Pencarian

Keris Pusaka Sang Megatantra 8

Keris Pusaka Sang Megatantra Karya Kho Ping Hoo Bagian 8


itu, mende kap dan men ciuminya.
"Diajeng ..... diajeng Listyarini. Dijauhkan Sang Hyang
Widhi kiranya aku dari perasaan ce mburu dan t idak percaya
kepadamu. Kasihan engkau telah mender ita sengsara selama
beberapa hari ini karena kealpaanku. Akan tetapi Hyang Widhi
agaknya telah memunculkan orang ini untuk menolongmu.
Sekarang aku mengerti mengapa engkau begitu menyayangnya seperti seorang kakak sendiri. Dia me mang
patut mendapatkan kasihi sayangmu, diajeng."
"Kakang Tejo seorang yang sengsara hidupnya, kakangmas. Kehilangan orang tua yang terbunuh, kehilangan
tunangan yang dirampas orang, kehilangan adik kandung
yang hilang tak diketahui di mana. Setelah dia tahu bahwa
saya adalah isteri paduka dan telah mengandung, dia lalu
menganggap saya sebagai pengganti adiknya yang hilang itu
....." Listyarini me mbe la Ki Tejoranu sambil menangis dalam
rangkulan sua minya, hatinya penuh kebahagiaan karena
suaminya tidak termakan oleh hasutan Lasmini tadi.
"Minggirlah dulu, diajeng. Biar akan kucoba untuk
menye mbuhkan dia."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Mendengar ucapan ini, Listyarini demiikian gembiranya
sehingga ia mencium pipi sua minya dengan mesra sebelum
me lepaskan rangkulannya dan ia lalu duduk di atas sebuah
batu tidak jauh dari situ untuk menonton suaminya mengobati
Ki Tejoranu. Narotama berjongkok dan me meriksa tubuh Ki Tejoranu.
Luka kedua lengannya itu tidak berarti, akan tetapi ketika dia
me mbuka baju me meriksa dada, dia terkejut bukan main. Ada
bekas tapak lima jari tangan di dada itu yang kulitnya seperti
terbakar dan dada itu terasa panas bukan main. Setelah
me mer iksa sejenak, tahulah Narotama bahwa Ki Tejooranu
telnh terkena aji pukulan yang a mat ampuh, pukulan yang
mengandung hawa panas seperti api.
Narotama menga mbil tongkat pusaka Tunggul Manik yang
tergantung di pinggangnya. Dia me ma ng sengaja me mbawa
tongkat pusaka ini untuk berjaga-jaga kalau kalau Listyarini
ditemukan da la m keadaan keracunan seperti tempo hari. Dan
ternyata kini tongkat itu me mang dibutuhkan, walaupun bukan
untuk mengobati Listyarini. Khasiat tongkat Tunggul Manik
adalah terutama untuk menyedot keluar segala maca m racun
dari tubuh ma nusia.
Narotama menggunakan tongkat itu, menggosok-gosokkan
ke dada Ki Tejoranu. Perlahan-lahan, tanda tapak lima jari
menghita m di dada yang kulitnya kekuning-kuningan itu
perlahan-lahan hilang, tinggal hawa panas itu saja yang masih
terasa. Ki Patih Narotama yang sakti mandraguna lalu
mene mpe lkan telapak tangan kirinya ke dada Ki Tejoranu,
menggunakan kekuatan saktinya untuk mendorong dan
mengusir hawa panas itu dari dalam tubuh Ki Tejoranu.
Beberapa saat kemudian, hawa panas itupun terusir keluar
dari dalam dada Ki Tejoranu dan dia mengeluh per lahan lalu
me mbuka kedua matanya. Ketika dia me lihat betapa Ki Patih
Narotama berada di de katnya dan mene mpelkan tangan yang
terasa dingin sejuk di dadanya, dan mendapat kenyataan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
betapa luka di da la m dadanya sembuh sa ma se kali, dia
menjad i kagum bukan ma in.
"Thian ..... (Ya Tuhan), paduka telah ..... menyembuhkan
hamba ....."
Ki Tejoranu segera bangkit duduk dan berlutut sambil
menye mbah ke arah ki patih.
"Paduka sungguh seolang yang sakti mandlaguna dapat
menye mbuhkan a kibat pukulan Tangan Lacun Api! Paduka
telah menyelamatkan nyawa hamba"
Narotama tersenyum, bangkit berdiri dan mengangkat
kedua lengan Ki Tejoranu agar bangkit berdiri pula.
Listyarini merasa girang sekali, la menghampiri dan
me megang tangan Ki Tejoranu. "Ah, syukur engkau telah
dapat disembuhkan, ka kang Tejo .....!"
Ki Tejoranu dengan halus merenggutkan tangannya dan
me langkah ke belakang, lalu me mbungkuk dengan hormat
kepada Listyarini.
"Gusti Puteli, seolang sepelti hamba tidak pantas
beldekatan dengan paduka. Maafkan hamba yang selama ini
kulang holmat kepada paduka ....." Kata-kata pelo itu
diucapkan dengan nada hormat, namun dalam suaranya
terkandung kepedihan hati.
"Ah Kakang Tejo, jangan begitu. Engkau bagiku tetap
Kakang Tejoranu yang baik hati dan a ku tetap Lini bagimu!"
kata Listyarini, kini mendekati sua minya dan me megang
tangan suaminya, seolah minta dukungan pendapat suaminya.
Ki Patih Narotama tersenyum. "Garwaku (isteriku) benar, Ki
Tejoranu, manusia hanya dibagi menjad i dua golongan, yaitu
manusia yang berbudi baik penyembah Sang Hyang Widhi dan
manusia yang berwatak jahat penyembah setan. Harta,
kedudukan, kekuatan dan kepandaian tidak masuk hitungan.
Engkau adalah seorang manusia berbudi baik, sudah
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sepatutnya kalau garwaku menganggap engkau seorang
kakak." "Hayaaa, Gusti Patih, paduka telah menyelamatkan nyawa
hamba, ha mba menghatulkan telima kasih ....."
"Ki Tejoranu, engkaupun telah menyelamatkan nyawa
garwaku, semua pertolongan itu datang dari kekuasaan Sang
Hyang Tunggal (Yang Maha Esa) me lalui engkau dan a ku,
maka mar ilah kita menghaturkan terima kasih kepada Sang
Hyang Widhi saja."
Ki Tejoranu me mbungkuk dan menyembah.
"Paduka amat bijaksana, gusti."
"Hanya sayang sekali engkau telah terlanjur me mbunuh
Nis mara, Ki Tejoranu. Andaikata tidak, tentu dia dapat
mencer itakan yang sebenarnya mengapa dia melakukan
perbuatan terkutuk menculik diajeng Listyarini dan me mbawanya sa mpai di sini."
"Kakangmas, penjahat itu sudah menga ku bahwa dia
me lakukan itu atas perintah Lasmini." kata Listyarini.
Ki Patih Narota ma tersenyum. "Itu hanya pengakuannya,
diajeng, dan kini dia tidak ada sehingga a ku tidak dapat
me ma ksa dia mengaku terus terang. Tidak ada bukti dan
saksinya bahwa diajeng Lasmini yang menyuruhnya. Tidak adil
kalau kita menga mbil kesimpulan bahwa pengakuan penjahat
itu benar. Bisa saja dia sengaja melempar fitnah untuk
mengadu domba. Ketahuilah bahwa sejak engkau hilang,
diajeng Las mini berusaha mati-matian untuk mencarimu."
Mendengar ucapan suaminya, Listyarini menghela napas
panjang. Ia sendiri sudah yakin bahwa keterangan atau
pengakuan Nis mara itu benar. "Hamba serahkan kepada
kebijaksanaan paduka, kakangmas."
Mendengar nada kecewa dalam suara isterinya, Narotama
merangkulnya. Ki Tejoranu juga melihat suasana itu dan dia
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
berkata, "Gusti Puteli, apa yang dikatakan Gusti Patih itu
bijaksana dan benal sekali. Menuduh olang tanpa bukti dan
saksi itu namanya fitnah."
"Ki Tejoranu, kalau engkau ma u, mar i ikut dengan kami ke
Kahuripan dan aku a kan mintakan pangkat bagimu kepada
Sang Prabu. Orang seperti engkau ini butuhkan kerajaan
kami." kata Narotama sa mbil menatap wajah yang kuning
sekali itu. Wajah itu kini men jadi kuning dan tidak wajar,
semua itu merupakan akibat dari luka oleh pukulan Hwe-tok-
cia (Tangan Racun Api) tadi.
Ki Tejoranu me mberi hormat. "Telima kasih, gusti. Akan
tetapi, hamba lebih suka melantau dan bebas dali se mua
ikatan." Ki Patih Narotama tentu saja tidak dapat me ma ksa dan dia
me ma klumi pendirian orang itu. Dia tahu Ki Tejoranu adalah
seorang yang berjiwa petualang. Dia sudah tidak me mpunyai
siapa-siapa lagi, bahkan untuk kembali ke kampung
halamannya di tanah airnya sana dia tidak berani. Dia sudah
kehilangan segala-galanya dan hal ini me mbuatnya putus asa
dan tidak tertarik lag i akan segala urusan duniawi. Dia hanya
ingin menyendiri di tempat-tempat yang sunyi seperti di
Telaga Sarangan itu. Dia m dia m Narota ma merasa iba kepada
Ki Tejoranu. Kepada orang yang tertekan jiwanya seperti ini,
dia tidak dapat menawarkan apa-apa. Maka, diapun berpa mit
dan ketika berpamit, Listyarini me mandang Ki Tejoranu
dengan kedua mata basah.
"Engkau tidak mau ikut ke Kahuripan, Kakang Tejo" Kalau
begitu, selamat tinggal dan jaga dirimu ba ik-baik, kakang.
Sebaiknya, engkau pindah saja ke te mpat lain, jangan tetap
tinggal di sini karena kalau orang-orang jahat itu datang lagi
....." Ki Tejoranu tersenyum me ngangguk. "jangan khawatil,
Gusti Puteli, saya akan pelgi me lantau. Selamat jalan dan
semoga paduka hidup be lbahagia."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Suami isteri itu pergi men inggalkan telaga, kemudian
berboncengan kuda dan perlahan-lahan menuruni lereng
Gunung Lawu. Semua punggawa kepatihan me nyambut kembalinya
Listyarini dengan ge mbira karena lenyapnya sang puteri itu
sungguh embuat semua punggawa menjadi gelisah. Memang
sebelum Sukardi datang me mbawa cincin Sang Puteri dan
mengabarkan bahwa Listyarini dalam keadaan selamat di
Telaga Sarangan, Narotama sudah menduga bahwa Nis mara
tentu tersangkut dengan peristiwa hilangnya isterinya itu. Hal
ini dapat diketahui karena Nis mara juga tidak dapat ditemukan
jejaknya dan tak seorangpun men getahui ke mana perginya.
Namun, Ki Patih Narota ma tidak menghukum keluarga
Nis mara yang terdiri dari ibunya dan dua orang adiknya
karena mereka dianggap sa ma sekali t idak tahu menahu akan
perbuatan Nirmara yang kini telah tewas itu. Kembalinya
Listyarini me mbuat semua orang gembira, kecuali Narotama
sendiri yang terkejut me lihat bahwa Lasmini tidak berada di
kepatihan! Beberapa orang dayangnya hanya mengatakan
bahwa Lasmini yang pergi bersa ma Ki Patih Narotama itu
kembali seorang diri beberapa hari kemudian akan tetapi pada
hari itu juga lalu perg i lagi. Narotama me manggil Sarti, wanita
berwajah buruk bertubuh tinggi besar yang menjadi pelayan
pribadi Lasmini.
"Sarti, ceritakan ke mana gusti puterimu pergi dan kenapa
pergi. Engkau pasti tahu karena engkau adalah pelayan
pribadinya." kata Ki Patih Narotama.
Sarti menye mbah la lu menjawab. "KA Mnggihan (benar),
gusti, hamba adalah pelayan pribadi gusti puteri. Akan tetapi
gusti puteri hanya bicara sedikit paada hamba. Sekembalinya
seorang diri gusti puteri hanya muwun (menang is) n berkata
bahwa tidak ada gunanya beliau tinggal di sini karena sudah
tidak dipercaya lagi."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Patih Narotama mengerutkan alisnya yang hitam tebal
berhentak golokitu. "He mm, lalu ke mana perginya?" Dia
bertanya dan maklum bahwa Lasmini agaknya merasa sakit
hati dengan peristiwa di Telaga Sarangan itu. Ia merasa tidak
dipercaya, bahkan dituduh menyuruh Nis mara me mbunuh
Listyarini! "beliau hanya mengatakan bahwa be liau henda k pulang.
Entah yang dimaksudkan pulang ke Bukit Junggringslaka
tempat tinggal Gusti Nagakumala, ataukah ke istana Parang
Siluman." "Apa yang kauketahui selanjutnya?"
"Hanya itulah yang hmba ketahui, gusti."
Setelah mendapat keterangan dari Sarti, Ki Patih Narotama
sering melamun me mikirkan Lasmini. Harus diakuinya, bahwa
dia tidak dapat melupa kan selir tercinta itu, kecantikan dan
kele mbutannya, kemanjaannya, semua kemesraan yang
diberikan wanita itu dengan kejelitaan wajahnya, dengan
keindahan tubuhnya, kepadanya dengan cinta yang menggebu
gebu. Akan tetapi, Narotama tidak segera menga mbil
keputusan begitu saja. Dia ingat akan perasaan Listyarini,
maka malam itu diajaknya Listyarini bicara tentang Las mini.
"Diajeng, ketika Sang Prabu mengutus a ku me minang
kedua orang puteri Kerajaan Parang Siluman itu, dasar
utamanya adalah untuk menghapus per musuhan antara
kerajaan di pantai laut selatan itu terhadap Kerajaan
Kahuripan. Kemudian setelah berhasil, Lasmini oleh Sang
Prabu dihadiahkan kepadaku. Kini timbul persolan ini sehingga
Lasmini agaknya pulung ke Parang Siluman. Kalau kudia mkan
saja dan hal ini terdengar oleh Sang Prabu, sungguh a mat
tidak enak bagiku, diajeng. Seolah aku tidak mendukung
keinginan Sang Prabu untuk berbaik dengan Parang Siluman.
Diajeng, apakah engkau tetap menuduh Lasmini yang
mengutus Nis mara untuk menculikmu?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Listyarini bukan seorang wanita yang pemarah, melainkan
seorang yang berhati le mbut. la me maklumi kedudukan
suaminya, maka ia berkata dengan halus. "Kakangmas,
setelah mendengar se mua keterangan paduka betapa Lasmini
ikut sibuk mencar i saya, dan tidak ada tanda tanda, tidak ada
bukti atau saksi bahwa Ia yang benar-benar menyuruh
Nis mara menculik saya, maka sayapun tidak yakin bahwa ia
bersalah. Saya menyesal telah me mbuat ia marah dan
men inggalkan kepatihan, kakangmas."


Keris Pusaka Sang Megatantra Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Kalau begitu, engkau mau minta maaf kepadanya bahwa
engkau pernah menuduhnya bersalah?"
Listyarini menghela napas panjang "De mi kebahagiaan
paduka dan demi kepentingan Kerajaan Kahuripan, saya mau
me lakukan apa saja, kakangmas Baiklah, saya bersedia minta
maaf kepadanya, akan tetapi saya harap paduka bersikap adil,
yaitu iapun patut minta maaf kepada saya karena ia telah
menuduh saya berbuat jina dengan Kakang Tejoranu."
Ki Patih Narota ma mengangguk-angguk. "Itu cukup adil,
diajeng. Kalian berdua agaknya hanya salah duga dari salah
paham saja. Baiklah, kalau begitu, aku akan menyusul diajeng
Lasmini dan me ngajaknya pulang ke kepatihan."
Demikianlah, pada keesokan har inya, berangkatlah Ki Patih
Narotama ke Kerajaan Parang Siluman karena dia telah
mengirim penyelidik dan mendapatkan keterangan bahwa
Puteri Lasmini berada di kerajaan pantai Laut Selatan itu. Ki
Patih Narotama na ik sebuah kereta untuk menje mput selirnya
itu. Kedatangannya disambut dengan ra mah dan hormat oleh
Ratu Durgama la, yaitu ibu Lasmini dan Mandari. Setelah
upacara penyambutan dan menyatakan maksud kunjungannya, sambil dia m-dia m kl patih ini merasa heran dan
juga kagum me lihat betapa ibu dari Lasmini yang sudah
berusia empat puluh tahun lebih itu masih ta mpak seperti
puteri puterinya, seperti sebaya dengan Lasmini, Ki Patih
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Narotama lalu dipers ilakan masu k keputren untuk menjumpai
Lasmini yang sudah me nanti dalam kamarnya.
Narotama dipersilakan masuk oleh para dayang ke dalam
sebuah kamar yang luas dan indah, bersih dan berbau harum
me lati, bunga kesukaan Lasmini. Ketika dia masu k, dia melihat
selirnya itu rebah menelungkup di atas pembaringan dan
menang is perlahan. Mukanya ditana mkan dalam bantal dan
pundaknya hergoyang-goyang. Tubuh yang indah padat itu
bergoyang perlahan, me mbuat hati sang patih dipenuhi
kerinduan kepada selir terkasih ini. Dia mengha mpiri lalu
duduk di tepi pe mbaringan, disentuhnya pundak Lasmini
dengan le mbut. "Diajeng ....."
Lasmini tetap mene lungkup dan tangisnya kini tersedu-
sedu. Beberapa saat lamanya Narotama me mbiarkan Lasmini
menang is, dan setelah tangis itu agak mereda, ia memegang
pundak selirnya dan berkata lagi dengan le mbut.
"Diajeng, jauh-jauh a ku datang menje mput mu, mengapa
engkau tidak keluar menya mbut kedatanganku, malah
berdiam dalam kamar dan menang is?" Dielusnya tengkukindah
dengan anak rambut melingkar lingkar itu karena rambut yang
hitam panjang itu digelung ke atas. Biasanya, belaian seperti
ini a mat disukai selir itu. Akan tetapi sekali ini, Lasmini
menggerakkan tubuh menjauh tanpa mengubah posisi
tubuhnya yang menelungkup, akan tetapi terdengar ia berkata
agak ketus na mun lirih karena mukanya terbenam ke bantal.
"Mau apa paduka datang ke sini" Mau apa mengunjungi
hamba yang rendah dan jahat ini?"
Narotama tersenyum. "Diajeng, tentu saja aku datang
untuk menje mputmu. Mari kita pulang ke kadipaten, diajeng."
"Apa perlunya hamba kembali ke sana" Ha mba sudah tidak
dipercaya lagi. Bukankah ha mba orang jahat yang menyuruh
Nis mara menculik garwa paduka?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Diajeng Lasmini, aku tidak pernah menganggap engkau
seperti itu."
Tiba-tiba Lasmini bangkit duduk. Gerakannya menggeliat
dari tidur mene lungkup men jadi dudukini tampak begitu Indah
karena me mperlihatkan gerakan tubuh yang meliuk dan le mah
gemulai, juga padat dengan lekuk lengkung yang se mpurna.
Wajannya tampak me mbayangkan kesedihan, matanya sayu,
rambutnya sebagian terjuntai, akan tetapi dalam keadaan
seperti itu, kecantikannya bahkan se makin menonjol. Hal ini
tentu saja lebih diperkuat oleh perasaan rindu dalam hati
Narotama. "Mungkin paduka tidak, akan tetapi kakang-mbok Listyarini
menuduh ha mba begitu. la me le mpar fitnah kepada
hamba,...'" Bibir yang mungil merah segar itu meruncing dan
tampak me nantang.
"Itu adalah kesalah paha man belaka diajeng. Yang
menjatuhkan fitnah adalah jahanam Nis mara yang telah mati
itu. Sayang dia telah mati, kalau tidak tentu akan kuhukum
seberat-beratnya."
Mendengar bahwa Nismara telah mati, hati Lasmini menjadi
lega dan girang sekali, namun perasaan itu sama sekali tidak
tampak pada wajahnya yang tetap sedih. Dengan matinya
Nis mara, ma ka tuduhan itu t idak ada artinya, tidak ada
saksinya dan rahasianya tetap tertutup Bagaimanapun juga,
berita tentang kematian Nis mara ini me mbuat ia sede mikian
girangnya sehingga ia tidak dapat bicara untuk sejenak
la manya. "Sudahlah, diajeng. Kita lupakan saja hal-hal yang terjadi di
Telaga Sarang itu dan marilah kembali dengan aku ke
kepatihan. Engkau mas ih cinta kepadaku seperti aku
mencintaimu, bukan?" Narotama kini merangkul dan Lasmini
balas merangkul sambil me mbena mkan mukanya di dada sang
patih. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tanpa mengangkat muka dari atas
dada suaminya, Lasmini ber kata lirih, seperti meraju k.
"Ha mba hanya mau kembali dengan satu syarat, kakangmas."
Narotama men gelus dan me mbelai punggung selirnya.
"Katakanlah, apa syaratmu itu?"
"Kalau ha mba sudah sampai di kepatihan, kakang-mbok
Listyarini harus minta maaf kepada hamba. Dengan begitu
kesalah paha man ini baru dapat ha mba lupakan."
Narotama tersenyum. Hal itu sudah dia duga sebelumnya,
maka sebelum berangkat menje mput Lasmini dia sudah minta
janji isterinya untuk minta maaf kepada Lasmini.
"Tentu saja. Akan kusuruh ia minta maf kepadamu,
Lasmini." "Betul, kakangmas" Ah, baru senang hatiku!" Dan Lasmini
menerima dengan penuh kepasrahan bahkan menyambut
hangat ketika Narotama menciumnya.
"Akan tetapi, diajeng. Untuk me mbuat ketegangan antara
kalian berdua benar benar mencair, engkaupun sudah
sepantasnya minta maaf pula kepada dia|eng Listyarini,
dengan de mikian hubungan kalian akan menjadi akrab."
"Ha mba" Minta maaf kepada kakang mbok Listyarini"
Untuk apa?"
Narotama tersenyum. "Diajeng, engkau juga mempunyai
hutang kepadanya, Engkau menuduh ia melakukan penyelewengan dan berbuat jina dengan KI Tejoranu."
"Akan tetapi kita melihat sendiri"
"He mm, tampaknya saja begitu, akan tetapi sesungguhnya,
KI Tejoranu itu lah yang telah menyelamatkan nyawa diajeng
Listyarini dari tangan si jahana m Nis mara. " Narotama lalu
mencer itakan apa yang diketahuinya tentang Ki Tejoranu dan
apa yang dialami Listyarini.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dapat dibayangkan betapa jengkelnya hati Lasmini
terhadap Nismara. Baru sekarang ia tahu bahwa Nismara telah
mengkhianatinya,
tidak laksanakan perintahnya, tidak
me mbawa Listyarini ke selatan, ke daerah Kerajaan Parang
Siluman. Mela inkan me mbawanya jauh ke barat, la menjadi
lebih ge mas lagi me ndengar bahwa Listyarini urung diper kosa
Nis mara karena tertolong oleh Ki Tejoranu keparat itu! Akan
tetapi tentu saja la tidak e mperlihatkan apa yang bergolak
dalam hatinya. "Aah, begitukah, kakangmas" Kasihan kakang-mbok
Listyarini yang me ngala mi nanyak penderitaan, masih
kusangka yang bukan-bukan lagi. Baiklah, setelah tiba disana,
hamba akan minta maaf kepadanya."
Demikianlah, Lasmini kembali ke kadipaten Kahuripan.
Dengan sikapnya yang amat pandai membawa diri ia berbaik
dengan Listyarini seh ingga garwa padmi patih inipun terkecoh
dan sejakitu menganggap Lasmini seorang yang ramah dan
baik hati! Namun, di lubuk hatinya, Lasmini merasa penasaran
sekali, la harus me mbalas denda m karena semua usahanya
yang gagal itu ia anggap sebagai kekalahannya yang
me ma lukan. Apalagi ketika ia mendengar bahwa adiknya,
Mandari yang menjadi selir Sang Prabu Erlangga, juga
sebegitu la ma belum berhas il sama sekali.
Seperti juga Lasmini, Ni Mandari juga berhasil me mbuat
Sang Prabu Erlangga terlena dan terbuai oleh rayuan dan
sikapnya yang serba menyenangkan. Mandari juga pandai
sekali me mpergunakan sega la kecantikan dan keindahan
bentuk tubuhnya untuk me mbuat Sang Prabu Erlangga jatuh
dengan cinta berahi yang menggebu-gebu. Namun, Sang
Prabu Erlangga juga merupa kan seorang yang arif dan
bijaksana. Walaupun dia tidak ma mpu mengekang nafsu
berahinya yang berkobar dibangkitkan oleh kecantikan
Mandari, namun dia tetap waspada dan tahu benar bahwa
cinta di antara dia dan selirnya itu hanyalah merupa kan c inta
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
nafsu berahi semata. Jiwa mereka tidak pernah saling
bersentuhan. Oleh karena itu, dengan kesaktiannya, Sang
Prabu Erlangga juga selalu menjaga agar hubungannya
dengan selir terkasih ini jangan sa mpai menghas ilkan seorang
keturunan. Dia sama sekali tidak menginginkan keturunan dari
Mandari. Sang Prabu Erlangga telah me miliki seorang permaisuri,
yaitu Puteri Sekar kedaton, puteri dari mendiang Sang Prabu
Teguh Dhar mawangsa, dan seorang selir terkasih dan setia
bernama Dyah Untan. Dari kedua orang isterinya itu, Sang
Prabu Erlangga telah mendapatkan dua orang putera. Ketika
dia me minang dua orang puteri Ratu Kerajaan Parang
siluman, bukan semata karena dia mendengar akan
kecantikan dua orang puteri itu, me lainkan terutama sekali
demi menjaga agar per musuhan antara kerajaan kecil itu dan
Kahuripan dapat dipadamkan dan terdapat perdamaian. Akan
tetapi setelah dia me milih Mandari menjad i selir dan
menyerahkan Lasmini kepada Narota ma, dia
segera tenggelam kedala m pengaruh yang teramat kuat dari
kecantikan dan kepandaian Mandari menga mbil hatinya.
Dala m waktu singkat Mandari men jadi selir yang tersayang.
Hal Ini sebetulnya dianggap wajar saja oleh Sang Perma isuri
dan juga oleh selir Dyah Untari yang setia. Pada jaman itu,
raja manakah yang tidak me miliki banyakisteri" Dan wajar
kalau Sang Prabu Erlangga a mat menyayang Mandari, selir
baru itu karena selain dara itu seorang puteri, yaitu puteri
Ratu Kerajaan Parang Siluman, juga me mang puteri itu cantik
jelita dan a mat mengga irahkan Baik Sang Per maisuri maupun
Dyah Untari sama sekali tidak merasa ce mburu atau khawatir,
apalagi mereka berdua masing-masing telah me mpunyai
seorang putera! Memiliki putera ini berarti merupakan
pengukuhan dan penguatan kedudukan mereka. Juga
penguatan hubungan mereka dengan Sang Prabu Erlangga.
Putera Sang Per maisuri diber i na ma Pangeran Sa marawijaya
yang pada waktu itu sudah berusia dua tahun. Adapun putera
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dyah Untari diberi na ma Pangeran Budidhar ma dan berusia
satu tahun. Ni Mandar i me mang berhasil me mbuat Sang Prabu
Erlangga mabuk kepayang dan tenggela m dalam lautan
asmara, terpesona oleh kecantikan dan daya tariknya yang
amat kuat. Akan tetapi ia kecewa sekali karena semua
usahanya untuk mengacau keluarga Sang Prabu Erlangga
selalu mene mui kegagalan. Usaha pertama me ngadu domba
Sang Prabu Erlangga dengan Ki Patih Narotama sudah
mene mui kegagalan. Maka hatinya selalu merasa tidak
senang. Apalagi melihat betapa para madunya, Sang
Permaisuri dan Dyah Untari masing-mas ing telah me mpunyai
seorang putera sedangkan ia sendiri be lum ada tanda-tanda
hamil, hatinya menjadi se makin kesal. Kalau ia hendak
me mbunuh Sang Prabu Erlangga, me mang kesempatannya
banyak sekali karena Sang Prabu Erlangga seringka li terlena
dan tertidur pulas dalam pe lukannya. Dala m keadaan seperti
itu ia a kan mudah dapat me mbunuh raja itu. Akan tetapi ada
dua hal yang membuat ia tidak mau melakukan atau
mencobanya. Pertama, ia tahu betapa sakti mandraguna Sang
Prabu Erlangga sehingga ada kemungkinan usahanya untuk
me mbunuh gagal, dan ke dua, diam-dia m ia sendiri mabuk
kepayang dan jatuh cinta kepada pria yang menjadi sua minya
itu. Sang Prabu bukan saja sakt i mandraguna, akan tetapi
juga tampan, gagah, dan pandai dalam olah as mara,
pendeknya seorang pria yang sukar dicari bandingnya. Karena
itu, ia me mutar otak untuk mencar i cara lain untuk
menghancurkan dan melemah kan Kerajaan Kahuripan.
Akan tetapi sebelum ia rnendapatkan cara terbaik untuk
me menuhi keinginannya, datang persoalan lain yang me mbuat
hati Mandari menjadi se makin penasaran dan marah sekali.
Berita itu adalah berita tentang pe minangan yang diajukan
Sang Prabu Erlangga terhadap puteri Sribaginda Raja
Sriwijaya, telah diterima dan sang puteri dari Sriwijaya itu
akan segera datang, dijemput oleh pasukan yang dipimpin
sendiri oleh Ki Patih Narotama!
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Juga pernikahan ini merupakan suatu tindakan untuk
menja lin perdama ian dengan Kerajaan besar Sriwijaya itu,
seperti halnya pernikahannya dengan Mandari. Hanya
bedanya, karena Mandari hanya puteri Ratu Kerajaan Parang
Siluman yang merupakan kerajaan kecil saja, maka Mandari


Keris Pusaka Sang Megatantra Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

hanya menjadi seorang selir. Adapun puteri Kerajaan Sriwijaya
yang merupakan sa ingan Mataram sejak dulu dan merupakan
kerajaan besar, dinikahi secara besar-besaran dan diangkat
menjad i perma isuri ke dua setelah Sang permaisuri yang
dahulunya Puteri Sekar Kedaton, puteri mendiang Raja Teguh
Dhar mawangsa. Hal inilah yang me mbuat hati Mandari menjad i semakin
panas. Biarpun ia a mat disayang Sang Prabu Erlangga dan
Sang prabu lebih sering mengajakia mene maninya tidur,
namun tetap saja ia hanya seorang selir. Di atas ia masih adaa
Sang Perma isuri yang kedudukannya tentu saja lebih mulia
dan lebih dihormati se mua punggawa dan ra kyat Kahuripan.
Bahkan la mas ih ka lah dalam ha l kedudukannya dibandingkan
selir Dyah Untari karena Dyah Untari telah me mpunyai
seorang putera dan merupakan selir terdahulu atau tertua.
Juga Dyah Untari adalah puteri dari mendiang Pangeran
Sepuh Hardagutama yang masih kakak tiri berlainan ibu
dengan mendiang Sang Prabu Teguh Dhar mawangsa dan
telah diangkat menjadi patih oleh raja yang mas ih saudara
tirinya itu. Baru menghadapi dua orang "saingan" ini saja dia
sudah merasa berat untuk berebutan pengaruh, dan sekarang
ma lah dita mbah datangnya seorang permaisuri ke dua.
Sang- Prabu Erlangga menyambut kedatangan sang puteri
dari Sriwijaya yang nama lengkapnya adalah Sri Sanggrama
wijaya Dharmaprasadatunggadewi. Untuk menghormat i sang
puteri, tentu saja terutama sekali untuk menyenangkan Sri
baginda Raja di Sriwijaya, Sang Prabu Erlangga mengadakan
pesta besar-besar untuk merayakan pernikahannya dengan
Puteri Sriwijaya itu. Bahkan perkawinan agung yang
me mpersatukan dua kerajaan besar itu kemudian ditu lis oleh
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Pujangga Empu Kanwa sebagai kitab kekawin junawiwaha
yang mengisahkan pernikahan Sang Arjuna dengan seorang
bidadari berna ma Dewi Supraba, setelah Sang Arjuna lulus
dari segala maca m cobaan ujian berupa godaan berat dalam
pondok pengasingannya melakukan tapabrata.
Pesta besar diadakan selama tujuh hari tujuh ma la m dan
bukan hanya istana Kahuripan yang merayakan pesta
pernikahan besar-besaran ini, bahkan seluruh rakyat juga ikut
merayakannya. Akan tetapi kalau semua orang bergembira
dan berpesta pora, dua orang merasa ngelangsa. Mereka
me mang ikut juga berpesta dan tampak ge mbira, namun
semua itu hanya sandiwara. Di dalam hati mereka, Lasmini
yang datang sebagai tamu bersama keluarga Ki Patih
Narotama dan Mandari yang bertindak sebagai keluarga tuan
rumah yang empunya kerja, kedua orang kakak beradikini
merasa penasaran dan marah sekali. Setelah perayaan
berjalan tiga hari, Mandari berpa mit kepada Sang Prabu
Erlangga untuk ber istirahat karena merasa lelah dan ia ingin
menggunakan kesempatan Itu untuk me lepas rindu dengan
kakaknya, yaitu Ni Lasmini yang datang sebagai tamu.
Kedua orang puteri jelita ini lalu mengundurkan diri dan tak
la ma kemudian mereka sudah berada dalam sebuah kamar.
Mereka berdua bercakap-cakap.
kini kamar itu dan menutup pintu dan jende la-jendela.
Biarpun se mua jendela dan pintu sudah tertutup rapat, dua
orang kakak beradikitu mas ih bicara lirih agar jangan sampai
pembicaraan mereka terdengar orang lain.
"Aduh, bagaimana ini, mba kayu Lasmini" Apakah keadaan
kita terus begini saja" Sa mpai sekarang kita belum juga dapat
me lakukan sesuatu yang berarti.
Ah, tentu kita akan menjad i buah tertawaan di Parang
Siluman, semua orang akan mengira kita karena keenakan sini
lalu melupakan tugas dan tidak berbuat apa-apa!" kata
Mandari ge mas Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Lasmini mengepal kedua tangannya dengan ge mas.
"Akupun merasa gemas sekali, Mandari. Usahaku berulang kali
tak pernah berhasil. Bahkan pa ling akhir ini aku telah berhasil
menyuruh orang menculik Listyarini, akan tetapi sial, ada saja
orang yang menyelamatkannya sehingga ia dapat bertemu
kembali dengan Ki Patih Narotama. Malah nyaris rahasiaku
terbuka. Sekarang ini, apa rencana mu Mandari?"
"Begini, mbakayu Lasmini. Kita tahu bahwa dengan
pernikahan Sang Prabu Erlangga dengan puteri Sriwijaya ini,
maka kedudukan Kahuripan menjadi se makin kuat karena dia
dapat menarik Kerajaan Sriwijaya menjad i keluarga. Maka, hal
ini harus kita cegah dengan jalan membunuh puteri Sriwijaya
itu sehingga Raja Sriwijaya tentu akan marah dan timbul
permusuhan antara Kahuripan dan Sriwijaya."
"He mm, kurasa rencana itu baik sekali, akan tetapi
pelaksanaan ....."
"Ssttt .....!" Mandari me mberi isyarat dengan telunjuk di
depan bibir sehingga Lasmini tidak melanjutkan ucapannya
yang berbisikitu. Mereka berdua mendengar langkah kaki
lewat di depan kamar dan setelah langkah itu tida k terdengar
lagi, Mandari berkata.
"Itu tadi tentu langkah pengawal yang meronda. Bicara di
sini tidak a man, mbakayu. Sebaiknya kita masuk ke taman
saja dan bicara di sana dapat dilakukan dengan leluasa karena
tidak ada orang lain yang mungkin dapat mendengar kita.
Mari!" Mandari la lu mengajak Lasmini me masuki taman-sari,
taman istana yang indah dan luas. Taman ini leb ih indah
daripada taman kepatihan dan di sana-sini diterangi la mpu
warna-warni. Agaknya taman itupun dihias da la m rangka
pesta pernikahan yang mer iah itu. Dua orang puteri itu
me masu ki ta man dan Mandari me ngajak kakaknya untuk
duduk di sebuah tempat peristirahatan terbuka. Tempat itu
berpayon namun tanpa dinding dan di situ terdapat meja kursi
ukiran indah, prabot-prabot hiasan dan juga digantungi
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sebuah lampu. Di sekitar, bangunan peristirahatan itupun
diterangi la mpu sehingga kalau ada orang mendekati te mpat
itu, mereka akan dapat me lihatnya.
Setelah kedua orang puteri itu duduk berhadapan di
bangunan mungil itu dan me mandang ke sekeliling, yakin
bahwa di sekitar tepat itu sunyi tidak ada orang lain, mereka
lalu me lanjutkan percakapan yang tadi terpotong.
"Mandari, bagaimana cara melaksan kan rencana mu itu"
Kurasa pelaksanaannya tidak mudah, bahkan berbahaya
sekali." "Me mang tidak mudah, mbakayu Lasmini, akan tetapi mari
kaubantu aku mencari jalan yang baik. Selain itu, masih ada
rencana lain yang sudah la ma Ingin kulaksanakan a kan tetapi
belum juga mene mukan cara terbaik."
"Rencana apa itu?"
"Begini, Puteri Sriwijaya itu akan diangkat menjadi
permaisuri ke dua. Akan tetapi sekarang, permaisuri pertama
telah me mpunyai seorang putera berusia dua tahun, yaitu
Pangeran Samarawijaya yang tentu saja sebagai putera
pertama perma isuri akan me njadi putera mahkota. Nah, kalau
saja putera ini dapat dibunuh ....."
"Mandari, hati-hati kau! Rencanamu Itu lebih berbahaya
lagi dan amat sukar dila ksanakan'" bis ik Las mini.
Tiba-tiba terdengar suara pria yang lirih na mun terdengar
jelas di telinga dua orang puteri itu. Sebagai orang-orang
sakti, dua orang puteri itu segera mengetahui bahwa suara itu
diucapkan lirih, na mun didorong tenaga sakti sehingga dapat
mencapai telinga mereka dengan cukup jelas.
"Duhai sepasang puteri juita yang cantik jelita dan sakti
mandraguna mengapa risau kalau di sini ada hamba yang
akan me mbikin terang semua perkara yang menggelapkan
hati paduka"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Lasmini dan Mandari sudah melompat berdiri dengan
sigapnya dan siap siaga menghadapi segala kemungkinan.
Mereka terkejut sekali ketika tiba-tiba saja muncul seorang
pria muda yang keluar dan ba lik batang pohon sawo yang
tumbuh tak jauh dari te mpat peristirahatan itu! Tempat orang
itu bersembunyi begitu dekat dan tentu dia tadi telah
mendengar se mua percakapan mereka! Akan tetapi dari mana
datangnya laki-laki ini" Bagaimana dia dapat tiba dan
bersembunyi di balik batang pohon itu" Padahal kalau dia
datang, tentu sebelum tiba di situ mereka berdua sudah
me lihatnya! Lasmini dan Mandari me mpunyai pikiran yang sama pada
saat itu. Laki laki ini harus dibunuh karena dialah satu satunya
orang yang tadi mendengarkan percakapan mereka sehingga
mengetahui rahasia mereka. Ini berbahaya sekali
"Haiiiiittt .....!" Dua orang puteri yang ketika duduk
bercakap-cakap tadi tampak cantik jelita dan le mah ge mulai,
kini tiba-tiba berubah tangkas sekali. Keduanya sudah
me lompat keluar, bagaikan melayang dan keduanya sudah
menyerang laki-laki itu dengan pengerahan tenaga sakti
mereka karena mereka me mang menyerang untuk me mbunuh! Dari tangan-tangan mungil ha lus itu menyambar
hawa pukulan yang amat dahsyat, menyerang ke arah tubuh
laki-laki yang tiba-tiba muncul itu.
Akan tetapi laki-laki muda itu t idak menjad i gentar. Diapun
menggerakkan dua tangannya menyambut dan menang kis
serangan dua orang puteri itu.
"Wuuuttt ..... desss .....!"* Dua orang puteri itu terkejut
bukan ma in karena tubuh mereka terpental ketika serangan
mereka bertemu dengan tolakan pe muda itu. Ternyata laki-
laki muda itu me miliki tenaga sakti vang a mat kuat! Kini
pemuda itu berdiri tepat di bawah sinar lampu sehingga kedua
orang puteri itu dapat melihat wajahnya dengan jelas dan
keduanya tertegun. Pemuda itu masih muda, paling banyak
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dua puluh satu tahun usianya, tubuhnya tinggi tegap, matanya
lebar dan tajam mencorong, hidungnya mancung, mulutnya
mengandung senyum eje kan dan pena mpilannya gagah. Akan
tetapi mereka sa ma sekali t idak mengena lnya, maka Lasmini
dan Mandari sudah s iap untuk menyerang lagi karena orang
itu merupakan bahaya besar bagi mereka.
Akan tetapi pemuda itu sudah me langkah maju dan
mengangkat kedua buah tangannya ke atas seperti hendak
mencegah mere ka melakukan serangan.
"Perlahan dulu, harap paduka ketahui bahwa hamba
bukanlah musuh, melainkan seorang sahabat yang datang
hendak me mbantu agar apa yang paduka berdua rencanakan
itu dapat terlaksana dengan ba ik."
Mendengar ini, dua orang puteri itu saling pandang dan
Lasmini yang tertarik oleh ucapan pemuda itu cepat bertanya,
"Siapakah andika dan apa ma ksud ucapanmu tadi?"
"Ha mba berna ma Linggajaya, murid bapa guru Sang Resi
Bajrasakti."
"Sang Resi Bajrasakti, penasihat Kerajaan Wengker" Lalu
apa maksudmu datang me masuki ta man ini?" tanya Mandari
sambil menatap wajah tampan pesolekitu dengan kagum. Baik
Lasmini maupun Mandari me miliki dasar watak mata
keranjang, akan tetapi selama ini mereka dua belum melihat
adanya kesempatan untuk menuruti gairah nafsu yang
me mperbuda k mereka. Apalagi, suami mereka merupakan
pria-pria yang ta mpan gagah, yang cukup me men uhi
kehausan mereka yang selalu bergelora.
"Ha mba menerima perintah Sang Adipati Adhamapanuda,
raja kerajaan Wengker untuk me mbantu paduka berdua dalam
usaha mengacau dan me le mahkan kerajaan Kahuripan."
"Ah, baik sekali kalau begitu. Akan tetapi, Linggajaya, kita
tidak ada kesempatan untuk berunding karena andika tidak
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
boleh terlalu la ma di sini. Kalau sa mpai terlihat seorang
perajurit pengawal yang meronda, bisa celaka!" kata Mandari.
Linggajaya tersenyum. "Harap paduka jangan khawatir,
gusti puteri. Tadi hamba me masuki taman juga tidak ada yang
dapat melihat ha mba. Kalau ada orang datang, hamba dapat
me mpergunakan Aji Panglirnutan dan tidak ada yang dapat
me lihat kahadiran hamba di sini."
"He mm, bagaimana kami bisa yakin bahwa andika t idak
hanya me mbual kalau kami tidak me lihatnya sendiri?" tiba-
tiba Las mini berkata.
Linggajaya kembali tersenyum, kemudian dia berkata,
"Kalau begitu, harap paduka berdua buktikan send iri
sekarang!" Dia telah mengerahkan ajiannya, yaitu Aji
Panglirnutan. Tiba-tiba tampak halimun tebal menyelubungi
tubuh pemuda itu dan kedua orang puteri itupun tidak dapat
me lihatnya lagi! Mereka berdua merasa kagum sekali dan
biarpun mereka me mperhatikan dengan pandang mata
mereka, tetap saja pemuda itu tidak tampak. Tiba-tiba Lasmini
merasa ada tangan mengusap lengannya dengan sentuhan
mesra dan ada napas hangat terasa pekat sekali dengan
tengkuknya! Tahulah dia bahwa pemuda itu dengan ajiannya
yang hebat telah melakukan ha l ini kepadanya dan ini hanya
me mpunyai satu arti, yaitu bahwa pemuda itu tertarik sekali
kepadanya seperti juga ia yang tertarik kepada Linggajaya!
Dua orang puteri itu lalu me mperlihatkan pula kesaktian
mereka. Keduanya bersedakap dan mengerahkan kekuatan
batin mereka untuk me mbuyarkan Aji panglimutan itu dan
perlahan-lahan halimun itupun makin menipis dan tampaklah
Linggajaya sudah berdiri di dekat mereka sambil tersenyum
man is. "Hebat paduka berdua
me mang sakti dan dapat
me mbuyarkan ajian ha mba, akan tetapi para perajurit
pengawal biasa itu tidak akan ma mpu me lakukan itu.
karenanya, harap paduka jangan khawatir dan harap suka
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
me mber i petunjuk, apa yang harus ha mba lakukan agar
rencana gusti Puteri Mandari tadi dapat dilaksanakan dengan
baik." "He mm, andika juga sudah me ngenal na ma kami?" tanya
Lasmini. Linggajaya me mandang kepada Lasmini, tersenyum dan
pandang matanya jelas me mperlihatkan perasaan hatinya


Keris Pusaka Sang Megatantra Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

terhadap selir patih ini.
"Tentu saja hamba sudah diberitahu dan mengena l paduka
berdua, Gusti Puteri Lasmini yang menjad i garwa Ki Patih
Narotama dan Gusti Puteri Mandar i yang menjadi garwa Sang
Prabu Erlangga Paduka berdua adalah kakak beradik puteri-
puteri Gusti Ratu Kerajaan Parang Siluman yang bertugas
untuk menyingkirkan raja dan patih Kahuripan, atau mengadu
domba di antara mereka, atau mengusahakan apa saja agar
Kerajaan Kahuripan menjadi le mah. Bukankah de mikian
seperti yang hamba dengar?"
"Benar sekali, Linggajaya. Nah, kalau begitu, dengarlah
baik-baik. Aku me mpunyai rencana ....."
"Ha mba tadi sudah mendengar akan kedua rencana paduka
itu, gusti puteri. Kalau menurut ha mba, ha mba dapat
bertindak sebagai pedang ber mata dua, sekali bergerak
mendapatkan dua hasil yang baik."
"Apa maksudmu Linggajaya?" tanya Lasmini dengan
tertarik. "Begini, maksud ha mba. Kalau ha mba sudah diberitahu
tentang tempat, waktu atau saat yang tepat untuk
bertindak,hamba dapat me mbunuh pangeran kecil itu dan
sekaligus diusahakan agar yang disang ka melakukan
perbuatan itu adalah sang puteri dari Sriwijaya! Masuk diakal
kalau puteri Sriwijaya itu ingin melenyapkan putera pertama
yang akan menjad i putera mahkota itu, bukan" Tentu saja
dengan keinginan agar kela k, kalau ia melahirkan seorang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
putera, puteranya itu yang akan menjadi pangeran mahkota.
Dengan de mikian, sekali bertindak, mendapatkan dua hasil.
Pertama, kematian Pangeran pertama itu tentu akan
merupakan pukulan hebat bagi keluarga Sang Prabu Erlangga
dan ke dua, kalau Puteri Sriwijaya dituduh melakukan
pembunuhan dan d itindak, ma ka kerukunan antara Kahuripan
dan Sriwijaya menjad i rusak." "Ah, bagus sekali!" Lasmini
berseru girang dan ia me mandang kepada pemuda itu dengan
sinar mata yang mengandung kegairahan. Pemuda seperti
inilah yang dapat dijadikan sekutu, juga patut untuk menjadi
teman untuk me muas kan gairahnya
yang berkobar. Linggajaya tersenyum dan menyambut pujian Lasmini itu
dengan pandang mata yang penuh arti. pandang mata yang
merayu dan seolah dengan pandang matanya itu dia
me mbe lai tubuh selir Kepatihan itu!
"Sekarang tinggal Gusti Puteri Mandari yang dapat me mberi
petunjuk kepada hamba tentang cara, tempat dan saat hamba
harus bertindak karena tentu saja paduka yang lebih
mengetahui aku keadaan dala m istana ini," kata Linggajaya.
Jilid 14 AKU sudah pikirkan ha l itu," kata Mandari dengan suara
yang bernada gembira. "Sebaiknya diatur begini." Ia lalu
berbisik-bisik lirih sekali sehingga terpaksa Lasmini dan
Linggajaya mendekatkan telinga mereka untuk menangkap
apa yang dikatakan selir Sang Prabu Erlangga Itu. Dan tanpa
disengaja, ketika mendekatkan telinga, muka Linggajaya
berlekatan sekali dengan muka Lasmini sehingga keduanya
dapat merasakan tiupan napas masing-mas ing di pipi mereka.
Kembali mereka bertukar pandang yang penuh arti, penuh
daya tarik dan sekaligus penuh tantangan!
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Nah, sudah mengerti benarkah andika, Linggajaya?" tanya
Mandari setelah selesai berkasak-kusuk.
Linggajaya mengangguk. "Hamba sudah mengerti, gusti
puteri." Akan tetapi mata pemuda itu menger ling ke arah
Lasmini. "Kalau begitu, aku akan me mpersiapkan perlengkapan yang
kaubutuhkan. Besok malam, datanglah ke sini untuk menerima
barang-barang itu."
"Sendiko, gusti puteri. Kalau begitu ha mba mohon diri.
Sudah terlalu la ma hamba di sini."
Kedua orang puteri itu mengangguk dan ketika Linggajaya
hendak melangkah pergi, Lasmini me manggilnya lirih,
"Linggajaya .....!"
Pemuda itu berhenti dan menghadap i puteri itu. "Kalau
semua sudah dapat terlaksana dengan baik, andika harus
men inggalkan istana, akan tetapi jangan pergi jauh. Datanglah
ke kepatihan, kami me mbutuhkan seorang juru taman yang
pandai dan kalau engkau berada dekat sana, siapa tahu
engkau dapat pula me mbantuku."
"Sendika, gusti puteri, dan terima kasih." jawab Linggajaya
dengan wajah berseri dan dia lalu menyelinap lenyap ditelan
kegelapan malam di baJik pohon-pohon da la m taman itu. Dua
orang puteri itu merasa gembira sekali dan mereka lalu
me langkah perlahan-lahan kembali ke istana. Ketika memasu ki
bangunan yang megah itu, karena tidak me lihat ada orang
dan suara perayaan pesta itu masih rama i terdengar di bagian
depan dan luar istana, Lasmini berkata kepada adiknya.
"Wah, Mandari, kalau anak itu dapat dibunuh, akan
berhasillah jerih payah kita sela ma ini."
"Ssttt ..... kita sudah di sini, jangan bicarakan itu lagi," bisik
Mandar! me mperingatkan kakaknya. Mereka tertawa tawa dan
tampak ge mbira sekali ketika me masu ki ruangan itu. Sama
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sekali mereka tidak tahu bahwa ketika mereka bicara tadi, ada
sepasang telinga yang menang kap ucapan Lasmini tadi.
Pemilik sepasang telinga ini adalah Dyah Untari, selir pertama
Sang Prabu Erlangga. Tadinya, melihat dua orang puteri itu
datang dari taman, Dyah Untari hendak menyambut dan
menyapa dengan ra mah seperti biasanya, akan tetapi melihat
keduanya berbisik-bis ik, ia
merasa heran dan cepat
menyelinap di balik tiang besar. Ketika mendengar bis ikan
yang diucapkan Lasmini, ia ma kin terkejut pula dan tidak
me mper lihatkan diri. Kecurigaan menyelinap dalam hatinya.
Biarpun Dyah Untari tidak cemburu kepada Mandari, namun
dalam hatinya ia kurang suka kepada selir termuda dan
terkasih dari Sang Prabu Erlangga ini. Bukan karena ce mburu,
me lainkan karena sikap Mandari terkadang angkuh dan sering
kali selir ini me mperlihatkan sikap kasar kepada para dayang,
ringan tangan mena mpar dayang hanya karena kesalahan
kecil saja dan terutama sekali, di luar tahu sang prabu,
Mandari suka me ma ki dengan kata-kata yang tidak bersusil
dan tidak pantas dikeluarkan dari mulut seorang selir raja
besar! Akan tetapi di depan Sang Prabu Erlangga, Mandari
selalu tampak le mah le mbut, halus menyenangkan, seperti
seekor domba yang berbulu indah bersih dan jina k le mbut.
Seringkah Dyah Untari me la mun bahwa domba jina k itu tidak
mustahil sewaktu waktu a kan berubah men jadi seekor
serigala! ** Mala m terakhir pesta perayaan pernikahan itu diliputi cuaca
yang gelap. sejak sore tadi langit tertutup mendung dan hujan
gerimis mendatangkan hawa yang dingin. Akan tetapi
perayaan malam terakhir itu tetap meriah. Suara gamelan
dipukul bertalu-talu mengiringi suara tembang para waranggana. Sesosok bayangan berkelebat membayangi seorang perwira
berpakaian seperti perwira Sriwijaya. Perwira ini adalah
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Swandaru, kepala pasukan pengawal sang Puteri Sri
Sanggramawijaya dari sriwijaya. Tadinya perwira inipun duduk
di pendopo bersama para tamu lain, nonton para penari
srimpi. Akan tetapi tiba-tiba muncul seorang dayang
mengha mpirinya dan mengatakan dengan suara bisik bis ik
bahwa perwira dari Sriwijaya di dipanggil oleh sang puteri Sri
Sanggramawijaya agar masu k ke dalam keputren. Mendengar
panggilan ini, tentu saja Swandaru cepat meninggalkan
tempat pesta dan pergi ke arah keputren, sama se kali tidak
tahu bahwa ada bayangan berkelebat cepat dalam kegelapan
dan me mbayanginya. Ketika dia tiba di lorong yang menuju ke
keputren, tempat yang sepi karena semua orang sibuk luar,
ada yang nonton, ada yang sibuk melayani tamu, tiba-tiba ada
bayangan berkelebat di de katnya. Sebuah tangan halus
me luncur dan sebuah ta mparan mengenai tengkuknya. Tanpa
menge luarkan suara Swandaru terkulai pingsan dan dan
diseret ke dalam bagian taman yang gelap. Sungguh luar
biasa betapa perwira Sriwijaya yang bukan seorang lemah ini
dapat dirobohkan demikian mudahnya oleh sebuah tangan
yang mungil dan halus.
Sementara itu, di ruangan sa mping yang masih me njadi
bagian keputren menjadi te mpat para biyung emban (inang
pengasuh) biasa mengasuh anak-anak keluarga istana. Karena
pada waktu itu Sang Prabu Erlangga baru me mpunyai dua
orang putera, maka biasanya hanya dua orang putera ini yang
diasuh oleh para biyung e mban. Akan tetapi pada malam itu,
agaknya para biyung emban tidak ada pekerjaan dan ikut
nonton di tempat pesta. Yang berada di ruangan itu hanya
seorang biyung emban bernama Darmi yang dipercaya untuk
mengasuh Pangeran
Samaraw ijaya. Biasanya, seorang
pengasuh lain, Ginah, berada pula di situ dan mengasuh
Pangeran Budidharma yang lebih kecil. Akan tetapi ma la m itu
yang berada di situ hanya biyung emban Darmi yang bertubuh
gemuk. la menggendong seorang anak la ki - laki dengan
sehelai selendang. Agaknya anak itu sedang tidur karena
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Darmi me mbawanya berjalan hilir mudik sambil bersenandung. "Ah, semua menonton, bersenang senang dan malas!"
gerutunya di tengah senandungnya. Memang, semua orang
nonton dan ia ditinggal seorang diri menggendong anak la ki-
laki itu. Agaknya selama perayaan pesta itu berlangsung, di
istana makanan berlimpah-limpah. Sambil men idur-nidurkan
anak itu, Darmi kadang berhenti di dekat sebuah meja dan
menga mbil makanan dari piring lalu me ma kannya. Senandungnya menjad i sumbang karena diseling ma kan.
Pantas tubuhnya gemuk karena agaknya ia suka ngemil
(sering ma kan ma kanan kecil), Demikian asyiknya Darmi
sehingga ia tidak melihat betapa sesosok bayangan berkelebat
me masu ki ruangan itu. Pada saat dia mendengar gerakan di
belakangnya, ia menengok dan ..... matanya terbelalak
me lihat seorang laki-la ki men genakan topeng hita m sudah
berdiri di depannya! Laki-laki itu menggerakkan sebatang keris
dan ..... secepat kilat keris itu ditusukkan ke tubuh ana k yang
digendong Dar mi.
Anak yang malang itu hanya menjerit satu kali, lalu dia m
tak bergerak karena keris itu telah mene mbus dadanya. Orang
yang menusuk ana k itu la lu melompat dan keluar dari
ruangan. Darmi masih terbelalak. Ketika ia me mandang ke arah anak
dalam gendongannya, ia melihat darah berlumuran dari tubuh
anak itu! la menjerit sekuatnya dan ..... terkulai, jatuh pingsan
dengan anak yang telah mati itu masih dalam gendongannya.
Akan tetapi jeritnya yang melengking nyaring itu
mengejutkan orang-orarg yang berada di keputren. Para
dayang berlarian me masuki ruangan itu dan sebentar saja
keadaan menjad i ge mpar. Tak la ma kemudian, Sang Prabu
Erlangga sendiri me mas uki ruangan, diikuti per maisuri yang
baru, sang pengantin baru Puteri Sri Sanggramawijaya.
Sepasang pengantin ini terpaksa keluar dari kamar pengantin
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mereka ketika mendengar ada pe mbunuhan di te mpat
pengasuh anak anak. Tida k ketinggalan Mandari juga
mengikut i Sang Prabu Erlangga, dan Dyah Untari.
Ketika Sang Prabu Erlangga me masuki ruangan itu dengan
tiga orang isterinya yang paling terkemuka, se mua dayang
dan abdi daiem (pelayan) berjongkok dipinggir dan
menye mbah. Sang Prabu Erlangga me nghampiri Darmi yang
masih menang is meraung-raung setelah sadar dari pingsannya
dan rneme luki anak yang berlumuran darah dan sudah mati
itu. "Biyung Emban, berhentilah menang is dan ceritakan apa
yang terjadi di sini." kata Sang Prabu Erlangga dengan tenang
setelah dia menga mati sebentar anak yang masih digendong
Darmi itu. Mendengar suara sang prabu, agaknya Darmi baru
menyadari bahwa junjungannya telah berada di situ. la segera
menye mbah nye mbah dan menahan tangisnya.
"Aduh, gusti ..... ketiwasan (celaka), gusti ..... ada ..... ada
orang masu k lalu menggunakan kerisnya me mbunuh "
katanya gagap. "He mm, seperti apa orangnya?"
"Ha mba tidak tahu, gusti ..... dia ..... dia memakai topeng
hitam ....."
"Bagaimana pakaiannya?"
"Pakaiannya ..... pakaiannya ..... seperti perwira pasukan
pengawal Gusti Puteri Pengant in .....dari Sriwijaya ....."
"Tida k mungkin .....!" puteri Sri Sanggra mawi aya berseru.
"Kenapa tidak mungkin" Ini buktinya!" terdengar jawaban
dari luar dan masu klah Lasmini mengiringkan dua orang
perajurit pengawal istana yang menggotong tubuh seorang
tinggi besar yang me makai pakaian perwira pasukan Sriwijaya
dan orang itu sudah mati!
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Paman Swandaru .....!" Sang Puteri Sri Sanggramawijaya
berjongkok de kat mayat perwira pengawalnya itu, matanya


Keris Pusaka Sang Megatantra Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

terbelalak dan mukanya pucat. "Paman Swandaru ..... andika
kenapakah ..... siapa yang berani me mbunuh perwira
pengawalku?" la bangkit berdiri dan me mandang penasaran
kepada Sang Prabu Erlangga.
Ki Patih Narota ma juga sudah datang ke tempat itu setelah
dia yang tadi duduk di luar mendengar bahwa ada
pembunuhan di bag ian keputren. Dia me mandang dengan alis
berkerut kepada Lasmini karena sekali pandang ke arah muka
mayat perwira Sriwijaya yang agak kebiruan itu diapun dapat
menduga bahwa perwira itu tentu tewas oleh pukulan Aji
Ampak-ampa k yang ampuh dan dikuasai oleh selirnya itu.
"Tenanglah, adinda," kata Sang Prabu Erlangga kepada
permaisurinya yang baru. Kemudian dia me mandang kepada
Lasmini yang me mbawa sebatang keris yang berlumuran
darah lalu bertanya dengan suara penuh wibawa.
"Las mini, ceritakanlah apa yang terjadi."
"Diajeng, berceritalah sejujurnya, terus terang dan jangan
ada yang disembunyikan!" terdengar Narotama berkata
kepada Las mini dengan suara me merintah.
Dengan hormat Lasmini menye mbah kepada Sang Prabu
Erlangga la lu menceritakan dengan suara le mbut dan
sungguh-sungguh .
"Ha mba sedang mencari angin di ta man dan ha mba
mendengar jeritan dari bangunan bagian keputren, maka
hamba segera hendak lari mengha mpiri. Akan tetapi setibanya
di pintu ta man, hampir ha mba bertabrakan dengan orang ini!
Melihat dia lar i keluar dari bagian keputren, hamba
menegurnya akan tetapi dia malah menyerang hamba dengan
keris ini." Ia menyerahkan keris itu kepada Sang Prabu
Erlangga yang menerima keris itu dan menga matinya.
Kemudian dia berkata.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Seterusnya bagaimana?"
"Ha mba melawannya dan karena dia juga cukup digdaya
dan agaknya mati matian hendak menyerang hamba, terpaksa
hamba la lu mengeluarkan aji pukulan untuk meroboh kannya.
Sayang, agaknya hamba me mukul terlalu kuat sehingga dia
tewas, padahal sesungguhnya hamba ingin menangkap dia
hidup-hidup agar dia dapat mengaku mengapa dia me mbunuh
Pangeran Samarawijaya dan siapa yang menyuruhnya."
"Siapa lag i yang menyuruhnya?" tiba tiba Puteri Mandari
berkata lantang "Semua buktinya sudah lengkap dan saksinya
juga ada. Biyung-emban Darmi, coba lihat, bukankah ini laki-
laki yang melakukan pe mbunuhan tadi?" Puteri Mandari
menuding ke arah mayat Perwira Swandaru.
Biyung-emban Darmi sudah Menjad i gugup sekali karena
menghadap i pe meriksaan oleh Sang Prabu Erlangga, bahkan
Ki Patih Narota ma dan se mua keluarga Istana. la me mandang
mayat itu dan kata gagap, "..... kasinggihan ..... pakaiannya
..... begitu itulah ..... tapi mukanya .. ... ditutupi topeng ....."
"Nah, itu sudah cukup, kakanda prabu. Buktinya lengkap,
saksinya ada. Jelas perwira Sriwijaya ini pe mbunuhnya dan
siapa lagi yang menyuruh dia melakukan pe mbunuhan itu
kalau bukan Sang Puteri Sri Sanggra mawijaya9" kata Mandari.
"Ampun, gusti.
Kalau boleh ha mba
ikut bicara, pembunuhan ini tentu dilakukan sebuah komplotan yang
me mpunyai niat jahat tertentu, lalu menjatuhkan fitnah atas
diri Sang Puteri Sri Sanggrawijaya .. ..."
"Kakangmbok Untari! Urusannya sudah jelas dan andika
bicara soal komplotan segala. Apakah sekarang masih ada
komplotan seperti yang dulu dila kukan mendiang Ki Patih
Hardogutam ketika berkelomplot untuk me mbunuh mendiang
kanjeng rama prabu Teguh Dhar mawangsa?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
bentak Mandari dengan suara mengandung penuh ejekan.
Pucat wajah Dyah Untari dan ia merasa terkejut, marah dan
ma lu sehingga tubuhnya ge metar dan kedua matanya basah.
"Sudah cukup! Apa perlunya ribut ribut ini?" bentak Sang
Prabu Erlangga sambil mengerutkan alis dan me mandang
Mandari dengan sinar mata mengandung teguran. Akan tetapi
Mandari me mbalas pandang mata Sang Prabu Erlangga
dengan berani dan lapun me mbantah.
"Akan tetapi, kakanda prabu! Putera paduka Pangeran
Samarawijaya dibunuh orang dan hamba sekalian tidak boleh
ribut-ribut?"
"He mm, siapa bilang puteraku Pangeran Sa marawijaya
dibunuh orang" Anak yang terbunuh inipun aku tidak tahu
siapa! Heh, biyung-emban, siapakah anak da la m gendongan
mu itu?" "....ampun, gusti.... ini adalah Kadrya, keponakan ha mba.
Karena hamba mengganggur dan ibu anak ini sakit, maka
ma la m ini dia dititipkan kepada ha mba .... tidak tahunya .....
dia mati terbunuh..... hu-hu-huuhh ..... bagaimana ha mba
harus me mberitahu adik ha mba .....?"
Banyak orang menghela napas lega mendengar bahwa
yang terbunuh bukan Pangeran Samarawijaya, akan tetapi
Lasmini dan Mandari terkejut setengah mati! Sungguh tadinya
mereka sudah merasa lega karena sekali ini usaha mereka
berhasil ba ik. Linggajaya yang menyamar dengan pakaian
perwira Sriwijaya telah melaksanakan tugasnya dengan baik,
me mbunuh anak itu lalu menyerahkan keris yang dipakai
me mbunuh kepada Lasmini yang menanti di ta man untuk
dijadikan bukti. Siapa kira, yang diasuh biyung-emban Darmi
bukan sang pangeran, me lainkan kepona kan biyung-emban itu
sendiri! Yang tidak merasa heran adalah Dyah Untari karena ialah
yang telah menggaga lkan usaha pe mbunuhan atas diri sang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pangeran itu. Ketika ia mendengarkan bisikan Lasmini dan
Mandari yang mengatakan bahwa kalau anak itu dapat
dibunuh maka berhasil ah usaha mere ka. hatinya menjadi
curiga dan juga ngeri.
Siapa tahu yang dima ksudkan anak o leh dua orang wanita
kakak beradik puteri puteri Parang Siluman itu adalah kedua
orang pangeran, puteranya sendiri, Pangeran Budidharma dan
Pangeran Samarawijaya. Oleh karena itu, semenjak malam itu,
ia minta kepada kedua orang biyung emban pengasuh agar
me mbawa kedua orang anak itu! Maka terjadilah sa lag bunuh
itu. Akan tetapi, Dyah Untari tidak berani mengemukakan hal
ini. Kecurigaannya bahwa dua orang puteri Parang Siluman itu
yang mengatur pembunuhan, tidak me mpunyai bukti yang
kuat dan ia tidak mau kalau nanti Mandari kemba li
menghinanya dengan menceritakan tentang komplotan
mendiang ayahnya di depan orang banyak. Ia dapat
mender ita malu. Apalagi, biyung-emban Darmi sendiri sudah
bersaksi bahwa pembunuhnya me mang perwira Sriwijaya itu.
Mungkinkah perwira Sriwijaya itu berkomplot dengan kakak
beradik dari Parang Silu man itu" Rasanya tidak mungkin dan
urusannya menjadi bertambah ruwet. Memang, keadaannya di
Kahuripan, menjad i selir pertama dan tercinta dari Sang Prabu
Erlangga merupakan hal yang aneh. Mendiang ayahnya adalah
Pangeran Tua Hardogutama yang kemudian diangkat sebagai
patih oleh mendiang Sang Prabu Teguh Dhar mawangsa,
mertua Sang Prabu Erlangga. Mendiang ayahnya itu dan
mendiang kaka knya me mang melakukan pe mberontakan,
hendak menguasai kerajaan dan hendak me mbunuh Sang
Prabu Erlangga ketika belum menjadi raja. Namun usaha
mereka itu gagal, bahkan mereka sendiri tewas dalam perang,
la sendiri la ma sekali tidak me mbantu ayahnya, bahkan
me mbantu Erlangga dengan setia sehingga setelah Erlangga
menjad i raja, dia dia mbil sebagai selir.
"Sudahlah, biyung e mban, ceritakan saja apa yang terjadi
dan kami akan beri hadiah untuk menghibur hati keluarga
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
adikmu. Urusan ini kita habis kan di sini saja. Pe mbunuhan
telah dilakukan dan pe mbunuhnya juga sudah terbunuh, tidak
perlu adanya curiga mencurigai dan tuduh me nuduh. Marilah,
adinda Sri Sanggramawijaya, peristiwa ini jangan sa mpai
menjad i pengha lang kebahag iaan kita. "
Semua bubar. Para abdi dan perajurit pengawal mengurus
mayat perwira Sriwijaya dan mayat anak kecil itu oleh biyung
emban Darmi dibawa pulang rumah adiknya, disambut ratap
tangis Ibu anak itu.
Akan tetapi peristiwa yang terakhir ini seolah mulai
menyadarkan Lasmini dan Mandari bahwa mere ka kini harus
berhati-hati. Apalagi agaknya peristiwa itu juga mendatangkan
keraguan dalam hati Sang Prabu Erlangga dan Ki Patih
Narotama. Pandang mata Sang Prabu Erlangga terhadap
Mandari, biarpun masih mesra seperti dulu, na mun
mengandung sinar mata taja m menyelidik, seolah raja itu
ingin menjenguk isi hati yang paling dalam dar i selirnya ini.
Demikian pula dengan Ki Patih Narota ma. Memang masih
dapat dibakar gairahnya oleh Lasmini yang pandai merayu,
namun d i saat saat tertentu tampak betapa sinar mata ki patih
ini mencorong dan me mandang taja m kepada Lasmini, seperti
hendak menyelidiki!
Bahkan Lasmini berhasil me mbujuk Ki patih Narotama
untuk mengajarkan satu di antara ilmu-ilmunya kepada selir
itu. Narotama mengajarkan se maca m ilmu s ilat Kukila Sakti
(Burung Sakti) pada Lasmini sehingga wanita ini menjadi
semakin tangkas saja. Ilmu s ilat ini me mbuat ia dapat
bergerak laksana seekor burung srikatan, lincah dan cepat
bukan ma in. "Kakangmas, setelah dua orang juru taman kita dulu itu
terbunuh orang, sampai sekarang belum ada penggantinya
yang tepat." kata Lasmini kepada Ki Patih Narotama dengan
suara manja sambil merapatkan duduknya di bangku taman
mende kati suaminya. Narotama tersenyum. Selirnya ini kalau
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sudah bersikap manja seperti itu biasanya ada maunya. Akan
tetapi sebelum me menuhi kehendaknya itu, biasanya Lasmini
bersikap amat mesra dan amat menyenangkan hatinya. Dia
lalu merang kul dan me narik tubuh yang baheno l itu. Mendapat
kesempatan ini Lasmini lalu mengangkat pinggulnya dan
duduklah ia di atas pangkuan Narotama. K i patih tertawa dan
merangkul pinggang yang ra mping itu. Bau melati se merbak
dari ra mbut dan leher Lasmini dan dia men ghirup keharuman
itu sambil mencium leher yang berkulit putih mulus itu.
Lasmini menggelijang dan tertawa lirih tertahan sehingga
suara itu menimbulkan ga irah dala m hati Narotama.
"Kalau engkau ada usul mengenai juru ta man, katakan
saja, sayang." kata Ki patih sa mbil menga mati wajah yang
berkulit putih halus kemerahan itu.
"Begini, kakangmas tentu mengenal Sarti, pelayan pribadi
hamba itu bukan"
"Tentu saja, abdimu yang ayu man is merak ati itu?"
Narotama menggoda sambil tertawa.
"Ih, ngenyek (mengejek) ini, ya" Sarti me mang berwajah
buruk dan bentu k tubuhnya tinggi besar, akan tetapi ia
me mpunyai seorang adik misan laki-la ki yang menurut
keterangannya trampil dan pandai mengurus taman. Nah,
Sarti yang minta kepada ha mba agar adik misannya itu
diterima bekerja sebagai juru taman di sini dan hamba
menyanggupi. Akan tetapi tanpa perkenan dan paduka, mana
hamba berani menga mbil keputusan menerimanya?"
Narotama tersenyum. "Ah, urusan sekecil itu kenapa harus
minta perkenan dariku, diajeng" Urusan taman dan juru
tamannya, putuskan saja sendiri. Terserah kepadamu. Kalau
engkau sudah menerima ad ik misan Sarti itu sebagai juru
taman, aku sih setuju saja. Asal dia dapat bekerja dengan
baik, menjag agar taman kita selain bersih, terawat sehingga
tampak indah dan bunga-bunganya berkembang subur."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Tentu saja, kakangmas, dan terima kasih atas persetujuan
paduka." "O ya, siapa nama juru ta man baru Itu, diajeng?"
"Na manya Linggajaya, kakangmas." "He mm, na ma yang
indah, tentu orangnya elok pula."
"Ih, kakangmas. Apakah itu penting" yang penting adalah
hasil pekerjaannya. Akan tetapi bagaimanapun juga, tentu
lebih menyenangkan kalau pe mbantu pembantu kita berwajah
elok dar ipada berwajah buruk."
"Dan abdimu itu .....?" Narotama ke mba li menggoda.
"Sarti" Ia lain, kakangmas. la telah menjad i abdi di istana
kanjeng ibu di istana Parang Siluman sejak hamba masih bayi.
Ia yang mengasuh hamba sejak kecil. Karena itu, biar ia buruk
rupa, ia merupa kan pe mbantu setia yang sangat hamba
sayangi." Narotama tersenyum. "Hemm, ingin akuu
melihat bagaimana rupanya ketika engkau mas ih bayi. Ingin aku
me mondongmu, menima ng dan me mandikan mu!"
"Me mandikan ha mba?" Lasmini tertawa. Tawanya renyah
dan merdu. "Paduka ini aneh-aneh saja, me mbuat hamba ma lu... "
Mereka bergurau dan sambil bergandengan tangan mereka
lalu masu k gedung kepatihan untuk me lanjutkan senda gurau
mereka yang mesra.
Lingga jaya me mang datang ke kepatihan seperti yang
pernah diminta Lasmini ketika mereka bertemu di taman
istana Sang Prabu Erlangga. Seperti ketika me masu ki taman
istana kerajaan, ketika memasu ki taman kepatihan, Linggajaya
juga me mpergunakan aji kesaktian untuk me masu ki taman
tanpa diketahui para penjaga dan para perajurit pengawal
kepatihan. Dengan mudah Linggajaya dapat bertemu dengan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Lasmlni yang me mang sudah menanti di ta man malam itu
karena ia telah me mperoleh kabar rahasia dari Mandari bahwa
Lmggajaya akan mengunjunginya di ta man kepatihan. Ketika
Linggajaya muncul, Lasmini memerintahkan abdinya yang
setia, Sarti untuk berjaga di luar pondok de mi keamanan
pertemuan itu. "Duduklah, Linggajaya," kata Lasmini dengan sikap anggun
dan angkuh karena ia t idak mau merendah dan mas ih "tahan
harga" walaupun jantungnya berdebar tegang menerima
kunjungan seorang pemuda tampan dan amat digdaya itu. ia


Keris Pusaka Sang Megatantra Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

menjad i selir Narotama ketika mas ih seorang gadis dan belum
pernah sebelumnya ia bergau l dengan pria. Setelah menjadi
isteri K i Patih Narotama iapun belum pernah bercengkerama
dengan pria lain, apalagi mengadakan hubungan cinta. Maka
kini berduaan saja dengan Linggajaya, ia menjadi tegang
sehingga jantungnya berdebar-debar.
"Terima kasih, gusti puteri." kata Linggajaya dengan sopan
dan hormat, lalu dia hendak duduk bers ila di atas lantai.
"Ah, jangan di lantai. Duduk di kurs i saja, agar lebih enak
kita bicara." kata Las mini.
"Akan tetapi ..... hamba ..... ah, takut, gusti puteri."
"Takut apa" Aku yang me mer intah mu duduk, kenapa
takut" Duduklah, ingin aku bertanya kepadamu."
"Baiklah dan terima kasih, gusti puteri.
Maaf kalau hamba berani duduk di kursi ini."
Setelah pemuda itu duduk berhadapaan dengannya,
terpisah sebuah meja, Lasmini dapat me mandang wajah
pemuda yang disinar i la mpu gantung itu dengan jelas.
Memang ta mpan dan menawan, pikirnya. Masih muda dan
mata itu! Mulut dengan senyumnya yang mengejek itu!
Mengge maskan! K i Patih Narotama juga ta mpan ganteng,
akan tetapi karena telah bergaul sebagai isterinya selama
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
hampir tiga tahun, ia merasa bosan juga. Lasmini tidak
mengerti bahwa kebosanan tentu datang dalam hati orang
yang selalu dipengaruhi nafsu. Kalau ia tadinya merasa jatuh
cinta kepada Narotama yang tampan dan ganteng, ia tidak
tahu bahwa cintanya itu adalah cinta nafsu cinta karena
ketampanan, kegantengan dan kekagumannya akan kesaktian
Ki Patih Narotama. Dan segala yang terdorong nafsu hanya
merupakan kesenangan lahiriah saja, hanya sebatas kulit dan
kesenangan seperti ini sudah pasti me ndatangkan kebosanan!
Kebosanan mendorong orang untuk mengejar yang baru, yang
dianggap lebih menar ik dan leb ih menyenangkan dan kalau
yang baru itu sudah terdapat, maka la mbat laun dia Akan
bosan pula dan ingin mengejar yang leb ih baru lagi!
"Linggajaya, engkau tentu tahu bahwa bantuanmu kepada
kami, kepada adikku Mandari dan aku, sama sekali telah gagal
dan hal ini a mat mengecewakan kami. Bagimana bisa sa mpai
gagal begitu, Linggajaya" Apakah engkau hanya pandai
berjanji saja akan tetapi kenyataannya sama sekali tidak
menguntungkan kami?" "Maaf, gusti puteri. Akan tetapi
kekeliruan telah terjadi sehingga ha mba me mbunuh anak
yang salah. Kekeliruan Itu sa ma sekali bukan salah ha mba
karena hamba hanya mendapat tugas untuk me mbunuh anak
yang diasuh oleh biyung e mban Darmi itu dan perintah itu
telah hamba la ksanakan dengan baik. Tentu saja hamba tidak
tahu kalau anak itu bukan sang pangeran, karena hamba
belum pernah melihat pangeran yang dima ksudkan."
"He mm, kalau begitu Mandari yang kurang teliti sehingga
terjadi kekeliruan itu yang hampir saja malah me mbuka
rahasia kita! Akan tetapi sudahlah, karena kekeliruan itu kita
harus lebih berhati-hati. Sekarang maukah engkau me mbantu ku di sini?"
"Me mang tugas ha mba untuk me mbantu gusti puteri
Lasmini dan gusti puteri Mandari. Katakan saja apa yang harus
hamba lakukan, gusti puteri."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Pertama-tama, engkau harus selalu dekat denganku agar
mudah bagiku mengatur rencana dan menghubungi mu kala
saatnya yang baik tiba untuk bertindak. Dan untuk itu, engkau
harus tinggal di kepatihan ini dan menyamar menjadi juru
taman." "Juru taman?" tanya Linggajaya heran. Masa dia, putera
lurah, murid Resi Bjrasaktl, bahkan dia telah diangkat oleh
Adipati Adhamapanuda raja Wengker sebagai senopati dan
diberi keris Candala manik. Dia, senopati Wengker, kini harus
menjad i seorang juru ta man kepatihan Kahuripan"
"Ya, menjadi juru taman kepatihan, Linggajaya. Kenapa
engkau ta mpak heran?"
'Menjadi juru ta man, mencangkul tanah dan menana m
bunga?" "Ya, menyira mi dan menyapu, me mbersihkan taman dan
menjaga agar taman tetap tampak bersih dan rapi.
Bagaimana, engkau keberatan, Linggajaya?" "Gusti puteri,
hamba je lek-jelek seorang senopati! Hamba belum pernah
me megang tangkai pacul dan sapu!"
Lasmini tersenyum dan giginya yang putih itu mengkilap itu
mengintai dari balik sepasang bibir yang merah basah ketika
senyuman yang bergelima ng madu dan merekah dan
terdengar suara tawa kecil tertahan. Linggajaya sampai
me longo, terpesona oleh keindahan wajah wanita yang
demikian mengga irahkan. sepasang mata yang redup dan
mulut yang indah itu, demikian menantang!
"Aih, Linggajaya. Engkau hanya me mang sebagai juru
taman, bukan menjadi tukang kebun benar-benar. Maksudnya
agar engkau selalu dekat denganku dan ....."
"Ah, jadi paduka juga ingin selalu berdekatan dengan
hamba" Kalau begitu sa ma benar keinginan perasaan kita."
kata Linggajaya sambil tersenyum dan pandang matanya
mencorong taja m Seperti hendak mene mbus dada yang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
me mbusung itu dan menjenguk isi hati yang terkandung di
dalamnya. "Hush! Maksudku agar selalu dekat dan mudah bagiku
untuk mengajakan berunding kalau aku telah menemukan
sebuah rencana yang baik."
"Akan tetapi pekerjaan ini berat sekali bagi ha mba, gusti.
Berat dan sekaligus juga merendahkan martabat hamba. Jauh
lebih ringan bagi ha mba kalau paduka me mberi perintah
me mbunuh, seseorang atau berapa orangpun!"
"He mm, kalau engkau benar-benar ingin me mbantuku
seperti yang ditugaskan kepadamu oleh Pa man Adipati
Wengker, tentu engkau tidak akan keberatan untuk menyamar
sebagai juru ta man Linggajaya."
"Bagaimanapun
juga, penyamaran itu berat dan merendahkan martabat bagi hamba, akan tetapi ..... kalau
imbalannya sepadan, agaknya hamba siap me lakukannya!"
Linggajaya kemba li me mandang dengan sinar mata mengandung penuh arti.
Tentu saja Lasmini dapat me maha mi apa yang tersirat di
dalam ucapan pe muda yang telah berhasil menarik dan
menggetarkan ga irah dalam hatinya itu. Jantungnya kemba li
berdebar tegang karena selain dengan Ki Patih Narotama,
belum pernah timbul berahinya ketika berhadapan dengan pria
lain. Mungkinkah Ini timbul karena kebosanannya kepada
suaminya" Ataukah karena Linggajaya merupakan seorang
pemuda sakti mandraguna yang dapat diharapkan bantuannya
agar tugasnya di Kahuripan dapat berhasil" Ataukan karena
Linggajaya me mang seorang pemuda tampan, gagah dan juga
sakti mandraguna dan merupa kan wajah baru yang tentu saja
me miliki daya tarik yang amat kuat" Mungkin kesemuanya
itulah yang mendorong bangkitnya gairah dalam hatinya
terhadap pemuda itu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Lasmini tersenyum. "Imba lan apakah yang kau inginkan
dariku agar engkau mau melaksanakan pekerjaan sebagai juru
taman ini, Linggajaya?"
Melihat senyum dan pandang mata yang menantang itu,
Linggajaya menjadi semakin berani.
"Gusti Puteri Lasmini paduka la ksana setangkai kembang
indah sekali yang sedang mekar semerbak harum, adapun
hamba bagaikan seekor kumbang yang hina. Betapa akan
bahagianya sang kumbang ini kalau sang bunga sudi
me mbuka kelopaknya dan me mberikan kesempatan kepada
sang kumbang untuk hinggap, menghisap dan men ikmati
sedikit sar i madunya."
Sepasang pipi yang halus itu menjadi kemerahan seperti
buah tomat matang dan sepasang bibir itu tersenyum malu
ma lu. Tentu saja Lasmini ma klum betul apa yang dima ksudkan
pemuda itu. Setelah agak la ma merasa canggung dan salah
tingkah, akhirnya Las mini ber kata.
"Kita lihat saja nanti hasil pekerjaanmu. Kalau engkau
berhasil me mbuat rencanaku terlaksana dengan ba ik .....
heemm, aku tidak menjanjikan apa-apa, akan tetapi mungkin
sekali keinginan kumbang itu akan terlaksana."
Bukan ma in girangnya hati Linggajaya mendengar ini.
Berarti Lasmini sudah setengah menyambut dan menjanjikan
pemenuhan keinginannya itu. Dan pemuda ang sudah
berpengalaman dengan wanita itu ha mpir yakin bahwa selir Ki
Patih Narotama ini juga "ada rasa" kepadanya. Hal ini dapat
dia lihat dari senyum dan sinar matanya.
"Sendika ngla mpahi (siap me laksanakan ) per intah paduka,
gusti puteri!" katanya dengan girang.
"Nah, sekarang pergilah. Jangan terlalu la maa di sini
sebelum engkau diterima sebagai juru ta man." kata Lasmini.
Linggaya lalu me mpergunakan Aji Panglimutan sehingga
tubuhnya diselimuti se maca m ha limun atau kabut. Dalam
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
keadaan tidak tampak itu, tiba-tiba Lasmini merasa ada
hidung yang hangat menyentuh pipi kanannya. Hanya
sentuhan lembut dan hangat dan pe muda itu la lu perg i dari
situ. Lasmini merasakan jantungnya berdebar tegang dan tak
terasa lagi, ia mengangkat tangan kirinya dan mengusap pipi
kanannya. Ia tahu bahwa pemuda itu telah menga mbung
(mencium dengan hidung) pipinya, suatu hal yang belum
pernah ia alami sebelum atau la ma ia menjad i selir Narotama,
kecuali tentu saja oleh suaminya sendiri. Ia tersenyum-
senyum dan me mbayangkan kemesraan dengan pemuda itu
sehingga debar jantungnya men jadi se makin berdegup
kencang. Demikianlah, setelah mendapatkan per kenan dari Narotama, Linggajaya diterima sebagai seorang juru taman
baru di taman kepatihan Kal unpan itu. Tentu saja Linggajaya
mengenakan pakaian penduduk biasa dan dia menye mbunyikan ker is yang diberikan oleh Adipati Wengker.
Tepat seperti yang diramalkan oleh Empu Bharada,
me mang pada waktu itu Kerajaan Kahuripan secara rahasia
dianca m ma lapetaka dari segala jurusan, bagaikan awan-awan
mendung yang datang dari segala penjuru, berkumpul di atas
Kahuripan dan menganca m kerajaan ini dengan hujan
ma lapetaka! Dia mbilnya andari sebagai selir Sang Prabu
Erlangga, dan Lasmini menjadi se lir Ki Patih Narotama,
kemudian munculnya Linggajaya yang membantu kedua orang
puteri Kerajaan Parang Siluman ini, sudah merupakan
ancaman ma lapetaka yang menganca m raja dan patih
Kahuripan itu. Dan ternyata bukan itu saja ancaman datang.
Pada suatu hari, ada seorang tamu mohon diperkenankan
menghadap Sang Prabu Erlangga. Dia mengaku sebagai misan
dari Pangeran Hendratama yang masih berada di luar kota
raja. Ketikaa perwira pengawal melapor kepada Sang Prabu
Erlangga bahwa seorang utusan dari Pangeran Hendratama,
kakak iparnya itu, mohon menghadap, tentu saja dengan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
girang dia me mperkenankan utusan itu
masu k dan menghadap padanya. Pangeran Hendratama adalah kakak tiri
Permaisuri, putera mendiang Sang Prabu Teguh Dhar mawangsa dari seorang selir yang berkasta rendah.
Ketika Erlangga terpilih me njadi raja, agaknya Pangeran
Hendratama merasa kurang senang karena dia merasa
sebagai keturunan langsung para raja Mataram dan merasa
lebih berhak. Untuk me nyatakan ketidak senangan hatinya,
Pangeran Hendratama lolos dar i istana dan perg i entah ke
mana. Sekarang dia mengirim seorang utusan dan Sang Prabu
Erlangga yang bijaksana menyambut utusan itu dengan hati
girang. Bagaimanapun juga, Pangeran Hendratama tidak
pernah menyatakan ketidak-senangan hatinya itu dengan
sikap atau tindakan, maka Sang Prabu Erlangga juga tidak
menaruh denda m kepadanya, hanya rasa kasihan.
Sang Prabu Erlangga bahkan me manggil Per maisuri untuk
hadir dan ikut menerima laporan utusan Pangeran Hendratama yang kakak tiri dari Per maisuri. Sang perma isuri
juga merasa gembira akan Mendengar berita dari kakak tirinya
yang Sudah la ma t idak diketahui ke mana perginya itu.
Ketika utusan itu datang menghadap, berlutut dan duduk
bersimpuh di depan sang Prabu Erlangga dan e mpat orang


Keris Pusaka Sang Megatantra Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Isterinya yang paling dekat, yaitu Sang Permaisuri pertama,
Permaisuri ke dua, Dyah Untari, dan Mandari. Sang Prabu
Erlangga dan empat orang isterinya itu tercengang. Kiranya
utusan itu seorang wanita! Seorang gadis manis dengan tahi
kilat di pipi kiri, kulitnya kuning, tubuhnya tinggi sema mpai,
lehernya panjang dan sikapnya anggun. Usianya sekitar dua
puluh dua tahun. Dengan penuh hormat ia menyembah
kepada Sang Prabu dan empat orang isterinya.
"Ha mba mohon beribu a mpun bahwa ha mba telah berani
datang menghadap dan mengganggu waktu paduka tanpa
dipanggil, gusti." katanya sambil menye mbah. Jelas bahwa
gadis ini bukan orang biasa. Ia tahu betul akan tata cara dan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kesusilaan menghadap raja dan agaknya ia sudah terlatih
untuk itu. Hal ini tidak mengherankan gadis man is itu bukan
lain adalah Sukarti yang merupakan garwa ampilan (isteri
selir), juga pembantu setia, yang pertama dari Pangeran
Hendratama. "Siapakah andika dan laporkan dengan jelas apa maksud
kedatanganmu menghadap kami." kata Sang Prabu Erlangga
yang diam-dia m girang me nyaksikan s ikap yang anggun dari
utusan kakak iparnya itu.
Sukarti menyembah. "Ha mba bernama Sukarti, pembantu
dan utusan Gusti Pangeran Hendratama. Hamba diutus
menghadap paduka dan menghaturkan sepucuk surat dari
beliau, kanjeng gusti
"He mm, bagus. Kalau begitu cepat serahkan surat itu
kepada kami. Terima lah suratnya, diajeng." kata Sang Prabu
Erlangga kepada Mandari. Selir ini bangkit dari kursinya,
mengha mpiri Sukarti dan menerima gulungan surat yang
dihaturkan oleh gadis utusan itu. Ketika jari tangan Mandari
menyentuh tangannya, Sukarti merasa betapa ada hawa
getaran yang amat kuat dari tangan puteri jelita dan ia
terkejut bukan main, maklum bahwa sang puteri itu me miliki
kesaktian tinggi. Akan tetapi ia tidak me mbuat reaksi, hanya
menundukkan mukanya dan diam-dia m Sukarti dapat
menduga bahwa puteri ini tentulah Puteri Mandari dari
Kerajaan Parang Siluman yang kini menjadi selir Sang Prabu
Erlangga. la me mang sudah me ndapat keterangan jelas
tentang keadaan keluarga di istana Kahuripan itu. Bahkan
kalau Pangeran Hendratama kini menghubungi Sang Prabu
Erlangga dan hendak mendekatinya, hal itu juga terdorong
oleh kehadiran dua orang puteri Parang Siluman yang kini
menjad i selir sang prabu dan selir ki patih itu. Mereka ini akan
dapat menjadi sekutu yang baik sekali!
Sang Prabu Erlangga me mbaca surat kakak iparnya itu dan
dia mengangguk angguk, lalu menyerahkan surat itu kepada
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Permaisuri perta ma yang adik tiri Pangeran Hendratama.
Permaisuri Sekar Kedaton me mbaca surat kakaknya Itu dan
iapun ikut ge mbira, mengangguk- angguk, lalu menyerahkan
surat itu ke pada Permaisuri ke dua, yaitu Puteri Sri
Sanggramawijaya dari Sriwijaya. Puteri inipun me mbaca surat
itu la lu dioperkan kepada Dyah Untari. Kemudian yang terakhir
kali Mandari juga me mbacanya. Mereka semua merasa ikut
bergembira karena di dalam suratnya itu, Pangeran
Hendratama mengirim hadiah berupa beberapa batang
tombak dan keris pusaka a mpuh untuk sang prabu, dan
menyatakan keinginannya untuk kembali ke Kahuripan.
Pangeran Hendratama tidak mohon untuk t inggal di istana,
me lainkan mohon perkenan sang prabu untuk t inggal di luar
istana. Sang Prabu Erlangga lalu mengutus kepala pengawal untuk
mengangkut sebuah peti ber isi pusaka-pusaka itu, kemudian
me lalui Sukarti dia mengundang kaka k iparnya itu agar datang
berkunjung dan berbincang-bincang di istana. Setelah
menghaturkan terima kasih dan hormat Sukarti mengundurkan diri keluar dari istana, hatinya senang karena
ia tahu bahwa majikannya, juga suami dan junjungannya,
tentu akan merasa gembira sekali mendengar sambutan
keluarga Sang Prabu Erlangga yang demikian ramah.
Demikianlah, perpindahan Pangeran Hendrata ma ke kota
raja setelah oleh Sang Prabu Erlangga dihadiahi sebuah
gedung yang cukup besar dan megah di luar istana, diam-
dia m merupa kan ancaman baru yang berbahaya. Pangeran
Hendratama tidak pernah berhenti menaruh denda m dan
keinginan hatinya untuk sewaktu-waktu dapat merebut
kekuasaan dan menjadi raja Kahuripan sebagai penerus
mendiang ramanya, yaitu Sang Prabu Teguh Dhar mawangsa.
Pangeran Hendratama tinggal bersa ma tiga orang selirnya
yang setia di dalam sebuah gedung besar hadiah Sang Prabu
Erlangga. Mula ilah pangeran itu mengadakan kontak dengan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
para bangsawan yang diam-dia m mendukungnya. Dia sengaja
mende kati para bangsawan yang dalam pe mer intahan Raja
Erlangga tidak mendapatkan te mpat yang tinggi. Mereka
adalah orang-orang yang kecewa dan iri hati karena tidak
kebagian kedudukan yang "basah", yang merasa berjasa akan
tetapi tidak mendapatkan penghargan sebagaimana yang
mereka inginkan. Para bangsawan ini me mang oleh Sang
Prabu Erlangga tidak diberi kedudukan penting karena raja
yang arif ini mengena l watak mereka yang hanya mengejar
kesenangan untuk diri sendiri. Orang-orang seperti ini kalau
diberi kedudukan tinggi hanya akan me mpergunakan
kedudukan yang me mberi kuasa kepada mereka itu untuk
bertindak sewenang-wenang kepada bawahan dan rakyat,
orang-orang yaitu biasa menjilat ke atas dan me ludah ke
bawah. Mereka condong melakukan korupsi dan menggunakan segala cara untuk menyenangkan diri sendiri,
kalau perlu berpija k kepada kesengsaraan orang-orang di
bawah mereka. Pangeran Hendratama me man g cerdik sekali. Dia tahu
bahwa seperti juga dia sendiri yang tidak kebagian kedudukan
orang-orang itu merasa iri dan me mbenci Sang Prabu
Erlangga secara diam dia m. Dia menghubungi mereka,
mengobar kan semangat kebencian mere ka dengan mengatakan bahwa Sang Prabu Erlangga yang mereka anggap
sebagai seorang raja yang mata keranjang dan merendahkan
kehormatan Kerajaan Kahuripan keturunan Mataram dengan
mengawini dua orang puteri dari piha k musuh, yaitu puteri
Mandari dari Parang siluman dan Puteri Sri Sanggramawijaya
dari Sriwijaya! Demikianlah, dia m-dia m Pangeran Hendratama
telah menyusun kekuatan, sekongkol dengan banyak
bangsawan yang secara rahasia menghimpun sebuah pasukan
yang siap dipergunakan untuk tujuan terakhir mereka, yaitu
me mberontak dan menggulingkan Sang Prabu Erlangga di
bawah pimpinan Pangeran Hendratama! Bagaikan seekor laba-
laba, dengan sabar dan tekun Pangeran Hendratama mulai
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
me mbentang jaring di se kitar diri Sang Prabu Er langga. Tentu
saja diapun sudah tahu akan Isi hati puteri Mandari dari
Parang Siluman, ma ka dia m dia m diapun mulai mendekati
puteri ini untuk diajak bersekutu.
Puteri Mandari me mbiasakan diri untuk pergi berburu
binatang buas di hutan yang terdapat di luar kota raja. Ia
tadinya melakukan perburuan itu bersama Sang Prabu
Erlangga dan dengan dalih bahwa ia suka sekali berburu yang
merupakan hiburan mengasyikan baginya maka Sang Prabu
Erlangga me mperkenankan selir ini terkadang melakukan
perburuan seorang diri. Raja sama sekali tidak khawatir akan
keselamatan selir itu, karena ia ma klum Mandari me miliki
kesaktian yang cukup tinggi untuk menjaga dirinya sendiri.
Tentu saja kesukaan berburu sendiri itu hanya merupakan
alasan Mandari agar ia me ndapat kebebasan dan dengan
demikian, ia dapat leluasa berhubungan dengan orang-orang
di luar istana. Pangeran Hendratama yang me ngetahui akan
kebiasaan ini, segera me mpergunakan kesempatan itu untuk
dia m-dia m menjumpai Mandari dan mereka berduapun segera
bersepakat untuk bersekutu dalam niat mereka menjatuhkan
Sang Prabu Erlangga. Akan tetapi, tentu saja keduanya tidak
mau berterus terang akan alasan mereka me musuhi Sang
Prabu Erlangga. Pangeran Hendratama tentu saja tidak
mengatakan bahwa dia ingin merebut kekuasaan Sang Prabu
Erlangga dan menjadi raja di Kahuripan dan Mandari juga
tidak mengatakan tentang keinginan ratu Parang Siluman
untuk menguasai kahuripan.
Bahkan Pangeran Hendratama kecelik dan menabrak batu
ketika dia mencoba untuk menguasai Puteri Mandari yang
cantik molek itu. Pangeran yang mata keranjang ini ingin
sekali menar ik sang puteri bukan saja sebagai se kutunya,
me lainkan juga sebagai kekasih gelapnya! Akan tetapi ha mpir
saja dia tewas ketika dia mencoba untuk merayu Mandari.
Puteri itu marah sekali dan menyerangnya dengan hebat
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
ketika sang pangeran dalam pertemuan mereka berdua dalam
hutan menyatakan cintanya dan merayunya. Pangeran
Hendratama yang juga digdaya, me mbela diri bahkan ingin
menundukkan sang puteri dengan aji kanuragaan yang dia
kuasai. Akan tetapi dalam pertandingan singkat tanpa
disaksikan apapun juga itu, akhirnya Pangeran Hendratama
terjungkal roboh oleh ta mparan Mandari.
"Pangeran, mengingat andika bukan musuhku, maka aku
masih menga mpunimu dan tidak me mbunuhmu. Kita dapat
bekerja sama menghadapi Sang Prabu Erlangga dan Ki Patih
Narotama. Akan tetapi sekali lag i andika kurang ajar dan tidak
bersusila terhadapku, aku akan me mbunuhmu!"
Sejak itu, Pangeran Hendratama bersikap hormat sekali
kepada Puteri Mandari. Dia menganggap puteri itu a mat
berbahaya kalau dijadikan musuh, akan tetapi amat berguna
untuk dijadikan sekutu. Apalagi mengingat betapa dekat sekali
dengan Sang Prabu Erlangga. Melihat perubahan sikap
Pangeran Hendratama terhadap dirinya, Mandari juga
me lupakan peristiwa itu dan iapun bersikap baik karena iapun
maklum bahwa sang pangeran itu dapat menjadi se kutu yang
berguna sekali. Pangeran itu mempunyai pengaruh yang
cukup luas dan besar kemungkinan dengan kerja sama
mereka, akhirnya akan tercapai rencananya, yaitu menjatuhkan Sang Prabu Erlangga dan me nghancurkan
Kerajaan Kahuripan.
0oo0 Kita tinggalkan dulu mereka yang bersiap-siap menyusun
kekuatan untuk mennjatuhkan Sang Prabu Erlangga dan Ki
Patih Narotama, pendeknya untuk merebut kekuasaan di
Kerajaan Kahuripan dan kita ikuti Nurseta. Seperti telah
diceritakan d i bagian depan, Nurseta datang ke dusun Karang
Tirta dan berhasil me maksa Ki Suramengga la, lurah Karang
Tirta, untuk mencer itakan tentang ayah ibunya yang
men inggalkannya sejak dia berusia sepuluh tahun. Setelah
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dihajar keras, Ki Suramengga la mengaku bahwa orang tua
Nurseta yang bernama Ki Darmaguna dan Nyi Sawitri,
me larikan diri entah ke mana setelah tahu bahwa mereka
dilaporkan oleh Suramengga la ke kota raja, yaitu kepada
Senopati Sindukerta. Kemudian muncul Linggajaya dan Puspa
Dewi yang me mbela Lurah Suramenggala sehingga Nurseta
terpaksa melarikan diri karena tidak ingin per musuhan
menjad i berlarut-larut. Kini dia tahu ke mana harus melacak
untuk mengetahui tentang orang tuanya. Tiada lain ke kota
raja, mencari Senopati Sindukerta yang agaknya ditakuti ayah
ibunya itu dan menanyakan mengapa orang tuanya menjadi
orang-orang buruan.
Pada suatu pagi, Nurseta menuju ke kota raja Kahuripan.
Ketika dia menuruni sebuah lereng bukit kapur, dan tempat
tinggi itu dia me lihat serombongan orang mengawal sebuah
kereta yang tampak mengkilap tertimpa cahaya matahari.
Dilihat dari pakaian seragam dan tombak atau golok yang
berada di tangan orang orang itu, mudah diduga bahwa
mereka itu adalah sepasukan perajurit yang mengawal sebuah
kereta yang pintunya tertutup tirai sehingga penumpangnya
tidak tampak dar i luar. Jumlah pasukan itu ada dua losin
orang. Karena ingin sekali mendengar tentang kota raja Kahuripan
dan menyangka bahwa penumpang kereta yang dikawal
pasukan itu tentu seorang pembesar Kerajaan Kahuripan,
maka Nurseta cepat menuruni bukit itu. Siapa tahu dari
rombongan itu dia akan mendapatkan keterangan tentang
Senopati Sindukerta yang dicarinya karena tentu Senopati
yang ditakuti orang tuanya itu akan dapat me mber ii
penjelasan tentang orang tuanya yang melarikan diri
men inggalkan dia seorang diri.
Akan tetapi ketika Nurseta yang mengerahkan Aji Bayu
Sakti sehingga dia dapat berlari menuruni bukit itu seperti
terbang sudah tiba di dekat jalan di bawah bukit yang dilalui
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
rombongan itu, Dia melihat betapa ada dua orang laki-la ki
berdiri di tengah jalan men ghadang rombongan itu. Kereta itu
sudah berhenti dan seorang berpakaian perwira, komandan
rombongan pengawal itu, sudah maju ke depan kereta
menghadap i dua orang yang menghadang perja lanan mereka.
Nurseta ingin tahu apa yang terjadi, Dia cepat mendekati
dan bersembunyi dibalik sebatang pohon, menonton dan


Keris Pusaka Sang Megatantra Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

medengarkan apa yang sedang terjadi. Dia me mperhatikan
dua orang yang menghadang rombongan itu. Mereka itu
merupakan dua orang yang penampilannya tidak seperti orang
biasa. Yang seorang adalah seorang laki laki berusia sekitar tiga
puluh tahun,bentuk tubuhnya yang tinggi kurus dan
punggungnya agak bong kok itu me mbuat dia tampa k r ingkih.
Pakaiannya berbentuk jubah panjang dan di tangan kirinya
tergantung seuntai tasbih yang biji tasbihnya terbuat dari kayu
hitam. Wajah orang itu me mbuat Nurseta tertegun heran. Dia
pernah mendengar dongeng tentang seorang pendeta dalam
dongeng Mahabarata yang disebut Bagawan Durna! Wajah
orang tinggi kurus bongkok itu pers is wajah Bagawan Durna
seperti yang digambarkan dalam dongeng! Nurseta me mperhatikan orang ke dua dan dia merasa kagum. Orang
ini sungguh gagah menyera mkan. Usianya sekitar dua puluh
lima tahun. Tubuhnya tinggi besar dengan otot melingkar-
lingkar di kedua lengan dan dadanya yang bajunya terbuka
bagian depan. Bulu lebat tumbuh di dadanya,kulitnya hitam
legam. Baik bentu k tubuh yang tinggi besar dan kokoh kuat
itu maupun wajahnya yang gagah, dengan mata, hidung,
mulut serba besar, mengingatkan Nurseta akan tokoh lain
dalam Mahabarata, yaitu Raden Bratasena atau yang
kemudian berna ma Werkudara. Begitu gagah dan jantan!
Nurseta mendengarkan percakapan antara perwira pasukan
pengawal dan dua orang itu. Perwira itu juga bertubuh tinggi
besar walaupun tidak sebesar orang yang seperti Bratasena
itu. Bahkan semua perajurit yang dua puluh e mpat orang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
banyaknya itupun rata-rata memiliki bentuk tubuh yang kokoh
kuat dan wajah merekapun me mbayangkan kebengisan dan
kekerasan. "Heh, siapa kalian berdua dan apa mau kalian menghadang
di tengah jalan. Hayo minggir!" de mikian bentak sang Perwira
dengan suara menggeledek.
Orang yang mirip Bagawan Durna itu tertawa dan mau tak
mau Nurseta tersenyum sendiri. Bahkan suaranyapun seperti
suara Bagawan Ourna Tawanya terkekeh dan kecil seperti
suara wanita "Heh-heh-hi-hi-hi .....! Andika tidak mengena l kami berdua"
Heh-heh- kalau begitu jelas andika ini seorang yang tolol!"
"Keparat, jangan ma in-main!" bentak sang perwira.
"Ka mi adalah pasukan pengawal Kerajaan Siluman Laut
Kidul yang sedang mengawal gusti ratu kami. Hayo cepat
kalian menepi dan berlutut, Gusti ratu kami henda k lewat!"
Kini orang ke dua yang hitam tinggi besar itu yang
menjawab dan ketika menge luarkan suara, seperti yang
diduga oleh Nurseta, terdengar suaranya besar parau
mengge legar. "Perwira coromeo (kecoa) jangan banyak tingkah. Kami
sudah lelah berjalan kaki. Serahkan kereta itu kepada kami
berdua, baru kalian boleh lewat dengan aman!"
Perwira yang me mimpin dua los in perajurit itu me njadi
marah sekali, tangan kanannya bergerak dan dia sudah
mencabut sebatang pedang dan inipun mer upakan isyarat
karena dua losin anak buahnya segera mencabut senjata
mereka mengepung dua orang penghadang itu. Dengan
garang perwira itu menudingkan telunjuk kirinya ke arah dua
orang itu dan me mbentak.
"Heh, dua orang biadab! Apakah mata kalian buta dan
telinga kalian tuli" Berani kalian menghadang pasukan yang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sedang mengawa l gusti kami, Kanjeng Ratu Mayang Gupita,
ratu dari Kerajaan Silu man Laut Kidul" Siapakah kalian yang
nekat dan bosan hidup ini" Hayo akuilah siapa kalian, jangan
ma mpus tanpa meninggalkan na ma!"
"Heh-heh-heh-hi-hi!" Duplikat Durna itu terkekeh genit
seperti wanita, atau lebih tepat, seperti seorang banci.
"Benar- benar kamu tidak mengena l kami" Heh,
menyebalkan. Buka mata mu dan pandang ba ik-ba ik, buka
telingamu dan dengar baik-baik. Aku adalah Sang Cekel
Aksomolo, yang mbaureksa (menguasai) Hutan Werdo di
lereng Gunung Wilis, gegedug tanpa tanding yang namanya
me mbuat bumimi langit gonjang ganjing, dan engkau, perwira
coromeo, perajurit ceremende tidak mengena l aku" Wah,
payah, engkau tak pantas menjadi perwira, harus turun
pangkat menjadi pengurus kandang kuda"
"Aku adalah Dibyo Mamangkoro!" kata orang ke dua yang
suaranya besar lantang, sesuai dengan tubuhnya yang hitam
tinggi besar. Akan tetapi, perwira itu me mang belum pernah mendengar
nama dua orang yang menga ku sebagai orang-orang terkenal
itu. Mereka itu mas ih muda, Cekel Aksomolo berus ia kurang
lebih tiga puluh tahun dan Dibyo Mamangkoro baru sekitar
dua puluh lima tahun. Tentu saja perwira yang hidup di
daerah Kerajaan Siluman Laut Kidul itu belum pernah
mendengar na ma-nama itu.
"Kalian berdua yang bermata buta bertelinga tuli, berani
mengganggu perjalanan ratu kami!" kata perwira itu dan
diapun me mberi isyarat kepada anak buahnya. Para perajurit
pengawal segera bergerak menyerang kedua orang yang
hendak mera mpok kereta itu. Akan tetapi Dibyo Mamangkoro
menggerakkan kedua lengannya yang panjang dan begitu
kedua lengan itu menyambar, ada angin pukulan bersiutan
dan angin itu me landa para Pengepungnya. Beberapa orang
perajurit pengawal berteriak kaget karena mereka dilanda
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
angin dan berpelantingan! Cekel Aksomolo tertawa terkekeh-
kekeh, tasbih di tangannya digerakkan, terdengar suara
berkerotokan dan empat orang yang terdeekat dengannya
roboh sambil menutupi telinga mereka dengan kedua tangan!
Suara berkerotokan dari biji-biji tasbih itu men imbulkan
getaran hebat pada telinga mereka!
Tiba-tiba terdengar bentakan nyaring. "Ka lian mundur
semua!" Dan tirai yang menutupi pintu kereta terbuka dan dari
dalam kereta meluncur sesosok tubuh dan tahu-tahu seorang
wanita telah berdiri di hadapan dengan Cekel Aksomolo dan
Dibya Mamangkoro! Dua orang sakti itu me mandang dan
mereka terkejut. Wanita itu berusia kurang lebih lima puluh
tahun, pakaiannya serba mewah indah ge merlapan, tubuhnya
tinggi besar, bahkan tidak kalah tinggi dibandingkan Dibyo
Mamangkoro. Perutnya gendut, wajahnya dibedaki tebal dan
me ma kai pe merah bibir dan pipi, tubuhnya penuh perhiasan
emas per mata. Wajahnya serba bulat ge muk dan ada dua
ujung taring muncul dari ce lah-celah bibirnya. Inilah Ratu
Kerajaan Siluman Laut Kidul yang bernama Ratu Mayang
Gupita, bekas isteri Ki Nagakumala. Wanita raseksi (raksasa
wanita) ini selain menjadi ratu, juga terkenal sebagai seorang
tokoh yang sakti mandraguna. Ialah seorang di antara mereka
yang dulu mengeroyok Sang Empu Dewamurti di Gunung
Arjuna. Bersama Resi Bajrasakti dari Kerajaan Wengker, dan
Tri Kala, yaitu Kalamuka Kala manik, dan Kalateja dari
Kerajaaan Wura-wuri, mereka berlima mengeroyok Sang
Empu Dewamurti. Biarpun mere ka berlima menjad i ketakutan
dan melarikan diri, namun mereka juga berhasil me mbuat
sang empu maha sakti itu terluka berat sehingga men inggal
dunia. Cekel Aksomolo dan Dibyo Mamangkoro adalah dua orang
tokoh yang menga mbil jalan sesat. Dibyo Mamangkoro yang
baru saja pulang dari pengembaraannya
di daerah Bla mbangan di mana dia mencari guru-guru untuk
me mperdalam ilmu-ilmunya setelah selama beberapa tahun
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dia mencari ilmu dan aji kesaktian di Banten, ingin
mendapatkan sebuah tempat untuk bertapa dan memper kuat
diri. Dia mendengar tentang Pulau Nusaka mbangan, maka
pergilah dia ke sana. ketika tiba di sana, dia disambut oleh
bekas anak buah bajak laut yang sebagian masih tinggal di
situ dan sebagian pula ikut pimpinan mereka pindah di laut
jawa bagian utara. Dua puluh lebih anak buah bajak laut itu
mengeroyoknya akan tetapi mereka semua dikalahkan
sehingga tunduk dan mener ima Dibyo Mamangkoro bagai
pimpinan mereka. Sejak saat itu, Dibyo Mamangkoro menjadi
orang yang menguasai Nusaka mbangan. Pada suatu hari
Cekel Aksomolo yang pernah dikenalnya di daerah Banten
datang berkunjung dan Dibyo Mamangkoro dapat terbujuk
oleh Cekel Aksomolo untuk mencari kedudukan dan kemuliaan
di dalam kemelut yang sedang dihadapi Kerajaan Kahuripan.
Pada hari itu, kebetulan mereka bertemu dengan kereta indah
yang dikawal perajurit-perajurit itu. Melihat kereta yang indah
itu, keduanya mengambil keputusan untuk mera mpasnya
karena mereka merasa le lah melakukan perjalanan jauh
dengan jalan kaki saja.
Melihat munculnya wanita yang menyera mk.in itu dua
orang sakti yaitu biasanya melakukan kekerasan dan
kejahatan itu merasa terkejut. Mereka pernah mendengar
bahwa ratu Kerajaan Silu man Laut Kidul ada lah seorang yang
me miliki kesaktian. Akan tetapi mereka tidak pernah
me mbayangkan bahwa ratu itu de mikian menyeramkan.
Bagaimanapun juga, Cekel Aksomolo apalagi Dibyo
Mamangkoro, adalah dua orang yang sakti mandraguna,
bahkan menganggap diri sendiri terlalu tinggi sehingga
mereka itu biasanya me mandang rendah orang la in. Biarpun
penampilan Ratu Mayang Cupita ta mpak menyeramkan,
namun mereka tidak gentar, bahkan ingin sekali menguji
sampai d i mana kehebatan ratu yang namanya terkenal sekali
itu. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"He mm, bocah-bocah bagus kemarin sore besar kepala
lebar mulut! Berani kalian menyombongkan diri di depan kami.
Sambut lah ini!" kata Ratu Mayang Gupita dan dia sudah
me mutar- mutar kedua lengannya di depan dada lalu
mendorongkan kedua telapak tangan itu ke arah Cekel
Aksomolo dan Dibyo Mamangkoro. Tiba-tiba dari kedua
telapak tangannya itu keluar bola-bola api menyambar ke arah
dua orang itu. Cekel Aksomolo dan Dibyo Mamangkoro terkejut, maklum
akan dahsyatnya serangan yang tenaga saktinya dapat
menge luarkan bola ap i itu. Maka mereka pun menyambut
dengan cepat. Cekel Aksomolo me mutar tasbihnya dan
me mbaca mantera, sedangkan Dibyo Mamangkoro sudah
mengerahkan tenaga saktinya, dadanya membusung penuh
hawa, kemudian kedua tangannya didorongkan kedepan
dengan telapak tangan terbuka. Ingin yang amat kuat
menya mbar dari telapak tangannya itu, menyambut bola api
yang meluncur ke arah dirinya.
"Dar-dar-dar-dar .....!" Beberapa bola api itu me ledak ketika
bertemu dorongan kedua tangan Dibyo Mamangkoro dan
bertemu dengan sa mbaran sinar hita m dari tasbih Cekel
Aksomolo. Benturan tenaga
sakti yang dahsyat
ini menggetarkan bumi di sekitarnya dan akibatnya Ratu Kerajaan
Siluman Laut Kidul itu mundur dua langkah, akan tetapi Dibyo
Mamangkoro undur e mpat langkah dan Cekel Aksomolo malah
terhuyung ke belakang. Ini membuktikan bahwa tenaga sakti
wanita raksasa itu mas ih lebih kuat dan tenaga Cekel
Aksomolo yang paling le mah di antara mereka bertiga.
Jilid 15 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
TADI ketika mendengar dari perwira pasu kan pengawal
bahwa kereta itu ditumpangi Ratu Kerajaan Siluman Laut
Kidul, dua orang sakti itu diam-dia m sudah terkejut. Akan
tetapi karena watak mereka sombong, mereka masih belum
percaya bahwa seorang ratu, seorang wanita akan me miliki
kedigdayaan yang patut diperhitungkan. Akan tetapi setelah
kini mereka me mbukt ikan send iri akan kehebatan wanita
raksasa itu, mereka terkejut dan juga kagum. Bagaimanapun
juga, raja wanita ini merupakan seorang di antara musuh-
musuh Sang Prabu Erlangga, berarti mas ih satu golongan
dengan mereka. Apalagi Cekel Aksomolo telah mendengar
bahwa ratu ini merupakan seorang di antara mereka yang
telah menyerang Sang Empu Dewamurti yang men gakibatkan
tewasnya empu sakti mandraguna itu.
'Bojleng iblis la knat" Dibyo Manaingkoro mencaci dengan
suaranya yang besar.
"Kiranya bukan o mong kosong yang kudengar bahwa Ratu
Kerajaan Siluman Laut Kidul adalah seorang wanita yang sakti
mandraguna!" Raksasa ini me muji dengan jujur karena dia
harus mengaku bah wa saat itu tenaganya sendiri yang sudah
jarang dapat ditemukan tandingannya itu ternyata masih kalah
setingkat dibandingkan wanita itu.
"Heh-heh-heh-hi-hi-hik,
apa anehnya. Ki Dibyo Mamangkoro" Apa andika be lum mendengar bahwa Kanjeng
Ratu Mayang Gupita inilah yang telah menewaskan Sang
Empu Dewamurti yang terkenal itu!" kata Cekel Aksomolo
dengan suaranya yang tinggi seperti suara wanita.
Mendengar ini, Dibyo Ma mangkoro terkejut.
"Ah, benarkah" Kanjeng Ratu, benarkah bahwa paduka
yang telah menewas kan Sang E mpu Dewa murti?"
Ratu yang bertubuh raksasa wanita itu kini berdonga k dan
tertawa. Suaranya lantang dan ketika tertawa, mulutnya
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
terbuka sehingga tampak jelas buah taringnya yang runcing
mengkilap. "Heh-he-he-he-heh! Siapa lagi yang ma mpu me mbunuh


Keris Pusaka Sang Megatantra Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Empu Dewamurti kecuali kami?" Wanita itu terbahak dan
tampak bangga sekali.
"Akan tetapi, Kanjeng Ratu. Saya mendengar bahwa
paduka mas ih dibantu oleh wakil dari Kerajaan Wengker dan
kerajaan Wura-wuri. Benarkah itu?" Celas Akso molo bertanya.
Wajah wanita yang tadinya terbahak itu kini mengkerut dan
cemberut. "Huh, mereka itu hanya untuk mena mbah se mangat saja.
Memang benar Resi Bajrasakti dari Wengker me mbantu, dan
Tri Kala dari Wura-wur i, akan tetapi andai kata tidak ada aku,
mereka mana ma mpu menandingi Empu Dewamurti?" kata
Ratu Mayang Gupita menyombong.
Nurseta yang bersembunyi, mengintai peristiwa itu mula-
mula merasa kagum karena dia tidak mengira sa ma sekali
akan bertemu orang-orang yang sungguh sakt i mandraguna.
Dia sema kin kagum ketika me lihat wanita raksasa yang
ternyata Ratu Kerajaan Siluman Laut Kidul itu ma mpu
menand ingi dua orang laki-laki digdaya itu, bahkan dalam adu
tenaga sakti tadi wanita raksasa itu me mbukt ikan dirinya lebih
kuat daripada mereka berdua. Akan tetapi ketika mendengar
pengakuan Ratu Mayang Gupita, dia terkejut bukan main. Kini
Hati Budha Tangan Berbisa 9 Pusaka Rimba Hijau Karya Tse Yung Pedang Golok Yang Menggetarkan 3
^