Pencarian

Pendekar Aneh Dari Kanglam 3

Pendekar Aneh Dari Kanglam Karya Sin Liong Bagian 3


hweshio itu mengerti apa yang di kehendaki oleh Bo San
Siansu, dia memutar tubuhnya untuk masuk kedalam guna
memberitahukan kedatangan musuh kepada Bo Tie Siansu
dan yang lainnya.
Tetapi waktu pendeta itu memutar tubuh, Pa Pa Liang yang
memiliki mata sangat tajam, telah mengeluarkan suara
tertawa dingin. Sulit dilihat gerakannya, tahu2 tubuhnya telah
meleset kesamping pendeta yang ingin masuk ke dalam
memberikan laporan itu. Malah tangan kanan Pa Pa Liang
telah terulur untuk menghajar pecah kepala hweshio itu, angin
serangannya berkesiuran cepat sekali.
hweshio itu terkejut, dia yakin dirinya tidak mungkin
sanggup menghadapi dan menangkis serangan yang kuat
seperti itu, dia hanya bisa mengeluarkan seruan kaget.
Bo San siansu melihat ancaman itu, dia tidak tinggal diam.
cepat sekali tubuhnyapun telah melesat, Tetapi karena
terpisah dalam jarak yang cukup jauh, Bo San siansu telah
mempergunakan Pek Kong ciang (Pukulan udara kosong),
angin serangannya itu telah meluncur keperut Pa Pa Liang.
Pa Pa Liang terkejut, karena dia merasakan angin serangan
yang dilancarkan oleh Bo San Siansu itu memiliki kekuatan
yang sangat hebat, kalau dia tidak mengelakkan diri dan
perutnya itu menjadi sasaran dari serangan tersebut, nisCaya
isi perutnya itu akan hancur berantakan, sedikitnya dia akan
terluka didalam.
Tidak ada pilihan lain untuk Pa Pa Liang, dia telah menarik
pulang tenaga serangannya dan cepat2 menyingkir beberapa
tombak mengelakkan diri dari serangan itu.
Tetapi walaupun demikian, tidak urung si pendeta yang tadi
diserang oleh Pa Pa Liang jadi terhuyung mundur beberapa
langkah, karena tenaga serangan Pa Pa Liang walaupun telah
ditarik pulang, tokh ada sebagian yang telah menyambar
kedirinya. Namun dia tidak sampai terluka didalam, hanya
wajahnya saja yang telah berobah pucat.
Bo San siansu tertawa dingin mengandung
kemendongkolan, tetapi dan tidak melancarkan serangan
berikutnya, sedangkan Pa Pa Liang telah mengeluarkan suara
tertawa yang keras, dia berkata dengan suara yang mengejek:
"Bagus Bagus Kiranya tidak percuma Siauw Lim Sie
memiliki nama yang cukup terkenal didalam rimba persilatan,
rupanya memang ada isinya juga "dan setelah berkata begitu,
Pa Pa Liang tertawa lagi bergelak-gelak.
Sedangkan Khu Sun Lie beberapa kali sibuk mengelakkan
diri dari serangan2 yang dilancarkan oleh pengeroyoknya,
Tetapi kini hatinya agak tenang waktu melihat rombongan Bo
San Siansu, Selain memang para pendeta itu akan dapat
memberikan bantuan kepadanya, pun tentunya orang-orang
Siauw Lim Sie mengetahui bahwa musuh mulai menyelusup
masuk kedalam kuil, sehingga mereka bisa mengadakan
persiapan yang ketat.
Dengan hati yang mulai tenang, Khu Sun Lie sekarang
bertempur tidak hanya mengelakan diri belaka, berulang kali
dia mulai balas melancarkan serangan kepada lawan2nya,
sambil memusatkan seluruh kekuatan yang masih ada
padanya juga mengeluarkan ilmu simpanannya.
Bo San siansu telah merangkapkan sepasang tangannya,
pendeta itu berseru dengan suara yang nyaring:
"Hentikan Hentikan siancai Ada urusan apakah tuan2 telah
datang kekuil kami...?" tegur sipendeta dengan suara yang
tetap sabar, menekan perasaan mendongkolnya.
Khu Sun Lie sempat melancarkan serangan dengan tangan
kanannya kepada seorang lawannya yang berada disebelah
kanan, kemudian waktu lawannya itu berkelit, dan belum lagi
lawan2 yang lainnya sempat untuk melancarkan serangan,
disaat itulah Khu Sun Lie telah menjejakan kakinya, tubuhnya
cepat sekali melompat ke dekat Bo San Siansu. Didalam
sekejap mata saja, sipengemis telah berada disamping Bo San
Siansu. "Mereka datang hendak mengacau, merekapun merupakan
anak buah she ong itu " dan sambil berkata begitu, Khu Sun
Lie menunjuk kepada Ong Cit Giok.
Muka Bo San siansu tampak berobah memperlihatkan
perasaan tidak senang, Dia telah berkata : "Hemmm, rupanya
memang tuan2 sengaja berkunjung kekuil kami untuk
melakukan pengaCauan " dingin sekali suara sipendeta.
Ong Cit Giok yang melihat dirinya sudah tidak bisa
membawa sikap ber-pura2 seperti tadi, telah mengeluarkan
ejekannya. Dia memang licik, maka dia bisa membawa sikap
dengan tenang tanpa memperlihatkan perasaan apapun juga
diwajahnya. "Ya, seperti yang telah kami katakan tadi, kedatangan kami
adalah untuk menyampaikan pesan Lie conggoan untuk
meminjam kitab Kiu Lok sie Pat ciang, nah, Taisu lihatlah,
kesepuluh orang itu adalah orangnya Lie conggoan yang
diperintahkan turut dengan kami, mungkin Lie conggoan
kuatir kalau2 kami ber-main2 dalam bekerja "
Bo San siansu mendelu sekali, dia menyadari kata2 itu
sama juga artinya, bahwa Ong Cit Giok bukan berani
membentur Siauw Lim Sie, tetapi perintah dari atasannya,
yaitu yang dipanggilnya sebagai Lie conggoan, harus
dilaksanakan berikut segala akibatnya, Berarti bentrokan
sudah sulit dielakkan lagi.
Pendeta yang tadi diserang Pa Pa Liang telah meneruskan
langkahnya untuk masuk kedalam memberi kabar kepada Bo
Tie siansu dan pendeta2 Siauw Lim Sie yang lainnya.
"Baiklah, kita tunggU kedatangan suheng ku, jlka nanti
suhengku, Bo Tie Siansu, mengijinkan Lie conggoan
meminjam kitab Kiu Lok Sie Pat ciang, maka aku tidak bisa
mengatakan apa- apa lagi "
Namun Ong Cit Giok seorang yang licik, dia telah tertawa
sambil katanya: "Taisu tidak perlu me-ngulur2 waktu hanya
menantikan kedatangan kawan dalam jumlah yang banyak ....
kami tahu, Taisu tentu ingin mempergunakan jumlah yang
banyak untuk menindas yang sedikit "
Mendengar sindiran Ong Cit Giok, muka Bo San siansu jadi
merah, Dia memang sebenarnya bermaksud menantikan
kedatangan Bo Tie, dan jika kakak seperguruan dan pendeta
Siauw Lim Sie lainnya telah tiba, dia bermaksud menghadapi
orang2 ini. Tetapi isi hatinya dapat dibaCa oleh Ong Cit Giok^
dia jadi mendongkol dan jengah.
Melihat Bo San siansu dipojokkan seperti itu, Khu Sun Lie
tertawa keras, lalu dia mewakili sipendeta menyahuti: "Kalian
anjing2 rendah... kalian ingin mempersamakan diri kalian
dengan seorang hohan (pendekar gagah), hemm, hemm, aku
sipengemis tua tentu akan tertawa sampai mati Kalian tidak
perlu bersikap seperti orang gagah, karena kalian hanya tikus2
yang tidak tahu malu. Jika memang kalian memiliki malu,
tentu kalian sudah siang2 angkat kaki ketika permintaan kalian
untuk meminjam kitab Kiu Lok Sie Pat ciang ditolak Siauw Lim
Sie, namun kenyataannya sekarang" Kalian hanya seperti
anjing2 kudis yang bisanya menggonggong terus menerus"
Muka Ong Cit Giok telah berobah merah, dia gusar
mendengar makian sipengemis, katanya dengan diliputi
kemarahan: "Kalau memang kami tidak memandang muka
terang Siauw Lim Sie, tentu siang2 kau sipengemis buduk
akan kami robek mulutnya dan beset perutmu..."
"Hemm, boleh kalian coba jika memang kalian bisa
melakukannya " kata Khu Sun Lie menantang untuk
memanaskan hati Ong Cit Giok. karena Khu Sun Lie juga
mendongkol tadi dia telah dikeroyok oleh kawan2nya Ong Cit
Giok. yang kini telah berdiri dibelakangnya orang she ong
tersebut. Baru saja Ong Cit Giok ingin memaki lagi, waktu itu dari
ruangan dalam kuil telah bergegas menghampiri serombongan
pendeta Siauw Lim Sie. Mereka datang cepat sekali.
Ternyata yang berjalan didepan adalah Bo Tie Siansu, yang
di iringi oleh para pendeta Siauw Lim Sie yang berasal dari
berbagai tingkatan.
Ong Cit Giok melihat ini hanya mengeluarkan dengusan
dingin dengan sikap yang angkuh, sedikitpun dia tidak jeri, Pa
Pa Liang sendiri telah menggumam dengan suara yang dingin:
"Hemmm, sekarang aku memiliki kesempatan untuk
membunuh cukup banyak kodok buduk dari Siauw Lim Sie,
tanganku memang sudah gatal "
Bo Tie siansu yang menerima laporan bahwa musuh mulai
menyelusup kedalam kuil, telah cepat2 keluar, dia juga
terkejut melihat bahwa Bo San tengah berhadapan dengan
belasan orang lawan-
Menyaksikan diantara rombongan lawan itu terdapat
orang2 yang berpakaian seragam tentara kerajaan hati Bo Tie
siansujadi dingin, dia tahu bentrokan yang sengaja dicari-cari
oleh Kaisar Eng Lok memang sulit dielaki.
Dan juga kini Bo Tie Siansu baru mempercayai sepenuhnya
cerita yang diberikan oleh Khu Sun Lie sebelumnya mengenai
masalah yang ditimbulkan Kaisar Eng Lok untuk siauw Lim Sie.
Begitu tiba dihadapan orang2 itu, Bo Tie siansu segera
merangkapkan sepasang tangannya dia menjura dengan sikap
yang sabar, wajahnya tenang walaupun hatinya agak gelisah.
"Ada keperluan apakah tuan-tuan mengunjungi kuil kami
dimalam hari seperti ini?" tanya Bo Tie Siansu.
Bersamaan dengan pertanyaan itu, lonceng diatas puncak
kuil telah berdentang keras, untuk memberi tanda kepada
murid2 Siauw Lim Sie lainnya agar ber-siap2 dipos mereka
masing2, Karena sebelum keluar, Bo Tie Si ansu telah
perintahkan murid2nya untuk memberitahukan bahaya mulai
datang. Sebelum Ong Cit Giok menyahuti, Pa Pa Li ang telah
menyahuti: "Kami ingin membunuh kodok2 yang terdapat
dikuil Siauw Lim Sie"
Bo Tie Siansu membawa sikap yang tetap sabardan tenang,
sama sekali dia tidak memperlihatkan perasaan tidak senang
terhadap kata2 Pa Pa Liang. Hanya dia terkejut melihat
keadaan Ong Cit Giok yang mukanya dan kulit tangannya
bersisik seperti badak, dan juga mata Pa Pa Liang yang
memancar tajam sekali, menunjukkan bahwa orang ini
memiliki sinkang yang tinggi sekali, walaupun didalam
pancaran sinar matanya itu terlihat kesesatan.
"Siancai, siancai janganlah siecu terlalu ringan tangan
membunuh, walaupun seekor kodok. namun tetap saja kodokkodok
itu merupakan binatang berjiwa " sabar sekali pendeta
itu yang tidak memperdulikan ejekan dan sindiran dari Pa Pa
Liang. Bo San siansu sadah memberitahukan seCara ringkas
kejadian yang baru saja berlangsung tadi kepada Bo Tie
Siansu, dan wakil Hongthio Siauw Lim Sie ini telah
mengangguk-anggukkan kepalanya. Dia memang telah
melihatnya, walaupun bagaimana bentrokan dengan orang2
ini sulit untuk dielakkan lagi.
"Baiklah," kata Bo Tie siansu kemudian dengan suara yang
tetap sabar, "Perlu kami jelaskan kepada kalian, tuan2, sangat
menyesal sekali kami harus menolak permintaan Lie conggoan
untuk meminjam kitab pusaka Kiu Lok Sie Pat ciang milik
kami, karena kitab pusaka itu memang tidak pernah dipinjami
untuk orang luar, tolonglah kalian nanti menyampaikan
penyesalan kami kepada Lie Gonggoan " Ong Cit Giok tertawa
bergelak-gelak.
"Tetapi apakah kalian dari pihak Siauw Lim Sie sama sekali
tidak ingin memberikan muka terang kepada Lie conggoan ?"
tanya nya dingin. Kembali Bo Tie siansu telah menjura dengan
sikap yang sabar sekali.
"Memang sangat menyesal sekali kami tidak bisa
meluluskan permintaan Lie conggoan-.."
"Apakah orang2 Siauw Lim Sie sudah begitu besar kepala
sehingga tidak mau memandang sekelilingnya lagi ?" tegur Pa
Pa Liang dengan suara yang dingin,
"Hemmm, kukira didalam rimba persilatan bukan hanya
Siauw Lim Sie saja yang memiliki ilmu yang bisa diandalkan"
"Memang," menyahuti Bo Tie Siansu dengan sabar,
"Memang kami kaum Siauw Lim hanya mempelajari ilmu
liamkeng dan mengetuk bokkhie, kami tidak begitu tertarik
untuk mencampuri urusan diluar kuil, mengenai ilmu silat, itu
hanya sekedar untuk mensehatkan tubuh belaka..."
Pa Pa Liang tertawa mengejek. dia rupanya memang
bermaksud memancing kemarahan diri Bo Tie Siansu.
"Baiklah, apakah kalau aku ingin main2 satu dua jurus
dengan pendeta Siauw Lim Sie, hal itu akan diterima dengan
baik ?" Muka Bo Tie Siansujadi berobah, karena dia tahu itulah
tantangan berterang, walaupun bagaimana sabarnya Bo Tie
Siansu, tokh dia merupakan seorang pendeta yang memiliki
nama besar didalam rimba persilatanTiraikasih
Website http://kangzusi.com/
Siauw Lim Sie juga sudah lama dikenal sebagai pintu
perguruan yang tertua dan secara tidak resmi telah diakui
sebagai pimpinan rimba persilatan-
Maka dari itu, tidak bisa dia berdiam diri terus, padahal
orang2 ini mengandung maksud tidak baik untuk Siauw Lim
Sie dan datang untuk mengacau.
"Baiklah Kiesu," katanya kemudian- "Rupanya Kiesu
memang terlalu tertarik untuk ilmu silat. Kami hanya
mempelajari ilmu melatih diri agar sehat, maka janganlah para
tuan2 mentertawakan kami jika sampai nanti kami
memperlihatkan kejelekan kami "
Pa Pa Liang tertawa keras, dia bilang dengan suara yang
juga keras: " Kau tidak perlu memutar balik perkataanku,
keledai gundul Aku tahu, engkau ingin maksudkan bahwa
kami tentunya tidak mungkin bisa menangkan kalian, dan
kami hanya akan menjadi bahan tertawaan belaka "
Bo Tie siansu telah merangkapkan tangannya, dia menjura,
"Mana berani kami memiliki pikiran seperti itu. Apa yang kami
keluarkan tentu semuanya berasal dari hati "
"Hemmm" Pa Pa Liang tertawa dingin, tampaknya dia
memang sudah tidak sabar, maka sambil mendengus begitu,
dia telah mengulurkan tangan kanannya untuk menangkap
pergelangan tangan Bo Tie Siansu yang ingin dicengkeramnya.
Tetapi belum lagi jari2 tangan Pa Pa Liang sempat
mencengkeram pergelangan tangan Bo Tie Siansu, justru
pendeta itu telah menurunkan tangannya sedikit, mudah sekali
dia mengelakkan serangan lawannya, sehingga cengkeraman


Pendekar Aneh Dari Kanglam Karya Sin Liong di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

lawannya itujatuh ditempat kosong.
Pa Pa Liang jadi penasaran, dia tidak menarik pulang
tangannya, hanya dia memutar telapak tangannya, yang
tahu2 bergerak cepat keatas, dia akan mencengkeram dada
sebelah kiri dari Bo Tie Siansu.
Keadaan demikian telah membuat Bo Tie Siansu dan
pendeta Siauw Lim lainnya jadi terkejut dan mendongkol,
karena serangan yang dilakukan oleh Pa Pa Liang merupakan
serangan yang telengas dan kejam sekali.Jika sampai dada kiri
Bo Tie Siansu kena dicengkeram. berarti pendeta ini akan
mengalami ancaman kema tian, atau terluka parah.
Tetapi Bo Tie Siansu memang bukan pendeta sembarangan
dan dia memiliki kepandaian yang tinggi.Jika sejak tadi dia
hanya bersikap tenang dan sabar, bukanlah disebabkan dia
jeri atau takut berurusan dengan orang seperti Pa Pa Liang,
justru dia memang selama puluhan tahun telah memiliki
latihan untuk mengendalikan perasaan, maka walaupun
hatinya mendongkol, tokh tetap saja dia bisa bersikap sabar.
Disaat itu, tampak dengan mengempiskan dadanya dan
membesarkan perutnya, Bo Tie Sian su telah berhasil
meloloskan diri dari cengkeraman lawannya yang hanya
terpisah satu dim lebih.
Kali Bo Tie siansu juga tidak tinggal diam saja. Dia tahu
musuh2 yang datang ke siauw Lim Sie tentunya memiliki
kepandaian yang tinggi, jika memang dia tidak
memperlihatkan sedikit kepandaian, bukankah lawan2nya itu
akan berlaku lebih kurang ajar"
Waktu tangan Pa Pa Liang lewat disamping dadanya, belum
sempat Pa Pa Liang menarik pulang tenaga serangannya, Bo
Tie Siansu telah mengebut perlahan dengan lengan jubahnya.
Gerakan yang dilakukan oleh Bo Tie Sian su sangat
perlahan, tetapi akibat yang ditimbulkan dari kebutan itu
memang luar biasa, karena tenaga yang meluncur keluar dari
lengan jubahnya memiliki kekuatan yang luar biasa sekali.
Waktu itu Pa Pa Liang memang belum sempat menarik
pulang tenaga serangannya, dan dia jadi terkejut waktu
merasakan napasnya sesak dan dadanya sakit dihimpit oleh
kekuatan tenaga yang tidak terlihat. Belum lenyap kagetnya,
tubuhnya telah tergoncang.
Jika sampai dia terpental tentu akan membuat dia terluka
didalam. Perlu diketahui menyerang dengan mempergunakan
tenaga dalam, merupakan serangan yang sangat berbahaya
sekali, jauh lebih berbahaya jika dibandingkan dengan orang
yang menyerang mempergunakan pedang atau senjata tajam
lainnya. Karena jika sampai serangan yang disertai dengan tenaga
lwekang itu mengenai sasaran, tentu selain bisa merusak
tulang dan isi tubuh, juga orang yang terkena serangan itu
jika tidak mati tentu akan terluka parah.
Sebagai seorang yang memiliki kepandaian sangat tinggi Pa
Pa Liang menyadari bahaya yang mengancam dirinya, dia
telah mengelakkan diri dengan cepat. Namun tidak urung Pa
Pa Liang telah mundur dua langkah kebelakang, baru dia bisa
berdiri tetap lagi.
Dalam segebrakan itu saja, sebagai tokoh2 persilatan yang
memiliki kepandaian tinggi, Bo Tie Siansu maupun Pa Pa Liang
telah mengetahuinya bahwa kepandaian mereka berimbang,
hanya tenaga dalam dari Pa Pa Liang masih berada satu
tingkat dibawah Bo Tie siansu.
Pa Pa Liang tidak memperlihatkan perasaan terkejutnya,
dia telah tertawa dingin, sambil katanya dengan suara yang
tawar: "Bagus Menarik sekali Kepandaian orang Siauw Lim Sie
ternyata cukup berharga untuk diajak bermain-main.."
Dan setelah berkata begitu, Pa Pa Liang bersiap-siap
hendak mulai melancarkan serangan-
Bo Tie Siansu melihat keadaan ini telah cepat2 menjura, dia
bilang: "Maafkan, jangan kita meneruskan permainan ini,
karena jika sampai kiesu terluka di siauw Lim sie, kami tentu
akan merasa tidak enak hati "
Bo Tie siansu berkata begitu, karena dia ingin menegaskan,
jika sampai Pa Pa Liang masih mendesaknya dengan
melancarkan serangan, tentu dia akan turun tangan lebih
keras lagi dan niscaya Pa Pa Liang tidak mungkin untuk dapat
menghadapi serangannya itu.
Tetapi justru perkataan Bo Tie Siansu telah membuat hati
Pa Pa Liang jadi panas dan penasaran sekali, dia telah
mengeluarkan suara bentakan yang cukup keras sambil
tangan kanannya bergerak akan menghantam kepala Bo Tie
Sian su, sedangkan tangan kirinya meluncur akan men
cengkeram ulu hati sipendeta.
Bo Tie Siansu melihat serangan Pa Pa Liang yang hebat itu,
dia tidak jeri. Yang dikuatirkan ialah kalau sampai Pa Pa Liang
terluka ditangnnya, tentu orang2nya Kaisar Eng Lok bisa
mempergunakan alasan untuk memusuhi Siauw Lim Sie, itulah
yang selalu membuat Bo Tie Siansu ragu2. Tetapi justru orang
terlalu mendesak pihaknya, dan diapun tidak bisa berdiam diri
terus. Melihat Pa Pa Liang telah melancarkan serangan lagi
dengan kejam dan telengas, Bo Tie Siansu juga jadi mendelu
kepada orang ini. seperti dia telah melihatnya bahwa pada
mata Pa Pa Liang memancarkan sinar kesesatan, maka dia
melihat serangan yang dilancarkan oleh lawannya merupakan
serangan yang sesat dan mengandung hawa kematian yang
kotor sekali, disamping sangat kejam.
Hal ini telah memaksa Bo Tie siansu tidak bisa meremehkan
serangan itu, Dengan mengucapkan perlahan: "Siancai", tubuh
Bo Tie Siansu telah bergerak dengan gesit kearah
sampingnya, dia telah mengerahkan tenaga lwekangnya untuk
menangkis serangan Pa Pa Liang dengan cara menggerakkan
kedua tangannya yang dirangkapkan keatas, itulah ilmu
membela diri Siauw Lim Sie yang sangat kuat dan sulit
ditembus oleh kekuatan musuh yang bagaimana tangguh
sekalipun juga.
Tetapi Pa Pa Liang merupakan tokoh sakti rimba persilatan
yang memiliki kepandaian agak sesat, maka dia melancarkan
serangan dengan cara yang agak sesat. Dia tidak meneruskan
kedua serangan dari kedua tangannya, melainkan
dengangerakan yang sangat gesit sekali tangannya itu telah
berobah arah, dia telah menurunkan tangan kanannya akan
mencengkeram pergelangan tangan kanan Bo Tie Siansu,
sedangkan tangan kirinya dipakai menggempur perut
sipendeta. Pendeta sakti siauw Lim Sie ini terkejut sekali melihat cara
menyerang yang dilancarkan oleh lawannya, dia merasakan
angin serangan yang meluncur dari tangan lawannya
mengandung kekuatan yang dahsyat, maka tidak bisa Bo Tie
Siansu meremehkan kekuatan serangan dari lawannya. Kalau
sampai dia terkena serangan itu, setidaknya dia akan
tergempur dan terluka di dalam.
Tetapi Bo Tie siansu juga bukan berarti membiarkan dirinya
terserang begitu saja, dia telah menggeser kedudukan kaki
kanannya, kemudian dengan salah satu gerakan dari Lo Han
Kun, yang bernama jurus "Lo Han merangkapkan tangan
menempati angin", tahu-tahu kedua tangannya yang
dirangkaikan itu menyampok dari samping kiri kekanan,
gerakan itu agak memutar sehingga sama saja dia menyapu
kedua tangan Pa Pa Liang sekaligus.
Pa Pa Liang tidak menyangka bahwa lawannya bisa
melakukan pembelaan diri dengan cara seperti itu, dia tidak
sempat untuk menarik pulang kedua tangannya, maka tangan
mereka telah saling bentur.
Hebat kesudahannya, karena dua kekuatan tenaga dalam
yang benar2 tinggi, telah saling bentrok dengan keras,
Disamping terdengar suara bentrokan yang keras, juga terlihat
mereka berdua masing2 mundur dua langkah.
Pa Pa Liang tidak mau mem-buang2 waktu, begitu dia bisa
berdiri tetap. segera dia maju pula untuk melancarkan
serangan lagi. Begitulah, mereka berdua jadi bertempur dengan cepat dan
seru, dalam waktu singkat sekali, telah belasan jurus yang
mereka lewatkan-
Sedangkan Bo San Siansu, Khu sun Lie dan pendeta Siauw
Lim Sie mengawasi jalannya pertempuran sambil bersiap siaga
menantikan serangan dari kawan-kawannya Pa Pa Liang.
Ong Cit Giok sendiri menyaksikan jalannya pertempuran itu
dengan tersenyum-senyum saja, tampaknya dia sama sekali
tidak merasa berkuatir. Dia juga sering mengeluarkan
komentar: "Ha, sayang sayang "
Kesepuluh orang yang berpakaian seragam sebagai orang
kerajaan, telah berdiam diri mengawasi jalan pertempuran
dengan penuh perhatian- Mata mereka memancarkan sinar
yang sangat tajam, tampaknya mereka benar2 tertarik dan
ingin memperhatikan Sebaik mungkin jalannya pertempuran.
Setidak2nya bisa menambah pengetahuan dan pengalaman
untuk mereka, Karena kedua orang yang tengah bertempur itu
merupakan dua orang tokoh yang memiliki kepandaian sangat
tinggi. Bo Tie siansu sendiri merasakan semakin lama tenaga
serangan Pa Pa Liang semakin ringan dan perlahan, tetapi
setiap samberan angin serangan Pa Pa Liang mengandung
hawa yang dingin sekali seperti es, yang per-lahan2
menyelusup ke dalam hati Bo Tie Siansu, Tentu saja hati
sipendeta jadi terkejut bukan main dia cepat mengempos
semangat dan hawa murni ditubuhnya, untuk mengusir hawa
dingin itu, agar tidak menguasai dirinya.
Tetapi waktu hawa dingin itu berhasil dikuasainya, dan dia
mulai bisa balas menyerang pula kepada Pa Pa Liang, disaat
itulah hawa angin serangan Pa Pa Liang telah berobah pula,
menjadi panas, "Ilmu siluman-.. sungguh sesat " berpikir Bo Tie siansu
didalam hatinya, Dia juga berusaha untuk membendung hawa
panas seperti api itu, dengan memberikan perlawanan yang
gigih. Tetapi peristiwa itu terjadi berulang kali, sebentar sedingin
es, lalu berobah panas seperti panasnya api. Tentu saja
sebagai seorang pendeta yang memiliki ilmu yang lurus dan
telah mencapai tingkat yang tinggi, Bo Tie siansu menyadari
apa artinya itu.
Kalau sampai dia berlarut larut terus dikuasai hawa dingin
dan panas bergantian, tentu dirinya yang bisa celaka, karena
tenaga dalamnya akan berada dalam dua posisi untuk
membendung kedua macam hawa serangan itu.
Sedang Pa Pa Liang telah melancarkan serangan semakin
perlahan, namun hawa dingin yang terpancarkan dari telapak
tangannya semakin dingin, begitu juga hawa panasnya yang
semakin panas saja.
Maka dari itu, dalam keadaan seperti ini Bo Tie siansu
berusaha menutup diri untuk sementara waktu, dia hanya
membendung hawa dingin dan panas itu agar tidak menguasai
dirinya, tetapi dia sama sekali tidak berusaha membalas.
Sekali saja dia membalas, berarti dia telah memecahkan
tenaga dalamnya, itu akan merugikan dirinya.
Bo San Siansu yang menyaksikan jalannya pertempuran,
jadi memandang dengan berkuatir, Dia melihat kakak
seperguruannya, yang menjadi pemimpinnya juga, tengah
terancam bahaya yang tidak kecil.
Memang sinkang yang dimiliki Bo Tie Siansu melebihi
lwekang Pa Pa Liang, pendeta itu berada satu tingkat
diatasnya, tetapi tenaga lwekang yang dimiliki Pa Pa Liang
merupakan tenaga lwekang yang sesat, itu repotnya, karena
tenaga serangan itu bisa memancarkan hawa dingin dan
panas bergantian, sehingga membuat sekujur tubuh Bo Tie
Siansu seperti dipengaruhi oleh kedua macam hawa serangan
itu. Kalau sampai hawa dingin dan panas itu sempat
menyelusup kedalam jantungnya, niscaya akan membuat Bo
Tie Siansu terluka didalam yang parah. jika hal itu terjadi,
sedikitnya Bo Tie Siansu harus mengobati selama lima tahun
mengurung diri, dan kekuatan lwekangnya akan berkurang
sebagian besar.
Khu Sun Lie mengerutkan alisnya juga, dia berkuatir untuk
pendeta-pendeta siauw Lim Sie ini. Dia melihat kepandaian Pa
Pa Liang sangat tinggi dan dia sendiri-jelas bukan menjadi
tandingannya, Begitu juga dia pernah mencoba Ong Cit Giok,
yang kepandaiannya berada diatasi dirinya.
Maka Khu Sun Lie berkuatir kalau2 diluar kuil siauw Lim Sie
masih berkumpul orang2 gagah yang menjadi kaki tangannya
kaisar Eng Lok. itulah bahaya yang tidak keCil bagi Siauw Lim
Sie. Dan saat itu juga Bo Tie Sian su telah mengeluarkan
keringat dingin dan panas-bergantian akibat tekanan tenaga
serangan yang dilancarkan oleh Pa Pa Liang. Kalau hal itu
berlarut-larut dan Bo Tie siansu tidak bisa menguasai diri,
tentu hal ini akan membahayakan jiwa sipendeta.
Sedang Khu Sun Lie berpikir begitu, tiba2 dia melihat sinar
merah disebelah timur kuil. Dan waktu itu dia melihat api
berkobar. "Api.." berseru Khu Sun Lie.
Semua pendeta Siauw Lim Sie telah menoleh kearah yang
ditunjuk oleh Khu Sun Lie.
Muka Bo San siansu jadi berobah merah padam karena
marah, dia bisa menerka siapa yang menyebarkan api untuk
membakar kuil Siauw Lim Sie.
"Binatang-binatang jahat " berkata Bo San siansu, sambil
menjejakkan kakinya, tubuhnya telah melompat dan
menerjang cepat sekali kepada Ong Cit Giok.
Dia juga telah mengempos tenaga dalamnya dan
melancarkan serangan dengan gerakan yang gesit disertai
kemendongkolannya, Maka dahsyat juga serangan yang
dilakukan oleh Bo San Sian su. sedangkan saat itu Ong Cit
Giok tengah ter-senyum2 girang waktu mendengar Khu Sun
Lie berteriak ada api, dia tahu orang2nya yang diperintahkan
untuk menyelusup kebagian lain dari kuil Siauw Lim Sie telah
berhasil menerobos untuk membakar kuil itu, dan
menyebarkan api.
Tetapi tahu2 dia merasakan berkesiuran angin serangan
yang kuat sekali, sebagai jago yang memiliki kepandaian
tinggi, Ong Cit Giok tidak gentar menghadapi serangan Bo
San, hanya dia kaget melihat pendeta ini seperti kalap. Maka


Pendekar Aneh Dari Kanglam Karya Sin Liong di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Ong Cit Giok tidak berani memandang remeh serangan itu, dia
telah mengempos semangatnya untuk melakukan
penangkisan. "Bukkkk " dua kekuatan tenaga dalam yang hebat telah
saling bentur. Tubuh Bo San Siansu tergetar, begitu juga tubuh Ong Cit
Giok. mereka masing-masing telah mundur dua tindak
kebelakang. Tetapi Bo San siansu yang telah dikuasai kemarahan
melihat kejahatan orang2 ini, kembali melancarkan serangan
susulan tanpa menantikan tubuhnya bisa berdiri tetap.
Dia telah mengerahkan tenaga dalam yang kuat sekali,
karena Bo San Siansu menyadari, kalau saja orang seperti Ong
Cit Giok dan Pa Pa Liang sempat untuk menimbulkan
kekaCauan ditempat ini, mereka tidak memiliki kesempatan
lagi untuk membantu para murid Siauw Lim Sie yang menjaga
dibagian timur dari kuil tersebut.
Semula sepuluh orang kawan Ong Cit Giok bermaksud ikut
terjun kedalam medan pertempuran itu, untuk mengeroyok Bo
San siansu dan Bo Tie Siansu.
Namun murid2 Siauw Lim Sie, yang berjumlah tidak kurang
dari tiga puluh orang, juga telah mengambil sikap bersiap
sedia. Kalau sampai kesepuluh orang itu turun tangan juga , maka
ketiga puluh murid Siauw Lim Sie itu akan segera turun
tangan untuk dapat menghadapi mereka.
Melihat jumlah murid murid Siauw Lim Sie yang tidak
kurang dari tiga puluh orang itu, telah membuat kesepuluh
orang kawan Ong Cit Giok mengurungkan maksud mereka.
semuanya jadi berdiam diri saja, hanya menyaksikan jalannya
pertempuran antara Bo Tie siansu dengan Pa Pa Liang dan Bo
San siansu dengan Ong Cit Giok.
Angin serangan dari keempat orang yang tengah bertempur
itu berkesiuran kuat sekali, dan saling samber tidak hentinya,
sehingga memaksa murid2 Siauw Lim Sie dari tingkat yang
lebih bawah dan juga memiliki kepandaian belum begitu tinggi
harus mundur menghindarkan diri dari tekanan angin
serangan kedua pasang orang yang tengah bertanding itu.
Sedangkan waktu itu, Pa Pa Liang telah memperCepat
serangannya, sehingga hawa dingin dan panas menyambar2
dengan kuat sekali, memaksa Bo Tie Siansu berulang kali
harus melompat mundur mengelakkan diri dan mengatur
pernapasannya. Kalau sampai dirinya terkena serangan hawa dingin atau
hawa panas lawannya, niscaya tubuhnya akan terluka
didalam, itulah yang tidak dikehendaki oleh Bo Tie Siansu,
Untuk membendung hawa dingin dan hawa panas itu Bo Tie
Siansu telah memusatkan seluruh kekuatan tenaga dalamnya,
untuk melindungi bagian-bagian terpenting disekujur
tubuhnya. Dengan cara demikian, dia masih bisa bertahan dari
gempuran kedua macam hawa yang sangat dingin dan panas
itu. Api yang berkobar disebelah timur kuil tersebut tampak
semakin besar. Begitu juga , suara ribut2 dari para pendeta
Siauw Lim Sie yang rupanya tengah berjuang untuk
memadamkan api, sangat berisik sekali terdengar oleh Bo San
Siansu dan Bo Tie Siansu.
Belum lagi api yang berkobar disebelah timur kuil itu
terpadamkan, dan malah api semakin membesar, waktu itu
disebelah barat dari kuil tersebut telah berkobar api lagi yang
menjulang tinggi, rupanya anak buah Ong Cit Giok telah mulai
membakar bagian tersebut.
Tentu saja Bo Tie siansu dan Bo San siansu jadi agak kikuk
dan gelisah, karena mereka tengah dilibat oleh Pa Pa Liang
dan Ong Cit Giok dengan sendirinya mereka tidak bisa
memberikan bantuan kepada murid2 Siauw Lim Sie lainnya
yang sedang berusaha memadamkan api yang tengah
menjilati dua bagian kuil tersebut.
Khu Sun Lie sudah tidak memiliki pilihan lain, dengan
menjejakkan kakinya, tubuhnya melompat gesit sekali menuju
kearah barat, dimana api menjulang lebih tinggi, Dia
bermasud akan membantu murid-murid Siauw Lim Sie untuk
memadamkan api itu.
Ketika dia tiba disebelah barat dari kuil Siauw Lim Sie, api
memang tengah menyala marong merah dan tinggi sekali,
menjilati bagian dinding dari wuwungan kuil bagian tersebut,
Khu Sun Lie melihat puluhan orang murid Siauw Lim Sie
tengah berusaha memadamkan api itu dengan membawa
berember- ember air.
Tanpa bertanya lagi, Khu Sun Lie meminta dua buah
ember, dan ikut menyirami api yang tengah menjulang tinggi
itu. Kalau terlambat, tentu bangunan kuil dibagian tersebut
akan terbakar musnah.
Maka dari itu, Khu Sun Lie bekerja gesit sekali, dia telah
berlari-lari mengambil air dan kembali ketempat tersebut
untuk menyiram api.
Dalam waktu yang cukup panjang, akhirnya api dapat
dikuasai dan lalu padam. begitu juga api yang tadi berkobar
disebelah timur, sudah tidak tampak lagi.
Namun para murid siauw Lim Sie itu tidak bisa bernapas
lega, karena mereka kuatir dibagian lain api akan muncul pula,
disebar oleh orang-orangnya Ong Cit Giok. Maka mereka
mengadakan penjagaan yang ketat sekali.
Khu Sun Lie yang seluruh pakaiannya te lah basah kuyup
itu ikut ber-jaga2. Dia telah berlari kesana kemari dengan
mempergunakan ginkangnya untuk mengadakan penjagaan,
Maka dari itu, dia telah memeriksa seluruh kuil dengan mata
yang awas. Waktu Khu Sun Lie tengah berlari diruangan belakang kuil,
tiba2 dia melihat sesosok tubuh yang berkelebat gesit sekali,
bermaksud melompat melewati dinding kuil.
Tetapi Khu Sun Lie gesit, dengan mengeluarkan suara
bentakan, tubuhnya telah mencelat menyusul, dan tangan
kanannya telah diulurkannya waktu dia tiba dibelakang orang
itu. Sosok tubuh tersebut ingin memutar badannya untuk
menoleh, tetapi terlambat pakaian ditengkuknya telah kena
dicengkeram oleh Khu Sun Lie, yang sekali angkat telah
membantingnya keras sekali.
"Bukkkkk" tubuh orang itu telah terbanting keras sekali,
dan dia mengeluarkan suara jeritan, karena pahanya justru
diinjak oleh Khu Sun Lie cukup keras.
orang itu meraung kesakitan dan kegelian, tetapi Khu Sun
Lie tetap menginjak terus, dan akhirnya dia membentak :
"Engkau anak buahnya Ong Cit Giok ?" orang itu teraduh-aduh
dan tidak mau menyahuti.
Khu Sun Lie jadi tambah sengit, dia menambahkan tenaga
pada kakinya dan menginjak lebih kuat lagi.
Orang itu jadi menjerit-jerit tambah keras, karena dia
kesakitan dan kegelian, dimana kaki Khu Sun Lie menginjak
pahanya itu sambil di gerak-gerakkan, sehingga orang
tersebut, yang berpakaian sebagai tentara kerajaan, kegelian
setengah mati, disamping merasakan kesakitan pada tulang
pahanya. Khu Sun Lie tidak mengacuhkan sikap orang itu, dia terus
menginjak. "Jika engkau tidak mau mengakui yang jujur, aku akan
menginjak hancur tulang pahamu ini, sehingga untuk seumur
hidup engkau akan menjadi manusia berCaCad " mengancam
Khu Sun Lie. Lalu Khu Sun Lie menambahkan tenaganya dia menginjak
lebih kuat. Tentara kerajaan itu menjadi tambah kesakitan, akhirnya
dengan suara yang terbata-bata diapun berkata : "Baik... baik
aku akan bicara."
"Katakan dulu, apakah engkau ini anak buahnya Ong Cit
Giok, yang diperintahkan untuk membakar kuil ?" bentak Khu
Sun Lie. "Benar Benar " menyahuti orang itu dengan menahan sakit.
"Hemmm, berapa jumlah kalian seluruh nya?" tanya Khu
Sun Lie lagi. "Lima... lima ratus orang lebih "
"Selain Ong Cit Giok dan Pa Pa Liang, siapa-siapa lagijago2
yang dikerahkan kemari ?" bentak Khu Sun Lie dengan suara
bengis. Banyak... banyak sekali, aku tidak mengenal mereka
semua " "Berapa banyak jumlah jago-jago itu?" bentak Khu Sun Lie.
Orang yang berpakaian sebagai tentara kerajaan itu tidak
menyahuti, dia hanya ter-aduh2.
Khu Sun Lie jadi mendongkol dia mengerahkan tenaga
yang lebih kuat dikakinya, dan menginjak lebih keras.
Keruan saja tentara kerajaan itu jadi meraung kesakitan-
"Semua... semuanya merupakan jago2 di rimba persilatan,
yang diperintahkan memakai pakaian seragam kerajaan "
akhirnya orang itu menyahuti juga dengan menahan perasaan
sakit. "Jadi, tidak ada seorangpun diantara kalian yang sebenar2nya
sebagai tentara kerajaan ?" tanya Khu Sun Lie lagi.
"Hanya sedikit, kurang dari seratus orang." menyahuti
orang itu. "Engkau sendiri murid siapa ?" tanya Khu Sun Lie lagi.
"Aku... aku murid ketiga dari ong... ong Suhu."
"Yang engkau maksudkan Ong Cit Giok ?" bentak Khu Sun
Lie. "Be... benar"
"Hemmm, manusia-manusia jahat. Apa maksud kalian
membakar kuil Siauw Lim Sie ?" tanya Khu Sun Lie lagi.
"Semua ini perintah dari Lie conggoan.." menyahuti murid
ketiga dari Ong Cit Giok tersebut, sesungguhnya dia memiliki
kepandaian yang cukup tinggi. Sebagai murid dari seorang
tokoh sakti seperti Ong Cit Giok. tentu saja dia memperoleh
didikan yang sangat tinggi itu dan kepandaian yang lumayan,
hanya sayang sekali dia bertemu dengan Khu Sun Lie yang
memiliki kepandaian jauh diatasnya, lagi pula memang Khu
Sun Lie telah berhasil menguasai dirinya dengan menginjak
pahanya kuat2. Kalau orang ini berusaha untuk bangun atau
mempergunakan kedua tangannya untuk memegang kaki Khu
Sun Lie, maka pengemis ini telah menggerakkan tangan
kanannya menghajar kepala orang tawanannya.
Sehingga orang tersebut, murid ketiga dari Ong Cit
Giok.jadi tidak berdaya apa2.
"Hemmm, sekarang telah berapa banyak orang yang
menyelusup kedalam kuil Siauw Lim Sie ?" tanya Khu Sun Lie
lagi. "Hampir... hampir semuanya " menyahuti orang itu.
"Hampir semuanya telah berusaha memasuki kuil ini dari
berbagai jurusan "
"Hemmm " Khu Sun Lie mendengus dingin, dia
mengulurkan tangan kanannya menotok urat kaku orang
tersebut, kemudian dia telah mencengkeram bahu orang itu,
dan juga mencengkeram baju ditengkuk tawanannya, yang
diangkatnya untuk dibawa pergi
-oo0dw0oo- Jilid 5 BO TIE SIANSU dan Bo San siansu yang tengah dilibat oleh
lawan-Iawannya itu, jadi gelisah sekali, Mereka telah
memberikan perlawanan yang gigih. Tetapi mereka juga
berkuatir sekali, disaat mereka tengah dilibat seperti itu, justru
pihak lawan menyebar diri keberbagai bagian kuil untuk
membakar kuil, itulah yang mereka kuatirkan sekali.
Tetapi hati mereka jadi agak tenang waktu melihat api
dibagian timur dan barat dari kuil tersebut bisa dikuasai dan
telah padam, Maka mereka bisa mengerahkan dan
memusatkan seluruh peihatian mereka untuk melawan musuh.
Dengan cepat Bo Tie Sian su telah merobah cara
bertempurnya. Jika tadi dia banyak mengurung diri dengan
pembelaan2 yang rapat, sekarang justru Bo Tie Siansu telah
berusaha melancarkan serangan balasan yang kuat dan
dahsyat sekali.
Begitu juga halnya dengan Bo San Siansu, dia berusaha
untuk mendesak Ong Cit Giok. Tampaknya kepandaian Bo San
siansu dengan Ong Cit Giok kelihatannya berimbang, karena
walaupun Ong Cit Giok masih berada satu tingkat dibawah
kepandaian Bo San Siansu, dia bisa mengandalkan kekebalan
kulit tangannya yang seperti kulit badak itu, yang sama
kerasnya seperti kulit yang terbuat dari lapisan besi.
Sehingga setiap kali Bo San siansu membentur tangan Ong
Cit Giok, pendeta ini merasakan tangannya sakit, sehingga Bo
San Siansu akhirnya bertempur sambil berusaha mengelakkan
terjadinya bentrokan tangan.
Hal itulah yang merugikan sendiri Bo San Siansu, karena
dengan berusaha mengelakkan diri dari benturan tangan, Bo
San Siansu jadi tidak bisa mengeluarkan seluruh
kepandaiannya. Maka disaat-saat seperti itu, Ong Cit Giok bisa
memperoleh hawa dan kesempatan, untuk balas mendesak
lawannya, sehingga mereka tampaknya berimbang.
Berlainan dengan pertempuran Bo Tie Siansu dan Pa Pa
Liang, memang kepandaian mereka terpaut tidak jauh, maka
dari itu, mereka telah bertempur dengan hebat dan
mengandalkan kekuatan tenaga lwekangnya. Keduanya
terlibat dalam suatu pertempuran yang menentukan, karena
masing-masing telah mengempos dan mempergunakan
tenaga sakti mereka, maka jika sekali saja mereka melakukan
suatu kesalahan, tentu mereka akan terluka parah atau
terbinasa ditangan lawannya.
Hawa dingin dan panas yang bergantian di timbulkan oleh
serangan Pa Pa Liang semakin lama jadi semakin kuat saja,
malah Bo Tie Sian su merasakan jantungnya mulai menjadi
dingin, dikuasai oleh hawa dingin itu. Atau terkadang menjadi
panas, karena dikuasai oleh hawa panas.
Dengan terkuasai dirinya oleh perobahan terus menerus
hawa dari panas menjadi dingin dan dari dingin berobah
kembali menjadi panas, sehingga Bo Tie Siansu menderita
kerugian yang tidak kecil.
Beberapa kali pendeta itu berusaha untuk memperhebat
serangannya, namun dia selalu gagal untuk mendesak
lawannya, walaupun tampaknya Pa Pa Liang melancarkan
serangan dengan gerakan tangan yang semakin perlahan,
tokh benteng pertahanannya tetap sangat kuat.


Pendekar Aneh Dari Kanglam Karya Sin Liong di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Begitulah, mereka telah bertempur terus dengan
mengerahkan tenaga lwekangnya. Bahkan Bo Tie Siansu
berulang kali telah memutar otak untuk mencari jalan keluar,
guna menundukkan lawannya, dan yang terpenting sekali
menguasai suasana saat itu. Kalau memang situasi seperti ini
berlangsung terus, tentu Siauw Lim Sie akan mengalami
ancaman bahaya yang cukup besar.
Disaat itu, sambil mengeluarkan suara bentakan keras,
dalam suatu kesempatan, Pa Pa Liang telah melancarkan
serangan dengan mempergunakan tangan kanan dan tangan
kiri saling susul.
Dari kedua tangan Pa Pa Liang itu telah meluncur angin
serangan yang mengandung hawa dingin dan panas serentak
menyambar Bo Tie Siansu.
Pendeta itu terkejut. Sejak tadi dia hanya menerima
serangan hawa dingin dan panas bergantian, dan dia masih
bisa menghadapinya. Namun kini dia telah menerima serangan
sekaligus dengan kedua macam jenis hawa dingin dan panas
yang menyambar kearah dirinya, sehingga Bo Tie siansu jadi
mengerutkan alisnya, dan dia telah mengeluh: "Biarlah aku
adu jiwa dengan dia "
Kemudian Bo Tie siansu mengerahkan tenaga dalamnya,
dia menyalurkan tenaga sinkangnya dikedua pergelangan
tangannya yang dirangkapkan menjadi satu, lalu dia
mengangkatnya untuk menangkis. "Dukkkkk" keras sekali
kekuatan yang saling bentur itu.
Tubuh Bo Tie siansu jadi menggigil karena dia merasakan
hawa dingin seperti menyelusup kedalam tubuhnya, Begitu
juga hawa panas telah menyelusup kedalam dirinya, membuat
tubuh pendeta itu tergetar keras. Bo Tie siansu jadi mengeluh.
Tetapi belum sempat pendeta siauw Lim Sie yang tangguh
ini ber-siap2 untuk menerima serangan lagi, disaat itu Pa Pa
Liang telah melancarkan serangan lagi, sama seperti tadi,
tangan kanan dan tangan kiri tersusun menjadi satu dan
sekaligus mengincer bagian dada Bo Tie Siansu, dimana hawa
dingin dan panas itu menyambar dengan serentak.
Bo Tie siansu mengeluh. Kalau saja kedua serangan itu
mengenai dadanya, rusaklah jantung dan hati maupun
paru2nya, yang akan dirusak oleh ilmu sesat Pa Pa Lisng, yang
mengandung hawa dingin dan panas itu.
Tetapi sebagi seorang pendeta sakti yang telah puluhan
tahun tenggelam hanya dalam meyakinkan kebatinan dan ilmu
silat, disaat itu juga Bo Tie siansu teringat kepada bunyinya
salah satu pelajaran didalam Kiu Im cin Keng:
"Yang kosong bisa berisi, dan yang berisi bisa menjadi
kosong, Yang lunak bisa menjadi keras dan yang keras bisa
dijadikan lunak" dan itulah pelajaran yang sangat baik sekali
dari Kiu Im cin Keng, untuk orang yang melatih diri dalam
tenaga lwekang.
juga rumah dibuat kosong sehingga bisa ditinggali,
mangkok dibuat bulat dengan ditengahnya kosong, sehingga
bisa diisi nasi untuk makan, Apa jadinya jika rumah tidak
kosong, penuh dan padat, begitu juga mangkok penuh dan
padat?" itulah salah satu bunyi pelajaran dalam Kiu Im cin
Keng yang diingat sipendeta dalam keadaan yang begitu kritis.
Karena teringat pelajaran dari kitab sakti seperti Kiu Im cin
Keng, seketika otak Bo Tie siansu jadi jernih. Memang yang
kosong bisa terisi dan yang keras bisa menjadi lunak. Begitu
juga tenaga serangan yang dilancarkan oleh Pa Pa Liang, yang
dingin bisa dibuat tidak dingin dan yang panas bisa dibuat
menjadi tidak panas.
Seketika itu juga Bo Tie siansu menarik napas dalam2
mengumpulkan tenaga saktinya, dia telah memusatkan di
Tan-tian, diperutnya. Kemudian mengangkat kedua tangannya
dan menangkisnya .
Dia menerima serangan itu dengan sikap kosong, tetapi
juga berisi, Maka tenaga serangan Pa Pa Liang seperti
menghantam tempat kosong dan tenaganya seperti lenyap
entah kemana, membuat Pa Pa Liang terkejut sekali.
Dan dia juga terkesiap. berbareng dengan itu tahu-tahu
tubuhnya tertolak keras sekali oleh serangkum angin serangan
dari Bo Tie siansu
Dengan mengeluarkan seruan kaget Pa Pa Liang berusaha
untuk melompat menjauhi diri. Tetapi terlambat
Tubuhnya telah terjengkang rubuh diatas tanah, dia
bergulingan dua kali, dan kemudian duduk bersemadhi untuk
mengatur pernapasannya, karena dia telah terluka didalam,
sedetik kemudian:
"Uwahhhhh." Pa Pa Liang membuka mulutnya
memuntahkan darah segar.
Ong Cit Giok yang melihat keadaan yang dialami kawannya,
kaget tidak terhingga, sehingga dia mengeluarkan seruan
"lhhh" dan kemudian mengelakkan serangan Bo San Siansu
sambil berbareng melompat mundar menjauhi lawannya.
Dia segera menghampiri Pa Pa Liang, tanyanya dengan
suara berkuatir waktu dia berjongkok disamping Pa Pa Liang:
"Apakah Toako tidak tertuka berat "
Pa Pa Liang tersenyum terpaksa, dia menggelengkan
kepalanya, Kemudian gerakan yang gesit sekali dia telah
melompat bangun,
"Pendeta gundul, ternyata kepandaianmu cukup tinggi. Aku
Pa Pa Liang ingin meminta petunjukmu lagi " dan Pa Pa Liang
bersiap-siap untuk melancarkan serangan lagi.
Namun Bo Tie siansu cepat-cepat merangkapkan sepasang
tangannya, dia telah menjura memberi hormat: "janganlah
kita menanam permusuhan, tidak ada gunanya. Bukankah
kedatangan para Kiesu kemari hanya ingin melaksanakan
perintah dari Lie conggoan untuk meminjam kitab" jika
memang tidak berhasil, bukankah Kiesu harus kembali
menemui Lie conggoan untuk memberikan laporan ?"
Mendengar perkataan Bo Tie Siansu, Pa Pa Liang telah
tertawa dingin.
"Hemmm, bukankah kami telah menjelaskan, dapat atau
tidak. kami harus bisa meminjam kitab itu, harus dapat
memperolehnya kalau tidak. kami tidak akan menemui Lie
conggoan lagi. Repot untuk kami mempertanggung jawabkan
hal ini menghadapi kemarahan Lie conggoan, sebab bisa2
Siauw Lim Sie akan di bumi hanguskan "
Mendengar itu, muka Bo Tie siansu berobah menjadi merah
padam karena mendongkol. Bukankah orang terang2an telah
mengancam, yang ingin diadu domba antara Siauw Lim Sie
dengan pihak Lie conggoan, yang berasal dari pihak kerajaan
" Bukankah itu merupakan munculnya api yang meletik akan
membakar suasana di Siauw Lim Sie "
Tetapi BoTie siansu tetap menahan diri. Dia telah berkata
dengan suara yang sabar: "Kami pihak Siauw Lim sie belum
pernah bentrok dan berbuat salah kepada pihak kerajaan,
kamipun tidak pernah usil mencampuri urusan diluar kuil
Siauw Lim Sie, kami kira Kaisar Eng Lok juga mengetahui hal
itu, maka sayang sekali,mengapa Lie conggoan mengambil
sikap seperti itu kepada kami."
Ditanya begitu, muka Pa Pa Liang berobah jadi bengis, dia
telah berkata lagi: "lni semua hanya disebabkan tingkah Siauw
Lim Sie sendiri, bukankah Lie conggoan seCara baik2 hanya
ingin meminjam kitab Kiu Lok Sie Pat ciang" Mengapa justru
kalian tidak memberikannya " Dan kalian seperti menantang
Lie conggoan, dengan tidak mau memberi muka terang
kepadanya"Jika memang Lie conggoan mengerahkan sepuluh
ribu pasukan tentara perangnya, apakan itu suatu kesalahan
Lie conggoan, walaupun akhirnya siauw Lim Sie harus musnah
dari permukaan bumi, hanya disebabkan sejilid kitab saja.-"
Bo Tie Siansu didesak begitu rupa, membuat dia
terpojokkan, Alasan yang dikemukakan lawan adalah alasan
yang dicari-cari, tetapi tetap saja pihak kerajaan bisa
melakukan sesuatu apapun juga terhadap Siauw Lim Sie
dengan mencari gara-gara seperti itu. inilah yang telah
menyusahkan hati Bo Tie Siansu, Belum lagi urusan Hongthio
Siauw Lim Sie, yaitu Bo Liang Siansu dapat diketahui dengan
jelas jejaknya, justru sekarang telah muncul persoalan baru,
dimana Lie conggoan mulai melancarkan kekacauan dikuil
siauw Lim Sie. Sedangkan mati hidupnya Bo Liang Siansu, yang kabarnya
telah ditawan oleh orang2nya Lie conggoan, masih belum
diketahuinya dengan jelas.
Bo Tie Siansu menghela napas, dia mengerutkan sepasang
alisnya dengan wajah yang muram.
Diam-diam pendeta ini telah mengambil keputusan didalam
hatinya, dia akan menghadapi musuh-musuh ini, walaupun
harus dengan mempergunakan kekerasan.
Maka akhirnya Bo Tie siansu telah berkata dengan suara
yang tegas: "Jadi para kiesu masih tetap ingin
mempergunakan kekerasan guna memaksakan keinginan
kiesu kepada kami ?" tegurnya.
Pa Pa Liang tertawa dingin-
"Kau telah menurunkan tangan keras padaku, akupun telah
terluka, Tetapi ketahuilah, itulah luka yang tidak berarti apaapa,
kami tetap dengan pendirian kami, jika kami belum
memperoleh kesempatan meminjam kitab Kiu Lok Sie Pat
ciang, kami tidak ingin kembali menghadap Lie conggoan-"
Itulah keputusan yang tegas, bahwa pihak lawan akan
tetap mempergunakan kekerasannya. Disaat itu, tampak Pa Pa
Liang telah menoleh kepada Ong Cit Giok. dia bilang: "Jika
memang perlu, kita akan mengadu jiwa dengan mereka..."
Ong Cit Giok tertawa nyengir waktu mendengar perkataan
kawannya, dia pun berkata: "Ya. Ya Memang benar Akupun
tidak ingin kembali menghadap Lie conggoan sebelum tugas
yang diberikan kepada kita dapat dilaksanakan dengan baik."
begitulah mereka telah bersiap-siap untuk mulai
melancarkan serangan lagi.
Sedangkan Bo San siansu dan Bo Tie siansu juga bersiap
sedia untuk menerima serangan dari pihak lawan, begitu juga
orang2 Siauw Lim Sie lainnya, dimana para pendeta itu bersiap2
untuk bertempur mati2an- sedangkan sepuluh orang
kawan Pa Pa Liang telah bersiap juga untuk mulai
melancarkan serangan, Maka keadaan mulai menjadi tegang
kembali. Disaat itu, tampak Pa Pa Liang juga telah mengangkat
kedua tangannya, yaitu tangan kiri dan tangan kanannya,
yang disusun untuk melancarkan serangan, Namun waktu
kedua golongan orang itu, orang-orang Siauw Lim Sie dengan
orang-orang dari Pa Pa Liang, akan saling tempur, disaat itu
telah terdengar suara bentakan nyaring : "Tahan "
Semua orang telah menoleh dan jadi terkejut, karena
mereka melihat Khu Sun Lie muncul dengan ditangannya
menenteng seseorang.
Yang lebih terkejut justru Ong Cit Giok. karena dia
mengenali dengan segera muridnya yang ditawan oleh
sipengemis. Dengan muka yang berobah bengis, Ong Cit Giok telah
membentak : "pengemis bau, mengapa engkau menawan
murid ku ?"
bentakan itu disusul dengan tubuhnya yang ingin begerak
untuk menerjang Khu Sun Lie
Tetapi Khu Sun Lie telah tertawa : "IHaha-haha, enak saja
engkau bicara Murid mu ini adalah anjing buduk yang
berkeliaran dikuil orang, terlebih lagi kuil yang suci seperti
Siauw Lim Sie, mana bisa anjing budukan seperti ini dibiarkan
seenaknya berkeliaran tidak menentu mencari makanan busuk
?" Disanggapi begitu, muka Ong Cit Giok jadi berobah merah
karena marah dan malu, Dia melompat dan mengayunkan
tangan kanannya untuk menyerang Khu Sun Lie.
Khu Sun Lie memang bukan tandingannya, itu disadari oleh
sipengemis. Maka dia telah cepat-cepat menyingkir dengan
melompat kesamping, tetapi tangannya tetap mencekuk
tawanannya. Waktu Ong Cit Giok menerjang melancarkan serangan lagi,
Bo Tie siansu telah melesat gesit dan mengulurkan tangannya,
dia mewakili Khu Sun Lie menangkis serangan orang tersebut.
Ong Cit Giok telah terhuyung mundur dua tindak.
sedangkan tubuh Bo Tie siansu tidak terhuyung mundur, dia
hanya tergetar "Jangan mengganggu tamu kami, Khu Lo enghiong adalah
tamu kami " kata Bo Tie Siansu dengan sabar.
Waktu itu muka Ong Cit Giok telah berobah merah, dan
kehijau-hijauan, lalu dia berkata dengan sengit: "Bebaskan
muridku " Khu Sun Lie kembali tertawa mengejek, dia membawa
sikap yang berani, sedikitpun juga sipengemis tidak
memperlihatkan perasaan jeri, Bahkan dia sengaja ingin
mempermainkan orang she ong tersebut.
"Tidak mudah untuk membebaskan murid mu, engkau telah
menimbulkan kerusuhan di Siauw Lim Sie bersama kawankawanmu,
dan itu telah menimbulkan kerugian yang tidak
kecil untuk Siauw Lim Sie, jika murid mu ini sebagai ganti rugi,
dengan dibuntungi kedua tangannya, dibutai matanya dan
dikorek isi perutnya, tentu tidak terlalu merugikan kalian-..."
Dan setelah berkata begitu, Khu Sun Lie benar6 benar
mengulurkan tangan kirinya sambil memusatkan tenaga nya,
dia bermaksud mematah kan tangan murid ketiga dari Ong Cit
Giok. Melihat Khu Sun Lie bukan hanya sekedar menggertak
belaka dan ingin membuktikan ancamannya itu, Ong Cit Giok
jadi kaget. Mukanya juga berobah pucat, walaupun dihatinya
dia gusar bukan mainTiraikasih
Website http://kangzusi.com/
"Tunggu dulu " katanya Cepat, "Jangan kau menyiksa
murid ku "
"Kenapa ?" tegur Khu Sun Lie dengan suara yang
mengejek. "Muridku tidak tahu apa-apa, dia hanya ikut bersamaku
karena diajak olehku, jika engkau ingin memperhitungkan
segalanya, dapat engkau berurusan dengan aku "
"Hemmm, dengan muridmu juga sama" kata Khu Sun Lie.
"Dia memang bukan anggota Siauw Lim Sie, bisa saja dia
membawa sikap di luar dari peradatan dan semau dia."
"Tetapi "suara Ong Cit Giok mulai perlahan, tidak segalak
tadi. "Tetapi kenapa ?"
"Aku minta kau bebaskan muridku itu, dan kami akan


Pendekar Aneh Dari Kanglam Karya Sin Liong di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

mengundurkan diri untuk meninggalkan tempat ini "
"Enak saja engkau bicara " kata Khu Sun Lie. "Tahukah
engkau, murid mu ini justru telah membongkar seluruh
rahasia kalian, yang datang kemari dalam jumlah lebih dari
lima ratus orang, semuanya orang rimba persilatan, hanya
seratus orang yang benar- benar tentara kerajaan Bahkan
murid mu telah demikian kurang ajar berusaha membakar kuil
siauw Lim Sie. Apakah dia tidak pantas dihukum " Aku bukan
orang Siauw Lim Sie, jika memang kelak kalian ingin meminta
pertanggung anjawab, kalian boleh mencari aku "
Dengan berkata begitu sipengemis ingin maksudkan bahwa
yang akan turun tangan menghajar murid ketiga dari Ong Cit
Giok bukanlah orang Siauw Lim Sie, maka jika kelak orang2
Lie conggoan bermaksud menuntut balas, dia boleh mencari
sipengemis ini, bukan kepada orang2 Siauw Lim Sie.
Rupanya Ong Cit Giok sudah tidak bisa menahan diri, dia
berkata dengan dingin: "Baiklah, jika memang engkau ingin
mencelakai muridku, silahkan, tetapi akibatnya tentu juga
sangat besar, aku Ong Cit Giok tidak akan mau sudah sampai
disitu saja " sambil berkata begitu.
ong ot Giok melirik kepada Bo Tie Siansu, maksudnya dia
menghendaki Bo Tie Siansu yang perintahkan Khu Sun Lie
membebaskan muridnya itu.
Tetapi Bo Tie siansu sendiri yang tengah tenggelam dalam
keraguan telah berdiam diri saja, karena pendeta ini justru
tengah bimbang memikirkan juga keselamatan Hongthio
Siauw Lim Sie, yaitu suhengnya, Bo Liang Siansu. Saat itu Khu
Sun Lie telah berkata lagi dengan suara yang dingin:
"Baiklah, aku akan membebaskan murid mu ini, aku tidak
akan menyiksanya.. tetapi engkau harus menjawab
pertanyaanku dengan baik." Ong Cit Giok mengangguk.
"Katakanlah"
"Aku ingin mengetahui, dimana kalian sembunyikan Bo
Liang Siansu, Hongthio Siauw Lim Sie yang telah kalian tawan
"Jika kalian sudi memberitahukan tentu murid mu ini akan
kami bebaskan, karena perCuma saja jika aku minta tukar
guling, kalian tentu keberatan, karena harga Bo Liang siansu
jauh lebih bernilai dari anjing buduk ini... Cukup asal kalian
memberi tahukan dimana kalian menyekap Bo Liang Siansu."
Ong Cit Giok seorang yang licik, setiap apa yang
dilakukannya selalu dipertimbangkannya dengan baik.
Mendengar perkataan Khu Sun Lie, dia memperlihatkan paras
seperti tengah keheranan.
"Hongthio siauw Lim Sie " Bo Liang Siansu " justru kami
datang kemari ingin bertemu dengan Hongthio Siauw Lim Sie,
bagaimana kami bisa mengetahui tempat beradanya pendeta
tua itu?" Mendengar perkataan seperti itu, Khu Sun Lie tidak hilang
akal, dia memperdengarkan suara tertawa mengejek sambil
katanya: "Baiklah, jika memang kalian tidak mau
mengatakannya. aku akan meminta murid mu ini yang
mengatakannya "
"Silahkan, jika memang dia tahu tentu dia akan menjawab
dengan jujur " kata Ong Cit Giok dengan licik. Dia yakin
muridnya itu tidak akan mengatakan apa-apa, bukankah
muridnya itu memang tidak tahu menahu perihal
tertangkapnya Bo Liang siansu "
Khu Sun Lie sambil tertawa dingin memperkencang
Cengkeraman tangannya ditengkuk murid ketiga dari Ong Cit
Giok. menyebabkan murid musuh itu menjerit kesakitan dan
matanya memandang pada gurunya untuk minta pertolongan-
Tetapi Khu Sun Lie telah bertanya : "Dengarlah, jika
engkau tidak menjawab dengan benar, cengkeraman ini akan
kuperkeras, sehingga tulang punggungmu hancur, berarti
engkau akan bercacad seumur hidup "
Murid Ong Cit Giok tidak menyahuti, dia tidak mengiyakan
atau juga menolak.
Sedangkan Khu Sun Lie telah berkata lagi: "Sekarang
engkau kata kan, apakah kalian datang kemari memang
bermaksud menghancurkan kuil Siauw Lim Sie ?"
Ditanya begitu, murid Ong Cit Giok memandang gurunya
sejenak. Saat itulah Khu Sun Lie memperkeras cengkeraman
tangannya, dan dia tersentak kesakitan, maka ter-buru2 dia
menyahuti: "Be... benar " katanya tergagap.
"Dan... dan sekarang kau bebaskan aku... bukankah aku
telah bicara yang jujur?"
"Pertanyaanku belum habis," kata Khu Sun Lie. "Engkau
masih harus menjawab beberapa pertanyaanku "
"Ya, ya, aku akan menjawab nya, tetapi... aduhhhh,
engkau jangan mempersakit diriku...."
"Hemmm, jika nanti engkau telah habis menjawab semua
pertanyaanku aku akan membebaskanmu " kata Khu Sun Lie.
"sekarang katakan, siapa yang telah memimpin kalian
datang kemari ?"
"GU... gurUku " menyahuti murid Ong Cit Giok.
"Dan engkau tadi mengatakan, empat ratus akhli silat telah
menyamar sebagai orang kerajaan, benarkah itu ?" tanya Khu
Sun Lie lagi. Murid Ong Cit Giok ragu-ragu, tetapi akhirnya dia
membenarkan juga .
"Dan engkau juga tadi mengatakan, bahwa mereka
semuanya bermaksud memusnahkan kuil siauw Lim Sie,
mencari gara-gara dengan Siauw Lim Sie, benarkah begitu ?"
tanya Khu Sun Lie.
"Be... benar..."
"Hemmm, engkau sekarang kata kan, dimana Bo Liang
siansu disekap ?" tanya Khu Sun Lie lagi.
Saat itu sebetulnya murid Ong Cit Giok tengah kesakitan
bukan main, sebab Khu Sun Lie mencengkeram semakin lama
semakin keras. "Aku... aku mana tahu ?" seru murid Ong Cit Giok dengan
tergagap menahan perasaan sakit.
"Engkau tidak tahu ?" Khu Sun Lie tertawa dingin, "Tadi
engkau mengatakan kepadaku bahwa Bo Liang Siansu telah
kena dipancing dan ditawan oleh Lie conggoan, bukankah
begitu ?" tanya Khu Sun Lie dengan suara yang mendesak.
Dan waktu itu murid Ong Cit Giok jadi terkejut dia bengong
sejenak dengan maksud ingin menyangkalnya.
Tetapi justru Khu Sun Lie yang telah menduga akan sikap
murid dari musuhnya tersebut, dia telah memperkeras
cengkeraman tangannya.
Sehingga murid Ong Cit Giok menjerit kesakitan, dan
kemudian dia berkata: "Benar....benar...." dia menyahuti
sekenanya saja.
Hal itu telah membuat Ong Cit Giok jadi gusar bukan main,
Dia tahu muridnya dan dirinya tengah dipermainkan. Memang
benar Bo Liang siansu telah kena ditawan oleh orang2nya Lie
conggoan, tetapi justru dia yakin hal itu bukan diceritakan
oleh muridnya. Dan jika saat itu sang murid tersebut membenarkan
pertanyaan Khu Sun Lie, karena dia disiksa oleh perasaan sakit
pada tulang punggungnya, sehingga dia hanya membenarkan
saja setiap pertanyaan sipengemis.
Dengan napas memburu dan muka yang berobah merah
padam, tampak Ong Cit Giok telah melangkah mendekati Khu
Sun Lie. Sipengemis telah melihatnya, dia membentak keras:
"Tahan langkahmu Satu tindak kau maju lagi, maka hancurlah
tulang punggung murid mu ini " sambil berkata begitu Khu
Sun Lie telah memperkeras Cengkeramannya, sehingga murid
Ong Cit Giok men-jerit2 kesakitan-
Memang benar, aucaman yang diberikan Khu Sun Lie
bukan ancaman kosong, jika sampai sipengmis mengerahkan
tenaganya meremas hancur tulang punggung murid Ong Cit
Giok, hancurlah diri murid tersebut, berarti akan lumpuh
selamanya. itulah yang tidak dikehendaki oleh Ong Cit Giok.
"Pengemis busuk. apa yang kau inginkan sesungguhnya ?"
tanya Ong Cit Giok kemudian sambil menahan kemarahan
dihatinya, yang di tindihnya dalam- dalam.
"Aku hanya berkeinginan sama dengan kalian Dengarlah,
apa maksud kalian datang mengaCau di Siauw Lim Sie ini ?"
Disanggapi seperti itu, bukan main meluapnya kemarahan
Ong Cit Giok, tetapi disebabkan muridnya berada dibawah
kekuasaan lawan dan jiwa maupun keselamatan muridnya
berada dalam pengaruh lawan, Ong Cit Giok tidak berani
mengumbar kemarahannya. Baru saja dia mau berkata, saat
itu sesosok bayangan telah berkelebat Cepat sekali.
Ternyata Pa Pa Liang diam-diam telah mendekati Khu Sun
Lie, dan jarak mereka terpisah beberapa tombak lagi, disaat
itulah dengan cepat dia menjejak kakinya, tubuhnya melompat
gesit sekali melancarkan serangan dengan kedua
tangannya,arah yang diincernya adalah kepala dari
sipengemis. Dia melancarkan serangan dengan mempergunakan tenaga
dalam yang kuat sekali. Kepandaian yang dimiliki Pa Pa Liang
berada diatas kepandaian Ong Cit Giok. sedangkan Khu Sun
Lie sendiri bukan menjadi tandingan Ong Cit Giok, Maka mana
bisa sipengemis menerima serangan Pa Pa Liang, Untuk
berkelit sudah tidak keburu lagi, maka terpaksa jalan satusatunya
agar kepalanya tidak hancur, Khu Sun Lie melepaskan
Cengkeramannya pada tengkuk murid Ong Cit Giok, dia telah
mempergunakan serentak kedua tangannya menangkis.
"Dukkkk" tubuh Khu Sun Lie terpental lima tombak 1ebih.
Untung saja dia memiliki ginkang yang cukup tinggi, tubuhnya
tidak sampai terbanting, dia berpoksay ditengah udara dan
turun ditanah dengan kedua kaki terlebih dulu.
Ong Cit Giok juga saat itu telah membarengi melompat, dia
menyambar muridnya, yang diselamatkannya terlebih dulu.
Bo Tie Siansu, melihat ancaman untuk Khu Sun Lie, cepat2
ia melompat kedekat Pa Pa Liang.
Pa Pa Liang sebetulnya ingin menyerang lagi disaat
sipengemis dalam keadaan tidak berdaya dan belum bersiap
sedia. Tetapi ketika dia melihat Bo Tie Siansu telah berada
didekatnya, Pa Pa Liang membatalkan maksudnya untuk
menyerang Khu Sun Lie, sebab jika sampai dia meneruskan
serangannya, berarti penjagaan diri dibelakang tubuhnya akan
kosong dan Bo Tie Siansu yang liehay itu bisa menyerang
bagian yang kosong seperti itu.
Keadaan jadi diliputi ketegangan yang luar biasa, Ong Cit
Giok telah tertawa dingin setelah berhasil menyelamatkan
muridnya, yang diserahkan kepada kedua orang dari
kesepuluh orang yang berpakaian seragam sebagai tentara
kerajaan- "Baiklah, kami akan pamitan. Tetapi ingatlah, pihak siauw
Lim Sie telah memperlakukan kami tidak baik, disamping itu
muridku juga telah dihina sedemikian rupa, maka jika kelak
kami telah menghadap Lie conggoan, dan Lie conggoan
marah, kalian yang menanggung semua itu " dan setelah
berkata begitu, Ong Cit Giok memberi isyarat kepada Pa Pa
Liang dan kawan- kawan lainnya.
Mereka mundur dengan cepat sekali, dalam sekejap mata
ditaman itu sudah tidak ada orang luar selain pendeta Siauw
Lim Sie dan Khu Sun Lie.
Bo Tie Siansu menghela napas, tetapi Be San siansu telah
mengingatkan kepadanya, agar mereka segera bersiap-siap
mengatur diri, karena tidak lama lagi tentu akan bermunculan
musuh-musuh, dari Lie conggoan-.. Dan mereka tentu dengan
alasan Siauw Lim Sie telah menolak permintaan Lie conggoan,
disamping bentrokan yang baru terjadi sebagai alasan untuk
melabrak Siauw Lim Sie.
Bo Tie Siansu juga menyadari bahaya yang mengancam,
maka dia segera mengatur murid- murid Siauw Lim Sie untuk
menjaga tempat-tempat yang terpenting dikuil tersebut, Khu
Sun Lie sendiri ikut berjaga.
MALAM ITU keadaan dikaki gunung Siong san sangat sunyi,
dan kekalutan yang baru saja terjadi didalam kuil Siauw Lim
Sie seperti juga tidak mempengaruhi tempat tersebut, sesosok
tubuh tengah berlari- lari, dengan sebentar-sebentar
terdengar suara isak tangisnya.
Setelah berlari sekian lama, akhirnya sosok tubuh itu
terguling rubuh ditanah, tampaknya dia letih sekali.
Ditangannya membawa sesuatu, yang digendongnya rapat
pada dadanya. Waktu tubuh terjerambab, sosok tubuh itu mendekap
barang gendongannya itu erat-erat, dan terdengar suara
tangis melengking dari seorang bayi.
Dengan bersusah payah, sosok tubuh itu berusaha bangkit,
dan akhirnya dia meneruskan perjalanannya mendaki gunung
Siongsan dengan tertatih-tatih.
Ternyata dia seorang wanita, yang berusia diantara dua
puluh dua tahun, parasnya cantik, hanya sayang pada waktu
itu keadaannya sangat kotor sekali, juga rambutnya terurai
tidak teratur dan pakaiannya pada robek disana sini.
Keadaannya sangat mengenaskan sekali, Suara lengking
tangis bayi juga merobek kesunyian disekitar tempat tersebut.
Setelah berlari-lari sekian lama lagi, tiba-tiba wanita
tersebut menahan langkah kakinya, Dia melihat serombongan
orang tengah menuruni gunung, Mereka tidak lain dari
rombongan Ong Cit Giok, Pa Pa Liang dan yang lainnya, yang
baru turun gunung dari Siauw Lim Sie. Wanita itu berdiri
tertegun mengawasi mereka.
Sedangkan rombongan Ong Cit Giok juga melihat wanita
berpakaian mesum itu yang tengah menggendong seorang
bayi yang berusia baru beberapa bulan- Namun mereka
mendUga wanita itu adalah seorang wanita kampUng di kaki
bUkit, yang kebetulan berada disitu.
Bukankah keadaannya begitu mesUm, dengan muka yang
kotor dan pakaian yang rombeng2. Maka kehadiran wanita
yang menggendong bayi ditangannya itu, tidak menarik
perhatian Ong Cit Giok.
Terlebih lagi saat itu Ong Cit Giok memang tengah mendelu
sekali, panjang pendek dia telah mengutuk Siauw Lim Sie
dengan kata-kata yang kotor.
Setelah rombongan Ong Cit Giok tidak terlihat lagi, wanita
yang menggendong bayi tersebut melanjutkan perjalanannya
mendaki gunung.
Dilihat dari jalan yang diambilnya, tentu dia bermaksud
menuju ke Siauw Lim Sie. Hanya yang mengherankan justru
apa maksud perempuan ini, disaat malam hari dan hampir


Pendekar Aneh Dari Kanglam Karya Sin Liong di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

menjelang fajar, dikegelapan seperti itu, berjalan seorang diri
membawa-bawa bayinya didalam gendongannya, bahkan
keadaan dirinya sendiri juga tidak keruan maCam "
Dengan bersusah payah wanita itu berhasil mendaki terus,
sampai akhirnya dia tiba dimuka kuil Siauw Lim Sie. Rupanya
wanita itu telah terlalu letih, sehingga waktu tiba dimuka pintu
kuil, dia terduduk lemas dan bayinya menangis dengan
lengkingan yang nyaring.
Wanita itu berusaha membujuk bayinya untuk mendiamkan
tangis bayinya, namun bayi itu tetap menangis.
Khu Sun Lie, Bo Tie siansu dan yang lainnya, yang tengah
menanti-nanti dengan kuatir kalau-kalau Ong Cit Giok akan
kembali dengan rombongan dan jumlah yang lebih besar,
telah mendengar suara tangis bayi itu.
Semua orang gagah itu jadi saling pandang, mereka heran
sekali, Entah bayi siapa yang menangis didepan kuil Siauw Lim
Sie disaat fajar akan segera menyingsing" Bo Tie Siansu
perintahkan seorang pendeta untuk melihat keluar,
Pendeta mudayang menerima perintah tersebut membuka
pintu dengan hati-hati, sebab dia kuatir isak tangis bayi yang
melengking sangat tinggi itu merupakan pancingan dari
musuh. Tetapi setelah dia menengok keluar, dia tidak melihat
siapapun juga , selain seorang wanita yang tidak keruan
keadaannya^ dengan ditangan kanannya menggendong bayi
yang tengah menangis, wanita itu duduk dimuka kuil, pendeta
ini jadi heran, tetapi segera dia kembali kedalam untuk
memberikan laporan kepada Bo Tie Siansu.
Semua orang jadi heran mendengar laporan tersebut,
seorang wanita yang tidak keruan keadaannya bersama
seorang bayi dimuka kuil Siauw Lim Sie " Apa maunya wanita
itu membawa bayinya dipagi hari yang sedingin ini "
Dengan diikuti oleh Khu Sun Lie, Bo Tie Siansu bersama
beberapa orang pendeta Siauw Lim Sie lainnya segera juga
keluar. Mereka melihat wanita yang tengah keletihan itu, sedang
sibuk membujuki bayinya agar berhenti menangis, tetapi bayi
itu masih menangis terus.
Dan suara pintu terbuka serta munculnya Bo Tie siansu
bersama-sama dengan pendeta lainnya Khu Sun Lie, telah
mengejutkan wanita itu.
Namun waktu dia melihat tegas bahwa yang keluar itu
adalah pendeta yang telah lanjut usianya, wajahnya yang
sabar dan banyak pendeta lainnya, wanita itu jadi berseri-seri.
segera dia berlutut dihadapan Bo Tie Siansu, sam bil tetap
menggendong bayinya.
"Ampunilah Siauwlie (aku yang rendah) mengganggu
ketenangan para Losuhu " kata wanita itu, sambil menangis
menitikkan air mata. "sesungguhnya Siauwlie memiliki urusan
yang sangat penting sekali "
Bo Tie Siansu cepat-cepat menyuruh wanita itu bangun dari
berlututnya, Tetapi wanita yang pakaiannya compang camping
itu tetap berlutut, bahkan dia telah meneruskan perkataannya:
"Dapatkab Losuhu mempertemukan Siauwlie dengan Hong
Thio Taisu dari siauw Lim Sie, yaitu Bo Liang Siansu ?"
Mendengar pertanyaan terakhir dari wanita tersebut, telah
membuat Bo Tie siansu dan yang lainnya jadi terkejut.
"Apa maksud Hujin (nyonya) ingin bertemu dengan
HongThio kami ?" tanya Bo Tie Sian su setelah lenyap
perasaan herannya-
"Ada urusan penting yang perlu siauwlie sampaikan,
maukah Losuhu memberitahukan kedatangan Siauwlie...
Siauwlie hanya perlu bertemu sebentar saja untuk
menyampaikan suatu pesan penting "
Bo Tie siansu menghela napas, dia jadi berduka, karena
teringat suhengnya yang sampai hari ini masih belum
diketahui jejaknya, Tetapi tadi dari Khu Sun Lie dia telah
mengetahui segalanya, bahwa Bo Liang siansu memang
benar-benar telah ditahan oleh Lie conggoan, maka orangorang
Siauw Lim Sie juga tengah mempertimbangkan apakah
mereka akan menyatroni Lie conggoan untuk membebaskan
Bo Liang siansu.
Tetapi justru sekarang telah ada peristiwa wanita aneh ini,
yang minta untuk bertemu dengan Bo Liang siansu.
Bo Tie siansu menghela napas, kemudian katanya dengan
suara yang lembut.
"Sayang sekali kedatangan hujin tidak bertepatan
waktunya, HongThio kami tengah keluar pintu " menjelaskan
Bo Tie Siansu. Mendengar itu, wajah siwanita aneh ini berobah pucat, dan
tiba-tiba dia menangis terisak isak.
"Apakah kesengsaraan selama beberapa bulan ini tidak
akan berakhir dan akan memusnahkan kami ?" menggumam
wanita itu dengan suara yang sangat menyayatkan diantara
isak tangisnya.
Bo Tie siansu dan yang lainnya jadi heran, bahkan Bo Tie
Siansu telah bertanya dengan sabar:
"sebetuInya, ada urusan sulit apakah yang dialami oleh
hujin?" tanyanya.
"Percuma, perCuma " kata wanita itu.
"Jika memang aku tidak berhasil bertemu dengan Bo Liang
Siansu, tentu urusan akan berakhir dengan kemusnahan,
penasaran yang tidak ada akhirnya, tiada keadilan yang bisa
ditegakkan" menggumam wanita itu sambil terus juga
menangis terisak-isak. Bo Tie siansu mengerutkan alisnya.
"Tetapi walaupun HongThio kami tengah ke luar pintu,
untuk sementara waktu ini Lolap yang mewakilinya, maka jika
Hujin tidak keberatan dan memerlukan bantuan kami,
ceritakan lah kesulitan Hujin, mungkin kami bisa membantu.."
Mendengar perkataan Bo Tie Siansu yang terakhir, mata
wanita itu jadi bersinar kembali, wajahnya juga jadi tidak
sepucat tadi, tampaknya dia telah memperoleh semangat
Dengan masih tetap memegang bayi dalam tangannya, dia
berlutut lagi dihadapan Bo Tie Siansu. Katanya :"sebetulnya
aku tengah membawa satu urusan penasaran dimana keluarga
kami telah dibasmi oleh orang-orang kaisar, maka kami ingin
meminta bantuan Siauw Lim Sie untuk melindungi turunan
satu-satunya dari keluarga Bu "
Disebutnya "keluarga Bur", Bo Tie Siansu teringat kepada
seseorang. "Apakah yang hujin maksudkan adalah Bu Beng Hong yang
bergelar Sip Pat Mo?" tanya Bo Tie siansu sambil mengawasi
wanita itu. Kembali tangis wanita tersebut menjadi keras, dia telah
mengangguk. "Benar, bayi yang kubawa ini adalah putera tunggal dari Bu
Enghiong " menjelaskan wanita itu. "inilah putera Bu Beng
Hong Eng hlong, yang bernama Bu Bin An. Hanya bayi ini
yang bisa diselamatkan sedangkan Bu Loya telah terbinasa
oleh orang-orang jahat utusan Kaisar Eng Lok. seluruh
keluarganya, isteri dan sanak familinya"
Bergidik Khu Sun Lie mendengar itu. Memang dia telah
mendengar bahwa Bu Beng Hong merupakan salah seorang
yang tengah dicurigai oleh Kaisar Eng Lok, karena justru Sip
Pat Mo Bu Beng Hong merupakan salah seorang jago andalan
dari bekas Kaisar yang lalu.
Tetapi dia tidak menduga bahwa Kaisar Eng Lok bekerja
begitu cepat, dimana seluruh keluarga Bu Beng Hong berhasil
dimusnahkan dan hanya yang dapat diselamatkan adalah bayi
didalam gendongan wanita ini. yang menurut pengakuannya
adalah bayi tunggalnya dari Bu Beng Hong.
"Bersama bayi ini, Siauwlie juga membawa surat Bu Loya,
karena waktu terjadi penyerbuan itu, Bu Loya telah
perintahkan Siauwlie melarikan diri dari pintu belakang dengan
membekali sepucuk surat yang harus Siauw Lie serahkan
kepada HongThio Siauw Lim sie bersama putera tunggal dari
Bu Loya, yaitu Bu Siauwya ini "
Sambil berkata begitu, wanita tersebut telah mengeluarkan
segulung surat, Surat yang singkat sekali isinya, yang
tentunya ditulis dengan tergesa-gesa sekali.
Waktu itu, semua orang juga telah mendengarkan cerita
wanita tersebut, Ternyata dia seorang pelayan dikeluarga Bu,
hanya dia bersama majikan kecilnya ini yang berhasil selamat
dari kematian, sedangkan seluruh keluarga Bu telah
dimusnahkan oleh jago-jago kiriman dari Kaisar Eng Lok.
Pelayan wanita ini menempatkan diri bersembunyi disebuah
kandang kuda, dan setelah orang-orang Kaisar Eng Lok
berlalu, barulah dia melarikan diri, Yang mengenaskan
hatinya, dia sempat melihat majikannya dan seluruh keluarga
Bu menggeletak tidak bernyawa.
Bukan main berdukanya Bo Tie siansu dan yang lainnya
mendengar cerita wanita tersebut.
Segera juga wanita ini bersama bayinya telah dibawa
masuk kedalam Siauw Lim Sie. Waktu mereka berada diruang
tengah, dimana bayi tersebut telah diberi minum susu dan
disediakan air teh untuk wanita tersebut, Bo Tie siansu
berkata: "sesungguhnya kami sendiri pihak Siauw Lim Sie
tengah mengalami ancaman dari Kaisar Eng Lok, tetapi kami
yakin, akan dapat merawat putera tunggalnya Bu Enghiong,
semoga saja Bu Enghiong dapat terpejam tenang dialam
baka." kata Bo Tie Siansu.
"Ya, kami akan merawatnya dengan baik-baik..." kata Bo
San siansu. "Dan Siauwlie akan pamitan dengan berhasilnya siauwlie
mencapai tempat ini dan menyerahkan putera Bu Loya,
tenanglah hati Siauwlie " wanita itu telah meminta diri.
Tetepi Bo Tie siansu menahannya, dia menyarankan agar
wanita tersebut beristirahat dulu beberapa hari dikuil Siauw
Lim Sie, dan kelak baru melanjutkan perjalanannya.
Wanita itu juga menganggap saran tersebut cukup baik,
maka dia menerimanya sambil menyatakan terima kasihnya.
ooo DENGAN diliputi oleh kegelisahan, Khu Sun Lie dan Bo Tie
Siansu telah berunding mengenai keadaan yang akan terjadi
pada pintu perguruan Siauw Lim sie.
begitu juga tetua-tetua Siauw Lim Sie lainnya, telah ikut
duduk dalam perundingan tersebut. Mereka tengah
membicarakan perihal Bo Liang Siansu, Dan mereka beruaha
mengambil keputusan, apakah mereka akan menyantroni
markasnya Lie conggoan, untuk membebaskan Bo Liang
siansu atau memang menanti saja bebera pa saat lagi.
Bukankah musuhpun tidak lama lagi akan muncul sendirinya
untuk melakukan huru hara dikuil Siauw Lim Sie "
"Jika kita menyatroni markas Lie conggoan, tentu tidak
mudah kita bergerak leluasa, terlebih lagi kitapun tidak
mengetahui tempat yang pasti dimana Bo Liang Siansu
ditahan." kata Khu Sun Lie mengemukakan pikirannya.
"Lagipula, yang sangat terpenting, tentu kita akan
menghadapi banyak sekali jago-jago yang memiliki
kepandaian tinggi, yang tentunya berkumpul semua disana
Lebih baik, kita tunggu saja selama beberapa hari ini. kita lihat
perkembangan yang ada "
Bo Tie siansu dan yang lainnya tampak ragu ragu, tetapi
mereka tidak memiliki pilihan lainnya, sehingga mereka
akhirnya menyetujui usul itu.
Sambil menantikan perkembangan yang akan terjadi dan
lewatnya sang waktu, Bo Tie Sian su telah perintahkan
seorang pendeta muda untuk merawat bayi yang menjadi
putera tunggal almarhum Bu Beng Hong. Sip Pat Mo semasa
hidupnya merupakan seorang pendekar besar, yang memiliki
kepandaian tinggi dan hati yang baik.
Banyak perbuatan mulia yang dilakukan oleh almarhUm,
disamping itu waktu duduk sebagai pengawal pribadi Kaisar
yang lama, dia juga merupakan seorang pendekar yang
mengutamakan kebajikan, itulah sebabnya, banyak orangorang
rimba persilatan yang menaruh hormat padanya.
Begitu pula halnya dengan Siauw Lim Sie. Kini pendekar itu
hanya tinggal namanya saja, karena habis dibasmi sekeluarga
oleh Kaisar Eng Lok yang mengerahkan jago-jago pilihannya,
dan yang hanya tertolong Cuma putera tunggalnya yang
masih bayi, mungkin belum berusia satu tahun, yang bernama
Bu Bin An- Maka Bo Tie siansu telah bertekad, walaupun bagaimana
dia bermaksud mendidik anak ini, agar kelak dia menjadi
seorang pendekar gagah perkasa.
Disaat ituIah, dia telah mengambil keputusan, jika kelak
Siauw Lim Sie sampai mengalami ancaman yang tidak
terelakkan lagi, yang terpenting harus diselamatkannya adalah
Bu Bin An, bocah itu, agar kelak dia bisa dididik menjadi
seorang pendekar besar dan mengadakan pembalasan
dendam orang tuanya.
Sebagai seorang pendeta yang memiliki perasaan lembut
memang Bo Tie siansu tidak menyetujuijika anak tersebut
kelak diperalat menjadi alat membalas dendam, disamping itu
diapun tidak setuju jika kelak Bu Bin An harus
mempergunakan kepandaiannya menuntut balas pada musuhmusuhnya,
Karena sebagai pendeta yang soleh, tentu dia akan
mentang perkataan dendam itu.Justeru yang membuat Bo Tie
siansu jadi sakit hati, adalah Kaisar Eng Lok banyak
melakukan ha-hal dan tindakan-tindakan yang keterlaluan.
Dimana dia telah membasmi para jago-jago silat yang
ternama, mengejar-ngejar jago-jago silat yang telah hidup
mengasingkan diri, Dan Siauw Lim sie yang tidak pernah
mencampuri urusan diluar kuil, tokh masih terkena getahnya,
dimana seluruh pendeta Siauw Lim Sie ingin dimusnahkan
dengan diutusnya Lie conggoan untuk mencari gara-gara
dengan pihak Siauw Lim sie. Dan kini juga HongThio Siauw
Lim Sie, yaitu Bo Liang Siansu, telah ditawan oleh Lie
conggoan, membuat Bo Tie siansu benar-benar menaruh
kebencian kepada Kaisar Eng Lok. Dan kebenciannya itu
bukan terhadap diri pribadi Kaisar itu sendiri, tetapi justru
kepada perbuatan dan tindakannya yang jahat itu
Itulah sebabnya Bo Tie siansu bertekad untuk mendidik Bu
Bin An untuk menjadi seorang pendekar besar, agar kelak
anak ini bisa menentukan apa yang disebut jahat dan apa
yang disebut kebaikan
Telah tiga hari para pendeta Siauw Lim Sie itu menantinanti
dengan penuh ketegangan, tetapi tetap tidak terjadi
sesuatu yang istimewa. Ong Cit Giok dan orang-orangnya
tidak pernah muncul.


Pendekar Aneh Dari Kanglam Karya Sin Liong di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Hal ini membuat para pendeta siauw Lim Sie menjadi
heran, Mereka menduga apakah pihak Lie conggoan telah
menghabiskan urusan hanya sampai disitu saja "
Tentu saja hal ini membuat Bo Tie Siansu dan para pendeta
siauw Lim Sie yang lainnya menduga- duga, entah apa yang
akan dilakukan oleh orang-orangnya Lie conggoan itu.
Dua hari telah lewat lagi.
Tetap saja tidak ada suatuperistiwa yang berarti.
Keadaan didalam Siauw Lim Sie tetap tenang tidak
tergoncangkan kembali.
Bahkan Bo Tie Siansu telah perintahkan kepada beberapa
orang pendeta untuk memperbaiki kuil yang terbakar
sebagian, yaitu dibagian timur dan barat. sepuluh hari telah
lewat, keadaan tetap tenang. Khu Sun Lie sendiri heran-
"Apakah kita akan berdiam diri terus menerus seperti ini ?"
tanya Bo Tie siansu pada akhirnya. Dia tampaknya berduka
sekali. Khu Sun Lie tahU, yang dipikirkan dan membuat hati Bo Tie
Siansu menjadi susah adalah perihal Bo Liang Siansu, Kakak
seperguruan pendeta itu yang masih berada dalam tangan
musuh, berarti nasibnya juga belum diketahui dengan jelas,
perihal mati hidupnya tidak dapat mereka ketahui.
Tetapi Khu Sun Lie sendiri juga bingung, dia tidak bisa
memberikan saran yang terbaik, jika mereka meninggaikan
Siauw Lim Sie untuk menyatroni gedungnya Lie conggoan, dan
kuil Siauw Lim Sie kosong, lalu datang serbuan, siapa yang
dapat melindunginya "
Paling tidak hanya para pendeta yang ting katannya rendah
dan kuil siauw Lim Sie akan hancur dan dlobrak-abrik oleh
orang-orang Lie conggoan- Tentu saja jika sampai terjadi
begitu, yang lebih celaka adalah orang-orang Siauw Lim Sie.
Bo Tie Siansu sendiri memiliki kesulitan seperti itu, dia
menyadari tidak bisa mereka meninggaikan kuil seperti
harimau meninggaikan kandang, karena itu merupakan hal
yang sangat merugikan mereka.
Tetapi untuk berdiam diri terus, juga bukan merupakan
keputusan yang bijaksana.
Khu Sun Lie menyarankan untuk mereka mencoba jalan
memecah tenaga dan kekuatan, yang sebagian tetap menjaga
kuil Siauw Lim Sie, sedangkan yang sebagian lagi berusaha
untuk menyatroni markasnya Lie conggoan-
Menurut Bo Tie siansu yang menanggapi usul itu, jika hal
tersebut dilakukan, tentu lebih berbahaya, dimana kekuatan
mereka telah terpecah-pecah, sedangkan musuh terdiri dari
jago-jago yang memiliki kepandaian tinggi, dan yang
terpenting sekali justru dipihak musuh berkumpul jago-jago
yang berjumlah sangat banyak sekali seperti terjadi pada Bu
Beng Hong, dia seorang pendekar besar dijaman ini, dan
memiliki kepandaian yang tinggi sekali. Tetapi tokh dia masih
bisa dimusnahkan oleh orang-orangnya Kaisar Eng Lok.
Surat singkat yang dititipkan Bu Beng Hong kepada
pelayannya yang sempat melarikan diri dan menyelamatkan
putera tunggalnya itu berbunyi singkat sekali, yaitu hanya
meminta bantuan dari pihak Siauw Lim Sie untuk merawat
puteranya, agar kelak menjadi orang yang memiliki
kepandaian berarti.
Dan dia juga telah menyatakan kesulitannya secara singkat,
Katanya pula dalam suratnya itu, dia hanya percaya pada
siauw Lim Sie karena pintu perguruan ini merupakan pintu
perguruan yang sangat besar dan ternama, banyak orangorang
gagah yang dilahirkan oleh pintu perguruan tersebut,
maka dia percaya jika saja putera tunggalnya itu bisa dirawat
oleh orang-orang Siauw Lim Sie tentu kelak Bu Bin An akan
memperoleh kepandaian yang sempurna sekali.
Maka dari itu, Bo Tie siansu tidak bisa mensiakan-siakan
kepercayaan yang diberikan oleh Bu Beng Hong, seorang jago
yang sangat ternama itu, kepada pihak Siauw Lim Sie. Bo Tie
siansu telah bertekad, walaupun bagaimana dia bermaksud
mendidik Bu Bin An menjadi manusia yang berarti kelak.
menjadi seorang pendekar besar yang memiliki kepandaian
tinggi dan juga memiliki jiwa yang patriot.
Tetapi anak itu justru masih terlalu kecil, belum ada satu
tahun, Terlebih lagi memang kini Siauw Lim Sie sendiri tengah
mengalami ancaman bahaya yang tidak kecil, Namun melihat
keadaan bayi itu, Bo Tie siansu memperoleh kenyataan bahwa
bayi itu memang memiliki bakat dan tulang yang baik untuk
belajar ilmu silat.
Itulah yang telah menggembirakan hati Bo Tie siansu,
karena dia melihat Bu Bin An merupakan bakat yang baik dan
bibit yang bisa diandalkan kelak untuk dididik menjadi seorang
pemuda yang gagah.
Dua hari telah lewat lagi.
Tetap tidak ada peristiwa apapun yang terjadi. Hampir
setengah bulan sejak Ong Cit Giok an orang-orangnya
mengaCau dikuil Siauw Lim Sie, dan sampai saat itu masih
tidak terjadi urusan apapun lagi.
Maka hal tersebut telah membuat Bo Tie siansu dan para
pendeta Siauw Lim sie lainnya jadi heran juga . Mereka tidak
tahu entah siasat apa yang tengah dipergunakan oleh orangorangnya
Lie conggoan- Dan yang membuat Bo Tie siansu dan orang-orang Siauw
Lim Sie semakin gelisah, semakin lewatnya hari, tentu semakin
lama pula Hong Thio mereka ditahan oleh orang-orangnya Lie
conggoan- Tentu ketua Siauw Lim Sie itu akan menerima
perlakuan yang tidak baik, yang berarti juga akan
menyebabkan dia bersengsara.
Sering Bo Tie siansu menghela napas dalam-dalam jika
memikirkan keadaan kakak seperguruannya .
Tetapi sebagai seorang pendeta yang telah menempuh
didikan dan gemblengan lahir dan bath in, dengan sendirinya
pendeta ini lebih dapat mengekang perasaannya, berbeda
dengan beberapa orang pendeta muda siauw Lim Sie lainnya
yang telah menitikkan air mata menangisi nasib HongThio
mereka. Setelah genap dua puluh hari masih tidak terjadi suatu
apapun juga , akhirnya Bo Tie siansu mengambil keputusan.
Dia mengutus Bo San siansu dan Bo Cie Siansu untuk turun
gunung menyelidiki keadaan orang-orangnya Lie conggoan-
Mereka berdua, Bo San siansu dan Bo Cie siansu
ditugaskan untuk berusaha mencari tempat ditawannya Bo
Liang Siansu. Kedua pendeta itu bersumpah, jika mereka tidak dapat
mencari tempat disembunyikannya Bo Liang Siansu, tentu
mereka tidak akan kembali dulu ke Siauw Lim Sie.
Namun Bo Tie Siansu menasehati mereka, tidak boleh
mengambil keputusan seperti itu, sebab Siauw Lim Sie justru
tengah membutuhkan tenaga mereka, sebagai tetua-tetua
Siauw Lim Sie yang kepandaiannya setaraf dengan Bo Tie
Siansu. Akhirnya Bo San dan Bo Cie siansu bisa disadarkan juga ,
mereka menyesal telah menuruti emosi, Maka akhirnya
mereka berjanji hanya akan pergi menyelidiki menuruti
kemampuan yang ada pada mereka, dan akan kembali
seCepatnya ke Siauw Lim Sie.
Begitu Bo San Siansu dan Bo Cie Siansu berangkat, Bo Tie
Siansu juga perintahkan murid-murid Siauw Lim Sie dari
tingkat kedua, ketiga, keempat dan kelima mengadakan
penjagaan ketat disekitar Siauw Lim Sie, mengawasi sekitar
pegunungan Siongsan.
Waktu itu banyak pendeta siauw Lim Sie yang telah
berkeliaran dipegunungan siong san, pura-pura pergi meminta
derma dari kampung yang satu kekampung yang lainnya,
karena mereka justru tengah memasang mata, apakah orangorangnya
Ong Cit Giok masih berkeliaran disekitar
pegunungan Siongsan.
Tetapi kenyataannya, mereka tidak melihat orang-orang
yang mereka curigakan, sehingga Bo Tie siansu jadi tambah
heran, dengan demikian berarti bahwa Ong Cit Giok bersama
orang-orangnya telah mengundurkan diri dari Siongsan-
"Apakah mereka sedang mempergunakan taktik
memancing harimau ?" Khu Sun Lie yang masih berdiam di
Siauw Lim Sie, suatu hari telah memberikan dugaannya.
"Maksud Kiesu ?" tanya Bo Tie Siansu.
"Mereka mungkin sengaja menarik diri dan berkumpul
dimarkasnya Lie conggoan, karena mereka menghendaki
orang-orang Siauw Lim Sie sendiri yang mengunjungi mereka
" Bo Tie Siansu baru tersadar.
"Benar" katanya agak keras, "justru mereka mengandalkan
pada Bo Liang Suheng, memaksa agar kami menyatroni
mereka, Bukankah dengan demikian, jika kami mengaCau
kemarkas Lie conggoan berarti kami berusaha membuat
kerusuhan dan mereka kemudian memiliki alasan yang kuat
untuk memberantas setiap orang Siauw Lim Sie dengan
mempergunakan alasan seperti itu ?" Khu Sun Lie
mengangguk. "Mereka sungguh jahat " katanya dengan geram, karena
Khu Sun Lie telah menyaksikan betapa banyak orang-orang
Kaisar Eng Lok melakukan kejahatan-Yang membuat hati Khu
Sun Lie sakit, adalah kematian Bu Beng Hong.
Jago itu merupakan jago kelas atas, merupakan tokoh sakti
dalam rimba persilatan. Terlebih lagi sepak terjangnya selalu
mementingkan keadilan, sehingga membuat semua orang
menghormatinya.
Tetapi kini justru Bu Beng Hong dan keluarganya telah
dibasmi oleh jago-jago Kaisar Eng Lok. itulah yang
menyakitkan benar hati sipengemis.
Untung saja keturunan keluarga Bu itu tidak terputuskan
dengan berhasil diselamatkannya jiwa Bu Bin An-
Kini yang menjadi masalah adalah, apakah bayi itu bisa
dididik sebaik mungkin "
Apakah kelak dia memiliki minat yang besar untuk menjadi
seorang akhli silat " Tetapi mengingat bahwa ayahnya adalah
seorang pendekar besar, maka Khu Sun Lie dan orang-orang
Siauw Lim Sie yakin bahwa Bu Bin An juga kelak akan memiliki
minat yang besar dalam ilmu silat.
Bu Bin An seorang bayi yang manis dan lucu. Dia juga
seorang bayi yang jenaka sekali, disamping itu tubuhnya telah
montok kembali, karena memperoleh perawatan yang baik
dari pihak siauw Lim Sie.
Dengan cepat sang waktu berjalan terus, setengah bulan
lagi berlalu. Bo San dan Bo Cie siansu telah kembali ke Siauw Lim Sie.
Mereka melaporkan, bahwa mereka menemui kesulitan
yang tidak kecil.
Markas dari Lie conggoan selalu berpindah-pindah, tidak
berdiam disekitar kaki gunung Siongsan- Hal itulah yang sulit
bagi mereka untuk melakukan penyelidikan-
"conggoan itu tampaknya tengah mempergunakan taktik,"
kata Khu Sun Lie. "Dia membawa sikap seperti tidak memiliki
urusan dan tidak menaruh perhatian pada pihak Siauw Lim
Sie. Tetapi justru mereka sekarang ini menang angin, karena
HongThio Siauw Lim Sie berada ditangan mereka, dan hal itu
tidak bisa dibuktikan dengan jelas, tentu saja tidak bisa kita
memberitahukan hal tersebut kepada para orang gagah rimba
persilatan, mereka akan meragukan keterangan kita, sebab
memang bukti-bukti yang nyata tidak kita miliki "
Bo Tie siansu jadi murung, dia berdiam diri sejenak. dan
kemudian katanya : "Dan yang membuat kita sulit juga, justru
kita tidak bisa menyatroni conggoan itu. Kalau sampai cong
goan itu kita satroni, nisCaya dengan mudah dia akan mencap
siauw Lim Sie sebagai pemberontak. Dan dengan
mengandalkan alasan itu, mereka akan menghajar habishabisan
pada Siauw Lim Sie.
Kalau alasan itu telah mereka peroleh, tentu Kaisar Eng Lok
pun akan mengirimkan selaksa pasukannya untuk
menghancurkan Siauw Lim Sie tanpa perlu kuatir orang2
rimba persilatan akan bergabung menentangnya. Inilah
merupakan urusan yang tidak mudah, dan harus kita
pecahkan mencari jalan keluarnya "
Setelah berkata begitu dengan wajah berduka, Bo Tie
Siansu menghela napas berulang kali.
Bo Tie Siansu memang tengah berada dalam kesulitan, Bisa
saja dia menghimpun para orang gagah, namun dia tidak
memiliki bukti, bahwa HongThio Siauw Lim Sie ditawan oleh
Lie conggoan- Jika Bo Tie siansu menghimpun para orang gagah, lalu Lie
conggoan membantahnya, bukankah akan membuat
pandangan orang rimba persilatan kepada pihak siauw Lim Sie
menjadi buruk" itupun kalau hendak menghimpun orangorang
gagah rimba persilatan, jika memang benar- benar
Siauw Lim Sie tengah menghadapi urusan besar dan sulit
diatasi sendiri.
Bukankah siauw Lim Sie merupakan pintu perguruan yang
tertua dan dihormati, disamping sangat besar " Maka jika
sampai persoalan HongThio mereka di tangkap oleh Lie
conggoan dan mereka tidak berdaya untuk membebaskannya,
bukankah itu merupakan urusan yang memalukan, yang akan
menjadi bahan tertawaan para orang gagah "
Khu Sun Lie telah menyatakan kepada Bo Tie siansu, jika
dalam seminggu lagi masih tidak terjadi suatu perobahan, dia
bermaksud turun gunung, untuk pergi menyelidiki keadaan Lie
conggoan- Khu Sun Lie yakin, kelak dengan menyamar, dia bisa
menyelidiki keadaan Lie conggoan dan juga bisa pula
menyelidiki keadaan Hong Thio Siauw Lim Sie. Namun yang
membuat dia bertanya-tanya, sebegitu jauh dia hanya
mengetahui nama Lie conggoan belaka, namun nama
conggoan itu selengkapnya dia tidak mengetahui dengan jelas.
Sebagai orang yang telah berpengalaman dalam rimba
persilatan, soal itu bukan merupakan urusan yang terlalu
berat, bisa saja nanti dia menangkap orang bawahan dari Ong
Cit Giok. dan mengancamnya, sampai orang itu bicara. Hari
demi hari telah berlalu,dan memang tidak terjadi urusan apaapa
lagi. Seperti juga persoalan yang terjadi di Siauw Lim Sie, yang
ditimbulkan oleh Ong Cit Giok, telah lenyap begitu saja dan
kini hari demi hari lewat dengan Cepat, Seminggu kemudian,
Khu Sun Lie pun berpamitan dari Bo Tie Siansu.
Sejak kepergian Khu Sun Lie, Bo Tie siansu mulai sibuk
untuk merawat dan mendidik Bu Bin An- Bayi itu, yang berusia


Pendekar Aneh Dari Kanglam Karya Sin Liong di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

kurang dari satu tahun, telah dimandikan setiap hari dengan
ramuan jinsom dan beberapa macam akar-akar tumbuhan
yang bisa menguatkan tubuh.
Perkembangan tubuh Bu Bin An memang pesat, selama
dirawat di siauw Lim Sie, dia menjadi montok dan sehat.
Bu Bin An juga merupakan seorang anak yang lincah segar.
Setiap hari gerak-geriknya lucu sekali, bisa menghibur sedikit
kedukaan orang-orang Siauw Lim Siu dengan kehadiran bocah
ini. Hari demi hari terus berlalu, dalam setengah tahun saja
perkembangan tubuh Bu Bin An jadi semakin sehat.
Selama itu Bo Tie siansu tidak bosan-bosannya telah
mencarikan berbagai akar pohon dan obat-obatan yang paling
mujarab, untuk "merebus" anak tersebut dalam godokan itu,
agar tubuhnya menjadi kuat dan sehat.
Dengan memperoleh perawatan yang begitu istimewa,
tentu saja sibayi ini tumbuh dengan sehat.
Menjelang berusia dua tahun, Bo Tie Sian su telah mendidik
anak itu dengan dasar ilmu silat, sehingga anak tersebut bisa
melatih diri dengan berbagai ilmu pukulan yang ringan, berlari
setiap hari mengelilingi kuil dan juga telah mulai dilatih
menjalani pernapasan-
Usianya memang masih muda, baru dua tahun, tetapi
justru anak ini memperlihatkan tanda-tanda bakat yang cerdas
sekali. Dia bisa menerima petunjuk yang diberikan Bo Tie
siansu dengan baik.
Karena memang sebagai bocah kecil, daya terima dari Bu
Bin An sangat lama dan membutuhkan kesabaran sehingga Bo
Tie Siansu harus mengasuhnya dengan penuh kesabaran-
Sebagai seorang bocah yang sangat disayangi oleh seluruh
penghuni kuil siauw Lim sie, membuat bocah itu senang sekali
tinggal di kuil tersebut. Jika pagi hari berolah raga, dan disore
hari melatih pernapasan-
Bo Tie Siansu sendiri tidak menurunkan pelajaran2 yang
berat, dia hanya sekedarnya saja memberikan latihan ringan,
walaupun bagaimana cerdiknya, tetapi seorang anak yang
baru berusia dua tahun seperti itu, jelas tidak bisa menerima
banyak. apa lagi bicara saja baru bisa satu dua patah.
Sebagai anak yang cerdas, Bu Bin An memperlihatkan
kesanggupan yang melebihi anak- anak sebaya dengannya dia
telah bisa duduk melatih pernapasannya yang ditahan
diperutnya, dan juga bisa bersilat pukulan tangan, walaupun
gerakannya hanya ngawur belaka, sebagai olah raga.
Tetapi itu telah cUkup menggembirakan Bo Tie Siansu,
karena justru dengan demikian Bo Tie Siansu ingin
menanamkan kegemaran bersilat kepada anak ini. Jika
memang dalam usia sekecil itu telah dibiasakan dengan
latihan-latihan walaupun Bu Bin An menerimanya dengan
ngawur, toh telah terlihat anak itu senang sekali "berolah
raga". Perkembangan yang diperlihatkan anak tersebut membuat
hati Bo Tie siansu jadi terhibur. Walaupun sejauh itu perihal
Bo Liang Siansu, HongThio Siauw Lim Sie, belum lagi didengar
kabar beritanya, tokh anak ini bisa dijadikan sebagai pelipur
lara juga . Dalam usia dua tahun, seperti anak- anak lain layaknya, Bu
Bin An memang sudah mulai pandai bicara, tetapi katakatanya
masih sering keseleo, sehingga seringkali
menimbulkan tawa dan kegembiraan.
Apa lagi anak ini juga memiliki tubuh yang sehat berkat
perawatan yang diberikan oleh Bo Tie Siansu, yang sering
memandikan anak tersebut dengan ramuan-ramuan yang
sangat langka dan juga terkenal akan khasiatnya, telah
membuat perkembangan anak ini memuaskan sekali.
Sama sekali Bo Tie siansu dan para pendeta Siauw Lim Sie
tidak menduga, bahwa sebenarnya Lie conggoan yang
memimpin Ong Cit Giok dan jago-jago lainnya itu, telah
mengurungkan maksud mereka menyerbu Siauw Lim Sie,
karena mereka telah melihat Siauw Lim Sie memang sebuah
pintu perguruan yang kuat, disamping itupun memang tidak
ada alasan yang kuat untuk mereka, menghancurkan Siauw
Lim Sie jalan satu-satunya buat Ong Cit Giok dan kawankawannya
hanyalah menantikan Siauw Lim Sie melakukan
kesalahan- Untuk sementara waktu mereka hanya mengejar para jagojago
yang dicurigai oleh Kaisar Eng Lok, seperti halnya Bu
Beng Hong, yang seluruh keluarganya telah mereka basmi,
Perihal lolosnya Bu Bin An, anak tunggal dari Bu Beng Hong,
tidak mereka ketahui.
Namun Ong Cit Giok yakin, dengan adanya HongThio siauw
Lim Sie sebagai tawanan mereka, tentu suatu saat kelak pihak
Siauw Lim Sie akan melakukan suatu kesalahan kepada
mereka, Maka mereka hanya bersikap menanti saja, mereka
yakin, satu atau dua tahun mendatang ini pihak Siauw Lim Sie
akan dapat mereka hancurkan, setelah terlebih dahulu
menghancurkan orang-orang yang dicurigai Kaisar Eng Lok,
Dan tentu saja, disamping mengejar jago2 yang di benci
Kaisar Eng Lok, pun mereka telah memupuk kekuatan banyak
tokoh2 sakti yang digaet dan dibujuk kerajaan dengan harta
dan pangkat. Begitulah untuk sementara waktu Siauw Lim Sie tidak
diganggu pula oleh orang2 Kaisar Eng Lok. Dan begitu juga
pihak Siauw Lim Sie tidak berani mengambil keputusan yang
ceroboh, walaupun HongThio mereka masih ditawan oleh
orang-orang Kaisar tetapi disebabkan mereka belum
mengetahui dengan pasti dimana ditahannya Bo Liang siansu,
Mereka juga tidak berani mengambil tindakan apa- apa,
hanya menyebar murid-murid Siauw Lim Sie untuk turun
gunung melakukan penyelidikan keberbagai daerah.
Kepengurusan kuil Siauw Lim Sie untuk sementara waktu
diambil alih oleh Bo Tie Siansu, yang mewakili selama Bo
Liang Siansu belum kembali, karena sampai sebegitu jauh
masih belum diketahui perihal mati hidupnya Bo Liang Siansu.
Tetapi orang-orang Siauw Lim Sie juga telah memutuskan,
jika memang kelak mereka telah mengetahui pasti bahwa Bo
Liang siansu dicelakai oleh orang-orangnya Kaisar Eng Lok,
tentu merekapun akan melakukan pembalasan. Tentu saja
pembalasan itu bukan pembalasan dendam, hanya untuk
menegakkan keadilan.
Tetapi pagi itu, justru Siauw Lim Sie telah menerima
seorang tamu. Hari masih pagi sekali, matahari fajar pun baru
saja naik belum begitu tinggi, pintu kuil Siauw Lim Sie telah
diketuk seseorang. Waktu seorang totong (hweshio berusia
belasan tahun) membuka pintu kuil, dia melihat seorang lelaki
tua berusia lima puluh tahunan, dengan kumis dan jenggot
yang tipis dan juga memakai baju panjang thungshia
berwarna hijau daun, disamping itu mengenakan topi segi
tiga, tengah berdiri dengan tenang. Ditangan kanannya
tampak membawa sebuah bungkusan kecil.
"Pagi-pagi sekali loya telah datang, apakah loya bermaksud
untuk bersembahyang ?" tanya totong itu dengan sikap
hormat. Orang itu memandang si totong, dia memperlihatkan sikap
yang dingin, tidak simpatik sama sekali. Kemudian dengan
suara yang dalam dia bilang: "Panggil keluar Bo Tie Siansu,..."
Hati si totong tercekat kaget, karena dia melihat sikap
orang yang tidak bersahabat, Tetapi karena sejak kecil dia
telah bertugas dikuil Sia uw Lim Sie, maka dia telah
memperoleh gemblengan untuk berlaku hormat kepada setiap
tamu. Dia telah tersenyum.
"Ada keperluan apakah Loya ingin bertemu dengan
HongThio kami ?" tanya totong itu kemudian dengan suara
sabar, dia sama sekali tidak memperlihatkan perasaan tidak
senangnya. Mata lelaki tersebut mendelik, dia mengawasi tajam pada si
totong. "Apakah engkau tuli " Aku sudah mengatakan panggil
Bo Tie siansu keluar untuk menyambut kedatanganku
Katakan, ceng-le Siucai (pelajar berbaju hijau) Loa Sim Hoan
ingin bertemu."
Totong itu mengawasi sejenak pada tamu ini, kemudian dia
mengangguk. dia minta tamunya menunggu sebentar, karena
dia bermaksud memberitahukan kedatangan orang ini kepada
Bo Tie Siansu. Bo Tie Siansu waktu menerima laporan ada seseorang yang
ingin bertemu dengan dirinya, dan orang itu bergelar ceng ie
siucai, dia jadi terkejut.
"Loa sim Hoan ?" menggumam Bo Tie Siansu sambil
bangkit berdiri dari duduknya di tikar berbentuk bulat dan
mengikuti si totong menuju keluar.
Selama berjalan keluar, Bo Tie Siansu tidak habis berpikir,
karena justru dia mengetahui siapa adanya ceng ie Siucai Loa
Sim Hoan, seorang tokoh sakti yang sangat ternama didalam
rimba persilatan-
Maka dari itu Bo Tie Siansu tidak berani berayal, karena dia
menduga tentu ada sesuatu yang Cukup penting sehingga
jago ternama she Loa sampai perlu berkunjung ke Siauw Lim
Sie. Loa Sim Hoan tertawa sinis waktu melihat Bo Tie Siansu
mendatangi bersama totong yang tadi, belum lagi sipendeta
menegurnya, dan baru saja Bo Tie Siansu merangkapkan
sepasang tangannya untuk menjura pada tamu tersebut, lelaki
berpakaian serba hijau tersebut telah berkata dengan suara
yang dingin: "Bo Tie Siansu aku membawa titipan untuk
disampaikan kepadamu "
"Selamat datang dikuil kami, saudara Loan " kata Bo Tie
Siansu, "Mari... mari silahkan masuk."
Tetapi Loa Sim Hoan telah menggeleng perlahan, tidak
terlihat senyum diwajahnya.
"Aku tidak bertamu lama disini, hanya perlu menyampaikan
bingkisan ini kepadamu, ka terimalah " sambil berkata begitu,
Loan Sim Hoan telah mengangsurkan bungkusan yang dicekal
ditangan kanannya.
Bo Tie Siansu ragu-ragu, tetapi akhirnya dia telah bertanya:
"Bingkisan apakah itu, Loa Kiesu " Dan juga dari siapakah
bingkisan itu ?"
Loa sim Hoan telah tersenyum dengan sikap yang tidak
simpatik "Aku tidak tahu siapa yang mengirimkan bingkisan
ini, hanya ditengah jalan aku telah bertemu dengan seorang
pemuda yang berpakaian sebagai orang gunung, dia meminta
aku menyampaikan bingkisan kepada Siansu, terimalah "
Bo Tie siansu mengawasi bungkusan itu, dia melihat
bentuknya tidak begitu besar, Akhirnya setelah ragu-ragu
sejenak. Bo Tie Sian su menoleh kepada si totong dan
mengisyaratkan agar totong itu menerima bungkusan
tersebut. Tetapi waktu totong itu ingin menerima bungkusan
tersebut, tanpa disengaja cekalannya terlepas, sehingga
bungkusan itujatuh ketanah dan kain pembungkusnya
terbuka, Dari dalam bungkusan itu menggelinding keluar
kepala seorang manusia, yang berlumuran darah
Muka Bo Tie Siansu jadi berobah, dia mengawasi tajam
kepada tamunya itu, tanya nya : "Apa artinya semua ini. Loa
Kiesu ?" Loa sim Hoan tetap memperlihatkan sikap yang tenang,
sama sekali dia tidak memperlihatkan bahwa apa yang terjadi
itu merupakan suatu urusan yang luar biasa.
"Menurut keterangan yang diberikan oleh pemuda yang
menitipkannya kepadaku, kepala manusia itu adalah seorang
sahabat dari Siauw Lim Sie " menjelaskan Loa Sim Hoan
dengan suara yang tawar.
Hanya sekejap saja Bo Tie siansu juga sudah bisa melihat
tegas muka dari kepala tanpa tubuh itu, Bo Tie siansu jadi
tercekat kaget sendirinya, itulah kepalanya Khu Sun Lie,
sipengemis yang baik hati, yang belum lama telah berpamitan
padanya. "Ini inilah kepalanya Khu Kiesu, Khu Sun Lie" kata Bo Tie
Siansu dengan suara tidak begitu jelas, muka pendeta ini juga
jadi berobah memperlihatkan kemarahan-
"Saudara Loa katakanlah, apa maksudmu dengan kiriman
seperti ini " Dan-.... apa maksudmu datang kekuil kami ini ?"
Loa sim Hoan tidak memperlihatkan perasaan apapun
diwajahnya, dia memperlihatkan sikap yang dingin, sama
sekali dia tidak menganggap luar biasa terhadap kirimannya
yang aneh itu. "Aku hanya dititipi barang itu untuk kalian, dan sudah
selayaknya jika aku menyampaikan kepada alamatnya, bukan
?" katanya dengan suara yang tawar, "Dan juga , aku tidak
mengharapkan upah dari susah payahku mencapai tempat ini.
Aku hanya ingin meminta sesuatu dari Siauw Lim Sie untuk
mengimbali capai lelahku itu, entah pihak Siauw Lim Sie
bersedia mengabulkan permintaanku itu atau tidak?"
Bo Tie siansu menahan kemarahan hatinya, dia telah
bertanya dengan suara yang agak ter getar : "Katakanlah,
permintaan apa yang di kehendaki oleh Loa Kiesu ?"
"Aku tidak menghendaki uang, harta atau benda dan
bukankah belum lama yang lalu pihak Siauw Lim Sie telah
menerima titipan juga , yaitu seorang anak yang bernama Bu
Bin An?" Ditanya begitu, hati Bo Tie Siansu tergoncang, dia mulai
curiga. Tetapi dia menahan perasaannya, dia mengangguk
membenarkan, karena tidak biasanya dia berdusta.
"Benar " sahutnya, "Lalu apa yang dikehendaki Loa Kiesu"
Dan ada sangkutpaut apa dengan anak itu ?"
"Justru aku menghendaki agar pihak Siauw Lim Sie
menyerahkan anak itu, Bu Bin An kepadaku.." menyahuti Loa
Sim Hoan dengan suara yang tawar.
Bo Tie siansu tertawa mendengar perkataan Loa sim Hoan,
Tertawa itu bukan merupakan tertawa gembira, melainkan
tertawa disebabkan dia terlalu mendongkol dan marah.
"Loa Sim Hoan, anda telah berkunjung ke kuil kami
menghantarkan bingkisan yang luar biasa itu, hal itu sudah
merupakan urusan yang tidak bisa dihabiskan sampai disini
saja, karena engkau tentu memiliki sangkut pautnya dengan
kematian dari Khu Sun Lie Kiesu,
Hmmm,sekarang engkau mengatakan hendak meminta
anak yang bernama Bu Bin An kepada kami. Jelas permintaan
itu, walaupun bagaimana tidak mungkin kami kabulkan "
Waktu berkata begitu, Bo Tie Siansu telah bersiap-siap.
karena dia telah menduga, tentu terdapat sesuatu yang tidak
diinginkan dengan kehadiran Loa Sim Hoan, orang ini tentu


Pendekar Aneh Dari Kanglam Karya Sin Liong di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

bukan sebangsa manusia baik-baik. Dan kematian Khu Sun Lie
Uga tentunya mempUnyai sangkut pautnya dengan orang she
Loa ini. Sedangkan Loa Sim Hoan telah tertawa tawar, lalu dia
bertanya: "Bo Tiependeta tua gundul, engkau benar-benar
tidak mau memberikan sedikit imbalan kepadaku yang telah
bercapai lelah mengantarkan bingkisan ini kepada kalian ?"
Ditanya begitu, Bo Tie Siansu meluap darahnya, dia bilang
dengan suara yang tegas: "justru kami sendiri juga ingin
mengetahui dari kau siapa yang telah membinasakan Khu Sun
Lie Kiesu " Engkau yang telah mengantarkan kemari kepala
Khu Sun Lie Kiesu, tentu engkau pun tersangkut didalam
urusan ini "
Muka Loa Sim Hoan berobah semakin tidak enak dilihat, dia
memang memiliki wajah yang dingin seperti mayat, tidak
memancarkan perasaan apapun juga , sekarang dia ditegur
begitu oleh Bo Tie Siansu, tentu saja dia gusar, maka
wajahnya jadi semakin dingin.
"Sungguh tidak meleset perkataan dari sahabat-sahabat
rimba persilatan bahwa orang-orang Siauw Lim sie merupakan
orang yang tidak mengenal budi." katanya. "Aku telah
bercapai lelah, sekarang malah dituduh sebagai orang yang
tersangkut dalam pembunuhan orang she Khu itu dan kau Bo
Tie, engkau harus mempertanggungjawabkan perkataanmu itu
" Bo Tie Siansu tertawa dingin, dia melihat nya orang she
Loa ini memang datang sengaja ingin mencari urusan dengan
pihak siauw Lim Sie. Dilihat gerak-geriknya dan juga lagaknya,
memang Loa Sim Hoan ingin mencari urusan dengan pihak
Siauw Lim Sie, maka Bo Tie Siansu telah tertawa dingin, dia
berkata dengan suara yang tawar:
"Bagus!! Jika memang engkau tidak senang dengan
penyambutan kami, silahkan engkau datang kembali kemari
bersama kawan-kawanmu Bukankah belum lama yang lalu
Ong Cit Giok, Pa Pa Liang, kawan-kawanmu itu, telah
berdatangan kemari ?"
Mendengar disebutnya nama Ong Cit Giok dan Pa Pa Liang,
Loa Sim Hoan telah tertawa keras, dia juga kemudian berkata:
"Apa artinya Pa Pa Liang dan Ong Cit Giok" Mereka tidak
seujung kuku-ku."
"Lalu apa hubunganmu dengan Bu Bin An, anak itu ?"
tanya Bo Tie siansu sambil mengawasi dengan sinar mata
menyelidik. "Aku menghendaki anak itu, bukankah dia putera dari
seorang pendekar besan Bu Beng Hong " Ha, ha, ha, aku
telah mengetahui semuanya perihal riwayat anak itu, maka
tidak perlu engkau sembunyikan asal usul dari anak itu..."
Muka Bo Tie Siansu jadi berobah. inilah hebat. Rahasia diri
Bu Bin An ternyata diketahui oleh Loa Sim Hoan. Dan yang
lebih Celaka lagi jika sampai rahasia itu bocor keluar dan
diketahui oleh orang-orangnya Kaisar Eng Lok. tentu akan
membuat Siauw Lim Sie berada dalam posisi yang kurang
menggembirakan-
Bukankah pihak kerajaan bisa mencari-cari alasan yang
berpangkal pada diri Bu Bin An, putera dari Bu Beng Hong,
yang dicap kerajaan sebagai pemberontak" Dengan
menampung anak itu didalam kuil Siauw Lim Sie, tentu pihak
kerajaan akan mudah sekali menuduh bahwa Siauw Lim Sie
bekerja sama dengan pemberontak.
Tetapi Bo Tie siansu cepat sekali dapat menguasai diri, dia
telah berkata dengan suara yang tawar: "Sayang sekali anak
itu telah kami kirim kesuatu tempat " terpaksa sekali Bo Tie
siansu berdusta, karena jika tidak. tentu akan terjadi
kerewelan. "Aku bukan anak ingusan yang mudah engkau kibuli begitu
saja " kata Loa Sim Hoan-"Yang jelas, aku menginginkan anak
itu, jika kalian menyerahkan secara suka rela, aku akan
berterima kasih, tetapi jika memang kalian bersikeras tidak
mau menyerahkannya, terpaksa aku mengambilnya dengan
jalan kekerasan-"
Itulah kata-kata yang bersifat mengancam, dan juga
mengandung kekerasan secara berterang. sehingga telah
membuat Bo Tie siansu tidak memiliki jalan lain-
"Tampaknya sulit untuk mengelakkan pertempuran dengan
orang she Loa ini " berpikir Bo Tie Siansu didalam hatinya.
Dan dia mengawasi orang she Loa itu. Dia melihat jago itu
memiliki tubuh yang tidak begitu besar, juga tidak terlalu
kurus, Tidak ada sesuatu yang terlalu luar biasa pada diri
orang she Loa ini.
Hanya wajahnya saja yang dingin tidak pernah
memperlihatkan perasaan apapun yang agak mengerikan,
ditambah sinar matanya yang memancarkan sinar tajam
seperti mata pedang, menunjukkan bahwa orang ini bukan
orang sembarangan-
Apa lagi memang didalam rimba persilatan Loa Sim Hoan
telah menanam nama selama puluhan tahun, dimana dia
merupakan seorang tokoh rimba persilatan yang sakti. Namun
Bo Tie siansu justru mencurigai orang ini telah
memperhambakan dirinya pada pihak kerajaan, maka dari itu,
dia berlaku hati2 sekali.
Lagi pula memang Bo Tie Siansu juga telah sering
mendengar bahwa Loa Sim Hoan merupakan seorang
pendekar yang gagah perkasa, setiap tindak tanduknya selalu
membela yang lemah, Namun ada satu cacad nya, dia selalu
bertindak sekehendak hatinya.
Adatnya juga agak aneh, karena yang salah bisa
dibenarkan dan yang benar bisa dipersalahkan oleh dia...
semua itu tergantung bagaimana hati dan perasaannya pada
waktu-waktu tertentu.
Karena tindak tanduknya itu, tidak bisa Loa Sim Hoan
digolongkan dalam golongan hitam atau golongan putih, dia
merupakan jago yang tidak bisa ditempatkan dalam suatu
golongan, dan selalu bekerja sendiri.
Namun sekarang anehnya justru Loa Sim Hoan bersikeras
menginginkan puteranya Bu Beng Hong, yaitu Bu Bin An dan
anehnya lagi dia mengetahui bahwa Bu Bin An berada di
Siauw Lim Sie, dimana diapun mengetahui jelas bahwa Khu
Sun Lie merupakan sahabat Siauw Lim sie. Yang menjadi
tanda tanya dihati Bo Tie Sian-su, apakah Khu Sun Lie
Pedang Tanpa Perasaan 12 Pedang Pusaka Buntung Karya T. Nilkas Pendekar Sakti Suling Pualam 6
^