat memecahkan jantung dan asap hitam itupun dapat membakar tubuh lawan!
Aji dapat menduga penyerangan semacam apa yang mengancam dirinya. Serangan itu mengandung dua macam kekuatan. Kekuatan sihir terkandung dalam pekik dahsyat itu yang dapat menyerang jantung dan melumpuhkan lawan, sedangkan serangan tangan kiri mengandung tenaga sakti yang amat kuat. Maka diapun mengerahkan tenaga saktinya dan tiba-tiba dia berjongkok, kedua tangannya menyentuh tanah sambil menggebrak tanah dia mengeluarkan bentakan nyaring.
Dia telah mengerahkan tenaga Surya Candra dan mengeluarkan Aji Guruh Bumi yang dahsyat.
Dua kekuatan dahsyat bertemu di udara dan akibatnya, Ki Sumali kembali terhuyung! Wajahnya berubah pucat, sama sekali tidak mengira bahwa pemuda itu mampu melawan ilmunya sehebat itu. Saking merasa penasaran, dia menjadi marah dan sambil menggereng kembali dia melompat dan menerjang Aji dengan sulingnya! Akan tetapi sekali ini Aji tidak hanya mengandalkan kelincahan gerakan ilmu silat
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Wanara Sakti untuk mengelak, melainkan untuk balas menyerang. Terjadilah pertempuran yang amat seru. Aji harus mengakui bahwa lawannya memang hebat, memiliki ilmu silat aneh yang dimainkan dengan senjata suling, yang dapat mengimbangi ilmu silatnya Wanara sakti. Di lain pihak, Ki Sumali juga terheran-heran. Belum pernah dia bertemu tanding seorang yang masih begini muda namun memiliki kepandaian yang demikian tinggi. Mereka saling serang, balas membalas.
Hanya bedanya, kalau Aji hanya menyerang untuk merobohkan lawan tanpa membunuhnya, sebaliknya Ki Sumali menyerang dengan jurus-jurus maut! Puluhan jurus lewat dan pertandingan itu masih berlangsung seru.
Tiba- tiba Winarsih datang berlari-
lari. Wanita ini merasa khawatir sekali melihat suaminya dan Aji pergi ke hutan itu. Ia lalu melakukan pengejaran dan ketika tiba
di dalam hutan itu ia melihat suaminya sedang berkelahi mati-matian dengan Aji. Cepat ia nekat memasuki arena perkelahian dan
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
mencabut sebatang pisau belati yang tadi diambilnya dari rumah sebelum mengejar ke hutan.
"Kalian berhenti atau aku akan membunuh diri!"
Teriakan ini mengejutkan hati Aji dan cepat ia melompat ke belakang sehingga Ki Sumali terpaksa menghentikan gerakannya juga. Dia sudah mandi keringat sendiri dan pernapasannya agak terengah.
"Kakang Sumali, engkau telah menuduhku secara keji sekali. Aku adalah isterimu yang sudah beberapa tahun mendapat bimbinganmu sehingga aku mengerti tentang harga diri seorang wanita! Harga diri seorang isteri adalah kesetiaannya terhadap suami. Aku bersumpah bahwa aku tetap setia kepada suamiku. Biarlah aku dikutuk para dewa kalau aku melanggar kesetiaanku dan bertindak jina dengan pria lain!
Kakang Sumali, engkau boleh saja menuduh aku sesat, akan tetapi engkau berdosa besar sekali kalau kau menuduh adimas Aji. Dia telah menyelamatkan aku, aku berhutang budi dan nyawa kepadanya, dan apa balasanmu" Engkau malah hendak membunuhnya! Kalau dia mati di tanganmu, kakang, aku akan membunuh diri untuk menebus dosamu kepadanya. Adimas Aji, jangan lanjutkan perkelahian ini. Kalau sampai Kakang sumali tewas dalam perkelahian ini, apa gunanya aku hidup"
Hanya dia seorang gantungan hidupku, kebahagiaanku, dan hanya dialah pria yang kucinta. Maka kalau dia tewas, aku akan membunuh diri pula!" Setelah berkata demikian, Winarsih mengancam dengan menempelkan ujung belati di dadanya dan menangis sesenggukan.
"Paman Sumali, apakah engkau belum insaf betapa setia dan besar cinta kasih isterimu kepadamu" Apakah engkau belum juga mau mendengar penjelasanku?" Tanya Aji dengan
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
alis berkerut merasa iba kepada Winarsih dan merasa gemas kepada Ki Sumali.
Ki Sumali memandang kepada Winarsih dengan alis berkerut, lalu memandang kepada Aji. Terbayang lagi dalam ingatannya keika ia melihat istrinya itu duduk berhimpitan dengan pemuda itu, berboncengan di atas punggung seekor kuda. Teringat betapa pemuda itu membantu Winarsih turun dari kuda dengan mengangkatnya pada pinggangnya, lalu betapa isterinya bertukar pakaian dalam sebuah gubuk, dan sikap dan pandang mata dari kedua orang muda itu ketika saling bicara dan berhadapan. Cemburu merupakan api yang berkobar membakar segalanya, merupakan racun yang menggerogoti hati, mengacaukan pertimbangan akal dan menggelapkan pandangan. Ki Sumali menghela napas panjang, menyelipkan suling di pinggangnya. Akan tetapi ketika Aji dan Winarsih sudah merasa lega melihat gerakan Ki Sumali ini, mereka dikejutkan ketika tiba-tiba tangan kanan Ki Sumali menghunus kerisnya! Keris itu berluk Sembilan dan bentuknya seperti ular, warnanya hitam legam. Itulah keris pusaka Sarpo Langking (Ular Hitam) yang mengandung bisa amat mematikan!
"Hayo, Lindu Aji, jangan kepalang tanggung. engkau atau aku yang harus mati!" kata ki Sumali.
Aji menjadi marah sekali. Bukan main kerasnya hati orang ini! Sungguh buta mata batinnya, tidak tahu memiliki isteri yang demikian setia dan mencinta! Orang macam ini harus diberi pelajaran keras. Akan tetapi keris pusaka yang dipegangnya itu tampak ampuh dan berbahaya sekali. Maka diapun segera menghampiri buntalan pakaiannya, membukanya dan mencabut keris pusaka Kyai Nagawelang pemberian
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Sultan Agung untuk menandingi keris hitam di tangan lawannya.
"Kalau itu kehendakmu, Paman Sumali, aku hanya ingin melayanimu!" kata Aji.
Akan tetapi tiba-tiba Ki Sumali membelalakkan matanya memandang ke arah keris Kyai Nagawelang yang berada di tangan Aji. Suaranya terdengar gemetar ketika dia berkata lirih, " ...... pusaka itu ...... luk tiga belas berkepala naga terhias jamang ...... berlapis emas ...... ahhh ...... bukankah itu Kyai Nagawelang" Keris pusaka Mataram buatan Paman Empu Supa?"
Aji merasa heran akan perubahan sikap Ki Sumali yang tiba-tiba tampak jinak dan tenang, juga memandang keris pusakanya dengan sikap hormat.
"Benar sekali, paman. Pusakaku ini adalah Kyai Nagawelang."
"Akan tetapi ...... pusaka itu milik Gusti Sultan agung!
Bagaimana bisa berada di tanganmu?" tanyanya sambil memandang kepada Aji dengan sinar mata penuh selidik.
"Aku menerimanya sebagai anugerah dari Gusti Sultan, sebagai tanda bahwa aku adalah utusan beliau yang mendapatkan kekuasaan." jawab Aji sejujurnya.
Tiba-tiba Ki Sumali menekuk lututnya dan menyembah kepada Aji!
"Mohon beribu ampun, Raden. Saya tidak tahu bahwa Raden adalah utusan Gusti Sultan yang diberi kekuasaan memiliki Kyai Nagawelang! Saya berdosa besar telah tidak percaya kepada Raden!"
Aji tersenyum dan tahulah dia bahwa orang ini, betapapun keras hatinya, ternyata adalah seorang yang setia
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
dan menghormati Sultan Agung sebagai junjungannya. Dia cepat membungkuk, memegang kedua pangkal lengan Ki Sumali, mengangkatnya dan berkata, "Ah, Paman Sumali, aku hanya seorang utusan, harap jangan menghormati aku secara berlebihan. Bersikaplah wajar saja dan jangan sebut aku raden agar kita dapat bicara dengan leluasa tanpa rikuh rikuh." Diam-diam Aji mengerahkan tenaga saktinya, Ki Sumali dapat merasakan getaran kuat melalui telapak tangan pemuda itu yang memegang kedua bahunya. Sekali lagi mereka ingin saling menguji dan dia mengerahkan aji kesaktiannya membuat tubuhnya menjadi berat sekali. Akan tetapi tetap saja tubuh atasnya terangkat dan dia terpaksa berdiri. Dia memandang wajah pemuda itu penuh kagum dan kini wajahnya cerah berseri dan mulutnya menyungging senyuman.
"Anakmas Aji, kini aku tidak merasa heran mengapa Gusti sultan Agung mengangkat engkau menjadi utusan dengan membekali Keris Pusaka Kyai Nagawelang sebagai tanda pengenal. Nah, sekarang ceritakanlah, anakmas, apa yang sesungguhnya terjadi dengan istriku Winarsih?"
"Isterimu Mbakayu winarsih, tadi telah berkata sebenarnya. Ia diculik orang dan dilarikan dari Loano dengan menggunakan perahu menuju ke hilir. Aku yang sedang melakukan perjalanan berkelana melihat ia dengan dua orang laki-laki penculiknya. Aku hendak dirampok oleh anak buah orang itu, bahkan yang seorang juga ikut mengeroyok. Setelah merobohkan lima orang yang mengeroyokku, aku lalu terjun ke air dan mengejar perahu yang didayung seorang pemimpin perampok dan yang melarikan Mbakayu Winarsih. Aku berhasil menyusul dan mengalahkan pemimpin perampok itu setelah berkelahi didalam air. Akan tetapi perahu itu dia
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
gulingkan. Untung Mbakayu Winarsih belum sampai hanyut.
Aku menolongnya dan membawanya berenang ke tepi sungai.
Nah, karena kami basah kuyup, untuk mencegah ia masuk angin, aku lalu meminjamkan seperangkat pakaian untuk ia pakai sebagai pengganti pakaiannya yang basah kuyup.
Kemudian aku mengantar ia pulang ke Loano. Karena perjalanan cukup jauh dan Mbakayu Winarsih ingin sekali segera dapat pulang dan bertemu denganmu, maka kami lalu berboncengan di atas kuda. percayalah, paman, aku cukup menghayati aturan tata susila yang pernah diajarkan mendiang bapa dan eyang guruku dan Mbakayu Winarsih adalah seorang wanita yang bersusila, baik budi dan setia kepada suami sehingga biarpun kami berboncengan, akan tetapi kami saling menjaga sehingga kami tidak berhimpitan. Karena itu tuduhanmu tadi terhadap isterimu sungguh tidak pantas dan amat menyakiti hati Mbakayu Winarsih yang kesetiaan dan kasih sayangnya kepadamu murni dan bersih."
Ki Sumali mengerutkan alisnya, matanya menunjukkan penyesalan besar ketika dia memandang kepada Winarsih yang masih bersimpuh di atas tanah dan menangis tersedu-sedu.
Wanita itu masih menggenggam gagang pisau belati dan mendengar pembelaan Aji, hatinya terasa perih seperti disayat-sayat sehingga tangisnya semakin mengguguk.
"Aduh, diajeng Winarsih ...... !" Ki Sumali berlutut dan merangkul isterinya. "Maafkan aku, diajeng. Mataku seperti buta, telingaku seperti tuli sehingga aku tega menotori kesucianmu dengan tuduhan-tuduhan keji! Sudah sepatutnya kalau engkau tanamkan cundrik (belati) itu kedadaku, diajeng
...... !" TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Kakang Sumali ...... !" Winarsih melepaskan belatinya dan iapun menangis dalam dekapan suaminya. Kedua orang suami isteri itu bertangisan dan pada saat itu terasa benar oleh mereka betapa mereka itu sesungguhnya saling mencinta. Aji melangkah mundur dan mengalihkan pandangan sambil tersenyum. Hatinya girang bukan main melihat sepasang suami isteri itu telah rukun kembali. Betapa bahagianya seorang pria seperti Ki Sumali yang sudah tua itu memiliki seorang isteri seperti Winarsih yang masih muda, ayu manis dan baik budi penuh kasih sayang pula! Diam-diam dia mengharapkan agar kelak dia dapat memperoleh jodoh seorang wanita seperti ini!
Setelah keharuan mereka agak mereda, Ki Sumali merangkul isterinya dan diajak bangkit berdiri. "Ah, benar seperti yang dikatakan anak mas Aji tadi. Aku telah mabok, bahkan gila karena cemburu buta. Akan tetapi, anakmas Aji, dapatkah perasaan cemburu itu dihilangkan dari hati yang lemah ini" Aku jauh lebih tua dari diajeng Winarsih, bahkan ia sepantasnya kalau menjadi anakku. Bagaimana perasaan cemburu tidak akan menggoda hatiku kalau ia bertemu dengan pria lain yang jauh lebih muda dan tampan dariku?" Ki Sumali bertanya sambil memandang wajah Aji.
Pemuda itu tersenyum. Dia adalah seorang pemuda yang sama sekali belum mempunyai pengalaman tentang cinta dan cemburu. Akan tetapi dia sudah memiliki dasar pengertian yang luas tentang kehidupan. Dari mendiang Ki Tejobudi dia mendapat gemblengan batin dan diperkenalkan dengan nafsu-nafsu daya rendah dan segala macam ulahnya yang selalu mencoba untuk menguasai manusia.
"Paman Sumali, sesungguhnya saya pribadi belum pernah merasakan apa yang dinamakan cinta terhadap wanita
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
dan bagaimana rasanya cemburu itu. Akan tetapi saya dapat menduga dan membayangkan. Paman, kalau saya tidak salah, cemburu timbul karena ketidak percayaan. Adalah keliru sekali kalau paman tidak percaya kepada Mbakayu Winarsih. Ia seorang wanita dan isteri yang kiranya sukar paman dapatkan keduanya di jagad ini. Berilah kepercayaan sepenuhnya kepadanya, paman, percaya dengan penuh keyakinan bahwa ia tidak akan sudi melakukan penyelewengan. Kepercayaan penuh keyakinan itu pasti akan mampu melenyapkan racun cemburu yang mengeram di dalam hati paman."
"Apa yang dikatakan dimas Aji itu tepat dan benar sekali. Kakang Sumali. Hal itu telah terbukti dalam hatiku. Aku percaya dengan penuh keyakinan bahwa engkau tidak akan menyeleweng dngan wanita lain dan selama ini aku tidak pernah merasa cemburu kepadamu, kakang, biarpun aku tahu bahwa engkau amat terkenal di Loano dan banyak wanita terkagum-kagum kepadamu."
Ki Sumali mengangguk-angguk dan memandang
kepada Aji dengan pandang mata penuh kagum. "Anakmas Aji, sungguh tak kusangka engkau yang semuda ini memiliki pandangan seluas itu. Akan tetapi, kiranya tidak dapat disangkal bahwa seorang pemuda setampan dan segagah engkau tentu mempunyai daya tarik kuat bagi wanita dan aku dapat merasakan bahwa isteriku tentu kagum dan suka kepadamu." Ucapan ini sama sekali tidak mengandung amarah atau curiga, membuktikan bahwa dia tidak lagi dipengaruhi cemburu.
"Suka dan tertarik kepada orang lain, apalagi yang berlawanan jenis, merupakan hal yang wajar, paman. Akupun mengaku bahwa aku tertarik, suka dan kagum kepada Mbakyu
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Winarsih, seperti aku akan kagum terhadap seseorang atau sesuatu yang indah, baik dan menarik perhatian menimbulkan kagum. Mungkin saja Mbakyu Winarsih suka dan kagum kepadaku karena aku telah menyelamatkannya dari tangan orang-orang jahat. Apa salahnya dengan rasa kagum dan suka itu, paman" Kita adalah manusia, mahluk beradab yang dibatasi oleh tata susila dan tata hukum. Rasa kagum dan suka kita itu terbatas oleh kesusilaan dan hukum, tidak mendorong kita untuk memiliki apa yang kita kagumi dan sukai, apalagi kalau yang kita sukai dan kagumi itu telah menjadi milik orang lain. Kalau aku kagum melihat bunga yang indah dan timbul rasa suka, bukan berarti aku ingin memetik dan memilikinya, apalagi kalau bunga itu menjadi milik orang lain. Bukan rasa suka dan kagum, melainkan nafsu binatanglah yang mendorong orang melakukan penyelewengan. Coba paman renungkan lalu jawab dengan sejujurnya. Apakah paman tidak akan tertarik melihat wanita lain yang cantik, pandai, bijaksana dan memiliki sifat-sifat baik lain yang mengagumkan" Apakah paman tidak akan menjadi kagum dan suka?"
Ki Sumali memejamkan kedua matanya, mengerutkan alisnya, lalu tersenyum dan mengangguk-angguk.
"Nah, itu jujur namanya. Laki-laki melihat wanita cantik menarik menjadi kagum dan suka atau sebaliknya wanita melihat pria tampan menarik menjadi kagum dan suka adalah suatu perasaan yang wajar dan sama sekali tidak perlu menjadikan malu. Kalau ada pria atau wanita mengaku bahwa dia tidak tertarik melihat lawan jenisnya yang mengagumkan, maka dia itu berbohong atau tidak normal. Suka dan kagum bukan berarti lalu menuruti nafsu dan menyeleweng. Semua itu tergantung pada pribudi manusianya, paman. siapa sih yang
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
tidak akan tertarik melihat sesuatu, baik manusia atau benda, yang indah mengagumkan?"
Ki Sumali tersenyum lebar, senyum lega dan menandakan bahwa hatinya terbuka dan pandang matanya kepada isterinya penuh kasih sayang dan pengertian.
Betapapun juga, dia masih belum puas akan kebenaran yang telah dilihatnya, mengingat apa yang dialami dan dilihatnya dalam kehidupan sehari-hari dalam masyarakat.
"Akan tetapi, anakmas Aji. Dalam pergaulan hidup bermasyarakat, orang condong mengatakan bahwa kalau orang mudah tertarik melihat wanita cantik, dia disebut sebagai mata keranjang. Bagaimana ini?"
"Aku juga mendengar akan sesuatu itu, paman. Kukira sebutan itu hanya patut diberikan kepada seorang pria yang menjadi budak dari nafsu berahinya sendiri. Kalau seorang pria suka dan kagum melihat wanita yang menarik, lalu menyimpan rasa suka dan kagum itu dalam hati maka hal itu adalah wajar saja. Akan tetapi kalau rasa suka dan kagum itu lalu menimbulkan nafsu berahi dan mendorongnya untuk melakukan usaha untuk mendapatkan wanita itu sebagai pelampiasan nafsunya, maka pria seperti itulah yang pantas disebut mata keranjang. demikian pula kebalikannya dengan wanita. bukankah kaupikir demikian, paman?"
Kembali Ki Sumali mengangguk-angguk. "Sungguh heran! Aku, laki-laki berusia lima puluh empat tahun yang banyak pengalaman, mendengarkan kebenaran ini keluar dari mulut seorang pemuda remaja seperti engkau, Anakmas Aji."
"Kakang Sumali dan Dimas Aji, kalian ini bagaimana sih" Bercakap-cakap di tengah hutan. Kakang, apakah tidak sebaiknya kalau kita undang Adimas Aji berkunjung ke rumah
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
kita di mana kalian dapat bercakap-cakap lebih leluasa dan enak?"
"Ah, engkau benar sekali, diajeng! Aku masih ingin bercakap-cakap lebih banyak dengan Anakmas Aji. Mari, anakmas, kami persilakan anakmas berkunjung ke gubuk kami.
Perkenalan ini harus dipererat!"
Aji tidak dapat menolak. Mereka bertiga keluar dari hutan. Winarsih dibantu suaminya naik ke atas punggung kuda dan dua orang pria itu berjalan kaki.
-o0-dwkz~budi-0o-
Rumah Ki Sumali cukup besar bagi keluarga yang belum mempunyai anak itu. Yang tinggal di situ hanaya mereka berdua, seorang pelayan wanita setengah tua dan seorang pelayan pria juga mengurus kebun mereka.
Hari telah menjelang senja ketika mereka tiba di rumah Ki Sumali. Aji dipersilakan mandi. Setelah mereka semua mandi dan menikmati hidangan makan malam, Ki Sumali dan Winarsih lalu mengajak Aji bercakap-cakap di ruangan dalam.
Aji sudah dibujuk suami isteri itu untuk menginap di rumah mereka dan pemuda itu tidak dapat menolak keramahan mereka.
"Nah, sekarang kita dapat mengobrol dengan enak.
Akan tetapi sebelum kita bicara, aku ingin sekali mengenalmu lebih baik lagi dan mengetahui banyak tentang dirimu. anak mas Lindu Aji, kami hanya mengetahui bahwa engkau adalah seorang pemuda yang sakti mandraguna, berbudi mulia dan sebegini muda telah menjadi kepercayaan Gusti Sultan Agung sehingga diberi Pusaka Kyai Nagawelang. Akan tetapi kami tidak mengetahui siapa sebenarnya engkau, anak mas, dari
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
mana asalmu, siapa orang tuamu dan siapa pula gurumu yang mulia" Maukah engkau menceritakannya kepada kami?"
"Saya anak dusun, hidup bersama ibu yang telah menjadi janda di pantai Laut Kidul, dusun Gampingan. Guru saya juga sudah meninggal dunia, nama mendiang guru saya Ki Tejobudi. Pada suatu hari, secara kebetulan saya bertemu dengan Gusti Puteri Wandansari yang berkelahi dengan orang-orang jahat yang sakti mandraguna. Setelah saya mengetahui bahwa wanita itu adalah Sang Puteri yang namanya sudah saya dengar, saya langsung membantunya dan akhirnya orang-orang jahat itu dapat dikalahkan. Gusti Puteri Ratu Wandansari mengajak saya menghadap Gusti Sultan Agung dan saya dianugerahi pusaka ini, paman." keterangan Aji itu singkat saja karena memang dia tidak ingin banyak bercerita tentang dirinya. akan tetapi agaknya keterangan itu, terutama sekali mendengar bahwa Aji pernah membantu Ratu Wandansari dan menghadap Sultan Agung, membuat Ki Sumali tampak bersemangat dan gembira.
"Sungguh pertemuanku dengan engkau ini merupakan berkah dari Gusti Allah, anak mas Aji! Bukan saja engkau telah menyelamatkan isteriku dari bencana, akan tetapi agaknya Gusti Allah mengirim engkau datang untuk membantu aku menghadapi musuh-musuhku, Kuharap engkau tidak menolak kalau aku minta bantuanmu untuk menghadapi musuh-musuhku, anak mas Aji."
Aji mengerutkan keningnya. "Paman, maafkan aku.
Kalau paman mempunyai musuh-musuh, aku tidak dapat mencampuri. Aku tidak tahu, siapa musuh paman itu dan apa urusannya dengan paman. Bagaimana aku dapat mencampuri
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
urusan pribadi paman dan ikut-ikut memusuhi orang-orang yang aku tidak mengenalnya sama sekali?"
"Ha-ha-ha, aku mengerti apa yang kau pikirkan, anak mas Aji. Aku tidak menyalahkanmu. Memang sudah sepatutnya kalau engkau meragu dan menolak permintaan bantuanku karena engkau tidak mengenal siapa musuh-musuhku dan apa kesalahan mereka. Engkau tentu tidak mau salah tindak dan memusuhi orang-orang yang tidak berdosa.
Baiklah kuceritakan persoalannya dan setelah engkau mendengar ceritaku, baru engkau boleh memutuskan apakah engkau mau membantuku menhadapi mereka atau tidak." Ki Sumali lalu bercerita, didengarkan dengan penuh perhatian oleh Lindu Aji.
Ki Sumali adalah penduduk asli Loano dan sejak dilahirkan dia tinggal di Loano. Akan tetapi sejak mula dia suka berkelana dan mempelajari ilmu-ilmu kanuragan sehingga dia terkenal sebagai pendekar Loano yang disegani dan dohormati banyak orang. Dia selalu menolong yang lemah dan menentang yang jahat. Ketika Loano pada suatu ketika diserbu bajak sungai, Ki Sumali seorang diri membela dan mengamuk, menewaskan banyak anggauta gerombolan bajak dan perampok. Dalam peristiwa itu dia menyelamatkan seorang perawan dusun yang diculik gerombolan. Perawan itu adalah Winarsih yang ketika itu berusia delapan belas tahun. Sejak itu nama Ki Sumali menjadi makin terkenal. dan yang merupakan hadiah terbesar bagi Ki Sumali adalah Winarsih yang jatuh cinta kepadanya karena pertolongan itu. Winarsih yang berusia delapan belas tahun itu dengan suka rela dan senang hati menjadi isterinya padahal waktu itu usianya sudah lima puluh satu tahun. Ki Sumali yang tadinya seorang perjaka tua itu
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
menikmati kebahagiaan berumah tangga dengan isterinya tersayang.
Ki Sumali yang namanya terkenal itu masih juga belum puas dengan ilmu kanuragan yang telah dikuasainya. Dia masih ingin memperdalam ilmunya. Untuk ini dia mengadakan hubungan dengan orang-orang yang memiliki kedigdayaan untuk bertukar pikiran dan menambah pengalaman. Satu di antara kenalannya adalah Aki Somad, seorang pertapa yang sakti mandraguna dan berdiam di Nusa Kambangan.
Perkenalannya dengan Aki Somad yang berusia enam puluh tahun itu memperkaya ilmu kanuragan yang dimiliki Ki Sumali. Biarpun mereka bersahabat, namun karena banyak yang dipelajarinya dari Aki Somad, maka Ki Sumali menganggap Aki Somad seperti seorang gurunya.
Akan tetapi persahabatan itu menjadi agak renggang, atau lebih tepat lagi, Ki Sumali yang sengaja menjauhkan diri setelah melihat betapa Aki Somad menjalin hubungan dengan Gerombolan Gagak Rodra yang dikenal oleh penduduk sebagai gerombolan yang condong untuk memusuhi Mataram. Padahal, Gerombolan Gagak Rodra inilah yang dulu, tiga tahun yang lalu, pernah menyerbu dusun Loano. Ketika pada suatu hari dia melihat beberapa orang anggauta gerombolan itu berada di Nusa Kambangan, mengantarkan bahan makanan dan barang-barang berharga untuk Aki Somad, Ki Sumali merasa tidak senang dan dia tidak pernah lagi mengunjungi Aki Somad yang tadinya dia anggap sebagai sahabat, bahkan sebagai guru itu.
Pada suatu hari, kurang lebih sebulan sebelum pertemuannya dengan Aji, Ki Sumali kedatangan tamu. Yang datang itu bukan lain adalah Aki Somad. Kakek berusia sekitar enam puluh tahun ini bertubuh kurus dan agak bongkok, tangan
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
kanannya selalu memegang sebatang tongkat dari ular kering.
Mukanya meruncing ke depan seperti muka kuda, matanya yang sipit itu bersinar tajam penuh wibawa. Pakaiannya serba hitam dan berkalung sarung yang masih baru. Kedua lengannya mengenakan gelang akar bahar hitam dan jari-jari tangannya penuh cincin bermata akik yang besar-besar.
Ki Sumali dan Winarsih yang sudah tiga tahun menjadi isterinya menyambut Aki Somad dengan hormat. Diam-diam Winarsih yang baru sekali itu berjumpa dengan Aki Somad, merasa ngeri melihat betapa sinar mata kakek itu menggerayangi tubuhnya dengan genit dan nakal. Akan tetapi melihat suaminya amat menghormati kakek itu, iapun bersikap ramah dan hormat.
"Heh-heh, Adi Sumali. Inikah isterimu yang kabarnya masih amat muda itu" Hemm, engkau benar-benar beruntung, mendapatkan isteri yang muda, bahenol dan cantik!" kakek itu terkekeh. Ki Sumali tersenyum dan tidak merasa tersinggung karena dia mengenal sahabat yang juga dianggap gurunya ini memang seorang yang berwatak terbuka sehingga kadang-kadang terdengar kasar dan kurang ajar. Akan tetapi Winarsih menjadi sebal, mukanya berubah merah dan ia lalu mengundurkan diri, tidak mau keluar lagi. Bahkan ketika menyuguhkan hidangan, ia menyuruh Mbok Ginah, pembantu yang baru dua bulan bekerja kepadanya, untuk membawa hidangan itu ke ruangan tamu. Mbok Ginah yang berusia kurang lebih lima puluh tahun itu bekerja bersama suaminya, Pak Karto yang menjadi tukang kebun dan terkadang juga bekerja di ladang mereka. Suami isteri tua ini tadinya memasuki Loano sebagai orang-orang yang terlantar meninggalkan kampung halaman di tepi sungai Bogawanta
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
yang kebanjiran. Ki Sumali menampung mereka yang sedang menderita itu dan menerima mereka sebagai pembantu.
"Kakang Somad, angin apakah yang meniup kakang berkunjung ke gubuk kali ini?" Tanya Ki Sumali setelah mempersilahkan tamunya minum. "Terus terang saja, saya agak kaget menerima kunjungan kakang yang saya tahu tidak pernah meninggalkan Nusa Kambangan."
"Heh-heh, benar apa yang kau katakan itu, Adi Sumali.
Memang, kalau tidak karena urusan penting sekali, aku tidak pernah mau meninggalkan Nusa Kambangan. Akan tetapi, kedatanganku ini membawa urusan yang penting sekali. Aku ingin mengajak engkau untuk bekerja sama, atau lebih tepat lagi, aku ingin minta bantuanmu."
"Kerja sama" Bantuan" Saya akan merasa senang sekali kalau dapat membantumu, kakang. Katakanlah, urusan penting apakah itu yang membutuhkan bantuanku?"
"Begini, Adi Sumali. Engkau tentu sudah mendengar akan sepak terjang Sultan Agung di Mataram yang penuh angkara murka itu! Dia menggunakan kekerasan menaklukkan seluruh kabupaten dan kadipaten yang berada di JawaTimur, bahkan telah menaklukkan Madura, Surabaya dan Giri! Tentu engkau sudah mendengar akan hal itu, bukan?"
Ki Sumali mengangguk-angguk, akan tetapi sepasang alisnya berkerut. "Tentu saja saya sudah mendengar bahwa Mataram telah berhasil menundukkan seluruh kadipaten di Jawa timur, Madura, Surabaya dan Giri, Kakang Somad. Akan tetapi yang saya ketahui, hal itu dilakukan Kanjeng Gusti Sultan Agung sama sekali bukan karena sifat angkara murka.
Beliau menghendaki agar seluruh kadipaten di Nusantara ini bersatu padu untuk menghadapi ancaman yang berbahaya yaitu
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Kumpeni Belanda. Tanpa adanya persatuan, kiranya tidak mungkin untuk dapat mengusir Balanda dari Nusantara."
-o0-dwkz~budi-0o-
JILID IX eh-heh-heh, agaknya engkau juga sudah terkena pengaruh Mataram! Ketahuilah, Adi Sumali, semua H yang kaukatakan itu sebetulnya hanya merupakan akal licik Sultan Agung saja untuk mencari alasan agar keangkara murkaannya tidak tampak. Dia menggunakan dalih untuk mengusir Belanda. Pada hal, apa sih kesalahan Belanda"
Mereka datang untuk berdagang. Kedatangan mereka di Nusantara menguntungkan bangsa kita. Mereka membawa kepandaian yang perlu kita pelajari. Mereka datang membawa kemakmuran karena mereka itu kaya raya. Karena itu, Adi Sumali, kita dapat mempergunakan kepandaian dan kekuatan Belanda untuk membendung keangkara murkaan Sultan Agung di Mataram!"
"Maksudmu, saya harus berbuat apa, Kakang Somad?"
Tanya Ki Sumali, menahan perasaan hatinya yang panas mendengar kata-kata yang jelas bernada memusuhi Mataram itu.
"Begini, Adi Sumali. Kami telah lama membantu pihak Belanda yang berjanji untuk membebaskan kami dari kekuasaan Mataram. Kami telah berhasil menggagalkan usaha pasukan Mataram yang melakukan penyerangan ke Jayakarta.
Untuk itu, Kumpeni Belanda berterima kasih kepada kami dan
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
memberikan banyak hadiah. Akan tetapi, Kumpeni Belanda minta agar kami waspada karena mereka percaya bahwa pihak Mataram tentu akan melakukan penyerbuan lagi. Maka, kami ditugaskan untuk menghimpun tenaga, membujuk para pejabat dan pamong praja di daerah Kadipaten Banyumas dan lain-lain, juga di daerah Loano ini, untuk menghimpun kekuatan dan menghalangi gerakan Mataram kalau mereka hendak melakukan penyerbuan ke barat lagi. Untuk itu, semua biayanya akan diberikan oleh pihak Belanda dan kita akan mendapat hadiah harta kekayaan yang besar. Bahkan besar kemungkinannya, kalau kumpeni Belanda dapat mengalahkan Mataram, kita akan mendapatkan kedudukan tinggi. Bukan tidak mungkin, dan kami akan mengusulkan kepada Kompeni kelak, engkau sendiri akan diangkat menjadi Adipati yang menguasai Loano dan daerahnya, Adi Sumali."
Sejak tadi Ki Sumali sudah menahan kesabaran dan menekan kemarahannya. "Maksud Kakang Somad agar saya
...... memberontak kepada Mataram?"
"Ya, memberontak terhadap raja yang lalim, Adi Sumali! Dan ini merupakan tugas seorang satria seperti adi!
Menegakkan kebenaran dan keadilan, menentang si angkara murka!"
Ki Sumali tersenyum dan menggeleng kepala. "Kakang Somad telah salah duga! Kanjeng Sultan Agung di Mataram adalah seorang raja yang adil dan arif bijaksana, sama sekali bukan lalim. Yang lalim dan palsu adalah Belanda dan agaknya Kakang Somad telah dipengaruhi racun bujukan Belanda yang mempergunakan harta benda untuk membujuk orang agar menjadi pengkhianat! Tidak, Kakang Somad, maafkan saja, saya tidak dapat membantu kakang dalam hal ini!"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Adi Sumali! engkau ingin mengorbankan persahabatan kita dengan menolak tawaran kerja sama itu?" Aki Somad berseru marah.
"Apa boleh buat, Kakang Somad. Bagaimanapun juga, sampai mati saya tidak mau mengkhianati Mataram dan akan tetap setia kepada kanjeng Sultan!"
Aki Somad bangkit berdiri dengan marah. "Babo-babo, Ki Sumali! Kalau kelak Kumpeni Belanda menggilasmu, aku tidak akan menolongmu dan persahabatan antara kita putus sampai di sini!" Dia menggerakkan tongkat ularnya, dihantamkan ke atas meja.
"Brakkk !!" Meja itu pecah berantakan dan semua hidangan yang berada di atas meja berloncatan dan jatuh berserakan di atas lantai!
Ki Sumali juga bangkit berdiri, akan tetapi dia masih bersikap tenang dan waspada. "Terserah kepadamu, Kakang Somad! Engkau yang memutuskan, bukan aku."
Aki somad mendengus marah lalu memutar tubuh dan meninggalkan rumah itu dengan langkah lebar. Mendengar suara ribut-ribut itu Winarsih berlari memasuki ruangan dan ia terbelalak memandang meja yang sudah remuk dan hidangan yang berserakan di atas lantai. Akan tetapi hatinya lega melihat suaminya berdiri di situ dalam keadaan selamat.
"Kakang, ada terjadi apakah" Di mana tamunya dan semua ini ...... " Ia menuding ke arah meja dan hidangan yang berserakan.
Melihat mata terbelalak dan wajah pucat isterinya, Ki sumali mendekati dan merangkul pundaknya. "Tenanglah dan jangan kaget, Narsih. Panggil saja Mbok Ginah dan Pak Karto agar mereka menyingkirkan dan membersihkan semua ini."
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Winarsih menurut, memanggil dua orang pembantunya.
Suami isteri yang usianya sekitar lima puluh tahun itu masuk dan mereka segera membersihkan ruangan itu tanpa banyak bertanya. Ki Sumali mengajak isterinya masuk ke ruangan dalam.
"Kakang, aku khawatir sekali. Aki Somad itu ......
menyeramkan dan aku mendapat perasaan yang tidak enak, seolah ada bahaya besar mengancam kita, kakang."
"Tenanglah, Narsih, Gusti Allah akan selalu melindungi orang yang tidak bersalah. Kakang Somad tadi memang marah karena aku tidak mau diajak untuk memberontak terhadap Mataram. Kelak dia tentu merasa akan kesalahannya dan menyesal atas sikapnya hari ini."
Setelah menceritakan semua yang telah dialaminya kepada Aji, Ki Sumali memandang kepada pemuda itu dan menghela napas panjang. "Demikianlah, anakmas Aji. Sejak hari itu, aku selalu waspada dan menjaga segala kemungkinan.
Akan tetapi dua hari yang lalu kami kecolongan juga! Aku masih tidur ketika Winarsih meninggalkan rumah pada waktu fajar, mencuci pakaian di sungai belakang rumah. Hal ini kuanggap aman saja karena di sana ada kedua orang pelayan kami yang juga sudah bangun. Aku sama sekali tidak menduga bahwa kesempatan itu dipergunakan orang-orang jahat itu untuk menculiknya."
"Dua orang itu menepuk tengkukku dan aku tidak mampu megeluarkan suara. Dalam keadaan tidak mampu bersuara itu aku dilarikan kemudian dibawa perahu. Setelah beberapa lamanya, baru aku dapat mengeluarkan suara kembali dan melihat seorang pemuda berkelahi melawan anak buah
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
penjahat itu, aku lalu berteriak minta tolong. Akhirnya dimas Aji berhasil menyelamatkan aku."
"Paman Sumali dan Mbakayu Winarsih, andika berdua sudah menceritakan semua itu kepadaku. Sekarang Mbakayu Winarsih telah pulang dengan selamat. Lalu bantuan apa lagi yang paman kehendaki dariku?"
"Begini, anak mas Aji. Engkau adalah orang kepercayaan Kanjeng Sultan Agung. tentu tidak akan tinggal diam melihat ada usaha pengkhianatan dan pemberontakan.
Aku yakin bahwa penculikan atas diri Winarsih itu ada hubungannya dengan kemarahan Aki Somad kepadaku.
Usahanya untuk membujuk para pamong praja untuk mengkhianati Mataram, untuk kelak menghalangi Mataram kalau pasukan Mataram hendak menyerbu ke Jayakarta atau Batavia, haruslah ditentang dan digagalkan."
"Paman Sumali, apakah engkau mengenal nama Ki Blekok Ireng?"
"Ehh?" Ki Sumali memandang heran. "Mengapa engkau menanyakan nama itu" Apakah engkau mengenal nama-nama kepala bajak dan rampok yang terkenal di seluruh Kadipaten Kedu itu?"
"Orang bernama Ki Blekok Ireng itulah yang memimpin penculikan atas diri Mbakayu Winarsih. Dia mengakui namanya ketika bertanding denganku dalam air."
"Ah, sudah kuduga! Dan ini menjadi bukti kebenaran kecurigaanku terhadap Aki Somad. Jelas sekarang, dialah dalang penculikan ini dengan niat untuk menghancurkan aku.
Ketahuilah, anak mas Aji. Ki Blekok Ireng itu adalah ketua dari gerombolan Gagak Rodra yang terkenal bersikap menentang dan memusuhi Mataram. Bukan aneh kalau
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
gerombolan itu kini diperalat oleh Kompeni Belanda, dan aku sudah mendengar bahwa Aki Somad menjalin hubungan dengan gerombolan itu. Hal itulah yang membuat aku enggan bersahabat lagi dengan dia. Kalau sekarang ketua gerombolan itu yang menculik Winarsih, mudah diduga bahwa Aki Somad berada di belakang peristiwa itu."
Aji mengangguk-angguk. "Agaknya dugaan paman itu tidak salah. lalu, apa yang akan paman lakukan sekarang?"
Alap Alap Laut Kidul Seri Ke 3 Pecut Sakti Bajrakirana Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Kita harus hancurkan gerombolan Gagak rodra itu. Ya, kita. Engkau dan aku, anak mas Aji. Hancurnya gerombolan itu berarti lenyapnya penghalang dan gangguan bagi Mataram, juga berarti hancurnya segerombolan antek Belanda di daerah ini!"
Pada saat itu, seorang wanita memasuki ruangan itu. Ia berusia sekitar lima puluh tahun, rambutnya sudah berwarna dua dan pakaiannya yang sederhana menunjukkan bahwa ia seorang pelayan. Memang wanita itu adalah Mbok Ginah pembantu keluarga Ki Sumali. Ia membawa sebuah piring besar berisi singkong rebus yang masih mengepul panas.
"Silakan makan singkong rebusnya raden." katanya kepada Aji. setelah berkata dmikian, ia keluar dari ruangan itu.
Winarsih tersenyum. "Silakan, dimas Aji. Selagi masih hangat, singkong rebus ini gurih sekali." Ia menawarkan.
"Ya, silakan, anak mas Aji! Ini makanan desa, seadanya saja." kata pula Ki Sumali mempersilakan.
Aji tersenyum. "Ah, saya juga biasa makan singkong rebus seperti ini, paman." Dia menggerakkan tangan kanan untuk mengambil makanan itu. Akan tetapi terjadi keanehan.
Tangannya itu seperti bergerak di luar kehendaknya dan mendorong piring berisi singkong rebus itu sehingga piring itu
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
terdorong jatuh dari atas meja dan isinya berserakan di atas lantai.
Ki Sumali dan Winarsih memandang heran dan keduanya hendak bangkit dari tempat duduknya untuk mengambil makanan yang terjatuh berserakan itu. Akan tetapi tiba-tiba Aji menjulurkan kedua tangan dan memegang lengan mereka.
"Harap kalian jangan bergerak dan biarkan ayam itu makan singkong rebus!" bisiknya. tentu saja suami isteri itu merasa heran sekali dan mereka memandang kepada seekor ayam, ayam mereka, yang memasuki ruangan itu dari pintu depan. Agaknya ayam itu tertarik melihat singkong rebus berceceran dan binatang itu lari mendekat dan mematuk sepotong singkong, terus memakannya dengan asik. Aji dan suami isteri itu memandang, Aji dengan penuh perhatian, dan suami istri itu dengan heran dan tidak mengerti akan sikap Aji yang amat aneh itu.
Kemudian terjadi hal yang membuat suami isteri itu terbelalak dan Winarsih menahan jerit di balik tangannya.
mereka berdua melihat ayam itu tiba-tiba terguling dan berkelojotan, lalu mati!
Aji bangkit dari duduknya dan mengangguk-angguk.
"Sudah kuduga. Paman Sumali dan Mbakayu Winarsih.
Singkong rebus itu mengandung racun yang amat berbahaya."
"Apa" Bagaimana mungkin?" Ki Sumali berseru heran, lalu memandang ke arah dalam rumah dan berteriak memanggil. "Mbok Ginah ...... ! Ke sinilah ...... !"
Terdengar langkah kaki berlari-larian dari dalam dan muncullah Pak Karto dan Mbok ginah. Suami isteri pelayan ini
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
agaknya terkejut mendengar panggilan Ki Sumali yang berteriak keras itu.
"Ada ...... apakah ...... ?" Pak Karto bertanya gagap.
"Andika memanggil saya......?" Mbok Ginah bertanya kepada ki Sumali yang memandang kepadanya dengan alis berkerut.
Aji cepat mengambil dua potong singkong rebus dari atas tanah dan menyerahkan dua potong singkong rebus itu kepada Pak Karto dan Mbok Ginah.
"Kami bertiga minta agar kalian bedua makan singkong rebus ini, sekarang juga, di muka kami!" kata Aji dengan nada memaksa.
Suami isteri tua itu menerima sepotong singkong rebus dan mereka tampak bingung dan heran, lalu keduanya saling pandang dan kemudian memandang kepada Ki Sumali dan Winarsih. Ki Sumali yang maklum bahwa Aji mencurigai kedua orang pelayan itu menaruh racun pada singkong rebus dan kini sengaja menyuruh mereka makan, mengangguk dan berkata, "Turuti saja permintaan anak mas Aji."
Winarsih memandang dengan muka pucat dan mata terbelalak ketika suami isteri itu dengan tenang membawa singkong rebus ke mulut mereka dan hendak menggigitnya.
Melihat ini, tiba-tiba tangan Aji menyambar dan kedua orang tua itu berseru kaget, singkong rebus di tangan mereka terpental dan jatuh ke atas tanah.
"Ah, apa artinya ini ...... ?" keduanya berseru heran.
Ki sumali melihat mereka tadi benar-benar hendak makan singkong rebus itu, merasa lega karena hal itu membuktikan bahwa mereka berdua tidak tahu menahu tentang
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
racun yang berada di singkong redus. Kalau mereka tahu tidak mungkin mereka mau memakannya.
"Begini, Pak Karto dan Mbok Ginah, kami
mendapatkan kenyataan bahwa singkong rebus ini mengandung racun yang mematikan."
"Racun ...... ?" Suami istri pelayan itu berseru kaget.
"Lihat ayam itu," kata Ki Sumali. "Ayam itu segera mati setelah makan singkong yang tercecer."
"Akan tetapi ...... kenapa den mas ini menyuruh kami memakannya kalau sudah tahu bahwa singkong itu beracun?"
Tanya Mbok Ginah menasaran, "dan kemudian mencegah kami memakannya?"
"Ah, saya tahu sekarang!" kata Pak Karto. "Mbokne, den masnya ini agaknya mencurigai kita yang meracuni singkong itu dan hendak menguji kita!"
"Sebenarnyalah." kata Aji, "memang aku tadi mencurigai kalian dan maafkan aku ternyata bukan kalian yang menaruh racun dalam singkong rebus itu. Akan tetapi ceritakanlah, siapa yang merebus singkong ini?"
"Saya yang merebusnya, denmas!" kata Mbok Ginah.
"Apakah ketika merebusnya, engkau menjaganya, ataukah kautinggalkan pergi, mbok?"
"Tentu saja saya tinggalkan untuk melakkan pekerjaan lain, denmas. Mosok nggodok singkong saja harus dijaga?"
"Dan apakah tadi kalian tidak melihat ada orang memasuki dapur, atau masuk ke pekarangan rumah ini?"
"Tidak ada, denmas." kata Mbok Ginah.
"Nanti dulu!" kata Pak Karto. "Ketika tadi saya menyirami bunga, saya seperti melihat bayangan orang berkelebat di samping rumah. Karena heran dan tertarik, saya
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
mengejar dan mencarinya di sekitar rumah. Akan tetapi tidak menemukan orang. Maka saya kira saya hanya salah lihat.
Jangan-jangan ...... "
"Hemmm, tentu ada orang lain menyelinap masuk!"
kata Ki Sumali. "Sudahlah, kalian bawa singkong ini cepat tanam dalam tanah. Hati-hati, jangan tercecer. Bisa mati semua ayam kita. Dan jangan lupa bawa bangkai ayam itu, juga kubur bangkai itu."
Suami isteri itu lalu mengumpulkan singkong rebus yang tercecer dan mengambil bangkai ayam lalu meninggalkan ruangan itu. Setelah mereka pergi, Ki Sumali berkata kepada Aji.
"Nah, anak mas Aji. Engkau melihat sendiri betapa mereka itu berusaha untuk mencelakai dan membunuh kami.
Karena itu, aku harus mendatangi gerombolan Gagak rodra, menuntut mereka yang telah menculik Winarsih. Kalau mereka tidak berterus terang siapa yang menyuruh mereka atau mendalangi semua ini, aku akan membasmi perkumpulan itu yang menjadi pengkhianat bangsa dan antek belanda. Dan aku mengharap engkau akan suka membantuku, mengingat bahwa engkau adalah orang kepercayaan Kanjeng sultan!"
Aji mengangguk. "Setelah mendengar semua ceritamu dan melihat kenyataan tentang penculikan atas diri Mbakayu Winarsih dan usaha meracuni kita tadi, aku tahu bahwa aku harus membantumu, Paman Sumali. Pertama untuk menentang kejahatan, kedua untuk membela Mataram."
"Bagus!" Ki Sumali berseru girang sekali. "Terima kasih, anak mas Aji. Dengan bantuanmu, aku tidak takut menghadapi Kakang somad, seandainya benar-benar dia yang berdiri di belakang gerombolan Gagak Rodra. Sekarang
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
sebaiknya kita mengaso dulu. Malam ini kita harus mengumpulkan tenaga dan besok pagi-pagi barulah kita akan berkunjung ke sarang geombolan Gagak Rodra."
"paman tahu di mana sarang gerombolan itu?" tanya Aji.
"Aku tahu. Mereka memiliki sebuah perkampungan yang menjadi sarang mereka di Lembah Kali Bogawanta." kata Ki Sumali.
"Akan tetapi jumlah mereka tentu banyak sekali.
Bagaimana kalian yang hanya berdua akan menentang mereka"
Tentu kalian akan di keroyok banyak orang!" kata Winarsih dengan khawatir sekali.
"Jangan khawatir, Narsih. Aku mendengar bahwa di sarang mereka itu terdapat keluarga mereka, isteri dan anak-anak mereka. Para anggauta gerombolan itupun manusia-manusia yang menyayangi anak isteri mereka. Kami berdua hanya akan menentang para pimpinan mereka saja. Kalau pimpinan mereka sudah dapat kami tundukkan, anak buahnya tentu akan tunduk pula. Selain itu, akupun akan mengumpulkan para muda di Loano untuk ikut dengan aku. Mereka adalah orang-orang yang setia kepada Mataram dan disamping itu, mereka tentu siap kalau diajak menggempur gerombolan perampok yang sering mengganggu penduduk di daerah Kedu dan sekitarnya. Sekarang harap engkau suka beristirahat dulu, anak mas Aji. Aku bersama mbakayumu akan pergi mengunjungi para pemuda di Loano dan mempersiapkan mereka untuk ikut dengan kita besok pagi."
"Baiklah, paman. Aku akan beristirahat."
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Engkau pakailah kamar di sebelah ini, Dimas Aji.
Jangan sungkan, minta saja kepada Mbok Ginah." kata Winarsih ramah.
"Terima kasih, Mbakayu Winarsih."
Suami isteri itu meninggalkan rumah dan Aji lalu memasuki kamar yang disediakan untuknya. Ketika dia teringat akan kuda yang tadi ditungganginya bersama Winarsih, dia keluar dari kamar lalu menuju ke belakang untuk melihat keadaan kuda itu. Diapun hendak melihat suami isteri pembantu rumah tangga itu. Dia melangkah perlahan memasuki dapur.
Akan tetapi, suara bisik-bisik di dapur segera terhenti.
Ini menunjukkan bahwa langkah kakinya yang perlahan itu dapat tertangkap oleh pendengaran mereka yang berada di dalam dapur. Dia memasuki dapur dan melihat suami isteri pelayan itu duduk di bangku berhadapan dan menengok kepadanya. Mereka sudah menghentikan percakapan mereka.
"Ah. denmas Aji ......, apa yang dapat kami lakukan untukmu?" Tanya Mbok Ginah dan mereka berdua bangkit berdiri.
"Aku hendak bertanya kepada Pak Karto apakah kuda itu sudah dirawat dengan baik." kata Aji.
"Oh, jangan khawatir, den mas. Kuda itu sudah saya guyang (mandikan), sudah saya beri makan rumput." kata Pak Karto.
"Syukurlah kalau begitu dan terima kasih, Pak Karto."
Aji lalu masuk kembali dan di dalam kamarnya dia duduk termenung di atas pembaringan. Dia merasa curiga kepada suami isteri tua itu. Pertama, sikap dan ucapan mereka terkadang rapi teratur, tidak seperti orang dusun dan sikap
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
ketololan itu agaknya dibuat-buat. Kedua, tadi ketika disuruh makan singkong rebus, dia melihat Pak Karto memberi isyarat kedipan mata yang tidak kentara kepada isterinya, dan sikap mereka yang keheranan itupun dibuat-buat karena pandang mata mereka sama sekali tidak membayangkan keheranan melainkan penasaran. Dan ketiga, baru saja kedua orang itu membuktikan bahwa mereka bukan orang sembarangan karena mereka berdua dapat menangkap langkah kakinya yang dibuat dengan hati-hati. Dua orang itu patut dicurigai, biarpun belum ada bukti yang nyata.
Setelah jauh malam, Ki Sumali dan Winarsih pulang.
Ki Sumali tampak gembira ketika Aji keluar dari kamar menyambut mereka.
"Eh, anak mas Aji, engkau belum tidur?" Tanya Ki Sumali.
"Kenapa engkau tidak mengaso, dimas Aji?"Tanya pula Winarsih.
Aji tersenyum. "Aku belum mengantuk, paman.
Bagaimana hasilnya?"
"Wah, baik sekali! Para pemuda itu penuh semangat dan menyatakan untuk membantu kita besok. sedikitnya lima puluh orang pemuda akan ikut dengan kita!"
"Bagus." kata Aji. "Akan tetapi kuharap paman memberi tahu kepada mereka agar tidak terburu nafsu turun tangan menyerang kalau keadaan tidak memaksa. Seperti paman katakan tadi, kalau bisa kita tundukkan para pemimpinnya agar anak buah mereka tidak melakukan perlawanan. Kalau sampai terjadi pertempuran, aku khawatir akan jatuh banyak korban di kedua pihak."
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Tepat sekali, cocok dengan jalan pikiranku, anak mas Aji. Aku memang sudah memesan demikian kepada mereka.
Aku mengajak kepada merekapun hanya untuk menggertak agar para anak buah gerombolan Gagak Rodra tidak akan dapat melakukan perlawanan. Akan tetapi seandainya mereka nekat, apa boleh buat. Para pemuda Loano juga bukan orang-orang lemah. Mereka sedikit banyak sudah mempelajari ilmu kanuragan dan mereka bersemangat tinggi untuk membela Mataram dan menentang para penjahat yang mengganggu keamanan."
"Syukur, kalau begitu, paman."
"Sekarang sudah larut malam. Mari kita mengaso, anak mas Aji. Besok pagi kita berangkat."
Mereka lalu memasuki kamar masing-masing. Aji segera merebahkan dirinya untuk tidur. Akan tetapi dia tetap memasang kewaspadaannya karena dalam hati kecil dia tetap curiga kepda Pak Karto dan Mbok Ginah. Biarpun dia tidur pulas, namun pendengaran telinganya tetap peka dan siap menangkap suara yang tidak wajar.
Saat itu jauh lewat tengah malam, bahkan sudah menjelang fajar. Pada saat seperti itu, orang-orang sedang pulas-pulasnya tidur. Bahkan ayam jantan pun belum ada yang bersuara. Suasana sunyi sekali dan hawa udara amat dinginnya.
Rumah Ki Sumali juga masih sunyi sekali. Agaknya semua penghuninya masih tidur pulas.
Dua sosok bayangan manusia bergerak dengan cepat dan ringan sekali dalam rumah itu. Dua pasang kaki itu bergerak demikian ringan seperti kaki kucing saja. Mereka menghampiri jendela kamar yang ditempati Aji. Daun jendela yang cukup lebar itu mereka buka dengan mudah sekali, hanya
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
ditarik begitu saja sudah terbuka. Agaknya memang tidak dipalang dari dalam, hanya ditutupkan begitu saja. Dua orang itu mencabut senjata, seorang mencabut sebatang parang dan yang seorang lagi mencabut sebatang pisau belati. Setelah melongok ke dalam kamar yang gelap dan sunyi itu, mereka lalu bergerak melompat ke dalam kamar melalui lobang jendela. Gerakan mereka yang gesit membuktikan bahwa kedua orang itu memiliki ketangkasan.
Dua orang itu tanpa ragu segera menghampiri pembaringan di mana Aji tidur. Agaknya mereka sudah hafal benar akan keadaan dalam kamar itu. Buktinya mereka dapat bergerak dalam kegelapan tanpa menabrak meja kursi. Setelah tiba di tepi pembaringan, kedua orang itu dengan gerakan cepat dan kuat membacokkan parang dan menusukkan pisau belati ke atas pembaringan. Mereka merasa yakin bahwa sekali serang, orang yang tidur di atas pembaringan itu tentu tewas seketika tanpa dapat mengeluarkan suara lagi.
"Wuuuttt ...... brakkkk ...... !"
Dua orang itu terkejut bukan main. Senjata mereka mengenai papan pembaringan sehingga menimbulkan suara keras. Agaknya tidak ada orang tidur di atas pembaringan itu!
Dua orang itu terkejut dan cepat mereka berloncatan ke luar dari kamar itu melalui jendela. Di luar kamar tidak segelap dalam kamar karena tempat itu diterangi sebuah lampu gantung. ketika mereka tiba di luar kamar, Aji sudah berdiri menunggu mereka.
"Pak Karto dan Mbok Ginah, kiranya kalian benar-benar mempunyai niat buruk untuk membunuh seperti yang kuduga!" kata Aji kepada dua orang yang bukan lain adalah Pak Karto dan Mbok Ginah.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Kini Pak Karto dan Mbok Ginah tidak tampak loyo seperti biasa. mereka mengenakan pakaian ringkas dan tampak gesit dan bersemangat. Ucapan Aji itu mereka sambut dengan serangan parang dan pisau belati mereka!
Melihat gerakan mereka yang tangkas dan serangan yang mengandung tenaga kuat itu, maklumlah Aji bahwa dua orang itu memiliki kepandaian tinggi. Mereka yang menyamar sebagai pembantu itu ternyata adalah orang-orang yang digdaya. Dia sudah bersiap siaga. memang dia sudah menaruh curiga, apa lagi ketika semalam dia melihat bahwa jendela kamarnya hanya ditutup begitu saja, tidak dipalang. Agaknya memang ada orang yang sengaja melakukan hal ini dan karena itu maka dia cepat bersiap ketika tadi mendengar suara gerakan mereka yang ringan. Dia sudah meninggalkan pembaringan dan bersembunyi di balik almari di sudut. Ketika dua bayangan itu masuk, diapun diam-diam ke luar melalui pintu dan menghadang mereka di luar jendela. Kini, melihat serangan kedua orang itu, Aji cepat menggerakkan tubuhnya, bersilat dengan ilmu silat Wanara Sakti. Tebasan parang ke arah lehernya itu dielakkan dngan merendahkan tubuhnya dan tusukan pisau belati ke arah perutnya dia tepis dengan tangan kirinya sehingga tangan Mbok Ginah terpental.
Akan tetapi dua orang itu cepat menyerang lagi dengan lebih ganas, bahkan kini serangan mereka bertubi-tubi. Aji mempergunakan kecepatan gerakannya, mengelak dan tubuhnya berkelebat, tidak pernah dapat tersentuh dua senjata itu. Dia melihat bahwa gerakan Pak Karto jauh lebih cepat dan lebih bertenaga dibandingkan gerakan Mbok Ginah. Setelah menghindarkan diri dari serangan mereka selama belasan jurus, Aji menggerakkan kaki kirinya, menendang ke arah samping.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Dia tidak ingin melukai dua orang itu, dan kakinya hanya menyembar pergelangan tangan Mbok Ginah yang memegang pisau belati. Wanita itu berteriak kesakitan dan pisau belatinya terlepas dari pegangannya dan terlempar, jatuh berkerontangan d atas lantai.
Suara ribut-ribut itu membangunkan Ki Sumali dan Winarsih.
"Heiii ...... ada apakah ini ......
?" Ki Sumali
keluar dari kamarnya dan berseru heran ketika melihat Aji diserang Pak Karto dengan parang. Melihat munculnya Ki Sumali, Pak Karto yang sudah merasa gentar melihat ketangguhan Aji, segera melontarkan parangnya ke arah Aji, lalu dia melompat pergi, diikuti oleh Mbok Ginah.
Parang itu meluncur cepat ke arah dada Aji karena dilontarkan dari jarak dekat dengan tenaga yang kuat. Akan tetapi Aji tidak menjadi gugup. dengan tenang dua miringkan
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
tubuhnya dan sekali tangan bergerak, dia telah berhasil menangkap gagang parang itu.
Ki Sumali masih merasa terkejut dan heran sekali.
"Anak mas Aji, ada apakah" Mengapa Pak Karto dan Mbok Ginah tadi bersikap demikian aneh?"
Winarsih juga keluar dari kamar dan wanita ini tampak gelisah. "Apa ...... apa yang terjadi ...... ?"
"Tenanglah, Mbakayu Winarsih. Tidak ada apa-apa, bahaya telah lewat. Mari kita duduk, akan kuceritakan apa yang terjadi."
Mereka semua duduk di ruangan dalam. "Seperti sudah kuduga, ternyata Pak Karto dan Mbok Ginah itu hanyalah pelayan-pelayan palsu, bahkan mungkin nama mereka bukan Karto dan Ginah. Mereka adalah orang-orang yang digdaya dan agaknya sengaja menyamar menjadi pelayan kalian, tentu dengan niat buruk. Apakah mereka telah lama menjadi pelayanmu, Paman Sumali?"
"Belum, baru beberapa bulan. mereka mengaku pengungsi karena kampung mereka kebanjiran dan karena merasa iba kami lalu menerima mereka menjadi pembantu-pembantu kami." kata Ki Sumali.
"Mereka itu memang sengaja diselundupkan ke sini, tentu untuk memata-mataimu, paman. Ketika aku datang dan kita merundingkan perlawanan terhadap Gagak Rodra, mereka berdua mencoba untuk membunuh kita dengan singkong beracun."
"Akan tetapi ketika engkau menyuruh mereka makan singkong itu, mereka tidak menolak dan hampir saja mereka memakannya." kata Winarsih.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Memang, benar aku ingin menguji mereka. Kalau mereka menaruh racun pada singkong, tentu mereka tidak akan mau memakannya. Maka ketika melihat mereka mau memakannya, aku lalu mencegahnya. Pada waktu itu aku juga meragu apakah mereka sengaja meracuni singkong itu. Akan tetapi ada hal-hal yang mencurigakan hatiku. Pertama, sikap dan kata-kata mereka yang kadang-kadang teratur rapi itu menunjukkan bahwa mereka bukan orang-orang dusun yang bodoh, Kedua, ketika aku menyuruh mereka makan singkong, aku melihat Pak Karto memberi isarat berkedip kepada Mbok Ginah."
"Akan tetapi kalau ketika itu engkau tidak melarangnya, tentu mereka sudah mati karena makan singkong beracun itu, Dimas Aji!" kata Winarsih
"Belum tentu, mbakayu. Baru semalam aku teringat bahwa orang yang pandai mempergunakan racun, tentu juga memiliki obat penawarnya. Aku yakin dua orang itu sudah makan obat penawar ketika mereka kuuji untuk makan singkong beracun itu. Kecurigaanku semakin kuat ketika aku melihat bahwa jendela kamarku tidak terpalang, hanya ditutup begitu saja sehingga mudah dibuka dari luar. Karena itu, aku telah siap siaga sehingga ketika mereka berdua memasuki kamar lewat jendela dan menyerang dengan senjata ke pembaringan, aku sudah meninggalkan pembaringan itu dan menghadang mereka di luar jendela. Maka terjadilah perkelahian itu."
"Ih, mengerikan sekali! Kalau diingat bahwa selama berbulan ini kami memelihara dua orang pembunuh ditengah-tengah akmi!" kata Winarsih.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Kukira anak mas Aji betul. Mereka itu sengaja diselundupkan ke sini hanya untuk memata-matai aku. Mereka masih mengharapkan aku mau bekerja sama dengan mereka.
Baru setelah dua orang mata-mata itu melihat aku dan anak mas Aji bertekad untuk menentang mereka, maka dua orang itu berusaha untuk membunuh," kata Ki Sumali. "Sayang sekali kita tidak dapat menangkap mereka, anak mas Aji. Kalau mereka dapat ditangkap tentu kita dapat memaksa mereka mengaku siapa yang mengirim mereka ke sini."
"Aku memang tidak tega melukai mereka, paman.
Akan tetapi agaknya tak dapat diragukan lagi bahwa mereka berdua itu pasti ada hubungan dengan Gerombolan Gagak Rodra. Menurut apa yang paman ceritakan, Gerombolan Gagak Rodra memang mempunyai dendam permusuhan dengan paman. Pertama tentu saja ketika dahulu mereka menyerbu dusun ini dan paman memusuhi mereka dan kedua mungkin karena mereka itu menentang Mataram padahal paman bersikap setia kepada Mataram."
"Kurasa pendapatmu itu benar, anak mas Aji. Sekarang fajar hampir menyingsing. Sebaiknya kita bersiap-siap. Anak-anak sudah kupesan untuk berkumpul di luar dusun dan setelah matahari terbit, kita berangkat." kata Ki Sumali.
"Baiklah, paman."
Winarsih lalu sibuk di dapur mempersiapkan sarapan pagi agar sebelum berangkat, kedua orang itu dapat makan lebih dulu. Setelah sarapan, Ki Sumali mengajak Winarsih pergi ke rumah kepala dusun Loano. Dia menitipkan isterinya di rumah kepala dusun itu agar isterinya aman selagi dia pergi bersama Aji.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Setelah menitipkan isterinya, Ki Sumali lalu mengajak Aji berangkat, Di luar dusun telah berkumpul kurang lebih lima puluh orang pemuda. Mereka telah mempersiapkan diri, membawa senjata tajam apa saja yang mereka miliki. Mereka semua sudah siap dan bertekad untuk bertempur melawan para gerombolan orang jahat itu.
Gerombolan Gagak Rodra mempunyai sebuah
perkampungan di lembah Sungai Bogawanta. Perkampungan yang khusus dihuni para anggauta gerombolan ini terpencil dari dusun-dusun lain dan menjadi sarang gerombolan itu. Kurang lebuh limapuluh orang anak buah gerombolan tinggal di perkampungan itu dan anak istri merekapun tinggal di situ sehingga seluruh penghuni perkampungan itu berjumlah hampir dua ratus orang.
Pada pagi hari itu, pagi-pagi sekali perkampungan Gerombolan Gagak Rodra kedatangan seorang tamu istimewa.
Tamu itu seorang wanita cantik yang cantik jelita. Usianya tampak masih jauh lebih muda walaupun usianya sudah tiga puluh tahun. Rambutnya panjang hitam ngandan-andan (berombak) sampai ke punggung dan dibiarkan terurai.
Pakaiannya mewah sekali. Wajahnya yang berbentuk bulat itu memang ayu manis dengan mata lebar dan hidung mancung.
Mulutnya memiliki bibir yang bentuknya indah dan menantang, menggairahkan hati setiap orang pria yang melihatnya. Mata dan mulutnya mempunyai daya tarik yang kuat sekali, mulut yang selalu tersenyum manis dan mata jeli yang dapat mengerling dengan genit. Tubuhnya yang berkulit putih mulus itupun ramping dan padat.
Akan tetapi. kedatangan wanita ayu ini ternyata disambut penuh kehormatan oleh dua orang pimpinan Gagak
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Rodra, yaitu Ki Blekok Ireng dan Ki Jalak Uren. Bagi anak buah Gagak rodra pun, wanita ini sudah amat dikenalnya juga ditakutinya. mereka semua tahu bahwa wanita itu adalah seorang yang sakti mandraguna dan berwatak kejam sekali.
Kalau marah, siapa saja akan dibunuhnya dengan darah dingin.
Dan wanita itupun oleh mereka dianggap sebagai seorang iblis betina. Walaupun cantik menarik, tak seorangpun diantara para anggauta Gagak Rodra yang kasar itu berani bersikap kurang ajar. Bahkan begitu wanita itu muncul, para ibu yang menyusui anak-anak segera menyembunyikan anak mereka karena mereka tahu bahwa wanita cantik itu mempunyai kebiasaan seperti iblis sendiri, yaitu suka menghisap darah anak-anak sampai habis!
Kita sudah mengenal wanita itu. Ia adalah Nyi Maya Dewi, datuk wanita dari daerah Parahiyangan yang mempelajari ilmu sesat. Di dunia hitam, yaitu dunianya para penjahat, Nyi Maya Dewi dikenal baik dan ditakuti. Semua orang menghormatinya karena takut. Maka, ketika wanita itu muncul di perkampungan Gerombolan Gagak Rodra, ia disambut dengan penuh penghormatan oleh Blekok Ireng dan Jalak Uren, dua orang pimpinan gerombolan Gagak Rodra.
"Selamat datang di perkampungan kami, Nyi Maya Dewi yang kami hormati. Apakah kiranya yang dapat kami lakukan untuk andika?" Tanya Blekok Ireng setelah mempersilakan wanita itu mengambil tempat duduk. mereka berdua, ditemani oleh Jalak Uren, duduk dipendopo rumah besar yang menjadi tempat tinggal kedua orang pimpinan gerombolan itu.
"Ki Blekok Ireng dan Jalak Uren, kalian berdua adalah pimpinan Gagak Rodra dan kalian berdualah yang bertanggung
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
jawab atas kemajuan di daerah Kedu dan disepanjang Kali Bogawanta. Nah, laporkan kepadaku bagaimana kemajuan usaha kalian."
Dua orang pimpinan Gagak Rodra itu saling pandang dengan heran. Mereka memang mengenal datuk wanita ini sebagai seorang tokoh besar yang ditakuti dan dihormati. Akan tetapi itu bukan berarti bahwa datuk wanita itu menjadi pemimpin mereka, bahkan mereka tidak merasa pernah menjadi anak buah Nyi Maya Dewi. bagaimana sekarang tiba-tiba wanita itu minta mereka memberi laporan" Tentang kemajuan usaha apakah"
"Maafkan kami, Nyi Maya Dewi. sesungguhnya kami masih belum
mengerti apa yang andika maksudkan. Laporan apakah yang harus kami berikan" kemajuan dalam usaha apakah?" "Hemmm, aku
lupa bahwa kalian belum mengenal benar siapa aku. Lihatlah ini. kenalkah kalian dengan ini?" Wanita itu mengeluarkan sebuah uang emas yang bergambar sepasang singa. Melihat itu, dua orang pemimpin
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Gerombolan Gagak Rodra itu terbelalak, lalu cepat mereka bangkit berdiri dan memberi hormat dengan menyembah kepada Nyi Maya Dewi.
"Mohon maaf karena kami tidak mengetahui maka kami menyambut andika yang ternyata adalah seorang diantara para pengawas yang mendapat kekuasaan dari Jenderal Kumpeni di Batavia. selama ini, yang menjadi pengawas dan memberi prtunjuk kepada kami adalah Aki somad di Nusa Kambangan."
"Aku mengenal Aki Somad dan pagi ini diapun akan datang kesini karena sudah kuundang dia untuk datang. Aku membawa pesan khusus dari Tuan Jenderal Kumpeni sendiri untuknya. Nah, sekarang cepat kalian memberi laporan.
Apakah kalian sudah berhasil membujuk para pamong praja di daerah Kedu dan di sepanjang Kali Bogawanta, khususnya di Loano?"
"Kami telah berusaha keras, Nyi Maya Dewi. Akan tetapi hasilnya belum memuaskan. mereka itu kebanyakan takut dan setia kepada Sultan Agung di Mataram, terutama sekali karena mereka itu terpengaruh oleh seorang pendekar yang dihormati di Loano."
"Hemmm, seorang pendekar menjadi penghalang"
siapakah dia?" Tanya Nyi Maya Dewi penasaran.
"Namanya Ki Sumali, seorang yang sakti mandraguna."
"Ahh, lalu apa kerjanya Aki Somad" Apakah dia tidak mampu menanggulangi orang itu?"
"Aki Somad sudah berusaha membujuk Ki Sumali untuk diajak bekerja sama, akan tetapi tidak berhasil. Bahkan dia lalu mengutus kami untuk bertindak menculik isteri Ki Sumali."
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Bagus siasat itu untuk memaksa dia tunduk. Lalu bagaimana hasilnya?"
"Kami sedang sial. Kami telah berhasil menculik wanita itu, akan tetapi kami bertemu seorang pemuda yang digdaya dan pemuda itu menggagalkan penculikan kami dan menolong wanita itu."
"Tolol benar kalian." Nyi Maya Dewi mamaki.
"Akan tetapi kami tidak putus harapan dan kami masih mempunyai cara lain untuk menundukkan dia atau kalau perlu membunuh dia sekeluarga agar tidak menjadi penghalang bagi kami."
"Bagaimana caranya?"
"Kami tidak kekurangan akal, Nyi Maya Dewi!" kata Ki Blekok Ireng dengan nada suara bangga.
"Benar, Nyi Maya Dewi. Kami tanggung Ki Sumali akan mampus di tangan kami!" sambung Ki Jalak Uren untuk menghibur karena kegagalan usaha mereka.
"Hemm, bagaimana akal itu" Cepat katakan!"
"Jauh hari sebelumnya, sudah beberapa bulan ini kami berhasil menyelundupkan dua orang yang kini diterima menjadi pembantu-pembantu rumah tangga Ki Sumali. Mereka telah dipercaya dan melalui kedua orang pembantu itu kami akan dapat mencelakai Ki Sumali."
"Bagus! Sungguh bagus sekali akal itu. Kalau siasat kalian ini berhasil, aku akan mencatat jasa kalian!" kata Nyi Maya Dewi girang.
Tiba-tiba terdengar suara dua orang berlari-lari masuk ke dalam ruangan itu. Mereka itu bukan lain adalah laki-laki dan wanita yang mengaku bernama Pak Karto dan Mbok Ginah pelayan rumah Ki Sumali!
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Eh, kalian bardo dan Sumi, kalian sudah datang"
Bagaimana dengan tugas kalian, sudah beres dan berhasil baik, bukan?" tegur Ki Blekok Ireng.
"Wah, celaka, Kakang Blekok ireng, celaka sekali ......
!!", kata Karto alias Bardo.
"Celaka bagaimana" Hayo kalian katakan, celaka bagaimana?" Ki Blekok Ireng membentak, alisnya berkerut marah.
"kami telah gagal ...... !" kata pula Mbok Ginah alias Sumi.
"Keparat! Kalian layak dihukum!" bentak Ki Blekok ireng dan dia sudah melangkah maju hendak memukul dua orang pembantunya itu.
"Tahan! Jangan pukul dulu. Biarkan mereka
menceritakan mengapa mereka sampai gagal!" tiba-tiba Nyi Maya Dewi berseru dan Ki Blekok Ireng menahan diri lalu duduk kembali. Dua orang pembantu itu berlutut di atas lantai, tampak ketakutan.
"Kau dengan itu" Bardo, cepat seritakan apa yang terjadi!" kata Ki blekok Ireng.
"Ceritakan sejujurnya bagaimana kalian sampai gagal, Kakang Bardo, agar hukumanmu ringan." Ki Jalak Uren ikut bicara.
"Begini kejadiannya. Kami berdua melihat Winarsih pulang dalam keadaan selamat diantar seorang pemuda. kami tahu bahwa usaha kita menculiknya berarti telah gagal. Kami mengintai dan mendengar percakapan antara Ki Sumali dan pemuda penolong itu. Rupanya mereka hendak membongkar rahasia kita membantu Kumpeni dan hendak menentang kita.
Karena itu, kami melaksanakan rencana selanjutnya, yaitu
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
meracuni mereka. Kami telah mencampurkan racun ke dalam singkong rebus dan menghidangkannya kepada mereka. Akan tetapi, lagi-lagi pemuda itu yang menggagalkan usaha kami itu.
bahkan pemuda itu mengetahui bahwa singkong rebus itu beracun! Dia minta kepada kami untuk memakannya. Kami tahu bahwa dia curiga kepada kami dan hendak menguji kami.
Karena kami sudah menelan obat penawar, kami siap memakannya. Akan tetapi pemuda itu mencegah kami memakannya. Agaknya kesediaan kami makan singkong itu menghilangkan kecurigaannya. Akan tetapi kami menganggap pemuda itu berbahaya sekali. Maka kami melakukan usaha terakhir. Jauh lewat tengah malam tadi, sebelum fajar, kami berdua memasuki kamar pemuda itu dengan niat membunuhnya. Akan tetapi ketika kami menyerang pembaringan, ternyata pembaringan itu kosong dan ketika kami keluar, pemuda itu sudah menghadang di luar kamar! Kami berdua menyerangnya, akan tetapi dia benar-benar sakti mandraguna. Kami berdua yang bersenjata tidak mampu mengalahkan dia yang bertangan kosong. Karena Ki Sumali terbangun, kami berdua lalu melarikan diri dan cepat lari ke sini."
"Nanti dulu" kata Nyi Maya Dewi. "Pemuda yang sakti mandraguna itu, siapakah dia" Bagaimana orangnya?"
Bardo dan Sumi tentu saja sudah mengenal Nyi Maya Dewi, maka Bardo menjawab, "Dia masih muda sekali, jangkung tegap, wajahnya tampan dan pakaiannya sederhana."
"Namanya! Siapa namanya?" Tanya datuk wanita itu.
"Kami tidak tahu, akan tetapi kami dengar Ki Sumali menyebut dia anak mas Aji, dan Winarsih menyebutnya Dimas Aji."
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Ahhh ...... dia kiranya?" Nyi Maya Dewi berseru kaget. Tringatlah ia akan pengalaman di pantai Laut Kidul, ketika ia menculik dua orang bocah yang dianggapnya berdarah bersih untuk dijadikan korbannya. Anak-anak itu diselamatkan oleh seorang pemuda yang sakti mandraguna.
Tentu pemuda itu yang kini menolong Ki Sumali! Siapa lagi kalau bukan pemuda itu"
"Andika sudah mengenal pemuda itu?" Ki Blekok ireng bertanya.
"Mungkin. Bagaimanapun juga, kita harus bersiap siaga. Alangkah baiknya kalau sekarang Aki Somad sudah berada di sini agar kedudukan kita lebih kuat."
"Kakang Blekok Ireng, kita memang harus bersiap siaga. Ki Sumali semalam telah mengumpulkan pemuda-pemuda Loano dan agaknya dia hendak menyerbu ke sini."
kata Bardo. "Benarkah" Ah. kalau begitu, cepat siapkan kawan-kawan. Kita semua harus menjaga di luar perkampungan agar mereka tidak sampai menyerbu ke dalam untuk melindungi keluarga kita!" kata Blekok Ireng.
Ki Blekok Ireng dan Ki Jalak Uren segera
mengumpulkan semua anak buahnya, berjumlah lima puluh orang lebih dan mereka semua menghadang di depan perkampungan dengan senjata di tangan, siap bertempur. Hati kedua orang pimpinan gerombolan Gagak Rodra ini menjadi agak tenang karena di situ terdapat Nyi Maya Dewi yang dapat mereka andalkan.
-o0-dwkz~budi-0o-
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Matahari telah naik tinggi ketika rombongan pemuda Loano yang dipimpin oleh ki sumali tiba di luar perkampungan gerombolan Gagak rodra. Para pemuda itu sudah dipesan oleh Ki Sumali agar jangan bertindak sembrono dan tidak melakukan penyerangan sebelum diperintah. Pesan ini sesuai dengan permintaan Aji yang tidak menghendaki terjadi pertempuran besar-besaran yang menjatuhkan banyak korban di kedua pihak. Kalau mungkin, dia hendak menyadarkan Gerombolan Gagak Rodra itu. Yang perlu ditundukkan adalah para pemimpinnya, karena kalau para pemimpinnya sudah dapat ditundukkan, tentu anak buahnya mudah di atur.
Ki Sumali dan Aji berjalan di depan rombongan pemuda itu dan setelah berhadapan dengan gerombolan itu di depan perkampungan, mereka berhenti dan saling pandang. Ki Sumali melihat dua orang pimpinan Gagak Rodra berdiri dengan sikap angkuh dan di sebelahnya berdiri seorang wanita cantik. Juga dia melihat Pak Karto dan Mbok Ginah berdiri di depan. Ini membuktikan bahwa dugaannya benar. Dua orang itu memang diselundupkan oleh Gagak Rodra untuk menjadi pembantu di rumahnya, tentu untuk memata-matai dan kemudian berusaha membunuhnya. Ki Sumali menjadi marah sekali. Dia belum pernah berhadapan langsung dengan Ki Blekok Ireng dan Ki Jalak Uren, akan tetapi dia sudah pernah mendengar nama dua orang pimpinan Gagak Rodra ini dan dapat menduga bahwa tentu dua orang laki-laki yang tampak gagah itu yang menjadi pimpinan Gagak Rodra.
Sementara itu, Aji mengenal dua orang kepala gerombolan yang pernah bentrok dengannya itu. Dan diapun diam-diam terkejut melihat Nyi Maya Dewi berada di situ, berdiri di pihak gerombolan Gagak Rodra, Juga dia melihat
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Mbok Ginah dan Pak Karto di sana. Akan tetapi Aji bersikap tenang dan membiarkan Ki Sumali yang berhadapan dan bicara dengan mereka.
Di lain pihak, Ki Blekok Ireng dan Ki Jalak Uren juga terkejut ketika mereka mengenal Aji. Mereka sudah merasakan betapa saktinya pemuda ini. akan tetapi kehadiran Nyi Maya dewi di situ membesarkan hati mereka dan mereka bersikap congkak. Mereka sama sekali tidak mengira bahwa pada saat itu, Nyi Maya Dewi juga terkejut sekali. Tentu saja ia mengenal Aji, akan tetapi ia diam saja dan diam-diam memutar otaknya mencari akal untuk dapat mengatasi pemuda yang sakti mandraguna itu.
Blekok Ireng melangkah maju menghadapi Ki Sumali dan dengan sikap congkak, bertolak pinggang dan berkata.
"Kalau tidak keliru, andika tentu Ki Sumali dari Loano. Apa kehendakmu mengajak puluhan orang dan datang ke perkampungan kami?"
Ki Sumali memandang kepada dua orang laki-laki bertubuh tinggi itu, kemudian menjawab. "Tidak salah lagi kiranya, kalian berdua tentu yang bernama Blekok Ireng dan Jalak Uren, pimpinan gerombolan Gagak Rodra!"
Alap Alap Laut Kidul Seri Ke 3 Pecut Sakti Bajrakirana Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Tidak salah dugaanmu, aku adalah Ki Blekok Ireng dan ini adalah Ki Jalak Uren. Kami pimpinan Perkumpulan Gagak Rodra. Heh, Ki Sumali, apa kehendakmu datang ke perkampungan kami?"
Ki Sumali tersenyum mengejek. "Perlukah kalian bertanya lagi" Mengapa kalian masih berpura-pura tidak mengerti" Kalian telah mencoba untuk menculik isteriku Winarsih. Kemudian kalian menyelundupkan dua orang hina yang mengaku Karto dan Ginah itu untuk mencoba membunuh
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
kami, dan kini kalian masih bertanya apa maksudku datang ke sini" Kalian bukan laki-laki sejati, mempergunakan cara yang curang dan pengecut. Kalau kalian memang hendak memusuhi aku, sekarang aku datang untuk menantang kalian bertanding seperti laki-laki jantan!"
"Ki Sumali manusia sombong! Sikapmu yang sombong itu yang memancing permusuhan. Kalau engkau menuruti kehendak Aki Somad, tentu kami tidak akan memusuhimu dan kita dapat bekerja sama dan sama-sama hidup mulia dan senang. Apa yang kami lakukan kepadamu itu adalah sesuai dengan perintah Aki Somad. Oleh karena itu, kalau engkau hendak bertanya tentang itu, tanyailah saja kepada Aki Somad!"
"Hemm, tak salah dugaanku. Kalian gerombolan Gagak Rodra juga sudah menjadi antek antek Belanda! hei orang-orang Gagak Rodra, tidak malukah kalian" Lupakah kalian bahwa kalian adalah orang-orang Jawa dan tinggal di Nusa Jawa" Apakah kalian begitu hina untuk mengkhianati bangsa sendiri, hendak menjual tanah air kepada bangsa Belanda"
Sadarlah kalian, orang-orang lembah Kali Bogawanta dan mari kita membantu Mataram untuk menentang Kumpeni Belanda!"
Blekok Ireng marah sekali, khawatir kalau di antara anak buahnya ada yang terpengaruh. "Tutup mulutmu, Ki Sumali! Engkaulah yang tidak tahu malu! Engkau yang sudah menjadi antek Sultan Agung yang telah menindas dan menaklukkan daerah kami. Kami akan selalu menentang Mataram yang angkara murka dan Kumpeni Belanda hanya membantu kami!"
"Sudahlah, Blekok Ireng. tidak perlu banyak cakap lagi.
kedatanganku ini untuk membuat perhitungan karena kalian
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
telah berusaha menculik isteriku, kemudian berusaha membunuh kami. Aku tantang engkau untuk bertanding satu lawan satu sebagai seorang jantan. Kalau engkau tidak berani, jangan banyak cakap lagi. Engkau harus membubarkan gerombolan Gagak Rodra dan tidak lagi membantu Kumpeni Belanda atau aku dan kawan-kawan akan membasmi kalian semua!"
Merah muka kedua orang pimpinan Gagak Rodra. Jalak uren melompat ke depan sambil menghunus sebatang klewang (semacam golok) yang berkilauan saking tajamnya.
"Ki Sumali, akulah yang hendak melawanmu!"
Akan tetapi Blekok Ireng juga melompat ke sisi Jalak Uren dan berkata. "Ki Sumali, kami sebagai pimpinan Gagak Rodra menyambut tantanganmu, tentu saja kalau engkau berani melawan kami berdua!" berkata demikian, Blekok Ireng juga mencabut senjatanya, sebatang pedang besar panjang yang berkilauan tajam.
Ki Sumali mengerling kepada Aji dan melihat pemuda itu mengangguk, dia tersenyum dan melangkah maju menghadapi dua orang pimpinan Gagak rodra itu. Aji sudah pernah bertanding melawan dua orang ketua gerombolan itu, dan diapun pernah bertanding melawan Ki Sumali maka dia dapat menilai kepandaian masing-masing dan merasa yakin bahwa Ki Sumali mampu menandingi pengeroyokan dua orang itu.
Anak buah kedua pihak hanya menonton dan siap siaga menanti perintah. Aji berdiri menonton dengan sikap tenang namun waspada. Dia tahu bahwa wanita cantik yang berdiri di sana itu merupakan seorang yang amat berbahaya, curang dan juga kejam sekali. Di lain pihak, Nyi Maya Dewi juga hanya
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
berdiri menonton. Baginya, ia tidak perduli apakah pihak Gagak Rodra akan kalah atau menang karena mereka itu bukan anak buahnya. Mereka itu hanya antek-antek kecil saja. Akan tetapi kehadiran Aji di situ membuat perasaan hatinya tidak enak. Ia memandang pemuda itu dengan penasaran dan juga membencinya karena ia pernah dikalahkan. akan tetapi ia juga merasa agak jerih di samping kagum. Kalau saja ia dapat memiliki seorang kekasih sesakti pemuda itu, masih amat muda dan tampan lagi, hatinya akan merasa puas! Ia berdiri menonton dengan sikap yang tampaknya tenang, namun dalam hatinya ia sedang mencari-cari cara untuk menghadapi pemuda itu, atau mungkin mengalahkannya, bahkan lebih baik lagi kalau ia dapat menarik pemuda itu menjadi sahabatnya, bukan musuhnya!
Melihat dua orang lawannya sudah menghunus parang dan pedang, Ki sumali tidak mau bersikap sembrono dan kedua tangannya bergerak ke arah pinggang dan di lain saat tangan kanannya sudah mencabut sebatang keris yang berlekuk-lekuk panjang seperti seekor ular dan berwarna hitam. Itulah keris pusaka Kyai Sarpo Langking (Ular hitam) dan tangan kirinya memegang sebatang suling dari bambu, akan tetapi berada di tangan Ki Sumali, benda lemah itu dapat menjadi senjata yang ampuh sekali dan hal ini sudah dibuktikan oleh Aji ketika dia bertanding melawan pendekar Loano itu.
"Blekok Ireng dan Jalak Uren, aku sudah siap. Kalian mulailah!" tantang Ki Sumali sambil menyilangkan keris dan suling di depan dadanya. Sikapnya tenang namun waspada dan dia tampak gagah sekali.
Dua oang pemimpin Gagak Rodra itu juga bukan orang lemah. meraka berdua sudah terkenal digdaya, apalagi kini
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
keduanya maju bersama. mereka menggeser kaki, perlahan-lahan Ki Blekok ireng menggeser ke sebelah kanan Ki Sumali, sedangkan Ki Jalak Uren menggeser ke sebelah kirinya.
Mereka hendak mengepung lawan itu dari kanan kiri.
Tiba-tiba Jalak Uren membentak dari sebelah kiri.
"Haaahhh ...... !!" Bentakannya itu disusul menyambarnya senjata klewang yang berkilauan tajam itu ke arah leher Ki Sumali. Klewang itu tajam bukan main. Para anggota Gagak Rodra melihat sendiri betapa klewang itu mampu mencukur bersih brewok muka Ki Jalak Uren. Kalau sudah dapat dipakai mencukur brewok, dapat dibayangkan tajamnya klewang ini.
Sekali babat saja, leher tentu akan putus! Juga sabetan itu mengandung tenaga yang amat kuat. Buktinya ketika disabetkan, klewang itu mengeluarkan bunyi berdesing.
Namun dengan gerakan yang ringan dan lincah, Ki Sumali sudah merendahkan tubuhnya sehingga sabetan klewang itu lewat di atas kepalanya. akan tetapi pada detik berikutnya pedang yang runcing di tangan Blekok Ireng sudah meluncur dan menusuk ke arah dadanya. ki sumali mengangkat lagi tubuhnya dan menggerakkan keris di tagan kanan dengan gerakan memutar untuk menangkis tusukan pedang sambil mengerahkan tenaganya.
"Trangggg ........!" Pedang itu terpental tertangkis keris dan tampak bunga api berpijar ketika dua senjata itu beradu.
Blekok ireng terkejut karena pertemuan dua buah senjata itu membuat telapak tangannya yang memegang pedang menjadi panas dan pedang itu terpental seperti bertemu dengan benda keras yang kuat sekali.
Dua orang Pimpinan Gagak Rodra itu menjadi penasaran sekali ketika serangan pertama mereka gagal.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Hoosssss ........ !" Kembali klewang menyambar ganas, kini menyerampang ke arah kaki Ki Sumali. Jalak Uren menyerang sambil berjongkok. Ki Sumali melompat ke atas sehingga serampangan klewang itu menyambar lewat di bawah kedua kakinya. Pada saat itu, pedang di tangan Blekok Ireng sudah menyambar lagi, kini menyerang dengan bacokan dari atas ke bawah mengarah kepala.
"Hyaaaatttt ........ !" Blekok Ireng mengeluarkan teriakan nyaring ketika pedangnya membacok. Namun dengan gerakan gesit sekali tubuh Ki Sumali yang masih belum menginjak tanah itu bergerak ke samping lalu berjungkir balik.
Dia sudah dapat menghindarkan diri dari bacokan pedang itu.
Dua orang lawannya menjadi semakin penasaran.
mereka mendesak terus. Sampai enam tujuh kali Ki Sumali selalu mengelak atau mengakis sambil mempelajari gerakan dua orang pengeroyoknya. Setelah mulai mengenal dasar gerakan dua orang pengeroyoknya, mulailah Ki Sumali melakukan serangan pembalasan. Namun sepasang senjatanya terlalu pendek dibandingkan senjata kedua orang pengeroyoknya yang lebih panjang.
Ketika klewang dan pedang itu membacok dari kanan kiri, keduanya mengarah kepalanya, Ki Sumali cepat menyambut dengan keris dan sulingnya sambil mengerahkan tenaganya.
"Trakkk!" Empat senjata bertemu dan seperti melekat dan pada saat itu, tubuh Ki Sumali melompat, kedua kakinya mencuat ke kanan kiri menendang ke arah dada lawan.
"Bukk! Bukk!" Tepat sekali kedua kaki Ki Sumali menghantam dada Blekok Ireng dan Jalak Uren. Dua orang itu terjengkang dan terbanting roboh. Akan tetapi dua orang
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
pimpinan Gagak Rodra itu memiliki tubuh yang kuat juga.
Tendangan itu tidak membuat mereka terluka. Mereka segera bangkit kembali dan melakukan pengeroyokan dengan lebih ganas. Ki Sumali mengandalkan kecepatan gerakan untuk menyambut kedua orang pengeroyoknya dan membalas serangan mereka. Serang menyerang terjadi dengan serunya.
Aji menonton dengan hati tenang. Dia dapat melihat bahwa Ki Sumali tidak akan kalah menghadapi pengeroyokan dua orang itu. Karena menonton perkelahian itu dengan penuh perhatian, Aji tidak tahu bahwa sejak tadi Nyi Maya Dewi sudah tidak menonton pertandingan itu, melainkan mencurahkan perhatian kepadanya. Wanita itu agaknya juga dapat melihat bahwa kedua orang pimpinan Gagak Rodra itu sukar sekali akan dapat keluar sebagai pemenang. Maka ia mengalihkan perhatian sepenuhnya kepada Aji. Biarpun Ki Sumali cukup sakti, namun ia masih merasa yakin bahwa ia akan mampu mengalahkan pendekar Loano itu. Yang berbahaya baginya adalah pemuda sederhana itu. Maka ia harus dapat mendahuluinya, sebelum kedua orang pimpinan Gagak Rodra kalah. Karena kalau kedua orang itu sudah kalah, kedudukannya menjadi sulit dan berat sekali kalau ia harus melawan Ki Sumali dan Lindu Aji.
Selagi perhatian Aji tertarik kepada pertandingan itu, Nyi Maya Dewi sejak tadi diam-diam telah menghimpun seluruh tenaga batinnya, mulutnya berkemak kemik membaca mantera dan ia mengerahkan aji pengasihan yang disebut Aji Pelet Mimi-mintuno. Setelah merasa bahwa kekuatan aji pengasiham itu sudah mencapai puncak kekuatannya, ia lalu melangkah perlahan menghampiri Aji. Setelah berdiri dalam jarak kurang lebih empat meter di sebelah kiri pemuda itu, ia
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
lalu memasang aji pengasihan itu, suaranya merdu merayu ketika ia berkata lirih namun mengandung getaran aneh dan cukup keras untuk terdengar oleh Aji yang berdiri dekat.
"Aji, wong bagus! Inilah aku jodohmu! Kita sehidup semati, atut runtut berkasih-kasihan seperti Mimi dan Mintuno!
Ke sinilah, sayang, aku rindu kepadamu."
Aji menoleh dan dalam pandangan matanya, wanita itu tampak ayu manis, cantik jelita seperti seorang dewi kahyangan. Mata itu demikian jeli indah, sinarnya sayu lembut setengah terpejam mengandung gairah membangkitkan rangsangan berahi, hidung kecil mancung itu cupingnya bergerak-gerak lembut mengembang kempis, mulut itu sedikit ternganga, sepasang bibir yang tipis, penuh, lembut dan merah membasah itu seperti terengah, merekah menantang. Tubuh yang ramping padat, mengkal lembut itu seolah menuntut untuk didekap dan dibelai.
-o0-dwkz~budi-0o-
JILID X ji belum pernah merasa tertarik oleh kecantikan wanita, kecuali ketika dia bertemu dengan Ratu A Wandansari yang membuatnya kagum namun penuh hormat, sekali ini merasa tersedot oleh daya tarik yang luar biasa, Baru sekali ini selama hidupnya dia mengalami berkobarnya gairah berahi dalam dirinya dan dengan sendirinya kedua kakinya melangkah, memenuhi panggilan wanita itu! Pengalaman yang baru sekali dirasakannya itu
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
membuat Aji terkejut dan segera dia menyadari bahwa hal ini adalah tidak wajar! Kesadaran sekilat ini bagaikan sinar menyambarnya dan otomatis dia sudah tenggelam dalam Aji Tirta Bantala yang dia dapatkan dari mendiang Ki Tejobudi.
matanya terpejam, bibirnya bergerak-gerak dan dengan suara berbisik dia menyebut, "Allah ........ Allah ........ Allah ........ "
Pada saat itu, berhentilah semua nafsu hati akal dan pikiran yang tadi mencengkeramnya dan dia merasa dirinya tenang dan bersih kembali. Ketika dia membuka mata memandang ke arah Nyi Maya Dewi yang berdiri dalam jarak tiga meter darinya itu, dia melihat wajah yang tetap cantik akan tetapi mengerikan! Mata itu mencorong penuh nafsu, mulut yang indah bentuknya itu menyeringai sehingga tampak kejam mengerikan1
"Ya ampun, Gusti ........ !" aji berbisik lirih dan kakinya bergerak mundur beberapa langkah menjauhi wanita itu.
Nyi Maya Dewi yang tadinya merasa girang dan hampir yakin bahwa aji pengasihan Pelet Mimi Mintuno yang dikerahkan itu tentu berhasil, menjadi terkejut dan kecewa marah melihat pemuda itu sadar kembali. Ia tahu bahwa pengaruh aji pengasihannya itu telah gagal. dengan marah sekali ia mengeluarkan segenggam daun sirih dan setelah berkemak kemik membaca mantera ia berseru, "Aji, mampuslah engkau diserang barisan ularku!" dan ia lalu membanting segenggam daun sirih itu ke atas tanah. Seruan itu terdengar pula oleh para pemuda Loano yang menonton dan mereka terbelalak keheranan dan ngeri melihat betapa daun-daun yang dibanting wanita cantik itu benar-benar telah berubah menjadi banyak ular weling yang merayap ke arah Aji dengan sikap buas! Para pemuda Loano ini tadi melihat betapa
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
wanita itu seperti merayu Aji. Akan tetapi mereka tidak tahu apa yang terjadi. Hanya melihat pemuda yang dirayu itu maju beberapa langkah, lalu berhenti dan mundur lagi. Akan tetapi kini melihat serangan aneh itu mereka menjadi jerih dan mengkhawatirkan keselamatan pemuda itu. Juga hati mereka merasa takut menghadapi serangan sihir yang mengubah daun-daun menjadi ular-ular weling itu. Mereka semua mengenal ular yang amat berbahaya itu. Sekali tergigit, orang akan tewas seketika!
Namun Aji yang diancam serangan puluhan ekor ular weling itu tampak tenang saja. Dia berjongkok mengambil segenggam tanah dan dilontarkannya tanah itu ke arah ular-ular yang merayap menuju kakinya.
"Demi Allah, kembalilah kepada kodratmu!"
Begitu disambar tanah yang dilontarkan ke arah ular-ular itu, tampak asap mengepul dan ular-ular jadi-jadian itupun kembali dalam ujud semula, yaitu beberapa helai daun sirih yang berserakan di atas tanah! Melihat ini, para pemuda Loano bertepuk tangan dan bersorak. Sebaliknya, para anak buah Gagak Rodra yang tadinya sudah merasa girang, mengerutkan alis mereka.
Nyi Maya Dewi menjadi semakin marah. Tepuk tangan dan sorak sorai itu terdengar oleh telinganya bagaikan suara yang mengejeknya. Ia merangkap kedua tangan itu ke atas, lalu sambil membaca mantera ia menurunkan kedua tangan masih dalam sembah dan tiba-tiba ia mengeluarkan teriakan melengking dan panjang, kedua tangan itu dikembangkan ke arah puluhan orang pemuda Loano. Tiba-tiba dari kedua telapak tangannya itu muncul asap hitam yang tebal bergulung-
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
gulung, seperti hidup asap itu melayang ke arah puluhan orang pemuda Loano!
Tentu saja puluhan orang pemuda Loano itu menjadi gentar dan panik. Mereka bingung dan tidak tahu harus berbuat apa. Hendak maju mereka takut. Kalau melarikan diri mereka malu. Akan tetapi pada saat itu, tampak bayangan berkelebat dan Aji sudah melompat ke depan kelompok pemuda Loano itu. Dia menyambut datangnya asap hitam itu dengan dorongan kedua telapak tangannya sambil mengerahkan tenaga Surya Chandra.
"Wuuussss ........ !" dari dorongan ini muncul tenaga dahsyat seperti angin yang menerpa gulungan asap hitam itu.
Asap hitam itu seperti hidup. Diterjang tenaga dahsyat itu asap membalik, bergulung-gulung seperti bingung, seperti naga yang ketakutan, kemudian asap itu terbang kembali ke arah kedua telapak tangan Nyi Maya Dewi!
Melihat betapa berbagai penyerangannya dengan ilmu sihir dapat dipunahkan Aji, Nyi Maya Dewi memuncak kemarahannya.
"Bocah sombong, aku bersumpah untuk
membunuhmu!" teriaknya dan ia menggosok-gosokkan kedua telapak tangannya. Tampak asap mengepul di antara kedua telapak tangannya berubah merah seperti berlepotan darah!
Inilah Aji Telapak Ludiro yang didapatkannya dengan latihan yang amat keji, yaitu menghisap darah anak-anak yang masih murni lahir batinnya! Kedua telapak tangan yang merah ini mengandung hawa pukulan beracun yang amat jahat. Semenjak menguasai ilmu sesat ini, belum pernah Nyi Maya Dewi mempergunakannya dalam perkelahian. Akan tetapi beberapa
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
ekor kerbau dan sapi telah menjadi korbannya, tewas seketika begitu terkena tamparan tangannya!
Jaka Lola 12 Bunga Ceplok Ungu Karya Herman Pratikto Pendekar Aneh Dari Kanglam 3