Pencarian

Kisah Para Naga 2 20

Kisah Para Naga Di Pusaran Badai 2 Karya Marshall Bagian 20


"Suamiku, bagaimana keadaanmu?"
Keduanya dengan cepat mendekati tubuh Pangcu
Thian Liong Pang melewati Kiang Cun Le dan Liong-i-
Sinni. Kiang Cun Le dan Liong-i-Sinni nampaknya
mengenal perempuan tersebu dan karenanya
membiarkan saja kedua wanita itu mendekati Pangcu
Thian Liong Pang tanpa menghalangi. Bahkan keduanya memandang penuh iba kepada perempuan tersebut.
TIRAIKASIH WEBSITE HTTP://KANGZUSI.COM/
Siapakah perempuan yang mengaku "istri" Pangcu
Thian Liong Pang" Bukankah Hu Pangcu Pertama yang
selama ini dikenal sebagai istri Pangcu Thian Liong Pang"
Ini menjadi salah satu misteri dan tanda tanya bagi banyak orang pada saat itu.
Sayangnya, yang mengerti kisah ini hanya orang-
orang tertentu yang terkait erat dengan kisah tragis yang terjadi di dalam lingkungan keluarga Lembah Pualam
Hijau. Yang pasti, melihat kondisinya, perem[puan
tersebut benar-benar istri dari Pangcu Thian Liong Pang, Kiang Tek Hong " terutama melihat kesusahan dan
kesedihan yang ditunjukkannya ketika melihat keadaan Pangcu Thian Liong Pang. Kesedihan seorang istri tidak akan pernah bisa ditiru dan dibuat-buat, sebagaimana perempuan itu mempertunjukkan kepeduliannya atas
kondisi Pangcu Thian Liong Pang.
"Suamiku, mengapa jadi begini?" perempuan itu
merabai tubuh Kiang tek Hong dan segera sadar jika
kondisi Pangcu Thian Liong Pang memang sangat parah.
Sementara Duta Luar, Kiang Li Hwa juga menangisi
ayahnya, dan sekali pandang melihat bahwa ayahnya
sama sekali tidak melakukan pengobatan untuk dirinya sendiri.
"Ayah, mengapa engkau berbuat demikian" rintihnya
lirih. Disekitar tubuh Kiang Tek Hong sekarang ada
Perempuan yang mengaku istrinya, Kiang Li Hwa
anaknya, Nenek Durganini, Kiang Cun Le, Liong-i-Sinni TIRAIKASIH WEBSITE HTTP://KANGZUSI.COM/
dan di bagian terluar berdiri Barisan 6 Pedang dan juga keluarga Lembah Pualam Hijau lainnya.
Melihat keadaan yang menyedihkan tersebut, akhirnya Ceng Liong menegaskan keputusan yang memang sudah
diambilnya beberapa waktu sebelumnya:
"Selaku Duta Agung Lembah Pualam Hijau, sekaligus
sebagai orang yang menjunjung dan menegakkan
keadilan bagi rimba persilatan Tionggoan, maka kami menegaskan hukuman bagi Pangcu Thian Liong Pang,
Kiang Tek Hong sudah dilaksanakan" suaranya perlahan, namun sangat tegas dan berwibawa. Keputusan yang
bagi keluarga Lembah Pualam Hijau sangat tepat, dan Kiang Cun Le serta Liong-i-Sinni nampak mengangguk-angguk setuju. Tetapi, tidak bagi mereka yang hanya tahu sebagian:
"Hah, apakah pengganas itu akan dibiarkan hidup"
Apakah Duta Agung tidak salah mengambil keputusan?"
Bahkan seorang Pengemis Tawa Gila sendiripun yang
bersuara tidak setuju dengan keputusan Duta Agung
Kiang Ceng Liong.
"Sungguh keputusan bagus, keputusan bagus ....
hahahahahaha" sebuah suara lantang bernada sinis dari Lay jiu Hong yang memang suka bicara blak-balkan. Dan kali inipun, banyak orang yang sepakat dengan Pengemis Tawa Gila dan Lay jiu Hong dan tidak puas dengan
keputusan Duta Agung.
Bahkan orang-orang lain yang kurang mengerti
keadaan juga ikut-ikutan menyatakan ketidakpuasannya TIRAIKASIH WEBSITE HTTP://KANGZUSI.COM/
atas keputusan Kiang Ceng Liong. Kecuali Kwi Beng dan Nenggala yang sedikit banyak mengetahui dan mengenali bagaimana Kiang Li Hwa dan Thio Su Kita berubah
menjadi keluarga Lembah Pualam Hijau. Sedikit banyak mereka sudah menduga apa yang terjadi pada waktu itu, meskipun secara rinci mereka masih kurang begitu
mengetahui. "Duta Agung, apakah itu keputusan akhirnya?" Tek
Hoat yang mewakili Kaypang pada akhirnya juga
mengutarakan ketidakpuasannya, terutama karena
melihat gejolak ketidakpuasan di kalangan Kaypang. Dan rona ketidakpuasan juga nampak di wajah Mei Lan, Giok Lian dan banyak tokoh pendekar lainnya, meski tidak semua mengutarakan ketidakpuasan mereka.
Ceng Liong sadar benar dengan keputusannya. Dan
sadar benar dengan resiko dari keputusannya. Namun, bagaimanapun juga keputusannya akan tetap
dipertahankannya, bukan hanya demi kepentingan Li
Hwa dan Paman kakeknya Tek Hong, tetapi keadilan.
Maka dia kemudian berkata:
"Keputusan itu sudah final bagi Lembah Pualam Hijau.
Pertama, sebagai Pangcu Thian Liong Pang, dia sudah dengan rela menerima hukumannya. Untuk saat ini,
Pangcu Thian Liong Pang sudah sedang menjadi manusia biasa guna menebus dosanya. Semua kepandaiannya
sudah musnah, dan meski dia masih berkemampuan
menyembuhkan dirinya dengan sinkang Giok Ceng
Sinkang, tetapi dia menolak melakukannya. Itulah
hukuman atas keterlibatannya dalam aksi teror Thian Liong Pang. Kedua, tanpa bantuannya " baik melalui
TIRAIKASIH WEBSITE HTTP://KANGZUSI.COM/
putrinya yang tadinya adalah Majikan Kerudung Putih dan sekarang telah menjadi Duta Luar Lembah Pualam
Hijau dan juga melalui muridnya Thio Su Kiat, maka kita masih belum sanggup memasuki markas utama Thian
Liong Pang. Karena itu, siapapun yang masih akan
meminta pertanggungjawaban Kiang Tek Hong akan
berhadapan dengan Lembah Pualam Hijau" tegas Kiang
Ceng Liong. Penjelasan Ceng Liong masih belum memuaskan bagi
banyak orang, tetapi sudah cukup bagi beberapa orang dekat Ceng Liong. Adalah Lay Jiu Hong yang kembali
bertanya: "Duta Agung, tolong jelaskan maksud dari bantuan
Pangcu Thian Liong Pang dalam memberantas aksi
gerombolan Thian Liong Pang itu?"
"Sementara pertarungan memanas, sebagai Duta
Agung kami telah menerima informasi dari RANTING
RONGGA PUALAM HIJAU yang dikirimkan Kiang Tek
Hong. Isinya tentang kisah Thian Liong Pang,
keterlibatannya dan upaya memberantasnya. Dia
menugaskan putrinya, Kiang Li Hwa bergabung dengan
kita, juga muridnya, dan membawa kita memasuki
markas rahasia ini. Su Kiat membawa kami memasuki
markas dan membebaskan tokoh-tokoh yang di tahan
dan akhirnya membawa cuwi sekalian langsung
memasuki markas ini. Fakta ini sudah cukup untuk
mengatakan bahwa dosa Kiang Tek Hong sudah
ditebusnya secara memadai" Ceng Liong kembali
menegaskan. TIRAIKASIH WEBSITE HTTP://KANGZUSI.COM/
"Tetapi, betapapun dia biang keladi dari semua
kekisruhan ini. Masakan hukumannya sedemikian
ringan?" Pengemis Tawa Gila masih mengejar.
"Locianpwe, sekali lagi kami tegaskan, Kiang Tek Hong telah menghukum dirinya sendiri dengan membiarkan
ilmu silatnya punah. Hukuman itu sudah cukup buatnya, meskipun sebetulnya diapun memiliki sejumlah jasa bagi proses mengakhiri teror Thian Liong Pang ini"
"Duta Agung, betapapun hukuman itu terlampau
ringan baginya" Lay Jiu Hong tetap menuntut. Dan
nampaknya banyak orang yang ikut mendukung
pendapatnya, termasuk sebagian dari Kaypang dan Bu
Tong. Hal ini membuat Ceng Liong agak sedih, tetapi karena beranggapan hukuman bagi Tek Hong sudah
cukup dan mengetahui bahwa pamannya itu berjasa
besar dengan membuka banyak rahasia Thian Liong
Pang, membuatnya tegas dalam pendiriannya. Tetapi, dia sedih melihat banyak tokoh tidak sudi menghargai jasa dan pengorbanan Kiang Tek Hong.
Puncak kesedihan itu membuat Ceng Liong
memutuskan sesuatu yang belakangan disesalkan banyak orang:
"Selaku Duta Agung kami telah memberi keputusan
akhir bagi Kiang Tek Hong. Maka, kami mohon maaf
sebesar-besarnya atas nama Lembah Pualam Hijau
kepada cuwi sekalian. Jika cuwi sekalian tidak dapat melihat jasa Kiang Tek Hong dibalik usaha menumpas
Thian Liong Pang, maka perkenankan sejak hari ini,
selaku Duta Agung kami menyampaikan dan
TIRAIKASIH WEBSITE HTTP://KANGZUSI.COM/
menegaskan: Bahwa seluruh warga Lembah Pualam
Hijau untuk selanjutnya dilarang bergerak di dunia
persilatan atas nama Lembah Pualam Hijau. Dan lembah Pualam Hijau kami nyatakan menarik diri dari kekisruhan dunia persilatan Tionggoan" Ceng Liong menutup
kalimatnya dengan tegas dan dengan wajah agak kelam.
Hal itu membuat banyak orang terdiam dan sedih karena telah menuntut dan meminta terlalu banyak. Apalagi, ketika Ceng Liong menyelesaikan dan menegaskan
keputusannya, terdangar suara seorang perempuan:
"Tidak, sama sekali bukan Tek Hong yang menjadi
biang keladi Thian Liong Pang. Dia terpaksa menjalani peran sebagai Pangcu Thian Liong Pang boneka setelah orang-orang itu menyandraku dan menahanku disebuah
tempat", kali ini perempuan yang mengaku istri Tek
Hong yang bersuara membela. Dia sendiri tidak tahan melihat keluarga suaminya ikut-ikutan menerima celaan dari kaum pendekar. Dan Kiang Ceng Liong meliriknya dengan pandangan penuh ungkapan terima kasih.
Tetapi, kalimatnya itu tidka membuat Ceng Liong
tergerak untuk merubah keputusannya menarik smeua
aktifitas Lembah Pualam Hijau dari hingar-bingar dan kekisruhan dunia persilatan Tionggoan.
"Hujin, jika demikian menurutmu masih ada orang-
orang lain yang justru berperan mengendalikan Thian Liong Pang?" bertanya Pengemis Tawa Gila
"Siapa bilang tidak?"
Jawaban yang mengejutkan. Karena itu berarti tugas
mereka mengakhiri teror Thian Liong Pang masih belum TIRAIKASIH WEBSITE HTTP://KANGZUSI.COM/
usai. Karena toch, ternyata masih ada tokoh utama
dibalik Thian Liong Pang yang misterius itu.
"Bisakah Hujin menyebutkan siapa-siapakah mereka?"
kembali Pengemis Tawa Gila kembali bertanya
"Tidak perlu kukatakan lagi, karena toch mereka
semua sebenarnya sudah berada di sekitar tempat ini"
Dan begitu perempuan yang mengaku istri Kiang Tek
Hong selesai bicara, tiba-tiba terdengar suara bentakan yang menggelegar di angkasa:
"Lamkiong Li Hong, Kiang Li Hwa, Nenek tua
Durganini, sungguh berani mati kalian mengkhianati
kami" Suara itu menggelegar dan terdengar mengiang-
ngiang di angkasa. Ternyata nama istri Kiang Tek Hong adalah Lamkiong Li Hong, salah seorang putri keturunan Tocu Lam hay Bun pada masa lalu. Masih suara itu
mengambang di angkasa, Nenek Durganini telah
mendengus dan melontarkan suara jawabannya:
"Mengapa tidak berani ......?"
Dan adu suara di angkasa terjadi. Suara pertama yang dilontarkan lawan dan suara Nenek Durganini berlomba untuk saling belit dan saling menguasai, tetapi
nampaknya tidak dapat saling mengalahkan. Sementara TIRAIKASIH WEBSITE HTTP://KANGZUSI.COM/
adu suara itu berlangsung, tiba-tiba Ceng Liong
mendapatkan bisikan:
"Liong-jie, waspadalah dan berjagalah disamping
paman kakekmu" suara yang sangat lekat dan dikenal
Kiang Ceng Liong, suara gurunya, sekaligus kakek
buyutnya, Kiang Sin Liong. Dan selekas suara itu berlalu, Ceng Liongpun segera beringsut ke dekat tubuh Kiang Tek Hong yang masih terbaring. Begitu mendekat, Kiang Li Hwa segera bermohon kepadanya:
"Duta Agung, apakah ayah tidak bisa disembuhkan
lagi?" "Duta Luar, bukannya paman kakek tidak dapat
disembuhkan, tetapi dia sendiri yang tidak menginginkan kesembuhan. Dia masih mampu untuk mengumpulkan
sinkangnya dan mengobati diri sendiri, tetapi tidak dilakukannya sejak tadi. Dia masih berkemampuan,
tetapi tidak ingin menyembuhkan diri sendiri. Dan
nampaknya dia menerima semua itu sebagai hukuman
baginya. Kong-kong dan Nenek tadi telah mengobati luka lainnya, untuk sekarang kondisinya tidak lagi
membahayakan jiwanya"
"Baiklah, terima kasih Duta Agung"
"Kakek buyut baru saja memberi peringatan untuk
berwaspada di sekitar sini, harap Duta Luar dan bibi juga bersiaga" bisik Ceng Liong yang didengar juga oleh
hampir semua keluarga Lembah Pualam Hijau. Dengan
segera, termasuk Barisan 6 Pedang meningkatkan
kesiagaan dan kewaspadaan mereka.
TIRAIKASIH WEBSITE HTTP://KANGZUSI.COM/
Tetapi, begitu semua keluarga Lembah Pualam hijau
bersiaga, tiba-tiba terdengar rangkaian suara
bergelombang yang membuat orang-orang bagaikan
merasakan bumi bagaikan bergolak. Pohon-pohon
tunggang langgang, bukit-bukit bagaikan runtuh, tanah berguncang seperti jungkir balik dan langit menyambar dengan kilatan cahaya menyilaukan mata dari udaya.
Sungguh keadaan mengerikan yang dialami para
pendekar, nyaris mirip dengan gambaran tentang kiamat.
Bukan cuma pendekar-pendekar berilmu tanggung
dan terhitung tinggi yang tergoncang. Karena bahkanpun tokoh-tokoh sekelas Durganini, Ceng Liong, Kiang Cun Le, Liong-i-Sinni dan tokoh-tokoh hebat lainnya ikut tergoncang. Sungguh serangan sihiur melalui gelombang suara yang sangat hebat. Adalah Durganini yang
menjerit: "Serangan sihir gabungan ........., mereka
melakukannya?"
Akibatnya sungguh hebat, karena Nenek Durganini,
Kiang Ceng Liong, Kiang Cun Le, Liong-i-Sinni sampai terhuyung-huyung dengan serangan gabungan yang
bergelombang. Akibat dari terjangan dan serbuan
gelombang suara yang berangkai itu, sungguh luar biasa.
Para pendekar jungkir balik dan merasa bumi sedang
bergolak hebat. Inilah pengaruh sihir yang luar biasa hebatnya dan nampaknya dilakukan oleh beberapa orang secara serentak dengan gabungan kekuatan yang sangat hebat.
TIRAIKASIH WEBSITE HTTP://KANGZUSI.COM/
Tokoh-tokoh utama sudah dengan cepat duduk
bersamadhi, tetapi itupun tidak sanggup menghilangkan perasaan tergoncang saking kuat dan hebatnya sihir
gabungan yang dilontarkan pihak lawan. Padahal,
serangan itu baru dilakukan melalui lontaran gelombang suara belaka. Tetapi hebatnya memang luar biasa.
Terutama pada pengaruhnya terhadap perasaan dan
persepsi orang yang dibentuk didalam jiwa akibat
pengaruh suara tersebut.
Jika serangan sihir gabungan itu dilakukan dalam
waktu yang panjang, maka jangankan pendekar berilmu rendah, yang berilmu tinggipun bakal kehilangan
keyakinan diri. Paling parah adalah kehilangan sukmanya dan hidup bagai boneka. Dan sebagian besar kelompok pendekar sudah dalam kondisi tersebut, terutama
mereka yang berilmu paling cetek.
Mereka ini sudah tenggelam dalam pengaruh orang
lain dan kehilangan pertimbangan-pertimbangan
pribadinya alias menjadi mirip boneka orang lain. Dan puluhan pendekar lainnya terancam hal serupa jika
serangan sihir suara bergelombang masih berlangsung terus untuk beberapa saat. Upaya Ceng Liong, Nenek
Durganini dan tokoh lain untuk menyatukan serangan
menangkis serangan sihir suara tersebut sia-sia sebab mereka sudah terlebih dulu terkena serangan. Selain itu, sulit bagi mereka untuk bekerjasama melakukan
tangkisan sihir karena belum terbiasa bekerjasama
melakukannya. TIRAIKASIH WEBSITE HTTP://KANGZUSI.COM/
Dan untungnya gelombang suara tandingannya tidak
lama kemudian bergema di udara dan langsung melibas suara serangan sihir yang pertama:
"Hahahahahahahaha ....... Lamkiong Sek, Bu Hok
Lokoay, Hiong Say Tiang Pek San, Naga Pattinam,
Wisanggeni " kalian harusnya malu menyerang kalangan muda dengan mengandalkan sihir gabungan. Sungguh
memalukan ........... "
Jika serangan sihir gelombang suara yang pertama
bersifat merusak, maka suara terakhir bersifat
sebaliknya. Dengan segera perasaan yang terbentuk
bahwa bumi sedang berguncang bagaikan kiamat
tersapu, bahkan mereka yang kehilangan sukma sudah
kembali normal meski kemudian pingsan karena
guncangan dalam jiwa yang luar biasa. Tetapi, tokoh-tokoh utama seperti nenek Durganini, Kiang cun Le,
Liong-i-Sinni, Kiang Ceng Liong dan para pendekar muda sudah dengan cepat menemukan kesimbangannya.
"Jangan dikira kami takut " Bintang Sakti Dari Selatan, meski engkau bersama dengan Kiang Sin Liong, Wie
Tiong Lan dan Bhiksu Chundamani. Mari, mari .... kita bermain-main"
Dan kembali serangan sihir suara bergelombang
dengan kekuatan lebih besar datang melanda bagai
prahara. Tetapi, gelombang suara tandingannya dengan cepat menangkal pengaruh merusak dari serangan sihir itu .......... dan kali ini terjadi adu tanding suara yang jauh lebih seru .......... akibatnya, sesekali orang-orang merasa dunia seperti sedang jungkir balik, tetapi tidak TIRAIKASIH WEBSITE HTTP://KANGZUSI.COM/
lama karena segera ditangkal oleh alunan suara lain yang meneduhkan. Bahkan setelah sekian lama, terdengar
gabungan gelombang suara kedua berkata dengan
sabar: "Sudahlah, jangan memaksa kami ..........."
Tetapi gelombang serangan sihir gabungan itu masih
tidak mengendor, meski semakin lama semakin terdesak.
Hal ini bisa dirasakan dari semakin berkurangnya daya dan pengaruh merusaknya terhadap pendengar, tinggal sesekali dan dalam interval waktu yang jauh lebih
pendek. Begitupun, gabungan gelombang sihir itu masih tetap berusaha mendesak. Sampai pada akhirnya
terdengar suara lagi:
"Kalian memang keras-kepala, maafkan kami ......."
Dan, akhirnya perlahan-lahan setelah bertempur
melalui alunan suara sekian lama, gelombang serangan sihir gabungan yang bernada merusak perlahan-lahan
sirna. Dan selanjutnya kemudian bahkan senyap. Dan
bersamaan dengan itu, tiba-tiba dua sosok tubuh melesat masuk ke arena dan langsung menuju kearah Kiang Cun Le:
"Hm, maafkan jika kami datang terlambat. Nampaknya
pertarungan sudah usai" kedua orang itu berdandan
sangat menarik. Kakek yang pertama mengenakan


Kisah Para Naga Di Pusaran Badai 2 Karya Marshall di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

kopiah berlambang bulan dan matahari dengan kopiah
itu menutupi sampai kejenggot putihnya. Sementara
kakek yang kedua mengenakan jubah berwarna kemilau
penuh hiasan mutiara dengan topi menyerupai seekor
TIRAIKASIH WEBSITE HTTP://KANGZUSI.COM/
ikan hiu. Inilah Kawcu Begkauw Siangkoan Tek yang
datang dan tiba bersama Lamkiong Bu Sek, Tocu Lam
Hay Bun. Jika dalam keadaan normal, maka kehadiran mereka
pasti akan menimbulkan geger. Tetapi, kondisi sekarang sedang awut-awutan. Setelah bertempur panjang dengan barisan Thian Liong Pang, para pendekar menyaksikan pertarungan-pertarungan mati-matian hingga kemudian di gedor keras oleh serangan sihir gabungan. Sungguh kondisi kelompok pendekar itu sangat menyedihkan,
meskipun mereka telah memenangkan pertempuran
melawan kelompok Thian Liong Pang.
Adalah Kiang Cun Le dan Siangkoan Giok Lian yang
menyambut mereka:
"Kong-kong, engkau juga datang?" Giok Lian berseru
sambil menyambut kedatangan kakeknya. Seperti
biasanya, sang Kakek yang menjadi Kawcu Bengkauw
memang sangat menyayangi cucunya itu.
"Sahabat-sahabat yang baik, Tocu Lam Hay dan
Kawcu Bengkauw, selamat datang. Sayang keramaian
sudah berakhir" sambut Kiang Cun Le.
"Saudara Cun Le, meskipun telah berakhir tetapi
selaku Tocu Lam Hay Bun kami menyampaikan
permohonan maaf kepada rekan-rekan di Tionggoan.
Perbuatan tetua kami, Lamkiong Sek tidaklah
mencerminkan sikap Lam Hay Bun. Kami mohon maaf
sebesar-besarnya"
TIRAIKASIH WEBSITE HTTP://KANGZUSI.COM/
"Kami mengerti Tocu, dan karenanya kami tetap
memelihara persahabatan dengan Lam Hay Bun maupun
Bengkauw" jawab Kiang Cun Le.
Tetapi sebuah suara lain kembali mengalun:
"Hmmmmmm, Tocu yang lemah hati. Engkau
memalukan leluhurmu. Tetapi biarlah, kelak ilmu
kepandaian Lam Hay Bun akan tetap kembali hadir di
Tionggoan" Suara itu didengungkan meski tidak
selantang suara-suara sebelumnya tetapi masih tetap bisa didengarkan dengan telinga telanjang. Tetapi suara itu nampaknya dikirimkan seseorang yang sedang
menjauh. "Kelak kedepan, tolong jangan melibatkan dan
membawa-bawa nama dan simbol Lam Hay Bun" Tocu
Lam Hay Bun balas mengirimkan suara ke arah orang
yang melontarkan suara tadi.
"Tocu, nampaknya kisah hari ini tidaklah berakhir
sampai disini. Kita masih akan terlibat kesulitan di masa mendatang oleh perbuatan orang lain" desis Kiang Cun Le dengan penasaran.
"Benar, benar. Sungguh menyebalkan" desis Tocu Lam
Hay Bun, yang meski marah tetapi tak sanggup
melontarkannya kepada orang yang menegurnya "lemah
hati" tadi. Karena memang sesungguhnya orang itu
adalah salah satu sesepuh Lam Hay Bun, Lamkiong Sek yang kepandaiannya bahkan masih mengatasinya selaku Tocu Lam Hay Bun.
TIRAIKASIH WEBSITE HTTP://KANGZUSI.COM/
"Saudara Cun Le, meski dalam kondisi seperti
sekarang, karena kita telah bertemu kembali, apakah dapat kita menentukan waktu pertemuan selanjutnya?"
tanya Kawcu Bengkauw.
Kiang Cun Le yang paham dengan maksud Kawcu
Bengkaw sudah menjawab sambil menoleh kearah
Kiuang Ceng Liong:
"Menurut perjanjian sebelumnya, tahun mendatang
kita akan melakukannya. Tetapi melihat kondisi
sekarang, nampaknya kita perlu menundanya. Tetapi,
kata akhirnya harus lohu serahkan kepada Duta Agung"
Kawcu Bengkauw yang terbiasa blak-blakan sudah
langsung bertanya kepada Kiang Ceng Liong:
"Bagaimana Duta Agung, apakah jadwal pertemuan
kita tahun mendatang akan ditepati ataukah mesti
ditunda?" Kiang Ceng Liong sudah paham dengan apa yang
dimaksudkan oleh Kawcu Bengkauw. Dan memang,
sebagaimana pertempuan-pertemuan adu ilmu
sebelumnya, adalah Duta Agung yang menetapkan atas
nama perguruan di Tionggoan, mewakili Kaypang, Bu
Tong dan Siauw Lim Sie. Maka diapun kemudian
menjawab: "Duta Agung Lembah Pualam Hijau tidak lagi
mencampuri urusan dunia persilatan Tionggoan. Ada
baiknya Kauwcu bertanya langsung kepada Siauw Lim
TIRAIKASIH WEBSITE HTTP://KANGZUSI.COM/
Sie, Bu Tong Pay dan Kaypang" tegas Kiang Ceng Liong konsisten dengan keputusannya sebelumnya.
Siangkoan Tek terkejut dengan penegasan Kiang Ceng
Liong. Dia memandang Kiang Cun Le yang
menganggukkan kepala membenarkan sikap dan
keputusan Kiang Ceng Liong tadi. Dalam keterkejutannya diapun memandang tokoh-tokoh Siauw Lim Sie dan Bu
Tong Pay serta Kaypang untuk memperoleh penegasan.
Tetapi, tokoh-tokoh perguruan itu, semua masih kaget dengan pendirian Kiang Ceng Liong atas nama Lembah
Pualam Hijau. Mereka masih belum sanggup menetapkan hati dan belum sepenuhnya menerima pengunduran diri Kiang Ceng Liong dan Lembah Pualam Hijau.
"Bagaimana ini saudara Cun Le?" Siangkoan Tek dan
Tocu Lam Hay benar-benar kebingungan.
Kiang Ceng Liong yang ingin cepat-cepat
menyelesaikan urusan di tempat itu pada akhirnya
berkata: "Jika masih bisa mengatasnamakan kawan-kawan di
Tionggoan, biarlah mewakili Tionggoan ini menjadi
campur tangan kami yang terakhir. Maka, perkenankan kami mohon agar jadwal itu ditunda setahun. Artinya, 2
tahun kedepan baru kemudian janji pertemuan itu
dilaksanakan. Pertama, para pendekar di Tionggoan baru menyelesaikan sebuah urusan besar yang memakan
waktu dan tenaga yang tidak sedikit. Kedua, pada tahun mendatang, Kay Pang akan melaksanakan pertemuan
besar mereka guna menentukan pemimpin mereka yang
TIRAIKASIH WEBSITE HTTP://KANGZUSI.COM/
baru. Karena itu, adalah bijaksana untuk melakukan
pertemuan itu dua tahun mendatang"
"Bagaimana Tocu .....?" Kawcu Bengkauw yang
bernafsu untuk melakukan pertemuan secepatnya
meminta dukungan Tocu Lam Hay. Tetapi, dengan
peristiwa tadi dimana dia ditegur sesepuhnya dan juga unsur Lam Hay ikut terlibat dalam kisruh yang
diakibatkan oleh Tian Liong Pang, maka Tocu Lam Hay juga merasa tidak enak hati untuk mendesakkan
pertemuan selanjutnya dalam waktu secepatnya. Karena itu, diapun menjawab:
"Alasan Duta Agung dan saudara Cun Le sangat
masuk di akal. Lohu menerima dan menyatakan
persetujuan"
Melihat Tocu Lam Hay sudah setuju, Siangkoan Tek
sudah tidak terlampau bernafsu untuk mengejar dan
memaksakan pertemuan secepatnya. Akhirnya diapun
berkata: "Baiklah, jika memang demikian kita tetapkan dua
tahun kedepan untuk pertemuan selanjutnya"
"Baiklah, dua tahun kedepan para pendekar
Tionggoan dan perguruan utama di Tionggoan pasti
sudah siap untuk bertamu ke Bengkauw" tandas Ceng
Liong. "Baik, baik. Selaku tuan rumah, Bengkauw pasti akan menyambut kedatangan kalian. Baik menyambut
kehadiran mereka yang mewakili angkatan kami, maupun TIRAIKASIH WEBSITE HTTP://KANGZUSI.COM/
menyambut kedatangan generasi yang lebih muda dalam perjamuan istimewa itu. Jika demikian kami pamit ........
mari Tocu ...." dan dengan cepat kedua orang itu
berkelabat lenyap.
"Kong-kong ....." Giok Lian berseru
"Lian jie, jika urusanmu selesai, selambatnya 3 bulan kedepan engkau sudah harus berada di markas
Bengkauw" "Baik kong-kong" seru Giok Lian.
"Kiang Cun Le, jangan lupa "janjimu" atas namaku
untuk kepentiang Lian cucuku" kembali terdengar suara Siangkoan Tek
"Tenangkan hatimu Kawcu ....." sahut Cun Le.
Seberlalunya kedua tokoh besar asal Lam Hay dan
Bengkauw itu, Sian Eng Cu Tayhiap dan Pengemis Tawa Gila kemudian memimpin proses pembubaran Thian
Liong Pang. Membubarkan bekas-bekas anak buah Thian Liong Pang, menggeledah markas besar serta lorong-lorong rahasianya dan pada akhirnya membakar markas besar Thian Liong Pang. Sayangnya, mereka tidak
berhasil menemukan para Hu Pangcu, Hu Hoat dan
pentolan-pentolan Thian Liong Pang lainnya. Entah
bagaimana, tokoh-tokoh tersebut telah menghilang dan tidak dapat mereka jumpai lagi di seputar markas Thian Liong Pang itu.
TIRAIKASIH WEBSITE HTTP://KANGZUSI.COM/
Terutama Hu Pangcu Pertama yang sebenarnya
menjadi biang keladi, juru pikir dan penggerak Thian Liong Pang. Tokoh ini sudah lenyap sejak beberapa
waktu sebelumnya, dan bersama tokoh ini lenyap pula para Hu Hoat Thian Liong Pang. Dan praktis, sejak saat itu Thian Liong Pang bubar alias dibubarkan secara paksa oleh gerakan kaum pendekar.
Tetapi, dunia persilatan Tionggoan juga bersedih
karena kehilangan besar. Pertama, banyak sekali tokoh pendekar yang tewas dalam pertempuran. Dan yang
kedua, Lembah Pualam Hijau yang telah bertekad
mengundurkan diri sebagai pemimpin rimba persilatan Tionggoan. Meski beberapa tokoh, termasuk tokoh-tokoh Siauw Lim Sie, Bu Tong Pay maupun Kay Pang telah
berusaha agar Lembah Pualam Hijau membatalkan
keputusannya, tetapi Ceng Liong kukuh dengan
keputusannya. Sebetulnya, bukan karena kesal terhadap peristiwa di Siauw Lim Sie (Ceng Liong menyerahkan tampuk
kepemimpinan Rimba Persilatan) ataupun desakan
menghukum mati Kiang Tek Hong yang menjadi alasan
Ceng Liong. Tetapi karena perasaan bersalah dalam
keterlibatan tokoh mereka dalam gerakan Thian Liong Pang. Selain itu Lembah Pualam Hijau mengantisipasi gejolak baru didepan yang nampaknya masih akan
melibatkan garis keturunan Lembah Pualam Hijau.
Lebih dari itu, sesungguhnya sikap Ceng Liong itu juga sejalan dengan Kiang Sin Liong dan Kiang Cun Le,
terutama melihat Majikan Kerudung Hitam yang memiliki watak yang tidak sejalan dengan Lembah Pualam Hijau.
TIRAIKASIH WEBSITE HTTP://KANGZUSI.COM/
Padahal, Majikan Kerudung Hitam juga adalah seorang tokoh bermarga KIANG, masih dari garis keturunan Kiang Tek Hong.
EPILOG Tidak ada perjamuan yang tidak usai. Bagaimanapun,
ikatan erat di kalangan kaum pendekar dalam memburu gerombolan Thian Liong Pang telah mempererat ikatan dan perasaan senasib rimba persilatan Tionggoan.
Tetapi, betapapun perjumpaan dan perjuangan mereka
yang telah berhasil harus segera diakhiri. Kelompok demi kelompok telah mulai meninggalkan bekas Markas Besar Thian Liong Pang, dengan kelompok terakhir yang
meninggalkan tempat itu adalah Siauw Lim Sie dan
Kaypang. Dan terakhir di bekas markas besar Thian Liong Pang yang telah dibubarkan itu, masih tersisa beberapa
kelompok manusia. Kelompok terkecil adalah Nenggala, guru sekaligus pamannya yang nampak masih pucat
sepertinya baru menyembuhkan luka dalamnya. Dan
seorang tokoh lagi, yang adalah tokoh yang telah kita kenal sebelumnya, Bintang Sakti Dari Selatan " Kolomoto Ti Lou. Seorang tua sepuh yang memiliki kesaktian hebat dan berdiri sama hebatnya dengan 4 manusia dewa dari Tionggoan. Tokoh pencipta 3 lembar pusaka yang
diperebutkan yang berasal dari negeri yang jauh di
selatan sana, Jawadwipa, dengan kesaktian yang
dipupuk berdasarkan pengalaman dan perjumpaannya
TIRAIKASIH WEBSITE HTTP://KANGZUSI.COM/
dengan tokoh-tokoh dari banyak negeri, termasuk India dan Tionggoan.
Kelompok kedua yang sedikit lebih banyak adalah
kelompok Bu Tong Pay. Masing-masing terdiri dari
Ciangbunjin Bu Tong Pay, Jin Sim Todjin, Sian Eng Cy Tayhiap, Liang Mei Lan dan Wie Tiong Lan Pek Sim
Siansu. Tidak berbeda dengan kelompok pertama,
nampaknya kelompok kedua ini sedang membicarakan
urusan dalam perguruan secara sangat serius. Tentunya urusan Pintu Perguruan Bu Tong Pay dan tanggungjawab masing"masing tokoh perguruan tersebut pada masa-masa mendatang.
Dan kelompok terakhir yang terbesar adalah kelompok keluarga Lembah Pualam Hijau. Disana ada Duta Agung Kiang Ceng Liong, Duta Luar Kiang Li Hwa, Duta Hukum Thio Su Kiat yang baru ikut bergabung setelah kerusuhan berakhir. Nampak juga Kiang Hong, Duta Agung
sebelumnya bersama istrinya Tan Bi Hiong. Juga ada
Topeng Setan yang tidak lain adalah Kiang Liong "
saudara kembar Kiang Hong yang telah sembuh dari
sakitnya. Kemudian juga Barisan 6 Pedang yang berdiri mengelilingi arena kecil kelompok keluarga Lembah
Pualam Hijau. Seterusnya ada Kiang Cun Le, Kiang Tek Hong yang sebelumnya adalah Pangcu Thian Liong Pang bersama istrinya yang bernama Lamkiong Li Hong, dan Liong-i-Sinni.
Nenek sakti ini, meskipun adalah tokoh tunggal, tetapi ikatan kekeluargaan dengan Lembah Pualam Hijau
tidaklah pernah ditanggalkannya. Dan paling akhir adalah tokoh sepuh mereka, Kiang Sin Liong, salah seorang dari TIRAIKASIH WEBSITE HTTP://KANGZUSI.COM/
4 Manusia Dewa Tionggoan yang masih hidup dewasa
ini. Dari 4 Manusia Dewa Tionggoan, yang tertinggal adalah Kiang Sin Liong ini bersama dengan Wie Tiong Lan Pek Sim Siansu yang merupakan tokoh utama Bu
Tong Pay. Bersama kelompok Lembah Pualam Hijau itu, hadir
juga Nenek Durganini yang menyelamatkan Lamkiong Li Hwa dari tahanan penyanderaan Thian Liong Pang dan
sekaligus juga adalah guru dari Kiang Li Hwa.
Hubungannya dengan Li Hwa yang membuatnya memiliki
keyakinan dan keberanian untuk mengambil sikap tegas berlawanan dengan kawanan tokoh dibalik Thian Liong Pang yang rata-rata adalah tokoh-tokoh sepuh
seangkatannya. Ketiga kelompok tersebut berkumpul di tempat
terpisah dengan jarak yang cukup berjauhan, meski
masih bisa saling melihat dan memandang. Tidak
diceritakan disini bagaimana "isi" percakapan masing-masing kelompok, tetapi satu hal yang pasti moment
tersebut telah dimanfaatkan oleh ketiga manusia sakti dari 3 perguruan berbeda tersebut untuk berpamitan.
Karena berdasarkan perhitungan ke-tiga manusia sakti tersebut, usia mereka tidak akan melebihi angka setahun lagi. Bahkan, seorang dari mereka, Wie Tiong Lan telah menyebutkan kurang dari 3 bulan lagi.
Adalah Kiang Sin Liong yang memiliki urusan lebih
rumit, padahal usianya diperhitungkannya sendiri tidak lagi akan melewati angka 1 tahun. Padahal, dia masih harus melihat persoalan Kiang Tek Hong, Majikan
Kerudung Hitam yang belakangan menurut Lamkiong Li
TIRAIKASIH WEBSITE HTTP://KANGZUSI.COM/
Hong bernama Kiang Hauw Lam, putra Kiang Tek Hong
dengan Kiang Li Cu saudaranya. Tetapi, Kiang Sin Liong sama sekali tidak lagi membahas persoalan tersebut.
Sebaliknya orang sakti itu meninggalkan pesan-pesan:
"Keputusan Liong-jie sudah tepat. Keputusan atas Tek Hong juga sudah sangat tepat. Bagaimanapun
keterlibatannya berasal dari kekerasan hati lembah kita terhadap perjodohan. Karena itu, selanjutnya adalah tugas Lembah Pualam Hijau untuk menjaga Tek Hong
dan keluarganya", tegasnya.
"Liong-jie ......"
"Iya Suhu ......."
"Keputusan terhadap Kiang Hauw Lam kuserahkan
atas kebijaksanaanmu. Keputusanmu atas Tek Hong
sebaiknya juga menjadi landasan untuk menghadapi
anak itu. Jika aku tidak salah anak itu akan menebar ancaman dalam waktu dekat ini. Keberadaan tokoh-tokoh seperti Lamkiong Sek, Naga Pattinam, Hiong Say Tiang Pek San agak mencemaskanku. Anak itu pasti akan
tampil dengan kemampuan jauh melampaui
kemampuannya saat ini, karena bakatnya hampir tidak di bawahmu. Yang mengkhawatirkan adalah kemampuan
menyalurkan sihir gabungan, kepandaian khas Thian Tok.
Menurut dugaan Kolomoto Ti Lou, mereka juga
nampaknya sudah mulai menjajaki salah satu ilmu langka dari Thian Tok, apa dan bagaimana itu aku sendiri belum paham benar. Jika bisa, engkau dan teman-temanmu
boleh minta Nini Durganini untuk menyelami ilmu-ilmu TIRAIKASIH WEBSITE HTTP://KANGZUSI.COM/
tersebut. Bhiksu Chundamani telah kembali ke Thian Tok, dan seperti kami, diapun sedang menghadapi batas
usianya. Dan yang terpenting, sempurnakan ilmu
Tatapan Naga Sakti dan kemungkinan puncak Tangan
Awan Sakti itu"
"Baik Suhu ...."
"Dan untuk keamanan Lembah Pualam Hijau,
terimalah "Ranting Rongga Pualam Hijau" ini. Ada
beberapa upaya yang bisa engkau lakukan berdasarkan beberapa langkah yang kudiskusikan mendalam dengan
Kolomoto Ti Lou, Wie Tiong Lan dan Chiksu Chundamani"
ujar Sin Liong sambil menyerahkan Ranting Rongga
Pualam Hijau kepada Kiang Ceng Liong.
"terima kasih Suhu ....." sambut Ceng Liong sambil
menerima Ranting Rongga Pualam Hijau itu. Dengan
demikian, di tangan Ceng Liong kini terdapat 3 buah Ranting Rongga Pualam Hijau.
"Selain itu, beberapa perubahan dan rahasia barisan dalam rongga itu, juga sangat bermanfaat bagi Barisan 6
Pedang. Engkau wajib mempelajarinya bersama Barisan 6 Pedang", tambah Sin Liong yang disahuti dengan
manggut manggut oleh Kiang Ceng Liong.
"Cun Le ......"
"Iya kong-kong ...."
"aku melarangmu meninggalkan Lembah Pualam Hijau
dalam dua tahun berjalan ini. Lakukanlah samadhi dan TIRAIKASIH WEBSITE HTTP://KANGZUSI.COM/
peningkatan kemampuanmu sesuai ajaran Kolomoto Ti
Lou di dalam lembah Pualam Hijau. Ilmu yang engkau
dalami, sebagaimana juga In Hong, akan sangat berguna jika dikombinasikan. Liong-jie sudah melakukannya
secara sangat baik. Badai itu, sama sekali belum berlalu, khususnya bagi Lembah Pualam Hijau. Target mereka ke depan adalah Lembah Pualam Hijau, dan karena itu
sepeninggalku jangan sekali-sekali lalai dengan keadaan Lembah Pualam Hijau"


Kisah Para Naga Di Pusaran Badai 2 Karya Marshall di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Baik kong-kong ......" Jawab Kiang Cun Le dengan
takzim. "In Hong ..... ", Kiang Sin Liong tetap memanggil
nama Kiang In Hong dengan sebutan nama aslinya.
Karena memang kakek inilah yang mendidik Kiang In
Hong sejak masih kecil hingga dewasa.
"Pinni disini ....."
"Sebagaimana Cun Le, akupun memintamu untuk
kembali ke Lembah Pualam Hijau bersama Sun Nio, cucu sekaligus muridmu itu. Adalah lebih baik engkau
mendidiknya disana selama 2 tahun ini ...... badai ini baru akan lalu dari Lembah Pualam Hijau setelah masa 2
tahun" "Baiklah, Pinni bersedia ....."
"Li Hwa ....."
"iya kong chouw ....."
TIRAIKASIH WEBSITE HTTP://KANGZUSI.COM/
"Kuijinkan engkau melanjutkan pelajaran beragam
yang engkau miliki kini. Baik pelajaran dari Jawadwipa, maupun dari gurumu Nini Durganini. Hanya, bersama
Nini Durganini kuminta engkau berdiam di Lembah
Pualam Hijau, dan selain itu engkau kuminta
memperdalam Giok Ceng Sinkang dari pamanmu Kiang
Cun Le atau juga Bibimu Kiang In Hong. Mengenai
perjodohanmu dengan Nenggala, kuserahkan secara
pribadi kepadamu dan ayahmu Tek Hong dan ibumu Li
Hong. Hanya Kolomoto Ti Lou telah mengajukan
pinangan atas nama cucu muridnya Nenggala"
"Baik, baik kong chouw ...... " Li Hwa kaget setengah mati atas petuah terakhir kakek buyutnya itu, tetapi sekaligus bahagia karena diapun sebetulnya juga
menaruh hati kepada Nenggala.
"Kiang Hong dan Kiang Liong"
"kami Kong Chouw ..." berbareng Kiang Hong dan
Kiang Liong menyahut
"Kalian mengalami waktu tidak mengenakkan waktu-
waktu sebelumnya. Beruntung syair Kolomoto Ti Lou
mampu menyempuhkan engkau Anak Liong, tetapi
waktumu untuk memperkuat diri, ilmu silat dan kejiwaan kini sangat terbuka. Karena itu, kalian berdua " bertiga dengan Bi Hiong, juga kularang untuk berkelana selama 2 tahun ini. Ingat baik-baik akan perintahku ini"
"Baik, baik, kami terima kong chouw" Kiang Hong dan Kiang Liong, juga diikuti Tan Bi Hiong menyahut cepat bersamaan.
TIRAIKASIH WEBSITE HTTP://KANGZUSI.COM/
"Nini ....." Sin Liong memandang Durganini, seorang seangkatannya yang super sakti terutama dalam ilmu
sihir yang berasal dari Thian Tok.
"Sin Liong, ada yang engkau hendap pesankan
untukku?" "Meski aku menyebutkan angka setahun, sebetulnya
perbedaanku dengan Tiong Lan hanyalah beberapa
waktu belaka. Dan akupun tahu, waktumu tidaklah jauh lebih panjang daripadaku, tidak akan menyentuh angka 5
tahun" "Hmmm, matamu sungguh awas Sin Liong" sahut Nini
Durganini sambil tersenyum. Keduanya membicarakan
batas usia masing-masing secara sangat wajar. Sungguh luar biasa.
"Apakah engkau akan menghabiskan usiamu di Tanah
Tionggoan ataukah kembali ke Thian Tok?" tanya Sin
Liong. "Muridku yang terakhir sudah menjanjikan anaknya
untuk menjadi pewaris tunggalku Sin Liong, karena itu kemanapun muridku berada, akupun akan berada
bersamanya. Jika dia menetap di Lembah Pualam Hijau, maka aku akan mohon ijinmu atau ijin Duta Agung untuk menemani muridku"
"Hmmm, aku mengijinkanmu Nini ......"
TIRAIKASIH WEBSITE HTTP://KANGZUSI.COM/
"terima kasih Sin Liong ...... akupun akan
memperhatikan permohonanmu untuk mendiskusikan
ilmu mengerikan itu dengan murid mestikamu itu"
"Hahahaha, sungguh anugerah besar baginya, terima
kasih Nini...."
"Anak-anak semua, terakhir mengenai diri Tek Hong.
Jika pada 45 tahun sebelumnya Kian Ti Hosiang
membujukku untuk membatalkan hukuman mati dan
hukuman memunahkan ilmu silatnya, maka hari ini tanpa dibujuk siapapun aku menerimanya kembali sebagai
cucuku dan bagian dari keluarga Lembah Pualam Hijau", Sambil berkata demikian, kakek sakti ini tiba-tiba
mengulurkan tangannya ke arah Kiang Tek Hong yang
masih tetap terbaring dan tidak mau mengobati lukanya sedikitpun.
Melihat itu, Nini Durganini terkejut. Diapun berseru:
"Kiang Sin Liong, engkau ......?"
Luar biasa, tidak beberapa lama setelah Kiang Sin
Liong melontarkan tenaga yang tak tertangkap mata,
tubuh Kiang Tek Hong tiba-tiba bereaksi. Bahkan tidak berapa lama, sinar hijau yang gemilang membungkus
tubuhnya dan perlahan Tek Hong duduk bersamadhi.
Ketika itulah Kiang Sin Liong menarik tangannya dan kemudian berkata:
"Sudahlah Nini, ini adalah penebusan dosa terhadap
cucuku itu", dan setelah berkata kepada Nini Durganini yang nampak manggut-manggut kepala serta berusaha
TIRAIKASIH WEBSITE HTTP://KANGZUSI.COM/
memahami tindakan Kiang Sin Liong, kakek itu kembali berkata, kali ini kepada Kiang Tek Hong yang nampak mulai menemukan kesadarannya dan keluarganya, Li
Hwa dan Li Hong:
"Janjiku kepada Kian Ti Hosiang dan Siong Tek sudah kupenuhi. Aku mengembalikan tenaga dalam Giok Ceng
Sinkangmu yang punah dengan sedikit hadiah.
Anggaplah sebagai permohonan maaf ayah dan ibumu
serta kakekmu yang memang sangat teguh dan kokoh
memegang aturan Lembah dan Dunia Persilatan pada
waktu itu. Tetapi, setelah hari ini, aku melarangmu setapakpun meninggalkan Lembah Pualam Hijau,
terkecuali atas ijin resmi dari Duta Agung Lembah
Pualam Hijau"
Selesai mengutarakan kalimat-kalimat tersebut, tiba-tiba Li Hwa dan ibunya Li Hong berlutut di hadapan
Kiang Sin Liong dan sambil menangis mengucapkan
terima kasih. Dan tidak berapa lama kemudian, Kiang Tek Hong yang telah sadar akibat "penyaluran tenaga Giok Ceng" kakeknya juga ikut berlutut dan sambil
menangis mengucapkan:
"terima kasih, terima kasih kong-kong. Tek Hong akan mematuhi pesan kong-kong untuk tidak akan lagi pernah melangkahkan kaki keluar dari Lembah kita"
"Mengenai Thio Su Kiat, anak itu telah menunjukkan
watak kependekaran yang luar biasa. Dialah murid Giok Ceng yang pertama yang berasal dari luar garis
keturunan keluarga Kiang kita. Tetapi, karena engkau mengangkatnya sebagai murid dan sebagai anak angkat, TIRAIKASIH WEBSITE HTTP://KANGZUSI.COM/
maka engkau bertanggungjawab atas peningkatan
kemampuan muridmu itu"
"Baik kong-kong, akan kulakukan. Thio Su Kiat,
berterima kasihlah kepada kong chouw mu" ujar Tek
Hong, padahal tak perlu dipanggil Su Kiat sudah berlutut disampingnya dan mengucapkan terima kasihnya.
"Anak-anakku, setelah hari ini, kita tidak akan pernah bertemu kembali. Waktuku tinggal beberapa hari belaka.
Aku tidak menginginkan adanya upacara yang megah
dan agung sebagaimana Kian Ti Hosiang karena dia
Ciangbunjin Siauw Lim Sie. Biarkan aku di peristirahatan terakhir keluarga Kiang kita. Camkan baik-baik pesan-pesanku"
Dan semua warga dan keluarga Lembah Pualam Hijau
mengangguk-angguk menyatakan persetujuan terhadap
permintaan terakhir kakek tua yang sudah sangat sepuh itu. Dan sebelum semua sadar dengan pesan terakhir itu, tubuh Kakek Kiang Sin Liong tiba-tiba berkelabat dan menghilang secara sangat ajaib dari tempat dimana dia semula duduk.
Meski kaget, Kiang Ceng Liong dan Kiang Tek Hong
serta Nini Durganini nampaknya sudah bisa menebak jika sesepuh Lembah Pualam Hijau itu telah mampu
menyelesaikan tahapan terakhir dari 3 lembar pusaka yang diperebutkan itu. "Hmmmm, dia ternyata telah
mampu menyelesaikannya" desis Nini Durganini yang
sempat terdnegar oleh beberapa orang.
TIRAIKASIH WEBSITE HTTP://KANGZUSI.COM/
"Iya, nampaknya Suhu akhirnya telah mampu
menyempurnakan ilmunya" desis Ceng Liong yang
dibenarkan oleh Tek Hong. Adalah Tek Hong dan Ceng
Liong kini yang memahami ilmu apa gerangan yang
dimaksud, karena keduanya telah mampu menyelami
hingga ke tingkat kedua. Dan, kakek mereka, Kiang Sin Liong nampaknya telah mampu menguasai hingga ke
tingkat pamungkas sebagaimana Kolomoto Ti Lou.
Yang kurang mereka pahami, hanya sebagian belaka,
dan yang hanya dimengerti Kiang Sin Liong dan Nini
Durganini adalah: setelah menyalurkan sebagian tenaga
"membayar hutang" kepada Tek Hong, usia Sin Liong
jadi merosot jauh. Inilah yang membuat Nini Durganini terkejut tadi. Karena dengan demikian, keduanya, Sin Liong dan Durganini tahu, bahwa usia Sin Liong tidak akan melewati angka 10 hari belaka. Dan ........
kepergian atau kematian Kiang Sin Liong adalah penutup dari Kisah Bagian II ini
Tamat. Document Outline
BAGIAN II Daftar Isi :
Episode I: Mengawal Tokoh-Tokoh Dunia Persilat
Episode 2: Pertempuran2 Di kaki Gunung Siong San
Episode 3: Menghadapi Penghadangan
Episode 4: Perang Tanding
Episode 5: Pertandingan Puncak
Episode 6: Diburu, Memburu
Episode 7: Majikan Kerudung Putih
Episode 8: Kemelut di Thai San Pay dan Tiam Jong Pay
Episode 9: Kolomoto Ti Lou - Bintang Selatan Nan Sakti
Episode 10: Kemelut di Shih Li Fo Shih
Episode 11: Pendeta Sakti Jawadwipa
Episode 12: Perebutan (Lembaran) Kitab Pusaka
Episode 13: Tragedi Shih Li Fo Shih (Sriwijaya)
Episode 14: Kisruh di Thian San Pay
Episode 15: Ilmu Pedang (Rahasia) Thian San Pay
Episode 16: Misteri di Perguruan Tiam Jong Pay
Episode 17: Perebutan Harta Tiam Jong Pay
Episode 18: Siapakah "Majikan Kerudung Putih?"
Episode 19: Munculnya Siangkoan Tek & Lamkiong Bu Sek
Episode 20: Berkunjung (Lagi) Ke Kuil Siauw Lim Sie
Episode 21: Penyerangan Kwi Cu
Episode 22: Markas Utama Thian Liong Pang
Episode 23: Menyerbu Markas Utama
Episode 24: Lembah Pualam Hijau Vs Thian Liong Pang
Episode 25: Akhir Teror Thian Liong Pang
EPILOG Hikmah Pedang Hijau 1 Cinta Bernoda Darah Serial Bu Kek Sian Su 3 Karya Kho Ping Hoo Riwayat Lie Bouw Pek 2
^