Pencarian

Kisah Para Naga 2 19

Kisah Para Naga Di Pusaran Badai 2 Karya Marshall Bagian 19


Begitupun dengan Ceng Liong. Betapa kaget dia ketika menemukan seorang nenek kini menantangnya untuk
memasuki arena. Ceng Liong menjadi serba salah.
Keadaan tersebut membuatnya secara tidak sengaja
memandang Mei Lan yang juga sedang memandangnya.
Segera Mei Lan sadar jika Ceng Liong serba salah untuk menandingi nenek itu. Karena itu dengan cepat dia
berkata: "Suheng, jika diijinkan, perkenankan aku menandingi nenek itu" tetapi sambil berkata demikian, setelah
menghormat Sian Eng Cu dan pengemis Tawa Gila, Mei
Lan telah melangkah memasuki arena. Dan belum
sempat Sian Eng Cu dan Pengemis Tawa Gila memberi
persetujuan, langkah kakinya yang nampak seenaknya
telah dengan cepat membawanya berhadapan dengan
Gayatri. Melihat keadaan itu, Sian Eng Cu yang paham benar dengan keadaan Mei Lan menjadi khawatir.
TIRAIKASIH WEBSITE HTTP://KANGZUSI.COM/
Benar dia tahu sumoy yang juga dididiknya sekian
lama itu sudah berkepandaian hebat, bahkan telah
melampauinya, tetapi lawannya kali ini adalah salah satu tokoh hebat asal Thian Tok. Tetapi repot, sumoy yang dikasihi bagai anak sendiri itu telah berhadapan dengan nenek Gayatri. Berbeda dengan Pengemis Tawa Gila,
yang dalam waktu sepersekian detik telah memperoleh bisikan dari Liong-i-Sin Nie: "biarkanlah muridku itu melawan Gayatri, dia telah memiliki bekal yang lebih dari cukup"
"Baiklah, babak selanjutnya Liang Mei Lan, murid Wie Tiong Lan Pek Sim Sian Su darei Bu Tong Pay dan juga murid Liong-i-Sin Nie akan maju mewakili kami" seru Pengemis Tawa Gila
"Baiklah, biarlah nenek Gayatri mewakili kami" Pangcu Thian Liong Pang yang tadinya cemas jika Ceng Liong yang maju menjadi sedikit gembira. Tetapi, sebelum
babak selanjutnya berlangsung, dia kembali berkata
untuk penegasan:
"Tetapi, salahkah jika babak sebelumnya dimenangkan pihak kami?"
"Sekali lagi, meski secara licik dimenangkan Mahendra tetapi kami bersedia menerimanya" Pengemis Tawa Gila menegaskan.
"Bagus, jika demikian kedudukan kita sama 1 " 1".
Sementara itu Gayatri yang sebetulnya penasaran
ingin menjajal Ceng Liong telah menumpahkan
TIRAIKASIH WEBSITE HTTP://KANGZUSI.COM/
kemarahannya dengan menghadapi Mei Lan:
"Anak gadis, tidakkah engkau takut kecantikanmu itu luntur jika kupermak dengan ular saktiku?"
"Ular tidak membuatku takut Nenek. Hati-hati, jangan sampai ular itu mati terbunuh tanganku" Mei Lan justru berkelakar
"Baiklah, mari kuberi pelajaran kepadamu anak ...."
Belum lagi Mei Lan memulai pertempuran terdengar
bisikan di telinganya:
"Muridku, sambut pedangg ini dan siapkan sambil
berjaga-jaga dengan ular api emas milik Nenek Gayatri"
Mei Lan menoleh ke arah Liong-i-Sin Nie yang
mengangguk kearahnya sambil mengibaskan lengannya.
Entah bagaimana caranya, tubuh Mei Lan tahu-tahu telah bergerak mencelat ke arah bayangan pedang yang
dilontarkan Liong-i-Sin Nie ke arahnya. Dan dalam
sekejap dia telah menggenggam pedang itu dan
menyimpannya. Pedang yang dilontarkan Liong-i-Sin Nie adalah
sebatang Pedang Pusaka yang lama menjadi
kebanggaannya. Pedang itu bernama "Pedang Janggut
Naga", sebatang pedang pusaka lemas dan akan berubah menjadi teramat tajam dan mampu memapas besi
sekalipun begitu dialiri tenaga dalam. Pedang itu dapat dilipat dan bahkan dapat digunakan menjadi sabuk ketika tidak digunakan, dan begitulah cara Mei Lan
menyimpannya, yakni dengan menjadikannya sabuk.
TIRAIKASIH WEBSITE HTTP://KANGZUSI.COM/
Tetapi bukan pedang itu yang membuat orang
berdecak kagum. Adalah cara Mei Lan bergerak dan
kecepatannya yang membuat orang memandangnya
takjub, karena nyaris tak terlihat bagaimana cara Mei Lan bergerak, dan tahu-tahu tubuhnya telah berkelabat dan melayang menyambut pedang. Dan kembali ketempat
semula hanya dalam hitungan kurang dari sedetik.
"benar-benar gadis itu pewaris yang tepat atas
ginkang Liong-i-Sin Nie" kagum Siauw Lim Sie
Ciangbudjin dan bahkan beberapa tokoh kenamaan
lainnya. "Anak itu benar-benar telah mewarisi kesaktian
ginkang sumoy" begitu Kiang Cun Le berpikir dengan
kagum melihat kehebatan Mei Lan dalam bergerak.
Sementara Sian Eng Cu sendiri menjadi lebih mantap dan terhibur melihat ternyata sumoy yang juga sudah
dianggap anaknya sendiri ternyata telah berkembang
lebih jauh kehebatan ginkangnya:
"Benar-benar tak percuma sumoy dididik kembali oleh nikouw sakti itu".
Liang Mei Lan sendiri tidaklah bermaksud
memamerkan kehebatan ginkangnya, karena kini dia
telah sanggup mencapai tahapan bergerak sesuai dengan kehendak hatinya. Tahapan yang sudah lama dicapai
oleh Liong-i-Sin Nie dan kini telah mampu direndenginya.
Gerakan menyambut pedang tadi dilakukannya secara
otomatis dan nyaris tanpa berpikiran macam-macam.
Dan hanya Liong-i-Sin Nie sendiri yang paham akan hal tersebut. Karena beberapa waktu terakhir ini, dia sendiri TIRAIKASIH WEBSITE HTTP://KANGZUSI.COM/
telah menyaksikan dan meningkatkan kemampuan Mei
Lan, baik dalam ilmu-ilmu silat warisan Iwe Tiong Lan Pek Sim Siansu maupun ginkang istimewa warisannya.
Dalam hal ginkang, adalah Liang Mei Lan dan Kiang
Sun Nio yang mewarisi kehebatan Liong-i-Sin Nie,
meskipun Sun Nio yang adalah adik Kiang Ceng Liong
masih teramat muda. Tetapi, ilmu-ilmu istimewa Liong-iSin Nie lainnya hanya diturunkan kepada Kiang Sun Nio.
Sengaja Mei Lan tidak diwarisinya ilmu-ilmunya, karena bekal yang diberikan Wie Tiong Lan, sesepuh Bu Tong Pay sudah lebih dari mencukupi. Liong-i-Sin Nie terhitung hanya "melengkapi" kehebatan Mei Lan semata. Meski
demikian, Mei Lan memperlakukan Liong-i-Sin Nie
sebagai subonya, karena nikouw sakti itu berjasa besar menyelamatkan nyawanya dan menyempurnakan
penguasaan sinkangnya.
Dan kini, dua naga betina yang sama ampuh dan
saktinya telah saling berhadapan. Gayatri menegur:
"Engkau berani menghadapiku nona kecil?"
"Mengapa tidak nenek" Bahkan menghadapi kelicikan
dengan penggunaan ular api emas sekalipun" balas Mei Lan.
"Apakah engkau tidak takut terkenal racun ularku"
Sayang wajahmu yang cantik jelita itu"
"Belum tentu engkau sanggup meracuniku" tegas Mei
Lan TIRAIKASIH WEBSITE HTTP://KANGZUSI.COM/
"Kalau begitu, maaf"
Belum habis kata "maaf" diucapkan, nenek itu telah
bergerak menyerang Mei Lan. Tetapi, secepat apapun
nenek Gayatri bergerak, masih lebih cepat dan lebih pesat lagi Mei Lan dalam gerakannya. Begitu melihat Gayatri menyerangnya, perasaan halus Mei Lan telah
membisikinya dan secara otomatis tubuhnya bergerak.
Disinilah keampuhan Mei Lan, tingkat yang bahkan masih belum mampu dicapai Sun Nio. Pada tingkat ini dia sudah mampu menyusul kehebatan Liong-i-Sin Nie.
Gayatri dan banyak orang kaget dan bertambah
kagum menyaksikan pergerakan awal kedua naga betina itu. Kaget melihat Gayatri yang tidak malu-malu memulai menyerang dengan jurus mematikan dan kagum melihat
bagaimana response Mei Lan dengan gerakan
ginkangnya yang mengagumkan. Ketika sergapan tangan Gayatri telah tiba beberapa inchi saja dari tubuh Mei Lan, entah dengan gaya dan cara bagaimana tubuh Mei Lan
telah bergerak.
Gerakannya begitu ringan bagai terhembus angin dan
membuat pukulan serta sabetan Gayatri jatuh ditempat kosong. Dan serangan pertama ini telah meyakinkan
Gayatri bahwa dia tidak akan menang dalam hal ginkang melawan Mei Lan. Dan karena itu, dia mulai berpikir untuk merancang strategi bertempur yang lain.
Mengandalkan kecepatan akan membuatnya jatuh di
bawah angin dan karena itu dia mencoba untuk
mendesak Mei Lan bertempur dengan emngandalkan
kekuatan sinkang, ilmu sihir sebagaimana Mahendra
sebelumnya dan kelebihan senjatanya yang hidup, yakni TIRAIKASIH WEBSITE HTTP://KANGZUSI.COM/
ular-ular beracun, termasuk ular api emas yang juga sudah dipergunakan Mahendra sebelumnya.
Tetapi Gayatri salah menduga jika menyangka bahwa
Mei Lan hanya mengandalkan kehebatan ginkangnya
semata. Selain telah membekal pedang pusaka yang
ampuh, Mei Lan juga mewarisi ilmu-ilmu ampuh dari Bu Tong Pay. Dan sebagaimana Tek Hoat, Ceng Liong dan
Pendekar Kembar Siauw Lim Sie, diapun telah
disempurnakan oleh Kolomoto Ti Lou, tokoh ampuh
seangkatan gurunya Wie Tiong Lan.
Maka ketika Gayatri kembali menyerang dengan
kekuatan yang berlipat dan mengandalkan Ilmu Silat Ular Dewanya, Mei Lan dengan berani memapaknya dengan
menggunakan Pik Lek Ciang. Dengan tangan terbuka
dalam ilmu ini, Mei Lan berani membentur jurus ular lawan, bahkan berani menerjang lawan yang
menggunakan senjata tajam. Bahkan diadu dengan ilmu beracunpun, Mei Lan masih berani. Karena memang
kedua tangannya telah penuh terisi oleh kekuatan
sinkang. "Cusssssssss, cussssssssss, cusssssssss"
Tiga kali terjadi benturan tangan kosong antara
keduanya, Gayatri yang menyerang dalam jurus "Ular
merayap pohon gersang" dua kali melontarkan pukulan dan ditangkis oleh Mei Lan yang juga sekali mengirimkan pukulan balasan. Benturan mereka hanya terdengar
seperti desisan belaka, meskipun sinkang yang
terkandung dalam benturan mereka sebetulnya sangatlah kuat. Dan benturan itupun mengagetkan Gayatri, karena TIRAIKASIH WEBSITE HTTP://KANGZUSI.COM/
kekuatan Mei Lan sama sekali tidak berada di bawah
kemampuannya. Diam-diam dia mulai merasa khawatir
dengan akhir pertempurannya.
Apalagi ketika Mei Lan balas menyerang dengan jurus Keng-to-pok an" (dengan murka menggebrak meja) dan mendesak Gayatri hingga mundur 3 langkah sambil
menangkis desakan pukulan Mei Lan yang mengarah ke
dada dan kepalanya. Jika gebrakan di kepala
dihindarinya, maka gebrakan didada dipapaknya dengan tangkisan sambil mengirimkan serangan balasan ke arah pinggang dan perut lawan. Tetapi, gebrakan-gebrakan keduanya hanya menghasilkan kelitan dan benturan yang tidak banyak mempengaruhi posisi bertempur masing-masing.
Satu hal pasti, Gayatri merasa mulai kepayahan
menghadapi kecepatan bergerak Mei Lan yang juga
terasa dalam hal betapa cepatnya pukulan Mei Lan dan betapa cepatnya Mei Lan berganti jurus dan
menyerangnya. Hanya dalam beberapa ketika saja, Mei Lan telah menyerangnya dalam 5 jurus berbeda dan
membuat Gayatri pontang-panting menangkis maupun
mengelakkan pukulan. Meskipun demikian, masih sulit untuk mengatakan bahwa Gayatri akan terkalahkan.
Karena betapapun pertarungan baru saja dimulai,
sementara Gayatri sendiri masih belum mengeluarkan
seluruh kemampuan terbaiknya dalam bertempur. Dan
nampaknya, Gayatri telah merasa cukup dengan
"perkenalan" awal, karena dia sudah mulai menyiapkan ilmu-ilmu lebih hebat yang dilandasi kekuatan sihirnya.
TIRAIKASIH WEBSITE HTTP://KANGZUSI.COM/
"Nona muda, engkau menghadapi seekor ular besar"
bentak Gayatri sambil mengibas-ngibaskan lengannya.
Hebat akibatnya. Mei Lan seperti sedang menghadapi
Gayatri yang tiba-tiba berubah menjadi seekor ular besar dan sedang berusaha membelitnya. Tetapi,
mengecewakan kalau murid seorang manusia dewa
Tionggoan jatuh hanya karena ilmu sihir. Dengan
berteriak: "Haiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiittttttt", Mei Lan menggetarkan kekuatannya dan menghapuskan
pengaruh sihir Gayatri. Dan pada saat bersamaan,
diapun memainkan Bu Tong Kun Hoat dan melawan
Gayatri yang bersilat licin bagai seekor ular.
Sayang bagi Gayatri, karena Mei Lan telah
mempelajari gaya bertarungnya ketika Mahendra
melawan Kwi Beng. Karena itu, Mei Lan telah memiliki
"pengetahuan atas kekuatan lawan" yang lebih dari
Gayatri yang relatif kurang mengenal kemampuan Mei
Lan. Apalagi kecepatan gerak Mei Lan benar-benar
membuat Gayatri mati kutu.
Meski telah memainkan ilmu Silat Sihir Ular Dewa Dari Langit Selatan yang mengkombinasikan ilmu silat dan ilmu sihir, dia masih tetap tidak mampu mendesak Mei Lan. Sebaliknya, dengan jurus-jurus ampuh dari ilmu silat kebanggaan Bu Tong Pay, Mei Lan justru mampu
mementahkan serangan Gayatri dan lebih banyak
menyerang. "Nona kecil, aku seekor ular dewa yang sangat besar"
kembali Gayatri berpekik dengan mengerahkan kekuatan sihirnya. Mei Lan memang sedikit tersentak, tetapi
kembali dia menggetarkan dirinya lewat teriakan
TIRAIKASIH WEBSITE HTTP://KANGZUSI.COM/
khasnya, dan kekuatan sihir yang menyerangnyapun
buyar. Tetapi, waktu sedetik telah dimanfaatkan Gayatri untuk memperbaiki posisinya dan kembali menyerang
Mei Lan. Dua tiga kali Gayatri memanfaatkan ilmu sihir untuk menyeimbangkan posisinya yang didesak lawan.
Terutama karena gerak lawan yang nyaris mustahil
dilakukan. Meski demikian lama-kelamaan Mei Lanpun mulai
maklum dan mulai memahami maksud Gayatri dengan
pengerahan kekuatan sihirnya. Dia paham bahwa Gayatri terpaksa mengeluarkan ilmu sihirnya guna mengganggu konsentrasi Mei Lan dan mengurangi daya serangnya.
Sekali lagi Gayatri membentak Mei Lan:
"Engkau tidak akan bisa melawan ular dewa ini nona
manis" .......... Dan ketika Mei Lan kembali kehilangan sepersekian detik, Gayatri telah mendahuluinya dengan ilmu Ular Dewa Terbangnya " Tarian Sihir Ular Dewa.
Ilmu ini sebagaimana dimainkan Mahendra memang
mengkombinasikan kecepatan gerak ditambah dengan
pengaruh sihir yang membuat penyerang, dalam hal ini Gayatri nampak bagai ular terbang. Dan ilmu inilah yang dikembangkan Gayatri kini, bukan hanya menggertak
dengan sihir, tetapi menyerang Mei Lan dengan
kecepatan tinggi dan dengan landasan sihir.
Tetapi untungnya, Mei Lan memiliki kecepatan gerak
dan kekuatan menolak sihir sekaligus. Meski sempat
terpengaruh sepersekian detik, tetapi Mei Lan mampu menghindari serangan Gayatri dengan gerakan tubuh
yang tidak lazim. Bahkan untuk mengimbangi lawan, dia TIRAIKASIH WEBSITE HTTP://KANGZUSI.COM/
mengembangkan ilmu Sian Eng Sin Kun (Silat Sakti
Bayangan Dewa). Maka menjadi menariklah pertempuran itu karena pergerakan cepat kedua naga betina hingga bayangan tubuh keduanya saling belit dan sulit
dibedakan mana Gayatri mana Mei Lan.
Hanya saja, mata ahli mampu membedakan dan
mampu melihat lebih teliti betapa perbawa Tarian Sihir Ular Dewa masih belum mampu mengimbangi kecepatan
bergerak Mei Lan dalam Ilmu Silat Bayangan Dewa.
Masih Mei Lan yang memegang inisiatif penyerangan
dengan prosentase kira-kira 60-40. Meski Gayatri tetap melayang-layang, meliuk-liuk, menggeletarkan kedua
tangan dalam gerakan ekor maupun kepala ular, tetapi pesat dan lincahnya gerakan lemas Sian Eng Sin Kun
mampu mementahkan serangannya dan bahkan
membalas dengan lebih gencar.
Sebetulnya keunggulan Mei Lan terutama karena
semua serangan dan ilmu yang dipergunakan Gayatri
telah dipertontonkan oleh Mahendra. Sayangnya, Gayatri yang terlampau percaya diri, sama sekali tidak
memandang sebelah mata lawan-lawannya. Dia hanya
menduga, bahwa Liong-i-Sin Nie atau Kiang Cun Le yang akan maju melawannya. Dia memperhitungkan hasil seri atau imbang jika menghadapi kedua tokoh sakti
Tionggoan itu, jikapun kalah pastilah tipis belaka. Dan kini, dia menemukan kenyataan betapa orang selain
Kiang Cun Le dan Liong-i-Sin Nie ternyata ada juga.
Yakni Mei Lan yang mampu dan sanggup mendesaknya
meski dia telah memainkan ilmu sihir sekalipun.
TIRAIKASIH WEBSITE HTTP://KANGZUSI.COM/
Maka seperti Mahendra, akhirnya Gayatripun
menyiapkan Ular Api Emasnya, dan kali ini tidak
tanggung-tanggung, dia berniat melepaskan 2 ekor atau sepasang sekaligus. Tetapi, karena dia dalam posisi terserang, maka Mei Lan bisa melihat apa yang
dipersiapkan Gayatri. Apalagi, Mei Lan sendiri memang sudah awas dan telah siap menghadapi ular tersebut
sejak tadi. "Awas nona, ular-ular raksasa menyerangmu" tiba-tiba Gayatri mengebaskan lengannya. Dan sesaat Mei Lan
melihat adanya bayangan yang meluncur kearahnya dan siap menyerangnya. Tetapi, hanya sepersekian detik, dia menyadari kalau itu serangan palsu, serangan ilmu sihir.
Sementara serangan sesungguhnya baru dilontarkan
sesaat setelah Mei Lan kembali menemukan
kesadarannya. Kembali gerak lihay Mei Lan yang
memang sejak awal telah menggunakan Te Hun Thian
(Tangga Awan Langit) warisan Liong-i-Sin nie
menunjukkan kesaktiannya.
Bersamaan dengan meluncurnya sepasang Ular Api
Emas, Mei Lan telah melolos Pedang Jenggot Naga
pinjaman dari Liong-i-Sin Nie. Dan dengan segera dia memainkan ilmu pedang khas yang sangat lihay dari Bu Tong Pay, Liang Gie Kiam Hoat. Ilmu pedang ini
dimainkan demikian indah, lemas dan membentuk
lingkaran-lingkaran besar kecil yang bisa sewaktu-waktu menjadi landasan menyerang lawan.
Maka terdengarlah desisan-desisan ular disleingi
dengan gaung atau dengung pedang jenggot naga yang
menari-nari sambil mencari peluang melukai lawan.
TIRAIKASIH WEBSITE HTTP://KANGZUSI.COM/
Lawan mei Lan kini menjadi 3, yakni Gayatri bersama sepasang Ular Api Emas yang melayang-layang terbang dengan kecepatan tinggi untuk menemukan sasaran
empuknya. Tetapi Mei Lan sama sekali tidak terkejut.
Pertama, dia memang telah menyiapkan diri; kedua, ilmu pedang Liang Gie Kiam Hoat adalah ilmu pedang yang
sama lihay pertahanan maupun penyerangannya
ditambah dengan ketajaman Pedang Jenggot Naga yang
takut dibentur sepasang ular itu; Dan ketiga, dia telah sedikit memahami jurus Gayatri dan gerakan kedua ekor ular. Inilah keunggulan Mei Lan.
Dan memang, Gayatri tidaklah menemukan peluang
sebaik Mahendra ketika melawan Kwi Beng, karena
Gayatri telah waspada sejak awal. Meski dikeroyok 3, Mei Lan masih dengan tidak terdesak bermain Liang Gie Kiam Hoat dan menghasilkan lingkaran-lingkaran pertahanan dan penyerangan yang sulit ditembus lawan. Apalagi, karena sepasang ular itu, meski tidak takut senjata tajam dan gesit, tetapi takut dan jeri terhadap ketajaman Pedang Jenggot Naga.
Melawan "3 ekor ular" yang melayang-layang cepat
dan mengeroyoknya, Mei Lan lama-kelamaan gemas


Kisah Para Naga Di Pusaran Badai 2 Karya Marshall di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

juga. Terutama terhadap sepasang ular aneh yang
memang bergerak gesit dan sering mengancamnya.
Menyadari bahwa ketajaman pedangnya membuat
sepasang ular itu sedikit jeri, maka Mei Lan kini mulai memperbanyak lingkaran kecil sebagai basis
penyerangan. Sekaligus, diapun menambah
kecepatannya hingga kini dia mengejar dan mendesak
ketiga lawannya sekaligus. Terutama, serangannya
TIRAIKASIH WEBSITE HTTP://KANGZUSI.COM/
banyak ditujukan kepada kedua ekor ular aneh dan
beracun itu. Gayatri terkejut, tetapi dia tidak mampu berbuat apa-apa, meskipun sekarang di kedua tangannya malah
bertambah lagi sepasang ular beracun lainnya. Kedua ekor ular itu digunakan sepasang lengannya dan menjadi semacam senjata yang lain dalam penyerangannya.
Hanya saja, kedua ekor ular itupun takut dengan
ketajaman pedang jenggot naga. Karena itu, serangan Gayatri banyak kurang effektif, terutama jika
serangannya dipapak oleh gerakan pedang Mei Lan.
Gayatri menjadi nekat dan murka, terutama karena dia tidak memperoleh peluang sebagaimana Mahendra
melawan Kwi Beng. Tadinya dia berharap menemukan
celah seperti sebagaimana Mahendra mengalahkan Kwi
Beng. Apa lacur, selain telah waspada, Mei Lan juga memiliki ilmu ginkang yang malah masih jauh
mengatasinya dan juga bahkan Mahendra. Lebih dari itu, Mei Lanpun membekal sebatang Pedang pusaka yang
menjadi anti dari Sepasang Ular Api Emas yang
diandalkannya. Bukannya mendesak, sebaliknya kini dia mulai didesak Mei Lan meski telah menggunakan 4 ekor ular untuk membantunya.
Maka dalam puncak kemarahan dia mengeluarkan
kekuatan sihir sepenuhnya:
"Mundur nona muda ..............."
Dan Mei Lan memang terkejut. Kini dia memandang
Gayatri yang nampak dalam wujud ular besar merah
TIRAIKASIH WEBSITE HTTP://KANGZUSI.COM/
kehitam-hitaman dengan pijar cahaya mengelilingi
tubuhnya. Nampaknya Gayatri telah menyiapkan
kombinasi Hui Sian Coa Pat Poh (Delapan Langkah Ular Dewa Terbang) dengan Ilmu Sihir Ular Dewa
Mengguncang Mayapada). Akibatnya malah lebih
mengerikan, karena digunakan pada puncak kekuatan
sihirnya, hingga Mei Lanpun terpaksa menyiapkan
dirinya: "Jangan kira aku takut ........"
Mei Lan dengan cepat bersiap. Kini Ilmu Mujijat yang berlandaskan kekuatan sihir/kekuatan batin Ban Sian Twi Eng Sin Ciang (Pukulan Sakti Selaksa Dewa Mendorong Bayangan) segera disiapkannya.
Jika Gayatri berubah penampakan seperti menjadi
seekor ular besar dengan pijaran warna merah
kehitaman, maka Mei Lan memancarkan cahaya putih
dan berubah bagaikan puluhan Mei Lan yang kini bersiap melawan Gayatri. Dan hebatnya, ketika Gayatri
menyerang, langkahnyapun menjadi aneh dan mujijat.
Tarikan kaki dan langkahnya bagai diiringi ribuan ular yang siap menerkam Mei Lan. Tetapi Mei Lan dan ilmu mujijatnya, tidak kurang sangar dan tidak kurang
hebatnya. Malah, karena sudah dikuasai secara
sempurna dan baru kali ini digunakan secara penuh, Mei Lan menjadi ngeri. Karena kekuatan lemas dan keras
yang terkombinasi hingga menimbulkan daya magis dan kekuatan sihir yang kuat memancar nyaris tanpa batas dari tubuhnya.
TIRAIKASIH WEBSITE HTTP://KANGZUSI.COM/
Pukulan-pukulannya mampu membuyarkan tameng
ular besar Gayatri, bahkan pancaran hawa khikangnya sanggup mementalkan ular-ular Gayatri. Dan pada
akhirnya Gayatri harus menerima pukulan pamungkas
Mei Lan dengan pengerahan segenap kekuatannya:
"Blaaaaaaaaaarrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrr"
Tubuh Gayatri terdorong hingga 7-8 langkah
kebelakang dengan mulut berlumuran darah. Jelas dia terluka dalam, dan lukanya tidaklah ringan. Terbukti dia langsung terduduk dan mencoba mengobati luka
dalamnya. Tokoh-tokoh Thian Liong Pang memandang
takjub ke arah Mei Lan. Apalagi karena Mei Lan meski juga terdorong hingga 4-5 langkah dan juga nampak
terluka, tetapi lukanya jauh lebih ringan dibandingkan luka yang diderita oleh Nenek Gayatri. Lebih dari iut Mei Lan masih sanggup bertahan berdiri dan memandang ke arah Gayatri dengan senyuman. Itu saja sudah cukup
untuk meyakinkan banyak orang siapa yang
sesungguhnya pemenang pertarungan dahsyat antar dua wanita perkasa itu.
Kemenangan Mei Lan disambut sorak-sorai oleh
kelompok pendekar. Senyuman bangga menghiasi bibir
Sian Eng Cu, sementara Liong-i-Sin Nie nampak
manggut-manggut sambil berbisik-bisik dengan Kiang
Cun Le: "Nampaknya muridmu telah menyusul kepandaianmu
sumoy ......."
TIRAIKASIH WEBSITE HTTP://KANGZUSI.COM/
"Siancay, dia memang berbakat baik ......"
Tokoh-tokoh Bu Tong Pay gembira bukan main
menyambut kemenangan Mei Lan yang memang murid
sesepuh partaynya. Dan sebagaimana mereka saksikan, kecuali Ilmu terkahir yang mujijat, Mei Lan sepanjang pertarungan mempergunakan ilmu-ilmu Bu Tong Pay dan sengaja menyimpan Ban Hud Ciang karena telah
dimainkan oleh Kwi Beng.
"Bagaimana Pangcu .......?" terdengar suara Sian Eng Cu, jelas dengan rasa bangga dan gembira yang tak
tersembunyikan.
"Hasil pertandingan ketiga toch sudah jelas kalah dan menangnya" jawab Pangcu Thian Liong Pang tenang.
"Tetapi, masih belum berarti bahwa Thian Liong Pang telah kalah, karena masih ada 2 babak tersisa" lanjut sang Pangcu.
"Baiklah, jika demikian kita tentukan dalam
pertandingan selanjutnya" tegas Sian Eng Cu dengan
optimisme memenangkan pertaruhan yang masih
menyisakan dua (2) babak lagi.
Sementara itu, ketika Sian Eng Cu bercakap-cakap
dengan Pangcu Thian Liong Pang mengenai hasil
pertandingan ketiga dan pertarungan di babak ke-empat, Nenggala yang sejak pertarungan Tek Hoat berdiam diri dan bahkan bersila di bawah perlindungan Kiang Cun Le dan Liong-i-Sin Nie telah bergerak-gerak dan bahkan kemudian melompat berdiri:
TIRAIKASIH WEBSITE HTTP://KANGZUSI.COM/
"Terima kasih jiwi-locianpwe" Nenggala rupanya tahu kalau kedua tokoh itulah yang mengapitnya selama
beberapa waktu.
"Lakukan tugasmu anak muda" Kiang Cun Le berkata,
dan Nenggala heran karena Kiang Cun Le tahu apa yang sedang dan akan dilakukannya. Maka sambil kembali
menjura kepda Kiang Cun Le, diapun menyahut:
"Baik locianpwee"
Dan selanjutnya, Nenggala yang beberapa saat
kemudian mengikuti percakapan tentang babak ke-
empat, telah dengan cepat meloncat ke depan Sian Eng Cu dan Pengemis Tawa Gila sambil berkata:
"jiwi-locianpwee, perkenankan di babak ke-4 ini tecu yang maju mewakili kelompok pendekar guna
menantang seorang tokoh Thian Liong Pang yang selama ini bersembunyi"
Sian Eng Cu dan Pengemis Tawa Gila berkerut
wajahnya memandang Nenggala yang memang masih
belum begitu mereka kenal.
"Hmmmmm, anak muda apakah engkau mengerti dan
tahu siapa yang engkau tantang nantinya?" setelah
berpikir sejenak, Sian Eng Cu bertanya.
"Sejatinya ini urusan perguruan kami, tetapi karena tokoh itu berlindung dan bersembunyi di balik Thian Liong Pang, maka tecu memberanikan diri menantangnya atas nama kaum pendekar" tegas Nenggala.
TIRAIKASIH WEBSITE HTTP://KANGZUSI.COM/
"Siapakah tokoh yang engkau tantang anak muda?"
tanya Pengemis Tawa Gila
"Nama aslinya Wisanggeni dan bergelar Bintang Sakti Berpijar. Beberapa waktu sebelumnya kami telah
bertempur di lorong rahasia Thian Liong Pang, dan
kuharap dia cukup jantan untuk tidak terus-menerus
bersembunyi dibalik nama Thian Liong Pang"
"Apakah engkau yakin akan menantangnya?" tegas
Pengemis Tawa Gila masih kurang yakin. Tetapi
bersamaan dengan itu, baik Pengemis Tawa Gila maupun Sian Eng Cu telah memperoleh bisikan lewat lmu
menyampaikan suara: "Biarkan anak muda itu
menyelesaikan persoalan perguruan mereka. Anak itu
sangat bisa diandalkan", jelas suara itu berasal dari Kiang cun Le. Dan memperoleh jaminan itu, Sian Eng Cu
maupun Pengemis Tawa Gila menjadi mantap.
"Aku yakin, kecuali Bintang Sakti Berpijar akan rela terus menerus bersembunyi dan takut menunjukkan
wajahnya" jawab Nenggala tegas.
"Hmmmmm, anak muda, engkau terlalu sombong"
sebuah suara terdengar mengambang tetapi jelas
terdengar semua orang. Sebuah pameran kekuatan suara yang sangat luar biasa.
"Bahkan gurumupun tidak akan berani bersikap seperti itu dihadapanku" kembali terdengar suara yang seakan mengambang, tetapi jelas terdengar semua orang.
Mendengar suara itu, Nenggala akhirnya menimpalinya TIRAIKASIH WEBSITE HTTP://KANGZUSI.COM/
dengan ilmu yang sama, inilah ilmu atau ajian Gelap Ngampar yang telah dikuasai secara sempurna:
"Aku, atas nama Kakek Guru menantangmu untuk
menyelesaikan urusan lama yang telah menggegerkan
banyak tempat"
"Sanggupkah engkau menghadapiku anak muda?"
"Mudah-mudahan aku sanggup"
"Bagaimana jika aku sanggup mengalahkanmu?"
"Untuk selanjutnya Guru dan kakek Guru tidak akan
mengganggumu pula. Tetapi jika engkau kalah, engkau harus ikut kakek guru untuk pulang"
"Kalah ?"?" Pulang?"?"" Hahahahaha ..... Engkau pikir mampu melakukannya anak muda" Hahahahahaha, dan
siapa yang menjamin kalau perkataanmu akan berlaku
dan dituruti kakek gurumu?"
Belum lagi Nenggala menjawab sebuah suara
mengalun dengan sangat bening, jernih, enak didengar namun terdengar jelas oleh siapapun yang berada di
sekitar arena tersebut:
"Aku .......... " satu kata, hanya satu kata itu yang terdengar dari pemilik suara yang mengalun bening,
jernih, enak didengar. Tetapi terdengar entah dari mana datangnya, terdengar sangat dekat, tetapi seperti juga datang dari jauh. Mengalun lembut dan menutupi semua gemar suara lain yang berada disekitarnya. Tetapi,
TIRAIKASIH WEBSITE HTTP://KANGZUSI.COM/
akibatnya, suara paling awal yang terdengar
menggunakan Ajian Gelap Ngampar terdengar mendesis:
"Guru ........", tetapi setelah memperdengarkan suara
"aku", suara yang jernih bening itu tidak lagi
memperdengarkan suara apapun. Sampai akhirnya
kembali terdengar suara Wisanggeni:
"Baiklah, jika engkau mewakili kakek gurumu dengan
pertaruhan itu, aku akan melawanmu untuk melihat
apakah engkau sanggup menahanku"
"jangan takut, kakek guru telah menjamin apa yang
kukatakan" kembali Nenggala menegaskan.
"Baik-baik, kita tetapkan saja demikian" suara atau kalimat itu masih mengaung diudara, tetapi tiba-tiba di arena berhadapan dengan Nenggala telah berdiri sesosok tubuh berpostur tinggi besar. Tokoh rahasia yang pernah mengendap di beberapa perguruan, terakhir di Tiam
Jong Pay. Dan bahkan pernah bertemu dengan Nenggala dalam operasi menyelamatkan para tawanan Thian Liong Pang.
Dan, tokoh itu ternyata adalah murid ke-3 dari
Kolomoto Ti Lou, Bintang Sakti Berpijar, Wisanggeni.
Murid yang mencuri lembaran pusaka Kolomoto Ti Lou
dan membawanya lari hingga ke Thian Tok dan terakhir bersembunyi di Tionggoan selama puluhan tahun.
Inilah biang keladi kekisruhan di banyak tempat dan menimbulkan heboh di kalangan banyak pesilat sepuh
karena daya tarik ilmu dalam lembaran pusaka ciptaan TIRAIKASIH WEBSITE HTTP://KANGZUSI.COM/
Kolomoto Ti Lou, gurunya sendiri. Dan, baru kali inilah tokoh ini tampil secara berterang, tidak lagi
menyembunyikan identitasnya. Terutama karena melihat peluang terlepas dari pengejaran guru dan kakak serta adik seperguruannya yang rata-rata sangat lihay. Tetapi yang ditakutinya memang hanya gurunya, lain-lain sama sekali tidak ditakutinya. Dia paham benar sampai dimana kesaktian gurunya.
Jikapun akhirnya Wisanggeni tampil, terutama karena dia yakin, dia masih sanggup untuk mengalahkan murid saudara perguruannya Nenggala. Jika tidak mendapat
jaminan terlepas dari pengejaran perguruannya,
terutama gurunya, jika memenangkan pertandingan ini, maka tidak akan Wisanggeni menampilkan diri. Akan
tetapi betapa senangnya ketika dia mendengar sendiri bahwa gurunya memberi jaminan akan dilepaskan jika
mampu menang menghadapi Nenggala. "Hmmm, apa
susahnya mengalahkan murid keponakan?" pikirnya.
Maka, kini, tampillah untuk pertama kalinya secara
berterang Wisanggeni, yang juga ternyata adalah salah satu penopang Thian Liong Pang. Hal ini terbukti dari seri wajah Pangcu Thian Liong Pang yang juga agak segan
terhadap tokoh yang satu ini. Dialah salah satu tokoh misterius yang bersembunyi di beberapa perguruan
sampai akhirnya bergabung dengan Thian Liong Pang
dan menemukan tempat persembunyian terbaik untuk
beberapa tahun belakangan ini. Tokoh ini berwajah agak sawo matang atau sedikit kehitaman, bertubuh tinggi besar. Nenggala yang berpostur sedang berbeda jauh
tingginya dengan tokoh yang menjadi paman gurunya
itu. TIRAIKASIH WEBSITE HTTP://KANGZUSI.COM/
Ketika keduanya berhadapan, adalah Nenggala yang
kemudian menyapa terlebih dahulu, bahkan memberi
hormat: "Sebagai angkatan muda, perkenankan aku
menyampaikan hormatku kepada angkatan lebih tua".
Kemudian Nenggala melanjutkan:
"Dan selanjutnya, perkenankan aku menantang
Wisanggeni, Bintang Sakti Berpijar sebagai murid
perguruan yang berkhianat"
"Sungguh lancang mulutmu anak muda" Kakek itu
marah juga diperlakukan demikian oleh keponakan
muridnya. "Maafkan, aku telah mendapat tugas Kakek guru
untuk menghentikanmu" tegas Nenggala penuh percaya
diri. "Baiklah, mudah-mudahan engkau sanggup anak
muda. Silahkan memulai bila itu sudah engkau putuskan dan sudah menjadi tugasmu"
"Baik, maafkan aku"
Sehabis mengucapkan kalimat terakhir itu, Nenggala
sudah segera membuka serangan. Tidak tanggung-
tanggung, karena sadar sedang menghadapi tokoh tua
dari perguruan asalnya, Nenggala langsung menyerang dengan Ajian Lebur Sakheti. Dan asyiknya, Wisanggeni juga ternyata memapak dengan ilmu yang sama, ilmu
TIRAIKASIH WEBSITE HTTP://KANGZUSI.COM/
yang sanggup melebur batu menjadi bubuk-bubuk debu.
Dan benturan pertamapun terjadi:
"Blaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaarrrrr"
Benturan dengan suara memekakkan. Dan benturan
pertama ini membuat Wisanggeni heran, mengapa dalam waktu sehari dua hari saja Nenggala telah mampu
mengejar ketertinggalannya" Bukankah beberapa waktu lalu dia masih sanggup menekan dan mendesak anak ini"
Mengapa sekarang rasanya kekuatan anak itu telah
meningkat sangat pesat hingga mampu merendengi dan
menandinginya" Wisanggeni goyah. Tetapi tentu, tidak menyerah.
"Betapapun hebat dia tetapi pengalaman dan
kematangannya jelas tidak akan melebihiku" pikir
Wisanggeni. Dan memang, seperti pikirannya itu,
pertarungan mereka memang hanya dipisahkan oleh
perbedaan kematangan dan pengalaman. Hanya,
Nenggala lebih menang ketahanan dan keuletan. Siapa gerangan yang akan mampu memenangkan pertarungan
kali ini" Benturan pertama berdampak psikologis. Bagi
Nenggala, menebalkan keyakinannya bahwa dia memiliki peluang menang, dan bahwa ternyata ilmunya kini maju pesat. Bahkan paman gurunya sudah mampu
ditandinginya. Karena itu, diapun menyerang dengan
tetap menggunakan kekuata inti ajian lebur sakheti, sambil menggunakan gerak cepat atau ginkang khas
Jawadwipa: Ajian Kidang Kuning. Gerak lincah meniru gerakan binatang ini membuat Nenggala mampu
TIRAIKASIH WEBSITE HTTP://KANGZUSI.COM/
bergerak lincah, pesat dan cepat, meskipun Wisanggeni juga mampu melakukan hal yang sama karena berasal
dari dasar perguruan yang sama.
Pertempuran kali ini memang berbeda. Dibanding
pertempuran terdahulu, pertempuran kali ini rada
membosankan karena kedua petarung memiliki dasar
ilmu yang tidak berbeda. Tetapi tetap saja menarik
karena ilmu2 keduanya masih belum dikenal oleh
siapapun ditempat itu. Kecuali para tokoh tua. Mereka memang berasal dari jawadwipa, sebuah pulau yang
sangat jauh di luar lautan, di bagian selatan. Dibutuhkan waktu pelayaran berbulan-bulan untuk mencapai
Jawadwipa. Dan pertarungan kali ini menghadirkan
warna beda, menghadirkan ilmu-ilmu yang didasarkan
atas gerakan-gerakan binatang dan telah diramu
demikian rupa hingga menjadi Ilmu silat yang tangguh.
"Sungguh tak disangka, anak muda ini telah maju
demikian pesat" keluh Wisanggeni. Meski demikian,
Nenggala juga punya pikiran yang sama " "Tak kusangka paman guruku ini memang dahsyat". Demikianlah
keduanya bertarung dengan dasar ilmu yang sama
dengan hanya dibedakan oleh pengalaman tanding serta kematangan akibat lama berlatih yang berbeda.
Lama kelamaan keduanya menjadi sadar kelebihan
dan kekurangan masin-masing. Nenggala sadar jika
kematangan dan pengalamannya masih kurang
dibandingkan paman gurunya. Tetapi kelincahan dan
keuletannya masih lebih menang. Dan Wisanggeni juga tidak lama menyadari kenyataan tersebut. "Entah
bagaimana kekuatan tenaga dalam anak ini bisa
TIRAIKASIH WEBSITE HTTP://KANGZUSI.COM/
menyamai atau setidaknya mendekatiku. Apakah Guru
......?" desis Wisanggeni dalam hati.
Dan dugaan Wisanggeni sebetulnya tidaklah meleset


Kisah Para Naga Di Pusaran Badai 2 Karya Marshall di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

jauh. Selama pertempuran babak kedua dan ketiga,
Nenggala dengan dilindungi Kiang Cun Le dan Liong-i-Sin Nie telah "dididik" secara khusus oleh kakek gurunya Kolomoto Ti Lou. Selama beberapa jam saja, penguasaan ilmu-ilmu Nenggala meningkat pesat karena ditempa
langsung oleh pencipta ilmu dan maha guru yang
memang sangat sakti itu. Boleh dibilang, penempaan
selama hanya sejam dua jam itu memang khusus
dipersiapkan untuk babak ke-empat ini.
Sementara itu, Wisanggeni mulai menggunakan ilmu-
ilmu baru, atau tepatnya ilmu-ilmu gubahannya. Ilmu-ilmu itu adalah gubahan dan penyempurnaan ilmu
ilmunya setelah melalui pengembaraan panjang di India dan Tionggoan. "Hmmmm, ingin kulihat apakah engkau
cukup mampu menahannya", desis Wisanggeni dalam
hati Wisanggeni bergerak cepat, nampaknya landasannya
adalah Ajian Senggoro Macan, tetapi kecepatan dan
kekuatannya telah berubah sangat jauh. Karena itu
Nenggala sempat terpojok menghadapi cakar macan
dimana kedua tangan Wisanggeni membentuk cakar
dengan warna kekuning-kuningan. Angin serangan yang mendesis membuat Nenggala sadar jika paman gurunya
mulai bermain keras. Tetapi yang membingungkannya
adalah, ajian Senggoro Macan paman gurunya telah
berubah jauh, lebih ganas, beracun dan nampaknya
sangat mematikan.
TIRAIKASIH WEBSITE HTTP://KANGZUSI.COM/
"Hebat ...... paman guru memang hebat", desis
Nenggala dalam hati. "Tetapi sayang, ilmu hebat itu telah berubah sesat. Kakek guru pasti kecewa", lanjut
Nenggala dalam hati. Meski berpikiran demikian,
Nenggala masih tetap kokoh dalam melakukan
perlawanan dengan membekali diri dengan ajian Lembu sekilan yang membuatnya kebal terhadap pukulan lawan.
Tetapi, karena lawan juga membekal ajian serupa,
membuat Nenggala tidak dapat menyandarkan
perlawanannya dengan hanya menggunakan ilmu
tersebut. Kedua cakar Wisanggeni seperti mengejar kemanapun
Nenggala bergerak. Dan akhirnya karena selalu dikejar-kejar kedua cakar itu, Nenggalapun membentak keras
sambil menggetarkan lengannya .............................
"hyaaaaaaattttttttttttttt, bresssssssss ---
syuuuuuuuuuuuuutttttt " benturan keras terjadi. Cakar tangan macan Wisanggeni telah dipapak Nenggala
dengan hawa pedang yang dikebaskan tangannya.
Sebagaimana diketahui Nenggala sekaligus adalah
pewaris sesepuh Thian San Pay dan telah mampu
menggunakan hawa pedang secara hebat. Bahkan
selama beberapa jam lalu, kemampuannya ini adalah
salah satu yang diulas dan disempurnakan oleh kakek gurunya. Karena itu, dengan tidak ragu dia
menggunakannya menggempur cakar macan paman
gurunya yang telah berubah jauh dari ajian macan
senggoro perguruannya.
"Hmmmm, hawa pedang Thian San Pay .... hebat,
hebat" desis Wisanggeni sambil terus menyerang
TIRAIKASIH WEBSITE HTTP://KANGZUSI.COM/
Nenggala. Tetapi kali ini, dia mendorong dengan kilatan cahaya membunuh kearah Nenggala. "Brajamusti ....."
pekik Nenggala sambil bergerak cepat menghindar
sekaligus menghimpun kekuatan Brajamusti ditangannya.
Kilatan cahaya bagaikan petir yang ditimbulkan oleh Ilmu Brajamusti mencengangkan banyak orang.
Meski daya ledaknya tidak sehebat Pek Lek Sin Jiu
yang dimainkan Tek Hoat sebelumnya, tetapi kilatan
cahaya petir yang menerjang langsung ke arah manusia yang diserang sungguh mengerikan. Dan ketika
mengenai tanah dibelakang Nenggala, suara ledakan
dahsyat segera terdengar dan sangat memekakkan
telinga: "Blaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaarrrrrr", dan tidak ada kehidupan di area seputar mana pukulan tersebut jatuh.
Kilatan panas berpijar dari Brajamusti mematikan seluruh kehidupan di area sekitar 1 meter dimana pukulan itu jatuh.
Dan kini kilatan cahaya berbahaya itu dilontarkan
berkali-kali oleh Wisanggeni. Tetapi Nenggala yang juga menguasai jurus tersebut berhenti menghindar dan
memapak dengan kilatan cahaya yang sama sampai
berkali-kali, hingga terjadi benturan dan ledakan yang memekakan telinga: "duaaaaaaarrrrr .......
duaaaaaaarrrrrrr.... Sebagai akibatnya keduanya
terdorong ke belakang berkali-kali. Hanya, jika
Wisanggeni terdorong selangkah kebelakang, adalah
Nenggala yang terdorong sedikit lebih jauh dan secara sengaja menambah daya mundurnya agar kekuatan
dorongan Brajamusti tidak melukainya.
TIRAIKASIH WEBSITE HTTP://KANGZUSI.COM/
Wisanggeni paham, bahwa Nenggala tidaklah kalah
angin dengan berlaku demikian. Karena sejak awal dia tahu bahwa kekuatan tenaga dalam Nenggala tidak lagi berselisih jauh atau malah sudah nyaris menyamainya.
Karena itu, mundurnya Nenggala ke belakang tidak
dianggapnya sebagai kemenangan dipihaknya. "Hmmmm
aku tidak akan terpancing menghambur-hamburkan
tenaga melalui Brajamusti anak muda" desis Wisanggeni semakin penasaran sekaligus gemas untuk memukul
kalah ponakan muridnya itu. Maklum, Brajamusti
membutuhkan pengerahan tenaga lebih dalam yang lebih besar dibandingkan ajian-ajian lain dari perguruannya.
"Anak muda, engkau tidak akan sanggup
mengalahkanku. Bahkan melihatkupun engkau tidak
mampu" tiba-tiba Wisanggeni membentak dengan
kekuatan mujijat yang terkandung dalam suaranya.
"Ajian Panglimunan ...... " desis Nenggala dalam hati.
"Ach tidak, nampaknya telah bercampur kekuatan sihir yang luar biasa kuatnya" keluh Nenggala. Meski diapun mampu memainkan Ajian Panglimunan, tetapi ajian itu hanya sanggup menghilang selama beberapa waktu
tertentu. Berbeda dengan Ajian Panglimunan Wisanggeni saat ini yang kelihatannya telah dicampur adukkannya dengan ilmu sihir ala Thian Tok dan membuatnya tidak terlihat.
Bahkan beberapa tokoh hebat semisal Sian Eng Cu
dan Pengemis Tawa Gila untuk beberapa saat tidak
sanggup melihat dimana keberadaan Wisanggeni.
"Luar biasa, kakek itu bahkan telah mampu menyerap
Ilmu Sihir yang lebih kuat daripada Mahendra dan
TIRAIKASIH WEBSITE HTTP://KANGZUSI.COM/
Gayatri" desis Kiang Cun Le yang diiyakan oleh Liong-iSin Nie. "Mampukah anak muda itu?" kali ini Liong-i-Sin Nie yang bergumam.
Tepat pada saat itu, Nenggala nampak memejamkan
matanya dan membentengi diri dengan Ajian kebal
Lembu Sekilan sepenuh tenaga sambil bergerak cepat
dengan ajian Kidang Kuning. "Pilihan yang tepat untuk bertahan ...." desis Kiang Cun Le kembali. "Tetapi, kurang mampu untuk menyerang" tambah Liong-i-Sin
Nie. Dan memang demikian keadaannya, dengan
memejamkan mata Nenggala hanya menunggu diserang
lawan dan tidak sanggup menyerang jika lawan tidak
bergerak. Tetapi, posisi tersebut membuatnya terlepas dari serangan ilmu sihir lawan yang telah dibaurkan dalam Ajian Panglimunan.
Karena dalam posisi bertahan, secara otomatis
Nenggala dalam posisi yang didesak. Apalagi karena dia baru dapat bergerak bertahan setelah diserang oleh
Wisanggeni. Ini berarti, sewaktu-waktu Wisanggeni akan dapat menyerang terutama ketika melihat peluang yang besar akibat kelalaian Nenggala. Tapi, Nenggalapun
menyadari posisi tersebut, dan karena itu dia
berkonsentrasi penuh untuk melawan paman gurunya
itu. Ada beberapa lama posisi Nenggala didesak seperti
itu. Tetapi, jelas dengan keadaannya itu lawan
betapapun akan memperoleh peluang untuk
mendaratkan pukulannya. Karena itu, Nenggala segera menyiapkan kombinasi pukulan yang dikreasikannya
sendiri, yakni menggunakan Brajamusti berbareng
TIRAIKASIH WEBSITE HTTP://KANGZUSI.COM/
dengan Ajian Gelap Ngampar yang sangat efektif
menggempur pusat kekuatan pengerahan sihir.
Maka ketika sekali lagi Wisanggeni menyerangnya,
dengan cepat Nenggala ikut bergerak, bukannya
menghindar tetapi memapak serangan Wisanggeni yang
ternyata juga menyerang dengan pengerahan
Brajamusti. Maka sekali lagi terdengar benturan keras:
"Blaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaarrrrrrrr ......."
Begitu benturan terjadi, Nenggala yang posisinya
terdorong kebelakang, justru menambah tenaga dorong kebelakang dengan dua maksud. Pertama untuk
mengurangi daya gempuran brajamusti lawan, dan
kedua menyiapkan Ajian gelap Ngampar " sebuah ilmu
pekik yang mengandalkan kekuatan mujijat suara
manusia. Dan pada posisi tegak setelah mundur 7-8
langkah, melengkinglah ajian Gelap Ngampar dari
mulutnya: "Haaaaaaaaaaaaaarrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrkkkkkkkkkkkkk kkkkkkkkkk".....
Wisanggeni yang tidak menyangka Nenggala akan
menyerang pengerahan sihirnya dengan Gelap Ngampar
kalah ketika. Tetapi, dia cepat sadar dengan apa yang terjadi. Maka dalam kondisi terburu-buru, dia kembali mengeluarkan pukulan Brajamusti dengan tenaga penuh.
Dan kali ini dia benar dengan nalurinya. Karena pada saat Nenggaka melepaskan Gelap Ngampar, tubuh
Wisanggeni segera nampak bagi semua orang. Kekuatan TIRAIKASIH WEBSITE HTTP://KANGZUSI.COM/
panglimunan dan sihir tertelanjangi oleh alunan suara mujijat Gelap Ngampar.
Dan saat itulah Nenggala menggempur dengan
kombinasi Brajamusti di tangan kanan dan Lebur Sakheti di tangan kirinya. Masih untung Wisanggeni dengan
keunggulan pengalaman tempurnya mampu menebak
apa yang akan terjadi selanjutnya. Dengan demikian dia sanggup mengantisipasi serangan berat yang dilontarkan oleh Nenggala.
Maka kembali terjadi benturan dahsyat, jauh lebih
dahsyat dari benturan-benturan sebelumnya:
"Duaaaaaaaaaarrrrrrrrrrrrr,
blaaaaaaaarrrrrrrrrrrrrrrrrrrr"
Akibat benturan dan ledakan yang menyertai benturan tersebut, banyak tokoh-tokoh yang kepandaiannya masih rendah tersentak dan bahkan terluka. Karena benturan kali ini adalah dua benturan sekaligus antara ilmu-ilmu mujijat yang berasal dari Jawadwipa dan dimainkan oleh pewaris-pewaris utama dari ilmu-ilmu mujijat tersebut.
Satu lentikan disertai pijaran cahaya mematikan dan satu lontaran kekuatan yang didorong tenaga penuh
disongsong oleh Wisanggeni dengan dorongan
Brajamusti sekuatnya. Dan kembali keduanya dipisahkan oleh jarak yang cukup jauh, meskipun kali ini mereka nampaknya masing-masing mengalami kerugian yang
sama. Keduanya kelihatannya sudah terluka, tetapi masih berkemampuan melanjutkan pertempuran.
TIRAIKASIH WEBSITE HTTP://KANGZUSI.COM/
Wisanggeni menekan kemarahannya, karena kali ini
dia sedikit menderita kerugian dibawah desakan
Nenggala. Begitu berdiri tegak, tanpa peduli dengan luka ringannya, dia mengambil posisi pembukaan ajian Gelap Ngampar, dan Nenggala tidak punya cara lain kecuali mengimbanginya. Dan mengalunlah kedua suara mujijat yang bertarung secara aneh di udara:
?"Haaaaaaaaaaaaaaarrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrkkkkkkkkkkk kkkkkkkkkkkk" kedua suara mujijat itu berusaha saling dorong, saling lilit dan saling tekan. Jangan salah, penggunaan aji Gelap Ngampar ini menguras dan
menggunakan lebih banyak tenaga dibandingkan
Brajamusti dan Lebur Sakheti. Karena itu, pertarungan mereka nampaknya akan memasuki tahap-tahap
menentukan kalah dan menang. Hal ini benar-benar
menggetarkan banyak orang karena betapa seru,
menggemparkan dan sekaligus mengerikan pertempuran
itu. Dan ketika dorongan tenaga dalam suara meningkat,
efeknya segera terasa bagi banyak orang yang telinganya berdenging dan sulit ditangkal dengan menutup telinga karena langsung menyerang ke dalam. Hal ini
dikarenakan ajian tersebut didorong oleh kekuatan batin dan kekuatan sihir yang luar biasa hebatnya. Dan ketika efek benturan suara itu semakin merusak dan
menyerang orang lain, kembali terdengar suara lainnya.
"Suuuuuuuuuuuuuuuiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiitttttttttttttttttttt"
Dan, hebatnya suara siulan ini mengalun panjang,
ringan namun ternyata sanggup "mengurung" benturan
TIRAIKASIH WEBSITE HTTP://KANGZUSI.COM/
adu suara antara Wisanggeni melawan Nenggala dan
membuat efek menyerangnya ke telinga orang lain
dipunahkan. Hebat memang benturan suara Gelap
Ngampar antara Wisanggeni melawan Nenggala, tetapi
lebih hebat lagi alunan suara yang mengambang dan
sanggup melindungi telinga batin banyak orang. Sungguh arena pertarungan yang luar biasa dan nampaknya telah mengundang pihak lain untuk ikut campur, meskipun
hanya sebatas untuk mengungkung benturan atau adu
suara antara Nenggala melawan Wisanggeni.
Dan ketika masing-masing Nenggala dan Wisanggeni
melihat pertarungan menggunakan Gelap Ngampar
kembali tidak mendatangkan keuntungan bagi masing-
masing, maka keduanya telah kembali menyiapkan ilmu pamungkas lainnya. Secara otomatis keduanya
menghentikan lontaran suara Gelap Ngampar dan kini
bersiap secara bersamaan dalam lontaran ilmu yang lain.
Adalah Wisanggeni yang lebih dahulu menyiapkan ilmu pamungkasnya, dan diapun kemudian berseru:
"Deo Mone Woro Mone Penynyi (Dewa Menguasai
Langit dan Bumi)" Tak ada seorangpun yang mengerti
apa yang diteriakkan Wisanggeni kecuali Kiang Cun Le, Liong-i-Sin Nie maupun Kiang Ceng Liong. Tetapi disana, Nenggala nampak berbisik:
"Kakek guru, mohon restumu"
Dan dengan desisan itu Nenggala segera
menggetarkan kedua tangannya. Sebagaimana diketahui, Nenggala telah menguasai secara sempurna Ilmu pedang rahasia Thian San Pay warisan dari Kakek Dewa Pedang, TIRAIKASIH WEBSITE HTTP://KANGZUSI.COM/
tokoh ajaib ratusan tahun silam sebelum pendiri Lembah Pualam Hijau angkat nama. Nenggala adalah satu-satunya pewaris yang telah mencapai tataran rahasia,
"tanpa pedang tapi berpedang" atau "kosong tapi berisi", dimana tahapan itu justru adalah tahapan tertinggi dan masih mengatasi Ilmu Pedang Terbang yang termasyur
dari Thian San Pay. Itu sebabnya Nenggala tidak
membutuhkan pedang lagi untuk bermain ilmu pedang.
Selebihnya, selama lebih kurang 2 jam tadi, kakek
gurunya, Kolomoto Ti Lou (Bintang Sakti Dari Selatan) telah menggemblengnya. Khususnya membuka rahasia
ilmu keluarganya dengan berlandaskan ilmu pedang
rahasia Thian San Pay. Tidak ada cara lain. Karena
Wisanggeni yang akan dilawannya telah mulai belajar tahap kedua dari "Deo Mone Woro Mone Penynyi (Dewa
Menguasai Langit dan Bumi)" meski diketahuinya tak
akan sanggup menguasai tahapan itu. Tetapi, begitupun dia mesti menyiapkan cucu muridnya ini agar sanggup mengimbangi paman gurunya.
Maka dibukanya rahasia serta detail ilmu pusaka
perguruannya dan membuka wawasan Nenggala untuk
memanfaatkan ilmu pamungkasnya guna menandingi
Wisanggeni. Bahkan dia melatih Wisanggeni meski lewat suara belaka untuk menguasai tingkat pertama "Deo
Mone Woro Mone Penynyi (Dewa Menguasai Langit dan
Bumi) dan membuka rahasia tingkat ke-2 dari ilmu
pusaka mereka. Tetapi karena belum berlatih, Nenggala diajak
merenungkan detail ilmu pusaka Thian San Pay sebagai landasannya. Dan yang terpenting, pada saat terakhir TIRAIKASIH WEBSITE HTTP://KANGZUSI.COM/
Nenggala merasa tubuhnya demikian segar dan tambah
ringan ketika Kakek gurunya menyuruhnya untuk
berdiam diri dan bersikap pasrah dan menyerah terhadap kekuatan dan kekuasaan alam. Dengan cara itulah
Nenggala sanggup mengimbangi paman gurunya.
Nenggala sadar, inilah puncak pertarungan itu
sebagaimana kakek gurunya memberitahu beberapa saat lalu. Untuk melawan tingkat pertama "Deo Mone Woro
Mone Penynyi (Dewa Menguasai Langit dan Bumi) yang
bernama Lila Peha'e Meremmu (Terbang Mengendarai
Awan), Nenggala harus mengandalkan "tanpa pedang
tapi berpedang". Jika Kakek Dewa Pedang mampu
menciptakan 7 buah hawa pedang terbang pada puncak
kesempurnaan ilmu pedangnya, maka Nenggala baru
sanggup menciptakan 5 hawa pedang terbang.
Dan untuk pertempuran kali ini, dia telah menciptakan 3 hawa pedang terbang yang mampu dan sanggup
dikendalikannya dengan pengendalian hawa sinkang dan kekuatan batinnya. Inilah untuk pertama kalinya setelah seratus tahun lebih ilmu pedang mujijat Thian San Pay kembali tampil di dunia persilatan Tionggoan. Kedua orang itu kini telah bersiap dan dalam posisi sangat serius.
Sementara para penonton terbeliak, terutama para
tokoh tua yang kaget melihat ilmu pusaka Kakek Dewa Pedang tampil kembali. Sama kagetnya melihat ilmu
maha ampuh yang dikembangkan Wisanggeni. Dan kini,
Wisanggeni bergerak bagaikan mengendarai awan dan
bergerak-gerak dengan sangat ringan dan lincahnya.
Gerakannya jauh lebih cepat dan gesit daripada
TIRAIKASIH WEBSITE HTTP://KANGZUSI.COM/
menggunakan Ajian Kidang Kuning. Tetapi, kecepatan
geraknya diimbangi oleh hawa pedang yang mengejar-
ngejarnya kemanapun dia bergerak. Dan inilah puncak kemujijatan pertarungan keduanya, karena
menggunakan ilmu-ilmu pamungkas yang "nyaris" belum pernah disaksikan di tanah Tionggoan.
Wisanggeni sungguh terkesiap menemukan kenyataan
betapa keponakan muridnya ternyata membekal ilmu
pamungkas yang sanggup mengimbangi tingkat pertama
ilmu pusaka keluarganya. Padahal, dia sudah stagnan melatih tingkat kedua yang sudah sepuluh tahun terakhir tidak sanggup maju dan tidak sanggup dikembangkannya lagi. Dari bermaksud menyerang, dialah yang justru kini dikejar-kejar oleh berkelabatnya hawa pedang yang
dilontarkan oleh Nenggala. Untungnya, tongkat pertama ilmu pamungkas perguruannya memang sangat hebat
hingga membuatnya mampu selalu terhindar dari
serangan hawa pedang Nenggala yang memang luar
biasa. Kecepatan geraknya secara luar biasa diimbangi oleh kecepatan berkelabatnya hawa pedang Nenggala. Dan
akibatnya tidak ada keuntungan apapun yang diperoleh Wisanggeni meski telah mengerahkan ilmu
pamungkasnya. Diapun berpikir menggunakan tingkat
kedua, meskipun dia ragu: "Ampuhkan tingkat kedua
yang baru kulatih tersebut?" gumamnya penuh keraguan dalam hati. Tetapi sudah jelas, jika bertahan dalam posisi seperti sekarang, dia tidak akan menang meskipun juga tidak akan kalah. Padahal, dia harus menang untuk tidak lagi diganggu guru dan kakak perguruannya. "Apakah
Harus ...... ?" Pikirnya ragu
TIRAIKASIH WEBSITE HTTP://KANGZUSI.COM/
Sementara itu, Nenggala sudah semakin mantap
dengan ilmunya. Betapa hebat ilmu perguruannya, kini sudah dapat diselaminya secara baik. Dan tentu saja ini dikarenakan petunjuk kakek gurunya. Tanpa itu, akan sulit bagi dia untuk bertahan hingga sejauh ini. Selain itu, kakek gurunya juga telah membuka rahasia ilmu-ilmu


Kisah Para Naga Di Pusaran Badai 2 Karya Marshall di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

dan kekuatan serta kelemahan yang dimiliki paman
gurunya. Itulah alasan mengapa dia kini sanggup
mengimbangi paman gurunya.
Hal itu jugalah yang membuat dia semakin lama
semakin optimis untuk bisa mengalahkan paman gurunya yang sakti digdaya ini. Harus, dia harus menang untuk menyelesaikan tugas gurunya dan membersihkan
perguruannya. Dia terkenang akan paman sekaligus
gurunya yang luntang-lantung di tanah Tionggoan ini hanya untuk mengejar-ngejar adik seperguruannya yang berkhianat.
Pada saat optimismenya itu mencuat, tiba-tiba dia
melihat paman gurunya telah bersilat secara aneh dan perlahan-lahan disekeliling arena mereka berdua
segumpal awan pekat mulai membatasi arena. Dan,
keduanya dalam waktu yang tidak terlalu lama telah
diselubungi oleh awan putih pekat dan tidak
memungkinkan keduanya terlihat oleh orang-orang di
luar arena pertarungan mereka. Hanya beberapa tokoh belaka yang masih sanggup melihat dengan
menggunakan kekuatan batin dan kekuatan sihir mereka.
TIRAIKASIH WEBSITE HTTP://KANGZUSI.COM/
Pada saat itulah, Nenggala akhirnya menggetarkan 5
hawa pedang sekaligus. Itulah puncak kekuatannya.
Tetapi selain itu, diapun telah menyiapkan diri dalam kombinasi Gelap Ngampar, karena tingkat kedua ilmu
pamungkas perguruannya telah dikenalinya dan kini
disiapkan Wisanggeni untuk menyerangnya. Dan
memang benar seperti yang telah diantisipasi dan diduga oleh Nenggala sebagaimana informasi kakek gurunya.
Yakni bahwa Wisanggeni akan melontarkan tingkat
kedua ilmu pusaka perguruan yang menggabungkan
banyak ajian sakti perguruannya termasuk Ajian Gelap Ngampar.
Sayang memang, karena puncak pertarungan
keduanya tidak sanggup diikuti oleh mata telanjang. Tak banyak yang sanggup melihat bagaimana 5 hawa pedang Nenggala berkesiuran dan bagaimana Ajian gelap
Ngampar, Brajamusti dan Lebur Sakheti berseliweran di dalam arena yang telah dipenuhi dan dibatasi oleh awan putih pekat. Jika mampu diikuti mata telanjang, maka penonton akan merasa sangat kagum dan takjub karena pertempuran tersebut benar-benar hebat, mencekam dan mengerikan. Sungguh ilmu-ilmu mujijat yang jarang
ditampilkan di dalam rimba persilatan dewasa ini. Ilmu-ilmu khas dari pulau-pulau yang jauh di selatan sana.
Dan apa yang bisa disaksikan kemudian adalah
buyarnya awan putih pekat itu dan dari dalamnya
menggelegar bunyi yang demikian dahsyat dan masih
memiliki daya rusak yang demikian kuat. Saking kuatnya hingga berdampak lebih dari 10 meter dari tempat kedua tokoh itu berdiri. Untungnya, bagian depan kedua barisan terisi oleh tokoh-tokoh kuat dan hebat, karena itu daya TIRAIKASIH WEBSITE HTTP://KANGZUSI.COM/
rusak tenaga yang terlontar dari arena pertempuran
tersebut dapatlah dinetralisasi. Tetapi, buyarnya awan putih pekat itu diikuti oleh terlontarnya ke dua tubuh yang sebelumnya bertarung di lingkaran awan putih
pekat tadi .....................
Dan ketika keduanya kembali berdiri, di dada sebelah kanan Wisanggeni telah mengalir darah segar. Dada
sebelah kanannya kelihatannya bolong termakan tusukan hawa pedang Nenggala, sementara lengan kanannya
juga mengalami luka yang cukup parah, yakni 3 goresan pedang yang sangat dalam dan karenanya darah segar
mengucur deras. Ikat kepalanya juga terpapas kutung bersama dengan selapis rambutnya yang entah terbang kemana. Selain itu, diapun kelihatannya termakan
sebuah pukulan maut dari Nenggala. Jelas sulit baginya untuk melanjutkan pertarungan.
Tetapi, disudut sana, Nenggalapun bukannya tidak
mengalami kerugian. Dia terkena dua pukulan
Wisanggeni, satu di bagian dadanya dan satu lagi di bagian pahanya. Untungnya, ajian Lembu Sekilan masih melindungi tubuhnya hingga tidak merusak dan
menghancurkan organ-organ dalam tubuhnya. Hanya
saja, yang jelas Nenggalapun sudah sulit untuk terus melanjutkan pertempuran, keadaannya sama belaka
dengan Wisanggeni.
Ketika Pangcu Thian Liong Pang memandang
Wisanggeni, awalnya dia menduga pihaknya telah
mengalami kekalahan dan karenanya wajahnya kecut
berkerut. Tetapi, ketika dia memandang keadaan
Nenggala, diapun segera tahu bahwa luka dalam
TIRAIKASIH WEBSITE HTTP://KANGZUSI.COM/
Nenggala tidak kurang parahnya dengan luka yang
dialami Wisanggeni dan sekali pandang dia tahu
keduanya sudah sulit untuk melanjutkan pertempuran.
Sian Eng Cu memandang ke arah Kiang Cun Le dan
Liong-i-Sin Nie yang telah menjaga Nenggala dan bahkan Kiang Cun Le telah dengan cepat membantu upaya
Nenggala untuk mencegah tenaga dalamnya buyar.
Bahkan Liong-i-Sin Nie kemudian telah berkata:
"Anak muda ini telah menderita luka yang cukup
parah", tetapi dengan segera Nikouw itu juga
melanjutkan: "Sama dengan Bintang Sakti Berpijar, juga tidak
berkemampuan bertempur lagi"
Mendengar perkataan itu, Sian Eng Cu kembali
menghadapi Pangcu Thian Liong Pang, dan nampaknya
kalimat yang sama berada di ujung bibir keduanya. Dan keduanya kemudian mengangguk-angguk, tanda setuju.
"Pertandingan ke-empat bolehlah dinyatakan seri,
apakah Pangcu setuju?" tawar Sian Eng Cu
"Sangat adil, sangat adil. Keduanya memang terluka
sama beratnya dan tak sanggup bertarung kembali".
"Jika demikian, pertarungan terakhir akan
menentukan, bukankah demikian Pangcu?" tanya Sian
Eng Cu TIRAIKASIH WEBSITE HTTP://KANGZUSI.COM/
"Tepat sekali, apakah Sian Eng Cu Tayhiap berkenan
menemani lohu untuk menyelesaikan pertandingan
terakhir ini?" tanya Pangcu Thian Liong Pang cerdik.
Tetapi Sian Eng Cu tidak ingin masuk perangkap. Dia tetap harus mengutamakan kepentingan orang banyak,
bukannya mengikuti kata hati, meski dia sangat
tersinggung dengan tantangan Pangcu Thian Liong Pang.
Untungnya Ceng Liong yang memang telah menunggu
Pangcu Thian Liong Pang untuk maju sudah segera
memasuki arena. Memberi hormat terlebih dahulu
kepada Sian Eng Cu dan Pengemis Tawa Gila sambil
berkata: "Perkenankan siauwte melanjutkan pertarunganku
dengan Pangcu Thian Liong Pang yang tertunda tadi"
"Ach, silahkan " silahkan Duta Agung"
Sian Eng Cu mengatakan demikian karena di tangan
Kiang Ceng Liong telah tergenggam Medali Naga Hijau, salah satu tanda kebesaran Duta Agung Lembah Pualam Hijau. Simbol ini, bersama Pedang Naga Hijau yang
dihadiahkan Kakek Dewa Pedang puluhan tahun silam
adalah tanda penghormatan rimba persilatan Tionggoan kepada Lembah Pualam Hijau yang selalu
mengatasnamakan kebaikan dan keadilan. Buykan hanya Sian Eng Cu, karena tokoh-tokoh Bu Tong Pay, Kay Pang, Tiam Jong Pay, Thian San Pay dan Siauw Lim Sie juga mengangguk hormat ke arah Medali Naga Hijau itu.
Mendengar persetujuan Sian Eng Cu yang memang
sejak awal telah menetapkan Ceng Liong untuk maju
TIRAIKASIH WEBSITE HTTP://KANGZUSI.COM/
menghadapi Pangcu Thian Liong Pang, Kiang Ceng
Liongpun maju ke depan. Dan kini dia menghadapi
Pangcu Thian Liong Pang yang gagah perkasa itu.
Sementara itu, Pangcu Thian Liong Pang melihat Ceng Liong telah maju sambil menggenggam Medali Naga
Hijau, medali keramat rimba persilatan Tionggoan
menjadi sedikit tergetar. Beberapa saat kemudian dia maju 5 langkah sambil berkata dengan tenang:
"Biarlah nanti secara pribadi kuangsurkan hormat
kepada Medali Naga Hijau, tetapi sekarang atas nama Thian Liong Pang aku menantang Duta Agung"
"mari Pangcu, tidak perlu basa-basi lagi, kita segera mulai ....."
Dan kembali kedua tokoh yang beberapa waktu
sebelumnya telah bertarung ketat itu, kini kembali
berhadapan untuk menuntaskan pertarungan
sebelumnya. Dan berbeda dengan pertarungan beberapa jam lalu, keduanya kini tidak lagi bermain-main dengan kembangan-kembangan ilmu silat, tetapi langsung
memasuki tahapan menentukan. Jika Pangcu Thian Liong Pang mencari-cari jurus dan pukulan ampuh untuk
menjatuhkan Ceng Liong, maka Ceng Liong telah secara saksama memeriksa kembali ilmu-ilmu terbaru dalam
percakapan dengan Kolomoto Ti Lou.
Dalam 4 babak pertempuran sebelumnya, Ceng Liong
merenungkan dan berusaha memecahkan ujaran
Kolomoto Ti Lou bahwa dia akan dengan mudah
menguasai tingkat pertama dari ilmu pusaka keluarga Kolomoto Ti Lou. Dan bahkan beberapa waktu
TIRAIKASIH WEBSITE HTTP://KANGZUSI.COM/
sebelumnya dia sudah mencoba memeriksa kedalaman
ilmunya Pek Hong Cao-yang-sut Sin Ciang (Tangan Sakti Awan Putih Memanggil Matahari) apakah memiliki
kemampuan sebagaimana diutarakan Kolomoto Ti Lou
dahulu. Maksudnya adalah, apakah pengerahan sinkang yang
mengisolasi sebuah lokasi tertentu dan menyerap semua energi di kisaran yang diisolasi dan kemudian dengan pengerahan energi Gelap Ngampar disatukan menjadi
sebuah kekuatan dahsyat akan sanggup dikuasainya
dalam landasan ilmu mujijat ciptaan gurunya itu.
Kekuatan itu dapat dilontarkan ke sasaran khusus yang bisa dipilih satu dari sekian banyak orang berkerumun, tetapi juga bisa dikerahkan untuk menyerang lokasi atau sasaran yang banyak secara serentak.
Sejauh ini, Ceng Liong sudah menguasai secara
sempurna lontaran energi dan tenaga berlimpah lewat ilmu mujijatnya itu. Tetapi, beberapa waktu belakangan dia merasa tertarik untuk memeriksa kemungkinan yang dibuka oleh Kolomoto Ti Lou itu. Dia yakin tokoh sebesar Kolomoto Ti Lou tidaklah membual dan dia yakin akan terbukanya kemungkinan itu meski baru tersamar
disampaikan gurunya dahulu.
Konon, ilmu mujijat gurunya dan kakek Kiong Siang
Han memiliki kemampuan dan kapasitas di tingkat kedua dan sebagian tingkat ketiga ilmu rahasia Kolomoto Ti Lou. Ini dikarenakan adanya unsur penyembuh dalam
ilmu dan sinkang keluarga Lembah Pualam Hijau. Dan
tingkatan Ceng Liong saat ini, sudah akan mudah
TIRAIKASIH WEBSITE HTTP://KANGZUSI.COM/
mencapai tingkatan kedua. Itulah sebabnya sekali lagi Ceng Liong memeriksa ilmunya.
Apalagi ketika dia melihat Wisanggeni memamerkan
secara tidak sengaja tingkat kedua yang penguasaannya masih mentah dan bagaimana Nenggala menghadapinya
dengan pengetahuan yang sangat detail atas ilmu lawan.
Episode Wisanggeni memainkan Deo Mone Woro Mone
Penynyi (Dewa Menguasai Langit dan Bumi) dalam tahap atau tingkat kedua yang disebut Dewa Mengatur Alam
(Deo Rai Mengao) dan Nenggala yang menghadapinya
dengan Hawa Sakti Pedang Terbang banyak memberi
inspirasi baru bagi Ceng Liong. Dia banyak melihat
kemungkinan baru dari rancangannya.
Kekuatan Tangan Awan Putihnya, seharusnya mampu
dikonsentrasikan untuk mengontrol energy di lingkungan yang bisa dijangkau, dan lingkungan itu diisolasi guna menyerap energi yang jauh lebih besar lagi. Energi itu, kemudian akan disatukan lewat kekuatan Ajian Gelap
Ngampar (sejenis Sai Cu Ho Kang dari Siauw Lim Sie), atau kekuatan suaranya. Dan kekuatan berlimpah itu
yang kemudian harus dikontrolnya sedemikian rupa
dengan kekuatan iweekangnya.
Nantinya kekuatan itu akan dapat diarahkan kepada
lawan tertentu ataupun bahkan lawan yang jauh lebih banyak. Itulah sebabnya Kolomoto Ti Lou menyebut
jurus itu "Dewa Mengatur Alam". Dan tanpa sengaja,
Ceng Liong telah melangkah setindak lebih maju dalam penguasaan ilmunya.
TIRAIKASIH WEBSITE HTTP://KANGZUSI.COM/
Jika sebelumnya dia hanya mencerna dan menguasai
lontaran tenaga mujijat dari ilmu tersebut, kini dia sudah memiliki panduan dan teori bagaimana menyusun dan
menata tenaga dan energi di luar dirinya untuk
menambah daya dorong tenaga ke arah lawannya.
Pengetahuan dan pemahaman inilah yang membuat
Ceng Liong menjadi lebih percaya diri dalam memasuki babak terakhir pertarungan dengan Thian Liong Pang.
Penguasaan ilmu ini oleh Ceng Liong kelak semakin lama menjadi bertambah sempurna dan meyakinkan.
Sementara itu, Pangcu Thian Liong Pang sendiri
menyusun strategi baru untuk melawan Ceng Liong.
Nampak sekali jika Pangcu Thian Liong Pang dalam posisi
"sulit", meskipun terlampau sedikit orang yang mengerti mengapa. Adalah Kiang Cun Le dan Liong-i-Sin Nie yang justru menatap tegang, tak salah lagi, keduanya adalah sedikit dari mereka yang mengenal kedua orang yang
sebentar lagi akan saling bentrok itu. Bahkan Kakek Cun Le sempat berbisik kepada Liong-i-Sin Nie dengan suara tertahan:
"Sungguh sulit menerka siapa yang akan menang.
Tapi, apakah dia orang ...?"" dan suara Kiang Cun Le tertahan. Hanya, meski demikian, Liong-i-Sin Nie
manggut-manggut, dan jelas sekali jika dia mengerti kalimat menggantung apa yang sebetulnya ingin
dikemukakan Kiang Cun Le. Dan kedua orang tua sakti itu kemudian kembali tenggelam dalam ketegangan
mereka sambil memandang ke arena pertarungan.
Sementara itu Pangcu Thian Liong Pang sudah terlihat mengeraskan dirinya dan kembali nampak memiliki
TIRAIKASIH WEBSITE HTTP://KANGZUSI.COM/
keyakinan kokoh bagi kemenangannya. Meski keadaan
"groginya" memandang Medali Naga Hijau tak
tersembunyikan. Meski demikian jelas dia berkeyakinan dengan bekal ilmunya untuk melawan Kiang Ceng Liong.
Kedua orang yang sama berkeyakinan atas bekal ilmu
silatnya kini bersiap-siap memasuki babak pamungkas.
Maka ketika menyerang kembali Pangcu Thian Liong
Pang sudah langsung menyerang dengan kombinasi
pukulan dan ilmu berat Thian-ki-te-ling Sin Ciang
(Pukulan bumi sakti rahasia alam) yang
dikombinasikannya dengan Tan Ci Kong Im (Jari Sakti Hawa Dingin). Sebetulnya kedua ilmu ini sudah terhitung langka, tetapi sanggup digubah kembali oleh Pangcu
Thian Liong Pang dan menjadi andalan tokoh-tokoh
Thian Liong Pang, yakni Majikan Kerudung Putih dan
Hitam, Hu Pangcu Pertama dan dirinya sendiri.
Hanya saja, penguasaan atas ilmu ini oleh sang
pangcu jauh melampaui tokoh-tokoh lainnya. Karena
memang tokoh ini selain sangat berbakat, juga gemar menggubah dan menciptakan ilmu-ilmu aneh yang
ampuh dari berbagai penelitiannya atas ilmu ilmu silat di Tionggoan. Bahkan juga dengan menimba pengajaran
dari tokoh-tokoh Thian Tok lainnya.
Sementara Ceng Liong memanfaatkan pertempuran
awal itu untuk melatih isolasi area tertentu dan upaya menyerap energi dari daerah yang diisolasi. Karena itu, dia menggunakan Giok Ceng Chap Ca Sin Kun dan
beberapa kali melakukan percobaan "isolasi dan
penyerapan energi". Akibatnya, dia menjadi terdesak karena beberapa kali upayanya mengalami kegagalan,
TIRAIKASIH WEBSITE HTTP://KANGZUSI.COM/
terutama upayanya untuk menyerap dan menyatukan
energi yang diserap.
Apalagi, karena lawan telah menyerangnya dengan
kekuatan pukulan dan kekuatan sentilan jari yang sangat ampuh dan mengerikan. Meski demikian, Ceng Liong
tidaklah jera, karena memang dia telah memiliki
keyakinan atas formula yang dipikirkan dan dirancangnya sejak beberapa waktu terakhir setelah percakapan
dengan Kolomoto Ti Lou. Selain itu, dia memang
membutuhkan energi pukulan yang besar untuk menjadi bahan latihannya. Selain itu, dia juga butuh energi benda tak bergerak lainnya guna diserap dan dikumpulkan
menyatu dengan energi atau tenaga yang dimilikinya.
Karena itulah dalam tahap-tahap awal pertempuran
pada babak terakhir, Ceng Liong nampak seperti sangat terdesak. Hal ini awalnya membuat Pangcu Thian Liong Pang menjadi sangat heran. "Mengapa daya terjang Duta Agung sekali ini justru berbeda jauh dengan pertempuran sebelumnya?" Pikir Pangcu Thian Liong Pang. Tetapi
kecerdasan dan kejelian Pangcu Thian Liong Pang
memang mengagumkan. Dalam waktu singkat dia
mampu menelisik jika Ceng Liong sedang membiarkan
dirinya terserang untuk mendalami sebuah strategi baru.
Benar, awalnya sang pangcu masih belum mampu
secara cepat dan tepat melihat apa yang sedang
dirancang oleh Ceng Liong. Tetapi, melihat secara
perlahan Ceng Liong sanggup memperbaiki diri dan
ketersendatannya lama kelamaan dapat teratasi secara baik, maka dia jadi mengerti apa yang sedang dilakukan Ceng Liong. Melakukan sesuatu yang juga sebetulnya
TIRAIKASIH WEBSITE HTTP://KANGZUSI.COM/
sudah dikuasainya, dan hal ini membuatnya berdebar
tegang. Hal yang sama dialami dan dirasakan Kiang Cun Le
dan Liong-i-Sin Nie beserta para tokoh pendekar lainnya.
Mereka heran dan bertanya-tanya dalam hati, ada apa dengan daya tempur Ceng Liong yang demikian tajam
merosotnya" Ceng Liong seakan membiarkan dirinya
terdesak sampai sekian lama. Kecuali Kiang Cun Le dan Liong-i-Sin Nie yang telah sangat mengenal Kiang Ceng Liong, tokoh-tokoh lain menjadi gelisah.
Ketikapun menggunakan Soan Hong Sin Ciang dan
Toa Hong Kiam Hoat yang dikombinasikan, Ceng Liong
tetap tidak sanggup menandingi pukulan-pukulan lawan yang semakin membahana. Untungnya Ceng Liong
sendiri semakin lama semakin gembira dan sekaligus
heran. Dia gembira karena dia semakin mampu
mengisolasi area tertentu dan mulai berhasil menyerap tenaga lawan untuk kemudian dikombinasikan dengan
tenaganya guna dikembalikan menyerang lawan. Dan
kekuatan tenaga yang dikembalikannya telah menjadi
berlipat ganda karena dikombinasikan dengan kekuatan dirinya sendiri serta energi benda disekitar lokasi yang diisolasinya.
Tetapi, pada saat bersamaan Ceng Liong juga heran,
mengapa lawan seolah memberinya kesempatan
"memasak" ilmunya dan seakan mengerti apa yang
sedang dikerjakannya. Dan kesempatan itulah yang
membuat Ceng Liong perlahan-lahan memahami dan
bahkan meningkatkan kemampuannya yang semakin
lama semakin mujijat.
TIRAIKASIH WEBSITE HTTP://KANGZUSI.COM/
Tetapi Pangcu Thian Liong Pang sendiri nampaknya
semakin kagum melihat Ceng Liong telah mampu
merubah posisinya dari keterdesakan kini mulai
mengimbanginya. Sejak awal dia memang mulai curiga, apalagi karena tadinya berkali-kali dia melihat Ceng Liong seperti sedang berpikir keras, seperti sedang berusaha memecahkan sebuah rahasia dan karenanya selalu
terdesak. Dan kini terasa benar jika kini lontaran
kekuatannya telah sanggup dikembalikan Ceng Liong
dengan berlipat ganda kekuatannya.


Kisah Para Naga Di Pusaran Badai 2 Karya Marshall di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Pada titik itu, Pangcu Thian Liong Pang kembali
melakukan sesuatu yang membuat semua orang menjadi
terkejut. Bukan hanya penonton yang kaget dan
tersentak, tetapi bahkan Ceng Liong sendiripun tersentak melihat ternyata Pangcu Thian Liong Pang ini masih
menyimpan kehebatan yang tidak terduga siapapun.
Karena dia juga mampu melakukan sebagaimana baru
saja Ceng Liong melatih dan meningkatkan kekuatannya.
Yakni menyerap dan mengumpulkan kekuatan untuk
dikembalikan kepada lawan. Benar-benar pertarungan
yang luar biasa.
Kali ini terjadi pertarungan dengan lambaran ilmu
yang luar biasa mujijatnya, hanya saja dilakukan dengan dorongan dua jenis ilmu berbeda: Ceng Liong nampak
mengerahkan tenaganya melalui Pek Hong Cao-yang-sut Sin Ciang (Tangan Sakti Awan Putih Memanggil Matahari) dan tiba-tiba berteriak:
"Harrggggggggggggggggggggggghhhhh" dan lontaran
pukulan Ceng Liong menyusul kemudian. Bila dalam
percobaan pertama dan kedua Ceng Liong masih gagal
dan bahkan serangannya bisa ditepis dan dikembalikan TIRAIKASIH WEBSITE HTTP://KANGZUSI.COM/
pangcu Thian Liong Pang dan mendesaknya, maka
percobaan ketiga mengejutkan.
Mengejutkan bagi Ceng Liong dan membuatnya
tersenyum, dan mengejutkan bagi Pangcu Thian Liong
Pang karena kini, tiba-tiba energi serangan Ceng Liong sudah dua kali lipat, atau malah lebih dari tenaga yang di lontarkannya kepada Ceng Liong. Tetapi, yang lebih
mengejutkan lagi bagi semua, karena dengan ilmu
berbeda, Thian-ki-te-ling Sin Ciang (Pukulan bumi sakti rahasia alam), Pangcu Thian Liong Pang melakukan hal serupa: Yakni mengumpulkan dan menyerap energi
untuk dikembalikan kepada lawan, dan terdengarlah
lengkingan suaranya
?"Harrggggggggggggggggggggggghhhhh".
Yang luar biasa adalah, kini arena pertarungan
keduanya dipagari oleh kuat dan ketatnya awan putih yang semakin lama semakin menebal. Jauh lebih pekat dan tebal dibandingkan pertarungan sebelumnya. Dan
pada saat itu, perlahan-lahan semakin berkurang tokoh-tokoh yang sanggup mengikuti pertarungan kedua orang sakti itu. Bahkan tokoh-tokoh sekelas Sian Eng Cu dan Pengemis Tawa Gilapun perlahan mulai memudar
jangkauan penglihatannya. Sedangkan tokoh-tokoh muda kawan-kawan Ceng Liong harus berkonsentrasi penuh
dengan kekuatan dalam dan kekuatan batin baru dapat secara jelas mengikuti pertarungan itu. Sejauh ini, tinggal Kiang Cun Le dan Liong-i-Sin Nie yang masih leluasa mengikuti pertarungan itu. Tetapi, keduanya sudah
sangat tegang dan gelisah dengan kondisi pertempuran.
TIRAIKASIH WEBSITE HTTP://KANGZUSI.COM/
"Tak dinyana keduanya telah menapak ilmu itu
sedemikian jauhnya" desis Kiang Cun Le dan
berpandangan dengan Liong-i-Sin Nie yang juga sama
tegang, gelisah berbareng takjub.
"Keduanya memang manusia-manusia berbakat ajaib"
terdengar selentingan suara yang sangat dikenal dan akrab dengan Kiang Cun Le dan Liong-i-Sin Nie yang
dengan berbarengan segera mendesis:
"Kong-kong" ........ tetapi meski memandang kekiri
maupun kekanan, keduanya tidak menemukan siapapun.
Dan keduanya segera maklum, jika ditempat tersebut
telah hadir tokoh gaib Tionggoan yang masih merupakan kakek mereka, Kiang Sin Liong. "Bukan tidak mungkin juga hadir tokoh gaib lainnya" pikir Kiang Cun Le
menebak-nebak. Tebakan yang bukan mustahil benar,
karena tidak pernah kakek mereka yang gaib itu
memuncukan diri jika bukan untuk urusan besar. Karena itu, bisa ditebak, telah hadir di sekitar arena itu tokoh-tokoh gaib lainnya yang seangkatan dengan kakeknya.
"Sungguh Liong Koko telah melonjak jauh
kemampuannya" Mei Lan nampak berkata penuh
kekaguman tak tersembunyikan. Dia memang tidak
pernah iri dan bahkan sebaliknya gembira dengan
kemajuan-kemajuan Ceng Liong.
"benar, sungguh luar biasa kemampuannya kini" tambah Giok Lian, yang diikuti oleh anggukan Kwi Song dan Tek Hoat yang kini telah dalam kondisi segar bugar seperti sedia kala.
TIRAIKASIH WEBSITE HTTP://KANGZUSI.COM/
Sementara itu, kondisi pertarungan dalam pusaran
badai awan putih pekat sudah semakin membahayakan.
Ceng Liong tidak mungkin lagi melepas ilmu lain, selain memaksimalkan pemahaman dan penguasaan
tertingginya atas Pek Hong Cao-yang-sut Sin Ciang
(Tangan Sakti Awan Putih Memanggil Matahari). Sama
seperti Pangcu Thian Liong Pang yang juga tak punya pilihan lain selain menggunakan puncak kekuatan dan penguasaannya atas Thian-ki-te-ling Sin Ciang (Pukulan bumi sakti rahasia alam). Hanya saja, jika pertarungan dilanjutkan, maka kematangan penguasaan tenaga
dalam yang akan menentukan kemenangan, meski
demikian kedua pihak pasti terluka sangat berat.
Meski arena pertarungan sangat seru dan
membahayakan, tetapi arena di luar pagar awan putih pekat tidak lagi mengalami guncangan ataupun efek dari benturan antara kedua kekuatan raksasa yang kini
terisolasi pagar awan putih tersebut. Itulah sebabnya, sebagian besar penonton kini menarik nafas lega, meski dengan penuh takjub melihat kondisi arena yang tak bisa lagi mereka ikuti pertempurannya. Sejauh ini, tinggal beberapa orang saja yang masih mengikuti dengan
penuh rasa tegang.
Dalam posisi sangat berbahaya dan kemungkinan
mengalami luka parah akibat akumulasi kekuatan yang saling libas dan saling dilontarkan setelah diserap dan dikombinasikan dengan kekuatan dalam arena, Ceng
Liong dan nampaknya juga Pangcu Thian Liong Pang
sadar bahaya. Tetapi, keduanya sudah tidak lagi mampu keluar dari libatan kekuatan yang kini terakumulasi dan mengurung mereka dalam lingkaran awan putih yang
TIRAIKASIH WEBSITE HTTP://KANGZUSI.COM/
mereka ciptakan berdua. Tak disangsikan, jika
berlangsung terus, maka keduanya akan mengalami luka dalam yang sangat parah, dan dengan terpaksa
keduanya berusaha mengendalikan arus tenaga yang
dibolak-balikkan antara mereka berdua.
Hanya saja, dalam posisi yang biasanya berbahaya,
orang-orang dengan kemampuan "berbeda" biasanya
menemukan jalannya sendiri. Terutama, jika orang
bersangkutan memang memiliki kecerdasan, ketenangan dan keuletan untuk menemukan jalan itu. Dan kebetulan, Ceng Liong memiliki potensi tersebut. Seperti halnya Pangcu Thian Liong Pang yang juga memiliki potensi
serupa. Bedanya ialah, jika Ceng Liong masih memiliki kebisaan yang selama ini masih belum pernah dicobanya, maka Pangcu Thian Liong Pang sudah terpantek dalam
posisi stagnan. Semua telah dicoba dan dikeluarkannya.
Dalam kondisi awut-awutan dan berbahaya bagi lawan
dan dirinya, Ceng Liong akhirnya tiba dalam batas
dimana dia harus melakukan sesuatu. Ya, dia tiba-tiba teringat dengan ucapan Kolomoto Ti Lou dan Gurunya, Kiang Sin Liong, yang membuka rahasia kemungkinan
menggunakan tatap mata sebagai senjata mematikan.
"Engkau memiliki kemampuan itu" pesan gurunya. Dan
Kolomoto Ti Lou menegaskan "jika dalam Gelap Ngampar aku ditakdirkan menguasainya dengan sempurna tanpa
tanding karena rahasia alam, maka dalam Tatapan Naga Sakti, engkau ditakdirkan menguasainya secara
sempurna juga karena keajaiban alam".
Dan, Ceng Liong tidak menunggu terlampau lama lagi.
Pada saat-saat terakhir, ketika dia sudah sangat kesulitan TIRAIKASIH WEBSITE HTTP://KANGZUSI.COM/
menahan untuk kesekian kalinya lontaran akumulasi
kekuatan keduanya, Ceng Liong telah menghimpun
kekuatan Tatapan Naga Sakti guna melontarkan Tan Cit Pa Siat (Telunjuk sakti menotok jalan darah). Jika Tan Cit Pa Siat (Telunjuk sakti menotok jalan darah)
menggunakan "jari" dan gampang ditebak, maka
Tatapan Naga Sakti dengan jurus Tan Ci Pa Siat justru istimewa karena tak terduga dan langsung menyerang
jalan darah yang disasar oleh tatapan mata Ceng Liong.
Dan itulah yang terjadi. Pada saat-saat Pangcu Thian Liong Pang menahan dan akan melepas serangan
terakhir, Ceng Liong telah memilih moment tepat itu.
Yakni ketika akumulasi kekuatan itu coba dikombinasikan Pangcu Thian Liong Pang untuk menyerang, dalam
hitungan sepersekian detik, dia telah menyerang dua jalan darah penting di kedua lengan Pangcu Thian Liong Pang. Dan dalam waktu sekejab, sepasang sinar tajam bagaikan pijaran cajaya kilat menerjang lengan-lengan Pangcu Thian Liong Pang.
Sangat beruntung, sebagian tenaga akumulasi itu
telah bisa dilepaskannya, tetapi sisanya tetap membentur dirinya sendiri ketika kekuatan tangannya hilang tiba-tiba. Dan bersamaan dengan hilangnya kekuatan
tangannya, buyar jugalah awan putih penyanggah di
belakangnya, dan dengan telak tubuhnya terhajar ke
belakang, terguling-guling keluar dari lingkaran awan putih pekat yang masih membungkus tubuh Ceng Liong.
"Bressssssssssssssssss" tubuh tinggi besar Pangcu
Thian Liong Pangpun terpukul jatuh dan bergulingan di tanah dengan sepasang lengan yang tak sanggup
TIRAIKASIH WEBSITE HTTP://KANGZUSI.COM/
dipergunakannya untuk menyalurkan tenaga dalamnya.
Tubuh itupun terbaring di tanah, dan tidak nampak ada usahanya untuk bangkit berdiri.
Sementara itu, ketika tubuh Pangcu Thian Liong Pang terlontar keluar arena awan putih itu, secara perlahan tubuh Ceng Liongpun mulai nampak kembali oleh mata
telanjang. Sayangnya Ceng Liong sendiri nampaknya
terluka parah " nampak dari rembesan darah yang
mengalir di mulutnya, dan dia telah duduk bersila untuk mengatur kembali kondisi dalam tubuhnya yang terluka akibat sisa akumulai serangan yang dilontarkan Pangcu Thian Liong Pang. Jika sampai Ceng Liong bersila untuk penyembuhan, artinya diapun terluka parah. Sebab
kekuatan Giok Ceng Sinkang mampu melakukan
penyembuhan meski sedang berdiri, tetapi jika kondisi sangat parah, maka bisa dilakukan sambil bersemadhi.
Hal terlukanya Ceng Liong terjadi, karena ketika
melontarkan totokan Tatapan Naga Sakti, dia
melepaskannya dengan sebagian besar tenaga. Maka,
ketika dia berhasil, hanya sekejap waktu yang dimilikinya untuk menahan lontaran terakhir serangan pangcu Thian Liong Pang. Untung saja, sebagian besar tenaga serang itu tertahan dan menyerang pangcu Thian Liong Pang
yang tertotok di pusat penyaluran tenaganya. Jika tidak, maka keselamatan Ceng Liongpun akan sangat sulit
terjamin. Sementara itu, kehebohan segera terjadi ketika tubuh Pangcu Thian Liong Pang terbaring dan kerudungnya
hancur ketika terguling-guling dan terbaring di tanah akibat serangan terakhir Ceng Liong. Karena pada saat TIRAIKASIH WEBSITE HTTP://KANGZUSI.COM/
itu, beberapa tokoh tua dari Siauw Lim Sie, Bu Tong Pay dan Kay Pang menjerit begitu melihat siapa orang dibalik kerudung itu.
"Astaga ........ dia?"?"?"?"
"Mana bisa demikian .....?"?""
Banyak tokoh tua yang terkejut setengah mati melihat tokoh utama Thian Liong Pang ternyata adalah tokoh
yang mereka kenal dengan baik di masa lalu.
Mereka memang terkejut dengan betapa luar biasa
dan mujijatnya pertarungan yang telah dimenangkan
Kiang Ceng Liong, tetapi jauh lebih mengejutkan lagi begitu mengetahui siapa sebenarnya Pangcu Thian Liong Pang yang selama ini menimbulkan keonaran luar biasa.
Otomatis pandangan mereka alihkan kepada Liong-i-Sin Nie yang hanya bergumam dan dengan ucapan "siancay, siancay", sementara Kiang Cun Le dengan wajah guram, senyum tidak senyum, pahit tidak pahit menggeleng-gelengkan kepala melihat akhir pertempuran itu.
Pertempuran yang melelahkan memang telah berakhir,
tetapi ketegangan sama sekali belum berlalu. Kali ini ketegangan terjadi diantara kelompok para pendekar.
Terutama karena ternyata Pangcu Thian Liong Pang
adalah seorang tokoh yang dikenal berasal dari Lembah Pualam Hijau. Seorang tokoh berbakat besar dan sangat terkenal pada masa lalu, Kiang Tek Hong yang adalah calon Duta Agung Lembah Pualam Hijau. Tetapi tokoh
hebat berbakat besar itu tiba-tiba kemudian raib dan lenyap dari rimba persilatan.
TIRAIKASIH WEBSITE HTTP://KANGZUSI.COM/
Sungguh tak disangka, tiba-tiba puluhan tahun
kemudian tokoh tersebut muncul kembali di rimba
persilatan dengan menjadi Pangcu Thian Liong Pang,
menjadi musuh bersama kaum pendekar. Sungguh
kenyataan yang sulit diterima akal, tetapi sedang
dihadapi bersama. Itulah sebabnya bahkan tokoh-tokoh utama dari Bu Tong Pay, Siauw Lim Sie dan Kay Pang
tidak sanggup mengatakan apa-apa dan hanya
menujukan pandangan mata ke arah Kiang Cun Le dan
Liong-i-Sin Nie. Kondisi menjadi tidak enak.
Sementara itu keluarga Lembah Pualam Hijau, masing-
masing Kiang Hong dan Tan Bi hiong suami-istri, Topeng Setan, Barisan 6 Pedang telah bergabung dengan Kiang Cun Le dan Liong-i-Sin Nie. Bahkan Barisan 6 Pedang sudah secara otomatis mengelilingi dan melindungi Duta Agung Kiang Ceng Liong. Sementara itu, untuk
meredakan keadaan yang semakin tidak mengenakkan,
Kiang Cun Le akhirnya berkata mewakili keluarganya:
"Cuwi sekalian, berkenanlah kiranya kita menunggu
sebentar. Hal ini hanya bisa diputuskan oleh Duta Agung Lembah Pualam Hijau" ujarnya sambil melirik kearah
Kiang Ceng Liong yang kini sudah dalam perlindungan Barisan 6 Pedang dan keadaannya nampak sudah jauh
membaik. Ceng Liong sendiri, setelah melakukan
samadhi dan memusatkan kekuatannya, tidak berapa
lama sudah mulai mampu menyembuhkan dirinya.
Kekuatan Giok Ceng Sinkang yang ajaib memang pada
kemampuannya menyembuhkan diri sendiri. Luka
separah apapun, selagi masih mampu mengumpulkan
sinkang di tantian, akan mampu menyembuhkan diri
dalam waktu cepat. Dalam tingkat tertingginya,
TIRAIKASIH WEBSITE HTTP://KANGZUSI.COM/
penyembuhan bahkan dapat dilakukan dalam waktu yang lebih cepat lagi, tergantung parah tidaknya luka dalam.
Kali ini, Ceng Liong butuh sedikit lebih lama karena memang terluka cukup parah. Karena ketika menerima
lontaran akumulasi energi berdua dengan Pangcu Thian Liong Pang, dia hanya punya sepersekian detik untuk melindungi dirinya. Untungnya dia menguasai Sinkang Giok Ceng dan telah mampu membentuk hawa khikang
pelindung badan. Kedua faktor inilah yang membuat
Ceng Liong tidak sampai binasa oleh gempuran
kombinasi energi yang terkumpul bersama Pangcu Thian Liong Pang.
Dan kini, secara perlahan Kiang Ceng Liong mulai
membuyarkan hawa sakti yang menghasilkan hawa
kehijauan gemilang bercahaya mengelilingi tubuhnya. Ini adalah ciri khas penguasa sinkang tersebut yang telah mencapai tingkat kesempurnaannya. Dan beberapa saat kemudian, anak muda itu telah meloncat bangun.
Setelah melihat dirinya dalam lindungan Barisan 6
Pedang, diapun menarik nafas lega, dan beberapa saat kemudian dia memandang ayah ibunya dan segera
menemui mereka dan memberi hormat:
"Ayah .... Ibu ....."
Hanya beberapa saat Bi Hiong menggapai anak itu.
Betapapun kasih sayang anak dengan orang tua memang erat terikat, meskipun untuk waktu yang panjang dengan sangat terpaksa mereka berpisahan oleh tuntutan dunia persilatan. Butuh waktu lebih 15 tahun baru kemudian mereka bisa bertemu kembali. Tetapi, setelah
TIRAIKASIH WEBSITE HTTP://KANGZUSI.COM/
bertemupun ada banyak hal yang harus dikerjakan oleh keluarga mereka, Lembah Pualam Hijau. Apalagi Kiang Hong ayahnya telah dengan cepat telah mendesaknya
dengan berkata:
"Liong-jie, ada urusan yang harus cepat engkau
kerjakan. Terimalah Pedang Naga Hijau ini, engkau akan membutuhkannya" ujar Kiang Hong sambil
mengangsurkan Pedang Naga Hijau ke tangan ceng
Liong. "Ayah, tapi ada kakek dan nenek Liong-i-Sin Nie disini"
tolak Ceng Liong halus
"Tetapi yang menjadi Duta Agung adalah engkau ....
selesaikan tugasmu" desak Kiang Hong, Duta Agung
Lembah Pualam Hijau sebelumnya.
Kiang Ceng Liong akhirnya memalingkan wajahnya.
Dan dia menjadi sangat kaget menyaksikan betapa
keluarganya berada di tengah arena dan sedang dalam sorotan kaum pendekar. Sementara sosok tubuh Pangcu Thian Liong Pang masih terbaring di tengah arena dan kini sudah dalam perlindungan Kiang Cun Le dan Liong-iSin Nie. Yang terlebih mengagetkan adalah, seluruh mata kini tertuju kearahnya, penuh pertanyaan, penuh
tuntutan. "Ada apa gerangan?" pikirnya penasaran.
Dan kepenasarannya tidak membutuhkan waktu lama
guna mengetahui penyebabnya. Adalah Sian Eng Cu dan TIRAIKASIH WEBSITE HTTP://KANGZUSI.COM/
Pengemis Tawa Gila yang menjadi pemimpin rombongan
pendekar yang datang mendekat dan kemudian berkata:
"Kionghi, kionghi Duta Agung. Engkau telah
memenangkan pertarungan pada babak terakhir ini.
Bagaimana pendapat Duta Agung menyelesaikan sisa
semua urusan di tempat ini?" Pengemis Tawa Gila yang bertanya lebih dahulu.
"Sebagaimana perjanjian, semestinya Thian Liong
Pang dibubarkan. Selebihnya, urusan yang lain adalah kewajiban jiwi-locianpwe untuk menyelesaikannya" jawab Ceng Liong.
"Hmmm, memang harus demikian" Sian Eng Cu
berkomentar, tidak seakrab sebelum-sebelumnya
memang. Dan ini membuat Ceng Liong menjadi heran,
meski masih belum mengerti benar apa sebabnya.
"Suheng, para pentolan Thian Liong Pang tiba-tiba
sudah menghilang" Mei Lan menyela tiba-tiba
melaporkan perkembangan terakhir kepada Sian Eng Cu.
"Apa benar demikian?" tanya Sian Eng Cu
"Dalam kekisruhan dan ketegangan tadi, nampaknya
para tokoh mereka telah menyelinap diam-diam. Selain Pangcu Thian Liong Pang ini, tokoh sisanya telah tidak kelihatan lagi. Bahkan termasuk juga Nenek Gayatri dan Kakek Mahendra" tegas Mei Lan.
Memang benar, ketika Sian Eng Cu memalingkan
wajahnya, dia tidak lagi menemukan Hu Pangcu Pertama, TIRAIKASIH WEBSITE HTTP://KANGZUSI.COM/
para Hu Hohoat Thian Liong Pang, Kakek Mahendra dan Nenek Gayatri. Boleh dibilang, semua tokoh-tokoh Thian Liong Pang yang tersisa sudah pada melenyapkan diri.
"Aneh, bukankah jalan belakang terhalang oleh
bangunan dan sungai" Hmmm, nampaknya mereka
melenyapkan diri melalui bangunan-bangunan tersebut"
desis Sian Eng Cu dalam hatinya.
"Jika demikian, biarkanlah mereka untuk sementara.
Toch Pangcu Thian Liong Pang masih berada dalam
kekuasaan kita. Kita mesti menyelesaikan beberapa
persoalan terlebih dahulu" akhirnya Sian Eng Cu berakata sambil kemudian kembali menghadapi Kiang Ceng Liong yang masih penasaran.
"Duta Agung ...." Sian Eng Cu kembali menyapa Kiang Ceng Liong yang memang sejak tadi menanti apa yang
ingin disampaikan Sian Eng Cu dan Pengemis Tawa Gila kepadanya.
"Kami semua, bukan hanya lohu dan Pengemis Tawa
Gila, tetapi seluruh kaum pendekar, baik dari Siauw Lim Sie, Kaypang, Butong Pay, Kun Lun Pay, Thian San Pay bahkan semua perguruan dan kaum pendekar menunggu
keputusan Duta Agung" tegas Sian Eng Cu.
"Apa yang mesti segera kuputuskan locianpwe?" tanya Ceng Liong, bingung.
"Semua orang telah mengenali dan mengetahui jika
ternyata Pangcu Thian Liong Pang tak lain dan tak bukan adalah salah seorang tokoh tua dari Lembah Pualam
TIRAIKASIH WEBSITE HTTP://KANGZUSI.COM/
Hijau, Kiang Tek Hong" kembali Sian Eng Cu
menegaskan. "Benarkah demikian" kali ini Ceng Liong yang kaget
bagaikan disambar geledek. Tetapi, meski bingung dan kaget, nalar Ceng Liong terus berjalan, dan sangat
mungkin hal tersebut memang benar. "Ach, sangat
mungkin jika demikian, aku sudah sejak lama curiga akan hal tersebut"
"Duta Agung boleh bertanya kepada Kiang Cun Le dan
Liong-i-Sin Nie" Pengemis Tawa Gila menambahkan. Dan seturut kalimat Pengemis Tawa Gila itu, Ceng Liong
sudah dengan cepat mengarahkan pandangan ke arah
kedua orang tua sakti yang baru saja Pengemis Tawa
Gila sebutkan namanya. Dan melihat keadaan Kiang Cun Le dan Liong-i-Sin Nie yang sedang memeriksa keadaan Pangcu Thian Liong Pang, jawabannya sudah jelas.
Dari gurunya, Ceng Liong memang pernah mendengar
adanya salah seorang tokoh hebat dari Lembah Pualam Hijau yang menjadi calon Duta Agung Lembah Pualam


Kisah Para Naga Di Pusaran Badai 2 Karya Marshall di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Hijau menghilang di masa mudanya. Padahal tokoh itu bahkan masih lebih berbakat dibandingkan kakeknya,
Kiang Cun Le. Naga-naganya, Pangcu Thian Liong Pang ini adalah tokoh Lembah Pualam Hijau, Kiang Tek Hong yang menghilang pada masa mudanya dahulu. Tokoh
berbakat besar, sangat pintar dan yang menjadi cucu tertua dari Kiang Sin Liong. Sayang tokoh ini tiba-tiba saja menghilang dan kedudukannya sebagai Duta Agung Lembah Pualam Hijau akhirnya diwarisi oleh Kiang Cun Le.
TIRAIKASIH WEBSITE HTTP://KANGZUSI.COM/
Ketika melihat fakta tersebut, yakni betapa peduli dan dekatnya hubungan Kiang Cun Le, Liong-i-Sin Nie dengan Pangcu Thian Liong Pang yang masih terbaring karena terluka parah, Ceng Liong sudah memastikan
hubungannya dengan pangcu Thian Liong Pang. Dan
ketika menyaksikan ekspresi wajah dari seluruh keluarga Lembah Pualam Hijau, Ceng Liong maklum belaka,
bahwa dia yang harus bertindak atas nama Lembah
Pualam Hijau. Apalagi, dirinya kini membekal Medali Naga Hijau dan Pedang Naga Hijau. Kedua benda itu adalah simbol
tertinggi di rimba persilatan, dimana semua orang tunduk dan menghormati Lembah Pualam Hijau yang
dilambangkan oleh kedua benda keramat itu. Dan itu
juga adalah lambang tertinggi yang harus dimiliki oleh Duta Agung Lembah yang resmi.
"Menurut jiwi-locianpwee, tindakan apalagikah yang
harus Lembah kami ambil sebagai pertanggungjawaban
atas kekisruhan ini?" akhirnya Ceng Liong bertanya untuk mengetahui apa yang diinginkan oleh para pendekar.
"Duta Agung, setidaknya Lembah Pualam hijau
menjelaskan mengapa bisa tiba-tiba muncul seorang
tokoh Lembah Pualam Hijau yang menjadi Pangcu Thian Liong Pang. Dan sesudahnya, kami meminta ketegasan
Duta Agung untuk menghukum orang yang
bertanggungjawab atas kekisruhan yang diakibatkan oleh Thian Liong Pang" adalah Pengemis Tawa Gila yang
menjawab, sementara Sian Eng Cu anehnya tidak lagi
nampak antusias mengejar pertanggungjawaban Lembah
Pualam Hijau dan kini lebih banyak berdiam diri.
TIRAIKASIH WEBSITE HTTP://KANGZUSI.COM/
"Benarkah hanya dua hal ini yang dibutuhkan oleh
semua kaum pendekar yang berkumpul disini?" tanya
Ceng Liong "Saudara Ceng Liong, Siauw Lim Sie memohon
dikembalikannya kitab pusaka yang dicuri dahulu itu" ada suara yang disampaikan lewat ilmu penyampai suara
jarak jauh, nampaknya dari Kwi Song. Dan jelas, Kwi Song tak ingin aib Siauw Lim Sie yang kehilangan kitab diumbar dihadapan umum. Dan sebagai jawabannya,
Ceng Liong mengangguk kearah Kwi Song yang memberi
senyum untuk mendukungnya.
"Bunuh pengganas Thian Liong Pang ....." tiba-tiba
terdengar suara dari kalangan pendekar, terutama
mereka yang banyak dirugikan dengan pertarungan
panjang mengejar Thian Liong Pang ini. Dan Ceng Liong maklum saja mendengar tuntutan itu, karena diapun
pernah mendapat perlakuan serupa pada saat awal
mengejar gerombolan Thian Liong Pang.
"Bunuh pengganas Thian Liong Pang ..." kembali
terdengar dukungan yang meminta Pangcu Thian Liong
Pang di eksekusi. Bahkan dukungan atas teriakan itu nampak memperoleh dukungan banyak orang dari
kalangan pendekar, dan kini mereka meneriakkan
berkali-kali dukungan untuk mengeksekusi Pangcu Thian Liong Pang. Ceng Liong menghadapi semuanya dengan
tenang, dan lagi diapun maklum atas tuntutan tersebut.
"Baiklah, ada dua permintaan kepada Lembah kami,
Lembah Pualam Hijau. Yang pertama menjelaskan
mengapa Pangcu Thian Liong Pang adalah tokoh Lembah TIRAIKASIH WEBSITE HTTP://KANGZUSI.COM/
Pualam Hijau, benar demikian locianpwee?" tanya Ceng Liong sambil memandang Pengemis Tawa Gila
"Memang demikian Duta Agung" jawab Pengemis
Tawa Gila "Baik, dan yang kedua permintaan agar Pangcu Thian
Liong pang ini dihukum oleh Lembah Pualam Hijau.
Benarkah demikian?"
"Tepat sekali ....." jawab Pengemis Tawa Gila
"Bukan, bunuh Pangcu Thian Liong Pang ...." kembali suara meminta Pangcu Thian Liong Pang dieksekusi
terdengar. Tetapi, ketika Ceng Liong memandang tajam kearah kerumunan orang yang meminta eksekusi itu,
suara-suara itu perlahan kemudian mereda dan diam.
"Untuk permintaan membunuh Pangcu Thian Liong
Pang, maafkan jika Lembah Pualam Hijau masih akan
mempertimbangkannya nanti" tegas Ceng Liong, dan
keputusannya itu diikuti oleh anggukan dari Kiang Cun Le dan Liong-i-Sin Nie.
"Tetapi dia menyebabkan banyak sekali kaum
pendekar terbunuh .." terdengar sanggahan dari
kelompok yang meminta eksekusi Pangcu Thian Liong
Pang. "Kami Lembah Pualam Hijau telah menegaskan, kami
akan mempertimbangkan lagi permintaan itu" Ceng Liong tegas sekali dengan jawabannya. Dan membuat semua
orang terdiam. Dan setelah tidak ada lagi suara-suara TIRAIKASIH WEBSITE HTTP://KANGZUSI.COM/
yang meminta pertanggungjawaban yang lain, akhirnya Ceng Liong kembali membuka suara:
"Untuk menjawab tuntutan pertama, ......." Ceng Liong memandang kearah Kiang Cun Le dan Liong-i-Sin Nie
sebelum melanjutkan, dan setelah Kiang Cun Le
menganggukkan kepala, dia melanjutkan ".... Kong-kong Kiang Cun Le akan menjelaskan kepada saudara-saudara"
Kiang Cun Le, bekas Duta Agung Lembah Pualam
Hijau, kakek yang sudah tua tetapi masih nampak
perkasa itu, kini melangkah maju mendampingi Kiang
Ceng Liong dan kemudian berkata:
"Cuwi sekalian, benar sekali, Pangcu Thian Liong Pang adalah toako kami, kakak tertua kami Kiang Tek Hong.
Pada lebih kurang 45 tahun silam, toako kami tersebut telah melakukan sebuah perkara yang tak dapat kami
sebutkan ditempat ini karena menjadi urusan dalam
Lembah Pualam Hijau. Yang jelas, akibatnya kedudukan Calon Duta Agung telah dibatalkan dan bahkan untuk
selanjutnya Kiang Tek Hong tidak diakui sebagai bagian keluarga Lembah Pualam Hijau. Dan sejak saat itulah, Kiang Tek Hong untuk selanjutnya menghilang dari dunia persilatan. Kemunculannya sebagai Pangcu Thian Liong Pang sungguh di luar persangkaan kami, meski akhir-akhir ini Lembah kami curiga dengan keterlibatan orang yang ada kaitannya dengan Lembah Pualam Hijau.
Mengapa dia menjadi Pangcu Thian Liong Pang, sungguh lohu sendiri tidak sanggup menjelaskannya, maafkan, maafkan"
TIRAIKASIH WEBSITE HTTP://KANGZUSI.COM/
"Hmmmm, apakah dengan demikian Lembah Pualam
Hijau akan mungkir dari pertanggungjawaban atas apa yang dilakukan oleh "bekas" tokohnya yang kini menjadi Pangcu Thian Liong Pang?" tanya seorang tokoh Kaypang yang memang agak berangasan.
"Saudara, yang pertama, Kiang Tek Hong sudah diusir dari pintu perguruan dan keluarganya sejak lebih 40
tahun lalu. Apa yang dilakukannya, semestinya sudah bukan tanggungjawab Lembah Pualam Hijau. Yang
kedua, dalam upaya ikut menanggulangi persoalan Thian Liong Pang, harap diingat adalah Duta Agung Lembah
Pualam Hijau yang menjatuhkan Pangcu Thian Liong
Pang" tangkis Kiang Cun Le dengan penuh kesabaran.
"Tetapi, siapakah yang tahu dan bisa menjadi saksi
bahwa benar Lembah Pualam Hijau telah mengusir Kiang Tek Hong dari pintu perguruannya sejak lebih 40 tahun lalu?" tanya seorang tokoh pendekar lainnya, Sim Kong Bu. Tokoh ini memang rada teliti, namun kejujurannya diakui banyak orang.
"Sayang sekali, selain urusan ini menjadi urusan dalam Lembah Pualam Hijau hingga tak mungkin kami beberkan keluar " seterusnya, jikapun ada yang bisa kami ajukan menjadi saksi, nyaris mustahil kami menghadirkan
mereka menjadi saksi untuk urusan tersebut" Kiang Cun Le menjawab dengan tetap sabar.
"Locianpwee, sebutkan saja siapa yang gerangan
mereka yang sekiranya dapat diajukan sebagai saksi
untuk urusan tersebut" Sim Kong Bu mengejar, tetapi tetap dengan sikap yang menghormat. Dia maklum
TIRAIKASIH WEBSITE HTTP://KANGZUSI.COM/
belaka dengan siapa dia sedang berhadapan pada saat itu.
"Hmmmm ....... " nampak Kiang Cun Le agak bimbang
menyebutkannya. Tetapi tiba-tiba terdengar jawaban dari mulut yang lain selagi Kiang Cin Le ragu:
"Siancay ... siancay, jika bukan karena Kian Ti
Hosiang, Wie Tiong Lan dan Kiong Siang Han locianpwee, kakek kami Kiang Sin Liong telah memunahkan ilmu silat Pangcu Thian Liong Pang ini atau bahkan membunuhnya pada saat itu" adalah Liong-i-Sin Nie yang kemudian menjawab.
"Aaaaacccccccccccchhhhhh" seruan kaget dari banyak
pihak mendengar betapa mereka yang menyaksikan
"drama internal" Lembah Pualam Hijau justru adalah
Manusia Dewa Tionggoan. Bisa ditebak, drama keluarga itu pastilah sangat luar biasa, sampai seorang Kiang Sin Liong yang terkenal ramah dan baik hatipun memutuskan untuk menghukum mati seorang cucunya.
"Tapi, bagaimana mungkin kita menghadirkan Manusia
Gaib Tionggoan itu sebagai saksi untuk urusan itu?"
tokoh Kaypang yang biasanya berangasan, Lay Jiu Hong kembali bertanya.
"Jika cuwi sekalian menghormati kami dari Lembah
Pualam Hijau, kami mohon kepercayaan saudara
sekalian, karena kejadian tersebut adalah urusan dalam keluarga Lembah kami" Kiang Cun Le menjawab tenang.
TIRAIKASIH WEBSITE HTTP://KANGZUSI.COM/
"Locianpwee, adalah sulit untuk menyimpulkannya.
Jika bukti tersebut tidak dikemukakan, sulit untuk
menolak anggapan selintas orang bahwa Lembah Pualam Hijau terlibat dalam peristiwa kelam ini" Sim Kong Bu kembali menyela mendukung ide Lay Jiu Hong.
Dan Kiang Cun Le bukannya kurang paham akan
masalah tersebut, persoalannya adalah: Pertama,
menghadirkan Wie Tiong Lan, satu-satunya saksi yang masih hidup, nyaris mustahil. Kedua, membeberkan aib Lembah Pualam Hijau atau alasan peristiwa
dikeluarkannya toakonya Kiang Tek Hong, juga tidaklah mungkin.
Sementara itu, kaum pendekar mulai ribut sendiri. Ada yang tidak meragukan Lembah Pualam Hijau, tetapi ada juga yang mencela mereka karena tidak sanggup
menghadirkan saksi. Suara-suara yang berseliweran itu menambah tegang dan menambah suasana
ketidakenakkan di kalangan para pendekar yang seakan lupa bahwa masalah Thian Liong Pang belum tuntas.
Sementara itu, Kiang Ceng Liong menjadi kecewa dengan pandangan banyak kaum pendekar yang seakan
meragukan kependekaran Lembah Pualam Hijau.
Tetapi, dalam kondisi yang mendekati kebuntuan dan
bahkan bisa menjadi ketegangan antara kaum pendekar, tiba-tiba Sian Eng Cu dan Mei Lan tampil ke depan.
Bahkan Sian Eng Cu kemudian berkata:
"Lohu bersama sumoy, Liang Mei Lan mendapat
perintah dari suhu kami yang mulia, Wie Tiong Lan,
bahwa beliau bersedia menjadi saksi dan membenarkan TIRAIKASIH WEBSITE HTTP://KANGZUSI.COM/
apa yang dikatakan oleh Kiang Cun Le. Melalui ilmu
penyampai suara, suhu memberi tahu bahwa karena Kian Ti Hosiang yang membujuk Kiang Sin Liong, maka
akhirnya Kiang Sin Liong membatalkan keputusan
membunuh atau memunahkan ilmu silat Kiang Tek Hong.
Dan atas bantuan Kian Ti Hosiang, akhirnya Kiang Siong Tek adik Kiang Tek Hong memohon menjadi murid
Budha Kian Ti Hosiang, dan sampai sekarang Kiang Siong Tek masih bertapa dan menjadi murid Siauw Lim Sie.
Siauw Lim Sie Ciangbunjin dapat menerangkan peristiwa ini jika mungkin"
Kali ini semua mata mengarah ke Ciangbujin Siauw
Lim Sie untuk memastikan apa yang disampaikan Sian
Eng Cu. Memang, sebagaimana penyampaian Sian Eng
Cu tadi, beberapa saat sebelumnya dia memperoleh
bisikan dengan suara yang sangat dikenalnya yang
menjelaskan bagaimana proses kejadian diusirnya Kiang Tek Hong dari Lembah Pualam Hijau. Suara itu, adalah suara Pek Sim Siansu Wie Tiong Lan, yang seterusnya meminta muridnya itu maju bersaksi atas nama dirinya.
Sementara itu, Ciangbunjin Siauw Lim Sie akhirnya
berkata: "Berdasarkan informasi yang juga diturunkan kepada
puncho, maka memang benar. Masuknya Kiang Sioang
Tek menjadi murid Budha Siauw Lim Sie berkaitan
dengan sebuah peristiwa hebat dalam keluarga Lembah Pualam Hijau. Hanya apa peristiwa itu, tidaklah pernah disebut-sebut. Hanya itu saja yang puncho pahami"
TIRAIKASIH WEBSITE HTTP://KANGZUSI.COM/
Melihat suasana yang akan meningkat menjadi
ketegangan yang tak menguntungkan bagi kelompok
Pendekar, maka Pengemis Tawa Gila sadar jika
kesimpulan harus segera diambil. Maka diapun berkata:
"Cuwi sekalian, kita harus menghargai kesaksian yang diberikan oleh Wie Tiong Lan Pek Sim Siansu yang mulia melalui murid-muridnya. Kitapun mesti menghargai
keterangan Siauw Lim Sie Ciangbunjin yang
membenarkan meski masih kurang terperinci. Tetapi,
bisa disimpulkan bahwa memang Kiang Tek Hong telah
diusir dari perguruannya pada puluhan tahun
sebelumnya. Baiklah kita tidak usah bertengkar lagi untuk memperdebatkan urusan tersebut. Bagimana
pandangan cuwi sekalian?"
Mendengar bahwa Kaypang melalui Pengemis Tawa
Gila telah menyatakan kesimpulannya, sementara Bu
Tong Pay melalui Sian Eng Cu Tayhiap dan Siauw Lim Sie juga telah bersikap, maka tidak ada lagi pihak yang berani mati menentang dan menuntut pihak Lembah
Pualam Hijau. Hampir semua kemudian menyatakan
persetujuannya. Dan setelah kesepakatan itu diambil, maka Pengemis Tawa Gila pada akhirnya mengajukan
tuntutan yang terakhir:
"Duta Agung, persoalan pertama nampaknya sudah
selesai. Tetapi, karena betapapun Pangcu Thian Liong Pang adalah bagian dari keluarga Lembah Pualam hijau meski sudah terusir, maka kami persilahkan Lembah
Pualam Hijau yang memutuskan hukuman bagi orang itu"
berkata Pengemis Tawa Gila sambil menunjuk kearah
Pangcu Thian Liong Pang.
TIRAIKASIH WEBSITE HTTP://KANGZUSI.COM/
Kembali Ceng Liong yang menjadi pusat perhatian.
Betapapun semua orang kini menantikan apa yang akan dilakukan oleh Kiang Ceng Liong sebagai Duta Agung
Lembah Pualam Hijau. Yang tidak dimengerti banyak
orang adalah, di dalam benak Kiang Ceng Liong sendiri, keputusan sebetulnya sudah ada sejak beberapa waktu sebelumnya. Karena itu, Ceng Liong tidak nampak
gamang. Apalagi karena dia telah menerima "ranting rongga
pualam hijau" (lihat kisah ini di Bagian II Episode 19) dan paham bahwa Thio Su Kiat dan Majikan Kerudung Putih (kini menjadi Duta Luar Lembah Pualam Hijau, Kiang Li Hwa) telah lama disiapkan Kiang Tek Hong untuk
membantu pergerakan Lembah Pualam Hijau
menghadapi Thian Liong Pang. Bahkan, melalui pesan
dalam "Ranting Rongga" tersebut, Ceng Liong telah
menugaskan Thio Su Kiat atas nama gurunya untuk
mengembalikan kitab yang dicuri dari Siauw Lim Sie
lewat paman Kakeknya Kiang Siong Tek yang sedang
bertapa dengan menjadi murid Siauw Lim Sie.
Beberapa saat kemudian, Ceng Liong nampak
berpaling ke arah Pangcu Thian Liong Pang yang masih terbaring. Dan, sama dengan Kiang Cun Le dan Liong-i-Sinni, diapun mengernyitkan kening melihat kondisi dan keadaan Pangcu Thian Liong Pang. Bergegas dia berjalan mendekati Pangcu Thian Liong Pang, tetapi bersamaan dengan itu, tiba-tiba:
"Duta Agung, tahan serangan"
TIRAIKASIH WEBSITE HTTP://KANGZUSI.COM/
Suara itu sangat dikenal oleh Ceng Liong, siapa lagi jika bukan Majikan Kerudung Putih yang belakangan
ternyata adalah Kiang Li Hwa dan telah bergabung
kembali dengan Lembah Pualam Hijau. Gadis cantik itu sekarang sudah dalam dandanan sebagai Duta Luar
Lembah Pualam Hijau. Dan bersama dengan gadis itu,
datang juga Nenek Durganini dan juga seorang Nenek
yang lain lagi yang masih asing bagi banyak orang.
Di arena, kembali terjadi kekagetan dan keterkejutan lain. Adalah 3 sosok wanita dari generasi berbeda yang menghadirkan kekagetan tersebut. Sosok pertama adalah Majikan Kerudung Putih, yang kini dalam dandanan
seorang gadis dan bernama Kiang Li Hwa. Dia sudah
dengan cepat, bersama dengan seorang wanita yang
sudah agak tua namun masih kelihatan cantik, bergerak kearah Pangcu Thian Liong Pang, dan terdengar suara yang mengagetkan banyak orang itu, termasuk Ceng
Liong: "Ayah, engkau terluka?"
Pendekar Panji Sakti 9 Sepasang Pedang Iblis Karya Kho Ping Hoo Persekutuan Tusuk Kundai Kumala 15
^