Pencarian

Sepasang Garuda Putih 1

Sepasang Garuda Putih Seri Keris Pusaka Sang Megatantra 5 Karya Kho Ping Hoo Bagian 1


Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Seri Keris Pusaka Sang Megatantra 5
Sepasang Garuda Putih
Karya : Asmaraman S Kho Ping Hoo
Sumber djvu : OrangStress di Dimhad
Editor : Raharga & Dewi KZ
Final Edit & Pdf Ebook oleh : Dewi KZ
TIRAIKASIH WEBSITE
http://kangzusi.com/ http://dewi-kz.info/
Jilid 1 SEPASANG GARUDA PUTIH
(Lanjulan PERAWAN LEMBAH WILIS)
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Suara ombak mendesis, mendidih dan menggelegar di
sepanjang Pantai Laut Kidul. Tiada henti-hentinya, siang
malam, Bagaikan tetabuhan yang mengiringi kiprah alam
seisinya. Ombak menepis di pantai pasir mendesis-desis,
tampak ombak memanjang berkepala putih berlenggang-
lenggok seperti seekor naga disusul naga lain, kemudian
memecah di pantai yang berpasir mendesis-desis. Di sana s ini
terdengar ombak menggelegar menghantam batu karang,
mengguncangkan batu karang itu dan air muncrat menjadi
atom, kalau tersinar matahari menciptakan pelangi. Alangkah
perkasanya alam, alangkah indah, juga alangkah buasnya ulah
ombak di pantai, menggulung pasir yang dimuntahkan di
pantai. Halaman 4-5 ga ada
" an seorang pertapa. Rambutnya digelung ke atas dan
diikat dengan ikatan rambut dari sutera putih pula, ujung
gelungan rambut dibiarkan melingkar dibelakang tengkuknya.
Pemuda ini memiliki tubuh yang sedang namun tegap,
berdirinya tegak dan lenggangnya seperti langkah harimau
lapar. Wajahnya amat tampan dan manis, dengan dahi lebar
dan sepasang matanya mencorong namun mengandung
kelembutan, hidungnya mancung dan mulutnya selalu terhias
senyum yang menarik dan menyejukkan hati yang
memandang. Dagunya yang sedikit berlekuk menunjukkan
kejantanan dan kegagahan. Kulitnya kuning bersih, seorang
pemuda yang ganteng seperti Arjuna.
Wanita yang berjalan di sampingnya juga tidak kalah
menariknya, ia seorang dara yang usianya paling banyak
duapuluh tahun. Rambutnya panjang sampai ke pinggang,
namun digelung di belakang kepala dengan rapi. Pakaiannya
juga dari kain putih bersih. Dara ini memiliki tubuh yang
ramping padat dengan lekuk lengkung tubuh yang sempurna,
bagaikan seorang dewi dari kahyangan. Dahinya tertutup
sinom melingkar-lingkar, alisnya kecil melengkung dan hitam
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
seperti dilukis, matanya seperti sepasang bintang kejora
dengan kerling tajam menghunjam, hidungnya mancung dan
mulutnya amat manis dengan bibir yang merah membasah,
dihias lesung pipit di pipi kiri, dagunya runcing dan lehernya
agak panjang berkulit putih mulus.
Orang yang bersua dengan mereka di tempat hening itu
tentu akan mengira bahwa mereka penjelmaan Bathara
Komajaya dan Bathari Komaratih, yaitu Dewa dan Dewi
Asmara. Akan tetapi kalau orang memperhatikan sinar
mencorong dari mata mereka, apalagi melihat adanya
sebatang pedang di punggung dara itu, maka pandangan
orang itu akan menjadi kagum dan juga jerih.
Siapakah gerangan jaka bagus dan perawan ayu ini"
Mereka adalah kakak beradik tiri, satu ayah berlainan ibu.
Ksatria gagah dan tampan itu bernama Bagus Seto, putera
dari Adipati Tejolaksono dan Ayu Candra. Sejak kecil Bagus
Seto telah digembleng oleh orang-orang yang maha sakti.
Mula-mula dijadikan murid oleh Ki T unggaljiwo selama sepuluh
tahun, kemudian dijadikan murid seorang pertapa yang maha
sakti dengan julukan Bhagawan Ekadenta, juga disebut Ki
Jitendryo dan Bhagawan Sirnasariro. Setelah menerima
gemblengan Bhagawan Ekadenta, Bagus Seto menjadi
seorang pemuda yang maha sakti, memiliki kekuatan lahir
batin yang dahsyat. Takkan ada seorangpun dapat mengira
bahwa dalam diri seorang pemuda tampan halus seperti Bagus
Seto itu terdapat kekuatan yang amat dahsyat.
Dara jelita yang kelihatan gagah itu bernama Retno Wilis.
Ia juga puteri Adipati Tejolaksono akan tetapi ibunya adalah
Endang Patibroto. Walaupun kedua ayah ibunya merupakan
orang-orang sakti, akan tetapi sejak kecil ia digembleng oleh
seorang nenek maha sakti yang berjuluk Nini Bumigarbo.
Sejak kecil ia berpakaian serba hijau, sesuai dengan namanya
Retno Wilis (Dara Hijau), akan tetapi setelah ia merantau
dengan kakaknya, Bagus Seto menganjurkan agar adiknya
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
memakai pakaian serba putih seperti yang dipakainya. Dari
Nenek sakti Nini Bumigarbo, Retno Wilis menerima
gemblengan banyak ilmu, di antaranya yang hebat adalah Aji
Wisolangking, semacam ilmu pukulan mangandung hawa
beracun panas, Aji Argoselo yang membuat ia dapat membikin
tubuhnya menjadi berat sekali, lalu Aji Pancaroba ilmu silat
yang mengandalkan kecepatan gerak. Iapun menerima dua
macam senjata yang ampuh, pertama Pedang Sapudento yang
ampuh sekali dan senjata rahasia Pasir Sekti, semacam pasir
yang juga mengandung racun yang mematikan.
Demikianlah, kedua kakak beradik yang tampak demikian
tampan dan cantik, demikian lemah lembut, sesungguhnya
merupakan sepasang orang muda yang sakti, dan kedatangan
mereka dari barat menuju ke timur itu dapat diumpamakan
Sepasang Garuda Putih yang melayang-layang datang sebagai
sepasang pendekar yang tujuan perjalanan hidupnya hanya
untuk berdharma-bakti kepada rakyat jelata, menegakkan
kebenaran dan keadilan membela yang lemah tertindas, dan
menentang yang kuat menindas, memihakyang baik dan
menentang yang jahat. Selama melakukan perantauan dengan
kakaknya, Retno Wilis banyak mendapat petunjuk kakaknya
itu tentang keadaan hidup dan cara-cara menegakkan
Kebenaran dan keadilan.
"Kakang Bagus," ia pernah bertanya, "engkau selalu
mengatakan bahwa aku harus memihak yang baik dan benar
menentang yang salah dan jahat. Akan tetapi, kakang,
bukankah baik dan jahat itu hanya merupakan pendapat dari
pada si penilai belaka" Dan engkau pernah mengatakan
bahwa penilaian adalah palsu karena penilaian itu berdasarkan
rasa suka tidak suka yang timbul dari diri merasa diuntungkan
atau dirugikan. Bagaimana kalau penilaianku keliru" Kalau
yang kuanggap benar itu sebetulnya salah?"
"Bagus, pertanyaanmu ini bagus dan menunjukkan bahwa
engkau sudah mulai dewasa dalam menelaah tentang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kehidupan, adikku yang ayu," jawab Bagus Seto sambil
tersenyum. "Memang tidak salah, penilaian itu palsu
sepanjang penilaian itu diberlakukan untuk diri sendiri. Setiap
orang akan selalu menilai orang lain yang menguntungkannya
dan menyenangkannya sebagai orang baik, dan akan selalu
menilai orang lain yang merugikan atau menyusahkan sebagai
orang jahat. Akan tetapi kita menilai bukan demi kepentingan
diri pribadi, melainkan demi kepentingan mereka yang
tertindas. Dengan demikian, menilai seseorang itu tidaklah
sukar. Kalau dia adigang-adigung-adiguna, mengandalkan
kekuatan dan kekuasaannya untuk menyengsarakan orang
lain, menyusahkan orang lain, menindas orang lain dengan
keangkara murkaannya, nah, orang demikian itulah yang kita
anggap jahat dan perlu kita menentangnya. Namun orang-
orang lemah tak berdaya, tanpa kesalahan mengalami
penekanan dari orang-orang jahat itu, merekalah yang harus
kita lindungi dan bela. Adapun orang baik adalah mereka yang
bijaksana dan yang selalu berusaha untuk menolong orang
lain, menyenangkan orang lain, akan tetapi yang tidak
menyadari bahwa dia berbuat kebaikan, yang tidak
menganggap perbuatannya itu sebagai suatu kebaikan."
"Wah, di sini aku agak bingung, kakang. Orang berbuat
kebaikan tanpa menyadari bahwa dia berbuat kebaikan, dan
tidak menganggap bahwa perbuatannya itu suatu kebaikan.
Bagaimana ini?"
"Kebaikan adalah perbuatan yang wajar, tidak dibuat-buat
dan timbul dari sanubari yang penuh welas asih. Kalau aku
sengaja melakukan kebaikan, dengan sadar bahwa aku telah
berbuat baik, maka kesengajaan itu pasti berpamrih, Retno.
Itu bukan kebaikan lagi namanya, karena dia mengharapkan
imbalan, setidaknya imbalan senang hati atau puas diri karena
telah berbuat baik."
"Lalu bagaimana orang harus melakukan kebaikan tanpa
menyadari bahwa yang dilakukan itu kebaikan?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Dengan mawas diri, adikku. Dengan menganggap bahwa
segala yang kita lakukan adalah suatu kewajiban dalam
kehidupan. Menolong sesama hidup adalah suatu kewajiban,
bukan kebaikan. Menentang kejahatan adalah suatu
kewajiban, bukan kebencian. Mengertikah engkau adikku?"
Retno Wilis mengangguk-angguk.
"Mengerti, akan tetapi aku tidak yakin apakah aku dapat
melaksanakan itu. Bagaimana mungkin aku dapat terhindar,
dari perasaan khawatir, susah, marah, senang dan benci?"
"Ikuti saja apabila engkau sedang dikuasai perasaan-
perasaan itu, Retno, dan engkau akhirnya akan mengenal
mereka dan yakin bahwa mereka itu BUKAN ENGKAU,
melainkan nafsu daya-daya rendah yang berlomba untuk
menguasai jiwamu."
Kalau kakaknya sudah bicara setinggi itu, Retno Wilis hanya
mengangguk saja, dan diam seribu bahasa. "Aku tahu bahwa
engkau masih bimbang dan belum mengerti benar, adikku.
Memang engkau benar, seorang manusia tidak akan dapat
berpisah dari nafsu daya rendah yang menjadi pesertanya
dalam kehidupan ini. Tanpa adanya nafsu-nafsu itu kita tidak
akan dapat hidup seperti sekarang ini, adikku. Berkat
dorongan nafsu-nafsu itulah maka kita manusia dapat
membuat segala macam barang untuk keenakan hidup kita.
Akan tetapi, yang harus dijaga adalah agar daya-daya rendah
itu tetap menjadipesrta dan membantu kita, jangan sampai
mereka itu menjadi najikan yang memperhamba kita,
karenakalau demikianhalnya kita akan menjadi permainan
nafsu kita sendiri dan akan melakukan hal-hal yang
bertentangan dengan kebijakan."
"Kalau begitu, kita berada dalamkeadaan yang serbasulit,
kakang. Kitatidak dapathidup tanpa nafsu,akan tetapi kita
dapat celaka oleh nafsu itu sendiri. Lalu apa yang dapat kita
lakukan" Mengedalikan nafsu kita sendiri agartidak menjadi
majikanyang memperhambadiri kita?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Mengedalikan nafsu merupakan pekerjaan yang hanya
mudah diucapkan,namun amat sukar dilakukan. Nafsu itu
seperti api. Kalau terkendali, amatlah berguna bagi kehidupan
kita manusia, akan tetapi kalau dibiarkan bebas, ia akan
mengamuk dan membakar segala apapunsampai ludes. Akan
tetapi hampir tidak munkin bagi kita untuk mengendalikan
peserta kita yang satu ini, karena nafsu telah menguasai diri
kita sampai ke tulang sumsum. Satu-satunya jalan adalah
iman dan penyerahan diri kepada kekuasaan Hyang Widi,
karena hanya kekuasaan Hyang Widi yang akan mampu
menundukkan nafsu dan mengendalikan nafsu dalam
kedudukan yang sebenarnya, yaitu menjadi peserta dan
pembantu bagi manusia. Menyerah dengan penuh keikhlasan
dan kepasrahan kepada Hyang Widi dan Hyang Widi akan
mengulurkan tanganNya untuk membimbing kita sehingga kita
akan mampu menguasai nafsu kita sendiri.
Retno Wilis mengangguk-angguk,sudah sering kakangnya
itu menasehatkan kepadanya agar ia selalu ingat kepada
Hyang Widi, selalu menyerah pasrah kepadaNya, dan iapun
maklum betapa sukarnya pekerjaan pasrah yang kelihatannya
hanya sepele itu. Nafsu selalu mengamuk dan berbisik agar ia
tidak mudah pasrah begitu saja, nafsu selalu berusaha agar ia
menjauhkan diri dari Hyang Widi.
Mereka kini tiba di sebuah pantai yang indah, penuh
dengan hutan dan tebing karang yang merupakan dinding
yang membendung air laut yang setiap saat bergelora. Ada
pula bagian yang mengandung pasir putih yang bersih dan
lembut. "Matahari mulai terik, di sana ada pohon-pohon dan kulihat
terdapat pula pohon kelapa. Mari kita mengaso di tempat yang
teduh sambil mencari dawegan (kelapa muda), Retno."
Mereka lalu duduk di bawah sebatang pohon yang besar
yang lebat daunnya, kemudian Retno Wilis menggunakan dua
potong batu sebesar kepalan tangannya, menyambit ke arah
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
buah-buah kelapa muda yang bergantungan di pohon.
Sambitannya tepat mengenai gagang buah dan runtuhlah dua
butir buah kelapa muda.
Retno Wilis lalu menggunakan jari-jari tangannya yang
mungil dan halus itu, dengan mudahnya ia mengupas kulitnya
seperti orang mengupas kulit pisang saja, kemudian dengan
telunjuknya ia melubang buah-buah itu dan memberikan
sebutir kepada kakaknya. Bagus Seta tersenyum melihat ulah
adiknya dan keduanya lalu minum buah kelapa muda itu
dengan nikmat sekali.
Mereka berdua tidak tahu bahwa di seberang hutan itu
terdapat sebuah dusun nelayan dan di dusun itu terjadi
peristiwa yang menggegerkan penduduk.
Pagi itu, entah dari mana datangnya, muncul lima orang
laki-laki yang berwajah bengis, bertubuh kokoh kekar, di
dusun itu. Mereka lalu menghampiri rumah Ki Wirodemung,
sesepuh dusun itu yang oleh penduduk sudah dianggap
pemimpin mereka. Lima orang itu dengan sikap kasar
memasuki rumah dan menanyakan di mana adanya tuan
rumah. Beberapa orang pemuda yang kebetulan berada di situ
menegur para tamu yang tidak sopan itu, akan tetapi seorang
di antara mereka sudah meloncat ke depan dan menghajar
empat orang pemuda itu dengan kaki tangannya. Empat orang
pemuda itu mencoba melawan, namun sia-sia karena orang
itu ternyata kuat dan tangkas sekali.
Pada waktu itu, dusun sedang sepi karena kaum prianya


Sepasang Garuda Putih Seri Keris Pusaka Sang Megatantra 5 Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

sebagian besar sudah berangkat bekerja di ladang, sebagian
lagi pergi mencari ikan di laut.
Ki Wirodemung yang sudah berusia limapuluh tahun itu
tergopoh-gopoh keluar mendengar keributan di depan
rumahnya. Dia melihat empat orang pemuda babak belur
dihajar seorang bertubuh tinggi besar dan berotot kekar.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dia menghampiri lima orang itu dan bertanya, "Eh, Kisanak,
andika sekalian siapa dan dari manakah" Perlu apa mencari
saya dan mengapa pula memukuli orang-orang ini?"
Seorang di antara mereka, yang berkumis melintang,
melangkah maju dan tertawa bergelak sambil bertolak
pinggang. "Ha -ha-ha, andika yang bernama Ki Wirodemung"
Kami mendengar bahwa andika orang yang terkaya di dusun
ini, dan lebih dari itu, andika mempunyai seorang anak
perawan ayu. Nah, untuk itulah kami datang. Serahkan harta
dan anak perawanmu kepada kami dengan baik-baik agar
kami tidak perlu menggunakan kekerasan!" Empat orang
kawannya tersenyum menyeringai dengan sikap menakutkan.
Mendengar ucapan ini dan me lihat sikap mereka, Ki
Wirodemung mengerutkan alisnya dan cepat dia berlari ke
sudut ruangan depan lalu dengan gencar memukul kentongan
bambu yang tergantung di s itu. Lima orang itu saling pandang
sambil tertawa-tawa. Sebentar saja banyak orang datang
berlarian dan kurang lebih duapuluh orang laki-laki penduduk
dusun itu yang kebetulan belum pergi meninggalkan rumah,
sudah datang berkumpul. Melihat penduduk sudah berdatangan, Ki Wirodemung menuding ke arah lima orang itu
dan membentak, "Orang-orang kurang ajar, lekas kalian
minggat dari sini kalau tidak ingin kam i hajar!"
Melihat duapuluh orang penduduk itu berkumpul dan kini
mengepung mereka, si kumis melintang tertawa lagi bergelak.
"Ha-ha-ha, kalian penduduk dusun bodoh hendak melawan
kami, Lima Macan Hutan Suro" Apa kalian ingin mampus?"
Ki W irodemung sudah menyambar sebatang tombak dari
ruangan depan dan menudingkan telunjuknya kepada si kumis
melintang dan berteriak, "Saudara-saudara, mereka berlima
adalah perampok-perampok jahat, mari kita basmi mereka!"
Orang-orang dusun itu memang sudah membawa alat apa
saja untuk dapat dijadikan senjata ketika mereka mendengar
kentongan dipukul tanda bahaya tadi. Kini mereka
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mengacungkan arit, pecok, linggis atau pacul dan menyerbu
ke arah lima orang itu. Akan tetapi, lima orang itu menyambut
mereka dengan pukulan dan tendangan sambil tertawa-tawa
dan ternyata mereka itu kuat bukan main. Senjata para
penduduk dusun terlepas dari pegangan dan beterbangan
disusul tubuh mereka yang terlempar berpelantingan terkena
pukulan dan tendangan lima orang yang menyebut diri
sebagai Lima Macan hutan Suro itu. Dalam waktu singkat saja,
duapuluh orang itu sudah roboh semua termasuk Ki
Wirodemung yang tombaknya patah dan mukanya bengkak
membiru terkena pukulan tangan si kumis melintang.
Setelah rnerobohkan duapuluh lebih orang itu, lima orang
perampok itu lalu memasuki rumah sambil tertawa-tawa.
Mereka memilih barang-barang yang berharga dari rumah itu
dan tak lama kemudian mereka sudah keluar lagi membawa
barang-barang rampasan mereka. Akan tetapi si kumis
melintang tidak membawa barang melainkan memanggul
tubuh seorang gadis remaja yang meronta-ronta dan menjerit-
jerit. Agaknya bagi telinga si kumis melintang, jerit tangis itu
terdengar seperti suara nyanyian merdu. Makin hebat gadis itu
meronta dan menangis, makin senang pula hatinya. Sambil
tertawa-tawa lima orang itu lalu keluar dari dusun dan
memasuki hutan di dekat dusun itu. Orang-orang dusun yang
sudah terpukul roboh itu tidak berani mengejar, dan Ki
Wirodemung bersama isterinya hanya dapat menangisi puteri
mereka yang dibawa pergi para perampok.
Sementara itu, Bagus Seto dan Retno Wilis masih duduk
sambil makan daging dawegan yang manis dan gurih. Tiba-
tiba mereka mendengar jerit tangis yang datangnya dari
dalam hutan. Retno Wilis segera melepaskan dawegannya dan
bangkit berdiri. "Ada yang perlu ditolong, kakang," katanya
sambil melompat ke dalam hutan.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Bagus Seto juga bangkit dengan tenang dan mengejar
adiknya sambil berkata, "Tenanglah, Retno dan ingat, jangan
membunuh orang!"
Kakak beradik ini berlompatan dan lari mempergunakan
ilmu mereka sehingga geakan lari mereka seperti terbang
cepatnya. Retno Wilis berada di depan dan ketika ia tiba di
tengah hutan, matanya mencorong dan alisnya berkerut
melihat seorang laki-laki berkumis melintang bertubuh tinggi
besar sedang duduk di bawah pohon memangku seorang
gadis remaja yang meronta-ronta dan menjerit-jerit.
"Jahanam busuk!" Retno W ilis memaki dengan suara
melengking tajam. "Hayo lepaskan gadis itu!"
Si Kumis melintang terkejut dan mengangkat mukanya.
Ketika melihat Retno Wilis yang demikian cantik jelita,
matanya terbelalak dan mulutnya mengeluarkan suara tertawa
bergelak, "Waduh, cantiknya! Engkau malah lebih cantik dari
pada gadis ini! Baik, aku lepaskan gadis dusun ini akan tetapi
engkau sebagai gantinya harus duduk di atas pangkuanku ini!"
Retno Wilis yang mendengar ucapan kurang ajar itu sudah
melompat dekat dan tangan kirinya menampar ke arah kepala
si kumis melintang. Orang itu menangkis dengan tangan
kanan sambil s iap mencengkeram tangan Retno Wilis.
"Dess ... !" Ketika lengannya menangkis dan bertemu
dengan lengan Retno Wilis tubuhnya terguncang dan diapun
terpelanting. Gadis dusun itu terlepas dari pangkuannya dan
ikut terpelanting. Gadis itu lalu bangkit berdiri dan mundur
menjauhi si kumis melintang.
"Babo-babo keparat!" teriak si kumis melintang-sambil
bangkit berdiri dan menghadapi Retno Wilis. "Berani andika
memukulku?" Mendengar teriakannya, empat orang kawannya
yang duduk tidak jauh dari situ sudah berlarian datang dan
mereka mengepung Retno Wilis.
"Wah, ia cantik sekali, cantik manis!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Seperti dewi dari kahyangan!"
"Tangkap ia hidup-hidup!" bentak si kumis melintang
dengan penasaran dan marah. Ia sendiri lalu menubruk maju
sambil membentangkan kedua lengannya untuk merangkul
gadis berpakaian putih itu. Empat orang kawannya juga
menubruk maju. Retno Wilis tidak sudi membiarkan dirinya tersentuh
tangan-tangan kasar itu, ia membuat gerakan tendangan
melingkar dengan kecepatan luar biasa.
"Duk-duk-duk-duk-duk!" Lima orang itu terpelanting,
masing-masing terkena sebuah tendangan. Mereka merangkak
bangun dengan penasaran dan tidak percaya bahwa gadis itu
mampu merobohkan mereka hanya dalam segebrakan saja.
"Tangkap dia!" si kumis melintang kembali berteriak. Ingin
sekali ia menguasai gadis cantik jelita yang pandai berkelahi
ini. Kembali dia bersama empat orang kawannya menerjang
maju, akan tetapi sekali ini Retno Wilis menyambut mereka
dengan tamparan, menggunakan kedua tangannya. Terdengar
teriakan beruntun lima kali dan lima orang perampok itu roboh
dengan tubuh terputar. Mereka merasakan bumi bergoyang
dan sekali ini mereka tidak segeradapat bangun. Mereka
merangkak dan setelah dapat bangun si kumis melintang
sudah mencabut goloknya, diikuti oleh empat orang
kawannya. "Bunuh perempuan ini!" komandonya dan mereka berlima
sudah menerjang ke depan, golok mereka menyambar-
nyambar dari segala jurusan. Akan tetapi golok mereka hanya
menyambar tempat kosong karena gadis berpakaian putih itu
telah lenyap dari kepungan mereka! Ketika mereka
membalikkan tubuh ternyata gadis itu telah berdiri di sana dan
sebelum mereka sempat gerak, Retno Wilis kembali sudah
menggerakkan kedua tangannya membagi-bagi tamparan.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Des-des-des-des-des!" Lima kali beruntun mereka terkena
tamparan, sekali ini lebih kuat dari tadi, membuat mereka
melepaskan golok dan tubuh mereka berputar-putar lalu
roboh, mengaduh-aduh dan sukar untuk bangkit kembali. Si
kumis melintang mencoba untuk bangkit dengan cepat,
namun begitu dia bangkit, dia terjatuh lagi karena
sekelilingnya berputar.
"Kalian masih belum menyerah" Bangkitlah, aku tunggu!"
tantang Retno Wilis.
Si kumis me lintang dan empat orang kawannya kini sadar
betul bahwa mereka berhadapan dengan seorang gadis yang
sakti, maka mereka menjadi gentar dan sete lah mampu
bangkit, mereka merangkak dan berlutut menghadap Retno
Wilis. "Ampun, kami tidak berani melawan lagi, kanjeng dewi ... "
kata si kumis melintang, menduga bahwa ia berhadapan
dengan seorang dewi dari kahyangan yang sakti.
"Apakah kalian sudah sadar akan kejahatan kalian dan kini
bertaubat?"
"Kami sadar dan kami menyesal, kami bertaubat, kanjeng
dewi ... "
"Bagus, kalau kalian bertaubat, katakan apa saja yang
kalian lakukan tadi dan darimana gadis ini kalian bawa?"
"Kami baru saja merampok di rumah Ki Wirodemung di
dusun sebelah utara hutanini dan gadis itu adalah puterinya ...
ampunkan kami!"
"Sekarang, antarkan kembali gadis itu dan kembalikan
barang rampokan. Mintalah maaf kepada orang-orang dusun
itu. Hayo jalan!" Retno Wilis lalu menggiring para perampok
itu sambil menghibur gadis yang masih ketakutan kembali ke
rumah orang tuanya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Di depan orang-orang dusun, Lima Macan Suro itu minta
maaf kepada Ki W irodemung dan berjanji untuk tidak
mengulangi lagi perbuatan mereka.
Bagus Seto kini juga mendampingi Retno Wilis dan pemuda
itu menjadi gembira melihat sepak terjang
adiknya. Dulu, tidak mungkin Retno Wilis mau
mengampuni mereka dan
lima orang itu tentu sudah dibunuhnya!
Ki W irodemung dan
para penduduk dusun
menghaturkan terima kasih kepada Retno Wilis
dan Bagus Seto. Akan
tetapi kedua orang kakak
beradik ini tidak lama
berada di dusun itu.
Mereka lalu mengajak
Lima Macan Suro itu ke dalam hutan lagi dan di sini Retno
Wilis mengancam kepada mereka.
"Mulai sekarang kalian harus mengubah jalan hidup kalian,
jangan lagi merampok, jangan mengganggu penduduk dusun
yang sudah hidup serba kekurangan itu."
"Kami sudah bertaubat," kata si kumis melintang ...
"Kalau kalian masih melakukan perbuatan jahat lagi, lain
waktu aku akan datang ke sini dan tidak akan memberi ampun
lagi kepada kalian. Sudah, pergilah dan pergunakan kekuatan
tubuh kalian untuk bekerja!"
Lima orang perampok itu memberi hormat kepada Retno
Wilis, kemudian mereka pergi dengan kepala menunduk.
Mereka merasa ngeri mendengar ancaman gadisyang sakti itu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Setelah lima orang perampok itu pergi, Retno Wilis
bertanya kepada kakaknya. "Kakang Bagus Seto, Bagaimana
pendapatmu dengan tindakanku tadi" Sudah benarkah?"
Bagus Seto mengangguk-angguk dan tersenyum. "Baik
sekali, Retno. Memang demikianlah yang harus kaulakukan,
mengalahkan yang jahat dan berusaha membujuk mereka
agar mengubah jalan hidup mereka yang sesat. Walaupun
sedikit sekali kemungkinan para penjahat itu benar-benar
menjadi sadar kembali dan berubah menjadi orang baik,
namun engkau telah me laksanakan kewajibanmu dengan baik
dan itu sudah cukup."
Kakak beradik ini melanjutkan perjalanan mereka,
menyusuri sepanjang pantai Laut Selatan.
Memang mengherankan sekali keadaan kakak beradik ini.
Mereka adalah putera dan puteri Ki Patih Tejolaksono, patih
Panjalu yang amat terkenal, sakti mandraguna dan
berkedudukan tinggi di Kerajaan Panjalu. Kenapa mereka tidak
berdiam bersama ayah mereka dan hidup mulia di Kepatihan
Panjalu" Banyak sebab yang membuat kedua orang muda
kakak beradik ini sekarang lelana-brata, meluaskan pengalaman dan pengetahuan dengan jalan merantau (baca
isah Perawan Lembah Wilis dan Badai Laut Selatan).
Bagus Seto adalah seorang pemuda yang sejak kecil
digembleng oleh orang-orang maha sakti dan dia menjadi
seorang pemuda yang seolah-olah telah menjauhkan diri dari
keramaian dan kesenangan dunia sehingga dia tidak tertarik


Sepasang Garuda Putih Seri Keris Pusaka Sang Megatantra 5 Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

kemuliaan dan kemewahan duniawi. Adapun adiknya, Retno
Wilis, yang digembleng oleh seorang sakti yang tersesat,
pernah menjadi seorang gadis perkasa yang berwatak keras
sebagai besi dan tidak pernah mengenal ampun kepada
musuhnya, dapat bertindak kejam, seperti golongan sesat.
Bukan saja pelajaran kesaktian yang diwarisinya dari Nini
Bumigarbo, melainkan juga wataknya yang kejam dan ganas.
Setelah bertemu dengan kakak tirinya, Bagus Seto, maka dara
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
ini menjadi sadar dan selanjutnya ia tidak mau tinggal di
Kepatihan, melainkan hendak ikut kakaknya mengembara
untuk digembleng menjadi orang yang baik. Watak Retno Wilis
ini sebagian diwarisinya dari ibunya, Endang Patibroto yang
juga terkenal sebagai seorang wanita perkasa yang keras hati.
(Baca Badai Laut Selatan).
Demikianlah, Bagus Seto dan Retno Wilis melanjutkan
perjalanan mereka menuju ke timur menyusuri sepanjang
pantai Laut Kidul.
Oo-dwkz-rhg-oO Kerajaan Jenggala baru saja pulih dari kekacauan ketika
rajanya dipengaruhi orang-orang jahat. Raja baru diangkat,
yaitu Pangeran Sigit dengan permaisuri Setyaningsih. Setelah
menjadi Raja Jenggala Pangeran Sigit menggunakan nama
julukan sang panjang, yaitu : Sri Samarotsaha Karnakeshana
Dharmawangsa Kirtisinga Jayantaka-tunggadewa! B iarpun raja
baru ini berusaha keras untuk memulihkan kejayaan Jenggala,
namun luka oleh perang saudara itu terlalu parah sehingga
keadaan Jenggala menjadi lemah. Bahkan banyak para adipati
di daerah-daerah, terutama daerah selatan, melepaskan diri
dari pengaruh Jenggala dan tidak mengakui kekuasaan
Jenggala lagi. Karena maklum bahwa kekuatan Jenggala sudah mulai
surut, Sang Prabu lalu mohon bantuan dari Kerajaan Panjalu,
di mana yang menjadi rajanya adalah Sri Dayawarsha Digjaya
Sastraprabu. Yang menjadi patih dari Kerajaan Panjalu adalah
Ki Patih Tejolaksana. Panjalu mengirim bantuan dan dengan
bantuan Panjalu yang memiliki banyak senopati yang sakti,
barulah Jenggala dapat memulihkan kembali kedaulatannya
atas kadipaten-kadipaten itu. Namun sejak itu, Jenggala
tergantung kepada Panjalu yang menjadi semakin besar, kuat
dan makmur. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Akan tetapi perang saudara itu membuat Panjalu juga
kehilangan banyak daerah yang dipimpin oleh adipati-adipati.
Memang banyak yang telah dikuasai kembali, akan tetapi di
bagian timur, seperti Nusabarung, Blambangan dan lain-lain
telah memisahkan diri dan tidak mengakui kekuasaan Panjalu
dan Jenggala. Mereka menyusun kekuatan dan siap sedia
untuk perang melawan dua kerajaan bersaudara itu.
Blambangan sendiri menjadi kuat karena memperoleh
dukungan dari Bali-dwipa.
Pada suatu sore, Patih Tejolaksono sedang berbincang-
bincang dengan kedua isterinya, yaitu Ayu Chandra dan
Endang Patibroto. Mereka duduk di dalam taman bunga di
belakang gedung tempat tinggal mereka di Kepatihan Anom
karena Tejolaksono diangkat menjadi Patih Anom yang
membantu pekerjaan Patih Sepuh yang bernama Suryoyudo.
"Aku mendengar di timur terjadi pergolakan, kakangmas.
Kenapa kakangmas tidak diutus Sang Prabu untuk
memadamkan api pemberontakan di sana?" tanya Endang
Patibroto kepada suaminya, Patih Tejolaksono.
"Sang Prabu belum memberi perintah, diajeng. Dan
menurut keterangan kakang Patih Suryoyudo, Sang Prabu
memang hendak melihat dulu perkembangan di daerah
Blambangan dan kadipaten-kadipaten di ujung timur itu. Kalau
mereka tidak mengadakan serangan melanggar perbatasan,
maka kitapun tidak bergerak, akan tetapi kalau mereka
mengadakan pengacauan di daerah perbatasan, barulah kita
akan memukulnya. Sang Prabu berpendapat bahwa perang
baru saja selesai, dan perlu memberi istirahat kepada
pasukan." "Akan tetapi kalau dibiarkan saja Blambangan, Nusa Barung
dan yang lain-lain itu bergolak dan tidak mengakui kekuasaan
Panjalu dan Jenggala, berarti Panjalu akan kehilangan
kedaulatannya. Kalau menurut aku, sebaiknya digempur saja
mereka itu. Sebaiknya memadamkan api sebelum menjalar
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dan menjadi besar. Bukankah begitu, mbak-ayu Ayu
Chandra?" "Aku sendiri tidak tahu, diajeng Endang Patibroto. Kita
kaum wanita bagaimana dapat mencampuri
urusan pemerintahan."
"Ah, mana bisa begitu! Biarpun kita ini wanita, namun kita
dapat berperan besar dalam pemerintahan. Kalau untuk
menghadapi para pengacau, aku sendiripun sanggup untuk
menanggulangi," kata Endang Patibroto.
Wanita yang berusia kurang dari limapuluh tahun ini masih
tampak cantik jelita dan gagah, berbeda dengan Ayu Chandra
yang tampak anggun dan lembut.
Patih Tejolaksono yang usianya sudah limapuluh tahun
lebih, tersenyum. Wajahnya yang tampan gagah itu tampak
jauh lebih muda ketika dia tersenyum lebar. Matanya bersinar
tajam dan sikapnya lembut, namun dagunya yang berlekuk itu
membayangkan kekuatan yang pantang mundur.
"Diajeng Endang Patibroto. Agaknya kehidupan yang
makmur dan tenteram ini tidak dapat kaunikmati. Apakah
andika lebih senang kalau terjadi pertempuran di mana andika
dapat berkiprah melawan musuh?"
Endang Patibroto memandang suaminya dengan sinar mata
tajam. Suaminya dapat menyelami jiwanya. Ia memang
seorang wanita ksatria yang keras hati dan suka akan
pertempuran. "Sesungguhnyalah, kakangmas. Kehidupan penuh damai ini
membuat hatiku gelisah. Aku teringat akan anak kita. Kemana
perginya Retno Wilis dan bagaimana keadaannya sekarang"
Aku khawatir sekali."
"Mengapa engkau khawatir, diajeng" Retno Wilis pergi
bersama kakaknya, Bagus Seto dan aku yakin Bagus Seto
akan mampu menjaga dan melindunginya."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Hemm, tanpa perlindunganpun Retno Wilis mampu untuk
menjaga diri sendiri. Aku tidak khawatir kalau terjadi sesuatu
dengannya. Hanya aku khawatir kalau-kalau ia tidak mau
kembali kepada kita. Aku sudah rindu kepadanya dan aku
ingin sekali pergi merantau dan mencarinya. Sungguh tidak
enak sekali rasa hati ini kalau diam menanti saja tanpa
mengetahui kapan ia akan pulang."
Patih Tejolaksono menghela napas panjang. Dia mengenal
betul isterinya yang satu ini. Ia seorang petualang dan hanya
kalau hidupnya menghadapi penuh tantangan ia dapat merasa
senang. "Akan tetapi ke mana engkau akan mencari kedua orang
anak kita itu, diajeng" Engkau tidak tahu ke mana mereka
pergi, ke selatan atau utara, timur atau barat. Lalu engkau
hendak menyusul ke mana?"
"Akan kucari jejak mereka dan aku yakin akhirnya aku akan
dapat menemukan mereka."
"Aku juga akan merasa bahagia sekali kalau puteraku
Bagus Seto mau pulang ke sini, diajeng. Akan tetapi
bagaimana kalau kedua orang anak itu menolak kauajak
pulang?" "Kalau mereka menolak, aku akan menemani mereka
merantau. Aku memang suka merantau dan mengalami hal-
hal yang hebat!" kata Endang Patibroto sambil tersenyum.
"Bagaimana, kakangmas" Engkau tidak keberatan kalau aku
pergi mencari mereka, bukan?"
"Kalau memang itu yang kaukehendaki, diajeng, tentu saja
aku tidak berkeberatan. Akan tetapi tentukanlah waktunya,
sampai berapa lama engkau mencari mereka agar hatiku tidak
gelisah memikirkan kalian bertiga."
"Aku akan mencari mereka, berilah waktu setahun,
kakangmas. Dalam waktu setahun, bertemu dengan mereka
atau tidak, aku tentu akan pulang."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Sayang aku tidak dapat menyertaimu mencari mereka,
diajeng. Di sini aku terikat oleh kedudukan dan pekerjaanku."
"Akupun pergi bukan percuma, kakangmas. Sambil mencari
dua orang putera kita, aku juga akan menyelidiki daerah-
daerah yang sedang bergolak. Siapa tahu jejak anak-anak kita
itu menuju ke timur, sehingga aku dapat menyelidiki dan
mencari mereka di daerah timur, sekalian menyelidiki keadaan
di Nusabarung dan Blambangan."
"Sebaiknya engkau mencari mereka di daerah Jenggala
dulu, diajeng. Siapa tahu mereka berada di sana, dan engkau
sekalian menengok adikmu Setyaningsih yang kini menjadi
permaisuri di Jenggala."
"Tentu aku akan singgah di sana kakangmas."
Demikianlah, setelah mendapat perkenan suaminya,
dengan girang Endang Pati Broto lalu berkemas dan tiga hari
kemudian berangkatlah wanita perkasa ini meninggalkan kota
praja Panjalu. Ia berpakaian ringkas dan tidak membawa
senjata. Wanita ini memiliki banyak ilmu kedigdayaan yang
cukup untuk me lindungi dirinya, maka ia tidak membawa
senjata apapun. Sebuah buntalan digendongnya di punggung,
buntalan berisi pakaian dan bekal uang untuk biaya
perjalanannya. Endang Patibroto ini di waktu mudanya banyak
merantau dan banyak sekali pengalamannya bertanding. Di
antara ilmu-ilmunya yang terampuh adalah pukulan-pukulan
Aji Gelap Musti, Aji Pethit Nogo dan Wisangmolo. Selain itu ia
mempunyai pula Aji Bayutantra yang membuat ia dapat
bergerak cepat sekali dan berlari cepat seperti angin. Ajinya
Pekik Sardulo Bairowo juga amat dahsyat karena pekik ini
dapat melumpuhkan lawan, menggetarkan jantung.
Terakhir kalinya Endang patibroto bertemu dengan
puterinya adalah ketika ia dan suaminya menyerang pasukan
yang dipimpin oleh mendiang Bagaspati pemuja Bathara Siwa
dan utusan Negeri Cola. Setelah mengalahkan musuh-musuh
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mereka, Retno Wilis meninggalkannya, pergi bersama Bagus
Seto, berjalan menyusuri Laut Kidul menuju ke timur.
Akan tetapi ia tidak pergi ke pantai Laut Kidul, melainkan
pergi ke Jenggala lebih dahulu untuk mengunjungi adiknya,
Setyaningsih yang kini menjadi permaisuri di Jenggala. Ia
diterima dengan gembira oleh adiknya. Bahkan Raja Jenggala
juga menyambutnya dengan gembira. Endang Patibroto hanya
dua hari tinggal di istana Jenggala dan sete lah mendapat
keterangan bahwa adiknya dan Sang Prabu juga tidak pernah
mendengar berita tentang puterinya, iapun pergi dan kini
mengunjungi pantai Laut Kidul dan mulailah ia pergi ke timur
untuk mencari puterinya dan Bagus Seto.
Oo-dwkz-rhg-oO Kakek itu berusia kurang lebih enampuluh tahun,
rambutnya yang sudah berwarna dua itu dibiarkan terjurai
sampai ke punggung. Pakaiannya amat sederhana, dari kain
berwarna hitam yang seperti kain melilit tubuhnya saja. Kumis
dan jenggotnya panjang, juga berwarna dua. Biarpun amat
sederhana, namun kakek itu tampak bersih, dari rambutnya
sampai pakaiannya. Dia duduk bersila di atas sebuah dipan
bambu, dan seorang pemuda bersila di atas lantai,
menghadapnya. "Jarot, hari belum sore benar engkau telah berada di
rumah. Apakah pekerjaanmu di ladang telah selesai" Apakah
sepetak tegalan milik kita itu telah kau paculi semua,siap
untuk menanam kentang?"
"Sudah selesai semua, Bapa Bhagawan," jawab pemuda itu.
Pemuda itu berusia kurang lebih duapuluh tahun, berwajah
lembut dan tampan, berkulit hitam manis, tubuhnya padat dan
tegap membayangkan kekuatan.
Siapakah pemuda dan kakek itu" Kakek itu adalah seorang
pendeta yang mengasingkan diri di lereng Gunung Semeru,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
bernama Bhagawan Dewondaru, seorang kakek yang memiliki
ilmu kepandaian tinggi, sakti mandraguna, dan hidup sebagai
seorang petani biasa yang selalu mengenakan pakaian serba
hitam. Usianya sudah enampuluh tahun, akan tetapi tubuhnya
masih tegak dan kokoh kuat, masih kuat untuk mencangkul
sehari penuh selama berhari-hari.
Pemuda itu bernama Jarot, sudah kurang lebih tujuh tahun
Jarot menjadi murid Bhagawan Dewondaru, mempelajari
segala ilmu kesaktian sambil bekerja sebagai petani. Tujuh
tahun yang lalu, Bhagawan Dewondaru menemukan Jarot
dalam keadaan hampir mati hanyut di Ka li Rejali yang bermata
air di Lereng Semeru.
Bagaimana Jarot yang ketika itu baru berusia lima belas
tahun hanyut di Kali Rejali dalam keadaan hampir mati" Jarot
sebetulnya adalah putera Adipati yang berkuasa di Pasisiran,
yaitu daerah di pantai Laut Kidul sebelah barat pula Nusa
Barung. Jarot adalah putera yang lahir dari seorang selir, akan
tetapi sejak kecil pemuda ini amat disayang oleh ayahnya. Dia
seorang anak yang selain tampan dan lembut, juga amat
berbakti dan patuh kepada Sang Adipati Pasisiran sehingga
ayahnya ini amat menyayangnya lebih dari pada putera-putera
lainnya. Hal ini membuat putera permaisuri yang bernama
Lembu Alun menjadi iri hati dan diam-diam dia membenci adik
tirinya itu. Karena khawatir bahwa kelak kedudukan adipati
akan diserahkan kepada Jarot setelah ayah mereka
mengundurkan diri, maka Lembu Alun segera mengatur jalan
sesat untuk mengenyahkan adik tirinya.
Pada suatu hari, Lembu Alun mengajak adik tirinya untuk
pergi berburu binatang hutan. Jarot merasa heran sekali
karena biasanya, kakaknya ini menjauhinya, bahkan bicarapun
jarang kepadanya. Dari gerak gerik dan pandang matanya, dia
tahu bahwa kakak tirinya itu tidak senang atau membencinya.
Oleh karena itu, ajakan itu sungguh membesarkan hatinya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Aku girang sekali, kakangmas. Dengan siapa saja kita


Sepasang Garuda Putih Seri Keris Pusaka Sang Megatantra 5 Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

berburu?" tanya Jarot sambil memandang kepada Lembu Alun
dengan wajah berseri.
"Ah, kita pergi berdua saja, adimas. Membawa banyak
orang hanya akan mengganggu kita berburu saja. Kita pergi
berdua menunggang kuda dan membawa gendewa dan anak
panahmu. Aku dengar di hutan sepanjang kali Rejali di lereng
Semeru terdapat banyak kijang. Aku ingin sekali makan daging
kijang yang gemuk. Kita pergi berdua saja, kalau sudah
mendapat satu atau dua ekor kita segera pulang. Kalau kita
berangkat pagi-pagi benar, sorenya kita sudah dapat pulang."
"Baik, kakangmas," kata Jarot dan kedua orang muda itu
dengan tangkasnya lalu berlompatan ke atas punggung kuda
mereka dan membalapkan kuda mereka ke luar dari kadipaten
menuju ke utara, menyusuri sepanj kali Rejali. Dua orang
muda itu melakukan perjalanan penuh kegembiraan, terutama
sekali Jarot karena baru sekali ini dia diajak oleh kakaknya itu
pergi berburu. Dia mulai merasa betapa keliru anggapannya
bahwa kakaknya itu tidak senang kepadanya. Sekarang baru
ternyata bahwa kakaknya itu baik sekali kepadanya.
Setelah mereka memasuki hutan di lereng Gunung Semeru,
Lembu Alun lalu melompat turun dari kudanya. "Di sinilah
tempatnya, adimas. Sebaiknya kita berjalan kaki saja karena
kijang-kijang itu tentu akan melarikan diri kalau mendengar
derap kaki kuda kita."
Jarot juga turun dari kudanya. Kedua ekor kuda itu
ditambatkan di sebatang pohon dan kedua orang muda itu lalu
mencari kijang dengan jalan kaki. Mereka menyusuri Kali
Rejali dalam hutan itu. Akhirnya mereka menemukan jejak
kaki banyak kijang di tepi sungai.
"Adimas, sebaiknya kita berpencar. Engkau mengambil
jalan sepanjang sungai ini, dan aku akan mencari ke sebelah
sana. Dengan cara berpencar, lebih banyak kemungkinan kita
menemukan kijang."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Baik, kakangmas. Aku akan mengambil jalan di sepanjang
sungai ini."
"Mari kita berlumba, adimas. Siapa diantara kita yang dulu
memperoleh kijang!"
Jarot tersenyum dan ikut bergembira seperti kakaknya.
"Baik, kakangmas. Akan tetapi aku tentu kalah. Siapa yang
tidak tahu bahwa kakangmas adalah seorang jago panah yang
terkenal di kadipaten kita" Akan tetapi siapa tahu, aku akan
lebih dulu bertemu dengan kijang."
Mereka lalu berpencar. Lembu Alun menyusup-nyusup di
antara alang-alang dan menghilang ke tengah hutan. Jarot
juga berindap-indap mengintai kalau-kalau ada kijang di
sebelah depannya. Akan tetapi sudah sejam dia bergerak maju
berindap-indap, belum juga tampak bayangan seekor-pun
kijang. Dia mulai merasa khawatir. Mungkin kakaknya kini
telah merobohkan seekor kijang dengan anak panahnya!
Jarot merasa gerah. Melihat air Kali Rejali yang jernih itu,
dia tertarik lalu menuruni tebing sungai. Dia lalu mencuci
mukanya. Terasa segar dan sejuk sekali ketika air membasahi
muka, leher dan lengannya.
Pada saat itulah, tiba-tiba dia merasa punggungnya nyeri
sekali. Sebatang anak panah menancap di punggungnya. Jarot
mengeluh lalu roboh terpelanting ke dalam sungai. Dia
pingsan dan perlahan-lahan tubuhnya, hanyut oleh air sungai
itu. Dalam keadaan seperti itulah Bhagawan Dewondaru
menemukannya, hanyut pingsan di Kali Rejali. Orang tua itu
segera menolongnya dan membawanya pulang ke pondoknya
di lereng yang lebih tinggi. Dengan penuh kasih dia mengobati
dan merawat Jarot sampai pemuda itu sembuh dan sehat
kembali. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Setelah kesehatannya pulih kembali, Bhagawan Dewondaru
lalu bertanya mengapa dia sampai hanyut di sungai dengan
sebatang anak panah menancap di punggungnya.
Jarot lalu bercerita. "Saya sedang berburu kijang bersama
kakak saya, Bapa. Karena merasa gerah, saya turun ke sungai
dan membasahi muka dan leher saya. Pada saat itulah saya
merasa nyeri sekali di punggung saya dan selanjutnya saya
tidak ingat apa-apa lagi. Setelah saya sadar, ternyata saya
telah berada di sini, mendapat pengobatan dan perawatan
dari Bapa. Atas budi pertolongan Bapa, saya menghaturkan
banyak te rima kasih. Kalau tidak ada Bapa yang menolong
saya, tentu saya telah tewas."
"Jangan berterima kasih kepadaku angger. Akan tetapi
berterima kasihlah kepada Hyang Widhi, karena Hyang Widhi
yang menolongmu melalui aku yang kebetulan melihat engkau
hanyut di Kali Rejali. Akan tetapi, siapakah namamu dan di
mana tempat tinggalmu, angger?"
"Saya bernama Jarot dan saya tinggal di kadipaten
Pasisiran. Saya adalah putera Adipati Pas isiran, Bapa."
"Jagad Dewa Bathara ... ! Kiranya andika adalah putera
Sang Adipati di Pasisiran. Maafkan kalau saya bersikap kurang
hormat, Raden."
"Harap jangan sungkan, Bapa. Dan jangan menyebut saya
raden, sebut saja nama saya. Dan siapakah Bapa yang tinggal
di tempat sunyi ini?"
"Saya bernama Bhagawan Dewondaru, angger. Agaknya
ketika andika membasahi muka itu, andika diserang secara
menggelap oleh seseorang. Apakah andika mempunyai
musuh?" Jarot menggeleng kepalanya. "Setahu saya tidak, Bapa
Bhagawan. Saya tidak pernah bermusuhan dan agaknya di
dunia ini tidak ada yang memusuhi saya."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kakek itu mengeluarkan sebatang anak panah dan
memperlihatkannya kepada Jarot. "Apakah andika mengenal
anak panah ini?"
Jarot menerima anak panah itu dan menggeleng kepalanya.
"Saya tidak mengenalnya, Bapa. Kakak saya selalu memakai
anak panah dengan bulu merah, dan anak panah ini bulunya
hitam. Saya tidak mengenalnya."
"Hemm, akan tetapi kenyataannya, andika diserang dan
dipanah orang dari belakang. Apakah kakak andika itu sayang
kepada andika?"
Ditanya begini, Jarot mengerutkan alisnya. "Biarpun tidak
sayang, akan tetapi tidak mungkin dia yang melakukannya,
Bapa. Hal ini terbukti dari anak panah ini yang sama sekali
bukan miliknya."
"Angger, saya tidak menyangka siapa-siapa, akan tetapi
melihat keadaanmu, engkau terancam bahaya besar.
Sebaiknya andika tinggal di sini untuk sementara. Kalau
andika kembali ke kadipaten, saya khawatir orang yang
hendak membunuh andika itu akan mengulangi lagi
perbuatannya."
Jarot membenarkan pendapat kakek itu. Kalau diingat,
sekarang diapun merasa bahwa banyak orang yang membenci
atau tidak senang kepadanya. Kakaknya, Lembu Alun biasanya
juga tidak suka kepadanya, dan ada saudara-saudara tiri yang
lain. Agaknya karena ayahnya menyayangnya, maka dia
dibenci orang banyak. Para ibu tirinya juga tidak suka
kepadanya. Seolah hanya ayahnya dan ibunya saja yang suka
kepadanya. Akan tetapi benarkah kebencian mereka demikian
besarnya sehingga mereka tega mencoba membunuhnya"
"Baiklah, Bapa. Kalau Bapa tidak berkeberatan, untuk
sementara saya tinggal mondok di sini. Saya akan membantu
pekerjaan Bapa bertani."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Bagus sekali, angger. Sebagai gantinya, saya akan
mengajarkan ilmu-ilmu yang kiranya berguna bagimu."
Demikianlah, mulai hari itu, Jarot tinggal di pondok
Bhagawan Dewondaru. Bukan untuk sementara, bahkan
berlarut-larut sampai tujuh tahun! Hal ini adalah karena
dengan terkejut dan juga girang sekali Jarot mendapat
kenyataan bahwa kakek itu adalah seorang yang sakti
mandraguna! Maka, tentu saja dia tidak mau melepaskan
kesempatan baik itu dan diapun bekerja dengan rajinnya di
samping mempelajari ilmu-ilmu kesaktian sampai tujuh tahun
lamanya! Pada sore hari itu, dia menghadap gurunya yang bertanya
kepadanya tentang pekerjaannya di ladang, yang dijawabnya
bahwa tegalan mereka telah dia paculi sampai selesa i.
"Bagus sekali, angger Jarot. Mulai besok pagi, andika tidak
perlubekerja di ladang lagi. Menurut pendapatku, waktumu
tinggal bekerja dan belajar di sini telah habis. Besok andika
harus meninggalkan tempat ini dan kembalilah ke Kadipaten
Pasisiran."
Jarot terkejut sekali dan mengangkat muka memandang
wajah gurunya, lalu menyembah. "Akan tetapi, Bapa. Saya
belum ingin pergi, masih ingin melanjutkan bekerja dan
belajar di s ini."
"Tidak, angger. Semua ilmuku sudah kuberikan kepada
andika. Pula, ada pertemuan tentu ada perpisahan dan besok
sudah tiba waktunya kita berpisah."
"Setidaknya, ijinkanlah saya tinggal di sini sampai selesa i
menanam kentang, Bapa. Saya tidak ingin melihat Bapa
bersusah payah bekerja sendiri."
Bhagawan Dewondaru tersenyum. "Sebelum andika
datang, pekerjaanku adalah bertani. Setelah andika berada di
sini, aku menjadi seorang tua yang menganggur dan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
bermalasan. Tidak, angger. Engkau harus pergi dari s ini besok
karena akupun akan meninggalkan tempat ini besok."
"Kemanakah Bapa hendak pergi?"
"Aku sendiri belum tahu ke mana aku hendak merantau
dan entah kapan aku kembali ke s ini. Mungkin juga tidak akan
kembali sama sekali karena telah mendapatkan tempat tinggal
lain. Andika harus pulang ke Kadipaten pesisiran, bertemu dan
berkumpul dengan orang tuamu. Sekarang andika tidak perlu
khawatir lagi akan usaha jahat yang hendak membunuhmu.
Andika cukup kuat untuk menjaga diri."
Jarot tidak berani membantah lagi. Dia menemukan
kehidupan yang hening dan tenang di situ, menemukan
kebahagiaan hidup bersama gurunya, digembleng ilmu dan
juga pengetahuan tentang kehidupan. Kalau teringat betapa
saudara-saudara dan para ibu tirinya seolah berebutan
kekuasaan dan saling berlumba menyenangkan hati ayahnya
agar kelak dijadikan pengganti adipati di Pasisiran, rasanya
segan dia untuk pulang. Akan tetapi dia kalau teringat kepada
ayah ibunya, hatinya sudah merasa rindu sekali kepada
mereka yang telah ditinggalkan selama tujuh tahun. Ingin
sekali dia mengetahui, apa yang diceritakan oleh kakaknya
Lembu Alun tentang kehilangan dirinya kepada ayah ibunya.
Lembu Alun tentu kehilangan dirinya dan pulang seorang diri
dari perburuan itu.
Pada keesokan harinya, pagi-pagi benar dia mandi biarpun
semalam hampir tidak tidur, dan setelah kembali ke pondok,
gurunya telah bangun, bahkan telah siap untuk pergi
membawa tongkatnya dan menggendong buntalan pakaiannya. "Sepagi ini, Bapa hendak ke manakah?"
"Seperti telah kuberitahukan kemarin, hari ini aku juga
akan pergi merantau. Aku berangkat dulu, angger. Kalau
andika turun gunung, jangan lupa singgah di dusun
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kemanggisan di selatan itu dan beritahu kepada Ki Janur
bahwa pondok dan tegalan ini kuserahkan kepadanya untuk
digarap. Pondok dan tegal ini menjadi miliknya sampai aku
kembali ke sini, entah kapan."
"Baik, Bapa. Akan tetapi, saya mohonBapa memberitahukepada saya, ke mana saya harus pergi kalau
saya ingin berjumpa dengan Bapa."
Kakek itu tersenyum dan menggeleng kepala. "Aku pergi
menurutkan kata hati dan langkah kaki, bagaimana aku dapat
tahu ke mana aku hendak pergi" Sudahlah, angger, kalau
memang berjodoh, sekali waktu kita tentu akan dapat saling
bertemu lagi. Selamat tinggal."
Jarot memberi hormat dengan sembah.
"Selamat jalan, Bapa, harap jaga diri Bapa baik-baik,"
katanya terharu. Tujuh tahun hidup bersama kakek itu, dia
sudah menganggapnya sebagai ayahnya sendiri.
Setelah Bhagawan Dewondaru pergi, barulah Jarot
berkemas. Dia juga membungkus pakaiannya dengan sarung
dan menggendong juntaian itu diatas punggungnya, kemudian
setelah beberapa lamanya dia memandang pondok dan
sekitarnya yang telah amat dikenalnya
itu, diapun membalikkan tubuhnya dan melangkah lebar menuju ke dusun
Kemanggisan. Dusun ini merupakan satu-satunya dusun di
mana dia bertemu dengan manusia-manusia lain, yaitu kalau
berbelanja segala keperluan mereka. Ki Janur adalah seorang
penduduk dusun yang kadang diminta bantuannya menggarap
tegal, seorang laki-laki yang tulus dan jujur, dan yang hidup
menduda tanpa anak. Setelah tiba di dusun Kemanggisan,
Jarot menemui K i Janur dan menyampaikan pesan gurunya. Ki
Janur menerimanya dengan senang karena tegalan milik
Bhagawan Dewondaru merupakan tegalan yang subur sekali.
"Terima kasih, denmas, akan saya urus baik-baik tegal dan
pondok itu," katanya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Setelah menyampaikan pesan gurunya, Jarot lalu menuruni
lereng Semeru menuju ke selatan, menyusuri sepanjang Kali
Rejali yang mengalir ke selatan. Muara air KaliRejali itu berada
di pinggir Kadipaten Pasisiran.
Oo-dwkz-rhg-oO Malam itu gelap gulita. Angin malam berhembus lesu
sehingga awan gelap yang menutupi bintang-bintang di langit


Sepasang Garuda Putih Seri Keris Pusaka Sang Megatantra 5 Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

tetap menyelubungi Kadipaten Pasisiran dalam kegelapan
yang pekat. Orang-orang enggan ke luar rumah karena gelap
dan dinginnya. Apalagi malam itu adalah malam Jumat Kliwon
yang dianggap malam yang khas bagi roh-roh jahat
gentayangan mencari korban.
Akan tetapi dua orang pemuda agaknya tidak memperdulikan malam yang menyeramkan itu. Mereka
bahkan keluar dari batas kota Kadipaten Pasisiran dan menuju
keselatan, ke pantai Laut Kidul. Di pantai yang curam terdapat
guha-guha yang besar dan jalan menuju ke guha-guha itupun
merupakan jalan yang berbahaya. Namun, dua orang itu kini
memegang obor dan menuruni tebing yang curam itu.
Akhirnya mereka tiba di tempat yang dituju. Mereka
berhenti di depan sebuah guha besar dan menancapkan obor
mereka di kanan kiri depan guha sehingga menerangi dalam
guha itu. Di dalam guha, di atas sehelai tikar, duduk seorang
kakek yang menyeramkan. Rambutnya panjang dan gimbal,
matanya bundar dan besar, hidungnya pesek dan mulutnya
yang lebar itu menyeringai seperti mulut seekor srigala yang
kelaparan. Mata yang besar itu mencorong seperti mata
harimau ketika terkena cahaya dua batang obor itu.
Pakaiannya seperti baju pendeta yang longgar dan panjang,
berwarna kuning.
Ketika melihat dua orang laki-laki muda itu maju, berlutut
dan menyembah kepadanya, kakek ini tertawa bergelak. "Hoa-
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
ha-ha, mengapa kalian datang malam-malam begini, Lembu
Alun dan Lumbu Tirta. Bukankah sudah cukup aku memberi
pelajaran ilmu-ilmu itu kepada kalian" Dan kapan kalian akan
mengajak aku ke kadipaten menduduki pangkat sebagai
Penasihat Kadipaten?"
"Ampunkan kami kalau mengganggu, Bapa Guru.
Kedatangan kami ini ada hubungannya dengan pertanyaan
terakhir itu. Sampai sekarang, ayah kami belum juga
menentukan pilihannya untuk mengangkat seorang di antara
kami para puteranya menjadi calon Adipati. Agaknya ayah
kami masih terus memikirkan adimas Jarot yang lenyap tujuh
tahun yang lalu.Karena itu, kami mohon keterangan dari Bapa
Guru, apakah Dimas Jarot itu masih hidup?"
"Tunggu sebentar, akan kubuat perhitungan. Namanya
Jarot" Akan kuminta Perewangan untuk memberi petunjuk."
Setelah berkata demikian, kakek yang duduk bersila itu lalu
menyilangkan lengan depan dada, mulutnya berkemak-kemik
membaca mantram. Tak lama kemudian tiba-tiba saja
tubuhnya menjadi kaku, kedua tangannya mencakar-cakar
udara, berkelojotan seperti orang sekarat dan mulutnya yang
berbuih itu mengeluarkan suara me lengking seperti suara
seorang nenek-nenek.
"Kau tanyakan tentang Si Jarot" Hi-hi-hi-hik, dia masih
hidup, bahkan dia menjadi ancaman besar bagi kalian. Hi-hi-
hiaduh panas ... kalian jaga baik-baik, dia panas ... !" Kakek
itu berhenti berkelojotan dan mengusap buih dari mulutnya.
"Kalian mendengar sendiri dari Perawangan tadi" Jarot
masih hidup, bahkan menjadi ancaman besar bagi kalian. Dan
agaknya dia itu tidak boleh dipandang ringan, kalau dia panas
itu berarti pemuda itu memiliki kesaktian yang patut
diperhitungkan."
"Kalau begitu, kita harus bekerja secepatnya, Bapa Guru.
Sebelum Jarot muncul, ayah kami harus disingkirkan dulu.
Kalau ayah meninggal, aku sebagai putera permaisuri pasti
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
akan diangkat menjadi penggantinya. Dan kalau aku sudah
menjadi adipati,tentu Bapa Guru akan kami boyong ke
Kadipaten Pasisiran. Kalau Jarot muncul setelah aku menjadi
Adipati, dia tidak dapat berbuat apa-apa lagi."
"Hemm, itu mudah. Akan tetapi engkau harus menyediakan
syaratnya. Sehelai bajunya yang bekas dipakai dan belum
dicuci, beberapa helai, sedikitnya tujuh helai rambutnya, lalu
hari dan pasaran apa dia dilahirkan. Karena hanya pada hari
tertentu itu maka seranganku akan dapat berhasil. Dan kalau
dia sudah jatuh sakit, engkau harus berusaha agar dia mau
minum air yang sudah kuisi dengan kekuatan mantram. Nah,
sediakan semua syarat itu secepatnya, dan pergilah dari sini,
tinggalkan aku yang sedang menikmati malam Jumat Kliwon
yang angker ini."'
Dua orang muda itu adalah putera-putera Adipati di
Pasisiran yang bernama Lembu Alun dan Lembu Tirta, putera
dari permaisuri. Seperti kita ketahui, Lembu Alun adalah kakak
tiri Jarot yang dulu mengajak Jarot pergi berburu kijang.
Sekarang dia telah berusia duapuluh lima tahun dan Lembu
Tirta berusia duapuluh tiga tahun.
Ketika dulu Lembu Alun pulang seorang diri sambil
menuntun kuda tunggangan Jarot, pemuda ini sambil
menangis memberitahu kepada ayah bundanya bahwa Jarot
telah lenyap. "Kami berpencar untuk memburu kijang, akan tetapisete lah
sayacari-cari, adimas Jarot telah lenyap tanpa meninggalkan
bekas. Sudah saya panggil-panggil dan cari-cari namun dia
tidak muncul. Terpaksa karena hari sudah sore saya pulang
sendirian."
Tentu saja ibu Jarot dan juga Adipati Pasisiran menjadi
terkejut dan khawatir sekali mendengar keterangan Lembu
Alunyang diceritakan sambil menangis itu. Sang Adipati lalu
mengerahkan pasukan untuk mencari Jarot. Seluruh hutan itu
telah-dijelajahi dan malam itu juga mereka mencari-cari
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
namun sia-sia. Setelah tiga hari tiga ma lam mencari tanpa
hasil, akhirnya mereka pulang ke kadipaten dengan lesu dan
sedih. "Tidak, tidak mungkin Jarot mati!" teriak Sang Adipati
dengan penuh duka dan khawatir, "kalau dia mati tentu dapat
ditemukan jenazahnya."
Sampai tujuh tahun lamanya, Sang Adipati walaupun
terendam dalam duka, agaknya masih belum melepaskan
harapannya bahwa Jarot masih hidup dan sewaktu-waktu
akan muncul di depannya.
Sikap ayahnya ini membuat hati Lembu Alun khawatir
sekali. Diapun sangsi apakah Jarot telah tewas. Kenapa
mayatnya tidak ditemukan" Andaikata mayat itu hanyut di Ka li
Rejuli pun tentu akan dapat ditemukan oleh para pencari itu.
Dia sendiri menjadi ragu-ragu. Dan s ikap ayahnya yang masih
mengharap-harapkan
kembalinya Jarot itu, makin menggelisahkan karena dia tahu bahwa kalau Jarot muncul,
tentu pemuda itu yang akan ditunjuk sebagai pengganti
ayahnya. Lima tahun yang lalu, dia dan adiknya, Lembu Tirta secara
tidak sengaja bertemu dengan Wasi Surengpati, kakek yang
menyeramkan di dalam guha itu. Setelah mengetahui bahwa
Wasi Surengpati adalah seorang pertapa yang sakti, kedua
orang muda ini lalu minta untuk diterima sebagai murid. Wasi
Surengpati mau menerima mereka menjadi murid asalkan
mereka berjanji kelak mengangkatnya menjadi sesepuh atau
penasihat di Kadipaten Pasisiran. Setelah kedua orang pemuda
itu menyanggupi dan memberi hadiah apa saja yang
diinginkan kakek itumerekapun diterima menjadi murid dan
menerima beberapa macam ilmu kanuragan yang membuat
mereka menjadi semakin sombong.
Dan pada malam hari itu, mereka merencanakan agar
cepat-cepat Lembu Alun diangkat menjadi adipati dengan cara
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
melenyapkan atau membunuh ayah mereka sendiri me lalui
ilmu hitam yang akan dilaksanakan oleh guru mereka!
Betapa kejinya! Di antara segala daya tarik yang amat kuat
dan membuat manusia saling berebutan, bahkan tidak segan-
segan melakukan segala daya yang licik dankotor untuk
memperoleh adalah KEKUASAAN. Semua orang berpendapat
bahwa hanya kekuasaan yang dapat membahagiakan mereka.
Kalau ada kekuasaan, maka segala kehendaknya pasti
tercapai! Kekuasaan dapat membuat mereka dipuja dan
disembah orang lain, dan dapat membuat mereka hidup kaya
raya, mewah dan mulia! Kekuasaan dapat membuat orang
mabok dan bertindak sewenang-wenang, karena kekuasaan
selalu menjadi m ilik yang menang, dan kalau sudah berkuasa,
maka apapun yang dilakukannya adalah baik dan benar! Maka
tidak heran kalau Lembu Alun yang haus akan kekuasaan itu,
demi mendapatkan kedudukan Adipati, tidak segan-segan
mencoba membunuh adik tirinya dan kini bahkan tidak segan-
segan membunuh ayah kandungnya sendiri. Orang-orang
yang berpendirian demi kian, yang sudah menjadi hamba
nafsunya sendiri mengejar kekuasaan dengan segala cara,
orang demikian itu sama sekali lupa bahwa di atas segala
macam kekuasaan ada KEKUASAAN MUTLAK yaitu kekuasaan
Tuhan! Betapapun tinggi kekuasaan seorang manusia, dia
tidaklah kebal terhadap kesengsaraan, terhadap duka,
kecewa, putus asa, penyakit dan kematian! Terutama sekali
menghadapi penyakit dan kematian, kekuasaan sedikitpun
tidak dapat menolongnya. Dia akan tetap merintih-rintih
kesakitan dikala sakit dan menghembuskan napas terakhir
apabila ajal tiba. Dia tidak tahu bahwa makin besar
kekuasaannya, makin lemahlah dia terhadap segala uji dan
coba. Hanya orang bijaksana saja yang tidak haus kekuasaan
secara wajar, diapun tidak mabok karenanya, bahkan dia
menggunakan kekuasaannya untuk kebaikan nusa dan
bangsa, manusia dan dunia.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sebelum kedua orang bersaudara ini sempat menyerahkan
syarat-syarat yang diminta oleh Wasi Surengpati, pada
keesokan harinya, menjelang senja, Lembu Alun danLembu
Tirta sedang berjalan-jalan di luar pintu gerbang kota sebelah
utara. T iba-tiba di luar pintu gerbang mereka melihat seorang
pemuda yang melangkah lebar kearah pintu gerbang.
Keduanya terbelalak dan Lembu Alun cepat memberi isyarat
kepada adiknya dan keduanya segera melangkah lebar
menyambut pendatang itu. Setelah mereka berhadapan,
pemuda itu memandang mereka dengan wajah berseri dan
segera menegur mereka.
"Kakangmas Lembu Alun dan kakangmas Lembu Tirta!"
Pemuda yang bukan lain adalah Jarot itu segera menghampiri
semakin dekat. Jilid 2 Akan tetapi kedua orang muda itu memandangnya dengan
alis berkerut dan sinar mata marah. "Siapa andika, berani
menegur kami begitu saja?" tanya Lembu Alun dengan suara
ketus. "Kakangmas Lembu Alun. Sudah lupakah kepadaku" Aku
Jarot, adikmu!"
"Jarot" Tidak mungkin! Jarot sudah mati dan lenyap tujuh
tahun yang lalu! Andika hanya mengaku-ngaku saja, andika
orang palsu!"
"Kakangmas Lembu Alun! Ini aku, Jarot. Aku masih hidup
dan baru hari ini aku pulang."
"Aahh, Jarot sudah mati tidak mungkin hidup kembali.
Andika orang jahat yang berpura-pura menjadi adik kami!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kata Lembu Tirta. "Kakangmas Lembu Alun, kita hajar saja
orang palsu ini!"
Dua orang itu lalu menerjang maju dan memukul Jarot.
Jarot terkejut sekali, bukan saja melihat betapa dua orang
kakaknya tidak mengenalnya dan menyerangnya, terutama
sekali melihat cara mereka menyerang menggunakan aji
kekuatan yang cukup dahsyat! Dari mana kedua kakaknya
memiliki kekuatan dahsyat seperti itu.
"Wuuuuuuttt ... ! Wuuuuuuuut ... !!"
Jarot cepat mengelak
dengan lincahnya sehingga pukulan kedua
orang itu luput. K ini kedua
orang itu yang menjadi
kaget dan heran. Mereka
telah menyerang dengan
Aji Samber Nyawa, yang
sekali pukul dapat membunuh lawan. Akan
tetapi dengan mudah saja
Jarot dapat mengelak dari
dua pukulan mereka! Padahal dahulu Jarot hanya pernah mempelajari
ilmu kanuragan yang biasa
saja, sama dengan mereka
sebelum menjadi murid Bhagawan Dewondaru.
Akan tetapi keheranan ini tidak menghentikan kemarahan
mereka. Mereka lalu menerjang dan menyerang lagi dengan
lebih dahsyat. Melihat ini, terpaksa Jarot menangkis sambil
mengerahkan tenaga saktinya.
"Dukk ... ! Dukk ... !" Dua orangkakak beradik itu terpental
ke belakang dan terhuyung! Mereka menjadi semakin kaget
dan penasaran sekali.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kakangmas Lembu Alun dan kakangmas Lembu Tirta.
Ingatlah, ini aku Jarot, bukan musuh kalian. Aku telah kembali
dan mari kita menghadap Kanjeng Romo dan kanjeng ibu."
Akan tetapi Lembu Alun sudah mencabut kerisnya dan


Sepasang Garuda Putih Seri Keris Pusaka Sang Megatantra 5 Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

membentak kepada adiknya, "Lembu Tirta, kita bunuh
manusia palsu ini!" Dia lalu menyerang lagi menggunakan
kerisnya dan perbuatannya ini segera diturut oleh Lembu T irta
yang juga menyerang dengan kerisnya.
Jarot cepat mengelak dari tusukan kedua batang keris itu.
Keris-keris itu menyambar lagi dan sampai lima enam kali
Jarot mengelak.
"Kakangrnas berdua, hentikan serangan kalian. Aku Jarot
tulen, bukan palsu. Aku adik kalian!" berulang kali Jarot
membujuk mereka, akan tetapi kedua orang itu menyerang
semakin ganas, keris mereka berkelebatan menyambar-
nyambar. Jarot maklum bahwa tidak mungkin dia mengelak terus,
maka ketika melihat betapa mereka itu benar-benar tidak mau
mendengarkan bujukannya, dia lalu menggerakkan kedua
tangannya menangkis dengan pengerahan tenaga sakti.
Tangkisannya mengena pergelangan tangan kanan mereka
dengan kuat sekali.
"Dukk ... dukkk ... !!" Dan kedua orang bersaudara itu tidak
dapat mempertahankan keris mereka yang terlepas dari
tangan mereka yang terasa lumpuh! Mereka terbelalak,
maklum bahwa mereka tidak mampu menandingi Jarot yang
kini demikian digdayanya. Mereka lalu memungut keris mereka
dan lari memasuki kota, terus menuju ke pintu gerbang kota
sebelah selatan dan terus berlari menuju ke pantai Laut Kidul.
Jarot tidak mengejar mereka, hanya merasa heran sekali
mengapa kedua orang kakaknya begitu keras hendak
membunuhnya. Benarkah mereka itu tidak mengenalnya lagi"
Begitu besarkah perubahan pada dirinya sehingga mereka
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tidak mengenalnya" Jarot tidak memperdulikan mereka lagi
dan langsung saja dia melangkah menuju ke Kadipaten.
Hatinya merasa terharu juga ketika dia berdiri di halaman
kadipaten yang telah dikenalnya sejak dia kecil itu. Bahkan dia
tahu bahwa pada saat senja seperti itu, paraibunya dan para
putera-puteri berkumpul di ruangan dalam berbincang-
bincang. Dia mengira-ira apakah namanya disebut dalam
percakapan mereka itu. Mungkin tidak lagi. Sudah terlalu lama
dia meninggalkan mereka. Mungkin mereka sekarang sudah
lupa, seperti dua orang kakaknya tadi. Perasaan kecewa
mengalir masuk ke dalam hatinya. Akan tetapi segera
diusirnya perasaan ini dengan kesadaran bahwa yang bersalah
adalah dia sendiri. Dia meninggalkan mereka selama tujuh
tahun tanpa pamit.
Seorang tukang kebun menghampirinya, sapu lidi panjang
di tangan kanan. Biarpun cuaca sudah agak remang, Jarot
masih mengenal baik tukang kebun ini. Ki Sambung, tukang
kebun yang kini berusia empatpuluh tahun itu. Akan tetapi dia
diam saja, pura-pura tidak mengenalnya untuk menguji
apakah tukang kebun ini juga lupa kepadanya.
Padahal dahulu, di waktu dia masih kecil, sering sekali dia
mengajak tukang kebun itu bermain-main.
Ketika tukang kebun sudah tiba dekat di depan Jarot, tiba-
tiba dia terbelalak, mulutnya ternganga dan gagang sapu yang
dipegangnya terlepas dari tangannya, lalu dia mengamati
wajah Jarot dan akhirnya dia berseru dengan suara terputus-
putus, "Den mas Jarot ... " Tapi ... tapi ... benarkah andika
denmas Jarot yang sudah hilang demikian lamanya?"
Bukan main senang dan lega rasa hati Jarot mendengar
seruan ini. Ki Sambung tidak lupa kepadanya, berarti bahwa
tidak banyak perubahan terjadi atas dirinya!
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Jarot tertawa, "Ha-ha, paman Sambung, kiranya andika
tidak lupa kepadaku" Aku memang Jarot, tulen dan bukan
setannya!"
"Denmas Jarot ... ! Ah, sekian lamanya ini, andika pergi ke
mana sajakah, denmas" Semua orang mengharapkan
kedatangan denmas!" Dan seperti seorang anak kecil, tukang
kebun itu lalu berlari ke dalam gedung sambil berteriak-teriak.
"Denrnas Jarot datang ... ! Denmas Jarot telah pulang ... !!"
Mendengar teriakannya berulang-ulang itu, para pelayan
yang berada di serambi depan sudah berlari-lari keluar ke
pekarangan dan mereka semua menyambut Jarot dengan
wajah ceria dan senyum gembira.
Tak lama kemudian, Sang Adipati sendiri keluar diikuti oleh
para isteri, putera dan puterinya.
"Jarot, anakku ... !" Ibu Jarot berlari ke depan dan
menubruk puteranya. Mereka saling rangkul dan wanita itu
menangis tersedu-sedu saking gembiranya.
"Kanjeng ibu, ampunkan anakmu yang berdosa, meninggalkan kanjeng ibu tanpa pamit ... " Jarot menelan
keharuannya. "Jarot, benarkah kami tidak mimpi dan engkau yang datang
ini?" Sang Adipati bertanya.
Jarot melepaskan pelukan pada ibunya dan dia lalu berlutut
menyembah depan kaki ayahnya. "Kanjeng Rama, ampunkan
saya, kanjeng Rama, saya telah pergi tanpa pamit selama
tujuh tahun."
Sang Adipati memegang pundak pemuda itu dan berkata,
"Mari kita semua masuk dan bicara di dalam."
Keluarga itu lalu memasuki gedung dan berkumpul kembali
di ruangan dalam. Setelah pelayan menyuguhkan minuman
dan Jarot diminta agar minum lebih dulu, Sang Adipati
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kertajaya lalu bertanya kepada Jarot, "Jarot, sekarang tiba
saatnya bagimu untuk bercerita. Tujuh tahun yang lalu itu,
engkau pergi berburu dengan kangmasmu Lembu Alun ... ah,
ya. Di mana Lembu Alun dan Lembu Tirta" Kenapa mereka
tidak berkumpul di sini?"
"Mereka sejak sore tadi pergi dan belum kembali," jawab
seorang di antara para ibu selir.
"Anakku Jarot, kulanjutkan pertanyaanku. Ketika itu engkau
pergi berburu kijang dengan kangmasmu Lembu Alun, kenapa
engkau lalu menghilang di dalam hutan itu sehingga
kangmasmu pulang seorang diri" Kami sudah mengerahkan
pasukan untuk mencarimu di daerah itu sampai tiga hari tiga
malam, namun usaha kami sia-sia belaka. Apakah yang terjadi
denganmu dan ke mana saja engkau menghilang?"
Dengan terus terang tanpa menuduh siapa-siapa Jarot lalu
menceritakan pengalamannya tujuh tahun yang lalu. "Ketika
itu, saya dan kakangrnas Lembu Alun berpencar untuk
mencari dan memburu kijang. Ketika itu saya tidak melihat
seekorpun kijang, dan hawanya gerah sekali maka saya lalu
turun ke sungai untuk membasuh muka dan leher saya. Tiba-
tiba saja saya merasa sakit sekali pada punggung saya dan
selanjutnya saya tidak ingat apa-apa lagi."
Jarot berhenti sebentar dan para pendengarnya penuh
perhatian dan mereka ingin sekali tahu apa selanjutnya yang
terjadi dengan pemuda itu. Jarot kini berhati lega karena
ternyata seluruh keluarganya mengenalnya. Dia pergi ketika
berusia limabelas tahun dan pulang setelah berusia duapuluh
dua tahun, namun ayahnya, ibunya dan para ibu tiri, juga
saudara-saudaranya semua mengenalnya. Mengapa Lembu
Alun dan Lembu Tirta tidak mengenalnya" Hal ini membuat dia
teringat dan melamun.
"Selanjutnya bagaimana, angger Jarot?" tanya ibunya yang
sudah tidak sabar lagi ingin mengetahui pengalaman Jarot.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ketika saya sadar dari pingsan, ternyata saya telah berada
di dalam sebuah pondok. Kiranya ada orang yang menolong
saya dan orang itu kemudian menjadi guru saya. Namanya
adalah Bhagawan Dewondaru, seorang maha sakti yang
bertapa di lereng Semeru. Karena ternyata kami saling cocok,
saya terus berguru kepada Bapa Guru sampai tujuh tahun
lamanya. Kanjeng Rama, dan kanjeng ibu, ampunkan saya
yang tidak pulang selama tujuh tahun. Selama itu saya pergi
menuntut ilmu dan baru sekarang saya dapat pulang."
"Tidak mengapa, engkau kini pulang sudah membahagiakan hati kami semua. Hanya lain kali, kalau
hendak meninggalkan kadipaten lama-lama, harus memberitahu lebih dulu, Jarot. Engkau membuat hati kami
gelisah dan putus harapan selama bertahun-tahun."
Keluarga itu lalu makan malam, dan semalam itu mereka
bercakap-cakap melepas rindu sampai larut malam, barulah
mereka mengaso dan tidur. Jarot mendapatkan kamarnya
yang dahulu, yang masih dirawat dengan baik-baik oleh
ibunya yang tidak pernah putus asa dan selalu percaya bahwa
sekali waktu puteranya akan pulang.
Oo-dwkz-rhg-oO Malam itu, kembali Lembu Alun dan Lembu Tirta
menghadap guru mereka, Wasi Surengpati, di dalam guha di
tebing Laut Kidul itu.
"Anak mas berdua, mengapa kelihatan gugup dan lesu
malam ini. Apakah yang mengganggu perasaan kalian
berdua?" Tanya Wasi Surengpati setelah kedua orang
muridnya itu menghadap di depannya. Sinar dua batang obor
yang apinya bergerak-gerak tertiup angin itu menimbulkan
pemandangan yang menyeramkan di guha itu.
"Ah, celaka, Bapa Guru. Secara tiba-tiba Jarot telah muncul
kembali. Benar seperti petunjuk Bapa Guru, Jarot masih hidup
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dan ternyata dia memiliki kepandaian tinggi sehingga kami
berdua tidak mampu menandinginya."
Lembu Alun dan adiknya menceritakan pertemuan mereka
dengan Jarot di luar pintu gerbang utara sore tadi. Wasi
Surengpati mendengarkan sambil mengangguk-anggukkan
kepalanya. "Hemmm, kalau sudah begini, lalu apa yang andika berdua
hendak lakukan" Bantuan apa yang dapat kuberikan kepada
kalian?" "Dengan munculnya Jarot, maka usaha melenyapkan
kanjeng Rama tidak ada gunanya lagi. Sebelum meninggal,
kanjeng Rama tentu akan mengangkat jahanam itu menjadi
penggantinya. Sekarang sasaran harus ditujukan kepada Jarot,
Bapa Guru. Kalau dia mati, berarti penghalangnya tidak ada
lagi. Kami mohon agar Bapa Guru membunuh Jarot."
"Hemm ... " Wasi Surengpati mengelus jenggotnya yang
tebal. "Kalau pemuda itu memiliki kadigdayaan, mampu
mengalahkan kalian berdua, maka tidak akan demikian mudah
membunuh dengan guna-guna. Akan tetapi aku dapat
memancingnya untuk datang ke tempat ini dan di sini kita
bertiga dapat mengeroyok dan membunuhnya. Tempat ini
sunyi dan baik, tidak akan ada orang yang melihat dan
mengetahuinya ... juga kalau mayatnya kita buang ke bawah,
dia akan ditelan ombak dan lenyap."
Dua orang kakak beradik ini menjadi girang bukan main.
"Apakah untuk itu ada juga syaratnya, Bapa Guru?"
"Tentu saja, akan tetapi untuk mengguna-gunai agar dia
datang ke sini syaratnya hanya mudah. Sepotong baju yang
telah dipakai dan belum dicuci akan cukup untuk memaksa dia
datang ke sini."
"Baik, Bapa Guru. Kalau hanya itu saja akan kami usahakan
dan bawa ke sini secepatnya. Akan tetapi sekarang kami harus
menghadapi hal yang amat tidak enak. Kalau Jarot sudah
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pulang ke Kadipaten, terpaksa kami berdua akan bertemu
dengannya. Sungguh amat tidak enak bagi kami berdua."
"Akan tetapi, kakangmas Lembu Alun. Kenapa bingung"
Kita pura-pura baru tahu bahwa dia benar-benaradik kita Jarot
dan kita minta maaf kepadanya bahwa sore tadi kita tidak
mengenalnya dan menyangkanya orang lain yang menyamar
sebagai Jarot. Dengan demikian kita dapat menutup rasa malu
kita dan menghilangkan kecurigaannya terhadap kita," kata
Lembu Tirta kepada kakaknya.
Demikianlah, pada keesokan harinya, ketika Jarot baru saja
bangun dari tidurnya dan mandi, dua orang kakaknya itu
menemuinya di kamarnya. "Adimas Jarot, kiranya benar-benar
engkaukah yang datang?" kata Lembu Alun dengan wajah
berseri dan dia melangkah maju memegang tangan Jarot.
"Sungguh mati, hal ini sukar dipercaya."
"Aku juga tadinya tidak percaya sama sekali bahwa engkau
benar-benar masih hidup dan pulang, adimas Jarot. Sungguh
kami menyesal sekali bahwa kemarin kami tidak percaya dan
menyangka engkau orang lain yang hendak mengacau," kata
pula Lembu Tirta dengan wajah sungguh-sungguh.
"Benar, adimas Jarot. Aku merasa menyesal dan malu
sekali kepadamu bahwa kemarin aku tidak mengenalmu,
bahkan menyerangmu sebagai seorang jahat. Aku khawatir
kanjeng Rama akan marah sekali kepada kami berdua."
Jarot tersenyum. "Tidak mengapalah, kakangmas. Aku
tidak menyalahkan kalian, kalau kalian kemarin tidak
mengenalku dan tidak percaya bahwa aku masih hidup dan
pulang. Dan tentang kanjeng Rama, harap kalian jangan
khawatir karena mengenai peristiwa kita kemarin, aku tidak
menceritakan kepada siapapun juga. Kanjeng Rama tidak tahu
akan peristiwa itu."
Tentu saja kedua orang pemuda itu merasa girang dan lega
mendengar ucapan Jarot ini. Mereka berdua kini bersikap
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
ramah dan baik sekali kepada Jarot, bahkan seolah
memperlihatkan rasa sukur dan kangennya.
"Dahulu itu aku kebingungan sekali karena engkau tidak
muncul kembali dan aku telah berteriak-teriak memanggilmu,
mencari-cari sampai hari menjadi sore. Terpaksa aku pulang
sendiri sambil menangis karena khawatir sekali. Apakah yang
telah terjadi denganmu, adimas Jarot" Ke mana engkau


Sepasang Garuda Putih Seri Keris Pusaka Sang Megatantra 5 Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

pergi?" "Ada orang memanah punggungku, kakangmas Lembu
Alun. Orang memanahku dari belakang dan anak panahnya
mengenai punggungku sehingga aku roboh dan hanyut di Ka li
Rejali," kata Jarot sambil menatap tajam wajah Lembu Alun.
Akan tetapi wajah kakaknya itu tidak menunjukkan sesuatu,
hanya tampak heran mendengar jawabannya itu.
"Ada orang memanahmu dari belakang" Akan tetapi,
siapakah orangnya
yang tidak bertindak sedemikian
kepadamu, adikku?"
"Aku tidak tahu, kakangmas. Begitu terkena anak panah,
aku lalu jatuh dan tidak ingat apa-apa lagi."
"Ah, aku tahu! Pemanahnya tentulah anggauta perampok
yang suka bersembunyi di dalam hutan. Karena khawatir
ketahuan oleh adimas Jarot, maka dia memanahnya agar
tempat persembunyiannya tidak diketahui orang," kata Lembu
Tirta. "Hemm, boleh jadi benar kata-katamu itu, dimas Lembu
Tirta. Lalu bagaimana, adimas Jarot" Engkau pingsan dan
hanyut di Kali Rejali, bagaimana engkau dapat tertolong dan
siapa yang menyelamatkanmu?"
"Tentu ada orang yang menolongmu, bukan" Kalau tidak
tentu adimas Jarot akan tewas di kali itu."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ehh, nanti dulu. Apakah engkau menyimpan anak panah
itu, adimas Jarot" Barangkali dari anak panahnya kita dapat
mengenal dan menemukan pemanahnya."
Jarot menggeleng kepalanya. "Anak panah itu biasa saja,
berbulu hitam. Banyak orang memakai anak panah seperti itu,
kakangmas, bagaimana kita dapat mengenal orangnya?"
"Ah, sayang. Lalu, siapa yang menolongmu, dimas?"
"Ketika aku sadar dari pingsan, aku telah berada dalam
sebuah pondok dan ternyata ada orang yang menolongku dari
Kali Rejali dan membawaku ke pondok itu. Dia yang
mengobati dan merawatku sampai aku sembuh kembali."
"Siapa dia, adimas?"
"Dia adalah Bhagawan Dewondaru yang kemudian menjadi
guruku selama tujuh tahun ini. Dari dialah aku mempelajari
sedikit ilmu kanuragan."
Wajah Lembu Alun berubah merah karena dia teringat akan
peristiwa kemarin sore di mana dia dan Lembu Tirta
mengeroyok Jarot dengan keris namun mereka berdua tidak
mampu menandinginya.
"Ahh, engkau sekarang telah memiliki ilmu kepandaian
yang tinggi, dimas Jarot.Aku ikut merasa gembira."
Dua orang itu bersikap ramah dan akrab sekali sehingga
Jarot sudah melupakan apa yang pernah terjadi di antara
mereka di luar pintu gerbang itu. Dan karena dia tidak
menaruh curiga sama sekali, mudah saja bagi Lembu Alun
untuk mengambil sepotong bajunya yang kotor dan yang
sudah diserahkan pembantu untuk dicuci. Baju itu segera
dibawanya ke Guha Iblis di tebing Laut Kidul itu.
Oo-dwkz-rhg-oO Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dua hari kemudian, pada suatu pagi Jarot mendadak
merasa hatinya gelisah sekali. Dia tidak betah tinggal di rumah
dan untuk melenyapkan hati yang gelisah itu dia lalu keluar
untuk berjalan-jalan. Kadipaten Pasisiran masih sama dengan
tujuh tahun yang lalu, hanya sedikit saja perubahannya. Dia
masih mengenal rumah-rumah di kadipaten itu, dan diapun
bertemu dengan banyak orang yang pernah dikenalnya ketika
dia masih remaja dahulu.
Akan tetapi, setelah berjalan-jalan sampai keliling kota
kadipaten, perasaan gelisah dalam hatinya tidak lenyap,
bahkan bertambah dengan perasaan yang aneh. Dia merasa
seperti dipanggil orang untuk keluar dari kota Kadipaten
Pasisiran me lalui pintu gerbang sebelah selatan. Diapun
menurutkan dorongan hati ini dan pergilah dia keluar kota.
Setelah tiba di luar pintu gerbang, masih saja ada sesuatu
yang menariknya dengan kuat sekali sehingga dia menjadi
semakin heran. Daya tarik itu mendorongnya untuk berjalan
terus ke selatan! Dia mulai merasa bahwa dorongan hati ini
tidaklah wajar, akan tetapi hal itu bahkan membuat dia
tertarik sekali. Apa yang mendorongnya demikian kuatnya
menuju ke pantai Laut Selatan" Dia menjadi ingin tahu dan
tidak melawan daya tarik itu, bahkan dia lalu mempergunakan
kepandaiannya untuk berlari cepat.
Setelah tiba di daerah pantai, dia melihat seorang wanita
cantik sedang berjalan seorang diri. Sekilas pandang saja Jarot
maklum bahwa wanita itu bukan penduduk biasa. Usianya
sudah kurang lebih lima puluh tahun akan tetapi wanita itu
masih cantik jelita dan memiliki bentuk tubuh seperti seoang
dara saja. Wanita itupun memandang kepadanya, akan tetapi
Jarot tidak memperhatikan atau memperdulikannya. Daya
tarik itu semakin kuat dan dia berlari cepat mendaki bukit di
tepi laut karena dari sanalah daya tarik itu datangnya. Dari
atas bukit di tepi laut!
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sementara itu, wanita yang sedang berjalan itu juga
memandang penuh perhatian. Tadinya wanita itu hendak
mengeluarkan kata-kata, akan tetapi ditahannya kembali.
Ketika melihat Jarot menggunakan ilmu berlari cepat ia
semakin tertarik dan tak lama kemudian wanita itupun
menggunakan gerakan yang cepat sekali membayangi Jarot.
Siapakah gerangan wanita setengah tua yang cantik itu"
Wanita itu bukan lain adalah Endang Patibroto! Sebagaimana
kita ketahui, Endang Patibroto melakukan perjalanan
menyusuri pantai Laut K idul menuju ke timur dalam usahanya
mencari jejak puterinya. Ketika tiba di situ bertemu seorang
pemuda tampan yang jelas bukan pemuda dusun, tadinya ia
ingin menyapa dan bertanya kalau-kalau pemuda itu pernah
melihat puterinya atau melihat Bagus Seto. Akan tetapi ketika
pemuda itu berlari kencang sekali, jelas bukan lari biasa
melainkan lari yang menggunakan aji kesaktian, Endang
Patibroto terkejut dan tertarik, maka iapun cepat menggunakan Aji Bayu Tantra untuk berlari secepat angin
membayangi pemuda tampan itu.
Karena seluruh perhatian Jarot ditujukan ke depan, ke arah
tenaga mujijat yang menariknya semakin kuat untuk berjalan
terus, dia sama sekali tidak tahu bahwa ada orang
membayanginya dari belakang. Dia mendaki bukit yang cukup
tinggi itu, bukit berbatu-batu karang yang tajam dan runcing,
harus berhati-hati kalau berlari di atas batu-batu karang itu.
Akhirnya dia tiba di ujung jalan yang menuju ke tebing yang
amat curam. Dia menjenguk ke bawah dan bergidik ngeri.
Tebing itu amat curam. Air laut dan batu-batu karang tampak
di bawah, sejauh tiga ratus meter lebih. Kalau orang terjatuh
dari atas tebing, tentu tubuhnya akan hancur lebur disambut
karang tajam dan runcing, dan disambut ombak laut yang
ganas. Akan tetapi anehnya, kekuatan yang menariknya itu
makin terasa dan kini menarik dari bawah! Dia menjadi makin
terheran-heran, akan tetapi dia melihat sejalur jalan setapak
menuruni tebingitu. Ada bekas kaki orang di jalan setapak,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tanda bahwa ada orang menuruni jalan itu.Kalau orang lain
berani menuruni jalan itu, mengapa dia tidak" Dan lagi, daya
larik itu terus terasa semakin kuat, datangnya dari bawah!
Tanpa ragu lagi Jarot lalu menuruni jalan setapak yang terjal
itu. Berpegang kepada akar-akar kayu-kayuan atau kepada
batu-batu karang yang menonjol, dia terus menuruni jalan
setapak itu dengan cekatan dan cepat.
Akhirnya tibalah dia di tempat datardan dari situ dia melihat
beberapa buah guha yang besar. Tenaga yang menariknya itu
datang dari sebuah di antara guha-guha itu, yang berada di
tengah. Di depan guha itu terdapat tanah datar yang cukup
luas. Dengan berani Jarot menurutkan daya tarik itu dan
melangkah ke depan. Setelah tiba didepan guha itu, dia
mendengar suara orang tertawa. Tiga orang muncul dari
dalam guha itu dan dia terbelalak. Dua di antara mereka
dikenalnya dengan baik karena mereka itu bukan lain adalah
Lembu Alun dan Lembu Tirta! Kedua orang ini mengiringkan
seorang kakek yang tertawa-tawa. Jarot memandang penuh
perhatian. Kakek itu amat menyeramkan. Rambutnya panjang
dan gimbal, matanya bundar dan besar, hidungnya pesek dan
mulutnya yang lebar itu menyeringai ganas, namun mata yang
besar itu mencorong seperti mata harimau. Pakaiannya seperti
baju pendeta yang longgar dan panjang, berwarna kuning
dekil. Tangan kanan kakek itu memegang sebatang tongkat
berbentuk ular, seperti seekor ular yang dikeringkan.
"Hoa-ha-ha-ha, andika telah datang, Jarot?"
Jarot tidak memperdulikan kedua orang kakaknya,
melainkan menatap tajam wajah kakek itu. Dia tidak
mengenalnya, akan tetapi dia dapat menduga bahwa kakek ini
yang memiliki ilmu yang menariknya tadi.
"Jadi andika yang menggunakan ilmu hitam menarikku
datang ke sini?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Hoa-ha-ha-ha, siapapun akan datang kalau kupanggil. T ak
seorangpun dapat melawan ilmu sihirku!" Wasi Surengpati
membanggakan diri.
"Orang tua, apa kehendakmu memanggil aku datang ke
sini?" tanya Jarot, suaranya tetap tenang dan tabah.
"Hoa-ha-ha! Kalau engkau ingin tahu, tanyakan saja
kepada dua orang saudaramu ini!"
Mendengar ini, Jarot memandang kepada kedua .orang
kakaknya dengan alis berkerut. "Kakangmas Lembu Alun dan
Lembu Tirta, apa artinya semua ini?"
"Artinya, engkau akan mati hari ini, Jarot!" kata Lembu
Alun. "Akan kami sempurnakan usahaku tujuh tahun yang
lalu!" Jarot membelalakkan kedua matanya.
"Jadi ... jadi engkau yang dulu melepaskan anak panah
menyerangku, kakangmas?"
Lembu Alun tidak menjawab, melainkan mencabut kerisnya
dan berkata kepada Wasi Surengpati. "Bapa, cepat habisi dia!"
Sambil tertawa kakek itu lalu menerjang dengan tongkat
ularnya. Terdengar angin berdesir ketika tongkat itu
menyambar dan cepat Jarot mengelak karena dari angin
sambarannya saja maklumlah dia bahwa kakek itu memiliki
tenaga yang amat kuat. Akan tetapi tongkat ular itu
menyambar lagi dan kini Lembu Alun dan Lembu Tirta juga
sudah menerjang maju dengan keris mereka. Jarot dikeroyok
tiga! Tiga orang lawannya semua bersenjata sedangkan dia
sendiri hanya bertangan kosong, maka sebentar saja dia
terdesak hebat.
Tongkat ular menyambar lagi. "Wuuutt... !" Jarot terpaksa
menangkis dengan lengan kirinya sambil mengerahkan
tenaga. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Plakkk ... !" pertemuan lengannya dengan tongkat itu
membuat tubuh Jarot tergetar hebat dan dia terhuyung.
Lembu Alun mengejar dan menusukkan kerisnya, akan tetapi
dapat dielakkan oleh Jarot. Ketika Lembu Tirta menyusul
dengan tusukan kerisnya, dia menangkis dengan tangan
kirinya. "Plakk!" Lembu Tirta terhuyung ke samping. Akan tetapi
kini Wasi Surengpati sudah menerjang lagi sambil
mengeluarkan teriakan nyaring,
teriakan nyaring
itu mengandung tenaga yang amat kuat dan Jarot merasa
jantungnya tergetar dan diapun terhuyung-huyung ke
belakang. Ternyata kakek itu dapat menyerang dengan
suaranya yang mengandung tenaga mengguncang jantung
lawan seperti auman seekor singa! Selagi terhuyung, kembali
dua orang kakak beradik itu sudah menyerang dengan keris
mereka. Namun, Jarot dapat menggulingkan tubuhnya dan
terluput dari tusukan kedua keris kakaknya. Ketika dia
melompat berdiri dan berniat melarikan diri dari keadaan
gawat itu, Wasi Surengpati telah menghadang di depannya.
Kembali kakek ini mengeluarkan gerengannya yang dahsyat
dan kembali Jarot terhuyung dan pada saat itu tongkat ular
telah menyambar dengan cepat dan kuat sekali ke arah
kepalanya. "Wuuuuuuttt ... tukk!" Tongkat yang sudah menyambar
dekat kepala Jarot itu terpental karena ada sepotong batu
menangkisnya. Kakek ini terkejut dan memandang ke kiri,
darimana sepotong batu tadi melayang dan menangkis
tongkatnya. Dia melihat seorang wanita yang cantik jelita
berdiri di sana sambil memandang tajam kepadanya. Wanita
itu adalah Endang Patibroto yang sekali melompat sudah
berada didepan Wasi Surengpati. Endang Patibroto tersenyum
mengejek. Sikapnya tenang dan pandang matanya demikian
tajam bersinar sehingga Wasi Surengpati diam-diam terkejut
sekali dan menduga-duga siapa adanya wanita yang telah
menangkis tongkatnya dengan sambitan batu tadi.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Hemm, orang tua jelek! Sungguh tidak malu mengeroyok
seorang pemuda yang tampaknya tidak bersalah apa-apa!
Kalau andika mencari lawan, akulah lawanmu, kakek tua
bangka buruk!" Endang Patibroto berseru.
Wasi Surengpati menjadi marah sekali. Biarpun dia dapat
menilai bahwa wanita itu memiliki kepandaian tinggi, akan
tetapi dia tidak takut. "Babo-babo, wanita lancang tangan.
Siapakah kamu berani menentang Wasi Surengpati dari Guha
Iblis" Apakah nyawamu rangkap maka berani engkau
mencampuri urusan kami?"
"Biar ditambah lima orang macam kamu, aku tidak takut.
Wasi Surengpati, kamu adalah manusia jahat yang pantas
dijadikan hamba iblis. Biarpun aku belum tahu duduk
perkaranya, melihat penampilanmu saja aku sudah tahu
bahwa pemuda yang kau keroyok itu tentulah berada di pihak
yang tidak bersalah!"


Sepasang Garuda Putih Seri Keris Pusaka Sang Megatantra 5 Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Keparat, lancang mulutmu! Heiiiiii ... " Kembali dia
berteriak melengking, suaranya menggetarkan seluruh tempat
itu. Akan tetapi Endang Patibroto tidak menjadi gentar,
bahkan wanita inipun lalu mengeluarkan ajinya, menjerit
dengan lengkingan panjang. Itulah Pekik Sardulo Bairowo dan
lengkingan ini seolah menelan jeritan Wasi Surengpati tadi!
Wasi Surengpati menjadi semakin marah dan diapun sudah
menerjang maju dengan tongkat ularnya. Endang Patibroto
menangkis dengan lengan kirinya.
"Dukkk!" Endang Patibroto merasa betapa lengannya
tergetar, akan tetapi sebaliknya tongkat Wasi Surengpati
terpental ke atas! Dari pertemuan dua tenaga ini saja sudah
dapat dinilai bahwa tenaga Wasi Surengpati masih kalah
setingkat dibandingkan tenaga wanita sakti itu.
Akan tetapi Wasi Surengpati masih penasaran dan mulailah
dia mengamuk dengan tongkat ularnya yang menyambar-
nyambar bagaikan ular hidup yang pandai terbang. Namun,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Endang Patibroto selalu dapat mengelakkannya dan ketika ia
mendapat kesempatan, ia membalas serangan lawan dengan
pukulan Pethit Nogo!
"Plakk!" Ujung jari tangan Endang Pati broto mengibas ke
arah kepala Wasi Surengpati, akan tetapi kakek itu dapat
menangkis dengan ujung tongkatnya. Mereka kini bertanding
dengan hebat, saling serang dan kakek itu mendapat
kenyataan betapa hebatnya kepandaian lawannya.
Sementara itu, dua orang kakak beradik itu masih tetap
mengeroyok Jarot. Namun mereka bukan tandingan Jarot.
Tusukan-tusukan keris mereka dengan mudah dihindarkan
Jarot dengan elakan atau tangkisan dan ketika dia balas
menyerang dengan tamparan-tamparan tangannya, dua orang
kakak beradik itu menjadi repot berloncatan ke sana sini untuk
mengelak. "Haiiiiitt ... ! Pergilah!" Bentak Endang Patibroto kepada
lawannya dan kini ia menyerang dengan pukulan jarak jauh
Gelap Musti. Kakek itu mencoba untuk menahan serangan ini
dengan pengerahan tenaga saktinya, namun dia tidak kuat
dan tubuhnya terhuyung-huyung ke belakang sampai lima
meter. Agaknya kakek itu maklum bahwa ia tidak akan
menang melawan wanita sakti itu, maka diapun melompat dan
melarikan diri melalui tebing yang curam itu, merayap naik
seperti seekor monyet. Endang Patibroto tidak mengejar
melainkan menonton pertandingan antara Jarot yang
dikeroyok dua oleh Lembu Alun dan Lembu Tirta.
Endang yang menonton pertandingan itu menjadi heran
sekali. Sudah jelas bahwa pemuda tampan bertangan kosong
yang dikeroyok dua orang pemuda berkeris itu jauh lebih kuat,
akan tetapi dia melihat betapa pemuda tampan itu selalu
membatasi diri. Kalau saja dia kehendaki, tentu dengan
mudah dia dapat merobohkan dua orang pengeroyoknya.
Agaknya dia memang tidak mau memukul kedua orang itu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sebaliknya, dua orang berkeris itu mati-matian berusaha
untuk membunuh si pemuda tampan.
Endang Patibroto menjadi penasaran sekali. Ia tidak tahu
ada urusan apa di antara mereka, Dua orang pemuda
pengeroyok itu-pun tampaknya seperti pemuda baik-baik dan
berpakaian pantas seperti putera bangsawan. Akan tetapi
yang jelas mereka itu licik, mengeroyok seorang pemuda yang
bertangan kosong dengan menggunakan keris. Apalagi kalau
mengingat bahwa kakek iblis tadi membantu dua orang
pemuda itu, hatinya condong memihak pemuda yang
dikeroyok. Melihat betapa pemuda bertangan kosong itu masih belum
juga mau merobohkan dua orang lawannya, Endang Patibroto
lalu menggerakkan tangan kirinya yang mengambil kerikil kecil
ke arah perkelahian itu. T erdengar jerit kesakitan dua kali dan
dua orang pengeroyok itupun roboh!
Jarot yang tadi maklum bahwa ada wanita sakti datang
membantunya, bahkan wanita itu telah mengusir kakek iblis,
maklum bahwa dua orang kakaknya itu roboh oleh wanita
sakti itu. Sekali menggerakkan kaki, wanita itu telah berada dekat
Lembu Alun dan Lembu Tirta, membentak dengan suara
mengancam. "Kalian dua orang muda ini tentu juga bukan
manusia baik-baik, tiada bedanya dengan kakek iblis tadi!'
Lembu Alun dan Lembu Tirta yang sudah roboh dan
kehilangan keris mereka, menjadi jerih. Mereka takut sekali
karena Jarot telah mengetahui rahasia mereka. Kalau Jarot
mengadu kepada ayah mereka, mereka berdua tentu akan
mendapat marah besar dan akan dihukum berat. Maka,
keduanya lalu merangkak, bangkit berdiri hendak melarikan
diri. Akan tetapi, dua kali kaki Endang Patibroto menendang
dan dua orang pemuda itu robohlagi, kini menyeringai
kesakitan karena tendangan yang mengenai dada mereka itu
membuat mereka sukar untuk bernapas.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kanjeng Bibi, harap ampunkan mereka dan jangan
dibunuh," tiba-tiba Jarot berkata dengan suara memohon
kepada Endang Patibroto.
Wanita sakti itu menoleh dan memandang kepada Jarot
dengan alis berkerut.
"Apa" Mereka berusaha mati-matian untuk membunuhmu,
dan sekarang engkau malahmintakan ampun untuk mereka?"
Jarot berkata lembut. "Kanjeng Bibi, mereka ini adalah
kakak-kakakku sendiri."
"Kakakmu sendiri" Akan tetapi mengapa mereka hendak
membunuhmu dan mereka dibantu kakek sakti tadi" Hayo
ceritakan yang jelas sebelum aku mengambil keputusan,
hendak kubunuh atau tidak dua orang muda jahanam ini!"
Jarot menghela napas panjang dan memandang kepada
dua orang kakaknya.
"Mereka adalah kakak-kakak saya berlainan ibu, Kanjeng
Bibi. Mereka hendak membunuhku mungkin karena mereka
menghendaki agar ayah kami mengangkat mereka menjadi
calon adipati. Ayah kami adalah Adipati di Pasisiran dan
mereka khawatir kalau saya yang kelak diangkat menggantikan ayah. Akan tetapi rupanya Hyang Widhi belum
menghendaki saya mati, maka kanjeng bibi muncul dan
menolong saya."
"Keparat betul dua orang ini. Memperebutkan kedudukan
dan berusaha membunuh adik sendiri" Orang muda, siapa
namamu?" "Nama saya Jarot, Kanjeng Bibi, dan mereka ini adalah
kakangmas Lembu Alun dan kakangmas Lembu Tirta."
Mendengar jawaban Jarot, timbul harapan dalam hati
kedua orang muda itu.
"Dimas Jarot, ampunkan kesalahanku," kata Lembu Alun.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Aku minta ampun darimu, dimas Ha-rot," kata Lembu
Tirta. "Anakmas Jarot, dua orang ini tidak semestinya diberi
ampun. Hayo bawa mereka menghadap ramandamu dan
ceritakan semua perbuatan mereka terhadap dirimu. Mereka
layak mendapat hukuman berat. Kalau engkau tidak mau
melaporkan perbuatan mereka kepada orang tua kalian,
akulah yang akan menghadap Sang Adipati dan melaporkan
semua peristiwa ini. Hayo kau bawa mereka ke Kadipaten."
"Baik, Kanjeng Bibi. Terima kasih atas pertolongan Kanjeng
Bibi." "Tidak usah berterima kasih. Ingat, orang muda, seorang
saudara, apa lagi saudara tiri yang sudah memperlihatkan
sikap bermusuhan merupakan musuh yang amat berbahaya.
Aku menghargai sikapmu yang mengalah, akan tetapi hal ini
harus dilaporkan kepada ayahmu. Tentu mereka yang licik ini
akan menyangkal di depan ayah kalian, maka biarlah aku
menyertaimu menghadap ayahmu sebagai saksi."
Karena Endang Patibroto menyertai mereka, maka kedua
orang saudara itu tidak mampu berbuat sesuatu dan mereka
mengikuti dengan gentar ketika Jarot membawa mereka
pulang ke kadipaten. Demikian pula Jarot. Biarpun dia
bermaksud untuk memaafkan kedua orang kakaknya, namun
desakan Endang Patibroto membuat dia tak berdaya dan
terpaksa menuruti permintaan wanita sakti itu. Kalau dia tidak
melapor, dan wanita itu yang melaporkan kepada ayahnya,
tentu dia akan dipersalahkan ayahnya pula.
Sang Adipati Kertajaya menyambut kedatangan ketiga
puteranya yang diiringkan seorang wanita cantik itu dengan
heran. Apa lagi melihat sikap Lembu Alun dan Lembu Tirta
yang tidak wajar, seperti dua orang yang ketakutan.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Jarot, engkau bersama dua orang kakakmu menghadap
aku disertai seorang wanita ini, ada urusan apakah dan siapa
wanita ini?"
"Maafkan, Kanjeng Rama, saya datang menghadap tanpa
dipanggil. Kami bertiga menghadap Kanjeng Romo untuk
menceritakan suatu peristiwa yang perlu Kanjeng Romo
ketahui. Dan Kanjeng Bibi ini yang namanya ... belum saya
ketahui, akan tetapi kanjeng Bibi ini telah menyelamatkan
nyawa saya, Kanjeng Romo."
Mendengar pengakuan ini, terkejutlah Adipati Kertajaya.
Dia memandang kepada Endang Patibroto dengan penuh
perhatian. Seorang wanita yang memiliki kepribadian agung
dan anggun, cantik dan gagah, mendatangkan sikap hormat
dalam hatinya. "Selamat datang, Nyi Sanak. Sebelumnya kami mengucapkan terima kasih atas pertolonganmu terhadap
putera kami Jarot. Bolehkah kami mengetahui siapa gerangan
nama Nyi Sanak dan berasal dari mana?"
Endang Patibroto tersenyum dan merasa senang. Adipati ini
bukan seorang yang sombong dan suka mengagungkan
kedudukannya. Sikapnya demikian hormat, maka iapun
memperkenalkan diri dengan terus terang.
"Sang Adipati, saya bernama Endang Patibroto dan datang
dari Panjalu."
Begitu mendengar nama dan tempat tinggal itu, Adipati
Kertajaya lalu bangkit berdiri dan matanya terbelalak,
kemudian dia membungkuk dengan sikap hormat sekali.
"Jagad Dewa Bathara. Kiranya paduka adalah Gusti Puteri
Endang Patibroto! Silakan duduk dan kami menghaturkan
selamat datang di Kadipaten Pasisiran."
Semua orang yang melihat sikap Adipati menjadi heran.
Adipati ini tentu saja sudah mendengar akan nama Endang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Patibroto yang terkenal di seluruh daerah Panjalu dan
Jenggala. Siapa yang tidak mengenal wanita sakti yang pernah
menjadi isteri Pangeran Panjirawit dari Jenggala dan kemudian
menjadi isteri Kipatih Tejolaksono di Panjalu" Wanita sakti ini
dahulu pernah membuat geger ketika mengamuk di
Nusabarung dan di Blambangan!
Setelah dipersilakan duduk di atas kursi yang sejajar
dengan sang adipati Endang Patibroto segera duduk di kursi
itu tanpa sungkan lagi. Sementara itu, Jarot dan dua orang
kakaknya itu memandang dengan mata terbelalak kepada
Endang Patibroto. Jarot memandang penuh kagum karena dia
juga pernah mendengar nama itu disebut sebut orang, akan
tetapi Lembu Alun dan Lembu Tirta memandang dengan
terkejut dan semakin takut. Habislah sudah riwayat mereka,
mereka berpikir. Sungguh sial sekali. Setelah usaha mereka
sudah hampir berhasil, mendadak muncul wanita sakti itu.
"Sekarang ceritakanlah peristiwa apa yang kau alam i?"
tanya Sang Adipati kepada Jarot.
Jarot beberapa kali membuka mulut akan tetapi tidak dapat
mengeluarkan suara. Sungguh tidak enak sekali rasa hatinya
kalau harus membongkar kekejian dua orang kakaknya itu di
depan ayahnya. Dia menoleh kepada Endang Patibroto dan
berkata, "Kanjeng Bibi yang mulia, sudikah kanjeng Bibi yang
menceritakan kepada kanjeng Romo tentang peristiwa itu?"
Endang Patibroto tersenyum dan mengangguk. Dia juga
kagum kepada pemuda ini. Sungguh seorang pemuda yang
berbudi lembut dan bijaksana.
"Baiklah, saya akan bercerita," katanya sambil memandang
kepada Adipati Kertajaya. "Ketika saya sedang melakukan
perjalanan di luar kota kadipaten Pasisiran, saya melihat
anakmas Jarot ini melakukan perjalanan dengan menggunakan ilmu berlari cepat. Saya menjadi tertarik sekali
dan diam-diam saya membayanginya. Ketika dia menuruni
tebing curam, sayapun mengikutinya dan akhirnya dia tiba di
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
depan sebuah guha besar. Di situ dia bertemu dengan dua
orang kakak tirinya yang ditemani seorang kakek iblis dan
mereka bertiga itu segera mengeroyok anakmas Jarot. Mereka
bertiga berusaha mati-matian untuk membunuh anakmas
Jarot. Melihat ini saya lalu turun tangan menghadapi kakek
iblis yang tangguh itu. Akhirnya kakek iblis itu berhasil saya
usir dan dua orang muda yang bertindak keji dan curang ini
dapat ditangkap dan dibawa menghadap di sini."
Wajah Adipati Kertajaya berubah merah sekali, matanya
melotot kepada dua orang puteranya, akan tetapi dia masih
bertanya kepada Jarot. "Jarot benarkah seperti apa yang
diceritakan Gusti Kanjeng
Endang Patibroto itu?"
"Semua benar,

Sepasang Garuda Putih Seri Keris Pusaka Sang Megatantra 5 Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Kanjeng Romo."
"Bedebah! Kalau begitu, yang memanahmu
pada tujuh tahun yang
lalu tentu si bedebah
Lembu Alun ini! Heh,
Lembu Alun dan Lembu
Tirta. Benarkah kalian
melakukan perbuatan keji
itu, berusaha membunuh
Jarot?" Dua orang muda itu
tidak berani menyangkal
lagi, apa lagi yang menjadi saksi adalah Endang Patibroto! Mereka hanya
mengangguk dan menundukkan kepala sambil bertiarap
menyembah. "Ampunkan kami, Kanjeng Romo."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Siapa kakek iblis yang kalian ajak untuk membunuh
adikmu Jarot?"
"Dia guru kam i, Wasi Surengpati."
"Dan engkau Lembu Alun, beranikah engkau menyangkal
lagi bahwa pada tujuh tahun yang lalu, engkau pula yang
telah memanah punggung Jarot dari belakang?"
"Ampunkan hamba, Kanjeng Romo! Hamba mengaku salah
... " "Bedebah, kalian hanya mengotori Kadipaten Pasisiran saja!
Orang-orang macam engkau yang menjadi hamba setan nafsu
haruslah dienyahkan dari muka bumi!" Sang Adipati sudah
menghunus kerisnya dan bangkit berdiri, siap untuk
menyerang kedua orang puteranya.
Pada saat itu, Jarot meloncat dan menubruk ayahnya.
Panji Wulung 14 Pendekar Setia Pendekar Kembar Bagian Ii Karya Gan K L Naga Kemala Putih 4
^