Pencarian

Kisah Para Naga 2 18

Kisah Para Naga Di Pusaran Badai 2 Karya Marshall Bagian 18


nampaknya akan menentukan nasib Thian Liong Pang.
Hal ini nampak dari kondisi Hu Pangcu Pertama yang
sesekali menengok ke markas besarnya seperti sedang menantikan sesuatu yang lama dia tunggu tapi tidak
muncul-muncul juga.
TIRAIKASIH WEBSITE HTTP://KANGZUSI.COM/
Sementara itu, tidak lama setelah Ceng Liong
menyelesaikan semedhinya, dan masih belum menyadari tindakan apa yang akan diambilnya, tiba-tiba di samping kiri dan kanan Pangcu Thian Liong Pang telah berdiri Mahendra dan Gayatri. Keduanya meninggalkan lawan
masing-masing dan segera mengawal Pangcu Thian
Liong Pang setelah melihat di arena pertempuran telah bertambah dengan 2 orang tua yang mereka kenali
sebagai musuh lama mereka.
Kedatangan Mahendra dan Gayatri menjadi bermakna
banyak. Disatu sisi, arena yang mereka tinggalkan
menjadi semakin tak menguntungkan bagi kawanan
Thian Liong Pang. Hanya mereka berdua yang
sebenarnya mampu dan sanggup untuk menahan
serbuan para pendekar yang dipelopori para pendekar muda dan bahkan sudah ditambah kekuatannya dengan
kedatangan Topeng Setan serta juga Kiang Hong dan
istrinya serta beberapa tokoh perguruan besar lainnya.
Tetapi disisi lain, nampak jika kemudian ketenangan Thian Liong Pancu seperti sedikit terurai dan berkurang.
Dia seperti menemukan kembali wibawa dan
ketenangannya sebagai seorang ketua dengan
kemunculan Mahendra dan Gayatri di sampingnya.
Tetapi, begitupun, kegelisahan tidaklah mampu
dihalaunya, entah kegelisahan apa. Untungnya, dia
bersembunyi dibalik topengnya, meskipun gerak-gerik gelisah mampu dibaca orang-orang disekitarnya.
Hal yang pasti hanya dia seorang yang mengerti.
Sementara baik Kiang Cun Le, Liong-i-Sin nie dan Kiang Ceng Liong, tidak merasa takut dengan kedatangan
TIRAIKASIH WEBSITE HTTP://KANGZUSI.COM/
kedua tokoh tua itu. Tetapi, Kiang Cun Le meski tidak khawatir tetapi merasa terganggu dengan kedatangan
mereka. Entah apa sebabnya, dia merasa jauh lebih baik menyelesaikan langsung urusan dengan Thian Liong
Pangcu tanpa gangguan orang-orang lain.
"Hmmmm, apakah engkau masih hendak bersembunyi
dibalik orang-orang seperti ini?" Pertanyaan seperti bukan pertanyaan, dan nampaknya hanya seorang
Pangcu Thian Liong Pang yang mengerti maksud
pertanyaan yang seperti gumaman yang keluar dari
mulut Kiang Cun Le.
"Apa maksudmu setan tua .....?" Cela Mahendra
sambil tertawa dengan nada meringkik yang tidak
mengenakkan hati. Tetapi, kembali Kiang Cun Le berkata seperti gumaman dan hanya orang tertentu yang
mengerti maksud dari gumaman tersebut. Liong-i-Sinnie nampak maklum, tetapi Kiang Ceng Liong menjadi
semakin tenggelam dalam keraguan, meski kecurigaan
besar juga melingkupi dirinya. "Ada apa gerangan
dengan kakek?" Dan apa makna dari semua kekisruhan
ini?" "Biarlah mereka yang tahu mengerti dan paham
dengan sendirinya. Selagi masih ada waktu tentu masih tetap akan ada jalan" demikian gumam Kakek Kiang Cun Le. Nampak jelas jika pernyataan-pernyataannya seperti menyepelekan pertanyaan dan bahkan kehadiran Kakek
Mahendra dan Nenek Gayatri. Sementara itu, kepala
Thian Liong Pangcu nampak bergetar-getar, seperti
sedang menahan gejolak hatinya. Tetapi, karena
terhalang oleh kain kerudung diwajahnya, maka tak
TIRAIKASIH WEBSITE HTTP://KANGZUSI.COM/
seorangpun yang paham apa dan bagaimana reaksinya
yang sesungguhnya.
Begitupun, Kiang Cun Le dan Liong-i-Sinnie nampak
ada sedikit seri kegembiraan melihat kondisi Thian Liong Pangcu yang menunjukkan reaksi tadi. Tak pelak lagi, Ceng Liongpun menyadari, bahwa sepertinya ada
hubungan rahasia antara kakek dan neneknya dengan
Pangcu Thian Liong Pay yang sangat lihay ini. Entah apa.
Betapapun bodohnya, Kakek Mahendra dan Nenek
Gayatri pada akhirnya sedikit curiga melihat gaya
komunikasi Kakek Kiang Cun Le. Meksi tidak menujukan langsung kalimatnya kepada Thian Liong Pangcu, tetapi reaksi sang Pangcu menunjukkan ada maksud apa-apa
dibalik kalimat-kalimat yang tidak mereka pahami
maknanya tersebut. Sayangnya, mereka sedikitpun tidak mengerti, apa sebenarnya yang sedang dikomunikasikan Kakek Kiang Cun Le kepada Pangcu tersebut.
Yang pasti, kalimat-kalimatnya membuat reaksi sang
Pangcu terkesan mengejutkan keduanya. Nampaknya
ada hubungan khusus atau hubungan tertentu antara
sang pangcu dengan Kakek Kiang Cun Le, dan bahkan
juga dengan Liong-i-Sinnie. Tetapi hubungan macam
apakah itu" Ini yang membuat keduanya menjadi curiga.
Hal yang membuat Nenek Gayatri menjadi tidak sabar
dan kemudian berkata:
"Pangcu, apakah perlu bantuan kami?"
"Hmmmmmmm ......." Hanya deheman tidak jelas
yang keluar dari mulut Pangcu Thian Liong Pang,
TIRAIKASIH WEBSITE HTTP://KANGZUSI.COM/
selebihnya adalah keheningan. Tetapi, siapapun diantara keenam orang itu paham, bahwa Pangcu tersebut
sedang dilanda kebingungan dan kegamangan yang
kurang dimengerti.
"Siancai ......... siancai, selalu ada jalan, selalu ada jalan. Jika memang telah melihatnya, adalah keliru jika tidak mengarah jalan itu" Kalau ini adalah Nenek Liong-i-Sinnie yang bergumam. Gumaman yang nampaknya
hanya beberapa orang, hanya Pangcu Thian Liong Pang, Kiang Cun Le dan Liong-i-Sinnie yang mengerti.
Tetapi Kiang Ceng Liong menjadi semakin curiga,
siapa sebenarnya Pangcu yang hebat ini" Mengapa dia bisa memainkan dan menahan kekuatan iweekangnya
dengan dasar yang kurang lebih sama dengannya"
Adakah benar dia menggunakan atau mendasarkan
iweekangnya seperti dasar iweekangnya sendiri yang
khas dari Lembah Pualam Hijau".
Dan adalah Kakek Mahendra dan Nenek Gayatri yang
semakin bingung, karena sekali lagi
kepala Pangcu mereka bergetar. Mereka memang
tidak mengenal siapa Pangcu tersebut, hanya tahu
betapa dahsyat kekuatan orang yang sejak mereka kenal dan lihat memang selalu mengenakan kerudung dan
hanya satu dua orang saja yang mengenal si pangcu
secara pribadi.
Tetapi, selain reaksi bergetarnya kepala sang pangcu, tiada lagi reaksi lain, juga tak ada sahutan darinya.
Sementara Kakek Mahendra dan Nenek Gayatri berkali-
kali memandang sang Pangcu berganti-ganti dengan
TIRAIKASIH WEBSITE HTTP://KANGZUSI.COM/
Nenek Liong-i-Sinnie dan Kakek Kiang Cun Le. Padahal, baik Kiang Cun Le maupun Liong-i-Sinnie tidak
memandang langsung kepada Thian Liong Pangcu, tetapi gumaman mereka jelas terarah ke orang itu.
"Pedang dan Medali Naga Hijau telah menunjukkan
diri ...... pewarisnyapun telah tampil. Jika masih mungkin kembali, jika masih melihat jalan itu, maka jauh lebih baik bertindak arif. Jika tidak, tiada jalan lain. Benang tipis yang masih tersambung akan putus oleh keputusan sang pewaris ....... Dan luka itu akan tertoreh dalam, sakit dan lama dirasakan semua" Kakek Kiang Cun Le
kembali bergumam, dan kali ini sambil memandang ke
angkasa. Seperti juga Nenek Liong-i-Sinnie yang menyetujui
kalimat itu, tetapi kemudian sambil dalam sikap memuji kebesaran Sang Budha ........ .... Tetapi tiada reaksi dari Sang Pangcu setelah beberapa saat. Ketika Kakek
Mahendra ingin mengatakan sesuatu, Sang Pangcu
mengangkat tangannya seperti meminta Mahendra untuk diam tidak bersuara. Wibawa yang terkandung dalamnya memang luar biasa, sampai kakek Mahendrapun akhirnya menahan diri untuk tidak
mengatakan suatu apapun.
Setelah itu, Thian Liong Pangcu nampak diam, tetapi bukan diam yang sebenarnya, karena dia seperti sedang berdialog dengan Kiang Cun Le tanpa diketahui oleh
Kakek Mahendra dan Nenek Gayatri. Meski keduanya
sanggup mendengar orang yang bercakap menggunakan
Ilmu penyampai suara, tetapi kali ini mereka kecele, TIRAIKASIH WEBSITE HTTP://KANGZUSI.COM/
karena mereka tak mampu mendeteksi gelombang suara
Pangcu mereka. Dan nampaknya hanya Kiang Cun Le dan Liong-i-
Sinnie yang mampu endengarkannya. Sementara Kiang
Ceng Liong sendiri tenggelam dalam lamuman dan
kecurigaannya sehingga tidak mengikuti percakapan
rahasia Pangcu itu dengan kakek dan neneknya.
Percakapan yang tidak lama. Tetapi, nampaknya
sudah diputuskan. Dengan wajah penuh kesedihan
namun menunjukkan ketegasannya, Kiang Cun Le
menoleh kepada Liong-i-Sinnie. Nenek Liong-i-Sinnie yang juga dipenuhi rasa yang sama dengan Kakek Kiang Cun Le, menganggukkan kepalanya kepada Kakek Kiang
Cun Le. Bagai memperoleh kembali ketenangan dan
ketegasannya Kiang Cun Le kemudian setelah menoleh
sekali lagi kepada Pangcu Thian Liong Pang, akhirnya kemudian menarik nafas panjang. Setelah hening
beberapa saat dia kemudian memanggil Kiang Ceng
Liong: "Liong Jie ....."
"Liong Jie disini kakek ......"
"Kakekmu terikat sumpah dan janji dengan seseorang, tetapi engkau bebas. Selain itu, hanya engkau yang
bebas dan berkemampuan melawannya sekarang ini. Kini lakukanlah tugasmu sebagai Majikan Lembah Pualam
Hijau dan sebagai seorang pendekar untuk bertindak
atas Thian Liong Pang. Ingat, tindakan tegas dan berbudi sangat diperlukan. Lakukanlah ......." setelah berkata TIRAIKASIH WEBSITE HTTP://KANGZUSI.COM/
demikian, Kiang Cun Le bersama Liong-i-Sinnie menepi dan membuat Kiang Ceng Liong kembali berhadapan
secara langsung dengan Pangcu Thian Liong Pang.
"Kakek ......" Kiang Ceng Liong menatap sejenak
kepada kakek dan neneknya, tetapi keduanya hanya
menganggukkan kepala. Menegaskan maksud Ceng
Liong yang akan menempur Pangcu Thian Liong Pang.
Dan pada akhirnya adalah Liong-i-Sinnie yang kemudian berbisik lirih seakan menguatkan apa tindakan yang
harus segera diambilnya:
"Atas nama rimba persilatan, lupakan hubungan
lainnya dan tuntutlah keadilan atas Thian Liong Pang dan Pangcunya. Bertindaklah atas nama keadilan sebagai
Duta Agung Lembah Pualam Hijau ....."
"Baik Nek ......." sahut Ceng Liong sambil kembali
maju kedepan tepat berhadapan dengan Pangcu Thian
Liong Pang. Ada beberapa saat dia seperti menyaksikan kegamangan dalam sikap sang Pangcu, tetapi beberapa saat kemudian, sikapnya yang tegih dan kokoh kembali menonjol. Harus diakui, tokoh yang menjadi Pangcu
Thioan Liong Pang ini memang sungguh tokoh unggul.
Dan beberapa saat kemudian Ceng Liongpun berkata:
"Pangcu, mari kita selesaikan persengketaan ini"
Sang Pangcu tetap tegak dan kokoh dalam diamnya.
Jika bukan tokoh aliran hitam, maka sikap dan perbawa Pangcu ini sungguhlah amat agung dan penuh wibawa.
Karena terus dalam diamnyaakhirnya adalah Gayatri yang TIRAIKASIH WEBSITE HTTP://KANGZUSI.COM/
kemudian menegurnya perlahan:
"Pangcu, apa tindakan kita selanjutnya?"
Pertanyaan yang menyentakkan kembali sang Pangcu
yang kemudian nampak menemukan dirinya kembali.
Tetapi, kini dia kembali berhadapan dengan Ceng Liong yang telah siap, sangat siap malah untuk segera
menuntaskan sengketa antara mereka yang telah
berlarut-larut.
Masih ada beberapa saat Pangcu Thian Liong Pang
tidak menyahuti baik tantangan Ceng Liong maupun
pertanyaan Gayatri. Bila Ceng Liong maklum apa yang sedang dilakukan sang pangcu, adalah Gayatri dan
Mahendra yang nampak tegang. Baik karena menunggu
sikap sang pangcu, maupun karena posisi Thian Liong Pang dalam pertempuran semakin lama semakin tidak
menentu. Karena meski mereka menang banyak, tetapi rata-rata para penyerang adalah kelompok pendekar yang
berkepandaian tinggi. Apalagi, karena barisan-barisan warna-warni yang dibentuk terbentur dengan barisan
sakti lainnya milik Lembah Pualam Hijau. Sementara
tokoh-tokoh utama Thian Liong Pang, juga telah dihadapi oleh tokoh-tokoh tangguh dari kalangan pendekar.
Disana ada Kiang Hong dan istrinya, Ciu Sian Sin Kay, ada Topeng Setan dan belum lagi para tokoh pergerakan kaum pendekar yang kini sudah bergabung. Padahal,
masih ada tokoh-tokoh ampuh lainnya yang kini bahkan tidak banyak bergerak lagi, seperti Nenggala, Tek Hoat, TIRAIKASIH WEBSITE HTTP://KANGZUSI.COM/
Mei Lan, Giok Lian dan kedua pendekar kembar asal
Siauw Lim Sie. Lama-kelamaan, Gayatri maupun Mahendra menjadi
curiga. Diamnya sang pangcu nampaknya karena sedang berkomunikasi dengan kedua lawan tuanya, Kiang Cun
Le dan Liong-i-Sin Nie. Ketika bercuriga itulah mereka kemudian mencoba menjajaki percakapan tingkat "tinggi"
antara Kiang Cun Le dengan Pangcu mereka.
Tetapi sayangnya, tepat mereka menyadari kealpaan
mereka mengikuti percakapan tersebut, baik Kiang Cun Le, Liong-i-Sin Nie maupun sang pangcu telah
menuntaskan komunikasi mereka. Cun Le nampak seperti manggut-manggut, demikian halnya Liong-i-Sin Nie.
Selanjutnya Sin Nie memandang Ceng Liong yang
nampaknya tidak mengikuti percakapan terakhir antara kakek dan neneknya dengan sang Pangcu.
Karena sebelumnya dia memang sudah menyiapkan
diri untuk memasuki pertempuran terakhir dengan
Pangcu Thian Liong Pang. Ketika dia melihat neneknya bereaksi, meski heran, tetapi dia melihat isyarat untuk melakukan "aksi" menyerang dan menyelesaikan urusan dengan Thian Liong Pang. Apalagi, dia kini melihat Sang Pangcu sudah kembali melakukan persiapan melakukan
pertempuran. Tetapi, masih belum sempat pertempuran Ceng Liong
dengan Pangcu Thian Liong Pang berlangsung kembali, teriakan-teriakan dan perintah menyerbu kembali
terdengar. Nampaknya, rombongan kaum pendekar yang
terakhir, yang dikawal oleh pahlawan Lo Han Tin dari TIRAIKASIH WEBSITE HTTP://KANGZUSI.COM/
Siauw Lim Sie telah memasuki arena pertarungan dan
langsung terjun menyerang kawanan Thian Liong Pang.
Maka lengkaplah sudah pertarungan hadap-
berhadapan antara para pendekar dengan gerombolan
Thian Liong Pang yang telah mengacau sejak beberapa waktu belakangan. Dengan meluruknya seluruh kekuatan penyerang para pendekar, ditandai dengan masuknya
rombongan paling belakang yang dikawal Lo Han Tin,
maka semua kekuatan penyerang telah bertemu dengan
kekuatan Thian Liong Pang yang kini dalam posisi
mempertahankan markasnya.
Tetapi, dengan telah hadirnya semua tokoh terkemuka kaum pendekar, bahkan termasuk rombongan Kiang
Hong, Duta Agung Lembah Pualam Hijau yang dahulunya ditahan kelompok Thian Liong Pang, apakah mungkin
Thian Liong Pang sanggup bertahan"
Hu Pangcu Pertama yang sejak tadi was-was dan
nampaknya seperti sedang "menunggu" kekuatan lain,
akhir-akhirnya nampak kesal. Dia ditandingi oleh para pendekar muda dan diburu terus menerus oleh Mei Lan.
Untungnya, kerumunan demikian banyak orang
membuat Hu Pangcu Pertama menyelinap kesana kemari
dengan menjadikan anak buahnya sebagai tameng.
Tetapi Mei Lan tidak kenal putus asa, dia terus mengejar Hu Pangcu Pertama kemanapun perginya, dan Hu
Pangcu pertama akhirnya mengarahkan kakinya ke arah Pangcunya yang sedang dihadapi oleh Ceng Liong.
Di tempat lain, pertarungan satu lawan satu masih
terjadi antara Tek Hoat melawan Majikan Kerudung
TIRAIKASIH WEBSITE HTTP://KANGZUSI.COM/
Hitam. Jika sebelumnya Tek Hoat hanya unggul tipis
karena kemurnian ilmu kepandaiannya, maka kini dengan diterobosnya markas utama thian Liong Pang membuat
Majikan Kerudung Hitam menjadi sangat murka dan
kehilangan konsentrasi akibat marah, cemas dan ingin cepat menang.
Tetapi Tek Hoat yang menyadari lawan adalah tokoh
penting Thian Liong Pang, dengan segera mencecar
Majikan Kerudung Hitam yang segera jatuh kedalam
kesulitan besar. Tek Hoat kini mengejar-ngejar Majikan kerudung Hitam dengan menggunakan ilmu Pek Lek Sin
Jiu yang mengeluarkan suara menggelegar itu.
Sementara Majikan Kerudung Hitam, karena kalah
secara psikologis, apalagi mendengar secara langsung banyaknya anak buah mereka yang terluka dan binasa, menjadi kecil hati. Semangat tempurnya sudah merosot jauh, tetapi dia tetap berusaha untuk bertahan meladeni semua serangan Tek Hoat. Tetapi dia terjerumus
kedalam kesulitan yang sulit diatasinya.
Di arena lain, Janawasmy, tokoh muda asal India, juga kini dicecar dan dikejar terus oleh Giok Lian. Kondisinya persis sama dengan Majikan Kerudung Hitam, dengan
selisih kepandaian yang tipis dengan lawan, kondisi psikologis sangat menentukan jalannya pertarungan.
Dan kini, Janawasmy yang ngeri dengan semakin banyak korban jatuh di pihaknya, menjadi keteteran menghadapi amuk serangan Giok Lian yang bertubi-tubi. Diapun jatuh di bawah angin, dan kelicikannya yang ditiru dari Hu Pangcu Pertama, adalah sering menggunakan anak buah Thian Liong Pang menjadi tameng serangan Giok Lian.
TIRAIKASIH WEBSITE HTTP://KANGZUSI.COM/
Dengan cara itulah perlahan-lahan Janawasmy
menggeser langkahnya ke arah Pangcu Thian Liong
Pang, karena disana dia melihat Hu Pangcu Pertama
mengarah dan juga berdiri dua tokoh hebat dari India, Mahendra dan Gayatri.
Tokoh-tokoh lain dari Thian Liong Pang bahkan
beberapa sudah tak ketahuan nasibnya. Tokoh seperti Kim-i-Mo Ong dan Koai Tung Sin Kay sudah lenyap entah kemana, sementara Bouw Lek Couwsu nampak sudah
bergabung dengan Mahendra dan Gayatri berkumpul
bersama dengan Pangcu Thian Liong Pang.
Bahkan Ciu Lam Hok dan tokoh-tokoh lain, juga sudah bergabung disana, berkumpul di belakang Pangcu Thian Liong Pang dan membiarkan anak buah mereka
perlahan-lahan mengorbankan diri dan berkurang secara drastis jumlahnya. Jikapun ada yang bertahan meski
dalam kondisi yang terdesak, tinggal Majikan Kerudung Hitam yang yang dicecar habis-habisan oleh Tek Hoat, bahkan nampak lengan jubahnya sudah hitam tanda
hangus terkena efek pukulan Pek Lek Sin jiu yang mujijat itu.
Tetapi, betapapun patut dipuji kekerasan hati dari
Majikan Kerudung Hitam yang meski terdesak hebat
tetapi tetap terus bertarung mempertahankan dirinya.
Dan untungnya, tak ada seorangpun tokoh dari para
pendekar yang berusaha membantu tek Hoat membekuk
Majikan Kerudung Hitam.
Sebaliknya, justru ketika Majikan Kerudung Hitam


Kisah Para Naga Di Pusaran Badai 2 Karya Marshall di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

semakin terjepit, tiba-tiba ada seseorang yang melejit TIRAIKASIH WEBSITE HTTP://KANGZUSI.COM/
dan memapak pukulan berat berisi dari Tek Hoat. Dan meskipun pukulan tersebut berat berisi, tetapi orang yang memapak serangan Tek Hoat tidak terpukul
mundur, meski Tek Hoat sendiri tidak mengalami
kerugian. Dan ketika melihat siapa yang menahan
pukulannya Tek Hoat berseru:
"Sin Nie, kenapa?"
Tek Hoat kaget karena yang memapak pukulan
terakhirnya adalah Kiang In Hong atau Liong-i-Sin Nie.
Dan hebatnya, nenek sakti atau nikouw sakti itu tidak terpental oleh pukulannya yang sebetulnya berisi
kekuatan hebat itu.
"Tenanglah nak ..... biarlah kita menyelesaikan urusan ini langsung dengan Pangcu Thian Liong Pang"
"Tapi, tapi dia ......"
"Dia juga manusia seperti kita"
"Huh, aku tidak membutuhkan bantuanmu", tiba-tiba
terdengar suara dingin yang bukannya berterima kasih, tetapi justru sinis dengan bantuan Sin Nie, suara dari Majikan Kerudung Hitam yang setelah mengeluarkan
suara tak tahu terima kasih itu telah melejit dan tak lama kemudian telah berkumpul bersama dengan
rombongannya di belakang Pangcu Thian Liong Pang.
Tek Hoat masih bingung dengan bantuan Sin Nie
terhadap Majikan Kerudung Hitam. Padahal Liong-i-Sin Nie sendiri memiliki lebih banyak lagi alasan untuk TIRAIKASIH WEBSITE HTTP://KANGZUSI.COM/
membantu majikan Kerudung Hitam, tanpa tek Hoat
mengerti sama sekali. Tetapi, Tek Hoat mencoba
menyadari bahwa Sin Nie melakukan itu karena kewelas asihannya, tidak lebih dan tidak kurang. Apa memang benar demikian" Sin Nie tahu benar dalam hatinya bahwa alasannya lebih dari sekedar soal itu. Tetapi karena memang harus dilakukannya. Harus.
Dan pada akhirnya, pertempuran menjadi sporadis.
Karena kini, bahkan pertarungan antara Barisan Warna Warni dengan Barisan 6 Pedang, juga telah terhenti.
Barisan Warna Warni yang telah terdesak hebat pada
akhirnya membuyarkan diri. Selain itu, Kiang ceng Liong juga meminta Barisan 6 Pedang berhenti atas permintaan Kiang Cun Le, kakeknya.
Barisan 6 Pedang nampak bingung, karena di hadapan
mereka berdiri 2 mantan Majikan Lembah Pualam hijau atau Duta Agung (Kiang Cun Le dan Kiang Hong) dan
seorang Duta Agung, Kiang ceng Liong. Karena adalah tugas utama mereka adalah mengawal Duta Agung,
otomatis mereka mengenal baik ketiga Dutan Agung
lembah pualam hijau itu.
Sementara pertempuran lain antara anak buah Thian
Liong Pang dengan para pendekar tinggal terjadi di
tempat-tempat yang agak jauh dari rombongan Pangcu
Thian Liong Pang yang berdiri berhadapan dengan Kiang Ceng Liong dan rombongannya. Teriakan-teriakan
pertempuran sudah jauh berkurang dan korban yang
jatuhpun tinggal sedikit, sementara korban tewas
maupun terluka berserakan dimana-mana di halaman
markas utama Thian Liong Pang.
TIRAIKASIH WEBSITE HTTP://KANGZUSI.COM/
Tidak usah dikalkulasi, dari segi jumlah nampaknya
anak buah Thian Liong Pang banyak yang menjadi
korban. Posisi yang boleh dikata sebagai posisi kekalahan bagi Thian Liong Pang karena terjadi persis di markas besar mereka.
Selain jalan rahasia sudah diterobos, perintang
kekuatan magic untuk memasuki markas, juga telah
dipatahkan lawan. Sementara korban yang jatuh di
markas mereka, juga jauh lebih banyak dibandingkan
para pendekar. Masih adakah indikasi lain untuk
menyimpulkan mereka terpukul dan dalam posisi saat itu memang mengalami kekalahan"
Dan kini, setelah menyelamatkan majikan Kerudung
Hitam, Lion-i-Si Nie telah kembali berdiri bersama Kiang Cun Le. Dia menganggukkan kepala kepada Kiang Cun Le dan kemudian Kiang Cun Le memandang sekilas kearah
Pangcu Thian Liong Pang bersamaan dengan masuk dan
bergabungnya Majikan Kerudung Hitam dengan
rombongan di belakang Pangcu Thian Liong Pang.
Liang Mei Lan sempat menyongsong Liong-i-Sin Nie
dan dengan hormat menyapa:
"Subo ....."
"Lan Jie ...... " sambil memandang gadis itu dengan sorot lembut.
"Subo, baik-baik sajakah?"
TIRAIKASIH WEBSITE HTTP://KANGZUSI.COM/
"Tentu Lan Jie, baiklah kita melihat bagaimana kelanjutan pertempuran ini" berkata Sin nie sambil mengalihkan pandangan ke dua rombongan terdepan.
Dan sebagaimana kesepakatan, rombongan para
pendekar dipimpin oleh Sian Eng Cu Tayhiap dan
Pengemis Tawa gila. Dan demikianlah, setelah
memeriksa kondisi lawan dan hasil pertempuran, kini Sian Eng Cu berjalan mendekati kedua kelompok yang
hadir saling berhadapan.
Dia maju ke depan berdiri berjajar dengan Kiang Ceng Liong yang sebetulnya sudah lama berdiri berhadap-hadapan dengan sang pangcu dan bahkan sudah sempat
bertempur. Dan tidak lama kemudian, bergabung pula
Pengemis Tawa Gila yang diawali dengan "tawa gila"
yang memang menjadi ciri khasnya.
Mereka berdualah yang kemudian berdiri menghadapi
Pangcu Thian Liong Pang dengan didukung penuh dalam jajaran yang sama oleh Kiang Ceng Liong dan sejumlah pendekar muda lainnya. Kali ini semua pendekar muda sakti itu kembali berkumpul: Kiang Ceng Liong, Liang tek Hoat, Liang Mei Lan, Souw Kwi Beng dan Souw Kwi Song serta Siangkoan giok Lian. Mereka semua memang
mempercayakan Kiang Ceng Liong untuk menjadi
pemimpin mereka berenam, meskipun pemimpin seluruh
pendekar telah dialihkan kepada Sian Eng Cu dan
Pengemis Tawa Gila.
Dan kini, nampaknya situasi telah berada di puncak
kulminasi, saat dimana semua perhitungan akan dan
harus diselesaikan. Bagaimana kedua kelompok yang
TIRAIKASIH WEBSITE HTTP://KANGZUSI.COM/
bagai api dan air itu menyelesaikannya" Dan apa pula drama dibalik pertikaian besar dunia persilatan itu"
Siapa-siapa yang ditunggu Pangcu dan Hu Pangcu Thian Liong Pang" Akankah mereka muncul ataukah tidak"
Bagaimana pula akhir dari cerita ini di Bagian II nya"
Ikuti episode terakhirnya, episode 25 di Kisah Para Naga Bagian II.
Episode 25: Akhir Teror Thian
Liong Pang Suasana menegangkan semakin terasa. Anehnya,
meski saling buru sekian lama, ketika berdiri berhadapan, justru nyaris tiada kata-kata yang terlontarkan. Kedua barisan atau kelompok orang itu berdiri berhadapan
dengan sejuta tatap mata yang menyiratkan ketegangan, kecemasan, ketakutan serta sejumlah perasaan lain yang pastinya tidaklah biasa.
Benar, Sian Eng Cu dan Pengemis Tawa Gila telah
berdiri berhadapan dengan pentolan Thian Liong Pang.
Lama, cukup lama mereka menebak-nebak siapa
gerangan sang pangcu, dan kali ini mereka telah berdiri berhadap-hadapan.
Tak nyana, masih juga tak leluasa mereka untuk
melihat dan mengenali sang pangcu. Pangcu yang
misterius dan bersikap begitu agung dan berwibawa
sekalipun kini dalam posisi terdesak, nampak masih tetap TIRAIKASIH WEBSITE HTTP://KANGZUSI.COM/
misterius dan tidak menunjukkan gelagat "orang kalah".
Tidak sama sekali.
Di seberang sana, dia mengimbangi kegagahan Sian
Eng Cu dan Pengemis Tawa Gila dalam diamnya yang
misterius dan dengan pandangan serta sorot mata yang menyiratkan pertanggungjawaban dirinya atas semua
rombongannya. Berdiri dihadapan semua anggotanya,
termasuk didepan Hu Pangcu Pertama dan seluruh tokoh besar Thian Liong Pang, dia menampilkan dirinya secara gagah.
Dia menempatkan diri sebagai pemimpin dan nampak
mencoba untuk menegakkan posisi mereka yang tengah
kusut dalam adu ketenangan dalam kesenyapan di
tengah ketegangan yang menyelimuti kedua kubu yang
sewaktu-waktu pecah menjadi pertempuran menentukan.
Begitulah, beberapa waktu telah berlalu. Ketegangan tetap melingkupi, tetapi masih belum ada kata dan
perintah satupun meluncur dari para pengambil
keputusan. Seakan-akan masing-masing paham, siapa
yang bergerak lebih dahulu bakal menanggung kerugian besar. Tetapi, sudah barang tentu kondisi diam dalam ketegangan seperti itu tidak akan berlangsung
seterusnya. Sesungguhnya, hanya sedetik waktu yang
dibutuhkan untuk meletupkan semua ketegangan yang
memuncak selama tahun-tahun belakangan ini.
Perseteruan panjang, melelahkan dan mematikan itu,
kini berada di penghujung yang menentukan. Siapa yang akan tersenyum dan siapa yang buntung akan segera
TIRAIKASIH WEBSITE HTTP://KANGZUSI.COM/
ketahuan. Tetapi, siapa yang akan memicu dan memulai gendang terakhir, masih belum ada yang memutuskan.
Tetapi, Pangcu Thian Liong Pang boleh tabah, kokoh
dan teguh dalam menghadapi situasi sulit. Hanya, belum tentu demikian dengan Hu Pangcu Pertama. Dan apalagi, Majikan Kerudung Hitam yang biasanya sangat
mengagulkan kepandaian sendiri, tetapi barusan
tunggang-langgang dikejar pukulan-pukulan maut Tek
Hoat. Melihat Pangcunya tetap dalam diam, tetap mengadu
"kesabaran" dan "mental" menghadapi kalangan
pendekar, adalah Hu Pangcu Pertama dan Majikan
Kerudung Hitam yang seperti kebakaran jenggot. Mudah ditebak, dalam waktu yang tidak akan lama ketegangan itu akan segera berubah akibat ulah salah satu dari kedua orang ini.
Apalagi, tingkat "ketakutan" mereka terhadap Pangcu Thian Liong Pang nampaknya berbeda dengan tokoh
serta anggota Thian Liong Pang lainnya. Mereka lebih berani, lebih memiliki nyali untuk mengatakan pendapat ataupun sikap kepada sang pangcu, berbeda dengan
anggota lain yang relatif segan dan takut kepada tokoh itu.
Ada berapa lama kedua orang itu kasak-kusuk.
Nampaknya mereka secara serius mendiskusikan apa
yang akan segera mereka lakukan dan bagaimana
melakukan hal tersebut. Dan tak berapa lama, keduanya manggut-manggut. Dan, sekaranglah saatnya ........ Hu TIRAIKASIH WEBSITE HTTP://KANGZUSI.COM/
Pangcu Pertama segera maju selangkah hingga jadi lebih dekat dengan Pangcunya, dan kemudian berkata:
"Pangcu ........"
Sekali berkata tetap tidak ada respons dari sang
Pangcu yang masih tetap dalam posisi saling pandang dengan Sian Eng Cu dan Pengemis Tawa Gila. Melihat
kondisi tersebut, Hu Pangcu Pertama nampak sedikit
gelisah dan ada rasa "marah" terbersit dari wajah dan tindakannya. Dia segera menyusul dengan panggilannya yang kedua ....
"Pangcu ....... kita harus ......"
Sayang, belum selesai kalimat Hu Pangcu Pertama,
tiba-tiba terdengar alunan suara yang terasa tidak
menyenangkan bagi telinga. Bahkan Hu Pangcu Pertama sendiri, kira-kira 30 puluhan detik setelah kalimatnya terputus, merasakan sesuatu seperti mengaduk jiwanya.
Tetapi, bukannya takut dan gelisah, justru Hu Pangcu Pertama nampak tersenyum ........
Alunan suara tersebut naik turun dalam nada tinggi
dan rendah secara cepat dan tidak menarik buat telinga manusia. Lebih hebat lagi, alunan suara itu sulit
dipastikan dilepaskan oleh seorang laki-laki ataukah perempuan. Yang pasti, tempat yang dipenuhi ratusan, bahkan mungkin ribuan jika dihitung dengan mereka
yang terkapar mati dan terluka, terperosok dalam
lingkaran pengaruh suara yang tidak mengenakkan
telinga tersebut.
TIRAIKASIH WEBSITE HTTP://KANGZUSI.COM/
Tetapi jangan salah, alunan suara tersebut memberi
efek berbeda bagi kedua kelompok yang sedang
berhadapan dalam ketegangan memuncak. Bagi
kelompok pertama, yakni kelompok Thian Liong Pang,
mereka hanya kebagian menikmati sumbang dan
jeleknya suara tersebut diringi dengan ketukan jantung yang menjadi tak beraturan, berdebar-debar tak keruan.
Hanya demikian saja, efek negatifnya nyaris tidak
terasa dan tidak merusak mereka, kecuali bagi mereka terutama yang berilmu paling rendah. Mereka akhirnya terperosok dalam ingatan-ingatan yang menyedihkan.
Tetapi, berbeda seruatus delapan puluh derajat
dengan yang dialami kelompok para pendekar. Sekitar tempat mereka berdiri seperti berubah menjadi arena mengerikan yang dipenuhi sorakan-sorakan dan teriakan-teriakan setan dan sewaktu-waktu merebut nyawa
mereka. Adalah kasihan mereka yang berilmu paling
cetek, karena dalam waktu tidak lama sebagian dari
mereka telah berguling-guling di tanah dengan berusaha menutup telinganya dan dengan ekspressi wajah
ketakutan dan mata melotot.
Hampir sebagian rombongan pendekar, terutama
mereka yang secara sukarela mengikuti rombongan
pendekar menumpas Thian Liong Pang, sudah terkapar
dengan mata melotot dan wajah ketakutan sambil
menutupi telinga masing-masing dengan kedua belah
tangan. Untungnya, ketika keadaan nampaknya bakal
menjadi lebih parah, saat ketika Kiang Cun Le, Kiang Ceng Liong dan Liong-i-Sin Nie nampak sudah akan
bertindak, tiba-tiba terdengar alunan suara lainnya.
TIRAIKASIH WEBSITE HTTP://KANGZUSI.COM/
Alunan suara yang dilepaskan untuk memuji
kebesaran Budha .......
"Amitabha, siancay-siancay ............"
Meskipun kalimat pujian itu pendek di eja, tetapi
panjang terdengar. Bahkan tak lama kemudian, terjadi pertarungan antara suara sumbang dengan suara pujian kepada Budha. Bersamaan dengan itu, Kiang Cun Le dan Liong-i-Sin Nie nampak bersiul berbareng, tetapi
bukannya menandingi pertarungan suara tadi, sebaliknya lebih ditujukan kepada kelompok para pendekar yang
nampaknya seperti "dirasuki" sesuatu.
Untungnya, kedua tokoh tua sakti itu membekal
iweekang murni berdaya penyembuh dari Lembah
Pualam Hijau. Dan lontaran tenaga dalam melalui suara, yang hebatnya juga telah dicapai oleh kedua orang sakti itu, mampu menarik kembali sukma para pendekar yang terbuai oleh suara sumbang sebelumnya. Jika terlambat, maka sukma mereka yang terbetot akan sulit ditarik
kembali. Kali ini, pertarungan antara suara sumbang dengan
pujian kepada Budha yang sedang terjadi, kini meski tidak lagi mampu menyerang kelompok pendekar, tetapi melahirkan keadaan yang tetap menggidikkan hati. Bagi sebagian besar manusia yang terkumpul disekitar arena pertarungan "istimewa" dan unik tersebut, alam semesta seperti sedang bergelora.
Halilintar dan petir serta angin ribut seperti sedang bertiup kencang, meski silih berganti dengan bersinarnya TIRAIKASIH WEBSITE HTTP://KANGZUSI.COM/
"terang Budha" yang meniup semua peristiwa alam
mengerikan itu. Kedua suara yang ternyata berisikan kekuatan "sihir" yang luar biasa kuat tersebut berganti-ganti mempengaruhi banyak orang.
Meskipun demikian suara sumbang itu tidak lagi
memiliki daya rusak dan daya serang terhadap kelompok sasaran tertentu. Begitupun, masih sanggup
mempengaruhi kesadaran orang-orang yang berada
dalam lingkaran pengaruh pertarungan antara suara
tersebut. Tetapi, sehebat apapun suara sumbang itu menerjang, tetap saja lilitan suara yang mengalun lembut dan
berwibawa dalam bentuk pujian kepada Budha itu tetap mampu mengikatnya. Itulah sebabnya orang-orang
terpengaruh dan terpesona dengan kejadian yang
berganti-ganti dengan sangat cepat antara kekuatan
hitam yang menghadirkan prahara dengan kekuatan
putih yang menghadirkan rasa tenang dan tentram.
Tetapi, bukanlah berarti suara sumbang itu telah
kalah. Karena kekuatan kedua suara itu masih tetap
sama garang dan sama kokohnya dan sama sekali belum mampu untuk saling mengalahkan dan saling
menundukkan. Hal positifnya bagi para pendekar adalah, suara sumbang itu tidak lagi mampu menyerang
kesadaran dan kekuatan mental mereka.
Apalagi karena lontaran kekuatan suara Kiang Cun Le dan Liong-i-Sin Nie telah membantu dan menguatkan
kekuatan batin mereka.
TIRAIKASIH WEBSITE HTTP://KANGZUSI.COM/
Anehnya, meskipun pertarungan suara tersebut tetap
seru dan sama kuatnya, Pangcu Thian Liong Pang masih tetap berdiam diri. Nampaknya, dia sama sekali tidak terkejut dengan benturan dua kekuatan suara yang maha hebat itu, dan memang dia sama sekali tidak
terpengaruh oleh suara yang sednag berbenturan
tersebut. Dia masih tetap berdiri di depan anak buahnya, anak murid Thian Liong Pang. Sementara Sian Eng Cu dan
Pengemis Tawa Gila, meski sedikit sempat goyah ketika diterjang suara tadi, tetapi tak lama kemudian
menemukan keseimbangan diri mereka. Dan kembali
berdiri berhadapan secara kokoh dengan Pangcu Thian Liong Pang.
Kiang Ceng Liong juga tidak goyah oleh pertarungan
suara tersebut, apalagi karena dia sudah memiliki
kemampuan untuk bertarung secara demikian. Bahkan,
dia sempat akan mencoba membantu kakek dan
neneknya tadi, tetapi dicegah kakeknya untuk menjaga kondisi dalam pertempuran kedepan yang bakal
menguras tenaga.
Para pendekar mudah, Liang Mei Lan, Liang Tek Hoat, Siangkoan Giok Lian dan kedua pendekar kembar she
Souw, juga tidak bergeming oleh pertarungan suara itu.
Karena merekapun telah mampu mencapai penggunaan
suara untuk menyerang dengan dorongan kekuatan batin mereka.
Sementara Hu Pangcu dan Majikan Kerudung Hitam,
nampak kini tersenyum simpul, bahkan optimisme
TIRAIKASIH WEBSITE HTTP://KANGZUSI.COM/
kemenangan telah terpancar dari sorot mata mereka.
Mereka menemukan kembali kepercayaan diri yang
sempat goyah ......... tapi benarkah akhir dari benturan dengan kelompok pendekar akan "untung" bagi Thian
Liong Pang"
Setelah sekian lama pertarungan antara suara tersebut berlangsung dengan tetap sama kuatnya, tiba-tiba
terdengar percakapan yang dilakukan dalam bahasa
Thian tok (India) antara kedua suara tersebut:
"Amitabha, Durganini cukuplah ......... "
"Cundhamani, engkau kembali merusak acara disini
..... aku belum kalah..."
"Amitabha, sejak dulu kita tak bisa saling
mengalahkan Durganini ...."
"Tapi, engkau kembali merusak urusanku ...."
"Amitabha, sadarlah Durganini .... waktu kita tidak panjang lagi ....."
"Persetan .........."
Dan suara-suara itupun berlalu. Hanya ada segelintir orang yang mengikuti percakapan tersebut, dan dari
segelintir orang, hanya satu dua orang belaka yang tahu arti dari nama-nama "Chundamani dan Durganini".


Kisah Para Naga Di Pusaran Badai 2 Karya Marshall di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Nampaknya hanya Kiang Cun Le, Liong-i-Sin Nie, Gayatri, Mahendra, Pangcu Thian Liong Pang dan Hu Pangcu
Pertama yang mengenali kedua tokoh itu.
TIRAIKASIH WEBSITE HTTP://KANGZUSI.COM/
Durganini, siapakah tokoh ini" Dan siapa pula
Chundamani" Durganini adalah tokoh seangkatan, hanya lebih muda 15-16 tahun dibandingkan Kiang Sin Liong, Kiong Siang Han, Wie Tiong Lan dan Kian Ti Hosiang. Dia adalah tokoh asal Thian Tok yang masih memiliki
hubungan perguruan dengan Chundamani dan Naga
Pattynam. Karena guru Durganini adalah adik seperguruan dari
guru Bhiksu Chundamani dan Naga Pattynam. Berbeda
dengan Naga Pattynam yang agak "sesat" sejak masa
mudanya, Durganini dan Bhiksu Chundamani justru
adalah pendekar-pendekar Negeri India. Bahkan,
keduanya pernah memiliki hubungan cinta pada masa
mudanya. Sayang sekali, permainan licik dan skenario busuk
yang diatur Naga Pattynam membuat Durganini menaruh salah sangka kepada Bhiksu Chundamani di masa muda
mereka. Pada akhirnya Durganini menjadi tokoh
setengah sesat setengah pendekar, tetapi setiap kali bertemu Chundamani selalu teringat konflik masa lalu yang tidak mengenakkan dan selalu berakhir ricuh.
Konflik batin ini membawa Durganini kemudian ke
petualangan di luar India dan terlibat dalam kekisruhan di daerah Tionggoan tanpa membedakan tokoh yang
menjadi temannya apakah dari kalangan pendekar atau bukan. Kegagalan cinta telah membuatnya membuta dan akhirnya jatuh dalam keadaan setengah sesat setengah baik. Tetapi, itu tidak membuat merek ilmunya jatuh, karena semakin tua dia semakin sakti.
TIRAIKASIH WEBSITE HTTP://KANGZUSI.COM/
Nenek ini tidak kalah lihay dibandingkan Bhiksu
Chundamani, bahkanpun Naga Pattynam. Meski kalah
lihay dalam variasi ilmu, tetapi Durganini jauh lebih cerdik dan lihay dalam ilmu meringankan tubuh
dibandingkan Naga Pattynam. Tetapi kalah seurat dalam ilmu kebatinan dan ilmu sihir dibandingkan Chundamani yang memang menekuni Budha setelah patah cinta
dengannya. Nenek Durganini yang sakti ini ternyata salah seorang yang berada dibalik kemapuhan Thian Liong Pang,
bahkan dia jugalah yang mendidik Majikan Kerudung
Putih, yang dikasihinya bagai murid sendiri. Karena betapapun, nenek ini memang berasal dari tokoh
kalangan putih, kalangan pendekar di tanah India.
Namun, pertikaian dengan Chundamani dan juga
beberapa kekesalan terhadap 4 Dewa Tionggoan
membuatnya terlibat masalah Thian Liong Pang. Diapun tidak kalah tingkatan dan kalah ilmu dengan tokoh-tokoh hebat lainnya yang mendalangi dan menjadi backing
utama Thian Liong Pang.
Sementara bhiksu Chundamani, sudah pernah
ditampilkan di episode 11 atau 12 yang bersama Naga Pattynam berada di Shi li fo shih untuk urusan berbeda.
Bahkan kedua kakak beradik seperguruan tersebut
pernah terlibat pertarungan hebat disana bersama
Pendeta Sakti Jawadwipa.
Dan kini, Bhiksu sakti asal India tersebut kembali
berada di Tionggoan dan secara kebetulan menemukan
keadaan menarik yang melibatkan kenalan lamanya
TIRAIKASIH WEBSITE HTTP://KANGZUSI.COM/
Durganini. Tidak tahan melihat akibat yang akan
ditimbulkan Durganini yang memang setengah sesat
setengah baik saat itu, Bhiksu Chundamani telah turun tangan dan menyelamatkan banyak kalangan pendekar
dari bahaya yang tidak kecil.
Sebetulnya Durganini, Naga Pattynam, Bhiksu
Chundamani bersama dengan Gamal Singh yang
mewakili Thian Tok dalam pertempuran dengan 4 Dewan Tionggoan adalah tokoh-tokoh nomor satu di Thian Tok.
Tokoh-tokoh pilih tanding dan diakui sebagai manusia dewa disana sebagaimana 4 Manusia Dewa Tionggoan.
Kedua tokoh maut itulah yang baru saja bertempur
dan mendemonstrasikan kehebatan ilmu suara mereka
dalam ketegangan yang meliputi kalangan pendekar dan kalangan Thian Liong Pang. Jika Hu Pangcu Pertama
tersenyum, itu disebabkan keyakinannya bahwa tokoh-
tokoh sepuh andalannya akhirnya sudah turun tangan.
Dan memang, sejak awal tokoh-tokoh sepuh inilah
yang diandalkan oleh Hu Pangcu Pertama melihat
banyaknya tokoh sakti dari pihak kaum pendekar.
Kemunculan Durganini, diyakininya sebagai tanda bahwa para tokoh sepuh itu kini sudah sedia dan sudah bersiap untuk memberikan bantuan mereka secara langsung.
Hal yang tentu menyenangkannya melihat kehadiran
Pangcu Thian Liong Pang seorang, ternyata masih belum sanggup menentukan kemenangan mereka. Bahkan
sebaliknya, posisi Thian Liong Pang semakin lama
semakin terancam dan kemenangan kelihatannya
semakin menjauh. Menimbang markas utama kini sudah
TIRAIKASIH WEBSITE HTTP://KANGZUSI.COM/
tercium musuh, maka lebih menyedihkan lagi kerugian mereka. Keadaan yang tentu sangat memalukan dan
mendekati kondisi kalah.
Bagi Gayatri dan Mahendra, sudah jelas mereka
mengetahui dan mengenal siapa Durganini, tokoh yang masih mengatasi mereka dalam ilmu silat dan ilmu sihir, karena memang lebih sepuh dan lebih tua. Karena itu, keduanya senang-senang saja dengan kedatangan
Durganini yang jelas akan memberi bantuan yang tidak kecil atas posisi mereka yang sedang sulit.
Adalah Kiang Cun Le dan Liong-i-Sin Nie yang kaget, karena paham benar apa dan bagaimana Durganini
setelah menerima penjelasan dari Kolomoto Ti Lou.
Selain itu, keduanya jelas tahu tokoh-tokoh besar asal India yang sering nampak di Tionggoan sejak masa
kakek mereka Kiang Sin Liong. Karena itu, keduanya
tahu keampuhan nenek Durganini, yang entah
bagaimana kepandaian mereka kini jika diadu dengan
nenek sakti tersebut.
Untungnya, juga muncul tokoh tua dan sepuh lainnya
dari India, yang juga mereka telah kenal kehebatannya, dan yang terpenting, tokoh tua itu selalu berpihak
kepada kebenaran. Hanya, mereka kurang tahu atau
malah tidak tahu, bahwa sebenarnya ada hubungan
pribadi antara Durganini dengan Bhiksu Chundamani
pada masa muda mereka.
Kondisi kembali senyap dan tegang. Hanya, secara
psikologis, keadaan Thian Liong Pang menjadi sedikit lebih baik. Secara moril, mereka sangat terangkat
TIRAIKASIH WEBSITE HTTP://KANGZUSI.COM/
dengan pengetahuan bahwa tokoh sepuh mereka sudah
mulai menampilkan diri. Hanya Pangcu Thian Liong Pang yang entah bagaimana tidak mengalami perubahan,
masih tetap diam dalam ketenangan dan tidak atau
belum mengeluarkan aba-aba.
Nampaknya, dia sendiri mempunyai perhitungan yang
sulit ditebak orang lain. Bahkanpun ditebak oleh
pembantu-pembantu utamanya yang juga berdiam diri di belakangnya, kecuali Hu Pangcu Pertama. Kondisi
senyap-senyap tegang itu, akhirnya terpecahkan ketika Majikan Kerudung Hitam, nampak bergerak-gerak seperti sedang berbicara. Dan ketika dia kemudian akhirnya
berdiam diri, tenryata tak lama dia telah meloncat ke tengah gelanggang sambil berkata:
"Pangcu, biarkan hamba sekali lagi menantang dia
......." sambil menunjuk Liang Tek Hoat, yang pada
pertarungan sebelumnya mendesaknya habis-habisan
dan nyaris kalah total. Mengapa dia kembali berani"
Tek Hoat yang di tantang Majikan Kerudung Hitam di
tengah banyak orang, sudah tentu tidak akan
membiarkan tantangan itu terlampau lama. Tidak.
Lagipula, dia masih menang moril setelah menghajar
Majikan Kerudung hitam tunggang-langgang beberapa
waktu sebelumnya dalam pertempuran di halaman lain
Markas Utama Thian Liong Pang. Dia segera meloncat ke gelanggang;
"Mari, mari. Biarlah kita yang memulai agar segera
dapat ditentukan seperti apa pertarungan terakhir ini"
ucapnya santai seperti biasa.
TIRAIKASIH WEBSITE HTTP://KANGZUSI.COM/
"Majikan Kerudung Hitam ......" terdengar suara
berwibawa dari Pangcu Thian Liong Pang seperti sebuah teguran.
"Pangcu, hamba mendapat perintah untuk memulai,
sekaligus untuk menantang orang yang bertempur
dengan hamba itu"
Mendengar sahutan Majikan Kerudung Hitam, Pangcu
Thian Liong Pang nampak sedikit tersentak. Tetapi,
diapun segera sadar bahwa sudah ada "perintah" lain atau "pemimpin" lain di kalangan Thian Liong Pang saat itu. Dan jika berhadapan dengan "pemimpin lain" itu, tentu bukan urusan mudah, dan seperti biasanya akan diiyakannya saja.
Karena itu, akhirnya Pangcu Thian Liong Pang berkata sambil mengarahkan pandangan dan pembicaraan
kepada Sian Eng Cu dan Pengemis Tawa Gila:
"Apakah kalian setuju jika pertarungan penentuan kita tentukan dalam beberapa pertempuran saja?"
"Maksud Pangcu?" dengan cepat Sian Eng Cu
menyahut sambil memberi jedah bagi kawan-kawannya
untuk menentukan sikap dan strategi dalam pertarungan terakhir ini. Dan seperti diduganya, beberapa tokoh segera bereaksi untuk saling bersikap dan saling
memberi usulan.
"Maksudku jelas. Kita tentukan pertempuran terakhir ini dalam 3 sampai 5 babak semata. Pemenang
terbanyak akan menentukan garis yang harus diikuti oleh TIRAIKASIH WEBSITE HTTP://KANGZUSI.COM/
mereka yang kalah" Pangcu Thian Liong Pang juga
menyahut dengan cepat. Dan kembali "bola" berada
ditangan Sian Eng Cu yang segera berhadapan dengan
Pengemis Tawa Gila untuk meminta pandangan.
Setelah saling pandang sejenak, tiba-tiba sejalur suara bening masuk ke telinga Sian Eng Cu dan Pengemis
Tawa Gila: "setujui saja, kita memiliki cukup kekuatan untuk memenangkan pertarungan. Hanya, sepakati
benar-benar bahwa ketentuan pemenang wajib diikuti
oleh yang kalah".
"Baik, jika memang keinginan Pangcu seperti itu, kami akan dengan senang hati meladeni. Hanya ......" sengaja Sian Eng Cu memberi jedah
"Hanya apa sudara Sian Eng Cu .......?" kejar sang
Pangcu, bukan masuk perangkap Sian Eng Cu, tetapi
memang dia sendiri ingin mengikat semua pihak untuk menyetujui ketentuan "Pemenang menentukan
semuanya".
"Hanya saja, apakah kita bisa bersepakat bahwa
pemenang dari 3 atau 5 babak yang akan menentukan
semua yang akan dilaksanakan setelah pertempuran bisa dipegang"
"Sudah tentu, aku menjamin semuanya" tegas Pangcu
Thian Liong Pang.
"Baiklah, berapa babak yang kita sepakati untuk
menentukan pemenang pertarungan ini?"
TIRAIKASIH WEBSITE HTTP://KANGZUSI.COM/
"Bagaimana kalau 5 babak?" tanya Pangcu Thian
Liong Pang "Baiklah, kami sepakat"
"Apakah babak pertama ini akan ditentukan oleh
kedua anak muda itu?" kembali Pangcu bertanya.
"Jika Pangcu setuju seperti itu, kamipun akan setuju"
"Baiklah, kita tetapkan demikian"
Kesepakatan akhirnya dicapai. Termasuk kesepakatan
penilaian menang dan kalah. Kalah dan menang
ditetapkan sesuai dengan kepandaian masing-masing,
jika kedua pihak tidak sanggup lagi untuk bertarung, maka siapa yang lukanya lebih berat akan dinyatakan kalah. Dan mekanisme menetapkannya akan ditetapkan
bersama oleh dua orang utusan dari masing-masing
pihak dengan memeriksa berat ringannya luka dari dua orang yang bertempur.
Dan karena Majikan Kerudung Hitam telah
melontarkan tantangan kepada Liang Tek Hoat, maka
babak pertama yang akan dihitung akan melibatkan
keduanya dalam pertempuran. Dan keduanya telah siap melanjutkan pertempuran sebelumnya yang
mendatangkan rasa penasaran di hati Majikan Kerudung Hitam:
"Hm, mudah-mudahan engkau mampu
mempertahankan nyawamu kali ini" ancam Majikan
Kerudung Hitam TIRAIKASIH WEBSITE HTTP://KANGZUSI.COM/
"Dan mudah-mudahan engkau dapat
mempertahankan kerudung hitam jelekmu itu" balas Tek Hoat masih dengan gaya ringan dan santainya.
"Lihat serangan ......."
Dan dalam kondisi yang jauh lebih tabah, tenang dan kokoh, kini Majikan Kerudung Hitam menyerang Liang
Tek Hoat. Yang diserang segera merasa bahwa lawannya kali ini berlipat lebih hebat dari yang dihajarnya
tunggang-langgang beberapa waktu sebelumnya.
Maklum, saat itu Majikan Kerudung Hitam memang
sedang dalam kondisi mental rusak.
Anak buahnya banyak terbunuh, sementara musuh
mengalir terus memasuki markas besarnya, hal yang
otomatis merusak konsentrasi dan ketenangannya. Maka kini, setelah memperoleh kembali rasa percaya diri serta bisikan gurunya untuk kembai maju, Majikan Kerudung Hitam sudah dalam rasa percaya diri tertinggi dan
optimisme menarik kemenangan yang luar biasa. Dan,
Tek Hoat segera merasakan bahwa lawannya kali ini jauh lebih berbahaya.
Hanya, Tek Hoatpun bukannya orang lemah.
Sebaliknya, selain telah memperoleh kemenangan dalam pertempuran sebelumnya, diapun telah memperoleh
kemajuan yang tidak sedikit beberapa waktu belakangan ini. Bekal yang memadai ini telah merasuk dalam dirinya dan telah melahirkan rasa percaya diri dan percaya atas kemampuannya sendiri.
TIRAIKASIH WEBSITE HTTP://KANGZUSI.COM/
Karena itu, meski serangan Majikan Kerudung Hitam
jauh lebih kuat dan jauh lebih hebatpun, masih belum mampu mendesak dan menempatkan Tek Hoat dalam
posisi tertekan di bawah angin. Sebagaimana biasa, dia bersilat dan berkelahi dengan penuh percaya diri, dan tidak meninghalkan kewaspadaannya. Dia bersilat
dengan silat pusaka Kay Pang, yang juga andalan
gurunya Hang Liong Sip Pat Tjiang.
Dengan ilmu tersebut serangan Majikan Kerudung
Hitam dibalas sama banyaknya, sama cepatnya dan sama kerasnya. Malahan, kualitas ilmu pusaka tersebut
membuat Tek Hoat nampak lebih digdaya, dan terus
menghujani Majikan Kerudung Hitam dengan pukulan-
pukulan berat dari berbagai penjuru. Ilmu-ilmu Kiong Siang Han, terutama ilmu andalannya, baik Pek Lek Sin Djiu maupun Hang Liong Sip Pat tjiang, memang
memiliki kemiripan.
Yakni, jurus-jurus ilmu tersebut akan jauh lebih hebat dan jauh lebih ampuh jika dimainkan dalam sebuah
rangkaian, dan bukannya dimainkan sejurus demi sejurus dengan terputus-putus. Dan kali ini, menghadapi Majikan Kerudung Hitam, Tek Hoat memainkan Hang Liong Sip
Pat tjiang sebagai sebuah rangkaian, dengan
memulainya dari jurus pertama.
Akibatnya, memasuki jurus ke tujuh, kini Majikan
Kerudung Hitam mulai kewalahan meskipun masih belum terdesak. Yang pasti, meski awalnya dia memulai sebagai pihak penyerang, kini di jurus ke tujuh, posisi terserang Tek Hoat sudah tersapu dan kini posisi keduanya saling serang dengan sama serunya.
TIRAIKASIH WEBSITE HTTP://KANGZUSI.COM/
Ketika Tek Hoat selesai menggunakan jurus ke-
sembilan, memasuki rangkaian jurus ke sepuluh, kini dia sudah lebih banyak menyerang. Sementara Majikan
Kerudung Hitam kesulitan mengganti ilmu yang lebih
ampuh untuk menandingi Hang Liong Sip Pat Tjiang.
Majikan Kerudung hitam tak menyangka jika Tek hoat
akan langsung menandinginya dengan ilmu andalannya.
Tetapi, waktu memang sudah kasip, betapapun dia harus mempertahankan diri sekuatnya kendatipun kini
posisinya mulai jatuh di bawah angin, padahal jurus serangan lawan baru memasuki jurus ke sebelas.
Sekuat tenaga dia bertahan. Untungnya ilmu Bu Kek
Hoat Keng yang menjadi andalan keluarganya dan
dipadukan dengan Hai Liong Kiang Sin ciang (Tangan
Sakti Menaklukkan Naga Laut) tidaklah jauh tertinggal.
Bukan. Bukan ilmu itu yang tertinggal, tetapi karena Tek Hoat yang sudah paham apa yang akan terjadi, langsung masuk dalam tahapan serius dan menggempur lawan
dengan ilmu-ilmu berat.
Maka, ketika memasuki jurus ke-sebelas, Majikan
Kerudung Hitam yang masih belum memperoleh ketika
guna berganti ilmu, dengan terpaksa memapak dengan
tenaga Bu Kek Hoat Keng sepenuhnya. Sekaligus, pada saat bersamaan dia mengerahkan jurus pamungkas dari Silat Tangan Sakti Menaklukkan Naga Laut.
Meskipun demikian, karena Tek Hoat bersilat dalam
rangkaian ilmu yang semakin lama semakin menggebu
TIRAIKASIH WEBSITE HTTP://KANGZUSI.COM/
karena dimainkan dalam satu kali rangkaian tanpa putus, tetap tak mampu ditepis dan dipukul mundur guna
mengganti ilmu. Bahkan, memasuki jurus ke-tigabelas dari 18 jurus utama ilmu andalannya, Majikan Kerudung Hitam justru semakin terdesak.
Tek Hoat menyadari bahwa keuntungan ada di
pihaknya, karena itu dia mainkan semua rangkaian ilmu tersebut dan semakin memojokkan Majikan Kerudung
Hitam dalam posisi terdesak. Tetapi, meskipun makin sulit menerjang dan mengirimkan serangan balasan,
tidaklah berarti bahwa Majikan Kerudung Hitam sudah jatuh dan kalah. Sama sekali masih belum dapat
ditentukan. Sekiranya Majikan Kerudung Hitam diberi ketika untuk berganti nafas dan berganti ilmu, bukan tidak mungkin dia mampu menghadirkan posisi
seimbang. Sayangnya, Tek Hoat yang dihadapinya meski masih
berusia muda, tetapi telah kenyang melawan tokoh-tokoh hebat. Berpengalaman bertanding dengan tokoh-tokoh
tua dan dari pertarungan tersebut telah belajar banyak bagaimana mempergunakan ilmunya secara effektif.
Itulah sebabnya Tek Hoat terus mendesak hingga
memasuki jurus ke-15, posisi dimana Majikan Kerudung Hitam tinggal sesekali mengirimkan serangan balasan dan posisinya semakin kalut.
Bisa diduga, jika kondisi tersebut berlangsung terus hingga jurus-jurus pamungkas Hang Liong Sip Pat Tjiang, terutama di jurus ke 17 dan 18, maka nasib Majikan
Kerudung hitam bakal segera ditentukan. Dan memang
demikian kenyataannya. Memasuki jurus ke-16, Majikan TIRAIKASIH WEBSITE HTTP://KANGZUSI.COM/
Kerudung Hitam sudah keteteran hebat dan sama sekali tidak mampu lagi membalas serangan Tek Hoat, dan
posisinya sudah sangat menyedihkan.
Dan sebuah cungkilan keras diikuti dengan kibasan
lengan kanan Tek Hoat yang penuh berisi iweekang
berjenis keras, telah melontarkan Majikan Kerudung
Hitam hingga sedikit terhuyung.


Kisah Para Naga Di Pusaran Badai 2 Karya Marshall di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Dalam posisi itulah Tek Hoat membuka jurus ke-17,
memasuki jurus-jurus terakhir Hang Liong Sip Pat Tjiang.
Sudah tentu keunggulan posisional yang sangat telak karena Majikan Kerudung Hitam berada dalam posisi
terhuyung sementara Tek Hoat memulainya dari posisi sangat unggul.
Tetapi, dalam posisi terhuyung itu, Majikan Kerudung Hitam masih sempat membuang diri lebih ke belakang
dan sedikit mampu berganti nafas. Waktu sedetik dua detik, dimanfaatkannya untuk menghimpun kekuatan
saktinya guna memapak serangan pamungkas Tek Hoat
yang sudah segera menerpanya kembali.
Betapapun dia tidak terluka tadi, karena itu dia merasa masih sanggup untuk menahan serangan Tek Hoat
selanjutnya. Dan, akhirnya datang juga dua jurus
terakhir kebanggaan Kiong Siang Han yang dimainkan
oleh murid penutupnya secara sangat gagah, kokoh dan kuat.
Tek Hoat menerjang sambil mengerang dahsyat.
Itulah serangan awal jurus ke-17, serangan melalui
"erangan naga" dengan memukul pusat keberanian
TIRAIKASIH WEBSITE HTTP://KANGZUSI.COM/
lawan sebelum hempasan tenaga keras dilontarkan.
Seiring dengan gerangan hebat itu, tubuh Tek Hoat
bagaikan dilontarkan kekuatan luar biasa langsung
menerjang Majikan Kerudung Hitam. Hampir semua
menahan nafas dalam ketegangan yang berbeda.
Karena posisi pada saat itu menunjukkan Tek Hoat
yang berada di atas angin dan siap melepaskan pukulan pamungkasnya. Dan sekarang, pukulan itu sedang
dilontarkan diiringi dengan hembusan angin yang luar biasa kerasnya. Tetapi, Majikan Kerudung Hitam nampak tetap kokoh dan menyambut jurus ke-17 dalam
konsentrasi penuh.
Dan apa yang terjadi" Ketika benturan terjadi,
ternyata Majikan Kerudung Hitam yang sadar bakal
"kalah tenaga" karena posisi berdiri yang kurang
menguntungkan, justru tidak membentur inti kekuatan Tek Hoat secara berdepan. Sebaliknya, dia membagi
tenaganya untuk sebagian kecil membentur pusat
kekuatan lawan, sebagian besarnya lagi digunakan untuk melontarkan tubuhnya agar terbawa angin pukulan
lawan. Hanya orang-orang berkeahlian tinggi yang sanggup
melontarkan diri melalui angin pukulan lawan yang
membahana. Dan, Majikan Kerudung Hitam secara cerdik melihat celah tersebut.
Tetapi sudah selamatkah dia" Sama sekali belum.
Karena begitu tegak berdiri, kembali Tek Hoat telah mengejarnya dengan rangkaian pukulan berat di jurus terakhir. Dan lontaran tubuh dibantu tenaga Tek Hoat TIRAIKASIH WEBSITE HTTP://KANGZUSI.COM/
membuat Majikan Kerudung Hitam memiliki jarak yang
cukup untuk kembali mengatur nafas dan posisinya.
Kali ini, dia berhasil menciptakan waktu sedetik lebih panjang hingga mampu menyiapkan pukulan baru, yakni kombinasi ilmu Thian-ki-te-ling Sin Ciang (Pukulan bumi sakti rahasia alam) dan Pek Pou Sin Kun (Pukulan Sakti Ratusan Langkah). Sayang efektifitasnya tidak sebaik jika ilmu kedua dilontarkan dari jarak lebih jauh, tetapi paling tidak mampu sedikit mengurangi kehebatan pukulan Tek Hoat di jurus pamungkasnya itu.
Bresssssss ...............................
Benturanpun tak terhindarkan. Dan kembali Majikan
Kerudung Hitam terdorong jauh kebelakang, dan kali ini dengan rembesan darah mengalir di mulutnya. Tetapi, jika menyaksikan seri wajahnya, tidak terlihat jika dia terluka parah. Sungguh sebuah perhitungan tepat dan riskan dari Majikan Kerudung Hitam. Memberi lawan
sedikit keuntungan untuk meraih kembali posisi
seimbang dan memulai kembali dari awal.
Jika Majikan Kerudung Hitam sedikit terluka, adalah Tek Hoat yang juga terguncang tetapi tidak berhalangan alias tetap bugar. Hanya, dia menyadari bahwa ternyata Hang Liong Sip Pat Tjiang berhasil mendatangkan
keuntungan baginya, meskipun keunggulan kecil dan
tipis belaka. Tetapi masih belum sanggup untuk
menyelesaikan pertarungan dengan keunggulan atau
kemenangan dipihaknya.
Dan kini, pertarungan kembali dilanjutkan dengan
posisi serang menyerang kembali berimbang. Jikapun
TIRAIKASIH WEBSITE HTTP://KANGZUSI.COM/
ada keunggulan Tek Hoat, adalah karena Majikan
Kerudung Hitam, dalam rangka menyelamatkan
pertarungan babak pertama, telah membiarkan dirinya sedikit terluka.
Yang penting posisi imbang kembali diperoleh, biarlah kemenangan dicapai perlahan-lahan. Tetapi, yang dia lupa, meski dia membekal ilmu-ilmu sakti yang beragam, lawannya yang sama atau bahkan lebih muda, juga
membekal ilmu-ilmu sakti mandraguna. Dan terlebih,
belum tentu dia mampu menundukkan lawan untuk
memperoleh skor keunggulan pertama bagi pihaknya.
Sementara itu, Tek Hoat berpikiran lain. Melihat lawan telah terluka, dia memutuskan untuk terus "main keras"
dan segera memaksakan kemenangan. Betapapun dia
telah merasakan ilmu-ilmu Majikan Kerudung Hitam
sebelumnya, karena itu dia memutuskan untuk tidak
bertele-tele. Dia harus menekan Majikan Kerudung Hitam untuk
"adu keras" agar cepat menyelesaikan tugasnya. Berpikir demikian, Tek Hoat sudah kembali bersilat dengan Pek Lek Sin Jiu, pukulan keras lainnya yang diterimanya dari Kiong Siang Han. Dan karena berketetapan untuk
menyerang dan adu keras, maka dia telah mengerahkan kekuatan besar dalam pukulan-pukulan dan
tangkisannya. Sementara itu, Majikan Kerudung Hitam pada akhirnya mengeluarkan pukulan rahasia ciptaan gurunya yang
paling akhir: "Liong Beng Kun" (Pukulan Naga
Menembus) dan Mi Im Ci Sut (kepandaian bayangan
TIRAIKASIH WEBSITE HTTP://KANGZUSI.COM/
pembingung). Kedua ilmu tersebut bisa dimainkan
masing-masing, tetapi juga bisa dimainkan dalam
kombinasi. Jika Liong Beng Kun digubah dari "Ilmu Naga Laut"
khas Lamhay dan memiliki keistimewaan untuk
menembus benda apapun; maka Mi im Ci Sut digubah
bersama dengan Durganini yang banyak disusupi atau
malah memang berlandaskan ilmu sihir pembingung
pikiran manusia. Dapatlah dimengerti jika ilmu rahasia ini memang dimaksudkan untuk menghadapi lawan hebat.
Dan Majikan Kerudung Hitam yang sudah marah
besar, sadar bahwa tak ada ilmu lain yang akan mampu menghadapi lawannya yang hebat kecuali ilmu rahasia ciptaan terakhir gurunya.
Tetapi Tek Hoat dalam pengerahan kekuatan secara
maksimal, telah membentengi diri dengan kekuatan batin yang dibekal dari gurunya dan disempurnakan oleh Kiang Sin Liong serta bahkan terakhir oleh Kolomoto Ti lou melalui Kiang Cun Le. Karena itu, meski melihat betapa hebat ilmu Liong Beng Kun, tetapi ilmu pembingung
bayangan hanya nampak cepat dan pesat dan sama
sekali tidak membingungkannya.
Dengan segera, baik Majikan Kerudung Hitam maupun
Tek Hoat kembali sudah menapak pada puncak
pertarungan mereka. Bahkan kali ini, Tek Hoat tidak tanggung-tanggung nampak mulai bergerak dengan ilmu mujijat gurunya: Pek Lek Sin Jiu. Ceng Liong sendiri terkesiap melihat Tek Hoat sudah bersilat dalam ilmu andalannya yang diketahuinya kehebatan ilmu itu.
TIRAIKASIH WEBSITE HTTP://KANGZUSI.COM/
Tidak tanggung-tanggung, Tek Hoat memapak
serangan Majikan Kerudung Hitam dalam jurus ke-7 yang sangat luar biasa dan membuat bumi bagai bergoyang-goyang.
Keunggulan kebugaran membuat Tek Hoat berani
menempuh resiko itu. Sementara Majikan Kerudung
Hitam yang tadinya percaya bahwa dengan memainkan
kombinasi Liong Beng Kun dan Mi cim Im Sut
dapatmemenangkan pertandingan, kaget bahwa
kombinasi gaib tersebut mental digunakan terhadap Tek Hoat. Apalagi, ketika membentur jurus ke-8 yang
dimainkan segenap raga dan jiwa oleh Tek Hoat, desisan tenaga yang mengarah kepadanya sungguh mengerikan.
Bagaikan letupan-letupan api yang menjalar dan
mendatangkan rasa ngeri dan rasa takut. Tetapi, Majikan Kerudung Hitam bukan tokoh biasa jika ngeri dan lari.
Apalagi, dia percaya penuh terhadap kemampuan dan
ilmunya, terlebih gurunya telah memberi bisikan untuk melakukan yang terbaik di awal pertarungannya tadi.
Dan keyakinan gurunya berada disekitar arena
membuatnya tambah yakin dan tambah percaya diri.
Blaaaaaaaaaaarrrrrrrrrrrrrrr .....
Kembali benturan hebat terjadi. Kali ini, jelas-jelas Majikan Kerudung Hitam memang kalah seurat. Dia
kembali terhuyung sampai 5 langkah ke belakang,
sementara Tek Hoat terdorong sampai 2 langkah ke
belakang. Tetapi yang membuat semua orang menahan
nafas, adalah ketika Tek Hoat memilih menuntaskan
pertempuran dengan kekerasan.
TIRAIKASIH WEBSITE HTTP://KANGZUSI.COM/
Kali ini, bahkan Ceng Liongpun tertegun ketika melihat Tek Hoat menyiapkan Sin-kun Hoat-lek (Ilmu Sihir Silat Sakti). Ilmu mujijat yang digubah gurunya dalam
pendalaman bersama 4 manusia dewa Tionggoan
lainnya. Percikan-percikan api dan petir nampak
mengelilingi tubuhnya tetapi tanpa mengeluarkan suara sedikitpun. Dan pemandangan ini jelas menghadirkan
rasa seram dalam diri banyak orang.
Sementara itu, Majikan Kerudung Hitam mengambil
keputusan singkat. Keras lawan keras dan menyiapkan jurus pamungkas dari Liong Beng Kun dan Tangan Sakti Menaklukan Naga. Persiapan keduanya hanya dalam
waktu 1-2 detik belaka dan sudah langsung disiapkan dalam benturan dan bentrokan terakhir.
Pada saat keduanya bersiap untuk benturan dan
bentrokan terakhir, telinga Ceng Liong berdenging:
"pemuda itu bermarga Kiang juga ......". Kaget Ceng Liong tak terkira, dan secara otomatis dia berseru:
"Tek Hoat, jangan ............."
Tetapi sayang sudah sangat terlambat, meskipun masih ada faedahnya. Bersamaan dengan seruan Ceng Liong,
terdengar sebuah suara berseru penuh kegelisahan:
"Celaka ........"
Padahal, dari sejak keduanya bergerak berbenturan
dalam puncak ilmu masing-masing hingga seruan Ceng
Liong dan sebuah suara yang asing itu, hitungannya
tidak sampai 1 detik belaka.
Seruan Ceng Liong memang bermanfaat. Tek Hoat,
sebagaimana diketahui, sangat menghormati dan
mempercayai Kiang Ceng Liong dan bahkan
TIRAIKASIH WEBSITE HTTP://KANGZUSI.COM/
menempatkan Ceng Liong sebagai kakak dan pemimpin
mereka pendekar muda yang sering bersama-sama itu.
Teriakan Ceng Liong membuatnya menahan diri dan
akhirnya mengurangi kekuatan yang dilandaskannya
dalam melepaskan pukulan pamungkas, andalannya yang baru kali ini dilepaskannya setelah secara sempurna menguasai ilmu tersebut. Tetapi, toch akhirnya tetap dahsyat ......
"Blaaaaaaaarrrrrrrrrrrrrrr ......."
Dan akibat benturan itu, hanya kurang sepersekian
detik dari seruan "celaka" yang dikeluarkan seseorang.
Pasca benturan berat tersebut, tubuh Majikan Kerudung Hitam bagai layangan putus melayang tak berdaya
kebelakang. Dan untungnya, Tek Hoat telah banyak
mengurangi landasan tenaganya, jika tidak tubuh itu pasti akan hancur berantakan.
Tetapi, akibat benturan itu, Tek Hoat sendiripun tidak luput dari kerugian yang cukup berat. Tubuhnya
mencelat kebelakang, meskipun masih mampu berdiri,
tetapi setelah berkeras beberapa saat, diapun mengambil posisi duduk bersila untuk menyembuhkan dirinya. Dari mulutnya mengalir darah merah yang lumayan banyak.
"Koko ......."
"Hoat Ko ...."
Liang Mei Lan dan Siangkoan Giok Lian mencelat diikuti Souw Kwi Beng dan Souw Kwi Song.
Sementara Ceng Liong, begitu tubuh Tek Hoat
mencelat kebelakang sudah dengan cepat bergerak
TIRAIKASIH WEBSITE HTTP://KANGZUSI.COM/
menjaga dan bahkan kemudian menempelkan tangannya
dibelakang tubuh Tek Hoat. Saluran tenaga murni yang kuat inilah yang membuat Tek Hoat untuk selanjutnya mampu mengumpulkan tenaganya yang nyaris buyar
akibat benturan tadi.
Diantara penndekar muda yang hadir disitu, hanya
Nenggala seorang yang tidak bergerak. Sebaliknya, dia nampak sedang duduk bersila dengan sangat khikmat
dan serius sementara dikanan kirinya telah berdiri Kiang Cun Le dan Liong-i-Sin Nie seperti sedang-berjaga-jaga.
Sementara itu, tubuh Majikan Kerudung Hitam yang
melayang bagaikan layangan putus tadi, sudah disambar oleh sosok bayangan asing yang bergerak demikian cepat dan nyaris tak dapat diikuti pandangan mata. Sosok
inilah yang berseru celaka dan kemudian bergerak
menjemput tubuh Majikan Kerudung Hitam dan
kemudian melarikannya. Satu sosok tubuh lainnya
mencelat mengejar bayangan yang bergerak cepat bagai siluman itu dan kedua bayangan tubuh itupun kemudian menghilang. Sosok yang mengejar belakangan adalah Hu Pangcu Pertama.
Sementara itu, Pangcu Thian Liong Pang nampak
sedikit goyah melihat kekalahan Majikan Kerudung Hitam yang kemudian terluka cukup parah. Tetapi, ketika
melihat tubuh Majikan Kerudung Hitam dibawa lari
sesosok bayangan yang bergerak pesat, dia mampu
kembali menemukan ketenangannya. Hanya sesaat dia
menarik nafas berat. Entah apa yang dipikirkannya.
TIRAIKASIH WEBSITE HTTP://KANGZUSI.COM/
Tetapi, yang pasti Majikan Kerudung Hitam terluka
jauh lebih parah dibandingkan dengan Liang Tek Hoat.
Masih untung Ceng Liong sempat menegur Tek Hoat, jika tidak Majikan Kerudung Hitam sangat mungkin bakal
langsung tewas dengan tubuh tak berbentuk.
Sementara itu Tek Hoat terus berusaha memulihkan
diri sendiri setelah dibantu Ceng Liong tadi dan sekarang telah dikelilingi oleh Mei Lan dan Giok Lian serta kedua pendekar kembar. Adapun Sian Eng Cu telah berkata:
"Apakah dapat disimpulkan bahwa pihakmu telah
kalah sekali pangcu?"
"Hm, nampaknya memang demikian" jawab Pangcu
Thian Liong Pang cepat.
"Apakah sudah dapat dilanjutkan dengan pertarungan
kedua?" "Sudah tentu" kembali tandas dan cepat respons sang Pangcu.
Sang pangcu kemudian mengedarkan pandangan ke
belakangnya, dan sepertinya dia sudah tahu siapa yang akan maju mewakili Thian Liong Pang di babak
selanjutnya. Dia memandang Mahendra dan Gayatri, dan sedang menimbang siapa gerangan yang layak maju di
kesempatan berikut.
Tiba-tiba nampak gerak gerik Pangcu Thian Liong
Pang berubah, seperti sedang bercakap, tetapi entah dengan siapa. Selagi sedang dalam posisi "seakan
TIRAIKASIH WEBSITE HTTP://KANGZUSI.COM/
sedang bicara dengan orang" itulah tiba-tiba Hu Pangcu Pertama kembali memunculkan diri. Dan bahkan
kemudian berkata dengan penuh amarah:
"Aku akan maju menantang anak muda Kaypang itu"
teriaknya murka.
"Hu Pangcu, mundurlah" Pangcu Thian Liong Pang kaget melihat Hu Pangcu Pertama muncul kembali dan marah-marah menantang Tek Hoat.
"Tidak, aku menantang anak muda itu"
"Mundurlah, ini bukan saat yang tepat membawa
adatmu sendiri" tegur sang Pangcu. Dan selagi mereka berkeras seperti itu, tiba-tiba Mahendra sudah
melangkah maju memasuki gelanggang:
"Biarlah aku yang memasuki arena kali ini ...... entah siapa yang akan melayani aku bermain-main kali ini"
sambil berkata demikian, wajahnya dengan sengaja dan atraktif memandang Kiang Cun Le berdua dengan Liong-i-Sin Nie yang memang berdiri bersisian di pinggir arena.
Tetapi, baik Kiang Cun Le maupun Liong-i-Sin Nie
tidak menggubris tantangan tersebut. Sebaliknya mereka menyerahkan sepenuhnya keputusan siapa yang akan
maju kepada Sian Eng Cu dan Pengemis Tawa Gila.
Sian Eng Cu dan Pengemis Tawa Gila sudah tentu
merasa sangat segan melampaui Kiang Cun Le dan Lion-i-Sin Nie. Tetapi ketika menanyakan pendapat kedua
orang itu, adalah Kiang Cun Le yang mengatakan:
TIRAIKASIH WEBSITE HTTP://KANGZUSI.COM/
"Pandangan dan pendapat kami sudah kami serahkan
kepada Duta Agung Lembah Pualam Hijau"
Mendengar pandangan tersebut, Sian Eng Cu dan
Pengemis Tawa Gila akhirnya memandang Ceng Liong.
Sementyara Ceng Liong dengan cepat telah memetakan
pertempuran kedepan, jika Mahendra yang mau berarti setelahnya bisa dipastikan Nenek Gayatri. Dalam
komposisi demikian, Ceng Liong telah memandang
teman-temannya satu persatu dan akhirnya berkata:
"Jika boleh kuusulkan, sebaiknya saudara Souw Kwi
Beng atau Song Kwi Song yang maju menandingi lawan
kali ini" Pandangan dan usul Ceng Liong mengejutkan bagi
banyak orang. Tetapi, selain terkejut tokoh-tokoh Siauw Lim Sie banyak berterima kasih atas penghargaan Ceng Liong. Karena itu, tokoh-tokoh utama Siauw Lim Sie tidak mengatakan penolakan, meskipun sebetulnya rada-rada khawatir apakah pendekar muda binaan couwsu mereka
sudah sanggup menerima beban berat itu.
Dalam kondisi demikian, bahkan Souw Kwi Song yang
biasanya berjiwa terbuka, segan untuk ugal-ugalan dan memilih memandang ke wajah kakak kembarnya
meminta ijin. Tetapi kali ini, dengan tegas Kwi Beng bersikap sambil berkata:
"Demi keadilan dan demi nama baik Siauw Lim Sie,
biarlah aku menerima tantangan lawan kali ini" sambil berkata demikian, Souw Kwi Beng dengan gagah berjalan TIRAIKASIH WEBSITE HTTP://KANGZUSI.COM/
maju memasuki arena untuk menghadapi tantangan
Kakek Mahendra.
Tidak usah dikatakan, bukan hanya Mahendra tetapi
banyak tokoh Thian Liong Pang pada terkejut dengan
tandingan yang diajukan para pendekar. Sedikit yang paham jika Ceng Liong sudah merasa yakin dengan
bantuan-bantuan terakhir atas diri mereka, baik dirinya, Tek Hoat, Mei Lan dan kedua pendekar kembar itu.
Bantuan pematangan oleh Kolomoto Ti Lou lewat kakek dan neneknya membuatnya berkeyakinan atas
kemampuan Kwi beng yang baginya sudah cukup
memadai untuk sekedar menahan atau bahkan
mengalahkan seorang Mahendra.
Jikapun ada kekurangan Kwi Beng hanyalah
pengalaman, tetapi soal kepandaian dan kekokohan,
Ceng Liong berani menjamin kawannya itu sudah cukup memadai untuk menjadi tandingan lawan.
"Yakinkah engkau akan mampu menghadapiku anak
muda?" tanya Mahendra dengan sedikit mengejek.
Betapapun dia juga merasa risih harus menghadapi


Kisah Para Naga Di Pusaran Badai 2 Karya Marshall di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

seorang pemuda yang layak menjadi anak atau bahkan
cucunya itu. Karena meski menang, juga tidak
mendatangkan rasa bangga baginya, tapi jika kalah, mau ditaruh dimana mukanya nanti"
"Biarlah kita buktikan saja apakah aku mampu atau
tidak" jawab Kwi Beng tenang dan penuh percaya diri.
"Baiklah anak muda, mari kita mulai jika demikian"
TIRAIKASIH WEBSITE HTTP://KANGZUSI.COM/
Untuk menghormati orang tua, dengan tenang namun
kokoh dan kuat Kwi Beng mulai membuka serangan.
Karena maklum lawannya adalah tokoh tua yang sakti, maka Kwi Beng tidak berani bermain-main. Sebaliknya, sejak awal dia telah mengerahkan kekuatannya dalam
ilmu-ilmu andalan Siauw Lim Sie yang dimainkannya
secara kokoh dan meyakinkan.
Ketika menyerang dia telah menggunakan Pek In
Ciang yang mengepulkan awan putih diseputar telapak tangannya. Ketika Mahendra menangkis lengan tersebut, dia terkejut dan mulai tidak berani memandang ringan ketika menemukan kenyataan betapa tenaga dalam anak muda itu sama sekali tidak dapat diremehkan. Lengannya tergetar oleh hembusan awan putih yang mengelilingi lengan lawannya.
"Hebat, hebat" seruya kagum sambil kemudian bersilat sesuai gaya aslinya, yakni bersilat dengan menggunakan gaya ular. Karena gaya itulah dia bersama Gayatri
dijuluki Sepasang Ular Dewa. Ilmu silat dan ilmu gerak mereka memang banyak bersumber dari gerak dan
tipuan ular. Selain licin, gerakan-gerakan mereka penuh tipu daya, dan bisa menyerang dalam posisi tubuh yang biasanya sulit melakukan serangan. Tetapi untungnya, Kwi Beng telah membekal ilmu yang cukup memadai untuk
menandingi kakek yang sakti mandraguna itu. Apalagi ketika ilmu pukulan Pek In Ciang mulai dibarenginya dengan totokan dan selentikan jari sakti menggunakan Tam Ci Sin Thong, sebuah ilmu jari sakti yang ampuh dari Siauw Lim Sie.
TIRAIKASIH WEBSITE HTTP://KANGZUSI.COM/
Dan sekali lagi Mahendra terkejut dan sejak saat itu, tak berani lagi dia membagi perhatian dengan memuji atau merendahkan lawannya. Dia mulai sadar jika lawan mudanya ternyata telah memiliki bekal yang lebih dari memadai untuk melawannya. Bukan hanya bertahan dari serangannya, tetapi bahkan memiliki kemampuan
menandingi dan menyerangnya. Terbukalah matanya dan paham mengapa anak muda ini diajukan untuk
menghadapinya. Jika awalnya Mahendra masih bermain-main, maka
kini dia mulai menjadi lebih serius. Bahkan mulai menjadi lebih gembira sekaligus heran. Gembira, karena ternyata lawannya bukanlah lawan ringan, bukan ayam sayur
yang mudah dipermainkan dan dikalahkannya. Sekaligus juga menimbulkan "kesenangan" dan semangat baginya
untuk mengadu ilmu dan kemampuan.
Menjadi heran, karena sekali lagi dia menemukan
lawan tanding seorang anak muda yang dapat dan
mampu mengimbangi permainan silatnya. Karena itu, dia tidak lagi ragu untuk mengeluarkan ilmu-ilmu simpanan dan kesaktian lainnya. Dia tidak ragu mengeluarkan
jurus-jurus simpanan dari Ilmu Silat Ular Dewa dan
bahkan Silat Sihir Ular Dewa Dari Langit Selatan.
Kedua ilmu tersebut sudah cukup lama dikuasai dan
disempurnakan Sepasang Ular Dewa yang memang
selalu berkelana bersama: Mahendra dan Gayatri. Mereka membentuk, memperbaiki dan meramu kembali ilmu-ilmu tersebut terutama sepulangnya dari petualangan mereka di Swarnadwipa. Disana mereka bertemu banyak jago-jago setempat yang juga menguasai ilmu
TIRAIKASIH WEBSITE HTTP://KANGZUSI.COM/
berdasarkan gerak ular, sekaligus juga bertemu banyak tokoh lain.
Bahkan juga bertemu jenis-jenis ular baru yang
menarik perhatian mereka. Karena itu, tidak heran jika kemudian mereka bertambah maju dan bertambah sakti
mandraguna. Selain itu, kemajuan mereka juga
dikarenakan melnyaksikan kemajuan yang tidak sedikit yang dialami oleh lawan-lawan sepadan mereka dari
Tionggoan, yakni Kiang Cun Le, Liong-i-Sin Nie dan
angkatan mereka lainnya. Itulah sebabnya mereka tidka berhenti menempa diri.
Tetapi, meskipun mampu mendesak Kwi Beng dengan
Ilmu Silat Ular Dewa maupun Tarian Sihir Ular Dewa, dengan sesekali Mahendra menerjang lawannya dalan
geliatan-geliatan seekor ular, tetapi hanya sesekali Kwi Beng terdesak. Karena lentikan-lentikan jari saktinya, rupanya adalah ilmu ampuh yang mampu menahan dan
sekaligus menghempaskan serangan-serangan maut
yang dilancarkan Mahendra.
Seperti serangan mujijat dari ilmu Tarian Sihir Ular Dewa yang dilancarkan Mahendra dengan meloncat
keudara dan kemudian menjulurkan kedua tangannya
kedepan dan menjadi seperti "moncong ular" yang
mengejar-ngejar kemanapun perginya Kwi Beng.
Sungguh pameran perkelahian tingkat tinggi. Karena
tubuh Mahendra selama beberapa detik melesat dalam
kecepatan tinggi, bukannya berdiri di atas bumi, tetapi melayang-layang dan meliuk-liuk bagaikan seekor ular terbang terus mengejar Kwi Beng kemanapun perginya.
TIRAIKASIH WEBSITE HTTP://KANGZUSI.COM/
Gerakan ini sulitnya minta ampun, tetapi di tangan
Mahendra menjadi nampak mengejutkan, sampai Kiang
Cun Le dan Liong-i-Sin nie lawan lama Mahendra juga berdecak kagum melihat pameran kesaktian Mahendra.
Kwi Beng terdesak karena memang kurang mampu
mengantisipasi gerakan seperti ini, yang memang tak ada satupun tokoh di Tionggoan pernah memainkannya.
Tubuh Mahendra bagaikan seekor ular ataupun sebatang pedang yang dimainkan dengan Ilmu Pedang Terbang
yang melesat sendiri dalam kecepatan tinggi dan
mengejar kemanapun lawannya bergerak.
Kwi Beng yang sebelumnya masih mampu menandingi
lawan, sedikit keteteran dikejar-kejar oleh tubuh yang melayang dan meliuk-liuk bak ular, sementara kedua
tangan bergerak bagai moncong ular memukul dan
menotok sekaligus secara bersamaan. Pek In Ciang tidak sanggup menolongnya, dan hanya dengan langkah-langkah ajaib dari Siauw Lim Sie yang mampu
membuatnya terhindar dari kejaran jurus Dewa Ular
meliuk menerkam mangsa.
Dan ketika memang harus berbenturan, dengan
delapan bagian kekuatannya akhirnya Kwi Beng
menggunakan lentikan jari saktinya untuk menutul kedua tangan Mahendra yang terus-terusan memburu dan
mengejarnya: "cussssss " cussssssssss"
Lentikan jari sakti Kwi Beng bertemu dengan totokan dan pukulan Mahendra. Benturan yang menyebabkan
TIRAIKASIH WEBSITE HTTP://KANGZUSI.COM/
Kwi beng terdodorng dua langkah, sementara Mahendra juga terdorong ke belakang, dan kemudian sesaat
menggunakan kedua kakinya menjejak bumi dan dengan
kedua kaki itu, dia kembali mencelat ke udara dan
kembali mengejar Kwi Beng bagai seekor ular terbang.
Sungguh mendebarkan, sekaligus membuat banyak
orang kagum melihat pameran jurus ular dewa yang
memang sangat luar biasa itu. Berbeda dengan
pertempuran sebelumnya yang tidak makan waktu
panjang, pertempuran kali ini nampaknya bakal panjang.
Karena pada akhirnya Kwi Beng menemukan bahwa
Tyam Ci Sin Thong bermanfaat besar untuk mengurangi tekanan Mahendra yang mengejar-ngejarnya dengan
ilmu ular terbang itu.
Sadar berhadapan dengan kecepatan gerak lawan, Kwi
Beng kemudian kembali membentuk lawan dengan
menggunakan totokan dan lentikan jari saktinya. Tetapi, ketika kembali terdorong mundur, hal tersebut memang disengajanya untuk mengambil nafas sekaligus
mengganti ilmu serangan. Maka meluncurlah Ban Hud
Ciang, Selaksa Tapak Budha yang digunakan untuk
menghadapi Ular Terbang lawan yang mengandalkan
kecepatan itu. Ketika Mahendra kembali menerjang Kwi Beng dengan
jurus ular terbang, Kwi Beng telah memapaknya dengan tidak lagi menghindar. Melainkan menggunakan puluhan atau ratusan atau malah ribuang bayangan telapak
tangan yang membentur, menangkis dan bahkan
memukul Mahendra. Ban Hud Ciang tidak khawatir
dengan kecepatan, karena kemanapun Mahendra
TIRAIKASIH WEBSITE HTTP://KANGZUSI.COM/
menyerang, selalu ada telapak tangan terbuka dari Kwi Beng yang memapaknya. Bahkan menangkis sambil balik menghajar dan memukul.
Mahendrapun terkejut, karena ilmu ular terbangnya
kini tak mempan dan bahkan bertemu tandingan dan
membuat ilmu tersebut mati kutu. Jika terus-terusan menggunakan ilmu tersebut, lawan bukan hanya
menemukan keseimbangan dalam pertempuran,
melainkan menemukan waktu yang tepat untuk
melakukan serangan. Dan memang benar demikian.
Kealpaan sejenak dari Mahendra, membuat Kwi Beng
menemukan peluang emas untuk kembali menemukan
keseimbangan dan bahkan perlahan mulai mendesak
Mahendra. Keterlambatan mengantisipasi perubahan ilmu lawan membuat Mahendra sedikit keteteran, meski
belum bisa dikatakan terdesak.
Yang jelas, jika sebelumnya liukan dan gaya ular
terbang Mahendra yang menguasai arena, maka
sekarang adalah puluhan atau malah ratusan telapak
tangan Kwi Beng yang mengejar-ngejar Mahendra.
Untungnya, gerakan liukan ular memang selain cepat, juga sangt licin. Karena itu, meski berkali-kali nampak seperti nyaris terpukul, tetapi liukan khas ular Mahendra pada detik menentukan membuat kondisi "nyaris"
menjadi buyar kembali.
Pertarungan keduanya benar-benar menyedot
perhatian banyak orang. Baik dari pihak Thian Liong Pang maupun para pendekar. Bukan sedikit yang
berdecak kagum melihat keduanya, bukan hanya
TIRAIKASIH WEBSITE HTTP://KANGZUSI.COM/
Mahendra tetapi juga Kwi Beng dalam cara mereka
bertahan, menyerang dan bahkan kemampuan mereka
menguasai ilmu-ilmu mereka secara sempurna.
Kepenasaran dan kecemasan tokoh-tokoh Siauw Lim
Sie perlahan membuyar melihat bagaimana jurus-jurus ampuh dan mujijat Siauw Lim Sie dipergunakan secara sangat baik oleh Kwi Beng. Apalagi, karena mereka mengenal keampuhan dan kemampuan Mahendra yang
sudah lama sangat terkenal di Tionggoan bersama
pasangannya Gayatri.
Mereka melihat Ceng Liong memandang penuh
perhatian ke arena dan tidak pernah merasa tegang
dengan perkelahian itu. Nampaknya Ceng Liong sangat mempercayai kemampuan Kwi Beng, demikian juga
Kiang Cun Le dan Liong-i-Sin Nie. Semua ini membuat para tokoh Siauw Lim Sie kini juga memberi beban dan harapan berlebih ke Kwi Beng, dan ini sangat bisa
dimaklumi. Nampaknya Pangcu Thian Liong Pang juga memiliki
pandangan yang sama. Sama dalam artian, tidaklah
mudah meraih kemenangan dan karenanya bakalan
panjang pertarungan tersebut. Karena setiap pergantian jurus dan ilmu, kedua tokoh yang bertempur itu mampu melakukannya secara baik. Jikapun sempat terdesak,
dengan cepat keduanya menemukan ilmu atau jurus
yang tepat untuk kembali memaksakan posisi seimbang.
Karena itu, Pangcu Thian Liong sebagaimana jiuga Ceng Liong, cun Le dan Liong-i-Sin Nie nampak tidaklah
terlampau tegang. Mereka menyaksikan pertandingan
tersebut secara saksama dan betapapun mereka harus
TIRAIKASIH WEBSITE HTTP://KANGZUSI.COM/
mengagumi penguasaan ilmu kedua orang itu yang
memang sudah sangat baik.
Pertempuran akan makan waktu lama, dan karena itu
masih lama menunggu hasil akhirnya. Yang jelas, arena perkelahian kedua tokoh beda generasi itu sekarang
sudah kembali seimbang ketika Ban Hud Ciang yang
dilepaskan Kwi Beng ditandingi oleh Mahendra dengan kelebihan kegesitan dan kelicinan geraknya. Benar-benar persis gaya dan trik seekor ular.
Jikapun ada yang tegang, maka si pemuda adik
kembar Kwi Beng, yakni Kwi Song orangnya. Maklum,
betapapun dia memiliki hubungan batin yang luar biasa sebagai sepasang anak yang dilahirkan kembar. Karena itu, perjuangan kakaknya juga menjadi perjuangannya.
Dan kini dengan tegang dia menyaksikan pertempuran, bagaikan dirinya sendiri yang terlibatt dalam
pertempuran seru dan menentukan itu. Bahkan sesekali tangannya terkepal dan ekspresi tegang secara jelas tertera di wajahnya.
Pada puncak-puncak penggunaan Ban Hud Ciang,
tiba-tiba arena pertempuran bukan hanya dipenuhi
laksaan telapak tangan, tetapi juga mulai diselingi dengan suara-suara seruan memuji kebesaran Budha.
Entah darimana datangnya, karena Kwi Beng tidak
nampak membuka mulutnya.
Kwi Beng sama sekali tidak mengeluarkan suara-suara pujian itu, tetapi yang pasti arena itu dipenuhi suara-suara pujian kepada Sang Budha: "AMITABHA
....................", dan terdengar berkali-kali secara lembut.
TIRAIKASIH WEBSITE HTTP://KANGZUSI.COM/
Banyak orang tidak paham, kecuali beberapa orang yang memang berkemampuan melihat.
Ban Hud Ciang pada puncak penggunaannya memang
akan mengeluarkan "gaungan" suara memuji kebesaran
Budha. Kecepatan penggunaan telapak tangan dan
kekuatan batin yang tergunakan untuk melandasi
penggunaan ilmu itu, membuat banyak orang bagaikan
mendengar ucapan memuji kebesaran Budha. Padahal,
Kwi Beng yang melontarkan ilmu itu, sama sekali tidak mengeluarkan suara apapun.
Lebih mujijat lagi, pada saat bersamaan suara
keemasan memancar dari tapak-tapak sakti yang kini
memenuhi angkasa. Perbawa ilmu ini memang luar biasa, selain membekal kekuatan telapak yang hebat, juga
menghasilkan perbawa yang mampu menghadirkan
optimisme dan keyakinan diri. Dan inilah lontaran telapak Budha pada puncak penggunaannya.
Mahendra bukannya tidak menyadari keampuhan ilmu
tersebut. Apalagi ketika angkasa bagaikan dipenuhi sinar keemasan yang bercahaya gemilang karena ribuan
telapak tangan seakan-akan memenuhinya. Belum lagi
kondisi mentalnya yang tiba-tiba seakan kecut
menghadapi ilmu tersebut. Sadar berhadapan dengan
ilmu mujijat dengan kekuatan batin dibaliknya, Mahendra tidak mau berayal lagi. Dia segera dengan cepat
menyiapkan ilmunya Silat Sihir Ular Dewa Dari Langit Selatan. Ilmu inipun didorong oleh kekuatan batin dan kekuatan sihir, dan karena itu tubuhnya bagaikan
dikelilingi oleh ribuan ular berwarna merah kehitam-hitaman.
TIRAIKASIH WEBSITE HTTP://KANGZUSI.COM/
Dan sesaat kemudian, lingkaran telapak tangan
berwarna keemasan dan mengaungkan kebesaran nama
Budha berbenturan dengan lingkaran warna merah
kehitaman yang mengaungkan suara-suara desisan ular dalan nuansa yang sangat mistis. Dan benturan tersebut mengeluarkan suara bagai prahara dimana desisan-desisan magic dan mistis ular berganti-ganti dengan suara "Amitabha". Kesannya sungguh mengerikan, tetapi tidak berapa lama kemudian adalah "sinar keemasan"
dan gaung "Amitabha" yang mendominasi.
Dan sesaat kemudian, kedua tubuh terlontar dari
saling libasnya lingkaran warna keemasan dan lingkaran merah hitam. Gaung suara desis ular maupun pujian
amitabha, tiba-tiba sirna. Dua tubuh terpisah oleh jarak 6-7 meter dan jika dilihat, meski ada sedikit keuntungan yang diperoleh Kwi Beng, tetapi tidak akan cukup atau kurang memadai untuk disimpulkan sebagai pemenang.
Karena itu, kedua pihak tidak ada yang berani
bersuara untuk mengklaim pemenang dari pertempuran
seru itu. Dan nampaknya, Kwi Beng ataupun Mahendra
memang paham bahwa posisi keduanya masih belum
ada yang menentukan. Masih belum ada pemenang, dan
keduanya nampak jelas telah mempersiapkan ilmu baru untuk pertarungan selanjutya.
Mahendra yang sedikit menderita kerugian dalam
benturan terakhir harus membalikkan keadaan jika tidak ingin dinyatakan kalah. Dan untuk itu, dia harus
menaklukkan lawan mudanya dengan telak. Itu jugalah TIRAIKASIH WEBSITE HTTP://KANGZUSI.COM/
sebabnya dia akhirnya memutuskan untuk menggunakan
ilmu mujijat yang sudah puluhan tahun coba
disempurnakan bersama pasnagannya Gayatri.
Ilmu kebanggaan mereka tersebut adalah kombinasi
Hui Sian Coa Pat Poh (Delapan Langkah Ular Dewa
Terbang) dan Ilmu Sihir Ular Dewa Mengguncang
Mayapada. Inilah kombinasi ilmu langkah ajaib, berbeda dengan tarian sihir ular dewa yang membuat mereka
bagaikan ular terbang yang mengejar mangsa, maka
ilmu ini pada dasarnya sangat kental ilmu sihir dan dipadukan dengan langkah-langkah ajaib ular dewa
terbang. Pada kombinasi kedua ilmu inilah mereka
merangkum semua gerak, semua ilmu dan pemahaman
mereka atas gerak dan gaya bersilat dari India,
Tionggoan dan bahwa Swarnadwipa.
Harus dicatat, kedua tokoh Thian Tok ini memang ahli-ahli silat sekaligus ahli sihir yang sangat hebat. Justru daya dukung ilmu sihir mereka itulah yang membuat
kemampuan ilmu silat mereka menjadi lebih mengerikan dan bertambah kehebatannya. Ketika menemukan
kenyataan betapa dirinya dirugikan oleh benturan
terakhir, dalam malunya Mahendra akhirnya berusaha
untuk menebus kerugian itu dengan mengalahkan
lawannya. Dimata banyak orang berkepandaian cetek, Mahendra
telah dikelilingi oleh bayangan ular maha besar dengan pijar-pijar merah kehitam-hitaman. Jangankan yang
berilmu cetek, bahkan Kwi Bengpun terpengaruh
pandangannya oleh keampuhan ilmu sihir lawan, hingga dia memandang lawannya bagaikan sedang memandang
TIRAIKASIH WEBSITE HTTP://KANGZUSI.COM/
seekor ular raksasa meski berganti-ganti dengan wajah asli Mahendra.
Hal ini mengejutkannya, tetapi sama sekali tidak
membuatnya takut atau berkecil hati, karena dia merasa masih sanggup membentengi diri dengan kekuatan
khikang yang telah meningkat pesat atas bantuan tokoh-tokoh hebat sebelumnya. Itulah sebabnya, ketika
mengerahkan Tay Lo Kim Kong Sin Ciang pada puncak
penguasaannya, disekeliling tubuhnya bagaikan telah terlindung oleh hawa khikang yang luar biasa.
Tetapi, begitupun Mahendra masih sanggup untuk
mendekati dan menyerang Kwi Beng. Hal itu bukan
karena ilmu Kwi Beng yang kalah mutu, tetapi lebih
karena ada beberapa saat Kwi Beng "salah mata",
menganggap yang menyerangnya adalah "seekor ular",
meski hal itu hanya terjadi dalam sekejap. Karena
dengan mengerahkan kekuatan batinnya dia mampu
memandang mahendra kembali sebagai Mahendra dan
bukan sebagai seekor ular maha besar. Tetapi, waktu sekejap itu tetap memberi peluang Mahendra untuk
menyerang semakin gencar.
Untungnya, Kwi Beng bersilat dengan salah satu ilmu mujijat Tay Lo Kim Kong Sin Ciang dans esekali mengisi kekuatan jarinya dengan Kim Kong Cie. Ilmu kekuatan jari selain Tam Chi Sin Thong, tetapi berbeda daya
gunanya. Jika Tam Ci Sin Thong bermanfaat untuk
melontarkan totokan jarak jauh, maka Kim Kong Cie
bermanfaat untuk digunakan dalam pertarungan jarak
dekat. TIRAIKASIH WEBSITE HTTP://KANGZUSI.COM/


Kisah Para Naga Di Pusaran Badai 2 Karya Marshall di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Itulah sebabnya Mahendra tidak sanggup mendekati
Kwi Beng lebih jauh. Meskipun menyerang ketat, tetapi dia tetap tak sanggup memojokkan Kwi Beng karena
serangan-serangan balasan Kwi Beng sama dengan
pertahanannya sangatlah kokoh dan berbahaya. Karena itu, hanya benturan-benturan keras yang terjadi antara keduanya dengan tak seorangpun sanggup memperoleh
keuntungan dari benturan kekuatan keduanya.
Mahendra tambah penasaran: "celaka kalau aku keok
di tangan anak muda ini", pikirnya. Tetapi, pengalaman tandingnya yang banyak dan luas membuat Mahendra
mulai memikirkan taktik lainnya. Tak ada cara lain, kemenangan harus diraih dengan cara lain, curang
sekalipun. Dan, Sepasang Ular Dewa memang tokoh-
tokoh yang tidak mengharamkan mengambil
kemenangan dengan menggunakan segala macam cara,
sekalipun cara curang ataupun licik.
Dan, Mahendra mulai mempertimbangkan untuk
menggunakan salah satu senjata andalan, senjata
rahasia yang terhitung "sangat jarang" mereka berdua mempergunakannya, yakni senjata rahasia "ular api
emas". Ular ini terhitung salah satu "ular terkecil" yang hanya hidup di tanah Thian Tok dengan ukuran yang
hanya beberapa senti meter. Mungkin hanya sepanjang 5
senti meter, namun mampu mengeluarkan api dan sinar keemasan, tahan api dan sanggup menembus perisai
sinkang seseorang. Hebatnya lagi, ular mini ini sanggup terbang cukup lama dalam kecepatan tinggi sebelum
harus kembali ke tanah atau ke tangan pemegangnya.
TIRAIKASIH WEBSITE HTTP://KANGZUSI.COM/
Baik Mahendra maupun Gayatri masing-masing hanya
memiliki sepasang. Karena ular jenis ini harus hidup berpasangan dan jika dipisahkan hanya akan sanggup
bertahan sendirian selama lebih kurang 5 hari. Itulah sebabnya, Mahendra maupun Gayatri hanya memiliki
masing-masing 1 pasang. Memiliki lebih banyakpun
nyaris mustahil, karena ular jenis ini terlampau langka dan jarang menampakkan diri. Dan senjata rahasia inilah yang kini ada dalam angan Mahendra untuk dilepaskan guna memperoleh kemenangan.
Mahendra paham, lawannya bukan lawan ringan.
Menyerang dengan senjata rahasia biasa tidak akan
mendatangkan sedikitpun manfaat. Karena itu, Mahendra merancang sebuah serangan menentukan dengan
memanfaatkan sekaligus puncak kemampuan ilmunya
yang akan dilanjutkan dengan serangan senjata rahasia.
Mahendra mampu merancang strataeginya karena
betapapun dia memang dalam posisi menyerang dan
mendesak Kwi Beng. Kwi Beng memang sanggup
bertahan dengan baik dan menghadirkan rasa kagum
bagi banyak orang, terutama di kalangan jago-jago
Siauw Lim Sie. Para tokoh utama, termasuk Ciangbunjin, wakilnya serta para tokoh-tokoh utama berdecak kagum menyaksikan Kwi Beng memperagakan ilmu pusakan
mereka secara sempurna.
Tetapi poisis Kwi Beng memang kurang baik ketika
harus berkali-kali diserang dengan ilmu sihir lawan. Jika tanpa sihir, Kwi Beng sudah pasti akan berada dalam posisi menyerang. Sayangnya, Mahendra sangat mahir
mempergunakan sihir dan ini tentunya sangat
TIRAIKASIH WEBSITE HTTP://KANGZUSI.COM/
menguntungkan. Karena jika terdesak, Mahendra akan
kembali melontarkan ilmu tersebut, dan Kwi Beng butuh waktu beberapa detik untuk menetralisasi posisinya.
Kwi Beng menerapkan strategi secara benar
sebetulnya. Dia paham, jika Mahendra terus menerus
mempergunakan ilmu sihir untuk menekannya, maka
lawan akan cepat berkurang ketahanan dan keuletannya.
Ditambah dengan usia tua, maka Mahendra akan
bertambah cepat menurun daya tempurnya. Maka Kwi
Beng tidak dengan segera mencecar lawannya,
melainkan menunggu saat yang tepat untuk mendesak
mahendra dengan memanfaatkan usia muda dan daya
tahannya yang jelas melebihi Mahendra.
"Hendak kulihat, sampai dimana daya tahanmu" pikir
Kwi Beng untuk meraih kemenangan dengan
memanfaatkan usia mudanya.
Dalam kondisi normal, pilihan Kwi Beng memang
tepat. Tetapi, mahendra yang licik juga punya
perhitungannya sendiri. Pada saatnya, kembali dia
mendesak Kwi Beng dengan ilmu sihirnya, dan ketika Kwi Beng harus melangkah ke belakang untuk menghindar
dan menormalisasi dirinya, Mahendra dengan cepat
memanfaatkan situasi dengan meraih sesuatu ka
kantongnya. Keadaan ini tidak luput dari mata banyak orang, tetapi tak satupun yang paham apa yang akan
dilakukan Mahendra.
Yang pasti, ketika Kwi beng kembali bersiap,
Mahendra tiba-tiba memutuskan menyerangnya dengan
salah satu jurus maut dan pamungkas dari ilmu silat TIRAIKASIH WEBSITE HTTP://KANGZUSI.COM/
andalannya: Ilmu Sihir Ular Dewa Mengguncang
Mayapada. Dengan jurus Ular Dewa menerjang prahara, Mahendra menyerang Kwi Beng yang terkesiap melihat
Mahendra telah bersiap dalam jurus maut. Tetapi tak ada waktu cukup baginya untuk menyiapkan jurus
pamungkasnya, selain mengerahkan seluruh
iweekangnya untuk mempertahankan diri.
Bagaikan laksaan ular meluncur kearahnya, tetapi
karena paham lawan menggunakan sihir, Kwi Beng
mengeraskan hati dan memusatkan pikiran batinnya.
Dalam puncak penggunaan Tay Lo Kim Kong Sin Ciang
dia memapak pukulan lawan:
"Bresssssssss ................." dalam kekuatan iweekang yang nyaris seimbang, sementara lawan dalam posisi
lebih baik, Kwi Beng sedikit mengalami kerugian. Dia terdorong jauh ke belakang, hampir 7 langkah sebelum kembali tegak berdiri. Sementara Mahendra hanya
terdorong 3-4 langkah ke belakang dan langsung bersiap menyerang Kwi Beng.
Kwi Beng sadar bahaya mengancamnya, karena itu
sambil membiarkan dirinya terdorong ke belakang, dia menyiapkan ilmu pamungkasnya Pek-in Tai-hong-ciang
(Tangan Angin Taufan Awan Putih). Dan ketika berdiri dan mengerahkan ilmu tersebut, tubuhnya segera
diselubungi oleh awan putih yang cukup pekat.
Tetapi, Mahendra sudah tentu tidak akan menyia-
nyiakan posisi baiknya. Tangannya yang digunakan untuk
"meraih" sesuatu dari kantongnya telah dikebaskan
kedepan, bersamaan dengan pengerahan kekuatan sihir TIRAIKASIH WEBSITE HTTP://KANGZUSI.COM/
sekuat-kuatnya. Maka sambil Kwi Beng membentengi diri dengan ilmu terakhirnya, tiba-tiba dia melihat sinar api keemasan berkeredep yang diawali dengan seruan
Mahendra: "awas senjata" .....
Nampaknya saja Mahendra bersikap kstaria dengan
memberi tahu Kwi Beng lebih dahulu. Lagipula, tidak ada larangan dalam pibu ini untuk mempergunakan senjata atau tidak. Karena itu, meski banyak tokoh terkesiap dengan kecurangan Mahendra, terutama tokoh-tokoh
Siauw Lim Sie dan apalagi Kwi Song, tetapi mereka tak dapat berbuat apa-apa. Hanya beberapa tokoh, Cun Le, Liong-i-Sin Nie, Sian Eng Cu, juga nampak Pangcu Thian Liong Pang terkesiap dengan serangan licik Mahendra.
Bukan serangan liciknya, tetapi senjata rahasia ampuh yang dilepaskannya yang membuat mereka terkesiap.
"Astaga, itu Ular Api emas ...... hati-hati" seru kakek Kiang Cun Le tak tertahan. Dia paham bahayanya ular kecil yang memiliki keampuhan khusus dalam menerjang perlindungan iweekang seseorang. Hanya, apakah dia
sanggup menerjang hawa khikang Kwi Beng"
Adalah wi Beng yang awalnya berkeyakinan. Tetapi,
selain dia belum siap dengan Pek-in Tai-hong-ciang (Tangan Angin Taufan Awan Putih) secara 100% dan
otomatis hawa khikangnya belum optimal melindunginya, mendengar desisan kaget Cun Le, diapun goyah. Disini, pengalaman dan kematangan bertempur memang
berperan sangat penting. Dan disinilah letak kealpaan Kwi Beng dalam pertempuran seru ini. Pertempuran yang menjadi pelajaran berharga baginya, karena kelak
TIRAIKASIH WEBSITE HTTP://KANGZUSI.COM/
pelajaran dari pertempuran ini telah mematangkannya dan membuatnya menjadi jauh lebih digdaja.
Goyahnya keyakinan Kwii Beng ditambah dengan
senjata rahasia yang ternyata bukan "jenis jarum" atau jenis "senjata benda mati" melainkan seekor ular kecil, membuatnya harus membayar mahal. Terlebih, ketika
ular api emas mampu menerjang hingga mendekati
dirinya. Untungnya, ketika ular api itu semakin dekat, ternyata dia tak sanggup menerobos perlindungan hawa khikang terakhir yang semakin kokoh dikembangkan Kwi Beng.
Kwi Beng akhirnya menghempaskan tangannya guna
mengusir ular api emas tersebut. Tetapi, hempasannya dengan menggunakan tangan kanannya tetap tidak
mampu membunuh ular itu yang segera terbang kembali kearah Mahendra. Justru bahaya sesungguhnya baru
tiba. Karena Mahendra sudah menyiapkan serangan
pamungkas dari jurus terakhir ilmua mautnya: Ular Dewa mengamuk memproak-porandakan mayapada. Tepat
ketika Kwi Beng mengibas, saat itulah Mahendra
melepaskan serangannya dengan kekuatan penuh.
Kekuatan tenaga dalam dan kekuatan sihir dalam
kombinasi di jurus pamungkasnya.
Mahendra membiarkan ular emasnya yang sebetulnya
sedang terbang kearahnya, melainkan terus menerjang Kwi Beng yang masih belum sempat mengkonsolidasikan kekuatannya pasca mengibaskan Ular Api Emas dengan
tenaga dalamnya. Untungnya, dia telah menghimpun
kekuatan utamanya dalam ilmua mujijat Pek In Tai Hong Ciang. Ilmu ciptaan gurunya yang terakhir, dan yang kini TIRAIKASIH WEBSITE HTTP://KANGZUSI.COM/
sudah dikuasainya secara penuh. Tetapi, sayangnya dia tak sanggup menggunakan puncak kekuatannya guna
menghadapi Mahendra yang secara licik menyergapnya
ketika tidak siap ......... dan akibatnya .....
"Bressssssssss .............. duaaaaaarrrrrrrrrrrrrrrrrrrr"
Benturan hebat terjadi antara keduanya. Dan akibatnya, Kwi Beng terdorong sampai 5 langkah ke belakang untuk kemudian duduk bersila karena dari mulutnya mengalir darah akibat luka dalam. Sementara Mahendra sendiri terdorong sama jauhnya, sampai lima langkah dengan
mulut berlumuran darah tetapi masih sanggup tetap
berdiri. "Koko ........" adalah Kwi Song yang langsung
berkelabat mendatangi Kwi Beng begitu melihat saudara kembarnya terluka dan duduk bersila. Tetapi, begitu membantu Kwi beng dengan menyalurkan tenaga
dalamnya didapatinya jika Kwi Beng tidaklah terluka parah. Maka secepatnya setelah membantu secukupnya, segera dia menarik kembali nafasnya sambil menarik
nafas bersyukur.
"Song te, bagaimana keadaannya?" Ceng Liong yang
telah berada dekat Kwi Song bertanya khawatir.
"Beng koko memang terluka, tetapi keadaannya tidak
ada halangan serius. Sebentar lagi juga Beng koko
sembuh" "Syukurlah kalau begitu"
Sementara itu, terjadi ketegangan lain. Seorang tokoh Siauw Lim Sie, Kong Hian Hwesio, tokoh terkenal asal TIRAIKASIH WEBSITE HTTP://KANGZUSI.COM/
Siauw Lim Sie yang menyertai Kiang Hong ke Lam Hay
namun tertawan Thian Liong Pang telah berkata:
"Sungguh memalukan, tokoh sebesar Mahendra
berlaku curang untuk mencari kemenangan"
"Kemenangan tetap kemenangan, bagaimanapun itu
diperoleh" adalah Gayatri yang menyemprot Kong Hian Hwesio
"Entah bagaimana pertimbangan Sian Eng Cu Tayhiap"
berkata Pangcu Thian Liong Pang dengan tenang.
"Hmmmmmm, jika Mahendra tidak mempergunakan
kecurangan dan kelicikan, bisa dipastikan dia akan
dikalahkan anak muda itu" berkata Sian Eng Cu dengan sengaja tidak menetapkan siapa menang dan siapa yang kalah. Tetapi, Gayatri sudah dengan garang berkata:
"Apakah ditetapkan bagaimana cara kemenangan itu
diperoleh?"
"Memang tidak" sahut Sian Eng Cu setelah beberapa
saat "Siapakah yang menang kali ini?" kejar Gayatri
"Hmmmm, sudah kukatakan, jika tanpa kecurangan
siapapun tahu, Mahendra tidak akan memperoleh
kemenangan"
"Tetapi, fakta sekarang siapakah yang menang?"
Gayatri tetap berkeras.
TIRAIKASIH WEBSITE HTTP://KANGZUSI.COM/
"Baiklah, meskipun licik dan curang, Mahendra tetap menang. Meskipun memalukan baginya sebagai seorang
tokoh gagah dan tua" tegas Sian Eng Cu
"Menang ya menang, kalah ya kalah" gerutu Gayatri,
sementara itu Mahendra juga naik darah dengan
penegasan Sian Eng Cu. Terutama karena dia sadar apa yang dikatakan Sian Eng Cu memang benar belaka.
"Jika engkau mau, aku masih berkekuatan untuk
melanjutkan guna menentukan siapa kalah dan siapa
menang" Mahendra maju kembali. Tetapi, sudah jelas dia berani karena Kwi Beng masih sedang memulihkan diri.
Hanya saja, Kwi Song yang tidak mampu menahan diri:
"Baik, biar aku yang menggantikan kakakku untuk
membuktikan bahwa kami tidak akan kalah melawan
orang licik macam engkau"
Sambil berkata, Kwi Song telah maju kehadapan
Mahendra. Kekesalan dan kemarahan Kwi Song bisa
dimaklumi. Apalagi dia menyaksikan dengan mata kepala sendiri bagaimana kakak kembarnya dicurangi lawan
hingga terluka.
"Hmmm, kau mau menggantikan kakakkmu anak
muda" Melawanku secara bergantian" Itukah yang
engkau maksudkan dengan kegagahan?" Mahendra
menjawab sambil menyindir Kwi Song.
"Sudahlah Song te ....... memang hanya sebegitu
kebisaannya, menggunakan kelicikan guna
memenangkan pibu" Ceng Liong telah mendekati Kwi
Song sambil memegang tangannya untuk berlalu dari
arena. TIRAIKASIH WEBSITE HTTP://KANGZUSI.COM/
"Hmmm, anak muda engkau berani menghinaku?"
Mahendra menjadi sangat gusar karena seorang anak
muda secara terang-terangan berani menghina dan
meremehkan kemenangannya di hadapan banyak orang
gagah. "Akan tiba saatnya Kwi Beng atau Kwi Song
menunjukkan padamu bagaimana mengalahkanmu
secara gagah tanpa mesti licik sepertimu" Ceng Liong menjawab sambil berbalik dari arena dengan
menyabarkan Kwi Song.
"Dasar orang tua pengecut" Kwi Song masih sempat
menyumpah sebelum berbalik bersama Ceng Liong dari
arena. Tetapi Mahendra terbakar dengan sikap Ceng Liong
dan Kwi Song yang menghina dan meremehkannya.
Menjadi lebih gusar mendengar kalimat terakhir dari Kwi Song, dan murka melihat kedua anak muda itu berlalu setelah menghinanya dari arena.
"Anak muda sombong, lihat bagaimana Mahendra
mengalahkan kalian" Mahendra telah dengan murka
menyerang Ceng Liong yang telah berbalik bersama Kwi Song. Adalah Ceng Liong yang diarah oleh Mahendra
karena Kwi Song terlindung oleh tubuh dan badan Ceng Liong. Mahendra menyerang dengan segenap
kekuatannya karena marah dan tersinggung oleh
kalimat-kalimat tajam Ceng Liong dan Kwi Song. Tetapi keliru jika dia menyangka Ceng Liong akan menjadi
makanan empuknya meski telah membelakanginya:
TIRAIKASIH WEBSITE HTTP://KANGZUSI.COM/
"Pergi engkau ....." dalam murkanya, Ceng Liong telah mempergunakan Sin Liong-Hoan Kin (Naga Sakti
Memindahkan Tenaga), salah satu jurus yang
dirangkainya untuk memanfaatkan kekuatan matanya.
Tetapi, sebagaimana diketahui, baru Tan Cit Pa Siat (Telunjuk sakti menotok jalan darah) dikuasainya.
Sementara memanfaatkan kekuatan matanya untuk
menotok dan menerjang dengan kekuatan penuh, masih
sedang ditelusurinya.
Salah satu rangkain yang disusunnya untuk kekuatan
istimewanya itu adalah Sin Liong Hoan Kin, sebuah
kebasan dengan kekuatan penuh. Hanya, dia
memikirkannya untuk digunakan dengan kekuatan
istimewa pandang matanya, menggetarkan lawan
dengan kekuatan sinkang yang disalurkan lewat mata.
Tetapi sekarang, kekuatan tenaganya digunakan bukan dengan mata, tetapi dengan mengebaskan lengannya
..... dan "Bressssssssssss ........."
Tanpa terdengar bunyi apa-apa, tubuh Mahendra telah terjengkang kebelakang dan hebatnya Mahendra hinggap di barisan depan kelompoknya, Thian Liong Pang
bagaikan tertiup angin dan sama sekali tidak terluka.
Tetapi, dia menjadi sakit hati, murka sekaligus ngeri ketika mendengar Ceng Liong berkata:
"Jika tidak mengingat engkau angkatan tua dan baru saja bertempur, maka setidaknya engkau sudah terkapar dan terluka parah. Lain kesempatan engkau harus berhati-hati"
TIRAIKASIH WEBSITE HTTP://KANGZUSI.COM/
Tetapi, akibat dari kebasan Ceng Liong membuat
banyak orang terperangah. Bahkan termasuk kakeknya
sendiri, Kiang Cun Le. Karena setahunya, Ceng Liong masih belum berbekal kebasan maut tadi beberapa
waktu sebelumnya, tetapi sekarang mengapa Ceng Liong telah sanggup memainkan Sin Liong Hoan Kin dan juga Tan Cit Pa Siat" "Sungguh kemajuan anak itu sulit
ditebak" pikir Kiang Cun Le.
Sementara tokoh-tokoh lain, termasuk tokoh Siauw
Lim Sie, Bu Tong Pay, Kay Pang sama terkejut melihat dengan mudahnya Ceng Liong melontarkan Mahendra
balik kekelompoknya. Dan bahkan kelihatannya, kejadian itu dilakukannya secara santai. Lebih hebat lagi, Ceng Liong mampu mengukur kekuatannya dengan tidak
melukai Mahendra. Sulit ditebak, sudah sampai dimana tingkat kepandaian anak muda itu dewasa ini. Bahkan Sian Eng Cu dan Pengemis Tawa Gila sama berpikir:
"Nampaknya anak ini masih setingkat di atas pendekar muda kebanggaan mereka masing-masing".
Sementara itu, Mahendra cukup tahu diri dan menjadi ngeri dengan kejadian barusan. "Sesungguhnya sulit
mengerti kemajuan anak itu, baru beberapa bulan
sebelumnya anak itu masih sanggup diatasi, tetapi
sekarang, kakeknya sendiri nampaknya sulit
menandinginya" pikir Mahendra. Dan hal itu
disampaikannya kepada Gayatri yang ikut menjadi
penasaran dengan kejadian Mahendra yang dikebas
seenaknya oleh Ceng Liong tanpa terluka. Tetapi, karena tidak mengalaminya sendiri, Gayatri penasaran. Dan
kepenasarannya segera diekspresikannya. Dengan
TIRAIKASIH WEBSITE HTTP://KANGZUSI.COM/


Kisah Para Naga Di Pusaran Badai 2 Karya Marshall di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

gagahnya Gayatri maju ke arena dan menantang Ceng
Liong: "Anak muda, karena kakekmu Mahendra sudah selesai
memenangkan babak selanjutnya, tidak ada salahnya jika engkau kini maju untuk memberiku pengajaran"
Bukan hanya Mahendra yang terkejut, tetapi Pangcu
Thian Liong Pang juga terkejut. Karena keduanya sadar, Gayatri masih belum tandingan Ceng Liong. Kalau
Mahendra hanya mengalami dikebas dan terpental
mundur, tetapi Pangcu Thian Liong Pang mengalami
langsung bertempur tanpa kesudahan dengan Ceng
Liong. Karena itu, wajar jika keduanya kaget.
Pendekar Sadis 2 Pendekar Bayangan Setan Karya Khu Lung Kemelut Di Cakrabuana 7
^