Badai Laut Selatan 4
Badai Laut Selatan Karya Kho Ping Hoo Bagian 4
guru saya Empu Bharodo mendukung Matara m, dan karena
perbedaan faham inilah maka saya diusir pergi oleh bapa
empu. Bapa Empu Bharodo terlalu le mah se mangatnya,
karena itu pula maka saya bersekutu dengan Adipati
Joyowiseso dan mengumpulkan sahabat-sahabat sakti dari
empat penjuru untuk menghadapi Mataram! Banyak tokoh
sakti sudah menyiapkan diri me mbantu, di antaranya Ki Warok
Gendroyono dari Ponorogo, Ki Krendoyakso dari Begelen. Ni
Durgogini dewi sakti dari Girilimut, dan Ni Nogogini dewi Laut
Selatan!" "Wah-wah, begitu banyak tokoh sakti sudah membantu,
mengapa kau mas ih mencar i aku, raden?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Bukan begitu, eyang. Betapapun sakti mereka, tanpa
bantuan eyang saya rasa akan sukar mengalahkan para seno-
pati dan tokoh Mataram. Apalagi dalam menghadap i Resi
Bhargowo, saya benar-benar mengharapkan bantuan eyang.
Bahkan kedatangan saya menghadap eyang hari ini adalah
untuk mohon bantuan eyang menghadapi Resi Bhargowo
untuk mera mpas kemba li cucu pa man Adipati Joyowiseso dan
seorang puterinya yang telah diculik Resi Bhargowo dan
mantunya."
"Uh-uh-uh! Resi Bhargowo sampa i berani menculik cucu
dan puteri Adipati Selopenangkep?"
"Betul, eyang. Mantunya datang me ngamuk di kadipaten,
me mbunuh banyak pengawal dan hampir saja paman adipati
juga terbunuh. Untung saya kebetulan berada di kadipaten
dan saya berhasil menolong pa man adipati, akan tetapi karena
Resi Bhargowo me mbantu mantu nya, maka mereka berhasil
menculik cucu dan puteri pa man adipati."
Akhirnya setelah diberi janji-janji muluk oleh Jokowanengpati, bahwa kelak apabila mereka berhasil
menjatuhkan Sang Prabu Airlangga, tentu kakek ini akan
diperi hadiah kedudukan t inggi di kota raja, Cekel Aksomolo
menjad i tertarik dan berangkatlah mereka keluar dari hutan
Werdo di lereng Gunung Wilis, melakukan perjalanan ke barat
untuk mencari Resi Bhargowo dan Pujo!.
Mereka berdua ma mpir di Kadipaten Selopenangkep dan
tentu saja Adipati Joyowiseso menyambut kedatangan Cekel
Aksomolo dengan penuh penghor matan, menja munya dengan
hidangan-hidangan istimewa, bahkan pada malam harinya
tamu kake k yang bungkuk dan aneh ini disuguhi tari-tarian
yang ditarikan wan ita-wanita cantik jelita dan muda genit!.
Sambil minu m tuwa k (minuma n keras) Cekel Aksomolo
tertawa-tawa dilayani Jokowanengpati dan Ad ipati Joyowiseso
sendiri. Untuk menyenangkan ta mu dan tuan rumah
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Jokowanengpati menceritakan tentang
kehetatan ilmu kesaktian pertapa Gunung Wilis itu.
"Paman adipati, biarpun kelihatannya eyang Cekel
Aksomolo sudah beryuswa (berusia) lanjut, na mun kekuatannya masih luar biasa dan gerakannya cepat sekali.
Kalau tidak menyaksikan sendiri tentu tidak percaya. Saya
sendiri ketika mengajak beliau ini ke sini dan melakukan
perjalanan bersama, harus mengerah kan seluruh ilmu berlari
cepat agar tidak ketinggalan, padahal Ilmu Bayu Sakti yang
saya pergunakan itu biasanya tidak pernah kalah oleh ilmu lain
golongan!"
"Heh-heh-uh-uh-uh, bisa saja Raden Jokowanengpati
me muji!" S i kakek ber kata sambil tertawa sedangkan di dalam
hatinya terasa bangga sekali. "Mana aku yang tua ma mpu
menand ingi Bayu Sakti" Harap kanjeng adipati jangan percaya
akan obrolan seorang muda!"
Adipati Joyowiseso tertawa. "Biarpun anakmas Jokowanengpati tidak mencer itakannya, sayapun sudah
mendengar tentang kehebatan ilmu bapa cekel yang sakti
mandraguna. Bukannya saya kurang percaya, akan tetapi saya
mohon sudilah bapa me mber i sedikit petunjuk untuk lebih
mengge mbirakan pesta kecil ini."
"Uh-huh-huh, saya tua bangka ini bisa apa sih" Hanya
kulihat tiga orang penari yang denok ayu itu terlalu la mbat
tariannya. Bagaimana pendapat paduka kalau saya me mbuat
mereka menari lebih ce pat lagi?"
Adipati Joyowiseso merasa heran, akan tetapi ia
mengangguk tanda menyetujui. Sambil tertawa-tawa kakek
pertapa Gunung Wilis itu kemudian me nggerak-gerakkan
tasbih hita m yang tak pernah terlepas dari tangannya.
Terdengarlah bunyi tak-tik-tak-tik yang aneh, tidak keras
namun nyatanya dapat menyusup di antara suara gamelan,
bahkan makin la ma makin menguasai suara dan mene lan
semua suara game lan.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Anehnya, para penabuh gamelan itu tidak merasa betapa
irama lagu kini makin la ma makin cepat, terseret oleh arus
yang keluar dari suara berketiknya biji-biji tasbih, dan
beberapa menit kemudian suara gamelan men jadi cepat
menggila, dan hebatnya, para penari kinipun menari cepat
sekali seper ti kesetanan! Tentu saja pertunjukan ini menjadi
aneh sekali karena para penari itu menari seperti orang
kesurupan, me mbuat gerakan-gerakan yang menggairahkan,
me mbusung-busung
dada, me mutar-mutar pinggul, mengge leng-geleng kepala, matanya mengerling ke kanan kiri
dan mulut yang tersenyum-
senyum itu kini mulai tertawa-tawa!. Mula- mula para tamu, termasuk Adipati Joyowiseso
bergelak dan terpingkal- pingka l, tetapi akhirnya mereka me mandang dengan
khawatir karena di antara
para penabuh gamelan ada
yang roboh pingsan, sedangkan para penari juga
sudah mula i pucat, keringat
mereka me mbuat wajah dan leher sampai ke pundak berkilau,
langkah kaki mereka mula i terhuyung-huyung!.
"Bapa Cekel, saya rasa cukuplah, harap bapa menaruh
kasihan kepada me reka."
Mendengar permintaan adipati ini, Cekel Aksomolo
menghentikan gerakan tasbihnya dan otomatis suara ga melan
terhenti karena sudah tidak karuan lagi iramanya. Tiga orang
penari itupun dengan tubuh lemas menjatuhkan diri di atas
lantai, duduk dan menghapus keringat dengan selendang
mereka. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Seorang di antara mereka, yang paling muda dan paling
cantik, menoleh ke arah Cekel Aksomolo, merengut dan
me lerok, agaknya tahu bahwa yang main-main tadi adalah
kakek tua yang aneh ini.
Cekel Akso molo tertawa.
"Huh-huh, penari-penarimu denok-denok dan ayu, kanjeng
adipati, terutama sekali yang berselendang hijau itu. Harap
paduka suka menyuruh dia berdiri, saya ingin sekali melihat
bentuk tubuhnya. ..... heh-heh-heh."
Adipati Joyowiseso tersenyum. Ia sudah mendengar dari
Jokowanengpati bahwa kakek sakt i ini me mpunyai se ma cam
penyakit, yaitu suka menggoda i wanita-wanita muda! Maka ia
lalu ber kata perlahan,
"Dia me mang pa ling muda dan pandai, bapa, dan selain
menari dani berte mbang, iapun pandai sekali me mijati urat
mengusir pegal le lah."
Dengan tangannya sang adipati me mberi isyarat. Penari
muda berselendang hijau itu sege ra bangkit berdiri, tunduk
akan perintah junjungannya. Adipati Joyowiseso lalu me mberi
isyarat supaya gamelan ditabuh kembali dan mengisyaratkan
si selendang hijau untuk menari seorang diri.
Agaknya penari muda ini dapat menduga pula bahwa kakek
itulah agaknya yang minta kepada sang adipati untuk
me mer intahnya menari lagi, maka sekali lagi ia melempar
kerling ke arah Cekel Aksomolo. Dua orang penari lain
mengundurkan diri duduk de kat para penabuh ga me lan.
Agaknya me mang penari muda yang banyak disuka ini
biasanya dimanja kan orang, maka kali ini ia men umpahkan
kemarahan hatinya kepada Cekel Aksomolo. Ketika ia mulai
mene mbang sa mbil menari mengikuti ira ma ga melan, ia se-
ngaja me masukkan kata-kata sindiran kepada Cekel Aksomolo
yang men imbulkan kemendongkolan hatinya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kakek tuwek untune entek clelak-clelek tur elek, ora melek
kok isih arep golek-gole k! (Ka kek tua giginya habis,
menje mukan dan buruk, tak me mbuka mata masih ingin
mencari-cari!)"
"Uuuh-huh-huh, sialan awakku!" Cekel Aksomolo menge luh
sambil terkekeh. "Di cuci habis-habisan oleh si deno k ayu!"
"Akan kuhukum dia, bapa.......!" kata Adipati Joyowiseso,
mukanya menjad i merah karena iapun dapat menangkap
sindiran yang ditujukan si penari berselendang hijau kepada
Cekel Akso molo.
"Aahhh, jangan, kanjeng adipati. Dia benar! Biarlah nanti
saja sehabis menari dia me mijat punggungku yang lelah. Uh-
huh-huh, sekarang ingin kulihat bentu k tubuhnya. ......"
Setelah berkata demikian,Cekel Aksomolo men ggerakkan
tangan kirinya seperti mendorong, kemudian me mutarkan
tangan itu ke depan. Terjadilah keanehan. Dari tangan itu
menya mbar hawa berciutan ke arah si penari dan tiba-tiba
pakaian si penari berselendang hijau itu terlepas semua!.
Sejenak ia ber diri bengong dalam keadaan telanjang bulat,
kemudian ia menjerit-jerit dan dengan gugup menyambar
pakaiannya yang sudah terlepas di bawahnya, menarik
pakaian itu sedapatnya menutupi tubuhnya lalu ia lari sa mbil
menang is ke samping pendopo yang gelap!.
Sejenak orang terkesima, akan tetapi lalu terdengar suara
ketawa meledak terkekeh-kekeh. Adipati Joyowiseso memberi
perintah agar gamelan dilanjutkan, kini dua orang penari itu
yang menari dan mene mbang bergantian.
Jokowanengpati me mberi keterangan kepada Adipati
Joyowiseso yang mendengai kan penuh kagum.
"Paman, alanglah hebatnya ke pandaian eyang Cekel."
"Bukankah itu ilmu sihir?" tanya sang adipati.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Sa ma sekali bukan, paman. Eyang Cekel Aksomolo
terkenal karena senjatanya yang ampuh dan yang juga
menjad i nama julukannya, yaitu Aksomolo Ireng (Tasbih
Hita m). Baru suaranya ketika digerakkan saja ma mpu
men imbulkan suasana mujijat, apalagi kalau dipergunakan
untuk bertanding! Pula, yang mene lanjangi penari kewek
(genit) tadi bukan lah ilmu sihir, melainkan ilmu p ukulan jarak
jauh yang sudah mencapai puncak kese mpurnaan!"
Makin kagum dan hormatlah Adipati Joyowiseso terhadap
tamu agungnya. Malam itu si penari remaja yang denok ayu,
penari berselendang h ijau itu harus menebus kelancangannya
sore tadi dengan penyerahan dirinya kepada si tua bangka!
Tebusan yang amat hebat me ngerikan baginya, yang
me mbuat ia pada keesokan harinya seperti orang kehilangan
semangat, dan membuat ia pada malam-ma la m berikutnya
sering girap-g irap (men jerit-jerit dalam tidur)!.
Setelah berma la m selama sepekan di Kadipaten Selopenangkep, berangkatlah Jokowanengpati bersama Cekel
Aksomolo menuju Sungapan. Untuk me mperkuat tugas
mereka sebagai utusan kadipaten, sepasukan perajurit
kadipaten terdiri dari dua losin orang mengawal mereka. Kali
ini Cekel Aksomolo dan Jokowanengpati menunggang kuda,
juga pasukan perajur it itu semua berkuda.
Ketika pondok Bayuwismo yang terletak di depat pantai dan
Sungapan Kali Progo sudah tampa k dari jauh, Cekel Aksomolo
menyuruh dua los in orang pengawal itu berhenti :
"Kalian tak boleh masuk rumah itu, bahkan jangan terlalu
dekat. Berhentilah di sini, berjaga-jaga saja menanti per intah."
Kemudian la mengeluarkan dua bungkusan kain kecil dan
me mber ikannya kepada Jokowanengpati.
"Raden, kalau sewaktu-waktu aku terpaksa menggunakan
suara tasbih, akan kuberi tanda dan kauj harus me masukkan
benda-benda ini me nutupi kedua lubang telingamu."
Badai Laut Selatan Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Jokowanengpati menerima dan mengangguk, maklum akan
keampuhan tasbih itu. Mereka berdua lalu melangkah men-
dekati pondok yang bersunyi sendiri tanpa tetangga di tepi
pantai. Berdebar juga hati Jokowanengpati. Yang sedang ia
datangi ini adalah pondok Resi Bhargowo, paman gurunya
yang ia ketahui me miliki kesaktian yang sukar dicari
tandingnya. Untuk menghadap i Pujo ia tidak takut. Dan untuk
menghadap i Resi Bhargowo, kiranya Cekel Aksomolo
merupakan lawan setingkat. Akan tetapi ia gentar kalau
teringat kepada Kartikosari.
Benar bahwa Pujo dahulu menyatakan bahwa Kartikosari
seakan-akan sudah mati, akan tetapi betulkah itu"
Menghadapi Pujo ia tidak takut, juga tentang ilmu kepandaian
Kartikosari, iapun tidak takut. Yang membuat ia gelisah adalah
jika Kartikosari berada di situ, terdapat bahaya akan
terbongkar rahasia perbuatannya di ma la m badai da la m Guha
Siluman itu. Memang, Kartikosari tidak a kan menduganya, namun
apabila wanita itu me lihat buntungnya kelingking kiri
tangannya, tentu akan menimbulkan dugaan dan curiga.
Betapapun juga, hati Jokowanengpati menjadi besar lagi kalau
ia teringat akan kedigdayaan Cekel Aksomolo dan mereka
me langkah terus men dekati pondok sunyi.
Selain itu,Pujo sendiri ta mpak jelas sikapnya bahwa ia tidak
tahu akan rahasia itu. Andaikata Kartikosari berada dengan
suaminya, tentu wanita itu akan menceritakan tentang
buntungnya kelingking tangan dan tentu Pujo sudah akan
menyangka dia, atau setidaknya akan bercuriga.
Peristiwa itu sudah lewat setahun lebih, dan ia tidak perlu
takut-takut lagi, karena andaikata diketahui sekalipun, tetap ia
akan menjadi lawan mere ka.
Sekutunya me miliki banyak orang sakti, takut apa "
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Telah kita ketahui bahwa setahun kurang se menjak
terjadinya badai Laut Selatan yang menga muk hebat dan
menghancurkan pondok, Resi Bhargowo me ninggalkan
Bayuwis mo di Sungapan, meninggalkan pondok yang sudah
dibangun lag i itu kepada para cantriknya, bahkan lalu
men inggalkan na ma la ma, mengganti julukan dengan
Bhagawan Rukmoseto dan melakukan perjalanan le lana brata
untuk menghibur batinnya yang terguncang hebat setelah
menduga bahwa puteri dan mantunya tentu tewas ditelan
badai. Pertapa ini men inggalkan pondoknya Bayuwismo di
Sungapan dan menyerahkan pondok itu di bawah pengawasan
dan dalam pe meliharaan enam orang cantriknya yang
dipimpin oleh cantrik Wisudo.
Karena pondok itu berd iri s i tepi pantai terbuka, maka
kedatangan Cekel Aksomolo yang langkahnya terseok-seok
dan terbongkok-bongkok bersa ma Jokowa-nengpati, segera
terlihat oleh enam orang cantrik. Para cantrik itu sedang sibuk,
ada yang me mperbaiki perahu bocor, ada yang menambal
jala, karena di daerah yang tanahnya tidak subur seperti
pantai selatan itu, mereka bekerja sebagai nelayan, mencari
ikan di sepanjang pantai dan muara Sungai Progo.
Kini mereka meninggalkan pekerjaan masing-masing,
berkumpul dan menyambut kedatangan dua orang itu dengan
sikap tenang juga heran. Apalagi setelah kedua pendatang itu
dekat, cantrik paling tua yang pernah bertemu dengan Empu
Bharodo, segera mengenal Jokowanengpa-ti. Akan tetapi tak
seorangpun di antara mereka mengena l kakek tua tinggi kurus
dan bongkok yang me mbawa seuntai tasbih hita m itu.
Cantrik Wisudo me mimpin
lima orang saudaranya
menya mbut di luar pondok, cepat me mberi hormat dan
berkata, Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Selamat datang di Bayuwis mo, Raden Jokowanengpati!
Selamat datang saudara tua cantrik, apakah saudara ini
seorang cantrik dari Le mbah Konta?"
Wisudo menyangka bahwa cantrik tua yang datang
bersama Jokowanengpati itu seorang cantrik pengikut Empu
Bharodo yang bertapa di lembah Sungai Konta di lereng
Gunung Anjas moro.
"Hoh-hoh-hoh, bukan..... bukan!" jawab Cekel Aksomolo
terkekeh-kekeh. "Aku adalah cantrik yang sudah berdikar i!
Bukan cantrik yang mengha mba kepada seorang pendeta,
me lainkan bekas cantrik yang kini menjadi pertapa. Aku Cekel
Aksomolo, pertapa di hutan Werdo. akulah yang mbaurekso
(dewa penjaga) Gunung W ilis, huh-huh-huh!"
Cantrik Wisudo dan saudara-saudaranya merasa tak senang
mendengar dan melihat sikap pe mbicaraan Cekel Aksomolo
yang jelas me mbayangkan kesombongan.
Akan tetapi mereka juga merasa geli dalam hati me lihat
persamaan kakek itu dengan tokoh cerita Maha Bharata, yaitu
tokoh Begawan Durno!
Karena maklum bahwa dia
menghadap i seorang kakek yang sombong, Wisudo lalu tidak
mau mengacuhkan lag i dan berpaling kepada Jokowa nengpati
yang sedang mencari-cari dengan pandang matanya ke arah
pondok dan sekitarnya.
"Raden Jokowanengpati, ada keperluan apakah raden
datang ke tempat sunyi ini" Apakah diutus oleh pa man Empu
Bharodo?" "Eh, kakang cantrik Wisudo!" Pe muda ini berkata tak
senang. "Kami sudah datang ke sini, mengapa engkau tidak
lekas-lekas melaporkan kedatangan kami kepada paman Resi
Bhargowo" Mengapa engkau lancang mengadakan penyambutan sendiri?"
"Huh-huh-huh, benar..... benar....., segala maca m cantrik
cilik mau tahu saja, heh-heh!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Panas hati Wisudo dan saudara-saudaranya mendengar
ucapan Cekel Aksomolo itu, akan tetapi karena kake k itu
datang bersama Jokowanengpati, mereka mena han sabar.
Wisudo menjawab,
"Ketahuilah, raden. Baru beberapa hari ini sang resi telah
pergi meninggalkan pondok, karena sang resi tida k ada maka
saya berani mewa kilinya menya mbut ta mu yang datang."
Jokowanengpati kecewa. "Paman Resi Bhargowo bepergian" Ke mana.......?""
"Raden, sebagai murid terkasih paman Empu Bharodo,
bagaimana raden
mas ih mengajukan pertanyaan ini"
Kerrjanakah perginya seorang pertapa" Ke mana lagi kalau
tidak melakukan lelana brata, melaksanakan tugas suci
me mber i penerangan bagi yang gelap, mencarikan tongkat
bagi yang pincang dan mengulurkan tangan menolong mereka
yang me merlukan pertolongan."
"Cukup! Tak perlu kau me mber i wejangan! Lalu......., di
mana adanya Pujo dan Kartikosari " "
Kembali pandang mata Jokowanengpati liar mencari-cari.
Mulai tak enaklah hati para cantrik Bayuwismo, dan makin
panas hati Wisudo.
"Merekapun tidak berada di sini, dan harap jangan
tanyakan kepada kami ke mana mereka pergi, karena kami
sendiri tidak tahu."
Jokowanengpati tampak kecewa sekali. Ia menoleh kepada
Cekel Akso molo dengan keping berkerut.
"Bagaimana ini, eyang" Kedatangan kita sia-sia....."
"Ooohh-hoh, jangan percaya segala cantrik cilik yang
omongannya molak-malik. Tentu mereka ini tahu di mana
Sembunyinya Resi Bhargowo dan Pujo! Resi pengecut itu
bersama mantunya tentu tehah melihat kita datang, lalu
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mereka pergi me nyembunyikan diri, dan cantrlk-cantrik
penguk ini sengaja me mbohong."
Jokowanengpati dalam hatinya tidak percaya bahwa orang
seperti paman gurunya itu akan lari menyembunyikan diri,
akan tetapi dia dia m saja, la lu ia berkata,
"Kakang cantrik W isudo, aku a kan melihat apakah benar-
benar paman resi tidak berada di dalam pondok!"
Setelah berkata demikian, cepat sekali tubuhnya berkelebat
me masu ki pondok.Enam orang cantrik Bayuwis mo marah
me lihat kelancangan Jokowanengpati, akan tetapi tak mungkin
mereka dapat mengha langi karena pe muda itu me mpergunakan Aji Bayu Sakti sehingga gerakannya seperti
terbang saja. Oleh karena tidak berdaya menghadapi murid
Empu Bharodo yang sakti itu, cantrik Wisudo dan lima orang
saudaranya menumpahkan kemarahan hati kepada Cekel
Aksomolo!. Cantrik Wisudo melotot me mandang kepada kake k itu dan
me mbentak. "Heh, Cekel Akso molo! Kau ini seorang tua bangka yang tak
patut dihormati orang muda. Pekertimu seperti ini sungguh
tidak patut, apalagi mengingat pengakuanmu bahwa engkau
sudah menjad i pertapa. Kata-katamu berbisa seperti Durno,
tingkah mu so mbong dan tak tahu malu. Ingatkah kau bahwa
kami ini tuan rumah sedangkan engkau hanyalah seorang
tamu takdiundang?"
"Wuah-wah, huh-huh, kurang ajar! Bocah cilik kurang ajar!
Cantrik okrak-akrik bocah kemar in sore, berani kurang ajar
terhadap Cekel Aksomolo" Apakah sudah bosan hidup?"
"Mengapa tidak berani" Bukan usia tua yang kulawan,
bukan pula orangnya yang kucela, melainkan pekertinya! Biar-
pun engkau tua, pekertimu seperti bocah nylelek. Apalagi
engkaupun hanya seorang cekel, seorang cantrik, sama
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dengan kami! Hayo pergi dari s ini, tak sudi kami melihat
tingkah mu leb ih la ma lag i!"
Kini Wis udo sudah maju dengan sikap menan tang.
"Waduhhh, kalau aku t idak ma u pergi bagaimana" "
"Akan kami usir dengan kekerasan!" bentak cantrik W isudo
yang sudah marah.
"Uuhhh, uuhh, tidak kajen (terhor mat) awakku.......!
Cantrik cilik kalian minta dihajar, biar kalian rasakan kesaktian
Cekel Akso molo!"
Tiba-tiba kake k ini menggerakkan tasbih h itamnya, diputar-
putar di udara dan terdengarlah suara nyaring dan aneh.
Tadinya cantrik Wisudo dan lima orang saudaranya
menyangka bahwa kakek yang seperti orang gila itu hendak
menyerang mereka dengan hantaman tasbih, akan tetapi
ternyata tasbih itu hanya diputar-putar di atas kepala dan
sama sekali kake k itu tidak menyerang mereka.
Tentu saja mereka merasa heran dan geli, mengira bahwa
kakek ini benar-benar miring otaknya. Akan tetapi mendadak
cantrik Wisudo merasa betapa suara yang berkeritikan dan
aneh itu kini mengaung-ngaung dan menyerang telinga dan
men imbulkan rasa nyeri seakan-akan telinganya ditusuk-tusuk
lidi! Kagetlah Wisudo, dan lebih lagi kagetnya me lihat seorang
di antara saudaranya sudah roboh terguling, mengaduh-aduh
karena telinga kirinya mengeluarkan darah!
Cepat cantrik Wisudo menjatuhkan diri duduk bersila
mengerahkan kekuatan batinnya. Saudara-saudaranya juga
cepat mencontoh perbuatan Wisudo, hanya seorang cantrik
yang masih berdiri, bahkan kini bingung menolong cantrik
yang telinga kirinya berdarah. Cantrik ini adalah cantrik
Wistoro. Cantrik Wistoro bingung sekali melihat akibat yang
amat hebat, karena biarpun sudah bersila mengerahkan
tenaga batin, tetap saja cantrik-cantrik Bayuwis mo itu tidak
tahan terhadap suara mujijat dari tasbih itu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Memang hebat bukan ma in akibat suara ini. Para cantrik,
kecuali Wistoro, sudah duduk bersila mera mkan mata. Namun,
seorang demi seorang tak kuat bertahan, mulailah darah
menetes-netes keluar dari dalam telinga mereka dan yarig
paling akhir, cantrik W isudo sendiri yang ilmunya paling tinggi
di.antara saudara-saudaranya, juga tidak tahan lagi dan kedua
telinganya menge luarkan darah dari luka di dalam karena
kendangan telinga mereka telah pecah oleh suara mujijat.
Cekel Aksomolo tertawa terkekeh-kekeh. Akan tetapi tiba-
tiba matanya terbelalak heran ketika ia melihat seorang di
antara para cantrik itu tidak apa-apa, tidak terpengaruh oleh
suara tasbihnya.
Cantrik Wistoro ini sa ma sekali t idak menge luarkan darah
dari kedua telinganya, bahkan kini ia s ibuk merawat saudara-
saudaranya, mengusap dan membersihkan darah yang keluar
dari telinganya, sambil matanya kadang-kadang melotot ke
arah Cekel Aksomolo! Tentu saja Cekel Aksomolo terkejut
sekali! Ia tidak percaya ada seorang cantrik yang ma mpu
menahan suara tasbihnya, maka ia melangkah mendekati dan
kini ia menggoyangkan tasbihnya lebih keras lag i, dekat
telinga cantrik Wistoro!
Para cantrik lainnya
hanya me mandang, mereka sudah tidak lagi terpengaruh suara
tasbih karena sudah tak dapat mendengar, hanya merasakan
nyerinya bekas kendangan telinga yang pecah.
Biarpun diserang suara sede mikian hebatnya, cantrik
Wistoro enak-enak saja, sama sekali tidak mengerahkan
tenaga batin untuk menahan, akan tetapi sedikitpun ia tidak
terpengaruh! Bimbanglah hati Cekel Aksomolo! Betapapun saktinya
seorang lawan, kalau diserang suara tasbihnya dari jarak
sedekat itu dengan telinga, pula tanpa pengerahan tenaga
Badai Laut Selatan Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
sakti untuk melawan, tak mungkin akan kuat bertahan. Akan
tetapi cantrik muda ini enak-enak saja. Dapat dibayangkan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
betapa saktinya cantrik ini! Ataukah tasbihnya yang
kehilangan kea mpuhan".
Pada saat itu Jokowanengpati sudah melompat keluar dari
pondok setelah sia-sia melakukan penggeledahan. Begitu
keluar ia terkejut mendengar suara berkeritikan yang a mat
kecil dan tinggi nadanya, menyerang telinganya serasa jarum
menusuk. Cepat ia menge luarkan benda pe mberian Cekel Aksomolo
dan menyumpal kedua telinganya. Dengan alat penahan ini,
tanpa pengerahan tenaga sakti ia dapat mendekat. Iapun ikut
terheran-heran melihat seorang cantrik muda yang tak
dikenalnya sedang merawat lima orang cantrik lain yang rebah
tidak karuan dengan telinga berdarah, dan melihat Cekel
Aksomolo me mbunyikan tasbih di de kat telinga cantrik muda
itu, ia makin heran lalu mende kat.
Cekel Aksomolo menghentikan bunyi tasbihnya dan
menghapus keringat dengan ujung lengan baju. Menggerakkan tasbih mengeluarkan suara mujijat me mbutuhkan pengerahan tenaga sakti yang besar dan dia
tadi sudah bersusah payah dalam penasarannya untuk
meroboh kan Wistoro, na mun sia-sia.
Kini ia mengulur tangan me mbuka penutup telinga yang ia
pakai sendiri sa mbil menjenguk ke arah lubang telinga Wistoro
untuk melihat kalau-kalau cantrik itu me nggunakan a lat
penutup lubang telinga. Akan tetapi sama sekali tidak. Ketika
ia mengincar ke arah lubang kedua telinga cantrik itu, ia
hanya melihat tai telinga dan bulu-bulu telinga! Makin
penasaranlah dia. Kalau begini, tentu tasbihku yang
kehilangan kea mpuhannya.
Maka ia mende katkan tasbih di depan telinga kanannya,
lalu me ngguncang tasbih itu.
"Ttrrrriiiikk!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dan akhirnya...... Cekel Aksomolo roboh terguling! Cepat-
cepat ia melompat bangun dan matanya berair. Sakit sekali
rasa telinga kanannya sampai air matanya keluar. Ternyata
tasbihnya masih a mpuh, tenaga saktinya masih hebat! Akan
tetapi mengapa cantrik muda itu tidak terpengaruh" Ia
menutupi lagi telinganya dan mendekati cantrik Wistoro,
menggerakkan tasbih di dekat telinganya.
"Ttriiiik!"
Wistoro tidak terguncang sama sekali, hanya menoleh dan
me man dang dengan mata me lotot.
"Uuuhhh-huh-huh, kiranya engkau me miliki ilmu juga!"
Akhirnya Cekel Aksomolo berkata sambil menghentikan bunyi
tasbihnya dan melepas penutup telinga. Jokowanengpati juga
me mbuka penutup telinganya.
Wistoro dia m saja, hanya mula i me mapah saudara-
saudaranya me masuki pondok, seorang demi seorang.
Kemudian ia pergi keluar lagi dan duduk bersila di depan pintu
pondok, sama sekali t idak me mperdulikan Cekel Aksomolo
yang menantang-nantangnya.
"Hayo berdiri, cantrik bungkik! Hayo kita bertanding untuk
menentukan keunggulan!" Cekel Aksomolo menca k-mencak
dan me mutar- mutar tasbihnya di atas kepala sampai
menge luarkan suara seperti lebah menga muk. Namun W istoro
yang ditantang itu hanya duduk bersila tanpa bergerak.
Melihat lagak Cekel Aksomolo, dia m-dia m Jokowanengpati
mendongkol. Ia sudah merasa kecewa sekali melihat
kenyataan bahwa Resi Bhargowo, Pujo dan Kartikosari tidak
berada di tempat itu. Perjalanannya sia-sia belaka, bahaya
yang mengancam dirinya belum dapat dilenyapkan. Kekecewaan itu menjadi rasa men dongkol ketika melihat
betapa Cekel Aksomolo "jagoannya" itu kini menca k-mencak
dan marah- marah terhadap seorang cantrik yang tiada
artinya! Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Sudahlah, eyang Cekel. Untuk apa melayani cantrik"
Marilah kita pergi dari sini, kita cari Resi Bhargowo dan Pujo
sampai dapat." Ia me mbujuk.
"Dia me nghina ku benar-benar! Dia t idak me mandang mata
kepadaku! Suara sakti tasbihku dianggap kentut saja!
Tantanganku dianggap angin lalu! Biar dia sakti mandraguna
putera dewata sekalipun, akan ma mpus dia bertanding
me lawan Cekel A ksomolo yang mbaurekso W ilis!"
Jokowanengpati me megang lengan kanan kakek yang
mencak-mencak itu sa mbil berbisik de kat telinganya,
"Eyang Cekel, percuma eyang melayani dia! Dia itu adalah
seorang yang tuli dan gagu!"
"Hahh.......?"! Demi iblis puncak Wilis! Huuh-huh-huh,
dasar pikun! Pantas saja suara sakti tasbihku tidak
me mpengaruhinya! Kiranya kedua telinganya sudah bobrok!
Yang sudah bobrok, mana bisa rusak lagi?"
Cekel Aksomolo menggaruk-garuk belakang telinganya,
mukanya merah karena ma lu.
"Sudahlah, eyang. Lebih baik kita pergi mencari Resi
Bhargowo dan Pujo. Kurasa mereka t idak perg i jauh dari sini."
Karena takut kakek itu melakukan perbuatan edan-edanan
lagi, Jokowaneng-pati menuntunnya pergi dari situ, kembali ke
tempat pasukan yang menant i. Dia m-dia m ia menyesal juga
mengapa kake k ini melukai para cantrik yang sama sekali
tiada sangkut-pautnya dengan urusan mereka, para cantrik
yang seperti juga cantrik-cantrik gurunya, merupakan orang-
orang yang tekun me mpelajari ilmu kebatinan sambil me layani
sang pertapa. Dengan tangan ha mpa Jokowanengpati bersa ma Cekel
Aksomolo men inggalkan Sungapan, diikuti oleh pasukan yang
mengawal. Di sepanjang jalan mereka bertanya-tanya kepada
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
para penduduk di dusun pasisir, namun tak seorangpun di
antara mereka tahu ke mana perginya Resi Bhargowo.
Ada yang melihat kake k pertapa itu berjalan kaki seorang
diri, akan tetapi tidak ada yang tahu hendak ke mana. Juga
tentang Pujo dan Kartikosari, tidak ada orang yang
mengetahuinya. Namun Jokowanengpati tidak putus harapan. Pemuda ini
maklum bahwa sebelum Resi Bhargowo dan Pujo ditu mpas,
hidupnya selalu akan terancam bahaya. Atau lebih aman lagi
kalau la bisa mendapatkan Kartikosari! Mengingat dan
me mbayangkannya saja me mbuat Jokowanengpati menggigil.
Wanita hebat! Belum pernah selama hidupnya ia mendapatkan
seorang wanita seperti Kartikosari. Akan tetapi juga wanita
berbahaya, karena hanya Kartikosari seoranglah yang akan
dapat membuka rahasianya, akan dapat mengenalnya sekali
me lihat jari tangan kirinya. Karena itu, wanita ini perlu dipaksa
menjad i miliknya sela manya, atau dibunuh!.
Karena ada Cekel Aksomolo di sampingnya, tanpa ragu-
ragu Jokowanengpati menuruni tebing dan mendatangi guha.
Guha Siluman di mana pada malam hari itu, setahun yang
lalu, ia menggagah i Kartikosari. Akan tetapi guha itu kosong,
kosong dan sunyi.
Sejenak hatinya ikut kosong dan sunyi ketika ia berd iri di
mulut guha. Terbayanglah semua per istiwa di malam gelap
itu, terngiang di telinganya jerit dan rintih Kartikosari, dan
pada saat itu rindu denda m menengge la mkan hatinya.
Kartikosari, di manakah engkau sekarang, manis" Pertanyaan
hatinya ini dijawab oleh gulungan o mbak yang me mecah batu
karang, menggelepar seperti halilintar. Jokowanengpati
bergidik, merasa serem. Seakan-akan suara itu merupakan
geraman marah yang mengan camnya.
Tergesa-gesa ia mengajak Cekel Aksomolo untuk mendaki
naik kembali meninggalkan guha yang menimbulkan kenangan
nikmat, juga men imbulkan rasa ngeri dan serem itu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
**^d**w^* Jilid 7 Setelah sebulan lamanya mencari-cari tanpa hasil,
akhirnya Jokowanengpati mengajak rombongan kembali ke
Selopenangkep. Sebetulnya ia masih ingin men cari sa mpai dapat, akan
tetapi Cekel Aksomolo mengome l saja menyatakan kesal dan
bosan berkeliaran di tepi laut, kedua karena waktu untuk
mengadakan pertemuan besar antara para tokoh sakti yang
akan bersekutu dengan Adipati Joyowiseso sudah dekat, maka
terpaksa mereka bera mai ke mbali ke Selopenangkep.
Pada suatu hari tibalah rombongan ini dalam sebuah hutan
penuh pohon randu alas dan jati. Untuk menghibur hati yang
kesal, Jokowanengpati mengajak rombongannya menggunakan kesempatan terluang untuk sekalian berburu
binatang. Oleh karena itu mereka sengaja mencar i jalan melalui
gunung yang banyak hutannya.
Semua pendapatan berburu dimakan dagingnya di tempat
dan dalam perburuan ini, Cekel Aksomolo me mperlihatkan!
kepandaiannya. Kalau para pengawal berburu binatang
dengan anak panah, sedangkan Jokowanengpati yang
me miliki Aji Bayu Sakti dapat mengejar dan me mbunuh kijang
dengan pukulan tangannya, adalah kakek sakti ini hanya
dengan segenggam isi mlanding sekali le mpar berhasil
menjatuhkan belasan ekor burung der kuku atau kepodang
yang sedang terbang lewat di atas!.
Akan tetapi hutan-hutan di Pegunungan Kidul tidaklah kaya
dengan binatang. Apalagi hutan randu alas yang mereka
masu ki pagi hari itu, amat sunyi. Tidak ada kijang, tidak ada
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
babi hutan, yang ada hanya monyet dan harimau. Memburu
harimau sangat sukar karena begitu ro mbongan itu me masu ki
hutan, semua harimau sudah lari bersembunyi jauh.
Adapun monyet-monyet merupakan binatang yang tak
mereka sukai dagingnya.
"Sayang sekali perjalananku jauh-jauh dari Wilis sia-sia
belaka." Untuk ke se kian kalinya Cekel Akso molo mengome l.
Tak enak hati Jokowanengpati. Memang sudah jauh-jauh ia
mengundang orang tua sakti ini, kiranya sekarang hanya
diajak berputar-putar mencari orang tanpa hasil sa mpai
sebulan leb ih.
"Agaknya benar dugaan eyang bahwa Resi Bhargowo dan
Pujo sudah mendengar akan kedatangan kita. Resi Bhargowo
tentu takut mendengar bahwa eyang ikut datang, maka lebih
dulu menyingkir dan bersembunyi. Kalau tidak de mikian, tentu
ada penduduk yang mengetahui di ma na dia pergi. Agaknya
mereka se mua pergi dengan dia m-dia m."
Cekel Akso molo menggeleng-geleng kepalanya.
"Aku pernah berte mu dengan gurumu, Ki Empu Bharodo,
akan tetapi Resi Bhargowo hanya baru kudengar suaranya
saja. Akan tetapi mengingat dia itu adik seperguruan Empu
Bharodo kurasa tak mungkin ia takut menghadap lawan yang
belum pernah dicobanya."
"Betapapun saktinya, dia pasti akan mati konyol bertanding
me lawan eyang " Jokowanengpati me muji. "Guru saya sendiri
takkan menang me lawan eyang."
Kakek tua renta itu memang seorang yang haus akan puji
dan umpak. Ia ter kekeh senang. "Jelek-jelek, kalau hanya
menghadap i Resi Bhargowo saja, tasbih ini pasti masih
sanggup menghancurkan kepalanya!"
Pada saat itu terdengar bunyi tertawa meringkik. Kiranya
seekor kera jantan sedang mengenjot-enjot batang pohon di
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
atas mereka sambil terkekeh- kekeh entah apa yang
ditertawakan dan entah binatang Itu sedang tertawa ataukah
menang is, akan tetapi lagaknya seperti seorang anak kecil
bermain-main sambil tertawa.
Agaknya kelakuan kera itu mengge maskan hati Cekel
Aksomolo. Dari atas kuda ia menggerakkan tangannya, dikebutkan ke
atas dan........ kera itu meme kik lalu terguling jatuh terbanting
ke bawah. Dari hidung, mulut dan telinganya mengalir darah dan ia
mati seketika !.
"Huh, sayang dia bukan Resi Bhargo wo! Resi Bhargowo, di
mana engkau" Muncullah di sini, aku siap menghadapimu,
Resi Bhargowo.....!!"
Cekel Aksomolo dengan tingkah so mbong menantang-
nantang me manggil Resi Bhargowo, Tiba-tiba dari atas pohon
me layang turun bayangan orang. Jokowanengpati dan Cekel
Aksomolo terkejut me mandang gerakan orang itu gesit sekali
dan ternyata dia adalah seorang kakek yang sudah tua sekali,
rambut dan jenggotnya putih se mua, pakaiannya juga putih,
kakinya telanjang.
Tanpa menghiraukan mereka yang duduk di atas kuda,
kakek ini men geluarkan suara ngak-nga k nguk-nguk seperti
kera, langsung mengha mpiri kera yang terbanting mati, lalu
mena ngis! Masih terisak-isak kakek tua itu me mbongkar dan
mengga li tanah, kemudian mengubur bang kai kera dan mena-
ngis lagi!. "Heh-heh, kau ini orang gila ataukah kera mabok
kecubung?" Cekel Aksomolo menegur karena merasa
mendongkol me lihat si kakek itu sa ma sekali tidak
me mperdulikannya, sedangkan cara mengubur bangkai kera
itu merupakan perbuatan yang terang-terangan berlawanan
Badai Laut Selatan Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
dan mencela perbuatannya me mbunuh kera tadi.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kini kakek itu me mbalikkan tubuh dan me mandang penuh
perhatian. Hanya sejenak saja ia memandang Cekel Aksomolo,
akan tetapi ketika pandang matanya bertemu dengan
Jokowanengpati, ia segera bertanya, suaranya parau,
"Apakah engkau yang bernama Pujo anak mantu Resi
Bhargowo?"
Jokowanengpati terkejut dan dia m-dia m timbul harapan
hatinya untuk men dengar dari kake k aneh ini di mana adanya
Resi Bhargowo. Maka ia lalu menjawab, "Ka lau aku betul Pujo bagaimana
dan kalau bukan bagaimana?"
"Krrrr! Krrrrr! Betul sombong.. .... sombong sekali.......!"
Kakek putih itu berjingkra k-jingkrak la lu bertanya kepada
Cekel Akso molo,
"Dan engkau ini tua bangka buruk apakah seorang cantrik
pengikut Resi Bhargowo?"
"Uuhh-huh-huh, sialan awakku! Eh , kera monyet ketek
kunyuk lutung!" la me ma ki. "Kalau benar bagaimana kalau
bukan bagaimana" " Ia men iru jawaban Jokowanengpati.
Kakek tua aneh itu bukan lain adalah Resi Telomoyo,
pertapa di puncak Gunung Telomoyo. Dia me mang beewatak
aneh dan edan-edanan, kadang-kadang seperti seekor kera.
Akan tetapi ia a mat marah kalau melihat seekor kera digang-
gu, maka sekarang ia marah bukan main melihat seekor kera
dibunuh secara keji Agaknya karena ia pe muja Hanoman,
tokoh kera sakt i, ia lalu menganggap binatang kera sebagai
segolongannya dan a mat menyayang binatang ini.
Mendengar jawaban-jawaban itu ia ma kin marah dan
berjingkrak, mengeluarkan gerangan-gerengan seperti seekor
kera jantan marah.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Cantrik tua mau ma mpus! Tanpa sebab kau me mbunuh
seekor kera yang tidak berdosa. Biarlah kubunuh juga engkau
dan kau lihat siapakah di antara kau dan kera tadi yang akan
mendapat te mpat lebih nikmat di ala m ha lus ! "
Baru saja ucapannya habis, tubuhnya sudah meloncat dan
ia menerka m Cekel Akso- molo yang mas ih duduk di atas kuda!
Menyaksikan gerakan orang yang amat cekatan ini dan
sambaran angin pukulan a mat dahsyat keluar dari tangan
yang hendak mencengkeram, Cekel Aksomolo terkejut sekali
dan cepat ia menangkis dengan tangan kanannya sambil
menge rahkan tenaga saktinya.
"Bressss!!"
Hebat sekali tenaga sakti kedua orang tokoh tua ini, sa ma
dahsyat dan kuatnya berjumpa di tengah udara dan akibatnya,
keduanya terpental seperti disa mbar halilintar! Resi Telomoyo
terpental dan berjungkir balik sampa i lima kali di udara, baru
tubuhnya turun ke arah tanah sejauh lima meter.
Adapun Cekel Aksomolo juga terpental dari atas kudanya,
me layang seperti sebuah layang-layang putus talinya, dan
turun ke atas tanah seperti sehelai daun kering sambil
menyumpah-nyu mpah!
Sejenak keduanya saling pandang dari jarak sepuluh meter,
Saling pandang dengan terheran-heran dan kedua mulut
mereka t iada hentinya mengeluarkan bunyi aneh.
Resi Telomoyo me ngeluarkan suara meringkik-ringkik
sedangkan Cekel Akso molo menyumpah-nyu mpah.
Dua puluh e mpat orang pengawel yang melihat
pertandingan dimulai, cepai melompat tutun dari kuda masing-
masing dan lari mendekati, mencabut pedang dan golok lalu
mengurung te mpat pertandingan, siap untuk men geroyok
kakek seperti kera itu. Adapun Jokowanengpati dia m-dia m
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
merasa gembira sekali karena agaknya kini Cekel Aksomolo
bertemu tanding.
Betapapun juga, ia ingin mende ngar dari kakek aneh ini
apa sebabnya mencari Pujo dan apakah kakek ini me ngetahui
tempat sembunyi Resi Bhargowo Di sa mping itu, iapun
bersiap-siap untuk mengeroyok jika Cekel Aksomolo tidak
ma mpu menga lahkan lawannya. Untuk menguji kepandaian
kakek aneh ini, ia lalu me mberi tanda kepada kepala pa sukan
untuk maju menangkap Resi Telomoyo.
Kepala pasukan me mberi aba-aba dari dua belas orang
pengawal serentak maju dengan senjata di tangan mengurung
kakek yang sudah mula i menggaruk-garuk punggung seperti
seekor kera. "Orang tua, menyerahlah kami be lenggu!" bentak kepala
pengawal, diam-dia m merasa sungkan juga harus mengerahkan dua belas orang anak buahnya hanya untuk
menang kap seorang kakek kurus tua renta yang bertangan
kosong. "Ha-ha-ha-ha, apakah kalau kaki tanganku sudah
dibelenggu, kalian merasa akan menang " Majulah, aku
me lawan mu dengan tangan dan kaki terangkap seperti
dibelenggu!"
Resi Telomoyo ber kata sambil tertawa dan benar saja, ia
me rangkapkan kedua tangan dan juga kedua kakinya, berdiri
agak me mbongkok dan matanya yang kecil itu me lirik-lirik
nakal seperti mata seekor kera.
Tentu saja sikap ini me mbuat para pengawal menjadi
marah dan juga geli, mengira bahwa kakek ini tentulah
seorang yang sudah miring otaknya atau sudah pikun dan
linglung saking tuanya.
Karena itu,kepala pasukan me mberi aba-aba, "Serbu dan
tangkap dia, boleh pukul tapi jangan bunuh!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Bagaikan ber lomba mencari jasa, dua belas orang pasukan
pengawal itu menubruk maju, pedang dan golok dibalikkan
karena mereka hanya ingin menggunakan punggung senjata
yang tidak tajam saja. Sambil tertawa mengejek dan
berteriak-teriak, mereka menyerbu ke depan. Tiba-tiba tubuh
kakek itu mencelat ke atas dengan keadaan tegak dan dari
atas ia me mbalik turun.
Benar saja seperti janjinya, ia tidak pernah me lepas kedua
tangan dan kakinya yang tetap menjadi satu, akan tetapi
begitu tubuhnya bergerak menya mbar-nyambar ke bawah,
terdengar teriakan-teriakan ngeri dan robohlah dua be las
orang itu satu demi satu, roboh karena dihantam siku atau
lutut, bahkan ada yang roboh karena gempuran kepala si
kakek yang bera mbut putih!
Mereka roboh tumpang-tindih, mengerang-erang dan
mer intih-rintih tanpa dapat bangun kembali sedangkan Resi
Telomoyo sudah berdiri kembali di tempat tadi, "Pertempuran"
ini tidak lebih satu men it la manya!.
"Rrriiiiikkkk....... ttrrriiikkk.......!!"
Tiada hentinya bunyi berkeritik yang a mat nyaring ini dan
kiranya Cekel Aksomolo sudah me langkah maju dan me mutar
tasbihnya yang mengeluarkan suara sakti untuk merobohkan
kakek lawan tangguh itu.
Jokowanengpati terkejut sekali karena tidak me mpergunakan alat penutup telinga, maka ia cepat-cepat
mengerahkan ilmu dan ajiannya, mengerahkan tenaga sakti
dalam tubuh, menya lurkan hawa panas tenaga sakti itu ke
arah sepanjang telinganya untuk meno lak pengaruh suara
mujijat. Sejenak Resi Tolomoyo yang diserang! langsung oleh suara
itu, bergoyang-goyang tubuhnya, kemudian ia mer ingkik-
ringkik dan menggereng-gereng sa mbil berloncatan, ma kin
la ma suaranya makin cepat dan nyaring, mengimbangi suara
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tasbih sehingga terjadilah "adu suara" yang sa ma sekali tidak
merdu di antara keduanya, didorong oleh tenaga sakti tingkat
tinggi. Kasihan adalah nasib sisa dua belas orang yang belum
roboh. Begitu mende ngar suara berkeritik dari tasbih Cekel
Aksomolo, mereka menggigil. Kali ini Cekel Aksomolo tidak
menggunakan nada suara tinggi halus untuk me mecahkan
kendangan telinga, melainkan me mpergunakan nada suara
keras untuk me ngguncang jantung.
Dua belas orang itu menja mbak-ja mbak dada yang terasa
sakit dan tak lama kemudian mereka sudah terjungkal roboh
dan berkelojotan seperti cacing yang terkena abu, dan betapa-
pun mereka menutupi telinga, suara itu tetap menerobos
masu k dan seakan-akan menusuk-nusuk jantung.
Apalagi setelah kakek rambut putih itu mengeluarkan suara
pula yang amat tidak enak didengar, keadaan mereka ma kin
tersiksa. Adapun dua belas orang pengawal yang lain tidaklah
begitu menderita. Mereka telah terluka parah dan kelemahan
tubuh mereka me mbuat mereka segera roboh pingsan begitu
mendengar suara sa kti,
Cekel Aksomolo makin penasaran dan juga marah, apalagi
setelah me lihat betapa selain kake k putih itu tidak
terpengaruh oleh suara tasbihnya, juga se mua pengawal
sudah roboh, bahkan Jokowanengpati dalam keadaan
setengah samadhi sehingga takkan dapat me mbantunya.
Dala m gebrakan pertama ini dia sudah rugi. Karena itu,
dengan gemas ia menghentikan suara tasbihnya dan
me mbentak, "Kunyuk tua manusia monyet liar! Siapakah engkau berani
ma in-main di de panku" Apakah kehendakmu" Apakah kau
sudah bosan hidup?"
"Ha-ha-ha, aku me mang bosan hidup, akan tetapi bukan
engkau yang menentukan! Apa engkaupun belum bosan,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
cantrik tua bangka" Tubuhmu sudah bongkok, pipimu sudah
peyot, kulit mu sudah keriput, akan tetapi mata mu masih
me man carkan nafsu! Ha-ha-ha, aku tidak ada waktu untuk
me layanimu, yang kuperlukan si Pujo ini!"
Begitu berhenti ucapannya, secepat kilat menyambar, Resi
Telomoyo sudah menggerakkan tubuhnya berkelebat ke arah
Jokowanengpati yang sudah sejak tadi bersiap-siap.
"Aiihhh.......?""
Terkejut sekali Resi Telomoyo ketika melihat sambarannya
tidak berhasil, dapat dielakkan oleh pemuda itu dengan
gerakan yang tangkas sekali. Tidak aneh, karena Jokowanengpati bukanlah pe muda se mbarangan, ia adalah
bekas murid terkasih E mpu Bharodo yang sudah men urunkan
ilmu meringankan tubuh Bayu Sa kti!.
Jokowanengpati me man g seorang pemuda yang me miliki
watak tinggi hati, tidak mau kalah dan me mandang rendah
orang lain. Terhadap Resi Telomoyo tentu saja ia tidak mau
me mandang rendah dan sudah dapat menduga bahwa kakek
seperti kera ini me miliki ilmu kesaktian t inggi, akan tetapi ia
belum puas kalau belum mencobanya sendiri. Pula, dia adalah
seorang pemuda cerdik.
Andaikata di sampingnya tidak ada Cekel Aksomolo yang
dapat diandalkan untuk me mbantu dan menolongnya apabila
ia terancam bahaya, agaknya sikapnya terhadap lawan sakti
ini akan lain lagi. Kini, me lihat betapa ia ma mpu me ngelak
terhadap terkaman si kake k put ih, hatinya menjadi besar dan
sambil me mba likkan tubuhnya ia bersiap dengan kuda-kuda
yang kokoh kuat.
Begitu kakek ra mbut putih itu menubruk lagi. ia menge lak
ke kiri sa mbil balas menghanta m dengan tangan kanan ke
arah dada, disusul dupakan kaki kiri ke arah lutut kanan
lawan. Pukulan tangan 3okowanengpati amatlah ampuhnya
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
karena ia me mpergunakan aji pukulan Siyung Warak yang
mengandung penuh tenaga sakti dan sanggup menghancurkan batu gunung! 3uga pukulan kakinya a mat
dahsyat, apalagi yang dijadikan sasaran adalah lutut.
Betapapun saktinya seseorang, apabila, sambungan lututnya
terlepas, tentu akan menjadi pincang dan berkurang
kegesitannya. Namun, betapa kagetnya hati 3okowa-nengpati ketika
pukulan tangan kanannya itu berte mu dengan daging dada
yang lunak dan me mbuat tenaga pukulannya seakan-akan
tenggelam ke dalam air yang tak berdasar, adapun
tendangannya yang menyusul itu sa ma sekali tidak mengenai
sasaran. Cepat ia menarik pukulannya dan melompat ke
belakang dengan muka pucat. Tahulah ia bahwa lawan yang
tua ini benar-benar merupakan tandingan berat yang me miliki
tenaga dalam yang sukar diukur tingkatnya!
"Ha-ha-ha, sebegitu saja kepandaianmu" Lebih baik kau
menurut saja kubawa!"
Kembali Resi Telomoyo menubruk hendak menangkap
lawannya yang murta dan gesit, namun kemba li Jokowanengpati dapat menge lak me mpergunakan Ilmu Bayu
Saktinya.
Badai Laut Selatan Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Sambil mengelak ia tidak mau tinggal dia m. Ia maklum
akan keku atan kakek ini, akan tetapi juga dapat menduga
bahwa kakek ini me miliki bagian-bagian tubuh yang tidak
kebal, buktinya tadi tendangan yang diarahkan kepada
sambungan lutut, tidak berani kakek itu mener imanya. Kini
Jokowanengpati menyerbu dan mainkan Ilmu Silat Jonggring
Saloko yang ia warisi dari gurunya. Empu Bharodo me mang
seorang sakti yang terkenal dengan dua macam ilmunya, yaitu
Bayu Sakti sebagai ilmu mer ingankan tubuh yang me mbuat
pertapa itu dianggap dapat terbang saking tingginya ilmunya
ini, dan kedua adalah Ilmu Tombak Jonggring Sa loko.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ilmu to mbak ini kabarnya belum pernah me nemui tanding
dan juga ilmu to mbak ini meru pakan rahasia yang tidak
diturunkan kepada muridnya oleh Empu Bharodo. Akan tetapi
sebagai pecahan ilmu tombak ini diciptakan lah ilmu pukulan
tangan Jonggring Saloko dan ilmu inilah yang ia turunkan
kepada muridnya.
Karena Jokowanengpati me mpergunakan ilmu pukulan
Jonggring Saloko, sebuah ilmu yang diciptakan oleh Empu
pharodo sendiri, tentu saja amatlah ampuhnya. Apalagi karena
ilmu ini dima inkan dengan dasar Aji Bayu Sakti yang me mbuat
geraknya menjadi cepat seperti kilat sedangkan ke dalam
kedua tangannya ia isi dengan aji pukulan Siyung Warak,
maka pada saat itu pe muda ini benar-benar tak boleh
dipandang ringan!
"Bagus! Hebat juga!"
Berkali-kali Resi Telomoyo me muji. Dia benar-benar kagum
sekali, dan harus mengaku dala m hati bahwa belum pernah ia
bertemu lawan sekuat ini, apalag i lawan seorang rnuda.
Kalau saja ia tidak menang kuat ilmu dalamnya dan tidak
lebih matang ajiannya, agaknya sukar untuk menanggulangi!
sepak terjang setangkas ini. Ah, pantas saja muridnya, Roro
Luhito yang man is, yang mungil dan denok, tergila-gila kepada
pemuda ini. Tida k aneh.
Memang pemuda pilihan, pemuda ge mblengan yang patut
sekali menjadi sua mi Roro Luhito muridnya! Aku harus dapat
menang kapnya dan me mbawanya ke depan Roro Luhito, pikir
sang resi. Oleh karena itu ia tidak mau main-ma in lebih la ma
lagi biarpun ingin ia menguji sa mpai di mana hebatnya
kepandaian pemuda ini.
Segera ia mengeluarkan seruan meringkik, tubuhnya
bergoyang-goyang kedua lengannya dikembangkan dan jari-
jari tangannya terbuka, matanya mendelik mulutnya terbuka
menyeringai. Inilah Ilmu Sosro Satwo (Seribu Binatang) yang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sudah mencapai tingkat tinggi sekali! Seketika Jokowanengpati
mere mang tengkuknya karena Aji Sosro Satwo yang di-
pergunakan Resi Telomoyo itu me mang me mancarkan wibawa
yang mujijat. Sebelum pe muda ini dapat menenteramkan hatinya, ia
sudah diserbu hebat. Kedua lengan tangan resi itu seakan-
akan tela menjadi puluhan banyaknya dan Jokowanengpati
mendengar suara bermaca m binatang liar di sekelilingnya! Ia
hanya dapat mengerahkan Bayu Sakti, mundur-mundur sambil
menge lak dan menangkis sedapatnya.
"Werrrr......, ssyyuuuut.......!"
Sinar hitam meluncur ke depan menya mbar kepala Resi
Telomoyo yang cepat melompat mundur karena hawa
sambaran benda bersinar hita m itu luar biasa sekali
pengaruhnya. Ternyata Cekel Aksomolo yang sudah maju.
Kakek pertapa Gunung W ilis ini berkata,
"Mundurlah, raden. Biarlah a ku yang maju. Hayo, kunyuk
tua manusia kera., majulah. Akulah lawan mu, tua sama tua!
Huh-huh!" Resi Telomoyo sudah menjadi marah sekali, akan tetapi
iapun merasa heran. Mengapa ada seorang cantrik yang agak-
nya lebih sakti daripada Pujo" Ia merasa direndahkan kalau
hanya dilawan oleh seorang cantrik saja. Maka sambil
menggera m keras ia menerjang maju dengan pukulan Kapi
Dibyo. Kedua tangannya menghantam dengan hawa pukulan
jarak jauh yang cukup merobohkan lawan dari jarah jauh
tanpa menyentuh orangnya.
Akan tetapi Cekel Aksomolo tertawa dan menyambut lawan
dengan hantaman tasbihnya yang ampuh.
Resi Telomoyo tidak berani me nerima hanta man tasbih ini,
tasbih yang mengarah lehernya dari kiri, cepat tubuhnya
miring ke arah kiri, menyelinap di antara sinar hita m tasbih,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
akan tetapi melanjutkan pukulan tangan kirinya menebak
(me mukul dengan telapak tangan) dada lawan.
Cekel Aksomolo tentu saja tidak mau menga mbil resiko
pukulan yang ampuhnya bukan ma in ini, yang menda tangkan
hawa panas, maka ia juga men dorong dengan telapak tangan
kanannya me mapaki tangan lawan.
"Dukkk!!"
Untuk kedua kalinya dua tenaga sakti yang dahsyat
bertemu d i udara dan akibatnya hebat. Tubuh Resi Telomoyo
terlempar ke belakang, terjengkang dan berjungkir balik
beberapa kali dengan amat tangkasnya. Akan tetapi Cekel
Aksomolo juga terdorong ke belakang, terhuyung-huyung
hampir roboh. Keduanya terpental sampai lima meter ke
belakang dan kini berhadapan dengan mata terbelalak kagum
dan kaget. "Uuh-huh-huh, kiranya bukan semba rang orang! Eh,
kunyuk tua, sebelum ma mpus di tangan Cekel Aksomolo,
mengakulah, siapa gerangan engkau ini dan apakah engkau
tadi terlalu banyak minum arak ma ka tiada hujan tiada angin
menga muk seperti kera mabok?"
Tercengang Resi Telomoyo mendengar na ma ini. Ia
menggaruk-garuk belakang telinganya la lu terkekeh.
"Wah-wah, kiranya bukan ce kel se mbarang cekel, bukan
cantrik se mbarang cantrik! Kusangka cantrik bujang Resi
Bhargowo, siapa tahu ternyata Cekel Aksomolo si cantr ik iblis!
Heh, cekel bongkok, aku adalah Resi Telomoyo! Mengapa
engkau me lindungi si Pujo ini yang hendak kuba wa untuk
me mpertanggungjawabkan perbuatannya " Hayo, benar-
benarkah kau hendak mengadu kesaktian, menguji a mpuhnya
mantera tebalnya aji?"
Kini giliran Cekel Aksomolo yang kaget. Belum pernah ia
bertemu me mang, baru kali ini, na mun na ma Resi Telomoyo
sudah pernah ia dengar, dan menyaksikan akibat benturan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tenaga sakti tadi, ia maklum bahwa ma nusia seperti monyet
ini sa ma sekali tak boleh dipandang ringan.
Sementara itu, Jokowanengpati ketika mendengar bahwa
kakek itu ada lah Resi Telomoyo yang kabarnya sakti
mandraguna seperti Sang Hano man di ja man Ra mayana, juga
menjad i terkejut.
Pemuda cerd ik ini me mang sedang berusaha mengumpulkan sekutu yang pandai-pandai, maka cepat ia
berkata, "Mohon pa man Resi Telomoyo sudi mengampunkan saya.
Saya sama sekali bukanlah Pujo yang paman car i. Saya
bernama Jokowanengpati, murid E mpu Bharodo."
Resi Telomoyo tertegun, kecewa dan mendongkol.
"Mengapa tidak dari tadi menga ku" E mpu Bharodo saudara
seperguruan Resi Bhargowo" Kalau begitu engkau sama
busuknya dengan Pujo ! Tampak pada kilatan mata mu. Huh,
walaupun pakaian mu pakaian satria, ilmu kepandaian mu ilmu
satria, namun matamu mata jalang, kau tentu satria tukmisi
satria batuk kelimis (dahi halus, dimaksudkan mata
keranjang)!"
"Huh-huh-huh, celaka, tiada hujan tiada angin me maki-
maki. Monyet mende m (mabo k)! Terima sajalah, raden,
hitung-hitung buang sebel (sial)! Dia kake k ma bok, kalau
dilayani bukankah sa ma ma-boknya?" Cekel Aksomolo
berkata. "Wah lagaknya si cekel bongkok! Kau inipun tua-tua tuanya
keladi, makin tua" ma kin menjadi-jadi! Tua-tua kelapa, ma kin
tua makin keras tempurungnya,makin banyak santannya!
Kakek tuwek (tua) kurus kering bongkok juling seperti kau ini
tentu masih suka mengejar-ngejar wanita ayu!"
Cekel Akso molo mencak-menca k saking marahnya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Heh keparat Resi Telomoyo, mulut mu bobrok asal njeplak
(terbuka) saya memaki orang seenak seenak perutnya.
Rasakan tasbih keramat ini!"
Dengan amarah meluap-luap Cekei Aksomolo menerjang
dengan tasbihnya, juga Jokowanengpati setelah mendapat
kenyataan bahwa kakek putih itu tidak dapat diajak berteman,
mencabut kerisnya dan ikut pula me nerjang maju.
Resi Telomoyo kaget sekali. Kalaudikeroyok dua, ia bisa
celaka, ma ka ia lalu me ngeluarkan teriak keras seperti seekor
kera dan tubuhnya mencelat ke atas, tahu-tahu ia sudah
menya mbar ranting pohon dan sambil terkekeh-kekeh ia
me larikan, diri dengan cara meloncat-loncat di atas pohon.
Akan tetapi sebelum meloncat jauh, ia me mbuka jubah
bagian bawah dan menya mbarlah "air hujan" dar i atas
men impa Cekel Akso molo dan Jokowanengpati!.
Kedua orang itu cepat meloncat ke pinggir, akan tetapi
tetap saja sebagian lengan mereka terkena air. Ketika itu
tercium bau pesing dan tahulah mereka bahwa si kakek gila-
gilaan itu sambil melarikan diri telah menyira m mereka dengan
air kencing! Benar-benar persis Watak nakal seekor monyat.
Jokowaneng-pati merasa geli dan juga men dongkol sekali
akan hinaan ini. Akan tetapi a langkah herannya ketika ia
me lihat Cekel Aksomolo menggerak-gerakkan
hidung mencium-cium, mukanya menjadi pucat sekali dan bibirnya
berkata perlahan,
"Untung tidak kena kepala.......!"
"Kena kepa lapun mengapa, eyang" Dapat dicuci!"
"Uuuh-huh-huh, sial dangkalan bertemu monyet tua
bangka! Biarpun dapat dicuci, penghinaan ini sekali waktu
harus kubalas! Awas dia, kelak kutangkap dan kupaksa ia
minum air kencingnya sendiri!!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Akan tetapi diam-dia m Jokowanengpati merasa bersangsi
apakah kakek ini akan sanggup me laksanakan anca mannya,
mengingat betapa si manusia kera itu benar-benar sakti, dan
belum tentu kalah oleh Cekel Aksomolo. Pemuda ini sama
sekali tidak mengira bahwa tadi hampir saja pertapa lereng
Wilis itu me mbuka rahasianya sendiri.
Seperti banyak ahli-ah li ilmu h ita m yang selalu me mpunyai
pantangan, juga Cekel Aksomolo me mpunyai semaca m sirikan
atau pantangan yang aneh, yaitu kepalanya tidak boleh
tersiram air kencing. Ini merupakan pengapesan atau
kenaasannya. Makin bersih air kencing itu, ma kin ce lakalah
dia. Air kencing anak-anak tentu akan membuatnya lumpuh
seketika kalau mengenai kepalanya.Biarpun air kencing Resi
Telomoyo tidak sebersih air kencing ana k-anak, dan hanya
mengenal lengan nya bukan kepalanya, namun sudah cukup
lumayan, membuat kepalanya pening sebentar dan mau
muntah!. Dengan hati penuh kegemasan, Jokowanengpati terpaksa
meno long anak buahnya, kemudian rombongan ini me lanjutkan perjalanan pulang ke Kadipaten Selopenangkep
dengan tubuh le mas.
Usaha mencari Pujo tidak berhas il, malah mereka
mendapat hinaan dari Resi Telomoyo! Bersungut-sungut
Jokowanehgpati dan Cekel Aksomolo me masuki Kadipaten
Selopenangkep. Orang-orang sama terhe ran me lihat betapa
pasukan yang ketika berangkat dahulu gagah-gagah itu kini
pulang dengan pakaian kumal, wajah kesal dan pakaian kusut,
bahkan ada yang masih me ngerang-erang dan ada pula yang
tertelungkup di atas punggung kudanya, terlukai Seperti
pasukan kalah perang.
Akan tetapi, ada hiburan bagi Jokowangpati dan Cekel
Aksomolo dalam kegemasan mereka, yaitu bahwa Kadipaten
Selopenangkep sudah kedatangan tamu-tamu agung.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Selain Wisangjiwo yang datang bersama dua orang wanita
sakti yang bukan lain adalah Ni Durgogini, dan Ni Nogogini,
juga kedatangan beberapa orang sakti lain yang akan
me mper kuat persekutuan mereka diharapkan datang dalam
beberapa hari, yaitu di antaranya Ki Warok Gendroyono dari
Ponorogo dan Ki Krendoyakso dari Bagelen!.
Secara singkat Jokowanengpati men ceritakan usaha
mereka mencari Pujo dan Resi Bhargowo tidak berhasil,
sebaliknya di tengah jalan bertemu dengan Resi Telomoyo dan
terjadilah perselisihan yang mengakibatkan terlukanya para
pengawal. "Manusia kera yang tua itu benar-benar menjemukan
sekali," Jokowanengpati mengakhiri ceritanya. "Tanpa alasan
dia mencari keributan dengan kami. Tentu saja para perajur it
bukan lawan nya. Kami berdua sudah turun tangan dan tentu
dia akan ma mpus kalau saja tidak lekas-lekas lari
me mpergunakan kegesitannya seperti monyet, meloncat-
loncat ke atas pohon sukar dikejar."
"Uuh-huh-huh, lain kali t idak kuberi a mpun si monyet tua
dari Telomoyo!" Cekel Akso molo ikut bicara.
"Aku pernah mendengar tentang Resi Telomoyo manusia
monyet, kukira hanya dongeng belaka, kiranya benar-benar
ada," Ni Nogogini ikut bicara dan matanya mengerling ke arah
Wisangjiwo. Akan tetapi Ni Durgogini agaknya tidak
Badai Laut Selatan Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
me mperhatikan cerita itu. Ia sedang kesima me mandangi
wajah Jokowanengpati yang ganteng dan matanya menyinar kan api gairah.
Kemudian Adipati Joyowiseso me mper kenalkan kedua
wanita sakti itu kepada Cekel Akso molo dan Jokowanengpati.
"Waduh-waduh..,..,, sudah terlalu la ma mendengar na ma
andika berdua yang hebat menjulang ke angkasa! Siapa sangk
kedua nini yang sakti mandraguna jug amat cantik jelita
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
seperti bidadari-bidadari kahyangan! Uh-huh-huh!" Cekel
Aksomolo me muji.
Dia m-dia m Wisangjiwo merasa khawatir sekali kalau- kalau
gurunya dan bibi gurunya akan menjadi marah. Akan tetapi
ternyata tidak. Mala gurunya tersenyum man is sekali sa mbi
menger ling ke arah Jokowanengpati da berkata,
"Paman Cekel Aksomolo terlalu me muji. Dan orang muda
ini yang bernam Jckowanengpati" Pernah aku mendenga dari
muridku Wisangjiwo bahwa kau adalah murid Empu Bharodo,
betulkah, raden?"
Suaranya manis sekali, sepert orang bertembang, sehingga
Jokowanengpati yang ditanya sejenak tertegun ia papat
menjawab, terpesona. Bukan main kakangmas Wisangjiwo,
pikirnya, punya guru begini ayu, begini denok, menggiurkan!
"Dimas Joko, kau ditanya guruku!" Wisangjiwo menegur
geli, ma klum betapa tamunya itu terpesona dan ada rasa
bangga di hatinya.
"Oh..... ah....., betul, bibi! Tetapi hanya bekas murid.....
sekarang bukan muridnya lagi. Kami berselis ih faham. Bapa
Empu terlalu me mbela sri baginda sedangkan saya menentang
kekuasaan orang Bali....."
Ni Durgogini dan Ni Nogogini saling pandang tanpa
menge luarkan kata-kata mendengar ucapan ini, hanya cuping
hidung mereka bergerak sed ikit.
Tidak ada orang lain yang lebih dekat dengan sepasang
orang Bali yang kini menjad i raja dan patih Mataram, daripada
mere ka. Ni Durgogini dahulu adalah se lir kinasih ki patih
sedangkan Ni Nogogini selir kinas ih (terkasih) sang prabu!
Akan tetapi merekapun mengandung denda m terhadap raja
dan patih karena mereka telah diusir!.
Adipati Joyowiseso lalu cepat-cepat mempersilahkan
mereka duduk di ruangan dalam dan me mer intahkan para
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
abdi (pelayan) untuk mengeluarkan hidangan yang memang
telah disediakan.
Suasana di kadipaten dalam pesta-pora untul menghormat
tamu-ta mu agung dan didatangkanlah penari-penari dan
penyanyi-penyanyi pilihan untuk menghibur mereka. Kamar-
kamar terbaik dibersihkan dan dipersiapkan untuk para ta mu.
Melihat betapa Ni Durgogini tertarik kepada Jokowanengpati, diam-dia m Ni Nogogini girang hatinya.
Terbukalah kesempatan baginya untuk mendekati Wisangjiwo
yang amat la ma ia rindukan itu.
Di la in fihak, Wisangjiwo juga bisa menangkap arti kerling
mata bibi gurunya yang semenjak setahun yang lalu dil pantai
Laut Selatan, tak pernah ia jumpai pula.
Isteri Wisangjiwo, Listyokumolo yang bernasib malang, oleh
putera adipati itu sudah lama dipulangkan kembali kepada
ayahnya, seorang lurah dusun di sebelah timur Gunung Lawu.
Semenjak itu, Wisangjiwo merasa lebih bebas, sekarangpun
karena di situ tidak ada isterinya, kedatangan Ni Durgogini
dan Ni Nogogini benar-benar merupa kan anugerah bagi
kehausan nafsunya.
Lirik dan senyum man is Ni Nogogini penuh arti dan
me mber i janji-janji banyak yang muluk-muluk. Karena di situ
ada gurunya, tentu saja Wisangjiwo tidak berani banyak
tingkah, dan ia hanya dapat menanti. Kalau tidak ada gerakan
dari bibi gurunya sendiri, mana berani ia main-ma in" Ia hanya
dapat menanti dan akan menanti sampa i ma la m nanti.
Harapan dan dugaan Wisangjiwo mema ng tidak me leset.
Menjelang tengah malam, pesta dibubarkan dan para tamu
dipersilah kan beristirahat di kamar masing-mas ing. Suasana
menjad i sunyi sekali dan da la m kesunyian itu lah W isangjiwo
menanti. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Menanti untuk waktu sebentar saja karena tak lama
kemudian jendela kamarnya terbuka dari luar dan bagaikan
sehelai selendang sutera halus dan ringannya, melayanglah
tubuh Ni Nogogini me masuki kamarnya! Rindu dendam
mereka sudah ditahan-tahan selama setahun, ma ka tanpa
bicara lagi Wisangjiwo bangkit dan menge mbangkan kedua
lengannya menya mbut dengan penuh kegembiraan dan
berdekap ciumlah kedua insan budak hawa nafsu itu.
"Bibi," Wisangjiwo berbisik per lahan ketika mendapat
kesempatan, "ni guru berada di sini, aku..... takut....."
Ni Nogogini tertawa lirih.
"Takut" Hi-hi-hik! Kau mau tahu apakah yang saat ini
sedang dilakukan oleh orang yang kautakuti itu " Mari...... kau
ikut aku sebentar dan kau akan me lihat apakah kau perlu
takut atau tidak kepa da mbok-ayu Durgogini!"
Tak se mpat Wisangjiwo me mbantah karena ia sudah
dipeluk dan dibawa keluar kamarnya seperti seorang anak
kecil saja. Ternyata Ni Nogogini me mba wanya ke kamar JokoWanengpati dan wanita sakti itu tanpa mengeluarkan
suara membawanya mende kat jendela. Pada saat itu
terdengarlah bisik-bis ik di dalam kamar diseling suara ketawa
lirih, suara gurunya !
"Cah bagus (anak tampan)....... , kenapa tanganmu ini
kehilangan kelingkingnya.......?"
Suara Ni Durgogini lirih,merdu, dan manja. Hafal benar Wisangjiwo akan suara
ini, suara gurunya kalau sedang berc inta!
"..... eh, ini....." Digigit..... ular....." jawab Jokowanengpati
dengan suara tersendat-sendat.
"Ihhh, ular apa?"
"..... anu ular kuning berlidah merah "
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"He mmm, dengan ular saja kau kalah sampai kehilangan
kelingking" Aku tu kang me mper mainkan ular. Ular apa saja!
Segala maca m racun ular t idak a kan me mpan terhadapku!"
"Ah, tentu saja. Bibi seorang sakti mandraguna, ratu
gunung dan hutan, tentu segala binatang si hutan takluk
kepadamu....."
"Kau ingin belajar aji mena klukkan ular?"
"Tentu saja, kalau bibi sudi mengajar ku....."
"Hi-hik, kita lihat saja. Kalau kau cukup manis dan pandai
menyenangkan hatiku, mungkin....."
Wisangjiwo mengirik tangan Ni Nogogini yang tersenyum
lebar dan sekali me lompat Ni Nogogini sudah meninggalkan
gjendela sambil menge mpit pinggang oran muda itu dalam
gulungan lengan kirinya Beberapa detik kemudian mereka
sudah kembali ke da la m kamar W isangjiwo dile mparkannya
pemuda itu di atas pe mbaringan dan ditubruknya.
Mereka bergumul di s itu sa mbil tertawa-tawa. Setelah
mendapat kenyataan bahwa gurunya sendiri bermain gila
dengan Jokowanengpati Wisangjiwo dapat melayani kehendak
bibi gurunya dengan gembira dan tidak ragu-ragu lagi. Ia
tidak marah kepada Jokowanengpati karena maklum bahwa
tidak ada laki-laki yang dapat menolak kehendak gurunya itu.
Hanya ia merasai heran mengapa Jokowanengpati
me mbohong tentang kelingkingnya yang putus, Bukankah
dahulu bercerita bahwa jari kelingking kirinya putus karena
bacokan senjata ketika ia dikeroyok gero mbolan! perampok"
Mengapa pula sekarang me ngatakan digigit ular" Yang mana
yang benar".
Akan tetapi sepak terjang Ni Nogogini yang ganas dan liar
me mbuat ia segera lupa akan Jokowanengpati, lupa akan
segala, tenggelam dalam lautan nafsu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Memuakkan me ma ng bagi mereka yang bersusila!
Mengerikan bagi mereka yang tahu membedakan perbuatan
baik dan buruk, bag i mereka yang belum bejat ahlaknya.
Di Kadipaten Selopenangkep, di malam har i itu, terjadilah
perbuatan mesum dan hina oleh dua pasang manusia yang
tenggelam dalam perjinaan, men ikmati perbuatan maksiat, tak
sadar bahwa mereka menjadi ha mba hawa nafsu dan
berenang di te mpat kotor. Tiada ubahnya binatang-binatang
kerbau yang bergelimang dalam lu mpur, men ikmati air lumpur
kotor yang mene mpel di tubuh.
Setiap ada kese mpatan, siang maupun malam, kedua orang
wanita sakti itu tentu akan menyeret kedua orang muda untuk
me muas kan kehausan mereka yang tak kunjung pada m.
Bagaimana dengan Cekel Aksomolo" Tiada bedanya!
Maklum a kan selera kakek itu, Adipati Joyowiseso sengaja
me manggil beberapa orang abdi wanita yang cantik-cantik
untuk me layani si kakek bandot tua.
Karena pelayanan inilah maka tiga orang sakti yang sama
"mutunya" ini merasa betah tinggal di kadipaten, menanti
datangnya orang-orang sakti lain yang ditunggu-tunggu oleh
Adipati Joyosiseso.
Adipati inipun ma klum akan perbuatan Ni Durgogini dan Ni
Nogogini, akan tetapi karena sepaham se kwalitas, adipati ini
dapal me ma klumi dan bahkan dia m-dia m mera sa girang
bahwa puteranya dan calon, mantunya dapat melayani dua
orang wanita sakti itu dengan baiknya.
Dengan pelayanan-pelayanan me muaskan ini sudah boleh
dipastikan bahwa tiga orang sakti itu takkan terlepas dari
tangannya, akan merupa kan pe mbantu-pe mbantu setia dan
berguna bagi cita-citanya.
Beberapa hari kemudian berturut-turut datanglah tamu-
tamu agung yang diundang dan la ma dinanti-nanti itu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Pertama-tama yang datang adalah Ki Waro k Gendroyono,
seorang kakek berusi enam puluh tahunan yang rambutnya
sudah banyak ubannya, namun tubuhnya masih kekar penuh
otot-otot, kaki tangan nya seperti e mpat kaki s inga, muka nya
berkulit hitam terbakar sinar matahari, matanya bersembunyi
di balik alis yang panjang, kalau me ma ndang orang me lotot
seperti orang marah, bicaranya kasar dari apa adanya tanpa
tedeng aling-aling, jujur mbejujur. Pakaiannya serba hitam
dengan celana sebatas lutut, kolornya (ikat pinggangnya)
besar sebesai ibu jari kaki, dua kali me lilit pinggang tapi
ujungnya masih panjang bergantungan di depan, pada
ujungnya sekali dis impul besar.
Kelihatan lucu kolor itu, akan tetapi jangan main-main
dengan benda ini. Semua warok me musatkan ilmunya pada
benda yang dapat dipergunakan sebagai senjata atau jimat
inilah, dan kolor yang dipakai Ki Warok Gendroyono berwarna
kuning dengan belang-belang hitam merah bukanlah kolor
sembarang kolor, melainkan kolor sakti yang ampuh dan
disebut Ki Bandot. Kabarnya, demikian a mpuhnya Ki Bandot
ini seh ingga sekali saja simpul di ujungnya menghantam
lawan, sama hebatnya dengan gigit an seekor ular Bandot
yang berbisa !.
Ki Warok Gendroyono tidak datang seorang diri, melainkan
dengan seorang sahabatnya yang dikenal sebagai yan
baurekso (penjaga) Danau Sarangan di lereng Lawu. Karena
dari Ponorogo ke Se lopenangkep me lalui jalan ini, maka Ki
Warok Gendroyono singgah di te mpa tinggal sabahatnya,
bicara tentang undangan Adipati Joyowiseso yang memusuhi
Raja Mataram, dan Ki Tejoran de mikian na ma sahabatnya itu,
menjad i tertarik lalu ikut bersa manya.
Ki Tejoran berusia ha mpir lima puluh tahun tubuhnya tinggi
kurus dan mukanya puca seperti penderita penyakit kuning,
mata nya sipit dan bicaranya sukar sekali dan pelo (tak dapat
menyebut R). Memang dia seorang perantau dari Tiongkok
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
yang sejak mudanya bertapa di Danau Sarangan. Dia ahli silat
tangan kosong dan yang amat terkenal adalah permainannya
dengan sepasang golok.
Kemudian datang pula ta mu dari barat, yaitu Ki
Krendayakso. Hebat sekali tubuh kakek ini. Usianya kurang
lebih e mpat puluh tahun, akan tetapi tubuhnya tinggi besar
me la mpaui ukuran man usia biasa, pantasnya seorang raksasa
di ja man pewayangan! Matanya melotot lebar dan bundar,
hidungnya besar pesek, mulutnya tak tampa k tertutup
cambang bauk yang hitam tebal dan kaku seperti kawat,
bajanya yang besar itu seakan-akan tidak kuat menahan
tubuhnya seperti hampir pecah di sana-sini jika tubuhnya
bergerak. Di pinggangnya sebelah kanan tergantung sebuah senjata
yang mengerikan, yaitu sebuah penggada yang terbuat
daripada baja, ujungnya berduri dua di kanan kiri seperti
taring singa Inilah dia Ki Krendayakso kepala ra mpok di
Bagelen yang sudah terkenal namanya di mana- mana karena
banyak sudah orang dari empat penjuru menga la mi gangguan
apabila lewat di daerahnya, yaitu hutan Mundingseto.
Kedatangan Ki Krendayakso ini diikuti oleh selusin anak
buahnya yang kesemuanya tinggi besar, kasar-kasar dan kuat,
karena me mang mereka semua adalah "orang-orang hutan"
yang tidak mengenal tata susila atau sopan santun.
Namun Adipati Joyowiseso yang cerdik dan pandai
Badai Laut Selatan Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
bersiasat itu menerima mere ka dengan ra mah di ta man,
bahkan lalu me mer intahkan para abdinya menyediakan
tempat tersendiri untuk selosin orang anak buah Ki
Krendayakso, member i mereka hidangan-hidangan enak agar
mereka t idak merasa bosan menanti kepala mere ka yang
menjad i ta mu agung di kad ipaten.
Dengan ge mbira
Adipati Joyowiseso
dibantu oleh Wisangjiwo dan Jokowaneng-pati, mengaja k para tamunya ke
ruan tamu di mana telah tersedia hidangan hidangan lezat.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Maka duduklah mereka men gitari me ja yang penuh
makanan dan minuman. Adipati Joyowiseso diapit-apit
Wisangjiwo dan Jo kowanengpati kemudian berturut-turut
duduk Ni Durgogini, Ni Nogogini, Cekel Aksomolo, Ki Warok
Gendroyono, Ki Tejoranu, dan paling ujung Ki Krendayakso.
Adipati Joyowiseso menghaturkan terima kasih atas
kedatangan para tamu agungnya, kemudian ia me nyinggung
nyinggung tentang keadaan Mataram yang kini dikuasai oleh
seorang raja keturunan Bali yang kini telah menaklukkan
seluruh daerah Matara m la ma.
Disinggungnya pula bahwa selain rajanya keturunan Bali,
juga raja ini tidak menghargai orang jawa sehingga
patihnyapun sahabatnya sendiri, seorang dari Ba li pula.
"Terus terang saja, " Adipati Joyowiseso melanjutkan kata-
katanya, "saya sendiri seorang taklukan dan kini masih
menjad i adipati adalah berkat kemurahan Sang Prabu
Airlangga. Akan tetapi, hati siapa akan puas menyaksikan
keadaan di istana" Biarlah kita terima kenyataan bahwa raja
dan patihnya orang-orang Bali, akan tetapi siapa dapat
menahan perih hati me lihat kenyataan yang pahit tentang
nasib sang pra meswari puteri me ndiang Prabu Teguh
Dhar mawangsa" Betapa pedih hati ini me mikirkan puteri
keturunan raja kita dahulu, yang kini rela mengundurkan diri
menjad i pertapa karena mengalah sehingga kedudukannya
tergeser dan dirampas oleh seorang puteri bekas musuh lama,
puteri dari Sriwijaya ! "
Semua orang terdia m, tak ada yang bicara setelah kata-
kata Adipati Joyowieso ini berakhir.
Hanya Ni Nogogini bekas selir Raja Airlangga, menjeb ikan
bibirnya yang merah, akan tetapi kepala-nya diangguk-
anggukkan. Masing- masing terlelap da la m la munan dan
kenangan sendiri. Memang se mua juga tahu akan keadaan di
kerajaan. Tahu bahwa sang prameswari (permaisuri), puteri
mendiang Prabu Teguh Dhar mawangsa yang menjadi isteri
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pertama Prabu Airlangga, kini mengundurkan diri dan menjadi
pertapa bertapa dengan julukan Sang Pane mbaha Kilisuci.
Sunyi setelah Adipati Joyowiseso menghentikan kata-
katanya. Kemudian terdengar suara Ki Warok Gendroyono
yang keras dan nyaring, dibarengi tangannya yang besar dan
berat menggebrak meja,
"Aku tidak tahu tentang urusan dalam istana raja dan aku
tidak peduli dia hendak menceraikan semua isterinya atau
kawin lagi! Bukan urusanku! Akan tetapi dua tahun yang la lu,
karena me mbunuh tiga puluh orang musuh-musuhku, aku di
tangkap oleh ki patih, kemudian dijatuh hukuman penggal
kepala. Ha-ha-ha! Segala maca m pedang dan golok kanak-
kanak di Mataram mana yang ma mpu me menggal leherku"
Agaknya sang prabu gentar menyaksikan betapa golok dan
pedang tidak berhasil menabas atau melukai batang leherku,
maka aku dibe baskan. Akan tetapi aku selalu diawas i, dan
semua ini merupa kan penghinaan yang takkan dapat
kulupakan, terutama sekali Ki Patih Kanuruhan!"
"Hi-hi-hik!" Ni Durgogini tertawa sambil me mandang Ki
Warok Gendroyono.
"Ki Warok Gendroyono, aku pernah mendengar bahwa
Rakyana Patih Kanuruhan adalah seorang yang digdaya sekali.
Engkau sendiri tadi menga kui telah ditangkap olehnya.
Bagaimanakah cara mu hendak me mbalas denda m?"
Mata itu melotot ke arah Ni Nogogini ketika ia menjawab,
"Betul bahwa dahulu aku kalah olehnya, akan tetapi apakah
kau kira selama ini aku t inggal dia m saja" Tidak, aku sudah
me mperdalam ilmu, mencar i aji yang akan dapat kupakai
untuk menandinginya.Lihat saja nanti, apakah ia akan kuat
menadahi ke ampuhan Ki Bandot!"
Sambil berkata demikian, tangannya mengelus-elus ujung
kolor yang berada di bawah perut di antara kedua pahanya,
sehingga gerakan ini tentu saja nampak lucu dan tidak patut!
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ki Warok benal.......!" kata Ki Tejoranu mengangguk-
angguk. "Bialpun ki patih lihai sekali, tentu ada yang lebih
tinggi. Ilmu tidak ada batasnya, makin dikenal ma kin tinggi.
Saya dengal banyak olang lihai di Matalam, kalau tidak
sekalang ikut sobat-sobat mencoba kepandaian meleka, untuk
apa kita belajal ilmu?"
Biarpun kata-katanya pelo, namun se mua yang hadir dapat
menang kap artinya dan tahulah mereka bahwa pertapa Danau
Sarangan ini adalah seorang petu alang yang hanya tertarik
akan mengadu ilmu. Akan tetapi Ki Warok Gendroyono yang
jujur berkata sa mbil tertawa,
"Wah, sahabatku Ki Tejoranu! Selain mencari korban
kehebatan sepasang golokmu, apakah kelak kau tidak akan
menerima nya apabila me mperoleh paha la dan disodori
kedudukan pangkat" Kalau begitu, biarlah kelak aku yang
mewakili-mu menerima semua pahala."
"Hayaaaa...... bukan begitu, Ki Walok sobat baik! Kalau
kalah saya mati kalau menang sudah patut telima hadiah." Ia
tertawa meringis dan sepasang matanya menjadi ma kin sipit
sehingga tinggal merupa kan dua gar is me lintang saja.
Kini Adipati Joyowiseso meno leh ke arah kepala ra mpok
dari Bagelen yang duduk di ujung meja dan tiada hentinya
menggerogoti paha ayam sa mbil mendorong dari tenggorokan
ke perut dengan arak ketan.
"Se mua saudara sudah menyatakan pendapatnya, bolehkah
kami me ndengarkan pendapat mu tentang Mataram, kisanak?"
Menghadapi seorang pera mpok besar yang kasar dan liar
ini, tidak ada sebutan lain yang leb ih tepat. Ki Krendroyakso
sendiri menyebut ki sanak (saudara) kepada siapapun yang ia
jumpai !. Ki Krendroyakso mencuci mulut dan tenggorokannya
dengan arak lebih dulu sebelum menjawab, matanya melotol
lebar dan ca mbang bauknya bergerak gerak.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Hee mmmmm, kalau kalian mau mengge mpur Matara m,
aku dan anak buahku s iap setiap saat! Kami pernah dige mpur
oleh pasukan Mataram, banyak anak buahku tewas. Raja
Mataram yang sekarang ada lah musuhku!"
Setelah berkata demikian, kemba li ia menyambar daging
kambing dan me lahapnya tanpa me mpedulikan orang la in.
"Uuh-huh-huh, demi segala jim dan setan iblis peri
gadungan, siluman banaspati tetekan! Bagus, bagus.....
semua telah menyatakan kebencian dan permu suhan
terhadap si Raja Bali. Huh-huh tapi bagaimana pelaksanaannya" Mataram me miliki panglima-pang lima dan
senopati senopati yang sakti mandraguna! Apakah tenaga kita
mencukupi" Uh-huh-huh kalau sampai gagal, kita se mua tidak
urung akan binasa.......!"
"Bruuuukkkk!" Ki Warok Gendroyono menggebrak meja
sampai tergetar dan1 piring-piring berloncatan. "Paman Cekel
Aksomolo apakah takut?"
"Uh-huh-huh, sialan awakku, disangka takut. Bukan takut,
Ki Warok, akan tetapi kita harus mengatur siasat, harus
mengukur tenaga sendiri dan me mbandingkannya dengan
tenaga calon lawan..... "
"Paman Cekel Aksomolo berkata benar!" Tiba-tiba
terdengar suara halus suara Ni Nogogini.
"Me mang harus berhati-hati dan sekali bertindak ceroboh
selain usaha gagal juga kita akan binasa Benar apa yang
dikatakan mbok ayu Ni Durgogini tadi. Baru Narota ma Patih
Kanuruhan itu saja kedigdayaannya sudah men ggiriskan,
apalagi kalau kita ingat akan Sang Prabu A irlangga send iri
yang sakti mandraguna! Seakan-akan Sang Batara Wisnu
sendiri yang menjelma. Dala m kedigdayaannya, biarpun sang
prabu ini saudara seperguruan ki patih, namun ilmunya jauh
me la mpauinya! Karena itulah, selain kita harus berhati-hati,
juga harus dapat melihat keadaan dan pandai me milih waktu."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Sekaranglah waktunya!" tiba-tiba Ni Durgogini berkata.
"Kalau mau me milih yang pa ling tepat, sekarang inilah!"
"Mbok-ayu, apa maksudmu?" Ni Nogogini bertanya,
sedangkan yang lain-lain juga menengok me mandang wajah
ayu kemayu dan mata yang kocak bening itu.
Bibir yang merah basah tanpa dubang (air kapur sirih) itu
merekah me mbayang kan kilatan gigi yang putih.
"Kalian semua belum tahu bahwa pada saat ini Kerajaan
Mataram kehilangan sebuah pusaka yang selama ratusan
tahun menja di la mbang kejayaan Mataram, Patung kencana
Sri Batara Wishnu telah lenyap dari keraton!"
Semua orang menyambut berita ini dengan kaget.
Terdengar suara ah-ah-oh-oh dan semua mata me mandang
wajah ayu Ni Durgogini, bukan karena kagum oleh kecantikan
me lainkan oleh rasa ingin tahu yang besar. Wanita itu
mengangguk-angguk.
"Pusaka keramat itu lenyap tak meninggalkan bekas. Sang
prabu gelisah, bahkan mengutus ki patih sendiri untuk turun
tangan keluar dari istana pergi mencari patung kencana yang
hilang. Nah, pada saat pusaka keramat lenyap dan Kerajaan
Mataram menyura m, apalagi ki patih tidak berada di keraton,
bukankah saat ini adalah saat terbaik?"
"Uh-huh-huh, Jagat Dewa Batara! Semoga selalu jaya
wijaya bagianku dan apes sial dangkal bagian musuh-
musuhku! Uh-huh, aku pernah mendengar bahwa patung
kencana itu a mat bertuah, siapa mendapatkannya akan
menerima wahyu (anugerah dewata) mahkota, berhak
menjad i raja tanah Jawa! Aku mendengar pula bahwa di
dalam patung kencana itu tersimpan pusaka Brojol Luwuk
(keris tanpa ganja berwarna abu-abu), satu-satunya pusaka
yang mampu mene mbus jantung raja yang sudah kehilangan
wahyunya! Uh-huh-huh, yang paling perlu sekarang adalah
mendapatkan patung
kencana itu leb ih dulu, baru
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mengguling kan Raja Bali di Kahuripan. Pusaka keris Brojol
Luwuk dalam patung kencana menjad i ajimat sejak Prabu
Sanjaya mendirikan Matara m, selalu menjad i patung bertuah
selama Kerajaan Mataram berdiri. Ketika dahulu lenyap dari
keraton, Mataram runtuh dan ha mpir terbasmi habis,
ditaklukkan oleh Kerajaa Syailendra, Setelah pusaka itu
didapatka kembali oleh Sang Rakai Pikatan, Mataram bangkit
dan jaya kembali. Perna hilang pada waktu Kerajaan Medang,
baru didapatkan kembali oleh Raja Airlangga dari Bali yang
kini disebut Raja Kahuripan. Uh-huh-huh, sekarang lenyap,
bukankah itu berarti akan runtuhnya Kahuripan dan
bangkitnya ke mbali Mataram yang dahulu?"
Mendengar ini se mua orang termenunj Mereka se mua
me miliki hati dendam penasaran terhadap Sang Prabu
Airlangga, merasa dirugikan dita mbah lagi mengingat bahwa
Sang Prabu Airlangga dan Narota ma patihnya adalah orang-
orang Bali. Kenyataan bahwa sesungguhnya Airlangga juga
masih seorang ketu runan Raja-raja Mataram tidak mereda kan
kebencian mereka. Sebetulnya, Airlangga yang menjadi mantu
Raja Medar terakhir, yaitu Teguh Dhar mawangsa adalah anak
kemenakan dari per maisuri Raja Medang ini. Ibu Airlangga
adalah Puteri Matara m yang berna ma Mahendradata yang
men ikah dengan Pangeran Udayana dari Bali.
"Akan tetapi kalau harus mencari pusa ka yang hilang,
sampai kapankah kita dapat bergerak menghancurkan
Kahuripan?" Ni Nogogini berkata tidak puas. "Mencari pusaka
bukanlah hal yang mudah, apalagi ki patih sendiri juga sedang
mencari-carinya."
Kembali se mua orang meragu, dan akhirnya terdengar
suara Jokowanengpati. Pemuda ini me mang, cerdik, kata-
katanya jelas, buah pikirannya masuk akal dan begitu ia
bicara, perhatian mereka semua tertarik,
"Saya rasa pendapat Ni Durgogini bahwa kini sudah tiba
saatnya adalah benar, juga pendapat eyang Cekel Aksomolo
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
agar kita mencari pusaka yang hilang lebih dulu juga benar
pula. Kita harus dapat menyatukan pendapat-pendapat benar
dan mencari manfaat dari padanya. Menurut pendapat saya
yang muda dan bodoh, marilah kita mencari pusaka yang
hilang itu dengan terpencar. Sementara kita mencari pusaka
yang hilang, kita kerahkan tenaga, kita didik orang-orang di
pedusunan menjad i perajurit untuk me mperbesar bala tentara
kita, karena betapapun juga, tanpa pasukan yang besar dan
kuat, usaha kita takkan berhasil. Tentang keadaan di
Mataram, tak perlu dikhawatirkan karena kakangmas
Wisangjiwo bertugas di sana sehingga dialah yang wajib
mengawasi gerak-gerik di istana Kahuripan sehingga kita
mengetahui se mua perubahan dan raha sianya. Kalau pasukan
yang kita tempa sudah cukup kuat dan s iap, baru kita
bergerak. Syukur kalau pada waktu itu kita sudah dapat
mene mukan pusa ka yang hilang."
Semua yang hadir di situ mengangguk-angguk setuju.
Memang, mengadakan perlawanan terhadap Raja Airlangga
dan patihnya, Narotama bukanlah hal yang ringan dan mudah,
karenanya perlu siasat yang
Badai Laut Selatan Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
matang. Tiba-tiba Jokowanengpati berkata lagi,
"Karena pusaka patung kencana itu merupakan la mbang
kejayaan Mataram dan siapa me milikinya mendapat wahyu
mah kota Mataram, sebaiknya kita putuskan bahwa siapa di
antara kita yang ma mpu mendapatkannya, akan kita angkat
sebagai pimpinan persekutuan ini dan andaikata kelak
berhasil, dialah yang akan diangkat menjad i Raja Mataram!"
Semua orang kaget, akan tetapi setelah dipikir secara
menda la m, me mbenarkan juga pendapat ini.
"Uuh-huh-huh, itu sudah tepat sekali!" kata Cekel
Aksomolo. "Benar dan adil!" seru Ki Krendayakso. "Sekarang juga aku
akan mengerahkan ana k buahku mencar i pusa ka!" Ia sudah
bangkit berdiri, ke lihatannya tergesa-gesa.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Adipati Joyowiseso tersenyum dan cepat menahan raksasa
ini. Di dalam hatinya ia sudah khawatir juga akan usul
Jokowanengpati yang disetujui semua orang. Bagaimana kelak
akan jadinya andaikata Ki Krendrayakso kepala rampok ini
yang mendapatkan pusa kanya"
"Harap kisanak bersabar dan tidak tergesa-gesa. Semua
usul anakmas Jokowanengpati me man g tepat dan semua telah
menyetujuinya. Akan tetapi setelah para bijak dan pandai sudi
me langkah kan kaki datang ke Kadipaten Selopenangkep,
harap jangan tergesa-gesa pergi lagi. Selain itu, sudah a mat
la ma saya mendengar akan kesaktian anda sekalian. Setelah
kini ada kesempatan berjumpa, saya mohon sedikit petunjuk
untuk me mbuka mata saya, dan untuk me mbesarkan hati
menghadap i usaha kita yang a mat besar dan berbahaya ini.
Setelah menyaksikan kesaktian anda se mua, agaknya barulah
hati saya akan tenteram dan dengar penuh kepercayaan akan
dapat saya kumpulkan tenaga serta saya hubungi para adipati
di empat penjuru."
"Hayaaaa..." Ki Tejoranu berkata sa mbil bangkit berdiri.
"Laden Joko dan sang adipati, semua pintal bica la sekali,.
Saya tidak bisa bicala, cuma bisa ma inkan golok..."
Setelah berkata demikian, tiba-tiba tangannya bergerak dan
tampaklah sinar menyilau kan mata ketika sepasang goloknya
sudah dicabut. Sepasang golok itu ia putar-putar di sekeliling
tubuhnya merupakan gulungan dua gulungan s inar putih,
yang satu menyambar ke arah bangku kosong di sebelah kiri,
yang satu menya mbar pula ke arah seekor anjing yang sedang
sibuk menggigiti tulang di atas lantai.
Tidak terdengar suara apa-apa, dan kedua sinar itu lenyap,
Ki Tejoranu menyeringai sa mbil me masu kkan sepasang
senjatanya ke sarung, lalu duduk kembali setelah mengangkat
kedua tangan ke depan dada sa mbil ber kata,
"Maaf, siang-to (sepasang golok) yang buluk, tida k baik."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Adipati Joyowiseso tidak dapat mena han geli hatinya. Ia
me lihat bangku itu mas ih berdiri di te mpatnya, anjing itu
masih duduk me ndoprok, hanya tidak menggigit tu lang lagi,
kini menyalak lirih. "Ha-ha-ha, Ki Warok Gendroyono,
pertunjukan apakah yang diperlihatkan sahabatmu dari
Sarangan tadi" Cukup menyilaukan mata, akan tetapi terlalu
singkat waktunya dan apa gunanya?"
Ki Warok Gendroyono tertawa terbahak-bahak, lalu
berkata, "Harap kanjeng adipati periksa yang baik-ba ik!"
Setelah berkata demikian, Ki Warok Gendroyono menyentuh bangku di sebelah kiri, mendorongnya sedikit
dan..... bangku itu ternyata telah terbelah menjadi tiga,
agaknya saking tajam dan cepatnya gerakan golok, biarpun
sudah terbelah bangku itu mas ih kelihatan utuh dani tidak
roboh! Kemudian Ki Warok Gendroyono me mbentak dan
mengusir anjing h i ta m yang masih d uduk mendeprok. Anjing
yang mengeluarkan bunyi lirih itu meloncat dan.......
kepalanya menggelinding, lehernya yang telah sapat (terbabat
putus) itu me ngucurkan darah!
Kagetlah Adipati Joyowiseso dan parai ta mu.
Hebat sekali Ki Tejoranu yang kurus pucat itu. Melihat
orangnya yang kurus pucat, mendengar suaranya yang pelo
dan tidak karuan, benar-benar orang akan memandang
rendah. Akan tetapi melihat kenyataannya sekarang, benar-benar
sepasang goloknya itu mengerikan sekali. Lawan akan dapat
tewas terbabat golok tanpa terasa! Melihat semua orang
terdiam dan me ma ndang Ki Tejoranu dengan pandang mata
yang berbeda daripada tadi, penuh kagum dan heran, Ki
Warok Gendroyono tertawa lagi keras-keras.
Kemudian ia berkata, "Kanjeng Adipati Joyowiseso
menghendaki kita me mper lihatkan kepandaian. Setelah kita
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menjad i sahabat, pula setelah kita disambut dengan manis,
kenyang makan minum, sudah sepantasnya kita me men uhi
kehendaknya itu."
Sambil tertawa-tawa Ki Warok Gendroyono menangga lkan
bajunya sehingga tampak bahunya yang bidang, dadanya
yang menonjol dengan bulu tebal di tengah, kemudian ia
berkata kepada para penjaga yang menjaga pintu ruangan itu
setelah me manggil me reka.
"Hayo kalian gunakan to mba k dan golok kalian untuk
me mbaco ki tubuhku ini, boleh pilih bagian yang paling lunak!"
Tiga orang penjaga itu me mandang bingung.Tentu saja
mereka tidak berani melakukan hal ini, maklum bahwa kakek
ini adalah seorang di antara tamu agung yang dija mu oleh
adipati. Akan tetapi tiba-tiba Sang Adipati Joyowiseso sendiri
berkata, "Lakukan apa yang diperintahkan Ki Warok!"
Kini mengertilah tiga orang penjaga itu bahwa tamu itu
hendak mende monstrasikan kepandaiannya. Gembiralah hati
mereka dan ketiganya lalu me nggunakan to mbak mereka
menusuk, ada yang memilih perut, ada yang menusuk ulu hati
dan orang ketiga malah menusuk tenggorokan! Akan tetapi Ki
Warok adalah seorang yang kebal, tan tedas tapak paluning
pande (tidak me mpan senjata buatan pandai besi)! Begitu
mata tombak menyentuh kulit, terdengar suara "krek-krek-
krek" dan tiga orang itu terbanting jatuh karena leher to mbak
mereka patah-patah!
)ooodwooo( Jilid 08 "HA-HA-HA! Hayo pergunakan keris dan golok kalian!" Ki
Warok tertawa sambil me ngelus-elus jenggot dengan tangan
kiri sedangkan tangan kanannya bertolak pinggang.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tiga orang penjaga itu merayap bangun dengan muka
merah. Kemudian mereka bertiga la lu mencabut keris dan
golok, menyerang lagi, menusuk dan me mbacok sekenanya.
Bahkan ada yang me nusuk muka, me mbacok kepala, pendek-
nya mereka menghujani tubuh Ki Warok dengan senjata
mereka. Namun sia-sia, serangan itu se mua tidak ada artinya
bagi orang sakti ini dan begitu ia menge rahkan tenaga, keris-
keris menjad i patah dan golok-golok rompal semua!
Tiga orang penjaga itu mengundurkan diri dengan muka
pucat. "Wah, hebat sekali! Ki Warok Gendroyono benar-benar
seorang sakti mandraguna!" kata Adipati Joyowiseso girang
dan kagum. Ki Warok hanya tersenyum dan mengenakan
kembali bajunya.
Kepandaian seperti itu saja apa sih anehnya, ia pikir. Belum
lagi ia me mper lihatkan keampuhan Ki Bandot! Akan tetapi
kolor pusaka ini hanya boleh dipergunakan di waktu
menghadap i lawan tangguh, sama sekali tidak boleh dibuat
ma in-main. Melihat orang-orang sudah mulai me mper lihatkan
kepandaian, Ki Krendoyakso yang baru berusia e mpat puluh
tahun itu menjadi panas perutnya. Dia adalah seorang kepala
rampok yang terperosok ke dalam peryakinan ilmu hita m,
seorang ahli racun, akan tetapi selain kepandaian yang
menyeramkan ini iapun terkenal seorang yang amat kuat. Kini
ia celingukan me ma ndang ke kanan kiri, kemudian keluar
jendela. Ruangan tamu di belakang ini mene mbus sebuah
taman yang ta mpak dar i jende la yang terbuka lebar.
Segera ia bangkit dan ber kata,
"Aku yang bodoh dan kasar hanya dapat bermain-ma in
dengan pohon di luar itu."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tanpa menanti jawaban ia me langkah le bar, keluar dari
pintu dekat jendela lalu mengha mpiri pohon dalam taman.
Semua orang meno leh dan meno nton melalui jendela.
Begitu dekat dengan pohon, Ki Krendayakso me masang
kuda-kuda, berseru keras dan lengan kanannya yang panjang
besar itu meluncur ke depan, dengan jari-jari terbuka ia
menusukkan jari-jari tangannya kepada batang pohon. Ba-
gaikan lima batang pisau runcing, kelima jar i tangan kanan itu
menancap ke da la m pohon, lalu dicabutnya kembali. Se mua
orang termasuk Adipati Joyowiseso me mandang rendah
pertunjukan ini.
Apa sih sukarnya ini" Asal orang me mpelajari sed ikit ilmu
saja, tentu ma mpu menusukkan tangannya ke dalam batang
pohon! Mengapa raksasa yang terkenal ini hanya ma mpu
me lakukan hal yang serendah ini" Akan tetapi baru saja
Adipati Joyowiseso berpikir de mikian, tiba-tiba Jokowanengpati
berseru, "Lihat daun-daun itu, bukan main!"
Adipati Joyowiseso memandang dan mukanya menjadi
pucat me mbayangkan kengerian. Daun-daun di atas pohon itu
menjad i layu secara mendadak dan kini mulai rontok
berhamburan dengan warna berubah kuning! Ternyata tangan
yang menusuk batang pohon tadi telah menyalurkan hawa
beracun yang sedemikian hebatnya sehingga ma mpu
meracun i semua daun di atas pohon yang besar. Bukan main!
Pohon saja tidak ma mpu me nahan, apalagi kalau tubuh orang
yang terkena tusukan jari-jari tangan itu!
Ki Krendayakso tidak hanya berhenti sa mpai di situ. Tiba-
tiba ia berseru keras, tubuhnya menyerbu ke depan dan
dengan keras sekali bahu dan kepalanya menabrak batang
pohon. Terdengar suara hiruk-pikuk dan..... batang pohon yang
sudah tak berdaun lagi itu tumbang! Ki Krendayakso
tersenyum lalu berjalan kembali ke ruangan ta mu dengan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
lenggang seenaknya dan langkah lebar-lebar, disa mbut pujian-
pujian Adipati Joyowiseso dan ta mu-tamu lainnya.
"Tiga orang saudara yang sakti telah me mberi pertunjukan," kata Adipati Joyowiseso. "Biarpun saya sudah
menyaksikan kesaktian pa man Cekel Aksomolo, akan tetapi
untuk me mpererat perkenalan dengan yang lain, ada baiknya
apabila pa man sudi me mber i sedikit pertunjukan untuk
mera maikan perte muan ini."
Cekel Akso molo tertawa terkekeh.
"Ahh, aku seorang yang tidak punya na ma. Karena aku
hanya mengandalkan kepada aksomolo (tasbih), maka tanpa
aksomolo aku bukan apa-apa. Biarlah tasbihku me mberi
sedikit pertunjukan, kalau kurang me muaskan harap jangan
ditertawakan."
Setelah berkata demikian kakek itu mengeluarkan penutup-
penutup telinga sambil berkata lag i,
"Aku tidak mau me mbikin susah saudara-saudara yang
hadir di sini, juga tidak ber maksud me ma ndang rendah.
Karena itu aku sediakan penutup telinga ini dan bagi s iapa
yang hendak menutupi telinganya, kupersilakan menga mbil
sendiri dan me makainya. Akan tetapi kepada kanjeng adipati
kunasehatkan untuk me makainya."
Adipati Joyowiseso sudah maklum akan keampuhan tasbih
kakek ini, maka segera ia menjumput dua buah benda seperti
kapas, lalu tertawa sambil berkata,
"Suara tasbih pa man Cekel benar-benar hebat, saya tidak
berani menghadapinya tanpa me ma kai peno lak ini."
Juga Jokowanengpati segera mengambil sepasang benda
itu. Melihat ini Wisangjiwo juga menga mbil dua buah. Akan
tetapi lima orang sakti yang lain, Ni Nogogini, Ni Durgogini, Ki
Warok Gendroyono, Ki Krendayakso, dan Ki Tejoranu, hanya
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
me mandang sa mbil tersenyum saja, tidak menga mbil alat
penutup telinga.
Cekel Aksomolo lalu me manggil dua orang penjaga. Mereka
ini menjadi pucat, menggeleng-geleng kepala dan hendak
mengundurkan diri. Mereka maklum akan kesaktian kakek ini
yang sudah mereka saksikan sendiri ketika suara tasbih
me mper ma inkan
para penabuh ga me lan dan para waranggana. Akan tetapi bentakan Adipati joyowiseso me mbuat me reka
datang munduk-munduk (terbongkok-bongkok) dengan tubuh
menggigil. "Uahh-huh-huh, jangan takut kalian berdua. Aku tidak akan
mence lakai kalian, hanya akan me mper ma inkan kalian untuk
sekedar pertunjukan dan mengge mbirakan suasana," kata
Cekel Aksomolo sa mbil menggerakkan tasbihnya. Adipati
Badai Laut Selatan Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Joyowiseso, Jokowanengpati dan Wisangjiwo cepat menyumbat telinga mereka.
Tasbih di tangan Cekel
Aksomolo berkeritik perlahan akan tetapi makin
la ma makin cepat.
Terciptalah suara aneh
seperti tikus menger ikiti kayu dan terkejutlah lima
orang sakti yang hadir di
situ. Suara ini seperti mengorek kendangan telinga mereka, men imbulkan rasa keri (geli)
yang tak tertahankan. Cepat
mereka mengerahkan tenaga batin, mengumpulkan hawa sakti dan me nyalurkannya
ke telinga untuk me lawan pengaruh aneh ini. Akan tetapi
kedua orang penjaga itu sudah gulung-kuming (bergulingan)
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dan tertawa-tawa terpingkal-pingkal. Keadaan menjad i lucu
sekali. Seperti dua orang badut, mereka ini tertawa-tawa,
Keadaan menjad i lucu sekali.
Terkena pengaruh suara tasbih Cekel Aksomolo, kedua
penjaga itu tertawa terbahak-bahak tanpa berhenti. ada
kalanya terkekeh lalu terbahak-bahak dan di lain saat
terpingkal-pingka l tanpa mengeluarkan suara.
Kalau dilan jutkan, tentu mereka berdua akan kejang bisa
mati tertawa! Akan tetapi tiba-tiba suara tasbih berhenti dan dua orang
itu mendadak berhenti pula tertawa, terengah-engah lalu
bangkit berd iri. Akan tetapi kembali Cekel Aksomolo
menggerakkan tasbihnya dan kali ini yang terdengar suara
mbrengengeng (me ngaung) seperti ratusan ekor nyamuk
terbang di depan telinga.
Dua orang penjaga itu tiba-tiba menang is, tak tertahankan
lagi, menang is terisak-isak, jatuh berlutut, kmudian bergulingan dan masih menang is menggerung-gerung!
Hanya sebentar saja Cekel Aksomolo menyiksa mereka.
Tasbihnya segera berhenti bergerak dan dua orang penjaga
itu sadar kembali. Mereka mas ih terisak-isak ketika Cekel
Aksomolo me mberi tanda supaya mereka pergi. Adipati
Joyowiseso mengeluarkan penyumbat telinga, demikian pula
Jokowanengpati dan Wisangjiwo.
"Hebat sekali kepandaian pa man Cekel," kata sang adipati.
Juga lima orang sakt i itu dia m-dia m terkejut dan kagum.
Pantas saja nama Cekel Aksomolo amat terkenal, kiranya
kakek itu me miliki tenaga dalam dan hawa sakti yang a mat
kuat sehingga ma mpu menggerakkan tasbih sedemikian rupa
sehingga dapat menciptakan suara-suara mujijat yang amat
berbahaya bagi musuh.
Akan tetapi, dalam pertunjukan tadi, kelima orang itupun
masing-masing secara tidak langsung telah me mper lihatkan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kekuatan tenaga dalam mere ka dengan kesanggupan mereka
me lawan pengaruh suara tasbih itu.
"Uuh-huh-huh, apa sih artinya kepandaian seperti itu" Aku
seorang tua yang tiada gunanya. Mana bisa dibandingkan
dengan Ni Durgogini dan Ni Nogogini" Nama mereka
menjulang tinggi di angkasa, tentu kepandaian mereka berdua
ini juga setinggi langit!"
"Saya tidak berani menyusahkan kedua Nini Dewi, akan
tetapi karena semua sudah me mberi pertunjukan kiranya anda
berdua takkan berkeberatan pula menambah kegembiraan
pertemuan ini," kata Adipati Joyowiseso yang merasa sungkan
karena mereka berdua adalah wanita-wanita dan seorang di
antara mereka ma lah guru puteranya..
Ni Durgogini tersenyum. Bibirnya yang bawah bergerak-
gerak aneh menimbulkan kemanisan luar biasa dan
me mper lihatkan bibir sebelah dalam yang halus kemerahan
dan basah. "Ka mi adalah wanita, lebih menguta makan kehalusan,
biarlah aku ma in-main dengan segelas arak ini!"
Dengan gerakan lemah ge mulai dan cekatan ia mengisi
gelas araknya yang terbuat daripada perak, lalu mengangkat
dan menggenggam dalam tangan kanannya. Ia bangkit berdiri
dengan gelas arak di tangan sambil mengerahkan tenaga sakti
Bromosari yang ia ciptakan dan latih se lama tinggal di
Girilimut. Hebat bukan ma in kesudahannya.
Arak dalam gelas itu bergerak-gerak dan tak la ma
kemudian me ngeluarkan uap terus mendidih! Se merbak bau
arak ketika arak mendidih itu me ngeluarkan uap makin banyak
lagi. Ni Durgogini tersenyum, lalu meletakkan gelas arak itu di
atas meja. Masih mendidih araknya dan begitu gelas
diletakkan di atas meja kayu, papan di bawahnya menjadi
hitam karena panas!
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Hi-hik, aku mau meniru pertunjukan mbok ayu Durgogini!"
tiba-tiba Ni Nogo-gini berkata, mengis i cawan araknya sendiri
lalu bangkit berd iri sa mbil me me gangi cawan atau gelas
araknya seperti yang dilakukan Ni Durgogini tadi.
Akan tetapi kini terjadi sebaliknya. Mula- mula ta mpak
butiran-butiran air di se kitar gelas perak dan arak itupun
menge luarkan uap, dingin dan tak la ma kemudian araknya
me mbe ku dalam gelas! Ni Nogogini me mbalikkan cawan, akan
tetapi arak tidak tertumpah seperti benda cair, melainkan
jatuh ke atas meja se perti sepotong es!
"Hebat......!" seru Adipati Joyowiseso yang merasa
terheran-heran. Semua pertunjukan yang diper lihatkan ena m
orang sakti itu baginya seperti sihir dan sulap saja, dan
hatinya benar-benar men jadi besar.
Mendapat bantuan enam orang ini, ia yakin kelak cita-
citanya akan terlaksana. Bukan hanya Adipati Joyowi-seso
yang me muji, juga e mpat orang sakti yang hadir dia m-dia m
terkejut dan kagum menyaksikan kehebatan tenaga dalam
dan hawa sakti yang dimiliki dua orang wanita itu. Itulah
tenaga sakti yang luar biasa, yang me mbuat tangan mereka
ampuh melebihi senjata tajam, ampuh, kuat dan beracun pula.
Hebat me mang! Pesta dilanjutkan dalam suasana mer iah. Mereka telah
menga mbil keputusan untuk bersekutu dan melakukan ke-
giatan-kegiatan seperti berikut.
Pertama, masing-masing berlomba mencar i pusaka patung
kencana yang hilang dari istana Kahuripan (Mataram).
Ke dua, masing-masing dengan caranya sendiri menghimpun tenaga me mbentuk pasukan-pasukan yang kuat
dan menghubungi adipati-adipati dan golongan-golongan di
empat penjuru yang anti Kahuripan. Ke tiga, mereka akan
berusaha melemah kan Kahuripan dengan jalan me musuhi
para senopati dan tokoh-tokohnya, kalau mungkin me mbunuh
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mereka seorang de mi seorang dengan dalih per musuhan
pribadi. Langit di atas istana Kahuripan telah mendung. Kerajaan
Mataram telah terancam bahaya yang datangnya dari
Selopenangkep, dan se mua itu didahului dengan peristiwa
yang merupakan ra malan, yaitu dengan lenyapnya pusaka
patung kencana. Lenyapnya pusaka keramat ini menjadi tanda
kesuraman kerajaan.
Beberapa bulan kemudian, Jokowanengpati melakukan
perjalanan seorang diri menda ki Gunung Lawu. Dengan ilmu
kepandaiannya, ia dapat mendaki dengan tangkas, melompat-
lompat melalui jurang yang curam. Pemandangan a la m di
lereng Lawu amatlah indahnya, namun pada saat itu
Jokowanengpati seperti buta terhadap keindahan pemandangan alam. Ia tergesa-gesa sekali dan kadang-
kadang ia berhenti hanya untuk me mandang ke sekelilingnya.
Bukan sa ma sekali menikmati pe mandangan alam,
me lainkan untuk melihat kalau-kalau ada orang lain yang
me lihat pendakiannya. Ia sedang menuju ke tempat rahasia,
tidak ingin ada orang lain melihatnya.
Jokowanengpati adalah seorang pemuda yang selain
tangkas dan berilmu, juga a mat cerd ik dan hati-hati. Lega
hatinya melihat keadaan sekeliling lereng itu sunyi senyap.
Bahkan kini ia telah jauh me ninggalkan kelompok dusun
terakhir di lereng sebelah bawah. Makin ke atas makin
sunyilah keadaan dan tidak tampa k adanya dusun lagi.
Orang-orang pencari kayupun tidak akan sampa i ke tempat
setinggi ini, tempat yang berbahaya dan sukar didatangi.
Kemudian dengan cekatan ia melompat dan merayap ke arah
batu gunung yang merupakan karang tinggi. Dari tempat
tinggi itu lah ia mengintai dan tiba-tiba ia tersenyum puas. Di
sebelah kiri sana, sebelah barat dekat dengan sungai gunung,
tampak sekelompok ce mara yang pendek dan agak
kekuningan daunnya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ah, tentu itulah te mpatnya. Bekas pertapaan Taru Jenar
(Pohon Kuning) yang sudah kosong! Tentu di sana, tak salah
lagi!" kata hatinya dan cepat ia turun dan segera berlompatan
lagi menuju ke barat. Tak la ma kemudian tibalah ia di te mpat
yang dituju dan dari jauh ia sudah me lihat sebuah pondok
kecil. Di samping pondok tampak seorang wanita tengah
menghadap i tungku dan asap mengepul dari kwali di atasnya.
"Mirah......!" tegur Jokowanengpati dengan suara ge mbira
sambil lari men ghampiri. Wanita itu kaget dan meno leh.
Ternyata ia seorang wanita muda yang cukup cantik, berkulit
kuning bersih dan kembennya yang berkembang itu menan-
dakan bahwa ia bukan lah seorang dusun. Memang
sesungguhnyalah. Mirah bukar seorang wanita dusun.
Dia bekas abdi dalam istana Prabu Airlangga.
"Kakangmas Jo ko.......!"!"
Sukar diduga perasaan apa yang membayang pada wajah
ayu itu, akan tetapi ia tida k meno lak dan mandah saja ketika
Jokowanengpati me me luk, mendekap dan menciuminya
sambil me mbelai leher yang indah bentuknya.
"Manis, di mana kakang Wirat mo" Dan pa man Sunggono?"
"Di....... di dalam....... eh, mencari kayu........"
Wanita muda itu mengge liat kegelian oleh jari-jari tangan
Jokowa-nengpati yang nakal.
Pada saat itu terdengar suara seorang laki-laki penuh
kegembiraan, "Adikku Mirah pujaan hatiku, sudah matangkah masakanmu" Perutku lapar se...."
Ucapannya itu berhenti seakan-akan lehernya dice kik dan
mukanya yang berseri berubah pucat ketika laki-la ki muda itu
me lihat Jokowanengpati di situ.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
" Ah.......... Raden Jokowanengpati......... sudah..... sudah
la makah........" Maafkan saya tidak tahu akan kedatangan
raden sehingga tidak menya mbut......."
Jokowanengpati sudah melepaskan tanganya yang tadi
me mbe lai wanita itu, tersenyum dan berkata man is,
"Ka kang Wiratmo, baru saja aku tiba. Di mana pa man
Sunggono" Dan bagaima na dengan....... anu itu" Tentu
selamat sampai ka lian bawa ke sini, bukan?"
Tergopoh-gopoh W iratmo menjawab,
"Jangan khawatir, raden. Semua beres. Paman Sunggono
tadi baru mencari kayu di hutan sana. Biar saya panggil dia!"
Tanpa menanti jawaban Wiratmo segera menaruh kedua
tangan di kanan kiri mulutnya kemudian berteriak keras sambil
menghadap ke kanan.
"Paman Sunggonooooo.....!!
Raden Joko sudah datangggg.......!!! "
Suaranya keras bergema di dalam hutan itu. Orang muda
berusia tiga puluhan dan berwajah cukup ganteng itu segera
berpaling kepada Jokowanengpati sa mbil berkata,
Peristiwa Bulu Merak 6 Pendekar Sakti Suling Pualam Karya Chin Yung Kemelut Di Ujung Ruyung Emas 6
guru saya Empu Bharodo mendukung Matara m, dan karena
perbedaan faham inilah maka saya diusir pergi oleh bapa
empu. Bapa Empu Bharodo terlalu le mah se mangatnya,
karena itu pula maka saya bersekutu dengan Adipati
Joyowiseso dan mengumpulkan sahabat-sahabat sakti dari
empat penjuru untuk menghadapi Mataram! Banyak tokoh
sakti sudah menyiapkan diri me mbantu, di antaranya Ki Warok
Gendroyono dari Ponorogo, Ki Krendoyakso dari Begelen. Ni
Durgogini dewi sakti dari Girilimut, dan Ni Nogogini dewi Laut
Selatan!" "Wah-wah, begitu banyak tokoh sakti sudah membantu,
mengapa kau mas ih mencar i aku, raden?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Bukan begitu, eyang. Betapapun sakti mereka, tanpa
bantuan eyang saya rasa akan sukar mengalahkan para seno-
pati dan tokoh Mataram. Apalagi dalam menghadap i Resi
Bhargowo, saya benar-benar mengharapkan bantuan eyang.
Bahkan kedatangan saya menghadap eyang hari ini adalah
untuk mohon bantuan eyang menghadapi Resi Bhargowo
untuk mera mpas kemba li cucu pa man Adipati Joyowiseso dan
seorang puterinya yang telah diculik Resi Bhargowo dan
mantunya."
"Uh-uh-uh! Resi Bhargowo sampa i berani menculik cucu
dan puteri Adipati Selopenangkep?"
"Betul, eyang. Mantunya datang me ngamuk di kadipaten,
me mbunuh banyak pengawal dan hampir saja paman adipati
juga terbunuh. Untung saya kebetulan berada di kadipaten
dan saya berhasil menolong pa man adipati, akan tetapi karena
Resi Bhargowo me mbantu mantu nya, maka mereka berhasil
menculik cucu dan puteri pa man adipati."
Akhirnya setelah diberi janji-janji muluk oleh Jokowanengpati, bahwa kelak apabila mereka berhasil
menjatuhkan Sang Prabu Airlangga, tentu kakek ini akan
diperi hadiah kedudukan t inggi di kota raja, Cekel Aksomolo
menjad i tertarik dan berangkatlah mereka keluar dari hutan
Werdo di lereng Gunung Wilis, melakukan perjalanan ke barat
untuk mencari Resi Bhargowo dan Pujo!.
Mereka berdua ma mpir di Kadipaten Selopenangkep dan
tentu saja Adipati Joyowiseso menyambut kedatangan Cekel
Aksomolo dengan penuh penghor matan, menja munya dengan
hidangan-hidangan istimewa, bahkan pada malam harinya
tamu kake k yang bungkuk dan aneh ini disuguhi tari-tarian
yang ditarikan wan ita-wanita cantik jelita dan muda genit!.
Sambil minu m tuwa k (minuma n keras) Cekel Aksomolo
tertawa-tawa dilayani Jokowanengpati dan Ad ipati Joyowiseso
sendiri. Untuk menyenangkan ta mu dan tuan rumah
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Jokowanengpati menceritakan tentang
kehetatan ilmu kesaktian pertapa Gunung Wilis itu.
"Paman adipati, biarpun kelihatannya eyang Cekel
Aksomolo sudah beryuswa (berusia) lanjut, na mun kekuatannya masih luar biasa dan gerakannya cepat sekali.
Kalau tidak menyaksikan sendiri tentu tidak percaya. Saya
sendiri ketika mengajak beliau ini ke sini dan melakukan
perjalanan bersama, harus mengerah kan seluruh ilmu berlari
cepat agar tidak ketinggalan, padahal Ilmu Bayu Sakti yang
saya pergunakan itu biasanya tidak pernah kalah oleh ilmu lain
golongan!"
"Heh-heh-uh-uh-uh, bisa saja Raden Jokowanengpati
me muji!" S i kakek ber kata sambil tertawa sedangkan di dalam
hatinya terasa bangga sekali. "Mana aku yang tua ma mpu
menand ingi Bayu Sakti" Harap kanjeng adipati jangan percaya
akan obrolan seorang muda!"
Adipati Joyowiseso tertawa. "Biarpun anakmas Jokowanengpati tidak mencer itakannya, sayapun sudah
mendengar tentang kehebatan ilmu bapa cekel yang sakti
mandraguna. Bukannya saya kurang percaya, akan tetapi saya
mohon sudilah bapa me mber i sedikit petunjuk untuk lebih
mengge mbirakan pesta kecil ini."
"Uh-huh-huh, saya tua bangka ini bisa apa sih" Hanya
kulihat tiga orang penari yang denok ayu itu terlalu la mbat
tariannya. Bagaimana pendapat paduka kalau saya me mbuat
mereka menari lebih ce pat lagi?"
Adipati Joyowiseso merasa heran, akan tetapi ia
mengangguk tanda menyetujui. Sambil tertawa-tawa kakek
pertapa Gunung Wilis itu kemudian me nggerak-gerakkan
tasbih hita m yang tak pernah terlepas dari tangannya.
Terdengarlah bunyi tak-tik-tak-tik yang aneh, tidak keras
namun nyatanya dapat menyusup di antara suara gamelan,
bahkan makin la ma makin menguasai suara dan mene lan
semua suara game lan.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Anehnya, para penabuh gamelan itu tidak merasa betapa
irama lagu kini makin la ma makin cepat, terseret oleh arus
yang keluar dari suara berketiknya biji-biji tasbih, dan
beberapa menit kemudian suara gamelan men jadi cepat
menggila, dan hebatnya, para penari kinipun menari cepat
sekali seper ti kesetanan! Tentu saja pertunjukan ini menjadi
aneh sekali karena para penari itu menari seperti orang
kesurupan, me mbuat gerakan-gerakan yang menggairahkan,
me mbusung-busung
dada, me mutar-mutar pinggul, mengge leng-geleng kepala, matanya mengerling ke kanan kiri
dan mulut yang tersenyum-
senyum itu kini mulai tertawa-tawa!. Mula- mula para tamu, termasuk Adipati Joyowiseso
bergelak dan terpingkal- pingka l, tetapi akhirnya mereka me mandang dengan
khawatir karena di antara
para penabuh gamelan ada
yang roboh pingsan, sedangkan para penari juga
sudah mula i pucat, keringat
mereka me mbuat wajah dan leher sampai ke pundak berkilau,
langkah kaki mereka mula i terhuyung-huyung!.
"Bapa Cekel, saya rasa cukuplah, harap bapa menaruh
kasihan kepada me reka."
Mendengar permintaan adipati ini, Cekel Aksomolo
menghentikan gerakan tasbihnya dan otomatis suara ga melan
terhenti karena sudah tidak karuan lagi iramanya. Tiga orang
penari itupun dengan tubuh lemas menjatuhkan diri di atas
lantai, duduk dan menghapus keringat dengan selendang
mereka. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Seorang di antara mereka, yang paling muda dan paling
cantik, menoleh ke arah Cekel Aksomolo, merengut dan
me lerok, agaknya tahu bahwa yang main-main tadi adalah
kakek tua yang aneh ini.
Cekel Akso molo tertawa.
"Huh-huh, penari-penarimu denok-denok dan ayu, kanjeng
adipati, terutama sekali yang berselendang hijau itu. Harap
paduka suka menyuruh dia berdiri, saya ingin sekali melihat
bentuk tubuhnya. ..... heh-heh-heh."
Adipati Joyowiseso tersenyum. Ia sudah mendengar dari
Jokowanengpati bahwa kakek sakt i ini me mpunyai se ma cam
penyakit, yaitu suka menggoda i wanita-wanita muda! Maka ia
lalu ber kata perlahan,
"Dia me mang pa ling muda dan pandai, bapa, dan selain
menari dani berte mbang, iapun pandai sekali me mijati urat
mengusir pegal le lah."
Dengan tangannya sang adipati me mberi isyarat. Penari
muda berselendang hijau itu sege ra bangkit berdiri, tunduk
akan perintah junjungannya. Adipati Joyowiseso lalu me mberi
isyarat supaya gamelan ditabuh kembali dan mengisyaratkan
si selendang hijau untuk menari seorang diri.
Agaknya penari muda ini dapat menduga pula bahwa kakek
itulah agaknya yang minta kepada sang adipati untuk
me mer intahnya menari lagi, maka sekali lagi ia melempar
kerling ke arah Cekel Aksomolo. Dua orang penari lain
mengundurkan diri duduk de kat para penabuh ga me lan.
Agaknya me mang penari muda yang banyak disuka ini
biasanya dimanja kan orang, maka kali ini ia men umpahkan
kemarahan hatinya kepada Cekel Aksomolo. Ketika ia mulai
mene mbang sa mbil menari mengikuti ira ma ga melan, ia se-
ngaja me masukkan kata-kata sindiran kepada Cekel Aksomolo
yang men imbulkan kemendongkolan hatinya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kakek tuwek untune entek clelak-clelek tur elek, ora melek
kok isih arep golek-gole k! (Ka kek tua giginya habis,
menje mukan dan buruk, tak me mbuka mata masih ingin
mencari-cari!)"
"Uuuh-huh-huh, sialan awakku!" Cekel Aksomolo menge luh
sambil terkekeh. "Di cuci habis-habisan oleh si deno k ayu!"
"Akan kuhukum dia, bapa.......!" kata Adipati Joyowiseso,
mukanya menjad i merah karena iapun dapat menangkap
sindiran yang ditujukan si penari berselendang hijau kepada
Cekel Akso molo.
"Aahhh, jangan, kanjeng adipati. Dia benar! Biarlah nanti
saja sehabis menari dia me mijat punggungku yang lelah. Uh-
huh-huh, sekarang ingin kulihat bentu k tubuhnya. ......"
Setelah berkata demikian,Cekel Aksomolo men ggerakkan
tangan kirinya seperti mendorong, kemudian me mutarkan
tangan itu ke depan. Terjadilah keanehan. Dari tangan itu
menya mbar hawa berciutan ke arah si penari dan tiba-tiba
pakaian si penari berselendang hijau itu terlepas semua!.
Sejenak ia ber diri bengong dalam keadaan telanjang bulat,
kemudian ia menjerit-jerit dan dengan gugup menyambar
pakaiannya yang sudah terlepas di bawahnya, menarik
pakaian itu sedapatnya menutupi tubuhnya lalu ia lari sa mbil
menang is ke samping pendopo yang gelap!.
Sejenak orang terkesima, akan tetapi lalu terdengar suara
ketawa meledak terkekeh-kekeh. Adipati Joyowiseso memberi
perintah agar gamelan dilanjutkan, kini dua orang penari itu
yang menari dan mene mbang bergantian.
Jokowanengpati me mberi keterangan kepada Adipati
Joyowiseso yang mendengai kan penuh kagum.
"Paman, alanglah hebatnya ke pandaian eyang Cekel."
"Bukankah itu ilmu sihir?" tanya sang adipati.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Sa ma sekali bukan, paman. Eyang Cekel Aksomolo
terkenal karena senjatanya yang ampuh dan yang juga
menjad i nama julukannya, yaitu Aksomolo Ireng (Tasbih
Hita m). Baru suaranya ketika digerakkan saja ma mpu
men imbulkan suasana mujijat, apalagi kalau dipergunakan
untuk bertanding! Pula, yang mene lanjangi penari kewek
(genit) tadi bukan lah ilmu sihir, melainkan ilmu p ukulan jarak
jauh yang sudah mencapai puncak kese mpurnaan!"
Makin kagum dan hormatlah Adipati Joyowiseso terhadap
tamu agungnya. Malam itu si penari remaja yang denok ayu,
penari berselendang h ijau itu harus menebus kelancangannya
sore tadi dengan penyerahan dirinya kepada si tua bangka!
Tebusan yang amat hebat me ngerikan baginya, yang
me mbuat ia pada keesokan harinya seperti orang kehilangan
semangat, dan membuat ia pada malam-ma la m berikutnya
sering girap-g irap (men jerit-jerit dalam tidur)!.
Setelah berma la m selama sepekan di Kadipaten Selopenangkep, berangkatlah Jokowanengpati bersama Cekel
Aksomolo menuju Sungapan. Untuk me mperkuat tugas
mereka sebagai utusan kadipaten, sepasukan perajurit
kadipaten terdiri dari dua losin orang mengawal mereka. Kali
ini Cekel Aksomolo dan Jokowanengpati menunggang kuda,
juga pasukan perajur it itu semua berkuda.
Ketika pondok Bayuwismo yang terletak di depat pantai dan
Sungapan Kali Progo sudah tampa k dari jauh, Cekel Aksomolo
menyuruh dua los in orang pengawal itu berhenti :
"Kalian tak boleh masuk rumah itu, bahkan jangan terlalu
dekat. Berhentilah di sini, berjaga-jaga saja menanti per intah."
Kemudian la mengeluarkan dua bungkusan kain kecil dan
me mber ikannya kepada Jokowanengpati.
"Raden, kalau sewaktu-waktu aku terpaksa menggunakan
suara tasbih, akan kuberi tanda dan kauj harus me masukkan
benda-benda ini me nutupi kedua lubang telingamu."
Badai Laut Selatan Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Jokowanengpati menerima dan mengangguk, maklum akan
keampuhan tasbih itu. Mereka berdua lalu melangkah men-
dekati pondok yang bersunyi sendiri tanpa tetangga di tepi
pantai. Berdebar juga hati Jokowanengpati. Yang sedang ia
datangi ini adalah pondok Resi Bhargowo, paman gurunya
yang ia ketahui me miliki kesaktian yang sukar dicari
tandingnya. Untuk menghadap i Pujo ia tidak takut. Dan untuk
menghadap i Resi Bhargowo, kiranya Cekel Aksomolo
merupakan lawan setingkat. Akan tetapi ia gentar kalau
teringat kepada Kartikosari.
Benar bahwa Pujo dahulu menyatakan bahwa Kartikosari
seakan-akan sudah mati, akan tetapi betulkah itu"
Menghadapi Pujo ia tidak takut, juga tentang ilmu kepandaian
Kartikosari, iapun tidak takut. Yang membuat ia gelisah adalah
jika Kartikosari berada di situ, terdapat bahaya akan
terbongkar rahasia perbuatannya di ma la m badai da la m Guha
Siluman itu. Memang, Kartikosari tidak a kan menduganya, namun
apabila wanita itu me lihat buntungnya kelingking kiri
tangannya, tentu akan menimbulkan dugaan dan curiga.
Betapapun juga, hati Jokowanengpati menjadi besar lagi kalau
ia teringat akan kedigdayaan Cekel Aksomolo dan mereka
me langkah terus men dekati pondok sunyi.
Selain itu,Pujo sendiri ta mpak jelas sikapnya bahwa ia tidak
tahu akan rahasia itu. Andaikata Kartikosari berada dengan
suaminya, tentu wanita itu akan menceritakan tentang
buntungnya kelingking tangan dan tentu Pujo sudah akan
menyangka dia, atau setidaknya akan bercuriga.
Peristiwa itu sudah lewat setahun lebih, dan ia tidak perlu
takut-takut lagi, karena andaikata diketahui sekalipun, tetap ia
akan menjadi lawan mere ka.
Sekutunya me miliki banyak orang sakti, takut apa "
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Telah kita ketahui bahwa setahun kurang se menjak
terjadinya badai Laut Selatan yang menga muk hebat dan
menghancurkan pondok, Resi Bhargowo me ninggalkan
Bayuwis mo di Sungapan, meninggalkan pondok yang sudah
dibangun lag i itu kepada para cantriknya, bahkan lalu
men inggalkan na ma la ma, mengganti julukan dengan
Bhagawan Rukmoseto dan melakukan perjalanan le lana brata
untuk menghibur batinnya yang terguncang hebat setelah
menduga bahwa puteri dan mantunya tentu tewas ditelan
badai. Pertapa ini men inggalkan pondoknya Bayuwismo di
Sungapan dan menyerahkan pondok itu di bawah pengawasan
dan dalam pe meliharaan enam orang cantriknya yang
dipimpin oleh cantrik Wisudo.
Karena pondok itu berd iri s i tepi pantai terbuka, maka
kedatangan Cekel Aksomolo yang langkahnya terseok-seok
dan terbongkok-bongkok bersa ma Jokowa-nengpati, segera
terlihat oleh enam orang cantrik. Para cantrik itu sedang sibuk,
ada yang me mperbaiki perahu bocor, ada yang menambal
jala, karena di daerah yang tanahnya tidak subur seperti
pantai selatan itu, mereka bekerja sebagai nelayan, mencari
ikan di sepanjang pantai dan muara Sungai Progo.
Kini mereka meninggalkan pekerjaan masing-masing,
berkumpul dan menyambut kedatangan dua orang itu dengan
sikap tenang juga heran. Apalagi setelah kedua pendatang itu
dekat, cantrik paling tua yang pernah bertemu dengan Empu
Bharodo, segera mengenal Jokowanengpa-ti. Akan tetapi tak
seorangpun di antara mereka mengena l kakek tua tinggi kurus
dan bongkok yang me mbawa seuntai tasbih hita m itu.
Cantrik Wisudo me mimpin
lima orang saudaranya
menya mbut di luar pondok, cepat me mberi hormat dan
berkata, Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Selamat datang di Bayuwis mo, Raden Jokowanengpati!
Selamat datang saudara tua cantrik, apakah saudara ini
seorang cantrik dari Le mbah Konta?"
Wisudo menyangka bahwa cantrik tua yang datang
bersama Jokowanengpati itu seorang cantrik pengikut Empu
Bharodo yang bertapa di lembah Sungai Konta di lereng
Gunung Anjas moro.
"Hoh-hoh-hoh, bukan..... bukan!" jawab Cekel Aksomolo
terkekeh-kekeh. "Aku adalah cantrik yang sudah berdikar i!
Bukan cantrik yang mengha mba kepada seorang pendeta,
me lainkan bekas cantrik yang kini menjadi pertapa. Aku Cekel
Aksomolo, pertapa di hutan Werdo. akulah yang mbaurekso
(dewa penjaga) Gunung W ilis, huh-huh-huh!"
Cantrik Wisudo dan saudara-saudaranya merasa tak senang
mendengar dan melihat sikap pe mbicaraan Cekel Aksomolo
yang jelas me mbayangkan kesombongan.
Akan tetapi mereka juga merasa geli dalam hati me lihat
persamaan kakek itu dengan tokoh cerita Maha Bharata, yaitu
tokoh Begawan Durno!
Karena maklum bahwa dia
menghadap i seorang kakek yang sombong, Wisudo lalu tidak
mau mengacuhkan lag i dan berpaling kepada Jokowa nengpati
yang sedang mencari-cari dengan pandang matanya ke arah
pondok dan sekitarnya.
"Raden Jokowanengpati, ada keperluan apakah raden
datang ke tempat sunyi ini" Apakah diutus oleh pa man Empu
Bharodo?" "Eh, kakang cantrik Wisudo!" Pe muda ini berkata tak
senang. "Kami sudah datang ke sini, mengapa engkau tidak
lekas-lekas melaporkan kedatangan kami kepada paman Resi
Bhargowo" Mengapa engkau lancang mengadakan penyambutan sendiri?"
"Huh-huh-huh, benar..... benar....., segala maca m cantrik
cilik mau tahu saja, heh-heh!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Panas hati Wisudo dan saudara-saudaranya mendengar
ucapan Cekel Aksomolo itu, akan tetapi karena kake k itu
datang bersama Jokowanengpati, mereka mena han sabar.
Wisudo menjawab,
"Ketahuilah, raden. Baru beberapa hari ini sang resi telah
pergi meninggalkan pondok, karena sang resi tida k ada maka
saya berani mewa kilinya menya mbut ta mu yang datang."
Jokowanengpati kecewa. "Paman Resi Bhargowo bepergian" Ke mana.......?""
"Raden, sebagai murid terkasih paman Empu Bharodo,
bagaimana raden
mas ih mengajukan pertanyaan ini"
Kerrjanakah perginya seorang pertapa" Ke mana lagi kalau
tidak melakukan lelana brata, melaksanakan tugas suci
me mber i penerangan bagi yang gelap, mencarikan tongkat
bagi yang pincang dan mengulurkan tangan menolong mereka
yang me merlukan pertolongan."
"Cukup! Tak perlu kau me mber i wejangan! Lalu......., di
mana adanya Pujo dan Kartikosari " "
Kembali pandang mata Jokowanengpati liar mencari-cari.
Mulai tak enaklah hati para cantrik Bayuwismo, dan makin
panas hati Wisudo.
"Merekapun tidak berada di sini, dan harap jangan
tanyakan kepada kami ke mana mereka pergi, karena kami
sendiri tidak tahu."
Jokowanengpati tampak kecewa sekali. Ia menoleh kepada
Cekel Akso molo dengan keping berkerut.
"Bagaimana ini, eyang" Kedatangan kita sia-sia....."
"Ooohh-hoh, jangan percaya segala cantrik cilik yang
omongannya molak-malik. Tentu mereka ini tahu di mana
Sembunyinya Resi Bhargowo dan Pujo! Resi pengecut itu
bersama mantunya tentu tehah melihat kita datang, lalu
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mereka pergi me nyembunyikan diri, dan cantrlk-cantrik
penguk ini sengaja me mbohong."
Jokowanengpati dalam hatinya tidak percaya bahwa orang
seperti paman gurunya itu akan lari menyembunyikan diri,
akan tetapi dia dia m saja, la lu ia berkata,
"Kakang cantrik W isudo, aku a kan melihat apakah benar-
benar paman resi tidak berada di dalam pondok!"
Setelah berkata demikian, cepat sekali tubuhnya berkelebat
me masu ki pondok.Enam orang cantrik Bayuwis mo marah
me lihat kelancangan Jokowanengpati, akan tetapi tak mungkin
mereka dapat mengha langi karena pe muda itu me mpergunakan Aji Bayu Sakti sehingga gerakannya seperti
terbang saja. Oleh karena tidak berdaya menghadapi murid
Empu Bharodo yang sakti itu, cantrik Wisudo dan lima orang
saudaranya menumpahkan kemarahan hati kepada Cekel
Aksomolo!. Cantrik Wisudo melotot me mandang kepada kake k itu dan
me mbentak. "Heh, Cekel Akso molo! Kau ini seorang tua bangka yang tak
patut dihormati orang muda. Pekertimu seperti ini sungguh
tidak patut, apalagi mengingat pengakuanmu bahwa engkau
sudah menjad i pertapa. Kata-katamu berbisa seperti Durno,
tingkah mu so mbong dan tak tahu malu. Ingatkah kau bahwa
kami ini tuan rumah sedangkan engkau hanyalah seorang
tamu takdiundang?"
"Wuah-wah, huh-huh, kurang ajar! Bocah cilik kurang ajar!
Cantrik okrak-akrik bocah kemar in sore, berani kurang ajar
terhadap Cekel Aksomolo" Apakah sudah bosan hidup?"
"Mengapa tidak berani" Bukan usia tua yang kulawan,
bukan pula orangnya yang kucela, melainkan pekertinya! Biar-
pun engkau tua, pekertimu seperti bocah nylelek. Apalagi
engkaupun hanya seorang cekel, seorang cantrik, sama
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dengan kami! Hayo pergi dari s ini, tak sudi kami melihat
tingkah mu leb ih la ma lag i!"
Kini Wis udo sudah maju dengan sikap menan tang.
"Waduhhh, kalau aku t idak ma u pergi bagaimana" "
"Akan kami usir dengan kekerasan!" bentak cantrik W isudo
yang sudah marah.
"Uuhhh, uuhh, tidak kajen (terhor mat) awakku.......!
Cantrik cilik kalian minta dihajar, biar kalian rasakan kesaktian
Cekel Akso molo!"
Tiba-tiba kake k ini menggerakkan tasbih h itamnya, diputar-
putar di udara dan terdengarlah suara nyaring dan aneh.
Tadinya cantrik Wisudo dan lima orang saudaranya
menyangka bahwa kakek yang seperti orang gila itu hendak
menyerang mereka dengan hantaman tasbih, akan tetapi
ternyata tasbih itu hanya diputar-putar di atas kepala dan
sama sekali kake k itu tidak menyerang mereka.
Tentu saja mereka merasa heran dan geli, mengira bahwa
kakek ini benar-benar miring otaknya. Akan tetapi mendadak
cantrik Wisudo merasa betapa suara yang berkeritikan dan
aneh itu kini mengaung-ngaung dan menyerang telinga dan
men imbulkan rasa nyeri seakan-akan telinganya ditusuk-tusuk
lidi! Kagetlah Wisudo, dan lebih lagi kagetnya me lihat seorang
di antara saudaranya sudah roboh terguling, mengaduh-aduh
karena telinga kirinya mengeluarkan darah!
Cepat cantrik Wisudo menjatuhkan diri duduk bersila
mengerahkan kekuatan batinnya. Saudara-saudaranya juga
cepat mencontoh perbuatan Wisudo, hanya seorang cantrik
yang masih berdiri, bahkan kini bingung menolong cantrik
yang telinga kirinya berdarah. Cantrik ini adalah cantrik
Wistoro. Cantrik Wistoro bingung sekali melihat akibat yang
amat hebat, karena biarpun sudah bersila mengerahkan
tenaga batin, tetap saja cantrik-cantrik Bayuwis mo itu tidak
tahan terhadap suara mujijat dari tasbih itu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Memang hebat bukan ma in akibat suara ini. Para cantrik,
kecuali Wistoro, sudah duduk bersila mera mkan mata. Namun,
seorang demi seorang tak kuat bertahan, mulailah darah
menetes-netes keluar dari dalam telinga mereka dan yarig
paling akhir, cantrik W isudo sendiri yang ilmunya paling tinggi
di.antara saudara-saudaranya, juga tidak tahan lagi dan kedua
telinganya menge luarkan darah dari luka di dalam karena
kendangan telinga mereka telah pecah oleh suara mujijat.
Cekel Aksomolo tertawa terkekeh-kekeh. Akan tetapi tiba-
tiba matanya terbelalak heran ketika ia melihat seorang di
antara para cantrik itu tidak apa-apa, tidak terpengaruh oleh
suara tasbihnya.
Cantrik Wistoro ini sa ma sekali t idak menge luarkan darah
dari kedua telinganya, bahkan kini ia s ibuk merawat saudara-
saudaranya, mengusap dan membersihkan darah yang keluar
dari telinganya, sambil matanya kadang-kadang melotot ke
arah Cekel Aksomolo! Tentu saja Cekel Aksomolo terkejut
sekali! Ia tidak percaya ada seorang cantrik yang ma mpu
menahan suara tasbihnya, maka ia melangkah mendekati dan
kini ia menggoyangkan tasbihnya lebih keras lag i, dekat
telinga cantrik Wistoro!
Para cantrik lainnya
hanya me mandang, mereka sudah tidak lagi terpengaruh suara
tasbih karena sudah tak dapat mendengar, hanya merasakan
nyerinya bekas kendangan telinga yang pecah.
Biarpun diserang suara sede mikian hebatnya, cantrik
Wistoro enak-enak saja, sama sekali tidak mengerahkan
tenaga batin untuk menahan, akan tetapi sedikitpun ia tidak
terpengaruh! Bimbanglah hati Cekel Aksomolo! Betapapun saktinya
seorang lawan, kalau diserang suara tasbihnya dari jarak
sedekat itu dengan telinga, pula tanpa pengerahan tenaga
Badai Laut Selatan Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
sakti untuk melawan, tak mungkin akan kuat bertahan. Akan
tetapi cantrik muda ini enak-enak saja. Dapat dibayangkan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
betapa saktinya cantrik ini! Ataukah tasbihnya yang
kehilangan kea mpuhan".
Pada saat itu Jokowanengpati sudah melompat keluar dari
pondok setelah sia-sia melakukan penggeledahan. Begitu
keluar ia terkejut mendengar suara berkeritikan yang a mat
kecil dan tinggi nadanya, menyerang telinganya serasa jarum
menusuk. Cepat ia menge luarkan benda pe mberian Cekel Aksomolo
dan menyumpal kedua telinganya. Dengan alat penahan ini,
tanpa pengerahan tenaga sakti ia dapat mendekat. Iapun ikut
terheran-heran melihat seorang cantrik muda yang tak
dikenalnya sedang merawat lima orang cantrik lain yang rebah
tidak karuan dengan telinga berdarah, dan melihat Cekel
Aksomolo me mbunyikan tasbih di de kat telinga cantrik muda
itu, ia makin heran lalu mende kat.
Cekel Aksomolo menghentikan bunyi tasbihnya dan
menghapus keringat dengan ujung lengan baju. Menggerakkan tasbih mengeluarkan suara mujijat me mbutuhkan pengerahan tenaga sakti yang besar dan dia
tadi sudah bersusah payah dalam penasarannya untuk
meroboh kan Wistoro, na mun sia-sia.
Kini ia mengulur tangan me mbuka penutup telinga yang ia
pakai sendiri sa mbil menjenguk ke arah lubang telinga Wistoro
untuk melihat kalau-kalau cantrik itu me nggunakan a lat
penutup lubang telinga. Akan tetapi sama sekali tidak. Ketika
ia mengincar ke arah lubang kedua telinga cantrik itu, ia
hanya melihat tai telinga dan bulu-bulu telinga! Makin
penasaranlah dia. Kalau begini, tentu tasbihku yang
kehilangan kea mpuhannya.
Maka ia mende katkan tasbih di depan telinga kanannya,
lalu me ngguncang tasbih itu.
"Ttrrrriiiikk!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dan akhirnya...... Cekel Aksomolo roboh terguling! Cepat-
cepat ia melompat bangun dan matanya berair. Sakit sekali
rasa telinga kanannya sampai air matanya keluar. Ternyata
tasbihnya masih a mpuh, tenaga saktinya masih hebat! Akan
tetapi mengapa cantrik muda itu tidak terpengaruh" Ia
menutupi lagi telinganya dan mendekati cantrik Wistoro,
menggerakkan tasbih di dekat telinganya.
"Ttriiiik!"
Wistoro tidak terguncang sama sekali, hanya menoleh dan
me man dang dengan mata me lotot.
"Uuuhhh-huh-huh, kiranya engkau me miliki ilmu juga!"
Akhirnya Cekel Aksomolo berkata sambil menghentikan bunyi
tasbihnya dan melepas penutup telinga. Jokowanengpati juga
me mbuka penutup telinganya.
Wistoro dia m saja, hanya mula i me mapah saudara-
saudaranya me masuki pondok, seorang demi seorang.
Kemudian ia pergi keluar lagi dan duduk bersila di depan pintu
pondok, sama sekali t idak me mperdulikan Cekel Aksomolo
yang menantang-nantangnya.
"Hayo berdiri, cantrik bungkik! Hayo kita bertanding untuk
menentukan keunggulan!" Cekel Aksomolo menca k-mencak
dan me mutar- mutar tasbihnya di atas kepala sampai
menge luarkan suara seperti lebah menga muk. Namun W istoro
yang ditantang itu hanya duduk bersila tanpa bergerak.
Melihat lagak Cekel Aksomolo, dia m-dia m Jokowanengpati
mendongkol. Ia sudah merasa kecewa sekali melihat
kenyataan bahwa Resi Bhargowo, Pujo dan Kartikosari tidak
berada di tempat itu. Perjalanannya sia-sia belaka, bahaya
yang mengancam dirinya belum dapat dilenyapkan. Kekecewaan itu menjadi rasa men dongkol ketika melihat
betapa Cekel Aksomolo "jagoannya" itu kini menca k-mencak
dan marah- marah terhadap seorang cantrik yang tiada
artinya! Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Sudahlah, eyang Cekel. Untuk apa melayani cantrik"
Marilah kita pergi dari sini, kita cari Resi Bhargowo dan Pujo
sampai dapat." Ia me mbujuk.
"Dia me nghina ku benar-benar! Dia t idak me mandang mata
kepadaku! Suara sakti tasbihku dianggap kentut saja!
Tantanganku dianggap angin lalu! Biar dia sakti mandraguna
putera dewata sekalipun, akan ma mpus dia bertanding
me lawan Cekel A ksomolo yang mbaurekso W ilis!"
Jokowanengpati me megang lengan kanan kakek yang
mencak-mencak itu sa mbil berbisik de kat telinganya,
"Eyang Cekel, percuma eyang melayani dia! Dia itu adalah
seorang yang tuli dan gagu!"
"Hahh.......?"! Demi iblis puncak Wilis! Huuh-huh-huh,
dasar pikun! Pantas saja suara sakti tasbihku tidak
me mpengaruhinya! Kiranya kedua telinganya sudah bobrok!
Yang sudah bobrok, mana bisa rusak lagi?"
Cekel Aksomolo menggaruk-garuk belakang telinganya,
mukanya merah karena ma lu.
"Sudahlah, eyang. Lebih baik kita pergi mencari Resi
Bhargowo dan Pujo. Kurasa mereka t idak perg i jauh dari sini."
Karena takut kakek itu melakukan perbuatan edan-edanan
lagi, Jokowaneng-pati menuntunnya pergi dari situ, kembali ke
tempat pasukan yang menant i. Dia m-dia m ia menyesal juga
mengapa kake k ini melukai para cantrik yang sama sekali
tiada sangkut-pautnya dengan urusan mereka, para cantrik
yang seperti juga cantrik-cantrik gurunya, merupakan orang-
orang yang tekun me mpelajari ilmu kebatinan sambil me layani
sang pertapa. Dengan tangan ha mpa Jokowanengpati bersa ma Cekel
Aksomolo men inggalkan Sungapan, diikuti oleh pasukan yang
mengawal. Di sepanjang jalan mereka bertanya-tanya kepada
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
para penduduk di dusun pasisir, namun tak seorangpun di
antara mereka tahu ke mana perginya Resi Bhargowo.
Ada yang melihat kake k pertapa itu berjalan kaki seorang
diri, akan tetapi tidak ada yang tahu hendak ke mana. Juga
tentang Pujo dan Kartikosari, tidak ada orang yang
mengetahuinya. Namun Jokowanengpati tidak putus harapan. Pemuda ini
maklum bahwa sebelum Resi Bhargowo dan Pujo ditu mpas,
hidupnya selalu akan terancam bahaya. Atau lebih aman lagi
kalau la bisa mendapatkan Kartikosari! Mengingat dan
me mbayangkannya saja me mbuat Jokowanengpati menggigil.
Wanita hebat! Belum pernah selama hidupnya ia mendapatkan
seorang wanita seperti Kartikosari. Akan tetapi juga wanita
berbahaya, karena hanya Kartikosari seoranglah yang akan
dapat membuka rahasianya, akan dapat mengenalnya sekali
me lihat jari tangan kirinya. Karena itu, wanita ini perlu dipaksa
menjad i miliknya sela manya, atau dibunuh!.
Karena ada Cekel Aksomolo di sampingnya, tanpa ragu-
ragu Jokowanengpati menuruni tebing dan mendatangi guha.
Guha Siluman di mana pada malam hari itu, setahun yang
lalu, ia menggagah i Kartikosari. Akan tetapi guha itu kosong,
kosong dan sunyi.
Sejenak hatinya ikut kosong dan sunyi ketika ia berd iri di
mulut guha. Terbayanglah semua per istiwa di malam gelap
itu, terngiang di telinganya jerit dan rintih Kartikosari, dan
pada saat itu rindu denda m menengge la mkan hatinya.
Kartikosari, di manakah engkau sekarang, manis" Pertanyaan
hatinya ini dijawab oleh gulungan o mbak yang me mecah batu
karang, menggelepar seperti halilintar. Jokowanengpati
bergidik, merasa serem. Seakan-akan suara itu merupakan
geraman marah yang mengan camnya.
Tergesa-gesa ia mengajak Cekel Aksomolo untuk mendaki
naik kembali meninggalkan guha yang menimbulkan kenangan
nikmat, juga men imbulkan rasa ngeri dan serem itu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
**^d**w^* Jilid 7 Setelah sebulan lamanya mencari-cari tanpa hasil,
akhirnya Jokowanengpati mengajak rombongan kembali ke
Selopenangkep. Sebetulnya ia masih ingin men cari sa mpai dapat, akan
tetapi Cekel Aksomolo mengome l saja menyatakan kesal dan
bosan berkeliaran di tepi laut, kedua karena waktu untuk
mengadakan pertemuan besar antara para tokoh sakti yang
akan bersekutu dengan Adipati Joyowiseso sudah dekat, maka
terpaksa mereka bera mai ke mbali ke Selopenangkep.
Pada suatu hari tibalah rombongan ini dalam sebuah hutan
penuh pohon randu alas dan jati. Untuk menghibur hati yang
kesal, Jokowanengpati mengajak rombongannya menggunakan kesempatan terluang untuk sekalian berburu
binatang. Oleh karena itu mereka sengaja mencar i jalan melalui
gunung yang banyak hutannya.
Semua pendapatan berburu dimakan dagingnya di tempat
dan dalam perburuan ini, Cekel Aksomolo me mperlihatkan!
kepandaiannya. Kalau para pengawal berburu binatang
dengan anak panah, sedangkan Jokowanengpati yang
me miliki Aji Bayu Sakti dapat mengejar dan me mbunuh kijang
dengan pukulan tangannya, adalah kakek sakti ini hanya
dengan segenggam isi mlanding sekali le mpar berhasil
menjatuhkan belasan ekor burung der kuku atau kepodang
yang sedang terbang lewat di atas!.
Akan tetapi hutan-hutan di Pegunungan Kidul tidaklah kaya
dengan binatang. Apalagi hutan randu alas yang mereka
masu ki pagi hari itu, amat sunyi. Tidak ada kijang, tidak ada
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
babi hutan, yang ada hanya monyet dan harimau. Memburu
harimau sangat sukar karena begitu ro mbongan itu me masu ki
hutan, semua harimau sudah lari bersembunyi jauh.
Adapun monyet-monyet merupakan binatang yang tak
mereka sukai dagingnya.
"Sayang sekali perjalananku jauh-jauh dari Wilis sia-sia
belaka." Untuk ke se kian kalinya Cekel Akso molo mengome l.
Tak enak hati Jokowanengpati. Memang sudah jauh-jauh ia
mengundang orang tua sakti ini, kiranya sekarang hanya
diajak berputar-putar mencari orang tanpa hasil sa mpai
sebulan leb ih.
"Agaknya benar dugaan eyang bahwa Resi Bhargowo dan
Pujo sudah mendengar akan kedatangan kita. Resi Bhargowo
tentu takut mendengar bahwa eyang ikut datang, maka lebih
dulu menyingkir dan bersembunyi. Kalau tidak de mikian, tentu
ada penduduk yang mengetahui di ma na dia pergi. Agaknya
mereka se mua pergi dengan dia m-dia m."
Cekel Akso molo menggeleng-geleng kepalanya.
"Aku pernah berte mu dengan gurumu, Ki Empu Bharodo,
akan tetapi Resi Bhargowo hanya baru kudengar suaranya
saja. Akan tetapi mengingat dia itu adik seperguruan Empu
Bharodo kurasa tak mungkin ia takut menghadap lawan yang
belum pernah dicobanya."
"Betapapun saktinya, dia pasti akan mati konyol bertanding
me lawan eyang " Jokowanengpati me muji. "Guru saya sendiri
takkan menang me lawan eyang."
Kakek tua renta itu memang seorang yang haus akan puji
dan umpak. Ia ter kekeh senang. "Jelek-jelek, kalau hanya
menghadap i Resi Bhargowo saja, tasbih ini pasti masih
sanggup menghancurkan kepalanya!"
Pada saat itu terdengar bunyi tertawa meringkik. Kiranya
seekor kera jantan sedang mengenjot-enjot batang pohon di
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
atas mereka sambil terkekeh- kekeh entah apa yang
ditertawakan dan entah binatang Itu sedang tertawa ataukah
menang is, akan tetapi lagaknya seperti seorang anak kecil
bermain-main sambil tertawa.
Agaknya kelakuan kera itu mengge maskan hati Cekel
Aksomolo. Dari atas kuda ia menggerakkan tangannya, dikebutkan ke
atas dan........ kera itu meme kik lalu terguling jatuh terbanting
ke bawah. Dari hidung, mulut dan telinganya mengalir darah dan ia
mati seketika !.
"Huh, sayang dia bukan Resi Bhargo wo! Resi Bhargowo, di
mana engkau" Muncullah di sini, aku siap menghadapimu,
Resi Bhargowo.....!!"
Cekel Aksomolo dengan tingkah so mbong menantang-
nantang me manggil Resi Bhargowo, Tiba-tiba dari atas pohon
me layang turun bayangan orang. Jokowanengpati dan Cekel
Aksomolo terkejut me mandang gerakan orang itu gesit sekali
dan ternyata dia adalah seorang kakek yang sudah tua sekali,
rambut dan jenggotnya putih se mua, pakaiannya juga putih,
kakinya telanjang.
Tanpa menghiraukan mereka yang duduk di atas kuda,
kakek ini men geluarkan suara ngak-nga k nguk-nguk seperti
kera, langsung mengha mpiri kera yang terbanting mati, lalu
mena ngis! Masih terisak-isak kakek tua itu me mbongkar dan
mengga li tanah, kemudian mengubur bang kai kera dan mena-
ngis lagi!. "Heh-heh, kau ini orang gila ataukah kera mabok
kecubung?" Cekel Aksomolo menegur karena merasa
mendongkol me lihat si kakek itu sa ma sekali tidak
me mperdulikannya, sedangkan cara mengubur bangkai kera
itu merupakan perbuatan yang terang-terangan berlawanan
Badai Laut Selatan Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
dan mencela perbuatannya me mbunuh kera tadi.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kini kakek itu me mbalikkan tubuh dan me mandang penuh
perhatian. Hanya sejenak saja ia memandang Cekel Aksomolo,
akan tetapi ketika pandang matanya bertemu dengan
Jokowanengpati, ia segera bertanya, suaranya parau,
"Apakah engkau yang bernama Pujo anak mantu Resi
Bhargowo?"
Jokowanengpati terkejut dan dia m-dia m timbul harapan
hatinya untuk men dengar dari kake k aneh ini di mana adanya
Resi Bhargowo. Maka ia lalu menjawab, "Ka lau aku betul Pujo bagaimana
dan kalau bukan bagaimana?"
"Krrrr! Krrrrr! Betul sombong.. .... sombong sekali.......!"
Kakek putih itu berjingkra k-jingkrak la lu bertanya kepada
Cekel Akso molo,
"Dan engkau ini tua bangka buruk apakah seorang cantrik
pengikut Resi Bhargowo?"
"Uuhh-huh-huh, sialan awakku! Eh , kera monyet ketek
kunyuk lutung!" la me ma ki. "Kalau benar bagaimana kalau
bukan bagaimana" " Ia men iru jawaban Jokowanengpati.
Kakek tua aneh itu bukan lain adalah Resi Telomoyo,
pertapa di puncak Gunung Telomoyo. Dia me mang beewatak
aneh dan edan-edanan, kadang-kadang seperti seekor kera.
Akan tetapi ia a mat marah kalau melihat seekor kera digang-
gu, maka sekarang ia marah bukan main melihat seekor kera
dibunuh secara keji Agaknya karena ia pe muja Hanoman,
tokoh kera sakt i, ia lalu menganggap binatang kera sebagai
segolongannya dan a mat menyayang binatang ini.
Mendengar jawaban-jawaban itu ia ma kin marah dan
berjingkrak, mengeluarkan gerangan-gerengan seperti seekor
kera jantan marah.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Cantrik tua mau ma mpus! Tanpa sebab kau me mbunuh
seekor kera yang tidak berdosa. Biarlah kubunuh juga engkau
dan kau lihat siapakah di antara kau dan kera tadi yang akan
mendapat te mpat lebih nikmat di ala m ha lus ! "
Baru saja ucapannya habis, tubuhnya sudah meloncat dan
ia menerka m Cekel Akso- molo yang mas ih duduk di atas kuda!
Menyaksikan gerakan orang yang amat cekatan ini dan
sambaran angin pukulan a mat dahsyat keluar dari tangan
yang hendak mencengkeram, Cekel Aksomolo terkejut sekali
dan cepat ia menangkis dengan tangan kanannya sambil
menge rahkan tenaga saktinya.
"Bressss!!"
Hebat sekali tenaga sakti kedua orang tokoh tua ini, sa ma
dahsyat dan kuatnya berjumpa di tengah udara dan akibatnya,
keduanya terpental seperti disa mbar halilintar! Resi Telomoyo
terpental dan berjungkir balik sampa i lima kali di udara, baru
tubuhnya turun ke arah tanah sejauh lima meter.
Adapun Cekel Aksomolo juga terpental dari atas kudanya,
me layang seperti sebuah layang-layang putus talinya, dan
turun ke atas tanah seperti sehelai daun kering sambil
menyumpah-nyu mpah!
Sejenak keduanya saling pandang dari jarak sepuluh meter,
Saling pandang dengan terheran-heran dan kedua mulut
mereka t iada hentinya mengeluarkan bunyi aneh.
Resi Telomoyo me ngeluarkan suara meringkik-ringkik
sedangkan Cekel Akso molo menyumpah-nyu mpah.
Dua puluh e mpat orang pengawel yang melihat
pertandingan dimulai, cepai melompat tutun dari kuda masing-
masing dan lari mendekati, mencabut pedang dan golok lalu
mengurung te mpat pertandingan, siap untuk men geroyok
kakek seperti kera itu. Adapun Jokowanengpati dia m-dia m
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
merasa gembira sekali karena agaknya kini Cekel Aksomolo
bertemu tanding.
Betapapun juga, ia ingin mende ngar dari kakek aneh ini
apa sebabnya mencari Pujo dan apakah kakek ini me ngetahui
tempat sembunyi Resi Bhargowo Di sa mping itu, iapun
bersiap-siap untuk mengeroyok jika Cekel Aksomolo tidak
ma mpu menga lahkan lawannya. Untuk menguji kepandaian
kakek aneh ini, ia lalu me mberi tanda kepada kepala pa sukan
untuk maju menangkap Resi Telomoyo.
Kepala pasukan me mberi aba-aba dari dua belas orang
pengawal serentak maju dengan senjata di tangan mengurung
kakek yang sudah mula i menggaruk-garuk punggung seperti
seekor kera. "Orang tua, menyerahlah kami be lenggu!" bentak kepala
pengawal, diam-dia m merasa sungkan juga harus mengerahkan dua belas orang anak buahnya hanya untuk
menang kap seorang kakek kurus tua renta yang bertangan
kosong. "Ha-ha-ha-ha, apakah kalau kaki tanganku sudah
dibelenggu, kalian merasa akan menang " Majulah, aku
me lawan mu dengan tangan dan kaki terangkap seperti
dibelenggu!"
Resi Telomoyo ber kata sambil tertawa dan benar saja, ia
me rangkapkan kedua tangan dan juga kedua kakinya, berdiri
agak me mbongkok dan matanya yang kecil itu me lirik-lirik
nakal seperti mata seekor kera.
Tentu saja sikap ini me mbuat para pengawal menjadi
marah dan juga geli, mengira bahwa kakek ini tentulah
seorang yang sudah miring otaknya atau sudah pikun dan
linglung saking tuanya.
Karena itu,kepala pasukan me mberi aba-aba, "Serbu dan
tangkap dia, boleh pukul tapi jangan bunuh!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Bagaikan ber lomba mencari jasa, dua belas orang pasukan
pengawal itu menubruk maju, pedang dan golok dibalikkan
karena mereka hanya ingin menggunakan punggung senjata
yang tidak tajam saja. Sambil tertawa mengejek dan
berteriak-teriak, mereka menyerbu ke depan. Tiba-tiba tubuh
kakek itu mencelat ke atas dengan keadaan tegak dan dari
atas ia me mbalik turun.
Benar saja seperti janjinya, ia tidak pernah me lepas kedua
tangan dan kakinya yang tetap menjadi satu, akan tetapi
begitu tubuhnya bergerak menya mbar-nyambar ke bawah,
terdengar teriakan-teriakan ngeri dan robohlah dua be las
orang itu satu demi satu, roboh karena dihantam siku atau
lutut, bahkan ada yang roboh karena gempuran kepala si
kakek yang bera mbut putih!
Mereka roboh tumpang-tindih, mengerang-erang dan
mer intih-rintih tanpa dapat bangun kembali sedangkan Resi
Telomoyo sudah berdiri kembali di tempat tadi, "Pertempuran"
ini tidak lebih satu men it la manya!.
"Rrriiiiikkkk....... ttrrriiikkk.......!!"
Tiada hentinya bunyi berkeritik yang a mat nyaring ini dan
kiranya Cekel Aksomolo sudah me langkah maju dan me mutar
tasbihnya yang mengeluarkan suara sakti untuk merobohkan
kakek lawan tangguh itu.
Jokowanengpati terkejut sekali karena tidak me mpergunakan alat penutup telinga, maka ia cepat-cepat
mengerahkan ilmu dan ajiannya, mengerahkan tenaga sakti
dalam tubuh, menya lurkan hawa panas tenaga sakti itu ke
arah sepanjang telinganya untuk meno lak pengaruh suara
mujijat. Sejenak Resi Tolomoyo yang diserang! langsung oleh suara
itu, bergoyang-goyang tubuhnya, kemudian ia mer ingkik-
ringkik dan menggereng-gereng sa mbil berloncatan, ma kin
la ma suaranya makin cepat dan nyaring, mengimbangi suara
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tasbih sehingga terjadilah "adu suara" yang sa ma sekali tidak
merdu di antara keduanya, didorong oleh tenaga sakti tingkat
tinggi. Kasihan adalah nasib sisa dua belas orang yang belum
roboh. Begitu mende ngar suara berkeritik dari tasbih Cekel
Aksomolo, mereka menggigil. Kali ini Cekel Aksomolo tidak
menggunakan nada suara tinggi halus untuk me mecahkan
kendangan telinga, melainkan me mpergunakan nada suara
keras untuk me ngguncang jantung.
Dua belas orang itu menja mbak-ja mbak dada yang terasa
sakit dan tak lama kemudian mereka sudah terjungkal roboh
dan berkelojotan seperti cacing yang terkena abu, dan betapa-
pun mereka menutupi telinga, suara itu tetap menerobos
masu k dan seakan-akan menusuk-nusuk jantung.
Apalagi setelah kakek rambut putih itu mengeluarkan suara
pula yang amat tidak enak didengar, keadaan mereka ma kin
tersiksa. Adapun dua belas orang pengawal yang lain tidaklah
begitu menderita. Mereka telah terluka parah dan kelemahan
tubuh mereka me mbuat mereka segera roboh pingsan begitu
mendengar suara sa kti,
Cekel Aksomolo makin penasaran dan juga marah, apalagi
setelah me lihat betapa selain kake k putih itu tidak
terpengaruh oleh suara tasbihnya, juga se mua pengawal
sudah roboh, bahkan Jokowanengpati dalam keadaan
setengah samadhi sehingga takkan dapat me mbantunya.
Dala m gebrakan pertama ini dia sudah rugi. Karena itu,
dengan gemas ia menghentikan suara tasbihnya dan
me mbentak, "Kunyuk tua manusia monyet liar! Siapakah engkau berani
ma in-main di de panku" Apakah kehendakmu" Apakah kau
sudah bosan hidup?"
"Ha-ha-ha, aku me mang bosan hidup, akan tetapi bukan
engkau yang menentukan! Apa engkaupun belum bosan,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
cantrik tua bangka" Tubuhmu sudah bongkok, pipimu sudah
peyot, kulit mu sudah keriput, akan tetapi mata mu masih
me man carkan nafsu! Ha-ha-ha, aku tidak ada waktu untuk
me layanimu, yang kuperlukan si Pujo ini!"
Begitu berhenti ucapannya, secepat kilat menyambar, Resi
Telomoyo sudah menggerakkan tubuhnya berkelebat ke arah
Jokowanengpati yang sudah sejak tadi bersiap-siap.
"Aiihhh.......?""
Terkejut sekali Resi Telomoyo ketika melihat sambarannya
tidak berhasil, dapat dielakkan oleh pemuda itu dengan
gerakan yang tangkas sekali. Tidak aneh, karena Jokowanengpati bukanlah pe muda se mbarangan, ia adalah
bekas murid terkasih E mpu Bharodo yang sudah men urunkan
ilmu meringankan tubuh Bayu Sa kti!.
Jokowanengpati me man g seorang pemuda yang me miliki
watak tinggi hati, tidak mau kalah dan me mandang rendah
orang lain. Terhadap Resi Telomoyo tentu saja ia tidak mau
me mandang rendah dan sudah dapat menduga bahwa kakek
seperti kera ini me miliki ilmu kesaktian t inggi, akan tetapi ia
belum puas kalau belum mencobanya sendiri. Pula, dia adalah
seorang pemuda cerdik.
Andaikata di sampingnya tidak ada Cekel Aksomolo yang
dapat diandalkan untuk me mbantu dan menolongnya apabila
ia terancam bahaya, agaknya sikapnya terhadap lawan sakti
ini akan lain lagi. Kini, me lihat betapa ia ma mpu me ngelak
terhadap terkaman si kake k put ih, hatinya menjadi besar dan
sambil me mba likkan tubuhnya ia bersiap dengan kuda-kuda
yang kokoh kuat.
Begitu kakek ra mbut putih itu menubruk lagi. ia menge lak
ke kiri sa mbil balas menghanta m dengan tangan kanan ke
arah dada, disusul dupakan kaki kiri ke arah lutut kanan
lawan. Pukulan tangan 3okowanengpati amatlah ampuhnya
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
karena ia me mpergunakan aji pukulan Siyung Warak yang
mengandung penuh tenaga sakti dan sanggup menghancurkan batu gunung! 3uga pukulan kakinya a mat
dahsyat, apalagi yang dijadikan sasaran adalah lutut.
Betapapun saktinya seseorang, apabila, sambungan lututnya
terlepas, tentu akan menjadi pincang dan berkurang
kegesitannya. Namun, betapa kagetnya hati 3okowa-nengpati ketika
pukulan tangan kanannya itu berte mu dengan daging dada
yang lunak dan me mbuat tenaga pukulannya seakan-akan
tenggelam ke dalam air yang tak berdasar, adapun
tendangannya yang menyusul itu sa ma sekali tidak mengenai
sasaran. Cepat ia menarik pukulannya dan melompat ke
belakang dengan muka pucat. Tahulah ia bahwa lawan yang
tua ini benar-benar merupakan tandingan berat yang me miliki
tenaga dalam yang sukar diukur tingkatnya!
"Ha-ha-ha, sebegitu saja kepandaianmu" Lebih baik kau
menurut saja kubawa!"
Kembali Resi Telomoyo menubruk hendak menangkap
lawannya yang murta dan gesit, namun kemba li Jokowanengpati dapat menge lak me mpergunakan Ilmu Bayu
Saktinya.
Badai Laut Selatan Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Sambil mengelak ia tidak mau tinggal dia m. Ia maklum
akan keku atan kakek ini, akan tetapi juga dapat menduga
bahwa kakek ini me miliki bagian-bagian tubuh yang tidak
kebal, buktinya tadi tendangan yang diarahkan kepada
sambungan lutut, tidak berani kakek itu mener imanya. Kini
Jokowanengpati menyerbu dan mainkan Ilmu Silat Jonggring
Saloko yang ia warisi dari gurunya. Empu Bharodo me mang
seorang sakti yang terkenal dengan dua macam ilmunya, yaitu
Bayu Sakti sebagai ilmu mer ingankan tubuh yang me mbuat
pertapa itu dianggap dapat terbang saking tingginya ilmunya
ini, dan kedua adalah Ilmu Tombak Jonggring Sa loko.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ilmu to mbak ini kabarnya belum pernah me nemui tanding
dan juga ilmu to mbak ini meru pakan rahasia yang tidak
diturunkan kepada muridnya oleh Empu Bharodo. Akan tetapi
sebagai pecahan ilmu tombak ini diciptakan lah ilmu pukulan
tangan Jonggring Saloko dan ilmu inilah yang ia turunkan
kepada muridnya.
Karena Jokowanengpati me mpergunakan ilmu pukulan
Jonggring Saloko, sebuah ilmu yang diciptakan oleh Empu
pharodo sendiri, tentu saja amatlah ampuhnya. Apalagi karena
ilmu ini dima inkan dengan dasar Aji Bayu Sakti yang me mbuat
geraknya menjadi cepat seperti kilat sedangkan ke dalam
kedua tangannya ia isi dengan aji pukulan Siyung Warak,
maka pada saat itu pe muda ini benar-benar tak boleh
dipandang ringan!
"Bagus! Hebat juga!"
Berkali-kali Resi Telomoyo me muji. Dia benar-benar kagum
sekali, dan harus mengaku dala m hati bahwa belum pernah ia
bertemu lawan sekuat ini, apalag i lawan seorang rnuda.
Kalau saja ia tidak menang kuat ilmu dalamnya dan tidak
lebih matang ajiannya, agaknya sukar untuk menanggulangi!
sepak terjang setangkas ini. Ah, pantas saja muridnya, Roro
Luhito yang man is, yang mungil dan denok, tergila-gila kepada
pemuda ini. Tida k aneh.
Memang pemuda pilihan, pemuda ge mblengan yang patut
sekali menjadi sua mi Roro Luhito muridnya! Aku harus dapat
menang kapnya dan me mbawanya ke depan Roro Luhito, pikir
sang resi. Oleh karena itu ia tidak mau main-ma in lebih la ma
lagi biarpun ingin ia menguji sa mpai di mana hebatnya
kepandaian pemuda ini.
Segera ia mengeluarkan seruan meringkik, tubuhnya
bergoyang-goyang kedua lengannya dikembangkan dan jari-
jari tangannya terbuka, matanya mendelik mulutnya terbuka
menyeringai. Inilah Ilmu Sosro Satwo (Seribu Binatang) yang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sudah mencapai tingkat tinggi sekali! Seketika Jokowanengpati
mere mang tengkuknya karena Aji Sosro Satwo yang di-
pergunakan Resi Telomoyo itu me mang me mancarkan wibawa
yang mujijat. Sebelum pe muda ini dapat menenteramkan hatinya, ia
sudah diserbu hebat. Kedua lengan tangan resi itu seakan-
akan tela menjadi puluhan banyaknya dan Jokowanengpati
mendengar suara bermaca m binatang liar di sekelilingnya! Ia
hanya dapat mengerahkan Bayu Sakti, mundur-mundur sambil
menge lak dan menangkis sedapatnya.
"Werrrr......, ssyyuuuut.......!"
Sinar hitam meluncur ke depan menya mbar kepala Resi
Telomoyo yang cepat melompat mundur karena hawa
sambaran benda bersinar hita m itu luar biasa sekali
pengaruhnya. Ternyata Cekel Aksomolo yang sudah maju.
Kakek pertapa Gunung W ilis ini berkata,
"Mundurlah, raden. Biarlah a ku yang maju. Hayo, kunyuk
tua manusia kera., majulah. Akulah lawan mu, tua sama tua!
Huh-huh!" Resi Telomoyo sudah menjadi marah sekali, akan tetapi
iapun merasa heran. Mengapa ada seorang cantrik yang agak-
nya lebih sakti daripada Pujo" Ia merasa direndahkan kalau
hanya dilawan oleh seorang cantrik saja. Maka sambil
menggera m keras ia menerjang maju dengan pukulan Kapi
Dibyo. Kedua tangannya menghantam dengan hawa pukulan
jarak jauh yang cukup merobohkan lawan dari jarah jauh
tanpa menyentuh orangnya.
Akan tetapi Cekel Aksomolo tertawa dan menyambut lawan
dengan hantaman tasbihnya yang ampuh.
Resi Telomoyo tidak berani me nerima hanta man tasbih ini,
tasbih yang mengarah lehernya dari kiri, cepat tubuhnya
miring ke arah kiri, menyelinap di antara sinar hita m tasbih,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
akan tetapi melanjutkan pukulan tangan kirinya menebak
(me mukul dengan telapak tangan) dada lawan.
Cekel Aksomolo tentu saja tidak mau menga mbil resiko
pukulan yang ampuhnya bukan ma in ini, yang menda tangkan
hawa panas, maka ia juga men dorong dengan telapak tangan
kanannya me mapaki tangan lawan.
"Dukkk!!"
Untuk kedua kalinya dua tenaga sakti yang dahsyat
bertemu d i udara dan akibatnya hebat. Tubuh Resi Telomoyo
terlempar ke belakang, terjengkang dan berjungkir balik
beberapa kali dengan amat tangkasnya. Akan tetapi Cekel
Aksomolo juga terdorong ke belakang, terhuyung-huyung
hampir roboh. Keduanya terpental sampai lima meter ke
belakang dan kini berhadapan dengan mata terbelalak kagum
dan kaget. "Uuh-huh-huh, kiranya bukan semba rang orang! Eh,
kunyuk tua, sebelum ma mpus di tangan Cekel Aksomolo,
mengakulah, siapa gerangan engkau ini dan apakah engkau
tadi terlalu banyak minum arak ma ka tiada hujan tiada angin
menga muk seperti kera mabok?"
Tercengang Resi Telomoyo mendengar na ma ini. Ia
menggaruk-garuk belakang telinganya la lu terkekeh.
"Wah-wah, kiranya bukan ce kel se mbarang cekel, bukan
cantrik se mbarang cantrik! Kusangka cantrik bujang Resi
Bhargowo, siapa tahu ternyata Cekel Aksomolo si cantr ik iblis!
Heh, cekel bongkok, aku adalah Resi Telomoyo! Mengapa
engkau me lindungi si Pujo ini yang hendak kuba wa untuk
me mpertanggungjawabkan perbuatannya " Hayo, benar-
benarkah kau hendak mengadu kesaktian, menguji a mpuhnya
mantera tebalnya aji?"
Kini giliran Cekel Aksomolo yang kaget. Belum pernah ia
bertemu me mang, baru kali ini, na mun na ma Resi Telomoyo
sudah pernah ia dengar, dan menyaksikan akibat benturan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tenaga sakti tadi, ia maklum bahwa ma nusia seperti monyet
ini sa ma sekali tak boleh dipandang ringan.
Sementara itu, Jokowanengpati ketika mendengar bahwa
kakek itu ada lah Resi Telomoyo yang kabarnya sakti
mandraguna seperti Sang Hano man di ja man Ra mayana, juga
menjad i terkejut.
Pemuda cerd ik ini me mang sedang berusaha mengumpulkan sekutu yang pandai-pandai, maka cepat ia
berkata, "Mohon pa man Resi Telomoyo sudi mengampunkan saya.
Saya sama sekali bukanlah Pujo yang paman car i. Saya
bernama Jokowanengpati, murid E mpu Bharodo."
Resi Telomoyo tertegun, kecewa dan mendongkol.
"Mengapa tidak dari tadi menga ku" E mpu Bharodo saudara
seperguruan Resi Bhargowo" Kalau begitu engkau sama
busuknya dengan Pujo ! Tampak pada kilatan mata mu. Huh,
walaupun pakaian mu pakaian satria, ilmu kepandaian mu ilmu
satria, namun matamu mata jalang, kau tentu satria tukmisi
satria batuk kelimis (dahi halus, dimaksudkan mata
keranjang)!"
"Huh-huh-huh, celaka, tiada hujan tiada angin me maki-
maki. Monyet mende m (mabo k)! Terima sajalah, raden,
hitung-hitung buang sebel (sial)! Dia kake k ma bok, kalau
dilayani bukankah sa ma ma-boknya?" Cekel Aksomolo
berkata. "Wah lagaknya si cekel bongkok! Kau inipun tua-tua tuanya
keladi, makin tua" ma kin menjadi-jadi! Tua-tua kelapa, ma kin
tua makin keras tempurungnya,makin banyak santannya!
Kakek tuwek (tua) kurus kering bongkok juling seperti kau ini
tentu masih suka mengejar-ngejar wanita ayu!"
Cekel Akso molo mencak-menca k saking marahnya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Heh keparat Resi Telomoyo, mulut mu bobrok asal njeplak
(terbuka) saya memaki orang seenak seenak perutnya.
Rasakan tasbih keramat ini!"
Dengan amarah meluap-luap Cekei Aksomolo menerjang
dengan tasbihnya, juga Jokowanengpati setelah mendapat
kenyataan bahwa kakek putih itu tidak dapat diajak berteman,
mencabut kerisnya dan ikut pula me nerjang maju.
Resi Telomoyo kaget sekali. Kalaudikeroyok dua, ia bisa
celaka, ma ka ia lalu me ngeluarkan teriak keras seperti seekor
kera dan tubuhnya mencelat ke atas, tahu-tahu ia sudah
menya mbar ranting pohon dan sambil terkekeh-kekeh ia
me larikan, diri dengan cara meloncat-loncat di atas pohon.
Akan tetapi sebelum meloncat jauh, ia me mbuka jubah
bagian bawah dan menya mbarlah "air hujan" dar i atas
men impa Cekel Akso molo dan Jokowanengpati!.
Kedua orang itu cepat meloncat ke pinggir, akan tetapi
tetap saja sebagian lengan mereka terkena air. Ketika itu
tercium bau pesing dan tahulah mereka bahwa si kakek gila-
gilaan itu sambil melarikan diri telah menyira m mereka dengan
air kencing! Benar-benar persis Watak nakal seekor monyat.
Jokowaneng-pati merasa geli dan juga men dongkol sekali
akan hinaan ini. Akan tetapi a langkah herannya ketika ia
me lihat Cekel Aksomolo menggerak-gerakkan
hidung mencium-cium, mukanya menjadi pucat sekali dan bibirnya
berkata perlahan,
"Untung tidak kena kepala.......!"
"Kena kepa lapun mengapa, eyang" Dapat dicuci!"
"Uuuh-huh-huh, sial dangkalan bertemu monyet tua
bangka! Biarpun dapat dicuci, penghinaan ini sekali waktu
harus kubalas! Awas dia, kelak kutangkap dan kupaksa ia
minum air kencingnya sendiri!!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Akan tetapi diam-dia m Jokowanengpati merasa bersangsi
apakah kakek ini akan sanggup me laksanakan anca mannya,
mengingat betapa si manusia kera itu benar-benar sakti, dan
belum tentu kalah oleh Cekel Aksomolo. Pemuda ini sama
sekali tidak mengira bahwa tadi hampir saja pertapa lereng
Wilis itu me mbuka rahasianya sendiri.
Seperti banyak ahli-ah li ilmu h ita m yang selalu me mpunyai
pantangan, juga Cekel Aksomolo me mpunyai semaca m sirikan
atau pantangan yang aneh, yaitu kepalanya tidak boleh
tersiram air kencing. Ini merupakan pengapesan atau
kenaasannya. Makin bersih air kencing itu, ma kin ce lakalah
dia. Air kencing anak-anak tentu akan membuatnya lumpuh
seketika kalau mengenai kepalanya.Biarpun air kencing Resi
Telomoyo tidak sebersih air kencing ana k-anak, dan hanya
mengenal lengan nya bukan kepalanya, namun sudah cukup
lumayan, membuat kepalanya pening sebentar dan mau
muntah!. Dengan hati penuh kegemasan, Jokowanengpati terpaksa
meno long anak buahnya, kemudian rombongan ini me lanjutkan perjalanan pulang ke Kadipaten Selopenangkep
dengan tubuh le mas.
Usaha mencari Pujo tidak berhas il, malah mereka
mendapat hinaan dari Resi Telomoyo! Bersungut-sungut
Jokowanehgpati dan Cekel Aksomolo me masuki Kadipaten
Selopenangkep. Orang-orang sama terhe ran me lihat betapa
pasukan yang ketika berangkat dahulu gagah-gagah itu kini
pulang dengan pakaian kumal, wajah kesal dan pakaian kusut,
bahkan ada yang masih me ngerang-erang dan ada pula yang
tertelungkup di atas punggung kudanya, terlukai Seperti
pasukan kalah perang.
Akan tetapi, ada hiburan bagi Jokowangpati dan Cekel
Aksomolo dalam kegemasan mereka, yaitu bahwa Kadipaten
Selopenangkep sudah kedatangan tamu-tamu agung.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Selain Wisangjiwo yang datang bersama dua orang wanita
sakti yang bukan lain adalah Ni Durgogini, dan Ni Nogogini,
juga kedatangan beberapa orang sakti lain yang akan
me mper kuat persekutuan mereka diharapkan datang dalam
beberapa hari, yaitu di antaranya Ki Warok Gendroyono dari
Ponorogo dan Ki Krendoyakso dari Bagelen!.
Secara singkat Jokowanengpati men ceritakan usaha
mereka mencari Pujo dan Resi Bhargowo tidak berhasil,
sebaliknya di tengah jalan bertemu dengan Resi Telomoyo dan
terjadilah perselisihan yang mengakibatkan terlukanya para
pengawal. "Manusia kera yang tua itu benar-benar menjemukan
sekali," Jokowanengpati mengakhiri ceritanya. "Tanpa alasan
dia mencari keributan dengan kami. Tentu saja para perajur it
bukan lawan nya. Kami berdua sudah turun tangan dan tentu
dia akan ma mpus kalau saja tidak lekas-lekas lari
me mpergunakan kegesitannya seperti monyet, meloncat-
loncat ke atas pohon sukar dikejar."
"Uuh-huh-huh, lain kali t idak kuberi a mpun si monyet tua
dari Telomoyo!" Cekel Akso molo ikut bicara.
"Aku pernah mendengar tentang Resi Telomoyo manusia
monyet, kukira hanya dongeng belaka, kiranya benar-benar
ada," Ni Nogogini ikut bicara dan matanya mengerling ke arah
Wisangjiwo. Akan tetapi Ni Durgogini agaknya tidak
Badai Laut Selatan Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
me mperhatikan cerita itu. Ia sedang kesima me mandangi
wajah Jokowanengpati yang ganteng dan matanya menyinar kan api gairah.
Kemudian Adipati Joyowiseso me mper kenalkan kedua
wanita sakti itu kepada Cekel Akso molo dan Jokowanengpati.
"Waduh-waduh..,..,, sudah terlalu la ma mendengar na ma
andika berdua yang hebat menjulang ke angkasa! Siapa sangk
kedua nini yang sakti mandraguna jug amat cantik jelita
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
seperti bidadari-bidadari kahyangan! Uh-huh-huh!" Cekel
Aksomolo me muji.
Dia m-dia m Wisangjiwo merasa khawatir sekali kalau- kalau
gurunya dan bibi gurunya akan menjadi marah. Akan tetapi
ternyata tidak. Mala gurunya tersenyum man is sekali sa mbi
menger ling ke arah Jokowanengpati da berkata,
"Paman Cekel Aksomolo terlalu me muji. Dan orang muda
ini yang bernam Jckowanengpati" Pernah aku mendenga dari
muridku Wisangjiwo bahwa kau adalah murid Empu Bharodo,
betulkah, raden?"
Suaranya manis sekali, sepert orang bertembang, sehingga
Jokowanengpati yang ditanya sejenak tertegun ia papat
menjawab, terpesona. Bukan main kakangmas Wisangjiwo,
pikirnya, punya guru begini ayu, begini denok, menggiurkan!
"Dimas Joko, kau ditanya guruku!" Wisangjiwo menegur
geli, ma klum betapa tamunya itu terpesona dan ada rasa
bangga di hatinya.
"Oh..... ah....., betul, bibi! Tetapi hanya bekas murid.....
sekarang bukan muridnya lagi. Kami berselis ih faham. Bapa
Empu terlalu me mbela sri baginda sedangkan saya menentang
kekuasaan orang Bali....."
Ni Durgogini dan Ni Nogogini saling pandang tanpa
menge luarkan kata-kata mendengar ucapan ini, hanya cuping
hidung mereka bergerak sed ikit.
Tidak ada orang lain yang lebih dekat dengan sepasang
orang Bali yang kini menjad i raja dan patih Mataram, daripada
mere ka. Ni Durgogini dahulu adalah se lir kinasih ki patih
sedangkan Ni Nogogini selir kinas ih (terkasih) sang prabu!
Akan tetapi merekapun mengandung denda m terhadap raja
dan patih karena mereka telah diusir!.
Adipati Joyowiseso lalu cepat-cepat mempersilahkan
mereka duduk di ruangan dalam dan me mer intahkan para
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
abdi (pelayan) untuk mengeluarkan hidangan yang memang
telah disediakan.
Suasana di kadipaten dalam pesta-pora untul menghormat
tamu-ta mu agung dan didatangkanlah penari-penari dan
penyanyi-penyanyi pilihan untuk menghibur mereka. Kamar-
kamar terbaik dibersihkan dan dipersiapkan untuk para ta mu.
Melihat betapa Ni Durgogini tertarik kepada Jokowanengpati, diam-dia m Ni Nogogini girang hatinya.
Terbukalah kesempatan baginya untuk mendekati Wisangjiwo
yang amat la ma ia rindukan itu.
Di la in fihak, Wisangjiwo juga bisa menangkap arti kerling
mata bibi gurunya yang semenjak setahun yang lalu dil pantai
Laut Selatan, tak pernah ia jumpai pula.
Isteri Wisangjiwo, Listyokumolo yang bernasib malang, oleh
putera adipati itu sudah lama dipulangkan kembali kepada
ayahnya, seorang lurah dusun di sebelah timur Gunung Lawu.
Semenjak itu, Wisangjiwo merasa lebih bebas, sekarangpun
karena di situ tidak ada isterinya, kedatangan Ni Durgogini
dan Ni Nogogini benar-benar merupa kan anugerah bagi
kehausan nafsunya.
Lirik dan senyum man is Ni Nogogini penuh arti dan
me mber i janji-janji banyak yang muluk-muluk. Karena di situ
ada gurunya, tentu saja Wisangjiwo tidak berani banyak
tingkah, dan ia hanya dapat menanti. Kalau tidak ada gerakan
dari bibi gurunya sendiri, mana berani ia main-ma in" Ia hanya
dapat menanti dan akan menanti sampa i ma la m nanti.
Harapan dan dugaan Wisangjiwo mema ng tidak me leset.
Menjelang tengah malam, pesta dibubarkan dan para tamu
dipersilah kan beristirahat di kamar masing-mas ing. Suasana
menjad i sunyi sekali dan da la m kesunyian itu lah W isangjiwo
menanti. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Menanti untuk waktu sebentar saja karena tak lama
kemudian jendela kamarnya terbuka dari luar dan bagaikan
sehelai selendang sutera halus dan ringannya, melayanglah
tubuh Ni Nogogini me masuki kamarnya! Rindu dendam
mereka sudah ditahan-tahan selama setahun, ma ka tanpa
bicara lagi Wisangjiwo bangkit dan menge mbangkan kedua
lengannya menya mbut dengan penuh kegembiraan dan
berdekap ciumlah kedua insan budak hawa nafsu itu.
"Bibi," Wisangjiwo berbisik per lahan ketika mendapat
kesempatan, "ni guru berada di sini, aku..... takut....."
Ni Nogogini tertawa lirih.
"Takut" Hi-hi-hik! Kau mau tahu apakah yang saat ini
sedang dilakukan oleh orang yang kautakuti itu " Mari...... kau
ikut aku sebentar dan kau akan me lihat apakah kau perlu
takut atau tidak kepa da mbok-ayu Durgogini!"
Tak se mpat Wisangjiwo me mbantah karena ia sudah
dipeluk dan dibawa keluar kamarnya seperti seorang anak
kecil saja. Ternyata Ni Nogogini me mba wanya ke kamar JokoWanengpati dan wanita sakti itu tanpa mengeluarkan
suara membawanya mende kat jendela. Pada saat itu
terdengarlah bisik-bis ik di dalam kamar diseling suara ketawa
lirih, suara gurunya !
"Cah bagus (anak tampan)....... , kenapa tanganmu ini
kehilangan kelingkingnya.......?"
Suara Ni Durgogini lirih,merdu, dan manja. Hafal benar Wisangjiwo akan suara
ini, suara gurunya kalau sedang berc inta!
"..... eh, ini....." Digigit..... ular....." jawab Jokowanengpati
dengan suara tersendat-sendat.
"Ihhh, ular apa?"
"..... anu ular kuning berlidah merah "
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"He mmm, dengan ular saja kau kalah sampai kehilangan
kelingking" Aku tu kang me mper mainkan ular. Ular apa saja!
Segala maca m racun ular t idak a kan me mpan terhadapku!"
"Ah, tentu saja. Bibi seorang sakti mandraguna, ratu
gunung dan hutan, tentu segala binatang si hutan takluk
kepadamu....."
"Kau ingin belajar aji mena klukkan ular?"
"Tentu saja, kalau bibi sudi mengajar ku....."
"Hi-hik, kita lihat saja. Kalau kau cukup manis dan pandai
menyenangkan hatiku, mungkin....."
Wisangjiwo mengirik tangan Ni Nogogini yang tersenyum
lebar dan sekali me lompat Ni Nogogini sudah meninggalkan
gjendela sambil menge mpit pinggang oran muda itu dalam
gulungan lengan kirinya Beberapa detik kemudian mereka
sudah kembali ke da la m kamar W isangjiwo dile mparkannya
pemuda itu di atas pe mbaringan dan ditubruknya.
Mereka bergumul di s itu sa mbil tertawa-tawa. Setelah
mendapat kenyataan bahwa gurunya sendiri bermain gila
dengan Jokowanengpati Wisangjiwo dapat melayani kehendak
bibi gurunya dengan gembira dan tidak ragu-ragu lagi. Ia
tidak marah kepada Jokowanengpati karena maklum bahwa
tidak ada laki-laki yang dapat menolak kehendak gurunya itu.
Hanya ia merasai heran mengapa Jokowanengpati
me mbohong tentang kelingkingnya yang putus, Bukankah
dahulu bercerita bahwa jari kelingking kirinya putus karena
bacokan senjata ketika ia dikeroyok gero mbolan! perampok"
Mengapa pula sekarang me ngatakan digigit ular" Yang mana
yang benar".
Akan tetapi sepak terjang Ni Nogogini yang ganas dan liar
me mbuat ia segera lupa akan Jokowanengpati, lupa akan
segala, tenggelam dalam lautan nafsu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Memuakkan me ma ng bagi mereka yang bersusila!
Mengerikan bagi mereka yang tahu membedakan perbuatan
baik dan buruk, bag i mereka yang belum bejat ahlaknya.
Di Kadipaten Selopenangkep, di malam har i itu, terjadilah
perbuatan mesum dan hina oleh dua pasang manusia yang
tenggelam dalam perjinaan, men ikmati perbuatan maksiat, tak
sadar bahwa mereka menjadi ha mba hawa nafsu dan
berenang di te mpat kotor. Tiada ubahnya binatang-binatang
kerbau yang bergelimang dalam lu mpur, men ikmati air lumpur
kotor yang mene mpel di tubuh.
Setiap ada kese mpatan, siang maupun malam, kedua orang
wanita sakti itu tentu akan menyeret kedua orang muda untuk
me muas kan kehausan mereka yang tak kunjung pada m.
Bagaimana dengan Cekel Aksomolo" Tiada bedanya!
Maklum a kan selera kakek itu, Adipati Joyowiseso sengaja
me manggil beberapa orang abdi wanita yang cantik-cantik
untuk me layani si kakek bandot tua.
Karena pelayanan inilah maka tiga orang sakti yang sama
"mutunya" ini merasa betah tinggal di kadipaten, menanti
datangnya orang-orang sakti lain yang ditunggu-tunggu oleh
Adipati Joyosiseso.
Adipati inipun ma klum akan perbuatan Ni Durgogini dan Ni
Nogogini, akan tetapi karena sepaham se kwalitas, adipati ini
dapal me ma klumi dan bahkan dia m-dia m mera sa girang
bahwa puteranya dan calon, mantunya dapat melayani dua
orang wanita sakti itu dengan baiknya.
Dengan pelayanan-pelayanan me muaskan ini sudah boleh
dipastikan bahwa tiga orang sakti itu takkan terlepas dari
tangannya, akan merupa kan pe mbantu-pe mbantu setia dan
berguna bagi cita-citanya.
Beberapa hari kemudian berturut-turut datanglah tamu-
tamu agung yang diundang dan la ma dinanti-nanti itu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Pertama-tama yang datang adalah Ki Waro k Gendroyono,
seorang kakek berusi enam puluh tahunan yang rambutnya
sudah banyak ubannya, namun tubuhnya masih kekar penuh
otot-otot, kaki tangan nya seperti e mpat kaki s inga, muka nya
berkulit hitam terbakar sinar matahari, matanya bersembunyi
di balik alis yang panjang, kalau me ma ndang orang me lotot
seperti orang marah, bicaranya kasar dari apa adanya tanpa
tedeng aling-aling, jujur mbejujur. Pakaiannya serba hitam
dengan celana sebatas lutut, kolornya (ikat pinggangnya)
besar sebesai ibu jari kaki, dua kali me lilit pinggang tapi
ujungnya masih panjang bergantungan di depan, pada
ujungnya sekali dis impul besar.
Kelihatan lucu kolor itu, akan tetapi jangan main-main
dengan benda ini. Semua warok me musatkan ilmunya pada
benda yang dapat dipergunakan sebagai senjata atau jimat
inilah, dan kolor yang dipakai Ki Warok Gendroyono berwarna
kuning dengan belang-belang hitam merah bukanlah kolor
sembarang kolor, melainkan kolor sakti yang ampuh dan
disebut Ki Bandot. Kabarnya, demikian a mpuhnya Ki Bandot
ini seh ingga sekali saja simpul di ujungnya menghantam
lawan, sama hebatnya dengan gigit an seekor ular Bandot
yang berbisa !.
Ki Warok Gendroyono tidak datang seorang diri, melainkan
dengan seorang sahabatnya yang dikenal sebagai yan
baurekso (penjaga) Danau Sarangan di lereng Lawu. Karena
dari Ponorogo ke Se lopenangkep me lalui jalan ini, maka Ki
Warok Gendroyono singgah di te mpa tinggal sabahatnya,
bicara tentang undangan Adipati Joyowiseso yang memusuhi
Raja Mataram, dan Ki Tejoran de mikian na ma sahabatnya itu,
menjad i tertarik lalu ikut bersa manya.
Ki Tejoran berusia ha mpir lima puluh tahun tubuhnya tinggi
kurus dan mukanya puca seperti penderita penyakit kuning,
mata nya sipit dan bicaranya sukar sekali dan pelo (tak dapat
menyebut R). Memang dia seorang perantau dari Tiongkok
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
yang sejak mudanya bertapa di Danau Sarangan. Dia ahli silat
tangan kosong dan yang amat terkenal adalah permainannya
dengan sepasang golok.
Kemudian datang pula ta mu dari barat, yaitu Ki
Krendayakso. Hebat sekali tubuh kakek ini. Usianya kurang
lebih e mpat puluh tahun, akan tetapi tubuhnya tinggi besar
me la mpaui ukuran man usia biasa, pantasnya seorang raksasa
di ja man pewayangan! Matanya melotot lebar dan bundar,
hidungnya besar pesek, mulutnya tak tampa k tertutup
cambang bauk yang hitam tebal dan kaku seperti kawat,
bajanya yang besar itu seakan-akan tidak kuat menahan
tubuhnya seperti hampir pecah di sana-sini jika tubuhnya
bergerak. Di pinggangnya sebelah kanan tergantung sebuah senjata
yang mengerikan, yaitu sebuah penggada yang terbuat
daripada baja, ujungnya berduri dua di kanan kiri seperti
taring singa Inilah dia Ki Krendayakso kepala ra mpok di
Bagelen yang sudah terkenal namanya di mana- mana karena
banyak sudah orang dari empat penjuru menga la mi gangguan
apabila lewat di daerahnya, yaitu hutan Mundingseto.
Kedatangan Ki Krendayakso ini diikuti oleh selusin anak
buahnya yang kesemuanya tinggi besar, kasar-kasar dan kuat,
karena me mang mereka semua adalah "orang-orang hutan"
yang tidak mengenal tata susila atau sopan santun.
Namun Adipati Joyowiseso yang cerdik dan pandai
Badai Laut Selatan Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
bersiasat itu menerima mere ka dengan ra mah di ta man,
bahkan lalu me mer intahkan para abdinya menyediakan
tempat tersendiri untuk selosin orang anak buah Ki
Krendayakso, member i mereka hidangan-hidangan enak agar
mereka t idak merasa bosan menanti kepala mere ka yang
menjad i ta mu agung di kad ipaten.
Dengan ge mbira
Adipati Joyowiseso
dibantu oleh Wisangjiwo dan Jokowaneng-pati, mengaja k para tamunya ke
ruan tamu di mana telah tersedia hidangan hidangan lezat.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Maka duduklah mereka men gitari me ja yang penuh
makanan dan minuman. Adipati Joyowiseso diapit-apit
Wisangjiwo dan Jo kowanengpati kemudian berturut-turut
duduk Ni Durgogini, Ni Nogogini, Cekel Aksomolo, Ki Warok
Gendroyono, Ki Tejoranu, dan paling ujung Ki Krendayakso.
Adipati Joyowiseso menghaturkan terima kasih atas
kedatangan para tamu agungnya, kemudian ia me nyinggung
nyinggung tentang keadaan Mataram yang kini dikuasai oleh
seorang raja keturunan Bali yang kini telah menaklukkan
seluruh daerah Matara m la ma.
Disinggungnya pula bahwa selain rajanya keturunan Bali,
juga raja ini tidak menghargai orang jawa sehingga
patihnyapun sahabatnya sendiri, seorang dari Ba li pula.
"Terus terang saja, " Adipati Joyowiseso melanjutkan kata-
katanya, "saya sendiri seorang taklukan dan kini masih
menjad i adipati adalah berkat kemurahan Sang Prabu
Airlangga. Akan tetapi, hati siapa akan puas menyaksikan
keadaan di istana" Biarlah kita terima kenyataan bahwa raja
dan patihnya orang-orang Bali, akan tetapi siapa dapat
menahan perih hati me lihat kenyataan yang pahit tentang
nasib sang pra meswari puteri me ndiang Prabu Teguh
Dhar mawangsa" Betapa pedih hati ini me mikirkan puteri
keturunan raja kita dahulu, yang kini rela mengundurkan diri
menjad i pertapa karena mengalah sehingga kedudukannya
tergeser dan dirampas oleh seorang puteri bekas musuh lama,
puteri dari Sriwijaya ! "
Semua orang terdia m, tak ada yang bicara setelah kata-
kata Adipati Joyowieso ini berakhir.
Hanya Ni Nogogini bekas selir Raja Airlangga, menjeb ikan
bibirnya yang merah, akan tetapi kepala-nya diangguk-
anggukkan. Masing- masing terlelap da la m la munan dan
kenangan sendiri. Memang se mua juga tahu akan keadaan di
kerajaan. Tahu bahwa sang prameswari (permaisuri), puteri
mendiang Prabu Teguh Dhar mawangsa yang menjadi isteri
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pertama Prabu Airlangga, kini mengundurkan diri dan menjadi
pertapa bertapa dengan julukan Sang Pane mbaha Kilisuci.
Sunyi setelah Adipati Joyowiseso menghentikan kata-
katanya. Kemudian terdengar suara Ki Warok Gendroyono
yang keras dan nyaring, dibarengi tangannya yang besar dan
berat menggebrak meja,
"Aku tidak tahu tentang urusan dalam istana raja dan aku
tidak peduli dia hendak menceraikan semua isterinya atau
kawin lagi! Bukan urusanku! Akan tetapi dua tahun yang la lu,
karena me mbunuh tiga puluh orang musuh-musuhku, aku di
tangkap oleh ki patih, kemudian dijatuh hukuman penggal
kepala. Ha-ha-ha! Segala maca m pedang dan golok kanak-
kanak di Mataram mana yang ma mpu me menggal leherku"
Agaknya sang prabu gentar menyaksikan betapa golok dan
pedang tidak berhasil menabas atau melukai batang leherku,
maka aku dibe baskan. Akan tetapi aku selalu diawas i, dan
semua ini merupa kan penghinaan yang takkan dapat
kulupakan, terutama sekali Ki Patih Kanuruhan!"
"Hi-hi-hik!" Ni Durgogini tertawa sambil me mandang Ki
Warok Gendroyono.
"Ki Warok Gendroyono, aku pernah mendengar bahwa
Rakyana Patih Kanuruhan adalah seorang yang digdaya sekali.
Engkau sendiri tadi menga kui telah ditangkap olehnya.
Bagaimanakah cara mu hendak me mbalas denda m?"
Mata itu melotot ke arah Ni Nogogini ketika ia menjawab,
"Betul bahwa dahulu aku kalah olehnya, akan tetapi apakah
kau kira selama ini aku t inggal dia m saja" Tidak, aku sudah
me mperdalam ilmu, mencar i aji yang akan dapat kupakai
untuk menandinginya.Lihat saja nanti, apakah ia akan kuat
menadahi ke ampuhan Ki Bandot!"
Sambil berkata demikian, tangannya mengelus-elus ujung
kolor yang berada di bawah perut di antara kedua pahanya,
sehingga gerakan ini tentu saja nampak lucu dan tidak patut!
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ki Warok benal.......!" kata Ki Tejoranu mengangguk-
angguk. "Bialpun ki patih lihai sekali, tentu ada yang lebih
tinggi. Ilmu tidak ada batasnya, makin dikenal ma kin tinggi.
Saya dengal banyak olang lihai di Matalam, kalau tidak
sekalang ikut sobat-sobat mencoba kepandaian meleka, untuk
apa kita belajal ilmu?"
Biarpun kata-katanya pelo, namun se mua yang hadir dapat
menang kap artinya dan tahulah mereka bahwa pertapa Danau
Sarangan ini adalah seorang petu alang yang hanya tertarik
akan mengadu ilmu. Akan tetapi Ki Warok Gendroyono yang
jujur berkata sa mbil tertawa,
"Wah, sahabatku Ki Tejoranu! Selain mencari korban
kehebatan sepasang golokmu, apakah kelak kau tidak akan
menerima nya apabila me mperoleh paha la dan disodori
kedudukan pangkat" Kalau begitu, biarlah kelak aku yang
mewakili-mu menerima semua pahala."
"Hayaaaa...... bukan begitu, Ki Walok sobat baik! Kalau
kalah saya mati kalau menang sudah patut telima hadiah." Ia
tertawa meringis dan sepasang matanya menjadi ma kin sipit
sehingga tinggal merupa kan dua gar is me lintang saja.
Kini Adipati Joyowiseso meno leh ke arah kepala ra mpok
dari Bagelen yang duduk di ujung meja dan tiada hentinya
menggerogoti paha ayam sa mbil mendorong dari tenggorokan
ke perut dengan arak ketan.
"Se mua saudara sudah menyatakan pendapatnya, bolehkah
kami me ndengarkan pendapat mu tentang Mataram, kisanak?"
Menghadapi seorang pera mpok besar yang kasar dan liar
ini, tidak ada sebutan lain yang leb ih tepat. Ki Krendroyakso
sendiri menyebut ki sanak (saudara) kepada siapapun yang ia
jumpai !. Ki Krendroyakso mencuci mulut dan tenggorokannya
dengan arak lebih dulu sebelum menjawab, matanya melotol
lebar dan ca mbang bauknya bergerak gerak.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Hee mmmmm, kalau kalian mau mengge mpur Matara m,
aku dan anak buahku s iap setiap saat! Kami pernah dige mpur
oleh pasukan Mataram, banyak anak buahku tewas. Raja
Mataram yang sekarang ada lah musuhku!"
Setelah berkata demikian, kemba li ia menyambar daging
kambing dan me lahapnya tanpa me mpedulikan orang la in.
"Uuh-huh-huh, demi segala jim dan setan iblis peri
gadungan, siluman banaspati tetekan! Bagus, bagus.....
semua telah menyatakan kebencian dan permu suhan
terhadap si Raja Bali. Huh-huh tapi bagaimana pelaksanaannya" Mataram me miliki panglima-pang lima dan
senopati senopati yang sakti mandraguna! Apakah tenaga kita
mencukupi" Uh-huh-huh kalau sampai gagal, kita se mua tidak
urung akan binasa.......!"
"Bruuuukkkk!" Ki Warok Gendroyono menggebrak meja
sampai tergetar dan1 piring-piring berloncatan. "Paman Cekel
Aksomolo apakah takut?"
"Uh-huh-huh, sialan awakku, disangka takut. Bukan takut,
Ki Warok, akan tetapi kita harus mengatur siasat, harus
mengukur tenaga sendiri dan me mbandingkannya dengan
tenaga calon lawan..... "
"Paman Cekel Aksomolo berkata benar!" Tiba-tiba
terdengar suara halus suara Ni Nogogini.
"Me mang harus berhati-hati dan sekali bertindak ceroboh
selain usaha gagal juga kita akan binasa Benar apa yang
dikatakan mbok ayu Ni Durgogini tadi. Baru Narota ma Patih
Kanuruhan itu saja kedigdayaannya sudah men ggiriskan,
apalagi kalau kita ingat akan Sang Prabu A irlangga send iri
yang sakti mandraguna! Seakan-akan Sang Batara Wisnu
sendiri yang menjelma. Dala m kedigdayaannya, biarpun sang
prabu ini saudara seperguruan ki patih, namun ilmunya jauh
me la mpauinya! Karena itulah, selain kita harus berhati-hati,
juga harus dapat melihat keadaan dan pandai me milih waktu."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Sekaranglah waktunya!" tiba-tiba Ni Durgogini berkata.
"Kalau mau me milih yang pa ling tepat, sekarang inilah!"
"Mbok-ayu, apa maksudmu?" Ni Nogogini bertanya,
sedangkan yang lain-lain juga menengok me mandang wajah
ayu kemayu dan mata yang kocak bening itu.
Bibir yang merah basah tanpa dubang (air kapur sirih) itu
merekah me mbayang kan kilatan gigi yang putih.
"Kalian semua belum tahu bahwa pada saat ini Kerajaan
Mataram kehilangan sebuah pusaka yang selama ratusan
tahun menja di la mbang kejayaan Mataram, Patung kencana
Sri Batara Wishnu telah lenyap dari keraton!"
Semua orang menyambut berita ini dengan kaget.
Terdengar suara ah-ah-oh-oh dan semua mata me mandang
wajah ayu Ni Durgogini, bukan karena kagum oleh kecantikan
me lainkan oleh rasa ingin tahu yang besar. Wanita itu
mengangguk-angguk.
"Pusaka keramat itu lenyap tak meninggalkan bekas. Sang
prabu gelisah, bahkan mengutus ki patih sendiri untuk turun
tangan keluar dari istana pergi mencari patung kencana yang
hilang. Nah, pada saat pusaka keramat lenyap dan Kerajaan
Mataram menyura m, apalagi ki patih tidak berada di keraton,
bukankah saat ini adalah saat terbaik?"
"Uh-huh-huh, Jagat Dewa Batara! Semoga selalu jaya
wijaya bagianku dan apes sial dangkal bagian musuh-
musuhku! Uh-huh, aku pernah mendengar bahwa patung
kencana itu a mat bertuah, siapa mendapatkannya akan
menerima wahyu (anugerah dewata) mahkota, berhak
menjad i raja tanah Jawa! Aku mendengar pula bahwa di
dalam patung kencana itu tersimpan pusaka Brojol Luwuk
(keris tanpa ganja berwarna abu-abu), satu-satunya pusaka
yang mampu mene mbus jantung raja yang sudah kehilangan
wahyunya! Uh-huh-huh, yang paling perlu sekarang adalah
mendapatkan patung
kencana itu leb ih dulu, baru
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mengguling kan Raja Bali di Kahuripan. Pusaka keris Brojol
Luwuk dalam patung kencana menjad i ajimat sejak Prabu
Sanjaya mendirikan Matara m, selalu menjad i patung bertuah
selama Kerajaan Mataram berdiri. Ketika dahulu lenyap dari
keraton, Mataram runtuh dan ha mpir terbasmi habis,
ditaklukkan oleh Kerajaa Syailendra, Setelah pusaka itu
didapatka kembali oleh Sang Rakai Pikatan, Mataram bangkit
dan jaya kembali. Perna hilang pada waktu Kerajaan Medang,
baru didapatkan kembali oleh Raja Airlangga dari Bali yang
kini disebut Raja Kahuripan. Uh-huh-huh, sekarang lenyap,
bukankah itu berarti akan runtuhnya Kahuripan dan
bangkitnya ke mbali Mataram yang dahulu?"
Mendengar ini se mua orang termenunj Mereka se mua
me miliki hati dendam penasaran terhadap Sang Prabu
Airlangga, merasa dirugikan dita mbah lagi mengingat bahwa
Sang Prabu Airlangga dan Narota ma patihnya adalah orang-
orang Bali. Kenyataan bahwa sesungguhnya Airlangga juga
masih seorang ketu runan Raja-raja Mataram tidak mereda kan
kebencian mereka. Sebetulnya, Airlangga yang menjadi mantu
Raja Medar terakhir, yaitu Teguh Dhar mawangsa adalah anak
kemenakan dari per maisuri Raja Medang ini. Ibu Airlangga
adalah Puteri Matara m yang berna ma Mahendradata yang
men ikah dengan Pangeran Udayana dari Bali.
"Akan tetapi kalau harus mencari pusa ka yang hilang,
sampai kapankah kita dapat bergerak menghancurkan
Kahuripan?" Ni Nogogini berkata tidak puas. "Mencari pusaka
bukanlah hal yang mudah, apalagi ki patih sendiri juga sedang
mencari-carinya."
Kembali se mua orang meragu, dan akhirnya terdengar
suara Jokowanengpati. Pemuda ini me mang, cerdik, kata-
katanya jelas, buah pikirannya masuk akal dan begitu ia
bicara, perhatian mereka semua tertarik,
"Saya rasa pendapat Ni Durgogini bahwa kini sudah tiba
saatnya adalah benar, juga pendapat eyang Cekel Aksomolo
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
agar kita mencari pusaka yang hilang lebih dulu juga benar
pula. Kita harus dapat menyatukan pendapat-pendapat benar
dan mencari manfaat dari padanya. Menurut pendapat saya
yang muda dan bodoh, marilah kita mencari pusaka yang
hilang itu dengan terpencar. Sementara kita mencari pusaka
yang hilang, kita kerahkan tenaga, kita didik orang-orang di
pedusunan menjad i perajurit untuk me mperbesar bala tentara
kita, karena betapapun juga, tanpa pasukan yang besar dan
kuat, usaha kita takkan berhasil. Tentang keadaan di
Mataram, tak perlu dikhawatirkan karena kakangmas
Wisangjiwo bertugas di sana sehingga dialah yang wajib
mengawasi gerak-gerik di istana Kahuripan sehingga kita
mengetahui se mua perubahan dan raha sianya. Kalau pasukan
yang kita tempa sudah cukup kuat dan s iap, baru kita
bergerak. Syukur kalau pada waktu itu kita sudah dapat
mene mukan pusa ka yang hilang."
Semua yang hadir di situ mengangguk-angguk setuju.
Memang, mengadakan perlawanan terhadap Raja Airlangga
dan patihnya, Narotama bukanlah hal yang ringan dan mudah,
karenanya perlu siasat yang
Badai Laut Selatan Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
matang. Tiba-tiba Jokowanengpati berkata lagi,
"Karena pusaka patung kencana itu merupakan la mbang
kejayaan Mataram dan siapa me milikinya mendapat wahyu
mah kota Mataram, sebaiknya kita putuskan bahwa siapa di
antara kita yang ma mpu mendapatkannya, akan kita angkat
sebagai pimpinan persekutuan ini dan andaikata kelak
berhasil, dialah yang akan diangkat menjad i Raja Mataram!"
Semua orang kaget, akan tetapi setelah dipikir secara
menda la m, me mbenarkan juga pendapat ini.
"Uuh-huh-huh, itu sudah tepat sekali!" kata Cekel
Aksomolo. "Benar dan adil!" seru Ki Krendayakso. "Sekarang juga aku
akan mengerahkan ana k buahku mencar i pusa ka!" Ia sudah
bangkit berdiri, ke lihatannya tergesa-gesa.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Adipati Joyowiseso tersenyum dan cepat menahan raksasa
ini. Di dalam hatinya ia sudah khawatir juga akan usul
Jokowanengpati yang disetujui semua orang. Bagaimana kelak
akan jadinya andaikata Ki Krendrayakso kepala rampok ini
yang mendapatkan pusa kanya"
"Harap kisanak bersabar dan tidak tergesa-gesa. Semua
usul anakmas Jokowanengpati me man g tepat dan semua telah
menyetujuinya. Akan tetapi setelah para bijak dan pandai sudi
me langkah kan kaki datang ke Kadipaten Selopenangkep,
harap jangan tergesa-gesa pergi lagi. Selain itu, sudah a mat
la ma saya mendengar akan kesaktian anda sekalian. Setelah
kini ada kesempatan berjumpa, saya mohon sedikit petunjuk
untuk me mbuka mata saya, dan untuk me mbesarkan hati
menghadap i usaha kita yang a mat besar dan berbahaya ini.
Setelah menyaksikan kesaktian anda se mua, agaknya barulah
hati saya akan tenteram dan dengar penuh kepercayaan akan
dapat saya kumpulkan tenaga serta saya hubungi para adipati
di empat penjuru."
"Hayaaaa..." Ki Tejoranu berkata sa mbil bangkit berdiri.
"Laden Joko dan sang adipati, semua pintal bica la sekali,.
Saya tidak bisa bicala, cuma bisa ma inkan golok..."
Setelah berkata demikian, tiba-tiba tangannya bergerak dan
tampaklah sinar menyilau kan mata ketika sepasang goloknya
sudah dicabut. Sepasang golok itu ia putar-putar di sekeliling
tubuhnya merupakan gulungan dua gulungan s inar putih,
yang satu menyambar ke arah bangku kosong di sebelah kiri,
yang satu menya mbar pula ke arah seekor anjing yang sedang
sibuk menggigiti tulang di atas lantai.
Tidak terdengar suara apa-apa, dan kedua sinar itu lenyap,
Ki Tejoranu menyeringai sa mbil me masu kkan sepasang
senjatanya ke sarung, lalu duduk kembali setelah mengangkat
kedua tangan ke depan dada sa mbil ber kata,
"Maaf, siang-to (sepasang golok) yang buluk, tida k baik."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Adipati Joyowiseso tidak dapat mena han geli hatinya. Ia
me lihat bangku itu mas ih berdiri di te mpatnya, anjing itu
masih duduk me ndoprok, hanya tidak menggigit tu lang lagi,
kini menyalak lirih. "Ha-ha-ha, Ki Warok Gendroyono,
pertunjukan apakah yang diperlihatkan sahabatmu dari
Sarangan tadi" Cukup menyilaukan mata, akan tetapi terlalu
singkat waktunya dan apa gunanya?"
Ki Warok Gendroyono tertawa terbahak-bahak, lalu
berkata, "Harap kanjeng adipati periksa yang baik-ba ik!"
Setelah berkata demikian, Ki Warok Gendroyono menyentuh bangku di sebelah kiri, mendorongnya sedikit
dan..... bangku itu ternyata telah terbelah menjadi tiga,
agaknya saking tajam dan cepatnya gerakan golok, biarpun
sudah terbelah bangku itu mas ih kelihatan utuh dani tidak
roboh! Kemudian Ki Warok Gendroyono me mbentak dan
mengusir anjing h i ta m yang masih d uduk mendeprok. Anjing
yang mengeluarkan bunyi lirih itu meloncat dan.......
kepalanya menggelinding, lehernya yang telah sapat (terbabat
putus) itu me ngucurkan darah!
Kagetlah Adipati Joyowiseso dan parai ta mu.
Hebat sekali Ki Tejoranu yang kurus pucat itu. Melihat
orangnya yang kurus pucat, mendengar suaranya yang pelo
dan tidak karuan, benar-benar orang akan memandang
rendah. Akan tetapi melihat kenyataannya sekarang, benar-benar
sepasang goloknya itu mengerikan sekali. Lawan akan dapat
tewas terbabat golok tanpa terasa! Melihat semua orang
terdiam dan me ma ndang Ki Tejoranu dengan pandang mata
yang berbeda daripada tadi, penuh kagum dan heran, Ki
Warok Gendroyono tertawa lagi keras-keras.
Kemudian ia berkata, "Kanjeng Adipati Joyowiseso
menghendaki kita me mper lihatkan kepandaian. Setelah kita
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menjad i sahabat, pula setelah kita disambut dengan manis,
kenyang makan minum, sudah sepantasnya kita me men uhi
kehendaknya itu."
Sambil tertawa-tawa Ki Warok Gendroyono menangga lkan
bajunya sehingga tampak bahunya yang bidang, dadanya
yang menonjol dengan bulu tebal di tengah, kemudian ia
berkata kepada para penjaga yang menjaga pintu ruangan itu
setelah me manggil me reka.
"Hayo kalian gunakan to mba k dan golok kalian untuk
me mbaco ki tubuhku ini, boleh pilih bagian yang paling lunak!"
Tiga orang penjaga itu me mandang bingung.Tentu saja
mereka tidak berani melakukan hal ini, maklum bahwa kakek
ini adalah seorang di antara tamu agung yang dija mu oleh
adipati. Akan tetapi tiba-tiba Sang Adipati Joyowiseso sendiri
berkata, "Lakukan apa yang diperintahkan Ki Warok!"
Kini mengertilah tiga orang penjaga itu bahwa tamu itu
hendak mende monstrasikan kepandaiannya. Gembiralah hati
mereka dan ketiganya lalu me nggunakan to mbak mereka
menusuk, ada yang memilih perut, ada yang menusuk ulu hati
dan orang ketiga malah menusuk tenggorokan! Akan tetapi Ki
Warok adalah seorang yang kebal, tan tedas tapak paluning
pande (tidak me mpan senjata buatan pandai besi)! Begitu
mata tombak menyentuh kulit, terdengar suara "krek-krek-
krek" dan tiga orang itu terbanting jatuh karena leher to mbak
mereka patah-patah!
)ooodwooo( Jilid 08 "HA-HA-HA! Hayo pergunakan keris dan golok kalian!" Ki
Warok tertawa sambil me ngelus-elus jenggot dengan tangan
kiri sedangkan tangan kanannya bertolak pinggang.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tiga orang penjaga itu merayap bangun dengan muka
merah. Kemudian mereka bertiga la lu mencabut keris dan
golok, menyerang lagi, menusuk dan me mbacok sekenanya.
Bahkan ada yang me nusuk muka, me mbacok kepala, pendek-
nya mereka menghujani tubuh Ki Warok dengan senjata
mereka. Namun sia-sia, serangan itu se mua tidak ada artinya
bagi orang sakti ini dan begitu ia menge rahkan tenaga, keris-
keris menjad i patah dan golok-golok rompal semua!
Tiga orang penjaga itu mengundurkan diri dengan muka
pucat. "Wah, hebat sekali! Ki Warok Gendroyono benar-benar
seorang sakti mandraguna!" kata Adipati Joyowiseso girang
dan kagum. Ki Warok hanya tersenyum dan mengenakan
kembali bajunya.
Kepandaian seperti itu saja apa sih anehnya, ia pikir. Belum
lagi ia me mper lihatkan keampuhan Ki Bandot! Akan tetapi
kolor pusaka ini hanya boleh dipergunakan di waktu
menghadap i lawan tangguh, sama sekali tidak boleh dibuat
ma in-main. Melihat orang-orang sudah mulai me mper lihatkan
kepandaian, Ki Krendoyakso yang baru berusia e mpat puluh
tahun itu menjadi panas perutnya. Dia adalah seorang kepala
rampok yang terperosok ke dalam peryakinan ilmu hita m,
seorang ahli racun, akan tetapi selain kepandaian yang
menyeramkan ini iapun terkenal seorang yang amat kuat. Kini
ia celingukan me ma ndang ke kanan kiri, kemudian keluar
jendela. Ruangan tamu di belakang ini mene mbus sebuah
taman yang ta mpak dar i jende la yang terbuka lebar.
Segera ia bangkit dan ber kata,
"Aku yang bodoh dan kasar hanya dapat bermain-ma in
dengan pohon di luar itu."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tanpa menanti jawaban ia me langkah le bar, keluar dari
pintu dekat jendela lalu mengha mpiri pohon dalam taman.
Semua orang meno leh dan meno nton melalui jendela.
Begitu dekat dengan pohon, Ki Krendayakso me masang
kuda-kuda, berseru keras dan lengan kanannya yang panjang
besar itu meluncur ke depan, dengan jari-jari terbuka ia
menusukkan jari-jari tangannya kepada batang pohon. Ba-
gaikan lima batang pisau runcing, kelima jar i tangan kanan itu
menancap ke da la m pohon, lalu dicabutnya kembali. Se mua
orang termasuk Adipati Joyowiseso me mandang rendah
pertunjukan ini.
Apa sih sukarnya ini" Asal orang me mpelajari sed ikit ilmu
saja, tentu ma mpu menusukkan tangannya ke dalam batang
pohon! Mengapa raksasa yang terkenal ini hanya ma mpu
me lakukan hal yang serendah ini" Akan tetapi baru saja
Adipati Joyowiseso berpikir de mikian, tiba-tiba Jokowanengpati
berseru, "Lihat daun-daun itu, bukan main!"
Adipati Joyowiseso memandang dan mukanya menjadi
pucat me mbayangkan kengerian. Daun-daun di atas pohon itu
menjad i layu secara mendadak dan kini mulai rontok
berhamburan dengan warna berubah kuning! Ternyata tangan
yang menusuk batang pohon tadi telah menyalurkan hawa
beracun yang sedemikian hebatnya sehingga ma mpu
meracun i semua daun di atas pohon yang besar. Bukan main!
Pohon saja tidak ma mpu me nahan, apalagi kalau tubuh orang
yang terkena tusukan jari-jari tangan itu!
Ki Krendayakso tidak hanya berhenti sa mpai di situ. Tiba-
tiba ia berseru keras, tubuhnya menyerbu ke depan dan
dengan keras sekali bahu dan kepalanya menabrak batang
pohon. Terdengar suara hiruk-pikuk dan..... batang pohon yang
sudah tak berdaun lagi itu tumbang! Ki Krendayakso
tersenyum lalu berjalan kembali ke ruangan ta mu dengan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
lenggang seenaknya dan langkah lebar-lebar, disa mbut pujian-
pujian Adipati Joyowiseso dan ta mu-tamu lainnya.
"Tiga orang saudara yang sakti telah me mberi pertunjukan," kata Adipati Joyowiseso. "Biarpun saya sudah
menyaksikan kesaktian pa man Cekel Aksomolo, akan tetapi
untuk me mpererat perkenalan dengan yang lain, ada baiknya
apabila pa man sudi me mber i sedikit pertunjukan untuk
mera maikan perte muan ini."
Cekel Akso molo tertawa terkekeh.
"Ahh, aku seorang yang tidak punya na ma. Karena aku
hanya mengandalkan kepada aksomolo (tasbih), maka tanpa
aksomolo aku bukan apa-apa. Biarlah tasbihku me mberi
sedikit pertunjukan, kalau kurang me muaskan harap jangan
ditertawakan."
Setelah berkata demikian kakek itu mengeluarkan penutup-
penutup telinga sambil berkata lag i,
"Aku tidak mau me mbikin susah saudara-saudara yang
hadir di sini, juga tidak ber maksud me ma ndang rendah.
Karena itu aku sediakan penutup telinga ini dan bagi s iapa
yang hendak menutupi telinganya, kupersilakan menga mbil
sendiri dan me makainya. Akan tetapi kepada kanjeng adipati
kunasehatkan untuk me makainya."
Adipati Joyowiseso sudah maklum akan keampuhan tasbih
kakek ini, maka segera ia menjumput dua buah benda seperti
kapas, lalu tertawa sambil berkata,
"Suara tasbih pa man Cekel benar-benar hebat, saya tidak
berani menghadapinya tanpa me ma kai peno lak ini."
Juga Jokowanengpati segera mengambil sepasang benda
itu. Melihat ini Wisangjiwo juga menga mbil dua buah. Akan
tetapi lima orang sakti yang lain, Ni Nogogini, Ni Durgogini, Ki
Warok Gendroyono, Ki Krendayakso, dan Ki Tejoranu, hanya
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
me mandang sa mbil tersenyum saja, tidak menga mbil alat
penutup telinga.
Cekel Aksomolo lalu me manggil dua orang penjaga. Mereka
ini menjadi pucat, menggeleng-geleng kepala dan hendak
mengundurkan diri. Mereka maklum akan kesaktian kakek ini
yang sudah mereka saksikan sendiri ketika suara tasbih
me mper ma inkan
para penabuh ga me lan dan para waranggana. Akan tetapi bentakan Adipati joyowiseso me mbuat me reka
datang munduk-munduk (terbongkok-bongkok) dengan tubuh
menggigil. "Uahh-huh-huh, jangan takut kalian berdua. Aku tidak akan
mence lakai kalian, hanya akan me mper ma inkan kalian untuk
sekedar pertunjukan dan mengge mbirakan suasana," kata
Cekel Aksomolo sa mbil menggerakkan tasbihnya. Adipati
Badai Laut Selatan Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Joyowiseso, Jokowanengpati dan Wisangjiwo cepat menyumbat telinga mereka.
Tasbih di tangan Cekel
Aksomolo berkeritik perlahan akan tetapi makin
la ma makin cepat.
Terciptalah suara aneh
seperti tikus menger ikiti kayu dan terkejutlah lima
orang sakti yang hadir di
situ. Suara ini seperti mengorek kendangan telinga mereka, men imbulkan rasa keri (geli)
yang tak tertahankan. Cepat
mereka mengerahkan tenaga batin, mengumpulkan hawa sakti dan me nyalurkannya
ke telinga untuk me lawan pengaruh aneh ini. Akan tetapi
kedua orang penjaga itu sudah gulung-kuming (bergulingan)
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dan tertawa-tawa terpingkal-pingkal. Keadaan menjad i lucu
sekali. Seperti dua orang badut, mereka ini tertawa-tawa,
Keadaan menjad i lucu sekali.
Terkena pengaruh suara tasbih Cekel Aksomolo, kedua
penjaga itu tertawa terbahak-bahak tanpa berhenti. ada
kalanya terkekeh lalu terbahak-bahak dan di lain saat
terpingkal-pingka l tanpa mengeluarkan suara.
Kalau dilan jutkan, tentu mereka berdua akan kejang bisa
mati tertawa! Akan tetapi tiba-tiba suara tasbih berhenti dan dua orang
itu mendadak berhenti pula tertawa, terengah-engah lalu
bangkit berd iri. Akan tetapi kembali Cekel Aksomolo
menggerakkan tasbihnya dan kali ini yang terdengar suara
mbrengengeng (me ngaung) seperti ratusan ekor nyamuk
terbang di depan telinga.
Dua orang penjaga itu tiba-tiba menang is, tak tertahankan
lagi, menang is terisak-isak, jatuh berlutut, kmudian bergulingan dan masih menang is menggerung-gerung!
Hanya sebentar saja Cekel Aksomolo menyiksa mereka.
Tasbihnya segera berhenti bergerak dan dua orang penjaga
itu sadar kembali. Mereka mas ih terisak-isak ketika Cekel
Aksomolo me mberi tanda supaya mereka pergi. Adipati
Joyowiseso mengeluarkan penyumbat telinga, demikian pula
Jokowanengpati dan Wisangjiwo.
"Hebat sekali kepandaian pa man Cekel," kata sang adipati.
Juga lima orang sakt i itu dia m-dia m terkejut dan kagum.
Pantas saja nama Cekel Aksomolo amat terkenal, kiranya
kakek itu me miliki tenaga dalam dan hawa sakti yang a mat
kuat sehingga ma mpu menggerakkan tasbih sedemikian rupa
sehingga dapat menciptakan suara-suara mujijat yang amat
berbahaya bagi musuh.
Akan tetapi, dalam pertunjukan tadi, kelima orang itupun
masing-masing secara tidak langsung telah me mper lihatkan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kekuatan tenaga dalam mere ka dengan kesanggupan mereka
me lawan pengaruh suara tasbih itu.
"Uuh-huh-huh, apa sih artinya kepandaian seperti itu" Aku
seorang tua yang tiada gunanya. Mana bisa dibandingkan
dengan Ni Durgogini dan Ni Nogogini" Nama mereka
menjulang tinggi di angkasa, tentu kepandaian mereka berdua
ini juga setinggi langit!"
"Saya tidak berani menyusahkan kedua Nini Dewi, akan
tetapi karena semua sudah me mberi pertunjukan kiranya anda
berdua takkan berkeberatan pula menambah kegembiraan
pertemuan ini," kata Adipati Joyowiseso yang merasa sungkan
karena mereka berdua adalah wanita-wanita dan seorang di
antara mereka ma lah guru puteranya..
Ni Durgogini tersenyum. Bibirnya yang bawah bergerak-
gerak aneh menimbulkan kemanisan luar biasa dan
me mper lihatkan bibir sebelah dalam yang halus kemerahan
dan basah. "Ka mi adalah wanita, lebih menguta makan kehalusan,
biarlah aku ma in-main dengan segelas arak ini!"
Dengan gerakan lemah ge mulai dan cekatan ia mengisi
gelas araknya yang terbuat daripada perak, lalu mengangkat
dan menggenggam dalam tangan kanannya. Ia bangkit berdiri
dengan gelas arak di tangan sambil mengerahkan tenaga sakti
Bromosari yang ia ciptakan dan latih se lama tinggal di
Girilimut. Hebat bukan ma in kesudahannya.
Arak dalam gelas itu bergerak-gerak dan tak la ma
kemudian me ngeluarkan uap terus mendidih! Se merbak bau
arak ketika arak mendidih itu me ngeluarkan uap makin banyak
lagi. Ni Durgogini tersenyum, lalu meletakkan gelas arak itu di
atas meja. Masih mendidih araknya dan begitu gelas
diletakkan di atas meja kayu, papan di bawahnya menjadi
hitam karena panas!
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Hi-hik, aku mau meniru pertunjukan mbok ayu Durgogini!"
tiba-tiba Ni Nogo-gini berkata, mengis i cawan araknya sendiri
lalu bangkit berd iri sa mbil me me gangi cawan atau gelas
araknya seperti yang dilakukan Ni Durgogini tadi.
Akan tetapi kini terjadi sebaliknya. Mula- mula ta mpak
butiran-butiran air di se kitar gelas perak dan arak itupun
menge luarkan uap, dingin dan tak la ma kemudian araknya
me mbe ku dalam gelas! Ni Nogogini me mbalikkan cawan, akan
tetapi arak tidak tertumpah seperti benda cair, melainkan
jatuh ke atas meja se perti sepotong es!
"Hebat......!" seru Adipati Joyowiseso yang merasa
terheran-heran. Semua pertunjukan yang diper lihatkan ena m
orang sakti itu baginya seperti sihir dan sulap saja, dan
hatinya benar-benar men jadi besar.
Mendapat bantuan enam orang ini, ia yakin kelak cita-
citanya akan terlaksana. Bukan hanya Adipati Joyowi-seso
yang me muji, juga e mpat orang sakti yang hadir dia m-dia m
terkejut dan kagum menyaksikan kehebatan tenaga dalam
dan hawa sakti yang dimiliki dua orang wanita itu. Itulah
tenaga sakti yang luar biasa, yang me mbuat tangan mereka
ampuh melebihi senjata tajam, ampuh, kuat dan beracun pula.
Hebat me mang! Pesta dilanjutkan dalam suasana mer iah. Mereka telah
menga mbil keputusan untuk bersekutu dan melakukan ke-
giatan-kegiatan seperti berikut.
Pertama, masing-masing berlomba mencar i pusaka patung
kencana yang hilang dari istana Kahuripan (Mataram).
Ke dua, masing-masing dengan caranya sendiri menghimpun tenaga me mbentuk pasukan-pasukan yang kuat
dan menghubungi adipati-adipati dan golongan-golongan di
empat penjuru yang anti Kahuripan. Ke tiga, mereka akan
berusaha melemah kan Kahuripan dengan jalan me musuhi
para senopati dan tokoh-tokohnya, kalau mungkin me mbunuh
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mereka seorang de mi seorang dengan dalih per musuhan
pribadi. Langit di atas istana Kahuripan telah mendung. Kerajaan
Mataram telah terancam bahaya yang datangnya dari
Selopenangkep, dan se mua itu didahului dengan peristiwa
yang merupakan ra malan, yaitu dengan lenyapnya pusaka
patung kencana. Lenyapnya pusaka keramat ini menjadi tanda
kesuraman kerajaan.
Beberapa bulan kemudian, Jokowanengpati melakukan
perjalanan seorang diri menda ki Gunung Lawu. Dengan ilmu
kepandaiannya, ia dapat mendaki dengan tangkas, melompat-
lompat melalui jurang yang curam. Pemandangan a la m di
lereng Lawu amatlah indahnya, namun pada saat itu
Jokowanengpati seperti buta terhadap keindahan pemandangan alam. Ia tergesa-gesa sekali dan kadang-
kadang ia berhenti hanya untuk me mandang ke sekelilingnya.
Bukan sa ma sekali menikmati pe mandangan alam,
me lainkan untuk melihat kalau-kalau ada orang lain yang
me lihat pendakiannya. Ia sedang menuju ke tempat rahasia,
tidak ingin ada orang lain melihatnya.
Jokowanengpati adalah seorang pemuda yang selain
tangkas dan berilmu, juga a mat cerd ik dan hati-hati. Lega
hatinya melihat keadaan sekeliling lereng itu sunyi senyap.
Bahkan kini ia telah jauh me ninggalkan kelompok dusun
terakhir di lereng sebelah bawah. Makin ke atas makin
sunyilah keadaan dan tidak tampa k adanya dusun lagi.
Orang-orang pencari kayupun tidak akan sampa i ke tempat
setinggi ini, tempat yang berbahaya dan sukar didatangi.
Kemudian dengan cekatan ia melompat dan merayap ke arah
batu gunung yang merupakan karang tinggi. Dari tempat
tinggi itu lah ia mengintai dan tiba-tiba ia tersenyum puas. Di
sebelah kiri sana, sebelah barat dekat dengan sungai gunung,
tampak sekelompok ce mara yang pendek dan agak
kekuningan daunnya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ah, tentu itulah te mpatnya. Bekas pertapaan Taru Jenar
(Pohon Kuning) yang sudah kosong! Tentu di sana, tak salah
lagi!" kata hatinya dan cepat ia turun dan segera berlompatan
lagi menuju ke barat. Tak la ma kemudian tibalah ia di te mpat
yang dituju dan dari jauh ia sudah me lihat sebuah pondok
kecil. Di samping pondok tampak seorang wanita tengah
menghadap i tungku dan asap mengepul dari kwali di atasnya.
"Mirah......!" tegur Jokowanengpati dengan suara ge mbira
sambil lari men ghampiri. Wanita itu kaget dan meno leh.
Ternyata ia seorang wanita muda yang cukup cantik, berkulit
kuning bersih dan kembennya yang berkembang itu menan-
dakan bahwa ia bukan lah seorang dusun. Memang
sesungguhnyalah. Mirah bukar seorang wanita dusun.
Dia bekas abdi dalam istana Prabu Airlangga.
"Kakangmas Jo ko.......!"!"
Sukar diduga perasaan apa yang membayang pada wajah
ayu itu, akan tetapi ia tida k meno lak dan mandah saja ketika
Jokowanengpati me me luk, mendekap dan menciuminya
sambil me mbelai leher yang indah bentuknya.
"Manis, di mana kakang Wirat mo" Dan pa man Sunggono?"
"Di....... di dalam....... eh, mencari kayu........"
Wanita muda itu mengge liat kegelian oleh jari-jari tangan
Jokowa-nengpati yang nakal.
Pada saat itu terdengar suara seorang laki-laki penuh
kegembiraan, "Adikku Mirah pujaan hatiku, sudah matangkah masakanmu" Perutku lapar se...."
Ucapannya itu berhenti seakan-akan lehernya dice kik dan
mukanya yang berseri berubah pucat ketika laki-la ki muda itu
me lihat Jokowanengpati di situ.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
" Ah.......... Raden Jokowanengpati......... sudah..... sudah
la makah........" Maafkan saya tidak tahu akan kedatangan
raden sehingga tidak menya mbut......."
Jokowanengpati sudah melepaskan tanganya yang tadi
me mbe lai wanita itu, tersenyum dan berkata man is,
"Ka kang Wiratmo, baru saja aku tiba. Di mana pa man
Sunggono" Dan bagaima na dengan....... anu itu" Tentu
selamat sampai ka lian bawa ke sini, bukan?"
Tergopoh-gopoh W iratmo menjawab,
"Jangan khawatir, raden. Semua beres. Paman Sunggono
tadi baru mencari kayu di hutan sana. Biar saya panggil dia!"
Tanpa menanti jawaban Wiratmo segera menaruh kedua
tangan di kanan kiri mulutnya kemudian berteriak keras sambil
menghadap ke kanan.
"Paman Sunggonooooo.....!!
Raden Joko sudah datangggg.......!!! "
Suaranya keras bergema di dalam hutan itu. Orang muda
berusia tiga puluhan dan berwajah cukup ganteng itu segera
berpaling kepada Jokowanengpati sa mbil berkata,
Peristiwa Bulu Merak 6 Pendekar Sakti Suling Pualam Karya Chin Yung Kemelut Di Ujung Ruyung Emas 6