Bagus Sajiwo 12
Bagus Sajiwo Karya Kho Ping Hoo Bagian 12
kekebalan juga a mat berbahaya karena siapa tahu jarum-
jarum hita m itu mengandung racun yang a mpuh, maka Bagus
Sajiwo lalu mengibaskan tangannya dengan Aji Bromokendali
yang mengeluarkan hawa panas, sambil kakinya menggunakan langkah ajaib Aji Lintang Ke mukus.
"Prattt!" Sinar hitam itu tertangkis runtuh oleh angin yang
mengandung hawa panas itu.
"Curang! Pengecut!. Tidak tahu malu!!" Maya Dewi
berteriak-teriak me maki Tejakas mala.
Melihat sikap dan mendengar suara Maya Dewi, Lindu Aji
dan Sulastri saling pandang dan Sulastri ber kata lirih. "Lihat,
sikapnya masih liar dan ga lak."
Lindu Aji mengangguk. "Ya, akan tetapi wataknya sungguh
telah berubah dan terbalik seperti malam dan siang."
Perkelahian itu berlangsung se makin seru. Tejakas mala
menge luarkan se mua ilmu dan aj i-aji pa mungkasnya, namun
semua dapat dipatahkan oleh Bagus Sajiwo yang menggerakkan kaki dengan Aji Langkah Ajaib Lintang
Kemukus, bersilat dengan Aji Bajrakirana.
"Lihat, itu Aji Bajrakirana!" kata Ki Tejomanik kagum
kepada isterinya.
Retno Susilo yang kini sudah besar lagi hatinya, menjawab.
"Apa anehnya" Bukankah gurunya, Ki Ageng Mahendra,
adalah saudara seperguruan Resi Limut Manik yang
me mber imu pecut dan ilmu Bajrakirana, Kakangmas" "
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ya, dan dia pun me nggunakan Aji Bromokendali. Se mua
itu tidak mengherankan, akan tetapi bagaimana dia dapat
menjad i sede mikian saktinya" Mendiang Eyang Resi Limut
Manik send iri aga knya tidak sampai sede mikian tinggi
tingkatnya!"
Suami isteri itu terdia m dan me ma ndang dengan hati
penuh ketegangan. Mereka baru saja berte mu dengan putera
tunggal yang lenyap selama belasan tahun, akan tetapi
sebelum se mpat bercakap-cakap me lepas rindu, kini putera
mereka itu telah bertanding mati-matian me lawan seorang
yang amat sakti!
Pada saat itu, Tejakasmala menge luarkan au man yang
dahsyat dan tiba-tiba kedua tangan yang hendak menangkap
leher Bagus Sajiwo dari kanan kiri itu ketika serangan ini
dielakkan, kedua lengan itu mulur seperti karet dan
me manjang, mengejar terus ke arah leher Bagus Sajiwo!
Ki Tejoman ik, Sulastri, Lindu Aji dan Retno Susilo
terbelalak. Belum pernah mereka melihat ilmu yang demikian
aneh. Kedua tangan pemuda Bali itu dapat mulur seperti
karet! Melihat ini, Bagus Sajiwo lalu menjulurkan kedua
tangan dan dua pasang tangan itu saling bertemu dan seperti
me lekat! Tejakasma la mengerah kan tenaga sakti dan sihir dan dia
berhasil mengangkat tubuh Bagus Sajiwo setinggi setengah
depa dari tanah. Akan tetapi Bagus Sajiwo lalu mengerahkan
Aji Giri Selo yang me mbuat tubuhnya menjadi seberat batu
raksasa di gunung sehingga Tejakas mala tidak kuat dan tubuh
Bagus Sajiwo turun dan menginjak tanah kembali!
Tejakasma la mengerahkan seluruh tenaganya untuk mengangkat tubuh lawan. Kalau dia ma mpu mengangkat
tubuh lawan, dia akan dapat membantingnya dan me mperoleh
kemenangan. Akan tetapi pengerahan Aji Giri Selo dari Bagus
Sajiwo me mbuat tubuh itu menjadi berat sekali atau seolah-
olah kedua kakinya tumbuh a kar sehingga tidak dapat dicabut!
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tejakasma la hampir putus asa. Semua ajiannya telah dia
keluarkan, namun kese muanya itu gagal. Akan tetapi ada satu
hal yang membuat
dia mas ih ada harapan untuk me menang kan pertandingan mati-matian ini.
Sejak tadi dia mendapat kenyataan bahwa lawannya tidak
pernah menyerangnya! Bagus Sajiwo hanya me mpertahankan
diri saja. Berarti, bagaimanapun juga dia tidak akan dipukul
roboh dan dikalahkan! Betapa tololnya lawan itu! Dan ini
merupakan keuntungan besar baginya. Maka dia cepat
mengubah s iasat. Kedua tangan mereka masih saling te mpel
dan kesempatan ini dipergunakan Tejakas mala untuk
mengerahkan seluruh tenaganya, dengan pengerahan Aji
Condromowo dan Aji Bayutantra secara berbareng dan
sekuatnya, dia menyerang melalui penyaluran dua tenaga itu
ke dala m kedua telapak tangannya. Kedua tangan itu menjadi
merah, men jadi api yang me mbara dan dari situ ada tenaga
angin dahsyat yang seolah mengipasi api me mbara itu untuk
menyerbu tubuh Bagus Sajiwo me lalui kedua telapak
tangannya. Bagus Sajiwo segera menggunakan Aji Sari Bantala
menya mbut serangan yang dahsyat itu.
"Sssshhhh...!" Terdengar seperti besi membara dimasu kkan
air dan tampak asap putih mengepul dari kedua telapak
tangan itu dan tubuh Tejakasmala mundur kebelakang,
terhuyung dan wajahnya pucat, darah mengalir dari ujung
mulutnya. Melihat keadaan Tejakas mala seperti itu dua orang
pembantunya, Cakrasakti dan Candrabaya cepat mengha mpirinya dan me mapahnya.
"Kita perg i..." Tejakasmala berkata lirih.
Dua orang senopati Klungkung itu lalu me mbimbing dan
me mbawanya pergi dar i situ. Tejakas mala me noleh dan
berkata, "Bagus Sajiwo, tunggulah. Akan tiba saatnya aku
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
me mba las keka lahan ini!" Setelah berkata de mikian, dia
me mbiarkan dirinya dibimbing dua orang senopati Klungkung
pergi dari situ. Bhagawan Kalasrenggi dan dua orang
muridnya, Dwi Kala, juga mengikuti mereka dari belakang.
Retno Susilo lari me nghampiri Bagus Sajiwo dan
merangkulnya. "Bagus, anakku. Kenapa mereka dibiarkan pergi" A ku akan
mengejar dan me mbunuh mereka!"
"Jangan, Ibu. Biarkan mere ka pergi. Tidak baik mengejar
dan mendesak lawan yang sudah mengaku kalah." kata Bagus
Sajiwo. "Bagus, engkau terlalu menga lah!" Maya Dewi berseru,
agak penasaran. "Sejak tadi engkau tidak pernah memba las
dan dia terluka hanya karena tenaganya sendiri me mbalik dan
me lukainya. Orang-orang jahat seperti mereka sudah
sepatutnya dibasmi habis!"
"Dewi, lupakah engkau akan apa yang telah kita pelajari"
Tidak ada manusia yang sempurna tanpa dosa di dunia ini.
Kalau kita merasa menjadi manusia, berarti kita pun
me mpunyai dosa, tidak jauh bedanya dengan orang lain yang
kita anggap berdosa. Karena itu, maka sudah sepatutnya
kalau kita dapat menga mpuni kesalahan orang lain karena kita
juga penuh dengan kesalahan. Kita juga hanya manusia
berdosa. Ingat, Gusti Allah tidak a kan menga mpuni kesalahan
kita kalau kita tidak mau menga mpuni kesalahan orang lain
kepada kita."
Maya Dewi yang tadinya berdiri dengan kepala tegak penuh
rasa penasaran dan marah terhadap Tejakasma la dan kawan-
kawannya, tiba-tiba menundukkan muka dan segala kekerasan
seolah asap tipis tertiup angin.
"Ah, aku sudah lupa lag i, terseret oleh nafsu perasaanku.
Maafkan aku, Bagus," katanya lirih, dengan suara yang tiba-
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tiba menjad i le mbut, sungguh berlawanan dengan suaranya
tadi ketika ia me ma ki-ma ki Tejakas ma la.
Lindu Aji menyentuh tangan isterinya dan dia mengangguk-
angguk. Sulastri juga men gerti akan isyarat suaminya itu.
Suami isteri ini sekarang maklum dan tidak merasa heran akan
perubahan besar yang terjadi atas diri Maya Dewi. Kiranya.
perubahan itu terjadi karena Maya Dewi bertemu dan
bersahabat dengan Bagus Sajiwo. Kenyataan ini me mbuat
suami isteri ini sema kin kagum kepada Bagus Sajiwo.
Bagus Sajiwo teringat bahwa dia belum me mperkenalkan
ayah ibunya kepada Maya Dewi, maka dia menggapai ke arah
Maya Dewi dan berkata. "Dewi, kesinilah!"
Jantung dalam dada Maya Dewi berdebar-debar, penuh
ketegangan walaupun wajah dan sikapnya tetap tenang. Ia
me langkah dengan perlahan mengha mpiri Bagus Sajiwo yang
berada dekat Ki Tejomanik, Retno Susilo, Lindu Aji, dan
Sulastri. Ia tahu betapa empat pasang mata itu me mandang
kepadanya dengan penuh selidik. Setelah tiba di depan Bagus
Sajiwo, ia berdiri dengan muka ditundukkan.
"Ayah, Ibu, ini adalah Maya Dewi, sahabat saya. Dewi, ini
adalah Ayah dan Ibuku, dan mereka ini..." Dia me mandang
kepada Lindu Aji dan Sulastri.
"Adimas Bagus Sajiwo, aku bernama Lindu Aji dan ini
isteriku, Sulastri." kata Lindu Aji me mperkenalkan diri karena
maklum bahwa Bagus Sajiwo belum mengenal dia dan
isterinya. "Bagus, aku sudah tahu, sudah mengena l Pa man
Tejomanik dan Bibi Retno Susilo, Juga aku sudah mengenal
baik Adimas Lindu Aji dan Adik Sulastri..." kata Maya Dewi
dengan suara yang agak ge metar, lalu ia me mbungkuk,
me mber i sembah kepada Ki Tejoman ik dan isterinya, juga
kepada Lindu Aji dan Sulastri sa mbil berkata, "Saya mohon
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
maaf sebesarnya atas segala keburukan yang pernah saya
lakukan terhadap Andika ber-empat, "
Lindu Aji dan Sulastri mengangguk. Biarpun dulu Sulastri
merupakan seorang gadis yang galak sekali, akan tetapi
setelah menjadi isteri Lindu Aji ia pun banyak berubah, tidak
begitu dikuasai oleh nafsu perasaannya. Maka melihat
suaminya mengangguk sa mbil tersenyum tanda bahwa dia
me mber i maaf kepada Maya Dewi yang dulu pernah
me musuhi bahkan me mbikin celaka mereka akan tetapi kini
jelas bahwa Maya Dewi telah berubah dan tadi bahkan
me mbe la mereka, Sulastri juga mengangguk-angguk, siap
me maafkan. Akan tetapi, tiba-tiba Retno Susilo yang tadinya berwajah
cerah sambil me megang i lengan puteranya, dengan alis
berkerut dan suara lanlang berkata, walaupun ia tidak
me mandang kepada Maya Dewi, na mun jelas kepada siapa
kata-katanya yang ketus itu ditujukan.
"Ada kesalahan yang patut dimaafkan, akan tetapi ada pula
kesalahan dan dosa bertumpuk-tu mpuk dan terlalu jahat
sehingga tidak mungkin dimaafkan lagi." Lalu ia me megang
kedua pundak puteranya dan menatap tajam wajah tampan
itu. "Bagus Sajiwo, bagaimana engkau dapat datang bersama
perempuan ini" Aku tidak percaya bahwa engkau bersahabat
dengannya!"
Bagus Sajiwo tersenyum dan melirik ke arah Maya Dewi
dengan hati merasa iba. Dia melihat wajah Maya Dewi
menjad i pucat dan wajahnya ditundukkan sa mpai dagunya
mene mpe l leher.
"Ibu, Maya Dewi ini ada lah seorang sahabatku yang ba ik
sekali, sudah la ma kami mengalami segala maca m suka duka
bersama. Ia setia dan a mat sayang kepada saya, Ibu."
Ucapan yang terbuka dan Jujur ini diterima oleh Retno
Susilo bagaikan minyak disiramkan ke atas api, me mbuat rasa
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
penasaran dan kemarahannya semakin berkobar. "Beg itukah"
Berapa la ma sudah engkau bergaul dengan perempuan ini?"
Bagus Sajiwo me man dang ibunya dengan sinar mata
merasa heran karena dia tidak mengerti apa sebabnya tampak
marah setelah tadi ta mpak berbahagia sekali.
"Berapa la ma saya bergaul dengan Maya Dewi, Ibu"
Kurang lebih e mpat tahun ini kami tidak pernah saling
berpisah, mengalami suka duka bersama, hidup berdua dalam
terowongan bawah gunung saja selama satu tahun, dan kami
telah menjadi dua orang tunggal guru karena me mpelajari
ilmu yang sama."
Wajah Retno Susilo menjad i merah sekali dan matanya
terbelalak lebar. Ia meno leh kepada sua minya dan melihat
betapa wajah Ki Tejomanik juga ta mpak heran dan alisnya
yang tebal berkerut tanda bahwa hati suaminya juga tidak
senang mendengar ucapan Bagus Sajiwo tadi. Maka Retno
Susilo la lu mene kan kedua pundak puteranya kuat-kuat dan
menatap wajahnya dengan taja m penuh selidik.
"Bagus Sajiwo!" suaranya
tegas. "Engkau harus menjawab pertanyaan Ibu dengan sejujurnya dan jangan
berbohong!"
"Ibu," kata Bagus Sajiwo
sambil tersenyum dan merasa
lucu, "Saya sama sekali tidak
berbohong
Bagus Sajiwo Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
dan semua jawaban saya adalah sejujurnya. "
"Sekarang jawablah! Sejauh
mana hubunganmu dengan perempuan ini?" Sang Ibu
bertanya, setengah berteriak karena ia sudah marah sekali.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Apa... apa yang Ibu ma ksudkan" Saya tidak mengerti!"
kata Bagus Sajiwo.
"Bagus, engkau tadi mengatakan bahwa Maya Dewi a mat
menyayangmu. Dan bagaimana dengan perasaanmu kepadanya" Apakah engkau juga menyayang Maya Dewi?" Ki
Tejomanik menjelaskan apa yang menjadi pertanyaan dia dan
isterinya. Retno Susilo me mandang wajah puteranya dengan
pandang mata terbelalak.
Tanpa berpikir panjang, Bagus Sajiwo menjawab seolah
pertanyaan itu aneh sekali, sama seperti kalau orang bertanya
apakah dia senang bertemu dengan ayah ibunya setelah
berpisah belasan tahun!
"Tentu saja saya sayang, amat, sayang padanya!"
"Huh! Itu kotor sekali! Tidak pantas dan aku bisa mati
karena malu!" Tiba-tiba Retno Susilo berteriak.
Bagus Sajiwo me mbelalakkan matanya, tampak bodoh dan
heran bukan main "Kotor" Tida k pantas" Ibu... eh, apakah
sebenarnya yang Ayah dan Ibu maksudkan" Sungguh aku
tidak me lihat sesuatu yang kotor, tidak pantas atau
me ma lukan."
"Bagus Sajiwo! Aduh, anakku, engkau baru saja dewasa,
usia mu baru dua puluh tahun. Aku ma klum bahwa engkau
masih belum ada pengalaman, mas ih hijau dan mudah
dipengaruhi rayuan gomba l seorang perempuan, apalagi kalau
perempuan itu sudah bejat dan bobrok batinnya, perempuan
yang sudah matang dengan pengalaman. Anakku, engkau
tertipu, engkau dibohongi, engkau terkena guna2nya dan
rayuan! Sadarlah anakku...!"
"Se mua itu t idak benar, Ibu!" kata Bagus Sajiwo, suaranya
masih le mbut me mbujuk ibunya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Tida k benar" Tida k benar kau bilang" Ah, anakku Bagus,
engkau agaknya belum tahu siapa sebenarnya perempuan ini!
Ia adalah seorang datuk wanita sesat dari Parahyangan. Dia
sesat, anakku, Ayahnya dahulu adalah datuk sesat bernama
Resi Koloyit mo, saking jahatnya sampai terusir keluar dari
Parahyangan. Perempuan ini bukan saja Jahat, kejam, dan
hina untuk menjual tanah air dan bangsa, menghambakan d iri
kepada Kumpeni Belanda! Dan kau tahu berapa usianya" Ia
tampak muda dan cantik karena me makai ilmu hita m! Usianya
sudah setengah tua! Kutaksir mendekati e mpat puluh tahun!
Lihat baik-baik pere mpuan ini, ia setan, iblis betina yang
pandai me masang aji pa meletan, guna-guna sehingga engkau
jatuh ke dala m kekuasaannya! Sadarlah, anakku!"
Bagus Sajiwo me mandang kepada Maya Dewi. Wanita itu
menundukkan mukanya yang menjadi pucat seperti mayat,
dan biarpun tidak menge luarkan suara, namun air matanya
jatuh berderai dan kedua pundaknya terguncang karena ia
menahan isak tangisnya.
Maya Dewi merasa betapa setiap kata yang diucapkan
Retno Susilo bagaikan keris berkarat menusuk-nusuk
perasaannya, jantungnya seperti disayat-sayat. Akan tetapi ia
tidak marah apalagi sa kit hati, karena semua yang keluar dari
mulut Retno Susilo itu adalah benar! Bukan fitnah, bukan
karena benci. Ia dapat menyelami perasaan hati Retno Sus ilo
dan ia tidak menyalahkannya. Seorang ibu yang hanya
me mpunyai seorang anak, kini sudah mulai dewasa, tentu
tidak merelakan puteranya bergaul dengan seorang wanita
seperti ia. Usianya belasan tahun lebih tua, me mpunyai na ma
buruk tercemar, terkenal sebagai seorang iblis betina! Tidak,
ia tidak menyalahkan ibunya Bagus Sajiwo. Ia hanya
menyesali dirinya sendiri a kan betapa hancur pun perasaan
hatinya, ia menahan sekuatnya agar tangisnya tidak
menge luarkan suara. Ia merasa dunianya kiamat, mataharl tak
bersinar lagi. Retno Susilo tidak bersalah. Ki Tejomanik tidak
bersalah. Bagus Sajiwo tidak bersalah. Ia hanya dapat
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
me le mpar semua penyesalan, kekecewaan dan kedukaan
kepada dirinya sendiri! Kalau saja ia tidak sudah menerima
gemblengan batin di bawah bimbingan Bagus Sajiwo selama
empat tahun ini, rasanya jalan tunggal yang dapat
ditempuhnya hanya menga khiri hidupnya, mengakhiri se mua
penderitaan di dunia ini. Dari Bagus Sajiwo ia tahu dan
percaya bahwa penderitaan sesudah mati malah Jauh lebih
hebat lagi sebagai hukuman atas semua dosanya, akan tetapi
ia akan rela karena tidak melihat dan dilihat Bagus Sajiwo.
Akan tetapi, kini ia tidak dapat melakukan bunuh diri karena
yakin bahwa hal itu merupa kan dosa besar sekali terhadap
Gusti Allah. Sambil menahan isaknya na mun tetap saja suaranya
gemetar dan lirih ia la lu berkata sa mbil mengangkat mukanya
yang pucat, memandang wajah Bagus Sajiwo dengan mata
yang telah kehilangan sinarnya, mata
yang seolah menerawang jauh sekali. "Bagus, semua yang dikatakan oleh
Ibumu itu benar. Aku me mang seorang yang penuh dosa,
seorang yang kotor dan sungguh tidak pantas berdekatan
denganmu, Bagus."
Hati Bagus Sajiwo penuh perasaan iba kepada Maya Dewi.
Dia dapat me mbayangkan betapa hancur lebur hati wanita itu
mendengar ucapan ibunya yang demikian keras dan penuh
penghinaan, walaupun dia juga maklum bahwa apa yang
dikatakan ibunya itu semua benar dan dia tahu pula mengapa
ibunya marak kepada Maya Dewi.
"Ibu, mohon Ibu dan Ayah mendengar saya baik-baik. Saya
tahu benar siapa Maya Dewi. Ia telah menceritakan segalanya
tentang masa lalunya yang penuh kesesatan itu kepada saya.
Saya tahu bahwa ia dahulu adalah seorang yang beraliran
sesat bahkan menjadi telik sandi Kumpeni Belanda. Ia
mencer itakan semua itu, akan tetapi ia menyesali semua
dosanya dan sejak bertemu dengan saya, ia berusaha sekuat
tenaga untuk kembali ke jalan benar dan saya melihat bahwa
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
ia telah berhasil, Ayah dan Ibu. Karena itulah maka kami
menjad i sahabat baik yang saling me mbantu. Saya mohon
Ayah dan Ibu sudi me mberi maaf kepada Maya Dewi sekiranya
ia pernah berbuat salah kepada Ayah dan Ibu. Sayalah yang
menanggung bahwa kini Maya Dewi sudah kembali ke jalan
benar, membela kebenaran dan keadilan, menentang
kejahatan dan berserah diri kepada Gusti Allah. Saya yang
menanggung, Ibu.. ."
Mendengar Bagus Sajiwo me mbelanya sedemikian rupa, air
mata Maya Dewi bercucuran semakin deras. Ia tidak kuat
bertahan diri lebih la ma lagi dan ber kata dengan suara
mengandung jeritan hati.
"Ohhh... sudahlah, Bagus. Sudahlah, jangan membe laku
lagi. Ibumu me mang benar, semua orang benar, aku yang
salah, aku yang kotor. Kalau engkau membe laku, engkau akan
tercemar kekotoran dariku..."
"Itu benar!" bentak Retna Susilo yang sudah melompat ke
depan Maya Dewi. "Anakku akan menjadi kotor kalau
berdekatan dengan seorang perempuan maca m kamu! Engkau
sudah menggunakan sikap dan kata-kata man is sehingga
me mpengaruhi anakku yang masih muda. Maya Dewi, engkau
sungguh tak tahu malu, usia mu sudah banyak masih merayu
seorang pemuda re maja! Aku tahu bahwa engkau sakti, lebih
digdaya daripada aku, akan tetapi kalau engkau mendekati
anakku lagi, aku akan men gadu nyawa denganmu. Lebih ba ik
aku mati daripada melihat anakku menjadi per ma inanmu!"
Retno Susilo yang sudah gelap mata karena marah itu lalu
mengayun kedua tangannya.
"Plak-plak!!" Kedua pipi Maya Dewi dita mparnya.
Maya Dewi tentu saja akan mudah me ngelak atau
me lindungi mukanya dengan aji kekeba lan, atau menangkis
kalau ia mau. Akan tetapi ia dia m dan menerima saja tanpa
mengerahkan tenaga sehingga kedua pipinya menjadi biru
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
me mbengkak dan darah men galir dari ujung bibirnya yang
pecah. Ki Tejoman ik sudah me lompat dan me megang kedua
lengan isterinya agar jangan me mukul lagi.
"Sudah, Diajeng!" katanya tegas. "Kemarahan menyeretmu
me lakukan perbuatan yang tidak benar!" Kemudian Ki
Tejomanik me mandang Maya Dewi yang kedua pipinya biru
me mbengkak lalu berkata, "Maya
Dewi, kami kira sebaiknyalah kalau engkau perg i men inggalkan kami dan
biarlah kita menga mbil jalan kita masing-mas ing."
Maya Dewi mengangguk lalu me mandang kepada Bagus
Sajiwo. Matanya yang biasanya indah ce merlang dan jeli itu
kini tampak seperti orang mati, tanpa ada sinar kehidupan.
Lalu terdengar suaranya gemetar namun penuh kasih sayang.
"Tolol... ampuni aku... yang telah membuat engkau...
dimarahi orang tua- mu... selamat tinggal Tolol... jaga dirimu
baik-baik." Wanita itu lalu me mutar tubuhnya dan berkelebat
cepat sekali men inggalkan te mpat itu.
Bagus Sajiwo merasa hatinya tergetar. Dia dapat
menang kap getaran kasih sayang dalam suara Maya Dewi
tadi, dan sebutan "Tolol" itu mengingatkan dia betapa dahulu,
pada pertemuan pertama kalinya, sebutan itu menunjukkan
bahwa Maya Dewi sedang marah atau sedang menyayangnya.
Sebutan itu dapat menjad i tanda kemarahan atau ke mesraan.
Dan sebutan tadi jelas sama sekali bukan merupakan tanda
kemarahan. "Dewi...!" Dia berseru lirih, seperti bisikan karena seruan itu
hanya merupakan letupan suara hatinya.
Bagus Sajiwo berdiri me mandang ke arah menghilangnya
bayangan Maya Dewi, dia m tak bergerak seperti patung.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Retno Susilo me meluknya dari belakang. Bagus Sajiwo
seperti baru sadar dari lamunan, me mutar tubuh dan balas
merahgkul Ibunya. Retno Susilo me nangis.
"Bagus, anakku sayang... kau maafkan Ibumu, ya Nak.
Ibu... Ibu terpaksa harus bersikap kasar kepada Maya Dewi
tadi... karena Ibu terlalu sayang pada mu..."
Bagus Sajiwo tersenyum, sama sekali tidak ta mpak
kesedihan pada wajahnya. Dengan pandang mata penuh
pengertian dia menepuk-nepuk pundak ibunya.
"Saya tidak menyalahkan Ibu. Saya mengerti perasaan
Ibu." Ki Tejomanik men ghampiri mereka dan merang kul putera
dan isterinya. "Anakku Bagus, aku bangga kepadamu, Nak.
Engkau sungguh bijaksana!" Tiga orang itu saling rangkul.
Sejak tadi, Lindu Aj i yang me miliki perasaan halus, ikut
merasa terharu sekali melihat adegan antara Maya Dewi,
Bagus Sajiwo dan Retno Susilo. Dia adalah seorang yang
bijaksana pula, maka dia dapat mengerti akan sikap Retno
Susilo yang tidak rela dan marah- marah me lihat putera
tunggalnya bergaul akrab dengan Maya Dewi yang dahulunya
me mang merupakan seorang datuk sesat. Dia juga dapat
merasakan pukulan batin yang diderita Maya Dewi dan di
dalam hatinya dia merasa iba juga. Akan tetapi Lindu Aji
mengerti bahwa itu merupakan akibat daripada sebab yang
dibuat sendiri oleh Maya Dewi. Kesesatannya dahulu itulah
yang mengakibatkan wanita itu mender ita kehancuran batin
seperti itu. Dan me mang ia harus me mpertanggung-jawabkan
semua perbuatannya di masa lalu. Dan Lindu Aji merasa iba,
karena dia dapat melihat bahwa wanita itu bersungguh-
sungguh dalam niatnya untuk mengubah jalan hidupnya. Maya
Dewi agaknya telah mene mukan, jalan terang. Buktinya tadi
ketika dita mpar Retno Susilo, ia sama sekali tidak melawan
dan menerima begitu saja tamparan itu yang me mbuat kedua
pipinya biru me mbengkak dan bibirnya berdarah. Maya Dewi
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
agaknya merasa bahwa ia me mang pantas menerima
hukuman itu, dan ini mendatangkan kesan baik dalam hatinya.
Sulastri yang tadinya, seperti Retno Susilo, juga merupakan
seorang gadis yang keras hati, juga tidak menyalahkan sikap
Retno Susilo. Akan tetapi ia merasa heran sekali akan
perubahan yang amat besar dalam diri Maya Dewi. Sebagai
seorang wanita, ia menduga bahwa Maya Dewi benar-benar
amat mengasihi Bagus Sajiwo! Agaknya Retno Susilo juga
merasakan ini, ma ka ia marah dan me ngamuk, tida k rela kalau
puteranya yang berusia dua puluh tahun dan seorang perjaka
tampan dan sakti mandraguna, anak satu-satunya, saling
jatuh cinta dengan seorang wanita yang dahulu menjadi iblis
betina jahat, apalagi yang usianya sudah hampir e mpat puluh
tahun! Ia pun merasa terharu me lihat penderitaan Maya Dewi
yang tahu diri dan menga lah itu.
Akan tetapi, suami isteri ini, Lindu Aji dan Sulastri, benar-
benar merasa heran dan kagum bukan ma in melihat sikap dan
sepak-terjang Bagus Sajiwo. Pemuda itu me miliki kepandaian
tinggi, sakti mandraguna dan gagah perkasa, juga lembut dan
bijaksana sekali. Pemuda itu benar-benar seorang satria
pinandita, gagah perkasa seperti satria dan berbudi hhur
seperti pendeta. Dan yang lebih mengagumkan lag i, mereka
dapat menduga bahwa Maya Dewi yang dahulunya de mikian
jauh tersesat, kini dapat kembali ke jalan benar berkat
bimbingan pemuda yang baru berusia dua puluh tahun itu! Hal
ini sungguh merupakan suatu keajaiban. Kalau bukan
Kekuasaan Gusti Allah sendiri yang bekerja melalui pe muda
itu, kiranya tidak mungkin ada manusia ma mpu menuntun
Bagus Sajiwo Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
seorang wanita yang tadinya demikian sesat dan jahat dapat
berubah sama sekali dan menjadi seorang wanita yang
berwatak demikian mengagumkan! " .
Ki Tejomanik yang tadinya tenggela m dalam keharuan dan
berangkulan dengan anak isterinya, teringat akan kehadiran
Lindu Aji dan Sulastri yang tadi telah me mbantu dan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menyelamatkannya ketika dia dan isterinya terancam oleh
Bhagawan Kalasrenggi dan dua orang muridnya yang tangguh
itu. Maka dia cepat menyadarkan isteri dan puteranya.
"Bagus, mari kuperkenalkan kepada sepasang pendekar
yang sudah banjak berjasa terhadap Mataram dan sudah
menyelamatkan kami tadi sebelum engkau datang." Mereka
bertiga menghanpiri Lindu Aji dan Sulastri. "Anakmas berdua,
inilah anak kami Bagus Sajiwo. Bagus, mereka ini adalah
Anakmas Lindu Aj i dan isterinya, Sulastri. Mereka juga ikut
prihatin dan sibuk mencar imu, Bagus."
Bagus Sajiwo me mberi hormat dengan merangkap kedua
tangannya depan dada. "Kakangmas Lindu Aji dan Mbakayu
Sulastri, saya berterima kasih dan sangat menghargai se mua
kebaikan yang Andika berdua lakukan untuk kami."
Lindu Aji dan Sulastri tersenyum dan menjawab. "Adimas
Bagus Sajiwo, apa yang kami berdua lakukan hanya
merupakan kewajiban se mua pendekar yang me milih menjadi
hamba dan alat yang dipergunakan oleh Gusti Allah untuk
menegakkan kebenaran dan keadilan. Kami berdua pun
mungkin sekarang sudah tidak hidup lagi sekiranya Gusti Allah
tidak menyelamatkan kami melalui uluran tanganmu tadi."
Sepasang mata Bagus Sajiwo bersinar dan wajahnya
berseri ketika dia mendengar ucapan Lindu Aj i itu. "Ah,
Kakangmas Lindu Aji ternyata adalah seorang yang bijaksana
sekali!" katanya.
Ki Tejomanik yang kini sudah merasa ge mbira kembali
berkata sambil tertawa. "Ha-ha, Bagus, tentu saja Anakmas
Lindu Aji seorang satria yang bijaksana. Mari kita semua
masu k ke dalam rumah agar kita dapat bercakap-cakap
dengan leluasa. Banyak yang perlu kita bicarakan!"
Lindu Aji dan Sulastri agak ragu-ragu karena mereka tahu
bahwa suami isteri dan putera mereka yang baru saling
ketemu dan berkumpul itu tentu akan merayakan kebahagiaan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mereka. Lindu Aji dan Sulastri merasa seolah kehadiran
mereka akan merupakan gangguan yang membuat keluarga
itu merasa canggung dan kebahagiaan mereka terganggu.
Mereka saling pandang dan saling mengerti perasaan masing-
masing. Akan tetapi Retno Susilo yang juga bermata tajam
dan peka itu dapat melihat kecanggungan dan keraguan
mereka. Ia merang kul Sulastri dan berkata.
"Eh, kenapa kalian ta mpak ragu-ragu" Kalian berdua sudah
kuanggap sebagai keluarga sendiri, bukan orang luar. Hayo
kita bersama merayakan kebahagiaan ini dan apakah kalian
tidak ingin mengena l Adikmu Bagus Sajiwo lebih ba ik lagi dan
mendengarkan kisah pengalamannya selama empat belas
tahun meninggalkan ruma h?"
"Bibi kalian benar, Anakmas Lindu Aji. Mari kalian ikut
bergembira bersama kami!" Kata Ki Tejomanik kepada Lindu
Aji. "Saya juga ingin mengena l Kakang-mas Lindu Aji dan
Mbakayu Sulastri leb ih baik lagi dan mengharapkan banyak
petunjuk dari Andika berdua." kata Bagus Sajiwo.
Mendengar kata-kata yang diucapkan keluarga itu dengan
tulus, keraguan Lindu Aji dan Sulastri menghilang dan mereka
ikut masu k ke rumah dengan wajah gembira.
Bagus Sajiwo me mbawa buntalan pa kaiannya yang tadi dia
letakkan di bawah pohon dan ketika melangkah menuju ke
pendopo, dia memandang kesekeliling pekarangan dengan
mata bersinar-sinar karena dia me lihat betapa keadaan
dipekarangan itu mas ih sama seperti ketika dia masih kecil,
seolah tidak pernah ada perubahan disitu. Yang berubah cepat
adalah manusia.
Ketika me masuki rumah, Bagus Sajiwo juga mendapat
kenyataan bahwa tampaknya tidak ada perubahan sama sekali
dalam rumah orang tuanya itu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Lihat kamar mu ini, Bagus!" kata Retno Susilo yang
me mbawa mereka me masu ki sebuah ka mar.
Bagus Sajiwo me masuki kamar itu dan meletakkan
buntalan pakaiannya ke atas meja. Lalu dia me mandangi
semua benda yang berada di dalam kamar itu. Semuanya
masih presis sama seperti belasan tahun yang lalu! Tempat
tidurnya, almari pakaiannya. Dia mengha mpiri almar i itu dan
me mbukanya. Masih penuh pakaian, pakaiannya ketika dia
berusia ena m tahun!
"Ibu, semua masih lengkap d isini seperti ketika saya diculik
orang! Sama sekali tidak ada perubahan. Pakaian-pakaian ini,
ha-ha, tentu tidak bisa kupakai se karang, terlalu kecil!" Bagus
Sajiwo menga mbil sepotong baju yang tentu saja terlalu kecil
untuk tubuhnya.
Ki Tejoman ik dan Lindu Aji bersa ma isteri mereka yang ikut
masu k ke dalam kamar itu tertawa.
"Aku me mang selalu merawat kamar ini dan tidak ada
sepotong benda pun yang disingkirkan!" kata Retno Susilo
bangga. "Ibumu ber keras untuk me mpertahankan kamar mu ini,
Bagus. Dan ini merupakan bukt i bahwa kami tidak pernah
putus asa menanti kemba limu. Mari kita bicara diruangan
dalam!" Mereka me masuki ruangan dalam dan duduk menge lilingi
meja. "Nah, sekarang ceritakanlah se mua pengalaman mu sejak
engkau diculik orang sa mpai hari ini, Bagus. Aku sudah ingin
sekali mendengar kisah pengalaman mu. Setelah engkau
bercerita, baru aku akan mengajak Sulastri untuk menyiapkan
masakan untuk pesta keluarga kita." kata Retno Susilo setelah
menghidangkan minuman air teh yang sudah tersedia
sebelumnya. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ketika itu Ayah dan Ibu sedang tidak ada di rumah dan
saya tinggal sendiri dirumah bersa ma Bibi Sikem, pembantu
yang setia itu." Bagus Sajiwo mulai bercerita.
"Ya, Ibumu dan aku sedang pergi me mbasmi perampok
yang mengganggu penduduk dusun di kaki gunung yang
ternyata merupakan pancingan agar kami berdua men inggalkan rumah. Para perampok itu disuruh oleh
penculik." kata Tejo man ik.
"Saya me lawan akan tetapi tentu saja sia-sia ketika
penculik itu me mbawa lari saya setelah dengan kejam dia
me mbunuh Bibi Sike m. Penculik itu adalah Wiku Menak Koncar
tokoh Bla mbangan dan dia hendak me mbawa saya ke
Bla mbangan. Akan tetapi kemudian muncul Eyang Guru Ki
Ageng Mahendra menolong saya. Setelah mengalahkan W iku
Menak Koncar yang melarikan diri, Eyang Guru lalu me mbawa
saya ke Pegunungan Ijen dimana beliau bertapa dan sejak itu
saya menjadi muridnya."
"Paman Ki Ageng Mahendra itu masih saudara seperguruan
guruku, Resi Limut Manik, Bagus! Jadi, beliau bukan orang
lain!" seru Ki Tejomanik.
"Eyang Guru juga telah me mber itahu kepada saya akan hal
itu, Ayah. Akan tetapi beliau mener ima saya sebagai muridnya
dengan dua syarat. Pertama, saya tidak boleh pulang bertemu
Ayah dan Ibu sebelum berusia dua puluh tahun dan ke dua,
saya tidak boleh menanyakan apa sebabnya. Akan tetapi saya
tetap percaya bahwa mendiang Eyang Guru tentu me mpunyai
alasan tertentu untuk hal itu. Beliau adalah seorang yang arif
bijaksana."
"He mm, aku juga yakin akan hal itu dan setelah kini kami
mendengar bahwa engkau dilarang pulang sebe lum berusia
dua puluh tahun, kami tidak menyalahkan engkau yang
menaati pesan itu, Bagus." kata Ki Tejomanik dan Retno
Susilo'hanya mengangguk setuju.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kurang lebih e mpat tahun yang lalu, ketika saya berusia
enam belas tahun, Eyang Guru wafat karena usianya sudah
sepuh (tua) sekali. Sesuai dengan pesan Eyang Guru, saya
me mperabu kan jenazah beliau, dibakar berikut pondoknya.
Setelah api pada m dan jenazah sudah menjad i abu, selagi
saya hendak mengumpulkannya, tiba-tiba datang angin lesus
dan semua sisa pe mbakaran itu terbawa angin lesus
diterbangkan ke atas sehingga abu itu menghujani per mukaan
Pegunungan Ijen. Karena Eyang Guru sudah memesan agar
saya tidak pulang sebelum berusia dua puluh tahun, maka
saya lalu men inggalkan gunung dan pergi merantau kemana
saja untuk me lewatkan waktu yang empat tahun lagi sebelum
boleh pulang kesini."
"Eyang Gurumu itu sungguh seorang yang arif bijaksana,
Adimas Bagus Sajiwo." kata Lindu Aji kagum.
"Ya, bahkan agaknya beliau sudah tahu apa yang akan
terjadi. Buktinya sebelum men inggal saya disuruh menanak
nasi dan me masak daging kijang yang sekiranya cukup untuk
dihidangkan kepada lima puluh orang. Dan ternyata
persediaan itu cukup untuk para penduduk pedusunan yang
datang me layat."
"Lalu bagaima na engkau bertemu dan dapat bersama...
Maya Dewi itu sampai hari ini, Bagus?" tanya Retno Susilo dan
kini setelah Maya Dewi tidak berada disitu, suaranya lembut,
tidak lag i penuh kemarahan seperti tadi ketika berhadapan
dengan wanita itu.
"Begini, Ibu. Perjalanan saya tanpa tujuan itu pada suatu
hari me mbawa saya tiba di Bukit Keluwung di Pegunungan
Wilis dan di puncak bukit itu saya me lihat seorang wanita
berkelahi, dikeroyok oleh dua orang yang kemudian saya
ketahui adalah Raden Jaka Bintara dan Gagak Mudra. Wanita
itu terpukul dan terluka dalam dengan parah, nyaris tewas.
Saya yang tidak mengenal mereka tergerak untuk me nolong
wanita itu dan berhasil me ngusir dua orang yang hendak
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
me mbunuhnya itu. Melihat wanita yang terluka parah hampir
tewas itu, saya berusaha mengobatinya dan berhasil
menyelamatkan nyawanya, walaupun ia masih dalam keadaan
mender ita luka dalam yang berbahaya. Dia adalah Maya Dewi.
Lalu muncul seorang wanita berpakaian putih hendak
me mbunuh Maya Dewi yang sudah mender ita luka. Wanita itu
adalah kakak tiri Maya Dewi dan me miliki kepandaian tinggi.
Kembali saya me mbela Maya Dewi dan kami me larikan diri ke
dalam sebuah terowongan guha yang berada di dalam Bukit
Keluwung. Candra Dewi tidak dapat mengejar kami karena
terowongan itu longsor dan ter-uruk batu dari langit-langit
terowongan."
"Ah, pantas saja aku melihat tulisan di batu luar guha
bahwa tempat itu merupakan kuburan Maya Dewi dan Bagus
Sajiwo. Karena kusangka bahwa engkau telah tewas, Adimas
Bagus Sajiwo, maka saya mengabarkannya kepada Paman
Tejomanik dan Bibi Retno Sus ilo." kata Sulastri.
Bagus Sajiwo mengangguk. "Benar, ia mengira kami telah
mati. Kami berada dalam ruangan dalam bukit itu selama satu
bulan untuk melenyapkan racun dingin dari Aji W isa Sarpa
yang me mbalik menyerang dirinya, karena ruangan itu
merupakan pusat panas bumi. Setelah hawa beracun Aji W isa
Sarpa lenyap, tinggal hawa panas beracun dari Aji Tapak
Rudira yang masih me ngancam nyawanya. Kami la lu pergi ke
Puncak Wilis yang teramat dingin dan disana saya mengajar
Maya Dewi untuk bersa madhi, menga mbil keadaan udara yang
amat dingin itu untuk mengusir hawa beracun panas dari
tubuhnya. Akhirnya ia sembuh, akan tetapi ia kehilangan
kedua ajiannya itu. Ia menceritakan tentang kesesatannya dan
menghilangnya dua aji sesat itu pun banyak me mbantu ia
untuk menyadari kesalahan dan dosa-dosanya, bertaubat dan
kembali ke jalan benar."
"Adimas Bagus Sajiwo. Kami pernah beberapa kali bentrok
dengan Maya Dewi dan seingatku, kesaktiannya tidak sehebat
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sekarang! Bagaimana setelah ia kehilangan dua ajinya yang
ganas itu kini ia ma lah menjad i begitu sakti mandraguna?"
tanya Lindu Aji, agak penasaran melihat kemajuan luar biasa
yang diperoleh Maya Dewi.
Bagus Sajiwo tersenyum me lihat betapa empat pasang
mata itu me mandang kepadanya penuh penantian dan
keinginan tahu.
"Setelah Maya Dewi sembuh benar, kami turun dari p uncak
Wilis dan mula i merantau karena saya harus menunggu
sampai berus ia dua puluh tahun, baru aku kemba li ke Gunung
Kawi s ini. Ketika kami me lakukan perjalanan, saya me mbantu
Maya Dewi untuk berlatih menghimpun kemba li tenaga sakti
sehingga ia mendapatkan kembali tenaganya. akan tetapi
bukan tenaga sesat seperti yang pernah ia miliki. Dan saya
me lihat betapa Maya Dewi benar-benar telah bertaubat dan
kembali ke jalan benar. Perubahan pada dirinya itu tampak
nyata ketika dalam perja lanan kami itu seringkali kami
bertemu peristiwa kejahatan dan ia selalu me mbela
kebenaran, membe la orang-orang yang tertindas dan
menentang kejahatan."
Tiba-tiba Retno Susilo yang sejak tadi mendengarkan dan
mulai merasa penasaran me mbayangkan puteranya bersama
Maya Dewi sa mpa i bertahun-tahun, bertanya, "Akan tetapi,
Maya Dewi itu dahulu selain jahat dan kejam, juga terkenal
sebagai seorang wanita kotor tukang pelet laki-laki! Apakah
selama bersa ma mu ia tidak pernah merayumu" Rasanya tidak
mungkin!" Bagus Sajiwo menghela napas panjang. Tadi ketika
bercerita, dia sudah berhati-hati sekali, tidak
mau menyinggung hati ibunya dan menjaga agar ibunya tidak
marah. Maka dia tidak bercerita tentang pengalamannya
bersama Maya Dewi ketika me lakukan pengobatan, baik di
Bagus Sajiwo Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Ruangan Pusat Panas Bumi maupun di puncak W ilis. Akan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tetapi ketika ibunya bertanya tentang rayuan Maya Dewi, dia
tidak dapat berbohong.
"Sebenarnya, Ibu. Ketika baru pertama kali berte mu, Maya
Dewi menyatakan cintanya dan keinginannya untuk menjadi
suami isteri dengan saya..."
"Nah! Pere mpuan hina dina itu...!"
"Ssstt, Diajeng. Tekanlah nafsu perasaanmu agar dapat
mendengarkan dengan baik. Aku yakin Bagus Sajiwo akan
mencer itakan semua dengan sejujurnya. " kata Ki Tejoman ik
kepada isterinya.
"Sesungguhnya begitu," kata Bagus Sajiwo. "Akan tetapi
karena pada waktu itu, saya masih re maja, usia saya baru
enam belas tahun, aku menolaknya dan perlahan-lahan aku
me mbimbingnya untuk ber kenalan dengan Gusti Allah yang
tidak pernah dikenalnya. Perlahan-lahan berkat iman dan
penyerahan dirinya kepada Gusti Allah Maya Dewi dapat
menguasai nafsu-nafsunya dan akhirnya ia terbebas dari
belenggu nafsunya sendiri. Ia memang masih mencinta saya,
amat mencinta saya, Ayah dan Ibu. Akan tetapi saya yakin
dan merasa bahwa cinta kasihnya itu murni, bukan sekedar
cinta kasih yang didorong oleh nafsu belaka. Saya pun amat
menyayangnya, Ibu. Sayang dan iba kepadanya, maka ketika
ia mohon dengan sangat agar diperbo lehkan ikut saya karena
ia takut bahwa kalau ia berpisah dari saya ia akan terseret
kembali oleh kekuasaan Iblis ke dalam le mbah dosa, saya
tidak dapat menolaknya. Percayalah, Ibu. Hubungan kami
kasih sayang diantara kami, bersih dan sa ma sekali tidak
dice mari nafsu."
Ki Tejomanik menepuk-nepuk pundak Retno Susilo dan
wanita ini menghela napas panjang. "Anakku, tentu saja aku
percaya kepadamu. Akan tetapi, peristiwa itu sungguh ha mpir
mustahil. Perubahan yang terjadi pada diri Maya Dewi itu
sungguh merupakan suatu keajaiban, maka tadinya aku
merasa sukar untuk percaya."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ibu, wejangan dan ajaran mendiang Eyang Guru Ki Ageng
Mahendra me mbuka mata batin saya bahwa di dalam
kehidupan di dunia ini, tidak ada seorang pun manusia yang
sempurna dan bersih dar ipada dosa dan kesalahan. Kita
semua sebagai manusia sudah pasti me mpunyai kesalahan,
me mpunyai kele mahan dan berbuat dosa. Hanya mungkin
kadarnya saja yang berbeda. Karena itu, sudah sepantasnya
kalau kita yang juga berdosa dan siap untuk mengampuni
orang lain yang bersalah kepada kita, karena bagaimana Gustl
Allah berkenan menga mpuni kita kalau kita sendiri tidak mau
menga mpuni....
Halaman 58 Hilang
".sih ada tiga tahun lebih waktunya bagi saya untuk
pulang kesini. Kami berdua tiba disana dan ternyata di muara
itu telah berkumpul banyak tokoh dan datuk. Saya
mengetahuinya dari keterangan Maya Dewi yang mengenal
mereka itu. Dan orang yang dulu menyerang Maya Dewi, yaitu
Raden Jaka Bintara dan Kyai Gagak Mudra membangun
sebuah rumah di dekat muara dan se mua tokoh diundang
sebagai tamu pangeran dari Banten itu. Di tempat itu terjadi
keributan dan seorang pende kar, namanya Ki Suma li dari
Loano dituduh mata- mata Mataram dan dikeroyok para datuk
yang menentang Mataram."
"Adimas Bagus Sajiwo, dia itu Pamanku, adik Ayahku!" kata
Sulastri. "Ah, begitukah" Melihat Pa man Suma li dikeroyok, Maya
Dewi segera me mbelanya dan melawan para pengeroyok.
Karena melihat para pengeroyok itu orang-orang yang
digdaya, aku pun membantu dan akhirnya para datuk itu,
dapat kami pukul mundur. Kemudian, Maya Dewi mengajak
aku pergi melihat-lihat dekat muara dan se mua orang
mencari-cari disekitar muara. Tiba-tiba kami diserang
tembakan senjata-senjata api oleh beberapa orang yang
mene mba k dari balik batu karang. Maya Dewi tertembak
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pundaknya dan karena keadaan a mat berbahaya baginya,
saya lalu me mbawanya terjun ke dalam air muara itu."
"Paman Suma li telah bercerita tentang itu kepada kami!"
kata Lindu Aji. "Dan menurut ceritanya, setelah engkau dan
Maya Dewi tercebur ke dala m muara yang dalam, kalian tidak
muncul lag i sehingga semua orang menduga bahwa kalian
tentu tewas tenggelam."
Bagus Sajiwo mengangguk. "Me mang, tidak heran kalau
semua orang menganggap begitu, Kakangmas Lindu Aji.
Ketika saya membawa Maya Dewi menyelam, tanpa disengaja,
secara kebetulan dan saya yakin hal itu me mang merupakan
bimbingan Gusti Allah, saya mene mukan terowongan di
dinding muara dan terowongan itu mene mbus ke sebuah
ruangan bawah tanah yang luas. Dan apa yang kami te mukan
disana?" "Jamur Dwipa Suddhi!" teriak Sulastri.
Bagus Sajiwo mengangguk dan tersenyum. "Tepat sekali
dugaan Mbakayu Sulastri. Kami mene mukan tempat dimana
Jamur Dwipa Suddhi dis impan. Dan bukan itu saja, kami juga
mene mukan kitab yang kuno, mengandung pe lajaran Aji Sari
Bantala." "Wah, luar biasa sekali. Ajaib dan sulit dipercaya, hampir
mustahil ada keajaiban yang begitu kebetulan dan aneh
sekali!" seru Retno Susilo dengan kagum dan terheran-heran.
"Diajeng, lupakah engkau bahwa hal-hal yang tampa knya
mustahil bagi manusia, sebenarnya sederhana dan biasa saja
bagi kekuasaan Gusti Allah" Kalau Gusti Allah menghendaki,
tidak ada hal yang tidak mungkin d i alam se mesta maupun di
akhirat. Teruskan, Bagus ceritamu semakin
menarik. Selanjutnya bagaimana?"
"Ka mi sangat gembira. Karena merasa kelaparan, ketika
mene mukan Ja mur Dwipa Suddhi, Maya Dewi segera
menggigit dan me makannya sepotong.. Dan ia me mberikan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
setengahnya kepada saya dan saya juga mema kannya.
Khasiatnya luar biasa sekali. Kami berdua me mperoleh tenaga
sakti mujijat yang ha mpir tidak dapat kami kendalikan. Akan
tetapi dengan sabar dan tekun, kami dapat melatih sehingga
kami dapat menguasai tenaga dahsyat itu, Ternyata pundak
Maya Dewi tidak terluka parah dan setelah makan ja mur itu,
kami merasa sehat dan kuat. Kemudian kami berdua berdiam
dalam ruangan bawah tanah itu, berlatih diri menguasai
tenaga mujijat itu dan melatih Aji Sari Bantala. Ternyata aji itu
me mbutuhkan ketekunan dan baru setelah tiga tahun, kami
dapat menyelesaikan latihan kami itu. Kami lalu keluar dari
bawah tanah dan jalan memanjat dinding karang yang terjal,
licin dan tinggi. Karena saat itu saya sudah berusia dua puluh
satu tahun, maka saya lalu me lakukan perjalanan menuju
pulang ke Gunung Kawi. Maya Dewi me mohon kepadaku agar
diperbolehkan ikut. Ia mohon agar diperkenan....
Halaman 63 hilang
....ruangan itu, membawa
sebuah benda panjang terbungkus ka in.
"Ibu seperti telah saya ceritakan tadi, Maya Dewi berhasil
mera mpas pedang Candra Dewi dan ia segera mengenal
pedang itu yang dikatakannya bahwa pedang itu milik Ibu.
Tadinya ia hendak menyerahkan pedang itu kepada Ibu, akan
tetapi ia mengubah pikirannya karena ia tidak ingin dianggap
mencari muka, ma ka ia menitipkan pedang itu kepadaku
dengan pesan agar saya yang mengembalikannya kepada Ibu,
Lihat, Ibu mengenal pedang ini?" Bagus Sajiwo me mbuka
buntalan itu dan tampaklah sinar kehijauan ketika sebatang
pedang dan a mbilnya dari buntalan.
"Pedang Nogo W ilis...!!" Empat orang itu berseru, hampir
berbareng. "Maya Dewi tahu bahwa pedang ini adalah pusaka milik
Ibu, maka ia merampasnya dan ingin men ge mbalikannya
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kepada Ibu, Terimalah, Ibu." Bagus Sajiwo menyodorkan
pedang itu kepada Ibunya.
Retno Susilo menoleh dan me mandang kepada Sulastri, lalu
berkata kepada puteranya. "Bagus, pusaka ini sudah lama
bukan milikku lagi, sudah kuberikan kepada Mbakayu mu
Sulastri."
Bagus Sajiwo menoleh kepada Sulastri dan isteri Lindu Aji
ini men ghela napas dan berkata, "Me mang benar, aku pernah
diserang oleh Candra Dewi. Kami bertanding dan ia terlalu
tangguh bagiku seh ingga pedangku Nogo Wilis ini dapat
dira mpasnya dan aku nyaris dibunuhnya. Akan tetapi pada
saat itu muncul ah Kakangmas Lindu Aji yang me mbe laku dan
menga lahkannya sehingga Candra Dewi me larikan diri. Saking
gembiranya aku dan Kakangmas Lindu Aji karena pertemuan
yang tidak tersangka-sangka itu, aku sampai lupa akan
pedangku yang terampas Candra Dewi."
"Kalau begitu, terima lah kemba li pusaka ini, Mbakayu.
Sekiranya Maya Dewi berada disini, aku yakin akan
menge mba likan pedang ini kepada mu juga."
"Terima kasih, Dimas." kata Sulastri sambil menerima
pedangnya dengan girang seka li.
Retno Susilo me megang tangan Bagus Sajiwo dan ketika
pemuda ini me mandang, dia me lihat sepasang mata ibunya
basah dan dua butir air mata menga lir turun ke atas kedua
pipinya. "Bagus...,
maafkanlah Ibumu. Baru sekarang aku
menyadari bahwa tadi aku telah bersikap tidak adil terhadap
Maya Dewi..."
"Ibu, harap jangan minta maaf kepada saya. Bagi saya,
Ibu, tidak bersalah. Kalau Ibu menganggap bahwa s ikap Ibu
tadi tidak adil dan sudah menyadari dengan perasaan
menyesal, itu sudah baik sekali. Bukankah begitu, Ayah?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ki Tejomanik mengangguk dan menghela napas panjang.
"Anakmu benar, Di-ajeng. Maya Dewi pernah menderita sakit
berat rohaninya, dan memang me mbutuhkan pengobatan.
Dan kita se mua tahu. bahwa Jamu yang berkhasiat dan
manjur itu rasanya pahit. Maya Dewi me mang, me mbutuhkan
Jamu yang pahit-pah it agar ia benar-benar se mbuh dari
semua penyakitnya."
"Apa yang dikatakan Paman Tejoman ik itu me mang benar,"
kata Lindu Aji. "Segala peristiwa yang men impa diri kita
me mpunyai hikmat dan justeru dalam per istiwa yang pahit
atau yang tidak menyenangkan tersembunyi hikmat yang
amat besar manfaatnya bagi kehidupan kita, baik itu diterima
sebagai ujian, peringatan, atau hukuman atau sekadar
cobaan." "Ya," kata Ki Tejoman ik, "keyakinan seperti apa yang
dikatakan Anakmas Lindu Aji itu me mbuat kita selalu
mensyukuri apapun juga yang men impa diri kita, tidak terlalu
menge luh sehingga runtuh kalau dilanda
ha l yang menyusahkan dan tidak terlalu mabo k kegirangan sehingga
kehilangan kewaspadaan ketika menghadap i hal yang
menyenangkan."
"Sulastri, sekarang tiba saatnya bagi kita untuk sibuk di
dapur. Biarlah Bagus Sajiwo bercakap-cakap dengan ayahnya
dan suamimu. Kita persiapkan hidangan untuk pesta keluarga
yang mengge mbirakan."
Dua orang wanita itu lalu bangkit dan men uju ke dapur
dengan wajah cerah dan gembira, sedangkan Bagus Sajiwo
me lanjutkan percakapannya dengan Lindu Aji dan Ki
Tejomanik. Biarpun terdapat sedikit perasaan haru dan iba
terhadap Maya Dewi, namun dia menenangkan hatinya
dengan keyakinan bahwa Gusti Allah Maha Kasih akan selalu
me mber i berkat dan bimbingan Nya kepada wanita itu.
Atas permintaan Ki Tejoman ik, Retno Susilo, dan Bagus
Sajiwo, Lindu Aji dan Sulastri tinggal di rumah keluarga itu
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sampai tiga hari la manya. Selama itu, mereka saling
mencer itakan pengalaman mas ing-mas ing dan hubungan
diantara mereka menjadi se makin akrab. Baru setelah lewat
tiga hari, Lindu Aji dan Sulastri meninggalkan Gunung Kawi,
kembali ke perkampungan Perkumpulan Mega Lima n yang
berada di puncak Gunung Lima n.
000---dow---000
Maya Dewi berjalan perlahan sa mbil menundukkan
mukanya. Ia me mbiar kan kedua kakinya melangkah tanpa
tujuan tertentu. Biarpun tidak ada suara keluar dari mulutnya,
namun kedua pundaknya terguncang, kedua tangan menutupi
muka dan a ir mata menetes-netes keluar dari celah-celah jari
tangannya. Darah di ujung bibirnya sudah berhenti keluar
akan tetapi kedua pipinya masih biru me mbengkak. Rasa
pedih dan panas di mukanya sama sekali tidak terasa olehnya.
Akan tetapi kesedihan yang amat mendalam mene lannya,
me mbuat dirinya hanyut.
Ia sama sekali tidak merasa sakit hati, tidak mendenda m atau marah kepada Retno Susilo yang
menghinanya, mengusir bahkan mena mparnya. Ia
tahu bahwa ia me mang
sudah sepantasnya menerima se mua itu, bahkan
itu mas ih terlalu ringan kalau
dipertimbangkan
dengan dosa-dosa yang pernah ia
Bagus Sajiwo Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
lakukan. Tida k, andaikata ia
disiksa, diluka i parah, atau bahkan dibunuh sekalipun, ia akan
merasa bahwa hal itu sudah sepatutnya dilakukan Retno
Susilo, atau Tejomanik, atau suami isteri Lindu Aji dan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sulastri. Dosanya terlampau banyak dan terlampau besar.
Yang me mbuat ia bersedih adalah perpisahannya dengan
Bagus Sajiwo. Perpisahan inilah yang merupa kan hukuman
paling berat baginya. Dipaksa berp isah dari Bagus Sajiwo
me mbuat hidupnya tidak ada artinya lag i.
"Bagus... ahhh,.. Bagusss...!" begitulah rintihan hatinya
berulang-ulang, mengikuti setiap langkahnya yang terhuyung,
terkadang terbisikan oleh mulutnya akan tetapi lebih banyak
hanya bergema di ruang hatinya.
Tiba-tiba har i yang tadinya terang itu menjad i gelap oleh
mendung yang terbawa angin. Lalu hujan turun dengan
derasnya. Namun, Maya Dewi seolah tidak menyadari bahwa
air hujan me mbuat seluruh tubuhnya, dari kepala sampai ke
kaki, menjadi basah kuyup. Ia tetap melangkah, tertatih-tatih,
tanpa disadarinya me masuki sebuah hutan. Perasaannya
terhimpit, sejak tadi ia pertahankan, akan tetapi himpitan itu
semakin berat karena tidak tersalurkan, karena ia menahan-
nahan tangisya.
"Bress!" Ia menahrak pohon dan roboh terguling. Pingsan
di bawah pohon. Telentang dan air hujan bertitik-t itik
men impa muka dan tubuhnya. Ia rebah dengan penuh damai.
Kilatan cahaya halilintar terkadang menerangi mukanya yang
pucat seperti mayat.
Segala maca m peristiwa men impa kehidupan manusia.
yang tertimpa kesusahan merasa bahwa dirinyalah yang paling
sengsara di dunia ini, sama sekali lupa bahwa masih banyak
orang yang mengalami penderitaan kesengsaraan yang lebih
hebat daripada yang dialami. Dan yang sedang menikmati
kesenangan kebanyakan lupa bahwa disekelilingnya, banyak
manusia hidup da la m kesengsaraan.
Sampa i disini kisah ini berakhir. Akan tetapi saya tidak ingin
me mbuat para pembaca merasa kecewa dan penasaran.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Bagaimana selanjutnya dengan Maya Dewi" Dan Bagus
Sajiwo" Dan dengan para pendekar dan satria yang lain"
Bagaimana pula ceritanya tentang Tejakasmala, pemuda
Bali yang tampan gagah dan sakti mandraguna namun tinggi
hati itu" Juga s i kembar Dhirasani dan Dhirasanu" Apa pula
yang terjadi dengan Ratna Manohara dan Niken Darmini, dua
orang gadis re maja yang sakti itu" Dan apa pula yang
dilakukan kelompok di Bla mbangan yang hendak me nentang
Mataram" Se mua ini akan terjawab dalam kisah Bagus Sajiwo
episode ke dua:
"Kemelut Blambangan".
Semoga kisah ini mengandung manfaat bagi kita semua dan
sampai jumpa dalam kisah "Keme lut Bla mbangan".
T A M A T Lereng Lawu, Lebaran Idul Fitri 1141 H
Renjana Pendekar 7 Kisah Si Bangau Merah Karya Kho Ping Hoo Sang Penerus 7
kekebalan juga a mat berbahaya karena siapa tahu jarum-
jarum hita m itu mengandung racun yang a mpuh, maka Bagus
Sajiwo lalu mengibaskan tangannya dengan Aji Bromokendali
yang mengeluarkan hawa panas, sambil kakinya menggunakan langkah ajaib Aji Lintang Ke mukus.
"Prattt!" Sinar hitam itu tertangkis runtuh oleh angin yang
mengandung hawa panas itu.
"Curang! Pengecut!. Tidak tahu malu!!" Maya Dewi
berteriak-teriak me maki Tejakas mala.
Melihat sikap dan mendengar suara Maya Dewi, Lindu Aji
dan Sulastri saling pandang dan Sulastri ber kata lirih. "Lihat,
sikapnya masih liar dan ga lak."
Lindu Aji mengangguk. "Ya, akan tetapi wataknya sungguh
telah berubah dan terbalik seperti malam dan siang."
Perkelahian itu berlangsung se makin seru. Tejakas mala
menge luarkan se mua ilmu dan aj i-aji pa mungkasnya, namun
semua dapat dipatahkan oleh Bagus Sajiwo yang menggerakkan kaki dengan Aji Langkah Ajaib Lintang
Kemukus, bersilat dengan Aji Bajrakirana.
"Lihat, itu Aji Bajrakirana!" kata Ki Tejomanik kagum
kepada isterinya.
Retno Susilo yang kini sudah besar lagi hatinya, menjawab.
"Apa anehnya" Bukankah gurunya, Ki Ageng Mahendra,
adalah saudara seperguruan Resi Limut Manik yang
me mber imu pecut dan ilmu Bajrakirana, Kakangmas" "
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ya, dan dia pun me nggunakan Aji Bromokendali. Se mua
itu tidak mengherankan, akan tetapi bagaimana dia dapat
menjad i sede mikian saktinya" Mendiang Eyang Resi Limut
Manik send iri aga knya tidak sampai sede mikian tinggi
tingkatnya!"
Suami isteri itu terdia m dan me ma ndang dengan hati
penuh ketegangan. Mereka baru saja berte mu dengan putera
tunggal yang lenyap selama belasan tahun, akan tetapi
sebelum se mpat bercakap-cakap me lepas rindu, kini putera
mereka itu telah bertanding mati-matian me lawan seorang
yang amat sakti!
Pada saat itu, Tejakasmala menge luarkan au man yang
dahsyat dan tiba-tiba kedua tangan yang hendak menangkap
leher Bagus Sajiwo dari kanan kiri itu ketika serangan ini
dielakkan, kedua lengan itu mulur seperti karet dan
me manjang, mengejar terus ke arah leher Bagus Sajiwo!
Ki Tejoman ik, Sulastri, Lindu Aji dan Retno Susilo
terbelalak. Belum pernah mereka melihat ilmu yang demikian
aneh. Kedua tangan pemuda Bali itu dapat mulur seperti
karet! Melihat ini, Bagus Sajiwo lalu menjulurkan kedua
tangan dan dua pasang tangan itu saling bertemu dan seperti
me lekat! Tejakasma la mengerah kan tenaga sakti dan sihir dan dia
berhasil mengangkat tubuh Bagus Sajiwo setinggi setengah
depa dari tanah. Akan tetapi Bagus Sajiwo lalu mengerahkan
Aji Giri Selo yang me mbuat tubuhnya menjadi seberat batu
raksasa di gunung sehingga Tejakas mala tidak kuat dan tubuh
Bagus Sajiwo turun dan menginjak tanah kembali!
Tejakasma la mengerahkan seluruh tenaganya untuk mengangkat tubuh lawan. Kalau dia ma mpu mengangkat
tubuh lawan, dia akan dapat membantingnya dan me mperoleh
kemenangan. Akan tetapi pengerahan Aji Giri Selo dari Bagus
Sajiwo me mbuat tubuh itu menjadi berat sekali atau seolah-
olah kedua kakinya tumbuh a kar sehingga tidak dapat dicabut!
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tejakasma la hampir putus asa. Semua ajiannya telah dia
keluarkan, namun kese muanya itu gagal. Akan tetapi ada satu
hal yang membuat
dia mas ih ada harapan untuk me menang kan pertandingan mati-matian ini.
Sejak tadi dia mendapat kenyataan bahwa lawannya tidak
pernah menyerangnya! Bagus Sajiwo hanya me mpertahankan
diri saja. Berarti, bagaimanapun juga dia tidak akan dipukul
roboh dan dikalahkan! Betapa tololnya lawan itu! Dan ini
merupakan keuntungan besar baginya. Maka dia cepat
mengubah s iasat. Kedua tangan mereka masih saling te mpel
dan kesempatan ini dipergunakan Tejakas mala untuk
mengerahkan seluruh tenaganya, dengan pengerahan Aji
Condromowo dan Aji Bayutantra secara berbareng dan
sekuatnya, dia menyerang melalui penyaluran dua tenaga itu
ke dala m kedua telapak tangannya. Kedua tangan itu menjadi
merah, men jadi api yang me mbara dan dari situ ada tenaga
angin dahsyat yang seolah mengipasi api me mbara itu untuk
menyerbu tubuh Bagus Sajiwo me lalui kedua telapak
tangannya. Bagus Sajiwo segera menggunakan Aji Sari Bantala
menya mbut serangan yang dahsyat itu.
"Sssshhhh...!" Terdengar seperti besi membara dimasu kkan
air dan tampak asap putih mengepul dari kedua telapak
tangan itu dan tubuh Tejakasmala mundur kebelakang,
terhuyung dan wajahnya pucat, darah mengalir dari ujung
mulutnya. Melihat keadaan Tejakas mala seperti itu dua orang
pembantunya, Cakrasakti dan Candrabaya cepat mengha mpirinya dan me mapahnya.
"Kita perg i..." Tejakasmala berkata lirih.
Dua orang senopati Klungkung itu lalu me mbimbing dan
me mbawanya pergi dar i situ. Tejakas mala me noleh dan
berkata, "Bagus Sajiwo, tunggulah. Akan tiba saatnya aku
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
me mba las keka lahan ini!" Setelah berkata de mikian, dia
me mbiarkan dirinya dibimbing dua orang senopati Klungkung
pergi dari situ. Bhagawan Kalasrenggi dan dua orang
muridnya, Dwi Kala, juga mengikuti mereka dari belakang.
Retno Susilo lari me nghampiri Bagus Sajiwo dan
merangkulnya. "Bagus, anakku. Kenapa mereka dibiarkan pergi" A ku akan
mengejar dan me mbunuh mereka!"
"Jangan, Ibu. Biarkan mere ka pergi. Tidak baik mengejar
dan mendesak lawan yang sudah mengaku kalah." kata Bagus
Sajiwo. "Bagus, engkau terlalu menga lah!" Maya Dewi berseru,
agak penasaran. "Sejak tadi engkau tidak pernah memba las
dan dia terluka hanya karena tenaganya sendiri me mbalik dan
me lukainya. Orang-orang jahat seperti mereka sudah
sepatutnya dibasmi habis!"
"Dewi, lupakah engkau akan apa yang telah kita pelajari"
Tidak ada manusia yang sempurna tanpa dosa di dunia ini.
Kalau kita merasa menjadi manusia, berarti kita pun
me mpunyai dosa, tidak jauh bedanya dengan orang lain yang
kita anggap berdosa. Karena itu, maka sudah sepatutnya
kalau kita dapat menga mpuni kesalahan orang lain karena kita
juga penuh dengan kesalahan. Kita juga hanya manusia
berdosa. Ingat, Gusti Allah tidak a kan menga mpuni kesalahan
kita kalau kita tidak mau menga mpuni kesalahan orang lain
kepada kita."
Maya Dewi yang tadinya berdiri dengan kepala tegak penuh
rasa penasaran dan marah terhadap Tejakasma la dan kawan-
kawannya, tiba-tiba menundukkan muka dan segala kekerasan
seolah asap tipis tertiup angin.
"Ah, aku sudah lupa lag i, terseret oleh nafsu perasaanku.
Maafkan aku, Bagus," katanya lirih, dengan suara yang tiba-
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tiba menjad i le mbut, sungguh berlawanan dengan suaranya
tadi ketika ia me ma ki-ma ki Tejakas ma la.
Lindu Aji menyentuh tangan isterinya dan dia mengangguk-
angguk. Sulastri juga men gerti akan isyarat suaminya itu.
Suami isteri ini sekarang maklum dan tidak merasa heran akan
perubahan besar yang terjadi atas diri Maya Dewi. Kiranya.
perubahan itu terjadi karena Maya Dewi bertemu dan
bersahabat dengan Bagus Sajiwo. Kenyataan ini me mbuat
suami isteri ini sema kin kagum kepada Bagus Sajiwo.
Bagus Sajiwo teringat bahwa dia belum me mperkenalkan
ayah ibunya kepada Maya Dewi, maka dia menggapai ke arah
Maya Dewi dan berkata. "Dewi, kesinilah!"
Jantung dalam dada Maya Dewi berdebar-debar, penuh
ketegangan walaupun wajah dan sikapnya tetap tenang. Ia
me langkah dengan perlahan mengha mpiri Bagus Sajiwo yang
berada dekat Ki Tejomanik, Retno Susilo, Lindu Aji, dan
Sulastri. Ia tahu betapa empat pasang mata itu me mandang
kepadanya dengan penuh selidik. Setelah tiba di depan Bagus
Sajiwo, ia berdiri dengan muka ditundukkan.
"Ayah, Ibu, ini adalah Maya Dewi, sahabat saya. Dewi, ini
adalah Ayah dan Ibuku, dan mereka ini..." Dia me mandang
kepada Lindu Aji dan Sulastri.
"Adimas Bagus Sajiwo, aku bernama Lindu Aji dan ini
isteriku, Sulastri." kata Lindu Aji me mperkenalkan diri karena
maklum bahwa Bagus Sajiwo belum mengenal dia dan
isterinya. "Bagus, aku sudah tahu, sudah mengena l Pa man
Tejomanik dan Bibi Retno Susilo, Juga aku sudah mengenal
baik Adimas Lindu Aji dan Adik Sulastri..." kata Maya Dewi
dengan suara yang agak ge metar, lalu ia me mbungkuk,
me mber i sembah kepada Ki Tejoman ik dan isterinya, juga
kepada Lindu Aji dan Sulastri sa mbil berkata, "Saya mohon
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
maaf sebesarnya atas segala keburukan yang pernah saya
lakukan terhadap Andika ber-empat, "
Lindu Aji dan Sulastri mengangguk. Biarpun dulu Sulastri
merupakan seorang gadis yang galak sekali, akan tetapi
setelah menjadi isteri Lindu Aji ia pun banyak berubah, tidak
begitu dikuasai oleh nafsu perasaannya. Maka melihat
suaminya mengangguk sa mbil tersenyum tanda bahwa dia
me mber i maaf kepada Maya Dewi yang dulu pernah
me musuhi bahkan me mbikin celaka mereka akan tetapi kini
jelas bahwa Maya Dewi telah berubah dan tadi bahkan
me mbe la mereka, Sulastri juga mengangguk-angguk, siap
me maafkan. Akan tetapi, tiba-tiba Retno Susilo yang tadinya berwajah
cerah sambil me megang i lengan puteranya, dengan alis
berkerut dan suara lanlang berkata, walaupun ia tidak
me mandang kepada Maya Dewi, na mun jelas kepada siapa
kata-katanya yang ketus itu ditujukan.
"Ada kesalahan yang patut dimaafkan, akan tetapi ada pula
kesalahan dan dosa bertumpuk-tu mpuk dan terlalu jahat
sehingga tidak mungkin dimaafkan lagi." Lalu ia me megang
kedua pundak puteranya dan menatap tajam wajah tampan
itu. "Bagus Sajiwo, bagaimana engkau dapat datang bersama
perempuan ini" Aku tidak percaya bahwa engkau bersahabat
dengannya!"
Bagus Sajiwo tersenyum dan melirik ke arah Maya Dewi
dengan hati merasa iba. Dia melihat wajah Maya Dewi
menjad i pucat dan wajahnya ditundukkan sa mpai dagunya
mene mpe l leher.
"Ibu, Maya Dewi ini ada lah seorang sahabatku yang ba ik
sekali, sudah la ma kami mengalami segala maca m suka duka
bersama. Ia setia dan a mat sayang kepada saya, Ibu."
Ucapan yang terbuka dan Jujur ini diterima oleh Retno
Susilo bagaikan minyak disiramkan ke atas api, me mbuat rasa
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
penasaran dan kemarahannya semakin berkobar. "Beg itukah"
Berapa la ma sudah engkau bergaul dengan perempuan ini?"
Bagus Sajiwo me man dang ibunya dengan sinar mata
merasa heran karena dia tidak mengerti apa sebabnya tampak
marah setelah tadi ta mpak berbahagia sekali.
"Berapa la ma saya bergaul dengan Maya Dewi, Ibu"
Kurang lebih e mpat tahun ini kami tidak pernah saling
berpisah, mengalami suka duka bersama, hidup berdua dalam
terowongan bawah gunung saja selama satu tahun, dan kami
telah menjadi dua orang tunggal guru karena me mpelajari
ilmu yang sama."
Wajah Retno Susilo menjad i merah sekali dan matanya
terbelalak lebar. Ia meno leh kepada sua minya dan melihat
betapa wajah Ki Tejomanik juga ta mpak heran dan alisnya
yang tebal berkerut tanda bahwa hati suaminya juga tidak
senang mendengar ucapan Bagus Sajiwo tadi. Maka Retno
Susilo la lu mene kan kedua pundak puteranya kuat-kuat dan
menatap wajahnya dengan taja m penuh selidik.
"Bagus Sajiwo!" suaranya
tegas. "Engkau harus menjawab pertanyaan Ibu dengan sejujurnya dan jangan
berbohong!"
"Ibu," kata Bagus Sajiwo
sambil tersenyum dan merasa
lucu, "Saya sama sekali tidak
berbohong
Bagus Sajiwo Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
dan semua jawaban saya adalah sejujurnya. "
"Sekarang jawablah! Sejauh
mana hubunganmu dengan perempuan ini?" Sang Ibu
bertanya, setengah berteriak karena ia sudah marah sekali.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Apa... apa yang Ibu ma ksudkan" Saya tidak mengerti!"
kata Bagus Sajiwo.
"Bagus, engkau tadi mengatakan bahwa Maya Dewi a mat
menyayangmu. Dan bagaimana dengan perasaanmu kepadanya" Apakah engkau juga menyayang Maya Dewi?" Ki
Tejomanik menjelaskan apa yang menjadi pertanyaan dia dan
isterinya. Retno Susilo me mandang wajah puteranya dengan
pandang mata terbelalak.
Tanpa berpikir panjang, Bagus Sajiwo menjawab seolah
pertanyaan itu aneh sekali, sama seperti kalau orang bertanya
apakah dia senang bertemu dengan ayah ibunya setelah
berpisah belasan tahun!
"Tentu saja saya sayang, amat, sayang padanya!"
"Huh! Itu kotor sekali! Tidak pantas dan aku bisa mati
karena malu!" Tiba-tiba Retno Susilo berteriak.
Bagus Sajiwo me mbelalakkan matanya, tampak bodoh dan
heran bukan main "Kotor" Tida k pantas" Ibu... eh, apakah
sebenarnya yang Ayah dan Ibu maksudkan" Sungguh aku
tidak me lihat sesuatu yang kotor, tidak pantas atau
me ma lukan."
"Bagus Sajiwo! Aduh, anakku, engkau baru saja dewasa,
usia mu baru dua puluh tahun. Aku ma klum bahwa engkau
masih belum ada pengalaman, mas ih hijau dan mudah
dipengaruhi rayuan gomba l seorang perempuan, apalagi kalau
perempuan itu sudah bejat dan bobrok batinnya, perempuan
yang sudah matang dengan pengalaman. Anakku, engkau
tertipu, engkau dibohongi, engkau terkena guna2nya dan
rayuan! Sadarlah anakku...!"
"Se mua itu t idak benar, Ibu!" kata Bagus Sajiwo, suaranya
masih le mbut me mbujuk ibunya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Tida k benar" Tida k benar kau bilang" Ah, anakku Bagus,
engkau agaknya belum tahu siapa sebenarnya perempuan ini!
Ia adalah seorang datuk wanita sesat dari Parahyangan. Dia
sesat, anakku, Ayahnya dahulu adalah datuk sesat bernama
Resi Koloyit mo, saking jahatnya sampai terusir keluar dari
Parahyangan. Perempuan ini bukan saja Jahat, kejam, dan
hina untuk menjual tanah air dan bangsa, menghambakan d iri
kepada Kumpeni Belanda! Dan kau tahu berapa usianya" Ia
tampak muda dan cantik karena me makai ilmu hita m! Usianya
sudah setengah tua! Kutaksir mendekati e mpat puluh tahun!
Lihat baik-baik pere mpuan ini, ia setan, iblis betina yang
pandai me masang aji pa meletan, guna-guna sehingga engkau
jatuh ke dala m kekuasaannya! Sadarlah, anakku!"
Bagus Sajiwo me mandang kepada Maya Dewi. Wanita itu
menundukkan mukanya yang menjadi pucat seperti mayat,
dan biarpun tidak menge luarkan suara, namun air matanya
jatuh berderai dan kedua pundaknya terguncang karena ia
menahan isak tangisnya.
Maya Dewi merasa betapa setiap kata yang diucapkan
Retno Susilo bagaikan keris berkarat menusuk-nusuk
perasaannya, jantungnya seperti disayat-sayat. Akan tetapi ia
tidak marah apalagi sa kit hati, karena semua yang keluar dari
mulut Retno Susilo itu adalah benar! Bukan fitnah, bukan
karena benci. Ia dapat menyelami perasaan hati Retno Sus ilo
dan ia tidak menyalahkannya. Seorang ibu yang hanya
me mpunyai seorang anak, kini sudah mulai dewasa, tentu
tidak merelakan puteranya bergaul dengan seorang wanita
seperti ia. Usianya belasan tahun lebih tua, me mpunyai na ma
buruk tercemar, terkenal sebagai seorang iblis betina! Tidak,
ia tidak menyalahkan ibunya Bagus Sajiwo. Ia hanya
menyesali dirinya sendiri a kan betapa hancur pun perasaan
hatinya, ia menahan sekuatnya agar tangisnya tidak
menge luarkan suara. Ia merasa dunianya kiamat, mataharl tak
bersinar lagi. Retno Susilo tidak bersalah. Ki Tejomanik tidak
bersalah. Bagus Sajiwo tidak bersalah. Ia hanya dapat
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
me le mpar semua penyesalan, kekecewaan dan kedukaan
kepada dirinya sendiri! Kalau saja ia tidak sudah menerima
gemblengan batin di bawah bimbingan Bagus Sajiwo selama
empat tahun ini, rasanya jalan tunggal yang dapat
ditempuhnya hanya menga khiri hidupnya, mengakhiri se mua
penderitaan di dunia ini. Dari Bagus Sajiwo ia tahu dan
percaya bahwa penderitaan sesudah mati malah Jauh lebih
hebat lagi sebagai hukuman atas semua dosanya, akan tetapi
ia akan rela karena tidak melihat dan dilihat Bagus Sajiwo.
Akan tetapi, kini ia tidak dapat melakukan bunuh diri karena
yakin bahwa hal itu merupa kan dosa besar sekali terhadap
Gusti Allah. Sambil menahan isaknya na mun tetap saja suaranya
gemetar dan lirih ia la lu berkata sa mbil mengangkat mukanya
yang pucat, memandang wajah Bagus Sajiwo dengan mata
yang telah kehilangan sinarnya, mata
yang seolah menerawang jauh sekali. "Bagus, semua yang dikatakan oleh
Ibumu itu benar. Aku me mang seorang yang penuh dosa,
seorang yang kotor dan sungguh tidak pantas berdekatan
denganmu, Bagus."
Hati Bagus Sajiwo penuh perasaan iba kepada Maya Dewi.
Dia dapat me mbayangkan betapa hancur lebur hati wanita itu
mendengar ucapan ibunya yang demikian keras dan penuh
penghinaan, walaupun dia juga maklum bahwa apa yang
dikatakan ibunya itu semua benar dan dia tahu pula mengapa
ibunya marak kepada Maya Dewi.
"Ibu, mohon Ibu dan Ayah mendengar saya baik-baik. Saya
tahu benar siapa Maya Dewi. Ia telah menceritakan segalanya
tentang masa lalunya yang penuh kesesatan itu kepada saya.
Saya tahu bahwa ia dahulu adalah seorang yang beraliran
sesat bahkan menjadi telik sandi Kumpeni Belanda. Ia
mencer itakan semua itu, akan tetapi ia menyesali semua
dosanya dan sejak bertemu dengan saya, ia berusaha sekuat
tenaga untuk kembali ke jalan benar dan saya melihat bahwa
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
ia telah berhasil, Ayah dan Ibu. Karena itulah maka kami
menjad i sahabat baik yang saling me mbantu. Saya mohon
Ayah dan Ibu sudi me mberi maaf kepada Maya Dewi sekiranya
ia pernah berbuat salah kepada Ayah dan Ibu. Sayalah yang
menanggung bahwa kini Maya Dewi sudah kembali ke jalan
benar, membela kebenaran dan keadilan, menentang
kejahatan dan berserah diri kepada Gusti Allah. Saya yang
menanggung, Ibu.. ."
Mendengar Bagus Sajiwo me mbelanya sedemikian rupa, air
mata Maya Dewi bercucuran semakin deras. Ia tidak kuat
bertahan diri lebih la ma lagi dan ber kata dengan suara
mengandung jeritan hati.
"Ohhh... sudahlah, Bagus. Sudahlah, jangan membe laku
lagi. Ibumu me mang benar, semua orang benar, aku yang
salah, aku yang kotor. Kalau engkau membe laku, engkau akan
tercemar kekotoran dariku..."
"Itu benar!" bentak Retna Susilo yang sudah melompat ke
depan Maya Dewi. "Anakku akan menjadi kotor kalau
berdekatan dengan seorang perempuan maca m kamu! Engkau
sudah menggunakan sikap dan kata-kata man is sehingga
me mpengaruhi anakku yang masih muda. Maya Dewi, engkau
sungguh tak tahu malu, usia mu sudah banyak masih merayu
seorang pemuda re maja! Aku tahu bahwa engkau sakti, lebih
digdaya daripada aku, akan tetapi kalau engkau mendekati
anakku lagi, aku akan men gadu nyawa denganmu. Lebih ba ik
aku mati daripada melihat anakku menjadi per ma inanmu!"
Retno Susilo yang sudah gelap mata karena marah itu lalu
mengayun kedua tangannya.
"Plak-plak!!" Kedua pipi Maya Dewi dita mparnya.
Maya Dewi tentu saja akan mudah me ngelak atau
me lindungi mukanya dengan aji kekeba lan, atau menangkis
kalau ia mau. Akan tetapi ia dia m dan menerima saja tanpa
mengerahkan tenaga sehingga kedua pipinya menjadi biru
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
me mbengkak dan darah men galir dari ujung bibirnya yang
pecah. Ki Tejoman ik sudah me lompat dan me megang kedua
lengan isterinya agar jangan me mukul lagi.
"Sudah, Diajeng!" katanya tegas. "Kemarahan menyeretmu
me lakukan perbuatan yang tidak benar!" Kemudian Ki
Tejomanik me mandang Maya Dewi yang kedua pipinya biru
me mbengkak lalu berkata, "Maya
Dewi, kami kira sebaiknyalah kalau engkau perg i men inggalkan kami dan
biarlah kita menga mbil jalan kita masing-mas ing."
Maya Dewi mengangguk lalu me mandang kepada Bagus
Sajiwo. Matanya yang biasanya indah ce merlang dan jeli itu
kini tampak seperti orang mati, tanpa ada sinar kehidupan.
Lalu terdengar suaranya gemetar namun penuh kasih sayang.
"Tolol... ampuni aku... yang telah membuat engkau...
dimarahi orang tua- mu... selamat tinggal Tolol... jaga dirimu
baik-baik." Wanita itu lalu me mutar tubuhnya dan berkelebat
cepat sekali men inggalkan te mpat itu.
Bagus Sajiwo merasa hatinya tergetar. Dia dapat
menang kap getaran kasih sayang dalam suara Maya Dewi
tadi, dan sebutan "Tolol" itu mengingatkan dia betapa dahulu,
pada pertemuan pertama kalinya, sebutan itu menunjukkan
bahwa Maya Dewi sedang marah atau sedang menyayangnya.
Sebutan itu dapat menjad i tanda kemarahan atau ke mesraan.
Dan sebutan tadi jelas sama sekali bukan merupakan tanda
kemarahan. "Dewi...!" Dia berseru lirih, seperti bisikan karena seruan itu
hanya merupakan letupan suara hatinya.
Bagus Sajiwo berdiri me mandang ke arah menghilangnya
bayangan Maya Dewi, dia m tak bergerak seperti patung.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Retno Susilo me meluknya dari belakang. Bagus Sajiwo
seperti baru sadar dari lamunan, me mutar tubuh dan balas
merahgkul Ibunya. Retno Susilo me nangis.
"Bagus, anakku sayang... kau maafkan Ibumu, ya Nak.
Ibu... Ibu terpaksa harus bersikap kasar kepada Maya Dewi
tadi... karena Ibu terlalu sayang pada mu..."
Bagus Sajiwo tersenyum, sama sekali tidak ta mpak
kesedihan pada wajahnya. Dengan pandang mata penuh
pengertian dia menepuk-nepuk pundak ibunya.
"Saya tidak menyalahkan Ibu. Saya mengerti perasaan
Ibu." Ki Tejomanik men ghampiri mereka dan merang kul putera
dan isterinya. "Anakku Bagus, aku bangga kepadamu, Nak.
Engkau sungguh bijaksana!" Tiga orang itu saling rangkul.
Sejak tadi, Lindu Aj i yang me miliki perasaan halus, ikut
merasa terharu sekali melihat adegan antara Maya Dewi,
Bagus Sajiwo dan Retno Susilo. Dia adalah seorang yang
bijaksana pula, maka dia dapat mengerti akan sikap Retno
Susilo yang tidak rela dan marah- marah me lihat putera
tunggalnya bergaul akrab dengan Maya Dewi yang dahulunya
me mang merupakan seorang datuk sesat. Dia juga dapat
merasakan pukulan batin yang diderita Maya Dewi dan di
dalam hatinya dia merasa iba juga. Akan tetapi Lindu Aji
mengerti bahwa itu merupakan akibat daripada sebab yang
dibuat sendiri oleh Maya Dewi. Kesesatannya dahulu itulah
yang mengakibatkan wanita itu mender ita kehancuran batin
seperti itu. Dan me mang ia harus me mpertanggung-jawabkan
semua perbuatannya di masa lalu. Dan Lindu Aji merasa iba,
karena dia dapat melihat bahwa wanita itu bersungguh-
sungguh dalam niatnya untuk mengubah jalan hidupnya. Maya
Dewi agaknya telah mene mukan, jalan terang. Buktinya tadi
ketika dita mpar Retno Susilo, ia sama sekali tidak melawan
dan menerima begitu saja tamparan itu yang me mbuat kedua
pipinya biru me mbengkak dan bibirnya berdarah. Maya Dewi
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
agaknya merasa bahwa ia me mang pantas menerima
hukuman itu, dan ini mendatangkan kesan baik dalam hatinya.
Sulastri yang tadinya, seperti Retno Susilo, juga merupakan
seorang gadis yang keras hati, juga tidak menyalahkan sikap
Retno Susilo. Akan tetapi ia merasa heran sekali akan
perubahan yang amat besar dalam diri Maya Dewi. Sebagai
seorang wanita, ia menduga bahwa Maya Dewi benar-benar
amat mengasihi Bagus Sajiwo! Agaknya Retno Susilo juga
merasakan ini, ma ka ia marah dan me ngamuk, tida k rela kalau
puteranya yang berusia dua puluh tahun dan seorang perjaka
tampan dan sakti mandraguna, anak satu-satunya, saling
jatuh cinta dengan seorang wanita yang dahulu menjadi iblis
betina jahat, apalagi yang usianya sudah hampir e mpat puluh
tahun! Ia pun merasa terharu me lihat penderitaan Maya Dewi
yang tahu diri dan menga lah itu.
Akan tetapi, suami isteri ini, Lindu Aji dan Sulastri, benar-
benar merasa heran dan kagum bukan ma in melihat sikap dan
sepak-terjang Bagus Sajiwo. Pemuda itu me miliki kepandaian
tinggi, sakti mandraguna dan gagah perkasa, juga lembut dan
bijaksana sekali. Pemuda itu benar-benar seorang satria
pinandita, gagah perkasa seperti satria dan berbudi hhur
seperti pendeta. Dan yang lebih mengagumkan lag i, mereka
dapat menduga bahwa Maya Dewi yang dahulunya de mikian
jauh tersesat, kini dapat kembali ke jalan benar berkat
bimbingan pemuda yang baru berusia dua puluh tahun itu! Hal
ini sungguh merupakan suatu keajaiban. Kalau bukan
Kekuasaan Gusti Allah sendiri yang bekerja melalui pe muda
itu, kiranya tidak mungkin ada manusia ma mpu menuntun
Bagus Sajiwo Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
seorang wanita yang tadinya demikian sesat dan jahat dapat
berubah sama sekali dan menjadi seorang wanita yang
berwatak demikian mengagumkan! " .
Ki Tejomanik yang tadinya tenggela m dalam keharuan dan
berangkulan dengan anak isterinya, teringat akan kehadiran
Lindu Aji dan Sulastri yang tadi telah me mbantu dan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menyelamatkannya ketika dia dan isterinya terancam oleh
Bhagawan Kalasrenggi dan dua orang muridnya yang tangguh
itu. Maka dia cepat menyadarkan isteri dan puteranya.
"Bagus, mari kuperkenalkan kepada sepasang pendekar
yang sudah banjak berjasa terhadap Mataram dan sudah
menyelamatkan kami tadi sebelum engkau datang." Mereka
bertiga menghanpiri Lindu Aji dan Sulastri. "Anakmas berdua,
inilah anak kami Bagus Sajiwo. Bagus, mereka ini adalah
Anakmas Lindu Aj i dan isterinya, Sulastri. Mereka juga ikut
prihatin dan sibuk mencar imu, Bagus."
Bagus Sajiwo me mberi hormat dengan merangkap kedua
tangannya depan dada. "Kakangmas Lindu Aji dan Mbakayu
Sulastri, saya berterima kasih dan sangat menghargai se mua
kebaikan yang Andika berdua lakukan untuk kami."
Lindu Aji dan Sulastri tersenyum dan menjawab. "Adimas
Bagus Sajiwo, apa yang kami berdua lakukan hanya
merupakan kewajiban se mua pendekar yang me milih menjadi
hamba dan alat yang dipergunakan oleh Gusti Allah untuk
menegakkan kebenaran dan keadilan. Kami berdua pun
mungkin sekarang sudah tidak hidup lagi sekiranya Gusti Allah
tidak menyelamatkan kami melalui uluran tanganmu tadi."
Sepasang mata Bagus Sajiwo bersinar dan wajahnya
berseri ketika dia mendengar ucapan Lindu Aj i itu. "Ah,
Kakangmas Lindu Aji ternyata adalah seorang yang bijaksana
sekali!" katanya.
Ki Tejomanik yang kini sudah merasa ge mbira kembali
berkata sambil tertawa. "Ha-ha, Bagus, tentu saja Anakmas
Lindu Aji seorang satria yang bijaksana. Mari kita semua
masu k ke dalam rumah agar kita dapat bercakap-cakap
dengan leluasa. Banyak yang perlu kita bicarakan!"
Lindu Aji dan Sulastri agak ragu-ragu karena mereka tahu
bahwa suami isteri dan putera mereka yang baru saling
ketemu dan berkumpul itu tentu akan merayakan kebahagiaan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mereka. Lindu Aji dan Sulastri merasa seolah kehadiran
mereka akan merupakan gangguan yang membuat keluarga
itu merasa canggung dan kebahagiaan mereka terganggu.
Mereka saling pandang dan saling mengerti perasaan masing-
masing. Akan tetapi Retno Susilo yang juga bermata tajam
dan peka itu dapat melihat kecanggungan dan keraguan
mereka. Ia merang kul Sulastri dan berkata.
"Eh, kenapa kalian ta mpak ragu-ragu" Kalian berdua sudah
kuanggap sebagai keluarga sendiri, bukan orang luar. Hayo
kita bersama merayakan kebahagiaan ini dan apakah kalian
tidak ingin mengena l Adikmu Bagus Sajiwo lebih ba ik lagi dan
mendengarkan kisah pengalamannya selama empat belas
tahun meninggalkan ruma h?"
"Bibi kalian benar, Anakmas Lindu Aji. Mari kalian ikut
bergembira bersama kami!" Kata Ki Tejomanik kepada Lindu
Aji. "Saya juga ingin mengena l Kakang-mas Lindu Aji dan
Mbakayu Sulastri leb ih baik lagi dan mengharapkan banyak
petunjuk dari Andika berdua." kata Bagus Sajiwo.
Mendengar kata-kata yang diucapkan keluarga itu dengan
tulus, keraguan Lindu Aji dan Sulastri menghilang dan mereka
ikut masu k ke rumah dengan wajah gembira.
Bagus Sajiwo me mbawa buntalan pa kaiannya yang tadi dia
letakkan di bawah pohon dan ketika melangkah menuju ke
pendopo, dia memandang kesekeliling pekarangan dengan
mata bersinar-sinar karena dia me lihat betapa keadaan
dipekarangan itu mas ih sama seperti ketika dia masih kecil,
seolah tidak pernah ada perubahan disitu. Yang berubah cepat
adalah manusia.
Ketika me masuki rumah, Bagus Sajiwo juga mendapat
kenyataan bahwa tampaknya tidak ada perubahan sama sekali
dalam rumah orang tuanya itu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Lihat kamar mu ini, Bagus!" kata Retno Susilo yang
me mbawa mereka me masu ki sebuah ka mar.
Bagus Sajiwo me masuki kamar itu dan meletakkan
buntalan pakaiannya ke atas meja. Lalu dia me mandangi
semua benda yang berada di dalam kamar itu. Semuanya
masih presis sama seperti belasan tahun yang lalu! Tempat
tidurnya, almari pakaiannya. Dia mengha mpiri almar i itu dan
me mbukanya. Masih penuh pakaian, pakaiannya ketika dia
berusia ena m tahun!
"Ibu, semua masih lengkap d isini seperti ketika saya diculik
orang! Sama sekali tidak ada perubahan. Pakaian-pakaian ini,
ha-ha, tentu tidak bisa kupakai se karang, terlalu kecil!" Bagus
Sajiwo menga mbil sepotong baju yang tentu saja terlalu kecil
untuk tubuhnya.
Ki Tejoman ik dan Lindu Aji bersa ma isteri mereka yang ikut
masu k ke dalam kamar itu tertawa.
"Aku me mang selalu merawat kamar ini dan tidak ada
sepotong benda pun yang disingkirkan!" kata Retno Susilo
bangga. "Ibumu ber keras untuk me mpertahankan kamar mu ini,
Bagus. Dan ini merupakan bukt i bahwa kami tidak pernah
putus asa menanti kemba limu. Mari kita bicara diruangan
dalam!" Mereka me masuki ruangan dalam dan duduk menge lilingi
meja. "Nah, sekarang ceritakanlah se mua pengalaman mu sejak
engkau diculik orang sa mpai hari ini, Bagus. Aku sudah ingin
sekali mendengar kisah pengalaman mu. Setelah engkau
bercerita, baru aku akan mengajak Sulastri untuk menyiapkan
masakan untuk pesta keluarga kita." kata Retno Susilo setelah
menghidangkan minuman air teh yang sudah tersedia
sebelumnya. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ketika itu Ayah dan Ibu sedang tidak ada di rumah dan
saya tinggal sendiri dirumah bersa ma Bibi Sikem, pembantu
yang setia itu." Bagus Sajiwo mulai bercerita.
"Ya, Ibumu dan aku sedang pergi me mbasmi perampok
yang mengganggu penduduk dusun di kaki gunung yang
ternyata merupakan pancingan agar kami berdua men inggalkan rumah. Para perampok itu disuruh oleh
penculik." kata Tejo man ik.
"Saya me lawan akan tetapi tentu saja sia-sia ketika
penculik itu me mbawa lari saya setelah dengan kejam dia
me mbunuh Bibi Sike m. Penculik itu adalah Wiku Menak Koncar
tokoh Bla mbangan dan dia hendak me mbawa saya ke
Bla mbangan. Akan tetapi kemudian muncul Eyang Guru Ki
Ageng Mahendra menolong saya. Setelah mengalahkan W iku
Menak Koncar yang melarikan diri, Eyang Guru lalu me mbawa
saya ke Pegunungan Ijen dimana beliau bertapa dan sejak itu
saya menjadi muridnya."
"Paman Ki Ageng Mahendra itu masih saudara seperguruan
guruku, Resi Limut Manik, Bagus! Jadi, beliau bukan orang
lain!" seru Ki Tejomanik.
"Eyang Guru juga telah me mber itahu kepada saya akan hal
itu, Ayah. Akan tetapi beliau mener ima saya sebagai muridnya
dengan dua syarat. Pertama, saya tidak boleh pulang bertemu
Ayah dan Ibu sebelum berusia dua puluh tahun dan ke dua,
saya tidak boleh menanyakan apa sebabnya. Akan tetapi saya
tetap percaya bahwa mendiang Eyang Guru tentu me mpunyai
alasan tertentu untuk hal itu. Beliau adalah seorang yang arif
bijaksana."
"He mm, aku juga yakin akan hal itu dan setelah kini kami
mendengar bahwa engkau dilarang pulang sebe lum berusia
dua puluh tahun, kami tidak menyalahkan engkau yang
menaati pesan itu, Bagus." kata Ki Tejomanik dan Retno
Susilo'hanya mengangguk setuju.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kurang lebih e mpat tahun yang lalu, ketika saya berusia
enam belas tahun, Eyang Guru wafat karena usianya sudah
sepuh (tua) sekali. Sesuai dengan pesan Eyang Guru, saya
me mperabu kan jenazah beliau, dibakar berikut pondoknya.
Setelah api pada m dan jenazah sudah menjad i abu, selagi
saya hendak mengumpulkannya, tiba-tiba datang angin lesus
dan semua sisa pe mbakaran itu terbawa angin lesus
diterbangkan ke atas sehingga abu itu menghujani per mukaan
Pegunungan Ijen. Karena Eyang Guru sudah memesan agar
saya tidak pulang sebelum berusia dua puluh tahun, maka
saya lalu men inggalkan gunung dan pergi merantau kemana
saja untuk me lewatkan waktu yang empat tahun lagi sebelum
boleh pulang kesini."
"Eyang Gurumu itu sungguh seorang yang arif bijaksana,
Adimas Bagus Sajiwo." kata Lindu Aji kagum.
"Ya, bahkan agaknya beliau sudah tahu apa yang akan
terjadi. Buktinya sebelum men inggal saya disuruh menanak
nasi dan me masak daging kijang yang sekiranya cukup untuk
dihidangkan kepada lima puluh orang. Dan ternyata
persediaan itu cukup untuk para penduduk pedusunan yang
datang me layat."
"Lalu bagaima na engkau bertemu dan dapat bersama...
Maya Dewi itu sampai hari ini, Bagus?" tanya Retno Susilo dan
kini setelah Maya Dewi tidak berada disitu, suaranya lembut,
tidak lag i penuh kemarahan seperti tadi ketika berhadapan
dengan wanita itu.
"Begini, Ibu. Perjalanan saya tanpa tujuan itu pada suatu
hari me mbawa saya tiba di Bukit Keluwung di Pegunungan
Wilis dan di puncak bukit itu saya me lihat seorang wanita
berkelahi, dikeroyok oleh dua orang yang kemudian saya
ketahui adalah Raden Jaka Bintara dan Gagak Mudra. Wanita
itu terpukul dan terluka dalam dengan parah, nyaris tewas.
Saya yang tidak mengenal mereka tergerak untuk me nolong
wanita itu dan berhasil me ngusir dua orang yang hendak
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
me mbunuhnya itu. Melihat wanita yang terluka parah hampir
tewas itu, saya berusaha mengobatinya dan berhasil
menyelamatkan nyawanya, walaupun ia masih dalam keadaan
mender ita luka dalam yang berbahaya. Dia adalah Maya Dewi.
Lalu muncul seorang wanita berpakaian putih hendak
me mbunuh Maya Dewi yang sudah mender ita luka. Wanita itu
adalah kakak tiri Maya Dewi dan me miliki kepandaian tinggi.
Kembali saya me mbela Maya Dewi dan kami me larikan diri ke
dalam sebuah terowongan guha yang berada di dalam Bukit
Keluwung. Candra Dewi tidak dapat mengejar kami karena
terowongan itu longsor dan ter-uruk batu dari langit-langit
terowongan."
"Ah, pantas saja aku melihat tulisan di batu luar guha
bahwa tempat itu merupakan kuburan Maya Dewi dan Bagus
Sajiwo. Karena kusangka bahwa engkau telah tewas, Adimas
Bagus Sajiwo, maka saya mengabarkannya kepada Paman
Tejomanik dan Bibi Retno Sus ilo." kata Sulastri.
Bagus Sajiwo mengangguk. "Benar, ia mengira kami telah
mati. Kami berada dalam ruangan dalam bukit itu selama satu
bulan untuk melenyapkan racun dingin dari Aji W isa Sarpa
yang me mbalik menyerang dirinya, karena ruangan itu
merupakan pusat panas bumi. Setelah hawa beracun Aji W isa
Sarpa lenyap, tinggal hawa panas beracun dari Aji Tapak
Rudira yang masih me ngancam nyawanya. Kami la lu pergi ke
Puncak Wilis yang teramat dingin dan disana saya mengajar
Maya Dewi untuk bersa madhi, menga mbil keadaan udara yang
amat dingin itu untuk mengusir hawa beracun panas dari
tubuhnya. Akhirnya ia sembuh, akan tetapi ia kehilangan
kedua ajiannya itu. Ia menceritakan tentang kesesatannya dan
menghilangnya dua aji sesat itu pun banyak me mbantu ia
untuk menyadari kesalahan dan dosa-dosanya, bertaubat dan
kembali ke jalan benar."
"Adimas Bagus Sajiwo. Kami pernah beberapa kali bentrok
dengan Maya Dewi dan seingatku, kesaktiannya tidak sehebat
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sekarang! Bagaimana setelah ia kehilangan dua ajinya yang
ganas itu kini ia ma lah menjad i begitu sakti mandraguna?"
tanya Lindu Aji, agak penasaran melihat kemajuan luar biasa
yang diperoleh Maya Dewi.
Bagus Sajiwo tersenyum me lihat betapa empat pasang
mata itu me mandang kepadanya penuh penantian dan
keinginan tahu.
"Setelah Maya Dewi sembuh benar, kami turun dari p uncak
Wilis dan mula i merantau karena saya harus menunggu
sampai berus ia dua puluh tahun, baru aku kemba li ke Gunung
Kawi s ini. Ketika kami me lakukan perjalanan, saya me mbantu
Maya Dewi untuk berlatih menghimpun kemba li tenaga sakti
sehingga ia mendapatkan kembali tenaganya. akan tetapi
bukan tenaga sesat seperti yang pernah ia miliki. Dan saya
me lihat betapa Maya Dewi benar-benar telah bertaubat dan
kembali ke jalan benar. Perubahan pada dirinya itu tampak
nyata ketika dalam perja lanan kami itu seringkali kami
bertemu peristiwa kejahatan dan ia selalu me mbela
kebenaran, membe la orang-orang yang tertindas dan
menentang kejahatan."
Tiba-tiba Retno Susilo yang sejak tadi mendengarkan dan
mulai merasa penasaran me mbayangkan puteranya bersama
Maya Dewi sa mpa i bertahun-tahun, bertanya, "Akan tetapi,
Maya Dewi itu dahulu selain jahat dan kejam, juga terkenal
sebagai seorang wanita kotor tukang pelet laki-laki! Apakah
selama bersa ma mu ia tidak pernah merayumu" Rasanya tidak
mungkin!" Bagus Sajiwo menghela napas panjang. Tadi ketika
bercerita, dia sudah berhati-hati sekali, tidak
mau menyinggung hati ibunya dan menjaga agar ibunya tidak
marah. Maka dia tidak bercerita tentang pengalamannya
bersama Maya Dewi ketika me lakukan pengobatan, baik di
Bagus Sajiwo Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Ruangan Pusat Panas Bumi maupun di puncak W ilis. Akan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tetapi ketika ibunya bertanya tentang rayuan Maya Dewi, dia
tidak dapat berbohong.
"Sebenarnya, Ibu. Ketika baru pertama kali berte mu, Maya
Dewi menyatakan cintanya dan keinginannya untuk menjadi
suami isteri dengan saya..."
"Nah! Pere mpuan hina dina itu...!"
"Ssstt, Diajeng. Tekanlah nafsu perasaanmu agar dapat
mendengarkan dengan baik. Aku yakin Bagus Sajiwo akan
mencer itakan semua dengan sejujurnya. " kata Ki Tejoman ik
kepada isterinya.
"Sesungguhnya begitu," kata Bagus Sajiwo. "Akan tetapi
karena pada waktu itu, saya masih re maja, usia saya baru
enam belas tahun, aku menolaknya dan perlahan-lahan aku
me mbimbingnya untuk ber kenalan dengan Gusti Allah yang
tidak pernah dikenalnya. Perlahan-lahan berkat iman dan
penyerahan dirinya kepada Gusti Allah Maya Dewi dapat
menguasai nafsu-nafsunya dan akhirnya ia terbebas dari
belenggu nafsunya sendiri. Ia memang masih mencinta saya,
amat mencinta saya, Ayah dan Ibu. Akan tetapi saya yakin
dan merasa bahwa cinta kasihnya itu murni, bukan sekedar
cinta kasih yang didorong oleh nafsu belaka. Saya pun amat
menyayangnya, Ibu. Sayang dan iba kepadanya, maka ketika
ia mohon dengan sangat agar diperbo lehkan ikut saya karena
ia takut bahwa kalau ia berpisah dari saya ia akan terseret
kembali oleh kekuasaan Iblis ke dalam le mbah dosa, saya
tidak dapat menolaknya. Percayalah, Ibu. Hubungan kami
kasih sayang diantara kami, bersih dan sa ma sekali tidak
dice mari nafsu."
Ki Tejomanik menepuk-nepuk pundak Retno Susilo dan
wanita ini menghela napas panjang. "Anakku, tentu saja aku
percaya kepadamu. Akan tetapi, peristiwa itu sungguh ha mpir
mustahil. Perubahan yang terjadi pada diri Maya Dewi itu
sungguh merupakan suatu keajaiban, maka tadinya aku
merasa sukar untuk percaya."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ibu, wejangan dan ajaran mendiang Eyang Guru Ki Ageng
Mahendra me mbuka mata batin saya bahwa di dalam
kehidupan di dunia ini, tidak ada seorang pun manusia yang
sempurna dan bersih dar ipada dosa dan kesalahan. Kita
semua sebagai manusia sudah pasti me mpunyai kesalahan,
me mpunyai kele mahan dan berbuat dosa. Hanya mungkin
kadarnya saja yang berbeda. Karena itu, sudah sepantasnya
kalau kita yang juga berdosa dan siap untuk mengampuni
orang lain yang bersalah kepada kita, karena bagaimana Gustl
Allah berkenan menga mpuni kita kalau kita sendiri tidak mau
menga mpuni....
Halaman 58 Hilang
".sih ada tiga tahun lebih waktunya bagi saya untuk
pulang kesini. Kami berdua tiba disana dan ternyata di muara
itu telah berkumpul banyak tokoh dan datuk. Saya
mengetahuinya dari keterangan Maya Dewi yang mengenal
mereka itu. Dan orang yang dulu menyerang Maya Dewi, yaitu
Raden Jaka Bintara dan Kyai Gagak Mudra membangun
sebuah rumah di dekat muara dan se mua tokoh diundang
sebagai tamu pangeran dari Banten itu. Di tempat itu terjadi
keributan dan seorang pende kar, namanya Ki Suma li dari
Loano dituduh mata- mata Mataram dan dikeroyok para datuk
yang menentang Mataram."
"Adimas Bagus Sajiwo, dia itu Pamanku, adik Ayahku!" kata
Sulastri. "Ah, begitukah" Melihat Pa man Suma li dikeroyok, Maya
Dewi segera me mbelanya dan melawan para pengeroyok.
Karena melihat para pengeroyok itu orang-orang yang
digdaya, aku pun membantu dan akhirnya para datuk itu,
dapat kami pukul mundur. Kemudian, Maya Dewi mengajak
aku pergi melihat-lihat dekat muara dan se mua orang
mencari-cari disekitar muara. Tiba-tiba kami diserang
tembakan senjata-senjata api oleh beberapa orang yang
mene mba k dari balik batu karang. Maya Dewi tertembak
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pundaknya dan karena keadaan a mat berbahaya baginya,
saya lalu me mbawanya terjun ke dalam air muara itu."
"Paman Suma li telah bercerita tentang itu kepada kami!"
kata Lindu Aji. "Dan menurut ceritanya, setelah engkau dan
Maya Dewi tercebur ke dala m muara yang dalam, kalian tidak
muncul lag i sehingga semua orang menduga bahwa kalian
tentu tewas tenggelam."
Bagus Sajiwo mengangguk. "Me mang, tidak heran kalau
semua orang menganggap begitu, Kakangmas Lindu Aji.
Ketika saya membawa Maya Dewi menyelam, tanpa disengaja,
secara kebetulan dan saya yakin hal itu me mang merupakan
bimbingan Gusti Allah, saya mene mukan terowongan di
dinding muara dan terowongan itu mene mbus ke sebuah
ruangan bawah tanah yang luas. Dan apa yang kami te mukan
disana?" "Jamur Dwipa Suddhi!" teriak Sulastri.
Bagus Sajiwo mengangguk dan tersenyum. "Tepat sekali
dugaan Mbakayu Sulastri. Kami mene mukan tempat dimana
Jamur Dwipa Suddhi dis impan. Dan bukan itu saja, kami juga
mene mukan kitab yang kuno, mengandung pe lajaran Aji Sari
Bantala." "Wah, luar biasa sekali. Ajaib dan sulit dipercaya, hampir
mustahil ada keajaiban yang begitu kebetulan dan aneh
sekali!" seru Retno Susilo dengan kagum dan terheran-heran.
"Diajeng, lupakah engkau bahwa hal-hal yang tampa knya
mustahil bagi manusia, sebenarnya sederhana dan biasa saja
bagi kekuasaan Gusti Allah" Kalau Gusti Allah menghendaki,
tidak ada hal yang tidak mungkin d i alam se mesta maupun di
akhirat. Teruskan, Bagus ceritamu semakin
menarik. Selanjutnya bagaimana?"
"Ka mi sangat gembira. Karena merasa kelaparan, ketika
mene mukan Ja mur Dwipa Suddhi, Maya Dewi segera
menggigit dan me makannya sepotong.. Dan ia me mberikan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
setengahnya kepada saya dan saya juga mema kannya.
Khasiatnya luar biasa sekali. Kami berdua me mperoleh tenaga
sakti mujijat yang ha mpir tidak dapat kami kendalikan. Akan
tetapi dengan sabar dan tekun, kami dapat melatih sehingga
kami dapat menguasai tenaga dahsyat itu, Ternyata pundak
Maya Dewi tidak terluka parah dan setelah makan ja mur itu,
kami merasa sehat dan kuat. Kemudian kami berdua berdiam
dalam ruangan bawah tanah itu, berlatih diri menguasai
tenaga mujijat itu dan melatih Aji Sari Bantala. Ternyata aji itu
me mbutuhkan ketekunan dan baru setelah tiga tahun, kami
dapat menyelesaikan latihan kami itu. Kami lalu keluar dari
bawah tanah dan jalan memanjat dinding karang yang terjal,
licin dan tinggi. Karena saat itu saya sudah berusia dua puluh
satu tahun, maka saya lalu me lakukan perjalanan menuju
pulang ke Gunung Kawi. Maya Dewi me mohon kepadaku agar
diperbolehkan ikut. Ia mohon agar diperkenan....
Halaman 63 hilang
....ruangan itu, membawa
sebuah benda panjang terbungkus ka in.
"Ibu seperti telah saya ceritakan tadi, Maya Dewi berhasil
mera mpas pedang Candra Dewi dan ia segera mengenal
pedang itu yang dikatakannya bahwa pedang itu milik Ibu.
Tadinya ia hendak menyerahkan pedang itu kepada Ibu, akan
tetapi ia mengubah pikirannya karena ia tidak ingin dianggap
mencari muka, ma ka ia menitipkan pedang itu kepadaku
dengan pesan agar saya yang mengembalikannya kepada Ibu,
Lihat, Ibu mengenal pedang ini?" Bagus Sajiwo me mbuka
buntalan itu dan tampaklah sinar kehijauan ketika sebatang
pedang dan a mbilnya dari buntalan.
"Pedang Nogo W ilis...!!" Empat orang itu berseru, hampir
berbareng. "Maya Dewi tahu bahwa pedang ini adalah pusaka milik
Ibu, maka ia merampasnya dan ingin men ge mbalikannya
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kepada Ibu, Terimalah, Ibu." Bagus Sajiwo menyodorkan
pedang itu kepada Ibunya.
Retno Susilo menoleh dan me mandang kepada Sulastri, lalu
berkata kepada puteranya. "Bagus, pusaka ini sudah lama
bukan milikku lagi, sudah kuberikan kepada Mbakayu mu
Sulastri."
Bagus Sajiwo menoleh kepada Sulastri dan isteri Lindu Aji
ini men ghela napas dan berkata, "Me mang benar, aku pernah
diserang oleh Candra Dewi. Kami bertanding dan ia terlalu
tangguh bagiku seh ingga pedangku Nogo Wilis ini dapat
dira mpasnya dan aku nyaris dibunuhnya. Akan tetapi pada
saat itu muncul ah Kakangmas Lindu Aji yang me mbe laku dan
menga lahkannya sehingga Candra Dewi me larikan diri. Saking
gembiranya aku dan Kakangmas Lindu Aji karena pertemuan
yang tidak tersangka-sangka itu, aku sampai lupa akan
pedangku yang terampas Candra Dewi."
"Kalau begitu, terima lah kemba li pusaka ini, Mbakayu.
Sekiranya Maya Dewi berada disini, aku yakin akan
menge mba likan pedang ini kepada mu juga."
"Terima kasih, Dimas." kata Sulastri sambil menerima
pedangnya dengan girang seka li.
Retno Susilo me megang tangan Bagus Sajiwo dan ketika
pemuda ini me mandang, dia me lihat sepasang mata ibunya
basah dan dua butir air mata menga lir turun ke atas kedua
pipinya. "Bagus...,
maafkanlah Ibumu. Baru sekarang aku
menyadari bahwa tadi aku telah bersikap tidak adil terhadap
Maya Dewi..."
"Ibu, harap jangan minta maaf kepada saya. Bagi saya,
Ibu, tidak bersalah. Kalau Ibu menganggap bahwa s ikap Ibu
tadi tidak adil dan sudah menyadari dengan perasaan
menyesal, itu sudah baik sekali. Bukankah begitu, Ayah?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ki Tejomanik mengangguk dan menghela napas panjang.
"Anakmu benar, Di-ajeng. Maya Dewi pernah menderita sakit
berat rohaninya, dan memang me mbutuhkan pengobatan.
Dan kita se mua tahu. bahwa Jamu yang berkhasiat dan
manjur itu rasanya pahit. Maya Dewi me mang, me mbutuhkan
Jamu yang pahit-pah it agar ia benar-benar se mbuh dari
semua penyakitnya."
"Apa yang dikatakan Paman Tejoman ik itu me mang benar,"
kata Lindu Aji. "Segala peristiwa yang men impa diri kita
me mpunyai hikmat dan justeru dalam per istiwa yang pahit
atau yang tidak menyenangkan tersembunyi hikmat yang
amat besar manfaatnya bagi kehidupan kita, baik itu diterima
sebagai ujian, peringatan, atau hukuman atau sekadar
cobaan." "Ya," kata Ki Tejoman ik, "keyakinan seperti apa yang
dikatakan Anakmas Lindu Aji itu me mbuat kita selalu
mensyukuri apapun juga yang men impa diri kita, tidak terlalu
menge luh sehingga runtuh kalau dilanda
ha l yang menyusahkan dan tidak terlalu mabo k kegirangan sehingga
kehilangan kewaspadaan ketika menghadap i hal yang
menyenangkan."
"Sulastri, sekarang tiba saatnya bagi kita untuk sibuk di
dapur. Biarlah Bagus Sajiwo bercakap-cakap dengan ayahnya
dan suamimu. Kita persiapkan hidangan untuk pesta keluarga
yang mengge mbirakan."
Dua orang wanita itu lalu bangkit dan men uju ke dapur
dengan wajah cerah dan gembira, sedangkan Bagus Sajiwo
me lanjutkan percakapannya dengan Lindu Aji dan Ki
Tejomanik. Biarpun terdapat sedikit perasaan haru dan iba
terhadap Maya Dewi, namun dia menenangkan hatinya
dengan keyakinan bahwa Gusti Allah Maha Kasih akan selalu
me mber i berkat dan bimbingan Nya kepada wanita itu.
Atas permintaan Ki Tejoman ik, Retno Susilo, dan Bagus
Sajiwo, Lindu Aji dan Sulastri tinggal di rumah keluarga itu
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sampai tiga hari la manya. Selama itu, mereka saling
mencer itakan pengalaman mas ing-mas ing dan hubungan
diantara mereka menjadi se makin akrab. Baru setelah lewat
tiga hari, Lindu Aji dan Sulastri meninggalkan Gunung Kawi,
kembali ke perkampungan Perkumpulan Mega Lima n yang
berada di puncak Gunung Lima n.
000---dow---000
Maya Dewi berjalan perlahan sa mbil menundukkan
mukanya. Ia me mbiar kan kedua kakinya melangkah tanpa
tujuan tertentu. Biarpun tidak ada suara keluar dari mulutnya,
namun kedua pundaknya terguncang, kedua tangan menutupi
muka dan a ir mata menetes-netes keluar dari celah-celah jari
tangannya. Darah di ujung bibirnya sudah berhenti keluar
akan tetapi kedua pipinya masih biru me mbengkak. Rasa
pedih dan panas di mukanya sama sekali tidak terasa olehnya.
Akan tetapi kesedihan yang amat mendalam mene lannya,
me mbuat dirinya hanyut.
Ia sama sekali tidak merasa sakit hati, tidak mendenda m atau marah kepada Retno Susilo yang
menghinanya, mengusir bahkan mena mparnya. Ia
tahu bahwa ia me mang
sudah sepantasnya menerima se mua itu, bahkan
itu mas ih terlalu ringan kalau
dipertimbangkan
dengan dosa-dosa yang pernah ia
Bagus Sajiwo Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
lakukan. Tida k, andaikata ia
disiksa, diluka i parah, atau bahkan dibunuh sekalipun, ia akan
merasa bahwa hal itu sudah sepatutnya dilakukan Retno
Susilo, atau Tejomanik, atau suami isteri Lindu Aji dan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sulastri. Dosanya terlampau banyak dan terlampau besar.
Yang me mbuat ia bersedih adalah perpisahannya dengan
Bagus Sajiwo. Perpisahan inilah yang merupa kan hukuman
paling berat baginya. Dipaksa berp isah dari Bagus Sajiwo
me mbuat hidupnya tidak ada artinya lag i.
"Bagus... ahhh,.. Bagusss...!" begitulah rintihan hatinya
berulang-ulang, mengikuti setiap langkahnya yang terhuyung,
terkadang terbisikan oleh mulutnya akan tetapi lebih banyak
hanya bergema di ruang hatinya.
Tiba-tiba har i yang tadinya terang itu menjad i gelap oleh
mendung yang terbawa angin. Lalu hujan turun dengan
derasnya. Namun, Maya Dewi seolah tidak menyadari bahwa
air hujan me mbuat seluruh tubuhnya, dari kepala sampai ke
kaki, menjadi basah kuyup. Ia tetap melangkah, tertatih-tatih,
tanpa disadarinya me masuki sebuah hutan. Perasaannya
terhimpit, sejak tadi ia pertahankan, akan tetapi himpitan itu
semakin berat karena tidak tersalurkan, karena ia menahan-
nahan tangisya.
"Bress!" Ia menahrak pohon dan roboh terguling. Pingsan
di bawah pohon. Telentang dan air hujan bertitik-t itik
men impa muka dan tubuhnya. Ia rebah dengan penuh damai.
Kilatan cahaya halilintar terkadang menerangi mukanya yang
pucat seperti mayat.
Segala maca m peristiwa men impa kehidupan manusia.
yang tertimpa kesusahan merasa bahwa dirinyalah yang paling
sengsara di dunia ini, sama sekali lupa bahwa masih banyak
orang yang mengalami penderitaan kesengsaraan yang lebih
hebat daripada yang dialami. Dan yang sedang menikmati
kesenangan kebanyakan lupa bahwa disekelilingnya, banyak
manusia hidup da la m kesengsaraan.
Sampa i disini kisah ini berakhir. Akan tetapi saya tidak ingin
me mbuat para pembaca merasa kecewa dan penasaran.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Bagaimana selanjutnya dengan Maya Dewi" Dan Bagus
Sajiwo" Dan dengan para pendekar dan satria yang lain"
Bagaimana pula ceritanya tentang Tejakasmala, pemuda
Bali yang tampan gagah dan sakti mandraguna namun tinggi
hati itu" Juga s i kembar Dhirasani dan Dhirasanu" Apa pula
yang terjadi dengan Ratna Manohara dan Niken Darmini, dua
orang gadis re maja yang sakti itu" Dan apa pula yang
dilakukan kelompok di Bla mbangan yang hendak me nentang
Mataram" Se mua ini akan terjawab dalam kisah Bagus Sajiwo
episode ke dua:
"Kemelut Blambangan".
Semoga kisah ini mengandung manfaat bagi kita semua dan
sampai jumpa dalam kisah "Keme lut Bla mbangan".
T A M A T Lereng Lawu, Lebaran Idul Fitri 1141 H
Renjana Pendekar 7 Kisah Si Bangau Merah Karya Kho Ping Hoo Sang Penerus 7