Pencarian

Kemelut Di Majapahit 18

Kemelut Di Majapahit Karya Kho Ping Hoo Bagian 18


Indreswari. Akan tetapi di pihak lain dia melihat Pangeran ini sebagai seorang di antara pria yang telah menyiksa batin kekasihnya!
"Anakmas Harwojo, aku pun amat berterima kasih
kepadamu. Lalu, bagaimana selanjutnya?"
"Ya, bagaimana lanjutannya, Harwojo?" Sang Pangeran bertanya pula dengan suara halus dan ramah, suara seorang yang berterima kasih.
"Anak buah Suro Bargolo lalu mengeroyok hamba. Akan tetapi hamba berhasil membunuh beberapa orang di antara mereka dan mereka lalu melarikan diri sambil membawa mayat Suro Bargolo dan teman-teman mereka."
http://kangzusi.com
"Ah, kenapa tidak kaubunuh semua atau kautangkap
seorang di antara mereka hidup-hidup?"
Resi Mahapati bertanya. "Kita harus mengetahui siapa yang menyuruh mereka Pasti ada yang menyuruh, kalau tidak, masa mereka berani memusuhi aku?"
"Hamba tidak dapat..... hamba terluka parah dan hamba terus pingsan," kata Harwojo sambil menundukkan mukanya.
Kini Resi Mahapati menggunakan pandang matanya yang waspada, memandang wajah orang muda itu. "Hemm,
987 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
agaknya Andika terkena pukulan yang ampuh, Anakmas
Harwojo. Jangan khawatir, aku akan mengobatimu."
"Terima kasih, Paman Resi. Tidak perlu kiranya, sudah hampir sembuh. Memang hamba terkena pukulan ampuh dari senjata kolor Suro Bargolo."
Tiba-tiba Sang Pangeran berseru heran, "Akan tetapi bukankah peristiwa itu terjadi kemarin pagi" Lalu kemarin siang, sore dan malam tadi...., mengapa kau tidak segera mengajak pulang Lestari?"
Mendengar pertanyaan Pangeran ini, Resi Mahapati juga memandang penuh kecurigaan.
Harwojo menundukkan mukanya. Sukar baginya untuk
menjawab. Semalam" Dia bermain cinta dengan Lestari! Apa yang harus dijawabnya"
Pada saat itu, terdengar suara Lestari, "Kakangmas Resi Mahapati! Gusti Pangeran! Harwojo telah mempertaruhkan nyawa untuk hamba, akan tetapi mengapa Paduka sekalian masih mencurigainya?"
Tiga orang itu memandang dan melihat Lestari muncul dari pintu dalam. Dia telah berganti pakaian bersih dan indah.
Rambut yang disisir rapi dan biarpun wajahnya masih agak pucat, matanya sayu, mata orang yang kurang tidur, namun dia sudah kelihatan segar kembali. Tadi dia diam-diam http://kangzusi.com
mendengarkan dari balik pintu dan mendengar Pangeran mendesak Harwojo dan bersikap mencurigai, dia cepat muncul dan mengeluarkan kata-kata itu.
"Dia hampir mati oleh luka-lukanya, pundaknya robek berdarah kena senjata, dia nyaris mati dan baru tadi pagi tadi dia sadar dari pingsannya terus mengantar hamba pulang.
Kalau tidak ada dia, entah apa saja jadinya dengan hamba!"
Sang Pangeran bangkit dari tempat duduknya, melihat sinar matanya dan gerak-geriknya, ingin sekali dia menghampiri 988
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Lestari. Kalau tidak ada orang lain di situ, tentu sudah ditubruknya wanita itu. Akan tetapi dia malu terhadap Harwojo, maka dia duduk kembali.
"Hamba.... hamba luka parah, pukulan kolor itu amat dahsyat, hamba terluka di sebelah dalam dada, dan bacokan golok melukai pundak hamba..... harap ampunkan hamba yang tidak dapat mengantarnya kemarin....."
"Dia rebah pingsan, hampir mati, mana bisa mengantar hamba?" Lestari berkata lagi.
Resi Mahapati mengangguk-angguk. "Sungguh besar
jasamu, Anakmas Harwojo. Kami berterima kasih sekali."
"Kau pulanglah, Harwojo, dan nanti akan kukirim hadiah untukmu," kata Pangeran.
Harwojo menghaturkan terima kasih menyembah dan
mengundurkan diri tanpa berani melirik ke arah Lestari. Sang Pangeran juga berpamit dan berpesan agar setelah lenyap kagetnya, Lestari suka datang ke istananya. "Untuk
menceritakan semua pengalamannya yang hebat itu", kata Sang Pangeran.
*d-w* Akan tetapi, Sang Pangeran terpaksa harus mengalami kekecewaan besar. Semenjak terjadinya peristiwa penculikan http://kangzusi.com
atas dirinya itu, Lestari tidak pernah lagi memenuhi panggilannya! Ada saja alasan yang dikemukakan oleh Lestari, sedang tidak enak badan dan sebagainya. Bahkan ketika secara terpaksa sekali, karena bujukan Resi Mahapati yang merasa khawatir sekali menyaksikan sikap selirnya itu,Lestari datang juga memenuhi panggilan ke istana Pangeran, dia tidak bersedia melayani gelora cinta Sang Pangeran, dengan alasan bahwa badannya tidak enak.
Dia menerima cumbuan Sang Pangeran, akan tetapi hanya terbatas sampai di situ saja, dan minta tempo sampai lain kali 989
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kalau tubuhnya terasa sehat dan hatinya tidak dilanda ketakutan.
"Gusti, harap ampunkan hamba. Peristiwa tempo hari itu membuat hamba menjadi ketakutan setiap kali menghadapi rayuan pria. Kepala perampok itu amat kejam,amat
mengerikan...." Katanya sambil menangis dan terpaksa Sang Pangeran "melepaskannya".
Bukan hanya terhadap Sang Pangeran Lestari
menghindarkan diri. Juga terhadap Sang Resi Mahapati sendiri! Dia tidak pernah mau melayani Sang Resi dengan alasan-alasan yang sama! Dan kini dia lebih sering keluar dari rumah dan memang dia selalu memperoleh kebebasan dari Sang Resi. Kemanakah dia pergi yang hampir dilakukan setiap hari dan paling lama dua hari sekali itu"
Kemana lagi kalau bukan mengadakan pertemuan dengan Harwojo! Dan pemuda itu tidak mampu menolak permintaan Lestari untuk mengadakan pertemuan dan saling
mencurahkan kasih sayang mereka. Di dalam hutan itu! Di dalam pondok bekas sarang Suro Bargolo itu, di mana mereka memadu kasih! Makin dalam Lestari terbenam ke dalam kasih sayangnya terhadap pemuda itu. Perasaan yang belum pernah dirasakannya dan yang membuatnya tersiksa setengah mati!
"Kakangmas, bawalah aku pergi.... tidak tahan lagi aku hidup di rumah Sang Resi. Ketahuilah, semenjak pertemuan http://kangzusi.com
kita itu, aku selalu menghindarkan diri, aku selalu menolak kasih sayang Sang Resi maupun Sang Pangeran..... dan aku takut bahwa aku tidak akan mungkin dapat menolak terus-menerus, Kakangmas...."
Harwojo mengelus rambut dari kepala yang bersandar pada dadanya. Diciumnya dahi yang basah oleh keringat itu, di mana menempel anak-anak rambut dahi melingkar dengan indahnya, seperti dilukis. "Lestari, mengapa engkau menolak mereka" Bukankah Sang Resi adalah suamimu dan bukankah sudah lama Sang Pangeran menguasai dirimu?"
990 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kakangmas.....!" Lestari menjerit kecil dan menangis sedih.
Harwojo merangkulnya. "Maafkan aku, sayang. Bukan
maksudku untuk menyakiti hatimu, melainkan aku
mengucapkan hal yang memang menjadi kenyataan,
betapapun kenyataan itu selalu mengiris jantungku."
Lestari mengusap air matanya. "Kakangmas, telah
kuceritakan betapa dahulu aku menerima semua itu dengan batin tertekan. Betapa hanya tubuhku saja yang dapat mereka miliki, akan tetapi hatiku selalu kosong. Kemudian, setelah aku bertemu denganmu, Kakangmas, setelah aku menyerahkan badan dan hatiku kepadamu seorang, betapa mungkin lagi aku dapat melayani mereka atau siapapun juga di dunia ini"
Tidak, aku lebih baik mati daripada harus membiarkan diriku dijamah oleh orang laki-laki lain!! Karena itu, bawalah aku pergi, Kakangmas......!"
Harwojo menggeleng kepala dan menarik napas panjang.
"Sukar bagiku untuk mengkhianati Mojopahit, Diajeng. Dan kalau aku membawamu pergi, melarikanmu,sudah pasti sekali aku akan dianggap sebagai seorang pengkhianat dan
pemberontak."
"Aku tidak takut!" bentak Lestari.
"Aku pun tidak takut, Diajeng, aku tidak takut akan http://kangzusi.com
hukuman. Akan tetapi aku ngeri membayangkan bahwa aku telah menjadi pengkhianat dan pemberontak. Tidak,aku mau mati untukmu, akan tetapi jangan minta aku menjadi
pengkhianat. Biarlah kita menyambung hubungan cinta kita sementara ini secara begini, sayang........."
"Akan tetapi engkau tidak tahu betapa hebat penderitaanku setelah aku harus berpisah darimu, setelah aku harus kembali ke rumah Sang Resi. Dan setiap waktu terancam bahaya! Aku tidak sudi lagi dijamah Sang Resi atau Sang Pangeran!
Kakangmas, kasihanilah diriku."
991 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Aku cinta padamu, Diajeng, akan tetapi hal itu tidak mungkin....."
"Kalau begitu, dekaplah aku, peluklah aku sampai
mati......!" Lestari memeluk kekasihnya dan sambil menangis dan merintih dia dan Harwojo kembali saling mencurahkan cinta mereka dengan penuh kemesraan.
Matahari telah condong ke barat ketika keduanya terdengar bicara lagi, setelah untuk waktu yang agaknya tanpa batas itu mereka terlena setengah tidur dan setengah sadar, dalam ketenangan dan kedaimaian yang amat nikmat sehingga mereka lupa akan diri, lupa akan keadaan, lupa akan waktu dan lupa segalanya.
"Nimas, hari telah sore. Engkau harus kembali......" kata Harwojo, suaranya mengandung penuh perasaan sesal dan duka, seperti yang selalu dirasakannya kalau dia herus berpisah dengan kekasihnya itu biarpun hampir setiap hari dia dapat mengadakan pertemuan asyik dan masyuk dengan
Lestari. "Apa...." Hemmmmm....!" Lestari menutupi mulutnya untuk menahan kuap dan kantuk.
"Sudah sore..... ahhh, biar saja, Kakangmas...." Dia malah merangkul leher dan membenamkan mukanya di samping
dada Harwojo. http://kangzusi.com
"Eh, sudah menjelang senja, Jangan sampai kemalaman engkau pulang." Harwojo mencoba hendak bangun, akan tetapi Lestari mempererat dekapannya, bahkan dia menarik leher pemuda itu dan mencium dengan penuh kemesraan.
Perasaan sayang yang amat besar datang mengakun,
memenuhi dada Harwojo dan dia pun balas merangkul dan kembali keduanya tenggelam ke dalam buaian kasih sayang.
Mereka tidak sadar bahwa malam telah tiba, bahwa di luar sudah amat gelap dan lebih-lebih lagi, mereka tidak tahu betapa ada bayangan-bayangan banyak orang memasuki
992 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
hutan itu dan menyelinap di antara pohon-pohon, mengurung pondok itu! Sudah hampir dua bulan mereka sering
mengadakan pertemuan di tempat ini dan merasa bahwa tempat itu amat aman dan bahwa tidak ada seorang pun yang tahu akan pertemuan itu.
Mereka tidak tahu bahwa peritiwa pulangnya Lestari dari hutan, lolosnya wanita ini dari malapetaka dan dari cengkeraman maut di tangan Suro Bargolo dan anak buahnya, disambut dengan tangan terkepal dan mata bersinar marah oleh Sang Ratu Sri Indreswari! Apalagi ketika mendengar bahwa penyelamat wanita itu adalah pengawal
kepercayaannya sendiri, Harwojo! Akan tetapi tentu saja puteri ini tidak dapat melampiaskan kemarahannya secara terbuka. Dia lalu memanggil pengawal yang diutusnya untuk membunuh Lestari itu, memarahinya karena kegagalannya, lalu memerintahkan untuk mencari jalan lain agar wanita itu dapat dilenyapkan dari muka bumi.
Pengawal itu menjadi ketakutan dan juga diam-diam dia marah kepada Harwojo yang telah menggagalkan rencana itu sehingga dia yang menerima kemarahan dari Sang Ratu. Maka dia lalu menyebar para pembantunya untuk memata-matai Lestari,mencari kesempatan untuk melakukan siasat lain agar wanita itu dapat dibunuh sesuai dengan perintah Sang Ratu.
Dan ketika kaki tangannya membayangi Lestari itu, dengan http://kangzusi.com
sendirinya mereka melihat pertemuan-pertemuan mesra yang diadakan oleh Lestari dan Harwojo! Cepat-cepat mereka lalu melapor kepada utusan Sang Ratu dan utusan itu menjadi girang sekali, cepat pula menyampaikan berita yang tak tersangka-sangka itu kepada Sang Ratu, yaitu bahea Lestari dan Harwojo telah saling jatuh cinta dan hampir setiap hari mengadakan pertemuan di dalam pondok bekas sarang Suro Bargolo itu!
"Ah, begitu ya?" Sang Ratu Sri Indreswari mengosok-gosok kedua tangannya dengan girang sekali. "Bagus, kalau begitu 993
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tidak perlu kita sendiri yang turun tangan melenyapkan wanita tak tahu malu itu. Biar pangeran sendiri melihat bepata perempuan hina yang memikat hatinya itu bukan lain
hanyalah seorang pelacur! Dan biarlah Si Harwojo itu menerima bagiannya pula karena dialah yang telah
menggagalkan rencana pertama kita!"
Ratu Indreswari yang cerdik itu lalu menyuruh orang-orangnya untuk menyampaikan berita ini kepada Resi
Mahapati dan juga kepada Pangeran Kolo Gemet. Menerima berita ini, baik Resi mahapati maupun Pangeran Kolo Gemat menjadi marah bukan main. Kalau bukan utusan Sang Ratu yang menyampaikan berita itu, pasti telah mereka bunuh.
Mereka lalu mengadakan pertemuan dan keraguan mereka lenyap,kecurigaan mereka timbul karena mereka teringat betapa semenjak peristiwa penculikan itu, tidak satu kali pun Lestari pernah mau melayani Sang Resi maupun Sang
Pangeran! Demikianlah pada hari itu, ketika seperti biasa Lestari meninggalkan istana Sang Resi, sepasukan pengawal diam-diam membayanginya. Mereka ini adalah utusan dari Pangeran Kolo Gemet. Para pengawal itu bersembunyi dan melihat bepata Lestari memasuki hutan dan pergi ke pondok sunyi di tengah hutan itu. Dan mereka melihat betapa di situ telah menanti Harwojo, betapa mereka berdua yang bertemu di http://kangzusi.com
depan pondok itu saling peluk, saling cium, kemudian sambil masih berpelukan meraka memasuki pondok! Diam-diam
pemimpin pasukan segera mengutus anak buahnya melapor kepada pangeran dan seorang anak buah lain disuruh melapor kepada Resi Mahapati. Dua orang itu memang sedang menanti hasil penyelidikan para pasukan itu maka begitu menerima laporan, mereka lalu meninggalkan istana masing-masing dan bertemu di dalam hutan itu pada senja hari itu. Kemudian, pangeran dan Sang Resi memimpin pasukan untuk
mengepung pondok di mana dua orang yang sedang dibuai 994
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
asmara itu sedang mencurahkan kasih sayang mereka dan melupakan dunia!
-===..d..w===- Jilid 68 "Manis, malam telah datang..... ah, lihatlah betapa gelapnya...." Harwojo berkata, suaranya mengandung
kekhawatiran. "Ehmmmm......" Lestari mengeliat, seperti seekor kucing malas bangun tidur dan jari tangannya meraba-raba wajah pemuda itu. "Biar gelap, aku dapat mengenalmu, Kakang mas.."
"Hush, sudah gelap benar-benar...."
"Apa bedanya" Sejak tadi aku pun tidak pernah membuka mata...." Lestari kini membuka matanya dan berkata, "Ah, benar. Mengapa sudah gelap begini dan engkau belum
menyalakan lampu?"
"Kau tidak ingat, minyak di lampu itu habis."
"Kalau begitu, biar gelap. Kita tidur...., aku lelah sekali....
hemmm...."
"Eh, jangan. Kita harus bangun, dan kau harus pulang. Mari http://kangzusi.com
kuantar....."
"Tidak, aku tidak mau pulang, Kakang mas. Aku ingin begini selamanya....."
"Diajeng...." Tiba-tiba Harwojo menghentikan kata-katanya dan dia bangkit duduk, memasang telinga memperhatikan suara yang didengarnya di luar pondok.
"Kakang...."
995 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Sstttttt......!" Harwojo mendekap mulut kekasihnya dan mendekatkan mulut ke telinga Lestari sambil berbisik, "Aku mendengar suara.... kau jangan bergerak, biar kuselidiki......"
Lestari juga terkejut, bangkit duduk, matanya terbelalak mencoba menembus kegelapan dan melihat remang-remang bayangan kekasihnya menuju ke pintu pondok.
Sunyi sekali, sunyi yang amat menegangkan hati Lestari.
Tak lama kemudian dia melihat bayangan kekasihnya
menyelinap masuk dan langsung merangkulnya. Dada
kekasihnya itu berombak, napasnya memburu dan kedua lengan yang memeluknya itu agak menggigil.
"Ada apakah....?" Lestari berbisik.
Sejenak Harwojo tidak menjawab, kemudian berbisik
kembali, "Kita celaka.... pondok sudah dikurung...."
"Siapa mereka, Kakangmas?"
"Agaknya para pengawal....."
Wajah Lestari menjadi pucat sekali, dia mencengkeram lengan pemuda itu. "Kakangmas Harwojo, engkau adalah seorang yang mempunyai kepandaian, engkau tangkas dan gagah. Lekas kau melarikan diri, lekas....! Jangan sampai kau tertangkap...."
"Kau....?" http://kangzusi.com
"Aku" Biarlah, jangan memikirkan aku, Kakangmas. Yang penting, engkau harus dapat melarikan diri....."
"Hemmm, kaukira aku dapat hidup tanpa engkau?"
"Jangan mengkhawatirkan aku..... mereka sayang
padamu....., aku dapat menjaga diri dan diriku tidak penting.... ah, cepatlah kau larilah, Kakangmas, jangan pedulikan aku....."
996 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Tidak! Kalau aku dapat lari, engkau pun harus dapat lolos."
"Kalau begitu, mari kita terjang mereka! Mari kita keluar bersama, Kakangmas!" kata Lestari dengan suara gagah sedikit pun tidak merasa takut.
Bangkit semangat Harwojo oleh suara kekasihnya ini. Dia membantu Lestari mengencangkan sabuk yang membelit
pinggangnya, kemudian dia merangkul wanita itu dengan lengan kiri sedangkan tangan kanannya sudah menghunus kerisnya, siap untuk menerjang keluar. Akan tetapi pada saat itu, nampak cahaya terang menerobos memasuki pondok.
Ketika dua orang di dalam pondok itu terkejut dan melihat dari celah-celah pintu bahwa cahaya itu adalah banyak obor yang dinyalakan orang, tiba-tiba mereka makin dikejutkan oleh suara yang amat mereka kenal.
"Harwojo pengkhianat dan pemberontak laknat! Hayo kau keluar dan merangkak di depan kakiku!" Itulah suara Sang Pangeran! Lemaslah seluruh tubuh Harwojo mendengar suara junjungannya ini, tangannya yang merangkul pinggang Lestari menggigil.
"Lestari, perempuan rendah! Keluarlah engkau!" Dan itu adalah suara Resi Mahapati!"
"Celaka.... Diajeng.... matilah kita..."
http://kangzusi.com
Melihat kekasihnya menggigil, Lestari segera
merangkulnya. "Engkau takut mati, Kakangmas?"
"Engkau tahu, aku tidak takut itu.... hanya.... ah, Gusti Pangeran di sana.... ah, aku menjadi pengkhianat..." Pemuda itu terhuyung dan cepat Lestari merangkul dan menariknya kembali ke atas pembaringan. Lestari mengambil keris dari tangan pemuda itu karena tangan itu menggigil. Pemuda itu duduk di atas pembaringan, napasnya memburu dan tubuhnya lemas.
997 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Lestari merangkulnya makin ketat, lalu berbisik di
telinganya, "Kakangmas Harwojo, apakah engkau cinta padaku, Kakangmas?"
"Masih tidak percayakah engkau, Nimas" Aku cinta
padamu." "Engkau mau mati untukku?"
"Setiap saat!"
Lestari menciumnya. "Aku tidak minta kau mati untukku, Kakangmas, akan tetapi aku minta kepadamu, untuk
penghabisan kali... harap kau jangan menolak..."
"Kau minta apa" Asal jangan menyuruh aku memberontak terhadap Gusti Pangeran."
"Aku tahu, aku sudah mengenal watakmu, Kakangmas, dan watakmu itu menambah kekagumanku kepadamu. Tidak, aku tidak minta agar kau meberontak. Aku hanya minta agar engkau suka menciumku....ah, Kakangmas, untuk yang
terakhir kali, cintailah diriku..."
Lestari sudah merangkul dan memaksa Harwojo rebah di atas pembaringan, menciumnya dan membelainya, tanpa memberi kesempatan kepada Harwojo untuk membantah lagi.
Dan Harwojo maklum bahwa pada saat terakhir itu, di mana keduanya pasti akan ditangkap, pasti akan saling berpisah, http://kangzusi.com
mungkin akan dihukum mati, kekasihnya ingin agar dia membuktikan cinta kasihnya. Maka dia pun mengusir semua pikiran, merangkul wanita yang dicintainya itu sepenuh perasaan hatinya.
Di luar Sang Pangeran dan Sang Resi membentak-bentak menyuruh dua orang itu keluar dan menyerahkan diri. Akan tetapi, Lestari dan Harwojo tidak memperdulikan, bahkan tidak mendengar suara mereka. Terdengar Lestari terisak, merintih lalu merangkul ketat. Harwojo terkejut, merasa dadanya basah. Dia meraba dadanya, meraba dada kekasihnya dan dia 998
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
hampir menjerit. Di situ, di tengah-tengah dada Lestari, di antara sepasang bukit dada itu, tepat di ulu hati menancap keris tadi, menancap sampai ke gagangnya! Dan yang basah-basah itu adalah darah yang masih mengalir keluar dari dada kekasihnya itu!
"Diajeng...!" Dia berbisik, lehernya seperti dicekik rasanya.
Lestari merintih lirih. "Aku rela mati..... Kakangmas, aku mati dalam keadaan bahagia dan puas.... aku....aku telah membuang semua dendam dan cita-cita... aku mati dalam cinta... ah, aku... aku mati bahagia, Kakangmas....ahhh..."
"Diajeng Lestari...!!" Kini Harwojo menjerit, suaranya menyeramkan, terdengar sampai keluar pondok.
Resi Mahapati menyerbu ke dalam, menendang pintu
pondok sampai roboh. Dia dan pangeran lalu masuk, didahului oleh beberapa orang pengawal yang memegang obor diatas kepala. Banyak obor menerangi dalam pondok. Resi Mahapati dan Pangeran Kolo Gemet menghampiri pembaringan di mana mereka melihat dua sosok tubuh itu dan mereka terbelalak!
"Jagat Dewa Bathara...!" Resi Mahapati menggumam.
"Keparat jahanam.....!" Sang Pangeran memaki penuh
cemburu dan iri hati.
Mereka masih berpelukan, berselimutkan kain panjang http://kangzusi.com
Lestari yang penuh darah, mulut mereka saling berdekatan seperti tertidur karena kelelahan dan penuh kepuasan. Lengan mereka saling rangkul penuh kemesraan, bahkan kaki kanan Lestari menggait kaki Harwojo seolah-olah dia tidak ingin melepaskan kekasihnya itu. Dan keduanya telah tak berdaya lagi! Keris yang menancap di dada kiri Harjowo masih dialiri darah yang memancur melalui gagangnya.
"Bakar pondok ini! Bakar semua!" perintah pengeran itu dengan penuh kegeraman, lalu ia melangkah keluar diikuti ileah Resi. Mahapati setelah resi ini memeriksa dan mendapat 999
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kenyataan bahwa kedua orang itu memang telah mati. Bahkan ia mencoba menarik lengan Lestari yang merangkul leher Harjowo, dan menarik lengan Harjowo yang merangkul
pinggang Lestari, namun lengan-lengan itu ternyata telah menjadi kaku!
Resi Mahapati tidak berani membantah kehendak pangeran yang marah itu, maka dengan hati penuh duka dia melihat pondok itu dibakar dengan obor-obor para pengawal dan sebentar saja menjadi kobaran api yang menjulang tinggi, membakar semua yang berada di dalam pondok! Namun
diam-diam Resi Mahapati dapat menikmati kelegaan hatinya karena bersama matinya lestari, bersama lenyapnya wanita yang dicintainya itu, lenyap pula bahaya bahwa semua rahasianya akan diketahui orang lain karena Lestari merupakan satu-satunya orang didunia ini yang tahu akan semua rencana hidupnya yang dirahasiakan.
Pada saat api berkobar membakar pondok dimana terdapat jenazah Harwojo dan Lestari itu, tiba-tiba datang sepasukan pengawal utusan dari istana yang membawa kabar bagi sang Pangeran. Tenyata bahwa penyakit yang diderita oleh Sang Prabu Kertarajasa Jayawardhana menjadi mekin berat dan kini keadaaan Sri Baginda menjadi gawat sehingga para isteri Beliau perlu untuk memberi tahu kepada seluruh keluarga dan tentu saja Sang Pangeran Pati merupakan orang pertama http://kangzusi.com
yang diberitahu dan dipanggil oleh ibu kandungnya.
Mendengar berita dan panggilan ini, Sang Pangeran
terkejut dan cepat dia meninggalkan tempat itu diiringkan para pengawal menuju langsung ke istana Kerajaan Mojopahit.
Sedangkan Resi Mahapati juga cepat pergi meninggalkan hutan itu setelah meninggalkan pesan kepada beberapa orang pengawal untuk melanjutkan dan menjaga pembakaran
pondok dan dua buah jenazah itu sampai habis. Hatinya berdebar tegang. Saat yang dinanti-nantinya agaknya telah mendekat. Sang Prabu Kertarajasa Jayawardana sakit gawat!
1000 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Akan tetapi ketika tiba di dalam gedungnya, Resi Mahapati merasakan sesuatu kekosongan yang mencekam hatinya.
Kekosongan hidup tanpa adanya Lestari di sampingnya. Ketika dia memasuki kamarnya, melihat pembaringan di mana
biasanya Lestari menyambutnya dengan kedua lengan terbuka dan senyum menggairahkan, Sang Resi mengeluarkan keluhan lirih dan menjatuhkan diri menelungkup di atas pembaringan itu. Sudah terlalu kuat dia mengikatkan diri kepada wanita itu sehingga kehilangan yang tiba-tiba ini amat berat
dirasakannya. Bukan hanya merasa kehilangan seorang wanita yang dapat menghibur hatinya, melainkan juga kehilangan seorang kawan seperjuangan, seorang pembantu yang
mempunyai kecedikan yang dapat diandalkan!
Akan tetapi, kesedihan yang menggerogoti hati Sang Resi ini segera diusirnya.
Dia memiliki tugas yang lebih penting, cita-citanya belum terlaksana dan atau tidak adanya Lestari di sampingnya tidak akan merubah dilanjutkannya cita-cita itu! Dia bangkit duduk, dan memanggil pengawal dan memerintahkan pengawal itu untuk segera memanggil Resi Harimurti yang menjadi
pembantu utamanya.
Tak lama kemudian Resi Harimurti datang dan kedua orang resi itu lalu mengadakan perundingan di ruangan dalam, merundingkan keadaan Sang Prabu yang sakit gawat,dan http://kangzusi.com
tentang segala kemungkinan yang dapat terjadi apabila Sang Prabu meninggal dunia dan Sang Pangeran Pati menggantikan kedudukan Sang Prabu, kemungkinan tentang pergeseran dalam kedudukan-kedudukan para menteri dan senopati.
Mereka berdua sependapat bahwa satu-satunya orang yang memegang kekuasaan besar dalam pemerintahan adalah Ki Patih Nambi, oleh karena itu, mengingat bahwa Ki Patih Nambi tidak mungkin dijadikan sekutu mereka, maka harus dicari jalan untuk menyingkirkan Sang Patih itu.
1001 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Dengan adanya Ki Patih Nambi, Andika tidak akan dapat leluasa bergerak, Adi Resi," kata Resi Harimurti.
"Benar," jawab Resi Mahapati sambil mengepal tinjunya.
"Hanya melalui mayat Si Nambi sajalah maka kita akan dapat memperoleh kedudukan yang paling tinggi dan dekat dengan Pangeran Kolo Gemet."
Dua orang resi yang memiliki kesaktian ini namun lemah terhadap nafsu keinginan mereka sendiri untuk memperolah kemuliaan dan kedudukan setingginya, mengadakan
perundingan sampai jauh malam.
Sementara itu, menjelang tengah malam, terdengar jerit tangis di dalam istana.
Jerit tangis para wanita yang terdengar dari dalam kamar Sang Prabu Kertarajasa Jayawardhana telah meninggal dunia!
Pesan terakhir yang diucapkan oleh Sang Prabu itu kepada para isteri, anak dan para pembesar tinggi yang hadir adalah bahwa Sang Pangeran Kolo Gemet harus menggantikannya menjadi raja di Mojopahit, dan dia memesan kepada
puteranya itu agar tetap mempertahankan kedudukan Ki Patih Nambi sebagai patih dan penasihat! Pesan ini disaksikan oleh para isteri dan para ponggawa yang hadir sehingga biarpun di dalam hatinya Sang Pangeran tidak setuju untuk
mempertahankan Ki Patih Nambi sebagai patihnya, namun tentu saja dia tidak berani membantah.
http://kangzusi.com
Seluruh Mojopahit berkabung atas kematian Sri Baginda Raja Kertarajasa Jayawardhana yang meninggal pada tahun saka 1231 {Masehi 1309}. Jenazahnya dimakamkan di dalam sebuah pura yang dinamakan Antahpura dan sebagai
peringatan didirikanlah arca Jina di dalam pura dan arca Sang Bathara Shiwa di samping. {Baca tentang peristiwa ini dalam buku Menuju Puncak Kemegahan, sejarah Kerajaan Mojopahit tulisan Prof. Dr. Slamet Mulyono yang mengomentari tentang catatan-catatan dalam Kidung Ronggo Lawe, Kidung
Sorandaka, Pararaton, Negarakretagama dan lain-lain,dari 1002
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mana catatan sejarah dalam cerita ini diambil.} Akan tetapi di dalam perkabungan itu, terdapat pula banyak orang
bergembira karena pengangkatan Pangeran Pati Kolo Gemet menjadi Raja Mojopahit menggantikan Sang Prabu Kertarajasa Jayawardhana telah mendatangkan keuntungan bagi mereka.
Mereka adalah para ponggawa yang tetap dalam
kedudukan mereka, dan ponggawa-ponggawa baru yang
diangkat atas pilihan Sang Pangeran dan tentu saja atas nasihat ibundanya, yaitu Sri Indreswari yang kini menjadi ibu suri! Tentu saja banyak pula yang merasa kecewa, yaitu mereka yang tidak tercapai cita-citanya. Di antara mereka yang kecewa ini terdapat Resi Mahapati. Biarpun dia masih menjadi orang yang dipercaya oleh Sang Pangeran dan ibundanya, namun kedudukan yang diidam-idamkannya, yaitu menjadi patih, tidak dapat terlaksana oleh karena Ki Patih Nambi masih tetap menjadi patih, sesuai dengan pesan terakhir dari Sang Prabu yang telah meninggal dunia itu.
Pangeran Kolo Gemet kini menjadi raja di Mojopahit
dengan julukan Sang Prabu Jayanagara. Tentu saja,
pengangkatan ini menimbulkan pertentangan yang diam-diam terjadi di antara keluarga kerajaan dan juga di antara para pembesar. Para pembesar yang tua, mereka yang setia kepada darah keturunan Sang Prabu Kertanegara, diam-diam menentang pengangkatan Pangeran Kolo Gemet menjadi Raja http://kangzusi.com
Mojopahit. Bagi mereka ini, raja yang sekarang diangkat ini bukanlah merupakan keturunan murni dari Sang Prabu
Kertanegara, melainkan keturunan yang bercampur dengan darah Negara Melayu! Dan hal ini benar-benar tak dapat mereka terima dengan senang hati! Di samping itu, para ponggawa yang setia kepada darah keturunan murni dari Prabu Kertanegara tentu saja mengharapkan agar raja di Mojopahit adalah keturunan dari empat orang ratu yang lain, yaitu Sang Permaisuri sendiri, Dyah Tribuana, atau tiga orang saudaranya, yaitu Dyah Nara Indraduhita, Dyah Gayatri atau Dyah Jaya Indera Dewi. Keturunan keempat orang puteri ini 1003
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sajalah yang menurut mereka patut menduduki Mojopahit dan menjadi sesembahan mereka, bukan keturunan puteri dari Melayu!
Setelah Sang Prabu Jayanagara naik tahta, segera raja yang muda ini, atas nasihat dan desakan ibudannya, Sang Ibu Suri, mulai menjalankan "pembersihan" di kalangan ponggawa dan senopati! Mereka yang dianggap berbahaya dan tidak setia terhadap kelompok mereka, segera digeser kedudukan mereka, bahkan banyak yang dibebas tugaskan! Maka
terjadilah geger akibat tindakan Sang Prabu Jayanagara ini!
Pemerintahan dilakukan dengan tangan besi dan siapa menentang tentu dibasmi!
Hal ini tentu saja membuat Ki Patih Nambi merasa bingung dan gelisah sekali.
Hanya berkat kebijaksanaan Ki Patih Nambi saja maka tindakan Sang Prabu yang masih muda itu tidak sampai berlarut-larut. Dengan berani Ki Patih Nambi berusaha melunakkan perintah Sang Prabu dan karena KI Patih Nambi masih "diakui" dan pengangkatannya merupakan pesan
terakhir dari mendiang Sang Prabu Kertarajasa Jayawardana, maka Sang Prabu yang muda itu tidak berani menekannya.


Kemelut Di Majapahit Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Betapapun juga, semenjak Sang Prabu Jayanagara naik tahta, Ki Patih ini mengalami guncangan-guncangan batin yang hebat sehingga tubuhnya menjadi kurus dan dia
http://kangzusi.com
kelihatan lebih tua daripada usianya.
Dan harus diakui bahwa tanpa adanya Ki Patih Nambi yang bijaksana, agaknya perang saudara sudah pecah di Mojopahit setelah kematian Sang Prabu Kertarajasa, perang saudara memperebutkan kekuasaan. Namun pengaruh dam
kewibawaan Ki Patih Nambi masih terasa sehingga dialah yang dapat meredakan semua kemarahan dan dapat memadamkan api sebelum berkobar. Betapapun juga, selalu terasa adanya ketegangan-ketegangan di Mojopahit dan agaknya Mojopahit masih belum terhindar dari kemelut yang masih selalu 1004
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mengancamnya semenjak terjadinya pemberontakan Adipati Ronggo Lawe.
*d-w* Atas usul Ki Patih Nambi pula, yang amat bijaksana dan yang ingin mencegah terjadinya pecah perang saudara yang pecah karena perebutan kekuasaan dari para keturunan raja dan juga atas persetujuan Ibu Suri Sri Indreswari, akhirnya dua orang puteri dari isteri-isteri mendiang Sang Prabu, keturunan dari Sang Prabu Kertanegara, oleh Sang Prabu Jayanagara diberi kedudukan. Yaitu, puteri dari permaisuri, Dyah Tribuana, yang bernama puteri Tribuawanatunggaldewi, diangkat menjadi rani aiatu ratu di Kahuripan. Sedangkan yang ke dua adalah Rajadewi Mahrajasa, puteri dari Sang Dyah Gayatri yang diangkatnya menjadi rani atau ratu di Daha. Gelar atau julukan bagi kedua orang puteri ini adalah Bhreng Kahuripan dan Bhreng Daha.
Biarpun dengan cara demikian Ki Patih Nambi berhasil agak meredakan rasa penasaran, namun betapapun juga,
Kahuripan dan Daha masih berada di dalam kekuasaan
Mojopahit, dan Sang Prabu Jayanagara dengan jelas sekali memperlihatkan kekuasaannya yang mutlak atas kedudukan kedua orang saudara tirinya itu.
Ibu suri Sri Indreswari juga mempunyai banyak penasihat dan kaki tangan, di antara mereka terdapat pula Resi http://kangzusi.com
Mahapati yang dalam hal ini bertindak secara tidak resmi menjadi penasihatnya, melainkan hanya bertindak seolah-olah menjadi orang penengah, padahal Resi Mahapati inilah yang paling banyak memberi nasihat dan siasat kepada Sri Indreswari yang masih mengendalikan puteranya yang muda.
"Puteraku, kita harus melanjutkan cita-cita Kanjeng Ramamu yang ingin melihat Mojopahit tidak sampai terpecah-belah," pada suatu hari Ibu Suri berkata kepada Sang Prabu Jayanagara, "Dan hal itu baru dapat terlaksana kalau di antara keluarga keturunan Kanjeng Ramamu tidak sampai terpecah 1005
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
belah. Aku mendengar bahwa saudara-saudaramu yang
menjadi rani di Kahuripan dan Daha, oleh ibu kandung masing-masing akan ditunangkan dengan orang lain. Hal ini berbahaya sekali, puteraku,karena kalau sampai ada orang lain yang menjadi suami mereka duduk di samping mereka, banyak terdapat bahaya perpecahan karena mereka tentu akan berdiri sendiri, dan kalau sampai Mojopahit terpecah belah, hal itu amat berbahaya."
Mendengar ini, Sang Prabu Jayanagara lalu cepat-cepat menemui dua orang saudara tirinya itu, dan dengan terang-terangan dia melarang mereka itu dijodohkan dengan dua orang lain dan menuntut agar rencana pertunangan itu dibatalkan!
Tentu saja Dyah Tribuana dan Dyah Gayatri mambantah.
"Perjodohan anak-anak kami berada sepenuhnya dalam
tanggung jawab dan kewajiban kami yang menjadi ibu-
ibunya," kata Dyah Gayatri yang labih berani karena sesungguhnya Dyah Gayatri inilah yang menjadi kekasih mendiang Sang Prabu Kertarajasa sebelum Beliau tergila-gila kepada puteri Melayu Dyah Dara Petak atau Sri Indreswari yang kini menjadi ibu suri.
"Tidak demikian, Kanjeng Ibu. Kalau Paduka dan puteri Paduka itu bukan termasuk keluarga kerajaan kita, tentu saja sepenuhnya berada di tangan Paduka berdua yang menjadi http://kangzusi.com
ibu-ibu mereka. Akan tetapi, kedua orang puteri Paduka itu adalah keluarga kerajaan! Maka perasaan pribadi harus dikorbankan demi kebaikan keluarga kerajaan! Semua
keluarga herus tunduk kepada peraturan kerajaan, dan sayalah yang berkuasa menentukan siapa-siapa yang boleh menjadi suami mereka! Saya melakukan ini pun bukan karena kepentingan pribadi, melainkan demi keutuhan Kerajaan Mojopahit!"
Betapapun mereka membantah, Sang Prabu Jayanagara
akhirnya menang dan dua orang puteri itu tidak jadi 1006
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
ditunangkan. Hal ini tentu saja menimbulkan perasaan tidak senang dan penasaran di kalangan mereka yang mendukung keturunan Raja Kertanegara. Terdengarlah desas desus bahwa Sang Prabu Jayanagara melakukan perbuatan yang tidak senonoh terhadap kedua orang puteri yang menjadi saudara tirinya tunggal ayah lain ibu itu, bahwa Sang Prabu Jayanagara melarang perjodohan mereka karena Sang Prabu sendiri ingin memperisteri mereka! Memang tuduhan
semacam itu tidaklah terlalu berlebihan mengingat akan watak Sang Prabu yang masih muda dan yang terkenal suka
mengejar wanita cantik itu. Namun sesungguhnya, dasar yang kuat bagi keputusan Sang Prabu itu adalah karena seperti nasihat ibu kandungnya, dia tidak ingin melihat kelak akan terjadi perang saudara kalau dua orang saudara perempuan itu menikah dengan orang-orang lain dan kemudian kelak ingin berdiri sendiri terlepas dari wilayah dan kekuasaan Mojopahit.
Permusuhan terselubung dan kebencian makin memuncak.
Mojopahit mulai dilanda kemelut kembali, berupa
pertentangan yang makin lama makin meruncing. Semua ponggawa yang dipecat atau digeser oleh Sang Prabu
Jayanagara, kini membanjiri Kahuripan dan Daha untuk menghambakan diri kepada Rani Kahuripan dan Rani Daha!
Dan keadaan Kahuripan dan Daha menjadi makin kuat saja.
http://kangzusi.com
Setiap malam, para pengawal yang mendukung Sang
Prabu, mengadakan penjagaan ketat karena suasana yang tegang itu sehingga baik keadaan di Mojopahit sendiri,maupun di Daha dan Kahuripan, selalu seperti dalam persiapan perang!
Hal ini adalah karena terjadinya beberapa kali pembunuhan di waktu malam, tanpa diketahui siapa pembunuhnya dan yang mudah diduga bahwa tentu hal itu menjadi akibat daripada permusuhan antara para pengikut dua golongan yang diam-diam saling membenci itu.
==00kz00== 1007 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Jilid 69 Yang paling hebat menderita batin sebagai akibat keadaan ini adalah Ki Patih Nambi! Sebagai orang tengah dia merasa seperti berdiri di antara du api! Di dalam lubuk hatinya dia memihak kepada para puteri Raja Kertanegara, akan tetapi karena kenyataannya yang menjadi Raja Mojopahit adalah Sang Prabu Jayanagara jeturunan Malayu, maka terpaksa dia harus setia kepada kerajaan, sebagai seorang patih yang berkedudukan tinggi! Dia menjadi serba salah, dia tidak ingin mengkhianati Mojopahit, namun dia pun tidak ingin
menentang keturunan Raja Kertanegara!
Berkat kepandaiannya mengambil hati, Sang Resi Mahapati dapat juga mengangkat dirinya sendiri ke tempat yang lebih tinggi. Oleh Sang Prabu Jayanagara yang mengingat akan jasa-jasanya, terutama sekali mengingat akan mendiang Lestari, Resi Mahapati dinaikkan pangkatnya menjadi pendeta istana, menggantikan Pendeta Brahmorojo yang telah
meninggal dunia karena tua. Biarpun Resi Mahapati adalah seorang penyembah syiwa, namun kini dia menjadi kepala pendeta dan dialah yang mengatur dan menguasai semua pura-pura dan tempat-tempat sembahyang dan kekuasaannya makin besar saja di kalangan para pendeta, dan juga dalam istana.
http://kangzusi.com
Hanya satu orang saja selain Sang Prabu yang masih lebih tinggi kekuasaannya dari pada dia, yaitu Ki Patih Nambi.
Malam hari itu amat sunyi. Seperti malam-malam yang lalu selama ini, suasananya amat tegang karena semua penjaga di Kerajaan Mojopahit selalu siap dan mangkhawatirkan
terjadinya huru-hara. Bukan hanya di Mojopahit, juga di Kahuripan dan Daha suasananya selalu tegang karena semua ponggawa maklum betapa di tempat mereka itu selalu penuh 1008
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dengan mata-mata dari Mojopahit yang mengikuti gerak-gerik semua ponggawa di Kahuripan atau di Daha.
Hal itu bukanlah hanya dugaan semata. Memang Ibu Suri Sri Indreswari selalu memperingatkan puteranya agar jangan lengah dan jangan melepaskan kedua orang puteri itu dari pengawasan yang ketat. Oleh karena itu, Sang Prabu selalu memasang mata-mata di luar dan dalam keraton kedua orang saudara tirinya itu. Di Kahuripan, yang menjadi kepala dari para penyelidik dan mata-mata adalah Resi Harimurti, sedangkan di Daha dipimpin oleh Ki Durgakelana. Mereka ini selain menempatkan banyak pengawal untuk memata-matai dua tempat itu dan segala kegiatannya, juga mereka masih dibantu oleh orang-orang yang memiliki ilmu kesaktian.
dw Enam sosok berkelebat dengan gerakan cepat pada malam hari itu setelah mereka berhasil melewati penjagaan pintu gerbang di Kahuripan. Mereka itu terdiri dari empat orang laki-laki setengah tua yang bersikap gagah perkasa, dan dua orang laki-laki muda yang tampan dan gesit gerak-gerik mereka.
Mereka berenam menyelinap di belakang sebuah pondok gelap dan berunding sambil berbisik-bisik. "Harap Andika berdua hati-hati, kami berempat akan membayangi Andika berdua dari empat jurusan. Kami akan selalu menjaga dan melindungi," bisik seorang di antara kakek gagah perkasa http://kangzusi.com
yang empat orang itu. "Dan setelah berhasil, kita semua berkumpul di sini. Ingat, yang terpenting adalah Andika berdua harus berhasil dan tanpa ketahuan siapa pun. Rahasia itu harus kita lindungi dengan nyawa."
Lima orang itu mengangguk dan seorang di antara dua orang pemuda tampan itu berkata kepada pemuda ke dua,
"Marilah, Dimas. Engkau di depan, aku yang melindungimu."
Pemuda ke dua mengangguk dan mereka berdua lalu
menyelinap di antara rumah-rumah penduduk, menuju ke istana Rani Kahuripan. Sedangkan empat orang laki-laki 1009
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
setengah tua itu lalu berpencar, membayangi perjalanan dua orang muda itu dengan hati-hati dan waspada.
Siapakah mereka itu dan apa artinya sikap mereka yang penuh rahasia itu" Mereka berenam itu datang dari Lumajang!
Mereka adalah utusan pribadi dari Sang Adipati Wirorojo di Lumajang. Empat orang laki-laki setengah tua yang dipimpin oleh kakek berkumis tebal itu adalah bekas-bekas senopati Mojopahit yang kini menghambakan diri di Lumajang. Kakek berkumis tebal itu adalah Panji Wironagari,sedangkan tiga orang temannya adalah Aryo Jangkung, Panji Samara, dan Aryo Teguh.
Dua orang pemuda itu adalah Sulastri yang berpakaian pria dan Raden Turonggo atau Raden Kuda Anjampiani, putera dari mendiang Adipati Ronggo Lawe, atau cucu dari Adipati Wirorojo di Lumajang!
Seperti telah diceritakan di bagian depan, keris pusaka Kolonadah akhirnya terdapat kembali oleh Sulastri yang merampasnya dari saudara kembar Murwendo dan Murwanti yang tewas dalam keributan ketika terjadi "pernikahan" antara Sulastri dan Joko Handoko. Kemudian Sulastri menyerahkan keris pusaka itu kepada Sang Adipati di Lumajang. Setelah itu dia bersama "suaminya", Joko Handoko dan Roro Kartiko tinggal di Kadipaten Puger, di mana Joko Handoko dan Roro Kartiko tinggal di Kadipaten Puger, di mana Joko Handoko dan http://kangzusi.com
Roro Kartiko diangkat anak oleh Sang Adipati di Puger, yaitu Sang Prabu Bandardento.
Ketika berita tentang meninggalnya Sang Prabu Kertarajasa Jayawardana sampai di Kadipaten Lumajang, berita itu diterima dengan tangis dan perkabungan oleh Adipati Wirorojo, dan para senopati yang dahulu menjadi pembantu-pembantu Sang Pabu itu ketika masih menjadi Raden Wijaya.
Kemudian, Adipati Wirorojo mengambil keputusan untuk menyerahkan keris pusaka Kolonadah kepada keturunan yang dianggapnya sebagai orang yang berhak menjadi Ratu
1010 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Mojopahit, yaitu puteri mendiang Sang Prabu Kertarajasa yang lahir dari permaisuri, Dyah Tribuana, yaitu Sang Dyah Tribuwanatunggadewi! Tentu saja seluruh tokoh Lumajang yang merasa penasaran dan tidak setuju pula dengan
pengangkatan Pangeran Kolo Gemet menjadi Raja Mojopahit.
Maka Sang Adipati di Lumajang lalu mengutus cucunya sendiri, putera mendiang Adipati Ronggo Lawe, yaitu Raden Turonggo atau Kuda Anjampiani, untuk membawa keris
pusaka peninggalan ayahnya itu, keris pusaka yang
diperuntukan calon raja besar, untuk menyerahkan keris pusaka itu kepada keturunan langsung dari Sang Prabu dan mendiang Raja Kertanegara yaitu Sang Dyah Ayu
Tribuwanatunggadewi yang kini menjadi Rani Di Kahuripan!
Mengingat bahwa penemu keris pusaka itu adalah Sulastri, dan mengingat pula akan kesaktian wanita perkasa itu, maka Sang Adipati Wirorojo lalu mengirim utusan ke Puger, memanggil Sulastri yang pernah menjadi perwira pengawal hasil sayembara dari Lumajang itu, dan minta bantuannya untuk menemani Raden Turonggo ke Kahuripan. Selain
Sulastri, juga Sang Adipati menunjuk empat orang
pembantunya yang dipercaya, bekas senopati-senopati Mojopahit yang digdaya, yaitu Panji Samara, Panji Wironagari, Aryo Jangkung dan Aryo Teguh.
Demikianlah, malam hari yang sunyi itu, enam orang dari http://kangzusi.com
Lumajang ini memasuki Kahuripan dan dengan hati-hati mereka menuju ke istana Rani Kahuripan. Mereka terpaksa mengambil jalan malam untuk memasuki tempat itu karena mereka tahu bahwa Kahuripan, seperti juga daerah lain, dijaga ketat dan penuh mata-mata dari Mojopahit. Maka, mengunjungi tempat itu di siang hari amatlah berbahaya dan mengingat bahwa Raden Turonggo dan Sulastri membawa benda keramat yang amat berharga, maka mereka berlaku hati-hati agar benda itu jangan sampai dilihat orang lain dan dapat dengan selamat disampaikan kepada Rani Kahuripan.
1011 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ketika Sulastri dan Raden Turonggo sedang menyelinap di antara bayangan-bayangan rumah dan pohon, tiba-tiba Sulastri melihat bayangan berkelebat di sebelah belakang, kanan dan kiri. Dia terkejut. Itulah bayangan orang-orang pandai,pikirnya. Dan mereka telah tiba di dekat istana Rani di Kahuripan. Karena curiga, Sulastri menggunakan
kepandaiannya, menyusul Raden Turonggo yang berjalan di depan, menyentuh lengan pemuda itu dan memberi isyarat untuk bersembunyi di balik batang pohon yang gelap.
"Sttt, Dimas Turonggo... hati-hati, ada orang membayangi.
Biarlah aku memancing mereka semua dan membikin ribut, agar para penjaga di pintu gerbang istana itu tertarik perhatian mereka pula. Setelah semua penjaga lari dan menyerbu ke tempatku, barulah Andika menyelinap masuk.
Hati-hati, belum tentu para pengawal istana itu adalah orang-orang yang setia kepada Gusti Puteri. Sebaiknya Andika jangan sembarangan mempercaya orang dan menangkap
seorang dayang saja,memaksanya agar membawa Andika
menghadap sendiri kepada Gusti Puteri."
Raden Turonggo mengangguk maklum dan Sulastri
berbisik-bisik memberi petunjuk kepada pemuda itu di mana dia harus bersembunyi dan menanti saat dan kesempatan baik untuk menyelinap masuk ke dalam istana tanpa diketahui orang lain. Setelah pemuda itu mengerti dengan jelas dan http://kangzusi.com
sudah siap, Sulastri lalu meninggalkan tempat persembunyian itu, dengan sengaja dia melompat ke arah lain, bahkan sengaja pula memperlihatkan diri di bawah sinar penerangan bintang-bintang di angkasa. Dia melihat bayangan dari kanan berkelebat, lalu terdengar bunyi bersuit nyaring, susul-menyusul. Sulastri tersenyum, lalu dia mempergunakan kepandaiannya untuk bergerak cepat sekali, berkelebat beberapa kali di depan gardu penjagaan pintu gerbang istana.
1012 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Hordah! Siapa itu?" bentak Si penjaga yang bertugas menjaga di depan gardu,sambil melintangkan tombaknya.
Akan tetapi, tanpa menjawab Sulastri sudah berlari pergi.
Terdengar suara gaduh di dalam gardu penjagaan itu dan enam orang penjaga yang tadinya berada di dalam gardu kini keluar semua dengan tombak di tangan dan golok di
pinggang. Akan tetapi, Sulastri sudah berlari jauh, sengaja menjauhi pohon di mana Raden Turonggo bersembunyi.
Dara perkasa itu maklum bahwa ada bayangan yang
gerakannya amat cepat kini membayanginya dari dekat, maka sambil berlari, Sulastri menyambar beberapa buah batu di bawah kakinya, kemudian setelah melihat bahwa selain bayangan yang amat cepat itu di belakangnya itu ada pula bayangan beberapa orang di sebelah kiri, dia lalu
menggerakkan tangan sambil membalikkan tubuhnya.
Beberapa sinar hitam dari batu-batu yang disambitkannya itu menyambar ke arah belakangnya dan ke sebelah kirinya.
"Aduh...!" Terdengar suara orang memekik, tanda bahwa sebuah di antara batu-batu itu mengenai sasarannya.
"Hai keparat, berhenti kau!" terdengar bentakan orang dan tahu-tahu ada bayangan berkelebat cepat sekali disusul suara ledakan nyaring.
"Tar-tar-tarrr...!
http://kangzusi.com
Sulastri terkejut sekali, cepat dia melempar tubuh ke belakang sambil berjungkir balik dan ketika dia sudah berdiri tegak lagi, dia melihat seorang kakek yang gagah berdiri di depannya. Seorang kakek berusia enam puluh tahun lebih namun masih nampak gagah, pakaiannya indah, kumis dan jenggotnya terpelihara rapi, tangan kanan memegang
sebatang pecut sapi yang panjang dan tangan kirinya memegang kipas bambu bundar, kakek yang dikenalnya
karena kakek ini bukan lain adalah Resi Harimurti yang sakti!
1013 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Resi Harimurti memandang tajam dan dia segera mengenal
"pemuda" itu dan teringatlah dia akan penuturan Resi Mahapati bahwa pemuda ini yang pernah dia tandingi
sesungguhnya adalah seorang wanita. Maka dia lalu tertawa, karena dia sudah mendengar pula bahwa wanita perkasa yang menyamar sebagai pemuda ini kabarnya telah menjadi
seorang pembantu Adipati Lumajang.
"Ha-ha-ha, kiranya engkau, bocah keparat! Sekarang
engkau muncul sebagai mata-mata Lumajang, ya" Ha-ha, sayang sekali, engkau cantik manis dan gagah perkasa, kalau engkau suka menyerah kepadaku, hemm... aku suka
menarikmu menjadi pembantuku dan teman baikku. Bukankah namamu Sulastri dan engkau murid mendiang Empu
Supamandrangi di puncak Bromo?"
Sejak tadi Sulastri sudah memandang dengan sepasang mata yang bernyala-nyala.
Inilah musuhnya! Inilah dia orang yang telah membunuh gurunya di Bromo! Dan kini jahanam ini masih berani menyebut-nyebut nama gurunya yang telah dibunuhnya
secara keji! Dendam dan kemarahan yang berkobar di dalam dada Sulastri membuat dia lupa akan tugasnya sebagai utusan Lumajang yang harus menemani Raden Turonggo
menyerahkan keris pusaka kepada Dyah
Tribuwanatunggadewi, Rani Kahuripan. Kini yang nampak di http://kangzusi.com
depan mata dan di dalam hatinya hanyalah Resi Harimurti pembunuh gurunya yang harus dibalasnya, yang harus
dibunuhnya! "Resi Harimurti keparat jahanam engkau! Engkau telah membunuh guruku secara curang dan licik! Terimalah
pembalasanku, keparat!" Sulastri mencabut kerisnya.
"Ha-ha-ha, sedangkan gurumu sendiri mampus di
tanganku, apalagi engkau yang hanya muridnya, dan seorang gadis muda pula! Ha-ha, Sulastri, bukankah lebih baik engkau menyerah saja dan bersenang-senang dengan aku?"
1014 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Resi cabul yang jahat!" Sulastri memaki dan dia sudah meloncat dengan terjangan dahsyat menggunakan keris di tangan kanan untuk menusuk ke arah dada Sang Resi.
Hebat bukan main terjangan Sulastri ini, karena kemarahan telah membuat dia buas seperti seekor harimau betina diganggu anaknya. Dia melompat dengan aji kesaktian Turonggo Bayu, kecepatannya seperti kilat menyambar dan tahu-tahu dia telah menerjang dan keris itu telah menyambar ke arah dada lawan.
"Uhhh!!" Resi Harimurti mengenal gerakan sakti yang amat berbahaya, maka dia cepat menggerakkan tubuhnya mengelak miring dan kipasnya menyambar dari samping untuk
menangkis tusukan keris itu.
"Wuuuttt... plak... wirrr...!"
"Ehhh...?" Resi Harimurti kini terkejut bukan main. Kipasnya memang berhasil menangkis keris itu, akan tetapi secara cepat bukan main, tangan kiri dara itu sudah menyambar ke arah kepalanya dengan tamparan yang mengandung hawa panas sekali. Memang tamparan ini bukan tamparan biasa dan sama sekali tidak boleh dipandang ringan, karena dara itu telah mengerahkan ajinya Hasto Nogo yang berada di tangan kirinya. Tamparan itu ampuh sekali dan biarpun Resi Harimurti merupakan seorang yang sakti, namun kalau kepalanya sampai terkena tamparan itu,agaknya dia tidak mampu http://kangzusi.com
menyelamatkan nyawanya. Dia pun maklum akan hal ini,maka dia cepat melempar tubuh ke belakang sehingga dia seperti orang terjengkang lalu dia menggelundung ke belakang dan melihat dara itu mendesaknya, dia cepat menggerakkan cambuknya.
"Tar-tar-tarrrr...!" Pecut sapi yang panjang meledak-ledak dan menyambar-nyambar, dan Sulastri terpaksa mengelak dan berusaha untuk menangkap ujung pecut itu.
1015 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Resi Harimurti menarik kembali pecutnya sambil meloncat berdiri. Mereka berhadapan seperti dua ekor ayam aduan saling menaksir kekuatan lawan, mata mereka menembus kegelapan remang-remang yang hanya diterangi oleh bintang-bintang di langit dan sedikit cahaya penerangan dari samping istana yang dapat mencapai tempat itu. Keduanya tidak mengeluarkan kata-kata, maklum bahwa saat bagi mereka untuk bertempur mati-matian telah tiba. Resi Harimurti maklum bahwa murid dari mendiang Empu Supamandrangi ini tentu akan berusaha keras untuk membunuhnya,untuk
membalas kematian gurunya itu. Dan dia pun maklum bahwa dia harus mengerahkan seluruh kepandaiannya untuk
membunuh wanita ini, kalau sekiranya dia tidak mampu menawannya, hal yang dia tahu bukannya mudah.
Wanita ini hebat, pikir Resi Harimurti. Sayang kalau Cuma dibunuh begitu saja.
Memang Sang Resi ini mempunyai kelemahan, yaitu mata keranjang. Belum pernah dia mendapatkan seorang wanita gagah perkasa seperti dara yang kini berdiri di depannya seperti seekor singa betina ini, dan timbul keinginannya untuk memperoleh dara ini, untuk menawannya dalam keadaan hidup-hidup agar dia dapat mempermainkannya dan dapat melampiaskan gairah keinginannya! Maka diam-diam dia lalu mengerahkan aji kesaktiannya, pandang matanya mencorong http://kangzusi.com
seperti mata harimau, mulutnya berkemak-kemik membaca mantera, seluruh kekuatan batinnya dikerahkan kepada pandang matanya dan kepada suaranya ketika dia berkata,
"Sulastri,bocah ayu, berlututlah kau, mengapa kita harus saling bertempur" Kita adalah sahabat baik, aku tidak akan memusuhimu, sayang, berlututlah dan aku akan
menyenangkan dirimu...." Suara itu mengandung bujukan yang luar biasa manisnya,bukan bujukan biasa melainkan bujukan yang didorong oleh aji kesaktian, kekuatan guna-guna. Kepandaian ini didapatnya dari Ki Durgakelana, khusus dipelajarinya untuk menundukkan wanita! Karena Resi 1016
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Harimurti memang seorang gemblengan seorang pertapa yang memiliki kekuatan batin yang sudah hebat, maka aji guna sakti itu dengan mudah saja dapat dia kuasai setelah dia belajar dari temannya, yaitu Ki Durgakelana yang kini juga menjadi anak buah Resi Mahapati dan diangkat menjadi tangan kanan Sang Pangeran yang kini telah menjadi raja itu.
Akan tetapi, betapa kaget dan herannya ketika dia melihat wanita muda itu tersenyum mengejek, dan terdengar Sulastri berkata, "Resi dukun lepus, hentikan badutanmu! Neraka jahanam sudah terbuka untukmu, dan kau masih hendak membadut?"
Setelah berkata demikian, gadis itu menerjang lagi, bagaikan seekor burung garuda menyambar-nyambar dia menerjang resi itu secara bertubi-tubi, dengan keris di tangan kanan dan pukulan Hasto Nogo di tangan kiri! Resi Harimurti terkejut dan cepat dia mengelak atau menangkis dan mereka bertempur dengan amat seru dan hebatnya. Tubuh mereka sampai lenyap ditelan kegelapan remang-remang itu dan yang terdengar hanya bentakan-bentakan mereka dan suara keris di tangan Sulastri bertemu dengan kipas lawan atau suara ledakan-ledakan pecut di tangan Resi Harimurti.
Sesungguhnya, bukan karena aji kesaktian berupa guna-guna yang dikerahkan Resi Harimurti tadi kurang kuat.
Andaikata Sulastri masih seperti dulu, mungkin saja dia akan http://kangzusi.com
celaka oleh kekuatan guna-guna itu. Tadi pun Sulastri sudah merasa betapa seluruh tubuhnya menjadi lemas ketika Sang Resi menyerangnya dengan ilmu sihir itu. Akan tetapi, dia cepat mengerahkan aji penolakan yang telah dipelajarinya selama dia berada di Kadipaten Pager! Sang Prabu
Bandardento adalah seorang yang ahli dalam hal ilmu-ilmu seperti itu, dan Sang Prabu Bandardento telah mengajarkan ilmu-ilmu ini kepada kedua orang anak angkatnya dan tentu saja Sulastri yang dianggap sebagai "mantunya" juga menerima pelajaran itu. Karena Sulastri memiliki kekuatan 1017
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
batin yang lebih unggul daripada Joko Handoko dan Roro Kartiko, maka Sulastri dapat lebih dulu menguasai ilmu-ilmu itu sehingga ketika dia diserang oleh Resi Harimurti dengan ilmu sihir, dia dapat menolaknya dengan mudah.
Pertempuran antara kedua orang sakti ini hebat bukan main. Sulastri mengamuk seperti seekor naga sakti,
gerakannya dan terjangannya amat kuat dan mendatangkan angin menyambar-nyambar sehingga daun-daun pohon di sekeliling tempat pertempuran itu bergoyang-goyang. Dia kini menggabungkan ilmu-ilmu yang pernah dipelajarinya dari Empu Supamandrangi dengan ilmu-ilmu aneh yang pernah dipelajarinya dari gurunya yang pertama, yaitu Ki Jembros.
Dan selama di Puger, setiap hari dia melatih diri, bukan hanya untuk membimbing Roro Kartiko, akan tetapi terutama sekali untuk mematangkan kepandaiannya sendiri, untuk
memperkuat dirinya karena dia telah mempersiapkan diri untuk menghadapi musuh-musuhnya yang tangguh, di
antaranya adalah Resi Harimurti ini yang telah membunuh gurunya. Dia sudah mendengar pula akan kematian gurunya yang pertama, yaitu Ki Jembros yang mati dalam
pengeroyokan tiga orang kakek itu, Resi Mahapati, Resi Harimurti, dan Empu Tunjungpetak yang tewas sampyuh bersama Ki Jembros. Maka, tidak pernah terlupa dalam hati Sulastri untuk sewaktu-waktu menghadapi Resi Mahapati, Resi Harimurti, dan... Sutejo! Kini, ketika dia melaksanakan tugas http://kangzusi.com
yang diserahkan oleh Adipati Lumajang kepadanya, secara tak terduga-duga dia telah bertemu dengan Resi Harimurti di tempat ini, maka tentu saja kemarahannya berkobar dan dia lupa segala, yang diingatnya hanyalah bahwa resi ini adalah seorang di antara musuh-musuhnya yang harus dia binasakan untuk membalas kematian dua orang gurunya!
Resi Harimurti adalah seorang pertapa yang tinggi sekali ilmu kepandaiannya.
1018 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dibandingkan dengan Resi Mahapati sendiri, agaknya
tingkat kepandaiannya tidak akan kalah. Akan tetapi, resi ini seperti juga Resi Mahapati, telah menjadi hamba dari nafsu-nafsunya sendiri, selalu mengejar kesenangan sehingga kekuatan mereka banyak berkurang. Apalagi, usia mereka juga makin tua dan hal ini tentu saja juga mengurangi daya tahan mereka. Terlalu banyak pelesir dan bersenang-senang membuat mereka lengah dan lalai, membuat mereka malas untuk berlatih sehingga mereka berdua pun banyak
kehilangan kegesitan mereka. Selain itu, juga tadinya Resi Harimurti memandang rendah kepada Sulastri yang dianggap hanya seorang perempuan muda yang betapa pun pandainya tidak mungkin dapat menandinginya. Maka,kini setelah Sulastri menyerangnya dengan dahsyat, bertubi-tubi dan dengan semangat penuh, dia terkejut sekali dan terdesak hebat!
Memang hebat sekali sepak terjang gadis itu. Dia
mengamuk, gerakannya makin cepat, setiap tusukan kerisnya dan tamparan tangan kirinya merupakan serangan-serangan maut yang amat dahsyat, bahkan sambaran kakinya juga amat berbahaya, selalu tertuju kepada bagian-bagian tubuh yang berbahaya dari lawannya. Kini Resi Harimurti terpaksa memutar pecutnya lebih gencar dan lebih cepat sehingga senjatanya ini berubah menjadi segulung sinar yang luas, yang melindungi tubuhnya, akan tetapi senjata ini lebih banyak menjadi senjata pelindung diri dan penahan daripada http://kangzusi.com
menjadi senjata penyerang.
"Resi keparat, mampuslah!" bentak Sulastri dan dia
menerjang dengan lompatan seperti seekor harimau. Cambuk panjang itu memapakinya, meledak dan menyambar ke arah mukanya. Sulastri tidak membatalkan serangannya, tubuhnya masih menerjang, tangan kirinya diangkat menangkis cambuk.
"Tarrrr...!" Cambuk itu meledak, tertangkis tangan kiri dan ujungnya mematuk pundak Sulastri.
1019 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Brettt...!" Baju gadis itu robek tertusuk atau terpatuk ujuang cambuk, akan tetapi aji kekebalan Trenggiling Wesi melindungi kulitnya sehingga ujung cambuk membalik ketika merobek baju dan bertemu dengan kulit pundak yang halus putih itu. Resi Harimurti terkejut sekali melihat gadis itu tidak apa-apa terkena hantaman ujung cambuknya, bahkan keris di tangan gadis itu terus meluncur ke arah ulu hatinya.
"Aihhhh... prakkkk!!" Kipasnya menangkis cepat dan
tangannya terasa gemetar,kipasnya pecah di tengah-tengah tubuhnya terhuyung ke belakang. "Majuuu...! Serbuuuuu...!"
pekiknya ketika dia melihat lawannya masih mendesak terus, sambil memutar cambuknya melindungi dirinya.
Para pengawal yang tadi hanya menonton saja, ketika melihat Sang Resi terdesak dan mendengar aba-aba itu cepat bergerak maju dengan tombak dan golok mereka,mengeroyok Sulastri! Gadis ini marah sekali, keris dan tangannya bergerak,disusul gerakan kakinya menendang. Tendangannya hebat, kakinya dapat menyentuh dagu lawan dan dalam segebrakan saja, seorang pengeroyok roboh tertusuk
keris,dua orang roboh terpelanting tersambar pukulan Hasto Nogo dan dua orang lain terpelanting karena dicium tumit kakinya yang halus namun sekuat baja itu!
Akan tetapi, Resi Harimurti sudah menyerangnya lagi dibantu oleh para anggauta pasukannya dan tentu saja http://kangzusi.com
Sulastri kini terdesak hebat. Pada saat itu, kepungan ketat itu membuyar dan terdengar teriakan-teriakan keras. Empat orang laki-laki yang gagah perkasa sudah menyerbu masuk membantu Sulastri. Mereka ini bukan lain adalah Panji Wironagari, Panji Samara, Aryo Jangkung, dan Aryo Teguh!
Melihat mereka ini, Resi Harimurti membentak keras,
"Pemberontak-pemberontak hina! Kalian berani mengacau di sini!" Tidak lekas berlutut dan menyerah?"
Panji Wironagari tertawa lebar, "Ha-ha-ha, Resi keparat!
Engkau adalah pendatang baru kaki tangan Mahapati, engkau 1020
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
adalah penjilat kotor yang hendak mencari kedudukan dengan kecuranganmu. Manusia macam engkau yang baru saja masuk Mojopahit berani mengatakan kami pemberontak" Bedebah, engkaulah yang harus mati sebagai seorang pengacau
Mojopahit!"
Empat orang bekas senopati Mojopahit itu kini mengamuk dengan hebatnya, bahkan mereka berusaha untuk
mengeroyok Resi Harimurti. Akan tetapi, kini semua anak buah Resi Harimurti yang berada di Kahuripan telah
berdatangan, jumlah mereka amat banyak sehingga Sulastri dan empat orang tokoh Lumajang itu menjadi kewalahan, menghadapi pengeroyokan yang banyak sekali dan mereka terkepung secara ketat!
Sementara itu Raden Turonggo atau Kuda Anjampiani telah menyelinap masuk ketika Sulastri mulai bertanding melawan Resi Harimurti tadi. Munculnya gadis perkasa itu menarik perhatian para penjaga sehingga dengan mudah Raden
Turonggo meloncat masuk, menyelinap di antara bayang-bayang pohon menuju ke istana Rani Kahuripan.
Dia melihat banyak pengawal berlari keluar, maka dia menyelinap melalui pinggir istana, kemudian terus menuju ke belakang melalui taman sari dari istana itu. Di belakang, dia melihat seorang dayang sedang lewat, maka dia meloncat dan tahu-tahu telah berdiri di depan dayang itu. Wanita ini http://kangzusi.com
terkejut, akan tetapi sebelum sempat menjerit, Raden Turonggo telah menggerakkan tangan mendekap mulut
wanita itu, lalu berbisik, "Manis, harap jangan berteriak. Aku bukanlah penjahat, aku adalah Raden Turonggo, cucu Sang Adipati di Lumajang. Aku datang untuk menghadap Gusti Rani, maka harap kau suka mengantarkan aku menghadap Beliau.
Lihat di luar terjadi pertempuran. Mereka adalah sahabat-sahabatku, orang-orang Lumajang bertempur dengan mata-mata dari Mojopahit. Maka, cepatlah antar aku menghadap."
1021 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Wanita dayang itu memandang wajah yang tampan itu. Dia adalah seorang pelayan yang setia maka tentu saja dia tahu bahwa orang-orang Lumajang adalah pendukung-pendukung yang setia dari Gustinya, maka dia mengangguk. Raden Turonggo melepaskan dekapan tangannya, lalu dia mengikuti dayang ini memasuki pintu menuju ke dalam istana dari pintu belakang.
Dayang itu membisikkan kepada dayang-dayang lain yang bertugas di dalam. Tak lama kemudian, Raden Turonggo dipersilakan masuk ke dalam sebuah ruangan di mana Rani Kahuripan, yaitu Sang Dyah Ayu Tribuwanatunggadewi telah duduk menanti.
Ketika pemuda itu melihat Sang Ratu yang masih muda dan amat cantik jelita dan agung, dia cepat menjatuhkan diri berlutut dan menyembah dengan penuh khidmat.
Terdengar olehnya suara halus Sang Puteri, "Apakah
Andika datang dari Lumajang" Siapakah Andika dan ada keperluan apakah mohon menghadap padaku di saat malam begini?"
Raden Turonggo menyembah lagi. "Mohon beribu ampun
atas kelancangan hamba. Hamba adalah utusan dari
Lumajang, hamba bernama Turonggo dan hamba adalah cucu dari Sang Adipati di Lumajang..."
http://kangzusi.com
"Ahh..." Cucu Sang Adipati di Lumajang" Masih terhitung apakah dengan mendiang Paman Ronggo Lawe?"
"Beliau adalah Ayah hamba..."
"Ohh...! Kalau begitu, majulah mendekat, Turonggo," kata Sang Puteri, suaranya terdengar makin ramah dan halus.
Raden Turonggo lalu merangkak mendekat, lalu duduk
bersila di depan ratu itu.
Sejenak Sang Ratu yang masih muda dan seorang dara itu memandang wajah yang menunduk itu, kemudian dia menarik 1022
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
napas panjang dan berkata, "Betapa sedih hatiku kalau teringat kepada Paman Ronggo Lawe. Dan Andika adalah puteranya! Tahukah Andika betapa dahulu, di waktu aku masih kecil, Paman Ronggo Lawe sering mengajakku bermain-main, bahkan dia yang mengajarku menunggang kuda" Ahh...
semua itu hanya tinggal kenangan. Turonggo, engkau menjadi utusan Sang Adipati di Lumajang" Apakah tugas yang kau bawa?"
Raden Turonggo menyembah. "Pertama-tama, hamba
menjunjung perintah Kakek Adipati untuk menyampaikan sembah sungkemnya dan doa restunya kepada Paduka..."
"Terima kasih... sungguh dia seorang tua yang amat baik dan setia..."
"Dan kedua kalinya, Beliau mengutus hamba untuk
menyerahkan sebuah pusaka kepada Paduka, yaitu pusaka Kolonadah ..."
Sang Puteri terkejut dan terbelalak. "Keris pusaka
Kolonadah yang diperebutkan itu" Aku sudah mendengar akan keributan yang terjadi karena keris itu, Turonggo. Bukankah itu keris peninggalan Ayahmu sendiri?"
"Benar, Gusti," kata Turonggo sambil menyerahkan
bungkusan kuning yang terisi keris Kolonadah kepada Sang Puteri.
http://kangzusi.com
Sang Dyah Tribuwanatunggadewi menerima keris itu
dengan keraguan, membuka kain kuning itu dan memandang keris pusaka yang bersarung kayu cendana dan terletak di atas pangkuannya itu dengan alis berkerut. "Akan tetapi...
mengapa diberikan kepadaku" Bukankah... Sang Prabu sendiri menghendaki keris ini... dan bukankah keris ini dahulunya milik mendiang Ayahmu sehingga sudah sepatutnya kalau Andika yang menjadi ahli warisnya, Turonggo?"
Raden Turonggo menyembah. "Gusti, pusaka ini diciptakan oleh Eyang Empu Supamandrangi di Gunung Bromo, khusus 1023
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
untuk calon raja terbesar. Karena itu, setelah pusaka ini terdapat oleh Eyang adipati di Lumajang, Beliau menganggap bahwa satu-satunya junjungan yang patut memegangnya adalah Paduka, karena Padukalah keturunan langsung dari mendiang Sang Prabu Kertanegara dari pihak ibu dan Paduka adalah puteri permaisuri dari mendiang Sang Prabu
Kertarajasa. Eyang Adipati di Lumajang bersama segenap rakyat Lumajang menyatakan setia kepada Paduka, dan hanya mengakui Paduka sebagai satu-satunya junjungan di
Mojopahit, oleh karena itu pusaka ini hamba persembahkan kepada Paduka."
Sang Puteri memejamkan kedua mata yang indah itu penuh keharuan, lalu katanya dengan suara sedih, "Terima kasih atas kesetiaan semua kawula di Lumajang. Akan tetapi,


Kemelut Di Majapahit Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

sesungguhnya aku sendiri tidak menghendaki adanya
permusuhan antara saudara sendiri, antara bangsa sendiri.
Permusuhan antara bangsa di Mojopahit hanya akan
melemahkan negara. Demikian mendiang Rama Prabu selalu memberi nasihat. Oleh karena itu, kepentingan pribadi harus dikesampingkan, dan keperluan untuk negara didahulukan."
Raden Turonggo tercengang juga mendengar ucapan yang penuh dengan kebijaksanaan itu keluar dari mulut Rani Kahuripan, wanita yang masih muda ini! Ucapan yang
sekaligus menghancurkan semua cita-cita para pendukung http://kangzusi.com
keturunan Sang Prabu Kertanegara!
"Harap Paduka suka mengampuni hamba. Bukan hamba
berani membantah sabda Paduka, akan tetapi di Mojopahit dan di Lumajang terutama, rakyat mendukung Paduka yang sepatutnya menjadi Raja di Mojopahit, bukan keturunan dari Melayu..."
"Hushh, Turonggo, jangan ulangi lagi kata-kata seperti itu!
Kita harus ingat bahwa semua yang terjadi adalah kehendak mendiang Kanjeng Romo Prabu. Yang menentangnya, berarti bukan memberontak terhadap raja yang sekarang, melainkan 1024
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
terhadap mendiang Kanjeng Romo. Sudahlah, sampaikan kepada Sang Adipati di Lumajang bahwa pusaka ini kuterima dengan ucapan terima kasih dan akan kusimpan sebagai kenang-kenangan dan tanda bakti dan setia dari rakyat Lumajang, akan tetapi sampaikan pula pesanku bahwa
mengingat akan mendiang Kanjeng Romo,hendaknya rakyat tidak akan bertindak terlalu jauh dan tidak akan terjadi perang saudara lagi. Ingat betapa pemberontakan-pemberontakan yang lalu telah menjatuhkan banyak sekali korban di antara saudara dan bangsa sendiri. Kalau hanya untuk aku seorang, untuk memenangkan kedudukan bagiku seorang, untuk
memenangkan kedudukan bagiku seorang, harus
mengorbankan laksaan jiwa rakyat, aku tidak sudi! Lebih baik aku menjadi kawula biasa saja! Aku akan selalu merasa berdosa, karena demi kedudukankulah maka banyak orang dikorbankan, dan aku tidak menghendaki hal ini terjadi.
Pergilah, Turonggo, pulanglah kembali ke Lumajang disertai salamku untuk semua!"
Raden Turonggo benar-benar terpukau oleh omongan itu dan tidak berani menjawab,lalu menyembah dan
mengundurkan diri. Akan tetapi pada saat itu, seorang dayang masuk dengan muka pucat dan melapor bahwa di luar istana terjadi pertempuran hebat.
Sang Puteri terkejut sekali. "Hati-hatilah, Turonggo!"
http://kangzusi.com
katanya melihat pemuda itu mundur dengan cepat dan segera berlari-lari melalui jalan belakang darimana dia datang tadi.
Dengan keris pusaka terbungkus kain kuning, Sang Puteri lalu masuk dan menutupkan pintu kamarnya.
Pertempuran yang terjadi di luar istana itu masih
berlangsung dengan hebatnya.
Kini, Sulastri seorang diri menghadapi Resi Harimurti, sedangkan empat orang tokoh Lumajang dikeroyok oleh puluhan orang perajurit Mojopahit yang menjadi mata-mata dan kaki tangan Resi Harimurti. Mereka ini rata-rata terdiri dari 1025
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
perajurit-perajurit pilihan yang memiliki kepandaian tinggi, maka empat orang itu harus mengerahkan seluruh kepandaian dan kekuatan mereka. Empat orang senopati itu mengamuk seperti banteng-banteng terluka, dan biarpun tubuh mereka semua sudah menderita luka-luka, namun amukan mereka berhasil merobohkan belasan orang lawan.
Sementara itu, Sulastri sudah mengamuk dengan amat
hebatnya. Tentu saja kalau diukur tingkat ilmu kepandaian antara Sulastri dan Resi Harimurti, tingkat Sang Resi itu lebih tinggi dan tentu saja lebih matang latihannya. Namun, Sang Resi yang selalu berkecimpung dalam gelombang nafsu, menghambakan diri kepada nafsu-nafsunya sendiri itu, telah menjadi lemah. Dia kalah tenaga, kalah kuat pernapasannya dan kalah cepat gerakannya. Memang dengan gerakan aneh dari ilmu-ilmunya, dia beberapa kali berhasil memecut tubuh Sulastri dengan cambuknya atau menghantam dengan
kipasnya. Namun, Aji Trenggiling Wesi yang membuat tubuh dara perkasa itu kebal, melindungi Sulastri sehingga pecutan dan pukulan itu hanya membuat kulitnya lecet dan tubuhnya terpelanting. Dan secepat kilat, setelah terguling,Sulastri setiap kali meloncat bangun kembali dan menyerang lagi dengan makin dahsyat! Beberapa kali sudah dara ini berhasil pula mendaratkan pukulan Hasto Nogo dengan tangan kirinya.
Resi Harimurti juga melindungi tubuhnya dengan aji
kekebalan, namun hantaman-hantaman yang mengandung
http://kangzusi.com
tenaga sakti itu membuat dia terengah-engah dan getaran hebat dari pukulan itu seolah-olah merontokkan isi dada dan perutnya.
Resi Harimurti merasa penasaran sekali. Masa dia, seorang pertapa yang amat terkenal dan ditakuti banyak tokoh, kini menghadapi seorang dara muda saja sampai ratusan jurus belum juga mampu mengalahkannya" Tiba-tiba dia
mengeluarkan suara bentakan nyaring dan cambuknya
meledak-ledak di angkasa, lalu ujung cambuk itu menyambar ke bawah dengan kecepatan kilat. Sulastri maklum bahwa 1026
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kalau dia tidak nekat, akan sukarlah baginya untuk
mengalahkan Sang Resi ini, maka dia tidak memperdulikan sambaran cambuk itu, melainkan membarengi serangan lawan untuk menubruk ke depan dengan keris di tangan kanan menusuk lambung dan tangan kirinya menghantam ke arah kepala Sang Resi.
"Brettt...!" Sulastri terpekik kaget. Tidak sangka sama sekali dia bahwa Sang Resi akan menggunakan kecurangan seperti itu. Kiranya ujung cambuk tadi tidak menyerang tubuhnya melainkan menyerang bajunya dan merobek bajunya bagian depan sehingga dadanya terbuka dan menjadi telanjang sehingga nampak sepasang bukit dadanya!
Sementara itu, Sang Resi terbelalak kagum dan tersenyum menyeringai, cambuknya digerakkan dan tahu-tahu cambuk itu telah menyerang ke arah pakaian Sulastri bagian bawah!
Dara itu tadi terkejut dan tentu saja membatalkan
serangannya,kini sibuk hendak menutupi dadanya. Akan tetapi dia melihat cambuk yang menyambar ke bawah, maka tangan kirinya menangkap ujung pecut itu dan dipegangnya kuat-kuat, lalu dia melangkah maju, tanpa mempedulikan dadanya yang terbuka dan kerisnya sudah menusuk dengan kuatnya.
"Prakkk...!" Kipas yang menangkis amat kuatnya itu
bertemu dengan keris dan kipas itu patah, keris di tangan Sulastri pun patah!
http://kangzusi.com
Sulastri membuang gagang kerisnya dan tangan kanannya memukul. Namun Sang Resi telah siap dan dia menangkap pergelangan kanan gadis itu, lalu menariknya sampai tubuh Sulastri menubruk tubuhnya. Kini tangan Sulastri yang kiri masih memegang ujung cambuk dan tangannya yang kanan sudah dipegang lawan yang menariknya sehingga dadanya yang terbuka itu merapat ke dada Sang resi.
"Ha-ha-ha, manis... lebih baik kau bersenang-senang dengan aku..."
1027 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Merasa betapa tubuh yang muda dan mulus itu merapat ke dadanya, seketika bangkitlah nafsu dan gairah di hati Sang Resi. Dia sudah merasa menang, tangan kanan gadis itu telah ditangkapnya dan tangan kiri Sulastri pun sedang memegang ujung cambuknya. Dan dada yang terbuka itu, bau kewanitaan yang begitu dekat dengan dia, semua ini membangkitkan nafsu berahinya dan membuat Sang Resi lengah.
Dia tidak tahu bahwa tangan kiri Sulastri telah melepaskan ujung cambuk dan kini tangan kiri itu, dengan pengerahan aji kesaktian Hasto Nogo sepenuhnya, bergerak seperti kilat, menghantam ke arah dadanya di bawah tulang iga.
"Hekkk...!" Sepasang mata Sang Resi terbelalak, tubuhnya terhuyung ke belakang dan otomatis pegangannya terlepas, lalu kedua tangan mendekap dada yang terpukul.
Karena tadi diamuk nafsu berahinya yang bangkit, maka dia menjadi lengah dan aji kekebalannya untuk sementara punah.
Tentu saja pukulan Hasto Nogo yang amat ampuh itu tidak dapat tertahan oleh tubuhnya yang sudah mulai tua tanpa dilindungi aji kekebalannya, maka pukulan itu biarpun di luarnya tidak melukai kulit, namun getaran hawa sakti yang dibawa pukulan itu telah meremukkan segala yang berada di rongga dadanya, termasuk jantungnya!
"Aughhhh...!" Jerit terakhir Resi Harimurti terdengar mengerikan sekali, tubuhnya roboh dan untuk yang terakhir http://kangzusi.com
kali, dia masih mampu mengerakkan cambuknya sehingga terdengar bunyi "tarrr!" nyaring sekali. Seperti lenyapnya bunyi itu, lenyap pula nyawanya dan meninggalkan tubuhnya yang sudah terkapar menjadi sesosok mayat mati!
Sulastri cepat membungkuk, menanggalkan baju dari
seorang mayat perajurit dan memakai baju itu untuk menutupi ketelanjangan dadanya, kemudian dia mengamuk lagi
membantu empat orang tokoh Lumajang yang sudah mulai lelah dan menderita luka-luka. Amukan Sulastri ini membuat 1028
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kepungan membuyar, akan tetapi seperti rombongan semut para perajurit sudah mengeroyoknya pula.
Pada saat itu muncul Raden Turonggo yang tanpa banyak cakap lagi telah terjun ke dalam medan pertempuran
membantu teman-temannya yang dikeroyok. Melihat pemuda ini, Panji Wironagari bertanya, "Bagaimana, Raden?" Sudah beres".
"Sudah, Paman...!" jawab Turonggo sambil menendang
roboh seorang pengeroyok yang menusukkan tombaknya dari kanan dan yang dapat dielakkannya. Dia merampas tombak itu dan mengamuk dengan hebat.
"Raden, cepat lari...!" kata Panji Wironagari. "Cepat pulang memberi laporan, biar kami yang menahan mereka!"
"Akan tetapi, Paman...!" Raden Turonggo membantah.
Mana mungkin dia melarikan diri dan meninggalkan empat orang itu bersama Sulastri dalam kepungan musuh dan terancam bahaya maut"
"Raden, ingat, ini tugas! Dan saya yang memimpin. Saya perintahkan engkau untuk pergi secepatnya! Dan Nini Sulastri yang harus melindungimu!"
Melihat Raden Turonggo meragu, tiga orang tokoh
Lumajang lainnya juga membujuk sambil mereka terus
mengamuk. Akhirnya Sulastri yang mendengar ini semua http://kangzusi.com
mengerti bahwa memang sebaiknya demikian. "Marilah, Dimas Turonggo!" katanya dan tanpa menanti jawaban, dia
menyambar tangan pemuda itu dan diajaknya melompat jauh, merobohkan orang-orang yang berusaha menghadang dan mereka lalu melarikan diri di dalam kegelapan malam. Empat orang bekas senoapati Mojopahit itu mengamuk terus, menghadang dan mencegah mereka untuk mengejar
Turonggo dan Sulastri.
Keributan itu segera terdengar oleh para penjaga dan kini makin banyaklah perajurit yang datang mengeroyok. Empat 1029
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
orang bekas senopati Mojopahit itu mengamuk sampai titik darah terakhir, akan tetapi akhirnya mereka itu roboh seorang demi seorang, roboh dan tewas di bawah keroyokan banyak senjata sehingga tubuh mereka hancur lebur, kematian seorang perajurit yang gagah berani.
Betapa banyaknya manusia-manusia yang berwatak gagah berani harus tewas secara sia-sia seperti empat orang tokoh Lumajang ini. Betapa nyawa manusia menjadi tidak berharga kalau sudah dicengkeram oleh permusuhan dan dipermainkan oleh semangat bermusuhan dan saling membunuh demi apa yang biasa dinamakan perjuangan,demi negara, demi bangsa, demi kerajaan dan demi apa pun yang dianggapnya sebagai perbuatan mulia! Mati dalam perang dalam usaha bunuh-membunuh di antara manusia, oleh kita yang menamakan diri sebagai manusia-manusia beradab,dinamakan dengan sebutan muluk, yaitu mati sebagai kusuma bangsa, mati gagah perkasa, mati mulia, mati sebagai pahlawan dan sebagainya!
Kalau berhasil membunuh lawan sebanyaknya, lupa bahwa lawan itu pun manusia juga seperti kita,maka sang pahlawan dipuja-puja. Kalau dia yang tewas dalam perang itu, juga namanya dipuja-puja dan disanjung-sanjung! Dia yang banyak membunuh sesama manusia dianggap pahlawan. Mengapa
kita yang merasa beradab dan berkebudayaan menjadi
sekejam ini" Mengapa sejak kecil kita dilolohi kepalsuan dan kebohongan ini" Sehingga tertanam di dalam benak kita http://kangzusi.com
bahwa dalam bunuh-membunuh sesama manusia dalam
perang itu adalah sesuatu yang patut dibanggakan dan dipuja-puja"
Mengapa kita menanamkan benih kejahatan ini ke dalam anak-anak kita sehingga setiap orang manusia ingin sekali menjadi seorang pahlawan yang aakhirnya nanti menjadi pembunuh banyak manusia atau juga terbunuh"
0o0-dewi-0o0 1030 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Jilid 70 Siapa pun yang berjuang untuk membunuh atau dibunuh ini, terdorong oleh semangat yang ditanamkan sejak ribuan tahun yang lalu tentang betapa mulianya seorang pahlawan.
Dia berjuang untuk mendapatkan sebutan pahlawan di
samping pamrih lainnya seperti memperoleh kedudukan, nama besar, kemuliaan dan sebagainya.
Perjuangan seperti itu pada umumnya, di dunia manapun juga, disebut sebagai perbuatan gagah perkasa, perjuangan demi negara, demi bangsa, demi tanah air,bahkan ada pula yang berani membawa-bawa nama Tuhan di dalam urusan bunuh-membunuh antara manusia ini! Membunuh sesama
manusia demi Tuhan! Perang demi Tuhan!
Betapa palsu dan munafiknya kita ini. Padahal siapakah yang sesungguhnya yang untung, siapakah sesungguhnya yang menjadi biang keladi semua permusuhan, semua perang yang telah melanda seluruh dunia selama ribuan tahun ini"
Jawabannya sudah terdapat di situ. Kalau kita mempelajari sejarah di dunia manapun juga,jelaslah siapa yang menjadi biang keladi perang, siapa pula yang jatuh bangun oleh perang. Tiada lain hanyalah manusia-manusia yang bercita-cita untuk duduk di tempat teratas.
Yang patut disebut seorang pemimpin rakyat adalah dia yang tidak menjerumuskan rakyat ke dalam perang! Yang http://kangzusi.com
hanya mencurahkan segala daya upaya untuk ketenteraman dan kemakmuran hidup rakyat yang dipimpinnya. Yang
memajukan pembangunan lahir batin untuk rakyat. Yang menjauhkan rakyat daripada permusuhan, dendam-mendendam, dan pertikaian. Yang mengarahkan seluruh kekuatan yang ada untuk perbaikan-perbaikan taraf kehidupan rakyat. Kalau ada pemimpin yang menyeret rakyat ke dalam perang, itu berarti bahwa dia bukanlah seorang
pemimpin,melainkan seorang pembesar yang membesarkan ambisi dan keinginan diri pribadi untuk enak, untuk senang, 1031
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
untuk menang! Seorang yang demikian itu biasanya tentu seorang yang berjiwa pengecut! Sejarah telah membuktikan semua itu. Mereka yang mengaku pemimpin-pemimpin rakyat yang mengobarkan perang, yang menjerumuskan rakyat
dalam peperangan, adalah orang-orang yang ingin menang dan ingin senang,ingin mempertahankan kedudukannya dan sebagainya. Dan orang-orang macam begini,dapat tersenyum bangga jika dapat memenangkan peperangan sehingga
kedudukannya menjadi makin baik dan makin tinggi,
sungguhpun untuk "kemenangan" itu telah dikorbankan nyawa ratusan ribu orang manusia, baik yang termasuk sebagai rakyat bangsanya maupun rakyat bangsa lawannya.
Akan tetapi bagaimana kalau perang itu,perang yang
dikobarkan demi kepentingan mereka-mereka itu dengan diselubungi istilah-istilah muluk-muluk "Demi bangsa", "Demi negara" , "Demi tanah air" dan sebagainya itu sampai kalah"
Kalau sampai kalah, dan ini sudah banyak terbukti dalam catatan sejarah, maka dia atau mereka ini yang paling dulu melarikan diri!
Sambil membawa harta benda yang telah dikumpulkannya, tentu saja! Siapakah yang dapat membantah kenyataan ini"
Dapatkah "peradaban" dan "kebudayaan" macam sekarang ini berubah sama sekali"
Dapatkah manusia di dunia ini hidup tanpa terpecah-pecah, http://kangzusi.com
tanpa permusuhan,tanpa senjata pembunuh, tanpa perang"
Kiranya baru akan terdapat kemungkinan berubahnya dunia kalau kita masing-masing ini sudah berubah! Karena kitalah yang membentuk keadaan di dunia ini! Kitalah yang
membentuk masyarakat dan kita pula yang membentuk
negara. Kalau kita sendiri, setiap orang, masih dikuasai oleh kekerasan, masih mengandung kebencian, mengandung
permusuhan, masih iri hati,masih ingin menang sendiri, ingin senang dan enak sendiri, maka tak dapat dicegah lagi sudah tentu masyarakat kita pun demikian pula sifatnya, dan seluruh 1032
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dunia pun demikian pula. Dan kalau seperti itu keadaannya, anehkah kalau di sana-sini berkobar perang" Jadi, kuncinya adalah pada diri kita sendiri masing-masing!
Kitalah yang harus berubah, bukan dirubah, karena dirubah berarti bentuk pemaksaan. Dan semua yang dipaksa itu adalah palsu dan setiap waktu akan terbuka kepalsuannya.
Perubahan harus terjadi dalam diri sendiri, bukan dirubah karena undang-undang, oleh propaganda-propaganda, oleh hukum dan sebagainya. Seorang akan terus-menerus
melakukan pencurian biarpun dia sudah dihukum beberapa kali karena mencuri! Akan tetapi, kalau orang itu sudah berubah di sebelah dalam batinnya, berubah karena sudah tidak ada lagi keinginan mencuri itu, maka tanpa ada ancaman hukuman pun dia tidak akan sudi melakukan pencurian!
Karena itu, yang terpenting adalah mengenal diri sendiri lahir batin, mengenal kepalsuan dan kekotoran diri sendiri, segala macam kebusukan yang memenuhi batin sendiri
haruslah dikenal dan diketahui baik, bukan hanya untuk diketahui belaka lalu habis. Sama sekali tidak! Haruslah dipelajari setiap saat, yaitu diawasi,diamati, dipandang setiap saat penuh kewaspadaan! Pengamatan tanpa pamrih inilah yang mendatangkan kebijaksanaan. Pengamatan tanpa
pamrih apa pun ini yang akan mendatangkan perubahan, yang akan mendatangkan kebebasan. Dan hanya yang bebas
http://kangzusi.com
sajalah yang akan mengenal apa artinya cinta kasih, dan di mana ada cinta kasih,tidak ada permusuhan, tidak ada kebencian, tidak ada iri hati, tidak ada perang!
Dalam keadaan perang, gembar-gembor tentang
perdamaian adalah omong kosong belaka! Jangan perang, maka tak perlu lagi bicara tentang perdamaian! Akan tetapi anehnya, semua orang ingin bicara tentang perdamaian! Kita adalah manusia-manusia lemah yang menjadi korban dari konflik dalam batin kita sendiri. Kita begini,itu kenyataannya, namun kita ingin begitu. Kita perang, itu kenyataannya, akan 1033
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tetapi kita ingin damai. Kita pemarah, akan tetapi kita ingin sabar, dan demikian selanjutnya sehingga kita hidup dalam alam keinginan belaka. Mengapa kita tidak menghadapi kenyataan, membuka mata mempelajari dan mengenal
keadaan kita sendiri, membuka mata dan melihat bahwa kita ini pemarah, kita ini gila perang, kita penuh kebencian dan sebagainya" Kita membayang-bayangkan yang bersih-bersih bagi kita sehingga kita tidak melihat bahwa kita ini sesungguhnya kotor. Dan dalam keadaan kotor begini, membayangkan kebersihan adalah sia-sia,menutupi kekotoran dengan pakaian bersih pun percuma, hal itu tidak akan melenyapkan kekotoran itu. Akan tetapi kalau kita meneliti diri sendiri, membuka mata dan melihat kenyataan, maka
kewaspadaan inilah yang akan mendatangkan perubahan, yang akan membebaskan kita dari segala kotoran, segala ikatan, segala bayangan-bayangan dan khayal. Dan ini jauh lebih penting daripada mengkhayalkan kebersihan.
Karena bantuan Sulastri, akhirnya Raden Turonggo dapat lolos dari Kahuripan dan ketika mereka menanti di luar batas kota dan belum juga melihat kembalinya empat orang
senopati itu, Raden Turonggo menangis terisak-isak. Mereka berdua maklum bahwa empat orang teman mereka itu sudah pasti tidak dapat lolos lagi dari kepungan yang demikian ketatnya, dan tentu telah menemui kematian mereka.
http://kangzusi.com
Sulastri menghibur Raden Turonggo dan berkata,
"Sudahlah, Adimas. Ditangisi pun tidak ada gunanya lagi.
Sebaiknya kita cepat kembali ke Lumajang dan melapor kepada Sang Adipati."
Raden Turonggo mengangguk dan dengan muka pucat dan mata merah, dia mengikuti Sulastri melanjutkan perjalanan menuju ke Lumajang.
Raden Turonggo menubruk kaki eyangnya ketika dia dan Sulastri tiba di Lumajang dan menghadap Sang Adipati 1034
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
bersama para tokoh Lumajang lainnya. Pemuda ini menangis dengan sedihnya.
"Kulup, tenangkan hatimu. Apakah yang terjadi" Apakah tugasmu gagal dan pusaka itu tidak berhasil engkau haturkan kepada Gusti Puteri?" tanya Adipati Wirorojo sambil mengelus kepala cucunya.
"Sudah saya haturkan... Eyang, akan tetapi... eh, keempat Paman... mereka... tertinggal dan..." pemuda itu menangis lagi.
Melihat keadaan pemuda itu, Sulastri lalu menceritakan dengan tenang semua peristiwa yang terjadi di waktu mereka berenam pergi ke Kahuripan, betapa Raden Turonggo berhasil menyerahkan keris pusaka Kolonadah kepada Puteri
Tribuwanatunggadewi, akan tetapi betapa mereka ketahuan oleh Resi Harimurti dan pasukannya sehingga terjadi perkelahian dan empat orang tokoh Lumajang itu,Panji Wironagari, Panji Samara, Aryo Jangkung, dan Aryo Teguh telah tertinggal untuk menahan pasukan yang hendak
mengejar. Dia sendiri melarikan Raden Turonggo untuk menyelamatkannya atas permintaan dan perintah empat orang gagah itu.
Mendengar ini, Sang Adipati mengerutkan alisnya dan merasa gelisah sekali.
http://kangzusi.com
Kegelisahan yang berubah menjadi kedukaan ketika datang laporan dari mata-mata Lumajang yang bertugas di Kahuripan bahwa keempat orang gagah itu benar-benar telah tewas oleh pengeroyokan banyak sekali perajurit dan pengawal.
Keadaan di Kadipaten Lumajang masih dalam suasana
berkabung ketika datang utusan dari Kadipaten Puger yang mengabarkan bahwa Kadipaten Puger diserang oleh pasukan-pasukan dari Nusabarung yang amat kuat sehingga
mengalami kerugian besar.
1035 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ketika utusan ini datang menyampaikan berita itu kepada Sulastri, wanita perkasa ini masih menghadap Sang Adipati di Lumajang, maka semua orang mendengar akan malapetaka yang menimpa Puger itu. Sulastri terkejut bukan main dan cepat dia menyembah kepada Sang Adipati dan berpamit.
Tanpa menanti jawaban, dia lalu melesat keluar dan berlari cepat menuju ke selatan, ke Puger!
Sang Adipati Wirorojo lalu memerintahkan kepada Maesa Pawagal, seorang tokoh Lumajang bekas senopati Mojopahit, untuk memimpin seribu orang perajurit dan membawa
pasukan ini ke selatan untuk membantu Puger. Tentu saja Sang Adiapti ini membantu Puger hanya karena mengingat kepada Sulastri, Joko Handoko dan Roro Kartiko yang sudah banyak berjasa terhadap Lumajang dan kini menjadi keluarga Prabu Bandardento di Puger. Terutama sekali Sulastri telah banyak berjasa, maka Sang Adipati merasa sudah selayaknya kalau dia membantu Puger. Andaikata tidak ada tiga orang muda itu di Puger, agaknya dia tidak akan mau mencampuri urusan antara Puger dan Nusabarung, karena Lumajang sendiri harus memperkuat diri untuk menghadapi Mojopahit yang kini dikuasai oleh keturunan Melayu itu.
Dengan kecepatan luar biasa, Sulastri tiba di Puger. Hatinya prihatin sekali menyaksikan keadaan Puger, di mana jelas nampak orang-orang berkabung, berduka,dan juga gelisah.
http://kangzusi.com
Cepat dia menemui Sang Prabu yang sedang berunding
dengan dua orang putera puterinya, yaitu "suaminya" Joko Handoko dan Roro Kartiko bersama para senopati. Padas Gunung dan Pragalbo yang kelihatan luka-luka lengan mereka juga hadir. Suasana di dalam persidangan itu jelas nampak suram diliputi ketegangan.
Kedatangan Sulastri disambut oleh mereka semua dengan gembira dan ada sekilas cahaya harapan nampak di wajah Sang Prabu yang tadinya muram. Bahkan Sang Prabu
1036 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Bandardento segera bangkit berdiri menyambut kedatangan Sulastri, sedangkan Roro Kartiko segera memeluknya.
"Syukur Andika telah datang, Anakku! Kami amat
mengharapkan bantuanmu untuk dapat menyelamatkan
Puger!" Sulastri mengerutkan alisnya, bergantian dia memandang kepada para senopati,kepada Padas Gunung, Pragalbo, kemudian kepada Roro Kartiko dan Joko Handoko,lalu
berkatalah dia dengan penasaran, "Kita telah memiliki pasukan yang kuat dan banyak senopati yang digdaya, bagaimanakah kita sampai dapat terpukul oleh pasukan musuh dari
Nusabarung" Paman Padas Gunung, demikian hebatkah
kekuatan musuh?"
"Ah, engkau tidak tahu, Anakku. pihak musuh dipimpin oleh seorang senopati baru yang amat sakti. Lihat, Padas Gunung dan Pragalbo sendiri sampai terluka olehnya,dan banyak senopati yang terluka atau tewas," kata Sang Prabu dengan sedih. "Sekarang,agaknya harus aku sendiri yang memimpin pasukan menghadapi senopati Nusabarung itu!" Sang Prabu yang sudah tua itu mengepal tinju dan sinar matanya berapi karena marahnya.
"Dan kalian... Kakangmas Handoko dan Diajeng Kartiko"
Apakah kalian tidak turun tangan bersama para pembantu kalian?"
http://kangzusi.com
Joko Handoko menarik napas panjang. "Mereka itu dua kali menyerang dan untuk kedua kalinya, aku dan Roro Kartiko, dibantu oleh para anggota Sriti Kencana,memperkuat
pasukan, akan tetapi... ah, musuh terlampau kuat..." Dan Joko Handoko lalu menundukkan mukanya. Sikapnya ini amat mengherankan hati Sulastri, maka dia menoleh kepada Roro Kartiko dan memandang dengan sinar mata penuh
pertanyaan. 1037 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Roro Kartiko memegang lengan Sulastri, lalu berkata kepada Sang Prabu, "Kanjeng Romo, perkenankan kami bicara di dalam..."
Sang Prabu Bandardento mengangguk dan Roro Kartiko
lalu menarik tangan Sulastri,diajaknya masuk ke dalam kamar, Roro Kartiko berkata,"Ah, engkau tidak tahu apa yang telah terjadi, Mbakayu Sulastri. Ada peristiwa yang amat aneh dan hebat.
Kau tahu, ketika kami membantu pasukan mengamuk,
muncullah senopati muda yang menggemparkan itu dan dapat kau bayangkan betapa kaget rasa hati kami ketika mengenal senopati itu!"
"Hemm, siapa dia?" Sulastri bertanya dengan alis berkerut.
"Dia... dia adalah... Kakangmas Sutejo..."
"Ehhh...?"" Sulastri terlonjak kaget dan mengepal tinju.
"Dia" Dia menjadi senopati di Nusabarung?"
"Benar, Mbakayu Sulastri, dan agaknya dia... dia tidak mau mengenal kami lagi...,bahkan ketika kami menegurnya, dia seperti bingung dan tidak kenal kami, dan... nyaris kami tewas pula di tangannya. Akan tetapi... agaknya dia pun tidak mau terlalu mendesak kami dan membiarkan kami melarikan diri.
Akan tetapi pasukan menjadi kacau dan hancur sehingga terpaksa untuk kedua kalinya, pasukan Puger harus ditarik http://kangzusi.com
mundur." "Hemm, keparat!" Sulastri mengepal kedua tinjunya. Sudah bertahun-tahun dia tidak pernah bertemu dengan Sutejo dan biarpun tidak ada seorang lain yang tahu,diam-diam dia harus mengaku bahwa dia tidak pernah dapat melupakan Sutejo.
Betapa di waktu malam, setelah Roro Kartiko tidur nyenyak, dia bersila dan berusaha untuk bersamadhi, namun selalu gagal karena wajah Sutejo selalu terbayang dan betapa seringnya dia terisak-isak penuh kerinduan terhadap pemuda 1038
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
itu. Dia sudah hampir melepaskan harapannya untuk dapat bertemu kembali dengan pemuda itu. Dan kini, seperti halilintar menyambar, secara tiba-tiba saja pemuda itu muncul sebagai senopati musuh! Dan begitu mendengar pemuda itu menjadi senopati musuh, seketika timbul kemarahannya! Dia tidak tahu apakah kemarahan itu karena Sutejo menjadi senopati musuh, ataukah karena bertahun-tahun lamanya pemuda itu tidak pernah mengabarkan diri dan tidak pernah mencarinya.
Roro Kartiko terkejut juga melihat betapa wajah Sulastri menjadi marah sekali dan dia cepat mengejar ketika melihat Sulastri sudah lari keluar lagi ke ruang persidangan.
"Kanjeng Romo, perkenankan hamba memimpin pasukan
untuk menghajar pasukan Nusabarung itu!" Sulastri berkata kepada Sang "mertua".
"Engkau baru saja datang, Nini. Biarlah aku sendiri yang akan menghajar mereka yang kini menghaturkan barisan di perbatasan, di pantai laut. Biar mereka melihat bahwa Prabu Bandardento yang sudah tua ini masih sanggup untuk
menghancurkan orang-orang Nusabarung!"
"Tidak, Kanjeng Romo, selama masih ada hamba, tidak selayaknya kalau Paduka yang harus turun tangan sendiri.
Pula, hamba mengenal senopati keparat itu dan biarkan hamba yang menghadapinya. Kakangmas, harap kau suka http://kangzusi.com
atur barisan, kita berangkat sekarang juga!"
Melihat sikap Sulastri yang gagah perkasa, diam-diam Sang Prabu menjadi girang dan dia mengangguk memberi
persetujuannya. Dengan cekatan Sulastri mengajak suaminya dan adik iparnya keluar dan mengumpulkan para senopati untuk memimpin pasukan. Tak lama kemudian, berangkatlah pasukan itu menuju ke selatan, ke pantai laut di mana pasukan dari Nusabarung telah membuat persiapan untuk menyerang Puger lagi.
1039 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Di tengah perjalanan, Sulastri mendengar penuturan Roro Kartiko yang telah mempelajari keadaan Nusabarung dari Ayahnya, yaitu ayah angkatnya, Sang Prabu di Puger.
"Nusabarung merupakan pulau yang dikuasai oleh Sang Adipati Menak Dibyo yang merupakan raksasa berkenpanadian tinggi," dia mulai bercerita. "Adipati Menak Dibyo mempunyai dua orang anak, yang laki-laki bernama Bandupati dan yang perempuan bernama Sariwuni, juga kedua orang anaknya itu memiliki kepandaian tinggi dan terkenal sakti mandraguna.
Akan tetapi, karena Kadipaten Puger lebih besar, memiliki pasukan yang lebih kuat dan juga dalam hal kesaktian, para senopati Puger tidak kalah oleh tokoh-tokoh Nusabarung, maka selama belasan tahun Nusabarung tidak pernah berani menganggu Puger, setelah dahulu setiap serbuan dari Nusabarung selalu digagalkan dan pasukannya dipukul mundur kembali menyeberang laut ke pulau mereka. Akan tetapi sekarang, setelah kedua orang anak itu dewasa, mereka berani lagi, malah Kakangmas Sutejo tahu-tahu telah berada di antara mereka sebagai senopati, sungguh hal ini amat aneh dan juga mendatangkan rasa penasaran."
"Dia bukan seorang yang setia, sungguh menjengkelkan!"
Sulastri berkata dan di dalam suaranya terkandung kemarahan yang mengejutkan hati Roro Kartiko. Dara perkasa ini maklum bahwa kakak iparnya ini sampai sekarang masih belum juga mau menjadi isteri kakaknya, dalam arti kata yang
http://kangzusi.com
sesungguhnya. Kakaknya dan Sulastri jarang sekali bicara, bahkan seperti saling menghindari, apalagi berada berdua saja di dalam kamar. Diam-diam dia merasa kasihan kepada kakaknya, akan tetapi dia juga tidak dapat menyalahkan Sulastri karena dia tahu bahwa adanya Sulastri mau menjadi isteri kakaknya adalah untuk menyelamatkan mereka semua.
Dan dia menduga dengan hati berat bahwa kakak iparnya ini masih mencinta Sutejo,hal yang makin menyakitkan hatinya karena dia sendiri pun tidak pernah dapat melupakan Sutejo.
1040 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Mbakayu Sulastri, kalau... kalau engkau berjumpa dengan dia... apa yang hendak kaulakukan?" Tiba-tiba Roro Kartiko bertanya.
Sulastri yang sedang melamun itu terkejut dan otomatis menarik kendali kudanya sehingga binatang itu mengangkat kedua kaki depan ke atas. Setelah berhasil menenangkan kudanya yang kaget itu, Sulastri menoleh, memandang kepada Roro Kartiko, lalu menjawab dengan sikap dingin,
"Akan kuperingatkan dia agar meninggalkan pasukan
Nusabarung, mengingat akan... persahabatan kami yang lalu."
"Ah, aku dan Kakangmas Handoko juga sudah
memperingatkan hal itu, Mbakayu, akan tetapi sia-sia belaka, bahkan dia seperti tidak mau mengenal kami lagi."
"Hemm, kalau dia berani bersikap demikian kepadaku, akan... kubunuh dia!" Di dalam suara ini terkandung ancaman yang mengerikan hati Roro Kartiko, akan tetapi gadis ini pun merasa ragu-ragu apakah Sulastri akan mampu menandingi Sutejo yang benar-benar amat digdaya itu.
Sementara itu, Joko Handoko yang menjalankan kudanya di belakang dua orang wanita itu, hanya mendengarkan saja.
Wajahnya muram dan memang semenjak dia menjadi "suami"
Sulastri, pemuda ini berubah sekali menjadi seorang yang tak pernah bergembira, wajahnya sering kali muram dan dia nampak lebih tua daripada usianya. Dia menanggung derita http://kangzusi.com
batin yang hebat, akan tetapi hal ini tidak pernah diperlihatkan kepada "isterinya", dan tidak pernah pula dia membicarakan hal itu kepada orang lain. Dia amat mencinta Sulastri, dan dia tidak dapat menyalahkan isterinya yang bersikap dingin terhada dia. Betapa setiap malam dia merindukan isterinya itu dan biarpun dia merasa yakin bahwa agaknya selama
hidupnya Sulastri yang masih mencinta Sutejo itu tidak akan mau nyerahkan diri kepadanya, namun Joko Handoko tetap setia dan tidak pernah dia mau mengambil selir. Padahal kedudukannya pada waktu itu adalah putera adipati!
1041 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kita tinggalkan dulu pasukan Lumajang yang berbaris rapi menuju ke selatan itu dan mari kita tengok keadaan pasukan Nusabarung yang membentuk barisan di pantai Laut Selatan sebagai daerah perbatasan antara Puger dan Nusabarung.
Pantai ini tentu saja masih termasuk wilayah Puger, akan tetapi pasukan Nusabarung kini telah menguasainya dan menggunakan dusun pantai yang telah mereka rampok habis itu sebagai markas mereka.
Di dalam ruangan sebuah rumah besar di tengah dusun itu, yaitu bekas rumah kepala dusun yang telah mereka bunuh, duduklah dua orang laki-laki muda dan seorang wanita muda cantik jelita bercakap-cakap. Mereka ini adalah Sutejo, Bandupati, dan Sariwuni. Di atas meja di depan mereka nampak hidangan dan mereka makan minum sambil bercakap-cakap.
"Ha-ha-ha, orang-orang Puger lari cerai-berai, sungguh senang hati melihatnya! Besok kita harus terus menyerbu ke utara dan membumihanguskan Kadipaten Puger!" kata
Bandupati, orang muda tampan bertubuh raksasa, brewok dan gagah seperti Raden Werkudoro itu.
"Kita harus menanti berita dari Paman Menak Srenggo, Kakang Bandupati. Kita tidak boleh ceroboh karena Puger merupakan kekuatan yang tak boleh dipandang ringan.
Apalagi menurut kabar, ada seorang lagi jagonya yang datang, http://kangzusi.com
yaitu anak mantu Sang Adipati yang kabarnya adalah seorang wanita yang sakti mandraguna," kata Sariwuni.
"Ha-ha, takut apa" Setelah ada Adimas Bromatmojo
bersama kita, biar mereka itu mempunyai jago dewata, kita tak usah takut!"
Sutejo mendengarkan dengan sikap tenang, akan tetapi dia mengerutkan alisnya.
1042

Kemelut Di Majapahit Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Melihat ini, Sariwuni berkedip kepada Kakaknya lalu menggeser bangkunya, duduk di dekat suaminya itu dan membelai lengan suaminya dengan sikap mesra dan manja.
"Kakangmas Bromatmojo, engkau memang hebat sekali!
Putera dan puteri angkat dari Sang Adipati Puger itu ternyata tangguh sekali, akan tetapi menghadapimu, mereka lari ketakutan!" Setelah berkata demikian, di depan kakaknya, secara terang-terangan Sariwuni lalu mendekatkan mukanya dan mengecup pipi suaminya. Hal seperti ini selalu tidak menyenangkan hati Sutejo dan kini pun dia menarik mundur mukanya untuk mengelak. Dia tidak senang melihat isterinya itu memperlihatkan kasih sayang di depan orang lain, biarpun orang lain itu kakaknya sendiri.
"Ah, kenapa harus ada perang ini" Kenapa harus ada
bunuh-membunuh" Sesungguhnya,aku tidak suka melihat perang..." katanya, lalu dia menoleh kepada isterinya.
"Diajeng Sulastri, kenapa kita tidak pulang saja ke Nusabarung" Apa sih perlunya menyerang Puger?"
"Ah, Kakangmas, engkau tidak tahu. Puger adalah
kadipaten yang selalu menghina Nusabarung dan baru
sekarang kita mempunyai kesempatan untuk membalas
dendam," jawab Sariwuni yang oleh Sutejo dianggap bernama Sulastri.
Pendekar Pedang Kail Emas 6 Lambang Naga Panji Naga Sakti Karya Wo Lung Shen Seruling Samber Nyawa 10
^