Pencarian

Bagus Sajiwo 11

Bagus Sajiwo Karya Kho Ping Hoo Bagian 11


aku pasrah dengan penuh keyakinan bahwa Gusti Allah itu
Maha Murah dan Maha Kasih dan segala apa yang terjadi itu
demi kebaikan kita man usia. Semoga Gusti Allah a kan selalu
menguatkan iman kita dan a kan selalu me mbimbing kita,
semoga kelak Gusti Allah me mberi berkah dan karunia
kebahagiaan dan me mperte mukan kita dengan anak kita,
kalau dia menghenda ki!"
"Insya Allah (kalau Allah menghendaki), Kakangmas. Amin-
amin-a min." kata Retno Susilo dan berkembanglah senyum
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
man is di bibirnya, senyum penuh penyerahan, penuh
kepercayaan dan penuh harapan.
Akan tetapi, sering kali terjadi, apa yang diharapkan
manusia itu bukan saja tidak terjadi, bahkan yang terjadi
adalah hal yang ber lawanan dan yang tida k diharap-harapkan!
Pada suatu pagi yang sejuk, Ki Tejomanik dan Retno Susilo
sedang sarapan di ruangan makan, sebelah da la m rumah
mereka. Tiba-tiba terdengar suara keras jebolnya pintu depan yang
mereka palangi karena pintu itu belum dibuka oleh pelayan.
-ooOdwOoo- Kita tinggalkan dulu Ki Tejomanik dan Retno Susilo di
Gunung Kawi dan kita ikuti perjelanan Bagus Sajiwo dan Maya
Dewi. Seperti kita ketahui, dua orang ini meninggalkan batu
karang di muara Sungai Lorog dan menuju ke Gunung Kawi
untuk pulang ke ruma h Ki Tejoman ik karena Bagus Sajiwo
merasa bahwa kini dia telah berusia dua puluh tahun dan
sebagai mana telah dipesan mendiang Ki Ageng Mahendra,
setelah berusia dua puluh tahun baru dia boleh puiang ke
rumah orang tuanya.
Dala m perjalanan itu, setiap mene mui keadaan yang
me mbutuhkan bantuan mereka, mereka lalu turun tangan,
me mbe la kebenaran dan keadilan, me mbe la rakyat kecil yang
tertindas oleh kekuasaan yang sewenang-wenang dan jahat,
menentang mere ka yang jahat dan pengganggu kehidupan
rakyat. Setiap kali! mendengar keluhan penduduk kota
maupun dusun akan adanya gerombolan yang mengacau dan
mengganggu, mereka langsung mendatangi sarang gerombolan dan menghajar mereka sehingga mere ka lari
kocar-kacir dan gero mbola m itu bubar. Akan tetapi atas
anjuran Bagus Sajiwo, mereka tidak pernah membunuh lawan,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
cukup hanya merobohkan mereka saja dan membuat mereka
lari ketakutan.
Ketika mereka t iba di Tulungagung, mereka mengobrak-
abrik sarang gerombolan besar yang jumlah anggautanya
tidak kurang dari seratus orang. Pimpinan mereka adalah
orang-orang sakti, Akan tetapi Bagus Sajiwo dan Maya Dewi
dapat mengalahkan mereka dengan mudah sehingga para
pimpinan itu terluka dan se mua anak buah kocar-kaclr.
Nama Bagus Sajiwo dan Maya Dewi mulai terkenal dan
disanjung-sanjung oleh rakyat sehingga nama mereka mulai
dikenal sa mpai jauh. Banyak diantara para tokoh yang
mengenal na ma Maya Dewi, menjadi terkejut dan terheran-
heran mendengar kini Maya Dewi me musuhi orang-orang dari
golongan sesat. Padahal mereka mengenal Maya Dewi sebagai
seorang datuk wanita sesat yang dijuiuki Iblis Betina!
Karena tindakan mere ka menentang gerombolan penjahat,
terkadang me mbantu pasukan pamong-praja setempat, maka
perjalanan Bagus Sajiwo dan Maya Dewi menjadi la mbat.
Setelah me lakukan perjalanan berpekan-pekan la manya, pada
suatu pagi mereka tiba di padang rumput terbuka, di dekat
sebuah hutan. Dari padang rumput itu sudah ta mpak Gunung
Kawi me njulang tinggi.
Mereka berhenti dan Bagus Sajiwo menunjuk ke arah
gunung itu. "itulah Gunung Kawi, Dewi. Disanalah orang tuaku
tinggal dan disana aku dibesarkan sejak lahir sa mpai berusia
enam tahun ketika aku diculik orang."
Maya Dewi mengerutkan alisnya, tampak pendia m dan
wajahnya mura m, hanya menunduk setelah me mandang ke
arah gunung itu sekilas.
"He, engkau kenapa, Dewi" Kau ta mpak gelisah!"
"Me mang aku ge lisah, gelisah sekali, Bagus."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kenapa" Selama ini engkau ge mbira sekali, kini setelah
hampir tiba di tuj uan, semestinya engkau girang, malah
engkau gelisah."
"Bagus, aku takut..."
"Engkau" Takut" Ha-ha-ha!" Bagus Sajiwo tertawa. "Siapa
yang kau takuti" Setan pun a kan jerih untuk menggangumu!"
"Aku khawatir dan takut bertemu dengan orang tuamu,
Bagus." kata Maya Dewi dan suaranya agak gemetar.
"Ketahuilah, Ki Tejoman ik dan Retno Susilo adalah sepasang
suami isteri yang terkenal gagah perkasa dan setia kepada
Mataram. Mereka sudah mengenal betul siapa Maya Dewi.
Dala m pandangan mereka, aku adalah seorang iblis betina
yang Jahat, seorang datuk sesat dan bukan itu saja, malah
seorang antek Kumpeni Belanda. Mereka tentu benci sekali
kepadaku dan aku tidak menyalahkan mereka, aku sendiri
benci kepada diriku sendiri kalau ingat akan kesesatanku
dahulu. Aku sungguh takut berhadapan dengan orang tua mu,
Bagus." "Tida k, Jangan takut, Dewi!" kata Bagus Sajiwo sa mbil
tertawa, "Engkau bukanlah Maya Dewi yang dulu lagi. Engkau
sekarang adalah seorang yang telah meninggalkan Jalan
sesat, telah menjadi seorang yang takut, taat dan tawakal,
berserah diri kepada Gusti Allah. Aku yang akan menanggung
kalau oran tuaku marah. Aku akan menjelaskan kepada
mereka yang meyakinkan mereka bahwa engkau bukanlah
Maya Dewi empat tahun yang lalu."
"Benar engkau hendak melindungi dan me mbe la aku,
Bagus" Ah, aku ngeri, aku menyesal dan aku malu sekali kalau
aku teringat akan kelakuanku dahulu..."
"Bagus, itulah yang membuat Gust Allah senang dari
seorang manusia, yaitu merasa malu dan menyesali dosanya
lalu bertaubat mohon penga mpunanNya seperti yang kau
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
lakukan ini, Dewi. Sudahlah, kalau engkau sudah berserah diri
sepenuhnya kepada Gusti Allah, apalagi yang kau takuti?"
Tiba-tiba mere ka berdua waspada dan s iap siaga.
Sesosok bayangan putih berkelebat dan Candra Dewi telah
berdiri di depan mereka, dalam jarak lima ena m depa! Biarpun
sudah lewat empat tahun namun ia masih tetap tampak cantik
dengan daya tarik yang kuat. Tangan kirinya me megang
sebuah kebutan berbulu putih dan pedangnya tergantung
dipunggung. Sepasang mata tajam yang tadinya memandang
liar, kini bersinar-sinar, wajahnya cerah berseri, mulutnya
tersenyum manis ketika ia me ngamati wajah Bagus Sajiwo.
"Engkau..." Bagus Sajiwo, engkau ternyata masih hidup"
Ah, betapa senang rasa hatiku, Bagus suamiku...!" kata
Candra Dewi me langkah maju mengha mpiri.
Bagus Sajiwo merasa bulu tengkuknya mere mang karena
geli melihat wanita itu me mandangnya dengan mata
mengandung gairah nafsu dan kedua tangannya bergerak
seperti hendak merangkulnya sehingga dia melangkah
mundur. Karena Bagus Sajiwo mundur beberapa langkah, maka kini
Maya Dewi yang berada di depan me nghadapi Candra Dewi.
"Mbakayu, janganlah bersikap seperti ini! Bagus Sajiwo
bukan sua mimu." kata Maya Dewi suaranya lembut
me mbujuk. Agaknya baru sekarang Candra Dewi me lihat Maya Dewi
karena tadi seluruh perhatiannya tertuju kepada Bagus Sajiwo.
Matanya yang tadi bersinar gembira itu kini melotot dan
alisnya berkerut.
"Kau bilang apa, Maya Dewi" Jangan me mbikin aku marah!
Melihat Bagus Sajiwo mas ih hidup dan aku dapat bertemu
dengannya membuat aku begitu bahagia sehingga aku mau
me maafkan engkau dan tidak me mbunuhmu. Jangan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
me mbikin aku berubah pikiran dan marah sehingga aku akan
me mbunuhmu. Hayo minggir dan pergi dar i sini, aku hendak
mengajak suamiku pergi bersa maku!"
Akan tetapi Maya Dewi tidak mau perg i atau minggir, dan
Bagus Sajiwo berada di belakangnya segera berkata.
"Candra Dewi, sejak kapan aku menjad i sua mimu" Aku
bukan suamimu!"
"Sejak kapan" Sejak engkau me me luk tubuhku dan minu m
darahku me lalui gigitan pada leherku. Hayo minggir, Maya
Dewi, aku hendak me ngajak sua miku pergi!"
Akan tetapi Maya Dewi tidak mau minggir.
"Mbakayu Candra Dewi, tindakan mu ini tidak benar dan
sesat! Mana ada wanita memaksa seorang pria menjadi
suaminya" Sadarlah, Mbakayu, dan tinggalkan kami dengan
segera agar kesesatanmu Jangan berlarut-larut." Lalu Maya
Dewi men udingkan telunjuknya ke arah pedang yang
tergantung di punggung Candra Dewi. "Aku mengenal pedang
itu, Mbakayu Candra Dewi! Bukankah itu Pedang Pusaka Nogo
Wilis milik Retno Susilo" Berikan pedang itu kepadaku,
Mbakayu, untuk kuke mbalikan kepada pe miiiknya!"
Bagus Sajiwo terkejut mendengar ini dan dia pun
me mandang ke arah pedang yang tergantung di punggung
Candra Dewi. Dia pun teringat bahwa ibunya, Retno Susilo,
me mang me miliki pedang pusaka Nogo Wilis, akan tetapi dia
sudah lupa lag i akan pedang itu sehingga t idak mengenalnya.
Akan tetapi Maya Dewi mengena lnya dan ia sudah banyak
mendengar dari para datuk tentang pedang itu yang kabarnya
dicuri oleh Kyai Sidik Kawasa akan tetapi dirampas seorang
pertapa sakti dan akhirnya pedang itu terjatuh ke tangan
Sulastri. Ia tahu akan semua ini, maka ia minta pedang itu
karena kalau ia dapat mengembalikan pedang pusaka itu
kepada Retno Susilo tentu ibu Bagus Sajiwo itu akan
berkurang kebenciannya kepadanya!
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Candra Dewi marah bukan main, "Maya Dewi, apa engkau
sudah bosan hidup" Sekali lag i, demi sua miku, aku ampuni
engkau dan minggirlah. Ka lau engkau tidak menurut, aku tidak
aka menga mpunimu lag i dan akan me mbunuhmu!" Candra
Dewi sudah mengayun-ayun kebutan ditangan kirinya itu,
menganca m untuk menyerang.
"Engkau lah yang sepantasnya pergi dan meninggalkan
kami, jangan ganggu kami lagi, Mbakayu Candra Dewi!" kata
Maya Dewi. "Syuuuuttt... tar-tar-tar!!" tiga kali kebutan itu melecut dan
menya mbar-nyambar ke arah kepala Maya Dewi.
Akan tetapi Candra Dewi terkejut bukan main karena tiga
kali serangannya itu luput. Tubuh Maya Dewi bergerak a mat
lincahnya sehingga ia merasa seolah-olah ia menyerang
sebuah bayangan saja! Candra Dewi menjadi se makin marah
dan penasaran sekali. Ia mengerah kan seluruh kepandaiannya, menggunakan semua tenaga dan kecepatannya, menyerang
bertubl-tubi, namun se mua
serangannya gagal.
"Keparat!" Ia me maki dan sekali tangan kanannya
bergerak, tampak sinar hijau. menyilaukan mata dan ia segera
menyerang Maya Dewi dengan pedang dan kebutannya.
Tampak dua gulungan sinar hijau dan putih menyambar-
nyambar, mengepung dan menyerang tubuh Maya Dewi dari
semua jurusan, na mun tetap saja kedua senjata itu tidak
ma mpu menyentuh tubuh Maya Dewi.
Candra Dewi ha mpir tidak percaya akan kenyataan ini.
Maya Dewi dengan tangan kosong ma mpu menghadapi
serangan yang menggunakan pedang pusaka dan kebutan!
Padahal, tingkat kepandaian adik tirinya telah jauh
dibandingkan tingkatnya. Ia tidak tahu bahwa sejak Maya
Dewi ma kan Ja mur Dwipa Suddi tenaga saktinya menjadi
berlipat ganda kuatnya dan kitab Aji Sari Bantalanya sudah
dipelajari dan dilatihnya me mbuat ia dapat bergerak secara
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
aneh, seperti lambat na mun cepat, seperti lemah na mun kuat
sekali. Sementara itu, sejak tadi Bagus Sajiwo hanya menonton
saja dan ia merasa girang dan kagum sekali melihat gerakan
Maya Dewi me layani serangan Candra Dewi itu.
Jelas tampak o lehnya betapa Maya Dewi jauh lebih unggul
dan dia tahu bahwa kalau Maya Dewi menghendaki, sudah
sejak tadi ia akan dapat merobohkan dan me mbunuh
lawannya. Ternyata Maya Dewi tidak mau me mbunuh kakak
tirinya yang jahat itu.
Semenjak keluar dan perut bukit karang di muara Sungai
Lorog, baru sekarang Maya Dewi me mper lihatkan
kepandaiannya. Ketika berkali-kali mereka berdua menghadapi
para gerombolan yang menjad i lawan Maya Dewi hanyalah
penjahat-penjahat kecil yang kema mpuannya
terbatas sehingga tidak ta mpak ketangguhan Maya Dewi. Akan tetapi
kini, lawannya adalah Candra Dewi, datuk wan ita dari Banten
yang amat sakti itu. Melihat Maya Dewi dapat mengatasi
lawannya walaupun ia bertangan kosong, Bagus Sajiwo diam


Bagus Sajiwo Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

saja, hanya menonton. Maya Dewi seolah men dapatkan
kesempatan untuk berlatih dan menguji ilmu silatnya, yaitu Aji
Sari Bantala yang telah dilatihnya sampai selesai. Sebetulnya, ilmu itu baru dapat sempurna sepenuhnya kalau
dimainkan oleh sepasang pria dan wanita. Kalau dia dan Maya
Dewi yang menggunakan ajian itu bersama, ma ka mereka
dapat saling mengis i dan menutup segala kekurangan dan
kele mahannya sehingga Aji Sari Bantala itu akan menjadi kuat
sekali. Akan tetapi dimainkan send iri juga ternyata sudah
hebat sekali karena buktinya Maya Dewi ma mpu dengan
tangan kosong melayani Candra Dewi yang menyerangnya
dengan senjata pedang pusaka dan kebutan a mpuh.
Dugaan Bagus Sajiwo benar. Maya Dewi me mang sengaja
hendak menguji ilmu yang baru saja dikuasainya dan ia
merasa girang sekali karena dengan Aji Sari Bantala ternyata
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
ia ma mpu menghindarkan se mua serangan kakak tirinya yang
datang bertubi-tubi menghujaninya. Kemudian, ia pun balas
menyerang dengan ta mparan tangan dan totokan jari tangan.
Begitu ia ba las menyerang, Candra Dewi menjadi terkejut
dan terdesak hebat. Tamparan tangan Maya Dewi yang kecil
dan berkulit halus itu datangnya bagaikan sa mbaran palu
godam dan totokan jari tangannya bagaikan tusukan anak
panah yang meluncur cepat. Candra Dewi terpaksa me mutar
pedangnya sehingga pedang itu berubah men jadi gulungan
sinar hijau yang bagaikan perisai me lindungi dirinya dari
depan. Hebat me mang kepandaian Candra Dewi. Tenaga saktinya
juga sudah mencapai tingkat tinggi sehingga ketika ia
me lindungi dirinya dengan putaran pedang yang menjadi sinar
hijau bergulung-gulung itu, Maya Dewi merasa sulit untuk
mera mpas pedang seperti yang dikehendakinya. Kalau ia
menggunakan pukulan yang merupakan inti Aji Sari Bantala, ia
khawatir akan me mbunuh kaka k tirinya itu. Hal ini t idak ia
kehendaki. Ia tidak mau mengotori tangannya yang sudah ia
cuci dan jaga jangan sampai menjad i kotor seperti dulu
kembali, dengan me mbunuh, apalagi yang dibunuh adalah
kakak t irinya sendiri betapa pun jahatnya Candra Dewi.
Bagus Sajiwo menonton dengan tertarik. Dia tahu akan
kesulitan Maya Dewi untuk mera mpas pedang. Dia sendiri
tentu saja tahu bagaimana caranya agar dapat merampas
pedang tanpa me mbunu Candra Dewi. Akan tetapi dia dia m
saja ingin d ia melihat apakah Maya Dewi dapat menggunakan
akal agar niatnya mera mpas pedang itu berhasil. Dala m
keadaan seperti itu, agaknya hanya kecerdikan yang akan
dapat me mbuatnya berhasil.
Tiba-tiba Maya Dewi berhasil mengeluarkan pekik
me lengking dan ia me mpercepat gerakannya.
Candra Dewi terkejut karena suara lengkingan itu
menggetarkan jantungnya! Hal ini me mbuktikan betapa
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kuatnya tenaga sakti yang dimiliki ad ik tirinya itu. Maka untuk
me lindungi dirinya, ia me musatkan seluruh perhatian dan
tenaganya untuk me mutar pedangnya secepat mungkin agar
dirinya terlindung. Ia tidak ma mpu lag i menyerang, hanya
mengerahkan seluruh kepandaiannya untuk me lindungi
dirinya. Tiba-tiba ia terkejut karena tubuh Maya Dewi lenyap! Ia
tadi hanya me lihat bayangan berkelebat melewati sebelah
kanannya, maka cepat ia me mutar tubuh dari kanan.
Maya Dewi yang sudah berada dibelakangnya, ketika
Candra Dewi me mutar tubuhnya itu, mendahuluinya dengan
cepat sekali menoto k siku tangan kanan itu. Biarpun lengan
kanan Candra Dewi hanya terasa lumpuh selama beberapa
detik saja, namun secepat kilat Maya Dewi menggerakkan
tangan dan pedang pusaka Nogo W ilis telah dapat
dira mpasnya! "Ke mbalikan pedangku!" Candra Dewi berteriak marah.
"Ini bukan pedangmu dan akan kukemba likan kepada
pemiliknya." jawab Maya Dewi tenang.
Candra Dewi marah dan penasaran akan tetapi ia juga
merasa agak gentar. Tadi sudah terbukti bahwa kini ad ik
tirinya itu me miliki kesaktian yang a mat hebat sehingga ia
dengan dua macam senjata tidak ma mpu mengalahkan Maya
Dewi yang bertangan kosong, bahkan kini pedangnya
terampas. Ia lalu mengerahkan se luruh tenaga saktinya dan
mendorongkan tangan kanannya ke arah Maya Dewi sambil
me mbentak nyaring.
"Aji Bajradenta...!!"
Maya Dewi yang sudah s iap menya mbut serangan pukulan
jarak jauh yang ampuh ini dengan dorongan tangan kirinya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Syuuuuuttt... desss...!!" Dua tenaga sakti bertemu di
udara dan akibatnya tubuh Candra Dewi terjengkang dan
roboh lalu ia bergulingan men jauh.
Tiba-tiba terdengar suara tawa terbahak dan muncul ah
seorang laki-laki berusia ena m puluh tahun yang tubuhnya
sedang dan mukanya pucat seperti mayat. Begitu tiba dia
langsung saja menyerang ke arah Maya Dewi dengan pukulan
yang mendatangkan bada i panas!
Bagus Sajiwo sudah waspada, maka dia mendahului Maya
Dewi, berkelebat dekat dan menep iskan pukulan dahsyat itu
dengan tangan kirinya.
"Blarrrr...!!" Tubuh laki-laki muka mayat itupun terlempar
ke belakang dan dia juga menggulingkan diri seperti yang
dilakukan Candra Dewi tadi.
Dua belas orang laki-laki
bermunculan dan mereka
menyerang Bagus Sajiwo
dan Maya Dewi dengan
tembakan senapan dan pistol, Terdengar bunyi me ledak-ledak ketika dar i
moncong senapan dan pistol
itu mengeluarkan asap dan
belasan buah peluru menya mbar ke arah mereka. Maya Dewi cepat me mutar pedang Nogo W ilis
yang sudah berada di tangannya sehingga gulungan sinar
hijau menyelimuti dirinya, Terdengar bunyi nyaring ketika
peluru-peluru yang menyambar kepadanya tertangkis dan
terpental oleh gulungan sinar hijau.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Adapun Bagus Sajiwo yang berdiri tenang menyambut
peluru-peluru yang menya mbar ke arah dirinya dengan kedua
telapak tangannya. Peluru-peluru itu juga runtuh ketika
mengenai kedua telapak tangannya!
Melihat ini, para penyerang menjadi gentar bukan main dan
mereka se mua, termasuk Candra Dewi segera ber lompatan
me larikan diri!
Maya Dewi hendak mengejar, akan tetapi Bagus Sajiwo.
menang kap pergelangan lengan kirinya. "Tidak perlu dikejar
Dewi." "Akan tetapi diantara mereka itu ada pene mba k-pene mbak
yang dulu mene mbaki kita di muara Sungai Lorog sehingga
pundakku terluka!"
"Akan tetapi serangan mereka dulu itu malah menguntungkan kita, bukan" Tanpa penyerangan itu,
bagaimana mungkin kita dapat menemukan Jamur Dwipa
Suddhi dan kitab Sari Bantaia" Terkadang Gusti Al ah me makai
cara yang aneh untuk me mberi kasih karunia dan berkatnya,
Dewi." Maya Dewi menjadi le mas kembali. Ia melihat kebenaran
ucapan Bagus Sajiwo yang memang sesuai dengan kenyataan.
Lalu ia me mandang ke arah kedua tangan Bagus Sajiwo.
"Aku belum berani menya mbut serangan peluru dengan
tangan seperti yang kau la kukan tadi, Bagus."
"Aku yakin engkau juga ma mpu me lakukannya, Dewi.
Dengan tenaga sakti yang kau dapat melalui Ja mur Dwipa
Suddhi dan latihan Aji Sari Bantala, engkau juga dapat
me mbuat tubuhmu kebal terhadap peluru. Engkau bersusah
payah tadi untuk mera mpas pedang itu. Untuk apakah, Dewi?"
"Untuk apa" Bagaimana sih engkau ini" Pedang pusaka
Nogo Wilis ini dahulu adalah milik Nyi Retno Susilo, ibu
kandungmu dan aku mendengar bahwa akhirnya pedang ini
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menjad i milik seorang gadis pendekar yang gagah perkasa
bernama Sulastri. Aku harus menge mba likan pedang ini
kepada ibumu!"
Bagus Sajiwo mengangguk-angguk sa mbil tersenyum.
"Ibuku tentu akan senang sekali. Mari kita lanjutkan
perjalanan kita. Gunung Kawi sudah ta mpak, itu yang
menjulang disana."
Mereka lalu meninggalkan te mpat itu dan pergi menuju
gunung yang sudah tampa k itu.
Sementara itu, Candra Dewi melarikan diri bersama laki-laki
yang tadi me mbantunya bersama dua belas orang yang
me mbawa senapan dan pistol. Setelah me larikan diri cukup
jauh dan tidak melihat lawan yang sakti mandraguna itu
mengejar, mereka lalu berhenti. Candra Dewi me mandang
laki-laki muka mayat itu.
"Paman Arya Bratadewa terima kasih atas bantuanmu."
kata Candra Dewi. Ia mengenal Arya Bratadewa karena
mereka berdua sama-sama tokoh Banten.
"Ah, sudah sepantasnya kalau kita saling me mbantu, Ni
Candra Dewi. Akan tetapi, bukankah wanita tadi Maya Dewi
adik tirimu" Baga imana ia sekarang menjadi beg itu sakti" Dan
siapa pula pe muda yang luar biasa itu?"
"Benar, ia adalah adik tiriku Maya Dewi dan pe muda itu
bernama Bagus Sajiwo. Mereka me mang sakti mandra-guna
karena merekalah yang agaknya telah menemukan Jamur
Dwipa Suddhi dan kitab rahasia yang dicari banyak orang itu.
Selama kurang lebih tiga tahun mereka menghilang dan
agaknya selama itu mereka telah me mpelajari isi kitab rahasia
dan menjadi sa kti man dra-guna seperti sekarang."
"Ah, benarkah" Bukan main kalau begitu, pantas mereka
demikian sakti mandraguna! Akan tetapi kalau engkau
bermusuhan dengan mereka, Ni Candra Dewi, bergabunglah
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dengan kami. Dengan menyatukan tenaga, kita akan mampu
me mbas mi mereka!"
"He mm, Paman Arya, bagaimana engkau dapat berada
disini" E ngkau jauh-jauh men inggalkan Banten, apa yang kau
lakukan dis ini dan s iapa pula mereka yang me mbawa senjata
api ini?" "Mereka ini adalah para pembantuku dan kami adalah
utusan Kumpeni Belanda yang telah menghadiri undangan
Adipati Bla mbangan untuk mengadakan rapat pertemuan.
Kami me ngadakan persekutuan untuk menentang Mataram.
Kalau engkau mau bergabung dengan kami dan menjadi
kepercayaan Kumpeni Belanda, tentu engkau akan dapat
me mbunuh musuh-musuhmu dan engkau pun akan menerima
hadiah apa saja yang kau inginkan kelak. Kedudukan tinggi
harta benda, semua dijanjikan oleh Kumpeni!"
Mereka bercakap-cakap dan Arya Bratadewa menceritakan
tentang keadaan dalam rapat pertemuan di Kadipaten
Bla mbangan itu dan hasil rapat pertemuan itu. Dia me mbujuk
Candra Dewi untuk menjadi seorang pembantu Kumpeni dan
ia menjanjikan akan me mbantu Candra Dewi menangkap
Bagus Sajiwo hidup-hidup karena wanita itu
tetap menganggap Bagus Saj iwo sebagai sua minya. Hanya ada dua
pilihan baginya yaitu menjad ikan pe muda itu suaminya dan
kalau Bagus Saj iwo menolak dan tidak dapat dibujuk, pemuda
itu harus mati ditangannya!
Akhirnya Candra Dewi terbujuk dan bersedia menjadi
pembantu Kumpeni. Ia lalu ikut dengan Arya Bratadewa
men inggalkan te mpat itu.
= ooOdwOoo = "Braaaakkk...!!" Daun pintu depan rumah Ki Tejoman ik
Jebol, mengeluarkan suara hiruk pikuk.
Ki Tejomanik dan isterinya Retno Susilo terkejut mendengar
suara ini. Ki tejomanik cepat menga mbil Pecut Bajrakirana dan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Retno Susilo menga mbil pedangnya la lu keduanya berlari
keluar. Setelah tiba di luar, mereka melihat tiga orang berada di
pekarangan dan mereka terkejut bukan main mengena l bahwa
mereka itu adalah Bhagawan Kalasrenggi yang sudah tua
renta bersama dua orang muridnya yang seperti raksasa, yaitu
Kaladha ma dan Kalajana.
Tiga orang ini pada tiga tahun yang lalu pernah bentrok


Bagus Sajiwo Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

dengan mereka nyaris celaka kalau saja tidak muncul Par madi
dan Muryani yang membantu mereka sehingga tiga orang itu
dapat dikalahkan. Dan sekarang, setelah lewat tiga tahun,
mereka bertiga itu muncul di depan rumah. Suami isteri itu
menanti-nanti datangnya putera mereka, yang datang malah
musuh yang amat tangguh dan berbahaya!
"He mm, Bhagawan Kalasrenggi, apa perlunya Andika
berkunjung secara tidak sopan seperti ini, merusak daun pintu
rumah ka mi?" Ki Tejomanik menegur.
Biarpun ma klum bahwa tiga orang itu merupa kan lawan
yang amat tangguh dan berbahaya, namun sua mi isteri
pendekar ini sedikit pun t idak merasa gentar.
"Heh-heh-heh-hi-hik!" Bhagawan Kalasrenggi terkekeh-
kekeh seperti tawa seorang wanita, lalu ber kata dengan
suaranya yang tinggi kecil. "Ki Tejomanik, tiga tahun yang lalu
Andika berdua dapat lolos dari tangan kami. Akan tetapi hari
ini kalian akan mati di tangan ka mi untuk menghadap roh Adi
Menak Koncar dan kawan-kawan yang telah tewas di tangan
kalian!" Sekali ini Bhagawan Kalasrenggi merasa yakin bahwa dia
dan dua orang muridnya pasti akan berhasil me mbunuh sua mi
isteri yang dibencinya itu karena sebelumnya dua orang
muridnya telah melakukan penyelidikan dan yakin bahwa
suami isteri yang mereka hendak bunuh itu hanya berdua saja
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
di rumah itu dan tidak ada orang-orang lain yang dapat
me mbantu mereka.
"Heh, keparat pendeta palsu dukun lepus!" Retno Susilo
me ma ki marah teringat betapa dulu ia terpengaruh oleh aji
pamelet yang dikerahkan kakek tua renta itu.
Sekarang dalam keadaan siap, ia tidak takut karena dengan
tenaga saktinya ia dapat memperkuat batinnya dan menolak
segala macam aji guna-guna dan sihir hita m yang
me mpergunakan kekuatan roh Jahat.
Ki Tejomanik juga menggerakkan pecutnya ke udara dan
terdengar suara meledak-ledak dan pada saat ujung pecut
me lecut udara tampak asap mengepul menyusul bunyi
ledakan-ledakan itu.
Lalu pendekar gagah perkasa itu berkata dengan suara
tegas dan mantap.
"Bhagawan Kalasrenggi, kami tahu betapa sakti mandraguna And ika bertiga, akan tetapi Andika me mbela dua
orang murid Andika yang melakukan kejahatan keji terhadap
penduduk dusun dan kami berdua akan selalu menentang
perbuatan jahat yang dilakukan oleh siapapun juga. Kami
tidak takut menghadapi anca man mu! "
"Heh-heh-heh, Tejomanik, engkau boleh bicara so mbong
sesukamu, ini adalah kata-katamu terakhir." Lalu d ia menoleh
kepada dua orang muridnya yang sejak tadi sudah
menyeringai lebar me nyeramkan. "Serang mereka!"
Sambil tertawa Kaladhama lalu mencabut golok gergajinya
dan dia menerjang kearah Retno Susilo, sedangkan adiknya,
Kalajana, menggunakan golok gergajinya menyerang Tejomanik. Ketika Tejomanik menggerakkan pecutnya menyambut,
Bhagawan Kalasrenggi menggerakkan tongkat kayu cendana
dan maju me mbantu Kalajana. Memang sebelumnya telah
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mereka atur. Kaladha ma yang akan menghadapi Retno Susilo
yang sudah dia ketahui sampa i dimana tingkat kepandaiannya
dan dia merasa dapat mengungguli wanita itu, ada pun
Tejomanik yang amat berbahaya dan tangguh dengan pecut
Sakti Bajrakirana, dikeroyok oleh Kalajana dan Bhagawan
Kalasrenggi sendiri!
Pembagian tugas ini me mang telah mereka perhitungkan
dan ternyata tepat sekali. Retno Susilo me mang merasa
kewalahan menghadapi golok gergaji yang berat dan kuat
ditangan Kaladha ma itu, sedangkan Tejomanik juga tahu
bahwa dua orang lawannya itu amat tangguh.
Andaikata Tejomanik harus menghadapi Kalajana seorang
diri saja dia pasti akan ma mpu mengalahkannya, juga
andaikata harus menghadapi Bhagawan Kalasrenggi seorang
dia pun akan ma mpu menand ingi walaupun kakek tua renta
itu amat berbahaya dengan ilmu-ilmu s ihirnya yang dia
perdalam ketika dia berguru di Bali-dwipa.
Kini, Kalajana menggerakkan golok gergaj inya dengan
dahsyat, diperkuat oleh sambaran tongkat cendana di tangan
Bhagawan Kalasrenggi. Biarpun hanya tongkat biasa, namun
karena digerakkan dengan dorongan tenaga sakti yang amat
kuat ditambah pengaruh sihir yang menggiriskan, tongkat
cendana itu seperti "hidup" dan menyambar-nyambar dengan
amat cepat seperti kilat dan juga mendatangkan angin kuat
yang me mbawa bau cendana yang amat taja m menyengat
hidung dan me mbuat kepala menjad i pen ing.
'"Tar-tar-tar-tarrr...!" Pecut Sakti Bajrakirana berubah
menjad i gulungan sinar yang meledak-ledak dan bunga api
berpercikan, namun ujung pecut itu hanya dapat dipergunakan oleh Tejomanik untuk melindungi dirinya saja,
menang kis serbuan golok gergaji dari tongkat. cendana!
Serangan Bhagawan Kalasrenggi dan Kalajana sede mikian
gencar dan dahsyat sehingga Tejoman ik yang gagah perkasa
dan sakti mandraguna itu kini hanya dapat mengandalkan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pecut saktinya untuk me mbela diri dan menjaga agar
tubuhnya tidak sampai terkena serangan dua orang lawannya.
Keadaan Retno Susilo tidak lebih baik dari sua minya.
Desakan Kaladha ma yang menyerang sa mbil terbahak-bahak
itu sedemikian kuatnya sehingga Retno Susilo terpaksa
me mutar pedangnya untuk menangkis golok gergaji itu. Akan
tetapi setelah puluhan kali terpaksa menangkis karena untuk
menge lak tidak ada kesempatan lagi, ia mulai merasa betapa
tangannya tergetar hebat setiap kali bertemu dengan golok
gergaji yang berat itu.
"Hua-ha-ha!
Manis, engkau mas ih cantik je lita. Menyerahlah untuk menjadi biniku dan aku akan menga mpunimu, ha-ha-ha!" Kaladha ma me ngejek.
"Jahanam busuk, ma mpuslah!" Retno Susilo dengan nekat
menge lak ke kiri la lu menerjang dengan tusukan pedangnya.
Hebat dan cepat sekali serangan balasan yang
dilakukannya dengan tiba-tiba itu. Akan tetapi Kaladhama
me mang tangguh dan dia sudah menguasai ilmu-ilmu yang
cukup tinggi. Dia menggerakkan goloknya menang kis dari
samping. "Tranggg...!" Bunga api berpijar dan pedang Retno Susilo
terpental, tangan wanita ini terguncang hebat.
Retno Susilo marah dan tangan kirinya lalu me luncur
dengan aji pukulan Gelap Sewu. Aji pukulan ini hebat bukan
ma in, bagaikan kilat menya mbar dan mengandung tenaga
sakti yang, panas sekali.
Aji pukulan Gelap Sewu ini adalah ilmu yang diturunkan
kepada Retno Susilo oleh gurunya, mendiang Nyi Dewi Rukmo
Petak. Hebat bukan main aji pukulan ini. Jangankan sa mpai
tangan yang mungil halus itu sampa i menyentuh tubuh lawan,
baru angin pukulannya saja cukup untuk meroboh kan lawan
yang tidak me miliki kesaktian tinggi. Apa lagi saking
marahnya, Retno Susilo sudah mengisi pukulan Aji Ge lap Sewu
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
itu dengan hawa dari Aji W iso Sarpo yang mengandung hawa
beracun sari dari bisa ular! Akan tetapi sekali ini lawannya
adalah seorang tokoh sesat yang juga menguasai ilmu-ilmu
sesat termasuk yang mengandung hawa beracun. Dengan
beraninya Kaladha ma menyambut pukulan telapa k tangan
yang didorongkan itu dengan dorongan tangan sambil
mengerahkan tenaga sekuatnya.
"Wuuutttt... dessss...!!" Dua tenaga sakti bertabrakan dan
tubuh Retno Susilo terpental kebe lakang.
Kaladha ma terbahak dan mengejar, akan tetapi biarpun
kepalanya terasa pening dan dadanya sesak, wanita itu masih
dapat me mutar pedangnya melindungi diri sehingga
Kaladha ma belum dapat menang kap seperti yang dikehendaki
raksasa muka-hita m itu. Sa mbil tertawa-tawa Kaladhama
menyerang dengan golok gergajinya dan Retno Susilo hanya
dapat menangkis. Makin la ma ia terdesak semakin hebat dan
hanya dapat mundur berputaran.
Sementara itu Tejoman ik juga terdesak hebat. Melihat
betapa satria yang terdesak itu masih juga ma mpu me mbuat
pertahanan yang amat kuat sehingga serangan dua orang
pengeroyok itu tidak ma mpu mene mbus tirai sinar pecutnya,
Bhagawan Kalasrenggi men jadi penasaran sekali. Dia
berkema k-ke mik me mbaca mantera dan tiba-tiba tubuh dua
orang pengeroyok itu diselubungi uap hitam seh ingga tidak
tampak oleh Ki Tejomanik. Dari dalam bungkusan uap hitam
ini, Bhagawan Kalasrenggi dan Kalajana menyerang sehingga
Tejomanik menjad i sema kin repot karena dia tidak dapat
me lihat dua orang pengeroyoknya sehingga dia tidak tahu dari
mana datangnya serangan.
Tejomanik mengeluarkan pekik melengking disertai
pengerahan tenaga sakti yang kuat. Pekik melengking ini
mendatangkan getaran kuat sekali dan tiba-tiba uap hita m itu
me mbuyar dan lenyap!
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Bhagawan Kalasrenggi mengerutkan alisnya. Dia marah
dan penasaran sekali melihat betapa ilmu s ihirnya dapat
dipunahkan oleh lengkingan pekik Tejoman ik. Dia lalu
berkema k-ke mik lagi dan me nudingkan tongkat cendananya
ke arah Tejomanik. Tiba-tiba bola-bola api me luncur dari
ujung tongkat bagaikan pe luru-peluru meriam menyerang
tubuh Tejoman ik yang masih me mutar pecut untuk menangkis
serangan Kalajana.
Melihat datangnya serangan bola-bola api yang jumlahnya
lima buah itu Ki Tejomanik la lu menghanta mKan tangan
kirinya dengan telapak tangan terbuka mehya mbut bola-bola
api itu sa mbil mengerah kan aji pukulan Bromokendali yang
amat dahsyat. Terdengar ledakan lima
kali dan bola-bola ap i itu
runtuh! Bukan main marahnya Bhagawan Kalasrenggi. Lawan yang
sudah terdesak dan kepepet
(tertekan) itu mas ih ma mpu
me munahkan serangan ilmu-ilmu s ihirnya! Dia berkema k-ke mik lag i dan
keluarlah gerengan seperti
suara setan sendiri dari
kerongkongannya
dan Tejomanik terkejut ketlka
me lihat betapa kakek tua renta itu kini berubah menjad i Leyak
(Iblis di Bali). Tinggi besar dengan mata melotot dan
mencorong berapi, mulutnya lebar bertaring, lidahnya panjang
seperti ular hidup, jarl-jari tangannya berkuku panjang,
menger ikan se kali wujud itu.
Tejomanik kembali mendorong dengan Aji Bromokendali
yang berhawa panas, namun sekali ini serangannya me mbalik
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
ketika mengenai Iblis jadi-jad ian itu! Keringat dingin
me mbasahi tubuh Tejomanik. Lawan ini terlalu tangguh
baginya, pikirnya dan dia membagi perhatiannya kepada
keadaan isterinya.
Retno Susilo sudah terdesak hebat. Kaladhama yang
merasa penasaran juga melihat betapa wanita itu, dalam
keadaan terdesak dan tidak ma mpu balas menyerang, masih
ma mpu bertahan dan menangkis se mua serangannya, tiba-
tiba mengeluarkan suara gerengan seperti binatang buas dan
golok gergajinya menyambar dahsyat sekali. Agaknya karena
penasaran, dia marah dan kini serangannya dila kukan dengan
tenaga sepenuhnya karena dia hendak membunuh wanita
yang tadinya hendak diringkus hidup-hidup itu. Goloknya
menya mbar dahsyat ke arah leher Retno Susilo!
Retno Susilo cepat menangkis dengan pedangnya, pedang
Nogo Wilis tiruan.


Bagus Sajiwo Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Trakkkk...!" Pedang di tangan Retno Wilis patah-patah dan
ia terhuyung ke belakang! Kaladha ma menubruk dan hendak
mer ingkusnya. Retno Susilo menggunakan sisa pedang di
tangannya untuk menikam, akan tetapi karena ia dalam
keadaan terhuyung, serangannya tidak tepat dan tangan
Kaladha ma yang berbulu, besar dan kuat itu sudah
menang kap pergelangan tangan Retno Susilo, mencengkeramnya sehingga terpaksa wanita itu melepaskan
gagang pedang yang sudah patah itu.
Kaladha ma me mutar lengan Retno Susilo seh ingga dengan
mudah ia ditelikung dan kedua tangannya lalu diikat
dibelakang tubuhnya. Akan tetapi ketika Kaladha ma sambil
tertawa-tawa hendak menggerayangi tubuhnya, Retno Susilo
menendang dengan kakinya ke arah perut ra ksasa itu!
Kaladha ma menge lak, menangkap tumit kaki yang menendang
dan sekali dorong tub uh Retno Susilo terjengkang dan roboh.
Pada saat itu, terdengar bunyi ledakan dan ujung pecut
Bajrakirana menya mbar ke arah Kaladha ma yang hendak
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menubruk Retno Susilo yang sudah roboh. Kaladhama terkejut
dan cepat menghindarkan diri dengan lompatan kesa mping.
Tadi Tejoman ik me lihat isterinya roboh maka dia cepat
me lindungi isterinya, melompat kebela kang meninggalkan dua
orang pengeroyoknya dan menyerang Kaladhama sehingga
Retno Susilo tidak jadi ditubruk oleh raksasa itu. Akan tetapi
Bhagawan Kalasrenggi dan Kalajana mengejar. Bhagawan
Kalasrenggi tetap masih menjad i wujud Leyak dan lengan
yang panjang dengan jari tangan berkuku panjang itu kini
me luncur ke arah leher Tejoman ik. Pendekar ini menggerakkan pecutnya menangkis.
"Tarrr...!" Pecutnya me mbalik.
Dia lalu mengerah kan tenaganya dan menggunakan Aji
Bromokendali u ntuk menghanta m ke arah tangan yang masih
menganca mnya itu.
"Blarrrr...!" Pertemuan dua tenaga itu sedemikian hebatnya
sehingga wujud Leyak tadi pudar dan kemba li menjadi
Bhagawan Ka lasrenggi yang mundur beberapa langkah.
Akan tetapi tubuh Tejomanik terpental dan roboh. Ternyata
dia masih kalah kuat dari lawannya, walaupun tidak banyak.
Tentu saja saat itu merupakan saat yang gawat bagi
Tejomanik dan Retno Susilo, karena tiga orang lawannya itu
kini sudah maju dan siap me mbunuh Tejoman ik yang sudah
rebah telentang walaupun t idak terluka parah.
-ooo0dw0ooo- Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Jilid 20 TiBA-TIBA berkelebat dua bayangan orang dan tahu-tahu
tiga orang yang haus darah itu berhadapan dengan Lindu Aji
dan Sulastri! Seperti kita ketahui, suami isteri ini mendengar ber ita
tentang Bagus Sajiwo dan mereka sengaja pergi ke Gunung
Kawi untuk menya mpaikah berita mengge mbirakan itu kepada
Tejomanik dan Retno Susilo. Kedatangan mereka tepat sekali
sehingga mereka dapat melindungi Tejoman ik dan Retno
Susilo yang terancam bahaya maut!
Melihat munculnya Lindu Aji dan Sulastri, Tejoman ik dan
Retno Susilo menjad i girang sekali. Tejomanik segera
mengha mpiri isterinya dan melepaskan ikatan
kedua tangannya. Retno Susilo bangkit berdiri dalam keadaan tidak
terluka. Melihat pedang isterinya telah patah-patah, Tejomanik
segera melepaskan kain pengikat kepalanya, itu adalah
senjatanya yang kedua yang disebut Si-hung Nila dan.
isterinya pernah mempelajari cara menggunakan kain pengikat
kepala yang panjangnya satu setengah depa ini sebagai
senjata. Dia me mberikan senjata istimewa itu kepada
isterinya. Sementara itu Bhagawan Kalasrenggi dan dua orang
muridnya menjad i marah sekali. Semula mereka terkejut
karena mengira bahwa yang muncul itu Parmadi si Seruling
Gading dan Muryani, akan tetapi ketika melihat Lindu Aji dan
Sulastri yang tidak mereka kenal, mere ka menjad i lega dan
me mandang ringan.
"Heh, sepasang orang muda! Jangan coba-coba menca mpuri urusan Bhagawan Kalasrenggi. Pergilah kalian
berdua kalau tidak ingin mati ditangan ka mi!" teriak kakek tua
renta itu dengan suaranya yang tinggi.
Sebelum Lindu Aji me njawab, Sulastri yang tadinya merasa
betapa ucapan kakek itu amat me mpengaruhinya sehingga
hampir saja ia menggerakkan kaki pergi, akan tetapi setelah ia
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
berpegang kepada lengan sua minya, pengaruh itu lenyap,
me mbentak dengan marah.
"Heh, tua bangka budak iblis! Engkaulah yang sudah mau
mati, jangan menggunakan kekuatan iblis busuk untuk
me mpengaruhi kami! Kami tidak takut pada mu, biar ada
seratus orang macam engkau ini boleh maju semua, kami
tidak akan mundur!"
Mendengar ucapan dan me lihat sikap galak wanita itu,
Dhagawan Kalasrenggi marah bukan ma in. Dia mendengus
seperti seekor kerbau gila dan matanya menjadi merah. Dia
pun tahu bahwa kekuatan sihirnya yang tadi dipergunakan
untuk mengusir suami isteri muda itu telah gagal.
"Keparat!" Dia me ma ki dan tongkat kayu cendana di
tangannya sudah terbang seperti ular hidup ke arah Sulastri.
Wanita ini sudah men cabut pedang dan me nangkis.
"Tranggg...!" Tongkat itu tertangkis akan tetapi Sulastri
terhuyung kebelakang.
"Mundurlah!" kata Lindu Aji dan dia pun me lompat ke
depan Bhagawan Kalasrenggi yang sudah memegang
tongkatnya yang kembali ke tangannya.
Melihat pe muda ini maju mengha mpirinya dengan tangan
kosong, Bhagawan Kalasrenggi lalu menyerangnya dengan
tongkat cendananya. Biarpun gerakannya lambat dari tampak
le mah tenaganya, namun tongkat kayu cendana itu
menya mbar dahsyat, me mbawa angin dan bau yang
menyengat hidung.
Lindu Aji me nyambutnya dengan tangan kosong dan
dengan Aji Bayu Sakti, tubuhnya berkelebatan ringan sekali.
Dia menghadapi serangan kakek itu dengan ilmu s ilat Wanara
Sakti. Gerakannya seperti Sang Hanoman yang lincah bukan
ma in. Tak pernah dapat tersentuh tongkat lawan.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sementara itu, melihat kakek sakti mandraguna itu kini
dilawan Lindu Aji dan dia yakin akan kesaktian pemuda ini,
Tejomanik lalu me mutar Pecut Sakti Bajrakirana menyerang
Kalajana yang tadi mengeroyoknya.
"Tar-tar-tarrr...!" Bunga api berpijar dar i ujung pecut dan
Kalajana sudah s ibuk me mutar golok gergajinya untuk
me lawan dengan hati merasa jerih.
Sulastri mengha mpiri Retno Susilo.
"Bibi, mari kita hajar buto (raksasa) Galiuk muka h itam ini.
Aku ingin sekali me mbuntungi dua buah telinganya yang
seperti telinga kelelawar itu!" katanya sambil me mandang ke
arah sepasang telinga raksasa muka hitam itu.
"Baik, Lastri. Akupun ingin mere mukkan batang hidungnya
yang besar dan belang itu!" kata Retno Susilo yang wataknya
juga amat keras dan suka bergurau di waktu mudanya.
Tentu saja ia hendak me ngatakan bahwa raksasa itu adalah
seorang hidung belang yang pantas dihajar!
Kaladha ma menjad i makin hita m kulit mukanya karena
marah mendengar dua orang wanita itu ber kelakar dengan
kata-kata yang menghina dan me ma ndang rendah kepadanya.
"Kalian ma mpus di tanganku!" bentaknya dan kini dia
benar-benar hendak me mbunuh dua orang wanita itu, betapa
pun cantik menariknya mereka karena dia melihat pihaknya
kini teranca m.
Bagaikan seekor singa kelaparan dia menubruk dan
menerjang dua orang wanita itu dengan golok gergaj inya.
Akan tetapi Retno Susilo dan Sulastri dengan mudah
menghindar, lalu mere ka mengeroyok Kaladha ma dar i kanan
kiri. Gurauan mereka tadi bukan sekedar anca man gertak
sambal, melainkan kini gulungan s inar pedang Sulastri terus-
menerus menya mbar ke arah kedua telinganya, dan gulungan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sinar kebiruan dar i kain ikat kepala berwarna biru itu benar-
benar selalu menya mbar kearah hidungnya!
Serangan dua orang wanita itu membuat Kaladha ma benar-
benar terkejut. Sama sekali tidak disang kanya bahwa wanita
muda yang baru muncul itu ternyata juga merupakan seorang
wanita yang sakti mandraguna dan gerakan pedang itu ganas
bukan main. Tingkat kepandaian Kaladha ma me mang sed ikit
lebih tinggi dibandingkan tingkat Retno Susilo, akan tetapi
setelah kini Sulastri me mbantu dan Kaladha ma dikeroyok,
sebentar saja raksasa itu menjadi repot sekali. Dia terdesak
hebat dan hanya mampu menggerakkan goloknya untuk
menang kis sinar pedang dan sinar ka in ikat kepa la.
"Sing.. .!" Sinar pedang untuk kesekian kalinya menyambar
dahsyat kearah telinga kirinya. Kaladhama menggerakkan
goloknya menangkis.
"Tranggg...!" Dia terkejut sekali melihat ujung goloknya
patah sedikit disa mbar pedang lawan.
Karena kaget, dia tidak ma mpu menghindar ketika sinar
biru menya mbar kearah mukanya. Dia hanya dapat miringkan
mukanya na mun tetap saja sinar biru itu menyere mpet ujung
hidungnya. "Prattt...!" Darah mengucur dan ujung bukit hidung besar
itu remuk! Kaladha ma mengeluarkan teriakan dan pada saat itu, sinar
pedang menyambar.
"Crettt...!" Daun telinga kiri Kaladha ma terbabat putus!
"Aduhhh...!" Raksasa muka hita m itu melompat kebelakang
dan me mutar golok me lindungi dirinya. Darah menetes-netes
dari telinga kiri dan batang hidungnya.
Sementara itu, Ka lajana juga sudah terdesak hebat dan dua
kali pundak dan hidungnya disengat ujung pecut Bajrakirana
sehingga baju berikut kulit dagingnya tersayat, berdarah dan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
terasa perih panas. Dia juga hanya mampu melindungi dirinya
dengan putaran goloknya.
Bhagawan Kalasrenggi merasa penasaran bukan. ma in.
Segala ajian dan ilmu sihirnya telah dia keluarkan untuk
meroboh kan Lindu Aji, na mun se mua usahanya sia-sia belaka
karena semua sihirnya dapat dipunahkan oleh orang muda itu.
Ketika me lihat betapa dua orang muridnya terluka, dia
menge luarkan pekik t inggi dan tampa klah asap hitam
mengepul me menuhi udara
disitu. Lindu Aj i cepat
menggunakan kedua tangan untuk mendorong asap itu,
sedangkan Sulastri, Retno Susilo, dan Tejomanik ber lompatan
kebelakang, khawatir kalau-kalau asap hita m itu beracun.
Tiga orang lawan mereka kini sudah tidak tampa k, tertutup
asap hitam. Tiba-tiba asap hita m yang mulai me mudar itu kini
me luncur kearah Lindu Aji. Tentu saja dia terkejut dan cepat
menya mbut dengan dorongan kedua tangan dengan tenaga
Sakti Surya Candra.
"Wuuuuttt... blaarrr...!" Tubuh Lindu Aj i terguncang keras
akan tetapi dia tidak roboh, hanya terpaksa melangkah
mundur tiga kali karena pertemuan tenaga itu me mbuat dia
terdorong amat kuatnya.
Asap hitam menghilang dan tampaklah kini piha k musuh.
Bhagawan Kalasrenggi mas ih berdiri dengan tong kat cendana
di tangan, terkekeh girang.
Kalajana berdiri dengan muka pucat dan wajahnya
menyeringai menahan rasa nyeri di pundak dan punggungnya
yang terpatuk ujung pecut Bajrakirana. Kaladhama berdiri
disa mpingnya, juga menyeringai menahan rasa nyeri karena
ujung hidungnya penyok dan daun telinga kirinya buntung.
Agaknya dia sudah menggunakan obat bubuk putih ditaburkan
ditempat luka sehingga kini tidak mengucurkan darah lagi.
Dan ternyata, ketika asap hitam mengepul tebal tadi, di pihak
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
musuh telah muncul tiga orang yang tidak ketahuan
kedatangan mereka.
Lindu Aji me mandang. kepada laki-laki yang berdiri
menghadap inya. Dia menduga bahwa tentu orang ini yang
tadi menyerangnya, mendorong asap hitam ke arahnya karena
dari tempat orang itu berdiri asap itu tadi menyambar. Dia
me mandang penuh perhatian karena maklum bahwa orang ini
me miliki kesaktian yang luar biasa sehingga tenaga Surya
Candra yang dia kerahkan mas ih kalah kuat.
Laki-laki itu seorang pemuda berusia kurang lebih dua
puluh e mpat tahun. Wajahnya tampan dan gagah. Melihat
pakaian dan ikat kepalanya, mudah diduga bahwa tentu
pemuda itu seorang ber-suku Bali dan melihat pakaiannya
yang mewah, dapat diduga bahwa dia seorang hartawan.
Tampan dan gagah, namun pandang mata dan senyumnya
me mbayangkan kesombongan. Pemuda itu bukan lain adalah
Tejakasma la, pemuda dari Bali yang menjadi utusan Raja
Klungkung bersama Cakrasakti dan Candrabaya, dua orang
Senopati Klungkung yang diperbantukan kepada Tejakas mala.


Bagus Sajiwo Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Seperti telah diatur dalam rencana persekutuan di
Bla mbangan, kalau Bhagawan Kalasrenggi dan juga dua orang
muridnya bertugas me mbunuh Ki Tejoman ik dan isterinya,
maka Tejakasmala dan dua orang pembantunya itu
ditugaskannya untuk me mbunuh Par mad i yang berjuluk
Seruling Gading dan isterinya, Muryani.
Tejakasma la dan dua orang senopati Klungkung berangkat
ke Pasuruan, tempat tinggal suami isteri yang akan
dibunuhnya. Akan tetapi ternyata rumah itu kosong dan dia
mendapat keterangan bahwa Parmadi dan Muryani tidak
berada dirumah, sedang melakukan perjalanan entah kemana.
Para tetangga yang ditanyai tidak ada yang tahu kemana
suami isteri itu pergi.
Karena tidak berhasil mene mukan sua mi isteri yang harus
dibunuhnya, Tejakas mala lalu mengajak dua orang Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pembantunya pergi ke Gunung Kawi, untuk melihat
bagaimana pe laksanaan tugas Bhagawan Kalasrenggi dan dua
orang anak muridnya me mbunuh Ki Tejomanik dan istrinya.
Demikianlah, kedatangan Tejakas ma la tepat sekali pada
saat Bhaigawan Ki Kalasrenggi dan dua orang muridnya
terdesak hebat. Kakek itu mengeluarkan awan hitam dan
hendak melarikan diri, akan tetapi pada saat itu muncul
Tejakasma la dan dua orang pembantunya sehingga dia tidak
jadi melarikan diri karena ia tahu bah wa pe muda dar i Bali itu
boleh diandalkan. Maka Bhagawan Kalasrenggi dan dua orang
muridnya tidak jadi melarikan diri.
Lindu Aji melihat betapa dua orang yang lain juga
mengenakan pakaian seperti bangsawan dar i Bali-dwipa.
Melihat keakraban sikap Bhagawan Kalasrengi dan dua orang
muridnya dengan tiga orang Bali itu, dia menduga bahwa
mereka itu pasti ada hubungan.
Sementara itu. Ki Tejoman ik juga me mperhatikan tiga
orang yang baru muncul dan dengan pecut Brajakirana yang
sudah tergulung ditangan kanan dia me langkah dan berd iri
disa mping Lindu Aji menghadapi Tejakas mala yang me mandang dengan bibir tersenyum mengejek dan sinar mata
me mandang rendah.
"Ka mi melihat bahwa Andika bertiga adalah orang-orang
yang datang dari Bali-dwipa. Apakah yang menjadi keperluan
Andika datang ke rumah kami dan siapakah Andika?" tanya
Tejomanik. "Anakmas Tejakas mala, orang muda dan isterinya itu yang
me mbantu Tejomanik seh ingga kami gagal!" kata Bhagakala
dan Kalasrenggi kepada Tejakas mala.
Pemuda ini tersenyum me mandang kepada Ki Tejomanik,
lalu kepada Lindu Aji dan kepada Retno Susilo dan Sulastri
yang berdiri dibelakang suami mereka.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Lalu dia me mandang kepada Ki Tejoman ik dan me lihat
pecut tergulung di tangan satria ini, dia lalu menjawab
pertanyaan tadi.
"Kalau a ku tidak salah duga, Andika tentu Ki Tejoman ik
yang terkenal sebagai pembela Mataram dan pecut ditangan
Andika itu agaknya yang disebut Pecut Sakti Bajrakirana."
"Benar, orang muda." jawab Ki Tejomanik tegas. "Dan
siapakah Andika?"
"Na maku Tejakas mala dan dua orang ini adalah Cakrasakti
dan Candrabaya yang menemani a ku. Kedatanganku ini untuk
me mbantu Pa man Bhagawan Kalasrenggi untuk me mbunuh
engkau dan isterimu, Ki Tejoman ik!" Pe muda itu berkata
dengan sikap sombong sekali, seolah apa yang diucapkan itu
pasti akan terjadi.
Retno Susilo tak dapat menahan lagi kesabarannya. Ia lalu
berkata dengan nada keras dan marah. "Bocah so mbong!
Engkau dan kawan-kawan mu yang berjumlah ena m orang
hendak mengeroyok kami" Bagus, kiranya engkau seorang
pemuda Bali yang lagaknya saja sombong, akan tetapi
ternyata hanya seorang pengecut yang beraninya menganda lkan keroyokan dengan jumlah banyak!"
Mendengar ucapan ini, Tejakas mala hanya me mperlebar
senyumnya. Dia adalah seorang pemuda gemblengan yang
tidak mudah diba kar perasaannya, tetap tenang dan waspada.
"Ha, Andika tenti isteri Ki Tejomanik yang bernama Retno
Susili! Hemm, biarpun Andika pantas menjadi bibiku, na mun
harus kuakui bahwa Andika masih tampa k muda dan cantik
jelita! Retno Susilo dan And ika sekalian, aku Tejakas mala
sama sekali bukan seorang sombong yang pengecut. Untuk
menga lahkan kalian kami tidak perlu melakukan pengeroyokan! Dengarlah tantanganku: Aku menantang s iapa
saja diantara kalian untuk menand ingi aku! Dan kalau Andika
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sekalian berani disebut pengecut, kalian bahkan boleh maju
bersama mengeroyok a ku seorang!"
Bukan ma in so mbongnya tantangan itu! Tejakasmala
menantang agar dia seorang d iri dikeroyok dua pasang sua mi
isteri itu. "Keparat sombong! Biar aku yang me lawannya!" teriak
Sulastri marah."
Akan tetapi Lindu Aji yang sudah tahu bahwa pe muda di
depannya itu bukan sekedar me mbual dan menyombongkan
diri, segera mencegahnya.
"Mundurlah, Diajeng." katanya dan Sulastri tidak jadi
me langkah maj u.
"Biar kan aku saja yang menghajar bocah so mbong
bermulut lancang ini!" bentak Retno Susilo.
"Mundurlah, biar aku saja yang menandinginya!" kata Ki
Tejomanik mencegah isterinya.
"Ha-ha-ha, " daripada berebut leb ih baik kalian berempat
maju se mua, agar lebih mudah bagiku untuk me mbasmi
kalian!" kata Tejakas ma la yang tidak me mbawa senjata.
Lindu Aj i berkata kepada Ki Tejoman ik, "Paman, biarkan
saya yang maju melawan Tejakas ma la ini, kami sa ma-sama
muda." Ki Tejoman ik yang juga dapat menduga bahwa
Tejakasma la tentu seorang yang tangguh sekali, mengangguk
dan mundur. "Berhati-hatilah, Anakmas."
Kini Tejakas ma la me mandang kepada Lindu Aji penuh
perhatian. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"He mm, engkau yang bosan hidup mewakili mereka maju
seorang diri me lawan aku" Katakan dulu siapa na ma mu agar
engkau tidak mati tanpa nama."
"Tejakas mala, na maku Lindu Aj i."
Tejakasma la yang tinggal di Bali-Dwipa pernah mendengar
nama ini. Akan tetapi Bhagawan Kalasrenggi dan dua orang
muridnya terkejut mendengar na ma ini. Mereka sudah
mendengar ketenaran na ma Lindu Aji.
"Anakmas Tejakasma la, dia itu senopati Mataram yang
terkenal." bisik Bhagawan Kalasrenggi kepada rekannya. Akan,
tetapi Tejakasma la adalah seorang yang jumawa, percaya
akan kesaktian sendiri hingga selalu me mandang rendah
orang lain. Dia me mandang wajah Lindu Aji dengan sinar mata
mencorong, lalu ber kata. "Hemm, bagus sekali! Kalau engkau
senopati Mataram, lebih kuat alasanku untuk me mbunuhmu
lebih dulu. Bersiaplah engkau untuk mener ima kematian mu!"
"Aku sudah siap me layanimu, Tejakas ma la!" kata Lindu Aji
dan dia pun telah mengumpulkan seluruh kekuatan batinnya
dan waspada karena maklum akan kesaktian lawan.
"Sa mbut ajiku Bayutantra, hyaaaaaaahh!" Tejakasmala
mengangkat dua tangannya ke atas dengan dua telapak
tangan menghadap ke atas, kemudian kedua tangan itu turun
dan dihadapkan ke arah Lindu Aji.
"Sirrrrrr... wuuuussss...!" Dari kedua tangan Tejakas mala
itu ke luar angin yang amat kuat, menerpa ke arah Lindu Aj i.
Bahkan angin itu me mbawa getaran yang dahsyat sehingga
terasa pula oleh Ki Tejomanik, Retno Susilo, dan Sulastri
walaupun mereka itu tidak diserang langsung dan hanya
keserempet saja.
Ki Tejoman ik cepat duduk bersila, diturut oleh Retno Susilo
dan Sulastri, mengerahkan kekuatan batin dan tenaga sakti
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mereka untuk melindungi diri karena merasa betapa jantung
mereka berdebar keras!
Lindu Aji tentu saja yang paling hebat merasakan karena
dialah yang menjadi sasaran serangan angin dahsyat itu.
Lindu Aji dengan tenang lalu bersedekap dan mengerahkan Aji
Tirta Bantala sehingga pada saat itu, dia laksana air atau
tanah. Angin itu menya mbar, mendorong dengan kekuatan
dahsyat, bahkan lalu berputar seperti angin lesus (beliung),
angin berputar yang kalau men ga muk di pedusunan ma mpu
mencabut sebuah rumah dan me mbawanya me mbubung ke
atas! Akan tetapi, Lindu Aji bersikap bagaikan tanah diserang
angin. Sedikit pun tidak berge ming walaupun dia merasa
betapa hebatnya serangan itu sehingga ha mpir saja
pertahanannya jebol.
Tejakasma la ha mpir tidak
dapat mempercaya apa yang dilihatnya. Pemuda
bernama Lindu Aji itu ma mpu menahan serangan
Aji Bayutantra yang biasanya tidak pernah gagal
menga lahkan seorang musuhnya. Dia merasa penasaran bukan main dan
setelah menghentikan Aji
Bayutantra sehingga angin
itu lenyap ketika dia menurunkan kedua tangannya, dia mengerahkan ajiannya yang lain.
"Lindu Aji, jangan bangga karena engkau ma mpu menahan
serangan pertamaku tadi. Sekarang lawanlah ini, Sang
Nagakala." Tejakas mala menge mbangkan kedua tangannya
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dan muncullah uap putih bergumpal-gumpal d i atas kepalanya
dan uap putih itu perlahan-lahan berubah menjadi bentuk
seekor naga! Naga itu kini menerka m ke arah Lindu Aji. Serangan ke dua
ini pun merupakan serangan ilmu sihir yang merupakan
keahlian Tejakas mala, disa mping aj i kedigdayaan tubuhnya
yang sudah dige mbleng dengan aji kanuragan tingkat tinggi.
Melihat serangan ini, Lindu Aji merendah kan tubuhnya
dengan menekuk kedua kakinya, yang kanan di depan dan
yang kiri dibelakang, lalu dia mendoro ng dengan kedua
telapak tangannya kearah naga yang hendak mener kamnya.
"Wuuuuttt... wesss...!" Bayangan naga terdorong mundur
ketika berte mu dengan dorongan kedua tangan Aji.
Beberapa kali naga itu mencoba untuk menerjang lag i,
namun setiap kali terdorong mundur oleh dorongan kedua
tangan Aji. "Haiiiiiiittt...!" Ketika naga itu mas ih mencoba menyerang,
Lindu Aji menge luarkan pekik melengking ini dan mengerahkan seluruh tenaga sakti Surya Candra.
"Wuuuuttt...
blarrrr...!" Bentuk naga
itu terpental kebelakang dan lenyap, berubah menjadi gumpalan uap yang
me layang kemba li ke arah kedua telapak tangan Tejakas mala.
Akan tetapi diam-dia m Lindu Aji terkejut karena ketika tenaga
saktinya menghanta m naga jadi-jadian itu, dia merasa seluruh
tubuhnya tergetar sehingga dia maklu m bahwa lawannya itu
benar-benar tangguh bukan main! Padahal tadi dia telah
mengerahkan seluruh tenaganya!
Gumpalan uap berbentuk naga itu tidak a mbyar atau sirna,


Bagus Sajiwo Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

me lainkan me layang kembali kearah kedua telapak tangan
Tejakasma la. Ini me mbuktikan bahwa tidak mustahil pe muda
itu me miliki tenaga sakti yang lebih kuat daripada tenaganya
sendiri! Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sementara itu, Tejakasmala se makin penasaran! Selama
turun gunung men inggalkan gurunya, belum pernah dia
bertemu tanding setangguh ini! Dua ajiannya yang ampuh
telah gagal mengalahkan Lindu Aji. Padahal, biasanya Aji
Bayu-tantra, apalagi Aji Nagakala, dengan mudah menga lahkan lawan-lawannya yang terkenal sakti mandraguna. Kini, kedua ilmunya itu sa ma se kali tidak ma mpu
menga lahkan lawan, apalagi merobohkan dan menewaskannya! Saking penasaran, dia nenjadi marah sekali
dan begitu dia marah, seluruh tubuhnya bergerak menggigil
dan terdengar bunyi tulang-tulangnya berkerotokan! Pemuda
yang tampan itu kini menjadi menakutkan, me miliki wibawa
yang me mbuat orang merasa ngeri! Matanya seperti
mencorong dan tubuhnya seolah menjadi se ma kin besar,
rambutnya berdiri dan dari tenggorokannya keluar suara
menggereng yang menggetarkan bumi! Inilah Prabawasinga
yang mendatangkan wibawa seolah seekor singa yang
menakutkan se mua musuhnya!
"Lindu Aji sekaranglah saatnya engkau akan ma mpus
ditanganku. Aauuurrr-ggghhhh...!" Tiba-tiba Tejakasmala
menge luarkan suara gerengan yang dahsyat bukan main.
Bahkan Ki Tejomanik, Retno Susilo, dan Sulastri sendiri,
tiga orang yang sakti mandraguna dan yang sudah duduk
berslla itu, tergetar dan terguncang tubuhnya dengan jantung
seperti dilanda getaran yang dahsyat. Mereka bertiga
mengerahkan seluruh tenaga sakti mereka untuk menahan diri
agar jangan sampa i mender ita luka dalam.
Lindu Aji yang langsung menerima serangan suara sakti itu
tentu saja dilanda kekuatan yang paling dahsyat. Dia terkejut
dan maklum bahwa kalau dia melawan ajian la in yang
menganda lkan kekuatan tenaga sakti, dia tidak akan kuat
bertahan. Aji kesaktian yang dipergunakan Tejakasma la itu
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
adalah kekuatan dari Iblis yang a mat hebat dan kiranya tidak
mungkin dapat dilawan dengan ke kerasan pula.
Dia akan kalah kalau dia menggunakan kekerasan
me lawannya. Maka dia pun lalu berdiam diri, menyerahkan diri
seutuhnya kepada kekuasaan Gusti Allah seperti yang dahulu
diajarkan kepadanya oleh mendiang Resi Tejobudi. Inilah yang
disebut sarinya aji sikap Tirta Bantala. Dirinya seolah berubah
me miliki sifat air atau tanah.
Terasa olehnya getaran dan guncangan dahsyat itu
me landanya, namun hanya guncangan saja yang diakibatkan
serangan Aji Singabairawa yang dipergunakan Tejakas mala
itu. Getaran atau guncangan dahsyat itu melanda dan lewat
tanpa meluka inya, hanya mengguncangkannya, akan tetapi
karena tidak ada kekuatan kasar darinya, maka dia tidak
terluka atau terbanting roboh.
Hampir Tejakas ma la tidak percaya akan apa yang
dihadapinya. Juga teman-temannya me mandang dengan
takjub. Mereka yang berdiri dibelakang Tejakas mala, tidak
terlanda semua serangan tadi. Namun mereka dapat
merasakan hebatnya serangan-serangan yang dilancarkan
Tejakasma la kepada Lindu Aj i. Na mun ternyata Lindu Aji dapat
menahan diri dan belum juga dapat dirobohkan!
Bagaimanapun juga, Tejakas mala ber mata jeli dan dia
me lihat bahwa biar pun dapat menahan
serangan- serangannya, namun Lindu Aji ta mpak berkeringat, wajahnya
agak pucat dan pernapasannya memburu. Hal ini menandakan
bahwa lawannya itu terpengaruh juga dan kekuatan batinnya
berkurang sebagai akibat menahan gempuran-gempurannya.
"Bagus! Makin tangguh engkau, sema kin puas hatiku dapat
akhirnya me mbunuhmu, Lindu Aji!" bentaknya dan kini dia
me mbuat gerakan mencakar-ca kar dengan kedua tangan
menyilang seperti seekor kucing me ncakar-cakar.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Semua orang melihat dan terbelalak betapa tangan pemuda
tampan itu kini me mbara merah sekali dan me ngeluarkan
asap. Demikian hebat panas yang keluar dari kedua telapak
tangan itu sehingga terasa oleh se mua orang yang berada
disitu! "Ha-ha, Lindu Aji. Perlihatkan ketangkasanmu dan
sambutlah Aji Condro- mowo ini!" kata Tejakas mala setelah
tertawa dan dia mula i me mbuat gerakan silat seekor kucing
atau harimau yang hendak menyerang lawannya.
Lindu Aji waspada dan berhati-hati sekali karena dia
maklum bahwa Sekali ini dia berhadapan dengan seorang
pemuda yang benar-benar sakti mandraguna dan tangguh
sekali. Dia pun cepat mengerahkan Aji Bayu Sakti untuk
kecepatannya, Aji Surya Candra untuk mengisi tenaganya, dan
bersilat dengan ilmu silat Wanara Sakti.
Begitu Tejakas mala mener kam seperti seekor harimau
dengan kedua tangannya yang membara dan panas itu
me mbentu k cakar, Aji cepat mengelak. Dari samping dia pun
me mba las dengan tamparan tangannya ke arah la mbung
lawan. Ini bukan sembarang tamparan karena mengandalkan
tenaga sakti yang hebat, yang ma mpu me nghancurkan batu
karang. "Plakk!" Lengan Tejakas ma la menangkis lengan Lindu Aji
dan akibatnya, Lindu Aji terhuyung ke belakang, sedangkan
Tejakasma la hanya mundur dua langkah. Ini saja sudah
me mbuktikan bahwa pemuda Bali itu benar-benar me miliki
tenaga yang lebih kuat. Dia terkekeh lalu menyerang lagi
dengan gencar. Gerakannya cepat, trengginas, dan kuat. Kedua cakar
me mbara itu seolah menjadi banyak sekali, bertubi-tubi
menyerang ke arah Lindu Aji. Hawa panas menerpa, tubuh
dan muka Aj i sehingga dia mulai terdesak hebat.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Melihat lawannya terdesak na mun dengan gesitnya dapat
selalu menge lak, Tejakas mala tidak sabar lagi.
Lindu Aji me mang menyeling ilmu silat Wanara Sakti
dengan ilmu silat gubahannya sendiri dari gerakan ular dan
burung alap-alap seh ingga tubuhnya dapat bergerak a mat
cepatnya, apalagi dia me nggunakan Aji Bayu Sakti sehingga
tubuhnya ringan seperti angin. Melihat ini Tejakas mala tiba-
tiba menekuk kedua lututnya dan dengan mengeluarkan suara
menggereng seperti s inga tadi, dia menyerang dengan
dorongan kedua tangannya ke arah Lindu Aji.
Angin dahsyat menyambar, me mbawa sinar merah dari api
me mbara menyergap Lindu Aj i. Pendekar ini mengerahkan
tenaga dan menya mbut denfean dorongan kedua tangannya.
"Aauuurrgghhhhh...!!"
"Hyaaaatttt...! Blaarrrr"!" Tubuh Lindu Aji terpental dan
terbanting roboh telentang. Sulastri menubruknya dan
terdengar Tejakasmala tertawa bergelak. Akan tetapi, ketika
dia hendak mengirim pukulan terakhir yang akan dapat
me mbunuh Lindu Aji dan Sulastri, tiba-tiba terdengar ca mbuk
me ledak dan Ki Tejomanik sudah menyerangnya dengan
sambaran Pecut Bajrakirana!
Pecut ini adalah sebuah senjata yang amat ampuh dan
Tejakasma la agaknya tahu benar akan hal itu, Maka dia pun
tidak berani menya mbut dan dengan menggulingkan tubuhnya
dia menge lak la lu kedua tangannya mendorong selagi
tubuhnya bergulingan ke arah Tejomanik. Satria gagah ini
mencoba bertahan, namun dia pun terpental dan terbanting
roboh. Retno Susilo cepat menubruk sua minya dan me meriksa
keadaannya. "Ha-ha-ha-ha! Sekarang, kalian ber-empat, dua pasang
suami isteri pe mbela Mataram, akan tewas di tangan
Tejakasma la! Sa mbutlah......aauurrrggghhhh...!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kedua tangan yang merah me mbara itu mendorong ke
arah empat orang yang kebetulan berada ditempat yang saling
berdekatan. Lindu Aji dan Tejomanik sedang dalam keadaan tidak siap
karena benturan tenaga tadi mengguncangkan tubuh mereka.
Dan dua orang wanita itu pun sedang berjongkok dan
meno long sua mi mas ing-masing, ma ka serangan itu dahsyat
sekali dan menganca m keselamatan nyawa e mpat orang itu.
"Syuuuuutttt... wessss...!!" Dua sosok bayangan berkelebat
seperti kilat menya mbar dan dorongan tangan yang me mbara
dari Tejakas mala itu berte mu dengan hawa pukulan yang
menya mbutnya dari depan.
Tejakasma la terkejut, bukan main sa mpai me lompat ke
belakang ketika ia merasa betapa hawa yang amat dingin
menya mbut pukulannya yang panas sehingga dia merasa
betapa tangannya yang panas seperti api berte mu air dingin!
Semua orang me mandang dan disitu sudah berd iri seorang
wanita cantik dan seorang pe muda tampan.
Ki Tejomanik, Retno Susilo, Lindu Aji, dan Sulastri
berempat me mandang dengan mata terbelalak ketika mereka
mengenal bahwa wanita cantik itu adalah Maya Dewi!
Masih tetap cantik jelita, akan tetapi kini pakaiannya tidak
mewah seperti dulu, tidak lagi pesolek, me lainkan berpakaian
sederhana dan mukanya tidak berbalut bedak!
Ki Tejomanik dan Retno Susilo me mandang dengan mata
terbelalak penuh keraguan kepada pe muda yang berdiri de kat
Maya Dewi. Mereka sudah mendengar kabar bahwa putera
mereka, Bagus Sajiwo, kini ta mpak bersa ma-sama Maya Dewi.
Apakah pemuda tinggi tegap ini putera mereka"
Mereka kehilangan Bagus Sajiwo ketika anak itu berusia
enam tahun. Kini mereka, menghadap i seorang pemuda
dewasa berusia dua puluh tahun. Tentu saja mereka meragu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Besar perbedaan antara anak berusia enam tahun dan
pemuda berusia dua puluh tahun!
Maya Dewi, yang jantungnya berdebar tegang melihat Ki
Tejomanik dan Retno Susilo, apalagi melihat Lindu Aji dan
Sulastri yang pernah menjadi musuh besarnya, sengaja
menghadap i ena m orang yang me musuhi Ki Tejoman ik itu. Ia
tersenyum mengejek me mandang kepada Tejakas mala,
Candrabaya dan Cakrasakti, ketiganya dari Bali, lalu kepada
Bhagawan Ka lasrenggi, Kaladhama dan Ka lajana.
Enam orang, tiga dari Bali dan t iga dari Bla mbangan ini
me mang merupakan tokoh-tokoh baru yang baru saja datang
dari Bali dan Bhagawan Kalasrenggi beserta dua orang
muridnya juga baru satu dua tahun pindah ke Bla mbangan
dari Bali, maka me lihat mereka berena m, Maya Dewi sama
sekali tidak me ngenal mereka. Sebaliknya enam orang itu pun
tidak mengenal wanita cantik yang dulunya merupa kan datuk
sesat yang dikenal se mua tokoh dunia petualangan. Maya
Dewi dianggap seorang Iblis Betina yang kejam, curang,
bahkan pernah merendah kan diri me njadi antek dan telik
sandi Kumpeni Belanda yang tangguh dan dipercaya.
Melihat betapa tadi Tejakasma la yang tampan itu nyaris
me mbunuh Ki Tejoman ik dan Lindu Aji bersa ma isteri mereka,
Maya Dewi tersenyum lebar dan tertawa mengejek. Biarpun ia
kini bagaikan seekor singa betina kelaparan berubah menjadi
seekor domba yang le mbut, namun tetap saja wataknya yang
lincah mas ih kadang muncul, walaupun kini kelincahannya
tidak melanggar kesopanan. Ia sudah dapat membeda kan dan
mengerti benar mana yang sopan dan tidak sopan, mana yang
bersusila dan t idak, terutama sekali mana yang baik dan jahat.
"He-he melihat pakaian kalian, aku berani me mastikan
bahwa kalian ini tentu orang-orang dari Bali dan yang tiga itu
pakaiannya seperti bangsawan Blambangan. Apa yang
mendorong kalian berkeliaran sampai kesini dan mencoba
me mbunuh orang-orang gagah perkasa, para satria pembela
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Mataram" Sudah pasti kalian ini antek-antek Kadipaten
Bla mbangan yang kudengar
kini sedang bersiap-siap menentang Mataram. Hi-hik, lucunya. Orang-orang maca m
kalian mana mungkin dapat mengalahkan para satria"
Melawan aku seorang pun kalian berenam takkan ma mpu
menang! Apalagi itu badut yang hidung dan sebelah
telinganya buntung! Hiiih, buruk sekali! Hayo kalian cepat
pergi dari sini atau terpaksa aku akan membuntungi hidung
kalian semua, baru tahu rasa!"
Empat orang pende kar pe mbela Mataram itu bengong
me lihat aksi dan me ndengar ucapan Maya Dewi. Hampir
mereka tidak dapat percaya kepada pendengaran, mereka
sendiri dan dalam keadaan biasa mereka tentu mengira Maya
Dewi hanya berlagak dan sesungguhnya wanita itu berp ihak
kepada musuh. Akan tetapi mereka teringat akan cerita Ki
Sumali bahwa Maya Dewi juga me mbela Ki Sumali. Akan
tetapi Ki Tejomanik dan Retno Susilo tetap me mandang
kepada Bagus Sajiwo dengan mata tak pernah berkedip.
Melihat Maya Dewi menghadapi dan mengejek ena m orang
itu, Bagus Sajiwo tidak perduli. Dia percaya akan ke ma mpuan
Maya Dewi. Dia juga sejak tadi me mandang kepada Ki
Tejomanik dan Retno Susilo. Hanya keteguhan batinnya saja
yang me mbuat pe muda ini tidak digoyahkan oleh keharuan
yang amat sangat. Dengan tenang dia maju melangkah
mengha mpiri suami isteri itu, lalu me njatuhkan dirinya berlutut
menye mbah kepada ayah ibunya dan ber kata, suaranya agak


Bagus Sajiwo Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

gemetar karena dia menahan keharuan.
"Ayah dan Ibu, ampunkan anakmu Bagus Sajiwo yang baru
sekarang pulang"
"Bagus...!" Retno Susilo menjerit.
"Bagus Sajiwo...!" Ki Tejo man ik jugd berseru.
Kini mereka tidak ragu lagi dan Retno Susilo sudah
menubruk dan merang kul puteranya sambil menangis tersedu-
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sedu. Ki Tejomanik juga menepuk-nepuk pundak puteranya
dengan hati berbunga-bunga. Suami isteri ini merasakan
kebahagiaan yang luar biasa.
Akan tetapi Ki Tejomanik.
menyadari keadaan lalu berkata kepada puteranya!
"Bagus Sajiwo, nanti saja
kita rayakan pertemuan yang me mbahagiakan ini.
Sekarang waspadalah karena kita menghadapi lawan yang amat tangguh
dan berbahaya!"
Retno Susilo juga menyadari keadaan, maka ia
me lepaskan rangkulannya.
Bagus Sajiwo bangkit berdiri dan mereka semua me mandang
ke arah Maya Dewi yang masih me mperolok-olok Tejakasmala
dan kawan-kawannya.
Tantangan Maya Dewi tadi membuat telinga Tejakas mala
menjad i merah. Akan tetapi dia juga merasa kagum kepada
wanita yang amat cantik itu. Dia maklu m bahwa wanita itu
bukanlah seorang gadis yang masih hijau. Biarpun tampak
masih muda na mun jelas bahwa dia berhadapan dengan
seorang wanita yang sudah matang, cerdik, sakti dan
berbahaya. "He mm, wanita cantik bermulut tajam dan bernyali
harimau, siapakah Andika" Mengaku Siapa Andika agar aku
dapat mempertimbangkan apakah Andika juga layak dibunuh
atau tidak!" kata Teja kasma la.
Maya Dewi tersenyum manis sekali. Tadi, ia melihat betapa
pemuda tampan ini telah mengalahkan Lindu Aji! Hal ini saja
sudah me mbuktikan bahwa pemuda itu me mang sakti
mandraguna dan merupakan lawan yang amat tangguh sekali.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ia pun ingin sekali mengetahui siapa orang mas ih begini muda
tiba-tiba muncul sebagai orang yang amat sakti ini. Sengaja ia
me mancing kemarahan orang dengan kata-kata yang
mere mehkan. "Eh, engkau ini cucuku berani bers ikap t idak tahu aturan
kepada Nenekmu" Orang muda harus me mperkenalkan diri
lebih dulu!"
Wajah Tejakasmala menjad i merah. Wanita ini benar-benar
berlidah taja m.
"Baik, aku Tejakasma la, murid utama Sang Bhagawan
Ekabrata dari Gunung Agung di Bali-dwipa! Nah, mengakulah
engkau, siapa nama mu beran i menantang ka mi!"
Dia m-dia m Maya Dewi terkejut. Tentu saja ia sudah
mendengar akan na ma besar Sang Bhagawan Ekabrata,
pertapa di Gunung Agung, Bali-dwipa itu. Nama besarnya
sudah tersohor sampai ke Banten! Akan tetapi ia sengaja
tersenyum seperti me mandang ringan.
"Ah, ruranya murid Bhagawan Ekabrata dari Gunung
Agung" Ketahuilah, Tejakas mala, aku Maya Dewi..."
"Babo-babo!" Tiba-tiba Candrabaya, senopati Klungkung
yang berusia tiga puluh tahun, bertubuh tinggi besar dan
berwajah bopeng itu berseru. "Aku pernah mendengar nama
Maya Dewi! Bukankah Andika yang dijuluki Iblis Cantik dari
Banten itu?"
Maya Dewi tersenyum lebar seh ingga ta mpak deretan
giginya yang putih berkilat. "Dahulu me mang benar, akan
tetapi sekarang aku berjuluk Dewi Pe mbunuh Iblis maca m
engkau ini!"
"Bojleng-bojleng Iblis Laknat!" Candrabaya mema ki. "Aku
mendengar bahwa Maya Dewi musuh bebuyutan Mataram!
Akan tetapi sekarang malah me mbantu orang-orang Mataram,
keparat! Engkau pengkhianat!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Heh, muka buruk yang buruk! Aku mau begini begitu, apa
pedulimu" Kalau engkau, berani, majulah, biar kukirim ke
akhirat. menjad i intip neraka kau!"
"Raden Tejakasmala, serahkan perempuan ini kepada kami,
akan kujuwing-juwing (cabik-cabik) tubuhnya, kuhancur-
lumetkan kepalanya!" Candrabaya berteriak dan Candrasakti,
rekannya yang juga senopati dari Kerajaan Klungkung sudah
bergerak menda mpinginya menghadapi Maya Dewi!
Tejakasma la lebih me mperhatikan Bagus Sajiwo yang tadi
telah menangkis serangan mautnya yang dia tujukan kepada
Ki Tejoman ik dan Lindu Aji beserta isteri mereka. Dia tahu
bahwa pemuda yang baru datang ini yang kemudian melihat
adegan singkat tadi dia ketahui bahwa dia adalah putera Ki
Tejomanik, merupakan seorang lawan yang tangguh, bahkan
lebih tangguh dibandingkan Ki Tejomanik atau Lindu Aj i!
Maka, dia tidak begitu me mperdulikan Maya Dewi dan ketika
Candrabaya dan Cakrasakti berdua menghadapi Maya Dewi,
dia hanya mengangguk saja untuk menjawab ucapan
Candrabaya tadi. Pandang matanya masih terus ditujukan
kepada Bagus Sajiwo yang kini sudah berdiri di depan kedua
orang tuanya, menghadapinya.
Sementara Itu, Maya Dewi yang sudah menghadapi dua
orang senopati Klungkung itu, mengeje k. "Hai, kalian berdua
orang-orang jelek dari Bali. Katakan dulu siapa kalian agar
kelak aku dapat mengabar kan kepada keluarga kalian bahwa
kalian sudah ma mpus hari ini!"
"Maya Dewi, perempuan keparat!" bentak Candrabaya
marah, "Ka mi Candrabaya dan Cakrasakti, dua orang senopati
Kerajaan Klungkung, hari ini akan mena matkan riwayatmu.
Haaiilihhh!!".
Candrabaya sudah menerjang maju, tangan kanannya yang
panjang dan besar itu menyambar dalam bentuk ca kar ke arah
dada Maya Dewi! .
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Melihat sa mbaran tangan. itu, Maya Dewi ma klum bahwa
kepandaian orang ini tak perlu dikhawatirkan, Sebelum ia
bertemu Bagus Sajiwo dan me mpero leh ta mbahan tenaga
sakti karena makan Ja mur Dwipa Suddhi dan berlatih AJI Sari
Bantala, tingkat kepandaian Candrabaya ini mas ih tidak akan
ma mpu menand inginya. Apalagi sekarang. Dengan amat
mudahnya is mengelak. Hanya sedikit saja menggeser kaki
miringkan tubuh, cengkera man tangan Candrabaya hanya
mengenai tempat kosong. Pada saat itu Cakrasakti berseru
nyaring sambil menghantam dengan kepaian tangannya yang
panjang kurus. "Ciaaaattt...!!" Kepalan tangan yang hanya merupakan
tulang terbungkus kulit itu menya mbar cukup hebat,
mendatangkan. angin bersiut. Namun, sambil tersenyum Maya
Dewi me ngelak lagi.
Dua orapg senopati itu menjadi penasaran sekali. Serangan
pertama mereka dielakkan de mikian mudahnya oleh Maya
Dewi dan gerakan wen ita itu ketika mengelak mengejek sekali,
seperti orang mere m saja, seperti seorang dewasa
me mper ma inkan dua orang anak nakal! Mereka menyerang
lebih hebat lagi, dan dengan gencar. Bertubi-tub i mereka
menyerang, dari kanan kiri,
dari depan, belakang,
menggunakan segala ma ca m pukulan dan tendangan.
Semua orang yang menonton menjad i kagum. Maya Dewi
masih tersenyum-senyum, terkadang tertawa mengejek.
"Luput! Wah luput lagi!. ih, gerakan kalian seperti siput
la mbatnya den pukulan kalian seperti gudir (agar-agar)
lunaknya!" Ia mengeje k dan tubuhnya bagaikan berubah
menjad i bayangan yang berkelebatan diantara sambaran,
tangan dan kaki kedua orang yang menyerangnya.
Mendapat ejekan seperti, itu, Candrabaya dan Cakrasakti
menjad i marah bukan ma in. Seolah terbakar hati mereka,
kemarahan me mbuat mata mereka me njadi merah dan napas
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mereka panas, rambut serasa berdiri dan mereka menerjang
dan menubruk seperti gila.
Maya Dewi sengaja me mper ma inkan mereka sa mbil
mentertawakan dengan ma ksud agar orang-orang yang
me musuhi orang tua Bagus Sajiwo ini menjadi buah tertawaan
dan mendapatkan penghinaan. Dengan tenaga sakti dahsyat
yang mengaiir dalam tubuhnya, ia dapat bergerak sedemikian
cepatnya sehingga dua orang itu sama sekali tidak ma mpu
menyentuh ujung bajunya, apalagi me luka inya.
Setelah merasa cukup me mper ma inkan mere ka, tiba-tiba
bayangan Maya Dewi me luncur ke atas dan tiba2 ketika
tubuhnya berada diatas, kakinya bergerak mencuat dua kali.
"Crot! Crot!" Bayangan Maya Dewi me luncur turun kembali
dan ia berd iri sambil bertolak pinggang me lihat dua orang itu
terhuyung dan memegangi pipi mereka yang bengkak dan
bibir mereka yang pecah berdarah terkena tendangan tadi!
Tejakasma la terkejut bukan main! Wanita itu sungguh tak
boleh dipandang ringan, pikirnya. Gerakan-gerakannya
menunjukkan bahwa Maya Dewi seorang yang sakti
mandraguna dan dapat bergerak sedemikian ringan dan
gesitnya seperti seekor burung srikatan saja! Dia hendak mencegah dua orang senopati yang mengikutnya
itu, akan tetapi terlambat. Tenaga sakti dan Candrabaya
menjad i de mikian marahnya sehingga mereka me lupakan rasa
nyeri pada pipi mere ka yang me mbuat kepala terasa nyut-
nyutan dan mereka sudah mencabut sebatang keris yang
panjang dan besar menyeramkan. Kemudian, tanpa banyak
kata lagi, bahkan ha mpir t idak ma mpu mengeluarkan kata-
kata saking marahnya, mereka menge luarkan gerengan
seperti dua ekor biruang marah, lalu menerjang ke arah Maya
Dewi dengan ganas,
"Eiit-eiiit. kalian main-main dengan pisau pencokel kelapa
itu, ya?" kata Maya Dewi dan dengan lincahnya ia mengelak
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dari tusukan-tusukan dua batang keris yang menyambar
dahsyat itu. Kembali ia menggunakan keringanan tubuhnya untuk
menghindarkan semua serangan ker is dengan e lakan-elakan.
"Dewi, tidak baik me mper ma inkan orang!" tiba-tiba
terdengar Bagus Sajiwo berkata, suaranya lembut seperti
me mbujuk. Ki Tejomanik dan Lindu Aji beserta isteri mereka sejak tadi
menonton dengan kagum betapa Maya Dewi me mper ma inkan
dua orang senopati Bali yang sebetulnya telah me miliki tingkat
kedigdayaan yang cukup tinggi itu.
Terutama sekali Lindu Aji dan Sulastri. Mereka berdua
me mang mengetahui bahwa Maya Dewi adalah seorang yang
sakti, akan tetapi tak pernah mereka me mbayangkan sehebat
itu kepandaian Maya Dewi. Dan yang lebih mengherankan
mereka berempat, Maya Dewi benar-benar menentang mereka
yang jelas me musuhi Mataram. Maya Dewi me mbe la Matara m!
Hal ini benar-benar merupakan sesuatu yang a mat
mengheran kan hati mereka. Rasanya mustahil kalau
mengingat akan sepa k terjang Maya Dewi dahulu, beberapa
tahun yang lalu. Padahal Lindu Aji dan Sulastri maklum benar
bahwa wanita itu adalah seorang antek Kumpeni Belanda yang
setia kepada Belanda!
Kini, setelah mendengar suara Bagus Sajiwo tadi, terjadi
hal yang leb ih mengherankan mereka lagi. Begitu mendengar
kata-kata lembut itu, Maya Dewi berkata.
"Maaf, Bagus!" Dan tiba-tiba ia berseru, "Robohlah kalian
berdua!" Tubuhnya berkelebat cepat sekali dan tiba2 saja dua orang
Senopati Bali itu roboh terkena tamparan tangan kiri Maya
Dewi dan hebatnya, keris mereka sudah pindah ke dalam
tangan kanan Maya Dewi! Dua orang itu terpelanting roboh
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dan mereka me megangi kepala yang terasa seperti disambar
petir! Dengan senyum rnanis Maya Dewi mengha mpiri mereka
dengan dua bilah keris di kedua tangannya. Setelah dekat ia
bergerak hendak menghunja mkan keris kepada pemiliknya
masing-masing. "Dewi, jangan bunuh orang!" kembali terdengar suara
Bagus Sajiwo. Seruan ini menghentikan gerakan kedua tangan Maya Dewi
dan sebagai gantinya, dua kali kakinya menendang dan tubuh
dua orang senopati itu terlempar ke arah Tejakasma la!
Pemuda itu menjulurkan tangan dan menang kap tubuh dua
orang pembantunya sehingga mere ka tidak me nabraknya dan
tidak terbanting.
Maya Dewi tersenyum dan ia me nyatukan kedua batang
keris itu ke dalam kedua tangan, meremasnya dan terdengar
bunyi krek-krek dan dua batang keris itu telah patah-patah. Ia
me le mparkan patahan keris itu ke depan dan potongan baja
itu melayang ke arah Tejakas ma la!
Tejakasma la mengebutkan tangannya dan beberapa
potong baja itu runtuh dan menancap ke atas tanah! Pemuda
Bali ini marah bukan main. Wanita itu terlalu menghinanya!
Dua orang pembantunya telah dikalahkun secara mutlak dan


Bagus Sajiwo Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

bukan hanya sampai dis itu saja penghinaannya, melainkan
keris mereka yang bagi senopati Klungkung merupakan
pusaka yang dihormati, dipatah-patahkan dan patahannya
dile mparkan kepadanya!
Sementara itu, Bhagawan Kalasrenggi dan kedua orang
muridnya yang raksasa, yaitu Kaladhama dan Kalajana,
merasa kecewa sekali me lihat sepak-terjang dua orang
senopati Klungkung itu. Mereka bertiga dapat menilai bahwa
tingkat kepandaian dua orang senopati itu masih lebih rendah
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
daripada tingkat mereka, sehingga menjadi per mainan Maya
Dewi. Terutama sekali Bhagawan Kalasrenggi merasa penasaran
sekali. Dia sendiri merasa dapat mengalahkan Maya Dewi,
akan tetapi karena dia tadi sudah dikalahkan Lindu Aji, maka
dia merasa gentar untuk menantang lagi dan menyerahkan
kepada Tejakasma la untuk me mbersihkan na ma dan muka
mereka. Harapan mereka kini hanya pada Tejakasma la yang
mereka tahu merupakan orang yang sakti mandraguna dan
tadi sudah dibuktikan dengan mengalahkan Ki Tejomanik dan
Lindu Aji beserta isteri mereka.
Biarpun se mua kawannya sudah kalah, namun Tejakasmala
tidak merasa gentar atau kecil hati. Dia terlalu percaya kepada
diri sendiri. Ketika dia berhasil menya mpok sa mbitan potongan
keris dari Maya Dewi, sa mbil tersenyum dia bersenyum dia
berkata, "Aku sudah menyambut seranganmu. sekarang sa mbutlah
ini!" Setelah ber kata demikian, tangan kirinya mendorong ke
depan, ke arah Maya Dewi. Ada uap hita m menya mbar dari
telapak tangan itu, meluncur ke arah Maya Dewi dan
menge luarkan suara mencicit.
Melihat serangan ini, Maya Dewi tidak berani me mandang
ringan. ia mengenal aji kesaktian yang ampuh dan berbahaya,
maka ia pun mendorongkan kedua tangan untuk meno lak
serangan jarak jauh tangan kiri Teja kasmala itu.
"Syuuuuuttt... wusssss!!" Tubuh Maya Dewi seperti sebuah
bola karet ditendang, terpental kebelakang sa mpa i sekitar
sepuluh to mbak jauhnya! Akan tetapi ia turun ke atas tanah
dengan ringan dan berdiri tegak sa mbil tersenyum.
Ini menunjukkan bahwa biarpun ia kalah kuat, namun ia
sama sekali tidak terluka dan tadi ia menggunakan keringanan
tubuhnya sehingga tubuh itu terdorong jauh kebelakang tanpa
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
terluka sedikit pun. Melihat ini dia m-dia m Tejakas mala merasa
terkejut juga. Bagus Sajiwo maklum bahwa Tejakas mala itu tangguh
sekali. Dia khawatir kalau Maya Dewi nekat melawan lagi
karena hal itu depat me mbahayakan kesela matan Maya Dewi.
Maka dia berkata sambil menengo k kebela kang, me mandang
wanita itu. "Dewi, biar aku yang menghadapi Kisanak ini!" Dia lalu
me langkah maju dan berd iri berhadapan dengan Tejakas mala
dalam jarak kurang lebih tiga to mba k.
Dua orang pe muda yang sa ma-sa ma bertubuh tegap dan
berwajah tampan itu saling pandang tanpa berkedip, tanpa
bergerak sedikit pun seolah telah me njadi patung.
Wajah Bagus Sajiwo tenang seperti per mukaan air telaga
yang dalam, sedikit pun tidak me mbayangkan perasaan
hatinya, wajah yang cerah dengan mata le mbut penuh
pengertian, tenang dan menanti apa yang akan terjadi tanpa
prasangka, tanpa kecurigaan. Adapun wajah Tejakasmala
yang juga tampan itu tampak dipengaruhi gelombang
perasaannya yang marah. Sepasang matanya mencorong dan
bibirnya tersenyum mengejek, me mbayangkan ketinggian
hatinya. Biarpun keduanya tampak dia m saja, na mun seoiah
mereka itu dengan kedia man mereka saling menguji, saling
men ilai ke kuatan lawan.
Akhirnya dalam adu kesabaran ini, agaknya Tejakas mala
tidak begitu tahan uji dibandingkan Bagus Sajiwo. Dia mulai
tidak sabar dan gelisah, seolah-olah gerak-ger ik Cakil
menghadap i Arjuna.
"Hei, bocah bosan hidup! Agaknya engkau ini putera Ki
Tejomanik. Siapa kah na ma mu?" pertanyaan ini diajukan
dengan nada suara me mandang rendah, tentu dengan
maksud untuk me mbikin gentar hati lawan.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Apalagi dalam suaranya terkandung kekuatan sihir yang
dapat me mpengaruhi perasaan lawan sehingga men imbulkan
perasaan gentar. Namun dengan sikap tenang Bagus Sajiwo
menjawab, suaranya lembut, sedikit pun tidak mengandung
kemarahan atau kebencian.
"Benar sekali, Kisanak. Aku adalah putera Ayahanda Ki
Tejomanik. Namaku Bagus Sajiwo."
"He mm, ketahuilah, Bagus Sajiwo. Aku adalah Raden
Tejakasma la, keturunan Raja Kerajaan Gel-gel. Aku adalah
murid uta ma dari Sang Bhagawan Ekabrata di Gunung Agung,
Bali-dwipa! Bagus Sajiwo besar sekali nyalimu, berani
menentang aku?"
Tejakasma la menceritakan se mua itu tentu untuk me mbuat
lawannya gentar. Siapa yang tidak mendengar akan kebesaran
nama Raja Gel-gel d i Bali dan na ma Sang Bhagawan Ekabrata
di Gunung Agung Bali" Akan tetapi sekali ini dia kecelik. Bagus
Sajiwo sa ma sekali belum pernah mendengar na ma Raja Gel-
gel maupun Sang Bhagawan Ekabrata, maka tentu saja
mendengar na ma-nama besar itu baginya tidak ada bedanya,
dengan kalau dia mendengar nama Suto atau Kromo sehingga
jangankan gentar, heran pun tidak ada dalam perasaannya.
"Tejakas mala, aku. sama sekali tidak berma ksud untuk
menentang Andika. atau siapa pun juga. Akan tetapi, kalau
Andika hendak me mbunuh orang-orang yang tidak bersalah,
apalagi me mbunuh orang tuaku, tentu saja aku akan
mengha langi perbuatan mu yang jahat itu. Untuk me mbela
mereka, aku tidak akan mundur setapak pun, Tejakas mala!" .
"Babo-babo, sumbar mu seperti engkau dapat meruntuhkan
gunung me mbendung lautan! Kau kira hanya engkau send iri
yang me miliki kesaktian " Bagus Sajiwo, bersiaplah, sekali ini
engkau akan bertemu lawan yang akan mengalahkan se mua
ajianmu. Sebelum engkau menggeletak tanpa nyawa, hayo
katakan lebih dulu siapa gurumu agar aku tahu murid s iapa
yang sekali ini kurobohkan."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Bagus Sajiwo sampai la ma tidak menjawab karena dia
merasa bingung ditanya siapa gurunya. Dia tidak ingin
menyebut na ma Ki Ageng Mahendra karena dia tidak mau
me m-bawa2 na ma gurunya dalam per musuhan dengan
Tejasma la. Gurunya itu dahulu telah sering menasihati agar dia tidak
bermusuhan dengan siapa pun juga, lebih baik mengalah dan
menga mbil jalan da mai sedapat mungkin.
"Angger," suara mendiang Ki Ageng Mahendra masih
terngiang di dalam telinganya. "ngalah (mengalah) itu ngelmu
ne Allah (ilmunya Allah). Maka orang yang berani mengalah
itu dhuwur wekas ane (akhirnya ditinggikan)."
"Berani, Eyang?" ketika itu dia bertanya. Mengapa
menga lah saja me mbutuhkan keberanian"
"Tentu saja, Angger. Tersinggung dan marah itu dapat
dilakukan oleh siapa pun juga, akan tetapi mengalah dengan
sabar me mbutuhkan keberanian yang tinggi. Mengalah bukan
berarti kalah, dan orang yang sabar itu kekasih Gusti Allah.
Benar tanpa menyalahkan orang lain, menang tanpa
menga lahkan orang lain."
"Akan tetapi kalu begitu untuk apa saya me mpelajari
semua aji kanuragan dari Eyang selama ber-tahun2 kalau saya
tidak boleh berke lahi, Kanjeng Eyang?"
"Angger Bagus Sajiwo, aji kenuragan adalah ilmu yang
mengandung tiga sifat, pertama merupakan gerakan seni tari
yang indah, dengan gerakan-gerakan lembut dan halus karena
disitulah letak kekuatannya. Ke dua merupakan olah raga yang
dapat menyehatkan dan menguatkan tubuh sehingga tidak
mudah terkena penyakit dan tubuh yang sehat dan kuat
me mbuat orang dapat melaksanakan tugas pekerjaannya
dengan sebaik mungkin Dan ke t iga merupakan ilmu beladiri,
yaitu ketangkasan yang dapat dipergunakan untuk menolak
datangnya ancaman bahaya terhadap badan, Juga dapat
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dipergunakan untuk me mbela orang lain yang terancam
bahaya. Akan tetapi semua itu haruslah dilandasi atau didasari
satu hal, yaitu kebenaran. Dan tidak ada kebenaran yang jauh
dari Gusti Allah karena hanya Dia yang Maha Benar. Maka,
engkau harus selalu dekat dengan Gusti Allah, Angger, dengan
Jalan penyerahan diri seutuhnya dan secara mutlak, selalu
mohon bimbinganNya. "
Demikianlah, ketika Tejakasmala bertanya kepadanya siapa
gurunya, dia tidak segera menjawab dan percakapan dengan
mendiang gurunya itu terngiang di telinganya. Sekali ini pun
dia tidak hendak berkelah i, melainkan me mbe la orang tuanya
yang hendak dibunuh.
"Heh, Tejakas mala manusia so mbong. Anak kemarin sore
yang masih bau kencur bicaranya sudah kementhus
(sombong) seperti katak budhug! Mau tahu siapa guru Bagus
Sajiwo" gurunya adalah Kakek Guru dari Sang Bhagawan
Ekabrata!" Siapa lagi kalau bukan Maya Dewi yang
menge luarkan kata-kata pedas menggigit seperti itu"
Wajah Tejakasmala menjad i merah seperti udang direbus.
Ucapan Maya Dewi itu bukan hanya menghina dia, melainkan
juga menghina gurunya, Sang Bhagawan Ekabrata!
Tejakasma la bukan seorang pe muda mata keranjang. Dia
selalu menjaga diri, menjauhi wanita maka dia me mperoleh
kemajuan pesat dalam aji kesaktian. Sang Bhagawan Ekabrata
adalah seorang pertapa yang mengasingkan diri dari dunia
ramai dan bukan seorang datuk sesat. Dia bertapa untuk
hidup bersih. Sayang dia tidak acuh terhadap murid-muridnya
sehingga dia hanya menurunkan ilmu-ilmunya tanpa
mengarahkan ke jalan benar. Hanya melatih raganya tidak
me latih jiwanya. Maka, tiga orang muridnya, Tejakasmala, dan
si kembar Dhirasani dan Dhirasanu, walaupun tidak melakukan
perbuatan jahat, namun me miliki watak sombong dan
me mandang rendah orang lain, menganggap diri sendiri paling
hebat. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Juga mereka mudah d ibakar api kemarahan ka lau tinggian
hatinya tersinggung seperti ha lnya Tejakas mala se karang yang
menjad i marah sekali kepada Maya Dewi. ingin me mbunuh
wanita itu sekarang juga. Akan tetapi karena yang dihadapi
adalah Bagus Sajiwo, maka se mua kemarahannya dia
timpakan kepada Bagus Sajiwo.
"Keparat engkau, Bagus Sajiwo! Engkau menganda lkan
tajam dan cerewetnya mulut wanita untuk me nghina aku dan
Guruku. Bersiap lah engkau untuk mati lebih dulu, baru akan
kubunuh se mua orang itu!" katanya sambil menudingkan
telunjuk kirinya ke arah Maya Dewi.
Hebatnya, telunjuk kiri pe muda itu tiba-tiba menge luarkan
asap bergulung dan asap itu membentuk seekor harimau yang
menge luarkan suara mengau m sa mbil me mbuka moncongnya
dan harimau Jadi-jadian itu menubruk ke arah Maya Dewi.
Akan tetapi Maya Dewi telah menguasai Aji Sari Bantala,
kekuatan aji ini bersandar kepada kekuasan Gusti Allah,
menga mbil kekuatan bumi yang ada pada bumi menjadi
tenaga inti bumi, Maka ia tertawa saja menghadapi serangan
harimau jadi-jadian itu dan sa mbil menekuk lutut kanan yang
berada di depan, tangan kanannya yang terbuka mendorong
ke arah harimau jadi-jadian itu sambil me mbentak nyaring.
"De mi kekuatan Sari Bantala, enyahlah kamu mahluk jadi-
jadian!" "Wuuuuussshhh...!" Harimau jadi-jad ian itu seperti asap
ditiup angin, me mbuyar dan mengecil lalu asap putih itu
kembali ke telunjuk kiri Tejakas ma la.
Tejakasma la kembali merasa terkejut. Tadi ketika wanita
itu mener ima serangannya yang menggunakan Aji Condromawo, gadis itu jelas kalah kuat dan terpental jauh
walaupun tidak mengalami cidera. Akan tetapi kini wanita itu
dapat me munahkan s ihirnya yang biasanya a mat kuat. Dia
merasa penasaran dan hendak melanjutkan serangannya
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kepada Maya Dewi yang dibencinya karena wanita itu telah
menghinanya. Akan tetapi Bagus Sajiwo ber kata tenang.
"Tejakas mala, tidak ma lukah Andika kalau menyerang
wanita" Sebaiknya, Andika
dan teman-teman Andika
men inggalkan te mpat ini dan jangan mengganggu orang la in.
Aku tidak ingin ber musuhan dengan siapapun juga dan kalau
Andika pergi, aku a kan menyudahi saja urusan ini dan tidak
me mperpanjangnya lebih lanjut."
"Bagus, mana bisa begitu" Enak dia rugi kita kalau begitu!
Dia sudah menghina dan menyerang Paman Tejomanik dan
Bibi Retno, Susilo, Juga menyerang Lindu AJI dan Sulastri,
bahkan nyaris me mbunuh mereka bere mpat! Dan sekarang
engkau mau menyudahi urusan ini begitu saja" Wah, bocah
ingusan ini akan menjadi se makin ge mendhik kalau begitu!"
Biarpun hati Maya Dewi kini telah berubah sama sekali na mun
ia tidak keh ilangan kegalakan dan kepintaran bicaranya.
Sebetulnya, kini nafsu kebencian sudah sukar me mbakar
hatinya, dan semua ucapannya itu hanya untuk menggoda
pemuda yang dianggapnya jahat itu.
Kalau Lindu Aji dan Sulastri merasa heran melihat
perubahan Maya Dewi dan merasa geli mendengar ucapan
dan me lihat lagak wanita itu, Ki Tejomanik dan Retno Susilo
mengerutkan alis mere ka. Kemesraan dan akrabnya hubungan
yang tampak antara putera mereka dan Maya Dewi sungguh
me mbuat mereka merasa tidak senang dan mereka


Bagus Sajiwo Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

menganggap bahwa se mua ucapan dan sikap Maya Dewi itu
hanya buatan dan pura-pura dengan maksud mencari muka
kepada mereka! Dibakar dengan kata-kata oleh Maya Dewi, Tejakasmala
tidak dapat menahan kemarahannya lagi. Dia menggunakan
kesempatan selagi Bagus Sajiwo menoleh ke arah Maya Dewi
untuk menegur wanita itu
agar jangan menggoda Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tejakasma la. Cepat bagaikan kilat menyambar dia sudah
menyerang tanpa me mberi peringatan lagi.
"Bagus, awas...!" Maya Dewi berseru kaget.
"Wuuuttt... desss!!"
Bagus Sajiwo yang sama sekali tidak mengira lawannya
akan menyerang secara tiba-tiba, tidak sempat menghindar
dan pukulan tangan kanan Tejakas mala dengan tangan
terbuka mengenai dadanya sehingga dia terpental dan roboh
pingsan! "Jahanam busuk engkau! Pengecut hina dina!" Maya Dewi
berteriak dan ia sudah menerjang Tejakas ma la dengan
serangan yang cepat dan dahsyat.
Tejakasma la girang bukan ma in me lihat pukulan nya tepat
mengenai dada Bagus Sajiwo. Lawan satu-satunya yang
dianggap berat telah dia robohkan dan pukulannya tadi itu
telah menewaskan lawan tangguh karena dia telah
mengerahkan tenaga sakti sepenuhnya dan pukulan itu tepat
mengenai dada Bagus Sajiwo.
Pukulannya mengandung tenaga dalam dan itu telah
mere mukkan isi dada Bagus Sajiwo, Kini dia t inggal
menghadap i wanita yang membuat hatinya panas dan marah
sekali. Setelah Bagus Sajiwo tewas, yang lain-lain dia anggap
ringan karena tadi dia sudah mendapat kenyataan bahwa
tidak ada seorang pun diantara mereka yang ma mpu
menand inginya!
OoodwooO Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Bagus Sajiwo Karya : Asmara man S Kho Ping Hoo
DJVU oleh : OrangStress Dimhader
Convert by : Dewi KZ & Lavender
Editor : Dewi KZ & Lavender
Ebook oleh : Dewi KZ
TIRAIKASIH WEBSITE
http://kangzusi.com/ http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Jilid 21 Tamat MENGHADAPI serangan kilat Maya Dewi yang juga
mendatangkan angin pukulan dahsyat itu, Tejakasmala
bersikap hati-hati. Dia juga menduga bahwa wanita ini
me miliki tingkat kepandaian yang lebih tinggi daripada yang
lain dan serangannya tidak boleh dianggap ringan. Maka,
untuk dapat mengalahkan Maya Dewi secepatnya agar dia
dapat cepat membunuh yang lain, dia sengaja menang kis
pukulan Maya Dewi dengan tangannya.
"Wuuuttt... syuuuutt...!" Tejakasma la terkejut.
Ternyata wanita itu tidak mau me ngadu tenaga dan
tangannya sudah cepat menghindar dari tangkisan Tejakasma la dan tangan itu dengan gerakan me mutar sudah
menya mbar lagi, kini dengan jari-jari tangan menusuk ke arah
kedua mata lawan! Tejakas mala terkejut. Ternyata walaupun
dia dapat menandingi tenaga sakti Maya Dewi, namun dalam
hal kecepatan gerakan, dia harus mengaku bahwa gadis itu
me miliki gerakan yang luar biasa ceparnya! Dia merasa heran
bagaimana wanita itu dapat bergerak secepat itu, padahal dia
sendiri sudah me miliki ilmu meringankan tubuh yang tinggi
tingkatnya. Tentu saja dia tidak tahu bahwa se mua itu berkat
khasiat Jamur Dwipa Suddhi yang telah dimakan sebagian
oleh Maya Dewi. Terpaksa Tejakasma la menarik tubuh atas
kebelakang lalu me nghindar ke kiri agar kedua matanya tidak
menjad i sasaran jari-jari le mbut dan halus na mun yang
mengandung tenaga kuat itu.
Maya Dewi yang marah sekali karena men gira bahwa Bagus
Sajiwo yang terkena pukulan sehebat itu tentu telah tewas,
terus menyerang tanpa henti dan kedua matanya mengalirkan
air mata. Ia menangisi kematian Bagus Sajiwo. Dunia serasa
kia mat baginya! Semua tampak kosong tidak berarti lagi.
Lenyap semua kebahagiaan, se mua ketenteraman, semua
ketenangan dan kebebasan.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kosong tidak berarti, hanya penuh dengan duka, kecewa,
kesepian, dan terutama sekali denda m! Dendam yang
menebarkan kebencian terhadap orang yang telah me mbunuh
Bagus Sajiwo. Maya Dewi merasa betapa semua nafsu seperti api
me mba kar hatinya, me mbuat ia seperti dulu lag i. Satu-satunya
keinginan hatinya hanya menyiksa dan me mbunuh Tejakasma la yang amat dibencinya. Ia menangis tanpa suara
tangis, hanya air matanya yang mengalir menuruni kedua
pipinya, seperti dua sumber air menga lirkan a ir ke lereng
bukit. Pada waktu itu, tingkat kepandaian Maya Dewi sudah
mencapai titik yang tinggi, apalagi dita mbah kemarahan dan
kenekatannya untuk me mbunuh orang yang dibencinya,
me mbuat setiap gerakan serangannya merupakan serangan
maut, merupakan ca kar maut yang sekali mengena i sasaran
tentu akan merenggut nyawa lawan.
Akan tetapi yang dihadapi adalah Tejakasmala, murid
utama Sang Bhagawan Ekabrata yang tingkat kepandaiannya
sudah mencapai puncaknya. Bahkan kalau dibuat perbandingan, tingkat kepandaian Tejakasmala tidak berada di
bawah tingkat Bagus Sajiwo. Bahkan pe muda Bali itu me miliki
lebih banyak ajian yang ampuh. Hanya dalam hal tenaga sakti,
dia tidak dapat menandingi Bagus Sajiwo yang sudah makan
Jamur Dwipa Suddhi ditambah latihan Aji Sari Bantala.
Perkelahian antara Maya Dewi dan Tejakasmala seru bukan
ma in. Setiap serangan keduanya merupakan jangkauan
tangan maut. Akan tetapi keduanya dapat selalu menghindarkan diri dari cengkeraman maut. Hanya bedanya,
kalau Tejakas ma la selalu me nangkis serangan Maya Dewi,
tangkisan yang selalu me mbuat tubuh Maya Dewi terpental,
sebaliknya setiap serangan Tejakasmala selalu dapat dielakkan
oleh Maya Dewi yang dapat bergerak dengan lincah. Akan
tetapi, baik Tejakasmala maupun Maya Dewi keduanya
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
maklum bahwa la mbat laun Maya Dewi pasti akan kalah
karena ia me mang ka lah kuat.
Sementara itu, Tejomanik dan Retno Susilo sudah berlutut
dekat tubuh Bagus Sajiwo yang telentang dan mata terpejam.
Ki Tejomanik me mer iksa keadaan puteranya dan mendapatkan kenyataan bahwa detak jantung dan pernapasan Bagus Sajiwo le mah sekali. Pemuda itu masih
pingsan. Melihat keadaan puteranya, Retno Susilo menangis
dan meratapi puteranya.
"Jahanam terkutuk! Aku akan mengadu nyawa dengan
bedebah pembunuh anakku itu!" Retno Susilo menoleh dan
me lihat Tejakas mala masih bertanding me lawan Maya Dewi, ia
segera bangkit berdiri dan masih me megang Sihung Nila, kain
ikat kepala sua minya, siap untuk terjun ke da la m per kelahian
mengeroyok Tejakasmala.
Akan tetapi Ki Tejomanik cepat berkata, "Jangan, Diajeng.
Dia berbahaya sekali, terlalu kuat untuk kita."
"Aku tidak takut! Aku harus me mbalas kematian anakku!"
seru Retno Susilo.
"Bagus Sajiwo tidak mat i!" kata Ki Tejoman ik. "Sungguh
hebat bukan main. Dia terluka pun tidak! Juga pada kulit
dadanya tidak ada bekas pukulan. Dia hanya terguncang dan
pingsan. Dia sa ma sekali t idak terluka!" mendengar ini, Retno
Susilo cepat berlutut lagi dan ikut me mer iksa keadaan
puteranya. Ki Tejoman ik mengurut tengkuk puteranya beberapa kali
dan, akhirnya Bagus Sajiwo menge luh lirih dan me mbuka
kedua matanya. "Bagus...!" Retno Susilo berseru, girang.
Bagus Sajiwo me narik napas panjang tiga kali dan dia
sudah pulih kembali! Tiba-tiba dia me noleh dan melihat Maya
Dewi berkelahi mati-matian melawan Tejakas mala yang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
berusaha keras untuk membunuh Maya Dewi, Bagus Sajiwo
cepat bangkit berdiri.
"Ayah, Ibu, harap maafkan, saya harus menggantikan Dewi
me lawan Tejakas ma la."
"Tapi dia... dia berbahaya sekali, Bagus...!" kata Retno
Susilo, khawatir kalau puteranya yang baru saja pingsan itu
akan celaka di tangan pe muda Bali yang amat tangguh itu.
"Jangan khawatir, Ibu. Saya kira saya dapat mengatasinya. " Setelah berkata demikian, Bagus Sajiwo sekali
menggerakkan tubuhnya, hanya tampak bayangan berkelebat
dan dia sudah tiba dekat Maya Dewi yang masih s ibuk
menghindarkan serangan lawan
dengan elakan-elakan
menganda lkan kecepatan gerakannya. '
"Dewi, mundurlah!" kata Bagus Sajiwo.
Mendengar ini, Maya Dewi yang sudah terdesak itu, cepat
me lompat tinggi kebelakang dan setelah berjungkir balik
me mbuat sa lto sa mpai tujuh ka li, baru ia turun keatas tanah.
Wajahnya agak pucat, napasnya memburu karena terus
menerus bergerak menghindarkan serangan bertubi itu
me mbuatnya lelah sekali. Akan tetapi wajahnya berseri,
sepasang matanya bersinar-sinar. Mata yang masih basah air
mata kini mencorong penuh kebahagiaan me lihat bahwa
Bagus Sajiwo ternyata tidak apa-apa, tidak mati seperti yang
dikhawatirkannya, seolah matahari terbit kembali setelah
awan mendung men ggelapkan dunianya.
Melihat Bagus Sajiwo me nghadapi Tejakas mala yang
tangguh, hati Maya Dewi terasa tenang dan ia yakin bahwa
Bagus Sajiwo akan ma mpu menga lahkan pe muda Bali yang
sakti mandraguna itu. Kalau Bagus Sajiwo tidak mati dan tidak
terluka oleh pukulan curang Tejakas ma la tadi, berarti Bagus
Sajiwo pasti akan ma mpu mengatasi lawan.
Sementara itu, melihat Bagus Sajiwo menggant ikan Maya
Dewi yang tiba-tiba mundur dengan kecepatan kilat,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tejakasnala me mbe lalakkan matanya. Dia tidak percaya!
Bagaimana mungkin Bagus Sajiwo dapat bertahan dan tidak
mati oleh pukulannya yang hebat tadi" Setidaknya tentu orang
yang dipukulnya sedahsyat tu akan terluka parah! Akan tetapi
kini Bagus Sajiwo berdiri di depannya. dengan sikap tenang.
dan dari wajahnya dia tahu bahwa lawannya ini tidak
mender ita luka sa ma sekali!
"Kakangmas... anak kita itu... dia baru saja menerima
pukulan dahsyat... Aku khawatir..."
Ki Tejomanik me megang tangan isterinya. "Jangan
khawatir, Diajeng. Anak kita itu sa ma sekali tidak terluka. Aku
sendiri masih heran me mikirkan bagaimana mungkin d ia tidak
terluka dihanta m pukulan curang yang dahsyat tadi. Kita lihat
saja dan berdoa semoga dia akan dapat mengalahkan pemuda
Bali yang tangguh itu."
Lindu Aji dan Sulastri yang tadinya khawatir melihat Bagus
Sajiwo terpukul secara curang dan mereka berdua sudah siap
untuk me lawan musuh yang tangguh itu mati-matian, kini juga
tersenyum gembira melihat betapa Bagus Sajiwo ternyata
tidak apa-apa dan telah berhadapan lagi dengan Tejakas mala.
Lindu Aji yang telah me miliki aj i kanuragan yang hebat itu
harus mengakui bahwa pemuda Bali itu benar-benar tangguh.
Dia ma mpu meno lak sihir pe muda itu, na mun dala m ha l aji
kanuragan, harus dia akui bahwa Tejakas mala. me miliki
tingkat yang tinggi sekali. Belum pernah dia mene mui lawan
yang demikian tangguhnya.
"Se moga putera

Bagus Sajiwo Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Paman Tejoman ik itu ma mpu menga lahkan pe muda Bali itu." kata Lindu Aji dan seperti juga
Ki Tejoman ik dan isterinya, Lindu Aji dan Sulastri me mandang
ke arah dua orang pemuda itu dengan penuh perhatian dan
dengan hati tegang.
Sebaliknya para jagoan Bla mbangan merasa kecewa dan
khawatir sekali.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Bhagawan Kalasrenggi, dua orang muridnya, Kaladhama
dan Kalajana yang terkenal dengan sebutan Dwi Kala (Dua
Kala), Cakrasakti dan Candrabaya dua orang senopati
Klungkung itu, tadinya sudah tersenyum girang me lihat Bagus
Sajiwo dipukul roboh oleh Tejakas ma la.
Mereka sudah merasa yakin bahwa Tejakasmala tentu akan
ma mpu me mbunuh Maya Dewi dan setelah itu, mereka akan
me mbunuh se mua orang yang me mbe la Mataram itu dan
pulang ke Bla mbangan dengan hasil kemenangan besar. Akan
tetapi dapat dibayangkan betapa terkejut, kecewa dan
khawatirnya melihat Maya Dewi dapat terhindar dari kematian
dan kini Bagus Sajiwo yang mereka sangka mati atau terluka
parah itu telah berani menghadapi Tejakas ma la dan ta mpak
sama sekali tidak terluka!
Sementara itu, rasa penasaran dan kemarahan yang
me muncak me mbuat Tejakas mala lupa akan kekhawatirannya
me lihat Bagus Sajiwo sudah berada di depannya. Tadi, ketika
tiba-tiba Bagus Sajiwo menghadapinya, dia merasa terkejut
dan juga gentar. Akan tetapi kemarahan hatinya, ditambah
wataknya yang tinggi hati dan me mandang ringan lawan
mengusir rasa gentarnya. Tanpa banyak kata lagi dia langsung
saja menyerang Bagus Sajiwo dengan dahsyat. Dari mulutnya
terdengar suara mengaum seperti singa yang me mbuat bumi
tergetar, tanda bahwa dia mengerahkan Aji Singa-bairawa dan
kedua tangannya sudah mengerahkan seluruh tenaga sakti
yang diperkuat oleh sihirnya!
Namun Bagus Sajiwo kini telah waspada. Dia sudah tahu
bahwa lawannya selain sakti mandraguna, Juga sangat
curang. Maka, dia pun cepat menggerakkan tubuhnya yang
seakan berubah menjadi bayang-bayang seperti yang
dilakukan Maya Dewi tadi. Bayang-bayang itu berkelebatan
diantara pukulan-pukulan Tejakas ma la yang mengeluarkan
angin besar dan terkadang juga menge luarkan bara api karena
pemuda Bali itu yang bernafsu sekali me mbunuh Bagus
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sajiwo, telah menggunakan Aji
Bayutantra dan Aji Condromowo silih berganti.
Sejak masih kanak-kanak, Bagus Sajiwo telah mendapat
wejangan dari mendiang Ki Ageng Mahendra untuk kuat
bertahan terhadap musuh manusia nomor satu da la m hidup
ini, yaitu nafsunya sendiri yang tak terkendalikan seperti
amarah, kebencian, dendam, iri, dengki, murka, me mentingkan diri send iri, yang dapat men iadakan rasa kasih
terhadap sesama hidup. Semua itu ditambah lag i dengan
peringatan dalam kitab kuno yang ditemukannya dimana
terdapat larangan melakukan pe mbunuhan yang didorong
oleh nafsu-nafsu tadi. Maka, kini menghadap i Tejakas mala
yang tadi nyeris me mbunuh ayah bundanya, bahkan yang tadi
secara curang sekali telah me mukulnya sehingga dia roboh
pingsan, Bagus Sajiwo tetap tenang dan dia tidak dikuasai
nafsu amarah atau dendam kebencian. Hal ini me mbuatnya
tetap tenang dan waspada. Tidak seperti Tejakasmala ang
hatinya penuh kemarahan, kebencian dan keinginan
me mbunuh, yang hanya me mbuat hatinya terbakar dan
me mbuat dia kehilangan sebagian dari kewaspadaannya.
"Haiiiiihhhh!" Tangan kiri Tejakas mala yang menjad i api
me mbara itu menya mbar ke arah dada Bagus Sajiwo. Dengan
tenang Bagus Sajiwo mengelak kekiri.
"Syaaaahhhh!!" Kini tangan kanan Tejakas mala yang
me mbentu k cakar setan mencengkeram ke arah kepala Bagus
Sajiwo. Maklum bahwa kalau dielakkan, cakar itu akan tetap
me mburunya dan hal ini cukup berbahaya, Bagus Sajiwo
mengibaskan tangan kirinya dari dalam untuk menang kis
cakar yang menyerang kepalanya itu.
"Dukk!!!" Kedua orang pemuda itu sa ma-sama tergetar,
akan tetapi cengkeraman itu gagal. Tejakas ma la menjadi
semakin ganas karena penasaran dan marah.
"Yaaaaahhhh!" Dia mengau m dan tiba-tiba tangan kirinya
terbuka dan dari dalam tangannya menyambar sinar hita m ke
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
arah dada Dagus Sajiwo. Entah kapan mengambilnya, sinar
hitam itu adalah be lasan batang jarum hita m yang
disa mbitkan tangan kirinya dari jarak yang tidak lebih dari dua
meter! Karena tidak mungkin mengelak dari serangan jarum-jarum
yang meluncur dari jarak sede mikian dekatnya dan untuk
menerima serangan curang ini dengan men gandalkan
Heng Thian Siau To 1 Rahasia 180 Patung Mas Karya Gan Kl Hati Budha Tangan Berbisa 3
^