Pencarian

Pendekar Aneh Dari Kanglam 2

Pendekar Aneh Dari Kanglam Karya Sin Liong Bagian 2


dalam rimba persilatan tentu gelombang yang timbul memang
tidak kecil. Bukankah satu malaman itu saja Khu Sun Lie telah bertemu
dengan Huangho Kiamhiap. Sam Sat Giok Bian Sam Cie Hek
Hun, yang semuanya memiliki kepandaian cukup tinggi "
Memang soal Tie Lie Siannie tidak begitu diperhatikannya,
tetapi justru niekouw itu merupakan orang perantara Kaisar,
tentu dia juga memegang peranan yang tidak kecil.
Yang lebih hebat lagi justru malam ini juga telah muncul
dedengkot iblis yang sangat ditakuti orang-orang rimba
persilatan Khu Sun Llo sendiri baru bisa menyaksikan sendiri
betapa kepandaian Pek Kut Mo Lo Thang memang sangai
tinggi dan sulit untuk menghadapi.
Maka dari itu, hati Khu Sun Lie jadi tidak tenang. Entah
disebabkan cap Kerajaan yang lenyap itu, akan bermunculan
berapa banyak jago-jago lainnya.
Belum lagi Kim Shia Liong Bun Su yang di sebut-sebut oleh
Tie Lie Siannie, sebagai orang yang dicurigai oleh Kaisar, Dan
begitu juga dengan Sip Pat Mo Bu Beng Hong. Mereka
merupakan pendekar-pendekar yang sangat terkenal sekali
didalam rimba persilatan, memiliki ilmu silat yang sulit diukur
tingginya, jarang sekalijago-jago seperti Kim Shia dan Sip Pat
Mo menampakkan diri dalam rimba persilatan-
Yang dipikirkan oleh Khu Sun Lie lagi adalah Ang Giok Hoa
Sam cu ceng yang disebut-sebut oleh Tie Lie Siannie,
tampaknya orang itupun bukan orang sembarangan karena
menurut Tie Lie Siannie Ang Giok Hoa Sam cu ceng
merupakan orang yang menjadi atasan dari Kim Shia Liong
Bun Su dan Sip Pat Mo Bu Beng Hong.
Maka, jika memang semua orang-orang yang berilmu tinggi
itu muncul kembali, bukankah dunia persilatan akan timbul
kekacauan- Belum lagi jago-jago pandai dari pintu perguruan
lainnya. Khu Sun Lie jadi menghela napas panjang. Jika melihat
semua itu, percuma saja aku puluhan tahun melatih diri.
karena ternyata kepandaianku tidak ada artinya, Untuk
menghadapi salah seorang dari Sam Sat Giok Bian saja, belum
tentu aku bisa menandingi kepandaiannya. IHai IHai memang
aku juga yang tolol, tidak bisa mempelajari ilmu silat yang
tinggi." Sedang Khu Sun Lie berpikir begitu, tiba-tiba dia
mendengar suara seorang anak kecil yang menangis, Tangis
anak itu keras sekali, karena menjelang fajar seperti itu
keadaan sangat sepi. Suara tangis itu terpisah kira2 lima
tombak dari tempat Khu Sun Lie berada.
Karena perasaan ingin tahunya, Khu Sun Lie dengan
menahan perasaan sakit yang masih terasa pada pahanya,
telah menghampiri kearah suara tangis itu. Setelah dia
melewati gerombolan pohon didekat tepi jalan itu, dia melihat
seorang anak lelaki berusia antara sepuluh tahun tengah
menangisi sesosok tubuh yang menggeletak ditanah.
Khu-sun Lie telah menghampiri. Dia melihat sosok tubuh
yang menggeletak itu adalah seorang wanita berusia tiga
puluhan, Dia telah mati dengan muka yang penuh darah, Anak
lelaki itu mungkin menangisi mayat itu.
"Anak." panggil Khu Sun Lie sambil menghampiri anak itu,
"Apa yang telah terjadi ?" Anak lelaki itu tampak terkejut dan
ketakutan, tangisnya semakin keras. Tetapi setelah Khu Sun
Lie membujuknya, dan juga karena melihat sikap Khu Sun Lie
yang lemah lembut, maka tangis anak itu jadi meredah.
"Kami dirampok, ibuku telah dibunuh mereka," bercerita
anak itu. "Kalian dirampok ?" tanya Khu Sun Lie sambil mengerutkan
sepasang alisnya.
Anak itu mengangguk "Kami sedang dalam perjalanan ingin
pergi kerumah Susiok. karena kami ingin tinggal disana. Tetapi
ditengah jalan kami dirampok dan ibu dibunuh mereka "
"Ayahmu ?"
"Sejak berusia tiga tahun aku memang sudah tidak memiliki
ayah lagi, ayah telah pergi merantau dan tidak pernah kembali
" "Kasihan nasibmu nak " kata Khu Sun Lie. "Lalu sekarang
apa yang ingin kau lakukan?"
"Aku tidak tahu apa yang harus kulakukan, paman
pengemis, aku... aku takut " Khu Sun Lie menghela napas
dalam- dalam. "Mari kita kubur dulu jenazah ibumu " kata Khu Sun Lie.
Anak itu hanya mengiyakan, Dan Khu Sun Lie telah menggali
tanah untuk mengubur mayat wanita itu, dibantu oleh anak
lelaki tersebut, selesai mengubur mayat ibu si anak laki2
tersebut, Khu Sun Lie duduk ditepi jalan, disamping anak itu,
yang duduk termenung berdiam diri saja. Matahari pagi mulai
muncul memperlihatkan diri.
"Sekarang engkau ingin menuju kemana nak ?" tanya Khu
Sun Lie memecahkan keheningan diantara mereka.
"Aku... aku ingin pergi kerumah Susiok... tetapi aku tidak
mengetahui jalan-" kata anak laki-laki itu.
"Hemmm, bagaimana kalau aku mengantarmu?" tanya
pengemis itu, "Engkau tentu tahu kampung apa yang menjadi
tempat tinggal pamanmu itu, bukan?"
"Kampung Tung Cie."
"Baiklah," jika begitu engkau ikut bersama ku, nanti
kuantarkan kau kekampung Tung Cie." kata Khu Sun Lie.
Anak itu mengucapkan terima kasih, Dia mengambil
buntalannya. Tetapi waktu buntalan itu diangkat, ikatannya telah
terbuka, Dan dari dalam bungkusan itu berhamburan keluar
sebatang pedang dan segulung kertas surat, disamping dua
potong pakaian anak-anak.
"Barang siapa itu ?" tanya Khu Sun Lie "Apakah engkau
berusia demikian kecil telah membawa-bawa pedang ?"
"Pedang ini warisan ayahku dan juga surat gulungan ini
merupakan surat wasiat yang ditinggalkan ayah yang meminta
agar aku menyampaikan kepada Susiok. tetapi sayang... ibu
telah menjadi korban keganasan perampok..."
"Hemmm, baiklah, Kalau begitu kita berangkat sikarang,
siapakah nama pamanmu ?" tanya Khu Sun Lie.
"Bun Kwang le," menyahuti sianak.
"Bun... Bun Kwang ie ?" tanya Khu Sun Lie terkejut. Anak
itu telah mengangguk.
"Ya ayahku seorang pandai silat, dan Susiok juga seorang
yang pandai silat, Maka dari itu, dengan tinggal dirumah
Susiok aku bisa mempelajari ilmu silat, sehingga setelah besar
aku bisa merantau untuk mencari ayah. Tetapi sekarang ibu
telah meninggal, mati ditanganperampok. oh, sungguh malang
nasib ibu..." dan anak itu telah menangis lagi.
"Siapa namamu, nak ?" tanya Khu Sun Lie sambil
menghiburnya. "Bun Siok Han-" menyahuti anak itu.
"Nama ayahmu ?" tanya Khu Sun Lie lagi: "Bun Kwa Siang,"
menyahuti anak itu.
"oh, dia seorang pendekar dalam rimba persilatan-" kata
Khu Sun Lie. "Aku sering mendengar nama ayahmu, sebagai
seorang pendekar yang sering melakukan banyak kebaikan-
Tetapi mengapa dia tidak bertanggung jawab meninggalkan
anak dan istrinya?"
"Dulu ayah sebelum pergi pernah mengatakan ingin
mengunjungi Kan Giam untuk melakukan suatu tugas, tetapi
sejak saat itu ayah tidak pernah muncul lagi.."
Khu Sun Lie berdiam diri sejenak. Dia berpikir memang ada
baiknya dia mengantar anak ini, karena dia bermaksud
menjauhi diri dari Lim An, karena jika dia masih berkeliaran
disekitar tempat itu, kemungkinan bertemu dengan salah
seorang dari Sam Sat Giok Bian, Huang Ho Kiamhiap atau Sam
Cie Hek Hun, memang bisa saja terjadi. Maka dengan
menyingkir ke Tung Cie, sebuah perkampungan yang terpisah
ribuan lie dari Lim An, dia bisa menghilangkan jejaknya,
pergolakan didalam rimba persilatan memang tampaknya
semakin meningkat saja.. Dengau lenyapnya cap Kerajaan,
tentu rimba persilatan akan diacak-acak oleh orang orang
pemerintahan Begitulah, Khu Sun Lie telah menemani anak itu, Bun Siok
Han, melakukan perjalanan menuju ke Tung Cie, Lima hari
mereka melakukan perjalanan dan telah berhasil melalui lima
ratus lie lebih. Mungkin untuk mencapai Tung Cie masih
memakan waktu perjalanan belasan hari.
Sepanjang perjala nan Khu Sun Lie sebetulnya senang
sekali kepada Siok Han, tetapi dia berpikir bahwa
kepandaiannya tidak begitu tentu sehingga percuma saja jika
dia mengambil anak itu menjadi muridnya, tentu hanya akan
mengecewakan anak tersebut. Bukankah belum berapa lama
Khu Sun Lie sendiri hampir dicelakai oleh orang-orang yang
memiliki kepandaian begitu tinggi "
Setelah melakukan perjalanan selama belasan hari,
akhirnya sampailah mereka dipermukaan kampung Tung Cie,
Dengan bertanya-tanya kepada penduduk kampung, maka
mereka bisa menemukan rumah Bun Kwang Ie, rumah paman
anak she Bun ini.
Bun Kwang Ie ternyata seorang guru silat dikampung itu,
dia seorang lelaki setengah baya yang memiliki tubuh sehat
dan gagah. Mukanya pun memerah sehat, dengan ramah dia
menyambut kedatangan keponakannya ini.
Setelah mend engar Cerita Siok Han, Bun Kwang le telah
menghela napas dan menyatakan terima kasihnya kepada Khu
Sun Lie. Pengemis itu diundang untuk tinggal bersama mereka
selama beberapa hari, Dan hari-hari itu dilewati Khu Sun Lie
untuk bertukar pikiran mengenai ilmu silat, Nama Bun Kwang
le cukup terkenal didalam rimba persilatan-
Hanya saja, karena sudah tua, dia bermaksud hidup
menyendiri, untuk melewati isengnya, dia telah menerima
murid untuk diajarkan ilmu silat.
Sambil bercakap-cakap. Khu Sun Lie sering menyinggung
persoalan cap Kerajaan yang lenyap. Dia menceritakan apa
yang telah dialaminya.
Muka Bun Kwang lejadi berobah waktu mendengar Khu Sun
Lie menceritakan persoalan itu, apa lagi waktu sipengemis
menceritakan Huangho Kiamhiap. Sam Cie Hek Hun dan Sam
siit Giok Bian telah bentrok dengan Pek Kut Mo Lo Thang.
"inilah urusan yang hebat " kata Bun Kwang le. Justru lima
hari yang lalu akupun mendengar suatu urusan yang sangat
penting sekali. semula aku meragukan hal itu, tetapi setelah
mendengar Cerita Khu Sieheng, maka aku yakin urusan itu
benar adanya"
"Persoalan apakah yang didengar oleh Bun Sieheng ?"
tanya Khu Sun Lie tertarik
"Mengenai cap Kerajaan yang lenyap itu..." menyahuti Bun
Kwang Ie^ "Lima hari yang lalu, waktu itu masih pagi, seperti
biasa aku ingin bersantap dirumah makan yang ada dipintu
barat kampung ini. Tetapi disaat aku tengah bersantap. telah
datang tiga orang berpakaian sebagai orang istana, yaitu Kim
le Wie, pasukan pakaian emas daripengawal pribadi raja,
seperti diketahui Kim le Wie tidak akan keluar istana jika
memang tidak sedang melakukan suatu yang penting, tetapi
justru ketiga orang Kim le Wie ini telah berada
diperkampungan Tung Cie ini, sehingga mendatangkan
kecurigaanku. Aku secara tidak sengaja mendengarkan
percakapan mereka. samar-samar aku mendengar mereka
menyebut-nyebut persoalan cap Kerajaan, dan juga mereka
mengatakan dalam percakapan itu bahwa telah dibentuk satu
pasukan khusus untuk menyerbu ke Siauw Lim Sie."
Waktu itu hatiku terkejut, tetapi segera aku berpikir, hal itu
tidak mungkin, Siauw Lim Sie merupakan sebuah pintu
perguruan yang tertua dan besar, disamping itu memiliki
tokoh2 sakti yang memiliki kepandaian sangat tinggi, tidak
mungkin Kaisar Eng Lok akan mencari urusan dengan para
pendeta dari Siauw Lim Sie maka persoalan itu kurang begitu
kuperhatikan. Namun sekarang setelah mendengar cerita Khu Sie heng
barulah aku yakin bahwa yang dipercakapkan oleh ketiga
orang Kim le Wie itu memang benar adanya dan aku jadi
kuatir sekali jangan-jangan nanti terulang lag iperistiwa
pembakaran kuil Siauw Lim Sie, seperti yang telah pernah
terjadi diwaktu berkuasanya kerajaan Boanciu."
Waktu berkata begitu, Bun Kwang le memperlihatkan
perasaan kuatir bukan main-Khu Sun Lie sendirijadi kaget
tidak terkira. "Kalau memang peristiwa adanya demikian kita harus
segera memberitahukan kepada siauw Lim Sie, agar bersiapsiap
untuk menghadapi suatu kemungkinan yang tidak
diinginkan." kata Khu Sun Lie. Bun Kwang le menganggukkan
kepalanya. "Baiklah, jika demikian aku tidak bisa berdiam lama2 disini,
Bun Sieheng, aku harus segera melakukan perjalanan ke
Siauw-sit-san untuk memberitahukan hal itu kepada siauw Lim
Sie.. ..aku minta diri saja " dan sipengemis telah pamitan.
Karena menganggap urusan sangat penting, sipengemis
telah melakukan perjalanan dengan cepat.Jika dia tidak terlalu
lelah, tentu dia tidak akan beristirahat, dia melakukan
perjalanan siang dan malam. Bahkan Khu Sun Lie telah
membeli seekor kuda, dengan menunggang kuda, dia bisa
melakukan perjalanan lebih cepat.
Sepanjang perjalanan, Khu Sun Lie menyelidik keadaan
didalam rimba persilatan- Dia banyak mendengar persoalan
orang-orang gagah rimba persilatan yang telah ditangkaptangkapi
oleh orang-orang pemerintah, Bahkan banyak
pendekar gagah yang telah terbinasa dibawah tangan jagojago
istana kaisar Eng Lok. Hal ini membuat Khu Sun Lie jadi
berduka. Dia menghela napas.
"Kerajaan sedang ditimpa malapetaka kemiskinan, dimana
rakyat hidup dalam ketidak cukupan, tetapi justru Kaisar Eng
Lok telah menimbulkan urusan yang tidak kecil, dia telah
membuka jurang permusuhan antara pemerintah dengan para
jago-jago rimba persilatan-..
Tetapi yang sangat berbahaya sekali adalah cara Kaisar Eng
Lok itu yang membujuk dan menarik kepihaknya jago-jago
yang sangat ternama dan memiliki kepandaian sangat tinggi,
yang akan diperalatnya untuk menghadapi para jago-jago
dalam rimba persilatan-..


Pendekar Aneh Dari Kanglam Karya Sin Liong di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Setelah melakukan perjalanan hampir satu bulan, pada sore
itu akhirnya Khu Sun Lie telah tiba dikaki gunung Siong san,
Dia telah menghela napas lega, karena tidak lama lagi dia
akan segera tiba dikuil Siauw Lim Sie. Paling tidak hanya
memakan waktu satu hari saja...
Tetapi ketika tiba dikaki gunung Siong San ini Khu Sun Lie
telah menghadapi peristiwa yang benar-benar hebat
menggigilkan jantungnya Karena pada pagi itu, dia tengah
menjalankan kudanya agak perlahan, karena tujuannya telah
dekat. Waktu dia tengah melarikan kudanya itu disebuah jalan
kecil berliku-liku, yang dikiri kanannya tumbuh pohon yang
tinggi, tiba-tiba pengemis ini melihat didepan melintang
sesosok tubuh, yang menggeletak ditengah jalan-
Sipengemis mengerutkan alisnya, entah siapa orang itu
yang pagi hari ini menggeletak seenaknya dijalan tersebut, Dia
memajukan terus kudanya, Tetapi waktu telah dekat, segera
hati Khu Sun Lie jadi tidak enak, karena dia melihat sosok
tubuh itu tidak begerak-gerak. maka dia menduga sesuatu.
Benar saja, waktu dia telah lebih dekat, dia melihat sosok
tubuh itu adalah sesosok mayat seorang manusia.. Malah yang
membuat Khu Sun Lie jadi terkejut sekali, mayat itu mati
dengan tubuh yang rusak seperti telah dibacok-bacok
dibeberapa tempat bagian tubuhnya.
Khu Sun Lie melompat turun dari kudanya dia memeriksa
mayat iiu. Hatinya jadi ngiris sekali.
"Entah siapa pembunuhnya yang kejam demikian?" pikir
Khu Sun Lie. Dia menghela napas, kemudian melompat naik keatas
kudanya dan melanjutkan perjalanannya lagi.
Tetapi belum lagi lewat sepuluh lie, dia melihat sesosok
tubuh manusia melintang ditengah jalan lagi, Tetapi karena
telah mengalami peristiwa seperti tadi, dia jadi menduga
sosok tubuh itu adalah mayat seorang manusia.
Dan setelah dihampiri lebih dekat, benar saja, itulah sosok
tubuh manusia yang telah tidak bernapas yang mukanya tidak
bisa dikenal lagi, karena muka orang itu telah rusak tidak
keruan dan tubuhnya juga sudah tidak keruan macam,
dibacok-bacok oleh senjata tajam, bagaikan tubuh orang itu
telah dicincang.
Keruan saja Khu Sun Lie jadi kaget bukan main, disamping
mendongkol. "Betapa busuknya orang yang menjadi pembunuh dari
orang ini "pikir Khu Sun Lie. "Tentu pembunuhnya sama
dengan pembunuh mayat yang tadi " Setelah berpikir begitu,
Khu Sun Lie menghela napas dalam-dalam.
Dia menunggangi kembali kudanya, tetapi waktu dia baru
saja melarikan kudanya beberapa lie, kembali dia menemukan
mayat yang serupa seperti sebelumnya.
"Akhh, inilah pembunuhan kejam secara besar-besaran-..
entah berapa banyak orang yang terbunuh" pikir Khu Sun Lie.
Kali ini sipengemis tidak turun dari kudanya, dia meneruskan
perjalanannya dan baru saja melakukan perjalanan beberapa
lie lagi, dia kembali menemukan pula mayat seorang manusia
yang mati dengan cara yang mengerikan, yaitu seperti telah
dicincang. Maka dari itu, Khu Sun Lie yang melihat ini telah menduga,
tentunya pembunuh dari orang-orang itu merupakan seorang
iblis yang memiliki kepandaian sangat tinggi, Apa lagi memang
dia melihatnya, pakaian dari mayat-mayat itu membuktikan
bahwa mereka juga berasal dari kalangan rimba persilatan-
Tetapi yang membuat Khu Sun Lie jadi heran, entah siapa
orang yang menjadi pembunuh kejam itu.
Setelah melarikan kudanya sepanjang jalan kecil itu, Khu
Sun Lie telah menemukan belasan mayat lagi, yang menemui
kematian dengan cara yang sama. Hanya yang membuat Khu
Sun Lie jadi heran, mengapa orang-orang itu menemui
kematiannya dengan cara dijajarkan seorang demi seorang,
bagaikan mayat- mayat itu memang sengaja diletakkan
ditengah-tengah jalan tersebut.
"Apakah semua pembunuhan itu memiliki sangkut pautnya
dengan pendeta-pendeta Siauw Lim Sie ?" berpikir Khu Sun
Lie. pengemis ini berpikir demikian, karena dia mengetahui
kuil Siauw Lim Sie berada dipuncak gunung ini.
Dan mayat- mayat yang melintang ditengah jalan itu tidak
ada habisnya. Setelah melakukan perjalanan terus, dia telah
menemukan lagi beberapa mayat manusia, Maka jumlahnya
sudah lebih dari dua puluh mayat manusia yang di
temukannya dalam keadaan yang mengiriskan hati.
Khu Sun Lie mempercepat lari kudanya, dan menjelang
tengah hari dia telah tiba dimuka gerbang kuil Siauw Lim Sie,
yang megah dan angker. Tetapi belasan lie waktu dia belum
sampai dimuka kuil ini, Khu sun Lie sudah tidak melihat lagi
mayat manusia. Dengan gesit dan cepat Khu Sun Lie melompat turun dari
kudanya, dia telah menghampiri pintu kuil yang tertutup rapat,
kemudian mengetuknya, membenturkan gelang besi yang
terdapat dipintu cukup keras.
Tidak lama kemudian pintu kuil terbuka, sedikit sekali, dan
juga waktu itu hanya ada kepala seorang hweesio yang
muncul. "cari siapa ?" tanya pendeta itu, seorang hweshio berusia
muda, mungkin usianya baru dua puluh tahun, sikapnya tidak
manis. Khu Sun Lie merangkapkan sepasang tangannya, dia telah
memberi hormat.
"Siauw suhu, aku ingin bertemu dengan ciangbunjin Siauw
Lim Sie, untuk menyampaikan suatu berita yang sangat
penting dan berhubungan dengan keselamatan kuil siauw
Suhu ini..."
-oo0dw0oo- Jilid 3 MUKA pendeta muda itu berobah, dia telah memandang
dengan sepasang alis yang di kerutkan, Tetapi kemudian dia
telah bertanya lagi dengan nada yang tetap tidak manis:
"Urusan apa yang ingin hengtai (saudara) sampaikan?"
"Urusan yang sangat penting dan maafkan, tidak dapat aku
memberitahukan sekarang, karena urusan itu harus
disampaikan langsung kepada ciangbunjin Siauw suhu"
Waktu itu, memang Khu Sun Lie sendiri sudah mulai
mendongkol, karena melihat lagak pendeta itu yang acuh tak
acuh dan juga dia melihat betapa pendeta itu bersikap tidak
manis. Tetapi sebagai seorang yang telah berpengalaman
dalam rimba persilatan, dia mau menduga mungkin sikap
pendeta ini memiliki sangkut pautnya dengan mayat- mayat
yang malang melintang dijalan-jalan yang telah dilaluinya,
maka dia tidak begitu ambil dihati.
"Siauw Lim Sie tidak menerima tamu sembarangan," kata
pendeta muda itu. "Jika memang Hengtai (saudara)
bermaksud untuk berkunjung ke Siauwlimsie, seharusnya kau
melapor dulu beberapa hari sebelumnya Apa lagi memang
Hengtai bermaksud untuk bertemu dengan ciangbunjin kami,
itulah urusan yang jarang sekali terkabul, terlebih lagi
memang sekarang ini ciangbunjin kami tengah keluar pintu
untuk mengurus suatu urusan, beliau tidak berada ditempat
dan Hengtai jika memang benar-benar memiliki urusan yang
sangat penting dengan ciangbunjin kami, silahkan Hengtai
datang dilain waktu saja "
Muka Khu Sun Lie jadi berobah, dia mengetahui bahwa
alasan yang dikemukakan oleh pendeta itu adalah alasan yang
dicari-cari. Maka dari itu, Khu Sun Lie telah tertawa pahit.
"Sebetulnya, urusan ini adalah urusan yang menyangkut
keselamatan siauw Lim Sie ma aku kuatir jika aku tidak bisa
bertemu sekarang dengan ciangbunjin Siauwlim Sie, urusan
akan menjadi lebih hebat lagi dan menjadi terlambat " Setelah
berkata begitu, Khu Sun Lie menghela napas.
"Jika demikian, baiklah Hengtai bertemu dengan wakil
ciangbunjin kami yaitu Bo Tie siansu " kata pendeta itu.
"Begitupun boleh, yang terpenting sekali justru aku harus
dapat memberitahukan berita penting ini langsung kepada
tetua-tetua Siauw Lim Sie"
Pendeta muda itu walaupun masih ragu-ragu, tetapi
akhirnya dia telah mengangguk. "silahkan masuk. Hengtai "
katanya sambil membukakan pintu lebih lebar.
Khu Sun Lie melihat kelakuan pendeta itu dia dapat
menduga tentu telah terjadi suatu urusan yang tidak
menggembirakan didalam Siauw Lim Sie. Maka dia berlaku
lebih hati-hati, agar tidak mengeluarkan kata- kata yang bisa
memancing kesalah pahaman-
Setelah mempersilahkan Khu Sun Lie duduk diruang tamu,
pendeta muda itu meninggalkanya masuk sebentar, Dan tidak
lama kemudian dia telah kembali membawa dua cawan teh,
yang disediakan untuk Khu Sun Lie.
Menyusul itu, tampak dari ruang dalam muncul seorang
pendeta tua, yang mungkin telah berusia enam puluh tahun
lebih, sikapnya sabar sekali, wajahnya agung dan merah
segar. Dia memelihara jenggot yang cukup panjang dan kumis
yang lebat, Matanya bersinar tajam, membuktikan bahwa
pendeta ini memiliki Iwekang yang tinggi sekali.
Begitu melihat Khu Sun Lie, pendeta itu telah
merangkapkan sepasang tangannya, dia menjura dengan
sikap yang hormat sekali.
"Ada urusan penting apakah Kiesu (orang gagah) mencari
ciangbunjin kami ?" tanya nya dengan suara yang ramah
sekali. "Lolap (aku sipendeta tua) Bo Tie Siansu, dapat
sekiranya mewakili untuk menerima pesan Kiesu... Bolehkah
Lolap mengetahui siapa she mulia Kiesu dan gelaran Kiesu
yang terhormat ?"
Khu Sun Lie telah bangkit dari duduknya, dia cepat-cepat
membalas hormat pendeta itu.
"Aku she Ku dan bernama Sun Lie. Gelaranku merupakan
gelaran yang tidak berarti, yaitu Kim jie Sinkay " menyahuti
Khu Sun Lie. "oh kiranya Kimjie Sinkay Khu Sun Lie Enghiong." kata
pendeta itu. "Selamat datang Selamat datang di Siauw Lim
Sie." Pendeta itu, Bo Tie Siansu, rupanya sudah sering
mendengar nama Khu Sun Lie sehingga setelah dia
mengetahui bahwa sipengemis merupakan seorang pendekar
yang cukup ternama dan bekerja digaris keadilan, dengan
sendirinya dia menyambut lebih ramah dan manis.
Setelah basa basi sejenak, merekapun bercakap-cakap. Bo
Tie siansu menyampaikan rasa kagumnya atas sepak terjang
Khu Sun Lie, yang didengarnya telah banyak melakukan
banyak perbuatan mulia.
Sedangkan Khu Sun Lie sendiri dalam suatu kesempatan
telah berkata: "Baiklah, kukira telah sampai saatnya untuk aku
menyampaikan urusan penting itu kepada Taisu " kata nya.
"Ya, silahkan Kiesu sampaikan pesan itu, nanti akan Lolap
sampaikan lagi kepada ciangbunjin kami. Kebetulan sekali
Hongthio kami sedang keluar pintu dan tidak berada ditempat,
maka maafkanlah telah mengeCewakan Kiesu."
Khu Sun Lie cepat-cepat memberitahukan apa yang
diketahuinya itu. Dia telah bercerita dengan lengkap sekali,
Maka dari itu Bo Tie Siansu jadi terkejut sekali. Dia tidak
menyangka urusan demikian hebat, Dan disamping itu yang
mengejutkan sekali adalah Cerita Khu Sun Lie mengenai
mayat- mayat yang malang melintang disepanjang jalan yang
menuju ke Siauw Lim Sie.
"Inilah aneh sekali " kata pendeta itu, "Benar-benar urusan
yang tidak pernah disangka oleh Lolap. sungguh luar biasa
sekali" Dari muka Bo Tie siansu memperlihatkan bahwa dia sedang
berpikir keras, karena dia memang benar-benar tidak
menyangka sama sekali bahwa urusan akan demikian
hebatnya. "Maka dari itu, semula aku meminta dan mendesak untuk
bertemu dengan Hongthio Siauw Lim Sie karena memang
urusan ini menyangkut keselamatan pihak Siauw Lim Sie
sendiri, berarti juga keselamatan dari para orang gagah dalam
rimba persilatan, karena jika sekarang ini Kaisar Eng Lok telah
berani untuk bertindak begitu terhadap Siauw Lim Sie, yang
terkenal sebagai pintu perguran silat yang tertua dan besar,
dimana banyak tokoh-tokoh saktinya, niscaya dilain saat,
Kaisar Eng Lok akan berani bertindak lebih jauh lagi kepada
pintu perguruan lainnya."
Bo Tie siansu telah membenarkan apa yang dikatakan oleh
Khu Sun Lie. "Menurut pandangan Lolap memang hal itu bisa saja
terjadi, inilah berbahaya sekali, jika memang Kaisar Eng Lok
telah mulai memusuhi orang-orang rimba persilatan, tentu hal
itu akan menyebabkan peristiwa yang hebat dan timbulnya
gelombang " Khu Sun Lie mengiyakan-
Begitulah, keduanya telah membicarakan pula perihal
keadaan dunia persilatan pada saat itu.
Sedangkan Bo Tie Siansu dalam suatu kesempatan telah
becerita lagi, bahwa sesungguhnya kepergian Hongthio atau
ketua Siauw Lim Sie, memiliki hubungan dan sangkut pautnya
dengan peristiwa ini. Maka dia bermaksud untuk memberikan
penjelasan sejelas-jelasnya kepada Khu Sun Lie.
Beberapa hari yang lalu, yaitu enam hari sebelumnya,
justru Siauw Lim Sie telah menerima kedatangan seorang
tamu yang aneh sekali, Yaitu seorang wanita berusia dua
puluh tahun lebih. Wanita itu mengaku bernama Lim Kim Giok.
dan membawa sepucuk surat yang diberikan kepada Hongthio
Siauw Lim Sie. Isi surat itu adalah surat tantangan untuk Hongthio Siauw
Lim sie, orang yang menantang Hongthio siauw Lim Sie tidak
menyebutkan namanya didalam surat itu, karena dia memang
merahasiakannya, Hanya dari wanita yang bernama Lim Kim
Giok itu diketahui bahwa orang yang menantangnya itu adalah
dikaki gunung sebelah barat.
Semula Hongthio Siauw Lim Sie tidak mau melayani
tantangan seperti itu, dan menganjur kan Lim Kim Giok agar
memberitahukan gurunya saja, agar sang guru itu datang saja
ke Siauw Lim Sie tetapi kenyataannya Lim Kim Giok telah
tertawa mengejek dan dia berkata, bahwa dia tidak sangka
Hongthio Siauw Lim Sie ternyata seorang yang pengecut dan
penakut sekali, sehingga ejskan tersebut membuat Hongthio


Pendekar Aneh Dari Kanglam Karya Sin Liong di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

siauw Lim Sie jadi penasaran-
Apa lagi Lim Kim Giok telah menyatakan bahwa gurunya
pernah mengatakan bahwa kepandaian Hongthio Siauw Lim
Sie tidak berarti apa-apa....hanya saja dia berani
dikuilnya....maka sekarang kata Lim Kim Giok. bahwa dia baru
mempercayai perkataan gurunya itu.
Dan dia jadi tidak memandang sebelah mata kepada siauw
Lim Sie. perkataan Lim Kim Giok telah membual Hongthio
Siauw Lim Sie menjadi gusar, dan seketika itu juga telah
menerima tantangan yang diberikan oleh guru sigadis.
Dalam hal ini sebetulnya Hongthio Siauw Lim Sie tidak
menyangka terdapat urusan yang luar biasa, dia hanya
menduga seorang jago seperti guru sigadis merasa penasaran
terhadap kebesaran nama Siauw Lim Sie, maka dia bermaksud
untuk mengadu kekuatan dengan pihak siauw Lim Sie, guna
menentukan siapa yang lebih liehay.
Tetapi setelah bertemu dengan guru sigadis, yang ternyata
seorang nenek tua berusia lanjut, yaiiu hampir enam puluh
tahun, ternyata nenek tua itu tidak memiliki kepandaian yang
tinggi, dia hanya mengancam untuk membunuh diri jika
Hongthio Siauw Lim Sie tidak mau menyerahkan padanya
kitab Kiu im cin Keng, Dia ingin meminjam kitab itu selama
satu tahun."
Jelas hal itu tidak bisa diluluskan oleh Hongthio Siauw Lim
Sie, karena walaupun kitab itu sudah tidak diperlukan dan
hanya disimpan didalam ruang kitab Siauw Lim Sie kitab itu
merupakan kitab pusaka yang tidak bisa dipinjamkan pada
orang luar. Penolakan Hongthio Siauw Lim Sie membuat nenek tua itu
jadi gusar sekali, dia telah mengancam akan membuktikan
perkataannya untuk membunuh diri dihadapan Hongthio itu,
agar kelak orang-orang rimba persilatan mengetahui bahwa
Hongthio Siauw Lim Sle adalah seorang yang tidak memiliki
belas kasihan kepada orang lain-
Maka keadaan seperti ini telah membuat Hongthio siauw
Lim Sie jadi serba salah, Yang pasti, kitab Kiu im cin Keng
tidak dapat dipinjamkan kepada wanita itu. Namun jika dia
menolak. tentu wanita tua itu benar-benar akan membuktikan
ancamannya, yaitu bunuh diri.
Tentu hal ini tidak dikehendaki oleh Hongthio Siauw Lim
Sie. Tetapi apa hendak dikata, justru yang membuat Hongthio
Siauw Lim Sie jadi bingung, nenek tua itu tidak mau mengerti
walaupun telah dibujuk oleh ketua Siauw Lim Sie tersebut
agar membataikan maksudnya yang tidak-tidak itu.
Tetapi wanita tua itu justru telah mencabut sebatang
pedang pendek yang mata pedangnya ditandaikan pada
batang lehernya, Dia mengancam, begitu Hongthio Siauw Lim
Sie mengucapkan penolakannya, dia ingin menekan pisau itu
menancap dliehernya, agar segera dia menemui kematiannya.
Menurut pengakuannya, percuma saja dia hidup didunia jika
belum mempelajari ilmu yang tertulis didalam kitab Kiu im cin
Keng. Yang membuat Hongthio Siauw Lim Sie jadi serba salah,
justru peristiwa ini menyangkut urusan nyawa. itulah yang
tidak dikehendaki oleh Hongthio Siauw Lim Sie. Bahkan waktu
Hongtlo Siauw Lim Sie menjanjikan untuk memberikan satu
dua jurus ilmu silat Siauw Lim Sie kepadanya, asal wanita tua
itu tidak mendesaknya untuk melihat kitab Kiu im cin Keng,
tetap saja wanita tua itu tidak mau. Yang dikehendakinya
adalah kitab ilmu Kiu im cin Keng.
Hongthio Siauw Lim Sie benar-benarjadi serba salah,
Akhirnya Hongthio Siauw Lim Sie itu telah berkata : "Baiklah,
jika memang kau ingin bunuh diri, silahkan bunuh diri, itu
bukan menjadi urusanku. Lolap telah berbaik hati ingin
memberikan satu atau dua jurus ilmu silat kepadamu, tetapi
kenyataannya engkau telah mengancam begitu dan bersikeras
ingin meminjam juga kitab Kiu im cin Keng, tentu saja hal ini
tidak bisa lolap lulusi, karena kitab pusaka itu tidak boleh
dipinjam kepada orang luar"
Namun nenek tua itu justru benar-benar telah
membuktikan perkataannya, Dia telah menekan pisaunya,
sehingga pisau itu menancap di dalam lehernya, seketika
darah menyembur keluar deras sekali, dan disaat seperti inilah
akhirnya wanita tua itu terkapar dihadapan Hongthio Siauw
Lim Sie dan menemui kematiannya.
Tentu saja hal ini telah membuat Hongthio siauw Lim Sie
menyesal sekali, walaupun bagaimana tidak bisa dia menerima
kejadian seperti ini. Dia menyesal wanita tua itu telah
mengambil jalan pendek dan nekad seperti itu.
Dia pun tidak mengerti, apa tujuannya wanita tua itu
mendesak dia meminjamkan kitab Kiu im cin Keng, yang
membingungkan justru saat itu wanita tersebut tidak sayangsayang
akan jiwanya, membuktikan ancamannya dan telah
membunuh diri. Keruan saja telah membuat Hongthio Siauw Lim Sie hanya
bisa berdiri menjublek memandangi mayat wanita tua itu yang
menggeletak dihadapannya.
Murid wanita tua itu, Lim Kim Giok. telah menangisi mayat
gurunya, Dia mengancam Hongthio Siauw cim Sie dengan
menyiarkan berita tersebut diseluruh rimba persilatan, agar
orang-orang gagah dalam kalangan Kangouw akan
mengetahui betapa Hongthio Siauw Lim Sie seorang yang
kejam, yang telah memandangi kematian seseorang dengan
mata yang tidak berkedip.
Hongthio Siauw Lim Sie itu jadi serba salah, dia berusaha
untuk memberikan penjelasan kepada sigadis, tetapi gadis itu
telah melarikan diri, dia tidak memperdulikan mayat gurunya
lagi, yang ditinggalkan begitu saja.
Hongthio siauw Lim Sie kian bersusah hati. Untuk
memberikan ketenangan pada hatinya, dia sendiri yang telah
menggali tanah dan mengubur mayat nenek tua itu.
Tetapi urusan lainnya, yang tidak di-sangka2 oleh Hongthio
siauw Lim Sie, justru waktu itu telah berdatangan ke Siauw
Lim Sie tokoh2 persilatan dari berbagai golongan dan pintu
perguruan- Mereka menuntut ganti jiwa pada Hongthio Siauw
Lim Sie. Tentu saja ganti jiwa atas kematian nenek tua yang
menjadi guru Lim Kim Giok itu.
Keadaan begitu kacau, dimana mereka berjumlah seratus
orang lebih, Hongthio Siuw Lim sie menyadarinya kalau saja
dia membiarkan murid-murid Siauw Lim Sie bentrok dengan
orang-orang tersebut, tentu akan berjatuhan korban yang
sangat banyak, itulah yang tidak dikehendaki oleh ketua Siauw
Lim Sie ini. Maka dengan lemah lembut dia berusaha memberikan
penjelasan, Tetapi kenyataannya orang-orang itu sama sekali
tidak mau mengerti. Mereka hanya mau agar Hongthio Siauw
Lim Sie mengganti jiwa terhadap kematian si nenek, yang
dipanggil dengan sebutan Sie Popo.
Keadaan seperti itu telah membuat Hongthio siauw Lim Sie
jadi agak bingung, begitu juga ketua2 Siauw Lim Sie lainnya,
Keadaan kacau sekali. Tetapi akhirnya Hongthio Siauw Lim Sie
itu menyatakan siapakah yang memimpin mereka.
Salah seorang dari rombongan orang tersebut telah
menyatakan bahwa pemimpin mereka adalah cu Cie Kiat,
seorang pendekar yang memiliki kepandaian tinggi. Tetapi
tentu saja Hongthio Siauw Lim Sie tidak merasa takut kepada
orang itu, hanya dia kuatir jika terjadi pertempuran yang
kacau akan menimbulkan korban-korban yang sangat banyak.
itu yang tidak dikehendaki oleh Hongthio Siauw Lim Sie
tersebut. Maka dia menyatakan kepada rombongan orang itu, dalam
beberapa hari ini dia ingin menemui cu Cie Kiat, untuk
berunding. Dan meminta alamatnya pada orang-orang itu.
Menurut keterangan orang tersebut, cu Cie Kiat tinggal
dikampung Po Sung, dan juga mereka akan menyampaikan
janji dari Hongthio Siauw Lim Sie ini. Dengan demikian orangorang
itu bisa dibubarkan tanpa perlu terjadi pertempuran-
Sore harinya, Hongthio Siauw Lim Sie telah meninggalkan
Siauw Lim sie. Ketua ini menolak waktu beberapa orang tetua
siauw Lim Sie menawarkan jasa mereka untuk mendampingi
sang pemimpin ini untuk menemui cu Cie Kiat.
Menurut Hongthio siauw Lim sie, jika mereka datang
beramai-ramai, tentu hanya akan menimbulkan salah paham,
dan mungkin urusan akan lebih rumit lagi. Maka Hongthio
Siauw Lim Sie ini hanya bermaksud berangkat seorang diri
saja. "Sampai sekarang Hongthio kami belum juga kembali," kata
Bo Tie Siansu dengan wajah yang muram, "Dan kami sendiri
tidak tahu, sebetulnya urusan apakah yang akan kami hadapi.
Tetapi mend engar cerita dari Khu Sieheng, tentunya urusan
menyangkut dengan persoalan lenyapnya cap Kerajaan."
Khu Sun Lie telah menghela napas dan menganggukkan
kepalanya. "Mungkin juga begitu tetapi urusan demikian
aneh," katanya kemudian-
"Ya, aku sendiri tidak mengerti, mengapa sekarang Siauw
Lim Sie beruntun harus mengalami urusan yang demikian
aneh?" setelah bergumam begitu, Bo Tie siansu menghela
napas dalam-dalam.
"Tetapi Taisu, justru yang terpenting Siauw Lim Sie harus
mempersiapkan diri, kalau-kalau orang-orangnya kaisar Eng
Lok benar-benar melakukan penyerbuan ke Siauw Lim Sie."
Khu Sun Lie telah memberikan sarannya.
"Ya," mengangguk Bo Tie siansu, "Saran itu akan Lolap
perhatikan," dan pendeta itu kembali menghela napas lagi.
"Apakah urusan ini perlu diberitahukan kepada pintu-pintu
perguruan lainnya, agar mereka juga bisa bersiap diri, jangan
sampai nanti terjadi seperti yang akan menimpali Siauw Lim
Sie?" Bo Tie siansu mengawasi sipengemis sejenak. lalu dia
menghela napas dalam-dalam, katanya dengan suara ragu:
"Untuk urusan itu Lolap tidak berani mengambil keputusan,
kalau memang Khu Sieheng tidak keberatan, maukah Khu
Sieheng berdiam dulu beberapa hari dikuil kami, untuk
menantikan kembalinya Hongthio kami. agar dapat diambil
keputusan tindakan apa yang harus dilakukan?" Khu Sun Lie
menyatakan setuju.
Begitulah, selama dua hari Khu Sun Lie telah tinggal dikuil
Siauw Lim Sie. Tetapi sudah lewat dua hari, Hongthio Siauw Lim Sie belum
juga kembali, sehingga menimbulkan kegelisahan dikalangan
pendeta itu. Selama Khu Sun Lie berdiam dikuil Siauw Lim Sie, Bo Tie
siansu telah perintahkan murid-murid Siauw Lim Sie untuk
menyelidiki keadaan mayat-mayat yang malang melintang di
jalan-jalan yang menuju kekuil Siauw Lim Sie, dan juga sambil
mengubur semua mayat-mayat itu. inilah peristiwa yang
hampir tidak pernah terjadi dan belum pernah dialami oleh
Siauw Lim sie. Tentu pembunuh orang-orang itu memang sengaja
melakukan pembunuhan tersebut untuk menantang Siauw Lim
Sie. itulah perbuatan yang tentunya disengaja.
Bo Tie siansu juga mengajak Khu Sun Lie berunding,
Pendeta itu telah menanyakan kepada Khu Sun Lie, siapa
kiranya yang melakukan pembunuhan kejam seperti itu.
Tetapi Khu Sun Lie sendiri tidak menerkanya, karena
pembunuh itu melakukan pembunuhannya dengan kejam,
bahkan korban-korbannya telah dirusak muka maupun
tubuhnya. Keadaan seperti ini tentu saja mempersulit mereka mencari
jejak. juga korban-korban itu terbunuh dengan senjata tajam,
maka tidak bisa dicari jejak pembunuh itu, karena tidak
terlihat ciri pukulan yang tersendiri.
"Menurut Lolap. pembunuhan ini memiliki latar belakang
yang cukup hebat, karena jika memang orang itu hanya
sekedar melakukan pembunuhan untuk sesuatu hal yang tidak
penting, tentu mereka tidak akan menyusun mayat-mayat dari
korban mereka begitu rapih, disamping itu, apakah peristiwa
ini ada hubungannya dengan lenyapnya cap Kerajaan dari
Kaisar Eng Lok?"
Waktu berkata begitu, Bo Tie siansu seperti bicara kepada
dirinya sendiri, dia benar-benar dihadapi peristiwa yang
membingungkannya, sehingga pendeta ini tidak mengetahui
apa yang harus dilakukannya untuk menyelidiki urusan ini.
Khu Sun Lie menghela napas, tanyanya: "Bagaimana kalau
kita pergi menyusul Hongthio Siauw Lim Sie ke kampung Po
Sung, Perjalanan dari Siong San sampai ke kampung Po Sung
memakan waktu dua hari, tentu dengan pergi kesana mereka
bisa menyelidiki lebih jelas keadaan Hongthio Siauw Lim Sie
itu, memiliki kepandaian yang sempurna dan tinggi sekali,
tetapi yang dikuatirkan justru Bo Liang Siansu kena diperdaya
oleh orang-orang yang mengaku menjadi anak buah dari cu
Cie Kie." Bo Tie siansu setelah mempertimbangkan saran itu sejenak
lamanya, akhirnya dia setuju, Dan Bo Tie Siansu
mempersiapkan juga Bo San siansu, Bo Lie Siansu dan Bo
Siung Siansu, untuk ikut serta.
Sore itu juga Bo Tie Siansu berlima dengan Bo Lie, Bo
Siung, Bo San dan Khu Sun Lie, telah meninggalkan kuil Siauw
Lim Sie. Mereka menuju kekampung Po Sung.
dalam dua hari mereka telah bisa mencapai perkampungan
itu. Tetapi keadaan diperkampungan itu sunyi dan sepi, sedikit
sekali penduduknya, Tentu saja hal ini mendatangkan
kecurigaan dihati Bo Tie dan yang lainnya.
Terlebih lagi waktu Khu Sun Lie menanyakan kepada salah
seorang penduduk. dimana tempat tinggalnya Cu Cie Kiat,
tidak ada yang mengetahui.
Bo Tie Siansu dan yang lainnya mulai panik, karena mereka
jadi menguatirkan sekali keselamatan Hongthio Siauw Lim Sie
itu. Urusan demikian berbelit-belit, dengan sendirinya membuat
Khu Sun Lie sendiri tidak berani terlalu memberikan saran.
Didalam rimba persilatan walaupun Khu Sun Lie memiliki
kepandaian yang cukup tinggi, tetapi tingkat derajatnya tidak
sejajar dengan Bo Tie dan pendeta-pendeta Siauw Lim Sie dari
golongan Bo itu.
Maka dari itu, Khu Sun Lie lebih banyak mendengarkan
pendapat Bo Tie Siansu, langkah-langkah apa yang harus
mereka lakukan.
"Inilah sulitnya, sebelum berangkat, Hongthio menyatakan
dia ingin pergi ke Po Sung untuk menemui orang yang


Pendekar Aneh Dari Kanglam Karya Sin Liong di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

bernama cu Cie Kiat, dan menurut Hongthio dalam lima hari
dia sudah kembali. Tetapi sekarang telah delapan hari sejak
kepergian Hongthio, namun Hongthio belum juga kembali,
benar-benar aku tidak mengerti, kemana perginya Hongthio
kami itu ?"
Benar-benar Bo Tie siansu bingung sekali, begitu juga Bo
San, Bo Lie dan Bo Siung, mereka berunding sejenak. tetapi
mereka tidak bisa memutuskan tindakan apa yang harus
mereka lakukan untuk mencari Hongthio mereka yang telah
lenyap tanpa meninggalkan jejak.
Khu Sun Lie sebagai seorang pengemis, dia telah
mengelilingi kampung tersebut, dia menyelidiki perihal
Hongthio Siauw Lim Sie dan orang yang mengaku bernama cu
Cie Kiat kepada penduduk kampung.
Tetapi Khu Sun Lie sama sekali tidak berhasil memperoleh
keterangan mengenai kedua orang itu, sebab semua
penduduk kampung yang dihubunginya tidak seorangpun yang
mengetahui siapa itu Hongthio Siauw Lim Sie dan siapa itu
orang yang bernama cu Cie Kiat.
Dengan demikian, Khu Sun Lie berlima dengan Bo Tie
siansu, Bo San, Bo Lie dan Bo Si ung. jadi menemui kesulitan
dalam mencari jejak Bo Liang Siansu, Hongthio Siauw Lim sie.
Akhirnya pendeta-pendeta siauw Lim Sie itu telah kembali
ke Siongsan, sedangkan Khu Sun Lie menyatakan dia masih
akan berdiam diperkampungan Po sung, untuk melakukan
penyelidikan beberapa hari lagi lamanya.
Khu Sun Lie juga berjanji jika jejak Bo Liang siansu telah
diketahui secepat mungkin dia akan kembali ke Siong San
untuk memberitahukan kepada Bo Tie para pendeta Siauw Lim
Sie itu menyetujuinya, maka kembalilah Bo Tie siansu
berempat ke siauw Lim Sie.
Setelah berpisah dengan pendeta-pendeta siauw Lim Sie,
Khu Sun Lie pertama-tama mencari sebuah rumah
penginapan- Tetapi waktu pengemis ini meminta kamar,
terjadi keributan lagi dengan pelayan rumah penginapan-
Sebab mendongkol, akhirnya Khu Sun Lie tidak bermaksud
menginap dirumah penginapan, dia telah pergi kepintu
kampung, mencari- cari kalau saja bisa menemukan sebuah
kuil yang sudah tua dan tidak terawat.
Tetapi rupanya dikampung Po Sung ini tidak terdapat
sebuah kuilpun juga . Hati Khu Sun Lie jadi semakin
mendongkol saja, Dia duduk dipinggir jalan, mengawasi
orang2 yang berlalu lalang.
Tiba2 ada tiga orang pria yang tengah berjalan tidak jauh
dari tempat beradanya Khu Sun Lie sambil terdengar sUara
tertawa mereka yang keras. Waktu salah seorang diantara
ketiga orang itu melihat Khu Sun Lie, orang itu telah berkata
kepada kawannya:
"Kasihan pengemis tua itu, tubuhnya kurus kering, rupanya
dia belum makan sejak pagi tadi...." dan orang ini telah
merogoh sakunya mengeluarkan setengah tail perak,
dilemparkan kepada Khu Sun Lie.
Pengemis ini agak mendongkol dia duduk ditepi jalan bukan
mengharapkan sedekah orang, Tetapi karena orang itu
memberi dengan maksud baik, maka dia telah mengucapkan
terima kasihnya.
Tetapi disaat itulah Khu Sun Lie telah melihat mata ketiga
orang itu bersinar tajam sekali, memperlihatkan bahwa
mereka bukan orang biasa, se-tidak2nya mereka memiliki ilmu
lwekang (tenaga dalam) yang cukup tinggi, maka Khu Sun Lie
jadi curiga, setelah orang itu berjalan cukup jauh, diam2 Khu
Sun Lie mengikuti ketiga orang itu dari jarak yang tertentu.
Sedangkan ketiga orang tersebut sama sekali tidak
menyadari bahwa mereka tengah diikuti Khu Sun Lie, mereka
telah memasuki rumah penginapan yang tadi Khu Sun Lie
telah bentrok dengan pelayannya.
Khu Sun Lie tidak masuk kedalam rumah penginapan itu,
karena dia mencegah jangan sampai timbul keributan kembali
dengan pelayan rumah penginapan itu, yang meremehkannya
karena dia pengemis.
Dan kalau sampai terjadi keributan lagi, tentu ketiga orang
lelaki yang tadi diikuti, akan mengenalinya, inilah yang tidak
dikehendaki Khu Sun Lie.
Dia menantikan tibanya malam untuk mengintai ketiga
orang tersebut, yang diduganya memiliki kepandaian yang
tinggi. Untuk melewati waktunya, Khu Sun Lie telah
mengelilingi kampung itu,
Haripun mulai gelap. Khu Sun Lie kembali kerumah
penginapan dan melompati dinding pekarangan belakang
rumah penginapan itu.
Keadaan dirumah penginapan itu semakin sepi dengan
semakin larutnya malam. Dengan mudah Khu Sun Lie berhasil
menemukan kamar ke tiga orang lelaki tadi, justru ketiga
orang itu tengah bercakap-cakap dengan suara yang ramai
diselingi oleh suara tertawa. Tampaknya mereka tengah
gembira sekali.
Dengan mempergunakan ilmu meringankan tubuhnya Khu
Sun Lie menghampiri jendela kamar, dia mempergunakan
ujung lidahnya untuk melobangi kertas jendela, Kemudian dia
mengintai. Ketiga orang lelaki itu rupanya tengah makan minum
dikamar mereka dengan gembira sekali. Sebentar-sebentar
mereka tertawa keras.
Bahkan salah seorang diantara mereka, lelaki yang tadi
memberikan uang sedekah sebesar setengah tail perak kepada
Khu Sun Lie, tengah berkata: "Jika memang kita bisa
melaksanakan tugas ini, untuk selanjutnya hidup kita akan
senang dan bahagia, karena kita akan dianugerahkan pangkat
dan kedudukan tinggi oleh Kaisar "
"Benar Tepat sekali perkataanmu" kata lelaki yang satunya.
"Tetapi kita harus ingat," kata pria yang ketiga dengan
suara yang agak parau dan meneguk dulu secawan arak.
"Tugas ini bukan tugas mudah. Kita harus berhadapan dengan
orang2 Siauw Lim Sie yang tentunya memiliki kepandaian
tinggi " "Itu bukan persoalan kita, yang menghadapi mereka
bertempur tokh bukan kita, Kita hanya menyelidiki bagaimana
keadaan Siauw Lim Sie, dan memberikan kabar kepada Kaisar,
Setelah itu jika Siauw Lim Sie berhasil dimusnahkan, tentu kita
akan tercatat sebagai salah seorang yang menabung jaSa.
Hahahaha" setelah tertawa lalu lelaki ini meneguk araknya
lagi. Khu Sun Lie jadi terkejut mendengar percakapan mereka
bertiga, apa lagi dengan di-singgung2nya "Siauw Lim Sie", dan
juga "Kaisar",
Dengan hati agak berdebar keras, Khu Sun Lie telah
memasang telinga terus. Dia mendengar salah seorang yang
lainnya saat itu telah berkata dengan suara yang
dipertahankan : "Stttttt, apa kah kalian tahu, kini Hongthio
Siauw Lim Sie telah berhasil ditawan oleh orang2 Kaisar?"
"Aku telah mendengarnya dari Lie conggoan-" menyahuti
kedUa orang lelaki itu hampir berbareng.
Perkataan itu memang sederhana untuk ke tiga orang
tersebut, tetapi buat Khu Sun Lie justru seperti mendengar
suara petir dipinggir telinganya, dia kaget bukan main, Jika
memang Khu Sun Lie tidak teringat bahwa dia sedang mencuri
dengar perCakapan ketiga orang itu, tentu dia sudah
mengeluarkan seruan kaget. Untung saja dia masih bisa
menahan diri. Ketiga orang lelaki yang berada didalam kamar telah
tertawa keras lagi, "Selamat selamat Dengan tertangkapnya
Hong-thlo Siauw Lim Sie, tentu lebih mudah lagi orang2
Hongte menggusur Siauw Lim sie. Hemm, sejak dahulu
orang2 Siauw Lim Sie selalu congkak dan sombong, mereka
selalu menyatakan diri mereka sebagai pintu perguruan yang
tertua didaratan Tionggoan-.. sekarang jika memang
Hongsiang berhasil menghabiskan mereka semua, ha, ha, ha,
tentu mereka selanjutnya tidak berani buka mulut terlalu
besar lagi"
Ketiga orang itu tertawa lagi agak keras, tampaknya
mereka gembira sekali. Dan telah meneguk arak mereka
masing-masing. Tubuh Khu Sun Lie jadi gemetar menahan kemarahan
dihatinya, disamping itu dia juga jadi sangat terkejut, Siauw
Lim Sie merupakan pintu perguruan yang tertua dan terbesar
didaratan Tionggoan, juga memiliki tokoh2 yang
berkepandaian sangat tinggi.
Seperti Bo Liang Sian su sebagai Hongthio dari Siauw Lim
Sie, sesungguhnya tidak ada orang yang berani main gila pada
Siauw Lim Sie. Belum lagi Bo Tie, Bo san, Bo Siung, Bo Lie dan
lain- lain pendeta Siauw Lim Sie yang memiliki kepandaian
sangat tinggi. Maka dari itu, jika memang Kaisar Eng Lok memusuhinya
Siauw Lim Sie, tentunya Kaisar itu juga tidak mudah mencapai
maksudnya untuk membinasakan orang-orang Siauw Lim Sie.
Tegasnya Kaisar Eng Lok tidak akan sanggup memusnahkan
Siauw Lim sie. Selama ini Siauw Lim Sie selalu mengambil jalan lunak dan
tidak pernah mempergunakan kekerasan kepada orang-orang
yang memusuhinya .Jika masih bisa dinasehati, tentu Siauw
Lim Sie akan berusaha menasehati, tetapi jika memang gagal
dan orang-orang terlalu mendesak Siauw Lim Sie, maka disaat
itu barulah siauw Lim Sie akan menghadapi dengan
kekerasan- Tetapi tentu saja kekerasan yang dilakukan oleh orangorang
Siauw Lim Sie umumnya merupakan kekerasan yang
disertai oleh kebijaksanaan bukan disertai oleh hawa
pembunuhan- Hal itu bukan berarti bahwa siauw Lim Sie
mudah dihina. siauw Lim Sie juga banyak memiliki sahabat dalam rimba
persilatan- Hampir seluruh jago-jago yang mengambil jalan
putih dan keadilan, tentu menaruh hormat kepada siauw Lim
Sie. Maka jika sampai Siauw Lim Sie ingin di musnahkan oleh
Kaisar Eng Lok. niscaya akan terjadi pertentangan keras dari
orang-orang rimba persilatan yang pasti akan membantu
pihak siauw Lim Sie.
Berarti juga , bahwa didalam rimba persilatan akan terjadi
pergolakan yang hebat, dan timbul gelombang yang tidak
keciL Waktu itu Khu Sun Lie tidak bisa berpikir terus, karena
salah seorang diantara ketiga orang lelaki itu telah berkata lagi
dengan suara agak keras: "Kalian tentu tahu, Kaisar Eng Lok
kehilangan cap Kerajaan- Menurut pesan Kaisar hal itu harus
dirahasiakan agar tidak menimbukkan kegoncangan dalam
pemerintahannya, sebab tanpa cap Kerajaan berarti
kedudukan Kaisar Eng Lok sebagai Kaisar tidak sah inilah
kesempatan yang baik untuk kita melakukan pekerjaan yang
bisa menggembirakan hati Kaisar Eng Lok. untuk merebut
pangkat dan kedudukan, Disamping itu, memang kitapun
harus bekerja sekuat tenaga kita, untuk menyelidiki siapa
yang mencuri dan menyimpan cap Kerajaan itu. jika memang
kita berhasil, niscaya pahala dan jasa kita tidak keciL"
"Benar," menyahuti kawannya yang duduk disebelah
kanan, "Kaisar Eng Lok juga telah mengerahkan pasukan
istana untuk menangkapi orang2 yang dicurigai. Menurut apa
yang kudengar dari Lie conggoan, justru ada tiga orang rimba
persilatan yang dicurigai Kaisar, yaitu Kim Shia Liong Bun Su,
si Sesat Emas yang memiliki kepandaian luar biasa, Disamping
itu juga sip Pat Mo Bu Beng Hong dan Ang Giok Hoa Samcu
ceng, Mereka bertiga merupakan orang yang benar2
diperhatikan Kaisar Eng Lok, dan kini tengah diselidiki jejak
mereka " "Lalu mengenai pintu perguruan Siauw Lim Sie, ada
sangkutan apa dengan urusan lenyapnya cap Kerajaan "
Apakah Kaisar Eng Lok menaruh kecurigaan juga pada orangorang
Siauw Lim Sie ?"
"Bukan-" menyahuti kawannya itu.
"Tidak mungkin Siauw Lim Sie menyimpan cap Kerajaan
itu, karena pendeta2 Siauw Lim Sie tidak mungkin ingin
memiliki cap Kerajaan itu. Tetapi justru Kaisar tidak mau
melihat Siauw Lim Sie mengembangkan sayap semakin luas.
Didalam kalangan Kangouw, siauw Lim Sie merupakan pintu
perguruan yang memiliki kekuasaan yang besar. Jika suatu
kali Hongthio, atau ketua Siauw Lim Sie, mengadakan
perhimpunan orang gagah, tentu setiap kata2nya Hongthio
Siauw Lim Sie akan dipatuhi oleh orang2 rimba persilatan
inilah yang dikuatirkan oleh Kaisar.
Dia kuatir kalau2 nanti Hongthio siauw Lim sie akan
menentangnya. Dengan berbagai jalan dan alasan, Kaisar
memerintahkan Lie conggoan agar mencari urusan dengan
pihak Siauw Lim Sie, sehingga Kaisar memiliki alasan untuk
menumpas pintu perguruan itu "
Mendengar percakapan ketiga orang itu sampai disitu, Khu
Sun Lie jadi bergidik sendirinya. Urusan Siauw Lim Sie
ternyata bukan merupakan urusan yang remeh, ini
menyangkut juga keselamatan orang2 rimba persilatan-
Jika memang sampai terjadi siauw Lim Sie terpancing
memiliki kesalahan pada pihak Kerajaan, tentu Kaisar Eng Lok
memiliki alasan yang kuat untuk menumpasnya. Bisa saja
Kaisar Eng Lok mengeluarkan alasan Siauw Lim Sie ingin
memberontak. maka ditumpasnya, inilah merupakan alasan
yang tidak bisa dipungkiri dan orang2 Siauw Lim Sie tentu
akan menghadapi kesulitan yang besar.
Khu Sun Lie telah memperhatikan ketiga orang lelaki itu
lebih teliti, Dia melihat mereka-berusia disekitar tiga puluh
lima tahun, dan paras mereka juga cukup agung. Mereka
rupanya-bukan merupakan rakyat biasa, setidak-tidaknya
mereka tentu orang pemerintahan yang tengah menyamar
dengan pakaian biasa.
Khu Sun Lie memutar otaknya mencari jalan bagaimana
untuk menghadapi urusan ini, yang terpenting baginya adalah
memberikan laporan secepatnya kepada Bo Tie Siansu
mengenai apa yang didengarnya itu.
Yang terutama sekali adalah perihal tertangkapnya Bo
Liang Siansu, Entah bagaimana cara tertangkapnya Bo Liang
Siansu oleh orang-orangnya Kaisar masih tidak diketahui oleh
Khu Sun Lie, karena ketiga orang itu tidak membicarakannya.
Sipengemis hanya menduga bahwa Bo Liang siansu
ditawan orang-orangnya Kaisar tentu dengan mempergunakan
akal muslihat yang licik. Terutama sekali Bo Liang Siansu


Pendekar Aneh Dari Kanglam Karya Sin Liong di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

seorang yang welas asih, tentu dia tidak ingin menimbulkan
korban jiwa. Maka dari itu, dia telah menyerah begitu saja, tetapi akibat
dari tertangkapnya Bo Liang Siansu oleh orang-orangnya
Kaisar Eng Lok, akan menimbulkan urusan yang sangat
mengerikan dan besar.
Maka persoalan itu tidak bisa dibuat main2. Dengan
menyampaikan berita itu kepada Bo Tie Siansu, tentu pendeta
itu akan bisa menentukan tindakan apa yang harus dilakukan
oleh mereka. Saat itu ketiga orang lelaki itu telah meneruskan makan
minum mereka, pembicaraan mereka juga beralih ke
persoalan wanita, kotor sekali percakapan mereka.
Setelah mendengarkan sejenak lagi dan yakin bahwa ketiga
orang itu tidak akan membicarakan persoalan yang penting
pula, Khu Sun Lie meninggalkan rumah penginapan itu,
Dengan mempergunakan ginkangnya dia telah ber-lari2
melakukan perjalanan ke Siong San-
Dia ingin secepatnya tiba di kuil Siauw Lim Sie, untuk
memberitahukan berita yang penting itu kepada Bo Tie Siansu
dan tetua-tetua dari kuil Siauw Lim Sie yang lainnya,
persoalan yang tampaknya hanya menyangkut pada kuil Siauw
Lim Sie ini, ternyata akan menimbulkan akibat yang hebat
bagi dunia persilatan.
Jika sampai Siauw Lim Sie kena dihancurkan oleh Kaisar
Eng Lok niscaya pintu perguruan silat lainnya akan terkena
getahnya, dimana Kaisar Eng Lok bisa bertindak sewenangwenang
menumpas orang-orang rimba persilatan-
Satu hari lebih Khu Sun Lie melakukan perjalanan dengan
cepat ia telah berlari dengan mempergunakan ginkangnya,
maka dia bisa melakukan perjalanan itu dengan cepat sekali,
Tetapi sepanjang perjalanan, dia melihat banyak sekali tentara
negeri yang berkeliaran disekitar daerah pegunungan Siong
san- Hal itu telah membuat hati Kau Sun Lie semakin tidak
tenang, Karena dengan terlihatnya berkeliaran orang2
pemerintahan yang jumlahnya tidak sedikit itu, terdapat Gie
Lim Kun, dan Kim ie Wie, pasukan istana itu, dengan
sendirinya Kaisar Eng Lok telah mulai melancarkan
pengepungan kepada Kuil Siauw Lim Sie.
Cuma saja cara pengepungan itu mereka lakukan tanpa
melancarkan serangan yang ketat, hanya menyebarkan
kesegala penjuru pasukan pemerintah itu, sehingga jika telah
tiba saatnya, tentu dengan mudah tentara pemerintah itu
akan melakukan pengepungan-
Setelah tiba dikuil siauw Lim Sie, Khu Sun Lie menceritakan
apa yang telah didengarnya dan dilihatnya dalam
penyelidikannya itu, Bo Tie siansu adalah seorang pendeta
yang memiliki kepandaian sangat tinggi, jarang sekali pendeta
ini mempergunakan kepandaiannya, dia hanya mempelajari
dan memperdalam kepandaian ilmu silatnya untuk
menyempurnakan diri.
Maka dari itu, tidak pernah Bo Tie mempergunakan
kepandaiannya untuk melakukan pertempuran dengan orang
rimba persilatan- Namun mendengar ancaman terhadap kuil
Siauw Lim Sie, tidak urung Bo Tie siansu dan tetua Siauw Lim
Sie lainnya jadi bingung juga.
Kalau memang sampai terjadi pertempuran antara orangorang
siauw Lim Sie dengan tentara istana Kaisar Eng Lok,
niscaya akan berjatuhan korban yang sangat banyak, sebagai
orang-orang yang berhati mulia dan welas asih, tentu saja
para pendeta Siauw Lim Sie itu tidak menghendaki hal itu
terjadi. Jika masih ada jalan ke luar lainnya, tentu para pendeta
siauw Lim Sie itu akan memilih jalan lain untuk dapat
menyeIesaikan urusan itu. Tetapi yang membuat Bo Tie
siansu dan yang lainnya jadi terkejut dan berkuatir adalah
berita tertangkapnya Bo Liang Siansu, Hong Thio mereka,
yang telah ditangkap oleh orang-orang Kaisar Eng Lok-
Keselamatan Bo Liang Siaosulah yang jadi pemikiran mereka.
"Kepandaian HongThio kami memang telah tinggi dan
sempurna, baik lwekang maupun ilmu silatnya, Tetapi dengan
ditangkapnya Hong Thio, justru kami jadi berkuatir kalau-kalau
terjadi sesuatu yang tidak kami inginkan " bilang Bo Tie
Siansu. Khu Sun Lie telah menganggukkan kepalanya, dia juga
mengerti kesulitan yang tengah dihadapinya oleh pendeta2
Siauw Lim Sie. "Apakah Taisu beranggapan tidak perlu untuk menghimpun
para orang gagah dalam rimba persilatan ?" tanya Khu Sun
Lie. "Untuk apa " Hal itu hanya akan menambah rumitnya
urusan ini, karena korban2 yang akan berjatuhan juga akan
lebih banyak lagi... disamping itupun Lolap beranggapan kalau
sampai para orang2 gagah dalam rimba persilatan mengetahui
urusan ini, tentu akan timbul gelombang yang lebih besar lagi"
Dan setelah berkata begitu, Bo Tie siansu menghela napas
berulang kali, wajahnya murung sekali, membuktikan bahwa
pendeta ini tengah digeluti oleh kekuatiran dan kesusahan hati
yang sangat membebani dirinya.
"Lalu tindakan apa yang ingin diambil oleh Taisu ?" tanya
Khu Sun Lie. "Kita lihat saja perkembangan yang akan terjadi selama
dua hari ini. juga kami tidak bisa mengirimkan utusan kepada
orang Kaisar, karena kita belum lagi menerima berita yang
lebih jelas, siapa yang telah menawan HongThio kami. jalan
satu-satunya kami hanya, menyebar orang untuk melakukan
penyelidlkan juga kami ingin menantikan tindakan dari orangorang
Kaisar Eng Lok, tentu merekapun akan mengirimkan
kurir untuk membicarakan hal itu, tidak nantinya mereka
berdiam diri terus"
Waktu berkata begitu, wajah Bo Tie sian sudah tetua-tetua
siauw Lim Sie yang lainnya juga berobah murung, mereka
benar2 berduka sekali, Maka dari itu Khu Sun Lie juga tidak
berani terlalu banyak bicara, dia kuatir nanti salah bicara.
Bo Tie siansu juga telah perintahkan tiga orang murid
Siauw Lim Sie dari tingkat Sun untuk turun gunung guna pergi
ke kampung Po Sung, untuk melakukan penyelidlkan lebih
cermat. Walaupun dihadapan dirinya pendeta-pendeta Siauw Lim
Sie itu berusaha bersikap tenang, tokh Khu Sun Lie dapat
melihat juga bahwa mereka gelisah sekali. Bisa dibayangkan
betapa berkuatirnya mereka dengan ditangkapnya Hong Thio
mereka oleh orang-orangnya Kaisar jika sampai urusan ini
meledak. tentu pertempuran antara orang-orang Siauw Lim
Sie dengan jago-jago Kaisar Eng Lok tidak bisa dielakkan.
Terlebih lagi memang Kaisar Eng Lok senang sekali
mengumpulkan jago-jago dalam rimba persilatan yang bisa
dibujuk dengan harta dan pangkat, Maka Bo Tie Siansu dan
tokoh-tokoh Siauw Lim Sie juga menyadari bahwa jago-jago
Kaisar Eng Lok bukanlah jago sembarangan setidak-tidaknya
jago-jago Kaisar Eng Lok juga merupakan jago-jago yang
memilki kepandaian tinggi.
Perihal Huangho Kiamhiap cung Tu Goan, Sam Cie Hek Hun
Kho Lung San dan Sam Sat Giok Bian bertiga yang telah
menghambakan diri kepada Kaisar Eng Lok. merupakan berita
yang Cukup mengejutkan Bo Tie siansu dan pendeta-pendeta
Siauw Lim Sie lainnya, mereka menyadari bahwa jago-jago itu
merupakan jago2 yang memiliki kepandaian cukup tinggi,
belum lagi jago2 lainnya yang tentu banyak jumlahnya.
Selama dua hari Khu Sun Lie telah berdiam dikuil siauw Lim
Sie. selama itupula Khu Sun Lie bisa menyakslkan betapa
pendeta-pendeta Siauw Lim Sie sibuk mengatur diri.
Disamping menyebar orang untuk melakukan penyelidlkan
juga bo Tie siansu telah menempatkan orang-orangnya yang
berbagai tingkat kepandaiannya ditempat-tempat yang
sekiranya akan menjadi incaran dari jago-jago Kaisar Eng Lok.
Dan juga Bo Tie siansu telah menempatkan orangorangnya
diruang perpustakaan siauw Lim sie, karena dikamar
itu menyimpan banyak sekali kitab2 pusaka Siauw Lim Sie,
sehingga jika terjadi kekalutan, Bo Tie Siansu kuatir kalau2
ada orang yang bertangan panjang mencuri kitab pusaka
tersebut. Selama dua hari itu Khu Sun Lie bantu menyelidiki juga di
sekitar gunung Siong San-Dia melihat telah banyak sekali
tentara2 negeri yang berkelompok-kelompok berkumpul
disekitar kaki gunung.
Hanya yang membuat Khu Sun Lie terkejut, orang2 itu
umumnya memiliki kepandaian yang tinggi, Dapat dilihat dari
tindakan kaki dan sinar mata mereka, Maka tentara negeri
yang berkumpul disekitar kaki gunung Siong san bukanlah
tentara biasa, setidaknya mereka memiliki kepandaian ilmu
silat yang tinggi, dan jago2 rimba persilatan yang telah
berhasil dipincuk oleh Kaisar Eng Lok juga menyamar sebagai
tentara negeri.
Diam2 Khu Sun Lie mengeluh juga . Dia menyangka dalam
waktu yang singkat seperti itu perkembangan yang ada telah
berobah demikian cepat, dimana bahaya yang berada didepan
mata para pendeta Siauw Lim Sie itu kian mengancam saja.
Sedangkan berita mengenai diri HongThio Siauw Lim Sie
belum berhasil diketahui oleh para pendeta Siauw Lim Sie,
karena pendeta-pendeta Siauw Lim Sie yang dikirim Bo Tie
siansu untuk melakukan penyelidikan masih belum berhasil
untuk mencaritahu dimana beradanya HongThio siauw- Lim
Sie. Para pendeta Siauw Lim Sie yang telah kembali kekuil
hanya menyampaikan bahwa disekitar kaki gunung Siong San
penuh sekali berkeliaran tentara negeri. Bahkan mereka telah
melihat diantara para tentara negeri itu terdapat banyak sekali
tokoh2 Kangouw yang memiliki kepandaian tinggi.
"Memang mereka menyamar dengan berpakaian sebagai
tentara negeri biasa, namun gerak-gerik mereka membuktikan
bahwa mereka memiliki kepandaian sangat tinggi " lapor salah
seorang murid Siauw Lim Sie itu.
"Biarlah kita tunggu perkembangan selanjutnya.." kata Bo
Tie Siansu yang akhirnya mengambil tindakan yang tegas,
"Untuk sementara, selama HongThio kita belum kembali,
pimpinan disini kuwakilkan dulu, kumpulkan semua murid
Siauw Lim sie, untuk mendengarkan keteranganku..."
Seketika terdengar lonceng tembaga yang berada dipuncak
tertinggi dari kuil Siauw Lim Sie berdentang nyaring sekali
selama beberapa kali, itu menunjukkan bahwa siauw Lim Sie
tengah menghadapi ancaman yang berbahaya dan tengah
mengumpulkan murid- murid Siauw Lim Sie diruangan Kiuhoa-
tong (ruangan sembilan bunga)
Khu Sun Lie walaupun tidak dilarang untuk ikut hadir,
namun pengemis ini tahu diri, bahwa yang akan dibicarakan
adalah masalah rumah tangga pintu perguruan itu, maka dia
tidak ikut berkumpul diruangan Kiu Hoa Tong itu.
Untuk menenangkan hatinya yang pepat, Khu Sun Lie telah
berjalan-jalan disekitar taman bunga yang terdapat di
belakang bangunan kuil tersebut. Dan Khu Sun Lie juga
berpikir keras, entah apa yang akan terjadi jika sampai
pasukan Kaisar Eng Lok melancarkan penyerbuan.
Tengah sipengemis termenung begitu, tiba-tiba dia
mendengar suara berkeresek disebelah depan dinding kuil,
Dengan gesit Khu Sun Lie melompat keatas dinding, untuk
menengok ke luar.
Diantara kegelapan malam, dia melihat sesosok tubuh
bergerak gesit sekali disamping dinding kuil, tampaknya
tengah bersiap-siap ingin melompat keatas dinding. Khu Sun
Lie menjejakkan kakinya, tubuhnya telah melompat kesamping
orang itu. "Berhenti." bentaknya.
orang itu terkejut, dia memutar tubuhnya dengan cepat,
tetapi waktu ia melihat sipengemis, orang tersebut
mengeluarkan suara tertawa dingin. Tanpa mengucapkan
sepatah perkataanpun juga , dia telah mengulurkan tangannya
untuk mencengkeram bahu Khu Sun Lie.
Sipengemis she Khu jadi terkejut, serangan itu dilakukan
dengan tiba2 dan cepat sekali, di samping itu juga ganas
sekali, mengincar tulang piepenya, Tulang piepe seorang
manusia sangat penting, karena jika sampai tulang piepe itu
kena dicengkeram dan diremas retak atau hancur, tentu orang
yang bersangkutan akan menderita luka yang tidak ringan,
atau kedua tangannya akan menjadi lumpuh.
Tetapi walaupun terkejut, Khu Sun Lie tidak menjadi
gugup, dia telah mengelak disaat cengkeraman orang itu akan
berhasil, dan menangkis dengan tangan kanannya yang
digerakkan membentur tangan orang itu.
Benturan yang terjadi begitu keras, dan tubuh Khu Sun Lie
mundur tiga langkah, hampir saja dia terjengkang kebelakang,
Untung Khu Sun Lie bisa cepat2 menguasai diri dengan
memperkuat kuda2 kedua kakinya, sehingga dia tidak perlu
sampai terbanting ketanah. sedangkan yang jadi lawannya
hanya tergetar dan tidak terhuyung mundur seperti
sipengemis. Tetapi tidak urung orang itu mengeluarkan suara
seruan "lhhh " yang perlahan, tampaknya dia heran dan kaget.
Dalam kesempatan yang singkat seperti itu Khu Sun Lie
telah berhasil melihat wajah tamu tidak diundang ini, hatinya
jadi tergetar lagi. Dia melihat muka orang ini mengerikan,
dengan kulit muka seperti bersisik. begitu juga kulit
tangannya, tampak bersisik juga , kasar, seperti kulit badak.
Orang itu telah mengeluarkan suara tertawa dingin, diapun
membentak : ?"Siapa engkau... kau bukan pendeta Siauw Lim
Sie?" Khu Sun Lie yang telah bisa menguasai perasaannya,
membalas tertawa dingin, katanya dengan suara mengejek:
"Bukan engkau yang bertanya, seharusnya aku yang bertanya
kepadamu..."
"Hemmm," orang yang memiliki kulit seperti kulit badak itu
telah mendengus dingin, dia juga bilang : "Aku ingin bertemu
dengan HongThio Siauw Lim Sie, ada perintah yang perlu
disampaikan kepadanya "
Tetapi Khu Sun Lie telah tertawa dingin lagi, dia telah
menerka siapa adanya orang ini.
"Engkau tentu diutus oleh Lie conggoan... bukankah begitu
?" tanya Khu Sun Lie.
"Ihhhhh " orang itu mengeluarkan seruan heran lagi, dia
memandang tajampada Khu Sun Lie, kemudian dengan suara
yang dingin dia bertanya: "Dari mana engkau mengetahui?"


Pendekar Aneh Dari Kanglam Karya Sin Liong di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Kedatanganmu bukan untuk menemui HongThio Siauw
Lim Sie, karena HongThio Siauw Lim Sie telah berada ditangan
kalian, ditangkap oleh kalian-.." kata Khu Sun Lie berani.
Tetapi otaknya bekerja keras, karena dia yakin disekeliling
kuil siauw Lim Sie saat itu tentu telah berkeliaran banyak
sekali kawan orang ini.
"Engkau hanya berpura-pura mencari HongThio Siauw Lim
Sie, untuk mencari urusan dengan pihak siauw Lim Sie."
Muka orang itu berobah merah, tetapi hanya sejenak,
karena mukanya sudah berobah jadi gusar. Dia telah berkata
dengan suara yang geram: "Baiklah, katakan siapa engkau
adanya, pengemis bau " Apakah engkau ingin mencampuri
urusan ini ?"
Saat itu Khu Sun Lie tengah mencari jalan untuk
memberikan tanda kepada pendeta-pendeta Siauw Lim Sie
atas kedatangan tamu tidak diundang ini, mendengar
pertanyaan seorang itu dia tertawa dingin, katanya :
"walaupun aku bukan orang Siauw Lim sie, namun sipengemis
tua she Khu ini tidak bersedia menyaksikan perbuatan
sewenang-wenang yang dilakukan manusia- manusia seperti
kau " Sambil berkata begitu, Khu Sun Lie telah bersiap-siap.
karena dia tahu lawannya tangguh jelas dia tidak bisa
menghadapinya dengan ceroboh.
Apa yang diduga oleh Khu Sun Lie memang benar, sebab
orang yang memiliki kulit seperti kulit badak itu telah
mengeluarkan suara bentakan yang keras, dia telah
menggerakkan tangan kanannya sambil berseru dengan
nyaring : "Aku Ong Cit Giok tidak akan membiarkan pengemis
anjing seperti kau hidup terus untuk mementang mulut "
sambil menyerang, tahu2 kaki kanannya telah dipergunakan
untuk menendang.
Hebat tendangan yang dilakukannya, karena tidak kalah
tenaganya dengan pukulan tangan kanannya. Angin
serangannya itu berseliweran. Dan waktu itulah tampak Khu
Sun Lie mengalami kesulitan, dia diserang dari dua jurusan,
dari bawah dan atas, jika dia menangkis serangan tangan
orang yang menamakan dirinya Ong Cit Giok. tentu serangan
kakinya akan tiba, Tetapi untuk menangkis sekaligus kedua
serangan itu tentu tidak mungkin.
Tetapi sebagai orang yang memiliki kepandaian tinggi, Khu
Sun Lie tidak menjadi gugup, dia telah memutar tangannya
seperti lingkaran melibat tangan kanan lawannya, lalu
pinggulnya dimiringkan sambil mengangkat kaki kirinya
dengan sikap "Kim Kee Tok Pit" atau "Ayam Emas berdiri
dikaki tunggal", cepat sekali dia mengelakkan tendangan
lawannya. Namun waktu tangan Khu Sun Lie membentur tangan Ong
Cit Giok, disaat itu dia hampir terpental untuk itu dia
memiringkan tubuhnya kebelakang dengan gerakan Tiat Poan
Ko atau jembatan Besi, sehingga tubuhnya tidak sampai
kejengkang. Namun untuk kagetnya justru tangannya sakit
bukan main, tulangnya seperti patah.
Ong Cit Giok tidak melanjutkan serangannya, dia hanya
membentak dengan suara yang dingin, perlahan suaranya:
"Jika engkau bukan orang Siauw Lim Sie, lebih baik engkau
cepat angkat kaki, aku bersedia mengampuni jiwamu."
Tetapi walaupun mengetahui orang liehay, Khu Sun Lie
tidak menjadi takut. Dengan menutup mulut tanpa
mengucapkan sepatah kata, disaat lawannya tengah berkatakata
seperti itu, tampak Khu Sun Lie meletik melompat
bangun, dan sepasang tangannya digerakkan dengan
gerakkan yang cepat sekali, angin serangan berkesiuran keras,
karena dia melancarkan serangan dengan mempergunakan
kedua tangannya sekaligus.
Waktu itu Ong Cit Giok tidak bersiap sedia, dia terkejut
melihat lawannya menyerang dengan tiba2 seperti itu. Namun
dia tidak berusaha menghindarkan diri dari serangan Khu sun
Lie, yang justru disambutnya dengan kekerasan.
Tangan Khu Sun Lie membentur keras sekali tangan orang
she ong yang memiliki kulit seperti bersisik dan keras itu,
sehingga mendatangkan perasan sakit untuk Khu Sun Lie.
Maka selanjutnya Khu Sun Lie hanya mendesak saja, namun
selalu pengemis ini berusaha menghindarkan bentrokan
tangan dengan lawannya.
Cepat sekali mereka bertempur, telah lewat belasan jurus.
Namun dalam keadaan seperti itu, Khu Sun Lie telah
melihatnya bahwa kepandaian Ong Cit Giok memang berada
disebelah atasnya.
Dia jadi bersikap jauh lebih hati2, karena jika dia sampai
rubuh ditangan orang she ong ini, bukan saja orang2 Siauw
Lim Sie tidak akan mengetahui kedatangan musuh gelap ini,
juga dirinya bisa terluka parah, atau sedikitnya terluka ringan
itupun telah pasti, karena setiap serangan yang dilancarkan
oleh Ong Cit Giok merupakan serangan yang mengandung
kekuatan sangat kuat, menimbulkan angin serangan menderuderu.
Ong Cit Giok sendiri waktu melihat lawannya masih bisa
mempertahankan diri walaupun mereka telah bertempur
belasan jurus, dia mulai panik. Kegelisahannya itu mulai
terlihat, di samping serangan-serangan yang dilancarkannya
itu semakin kuat.
Lewat empat jurus lagi dan Ong Cit Giok masih tidak bisa
merubuhkan lawannya, dia telah mengeluarkan suara siulan
yang tidak begitu keras, sebanyak dua kali siulan panjang,
satu kali siulan pendek.
Dan dari luar tembok kuil terlihat berkelebat beberapa
sosok tubuh yang melompat masuk. Dilihat dari gerakan
mereka yang ringan, menunjukkan semuanya memiliki
ginkang yang cukup tinggi.
Hati Khu Sun Lie terkesiap. setelah mengelakkan satu
serangan lawannya dengan memiringkan kepalanya, dia
melirik, dan dilihatnya orang yang baru muncul itu mungkin
berjumlah sepuluh orang dan berpakaian seragam sebagai
tentara kerajaan.
Hatinya jadi kecut, Menghadapi Ong Cit Giok seorang diri
masih tidak memungkinkan dia menang diatas angin,
sekarang muncul kawan-kawan orang she ong yang semuanya
tampak memiliki kepandaian cukup tinggi.
Diam-diam dia mengeluh, karena jika orang-orang itu
mengeroyok dan melancarkan serangan serentak. bukankah
berarti dirinya akan menemui bahaya yang tidak keciL
Tetapi waktu Khu Sun Lie tengah berpikir begitu, serangan
dari dua orang yang baru datang disebelah kanannya, telah
menyambar cepat, Khu sun Lie mengerahkan tenaganya untuk
menangkis. Ong Cit Giok sendiri telah menjejakkan kakinya, tubuhnya
melompat mundur, gerakannya cepat sekali, dia telah
menjauhi diri dari Khu Sun Lie.
"Bekuk pengemis itu, atau kalau perlu binasakan,jangan
biarkan dia terlepas " Ong Cit Giok memberikan perintahnya.
Kesepuluh orang yang berpakaian sebagai tentara kerajaan
itu, telah merangsek majU mengepUng Khu Sun Lie, yang
diserang dengan bermacam pukulan.
Ong Cit Giok sendiri telah berlari memasuki kuil
meninggalkan mereka, Khu Sun Lie jadi mengeluh, orangTiraikasih
Website http://kangzusi.com/
orang Siauw Lim Sie belum mengetahui kedatangan musuh,
dan dia justru tengah terkepung oleh anak buah Ong Cit Giok.
tentu saja Khu Sun Lie jadi gelisah bukan main- Mati-matian
dia mengeluarkan kepandaiannya untuk menghadapi sepuluh
orang pengepungnya itu.
Ong Cit Giok berlari cepat sekali, dia telah tiba disebelah
timur kuil, dimana penerangan ditempat itu agak buram,
karena hanya dikejauhan saja darijendela kamar didalam kuil
memancar cahaya penerangan.
Ong Cit Giok telah melompat kebelakang sebatang pohon,
dia memandang sekeliling tempat itu. Tempat dimana Ong Cit
Giok berada merupakan sebuah taman, yang cukup luas,
taman yang penuh ditumbuhi bunga-bunga yang beraneka
warna dan juga terawat dengan baik, Keadaan ditempat itu
cukup tenang dan tenteram
Waktu melihat keadaan tenang dan tidak ada sesuatu yang
mencurigakan Ong Cit Giok telah melompat mendekati kamar
sebelah kanan, Dia mendekam didekat payon, mengintai
kedalam kamar itu.
Dia tidak melihat seorang pendetapUn, karena saat itu para
pendeta tengah berkumpul diruang Kiu-hoa-tong, tengah
mendengarkan keterangan Bo Tie Siansu, yang sementara
mengambil alih tampuk pimpinan dari HongThio yang lama,
yaitu Bo Liang Siansu, yang sampai saat itu masih belum
diketahui kabar beritanya.
Dengan mengeluarkan suara tertawa dingin Ong Cit Giok
mengulurkan tangan kanannya, ditempelkan pada daun
jendela, Mudah sekali daun jendela itu terbuka menjeblak oleh
kerahan tenaga yang sedikit dari Ong Cit Giok. dia melompat
masuk dan memeriksa keadaan didalam kamar. Selain
pakaian2 pendeta, tidak ditemukan benda lainnya.
Dia baru saja ingin keluar dari jendela, tiba2 terdengar
suara langkah kaki yang ringan diluar kamar, Menyusul pintu
terbuka, Ong Cit Giok melompat untuk keluar melewatijendela,
namun seorang pendeta Siauw Lim Sie, pemilik kamar itu,
yang telah membuka pintu kamar, melihat tubuh Ong Cit Giok
yang berkelebat gesit.
"Siapa ?" bentaknya dengan suara yang cukup keras,
diapun tidak hanya membentak, tubuhnya telah melompat
gesit sekali, menyusul dengan pesat.
Ong Cit Giok yang menyadari bahwa dirinya tidak mungkin
bisa melenyapkan jejak, telah memutar tubuhnya dan
mengeluarkan suara tertawa yang menyeramkan.
Pendeta siauw Lim Sie, yang berusia empat puluh tahun
lebih, telah melengak heran dan kaget waktu melihat wajah
Ong Cit Giok yang menyeramkan yang kulit muka dan
tangannya bersisik seperti kulit badak.
Dia melengak tidak lama, kemudian merangkapkan
sepasang tangannya sambil berkata: "omitohud, apa yang sicu
(tuan) cari dikamar pinceng ?"
Pendeta Siauw Lim Sie yang seorang ini bergelar Lo Kiang
Siansu, dia murid tingkat kelima kepandaiannya juga cukup
tinggi, karena dia merupakan pendeta yang menguasai ruang
Tat-mo-tong. Maka, walaupun melihat wajah tamu yang tidak
diundang itu cukup mengerikan dan aneh, Lo Kiang siansu
tidak menjadi jeri.
Ong Cit Giok telah berkata dingin: "Aku ingin bertemu
dengan Bo Liang Siansu, Hongthio Siauw Lim Sie ^ Muka Lo
Kiang Siansu berobah.
"Siancai... siancai," katanya sabar, "Sayang sekali Hongthio
kami tidak berada ditempat. Katakanlah maksud siecu, nanti
biar pinceng sampaikan jika Hongthio kami telah kembali "
Lo Kiang Siansu tetap membawa sikap yang manis dan
sabar, walaupun dia telah mencurigai orang tersebut tentu
datang dengan maksud yang tidak baik.
Ong Cit Giok tertawa tawar katanya : "Aku Ong Cit Giok
memiliki kepentingan yang cukup berarti dengan Hongthio
siauw Lim Sie, maka tolonglah siansu sampaikan keinginanku
itu, agar HongThio Siauw Lim Sie menerima kedatanganku."
"Sayang sekali, memang sesungguhnya Hong Thio kami
tidak berada ditempat, Maka jika Siecu benar2 memiliki
kepentingan yang sangat, datanglah dilain waktu "
Ong Cit Giok tertawa dingin, dia membawa sikap yang tidak
bersahabat bahkan dia telah berkata lagi: "Sesungguhnya
maksud kedatanganku kemari untuk meminjam sesuatu "
"Meminjam sesuatu ?" tanya Lo Kiang Si ansu sambil
mengawasi tajam tamunya ini.
"Ya" mengangguk Ong Cit Giok "Aku ingin meminjam
sesuatu dari Hongthio Siauw Lim Sie"
"Siancai Bisakah siecu mengatakannya kepada pinceng "
Mungkin pinceng bisa menolong keinginan siecu ?" tanya Lo
Kiang Siansu. Ong Cit Giok telah tertawa tawar, kemudian katanya : "Aku
bermaksud meminjam kitab Kiu Lok Sie Pat Ciang "
"A... apa ?" tanya Lo Kiang siansu terkejut, " kitab pukulan
pusaka Kiu Lok Sie Pat Ciang ?"
Ong Cit Giok mengangguk membenarkan, diapun telah
tertawa dengan sikap yang tidak simpatik sekali, bahkan
diapun telah berkata dingin:
"Kitab itu sangat kuperlukan, harap Taisu sudi memintakan
kepada Hongthio siauw Lim Sie agar meminjamkannya
kepadaku "
Wajah Lo Kiang Siansu telah berobah, dia tertawa dengan
terpaksa. "Sayang sekali keinginan Siecu tidak akan terpenuhi," kata
pendeta ini dengan suara yang sabar, tetapi diam-diam Lo
Kiang Siansu juga telah bersiap siaga, karena dia menyadari
bahwa sang tamu ini memang bermaksud tidak baik.
"Mengapa tidak akan terpenuhi ?" tanya Ong Cit Giok
dengan suara yang tawar.
"Sayang sekali kitab yang hendak siecu pinjam itu
merupakan kitab pusaka milik kami, yang tidak bisa dipinjami
kepada siapapun juga ."
"Tetapi justru aku ingin sekali meminjam kitab Kiu Lok sie
Pat Ciang.. " kata Ong Cit Giok dengan suara yang tawar.
"Diijinkan atau tidak. tetap saja aku ingin meminjamnya "
"Hemmm, jika demikian tentu Siecu akan memperoleh
kesulitan " kata Lo Kiang Siansu.
"Apa yang kau kata kan, pendeta gundul?" tanya Ong Cit
Giok dengan suara yang tawar.
Disebut sebagai pendeta gundul, disaat itu perasaan Lo
Kiang siansu sudah tidak enak. tetapi dia masih menahan
sabar. Melihat keadaan, Ong Cit Giok. Lo Kiang Siansu juga
bisa menerkanya, tentunya Ong Cit Giok merupakan salah
seorang lawan yang berusaha menyelusup kedalam Siauw Lim
Sie, bukankah tadipun dia telah dipergoki ketika memasuki
kamarnya" Lo Kiang siansu merangkapkan sepasang tangannya, dia
berujar: "Siancai Siancai Sayang sekali kedatangan Siecu tidak
tepat pada waktunya Tetapi begini saja, akan kami rundingkan
dulu dengan ketua-ketua Siauw Lim Sie lainnya, jika mereka
mengijinkan, maka Siecu akan memperoleh kitab yang siecu
inginkan itu."


Pendekar Aneh Dari Kanglam Karya Sin Liong di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Ong Cit Giok tertawa dingin, dia menyadari itulah siasat
dari si pendeta, untuk memberitahukan pendeta Siauw Lim Sie
lainnya, atas kedatangan tamu tidak diundang ini. sedangkan
waktu itu Lo Kiang Siansu telah memutar tubuhnya, dia ingin
meninggalkan tamu tidak diundang ini, untuk kembali
keruangan Kiu Hoa Tong, dimana rekan-rekannya berkumpul.
Namun Ong Cit Giok sudah tidak mau membuang-buang
waktu, ketika pendeta itu memutar tubuh, dia telah
menjejakkan kedua kakinya, tubuhnya dengan cepat telah
melompat menyambar sambil mengulurkan kedua tangannya,
dia bermaksud mencengkeram tengkuk pendeta itu.
Lo Kiang siansu merasakan samberan angin serangan yang
deras dan tajam, dia menyadari dirinya tengah diserang
dengan cengkeraman yang cukup dahsyat. Dia memutar
tubuhnya sambil memiringkan kekanan, dengan kaki kiri
ditekuk sedikit, tangan kanannya mengebut berusaha untuk
melibat tangan lawannya.
Namun Ong Cit Giok memang telah memperhitungkan
serangannya itu, Waktu Lo Kiang siansu ingin menangkisnya,
dia telah menarik pulang tangan kanannya, tetapi tangan
kirinya bergerak cepat sekali, menotok urat besar ditengkuk
sipendeta. Urat besar itu bernama Ciu-ting-hiat, merupakan jalan
darah yang bisa melumpuhkan, mana mau Lo Kiang Siansu
membiarkan dirinya kena diserang. Cepat2 dia mengebutkan
lengan jubahnya. Tetapi sayangnya justru tubuhnya tengah
miring, dengan posisi demikian menangkis serangan yang
disertai tenaga yang sangat kuat, tentu saja tidak
menguntungkan Lo Kiang Siansu, sehingga hampir saja dia
terpental. Ong Cit Giok melihat tubuh lawannya terhuyung, cepat
sekali dia menerjang maju melancarkan serangan yang
gencar, sekaligus mempergunakan kedua tangannya untuk
menyerang bergantian, Lo Kiang siansu jadi sibuk sekali
menangkis. Tetapi dalam suatu kesempatan tangan kiri Lo Kiang siansu
telah merogoh sakunya, dia mengeluarkan sesuatu yang
dilemparkannya keatas, dan setibanya diatas, benda itu
mengeluarkan suara ledakan dan pijaran api yang cukup
terang. Ong Cit Giok sesungguhnya bermaksud untuk mencegah
lawannya itu melemparkan benda tersebut, namun dia
terlambat, sehingga benda itu sempat dilontarkan Lo Kiang
Siausu, Ong Cit Giok juga menyadari apa artinya benda itu,
sebagai isyarat untuk memanggil sahabat. Diam-diam Ong Cit
Giok jadi terkejut dan mempergencar serangannya. "sebelum
kawan-kawannya tiba, biar dia kubinasakan dulu " berpikir
Ong Cit Giok. Dan diapun bukan hanya sekedar berpikir, sebab cepat
sekali dia telah melancarkan serangan dengan telapak tangan
kanannya, yang mengandung kekuatan sinkang dahsyat
sekali. Lo Kiang siansu menangkisnya.
"Dukkk " keras dilawan dengan keras, hampir saja Lo Kiang
Siansu mengeluarkan suara jeritan tertahan, karena dia
merasakan tangan lawannya keras seperti besi, menimbulkan
perasaan sakit yang sangat pada tangannya, seperti juga
tangannya itu akan patah.
Disaat Lo Kiang Siansu tengah kesakitan seperti itu, Ong Cit
Giok telah membarengi melancarkan serangan lagi, Kali ini dia
menyerang dengan mempergunakan kedua tangannya,
Benar2 dia tidak ingin memberikan kesempatan kepada
lawannya untuk bernapas, tenaga serangan yang
dipergunakannya juga jauh lebih kuat dari yang semula.
Lo Kiang Siansu yang merasakan berkesiuran angin
serangan yang keras sekali, dia tidak berani memandang
remeh, apa lagi sekarang dia juga menyadari bahwa kulit
tangan lawannya keras seperti besi.
Cepat dan gesit, Lo Kiang Siansu berusaha melompat
mundur mengelakkan serangan itu, yang tidak ingin disambuti
dengan tangkisan atau kekerasan-
Tetapi waktu tubuh sipendeta sedang terapung ditengah
udara, justru Ong Cit Giok telah mengeluarkan suara bentakan
yang cukup keras, dia telah menarik pulang tenaga
serangannya. Lo Kiang siansu terkejut, hatinya jadi dingin, Karena dia
merasakan tubuhnya seperti terhisap oleh sesuatu yang kuat
sekali. Tampaknya Ong Cit Giok mempergunakan tenaga menarik
dan mengulur, suatu kepandaian tenaga sinkang yang cukup
luar biasa melihat Lo Kiang Siansu, membuat pendeta itu tidak
bisa mundur dan tidak bisa pula maju.
Dalam keadaan demikian, Lo Kiang Siansu tidak kehilangan
pikiran sehatnya, sebat sekali dia memutar kedua tangannya
sambil mengerahkan tenaga dalamnya. Dia mengurung dirinya
dengan rapat sekali, hal itu untuk melindungi tubuhnya dari
serangan sang lawan-
Tetapi Ong Cit Giok ternyata memang seorang jago yang
kosen, melihat pendeta itu menutup diri dengan cara seperti
itu, dia mengeluarkan suara dengusan dingin, kemudian
menghentakan kedua tangannya, yang ditarik kedepan, maka
Lo Kiang siansu seperti ditarik sesuatu kekuatan yang tidak
tampak, walaupun Lo Kiang Siansu telah memusatkan seluruh
kekuatan pada kedua kakinya, tokh tidak urung dia terjerunuk
kemuka, sebagai seorang akhli yang memiliki kepandaian dan
latihan yang telah lama, Lo Kiang Siansu tidak berusaha
menahan tubuhnya yang terjerunuk. dia mengikuti saja,
bahkan tubuhnya bergulingan.
Dengan demikian dia telah melenyapkan daya tarik tenaga
lawannya, Coba kalau Lo Kiang Siansu berusaha tertahan
dengan memusatkan tenaganya, melawan dengan kekerasan,
tubuhnya niscaya akan terjerunuk mencium tanah.
Melihat lawannya masih berhasil menyelamatkan diri, Ong
Cit Giok jadi penasaran sekali, dia telah mengeluarkan suara
erangan perlahan karena penasaran, dan melompat akan
melancarkan serangan lagi.
Namun diwaktu itu justru terdengar suara bentakan
seseorang, suara bentakan yang mengandung pengaruh:
"Tahan "
Ong Cit Giok telah menahan tenaganya, dia turun ketanah
sambil memutar tubuh, Tampak dikejauhan beberapa sosok
tubuh tengah mendatangi, dilihat dari pakaian dan keadaan
orang2 itu, tentunya mereka para pendeta siauw Lim sie.
Sedangkan Lo Kiang Siansu mempergunakan kesempatan
tersebut untuk melompat bangun, wajahnya agak pucat,
karena tadi hampir saja dia terluka.
Yang tengah mendatangi itu ternyata memang pendeta2
Siauw Lim Sie, yang melihat tanda bahaya yang dilemparkan
Lo Kiang Siansu tadi.
Pendeta yang berlari paling muka adalah se orang pendeta
berusia enam puluhan tahun, dialah Bo San Siansu,
Dibelakangnya mengikuti pendeta2 golongan keempat, Mereka
tiba dengan cepat.
Bo San siansu telah merangkapkan sepasang tangannya,
dia menjura, namun matanya menatap tajam sekali
memperhatikan Ong Cit Giok.
"Siapakah Siecu, mengapa menimbulkan keributan didalam
kuil kami ?" tegUrnya, halus suaranya, namun tegas sikapnya.
Ong Cit Giok tertawa dingin, dia bilang dengan berani :
"Aku bermaksud meminjam kitab Kiu Lok Sie Pat, Ciang, tetapi
Taisu itu justru telah mengeluarkan kata-kata kurang ajar
sehingga kukira pantas diberi hajaran."
Sepasang alis Bo San siansu jadi mengerut. Tamu tidak
diundang ini menyatakan ingin meminjam kitab Kiu Lok Sie Pat
Ciang, kitab ilmu pukulan yang-menjadi pusaka Siauw Lim sie.
Mana mungkin permintaan itu dilulus kan" Dan juga tamu ini
telah memutar balik duduk persoalan yang ada, tidak mungkin
Lo Kiang Siansu memperlakukan dia dengan kurang sopan,
karena didalam kuil justru Lo Kiang siansu dikenalnya sebagai
pendeta yang ramah tamah terhadap siapapun juga , belum
pernah berlaku keras.
Setelah berdiam diri sejenak. Bo San siansu tersenyum
dipaksakan, dia juga berkata dengan sabar: "Siecu datang ke
tempat kami dalam waktu yang demikian, waktu yang kami
kira kurang begitu pantas, Dan juga siecu bermaksud
meminjam salah satu pusaka kami, itulah hal yang tidak
mungkin- Maka jika memang siecu tidak memiliki urusan lain
silahkah siecu meninggaikan kuil kami dengan baik2."
Mata Ong Cit Giok terpentang lebar2, dia telah bilang
dengan suara yang dingin : "Aku tidak akan angkat kaki dari
tempat ini sebelum permintaanku dipenuhi" katanya.
"Kenapa begitu ?" tanya Bo San Siansu masih tetap dengan
sikap yang sabar.
"Aku tidak berani kembali ketempatku, karena jika aku
tidak berhasil memperoleh pinjaman kitab pusaka Kiu Lok Sie
Pat Ciang, tentu aku akan memperoleh hukuman yang berat
dari atasanku "
"Siecu mengatakan atasan Siecu, jadi apa duduknya
persoalan yang sebenarnya..?" tanya Bo San Siansu sambil
mengerutkan alisnya.
"Atasanku, Lie Conggoan, telah perintahkan padaku untuk
datang ke Siauw Lim Sie meminjam sebentar saja, hanya
untuk satu bulan, kitab Kiu Lok Sie Pat Ciang, Maka dari itu,
jika aku tidak berhasil meminjamnya dari Siauw Lim Sie,
bukankah berarti aku ini akan memperoleh kesulitan yang
tidak kecil ?"
Mendengar perkataan Ong Cit Giok. Bo San siansu telah
tertawa tawar. "Sayang sekali Sayang sekali Loceng kira siapa, tidak
tahunya utusan dari Lie Conggoan-" kata Bo San Siansu,
"Sesungguhnya, untuk apakah kitab itu bagi Lie Conggoan "
Bukankah antara ilmu pukulan tidak ada sangkut pautnya
dengan ilmu peperangan?"
"Lie Conggoan menggemari ilmu silat, sejak kecil telah
melatih diri untuk mensehatkan tubuh," kata Ong Cit Giok
dengan sikap yang dibuat-buat dan memualkan, karena dia
membawa sikap seperti tidak memandang mata kepada para
pendeta siauw Lim sie. "Maka dari itu, belum lama yang lalu
ada seorang sahabat yang menyampaikan kepada Lie
Conggoan, bahwa siauw Lim Sie memiliki sejilid kitab ilmu
pusaka dari pukulan Kiu Liok Sie Pat Ciang, disaat itu juga Lie
Conggoan telah perintah kan kepadaku untuk pergi kemari,
guna meminjamnya dari kalian "
-oo0dw0oo- Jilid 4 BO SAN SIANSU berpikir sejenak. Melihat urusan telah
sampai disini, memang apa yang disampaikan Khu Sun Lie
tampaknya benar adanya, Dan juga dalam keadaan demikian
orang-orang musuh tampaknya sudah mulai menyelusup
kedalam Siauw Lim Sie. Maka dia tidak bisa berdiam diri terus,
Dia harus bertindak tegas, Kemudian pendeta ini telah tertawa
tawar. "Tolong siecu sampaikan kepada Lie Conggoan, bahwa
permintaan Lie Conggoan sayang sekali tidak bisa dipenuhi
oleh kami, siapapun juga tidak mungkin meminjam kitab
pusaka itu, maka menyesal sekali kami tidak bisa memenuhi
permintaan dan keinginan Lie Conggoan " kata Bo San siansu
dengan suara yang tawar.
Muka Ong Cit Giok jadi berobah, dia telah berkata dengan
wajah mendongkol dan bengis: "Apakah benar2 siauw Lim Sie
tidak mau memberi muka kepada Lie Conggoan " Apakah
kalian telah mengetahui siapa adanya Lie Conggoan ?"
Bo San siansu merangkapkan sepasang tangannya, dia
menjura dengan sikap yang sabar.
"Siancai Siancai Kami memang tidak mengetahui siapa
adanya Lie Conggoan, Kami juga tidak bermaksud
mengetahuinya. walaupun siapa saja, tentu tidak mungkin
dipinjami kitab pusaka kami seperti Kiu Lok Sie Pat Ciang..."
Sabar suara sipendeta, namun Ong Cit Giok telah
menanggapinya dengan berkata: "Jika demikian, sama juga
kalian ingin mengartikan kalau Kaisar Eng Lok yang
meminjamnya juga kalian tidak akan memberikan?"
Ditanya begitu, Bo san Siansu menyahuti dengan hati-2
sekali: "Kami kira, sebagai seorang Kaisar, tentu Kaisar tidak
memiliki minat terhadap ilmu silat. Dan juga ilmu pukulan Kiu
Lok sie Pat Ciang itu hanya merupakan ilmu pukulan biasa
saja, tidak ada keistimewaannya "
Baru saja Bo San Siansu berkata sampai disitu, Ong Cit
Giok telah tertawa bergelak-gelak dengan suara yang keras,
dia tertawa sambil mengerahkan tenaga dalamnya, sehingga
keadaan ditempat itu seperti tergetar oleh nada suara tertawa
nya. "Baiklah," kata Ong Cit Giok kemudian.
"Kini kalian dengarlah, aku akan memberitahukan apa yang
sebenarnya Lie Conggoan bukan orang sembarang, dia
memang masih memiliki pangkat yang kecil dan kekuasaan
yang tidak sehebat Peng Po siang Sie (Panglima Peperangan),
namun justru Lie Conggoan adalah mantu Hongsiang (Kaisar).
Maka dari itu, dengan ditolaknya permintaan Lie Conggoan,
tentu kalian mengetahui apa akibatnya jika Lie Conggoan
tersinggung "
Bo San Siansu menghela napas dengan hati yang susah,
karena dia menyadarinya, itulah kata2 ancaman untuk pihak
Siauw Lim Sie. Dan dilihat demikian peristiwa nya, Bo San
Siansu juga menyadarinya bahwa Ong Cit Giok memang
sengaja mencari urusan dengan pihak Siauw Lim Sie, justru
sekarang yang menjadi tugas dari para pendeta Siauw Lim Sie
adalah mengelakkan bentrokan dengan orang2 tersebut,
karena jika saja mereka terpancing, bukankah urusan mulai
dihubung-hubungkan dan dikaitkan dengan Kaisar Eng Lok "
Bukankah Ong Cit Giok telah mengatakan bahwa Lie
Conggoan itu Kaisar Eng Lok dan didalam kata2nya diselipi
ancaman yang berat "
Walaupun mendongkol dan marah, Bo San Siansu menindih
perasaannya dan tetap tersenyum sabar. Dia bilang dengan
suara yang tidak begitu keras: "Kami pendeta siauw Lim Sie
merupakan orang-orang yang selalu sibuk dengan liamkheng
dan kayu bokkhie, maka kami tidak bermaksud mencampuri
urusan diluar kuil kami, Tetapi menyesal sekali, kamipun tidak
bisamembantu kesulitan siecu, karena justru kitab yang
diminta oleh siecu untuk dipinjam merupakan kitab pusaka


Pendekar Aneh Dari Kanglam Karya Sin Liong di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

kami yang sejak turun menurun tidak pernah dipinjamkan
kepada siapapun juga , harap saja siecu sudi menyampaikan
permintaan maaf kami kepada Lie conggoan " sambil berkata
begitu, Bo San siansu telah merangkapkan tangannya dia
menjura hormat kepada Ong Cit Giok.
Tetapi itulah pemberian hormat bukan sembarangan,
sambil membungkuk menjura, Bo San siansu juga telah
mengerahkan tenaga dalamnya pada kedua tangannya, maka
waktu dia menjura justru dari kedua tangannya itu telah
meluncur suatu kekuatan lwekang yang dahsyat.
Ong Cit Giok merupakan jago yang memiliki sifat licik,
sebelum datang ke Siauw Lim Sie dia juga telah
mempertimbangkan baik-baik kedudukan dirinya, Sebagai
seorang jago yang telah mengenal luas keadaan didalam
rimba persilatan, Ong Cit Giok juga mengetahui partai apakah
itu Siauw Lim Sie, dan bagaimana hebatnya pendeta2 Siauw
Lim Sie. Maka segalanya telah diperhitungkan Dan juga kini,
dia merasakan semberan angin serangan dari Bo San Siansu,
dia cepat2 mengelak kesamping sambil berkata:
"Jika memang kalian tidak mengijinkan untuk kami
meminjam buku Kiu Lok Sie Pat ciang, janganiah kalian
mempergunakan kekerasan" dan sambil berkata begitu, Ong
Cit Giok telah mengebutkan tangannya, maka punahlah
tenaga serangan Bo San siansu.
Merah muka sipendeta Siauw Lim Sie yang seorang ini,
memang tadi dia bermaksud untuk menguji kepandaian dan
lwekang dari tamu yang tidak diundang ini, namun justru Ong
Cit Giok tidak mau melayaninya, sehingga Bo San siansu
masih menerka-nerka sampai berapa tinggi kepandaian lawan
ini. Dan yang lebih dipikirkan Bo San Siansu, yaitu berapa
banyak orang2nya Ong Cit Giok yang telah berkeliaran dan
mengurung kuil Siauw Lim Sie. Semua itu masih gelap
baginya, Namun untuk menutupi kemendongkolannya, Bo San
Siansu telah tersenyum lagi, sikapnya sabar sekali.
"Silahkan Siecu meninggalkan tempat ini, mungkin jika ada
murid Siauw Lim Sie yang kurang begitu mengerti aturan,
Siecu akan mendapat susah.."
Sabar dan ramah kata2 tersebut, yang tampaknya
mengandung kebaikan untuk sang tamu, tetapi dibalik itupun
tersembunyi peringatan halus untuk Ong Cit Giok.
Tetapi Ong Cit Giok telah tertawa tawar, dia membawa
sikap yang angkuh, dan sama sekali dia tidak memperlihatkan
perasaan takut.
"Memang kami dari pihak Lie conggoan sama sekali tidak
memiliki keberanian untuk saling bentur dengan pihak Siauw
Lim Sie yang memiliki nama besar didalam kalangan rimba
persilatan, siapakah yang tidak mengetahui bahwa siauw Lim
Sie merupakan pintu perguruan yang tertua dan merupakan
pemimpin rimba persilatan?"
Senang juga hati Bo San siansu mendengar pujian Ong Cit
Giok, tetapi saat itu Ong Cit Giok telah meneruskan
perkataannya dengan tawar: "Tetapi justru karena sangat
terkenal sebagai pintu perguruan yang tertua dan memiliki
banyak sekali jago2 yang terkenal dan berkepandaian sangat
tinggi, dengan sendirinya telah menarik perhatian hati Lie
conggoan untuk memperoleh satu dua jurus pelajaran dari
Siauw Lim Sie. itulah sebabnya Lie conggoan telah
perintahkan kami, dapat atau tidak, kami harus bisa
meminjam kitab Kiu Lok Sie Pat ciang, kitab ilmu pukulan
Siauw Lim Sie yang terkenal "
Sengaja Ong Cit Giok mengatakan dapat atau tidak, maka
itu merupakan suatu paksaan halus, yang ditekankan kepada
pihak Siauw Lim Sie, Bo San siansu juga merasakan tekanan
seperti itu. Alis pendeta itu telah mengerut dalam- dalam, dan
kemudian dia berkata: "Baiklah ong Siecu, kalau memang
anda tidak mau juga mengerti kesulitan kami, tidak bisa
Loceng berkata apa-apa "
"Aku Ong Cit Giok hanya menerima perintah dan apa
adanya tentu akan kusampaikan kepada para Taisu. Mengenai
keinginan dari Lie conggoan, untuk meminjam selama satu
bulan kitab Kiu Lok Sie Pat ciang, jika memang pihak Siauw
Lim sie keberatan meminjaminya, aku pun tidak memiliki
keberanian untuk memaksanya terserah pada Lie conggoan
sendiri apa keputusannya nanti "
Bo San siansu dan para pendeta siauw Lim Sie jadi
mendongkol melihat lagak Ong Cit Giok, karena mereka tahu
itulah bara api yang mulai disebar oleh orang she ong
tersebut. "ong Siecu, janganiah kita saling bersikeras tidak keruan,
sampaikan kepada Lie conggoan perasaan menyesal kami,
sebagai orang yang telah menyembunyikan diri dari keramaian
dunia dan hanya menyibukkan diri dengan liamkeng dan
bokkhie saja, tidak tersirat dalam hati kami ingin memiliki
ganjalan dengan siapa pun juga. Terlebih lagi kitab Kiu Lok Sie
Pat ciang merupakan ilmu pukulan biasa saja, yang tentunya
tidak berarti banyak untuk Lie conggoan "
Belum lagi Bo San Stansu selesai dengan perkataannya,
justru Ong Cit Giok telah berkata dengan suara yang tawar
"Kalau begitu, baiklah aku yang rendah Ong Cit Giok hanya
dapat kembali untuk memberikan laporan kepada Lie
conggoan Taijin " dan Ong Cit Giok telah menjura memberi
hormat, Seperti halnya tadi yang dilakukan Bo San Siansu, diapun
mengerahkan lwekangnya, menghantam dengan pukulan
udara kosong seCara diam2 kepada perut sipendeta.
Bo San siansu mengetahui bahaya yang mengincar dirinya,
dia juga merasakan samberan angin serangan yang cukup
kuat, maka dia telah mengempiskan perutnya, memusatkan
kekuatan pada perutnya itu. Dia menerima serangan Ong Cit
Giok dengan perutnya, yang dipasang diam saja, tanpa
berusaha mengelakkan diri,
Betapa terkejutnya Ong Cit Giok waktu merasakan tenaga
pukulannya mengenai lawannya, dan dia melihat Bo San
siansu masih tetap berdiri tegak ditempatnya tanpa
tergoncang sedikit pun juga, tenaganya seperti dapat
disambuti sepenuhnya, malah tubuh Ong Cit Giok sendiri yang
tergetar, kalau saja dia tidak keburu mengerahkan tenaga
lwekang pada kedua kakinya untuk memperkuat kuda-kuda
kedua kakinya, tentu tubuhnya akan terjengkang atau
sedikitnya terhuyung mundur.
Diam-diam Ong Cit Giok mengakui bahwa kepandaian yang
dimiliki Bo San siansu sangat tinggi, dan masih berada diatas
tingkat kepandaiannya sendiri.
Tetapi Ong Cit Giok berani sekali, dia tidak memperlihatkan
perasaan kagetnya, dia tertawa lebar sambil katanya: "Taisu,
apakah Taisu telah memikirkan masak2 keputusan Taisu" Dan
Lie conggoan Taijin dalam perintahnya mengutus aku
langsung menemui Hongthio Siauw Lim Sie, yaitu Bo Liang
Siansu, untuk meminjam kitab pusaka itu "
"Menyesal sekali suhengku itu tidak berada ditempat
karena tengah mengurus suatu persoalan " kata Bo San siansu
mulaijemu kepada Ong Cit Giok.
"Maka, sama saja dengan menemuinya langsung pada
suhengku itu atau diwakili olehku, karena jelas memang kitab
Kiu Lok Sie Pat ciang itu merupakan, kitab pusaka yang tidak
mungkin dipinjamkan kepada orang lain "
"Terima kash atas petunjuk yang diberikan oleh Taisu,"
kata Ong Cit Giok. "Dan dengan perkataan Taisu berarti
keputusan seperti itu di ambil oleh pihak Siauw Lim Sie,
bukankah begitu ?"
Bo San siansu bertambah muak melihat sikap Ong Cit Giok.
dia segan menyahuti, dan hanya mengangguk saja.
Waktu Ong Cit Giok ingin berkata- kata lagi, justru waktu
itu dari kejauhan terdengar suara siulan, panjang dua kali,
pendek satu kali.
Wajah Ong Cit Giok jadi berseri-seri girang, dia membalas
suara siulan itu, panjang dua kali, pendek satu kali. Maka tidak
lama kemudian tampak sesosok tubuh berkelebat dengan
gesit sekali dan telah berdiri disamping Ong Cit Giok.
Bahkan telah terdengar kata- katanya: "Kiranya kau berada
disini, ong Taijin" kata orang itu. "Rupanya ka utengah
berunding dengan para pendeta kepala gundul itu..."
Bo San siansu mengerutkan alisnya, dia telah melirik
kepada orang itu, ternyata dia seorang yang berusia antara
enam puluh tahun, memelihara jenggot dan kumis yang tipis,
tetapi tubuhnya kurus kering. Dia berdiri dengan mulut
menyeringai memperlihatkan kelicikan sifat dan jiwanya.
Matanya memancarkan sinar yang sangat tajam, hal itu
yang mengejutkan Bo San, Agak luar biasa mata orang yang
baru datang ini, dia menunjukkan memiliki semaCam ilmu
yang telah dipelajarinya mendalam, ilmu yang agak sesat,
terlihat dari pancaran matanya.
Ong Cit Giok telah berseru : "Bagus" kemudian sambil
menunjuk orang itu, orang she ong tersebut telah berkata
kepada Bo San siansu: "inilah sahabatku, Sam Hun ciu (Tiga
arwah Arak) Pa Pa Liang "
Muka Bo San siansu jadi berobah, sudah Cukup lama dia
mendengar nama besar Pa Pa Liang. Dialah seorang hantu
kejam yang berkeliaran disekitar daerah Kangse, Tetapi aneh
sekali, sekarang iblis yang terkenal akan kekejamannya itu
bisa muncul dikuil Siauw Lim sie, bahkan tampaknya iblis ini
telah memperbudak dirinya menjadi hamba kerajaan.
"Kiranya Pa Pa Liang Kiesu yang sangat terkenal itu " kata
Bo San Siansu sambil menjura dan berusaha tersenyum,
"Sungguh beruntung hari ini kuil kami menerima kedatangan
seorang tokoh sakti rimba persilatan seperti anda " Pa Pa
Liang telah nyengir, dia mengebutkan lengan bajunya.
"Wutttt " angin kebutan itu menyampok keras sekali pada
Bo San Siansu, sehingga tubuh pendeta itu seperti terangkat
dua dim dari permukaan tanah.
Tetapi hebat Bo San Sian su, dia tetap tidak berhenti dalam
keadaan menjura seperti itu, tubuhnya meluncur turun dalam
keadaan menjura, karena tenaga dalam yang kuat
membendung kibasan tenaga dari Pa Pa Liang.
Coba orang lain yang berkepandaian rendah, begitu
menerima kebutan dan tenaga yang kuat seperti itu, tentu
akan terjengkang.
"Hebat" memuji Pa Pa Liang dengan sikap yang angkuh,
"Engkau bisa menerima kebutan lengan jubahku, hal itu
menunjukan bahwa engkau memiliki kepandaian yang
lumayan. Apa gelarmu ?"
Bukan main mendongkolnya Bo San Siansu, karena sikap
Pa Pa Liang memperlihatkan iblis itu seperti dari tingkatan tua
yang tengah menegur tingkatan muda.
Tetapi Bo San siansu berhasil menguasai kemendongkolan
hatinya, dia tetap membawa sikap yang sabar dan bersenyum:
"Loceng adalah Bo San " katanya, "Dan dapatkah Loceng
mengetahui ada keperluan apakah sampai Kiesu mengunjungi
kuil kami ?"
Pa Pa Liang memperdengarkan suara tertawa yang
mengejek dan angkuh sekali, dia menunjuk kepada Ong Cit
Giok. "Dia yang mengajakku, aku tidak tahu apa maksudnya
mengajakku kemari Jika dia mengatakan pulang, ya aku
pulang, tetapi jika dia mengatakan aku harus menghajar
benjol kepala pendeta-pendeta Siauw Lim Sie, ya akan
kuketok seorang demi seorang "
Muka Bo San Siansu jadi berobah merah, dia gusar sekali,
Maka dia telah bilang dengan kesabaran yang mulai hilang:
"sesungguhnya apa maksud jiwie kiesu mengganggu kami "
Jika dilihat dengan seksama, tentu kedatangan jiewie kiesu
kemari mengandung maksud untuk mengobarkan api dikuil
Siauw Lim Sie " tegas perkataan pendeta ini, karena hatinya
mulai panas. Yang dimaksudkan dengan kobaran api, bukan berarti
membakar kuil Siauw Lim sie, tetapi justru akan menimbulkan
huru hara dikuil Siauw Lim Sie.
Sedangkan Pa Pa Liang telah tertawa lagi dengan sikap
yang mengejek dan meremehkan para pendeta Siauw Lim Sie
itu, dia telah menyahuti dengan angkuh: "Hemmm, engkau
pendeta busuk. mulutmu terlalu jelek. engkau berani terlalu
ceroboh menuduh kami yang tidak2 "
"Kami bukan menuduh "bantah Bo San Siansu.
Tetapi belum lagi habis suaranya, justru di saat itu Ong Cit
Giok telah berkata: "Taisu, janganlah Taisu terlalu mudah
menuduh kami. Bukankah tadi aku telah memberitahukan
bahwa kedatangan kami kemari hanya sekedar ingin
meminjam kitab Kiu Lok Sie Pat ciang "Jika memang Taisu
tidak memberikan, itu hak Siauw Lim Sie, dan tadipun aku
telah bermaksud pamitan. Tetapi mengapa justru Taisu telah
mengeluarkan kata2 tuduhan yang tidak2, bahwa kami ini
ingin membakar kuil Siauw Lim Sie."
Muka Bo San siansu jadi merah menahan kemarahan, dia
telah bilang: "Baiklah, sekarang kita bicara secara berterang.
Bukankah kalian berdua merupakan dari sekian banyak orang
yang berkeliaran disekitar kuil Siauw Lim Sie selama beberapa
hari belakangan ini " Kami telah mengetahui semuanya dan
kami kira tidak perlu kita mempergunakan basa- basi lagi.."
Mendengar perkataan Bo San Siansu, Pa Pa Liang telah
berkata dengan tawar: "Baik, baik, memang aku lebih senang
percakapan yang terbuka... Dan sekarang aku tegaskan, kami
menginginkan kitab pusaka Kiu Lok Sie Pat ciang, Apakah
pihak Siauw Lim Sie mau menyerahkannya ?"
"Tidak" menyahuti Bo San siansu tegas.
"Tetapi kami telah menerima perintah, dapat atau tidak,
kami harus kembali dengan membawa pulang kitab Kiu Lok
Sie Pat ciang... maka sebelum Siauw Lim Sie meluluskan
permintaan kami, tidak berani kami pulang menemui Lie
conggoan "
Bo San siansu sudah tidak bisa menahan sabarnya, jelas Pa
Pa Liang maksudnya itu merupakan tantangan yang
mengandung kekerasan.
Semula Bo San siansu bermaksud mengendalikan diri untuk
mengelakkan bentrokan. seperti yang telah diperintahkan oleh
Bo Tie Siansu, sedapat mungkin pendeta Siauw Lim Sie harus
mengelakkan diri dari bentrokan dan keributan dengan orang
pemerintah, sehingga pihak kerajaan tidak bisa menuduh
Siauw Lim Sie dengan alasan yang dicari-cari.
Tetapi Bo San merasakan perutnya seperti mau meledak.


Pendekar Aneh Dari Kanglam Karya Sin Liong di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

sekarang dia sudah tidak bisa membendung kemarahan dan
kemendongkolannya melihat lagak Pa Pa Liang, maka dia
menyahuti: "Sekarang apa yang diinginkan oleh jiewie Kiesu "
Kami kira Siauw Lim Sie tentu bersedia untuk menjadi
pasangan yang baik untuk mengiringi keinginan jiewie Kiesu "
Pa Pa Liang tertawa bergelak^ sampai tubuhnya
tergoncang keras, Diapun telah berkata setelah puas tertawa:
"itulah kata- kata yang diucapkan oleh pendeta Siauw Lim Sie,
maka jika kami mengambil jalan yang cukup keras, jangan
mempersalahkan pihak kami sebagai orang2 yang tidak
memberi muka kepada Siauw Lim Sie. Kami telah bersikap
cukup baik, berlaku lunak. dan memberi muka terang kepada
Siauw Lim Sie, tetapi kenyataannya kalian semuanya memang
merupakan kerbau2 yang tidak bisa diperlakukan dengan
lunak dan penuh kasih sayang, kalian tetap kerbau yang harus
diperlakukan dengan keras "
Merah muka Bo San Siansu bersama pendeta lainnya, hati
pendeta ini bergoncang keras karena diliputi kemarahan. Dia
baru saja ingin menyahuti perkataan itu, untuk menerima
tantangan, justru saat itu Bo San Siansu dan yang lainnya
telah mendengar suara bentakan2 yang keras, yang berasal
dari sebelah kanan mereka, dan beberapa sosok tubuh
tampak ber-gerak2 gesit, tengah mengurung sesosok tubuh
yang bergerak kesana kemari dengan tidak kalah gesitnya.
Rupanya orang itu tengah dikeroyok oleh orang-orang
tersebut. Yang membuat Bo San Siansu jadi lebih terkejut, justru
disaat itu dia mengenali, orang yang dikeroyok itu adalah Khu
Sun Lie, sipengemis yang menjadi sahabat mereka.
Saat itu memang Khu Sun Lie sedang terdesak sekali. Sejak
Ong Cit Giok meninggalkannya dan menyerahkan sipengemis
dibawah keroyokan sepuluh orang yang berkepandaian
sebagai tentara kerajaan itu, yang semuanya ternyata memiliki
kepandaian tidak rendah, Khu Sun Lie berusaha memberikan
perlawanan, namun tetap saja Khu Sun Lie terdesak dengan
hebat. Terlebih lagi kesepuluh orang tersebut mempergunakan
taktik untuk dapat menyerang dan mengelak dengan
bergantian. Jika memang Khu Sun Lie tengah mendesak salah
seorang diantara mereka, maka yang lainnya segera
menyerang Khu Sun Lie, tetapi waktu Khu Sun Lie
melancarkan serangan membalas, orang2 itu melompat
mundur dan sebagian dari mereka menyerang dari belakang
sipengemis. Keadaan demikian yang berlangsung terus
membuat Khu Sun Liejadi kuatir dan gelisah sekali.
Dia kuatir karena memperoleh kenyataan dirinya tidak bisa
melepaskan diri dari libatan kesepuluh orang tersebut,
sedangkan Ong Cit Giok telah meninggalkan tempat ini
memasuki kepedalaman KUIL SIAUW LlM SIE, dan para
pendeta Siauw Lim Sie belum mengetahui kehadiran para
musuh ini. Gelisah, karena sekian lama Khu Sun Lie tidak berhasil
merubuhkan salah seorangpun dari kesepuluh orang lawannya
itu. sayangnya justru jumlah musuh yang mengeroyoknya
terlalu banyak dan merekapun memiliki kepandaian tidak
rendah, tentu saja lama kelamaan membuat Khu Sun Lie jadi
kewalahan juga.
Disaat dirinya terkepung begitu, sipengemis telah berpikir
untuk berusaha membuat keonaran agar orang2 Siauw Lim
Sie mengetahui bahwa musuh mulai menyerbu masuk.
Jalan satu2nya untuk sipengemis adalah bertempur sambil
menggeser kedudukan dirinya yang memasuki kearah
pedalaman kuil Siauw Lim Sie, Tetapi disebabkan lawannya
semua memiliki kepandaian yang tidak rendah, Khu Sun Lie
juga tidak bisa bergerak Cepat, hanya setiap kali ada
kesempatan, dia tentu melompat kebagian yang lebih jauh
kepedalaman kuil.
Dengan jalan bergulingan atau melompat dengan
mengandalkan kegesitannya, Khu Sun Lie bisa menggeser
kedudukan tubuhnya, Terlebih lagi sekarang Khu Sun Lie tidak
berselera untuk balas menyerang, dia hanya sering
menggertak lawannya dan di saat lawan itu mundur, dan yang
lainnya belum sempat untuk balas menyerang, Khu Sun Lie
selalu menjejakkan kakinya, tubuhnya telah melompat
menjauhi lawan- lawannya.
Dengan bertempur mempergunakan cara seperti itu,
akhirnya Khu Sun Lie bisa mencapai tempat dimana Bo San
siansu dan yang lainnya berada.
Sedangkan kesepuluh orang lawan Khu Sun Lie merasa
seperti dipermainkan sipengemis, semakin lama dia
melancarkan serangan yang semakin kuat dan keras,
mendesak pengemis ini, membuat Khu Sun Lie sama sekali
tidak bisa membalasnya.
Dan juga, waktu itu memang napas Khu Sun Lie telah
memburu keras, sebab dia merasa letih sekali, telah terlalu
banyak tenaga yang dipergunakan dan sedikitpun dia tidak
memiliki kesempatan untuk beristirahat.
Bo San siansu yang melihat keadaan Khu Sun Lie, telah
mengeluarkan suara seruan tertahan, karena tersadarlah dia
bahwa musuh telah mulai menyelusup masuk ke kuil Siauw
Lim Sie dalam jumlah yang tidak kecil, Maka dia melirik
kepada salah seorang hweshio yang berada didekatnya, dan
Harpa Iblis Jari Sakti 28 Penelitian Rahasia 8 Jurus Lingkaran Dewa 1 Karya Pahlawan Hikmah Pedang Hijau 12
^