Pencarian

Pendekar Aneh Dari Kanglam 8

Pendekar Aneh Dari Kanglam Karya Sin Liong Bagian 8


secara begitu, dan melihat menyambarnya kedua kaki Sin Coa
Tung Hiap seketika mereka melompat berkelit dengan kaget.
Tetapi waktu mereka berkelit begitulah Sin Coa Tung Hiap
seperti seekor ikan gabus yang meletik, tubuhnya telah
melompat bangun dan kedua tangannya bekerja.
Ia telah berhasil mencengkeram dada dari kedua Jie Tiauw
Kim To, dimana ia telah mengeluarkan suara bentakan:
"Pergi..!"
Tubuh kedua Jier Tiauw Kim To steketika itu jugqa
melayang diterngah udara.
Tidak ampun lagi, untuk kesekian kalinya Jie Tiauw Kim To
telah terbanting keras diatas tanah.
Debu juga seketika mengepul tinggi.
Sin Coa Tuug Hiap telah berdiri tegak sambil
memperdengarkan suara tertawanya.
"Kalian manusia2 rendah yang berani hanya melakukan
penyerangan secara menggelap..!" kata Sin Coa Tung Hiap
dengan suara yang dingin. "Sekarang, kalian memang harus
diberikan pelajaran ...!"
Dan setelah berkata begitu, ia telah melompat dan
mengulurkan kedua tangannya lagi, di mana kedua tubuh dari
Jie Tiauw Kim To yang masih rebah diatas tanah, telah
diangkatnya dan kembali dibantingnya dengan kuat sekali
keatas tanah. Jie Tiauw Kim To mengeluarkan suara teriakan kesakitan,
karena pinggul mereka telah menghajar tanah, sehingga debu
mengepul tinggi.
Sin Coa Tung Hiap kembali mengulurkan kedua tangannya
mencengkeram dada dari Jie Tiauw Kim To, tetapi sekarang
nyali dari Jie Tiauw Kim To tersebut telah pecah, mereka telah
berteriak ketakutan: "jangan .. . ampuni kami ... !" teriak
mereka berbareng.
Sin Coa Tung Hiap menahan gerakan tangannya sehingga
tubuh dari Jie Tiauw KimTo tergantung ditengah udara.
"Kalian memang pantas untuk dihajar biar jera tidak
melakukan perbuatan jahat seperti tadi... kita tidak saling
kenal, dan juga kita tidak memiliki urusan apapun. tetapi
kalian telah turun tangan begitu bengis dan kejam sekali...
maka manusia2 seperti kalian ini memang perlu memperoleh
ganjaran yang setimpal...!" dan Sin Coa Tung Hiap menggerak
kan kedua tangannya bersiap hendak membanting tubuh
kedua Jie Tiauw Kim To itu.
Tentu saja Jie Tiauw Kim To jadi sangat ketakutan, karena
tadi mereka telah merasakan betapa bantingan2 yang
dilakukan oleh Sin Coa Tung Hiap membuat mereka menderita
kesakitan yang bukan main.
Diwaktu itu tampak Sin Coa Tung Hiap telah berkata
dengan suara yang nyaring: "Kalian mariusia2 rendah harus
diberi ganjaran yang setimpal...!" dan tubuh dari Jie Tiauw
Kim To telah melayang ditengah udara.
"Bukkk...!" tubuh kedua Jie Tiauw Kim To terbanting pula
keatas tanah, mereka mengerang kesakitan dan diwaktu itulah
Sin Coa Tung Hiap telah berkata: "Jika memang kalian ingin
merasakan tanganku, kalian bangunlah !"
Jie-Tiauw Kim To telah merangkak bangun, tetapi segera
mereka berlutut.
"Ampunilah kami... kami memiliki mata tetapi tidak bisa
melihat tingginya gunung Thaysan...!" kata mereka hampir
berbareng Sin Coa Tung Hiap telah berkata dengan suara yang dalam
dan ber-sungguh2: "Aku telah melihat, walaupun kau
merupakan manusia2 dalam ujud yang kasar, tetapi kalian
sesungguhnya bukan manusia yang terlalu jahat... asal kalian
mau berjanji tidak melakukan perbuatan jahat dan menjauhi
kekejaman, aku akan mengampuni jiwa kalian...!"
Jie Tiauw Kim To telah meng-angguk2kan kepala mereka
berulang kali. "Kami akan mendengarkan baik2 nasehat dari Taihiap....
kami akan menyimpan baik2 setiap petuah yang diberikan
oleh Taihiap... dan kami tidak akan melakukan perbuatan
jahat membuang jauh2 sifat kejam kami..!"
Sin Coa Tung Hiap memperdengarkan suara tertawa tawar.
"Tepati janji kalian ini, jika memang kelak aku bertemu
dengan kalian dan apabila ternyata kalian masih melakukan
kejahatan dan ringan tangan main bunuh terhadap manusia
yang tidak bersalah, maka kalian akan kuberikan ganjaran
yang jauh lebih keras dan tanpa ampun pula...!"
"Kami selalu akan mengingat akan nasehat yang diberikan
Taihiap... harap Taihiap percaya kepada kami, kami tidak
menurunkan tangan jahat pula... dan juga, kami tak akan
melakukan tindakan yang bisa merugikan orang Iain...!"
Sin Coa Tung Hiap mendengus, dan kemudian baru
berkata: "Tadi kalian telah melaku kan penyerangan yang
begitu ganas sekali, jika memang bukan aku, dan kebetulan
orang yang diserang itu adalah orang yangb lemah dan tidadk
memiliki kepaandaian, bukankabh urusan itu membuat
penasaran sekali..!"
"Kami mengakui kesalahan kami... kami mengakui
kesalahan kami...!" kata Jie Tiauw Kim To sambil mengangguk2an
kepala mereka berulang kali masih dalam keadaan
berlutut Diwaktu itu, tampak Sin Coa Tung Hiap telah mengibaskan
tangan bajunya, ia berkata dengan tawar. "sekarang kalian
pergilah..."
"Terima kasih atas kemurahan hati Taihiap...!" kata Jie
Tiauw Kim To sambil memberi hormat dan mengambil golok
masing2, kemudian menghampiri kuda tunggangan mereka.
Akan tetapi sebelum Jie Tiauw Kim To melompat keatas
kuda tunggangan mereka, diwaktu itu Sin Coa Tung Hiap telah
berteriak: "Tunggu dulu...!"
Muka Jie Tiauw Kim To jadi berubah pucat mereka
menyangka bahwa Sin Coa Tung Hiap tentunya telah merobah
pikiran dan keputusannya untuk mencelakai mereka.
Dengan wajah masih pucat, salah seorang dari mereka
telah merangkapkan kedua tangannya memberi hormat: "Ada
nasehat apa lagi yang hendak diberikan oleh Taihiap ?"
Sin Coa Tung Hiap bertanya dengan suara yang tawar:
"Aku hendak mengetahui, apa maksud kalian berada dilembah
ini?" "Kami...kami...." dan orang itu tampaknya ragu-ragu,
sedangkan kawannya yang seorangpun telah berdiam diri
dengan kepala tertunduk.
Sin Coa Tung Hiap yang melihat keadaan kedua orang ini,
jadi curiga, mereka tampaknya seperti mengandung suatu
maksud tertentu, dan tentunya bukan maksud yang baik.
"Hemmm," Sm Coa Tung Hiap telah memperdengarkan
suara tertawa dingin. "Kalian harus bersikap jujur, katakan,
apa maksud kalian datang dilembah ini...?"
Salah seorang dari Jie Tiauw Kim To akhirnya menyahuti
juga: "Sesungguhnya... sesungguhnya kami ingin merampok
hartawan she Bun yang tinggal dipcrkampungan Kiang-kucung,
di kaki barat dari gunung ini. terpisah dua puluh lie lebih
dari lembah ini..!"
Mendengar perkataan dari Jie Tiauw Kim To: seketika itu
juga Sin Coa Tung Hiap memperdengarkan suara tertawanbya
yang keras sdekali
"Hemmm, aapakah sekarang bkalian tetap mau ingin
melaksanakan pekerjaan kalian itu ?" tanya Sin Coa Tung Hiap
dengan suara yang keren.
Jie Tiauw Kim To menggelengkan kepala nya dengan
serentak, mereka telah menyahuti dengan segera: "Kami...
kami telah insyaf, dan kami tidak akan meneruskan maksud
kami itu!"
"Baiklah, . . tetapi ingat, jika disuatu saat kelak aku
mendengar kalian melakukan kejahatan lagi, maka diwaktu itu
aku akan menghukum kalian tanpa mengenal ampun lagi!"
Dan sambil berkata begitu, Sin Coa Tung Hiap telah
memperdengarkan suara dengusan berulang kali.
Jie Tiauw Kim To telah merangkapkan kedua tangannya
masing2 dengan mengucapkan terima kasih mereka.
Setelah itu keduanya berlalu menghampiri kuda masing2
dan meninggalkan lembah itu.
Sin Coa Tung Hiap melihat Jie Tiauw Kim To telah pergi,
kembali merebahkan dirinya di bawah batang pohon Siong
tersebut. Diwaktu itu, kuda tunggangan Sin Coa Tung Hiap tengah
memakan rumput dan juga tengah meram melek rupanya
kuda tunggangan tersebut juga hendak beristirahat.
Namun baru saja Sin Coa Tung Hiap meletakkan kepalanya
pada silangan kedua tangan nya, terdengar suara orang
berkata dengan suara yang cukup nyaring: "sungguh menarik
sekali... dimana dua ayam busuk telah dihajar dan disadarkan
dari kesalahan mereka...!"
Sin Coa Tung Hiap jadi terkejut, ia memang memiliki
kepandaian yang tinggi dan pendengaran yang tajam. Dan
sekarang ada seseorang yang berada ditempat itu tanpa
diketahui kapan datangnya oleh dia.
Maka hal ini tentu saja telah membuat Sin Coa Tung Hiap
kaget bukan main, karena hal itu memperlihat kan bahwa
orang yang ber-kata2 itu tentunya memiliki ginkang yang
sangat tinggi sekali. Dengan demikian, segera terlihat Sin Coa
Tung Hiap telah melompat bangun dan memandang
sekelilingnya. Tetapi Sin Coa Tuag Hiap tidak melihat seorang
manusiapun disekitar tempat itu.
"Siapakah yang rtengah main-maitn?" tanyanya deqngan
suara yangr nyaring.
"Aku... aku memang tengah bergurau!" menyahuti suara
yang nyaring itu, disusul dengan melompat keluar sesosok
tubuh yang bergerak sangat gesit sekali dari gerombolan
pohon Bwee. Diwaktu itu. Sin Coa Tung Hiap melihat bahwa sosok tubuh
itu memiliki tubuh yang agak ramping kecil, dan juga agak
pendek, Dibawah cahaya rembulan yang mulai bersinar diatas
langit, tampaknya orang itu merupakan seorang lelaki berusia
lima puluh tahun.
Tetapi justru bentuk tubuhnya yang ramping dan pendek
itu jika tidak diperhatikan wajahnya dengan seksama,
tampaknya ia seperti seorang anak lelaki berusia sebelas atau
dua belas tahun.
Sin Coa Tnng Hiap merangkapkan kedua tangannya
memberi hormat.
"Siapakah tuan?" tanyanya.
Orang bertubuh pendek tersebut telah tertawa, suaranya
nyaring sekali.
"Aku she Kwang dan bernama Ie Liu," menyahuti orang
tersebut. "Aku secara kebetulan sempat menyaksikan dimana
seorang pendekar yang memiliki kepandaian sangan tinggi,
telah menghajar babak belur dua ekor ayam busuk!"
Mendengar sampai disitu, Sin Coa Tung Hiap tertawa ia
berkata: "sesungguhnya Siauwte tak memiliki kepandaian
apa2... tadi hanya kebetulan saja telah menyadari mereka..!"
"Tetapi itu adalah suatu perbuatan yang terpuji...!" kata
Kwang Ie Liu. "Kalau boleh aku ingin mengetahui siapakah
nama dan she dari pendekar gagah yang mengagumkan ini?"
Sin Coa Tung Hiap telah merangkapkan sepasang
tangannya dan berkata dengan suara yang sabar: "Siauwte
she Gu dan bernama Ping An!"
"Apakah engkau tidak memiliki julukan, melihat dari cara
berpakaianmu yang luar biasa seperti ini, yang mengenakan
topeng merah untuk menutupi wajahmu, tampaknya engkau
seorang yang cukup memiliki nama terkenal di dalam rimba
persilatan..."
"Sahabat2 dalam rimba persilatan tentu memberikan
julukan main2an kepada Siauwte yaitu Sin Coa Tung Hiap..."
"Hemmm, Sin Coa Tung Hiap ?" tanya Kwan le Liu dengan
sikap terkejut.
"Mengapa, apakah ada sesuatu kesalahan Kwan Kiesu ?"
tanya Sin Coa Tung Hiap.
Kwan le Liu telah menggelengkan kepalanya beberapa kali,
kemudian katanya: "Pantas... pantas...!"
"Kenapa, Kwan Kiesu ?"
"Pantas saja engkau memiliki kepandaian begitu tinggi...
rupanya engkau seorang tokoh persilatan yang namanya telah
menggegerkan rimba persilatan...!"
"Kwan Kiesu terlalu memuji..."
"Tetapi memang telah kudengar perihal diri Sin Coa Tung
Hiap yang menggemparkan rimba persilatan baru2 ini, dimana
kepandaiannya memang sangat tinggi sekali...!"
Setelah berkata begitu, Kwan le Liu telah memandang
dengan sikap yang sungguh2, kemudian tanyanya lagi:
"Apakah kedatangan Gu Kiehiap ditempat ini memiliki suatu
urusan ?" Sin Coa Tung Hiap menggelengkan kepalanya.
"Tidak, Siauwte hanya secara kebetulan saja lewat
dilembah ini, karena Siauwte tengah melakukan perjalanan...!"
menyahuti Sin Coa Tung Hiap.
"Jika memang engkau tidak memiliki urusan yang terlalu
mendesak, maukah engkau menyaksikan suatu urusan yang
menarik sekali, karena tidak lama lagi akan terjadi urusan
yang sangat menarik hati !"
"Urusan apakah itu, Kwang Kiesu ?"
"Kujamin bahwa urusan yang akan terjadi itu pasti menarik
hati Gu Kiehiap dan terjadinya nanti ditengah malam waktu
saatnya kentongan kedua !" menyahuti Kwang le Liu.
Sin Coa Tung Hiap berdiam sejenak sesungguhnya ia
tengah memburu waktu untuk mencapai Souwciu tetapi
mendengar dari perkataan Kwang le Liu, akan terjadi urusan
yang pasti menarik haiinya, ia jadi ingin mengetahui. Maka ia
ssgera memutuskan untuk melihatnya.
"Baiklah," kaia Sin Coa Tung Hbiap akhir nya sdambil
mengangguak "Siauwte tertbarik juga untuk melihat urusan
yang disebutkan oleh Kwang Kiesu itu...!"
Kwang le Liu tampak girang mendengar Sin Coa Tung Hiap
menyatakan persetujuannya atas ajakan tersebut, ia telah melompat2
beberapa kali, sambil mengeluarkan suara teriakan
riang, dan sikapnya itu jenaka sekali, walau pun usianya telah
mencapai lima puluh tahun lebih.
Terima kasih... rupanya Gu Kie-hiap mau memberikan


Pendekar Aneh Dari Kanglam Karya Sin Liong di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

sedikit muka terang kepadaku..." kata Kwang Ie Liu. Dan
kemudian setelah puas-me-lompat2 seperti itu, ia berkata lagi:
"Mari Gu Kiehiap ikut bersamaku...!"
Dan setelah berkata begitu, tampak Kwan le Liu telah
menjejakkan kakinya, tubuhnya telah melompat dengan gesit
sekali. Sekali lihat saja, Sin Coa Tung Hiap telah mengetahui
bahwa ginkang yang dimiliki Kwang le Liu bukanlah ginkang
yang sembarangan, dan tidak ada disebelah bawah dari
ginkangnya. Setelah melirik sejenak kepada kudanya, tampak Sin Coa
Tung Hiap telah menjejakan kedua kakinya juga, dan dia telah
melompat menyusul dengan ringan, kudanya ditinggalkan
begitu saja tertambat dibatang pohon Siong.
Kwang le Liu memang memiliki ginkang yang mahir sekali,
ia bisa berlari dengan cepat sekali. Karena memang Kwang le
Liu telah mengetahui bahwa Sin Coa Tung Hiap memiliki
ginkang dan kepandaian tinggi, ia tidak kuatir Sin Toa
TungHiap akan tertinggal, ia terus berlari dengan cepat sekali.
Disaat ituIah, tampak Sin Coa Tung Hiap harus mengempos
tenaga dan semangatnya, untuk berlari lebih cepat, dan dalam
waktu yang singkat ia telah berada disisi dari Kwang Ie Liu.
Mereka ber-lari2 dengan berendeng dan di dalam waktu
yang cepat sekali, segera juga terlihat sebuah tanah lapangan
berumput yang cukup tebal dan luas. Kwang le Liu segera
menghentikan larinya, memandang sekelilingnya, setengah
menggumam ia berkata:
"Tempat inilah yang akan dijadikan arena dari pertunjukan
yang menarik hati..!"
Sedangkan Sin Coa Tung Hiap telah memandang ke
sekelilingnya juga.
ia tidak melihat sesuatu yang bistimewa pada tdempat
tersebut,a dimana selain brumput, tidak terlihat pohon2 dan
pemandangan lainnya.
Kwang le Liu telah berkata lagi: "Nanti ditempat yang
benar2 baik sekali datuk2 persilatan dan juga persoalan yang
akan mereka perbincangkan lebih menarik lagi, selain dari
ilmu silat, mereka juga akan merundingkan suatu
pembentukan dari sebuah perkumpulan para orang-orang
gagah yang benar-benar memiliki kepandaian tinggi... Dengan
Gu Kiehiap hadir ditempat ini, hal ini merupakan urusan yang
langka sekali dijumpai didalam rimba persilatan?"
Sin Coa Tung Hiap telah bertanya dengan suara yang
ragu2: "Datuk2 rimba persilatan yang mana2 saja yang akan
hadir ditempat ini ?"
"Cukup banyak, coba nanti lihat saja..!" menyahuti Kwang
le Liu. Diwaktu itu, tiba2 terdengar suara meraung yang sangat
nyaring, sekali dari kejauhan dan seketika tampak sesosok
tubuh yang berlari mendatangi secepat terbang.
Telinga Sin Coa Tung Hiap terasa sakiti oleh suara raungan
tersebut, karena suara raungan seekor binatang buas memiliki
tenaga sinkang yang mahir sekali.
Dengan demikian, Sin Coa Tung Hiap segera tahu bahwa
orang itu memiliki kepandai an yang tinggi sekali.
Sekejap mata saja orang tersebut telah berada di hadapan
Sin Coa Tung Hiap dan Kwang le Liu.
"Aku telah datang..." katanya dengan suara yang keras
sekali, Begitu suara raungannya berhenti.
Disaat itu Kwang Ie Liu telah tertawa: Say Ong To (Golok
Raja Singa), engkau datang terlampau pagi, waktu pertemuan
masih jauh.!"
Sin Coa Tung Hiap hanya memandangi saja orang itu, yang
berpakaian dengan secarik kulit binatang pada tubuhnya dan
memelihara rambut yang panjang sekali, sikapnya juga kasar
sekali, dengan potongan tubuh yang tegap dan juga terlihat
betapa otot2 pada kedua lengan nya itu besar2.
Tetapi dari sikapnya yang kasar itu telah terlihat watak Say
Ong To merupakan seorang manusia yang berwatak keras,
waktu mendengar perkataan Kwang le Liu, segera dia berkata:
"Hmm, aku dari jauh telah menyempatkan diri untuk hadir
ditempat ini, tetapi setelah aku tiba, ternyata orang2 yang
lainnya btelum berada disqini, sungguh mernjengkelkan
sekali...!"
Dan setelah berkata begitu, ia telah meletakan kedua
tangannya pada pinggangnya, dengan ber tolak pinggang
begitu, dia membuka mulutnya lebar2 dan terdengarlah suara
raungan yang keras sekali, karena ia meraung dengan
mempergunakan sinkang yang sangat kuat.
Sin Coa Tung Hiap yang mendengar suara raungan
tersebut dari jarak dekat, merasakan telinganya jadi
mendengung seperti juga tuli, karena suara raungan itu keras
bukan main, menggetarkan sekitar tempat tersebut.
Segera Sin Coa Tung Hiap bersama dengan Kwang le Liu
telah mengerahkan lwekang mereka, untuk menutup telinga
mereka dari terjangan suara raungan yang sangat kuat itu.
Setelah meraung dengan suara yang panjang Say Ong To
kemudian berdiam diri mengawasi Kwang le Liu dengan sorot
mata yang tajam.
"Apakah jumlah tokoh2 persilatan yang akan hadir ditempat
ini berjumlah lebih dari seratus orang?" tanya Say Ong To
kemudian. Kwang le Liu mengangguk.
"Mungkin lebih... jika saja semua undangan hadir, tentu
jumlahnya lebih dari seratus, tetapi jika sebagian dari mereka
yang menerima undangan itu tidak hadir, jumlah yang pasti
beIum lagi bisa kusebutkan..!"
Sin Coa Tung Hiap sendiri mulai merasa tidak senang
kepada Say Ong To, karena ia melihatnya bahwa Say Ong To
seperti juga tengah memamerkan kepandaian dan lainnya.
Setelah Say Ong To tidak meraung lagi, diam-diam Sin Coa
Tung Hiap memusatkan tenaga Tan-tian pada lehernya,
kemudian mengerahkan sinkangnya, dan diwaktu itulah ia
telah mengeluarkan suara siulan yang panjang melengking.
Suara siulan tersebut yang mengandung kekuatan tenaga
sinkang, bergema disekitar tempat tersebut, dan walaupun
suaranya panjang melengking, tidak gemuruh seperti suara
raungan dari Say Ong To, kenyataannya suara siulan tersebut
tidak kalah menggetarkan jantung dan hati.
Say Ong To tampaknya terkejut, sehingga ia memandang
kepada Sin Coa Tung Hiap dengan sorot mata yang tajam.
Dan diwaktu itulah ia melihatnya bahwa orang tersebut
mengenakan kain merah penutup muka, sehingga ia tidak bisa
melihat wajah Sin Coa Tung Hiap.
Lama dan panjang sekali suara siulan Sin Coa Tung Hiap,
sedangkan Kwang le Liu sendiri telah berusaha membendung
pendengarannya dengan memusatkan tenaga lwekangnya
sehingga jantung dan hati maupun perasaannya tidak
terpengaruh oleh suara siulan yang diperdengarkan oleh Sin
Coa Tung Hiap. "Lwekang yang mahir..!" memuji Say Ong To dengan suara
yang keras. Suara siulan Sin Coa Tung Hiap masih ber gema seketika
lamanya, dan akhirnya 1euyap.
"Maafkan, Siauwte telah memperlihatkan kebodohan
Siauwte...!" kata Sin Coa Tung Hiap kemudian sambil
merangkapkan kedua tangannya memberi hormat.
Kwang le Liu tertawa.
"Seperti telah kukatakan, bahwa hadirnya Gu Kiehiap
ditempat ini memang merupakan suatu hal yang sangat baik
sekali, karena tentu kami kelak bisa menyaksikan kepandaian
yang luar biasa dari Gu Kiehiap..."
Sin Coa Tung Hiap memperdengarkan suara tawanya.
"Kwang Kiesu terlalu memuji... terlalu memuji," kata Sin
Coa Tung Hiap. Say Ong To sejak kedatangannya memang tidak banyak
bicara, dan kini iapun berdiam diri saja, disaat Kwang le Liu
Sin Coa Tung Hiap tengah ber-cakap2 membicarakan
perkembangan dunia persilatan.
Kurang lebih sepemakanan nasi, tampak sesosok tubuh
yang tengah ber-lari2 lincah sekali ketempat dimana mereka
berada. Waktu sosok tubuh itu tiba dihadapan mereka, ternyata
orang tersebut adalah seorang wanita setengah baya, berusia
empat pbuluh tahun lebidh, dengan rambuat yang dikonde
bdan memakai gaun berwarna putih2.
"Tang Hujin..!" memanggil Kwang le Liu waktu mengenal
wanita tersebut.
Sedangkan wanita setengah baya itu telah
memperdengarkan suara tertawa kecil. walaupun usianya
telah tinggi seperti itu, tokh sisa2 kecantikan yang pernah
dimilikinya masih tampak jelas.
"Rupanya aku datang belum terlambat"!" katanya
kemudian. Kwang le Liu mengangguk. "Seperti Tang Hujin lihat
sendiri, bahwa ditempat ini belum berkumpul sahabat2 yang
telah diundang..!" menyahuti Kwang le Liu.
Tang Hujin yaitu wanita setengah baya tersebut, telah
menoleh kepada Sin Coa Tung Hiap yang diawasinya dengan
seksama, Kemudian katanya: "Engkau mengenakan kain
penutup muka apakah wajahnya seperti batu Giok sehingga
orang tidak boleh melihatnya?"
Mendengar sindiran nyonya Tang tersebut, Sin Coa Tung
Hiap memperdengarkan suara tertawanya.
"Jika memang nyonya melihat wajahku, mungkin nyonya
akan kaget semaput..!" menyahuti Sin Coa Tung Hiap "Maka
dari itu, sengaja aku mengenakan kain penutup muka ini!"
Tang Hujin memperdengarkan suara tertawa dingin, ia
mendongkol mendengar jawaban Sin Coa Tung Hiap tetapi ia
berdiam diri saja, Kwang le Liu yang menyaksikan keadaan
demikian, telah memperdengarkan suara tertawa nya dan
kemudian katanya: "Sambil menantikan kedatangan sahabat2
lainnya, maka kita lebih baik bicara merundingkan ilmu silat..!"
Sin Coa Tung Hiap mengangguk sambil mengiyakan,
sedangkan Tang Hujin hanya mendengus saja dan Say Ong To
berdiam diri tidak menyahuti, sikapnya kaku sekali, dan hanya
memandang kearah luasnya lapangan rumput itu.
"Sesungguhnya pertemuan yang akan kita selenggarakan
ini merupakan pertemuan yang jarang sekali terjadi didalam
rimba persilatan karena selain kita akan mengadu ilmu dan
membicarakan kepandaian masing2, merundingkan ilmu silat,
juga kita akan berusaha membentuk suatu perkumpulan para
orang2 gagah yang benar-benar memiliki kepandaian sangat
mahir dan tinggi sekali,
Dengan demikian, dengban adanya perkudmpulan yang
diaadakan seperti ibtu, tentu saja harus ada pemimpinnya,
Maka kitapun harus mencari seseorang yang benar2 memiliki
kepandaian yang sempurna sekali, guna menjadi pemimpin
kita, dimana ia akan memberikan petunjuk dan cara2 agar kita
mengetahui apa yang harus kita Iakukan...!"
Tang Hujin telah tertawa tawar.
"Tetapi jika dari sahabat2 yang hadir ditempat ini berlomba
untuk masing2 memperoleh kedudukan sebagai pemimpin dari
orang-orang gagah, bagaimana jadinya nanti?" tanyanya.
"Itulah dalam persoalan ini kita harus berusaha
merundingkan ilmu silat sebaik mungkin agar kita tidak salah
memilih orang yang akan menjadi pemimpin kita...!"
menyahuti Kwang le Liu.
"Tetapi menurut hematku, dengan cara demikian tentu
kelak akan berjatuhan korban2 yang banyak sekali..!" kata
Tang Hujin. "Kita masing2 memiliki kepandaian yang tinggi
dan juga tentu saja masing-masing tidak akan mau mengalah,
dengan demikian akan terjadi pertandingan-pertandingan
yang pasti akan menelan korban... kukira cara seperti ini
kurang begitu tepat, karena bisa menelan korban jiwa yang
banyak sekali...."
"Lalu bagaimana pandangan Tang Hujin?" tanya Kwang le
Liu. "Kukira lebih baik jika kita mengadu Bun saja... karena ilmu
"bun" (sastera) merupakan hal yang tidak terlalu
mernbahayakan..."
"Namun semua pendekar2 yang hidup dalam persilatan,
tentu saja hanya mengenal ilmu silat, dimana ilmu tersebut
jauh lebih dipentingkan dari segala ilmu lainnya, Usul Tang
Hujin sulit sekali dapat diterima...!"
Tang Hujin tertawa nyaring, ia mengangguk-angguk
beberapa kali. "Benar... benar," katanya, "Memang benar apa yang kau
katakan itu... tidak semua orang2 rimba persilatan yang
mempelajari ilmu surat!"
Sin Coa Tung Hiap waktu itu telah memperdengarkan suara
tertawanya. "Memang lucu, kita orang2 rimba persilatan dianjurkan
untuk mengadu ilmu surat... suatu hal yang sangat lucu
sekali..." dan se telah berkata begitu, tampak Sin Coa Tung
Hiap kembali tertawa ber-gelrak2.
Tang Hujin telah menoleh qdengan muka yanrg merah
memandang kepada Sin Coa Tung Hiap, sepasang matanya
mendelik Iebar.
Namun Sin Coa Tung Hiap sengaja membuang pandangan
kearah lain, tidak melayani delikan mata dari Tang hujin.
Say Ong To sendiri hanya mengawasi Tang Hujin dan Sin
Coa Tung Hiap dengan bergantian dan kemudian
mengeluarkan suara raungan yang keras sekali, suara raungan
yang lebih mirip dengan suara meraungnya seekor harimau,
dimana suara raungan itu seperti juga menggentarkan padang
rumput tersebut.
"Lweekang yang mahir sekali...!" kata Tang Hujin kemudian
Setelah meraung begitu keras, Say Ong To kembali
berdiam diri. Namun baru saja suara raungan itu terhenti tiba2 terdengar
suara teriakan yang keras sekali dan memanjang, disusul
dengan sesosok tubuh yang tengah ber-lari2 dengan gesit
sekali. Semula dalam bentuk yang kecil sekali, tetapi dengan cepat
telah tiba dihadapan Say Ong To, Kwang le Liu, Sin Coa Tung
Hiap dan Tang Hujin. Gerakan orang itu ringan sekali,
sehingga memperlihatkan ginkang yang dimilikinya itu
merupakan ginkang yang benar2 telah terlatih dengan baik,
sebab waktu ia berlari menghampiri keempat orang jago itu,


Pendekar Aneh Dari Kanglam Karya Sin Liong di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

justru sepasang kakinya seperti juga tidak menginjak rumput,
tubuhnya seperti me-layang2 dengan ringan sekali.
"Aha, kita bertemu disini lagi, Bun Cie Sun...!" katanya.
Orang yang baru datang itu, yang dipanggil sebagai Bun
Cie Sun, telah tertawa juga.
"Ya... ya...!" katanya kemudian. "Memang akupun tidak
menyangka bahwa kita akan bertemu kembali disini...!"
Kwan le Liu sendiri telah berkata diiringi suara tertawanya:
"Bun Cie Sun Kiehiap... engkau datang terlambat sedikit, kami
telah berkumpul disini...!"
"Tetapi yang lainnya belum berkumpul bukan ?" menyahuti
Bun Cie Sun. "Tetapi engkau sebagai orang yang mengundang kami,
seharusnya sebagai tuan rumah, engkau datang terlebih pagi
dari kami..!" menyahuti Kwan le Liu.
Sedangkan Sin Coa Tung Hiap dan Say Ong To hanya
berdiam diri saja.
Bun Cie Sun telah menoleh dan memandang kepada Sin
Coa Tung Hiap, kemudian ia memperdengarkan suara seruan
tertahan, wajahnya juga seketika berobah.
"Jika tidak salah," katanya kemudian dengan suara yang
ragu2, "Tampaknya anda yang bergelar Sin Coa Tung Hiap...
bukankah begitu ?"
Sin Coa Tung Hiap cepat2 merangkapkan kedua tangannya
memberi hormat, sambil katanya: "Tepat... memang Siauwte
Sin Coa Tung Hiap Gu Ping An... dari manakah Heng tai
mengetahui hal itu ?"
Bun Cie Sun tersenyum, "Belakangan ini justru didalam
rimba persilatan... karena itu, sangat menarik hati jika
memang bisa bertemu dengan orang yang bergelar Sin Coa
Tung Hiap itu... sekarang ternyata aku telah berhasil bertemu
Sin Coa Tung Hiap yang memiliki nama begitu terkenal !"
Sin Coa Tung Hiap segera mengeluarkan kata2
merendahkan diri.
Sedangkan Bun Cie Sun telah menoleh kepada Say Ong To,
tanyanya sambil mengawasi dengan sorot mata yang tajam.
Say Ong To hanya memperdengarkan suara "Hemm!" saja,
ia tidak menyahuti apa2.
"Rupanya memang akan berkumpul sahabat-sahabat dari
berbagai kalangan, dimana merupakan suatu kehormatan
besar untukku Bun Cie Sun yang telah beruntung dapat
bertemu dengan tokoh2 rimba persilatan... semoga saja
semua sahabat yang menerima undangan bersedia hadir
ditempat ini."
Kwan Ie Liu tertawa.
"Siapa yang tidak akan segera berangkat untuk datang
ketempat ini begitu menerima undangan dari Taihiap Bun Cie
Sun yang namanya sangat menggentarkan rimba persilatan ?"
Mendengar pujian Kwan Ie Liu, segera juga Bun Cie Sun
tertawa. Begitulah beruntun telah berdatangan banyak sekali jago2
persilatan Iainnya.
-oo0dw0oo- Jilid 14 MEREKA terdiri dari orang2 yang berbentuk bermacam
ragam, dimana pakaian merereka juga aneh2 sekali. Ada yang
berpakaian sebagai peiajar, tetapi membawa hudtim
ditangannya, kebutan yang biasa dibawa oleh seorang Tojin.
Ada juga yang berpakaian sebagai seorang hwesio, tetapi
memelihara rambut Malah yang aneh pula, ada jago persilatan
yang memakai gaun wanita, walaupun dia seorang pria tua
yang telah berjenggot panjang.
Memang mereka berpakaian dengan keadaan yang aneh2
disamping itu juga mereka membawa senjata dari berbagai
bentuk dan aneh2 seperti golok dengan ukiran seekor naga,
dengan ditambahi gagangnya yang terbuat dari batu Giok.
Ada pula yang membawa senjata terdiri dari tongkat
tongkat pendek yang di-sambung2 dengan rantai ruas2 dari
tongkat tersebut terdiri dari beberapa ruas sambung
menyambung satu dengan yang lainnya.
Dan begitu pula ada yang membawa pedang yang
berbentuk pendek dengan gagangnya yang terbuat dan emas
berukiran burung Hong. Masih banyak terdapat senjata2 aneh
yang dibawa oleh orang2 persilatan tersebut, seperti kipas,
huncwe, tongkat yang berujung seperti tombak, dan juga
masih banyak jenis senjata lainnya yang tentu mendatangkan
perasaan aneh dan tertarik bagi yang m-melihatnya.
Sin Coa Tung Hiap yang melihat kini telah berdatangan
para jago2 rimba persilatan yang terdiri dari berbagai aliran,
telah memandang dengan tertarik. Kali ini memang suatu
pertemuan yang menarik sekali, karena ia bisa berjumpa
dengan demikian banyak sekali jagol rimba persilatan, yang
umumnya memiliki kepandaian tinggi.
Waktu menjelang kentongan kedua, ditempat ini lelah
berkumpul lebih dari seratus orang, jago2 yang namanya
memperlihatkan sifat mereka yang aneh.
Tetapi Sin Coa Tung Hiap tidak melihat adanya murid2 dari
tokoh2 dari pintu perguruan seperti Siauw Lim Sie, Bu tong
pay, Kun Lun pay, Ceng-shia pay, Go Bie pay, dan Thian san
pay... rupanya orang-orang dari aliran yang tersendiri.
Diantara mereka juga terdapat beberapa orang asing
seperti jago-jago yang berewokan dan berhidung mancung
dari Persia, dan beberapa jago lainnya seperti orang Nepal.
Waktu itu Bun Cie Sun telah membuka pertemuan tersebut,
Banyak jago-jago rimba persilatan yang menganjurkan agar
mereka segera mengadu ilmu kepandaian saja.
Tetapi Bun Cie Sun menjelaskan, bahwa ia mengundang
semua jago-jago dan berbagai aliran tersebut untuk
merundingkan ilmu silat, dan sambil berusaha membentuk
sebuah perkumpulan untuk mereka.
Semula memang terdapat banyak jago-jago yang
menentang keinginan Bun Cie Sun, tetapi setelah berselang
beberapa saat, diwaktu mana. Bun Cie Sun telah menjelaskan,
bahwa maksud sebenarnya ia ingin menghindarkan jatuhnya
korban dan akan membentuk perkumpulan yang benar2
sangat berguna untuk rimba persilatan, akhirnya para orang
gagah itu bersedia juga untuk menuruti peraturan dan caracara
yang akan ditentukan oleh Bun Cie Sun.
"Sesungguhnya...." kata Bun Cie Sun setelah melihat para
orang2 gagah itu bersedia untuk menuruti cara dan
keinginannya, "Pertemuan ini akan menampilkan beberapa
orang, di mana mereka akan mengadakan pertandingan silat
melalui suatu perundingan belaka, tanpa menggerakkan
senjata dan tangan, dengan demikian, kita bisa mengetahui
berapa tinggi pengetahuan dan kepandaian yang dimiliki
seseorang, tanpa perlu jatuh korban, Dan jika memang para
Hohan (orang2 gagah) menyetujuinya, kita akan segera
memulainya...!"
"Aku tidak setuju...!" tiba2 seseorang telah berkata dengan
keras, suaranya mengguntur.
Bun Cie Sun dan semua orang yang berada ditempat itu
menoleh pada orang yang berteriak itu, segera mereka
melihat orang itu tak lain dari Say Ong To.
"Apa saran Kiesu?" tanya Bun Cie Sun kemudian.
"Aku dari tempat yang jauh telah melakukan perjalanan
kemari dengan harapan bisa main-main sepuas hati
mengeluarkan seluruh kepandaianku tapi kenyataan yang ada
mengecewakan sekali... aku menghendaki kita saling
mengukur tenaga dan ilmu..!"
"Ya, akupun setuju dengan pendapat Kiesu itu..!" teriak
seseorang lagi, waktu semua orang menoleh, orang itu tidak
lain dari seorang lelaki tua berjenggot dengan pakaian gaun
wanita, yang cara berpakaiannya aneh, dimana ia pun
membawa sebuah topi tudung yang lebar sekali terbuat dari
anyaman tikar. Waktu itu Bun Cie Sun tertawa.
"Jika memang Jiewie (tuan berdua) hendak mengukur
tenaga dan ilmu, baik, baik, silahkan Jiewie yang memuIainya
!" kata Bun Cie Sun.
Say Ong To tampak girang, ia tanpa shejie-shejie lagi, telah
melompat ke tengah lapangan.
"Mari, mari kita main-main sepuas hati.!" katanya dan
membarengi dengan itu, iapun telah membuka mulutnya
lebar-lebar, memperdengarkan suara raungan yang sangat
kuat dan keras sekali.
Sedangkan lelaki berjenggot dengan pakaian gaun wanita
itupun telah menjejakkan kakinya, tubuhnya telah melambung
tinggi sekali, berpok say ditengah udara, dan kemudian
hinggap di depan Say Ong To.
"Maaf... maaf, aku akan mempertontonkan kejelekkan ilmu
silatku !" kata lelaki berjenggot tersebut yang berpakaian aneh
itu. Say Ong To telah berkata: "Kita tidak perlu terlalu
membuang waktu dengan banyak bicara, ayo kita mulai !"
Dan memang sudah menjadi watak dan sifatnya yang
kasar, Say Ong To tahu-tahu telah menggerakkan kedua
tangannya, yang diulurkan nya untuk melakukan
cengkeraman. Lelaki berjenggot dengan berpakaian gaun wanita tersebut
tertawa melihat datangnya serangan, iapun berkata: "Aku Liu
Eng Tong, akan menerima petunjukmu..!" dan sambil berkata
begitu, dengan gerakan yang gesit sekali ia telah berkelit dari
cengkeraman yang dilancarkan Say Ong To.
Gerakan Liu Eng Tong memang cepat dan gesit, dimana
cengkeraman tangan Say Ong To telah mengenai tempat yang
kosong, karena tahu-tahu tubuh Liu Eng Tong telah lompat
dari hadapannya.
Namun Say Ong To walaupun memiliki tabiat yang kasar,
tapi ia juga memiliki kepandaian yang benar2 telah terlatih
baik, ilmunya sangat tinggi. Melihat cara lawannya
mengelakkan diri seperti itu, cepat sekali ia telah melancarkan
gempuran kearah belakangnya, karena ia tahu bahwa Liu Eng
Tong telah melompat ke belakangnya.
Gerakan yang dilakukan Liu Eng Tong tadi memang
mengandalkan kelincahan tubuhnya, waktu serangan Say Ong
To tiba pada jarak tiga dim terpisah dari tubuhnya, ia telah
menjejakkan kakinya dan tubuhnya melompati kepala Say Ong
To dan berada dibelakang Iawannya.
Kini Say Ong To telah melakukan pukulan dengan kuat
kearah belakangnya, dengan demikian, angin sinkang yang
meluncur keluar dari kedua telapak tangan Say Ong To telah
menerjang kepada Liu Eng Tong lagi.
Kali ini lelaki berjenggot she Liu tersebut tidak mengelakkan
diri lagi dari gempuran tenaga sinkang yang dilancarkan oleh-
Say Ong To, ia telah mengangkat tangan kanannya,
mendorong dengan gerakan yang cepat, dari telapak
tangannya mengalir keluar tenaga lwekang yang kuat sekali.
Dengan demikian, seketika dua kekuatan yang keras dan
dahsyat sekali telah saling bentur.
Diwaktu itu Say Ong To merasakan tenaganya seperti
terdorong, dan tubuhnya hampir saja terhuyung, namun
sebagai orang yang memiliki kepandaian telah tinggi, ia bisa
cepat menguasai dirinya, dan memperkuat kuda2 ke dua
kakinya! Tanpa menarik pulang tangannya dengan hanya memutar
tubuhnya, ia telah melakukan penyerangan pula dengan
gerakan yang cepat, dimana tangannya telah diputar dan
kemudian didorong, maka dari telapak tangannya mengalir
keluar pula angin yang kuat.
Liu Eng Tong tahu2 telah melompat tinggi dua tombak,
membarengi dengan mana, tampak tangannya telah
mengeluarkan sebuah seruling yang cukup panjang. Kemudian
seruling itu dibawanya kemulutnya, ia mulaib meniup
serulindgnya. Waktu Saya Ong To melakukban penyerangan yang bertubi2
pula, nampak Liu Eng Tong telah meniup serulingnya
sambil berkelit kesana kemari. Gerakannya begitu lincah dan
gesit sekali, sehinga tampaknya Liu Eng Tong tengah menarinari.
Say Ong To telah melakukan gempuran berulang kali dan
selalu gagal. Waktu Say Ong To tengah diliputi perasaan penasaran dan
marah, dimana ia tengah memperhebat tenaga gempurannya,
Liu Eng Tong mulai menghentikan tiupan pada serulingnya
dan mempergunakan serulingnya itu, yang ternyata terbuat
dari besi, untuk melakukan totokan di berbagai bagian
anggota tubuh Say Ong To.
Gerakan dari seruling Liu Eng Tong begitu cepat dan sulit
diikuti oleh pandangan mata manusia biasa, karena ujung
seruling itu menyambar-nyambar dengan cepat sekali.
Say Ong To yang menyaksikan lawannya telah
mempergunakan serulingnya untuk meng hadapi pukulan
telapak tangannya, mengeluarkan suara teriakan yang
menyerupai raungan, kemudian tangan kanannya mencabut
sebatang golok yang tadinya tersoren dipinggangnya.
"Mari, mari kita main2 dengan senjata, tetapi engkau harus
hati-hati, karena senjata tajam tidak bermata, jika lengah
sedikit saja, engkau bisa terbinasa !" kata Say Ong To.
Liu Eng Tong tertawa dingin, ia memutar serulingnya
dengan disertai pengerahan tenaga Iwekangnya, tubuhnya
bagaikan dilindungi oleh sinar serulingnya itu.
Dengan demikian, walaupun Say Ong To telah
menggerakkan goloknya membacok beberapa kali, namun ia
selalu gagal untuk mencapai sasaran, terbendung oleh sinar
seruling yang dilancarkan oleh Liu Eng Tong.
Say Ong To jadi semakin penasaran, ia mengeluarkan suara
raungan beberapa kali dan mempercepat bacokan2 goloknya.
Setiap gerakkan goloknya juga disertai tenaga sinkang yang
kuat sekali dengan demikian terlihat semakin lama kedua
orang yang tengah bertempur itu semakin terlibat dalam
pertandingan mempertaruhkan jiwa.
Liu Eng Tong menyadari juga, bahwa ia tidak bisa
meremehkan lawannya, serangan-serangan dari Say Ong To
benar-benar bisa mematikannya, kalau saja ia berlaku lengah
dan terk na serangan lawannya.
Semua orangb-orang gagah yadng berkumpul diatempat itu
jadib tertarik sekali.
Mereka semuanya terdiri dari orang2 yang hidupnya hanya
melatih ilmu silat, Maka sekarang diwaktu mereka bisa
menyaksikan pertarungan yang begitu seru antara Say Ong To
dengan Liu Eng Tong, dengan sendirinya membuat mereka


Pendekar Aneh Dari Kanglam Karya Sin Liong di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

jadi gembira sekali.
Dan semangat mereka juga jadi terbangun.
Tiba-tiba salah seorang diantara mereka, telah melompat
ketengah lapangan.
"Akupun ingin main-main beberapa jurus, siapa yang
hendak menemaniku?" tanya orang itu.
Semua orang mengawasinya dia adalah seorang lelaki
setengah baya dengan tubuh yang tegap dan berewok yang
lebat, hidungnya mancung sekali. Orang ini ternyata bukan
orang Tionggoan, jika bukan dari Nepal tentu dari Persia.
Rambutnya yang tumbuh keriting seperti itu juga
memperlihatkan bahwa ia merupakan jago asing.
Kwang le Liu sendiri yang telah menyaksikan jalannya
pertandingan antara Say Ong To dengan Liu Eng Tong, jadi
tertarik dan terbangun semangatnya. Melihat orang asing itu,
ia jadi gatal tangannya dan telah menjejakkan kakinya,
tubuhnya segera mencelat kedepan orang asing itu.
"Aku Malengku, meminta petunjuk dari para orang gagah
daratan Tionggoan, tentu sangat menggembirakan sekali
untuk main2 beberapa jurus...!" kata orang asing itu.
"Ya, aku akan menemani kau..!" kata Kwang Ie Liu sambil
tertawa. Bun Cie Sun yang menyaksikan hal ini, jadi menghela
napas, Jika dilihat perkembangan yang ada, tampaknya
keadaan akan kacau, dimana para jago2 yang telah berkumpul
ditempat tersebut akan saling mengadu ilmu dan kepandaian
mereka. Namun Bun Cie Sun juga tak bisa mencegahnya, ia hanya
mengawasi saja.
Waktu itut tampak Malengku telah menggerakkan kedua
tangannya yang berotot sangat besar dan tampaknya kuat
sekali. "Apakah kita main2 dengan tangan kosong atau kita
mempergunakan senjata tajam ?" tanya Malengku kemudian.
"Terserah kepada kau saja...!" menyahuti Kwang le Liu.
"Kita main-mainr dengan tangan tkosong saja dulqu," kata
Malengrku, suaranya keras, dan ia pun memberikan pula
dengan gerakan tangannya disusul dengan perkataan: "Aku
akan segera mulai !"
Ia merupakan seorang jago gulat dari negerinya, karena itu
cara menyerangnya juga bukan untuk menghantam,
melainkan untuk mencekal dan membanting, Gerakannya gesit
sekali, di-mana kedua tangannya memiliki kekuatan Gwa kang
(tenaga luar) yang terlatih baik.
Kwang le Liu tertawa perlahan, menghadapi seorang jago
Gwa kang seperti Malengku ini tentu saja ia tidak
mempergunakan kekerasan, ia mempergunakan tenaga lunak
dan kegesitannya, Dalam waktu yang singkat ia telah
mengelakkan tiga jurus dari cengkeraman tangan Malengku.
Sedangkan Malengku sendiri jadi penasaran. Dengan
mengeluarkan suara bentakan yang nyaring sekali, ia telah
mengulangi lagi untuk mencekal pergelangan tangan Kwang le
Liu. Samberan tangan Malengku tersebut meluncur dari kiri dan
kanan tubuh Kwang le Liu, dan waktu itu Kwang le Liu telah
menggeser kedudukan kedua kakinya. Dengan gerakan yang
sangat ringan, ia ingin melompat kebelakang Malengku untuk
menghajar tengkuk dari Malengku.
Tetapi waktu itu Malengku ternyata hanya melakukan
cengkeraman gertakan belaka, Begitu lawannya berkelit,
segera kakinya bergerak menggaet kaki Kwang le Liu, dan
kedua tangannya cepat sekali mendorong kuat punggung
Kwang le Liu. Kwang le Liu tidak menyangka akan menerima serangan
seperti itu, dia telah terlambat berkelit dan diwaktu itu
punggungnya terdorong kuat sekali, dan kakinya juga telah
tergaet oleh kaki Malengku, seketika itu pula tubuhnya
terjerambab dan akan jatuh kedepan.
Untung saja Kuangle Liu memiliki ginkang yang telah mahir,
maka dengan mengandalkan ginkangnya itu, dia tidak sampai
terjerambab mencium tanah. Dengan tubuh yang terhuyung
dua langkah, Kwang le Liu berhasil menguasai tubuhnya tidak
sampai terjatuh.
Namun waktu itu Malengku telah mengulurkan kedua
tangannya lagi bermaksud untuk mempergunakan
kesempatan itu guna mencengkeram kedua lengan Kwang le
Liu. Gerakan yang dilakukannya cepat sekali kedua tangannya
terjulur dengan lincah.
Kwang le Liu memperdengarkan suara dengusan dingin
karena ia mendongkol sekali tadi ia hampir saja terjerembab
akibat dorongan kedua tangan Malengku.
Sekarang melihat Malengku melakukan serangan lagi
padanya dengan kedua tangannya, Kwang Ie Liu sudah tidak
mau mem-buang2 waktu pula.
Dengan ginkangnya yang mahir, tubuhnya telah berputarputar
dan cepat bukan main kedua tangannya digerakkan
menyampok kedua pergelangan tangan Malengku.
Gerakan itu mengandung kekuatan sinkang yang hebat
sekali, karena itu, begitu kedua tangan Malengku kena
dibentur, seketika itu pula Malengku merasakan betapa
pergelangan tangannya seperti juga hendak patah.
Belum sempat Malengku menarik pulang kedua tangannya,
Kwang Ie Liu telah membentak nyaring: "Hemm. jika memang
aku tidak bisa merubuhkan engkau, aku bukan Kwang le Liu!"
dan setelah berkata begitu, tahu2 kedua tangannya
digerakkan beruntun dan menghantam ketubuh Malengku.
Gerakannya mendatangkan angin gempuran yang
berkesiuran kuat sekali.
"Bukkk....!" tubuh Malengku kena dihantam keras sekali
oleh tenaga sinkang yang dilancarkan oleh Kwang Ie Liu.
Tubuh Malengku telah terlambung ketengah udara dan
mengeluarkan suara jeritan kaget.
Waktu tubuhnya terbanting diatas tanah, ia meletik bangun
dengan cepat. Sebagai seorang akhli gulat, tentu saja Malengku bisa
menguasai jatuhnya tubuhnya tersebut sampai tidak
terbanting keras diatas tanah.
Cepat Malengku mengeluarkan subara teriakan sadmbil
menerjang amaju pula.
Kwanbg Ie Liu mendengarkan suara tertawa dingin, dan ia
menggerakkan lagi kedua tangannya menghadapi terjangan
Malengku dengan tenaga sinkangnya. Waktu terjangan
Malengku tiba, Kwan Ie Liu berkelit dan kedua tangannya
didorong kedepan tubuh Malengku.
Seketika Malengku telah terlambung ketengah udara lagi,
ambruk ditanah bergulingan tiga tombak jauhnya, sekarang
Malengku agak lambat berdiri, dan ia mengerang kesakitan.
Kwang Ie Liu tertawa.
"Apakah kita akan meneruskan permainan ini ?" tanya
sambil tetap tertawa.
Malengku telah bangkit dengan muka yang berobah merah
karena marah dan penasaran. Dan ia tidak roenyahuti
pertanyaan Kang Ie Liu, melainkan ia telah melompat
menyeruduk akan merangkul pinggang Kwang Ie Liu.
Melihat cara jago gulat tersebut melakukan terjangan
Kwang Ie Liu tertawa dingin.
Ia menjejakkan kedua kakinya, tubuhnya melambung
ketengah udara. Waktu itu tampak Malengku telah
menyeruduk lewat dibawah kakinya.
Mempergunakan kesempatan itu, Kwan Ie Liu telah
mempergunakan kedua kakinya menendang punggung
Malengku. "Bukk..!" seketika itu pula, tubuh Malengku telah
terjerambab. Dan disaat itu, segera terlihat pula, begitu terjerambab,
tubuh Malengku melingkar2 sambil mengeluarkan suara
erangan, karena ia tengah menderita kesakitan yang hebat
sekali. Rupanya tendangan yang dilakukan oleh Kwan Ie Liu jatuh
tepat pada jalan darah Tan bo-hiat dipunggungnya.
Melihat peristiwa itu, semua orang2 gagah yang berkumpul
ditempat tersebut jadi mengeluarkan suara sorak sorai yang
ramai sekali mereka banyak yang memuji akan kehebatan
Kwang le Liu. Diwaktu itu Bun Cie Sun telah menghela napas.
"Sudah... sudah..." teriaknya. "Bukankah kita telah sepakat
tidak akan mempergunakan kekerasan dalam merundingkan
urusan silat?"
Tetapi waktu itu, orang2 gagahb yang telah mendyaksikan
pertemapuran antara Kwbang Ie Liu dengan Malengku dan
juga pertempuran antara Say Ong To dengan Liu Eng Tong,
beberapa diantara mereka jadi terbangun semangatnya.
Dalam waktu yang singkat, telah ada enam orang yang
melompat ketengah lapangan, dan mereka berpisah menjadi
tiga pasang, yang saling bertempur untuk mengadu
kepandaian. Malengku sendiri setelah mengerang beberapa saat,
kemudian kembali kepinggir gelanggang, karena ia menyadari
bahwa pertempuran nya dengan Kwang Ie Liu jika diteruskan,
yang akan menderita kerugian adalah dirinya. Maka dari itu,
jago gulat tersebut telah menyingkir.
Kwang Ie Liu sendiri hendak kembali ke-tempatnya, tetapi
waktu itu telah melompat sesosok bayangan dengan gerakan
yang gesit sekali.
"Kwang Ie Liu Kiesu, aku hendak meminta petunjukmu....!"
dan begitu habis perkataan tersebut, dihadapan Kwang Ie Liu
telah berdiri seseorang.
Ketika Kwang Ie Liu mengawasinya dengan tegas, maka
segera mengenalinya.
"Tang Hujin.. kau ?" tanya Kwang Ie Liu.
Orang yang melompat kedepan Kwang Ie Liu memang
Tang Hujin, waktu mendengar perkataan Kwang Ie Liu, Tang
Hujin tertawa. "Ya, aku Tang Siu Moay ingin meminta beberapa petunjuk
dari kau...!" katanya dengan disertai anggukkan kepalanya.
Kwang Ie Liu menyenngai, katanya: "Namun... aku tidak
memiliki kegembiraan untuk main2 dengan kau, Tang
Hujin...!"
Muka Tang Hujin berobah merah.
"Apakah engkau menganggap diriku tidak pantas menjadi
lawanmu?" bentak Tang Hujin dengan suara yang dingin
mengandung kemarahan. "Apakah engkau merasa dirimu
sebagai orang yang terpandai dan memiliki kepandaian
tertinggi, sehingga tidak mau memandang sebelah mata
kepadaku ?"
"Bukan begitu...!" Kata Kwang Ie Liu ce pat. "Tetapi kita
sebagai sahabat lama, mana menggembirakan jika kita harus
saling mengukur ilmu dan kepandaian dengan cara piebu
seperti ini, terlebih lragi jika sampait salah seorang qdiantara
kita nranti jatuh sebagai korban...!"
Tang Hujin mengeluarkan suara dengusan tidak senang,
katanya: "Dalam urusan mengadu ilmu dan kepandaian ini,
tidak ada yang perlu dibicarakan atau diberatkan, Kita
memang sebagai sahabat lama, dan tentu saja kita bertanding
ilmu juga bukan untuk saling membinasakan... mengapa
engkau harus berkata begitu ?"
Kwang Ie Liu yang mendengar perkataan Tang Hujin, telah
mengangguk sambil katanya: "Baiklah, jika memang Tang
Hujin berkata begitu, tentu saja aku tidak bisa berkata apa2
lagi, selain menuruti perintah dari Tang Hujin untuk mengadu
tangan." Tang Hujin mendengus, "Hemmm, engkau sesungguhnya
memang tidak memandang sebelah mata kepadaku, baiklah...
baiklah, nanti setelah kita mengadu kepandaian, barulah kita
lihat, apakah kepandaianmu yang lebih tinggi atau
kepandaianku yang berada diatas kepandaianmu itu...!"
Setelah berkata begitu, Tang Hujin tampak nya tidak sabar
lagi, ia telah mengulurkan tangannya kepinggang mencabut
pedangnya. "Sringgg .. .!" cahaya pedang yang berkilauan tertimpa
cahaya rembulan, telah meluncur menyambar kearah bahu
Kwang Ie Liu. Kwang le Liu terkejut juga melihat Tang Hujin begitu
mencabut senjatanya segera melakukan penikaman
kepadanya. Tetapi Kwang le Liu memiliki mata yang jeli, ia telah
melihat datangnya sinar pedang, dengan cepat ia berkelit
kesamping. "Jika kita main2 dengan mempergunakan senjata tajam,
tentu bisa membahayakan diri kita," kata Kwan le Liu, "Lebih
baik kita main main dengan mempergunakan tangan kosong
saja...!" "Jangan banyak bicara lagi, cabutlah senjatamu!" kala Tang
Hujin, Kwang le Liu mengeluarkan suara tertawa kecil, kemudian
katanya: "Baiklah...!" dan tangannya telah merabah
kepinggangnya tahu2 ia telah mengeluarkan sebuah pedang
lemas yang semula dilibatkan dipinggangnya.
Pedang itu tentunya sebatang pedang mustika yang terbuat
dari berbagai bahan campuran logam yang memiliki kekuatan
dahsyat, karena disamping pedang tersebut lemas bisa
dilibatkan dipinggang juga pedang itu memiliki ketajaman
yang luar biasa, bisa menabas putus pedang biasa ataupun
logam biasa dengan mudah sekali.
Melihat Kwang le Liu memiliki senjata mustika seperti itu,
alis Tang Hujin jadi berdiri.
"Hemmm, dengan mengandalkan pedang mustika engkau
tentunya hendak menindih diriku..!" kata Tang Hujin, "Tetapi
aku tidak jeri... mari kita mulai, jagalah seranganku."
Dan tanpa gentar sedikitpun juga, tampak Tang Hujin telah
menggerakkan pedangnya, yang berkelebat kembali menikam
kearah bahu Kwang Ie Liu.
Pedang Tang Hujin berkelebat secepat kilat kearah bahu
Kwang le Liu. Tetapi Kwang le Liu tetap berdiri ditempatnya tanpa
bergeming, ia menantikan sampai senjata lawannya telah
datang dekat, baru dia menggerakkan pedang ditangannya
untuk menangkis.
Tang Hujin mana mau membiarkan pedangnya dibentur
oleh pedang mustika Kwang le Liu, maka begitu kedua pedang


Pendekar Aneh Dari Kanglam Karya Sin Liong di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

itu hampir saling bentur, ia telah menarik pulang pedangnya,
kemudian baru melakukan tikaman berikutnya.
Setiap jurus yang dipergunakan oleh Tang Hujin cepat dan
berbahaya sekali, tampaknya nyonya tua tersebut memiliki
kiam-hoat (ilmu pedang) yang amat tinggi dan baik.
Angin tikaman pedangnya berkesiuran keras dan sinar putih
ke-perak2an berkelebat kesana kemari dengan gerakan yang
sangat cepat sekali.
Kwang Ie Liu yang telah dihujani oleh tikaman dan tabasan
yang begitu beruntun dari Tang Hujin, jadi tidak bisa berdiri
diam tberus ditempatnyda, ia juga telaah memutar pedanbg
mestikanya dan kemudian melompat kesana kemari sambil
balas melakukan tikaman.
Tang Hujin tidak berhenti sampai disitu saja, waktu ia
melihat Kwang Ie Liu berusaha mengandalkan pedang
mustikanya, iapun mengambil taktik penyerangan yang lain
pula, ia kini selain melancarkan tikaman, seringkali pedangnya
itu dipergunakan untuk menikam kepada pergelangan tangan
kanan Kwang Ie Liu, guna memaksa Kwang Ie Liu melepaskan
pedang mustikanya tersebut.
Setiap kali Kwang Ie Liu menarik tangannya mengelakkan
tikaman itu, Tang Hujin kembali melancarkan tikaman yang
beruntun keberbagai anggota tubuh Kwang Ie Liu.
Dengan cara seperti ini, tampaknya Kwang le Liu mulai
sibuk sekali mengelak diri kesana kemari, karena ia selalu
berusaha menghindarkan tangannya dari tikaman pedang
Tang Hujin. Tang Hujin yang melihat usahanya memberikan hasil,
segera mempergencar serangan pedangnya yang selalu
menuju kearah pergelangan tangan Kwang Ie Liu.
Jika memang Tang Hujin melancarkan tikamannya
keberbagai anggota tubuh dari Kwang Ie Liu, tentu Kwang Ie
Liu bisa saja mempergunakan pedang mustikanya tersebut
untuk menangkis, dan yang akan menderita kerugian adalah
Tang Hujin sendiri.
Tetapi sekilas jurus Tang Hujin selalu melancarkan
tikamannya dengan cepat dan beruntun kearah pergelangan
tangan, dengan demikian, berulang kali Tang Hujin memaksa
Kwang Ie Liu harus mengelakkan pergelangan tangannya
tersebut tanpa sanggup menangkis dengan pedangnya.
Gerakan dan jurus dari kedua orang tersebut merupakan
ilmu pedang tingkat tinggi, mereka selalu mempergunakan
jurus yang bisa mematikan.
Dengan demikian, tampaknya mereka memang berusaha
untuk dapat merubuhkan lawannya masing2. Terutama sekali
Tang Hujin,yang bernafsu sekali melancarkan tikaman untuk
merubuhkan lawannya.
Kwang Ie Liu setelah mengelakkan pergelangan, tangannya
belasan kali dari inceran mata pedang Tang Hujin, dia telah
mberobah cara berdsilatnya. sekaraang dia sudah tbidak
menantikan Tang Hujin melancarkan tikaman, ia yang
mendahului melakukan tikaman-tikaman mendesak Tang
Hujin. "Maaf Tang Hujin, aku terpaksa melakukan serangan
seperti ini..." kata Kwang Ie Liu sambil menggerakkan
pedangnya dengan cepat.
Setiap jurus yang dipergunakan Kwang Ie Liu merupakan
jurus ilmu pedang yang aneh sekali dimana pedang
mustikanya yang lemas itu bergerak melibat kesana kemari,
menabas dan menyerang.
Jika Kwang Ie Liu mengerahkan tenaga Iwekengnya, maka
pedangnya seketika menjadi kaku dan bisa dipergunakan
untuk menikam. tetapi juga Kwang Ie Liu sering
mempergunakan tenaga lunak untuk melemaskan pedangnya
yang bisa dipergunakan sebagai gantinya joan-pian, yaitu
cambuk lemas, untuk melibat pedang Tang Hujin.
Melihat cara Kwang Ie Liu menggerakkan pedangnya untuk
mendesak dirinya. Tang Hujin semakin kena jadi semakin
terdesak Tetapi sebagai seorang lie-hiap (pendekar wanita) yang
memiliki kepandaian tinggi dan pengalaman yang luas selama
puluhan tahun berkelana dalam rimba persilatan, tentu saja
Tang Hujin tidak mau menyerah kalah begitu saja. Dengan
tiba-tiba dia telah merobah lagi cara bertempurnya. Kini
pedangnya lebih banyak menyambar kearah kedua paha
Kwang Ie Liu. Pedang Tang Hujin berkelebat-kelebat cepat sekali kearah
paha Kwang le Liu, kalau sampai paha Kwang le Liu terkena
tikaman, tentu akan membuat ia bertempur tidak leluasa.
Kwang le Liu mengeluarkan suara tertawa nyaring, ketika
suatu kali pedang Tang Hujin tengah menyambar tiba,
diwaktu itulah ia telah menggerakkan pedang mustikanya.
"Trang...!" pedang itu seketika tertabas dan putus.
Muka Tang Hujin berobah jadi pucat.
"Nah, Tang Hujin," kata Kwang le Liu sambil merangkapkan
kedua tangannya, "Maafkan aku telah turun tangan rada
keras..!" Muka Tang Hujinr dari pucat jadti berobah merahq kembali,
dan tranpa mengucapkan sepatah katapun, ia ambil patahan
pedangnya dan kembali ketempatnya.
Sedangkan Kwang le Liu telah melibatkan kembali
pedangnya tersebut dipinggangnya, ia pun kembali keluar
gelanggang berdiri didekat Sin Coa Tung Hiap.
"Hebat sekali kepandaian yang Kwang Kie su miliki," kata
Sin Coa Tung Hiap memuji.
"Itu hanya main2 dengan jurus yang buruk saja" kata
Kwang le Liu merendahkan diri.
Waktu itu, pasangan jago yang saling mengadu kepandaian
berjumlah belasan orang dan mereka tengah saling serang
satu dengan yang lainnya, Semakin lama jumlah mereka
semakin banyak.
Walaupun banyak juga korban2 yang berjatuhan, namun
mereka umumnya hanya terluka sebab sejauh itu belum ada
yang sampai terbinasa.
Bun Cie Sun yang menyaksikan hal ini jadi berdiam diri
saja, karena ia memang tidak bisa menguasai keadaan lagi,
pertemuan dari para orang2 gagah tersebut masih
berlangsung terus dengan ramainya oleh suara bentrokan2
senjata mereka, dan sang malam kian larut juga...
Mari kita tinggalkan sejenak pertempurab para orang-2
gagah tersebut, kita menengok kepada Bu Bin An, yang waktu
itu tengah berada diperkampungan Tang-ko-ceng.
Karena perkampungan tersebut kecil dan sedikit
penduduknya, lagi pula memang tidak ramai dikunjungi oleh
orang2 yang pesiar, maka diperkampungan tersebut tidak
memiliki sebuah penginapanpun juga, Bu Bin An telah
bermalam disebuah rumah penduduk, pemilik rumah tersebut
seorang pria tua berusia enam puluh tahun, hanya tinggal
seorang diri, tanpa anak atau isteri, hidup sendiri saja.
Dari pemilik rumah tersebut Bu Bin An mendengar bahwa
belakangan ini banyak sekali orang2 asing yang singgah di
perkampungan tersebut. Dan dilihat dari pakaian mereka,
menurut pemilik rumah itu, bahwa orang-2 tersebutmerupakan
orang2 yang biasa berkelana dalam rimba
persilatan. Pemilik rumah tersebut juga mengatakan dia mendengar
orang2 itu membicarakan persoalan pertemuan di Hoa-san.
Tetapi sebagai penduduk kampung yang tidak mengerti ilmu
silat, ia tidak mengetahui banyak mengenai maksud orangorang
tersebut. Bu Bin An yang mendengar cerita pemilik rumah tersebut,
jadi tertarik hatinya. Memang perkampungan Tang-ko-cung
hanya terpisah tiga puluh lie dari kaki gunung Hoa-san
disebelah Timur.
Diwaktu Bin An juga lelah memutuskan ia ingin pergi ke
Hoa-san. Setelah bermalam satu malaman, keesokan paginya Bu Bin
An melanjutkan perjalanannya lagi, dia mengambil jalan
kearah barat untuk mencapai gunung Hoa-san. Letak
perkampungan Tang-ko-cung yang terpisah disebelah timur
terhalang oleh sebuah bukit, sehingga Bu Bin An harus
menempuh perjalanan yang memutari bukit tersebut dan ia
harus menempuh perjalanan itu satu hari lamanya, dimana
sore hari barulah ia tiba dikaki gunung tersebut
Karena memang tidak memiliki urusan yang penting, maka
Bin An melakukan perjalanan per-lahan2, ia menikmati
pemandangan dari pegunungan tersebut yang indah. Dalam
perjalanannya mendaki gunung tersebut, Bin An-juga sering
berpapasan dengan beberapa orang rimba persilatan, yang
pakaian dan keadaan mereka cukup aneh, tetapi Bin An tidak
mengacuhkan mereka, dan banya memandang sejenak,
kemudian tidak memperdulikannya.
Bin An mengetahui tentunya orang2 tersebut tengah
menuju kepuncak gunung, untuk menghadiri pertemuan di
Hoa-san tersebut.
Waktu tiba disebuah lamping gunung, Bin An telah rebah
beristirahat dibawah pohon, dan ia bermaksud untuk
memelihara tenaganya.
Tetapi menjelang tengah malam, samar2, Bin An
mendengar suara membenturnya senjata tajam, ia terlompat
dari rebahnya dan telah memandang sekelilingnya.
Suara benturan2 senjata tajam tersebut samar sekali dan
perlahan, Bin An cepat teringat mungkin para orang2 pandai
yang berkumpul di Hoa-san mulai melakukan pertandingan.
Setelah merapihkan pakaiannya, Bin An mempergunakan
Ginkangnya berlari menuju kearah datangnya suara benturan
senjabta tajam tersebdut.
Setelah bera-lari2 sepeminubman teh, maka tiba di
lapangan rumput yang luas, dimana berkumpul banyak sekali
orang2 rimba persilatan.
Namun karena waktu itu orang2 persilatan yang tengah
berkumpul dilapangan rumput itu sibuk menyaksikan
pertempuran yang tengah berlangsung dengan sendirinya
kehadiran Bin An tidak menarik perhatian mereka.
Bin An telah menggabungkan diri dengan orang-orang yang
tengah berdiri berkumpul di-luar gelanggang pertempuran dan
ikut menyaksikan pertandingan2 yang tengah berlangsung
dari orang2 tersebut.
Tetapi ada seorang yang memperhatikan kehadiran Bin An.
Dia tidak lain dari Sin Coa Tung Hiap.
Sejak munculnya Bin An ditempat tersebut secara diam2
Sin Coa Tung Hiap telah memperhatikannya, karena dia
melihat Bin An datang dengan cepat dan gesit sekali, dimana
ginkangnya juga tinggi sekali. Maka dia mau menduga bahwa
pemuda ini tentunya datang untuk ikut ambil bagian dalam
pertemuan di Hoasan ini.
"Dia berusia masih muda, tetapi tampaknya ia memiliki
kepandaian yang tinggi sekali.!" diam-diam Sin Coa Tung Hiap
Gu Ping An telah berpikir "Dau dilihat dari ginkangnya,
rupanya ia tidak berada dibawah kepandaian ginkangku !"
Karena berpikir begitu, Sin Coa Tung Hiap telah menoleh
kepada Kwang Ie Liu, katanya dengan suara yang perlahan:
"Kwang Kiesu... apakah engkau melihat pemuda itu ?"
"Pemuda yang mana?" tanya Kwang Ie Liu heran.
Sin Coa Tung Hiap telah menunjuk kearah tempat dimana
Bin An tengah berdiri diantara orang-orang yang berkumpul
disebelah kanan dari gelanggang pertempuran itu.
Kwang le Liu telah menoleh kearah yang ditunjuk oleh Sin
Coa Tung Hiap. Segera juga ia melihat Bin An.
"Ada apa dengan pemuda itu ?" tanya Kwang Ie Liu
kemudian. "Agaknya dia luar biasa sekali, tadi dia datang dengan
ginkang yang mahir sekali, tubuhnya juga seperti terbang
melesat tanpa menginjak tanah.
Mfendengar perkataan Sin Coa Tbung Hiap Kwang dIe Liu
tersenyuam. "Usianya masbih begitu muda, mana mungkin ia bisa
memiliki kepandaian yang begitu tinggi...?"
"Tetapi tadi aku telah melihat dia memiliki ginkang yang
benar2 sangat mengagumkan sekali."
Kwang Ie Liu jadi penasaran, ia mengangguk dan katanya:
"Baiklah, biar aku mencoba nya untuk mengetahui apakah ia
memiliki kepandaian yang tinggi atau tidak..!"
Sin Coa Tung Hiap juga menyetujui maksud Kwang Ie Liu
hendak menguji Bin An.
Sedangkan Bin An waktu itu tengah asyik menyaksikan
pertandingan yang masih berlangsung antara belasan orang2
yang mengadu kekuatan dan ilmu ditengah gelanggang. Dan
ia baru terkejut waktu merasakan didekat pinggangnya
berkesiuran angin dingin.
Sebagai seorang pemuda yang memiliki kepandaian tinggi,
Bin An tidak menjadi gugup, ia hanya mengempiskan perutnya
dan memiringkan pinggangnya sedikit, maka serangan gelap
yang hendak menotok pinggangnya telah dapat dielakkan.
Dan Bin An tidak bertindak sampai disitu saja, begitu ia
berhasil mengelakkan diri dari totokan tersebut, ia telah
mengibaskan tangan kanannya, kelima jari tangannya
terpentang, ia bermaksud mencengkeram pergelangan tangan
penyerangnya. Namun cengkeraman tangannya itu jatuh ditempat kosong,
sebab penyerangnya telah menarik pulang tangannya dengan
cepat. Diwaktu itu, tampak Bin An cepat-cepat memutar tubuhnya
memandang orang yang membokongnya.
Segera juga ia melihat seorang lelaki tua berjenggot
dengan pakaian yang aneh, yaitu gaun wanita. Orang2 yang
berada dekat orang tua itu tengah asyik memperhatikan
jalannya pertandingan ditengah gelanggang, maka Bin An
dapat memastikan bahwa orang tua inilah yang telah
melakukan totokan menggelap-padanya.
"Lopeh (paman), mengapa engkau melakukan totokan
menggelap kepadaku ?" tanya Bin An.
Orang yang ditegur oleh Bin An memang tidak lain dari
Kwang Ie Liu, telah tersenyum.
"Benar2 engkau memiliki kepandaian yang lumayan
tingginya...!" dan setelah berkata begitu, ia telah
menggerakrkan tangannya, tsambil katanya:q "Coba kau
terirma satu jurus lagi...!"
Bin An kaget melihat orang tua itu mengulurkan jari
tangannya yang terpentang lebar akan mencengkeram


Pendekar Aneh Dari Kanglam Karya Sin Liong di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

dadanya. Gerakan yang dilakukan oleh Kwang Ie Liu lebih
mirip dengan gerakan Eng-jiauw (llmu cengkeraman kuku
garuda), dimana jika dada seorang kena di-cengkeram, tentu
akan pecah hancur. Dengan demikian, Bin An tidak bisa
berdiam diri. Cepat sekali ia menggeser kedudukan tubuhnya untuk
menghindarkan diri.
Namun karena cepatnya serangan yang dilakukan oleh
Kwang Ie Liu secara tiba2 begitu, dengan demikian ia jadi
tidak bisa mengelakkan diri begitu saja. Tangan kanan Bin An
juga bergerak cepat sekali, ia telah menguIurkannya untuk
menotok sikut tangan dari orang tua tersebut.
Gerakan yang dilakukan oIeh Bin An merupakan totokan
yang bisa memutuskan sambungan tulang sikut, maka Kwang
le Liu yang melihat datangnya balasan serangan dari
sipemuda, telah membatalkan serangannya dan menarik
pulang lagi tangannya.
"Benar2 engkau memiliki kepandaian yang tinggi." kata
Kwang le Liu, "Apakah kedatanganmu kemari untuk ikut ambil
bagian mengadu kepandaian?"
Bin An telah berdiri tetap ditempatnya dan setelah
mengawasi tajam2 kepada Kwang le Liu dia menggeleng,
katanya: "Tidak... hanya secara kebetulan saja aku lewat
ditempat ini, dan melihat ada keramaian ini, aku bermaksud
hendak menyaksikannya..."
"Hem, siapa gurumu?" tanya Kwang Ie Liu pula, "Dengan
melihat kepandaianmu yang begitu tinggi, tentu engkau murid
dari seorang yang ternama..."
Bun An cepat-cepat merangkapkan kedua tangannya
memberi hormat.
"Maafkan, aku mempunyai kesulitan untuk mengatakan
siapa guruku..."
"Hemm, siapa she dan namamu?" tanya Kwang le Liu.
Mendengar Kwang Ie Liu bertanya-tanya terus seperti itu,
hati Bin An mulai tidak senang, ia telah memaksakan diri
untuk bersenyum, katanya: "Aku she Bu dan bernama Bin
An..." "Hemmm, Bu hiante, engkau memiliki kepandaian yang
tinggi, tentunya engkau berhasrat untuk ambil bagian...
maksudku dalam pertemuan orang-orang pandai di Hoa-san
ini... sama seperti halnya aku siorang tua Kwang le Liu yang
memang mengambil bagian juga, dengan kedatanganmu
kemari, tentu saja engkau telah menambah semaraknya
pertemuan ini...!"
Bin An cepat-cepat menyahuti: "Aku hanya memiliki satu
dua jurus ilmu silat saja... Maka dari itu, aku tidak berani
untuk main-main dengan para pendekar gagah..."
"Hemm, engkau terlalu merendahkan diri." kata Kwang Ie
Liu. Waktu itu Sin Coa Tung Hiap juga telah menghampiri
mereka, sambil tertawa Sin Coa Tung Hiap telah berkata rada
keras: "Hiante, kepandaianmu memang benar2 tinggi, rupanya
mataku tidak salah..!"
Muka Bin An menjadi berobah merah.
"Kiesu tarlalu memuji...!" katanya cepat, "Aku hanya
mengerti satu dua jurus saja..!"
"Aku she Gu dan bernama Ping An... sahabat-sahabat
didalam rimba persilatan memanggilku dengan sebutan Sin
Coa Tung Hiap...!" kata Sin Coa Tung Hiap memperkenalkan
diri. "Siauwte she Bu dan benama Bin An...!" kata Bin An sambil
membalas hormat Gu Ping An.
Begitulah, mereka jadi berkenalan dan bercakap-cakap.
membicarakan perihal orang2 tengah bertanding itu,
menduga-duga siapa yang akan muncul sebagai
pemenangnya. Saat itu, orang2 yang lengah saling mengadu kepandaian
telah berjumlah lebih banyak dari sebelumnya, karena mereka
masing2 merasa bahwa ilmu dan kepandaian mereka lebih
tinggi diri orang2 yang berada ditempat tersebut, maka
masing-masing berusaha untuk menonjolkan kepandaian
mereka. Tiba-tiba seorang yang berpakai tambalan disana sini
seperti pengemis, telah melompat ke tengah lapangan ia
menghadap kepada Bun Cie Sun sambil berkata: "Orang she
Bun, engkau telah menyelenggarakan pertemuan ini, tentunya
engkau memiliki kepandaian yang bisa diandalkan dengan
berani mengeluarkan undangan untuk sahabat-sahabat rimba
persilatan. Aku Kim-hoa-ie(pakaian Bunga Emas) Liang Cun
ingin sekali main-main beberapa jurus untuk mendapat
petunjuk dari kau orang she Bun..!"
Bun Cie Sun menghela napas.
"Tetapi sesungguhnya maksudku mengundang para
sahabat rimba persilatan bukan untuk bertempur seperti ini,
aku bermaksud untuk merundingkan ilmu silat sambil
membentuk serbuan perkumpulan dan mencari seorang
pemimpin diantara kita...!"
"Yah, walaupun demikian, kita sebagai orang2 rimba
persilatan, tentu saja yang setiap harinya berkecimpung
melatih diri untuk ilmu siiat, tidak akan terlepas dari urusan
bertempur. Sekarang aku Liang Cun mengundang kau orang
she Bun untuk memberikan petunjuk kepadaku...!" dan
setelah berkata begitu, Liang Cun merangkapkan tangannya
memberi hormat.
Tetapi baik kata-kata maupun sikapnya itu memperlihatkan
bahwa Liang Cun sesungguhnya tengah mendesak Bun Cie
Sun, yang di tantangnya untuk mengadu ilmu.
Bun Cie Sun juga tidak bisa menampiknya lagi. Terlebih lagi
ia didalam rimba persilatan memiliki nama yang sangat
terkenal, sekarang ditantang demikian rupa, memaksa ia
harus menerimanya, maka Bun Cie Sun sudah tidak memiliki
pilihan lain, hanya melompat ketengah gelanggang, berdiri
berhadapan dengan Liang Cun, orang yang berpakaian
tambal-tambalan tersebut.
Kim-hoa-Ie Liang Cun telah tertawa.
"Bagus...!" katanya kemudian, "MuIailah engkau
memberikan petunjuk padaku..."
Bun Cie Sun dengan sabar menyahuti: "Aku akan menerima
tiga serangan dari Kiesu tanpa membalas, silahkan
menyerang!"
Muka Liang Cun jadi berobah merah.
"Ohhh, angkuh sekali kau orang she Bun..." katanya, "Baik,
baik, ini adalah permintaanmu... terimalah seranganku !" dan
setelah berkata begitu, tubuh Liang Cun cepat sekali telah
menerjang dan melancarkan pukulan yang kuat sekali kepada
Bun Cie Sun. serangannya sulit sekali untuk dielakkan, karena
ia telah menggerakkan kedua tangannya dengan jurus yang
aneh sekali, yaitu seperti juga seekor burung garuda yang
tengah menerkam mangsanya,
Dengan tangan kirinya mencengkeram kearah kepala Bun
Cie Sun, sedangkan tangan kanannya diulurkan untuk
meremas perut orang she Bun itu.
Tetapi Bun Cie Sun tetap berdiri tenang ditempatnya, sama
sekali ia tidak bergerak dari tempat berdirinya itu, hanya
mengawasi datangnya serangan tersebut dengan mata yang
memandang dingin, ia telah melihat betapa pukulan dan
cengkeraman yang dilakukan oleh lawan nya itu memiliki
kekuatan tenaga dalam yang dilakukan oleh lawannya itu
memiliki kekuatan tenaga dalam yang cukup kuat.
Tetapi sebagai seorang tokoh persilatan yang memang
memiliki kepandaian silat sangat tinggi, Bun Cie Sun telah
memandang enteng pada cara menyerang lawannya. Diwaktu
cengkeraman dan remasan tangan dari Liang Cun hampir
mengenai bajunya maka diwaktu itulah Bun Cie Sun baru
bergerak dengan tubuh yang ringan kearah samping kanan,
kemudian ia telah menyampok dengan tangan kanannya,
maka seketika itu juga terlihat tubuh Liang Cun terhuyung dua
langkah, seperti juga dirinya telah disampok oleh suatu
kekuatan yang sangat dahsyat.
Bukan main terkejutnya Liang Cun, tetapi ia hanya tertegun
sejenak, karena begitu ia berhasil menguasai tubuhnya tidak
terhuyung lagi, cepat luar biasa ia telah menyerang dan
melompat menerkam lagi !
Kali ini terkaman yang dilakukannya jauh lebih hebat
dibandingkan dengan cengkeraman atau remasan yang
pertama tadi. Kim-hoa-ie Liang Cun memang memiliki
kepandaian yang tinggi dan terlatih baik, karena itu dalam
segebrakan dia telah bisa dibuat terhuyung seperti itu,
membuat ia jadi penasaran bukan main.
Dengan demikian kali ini ia mempergunakan tenaga
dalamnya tidak tanggung2 lagi ia telah menggerakkan delapan
bagian dari seluruh kekuatan yang ada padanya.
Sedangkan Bun Cie Sun mengeluarkan suara tertawa
dingin, dan kemudian telah berkelit lagi dari terjangan
lawannya, katanya "serangan yang kedua, hanya tinggal, satu
jurus lagi, aku akan segera membalas..!"
Bukan main gusarnya Liang Cun, dia telah dua kali gagal
menyerang lawannya. Karena itu waktu ia menyerang untuk
ketiga kalinya dia sudah menggerakkan kedua tangannya
dengan seluruh kekuatan tenaga Iwekangnya yang dimilikinya.
Bun Cie Sun mendengus lagi, seperti juga ia tetap tidak
memandang sebelah mata kepada serangan yang dilancarkan
lawannya, ia telah mengeluarkan suara bentakan nyaring,
tangannya digerakkan mendorong lawan.
Dan disaat itu dari telapak tangannya mengalir keluar
serangkum angin yang kuat sekali, menerjang kepada Liang
Cun. "Bukkk..." tenaga gempuran Liang Cun telah berhasil
ditangkis oleh Bun Cie Sun, di mana tenaga mereka saling
bentur dengan kuat sekali, tubuh Bun Cie Sun telah tergetar
keras, sedangkan tubuh Liang Cun terlempar dua tombak
lebih. Disaat itulah Bun Cie Sun telah mengeluarkan suara
tertawa yang panjang, kemudian disusul dengan kata2nya:
"Kini telah habis tiga jurus, dan sudah menjadi bagianku untuk
membalas menyerang padamu, karena aku telah mengalah
tiga jurus penuh..."
Berbareng dengan perkataannya itu, tubuh Bun Cie Sun
seperti juga bayangan saja, berkelebat-kelebat kesana kemari
lincah sekali, sepasang tangannya juga digerak-gerakkan,
maka seperti juga angin dari pukulannya itu mengurung tubuh
lawannya. Bukan main terkejutnya Liang Cun, karena ia merasakan
dadanya jadi sesak dan napasnya tersendat sulit sekali, karena
sekujur tubuhnya bagaikan ditindih oleh suatu kekuatan yang
tak tampak, namun hebat sekali.
Dengan mengeluarkan suara raungan yang keras, Liang
Cun berusaha memutar kedua tangannya bergantian, Gerakan
itu untuk memusatkan seluruh kekuatan tenaga dalamnya,
guna disalurkan pada kedua tangannya, dimana ia berusaha
memberikan perlawanan terhadap tekanan tenaga lawan.
Berulang kali terdengar suara-suara benturan dari dua
kekuatan tenaga dalam tersebut, dan begitu pula tubuh Liang
Cun berulang kali terhuyung. Dan sampai pada jurus
kesembilan, cepat sekali Bun Cie Sun telah menggerakan
tangan kanannya yang dilonjorkan kearah Liang Cun,
kemudian tangan kirinya ditekuknya ke dekat dadanya. Dan
tenaga dalam yang disalurkannya itu sangat menakjubkan
sekali. "Bukkk...!" tidak ampun lagi tubuh Liang Cun terpental
melayang ditengah udara dan kemudian meluncur jatuh
keatas tanah dengan mengeluarkan suara gedebukan yang
amat keras sekali, diiringi pula dengan suara jerit kesakitan
dari Liang Cun.
Bun Cie Sun berdiri di tempatnya dengan sikap yang amat
kalem, dia hanya tersenyum dan tidak mengejar lawannya
pula. "Kukira sudah cukup...!" kafa Bun Cie Sun waktu Liang Cun
tengah merangkak untuk bangun berdiri, "Dan kau kembaIilah
ke tempat mu!"
Liang Cun memandang bengis kepada Bun Cie Sun, ia
berkata dengan sengit. "Aku belum kalah, terimalah
seranganku kembali...!" dan sambil membentak begitu, ia juga
telah bergerak lagi, tubuhnya cepat sekali menerjang kepada
Bun Cie Sun, tanpa memperdulikan keselamatannya pula.
Tetapi Bun Cie Sun sebagai seorang tokoh-persilatan yang
memiliki kepandaian tinggi, tentu saja tak mau berdiam diri, ia
menyalurkan tenaga lwekangnya untuk menangkis gempuran.
"Blukkk...!" kembali tubuh Liang Cun telah terpental, dan
pada waktu itu ia juga mengerang kesakitan. sebab kedua
pergelangan tangannya telah patah!
Banyak orang2 rimba persilatan yang memuji akan
kehebatan Bun Cie Sun waktu melihat cara orang she Bun itu
membereskan lawan nya tersebut.
Bu Bin An sendiri yang menyaksikan pertempuran itu jadi
memuji didalam hati, karena dilihatnya kepandaian yang
dimiliki Bun Cie Sun merupakan kepandaian tingkat tinggi,
dimana jarang orang2 rimba persilatan bisa memiliki kekuatan
tenaga dalam seperti itu.
Bun Cie Sun sendiri telah tersenyum dengan sikap yang
tenang, katanya: "Jika engkau memaksa untuk bertempur
terus denganku, hemm, kukira engkau hanya akan mencelakai
dirimu sendiri...pergilah!"
Dengan perasaan malu Liang Cun telah merangkak bangun
dan kemudian menyelinap diantara rombongan orang2 gagah
lainnya, ia telah berlalu dari tempat tersebut, ia telah
terpatahkan tulang kedua tangannya, berarti dia tidak bisa
bertempur lebih lanjut. Dan juga tadi, gempuran yang
dilakukan Bun Cie Sun telbah merusak tenadga dalamnya,
yaang jadi lenyap btiga atau empat bagian.
Dengan demikian, tanpa tenaga dalam yang penuh dan
tulang kedua pergelangan tangannya yang patah, bagaimana
ia bisa bertanding dengan jago2 lainnya" sedangkan untuk
merubuhkan Bun Cie Sun saja ia tak memiliki kesanggupan.
Tetapi Liang Cun berlalu dengan hati yang dendam pada
Bun Cie Sun, ia juga telah bertekad untuk kelak mempelajari
ilmu silat yang lebih tinggi Iagi, dan jika telah memperoleh
kepandaian yang lebih tinggi, ia ingin mencari Bun Cie Sun
untuk memperhitungkan sakit hatinya ini.
Sedangkan Bun Cie Sun telah kembali ketempat duduknya,


Pendekar Aneh Dari Kanglam Karya Sin Liong di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Namun baru saja ia hendak berkata-kata, waktu itu telah
loncat lagi ke tengah lapangan sesosok tubuh, dengan
gerakan yang sangat ringan sekali.
Tubuh orang itu pendek, tetapi suaranya seperti genta
pecah waktu ia berkata: "Bun Cie Sun, aku Kuo Lin Siang ingin
meminta petunjuk juga darimu...!"
Semua orang waktu melihat orang bertubuh pendek
tersebut melompat ketengah lapangan itu jadi terkejut. Karena
mereka segera juga mengenalinya bahwa Kou Lin Siang
adalah seorang iblis yang malang melintang dipropinsi Ho Pei
dan memiliki nama yang tidak kecil.
Selain kepandaiannya yang tinggi, dia juga memang
bertangan telengas, sehingga setiap lawannya yang bertempur
dengannya, jika tidak bercacad tentu terbinasa. Namanya juga
telah menggetarkan kalangan hekto (jalan hitam) dari rimba
persilatan. Sekarang Kuo Lin Siang telah muncul di tempat tersebut
dan juga menantang Bun Cie Sun, dengan demikian, tentu
sebuah pertempuran yang hebat tidak bisa diletakan lagi.
Bun Cie Sun sendiri segera mengenali iblis pendek itu, ia
mengangguk sambil tersenyum.
"Ya, tadi aku telah terlanjur melayani orang she Liang itu
berarti tidak adil jika sekarang aku menolak tantanganmu itu
Kuo Kiesu (orang gagah she Kuo)...!"
Berbareng dengan selesainya perkataannya itu, segera
tubuhnya melompat ketengah lapangan, dengan gerakan yang
ringan ia telah melompat kedekat Kuo Lin Siang.
Tetapi Kuo Lin siang memang bebnar2 merupakan diblis
yang berhaati kejam dan bbertangan telengas, tanpa menanti
Bun Cie Sun dapat berdiri tetap ditempatnya, tangan
kanannya telah digerakkan menyerang dengan kuat dan
mematikan kearah dada Bun Cie Sun.
Sepasang alis Bun Cie Sun jadi mengkerut karena diwaktu
ia melihat cara menyerang dari iblis pendek she Kuo tersebut,
ia memperoleh kenyataan serangan itu merupakan serangan
yang kejam dan bisa mematikan. Maka tanpa menanti lagi
tibanya gempuran itu, cepat bukan main ia telah mengibaskan
tangan kanannya untuk menangkis.
Gempuran yang dilancarkan oleh Kuo Lin Siang
mengandung kekuatan tenaga lwekang yang bisa
menghancurkan sebungkah batu yang bagaimana besar
sekalipun, karena angin dari gempuran itu saja telah
terdengar begitu gemuruh dan juga telah menerjang kedada
Bun Cie Sun dengan kuat.
Namun Bun Cie Sun juga memiliki kepandaian tinggi,
kebutan tangan kanannya itu telah membuat serangan dari
Kuo Lin Siang gagal menerjang dirinya.
Iblis pendek tersebut tidak mau membuang buang waktu,
begitu gempurannya yang pertama kena digagalkan, cepat
bukan main ia telah melancarkan gempuran yang kedua
kalinya, bahkan kini ia menggempur dengan sekaligus
mempergunakan kedua tangannya, dimana kedua tangannya
digerakkan dengan serentak dan angin gempuran itu
menyambar dengan hebat sekali.
Bun Cie Sun karena menyadari bahwa lawannya kali ini
jauh lebih tinggi kepandaiannya dari Liang Cun, ia tidak berani
berlaku ayal lagi, selain berkelit dengan cepat, juga dia
membalas mengulurkan tangannya, mencengkeram kuat
sekali kearah pundak Kuo Lin Siang.
Gerakan Bun Cie Sun dilakukan cepat sekali, sesungguhnya
jarang sekali ada orang yang bisa mengelakkan diri dari
cengkeraman itu, namun iblis pendek Kuo Lin itu dengan
mudah berkelit dengan hanya menundukkan kepalanya dan
memiringkan pundaknya sedikit, maka cengkeraman tangan
Bun Cie Sun telah mengenai tempat kosong.
Dan memang iblis pendek Kuo Lin Siang tersebut berhati
jahat dan licik, ia telah mempergunakan kesempatan tersebut
untuk melancarkan gempuran yang mematikan ke arah
disebelah kiri tubuh Bun Cie Srun.
Bukan main tterkejutnya Bunq Cie Sun, waktur itu
tubuhnya tengah miring dan tangannya berada ditengah udara
tidak bisa segera ditarik pulang, sedangkan gempuran yang
dilancarkan Kuo Lin Siang hampir mengenai sasarannya.
Tetapi memangnya ia merupakan tokoh persilatan yang
selain memiliki kepandaian tinggi, juga sangat berpengalaman,
ia telah mengeluarkan suara bentakan nyaring diiringi dengan
sebelah kakinya, yaitu kaki kanannya, untuk menendang
kearah selangkangan lawannya.
Gerakan itu telah memaksa lawannya harus melompat
mundur mengelakkan tendangan, dan juga berarti gagalan
gempuran Kuo Lin Siang pada iga ditubuh Bun Cie Sun.
Kini giliran Bun Cie Sun yang tidak mau me-nyia2kan waktu
lagi, diwaktu Kuo Lin Siang melompat mundur, malah Bun Cie
Sun yang telah melompat kedekat orang she Kuo tersebut, ia
telah menggerakkan kedua tangannya, dengan
mempergunakan telapak tangannya ia menerjang maju, angin
dari kedua tenaga dalamnya yang tersalurkan lewat kedua
telapak tangannya itu, telah bergemuruh menerjang kepada
Kuo Lin Siang. Kuo Lin Siang jadi sangat kaget, ia sampai mengeluarkan
suara tertahan dan cepat2 mengempos semangatnya. Dan
waktu ia berkelit seperti itulah, tahu-tahu tangan kanannya
telah digerakkan untuk menotok kearah jalan darah "Lu ciehiat"
ditubuh Bun Cie Sun.
Namun totokan itu gagal. Dan mereka telah saling
melompat ke belakang menjauhi diri.
Keduanya saling memandang, sejenak mereka berhenti
bertempur. Kuo Lin Siang telah tertawa dingin, katanya dengan sikap
yang angkuh: "Hem, Orang she Bun, rupanya kau memang
memiliki kepandaian yang cukup tinggi ! baiklah ! baiklah !
Sekarang mari kita main-main dengan senjata tajam !" dan
tanpa menanti persetujuan dari Bun Cie Sun, tangan Kuo Lin
Siang telah merabah sakunya, tahu-tahu ia tetah
mengeluarkan sebilah pisau belati berukuran pendek tetapi
diujungnya bercagak tiga.
Itulah semacam senjata aneh yang menjadi andalan dari
iblis pendek tersebut, sedangkan ia juga telah menggerakkan
pisau pendek tersebut ketengah udara, senjata tersebut
mengeluarkan suara mengaung yang aneh sekali, walaupun
ukurannya pendek, namun pisau itu merupakan pisau pusaka,
yang menjadi andalan dari iblis pendek tersebut, dimana ia
memperoleh pisau tersebut disebuah telaga didaerah Hoan
kouw. Dan juga pisau pendek itu memiliki keampuhan untuk
memotong besi atau juga emas dengan mudah, seperti juga
menabas tahu saja.
Itulah membuktikan betapa ampuh dan juga tajamnya
pisau pendek tersebut, sedangkan cagak tiga pada ujung mata
pisau pendek itu, yang ujung kiri kanannya melengkung
seperti kail, untuk menggaet senjata lawan, guna merebut
senjata lawan dengan cara memutarnya dan menghentaknya.
Selama malang melintang didalam rimba persilatan, Kuo Lin
Siang memang paling disegani jika telah mengeluarkan
senjata nya yang aneh ini, karena hampir sama sekali tidak
ada jago yang bisa menandingihya, Jika tidak perlu dan dalam
keadaan terdesak, tentu Kuo Lin Siang tidak akan
mempergunakan senjatanya tersebut.
Bun Cie Sun yang melihat lawannya telah mencabut
senjatanya itu, memandang dengan muka yang dingin,
katanya: "Kuo Kiesu, dengan piebu mempergunakan senjata
tajam, berarti kita akan terlibat dalam pertempuran yang bisa
membahayakan jiwa kita masing-masing, disamping itu juga
akan membuat kita mempertaruhkan jiwa, dimana senjata
tajam tidak memiliki mata..!"
Kuo Lin Siang tertawa dingin, katanya dengan sikap
mengejek. "Hemmm, tanpa senjata pun tadi kita telah terlibat
dalam pertempuran yang bisa mematikan... mengapa pula kita
harus meneruskan pertempuran dengan tangan kosong jika
memang hal itu tidak berkesudahan " Bukankah disini kita bisa
menentukan siapa yang lebih tinggi kepandaiannya dan
dengan menpergunakan senjata tajam seperti ini kita bisa
mengakhiri pertempuran isi dalam waktu yang lebih singkat,
Cabutlah senjatamu...!"
Dan setelah berkata begitu, Kuo Lin Siang mengibaskan
senjata anehnya itu, yang mengeluarkan suara mendengung
keras. Bun Cibe Sun menghela dnapas.
Tangan kaanannya telah mberabah punggungnya, ia
mencabut keluar pedangnya dan waktu pedang itu telah
dikeluarkan dari serangkanya, berkilauan terang sekali, hal itu
memperlihatkan bahwa pedang inipun merupakan pedang
yang istimewa dan merupakan senjata pusaka.
"Baiklah Kuo Kiesu...!" kata Bun Cie Sun kemudian "Aku
akan menemanimu main2 beberapa jurus dengan senjata
tajam...!" dan setelah berkata begitu, ia memperlihatkan sikap
bersiap sedia menantikan serangan.
Memang Kuo Lin Siang tidak pernah mau mem-buang2
waktu, begitu melihat lawannya mencabut senjatanya, ia
menjejakkan kakinya, tubuhnya seperti juga sebuah bola yang
melayang cepat, menerjang kepada Bun Cie Sun.
Dan yang berbahaya sekali, adalah tikaman senjata
anehnya itu, dimana ia telah menikam sambil digetarkan,
sehingga senjatanya itu sulit sekali diterka kearah mana
hendak mengincar sasarannya, terlebih lagi dengan kedua
cagaknya itu, yang se-waktu2 bisa dipergunakan untuk
menggaet senjata lawannya.
Bun Cie Sun juga tidak berani berayal, ia tidak
menangkisnya, hanya berkelit mengelakkan diri.
Kuo Lin Siang melihat tikamannya yang pertama itu gagal,
dia telah melancarkan tikaman berikutnya sekali ini ia
menikam sekaligus tiga sasaran yang mengincar tiga bagian
berbahaya dan mematikan ditubuh Bun Cie Sun.
Kali ini Bun Cie Sun tidak bisa berkelit saja, karena
lawannya telah melancarkan serangan tikaman yang beruntun
seperti itu, maka terpaksa ia menangkisnya.
"Trangg..!" terdengar suara benturan dari kedua senjata itu
yang saling bertemu ditengah udara, kemudian disusul dua
benturan lainnya lagi. Keduanya kemudian melompat mundur
untuk memeriksa sejata masing2.
Senjata mereka masing2 merupakan senjata istimewa,
sehingga walaupun tadi saling bentrok keras dan kuat sekali
ditengah udara, tokh tidak membuat senjata itu menjadi
rusak. Sedangkan orang2 yang menyaksikan jalannya
pertempuran antara kedua tokoh persilatan tersebut telah
memandang dengabn tegang dan pednuh perhatian.
aTerlebih lagi Bbu Bin An, ia melihat bahwa kepandaian
kedua orang itu benar-benar tinggi sekali, namun ketika dia
melihat cara menyerang dari Kuo Lin Siang, ia memperoleh
kenyataan iblis itu memang memiliki ilmu yang sesat dimana
setiap serangannya selalu mempergunakan jurus yang
berhawa sesat. Selain memiliki lwekang yang mahir dan juga senjata yang
ampuh, tikaman2 yang dilakukan oleh Kuo Lin Siang
merupakan cara dari perguruan atau ilmu silat aliran sesat,
yang mengandung hawa jahat yang bisa mematikan lawannya
dengan telengas.
Berbeda dengan Bun Cie Sun, yang bertempur dengan
mempergunakan Kiam-hoat (ilmu pedang) dari aliran lurus
dan juga sudah mencapai taraf yang cukup sempurna.
Setiap jurus yang dipergunakannya itu selain indah, juga
mengincar lawannya dengan hebat, tetapi tidak bisa
mematikan dengan segera, karena memang sasaran yang
diincarnya merupakan bagian anggota-tubuh yang tidak
mematikan. Dengan sekali melihat saja, semua orang gagah segera
mengetahui bahwa Bun Cie Sun sedapat mungkin tidak mau
mencelakai lawannya, tetapi jika pertempuran itu berlangsung
lebih lama, tentu setiap jurus serangan maupun tikaman yang
dilakukan oleh Bun Cie Sun akan jauh lebih hebat lagi,
semakin lama semakin berbahaya.
Dan jika Kuo Lin Siang mendesaknya terus, niscaya
akhirnya Bun Cie Sun akan mengeluarkan seluruh kepandaian
yang dimilikinya untuk merobohkan lawannya, itulah
merupakan ilmu pedang yang murni dari aliran Iurus, yang
pembukaannya semula hanya dengan jurus-jurus yang ringanringan
saja, namun semakin lama semakin berat dan bisa
mematikan. Yang lebih diutamakan oleh seorang akhli ilmu
pedang dari aliran lurus adalah penjagaan diri dari serangan
lawan. Begitulah, Bun Cie Sun dan Kuo Lin Siang telah bertempur
dengan seru tanpa menghiraukan keadaan disekeliIingnya.
Kuo Lin Siang berulang kali berusaha menggaet pedang
lawannya namun gagal, karena pedang Bun Cie Sun bagaikan
seekor naga yang berkelebat-kelebat kesana kemari dengan
lincah dan juga telah membalas menyerang dengan tikamantikaman
yang manis dan bisa memaksra lawannya haruts
mundur, merenqggangkan jarak rmereka.
Semakin lama Kuo Lin Siang semakin penasaran, ia telah
mengeluarkan suara bentakan nyaring dan menyerang lebih
gencar dari pada semula.
Pisau cagaknya itu telah berkelebat-kelebat cepat sekali
mengelilingi tubuh Bun Cie Sun. walaupun pisau pendek yang
berada ditangan Kuo Lin Siang merupakan senjata yang
berukuran pendek, jauh lebih pendek pula jangkaunya
dibandingkan dengan pedang Bun Cie Sun yang berukuran
panjang itu, tetapi karena pisau pendek bercagak tersebut
berada ditangan Kuo Lin Siang seorang iblis yang memiliki
kepandaian sangat tinggi, perbedaan ukuran itu tidak menjadi
persoalan. Malah pisau pendek itu telah me-nyambar2 dengan hebt,
kesegala jurusan mengincar semua bagian anggota tubuh
yang bisa mematikan pada diri Bun Cie Siang.
Gerakan pisut cagak ditangan Kuo Lin siang juga aneh
sekali karena kadang2 menyambar ke kanan, lalu tiba-tiba
beralih kekiri, Dengan cara menyerang seperti Kuo Lin Siang
melancarkan tikaman dan tabasan dengan pisau pendek
bercagaknya itu dengan jurus-jurus yang sulit diterka dan dia
berhasil membuat Bun Cie Sun agak bingung juga.


Pendekar Aneh Dari Kanglam Karya Sin Liong di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Jika pisau pendek bercagak Mu menyambar kearah kanan
dari bagian anggota tubuh Bun Cie Sun dan jago she Bun itu
menangkisnya, tahu-tahu arah tikaman itu telah berobah
kekiri. Dan begitu juga sebaliknya.
Cara bertempur seperti inilah, walaupun pisau pendek
ditangan Kuo Lin Siang itu berukuran jauh lebih pendek dari
pedang ditangan Bun Cie Sun, kenyataannya ia bisa
mengimbangi setiap jurus dari ilmu pedang Bun Cie Sun.
Kedua jago yang masing2 memiliki kepandaian tinggi itu
telah berkelebat dalam pertandingan ilmu pedang yang seru
sekali dan menentukan, sedikit saja mereka berlaku lengah,
niscaya mereka akan terluka oleh senjata lawan.
Keduanya telah bergerak gesit sekali, sehingga tubuh
mereka itu ber-kelebat2 seperti juga bayangan belaka, hanya
tampak gumpalan warna dari pakaian mereka saja, yang
berkelebat kesana dan kemari dengan ringan.
-oo0dw0oo- Jilid 15 BU BIN AN menghela napas, "Mereka masing2 memiliki
kepandaian yang tinggi sekali," berpikir pemuda ini. "Hanya
sayang, mereka mengindalkan kepandaian mereka itu untuk
kepentingan diri masing2, yaitu berusaha merebut kedudukan
untuk menentukan siapa yang terkosen diantara mereka...
Kalau saja mereka mau mempergunakan kepandaian mereka
itu untuk melakukan perbuatan2 baik menolangi rakyat jelata
yang tengah dalam kesulitan, tentu mereka akan dihormati
sekali oleh semua orang..!"
Dan kembali Bu Bin An menghela napas.
Jago2 yang lainnya juga telah memandang pertempuran itu
dengan mata terbuka lebar-lebar penuh perhatian, mereka
menyaksikan ilmu pedang yang hebat sekali dari kedua orang
itu. Yang membuat mereka lebih kagum adalah cara Kuo Lin
Siang bertempur dimana jago bertubuh pendek tersebut, yang
memang terkenal sangat telengas sekali, telah
mempergunakan pisau berukuran pendek, namun bisa
mengimbangi dengan baik serangan pedang dari Bun Cie Sun
yang berukuran panjang.
Pertemparan antara Bun Cie Sun dengan Kuo Lin Siang
berlangsung sampai seratus jurus lebih dan suatu kali, Kuo Lin
Siang berhasil menggaet pedang Bun Cie Sun dengan pisau
bercagaknya itu, ia menghentaknya sambil mengeluarkan
suara bentakan yang sangat keras sekali.
Tetapi Bun Cie Sun tidak gugup, waktu melihat pedangnya
dicantel dan digaet oleh cagak pisau lawannya dan merasakan
tenaga membetot yang luar biasa kuatnya, dia tidak segera
berusaha melepaskan gaetan itu melainkan mengikuti putaran
pisau bercagak lawannya yang berputar dalam bentuk
lingkaran yang melebar.
Dan setelah tiga putaran se-konyong2 Bun Cie Sua
mengeluarkan bentakan tahu-tahu dia mendorong pedangnya,
menikam lurus pada dada lawannya.
Karena memang Bun Cie Sun memiliki lwekang yang cukup
kuat, walaupun pedangnya itu tengah tercantol oleh gaetan
pisau labwannya, tokh bedgitu ia mendoroang, pedang itu
bmenerobos akan mentkam dada Kuo Lin Siang.
Malah tikaman serupa itu merupakan tikaman yang
berbahaya sekali, sebab datangnya begitu tiba2 dan juga jarak
mereka terlalu dekat. Dengan demikian telah membuat Kuo
Lin Siang terkejut dan mengeluarkan seruan tertahan. Cepat2
ia melompat mundur sambil menarik pulang pisau pendeknya.
Tetapi Bun Cie Sun yang telah memperhitungkan
segalanya, malah telah mengerahkan tenaga dalamnya
"menempel" pisau tersebut dengan pedangnya, maka sia2
saja Kuo Lin Siang hendak menarik pulang pisau pendeknya
tersebut. Dan dalam keadaan seperti itu jika memang ia tidak
melepaskan pisau pendeknya untuk melompat mundur, berarti
ia akan terkena tikaman yang dilancarkan Bun Cie Sun. Tetapi
Kuo Lin Siang tentu saja tidak rela jika harus melepaskan
pisau mestikanya itu.
Mata pedang Bun Cie Sun meluncur terus akan menikam
dada Kuo Lin Siang, dan ketika terpisah beberapa dim lagi,
waktu itulah Kuo Lin Siang telah mengendorkan cekalannya
pada pisau bergaetnya dan mempergunakan tangannya yang
satunya untuk menyampok kearah pedang lawan dengan
menyalurkan tenaga Iwekangnya, sehingga tanpa perlu
menyentuh pedang lawan, ia telah berhasil membuat pedang
Bun Cie Sun itu miring.
Membarengi dengan itu, tangan kanannya yang telah
melepaskan cekalan pada pisau bergaetnya itu, menghamtam
kepundak lawannya, sehingga Bun Cie Sun juga harus menaiik
pulang pedangnya.
Begitu Bun Cie Sun menarik pulang pedang nya, pisau
bergaet Kuo Lin Siang yang masih menyantel dipedangnya,
telah ikut tertarik, Disaat itulah Kuo Lin Siang telah
mengulurkan tangan kanannya, untuk mencekal pisaunya lagi,
sambil memusatkan kekuatan tenaga dalamnya dan memutar
pisau pendeknya tersebut, untuk menghentak merebut
pedang lawannya.
Gerakan yang dilakukan oleh Kuo Lin Siang sangat cepat
dan kuat sekali dia melakukannya hanya beberapa detik saja,
Dan dari pihak yang diserang dan didesak, kini malah dia yang
telah berhasil merobah kedudukannya, jadi penyerang lagi
yaitu menghentak pedang lawan yang telah tergaet dipisaunya
tersebut sambil tanbgan kirinya yandg tadi dipergunaakan
menyampok bpedang lawan, diteruskan memukul kearah
perut Bun Cie Sun!
Pukulan telapak tangannya itu sekali, mengandung
kekuatan lwekang yang bisa mematikan, dan juga tampaknya
memang Bun Cie Sun tidak memiliki waktu untuk mengelakkan
diri Iagi. sebab dia harus melindungi pedangnya jangan
sampai kena direbut oleh lawannya.
Dalam keadaan seperti ini, Bun Cie Sun mengempos
semangatnya dan ia telah mengerahkan tenaga dalamnya, lalu
menjejakkan kakinya tubuhnya melambung ketengah udara
sehingga pukulan telapak tangan lawannya bisa dihindarkan.
Dan pedangnya tetap tercekal ditangannya, tidak berhasil
direbut oleh lawannya itu.
Dengan penasaran Kuo Lin Siatig telah menggerakkan
pisau bergaet itu untuk menghentak lagi namun kembali
gagal. Bun Cie Sun yang melihat keadaan sudah berlangsung
demikian, waktu tubuhnya meluncur turun telah menarik
pulang pedangnya dengan tiba2 sehingga ia berhasil
melepaskan pedangnya itu dari gaetan pisau pendek
lawannya. Kuo Lin Siang dan Bun Cie Sun jadi berdiri saling
memandang dengan penuh kesiap siagaan, Dan mereka bersiap2
untuk saling menyerang lagi.
Keduanya merupakan jago2 yang memiliki kepandaian luar
biasa, dengan demikian, sekali saja mereka telah melibatkan
diri dalam pertempuan yang menentukan, lawan yang berhasil
dirubuhkan atau memang dirinya yang akan menjadi korban
senjata lawan. Maka dari itu, sebelum bertempur lagi sekarang keduanya
tengah memperhitungkan cara untuk memulai penyerangan
mereka. Dengan demikian segera terlihat, keduanya hanya
berdiri berdiam saja dengan senjata tercekal ditangan
masing2, siap untuk digerakkan.
Setelah memandang beberapa lama, akhirnya Kuo Lin
Siang berkata dengan suara yang dingin. "Mari kita mulai lagi,
terimalah seranganku ini..!" dan tahu2 pisau bercagaknya itu
telah berkelebat menikam lagi kepada Bun Cie Sun.
Kuo Lin Siang melakukan tikaman dengan disertai oleh
kekuatan tenaga dalam yang hebat karena ia hendak
menentukan dalam penyerangannya ini, guna mengetahui
dirinya yang lebih kosen atau memarng lawannya yantg lebih
gagah. qTetapi Bun Cie rSun tidak berdiam diri saja, melihat cara
menyerang lawannya itu, ia memutar pedangnya, sinar
pedangnya ber-gulung2 melindungi sekujur tubuhnya, tidak
mungkin pisau pendek dari Kuo Lin Siang berhasil menerobos
pertahanan yang dilakukan oleh Bun Cie Sun.
Dengan demikian tampak beberapa kali Kuo Lin Siang
menikam, beberapa kali pula ia harus menarik pulang pisau
pendeknya. Waktu Kuo Lin Siang hendak menikam lagi, diwaktu itulah
tampak sesosok bayangan berkelebat ketengah gelanggang
pertempuran. Kemudian bersamaan dengan mana, sosok
bayangan itu telah mengulurkan tangannya, menyentil kearah
pisau pendek ditangan Kuo Lin Siang.
"Tringg...!" pisau pendek itu telah terkena sentilan dan
berbunyi nyaring.
Dan yang hebat adalah akibatnya, pisau pendek itu tergetar
keras sekali, hampir terlepas dari cekalan Kuo Lin Siang,
membuat iblis tersebut, yang biasanya tidak pernah terkejut
menghadapi apapun juga, sekarang sampai mengeluarkan
teiiakan kaget dan memperkeras cekalannya pada pisaunya,
lalu melompat mundur, mendelik kearah-sosok tubuh yang
telah mencampuri pertempuran tersebut.
Bun Cie Sun juga telah berhenti memutar pedangnya, ia
melihat seorang pemuda telah berdiri didekat mereka sembari
bersenyum ramah.
"Boanpwe Bu Bin An, dengan ini mengharapkan agar Jiewie
Locianpwe menyudahi saja pertempuran ini karena bisa
membahayakan jiwa kalian berdua..!" kata Bu Bin An sambil
tersenyum ramah.
Wajah Bun Cie Sun telah memperlihatkan sikap gembira,
katanya: "Memang Lohu (aku siorang tua) juga beranggapan
begitu, tidak ada manfaatnya meneruskan pertempuran
dengan mempergunakan senjata tajam, sebab senjata tajam,
tidak memiliki mata... bisa sewaktu-waktu mencelakai orang
yang mempergunakannya. Maksud dari pertemuan yang kami
selenggarakan inipun bukan untuk bertempur, hanya untuk
saling tukar pikiran mengenai ilmu silat, dan kemudian
membentuk sebuah perkumpulan orang2 gagah..!"
Tetapi berbeda dengan Bun Cie Sun, justru Kuo Lin Siang
telah berkata dengan bengis: "Anak muda kurang ajar..
engkau begitu lancang tangan mencampuri urusan kami ! Jika
engkau tidak cepat2 mundur, aku akan merobek lehermu
mengirim kau keneraka...!"
Bu Bin An membawa sikap yang sabar, ia berkata dengan
sikap yang tenang : "Sabar Locianpwe, dalam hal ini kita
memang tidak bisa main sembarangan begitu saja bertempur
mempergunakan senjata, bukankah Bun Locianpwe telah
memberitahukan, bahwa diselenggarakannya pertemuan ini,
bukan untuk bertempur, tetapi untuk merundingkan ilmu silat,
menukar pikiran dan juga membentuk sebuah perkumpulan
para orang gagah, mengapa Locianpwe telah memaksa begitu
rupa kepada Bun Locianpwe untuk bertempur dengan
mempergunakan senjata tajam ?"
Muka Kuo Lin Siang jadi berobah merah padam, dan ia
berkata dengan sengit: "Hemm.... engkau terlalu rewel, anak
muda kurang ajar !" dan membarengi dengan perkataannya
itu, tampak pisau pendek ditangannya telah bergerak, ia ingin
mempergunakan salah satu gaetan nya untuk menggaet leher
Bu Bin An. Tetapi Bu Bin An masih tersenyum sabar dan berkata
dengan suara yang tenang: "Sabar jangan berangasan
begitu," dan tangannya telah digerakkan, tahu2 dengan
mempergunakan jari telunjuk dan tengahnya, ia menjepit
pisau pendek Kuo Lin Siang.
Jepitan yang dilakukan oleh Bu Bin An kuat sekali seperti
juga pisau-pisau pendek tersebut tidak bergeming. Dengan
penasaran Kuo Lin Siang telah menarik pulang pisaunya,
tetapi tidak bergeming, Ketika ia mendorong untuk
meneruskan tikamannya, juga tidak berhasiL pisau pendeknya
itu sama sekali tidak bisa digerakan.
Bukan main mendongkol dan penasaran hati iblis
berangasan tersebut, dengan mengeluarkan suara bentakan
yang keras sekali, ia mengem-pos semangatnya dan
mengulangi dorongannya.
Diwaktu itulah Bu Bin An telah menggerakkan tangannya
dengan masih menjepit seperti itu, dia telah memutarnya dan
menghentaknya-Kuat sekali bentakannya tersebut, dan pisau
pendek itu telah berhasil direbutnya.
Muka Kuo Lin Siang jadi merah bpadam dan berdidri
tertegun maraah ditempatnya.b
Baru pertama kali ini ia mengalami pisau bercagaknya bisa
direbut oleh lawannya, Malah lawannya itu seorang pemuda
belia seperti Bu Bin An.
Sedangkan Bin An setelah merebut pisau pendek lawannya,
ia telah tersenyum sambil mengangsurkannya kepada Kuo Lin
Siang, lalu katanya: "Maafkan Locianpwe, harap terima
kembali pisaumu ini..."
Dengan muka masih merah padam, Kuo Lin Siang telah
menyambuti pisau bercagaknya itu, dan waktu ia telah
mencekal gagangnya, tiba2 secepat kilat ia menabas kearah
batang leher Bu Bin An.
Bin An sama sekali tidak menyangka bahwa Kuo Lin Siang
akan melakukan hal seperti itu, ia telah mengeluarkan suara
seruan dan menjejakkan kakinya, tubuhnya berjumpalitan ke
belakang dan kemudian hinggap diatas tanah.
Dengan caranya seperti itu, ia berhasil menyelamatkan diri
dari tabasan pisau pendek Kuo Lin Siang.
Namun Kuo Lin Siang sendiri, yang marah bukan main
karena merasa dihina oleh Bu Bin An dimana pisaunya telah
berhasil direbut oleh pemuda tersebut, Begitu melihat Bu Bin
An hendak menjauhi diri, ia justru telah meneruskan
tabasannya lagi, tubuhnya melompat kedekat Bu Bin An,
diwaktu pemuda itu baru saja hinggap diatas tanah, tahu2
pisau pendek Kuo Lin Siang telah menyambar datang lagi
kearah lehernya.
Bin An juga mendongkol karena Kuo Lin Siang terlalu
mendesaknya. Semula ia hanya bermaksud memisahkan Bun Cie Sun yang
tengah bertempur dangan Kuo Lin Siang, tetapi ia tidak
menyangka bahwa Kuo Lin Siang tersebut tidak banyak bicara
lagi telah menyerang beruntun begitu hebat dan mematikan
kepadanya.

Pendekar Aneh Dari Kanglam Karya Sin Liong di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Melihat ketelengasan tangan Kuo Lin Siang, maka Bu Bin
An juga tidak berlaku sungkan-sungkan lagi. Waktu melihat
menyambarnya sebuah pisau bergaet dari Kuo Lin Siang, Ba
Bin An sama sekali tidak mundur dari tempatnya berdiri, hanya
tangan kanannya telah diulurkan untuk menotok biji mata Kuo
Lin Sianbg, sambil memirdingkan sedikit apundaknya maka
bselain pisau bergaet dari Kuo Lin Siang berhasil dihindarkan
juga ia telah membalas menotok.
Kuo Lin Siang kembali dibuat terkejut, karena ia menyadari
ancaman yang tidak kecil buat biji matanya itu, ia telah
mengelakkannya dengan cepat tubuhnya melompat
kesamping, dan sebagai seorang jago yang memiliki
kepandaian tinggi, Kuo Lin Siang sama sekali tidak mau
membuang waktu, disaat tubuh bergerak untuk mengelakkan
toiokan jari tangan Bu Bin An pada biji matanya, ia
membarengi juga dengan tabasan pisau pendeknya pada
pinggang Bu Bin An.
Kuo Lin Siang memiliki tinggi tubuh hanya sebatas dada Bin
An, maka diwaktu ia mena-bas seperti itu, ia bisa
melakukannya dengan leluasa.
Pisau bergaetnya tersebut menyambar dengan cara
dimiririgkan, sehingga jika tabasannya pada pinggang Bin An
gagal, berarti gaetannya bisa menggaet pergelangan tangan
Bin An yang tengah meluncur akan menotok biji matanya !
Melihat cara menyerang lawannya yang begitu nekad, Bin
An mengeluarkan suara seruan yang sangat nyaring, ia
menarik pulang tangan nya yang semula akan menotok. dan
kaki kanannya telah bergerak cepat dan kuat sekali
menendang kearah pergelangan tangan Kuo Lin Siang.
"Tukkkk!" keras sekali pergelangan tangan itu tertendang
sampai tergetar dan pisau pendek bergaetan itu telah terlepas
dari cekalan Kuo Lin Siang, bahkan Kuo Lin Siang sendiri telah
mengeluarkan suara seruan tertahan, dan tubuh nya
terhuyung mundur dengan wajah yang pucat.
Waktu pisau pendek bergaetan tersebut me luncur turun
akan jatuh keatas tanah Bin An telah mengulurkan tangan
kanannya untuk menyambuti pisau tersebut.
"Kuo Locianpwe," kata Bin An kemudian sambil tersenyum,
"Tentunya Locianpwe tidak terlalu mendesakku lagi, bukan ?"
Sambil bertanya begitu, Bin An telah mengangsurkan kembali
pisau pendeknya itu, ia kemudian menundukkan kepalanya.
Bukan main kagumnya ia melihat betapa Bin An dalam usia
semuda itu bisa memiliki kepandaian yang demikian tinggi,
dimana hanya dalam satu dua gebrakan saja ia telah
dirubuhkan dengan mudah.
Bun Cie Sun senrdiri memandang tkagum kepada Biqn An,
kemudian rkatanya: "Jika dilihat kepandaian yang dimiliki
Kongcu, tentunya Kongcu seorang tokoh muda rimba
persilatan yang luar biasa... Bolehkah kami mengetahui siapa
gelaran Kongcu ?"
Bin An berdiam sejenak, agak bingung juga ia mencari
gelaran untuk dirinya, lalu sembarangan saja ia mengatakan
"Aku yang muda bergelar Kang Lam Koay Hiap...!"
"Pendekar aneh dari Kang Lam" bsrseru Bu Cie Sun dengan
wajah ber-seri2. "Gelaran yang baik sekali !"
Bin An sesungguhnya menyebutkan gelarannya itu
sembarangan saja, dalam waktu yang singkat itu, ia hanya
teringat kepada Kang Lam yang merupakan daerah
berpemandangan alam indah, dengan gadis2nya cantik dan
sikap dan tata cara hidup dari penduduknya yang halus dan
lembut, sabar dan ramah.
Maka dari itu, ia telah memilih nama daerah tersebut untuk
dipergunakan sebagai gelarannya, sedangkan perkataan Koay
hiap (pendekar aneh) dipergunakannya, karena ia tidak mau
terlalu mengagulkan dirinya dengan sebutan Taihiap, atau
pendekar besar, maka ia mempergunakan gelar tersebut.
Begitulah, semua orang2 gagah yang berada ditempat
itupun segera juga mendengar bahwa pemuda yang tangguh
dan memiliki kepandaian yang begitu tinggi tidak lain dari
Kang Lam Koay Hiap.
Bun Cie Sun sendiri telah mengundang Bin An untuk duduk
didekat kursinya, dan begitu juga para orang2 gagah mulai
berdatangan memberikan ucapan selamat kepada Bin An,
selamat berkenalan dan menyatakan kekaguman mereka
terhadap kepandaian yang begitu luar biasa tingginya yang
dimiliki Bin An.
Bin An tersipu-sipu. Terlebih lagi setelah itu mereka
mengadakan perundingan ilmu silat, Bin An memiliki
pengetahuan mengenai ilmu silat kelas tinggi dan mahir sekali,
disamping kepandaiannya yang memang luar biasa, walau pun
usianya masih muda, akhirnya dia telah diangkat menjadi
pemimpin dari para orang gagah yang berada ditempat itu.
Tidak ada seorangpun yang menentang keputusan
tersebut, semuanya menyatakan setuju Bin An diangkat
menjadi pemimpin mereka, karena telah mereka saksikan
betapa Bin An bisa menghadapi Bun Cie Sun dan Kuo Lin
Siang yang dengan mudah telah dipisahkan dan dalam satu
dua gebrakan saja telah merubuhkan Kuo Lin Siang.
Kwang le Liu dan Sin Coa Tung Hiap juga menyetujui
diangkatnya pemuda tersebut menjadi pemimpin mereka, dan
dalam suatu kesempatan, kedua jago yang memiliki
kepandaian tinggi itu, telah meminta kepada Bin An untuk
main-main beberapa jurus. Ternyata Bu Bin An bisa
merubuhkan kedua jago tersebut, hanya dalam lima puluh
jurus, ia bisa merubuhkan Sin Coa Tung Hiap dan Kwang le
Liu. Dengan demikian, bertambah yakinlah orang-orang gagah
yang berada ditempat itu, bahwa Bin An merupakan seorang
pendekar muda yang gagah perkasa dan memiliki kepandaian
yang tinggi sekali.
Dan mereka telah mengambil keputusan yang mutlak,
untuk selanjutnya Bin An merupakan pemimpin mereka dan
akan mengatur segala sepak terjang mereka didalam rimba
persilatan. Lima hari Bin An berkumpul dengan para orang-orang
gagah itu, dan akhirnya ia meminta diri. Usaha Bin An untuk
menolak kedudukannya sebagai pemimpin para orang-orang
gagah itu, dengan alasan bahwa usianya masih terlampau
muda, telah gagal sama sekali, karena semua orang gagah itu
telah menunjuk dirinya, tetapi sebagai pimpinan mereka,
dengan demikian waktu Bin An berpisah dengan para orang
gagah itu, ia berpisah sebagai seorang pemimpin dari para
orang2 yang memiliki ke pandaian tinggi.
Dan Bin An juga bermaksud untuk merantau, berkelana
dalam rimba persilatan guna mempergunakan kepandaiannya
itu melakukan perbuatan2 bajik, menolong sesama manusia
yang tengah dalam kesulitan.
Mengenai gelarannya sebagai Kang Lam Koay Hiap, telah
tersiar luas sekali, karena para orang gagah yang telah
kembali ke tempat mereka masing2, telah banyak bercerita
mengenai kegagahan dari Kang Lam Koay Hiap Bu Bin An.
Dan sebagai tanda pengenal Bin An, ia telah membuat
sebuah Pay (lencana berbentuk menjangan dengan ujung nya
yang berbentuk segi tiga), yang berukiran naga yang tengah
terbang diawan. itulah Pay kekuasaan yang diakui oleh para
orang2 gagah sebagai pay kebesaran, sehingga jika mereka
melihat Pay itu, mereka akan patuh untuk menerima segala
apa yang diperintahkan padanya apapun, walaupun Pay itu
dipegang oleh orang lain dan Bin An mewakilinya untuk
melakukan sesuatu tugas penting, tentu para orang2 gagah
itu akan membantu sekuat tenaga mereka.
Karena tindak-tanduk Bin An didalam rimba persilatan yang
banyak melakukan perbuatan kebajikan dan muIia, menolong
orang2 yang tengah dalam kesulitan, disamping itu banyak
juga menyelesaikan persengketaan yang terdapat diantara
para jago2 rimba persilatan, baik dari aliran Pek-to, dengan
demikian nama Bin An semakin terkenal saja, Kang Lam Koay
Hiap Bu Bin An semakin disegani dan dihormati walaupun
usianya masih demikian muda...,!"
Angin berhembus perlahan dan sejuk. Awan tampak tidak
tidak terlalu banyak menutupi langit yang cerah, dan tanah
lapang yang luas berumput yang terdapat diluar
perkampungan Ku-ming tampak sunyi. Hanya sekali-kali
tampak seorang petani yang lewat untuk berangkat keladang
mereka dipagi hari itu.
Namun dalam kesunyian seperti itu, mendadak terdengar
suara jeritan yang keras sekali dari seorang wanita, jeritan
meminta tolong, Disusul dengan terlihatnya sesosok tubuh
yang ber-lari2 ditanah lapang itu.
Dialah seorang wanita berusia dua puluh lima tahun atau
dua puluh enam tahun, parasnya cukup cantik, pakaiannya
yang sederhana memperlihatkan bahwa wanita tersebut
merupakan orang yang tidak begitu berada, terlebih lagi
dengan rambut nya yang kusut itu, dan mukanya yang kotor,
mungkin ia salah seorang penduduk perkampungan didekat
Laron Pengisap Darah 7 Hati Budha Tangan Berbisa Karya Gan K L Pendekar Latah 17
^