Pencarian

Kemelut Di Majapahit 19

Kemelut Di Majapahit Karya Kho Ping Hoo Bagian 19


"Dan telah lama aku mengidamkan seorang puteri yang http://kangzusi.com
cocok untuk menjadi isteriku,menjadi calon permaisuriku kalau kelak aku menggantikan Kanjeng Romo menjadi adipati di Nusabarung. Aku melihat puteri Adipati Puger itu cantik sekali,cantik dan gagah perkasa, pantas kalau menjadi calon isteriku," kata pula Bandupati.
Seperti kita ketahui, Sutejo berada di bawah pengaruh racun Lalijiwo. Karena racun itu diberikan kepadanya setiap hari, maka setelah lewat dua tahun saja dia sudah lupa akan segala riwayatnya yang lampau. Yang diingatnya adalah semenjak dia bertemu dengan putera-puteri Adipati
1043 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Nusabarung itu sampai sekarang. Dan dia sudah menganggap pasti bahwa dirinya adalah Bromatmojo dan bahwa wanita yang menjadi isterinya itu adalah Sulastri, satu-satunya wanita yang memenuhi hatinya,satu-satunya wanita yang dicintanya, bahwa Bandupati adalah Kakak Sulastri.
Bahkan setelah melihat dia benar-benar melupakan asal-usulnya, Sariwuni berani menceritakan bahwa selain nama Sulastri, dia mempunyai nama lain, yaitu Sariwuni.
Setelah melihat keadaan Sutejo benar-benar berada di bawah pengaruh mereka, mulailah keluarga Adipati
Nusabarung mengatur pasukan untuk menyerbu ke seberang daratan, ke Puger yang menjadi musuh sejak dahulu. Dan tepat seperti yang mereka harapkan dan perhitungkan, di dalam pertempuran itu, Sutejo yang mereka kenal sebagai Bromatmojo itu telah berjasa besar, sepak terjangnya hebat sekali sehingga semua senopati dari Puger tidak kuat menghadapinya, bahkan putera dan puteri Adipati Puger yang terkenal digdaya itu pun tidak tahan melawannya dan sampai dua kali pasukan-pasukan Puger mereka pukul mundur! Akan tetapi, untuk terus menyerbu ke Puger mereka masih belum berani, mengingat bahwa Puger memiliki pasukan yang jauh lebih kuat dan lebih besar. Maka setelah memperoleh kemenangan sebanyak dua kali pertempuran, Bandupati yang memimpin penyerbuan itu lalu mengutus Pamannya, yaitu http://kangzusi.com
Menak Srenggo, untuk memimpin sepasukan mata-mata untuk melakukan penyelidikan ke Puger, untuk melihat
perkembangan dan persiapan musuh.
Ketika tiga orang muda ini sedang merayakan kemenangan mereka dengan pesta, tiba-tiba muncul seorang kakek tinggi besar yang bercambang bauk dan bermuka merah.
Melihat tiga orang muda itu, kakek ini segera memberi hormat dengan menekuk sebelah kakinya dan menyembah lalu berdiri lagi.
1044 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ah, Paman Menak Srenggo, engkau sudah kembali"
Duduklah dan ceritakan bagaimana keadaan fihak musuh"
Tentu Puger sedang berkabung dan berduka" Ha-ha-ha!"
Bandupati tertawa bergelak.
Kakek ini adalah Menak Srenggo, bekas senopati Puger.
Seperti telah diceritakan di bagian depan Menak Srenggo ini adalah kakak misan dari Retno Sami, selir Adipati Puger yang bersekongkol dengan mendiang Murwendo dan Murwanti
untuk memberontak kepada Adipati Puger dan akhirnya dua orang muda itu berikut selir yang tidak setia itu terbunuh.
Akan tetapi Menak Srenggo berhasil melarikan diri.
Menak Srenggo adalah adik misan dari Adipati Menak
Dibyo, adipati dari Nusabarung, ayah kandung Bandupati dan Sariwuni. Dan memang dia bersama Retno Sami dahulu
sengaja menyelundup sebagai orang-orang taklukan ke Puger untuk memata-matai dan menghancurkan Puger dari dalam.
Maka setelah Menak Srenggo berhasil meloloskan diri dari Puger, dia langsung saja kembali ke Nusabarung untuk membantu kakak misannya memusuhi Puger.
"Raden, kita harus cepat bertindak! Pihak musuh telah mengirim pasukan yang besar jumlahnya, dipimpin oleh Puteri mantu Sang Adipati sendiri! Kalau kita berhasil
menghancurkan pasukan ini, maka kita dapat terus menyerbu ke Puger,karena sekali ini pihak Puger mengerahkan seluruh http://kangzusi.com
kekuatan kepada pasukannya ini."
"Besar sekalikah jumlah pasukan mereka?" tanya Bandupati dengan jantung berdebar tegang.
"Kurang lebih dua kali lipat dari jumlah pasukan kita, Raden. Akan tetapi,semangat mereka sudah runtuh sedangkan semangat anak buah pasukan kita sedang berkobar."
"Kita tidak perlu takut, suamiku akan menghancurkan nyali mereka setelah berhasil merobohkan semua senopatinya.
Kakangmas Bromatmojo, sekali ini kami benar-benar
1045 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mengharapkan bantuanmu," kata Sariwuni dengan sikap manja.
"Jangan khawatir, aku akan menghadapi semua senopati mereka. Akan tetapi apakah tidak ada jalan lain untuk menghentikan perang ini" Bagaimana kalau berdamai saja dan secara baik-baik Kakang Bandupati melamar puteri Adipati Puger"
Bukankah dengan demikian, Puger dan Nusabarung
menjadi keluarga dan dapat hidup dalam perdamaian?"
"Wah, mana bisa mereka menerima itu sebelum mereka
dikalahkan!" kata Bandupati,sedangkan Menak Srenggo yang merasa sakit hati sekali terhadap Puger juga diam-diam tidak setuju dengan usul perdamaian itu.
"Puger selalu menghina Nusabarung, kalau sekali ini tidak dipukul hancur,selamanya tentu akan memandang rendah Nusabarung. Padahal, Nusabarung memiliki orang-orang sakti mandraguna, akan cemarlah nama kita sebagai orang-orang gagah kalau sampai harus tunduk kepada Kadipaten Puger tanpa menunjukkan kegagahan kita."
Sutejo hanya menarik napas panjang dan Menak Srenggo bersama Bandupati segera meninggalkan ruangan itu untuk mengatur barisan. Menak Srenggo yang merupakan ahli perang itu mengatur pasukannya yang hanya setengah jumlah http://kangzusi.com
pasukan musuh dengan gaya barisan Kala Kroda yang
membentuk seperti seekor kalajengking sedang marah.
Seperlima bagian pasukan menjadi kepala kalajengking yang menyambut musuh dari depan, lalu masing-masing seperlima bagian lagi membentuk bagian sapit kalajengking yang akan menyerang dari kanan kiri, kemudian sisanya, yang dua perlima bagian bersembunyi di atas pohon-pohon dengan busur dan anak panah lengkap. Mereka ini diumpamakan bagian ekor yang mengandung sengatan kalajengking yang menyerang musuh dari atas secara menggelap.
1046 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Bagian kepala dipimpin langsung oleh Sutejo yang
diharapkan akan dapat langsung menghadapi para senopati lawan dan merobohkan mereka, bagian kedua capit kanan kiri dipimpin masing-masing oleh Sariwuni dan Bandupati, sedangkan bagian ekor yang bersembunyi di pohon-pohon dan di balik semak-semak dipimpin oleh Menak Srenggo.
Demikianlah, dalam keadaan segar setelah beristirahat dan makan kenyang,penuh semangat karena sudah mengalami dua kali kemenangan, pasukan Nusabarung siap menanti kedatangan musuh.
Lewat tengah hari, pasukan Puger sudah mulai tiba di daerah pantai yang berhutan itu. Debu mengebul tinggi diterjang kuda dan manusia yang berbondong datang
menyerbu ke dusun yang menjadi markas besar pasukan Nusabarung. Setibanya di depan pintu gerbang dusun yang terjaga ketat itu, dalam jarak puluhan meter,pasukan Puger berhenti. Sulastri yang berpakaian pria, bersama Joko Handoko,Roro Kartiko, Padas Gunung, Pragalbo dan empat orang anak buah Sriti Kencana,telah meloncat turun dari atas kuda masing-masing dan berdiri dengan berjajar siap untuk menghadapi musuh. Sulastri memberi isyarat kepada
Pragalbo. Demit Kinang yang berkulit hitam ini, meludahkan air sirih yang merah ke atas tanah,kemudian mengangkat dada dan mengeluarkan bentakan yang amat nyaring,
ditujukan ke arah dusun yang menjadi benteng musuh, http://kangzusi.com
suaranya bergema sampai jauh.
"Haiiii...! Orang-orang kasar dari Nusabarung! Keluarlah untuk menerima kematian!"
Baru saja gema suara ini lenyap, terdengar sorak-sorai gegap-gempita dan dari dalam pintu gerbang dusun yang tiba-tiba terbuka, berbondong-bondong menyerbulah pasukan Nusabarung yang sepak terjangnya seperti gerombolan raksasa ganas dan buas itu. Pasukan yang buas ini dipimpin oleh seorang pemuda yang bukan lain adalah Sutejo, yang 1047
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kelihatan menyolok sekali di antara gerombolan raksasa itu karena berbeda sekali dengan mereka yang bersorak dan bergerak dengan liar,pemuda ini nampak tenang dan halus gerak-geriknya.
"Lihat, itulah dia, Mbakayu...!" Roro Kartiko berseru, akan tetapi Sulastri memang telah melihatnya dan dara ini berdiri dengan muka pucat sekali, kedua kakinya menggigil dan jantungnya berdebar tegang. Tak salah lagi, itulah Sutejo!
Akan tetapi, dia melihat Sutejo mulai mengamuk dan
dengan kedua tangan dan kaki,tanpa mempergunakan
senjata, pemuda itu mulai menampar dan menendangi para perajurit Puger, sedangkan para perajurit Nusabarung juga sudah menyerbu bagaikan harimau-harimau buas, dengan pekik-pekik dan gerengan-gerengan dahsyat,ke tempat mereka berdiri. Timbullah kemarahan di hati Sulastri yang tadinya tersentuh keharuan hatinya melihat Sutejo. Dia pun bergerak dan mengamuk, di samping "suaminya" yaitu Joko Handoko, Roro Kartiko dan teman-teman lain.
Terjadilah perang campuh yang kacau balau, tidak memilih lawan, sehingga agak sukar bagi Sulastri untuk dapat mendekati Sutejo. Namun dia merobohkan setiap orang penghalang dalam usahanya mendekati pemuda yang kini menjadi senopati lawan itu. Hal ini tidaklah mudah karena para perajurit Nusabarung benar-benar merupakan manusia-http://kangzusi.com
manusia raksasa yang sepak terjangnya seperti segerombolan binatang buas, yang bertempur dengan nekat dan kasar sekali.
Pada saat itu, terdengar sorak-sorai dari arah kanan dan kiri, dan ternyata muncul pasukan-pasukan dari kanan kiri yang tadinya sudah bersembunyi di luar dusun yang kini menghimpit pasukan Puger untuk membantu pasukan yang dipimpin oleh Sutejo itu. Melihat siasat lawan ini, Padas Gunung segera membunyikan tanda untuk memecah
pasukannya menjadi barisan segitiga yang menghadap ke 1048
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
depan, kanan dan kiri. Mendengar isyarat ini, para perwira yang memimpin pasukan-pasukan kecil masing-masing lalu cepat memberi aba-aba dan berubahlah gerakan pasukan Puger, terpecah menjadi tiga sehingga perang campuh terjadi di tiga bagian dengan hebatnya.
Biarpun jumlah pasukan pihak Nusabarung jauh kalah
banyak, akan tetapi karena sepak terjang mereka yang nekat, berkelahi penuh semangat seperti harimau-harimau kelaparan, maka perang campuh itu hebat dan seru sekali. Setiap orang perajurit Nusabarung menghadapi pengeroyokan dua tiga orang lawan, namun mereka itu berkelahi seperti raksasa mabok, tidak mempedulikan keselamatan diri sendiri sehingga menggiriskan pihak Puger.
Akhirnya Sulastri dan suaminya serta adik iparnya dapat berhadapan dengan Sutejo!
Kini Sutejo telah bergabung dengan isterinya, yaitu Sariwuni, dan Bandupati.
Melihat Roro Kartiko, Bandupati segera berteriak kepada para perajurit yang mengeroyok, "Jangan bunuh dara itu, jangan lukai dia! Tangkap hidup-hidup!"
"Kakangmas Sutejo...!" tiba-tiba Roro Kartiko menjerit ketika berhadapan dengan Sutejo.
Orang muda itu kelihatan terkejut dan memandang dengan http://kangzusi.com
mata terbelalak. "Sutejo..." Aku... aku mengenal nama itu..."
"Ah, Kakangmas Sutejo, apakah Andika tidak ingat lagi kepada Mbakayu Sulastri?" kembali Roro Kartiko berseru dan Sulastri yang kini tak dapat menahan dua titik air mata membasahi pipinya, mengambil sikap tidak perduli dan merobohkan seorang raksasa Nusabarung dengan tamparan Hasto Nogo tangan kirinya.
"Dessss...!" Raksasa itu terguling dan tak dapat bangkit kembali karena kepalanya sudah pecah.
1049 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Sulastri" Dia isteriku... eh, Sulastri, apa yang dikatakan wanita ini" Apa artinya ini?" Sutejo memandang kepada Sariwuni yang cepat mendekatinya.
"Kakangmas Bromatmojo, jangan dengarkan dia, jangan pedulikan mereka. Hantam terus, hancurkan musuh
Nusabarung!"
Kini pihak Sulastri dan dua orang kakak beradik itu yang terkejut bukan main.
Sutejo disebut Bromatmojo oleh Sariwuni, dan Sariwuni disebut Sulastri oleh Sutejo. Apa artinya itu" Apakah Sutejo sudah gila, ataukah mereka yang linglung"
"Dimas Sutejo, apakah artinya ucapan Andika itu?" Joko Handoko membentak marah.
"Diajeng Sulastri itulah Bromatmojo, dan...!" Akan tetapi dia tidak dapat melanjutkan kata-katanya karena dia sudah diterjang oleh Bandupati yang berteriak nyaring.
"Plak-plak-plak...!" Tiga kali Bandupati menyerang dan tiga kali pula Joko Handoko menangkis, akan tetapi Joko Handoko terhuyung saking kuatnya serangan yang dilakukan oleh Bandupati. Mereka segera bertanding dengan hebat dan mati-matian,menggunakan keris masing-masing dan segera
terpisah dari yang lain.
http://kangzusi.com
Sutejo makin bingung. Dia memandang kepada Sulastri, kemudian kepada Roro Kartiko, dan kepada Sariwuni. "Aku...
akulah Bromatmojo dan isteriku ini Sulastri... kalian bicara apakah...?"
Sulastri tidak dapat menahan kemarahannya lagi. "Keparat yang menjadi pengkhianat! Engkau tidak mengenal lagi Bromatmojo atau Sulastri" Baiklah, akan tetapi tentu engkau mengenal ini!" Dan langsung dia menggunakan gerakan Turonggo Bayu, secepat kilat tubuhnya sudah meluncur dan 1050
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tangannya menyambar ke arah kepala Sutejo dengan pukulan Hasto Nogo yang amat dahsyat!
"Syuuuuuuttt... duk-duk-desss...!!"
Sutejo dapat menangkis dan pertemuan kedua lengan
terakhir sedemikian hebatnya sehingga tubuh mereka
terpental ke belakang dan agak terhuyung, Sulastri merasa betapa seluruh tubuhnya tergetar. Dia maklum bahwa
memang dalam hal kesaktian, dia masih kalah setingkat oleh pemuda itu. Akan tetapi perasaan sakit hati dan marah membuat dia nekat dan dia sudah menerjang lagi sambil berseru, "Engkau atau aku yang akan mati saat ini!" Dan dia sudah menggerakkan tubuhnya dengan cepat, menyerang dengan Aji Hasto Bairowo yang amat dahsyat. Sutejo dengan bingung dan bimbang menandinginya, akan tetapi lebih banyak menangkis atau mengelak daripada menyerang. Juga berkali-kali dia meneriaki Sariwuni dan Bandupati agar jangan membunuh lawan mereka. Dia merasa bingung, merasa
seperti mengenal tiga orang lawan ini, akan tetapi tidak dapat mengingat lagi kapan dan di mana. Dia makin bingung mendengar nama Sutejo!
"Sulastri, jangan bunuh dia...! Kakang Bandupati, jangan membunuh dia, aku seperti... seperti mengenal mereka dengan baik...!" Berkali-kali dia berteriak sambil tetap menghadapi Sulastri yang menyerangnya dengan mati-matian.
http://kangzusi.com
Mendengar ini, Sulastri menjadi makin marah. Kiranya Sutejo telah menikah dengan wanita cantik itu, dan wanita itu bernama... Sulastri! Ataukah hanya berpura-pura bernama Sulastri" Buktinya, Sutejo kini beralih nama menjadi...
Bromatmojo! "Tak perlu pura-pura dan banyak cakap, kau jahanam
busuk!" bentaknya dengan suara nyaring dan dia sudah menerjang lagi dengan hebat.
"Wuuuttt... dessss!" Biarpun Sutejo sudah berusaha
menangkis, namun pukulan itu sedemikian hebatnya sehingga 1051
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tetap saja pundak Sutejo kena pukulan Hasto Nogo sehingga dia terlempar dan terbanting.
"Kakangmas Bromatmojo...!" Sariwuni menjerit dan
meninggalkan lawannya, menubruk ke arah suaminya. Namun Sutejo yang memiliki kedigdayaan luar biasa itu hanya merasa pening saja dan dia sudah meloncat bangkit kembali.
=0o0dw0o0= Jilid 71 "Mari kita mundur saja...!" Sutejo berkata, "Mereka...
mereka itu..." Dia bingung dan pada saat itu, Sulastri yang melihat Sutejo berangkulan mesra dengan Sariwuni yang menolongnya, sudah menerjang lagi dengan dahsyat dan dengan hati yang amat panas.
"Desss...!" Sutejo menangkis dan keduanya terpental.
Sariwuni juga terpaksa harus melawan lagi Roro Kartiko yang sudah menerjangnya dengan keris di tangan.
Pertempuran berlangsung terus dengan hebatnya.
Kini pihak Nusabarung mulai terdesak juga karena memang kalah banyak. Akan tetapi tiba-tiba terdengar teriakan mengerikan dan banyak perajurit Puger roboh disambar anak panah dari atas. Itulah ekor atau sengat kalajengkin http://kangzusi.com g yang
sudah mulai bergerak! Barisan yang bersembunyi di atas pohon-pohon dan di balik semak-semak telah mulai bergerak menghujankan anak panak ke arah para perajurit Puger.
Karena mereka itu bersembunyi di atas pohon, maka
mereka yang memang terdiri dari ahli-ahli panah itu dapat menujukan anak-anak panah mereka ke arah tubuh para perajurit musuh. Tentu saja bantuan yang tak tersangka-sangka ini membuat pasukan Puger menjadi panik dan mereka terpaksa harus menggunakan perisai untuk melindungi diri dari serangan anak panah dari atas. Dan dengan cara begini, 1052
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tentu saja mereka menjadi kurang kuat untuk menghadapi serangan lawan yang berdepan. Maka mulailah pasukan Puger terdesak dan banyak jatuh korban.
Melihat keadaan ini, Sulastri dan kawan-kawannya menjadi khawatir juga. Sulastri merasa makin jengkel karena dia masih belum berhasil merobohkan Sutejo, sedangkan Roro Kartiko yang dibantu oleh Ayu Kunti dan Ambar, dua orang anak buah Sriti Kencana, dan Joko Handoko yang dibantu oleh Tarmi dan Cempaka, dua orang anak buah Sriti Kencana lainnya, juga belum berhasil menjatuhkan Sariwuni dan Bandupati. Bahkan Joko Handoko dan dua orang anak buahnya mulai terdesak oleh Bandupati yang amat tangguh itu dan baru setelah Padas Gunung turun tangan membantu, Bandupati menjadi berbalik kena didesak dan terpaksa dibantu oleh dua orang
pengawalnya. Juga Pragalbo masih bertanding melawan Menak Srenggo yang sudah turun dari atas pohon dan
membantu putera dan puteri adipati itu.
Melihat betapa pasukannya mulai terdesak hebat, Pragalbo cepat berlari ke belakang, menyelinap di antara perajurit-perajurit meninggalkan Menak Srenggo dan membunyikan tanda untuk menarik mundur pasukannya. Akan tetapi tiba-tiba Sulastri meloncat dan merampas terompet yang ditiupnya.
"Kita melawan terus, Paman, sampai titik darah terakhir!"
kata Sulastri dan dia langsung menerjang Sutejo lagi dengan http://kangzusi.com
kemarahan yang sudah meluap-luap! Pragalbo tercengang, bingung akan tetapi terdengar suara ketawa dan Menak Srenggo telah menerjangnya lagi.
"Ha-ha, Pragalbo, wanita itu lebih gagah daripadamu yang takut mampus. Ha-ha, bersiaplah untuk mati dan kucekik lehermu!"
"Manusia rendah, pengkhianat terkutuk!" Pragalbo
membentak dan dia pun melawan dengan hebatnya. Kini tidak ada lagi sekelumit pun niat di hatinya untuk mundur.
1053 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Akan tetapi sekali ini benar-benar pihak Puger terdesak dan terhimpit. Korban yang jatuh makin banyak dan semangat bertempur mereka pun mulai menurun, berbeda dengan
semangat bertempur pihak Nusabarung yang makin
menggelora. Agaknya, sebelum senja terganti malam, pasukan Puger sudah akan dapat dihancurkan dan dibinasakan
sebagian besar perajuritnya dan mereka akan terpaksa melarikan diri atau menyerah, matahari telah condong ke barat namun perang campuh itu masih berlangsung terus.
Debu mengebul tinggi memenuhi udara bercampur dengan pekik dan sorak mereka yang mengantar nyawa mereka yang tewas dalam perang yang haus darah itu. Mereka itu seperti bukan manusia lagi, melainkan sekelompok binatang buas yang haus darah. Darah berceceran di mana-mana, kilatan keris, pedang dan tombak yang berlumur darah menyilaukan mata, peluh bercucuran bersama dengan darah, dan sinar mata yang mencorong penuh nafsu membunuh sungguh
mengerikan untuk dipandang. Yang ada hanyalah membunuh atau terbunuh inilah yang membuat mereka menjadi nekat.
Naluri untuk menyelamatkan diri bercampur dengan nafsu untuk menang, yang membuat manusia lupa akan segala sesuatu, membuat manusia menjadi kejam luar biasa. Yang penting hanya menang, menang, dan untuk mencapai
kemenangan itu, membunuh sesama manusia bukan apa-apa, bahkan merupakan hal yang terhormat dan tinggi nilainya!
http://kangzusi.com
Itulah "kebudayaan" perang dan celakanya,kebudayaan macam ini menjadi bagian penting dari "peradaban" manusia!
Kini kedua pihak sudah sama lelah sehingga teriakan-teriakan tidak bergitu terdengar lagi. Yang meramaikan suasana hanyalah bunyi dencing bertemunya senjata-senjata dibarengi dengus napas mereka dan kadang-kadang diseling teriakan mengerikan kalau ada manusia yang roboh dan tewas. Pihak Puger makin terdesak.
Pertempuran antara Sulastri dan Sutejo juga nampak
perubahan ketika Sutejo mempercepat gerakannya. Dalam 1054
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
benturan tenaga sakti, Sutejo mengeluarkan suara bentakan nyaring dan Sulastri terpental sampai beberapa meter lalu roboh terbanting. Melihat ini, Sariwuni yang sejak tadi mendesak Roro Kartiko namun belum berhasil
mengalahkannya karena dara ini dibantu dua orang, cepat meloncat dan mengayun kerisnya menikam ke arah leher Sulastri. Sariwuni yang menyaksikan sikap Sutejo kini diam-diam mengerti bahwa gadis berpakaian pria inilah yang selalu disebut-sebut oleh suaminya. Pantas saja suaminya yang baru sekarang diketahui bernama Sutejo itu hanya mengenal dua nama, yaitu Sulastri dan Bromatmojo, yaitu nama dari dara itulah! Baru dia dapat menduga akan duduknya perkara. Tentu
"ada apa-apa" antara suaminya dan dara berpakaian pria yang sakti mandraguna itu, maka kini melihat Sulastri roboh, dia sudah menerjang untuk membunuhnya.
"Isteriku, jangan...!" Sutejo melompat dan cepat menangkis tusukan itu.
Lengannya berdarah karena kulitnya lecet oleh tusukan keris Sariwuni, akan tetapi Sulastri lolos dari bahaya maut.
Dara ini sudah meloncat lagi, mukanya pucat dan matanya memandang dengan kemarahan meluap-luap. Akan tetapi dia tidak merasa bahwa ada dua titik air mata menempel di atas kedua pipinya, di bawah mata.
Pada saat tentara Puger terdesak hebat, tiba-tiba terdengar http://kangzusi.com
sorak-sorai gegap gempita dan nampaklah pasukan baru yang datang menyerbu, langsung menyerang pasukan Nusabarung!
Itulah pasukan bantuan dari Lumajang yang dipimpin oleh Maeso Pawagal! Seperti kita ketahui, melihat Sulastri meninggalkan Lumajang dan mendengar betapa Puger
diserang oleh Nusabarung, Sang Adipati di Lumajang lalu mengutus Maeso Pawagal, seorang senopatinya, untuk
memimpin seribu orang perajurit pilihan dan pergi ke selatan membantu Puger. Ketika tiba di Puger,Maeso Pawagal
mendengar bahwa bala tentara Puger telah menyerang ke 1055
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
selatan,maka dia segera membawa pasukannya mengejar.
Akhirnya, menjelang senja itu, dia tiba di pesisir dan melihat betapa pasukan Puger sedang terdesak hebat, maka dia lalu mengerahkan pasukannya untuk menyerbu. Kini gemparlah keadaan di medan perang itu dan pasukan Nusabarung
menjadi panik. Kekuatan pasukan Lumajang masih segar dan tentu saja bantuan pasukan Lumajang ini membangkitkan kembali
semangat pasukan Puger yang tadi sudah terdesak dan terhimpit itu. Sebaliknya, pasukan Nusabarung menjadi geger dan nyali mereka menyempit. Melihat gelagat yang tidak baik ini, apalagi karena senja telah mulai gelap, Menak Srenggo cepat membunyikan tanda untuk menarik mundur tentaranya.
Mereka segera mundur dan lari berserabutan ke laut, di mana telah siap perahu-perahu mereka. Mereka berloncatan ke dalam perahu, dikejar-kejar oleh pasukan Puger dan Lumajang, meninggalkan mereka yang tewas dan terluka.
Juga Sutejo, Sariwuni, dan Bandupati telah lebih dulu mengundurkan diri dan kembali ke Nusabarung. Sekali ini, biarpun tadinya pihak Nusabarung telah hampir merebut kemenangan, akhirnya mereka harus mengakui kekalahan karena bantuan dari Lumajang itu.
"Keparat! Aku akan membujuk Kakang Adipati Menak Dibyo untuk sewaktu-waktu menyerbu dan menghajar Lumajang!"
http://kangzusi.com
Menak Srenggo mengepal tinjunya di atas perahu ketika luka di paha kirinya dirawat oleh seorang ahli pengobatan.
Sementara itu, Sutejo duduk termenung di perahu,
membiarkan saja isterinya merangkulnya. Dia masih bingung dan betapapun dia memutar otaknya, dia tidak dapat
mengingat siapa adanya tiga orang muda yang menjadi senopati Puger tadi.
Dia merasa sudah mengenal baik dengan mereka itu,
terutama sekali gadis berpakaian pria yang gagah perkasa tadi. Ada sesuatu yang aneh tergerak di dalam dadanya ketika 1056
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dia bertemu dan bertanding dengan dara itu, sesuatu yang menyentuh perasaan dan amat mengharukan hatinya. Akan tetapi juga membuat dia bingung sekali. Apalagi mendengar nama Sutejo disebut orang, dia menjadi makin bingung karena nama ini pun amat dikenalnya!
"Kakangmas, mereka itu menggunakan ilmu hitam untuk membikin bingung padamu. Sudahlah, jangan memikirkan mereka lagi. Untuk kekalahan ini, Ayah tentu akan membalas dendam." Sariwuni menghibur, biarpun hatinya sendiri merasa tidak enak,penuh dengan kegelisahan dan rasa cemburu mengingat akan sikap suaminya terhadap dara berpakaian pria tadi.
Akan tetapi Sutejo diam saja dan menghadapi belaian dan rayuan wanita yang dianggapnya Sulastri dan yang menjadi isterinya itu dengan sikap dingin. Perahu-perahu itu membawa perajurit-perajurit Nusabarung, melaju karena layar-layarnya menerima hembusan angin sepenuhnya menuju ke
Nusabarung. Hampir sepertiga jumlah pasukan mereka
menjadi korban dalam perang itu.
Biarpun pihaknya sendiri mengalami banyak korban yang jatuh, namun pasukan Puger kembali ke Puger dengan hati besar. Sang Adipati lalu mengadakan pesta untuk
menghormati kedatangan pasukan Lumajang yang membantu dan untuk merayakan kemenangan. Beginilah perang! Perang http://kangzusi.com
dikobarkan oleh manusia yang memperebutkan kemenangan, karena kemenangan dianggap sebagai jalan menuju ke
kemuliaan dan kesenangan. Demikian kejamnya perang, kejam dan palsu. Manusia menjadi tidak ada artinya sama sekali, dipermainkan oleh nafsu-nafsu beberapa orang yang berada di atas yang menghendaki kemenangan di pihaknya karena kemenangan ini akan memperkuat kedudukannya, akan mempertahankan kemuliaan dan kehormatannya, akan menjamin keselamatan dan kesenangannya. Dan untuk itu, semua rakyat dikerahkan untuk saling bunuh dengan musuh, 1057
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
yaitu manusia-manusia lain yang dianggap menghalangi kesenangannya atau membahayakan kedudukannya. Dan
kalau perang sudah selesai, kemenangan dirayakan dengan pesta pora. Perajurit-perajurit yang masih hidup diberi hadiah, sekedar hiburan. Yang sakit dirawat dan diberi hadiah pula,sekedar hiburan. Yang mati akan dihormati namanya dan diingat untuk suatu saat tertentu, sekedar hiburan. Mereka ini hanya alat cukup dipelihara sekedarnya agar sewaktu-waktu dapat dipergunakan lagi apabila perlu. Dan yang benar-benar merayakan kemenangan ini adalah mereka yang benar-benar menang, mereka yang dapat mempertahankan kedudukan dan kesenangan bagi diri sendiri. Penderitaan rakyat atau para perajurit hanya diingat sewaktu-waktu saja, lalu dilupakan.
Para keluarga perajurit yang tewas, kehilangan suami, ayah atau anak, dan sebagai gantinya menerima sekedar hiburan itu, juga hiburan batin bahwa mereka mengorbankan nyawa ayah, suami atau anak demi ini, demi itu yang muluk-muluk.
Akan tetapi, betapa banyaknya di keheningan malam di kala mereka merindukan dia yang telah "gugur sebagai bunga", mereka bertanya-tanya kepada diri-sendiri mengapa terjadi ini semua" Mengapa nyawa manusia dikorbankan secara demikian sia-sia"
Dapatkah kebahagiaan diperoleh dengan cara saling
sembelih" Dapatkah kebenaran diraih dengan cara saling http://kangzusi.com
bunuh" Hati nurani bertanya-tanya. Mengapa kita suka perang" Mengapa kita suka bermusuhan" Mengapa kita
membenci" Semua orang mengatakan ingin damai. Semua orang
mengatakan ingin baik. Semua orang mengatakan ingin bersahabat, ingin dicinta. Betapa mungkin bicara tentang damai kalau kita masih suka bermusuhan" Hentikan
permusuhan dan tanpa dicari perdamaian pun akan muncul.
Betapa mungkin bicara tentang kebaikan kalau kita masih suka melakukan kejahatan. Hentikan perbuatan jahat dan 1058
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tanpa dicari lagi kebaikan pun akan timbul. Yang penting adalah meneliti diri sendiri, mengenal diri sendiri, mengerti diri sendiri. Hal ini baru mungkin terlaksana kalau kita mengawasi diri sendiri setiap saat, memandang dan mendengarkan segala gerak-gerik diri sendiri lahir batin setiap saat, mengamati jalan pikiran sendiri, suara hati sendiri, sehingga akan nampaklah semua kepalsuan dan kebusukan diri sendiri.
Kita selalu ingin merubah kedudukan, padahal keadaan itu adalah kenyataan,sedangkan keinginan merubah itu hanyalah khayal belaka. Kita pemarah, akan tetapi kita ingin menjadi penyabar. Mana mungkin ini" Nanti hanya akan muncul paksaan, sabar pura-pura dan palsu, dan itu bukanlah sabar namanya. Kesabaran akan ada kalau kemarahan sudah tidak ada. Jadi yang penting bukan mengkhayalkan kesabaran yang tidak ada, melainkan mempelajari kemarahan yang berada di dalam batin sendiri itulah! Aku marah! Aku adalah kemarahan itu sendiri adalah pikiran,dan pikiran adalah kemarahan itu sendiri. Kemarahan timbul karena pikiran mengingat-ingat hal yang merugikan Si aku lahir batin. Si aku juga Si pikiran itulah, pikiran membentuk aku dan kalau aku dirugikan, maka aku menjadi kemarahan!
Aku marah, kemarahan itu tiada bedanya dengan aku, Si pikiran. Lalu aku tidak marah, pikiran yang sesungguhnya adalah kemarahan itu ingin lain, ingin sabar,ingin tidak marah.
http://kangzusi.com
Mana mungkin" Sebaliknya tanpa ingin apa-apa, hanya mengamati diri-sendiri, yaitu kemarahan itu, maka kita akan mengenal diri sendiri.
Pengenalan diri sendiri ini akan menimbulkan kewaspadaan dan pengertian, dan mendatangkan perubahan yang tidak dipaksakan oleh Si aku, yaitu pikiran itu sendiri pula. Kalau sudah terjadi perubahan, kalau sudah tidak ada
kemarahan,maka tidak lagi dibutuhkan kesabaran yang dicita-citakan itu tadi.
1059 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Demikian pula dengan perdamaian. Perdamaian yang
dicita-citakan hanyalah permainan dari pikiran, permainan dari Si aku yang sedang berada dalam keadaan perang. Dalam keadaan perang mengkhayalkan perdamaian adalah omong kosong besar.
Perang di dunia merupakan bentrokan keinginan yang
berbeda-beda dan berlawanan dari bangsa-bangsa, dan bangsa-bangsa adalah masyarakat-masyarakat, dan
masyarakat adalah kita, saya dan anda dan dia. Selama kita menjadi hamba dari keinginan-keinginan kita, mengejar keinginan yang diperluas dengan sebutan cita-cita dan sebagainya, maka sudah pasti akan terjadi bentrokan-bentrokan, konflik-konflik yang berupa bentrokan antar manusia, kemudian bentrokan antar ras, antar kelompok, antar suku, kemudian antara bangsa dan antara negara, juga antara agama dan politik! Hal ini sudah jelas sekali bagi siapa yang sudi membuka mata dan telinga dan tidak menutup mata terhadap kenyataan, lalu hanya ikut-ikutan saja kepada ajaran-ajaran lapuk yang diulang-ulang.
Di Puger sedang dirayakan pesta, tentu saja mereka yang pulang dengan badan utuh saja yang dapat bersenang-senang. Mereka yang terluka rebah merintih di atas
pembaringan, ditangisi sanak keluarganya. Mereka yang tewas dan bahkan jenazahnya saja tidak dapat dibawa pulang, juga http://kangzusi.com
hanya tinggal nama yang diratap tangisi oleh anak isterinya.
Sulastri juga menangis. Sepanjang perjalanan pulang ke Puger, dia sudah menangis dan kini dia menangis di dalam kamarnya. Semua ucapan hiburan dari Roro Kartiko tidak didengarnya dan dia masih menangis terisak-isak. Hatinya sakit bukan main.
Sutejo telah berpihak kepada Nusabarung! Bukan itu saja.
Sutejo tidak lagi mengenalnya atau mungkin memang tidak lagi sudi mengenalnya! Dan lebih dari itu lagi. Sutejo memanggil isterinya itu dengan Sulastri, yaitu namanya, 1060
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
bahkan Sutejo menggunakan nama Bromatmojo! Bukankah semua itu ditujukan untuk mengejeknyam untuk memukul batinnya" Sakit sekali hatinya!
"Sudahlah, Mbakayu, jangan terlalu berduka. Saya yakin bahwa tentu ada apa-apa yang luar biasa terjadi pada diri Kakangmas Sutejo. Kalau tidak begitu, tidak mungkin rasanya dia bersikap seaneh itu. Mbakayu Sulastri," Roro Kartiko berkata untuk ke sekian kalinya, akan tetapi Sulastri hanya menggeleng kepala sambil sesenggukan, bahkan menjambaki rambutnya sendiri seperti seorang anak kecil yang
mengambek. Dengan air mata membasahi kedua matanya Roro Kartiko lalu meninggalkan Sulastri seorang diri dan diam-diam dia mendatangi Kakaknya, Joko Handoko yang juga sedang duduk bermuram durja dan termenung di dalam kamarnya.
"Kakangmas, kasihan sekali Mbakayu Sulastri. Tak dapat aku menghiburnya..." Roro Kartiko menangis.
Joko Handoko menarik napas panjang. "Aku tahu, Adikku, aku tahu..., memang terlalu sekali Dimas Sutejo...."
"Jangan menyalahkan dia, Kakangmas. Aku tidak percaya bahwa Kakangmas Sutejo akan sengaja bersikap seperti itu.
Tentu ada apa-apanya, ada rahasianya... dan aku akan pergi menyelidiki ke sana, Kakangmas."
http://kangzusi.com
"Tidak, jangan, Diajeng. Akulah yang akan pergi
menyelidiki ke sana dan mengingatkan Adimas Sutejo.
Sebelum kau datang memang aku sudah merencanakan itu.
Aku harus melakukan itu demi Sulastri..."
"Tidak, aku harus pergi juga. Kakangmas, lupakah kau siapa adanya orang yang kucinta sepenuh hatiku di dunia ini"
Selain engkau dan Mbakayu Sulastri, aku... aku hanya dapat mencinta seorang pria saja di dunia ini...."
1061 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Joko Handoko menunduk. "Hemm, sungguh kasihan sekali engkau, Adikku. Kenapa nasib kita serupa benar" Engkau mencinta Sutejo dan aku mencinta Sulastri, akan tetapi mereka berdua tidak dapat membalas cinta kita karena mereka itu saling mencinta. Apalagi yang dapat kita lakukan untuk membalas budi mereka itu selain mempertemukan mereka" Marilah, Adikku, mari kita pergi bersama."
"Kita harus menyamar sebagai Sriti Kencana dan mengajak empat orang pembantu kita yang paling setia, yaitu Ayu Kunti, Ambar, Tarmi dan Cempaka. Urusan ini harus dilakukan dengan sembunyi. Kalau kita berhasil menyelundup ke Nusabarung dan dapat bertemu dengan Kakangmas Sutejo, aku rasa dia tidak akan melupakan kita. Tadi pun sikapnya terhadap kita sudah menunjukkan bahwa dia masih ingat kepada kita."
"Baik Adikku, mari kita mengadakan persiapan."
"Demikianlah, tanpa diketahui seorang pun, kakak beradik ini bersama empat orang anak buahnya, mengenakan pakaian Sriti Kencana dan mereka berenam lalu lolos dari Puger, meninggalkan orang-orang yang masih dalam suasana pesta kemenangan itu, menuju ke selatan. Tak lama kemudian, enam orang yang berpakaian serba hitam ini sudah berlayar dalam sebuah perahu kecil menuju ke Nusabarung. Untung bagi mereka bahwa ombak laut di waktu itu sedang surut http://kangzusi.com


Kemelut Di Majapahit Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

sehingga mereka dapat berlayar tanpa banyak kesukaran.
Bulan sepotong di langit menerangi permukaan laut dan mereka dapat melihat Pulau Nusabarung yang seperti seekor ikan raksasa sedang timbul di permukaan air, kelihatan menyeramkan.
Sementara itu, Sulastri yang ditinggalkan seorang diri di dalam kamarnya,menangis sepuas hatinya. Makin dia
mengenangkan Sutejo, makin hancurlah hatinya,membuat hatinya merasa merana dan lenyaplah segala harapannya.
Selama ini, masih ada sedikit harapan yang bernyala semacam 1062
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dian kecil di hatinya bahwa sekali waktu dia akan dapat bertemu dengan pemuda itu dan mungkin segala hal akan dibikin terang. Selama ini dia merasa betapa telah bersikap terlalu terburu nafsu terhadap Sutejo. Kini dia dapat menduga apa yang telah terjadi di puncak Bromo. Mengingat akan watak Sutejo yang sudah-sudah, memang tidaklah mungkin kalau pemuda itu melakukan pembunuhan terhadap Gurunya.
Tentu semua itu adalah perbuatan Resi Harimurti dan dia merasa gembira bahwa dia telah dapat membalas kematian Gurunya dan telah berhasil membunuh Resi Harimurti.
Mengapa dia tidak pernah mau mendengarkan pembelaan diri dan penjelasan Sutejo"
Akan tetapi, pertemuannya dengan Sutejo sebagai senopati Nusabarung ini menghapus semua harapan, memadamkan
sedikit api harapannya. Sutejo telah menikah dengan puteri Adipati Nusabarung! Bahkan Sutejo telah mengejek dan mempermainkannya, dengan menggunakan namanya, nama
aselinya yang diberikan kepada isterinya dan nama
samarannya dipakainya sendiri! Betapa anehnya!
Sulastri bangkit duduk, teringat kepada Roro Kartiko. Dia menoleh ke sana-sini mencari-cari, namun tidak melihat Roro Kartiko. Roro Kartiko tadi menghiburnya dan menyatakan berkali-kali bahwa tentu ada tersembunyi rahasia yang membuat Sutejo bersikap demikian tidak wajar. Tidak wajar"
http://kangzusi.com
Memang! Kini dia teringat akan pandang mata pemuda itu.
Memang ada sesuatu yang aneh pada pemuda itu. Ada
sesuatu yang tidak wajar, seolah-olah Sutejo menjadi berubah wataknya, berubah ingatannya, seperti orang lupa segala. Dia tahu, dalam perang tanding siang tadi,kalau Sutejo
menghendaki, tentu dia sudah roboh dan tewas oleh pemuda yang amat sakti mandraguna itu. Sutejo banyak mengalah dalam pertandingan tadi, bahkan Sutejo menyelamatkan dia ketika dia hendak dibunuh oleh Sariwuni! Apa artinya semua itu" Kini baru dia teringat bahwa dia tadi tidak pernah mempedulikan Roro Kartiko dan kini dia membutuhkan dara 1063
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
itu untuk diajak bicara tentang sikap Sutejo yang amat aneh itu.
Cepat dia turun dari pembaringan dan keluar dari kamar itu, mencari-cari Roro Kartiko. Akan tetapi di luar pun tidak ada. Dia lalu menuju ke kamar suaminya dan ternyata kamar itu pun kosong. Dia merasa heran dan hatinya mulai merasa curiga dan tidak enak. Apalagi ketika dia mendapat kenyataan bahwa para anggauta Sriti Kencana yang paling dekat dengan kakak beradik itu pun tidak nampak.
Akhirnya dia bertemu dengan Sriwanti, seorang di antara anak buah Sriti Kencana.
"Sriwanti, katakan, di mana adanya Kakangmas Handoko dan Diajeng Kartiko?" dia bertanya.
Sriwanti telah dipesan untuk tidak membocorkan kepergian enam orang itu, akan tetapi terhadap Sulastri tentu saja dia tidak berani menyangkal. Bukankah wanita ini adalah isteri Joko Handoko dan bahkan telah banyak berjasa terhadap Sriti Kencana sehingga tidak ada rahasia lagi baginya" Dengan sinar mata terheran-heran Sriwanti memandang wanita itu dan merasa heran mengapa isteri Joko Handoko sendiri sampai tidak tahu ke mana perginya rombongan Sriti Kencana itu.
"Mereka berdua telah pergi bersama Ambar, Tarmi,
http://kangzusi.com
Cempaka, dan Ayu Kunti. Berpakaian sebagai Sriti Kencana, sudah sejak tadi...."
"Eh, ke mana mereka?"
"Hamba-hamba tidak diberi tahu, hanya dipesan agar tidak mengatakan kepada siapa pun akan kepergian mereka. Akan tetapi terhadap Paduka hamba tidak berani menyembunyikan.
Hamba tidak tahu ke mana mereka pergi...."
Sulastri merasa terkejut sekali, alisnya berkerut dan dia termenung. Kemudian tiba-tiba dia teringat dan dia mengepal 1064
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kedua tangannya, kemudian sekali berkelebat dia sudah lenyap dari depan Sriwanti, membuat wanita ini menjadi bengong dan kagum bukan main. Juga dia tidak mengerti mengapa kalau lain orang merayakan kemenangan perang itu, dua orang Gustinya dan wanita perkasa yang baru saja menghilang itu kelihatan sama sekali tidak gembira.
Sementara itu, enam orang Sriti Kencana yang telah
berlayar dengan perahu menuju ke Nusabarung, telah berhasil mendarat di pulau itu. Untung bagi mereka bahwa keadaan pulau itu tidak terjaga terlalu kuat, bahkan para penjaga sudah pergi tidur karena selain mereka itu semua letih setelah melakukan perang selama beberapa hari ini, juga mereka mengira bahwa setelah terjadi perang itu, tidak mungkin pihak musuh akan dapat menyerbu, karena betapapun juga, pihak musuh telah kehilangan banyak korban dan juga tentu telah berada dalam keadaan letih sekali.
Enam orang itu mendarat dan menyembunyikan perahu,
meninggalkan dua orang menjaga perahu agar
mempersiapkan perahu kalau-kalau mereka nanti
membutuhkan untuk melarikan diri dengan secepatnya.
Kemudian Joko Handoko dan Roro Kartiko mengajak dua orang pembantunya, yaitu Ayu Kunti dan Cempaka yang memiliki kepandaian paling tinggi di antara empat orang anggauta Sriti Kencana, untuk menyelundup ke dalam pulau http://kangzusi.com
dan melakukan penyelidikan. Mereka berpencar menjadi dua, Roro Kartiko dan kakaknya membelok ke kiri dan kedua orang anggauta Sriti Kencana itu disuruh menyelidiki ke kanan dan mereka berjanji untuk kembali ke perahu sebelum fajar menyingsing.
Roro Kartiko dan Joko Handoko melakukan perjalanan
cepat memasuki pulau itu,berlindung di kegelapan bayangan-bayangan pohon dan akhirnya mereka tiba di bangunan-bangunan besar di tengah pulau. Karena malam itu di atas Pulau Nusabarung terdapat awan yang bergumpal-gumpal 1065
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sehingga sering kali bulan sepotong tidak nampak, maka keadaannya cukup gelap bagi dua orang yang berpakaian hitam ini untuk menyelinap tanpa dicurigai oleh para penjaga yang bermalas-malasan itu. Karena kegelapan itu, maka akhirnya tanpa banyak kesulitan mereka dapat menemukan gedung kadipaten yang cukup besar dan megah. Juga di tempat ini penjagaan tidak begitu ketat. Memang Kadipaten Nusabarung merupakan sebuah pulau, maka tentu saja tidak memerlukan penjagaan ketat di sekitar kadipaten karena musuh hanya bisa datang dari luar pulau, sedangkan di dalam pulau itu semua adalah perajurit atau anak buah Kadipaten Nusabarung.
Joko Handoko dan Roro Kartiko maklum bahwa kalau
Sutejo telah menjadi mantu Adipati Nusabarung, maka dia tentu tinggal di dalam gedung kadipaten atau di dekatnya, maka mereka berdua lalu menyelinap ke dalam taman istana atau gedung besar kadipaten itu, lalu memasukinya melalui pintu belakang. Dengan kepandaian mereka, kedua orang kakak beradik ini akhirnya dapat mengintai ke dalam ruangan belakang di mana mereka melihat dua orang putera dan puteri Adipati Nusabarung, yaitu Bandupati dan Sariwuni, sedang sibuk bercakap-cakap dengan suara lirih.
"Sari, perlukah itu" Aku khawatir kalau terlalu banyak engkau memberi sari akar Lalijiwo kepada Dimas Bromatmojo, http://kangzusi.com
hal itu akan merusak kesehatannya kelak. Sudah lama dia menjadi suamimu, perlukah engkau dibantu oleh Lalijiwo lagi?"
"Kakang Bandu, melihat sikapnya di medan perang siang tadi, sungguh hatiku merasa khawatir sekali. Kiranya itulah wanita yang bernama Sulastri, dan agaknya nama Bromatmojo adalah nama samaran wanita itu pula! Dan nama Kakangmas Bromatmojo sesungguhnya adalah Sutejo! Ah, kalau dalam keadaan lupa segala dia masih teringat akan nama Sulastri dan nama samaran wanita itu, agaknya dahulu... dia amat 1066
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mencinta Sulastri. Kini mereka saling berjumpa dan kulihat wanita itu memang selain cantik juga amat sakti mandraguna, maka aku khawatir sekali, Kakang. Dia harus diberi minum lebih banyak lagi."
"Ah. Sari adikku yang manis. Dia telah menjadi suamimu, andaikata dia teringat akan masa lalu sekalipun, apa gunanya baginya" Dia adalah suamimu yang sah dan dia telah
menerima banyak budi kebaikan dari kita, tentu dia tidak akan melupakan begitu saja. Pula aku mendengar bahwa senopati wanita yang ternyata adalah Sulastri itu adalah anak mantu Adipati Puger. Andaikata mereka berdua dulu memang saling mencinta, akan tetapi kalau keduanya telah menikah dengan orang-orang lain, mereka akan dapat berbuat apakah?"
Sariwuni menarik napas panjang akan tetapi dia
melanjutkan kesibukannya membuat ramuan obat, cairan jamu berwarna hijau dari perasan akar Lalijiwo dan rempah-rempah lainnya. "Biarpun begitu, hatiku merasa tidak enak, Kakang. Aku melihat dia sekarang termenung dan jelas kelihatan berduka dan murung. Agaknya, kalau dia sampai teringat masa lalu, tentu dia akan jatuh cinta kembali kepada wanita itu. Kalau saja kami mempunyai anak, tentu tidak begini khawatir hatiku. Akan tetapi semenjak dahulu, dia tidak pernah bersikap mesra yang sedalamnya terhadap
diriku,seolah-olah ada jurang pemisah di antara kami. Kakang, http://kangzusi.com
aku... aku sudah terlanjur jatuh cinta kepadanya, dan aku takut kehilangan dia...."
"Hemm, kita semua juga tidak ingin kehilangan dia, Adikku.
Dia merupakan tenaga bantuan yang amat hebat dan amat berharga bagi Nusabarung. Akan tetapi, alangkah baiknya kalau dia menjadi adik iparku dan menjadi senopati
Nusabarung dalam keadaan sadar, tidak seperti yang sudah-sudah, seperti patung hidup karena pengaruh Lalijiwo...."
1067 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kakang, apakah kau berani tanggung kalau dia tidak kuberi Lalijiwo, lalu dia teringat akan segala hal dan kemudian lari meninggalkan aku dan meninggalkan Nusabarung?"
"Ah, memang bahayanya terlalu besar... sudahlah terserah kepadamu, Adikku. Dia adalah suamimu."
"Justru sekarang ini dia harus minum lebih banyak lagi sari Lalijiwo untuk membuat dia melupakan perempuan jahanam itu!" Sariwuni lalu membawa cawan terisi jamu itu memasuki sebuah pintu yang berada di sebelah kiri ruangan di mana dia tadi bercakap-cakap dengan Bandupati. Pemuda raksasa tampan ini menarik napas panjang, menggeleng-geleng kepala lalu pergi dari situ.
Roro Kartiko menyentuh lengan kakaknya, kemudian
mereka menanti sampai Bandupati pergi dan tidak terdengar lagi langkahnya, mereka lalu cepat memasuki ruangan yang sunyi itu dan berindap-indap memasuki pintu di mana mereka tadi melihat Sariwuni pergi membawa cawan berisi jamu.
Jantung kakak dan adik ini berdebar keras. Sekarang mereka berdua mengerti apa yang terjadi dengan diri Sutejo.
Kiranya pemuda itu telah diberi minum racun yang
bernama Lalijiwo sehingga Sutejo lupa segala-galanya, bahkan agaknya telah lupa akan namanya sendiri dan yang diingatnya hanyalah dua nama, yaitu Sulastri dan Bromatmojo. Nama Sulastri kemudian dipakai oleh Sariwuni dan nama
http://kangzusi.com
Bromatmojo dipakai sendiri oleh Sutejo.
Melihat kenyataan ini, jantung kedua orang kakak beradik ini seperti ditusuk ujung keris berkarat. Jelaslah betapa Sutejo tetap mencinta Sulastri!
Sebetulnya, penyelidikan mereka telah berhasil. Mereka telah dapat membongkar rahasia keanehan yang meliputi diri Sutejo. Akan tetapi mendengar dan melihat Sariwuni hendak mencekoki Sutejo dengan sari akar Lalijiwo yang lebih kuat lagi,tentu saja mereka berdua tidak dapat tinggal diam.
1068 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Keduanya lalu menyelinap dan mengejar dengan niat untuk menyelamatkan Sutejo, sungguhpun mereka berdua maklum bahwa perbuatan mereka ini amat berbahaya sekali.
Tiba-tiba terdengar bentakan nyaring, "Mata-mata hina, sungguh berani mati mengantarkan nyawa!" Dan secara tiba-tiba saja muncullah Menak Srenggo dari sebuah pintu dan menghadang kakak beradik itu!
Joko Handoko dan Roro Kartiko terkejut bukan main
melihat kakek raksasa ini menghadang di depan mereka.
Mereka berdua cepat mencabut keris dan hendak menyerang, akan tetapi dengan tertawa Menak Srenggo bertepuk tangan tiga kali dan dari semua penjuru muncullah belasan orang pengawal yang bertubuh tinggi besar. Dengan sikap
mengancam dan menyeramkan belasan orang itu, dipimpin oleh Menak Srenggo, telah mengurung kakak beradik ini yang berdiri saling membelakangi dan siap untuk membela diri.
"Ha-ha-ha, kiranya Joko Handoko dan Roro Kartiko yang berani datang di sini. Bukan main! Sungguh berani sekali!
Heran, mengapa Adipati Puger mengutus putera dan puteri angkatnya sendiri menjadi mata-mata" Apakah Puger sudah kehabisan jago" Hayo kurung dan bunuh mereka!"
Akan tetapi sebelum para pengawal bergerak, terdengar seruan nyaring, "Tahan!"
http://kangzusi.com
Semua orang berhenti bergerak dan ternyata yang muncul adalah Bandupati. Ketika Bandupati mendengar suara ribut-ribut itu, dan cepat menghampiri dan alangkah kaget dan juga girang serta heran rasa hatinya ketika dia mengenal putera dan puteri Adipati Puger! Terutama sekali melihat Roro Kartiko yang telah menggerakkan hatinya itu, dia benar-benar merasa girang sekali. Tanpa dicari, ternyata dara yang membuatnya tergila-gila itu telah datang sendiri!
"Jangan bunuh mereka! Jangan sampai lukai mereka.
Tangkap mereka hidup-hidup, mereka adalah putera dan 1069
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
puteri Adipati Puger, calon tawanan-tawanan kita yang amat berharga!" teriak Bandupati.
Munculnya Bandupati ini menyelamatkan nyawa Joko
Handoko dan Roro Kartiko, akan tetapi tetap saja mereka tidak sudi kalau dijadikan tawanan maka ketika Bandupati dibantu oleh Menak Srenggo menyerang, mereka membela diri dan menyambut dengan keris di tangan.
Bandupati menubruk untuk menangkap Roro Kartiko, akan tetapi dara ini dengan cekatan menyambut tubrukan itu dengan kerisnya yang menyambar ke arah dada.
Karena mereka berdua merasa tidak ada gunanya lagi
menyembunyikan wajah mereka,maka mereka sudah
merenggut lepas kain hitam yang menutupi muka. Tadinya mereka bersama empat orang anak buah mereka mengenakan pakaian Sriti Kencana dan muka mereka sebagian besar, dari bawah mata ke bawah, ditutupi kain hitam. Sungguh tidak mereka sangka bahwa mereka akan terlihat oleh Menak Srenggo dan tentu saja Menak Srenggo yang pernah menjadi senopati Puger itu segera mengenal mereka.
"Eh... hebat juga Andika, puteri yang manis!" Bandupati berseru dan cepat dia mengelak dari sasaran keris. "Bukankah namamu Dyah Roro Kartiko" Wong ayu, lebih baik engkau dan kakakmu menyerah saja. Sayang sampai kalau lecet kulitmu yang halus. Daripada bermusuhan, bukankah lebih baik kita http://kangzusi.com
bersahabat?" Bandupati berkata sambil tersenyum dan memandang kagum.
"Siapa sudi bersahabat dengan orang macam engkau?"
Roro Kartiko memaki dan dia cepat menerjang lagi. Namun Bandupati yang memiliki kepandaian tinggi itu sudah mengelak dengan mudahnya. Di lain pihak, Joko Handoko juga sudah diserang oleh Menak Srenggo yang dia tahu memang amat digdaya itu, akan tetapi orang muda ini tidak merasa gentar dan mengamuk seperti banteng terluka.
1070 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Pergunakan tali! Tangkap mereka hidup-hidup!" Bandupati berseru dan kini para pengawal sudah mempersiapkan tali-tali yang dibuat seperti laso. Dikepunglah Joko Handoko dan Roro Kartiko dan tali-tali itu beterbangan dari semua penjuru, merupakan laso-laso yang menyambar ke arah kepala mereka.
Dua orang kakak beradik itu tentu saja menjadi sibuk sekali.
Mereka berusaha mengelak, menangkis dan merobohkan para pengeroyok, akan tetapi kesibukan ini membuka kesempatan kepada Bandupati dan Menak Srenggo untuk menerkam ke depan. Kedua lengan Joko Handoko dan Roro Kartiko dapat ditangkap, ditelikung dan di lain saat para pengawal telah menubruk dan mengikat kaki tangan mereka dengan tali sehingga mereka tak mampu bergerak pula.
Para pengawal lalu diperintahkan untuk mundur. Bandupati memondong tubuh Roro Kartiko dan Menak Srenggo menyeret tubuh Joko Handoko, keduanya lalu memasuki sebuah
ruangan dalam di mana duduk Sariwuni dan Sutejo.
"Kakang Bandu, apakah ribut-ribut itu" Eh, bagaimana mereka ini dapat kau tangkap?" Sariwuni berseru heran sambil memandang dua orang tawanan itu yang sudah diturunkan oleh Bandupati dan Menak Srenggo. Biarpun kaki tangan mereka dibelenggu, Joko Handoko dan Roro Kartiko berdiri dan memandang dengan mata mendelik penuh kemarahan, dan mereka memandang kepada Sutejo dengan sinar mata http://kangzusi.com
penuh rasa penasaran, akan tetapi juga mengandung
kegelisahan dan kasihan karena mereka berdua maklum betapa pemuda yang gagah perkasa ini sama sekali tidak berdaya, seperti patung hidup dan kehilangan ingatan di bawah pengaruh racun yang dilolohkan kepadanya oleh putera-puteri Adipati Nusabarung yang kejam itu.
Ketika Sutejo melihat dua orang tawanan itu, dia
memandang seperti orang linglung dan bingung, akan tetapi dia mengerutkan alisnya dan bangkit berdiri sejenak memandang bergantian kepada Roro Kartiko dan Joko
1071 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Handoko. Lalu bertanya, "Siapakah mereka ini" Mengapa mereka ditangkap dan dibelenggu?"
Adimas Bromatmojo, apakah engkau lupa lagi" Mereka
adalah putera dan puteri Adipati Puger. Mereka datang ke sini sebagai mata-mata Puger yang hendak menyelidiki keadaan kita, akan tetapi untung Paman Menak Srenggo melihat mereka sehingga mereka dapat ditangkap. Ha-ha, Adimas Bromatmojo, inilah puteri Puger yang cantik dan
mengagumkan hatiku itu. Aku jadi ingat akan usulmu untuk berdamai dengan Puger dan melamar puteri Sang Adipati. Dan ternyata dia sendiri telah datang ke sini sebelum kulamar, ha-ha-ha!"
"Kakangmas Sutejo! Ingatlah, Kakangmas, sadarlah!
Engkau adalah Kakangmas Sutejo! Lupakah engkau akan namamu sendiri" Ingatlah betapa Mbakayu Sulastri selalu menanti-nantimu! Dan nama Bromatmojo adalah nama
Mbakayu Sulastri kalau menyamar sebagai pria. Ingatlah, Kakangmas Sutejo!" tiba-tiba Roro Kartiko berseru nyaring.
Dua orang putera dan puteri Adipati Nusabarung itu tidak mencegah.
Memang mereka hendak menguji Sutejo dan mereka
memandang kepada orang muda itu penuh perhatian.
Sutejo kelihatan makin bingung. Dia memandang dara yang bicara itu dengan alis berkerut. "Apa... apa artinya kata-http://kangzusi.com
katamu itu" Siapa Sutejo" Aku seperti mengenal nama itu, dan Sulastri..." Sulastri...?" Dia memandang kepada Sariwuni, kepada isterinya yang selalu dikenalnya sebagai Suastri.
Sariwuni mendekati suaminya yang kembali duduk dengan alis berkerut dan dengan jari tangan memijit-mijit pelipis kepalanya itu. Sariwuni datang membawa secawan jamu yang tadi belum sempat diminum oleh Sutejo karena terjadi keributan tadi. "Kakangmas Bromatmojo, perlu apa
mendengarkan ocehan pihak musuh" Mereka ini datang
sebagai mata-mata dan sengaja hendak mengacaukan pikiran.
1072 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Nah, kau minumlah jamu ini,Kakangmas. Jamu ini akan menghilangkan pening di kepalamu dan membuat pikiranmu tenang kembali."
Tanpa memperdulikan dua orang tawanan itu, dengan
sikapnya yang manja, dengan langkah yang lemah gemulai dan lenggang yang membuat pinggulnya yang penuh montok itu menonjol dan bergerak-gerak hidup, Sariwuni menghampiri Sutejo sambil membawa jamu dalam cawan terbuat daripada emas itu.
"Perempuan iblis! Terkutuklah engkau! Kakangmas Sutejo, jangan mau minum! Itu adalah racun Lalijiwo dan karena minuman itulah maka engkau kehilangan ingatanmu!"
Setelah berkata demikian, dengan nekat Roro lalu
mengerahkan seluruh tenaganya dan biarpun kedua kaki dan tangannya terikat, tiba-tiba tubuhnya sudah mencelat ke atas dan dengan kedua kakinya dia telah menerjang Sariwuni!
Kejadian ini sama sekali tidak disangka-sangka oleh semua orang. Bagaimana mungkin dalam keadaan terbelenggu kaki dan tangannya itu, dara Puger ini masih berani melakukan serangan senekat itu" Banduapti dan Menak Srenggo juga sama sekali tidak pernah menyangkanya, maka mereka tidak sempat mencegah. Sariwuni sendiri juga tidak menyangka, maka ketika tiba-tiba tubuh Roro Kartiko itu menerjang ganas, dia terkejut bukan main.
http://kangzusi.com
"Ehhh...!" Dia berteriak, mencoba menghindar akan tetapi gerakannya itu membuat cawan jamu itu miring dan isinya tumpah keluar, sedangkan kedua kaki Roro Kartiko tetap saja mengenai pundaknya sehingga Sariwuni roboh terguling!
Bersama robohnya tubuh Sariwuni, tubuh Roro Kartiko juga terguling karena dengan kedua kakinya terbelenggu tentu saja dia tidak dapat bergerak leluasa.
Semua orang terkejut, akan tetapi tidak merasa khawatir karena biarpun tendangan tadi amat keras, namun tidak membahayakan keselamatan Sariwuni dan hanya
1073 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menumpahkan obat di dalam cawan. Akan tetapi, Sariwuni menjadi marah bukan main.
Mukanya merah dan matanya mengeluarkan sinar berapi-api. Dia meloncat bangun,memandang kepada Roro Kartiko yang tak dapat bangun kembali itu dengan mata mendelik.
"Perempuan jahanam, kau sudah bosan hidup!" Secepat kilat Sariwuni menubruk dengan tangan mencabut kerisnya.
"Sari..., jangan...!" Banduputi mencoba untuk mencegah, akan tetapi terlambat karena Sariwuni sudah menubruk dan sekali ayun, kerisnya menancap ke ulu hati Roro Kartiko.
"Plakk...!" Sariwuni terhuyung ke belakang ketika
lengannya ditampar oleh Sutejo, akan tetapi kerisnya tertinggal di dada Roro Kartiko dan menancap sampai ke gagangnya.
"Kenapa... kenapa kau membunuh dia...?" Sutejo bertanya gagap dan menjadi bingung. Ucapan Roro Kartiko tadi benar-benar mendatangkan kebingungan di dalam hatinya, seolah-olah angin badai yang menggoyahkan akar-akar yang telah lama terpedam. Akan tetapi dia masih belum dapat menerobos awan gelap yang menyelimuti pikirannya. Karena tadi dia termangu-mangu dan termenung bingung,maka dia juga tidak sempat mencegah Sariwuni menyerang Roro Kartiko. Dengan bingung Sutejo berlutut dan mengangkat leher Roro Kartiko, http://kangzusi.com
memandang dada yang sudah menjadi sarung keris itu.
Roro Kartiko mengeluh akan tetapi ketika memandang
wajah Sutejo, dia tersenyum.
Teriakan Joko Handoko memanggil namanya tidak
diperdulikannya.
"Adikku... Roro..." Joko Handoko hanya dapat berseru dengan hati seperti ditusuk rasanya, matanya terbelalak dan mukanya pucat.
1074 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sutejo masih memandang wajah dara itu, lalu perlahan-lahan dia berkata, "Andika adalah puteri Adipati Puger, kenapa datang ke sini seperti ini..." Ah, Andika terluka parah, tak mungkin dapat tertolong lagi..."
Roro Kartiko masih tersenyum. "Kakangmas Sutejo, aku datang untuk menyelamatkanmu... ingatlah, aku Roro Kartiko yang pernah kau bantu berkali-kali, aku dan Kakangmas Handoko adalah putera-puteri bekas Bupati Progodigdoyo.
Ingat" Ayahku berdosa besar kepadamu, kepada keluargamu, biarlah aku mati dalam membelamu, Kakangmas. Ingatlah, engkau adalah Kakangmas Sutejo, dan Mbakayu Sulastri menanti-nantimu di Puger. Kau berada dalam cengkeraman orang-orang Nusabarung..."
"Tutup mulutmu, perempuan rendah!" Sariwuni membentak dan menerjang maju, akan tetapi Sutejo memalangkan
lengannya dan pada saat itu Roro Kartiko tersenyum dan menghembuskan napas terakhir. Agaknya dara ini rela mati di dalam rangkulan Sutejo. Sutejo merebahkan tubuh itu di atas lantai, lalu bangkit berdiri memandang isterinya, dan menarik napas panjang.
=0o0odwo0o0= Jilid 72 http://kangzusi.com
"Sulastri, isteriku, sungguh aku tidak mengerti mengapa seringkali engkau melakukan hal-hal yang tidak
menyenangkan hatiku?"
Sariwuni merangkul suaminya dan menarik tangan
suaminya itu untuk duduk kembali,lalu dia duduk di atas pangkuan suaminya dan mencium pipinya, lalu berkata merengek manja, "Suamiku, Kakangmas Bromatmojo, kenapa kau berkata demikian" Apakah kau tidak melihat betapa tadi 1075
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dia menyerangku dan hampir membunuhku" Bahkan dia telah menumpahkan obat untukmu. Siapa yang tidak marah?"
Sutejo menarik napas panjang, menoleh kepada Joko
Handoko yang memandang kepada mayat Adiknya dengan air mata bercucuran. "Ah, permusuhan yang tiada habisnya ini sungguh tidak menyenangkan. Tadinya Kakang Bandupati berniat memperisteri puteri Puger, kini telah kau bunuh."
"Dimas Bromatmojo, dia memang cantik dan aku suka
kepadanya. Akan tetapi perbuatannya tadi memang
keterlaluan dan setelah dia dibunuh adikku, sudahlah. Itu adalah salahnya sendiri. Kita masih mempunyai putera Adipati Puger untuk sandera dan dapat kita pergunakan untuk menekan Sang Adipati di Puger agar supaya takluk."
"Kalian pengecut-pengecut hina!" Tiba-tiba Joko Handoko berteriak dengan air mata masih mengalir di kedua pipinya.
"Kalian membunuh adikku setelah adikku tidak berdaya dan terbelenggu! Kalian manusia-manusia berhati iblis! Sutejo, dahulu engkau kami anggap sebagai seorang satria utama yang gagah perkasa, dan kami merasa berdosa kepadamu karena ayah kami telah mencelakakan keluarga Ibumu. Akan tetapi sekarang, ternyata engkau hanyalah menjadi permainan perempuan cabul yang hina dina ini! Sungguh engkau
mengecewakan sekali!"
"Desss...! Plak-plak-plakk!" Sariwuni sudah meloncat dan http://kangzusi.com
menendang lalu menampari muka Joko Handoko sehingga orang muda ini tidak dapat melanjutkan makiannya dan kalau saja Bandupati tidak mencegah Sariwuni, tentu wanita ini sudah membunuhnya pula.
"Manusia hina! Berani engkau memaki suamiku?" Sariwuni memaki-maki.
"Sudahlah, Adikku yang manis. Sudahlah, kalau kau
membunuhnya pula, tidak ada artinya lagi kita berhasil menangkap mereka."
1076 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kakang Bandu benar, isteriku. Kita tidak boleh membunuh tawanan yang telah tidak berdaya," Sutejo berkata dan alisnya selalu berkerut karena dia sekarang mulai merasa aneh dan menduga tentu terjadi hal-hal yang luar biasa sehingga orang-orang muda dari Puger itu menyebutnya Sutejo dan bicara seperti itu.
Pada saat itu, terdengar suara gaduh dan empat orang pengawal memasuki ruangan sambil menyeret tubuh dua orang wanita yang luka-luka. Joko Handoko makin terkejut melihat bahwa yang diseret masuk dalam keadaan
terbelenggu pula itu bukan lain adalah Ayu Kunti dan Cempaka. Tubuh kedua orang pembantunya itu luka-luka dan pakaian mereka robek-robek sehingga nampak kulit tubuh mereka yang putih di balik pakaian robek. Joko Handoko memejamkan mata dengan ngeri, dapat membayangkan
betapa tangan-tangan kurang ajar dari para perajurit pengawal Nusabarung tentu telah mempermainkan tubuh kedua orang pembantunya yang masih muda dan cantik itu.
Sementara itu, Ayu Kunti dan Cempaka ketika melihat Joko Handoko terbelenggu, sedangkan Roro Kartiko menggeletak dalam keadaan terbelenggu, mandi darah dan agaknya telah tewas, juga menjadi terkejut bukan main dan seketika mereka menangis sesenggukan. Ketika tadi ketahuan, dikeroyok, ditangkap dan banyak tangan mencomoti tubuh mereka, dua http://kangzusi.com
orang anggauta Sriti Kencana yang gagah ini sama sekali tidak pernah mengeluh. Akan tetapi kini menyaksikan Roro Kartiko telah tewas, mereka benar-benar tak dapat menahan lagi kesedihan mereka.
"Raden... harap maafkan kami... kami telah ketahuan dan gagal..." Ayu Kunti berkata kepada Joko Handoko, akan tetapi Joko Handoko tidak menjawab, hanya memejamkan matanya.
Memang sudah disengaja dari Puger untuk datang ke
Nusabarung dengan maksud menolong Sutejo. Kalau gagal, sudahlah. Memang dia dan adiknya sudah siap untuk
1077 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mengorbankan nyawa demi Sutejo dan terutama sekali demi Sulastri! Dia ikut bersama adiknya mencoba untuk
mengingatkan dan menyelamatkan Sutejo demi Sulastri. Kini mereka telah gagal, adiknya telah tewas, maka dia pun tidak mempunyai keinginan lain kecuali tewas pula seperti adiknya.
Hidup pun sudah tidak ada artinya lagi baginya. Kehidupannya telah sia-sia, kebahagiaannya telah kandas semenjak dia menikah dengan Sulastri!
Melihat tertangkapnya lagi dua orang wanita muda, Sutejo berkata, "Kakang Bandu, kuharap engkau suka memaafkan mereka dan membebaskan mereka demi mencapai
perdamaian dengan Puger."
"Ha-ha, tentu saja, Dimas Bromatmojo. Sudah kukatakan bahwa kematian Roro Kartiko ini adalah kesalahannya sendiri.
Tadinya pun kami sama sekali tidak ingin membunuhnya. Kami akan menggunakan tiga orang ini sebagai sandera untuk menekan Adipati Puger agar suka menyerah saja dan..."
Tiba-tiba terdengar suara gaduh di luar jendela yang besar dari ruangan itu. "Hei,tahan...! Tahan..., aduh... ahhh...!"
Terdengar suara gedubrakan dan nampak dua orang
pengawal terlempar masuk,menabrak daun jendela yang menjadi runtuh. Dua orang pengawal itu roboh terbanting ke dalam ruangan itu dengan kepala pecah! Dan seperti kilat menyambar, sesosok bayangan berkelebat masuk dan tahu-http://kangzusi.com
tahu di situ telah berdiri Sulastri yang berpakaian wanita dengan sikap gagah perkasa, sepasang mata berkilat-kilat dan kedua tangan terkepal, kedua kaki terpentang lebar, sikapnya seperti seekor naga betina yang sedang mengamuk.
Dengan sepasang mata tajam bersinar-sinar dan penuh keberanian, Sulastri memandang ke kanan kiri, menatap wajah setiap orang yang hadir. Akan tetapi ketika pandang matanya bertemu dengan wajah Roro Kartiko, seketika matanya terbelalak, mukanya agak pucat dan dia cepat menoleh ke arah wajah suaminya, Joko Handoko!
1078 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Dia... dia telah tewas... dibunuh secara pengecut oleh perempuan iblis itu, dan... dan Dimas Sutejo tidak sempat menolongnya... ah, dia telah sengaja mengorbankan diri untuk kalian..." kata Joko Handoko yang tak dapat melanjutkan kata-katanya karena dia terisak menangis.
Perlahan-lahan kepala Sulastri bergerak, menoleh sampai dia bertemu pandang mata dengan Sutejo. Sesaat dua pasang pandang mata itu bertemu, bertaut dan Sutejo merasa jantungnya tergetar hebat, akan tetapi tetap saja dia tidak dapat mengingat siapa adanya wanita yang demikian hebat mempengaruhi batinnya. Melihat betapa kedua orang itu saling pandang sedemikian lamanya, timbul kekhawatiran di dalam hati Sariwuni dan dia cepat merangkul pundak Sutejo dan berkata, "Kakangmas, inilah wanita yang mengaku bernama Sulastri, dan karena dia bernama seperti itu,maka sejak saat ini biarlah aku membuang nama Sulastri dan memakai namaku yang ke dua saja, yaitu Sariwuni.
Kakangmas, dia adalah isteri mata-mata itu, isteri putera Adipati Puger. Agaknya dia datang untuk menolong
suaminya."
Sulastri sudah marah sekali mendengar penuturan Joko Handoko tadi bahwa Roro Kartiko dibunuh oleh wanita ini. Kini mendengar ucapan wanita itu dan sikapnya yang merangkul pundak Sutejo dengan mesra, kemarahannya sudah tak
http://kangzusi.com
tertahankan lagi.
Terdengar suara lengking menyeramkan keluar dari
tenggorokan wanita perkasa itu dan tiba-tiba tubuhnya sudah melesat bagaikan seekor burung walet saja, dia sudah menerjang ke arah Sariwuni yang masih merangkul leher suaminya.
"Dukk... dess!!" Tubuh Sariwuni tergelimpang, akan tetapi tubuh Sulastri juga terpental karena tadi ketika Sariwuni menangkis, Sutejo juga mengangkat tangannya menangkis.
1079 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tangkisan Sutejo inilah yang membuat dia terhuyung ke belakang.
"Sutejo, engkau membela perempuan sesat itu" Bagus, majulah!" Sulastri membentak marah.
"Dia... dia isteriku... harap kau jangan membikin kacau di sini," kata Sutejo bingung.
Sariwuni telah bangkit berdiri. "Kakangmas Bromatmojo, cepat kau bunuh perempuan itu!" teriaknya.
Mendengar ini, Sulastri marah bukan main. "Inilah
Bromatmojo! Akulah Bromatmojo,murid puncak Bromo! Kalian semua boleh maju!"
"Tangkap dia!" Bandupati sudah memberi perintah dan belasan orang pengawal yang sudah berkumpul di situ serentak maju menyerang, menggunakan senjata masing-masing.
Namun, dengan menggerakkan kaki tangannya, dalam
sekejab mata saja Sulastri telah merobohkan empat orang pengeroyok. Kemudian, dia mengeluarkan suara teriakan dahsyat dan tubuhnya seperti lenyap dan kadang-kadang nampak di sana-sini,seperti telah berubah menjadi banyak orang. Demikian cepat gerakannya, menyambar-nyambar dan terdengar pekik kesakitan berganti-ganti disusul robohnya para pengawal yang mengepung itu sehingga dalam waktu http://kangzusi.com
singkat saja belasan orang pengawal telah roboh dan tak dapat bangun kembali! Ruangan itu penuh dengan mayat dan tubuh mereka yang terluka, malang melintang dan
berserakan! Bandupati, Sariwuni, dan Menak Srenggo memandang
dengan mata terbelalak. Menak Srenggo maklum akan
kesaktian wanita itu, akan tetapi sungguh tak pernah disangkanya betapa dalam keadaan marah, Sulastri menjadi makin dahsyat sehingga menggiriskan hatinya.
1080 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Hayo serbu, keroyok, maju semua!" Menak Srenggo
berteriak keras untuk menyembunyikan perasaan girisnya.
"Hamuk-hamuk suramrata jayamrata! Orang-orang
Nusabarung, majulah semua. setapak pun Sulastri tidak akan mundur! Inilah Bromatmojo, anak Bromo!" Sulastri berteriak menantang, suaranya nyaring dahsyat sehingga Joko Handoko sendiri yang duduk terbelenggu dan bersandar dinding merasa ngeri. Dia tahu bahwa hati "isterinya" itu tertindih dan merasa berduka sekali, bukan hanya karena kematian Roro Kartiko, akan tetapi terutama sekali karena keadaan Sutejo, maka diam-diam dia merasa terharu dan kasihan di samping perasaan khawatir akan keselamatan wanita yang menjadi isterinya dalam sebutan saja itu.
Melihat kesaktian wanita itu, Bandupati dan Sariwuni, dibantu Menak Srenggo dan belasan orang pengawal yang sudah masuk ke dalam ruangan menggantikan belasan orang yang sudah roboh, mulai mengurung. Di luar ruangan itu masih terdapat banyak sekali pengawal, akan tetapi tentu saja mereka tidak dapat masuk semua karena ruangan itu terbatas sekali. Mayat-mayat dan tubuh-tubuh terluka para pengawal yang maju lebih dulu telah ditarik keluar, demikian pila meja kursi telah disingkirkan sehingga ruangan itu kini menjadi luas dan yang tinggal di situ hanya jenazah Roro Kartiko yang berada di sudut dan di dekat jenazah ini,Joko Handoko duduk http://kangzusi.com
bersandar tembok. Sedangkan Ayu Kunti dan Cempaka yang hanya terbelenggu kedua tangan mereka, sudah mendekati Joko Handoko dan duduk mepet tembok sambil memandang dengan mata terbelalak kepada Sulastri.


Kemelut Di Majapahit Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Serbuuuu...! Bunuh dia...!!" Sariwuni kini berteriak. Wanita ini khawatir sekali melihat sikap suaminya terhadap dara ini.
Tahulah dia kini dengan yakin bahwa memang gadis inilah pujaan hati suaminya dahulu, maka kini gadis ini harus dibunuhnya! Kalau tidak, akan sukarlah menguasai suaminya yang biarpun masih terpengaruh Lalijiwo namun begitu 1081
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
berhadapan dengan gadis ini menjadi bingung dan ragu. Tadi pun dia sudah membujuk suaminya untuk menandingi gadis ini, akan tetapi suaminya hanya duduk bengong memandang Sulastri dan sama sekali tidak mau bergerak.
Atas teriakan Sariwuni itu, semua pengawal bergerak dan mulailah pengeroyokan lagi atas diri Sulastri. Karena kini Sariwuni, Bandupati dan Menak Srenggo sendiri maju
mengeroyok, maka Sulastri mengamuk dengan hebatnya. Tiga orang lawan ini bukan merupakan orang biasa, melainkan memiliki ilmu kepandaian yang tinggi, maka tidak mudah bagi Sulastri untuk merobohkan mereka seperti yang telah dilakukannya tadi terhadap para anggauta pengawal
Nusabarung. Akan tetapi, biarpun keris di tangan Sariwuni, pedang di tangan Bandupati dan golok di tangan Menak Srenggo menghujankan serangan yang ditujukan untuk
membunuh, dan dibantu dengan belasan batang golok atau tombak para pengawal Sulastri dapat selalu menghindarkan diri dengan baiknya dan setiap kali dia menangkis dengan jari tangannya, keris, pedang atau golok itu terpental karena tangannya dilindungi oleh aji kekebalan Trenggiling Wesi!
Bahkan setiap kali dia menangkap golok itu atau tombak yang dipakai seorang pengawal untuk menyerangnya, dia terus membetot senjata itu, menarik pemegangnya dan dengan sekali tendangan, tamparan atau lontaran senjata rampasan, dia merobohkan pengawal itu!
http://kangzusi.com
Pertempuran di dalam ruangan itu memang hebat dan seru bukan main. Sulastri mengamuk bagaikan seekor singa yang buas sedang marah. Rambutnya yang panjang awut-awutan, beterbangan ketika dia bergerak, sanggulnya terlepas dan kadang-kadang rambutnya itu menutupi sebagian mukanya.
Gerakan kakinya membuat kain yang dipakainya
mengeluarkan bunyi seperti akan robek, kedua tangannya bergerak sedemikian cepatnya sehingga bagi pandangan mata biasa, kedua lengan gadis itu berubah menjadi lebih dari enam buah! Tubuhnya berloncatan, berkelebatan dan setiap kali dia 1082
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
bergerak dan mengeluarkan pekik dahsyat, robohlah seorang pengawal!
Sepak terjang yang amat menggiriskan dari dara itu benar-benar membuat para pengawal menjadi gentar bukan main.
Mereka ini, para pengawal pilihan dari Nusabarung yang bertugas sebagai pengawal-pengawal di kompleks istana kadipaten, merupakan orang-orang yang memiliki kepandaian, banyak pengalaman berkelahi dan memiliki keberanian hebat, juga kejam dan sewenang-wenang, apalagi terhadap wanita.
Akan tetapi kini, menghadapi seorang wanita seperti Sulastri yang demikian gagah perkasa, yang dalam waktu kurang dari satu jam telah merobohkan lebih dari dua puluh orang pengawal, mereka benar-benar menjadi gentar bukan main.
Karena gentar, maka kini para pengawal itu mundur dan hanya mengurung sambil mengancam dengan tombak yang bergagang panjang sambil berteriak-teriak,membiarkan tiga orang yang berkepandaian lebih tinggi itu, yaitu Sariwuni, Bandupati, dan Menak Srenggo untuk mengeroyok dara itu.
Sebenarnya, setelah mengamuk sejam lebih itu, Sulastri yang semalam suntuk melakukan perjalanan yang melelahkan, menyeberangi laut menuju ke Nusabarung menggunakan
sebuah perahu, padahal dia bukanlah ahli mengemudikan perahu, Sulastri merasa lelah bukan main. Akan tetapi, kemarahannya membuat dia memperoleh kekuatan yang
http://kangzusi.com
berlipat ganda, dan biarpun dia kini dikeroyok oleh tiga orang yang pandai, dia sama sekali tidak terdesak, sebaliknya tamparan-tamparan Hasto Nogo tangan kirinya seperti sambaran-sambaran kilat di musim hujan yang selalu
mengancam kepala tiga orang lawannya itu.
Tiga orang lawannya menjadi penasaran sekali. Mereka adalah orang-orang pandai,dan di Nusabarung, mereka merupakan orang-orang yang sukar dicari tandingannya.
Kini, mengeroyok seorang gadis saja, mereka sama sekali tidak mampu mendesak, apalagi merobohkannya.
1083 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Menak Srenggo, jagoan dari Blambangan itu menjadi
penasaran sekali. Dia mengeluarkan suara gerengan seperti seekor biruang marah, lalu goloknya diputar menerjang ke arah Sulastri. Gerakannya ini diikuti oleh Bandupati yang juga menggerakkan pedangnya dengan cepat. Melihat serangan dua orang ini dipercepat,Sulastri lalu mengerahkan ilmunya meringankan tubuh, dengan Aji Turonggo Bayu,tubuhnya seperti menunggang angin berkelebatan dan tidak tersentuh oleh gulungan sinar pedang dan golok. Pada saat yang dianggapnya tepat dan baik sekali, tiba-tiba Sariwuni membentak, "Mampuslah kau!" Dan dengan keris di tangan, wanita ini meloncat dari belakang dan menghunjamkan kerisnya ke arah punggung Sulastri.
Ketika itu, Sulastri sedang menghadapi serangan pedang dan golok yang amat cepat, maka tentu saja bagian belakang punggungnya terbuka dan tidak terjaga, maka serangan dari belakang itu amat berbahaya. Namun, Sulastri yang sudah marah dan nekat itu seolah-olah tidak melihat serangan ini, sungguhpun diam-diam dia mengerahkan Aji Trenggiling Wesi sambil menanti tusukan.
"Dukkk...!"
Ketika itu, Sulastri sudah berhasil menghindarkan diri dari ancaman pedang dan golok, dan tepat keris yang
dihunjamkan Sariwuni itu tepat mengenai punggungnya.
http://kangzusi.com
Akan tetapi keris itu seperti mengenai benda dari karet yang ulet dan keras saja, tidak dapat menembus dan dengan dan dengan perhitungan yang tepat, tangan kiri Sulastri sudah menyambar dibarengi tubuhnya yang berputar ke belakang.
"Wuuuutttt...!" Tangan berkulit halus berjari kecil runcing yang mengandung tenaga dahsyat dan ampuh dari Hasto Nogo itu menyambar ke arah kepala Sariwuni!
"Sulastri, awas...!" Terdengar Sutejo tiba-tiba berseru keras. Sulastri terkejut dan cepat mencurahkan perhatiannya 1084
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
ke belakang dan kanan kiri, akan tetapi dia tidak melihat sesuatu yang mengancam dirinya. Karena perhatiannya terbagi, maka pukulan Hasto Nogo itu kurang terarah.
Sebaliknya, mendengar seruan suaminya itu, Sariwuni sudah cepat membuang diri ke belakang. Namun, tetap saja
pundaknya kena disambar hawa pukulan Hasto Nogo dan dia merasa tulang pundaknya nyeri seperti retak-retak dan dia terhuyung ke belakang.
Sekarang tahulah Sulastri bahwa seruan yang dikeluarkan oleh mulut Sutejo tadi sama sekali bukan ditujukan
kepadanya, melainkan kepada Sariwuni yang bagi Sutejo bernama Sulastri. Marahlah dia!
Sementara itu, Sariwuni sudah merangkul leher Sutejo sambil merengek, "Kakangmas, benarkah engkau tega melihat aku terancam bahaya dan tidak mau membantu" Dia itu mata-mata musuh, dia hendak mencelakai kita, bahkan dia hampir saja tadi membunuhku."
"Biarkan aku menangkapnya!" Tiba-tiba Sutejo berseru.
Tadi dia merasa bingung dan serba salah. Tentu saja dia harus membantu isterinya dan para pengawal Nusabarung. Akan tetapi ada sesuatu pada diri wanita itu yang membuat dia bingung dan ragu-ragu. Kini, melihat isterinya hampir celaka, pula, karena dia tidak ingin melihat wanita perkasa itu akhirnya tewas oleh pengeroyokan, dia mengambil keputusan http://kangzusi.com
untuk menangkap wanita itu hidup-hidup.
Begitu dia berseru demikian, tubuhnya sudah melesat ke depan dan tahu-tahu tangannya telah mencengkeram ke arah pundak kiri Sulastri. Inilah serangan yang sekaligus mengarah kelemahan lawan! Patut diketahui bahwa pukulan yang paling diandalkan oleh Sulastri adalah Hasto Nogo, aji pukulan ampuh yang menjadi inti dari ilmu berkelahi Hasto Bairowo, dan Hasto Nogo dipusatkan di dalam tangan kiri. Maka kini secara langsung Sutejo menyerang dengan cengkeraman ke arah pundak kiri Sulastri, tentu saja serangan ini merupakan 1085
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
serangan berbahaya yang ditujukan kepada bagian paling lemah dari pemilik Ilmu Hasto Nogo! Cara Sutejo menyerang ini sama sekali bukan karena dia teringat kepada Aji Hasto Nogo,melainkan karena memang dia cerdas sekali dalam menangkap inti gerakan ilmu dan aji kesaktian. Maka setelah menyaksikan sepak terjang Sulastri beberapa lamanya,dia sudah tahu bagaimana harus menghadapi wanita ini.
"Aihhh...!" Sulastri memekik dan cepat dia melempar tubuh ke depan, kemudian dia membalik dan kakinya melayang cepat, menendang ke arah pusar lawan. Ketika melihat bahwa yang menyerangnya adalah Sutejo, hatinya menjadi makin panas dan dia pun menyusuli tendangannya dengan tamparan Hasto Nogo ke arah kepala orang muda itu. "Kau maju"
Bagus, mari kita bertanding mati-matian!"
Sutejo dapat menghindarkan diri dan dari belakang,
Bandupati dan Menak Srenggo kembali telah menggerakkan padang dan goloknya. Namun Sulastri tidak menjadi gentar.
Cepat dia mengelak dan balas menyerang, bahkan melihat Sariwuni berdiri di pinggir dia sudah menantang, "Perempuan hina, hayo kau majulah sekalian untuk kubunuh!"
Akan tetapi Sariwuni tersenyum mengejek dan duduk di atas lantai sambil tersenyum dan menonton. Setelah Sutejo maju, dia merasa yakin bahwa wanita itu pasti akan dapat ditundukkan, karena ketika berada di medan perang pun dia http://kangzusi.com
sudah tahu bahwa suaminya lebih sakti daripada wanita itu.
Memang kini telah berlangsung pertandingan yang hebat luar biasa antara Sulastri dan Sutejo. Gerakan dua orang ini sedemikian cepatnya sehingga Bandupati dan Menak Srenggo tertinggal dan kedua orang ini hanya membantu sedikit saja, yaitu sewaktu mereka dapat membedakan mana kawan mana lawan. Kalau dua orang muda itu sedang berputaran cepat, mereka tidak berani menyerang, takut kalau-kalau senjata mereka mengenai tubuh kawan sendiri. Makin lama, makin cepatlah gerakan Sutejo dan Sulastri. Akan tetapi Sulastri yang 1086
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
memang kalah setingkat kepandaiannya itu, kini makin lelah.
Lelah dan pening. Akhirnya, Sutejo berhasil menampar tengkuknya dan robohlah Sulastri, terguling dan cepat Bandupati dan Menak Srenggo menubruk dan mengikat kaki tangannya sehingga Sulastri yang sudah hampir tidak sadar karena hebatnya tamparan di tengkuknya itu, kini tidak dapat bergerak lagi.
"Sutejo, engkau benar-benar kejam dan terkutuk!" Joko Handoko berteriak memaki dengan marah sekali.
"Lepaskan dia!" Tiba-tiba Sutejo membentak kepada
Bandupati dan Menak mundur.
Mereka tadinya sudah merah sekali kepada Sulastri yang telah membunuh banyak pengawal, maka setelah membuat gadis itu tidak berdaya, mereka bermaksud untuk menghina Sulastri dan merobek dan menanggalkan pakaiannya agar gadis itu telanjang bulat dan disaksikan oleh semua pengawal.
Akan tetapi, siapa duga, baru saja mereka menyentuh pakaian gadis itu, Sutejo telah menghardik mereka.
Sariwuni meloncat dan dengan keris di tangan dia sudah menyerang Sulastri yang sudah terbelenggu dan yang hanya dapat memandang kepadanya dengan mata mendelik.
Akan tetapi, tiba-tiba Sutejo meloncat dan menghadang di depan Sulastri. "Sulastri, jangan kau membunuhnya!" Sutejo http://kangzusi.com
berkata kepada Sariwuni.
"Kakangmas! Dia telah membunuh banyak pengawal, dan telah memukulku. Dia adalah musuh besar kita, orang yang sangat berbahaya, mengapa engkau membelanya?"
Melihat sikap Sutejo ini, selain Sariwuni, juga Bandupati dan Menak Srenggo menjadi tidak senang dan dengan senjata di tangan mereka pun menghampiri.
"Tidak! Tidak boleh dia dibunuh!" Sutejo berseru keras, sikapnya kaku dan tegas.
1087 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Dia seorang yang amat gagah, dan amat memalukan
membunuh lawan yang sudah tak berdaya. Tidak. Sulastri, sebagai suamimu aku berhak melarang engkau untuk
membunuh lagi seorang tawanan seperti yang kaulakukan kepadanya itu!" Dia menuding ke arah mayat Roro Kartiko.
Melihat ini, Sariwuni tersenyum. Hatinya lega karena pembelaan suaminya itu bukan berarti bahwa suaminya sudah ingat lagi kepada Sulastri, melainkan karena suaminya tidak kehilangan watak satrianya. Maka dia lalu menggerakkan tangan menyuruh mundur kakaknya dan pamannya.
"Baiklah, Kakangmas. Yang penting, musuh telah
tertangkap. Kakang Bandupati,harap segera memberi laporan kepada Kanjeng Romo. Paman Menak Srenggo, sebaiknya para pengawal dibubarkan dan suruh singkirkan semua mayat itu. Biarkan para tawanan itu di dalam tahanan dan jaga yang kuat jangan sampai lolos sambil menanti keputusan Kanjeng Romo.
Sariwuni lalu merangkul leher Sutejo. "Jangan khawatir, Kakangmas, kami tidak akan mengganggu musuh yang gagah mengagumkan itu sebelum ada keputusan dari Kanjeng Romo.
Marilah, kubuatkan jamu agar kepeningan kepalamu dan kekacauan pikiranmu dapat hilang. Marilah sayang...!"
Sariwuni menggandeng tangan Sutejo dan sebelum
meninggalkan ruangan itu, dia mengerling dengan senyum http://kangzusi.com
mengejek kepada Sulastri yang rebah dalam keadaan
terbelenggu. Sulastri membuang muka dan hatinya seperti dibakar. Dia kini tahu sungguh-sungguh bahwa Sutejo berada dalam keadaan kehilangan ingatan, bahwa Sutejo tidak sengaja dan tidak sadar membantu Nusabarung, bahkan mungkin sekali Sutejo tidak sadar menjadi isteri Sariwuni yang dianggapnya Sulastri! Hal itu saja sudah membuktikan bahwa Sutejo tidak pernah dapat melupakan nama Sulastri sehingga dalam keadaan linglung itu diperdaya dan menikah dengan seorang wanita bernama Sulastri. Namun, biar dia tahu akan 1088
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
semua ini, bahwa Sutejo tidak sengaja, tetap saja hatinya terasa panas sekali dan marah kepada Sutejo, marah dan benci! Benci karena cemburu tentu saja!
Dia masih mendelik marah ketika dia bersama Joko
Handoko, Ayu Kunti dan Cempaka diseret oleh para pengawal dan dimasukkan ke dalam sebuah kamar besar yang amat kuat dan beruji besi. Tempat tahanan itu kuat bukan main, dan di sebelah luarnya, di luar pintu baja itu, masih terdapat puluhan orang perajurit yang menjaga!
Namun Sulastri tidak menjadi putus asa. Dalam keadaan rebah telentang, dia mengumpulkan hawa murni,
mengembalikan semua tenaganya dan bersiap-siap untuk melawan sampai hembusan napas terakhir. Joko Handoko dan juga dua orang pembantunya juga mencontoh perbuatan Sulastri ini, mereka menghimpun hawa murni dan tidak mau secara ceroboh untuk membuka belenggu yang amat kuat itu.
Sariwuni telah membuatkan secawan jamu sari akar
Lalijiwo lagi untuk Sutejo. Dia memasuki ruangan di mana Sutejo sedang duduk termenung itu membawa secawan jamu sambil tersenyum dan pada saat itu, kebetulan Bandupati dan Menak Srenggo juga datang.
"Ah, Kanjeng Romo girang sekali mendengar bahwa kita telah menangkap mata-mata musuh, apalagi ketika
mendengar itu adalah putera dan mantu Sang Adipati di http://kangzusi.com
Puger. Besok Kanjeng Romo akan mengirim utusan ke Puger dan menuntut agar Sang Adipati Puger, yaitu Sang Prabu Bandardento sendiri, suka datang menghadap ke sini untuk membebaskan putera dan mantunya. Ha-ha, tak kusangka semudah ini kita dapat menundukkan Puger! Dan menurut Kanjeng Romo, kalau Puger sudah jatuh dan pasukannya dapat kita kuasai, kita akan sewaktu-waktu menggempur Lumajang!"
1089 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Bagus!" Menak Srenggo tertawa. "Memang sudah lama
sekali aku ingin untuk menggempur Lumajang, dan setelah itu, Mojopahit!"
"Ah, mimpimu terlalu jauh, Paman. Menggempur Mojopahit bukanlah hal yang mudah. Untuk itu kita harus menghimpun tenaga yang amat kuat. Mojopahit terkenal pula dengan para senopatinya yang sakti mandraguna," bantah Bandupati.
"Hemm, betapapun digdayanya senopati Mojopahit, kalau ada suamiku di sini, kita takut apa?" Sariwuni berkata sambil mendekati Sutejo yang hanya memandang dan mendengarkan tanpa mengeluarkan kata-kata. "Kakangmas, ini obatmu.
Minumlah dan nanti kutemani tiduran agar hatimu tenteram dan pikiranmua tenang."
"Obat" Mengapa aku harus sering minum obat, Diajeng"
Aku tidak sakit," Sutejo menjawab sambil memandang cawan yang dipegang oleh wanita itu.
"Ah, engkau menderita sakit yang cukup lama, Kakangmas.
Sampai pernah engkau lupa segala-galanya, bahkan isterimu ini pun pernah kaulupakan. Obat ini telah menolongmu, sekarang minumlah, tentu pikiranmu yang bingung itu akan mejadi tenang."
Sutejo menerima cawan emas itu. "Memang pikiranku agak bingung..." dia mengakui,lalu dia mengangkat cawan itu, http://kangzusi.com
ditempelkan di bibirnya dan hendak diteguk.
"Tringgg...!" tiba-tiba cawan yang dipegang oleh Sutejo itu terpental, terlepas dari pegangannya, jamunya tumpah, sebagian membasahi bajunya. Sutejo terkejut bukan main, memandang kepada cawan emas yang terbanting di atas lantai,mengeluarkan bunyi nyaring dan menggelinding sampai ke sudut ruangan itu. Lalu di memandang ke kiri, ke arah pintu, dengan mata terbelalak.
Sariwuni, Bandupati dan Menak Srenggo juga terkejut sekali. Mereka tadi melihat sinar putih menyambar dari kiri 1090
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dan kini mereka kini juga menengok. Kiranya di ambang pintu telah berdiri seorang kakek yang tua sekali, rambut, kumis dan jenggotnya telah putih semua, wajahnya membayangkan kesabaran dan kehalusan budi, pakaiannya sederhana sekali, dari kain berwarna kuning yang dilibat-libatkan tubuhnya, pakaian seorang pendeta atau pertapa, tangan kanannya memegang sebatang tongkat bambu yang panjang.
Sariwuni, kakaknya, dan pamannya memandang heran.
Dari mana datangnya kakek ini"
Semenjak terjadi penyelundupan orang-orang Puger,
penjagaan telah diperketat, bahkan Menak Srenggo sendiri yang memerintahkan kepada para perwira penjaga untuk mengerahkan pasukannya menjaga agar jangan sampai ada lagi mata-mata musuh dapat menyelundup masuk pulau. Akan tetapi tiba-tiba saja kakek ini muncul dan kemunculannya, juga sikapnya yang tenang itu membuat mereka bertiga tertegun dan sejenak mereka tidak dapat bergerak atau mengeluarkan kata-kata. Juga Sutejo tidak dapat berkata-kata dan tidak bergerak, padahal biasanya, setelah cawan berisi jamu dipukul jatuh dari tangannya seperti itu, sudah pasti dia akan bergerak menyambut penyerangnya. Dia pun seperti terpesona, pandang matanya lekat dan tidak dapat terlepas dari sinar mata kakek itu yang memandangnya penuh kasih sayang.
http://kangzusi.com
Akhirnya kakek itu yang bersuara, suaranya lirih namun jelas terdengar oleh mereka dan wajah yang lembut itu ramah sekali, "Kulup, Sutejo, sudah terlalu lama engkau menderita sebagai akibat dari penyelewenganmu, aku kasihan
kepadamu, maka jauh-jauh aku datang untuk
menyelamatkanmu, kulup."
Mendengar ucapan itu, Sariwuni membentak nyaring,
"Darimana datangnya pengemis tua ini" Apa kau sudah bosan hidup?" Wanita ini tiba-tiba saja merasa bahwa kehadiran kakek ini merupakan ancaman bagi Sutejo, atau lebih tepat, 1091
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
baginya, dan dia amat takut untuk kehilangan suaminya itu.
Maka sambil membentak itu, dia sudah meloncat ke depan dan mencabut keris, lalu menusuk dada kakek itu.
"Cusss...!" Keris di tangannya itu mengenai kulit daging dan rasanya menembus ke dalam. Akan tetapi mata Sariwuni terbelalak kaget ketika dia melihat kakek itu masih tetap tersenyum seolah-olah tidak merasakan apa-apa.
Melihat keanehan itu, Bandupati dan Menak Srenggo juga menerjang dengan senjata pedang dan golok mereka. Mereka menusuk dan membacok.
"Wuttt, cap-capp!" Pedang dan golok itu pun mengenai sasaran, akan tetapi sama sekali tidak mendatangkan bekas bacokan atau tusukan sungguhpun rasanya tidak seperti mengenai benda keras seperti kalau mengenai tubuh yang dilindungi kekebalan.
"Hemm, orang-orang muda. Menggunakan kekerasan
berarti memancing kekerasan yang akan memukul diri
sendiri," kakek tua renta itu berkata dengan tenang ketika melihat tiga orang itu mundur-mundur dengan mata
terbelalak. Akan tetapi, tiga orang ini memang sudah biasa dengan kekerasan. Biarpun mereka dapat menduga bahwa kakek yang berdiri di depan mereka ini merupakan seorang manusia yang http://kangzusi.com
luar biasa, namun karena kakek ini dianggapnya menentang mereka,maka mereka kini sudah menerjang lagi dengan lebih hebat daripada tadi.
Kakek itu menghela napas dan tersenyum. "Kalian memang keras kepala!" katanya dan sekali ini, begitu senjata mereka mendekati tubuh kakek itu, ada semacam hawa yang luar biasa kuatnya keluar dari tubuh kakek itu dan mendorong mereka sehingga mereka bertiga berteriak kaget dan
terjengkang jatuh!
1092 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Melihat kakek itu merobohkan isterinya, kakak iparnya dan paman isterinya, Sutejo merasa bahwa dia berkewajiban untuk membela, maka dia lalu bergerak,dengan pekik dahsyat dia menerjang maju dan menghantamkan tangan kanannya ke arah dada kakek tua renta yang dia tahu memiliki kesaktian luar biasa itu.
"Plakk!" Pukulan yang dilakukan oleh Sutejo itu hebat sekali karena orang muda ini mengerahkan seluruh kekuatannya, akan tetapi ketika mengenai dada kakek itu, kepalan tangannya seperti mengenai benda lunak dan tenaganya amblas seperti sepotong batu dilempar ke dalam air dan tangannya tergetar hebat, seperti melekat pada dada itu. Dan sebelum Sutejo dapat mengelak, tepat pada saat pukulannya mengenai dada lawan, kakek itu telah menggunakan tangan kanannya meraba dan mengusap muka Sutejo.
"Sutejo, pandanglah baik-baik, aku adalah Gurumu,
Panembahan Ciptaning!"
Sutejo terbelalak. Setelah mukanya diusap, dia merasa seperti ada hawa dingin sekali diulaskan ke mukanya, rasa dingin yang memenuhi kepalanya dan terus menyusup ke dalam dadanya. Dia memandang kakek itu dan tiba-tiba dia menjatuhkan dirinya berlutut, menyembah dan bertanya dengan suara gemetar, "Eyang Panembahan...!!"
Dia kini mengenal kakek itu, Panembahan Ciptaning, eyang http://kangzusi.com
gurunya, pertapa di lereng Gunung Kawi, kakek yang dulu menyelamatkannya dari dalam kobaran api yang membakar rumah ibunya dan yang selama bertahun-tahun mendidik dan menggemblengnya di lereng Gunung Kawi. "Eyang...,
mengapa... mengapa hamba menyerang Eyang...?" Suaranya gemetar penuh penyesalan dan ketakutan. Ngeri dia
memikirkan bagaimana dia tadi berani menyerang gurunya itu dengan aji pukulan yang dipelajarinya dari kakek ini!
"Sutejo, sayang sekali bahwa engkau melupakan pesanku dan telah menyeleweng, bukan hanya menghambakan diri 1093
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kepada orang-orang yang tersesat seperti Resi Mahapati, akan tetapi juga engkau telah melanggar pesanku agar tidak melakukan pembunuhan. Kekerasan hanya akan
mendatangkan kekerasan pula dan segala perbuatan sudah pasti akan mendatangkan hasil yang sama sifatnya dan akan menimpa diri sendiri. Karena perbuatanmu sendirilah maka engkau merasakan penderitaan sampai hampir dua tahun, ingatanmu hilang karena pengaruh racun. Karena melihat engkau sudah cukup terhukum, maka hari ini aku sengaja datang untuk menyelamatkanmu, Kulup."
Pada saat itu, Sariwuni, Bandupati dan Menak Srenggo sudah bangkit dan mendengar ucapan kakek itu, mereka terkejut bukan main. Apalagi Sariwuni, dia merasa kaget karena melihat suaminya agaknya sudah mendapatkan
kembali ingatannya, maka untuk mencegah kakek itu bicara lebih jauh, dia sudah menerjang pula, diikuti oleh kakaknya dan pamannya.
"Heiiii..., jangan kurang ajar!" Sutejo berseru ketika melihat tiga orang itu menyerang gurunya, atau juga kakek gurunya.
Akan tetapi, kakek itu hanya tersenyum, membiarkan dirinya diserang dari belakang.
"Dess! Dess! Desss...!" Serangan tiga orang itu mengenai tubuh Si Kakek aneh,akan tetapi akibatnya, tiga orang itu menjerit dan memegangi tangan masing-masing karena
http://kangzusi.com
senjata mereka terlempar dan terlepas, sedangkan tangan mereka yang tadi memegang senjata terasa nyeri bukan main.
Akan tetapi, memang mereka adalah orang-orang yang tidak biasa menerima kekalahan. Mereka masih merasa penasaran karena kakek itu sama sekali tidak membalas. Mereka berteriak dan menubruk maju,menyerang dengan kepalan tangan.
"Bukk! Bukk! Bukk!!"
=o0o-dw-o0o= 1094 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Jilid 73 Sekali ini, karena mereka memukul dengan tangan,
akibatnya hebat. Pukulan-pukulan itu seperti membalik dan memukul diri mereka sendiri, membuat mereka tergelimpang dan roboh pingsan!
Sutejo memandang heran. "Eyang... mereka... mereka ini siapa dan saya berada di mana...?"
"Selama hampir dua tahun ini, wanita ini kauanggap
sebagai isterimu, dia itu kauanggap sebagai kakak iparmu dan yang ini adalah Menak Srenggo, kauanggap Pamanmu karena dia adalah saudara misan Menak Dibyo, Adipati di
Nusabarung. Mereka berdua itu adalah putera dan puteri Adipati Nusabarung dan engkau berada di Nusabarung."
Sutejo terbelalak. "Apa... apa yang telah terjadi dengan saya...?"
"Engkau selama ini tidak sadar, engkau berada di bawah pengaruh racun Lalijiwo. Baru-baru ini engkau malah menjadi senopati Nusabarung dan menyerang Kadipaten Puger."
Tiba-tiba Sutejo berseru, "Sulastri...!" Dia terkejut bukan main. Teringatlah dia akan Sulastri, dan Roro Kartiko, dan Joko Handoko...! "Ah, di mana Sulastri"
http://kangzusi.com
Dan Joko Handoko" Dan... dan... ah, Roro Kartiko...?" Dia memejamkan mata, karena kini dia membayangkan Roro
Kartiko telah tewas!
Kakek itu mengangguk-angguk. "Mereka memang datang
ke pulau ini, tadinya berniat menolongmu, Sutejo. Akan tetapi mereka tertawan, dan Roro Kartiko telah tewas oleh Sariwuni.
Engkau harus menyelamatkan mereka dan hal itu dapat kau lakukan karena di sini engkau dikenal sebagai senopati dan mantu Sang Adipati."
1095 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Saya... saya akan menolong mereka, eyang. Lalu
selanjutnya, apa yang harus saya lakukan" Ah, kepala saya menjadi pening dan saya bingung sekali, Eyang..."
Kakek itu mengeluarkan dua butir obat pulung yang bundar dan macamnya seperti kotoran kambing. "Kau telahlah ini untuk mengusir semua racun itu. Ingatlah, semua belum terlambat kalau kau suka mengubah sikapmu, Sutejo. Setelah engkau menyelamatkan mereka, jauhkanlah dirimu dari segala permusuhan dan perang. Sebaiknya kalau engkau kembali ke Gunung Kawi, hidup tenang dan penuh damai bersamaku.
Akan tetapi, segalanya terserah kepadamu Cucuku, karena nasib setiap orang berada di dalam genggaman tangannya sendiri. Dialah yang akan menentukan apa yang dilakukannya, dan kelakuannya sendirilah yang akan menentukan bagaimana keadaan selanjutnya. Nah, aku pergi, selanjutnya segala sesuatu tergantung dari dirimu sendiri."
"Eyang...!" Sutejo berseru memanggil, akan tetapi kakek itu telah menghilang.
Hanya sejenak Sutejo termangu. Kini telah pulih kembali ingatannya dan telah kembali pula ketangkasannya sebagai seorang satria yang sakti dan cerdas. Tanpa ragu-ragu lagi ditelannya dua butir obat pemberian eyang gurunya itu, kemudian dia memandang kepada tiga orang yang masih pingsan itu. Kini teringatlah dia setelah tadi mendengar http://kangzusi.com
penuturan singkat dari eyang gurunya. Selama ini dia menganggap wanita ini sebagai isterinya, orang muda tinggi besar itu sebagai kakak iparnya dan kakek raksasa itu sebagai pamannya! Padahal dia tidak mengenal siapa mereka ini! Dan Sulastri, Joko Handoko dan Roro Kartiko telah mengalami bencana karena hendak menolongnya. Bahkan Roro Kartiko telah tewas! Ah, Roro Kartiko...! Sulastri...! Jantungnya berdebar. Dia harus menyelamatkan merka.
Cepat dia meloncat dan mengikat kaki tangan tiga orang yang masih pingsan itu dengan ikat pinggang mereka sendiri, 1096
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
lalu menggunakan ujung baju mereka untuk menutupi mulut dan mengikatnya ke belakang kepala. Dia harus bekerja cepat.
Dia adalah mantu adipati! Tentu mudah baginya untuk menolong mereka!
Dia lalu cepat menutupkan pintu ruangan itu dan keluar.
Tentu saja dia ingat di mana adanya tempat tahanan, maka dengan sikap biasa dan tenang dia menuju ke tempat itu.
Ketika para penjaga melihatnya, mereka semua memberi hormat dan tidak ada yang berani mencegah dia memasuki tempat itu. Bahkan seorang perwira memberi hormat dan berkata sambil tersenyum, "Raden, mereka diam saja di sebelah dalam, tidak ada yang menimbulkan keributan. Eh..., Raden Bromatmojo, kalau... kalau boleh... harap paduka nanti hadiahkan seorang di antara mereka, wanita-wanita anggota Sriti Kencana itu, kepada saya... heh-heh."
Sutejo menahan keheranan dan kemarahannya. Dia disebut Raden Bromatmojo oleh perwira ini! Dan mendengar tentang disebutnya anggauta Sriti Kencana, dia menduga bahwa tentu ada di antara mereka yang tertawan pula. Dia dapat
membayangkan. Tentu Joko Handoko dan Roro Kartiko
menyelundup ke tempat ini dibantu oleh para anggautanya, dengan niat menolongnya. Juga dibantu oleh Sulastri tentu saja. Sulastri! Terakhir kalinya dia bertemu dengan Sulastri adalah di dalam hutan, ketika Sulastri marah-marah
http://kangzusi.com
kepadanya, menuduhnya membunuh Guru gadis itu, yaitu Empu Supamandrangi!
"Keluarlah semua, aku harus membawa mereka keluar!"
katanya singkat. Para perwira merasa heran, akan tetapi tidak ada yang berani menghalangi ketika Sutejo memasuki kamar tahanan itu. Mereka semua berkumpul di luar dan saling bicara, menduga-duga apa yang akan dilakukan oleh mantu adipati itu. Mereka semua merasa segan dan hormat kepada mantu adipati ini yang mereka tahu memiliki ilmu kepandaian yang amat hebat.
1097 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dengan langkah lebar Sutejo memasuki kamar tahanan
setelah pintunya dibuka dari luar. Dia melihat Sulastri dan jantungnya berdebar tidak karuan.
"Diajeng Sulastri...!" Dia menahan jeritnya dan yang keluar hanyalah bisikan penuh keharuan melihat Sulastri rebah terlentang dalam keadaan terbelenggu itu.
Sulastri mendengar bisikan ini dan membuka matanya.
Ketika melihat bahwa yang memanggilnya adalah Sutejo, dia terbelalak. Kemudian teringatlah dia bahwa Sutejo sekarang bukanlah Sutejo dahulu lagi, melainkan suami Sariwuni yang telah kehilangan ingatan. Maka karena tidak ingin menghadapi siksaan batin lebih lama lagi, dia berkata dengan suara mengandung isak.
"Kau bunuhlah aku sekarang juga...!"
"Tidak... tidak...! Diajeng, lihatlah aku... aku kini sudah ingat lagi... berkat pertolongan Eyang Guru...!" Sutejo lalu menghampiri dara itu dan mulai membuka ikatan kaki dan tangannya.
Sulastri yang tadinya sudah memejamkan matanya lagi, lalu membuka matanya,memandang terbelalak seperti tidak percaya. Akan tetapi dia melihat sinar mata yang lembut penuh duka itu, melihat dua titik air mata membasahi bawah mata pemuda itu, dan tak tertahankan lagi air matanya sendiri http://kangzusi.com
bercucuran. Setelah kaki tangannya terlepas, dia berbisik,
"Kakang Tejo...!"
Tanpa dapat dicegah oleh apapun juga, keduanya lalu saling tubruk dan saling merangkul! Rasa rindu yang bertahun-tahun terpendam, kini jebol dan Sulastri menangis mengguguk dalam pelukan Sutejo, terisak-isak dan hanya dapat menyebut nama pemuda itu berulang kali. Tidak ada kata-kata keluar dari mulut mereka kecuali menyebut nama masing-masing dengan suara penuh kemesraan, kerinduan dan cinta kasih yang amat besar. Seketika lenyaplah seluruh 1098
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
perasaan marah dan dendam, yang ada hanyalah cinta kasih yang mengharukan.
"Dimas Sutejo, engkau sudah ingat kembali" Syukurlah...!"
Suara ini adalah suara Joko Handoko. Mendengar suara ini, seketika Sulastri melepaskan pelukannya,merasa seolah-olah ada halilintar menyambar kepalanya karena dia teringat bahwa dia adalah isteri dari Joko Handoko! Dia melepaskan pelukan dan cepat dia menghampiri Ayu Kunti dan Cempaka untuk melepaskan ikatan kedua tangan mereka, sedangkan Sutejo juga cepat membebaskan kaki tangan Joko Handoko.
"Kakangmas Handoko, baru saja aku sembuh oleh
pertolongan Eyang guruku. Akan tetapi kita harus berhati-hati.
Tusuk Kondai Pusaka 1 Pendekar Latah Karya Liang Ie Shen Lambang Naga Panji Naga Sakti 12
^