Pencarian

Kisah Pengelana Di Perbatasan 1

Kisah Pengelana Di Kota Perbatasan Karya Gu Long Bagian 1


Kisah Pengelana di
Kota Perbatasan
Oleh : Gu Long Bab 01. Seorang Yang Tidak Menyandang Senjata
Golok yang merupakan sahabatnya tidak terlihat dipinggangnya. Sesaat setelah dia
memasuki ruangan, dia melihat salju merah!
Sesaat setelah dia memasuki ruangan, dia melihat Fu Hung Xue!
Beragam orang mendatangi tempat ini, semua orang dari berbagai kelas dan jenis. Namun, bagi seseorang seperti dia, sebetunya dia amat sangat tidak menyukai mendatangi tempat ini. Karena dia tidak diterima di tempat ini.
Tempat tersebut juga merupakan tempat yang aneh.
Saat itu telah dipenghujung musim gugur, namun kehangatan dan kegairahan susana di
tempat ini membuat saat itu seperti saat musim semi.
Saat itu tengah malam telah datang, namun di dalam ruangan masih terlihat terang
benderang, seterang sinar matahari disiang hari.
Tempat itu bukan toko arak, namun banyak terdapat minuman arak.
Tempat itu bukan tempat untuk berjudi, namun banyak orang berjudi.
Tempat itu tidak memiliki nama, namun tempat ini merupakan tempat paling terkenal
disekitar daerah ratusan mil. Di ruangan utama terdapat delapan belas meja. Kamu dapat duduk pada salah satu meja tersebut dan menikmati sajian terbaik yang mereka tawarkan -
namun bila kamu menginginkan kenikmatan yang lain, kamu harus membukan satu satu dari pintu.
Terdapat delapan belas pintu yang mengelilingi ruangan utama.
Tidak perduli pintu manapun yang kamu buka, kamu tidak akan menyesal, dan kamu tidak akan kecewa.
Di belakang ruangan utama terdapat tangga yang megah.
Namun, tidak seorangpun pernah mengetahui yang terdapat di atas, tidak ada seorangpun yang pernah ke atas sebelumnya.
Karena,?"?".Memang tidak perlu naik ke atas.
Semua hal yang kamu butuhkan terdapat di lantai bawah.
Tepat dibawah anak tangga, terdapat meja kecil. Dibelakang meja tersebut duduk seorang setengah baya.
Nampaknya, dia duduk sendiri disana sambil menghibur dirinya sendiri dengan setumpuk kartu.
Jarang sekali orang-orang melihat dia melakukan hal yang lain. Dan jarang sekali orang-orang melihat dia berdiri. Kursi tempat dia duduk merupakan kursi yang nampaknya nyaman dan besar.
Dua tongkat terbuat dari kayu berwarna merah tersender di sebelah kursinya.
Dia sedikit sekali memberikan perhatiannya pada orang-orang yang datang dan pergi.
Bahkan dia pun jarang sekali mengangkat wajahnya untuk melihat sekitarnya.
Semua yang dilakukan oleh orang-orang nampaknya sama sekali tidak menarik
perhatiannnya sama sekali.
Dia adalah pemilik dari tempat itu.
Tempat yang aneh dan misterius seringkali dimiliki oleh orang yang misterius dan aneh pula.
Fu Hong Xue menggenggam goloknya dengan tangannya.
Golok yang sangat menarik dan unik. Penutup golok berwarna hitam dan gagangnya juga
berwarna gelap.
Dia sedang menikmati makanannya. Sesuap nasi, kemudian sesuap sayuran. Begitu
seterusnya bergantian. Dia makan dengan perlahan.
Karena, dia hanya menggunakan satu lengan.
Tangan kirinya telah melekat pada goloknya. Tidak perduli apa yang dia lakukan, lengan tersebut tidak pernah lepas dari pangkal pedang.
Goloknya berwarna hitam, pakaiannya berwarna hitam, pupil matanya berwarna hitam,
semuanya cukup hitam untuk menyerap setiap cahaya.
Meskipun dia duduk agak jauh dari tempat masuk, Fu Hong Xue masih merupakan orang
pertama yang melihat dia masuk melewati pintu. Dia juga melihat pada golok di tangan Fu Hong Xue.
Tetapi - daun terbuka - tidak menyandang senjata.
Ye Kai adalah salah satu yang tidak pernah membawa senjata.
-------------------------------
Di ujung musim gugur, malam telah larut.
Tempat ini merupakan satu-satunya gedung yang masih memiliki lampu yang bernyala di
pintunya. Pintunya cukup kecil. Cahaya lampu berkelap-kelip ditengah debu bertebaran seperti halnya angin musim gugur meniup debu ke langit. Bunga matahari bergoyang-goyang tertiup angin, sepertinya sudah tidak diketahui lagi dari mana berasala dan kearah mana angin bertiup.
Apakah hidup itu seperti bunga matahari" Siapa yang dapat mengatakan nasib kita"
Jadi apa yang harus kita khawatirkan dikemudian hari"
Bila bunga matahari mengetahui masa depannya, maka tidak perlu ada yang harus dibenci.
Sudah sejak lama kita menikmati dan mengagumi keindahan bunga matahari.
Jadi, itu sudah lebih dari cukup.
Di salah satu ujung jalan merupakan hamparan tanah yang luas yang sepertinya tidak
memiliki batas, begitu pula pada ujung yang satunya.
Satu-satunya lampu yang tergantung pada gedung tersebut seperti berlian. Langit bersatu dengan kuningnya pasir, sementara pasir yang kuning bersatu dengan langit. Seorang laki-laki berdiri di ujung dunia.
Ye Kai sepertinya baru saja tiba dari ujung dunia.
Dia berjalan menyusuri sepanjang jalan dari kegelapan malam menuju cahaya yang terpencil tersebut. Kemudian dia tiba-tiba duduk tepat di tengah jalan dan mengangkat kakinya.
Sepatu yang terpasang dikakinya terbuat dari kulit, semacam bahan kulit yang biasa
digunakan oleh penggembala di padang pasir. Kedua sepatu tersebut persis seperti sepatu yang biasa digunakan oleh para penggembala, cukup ringan bahkan sangat ringan untuk
diterbangkan angin, namun cukup kuat untuk digunakan untuk bekerja keras dan berjalan jauh.
Namun saat ini, pada bagian bawah sepatunya terdapat lubang besar, dan pada telapak
kakinya mulai terlihat luka dan berdarah. Dia melihat pada lukanya kemudian menggelenggelengkan kepalanya dengan mimik muka yang sebal, sepertinya dia tidak kecewa pada
sepatunya namun pada kedua kakinya.
"Bagaimana kedua kaki ku luka seperti kaki orang lain?"
Kemudian dia mengeruk segenggam tanah dan menaburinya pada lubang di kedua
sepatunya. "Karena engkau sangat tidak berguna, maka aku akan membuat kamu terasa sakit dan
menderita."
Kemudian dia berdiri dan menggesekan luka di telapak kakinya pada pasir tersebut.
Selanjutnya Ye Kai tersenyum. Senyumnya seperti cahaya matahari yang memasuki debu
yang beterbangan memenuhi angkasa.
Lampu di gedung tetap bergoyang mengikuti tiupan angin.
Hembusan angin menerjang bunga matahari dan menghancurkan kelopak bunga tersebut ke
udara. Dia menangkap kelopak bunga tersebut dan menggenggamnya.
Kelopak bunga matahari hampir hancur seluruhnya, hanya meninggalkan beberapa helai
daun bunga. Dia mengebutkan pakaiannya, yang semestinya sudah harus dibuang ketempat sampah.
Kemudian, dengan hati-hati dia mencantumkan bunga tersebut pada salah satu lubang di pakaiannya.
Dia bersikap sepertin orang terhormat yang mengenakan baju yang bagus dan mewah yang dihiasi oleh sekuntum bunga.
Kemudian nampaknya dia sangat puas dengan dandanannya.
Dia tersenyum. Pintu telah tertutup.
Dia mengangkat kepalanya dan membusungkan dadanya, berjalan dan membuka pintu. Dan,
kemudian dia melihat kepada Fu Hong Xue.
Fu Hong Xue dan goloknya! Golok tersebut tergenggam di tanganya. Tangan yang puith
pucat. Golok yang berwarna hitam pekat!
Ye Kai sekilas melihat ke golok di tangannya, kemudian dari tangan ke mukanya.
Muka yang putih pucat. Mata yang hitam pekat.
Senyum terpendar dari mata Ye Kai, sepertinya dia sangat menyukai dan puas dengan yang dilihatnya. Kemudian dia melangkah lebar, menarik kursi dan duduk tepat di depan Fu Hong Xue.
Sumpit ditangan Fu Hong Xue masih belum berhenti. Sesuap sayuran, sesupa nasi. Dia
masih melanjutkan makanya dengan perlahan, dan tidak perduli dengan Ye Kai yang sedang menatapnya.
Ye Kai terus menatapnya dan berkata sambil tersenyum, "Engkau tidak minum arak?"
Fu Hong Xue tidak mengangkat kepalanya, dan tidak menghentikan apa yang sedang
dilakukannya. Setelah dia mengakhiri menyantap sesuap nasinya yang terakhir, perlahan-lahan dia
meletakan sumpitnya kemudian memandang Ye Kai.
Senyum Ye Kai terlepas secerah matahari.
Sedikitpun tidak terlihat adanya senyuman di wajah putih dan pucat Fu Hong Xue. Setelah beberapa saat, dia menjawab" "Aku tidak minum arak."
"Karena engkau tidak minum arak, bagaiam kalau kamu mentraktir aku dua gelas arak?" Ye Kai berkata.
"Engkau mau aku mentraktir kamu arak" Kenapa harus begitu?" Fu Hong Xue berkata.
Dia berbicara dengan perlahan, sepertinya dia sangat berhati-hati dengan setiap kata yang akan keluar dari mulutnya. Karena dia harus menanggung setiap kata yang dia katakan. Oleh karena itu dia tidak pernah mau mengatakan satu katapun yang salah.
"Kenapa" Karena menurutku, engkau menyenangkan dimataku."Ye Kai mendesah, dan
menambahkan, "Selain itu, aku tidak melihat orang lain yang menyenangkan lagi di sini."
Fu Hong Xue menurunkan pandangannya dan menatap kedua tangannya.
"Apakah kamu bersedia?"Ye Kai berkata.
Fu Hong Xue tetap menatap kedua tangannya. Itu kebiasaannya saat dia tidak ingin
membuka mulut. "Apakah kamu bersedia menjamu aku?" Ye Kai berkata.
Fu Hong Xue tetap menatap pada kedua tangannya.
"Ini terakhir kalinya aku memberikan kesempatan. Pasti sangat disayangkan kalau melewati kesempatan ini, " Ye Kai berkata.
Fu Hong Xue akhirnya mengangkat kepalanya dan berkata, "Tidak ada yang harus
disayangkan."
Ye Kai tertawa dan kembali berucap, "Engku betul-betul orang yang memiliki daya tarik itu.
Berkata sejujurnya, bahkan bila ada siapapun yang lain disini yang berlutut dan memohon, aku tidak akan mengangkat barang segelaspun."
Dia berbicara dengan suara yang keras seolah-olah dia menganggap semua orang ditempat ini tuli. Dan juga beranggapan tidak akan ada yang marah mendengar perkataan ini.
Beberapa orang mulai berderi. Seorang pemuda yang mengenakan bajuberwarna ungu
berdiri paling cepat. Secepat perkataan Ye Kai selesai diucapkan.
Pemuda tersebut memiliki pinggang ramping dan bahu yang lebar. Pedangnya dihiasi dengan batu permata yang indah, sarung pedangnya berwarna merah keunguan sehingga serasi
sekali dengan bajuyang kenakannya.
Dia memegang segelas arak ditangannya, gelas tersebut terisi sangat penuh, sehingga
araknya yang terdapat di dalamnya seperti akan meluap keluar. Dengan gerakan yang
tangkas, dia telah berdiri di hadapan Ye Kai, namun setetes arakpun yang meluap keluar.
Nampaknya, pemuda ini tidak hanya cermat memilih baju yang dikenakannya, namun juga
menguasai ilmu silat yang terlatih dengan baik. Namun, sayangnya Ye Kai tidak melihatnya, juga Fu Hong Xue.
Pemuda dengan bajuungu tersebut memperlihatkan senyumnya dengan bangga karena dia
mengetahui semua mata memandang dirinya.
Perlahan dia menepuk bahu Ye Kai dan berkata, "Bolehkah aku mentraktir anda segelas
arak?" "Tidak usah." Ye Kai menjawab.
Pemuda tersebut kemudian tertawa dengan keras, setiap orang di ruangan tersebut mulai tertawa juga.
Ye kai juga tertawa dan tersenyum, kemudian berucap, "Walaupun kamu berlutut, aku tidak akan meminum arakmu."
"Memangnya tahukah kau siapa aku?" pemuda tersebut berkata.
"Saya tidak tahu pasti. Bahkan, saya pun tidak yakin pula kalau engkau adalah seorang laki-laki."Ye Kai berkata.
Senyum pemuda tersebut langsung membeku, jarinya langsung mengenggam pangkal
pedangnya. Cri ing, pedang terlepas dari sarungnya.
Namun, hanya gagang pedang yang saat ini terdapat di tangannya. Mata pedang tetap
tersimpang pada sarungnya.
Sesaat pemuda tersebut menarik pedangnya, Ye Kai menggerakan tangannya dan
melemparkan sepotong besi, memotong mata pedang beberapa inci dari gagang pedangnya.
Sehingga, ketika pemuda tersebut mencabut pedangnya, yang dipegang hanya gagangnya,
sementara mata pedang masih tersimpan di sarungnya.
Muka pemuda tersebut langsung berubah jadi ungu, dan paras wajahnya memperlihatkan
dia tidak percaya dengan apa yang telah terjadi.
Tidak ada satupun orang di ruangan itu berani tertawa lagi, bahkan yang tertawapun
langsung menghentikan tawanya. Setiap orang hanya menahan napas.
Hanya ada satu suara. Suara kartu yang sedang sedang dikocok.
Tampaknya, dia merupakan satu-satunya orang yang tidak perduli dengan apa yang telah terjadi.
Meskipun Fu Hong Xue melihat apa yang terjadi, namun paras wajahnya masih kosong tanpa ekspresi.
Ye Kai menatapnya dan tersenyum, "Kau lihat" Saya tidak berbohong."
"Jadi apakah kamu masih mau menraktir saya?" Ye Kai berkata.
Fu Hong Xue perlahan-lahan menggelengkan kepalanya dan menjawab, " Tidak ."
Dia berdiri dan berbalik seperti tidak ada lagi yang perlu dibicarakan.
Namun, dia menolah pada pemuda dengan bajuungu tersebut dan berkata, "Engkau harus
menghabiskan banyak uang untuk membeli pedang lain yang lebih bagus. Sesungguhnya,
kamu lebih baik tidak membawa pedang sama sekali. Memiliki pedang hanya untuk
perhiasan merupakan suatu hal yang sangat berbahaya."
Dia berbicara dengan perlahan namun bersungguh-sungguh, ucapannya merupakan kata-
kata yang sangat bernilai.
Namun di telinga pemuda dengan bajuungu tersebut, ucapan tersebut terdengar sangat
menyakitkan. Dia menatap Fu Hung Xue, sekejap wajahnya berubah menjadi pucat pasi.
Fu Hong Xue mulai berjalan keluar. Dia bahkan berjalan lebih lambat dari pada dia berucap, dan gaya berjalannya bahkan terlihat lebih aneh.
Dia harus membuat satu langkah dengan kaki kirinya dan kemudian di kuti dengan menyeret kaki kanannya dari belakang.
"Jadi ?". dia seorang pincang."
Ye Kai merasa terkejut dan menyesal.
Namun selain itu, dia tidak memikirkan hal lainnya.
Pemuda dengan baju ungu mengepalkan kedua telapak tangannya dengan amarah. Dia
sangat marah dan juga kecewa-berharap Ye Kai akan menghentikan Fu Hong Xue.
Walaupun kemampuan Ye Kai sangat hebat, namun kepincangan tersebut nampaknya sedikit lebih menakutkan.
Pemuda dengan bajuungu memberikan tanda dan dua orang yang duduk bersamanya
perlahan berdiru dan sepertinya mereka akan mengejarnya.
Sesaat, suara asing memenuhi segenap ruangan,"Engkau tidak ingin seseorang mentraktir mu, namun apakah kamu bersedia mentraktir orang lain?"
Suara tersebut terdengar lembut, namun setiap orang dapat mendengarnya dengan jelas.
Seseorang sepertinya berbisik langsung ketelinga, namun tidak ada yang melihat siapa yang berbisik.
Akhirnya mereka melihat seorang tengah baya dengan baju yang bagus dan rapi telah
mengangkat kepalanya dan menatap Ye Kai.
"Orang lain mentraktir aku minum adalah satu hal, namun aku mentraktir orang lain untuk minum adalah hal yang berbeda."Ye Kai menjawab sambil tersenyum.
"Betul, kedua hal adalah sesatu hal yang sangat berbeda." Orang setengah baya berkata.
"Jadi bila itu aku, maka aku bersedia untuk mentraktir setiap orang di seluruh ruangan ini."Ye Kai berkata.
Dia berkata seolah-olah dia adalah pemiliki tempat tersebut.
Pemuda dengan baju ungu menggertakan giginya dan melihat ke pintu.
"Tapi bila aku mentraktir, maka semua orang yang aku traktir harus minum hingga
mabuk!"Ye Kai berkata dengan santai.
Pemuda dengan baju ungu tiba-tiba berbalik padanya dan berkata, "Apakah engkau tahu
untuk mentraktir semua orang membutuhkan uang perak?"
"Uang perak" Apakah aku terlihat seperti orang yang membawa urang perak?" Ye Kai
berkata. Pemuda tersebut tertawa dan berkata, "Betul-betul tidak."
"Namun kamu tidak perlu menggunakan uang perak kalau mau membeli arak. Kamu dapat
pula menggunakan kacang, jelas?" Ye Kai berkata.
Pemuda tersebut terkejut dan berkata, "Kacang" Kacang yang seperti apa?"
"Kacang seperti ini." Ye Kai berkata.
Kantung coklat tiba-tiba terlihat ditangannya. Dengan perlahan dia menggoyang kantung, kacang-kacang tiba-tiba keluar. Kejadian tersebut seperti sulap.
Kacang-kacang yang keluar tersebut terbuat dari emas.
Pemuda tersebut menatap tajam pada kacang emas yang terjatuh di lantai. Setelah dia
merasa terkejut, kemudian tersenyum dan berkata,"Ini adalah satu-satunya hal yang tidak aku mengerti."
Pemuda dengan baju ungu melanjutkan."Engkau tidak ingin seorangpun mentraktir mu,
namun engkau lebih suka mentraktir orang lain. Apanya yang berbeda?"
Sekejap Ye Kai berkata, "Bila seekor anjing datang padamu dan dan menawarkan
kotorannya, apakah kamu akan memakannya?"
Wajah pemuda baju ungu langsung berubah warna dan dia menjawab,"Tentu tidak."
"Aku juga tidak. Namun lebih enak memberi makan anjing."Ye Kai berkata.
Ketika Fu Hong Xue berjalan keluar, sekonyong-konyong nampak lagi dua buah lentera di pintu.
Dua orang berbaju putih dengan lentera dimasing-masing tangan mereka berdiri ditengah jalan.
Sementara Fu Hong Xue berjalan keluar pintu dan bergerak setapak demi setapak, dia
mengamati ada orang ketiga dibelakang keduar orang yang memegan lentera .
Lentera mereka bergoyang tertiup angin, namun orang ketiga tersebut berdir dengan tegak, tidak bergerak seincipun.
Cahaya lentera menerangi tubuh, rambut dan baju mereka. Pasir kuning terkumpul disekitar mereka bercampur dengan gelapnya malamnya, sehingga menghasilkan aura yang
menyeramkan. Namun Fu Hong Xue tidak mengambil perduli. Ketika berjalan, matanya menatap kekejauhan malan..
Apakah karena seseorang telah menunggunya ditempat yang sangat jauh"
Namun kenapa pandangannya nampak sangat kesepian dan terkucil" Bila ada perasaan yang keluar, itu pasti bukan kehangatan. Itu lebih terlihat sebagai hal yang menyakitkan, kebencian dan penderitaan.
Sementara da tetap berjalan, orang yang berdiri tegak dibelakang kedua orang yang
memegang lentera tiba-tiba mengeluarkan suara,"Tuan, mohon tunggu."
Fu Hong Xue berhenti di tempat. Pada saat sesorang memintanya untuk berhenti, maka ia berhenti. Tidak perduli siapapun, dan dia tidak menanyakan kenapa.
Orang tersebut nampaknya sangat sopan. Namun, saat dia membungkukkan badang,
matanya menatap golok. Ototnya menegang sementara kesiagaan menyeliputi seluruh
tubuhnya. Fu Hong Xue tetap tidak bergerak. Golong ditangannya juga tidak bergerak. Bahkan matanya tetap menatap dikejauhan.
Hamparan yang luas dan gelap dikejauhan.
Setelah beberapa saat, orang dengan ekspresi yang putih tersebut tersebut mengendorkan tubuhnya. Dia tersenyum dan berkata"Mohon maaf untuk bertanya, apakah anda baru tiba hari ini?"
"Ya." Fu Hong Xue berkata.
Responnya hanya jawaban tersebut, namun jawaban tersebut keluar setelah dia berpikir beberapa saat.
"Anda berasal dari mana?" orang dengan baju putih bertanya.
Fu Hong Xue menurunkan pandangannya dan menatap goloknya.
Setelah beberapa saat, laki-laki dengan baju putih tersebut tersenyum memaksa dan
berkata, "Apakah kamu akan pergi secepatnya?"
"Mungkin." Fu Hong Xue berkata
"Dan mungkin tidak?" laki-laki berbaju putih berkata.
"Mungkin." Fu Hong Xue menjawab.
"Bila engkau berencana tidak pergi secepatnya, Majikan Ketiga kami bermaksud
mengundang anda untuk bertemu besok malam."Laki-laki baju putih berkata.
"Majikan Ketiga" "Fu Hong Xue berkata.
"Betul, saya mengundang atas nama Majikan Ketiga dari Gedung Sepuluh Ribu Kuda. "laki-laki baju putih berkata sambil menyeringai.
Kali ini seringai betul-betul nyata.
Beberapa orang mungkin tidak bisa menebak siapa Majikan Ketiga, dan hal itu merupakan suatu hal yang lucu.
Namun bagi Fo Hung Xue, mungkin tidak ada satupun di dunia ini yang dapat ditertawai.
Laki-laki baju putih tiba-tiba tidak tertawa lagi. Dia pura-pura batuk dan berkata, "Majikan Ketiga memerintahkan agar kami berhasil mengundang anda, kalau tidak".."
"Kenapa kalau tidak?" Fu Hong Xue berkata.
"Kalau tidak kami tidak boleh menghadap beliau. Kami harus berdiri disini dan tidak boleh pergi. " laki-laki baju putih berkata.
"Tetap berdiri disini?" Fu Hong Xue berkata.
"Ya. Hingga anda bersedia menerima undangan saya?"laki-laki baju putih berkata.
Sesaat laki-laki baju putih menyambung perkataannya, Fu Hong Xue telah berbalik dan mulai berjalan.


Kisah Pengelana Di Kota Perbatasan Karya Gu Long di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Kaki kirinya setahap melangkah dan kemudian kaki kanannya diseret maju. Kaki kanannya nampaknya kaku total.
Air muka laki-laki baju putih berubah warna, seluruh tubuhnya mulai menegang kembali.
Namun, hingga bayangan Fu Hong Xue menghilang dikegelapan, dia tetap berdiri di tempat, sama sekali tidak bergerak.
Angin berhembus ke tubuhnya sambil menerbangkan debu, namun bahkan dia tidak
berkedip. Salah seorang yang memegang lentera tidak tahan untuk bertanya, "Apakah kita harus
membiarkan dia pergi begitu saja?"
Laki-laki baju putih hanya menutup mulunya dengan erat dan tidak mengucapkan satu
katapun. Setitik darah merembes dari ujung mulutnya, namun dalam sekejap mata hilang diterbangkan angin.
Fu Hong Xue tidak pernah berbalik. Selama dia mulai berjalan kedepan, dia tidak pernah berbalik.
________________________________________
Angin berhembus dengan keras. Batang kayu di sebuah pondok yang terletak disebuah gang yang gelap bergoyang maju mundur sepertinya akan lepas diterbangkan oleh angin. Dia
berjalan hingga ke pondok terakhir darn berdiri di depan pintu.
Tidak terdengar suarad dari dalam pondok. Juga tidak terlihat cahaya, nampaknya kegelapan di dalam lebih pekat dari pada diluar.
Fu Hong Xue tidak berkata sedikit pun sementara dia mulai masuk. Dia menutup dan
mengunci pintu dari dalam. Nampaknya dia sangat terbiasa dalam kegelapan.
Sebuah lengan tiba-tiba mencul dari kegelapan dan meraih lengannya. Lengan tersebut
hangat dan lembut.
Fu Hong Xue hanya berdiri di sana, membiarkan lengan tersebut mengelus tangannya-
tangan yang tidak memegang golok.
Kemudian, terdengar suara dari kegelapan, "Aku telah menunggumu sejak lama. "Itu adalah suara yang lembut dan manis dari seorang muda.
Itu adalah suara seorang gadis.
Fu Hong Xue perlahan-lahan menganggukan kepalanya dan berkata, "Kamu telah menunggu
sejak lama."
"Kapan kamu tiba?" gadis itu berkata.
"Petang tadi." Fu Hong Xue menjawab.
"Kamu tidak langsung kesini?" gadis itu bertanya.
"Tidak. " Fu Hon Xue menjawab.
"Mengapa tidak langsung kemari?" gadis itu bertanya kembali.
"Sekarang aku sudah di sini." Fu Hong Xue berkata.
"Kamu benar. Kamu di sini sekarang. Selama kamu kesini, menunggu hingga kapanpun
pantas. " Gadis itu berkata dengan lembut.
Berapa lama dia telah menunggu"
Siapakah gadis itu" Mengapa dia menunggu di sini"
Tidak ada seorangpun yang mengetahuinya. Kecuali kedua orang itu, bahkan tidak ada
seorang pun di dunia ini.
"Apakah segala sesuatunya telah disiapkan?" Fu Hong Xue bertanya.
"Semua telah disiapkan. Bila kamu membutuhkan apapun, minta saja. "gadis itu berkata.
Fu Hong Xue diam seribu bahasa.
Suara gadis tersebut semakin ramah, "Aku tahu apa yang kamu butuhkan, aku tahu ?"
Tangan si gadis bergerak mencari sesuatu di kegelapan, dan mulai membuka kancing
bajunya. Tangannya yang halus dan sangat terampil"
Sekejap, Fu Hon Xue telah telanjang.
Tidak ada angin yang bertiup masuk namun gadis tersebut bergetar dan menggiggil.
Suara gadis itu seperti mimpi, yang secara perlahan berkata, "Selama ini kamu selalu menjadi seorang bocah lelaki, namun sekarang saya ingin kamu menjadi seorang pria.
Karena ada beberapa hal yang hanya dapat dilakukan oleh seorang pria."
Bibir gadis itu sungguh hangat dan basah saat menyentuh dadanya.
Tangan gadis itu terus menggerayang mencari sesuatu"
Fu Hong Xue terjatuh ke atas tempat tidur, namun tangan kirinya masih memegang golok.
Golok itu seperti sudah menjadi bagian tubuhnya, bagian dari hidupnya. Mereka tidak akan pernah dapat dipisahkan.
______________________________________
Matahari pagi telah masuk melewati jendela kecil. Dia masih tertidur, goloknya masih tergenggam.
Disana hanya terdapat dua ruangan, satu yang di belakang adalah dapur.
Aroma yang membangkitkan selera muncul dari ruangan tersebut.
Seorang wanita tua yang pucat dan telah beruban sedang menuangkan telur dengan hati-
hati ke dalam masakan.
Postur tubuhnya sudah membongkok dan kulitnya sudah keriput.
Tangannya kasar dan buruk karena telah digunakan untuk bekerja keras sepanjang
hidupnya. Ruangan di luar nampak dilengkapi dengan kursi dan meja yang nyaman. Semua tertata
dengan rapi dan bersih. Kasur di atas tempat tidur masih kasar dan kaku.
Fu Hong Xue kelihatannnya masih tertidur.
Namun, sesaat wanita tua melangkah keluar dari dapur, matanya segera terbuka.
Di sana hanya terdapa dua orang.
Di manakah gadis muda yang lembut dan bergairah" Apakah dia telah hilang ditelan
kegelapan malam"
Atau dia merupakan jelmaan arwah gentayangan di tengah malam"
Ketika Fu Hong Xue melihat wanita tua tersebut, tidak terlihat ekspresi apapun di wajahnya.
Dia tidak berkata sepatahpun dan tidak bertanya apapun.
Mengapa dia tidak tidak bertanya sesuatu"
Apakah dia telah menyadari bahwa yang baru saja terjadi tadi malam hanyalah mimpi"
Telur goreng telah masak. Disana juga tersedia tahu segar, daun selada, rebung dan kacang asin rebus.
Wanita tua hanya menyiapkan makanan di atas meja, dan dengan tersenyum berkata,
"Makan pagi lima fen perak, bermalam empat qian dan tujuh fen. Untuk sebulan, seluruhnya 10 tael perak. Sangat murah untuk tempat seperti ini."
Terlalu banyak kerut keriput di wajahnya. Saking banyaknya, sulit untuk membedakan
apakah dia sedang tersenyum atau tidak.
Fu Hong Xue mengambil setumpuk perak dan meletakannya di atas meja. "Aku akan
menetap selama 3 bulan. Ini lima puluh tael perak.
"Itu dua puluh tael lebih banyak?"?"wanita tua tersebut menegaskan.
"Aku membutuhkan peti mati setelah aku mati."Fu Hong Xue berkata.
Wanita tua tersebut tertawa dan berkata, "Dan bila kamu tidak mati?"
"Kamu simpan kelebihannya untuk membeli peti mati kamu sendiri." Fu Hong Xue
menjawab. ________________________________________
Diluar gang sempit tersebut terdapat jalan raya yang panjang.
Angin telah melemah.
Cahaya matahari menyinari jalan, pasir kuning berkilauan tertimpa cahaya matahari.
Orang-orang sudah berlalu-lalang di jalan. Orang pertama yang tertangkap oleh matanya adalah laki-laki baju putih.
Dia masih berdiri di tempat yang sama seperti saat dia bertemu tadi malam. Posisi tubuhnya bahkan tidak berubah sama sekali.
Bajunya yang putih salju mulai dikotori oleh pasir, bahkan rambut telah menguning. Namun, wajahnya masih pucat. Dia masih berusaha dengan gigih.
Banyak mata memandang ingin tahu kepadanya. Pandangan mata tersebut bahkan dapat
menahan sinar matahari yang sangat terik.
Kegigihan sangat menyakitkan, namun kadang kala juga merupakan keahlian.
Seseorang yang telah mengusai keahlian ini biasanya dapat mencapai apa yang mereka
inginkan. Fu Hong Xue berjalan kearahnya namun tatapan matanya masih ke arah kejauhan.
Debu dan kotoran tiba-tiba beterbangan ke udara.
Terdengar derap suara kuda yang ramai. Tujuh ekor kuda berlari kencang dijalan dalam barisan.
Penunggang kuda-kuda tersebut merupakan orang yang sangat ahli. Secepatnya mereka tiba di hadapan laki-laki baju putih, tangan mereka meraih senjata di punggung, lalu memberikan penghormatan dalam satu gerakan yang seragam.
Hal ini merupakan salah satu dari kebiasaan penting yang mereka.
Dari penghormatan meraka, dapat dikatakan laki-laki baju putih tersebut memiliki posisi yang tidak rendah.
Tidak ada alasan yang tidak masuk akal bila seseorang harus bertahan seperti itu, dia tetap berdiri disana dengan tenang.
Apa maksud dari tindakannya"
Cahaya terpantul dari senjata mereka ke wajahnya. Dalam sekejap ke tujuh kuda telah
berlari kencang ke unjung jalan.
Sekonyong-konyong, kuda terakhir meringkik kerah ketika penunggangnya menarik tali
kekangnya. Kemudian kuda tersebut mencongklang balik.
Penunggang kuda tersebut tetap berada dipelananya, kemudian dia mengangkat sebilah
tombak baja hitam yang terbungkur kain putih.
Sementara kuda berlari kencang, tombak tersebut meluncur dari tangannya menancap ke
atas tanah disamping laki-laki baju putih.
Kain putih yang menutup ujung tombak kemudian terlepas oleh angin dan ternyata berubah menjadi bendera.
Keenam penunggkang yang lainnya melakukan hal yang sama dengan penunggang tadi
sambil menimbulkan debu yang beterbangan.
Orang dan kuda silih berganti berdatangan dan pergi. Setelah mereka meninggalkan jalan yang terlihat adalah jalan yang dipenuhi oleh bendera yang besar.
Cahaya matahari yang cerah menyinyari bendera yang besar.
Banyak pasang mata di jalan terlihat membeku kaku, bahkan mereka juga tidak berbicara satu dengan yang lainnya.
Seseorang tiba-tiba tertawa dengan keras dan berseru, Gedung Sepuluh Ribu Kuda memang benar hebat! Gedung Sepuluh Ribu Kuda sungguh-sungguh hebat!"
ooOOOoo Bab 02. Gedung Sepuluh Ribu Kuda Guang Dong
Lentera yang tergantung di atas pintu utama telah meredup hampir padam.
Seseorang berdiri di bawah lentera tertawa sangat keras. Saking kerasnya, lentera di atasnya hingga bergoyang dan menjatuhkan debu yang mengotorinya ke bawah, ke muka orang
tersebut. Namun orang tersebut tidak ambil perduli.
Tidak perduli apapun yang terjadi, Ye Kai tidak mau ambil pusing.
Itu sebabnya, dia masih mengenakan baju yang dekil, robek dan kotor yang sejak telah dipakainya sejak semalam. Kemanapun dia pergi, tercium bau yang merupakan yang tidak menyenangkan, seperti gabungan dari bau rumput yang telah membusuk, baru binatang
disemak-semak, dan bahkan bau bangkai busuk. Bau tersebut mengikutinya kemanapun dia beranjak.
Sementara itu dia tetap tidak beranjak disitu, kelihatannya dia sedang mengharapkan setiap orang menghargai bau busuk yang dikeluarkannya.
Sesuatu masih menggantung di lubang pakaiannya. Tetapi, bukan bunga matahari seperti malam sebelumnya. Sekarang tergantung hiasan bunga terbuat dari mutiara.
Siapa yang tahu bila hiasan tersebut jatuh dari rambut seorang gadis muda yang kemudian nyangkut ke lubang tersebut"
Dia tidak pernah memetik bunga dari batangnya, namun dia tidak ragu untuk menyematkan hiasan rambut seorang gadis muda.
Pandangan Fu Hong Xu tiba-tiba berubah ke arahnya dan menatap dengan penuh perhatian kepadanya.
Ye Kai telah berjalan sampai ke tengah jalan, tepat di hadapan orang baju putih. Cara berjalannya tidak beraturan seperti sempoyongan. Dia nampaknya sedang mabuk, seperti T"ai-Bo si penyair abadi, yang mencoba menangkap bulan di sungari. Namun, sesaat dia membuka matanya, pandangan matanya bahkan lebih tajam dari pada pandangan mata
pemanah elang Genghis Khan.
Ye Kai memicingkan matanya, melihat kepada laki-laki baju putih, dan berkata,
"Rasanya kamu berdiri disini dari tadi malam."
"Ya. " laki-laki baju putih berkata.
"Engkau masih berdiri di sini sampai hari ini." Ye Kai berkata.
"Ya. "laki-laki baju putih menjawab.
"Apa yang kau tunggu?" Ye Kai bertanya.
"Menunggu anda." Laki-laki baju putih berkata.
"Aku" Aku bukan seorang yang penting, mengapai engkau harus menunggu aku?" Ye Kai
berkata sambil tersenyum.
"Di dalam pandangan Majikan Ketiga, tidak ada seorangpun di dunia yang dapat menyamai kegagahanmu. "laki-laki baju putih berkata.
Ye Kai tertawa lebar dan berkata, "Hari ini baru tahu bahwa diriku ternyata seorang yang gagah. Namun orang seperti apa Majikan Ketiga-mu itu?"
"Dia adalah seorang yang mengenal dan mengagumi orang-orang gagah."laki-laki baju putih berkata.
"Bagus sekali" Saya sangat menyukai orang seperti itu. Dimana dia sekarang" Aku berharap dia dapat mentraktir aku segelas arak!" Ye Kai berkata.
Bila dia membiarkan seseorang mentraktir segelas arak, maka dia pasti sangat menghargai dan menghormati orang tersebut.
"Saya telah diperintahkan oleh Majikan Ketiga saya untuk mengundang anda minum arak
dengannya malam ini."laki-laki baju putih berkata.
"Bila hanya sedikit arak, aku tidak mau hadir. Namun, bila ditraktir arak yang banyak maka saya pasti akan berada disana!" Ye Kai berkata.
"Gedung Sepuluh Ribu Kuda memiliki gudang arak yang menyimpan sebanyak tiga ribu botol arak. Anda dapat minum sepuas hati di sana."laki-laki baju putih berkata.
Ye Kai menebarkan senyum yang lebar dan berkata,"Bila seperti itu, maka pasti akan sulit untuk melarang saya pergi kesana."
"Terima kasih."laki-laki baju putih berkata.
"Saya telah menyetujui untuk berangkat, lalu kenapa engkau masih berdiri di sini." Ye Kai bertanya.
"Saya diperintahkan untuk mengundang enam orang. Hingga saat ini saya baru berhasil
mengundang lima orang."laki-laki baju putih berkata.
"Ini sebabnya engkau masih belum beranjak?" Ye Kai berkata.
"Ya."laki-laki baju putih menjawab.
"Siapa yang belum berhasil diundang?"Ye Kai bertanya.
Sebelum diperoleh jawaban, dia tertawa dan berkata kembali, "Aku tahu siapa dia.
Sepertinya orang tersebut tidak hanya tertarik mentraktir orang lain minum arak, akan tetapi dia juga tidak ingin orang lain mentraktir minum orang untuk dirinya."
Laki-laki baju putih hanya bisa tersenyum kikuk.
"Walaupun kamu berdiri disini selama tiga hari tiga malam, belum tentu dapat membujuk dia. Aku yakin, tidak ada hal apapun di dunia ini yang dapat membuat dia terbujuk."Ye Kai berkata.
Laki-laki baju putih menghela napas.
"Hanya ada satu cara untuk membujuk orang seperti dia."Ye Kai berkata.
"Harap berikan saya petunjuk."laki-laki baju putih berkata.
"Tidak perduli kemanapun kamu mengundang dia untuk pergi, memintanya tidak akan
membuat dia pergi kemanapun. Namun, bila kamu dapat memancing dia, maka dia akan
pergi meskipun kamu tidak meminta, bahkan tanpa kamu undang."
"Tapi sayangnya saya tidak tahu bagaimana melakukan itu."laki-laki baju putih berkata.
"Lihat saja."Ye Kai berkata.
Tiba-tiba dia berbalik dan berjalan ke arah Fu Hong Xue.
Fu Hong Xue memandangnya sepertinya dia telah menantinya sepanjang waktu.
Ye Kai berjalan ke hadapannya, berjalan hingga sangat dekat di hadapannya, dan dengan cara yang aneh dan misterius dia berkata."Apakah kamu tahu ingin tahu siapa aku"Dan apa hubungannya dengan engkau?"
"Siapakah engkau" Dan apa hubungannya dengan diriku" "Fu Hong Xue bertanya.
Wajahnya yang putih pecat tetap tanpa perasaaan. Namun, pembuluh darah di tangannya
yang memegang golok telah menonjol hingga hijau.
Ye Kai tertawa dan berkata, "Bila engkau ingin mengetahuinya, maka kamu harus bertemu dengan ku di Gedung Sepuluh Ribu Kuda malam ini dan aku akan mengataknnya
kepadamu."
Sebelum Fu Hong Xue berkata-kata lagi, secara cepat dia berbalik dan berjalan menjauhi.
Dia berjalan cukup cepat sepertinya dia takut Fu Hong Xue mengejarnya dibelakang.
Namun, Fu Hong Xue tetap tidak bergerak. Dia hanya menurunkan pandangannya dan
menatap golok ditangannya sementara matanya memicing.
Ye Kai berlari kembali ke laki-laki baju putih. Dia menepuk bahunya dan berkata,"Kamu dapat pergi kembali sekarang. Saya menjamin dia akan muncul di Gedung Sepuluh Ribu
Kuda malam ini.
"Apakah dia akan pasti akan kesana?"laki-laki baju putih berkata dengan ragu-ragu.
"Bila dia tidak muncul, maka itu adalah kesalahan saya. Kamu telah menyelesaikan tugas kamu."Ye Kai berkata.
"Terima kasih!" laki-laki baju putih berkata dengan penuh hormat.
"Kamu tidak perlu berterima kasih kepadaku, kamu seharusnya berterima kasih pada diri kamu sendiri."Ye Kai berkata.
Laki-laki baju puith terlihat terkejut dan berkata,"Saya harus berterima kasih pada diri saya sendiri?"
"Bila Pedang Tunggal, Mencungkil Bunga yang menggetarkan dunia persilatan dua puluh
tahun lalu berdiri di sini sehari semalam, lalu apa sulitnya bagiku untuk membantu urusan sekecil ini?"Ye Kai berkata sambil tersenyum.
Laki-laki baju putih melihat dengan heran kepada Ye Kai, setelah beberapa saat, perlahan-lahan dia berkata,"Kelihatannya kamu tahu banyak hal."
"Sejujurnya, tidak terlalu banyak."Ye Kai menjawab.
Laki-laki baju putih tersenyum dan memberikan hormat dan berkata,"Sampai bertemu lagi nanti malam."
"Pasti!" Ye Kai berkata.
Laki-laki baju putih menunduk, kemudian berbalik. Dia menarik tombak bendera yang
menancap di tanah kemudian menggulungnya bendera tersebut. Dengan sekali hentakan,
dia menotol tanah dengan tombak tersebut, sekejap tubuhnya sudah melayang ke udara.
Sesaat kemudia, seekor kuda telah dipacu meninggalkan salah satu gang.
Laki-laki baju putih dengan sigap telah duduk di atas sadel di punggung kuda tersebut.
Dengan sekali tarikan, kuda telah dipacu hingga tiga pulih meter di depan.
Ye Kai menatap laki-laki baju putih di atas kuda tersebut yang dengan sekejap telah berada dikejauhan. Dia menghela napas dan berkata,"Nampaknya Gedung Sepuluh Ribu Kuda
merupakan tempat yang berbahaya, tempat berkumpulnya para pendekar sebanyak awan
dia ngkasa ?""
Dia meregangkan lengannya dan menguap dengan lebar. Kemudian berbalik dan mencari-
cari Fu Hong Xue, namun dia sudah terlihat lagi.
_______________________________________
Langit biru. Pasir kuning.
Pasir yang kuning bersatu dengan langit yang membiru.. Langit yang membiru bersatu
dengan pasir yang kuning.
Dikejauhan terlihat bendera putih raksasa berkibaran tertiup angin.
Bendera tersebut seperti tertancap dan berdiri di ujung dunia.
Tempat tersebut, Gedung Sepuluh Ribu Kuda, berdiri di ujung dunia.
Daerah yang luas, yang tidak bertepi dan tiada akhirnya. Dijalan terbentuk segaris alur yang ditmbulkan oleh hentakan kaki yang kuat, panjang dan lurus. Di ujung terdapat terpancang bendera putih yang agung. Di bawah bendera tersebut terletak Gedung
Sepuluh Ribu Kuda.
Fu Hong Xue berdiri di tengah-tengah padang pasir di sisi jalan, menatap lurus ke arah bendera tanpa ada yang mengetahui untuk berapa lama dia seperti itu. Akhirnya, perlahan-lahan di berbalik.
Segaris merah tiba-tiba muncul dari balik pasir yang kuning yang beterbangan ke udara.
Garis merah tersebut bergerak seperti bintang jatuh mendekatinya.
Kuda dengan warna merah yang menarik. Seseorang berpakaian berwarna merah.
Fu Hong Xue baru berjalan tiga langkah sebelum dia mendengar suara hentakan kuda dari belakangnya.
Dia tidak menengok untuk melihat. Setelah beberapa langkah, kuda dan pengendaranya
melintas melewatinya.
Sipengendara kuda tersebut menengok melihatnya, sepasang pandangan mata yang tajam
melihat golok di tangan Fu Hong Xue. Sepasang lengan yang putih dan ramping menarik tali kekang kuda.
Kuda yang bagus. Wanita yang cantik.
Namun, Fu Hong Xue sepertinya tidak ambil perhatian terhadap mereka. Saat dia tidak ingin melihat sesuati, maka pandangan matanya tidak akan melihat apapun.
Mata gadis tersebut yang cerah menatap wajahnya dan tiba-tiba berkata,"Jadi engkau
orangnya" Master Hua bahkan tidak berhasil mengundang?"
Dia adalah seorang gadis yang cantik, namun suaranya bahkan lebih menarik lagi.
Fu Hong Xue tidak mendengarnya.
Sipengendara tersebut mengangkat alisnya dan dengan keras berseru,"Dengarkan! Bila
kamu takut untuk memperlihatkan dirimu nanti malam, maka kamu bukan apa-apa namun
hanya sekumpulan lalat yang mengelilingi telur busuk. Dan aku akan membunuh kamu dan mengumpankan tubuhmu yang tidak berguna ke anjing."
Sebuah cambuk meluncur dari tangannya dan meluncur seperti ular memagut ke wajahnya.
Nmaun Fu Hong Xue tetap tidak melihat. Sesaat cambuk tersebut menyentuh wajahnya,
secara tiba-tiba muncul suara Sreeet, dan meninggalkan bekas merah di pipinya.
Fu Hong Xue tetap tidak menanggapi. Namun, pembuluh darahnya tangannya yang
memegan golong mulai menonjol keluar.
"Jadi dia bukanlah apa-apa, melainkan hanya sebatang kayu."pengendara menyeringai.
Ketawanya mulai menghilang sesaat setelah pengendara dan kudanya berlari ke tengah
padang pasir, tanpa meninggalkan apapun kecuali segaris merah.
Fu Hong Xue mengangkat tangannya dan merasakan bekas pecutan di wajahnya, sesaat
kemudian dia mulai bergetar.
Seluruh tubuhnya bergetar, kecuali tangannya yang memegang golok. Tangan tersebut tetap diam seperti gunung.
________________________________________
Ye Kai masih terus menguap.
Bila ada orang yang memperhatikannya dengan seksama, mungkin sudah dihitung bahwa dia telah menguap paling tidak tigapuluh atau empatpuluh kali hari ini.


Kisah Pengelana Di Kota Perbatasan Karya Gu Long di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Namun, dia masih enggan untuk tidur.
Dia luntang-lantung ke timur dan barat, melihat ke kiri dan melihat sekilas ke kanan, sepertinya semua menarik hatinya.
Nampaknya, dia sama sekali tidak tertarik untuk tidur.
Kemudian dia berjalan ke sebuah toko kelontong yang terletak di depan sebuah kedai mie diseberang jalan.
Dia betul-betul menikmatai berbincang-bincang dengan berbagai orang namun untuk
beberapa hal dia merasakan bahwa semua pemilik rumah di sini nampaknya cukup aneh.
Sebenarnya, mungkin dia satu-satunya orang yang aneh.
Dia tidak pernah berjalan terlalu cepat, namun cara berjalannya sangat berbeda dengan Fu Hong Xue.
Meskipun Fu Hong Xue pincang dan berjalan dengan perlahan, namun postur tubuh tegak
lurus seperti tombak/
Ye Kai berkeliaran dengan malasnya, sepertinya semua tulangnya suah menjadi lemas
bergoyang ke kiri dan ke kana. Sepertinya dia akan terjatuh hanya dengan dijentikan oleh satu jari.
Dia berjalan tengah jalan, seekor kuda berlari dengan cepat di tengah jalan.
Kuda berwarna merah yang menarik, pengendaranya seorang yang cantik seperti bunga
yang baru mekar-bunga mekar yang berduri.
Sebelum kudanya menabrak Ye Kai, sipengendara menjerit dengan keras, "Hei kau!
Mau bunuh diri yah" Menyingkir sana!"
Ye Kai mengangkat mukanya dan melihatnya namun nampaknya dia masih enggan untuk
menyingkir. Sepertinya dia harus menhentikan laju kudanya, namun dia malah memecutkan cambuknya
ke tanah. Dia lebih berani saat ini daripada saat kejadian dengan Fu Hong Xue.
Namun Ye Kai mengangkat tangannya dan ujung cambuk telah dipegangnya.
Tangan tersebut nampaknya memiliki kekuatan yang hebat dan misterius, mereka dapat
melakukan yang tidak pernah kamu kira.
Gadis berbaju merah tersebut memerah mukanya sepertinya seluruh mukanya diselimuti
oleh dandanan yang tebal.
Dengan hanya tiga buah jari, Ye Kai menangkap cambuk tersebut. Tidak perduli berapa
keras gadis tersebut menarik, namun dia tidak dapat melepaskannya.
Wanita itu setengah terkejut dan setengah tidak sabar sesaat dengan amarah dia
berkata,"Apa?"apa yang kamu inginkan?"
Dia melirik gadis tersebut dari sudut matanya, paras mukanya masih tetap menunjukan raut muka yang malas, "Aku hanya ingin memberikan kamu beberapa pelajaran."
Gadis baju merah tersebut menggertakan giginya dan berkata,"Aku tidak mau
mendengarnya."
Kamu tidak harus perlu mendengar bila tidak mau, namun pasti sayang sekali bila seorang gadis cantik jatuh dari kudanya di tengah jalan."Ye Kai berkata.
Gadis berbaju merah tersebut tiba-tiba merasakan adanya kekuatan yang mengalir melalui cambuknya yang seakan-akan menarik dia jatuh dari kudanya selama beberapa detik. Dia tidak tahan lebih lama lagi dan berkata,"Bila kamu mau mengatakan sesuatu, cepat bicara.
Bila kamu mau kentut, cepatlah kentut."
Ye Kai tertawa dan berkata,"Engkau betul-betul sangat kejam. Kalau kamu tidak bersikap seperti itu, sebetulnya kamu gadis yang menarik. Namun saat kamu menjadi seperti itu, mau berubah menjadi macan betina yang dibenci oleh setiap orang."
Gadis berbaji merah menahan amarahnya dan berkata,"Ada yang lain?"
"Ya. Entah itu kuda merah yang menarik atau macan betina, bila kamu menabrak seseorang, engkau harus tanggung jawab terhadap jiwanya."Ye Kai berkata.
Gadis berbaju merah mulai pucat karena marah dan berkata,"Sekarang dapatkah kamu
lepaskan?"
"Hanya satu hal laig."Ye Kai berkata sambil tersenyum.
"Apa?" gadis berbaju merah bertanya.
"Bila seorang laki-laki seperti aku bertemu dengan gadis seperti kamu, adalah suatu
kejahatan, bukan saja untuk diriku tapi juga bagi dirimu bila aku melepaskan dirimu tanpa menanyakan namamu."Ye Kai berkata.
"Kenapa di dunia ini aku harus memberitahukan namaku?"gadis berbaju merah berkata.
"Karena kamu tidak mau jatuh dari kudamu."Ye Kai menjawab.
Paras wajahnya berubah menjadi kuning sesaat matanya melengos. "BaikL Aku katakan.
Nama akhir ku Li, dan nama depan ku GuGu."
Ye Kai tersenyum dan sambil melepaskan ia berkata," Li GuGu " Li mu Gugu bibi ".. nama itu ".."
Namun sebelum dia menyadarinya, gadis itu dan kudanya telah pergi jauh.
Yang didengarnya adalah suara tawa si gadis," Sekarang kamu sudah mengerti"Aku adalah bibi si telur busuk!"
Gadis itu masih terlihat ketakutan kalau-kalau Ye Kai mengejarnya karena itu dia menunggu hingga jarak cukup jauh sebelum dia mengentikan kudanya dan mengikatnya di sisi pintu pada salah satu rumah.
Dia bertingkah selayaknya saat dia memasuki ruangan seseorang akan melayaninya.
Delapan besar meja yang terletak di balik pintu semuanya kosong.
Hanya si majikan misterius dibelakang meja kecil yang masih memainkan kartunya.
Diluar masih terang, tempat ini tidak pernah didatangi tetamu saat siang hari.
Meskipun bisnis yang dilakukannya bukanlah bisnis yang terhormat, namun dia memiliki peraturan yang ketat/
Bila kamu mau berkunjung ke sini, maka kamu harus mematuhi peraturannya.
Rambut-rambut dikedua pelipisnya telah memutih. Setiap keriput diwajahnya menyembukan semua kebahagiannya, semua kedukaannya, dan rahasianya yang tidak terhitung
banyaknya. Namun kedua tangannya masih halus dan ramping seperti tangan seorang gadis muda.
Baju yang dikenakannya berkilauan, hampir seperti kostum pertunjukan yang megah.
Sebuah guci terbuat dari emas terletak di atas meja. Arak di gelasnya memiliki warna yang gelap dan berkilau seperti batu permata.
Dia perlahan-lahan mengatur kartunya ke atas meja menjadi sebentuk segi delapan.
Sesaat setelah gadis berbaju merah memasuki ruangan, langkahnya menjadi semakin ringan.
Dia berjalan dengan santai dan berkata,"Bagaimana kabarmu, paman?"
Gadis liar dan kasar tersebut saat melangkah memasuki ruangan di balik pintu tiba-tiba berubah menjadi seorang gadis yang anggun dan sopan-santun.
Si majikan tidak melihat ke arahnya. Dia hanya menganggukan kepadanya, tersenyum dan berkata,"Silahkan duduk."
Gadis tersebut duduk di hadapannya. Sepertinya dia hendak menanyakan sesautu namun si majikan mengangkat tangannya dan berkata," Tunggu."
Gadis itu duduk dengan patuh, dan tidak mengeluarkan sepatah katapun.
Si majikan melihat kearah segi delapan yang terbuat dari kartunya di atas meja. Dia
memperlihatkan raut muka yang serius pada wajahnya yang pucat, kurus dan memburuk.
Gadis berbaju merah tersebut tidak dapat menahan diri dan berkata,"Memangnya kamu
dapat melihat berbagai hal dari tumpukan kartu tersebut?"
"Mmm. "si majikan menggumam.
"Apa yang kamu lihat hari ini?" gadis itu berkata sambil melebarkan matanya.
Si majikan sedikit menyesap minuman dari gelas emasnya dan berkata,"Ada beberapa hal yang sebaiknya kamu tidak tahu."
"Dan apakah itu bila aku boleh tahu?" si gadis bertanya.
"Rahasia langit sangat sukar untuk dipahami. Nasib buruk akan menimpamu."si majikan
berkata. "Bila kita sudah mengetahui nasib buruk, maka kita bisa melakukan suatu cara untuk
menghindari nasib buruk tersebut?" si gadis berkata.
Si majikan menggelengkan kepalanya perlahan dan berkata sambil menatap dengan
seksama,"beberapa nasib buruk tidak dapat dihindari, sama sekali tidak bisa dihindari ?"".
Si gadis berbaju merah melihat pada kartu sembil menerka, dan menggumam,
"Bagaimana bisa, saya sudah berusaha memperhatikan dan memperhatikan namun tidak
dapat melihat sesuatu?"
"Tepatnya, karena kamu tidak dapat melihat apapun yang aku sukai."si majikan berkata.
Si gadis berbaju merah terlihat bingung dan dia memperlihatkan senyumnya dan
berkata,"Sudah cukup mengganggu kamu hari ini. Saya hanya hendak menanyakan, apakah
kamu akan berkunjung ke rumah kami nanti malam?"
Si majikan mengkerutkan alis matanya dan berkata,"Malam ini?"
"Ayah telah mengundang beberapa tamu spesial ke rumah kami malam ini jadi beliau
berharap paman juga dapat datang. Kereta pengantar akan tiba kesini sebentar lagi."si gadis berbaju merah berkata.
"Aku rasa sebaiknya aku tidak pergi."si majikan berkata.
"Sebenarnya, ayah sudah tahu kalau paman tidak akan datang. Namun beliau masih
memerintahkan aku pergi kesini, dan membuat aku menderita malu oleh setan kecil itu. Hal itu hampir membuat aku mati!"si gadis berbaju merah berkata.
Tiba-tiba terdengar suara dan berkata,"Setan kecil bukan yang memulai mengganggu bibi, tapi bibi yang ingin menabrak setan kecil sampai mampus."
Si gadis kecil kaget.
Ye Kai berdiri di pintu dan tersenyum kemalas-malasan kepadanya.
Wajah si gadis berubah warna dan berteriak,"Beraninya kamu masuk kesini?"
"Satu-satunya orang yang seharusnya tidak kesini adalah kamu, bukan aku."Ye Kai berkata.
Si gadis menghentakan kakinya dan berbalik dan berkata,"Paman, kenapa kamu tidak
tendang saja dia keluar"Mendengar omongan tidak berguna yang dia ucapkan."
Si majikan hanya tersenyum santai dan berkata,"Hari hampir gelap. Mengapa kamu belum juga pulang ke rumah" Jangan membuat ayahmu khawatir."
Si gadis berbaju merah terlihat terkejut dan marah sementara dia secara cepat melesat ke luar ke arah pintu.
Gadis itu berjalan sangat tergesa-gesa sehingga dia hampir menabrak pintu.
"Hati-hati kalau berlari, bibi. Kalau kamu tersandung dan mati, maka tidak ada yang
bertanggung jawab,"Ye Kai berkata.
Sementara dia berjalan keluar, dia membanting pintu ke belakang. Setelah beberapa detik, dia baru berkata,"Terima kasih atas perhatiannya keponakan yang kurang ajar.
Bibimu tidak akan mati dengan mudah."
Sebelumnya kalimatnya belum selesai, pintu telah tertutup kembali. Hentakan kaki kuda terdengar telah menjauh.
Ye Kai menghela napas kemudian tersenyum dan berkata, "Kuda merah yang bagus dan
macan betina yang bagus."
"Kamu hanya benar setengahnya. "si majikan berkata.
"Setengah lagi apa?" Ye Kai bertanya.
"Semua orang disini telah memberikan dia dan kudanya sebuah nama. Gadis itu dinamai
macan merah, dan kudanya dipanggil pembantu merah."si majikan berkata.
Ye Kai langsung tertawa.
"Dia juga merupakan putri satu-satunya tuan rumah yang akan kamu temui malam ini."si majikan berkata kembali.
"Jadi dia adalah putri satu-satunya dari Majikan Ketiga dari Gedung Sepuluh Ribu Kuda?"Ye Kai menegaskan.
Si majikan menganggukan kepalanya dan berkata, "Oleh karena itu engkau harus berhatihati agar supaya si macan merah tidak akan menggigit putus kakimu nanti malan."
Ye Kai mendadak menyadari bahwa si majikan tidak setertutup dan semisterius sepertinya yang diperlihatkan selama ini. Lalu dia bertanya,"Siapa pastinya nama Majikan Ketiga?"
"Ma, Ma Fang Ling."si majikan mejawab.
"Ma Fang Ling, kenapa namanya se-feminim itu?" Ye Kai berkata.
"Ayahnya bernama Ma Kong Qun, putrinya bernama Ma Fang Ling."si majikan berkata.
Matanya yang serba tahu melihat kepadanya dan melanjutkan." Aku tahu sebenarnya kamu lebih ingin mengetahui nama gadis tersebut dari pada ayahnya. Bila aku mendengar alunan suara, tidak mungkin aku tidak mengerti maksudnya."
"Bila tuan rumah malam ini sama jenakanya dengan engkau, lalu aku, Ye Kai, tidak akan menyesal pergi ke sana malam ini."Ye Kai berkata.
"Ye Kai?"si majikan bertanya.
"Ye seperti pada kata "daun", daun pada pohon. Kai seperti kata "buka", seperti sesorang saat membuka pintu. Yang juga merupakan Kai yang sama dengan "kebahagiaan."
"Sekarang menjadi nama yang unik."si majikan berkata.
"Dan siapa nama kamu, bos?"Ye Kai berkata.
"Nama ku Xiao Bie Li."si majikan berkata.
"Xiao yang berati "menyedihkan?" Bie yang berarti "berpisah" dan Li yang berarti
"perpisahan?"" Ye Kai berkata.
"Apakah kamu berpikir namaku sesuatu yang tidak baik?" Xiao Bie Lie berkata.
"Aku tidak mengatakan tidak baik ".. namamu yang membuat seseorang menjadi murung
dan sedih."Ye Kai menjawab.
"Di dalam hidup, tidak ada pesta yang tidak pernah usai. Kita adalah bagian dari itu.
Saat kamu pergi hari ini, maka kita tidak akan bertemu lagi nanti" Karena itu nama ku sepertinya cocok sekali."Xiao Bie Li berkata.
"Karena semua itu sudah dimulai, dan perpisahan memberikan kesedihan. Dan engkau
memikul nama yang membawa kemurungan, rasanya engkau harus menjamu aku segelas
arak."Ye Kai berkata.
Xiao Bie Lie mengambil gelasnya dan meneguk sekali dan berkata,"Sebetulnya hal yang
paling sulit selama hidup adalah bukan perpisaha. Namun, berkumpul"
"Berkumpul?" Ye Kai berkata.
"Bila tidak ada pertemuan, maka tidak perlu perpisah?"Xiao Bie Lie menjawab.
Ye Kai terdiam beberapa saat, dan mulai menggumam kepada dirinya sendiri,"Itu betul-betul benar, tanpa pertemuan, tidak akan ada perpisahan " tanpa pertemuan, tidak akan ada
perpisahan apaun. " Dia berulang-ulang mengucapkan kata tersebut, sepertinya merasa
amat sangat tersentuh.
"Itulah sebabnya kamu salah, dan kamu harus minum segelas arak juga."Xiao Bie Li berkata.
Ye Kai berjalan dan menuang arak ke gelas untuk dirinya. Setelah semuanya selesai, senyum lebar terlihat di wajahnya dan berkata,"Bila aku memang salah, lalu dimana gelas araknya"
Itulah sebanbya kadang-kadang melakukan kesalahan adalah baik."
Tiba-tiba terdengar suara keras kereta kuda dan ringkikan kuda terdengar sesaat pintu kereta kuda terbuka.
Xiao Bie Li menghela napas dan berkata,"Bicara mengenai perpisahan, sepertinya saatnya telah tiba. Kereta dari Gedung Sepuluh Ribu Kurda telah tiba untuk menjemput tamunya."
"Namun bila kita tidak pernah berpisah, maka kita bisa bertemu lagi," Ye Kai berkata.
Dia meletakan gelas anggur ke meja dan berbalik berjalan keluar.
Xiao Bie Li memandang Ye Kai yang sedang berjalan dan berterika,"Bila kita tidak pernah berpisah, bagaimaina kita bisa bertemu lagi" Meskipun sangat disayangkan untuk berpisah, beberapa orang tidak pernah saling bertemu lagi."
Kereta kuda yang besar yang ditarik oleh delapan ekor kuda menunggu di luar pintu.
Seseorang yang mengenakan baju seputih salju berdiri di luar untuk menghormati tamu
besar. Bendera berkibar di atas kereta kuda yang bertuliskan, "Gedung Sepuluh Ribu Kuda Guang Dong".
Ye Kai berjalan mendekati sementar laki-laki baju putih memberikan hormat dan
berkata,"Selamat Datang! Anda adalah yang pertama, silahkan duduk di dalam."
Laki-laki ini lebih muda beberapa tahun dari pada Hua Man Tian, namun masih terlihat muda berkisal empat puluh tahunan usianya. Dia memiliki wajah yang bulat dengan janggut yang pendek. Bahkan saat dia tidak tersenyumpun, dia tetap membuat orang lain merasa sangat nyaman.
Ye Kai memandangnya dan berkata,"Apakah anda mengenai saya?"
"Aku tidak percaya kita pernah bertemu."laki-laki baju putih menjawab.
"Kalau tidak pernah bertemu, bagaimana anda tahu bahwa saya adalah tamu dari Gedung
Sepuluh Ribu Kuta?" Ye Kai berkata.
"Meskipun anda baru berada disini semalam, namun anda sudah terkenal bahkan hingga ke daerah perbatasan. Tambahan lagi, bila bukan karena orang segagah anda, bagaimana anda dapat menggunakan baju seperti itu, baju dengan hiasan mutiara seorang gadis paling cantik di dunia?" laki-laki baju putih menjawab.
"Anda mengenal hiasan mutiara ini?" Ye Kai berkata.
"Hiasan mutiara itu sebenarnya adalah hadiah dari saya." Laki-laki baju putih menjawab.
Dia tertawa lebar dan melanjutkan,"Sangat disayangkan meskipun saya tidak terlalu
romantis, namun saya dapat memperoleh senyum seorang gadis cantik."
Ye Kai tertawa, sambil menepuk bahunya dia berkata," Saya sering memperoleh pujian
sebelumnya. Namun pujian yang membuat saya sangat berbahagia ini, betul-betul pujian seperti ini yang pertama."
Kereta kuda tersebut terlihat sangat nyaman dan bersih, cukup lebar untuk ditumpangi sebanyak delapan orang.
Tapi baru satu orang yang menumpang hingga saat yaitu Ye Kai.
Setelah dia bertemu Hua Men Tian, dia percaya bahwa Gedung Sepuluh Ribu Kuda bukanlah tempat yang biasa, namun tempat dimana bersembunyi jago-jago kosen. Namun setelah
bertemu dengan laki-laki baju putih ini, dia merasa tidak hanya mangetahui banyak hal, mereka juga tahu cara menjamu orang dengan baik pula.
Bahkan penerima tamu di rumah seorang bangsawan besar pun tidak sepintar dia ketika
berbicara dan tidak seramah dia.
Siapapun yang dapat membuat orang seperti itu menjadi pelayannya pasti orang tersebut adalah orang yang istimewa.
Ye Kai tiba-tiba menjadi gelisah dan tidak sabar untuk segera bertemu dengan seseorang yang disebut Majikan Ketiga, kemudian dia berucap," Dimana tamu yangl lainnya?"
"Salah seorang dari yang diundang adalah seseorang yang telah anda undang."laki-laki baju putih berkata.
"Itu kamu tidak perlu khawatir. Dia pasti akan berada di sana dan pasti tahu jalan ke sana pula. Saya menanyakan kamu empat orang yang lainnyya."Ye Kai berkata.
"Mereka seharusnya sudah disini sekarang." Laki-laki baju putih berkata.
"Tapi mereka belum disini."Ye Kai berkata.
Laki-laki berbaju putih tiba-tiba tersenyum dan berkata,"Itu sebabnya kita harus segera berangkat. Bila mereka telah disana, maka mereka pasti sudah disana."
________________________________________
Malam semakin tiba.
Hamparan gurun pasir yang luas nampak semakin sepi dan tak bertepi.
Bendera besar Gedung Sepuluh Ribu Kuda telah hilang tersembunyi diujung hamparan yang gelap.
Laki-laki baju putih duduk di hadapan Ye Kai dan tersenyum.
Dia tersenyum sepertinya dia tidak pernah merasa lelah.
Suara derap kaki kuda terdengar seperti suara gledek di tengah kegelapan malam yang
sunyi. Ye Kai menghela napas dan berkat,"Bila hanya aku yang hadir, aku jadi khawatir kalau-kalau tidak dapat pergi lagi."
Laki-laki baju putih memandangnya dengan seksama seolah-olah mendengar suatu yang
mengganggu. Dia tetap berusaha tersenyum dan berkata," Apa yang engkau katakan."
"Aku mendengar bahwa Gedung Sepuluh Ribu Kuda memiliki gudang arak yang terisi dengan tiga ribu gentong arak. Jadi bila hanya aku seorang yang hadir di sana malam ini, maka aku akan mati hingga mabuk hingga saat matahari terbit?"Ye Kai berkata.
"Kamu tidak perlu takut. Engkau tidak akan kekurangan teman minum di Gedung Sepuluh
Ribu Kuda. Mungkin, aku akan ikut menemani kamu minum beberapa gelas juga."laki-laki baju putih berucap.
"Bila para pendekar akan hadir disana, maka dijamin aku akan mati."Ye Kai berkata.
"Disana akan banyak pemabuk, aku tidak tahu kalau pendekar."laki-laki baju putih berkata.
"Yang aku maksudnya juga jago minum. Bila terlalu banyak orang menjamu aku minum,
maka pasti ajaib bila aku dapat keluar masih hidup!"Ye Kai berkata.
"Majikan Ketiga mengundang anda malam ini semata-mata untuk bertemu dengan orang
gagah. Tentunya arak akan menjadi salah satu hidangan dipesta ini. Namun, bila kita
meminta anda untuk minum, maka saya jamin hal itu tidak bermaksud untuk membuat anda mabuk."laki-laki baju putih berkata dengan muka yang serius.
"Namun, aku masih merasa khawatir."Ye Kai berkata.
"Mengenai apa?"laki-laki baju putih berkata.
"Aku khawatir kamu tidak akan dapat memaksa aku untuk minum."Ye Kai berkata.
Laki-laki baju putih tertawa lebar.
Terdengar suara yang sangat memilukan, mengucapkan kata-kata yang sepertinya berasal dari buku kuno yang misterius. Namun setiap kata terdengar dengan jelas: "Kerajaan langit, kerajaan dunia,. Darah menetes dari kedua mata, bulan tidak lagi bersinar. Sekali memasuki Gedung Sepuluh Ribu Kuda, golok akan putus, usus akan hancur. Kerajaan langi, kerajaan dunia. Mata air seperti darah, usus akan hancur. Sekali memasuki Gedung Sepuluh Ribu Kuda, lupakan untuk pulang ke rumah."
Suara tersebut tajam dan memilukan hati, tidak hanya seperti nyanyian doa yang misterius, bahkan suara tersebut terdengan seperti tangisan setan di malam yang gelap dan pekat.
Paras wajah laki-laki berbaju putih tiba-tiba berubah. Hanya dengan sekali dorongan dia membuka jendela, dan berkata."Maafkan aku."
Sebelum kedua kalimat tersebut selesai diucapkan, tubuhnya sudah melayang ke luar melalui jendela. Dalam sekejap mata, dia sudah tidak terlihat mata.
ooOOOoo Bab 03. Pedang Terpotong. Usus Akan Hancur
Setelah laki-laki baju putih tersebut berlari keluar sekitar 10 meter, dia menotolkan ujung kakinya ke tanah dan melayang ke udara.
Hamparan gurun sunyi senyap. Pasir yang kuning tersapu kesegala arah menggenangi
malam yang gelap. Bagaimana bisa mencari bayangan"
Hanya sayup-sayup gema suara yang mennyeramkan yang masih terdengar yang terbawa
oleh angin malam.
Angin bertiup melolong.
Laki-laki baju putih berkata dengan suara yang berat."Kawan, karena kamu mencari ribut, kenapa belum juga mengunjukan diri?"
Meskipun suaranya pelan, namun dipenuhi dengan tenaga dan kekuatan. Setiap kata yang diucapkan terdengar hingga ke kejauhan.
Setelah kata-kata tersebut diucapkan, laki-laki baju putih berlari lagi hingga beberapa puluh meter ketengah-tengah dataran rerumputan yang telah layu. Angin berhembus menyisiri
rerumputan tersebut sehingga menjadi seperti ombak di lautan.
Tidak ada yang terlihat maupun tidak ada yang merespon.
"Baik! Lihatlah berapa lama engkau dapat bersembunyi!"laki-laki baju putih berkata.
Dia melihat ke angkasa dan meloncat balik. Setelah tujuh hingga delapan langkah, dia telah kembali ke kereta kuda.
Ye Kai masih berada di dalam kereta, menyender dengan santainya. Sementara tanganya
mengetok-ngetok jendela dengan pelan mengikuti irama tertentu.
?" Sekali memasuki Gedung Sepuluh Ribu Kuda, pedang terputus, usus akan hancur,
lupakan untuk pulang ke rumah ?"
Matanya setengah tertutup dan terlihat seringai diwajahnya. Sepertinya dia menikmati lagu tadi.
Laki-laki baju putih membuka pintu dan memasuki kereta. Dia tersenyum dan berkata,"Itu hanya omong kosong dari orang gila. Harap tuan tidak terlalu mananggapinya dengan
serius." "Apakah orang tersebut menyanyikan lagu yang benar atau tidak, itu tidak artinya bagiku.
Jadi tidaklah penting apakah aku mendengarkan atau tidak."Ye Kai berkata.
"Oh?"laki-laki baju putih berseru.
"Kamu lihat, aku tidak membawa senjata. Dan aku pun yakin ususku sudah hancur oleh
arak. Sejauh ini aku hanya pengelana yang bepergian hingga ke ujung dunia., ke-empat sudut dunia adalah rumah ku. Jadi, bila Majikan Ketiga ingin aku menetap di Gedung
Sepuluh Ribu Kuda, dengan senang hati aku akan mematuhinya."Ye Kai berkata.
Laki-laki baju putih kemudian tertawa dengan lepas dan berkata,"Engkau adalah orang yang bersahaja, manusia biasa tidak dapat dibandingkan denganmu."
Ye Kai mengedipkan matanya beberapa kali dan sambil tersenyum berkata,"Ilmu
meringankan tubuh "Bangau Terbang Dikabut"adalah salah satu dari tiga keahlian Yun Zai Tian. Aku yakin, tidak ada banyak yang dapat dibandingkan dengan anda juga."


Kisah Pengelana Di Kota Perbatasan Karya Gu Long di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Pandangan kaget dan senang terlihat diraut wajah laki-laki baju putih itu, namun perlahan-lahan menyurut saat berkata,"Sudah lama saya menyembunyikan diri dari dunia persilatan, hampir lebih dari sepuluh tahun. Aku kagum anda dapat mengenaliku hanya dengan sekali lihat. Anda pasti memiliki mata yang tajam!"
"Mataku tidak terlalu tajam. Namun "Membuka Jendela untuk Melihat Bulan Menerjang
Awan","Bangau Tunggal Menerjang Angkasa Melihat Awan" dan "Mengikuti Jangkerik
Mengejar Awan dalam Delapan Langkah" merupakan ilmu meringankan tubuh yang sangat
terkenal, sulit tidak diketahui dalam sekali lihat."Ye Kai berkata.
"Mohon maaf bila telah mempermalukan diri sendiri."Yun Zai Tian berkata.
"Bila gerakan tersebut memalukan, maka saya harus loncat keluar jendela dan bunuh diri."Ye Kai berkata.
Secercah cahaya terlihat di mata Yun Zai Tian."Pemuda seusia anda telah mengenal ilmu-ilmu silat di dunia persilatan dengan baik. Sepertinya anda mengenal semua jurus di seluruh perguruan silat dan perkumpulan semudah membalik telapak tangan. Hingga saat ini saya belum dapat mengetahui anda sesungguhnya, itu yang membuat aku malu."
"Saya hanya seorang pengelana yang bepergian ke-empat penjuru dunia. Saya menjadi
heran bila anda belum mengetahui siapa saya."Ye Kai berkata.
Yun Zai Tian diam berpikir. Tiba-tiba terdengar suara Duk duk duk, seseorang sedang
mengetuk pintu kereta diluar.
"Siapa itu?"Yun Zai Tian berkata.
Tidak ada yang menjawab. Kemudain terdengar lagi suara ketukan seperti tadi Duk duk duk.
Yun Zai Tian mengerenyitkan alisnya. Kemudian mendadak dia menjulurkan tangan dan
mendorong pintu hingga terbuka.
Pintu kereta berayun maju mundur, tapi tidak seorangpun di luar hanya jalan panjang di belakang terlihat. Tidak mungkin seseorang mampu menggantung seperti kertas dibelakang kereta sehingga dapat melayang-layang.
Karena hanya manusia hidupyang dapat mengetuk.
Raut muka Yun Zai Tian berubah dan berkata,"Menakut-nakuti seseorang dengan suatu yang aneh, menyerang orang lain dengan hal yang menakutkan. Hanya orang bodoh yang
terjebak oleh tipuan ini."
Baru saja dia mau menutup pintu, tiba-tiba menggantung sebuah lengan dari atap kereta.
Tangan yang putih kekuningan sedang memegang mangkuk pecah.
Suara aneh yang mengerikan terdengar dari atap kereta,"Apakah engkau memiliki arak ?"
Tolong tuangkan aku sedikit " Aku hampir mati karena kehausan ?"
Yun Zai Tian tiba-tiba tersenyum dan berkata?"Untungnya kita membawa arak di kereta, Tuan Luo mengapa belum turun ke bawah dan bergabung dengan kami?"
Dua belah kaki yang ditutupi oleh sepasang sandal yang solnya sudah hilang separuh turun dari atap kereta dan bergoyang-goyang ke belakang dan ke depan seiring dengan goyangan kereta yang sedang berjalan.
Ye Kai agak merasa sedikit cemas juga, dia takut orang tersebut akan jatuh ke bawah.
Namun dengan hanya sekejap, sesosok tubuh masuk ke dalam kereta. Dia duduk
menggelayut di hadapan Ye Kai dan memandangnnya dengan mata yang setengah sadar.
Ye Kai, tentu saja, memandang juga kearahnya.
Dia mengenakan baju seorang sastrawan berwarna hijau. Tidak hanya sangat bersih, bahkan tidak terlihat sedikitpun kerutan dibajunya.
Dengan hanya melihat tangan dan kakinya, tidak ada yang menduga bahwa dia mengenakan baju yang sangat baik. Ye Kai menemukan suatu hal yang sangat aneh pada awalnya.
Tuan Luo tersebut, tiba-tiba membuka matanya lebar-lebar dan berkata,"Kenapa engkau
memandang aku seperti itu" Kamu mengira baju ini hasil curian, kan?"
Ye Kai tersenyum dan menjawab,"Bila itu hasil curian, tolong katakan dimana tempat
mencurinya, karena aku juga ingin mencuri untuk diriku juga."
"Sudah lama engkau belum mengganti baju, kan?" Tuan Luo berkata.
"Tidak terlalu lama, baru beberapa bulan saja." Ye Kai berkata.
Tuan Luo mengerenyitkan dahinya dan berkata,"Tidak heran tercium bau ikan busuk
disekitar sini, betul-betul bau yang memuakan!"
"Seberapa sering engkau mengganti bajumu?" Ye Kai berkata.
"Berapa sering" Aku mengganti bajuku paling tidak dua kali sehari."Tuan Luo berkata.
"Dan seberapa sering kamu mandi?" Ye Kai kembali bertanya.
"Mandi hanya merusak energi vital tubuh, itu adalah hal yang tidak pernah aku
lakukan."Tuan Luo berkata.
Ye Kai tersenyum dan menjawab,"Jadi arak lama dengan botol baru. Sementara aku arak
baru dengan botol lama. Sederhananya kita menggunakan cara yang berbeda untuk hasil
yang sama, jadi untuk apa harus diributkan.?"
Tuan Luo menatapnya, matanya mengecil dan mengecil. Tiba-tiba dia terbelalak dan
bersertu,"Pintar, pintar! Analogi tersebut sangat sederhana dan hebat! Anda pasti seorang terpelajar, dan pelajar yang istimewa-lekas, bawakan kami arak. Setiap saat aku berubah menjadi seorang pelajar, bila aku tidak minum paling sedikit dua gelas, maka aku akan jatuh sakit."
Yun Zai Tian tersenyum dan berkata,"Kalian berdua belum saling mengenalkan diri. Beliau adalah salah satu dari pendekar Butong yang terkenal, dan salah satu dari orang yang paling terpelajar di dunia persilatan, Luo Luo Shan, Tuan Luo yang besar."
Aku Ye Kai," Ye Kai berkata.
"Aku tidak perduli kamu ini daun terbuka atau daun tertutup, selama kamu seorang
terpelajar, aku akan minum tiga gelas arak denganmu."Luo Luo Shan berkata.
"Lupakan bila hanya tiga, aku hanya bersedia minum tiga ratus gelas."Ye Kai berkata.
"Betul! Pertemuan harus dimulai dengan minum tiga ratus gelas arak, berhenti hanya bila botol arak telah kosong. Mari minum!" Luo Luo Shan berkata.
Yun Zai Tian menggapai sebotol arak yang terletak dikabinet di dalam kereta dan
menuangkan arak. Dia tersenyum pada Luo Luo Shan dan berkata,"Tuan Luo, saat bertemu dengan Majikan Ketiga nanti, tolong jangan perlihatkan bahwa anda telah mabuk di kereta ini."
"Aku tidak perduli apakah dia Majikan Ketiga atau Majikan Keempat, seorang yang aku jamu minum saat ini adalah pelajar ini, mari, mulai kita minum!"Luo Luo Shan berkata.
Setelah mengakhiri tiga ronde, terdengar suara Daaang , suara mangkuk jatuh berguling ke salah satu sudut kereta.
Luo Luo Shan meringkuk di tempat duduknya, dia mulai mabuk.
Ye Kai tidak dapat menahan ketawa dan berseru,"Jadi Tuan Luo cepat mabuk."
"Tahukah engkau nama lain dari Tuan Luo" Dia juga dipanggil Tuan Tiga Kekurangan." Yun Zai Tian berkata.
"Tuan Tiga Kekurangan?" Ye Kai berkata.
"Dia mencintai wanita tapi kurang berani, dia menyukai arak tapi kurang tahan mabuk, dan dia suka berjudi tapi kurang beruntung. Itu adalah ketiga kekurangannya, dan itu sebabnya dinamakan Tuan Tiga Kekurangan,"Yun Zai Tian menerangkan.
"Pelajar yang sejati hanya hidup sesaat, siapa perduli dengan segala macam kekurangan?"
Ye Kai mengomentari.
"Jadi engkau benar-benar memahami siapa Tuan Luo ini." Yun Zai Tian berkata.
Ye Kai membuka jendela dan menarik napas menghirup udara segar, kemudian
bertanya,"Berapa lama lagi kita tiba di Gedung Sepuluh Ribu Kuda?"
"Kita telah sampai beberapa waktu yang lalu." Yun Zai Tian berkata.
"Jadi kita telah melewatinya saat ini?" Ye Kai berkata.
"Tidak, kita belum sampai. Tanah ini merupakan bagian dari Gedung Sepuluh Ribu
Kuda."Yun Zai Tian berkata.
"Betapa besarnya Gedung Sepuluh Ribu Kuda?"Ye Kai berkata.
"Tidak terlalu besar. Namun dari timur ke barat, bila kamu mengendarai kuda dipagi hari pada satu sisi, maka pada sore hari kamu baru tiba diujung sisi yang lain."Yun Zai Tian berkata.
"Bila seperti penjelasanmu, maka Majikan Ketiga mengundang kita untuk makan pagi?"Ye Kai berkata.
Yun Zai Tian tersenyum dan berkata,"Gedung Sepuluh Ribu Kuda sudah di depan.
Suara ringkikan kuda terhembus angin terdengar kesegala arah.
Melihat keluar jendela, hanya terlihat cahaya terang di depan.
Ruangan Tamu Gedung Sepuluh Ribu Kuda, dimana sinar lampu tadi berasal.
Kereta mereka kemudian berhenti di depan pagar kayu.
Pagar tersebut terbuat dari tiga buah batang pohon yang di kat menjadi satu dan memiliki tinggi belasan meter. Terdapat beberapa penyangga dibelakang pagar namun oang hanya
dapat menebak saja jumlahnya.
Sebuah gerbang yang megah berdiri tegak di kegelapan malam. Sebuah tiang bendera yang terletak di atasnya menjuang tinggi ke langit malam yang gelap.
Namun bendera yang tergantung di tiang tersebut telah diturunkan.
Dua baris orang-orang berbadan besar dan tegap dengan baju putih berdiri menjaga di
depan pintu gerbang. Empat orang bergegas menarik pintu gerbang yang tebal dan berat tersebut untuk membukanya.
Ye Kai melangkah keluar kereta kuda dan menarik napas yang dalam. Dia melihat semua
sudut dan melihat hamparan tanah yang luas. Merupakan suatu keberuntungan baginya,
mengingat penduduk kota belum pernah memperoleh kesempatan mendatangi tempat ini.
Yun Zai Tian mengikutinya dari belakang dan berkata,"Jadi apa kesan engkau mengenai
tempat ini?"
"Aku merasa betapa beruntungnya orang yang memiliki tempat ini, Majikan Ketiga pasti mempunyai kehidupan yang tidak perlu disesalkan."Ye Kai berkata.
"Tepatnya dia bukan seorang biasa. Namun dapat menikmati keberhasilannya saat ini, bukan merupakan hal yang disesalkan."Yun Zai Tian berkata.
"Bagaimana Tuan Luo?"Ye Kai berkata.
"Dia telah terkapar di tanah, aku khawatir dia tidak bisa bangun lagi."Yun Zai Tian berkata.
Mata Ye Kai bercahaya dan tiba-tiba berkata,"Untungnya bukan hanya kita berdua yang tiba menggunakan kereta ini."
"Oh?"Yun Zai Tian berkata.
Ye Kai berjalan ke depan kereta dimana pengendara kereta sedang menyeka dahinya.
Dia menepuk bahunya dan berkata,"Engkau pasti sudah kecapean!"
Pengendara tersebut sedikit terkejut dan menjawab,"Semua ini sudah menjadi pekerjaan saya."
"Engkau tahu, engkau seharusnya duduk nyaman di dalam bersama kami. Mengapa harus
menyusahkan diri?"Ye Kai berkata.
Si pengendara berdiam sejenak, kemudian membuka topi bambu yang dia kenakan dan
memperlihatkan senyum yang lebar dan berkata,"Hebat! Betul-betul mata yang hebat!
Sungguh mengagumkan!"
Sesaat saat kita berhenti sebelumnya, anda berhasil menyelusup ke kereta dan menutuk jalan darah pengendara, melemparnya ke luar kereta, dan menggunakan bajunya. Betul-betul gerakan yang sangat cepat dan tepat, anda pantas disebut dengan enam kata:"Selemas Sutra Terbaik, Secepat Kilatan Cahaya."Ye Kai berkata.
Si pengendara menatapnya dengan heran dan berseru,"Bagaimana engkau tahu siapa aku?"
"Di dunia persilatan, siapa yang dapat menyamai keahlian seperti itu dengan Laba-Laba Terbang?"Ye Kai berkata.
Laba-Laba Terbang tersenyum sambil membuka baju putihnya yang menutupi baju hitamnya yang ringkas. Dia berjalan dan memberikan penghormatannya kepada Yun Zai Tian dan
berkata,"Saya hanya bermaksud bersenang-senang, harap Senior Yun memaafkan saya."
"Kehadiran anda merupakan kehormatan kami, silahkan masuk."Yun Zai Tian berkata.
Beberapa orang telah membopong Luo Luo Shan keluar dari kereta kuda.
Yun Zai Tian memimpin berjalan melewati halaman yang luas.
Sebuah pintu putih terlihat di depan yang tertutup, namun tiba-tiba berderit terbuka.
Cahaya yang terang terlihat dari dalam dan seseorang berdiri di pintu tersebut.
Pintu tersebut merupakan pintu yang besar namun ketika orang tersebut berdiri disana, dia hampir menutupi seluruh pintu itu.
Ye Kai tidak terlalu pendek, namun dia masih harus menengadahkan kepalanya untuk
melihat wajah orang tersebut.
Orang ini terlihat sangat besar dan tegap. Dia mengenakan baju berwarna putih dan pada dadanya tergantung rompi tebal yang terbuat dari kulit sapi. Pada rompi tersebut terdapat sebuah pedang dengan penutup berwarna perak, gagang yang hitam dan pedang dengan
bentuk yang aneh. Segelas arak terpegang di tangannya.
Gelas di tanganya tidak terlihat besar, namun orang biasanya mungkin tidak dapat
mengangkat gelas tersebut bahkan dengan dua buah tangan.
Yun Zai Tian berjalan ke depan dan bertanya kepadanya,"Dimana Majikan Ketiga?"
"Dia sedang menunggu di dalam, apakah semua tamu telah tiba?" orang besar dan tegap
tersebut menjawab.
Siapapun yang mendengar orang tersebut berbicara untuk pertamakalinya pasti terkejut dan ketakutan. Kata pertama yang terucap dari mulutnya menggetarkan seperti guntur dari langit membuat telinga yang mendengarnya bergetar dan berdenging.
"Hanya tiga dari mereka yang baru tiba." Yun Zai Tian berkata.
Penjaga yang besar dan tegap tersebut menaikan alis matanya dan berkata,"Dimana ketiga yang lainnya?"
"Aku hanya berharap mereka sedang berjalan dengan cepat kesini."Yun Zai Tian berkata.
Penjaga berbadan besar dan tegap itu menganggukan kepalanya dan berkata,"Namaku Gong Sun Duan. Aku hanyalah seorang bajingan. Ketiga tamu terhormat, silahkan masuk."
Caranya dia berbicara sangat tidak nyambung. Kalimat sebelum dan sesudahnya tidak
berhubungan satu dengan yang lainnya.
Tepat di belakang di hadapan pintu terdapat layar besar yang terbuat dari kayu berdiri hampir setinggi tujuh meter. Tidak terlihat lukisan, gambar maupun kata-kata pada layar tersebut, namun layar tersebut sangat bersih. Tidak terlihat setitik debu pun.
Sesaat mereka memasuki ruangan, terdengar suara derap kuda yang memecah ke langit
malam yang berasal dari sembilan ekor kuda yang berlari dengan cepat.
Sesaat mereka mencapai pintu gerbang, para pengendara kuda menaikan salah satu kakinya dan turun sesaat setelah kuda mereka berhenti. Tidak hanya gerakan para pengendara kuda tersebut seragam, bahkan kuda mereka juga bergerak dengan serempak, mereka juga
mengenakan pakaian yang sama satu dengan yang lainnya.
Semua pengendara tersebut mengenakan kepala ikat pinggang dari emas, rompi berwarna
ungu dan pedang yang panjang di pinggang mereka. Sarung pedang mereka dihiasi dengan perhiasan batu permata yang indah. Salah satu dari mereka menggunakan ikat pinggang
yang berwarna ungu ke emasan, dan memiliki pedang yang dihiasi dengan mutiara seukuran mata naga.
Ke-sembilan orang tersebut merupakan orang yang tampan. Seorang dari mereka berdiri
dengan gaya yang paling gagah dan percaya diri. Dia berjalan dari kumpulannya dan
berkata,"Mohon maaf kami terlambat."
Meskipun mulutnya mengucapkan permintaan maaf, namun wajah memperlihatkan
kesombongan. Setiap orang pasti dapat mengetahuinya bahwa yang diucapkan sedikitpun
tidak memperlihatkan ketulusan.
Kesembilan orang tersebut berjalan melewati halaman dan tiba di depan pintu putih besar.
"Siapa yang berama MuRong Ming Zhu?"Gong Sun Doan berkata dengan keras.
Pemuda dengan ikat pinggang berwarna ungu ke-emasan maju ke depan dan
menjawab,"Aku."
"Majikan Ketiga hanya mengundang anda, katakan kepada yang lainnya untuk pergi."Gong Sun Duan berkata.
Wajah MuRong Ming Zhu berubah warna dan menjawab,"Mereka tidak di jinkan untuk masuk bersamaku?"
"Tidak!"Gong Sun Duan menghardik.
Salah satu pemuda yang menyertai MuRong Ming Zhu tiba-tiba meletakan tangannya pada
gagang pedang sepertinya dia akan menarik pedangnya.
Tiba-tiba selintas cahaya perak terlintas. Sebelum dia menarik pedangnya, Gong Sun Duan telah memotong pedangnya menjadi dua, juga sarung pedangnya.
Gong Sun Duan mengeluarkan pedangnya dan berkata, "Siapa saja yang berani menarik
pedang di Gedung Sepuluh Ribu Kuda maka harus terpotong seperti tadi."
Raut wajah MuRong Ming Zhu berubah menjadi pucat. Dia menghadap ke pemuda tadi dan
menamparnya, kemudian berteriak dengan marah,"Siapa yang menyuruh engkau menarik
pedang" Pergi kesana dan tunggu di luar!"
Pemuda tersebut tidak berani berbicara lagi dan menurunkan mukanya kemudian berjalan pergi.
Ye Kai melihat hal itu menggelikan.
Dia mengenali bahwa pemuda tersebut adalah pemuda yang sama dengan pemuda yang
mau menjamunya minum arak kemaren malam.
Pemuda tersebut terlihat memiliki pedang yang dapat dicabut kapan saja. Namun, sebelum dia dapat mencabutnya selalu pedangnya putus menjadi dua.
Melewati layar lebar terdapat ruangan yang besar dan luas.
Siapapun yang melihat ruangan ini, pasti merasa terkejut dan kagum.
Meskipun lebarnya hanya sekitar tiga puluh meteran, namun panjangnya diluar perkiraan siapapun.
Bila seseorang berada pada satu ujung, maka membutuhkan seribu hingga dua ribu langkah untuk mencapai ujung yang satunya.
Pada dinding kiri ruangan besar tersebut terdapat lukisan sekumpulan kuda yang sedang berlari kencang. Beberapa kuda tampaknya sedang meringkik sementara beberapa kuda
yang lainnya rambutnya berkibaran diterpa angin. Setiap ekor kuda dilukis berlainan dan setiap ekor kuda tersebut dilukis dengan sangat indah hingga nyata dan hidup. Betul-betul kuda yang tiada bandingannya.
Pada dinding yang lainnya terdapat tulisan raksasa yang bahkan lebih besar dari tubuh manusia. Ditulis dengan kaligrafi yang berkualitas tinggi seperti naga yang mengaum dan burung hong sedang menari. Tulisannya berbunyi "Gedung Sepuluh Ribu Kuda Guang Dong"
Di tengah-tengah ruangan terdapat meja yang panjang yang terbuat dari kayu putih.
Saking panjangnya, meja tersebut seperti sebuah jalan, bahkan seseorang dapat menaiki dan mengendarai kuda di atasnya.
Pada kedua sisi meja terdapat tiga ratusan kursi.
Bila kamu belum pernah mengunjungi Gedung Sepuluh Ribu Kuda,mungkin kamu tidak
pernah membayangkan ada meja sepanjang itu dan ruangan seluas itu.
Ruangan besar ini dilengkapi dengan perabotan yang bermutu tinggi dan indah, namun
masih mengesankan kemegahan, keagungan dan kehormatan. Siapapun yang memasuki
ruangan ini pasti merasakan suatu perasaan yang berat, merasa kecil.
Di ujung meja terdapat kursi yang sangat besar, duduk seseorang dengan pakaian berwarna putih.
Tidak ada seorangpun yang dapat melihat dengan jelas mukanya, namun yang dapat mereka katakan bahwa orang tersebut duduk dengan tegak.
Meskipun tidak ada seorangpun disana, dia tetap duduk dengan cara yang sama.
Meskipun pada punggunya terdapat senderan yang nyaman, namun dia tetap tidak
bersender. Dia tetap duduk dengan tegak.
Meja tersebut sangat panjang, sehingga kursinya seperti satu-satunya kursi yang menyendiri di kejauhan sementara yang lainnya berdiri dari jauh.
Meskipun Ye Kai tidak dapat melihat raut wajahnya dengan jelas, namun dia dapat
merasakan kesendirian dan kesepiannya. Dia sepertinya seseorang yang terbuang jauh dari dunia, dari kegembiraan, dari kesenangan.
Dan dari teman-temannya.
Apakah ini harga dari seorang pendekar, seorang pejuang"
Dia seperti terbenam dalam pikirannya. Apakah dia senang mengenang semua kejayaan
dimasa lalu" Atau dia sedang merenungi kesepiannya saat ini"
Nampaknya dia tidak melihat atau mendengar sekumpulan orang baru saja memasuki
ruangan. Apakah dia tuan dari Gedung Sepuluh Ribu Kuda"
Meskipun dia telah memenangkan ratusan peperangan di dalam hidupnya, namun dia tidak memiliki cara untuk memenangkan peperangan dan kegundahan di dalam hatinya.
Meskipun dia telah memiliki kekayaan yang tidak terhitung dan kesejahteraan, namun dia tidak memiliki kedamaian hati dan ketenangan pikiran.
Yun Zai Tian berjalan ke arahnya di depan meja. Meskipun langkahnya lebar dan sangat ringan. Saat dia mencapai ujung meja dia membungkuk dan membisikan sesuatu
ditelinganya. Majikan Gedung terlihat seperti terjaga dari mimpinya. Dia menangkupkan kedua tangannya dan memberikan hormat seraya berkata,"Selamat datang, silahkan duduk."
MuRong Ming Zhu, yang membawa pedang ditangannya, berjalan paling awal.
Gong Sun Duan meloncat dan menghalanginya.
Raut muka MuRong Ming Zhu berubah warna, dan dia berkata dengan suara perlahan,"Apa
yang dapat aku bantu kali ini?"
Gong Sun Duan tidak mengucapkan satu patah katapun. Dia hanya berdiri mengancam dan
menatap pedangnya.
"Jangan katakan engkau menginginkan pedangku?"MuRong Ming Zhu berkata.
Gong Sun Duan menganggukan kepalanya perlahan dan berkata,"Tidak seorangpun di jinkan membawa pedang di dalam ruangan Gedung Sepuluh Ribu Kuda!"
Paras wajah MuRong Ming Zhu memucat dan butiran keringat keluar mukanya. Pembuluh
darah ditangannya yang memegang pedang menonjol keluar.
Gong Sun Duan tetap berdiri seperti sebuah gunung dan menatapnya dengan dingin.
Tangan MuRong Ming Zhu mulai bergetar, sepertinya dia tidak dapat menahan diri dan akan mencabut pedangnya.
Pada saat itu, sebuah lengan menjangkaunya dan memegang lengannya dengan ringan.
Dengan cepat MuRong Ming Zhu menengokan kepalanya dan melihat Ye Kai, senyum terlihat di wajahnya.
"Apakah kamu cukup berani memasuki Gedung Sepuluh Ribu Kuda dengan tangan
memegang pedangmu?"Ye Kai berkata.
Daaannng, pedang telah tergeletak di meja.
________________________________________
Lentera putih perlahan-lahan bergerak naik sepanjang tiang bendera hingga mencapai tiga puluh meter tingginya.
Lima buah tulisan tertulis pada lentera putih tersebut:"Gedung Sepuluh Ribu Kuda Guang Dong".
Kedelapan pemuda berbaju ungu yang sedang menyender dan beristirahat di pagar kayu
diluar mengangkat kepalanya dan memandang ke arah lentera tersebut.
Salah satu dari mereka tidak dapat menahan diri dan berterikan,"Gedung Sepuluh Ribu Kuda Guang Dong, hemmh! Terlalu sombong!"
Tiba-tiba terdengan suara menjawab,"Kita tidak bermaksud menyombongkan diri, namun
memberikan tanda kepada yang lainnya."
Seseorang berbaju putih sekonyong-konyong nampak dibawah tiang bendera.
Dia berbicara dengan perlahan namun suaranya tegas dan tenang.
Meskipun tidak ada pedangnya disisinya, tidak dapat disangsikan bahwa dia adalah seorang tokoh kosen di dunia persilatan. Dia "Pedang Tunggal, Mencungkil Bunga", Hua Men Tian.
Para pemuda berbaju ungu tersebut sepertinya tidak mengenalnya. Salah satu dari mereka berkata,"Tanda" Tanda apa?"
"Ini adalah tanda untuk semua teman-teman di dunia persilatan, bahwa Gedung Sepuluh
Ribu Kuda saat sedang mengadakan kegiatan malam ini. Oleh karena itu, selain tamu yang diundang oleh Majikan, siapapun harus menunggu hingga besok pagi bila mau
mengunjungi."Hua Men Tian menjelaskan.
Salah satu dari mereka tertawa dan berkata,"Bagaimana bila seseorang menerobos masuk?"
Hua Men Tian menatapnya dan diam, tiba-tiba dia merampas pedangnya dari pinggangnya.
Mereka berdiri cukup jauh dari Hua Men Tian. Namun, sekali Hua Men Tian menggerakan
tangannya, pedangnya telah berpindah ke tangannya. Kemudian dengan hanya sekali
gerakan, pedang tersebut telah patah menjadi delapan potong.
Tatapan mata para pemuda diselimuti dengan ketakutan, mereka tidak dapat mengucapkan sepatah katapun.
Hua Men Tian menyelipkan kembali bagian potongan pedang yang dipegangnya ke sarung
pedang pemuda tersebut."Terasa berdebu dan berangin diluar. Kami telah menyiapkan arak dan makanan untuk tamu kami. Mengapa kalian semua tidak mau mencoba satu atau dua
gelas?" Dia bahkan tidak menunggu jawaban, kemudian jalan berbalik dan pergi.
Para pemuda dengan baju ungu saling pandang dengan geregetan, setiap tangan mereka
menggenggam gagang pedang mereka. Namun, tidak ada seorangpun yang berani
mencabut pedangnya.
Sesaat kemudian, mereka mendengar suara di belakang mereka dan berkata,"Pedang bukan untuk diperlihatkan. Bila kamu tidak berpengalaman menggunakan pedang, lebih baik jangan membawanya."
Kalimat itu diucapkan dengan tajam namun diucapkan dengan sepenuh hati.


Kisah Pengelana Di Kota Perbatasan Karya Gu Long di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Karena dia sama sekali tidak bermaksud mengejek, namun semata-mata menasihat para
pemuda tersebut.
Raut wajah para pemuda berubah warna dan berbalik. Mereka melihatnya berjalan
mendekati perlahan dari kegelapan. Kaki kirinya membuat satu langkah, dan kemudian
di kuti oleh kaki kanannya diseret dari belakang.
Mereka sekejap melihat pada pemuda yang pedangnya telah terpotong menjadi dua. Salah satu dari mereka berkata kepadanya,"Jadi dia si pincang yang yang lari dari mu malam itu?"
Pemuda tersebut mengertakan giginya dan memandang Fu Hong Xue kemudan berkata,"Jadi
apakah golokmu juga sebagai hiasan?"
"Bukan."Fu Hong Xue menjawab.
"Kalau begitu, engkau berpengalaman menggunakan golok?" pemuda tersebut berkata.
Fu Hong Xue menurunkan tatapannya dan melihat ke tangannya.
"Bila engkau ahli menggunakan golok, mengapa engkau tidak menggunakannya dan
memperlihatkannya ke kami?" pemuda tersebut berkata.
"Golok bukan untuk diperlihatkan."Fu Hong Xue menjawab.
"Bila tidak digunakan untuk diperlihatkan, jangan katakan kepadaku itu digunakan untuk membunuh" Si pincang sepertimu dapat membunuh?" pemuda tersebut berkata.
Tiba-tiba dia tertawa dan berkata,"Bila kamu mempunyai biji, kesini dan bunuh aku! Kita lihat apa yang dapat kau perbuat!"
Para pemuda dengan baju ungu mengeluarkan tawa yang meledak. Salah satu dari mereka
berteriak,"Bila engkau terlalu takut, lupakan saja untuk masuk melalui pintu. Engkau dapat merangkak dibawah pagar."
Mereka saling berpegangan tangan dan menghalangi pintu gerbang.
Kepala Fu Hong Xue tetap menunduk, matanya menatap tangannya. Setelah beberapa lama, dia kemudian merunduk dan mulai merangkak ke bawah pagar.
Para pemuda dengan baju ungu mulai tertawa dengan liar. Sepertinya mereka telah
menebus rasa malu mereka.
Namun Fu Hong Xue sepertinya tidak mendengarkan tawa mereka sama sekali.
Tidak terlihat emosi diwajahnya sementara perlahan-lahan dia menyelipkan tubuhnya di bawah pagar. Tapak kakinya yang berat melesak ke dalam tanah sementara perlahan-lahan dia mulai bergerak maju. Bajunya telah basah seluruhnya.
Kemudian, gelak tawa mereka mendadak berhenti - saat mereka melihat bekas telapak
kakinya, tidak satupun dari mereka yang tertawa lagi.
Karena mereka menyadari setiap langkah kakinya membekas sangat dalam di tanah, lubang bekas tapak kaki tersebut sangat dalam yang sisinya terlihat seperti teriris dan terukir oleh sebuah golok.
Sepertinya dia menggunakan seluruh kekuatan di tubuhnya untuk mengendalikan kegeraman dan kemarahannya.
Dia sepertinya orang yang tidak tahan dicemooh, namun untuk alasan apakah dia harus
menahan semua ini"
Hua Men Tian menatap kepadanya dari jauh di dalam gedung. Raut wajah yang aneh terlihat dimukanya, dia seperti terkejut dan merasa takut.
Raut muka tersebut menyerupai raut muka seseorang ketika melihat seekor serigala lapar memasuki rumahnya.
Tetapi orang yang dia lihat adalah Fu Hong Xue!
________________________________________
Pedang tergeletak di atas meja.
Mereka telah menempati kursi di kedua sisi meja dengan jarak yang jauh dari tempat duduk Majikan Gedung Sepuluh Ribu Kuda.
Majikan Gedung masih duduk dengan tegak, kedua tangannya diletakan di atas meja.
Namun kedua tangannya boleh dikatakan bukan sepasang tangan manusia lagi. Hanya
tersisa ibu jari pada tangan kirinya. Bahkan tidak terliha sisa jari lagi " terlihat seperti tertebas sebilah pedang dari sisi kanan hingga ketengah telapak tangannya.
Akan tetapi dia tetap meletakan tangan tersebut di atas meja, dia tidak berusaha
menyembunyikannya. Karena hal ini bukan hal yang memalukan. Akan tetapi, hal itu
merupakan suatu yang dapat ia banggakan.
Itu adalah luka dari kemenangan yang gemilang atas pertempuran!
Setiap keriput diwajahnya terlihat seperti hasil ukiran atas setiap bahaya dan penderitaan yang dia alami semasa hidupnya. Dapat dikatakan setiap keriputnya merupakan penjelasan bagi setiap orang bahwa tidak ada apapun di dunia yang dapat menjatuhkan orang ini!
Dia merupakan seseorang yang selalu menolak untuk menunduk!
Namun kedua matanya terlihat sangat tenang, tidak sedikitpun terlihat permusuhan dalam tatapannya.
Apakah penderitaanya dialaminya bertahun-tahun lamanya dan tidak terhitung banyaknya telah mengikis sifat buasnya"
Atau dia telah belajar selama bertahun-tahun bahwa kebuasan harus disembunyikan di
hadapan orang lain.
Saat ini, dia menatap langsung kepada Ye Kai.
Dia telah memandang yang lainnya, Ye Kai adalah yang terakhir.
Dia menggunakan kedua matanya lebih sering daripada lidahnya.
Sebab dia telah belajar bahwa dengan mengamati yang lain, maka seseorang dapat
meningkatkan pengetahuannya. Menggunakan lidah terlalu banyak, maka kesulitan akan
semakin banyak.
Majikan Gedung mendadak tersenyum dan berkata,"Kamu benar-benar tidak membawa
pedang?" "Sebab aku tidak membutuhkannya."Ye Kai menjawab.
Majikan Gedung perlahan-lahan mengganggukan kepalanya,"Benar sekali! Keberanian sejati tidak diperoleh dari mata pedang!"
MuRong Ming Zhu mendadak tertawa dan berseru,"Hanya karena seseorang tidak membawa
pedang, maka belum tentu membuktikan dia memiliki keberanian!"
Majikan Gedung berkata dan menimpali,"Keberanian adalah suatu hal yang aneh. Engkau
tidak dapat melihatnya, merasakannya, atau membuktikannya bahwa ada keberanian, itu
sebabnya ?"
Matanya melirik ke Ye Kai seraya dia meneruskan,"Kadang-kadang seseorang yang memiliki keberanian sejati nampak pengecut dimata yang lainnya."
Ye Kai menepukan kedua tangannya dan berkata,"Semua itu masuk akal " sebetulnya saya mengenal seseorang yang seperti itu."
Majikan Gedung segera bertanya kepadanya,"Siapa?"
Ye Kai tidak menimpali. Dia hanya tersenyum dan melihat pada seseorang yang perlahan berjalan di balik layar besar.
Senyumnya aneh dan tidak biasanya.
Majikan gedung mengikuti pandangan mata Ye Kai dan melihat Fu Hong Xue.
Di bawah cahaya yang terang benderang, wajah Fu Hong Xue bahkan terlihat lebih pucat.
Namun pupil matanya masih hitam gelap. Keduanya terlihat seperti tanpa tepi, malam yang tanpa akhir, menyembunyikan bahaya dan rahasia yang tidak terhingga.
Sarung goloknya berwarna hitam dari kayu. Sama sekali tidak ada guratan, ukiran, kata-kata maupun hiasan.
Tangannya memegang gagang golok dengan kencang sementara perlahan-lahan dia
melewati layar. Sebelum keringat yang menetes dari hidungnya belum juga kering, dia
melihat seseorang tinggi tegap, setinggi dan setegap sebuah gunung, Gong Sun Duan berdiri tepat dihadapannya.
Gong Sun Duan menatap tajam pada golok ditangannya.
Fu Hong Xue juga menatap golok ditangannya. Tanpa pengecualian, nampaknya dia tidak
pernah menatap siapapun maupun apapun kecuali golok tersebut.
"Tidak ada seorangpun di jinkan membawa senjata ke dalam Gedung Sepuluh Ribu Kuda.
Dan tidak seorangpun juga di jinkan membawa golok!"Gong Sund Duan berseru.
Fu Hong Xue terdiam beberapa lama, kemudian perlahan-lahan dia berkata,"Tidak pernah di jinkan sebelumnya?"
"Tidak seorangpun!"Gong Sun Duan berkata.
Fu Hong Xue perlahan-lahan menganggukan kepalanya sementara tatapan matanya
bergerak dari goloknya ke lengkungan pedang di pinggang Gong Sun Duan. Kemudian dia
perlahan-lahan berkata,"Dan bagaimana dengan engkau" Apakah engkau bukan orang?"
Raut muka Gong Sun Duan berubah.
MuRong Ming Zhu tiba-tiba melepaskan tawa lebarnya dan berkata,"Bagus! Pertanyaan yang bagus!"
Arak di dalam gelas yang di genggam oleh Gong Sun Duan perlahan-lahan mulai meluap
membasahi tangannya. Gelas emas tersebut tiba-tiba penyok oleh kekuatan tangannya.
Tiba-tiba, gelas emas tersebut terbang ke udara dan sekilas cahaya perak melintas cepat.
Cring, cring, cring, gelas emas tersebut jatuh ke lantai namun telah terbelah menjadi tiga bagian. Lengkungan pedangnya bercahaya secertah sinar perak.
Senyum MuRong Ming Zhu sontak hilang oleh gerakan tunggal tersebut. Keheningan
memenuhi ruangan raksasa tersebut.
Gong Sun Duan dengan hati-hati menepukan mata goloknya. Dia menatap Fu Hong Xue
dengan ancaman dan berkata,"Bila golokmu seperti ini, maka engkau dapat membawanya ke dalam."
"Aku tidak memiliki golok seperti itu."Fu Hong Xue berkata.
"Memangnya golok seperti apa yang engkau miliki?"Gong Sun Duan berkata sambil
tersenyum. "Aku tidak tahu " yang aku tahu golok ini tidak digunakan untuk memotong gelas arak."Fu Hong Xue berkata.
Dia harus mengangkat wajahnya untuk melihat wajah kasar, tegas dan keras dari Gong Sun Duan.
Dia hanya menatapnya sekali sebelum dia berbalik dan mulai berjalan. Pandangannya
dipenuhi dengan ejekan sementara kaki kirinya mulai melangkah ke depan dan kaki
kanannya diseret dari belakang.
"Engkau mau pergi?"Gong Sun Duan berteriak.
Tanpa memalingkan kepalanya, Fu Hong Xue menjawab,"Aku datang bukan untuk melihat
seseorang memotong gelas arak."
"Karena engkau sudah datang, maka engkau harus meletakan golokmu, bila engkau hendak pergi maka engkau harus meninggalkan golokmu juga!"Gong Sun Duan berkata.
Fu Hong Xue menghentikan langkahnya. Ototnya mendadak mulai menonjol keluar dari balik pakaiannya yang basah.
Setelah beberapa saat dia berkata,"Kata-kata siapakah itu?"
"Kata-kata itu berasal dari pedangku!"Gong Sun Duan berseru.
"Golokku berkata lain."Fu Hong Xue menjawab.
Gong Sun Duan mulai menegangkan ototnya juga dan berkata dengan tajam,"Dan apakah
yang golokmu bilang?"
"Golok hanya ada bila bersama dengan seseorang, dan seseorang hanya ada bila bersama dengan golok."Fu Hong Xue berkata.
"Dan bagaiman bila aku tetap menginginkan golokmu disini?"Gong Sun Duan berkata.
"Bila golok tetap disini, maka orangnya juga tetap disini!"Fu Hong Xue berkata.
"Bagus! Sangat bagus!"Gong Sun Duan berkata.
Ditengah seruannya, pedangnya bergerak kembali menimbulkan kilauan cahaya perak
pelangi, mengarah langsung ke tangan Fu Hong Xue.
Fu Hong Xue tetap tidak berbalik, goloknya masih belum keluar, dan tangannya masih belum bergerak.
Sesaat pedang bergerak akan memotong tangannya, sebuah suara tiba-tiba berseru
keras,"Berhenti!"
Cahaya tersebut tiba-tiba berhenti membeku. Mata pedang kurang lebih tinggal lima inci dari pinggang Fu Hong Xue. Namun, tangannya tetap diam dengan sempurna, bahkan tidak
bergerak seinci pun.
Gong Sun Duan menatap tangan tersebut sementara butiran keringat mengumpul pada
dahinya. Ketika pedangnya telah bergerak keluar, maka hanya seorang di seluruh dunia yang dapat memerintahnya untuk ditarik kembali.
ooOOOoo Bab 04. Hidup Dan Mati Dengan Golok
Golok tersebut benar-benar berhenti, tidak meneruskan gerakannya!
Tidak ada seorangpun yang tahu apa yang akan terjadi bila Gong Sun Duan menyelesaikan sabetannya.
Ye Kai menghela napas panjang khawatir, sesaat dia memandang kepada Majikan Gedung
Sepuluh Ribu Kuda sambil tersenyum.
"Luar biasa! Benar-benar gagah, sungguh-sungguh berani! Anda pasti Pendekar Fu, sampai-sampai Guru Hua tidak kali gagal mengundang anda," Ma Kong Qun berkata sambil
tersenyum lebar.
"Betul, dialah orangnya." Ye Kai berkata.
"Pendekar Fu, sungguh sangat terhormat bagi kami dengan kehadiran anda disini. Silahkan, silahkan duduk." Ma Kong Qun berkata.
Gong Sun Duan membalikan badan kepada Ma Kong Qun dan berkata,"Tapi goloknya ?"
"Saat ini yang aku lihat hanya seseorang. Aku tidak melihat goloknya sama sekali." Ma Kong Qun menjawab.
Arti dari perkataan tersebut amat sangat mendalam. Bukankah maksud perkataannya adalah kecemerlangan orangnya menutupi kegelapan goloknya" Atau mungkin maksud yang
sebenarnya dari perkataannya adalah senjata yang sebenarnya adalah si orang bukan
goloknya. Gong Sun Duan menggertakan giginya, seluruh otot dibadannya bergetar. Tiba-tiba dia
menghentakan kakinya, dan terdengar bunyi SRRIINNGG, goloknya telah dimasukan kembali ke sarungnya.
Setelah beberapa saat, Fu Hong Xue mulai berjalan melewatinya dengan langkahnya yang berat dan duduk. Tangannya masih menggenggam goloknya dengan keras.
Dia meletakan tangan kanannya disebelah pedang MuRong Ming Zhu yang dihiasi oleh batu permata. Namun, goloknya yang berwarna hitam seolah-oleh menyerap cahaya yang keluar dari batu permata tersebut.
MuRong Ming Zhu sepertinya juga merasakan nyawanya tersedot juga. Paras wajahnya
memucat marah, tiba-tiba dia berdiri.
Yun Zai Tian yang mengamatinya sepanjang waktu, menatap padanya dan berkata," Engkau
?" MuRong Ming Zhu tidak membiarkan dia berkata dan mencaci,"Kalau seseorang dapat
membawa goloknya memasuki Gedung Sepuluh Ribu Kuda, kenapa aku tidak boleh
membawa pedangku?"
"Baik boleh, tapi ?"Yun Zai Tian berkata.
"Tapi apa?" MuRong Ming Zhu berkata.
Yun Zai Tian memperlihatkan seringainya dan berkata," Tapi aku tidak yakin apakah engkau seseorang yang cukup berani untuk hidup dengan pedang dan mati dengan pedang."
MuRon Ming Zhu seperti tertampar. Matanya perlahan-lahan memandang ke arah Gong Sun
Duan dan ototnya lengannya yang menonjol sementara dia merasakan tubuhnya masih
membeku. Luo Luo Shan yang masih masih tertidur di atas meja, seperti orang yang mabuk selamanya, tiba-tiba mengangkat lengannya dan membanting tangannya ke atas meja sambil
berseru,"Ha! Pertanyaan yang bagus!"
Tiba-tiba, MuRong Ming Zhu dengat cepat menggerakan tangannya ke arah pedangnya dan
hendak mengambilnya dari atas meja.
Namun sementara jarinya belum lagi menyentuh gagang pedang, terdengar suara keras
logam beradu di udara sementara tujuh buah pedang melayang ke atas meja.
Tujuh buah pedang yang dihias dengan sangat mewah dengan batu permata yang
berkilauan tertimpa cahaya lampu.
Tangan MuRong Ming Zhu berhenti di udara sementara jarinya kaku membeku.
Tidak ada yang tahu kapan Hua Men Tian telah memasuki ruangan. Tidak ada ekspresi di wajahnya, sementara dengan dingin dia berkata,"Bila engkau nekad membawa pedang,
kenapa engkau tidak menyandang semua pedang itu di pinggangmu."
Luo Luo Shan tiba-tiba tertawa dan berkata,"Gedung Sepuluh Ribu Kuda sungguh-sungguh tempat yang tidak boleh dipandang sebelah mata, tempat berkumpulnya pendekar hebat.
Sepertinya beberapa orang yang datang malam ini tidak dapat keluar dengan hidup-hidup."
Ma Kong Qun masih duduk diam sementara tangannya di atas meja. Posisi tubuhnya masih tegak, setegak panah.
Tidak perduli apa yang sedang terjadi di sana, nampaknya dia selalu menempatkan dirinya diluar yang bukan urusannya.
Bahkan sedikitpun dia tidak melirik ke arah MuRong Ming Zhu.
Kelihatannya seluruh darah telah menguap dari wajah MuRon Ming Zhu. Dia menatap
pedangnya di atas meja dan setelah beberapa saat dia berhasil mengumpulkan
keberaniannya dan berkata," Dimana mereka semua?"
"Mereka semua masih hidup."Hua Men Tian berkata.
Yun Zai Tian tertawa dan menambahkan,"Sangat sedikit jumlah orang di dunia ini yang
berani hidup dan mati dengan pedangnya."
"Itulah sebabnya orang pintar tidak membawa golok atau pedang."Luo Luo Shan berkata
sambil tersenyum.
Sebagian badannya masih tergeletak di atas meja, terlihat setengah serius dan setengah mabuk. Tangannya meraih-raih sementara dia bergumam," Dimana araknya" Bagaimana
mungkin tempat ini dipenuhi dengan pedang dan golok, tapi tidak ada setetespun arak?"
Akhirnya senyum tergambar di wajah Ma Kong Qun dan berkata,"Pertanyaan yang bagus!
Tujuan utama aku mengundang kalian semua hari ini ke sini adalah untuk minum sepuasnya.
Lekas bawa keluar arak!"
Luo Luo Shan mengangkat kepalanya, melihat kepada Ma Kong Qun dengan matanya yang
mabuk dan berkata,"Apakah anda membiarkan kami pergi setelah mabuk?"
"Tepat sekali!" Ma Kong Qun berkata.
"Bagaimana bila aku sudah mabuk sebelumnya" Apakah aku masih boleh pergi?"Luo Luo
Shan berkata. "Tentu saja, mengapa tidak." Ma Kong Qun berkata.
Luo Luo Shan tertawa lebar sementara kepalanya kembali terjatuh ke atas meja," Sekarang aku bisa tenang " dimana araknya" Bawa keluar araknya!"
Arak telah dibawa keluar.
Guci emas, gelas arak yang besar, arak yang berwarna hijau.
Paras wajah MuRong Ming Zhu telah berubah menjadi hijau saat ini. Dia tidak tahu apakah harus duduk atau berjalan keluar.
Ye Kai tiba-tiba memukulkan tangannya ke atas meja dan berkata," Arak yang enak, teman-teman yang mengagumkan, sungguh sayang tidak ada musik yang mengiringi.
Aku dengar Saudara MuRong ahli dalam ilmu silat dan sastra, dan juga sangat menyukai musik. Aku yakin Saudara Murong dapat menghibur kita dengan lagunya?"
MuRong Ming Zhu tiba-tiba terbangun kesadaraannya dan melihat ke arah Ye Kai.
Beberapa orang dapat memperlihatkan senyumnya tanpa ada kebencian yang tersembunyi di dalamnya, senyum yang tulus. Ye Kai adalah salah seorang seperti itu.
MuRong Ming Zhu yang telah terdiam beberapa saat akhirnya menarik napas lega dan
berseru," Baik!"
"Kerajaan langi, kerajaan dunia. Darah menetes dari mata, bulan tidak bersinar. Sekali masuk Gedung Sepuluh Ribu Kuda, golok terpotong, usus akan hancur."
Paras wajah Yun Zai Tian berubah.
Mendadak Gong Sun Duan berbalik dan memandangnya dengan tangan di golok.
Ma Kong Qun adalah satu-satunya orangnya yang paras wajahnya tidak berubah. Dia
sementara itu masih terlihat bergembira.
MuRong Ming Zhu meneguk gelas araknya. Arak tersebut mengalir keseluruh tubuhnya dan dengan berani dia berseru,"Aku tidak yakin bila salah seorang pernah mendengar ini
sebelumnya?"
"Aku pernah!"Ye Kai berkata.
"Dan apa kesanmu setelah mendengarnya?"MuRong Ming Zhu bertanya.
"Aku melihat satu hal yang sangat membuatku penasaran."Ye Kai berkata.
"Hanya satu dari semua?" MuRong Ming Zhu bertanya.
"Betul sekali, hanya satu dari semua."Ye Kai menjawab.
"Yang mana?" MuRong Ming Zhu berkata.
Ye Kai menutup matanya dan mulai bernyanyi,"Golok terpotong, usus akan hancur " golok terpotong, usus akan hancur."
Dia mengulangi terus menerus kedua bait tersebut dan tiba-tiba membuka matanya dan
melihat kepada Majikan Gedung,"Apakah anda mengetahui apa yang membuat ku bertanya-
tanya terhadap kedua bait tersebut?"
"Harap jelaskan ke kami."Ma Kong Qun berkata.
"Golok terpotong, usus akan hancur. Kenapa bukan pedang akan terpotong, kenapa harus secara gamblang menyebutkan golok terpotong?" Ye Kai berkata.
Matanya menari-nari ke arah MuRong Ming Zhu, kemudian ke Fu Hong Xue, dan kemudian
kembali ke Majikan Gedung.
Fu Hong Xue tetap duduk terdiam di tempat duduknya sementara matanya menatapa pada
golok di tangannya sementaara pupil matanya mulai bergerak.
MuRong Ming Zhu perlahan-lahan menarik kursinya sementara senyum terlihat di ujung
Pedang Tanpa Perasaan 9 Giring Giring Perak Karya Makmur Hendrik Kisah Para Pendekar Pulau Es 21
^