Pencarian

Kemelut Di Majapahit 9

Kemelut Di Majapahit Karya Kho Ping Hoo Bagian 9


"Keparat sombong kau, Sutejo!" Bromatmojo meloncat lagi dan seketika tangisnya terhenti oleh kemarahan dan dengan pengerahan tenaganya, dia telah menggunakan ilmu
meringankan diri Turonggo Bayu, tubuhnya seperti kilat saja menyambar ke arah Sutejo dan dia mengerahkan tenaga Hasto Nogo memukul dengan dahsyat.
"Bresss...!!" Kini Sutejo yang terpental, karena biar pun dia sudah berhasil menangkis, ternyata dia kalah cepat sehingga kedudukan kedua kakinya belum kuat dan dia tidak dapat bertahan sehingga terpental dan terguling-guling.
Bromatmojo terkejut bukan main, cepat dia meloncat
http://kangzusi.com
mendekati. "Kau... kau tidak apa-apa?" tanyanya.
Sutejo sudah bangkit berdiri. "Ilmumu meringankan tubuh bukan main hebatnya, kau terlalu cepat bagiku," kata Sutejo.
"Akan tetapi aku belum kalah!" Dan kini dialah yang menyerang sehingga Bromatmojo cepat menghindarkan diri, mengandalkan kegesitan tubuhnya. Mereka bertanding lagi dengan hebatnya.
Tiba-tiba terdengar seruan-seruan kaget dan dua sosok bayangan berkelebat datang.
472 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Mereka itu ternyata adalah dua orang yang berpakaian hitam-hitam dan berkedok hitam, pakaian Sriti Kencana.
"Tahan...! Dimas Sutejo, tahan...!" terdengar suara Joko Handoko.
"Kakangmas Bromatmojo, hentikan pertempuran ini!"
terdengar pula suara Roro Kartiko dan kakak beradik ini cepat meloncat ke tengah-tengah, melerai dan menghadang mereka yang sedang bertempur.
Sutejo dan Bromatmojo cepat melompat mundur dan
berdiri terengah-engah mandi peluh.
"Apa yang terjadi" Kenapa Andika berdua saling bertanding sendiri?" Roro Kartiko bertanya dengan penuh keheranan dan kekhawatiran.
"Eh, Diajeng Roro Kartiko, siapa yang bertempur?"
Bromatmojo balas bertanya.
"Jelas bahwa kalian berdua tadi bertanding mati-matian!"
kata pula Joko Handoko.
"Dimas Sutejo, bukankah kalian tadi bertanding?"
Sutejo memandang ke arah Bromatmojo yang sudah
tersenyum sambil menghapus peluh dari dahi dan leher, dan dia lalu menggeleng kepala tanpa menjawab.
http://kangzusi.com
"Kami tidak bertanding, mengapa harus saling serang"
Kami hanyalah berlatih saja! Saya dan Kakang Tejo sedang berlatih agar tidak menjadi kaku gerakan kami," kata Bromatmojo.
"Benarkah begitu, Kakangmas Sutejo?" Roro Kartiko
bertanya sambil menoleh kepada Sutejo, akan tetapi dia masih berdiri dekat Bromatmojo.
"Benar, kami hanya berlatih," jawab Sutejo.
473 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Aihh, kalian berlatih demikian hebatnya, sampai kami berdua merasa kaget bukan main. Baru latihan saja sudah demikian hebat, apalagi kalau sungguh-sungguh,benar-benar kalian adalah dua orang yang memilki kesaktian hebat!" Joko Handoko berseru kagum bukan main.
"Hebat apanya" Jangan terlalu memuji, Kakangmas Joko Handoko. Kami adalah orang-orang bodoh, terutama aku sendiri, sehingga mudah saja ditipu orang," kata
Bromatmojo,menarik napas panjang dan diam-diam dia
merasa lega karena kalau saja dua orang ini tidak cepat datang, agaknya dia harus mengakui keunggulan Sutejo.
"Eh apa maksudmu?" Roro Kartiko bertanya.
"Keris pusaka Kolonadah yang saya titipikan kepada Empu Singkir telah lenyap!"
"Ehh?" Apakah Empu Singkir melarikannya?" tanya Joko Handoko.
"Tidak," jawab Bromatmojo. "Malah dia dan dua orang cantriknya kami dapati tewas di rumahnya, dan pusaka itu lenyap tak meninggalkan bekas, tentu dilarikan oleh pembunuh mereka. Dan semua itu adalah karena kelalaian saya yang mempercayakan pusaka itu di sana." Sambil berkata demikian, Bromatmojo melirik ke arah Sutejo karena kata-katanya itu seolah-olah pengakuan bahwa memang dia http://kangzusi.com
lalai dan sembrono.
"Hemm, kami berjanji akan mengerahkan saudara-saudara kami untuk menyelidiki hal itu, Dimas Bromatmojo. Kami akan membantu kalian," kata Joko Handoko.
"Terima kasih," Sutejo yang sejak tadi diam saja ikut menjawab. "Akan tetapi,Andika berdua hendak pergi ke manakah?"
Joko Handoko menarik napas panjang lalu menceritakan.
"Setelah malam tadi Andika berdua pergi, datang seorang 474
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
anak buah Sriti Kencana yang melaporkan adanya peristiwa yang patut kami selidiki sendiri. Menurut laporan itu, di Pegunungan Kendeng terdapat beberapa orang penyembah Bhatari Durga yang kabarnya banyak memikat para wanita untuk menjadi pengikut mereka. Hal itu sebenarnya bukanlah hal aneh dan tentu kami tidak akan melakukan penyelidikan kalau saja tidak ada laporan bahwa keadaan para pendeta penyembah Bhatari Durga itu, pendeta-pendeta perempuan yang aneh, amat mencurigakan. Selain banyak wanita cantik yang seperti tergila-gila dan berbondong menjadi murid mereka, juga terdapat berita bahwa tiga orang wanita yang tadinya masih gadis, setelah menjadi Anggota selama beberapa bulan, pada suatu hari pulang ke dusun mereka dalam keadaan hamil dan membunuh diri! Nah, itulah
sebabnya maka Anggota kami lalu melapor dan karena
kabarnya pendeta-pendeta Durga memiliki kesaktian, kami berdua sendirilah yang akan pergi menyelidikinya. Kalau Adimas berdua suka, kami harap Andika berdua ikut
menyelidiki ke sana, dan kalau Andika berdua mau, sungguh pertemuan ini merupakan hal yang amat menguntungkan."
Bromatmojo yang ingin cepat menyelidiki tentang keris pusaka Kolonadah yang lenyap, sebetulnya ingin menolak ajakan itu. Akan tetapi dia didahului oleh Sutejo yang berkata,
"Maaf, saya harus cepat-cepat menuju ke Mojopahit, dan karena pusaka Kolonadah juga lenyap, maka saya kira kami http://kangzusi.com
tidak bisa dan..."
Terdorong oleh hati yang sedang marah terhadap Sutejo, penolakan Sutejo itu sudah cukup untuk mendorong hati Bromatmojo untuk mengambil sikap yang berlawanan. Kalau tadinya dia sendiri ingin menolak, kini cepat dia berkata,
"Tentu saja aku suka sekali untuk membantu Andika berdua!
Gunung Kendeng tidak jauh dari sini, mari kita berangkat sekarang juga!"
475 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sutejo menerutkan alisnya, memandang kepada
Bromatmojo. "Akan tetapi, Adi Bromatmojo, kalau kita tidak lekas mengejar, tentu pembunuh dan pencuri keris itu akan lari makin jauh."
"Seorang ksatria mendahulukan hal yang terpenting," kata Bromatmojo, sengaja menentang untuk melampiaskan
perasaanya yang mengkal terhadap pemuda itu. "Orang-orang jahat penyembah Bhatari Durga menyebar kemaksiatan dan mengganggu rakyat, hal itu tidak boleh ditunggu lagi dan harus cepat ditanggulangi, sedangkan urusan keris Kolonadah yang dilarikan pencuri, lain hari masih boleh diselidiki dan dicari. Bukankah benar demikian, Diajeng Roro?" Bromatmojo sengaja bersikap manis kepada puteri itu.
Wajah Roro Kartiko yang kini sudah tidak tertutup kedok itu menjadi merah. "Andika adalah seorang ksatria utama, dan saya menghaturkan terima kasih atas bantuan yang andika janjikan itu, Kakangmas Bromatmojo."
Hati Sutejo meradang, akan tetapi di depan kakak beradik itu, apa yang dapat dia lakukan kecuali menahan
kemarahannya" "Baiklah, mari kita berangkat," katanya singkat sambil menelan kemarahannya terhadap Bromatmojo yang jelas hendak menggunakan kesempatan itu untuk
menarik hati puteri jelita itu. Bromatmojo tentu saja mengerti bahwa temannya itu marah-marah dan mendongkol, akan http://kangzusi.com
tetapi karena dia tahu bahwa marahnya itu karena dia berbaik dengan Dyah Roro Kartiko,dia malah makin menjadi dan makin mesra sikapnya terhadap Roro Kartiko untuk menggoda hati Sutejo! Demikian mesra dan terang-terangan dia menggandeng tangan dara itu, sampai Raden Handoko sendiri menyentuh tangan Sutejo dan memberi isyarat dengan
matanya ke arah pasangan yang bergandengan tangan itu.
Tentu saja Sutejo menjadi makin meradang! Tidak, dia tidak cemburu, dia tidak mempunyai rasa cinta kasih terhadap Roro Kartiko, akan tetapi dia kagum terhadap dara itu dan tidak rela 476
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
hatinya kalau melihat Roro Kartiko dipermainkan oleh Bromatmojo yang dia tahu adalah seorang "pemuda mata keranjang!"
Apakah yang terjadi di Pegunungan Kendeng" Daerah
pegunungan ini selamanya tenteram dan tenang, tanahnya subur, dan hawanya sejuk, tidak pernah terjadi sesuatu yang menggegerkan rakyat yang tinggal di sekitar daerah itu. Akan tetapi sejak beberapa bulan terakhir ini, ramai rakyat membicarakan datangnya seorang nenek yang kabarnya
memiliki kesaktian seperti dewa! Nenek itu bertubuh tinggi besar dan dia datang entah dari mana tidak ada orang mengetahuinya, seorang nenek yang membawa tongkat
panjang yang mula-mula menimbulkan rasa takut di hati orang, akan tetapi tak lama kemudian menjadi seorang yang dipuja-puja seperti seorang dewa yang sakti.
Munculnya nenek itu sudah aneh. Pada suatu sore yang tenteram, beberapa bulan yang lalu, ketika suami isteri Parmono dan Partiwi sedang sibuk menggodok ketela untuk makan malam sambil bercakap-cakap karena mereka adalah pengantin baru yang belum ada sebulan menjadi pengantin, terdengar suara dari luar pondok mereka,suara seperti orang minta dibukai pintu.
"Ihh, siapa yang datang bertamu di waktu surup (senja) begini, sih?" Partiwi mengomel karena merasa terganggu.
http://kangzusi.com
Parmono sedang membelah kayu bakar dengan kapak,
maka dia berkata, "Mungkin seorang tetangga, atau seorang yang datang untuk minta-minta. Keluarlah sebentar,manis."
Sebutan ini menyenangkan hati Partiwi dan dia mau
melakukan perintah apa saja kalau suaminya, yang baru dikenalnya kurang dari sebulan itu, menyebutnya seperti itu.
Setelah mendorong beberapa kayu baru ke dalam perapian, dia lalu keluar dan membukakan daun pintu depan. Setiap matahari telah terbenam, pintu-pintu depan harus ditutup agar jangan ada "setan masuk"
477 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ketika daun pintu terbuka, bulu tengkuk meremang di tengkuk pengantin baru itu.
Hampir saja dia menutupkan lagi daun pintu dan lari masuk, akan tetapi ketika nenek itu tersenyum
memandangnya, dia tidak jadi menutupkan daun pintunya.
Kiranya yang berdiri di luar pintunya adalah seorang nenek yang usianya tentu tidak kurang dari tujuh puluh tahun, bertubuh tinggi besar dengan punggung agak bongkok, tangan kiri membawa sebatang tongkat panjang berwarna hitam dan berbentuk tubuh ular, tangan kanannya menyangga sebuah arca yang amat bagus,arca yang ukirannya amat indah membentuk tubuh seorang wanita cantik, arca Bathari Durga!
"Ommm... syanti... syanti... syanti...!" Nenek itu berdoa dengan suara yang parau dan besar. "Semoga para dewata memberkahimu, cah ayu. Genduk, bocah ayu,kau tolonglah seorang nenek tua seperti aku, berilah aku sekedar makan dan tempat untuk melewatkan malam ini, dan aku akan berdoa agar Sang Hyang Bhatari Durga memberkahimu
dengan seorang putera yang bagus dan mulia."
Wajah yang manis itu seketika menjadi merah padam, akan tetapi tentu saja Partiwi cepat tersenyum dan mempersilakan nenek itu masuk. "Silakan masuk, Nek. Akan tetapi tempat kami kotor dan kami tidak mempunyai hidangan yang layak."
http://kangzusi.com
"Hik-hik! Senyummu telah menerangi semua tempat
sehingga nampak indah, dan sinar matamu membuat semua hidangan menjadi lezat, genduk bocah ayu!" Makin tersipu-sipulah Partiwi oleh pujian ini dan dia menutupkan kembali daun pintu setelah nenek itu memasuki pondoknya yang sederhana.
"Siapa dia, isteriku?" Tiba-tiba Parmono muncul membawa kapak di tangan dan sepotong kayu bakar di tangan kiri.
Ketika dia melihat seorang nenek tua bongkok,dia
memandang penuh keheranan.
478 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kakang dia ini adalah seorang nenek yang kemalaman di jalan dan minta ikut makan dan bermalam di sini."
"Hemm, kalau saja aku tidak mengganggu, orang muda,"
nenek itu berkata sambil memandang kepada Parmono.
Parmono mendapat kenyataan dengan hati kaget bahwa
nenek itu biar pun sudah tua sekali namun sinar matanya tajam dan penuh wibawa!
"Tentu saja tidak, sama sekali tidak!" katanya gugup.
"Akan tetapi, kami miskin,tidak punya apa-apa, hanya godokan ketela..."
Nenek itu terkekeh. "Benarkah, mari kita lihat!" katanya.
Suami isteri itu saling pandang, tidak mengerti apa yang dimaksudkan oleh nenek itu dan ketiganya lalu kembali ke dalam dapur. Nenek itu tanpa diminta lalu membuka tutup dandang dan melihat bahwa memang benar mereka
menggodok ketela, atau lebih tepat mengedang ketela.
"Kenapa tidak menanak nasi?" tanyanya.
Suami isteri itu saling pandang. "Belum waktunya panen padi, Nek, dan kami tidak mempunyai simpanan beras," kata Partiwi.
"Heh-heh, mengapa amat susah" Mari kuberi kau beras, cah ayu," katanya sambil terbongkok-bongkok keluar dari pintu kecil belakang dapur. Suami isteri itu merasa bingung http://kangzusi.com
dan dengan bingung mengikutinya. Nenek itu lalu mengambil pasir di luar pondok dan memasukkan pasir itu ke dalam sebuah tumbu (tempat beras dari bambu). "Nah, kau
masaklah beras ini."
Partiwi hendak membantah dengan marah, akan tetapi
suaminya menyentuh lengannya dan mengedipkan pandang matanya. Celaka, pikir Partiwi, agaknya nenek ini adalah seorang gila dan suaminya tidak berani membantahnya, khawatir kalau-kalau nenek itu mengamuk. Padahal bukan demikianlah pandangan Parmono. Dia melihat nenek itu 479
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
datang membawa sebuah arca Bathari Durga yang amat
indah, sikapnya pun aneh dan luar biasa sekali pandang matanya, maka timbul kepercayaan di dalam hatinya.
Dengan bersungut-sungut Partiwi mulai menanak "beras"
itu dan setelah memasukkan pasir itu di atas kuwali dan menggodoknya, nenek itu berkata, "Genduk bocah ayu,jangan kau buka tutup kuwali itu sebelum berasnya matang, ya?"
Partiwi hanya mengangguk dan nenek itu hanya terkekeh duduk di atas dingklik yang terdapat di dalam dapur. Parmono lalu menanggapnya.
"Kalau boleh kami mengetahui, Nenek ini siapakah dan datang dari manakah?"
"Ha-ha-ha, aku adalah Nyi Durgakelana, orang muda. Sang Hyang Bathari Durga sendiri yang berkenan mengutus aku untuk berkelana di seluruh jagad raya untuk memberi penerangan kepada umat manusia yang sedang dilanda
kegelapan. Jangan kalian khawatir, karena kebetulan Sang Hyang Bathari Durga yang memilih kalian untuk menjadi pembantu-pembantuku, maka aku datang malam ini di sini."
Parmono terkejut. "Tapi..." bantahnya.
Pada saat itu terdengar suara tangis riuh rendah dari rumah tangga di sebelah kiri.
http://kangzusi.com
"Hemm, mengapa ribut-ribut menangis itu?" Nenek yang mengaku bernama Nyi Durgakelana bertanya.
Tiba-tiba Parmono mendapat gagasan yang baik. "Nenek yang baik, kalau memang benar Andika adalah pilihan Sang Hyang Bathari, maka tolonglah keluarga Karyo di sebelah itu.
Anaknya sakit keras dan agaknya sudah sukar untuk diobati lagi,maka mereka itu selalu menangis dengan sedih."
"Benar, Nenek yang sakti. Tolonglah mereka." Partiwi juga membujuk karena dia merasa amat kasihan kepada keluarga yang ditimpa kemalangan itu.
480 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Heh-heh-heh, apa sih sukarnya" Suruh bawa si sakit ke sini!" jawab Nyi Durgakelana.
Tanpa diperintah dua kali, Parmono segera meloncat dan lari ke tetangga di sebelah. Sementara itu, Partiwi mengusap keringat di dahinya dan mengusap sinom(anak rambut) yang melingkar di dahinya. Sejak tadi dia selalu bermain di dekat api, tadi menggodok ketela, kini menanak "beras". Dia tidak tahu bahwa sejak tadi nenek itu memandangnya dengan pandang mata penuh gairah.
"Siapa namamu, cah ayu?" Tiba-tiba nenek itu bertanya.
"Partiwi, Nek."
"Hemm, namamu bagus sekali, akan tetapi orangnya lebih bagus. Engkau sungguh manis sekali, Partiwi."
Biar pun, yang memujinya hanya seorang wanita tua,
namun jantung wanita muda itu berdebar aneh dan mukanya menjadi merah. "Ke sinilah, genduk cah ayu."
Dengan hati tegang dan agak takut-takut Partiwi mendekat dan nenek itu lalu memegang kedua pipinya yang halus dengan jari-jari tangan kasar, kemudian mengecup dahi yang berkeringat itu.
"Cupp...!!"
"Ah, Nek. Dahiku berkeringat..." Partiwi cepat menjauhkan http://kangzusi.com
diri, jantungnya makin berdebar tidak karuan. Biar pun nenek ini seorang wanita tua, akan tetapi selama hidupnya belum pernah ada orang mengecup dahinya semesra itu, kecuali suaminya tentu. Akan tetapi itu lain lagi.
"Ke sinilah, genduk cah ayu, aku masih belum puas
menikmati kecantikanmu!" kata pula nenek itu dengan nada suara yang aneh. Partiwi hendak membantah, akan tetapi sungguh aneh sekali, hatinya tidak kuasa membantah, tidak berani dia menentang dan di luar kehendaknya, kakinya kembali melangkah mendekati nenek itu.
481 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Heh-heh-heh, kau menjadi muridku yang pertama, engkau menjadi kepercayaanku dan engkau yang akan menjadi
bendaharaku, akan tetapi engkau harus mentaati aku dan menjadi kesayanganku, cah ayu." Berkata demikian, jari-jari tangan yang kasar dan panjang-panjang itu mulai
menggerayangi ke seluruh tubuh Partiwi.
Bukan main kagetnya wanita muda itu. "Ih... Nek...!" Akan tetapi dia tidak kuasa menolak, apalagi menjauhkan diri sehingga dia hanya memejamkan mata ketika nenek itu memeluk dan menggerayangi dadanya. Akan tetapi nenek itu segera melepaskan pelukannya dan mendorong tubuh Partiwi yang sudah menggigil dan panas dingin itu ke samping ketika terdengar suara dari pintu dapur.
Parmono muncul dan suami ini tidak melihat betapa
isterinya yang berjongkok di depan perapian itu menggigil seluruh tubuhnya seperti orang kedinginan dan mukanya pucat, matanya sayu. Suami ini sedang sibuk membantu Pak Karyo menggotong seorang bocah laki-laki berusia sepuluh tahun yang sakit dan pingsan,ditangisi oleh ibunya dan saudara-saudaranya yang ikut pula mengantar si sakit ke rumah Parmono karena menurut orang muda itu, dia
kedatangan seorang "dukun" yang aneh.
Anak kecil yang pingsan itu dibaringkan ke dalam kamar Parmono, di atas balai-balai bambu dan nenek itu lalu http://kangzusi.com
menghampirinya. Tiba-tiba tubuh nenek itu mengejang, matanya terbelalak dan mulutnya berkemak-kemik membaca mantera, kedua tangannya mengejang kaku dengan jari-jari terbuka lebar ditodongkan ke arah si sakit.
Kemudian dia mengeluarkan sesuatu dari dalam bajunya, membuka mulut si kecil yang pingsan itu dengan paksa dan meludahi mulut itu.
"Ambil batok dan air!" bentaknya, suaranya sudah menjadi lain.
482 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Parmono cepat lari mengambilkan air dalam batok kelapa.
Nenek itu lalu memasukkan sedikit bubuk hitam dari
bungkusan yang diambil dari saku tadi ke dalam air dan dengan bantuan Parmono, dia menuangkan cairan hitam itu ke dalam mulut si anak yang sakit. Kemudian kembali dia dengan kedua lengan mengejang,menggerak-gerakkan jari-jari tangan di atas badan anak itu sampai lama sekali.
"Angger, bangunlah, Angger. Bangunlah!" Suaranya penuh dengan pengaruh mujijat sehingga mereka yang tadinya duduk pun otomatis bangkit berdiri seolah-olah suara itu ditujukan kepada mereka dan bukan pada Si Anak yang sakit.
Dan terjadilah keanehan! Anak itu mengeluh, lalu bangkit duduk! Ibunya menjerit dan menubruk, merangkul dan
menangis tersedu-sedu. Anaknya sudah dianggap mati tadi, dan sekarang hidup kembali!
Semenjak peristiwa itu, Nenek Nyi Durgakelana menjadi terkenal sekali. Dia tetap tinggal di pondok Parmono dan makin banyaklah orang yang datang, bukan hanya orang-orang sakit minta diobati, akan tetapi juga nenek ini menerima banyak sekali murid-murid. Dan hebatnya, yang dapat diterima menjadi muridnya hanyalah wanita-wanita muda yang cantik-cantik yang menjadi "murid kepala" adalah Partiwi!
Tidak ada seorang pun tahu, juga Parmono sendiri tidak http://kangzusi.com
tahu, apa yang terjadi pada malam itu setelah anak tetangga itu disembuhkan. Parmono hanya tahu bahwa isterinya mendapatkan bahwa "pasir" itu berubah menjadi nasi dan malamnya, nenek itu minta agar ditemani oleh Partiwi! Dan Parmono tentu saja tidak berani membantah, bahkan merasa bahagia sekali bahwa isterinya dipilih dan disayangi oleh nenek utusan Sang Bathari Durga itu! Dia tidak tahu apa yang terjadi, hanya semenjak malam itu, isterinya jarang menggaulinya, wajah isterinya agak pucat,matanya sayu dan seringkali isterinya termenung seperti orang bingung. Dia 483
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
hanya mengira bahwa isterinya tentu telah menjadi murid dan mulai menerima ilmu maka sikapnya berubah aneh!
-o0odwo0o- Jilid 38 Di dalam beberapa bulan itu, beberapa kali Sang Nenek aneh ini menerima tamu,yaitu dua orang kakek yang sama anehnya. Akan tetapi dua orang kakek itu hanya bermalam satu malam saja, tidak mau menemui lain orang, hanya bicara dengan Nyi Durgakelana di dalam kamar tanpa ada yang berani mengintai atau mendengar percakapan mereka. Dan kedatangan mereka selalu di waktu bulan purnama, sehabis dusun itu mengadakan pesta persembahan kepada Bathari Durga yang dilakukan dengan meriah dan penuh kegembiraan oleh para murid Nyi Durgakelana. Murid-muridnya sudah banyak sekali, lebih dari dua puluh orang wanita muda yang cantik, yang datang dari berbagai dusun, dan Partiwi tetap menjadi murid kepala dan orang kepercayaan, bahkan wanita ini pula yang memegang segala harta sumbangan yang datang membanjir dari segenap dusun. Bahkan kepala-kepala desa pun tunduk kepada nenek ini dan menganggapnya sebagai seorang keramat yang suci!
"Dusun-dusun kita telah menjadi dusun yang suci "murni!"
http://kangzusi.com
demikian antara lain Nyi Durgakelana berkata dalam berbagai
"ceramahnya". Dusun-dusun kita telah dipilih Sang Bathari sendiri. Oleh karena itu, janganlah kalian melakukan kejahatan dan taatilah semua permintaan Sang Bathari yang dilakukan melalui mulutku. Apa pun yang dimintanya adalah baik dan jangan menafsirkan dengan akal budi dan pikiran, karena kehendak Sang Bathari tentu saja berlainan dengan kehendak manusia. Semua orang yang melakukan kejahatan, sudah pasti akan dihukum secara langsung di dusun-dusun ini!"
484 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dan memang benar. Semenjak ada agama baru ini
berkembang di dusun-dusun itu,tidak ada lagi maling berani beraksi dan orang merasa takut melakukan kejahatan!
Apalagi setelah ada dua orang maling tahu-tahu telah tewas di dalam rumah yang dimalinginya tanpa ada yang tahu apa sebabnya! Dan dua orang laki-laki dan wanita yang melakukan perjinaan di tengah sawah dalam gubug, Si Wanita seorang janda dan Si Pria sudah beristeri, tahu-tahu mati pula di dalam gubuk itu tanpa luka! Tentu saja tidak ada yang menduga bahwa kematian maling-maling dan orang-orang yang bermain cinta haram di gubuk itu terbunuh oleh Nyi Durgakelana yang memiliki kesaktian! Untuk mencari nama dan pengaruh, pada malam-malam pertama nenek ini selalu menggunakan kepandaiannya untuk meronda di dusun-dusun sekitarnya, bahkan dia berhasil pula mendatangkan "mimpi-mimpi" kepada semua kepala dusun sehingga mereka ini ketakutan dan tunduk kepada Si Nenek ajaib!
Akan tetapi tidak ada sesuatu yang kekal di dunia ini.
Apalagi hal-hal yang sifatnya jahat, bahkan yang baik sekali pun menurut ukuran umum belum tentu selalu lancar dan tidak ada gangguan. Pada malam bulan purnama dua bulan yang lalu, di antara para wanita muda cantik yang menjadi
"Anggota" baru dari perkumpulan penyembah Bathari Durga itu, terdapat tiga orang gadis-gadis cantik.
http://kangzusi.com
Yang dua orang adalah gadis-gadis dusun yang jujur dan mulus, semulus tubuh mereka. Akan tetapi yang ke tiga sebenarnya adalah seorang Anggota Sriti Kencana yang merasa curiga dan melakukan penyelidikan! Bersama dua orang gadis dusun itu,dia diterima menjadi Anggota baru dan seperti biasa dalam penerimaan Anggota baru, mereka bertiga diberi minum "darah suci" dan di dalam keadaan setengah mabok, mereka bertiga lalu diharuskan "bertapa" di dalam kamar-kamar tertentu tanpa ada yang boleh mengganggu mereka.
485 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Setelah pesta habis dan bubar, apa yang terjadi" Sungguh amat mengerikan bagi tiga orang gadis itu! Nyi Durgakelana mendatangi mereka diharuskan "bertapa" selama tiga hari tiga malam di dalam kamar masing-masing, tidak boleh keluar dan tidak boleh bicara dengan siapa pun juga.
"Ingat, selama tiga hari tiga malam itu mungkin saja kalian menerima ilham dan anugerah dari para dewata dan jangan heran atau terkejut kalau ada dewa datang dari kahyangan untuk menemani kalian karena dengan menjadi Anggota kami, kalian adalah pilihan-pilihan para dewata. Kalian menurutlah saja karena apa pun yang terjadi yang dilakukan oleh para dewa, tentu saja amat baik bagi kalian!"
Demikian pesan nenek itu dan pada malam pertama itu juga, di kamar masing-masing muncullah seorang kakek dalam keremangan penerangan kecil di dalam kamar itu, seorang kakek yang sama sekali tidak bersikap sebagai dewa karena kakek itu merayu mereka dan kemudian memperkosa mereka yang sama sekali tidak berani melawan karena ketakutan! Sampai tiga hari tiga malam tiga orang kakek itu selalu muncul untuk mempermainkan mereka!
Pada hari ke empatnya, dua orang gadis dusun itu
dinyatakan sebagai murid dan diharuskan tinggal di asrama, sedangkan Anggota Sriti Kencana itu diangkat menjadi pelayan nenek itu, bekerja di sebelah dalam sedangkan dua http://kangzusi.com
orang temannya bekerja di sebelah luar.
Dua bulan kemudian, pada suatu malam dua orang gadis manis itu melarikan diri, pulang ke kampung mereka dan tahu-tahu ada berita bahwa mereka itu membunuh diri di rumah mereka dalam keadaan sudah mengandung hampir dua bulan!
Anggota Sriti Kencana yang tadinya seperti orang tidak sadar karena selalu diberi minum "darah suci", menjadi terkejut dan cepat dia melarikan diri lalu melaporkan hal yang aneh itu kepada pimpinan Sriti Kencana, yaitu Joko Handoko dan Roro 486
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kartiko yang menjadi marah dan berangkat sendiri untuk melakukan penyelidikan.
Malam itu bulan purnama berser-seri di langit cerah. Di lereng Pegunungan Kendeng, di dusu Kabalan yang kini menjadi dusun yang amat terkenal di seluruh daerah Kendeng karena menjadi dusun pusat agama Durga yang baru itu, lampu-lampu dinyalakan dengan terang sekali dan dari jauh saja sudah terdengar suara gamelan yang mengiringi suara pesinden yang merdu. Gamelan dan pesinden itu sengaja didatangkan dari dusun Kabangan, merupakan gamelan dan pesinden yang paling terkenal dan mahal di seluruh daerah itu dan yang membiayainya adalah seorang hartawan dari dusun Kabangan yang telah menerima berkah dari Sang Hyang Bathari.
Pondok kecil milik Parmono yang dulunya kecil sederhana, kini telah berubah menjadi sebuah rumah besar yang mewah dan di sebelah belakang bangunan itu, yang dulunya hanya merupakan tegalan luas yang ditanami ketela dan jagung, kini telah menjadi sebuah taman di mana terdapat sebuah
panggung dari kayu jati yang kokoh kuat dan di tempat inilah diadakan pesta meriah malam itu untuk memuja Sang Bathari Durga seperti biasa setiap bulan, yaitu di waktu bulan purnama menghias langit.
Taman bunga itu penuh dengan orang yang menonton,
http://kangzusi.com
mereka terdiri dari orang laki-laki perempuan, tua muda yang datang dari dusun-dusun di sekitar Gunung Kendeng.
Banyak pula yang membawa Anggota keluarga yang sakit untuk minta berkah dan penyembuhan di malam istemewa itu, yang menurut Nyi Durgakelana, pada malam seperti itu Sang Bathari Durga amat gembira dan welas asih, menolong siapa saja yang minta pertolongannya. Akan tetapi seperti biasa, yang paling banyak mengunjungi tempat itu adalah para wanita, karena agaknya Sang Bathari ini paling suka memberkahi wanita. Yang tidak mempunyai anak minta agar 487
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
bisa mempunyai seorang anak yang amat baik dan yang kelak dapat "mendem jero mikul duwur", yang belum menikah minta agar dapat segera bertemu jodoh seorang pria yang amat baik, dan perawan-perawan yang sudah agak terlambat usianya, sudah lewat dari delapan belas tahun dan belum menikah, mereka inilah yang paling prihatin dan tentu akan menurut dan taat biar disuruh apa pun oleh Nyi Durgakelana asal mereka dijamin akan cepat memperoleh jodoh! Biar disuruh menginap dan "bertapa" di situ sampai sebulan lamanya pun mereka bersedia. Juga ayah bunda mereka tidak menaruh keberatan. Orang tua manakah yang tidak akan bangga mendengar bahwa anak perawan mereka ada harapan untuk menjadi isteri orang besar" Tidak kurang pula banyaknya para janda yang ingin kawin lagi, dan para pedagang yang ingin dagangannya maju dan laris, pejabat-pejabat yang ingin agar pangkatnya segera mendapat
kenaikan. Karena agaknya Sang Bathari Durga ini seolah-olah menuruti keinginan semua orang, dari yang bertingkat rendah sampai yang bertingkat tinggi, maka tidak ada orang yang menentang Nyi Durgakelana.
Agaknya seluruh manusia di dunia ini, tidak ada yang tidak mempunyai keinginan untuk "maju" dan untuk mengecap keuntungan dan kesenangan, maka tentu saja sumber
pemberi kesenangan seperti Nyi Durgakelana itu memperoleh dukungan orang sejagad!
http://kangzusi.com
Mengapa hampir semua manusia di dunia ini condong
untuk menyembah sesuatu yang dianggapnya lebih tinggi, lebih agung, dan lebih berkuasa" Semenjak sejarah
berkembang sampai di jaman ultra modern ini, masih tidak ada bedanya. Setiap orang manusia ingin untuk memuja dan menyembah sesuatu yang dianggapnya lebih tinggi, suci dan berkuasa. Baik sesuatu itu diberi nama dengan sebutan Setan, Dewa, Nabi, Guru dan sebagainya lagi menurut pendidikan lingkungan masing-masing.
488 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Mari kita selidiki mengapa kita ini menyandarkan diri kepada sesuatu yang lebih tinggi dan lebih berkuasa daripada kita" Apakah artinya kalau kita membakar kemenyan dan menyediakan kembang setaman di malam Jumat dan malam Selasa" Apa artinya kalau kita berdoa kepada para Dewa" Apa artinya kalau kita bersujud kepada guru-guru kebatinan yang kita percaya! Apakah yang MENJADI DASAR dari pada semua perbuatan itu"
Kita merasa berdosa! Itukah satu di antara sebab-
sebabnya" Kita merasa berdosa dan kita mohon ampun
daripada dosa! Dengan lain kata-kata, kita ingin bersih dari dosa, karena dosa itu mendatangkan hukuman kesengsaraan.
Atau berarti, kita ingin terbebas dari hukuman! Atau juga berarti, kita ingin terbebas dari kesengsaraan, jadi kita ingin enak, ingin senang, ingin terbebas dari kesengsaraan yang melenyapkan kesenangan. Jadi jelaslah bahwa kita berdoa kepada sesuatu yang lebih berkuasa karena dorongan ingin hidup senang, baik lahir maupun batin! Kita hanya mau berdoa memuja sesuatu yang KUASA MEMBERI KESENANGAN
kepada kita, sebaliknya kita mengutuk sesuatu yang
mendatangkan kedukaan kepada kita. Kita selalu mengejar kesenangan, dengan jalan apa pun juga, dengan kekerasan, dengan kelembutan dengan kemunafikan! Kita tidak pernah mau membuka mata melihat betapa semua itu timbul karena perbuatan kita sendiri! Kita tidak pernah mau sadar dan http://kangzusi.com
waspada akan kekotoran diri sendiri! Kita mau enaknya saja!
Kita melakukan hal-hal yang menimbulkan kesenangan dan akibat daripada itu,kalau kita sengsara karenanya, kalau kita berdosa karenanya, kita lontarkan semua itu kepada sesuatu yang lebih tinggi untuk minta dibersihkan dan diampuni lagi, agar kita tetap berada dalam kesenangan, kesentausaan, kedamaian dan ketenteraman! Betapa munafiknya kita ini!
Demikian pula mengapa tempat pemujaan Sang Hyang
Bathari Durga penuh dengan manusia yang meminta-minta.
489 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Minta senang tentunya. Kesenangan menurut ukuran masing-masing, menurut keinginan hati masing-masing. Ada yang akan merasa senang kalau penyakitnya sembuh, kalau laku kawin, kalau dagangannya laris, kalau pangkatnya naik, bahkan lebih gila lagi, ada yang merasa senang kalau dapat mencelakakan orang yang dibencinya! Kesenangan memang bermacam-macam karena kesenangan berarti terpenuhinya keinginan hati! Dan untuk memenuhi keinginan hati, yang dikejar-kejar itu, manusia tidak segan melakukan apa pun juga, lupa bahwa segala kesengsaraan hidup, segala
permusuhan, segala kebencian dan konflik, semua timbul karena pengejaran itulah!
Bulan purnama terang sekali. Langit bersih tiada awan dan dalam keadaan seperti itu sinar bulan yang murni dan sepenuhnya menyinari bumi menciptakan suasana yang sejuk dan tenteram, dengan sinarnya yang keemasan dan jernih, membuat segala sesuatu nampak cukup terang namun tidak menyilaukan, mendatangkan suasana mujijat kepada setiap benda di permukaan benda yang bermandikan cahaya bulan.
Daun-daun dan kembang-kembang menjadi lebih hidup di dalam keadaan yang tenang,tidak seperti di waktu siang, daun-daun dan kembang-kembang hidup seperti memprotes panasnya sinar matahari dan amukan angin lalu. Kini, semua kelihatan tenang dan tenteram, seolah-olah dunia merupakan http://kangzusi.com
tempat yang amat menyenangkan, seperti gambaran sorga loka, bukan merupakan neraka yang lebih terasa di siang hari di mana manusia mengumbar hawa nafsu keinginannya yang jutaan macam itu.
Gamelan pun terdengar lebih indah di waktu malam. Di waktu siang, suara-suara hanya terbatas sekali jarak jangkauannya, ditelan oleh suara lain dan dihembus pergi oleh angin lalu, dikeringkan oleh hawa panas matahari. Akan tetapi di waktu malam, suara dapat bergema sampai jauh. Bahkan dari bawah bukit, dari kaki Pegunungan Kendeng, terdengar 490
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
suara gamelan itu, lapat-lapat mengandung daya tarik yang amat kuat sehingga banyak pula orang-orang yang tinggal di kaki Pegunungan Kendeng berbondong naik ke lereng gunung untuk menonton keramaian pemujaan Sang Hyang Bathari Durga.
Menurut kepercayaan para penyembah Durga, apalagi
karena propaganda dari Nyi Durgakelana, Sang Candra (bulan) sendiri menghormati Sang Hyang Bathari Durga sehingga malam itu muncul sepenuhnya untuk membantu pesta
pemujaan itu! Dan pada malam itu kabarnya banyak pula wanita yang ingin masuk menjadi Anggota baru.
Kabarnya tidak kurang dari dua puluh orang wanita muda dan cantik!
Para Anggota yang sudah dianggap agak "tinggi"
tingkatnya, yaitu wanita-wanita yang telah "berkenalan"


Kemelut Di Majapahit Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

dengan para dewa yang malam-malam di waktu sunyi
memberkahi mereka, sudah duduk berjajar, berlutut di atas panggung di sekeliling arca Sang Hyang Bathari yang dikalungi rangkaian bunga dan asap kemenyan mengepul tebal
menyiarkan bau yang harum aneh menyeramkan. Nyi
Durgakelana sendiri duduk di atas kursi rendah di sebelah kanan arca itu, tersenyum-senyum sehingga wajahnya yang kasar hitam dan buruk itu kelihatan makin
menyeramkan,tangan kanannya memegang tongkat hitamnya http://kangzusi.com
yang panjang dan bentuknya seperti ular. Nyi Durgakelana sendiri yang kadang-kadang menambah dupa di pedupaan, dan mulutnya selalu berkemak-kemik kalau dia menambah dupa, seolah-olah dia bercakap-cakap dengan arca Sang Hyang Bathari Durga yang kelihatan tersenyum manis itu.
Kini semua penduduk yang memuja Dewi Durga yang
berbentuk arca batu itu, sudah berduyun-duyun datang membawa sesajen dan di dalam tumpukan sesajen inilah terdapat banyak benda yang amat berharga. Ada yang
memberi buah-buahan dan sayur-mayur,makanan, akan tetapi 491
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
ada pula yang menyertai kain dan benda-benda berharga seperti perhiasan emas perak dan lain-lain karena menurut ceramah Nyi Durgakelana, makin berharga sesajen di waktu terang bulan itu diserahkan kepada Sang Bathari Durga, makin banyak pula berkah yang dilimpahkannya.
Setelah para pemuja Durga yang sebagian besar terdiri dari kaum wanita itu sudah menaruh sesajen mereka di atas panggung di depan arca itu dan menerima "berkat" dari Nyi Durgakelana, mereka mengundurkan diri dan kini naiklah dua puluh orang wanita muda yang ingin masuk menjadi "murid"
Sang Bathari Durga. Akan tetapi tiba-tiba keadaan menjadi geger dengan naiknya seorang laki-laki yang masih muda.
Laki-laki ini meloncat ke atas panggung dengan membawa sebatang keris.
"Sang Bathari, kau telah merampas isteriku!" bentaknya dan dengan keris di tangan pemuda itu lalu menerjang dan menusukkan kerisnya ke arah dada arca Bathari Durga.
"Takkk!" Keris itu terpental dan laki-laki itu terdorong ke belakang lalu roboh terjengkang dalam keadaan pingsan! Nyi Durgakelana yang tadi menggerakkan kedua tangan melihat pemuda itu mengamuk, diam-diam telah menggunakan
kesaktiannya memukul pemuda itu dari jarak jauh. Ketika pemuda itu terpukul roboh, dia pura-pura kaget dan cepat bangkit berdiri, lalu dengan lemah lembut dia menolong http://kangzusi.com
menyadarkan pemuda itu. Pemuda itu mengeluh dan ketika melihat Nyi Durgakelana,dia cepat berlutut.
"Hemm, orang muda, mengapa engkau seperti gila berani kurang ajar terhadap Sang Bathari?" Nyi Durgakelana membentak marah.
"Ampunkan saya... saya menjadi gelap mata karena...
karena sejak isteri saya menjadi murid Sang Bathari, sikapnya terhadap saya menjadi dingin..."
492 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Terdengar suara ketawa di sana-sini menyambut
keterangan suami muda yang dikecewakan oleh isterinya itu dan orang muda itu menjadi makin malu dan akhirnya setelah dia menyembah kepada Nyi Durgakelana, dia lalu
meninggalkan panggung dan menyelinap di antara para penonton, diantara sorak dan ejekan.
"Kau lihat pukulan tadi?" Bromatmojo berbisik kepada Sutejo. "Sudah kuduga, dia bukan orang sembarangan."
Sutejo yang berada di antara banyak penonton bersama Bromatmojo dan Joko Handoko, mengangguk dan dia melirik ke atas panggung di mana telah berkumpul wanita-wanita muda yang malam itu hendak dilantik menjadi murid-murid baru. Hatinya terasa tidak enak ketika pandang matanya bertemu dengan Roro Kartiko yang juga berlutut di atas panggung, di antara banyak wanita muda itu. Roro Kartiko sengaja memasuki rombongan calon murid-murid baru itu untuk mengungkapkan rahasia apa yang tersembunyi di balik perkumpulan Pemuja Bathari Durga ini. Sedangkan tiga orang temannya melindunginya dari dekat, berada di antara penonton.
Bromatmojo mengerutkan alisnya, hatinya merasa tidak enak sekali akan keselamatan Roro Kartiko. Dia memberi isyarat kepada dua orang temannya dan mereka menyisih keluar, ke tempat yang agak sunyi. Suara gamelan masih http://kangzusi.com
ramai sehingga mereka dapat saling berbisik tanpa khawatir didengarkan orang lain.
"Nini, kau sungguh cantik jelita." Tangan yang merangkul pinggang ramping itu menurun dan mencubit pinggul. "Dan kau tentu masih perawan, bukan?"
Wajah Sulastri menjadi merah sekali dan kalau saja dia tidak sedang melakukan tugas yang berbahaya dan penting, tentu sudah ditamparnya wanita genit itu. Dia mengangguk.
493 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Hi-hik, malam ini engkau tentu akan terpilih. Mudah-mudahan saja seorang perawan cantik seperti engkau akan dipilih oleh dewa yang muda dan tampan, dan tidak sampai terpilih oleh dua orang raksasa mengerikan itu."
"Raksasa" Apa maksudmu?" Sulastri bertanya kaget.
"Hi-hik, engkau tidak tahu, bukan" Di antara para dewata memang terdapat mereka yang wajahnya seperti raksasa. Pagi tadi sudah muncul dua orang. Tuh di kamar sebelah kiri.
Mereka sedang makan minum. Siang tadi mereka kenyang mengganyang daging domba dan malam ini tentu akan
menikmati perawan-perawan yang terpilih. Mudah-mudahan bukan engkau. Mereka itu memang dewa, akan tetapi...
uhh,mengerikan." Wanita itu lalu melepaskan rangkulannya dan menuding ke arah sebuah kamar besar. "Nah, itulah kamar Nyi Durgakelana." Bergegas dia pergi meninggalkan Sulastri, agaknya ngeri mengingat akan dua raksasa yang diceritakannya tadi.
Sulastri berdiri termangu-mangu. Dia merasa heran dan juga curiga. Jelas bahwa ada sesuatu yang tidak beres di dalam rumah ini. Suasana sunyi sekali, dan benar dugaannya bahwa semua orang tentu sibuk di luar, di panggung yang ramai karena sedang diadakan upacara pemujaan dan
pemilihan murid-murid baru sehingga rumah itu sunyi.
Sulastri mendengar suara orang laki-laki bicara dan tertawa http://kangzusi.com
dia dalam kamar yang ditunjukkan oleh wanita setengah tua tadi sebagai kamar yang didiami oleh dua orang "raksasa".
Karena merasa heran dan curiga, dia lalu berindap
menghampiri kamar besar itu, mempergunakan
kepandaiannya sehingga dia dapat mengintai ke dalam melalui celah-celah pintu tanpa menimbulkan suara apa-apa.
Apa yang tampak olehnya di dalam kamar itu membuat
Sulastri terperanjat sekali.
494 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dia melihat dua orang laki-laki yang bertubuh tinggi besar sedang duduk menghadapi meja sambil bercakap-cakap dan tertawa. Di sudut kamar itu terdapat dua buah pembaringan dan dua orang kakek raksasa itu duduk seenaknya dengan mengangkat sebelah kaki ke atas bangku. Benarkah mereka ini adalah sebangsa dewa"
Sulastri tidak percaya. Andaikata benar mereka itu bukan manusia, mereka ini tentulah sebangsa iblis jahat, sama sekali tidak pantas kalau menjadi dewa!
"Hemm, kenapa lama amat?" Seorang di antara mereka
yang hidungnya besar berkata,suaranya jelas membayangkan ketidaksabaran.
"Ha-ha-ha, Adi Warak, agaknya kau sudah tidak sabar menanti lagi. Ha-ha-ha, tenanglah mereka sedang sibuk bersembahyang. Nanti kita tentu akan berpesta pora. Ha-ha, betapa akan senangnya. Durgakelana telah menjanjikan kepada kita masing-masing menerima dua orang perawan!"
"Kakang Sarpo, engkau sebagai seorang saudara tua harus mengalah dan membiarkan aku memilih lebih dulu nanti," kata orang ke dua yang hidungnya besar itu. Orang pertama yang matanya lebar tertawa.
"Ha-ha-ha, apa sih bedanya bagiku" Mereka tentu
perawan-perawan yang muda dan mulus-mulus. Durgakelana http://kangzusi.com
tidak begitu tolol untuk memilih perawan yang buruk. Ha-ha, sekali ini dia pegang janji dapat menyenangkan kita."
"Tentu saja, dia tentu belum lupa ketika kita
menyelamatkan dia dari tangan-tangan musuh-musuhnya ketika dia dikeroyok di pantai Madura itu."
Cukuplah bagi Sulastri mendengar percakapan itu. Dadanya terasa panas dan ingin dia membobol pintu dan menghajar dua orang raksasa itu. Mereka ini sama sekali bukanlah iblis, apalagi dewa, melainkan dua orang laki-laki yang jahat dan berbatin kotor. Dan mereka ini adalah sahabat-sahabat Nenek 495
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Durgakelana yang agaknya hendak menghidangkan murid-murid wanita yang baru itu kepada dua orang raksasa ini!
Keparat jahanam! Sulastri marah bukan main. Pantas saja menurut cerita Joko Handoko yang mendengar dari anak buah Sriti Kencana, banyak gadis yang membunuh diri karena mengandung. Kiranya terjadi kekotoran macam ini!
Perawan-perawan yang terjebak menjadi murid Sang
Bathari Durga, ternyata oleh Nyi Durgakelana disajikan kepada pria-pria jahat yang menjadi sahabatnya. Dengan hati panas sekali Sulastri lalu berindap menghampiri kamar Nyi Durgakelana.
Setelah mengintai dan mendapat kenyataan bahwa kamar yang amat mewah itu kosong,dia lalu membuka pintunya dan menyelinap masuk. Heran dan kagumlah dia melihat isi kamar yang serba lengkap dan serba indah, seperti kamar seorang pembesar berkedudukan tinggi yang kaya raya saja. Bahkan tidak kalah indah dan lengkapnya dibandingkan dengan kamar Joko Handoko dan Roro Kartiko, kedua orang putera-puteri Bupati Tuban itu!
Sementara itu, Sutejo dan Joko Handoko yang menyelinap di antara para penonton, melihat pertunjukan yang amat hebat dan meriah. Dengan sikap seperti seorang dukun sakti, Nyi Durgakelana membaca mantera-mantera sambil
memimpin para murid wanita untuk memuja dan menyembah http://kangzusi.com
arca Bathari Durga. Asap kemenyan yang mengepul tebal, dan suara doa yang menyeramkan itu seolah-olah menyihir semua orang di situ. Bahkan Sutejo seperti melihat betapa arca batu itu seperti berkedip-kedip kepadanya dan mengulum senyum!
Akan tetapi dia cepat menekan batinnya dan arca itu kembali seperti batu biasa, hanya ukirannya memang amat halus, tanda bahwa pembuat arca itu seorang ahli yang pandai.
Dari tempat duduknya yang agak tinggi, Nyi Durgakelana tadi sudah melirik-lirik dan pandang matanya yang tajam sudah memilih-milih, dan segera pandang matanya tertarik 496
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sekali kepada kecantikan Roro Kartiko yang memang luar biasa dan amat menonjol di antara kecantikan perawan-perawan dusun itu. Kulitnya yang putih kuning, matanya yang seperti bintang, bulu matanya yang melengkung ke
atas,wajahnya yang mengandung keagungan telah memikat hati Nyi Durgakelana. Kemudian, pandang matanya kembali mencari-cari dan dia sudah memilih empat orang wanita muda lainnya di samping Roro Kartiko, yang dianggapnya tepat untuk menjadi murid-murid baru malam itu.
Perayaan itu memuncak dengan diadakannya tari-tarian oleh para murid Sang Bathari, yang menari dalam keadaan mabok sehingga tari-tarian mereka itu lebih berani dan menggairahkan. Kemudian, lewat tengah malam, seperti biasa setiap malam bulan purnama, Nyi Durgakelana "kesurupan"
oleh Sang Bathari Durga sendiri.
Tiba-tiba saja nenek ini roboh kemudian mengeluarkan kata-kata yang tidak dimengerti orang, lalu dia meloncat bangun, tongkat hitamnya diputar cepat sampai berubah menjadi gulungan sinar hitam yang menutupi tubuhnya.
Melihat gerakan ini, Sutejo terkejut karena dia mengenal gerakan yang mengandung kesaktian.
Gerakan tongkat itu makin melambat dan akhirnya nenek itu menggunakan tongkatnya untuk menuding. Yang pertama dituding adalah Roro Kartiko, kemudian empat orang perawan http://kangzusi.com
lain yang memang diam-diam sudah dipilihnya tadi. Para anak muridnya cepat maju dan mengangkat bangun Roro Kartiko dan empat orang gadis itu, diiringi sorak-sorai para anak murid yang lama dan juga para penonton ikut bersorak.
Keluarga empat orang gadis itu tertawa bangga sekali, hanya Roro Kartiko yang tersenyum seorang diri karena
pancingannya berhasil. Dia melirik dan melihat Sutejo dan kakaknya, Joko Handoko tidak jauh dari panggung. Akan tetapi dia mengerutkan alis ketika tidak melihat adanya Bromatmojo. Ke manakah perginya pemuda itu, pikirnya.
497 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dengan suara tinggi melengking, seperti suara yang
datangnya dari angkasa, Nyi Durgakelana lalu memerintahkan murid-muridnya untuk memberi minum "darah suci" kepada lima orang gadis yang dipilih sendiri oleh Sang Bathari itu!
Tentu saja Roro Kartiko tidak akan sudi minum apa yang dinamakan darah suci itu kalau memang minuman itu benar-benar darah, akan tetapi ketika dia melihat bahwa yang berada di cawan itu dan yang dinamakan darah itu
sebenarnya hanyalah minuman tuwak yang diberi warna merah, maka untuk tidak menimbulkan kecurigaan, dia meminumnya seperti yang dilakukan oleh empat orang gadis lainnya. Kemudian dia dan empat orang itu disuruh berlutut menyembah arca Bathari Durga, kemudian menyembah Nyi Durgakelana dan dituntun oleh murid-murid lain memasuki rumah.
Upacara itu pun selesai dan semua penonton bubaran, juga keluarga empat orang perawan yang pulang dengan hati girang karena anak gadis mereka terpilih sebagai murid Sang Bathari dan tentu hal ini akan mendatangkan berkah
berlimpah-limpah!
-o0odkz-o0o- Jilid 39 http://kangzusi.com
Sunyi sekali malam itu. Lima orang perawan itu dihadapkan kepada Nyi Durgakelana yang sudah duduk di atas kursi dalam sebuah ruangan besar. Lalu nenek ini memberi isyarat kepada para murid lain agar mereka itu mundur karena dia ingin memberi "wejangan" kepada murid-murid baru ini.
"Kalian pandang aku baik-baik dan dengarkan semua
pesanku, Nini," Nyi Durgakelana mulai dan lima orang gadis itu semua mengangkat muka memandang. Roro Kartiko
terkejut bukan main ketika pandang matanya bertemu dengan pandang mata yang tajam luar biasa, seperti mata kucing, 498
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pandang mata yang seperti menembus jantungnya dan
mencengkeram atau melekat pada nenek itu!
"Engkau, Nini, engkau ikut bertapa bersamaku di dalam kamarku dan kalau malam nanti terjadi apa pun, jangan engkau kaget atau menolak. Mungkin sekali ada dewa yang akan datang melantikmu dan kalau kau menolak atau
melawan tentu engkau akan kena kutuknya dan akan celaka.
Sebaliknya kalau engkau menurut, maka engkau akan
memperoleh berkah berlimpah-limpah. Dan kalian berempat harus bertapa dalam sebuah kamar besar bersama-sama. Juga kalian jangan sekali-kali melawan atau menolak kalau ada para dewata datang mengunjungi kalian. Mengertikah?"
Empat orang gadis itu menyembah dan mengangguk dan
Roro Kartiko merasa heran dan terkejut sekali karena dia merasa bahwa di luar kehendaknya, dia pun mengangguk!
Kemudian, dengan lemas dia merasa tangannya dipegang dan digandeng, lalu diajak bangkit berdiri oleh nenek yang pakaiannya berbau apak itu! Empat orang gadis itu pun disuruh bangkit, kemudian mereka disuruh memasuki sebuah kamar besar yang dibuka sendiri oleh Nyi Durgakelana.
Mereka memasuki kamar itu seperti boneka-boneka hidup, tidak tahu bahwa sudah ada dua orang kakek raksasa yang telah menanti mereka dengan air liur membasahi bibir. Sambil tersenyum Nyi Durgakelana berkata, "Terimalah tanda http://kangzusi.com
persahabatanku, sahabat-sahabatku!" Dia lalu menutupkan pintu kamar itu dan menggandeng tangan Roro Kartiko.
"Nini, siapakah namamu, cah ayu?"
Dengan suara gemetar Roro Kartiko menjawab, "Nama
saya Kartiko..."
"Bintang! Sungguh hebat, memang kau cantik dan
cemerlang seperti bintang di langit! Marilah, manis."
Roro Kartiko terkejut sekali mendengar ucapan itu dan menyaksikan perubahan sikap nenek ini, akan tetapi anehnya 499
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
agaknya tubuhnya tidak mau menurut kata-kata hatinya dan dia seperti bergerak sendiri mengikuti nenek itu yang menggandeng tangannya memasuki sebuah kamar yang amat indah.
Sulastri yang kini telah mengenakan kembali pakaian pria dan yang bersembunyi di balik lemari besar sambil mengintai, tentu saja memandang dengan jantung berdebar ketika melihat Nyi Durgakelana memasuki kamar itu sambil
menggandeng tangan Roro Kartiko. Penerangan di dalam kamar besar itu cukup terang dan melihat betapa Roro Kartiko melangkah masuk seperti boneka berjalan. Sinar mata dara itu memandang jauh, tak pernah berkedip, mulutnya setengah terbuka dan wajahnya membayangkan keheranan besar, akan tetapi agaknya dia menurut saja dibimbing masuk oleh nenek itu.
Nenek Nyi Durgakelana lalu duduk di atas tepi pembaringan dan menarik gadis itu duduk pula di sebelahnya, kemudian dia berkata, "Nini Kartiko, cah ayu. Engkau telah dipilih oleh Sang Bathari dan mulai sekarang engkau berhak memasuki alam kahyangan, akan tetapi engkau harus menyucikan diri lahir batin. Untuk menyucikan jasmanimu, engkau harus
kumandikan dengan air suci." Dia bangkit dan mengambil sebuah tempayan yang penuh air dengan ada kembang
mawar di dalamnya, membawanya ke dekat pembaringan.
http://kangzusi.com
"Nah, tanggalkan semua pakaianmu, Nini."
Bromatmojo melihat dan mendengar semua itu dengan
mata terbelalak. Dia melihat betapa Roro Kartiko mengerutkan alisnya, wajahnya jelas membayangkan penolakan atas permintaan itu, akan tetapi anehnya, kedua tangan dara itu melepaskan kemben yang melilit dadanya yang membusung padat. Roro Kartiko mulai menanggalkan pakaiannya!
Karena dia sendiri adalah seorang wanita, tadinya
Bromatmojo tentu akan mendiamkannya saja, ingin melihat apa yang akan terjadi selanjutnya karena bukankah Nyi 500
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Durgakelana itu pun hanya seorang nenek wanita tua" Akan tetapi,dapat dibayangkan betapa kaget dan marahnya ketika kemben yang melilit dada Roro Kartiko itu mulai terlepas dan sebagian dari buah dada yang indah bentuknya itu kelihatan, tiba-tiba saja tangan Nyi Durgakelana bergerak menyentuh ke arah dada itu!
"Cah ayu... engkau benar-benar cantik jelita... manis menggairahkan... ah, aku tidak akan perdulikan perempuan-perempuan yang lain setelah memperoleh dirimu, manis..."
Dan nenek itu dengan cepat menanggalkan jubahnya. Baru tahulah Bromatmojo bahwa nenek itu sebenarnya adalah seorang pria karena dadanya rata dan tenggorokannya yang biasanya tertutup leher jubah lebar itu nampak ada
kalamenjingnya!
"Keparat jahanam!" Bromatmojo membentak dan tubuhnya sudah mencelat keluar dari balik lemari dan langsung saja dia menerjang kakek yang menyamar sebagai nenek itu dengan marah sekali.
"Bressss!!? Bromatmojo yang marah sekali itu menyerang dengan aji kesaktian Hasto Bairowo,hebatnya bukan kepalang sehingga biar pun kakek itu sudah menangkisnya, tetap saja dia terlempar dan terbanting roboh sehingga kakek itu terkejut sekali.
Selain terkejut, kakek itu pun marah bukan main karena http://kangzusi.com
ada seorang pemuda berani bersembunyi di dalam kamarnya dan selain menentangnya, juga rahasianya telah diketahui orang. Dengan menggereng seperti seekor harimau marah, dia lalu menyambar tongkat hitamnya yang panjang dan menerjang Bromatmojo tanpa bicara lagi. Rahasianya sebagai pria telah diketahui pemuda ini, maka dia harus dapat cepat membunuhnya, hanya inilah isi hatinya.
"Wuuuutttt....! Brakkk!" Bromatmojo maklum akan
kehebatan tongkat itu maka dia sudah cepat menggunakan 501
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kegesitan tubuhnya mengelak dan tongkat itu menghantam lemari di belakangnya sampai hancur berantakan!
Sementara itu, seperti baru terbangun dari tidur nyenyak, Roro Kartiko kelihatan terkejut dan setengah menjerit menutupi dada dengan tangan, lalu tergesa-gesa
membereskan kembennya lagi, wajahnya merah dan kedua matanya bersinar-sinar penuh kemarahan.
"Jahanam busuk!" bentaknya setelah pakaiannya beres dan dia sudah menyambar sebuah bangku untuk menyerang
Durgakelana dengan dahsyat.
"Brakkk!!" Bangku itu pecah berhamburan ketika ditangkis oleh tongkat di tangan Durgakelana dan tubuh Roro Kartiko agak terhuyung ke belakang.
"Desssss....!!" Ketika Durgakelana menangkis serangan Roro Kartiko tadi,Bromatmojo mempergunakan kesempatan itu untuk menampar dengan telapak tangannya yang ampuh.
Durgakelana terkejut dan mengelak, akan tetapi tetap saja pundak kirinya kena tamparan ampuh dan dia terlempar dan terbanting jatuh.
"Ahhhh...!!" Dia terkejut bukan main. Baru tahu dia sekarang bahwa memang pemuda dan gadis ini agaknya
sengaja memancingnya. Dara cantik jelita itu tentu bukan sembarangan hendak menjadi murid Bathari Durga, melainkan http://kangzusi.com
sengaja memancing karena ternyata dara iu bukan orang lemah melainkan seorang yang sudah menyelundup masuk.
Celaka, pikirnya dan dia lalu meloncat ke luar dari dalam kamar itu.
"Keparat busuk hendak lari ke mana kau?" Bromatmojo membentak dan bersama Roro Kartiko dia meloncat keluar untuk mengejar.
Ketika mereka tiba di luar kamar, ternyata di ruangan tengah juga sedang terjadi pertempuran hebat. Sutejo dan Joko Handoko sedang menyerang dan mendesak dua orang 502
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kakek raksasa dan beberapa kali dua orang kakek itu terbanting jatuh lalu bangkit kembali dan melawan mati-matian.
"Kakang Durgakelana, tolong...!" Seorang di antara dua raksasa itu, yang didesak oleh pukulan-pukulan sakti dari Sutejo, tiba-tiba berteriak ketika dia melihat Durgakelana.
Akan tetapi, tentu saja kakek cabul ini sendiri tidak mampu membantu mereka karena dia sendiri pun segera diterjang oleh Bromatmojo yang dibantu oleh Roro Kartiko.
Kiranya Sutejo dan Joko Handoko tadi pun segera
menyelinap ke dalam rumah gedung itu ketika pesta berakhir dan lima orang gadis itu dibawa ke dalam. Dan karena dua orang raksasa itu berbeda caranya menguasai korbannya dengan Durgakelana yang menggunakan kekuatan sihir, yaitu hanya mengandalkan tenaga kasar, maka dua orang pemuda itu segera mendengar jerit ketakutan di antara suara gelak tawa mereka. Dan ketika dua orang pemuda itu mengintai dan melihat betapa empat orang gadis itu dipermainkan oleh dua orang kakek raksasa, tentu saja mereka tidak dapat menahan kemarahan mereka lagi dan sekali tendang, pintu kamar itu jebol dan menyeret keluar dua orang raksasa itu untuk dihajar di luar kamar!
Pertandingan yang berlangsung di ruangan itu hebat sekali, akan tetapi jelas bahwa fihak Durgakelana dan dua orang http://kangzusi.com
temannya terdesak hebat. Beberapa kali mereka bertiga terbanting roboh dan mereka hanya melakukan perlawanan untuk membela diri saja, sama sekali tidak mampu balas menyerang lagi. Sebetulnya,kepandaian Dugakelana cukup tinggi, akan tetapi dia tidak tahan menghadapi ilmu-ilmu kesaktian Bromatmojo. Demikian pula dua orang raksasa itu memiliki kedigdayaan yang cukup hebat dan kiranya kalau hanya sendirian saja, Joko Handoko dan Roro Kartiko tentu tidak akan mampu menandingi mereka. Akan tetapi dengan 503
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
adanya Sutejo, maka dua orang raksasa itu pun menemukan lawan yang terlalu berat sehingga mereka jatuh bangun.
"Kakang Tejo, kita basmi saja iblis-iblis ini!" Bromatmojo berseru. Dia sudah amat marah kepada Durgakelana dan dia tahu bahwa Sutejo adalah seorang pemuda yang agaknya berpantang membunuh dan merasa khawatir kalau-kalau Sutejo akan membebaskan mereka itu.
Sebelum Sutejo menjawab, tiba-tiba berkelebat bayangan dari luar rumah dan terdengar suara yang nyaring. "Tahan dulu! Jangan berkelahi!"
"Plak-plakk!" Dua kali bayangan itu berkelebat cepat dan menangkis pukulan Bromatmojo yang ditujukan ke arah kepala Durgakelana dan tamparan Sutejo yang menyerang dua orang raksasa. Bromatmojo dan Sutejo merasa betapa lengan mereka bertemu dengan tangan yang amat kuat, yang mengandung tenaga ampuh. Keduanya terkejut dan siap, memandang dengan penuh perhatian.
"Bapa Guru!" Joko Handoko dan Roro Kartiko berseru kaget ketika melihat orang yang datang itu bukan lain adalah Resi Harimurti, guru mereka sendiri.
Sementara itu, ketika mereka tidak lagi diserang oleh orang-orang muda yang sakti itu, Durgakelana dan dua orang raksasa cepat meloncat keluar dan melarikan diri.
http://kangzusi.com
"Kejar...!!" Bromatmojo berteriak akan tetapi Resi Harimurti sudah menghadang di pintu.
"Tahan...!" Harimurti membentak. "Joko dan Roro, kalian tidak boleh kurang ajar!"
"Akan tetapi, Bapa Guru, mereka adalah orang-orang
jahat!" Joko Handoko membantah.
"Hemm, kita sama sekali tidak boleh mencampuri urusan agama golongan lain, apalagi menghina mereka. Kalau Nyi Durgakelana hendak mengembangkan agama menyembah
504 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sang Bathari Durga dan menerima murid-muridnya, hal itu tidak ada sangkut-pautnya dengan kita dan kita tidak boleh mengganggunya."
"Bapa Guru, yang menyebut diri Nyi Durgakelana itu
sesungguhnya adalah seorang kakek cabul dan jahat! Dia memikat para wanita muda yang dikatakan hendak menjadi murid Sang Bathari Durga, padahal wanita-wanita itu menjadi korban kebiadabannya bersama dua orang kawannya tadi!
Apakah melihat hal seperti itu kami harus diam saja?" Roro Kartiko membantah dengan suara penasaran.
Resi Harimurti kelihatan terkejut sekali. "Ahh... benarkah itu" Apakah itu bukan fitnah saja?"
Roro Kartiko yang diam-diam merasa benci kepada gurunya ini karena kakek ini pun pernah bersikap kurang ajar dan tidak semestinya terhadap dirinya, menjadi marah, "Bapa Guru tidak percaya kepada saya" Saya sendiri yang membuktikan dengan masuk menjadi murid, dan hampir saja saya menjadi korban kebiadababan Kakek Durgakelana itu!"
"Kakang Tejo, mari kita kejar mereka. Mereka tentu belum lari jauh!" Bromatmojo berseru.
"Ah, kalau begitu, sungguh mereka harus dihukum dan biar aku sendiri yang akan menghukum mereka!" Resi Harimurti berseru dan dia lalu melompat keluar dan melakukan
http://kangzusi.com
pengejaran. Kalau saja di situ tidak ada Joko Handoko dan Roro Kartiko, tentu Bromatmojo dan Sutejo sudah melakukan pengejaran karena mereka tidak percaya kepada Resi Harimurti. Akan tetapi mereka merasa tidak enak kalau harus menentang Resi itu di depan orang muda yang menjadi murid Resi itu.
Roro Kartiko mengepal tinjunya. Dia pun tidak percaya kepada gurunya sendiri,akan tetapi merasa tidak enak kalau harus memusuhi gurunya. "Biarkan Bapa Guru berurusan 505
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dengan mereka. Kita basmi tempat ini dan menolong wanita-wanita itu," katanya.
Ternyata banyak wanita muda yang dikeram di tempat itu, ada yang seperti sudah tidak waras ingatannya, ada yang menangis menyesali nasib akan tetapi ada pula yang sudah menerima nasib karena tidak berdaya melawan Nyi
Durgakelana. Ketika empat orang muda itu mengumpulkan para wanita itu, tiba-tiba muncul Parmono dan Partiwi dan suami isteri ini langsung berlutut dan menyembah empat orang muda perkasa itu. Tentu saja kini Parmono telah tahu siapa adanya "Nyi" Durgakelana itu dan tahu pula bahwa sebagai "murid kepala" isterinya telah dijadikan kekasih kakek yang menyamar wanita itu. Akan tetapi dia tidak berani berkata apa-apa karena maklum akan kesaktian kakek itu dan pula, bukankah mereka kini memiliki rumah yang besar dan menjadi kaya raya"
"Raden, harap sudi mengampuni kami yang tidak tahu apa-apa, yang hanya diperalat oleh Nyi Durgakelana..." Parmono meratap.
"Hemm, siapa kalian?" Bromatmojo bertanya sambil
memandang tajam.
"Mereka ini adalah suami isteri yang memiliki pondok ini dan diangkat menjadi murid-murid kepala dan pembantu dari Durgakelana," kata seorang di antara wanita-wanita yang kini http://kangzusi.com
telah berkumpul di situ.
"Ampun, kami ditipu... kami tidak berdaya..." Partiwi berkata sambil menangis. "Beberapa bulan yang lalu, dia datang dan mengobati orang-orang sakit... kami diangkat menjadi murid dan pembantu..."
"Sudahlah," Roro Kartiko berkata. "Kalian semua hanyalah orang-orang bodoh dan tahyul yang menjadi korban penipuan keparat itu. Sekarang kalian keluarkan semua harta kekayaan dari kakek jahanam itu dan kumpulkan di sini!"
506 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Parmono dan Partiwi cepat melakukan perintah ini.
Kemudian, harta itu dibagi-bagi di antara mereka semua.
"Sekarang kalian semua boleh pulang ke dusun masingmasing dan bagian harta itu adalah milik kalian. Nah, pergilah sekarang juga karena kami mau basmi tempat terkutuk ini,"
kata Roro Kartiko.
Para wanita itu menyembah dan menghaturkan terima
kasih. Juga Parmono dan Partiwi yang mendapatkan bagian pula, tidak berani membantah dan mereka berdua lalu pergi dari tempat itu untuk memulai hidup baru di tempat lain dengan modal pembagian harta yang mereka terima.
Menjelang pagi, nampak api berkobar menjulang tinggi ketika empat orang muda perkasa itu membakar rumah yang tadinya menjadi sarang kemaksiatan itu. Empat orang muda itu tidak melihat betapa di tempat gelap terdapat seorang kakek yang memandang semua itu dengan tangan dikepal dan muka marah. Kakek ini adalah Resi Harimurti! Sebenarnya Durgakelana adalah seorang teman dari Sang Resi ini dan sudah beberapa kali Resi Harimurti berkunjung ke tempat temannya itu di waktu malam terang bulan dan sudah
beberapa kali Kakek Pendeta yang berbatin kotor ini disuguhi pula "murid" baru dari Durgakelana. Malam itu Harimurti datang untuk mengharapkan bagian murid baru pula dan secara kebetulan saja dia dapat menyelamatkan Durgakelana http://kangzusi.com
dan dua orang raksasa yang menjadi sahabatnya. Setelah melakukan pengejaran, dia menasihatkan kepada Durgakelana yang sudah terbuka rahasianya itu untuk pergi sejauh mungkin, kemudian dia kembali dan melihat tempat yang merupakan tempat hiburan amat menyenangkan baginya itu dibakar oleh dua orang muridnya dan dua orang pemuda tampan yang sakti itu. Hatinya panas dan marah, akan tetapi tentu saja dia tidak berani sembarangan membela
Durgakelana yang sudah terbuka kedoknya itu.
507 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Hemm, Bupati Progodigdoyo sedang berada di kota raja, pikirnya. Dan dua orang anaknya, yang menjadi murid-muridnya, telah berkawan dengan dua orang muda yang mencurigakan. Dia harus cepat pergi ke kota raja dan memberitahukan hal itu kepada Progodigdoyo. Kalau dia sendiri yang turun tangan terhadap dua orang muridnya, sungguh tidak baik. Tentu Bupati Tuban itu akan dapat mengendalikan dua orang pemuda yang hendak mengacau di Tuban. Maka pergilah Resi Harimurti, meninggalkan Tuban pada pagi hari itu juga.
Sementara itu, dengan berpakaian sebagai Sriti Kencana, Roro Kartiko dan kakaknya, Joko Handoko lalu mendatangi para lurah di dusun-dusun sekitar tempat itu untuk
memperingatkan mereka agar jangan mudah tertipu dan terbujuk oleh penjahat-penjahat seperti Durgakelana yang menyamar sebagai nenek itu. Mereka berdua ditemani oleh Sutejo dan Bromatmojo yang memakai pakaian anggauta Sriti Kencana. Para lurah itu sudah mendengar akan pembasmian tempat maksiat itu,mendengar bahwa wanita itu sebenarnya tertipu dan bahwa Durgakelana adalah seorang kakek cabul, tentu saja merasa terkejut dan menghaturkan terima kasih kepada empat orang Sriti Kencana. Semenjak itu, makin terkenallah nama Sriti Kencana yang ditakuti oleh para pejabat dan penjahat, yaitu para pejabat yang bersikap sewenang-wenang dan menindas rakyat dan para pejabat yang
http://kangzusi.com
ketenteraman hidup rakyat.
Hari telah siang ketika mereka akhirnya menyelesaikan tugas mereka itu dan ketika Bromatmojo dan Sutejo
menyatakan hendak melanjutkan perjalanan ke Mojopahit, Roro Kartiko dan kakaknya mengantar mereka sampai ke perbatasan Tuban.
Kelihatan berat sekali bagi Roro Kartiko untuk berpisah dengan dua orang pemuda itu.
508 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Sudah cukup sampai di sini saja Andika berdua mengantar kami, Dimas Joko dan Diajeng Roro Kartiko," kata Sutejo.
"Benar, sudah cukup jauh. Terima kasih atas kebaikan kalian dan mudah-mudahan kelak kita akan dapat saling berjumpa kembali," kata Bromatmojo.
Roro Kartiko mengangkat mukanya dan memandang wajah Bromatmojo. "Benarkah kita akan dapat saling bertemu kembali" Kapan dan di mana" Apakah Andika berdua sudi berkunjung ke Tuban dan tidak melupakan kami?"
"Kalau sudah selesai semua urusan kami, dan kalau sekali waktu kami lewat Tuban,pasti kami tidak akan lupa untuk singgah," kata Sutejo.
"Ah, siapa dapat melupakan seorang seperti engkau,
Diajeng Roro Kartiko" Sampai mati pun aku tidak akan dapat melupakanmu. Akan tetapi, ada waktunya bertemu tentu ada saatnya berpisah, dan sekarang kami berdua harus cepat melanjutkan perjalanan. Selamat tinggal dan selamat berpisah!" Bromatmojo melambaikan tangan dan berjalan pergi dari situ bersama Sutejo.
Kakak beradik itu memandang dan tiba-tiba terdengar suara Kartiko, "Kakangmas Bromatmojo... aku menanti kunjunganmu...!"
Bromatmojo hanya menoleh, tersenyum dan melambaikan http://kangzusi.com
tangan, tidak menjawab,namun senyumnya yang manis sudah cukup bagi Roro Kartiko karena senyum itu terukir di dalam hatinya. Setelah dua orang itu lenyap di tikungan jalan, Joko Handoko menarik napas panjang. "Sungguh hebat mereka itu... dan aku tidak menyalahkan engkau kalau hatimu tertarik dan jatuh cinta kepada seorang pemuda seperti Dimas Bromatmojo itu..., akan tetapi aku lebih kagum kepada Dimas Sutejo yang pendiam. Dia benar-benar seorang ksatria yang gagah perkasa."
509 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Roro Kartiko tidak menjawab, hanya menunduk dengan
muka berubah merah. Akhirnya dia berkata tanpa
menyinggung dua orang pemuda itu, "Aku curiga sekali kepada Bapa Guru, agaknya ada apa-apa antara dia dan kakek jahanam Durgakelana itu."
Joko Handoko mengangguk-angguk. "Aku pun berpikir
demikian, akan tetapi kita harus waspada dan mengerahkan teman-teman kita untuk melakukan penyelidikan,jangan sampai kakek jahanam itu mengulangi perbuatannya di wilayah Tuban."
Kakak beradik ini lalu kembali ke Tuban sambil
membicarakan ayah mereka yang sudah agak lama
meninggalkan Tuban dan pergi ke kota Raja Mojopahit.
Memang agak sudah lama Bupati Progodigdoyo pergi ke Mojopahit. Biasanya, kalau Bupati ini bepergian ke Mojopahit, dalam waktu seminggu dia tentu sudah pulang ke Tuban.
Akan tetapi sekarang, sudah hampir tiga minggu dia pergi dan belum juga pulang.
Seperti biasa, setelah menghadap Sang Prabu untuk
melaporkan keadaan Tuban yang aman dan makmur seperti yang selalu keluar dari mulut para bupati kalau melaporkan daerah yang dikuasainya kepada atasan, Progodigdoyo lalu pergi mengunjungi Resi Mahapati. Memang sesungguhnya inilah yang menjadi inti kunjungannya ke Mojopahit. Kalau dia http://kangzusi.com


Kemelut Di Majapahit Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

menghadap Sang Prabu untuk menghaturkan sembah bakti dan melaporkan keadaan wilayah Tuban, itu hanya untuk basa-basi belaka, akan tetapi sesungguhnya dia ingin menghadap Resi Mahapati dan seperti biasa mengadakan perundingan dengan orang yang dianggap sebagai
pemimpinnya ini.
Ada suatu hal lain yang makin menarik hati Progodigdoyo untuk berkunjung sesering dan selama mungkin di istana Resi Mahapati, yaitu Lestari! Pada kunjungannya yang terakhir, pada suatu kesempatan ketika Resi Mahapati sedang tidur 510
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
siang, tiba-tiba saja Lestari mengunjungi dia yang sedang duduk di ruangan belakang. Begitu bertemu berduaan, Lestari lalu menangis sehingga hal ini amat mengejutkan dan mengherankan hati Progodigdoyo. Sepanjang
pengetahuannya, puteri dari mendiang Lembu Tirta ini, setelah diselir oleh Resi Mahapati, menjadi kekasih dan mendapatkan kedudukan paling tinggi di samping Sang Resi yang amat mencintanya. Bahkan dia sendiri setelah
mendengar betapa segala permintaan Lestari diturut belaka oleh Sang Resi, dia menjadi agak gentar terhadap wanita muda yang amat cantik jelita ini. Dan kini, begitu bertemu dengan dia di tempat itu, Lestari menangis sesenggukan!
"Eh, maaf..... ada..... ada apakah" Mengapa kau
menangis?" tanya Progodigdoyo dengan kaget, heran dan juga gugup karena baru sekarang dia sempat bertemu berdua saja dengan wanita muda yang dulu hampir dipaksanya menjadi selirnya itu.
Sekarang, setelah usianya cukup dewasa dan menjadi
seorang wanita yang sudah matang, Lesatri benar-benar mirip sekali dengan mendiang ibunya, Galuhsari yang pernah dicintanya, hanya tentu saja Lestari ini jauh lebih muda dan lebih cantik.
Akan tetapi persis seperti inilah Galuhsari ketika masih perawan dahulu, ketika dia memperebutkan cintanya dengan http://kangzusi.com
Lembu Tirta akan tetapi akhirnya Lembu Tirta yang menang dan menjadi suami Galuhsari.
Harus diakuinya bahwa dia dahulu tergila-gila kepada Galuhsari sehingga pernikahannya dengan Sariningrum yang cantik jelita pun tidak dapat mengobati rasa rindunya kepada Galuhsari yang sudah menjadi isteri Lembu Tirta. Karena iri hati dan cemburu, timbullah dendam dan bencinya kepada Lembu Tirta, padahal Lembu Tirta adalah sahabatnya yang paling baik, yang seolah-olah telah menjadi saudaranya sendiri, kawan seperjuangan yang selalu bahu-membahu 511
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dalam perang ketika mereka bersama-sama menghamba
kepada Raden Wijaya.
Kebenciannya itulah yang membuat dia tega untuk
membunuh Lembu Tirta secara curang, ketika mereka berdua sedang berada dalam medan perang melawan musuh.
Progodigdoyo membunuh Lembu Tirta dari belakang dan hal ini dilakukan hanya karena dia ingin memperoleh jandanya, yaitu Galuhsari! Namun, Galuhsari yang sudah tahu akan kekejaman Progodigdoyo, menolaknya sehingga akhirnya terjadilah kemaksiatan di malam itu, di mana Progodigdoyo dengan kekerasan memaksa Galuhsari menyerahkan diri kepadanya, diperkosanya di depan anak-anaknya! Akan tetapi karena cintanya hanya cinta terdorong oleh nafsu berahi belaka, setelah dia memperoleh apa yang dikejar-kejar selama bertahun-tahun itu, dia kecewa.
Galuhsari telah terlalu tua untuk dapat dinikmatinya dan pandang matanya beralih kepada Lestari, gadis remaja puteri Galuhsari. Namun dia gagal memperoleh Lestari sehingga terpaksa dia menyerahkan gadis itu kepada Resi Mahapati dalam usahanya menjilat resi yang sedang berkuasa itu.
Dan kini, Lestari yang usianya sudah dua puluh empat tahun, yang seperti bunga sedang mekar-mekarnya, seperti buah sedang ranum-ranumnya, sehingga membangkitkan
kembali gairahnya yang telah lama terpendam, wanita cantik http://kangzusi.com
itu menangis di depannya!
"Lestari.... Mengapa kau menangis" Apa yang
menyusahkan hatimu?" tanyanya dengan nada suara halus ketika wanita itu tidak menjawab pertanyaannya tadi dan terus menangis sesenggukan. Dia sudah bangkit dari tempat duduknya dan menghampiri wanita itu.
Mendengar nada suara pertanyaan yang penuh dengan
perhatian, lembut dan penuh perasaan itu, Lestari makin keras 512
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menangis, lalu dia berlari maju, menubruk dan merangkul, menangis di atas dada Progodigdoyo yang bidang!
"Eh..... eh.....! Mengapa begini..." Ada apa ini?"
Progodigdoyo tentu saja terkejut bukan main melihat kekasih Resi Mahapati ini merangkulnya begitu saja.
Tentu saja dia merasa takut kalau sampai ketahuan orang, akan tetapi tidak urung jantungnya berdebar keras dan otomatis jari-jari tangannya balas merangkul dan mengelus rambut kepala yang halus dan berbau harum itu.
"Kakangmas Progodigdoyo, kau... kau kejam terhadap
aku...." Sepasang mata bupati yang lebar itu membelalak,
kumisnya yang panjang melintang itu bergerak-gerak.
"Aku...." Kejam terhadapmu......?"
"Engkau kejam sekali, Kakangmas...."
Kumis itu makin bergerak-gerak dan jantung Bupati
Progodigdoyo makin berdebar tidak karuan. Kakangmas"
Lestari menyebutnya kakangmas! Padahal dahulu
menyebutnya paman, dan memang sejak kecil Lestari
menganggapnya seorang paman.
Akan tetapi sekarang tiba-tiba saja menyebutnya
kakangmas! http://kangzusi.com
"Engkau keliru, Lestari. Aku selalu sayang padamu....."
"Kalau sayang, mengapa dahulu Kakangmas menyerahkan aku kepada tua bangka itu" Mengapa Kakangmas melempar aku ke dalam lembah kekecewaan dan kesengsaraan ini?"
Lestari kembali menangis dan membasahi dada baju
Progodigdoyo dengan air matanya.
"Eh, bukankah kau hidup bahagia di sini" Bukankah kau menjadi kekasih Paman Resi dan hidup penuh kemuliaan" Aku mengira engkau berbahagia......"
513 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Berbagia hidup di samping kakek tua bangka yang sudah tidak mampu apa-apa itu" Ah, Kakangmas jangan mengejek aku! Di luar saja aku kelihatan bahagia, akan tetapi di sebelah dalam...... terutama di waktu malam...... aku merana dan sengsara, kecewa dan... ah, tidak mengertikah kau,
Kakangmas" Semestinya aku yang masih muda ini hidup di samping seorang pria yang kuat dan perkasa seperti
Kakangmas...... akan tetapi kau kejam sekali, menyerahkan aku kepada seorang tua bangka yang loyo dan sudah hampir mati!"
Debar jantung Progodigdoyo makin menghebat. Benarkah ini" Hampir dia tertawa.
Benarkah bahwa Resi Mahapati yang sakti mandraguna itu sudah tidak ada gunanya lagi dalam hubungan suami isteri"
"Akan tetapi.... Lupakah engkau, Lestari" Dahulu aku ingin sekali mengangkatmu sebagai selirku yang terkasih, akan tetapi engkau tidak mau sehingga terpaksa aku
menghadiahkan engkau kepada Paman Resi..."
Lestari mengangkat mukanya, merenggangkannya dari
dada Progodigdoyo dan menatap tajam wajah bupati itu dengan kedua mata kemerahan karena tangis.
"Kakangmas,sebagai seorang wanita yang masih perawan, seorang gadis remaja, apakah aku harus tertawa girang menerima pinanganmu dahulu" Tentu saja aku malu, dan http://kangzusi.com
sebagai gadis baik-baik tentu saja aku pura-pura menolak, padahal di dalam hati... aku... aku selalu mengagumi kegagahanmu. Apalagi sekarang..... setelah bertahun-tahun aku selalu kecewa dalam pelukan tua bangka itu....."
"Ahhh.....!" Progodigdoyo berseru dengan hati merasa terharu, lalu mempererat rangkulannya. "Benarkah itu, Lestari" Benarkah bahwa engkau sejak dahulu suka kepadaku"
Apakah kau sampai sekarang..... masih.... cinta
kepadaku.....?" Dia tergagap karena pertanyaan itu
dianggapnya tidak mungkin.
514 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Akan tetapi, tiba-tiba kedua lengan yang kecil bulat itu seperti dua ekor ular merayap merangkul lehernya, sepasang mata yang masih basah itu memandangnya penuh kemesraan, dan muka itu dekat sekali ketika berbisik, "Masih perlukah kau bertanya lagi....." Masih ragukah kau kepadaku, melihat sikapku ini, Kakangmas....?"
Mulut itu setengah terbuka, bibirnya basah dan merah, deretan gigi yang putih mengkilap nampak sedikit dan napas yang hangat keluar dari mulut itu menghembus pipinya.
"Lestari.....!" Progodigdoyo menunduk dan entah siapa yang mendahului gerakan itu, tahu-tahu mulut mereka saling bertemu dalam kecupan mesra dan panas karena
Progodigdoyo sudah dibakar oleh berkobarnya nafsu
berahinya. Merasa betapa mulut wanita itu bergerak penuh gairah, dia mencium lebih bernafsu lagi dan dengan mata terpejam Progodigdoyo mencengkeram tubuh yang padat, lembut dan hangat itu seperti seekor burung garuda
menerkam kelinci.
"Eh, jangan Kakangmas....." Lestari terengah-engah setelah berhasil melepaskan mulutnya dari kecupan Progodigdoyo, lalu dengan halus dia mendorong dada pria itu dan melangkah mundur. Mukanya kemerahan, air matanya masih membasahi pipi dan matanya bersinar-sinar penuh kemesraan. Cantik bukan main dia dalam keadaan seperti itu.
http://kangzusi.com
-o0odw0o0o- Jilid 40 "Jangan terburu-buru, Kakangmas. Bukan di sini
tempatnya....." Dia berbisik dan menjilati bibirnya. Melihat lidah kecil merah itu menjilati bibir, Progodigdoyo hampir saja menubruknya lagi, akan tetapi cepat Lestari menghindar dan berbisik,"Jangan...., kalau terlihat orang nanti....."
515 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Bisikan ini membuat Progodigdoyo sadar kembali.
Terkejutlah dia mengingat apa yang baru saja terjadi. Kalau sampai ketahuan orang dan terdengar oleh Resi Mahapati tentu celakalah dia! Akan tetapi, melihat kini Lestari tersenyum manis dan menggunakan kedua tangan untuk membereskan gelung rambutnya sehingga untuk pekerjaan itu dia
mengangkat kedua lengan ke atas, memperlihatkan ketiak yang halus dan ditumbuhi sedikit rambut keriting yang mendatangkan daya tarik yang luar biasa, dan juga gerakan kedua lengan itu membuat buah dada yang tertutup kain tipis itu menonjol penuh tantangan, jantungnya berdebar lagi dan seluruh tubuhnya terbakar api gairah.
Beberapa kali dia menelan ludah sebelum berkata, "Lestari, kekasihku.... ah,pujaan hatiku, kalau tidak di sini, di manakah dan kapankah....?"
Lestari tersenyum dan matanya menyambar dengan
kerlingan tajam. "Bukan hanya engkau, Kakangmas, akan tetapi aku pun haus sudah....., akan tetapi kita harus berhati-hati....."
"Mari kau kubawa minggat saja, kuboyong ke Tuban,
sayang....."
"Ah, kau mencari penyakit. Tentu akan geger."
"Tidak takut! Kalau perlu kukerahkan pasukanku untuk http://kangzusi.com
melawan!" "Ssstt, jangan begitu. Tidak perlu menggunakan kekerasan.
Di sini pun bisa asal kita dapat mengaturnya dengan tepat.
Besok siang, kalau tua bangka itu sudah tidur, aku akan mandi di pemandian. Kau tahu bukan, pemandian puteri di dekat taman" Nah, aku akan mandi di sana dan aku akan menyuruh semua pelayan mundur.
Kau dapat memasuki pemandian itu dari belakang, dari taman, dengan memanjat tembok, lalu masuk ke pemandian.
Aku akan menantimu di sana. Kau lihat saja,kalau aku 516
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
diiringkan oleh para pelayan sudah menuju ke taman, tak lama kemudian kau boleh masuk ke sana dan kita dapat leluasa...." Lestari tidak melanjutkan kata-katanya, hanya senyum dan pandang matanya yang penuh gairah itu
menjanjikan sesuatu yang membuat jantung Progodigdoyo dag-dig-dug tidak karuan.
"Aku akan ke sana!" Saking girangnya, Progodigdoyo
melompat, menerkam dan merangkul, lalu menciumi lagi mulut itu.
Lestari meronta dan melepaskan diri. "Ssstt, cukup... besok banyak kesempatan bagi kita dan aku akan menyerahkan segala-galanya untukmu, Kakangmas Progodigdoyo yang tercinta...." bisiknya dan wanita itu lalu membalikkan diri,meninggalkan ruangan itu di mana Progodigdoyo berdiri bengong, mengikuti lenggang yang membuat kedua bukit pinggul itu bergoyang-goyang amat menggairahkan. Setelah bayangan Lestari lenyap, Progodigdoyo ingin sekali bersorak dan menari-nari! Begitu girang hatinya dan dia lalu berjalan kembali ke kamarnya sambil bersiul-siul, sikapnya seperti seorang pemuda remaja yang baru saja mencium pacarnya untuk yang pertama kalinya. Dia dicinta oleh Lestari!
Bukan main bahagia hatinya. Dia haus akan cinta kasih dan isterinya sendiri,Sariningrum, tak pernah memperlihatkan cinta kasih demikian berkobar seperti yang diperlihatkan oleh http://kangzusi.com
Lestari tadi! Bahkan dua orang anaknya juga kelihatan acuh tak acuh kepadanya, tidak terasa ada rasa kasih dari mereka kepadanya.
Tidak ada seorang pun yang benar-benar mencintanya, dan baru sekarang dia melihat bukti cinta kasih seorang wanita yang demikian berkobar seperti yang diperlihatkan Lestari tadi!
Memang demikianlah. Seperti Progodigdoyo itu pulalah kebanyakan dari kita manusia. Kita selalu haus akan cinta. Kita ingin agar kita DICINTA oleh semua orang, oleh siapa saja di 517
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sekeliling kita. Namun kita tidak pernah menjenguk batin sendiri apakah kita ada cinta kasih di dalam batin kita, apakah kita MENCINTA orang dalam arti kata seluas-luasnya dan semurni-murninya. Kita ingin agar semua orang baik kepada kita, namun kita tidak pernah melihat atau menyelidiki apakah kita pernah baik kepada orang lain! Kalau toh kita merasa bahwa kita sudah mencinta dan sudah baik, perlu pula kita teliti apakah cinta dan kebaikan kita itu benar-benar ataukah bukan sesuatu yang mengandung pamrih untuk
mengharapkan imbalan" Biasanya, kita tidak mencinta orang, kita tidak baik kepada orang, kita melainkan ingin mengejar kesenangan kita melalui cinta kita kepada orang lain itu, kita juga mengejar kesenangan dengan kebaikan kita kepada orang lain, baik itu kesenangan batin mau pun kesenangan lahir! Kita mencinta seseorang dengan TUJUAN atau HARAPAN
agar orang itu pun mencinta kita, melayani kita, pendeknya menyenangkan kita! Kita berlaku baik kepada orang lain dengan tujuan atau harapan agar orang itu mengingat akan budi kita, membalas kebaikan kita, atau agar kita memperoleh pahala batiniah dan sebagainya. Cinta model itu bukanlah cinta namanya, kebaikan model itu bukanlah kebaikan, melainkan pengejaran kesenangan diri pribadi melalui yang dinamakan cinta atau kebaikan!
Dengan demikian, semua titik tujuan kita hanya satu, yaitu demi kesenangan diri pribadi. Kita ingin dicinta orang, karena http://kangzusi.com
dicinta orang ini mendatangkan kesenangan bagi kita. Kalau toh kita merasa mencinta orang, hal itu pun didorong oleh keinginan untuk memperoleh kesenangan bagi kita sendiri.
Padahal, dicinta orang lain atau dibaiki orang lain itu tidak mungkin ada kalau kita tidak ada cinta dan kebaikan di dalam batin kita terhadap orang lain! Tidak mungkin orang lain baik kepada kita kalau kita tidak baik kepadanya! Dan kalau kebaikan kita kepadanya itu palsu, pura-pura atau hanya penilaian belaka, tentu kebaikan kepada kita pun palsu adanya! Kalau cinta kita kepada orang lain itu hanya cinta 518
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
yang merupakan jembatan untuk pemuasan nafsu keinginan kita mengejar kesenangan, maka sudah tentu cinta orang lain kepada kita itu pun ada iri, tidak ademikian pula. Cinta adalah wajar, tidak dibuat-buat, tidak ada pamrih, tidak ada benci, tidak ada kecewa. Dari cinta timbul kebajikan atau kebaikan yang wajar pula, tidak dibuat-buat, tidak mengharapkan imbalan, melainkan timbul dari welas asih (belas kasihan) yang juga cinta kasih adanya.
Cinta kasih Progodigdoyo terhadap Lestari sama sekali bukanlah cinta kasih dan hal ini sudah dibuktikan ketika dia hendak memaksa Lestari sembilan tahun yang lalu. Cintanya hanyalah cinta untuk mengejar kesenangan diri sendiri, dalam hal ini kesenangan itu adalah nafsu berahi! Cintanya hanya untuk mencari kepuasan nafsu berahinya belaka. Dan cinta yang hanya merupakan jembatan untuk mengejar
kesenangan, dalam bentuk apa pun juga, sudah pasti hanya akan menimbulkan kekecewaan, kebosanan, dan
kesengsaraan belaka Karena itu, perlu sekali kita membuka dada menjenguk isi batin kita. Adakah cinta kasih itu di dalam hati kita" Kita selalu ingin agar Tuhan mencinta kita,akan tetapi kita tidak pernah memeriksa diri sendiri apakah ada cinta kasih kita itu terhadap Tuhan" Ataukah yang ada hanya perbuatan-perbuatan kita yang hanya merongrong Tuhan, yang selalu melanggar dan menyeleweng, kemudian minta ampun dan minta diberkahi, seperti seorang anak bengal yang http://kangzusi.com
tak pernah mau bertobat,selalu mengulangi kenakalannya kemudian merengek dengan manja minta diampuni"
Adakah cinta kasih kita terhadap Tuhan atau terhadap sesama manusia" Kalau tidak ada, mengapa" Inilah
pertanyaan pokok yang harus kita selidiki selama kita hidup,kalau benar-benar kita ingin mengetahui apakah sebenarnya hidup ini mengapa ada penderitaan di dunia ini, mengapa ada kematian dan sebagainya. Sinar cinta kasih akan menerangi segalanya, dan cinta kasih tidak dapat dikejar, tidak dapat dipupuk, tidak dapat dicari dengan akal budi. Akan 519
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tetapi kalau semua kotoran,kebencian, iri hati, ambisi yang merupakan inti dari pementingan diri pribadi,itu lenyap, maka sinar cinta kasih akan bercahaya kembali.
Progodigdoyo malam itu tidak dapat tidur. Dia sudah tiga minggu berada di Mojopahit dan sebetulnya akan pulang hari ini. Akan tetapi dengan adanya perkembangan luar biasa dalam sikap Lestari kepadanya, dia sama sekali tidak ingat untuk pulang! Yang diingatnya hanya perjanjian Lestari untuk menerimanya besok di dalam tempat pemandian! Di tempat pemandian! Dia sudah menyeringai dan mengusap-usap
kumisnya teringat akan ini dan membayangkan betapa akan mesranya pertemuan mereka di kolam pemandian!
Sama sekali tidak disangkanya bahwa Lestari yang
dirindukannya, yang sudah dibayangkannya akan membalas belaiannya, membalas ciumannya seperti yang dilakukannya siang tadi, membalas peluapan cintanya besok di kolam pemandian yang lebar, pada malam itu dengan suara
merengek manja berkata kepada Resi Mahapati setelah kakek ini tergolek kelelahan sehabis dilayani hasrat nafsunya oleh selir terkasih itu. "Kakangmas Resi, saya merasa muak melihat sikap Progodigdoyo itu."
"Eh, jangan berkata begitu, sayang. Dia seorang baik, bahkan bukankah yang menjadi perantara pertemuan kita dahulu adalah Progodigdoyo?"
http://kangzusi.com
Lestari merangkul. "Benar, Kakangmas Resi. Akan tetapi aku tidak senang melihat pandang matanya kepadaku yang kelihatan mengandung kekurangajaran itu. Paduka harus berhati-hati terhadap orang seperti dia, Kakangmas Resi.
Agaknya di dalam hatinya terkandung niat yang kurang senonoh terhadap diri saya."
Resi Mahapati mengelus pipi yang halus itu. "Sudahlah, dia tidak berbahaya, dan aku akan menegurnya." Akan tetapi di dalam hatinya, kakek ini tersenyum. Mana mungkin
Progodigdoyo akan berani kurang ajar terhadap Lestari" Kalau 520
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Progodigdoyo memandang kepada selirnya ini penuh gairah dan tertarik, hal itu sudah lumrah. Pria mana di dunia ini yang tidak akan memandang wajah cantik jelita dan tubuh padat menggairahkan itu dengan mata tertarik" Diam-diam dia merasa bangga sekali dan kecurigaannya terhadap
Progodigdoyo pun lenyap berbareng dengan dengkurnya yang menandakan bahwa dia telah tidur pulas. Dengan hati-hati Lestari melepaskan lengan berbulu yang merangkul lehernya dan menimpa dadanya itu, kemudian dia membereskan
pakaiannya, lalu turun dari pembaringan dan menyelinap keluar, menemui empat orang pelayannya yang amat
dipercayanya dan yang sudah dibanjiri hadiah sehingga empat orang itu benar-benar amat setia kepadanya. Dengan suara bisik-bisik dia mengatur rencananya dan empat orang emban itu mengangguk-angguk. Setelah empat orang emban itu mengerti benar apa yang dimaksudkan, barulah Lestari kembali ke dalam kamarnya, menutupkan pintunya,
menghampiri pembaringan dan setelah memandang ke arah Resi Mahapati yang tidur mengorok itu dengan pandang mata menghina dengan hidung dikernyitkan dan bibir dicibirkan, wanita itu lalu naik ke atas pembaringan dan rebah miring membelakangi Sang Resi.
Pada keesokan harinya Progodigdoyo sudah lupa makan dan lupa segalanya. Sejak masih pagi Progodigdoyo sudah menanti di ruangan tengah, di mana Lestari tentu akan lewat http://kangzusi.com
kalau hendak pergi ke taman. Kagetlah dia ketika menjelang tengah hari, seorang pengawal mengundangnya atas perintah Resi Mahapati, padahal,setiap siang dia dijamu makan oleh tuan rumah dan hanya kalau malam dia makan sendiri.
Resi Mahapati menyambut kedatangannya dengan senyum.
"Wah, pakaianmu indah sekali, Nakmas Bupati," kata Sang Resi dan memang pagi itu Progodigdoyo memakai pakaian serba baru sehingga dia nampak makin gagah. Lestari yang juga hadir dalam makan siang itu tersenyum saja dan ketika 521
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mereka bertemu pandang, di luar tahu Resi Mahapati Lestari mencibir dengan lagak menantang cium kepada Progodigdoyo.
"Ah... eh, biasa saja, Paman Resi..." katanya gagap lalu duduk menghadapi meja makan dan mereka makan bersama.
Sejak tadi Resi Mahapati yang teringat akan rengekan kekasihnya semalam, memperhatikan Progodigdoyo, akan tetapi bupati ini dengan pandainya menyembunyikan
perasaannya dan jarang sekali dia mengerling ke arah Lestari.
"Nakmas Bupati, sudah tiga minggu Andika berada di
Mojopahit. Apakah Andika tidak ditunggu-tunggu oleh urusan pemerintahan di Tuban?"
"Ah... masih ada sedikit urusan, Paman Resi. Dalam
beberapa hari ini saya akan kembali ke Tuban," katanya sambil mengerling ke arah Lestari, akan tetapi karena lirikannya ini biasa saja, Resi Mahapati pun tidak menaruh curiga. Dalam pandangannya, Bupati Tuban ini tetap sopan seperti biasa, tidak ada apa-apa yang mencurigakan. Tentu hanya karena watak manja Lestari saja yang semalam
melapor yang bukan-bukan.
Tak lama kemudian, lewat tengah hari, seperti biasa Resi Mahapati memasuki kamarnya ditemani oleh Lestari. Selir yang tercinta ini memijiti kaki Sang Resi dan tak lama kemudian mendengkurlah Resi Mahapati. Lestari lalu turun dari atas pembaringan dan keluar kamar memanggil empat http://kangzusi.com
orang emban kepercayaannya. Mereka mempersiapkan segala keperluan untuk mandi Sang Puteri terkasih itu, kemudian dengan diiringkan oleh empat orang emban itu, Lestari meninggalkan keputren dan menuju ke taman untuk pergi ke pemandian. Dan untuk perjalanan ini, tentu saja dia harus melewati ruangan tengah di mana Bupati Progodigdoyo sudah duduk menunggu sejak tadi. Melihat Lestari lewat,
Progodigdoyo cepat bangkit berdiri dan mengangguk dengan hormat, sedangkan Lestari membalas penghormatan itu dengan senyum ramah, akan tetapi tidak berhenti dan 522
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
melanjutkan langkahnya diikuti para emban. Progodigdoyo tersenyum dan mengurut kumisnya melihat gerak pinggul Lestari yang seperti menggapai-gapai kepadanya itu!
Dia menanti sebentar. Setelah kira-kira wanita dan para emban itu sudah tiba di pemandian, barulah dia berjalan, dengan perlahan, seenaknya agar tidak menarik perhatian para penjaga, lalu memasuki taman. Untung bahwa di taman itu sunyi tidak nampak penjaga, dan hal ini memang sudah diketahui baik oleh Lestari sebelum dia mengatur rencananya, maka dengan mudah Progodigdoyo lalu menyelinap di antara rumpun di taman itu, menghampiri tembok yang mengurung tempat pemandian itu.
Jantungnya berdebar penuh ketegangan dan penuh
harapan. Progodigdoyo sudah berusia hampir lima puluh tahun, namun dia adalah seorang laki-laki yang bertubuh kuat dan berhati muda. Sudah banyak dia bermain cinta dengan segala macam wanita, namun tidak ada wanita yang benar-benar memikat hatinya seperti Lestari ini! Wanita muda ini mirip benar dengan Galuhsari, wanita yang dicintanya di waktu dia masih perjaka, dan kini Lestari menjanjikan kemesraan yang luar biasa! Belum pernah ada wanita baik-baik bersikap mesra dan berani seperti Lestari, yang dalam ciuman pertama sudah menggerakkan bibir membalas
ciumannya dengan mesra. Yang pernah dan berani melakukan http://kangzusi.com
hal seperti itu hanyalah wanita-wanita pelacur, akan tetapi dia tahu bahwa semua itu hanya palsu belaka. Dan kini Lestari kiranya telah mencintanya! Dan dia makin nikmat
membayangkan betapa Lestari tentu akan puas bermain cinta dengan dia yang masih kuat dan gagah perkasa, setelah sembilan tahun lamanya setiap hari dikecewakan oleh pelukan seorang tua bangka yang loyo!
Dengan kesaktiannya, mudah saja bagi Progodigdoyo untuk merayap naik ke atas tembok pemandian. Ketika dia
berjongkok di atas tembok, sudah nampak olehnya Lestari 523
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sedang mandi kungkum (membenamkan tubuh) dalam air
jernih kolam pemandian itu. Rambutnya terlepas, hitam panjang dan halus, kulit tubuhnya dari dada ke atas sampai kedua lengannya nampak halus kuning bersih dan halus.
Dadanya yang menonjol itu hanya tertutup tapih pinjung, yaitu kain tipis yang menutupi dada sampai ke bawah, tanpa dibelit kemben (ikat pinggang), lepas-lepas saja dan dengan sekali gerakan saja akan terlepaslah kain itu!
Lestari tersenyum dan melambaikan tangannya. Tangan kanan menggapai dengan isyarat menyuruh Progodigdoyo turun, sedangkan telunjuk tangan kiri ditaruh di depan bibir tanda agar pria itu tidak membuat gaduh. Melihat senyum itu,Progodigdoyo lalu meloncat turun, ke sebelah dalam, lalu berindap-indap mendekat.
"Kakangmas..." Lestari berseru lirih dengan mesra dan membuka kedua lengannya,kedua lengan mengembang
seolah-olah hendak memeluk tubuh pria itu dan kain itu hampir terlepas dipermainkan air yang sepinggang dalamnya.
"Lestari..." Progodigdoyo berseru lirih pula penuh
kegembiraan dan saking besarnya hasrat yang mendorongnya, bupati ini lupa diri dan dengan pakaian masih lengkap dia langsung saja terjun ke dalam kolam air!
"Hi-hi-hik! Pakaianmu basah semua... hemmmmmppp..."
http://kangzusi.com
Lestari tidak dapat melanjutkan ketawa dan kata-katanya karena dia sudah dipeluk oleh Progodigdoyo dan mulutnya diciumi penuh nafsu oleh pria itu.
Progodigdoyo tidak tahu bahwa sejak dia meloncat turun tadi, seorang di antara empat orang emban yang berada di luar dan pura-pura tidak tahu namun sebenarnya mengintai dan melihat gerakan Progodigdoyo, kini berlari-lari melalui taman menuju ke kamar di mana Resi Mahapati sedang tidur mendengkur.
524 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sang Resi Mahapati meloncat bangun dari tempat tidurnya ketika dia mendengar suara emban yang menggugahnya.
Matanya melotot marah ketika dia tidak melihat Lestari melainkan emban yang berani menggugahnya. "Keparat, kau sudah bosan hidup" Berani benar kau mengganggu tidurku?"
"Ampunkan hamba..."
"Di mana gusti puterimu?"
"Hamba... hamba hendak melaporkan... gusti puteri sedang siram (mandi) di pemandian... dan... hendaknya paduka ketahui... di dalam pemandian terdapat seorang pencuri...!"
Karena masih setengah mengantuk, Resi Mahapati bersikap acuh tak acuh. "Maling" Beri tahu penjaga. Maling masuk di pemandian mau mengambil apa" Mau mencuri airkah?"
"Tapi... gusti puteri sedang siram di sana..."
"Wahh..., benar juga! Dan maling itu laki-laki atau perempuan?"
"Laki-laki..."
"Babo-babo, keparat!" Resi Mahapati meloncat lagi dan hendak lari ke pintu,karena dia tergesa-gesa dia sampai lupa bahwa dia masih setengah telanjang!
Memang kebiasaan Resi ini untuk tidur tanpa pakaian.
http://kangzusi.com
"Maaf... paduka lupa..." Emban itu menahan ketawa sambil menuding ke arah tubuh Sang Resi.
"Eh, celaka hampir aku malu. Kenapa tidak dari tadi kau bilang" Hayo ambilkan celanaku...!"
Sambil menahan ketawa emban yang muda dan cantik itu mengambil celana dan baju Sang Resi.
Terpaksa emban itu membantu Sang Resi mengenakan
pakaiannya dan karena mereka begitu berdekatan, baru tampak oleh Sang Resi betapa emban ini memilki kulit yang 525
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
halus dan kuning. Tiba-tiba saja dia merangkul dan mencium pipinya.
"Eh..., eh...!" Emban itu menjerit kecil.
"Denok, apakah engkau pernah melayani aku di
pembaringan?" Sang Resi bertanya sambil meraba sana-sini sehingga emban itu menjadi kegelian.
"Be... belum..." jawabnya.
"Ha-ha, kalau begitu sewaktu-waktu engkau harus
melayani aku. Kau manis denok..."
Sang Resi Mahapati yang memang mata keranjang itu
agaknya lupa akan pelaporan tadi dan mulai membelai.
"Akan tetapi... maling itu..."
"Eh, maling" Oya, keparat jahanam, dia harus mampus!"
Dan Pendeta itu meloncat keluar dari dalam kamar, langsung dia berlari menuju ke taman dan tempat pemandian.
Sementara itu setelah memeluk tubuh yang padat dan
basah air pemandian, yang hanya terbungkus kain tipis sehingga terasa olehnya lekuk lengkung tubuh itu,biar pun basah namun masih terasa kehangatan yang membakar,
apalagi ketika merasa betapa bibir dan lidah wanita cantik itu menyambut ciuman-ciumannya,nafsu berahi telah berkobar-kobar membakar seluruh tubuh Progodigdoyo.
http://kangzusi.com
"Lestari... kekasihku... dewiku..." bisiknya dengan gemetar, jari tangannya meraba-raba.
"Hi-hik, kau lupa... Kakangmas... pakaianmu..." Lestari berbisik manja dan jari-jari tangannya yang runcing halus itu membantu Sang Bupati membukai kancing bajunya.
Dengan tergesa-gesa Progodigdoyo menanggalkan
pakaiannya, menjadi setengah telanjang dan dia sudah memondong tubuh Lestari, hendak dibawanya keluar dari dalam air menuju ke bagian yang lebih dangkal.
526 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Lestari melirik ke kiri dan dia melihat seorang emban telah memberi isyarat dari balik daun pintu gapura pemandian dengan sehelai saputangan yang dilambaikan.
Itulah tandanya bahwa Sang Resi telah hampir tiba di pintu gapura pemandian!
Tiba-tiba saja dia merangkul dan mencium mulut
Progodigdoyo penuh gairah. Tentu saja Progodigdoyo
membalasnya dan memeluknya erat-erat, hampir tidak kuat menahan gelora nafsunya. Dan pada saat itu, bagaikan halilintar menyambar telinganya, dia mendengar Lestari menjerit-jerit nyaring, "Lepaskan aku... ahhh,tolonggg...!
Tolonggg...! Kakangmas Resi..., tolong...! Lepaskan bedebah!"
"Eh, Lestari...?" Progodigdoyo yang masih menciumnya dan memeluknya itu terkejut,akan tetapi pada saat itu terdengar bentakan di pintu gapura pemandian.
"Jahanam kau, Progodigdoyo!"
Progodigdoyo terkejut bukan main ketika menoleh dan melihat bahwa yang berdiri di ambang pintu gapura adalah Resi Mahapati! Tentu saja Sang Resi marah bukan main melihat Lestari meronta-ronta, tapih pinjungnya terlepas bagian atasnya sehingga nampak buah dadanya yang
menonjol, dan betapa Progodigdoyo memeluk kekasihnya itu dan menciumnya!
http://kangzusi.com
Saking kagetnya, Progodigdoyo melepaskan pelukannya dan Lestari lalu terhuyung menjauhkan diri dan keluar dari kolam pemandian sambil membereskan tapih pinjungnya dan lari menangis menubruk Resi Mahapati. "Aduhhh... Kakangmas Resi... dia itu... jahanam itu... dia hampir memperkosa saya...
hu-hu-huuuukkk .."
"Tidak..., tidak... saya tidak..."
"Keparat kau!" Resi Mahapati melepaskan pelukan Lestari dan tubuhnya sudah menerkam ke depan, ke arah
527 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Progodigdoyo yang pucat ketakutan dan hendak menaiki tangga kolam itu dalam keadaan setengah telanjang.
"Bresss!!" Progodigdoyo menangkis pukulan itu akan tetapi tetap saja tubuhnya terpelanting dan terjatuh kembali ke dalam kolam air. "Byurrrr!" Progodigdoyo cepat bangkit berdiri, matanya terbelalak dan mukanya pucat sekali.
"Nanti dulu, harap sabar dulu, Paman Resi... saya tidak bersalah... saya..."
"Keparat, kau masih hendak menyangkal" Mataku telah melihat sendiri dan kau masih berani untuk menyangkal?" Resi Mahapati sudah marah sekali dan dia lalu meloncat ke dalam kolam sambil menerkam dengan serangan kilat ke arah Progodigdoyo.
Progodigdoyo maklum bahwa dia harus melawan, karena kalau tidak tentu dia akan mati konyol. Melihat Resi itu menubruk dan mengirim dua pukulan yang dahsyat bukan main, cepat dia mengelak, akan tetapi gerakannya di dalam air tentu saja kurang gesit dan serangan Sang Resi datangnya seperti halilintar.
"Desss...!! Kembali tubuh Progodigdoyo terpelanting dan sekali ini dia merasa seluruh tubuhnya panas dan kepalanya pening karena pukulan tadi masih menyerempet pundaknya, padahal Sang Resi menggunakan aji kesaktiannya sehingga http://kangzusi.com
pukulan itu amat ampuh."


Kemelut Di Majapahit Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"ADUH...! Tunggu saya tidak berdosa..." Progodigdoyo masih berusaha membela diri dan menangkis pukulan susulan, namun dari samping tangan Sang Resi menampar,mengenai tengkuknya dan dia terguling roboh dan pingsan! Sang Resi sudah menjambak rambutnya dan membenamkan kepala
Progodigdoyo ke dalam air.
"Tunggu, Kakangmas, jangan bunuh dia!"
528 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ehh...?" Resi Mahapati yang sudah merah mukanya itu memandang kepada Lestari dengan mata terbelalak. "Kau minta aku tidak membunuh keparat ini?" tanyanya dengan nada suara hampir tidak percaya. Jangan-jangan kekasihnya itu mencinta laki-laki ini, pikirnya penuh cemburu.
Pedang Ular Mas 1 Romantika Sebilah Pedang Karya Gu Long Pedang Tanpa Perasaan 7
^