Pencarian

Kemelut Di Majapahit 10

Kemelut Di Majapahit Karya Kho Ping Hoo Bagian 10


"Ya, jangan Kakangmas membunuhnya karena saya hendak membunuhnya dengan kedua tangan saya sendiri! Dia telah berani menyentuh saya, memeluk dan menciumi saya, kalau saja Kakangmas dapat merasakan betapa hebatnya
penghinaan itu. Saya harus membunuhnya dengan tangan saya sendiri!"
"Ha-ha-ha-ha!" Legalah hati Resi Mahapati dan dia
menjambak rambut Progodigdoyo keluar dari dalam air, lalu diseretnya Bupati yang pingsan itu keluar dari kolam.
"Keinginan hatimu akan terlaksana, manis. Engkau boleh membalas dendam sepuas hatimu!" Resi Mahapati lalu
memanggil penjaga dan para penjaga menjadi terheran-heran ketika mereka melihat bupati yang setengah telanjang itu dan setelah mereka mengerti bahwa Progodigdoyo tentu telah mengganggu Sang Puteri, mereka tidak ragu-ragu lagi ketika diperintah untuk mengikat kaki tangan Progodigdoyo dan membawanya ke dalam kamar tahanan dan mengikatnya pada tiang di dalam kamar itu.
Ketika Progodigdoyo siuman dari pingsannya dan
http://kangzusi.com
mendapatkan dirinya diikat di tiang dalam kamar itu, dia teringat akan segala pengalamannya dan tubuhnya menggigil.
Mengertilah dia kini bahwa dia telah masuk perangkap yang dipasang oleh Sulastri! Rasa takut merayapi seluruh parasaannya. Dia tahu bahwa Lestari sengaja hendak
membalas dendam dengan cara yang amat licik dan dia, Si Mata Keranjang Tolol, dia begitu saja dengan mudah dapat terjebak! Progodigdoyo memaki-maki dirinya sendiri, akan tetapi kembali dia terbelalak ketakutan karena dia teringat akan segala hal yang telah dilakukannya terhadap Galuhsari 529
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dan dua orang anaknya itu. Dia ketakutan, akan tetapi tidak berdaya meloloskan diri,apalagi karena di luar kamar tahanan itu terdapat banyak penjaga. Dia seperti seekor harimau yang telah terjebak dalam kerangkeng, menanti kematian. Bahkan dia sudah tidak berdaya sama sekali karena selain dijebloskan dalam tahanan,juga kaki tangannya terikat! Saat-saat itu merupakan siksaan yang amat hebat bagi Progodigdoyo dan dia merasa seakan-akan bayangan Lembu Tirta dan Galuhsari muncul untuk menagih nyawa kepadanya!
-o0o- "Kita harus menyelidiki ke mana hilangnya Kolonadah," kata Roro Kartiko kepada kakaknya.
"Benar, kita harus membantu Adimas Sutejo dan
Bromatmojo," jawab Joko Handoko setelah dia dan adiknya kembali ke kamar mereka di Kabupaten Tuban.
"Akan tetapi ke mana kita harus menyelidikinya?"
Joko Handoko mengerutkan alisnya. "Kita tahu bahwa sejak dahulu Ayah selalu mengerahkan pasukannya untuk
menyelidiki dan mencari Kolonadah, sehingga hampir semua orang di Tuban tahu belaka bahwa pusaka itu dicari oleh Ayah. Dan melihat kenyataan bahwa lenyapnya pusaka itu di Tuban, tentu ada orang Tuban yang mengetahuinya.
Sebaiknya kita menyelidiki di sini, mungkin di antara para http://kangzusi.com
perajurit ada yang mendengar sesuatu tentang peristiwa kematian Empu Singkir dan cantrik-cantriknya itu. Kabarnya, pagi harinya sepasukan perajurit datang ke rumah Empu itu, dan ini berarti tentu ada sesuatu yang mereka ketahui."
Dua orang muda itu lalu melakukan penyelidikan dan
akhirnya mereka mendengar dari seorang anak buah Sriti Kencana bahwa ada perajurit yang menceritakan bahwa malam terjadinya pembunuhan itu, seorang cantik dari Empu Singkir yang ikut pula terbunuh, telah mengunjungi kabupaten dan tadinya bermaksud mencari dan menghadap Sang Bupati.
530 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Karena Bupati Progodigdoyo tidak ada, maka cantrik itu diterima oleh seorang perwira yang bernama Klabang Curing, yaitu orang kepercayaan Sang Bupati. Kemudian pada
keesokan harinya, perajurit itu dan pasukannya dipimpin oleh Perwira Klabang Curing, mendatangi rumah Empu Singkir dan melihat bahwa empu dan dua orang cantriknya telah tewas.
Hanya itulah yang dapat diceritakan oleh perajurit itu kepada isterinya yang secara rahasia menjadi anggota Sriti Kencana.
Setelah mendengar penuturan itu, Joko Handoko dan Roro Kartiko lalu menemui Klabang Curing. Karena yang bertanya adalah putera puteri atasannya, Klabang Curing lalu menceritakan bahwa memang benar pada malam hari itu cantrik pembantu Empu Singkir telah datang melapor bahwa keris pusaka Kolonadah berada di rumah Empu itu, akan tetapi di situ terdapat pula Ki Ageng Palandongan, mertua mendiang Ronggo Lawe maka Empu Singkir minta agar Bupati
Progodigdoyo mengirim pasukan untuk melindungi Empu Singkir dari Ki Ageng Palandongan dan keris pusaka itu akan diserahkan kepada Bupati Progodigdoyo oleh Sang Empu.
"Karena Gusti Bupati tidak ada, maka hamba tidak berani sembrono dan pada keesokan harinya baru hamba membawa pasukan pergi ke sana. Dan ternyata sesampainya di tempat itu, Empu Singkir dan dua orang cantriknya telah tewas, Ki Ageng Palandongan tidak ada di sana dan keris pusaka itu pun http://kangzusi.com
tidak ada."
Demikian Klabang Curing melanjutkan ceritanya.
Joko Handoko dan Adiknya lalu pulang dan mereka
bercakap-cakap di dalam kamar mereka. "Tidak salah lagi, tentu Ki Ageng Palandongan yang melarikan keris itu," kata Joko Handoko.
"Kita harus mengejarnya! Kakang Joko, kalau aku
mengingat akan sikap Ayah, aku merasa malu sekali dan biarlah kita berdua menebus dosa-dosa Ayah dengan
membantu Kakangmas Sutejo dan Kakangmas Bromatmojo.
531 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kita pergi ke kota raja untuk melaporkan hal itu kepada Ayah yang masih berada di sana, kemudian kita menyelidiki dan mengejar Ki Ageng Palandongan yang kurasa membawa
pusaka itu ke Lumajang."
Joko Handoko mengangguk-angguk. "Agaknya dugaanmu
itu benar, Diajeng. Akan tetapi, sungguh aku tidak mengerti mengapa Ki Ageng Palandongan sampai membunuh Empu
Singkir dan dua orang cantriknya. Padahal aku mendengar bahwa beliau adalah seorang yang gagah perkasa dan
berbudi." "Tidak perduli bagaimana dia itu, aku harus dapat
merampas keris itu untuk kuserahkan kepada Kakangmas Bromatmojo..."
"Hemm, Adikku yang manis. Agaknya hatimu sudah benar-benar terpikat oleh Adimas Bromatmojo yang tampan itu, ya?"
Joko Handoko menggoda Adiknya.
Sepasang pipi itu menjadi merah dan Roro Kartiko
menundukkan mukanya. Akan tetapi hanya sebentar karena dia segera memandang Kakaknya, satu-satunya orang yang disayang dan dipercayanya karena hubungannya dengan Ayah mereka hambar saja,sedangkan ibu mereka pun kelihatan tidak suka kepada suaminya. "Memang benar,Kakang Joko aku... aku jatuh cinta kepadanya dan aku malah telah bersumpah dalam hatiku bahwa aku hanya mau menjadi isteri http://kangzusi.com
Kakangmas Bromatmojo seorang."
"Ah, sudah demikian jauh?" kakak itu berseru dengan terharu sambil memegang lengan adiknya. "Jangan khawatir, Adikku. Aku melihat bahwa Dimas Bromatmojo agaknya
mencintamu pula, sikapnya jelas kelihatan mesra, dan aku pasti akan membantumu agar tercapai apa yang menjadi idaman hatimu."
"Terima kasih, Kakang Joko Handoko, engkau memang
Kakakku yang amat baik."
532 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Pada keesokan harinya, berangkatlah kakak beradik ini menuju ke kota raja. Ibu mereka hanya menyetujui saja karena ibu ini mengerti bahwa kedua orang anaknya adalah orang-orang yang memiliki kepandaian tinggi sehingga dia tidak perlu mengkhawatirkannya, apalagi karena dua orang anaknya itu berpamit untuk menyusul ayah mereka yang sudah terlalu lama pergi ke Mojopahit.
-0o0dwo0o- Jilid 41 Apakah sesungguhnya yang terjadi di malam hari itu di rumah Empu Singkir" Dan benarkah Ki Ageng Palandongan membunuh Empu Singkir dan dua orang cantriknya lalu membawa lari keris pusaka Kolonadah" Dugaan Joko Handoko dan Roro Kartiko hanya benar sebagian saja.
Pada malam hari itu, secara kebetulan Ki Ageng
Palandongan terbangun dari tidurnya karena ingin buang air kecil. Agar tidak mengganggu tuan rumah, Kakek ini dengan hati-hati keluar dari dalam biliknya dan hendak pergi ke luar, ke belakang rumah. Akan tetapi ketika dia berindap-indap melalui kamar Empu Singkir,dia mendengar percakapan bisik-bisik antara Empu Singkir dan dua orang cantriknya.
http://kangzusi.com
"Bejo, engkau sekarang juga pergilah ke kabupaten,
menghadap Sang Bupati dan katakan bahwa aku yang
menyuruhmu untuk memberi tahu kepada Sang Bupati bahwa keris itu berada di sini! Katakan agar Gusti Bupati mengirim pasukan untuk melindungi kita karena di sini terdapat Ki Ageng Palandongan. Kalau kita serahkan pusaka itu kepada Sang Bupati, tentu akan mudah bagiku untuk mencari
kedudukan lagi. Nah, kau berangkatlah, Bejo!"
Dapat dibayangkan betapa kaget hati Ki Ageng
Palandongan mendengar ini. Dia cepat menyelinap dan setelah 533
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
cantrik yang bernama Bejo itu pergi, dia mengintai lagi, lupa akan keinginannya untuk kencing tadi. Sampai Bejo kembali melaporkan bahwa Sang Bupati belum pulang dan bahwa besok pagi seorang perwira akan datang bersama pasukan, Ki Ageng Palandongan terus mengintai dan mengetahui rencana mereka.
Pada keesokan harinya, pagi-pagi sekali Ki Ageng
Palandongan sudah keluar dari kamarnya dan dia disuguhi sarapan ketan dan minuman teh oleh cantrik Bejo.
Karena sudah tahu akan rencana mereka, Ki Ageng
Palandongan menangkap tangan cantrik itu dan berkata,
"Bejo, coba kau minum tehku ini."
"Tidak... tidak... kenapa begitu, Ki Ageng...?"
"Hayo minumlah, aku hendak melihat apa jadinya!" hardik Ki Ageng Palandongan.
"Tidak... saya tidak mau...!" Cantrik yang bernama Bejo menjadi pucat sekali mukanya dan dia melarikan diri. Akan tetapi sekali menggerakkan lengannya, Ki Ageng Palandongan telah menangkap pundaknya dan dengan sentakan kuat dia memaksa Bejo menghadapinya, kemudian dengan tangan
kirinya dia memaksa cantrik itu membuka mulutnya dengan menekan kedua pipinya kuat-kuat dan dengan tangan
kanannya dia menuangkan isi cangkirnya, yaitu air teh yang http://kangzusi.com
disuguhkannya tadi,ke dalam mulut Bejo dan memaksa cantrik itu menelannya dengan memencet hidungnya.
Air teh itu di "cekokkan" ke dalam perut cantrik Bejo.
"Aaaahhh... aahhh, tolong... Bapa Empu...!" Cantrik itu menjerit-jerit, akan tetapi dia segera roboh dan melolong-lolong sambil memegangi perutnya karena racun warangan telah mulai bekerja di dalam perutnya. Sebagai seorang ahli keris,tentu saja Empu Singkir menyimpan banyak warangan yang dipakai untuk mencuci keris pusaka dan racun ini memang amat dahsyat.
534 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Empu Singkir dan cantrik ke dua datang berlarian dan terkejutlah melihat Bejo telah berkelojotan dalam sekarat.
"Ki Ageng, apa yang kau lakukan ini?" Empu Singkir
menegur, pura-pura heran.
"Empu Singkir, tidak perlu lagi berpura-pura. Aku telah mendengar semua rencanamu bersama para cantrikmu
semalam. Aku memaksa dia minum racun yang kau suguhkan untukku. Hayo kau serahkan Kolonadah!"
Empu Singkir terkejut bukan main dan sebagai jawabannya, dia dan cantriknya sudah menyerang dengan keris di tangan.
Namun, Empu yang lemah dan tua itu bersama cantriknya merupakan lawan yang lunak bagi Ki Ageng Palandongan yang gagah perkasa, maka biar pun Kakek tinggi besar ini tidak menggunakan senjata,namun dengan mudah dia dapat
merampas keris di tangan Empu itu dan keris itu makan tuan ketika ditusukkannya ke dada Empu Singkir.
"Ki Ageng Palandongan... aku... aku sahabatmu..." Empu itu merintih ketika dia roboh ke atas tanah.
"Hemm, keadilan tidak kawan atau lawan, Empu Singkir.
Engkau berkhianat dan dalam usia tua masih loba akan kedudukan dan kemuliaan duniawi!"
"Ahhh... aku menyesal sekali... aku bertobat..." Empu itu merintih dan tewas.
http://kangzusi.com
Cantriknya hendak lari akan tetapi Ki Ageng Palandongan menyambitnya dengan keris rampasan itu.
"Wuuuttt... cesss... !" Keris itu menancap di lambungnya sampai ke gagangnya dan robohlah cantrik itu, tewas seketika karena ampuhnya keris milik Empu Singkir.
Ki Ageng Palandongan cepat mencari-cari ke dalam kamar Sang Empu dan akhirnya dia menemukan Kolonadah yang masih dibungkus kain kuning karena belum memperoleh warangka. Tanpa membuang waktu lagi, dibawanya pusaka 535
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
itu dan larilah Ki Ageng Palandongan di waktu pagi sekali, sewaktu belum ada seorang pun penduduk Tuban keluar dari rumah mereka. Dia mengambil keputusan untuk melarikan keris Pusaka Kolonadah ke Lumajang. Demikianlah, maka ketika pasukan kabupaten yang dipimpin oleh Klabang Curing itu muncul di depan pintu pondok Empu Singkir, mereka hanya menemukan jenazah tiga orang itu, sedangkan keris Pusaka Kolonadah telah lenyap,demikian pula Ki Ageng Palandongan tidak dapat ditemukan jejaknya lagi.
Wanita muda yang cantik jelita itu kini wajahnya amat mengerikan dan menakutkan bagi Progodigdoyo. Dia bergidik dan bulu tengkuknya berdiri ketika dia melihat siapa yang memasuki kamar tahanannya. Lestari masih cantik jelita, akan tetapi kini sinar matanya seperti sinar mata iblis yang haus darah ketika dia berdiri dan memandang Progodigdoyo yang berdiri bersandarkan tiang dan diikat kaki tangannya itu.
Tentu saja bagi orang lain, mata itu indah sekali dan bersinar-sinar menggairahkan, namun, bagi Bupati Tuban itu, sinar mata Lestari seperti mata iblis yang penuh hawa maut.
Senyumnya yang manis itu kini nampak seperti senyum kuntilanak yang siap untuk menyedot darahnya! Tubuh Progodigdoyo menggigil. Dia adalah seorang laki-laki yang pemberani dan tak pernah mengenal takut, bahkan di antara hujan anak panah dan keroyokan musuh di dalam perang, dia dapat tersenyum tabah dan sedikit pun tidak pernah merasa http://kangzusi.com
gentar. Akan tetapi sekarang,menghadapi Lestari yang memandangnya penuh dendam, dia merasa ngeri juga.
Apalagi karena sejak kemarin dia selalu membayangkan wajah Lembu Tirta dan Galusari.
"Lestari, kau... kau sengaja hendak mencelakakan aku...!"
Akhirnya dia dapat berkata juga.
Lestari tersenyum lebar dan sepasang matanya ikut pula tersenyum. Wanita itu kelihatan girang dan bernafsu sekali, bahkan kelihatan seperti orang yang sedang diamuk gairah 536
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
berahi! Atau seperti sinar mata seorang calon ibu yang mengidam dan melihat apa yang diidamkannya!
"Hi-hik, kau baru tahu sekarang" Nah, sekarang kita berhadapan di sini, berdua saja dan aku dapat melakukan apa pun atas dirimu sesuka hatiku. Hi-hi-hik! Progodigdoyo, sekarang kau hendak mengeluh kepada siapakah?" Wanita itu melolos sebatang pisau belati yang kelihatan amat tajam dan runcing, yang tadi diselipkan di ikat pinggangnya.
"Lestari, kau... kau mau apa...?" Progodigdoyo bertanya, suaranya kering,sekering mulutnya dan kini lidahnya berusaha untuk membasahi bibir dengan jilatan gugup.
"Mau apa" Hi-hi-hik, kau masih bertanya mau apa lagi, Progodigdoyo" Mau merayu engkau" Ha-ha, mau melayanimu agar nafsu berahimu terpuaskan" Mau menyanjungmu karena engkau telah begitu gagah perkasa membunuh Ayahku secara curang dan pengecut" Dan engkau mau mengulangi
perkosaanmu atas tubuh Ibuku yang suci itu kepada diriku"
Dan memujimu karena Adikku telah mati kau bakar"
Begitukah Progodigdoyo?" Lestari mendekati dan mengejek.
Progodigdoyo melihat sinar mata itu dan kembali dia bergidik ngeri. Sinar mata itu serupa dengan sinar mata Lestari ketika dia hendak memperkosanya dahulu.
"Kau... kau... gila!!" Dia berseru.
http://kangzusi.com
"Ha-ha-ha, aku memang gila, gila oleh dendam! Dan kau pun gila, gila karena nafsu angkara. Dan sekarang aku memperoleh kesempatan untuk membalas dan menyiksamu sepuas hatiku!" Lestari mendekati sampai hampir menyentuh tubuh Progodigdoyo dan pisau belatinya diamang-amangkan di depan wajah Progodigdoyo.
"Kau gila! Kau boleh bunuh aku sekarang juga. Jangan kira aku takut mati!"
Progodigdoyo menghardik, tetapi di dalam hatinya dia takut sekali, takut oleh ancaman siksaan dan penghinaan.
537 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Hi-hik, enak saja kau minta mati. Lupakah kau betapa Ibuku memohon-mohon kepadamu, betapa Ibuku merintih-rintih ketika kau perkosa dan kau hina" Sekarang,aku ingin mendengar kau juga merintih-rintih dan memohon ampun!"
"Tidak sudi!" Progodigdoyo yang maklum bahwa dia tentu akan mati itu mengeraskan hatinya dan tidak mau menerima penghinaan itu. Dia ingin mati dalam keadaan gagah.
"Tidak sudi" Hi-hik, kita sama lihat saja. Engkau seorang hidung belang, ya" Begitukah macamnya seorang laki-laki hidung belang" Hidungnya harus dibuang saja!"
Sambil berkata demikian, Lestari menggunakan pisaunya yang amat tajam itu untuk membacok hidung Progodigdoyo.
Akan tetapi Progodigdoyo menggerakkan kepalanya dan mengelak.
"Crottt" Pipinya yang tertusuk dan berdarah. Akan tetapi Lestari sambil tertawa-tawa seperti seorang anak kecil memperoleh sebuah mainan baru, terus menghunjamkan
pisaunya dan akhirnya karena kaki tangannya terikat, tentu saja Progodigdoyo tak dapat terus mengelak dan hidungnya kena dirobek dan dikerat sampai buntung!
Darah mengucur deras, dan hidung itu kini merupakan lubang hitam melompong yang berdarah, di samping bibir dan pipinya yang tadi terkena ujung pisau dan juga luka-luka http://kangzusi.com
berdarah ketika dia mengelak. Namun siksaan ini masih belum mendatangkan rasa takut bagi Progodigdoyo, sungguh pun dia menderita rasa nyeri dan perih. Matanya melotot lebar memandang kepada Lestari penuh kebencian.
"Perempuan iblis, terkutuk..." Dia memaki akan tetapi suaranya terdengar aneh dan lucu karena hidungnya buntung itu. Lestari tertawa terkekeh seperti iblis,kegirangan dan kegembiraannya makin bertambah ketika dia melihat keadaan musuhnya dan dia seperti seekor binatang buas yang
mencium darah dan menjadi makin buas.
538 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Dan kau laki-laki mata keranjang. Ya, mata keranjang, maka harus dibuang satu matanya, hi-hik!" Dan kini pisau itu menyambar ke arah mata kiri Progodigdoyo!
Progodigdoyo mengelak dan miringkan kepalanya.
"Crepp!" Pelipisnya tergores pisau, bukan main nyeri dan perihnya. Dan mulailah dia merasa takut sekali.
"Lestari, bunuh sajalah aku!" katanya dengan suara pelo dan gemetar.
"Ha-ha, kau boleh minta ampun!"
Saking ngeri dan takutnya, Progodigdoyo tidak dapat lagi mempertahankan kekerasan hatinya. "Ampunkan aku, Lestari.
Ampunkan aku dan kau bunuh sajalah aku... ohhh..."
"Engkau belum menangis! Engkau harus minta ampun
sambil menangis, seperti Ibuku dulu!"
"Ah... kurang bagaimana lagi, Lestari" Aku sudah minta mati..., kau ampunkan aku..."
"Crott!" Kembali pipi atasnya dekat mata termakan ujung pisau ketika dia mengelak dari tusukan ke dua.
"Kau mintalah ampun kepada Ayahku!"
"Kakang Lembu Tirta, saya minta ampun kepadamu...!"
http://kangzusi.com
"Kepada Ibuku!"
"Diajeng Galuhsari... ampunkan aku... ampunkan aku..."
"Creppp...! Aughhhh...!" Progodigdoyo menjerit kesakitan ketika pisau itu menancap di mata kirinya, diputar dan dicongkelkan, diiringi suara ketawa Lestari yang kini benar-benar telah menjadi seperti orang gila!
"Aduhh... Lestari... Lembu Tirta... Galuhsari... ampun...!"
Progodigdoyo juga merintih-rintih seperti gila saking takutnya.
539 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Dan sekarang hukumanmu ketika kau memperkosa Ibuku!
Brettt ..." Pisau itu bergerak dan terbukalah celana di depan tubuh Progodigdoyo.
"Jangan, Lestari...! Bunuh saja aku...! Akan tetapi kata-kata ini disusul pekik mengerikan ketika pisau itu menyambar dan menusuki alat kelaminnya yang dilakukan dengan ganas sekali oleh Lestari yang tertawa-tawa. Para penjaga di luar kamar tidak berani menjenguk karena mereka sudah dipesan agar membiarkan kekasih Sang Resi itu menyiksa dan membunuh tawanan itu. Mereka bahkan tertawa-tawa karena semua penjaga merasa marah mendengar betapa Progodigdoyo
berusaha untuk memperkosa Sang Puteri di tempat
pemandian! Akan tetapi betapa pun Progodigdoyo merintih, mengeluh, minta ampun dan merengek-rengek, semua itu bahkan
menambah buasnya Lestari dan wanita yang sudah seperti gila ini terus-menerus menggerakkan pisaunya yang tajam, mengiris sana mengerat sini, menusuk dan mengiris lagi, semua dilakukan perlahan karena dia tidak ingin cepat-cepat membunuh orang yang disiksanya.
Tiba-tiba nampak bayangan berkelebat memasuki tempat tahanan itu dan seorang pemuda memandang dengan mata terbelalak penuh kengerian. Pemuda ini adalah Sutejo! Seperti telah diceritakan di bagian depan, dengan ditemani oleh http://kangzusi.com
Bromatmojo, Sutejo yang mendengar bahwa Mbakayunya, Lestari, kini telah menjadi selir dari Mahapati, juga ketika mendengar bahwa Progodigdoyo yang dicari-carinya itu kebetulan sekali sedang menjadi tamu di gedung Resi Mahapati, malam itu cepat mempergunakan kesaktiannya, bersama Bromatmojo dia meloncat ke atas genteng istana Resi itu dan mencari-cari. Ketika dia mendengar pekik-pekik kesakitan yang mengerikan itu, cepat dia bersama
Bromatmojo menghampiri dan mengintai dari atas genteng.
Alangkah kaget rasa hati Sutejo ketika dia melihat seorang 540
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
wanita yang seingatnya mirip benar dengan Mbakayunya, sedang menyiksa seorang pria yang bukan lain adalah Progodigdoyo. Baru setelah orang yang disiksa itu menyebut nama Lestari dan minta diampuni dan dibunuh saja, dia tidak merasa ragu-ragu lagi.
"Adi Bromo, harap kau menjaga di sini. Aku harus
mencegah Mbakayuku melakukan kekejaman seperti itu!"
katanya kepada Bromatmojo, kemudian dia membuka genteng dan meloncat turun seperti seekor burung garuda.
"Mbakayu Lestari...!"
Lestari yang tadinya terkekeh dan matanya bersinar-sinar, mulutnya terengah-engah dan peluhnya membasahi leher dan dahi, mukanya agak pucat, terkejut mendengar suara
panggilan itu dan cepat dia menoleh, pisau yang sudah berlepotan darah itu di tangan kanannya, sebagian bajunya juga terkena darah yang muncrat-muncrat dari luka-luka baru setiap kali pisaunya menusuk atau mengerat. Sejenak mereka berpandangan dan Lestari tidak lagi mengenal Adiknya.
"Engkau siapa?" bentaknya marah.
"Mbakayu Lestari, ini aku... Sutejo!" kata Sutejo dengan leher seperti dicekik rasanya. Mbakayunya kini telah menjadi seorang wanita dewasa yang cantik sekali,bukan lagi seorang dara remaja, akan tetapi dia tidak akan dapat melupakan http://kangzusi.com
wajah Mbakayunya. Akan tetapi, melihat keadaan Mbakayunya seperti itu, teringat betapa tadi Mbakayunya menyiksa orang itu, dia bergidik. Dia menoleh ke arah Progodigdoyo dan bergidik lagi. Seluruh tubuh orang itu tidak ada yang utuh,tidak ada yang tidak terkena darah sehingga sukar dilihat bagian mana yang belum terluka. Pakaiannya compang-camping dan terutama di bagian kelaminnya hanya kelihatan warna merah, penuh darah! Mengerikan sekali, dan
Progodigdoyo kini hanya dapat merintih perlahan-lahan, ah-ah-uh-uh mengerikan dan menyedihkan sekali.
541 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Sutejo...!! Engkau..." Tejo adikku...!" Lestari hendak memeluk Adiknya, akan tetapi Sutejo mundur dan
memandang Mbakayunya dengan alis berkerut.
"Mbakayu Lestari, apa yang kau lakukan ini?" tegurnya, suaranya nyaring.
"Hi-hik, Tejo adikku. Arwahmu kah ini yang datang untuk menyaksikan sendiri balas dendam keluarga kita?" Wanita itu bicara seperti gila.
"Tidak, Mbakayu. Ini aku, Sutejo, aku belum mati, ketika rumah kita terbakar,aku ditolong oleh Eyang Guru. Mbakayu, mengapa kau melakukan perbuatan yang amat kejam ini?"
"Aku" Kejam" Heii! Bagaimana kau ini" Dan kau mau bilang bahwa jahanam Progodigdoyo ini tidak kejam" Ah, kau tidak melihat ketika Ibu diperkosa, ya" Jahanam, aku harus hancurkan itu...!" Pisaunya sudah diangkatnya pula ketika dia membalikkan tubuhnya dan dengan beringas dia hendak membacokkan pisau itu ke arah bawah pusar yang sudah penuh darah itu.
"Prakkk!" Kepala Progodigdoyo yang sukar dikenal lagi itu karena hidungnya buntung dan matanya buta sebelah, juga mukanya penuh coret-coret bekas keratan pisau, tiba-tiba pecah dan orangnya tewas seketika.
Lestari menoleh ke arah Sutejo dan memandang dengan http://kangzusi.com
marah. "Ah, kenapa kau tergesa-gesa membunuhnya, Tejo"
Belum puas hatiku menyiksanya. Sebetulnya dia harus mati sedikit demi sedikit, akan tetapi kau bunuh dia. Sungguh terlalu enak bagi Si Keparat ini. Cuh-cuh!" Dia meludah ke arah muka mayat Progodigdoyo.
Sutejo mengerutkan alisnya. Tak disangkanya bahwa
Mbakayunya telah berubah menjadi seperti iblis. Begitu cantik jelita, akan tetapi begitu kejam luar biasa.
542 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dan dengan hati penasaran dia lalu menegur, "Mbakayu Lestari, engkau ternyata telah tersesat terlampau jauh!
Engkau seperti gila oleh dendam! Perbuatanmu ini kejam sekali dan membikin aku merasa malu, Mbakayu!"
Lestari juga memandang kepada adiknya dengan marah.
"Kau" Malu" Kau kira selama bertahun-tahun ini siapa yang menderita sengsara" Siapa yang mengorbankan dirinya,rela dihina, rela menanggung segala kepedihan, berkali-kali mempertahankan keinginan untuk membunuh diri, yang
sampai kehabisan air mata untuk menangis,yang hatinya selalu bercucuran darah, yang ..." Suaranya habis dan dia menangis sesenggukan.
Sadarlah Sutejo bahwa dia bersikap terlalu keras kepada Mbakayunya. "Mbakayu Lestari, kau maafkanlah aku..."
katanya perlahan sambil menundukkan mukanya,tidak tahan melihat Mbakayunya menangis. Sama benar Mbakayunya ini dengan mendiang Ibunya ketika menangis.
"Tejo...!" Lestari menubruk, mereka berangkulan dan bertangisan, sungguh pun sebenarnya hanya Lestari yang menangis karena Sutejo dapat menekan keharuannya dan masih belum hilang rasa kaget dan ngerinya melihat
kekejaman yang dilakukan oleh Kakaknya itu kepada
Progodigdoyo. Secara terpaksa sekali dia tadi menggerakkan tangan menampar kepala Progodigdoyo dan membunuhnya http://kangzusi.com
karena dia tidak ingin melihat orang itu lebih lama tersiksa lagi oleh Mbakyunya, sungguh pun orang itu adalah musuh besar keluarganya. Tamparannya tadi dilakukan untuk mengakhiri penderitaan Progodigdoyo yang amat hebat itu.
"Adikku sayang... kau harus mengerti keadaanku. Aku tadinya mengira bahwa kau sudah mati dan aku seorang diri, bagaimanakah aku dapat membalas dendam" Apa dayaku"
Bagaimana mungkin aku dapat membalas dendam selain
mempergunakan kecantikan dan kewanitaanku" Dan dendam keluarga kita bertumpuk setinggi gunung! Mendiang Ayah kita 543
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
telah berjuang mati-matian selamanya untuk kejayaan Mojopahit,akan tetapi imbalan apa yang kita terima" Ayah dibunuh secara curang Ibu diperkosa, dihina dan dibunuh, engkau hampir mati, dan aku... sudah rusak hidupku, hancur semua harapanku. Akan kubasmi seluruh Mojopahit!"
"Hushhh,Mbakayu, apa yang kau katakan itu?" Sutejo
terkejut. "Musuh keluarga kita hanya dia dan dia sudah mati."
"Tidak! Yang melakukan memang jahanam itu, akan tetapi mengapa Mojopahit diam saja melihat ponggawanya berbuat kejahatan terhadap kita" Dari Rajanya sampai semua
ponggawanya adalah tidak baik semua dan harus kubasmi, baru akan puas hatiku!"
"Mbakayu, buanglah jauh-jauh pikiran gila itu..." Sutejo menghentikan kata-katanya karena pada saat itu muncul Resi Mahapati dan Resi Mahapati diiringi para pengawalnya membuka pintu kamar tahanan dan memasuki tempat itu.
Resi Mahapati tidak berani lancang membunuh
Progodigdoyo begitu saja karena orang itu adalah seorang Bupati, seorang ponggawa pula, maka dia menghadap Sri Baginda dan melaporkan tentang perbuatan Progodigdoyo yang melanggar kesusilaan.
Pada waktu itu, Kerajaan Mojopahit telah mempunyai
undang-undang hukum, dan barang siapa mengganggu
http://kangzusi.com
seorang wanita yang sudah bersuami, maka pengganggu itu dihukum mati dan pelaksanaan hukumannya dapat dilakukan oleh Si Suami. Marahlah Sang Prabu mendengar pelaporan itu dan tentu saja sebagai seorang raja yang adil dan bijaksana, dia mengijinkan Resi Mahapati untuk menghukum mati kepada Progodigdoyo dan Sang Prabu mengutus Panji Samara dan Empu Wahono pergi ke Tuban untuk sementara mengatur kabupaten itu yang tidak mempunyai kepala daerah lagi.
Kebetulan sekali pada hari itu, Resi Harimurti tiba dan segera dua orang Resi ini bercakap-cakap sambil makan 544
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
minum dan di situ Resi Harimurti menceritakan semua pengalamannya ketika dia berada di Tuban. Tentang dua orang muda yang sakti dan yang menyerbu kabupaten lalu menghilang. Kemudian dia menceritakan pula tentang
kematian Empu Singkir dan cantrik-cantriknya dan tentang keris Pusaka Kolonadah yang kabarnya tadinya berada di tangan Empu Singkir.
"Menurut berita itu, agaknya tidak salah lagi bahwa yang membunuh Empu Singkir dan merampas Kolonadah adalah Ki Ageng Polondangan, Adi Resi Mahapati." Resi Harimurti mengakhiri ceritanya.
Tentu saja Resi Mahapati merasa tertarik sekali. Dia maklum bahwa keris Pusaka Kolonadah adalah sebatang keris pusaka ampuh ciptaan Maha Empu Supamandrangi dan keris itu khusus diciptakan untuk menjadi pegangan para raja besar. Pemegang keris itu akan mempunyai wibawa untuk menjadi raja besar. Hanya karena khasiat ini sajalah maka dia mati-matian mencari keris pusaka Kolonadah itu dan kini dia mendengar bahwa keris yang dicari-cari itu telah terjatuh ke dalam tangan Ki Ageng Palandongan!
"Hemm, berita ini penting sekali, Kakang Resi Harimurti,"
katanya sambil mengelus jenggotnya yang masih hitam.
"Kalau benar Ki Ageng Palandongan yang memperoleh pusaka itu, tentu dia akan membawanya lari ke Lumajang. Kita harus http://kangzusi.com
dapat merampasnya kembali, Kakang."
Resi Harimurti mengangguk-angguk. "Memang seharusnya begitu, Adi Resi. Dengan pusaka itu di tangan Andika, kiranya baru lengkaplah perabot-perabot untuk mencapai cita-cita Andika. Dan saya akan siap untuk membantu sampai akhir tujuan cita-cita kita tercapai. Akan tetapi, ada apakah ribut-ribut yang kudengar dibicarakan orang di rumah Andika ini"
Saya mendengar berita tentang Progodigdoyo ketika dalam perjalanan ke sini."
545 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Resi Mahapati menarik napas panjang. "Aahhh, sungguh menggemaskan sekali Si Progodigdoyo, Kakang Resi
Harimurti. Dia telah tergila-gila kepada kekasiku, Si Lestari!"
Resi Mahapati mengepal tinjunya.


Kemelut Di Majapahit Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Resi Harimurti tersenyum dan minum tuwaknya. "Ha-ha-ha, Adi Resi. Apakah anehnya itu" Selirmu itu demikian cantik jelita, siapa orangnya tidak akan tergila-gila kepadanya"
Mengapa hal seperti itu saja diributkan benar?"
"Kakang Resi, Andika tidak tahu. Kalau hanya tergila-gila saja, tentu saya tidak begitu bodoh untuk meributkannya, akan tetapi dia telah berani melanggar kesusilaan dan berusaha memperkosa selirku di waktu dia sedang berada di kolam pemandian."
"Ahhh...! Tertangkap basah?"
Resi Mahapati mengangguk. "Saya sendiri yang
menangkapnya. Hal itu berarti menghinaku dan bolehkah dibiarkan begitu saja?"
Resi Harimurti menarik napas panjang. "Ahhh..., tak kusangka dia akan segila itu! Habis sekarang bagimana, Adi Resi?"
"Mungkin saja, mengingat dia belum berhasil dalam
usahanya memperkosa, dan mengingat dia merupakan
seorang pembantu yang baik, saya sendiri akan dapat http://kangzusi.com
mengampuninya. Akan tetapi saya sangsi apakah Lestari sudi untuk melupakan peristiwa itu!" Mahapati termenung dan mengerutkan alisnya. "Selirku merasa sakit hati sekali, bahkan dia melarang saya membunuh Progodigdoyo dalam
kemarahanku yang meluap kemarin, dan dia minta agar dia sendiri yang akan membunuhnya."
Resi Harimurti tentu saja merasa sayang sekali kalau seorang pembantu seperti Progodigdoyo sampai dibunuh hanya karena urusan wanita. Dia sendiri sudah menerima banyak kesenangan dari Bupati itu, bahkan putera dan puteri 546
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Bupati itu telah berguru kepadanya. "Kalau sekiranya mungkin, sebaiknya kalau dia diampuni, Adi Resi. Diberi hajaran dan peringatan saja pun sudah cukuplah. Kita menghadapi urusan besar, jangan sampai urusan besar dihalangi oleh segala urusan yang lebih kecil, sungguh pun saya tahu bahwa perbuatannya itu benar-benar keterlaluan terhadap Andika."
Resi Mahapati mengangguk-angguk. "Saya mengerti,
Kakang. Akan saya coba untuk membujuk Lestari nanti." Para pelayan yang menghidangkan masakan-masakan yang masih panas datang dan Mahapati segera berkata, "Sudahlah, mari kita makan dulu dan kita lupakan saja hal-hal yang tidak menyenangkan itu. Malam masih panjang dan masih banyak waktu untuk urusan itu."
Harimurti tertawa dan Mahapati memberi tanda kepada para pengawal. Gamelan dibunyikan dan segera beberapa orang wanita cantik menari dan bertembang mengikuti irama gamelan untuk menghibur dua orang Resi yang sedang pesta itu.
Akan tetapi, Resi Mahapati tidak dapat menikmati makanan dan suasana yang meriah itu. Alisnya berkerut dan semua masakan yang dicobanya terasa cemplang (hambar).
Karena itu, dia lebih banyak menuangkan minuman tuwak ke dalam perutnya daripada makanan, sehingga mukanya http://kangzusi.com
menjadi merah sekali karena hawa minuman keras itu.
Kelezatan tidaklah sepenuhnya terletak di dalam piring.
Memang harus diakui bahwa bumbu-bumbu menambah sedap makanan, namun sesungguhnya keselarasanlah yang
membuat kita makan terasa enak. Keselarasan atau
keseimbangan antara kesehatan jasmani, ketenangan batin, dan rasa dari makanan itu sendiri. Kalau ketiganya ini seimbang atau selaras, barulah makanan terasa enak. Bahkan yang memegang peran utama adalah kesehatan badan dan ketenangan batin itulah. Makanan yang sederhana sekali pun, 547
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kalau dimakan dalam keadaan perut lapar, badan sehat dan pikiran tenang, maka akan terasa nikmat. Sebaliknya, biar pun menghadapi puluhan macam masakan yang paling lezat
seperti yang dihadapi oleh Mahapati, kalau pikirannya tidak tenang seperti dia, akan terasa tidak enak semua masakan itu.
Demikian pula, betapa pun enaknya masakan, kalau
badannya sedang tidak sehat,akan terasa tidak enak pula masakan itu. Maka yang penting bagi manusia adalah
kesehatan badan dan ketenangan batin.
Malam makin larut dan gamelan dipukul makin keras, suara tembang para penari makin nyaring menyusup dalam
kegelapan malam. Tiba-tiba beberapa orang pengawal datang mengiringkan dua orang muda memasuki ruangan makan itu.
Karena para pengawal telah mengenal pemuda dan gadis yang datang ini, maka mereka berdua itu langsung saja diantar ke ruangan makan di mana Resi Mahapati sedang makan minum bersama Resi Harimurti.
Resi Harimurti terkejut dan cepat bangkit berdiri ketika mengenal bahwa yang datang itu adalah Joko Handoko dan Roro Kartiko, dua orang muridnya. Juga Resi Mahapati merasa tidak enak. Dia sudah pula mengenal dua orang muda itu sebagai putera-puteri Progodigdoyo, maka cepat dia
menyambut kedatangan mereka.
"Andika berdua datang di waktu malam begini, ada
http://kangzusi.com
keperluan apakah?" Mahapati bertanya.
"Maaf, Paman Resi. Kami datang untuk mencari Ayah. Kami mendengar bahwa Ayah bertamu di sini dan karena tadi mendengar adanya suara di luar bahwa di sini terjadi keributan yang menyangkut nama Ayah, maka malam-malam ini juga kami memberanikan diri untuk datang menghadap. Di manakah Ayah, Paman Resi" Benarkah berita di luar bahwa Ayah telah Paman tangkap?" tanya Joko Handoko.
-o0odwo0o- 548 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Jilid 42 "Benar," jawab Mahapati tenang saja.
"Mengapa?" Roro Kartiko bertanya dengan suara nyaring.
"Mengapa Paman menangkap Ayah" Apa dosanya?"
"Kalian berdua boleh bertanya sendiri kepada Ayah kalian mengapa dia sampai kami tangkap," kata Resi Mahapati dan dia mengangkat tangan memberi isyarat sehingga suara gamelan dan nyanyian berhenti. Begitu suara itu berhenti, terdengar suara teriakan mengerikan dari arah belakang.
Mahapati terkejut. "Mari cepat ikut dengan kami!" katanya kepada Resi Harimurti dan dua orang muda itu, dan dia juga memberi isyarat kepada para pengawal yang cepat berkumpul dan mengikuti Sang Resi bergegas menuju ke tempat tahanan yang letaknya di belakang. Kiranya,gamelan dan nyanyian yang nyaring tadi membuat mereka tidak mendengar teriakan-teriakan Progodigdoyo ketika mengalami siksaan dari Lestari, dan baru setelah gamelan berhenti, terdengar teriakan itu.
Hanya Mahapati seorang yang dapat menduga suara teriakan itu datang dari mana, maka dia cepat mengajak mereka untuk menuju ke tempat tahanan.
Demikianlah, ketika Sutejo sedang bercakap dan
berbantahan dengan Mbakayunya, pintu tahanan terbuka dan http://kangzusi.com
muncullah Resi Mahapati dan Resi Harimurti. Akan tetapi segera terdengar teriakan tertahan dan dua orang menerobos masuk. Mereka itu adalah Joko Handoko dan Roro Kartiko.
Kedua orang itu menubruk mayat Progodigdoyo sambil
menangis. Dengan kerisnya, Joko Handoko membabat putus ikatan-ikatan tangan dan kaki mayat Ayahnya, kemudian dia membuka bajunya dan menutupi tubuh bawah Ayahnya
dengan baju itu, lalu diletakkan mayat itu di atas lantai.
Sementara itu, Lestari yang melihat betapa suaminya memandang kepada Sutejo dengan mata penuh ancaman,
549 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
cepat menghampiri suaminya dan berkata, "Kakangmas Resi, dia... dia adalah Adikku yang bernama Sutejo..."
Sementara itu, Sutejo juga mengkhawatirkan keselamatan Mbakayunya, maka dengan sikap tenang dia berkata, "Sayalah yang telah membunuh Progodigdoyo!"
Mendengar ini, Roro Kartiko melompat dan menghadapi Sutejo. Dia sudah mendengar penuturan Bromatmojo tentang kejahatan Ayahnya terhadap keluarga Sutejo, akan tetapi melihat Ayahnya disiksa seperti itu, dengan mata mendelik dan muka pucat dia menghadapi Sutejo, mengepal tinjunya dan membentak, "Kenapa kau menyiksa Ayahku" Kenapa kau membunuh Ayahku?"
Sutejo menarik napas panjang, memandang gadis itu
dengan sinar mata penuh iba karena dia maklum bahwa gadis ini adalah seorang yang gagah dan baik, hanya sayang Ayahnya demikian jahat. Betapa pun juga, Progodigdoyo adalah ayah kandung gadis ini maka dia dapat memaklumi kemarahan yang diperlihatkan oleh Roro Kartiko melihat Ayahnya mati secara demikian mengenaskan. "Mengapa"
Karena dia telah memperkosa Ibuku dan membunuh Ibuku setelah dia membunuh pula Ayahku..."
"Dan dia hendak memperkosa aku pula, setelah dia
memperkosa Ibu di depan mataku! Itulah sebabnya Sutejo membunuhnya!" hardik Sulastri.
http://kangzusi.com
Ucapan itu seperti ujung keris menghunjam di ulu hati Roro Kartiko. Mendengar Ayahnya melakukan hal-hal sejahat dan sekeji itu, membuat dia merasa sakit sekali di dalam hatinya.
"Ahhh... Ayah...!" Dia menubruk jenazah Ayahnya dan menangis sesenggukan.
"Sudahlah, Diajeng. Mari kita bawa pergi jenazah Ayah, tidak ada gunanya lagi kita berlama-lama di sini," kata Joko Handoko dan dia sudah memondong jenazah Ayahnya, lalu keluar dari situ diikuti oleh Adiknya. Tidak ada orang yang 550
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
berani mencegah mereka pergi, juga Resi Mahapati diam saja karena lebih baik mereka itu membawa mayat yang sudah tidak karuan rupanya itu cepat-cepat pergi dari rumahnya, pikirnya.
Sementara itu, diam-diam Resi Harimurti berbisik di dekat telinga Mahapati, "Adi Resi, inilah satu di antara dua orang muda yang mengacau di Tuban itu. Mungkin dia mempunyai hubungan dengan lenyapnya Kolonadah."
Resi Mahapati lalu menghampiri Sutejo. "Orang muda, biar pun Lestari mengakui engkau sebagai adiknya, akan tetapi karena kau telah melakukan pembunuhan di sini, engkau harus kutangkap dan kulaporkan. Yang kau bunuh adalah seorang ponggawa kerajaan, maka urusan ini harus dilaporkan ke istana."
"Kakangmas...!" Lestari menjerit dan merangkul suaminya.
"Dia adalah Adikku,adik kandungku sendiri. Dia Sutejo! Dia membunuh jahanam itu karena marah mendengar aku hampir diperkosanya!"
"Biar pun begitu, dia harus ditahan dulu, Lestari. Kalau sampai urusan ini terdengar oleh Sang Prabu dan aku melepaskan dia yang telah membunuh seorang ponggawa, tentu akan celaka kita semua. Sutejo, menyerahlah sebagai tawanan."
http://kangzusi.com
Akan tetapi tentu saja Sutejo tidak mau ditangkap begitu saja. Dia membusungkan dadanya dan mengerling ke arah Resi Harimurti sambil berkata, "Siapa pun boleh mencoba untuk menangkap aku kalau bisa!"
"Keparat! Kau sombong sekali! Di Tuban kau terlepas dari tanganku, kini jangan harap dapat mengulangi lagi hal itu!"
Resi Harimurti sudah menubruk ke depan dan tangannya mencengkeram ke arah pundak Sutejo sedangkan tangan yang kiri menampar ke arah pelipis kanan lawan. Dia maklum bahwa pemuda ini amat sakti dan pernah dia bertanding 551
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
segebrakan dengan Sutejo, maka begitu menyerang dia telah mempergunakan aji kesaktiannya dan mengeluarkan serangan maut. Melihat ini,Mahapati terkejut karena dia mengenal kesaktian temannya, akan tetapi dia hanya menonton saja sambil menggandeng tangan Lestari yang memandang
dengan mata terbelalak dan muka pucat.
"Plakk! Desss!!"
"Ahh...!" Resi Mahapati terkejut dan berseru kagum ketika melihat betapa tangkisan kedua tangan pemuda itu berhasil membuat Resi Harimurti terpental dan terhuyung ke belakang!
Bukan main! Adik dari selirnya ini ternyata adalah seorang pemuda yang sakti!
"Kakangmas Resi, maafkanlah Adik saya itu... bebaskan dia..." Lestari meratap.
Mahapati mengelus lengan kekasihnya.
"Diamlah, Lestari. Adikmu hebat, biar dia diuji oleh Harimurti," kata Mahapati tanpa melepaskan pandang
matanya dari dua orang yang sedang bertanding itu.
Resi Harimurti juga terkejut sekali. Tadi dia sudah mengerahkan tenaganya,sungguh tidak disangkanya bahwa tangkisan pemuda itu akan membuatnya terpental dan
terhuyung, dan dia merasa betapa dari lengan pemuda itu menyambar keluar hawa panas yang dahsyat bukan main!
http://kangzusi.com
Dia adalah pembantu dan kini menjadi tangan kanan Resi Mahapati, dan dia terkenal sebagai seorang yang memiliki kesaktian hebat. Tentu saja di depan Mahapati dia sampai terhuyung oleh tangkisan seorang pemuda, hatinya menjadi panas dan dia mengeluarkan suara melengking nyaring, suara yang menggetarkan dinding-dinding tahanan itu dan membuat Mahapati cepat merangkul kekasihnya dan membawanya
keluar, sedangkan para pengawal juga menggigil mendengar lengking yang mengandung wibawa hebat itu. Namun, Sutejo berdiri dengan tenang, kedua kakinya terpentang dan kedua 552
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
lengannya tergantung lepas di kanan kiri tubuhnya,sepasang matanya tak pernah berkedip mengikuti gerak gerik Resi Harimurti.
"Hyaaaaaahhhh...!!" Dengan gerengan nyaring seperti suara orang penjaga sawah menggertak dan mengusir
burung-burung yang makan padi di sawah, Resi Harimurti sudah menerjang lagi dengan gerakan kilat dan kedua tangannya sudah menghujankan tamparan-tamparan maut.
Bunyi angin bersiutan menyambar-nyambar menandakan
betapa dahsyatnya kedua tangan kakek itu ketika menyerang bertubi-tubi dari kanan kiri, atas dan bawah ke arah tubuh Sutejo dan pada bagian-bagian yang berbahaya.
Sutejo sudah waspada sejak tadi, maka begitu tubuh
lawannya menerjangnya, dia sendiri pun menggerakkan kedua kakinya bergeser ke sana sini dan kedua tangannya juga bergerak secepat kilat, menangkis, mengelak dan membalas dengan pukulan-pukulannya yang tidak kalah ampuh dan dahsyatnya. Terdengar suara nyaring berkali-kali ketika kedua pasang lengan mereka saling bertemu, dan setiap kali terjadi bentrokan paling keras karena kedua pihak mengerahkan seluruh tenaga, tentu Resi Harimurti yang terpental dan terhuyung ke belakang.
"Keparat!" bentak Resi Harimurti dan kedua tangannya bergerak ke pinggangnya. "Tar-tar-tarrr...!"
http://kangzusi.com
Sehelai senjata pecut panjang telah meledak-ledak di udara, dan tangan kirinya sudah memegang pula senjatanya yang kedua, yang tidak kalah aneh dan hebatnya,yaitu sebuah kipas bambu yang bentuknya bundar.
Melihat ini, Sutejo cepat mencabut kerisnya dan nampaklah sinar berkilauan ketika keris pusaka Nogopusoro tercabut keluar dari warangkanya. Tiba-tiba Resi Mahapati berseru,
"Tahan!" dan dia sudah melompat ke tengah di antara mereka.
553 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kakang Resi, harap simpan kembali senjata Andika!"
Setelah itu, Resi Mahapati lalu menghadapi Sutejo sambil tersenyum ramah. "Dimas Sutejo, setelah mendengar
penuturan Lestari, Andika ternyata adalah adik iparku sendiri, maka tidak baik kalau di antara kita terjadi kekerasan. Engkau harus mengerti bahwa kami adalah ponggawa-ponggawa
kerajaan, maka terjadinya peristiwa pembunuhan atas diri Bupati Progodigdoyo, tentu saja tidak dapat didiamkan saja.
Simpanlah keris pusakamu dan mari kita bicara dengan baik.
Akan kucarikan jalan agar urusan ini dapat diselesaikan dan kita tidak mendapat marah dari Sang Prabu. Akan
tetapi,kuharap agar engkau suka menjadi tamu di sini dan jangan pergi dulu sebelum urusan kematian Bupati
Progodigdoyo ini selesai. Bagaimana, Dimas Sutejo?"
Lestari sudah lari dan memegang lengan Adiknya. "Tejo Adikku! Apa yang dikatakan oleh Kakangmas Resi memang benar dan tepat. Marilah, kita bicara di dalam,Adikku. Aku sungguh rindu sekali padamu dan dapat kau bayangkan betapa bahagianya aku dapat bertemu dengan engkau yang tadinya kukira sudah mati."
Sepasang mata yang bening itu mengalirkan air mata dan Sutejo menghela napas panjang. Kalau Resi Mahapati bersikap baik, tentu saja dia pun tidak akan melakukan kekerasan.
Akan tetapi tiba-tiba dia teringat kepada Bromatmojo.
http://kangzusi.com
"Nanti dulu, aku akan memanggil temanku!" katanya
kepada Lestari dan dia memandang ke atas, ke arah genteng yang terbuka di atas kamar tahanan itu. "Adi Bromo, turunlah!"
Akan tetapi tidak ada jawaban dari atas. "Adi Bromatmojo!"
Sutejo kembali berseru memanggil. Namun sunyi saja yang menyambut panggilannya. Resi Harimurti sudah melompat dari luar kamar itu ke atas genteng, dan tak lama kemudian dia melayang turun kembali.
"Tidak ada siapa-siapa di atas," katanya.
554 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sutejo mengerutkan alisnya, merasa heran mengapa
Bromatmojo meninggalkan dia.
"Siapakah temanmu itu, Tejo?" tanya Kakaknya.
"Dia" Ah, hanya seorang teman seperjalanan," jawab
Sutejo singkat karena dia tidak mau bicara lebih banyak tentang Bromatmojo.
Demi menjaga keselamatan kakaknya yang telah menjadi selir Resi Mahapati, Sutejo terpaksa tunduk dan dengan sabar dia menurut saja ketika digandeng oleh kakaknya
meninggalkan kamar tahanan itu.
Ke manakah perginya Bromatmojo" Tadi ketika Sutejo
memasuki kamar tahanan itu,Bromatmojo hanya mengintai dari atas genteng. Dia juga ikut merasa ngeri menyaksikan wanita cantik yang amat kejam itu, yang ternyata adalah Kakak dari Sutejo, wanita yang agaknya sudah hampir gila oleh dendam sehingga mampu melakukan penyiksaan
sedemikian kejamnya. Dia terkejut pula ketika melihat masuknya Joko Handoko dan Roro Kartiko dan diam-diam dia pun merasa amat kasihan kepada dua orang putera-puteri dari Progodigdoyo itu. Kemudian, ketika melihat Sutejo bertanding melawan Resi Harimurti, dia pun tidak dapat turun tangan.
Pertandingan itu adalah satu lawan satu, maka tidak sepatutnya kalau dia mencampuri. Apalagi, bukankah Sutejo http://kangzusi.com
berada di antara keluarganya sendiri" Kalau dia melihat Sutejo dikeroyok misalnya, tentu dia sudah turun dan mengamuk.
Apalagi ketika dia mendapat kenyataan bahwa Sutejo tidak mungkin kalah oleh Resi itu. Dia percaya akan kesaktian pemuda itu. Ketika Resi Mahapati melerai dan dia mendengar percakapan di bawah, tahulah dia bahwa keadaan Sutejo tidak akan berbahaya, dan bahwa tentu wanita cantik itu akan melindungi adiknya. Maka dia pun diam-diam lalu cepat pergi dari situ, karena dia sendiri maklum bahwa urusan Sutejo telah selesai dan kehadirannya di situ tentu hanya akan 555
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menimbulkan keributan saja. Sutejo telah berhasil membunuh musuh besarnya dan bertemu dengan Mbakayunya. Tidak perlu dia mengganggunya, dan pula, dia merasa tidak senang kalau harus berhadapan dengan Resi Mahapati, nama yang sudah tidak disenanginya semenjak dia mendengarnya
sebagai majikan dari dua orang yang dibencinya, yaitu Reksosuro dan Darumuko. Dan ternyata Mahapati itu adalah kakak ipar dari Sutejo!
Demikianlah, tanpa pamit Bromatmojo meninggalkan istana Resi Mahapati dan dia melakukan perjalanan cepat sehingga ketika Resi Harimurti mencari ke atas genteng dia sudah pergi jauh. Malam itu dilewatkan oleh Bromatmojo di dalam sebuah gubuk di belakang sebuah candi tua yang sunyi di tepi kota.
Gubuk itu tadinya menjadi tempat penjaga, akan tetapi karena candi itu sudah tidak dipakai lagi, maka gubuk itu pun kosong.
Pada keesokan harinya, pagi-pagi sekali dia sudah
melakukan penyelidikan untuk mencari dua orang yang dibencinya itu, yaitu Darumuko dan Reksosuro.
Tadinya,setelah melihat Sutejo bertemu dengan kakaknya, dia ingin melanjutkan perjalanan ke Lumajang, untuk mencari Ki Ageng Palandongan. Akan tetapi ketika teringat kepada dua orang itu, dia ingin dulu bertemu dan memberi hajaran kepada dua orang yang dulu pernah menghina jenazah kakaknya itu.
Mahapati telah dia lupakan karena dia mau memaafkan http://kangzusi.com
Mahapati yang ternyata adalah kakak ipar dari Sutejo,akan tetapi dua orang pria yang pernah menghina jenazah
Mbakayunya dan pernah pula menghinanya di waktu dia masih kecil, harus dihajar!
Tidaklah sukar bagi Bromatmojo untuk mencari dua orang itu yang cukup dikenal sebagai perwira-perwira pembantu Resi Mahapati. Dengan mengaku sebagai keponakan Darumuko, akhirnya Bromatmojo mendengar dari seorang perajurit pengawal Mahapati yang suka sekali mengobrol bahwa tadi 556
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dia melihat kedua orang perwira itu mengunjungi ledek (penyanyi/penari) Madumirah.
"Ledek Madumirah" Di manakah rumahnya?" tanya
Bromatmojo dengan wajar, akan tetapi mendengar
pertanyaan itu, perajurit tadi dan dua orang temannya tertawa-tawa sehingga Bromatmojo memandang heran.
"Orang muda, hati-hati kau kalau ke sana. Engkau muda dan wajahmu tampan sekali,bisa dimakan bulat-bulat engkau!"
kata seorang di antara mereka.
"Ha-ha-ha, engkau akan dikeroyok dan dihisap sampai kering!" orang ke dua tertawa.
"Ahh, mana mungkin" Ada Pamannya, Darumuko dan
Reksosuro berada di sana, siapa berani mengunjungi tempat itu kalau ada mereka?"
Tentu saja Bromatmojo menjadi bingung dan sama sekali tidak mengerti. "Kisanak yang baik, tolong Andika beritahukan di mana rumah ledek Madumirah itu karena aku sungguh belum pernah mengetahuinya."
"Setiap hidung di Mojopahit tahu belaka di mana rumahnya.
Dia adalah seorang pensiunan ledek istana yang terkenal karena dia memelihara banyak sekali gadis-gadis cantik, heh-heh. Kau pergilah ke dusun Pemintihan di luar pintu gerbang sebelah barat. Aihh, kalau saja Pamanmu tidak sedang berada http://kangzusi.com
di sana dan kau mau membiayaiku, tentu suka sekali aku mengantarmu ke sana, Kisanak."
Bromatmojo belum mengerti betul, akan tetapi baginya penunjukkan tempat itu sudah cukuplah. Maka berangkatlah dia ke pintu gerbang sebelah barat dari kota raja itu dan setelah tiba di dusun Pamintihan yang berada di luar kota raja,barulah dia tahu bahwa ledek Madumirah itu terkenal sebagai seorang germo yang mempunyai banyak sekali anak buah yang terdiri dari gadis-gadis cantik dan bahwa tempat itu 557
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sering kali dikunjungi oleh pejabat-pejabat Mojopahit yang datang untuk mencari hiburan!
Hari telah siang ketika dia tiba di depan rumah yang cukup besar dan bersih itu,dan dengan langkah tenang dia memasuki pekarangan rumah. Baru saja tiba di depan pintu, dia telah disambut senyum manis dan kerling memikat dari dua orang wanita muda yang cantik. Sikap mereka menarik dan genit sekali, akan tetapi Bromatmojo harus mengakui bahwa mereka adalah dua orang yang tergolong cantik dan menarik.
"Raden, silakan masuk..."
"Agaknya baru sekarang kami melihat paduka, Raden. Dari istana manakah Paduka datang?"
Bromatmojo tersenyum dan jantung dua orang wanita
pelacur yang biasanya terpaksa melayani orang-orang tua dan buruk itu berdebar. Bukan main gagah dan tampannya
pemuda ini, masih remaja pula. Tentu masih seorang perjaka yang belum tahu apa-apa,masih segar dan bersih!
"Terima kasih, Nimas berdua. Aku datang dari tempat jauh dan ingin mencari dua orang yang bernama Darumuko dan Reksosuro. Apakah mereka berada di sini?" kata Bromatmojo setelah dia dipersilakan duduk di ruangan depan.
"Ahh... mereka memang berada di sini" kata yang seorang.
http://kangzusi.com
"Tetapi, mereka sedang... ehmmm..."
Bromatmojo tidak mengerti. "Sedang apa?" tanyanya
karena dia sungguh tidak mengerti apa artinya kata-kata yang disambung dengan deheman itu.
"Hi-hik, masa Paduka tidak tahu, Raden?" kata yang baju hijau sambil mencubit lengan Bromatmojo dengan sikap manja.
Bromatmojo bergidik. Celaka, pikirnya. Wanita-wanita di sini sungguh amat tak tahu malu dan genitnya bukan main.
558 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dia tersenyum dan teringatlah dia akan pengalamannya bersama Sutejo ketika dirayu oleh wanita-wanita cantik yang kemudian ternyata adalah anggota-anggota Sriti Kecana.
"Manis, aku sungguh tidak mengerti. Mereka itu di mana sekarang?"
Yang bajunya merah terkekeh genit, kemudian jari
tangannya lancang mengusap dagu Bromatmojo yang halus itu. "Aih, ada orang kok begini gantengnya! Aduh,
Raden,rasanya aku mau dijadikan tebu..."
"Heh" Dijadikan tebu" Apalagi artinya ini?" Bromatmojo memang tidak biasa dengan kelakar-kelakar mereka yang mengandung sindiran cabul.
"Ya, biar menjadi tebu dan dihisap-hisap oleh bibir ini..." Si Baju Merah kini menyentuh bibir Bromatmojo dengan sikap memikat sekali.
"Dan saya ingin sekali dijadikan selimut, biar setiap malam menyelimuti Paduka kalau kedinginan, Raden," kata Si Baju Hijau.
"Heii...! Ada apakah ramai-ramai di situ" Wah, ada tamu rupanya!"
"Amboi, agaknya Raden Janoko yang datang ini. Aduh, bagusnya diborong sendiri saja!"
http://kangzusi.com
"Pantas aku semalam mimpi kejatuhan bulan, kiranya akan bertemu dengan Sang Hyang Komajaya!"
Tiga orang wanita yang baru datang dari dalam itu pun muda-muda dan cantik-cantik akan tetapi kesemuanya genit dan bersikap memikat. Sebentar saja Bromatmojo dikurung oleh mereka, bahkan sudah ada yang berani mendekatkan muka ingin menciumnya. Dengan tertawa dan menyabarkan hatinya Bromatmojo mengelak dan menolak rayuan-rayuan mereka.
559 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Maafkan, Nimas sekalian yang cantik manis. Kedatanganku ini sungguh bukan hendak bersenang-senang dengan kalian, sungguh pun hatiku bingung untuk memilih siapa di antara kalian yang paling cantik jelita. Semuanya cantik manis seperti bidadari dari kahyangan!"
"Hi-hi-hik! Pandainya merayu!"
"He-heh, sungguh persis seperti Raden Arjuno ketika dirayu oleh bidadari dari kahyangan!"
Lima orang wanita muda itu menjadi makin gemas, bahkan kini ada yang mencoba untuk menarik-narik tangan
Bromatmojo agar suka mengikuti masuk ke dalam kamarnya.
"Kau tidak usah memberi hadiah apa-apa, Bagus..."
"Aku malah rela menyerahkan semua tabunganku..."
Mereka berebutan dan nyaris terjadi perkelahian antara wanita-wanita itu kalau tidak muncul seorang laki-laki dari sebelah belakang. Laki-laki ini usianya sudah empat puluh lima tahun, bertubuh jangkung dan pakaiannya cukup garang dan indah. Sikapnya angkuh dan bajunya terbuka memperlihatkan dadanya yang kurus sehingga nampak tulang iganya. Akan tetapi sebatang keris panjang terselip di pinggangnya.
"Heh, siapa berani membuat gaduh di sini" Mengganggu orang yang sedang bersenang-senang dan mengaso! Hayo http://kangzusi.com
mengaku siapa kau atau kuhancurkan kepalamu!" bentak orang itu sambil melotot memandang kepada Bromatmojo.
Seorang wanita yang cantik pula,tidak berbaju hanya memakai tapih pinjung dan rambutnya kusut, leher dan mukanya berpeluh, agaknya dialah wanita yang melayani laki-laki galak ini, keluar dari kamar dan menyentuh lengan laki-laki itu.
"Kenapa marah-marah, Kakangmas...?"
"Minggir kau! Aku akan menghajar bocah lancang ini!
Berani kau datang ke sini,ya" Tidak tahu bahwa aku sedang bersenang di sini dan tidak sudi diganggu oleh bocah macam 560
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
engkau" Mau menjual tampang, ya?" Laki-laki itu makin marah ketika melihat wanita yang baru saja melayani itu kini juga memandang kepada pemuda tampan itu dengan sinar mata kagum!
Si Baju Merah yang amat bernafsu untuk meraih cinta kasih pemuda tampan seperti Arjuno itu cepat berkata, "Harap maafkan, Kakangmas, Raden ini katanya adalah masih
keluarga dari Kakangmas Darumuko. Bukankah begitu katamu tadi, Raden?"
Bromatmojo mengangguk tersenyum, akan tetapi matanya tajam memandang kepada laki-laki di depannya itu. Tentu saja dia tidak dapat melupakan mata yang juling itu.
Kiranya hanya seorang saja laki-laki jangkung sombong yang bermata juling seperti Reksosuro ini di atas dunia atau setidaknya di seluruh Mojopahit! Akan tetapi dia menahan sabar karena dia ingin mendapatkan dua-duanya.
"Benar, manis. Di manakah Paman Darumuko?" tanya
Bromatmojo sambil mencubit dagu Si Baju Merah sehingga wanita itu menjadi merah mukanya. Matanya bersinar-sinar dan bibirnya tersenyum gemetar seperti seorang anak perawan yang baru pertama kali jatuh Cinta!
Mendengar bahwa pemuda tampan ini adalah keponakan
Darumuko, tentu saja Reksosuro tidak mau bertindak ceroboh.
http://kangzusi.com
Akan tetapi dia merasa tidak percaya bahwa temannya itu mempunyai seorang keponakan yang tampan ganteng seperti ini,maka dia lalu berteriak, "Adi Darumuko! Ke sinilah sebentar! Keluarlah, ada urusan penting!"
Dari dalam sebuah kamar yang daun pintunya tertutup terdengar suara orang,nadanya tidak senang, "Aah...
bagaimana sih Kakang Reksosuro. Mengganggu saja!"
"Keluarlah sebentar saja, ada orang mengaku sebagai keponakanmu!" kata pula Reksosuro yang masih belum hilang marahnya.
561 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Lama terdengar suara orang bersungut-sungut diselingi kekeh seorang wanita dari dalam kamar itu, lalu daun pintu berbunyi dan terbuka. Muncullah seorang laki-laki yang pakaiannya masih kedodoran diikuti seorang wanita yang juga hanya bertaping pinjung dengan rambut kusut dan badan penuh keringat. Siang itu memang hawanya panas sekali. Pria ini usianya kurang lebih empat puluh tahun, tubuhnya kurus kecil, bibirnya tebal sekali dan matanya liar, mukanya bulat.
Girang sekali hati Bromatmojo ketika dia mengenal bahwa orang ini memang benar Darumuko. Dua orang musuhnya itu telah berada di depannya sekarang!
"Apa maksudmu, Kakang Reksosuro" Mana orangnya yang mengaku keponakanku itu?"
Darumuko bertanya dengan muka jelas memperlihatkan
ketidak-senangan hatinya.
"Itu dia. Katanya dia adalah keponakanmu."
Darumuko sudah siap untuk memaki orang yang mengakuaku dan mengganggu kesenangannya itu, akan tetapi ketika dia melihat wajah yang tampan dan ganteng itu, dia tidak jadi marah. Mempunyai seorang keponakan seperti ini sungguh boleh dibanggakan! Maka dia lalu berkata dengan lagak sombong, memandang ke arah wanita-wanita itu dengan matanya yang liar, "Mungkin saja dia ini seorang di antara keponakanku yang sangat banyak."
http://kangzusi.com
"Adi Darumuko, engkau benar mempunyai keponakan
sehebat ini?" Reksosuro heran dan kagum.
"Biasa saja. Banyak keponakanku yang seperti ini. Memang sudah kukatakan berkali-kali,ada darah priyayi mengalir dalam tubuhku, Kakang Reksosuro!"
"Hemm, karena keturunan dan darah priyayi luhur, kenapa ada yang keluar seperti engkau itu?" Reksosuro yang sudah biasa berkelakar itu berkata sambil tertawa.
562 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Jilid 43 "Ha-ha, apakah aku kurang gagah" Memang tidak begitu tampan, akan tetapi aku menuruni kegagahannya.


Kemelut Di Majapahit Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Mungkin darah endeg-endeg (bagian yang kotor) yang
menjadi aku, dan yang bening-bening menjadi seperti dia inilah. Eh, kulup,benarkah engkau mencari Pamanmu yang bernama Darumuko?" tanya Darumuko dengan sikap manis kepada Bromatmojo yang hanya tersenyum mendengar
percakapan mereka yang konyol itu.
"Benar, aku mencari Darumuko dan Reksosuro."
"Akulah Darumuko! Engkau tentu keponakanku!"
"Dan akulah Reksosuro! Jangan-jangan aku Pamanmu itu!"
Reksosuro tidak mau kalah.
Bromatmojo tersenyum dan bangkit berdiri dari bangku yang tadi didudukinya sambil mendorong wanita-wanita yang masih mengerumuninya itu ke kanan kiri. "Sungguh kebetulan sekali aku dapat bertemu dengan kalian berdua di sini.
Memang aku mencari kalian karena ada pesan untuk kalian."
"Eh, pesan" Untuk kami" Pesan dari mana?" Reksosuro kini memandang tajam karena dia melihat betapa sikap pemuda itu sama sekali tidak menghormat lagi dan tidak menyebut Paman lagi.
"Dari kuburan!" jawab Bromatmojo. Wanita-wanita itu menjerit lirih dan melangkah mundur, terbelalak memandang http://kangzusi.com
kepada Bromatmojo. Dua orang laki-laki yang sudah biasa menghadapi musuh itu adalah orang-orang yang tangguh dan pemberani, akan tetapi semenjak kecil sampai usianya empat puluh tahunan, Darumuko yang pemberani dan kejam itu amat penakut terhadap setan. Maka begitu mendengar bahwa pesan itu datang dari kuburan, seketika mukanya menjadi pucat dan kakinya menggigil!
"Bocah, jangan main-main dan kurang ajar kau! Hayo
berkata yang benar!"
563 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Reksosuro membentak dan mulai curiga dan marah.
"Memang sesungguhnya aku mendapat pesan dari orang
yang sudah mati untuk disampaikan kepada kalian berdua,"
kata Bromatmojo dengan sikap dan suara sungguh-sungguh.
"Hiiihhhh" Darumuko mendekati Reksosuro, matanya makin liar dan mukanya makin pucat dan mulutnya berkemak-kemik,
"Hong...wilaheng...nir boyo sedyo rahayu...!
"Keparat, kau berani mempermainkan kami" Hayo
mengaku siapa kau dan apa niatmu datang mencari kami!"
Reksosuro membentak dan melangkah maju mendekati
Bromatmojo. Betapa pun juga, tentu saja dia tidak merasa takut menghadapi pemuda remaja yang tampan dan halus itu, yang agaknya dengan sekali pukul saja sudah akan dapat dia robohkan.
"Reksosuro dan Darumuko, dengarlah baik-baik. Buka
lebar-lebar kedua telingamu dan kedua matamu! Ingatkah kalian akan seorang dara suci murni bernama Sri Winarti yang tewas suduk seliro (bunuh diri dengan keris) di Sungai Tambakberas karena berbela pati atas kematian Adipati Ronggo Lawe" Nah, dara suci itulah yang menyuruh aku menyampaikan pesan kepada kalian!"
Wajah Reksosuro menjadi pucat dan kini Darumuko makin menggigil. Mereka segera teringat dan terbayanglah di depan http://kangzusi.com
mata mereka dara cantik jelita yang bunuh diri dengan keris pusaka Kolonadah itu, yang kemudian lenyap entah ke mana,seolah-olah jenazah itu hidup kembali dan dapat melarikan diri begitu saja!
Kemudian mereka mendengar pelaporan yang disampaikan kepada Resi Mahapati oleh Gagaksona malam tadi bahwa keris pusaka Kolonadah telah diambil orang dari sebuah kuburan tersembunyi di dalam hutan dekat Sungai Tambakberas. Dan sekarang,pemuda ini menyatakan bahwa dia membawa pesan dari gadis yang mati itu untuk mereka! Betapapun juga, timbul 564
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
harapan di hati Reksosuro untuk mendengar tentang keris pusaka Kolonadah yang kabarnya tidak berhasil dirampas oleh orang-orang Resi Mahapati.
"Hemm, tentu kami ingat. Bukankah yang membunuh diri dengan keris pusaka Kolonadah itu" Apakah kau hendak memberitahukan kepada kami di mana adanya keris pusaka Kolonadah" Jangan khawatir, engkau akan mendapatkan hadiah besar, orang muda."
"Sayang sekali, pesannya bukan begitu, Reksosuro dan Darumuko."
"Habis, apa... apa... pesannya?" Darumuko mencoba untuk mengatasi rasa takutnya dengan bersikap garang dan
membentak-bentak, akan tetapi tetap saja bentakan-bentakan itu keluar dengan gagap. Sementara itu, melihat bahwa suasana menjadi makin panas, para wanita pelacur itu sudah mundur-mundur menjauhkan diri dan sekarang di antara mereka terdapat seorang wanita setengah tua yang masih kelihatan cantik, dan dia ini adalah Nyi Madumirah bekas ledek keraton itu! Wanita-wanita itu kelihatan ketakutan dan mengkhawatirkan pemuda tampan itu karena mereka semua sudah mengenal siapa adanya Reksosuro dan Darumuko yang kejam. Pernah mereka berdua memukuli dan menghajar dua orang pemuda sampai pingsan ketika pemuda-pemuda itu berani datang ke tempat itu dan bercanda dengan para http://kangzusi.com
pelacur selagi mereka berdua berpelesir. Tentu saja pemuda-pemuda itu bukanlah putera bangsawan, melainkan rakyat biasa, karena dua orang perwira ini pun bukan orang bodoh.
Terhadap putera-putera bangsawan yang orang tuanya lebih tinggi kedudukannya tentu saja mereka itu siap untuk setiap saat bersikap hormat dan menjilat-jilat. Biasanya, seorang yang suka menindas ke bawah tentulah suka pula menjilat ke atas, seorang yang kejam terhadap bawahannya tentulah seorang penjilat terhadap atasannya. Karena seorang penjilat adalah seorang yang mengejar kekuasaan, dan sikapnya yang 565
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menindas terhadap bawahan justru untuk menonjolkan
kekuasaannya itulah!
Bromatmojo tersenyum mengejek. Dia ingin menghajar dua orang ini bukan demi dirinya sendiri, maka dia tidak perlu memperkenalkan diri sebagai Sulastri,melainkan untuk menebus penghinaan terhadap jenazah Kakaknya. "Mau tahu apa yang dipesan oleh Dyah Sri Winarti" Dia pesan kepadaku untuk mencari kalian berdua yang telah menghina jenazahnya dahulu itu, dan aku diharuskan menghajar kalian sampai setengah mati!"
"Babo-babo, keparat bermulut besar!" bentak Darumuko yang kini timbul kembali keberaniannya karena dia maklum bahwa pemuda ini hanya mempermainkannya saja,sama sekali bukan utusan dari alam baka!
"Jahanam sombong, kau sudah bosan hidup!" Reksosuro juga membentak dan dia sudah mendahului Darumuko untuk menubruk dan menghantam ke arah dada pemuda halus itu dengan pengerahan tenaga sekuatnya karena dia ingin sekali pukul memecahkan dada yang tidak berapa besar itu.
"Plak-plak, plengg...!!" Tubuh Reksosuro berpusing seperti gasing ketika dia terkena tempilingan pipinya oleh tamparan tangan Bromatmojo setelah dua kali pukulannya tadi kena ditangkis. Matanya berkunang-kunang dan kepalanya pening dan akhirnya dia jatuh bergelimpang, berpegang kepada http://kangzusi.com
bangku akan tetapi tetap saja dia masih terbanting dan bangku itu ikut pula terseret.
"Mampuslah!" Darumuko marah sekali dan menerjang
dengan tendangan kakinya yang kecil pendek.
Melihat menyambarnya kaki lawan ini, Bromatmojo
miringkan tubuhnya membiarkan kaki itu lewat, kemudian secepat kilat dia menyambar mata kaki dan mendorong kaki itu ke atas.
566 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Blukk, ngekkk!" Pantat yang kerempeng itu terbanting keras sekali di atas lantai dan perut Darumuko seketika terasa mulas, kepalanya berputar dan matanya menjadi juling menyaingi mata rekannya, Reksosuro yang kini sudah
merangkak bangun.
Mereka bangkit dan menggoyang-goyang kepala mengusir pening dan keheranan.
Mereka merasa heran dan terkejut sekali karena sama sekali mereka tidak tahu bagaimana mereka tadi roboh, seolah-olah mereka disambar petir layaknya. Akan tetapi mereka dapat menduga bahwa pemuda tampan itu tentu
memiliki kesaktian hebat, maka mereka menjadi marah dan nekat. Keduanya mencabut keris yang terselip di pinggang.
Keris di tangan Reksosuro adalah masih keris yang dulu juga.
Bromatmojo teringat dan menahan ketawanya. Teringat dia akan gurunya yang pertama, yaitu Ki Jembros, ketika Ki Jembros mempermainkan kedua orang ini.
Keris di tangan Reksosuro itulah yang dulu oleh gurunya ditekuk-tekuk seperti terbuat dari timah saja! Dan kini, keris itu telah lurus lagi, keris berluk sembilan yang namanya Kyai Bandot! Sedangkan keris di tangan Darumuko juga panjang sekali, seperti golok saja!
"Hemm, kau mengeluarkan Kyai Bandot?" Bromatmojo
mengejek kepada Reksosuro.
http://kangzusi.com
Pemilik keris ini terkejut mendengar orang muda itu mengenal nama kerisnya, akan tetapi dia menjadi girang.
Agaknya pemuda itu telah mengenal keris pusakanya yang terkenal dan merasa jerih tentunya.
"Hemm, kau mengenal pusakaku yang ampuh" Kyai Bandot ini sekarang telah menjadi pusaka yang ampuhnya tidak kalah oleh Kolonadah! Ditusukkan gunung akan jebol,ditusukkan lautan akan kering..."
567 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"...ditusukkan sate malah patah!" Bromatmojo
menyambung dan lagaknya demikian jenaka sehingga
terdengar ada suara terkekeh di antara para pelacur yang tadi melihat betapa dalam segebrakan saja dua orang yang ditakuti itu gelayaran oleh pemuda luar biasa itu. Benar-benar mereka merasa kagum, seolah-olah mereka menonton
pertunjukkan wayang di mana Raden Arjuno dikeroyok dua oleh raksasa-raksasa cebol!
"Keparat, berani kau menghina pusakaku?" Reksosuro
membentak. "Pusaka apa" Pisau dapur lebih tajam! Mari, kau boleh tusuk aku dengan keris tempe itu!"
Reksosuro marah bukan main. Keris pusakanya itu adalah senjata pusaka yang setiap pekan sekali tentu dia bakari kemenyan, dia kutugi (diasapi kemenyan) dan beri sesajen kembang tujuh macam dan sekarang dimaki orang sebagai keris tempe dan ditantang! Dengan kemarahan meluap, dia lalu menggerakkan kerisnya itu menusuk ke arah perut Bromatmojo yang sengaja agak dibusungkan ke depan.
Bromatmojo dulu melihat gurunya, Ki Jembros menerima keris itu dengan dada. Kini,setelah dia berguru kepada Empu Supamandrangi, tentu saja dia juga sudah memiliki aji kekebalan yang amat kuat. Karena dia tahu bahwa keris yang bernama Kyai Bandot itu hanya namanya saja yang serem, http://kangzusi.com
maka dia berani menerima tusukannya dengan mengandalkan aji kekebalannya. Dan dalam hal ini, Bromatmojo sama sekali bukanlah seorang yang sembrono. Dia adalah murid seorang empu,bahkan seorang maha empu. Tentu saja
pengetahuannya tentang perkerisan sudah cukup mendalam dan dia dapat melihat dari jauh apakah sebabnya keris itu ampuh atau tidak. Dan keris Kyai Bandot di tangan Reksosuro itu hanyalah keris yang boleh dipakai untuk menakuti-nakuti orang saja!
568 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Tukk!" Keris itu tepat mengenai perut atas dari
Bromatmojo dan dapat dibayangkan betapa kaget hati
Reksosuro ketika dia merasa seperti menusukkan kerisnya pada sebongkah besi saja. Kerisnya membalik dan hampir terlepas dari pegangan tangannya!
"Mati kau!" Darumuko juga membentak dan menusukkan
kerisnya pada lambung Bromatmojo. Pemuda itu sama sekali tidak mengelak, melainkan melindung lambungnya dengan hawa sakti dari tubuhnya, mengerahakan aji kekebalannya.
"Tukkk!" Juga keris panjang di tangan Darumuko itu
membalik dan "pemuda" tampan itu sedikit pun tidak terluka.
"Hemm, apa kataku?" Bromatmojo mengejek.
Darumuko merasa bulu tengkuknya berdiri dan dia
memandang kepada pemuda itu dengan mata terbelalak.
Tentu setan, pikirnya! Celaka, agaknya orang ini benar-benar iblis. Kalau tidak, mana mungkin bisa membawa pesan orang mati dan kini dapat menerima tusukan keris mereka
sedemikian enaknya" Saking ngerinya, dia hanya bengong saja. Akan tetapi Reksosuro lebih cerdik. Si Juling ini maklum bahwa pemuda di depan mereka itu benar-benar sakti dan bukan lawan mereka, maka dia mencari siasat untuk dapat melarikan diri.
"Aku tahu! Engkau menggunakan aji kekebalan. Kalau
http://kangzusi.com
punggungmu yang kutusuk tentu kau akan mampus!"
bentaknya. Bromatmojo tersenyum mengejek. Sebetulnya dia sayang kepada pakaiannya yang setidaknya tentu berlubang sedikit oleh ujung keris, akan tetapi karena ditantang seperti itu, dia tidak dapat mundur. Dia berkata, "Begitukah" Nah, kau boleh menusuk punggungku sekuatmu dengan keris tempemu itu!"
Dia lalu membalikkan tubuhnya, memberikan punggungnya sambil mengerahkan aji kekebalannya.
569 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Reksosuro memberi isyarat kepada kawannya. Mereka
menggerakkan keris secara berbareng, Reksosuro menusuk ke arah punggung, dan Darumuko menusuk ke bukit pinggul kiri.
"Tukk! Tukk!!" Apalagi punggungnya, bahkan bukit pinggul yang membulat dan yang mestinya lunak penuh daging itu ternyata berubah keras seperti besi! Tanpa mengeluarkan sepatah kata pun, Reksosuro menowel lengan temannya dan mempergunakan kesempatan selagi lawan yang tangguh itu berdiri membelakangi mereka, keduanya lalu menggerakkan kaki mereka, melarikan diri terbirit-birit keluar dari pintu depan.
"Hemm, enak saja mau lari!" tiba-tiba terdengar bentakan halus itu dan nampak bayangan berkelebat, tahu-tahu pemuda yang amat sakti itu telah berdiri di pekarangan depan menghadang mereka. Kiranya Bromatmojo telah
mempergunakan Aji Turonggo Bayu sehingga ketika dia meloncat dan lari, dia seperti angin saja cepatnya mendahului kedua orang lawannya dan menghadang di halaman depan.
Dua orang itu saking takutnya menjadi nekat. Mereka berdua lalu menerjang dengan keris di tangan, menyerang secara membabi buta, Bromatmojo kini tidak lagi mau menerima tusukan-tusukan keris itu karena takut kalau-kalau pakaiannya rusak.
Beberapa kali dia mengelak dengan mudah, kemudian dua http://kangzusi.com
kali tangannya bergerak memukul dengan tangan terbuka dan miring mengenai pergelangan tangan kedua orang itu, dan keris mereka terlepas dari pegangan karena tulang
pergelangan tangan mereka telah patah oleh pukulan yang dilakukan dengan pengerahan Aji Hasto Nogo itu!
"Duhh... celaka...!" Reksosuro berseru kaget dan
memegangi lengan kanan dengan tangan kirinya.
"Ampun... desss!" Darumuko terpelanting dan teriaknya minta ampun tadi berubah menjadi rintihan ketika kaki 570
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Bromatmojo menendang dan mengenai dadanya. Serasa
ambrol dadanya oleh tendangan kaki yang kecil itu.
Reksosuro yang licik itu sudah hendak melarikan diri lagi, akan tetapi kaki Bromatmojo lebih cepat lagi, sekali tendang robohlah Reksosuro. Dia hendak bangkit lagi akan tetapi Bromatmojo sudah menggerakkan tangannya.
"Plakk! Ngekkk!" Tengkuknya kena ditampar dan mata
yang juling itu mendelik dan dia gelayaran seperti seekor ayam jago kena dijalu lawannya tepat pada lehernya.
Akan tetapi Bromatmojo memang tidak bermaksud
membunuh mereka, maka dia membatasi tenaganya dan
tamparannya itu pun hanya cukup untuk merobohkan orang tanpa membunuhnya. Beberapa kali mereka berdua bangkit berdiri dan hendak lari,akan tetapi dengan tamparan dan tendangan Bromatmojo membuat mereka roboh lagi.
Semua pelacur kini berjubal di pintu, menonton ke luar dengan sinar mata kagum bukan main.
"Benar-benar dia Raden Arjuno..."
"Bukan, lebih pantas menjadi Raden Abimanyu, masih
begitu remaja!"
Mereka berbantahan sendiri dan kini tidak merasa takut atau khawatir lagi setelah jelas tampak oleh mereka betapa http://kangzusi.com
dua orang "raksasa kerdil" itu sama sekali tidak berdaya mengeroyok Sang Arjuno.
"Hayo kalian berlutut dan minta ampun kepada Mbakayu Sri Winarti!" bentak Bromatmojo.
Akan tetapi pada saat itu datanglah sepasukan perajurit yang belasan orang jumlahnya. Melihat kedatangan mereka, Reksosuro dan Darumuko bangkit kembali,semangat mereka menjadi besar lagi dan mereka segera berteriak-teriak.
"Tolong... tolong..."
571 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Penjahat ini hendak membunuh kami...!"
Belasan orang perajurit itu berlari-larian dan segera mengepung Bromatmojo. Akan tetapi Bromatmojo tidak
perduli, tetap dia merobohkan Darumuko dan Reksosuro setiap kali kedua orang ini hendak bangkit berdiri sambil menangkis dan merobohkan para pengeroyok lainnya. Setiap orang perajurit yang berani datang mendekat tentu terlempar atau terguling dan kehebatan sepak-terjang Bromatmojo ini menggegerkan para perajurit yang menjadi jerih melihatnya.
Sedangkan Reksosuro dan Darumuko kini tidak berani bangkit lagi, hanya mendekam di atas lantai sambil menangis saking takutnya.
"Hayo kalian minta ampun kepada Mbakayu Sri Winarti!"
bentak Bromatmojo berulang-ulang.
"Desss! Desss!" Dua tendangan itu membuat dua orang itu untuk ke sekian kalinya terguling-guling. Sudah bengkak-bengkak muka mereka, berdarah hidung mereka dan patah tulang pergelangan tangan mereka sehingga seluruh tubuh terasa nyeri semua.
Akan tetapi setelah kini datang pasukan yang menyaksikan, dua orang itu makin enggan untuk memenuhi permintaan Bromatmojo. Mereka yang biasa berlagak dan
menyombongkan diri di depan para perajurit, mana mungkin kini berlutut dan minta-minta ampun kepada seorang wanita http://kangzusi.com
yang tidak ada di situ" Sungguh akan memalukan sekali dan tentu nama mereka sudah tidak akan laku dijual sekeping pun, dan akan menjadi buah tertawaan semua orang.
Tentu saja kekerasan hati dua orang itu membuat
Bromatmojo menjadi makin gemas sekali. Kalau saja kedua orang itu mau minta ampun dan menyebut nama
mbakayunya,dia sudah akan merasa puas, karena sebetulnya dua orang ini hanyalah orang-orang sombong yang kosong belaka, yang terhadap semua orang yang dianggap lemah tentu akan bersikap menghina seperti yang telah mereka 572
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
perlihatkan kepada jenazah mbakayunya dan kepada dirinya ketika dia masih kecil. Kembali dia menendang dan sekali ini dia mengarahkan tendangannya ke kaki mereka.
"Krek! Krek!" Terdengar tulang-tulang patah dan mereka mengaduh-aduh karena tulang kaki mereka tertendang patah.
Empat orang perajurit yang berusaha menolong dan
mendekat, terlempar kembali oleh tamparan dan tendangan kaki Bromatmojo. Kembali ada seorang perajurit berkelebat maju.
"Pergi kau!" bentaknya dan tangannya mendorong.
"Plakk!" terkejut bukan main Bromatmojo karena perajurit itu menangkis dan tangkisannya demikian kuatnya sehingga dia terdorong mundur! Cepat dia memandang dan alisnya berkerut.
"Kau...?"?"
Orang itu ternyata bukan seorang perajurit, melainkan Sutejo! Tentu saja Bromatmojo merasa heran, terkejut dan juga penasaran sekali. "Kau... kau membela mereka?"
"Adi Bromo, hentikan amukanmu itu. Tidak baik menentang ponggawa-ponggawa Kerajaan Mojopahit," tegur Sutejo dengan suara halus.
"Kakang Sutejo! Engkau tentu tahu siapa mereka ini!
http://kangzusi.com
Mereka adalah Darumuko dan Reksosuro yang pernah
kuceritakan kepadamu. Aku memang sengaja hendak
menghajar mereka."
"Sudah cukup, Adi Bromo. Urusan pribadi tak perlu
direntang panjang. Kalau sampai kau membunuh mereka, kau bisa dianggap sebagai seorang pemberontak terhadap
Kerajaan Mojopahit!"
Memang tadinya sama sekali tidak ada niat di dalam hati Bromatmojo untuk membunuh mereka, akan tetapi melihat betapa Sutejo membela mereka, hatinya menjadi panas 573
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
seperti dibakar. Dia marah dan penasaran sekali! Sutejo, teman seperjalanan yang selama ini bersama-sama dengan dia menghadapi kejahatan, yang berkelahi bahu-membahu menentang kejahatan, kini tiba-tiba saja berbalik dan menentang dia, membela dua orang musuhnya. Hati siapa tidak akan panas"
"Tidak perduli mereka itu ponggawa Kerajaan Mojopahit atau ponggawa neraka sekali pun. Aku mau menghajar
mereka sampai mati atau tidak, tidak ada orang lain boleh mencampuri apalagi menentangku!" bentaknya dengan napas memburu saking marahnya.
Sutejo mengerutkan alisnya. Dia amat suka kepada
Bromatmojo, amat mengagumi pemuda yang tampan seperti Arjuno, yang cerdik bukan main dan yang biasanya berwatak jenaka, juga agak bengal suka menggoda orang, akan tetapi agak mata keranjang atau ceriwis terhadap wanita ini. Akan tetapi, rasa sukanya itu kadang-kadang berkurang kalau Bromatmojo sudah bersikap merayu dan memikat wanita cantik, dan kini dia memandang marah karena Bromatmojo tidak mau diajak bicara baik-baik dan hendak memperlihatkan kekerasan kepalanya seperti yang pernah terjadi di antara mereka sehingga pernah mereka saling serang dengan hebat.
Kalau tidak muncul Joko Handoko dan Roro Kartiko, entah bagaimana jadinya dengan pertandingan hebat di antara http://kangzusi.com
mereka dahulu di dalam hutan itu. Kalau dia mau, tentu dia akan dapat merobohkan dan melukai hebat pemuda tampan ini, akan tetapi sungguh hatinya tidak tega untuk melakukan itu dan Bromatmojo murid Supamandrangi itu memang sakti bukan main. Dan kini, kembali Bromatmojo bersikap keras, bahkan menantangnya!
"Adi Bromo mengapa engkau selalu berkeras kepala" Kita berada di luar tembok Kota Raja Mojopahit. Tidak boleh engkau di sini bertindak sewenang-wenang. Kalau kau 574
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dianggap pemberontak, selain engkau celaka, juga nama baikmu akan tercemar!"
Dinasihati seperti itu, Bromatmojo menjadi makin marah.
Dia teringat sekarang mengapa Sutejo datang bersama pasukan itu. Sutejo adalah adik ipar Resi Mahapati,seorang ponggawa Kerajaan Mojopahit, seorang ponggawa Kerajaan Mojopahit yang berkedudukan tinggi! Tentu saja kini Sutejo bersikap membela perajurit-perajurit Mojopahit termasuk Reksosuro dan Darumuko ini! Hatinya makin panas.
"Kakang Tejo! Setelah kini engkau menjadi adik ipar Mahapati, engkau tentu menjadi kaki tangannya pula dan kau datang hendak membela dua orang jahanam ini" Majulah, siapa takut kepadamu, Sutejo?" Bromatmojo sudah marah sekali, lebih marah lagi daripada dia cekcok dengan Sutejo di dalam hutan dahulu itu, karena sekarang hatinya merasa sakit bahwa Sutejo lebih berat kepada dua orang jahanam ini daripada dia!
"Adi Bromo wawasanmu sungguh terlalu. Aku hanya tidak ingin melihat engkau membunuh ponggawa kerajaan dan dianggap pemberontak."
"Tak usah banyak cakap, mari kita lanjutkan pertempuran kita di hutan itu!"
Bromatmojo sudah menerjang dengan kemarahan yang
http://kangzusi.com
meluap-luap. "Hiaaattt....!" Bromatmojo sudah menggunakan Aji
Turonggo Bayu dan menyerang dengan pukulan-pukulan
Hasto Bairowo yang amat dahsyat.
"Ehhh...!" Sutejo mengenal pukulan yang mengandung aji kesaktian dahsyat itu,maka dia meloncat keluar, ke halaman yang lebih luas. Akan tetapi Bromatmojo terus menerjangnya dan terjadilah pertempuran yang amat hebat di dalam halaman rumah pelacuran itu, ditonton oleh para perajurit.
Diam-diam Reksosuro dan Darumuko merangkak menjauhi 575
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dan mereka minta tolong kepada perajurit untuk memapah mereka pergi, juga mereka menyuruh perajurit untuk melapor dan minta bantuan untuk menangkap pemuda yang sakti mandraguna itu. Ketika mendengar bahwa pemuda tinggi tegap yang baru datang dan yang kini melawan Bromatmojo dengan hebatnya itu adalah adik ipar dari Resi Mahapati, yaitu adik selir terkasih Lestari, mereka merasa heran akan tetapi bersyukur. Entah akan apa jadinya dengan mereka kalau pemuda itu tidak cepat muncul.
Sementara itu, terpaksa Sutejo juga mengeluarkan
kepandaiannya dan mengerahkan tenaganya untuk
menandingi amukan Bromatmojo yang memang amat marah itu. Kedua lengannya sampai terasa panas dan nyeri-nyeri karena seringnya bertemu dengan lengan Bromatmojo dan dalam kemarahannya, Bromatmojo sampai tidak merasakan betapa lengan kanan kirinya terasa panas, nyeri dan bengkak-bengkak semua!
Semenjak tadi, dia saja yang terus menyerang dan Sutejo hanya mempertahankan diri, mengelak dan lebih sering menangkis karena serangan pukulan-pukulan Bromatmojo terlalu cepat sehingga berbahaya kalau dielakkan terus, melainkan lebih baik dilawan dengan tangkisan yang sama kuatnya. Hanya kadang-kadang saja Sutejo membalas dengan tamparan-tamparan ke arah bagian tubuh yang tidak
http://kangzusi.com
berbahaya dari lawannya.
"Adi Bromo, sudahlah. Pergilah cepat!" berkali-kali Sutejo berkata lirih, akan tetapi hal ini merupakan minyak tanah yang disiramkan kepada api yang sudah berkobar sehingga
kemarahan ini makin melangit. Bromatmojo merasa seolah-olah Sutejo "mengalah" kepadanya, seolah-olah Sutejo mengasihinya dan bahkan mengusirnya! Maka sambil
menggigit bibir dan kedua matanya sudah panas-panas karena penuh air yang hendak membanjir keluar, dia menyerang makin dahsyat, kini seringkali mengeluarkan tamparan-576
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tamparannya yang dapat mendatangkan maut, yaitu tamparan Hasto Nogo dengan tangan kiri!
Ketika untuk ke sekian kalinya dia memperoleh
kesempatan, Bromatmojo melayangkan lagi tangan kirinya itu yang membawa angin berdesing saking kuatnya. Sutejo cepat menggunakan tangan kanan memapaki.
"Derrrr...!!" seperti ledakan bunyinya kedua telapak tangan itu bertemu dan akibatnya, Sutejo terhuyung ke belakang dengan muka pucat sedangkan Bromatmojo terlempar dan terbanting keras!
"Adi Bromo...!" Sutejo melompat dan mengulur tangan hendak menolong Bromatmojo yang terbanting itu, akan tetapi tiba-tiba kaki Bromatmojo mencuat dan menendang.
"Desss...!" Dada Sutejo kena ditendang dan pemuda ini gelayaran, dadanya terasa ampeg (sesak). Bromatmojo sudah meloncat bangun lagi dan kini mendesak Sutejo dengan serangan-serangan kilat.
Pada saat itu, dari jauh nampak debu mengepul dan
ternyata ada sepasukan besar perajurit datang menuju ke dusun itu!
"Celaka...! Adi Bromo, cepat kau lari! Ada pasukan besar datang, engkau tentu akan tertangkap dan celaka. Cepatlah, aku... aku sayang padamu, Adi Bromo!" kata Sutejo sambil http://kangzusi.com
meloncat mundur, tidak mau lagi melayani serangan
Bromatmojo. Bromatmojo menoleh dan melihat datangnya pasukan itu.
Kalimat terakhir yang diucapkan Sutejo membobolkan
bendungan itu dan air matanya pun bercucuran.
Dengan isak tertahan dia membalikkan tubuhnya dan
melompat dengan Aji Turonggo Bayu, melarikan diri dari tempat itu. Tubuhnya berkelebat seperti tatit dan sebentar saja bayangannya lenyap. Sutejo berdiri bengong, telinganya 577
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
masih mendengar gema tangis Bromatmojo. Dia menarik napas panjang dan menggeleng-geleng kepala. Pemuda itu hebat sekali memang. Akan tetapi pemuda yang amat
aneh,begitu gagah perkasa, begitu lemah lembut, tampan, akan tetapi kadang-kadang amat pemarah dan juga...
cengeng! Benar-benar seorang pemuda yang amat luar biasa dan aneh.
Hati Sutejo lega ketika Bromatmojo sudah tidak kelihatan lagi. Dia percaya bahwa tidaklah mudah untuk mengejar seorang yang memiliki Aji Turonggo Bayu seperti pemuda tampan itu. Dia lega karena dia melihat bahwa pasukan itu dipimpin oleh Sang Resi Mahapati sendiri! Kalau Bromatmojo masih berada di situ, tentu akan repotlah dia!
Di mana dia, Adimas Sutejo?" Mahapati bertanya, matanya memandang penuh perhatian ke kanan kiri.
Sutejo menarik napas panjang. "Dia sudah pergi,
Kakangmas Resi."
"Kenapa tidak kau tangkap?"
Sutejo menggeleng kepala. "Tidaklah mudah menangkap seorang yang memilki kesaktian seperti Adi Bromatmojo. Dan dia memiliki ilmu berlari cepat Turonggo Bayu yang sukar dilawan. Pula, dia sahabatku, perlu apa ditangkap" Keributan ini hanyalah karena urusan pribadi."
http://kangzusi.com
Resi Mahapati mengerutkan alisnya. "Akan tetapi, dia ada hubungannya dengan keris pusaka Kolonadah..."
-o0odw0o0o- Jilid 44 "Benar, Kakangmas Resi. Akan tetapi percayalah kepada saya, dia tidak membawa pusaka itu. Saya tahu benar dan melihat sendiri betapa keris pusaka itu dia tinggalkan kepada 578
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Empu Singkir. Sungguh sayang, setelah saya berhasil mencari Adi Bromo di sini, sebelum sempat menasihatinya dan membujuknya agar dia suka membantu usaha kita berbakti kepada Mojopahit, dia telah keburu marah-marah. Semua ini hanya karena ulah tingkah dua orangmu itu, Kakangmas Resi." Sutejo merasa menyesal sekali.
"Siapa mereka, Dimas?"
"Reksosuro dan Darumuko. Hampir saja mereka dibunuh oleh Adi Bromatmojo, kalau saya tidak keburu datang tentu mereka sudah mati."
"Panggil mereka ke sini!" bentak Mahapati kepada
pengawalnya. "Mereka berdua luka-luka dan tidak bisa jalan, Sang Resi,"
lapor seorang perwira.
"Seret dia ke sini!" bentak Resi Mahapati.
Tak lama kemudian, dua orang yang bengkak-bengkak dan berdarah mukanya, yang hanya dapat bergerak ketika dipapah itu telah berlutut di depan Resi Mahapati dengan muka membayangkan ketakutan.
"Apa yang kalian lakukan di sini?" bentak Resi Mahapati
"Am...ampun Gusti... hamba berdua... eh, mencari
hiburan..." kata Reksosuro mewakili mereka karena Darumuko http://kangzusi.com
sudah tak mampu bersuara saking takutnya.
"Kenapa ribut dengan pemuda itu?"
"Dia... dia yang datang mencari hamba berdua... dia...
memukul hamba berdua..."


Kemelut Di Majapahit Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Kenapa?"
"Katanya... katanya dia disuruh oleh... mendiang Sri Winarti yang membunuh diri dengan pusaka Kolonadah itu untuk menghajar hamba berdua..."
579 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Resi Mahapati mengerutkan alisnya, tidak jadi marah kepada dua orang kepercayaanya itu, lalu menoleh kepada Sutejo. "Dimas Sutejo, kiranya sahabatmu itulah yang sengaja datang untuk membikin ribut."
"Memang sudah dia ceritakan kepada saya, Kakangmas
Resi. Dua orang ini dahulu pernah menghina jenazah
mbakayunya yang bernama Sri Winarti dan karena itulah maka mereka ini dia cari untuk dihajar, membalaskan penghinaan itu. Kalau tidak gara-gara mereka ini, tentu saya sudah dapat bicara dengan dia dan meyakinkan hatinya untuk membantu kita."
"Saya... kami... tidak bersalah..." Darumuko berkata gagap dan memandang kepada Sutejo dengan marah.
"Dess! Desss!" Tubuh mereka terpental dan bergulingan kena ditendang oleh Resi Mahapati. "Sekali ini kuampuni kalian. Lain kali kalau kalian melakukan sesuatu tanpa perintahku sehingga merugikan keadaan, kalian tentu akan kuhukum mati!" bentaknya. "Mari, Dimas Sutejo, kita kembali saja."
Sutejo mengangguk dan mengikuti Kakak iparnya itu
kembali ke kota raja.
Bagaimana ini" Benarkah dugaan Bromatmojo bahwa
Sutejo telah menjadi kaki tangan Mahapati" Tidak sepenuhnya http://kangzusi.com
seperti yang disangka oleh Bromatmojo. Memang benar bahwa Sutejo kini membantu Mahapati, akan tetapi sama sekali bukan untuk mencari kedudukan, sama sekali bukan karena pengaruh harta benda dan kemuliaan, bukan pula karena Mahapati adalah Kakak iparnya. Dia membantu
Mahapati setelah mendengar bujukan-bujukan Mahapati yang amat cerdik itu. Dibantu oleh Lestari, Mahapati berhasil membujuk Sutejo untuk membantunya dengan alasan bahwa Mahapati berjuang mencari Kolonadah demi keselamatan Mojopahit! Mahapati menceritakan betapa dia telah membela Mojopahit ketika terjadi pemberontakan-pemberontakan 580
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Adipati Ronggo Lawe, kemudian pemberontakan Lembu Sora.
Dan dari Mbakayunya,Sutejo mendengar bahwa Mahapati amatlah berbudi dan bijaksana, amat mencinta Mbakayunya itu, dan atas bantuan Mahapati pulalah Mbakayunya berhasil membalas dendam keluarganya kepada Progodigdoyo!
"Sekarang Kolonadah terjatuh ke tangan musuh," demikian kata Resi Mahapati di antara bujukan-bujukannya, disaksikan oleh Lestari. "Tentu oleh Ki Ageng Palandongan dibawa ke Lumajang. Di sanalah pusat orang-orang yang merasa tidak senang kepada Mojopahit, di sanalah sarang orang-orang yang mengandung hati khianat dan memberontak, diketuai oleh Aryo Wirorojo, Ayah mendiang Ronggo Lawe yang tentu selalu menaruh dendam kepada Mojopahit. Di sana pula larinya sisa-sisa pengikut Ronggo Lawe dan Lembu Sora.
Karena itu, Dimas Sutejo, setelah Kolonadah dilarikan ke Lumajang, maka gawatlah keadaannya. Kolonadah itu adalah pusaka yang khusus diciptakan oleh Maha Empu
Supamandrangi untuk raja! Akan tetapi oleh Ronggo lawe dikuasainya sendiri! Dan sekarang pusaka itu berada di Lumajang. Kita sebagai orang-orang gagah, sebagai kawula Mojopahit yang setia,berkewajiban untuk mempertahankan kejayaan Mojopahit. Kalau sudah begitu,barulah tidak sia-sia engkau mempelajari ilmu, Dimas Sutejo."
Sutejo menundukkan mukanya sehingga dia tidak melihat http://kangzusi.com
betapa Mahapati memberi isyarat dengan sinar matanya kepada Lestari. Mbakayunya itu lalu mendekatinya,menaruh tangan di pundak Adiknya dengan mesra, lalu berkata,"Tejo, Adikku sayang. Semua yang diucapkan oleh Kakak iparmu itu benar belaka. Kalau tidak ada dia,entah sudah bagaimana jadinya dengan diriku, dan kalau tidak karena
bantuannya,entah bagaimana pula aku dapat membalas
dendam keluarga kita terhadap Progodigdoyo. Kita berhutang budi kepada Kakangmas Resi Mahapati, Tejo."
581 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ah, jangan bicara tentang budi, Diajeng Lestari. Aku cinta padamu dan semua yang kulakukan untukmu itu adalah demi cintaku, jadi bukan budi, memang sudah semestinya
demikian," kata Resi Mahapati yang pandai sekali bicara dan bersikap tepat.
Sutejo makin termenung. Dia teringat akan mendiang
Ayahnya. Nama Lembu Tirta adalah nama seorang pahlawan, seorang pembela kerajaan yang setia. Dan sekarang,dia sebagai keturunan pahlawan itu melihat betapa Mojopahit terancam bahaya seperti yang diceritakan oleh Resi Mahapati.
Memang ada rasa tidak senang melihat kenyataan bahwa Mbakayunya hanya menjadi selir seorang yang sudah tua seperti Resi ini, akan tetapi dia harus mengesampingkan perasaan demi urusan pribadi dan keluarga, dan
mementingkan pembelaan Mojopahit!
"Aku mendengar dari Kakang Resi Harimurti bahwa
sahabatmu itu, pemuda tampan itu,juga memiliki kesaktian heabat, bahkan kabarnya dia adalah murid Empu
Supamandrangi sendiri, pencipta pusaka Kolonadah. Alangkah baiknya kalau kau dapat menarik dia agar bersama dengan kita berbakti kepada Mojopahit, Adimas Sutejo."
Sutejo yang berwatak polos dan wajar itu, yang masih belum banyak mengenal manusia sehingga dia tidak tahu bahwa di dunia ini jauh lebih banyak terdapat manusia yang http://kangzusi.com
curang, palsu dan jahat daripada yang jujur, wajar dan baik, mudah saja terkena bujukan Resi Mahapati dan Lestari.
Mengapa pula Lestari ikut membujuk Adiknya" Sudah tentu saja! Wanita ini tidak ingin melihat Adiknya bermusuhan dengan suaminya, dia ingin agar Adiknya itu selalu berada di dekatnya dan tidak akan berpisah lagi. Selain itu, juga dia mempunyai cita-cita sendiri,yaitu dia hendak membasmi semua ponggawa Mojopahit yang amat dibencinya,ponggawa-ponggawa Mojopahit rekan-rekan Progodigdoyo yang
mendiamkan saja ketika keluarganya dihancurkan! Dan untuk 582
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dapat melaksanakan cita-cita itu, dia harus lebih dulu mempergunakan Mahapati yang sudah jatuh di bawah telapak kakinya.
Maka dia ingin melihat adiknya membantu pula, membantu terlaksananya cita-citanya demi untuk membalas dendam Ayah dan Ibu mereka. Karena itulah maka dia turut
membujuk, seolah-olah dia merasa setuju dengan siasat suaminya sehingga tentu saja hati Resi Mahapati menjadi makin jatuh karena hal ini dianggapnya sebagai kesetiaan dan cinta kasih dari Lestari kepadanya.
Demikianlah, setelah terkena bujukan Kakak ipar dan Mbakayunya, pada keesokan harinya Sutejo keluar diiringi pasukan untuk mencari Bromatmojo dan akhirnya seorang perajurit memberi tahu kepadanya bahwa temannya itu berada di dusun Pemintihan di rumah ledek Madumirah.
Bersama pasukan itu pergilah Sutejo menyusul ke sana sehingga terjadi perkelahian hebat antara dia dan
Bromatmojo. Hatinya terasa kecewa dan cemas sekali ketika dia pulang bersama Kakak iparnya,memikirkan Bromatmojo yang kini menganggapnya sebagai musuh. Namun, karena dia merasa betapa dia memikul tanggung jawab dan kewajiban yang berat, juga amat penting, yaitu berdarma bakti kepada kerajaan, maka ditanggunglah derita batin itu dan dia http://kangzusi.com
mengesampingkan urusan pribadinya dengan Bromatmojo.
Sama sekali dia tidak tahu bahwa pada waktu itu ada dua orang lain yang merasa amat benci kepadanya. Mereka ini adalah Reksosuro dan Darumuko!
"Huh, mentang-mentang menjadi Adik ipar Sang Resi,
begitu datang dia sudah berani panjang mulut sehingga kita ditendang oleh Sang Resi!" Darumuko mengomel ketika dia dan Reksosuro rebah di atas pembaringan dalam satu kamar di rumah pelacuran itu, dirawat oleh germo Madumirah yang 583
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
memanggil dukun untuk mengobati tulang mereka yang
patah-patah dan luka-luka lainnya.
"Dan dia itu kurasa hanya pura-pura saja baik kepada Sang Resi!" kata Reksosuro.
Darumuko menoleh dan memandang kepada temannya.
"Apa katamu, Kakang Reksosuro" Apa yang kau maksudkan dengan kata-kata itu?"
"Hemm, apakah kau tidak melihat, Adi Darumuko" Kalau dia betul-betul setia kepada Sang Resi, tentu dia sudah menangkap atau setidaknya merobohkan bocah bernama
Bromatmojo itu. Dia begitu sakti dan Bromatmojo itu, hemm...
amat mencurigakan sekali. Tentu ada hubungan antara Sutejo ini dengan dara itu."
"Dara" Siapa yang kau maksudkan?" tanya Darumuko
makin heran. "Siapa lagi kalau bukan Bromatmojo itu," jawab Reksosuro, meringis karena kakinya terasa nyeri bukan main, rasa nyeri yang menusuk ke ulu hatinya.
"Eh" Bukankah dia seorang pria, seorang pemuda yang amat sakti?" Darumuko bertanya sambil membelalakkan matanya yang liar.
"Ha-ha, dia boleh mengelabuhi orang lain, akan tetapi aku http://kangzusi.com
adalah seorang laki-laki yang sudah kenyang bermain dengan wanita! Sejak berusia belasan tahun aku sudah banyak bergaul dengan wanita, sampai sekarang entah sudah berapa ribu orang wanita yang kugauli. Dan dia hendak mengelabuhi aku" Huh, tidak mungkin! Kulit mukanya begitu halus, matanya begitu bening, alis matanya kecil panjang, bulu matanya lentik, hidungnya kecil, bibirnya merah basah dan mungil, giginya pun keci-kecil, lehernya jenjang tanpa kalamenjing, rambutnya begitu panjang halus sekali, hemm, ketika kita melawan dia, apakah tidak tercium olehmu, Adi Darumuko?"
584 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Tercium apanya?"
"Ah, percuma saja engkau selama ini menjadi serigala penerkam wanita! Kiranya masih hijau. Tentu saja bau badannya, bau keringatnya!"
"Eh, apa bedanya?"
"Tentu saja beda! Wanita memiliki ciri bau yang khas, seperti juga pria, dan aku sudah hafal akan bau badan wanita..."
Darumuko terbelalak memandang kepada temannya
dengan kagum. Tak disangkanya temannya itu mempunyai pengetahuan begitu mendalam tentang wanita! "Eh, Kakang Reksosuro, katakan kepadaku, bagaimanakah baunya?"
"Bau wanita mengandung bau seperti air susu, seperti bau bayi dan kembang,sedangkan bau pria mengandung bau
seperti binatang jalang."
"Wah, kau pandai sekali, Kakang."
"Hemm, siapa bilang aku bodoh" Bukan itu saja yang
kuketahui, akan tetapi untuk membuktikan kebenaran
dugaanku, mari kita tanya kepada Si Tanjung. Njunggg...!
Tanjungggg...! Ke sinilah sebentar!" Dia berteriak keras dan tak lama kemudian terdengar suara menyahut dari luar, daun pintu kamar terbuka dan masuklah wanita muda berbaju http://kangzusi.com
merah yang tadi paling hebat merayu Bromatmojo.
"Ada apakah, Kakangmas Reksosuro?" tanya wanita itu, menekan perasaan tak senangnya kepada dua orang kasar itu.
"Anu, nduk cah ayu, engkau tadi sudah berdekatan dan bersentuhan dengan pemuda bernama Bromatmojo tadi. Nah, katakanlah terus terang, bagaimana kesanmu tentang dia?"
Dua orang itu memandang tajam penuh selidik ke arah wajah dan bibir wanita itu, menanti keluarnya jawaban.
585 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kesan apa?" tanya wanita itu terheran-heran dan juga khawatir karena dia tidak mau tersangkut setelah melihat betapa Bromatmojo dimusuhi oleh para perajurit bahkan Sang Resi Mahapati sendiri tadi datang mencarinya.
"Jangan takut, katakan terus terang. Kau tadi sudah mencium pipiya, bukan" Dan meraba-raba badannya" Apakah tidak ada sesuatu yang luar biasa pada orang itu?" tanya Reksosuro memancing.
"Tidak... hanya dia... eh, tampan sekali, terlalu tampan..."
jawab Tanjung mengingat-ingat dengan penuh dendam birahi.
"Terlalu tampan bukan" Terlalu halus kulitnya, bukan"
Herankah kau kalau kukatakan bahwa dia itu seorang
perempuan?" desak Reksosuro.
"Perempuan" Ya, Dewa Bathara...! Perempuankah dia" Ah, Andika benar juga,Kakangmas Reksosuro. Gerak-geriknya, senyumnya, pandang matanya... ah, pantas dia tampan bukan main. Dia mestinya seorang gadis yang cantik jelita.
Aih,mengapa kami begitu bodoh" Akan tetapi, kalau
perempuan... ah, dia begitu sakti..."
"Ha-ha-ha, apa kataku, Adi Darumuko" Nah, pergilah, Tanjung, sudah cukup keteranganmu, ha-ha-ha!" Reksosuro tertawa-tawa girang sekali karena kini dugaannya dibenarkan dan diperkuat oleh Tanjung yang sebagai seorang wanita http://kangzusi.com
tentu akan mengenal kaumnya. Tanjung cepat pergi
meninggalkan kamar itu dengan hati lega. Dia sudah khawatir kalau-kalau dua orang pria kasar itu akan minta dilayani, biar dalam keadaan seperti itu dan dia merasa jijik untuk melakukannya.
"Wah, engkau memang hebat, Kakang! Dan apalagi yang kau ketahui tentang dara yang menyamar sebagai laki-laki itu?"
"Ada lagi, lebih hebat!" jawab Reksosuro sambil tersenyum bangga. "Biarpun dia telah menghajar kita, akan tetapi kita 586
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
rugi. Aku telah tahu rahasianya, dan biar Sutejo itu tahu rasa!
Tentu dia kekasih dara itu, tak salah lagi, dan pertempuran antara mereka itu agaknya hanya pura-pura saja! Aku tahu siapa dara itu."
"Eh, benarkah" Siapa dia, Kakang?"
"Kita berdua sudah seringkali bertemu dengan dia."
"Eh, aku tidak ingat lagi... siapa sih?"
"Ingat baik-baik, Adi Darumuko. Pernahkah keris pusakaku Kyai Bandot tidak mempan menusuk tubuh orang" Hanya satu kali sebelum ini, ingat saja."
"Ya, aku ingat pengalaman pahit itu. Ketika kau
mempergunakannya menyerang Setan Jembros."
Persekutuan Tusuk Kundai Kumala 22 Rahasia Ciok Kwan Im Pendekar Harum Seri Ke 2 Karya Gu Long Amarah Pedang Bunga Iblis 2
^