Pencarian

Badai Laut Selatan 5

Badai Laut Selatan Karya Kho Ping Hoo Bagian 5


"Marilah, raden, kita bercakap-cakap di da la m, sebentar lagi
paman Sunggono tentu datang. Mirah, segera selesaikan
masakanmu untuk menja mu Raden Jokowanengpati."
Jokowanengpati mengangguk dan keduanya me masuki
pondok. Setelah mereka duduk di atas bangku bambu
menghadap i meja jati, Jokowanengpati segera bertanya,
"Bagaimana perja lanan kalian bertiga ke sini" Tida k terjadi
sesuatu dan tidak ada yang tahu, kan?"
"Se mua beres, raden, tepat seperti yang kita rencanakan.
Setelah mendapatkan pusaka itu dari tangan raden, Mirah
me mohon kepada kanjeng ratu untuk pu lang ke dusun dengan
alasan rindu orang tua dan ingin me nikah. Untung tidak ada
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kecurigaan apa-apa dan Mirah dapat keluar istana bersama
pusaka itu dengan mudah. Sebagai seorang abdi dalam,
emban kanjeng ratu, siapakah yang men curigai dan berani
mengganggunya" Saya menje mputnya di luar istana, mengaku
kakak misannya dan kami berdua keluar dari kota raja. Di luar
kota raja, paman Sunggono sudah menje mput dengan kuda
maka ka mi bertiga dapat melarikan diri dengan cepat."
"Bagus! Aku t idak a kan melupakan jasa kalian bertiga,
Wiratmo. Dengan adanya
pusaka itu di tanganku, hemmmm..... siapa tahu kelak kau dan paman Sunggono akan
dapat terangkat menjadi pembesar-pembesar tinggi! Eh,
Wiratmo, di mana pusaka itu" Lekas kaukeluarkan,aku sudah
ingin sekali me lihat. "
"Ah, raden, mana berani kami menyimpannya di pondok
ini" Pusaka itu kami simpan di te mpat lain, tempat
tersembunyi. Kami orang-orang pelarian siapa tahu sewaktu-
waktu datang pengejaran dari istana! Kalau benda itu tidak
terdapat bersama kami, tentu kami akan bebas daripada
tuduhan-tuduhan."
Jokowanengpati mengangguk-angguk.
"Bagus, bagus! Memang seharusnya demikian, kakang
Wiratmo. Mar i kita ambil pusaka itu."
"Raden, harap raden bersabar, menanti sampai datangnya
paman Sunggono. Kita harus berhati-hati benar dan raden
cukup ma klum bahwa hanya paman Sunggono yang sudah
hafal akan keadaan daerah ini. Dialah yang mengusulkan
supaya pusaka itu disimpan di sebuah guha angker di lereng
atas. Kita tunggu dia pulang, raden, kemudian setelah dana
(ma kan) baru kita bersama pergi me ngambilnya. "
"Baiklah kalau begitu."
Tak la ma kemudian masuklah kedala m pondok seorang
laki-laki setengah tua berusia kurang lebih e mpat puluh lima
tahun, matanya bersinar tajam dan wajahnya me mbayangkan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
darah kebangsa-wanan. Inilah Sunggono yang sebenarnya
me mang mas ih keturunan seorang senopati. Ayahnya adalah
seorang senopati yang dahulu menjadi kaki tangan Ki Patih
Sepuh Hardogutomo, yaitu patih dari Sang Prabu Teguh
Dhar mawangsa. Patih ini bersa ma kaki tanganyya pernah me mberontok,
bahkan bersekutu dengan kaum pe mberontak dan tentara
Sriwijaya sehingga Sang Prabu Teguh Dhar mawangsa (ayah
mertua Airlangga) tewas dan Kerajaan Medang (Mataram)
terampas. Akan tetapi kemudian Airlangga berhasil merebut kembali
kerajaan itu, me mbasmi musuh di antaranya Ki Patih Sepuh
Hardogutomo dan kaki tangannya. Senopati itu, ayah
Sunggono, yang menjadi kaki tangan Patih Sepuh
Hardogutomo juga tewas dalam perang ini, akan tetapi
Sunggono yang ketika itu masih muda, sempat melarikan diri.
"Wah, anakmas Jokowanengpati baru tiba" Sungguh
anakmas telah me mbuat kami setengah mati menanti-nanti
dengan hati gelisah."-
Begitu me masu ki pondok, Sunggono menegur dengan kata-
kata halus. Jokowanengpati tersenyum dan menja wab,
"Maaf, paman. Banyak sekali soal penting yang
mengha lang sehingga saya tidak mendapat kesempatan untuk
me nyusul ke sini. Pa man harus ma klum bahwa kita harus
menghilangkan jejak dan harus berhati-hati sekali agar jangan
sampai men imbulkan kecurigaan. Selama setahun lebih ini,
saya bertemu dengan tokoh-tokoh sakti sehaluan, dan selalu
bersama mereka di Se lopenang kep. Biar pun mereka adalah
sahabat-sahabat
sehaluan, tetap saja saya harus merahasiakan te mpat ini. Baru sekarang saya mendapat
kesempatan menyusul ke sini, harap paman maafkan atas
kela m batan ini sehingga pa man menjad i tak ena k di hati."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Sudahlah, tidak apa karena sekarang anakmas sudah
datang. Akan tetapi selama berbulan-bulan itu hati saya selalu
gelisah dan ketakutan. Pusaka itu bertuah dan kita sa ma tahu
betapa orang se tanah Jawa ini ingin sekali me milikinya.
Apalagi orang-orang sakti yang mende ngar lenyapnya pusaka
itu tentu berlomba untuk men dapatkannya. Pusaka itu
la mbang kejayaan kerajaan dan mendatangkan wahyu
mah kota, pasti menarik semua orang gagah dari empat
penjuru untuk mendapatkannya. Bagaimana hati saya bisa
enak kalau dite mpati pusaka sea mpuh itu" Tidur tak nyenyak
makan tak enak.. ... eh, Mirah! Mana jamuan " Lekas
hidangkan kepada anakmas
Joko-wanengpati. Perutku
sendiripun sudah amat lapar!"
Sunggono berteriak-teriak, tidak tahu betapa beberapa
detik la ma nya Jokowanengpati me mandangnya dengan sinar
mata tajam. Memang pe muda ini kaget sekali. Kiranya orang
tua inipun sudah tahu keampuhan pusaka yang mereka larikan
dari istana Kahuripan!.
"Paman Sunggono, di manakah pusa ka itu disimpannya"
Aku ingin se kali mene rimanya sekarang juga."
"Sabar. ...., sabar anakmas. Setelah bersabar selama
setahun lebih, hampir satu setengah tahun sehingga kami
bertiga hidup seperti orang alasan (hutan), mengapa sekarang
anakmas begitu terge sa-gesa" Kita makan lebih dulu, baru
nanti bersama menga mbilnya. Benda itu kami simpan di
tempat rahasia yang aman."
Mirah me masu ki pondok me mbawa satu kwali penuh sayur
santen yang gurih baunya.
"Di gunung t idak ada daging, kangmas Jo ko. Kelapa inipun
harus men cari ke bawah gunung. Sayur-sayuran sih banyak!"
kata Mirah dengan senyum man is dan mata mengerling tajam
ketika ia meletakkan kwali di atas meja, kemudian dengan
lenggang dan gerak pinggul menggairahkan wanita ini pergi
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menga mbil nasi dan piring tanah, sebuah kendi terisi air dingin
dan batok (te mpurung kelapa) untuk minum.
"Wah, sayur bobor.......! Seger dima kan panas-panas
begini! Sila kan, anakmas!" Sunggono berkata ra mah.
Terpaksa Jokowanengpati menekan hasrat hatinya yang
ingin cepat-cepat menga mbil pusaka keraton Kahuripan, lalu
ikut makan bersama. Sayur itu memang enak dan gurih, dan
agak pahit karena dica mpur dengan daun pepaya.
"Pahitkah daun pepayanya, kakang-mas?" tanya Mirah.
Emban Mirah ini me mang dahulu menjadi seorang di antara
kekasih Jokowanengpati ketika mereka berdua masih bertugas
di Kah uripan. "Me mang daun pepaya biasanya pahit, akan tetapi kalau
engkau yang me masaknya, eh..... menjadi sedap, Mirah."
Sunggono tertawa bergelak, Wiratmo tersenyum sambil
menundukkan kepala dan Mirah tersipu-s ipu, ma lu akan tetapi
juga senang. Wanita mana di dunia ini yang t idak senang
kalau dipuji" Dipuji apa saja, wajahnya, pandainya memasak,
suaranya atau apa saja, asal yang memuji itu pria tentu
menyenangkan hatinya. Apalagi kalau pria itu seorang
pemuda seganteng Jokowanengpati!
Setelah kenyang makan nasi dan sayur sederhana diikuti air
jernih yang a mat dingin, bangkitlah Sunggono. Wajah orang
tua itu berseri-seri ketika ia berkata,
"Marilah, anakmas Jokowanengpati. Mari kita pergi
menga mbil pusa ka yang kusimpan dalam guha Margoleno.
Hayo Wiratmo dan Mirah, kalian ikut pula. Urusan ini diawa li
kita bere mpat, harus diakhiri kita berempat pula."
Berangkatlah mereka mendaki lereng yang terjal menuju ke
puncak yang penuh batu kapur.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Mengapa guha itu berna ma Margoleno (jalan maut),
paman Sunggono?" tanya Jokowanengpati.
"Entahlah, anakmas. Mungkin karena pertapa Taru Jenar
dahulu kabarnya mati di dalam guha ini selagi bertapa," jawab
Sunggono. Perjalanan dilanjutkan dan tak la ma kemudian berhentilah
mereka di depan sebuah guha yang besar dan gelap. Di atas
guha yang merupakan punca k karang kapur, tu mbuh rumpun
yang lebat, juga di kanan kiri guha. Kelelawar terbang keluar
masu k guha itu sehingga me nambah serem.
"Mari kita masuk, anakmas," kata Sunggono agak takut-
takut. Namun Jokowanengpati sama sekali t idak takut. Dengan
langkah lebar dan gagah ia me masuki guha itu dan sebentar
saja mereka ditelan kegelapan, tak ta mpak dar i luar.
Terdengar suara Mirah menahan napas dan sedu, disusul
suara Wiratmo men desis mencegahnya bicara. Jokowanengpati me nengok.
"Paman, kau di ma na.......?"
Tiada jawaban! Jokowanengpati mendengar suara di sebelah kiri dan melihat
dalam re mang-re mang itu tubuh Sunggono ber jongkok lalu
berdiri lagi. "Majulah terus, anakmas......."
Suara Sunggono gemetar dan tiba-tiba Jokowanengpati
menerima pukulan yang cukup dahsyat dari belakang,
mengenai punggungnya.
"Celaka.......!" seru pemuda ini, akan tetapi karena ia
me mang me miliki kepandaian tinggi dan tubuhnya sudah amat
kuat, secepat kilat kakinya terayun dan sebelum ia terjerumus
ke depan, kakinya yang diayun miring itu berhasil mendupak
dada Sunggono yang terhuyung ke belakang.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Betapapun juga, tubuh Jokowanengpati yang sudah
terjerumus itu tak dapat ditahannya dan begitu ia
me langkahkan! kaki, tubuhnya terjeblos ke da la m sumur.
Kiranya guha itu di dalamnya merupakan sumur yang entah
sampai di mana dasar nya.
Jokowanengpati tentu saja kaget sekali.
Tahulah ia sekarang mengapa guha ini disebut ja lan maut,
kiranya merupakan jebakan yang amat berbahaya. Untung ia
me miliki Aji Bayu Sakti, sebuah aj i meringankan tubuh yang
tiada keduanya.
Begitu tubuhnya terguling masuk sumur, Jokowanengpati
me mentang kedua lengannya, sekali menyentuh pinggiran
sumur ia dapat menahan tubuhnya dan tidak terjerumus ke
bawah. Ia berdongak dan mendapat kenyataan bahwa ia telah
jatuh sedalam dua tiga tombak.
Ia menahan napas, mengerahkan Aji Bayu Sakti.Tenaganya
terkumpul pada kedua lengan dan tubuhnya menjadi ringan
sehingga ketika ia menggerakkan kedua lengan mendorong,
perlahan-lahan ia dapat merayap ke atas seperti seekor kadal
saja!. Dapat dibayangkan betapa marahnya hati Jokowanengpati.
Begitu ia melompat keluar dari sumur, ia menyerbu keluar.
Akan tetapi sebuah batu besar bergerak menutup lubang
guha, dan terdengar suara Sunggono tertawa,
"Ha-ha-ha, Jokowanengpati! Kau tahu sekarang mengapa
kuna makan guha itu Margoleno" Mengasolah dengan tenang,
orang muda!"
Kaget juga Jokowanengpati melihat batu sebesar itu
bergerak menutup guha. Mungkinkah Sunggono, dibantu oleh
Wiratmo dan Mirah, ma mpu menggera kkan batu sebesar itu
yang tentu amat-berat" Akan tetapi ia tidak mau terheran
lebih la ma, cepat ia melompat maju dan sekali dorong sa mbil
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
me mbentak marah, batu itu tertolak keluar dan tubuhnya
sudah me lompat keluar guha! Kiranya di situ sudah berd iri
lima orang laki-la ki tinggi besar yang mengepungnya dengan
golok di tangan.
Adapun Sunggono sudah berdiri agak jauh,mendekap
sebuah bungkusan kuning di dadanya. Wiratmo dan Mirah
juga berdiri di dekat Sunggono.
Mereka bertiga me mandangnya, Wirat mo dan Mirah agak
pucat, akan tetapi Sunggono mas ih tertawa.
"Paman Sunggono, apa artinya ini se mua?" Jokowanengpati
masih bertanya saking herannya, suaranya dingin sekali
me mbuat tengkuk Wirat mo dan Mirah mere mang. Akan tetapi
Sunggono berkata dengan suara mengejek.
"Artinya, Jokowanengpati, saat ini adalah saat kematian mu,
karena akulah yang berhak memiliki wahyu mah kota Mataram!
Engkau ini ular kepala dua, mau enaknya saja. Bunuh dia!"
Suara Sunggono penuh wibawa ketika ia me mberi aba-aba
kepada lima orang anak buahnya itu. Lima orang ini adalah
jagoan-jagoan yang dulu juga merupakan panglima-pang lima


Badai Laut Selatan Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

perang dari Sang Prabu Digdya menggala, Raja Kerajaan
Wurawari di daerah Ponorogo.
Mendengar aba-aba ini, lima orang jago tua yang tubuhnya
tinggi besar itu mengeluarkan suara bentakan keras dan
menyerbulah mereka dengan golok besar yang datang sebagai
hujan me mbacoki tubuh Jokowanengpati.
Namun Jokowanengpati mengeluarkan s uara ketawa
mengejek, tubuhnya tiba-tiba lenyap berubah menjadi
bayangan hitam yang berkelebat ke sana ke mari, menyelinap
di antara sinar golok yang gemerlapan.
Bukan ma in hebatnya gerakan Jokowanengpati ini,
bagaikan seekor burung kepinis gesitnya sehingga tak pernah
ada sebatangpun golok ma mpu menyentuhnya. Lima orang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
jagoan Wurawari itu kaget dan penasaran. Ketika mereka
menghentikan serangan, Jokowanengpati juga berhenti
bergerak dan berdiri dengan kedua tangan bertolak p inggang
sambil tersenyum menge jek.
"Sudah lelahkah kalian ?" ejeknya, akan tetapi matanya
selalu me lirik ke arah Sunggono. Ia tak menghendaki orang
tua yang curang itu melarikan d iri me mbawa pusaka itu selagi
ia dikeroyok. Seorang pengeroyok di depannya mendengus, goloknya
menusuk ke arah perut pemuda itu, agaknya saking marah
dan penasarannya ia hendak merobek perut dan menge luarkan usus lawannya.
Akan tetapi kini Jokowanengpati tida k lagi me mpergunakan
Bayu Sakti karena yang menyerangnya hanya seorang saja.
la miringkan tubuh me mbiarkan golok menyambar lewat,
kemudian secepat kilat tangan kirinya mengetuk pergelangan
tangan kanan lawan dan tangan kanannya mengepal dan
menghanta m dah i.
Hampir berbareng golok itu terlepas dan dahi itu pecah
sehingga otaknya berha mburan!
Empat orang jagoan Wurawari terkejut sekali. Hampir
mereka tak dapat percaya. Bagaimana seorang kawan me reka
dapat binasa sedemikian mudahnya" Keherangan dan
kekejutan ini berubah menjadi kemarahan me luap-luap, dan
kembali mere ka menerjang dengan sabetan dan bacokan
me mbabi-buta. Jokowanengpati tidak mau bersabar atau main-ma in lagi.
Kembali tubuhnya berkelebat menggunakan Bayu Sakti,
namun ia tidak hanya menge lak me lainkan balas menyerang
dengan hebat karena ia telah mainkan Ilmu Jonggring Saloko!
Ilmu ini adalah ciptaan Empu Bharodo, seorang sakti
mandraguna Biarpun hanya meru pakan pecahan dari ilmu
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
aselinya perma inan to mbak, na mun sudah a mat hebat dan
ampuh. Mana mungkin e mpat orang jagoan Wurawari itu
ma mpu menghadapinya"
Segera terdengar suara berkerontangan dan golok beterbangan, disusul pekik
mengaduh dan robohlah e mpat orang itu satu demi satu,
roboh untuk tidak bangkit
kembali karena pukulan Jokowanengpati yang me mpergunakan Aji Siyung Warak
adalah pukulan me mat ikan yar menghancurkan kepala atau
me mecah kan dada.
"Kau hendak lari ke mana?"" Jokowanengpati melompat
dan mengejar Sunggono yang sudah lari kencang
men inggalkan tempat itu sambil mendekap bungkusan sutera
kuning di depan dadanya.
Sunggono juga bukan seorang lemah. Sebagai putera
seorang senopati, ia me miliki ilmu juga.
Akan tetapi ia tidak dapat menan dingi kecepatan
Jokowanengpati yang me mpergunakan Bayu Sakti dalam
pengejaran ini. Beberapa kali lompatan saja cukup bagi
Jokowanengpati untuk menyusulnya.
"Keparat! Kau ingin ma mpus?"
Tiba-tiba Sunggono yang tahu bahwa lari tiada gunanya,
berhenti dan me mba likkan tubuh.
Tangannya sudah me megang sebatang keris, sikapnya menganca m.
"Hua-ha-ha-ha, lucu pertanyaanmu, Sunggono pengecut
curang. Memang sejak se mula, aku sudah ber maksud
me mbunuh kalian bertiga agar jangan membocorkan rahasia.
Kini kau mendahuluiku, ha-ha-ha, bagus sekali, berarti
mengurangi dosaku. Berikan pusaka itu!"
"Tida k! Kau terima pusakaku ini!" Sunggono mendekap
bungkusan sutera kuning dengan tangan kiri depan dada, lalu
tangan kanannya menusukkan ker isnya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Hebat juga serangannya, cepat sekali dan kuat. Kalau
hanya lawan yang kepalang tanggung saja ilmunya, belum
tentu akan ma mpu menghadapi serangan Sunggono. Akan
tetapi Jokowanengpati menggerakkan tangan, menangkap
pergelangan tangan yang memegang keris dan sekali putar
keris itu sudah berp indah tangan!
"Berikan pusaka itu!" Jokowanengpati me mbentak dan
me mandang bengis.
"Tida k......, tidak.......!" Sunggono melompat mundur,
kedua tangannya mende kap bungkusan sutera kuning.
"Setan!" Jokowanengpati menggerakkan tangannya dan
keris rampasan itu meluncur ke depan dan..... "cepp!" keris itu
menghunjam di bawah tenggorokkan Sunggono. Darah
mengucur keluar me lalui gagang keris, bercucuran me nimpa
bungkusan sutera kuning, akan tetapi hebatnya, Sunggono
tidak roboh. "Berikan.....!" Jokowanengpati membentak lagi sa mbil
me langkah maj u.
Akan tetapi Sunggono me ngguncang-guncang kepalanya.
"Tida k.....ti....kkk!" suaranya terhenti seperti lehernya
dicekik, mukanya pucat dan matanya me lotot. Keris itu
menancap sa mpa i ke ga gang, namun ia mas ih be lum roboh.
Jokowanengpati menyerbu ke depan dan sekali renggut ia
berhasil mera mpas bungkusan sutera kuning yang sudah
berlumur darah. Sambil tersenyum-senyum Jokowanengpati
me mbuka sutera kuning dan..... matanya silau oleh cahaya
yang bersinar ketika bungkusan dibuka.
Di tangannya adalah pusaka yang lenyap dari keraton
Kahuripan, pusaka bertuan, patung kencana Sri Bathara Wisnu
yang kini berlepotan darah, darah Sunggono.
"Ke mbalikan.......!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sunggono menerjang maju, tangan kirinya mencengkeram
baju Jokowanengpati, tangan kanan meraih hendak merampas
patung. Jokowanengpati menggerakkan tangannya menghanta m
lengan kanan Sunggono yang terulur ke depan.
"Krekkkk!"
Lengan itu terkulai karena tulangnya telah terpukul patah.
Namun Sunggono seperti orang gila masih mera ih lagi, kini
dengan lengan kirinya.
"Ke mbalikan.....!"
Sekali lagi Jokowanengpati me mukul dengan Aji Siyung
Warak. "Krekkkk!"
Patahlah tulangi lengan kiri Sunggono sehingga kedua;
lengannya lumpuh tak dapat digerakkan lagi. Namun dasar
orang sudah nekat dan tidak normal lag i pikirannya, ia masih
saja berusaha mende kati Jokowanengpati.
"Bedebah, ma mpuslah!" Jokowanengpati menggunakan
tangannya mencengkeram dada lawan, mengerahkan tenaga
dan "kkraaaaakkkk!"
Robeklah dada itu karena iganya sempal (patah-patah).
Jokowanengpati cepat me lompat ke be lakang agar jangan
terkena percikan darah yang me nyemprot.
Tubuh Sunggono berkelojotan, matanya masih me ndelik-
delik dan akhirnya dia m tak bergerak lag i.
Jokowanengpati menengok, melihat bayangan dua orang
berlari-lari. Ia me ngeluarkan dengus mengejek dan tubuhnya
berkelebat mengejar. Wiratmo dan Mirah lari bergandengan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tangan, terengah-engah, melalui jalan setapak di pinggir
jurang. Tiba-tiba terdengar bentakan,
"Berhenti!"
Bagaikan disa mbar petir keduanya berhenti, seperti
berubah menjadi batu, kemudian per lahan me mbalikkan
tubuh. Ternyata Jokowanengpati telah berdiri di hadapan
mereka sa mbil tersenyum-senyum, akan tetapi senyum yang
bagi mereka berdua amat menyeramkan.
Ketika Wirat mo melihat betapa pandang mata itu melekat
kepadanya, kakinya menggigil dan ia segera menjatuhkan
dirinya berlutut se mbah di depan Jokowanengpati sambil
meratap-ratap. "Ampunkan saya, raden..... saya tidk ikut-ikut..... saya.....
saya tidak tahu-menahu tentang kecurangan dan pengkhianatan paman Sunggono ".
Senyum mulut Jokowanengpati me le bar, pandang matanya
bersembunyi di balik bulu mata yang merapat.
"He mm, engkau me mang seorang yang baik, bukan,
kakang Wiratmo?"
Seakan berhenti jalan darah di tubuh Wiratmo, Ucapan itu
biarpun terdengar manis, namun sikap dan cara mengucap-
kannya mengandung eje kan dan anca man yang mengerikan.
Ia menyembah. "Raden jokowanengpati....., biarpun saya bukan seorang
baik..... namun..... saya setia terhadap raden.....dan....."
"Dan engkau main gila dengan Mirah, bukan" E ngkau tahu
bahwa Mirah adalah milikku, akan tetapi kau lahap, kau rakus,
engkau berani mencuri dan mencicip dari piringku selama aku
tidak ada! Engkau berjina dengan Mirah, dan masih kau bikng
bahwa engkau setia kepadaku" Heh" Hayo bicaralah!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tubuh Wirat mo menggigil, mukanya pucat dan ia tidak
ma mpu bicara, hanya menyembah-nye mbah minta a mpun.
"Desss!!"
Sebuah tendangan mengenai dagunya. Tubuh Wirat mo
seperti disambar petir, terlempar dan terbanting pada karang
di belakangnya. Mulutnya berdarah ketika ia merangkak-
rangkak bangur akan tetapi kembali kaki Jokowanengpat
bergerak menendang.
"Blukkk!"
Dadanya menjadi sasara.. Tendangan kilat itu a mat kuat
dan kini tubuh W iratmo terbanting hebat, kepalanya
bercucuran darah dari luka di oagian belakang, napasnya
terengah-engah karena tendangan itu seakan-akan telah
mera mpas te mua napasnya.
"Am..... ampun.....!" Akan tetapi Jokowanengpati sudah
maju lagi dan setiap kali tubuh W iratmo hendak bangkit,
sebuah tendangan merobohkannya ke mba li.
Mirah menutupi muka dengan kedua tangan, tubuhnya
menggigil dan ia tak dapat menahan kengerian hatinya
menyaksikan W iratmo dis iksa seperti itu.
"Kakangmas Joko......, sudahlah, kangmas..... ahhh,
kasihanilah...!!! "
"Dessss!"
Kali ini tangan kiri Jokowanengpati menghantam, tepat
menge nai puingan (pelipis) kepala Wiratmo.
"Aduuhh mati aku.....!"
Tubuh Wirat mo bergulingan, berkelonjotan di atas tanah
dan rintihan yang keluar dari mulutnya bukan seperti suara
manusia lag i. Darah keluar dari mulut, hidung, telinga dan
matanya! Pukulan tadi menggunakan Aj i Siyung Warak,
ampuhnya nggegirisi (me ngerikan ).
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kakangmas Jo ko......! "
Mirah mena ngis terisak-isak menutupi muka, akan tetapi
telinganya mendengar rint ihan itu seakan-akan mere mas-
remas jantungnya, maka ia tersedu dan me mbalikkan
tubuhnya agar tidak melihat Wiratmo sa mbil menggunakan
kedua, tangan menutupi te linga agar tidak mendengar lagi
rintihan itu. "Kau..... hendak me mbe lanya"
Kau mencintanya?"
Jokowanengpati bertanya, suaranya dingin menyera mkan.
"Tida k.....! Oh, tidak.....! Kakangmas, setahun lebih
kakangmas tidak datang..... saya kesepian, kangmas...... dan
dia..... dia baik sekali kepada ku "
"Cuhh!" Jokowanengpati
me ludah ke arah Mirah. "Perempuan hina!"
Tubuh Wirat mo mas ih dapat merangkak lag i, akan tetapi
sekail lag i tangan kiri Jokowanengpati mena mpar kepala
dan..... pecahlah kepala Wirat mo.
Dari kepala yang pecah keluar otak bercampur darah,


Badai Laut Selatan Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

tubuhnya terkulai tak bergerak lagi.
"He mm, giliran mu sekarang.....!"
Pemuda yang kini me mper lihatkan watak aselinya yang
sering disembunyikan di belakang sikap halus karena
cerdiknya itu menghampiri Mirah.
Mirah terkejut, lupa akan kengeriannya tadi dan cepat ia
me langkah mundur, wajahnya pucat matanya terbelalak.
"Jangan, kakangmas.....! Sungguh mati saya tidak mencinta
dia..... cinta saya hanya kepadamu, kangmas. Lupakah
kakangmas betapa saya telah berkorban untukmu" Siapakah
yang membantu kakangmas me mbawa lar i pusaka itu dari
keraton" Kakangmas Joko, kasihanilah saya....."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Jokowanengpati melihat mata yang bening terbelala k,
mulut yang merah itu setengah terbuka, agak berkurang
marah nya. Apalagi ia teringat bahwa wanita ini me mang a mat
mencinta dan setia ke padanya. Tentang permainannya dengan
Wiratmo, hal itu sudah biasa karena Mirah me mang ia
tinggalkan sampai setahun lebih.
"He mmm, baiklah. Mengingat perhubungan kita dan
jasamu, biar lah kua mpunkan kau, Mirah."
"Kakangmas Jo ko......., terima kas ih.......!"
Mirah girang sekali dan maju menubruk kaki Jokowanengpati sambil berlutut. Akan tetapi sekali pemuda itu
menggerakkan tangan, ia telah menyambak Mirah, menariknya berdiri, mendekapnya dan mencium bibirnya
penuh nafsu. Mirah menjer it lirih dan ketika Jokowanengpati melepaskan
ciumannya, bibir wanita itu bercucuran darah!
"Ini untuk hukuma nmu, lain kali kalau aku mendapatkan
engkau bermain gila dengan laki-laki lain, lehermu kupatah-
kan!" Mirah hanya menunduk sa mbil mengusap darah yang terus
mengucur dari bibirnya yang tergigit pecah. Mendadak
Jokowanengpati berteriak keras dan muka pemuda itu
seketika menjad i pucat sekali, tangan kiri mendekap patung
kencana tangan kanan me nekan perutnya.
"Aduh....., celaka.......! Aduhhhh.....!"
Ia terhuyung-huyung, meramkan mata dan mulutnya
menggeget (menggigit keras-keras) gigi sampa i mengeluarkan
bunyi. Dahinya penuh peluh dan tubuhnya menggigil. Ketika ia
me mbe lalak kan matanya yang tiba-tiba menjadi merah itu, ia
me lihat Mirah sudah lar i menjauhkan diri, sejauh sepuluh
meter leb ih. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Wanita itu berdiri dan me mandang kepadanya dengan sinar
mata tajam dan mulut yang bibir bawahnya berdarah itu
me mbayangkan senyum.
"Kau.....! Kau.....!"
Jokowanengpati melompat, akan tetapi beg itu bergerak, ia
roboh terguling di atas tanah, mengerang kesakitan sa mbil
me megang i perut nya. Hebat sekali rasa nyeri yang
menyiksanya. Perutnya terasa terbakar dan ditusuk-tusuk
sebelah dalam. Sebagai seorang berilmu t inggi ia ma klum bahwa ia telah
menjad i korban racun. Tidak mungkin ia terkena racun kecuali
me lalui masakan Mirah tadi Ia mengerahkan tenaga untuk
bangkit kembali, akan tetapi rasa nyeri me mbuat ia terguling
lagi dan kini patung kencana dala m bungkusan sutera kuning
yang berlumur darah itu terlepas dari pegangannya.
Ia seperti lupa kepada patung itu karena kedua tangannya
mere mas-re mas perutnya yang sakit bukan ma in.
Mirah melangkah maju, wajahnya berseri, matanya liar dan
mulut yang masih ada darahnya di bibir bawah itu tertawa.
"Hi-hi-hik! Jokowanengpati rasakan kau sekarang! Manusia
keji, ma nusia tak kenal budi. Rasakan kau seka rang! "
Sedetik Jokowanengpati me lupakan rasa nyeri di perutnya.
Ia terbelalak dan me mandang Mirah dengan mata mende lik.
"Perempuan hina! Kau meracun i aku! Daun..... daun kates
(pepaya) itu..... rasa pahit itu untuk menye mbunyikan rasa
racun....., kau..... kau..... siluman betina..... kubunuh
engkau.....!"
Ia melompat lagi, akan tetapi untuk ketiga kalinya ia
terguling. Tubuhnya bergulingan dan berkelonjotan menjauhi
patung kencana.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Mirah tertawa lagi, lari maju dan menga mbil patung
kencana, didekapnya di dadanya.
"Heh-heh-hi-hik!
Enakkan rasanya, Jokowanengpati"
Rasakanlah pembalasan tangan Mirah."
Setelah berkata demikian, Mirah lalu lari me mbawa patung
kencana. "Mirah.....!!"
Bagaikan ada kekuatan gaib yang mendorongnya, Jokowanengpati melompat dan lar i mengejar.
Ia berhasil mencengkeram dari belakang, akan tetapi karena
kegesitannya berkurang banyak, ia hanya berhasil mencengkeram kemben berkembang. Namun tangannya
masih he bat karena sekali merenggut, kemben itu terlepas
dan Mirah jatuh terguling. Pa tung kencana terlepas dari
pegangannya. Bukan ma in kagetnya wanita ini, apalagi setelah melihat
tubuh Jokowanengpati merang kak men ghampirinya.
"Heh-heh-heh., aduhhh....., heh-heh, hendak lari ke mana
kau Mirah " Heh-heh..... aduhhh....."
Sambil tertawa dan mer ingis-r ingis
kesakitan Jokowanengpati merangkak maju, kedua tangannya seperti
cakar setan hendak meraih Mirah.
Mukanya penuh peluh,
matanya merah, napasnya
terengah-engah dan mulutnya mengeluarkan busa. Wajah
yang biasanya ganteng tampan itu kini seperti muka iblis
menger ikan. "Aaiiiihhhh!" Mirah menjer it ketakutan, merangkak bangun
dan hendak lari. Akan tetapi tangan Jokowanengpati yang
menjangkau berhasil mencengkeram ujung ka innya. Mirah lari
dan meronta, Jokowanengpati bertahan.
"Reeeeetttt!!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kain itu koyak-koyak dan terlepas dari tubuh Mirah.. Wanita
itu me me kik ngeri dan tubuhnya yang kini bertelanjang bulat
itu terguling lagi.
Jokowanengpati dengan napas terengah-engah menubruk,
namun Mirah sa king takutnya mendapatkan kegesitan luar
biasa, sudah berhasil me lompat berd iri lagi dan henda k lari.
Jokowanengpati juga melompat berdiri, tangannya meraih
namun meleset dan Mirah lari ke depan.
Jokowanengpati mengejar dengan sebuah lompatan jauh,
tangannya mencengkeram dan kini berhasil me megang
rambut hita m panjang yang terurai di belakang.
Sekali menggentarkan tangan, Mirah kembali terguling
Namun ia meronta-ronta, mereka bergumul, Jokowanengpati
yang sudah le mas tenaganya itu tidak dapat me mpergunakan
tenaga sakti, hanya berusaha mencekik leher yang berkulit
halus kuning. Mirah meronta, mereka bergulingan.Wanita
itu menggunakan giginya menggigit lengan sehingga cekikan
Jokowanengpati terlepas.
Mirah bangkit dan lar i, namun ra mbutnya masih dalam
cengkeraman. "Aduhhh.... lepaskan.....! Lepaskan..... toloooonggg.....!"
Mirah meronta-rontah sekuat tenaga. Saking takut dan
ngerinya, wanita itu menjadi kuat sekali, sebaliknya pengaruh
racun me mbuat Jokowanengpati me njadi le mah.
Oleh karena itu Mirah berhasil lari menyeret Jokowanengpati yang tidak juga mau me lepaskan rambut
panjang itu. "Aduh.....! Lepaskan....... lepaskan......!"
Mirah berteriak-teriak kalap, meronta-ronta ke kanan kiri,
tidak tahu bahwa mere ka berdua bergumul di dekat jurang.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Jokowanengpati yang cerdik biarpun sudah ha mpir pingsan
oleh pengaruh racun, dapat melihat ini, maka ia tertawa
menyeramkan. "Heh-heh-heh-heh....... ahhh, aduhhh..... he-he-heh!"
"Lepaskan, Joko......, aduh, lepaskan..... tolooonggg.....!"
Tiba-tiba Jokowanengpati menendang kaki Mirah. Mirah
terhuyung ke belakang dan..... tubuhnya menginjak te mpat
kosong. Jokowanengpati cepat bertiarap mencengkeram batu
karang, namun masih juga be lum melepaskan ra mbut.
"Aaiiiiihhhhh......!!"
Mirah menjer it dan tahu-tahu tubuhnya sudah tergantung
di bibir jurang yang a mat curam, hanya tertahan oleh
rambutnya yang masih dicengkeram Jokowanengpati.
"Kakangmas Joko...... tolonglah aku..... tolonglah aku,
naikkan..... lekas..... aduhhh. to-long....."
"Ha-ha-ha-ha-ha..... aduhh kau meracuni aku, ya" Ha-ha-
ha!" Sambil tertawa-tawa dan kadang-kadang meringis kesakitan, Jokowanengpati melepaskan ra mbut yang dicengkera mnya.
"Yyaaaaaaaaaahhhh.......!"
Lengking mengerikan berge ma di lereng Lawu menjelang
senja itu, mengiringkan tubuh telanjang bulat yang tentu akan
hancur dan mawut terbanting di dasar jurang yang cura m.
Jokowanengpati terengah-engah, merangkak bangun,
terhuyung-huyung menghampiri patung kencana yang
terbungkus sutera kuning ber lumur darah.
Dia mbilnya patung itu, didekapnya erat-erat kemudian ia
me ma ksa diri berjalan menuruni lereng. Kedua kakinya
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
gemetar, tubuhnya menggigil dan kadang-kadang ia menekan
perutnya sambil menyumpah-nyu mpah.
"Jahanam...! Perempuan laknat...! Aduuuuhhh...., aku
harus bertahan... harus bisa mencapai dusun... harus...,
harus.....!"
Kekuatan badannya memang luar biasa. Berkat gemblengan Empu Bharodo sejak kecil, racun yang bagi orang
lain tentu akan menewaskan se ketika itu, masih belum
meroboh kannya, ia berjalan terhuyung, kadang-kadang
merangkak menuruni lereng Gunung Lawu.
Hari telah gelap ketika ia roboh pingsan di depan pintu
pondok kecil di lereng paling bawah, pondok kecil petani yang
terpencil. Ia hanya ma mpu menge luh ketika me lihat sinar
la mpu menero bos celah-celah bilik,
"....... tolong........! " Ke mudian tak sadarkan diri.
Pemilik pondok itu seorang petani berusia tiga puluh tahun
yang tinggal di s itu bertani bersama isterinya yang hanya dua
tiga tahun lebih muda daripadanya. Mereka tinggal bersunyi di
lereng ini, hidup bertani sederhana, karena mereka me mang
tidak me mpunyai banyak butuh. Mereka tidak punya anak,
dan untuk mencukupi kebutuhan mereka berdua, tanah di
lereng Lawu sudah lebih dari cukup, berlimpah-limpah. Nama
petani ini Kismoro dan isterinya Wiyanti.
"Kakang, ada suara orang minta tolong....." Wiyanti bangkit
dari atas tikar anya man daun kelapa. Suaminya juga bangkit,
mendengarkan. "Aku juga mendengar, akan tetapi kurasa bukan orang.
Mana ada orang minta tolong?"


Badai Laut Selatan Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Kakang, leb ih ba ik kita lihat dulu,siapa tahu....."
Mereka berdiri dan menuju ke pintu pondok, me mbuka
pintu pondok yang sengaja agak diperkuat, bukan takut akan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
ma ling atau ra mpok, melainkan menjaga jangan sa mpai
harimau atau monyet mengganggu se lagi mereka tidur.
"Ah, benar! Ada orang di situ.....!"
Kis moro segera mengha mpiri tubuh laki-la ki yang rebah
miring. "Wah, jangan-jangan dia mati..... ah, tidak, masih hidup,
agaknya pingsan....."
Dibantu isterinya, Kismoro mengangkat tubuh Jokowanengpati yang masih tetap mendekap bungkusan
sutera kuning itu, masuk ke dalam rumah. Ketika berada di
dalam dan tersinar cahaya lampu, mereka melihat pakaian
serba hitam yang halus serta raut wajah yang ta mpan,
sehingga Kismoro berseru,
"Ah, agaknya ia seorang bangsawan "
"Dia tentu sakit, kakang.. ..."
"Kita tidurkan dia di bilik, biar kita di luar saja. Kita rawat
dia seperlunya."
Sibuklah dua orang sua mi isteri ini. Mereka me mbaringkan
tubuh Jokowanengpati di atas balai-balai bambu, satu-satunya
perabot pondok mereka. Dengan hati-hati Kis moro lalu
menga mbil bungkusan sutera kuning itu agar Jokowanengpati
dapat berbaring lebih enak, kemudian ia meletakkan
bungkusan itu di sudut balai-balai.
"Lekas kau masak air panas, biar kucuci muka dan
dadanya, wah, dia benar-benar sakit, lihat dia me ngerang-
erang dan tubuhnya penuh peluh. Setelah masak air, kau
menganya m janur untuk tikar, kita tidur di luar bilik saja. "
Tanpa me mbantah isteri setia ini ce pat melakukan perintah
suaminya, hatinya agak tenang karena mengira bahwa yang
mereka tolong tentulah seorang bangsawan tinggi. Mungkin
seorang pangeran, pikirnya, atau setidaknya tentu putera
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tumenggung! Orang
muda yang begini tampan dan
pakaiannya begitu halus, me mbawa bungkusan sutera kuning
pula, tentulah seorang keluarga keraton!
Ketika Kis moro mencuci muka dan dada, Jokowanengpati
siuman dari pingsannya. Pikirannya yang cerdik segera
me mbuat ia sadar bahwa ia telah ditolong oleh penduduk
dusun, penghuni pondok itu mungkin. Hatinya agak lega, dan
dia berbis ik le mah,
"Kisanak, tolonglah..... aku terkena racun....."
Setelah berkata demikian, ia bangkit duduk bersila dan
mengerahkan segala kekuatan batin dan tenaga saktinya
untuk melawan hawa beracun yang mengera m dalam
perutnya. Ia maklu m bahwa dengan jalan ini ia akan dapat
bertahan, akan dapat mencegah hawa beracun itu merusak isi
perutnya sampai datang obat penolong. Kalau ia banyak
bicara, hal itu akan me mbuat keadaannya makin berbahaya.
Kalau saja ia tadi tidak me mpergunakan terlalu banyak tenaga
berkejaran dengan Mirah, tentu keadaannya tidak separah ini.
Kis moro terbelalak kaget, me lihat laki-laki ta mpan itu duduk
seperti samadhi, ia t idak berani mengganggu dan cepat-cepat
ia menyelinap.keluar bilik mene mui isterinya.
"Wah, celaka, Wiyanti, dia..... dia bilang terkena racun....."
"Hee" Ter kena racun " Apanya?"
"Dia tidak terluka, tentu ada racun termakan olehnya. Ah,
aku harus cepat mencar i obat pemunah racun."
"Daun dan akar Widoro Upas.....?"
"Apa saja yang dapat melawan racun. Ada dua tiga macam
daun yang kutahu dapat melawan racun. Eh,kalau nanti dia
minta minum, kau beri minum air dawegan (kelapa muda),
pilih yang hijau "
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ihh, kau sendiri mau ke mana" " ta nya isterinya, agak ngeri
karena ingat bahwa tamu mereka itu sakit berat, terkena
racun. Siapa tahu akan mat i selag i suaminya pergi "
"Aku harus me ncari obat pe munah."
"Jangan sekarang. Malam-ma la m be gini mau ke hutan"
Bagaimana ka lau muncul macan atau kau dikeroyok lu tung?"
"Tapi dia perlu ditolong....."
"Kakang, me mang sudah se mestinya dia ditolong. Akan
tetapi kalau me mbahayakan keselamatan mu sendiri, aku tidak
rela. Bagaimana kalau kau tertimpa bencana di hutan,
dimakan har imau atau dikeroyok lutung" Kau celaka, diapun
tidak tertolong, tinggal a ku sendiri yang kebingungan
setengah mati. Tidak, tidak boleh kau pergi, besok pagi-pagi
saja. " "Tapi dia....."
Wiyanti merangkul sua minya. "Kakang, kalau kau me maksa
pergi, boleh, akan tetapi aku ikut. Biar mati kalau bersa ma mu
tidak mengapa."
Akhirnya si sua mi menga lah, apalagi ketika ia melihat
betapa tamunya itu mas ih duduk bersamadhi dan agaknya
tenang, tidak terdengar mengeluh lag i, ia merasa lega dan
menunda niatnya men cari daun obat. Semalam ini sua mi isteri
ini t idak dapat tidur pulas. Bukan karena tidur di atas tanah
bertila m tikar daun kelapa, hal ini sudah biasa bagi mereka,
akan tetapi mereka hanya rebah-rebahan saja dan tak dapat
tidur karena mereka me mikirkan ta mu mere ka.
Sebentar-sebentar Kis moro bangkit dan menjenguk ke
dalam bilik. Heran ia me lihat tamunya yang muda dan tampan
itu masih saja duduk bersila.
"Ah, dia tentu seorang satria," bisiknya dekat telinga
isterinya, "agaknya semalam s untuk ia akan bersamadhl.
Alangkah kuatnya ia bertapa."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Tida k seperti engkau, setiap malam tidur me lingkar seperti
ular ke kenyangan!" bisik isterinya.
"Wah, wah! Kau ingin me mpunyai suami satria, begitukah?"
Suaminya mence la.
"Satria mana sudi dengan aku" Pula, aku lebih senang
punya suami engkau da ripada segala maca m satria.
Menje mukan benar, kerjanya hanya duduk bersila!"
Percakapan itu dilakukan sa mbil berbisik-bisik agar jangan
mengganggu tamu mere ka. Siapa kira, biarpun dalam sama-
dhi mengerah kan tenaga dalam melawan racun, percakapan
bisik-bis ik ini tidak pernah terlepas dari telinga Jokowanengpati!.
Kis moro lega hatinya lalu merangkul isterinya. Mereka
dapat tidur pulas sejenak dan telah bangun lagi ketika
menje lang pagi ra ma i terdengar suara kokok ayam hutan dan
kicau burung diseling cecowetnya kera dan lutung.
Sambil me mbawa arit, berangkatlah Kis moro ke hutan
mencari daun-daun pe nawar racun. Tak lama kemudian ia
sudah kembali bersama seorang ka kek se tengah tua berjubah
kuning. Kepalanya yang dicukur gundul tertutup kain berwarna
kuning pula. Melihat kepalanya yang tak berambut, mudah
diduga bahwa dia adalah seorang penganut Agama Budha,
seorang wiku yang bertapa di gunung-gunung, wajahnya
tenang dan sinar matanya lembut. Memang dia adalah
seorang pertapa, seorang pendeta Agama Budha yang berasal
dari barat, dari daerah Sriwijaya.
Dia sampa i di le reng Lawu dalam usahanya mencari dan
mengumpulkan daun-daun dan a kar-akar obat karena Wiku
Jaladara ini adalah seorang ahli pengobatan.
Secara tidak disengaja ia bertemu dengan Kis moro yang
sedang mencar i daun penawar racun.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Terjadilah tanya jawab dan men dengar bahwa Kis moro
sedang berusaha mencarikan obat bagi seorang yang men jadi
korban racun. Wiku Jaladara segera menawarkan bantuannya.
Tentu saja penawaran ini diterima dengan girang oleh Kis moro
dan segera ia mengajak sang pertapa pulang ke pondoknya
setelah mereka mengumpulkan daun-daun obat menurut
petunjuk sang wiku.
Atas pandang mata penuh pertanyaan dari isterinya,
Kis moro segera ber kata,
"Isteriku, inilah bapa Wiku Jaladara yang berkenan hendak
meno long ta mu kita."
"Wah, syukurlah..... syukurlah.....aku sudah khawatir sekali,
kang. Ta mu kita sejak pagi tadi merintih saja. ...."
Sang pertapa lalu diantar masuk ke dala m bilik. Benar saja
laporan Wiyanti, setibanya di da la m bilik, mereka melihat
Jokowanengpati rebah telentang dan merintih perlahan. Wiku
Jaladara mengha mpiri dan me mandang penuh perhatian,
kemudian meraba lengan dan dahinya la lu men gangguk-
angguk. "Dia teracun perutnya. Aneh dia masih dapat bertahan. Eh,
nini, le kas kau godok daun-daun ini sa mpai mendidih, biarkan
airnya menguap tinggal setengahnya. Airnya beri tiga batok."
Wiyanti cepat melaksanakan per mintaan pertapa ini. Sehari
itu sang wiku berd ia m di da la m pondok dan Jokowanengpati
diberi minum ja mu sa mpai ena m kali, dilayani penuh perhatian
oleh Wiyanti dan Kis moro. Menjelang senja, Jokowanengpati
muntahkan darah hita m dan setelah itu ia dapat tidur
nyenyak, napasnya teratur dan tenang, tubuhnya tidak panas
lagi. Dala m keadaan masih belum sadar ia disuapi nasi encer
dan sayur asam oleh W iyanti atas petunjuk Wiku Jaladara.
Banyak sekali ma kannya pemuda itu sehingga Wiyanti dan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
suaminya tersenyum geli, juga girang karena ini merupakan
tanda bahwa si ta mu telah sembuh.
Menjelang senja hari itu, untuk terakhir kalinya Wiku
Jaladara datang ke bilik me mer iksa keadaan Jokowanengpati
yang masih tidur nyenyak. Ia meraba dahi dan dada, lalu
menarik napas lega dan berkata kepada suami isteri yan$
berada di dalam bilik pula.
"Ia sudah se mbuh, hanya tinggal ist irahat dan dalam
beberapa hari tentu sehat kembali. Saya akan pergi se karang."
"Ah, bapa wiku yang mulia. Kami harap bapa sudi
bermalam di sini," kata Kis moro menahan.
.)0oo-dw-oo0( Jilid 09 "BETUL, bapa, kami khawatir kalau- kalau akan kambuh
pula penyakit ta mu ka mi," Wiyanti menya mbung.
Wiku Jaladara tersenyum dan mengge leng kepala.
"Malam ini terang bulan purnama, saya harus me metik
beberapa macam kembang obat yang hanya mekar di waktu
bulan purnama. Tentang orang ini, jangan khawatir, andaikata
ada perubahan sesuatu kepadanya, boleh saja kau
menyusulku ke hutan sebelah barat itu. Sa mpai beso k aku
masih akan berada di sana. Nah, selamat tinggal."
Wiku Jaladara berjalan keluar dar i pondok diantar suami
isteri itu yang tiada hentinya menghaturkan terima kas ih.
Percakapan itu didengar baik-baik oleh Jokowanengpati
yang sudah setengah sadar. Akan tetapi ia perlu mengaso,
perlu mengumpulkan tenaganya kembali, maka ia segera tidur
lagi sa mpa i se ma lam suntuk. Ia hanya tahu bahwa dirinya
ditolong oleh sepasang suami isteri penghuni pondok ini, dan
oleh seorang wiku tua tukang me ncari obat di hutan barat.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ia hanya ingat samar-samar bahwa pertapa itu setengah
tua berkepala gundul yang dibungkus kain kuning dengan
pakaian kuning pula, petani itu masih muda dan isterinya
berkulit kuning bersih dan manis!
Pada keesokan harinya, pagi-pagi sekali Jokowanengpati
sudah bangun dari tidurnya. Ia merasa betapa tubuhnya segar
dan sehat, tenaganya sudah pulih kemba li. Bukan ma in girang
dan lega hatinya.
Tiba-tiba ia teringat akan patung kencana. Ia cepat
menengo k dan me lihat benda itu masih berada di atas balai-
balai dekat kepalanya. Akan tetapi bungkusnya, sutera kuning
itu sudah terbuka sehingga tampa klah patungnya yang terbuat
daripada emas murni amat indahnya.
Berguncang jantung Jokowanengpati. Sutera itu terbuka,
berarti tiga orang itu pasti telah melihatnya. Cepat ia meraih
patung itu dan me meriksanya, lalu me mbungkusnya kembali.
Celaka, pikirnya, tiga orang itu telah melihatnya! Ini
berbahaya sekali. Tak seorangpun di dunia ini boleh tahu
bahwa patung kencana Mataram itu berada di tangannya!
Tiba-tiba terdengar
suara gerakan di luar bilik. Jokowanengpati terkejut dan cepat-cepat ia lalu meletakkan
patungnya kembali dan merebahkan diri telentang di atas
balai-balai sambil mera mkan kedua matanya, akan tetapi
dia m-dia m ia mengintai dari balik bulu matanya yang hitam
panjang. Terdengar langkah kaki halus dan ternyata yang memasuki
biliknya adalah seorang wanita yang manis, Wiyanti! Wiyanti
mende kati balai-ba lai, me mandang penuh perhatian dan agak
khawatir karena melihat dada tamunya itu bergelombang,
mengira ta munya kumat lagi.
Ia me mbungkuk dan hati-hati meraba dahi Jokowanengpati
dengan tangan kanannya, sedangkan di tangan kirinya
terdapat sepiring nasi encer untuk tamunya yang sakit.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dari jarak dekat Jokowanengpati me lihat wajah man is yang
asli sederhana seperti setangkai mawar gunung segar
bermandi halimun itu, melihat belahan dada lembut ketika
Wiyanti me mbungkuk. Biarpun Jokowanengpati seorang muda
yang memiliki dasar watak mata keranjang dan cabul, tak


Badai Laut Selatan Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

pernah dapat me mbiarkan wanita cantik lewat begitu saja,
akan tetapi dalam keadaan biasa, agaknya ia mas ih enggan
mengganggu wanitai yang telah meno long nyawanya itu.
Akan tetapi, keyakinan hatinya bahwa wanitai itu telah
me lihat patung kencana, mengge lapkan se mua pikiran sehat
dan pada saat itu juga lengan kirinya sudah merangkul leher
yang me mbungkuk!
"Aaahhhhppp!!"
Jokowanengpati menghentikan pekik yang keluar dari bibir
Wiyanti itu dengan mulutnya. Piring nas i encer terlepas dan
jatuh ke atas tanah Wiyanti meronta-ronta namun sia-sia
belaka. Tak mungkin ia dapat terlepas dari pagutan yang erat
itu. Ia teringat akan tusuk sanggulnya, tangannya meraih ke
rambut, dicabutnya penusuk sanggul, digerakkan tangannya
untuk menusukkan senjata darurat ini, na mun sa mbil tertawa
dan tetap menutup mulut dengan mulut itu Jokowanengpati
merenggutkan tangan Wiyanti yang memegang penusuk
sanggul. Benda runcing kecil itu terlepas jatuh di atas balai-
balai, sanggulnya terlepas mengurai, menyelimut i mereka
berdua. Kis moro memasuki pondoknya dengan muka dan kepala
masih basah. Baru saja ia kembali dar i anak sungai, tangan
kirinya me mbawa tiga ekor ikan lele hasil men gail di pagi tadi.
Tiba-tiba ia mendengar suara aneh di bilik, seperti orang
dicekik dan napas terengah-engah. Ia kaget sekali, melempar
ikannya di sudut la lu lari me masu ki bilik. Tiba-tiba ia berd iri
terpaku, mukanya menjadi merah, matanya melotot dan
hampir ia tidak percaya apa yang dilihatnya, Wiyanti, isterinya
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
yang tercinta, meronta-ronta dan bergumul dengan ta mu
mereka yang hendak me mperkosanya.
Rambut isterinya terurai, kainnya sudah robek se mua,
namun isterinya meronta dan me lawan sekuat tenaga.
"Keparat........!!" Kismoro me ma ki dan melompat maju
hendak menolong isterinya.
"Werrr........ ceppp!!"
Tubuh Kis moro yang baru melompat itu tiba-tiba roboh
terguling dan tepat di ulu hatinya me nancap sebuah benda
yang bukan lain ada lah tusuk sanggul isterinya sendiri! Kiranya
Jokowanengpati yang melihat masuknya Kis moro, telah
menggunakan tusu k sanggul itu untuk mendahului menyerang. Karena kini tenaganya sudah pulih se mua, sekali sa mbit
saja ia mengirim tusu k sanggul itu me masuki ulu hati Kis moro
yang roboh dan berkelojotan merintih-rint ih tanpa dapat
bangkit kembali.
"Aaiiihhhh........!
Kakang..........
Kang Kismoro........!
Aduuuhhh........!"
Wiyanti meronta-ronta sambil menoleh ke arah sua minya,
me manggil-ma nggil dan mena ngis menjerit-jerit. Namun dia
dan suaminya tinggal di te mpat terpencil jauh tetangga. Jerit
tangisnya itu mungkin hanya didengar oleh lutung-lutung dan
monyet. Tak la ma kemudian jerit tangisnya tak terdengar lagi dan
ketika Jokowanengpati melangkah keluar dari pondok
me mbawa bungkusan patung kencana, lalu berlari cepat
seperti angin meninggalkan tempat itu, di dalam bilik pondok
itu tubuh W iyanti telah menjad i mayat!
Wanita inipun menjadi korban kebiadaban Jokowanengpati
yang tidak merasa puas kalau hanya menodainya karena
wanita inipun sudah melihat patung kencana, maka sehabis
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
me lakukan pe merkosaan, dengan jari tangannya ia menusuk
pelipis wanita ini sehingga pecah dan tewas seketika.
Kis moro mas ih ma mpu merangkak mengha mpiri balai-ba lai
di mana isterinya mengge letak tak bernyawa. Dengan susah
payah ia berhasil bangkit, me meluki tubuh isterinya dengan
penuh kasih sayang dan iba.
Dala m keadaan hampir mati Kis moro tadi melihat betapa
isterinya mati-mat ian me mpertahankan kehormatannya.
Ia tidak menyesal, ia kasihan pada isterinya dan karena
terlalu banyak darah me mbanjir keluar, akhirnya Kis moro
menghembuskan napas terakhir sambil rebah menelungkup
me me luk isterinya, badan atas di balai-balai, badan bawah di
atas tanah. Jokowanengpati lari cepat menuju ke barat. Diapun
seorang manusia, maka diapun mas ih diperingatkan hati
nurani sendiri yang mence lanya atas pembunuhan yang ia
lakukan terhadap suami isteri yang telah menolong nyawanya.
Ia harus menga kui bahwa hanya berkat pertolongan kedua
suami isteri itulah maka ia masih dapat bernapas hari ini.
Kalau malam kemar in tidak ada Kis moro dan W iyanti yang
meno longnya, tentu ia sudah mati konyol!.
"Mereka harus mat i!" bantahnya sambil lari terus. "Juga
wiku itu harus mati. Siapa suruh mereka bertiga melihat pa-
tung kencana" Kalau mereka bertiga tidak kubunuh, aku
sendiri akan terancam hidupku!"
Demikianlah bantahan hati Jokowa-nengpati terhadap
teguran hati nuraninya.
Ia menganggap bahwa perbuatannya itu benar. Benar
karena ia anggap bahwa tiga orang itu kalau dibiarkan h idup,
dapat merupakan bahaya baginya! Dan demikian pula
pandangan orang-orang sesat tentang kebenaran sehingga di
dunia ini ber munculan KEBENARAN seperti ja mur di musim
hujan. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kebenaran yang timbul karena sifat egoisme (me ment ingkan diri pribadi). Asal menguntungkan diri pribadi
maka benarlah, yang merugikan diri pribadi tentu saja tidak
benar! Maka timbullah maca m-maca m kebenaran. Memukuli
dan menyiksa orang la in" Benar, karena orang lain itu jahat,
katanya. Mencuri milik orang lain" Benar pula, karena untuk
me mber i makan anak isteri, katanya. Bermaca m-maca mlah
alasan untuk me mbenarkan diri. Kebenaran setan dan iblis.
Kebenaran palsu. Inilah sebabnya manusia harus tetap eling
(ingat) dan waspodo (waspada). Ingat akan kekuasaan dan
kebesaran Tuhan sehingga kita benar-benar tunduk dan taat,
kemudian waspada terhadap tindakan sendiri, agar jangan
sampai kita terjebak oleh iblis dan setan yang pandai
menyulap kepalsuan-kepalsuan menjad i semaca m kebenaran!
Jokowanengpati yang merasa diri be nar itu me mpergunakan ilmunya berlari cepat sekali menuju ke hutan
sebelah barat. Begitu me masuki hutan ini, hidungnya
mencium sedapnya daun dan bunga. Matahari pagi mulai
menyinar i taman alam ini, menciptakan pe mandangan yang
indah. Hutan ini penuh dengan tetumbuhan beraneka warna.
Pantas saja tempat ini menjad i gudang tanaman berkhasiat.
Terdengar suara orang bersenandung. Ketika Jokowanengpati berjalan mendekat ke arah suara, tampaklah
olehnya seorang laki-laki setengah tua berjubah kuning
sedang me milih daun dengan hati-hati sa mbil me mbaca doa
yang suaranya seperti orang bersenandung.
Daun-daun itu dikumpulkan dalam sebuah keranjang
bambu dan agaknya wiku itu tidak tahu bahwa Jokowanengpati telah datang mendekat. Setelah Jokowanengpati mendehe m (batuk
kecil) barulah ia menengo k, meman dang penuh perhatian dan ta mpak
tercengang. "Paman kah yang mengobati saya dari keracunan?"
Jokowanengpati bertanya untuk mencari kepastian.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Wiku Jaladara me mandang ke arah bungkusan kain kuning,
lalu me ngangguk dan tersenyum.
"Daun-daun inilah yang men gobatimu, orang muda, dan
kekuasaan Yang Maha Mulia jualah yang menen tukan, saya
hanya alat dan perantara belaka........"
Tiba-tiba W iku Jaladara terkejut bukan ma in karena pada
saat itu, orang muda yang disangkanya mencarinya hanya
untuk menghaturkan terima kasih itu te lah menerjangnya
dengan pukulan hebat dan gerakan cepat laksana kilat
menya mbar. Memang Jokowanengpati telah menyerangnya
dengan gerakan Bayu Sakti dan pukulan Jonggring Saloko. Ia
hendak berhasil dengan sekali pukul, karena betapapun juga,
tidak enak hatinya harus me mbunuh pertapa ini.
"Aaahhh......, bagaimanakah ini........ ?"
Wiku Jaladara cepat mengelak ke samping, akan tetapi
biarpun pukulan itu sendiri tidak me ngenainya, namun hawa
pukulan yang maha dahsyat membuat tubuh sang wiku
terguling Ketika Wiku Jaladara terhuyung hendak bangun,
Jokowanengpati telah menerjangnya lag i tanpa me mberinya
kesempatan, kini menggunakan pukulan Siyung Warak dan
mengarah kepala agar seka li pukul beres.
"Wuuuuuttt........ dukkkk!"
Bukan Wiku Jaladara yang pecah kepalanya, bahkan
tubuhnya masih tidak apa-apa, robohpun tidak, sebaliknya
Jokowanengpati yang terpelanting dan cepat pemuda ini
me lompat bangun lagi sa mbil me mandang dengan mata
terbelalak. Pukulannya tadi ada yang menangkis dan kini orang yang
menang kisnya, yang telah menolong W iku Jaladara, telah
berdiri di depannya. Seorang laki-laki yang berwajah aneh
sekali! Kulit mukanya kuning berkeriput, brocal-brocel (tidak
rata) seakan-akan kulit itu bekas digerogoti semut, hidungnya
hampir lenyap hanya tampak lubangnya, matanya tidak berbu-
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
lu akan tetapi sinarnya tajam mene mbus jantung, mukanya
yang buruk itu tidak berambut, akan tetapi rambut kepalanya
yang putih menunjukkan bahwa laki-la ki ini ada lah seorang
kakek tua. Jokowanengpati me mandang taja m dan tahulah ia bahwa
orang berwajah mengerikan ini sebenarnya me makai topeng
yang terbuat daripada getah pohon karet, maka ia menjadi
penasaran dan membentak marah, "Heh keparat, siapakah
engkau berani menca mpuri urusan ka mi?"
Akan tetapi si buruk rupa itu tidak menjawab bahkan t idak
me mperdulikan-nya, melainkan menghadapi Wiku Jaladara
dan bertanya, "Sang wiku yang baik, apakah sebabnya orang muda ini
menyerang anda?"
Wiku Jaladara merang kap kedua, tangan di depan dada,
menjawab dengan tenang,
"Saya sendiri tidak tahu
mengapa, kisanak, kemar in
saya me mbawakan daun obat
dan berhasil mengusir racun
dari dalam perutnya, pagi ini
dia datang men cari saya dan
tahu-tahu telah
menyerang saya tanpa sebab. Semoga dia
diterangi cahaya
kebenaran Sang Hyang Adhi Buddha,
Sadhu!" Wiku Jaladara mengucapkan
puja-puji. Jokowanengpati menjadi panas sekali hatinya. Ia tidak tahu
siapa si buruk rupa ini, akan tetapi melihat betapa tadi dapat
menang kis pukulannya dengan tenaga sedemikian kuatnya, ia
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dapat menduga bahwa orang ini merupakan lawan yang
cukup tangguh. Oleh karena itu, tanpa menanti orang itu menyerangnya
dengan pukulan maupun kata-kata, ia telah men dahului
me mbentak, "Orang lancang dan usil! Terimalah pukulanku ini!"
Ia menerjang dengan ga nas, menggunakan kegesitan
tubuhnya, mengerahkan Bayu Sakti dan menyerang sambil
ma inkan Aji Jonggring Sa loko.
"He mmm, bocah tersesat !"
Orang bertopeng itu berkata perlahan, tubuhnya bergerak
cepat pula dan dengan mudah menghindarkan pukulan
Jokowanengpati yang bertubi-tubi. Lebih sepuluh kali
Jokowanengpati

Badai Laut Selatan Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

me mukul dengan tangan kanannya, menggunakan ilmu pukulan Jonggring Saloko, akan tetapi
orang itu selalu mengelak dengan gesitnya. Mulai kaget dan
heranlah hati Jokowanengpati.
"Engkau siapa ?" bentaknya sa mbil me lompat mundur.
Akan tetapi orang itu tidak menjawab, hanya mengeluarkan
suara ketawa lirih.
Jokowanengpati ma rah sekali. Ia tidak dapat menggunakan
kedua tangannya karena tangan kirinya ia pakai mendekap
patung kencana di dada. Namun biar hanya tangan kanannya
yang bergerak, sebetulnya serangan-serangannya tadi hebat
bukan main. Mengapa orang aneh ini dapat mengelakkannya
demikian mudah"
"Ma mpuslah!"
Kembali Jokowanengpati menerjangnya, kini ia mena mbah
tenaga pukulannya, bahkan menggunakan aji tendangannya
yang hebat. Bagaikan kitiran angin tangan kanannya dan
kedua kakinya menerjang ganti-berganti, tidak me mberi
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kesempatan kepada lawan. Namun aneh sekali, orang itu
menghadap i se mua serangannya dengan tenang dan dapat
menge lak pada saat yang tepat.
"Keparat, balaslah! Kau kira a ku takut terhadap balasan
seranganmu?" Jokowanengpati berteriak ketika melihat betapa
lawannya itu hanya mengelak terus sambil kadang-kadang
menge luarkan suara ketawa lirih. Kalau orang ini tidak
menyerangnya, mana ia ma mpu mengena lnya" Dari gerak
serangannya, mungkin ia akan dapat menduga siapa gerangan
orang di ba lik topeng ini!
"He mm, benar-benar tersesat engkau. Sambutlah ini!"
Tiba-tiba orang itu balas menyerang dan alangkah kaget hati
Jokowanengpati bahwa orang inipun menye rangnya dengan
ilmu yang sa ma! Orang itu menggunakan serangan dengan
ilmu pukulan Jonggring Saloko pula!.
Gurunyakah"
Empu Bharodokah"
Menggigil tubuh Jokowanengpati ketika hatinya menduga demikian, akan tetapi
ia cepat menggunakan Bayu Sakti untuk mengelak. Ia
me mandang lebih telit i. Bukan, bukan gurunya. Biarpun
gurunya dapat bersembunyi di balik topeng sehingga ia takkan
mengenali mukanya, namun gurunya tidak mungkin dapat
merubah bentuk tubuhnya. Dan orang ini bentuknya tidak
sama dengan gurunya. Gurunya lebih pendek dan leher
gurunya tidak sepanjang itu. Bukan, orang ini bukan gurunya.
Akan tetapi ia tidak dapat berpikir la ma-lama karena orang
bertopeng itu sudah menerjangnya lag i dengan gerakan yang
hebat:. Jokowanengpati mengeluh. Orang ini gerakannya tidak
kalah cepat olehnya, sedangkan ia sendiri merasa canggung
karena tangan kirinya harus me me luk patung kencana.
Ketika ia me rasa angin pukulan menghanta m leher, cepat
ia menangkis karena untuk menge lak a mat berbahaya.
"Dukkkk!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kembali ia terpelanting dan pada saat itu lawan sudah
mencengkeram ke arah dadanya. Jokowanengpati me mbuang
diri ke be lakang dan gerakan ini me mbuat sutera kuning
pembungkus patung berkibar dan tanpa disengaja terkena
cengkeraman orang itu.
"Bretttl"
Sutera kuning itu terlepas dari patung kencana dan
tampaklah kini pusaka keramat itu, sebuah patung Sri Batara
Wish-nu, terbuat daripada emas, diukir a mat indahnya
seakan-akan patung itu hidup!
"Aahhhhhhh.......! Pusaka Mataram....?"
Orang bertopeng itu berseru lirih, sejenak terpesona,
kemudian ia men ggereng dan menerjang makin hebat.
Jokowanengpti kewalahan. Ia hanya menggunakan tangan
kanan saja untuk melawan, sedangkan dalam hal tenaga dan
kecepatan, orang itu tidak kalah olehnya, maka ia terdesak
dan pada saat ia menangkis sebuah pukulan, tangan orang itu
telah berhasil me na mpar pundaknya.
"Aduhhh..... ! "
Hebat sekali tamparan itu. Panas rasanya dan diam-dia m
Jokowanengpati terheran. Terang bukan gurunya, karena
tenaga yang dipergunakan dalam pukulan tadi bukanlah
Siyung Warak, melainkan tenaga lain yang a mpuhnya tidak
kalah oleh Siyung Warak, yang me mbuat dadanya serasa
dibakar. Celaka, pikirnya. Musuh ini a mat tangguh dan kalau
dilanjutkan sa mpai ia kalah, tentu patung ini akan terampas.
Patung pusaka kera mat! Pusaka Brojol Luwuk yang berada di
dalam patung Teringat akan ini, Jokowanengpati lalu
me lompat jauh ke belakang, me mutar- mutar bagian bawah
patung yang segera terbuka dan ketika tangan kanannya
merogoh ke da lam patung, ia mendapatkan sebatang keris
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
yang warnanya abu-abu. Keris ini ujudnya biasa saja, malah
tanpa ganja (dasaran keris) atau ganjanya bersambung dan
rata dengan tubuh kerisnya, eluknya tujuh model Sempana,
warnanya abu-abu namun me ma ncarkan cahaya kehijauan
yang luar biasa. Inilah pusaka Brojol Luwuk, pusaka Mataram
yang semenjak ja man dahulu menjad i pusaka dan pujaan
Raja-raja Mataram!
Orang bertopeng itu terbelalak me mandang pusaka,
mundur-mundur seperti orang ketakutan.
"Brojol Luwuk............!" serunya kaget.
Melihat ini, besar hati Jokowanengpati. Kiranya keris inilah
pusaka sebenarnya, adapun patung kencana itu hanyalah
wadah (tempat) belaka. Maka agar ge rakannya jangan
terhalang, ia melemparkan patung yang sudah kosong itu ke
atas rumput, kemudian dengan keris pusa ka Brojoi Luwuk di
tangan kanan ia me nyerbu sambil lar i ke depan.
Keris menyambar ke depan. Orang bertopeng itu melompat
ke pinggir untuk mengelak, akan tetapi tiba-tiba ia
terpelanting. Hebat me mang wibawa keris pusaka itu yang
seakan-akan menge luarkan hawa sakti yang a mat panas.
Menghadapi wibawa dan hawa sakti ini saja lawan sudah
seakan-akan lumpuh dan hilang kedigdayaannya.
Jokowanengpati girang sekali. Ia me nubruk maju dengan
kerisnya sambil ber seru,
"Ma mpus kau!"
Orang itu kembali mengelak, akan tetapi sekali lagi ia
terguling seperti terkena dorongan yang amat kuat.
Jokowanengpati menubruk ke bawah, kerisnya meluncur ke
arah dada lawan. Orang itu mengeluh panjang dan
menggulingkan tubuhnya cepat-cepat menghindar sehingga
keris menancap tanah. Seketika tanah itu mengeluarkan suara
mendesis dan mengebulkan asap! Bukan ma in! Tanah saja
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
seperti tidak kuat menahan tusukan keris bertuah ini, apalagi
kulit daging manusia. Pantas saja orang bertopeng itu
ketakutan dan selalu menghindar. Jokowanengpati ma kin
besar hatinya. Setelah mencabut keris itu ia mengejar,
sumbar nya, "Hayoh keluarkan kesaktian mu, keparat ! Jangan lar i kau!"
Bagaikan sebuah ndaru (bintang bere kor) keris itu
me luncur lagi menuju ulu hati orang bertopeng. Orang itu
menge luarkan keluhan panjang dan berusaha meloncat tinggi
untuk me larikan diri. Namun hawa sakti keris pusaka Brojol
Luwuk agaknya dapat mengejarnya sehingga dari atas ia
terbanting jatuh lagi la lu bergulingan menjauhkan diri.
Jokowanengpati girang sekali, tertawa-tawa mengejek dan
mengejar terus.
"Sadhu-sadhu-sadhu.. .... Kisanak, terimalah ini.....!"
Wiku Jaladara telah menga mbil patung kencana dan kini ia
me le mparkan patung itu ke arah orang bertopeng. Patung
kencana itu meluncur dan mengeluarkan s inar ce merlang, lalu
diterima oleh orang bertopeng dengan wajah berseri.
"Terima kasih, sang wiku!"
Pada saat itu Jokowanengpati sudah datang lagi
menerjang, keris pusakanya meluncur cepat sekali ke arah.
perut lawan. Orang bertopeng itu telah me mbuka bagian
bawah patung. Dengan patung kencana di tangan, hawa sakti
keris pusaka a mpuh itu sa ma sekali tidak me mpengaruhinya
seakan-akan menjadi tawar oleh wibawa yang keluar dari
patung kencana.
Begitu keris pusa ka itu menghunja m, orang bertopeng
cepat me nyambutnya dengan patung kencana yang dipegang
dengan kaki di depan.
Cepppp ! Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tepat sekali keris itu me masuki patung kencana yang
me mang menjadi wadahnya, tepat dan persis seperti curiga
manjing warangka (keris me masu ki sarungnya)! Dan pada
saat itu, orang bertopeng sudah menggerakkan tangan kirinya
menghanta m lengan kanan Jokowanengpati.
Hebat bukan main hantaman jar i-jari tangan kiri ini.
Jokowanengpati merasa seakan-akan lengannya hancur,
padahal ia telah mengerahkan Aji Siyung Warak. Ia menjer it
kesakitan, tangan kanannya merasa lumpuh ketika ia
me lompat ke belakang.
Maklumlah pe muda ini bahwa tak mungkin ia akan menang
kalau melanjutkan pertandingan, maka dengan mulut
me me kik penuh kecewa dan sesal ia lalu meloncat dan lari
sambil mengerah kan Aji Bayu Saktinya. Sebentar saja ia
lenyap dari dalam hutan itu.
"Jagad Dewa Batara....... ! " orang bertopeng itu mengeluh
sambil me mandang patung kencana.
"Berbahaya sekali..... ! "
Kemudian ia menoleh ke arah Wiku Jaladara yang masih
berdiri di bawah pohon, mengha mpiri dan menjura penuh
hormat. "Terima kasih atas bantuan sang wiku."
Wiku Jaladara balas menghormat sambil me nyembah
depan dada, lalu berkata dengan halus, "Sabhe satta avera
hontu, sadhu-sadhu-sadhu (Semoga se mua mahluk hidup
damai) ! "
Orang bertopeng itu tersenyum, menghela napas panjang
dan berkata sebagai jawaban,
"Kalau se mua orang di dunia ini seperti anda, sang wiku
yang bijaksana, kiranya perdamaian akan menyelimuti jagad.
Akan tetapi selama orang-orang macam orang muda tadi
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
masih berkeliar an di dunia, bagaimana kita dapat mengharapkan perda maian?"
Selanjutnya orang bertopeng itu menjura lagi lalu pergi da ri
situ sambil mulutnya berkema k-ke mik me mbaca mentera dan
doa, meninggalkan W iku Jaladara yang juga tiada hentinya
berdoa sambil melanjutkan me metik daun dan bunga obat.
Setelah keluar dari da la m hutan, orang bertopeng itu lalu
me lucuti topengnya yang merupakan selembar getah kering
pohon karet. Maka tampaklah kini wajah yang berwibawa dari
seorang pertapa yang rambutnya sudah putih semua, yang
bukan lain ada lah Bhagawan Rukmoseto atau Resi Bhargowo!.
*^ood-woo^* Sang waktu melewat dengan pesatnya atau merayap
dengan la mbatnya tanpa dipengaruhi oleh apapun yang terjadi
di dunia ini. Se mua tunduk kepada waktu.
Semua me lapuk dan rusak digerogoti waktu. Tiada
kekuasaan di dunia dapat me mpercepat atau me mper la mbat
jalannya waktu. Manusia hanya dapat menyumpahi kela mbatannya kalau sedang tergesa-gesa, atau menyesali
kecepatannya kalau sudah tua.
Sepuluh tahun lebih telah lewat sejak Pujo me mbawa lari
Joko Wandiro dari tangan ibunya, ketika Pujo menculik isteri
dan putera Wisangjiwo ke Guha Siluman. Kini Joko Wandiro
sudah berusia dua belas tahun, seorang anak laki-laki yang
berwajah tampan bertubuh kuat dan pada wajahnya
terbayang kekerasan hati, sungguhpun kekerasan pada tarikan
dagunya ini dile mbutkan sinar matanya yang tajam dan
bibirnya yang sering tersenyum ramah.
Joko Wandiro adalah seorang anak yang periang, nakal
Jenaka. Seringkah ia berma in-main dengan anak-anak nelayan
yang kadang-kadang datang ke pantai tempat ia dan ayahnya
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tinggal, pantai yang sunyi sekali jauh darf perkampungan
nelayan. Apabila anak-anak nelayan itu bermain-main di daerah
sunyi ini, terdengar suara Joko Wandiro ikut bersorak-sorak
gembira. Akan tetapi apabila ia sedang berlatih dengan
ayahnya, tampaklah kesungguhan hatinya.
Pada suatu pagi, Joko Wandiro telah berlatih dengan Pujo
yang selama ini telah menjad i "ayahnya". Dan memang
sesungguhnyalah Pujo menyayangi anak ini seperti anaknya
sendiri, ma kin besar anak itu, makin besar pula rasa
sayangnya sehingga ia seakan-akan telah lupa bahwa anak itu
adalah keturunan musuh besarnya.
Lupa bahwa ia membesarkan dan mendidik anak ini dengan
tujuan menyiksa hati Wisangjiwo, dan sengaja hendak
mengadu anak ini dengan Wisangjiwo kela k. Kini ia
menganggap Joko Wandiro sebagai putera atau murid sendiri
yang dididik dengan tekun.
Di dekat muara Ka li Lorog, di sepanjang pantai Laut Selatan


Badai Laut Selatan Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

yang banyak teluknya, di sanalah mereka berdua ini tinggal.
Pada pagi hari itu, seperti biasa, Joko Wandiro telah berdiri di
atas batu karang yang menonjol di per mukaan la ut.
Di depannya, Pujo juga berdiri di atas batu karang lain
yang jaraknya antara dua meter dari batu karang pertama.
Kemudian Pujo bergerak per lahan, menggerakkan kaki tangan
seperti orang menari, yang diikut i pula oleh Joko Wan diro.
Kadang-kadang terdengar teriakan Pujo yang mengiringi
pukulan-pukulan tertentu, diturut pula oleh Joko wandiro
dengan teriakan nyaring dan tinggi. Terus menerus mereka
berlatih sa mpai keringat me mbasahi seluruh tubuh Joko
Wandiro, sampai matahari na ik t inggi dan sa mpai ombak air
laut yang tadinya tenang itu mula i mengganas dan menyerbu
batu karang yang mereka jadikan te mpat berlatih!
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Makin ganas ombak, makin cepat pula gerakan Pujo dan
Joko Wandiro. Ternyata hantaman omba k ke la mbung batu
karang yang membuat air muncrat ke atas menyerang kedua
orang itu, dipergunakan oleh Pujo untuk latihan kegesitan
karena mereka itu menganggap seolah-olah perc ikan air itu
merupakan pukulan dan serangan lawan! Kalau lidah ombak
yang memukul itu tak dapat dielakkan lagi, mereka
menggunakan kekuatan tubuh untuk melawannya, dan tubuh
mereka seo lah-olah batu karang, kokoh kuat tidak bergeming
oleh hanta man omba k me mecah. Namun makin la ma Joko
Wandiro makin menderita karena tubuhnya belumlah sekuat
Pujo. Pujo melihat ini, melihat betapa Joko Wandiro mulai
terhuyung setiap kali lidah ombak datang melecut. Ia
tersenyum dan berkata nyaring mengatasi debur, suara
Ombak, "Cukup anakku!" Tubuh "Pujo me lompat ke atas batu
karang puteranya, lalu sekali sambar ia telah menge mpit
pinggang Joko Wandiro, kemudian diba wanya tubuh anak itu
me loncat ke batu karang d i pinggir. Mereka kini berja lan kaki
sambil menghapus air laut dan peluh dari muka dan leher,
menuju ke pondok yang menjadi te mpat tinggal mereka, di
bawah sekelompok pohon nyiur.
Baik Pujo maupun Joko Wand iro sa ma sekali t idak tahu
bahwa gerakan mereka sejak pagi tadi diawas i terus oleh
sepasang mata yang bersinar tajam, sepasang mata milik
seorang kakek yang menyembunyikan diri di balik batu karang
sambil mengintai. Kakek ini bera mbut putih, bukan lain adalah
Bhagawan Rukmoseto atau Resi Bhargowo!.
Setelah Pujo dan Joko Wandiro lenyap me masuki pondok
yang tampak dari jauh, kakek ini duduk termenung di atas
batu karang. Sejak kemarin ia mengintai dan jelas bahwa
puterinya, Kartikosari tidak berada di situ, tiada bersama Pujo.
Bocah yang tangkas dan me miliki ba kat luar biasa itu,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
siapakah" Putera Pujo dan Kartikosarikah" Ataukah bocah ini
adalah cucu Ad ipati Joyowiseso yang kabarnya diculik Pujo"
Banyak hal-hal aneh didengarnya selama ini. Mula- mula hal
aneh didapatinya di pondoknya sendiri, ketika ia pulang ke
Sungapan. Pondoknya, Bayuwismo, masih seperti biasa, akan
tetapi enam orang cantriknya sudah t idak seperti biasa lagi,
Mereka kini telah menjadi tuli semua! Memang seorang di
antara mereka, Wistoro adalah seorang yang tuli dan gagu
sejak dahulu, akan tetapi lima orang cantriknya kini menjadi
tuli semua. Dan betapa heran dan penasaran hatinya ketika ia
mendengar bahwa Jokowanengpati dan Cekel Aksomolo
sebagai utusan Adipati Selopenangkep, Joyowiseso, membawa
pasukan dan mencar i-cari dia dan Pujo, juga Kartikosari
Bagaimanakah ini" Apakah yang telah terjadi "
Setelah mendengar
laporan cantrik-cantriknya
yang menang is, Resi Bhargowo menar ik napas panjang untuk
menekan kemarahan hatinya. Ia menghibur mere ka, lalu
langsung ia me ngajarkan Aji Panca Kartika kepada lima orang
cantriknya yang telah menjad i tuli, dan men urunkan Aj i Gelap
Musti kepada cantrik W istoro. Ilmu Panca Kartika adalah
semaca m ilmu silat yang dimainkan oleh lima orang,
merupakan barisan yang kokoh kuat sehingga ketulian mereka
dapat diganti dengan kerja sa ma dala m barisan sakti ini.
Adapun cantrik W istoro yang sejak kecilnya tuli gagu,
tidaklah merasa rugi seperti kelima orang saudaranya, maka
diberi Ilmu Gelap Musti. Setelah me mesan mereka berenam
agar berlatih dengan tekun sehingga kelak menjad i orang-
orang yang tidak mudah menerima penghinaan orang lain.
Resi Bhargowo lalu berangkat menyelidiki ke Kadipaten
Selopenangkep. Mulailah kakek sa kti ini tenggelam ke da la m lautan rahasia
yang aneh-aneh, teka-teki yang me mbuat hatinya menjadi
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
terganggu, penuh penasaran dan pertanyaan, dan selanjutnya
me mbuat ia selalu melakukan perbuatan secara diam-dia m
dan bersembunyi.
Di Kadipaten Selopenangkep yang ia selidiki secara dia m-
dia m itu, ia mendapat dengar tentang penyerbuan Pujo ke
kadipaten, tentang usaha Pujo me mbunuh sang ad ipati,
kemudian Betapa Pujo tertangkap dan dihukum perapat,
namun ma la mnya dapat melarikan diri , bahkan me mbawa lari
atau menculik Listyokumolo isteri Wisangjiwo serta puteranya
yang baru berusia satu tahun!
Hebat berita ini, me mbuat Resi Bhargowo makin ge lisah
hatinya, makin tak berani me mperlihatkan diri kepada orang
lain. Mulailah kakek ini mencari-cari puteri dan mantunya yang
lenyap seperti ditelan bumi itu.
Inilah pula sebabnya mengapa ketika da la m usahanya
mencari mereka itu ia berjumpa dengan Jokowanengpati di
hutan lereng Gunung Lawu, ka kek ini segera menyembunyikan
mukanya di balik topeng getah karet! Makin terheran pula
ketika tanpa disengaja ia berhasil mera mpas patung kencana
berisi pusaka Brojol Luwuk yang menjad i pusaka keramat
Mataram semenjak ja man dahulu!
Pusaka Mataram lenyap dari keraton! Alamat tidak baik!
Keanehan demi keanehan dihadapi oleh kake k ini. Ia
mendengar betapa banyak adipati, di antaranya dan terutama
sekali Adipati Joyowiseso di Kadipaten Seiopenangkep, mulai
mengumpulkan orang-orang muda dan melatih mereka
sebagai perajurit-perajurit!
Bahkan Adipati Joyowiseso
mendatangkan orang-orang pandai seperti Cekel Aksomolo
dan sepanjang pendengarannya, pernah datang pula orang-
orang yang dianggap musuh Mataram seperti Ki Warok
Gendroyono, Krendoyakso kepala rampok Begelen dan banyak
tokoh-tokoh hita m lagi. Malah kabarnya Ni Durgogini dan Ni
Nogogini juga sering datang ke kadipaten! Inilah hebat. Tak
salah lagi, tentu ada ma ksud-maksud ja hat di Selopenangkep.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Maksud me mberontak!
Mendapat kenyataan yang mengejutkan ini, Resi Bhargowo
seketika melupa kan urusannya sendiri, dan menunda
usahanya mencari puterinya. Ia lalu berangkat ke Kahuripan
(Mataram) untuk me la porkan tentang usaha pemberontakan
ini, juga sekalian ber maksud menge mba likan pusa ka Mataram
yang secara kebetulan terjatuh ke dalam tangannya.
Akan tetapi, sesampainya di kota raja, kembali ia terpukul
oleh kenyataan-kenyataan
yang mengherankan dan mengejutkan. Ia mendengar bahwa Sang Prabu Airlangga
telah mengundurkan diri dari tahta kerajaan dan hidup
sebagai seorang pendeta, berjuluk Sang Resi Gentayu (hal ini
terjadi pada tahun 1.041).
Semenjak pengunduran diri Sang Prabu Airlangga inilah
keadaan keraton Kahuripan menjad i medan persaingan dan
perebutan kekuasaan antara para pangeran, keturunan
permaisuri pertama yang kini menjadi pertapa pula berjuluk
Sang Kili Suci, dan keturunan permaisuri ke dua Puteri
Sriwijaya. Biarpun Ki Patih Kanuruhan (Narotama) mas ih menjadi
pembimbing dan penasehat, namun pengaruhnya kurang kuat
untuk me mada mkan api persaingan kekuasaan ini.
Bukan hanya itu saja yang mengejut kan dan mengheran kan hati Resi Bhargowo. Juga ia mendapat
kenyataan bahwa putera Adipati Joyowiseso, yaitu Wisangjiwo, oleh ki patih malah diangkat men jadi seorang
senopati muda! Benar-benar ia menjadi penasaran sekali dan
mencurigai ki patih yang dianggapnya kurang bijaksana atau
mungkin ada hubungan dengan mereka yang ber maksud
me mberontak! Dengan it ikad ba ik Resi Bhargowo langsung mengunjungi
istana kepatihan untuk menegur ki patih dan melaporkan
semua yang diketahuinya. Akan tetapi apa yang terjadi"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Begitu me masuki kepatihan, ia lalu ditangkap dengan tuduhan
pemberontak dan pengacau Kadipaten Selopenangkep,
hendak me mbunuh seo rang adipati.
Adipati adalah ponggawa raja, oleh karena itu menyerangnya berarti pemberontakan! Tanpa diberi kesempatan me mbe la diri Resi Bhargowo terus saja ditangkap.
Timbulkan kemarahan dan penasaran di hati pertapa yang
biasanya tenang dan damai itu. Ia segera me mpergunakan
kesaktiannya, melepaskan diri dari sergap an, menga muk lalu
men inggalkan kota raja dengan hati murung.
Pusaka Mataram tidak dike mbalikan, dan mulai saat itulah
Resi Bhargowo menjadi pe murung dan pemarah. Hatinya yang
tadinya tenang tenteram itu diombang-a mbingkan
kekecewaan dan penasaran. Ia bertekad untuk menyimpan
pusaka ampuh itu, tidak hendak menge mbalikannya kepada
Mataram! Dan karena maklum bahwa se mua orang pandai
tentu berlomba untuk mendapatkan p usaka itu, maka ia tidak
mau me mpergunakan na ma Resi Bhargowo lagi, na manya ia
ubah menjadi Bhagawan Rukmoseto dan ia menjelajahi hutan-
hutan dan gunung, pasisir-pasisir dan teluk, melanjutkan
usahanya dahulu, mencar i puteri dan mantunya.
Demikianlah, setelah sepuluh tahun lebih tak pernah
mendengar tentang puteri dan mantunya, pada hari itu ia
dapat mene mukan Pujo d i muara Sungai Lorog di pantai Laut
Selatan. Akan tetapi oleh karena tidak tampak Kartikosari di
tempat itu, ia tidak mau mene mui Pujo, bahkan lalu
men inggalkan tempat itu untuk mencari puterinya, Kartikosari!
Ia dapat menduga bahwa tentu Kartikosari belum mati, seperti
Pujo, karena kalau hal ini terjadi, sudah tentu Pujo akan
me mber i laporan kepadanya di Sungapan.
Tentu telah terjadi sesuatu yang hebat, yang memisahkan
Pujo dari Kartikosari, dan bahwa kedua orang itu sengaja
hendak menyembunyikan kejadian itu daripadanya, sengaja
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tidak me mberi tahu dan bahkan mas ing-masing pergi
mengasingkan diri!
Bahwasanya Pujo menyerbu Selopenangkep, tentu ada
sangkut-pautnya dengan perpisahan mereka itu.
Sementara itu Pujo yang sa ma sekali tidak pernah mimpi
bahwa tadi ia diintai oleh guru atau ayah mertuanya, di dalam
pondok ma kan ubi bakar bersa ma Joko Wand iro. Sejenak ia
me mandang ana k yang makan dengan lahap itu. Anak yang
ganteng, berbakat, dan menyenangkan, pikirnya.
Sayang, dia putera Wisangjiwo! Teringat ini, tiba-tiba Pujo
tersedak. Ubi bakar me mang makanan yang seret. Cepat-
cepat ia menya mbar kendi dan me nuangkan a ir kendi ke
dalam mulut untuk mendorong ubi yang mencekik
tenggorokan. "Ada apakah, ayah?" tanya Joko Wandiro, memandang
heran kepada wajah ayahnya yang menjadi merah dan pan-
dang matanya berbeda dari biasanya. Pula, ayahnya yang
biasanya tenang sekali itu, mengapa pagi ini sa mpai tersedak
ketika ma kan ubi "
Pujo menatap wajah muridnya yang diaku sebagai
puteranya, lalu menghela napas panjang dan berkata,
"Wandiro, masih ingatkah engkau a kan na ma musuh besar
ayahmu?" Joko Wandiro mengangguk. "Sa mpa i
mati takkan kulupakan na ma itu, ayah. Dia Raden Wisangjiwo yang telah
me mbunuh ibuku."


Badai Laut Selatan Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Betul se kali, anakku. Dia seorang raden, putera Adipati
Selopenangkep."
"Apakah dia sakti, ayah?" Joko Wan diro bertanya penuh
perhatian. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Dia cukup sakti karena dia murid Ni Durgogini seorang
manusia siluman yang menguasai pegunungan sepanjang
pantai Laut Selatan. Selain sakti lapun sangat curang dan licik,
maka engkau harus selalu berhati-hati apabila kela k bertemu
dengannya, Wandiro. Dia pandai menggunakan segala maca m
akal dan tenung (ilmu hita m)."
Keterangan ini diberikan oleh Pujo dengan sejujurnya.
Masih menyesal hatinya kalau teringat peristiwa di dalam guha
itu. Dala m pertandingan me lawan Wisangjiwo, ia sudah
me mpero leh kemenangan, akan tetapi ia kurang hati-hati dan
tidak mengira bahwa lawan yang sudah kalah itu a mat curang
sehingga ia lengah dan terkena pukulan dahsyat dari
belakang. "Ayah begini kuat dan sakt i. Apakah ayah kalah olehnya?"
"Tida k, Wandiro. Ayahmu tidak kalah oleh Wisangjiwo. Biar
ada lima orang Wisangjiwo, agaknya aku takkan undur
selangkah!" jawab Pujo dengan suara ge mas dan penasaran.
"Kalau begitu, mengapa ayah tidak lekas-lekas mencar inya
dan me mbalaskan ke matian ibu?"
Sejenak Pujo me mandang wajah anak itu penuh selidik,
kemudian ia merang kul dan men gusap-usap kepalanya.
"Tida k beg itu mudah, anakku. Sudah kukatakan tadi se lain
sakti, Wisangjiwo amatlah cerdik dan curang.Dia telah berhasil
me mpero leh kedudukan tinggi di kerajaan, menjadi seorang
senopati dan di ke-rajaan terdapat banyak sekali orang sakti.
Akan tetapi aku tidak takut. Aku terlambat sa mpai sekarang
untuk me mba lasnya adalah karena engkau, anakku."
"Karena aku?"
"Ya, benar. Dahulu engkau masih kecil, bagaimana aku
tega meninggalkanmu untuk mencari dan me mbalas musuh
besar" Aku perlu me melihara dan mendidikmu. Nah,
sekaranglah tiba saatnya bagiku untuk perg i mencari musuh
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
besar kita itu. Engkau sudah besar, sudah boleh kutinggalkan
sendiri......."
"Tida k, ayah! Aku akan ikut! Mari kita pergi berdua mencari
musuh, aku sa ma sekali tidak takut."
Pujo tersenyum. Tidak sia-sia ia mendidik anak ini sejak
kecil. Se lain tu buhnya kuat bakatnya baik, juga nyalinya besar.
"Tida k boleh, Wandiro. Pekerjaan ini a matlah berbahaya.
Sudah kukatakan tadi, Wisangjiwo tidak berbahaya ilmunya,
me lainkan berbahaya sekali kelicikannya. Sekali ini ayahmu
pergi mencarinya untuk mengadu nyawa. Dia atau aku yang
mati. Kalau dia yang mati dan aku selamat, aku akan kemba li
ke sini dalam waktu seratus hari. Akan tetapi kalau dalam
waktu seratus hari aku tidak pulang, berarti akulah yang
tewas....."
"Ayah! Aku akan turut dan membantu ayah me mbunuh si
laknat Wisangjiwo itu!"
Pujo mengge leng kepala. "Kepandaianmu belum cukup,
usia mu belum cukup, Kalau kau ikut kemudian kaupun tewas
bersamaku....."
"Tida k apa, ayah. Aku tidak takut, biar mati asal bersama
ayah dan untuk me mbe la ibu......."
"Ah, anak baik, sikapmu ini ba ik se kali. Akan tetapi tidak
tepat. Kalau aku gagal me mbalas dan kita mati ber dua, lalu
siapa kelak yang akan me mba laskan kematian ibu mu" Akulah
yang berangkat sendiri, syukur kalau berhasil. Andaikata gagal
dan aku tewas, masih ada engkau yang kelak akan
me lanjutkah perjuangan kita ini. Dengarlah baik-baik,
Wandiro. Tiga hari lagi adalah har i Respati dan aku akan
berangkat pada hari itu mencari Wisangjiwo. Kau tinggal di
sini atau kalau kesepian boleh kau tinggal bersama para
nelayan di sana, dan tunggu aku sa mpai seratus hari. Kalau
sampai seratus hari aku tidak pulang.... "
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kau akan pulang Kau takkan kalah, ayah!" potong Joko
Wandiro penuh semangat, matanya yang hitam itu berkilat-
kilat. "Kuharapkan de mikian. Akan tetapi kalau sampa i seratus
hari aku tidak pulang, kau carilah kakek gurumu."
"Kakek guru..... " Dia guru ayah........?"
"Benar, Wandiro. Kakek gur umu itu adalah Resi Bhargowo,
seorang pertapa sakti mandraguna yang bertempat tinggal di
Bayuwis mo, di Sungapan pantai - Laut Selatan. Kalau dari s ini
kau melakukan perjalanan terus menyusuri sepanjang pantai
menuju ke barat, akhirnya kau akan tiba di Sungapan itu. Nah,
setelah bertemu eyangmu Resi Bhargowo, kauka takan bahwa
kau anak dan muridku, se lanjutnya mohon petunjuknya dan
ceritakan bahwa kau bercita-cita me mba las dendam kepada
Wisangjiwo yang telah me mbunuh ibu mu dan me mbunuh
ayahmu pula."
"Ayah......." Joko Wandiro kaget.
Pujo tersenyum.
"Anak bodoh. Kalau dalam seratus hari aku tidak pulang,
bukankah itu berarti aku telah kalah dan tewas?"
Joko Wandiro termenung. Tiba-tiba ia mengangkat
mukanya dan bertanya dengan suara tegas,
"Ayah, aku hanya mendengar dari ayah bahwa ibu telah
dibunuh oleh si laknat Wisangjiwo. Akan tetapi belum pernah
ayah menceritakan kepadaku baga imana terjadinya pembunuhan itu dan di mana pula adanya ma kam ibuku."
Pujo tercengang. Inilah sama sekali tak pernah disang kanya
dan diperhitungkan nya. Akan tetapi ia dapat menguasai
hatinya, lalu menjawab,
"Ketika itu ibumu dan aku sedang berlatih sa madhi dalam
sebuah guha,, engkau baru berusia setahun dan engkau tidur
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
di sudut guha. Tiba-tiba muncul W isangjiwo yang tergila-gila
kepada ibumu sehingga terjadi perte mpuran. Aku berhasil
meroboh kan dia, akan tetapi karena ibumu terluka, aku
me lupakan dia dan menolong ibu mu. Nah, dalam keadaan
lengah itulah ia berlaku curang, menyerangku dari belakang
sehingga aku roboh pingsan. Kemudian ia..... ia.....
me mper kosa ibumu la lu melarikan diri. Ibumu yang merasa
dihina menjad i seperti gila lalu lari keluar guha dan.......
selanjutnya sampai kini aku tidak mendengar beritanya lagi.
Agaknya ibumu telah tewas, dan kalau ia tewas, bukankah
sama artinya dengan dibunuh oleh Wisangjiwo?"
Sejak mendengar cerita dari se mula, wajah Joko Wandiro
menjad i merah sekali, hidungnya berkembang-kempis dan dua
butir air mata meloncat keluar dari pelupuk matanya,
kemudian ia bangkit berdiri, mengepal kedua tinju tangannya
dan berbisik, "Jahanam Wisangjiwo....... !"
Kemudian anak ini berdiri ter menung seperti sebuah arca.
Pujo melirik dan tersenyum senang. Berhasil ia me mupuk
kebencian dalam diri anak ini terhadap Wisangjiwo. Inilah
harapannya, untuk me mbalas dendam yang tak kunjung
padam da la m hatinya terhadap Wisangjiwo.
"Ayah, apakah ibu juga seorang wanita sakti?"
"Ibumu adalah puteri eyang gurumu, tentu saja iapun sakti,
hanya kalah se tingkat oleh ayahmu ini."
"Kalau begitu, tentu ibu be lum te was!" Joko Wandiro
bersorak. "Ayah, aku akan men cari ibu!"
"Ahh, andaikata belum tewas juga, ke mana engkau akan
mencarinya" Sudahlah, kita me mbuat persiapan. Hari Respati
esok lusa ayah berangkat dan kau sekarang boleh pergi ke
dusun untuk mencarikan seekor kuda. Katakan saja kepada
mereka bahwa aku hendak perg i ke kota raja, memer lukan
seekor kuda tunggangan dan katakan pula bahwa kau hendak
tinggal di sana selama aku pergi."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Tida k, ayah. Aku akan tinggal saja di sini, biar seorang diri.
Aku tidak takut."
Pujo tersenyum. "Begitupun lebih ba ik. Nah, tentang kuda
itu, kalau ada cari yang pancai panggung, putih ujung
keempat kakinya. Biar agak ma hal har ganya, tidak mengapa."
Joko Wandiro mentaati perintah ayahnya lalu berlari keluar
pondok dan seperti seekor kijang muda, anak ini ber lari-larian
menuju ke dusun yang cukup jauh dari te mpat itu, melalui
sebuah hutan kecil di sebuah di antara puncak-puncak
Pegunungan Kidul.
Hari sudah s iang ketika Joko Wand iro me masuki hutan itu.
Tiba-tiba ia mende ngar suara hiruk-pikuk, diseling suara
lengking tinggi yang me mekakkan telinga dan suara-suara
aneh lain. Suara-suara itu makin la ma makin keras dan
demikian hebatnya sehingga menimbulkan ge ma yang luar
biasa. Joko Wandiro me rasa tubuhnya menggigil, bukan
karena takut melainkan karena pengaruh suara-suara yang
aneh itu. Dia seorang anak ge mblengan sejak kecil, tentu saja ia
tidak merasa takut. Suara gaduh yang luar biasa itu datangnya
dari tengah hutan. Memang ada rasa ngeri di hatinya karena
ia teringat akan dongeng-dongeng yang didengarnya dari
anak-anak nelayan tentang setan dan iblis yang berkeliaran
didalam hutan, setan dan iblis yang muncul dari dalam lautan
di waktu malam bulan perna ma.
Mala m tadi bulan purnama, apakah kini setan dan iblis itu
kesiangan di dalam hutan dan bera mai-rama i hendak kemba li
ke laut" Namun, kengerian ini kalah oleh keinginan hatinya
untuk menyaksikan apa gerangan yang menyebabkan suara-
suara itu. Maka Joko Wan-diro lalu berindap-indap menuju ke
arah datangnya suara.
Makin dekat, makin tergetarlah isi dadanya, maka cepat-
cepat Joko Wandir mengerahkan tenaga sakti seperti yang ia
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
latih bersama ayahnya. Kemudian ia ma ju lagi. Setelah tiba di
tengah hutan, di tempat terbuka yang dikelilingi pohon-pohon
tinggi, tampaklah olehnya apa yang menyebabkan suara
gaduh itu. Sama sekali bukan iblis atau setan yang bentuknya
menakutkan. Andaikata benar iblis dan setan, akan tetapi iblis dan Setan
ini berbentuk manusia biasa, manusia-manusia yang sedang
bertanding mati-matian! Demikian cepat gerakan mereka
sehingga mata Joko Wand iro menjad i kabur dan ia segera
dapat me maklumi bahwa yang tengah bertanding itu adalah
orang-orang sakti yang berilmu tinggi.
Ia khawatir kalau- kalau ia terlihat oleh mereka dan se lain
kekhawatiran ini, iapun ingin sekali menonton pertandingan.
Bagaimana akalnya" Ia me mandang ke atas lalu ce pat-cepat
seperti seekor kera Joko Wandiro memanjat pohon,
berloncatan dari dahan ke dahan sampai akhirnya ia berada di
atas mereka yang sedang bertanding mati-matian.
Enak menonton di te mpat itu dan jelas kelihatan mereka
yang sedang beryuda. Ia me mandang penuh perhatian, tetap
mengerahkan tenaga dan hawa sakti karena suara berkeritik
aneh me mbuat jantungnya berdebar tidak karuan.
Pertandingan itu tidak seimbang jumlahnya. Seorang laki-
laki tua yang gagah perkasa, bertangan kosong, dikeroyok
oleh delapan orang! Dan di se keliling tempat itu terdapat
belasan orang la in yang mengepung dan menonton sa mbil
bersorak me mberi se mangat kepada de lapan orang yang
mengeroyok itu !.
"Tak pantas ! Tak tahu malu!" Joko Wand iro me maki-maki
di dalam hatinya, akan tetapi ia kagum bukan main
menyaksikan sepak terjang orang tua yang dikeroyok itu.
Gerakannya tangkas, matanya berkilat, tangannya ampuh dan
kuat, dapat menangkis senjata-senjata tajam lawan yang
menya mbarnya bagaikan hujan.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Siapakah gerangan orang tua yang ga gah perkasa itu" Dia
bukan la in adalah Rakyana Patih Kanuruhan atau Sang
Narotama Patih Kahuripan yang gagah perkasa dan sakti
mandraguna. Karena segala usaha yang dikerahkan untuk
men dapatkan kembali pusaka keraton yang hilang, sang patih
tiada bosannya ikut pula berusaha sendiri mencari dan pada
hari itu iapun tengah berkelana me ncari pusaka itu.
Akan tetapi setibanya di hutan ini ia telah dikurung oleh
banyak orang. ia tentu saja tidak tahu bahwa memang sejak
kepergiannya dari kerajaan, ia telah dibayangi dan di tempat
ini dia sengaja dihadang oleh musuh-musuh ini. Dapat
dibayangkan betapa heran hati sang patih ketika me lihat di
antara para penghadang yang bersikap menganca m dan
bermusuhan ini, ia mengenal Ki Warok Gendroyono, yang
pernah dihukum kemudian dibebaskan oleh Sang Prabu
Airlangga, kemudian mengena l pula Ki Krendoyakso kepala
perampok dari daerah Bagelen yang pernah dihancurkan
gerombolannya oleh bala tentara Mataram.
Di sa mping dua orang sakt i ini, ia melihat pula seorang
berpakaian cantrik yang sudah tua sekali usianya, bertubuh
tinggi kurus dan bongkok akan tetapi sikapnya me mbayangkan kesaktian yang tak boleh dipandang ringan,
dan di sebelahnya berdiri pula seorang tua yang pucat
wajahnya, bermata sipit dan berkulit kekuningan, di
pinggangnya tergantung sepasang golok.
Dua orang yang tidak dikenalnya ini jelas bukan orang
sembarangan. Adapun mereka yang berdiri di be lakang,
belasan orang banyaknya, adalah orang-orang tinggi besar
dan kasar, dipimpin oleh lima orang yang bercambang bauk,
dan sikapnya seperti kepala pera mpok.
"Narotama, saat kematian mu t ibalah se karang!"
Demikianlah bentakan Ki Warok Gendroyono begitu mereka
berjumpa. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Narotama tersenyum. Sebutan hamanya itu saja sudah


Badai Laut Selatan Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

me mbuktikan bahwa orang-orang ini menghenda ki permusuhan, sa ma sekali tidak men ganggapnya sebagai patih
dalam yang terhormat dar i Kahuripan.
"Wah, kiranya Ki Warok Gendroyono ini!" ujarnya sambil
tersenyum tenang, "Juga Ki Krendoyakso dari Bagelen! Siapa
gerangan paman cantrik dan kisanak yang lain ini?"
"Uuh-huh-huh, aku cantrik bukan se mbarang cantrik, biar
cekel juga cekel pilihan, gegeduk, benggolan dan pentolan di
antara segala cekel! Akulah Cekel Akso molo dari lereng Wilis!"
"Saya olang Salangan, na ma saya Ki Tejolanu, sudah la ma
mendenga l kesaktian ki patih, ingin coba-coba. Hayo lawan
saya!" Begitu habis kata-katanya, Ki Tejoranu menggerakkan
tangannya dan "syuuuttt!" dua sinar tampak dan tahu-tahu
sepasang golok telah berada di tangannya.
Langsung saja ia me masang
kuda-kuda menghadapi Ki Patih Narotama !.
Dia m-dia m Narotama terkejut juga mendengar na ma
Cekel Aksomolo yang sudah
tersohor sakti, juga orang yang
berbicara pelo ini, biarpun
namanya be lum pernah ia
dengar, akan tetapi melihat
gerakannya tadi benar-benar
me mbuktikan keahlian ber main
sepasang golok yang hebat.
Ia ma klum bahwa ia ber hadapan dengan empat orang
tokoh sakti. Belum lagi lima orang pimpinan gero mbolan itu
yang kelihatan kuat! Namun ia bukan lah Sang Narotama
manusia sakti mandraguna dari Bali-dwipa kalau ia gentar
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menghadap i anca man ini. Sambil tersenyum tenang Narotama
bertanya, "Kalian berempat ini orang-orang berilmu, ada keperluan
apakah agaknya sengaja mencegat perjalananku di tempat
ini?" Mudah dimengerti bahwa mereka ini adalah sekutu Adipati
Joyowiseso, dan memang menjadi sebuah di antara usaha
mereka untuk melemah kan Kahuripan de ngan jalan
me mbunuhi tokoh-tokoh penting dan sakti, tentu saja
terutama sekali Ki Patih Narotama yang se menjak Sang Prabu
Airlangga men gundurkan diri menjad i pertapa, merupakan
orang pertama yang paling d isegani d i seluruh Mataram Akan
tetapi karena mereka bekerja dengan hati-hati, mereka tidak
mau mengakui hal ini. Ki Warok Gendroyono yang menjawab
dengan bentakan,
"Lupakah engkau bahwa engkaulah orangnya yang
menang kapku dahulu sehingga aku mener ima penghinaan
dengan hukum penggal?"
Narotama tersenyum lagi.
"Ki Warok, sudah jama k orang salah dihuku m. Mungkin ia
dapat me mbebaskan diri daripada hukum negara, namun
hukum karma akan terus mengejarnya dan takkan me lepas-
kannya sebelum ia menerima buah daripada perbuatan
sendiri. Engkau dahulu dijatuhi hukuman sudahlah tepat
dengan hukum NGUNDHUH WOHING PAKARTI (me metik buah
perbuatan pribadi). Akan tetapi sang prabu yang bija ksana
me mbe baskanmu
karena engkau ternyata dapat me mbebaskan diri dar ipada huku man itu. Mengapa engkau
sekarang masih penasaran dan mendenda m kepadaku, Ki
Warok?" "Huku man bisa bebas, namun penghinaan tak pernah
bebas dari hatiku sebelum aku ma mpu me mbalas mu, Narota-
ma!" Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Wah, wah, nyata engkau orang nekat yang mendasari
kebenaran sendiri dengan pengumbaran hawa nafsu. Dan
engkau, Ki Krendoyakso" Juga mendenda m kepadaku karena
gerombolan perampok yang kau pimpin dahulu diobra k-abrik?"
"Masih bertanya lagi, ki patih" Hutang sakit bayar sakit,
hutang nyawa bayar nyawa!"
"Waduh, waduh! Seperti lupa saja bahwa gerombolan mu
telah me mbunuh rakyat tak berdosa entah berapa banyaknya,
mera mpok harta benda dan mengganggu anak bini orang.
Hemm, pa man Cekel Aksomolo yang sudah begini sepuh, apa-
kah juga ada petunjuk untuk saya" Seingat saya, belum
pernah saya mendapat kehormatan bertemu dengan paman
Cekel, apa pula yang menyebabkan dan mendorong pa man
saat ini ikut me ncegat saya?"
"Luh-luh-luh! Pakai tanya-tanya segala seperti hakim Aku
hanya me mbantu sahabat-sahabatku dan pula....... hemm,aku
mendengar bahwa kau adalah seorang patih ge mblengan,
patih jagoan, patih yang kemlinti (sombong), mengandalkan
kepandaian yang kau bawa dari Bali-dwipa. Huh-huh-huh, aku
paling tidak s uka me lihat orang yang angkuh dan sombong!"
Narotama menggoyang-goyang kepalanya. Benar-benar
orang aneh kake k tua renta ini, pikirnya. Aneh seperti anak
kecil saja, mudah me ndengar hasutan dan omongan orang
yang tentu saja ada yang suka ada pula yang membencinya.
Apakah benar anggapan bahwa orang yang sudah terlalu tua
itu kembali men jadi seperti kanak-kanak lagi" Kalau benar
demikian, contoh dan buktinya adalah cekel tua ini! Ia
meno leh kepada orang bermata sipit pelo yang masih
me masang kuda-kuda dan me megang kedua goloknya.
"Dan engkau bagaimana, kisanak" Siapa nama mu tadi" Ki
Tejolanu" Tejolanu ataukah Tejoranu?"
"Tejolanu!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Hmmm, agaknya kau pelo dan me lihat kulit serta
mripatmu (matamu), agaknya engkau ini seorang seorang dari
Negeri Cina. Apa pula sebabnya engkau ikut mencegatku
padahal di antara kita tida k pernah ada hubungan sesuatu?"
"Saya....... saya ingin menantang pibu (mengadu ilmu)
dengan ki patih! Saya paling senang p ibu dengan olang-olang
pandai. Mati dalam pibu adalah matinya olang gagah!"
Narotama makin terheran. Ini lebih aneh lagi, pikirnya.
Apakah orang me mpelajari ilmu hanya untuk saling uji" Ilmu
lain boleh saja diuji dan diperlombakan, akan tetapi ilmu
berkelahi" Bisa
mati konyol. Akan tetapi orang ini
menganggap mati konyol da la m adu ilmu adalah matinya
seorang gagah! "He mm, paman Cekel Aksomolo, Ki Warok Gendroyono, Ki
Krendoyakso, dan kau Ki Tejoranu, kalau suka mendengar kan
kata-kataku, harap kalian ini mena rik kembali tantangan kalian
dan menghabiskan segala urusan. Untuk apa me lanjutkan niat
yang tiada gunanya ini" Aku sa ma sekali tidak ingin berkelahi
dengan kalian, sungguhpun hal ini bukan berarti aku takut.
Kita sudah sama-sa ma tua, apakah hendak bersikap seperti
kanak-kanak?"
"Ha-ha-ha!! Narotama, kalau kau takut, mungkin kami akan
dapat me mbe baskanmu! " Ki Warok Gendroyono menge jek.
"Takut atau tidak, dia harus mampus!" kata Ki Krendoyakso
yang suaranya besar. Kepala perampok Bagelen ini sudah
meraba senjatanya, penggada yang hitam dan besar itu.
"Jagad Dewa Batara! Agaknya kalian tak dapat lagi
menge kang nafsu. Sudah kukatakan tadi, aku tidak takut.
Kalau kalian me ma ksa, apa boleh buat. Nah, siapa hendak
maju?" Dengan tangkas Narotama me lompat ke bela kang dan siap
menghadap i lawan, sikapnya tenang, matanya tajam berkilat
dan seluruh urat syaraf dalam tubuhnya menegang siap.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Hayo pibu melawan a ku leb ih dulu!" Ki Tejoranu
me mbentak, disusul seruannya keras, "Awas golok!"
Lalu tubuhnya menenang maju bagaikan seekor jengke-rik
menerjang lawan, dua sinar berkelebat dan "syuuut-sing-sing-
sing!" Sepasang goloknya berciutan dan berdesing menya mbar-nyambar ganas mengirim serangan bertubi-tubi
ke arah tubuh Narotama!
"Bagus sekali!" Narota ma mau tak mau me muji karena
me mang gerakan sepasang golok itu luar biasa dahsyatnya.
Cepat ia mengerahkan ajinya, yaitu ilmu silat tangan kosong
Kukilo Sakti. .)0oo-dw-oo0( Jilid 10 TUBUHNYA menjadi ringan dan gerakannya laksana
seekor burung garuda. Sabetan dan bacokan sepasang golok
yang berubah menjadi dua gulung sinar itu dapat
dielakkannya dengan lompatan ke atas, lalu menyelinap di
antara sinar-sinar itu sambil me mbalas dengan pukulan yang
disertai Aji Bojro Dahono. Hawa panas keluar dari sepasang
tangannya sehingga Ki Tejoranu berseru kaget dan me loncat
jauh setiap ka li hawa panas menya mbar.
"Serbu! Bunuh orang sudra ini!" teriak Ki Krendoyakso
dengan suara garang. Serentak mereka maj u. Ki Krendoyakso
dengan penggada Wojo Irengnya, Ki Warok Gendroyono yang
sudah me lepas kolor saktinya, dan Cekel Aksomolo yang
mengayun tasbihnya. Juga lima orang kepala rampok, anak
buah Ki Krendoyakso, ikut pula menyerbu dengan senjata
golok dan ruyung mere ka yang besar-besar menger ikan.
"Wah-wah-wah, tidak bagus! Mana ada pibu pa kai
keloyokan segala" Aku tidak mau kalau begini, tidak usah
keloyokan-pun be lum tentu kalah!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ki Tejoranu me loncat ke belakang dan menyimpan
sepasang goloknya, mulutnya cemberut dan ia berdiri bertolak
pinggang menjad i penonton. Memang aneh watak orang ini.
Dia terbawa-bawa temannya, Ki Warok Gendroyono untuk
ikut-ikut me mbantu Adipati Joyowiseso, akan tetapi dalam hal
pertempuran, ia selalu masih menjaga tata cara pertandingan
yang merupakan "etika" bagi pendekar-pende kar di nege rinya.
Narotama yang dikeroyok delapan orang itu terkejut sekali.
Tak disangkanya orang-orang yang mendenda m kepadanya
ini, yang terkenal sebagai orang-orang sakti ini a kan maju
bersama mengeroyoknya! Tadi ia bersikap tenang karena
mengira bahwa mereka itu akan maju satu-satu, siapa kira
mereka me mpergunakan cara curang ini untuk mengeroyoknya. Di sa mping terkejut, iapun marah. Timbul kemarahan
dalam hati patih yang tenang ini ketika ia dimaki "orang
sudra" oleh Ki Krendoyakso. Memang tidak dapat disangkal
lagi, Narotama bukanlah keturunan raja seperti Airlangga,
akan tetapi kalau Sang Pra bu Airlangga sendiri tak pernah
me man dang rendah darah keturunannya, masa seorang
kepala rampoK seperti Ki
Krendoyakso saja
berani me ma kinya"
"Babo-babo! Kalian menggunakan keroyokan" Boleh, boleh,
majulah! Jangan kira Narotama akan undur selangkahpun!"
seru Narotama dan ia segera mengerahkan tenaga dan
menge luarkan kepandaiannya.
Untuk menghadapi pengeroyokan orang-orang yang
menggunakan pelbagai senjata, apalagi senjata tasbih yang
ampuhnya menggila dari Cekel Aksomolo, kolor ajimat yang
dimainkan Ki Warok Gendroyono yang mendatangkan hawa
panas, kemudian penggada Wojo Ireng yang dima inkan
sepasang Jengan raksasa Ki Krendroyakso sehingga hebatnya
seperti penggada Rujakpolo dimainkan oleh Sang Werkudoro,
ia harus berlaku hati-hati dan bergerak cepat.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Maka Narota ma lalu ma inkan Aji Bramoro Seto (Lebah
Putih). Bagaikan seekor lebah saja tubuhnya melayang-layang
di antara sambaran senjata, kadang-kadang ia menggunakan
sepasang lengannya yang kebal dan terisi hawa sakti untuk
menang kis senjata lawan.
Pada saat itulah suara hiruk-pikuk pertandingan terdengar
oleh Joko Wandiro dan anak ini datang lalu menonton
pertandingan dari atas pohon. Mula-mula hati anak ini
mengkal menyaksikan pertandingan yang tidak adil itu. la
sebagai anak gemblengan maklum yang bertanding adalah
orang-orang sakti sehingga tak mungkin sa ma sekali baginya
untuk me mbantu kakek yang terkeroyok.
Namun hatinya condong kepada yang dikeroyok dan
mengharapkan kemenang annya. Anak yapg berpemandangan
tajam inipun segera mendapat kenyataan bahwa di antara
delapan orang pengeroyok itu, yang lima hanyalah orang-
orang kuat yang hanya pandai mainkan golok dan ruyung
belaka, akan tetapi yang tiga, terutama sekali kakek tua renta
bongkok, adalah orang-orang sakti yang me miliki ilmu
kepandaian tinggi. Inilah agaknya yang menjadi sebab
mengapa kakek sakti yang dikeroyok itu t idak pernah berani
menang kis dengan tangannya serangan kolor, penggada
hitam, dan tasbih, akan tetapi tanpa ragu-ragu tangan
kosongnya berani menyampok polok dan ruyung lima orang


Badai Laut Selatan Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

kepala rampok. "Tida k adil! Curang.......!"
Kembali Joko Wand iro mengeluh di dalam hatinya melihat
betapa kakek yang dikeroyok itu ta mpak sibuk benar,
tubuhnya tak pernah berhenti sedetikpun, berkelebat bagaikan
seekor lebah dikejar-kejar da la m ruangan tertutup.
Namun ha mpir saja ia bersorak ketika tiba-tiba kakek sakti
itu mengeluarkan seruan aneh dibarengi tubuhnya menya mbar ke arah lima orang yang me megang golok dan
ruyung. Dua orang di antara mereka menjer it dan roboh
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
terjungkal! Anak buah rampok cepat maju menolong kepala
rampok yang remuk tulang pundak dan lengannya itu, dan
segera dua orang perampok la in menggantikan kedudukan
dua orang yang roboh ini. Bahkan yang lain-lain mula i maju
mengurung dan me nanti kesempatan untuk men geroyok pula.
Joko Wandiro marah sekali. "Pengecut, tak tahu malu!"
makinya dalam hati. Ia memandang marah, terutama kepada
kakek tua renta yang me megang tasbih karena sesungguhnya
kakek inilah yang me mbikin repot jagonya yang terkeroyok.
Tasbih kakek itu luar biasa sekali, me nyambar-nyambar
seperti ular hidup dan selain suara angin bersiutan ketika
menya mbar, juga tasbih itu mengeluarkan bunyi berkeritikan
yang nyaring halus menusuk-nusuk ana k telinga. Selain hebat
dan dahsyat tasbihnya, juga mulutnya tak pernah berhenti
bicara men gejek. Inilah yang me mbuat Joko Wandiro ge mas
hatinya terhadap si kakek bongkok.
"Oh-huh-huh, Narotama. Mengapa tidak menyerah saja"
Mana mungkin engkau bisa menang kan kami" Heh-heh-heh!"
"Aku benar dan karenanya aku berani. Mati dalam
kebenaran jauh leb ih mulia daripada hidup bergelimang
kejahatan!" jawab Narotama sambil cepat menge lak sambaran
tasbih. Akan tetapi dari sa mping terdengar bunyi ledakan keras
sekali dan kolor berwarna kuning be lang me nyambar dahsyat.
Agaknya Ki Warok Gendroyono merasa penasaran sekali
karena semenjak tadi senjatanya yang ampuh tak pernah
berhasil menyentuh tubuh lawannya..
Narotama kaget, apalagi karena bayangannya terkurung
oleh sambaran penggada Wojo Ireng di tangan Ki
Krendoyakso. Terpaksa ia miringkan tubuh sa mbil mengebutkan tangan kirinya menghalau sinar kuning kolor Ki
Warok. "Desss. ......!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Narotama terkejut sekali dan terhuyung ke belakang. Hebat
me mang kolor sakti itu, mengandung tenaga yang luar biasa
kuatnya dan hawa pukulannyapun panas.
Dala m keadaan terhuyung ini Narotama didesak oleh para
pengeroyoknya terutama sekali tiga orang lawan sakti itu. Ia
me loncat ke belakang, mengguncang-guncang kepala dan
pundaknya seperti seekor ayam jago aduan yang baru saja
kena pukul jalu kaki lawannya, kemudian tangan kanannya
bergerak dan sebatang keris telah berada di tangannya.
Inilah keris Megantoro, sebatang keris berlekuk tuj uh.
Terpaksa Narotama me ngeluarkan keris pusakanya, oleh
karena menghadap i senjata-senjata ampuh tiga orang
pengeroyoknya itu me mbuat ia kurang leluasa bergerak maka
harus diha dapi dengan senjata a mpuh pula untuk meno lak
pengaruh senjata-senjata pusaka lawan.
Delapan orang pengeroyok itu, terutama sekali belasan
orang anak buah perampok yang kurang kuat batinnya,
menggigil ketika melihat cahaya putih cemer lang bersinar dari
keris pusaka Megantoro itu. Cekel Aksomolo segera
me mbunyikan tasbihnya sehingga bunyinya gemercik seperti
hujan deras turun.
Ki Warok Gendroyono melecut-lecutkan kolornya sehingga
terdengar bunyi ledakan-ledakan seperti suara geluduk
Jodoh Rajawali 31 Bara Naga Karya Yin Yong Kisah Pedang Di Sungai Es 10
^