Pencarian

Sepasang Garuda Putih 6

Sepasang Garuda Putih Seri Keris Pusaka Sang Megatantra 5 Karya Kho Ping Hoo Bagian 6


Pula, berkumpulnya seorang suami dan seorang isteri bukan
sekedar untuk memperoleh keturunan belaka, melainkan
untuk membentuk sebuah rumah tangga yang bahagia. Dan
syaratnya, di antaranya adalah tercukupinya sandang-pangan-
papan. Sedangkan orang seperti saya ini, seorang perantau
yang tidak mempunyai papan tertentu, panganpun sedapatnya
dan sandangpun yang hanya saya bawa ini. Bagaimana saya
dapat mempunyai pikiran untuk berjodoh, kanjeng bibi?"
Endang Patibroto tersenyum senang, "Pemuda yang
berpikiran luas," pikirnya. "Akan tetapi kalau andika
mendapatkan seorang isteri yang baik, kalian berdua akan
dapat bekerja sama menanggulangi segala kesulitan hidup,
anakmas." "Agaknya saya masih belum memikirkan jodoh saya, dan
saya hanya menyerahkan kepada Hyang Widhi untuk
mengaturnya."
"Anakmas Jayawijaya, apakah engkau masih mempunyai
seorang ibu?"
"Kanjeng ibu sudah meninggal dunia ketika saya berusia
sepuluh tahun. Semenjak itu saya hanya tinggal berdua
dengan kanjeng rama di sebuah puncak dari pegunungan
Tengger." "Ah, kasihan sekali, andika, anakmas. Sejak berusia
sepuluh tahun sudah ditinggal mati ibu."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Jayawijaya tersenyum. "Tidak ada yang perlu dikasihani,
kanjeng bibi. Ibu meninggal dunia sudah menjadi kehendak
Hyang Widhi dan apapun yang ditentukan Hyang Widhi adalah
baik dan benar, mengandung hikmah yang mendalam. Saya
hidup berdua dengan kanjeng rama dan merasa cukup
berbahagia, kanjeng bibi."
"Hemm, seorang muda seperti andika, bagaimana mengerti
akan bahagia" Bahagia itu apakah, anakmas?"
"Bahagia itu adalah suatu perasaan, kanjeng bibi. Kalau
seseorang sudah merasai cukup dengan segala yang ada,
yang menganggap bahwa semua yang terjadi adalah
kehendak Sang Hyang Widhi, kalau sudah tidak ada sesuatu
yang membuatnya merasa tidak berbahagia, nah, orang itulah
yang dapat merasakan bahagia."
Endang Patibroto tersenyum. Teringat dia akan pendapat
suaminya, Tejalaksono. Seperti itu pulalah pendapat
suaminya, akan tetapi agaknya suaminya belum menemukan
intinya seperti yang diperoleh pemuda luar biasa ini.
"Wah, kalau begitu, anakmas Jayawijaya ini tidak pernah
merasa berduka atau kecewa, selalu merasa bahagia?"
"Kanjeng bibi Endang Patibroto, saya hanyalah seorang
manusia biasa, tiada bedanya dengan orang lain. Bagaimana
saya dapat terlepas dari semua perasaan itu" Akan tetapi,
kalau saya mengalami kedukaan, hal itu tidak akan
berlangsung lama karena saya percaya dengan penuh
keyakinan,bahwa segala keadaan itu hanya dapat terjadi kalau
dikehendaki oleh Hyang Widhi. Dan kalau sudah demikian,
maka saya dapat menerima apa saja yang terjadi dengan
dirisaya tidak menganggapnya sebagai hal yang mendukakan
atau menggirangkan. Saya manusia biasa yang lemah dan
dengan segalakurangan saya, kanjeng bibi. Tidak seperti
kanjeng bibi yang sakti mandraguna."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Anakmas Jayawijaya, sekarang akumulai percaya bahwa
tidak ada ilmu yang lebih hebat dari pada ilmu menyerah
dengan penuh keimanan kepada Hyang Widhi seperti yang
andika lakukan. Aku kagum sekali, anakmas."
"Setiap orang manusia dapat bersikap seperti itu, kanjeng
bibi. Tidak ada yang patut dikagumi."
"Dengar, anakmas Jayawijaya. Sudah kuceritakan kepadamu bahwa aku sedang mencari anak-anakku Retno
Wilis dan Bagus Seto. Setelah bertemu dan berkenalan
denganmu, timbul niat di hatiku untuk menjodohkan anakku
Retno Wilis dengan andika! Bagaimana pendapatmu, anakmas
Jayawijaya?"
"Bagaimana saya harus menjawabnya, kanjeng bibi" Saya
sama sekali belum mempunyai pikiran untuk berjodoh, karena
itu saya tidak dapat menyanggupi atau menolak uluran tangan
bibi yang memberi kehormatan sebesar itu kepada saya."
''Percayalah, anakmas. Puteriku itu seorang dara yang
cantik jelita luar biasa, dan ia sakti mandraguna, lebih sakti
dari pada aku Sendiri. Andika tentu akan jatuh cinta kalau
bertemu dengannya."
Jayawijaya tersenyum ramah. "Mungkin saja saya akan
jatuh cinta kepadanya, akan tetapi bagaimana kalau ia tidak
cinta pada saya" Cinta dua orang yang akan menjadi suami
isteri tidak dapat hanya bertepuk tangan sebelah, kanjeng
bibi. Akan tetapi, bagaimanapun juga, saya percaya akan
kekuasaan Hyang Widhi. Kalau memang antara kami
dijodohkan oleh Hyang Widhi, tidak akan ada rintangan yang
dapat menghalanginya, akan tetapi kalau Hyang Widhi tidak
menghendaki perjodohan kami, tiada ada sesuatupun yang
dapat mendorong atau memaksa. Nah, kita semua lihat saja
jalannya kekuasaan Hyang Widhi yang sempurna dan ajaib."
"Mudah-mudahan saja Hyang Widhi akan memenuhi
harapanku dan akan mempertemukan kalian berdua,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
anakmas. Sekarang, anakmas mengaso dan tidurlah di gubuk
sana itu, aku akan tidur di gubuk ini."
"Baik, selamat tidur, kanjeng bibi." Pemuda itu lalu bangkit
dan berjalan menuju ke gubuk yang tidak berapa jauh dari
gubuk itu, bayangannya diikuti pandang mata Endang
Patibroto. Wanita perkasa ini merasa kagum bukan main. Akan
tetapi diam-diam iapun merasa khawatir. Seorang seperti
Jayawijaya, apakah sekali waktu tidak akan celaka oleh
perbuatan manusia jahat" Apakah selanjutnya kekuasaan
Hyang Widhi akan terus melindunginya" Dia sendiri tidak
mempunyai kadigdayaan untuk melindungi diri sendiri.
Pada keesokan harinya, pagi-pagi sekali Jayawijaya sudah
bangun dari tidurnya dan membersihkan tubuhnya dengan air
bersih yang mengalir di dekat pematang ladang itu. Ketika dia
berjalan mendekati gubuk yang semalam menjadi tempat tidur
Endang Patibroto, ternyata wanita itupun sudah bangun dari
tidurnya, bahkan sudah bersiap-siap untuk meninggalkan
tempat itu. "Andika sudah bangun, anakmas" Aku hendak melanjutkan
perjalananku menuju ke Nusabarung. Aku akan mengunjungi
Nusa Barung untuk mencari anak-anakku." Lalu ia menatap,
wajah pemuda itu dan bertanya, "Andika sendiri hendak ke
mana, anakmas?"
"Mungkin saya juga akan mengunjungi Nusabarung. Sudah
lama saya mendengar tentang pulau itu, dan melihat bahwa
dusun Pandakan juga termasuk daerah Nusabarung, maka
saya pikir tentu penyebaran agama baru yang dipaksakan itu
datangnya dari sana."
"Kalau benar datangnya dari sana, apa yang akan andika
lakukan, anakmas" Tentu para pimpinan agama itu
merupakan orang-orang yang berilmu tinggi. Apa yang akan
andika perbuat untuk menghalangi mereka?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Setidaknya saya dapat menyadarakan mereka bahwa cara
yang mereka tempuh itu tidak benar. Mereka boleh saja
menyebarluaskan agama mereka akan tetapi dengan cara
yang benar dan penuh damai. Rakyat kan dapat menilai mana
agama yangbaik dan mana yang tidak baik. Kalau memakai
cara paksaan, akibatnya para pemeluk agama itupun hanya
berpura-pura saja karena takut."
"Andika akan menegur mereka dan mengatakan begitu?"
"Benar, kanjeng bibi. Saya tidak mempunyai cara lain untuk
menyadarkan mereka."
"Kalau mereka menolak caramu menyadarkannya dan
bahkan menyerangmu, bagai mana?"
"Saya bermaksud baik bagi mereka sendiri, kalau sampai
terjadi hal itu, saya hanya menyerah kepada kekuasaan Hyang
Widhi saja."
Endang Patibroto menggeleng kepalanya, akan tetapi ia
merasa tidak berhak untuk melarang. "Kalau begitu, mudah-
mudahan usahamu itu berhasil baik, anakmas Jayawijaya.
Nah, selamat tinggal, aku pergi dulu."
"Selamat jalan, kanjeng bibi."
Endang Patibroto meninggalkan pemuda itu melakukan
perjalanan ke Nusabarung.
(Oo-dkkz-rhg-oO)
Adipati Martimpang membuka persidangan itu, dihadap
oleh para ponggawa, termasuk lima orang senopatinya yang
digdaya, yaitu Ki Wisokolo, Ki Wisangnogo, Ki Krendomolo, Ki
Damarpati dan Ki Surodiro. Selain para ponggawa dan
senopati, di-situ terdapat pula Wasi Surengpati, tokoh dari
Guha Iblis itu yang kini oleh Adipati Martimpang diangkat
menjadi seorang penasihat.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Mereka membicarakan tentang penyusunan kekuatan di
Nusabarung dengan bertambahnya perajurit yang kini
jumlahnya sudah mencapai tigaribu orang. Setengah jumlah
itu dipusatkan di pantai daratan untuk menjaga pintu depan
Nusabarung dan setengahnya lagi berada di pulau itu.
Seorang penyelidik melaporkan bahwa di Jenggala atau
Panjalu belum terlihat ada gerakan pasukan yang bergerak ke
timur, bahkan pasukan Panjalu banyak yang dikerahkan ke
selatan dan barat untuk menundukkan para raja muda dan
adipati yang ingin melepaskan diri dari kekuasaan Panjalu.
"Bagaimana dengan usaha para wasi untuk menyebarkan
agama baru kalian itu" Sampai di mana perkembangan dan
hasilnya, kakang Wasi Surengpati?" tanya Adipati Martimpang
kepada penasihatnya.
Wasi Surengpati sekarang tidak lagi berpakaian kotor dekil
seperti dulu. Pakaiannya serba indah dan baru, rambutnya
yang mengkilat karena diminyaki dan disisir, matanya yang
lebar itu bersinar-sinar dan hidungnya yang pesek tampak
lebih pesek lagi ketika dia menyeringai.
"Ah, heh-heh-heh, sudah mendapat banyak kemajuan,
Kanjeng Adipati. Banyak orang dusun yang sudah menjadi
anggauta perkumpulan kami dan banyak candi didirikan
orang. Mereka yang sudah menjadi anggauta agama kami itu
merupakan kekuatan yang dengan mudah dapat kita
pergunakan untuk menyerang musuh atau untuk mencetuskan
pertentangan antara para pemeluk agama lain. Dengan
demikian, maka keadaan di wilayah Jenggala dan Panjalu akan
menjadi lemah."
"Bagus, kalau begitu. Apakah andika tidak menemui
halangan?"
Wasi Surengpati menghela napas panjang. "Wah, baru-
baru ini memang ada beberapa orang di antara para
penduduk dusun yang mencoba untuk menentang kami, akan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tetapi dengan mudah kami singkirkan mereka. Hampir di
setiap dusun yang termasuk wilayah Nusabarung sudah ada
perwakilan agama kami, ha-ha-ha."
"Kalau begitu, kita harus cepat memberi kabar kepada
Kadipaten Blambangan agar Wasi Karangwolo dan terutama
Wasi Shiwamurti mengetahui bahwa gerakan kita di
Nusabarung sudah berhasil."
"Harap jangan khawatir, Kanjeng Adipati. Saya sudah
mengirim utusan ke sana, karena Kakang Wasi Shiwamurti
perlu mengangkat kepala-kepala agama untuk memimpin
mereka yang berada di dusun-dusun. Dan pengangkatan itu
baru sah kalau dilakukan oleh Sang Wasi Shiwamurti."
Tiba-tiba seorang pengawal masuk ke ruangan itu. Melihat
ini, Adipati Martimpang menegurnya, "Heh, pengawal, mau
apa engkau menghadap tanpa kami panggil?"
"Ampunkan hamba, Kanjeng Adipati. Di luar terdapat
seorang wanita yang hendak menghadap paduka, dan ketika
kami larang, ia mengamuk dan merobohkan banyak
pengawal!"
"Kakang Wasi Surengpati, coba andika keluar dan lihat
siapa wanita itu. Kalau ia hanya seorang pengacau, tangkap
dan hajar." Adipati Martimpang memerintah dengan marah.
Wasi Surengpati lalu keluar sambil membawa tongkat
ularnya. Langkahnya menunjukkan betapa ia sadar akan harga
dirinya, dadanya dibusungkan dan langkahnya dibuat segagah
mungkin. Seolah dia berteriak kepada semua orang agar
melihat bahwa dia yang ditugaskan menangkap pengacau dan
kalau dia turun tangan, semua tentu akan menjadi beres!
Siapakah wanita yang mengamuk di luar itu" Ia bukan lain
adalah Endang Patibroto! Setelah dengan perahu ia tiba di
pulau Nusabarung, ia langsung saja datang ke kadipaten.
Kepada para pengawal yang berjaga di luar, ia mengatakan
bahwa ia ingin bicara dengan Adipati Martimpang. Akan tetapi
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
para pengawal melarangnya karena tidak semua orang dapat
menghadap sang adipati, apa lagi pada saat itu sang adipati
sedang mengadakan persidangan. Karena itu, para pengawal
melarangnya dan hal ini membuat Endang Patibroto menjadi
marah sekali. Ia nekat untuk memasuki gedung kadipaten,
akan tetapi para pengawal menghalanginya sehingga
terjadilah perkelahian. Para pengawal itu dilempar-lemparkan,
ditampar dan ditendang sehingga mereka berpelantingan dan
seorang di antara mereka cepat melapor ke dalam.
Ketika Wasi Surengpati tiba di luar, Endang Patibroto sudah
berhenti mengamuk karena para pengawal tidak ada yang
berani maju lagi. Hampir semua dari belasan orang itu sudah
berkenalan dengan tamparan dan tendangannya yang kuat.
Wasi Surengpati memandang dengan penuh perhatian.
Matanya yang berpengalaman dapat melihat seorang wanita
berusia limapuluhan yang masih amat cantik dan bertubuh
ramping padat dan dari kilatan matanya dia dapat menduga
bahwa wanita itu tentu saorang yang memiliki ilmu
kepandaian yang tinggi.
"Teja-teja sulaksana! Andika siapakah dan mengapa pula
membuat kacau di sini?" tanya Wasi Surengpati dan lagaknya


Sepasang Garuda Putih Seri Keris Pusaka Sang Megatantra 5 Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

angkuh, seolah dia yang menjadi adipati di situ. Apa lagi
melihat wanita itu demikian cantik, dia lalu berulah dan
bergaya. Endang Patibroto tidak menganal s iapa adanya laki-laki itu,
akan tetapi ia dapat menduga bahwa bukan itu adipatinya
karena pakaiannya, biarpun mewah, tidak seperti pakaian
seorang adipati.
"Aku hanya ingin bertemu dan bicara dengan Sang adipati
Nusabarung. Biarkan aku masuk menghadapnya!" katanya
merasa tidak senang dengan sikap kakek yang matanya lebar
hidungnya pesek itu karena lagaknya demikian angkuh.
"Tidak mudah menghadap Sang Adipati kalau kami belum
mengetahui apa yang menjadi kehendakmu. Karena itu,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
katakan dulu kepadaku siapa andika dan apa keperluan andika
hendak menghadap Sang Adipati.
Baru akan kami pertimbangkan apakah andika dapat diterima menghadap atau
tidak!" "Aku tidak mau bicara denganmu! B iarkan aku masuk kalau
begitu!" kata Endang Patibroto dan iapun melangkah maju
untuk memasuki kadipaten.
Wasi Surengpati memalangkan tongkat ularnya menghalangi Endang Patibroto. "Hemm, tidak mudah masuk
tanpa seijinku!" Bentaknya marah.
Pada saat itu muncul Adipati Martimpang sendiri. Dia
tertarik mendengar ada wanita yang hendak memaksa
bertemu dengannya maka diapun menyusul ke depan.
"Kakang Wasi, siapakah yang membikin ribut di sini?"
tanyanya. Melihat munculnya Sang Adipati, Wasi Surengpati
menurunkan lagi tongkatnya.
"Ia belum mau mengaku siapa dirinya, Kanjeng Adipati,"
katanya menahan marah.
Adipati Martimpang maju selangkah lagi dan dia bertanya
dengan suara lantang. "Eh, wanita, siapakah andika dan apa
maksud andika hendak menghadap kami?"
Endang Patibroto memandang adipati itu dengan penuh
perhatian. Seorang laki-laki berusia limapuluh tahunan,
bertubuh, tinggi besar dengan muka hitam buruk.
"Apakah andika adipati Nusabarung ini?" Endang Patibroto
balas bertanya.
"Benar, akulah Adipati Martimpang yang menguasai
Nusabarung," kata sang adipati itu sambil memberi isyarat
dengan matanya kepada lima orang senopatinya yang sudah
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menyusul keluar untuk bersiap-siap. Lima orang senopati itu
sudah tanggap dan mereka berdiri melindungi sang adipati.
"Bagus sekali kalau
andika sudah keluar
sendiri menemuiku, Sang Adipati. Para pengawalmu ini menjemukan sekali. Mereka menghalangi dan mengeroyok aku
yang ingin bertemu dengan andika, maka
terpaksa aku menghajar
mereka." "Maafkan mereka. Sekarang kita sudah berhadapan, katakanlah apa keperluanmu dengan kami?"
"Aku perlu bertanya kepadamu, Sang Adipati. Aku
mempunyai seorang puteri yang sedang mengadakan
perjalanan merantau. Apakah ia lewat di sini" Namanya adalah
Retno Wilis. Ia melakukan perjalanan bersama seorang
puteraku bernama Bagus Seto. Apakah mereka pernah
singgah di pulau ini?"
Mendengar pertanyaan ini, Adipati Martimpang terbelalak,
demikian pula para senopatinya. Wasi Surengpati bahkan
mengeluarkan suara geraman marah.
"Ah, kalau begitu apakah andika yang bernama Endang
Patibroto?" tanya sang Adipati dengan muka berubah
kemerahan karena dia marah sekali teringat akan
pengalamannya ketika dijadikan sandera oleh Retno Wilis yang
melarikan diri.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Benar, akulah Endang Patibroto! Apakah anak-anakku itu
lewat di sini?"
"Bukan hanya lewat! Anakmu yang keparat itu telah
menipu dan menghina kami!"
Endang Patibroto mengerutkan alisnya. "Hemm, anakku
bukan seorang penipu! Jangan andika berbohong kepadaku!"
"Bukan penipu" Ia menyamar sebagai pria dan mengikuti
sayembara yang kami adakan dan memenangkan sayembara
itu sehingga ia kami terima sebagai calon mantuku. Baru
kemudian kami mengetahui bahwa ia seorang wanita dan ia
lalu melarikan diri. Keparat gadis yang mengaku sebagai Joko
Wilis itu!" Ketika mengucapkan kata-kata ini, sang adipati
marah sekali. Endang Patibroto tidak dapat menahan gelihatinya dan ia
tertawa mendengar ulah Retno Wilis itu. Ia dapat
membayangkan betapa anaknya itu telah membuat geger
Nusabarung. Menyamar sebagai pria dan memenangkan
sayembara untuk mendapatkan seorang puteri!
"He-he-heh-hi-hik, betapa lucunya! Apakah kalian semua
telah menjadi buta tidak melihat bahwa ia seorang wanita?"
Girang hatinya karena mendapat keterangan bahwa anaknya
pernah berada di pulau ini. "Setelah dari sini, ia pergi
kemanakah?"
"Siapa tahu" Kami tidak mengetahuinya."
"Kalau begitu, aku harus meninggalkan tempat ini untuk
menyusulnya."
"Babo-babo, nanti dulu, Endang Patibroto! Setelah andika
berani datang ke sini, kami tidak akan me lepaskanmu begitu
saja. Tinggalkan dulu kepalamu di sini, baru boleh engkau
pergi!" kata Wasi Surengpati sambil me lintangkan tongkat
ularnya. Lima orang senopati Nusabarung melihat Wasi
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Surengpati sudah siap menyerang Endang Patibroto, juga lalu
mengepung wanita itu.
"Endang Patibroto, andika telah terkepung. Lebih baik
menyerahkan diri untuk kami tawan!" kata Wasi Surengpati
yang mengerahkan kekuatan sihirnya, lalu menuding dengan
tongkat ularnya ke arah muka Endang Patibroto dan dia
membentak! "Endang Patibroto, berlututlah andika!"
Endang Patibroto merasa betapa ada kekuatan aneh yang
seolah memaksanya untuk berlutut. Ia mengerahkan kekuatan
batinnya untuk menolak dan ia lalu mengeluarkan teriakan
melengking yang mengejutkan semua orang. Itulah pekik
dengan aji Sardulo Bairowo.
Suara melengking
ini mengandung pengaruh yang amat hebat dan sekaligus
membuyarkan kekuatan sihir yang dikerahkan Wasi Surengpati. Setelah melihat kakek itu menggerakkan tongkat
ular dan mengerahkan kekuatan sihir, baru Endang Patibroto
teringat. Ketika ia menolong Jarot, putera Adipati Pasisiran
yang hendak dibunuh dua orang kakak tirinya, pendeta inipun
membantu kedua kakak tiri yang jahat itu! Ia melawan
pendeta itu dan pendeta yang memegang tongkat ular ini
melarikan diri. Kiranya pendeta itu kini muncul di Kadipaten
Nusabarung dan berlagak sombong karena dia kini dibantu
oleh banyak orang!
"Pendeta jahanam, kiranya engkau yang berlagak di sini!"
bentaknya dan ia sudah menerjang ke depan untuk mengirim
pukulan mautnya kepada pendeta itu.
Wasi Surengpati yang sudah pula teringat akan wanita
perkasa yang dulu membantu Jarot itu, menjadi marah sekali.
"Kita basmi wanita jahat ini?" bentaknya seperti memberi
isyarat kepada lima orang senopati yang sudah mengepung
Endang Patibroto. Ki W isokolo, senopati pertama dari
Nusabarung, agaknya dapat menduga bahwa wanita itu tentu
berilmu tinggi, maka ia pun segera berteriak kepada anak
buahnya untuk mengepung. Sedikitnya tigapuluh orang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
perajurit sudah mengepung tempat itu dengan senjata di
tangan. Namun Endang Patibroto tidak gentar sedikitpun.
"Aku datang hanya hendak bertanya, tentang kedua orang
anakku, akan tetapi kalian menyambut dengan senjata
terhunus. Baiklah, kalau begitu aku tidak akan memberi
ampun kepadamu!" Begitu ia bergerak maju, empat, orang
perajurit telah menyambutnya dengan tombak. Akan tetapi,
sekali menggerakkan tangan kiri menolak, empat batang
tombak itu terpental dan tangan kanannya menampar ke
depan. Empat orang itu berteriak dan terpelanting roboh, tak
dapat bangkit kembali! Lima orang senopati itu kini menerjang
ke depan dengan golok mereka, mengeroyok Endang
Patibroto, sedangkan Wasi Surengpati sendiripun sudah
menggerakkan tongkat ularnya.
Pada saat terdengar seruan orang, nyaring sekali. "Tahan
semua senjata. Apakah orang-orang Nusabarung telah
menjadi pengecut semua!"
Semua orang terkejut mendengar ucapan lantang ini dan
untuk menghentikan pengeroyokan mereka sambil menoleh
untuk memandang siapa yang mengeluarkan kata-kata itu.
Mereka melihat seorang pemuda yang berpakaian sederhana
telah berdiri disitu sambil mengangkattangannya.
Melihat pemuda itu, Wasi Surengpati menjadi marah.
"Orang muda lancang mulut. Apa maksudmu mengatakan
kami pengecut?"
Pemuda itu bukan lain adalah Jayawijaya. Endang Patibroto
terkejut dan diam-diam sesalkan kelancangan pemuda itu.
Apakah dia tidak melihat bahwa kemunculannya dengan sikap
seperti itu akan membahayakan dirinya sendiri"
"Kalian ini semua laki-laki yang gagah perkasa. Akan tetapi
kalian sungguh tidak tahu malu dan curang mengeroyok
seorang wanita! Apakah hal itu tidak membuat kalian menjadi
pengecut" Tidak malukah kalian?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Wajah Wasi Surengpati berubah kemerahan. "Tangkap
pemuda lancang mulut itu!" bentaknya dan seorang perajurit
lalu meringkus Jayawijaya. Dengan mudahnya dia dapat
menangkap pemuda itu dan mengikat kedua tangannya
dengan tali kepadasebuah tiang rumah. Jayawijaya tidak
mampu melawan dan menyerah saja ditelikung. Akan tetapi
mulutnya masih mengeluarkan kata-kata lantang.
"Perbuatan kalian ini jahat dan ingatsiapa yang jahat
akhirnya akan kalah. Yang jahat tidak akan mendapatkan
perlindungan Hyang Widhi! Kanjeng Bibi, larilah selagi ada
kesempatan!" Diapun berseru kepada Endang Patibroto.
Pemuda itu lebih mengkhawatirkan Endang patibroto dari
pada dirinya sendiri.
Akan tetapi, Wasi Surengpati kembali sudah menggerakkan
tongkat ularnya menyerang Endang Patibroto. Cepat sekali
serangannya itu dan tahu-tahu ujung tongkat itu telah
menyambar dan menusuk ke arah dada Endang Patibroto.
Akan tetapi wanita perkasa ini tidak menjadi gugup dengan
serangannya itu. Tangan kirinya ditekuk dan diputar untuk
menangkis sehingga tongkat itu terpental. Pada saat itu, lima
orang senopati juga sudah menyerangnya dengan golok
mereka yang datang menyambar dari segala jurusan. Endang
Patibroto mengetahui dari sambaran angin serangan golok itu
bahwa lima orang senopati itu bukan merupakan lawan yang
lemah. Gerakan golok mereka cepat sekali dan juga
mengandung tenaga yang kuat. Kini ia dikeroyok oleh enam
orang yang merupakan lawan tangguh. Ia lalu mengerahkan
aji Bayutantra yang membuat tubuhnya dapat bergerak
seperti seekor burung Srikatan cepatnya, berkelebatan di
antara sinar golok dan tongkat. Ia tidak hanya mengelak saja,
melainkan juga membalas serangan enam orang pengeroyoknya dengan tamparan jari tangan dengan Aji Petni
Nogo. Melihat betapa sambaran tangan wanita itu
mengeluarkan suara angin berciutan enam pengeroyok itu
menjadi gentar dan mereka mengeroyok dengan hati-hati.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/


Sepasang Garuda Putih Seri Keris Pusaka Sang Megatantra 5 Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Puluhan perajurit tidak berani maju mengeroyok setelah
empat orang di antara mereka roboh tadi. Pula, pengeroyokan
enam orang itu sudah rapat dan tidak memberi kesempatan
kepada mereka untuk ikut mengeroyok.
Pertandingan berlangsung seru bukan main. Enam orang
itu dapat saling melindungi. Kalau Endang Patibroto membalas
dengan tamparannya, tentu ada saja lawan yang mencoba
untuk menangkis tamparan itu dengan senjata mereka.
Dengan cara begini, sampai lewat limapuluh jurus, Endang
Patibroto belum juga dapat merobohkan seorang di antara
mereka. Bahkan ia terdesak oleh serangan bertubi-tubi dari
enam orang pengeroyoknya itu.
Sementara itu, diam-diam Wasi Surengpati merasa kagum
dan juga penasaran bukan main. Harus diakuinya bahwa kalau
dia sendiri yang maju melawan Endang Patibroto, tentu dia
akan kalah. Bahkan dengan bantuan lima orang senopati yang
terkenal sakti itupun dia masih belum mampu mengalahkan
wanita itu. Jayawijaya yang sudah diikat kepada tiang itu tidak mampu
bergerak, akan tetapi dia masih dapat bersuara lantang.
"Curang, pengecut curang! Kalau memang berani, hadapilah
kanjeng bibi satu lawan satu! Heii, apakah kalian semua tidak
tahu malu dan bukan laki-laki sejati?"
Melihat pemuda itu masih ribut terus, perajurit yang tadi
menangkapnya dan kini menjaganya, lalu menampar
mulutnya. "Plak-plak!" Dua kali mulut Jayawijaya ditampar dan
bibirnya mengeluarkan darah. Akan tetapi pemuda itu tidak
menghentikan teriakan-teriakannya, bahkan dia berani
mencela Sang Adipati yang sejak tadi sudah menyembunyikan
diri agar jangan terulang lagi dirinya ditangkap dan dijadikan
sandera, seperti yang terjadi ketika Retno Wilis dikeroyok
dahulu itu. "Hai, Sang Adipati Nusabarung! Kenapa andika mendiamkan saja orang-orang andika melakukan Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pengeroyokan seperti pengecut yang curang" Tidak malukah
andika kalau hal ini terdengar oleh orang-orang di luar
kadipaten ini?" demikian Jayawijayaberteriak lagi.
"Plak-plak-plak!" Kembali perajurit itu menampar mulutnya
dan kini lebih banyak lagi darah yang keluar dari mulut
pemuda itu. Endang Patibroto mendengar teriakan-teriakan ini dan ia
merasa khawatir kalau-kalu pemuda itu akan dibunuh orang.
Ia sendiri juga menyadari bahwa tidak mungkin terus bertahan
oleh pengeroyokan itu, maka ia lalu mengeluarkan pekik
Sardulo Bairowo. Enam orang pengeroyoknya terkejut, bahkan
terhuyung ke belakang. Kesempatan ini dipergunakan Endang
Patibroto untuk melompat ke arah Jayawijaya dan sekali
sambar, perajurit yang menjaganya itu terpelanting dan
terguling-guling. Cepat tangan Endang Patibroto bergerak
membikin' putus tali-tali pengikat, lalu memegang lengan
Jayawijaya dan berkata, "Mari kita pergi dari s ini!"
Jayawijaya membiarkan dirinya ditarik oleh Endang
Patibroto. Akan tetapi bagimana mungkin dia dapat lari
secepat wanita sakti itu" Akhirnya, diapun diseret dan
terangkat ke atas, dibawa lari Endang Patibroto seperti sebuah
layang-layang. Jayawijaya memejamkan kedua matanya ketika
melihat betapa cepatnya tubuhnya meluncur ke depan dan
kakinya seperti tidak menginjak bumi lagi!
Akhirnya mereka tiba di pantai di mana Endang Patibroto
menyembunyikan perahunya. Ia melompat ke dalam
perahunya sambil menarik tangan Jayawijaya dan di lain saat
mereka sudah meluncurkan perahu ke tengah lautan. Para
senopati dan anak buahnya melakukan pengejaran, akan
tetapi lari mereka jauh kalah cepat sehingga ketika mereka di
pantai, perahu yang ditumpangi Endang Patibroto sudah pergi
jauh sekali. Sambil mendayung perahunya, Endang Patibroto mengomeli pemuda itu. "Anak-mas Jayawijaya, mengapa
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
andika begitu lancang datang ke sana dan membahayakan diri
sendiri" Semestinya andika tidak menegur mereka karena itu
sama saja dengan melakukan usaha bunuh diri."
"Eh, mengapa, kanjeng bibi" Apa salahnya kalau saya
menegur mereka" Mereka memang bersikap curang dan
pengecut, dan pantas untuk ditegur!"
"Akan tetapi dengan berbuat seperti itu, andika memanggil
bahaya maut!"
"Saya tidak berpikir demikian. Kalau Sang Hyang Widhi
menghendaki teguran saya itu akan ada gunanya bagi
mereka. Saya hanya ingin agar mereka itu mengubah
perbuatan mereka yang tidak benar, mengubah jalan hidup
mereka yang sesat."
"Aduh, anakmas. Tidakkah andika melihat bahwa engkau
memanggil bahaya maut" Kalau mereka itu menyerangmu,
andika akan mampu berbuat apakah" Tadi, baru menghadapi
seorang perajurit saja, andika tidak mampu membela diri dan
dapat diikat. Apa lagi kalau kakek bertongkatular itu yang
maju menyerangmu!"
Jayawijaya tersenyum lebar. "Saya tidak takut, kanjeng
bibi." "Akan tetapi andika seorang pemuda yang lemah."
"Saya memang lemah dan tidak biasa berkelahi, akan tetapi
Hyang Widhi adalah maha sakti dan maha kuasa. Tidak ada
kekuatan di dunia ini yang akan mampu melawanNya. Karena
itu saya tidak takut karena saya yakin bahwa Hyang Widhi
pasti akan melindungi saya dari marabahaya."
"Hemmm, aku ingin me lihatnya!" kata Endang Patibroto
yang merasa jengkel mendengar jawaban itu. "Kalau tadi tidak
ada aku yang melepaskanmu dan menolongmu keluar dari
sana, siapa yang akan dapat menyelamatkanmu?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kanjeng Bibi, tidakkah andika melihat kekuasaan Hyang
Widhi tadi telah bekerja" Hyang Widhi sudah menolong saya,
melalui tangan kanjeng bibi! Tidakkah kanjeng bibi merasa
bahwa Sang Hyang Widhi yang telah mempergunakan kanjeng
bibi untuk menyelamatkan saya?"
Endang Patibroto tertegun mendengar ini. Ia teringat akan
kata-kata suaminya bahwa manusia adalah mahluk yang
selemah-lemahnya dan bahwa tanpa adanya kekuasaan Tuhan
Yang Maha Kuasa, manusia ini tidak berdaya dalam hidupnya.
Teringatlah pula ia akan keterangan suaminya bahwa semua
ilmu kadigdayaan yang dikuasa inya adalah anugerah dari
Hyang Widhi. Kalau begitu, betapa tepat ucapan Jayawijaya
bahwa ia telah dipergunakan oleh Hyang Widhi untuk
bergerak menolong pemuda itu. Bukan ia yang menolong,
melainkan Hyang Widhi!
Betapa penuh kerendahan hati terhadap Hyang Widhi,
betapa penuh dan lengkapnya iman kepercayaan kepada
Hyang Widhi. "Wah andika benar, anakmas. Aku yang telah terlupa.
Agaknya seorang manusia seperti andika ini selamanya akan
mendapat perlindungan Hyang W idhi. Akan tetapi setelah tiba
di pantai daratan nanti, terpaksakita harus berpisah dan aku
hanya memperingatkan andika agar lebih berhati-hati.
Ingatlah bahwa di dunia ini banyak sekali terdapat manusia
yang jahat seperti iblis, yang tidak segan-segan untuk
mengganggu seorang pemuda tidak berdosa seperti
anakmas." "Saya tahu, kanjeng bibi. Karena itu, sayapun harus lebih
giat memperingatkan dan menasihati mereka."
Endang Patibroto menghela napas dan mempercepat
gerakan dayungnya sehingga perahu itu meluncur dengan
cepatnya menuju ke daratan yang sudah tampak dari situ.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Setelah tiba di daratan, Endang Patibroto berkata,
"Sekarang aku harus meninggalkan andika untuk mencari
jejak kedua orang anakku. Selamat tinggal, anakmas
Jayawiya. Semoga kita akan bertemu lagi kelak."
"Selamat jalan, kanjeng bibi Endang Patibroto."
Endang Patibroto menggerakan kedua kakinya dan lenyap
dari depan pemuda itu karena ia menggunakan aji Bayutantra.
Melihat ini, Jayawijaya menarik napas panjang dan berkata
seorang diri. "Kalau saja semua orang yang memiliki kesaktian
bersikap seperti kanjeng bibi Endang Patibroto, alangkah
tenteramnya dunia ini." Diapun melangkah dan melanjutkan
perjalanannya, tanpa tujuan tertentu, hanya menurutkan kata
hati dan langkah kakinya saja.
(Oo-dkkz-rhg-oO)
Kita tinggalkan dulu Endang Patibroto yang berpisah dari
Jayawijaya pemuda luar biasa itu, dan mari kita ikuti
perjalanan Bagus Seto dan Retno Wilis yang telah berpisah
dari Harjadenta yang kembali ke pegunungan Raung.
Kedua orang kakak beradik itu kembali menyusuri
sepanjang pantai Laut Kidulmenuju ke timur. Mereka berjalan
seenaknya, santai dan tidak tergesa-gesa, sambil menikmati
pemandangan alam yang amat indah di sepanjang pantai Laut
Kidul. Pantai itu kadang merupakan tanah yang landai ditutup
pasir putih yang kemilauan terkena cahaya matahari. Pantai
pasir putih itu amat luas dan merupakan pemandangan alam
yang amat indahnya. Akan tetapi kadang pantai itu berupa
bukit-bukit yang menjulang tinggi dan ombak samudera
terhempas pada dinding karang yang kokoh kuat. Ombak yang
menghantam dinding ini menimbulkan suara dahsyat dan air
pecah muncrat ke atas menimbulkan uap air yang tebal.
Pemandangan ini juga teramat indahnya dan memperlihatkan
kebuasan dan kedahsyatan air laut, berbeda kalau pantainya
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
datar seperti pantai pasir putih di mana air laut menjadi
menipis mengeluarkan bunyi mendesis-desis seperti air
mendidih. Ketika mereka tiba di ujung pantai pasir putih, mereka
berhadapan dengan sebuah hutan di tepi pantai yang amat
lebat. Pantai berhutan itu merupakan perbukitan, akan tetapi
hutannya amat lebat dan gelap menyeramkan.
"Kita sekarang akan melalui jalan pendakian yang sukar
karena hutannya amat lebat, diajeng. Kita harus berhati-hati
karena agaknya hutan ini mengandung hawa yang angker."
Retno Wilis, gadis yang tidak pernah mengenal rasa takut
itu, tersenyum. "Angker" Kaumaksudkan hutan ini ada
setannya kakang?"
"Setan yang masih gentayangan tidak perlu kita takuti,
akan tetapi kita harus waspada terhadap setan yang sudah
masuk ke dalam diri manusia. Manusia yang sudah kesetanan
itu dapat melakukan perbuatan amat jahat dan keji, adikku.
Karena itu kita perlu waspada dan hati-hati."
Mereka masuk menyusup-nyusup di antara pohon-pohon
raksasa dan semak-semak belukar. Bagus Seto meminjam
pedang Sapudenta milik adiknya untuk membabat semak yang
merintangi jalan mereka. Dia berjalan di depan membabati
semak sendangkan Retno Wilis berjalan di belakangnya. Hutan
itu demikian lebatnya sehingga sinar matahari tidak banyak
yang menerobos masuk, membuat hutan itu gelap. Retno Wilis
yang berjalan di belakang kakaknya memandang ke kanan kiri
dengan penuh kewaspadaan. Ia juga dapat merasakan
keadaan hutan yang angker seolah di situ terdapat banyak
bahaya yang mengintai mereka. Tiba-tiba ia memegang
lengan kakaknya.
"Ada apa?" tanya Bagus Seto ketika merasa betapa kuatnya
cengkeraman tangan adiknya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Sssttt, kakang, aku merasa ada orang-orang atau entah
mahluk apa mengintai kita."
"Di mana?"
"Entahlah, aku tadi seperti me lihat banyak pasang mata
mengintai dari balik semak belukar akan tetapi sekarang
sudah lenyap lagi. Kakang, aku merasa ngeri juga."
Bagus Seto tersenyum. "Jangan katakan bahwa engkau
takut, diajeng."
Retno Wilis membusungkan dadanya. "Takut" Aku tidak
takut, akan tetapi bicaramu tentang setan tadi membuat aku
merasa ngeri. Mari kita lanjutkan perjalanan kita."
Mereka melanjutkan perjalanan. Bagus Seto tetap
membabati semak yang menghalangi perjalanan mereka,
sedangkan Retno Wilis mengikuti dari belakang.
Tiba-tiba, di bawah sebatang pohon randu alas yang amat
besar, terdengar suara dari atas. "Kaaak-kaak ... !"
Otomatis Bagus Seto dan Retno Wilis memandang ke atas
dan mata mereka terbelalak lebar ketika melihat seekor ular
yang amat besar bergantung dengan ekornya pada sebatang
cabang pohon dan kepalanya tergantung di bawah. Kepala itu
kini dengan moncong terbuka lebar menyambar ke bawah
menyerang mereka.
Bagus Seto yang berada di depan cepat menangkis dengan
bacokan pedangnya. "Wuuuttt " crak " !" leher ular itu
putus, kepalanya menggelinding ke bawah dan tubuhnya
melepaskan lilitan pada cabang pohon dan jatuh berdebuk di
atas tanah. "Shanti-shanti-shanti ... !" Bagus Seto berkata dengan
penuh penyesalan. "Terpaksa aku harus membunuhmu, ular,
karena engkau membahayakan keselamatan kami!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kakang, kenapa engkau menyesal membunuh ular jahat
itu?" "Ia tidak jahat, diajeng."
"Tidak jahat" Kalau engkau tidak membunuhnya, tentu kita
sudah ditelannya bulat-bulat! Ia buas dan liar, jahat sekali,


Sepasang Garuda Putih Seri Keris Pusaka Sang Megatantra 5 Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

dan kejam. Ia makan hewan yang tidak mampu melawannya,
menelannya bulat-bulat, apakah itu tidak jahat dan kejam
namanya?" "Sama sekali tidak, adikku. Sudah ditakdirkan oleh Hyang
Widhi bahwa ular hanya makan binatang lain yang lebih kecil.
Ia tidak dapat makan daun atau rumput. Kalau ia tidak makan
binatang yang lebih kecil, ia akan mati kelaparan, ia tadi
menyerang kita juga untuk mengisi perutnya yang kosong. Ia
tidak buas, melainkan bergerak menurut naluri dan kebutuhan
badannya."
"Kalau begitu, mengapa engkau membunuhnya, kakang?"
bantah Retono Wilis penasaran.
"Aku terpaksa membunuhnya untuk membela diri. Aku
harus membunuhnya tadi, kalau tidak tentu seorang di antara
kita menjadi mangsanya. Akan tetapi aku menyesal harus
membunuhnya. Mari kita lanjutkan perjalanan ini."
Mereka bergerak maju lagi dan baru belasan langkah,
mereka berhenti lagi karena terdengar suara aneh seperti
raung anjing. Raung itu berkepanjangan terdengar seperti
keluhan dan terdengar dari segala penjuru seolah mengepung
mereka. "Kakang, suara apakah itu?" tanya Retno Wilis. Betapapun
tabahnya, ia merinding juga mendengar suara aneh itu.
"Hemm, aku tidak tahu. Agaknya seperti suara anjing
meraung, atau mungkin srigala. Mari kita maju terus, mencari
tempat yang lebih lapang. Kalau berada di tengah semak-
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
semak begini, akan sukar bagi kita untuk membela diri kalau
muncul bahaya."
Mereka maju terus, tidak memperdulikan suara itu dan
akhirnya mereka tiba di tempat terbuka. Pohon-pohon agak
jarang dan tidak terdapat semak belukar. Tanahnya penuh
rumput dan petak rumput ini cukup luas. Di tempat terbuka ini
Retno Wilis mendapatkan kembali ketabahannya dan kembali
membusungkan dadanya ia menantang dengan suara lantang.
"Heii, kalian anjing-anjing liar atau srigala atau iblis setan
bekasakan! Keluarlah dan tandingilah kami, jangan hanya
mengeluarkan suara seperti pengecut hendak menakut-nakuti
orang! Keluarlah kalian!"
Tidak terdengar jawaban, akan tetapi tiba-tiba terdengar
suara berkerosakan di sekeliling mereka seolah-olah banyak
binatang hutan bergerak ke arah mereka. Dua orang kakak
beradik itu siap siaga dan Bagus Seto masih memegang
pedang pusaka Sapudenta milik Retno Wilis. Mereka berdiri,
saling membelakangi untuk saling melindungi.
Akan tetapi yang muncul bukan anjing atau srigala,
melainkan duapuluh orang lebih yang berpakaian serba hitam!
Muka mereka semua memakai topeng srigala hitam dan yang
tampak hanya sepasang mata mereka yang mencorong seperti
mata srigala. Mereka mengeluarkan suara seperti srigala
menggereng-gereng.
Retno Wilis dan Bagus Seto memandang dengan heran.
Siapakah orang-orang bertopeng ini" Mereka memiliki tubuh
yang kokoh kuat dan mereka kini telah mengepung kakak
beradik itu. "Siapakah kalian" Mau apa mengepung kami?" tanya Retno
Wilis yang sudah siapuntuk mengamuk.
"Kami kakak beradik kebetulan lewat di sini, kami tidak
bermusuhan dengan kalian!" Kata pula Bagus Seto yang sudah
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menyelipkan pedang Sapudenta di ikat pinggangnya agar
mereka ketahui bahwa dia tidak berniat untuk berkelahi.
Akan tetapi duapuluh lebih orang bertopeng itu mengepung
semakin rapat dan tiba-tiba mereka semua mengeluarkan
sebuah kantung hitam, merogoh ke dalam kantung dan
mereka menyambitkan bubuk hitam ke arah Bagus Seto dan
Retno Wilis! Dua orang kakak beradik ini tidak dapat mengelak
karena dari sekeliling mereka menyambar bubuk hitam itu.
Mereka menahan napas dan memejamkan mata sambil
menggerakkan tangan untuk menangkis serangan. Akan tetapi
tiba-tiba sebuah jala hitam menimpa dan menutup mereka!
Para pengepung itu mengeluarkan teriakan-teriakan girang
melihat betapa dua orang itu telah kena terjaring. Bagus Seto
berkata lirih kepada adiknya. "Kita menyerah, lihat
perkembangan!"
Retno Wilis tidak membantah dan iapun tidak meronta
ketika ada tangan menelikung kedua lengannya dari luar
jaring. Bagus Seto menyuruh adiknya menyerah karena dia
ingin tahu apa yang akan mereka lakukan terhadap diri
mereka berdua. Orang-orang ini berusaha menangkap
mereka, bukannya membunuh. Dia ingin tahu mereka itu
orang apa dan apa pula maksud mereka menawan dia dan
adiknya. Setelah mengikat kedua tangan BagusSeto dan Retno Wilis
ke belakang punggung, orang-orang bertopeng itu lalu
membuka jaring dan mendorong kedua orang tawanan itu
untuk melangkah maju mengikuti beberapa orang yang
berjalan di depan. Dengan kedua tangan terbelenggu, kakak
beradik itupun melangkah mengikuti mereka.
"Kenapa, kakang?" tanya Retno Wilis lirih kepada kakaknya
yang berjalan di sampingnya. Ia merasa heran mengapa
kakaknya minta agar ia menyerah.
"Kita lihat mereka mau apa?" bisik Bagus Seto kembali.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Diam kalian!" terdengar bentakan dari belakang dan
tahulah kedua orang kakak beradik itu bahwa mereka adalah
manusia-manusia biasa yang memakai topeng dan berpakaian
hitam, mungkin ini menunjukkan bahwa mereka adalah
anggauta-anggauta sebuah perkumpulan rahasia yang
agaknya bersarang di hutan lebat itu.
Jilid 10 Kini mereka tibadi tengah hutan dan jalannya mendaki.
Kemudian, di tengah-tengah hutan pegunungan tepi laut
itutampak sebuah perkampungan. Ada puluhan rumah di situ,
rumah-rumah sederhana dan kecil yang mengelilingi sebuah
rumah besar. Penduduk perkampungan itu semua berpakaian
serba hitam, akan tetapi muka mereka tidak memakai topeng.
Ada kanak-kanak, ada pula wanita, tidak berbeda dengan
perkampungan biasa. Hanya yang menyolok adalah pakaian
mereka, semua mengenakan pakaian serba hitam. Orang-
orang yang tadi menangkap Bagus Seto dan Retno Wilis,
setelah tiba di perkampungan itu, segera melepaskan topeng
mereka dan mengantongi topeng itu. Agaknya topeng itu
hanya dipakai kalau mereka keluar dari perkampungan
mereka. Banyak orang menyambut kedatangan duapuluh lebih
orang yang membawa dua tawanan itu.
Mereka yang menyambut itu mengeluarkan suara pujian
akan kecantikan Retno Wilis dan ketampanan Bagus Seto dan
sikap mereka seperti penduduk kampung biasa, tidak seperti
penjahat. Dua orang tawanan itu dibawa masuk ke rumah besar dan
di sebuah ruangan yang luas, mereka dihadapkan seorang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
laki-laki berusia kurang lebih empatpuluh tahun yang bertubuh
tinggi besar dan berwajah gagah.
Empat orang anggauta yang tadi membawa Bagus Seto
dan Retno Wilis masuk memberi hormat dengan sembah
kepada laki-laki berpakaian hitam akan tetapi mewah itu.
Kedua lengannya yang kokoh memakai gelang emas, lehernya
juga mengenakan rantai besar dari emas, pakaiannya yang
hitam juga terbuat dari kain yang halus.
"Denmas Haryosakti, kami mendapatkan kedua orang ini
melanggar hutan wilayah kekuasaan kita, maka kami
menangkap mereka dan membawa mereka menghadap
paduka untuk mendapat keputuan." Seorang diantara empat
orang itu melapor.
Orang yang disebut Denmas Haryosakti itu memandang
kepada Bagus Seto, kemudian memandang kepada Retno
Wilis dan dia tertawa bergelak sambil memuntir kumisnya
yang mencuat ke kanan
kiri. Dia melirik ke arah
seorang wanita yang sebaya dengannya, wanita
yang cantik dan berpakaian
hitam tapi mewah. Belum
habis dia tertawa, muncullah dua orang dari
arah belakang. Mereka adalah seorang pemuda
berusia duapuluh tahun lebih yang tampan dan
gagah perkasa, dan seorang gadis berusia kurang lebih delapanbelas
tahun yang cantik jelita. Mereka segera mengambil tempat
duduk di kanan kiri orang tua mereka.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Retno Wilis menduga, bahwa kedua orang ini tentu putera
puteri ketua gerombolan itu. Dan melihat wajah mereka yang
elok, ia tahu bahwa mereka menuruni wajah ibu mereka yang
cantik. "Ayah, siapakah kedua orang asing ini?" tanya si pemuda
kepada kepala gerombolan itu.
"Kenapa mereka dibelenggu, ayah?"tanya si gadis cantik.
"Kasihan kalau mereka dibelenggu, sebaiknya belenggu
mereka itu dibuka saja ayah."
"Ha-ha-ha, engkau benar, Sarmini. Hai, Blendong, bukakan
tali pengikat tangan mereka, kemudian keluarlah kalian dari
sini." Seorang di antara empat anggauta itu bangkit, lalu
menghampiri Bagus Seto dan Retno Wilis dan membuka
pengikat tangan mereka. Blendong, pemimpin rombongan
yang menangkap kedua orang muda itu, lalu menyerahkan
sebatang pedang, yaitu pedang Sapudenta yang tadi dia
rampas dari ikat pinggang Bagus Seto.
"Ini adalah pedang yang tadinya dibawa pemuda ini.
Denmas." katanya.
Kepala gerombolan yang bernama Haryosakti itu menerima
pedang dan memberi isarat kepada empat orang itu untuk
keluar. Dia mengamati pedang yang sudan dihunusnya itu dan
tampak kaget. "Ah, pedang pusaka yang ampuh sekali!" katanya lalu
meletakkan pedang bersarung itu ke atas meja di depannya.
Setelah itu, dia memandang kepada Bagus Seto dan Retno
Wilis yang masih berdiri di hadapannya.
"Silakan kalian berdua duduk. Kalian tidak kami anggap
sebagai tawanan, melainkan sebagai tamu. Maafkan
kekasaran anak buah kami, karena kalian telah melanggar
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
wilayah kami." kata Haryosakti dengan suaranya yang dalam
dan nyaring. "Tidak ada yang perlu dimaafkan, karena kami juga
bersalah telah me langgar wilayah andika tanpa kami ketahui."
jawab Bagus Seto.
"Kisanak, siapakah namamu dan dari mana andika datang?"
"Nama saya Bagus Seto dan saya datang dari Panjalu."
"Dari Panjalu" Pantas andika demikian tampan. Orang-
orang Panjalu terkenal tampan dan cantik. Dan gadis cantik ini
apamu?" "Ia bernama Retno Wilis dan ia adalah adik saya." kata
Bagus Seto terus terang.
"Ha-ha-ha, adikmu" Bagus, bagus sekali. Tadinya kusangka
ia ini isterimu. Adikmu, ya" Bagus sekali, ia cantik dan
menarik." Dia lalu menoleh kepada isterinya dan bertanya,
"Ibune, tidakkah pantas kalau ia menjadi madumu?"
Isterinya tidak menjawab, akan tetapi pemuda dan gadis
itu tampak terkejut dan dengan berbareng mereka berseru,
"Kanjeng rama.!"
Akan tetapi Ki Haryosakti melambaikan tangan ke arah
kedua orang anaknya dan membentak, "Diam kalian!" Setelah
itu dia kembali memandang Bagus Seto dan berkata.
"Anakmas Bagus Seto, sekali lagi maafkan anak buah kami
tadi yang telah bersikap kasar kepada kalian. Ketahuilah
bahwa kami adalah orang-orang perkumpulan Jambuko
Cemeng (Srigala Hitam) dan aku adalah pemimpin mereka,
namaku Ki Haryosakti. Sekarang kalian berdua menjadi tamu
kehormatan kami dan untuk menghormati kedatangan kalian,
kami akan menyambutnya dengan sedikit pesta." Ki Haryosakti
lalu memerintahkan anak buahnya untuk menyiapkan
hidangan untuk pesta mereka.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tentu saja Retno Wilis dan Bagus Seto juga mendengar
ketika Ki Haryosakti tadi bertanya kepada isterinya apakah
tidak sudah pantas kalau Retno Wilis menjadi madunya. Akan
tetapi karena Retno Wilis me lihat kakaknya diam dan tenang
saja, iapun pura-pura tidak tahu. Bagus Seto memang ingin
mengetahui apa yang akan dilakukan kepala gerombolan itu
kepada dia dan adiknya. Diapun dapat menduga bahwa Ki
Haryosakti itu tentulah seorang yang sakti. Sinar matanya saja
mencorong penuh wibawa. Dan mengingat betapa anak
buahnya juga rata-rata memiliki ilmu kanuragan yang tinggi,
maka dapat dipastikan bahwa pemimpin mereka ini memiliki
kesaktian. Dia lalu mengajak Bagus Seto dan Retno W ilis bercakap-
cakap. Dia bertanya tentang Panjalu, siapa yang menjadi
rajanya, dan siapa pula patihnya.
"Patih Panjalu adalah Ki Patih Tejalaksono, yaitu ayah
kandung kami!" kata Retno W ilis sambil meninggikan


Sepasang Garuda Putih Seri Keris Pusaka Sang Megatantra 5 Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

suaranya. Mendengar ini, Ki Haryosakti memandang dengan mata
terbelalak dan terkejut.
"Ah, jadi andika berdua ini putera puteri Ki Patih
Tejoiaksono yang amat terkenal itu. Sungguh kebetulan sekali,
kalau begitu kami tahu siapa adanya dua orang tamu agung
kami." Pada saat itu, seorang anggauta datang menghadap. "Hei,
mau apa kamu menghadap tanpa diperintah?" Ki Haryosakti
membentak dan mengerutkan alisnya.
"Ampun, denmas." kata orang itu sambil menyembah.
"Saya akan melaporkan bahwa lima orang anggauta bajak laut
Bala Cucut telah dapat menerobos penjagaan kami dan
sekarang mereka mangamuk di depan pintu gerbang."
"Bodoh! Hanya menghadapi lima orang saja kalian tidak
mampu menundukkan mereka?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Mereka tangguh sekali, denmas. Banyak anggauta kita
yang sudah tewas melawan mereka."
"Babo-babo, iblis laknat! Pergilah dan aku sendiri yang akan
menandingi mereka!"
Anggauta itu bergegas pergi dan Ki Haryosakti sudah
bangkit dari tempat duduknya. Dia berkata kepada Bagus Seto
dan Retno Wilis. "Kebetulan sekali ada pengacau mengganggu
kesenangan kita, mari andika berdua menyaksikan bagaimana
kami memberi hajaran kepada para pengacau."
Bagus Seto dan Retno Wilis ingin tahu apa yang telah
terjadi maka mereka juga bangkit dan mengikuti K i Haryosakti
yang melangkah keluar dari rumah besar itu dengan langkah
lebar. Setelah tiba diluar rumah, mereka melihat penduduk
pedusunan itu seperti dalam keadaan panik, dan Ki Haryosakti
terus berjalan menuju ke pintu gerbang pedusunan yang
menjadi sarangnya itu.
Dari jauh sudah terdengar pertempuran itu. Orang-orang
dari perkumpulan Jambuko Cemeng yang jumlahnya belasan
orang sedang bertempur melawan lima orang yang
gerakannya gesit dan sepak terjang mereka membuat para
pengepung itu kocar kacir. Lima orang itu terdiri dari lima
orang laki-laki yang tinggi besar dan kelimanya bersenjatakan
golok besar yang mereka mainkan dengan hebat. Mudah
dilihat betapa amukan lima orang itu membuat para
pengeroyok terdesak dan di antara mereka sudah banyak
yang roboh malang melintang. Sedikitnya ada tujuh
oranganggauta Jambuko Cemeng yang roboh dan terluka
hebat atau mungkin tewas.
"Tahan semua senjata dan mundur!" Ki Haryosakti
membentak dengan suara nyaring. Mendengar bentakan suara
yang amat dikenalnya itu semua pengeroyok menahan senjata
mereka dan berloncatan mundur dengan hati lega. Ketua
mereka sudah tiba sehingga mereka terbebas dari ancaman
lima golok dari pihak musuh yang amat tangguh itu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Bagus Seto dan Retno Wilis juga melihat betapa ilmu golok
lima orang itu memang hebat dan tangguh sekali. Lima orang
itu sete lah melihat para pengeroyok mundur juga menahan
golok mereka dan menghadapi Ki Haryosakti dengan golok
melintang di dada dan sikap mereka menantang sekali.
"Babo-babo, kalian orang-orang Bala Cucut mengapa
mengamuk dan membikin kacau di sini?" bentak Ki Haryosakti.
"Siapakah kalian yang telah berani memasuki perkampungan
kami?" Seorang di antara lima orang itu yang matanya lebar dan
rambut kepalanya diikat dengan kain merah, melangkah maju
dan menjawab dengan suara lantang, "Kami adalah Lima Naga
dari perkumpulan Bala Cucut. Kami hendak membikin
perhitungan karena sebulan yang lalu, beberapa orang anak
buah kami telah dilukai oleh orang-orang Jambuka Cemeng.
Kami tidak terima!"
"Hemmm!" kata Ki Haryosakti. "Pihak Bala Cucut yang
bersalah, kini bahkan hendak menuntut kami! Ketahuilah,
pada waktu itu belasan orang anak buah Bala Cucut telah
merampok penduduk dusun di tepi pantai. Dusun itu termasuk
wilayah kekuasaan kami. Tentu saja kami turun tangan
menghajar para bajak yang merampok itu. Bukankah Bala
Cucut biasanya bertindak di lautan" Kenapa menyerang dusun
di pantai?"
"Kami mencari rejeki di lautan atau di darat, apa
hubungannya dengan Jambuko Cemeng" Belasan anak buah
kami luka, bahkan ada tiga orang yang tewas, maka hari ini
kami Lima Naga dari Bala Cucut datang menagih hutang
kalian. Sekarang andika keluar, apakah andika yang
menjadiketuanya?"
"Benar, akulah Ki Haryosakli, ketua Jambuko Cemeng!"
"Kalau begitu, berlututlah dan menyembah kepada kami
untuk minta maaf, dan baru kami akan menghabisi
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
permusuhan ini. Juga sediakan upeti untuk kami bawa kepada
ketua kami, atau kalau andika menolak, kami akan membuat
perkampungan Jambuko Cemeng ini menjadi lautan api dan
kami tumpas semua anggautanya!"
"Babo-babo, sumbarmu seperti dapat mengeringkan lautan
meruntuhkan gunung! K ita sama lihat saja siapa yang berlutut
dan menyembah minta ampun!" kata Ki Haryosakti dan
mendadak dia mengangkat kedua tangannya ke atas
membentuk cakar setan dan dia mengeluarkan suara yang
demikian gemuruh dan menggetarkan semua orang yang
berada di situ.
"Lima Naga perkumpulan Bala Cucut, kuperintankan kalian
untuk berlutut dan menyembah kepada kami. Hayo berlutut!!"
Bentakan itu mempunyai wibawa yang Kuat sekali dan hal
ini terasa oleh Bagus Seto dan Retno Wilis yang mengerahkan
tenaga sakti mereka agar mereka tidak terpengaruh. Akan
tetapi lima orang jagoan dari perkumpulan bajak laut Bala
Cucut itu tampak gemetaran seluruh tubuh mereka. Agaknya
mereka hendak melawan pula akan tetapi kalah kuat dan
dengan serentak mereka berlima menjatuhkan diri berlutut
dan menyembah kepada Ki Haryosakti! Melihat ini, Ki
Haryosakti tertawa bergelak dan semua anak buahnya ikut
pula tertawa. Setelah mereka semua tertawa, agaknya pengaruh ilmu
sihir itupun membuyar dan Lima Naga dari perkumpulan bajak
Bala Cucut itu kelihatan seperti orang terkejut dan heran
melihat diri sendiri berlutut menyembah-nyembah. Mereka
berloncatan berdiri dan mengayun-ayun golok di atas kepala.
"Ki Haryosakti jahanam! Jangan pergunakan ilmu setanmu,
kalau memang andika gagah, majulah dan lawan kami dengan
menggunakan aji kanuragan!" tantang orang yang bermata
lebar dan agaknya menjadi pimpinan lima orang itu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kalian berlima hendak me lawan aku" Ha-ha-ha, agaknya
kalian sudah bosan hidup. Hayo majulah, tidak usah satu-satu,
majulah kalian berlima mengeroyok aku!" kata Ki Haryosakti
dan dia sudah menyambar tombaknya yang dibawakan oleh
seorang pengawalnya dari dalam. Tombak itu matanya
mencorong dan mengandung hawa yang menggiriskan. Retno
Wilis dan Bagus Seto maklum bahwa tombak itu merupakan
pusaka yang ampuh. Mereka berdua menghadapi dua pihak
yang bermusuhan dan tidak ingin mencampuri walaupun
Retno Wilis merasa khawatir kalau pihak tuan rumah yang
akan dikeroyok lima itu akan kalah. Ia tadi sudah melihat
gerakan lima orang dari perkumpulan bajak Bala Cucut itu
yang cukup tangguh dan gerakan golok mereka berbahaya
sekali. Setelah menyambar tombaknya, Ki Haryosakti menghadapi
lima orang lawannya. Akan tetapi pada saat itu, dua orang
anaknya, pemuda tampan yang bernama Saroji dan gadis
cantik yang bernama Sarmini, sudah dengan tangkasnya
melompat ke depan ayahnya.
"Ayah, ini tidak adil namanya. Masa lima orang mengeroyok
ayah seorang" Kalau mau main keroyokan, kita bisa
mengerahkan seluruh anak buah kita! Tidak, ayah. Kalau
hendak mengadakan pertandingan, biar maju satu demi satu.
Aku sendiri akan melawan seorang di antara mereka!" kata
Sarmini dengan lembut namun gagah dan ia menghadapi lima
orang itu tanpa rasa gentar sedikitpun.
"Sarmini berkata benar, ayah. Akupun ingin menghadapi
seorang di antara mereka, baru nanti selebihnya ayah yang
menandinginya."
Ki Haryosakti tertawa bergelak, agaknya merasa bangga
sekali dengan penampilan kedua orang anaknya. "Ha-ha-ha,
Lima Naga, kalian sudah mendengar sendiri usul kedua orang
anakku. Nah, sekarang puteriku Sarmini yang akan maju lebih
dulu. Siapa diantara kalian berlima yang sanggup
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
melawannya?" T entu saja Ki Haryosakti sudah pula mengukur
kepandaian lima orang itu ketika mengamuk tadi dan dia yakin
bahwa puterinya akan mampu mengalahkan seorang di antara
mereka. Orang termuda dari Lima Naga itu lalumelangkah ke depan.
"Aku yang akan menandinginya!" Setelah berkata demikian dia
mengayun goloknya di atas kepala hendak menakut-nakuti
gadis cantik itu dengan sikapnya yang bengis.
Sarmini melangkah ke depan menghadapi orang itu. Sambil
menatap wajah orang itu dengan tajam, ia bertanya, "Engkau
hendak bertanding menggunakan senjata atau tangan
kosong?" Retno Wilis tersenyum dan kagum juga akan ketenangan
gadis itu. Melihat sikapnya yang demikian tenang sudah dapat
ia menduga bahwa gadis itu bukan sekedar berlagak,
melainkan memiliki aji kanuragan yang boleh diandalkan.
Orang ke lima dari Lima Naga itu adalah seorang laki-laki
berusia empatpuluhan tahun yang memiliki watak mata
keranjang. Karena watak inilah maka ketika gadis cantik itu
maju menantang, dia segera maju menghadapinya. Sekarang
mendengar pertanyaan gadis itu, dia pikir kalau bertanding
dengan tangan kosong, lebih banyak kesempatan baginya
untuk beradu lengan, mencolek atau mengusap gadis yang
berwajah cantik dan bertubuh sintal itu.
"Ha-ha-ha, melawan seorang gadis cilik seperti andika tidak
perlu menggunakan golok," katanya sambil menyelipkan
goloknya di punggung. "Mari kita bertanding dengan tangan
kosong saja!"
"Bagus! Mari kita mulai pertandingan ini!" kata Sarmini dan
iapun sudah memasang kuda-kuda yang indah dan gagah
sekali. Kaki kanan di depan dengan lutut agak di bengkokan,
kaki kiri di belakang, tangan kanan yang dikepal ditaruh di
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pinggang sedangkan tangan kiri dengan jari terbuka di depan
dada! Melihat kuda-kuda yang dipasang gadis itu, orang ke lima
dari Lima Naga yang memelihara jenggot seperti kambing
tertawa dan memandang rendah. "Engkau maju dan mulailah
dulu, aku akan melayanimu!" katanya sambil tersenyum dan
berlagak. "Lihat serangan!" tiba-tiba Sarmini membentak dan
tubuhnya sudah cepat bergerak maju menyerang. Kaki kirinya
dilangkahkan ke depan dan tangan kirinya membuat gerakan
mencengkeram ke arah mata lawan, sedangkan tangan
kanannya menyusul dengan pukulan ke arah perut! Serangan
ini cepat dan dari sambaran anginnya dapat diketahui bahwa
pukulan-pukulan itu mengandung tenaga yang kuat.
"Haiiiit ... !" Dengan berlagak si jenggot kambing itu
memutar tubuh menghindari cengkeraman ke arah matanya
dan tangan kirinya digerakkan dari samping untuk menangkis
dan sekaligus menangkap tangan kanan gadis itu yang
memukul ke arah perutnya.
Namun Sarmini gesit sekali. Ia sudah menarik kembali
tangan kanannya yang hendak ditangkap itu, kemudian ia
mengirim tendangan dengan kaki kiri. Kakinya mencuat tinggi
menuju dada lawan.
"Eeh ... ?" Si Jenggot kambing terkejut sekali karena
hampir saja uluhatinya tercium ujung kaki. Terpaksa dia
melompat ke belakang, lalu membalas serangan gadis itu yang
datangnya bertubi-tubi. Namun Sarmini amat gesitnya dan
selalu dapat menghindarkan diri dari serangan balasan itu
dengan jalan mengelak.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Pertandingan sudah berlangsung empatpuluh
jurus dan keadaan mereka seimbang. Si Jenggot kambing itu memiliki pukulan yang
lebih mantap akan tetapi
Sarrnini jelas lebih cepat
gerakannya sehingga ia
yang lebih banyak menekan dan mendesak.
Tiba-tiba Sarmini menerjang lagi dan sekali
ini ia bergerak sambil,
mengeluarkan teriakan melengking tinggi.'
Mendengar lengking nyaring ini, si jenggot kambing terkejut bukan main
dan saking kagetnya, gerakannya menjadi lambat dan
sebelum dia tahu apa yang terjadi, tiba-tiba Sarmini meloncat
dan kedua kakinya mendarat di dadanya!
"Bresss ... !!" Si jenggot kambing terjengkang dan
terbanting keras ke atas tanah. Sebelum Sarmini dapat
menyusulkan serangan lanjutan, dia sudah mencabut goloknya


Sepasang Garuda Putih Seri Keris Pusaka Sang Megatantra 5 Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

dan memutar golok itu melindungi tubuhnya. Sarmini
meloncat ke belakang.
"Pengecut! Kau menggunakan senjata!"
Si jenggot kambing itu bangkit berdiri,dengan muka merah
dan dia berkata, "Aku memang terdesak dalam pertandingan
dengan tangan kosong. Akan tetapi bukan berarti bahwa aku
telah kalah. Aku tantang padamu untuk bertanding dengan
senjata!" Ucapannya dikeluarkan dengan suara lantang untuk
menutupi rasa malunya karena dalam pertandingan tangan
kosong tadi jelas bahwa dia sudah kalah.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sarmini tersenyum manis. "Engkau yang menentukan,
kalau nanti engkau mampus di ujung kerisku jangan
menyalahkan aku!" katanya sambil mencabut sebatang keris
dari ikat pinggangnya. Keris itu kecil saja, hanya dua jengkal
panjangnya dan tidak berluk, namun ada sinar mencuat keluar
ketika ia mencabutnya.
Setelah melihat gadis itu mancabut kerisnya, si jenggot
kambing tidak berlagak lagi seperti tadi, melainkan segera
memutar goloknya di atas kepala sehingga golok itu berubah
menjadi sinar bergulung-gulung dan mengeluarkan suara
bercuitan. Melihat ini, Retno Wilis mengkhawatirkan Sarmini,
akan tetapi Bagus Seto yang berdiri di dekatnya berbisik, "Ia
tidak akan kalah."
Si jenggot kambing sudah menyerang dengan sambaran
goloknya ke arah leher Sarmini. Namun gadis ini dengan
lincah dan dengan gerakan indah mengelak denganloncatan
ke kiri dan dari situ ia membalas dengan tusukan kerisnya ke
lambung lawan. Lawannya dapat mengelak sambil memutar
golok melindungi
lambungnya, kemudian menusukkan
goloknya ke arah dada Sarmini. Namun serangan inipun
dengan mudah dapat dihindarkan Sarmini dengan miringkan
tubuhnya. Terjadilah serang menyerang yang lebih ramai dan
menegangkan dari pada pertandingan tangan kosong tadi. Kini
si jenggot kambing tidak lagi membiarkan hatinya terpikat
kecantikan gadis itu, melainkan dia berusaha keras untuk
menebus kekalahannya. Kalau perlu melukai atau bahkan
membunuh lawannya. Setiap kali golok bertemu keris,
terdengar suara berdencing nyaring dan tampak bunga api
berpijar menyilaukan mata dan menegangkan hati.
Kembali tigapuluh jurus telah lewat dan belum ada yang
tampak mendesak atau terdesak. Ketika golok itu kembali
meluncur dan membacoknya dari atas ke bawah, ke arah
kepalanya, seolah hendak membelah tubuh gadis itu menjadi
dua, dengan indahnya Sarmini mengelak kekanan dan kini
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
secepat kilat kerisnya menyambar ke arah tangan yang
memegang golok.
"Lepaskan ... !" bentaknya nyaring dan si jenggot kambing
mengeluarkan teriakan mengaduh dan goloknya terlepas dari
tangannya yang kini sudah berdarah, terluka oleh tusukan
keris Sarmini. Sarmini menyusulkan tendangannya yang
mengenai dada lawan dan tak dapat dihindarkan lagi tubuh si
jenggot kambing itu untuk ke dua kalinya terjengkang! Dia
merangkak bangun, terhuyung dan kembali ke rombongannya, wajahnya merah karena malu.
Sarmini menggunakan kakinya untuk menendang golok
yang terjatuh itu sehingga golok itu mencelat ke dekat kaki
pemilikyang memungutnya dengan muka ditundukkan. Tepuk
sorak menyambut kemenangan Sarmini itu dan semua anak
buah Jambuko Cemeng merasa girang dengan kemenangan
puteri ketua mereka.
Kini Saroji melangkah maju menggantikan adiknya. Sambil
tersenyum dia menantang. "Siapa yang akan melawan aku?"
Sementara itu, Sarmini sudah kembali ke dekat ayahnya. Ia
mendekati Bagus Seto dan Retno Wilis, tersenyum bangga.
"Waduh, diajeng, ternyata engkau seorang gadis yang sakti!"
Retno Wilis memuji.
"Ah, lawanku itu saja yang hanya besar mulut akan tetapi
tidak berisi." jawab Sarmini sambil mengerling ke arah Bagus
Seto. Karena beberapa kali dilirik, Bagus Seto merasa tidak
enak kalau berdiam saja.
"Andika memang hebat, dapat mengalahkan seorang yang
digdaya seperti dia."
Dipuji demikian, Sarmini tersipu dan senyumnya semakin
manis. Ia lalu mendekati ayahnya yang merasa girang dan
merangkul puterinya dengan bangga.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Agaknya kini baru terbuka mata lima orang dari
perkumpulan bajak Bala Cucut itu betapa hebatnya
kepandaian pimpinan Jambuko Cemeng. Metihat kehebatan
gadis yang telah mengalahkan saudara termudanya, pimpinan
Lima Naga itu tidak mau bertindak gegabah. Dia dapat
menduga bahwa tingkat kepandaian pemuda itu tentu lebih
tinggi dari pada tingkat adiknya. Oleh karena itu, dia sendiri
yang melangkah maju menghadapi Saroji.
"Akulah yang akan menghadapimu, orang muda. Aku
tantang engkau untuk bertanding dengan senjata!" Dia
memutar-mutar goloknya di atas kepala sehingga mengeluarkan buny i berdesing-desing menyeramkan.
"Baik," kata Saroji dan dia menoleh kepada ayahnya.
Ki Haryosakti tertawa dan dia melemparkan tombak yang
dipegangnya kepada puteranya sambil berseru, "Pergunakan
tombakku!"
Saroji menerima lontaran tombak itu dengan cekatan dan
dia melintangkan tombak itu di depan dadanya dan berseru,
"Silakan maju, aku sudah siap!"
Si mata lebar juga tidak sungkan lagi. Begitu melihat
pemuda itu menggunakan tombak yang dilontarkan ayahnya,
dia lalu menerjang maju sambil memutar goloknya. Pemuda
itu menangkis dengan tombaknya.
"Trang-cring-tranggg ... !!" Terdengar bunyi nyaring
berdenting berulang kali disusul muncratnya bunga api yang
berpijar. Mereka merasa betapa senjata mereka bertemu
dengan tenaga yang kuat. Mereka menarik kembali senjata
masing-masing untuk memeriksa. Setelah melihat bahwa
senjata mereka tidak rusak, mereka lalu saling serang lagi
dengan hebatnya. Ilmu kepandaian si mata lebar ini memang
setingkat lebih tinggi dari pada kepandaian rekan-rekannya,
akan tetapi Saroji juga telah memiliki ilmu kepandaian tinggi
yang diwarisi dari ayahnya. Kedua orang yang bertanding
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mati-matian itu bergerak cepat sekali sehingga tubuh mereka
berkelebatan di antara sinar golok dan tombak.
Retno Wilis memandang kagum. Pemuda itu cukup
tangguh, pikirnya dan ia dapat menduga bahwa bajak bermata
lebar itu tentu akan kalah. Pertandingan sudah berlangsung
limapuluh jurus dan mulai tampak tanda-tanda bahwa bajak
itu mulai terdesak mundur dan pernapasannya sudah ngos-
ngosan. Sebaliknya, gerakan tombak Saroji semakin mantap.
Ketika mendapat kesempatan baik, Saroji mengeluarkan
bentakan nyaring. Bentakan ini sama dengan bentakan
adiknya tadi, mengandung wibawa dan pengaruh kuat
sehingga Retno Wilis dan Bagus Seto tahu bahwa dua orang
kakak beradik itu sudah menerima latihan kekuatan bathin
dari ayahnya. Si mata lebar juga terkejut. Dia tahu bahwa lawannya yang
muda mengerahkan aji lewat bentakannya. Dia mengerahkan
tenaga untuk menolak, akan tetapi kekagetannya yang hanya
sejenak itu merugikannya. Kesempatan selagi dia terkejut tadi
sudah dipergunakan oleh Saroji untuk menggerakkan
tombaknya menyapu kedua kaki lawan. Si mata lebar tidak
mampu mengelak dan kedua kakinya kena diserampang,
membuat dia roboh terpelanting dan pada saat dia roboh,
Saroji sudah menusukkan ujung tombaknya pada tangan
kanannya yang memegang golok. Tangannya terluka dan
golok itupun terlepas dari pegangannya. Dia hendak melompat
bangun, akan tetapi secepat kilat ujung tombak sudah
menodong dadanya sehingga terpaksa dia diam tidak berani
bergerak. "Engkau telah kalah!" kata Saroji kepada pemimpin Lima
Naga itu. Si mata lebar menjadi pucat mukanya, lalu berubah merah
dan dengan suara berat dia mengakui.
"Aku sudah kalah!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Saroji menarik kembali tombaknya dan tersenyum sambil
mundur mendekati ayahnya dan mengembalikan tombak itu.
Bagus Seto merasa senang melihat sikap Sarmini dan Saroji.
Dua orang muda ini berhati baik, tidak kejam terhadap rnusuh
sehingga tidak membunuh atau melukai berat. Dua sifat baik
ini dia catat dalam hatinya.
"Bagus ilmu tombaknya," Retno Wilis juga memuji dan
Bagus Seto melirik ke arah adiknya yang memandang ke arah
pemuda itu dengan kagum.
"Wataknya juga baik," kata Bagus Seto sambil tersenyum.
Kini Ki Haryosakti melangkah maju membawa tombaknya.
"Dua orang di antara kalian berlima sudah kalah. Sekarang
tinggal tiga orang lagi di antara kalian. Kalian bertiga boleh
maju kalau masih penasaran, dan kalian bertiga boleh maju
bersama untuk mengeroyok aku! Dua orang yang sudah
kalah, kalau tidak mengenal malu, boleh maju pula
membantu!"
Tantangan ini hebat. Lima Naga itujelas memiliki ilmu
kepandaian tinggi dan biarpun mereka tidak akan menang
melawan Ki Haryosakti kalau maju satu-satu, akan tetapi
ketua Jambuko Cemeng ini menantang mereka bertiga,
bahkan berlima !"
Akan tetapi ucapannya membuat si mata lebar dan si
jenggot kambing merasa malu untuk maju lagi karena mereka
memang sudah kalah. Kini tiga orang dari mereka melompat
maju sambil menggerakkan golok, dan mereka merasa
berbesar hati. Biarpun kedua orang rekan mereka sudah
kalah, mereka bertiga belum kalah. Dan biarpun kini yang
dihadapi adalah ketua Jambuko Cemeng sendiri yang tentu
lebih tinggi tingkat kepandaiannya, namun mereka maju
bertiga. Tidak mungkin mereka bertiga kalah oleh seorang
lawan saja! Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kakang, mengapa dia begitu berani?" bisik Retno Wilis
kepada kakaknya sambil memandang kepada tiga orang yang
sudah berhadapan dengan Ki Haryosakti.
Bagus Seto tersenyum. "Dia sudah melihat tingkat
kepandaian mereka, tentu saja dia menjadi berani karena
sebelumnya sudah tahu bahwa dia akan menang."
Kini berlangsunglah pertandingan yang mendebarkan hati.
Ki Haryosakti melawan tiga orang pengeroyok yang
mempergunakan golok mereka. Dan tiga orang itu tidak hanya
main-main, melainkan mengeroyok dengan niat membunuh.
Golok mereka menyambar-nyambar bagaikan kilat dari segala
jurusan. Akan tetapi Ki Haryosakti ternyata memiliki ilmu
tombak yang amat hebat. Gerakannya sama dengan yang
dima inkan Saroji tadi, akan tetapi lebih cepat dan jauh lebih
kuat dari pada tadi. Kini, setiap kali golok lawan bertemu
dengan tombak, golok itu pasti terpental dan hampir terlepas
dari pegangan pemiliknya. Perkelahian itu seperti tiga ekor
anjing mengeroyok seekor harimau. Tak pernah tiga orang
pengeroyok itu mampu mendesak Ki Haryosakti.
Bagus Seto dan Retno Wilis memandang kagum. Mereka
berdua maklum bahwa Ketua Jambuko Cemeng itu memang
benar-benar amat tangguh. Kedigdayaan ini masih ditambah
lagi dengan kekuatan ilmu sihirnya yang dapat menguasai
oranglain melalui bentakan.
"Perkelahian itu tidak akan lama." pikir Retno Wilis. Dan
memang demikianlah belum sampai tigapuluh jurus, Ki
Haryosakti berseru tiga kali, sinar tombaknya menyambar-
nyambar dan tiga orang itu terjengkang dan terkapar tewas
dengan dada tertembus tomhak! Seperti tadi ketika Sarmini
dan Saroji keluar sebagai pemenang, kini kemenangan Ki
Haryosakti disambut sorak sorai para anggauta Jambuko
Cemeng. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dua orang di antara lima orang penyerbu yang sudah kalah
tadi, memandang dengan muka pucat kepada tiga orang
rekannya yang sudah tidak bernyawa.
Ki Haryosakti tertawa dan berkata kepada mereka berdua
yang bermuka pucat. "Ha-ha-ha-ha!
Kami sengaja membiarkan kalian berdua hidup untuk dapat membawa pergi
tiga mayat ini dan melaporkan kekalahanmu kepada ketuamu.
Kalau Ketua Bala Cucut tidak terima, dia boleh datang untuk
mengantar nyawanya ke sini. Ha-ha-ha!"
Mendengar ucapan itu, si mata lebar dan si jenggot
kambing cepat-cepat mengangkat tiga mayat rekan-rekan
mereka dan segera pergi dari tempat itu. Mereka tidak dapat
berkata apa-apa lagi dan mereka meninggalkan pintu gerbang
perkampungan Jambuko Cemeng.
Ki Haryosakti memandang kepada Bagus Seto dan Retno
Wilis lalu tertawa bangga, "Bagaimana pendapat andika
berdua dengan peristiwa tadi?"
Retno Wilis tidak menjawab, maka Bagus Seto yang
menjawab. "Peristiwa tadi membuktikan bahwa kepandaian
andika dan kedua putera andika amat tinggi. Akan tetapi
sayang, sikap andika hanya akan mendatangkan keributan dan


Sepasang Garuda Putih Seri Keris Pusaka Sang Megatantra 5 Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

pertengkaran."
"Eh, kenapa begitu, anakmas?" tanya Ki Haryosakti sambil
memandang kepada Bagus Seto dengan penasaran.
"Paman telah membunuh tiga orang tokoh Bala Cucut dan
membiarkan yang dua orang pulang melapor kepada pimpinan
mereka, maka tentu pimpinan Bala Cucut tidak akan tinggal
diam dan akan menyerang ke sini."
"Ha-ha-ha, kalau benar, dia berani datang, takut apa" Aku
akan membunuhnya. Memang Bala Cucut sudah lama mencari
perkara, berani merampoki dusun di sekitar pantai yang masih
termasuk wilayah kami. Mari kita lanjutkan pesta kita yang
tadi terganggu." Dia mengajak dua orang tamunya untuk
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
memasuki rumah besarnya dan ditemani isterinya, Saroji dan
Sarmini, merekalalu makan minum.
"Terima kasih atas kebaikan paman," kata Bagus Seto.
"Setelah kami dijamu makanan dan diterima dengan hormat,
kini kami akan mohon diri untuk melanjutkan perjalanan
kami." "Eh-eh, nanti dulu. Dan jangan menyebut aku dengan
sebutan paman. Terus terang saja setelah melihat diajeng
Retno Wilis, timbul keinginan hatiku untuk mengangkatnya
menjadi isteriku. Bagaimana pendapatmu, adimas Bagus
Seto?" "Ayah ... !" kembali Sarmini berserupenasaran.
"Diam kau!" bentak ayahnya, lalu berkata kepada Retno
Wilis. "Diajeng Retno Wilis, maukah andika menjadi isteriku.
Aku adalah seorang yang suka berterus terang dan jujur,
maka kusampaikan keinginan hatiku itu tanpa pura-pura lagi.
Bagaimana pendapat andika berdua?"
Sepasang mata Retno Wilis sudah mencorong tanda bahwa
ia marah sekali, akan tetapi Bagus Seto tersenyum kepadanya.
"Urusan perjodohan adalah urusan yang penting sekali, oleh
karena itu, perkenankan kami kakak beradik untuk
merundingkan hal ini lebih dulu berdua saja."
"Ah, tentu saja! Tentu saja boleh, hanya asal andika berdua
mengetahui saja bahwa aku, Ki Haryosakti kalau sudah
menghendaki sesuatu, harus tercapai kehendakku itu, dan
bahwa aku adalah seorang laki-laki yang bertanggung-jawab,
maka jangan khawatir kalau kelak aku akan menyia-ny iakan
diajeng Retno Wilis."
Hati Retno Wilis sudah menjadi panas sekali, akan tetapi
Bagus Seto lalu memegang tangannya dan mengajak gadis itu
menyingkir ke ruangan lain agar dapat berbicara berdua saja.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Aduh, kakang. Tidak kuat hatiku, kalau engkau tidak
membawaku ke sini tentu sudah kuhajar si mata keranjang
itu!" kata Retno Wilis.
"Sabar dan tenanglah, diajeng. Dia bukan seorang jahat,
hanya mata keranjang. Akan tetapi dia jujur, mengaku terus
terang di depan isteri dan anak-anaknya. Dan kurasa dia tidak
membual saja ketika mengatakan bahwa apa yang diinginkan
harus tercapai."
"Apa" Apa maksudmu, kakang" Apakah aku harus
menerima saja ... !"
"Sabar dulu, jangan terburu nafsu. Kalau engkau marah
dan menyerangnya, kita akan berhadapan dengan seluruh
anak buah Jambuko Cemeng yang jumlahnya amat banyak.
Pula, bukankah kedua puteranya itu merupakan muda mudi
yang baik" Sayang kalau sampai kita bermusuhan pula dengan
mereka." "Lalu apa maksudmu sebenarnya?"
"Begini, diajeng. Kita harus menghadapi urusan ini dengan
halus. Kita harus menyadarkan Ki Haryosakti dengan cara
halus pula. Serahkan saja kepadaku, dan aku yang akan
mengatur semuanya. Engkau hanya menyatakan menyerah
saja dan nanti kalau diadakan pesta pernikahan, aku yang
akan mengatur agar engkau lolos dari urusan ini. Dengan cara
ini tidak sampai terjadi keributan dengan dia dan anak
buahnya. Mereka ini merupakan kekuatan yang lumayan,
kalau kita dapat menariknya agar setia kepada Panjalu, tentu
amat menguntungkan."
Retno Wilis cemberut. "Kalau menurutkan kata hatiku, ingin
aku menghajar dia sampai dia bertaubat, dan kalau anak
buahnya mengeroyok, akan kuhajar semua!"
"Jangan, diajeng. Turutilah nasihatku dan semua ini akan
terlewat dengan aman dan baik."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Baik, sesukamulah, kakang. Aku serahkan kepadamu
untuk mengaturnya, akan tetapi aku tetap tidak sudi kalau
harus menjawab sendiri dan menyatakan persetujuanku untuk
menjadi isteri mudanya!"
"Baik, jangan khawatir, biar aku yang menghadapinya."
Setelah berkata demikian Bagus Seto menggandeng tangan
adiknya ke luar dari situ memasuki ruangan di mana Ki
Haryosakti masih menanti. Ketika mereka masuk, Saroji dan
Sarmini memandang kepada mereka dengan alis berkerut.
Isteri Ki Haryosakti juga memandang akan tetapi hanya
sebentar. Wanita ini agaknya tidak mempunyai hak suara
dalam urusan ini dan hanya tunduk saja menurut apa yang
dikehendaki suaminya.
"Ha-ha, kalian telah kembali" Dan bagaimana dengan
keputusan jawaban kalian" Aku hanya mengharap agar
jawaban itu tidak mengecewakan!" kata Ki Haryosakti sambil
memandang kepada Retno Wilis dengan matanya yang lebar.
"Diajeng Retno Wilis, bagaimana jawabanmu terhadap
pinanganku?" Dengan terus terang dia bertanya kepada gadis
itu. Retno Wilis terpaksa menundukkan mukanya agar jangan
tampak betapa ia marah sekali. "Jawabannya kuserahkan
kepada kakangmas Bagus Seto," katanya lirih.
"Bagus, memang seharusnya urusan perjodohan diatur oleh
orang tua, dan kakakmu dapat saja mewakili kedua orang
tuamu. Bagaimana, adimas Bagus Seto, sudahkah kau
menentukan jawaban atas pinanganku?"
"Sudah, kakangmas Haryosakti dan kami berdua setuju dan
menyerah saja atas kehendak andika," jawab Bagus Seto
dengan suara bersungguh-sungguh.
"Ha-ha-ha, bagus sekali! Kalau begitu,sekarang juga akan
kuperintahkan kepada anak buahku untuk bersiap-siap.
Pernikahan akan dilangsungkan lusa atau keesokan harinya!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ayah, sudah tepatkah apa yang menjadi keputusan ayah
itu?" tiba-tiba Saroji berkata kepada ayahnya dengan suara
lantang. "Saroji, apa maksudmu?"
"Ayah, diajeng Retno Wilis masih begini muda, pantaskah
menjadi isteri ayah?"
"Tutup mulutmu! Ini bukan urusanmu melainkan urusanku
pribadi. Kalau engkau tidak setuju, engkau boleh pergi dari
sini!" "Ayah ... !" Sarmini berseru.
"Sudah, kalian dua orang anak-anak tahu apa! Diam lah dan
jangan membuat aku marah!" Ki Haryosakti membentak.
Isterinya hanya menundukkan mukanya, tidak berani
mencampuri. "Sambil menanti datangnya hari pernikahan, kalian berdua
menjadi tamu kehormatan di sini, Saroji, Sarmini, antar
mereka ke kamar samping. Berikan dua kamar untuk mereka
dan layani mereka baik-baik!"
Dua orang anaknya yang diperintah itu lalu bangkit berdiri.
Saroji menghampiri Bagus Seto sedangkan Sarmini menghampiri Retno Wilis. Bagus Seto dan Retno Wilis juga
berdiri dan mengikuti mereka berdua.
Setelah mereka tiba di jajaran kamar di samping rumah
besar itu, Saroji tidak dapat menahan kesabarannya lagi dan
bertanya kepada Bagus Seto.
"Kakangmas Bagus Seto, apa artinya semua ini" Kenapa
andika setuju saja diajeng Retno W ilis diperisteri oleh ayah?"
pertanyaan ini diajukan dengan suara tidak senang.
"Dan andika ini bagaimana, mbakyu Retno Wilis. Mengapa
tidak menolak untuk diperisteri ayah?" tanya pula Sarmini
kepada Retno Wilis.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Retno Wilis hanya melirik kepada kakaknya. Kalau
menurutkan kata hatinya ingin ia meneriakkan bahwa ia tidak
sudi diperisteri K i Haryosakti.
Bagus Seto tersenyum. "Ki Haryosakti adalah seorang yang
gagah perkasa dan sakti. Kalau kehendaknya tidak dipenuhi
tentu dia akan marah kepada kami. Kami terpaksa
menerimanya."
"Terpaksa menerima?" kata Saroji. "Kenapa terpaksa"
Kalau kalian menolak, kami akan melindungi kalian. Ayah kami
tidak pernah berbuat jahat, tentu tidak akan menggunakan
kekerasan. Dia hanya tertarik oleh diajeng Retno W ilis dan
menyatakan perasaannya itu dengan terus terang. Akan tetapi
dia tidak akan memaksa kalau diajeng Retno Wilis menolak!"
Bagus Seto tersenyum. Dia tahu bahwa pemuda ini kurang
pengalaman. Betapapun baiknya Ki Haryosakti, kalau dia
sudah tergila-gila kepada Retno Wilis, maka penolakannya
tentu akan mendatangkan keributan dan mungkin Ki
Haryosakti tidak akan ma lu malu lagi untuk melakukan
pemaksaan. "Tapi ini tidak pantas!" Sarmini berkata marah. "Kalau ayah
meminang mbakayu Retno Wilis untuk kakang Saroji, ini
namanya pantas. Bukan untuk diri sendiri!"
Wajah Seroji menjadi kemerahan mendengar ucapan
adiknya itu. "Adikku Sarmini, engkaupun pantas sekali kalau
menjadi isteri kakangmas Bagus Seto!" Dia membalas.
Sarmini memandang kakaknya dengan pipi merah. "Ihh,
engkau ada-ada saja, kakang!" berkata demikian gadis manis
itu lalu berlari pergi meninggalkan mereka.
"Jangan khawatir, adimas Saroji. Kalau benar-benar andika
tidak setuju dengan niat ayahmu memperisteri adikku, kami
akan mengusahakan agar hal itu tidak akan terjadi, dan
mudah-mudahan ayahmu dapat menyadari kesalahannya,"
kata Bagus Seto.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Saroji memandang dengan alis berkerut. Pemuda itu sudah
menyanggupi, sudah menyetujui adiknya menikah dengan
ayahnya, bagaimana mungkin hal itu dibatalkan"
"Membatalkan janji merupakan kesalahan besar," katanya.
"Kalau penolakan itu adalah hak kalian. Kenapa tidak menolak
saja tadi?"
"Andika tidak mengerti. Sudahlah, harap tidak risaukan hal
itu. Aku yang menanggung bahwa pernikahan itu tidak akan
terjadi." Saroji meninggalkan kakak beradik itu dengan hati
bertanya-tanya. Apakah yang akan dilakukan dua orang itu
untuk membatalkan pernikahan itu"
Sementara itu, dengan hati senang sekali Ki Haryosakti
memimpin para anggautanya untuk membuat persiapan pesta
besar-besaran untuk merayakan pernikahannya dengan Retno
Wilis. (Oo-dkkz-rhg-oO)
Perayaan itu diadakan pada senja hari. Yang menghadiri
adalah seluruh penduduk perkampungan itu dan mereka
semua mengenakan pakaian baru serba hitam. Semua
penduduk bergembira mendengar ketua mereka hendak
menikah dengan gadis jelita yang menjadi tamu agung di
perkampungan itu.
Retno Wilis dibawa oleh isteri K i Haryosakti ke dalam kamar
pengantin dan di situ Retno W ilis didandani dengan pakaian
pengantin. Selain seorang wanita yang biasa mendadani
pengantin, di situ hadir pula Sarmini dan ibunya. Isteri
KiHaryosakti ini agaknya menerima nasib, tidak tampak
berduka walaupun suaminya hendak menikah lagi. Semua
orang sibuk berlalu lalang untuk membantu persiapan pesta.
Tiga ekor sapi dipotong dan entah berapa puluh ekor ayam. Di
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dapur, para wanita sibuk memasak dan para pria masih ada
yang sibuk menghias ruangan depan yang akan dipakai
sebagai tempat pertemuan sepasang mempelai dan tempat
duduk para anggauta Jambuka Cemeng.
Karena kini akan menjadi isteri ketua Jambuko Cemang,
Retno Wilis juga diharuskan memakai pakaian pengantin yang
terbuat dari kain sutera berwarna hitam! Mukanya memakai
kerudung hitam pula sehingga hanya nampaksedikit dari balik
cadar hitam itu. Bagus Seto sejak tadi tidak tampak akan
tetapi hal ini tidak dipedulikan orang.
Gamelan yang berada di ruangan depan sudah dipukul
orang sejak sore tadi. Anak-anak dengan gembira bermain-
main di dekat situ sambil menonton gamelan yang mengiringi
suara merdu tiga orang penyanyi. Tempat upacara pertemuan
pengantin dan tempat duduk para tamu sudah dirias dengan
janur-janur dan kain warna-warni.
Setelah waktunya tiba, pengantin wanita yang memakai
cadar itu dibawa keluar kamar pengantin dan dipertemukan
dengan pengantin pria sebagaimana mestinya diiringi suara
gamelan yang memainkan lagu-lagu pertemuan pengantin,
disaksikan oleh semua anggauta Jambuka Cemeng. Beberapa
orang pinisepuh dari perkampungan itu yang melakukan
upacara pernikahan itu semua orang mengikuti dengan
gembira. Akhirnya, sepasang pengantin duduk bersanding dan
semua tahu mulai berpesta makan minum dengan penuh
kegembiraan. Saroji menghampiri adiknya. "Eh, kemana perginya
kakangmas Bagus Seto" Sejak sore tadi aku tidak melihatnya."
Sarmini mengerutkan alisnya. "Sejak tadi aku juga
mencarinya, akan tetapi dia tidak ada. Jangan-jangan dia
pergi meninggalkan tempat ini dengan diam-diam?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Mana mungkin?" Saroji menoleh ke arah pengantin wanita
yang duduk dekat ayahnya dengan pandang mata penasaran.
"Tidak mungkin dia meninggalkan adiknya."


Sepasang Garuda Putih Seri Keris Pusaka Sang Megatantra 5 Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Eh, kakang Saroji, apakah engkau melihat ibu?"
"Tidak, apakah tadi tidak bersama kita?"
"Memang tadi bersama kita semua, ikutmembawa
pengantin keluar kamar, akan tetapi setelah itu ia tidak
tampak lagi. Jangan-jangan ibu menyembunyikan diri untuk
melampiaskan kedukaannya, kakang!"
"Selama beberapa hari ini ibu tidak ada perubahan. Ibu
telah menerima kenyataan itu dengan sabar. Sungguh
mengherankan, kenapa ibu tidak tampak dan kakangmas
Bagus Seto juga tidak tampak."
"Mari kita berdua mencari kakangmas Bagus Seto!" Ajak
Sarmini. "Bagaimanapun juga, dia harus ikut merayakan pesta
ini." Kakak beradik itu lalu keluar dari tempat pesta. Di luar
sunyi, perkampungan itu sunyi karena semua orang pergi ke
tempat pesta. Mereka mencari ke mana-mana namun
percuma. Mereka tidak dapat menemukan Bagus Seto juga
tidak tampak ibu mereka di mana-mana. Tentu saja hal ini
membuat mereka berdua terheran-heran dan terpaksa mereka
kembali ke tempat pesta yang sudah mulai bubaran karena
pesta makan minum sudah selesai.
Sepasang mempelai memasuki kamar mereka dan karena
ibunya tidak ada, Sarmini mewakili ibunya mengantar
sepasang mempelai ke kamar mereka. Setelah pintu kamar
ditutup, Sarmini masih berdiri termangu di depan kamar itu,
pikirannya kacau dan gelisah karena ia tidak melihat ibunya.
Kemana perginya orang tua itu" Dan mengapa pula Bagus
Seto tidak menghadiri pesta perayaan pernikahan adiknya" Ia
teringat akan pembicaraan kakaknya dengan Bagus Seto dan
Retno Wilis. Bagus Seto menyatakan bahwa ia dan kakaknya
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tidak mengerti, dan menyatakan bahwa dialah yang akan
mengurusnya agar pernikahan itu tidak sampai terjadi, bahkan
pemuda itu berjanji akan menyadarkan ayahnya. Akan tetapi
seteiah tiba saatnya, pemuda itu pemuda yang amat
dikaguminya, ternyata tidak muncul. Betapa kecewa hatinya!
Tiba-tiba terdengar ayahnya berteriak-teriak dan suara
ibunya menangis dari dalam kamar pengantin itu.
"Jahanam, aku telah tertipu! Keluar kau, cari di mana ia!"
terdengar ayahnya berteriak dan pintu kamar itu terbuka.
Ibunya keluar dan Sarmini terbelalak. Wanita yang bercadar,
berpakaian pengantin itu, adalah ibunya! Pengantin wanitanya
adalah ibunya! Kemudian Ki Haryosakti me loncat keluar dan
melihat Sarmini, dia lalu merangkulnya.
"Ah, kiranya engkau di sini, diajeng Retno Wilis!" Sarmini
hendak dipondongnya.
Sarmini meronta.
"Ayah, ini aku, Sarmini! Lepaskan aku!"
Ki Haryosakti juga terbelalak dan bagaikan baru habis
mimpi, dia menggosok-gosok kedua matanya. "Permainan
apakah ini" Tiba-tiba ibumu yang menjadi pengantin wanita,
dan engkau tadi kulihat seperti Retno Wilis! Siapa yang
bermain-main seperti ini?" Karena dia sendiri seorang yang
ahli dalam ilmu sihir, tahulah dia bahwa dia menjadi
permainan sihir yang amat kuat.
"Aku tidak tahu ... tadi tahu-tahu mereka merias aku, dan
aku sama sekali tidak mampu mengeluarkan suara ... " Isteri
Ki Haryosakti menangis dengan sedih.
"Apa engkau melihat Retno Wilis?" tanya suaminya.
"Tidak, aku sama sekali tidak me lihatnya. Tahu-tahu ia
telah lenyap dari dalam kamar pengantin dan kulihat hanya
Bagus Seto, itupun hanya sebentar. Dia berdiri di luar pintu
dan memandangku dengan sinar mata aneh."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Huh, jangan-jangan ini permainan mereka! Mereka telah
mempermainkan aku, jahanam!"
Pada saat itu terdengar sorak sorai riuh rendah yang
datangnya dari luar perkampungan. Lalu datang tergopoh-
gopoh tiga orang lari menghampiri K i Haryosakti.
"Celaka, denmas. Celaka, Bala Cucut datang menyerang
dengan jumlah yang besar. Pimpinannya kini menantang-
nantang di luar pintu gerbang!"
Mendengar ini, Sarmini sudah berlari cepat keluar dari
tempat itu. Ia hampir bertubrukan dengan Saroji yang juga
keluar membawa senjata tombak. "Ada apa ribut-ribut itu?"
tanya Saroji. "Bala Cucut datang menyerbu, kakang. Mari kita ke sana!"
Mereka berdua lalu berlari cepat untuk memimpin anak
buahnya ke luar dari perkampungan.
Ternyata di depan pintu gerbang sudah berdiri seorang
kakek tinggi besar yang mukanya penuh brewok dan mata
kirinya ditutup dengan kain hitam, yang dilibatkan di
kepalanya. Kakek brewok itu berusia kurang lebih limapuluh
tahun dan dia memegang sebatang golok besar yang tajam
sekali dan ke lihatannya berat. Tempat itu disinari obor-obor
yang dibawa para penyerbu dan juga banyak anak buah
Jambuko Cemeng yang membawa obor bernyala. Jumlah
mereka tidak kurang dari seratus orang dan mereka semua
bersenjatakan golok. Kepala mereka diikat dengan kain merah
dan wajah mereka semua tampak buas.
"Suruh Ki Haryosakti, ketua kalian keluar untuk mengadu
ilmu dengan aku. Katakan ini Brajamusti ketua Bala Cucut
telah datang untuk menantangnya! Cepat suruh dia keluar,
atau kami akan membikin perkampungan Jambuko Cemeng
menjadi karang abang (lautan api)!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Mendengar ini, Saroji dan Sarmini menjadi marah sekali.
Mereka tahu bahwa ketua Bala Cucut ini hendak menuntut
balas kematian tiga orang pembantunya.
"Tidak perlu ayah, kami berdua sanggup untuk
mengirimmu ke neraka!" bentak Sarmini sambil menyerang
dengan kerisnya. Pada saat itu, Saroji juga menyerang dengan
tombaknya. Akan tetapi, Brajamusti menggerakkan goloknya
dan sekali golok bergerak, dia sudah menangkis kedua senjata
itu dengan kuat sekali. Tombak dan keris itu terpental dan
hampir terlepas dari tangan kedua orang muda itu. T entu saja
mereka terkejut bukan main.
"Ha-ha-ha, jangan anak kecil yang maju. Panggil ayah
kalian!" kembali Brajamusti menantang.
Akan tetapi Saroji sudah menyerang lagi dengan
menusukkan tombak ke dada orang tinggi besar itu dan
Sarmini juga sudah menubruk dan menikamkan kerisnya ke
perut yang gendut itu.
"Tak ... ! Tak ... !" Keris dan tombak itu terpental seolah
bertemu dengan dinding baja! Ternyata kakek itu memiliki
kekebalan yang hebat.
"Ha-ha-ha-ha!" Brajamusti tertawa bergelak.
"Kalian berdua mundurlah!" Tiba-tiba terdengar bentakan
nyaring dan Ki Haryosakti telah berdiri di situ, menyuruh
kedua orang anaknya mundur. Mendengar ini, dan melihat
betapa saktinya pemimpin Bala Cucut, dua orang muda itu lalu
mundur dan menonton dengan hati tegang. Mereka tahu
bahwa ayahnya kini berhadapan dengan lawan yang benar-
benar amat tangguh.
Ki Haryosakti beradu pandang dengan Brajamusti. "Andika
inikah pemimpin Bala Cucut?" tanyanya dengan lantang.
"Ha-ha-ha, benar akulah pemimpin Bala Cucut. Namaku
Brajamusti dan kalau benar engkau ini yang bernama
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Haryosakti pemimpin Jambuko Cemeng, bersiaplah engkau
untuk mampus di tanganku!"
"Babo-babo, sumbarmu seperti dapat memecahkan
gunung! Aku adalah Haryosakti dan selama hidupku belum
pernah aku mundur menghadapi lawan. Apa maksudmu
malam-malam begini datang dengan anak buahmu ke
perkampungan kami?"
"Ha-ha-ha, pertanyaan yang bodoh! Andika telah
membunuh tiga orang anak buahku, tentu saja aku datang
untuk membalas dendam!"
"Brajamusti, kalau benar engkau seorang gagah perkasa,
datanglah di waktu matahari telah bersinar sehingga kita
dapat berhadapan dalam cuaca terang. Tidak datang seperti
maling ma lam-malam begini. Kalau engkau berani, aku
tantang engkau bertanding besok pagi setelah matahari terbit,
di tempat ini! Dan tidak boleh ada yang membawa pembantu.
Kita bertanding satu lawan satu. Kalau aku kalah, maka aku
akan menyerah dan engkau boleh berbuat sesuka hatimu.
Akan tetapi kalau engkau yang kalah, engkau harus minggat
dari s ini bersama anak buahmu!"
Tidak ada yang tahu bahwa tantangan Ki Haryosakti ini
mengandung kecerdikan. Dia tadi sudah banyak minum tuak,
menjadi setengah mabok dan tentu saja dalam keadaan
seperti itu dia tidak dapat bertanding dengan baik. Selain itu,
pihak Bala Cucut datang pada malam hari dan tentu sudah
mempunyai perhitungan dengan baik, sedangkan pihaknya
yang mendapat serangan tiba-tiba di tengah malam itu belum
dapat melakukan atau mengatur siasat. Dan lebih dari itu,
baru saja dia mengalami guncangan batin yang hebat melihat
bahwa pengantin wanita yang dinikahinya ternyata adalah
isterinya sendiri sedangkan Retno Wilis entah ke mana.
Di lain pihak, Brajamusti yang ditantang untuk bertanding
besok pagi, tentu merasa malu untuk menolak. Menolak
tantangan dapat diartikan tidak berani. Dan diapun mengira
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
bahwa pihak tuan rumah tentu dapat mengatur siasat
pertahanan lebih baik dari pada pasukannya yang tidak
mengenal medan. Kalau pertandingan dilakukan besok di pagi
hari, dia tidak khawatir musuh mengatur jebakan-jebakan
yang tidak terlihat di waktu malam.
"Babo-babo, siapa takut padamu, Haryosakti! Besok pagi
diwaktu matahari muncul, aku akan datang ke sini untuk
mengambil nyawamu, ha-ha-ha!" Setelah berkata demikian,
dia lalu meneriakkan anak buahnya agar mundur dan
membuat perkemahan agak jauh dari kampung untuk
melewatkan malam itu.
Sementara itu, Ki Haryosakti segera mengatur anak
buahnya untuk melakukan penjagaan dan menyusun
pertahanan kalau besok musuh datang menyerang. Setelah
itu, kembali dia mencari Retno Wilis, bahkan mengerahkan
orang-orangnya untuk mencari di perkampungan itu, namun
segala usahanya sia-sia. Retno Wilis dan Bagus Seto tidak
dapat mereka temukan!
Pada keesokan harinya, setelah matahari mulai bersinar
mengusir kabut pagi, muncullah Brajamusti bersama belasan
orang pembantunya yang menjadi pasukan pengawalnya dan
di belakangnya datang berbondong-bondong anak buahnya
yang semua sudah membawa golok telanjang. Sikap mereka
itu menantang dan bengis sekali.
Ki Haryosakti menyambut musuh, diiringkan Saroji dan
Sarmini bersama pasukan pengawal yang belasan orang
banyaknya. Akan tetapi pemuda dan gadis ini tidak berani
sernbarangan maju karena mereka berdua sudah mengenal
kesaktian Brajamusti yang memiliki kekebalan yang luar biasa
sehingga tombak dan keris mereka tidak mampu melukainya.
Ki Haryosakti yang sudah mendengar keterangan dua orang
anaknya tentang kesaktian Brajamusti juga melarang mereka
maju. Dia sendiri yang akan menghadapi Ki Bajramusti yang
tangguh itu. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ha-ha-ha, bagus sekali. Kiranya Ki Brajamusti ternyata
memiliki kegagahan dan memenuhi tantanganku. Apakah
andika telah siap untuk menghadapi kekalahan?" K i Haryosakti
berkata mengejek untuk menjatuhkan nyali lawan.
Ki Brajamusti tertawa bergelak. "Ha-ha-ha, masih untung
semalam aku menitipkan nyawamu kepadamu, Haryosakti.
Akan tetapi pagi ini aku akan mengambilnya dan semua
orang-orangmu harus tunduk kepadaku atau akan kubasmi
semua!" "Babo-babo! Jangan omong besar. Sekarang tentukan
bagaimana pertandingan diadakan. Kita berdua satu lawan
satu, ataukah main keroyokan" Kami sudah siap!"
"Jangan seperti anak kecil, Haryosakti. Kita berdua adalah
orang-orang tua yang memegang teguh janji. Kita bertanding
satu lawan satu dan siapa yang kalah harus menaati kehendak
yang menang. Bagaimana, setujukah engkau dengan
peraturan ini?"
"Bagus, itulah yang kukehendaki. Mari kita mulai!" jawab Ki
Haryosakti yang sudah membawa senjata pusakanya, yaitu
tombak pusaka yang ampuh. Dia melintangkan tombak di
depan dada dan sikapnya menantang, kuda-kudanya teguh.
Melihat ini, Ki brajamusti mengeluarkan suara tawa
bergelak, kemudian dia memutar golok besarnya ke atas
kepala sambil berseru, "Akupun sudah siap, mari kita mulai!"
Ki Haryosakti tidak sungkan lagi, berteriak lantang, "Lihat
tombakku!"
Tombaknya sudah menyambar ke depan dengan tusukan
kilat ke arah perut lawan. Brajamusti menggerakkan goloknya
menangkis serangan tombak yang amat berbahaya itu. Kini
tentu saja dia tidak berani mengandalkan kekebalan tubuhnya.
Tombak itu sebatang tombak pusaka dan kini digerakkan oleh
seorang yang memiliki tenaga sakti kuat. Goloknya menangkis
dari samping. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Trangg ... !!" Bunga api berpijar ketika dua senjata
bertemu dan keduanya merasa betapa telapak tangan mereka
panas ketika senjata mereka saling bertemu. Haryosakti
menyusulkan serangan bertubi dengan tombaknya. Brajamusti
memutar-mutar goloknya dan beberapa kali tombak itu
tertangkis golok. Ketika mendapat kesempatan, Brajamusti
membalas serangan lawan, goloknya menyambar dengan
serangan maut. Namun, Ki Haryosakti cukup gesit untuk
mengelak dan ketika golok itu terus menerjang dengan
ganasnya, diapun menangkis dengan tombaknya dan kembali
dua senjata bertemu dengan kuatnya. Serang menyerang
terjadi dan kedua orang itu masing-masing merasa terkejut
karena ternyata tingkat kepandaian mereka seimbang. Mereka
mengeluarkan semua ilmu mereka dan mengerahkan seluruh
tenaga untuk mendapatkan kemenangan. Gerakan kedua
orang itu demikian cepatnya sehingga bentuk golok dan
tombak lenyap, berubah menjadi dua gulung s inar yang saling


Sepasang Garuda Putih Seri Keris Pusaka Sang Megatantra 5 Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

mendesak dan saling menekan.
Satu jam lebih mereka bertanding dan belum tampak ada
yang akan menang atau kalah. Entah sudah berapapuluh kali
senjata mereka saling bertemu. Akan tetapi diam-diam
Haryosakti terkejut. Dia merasa betapa kedua tangannya lelah
sekali karena benturan-benturan antara kedua senjata itu.
Ternyata tenaga lawan luar biasa kuatnya. Karena maklum
bahwa akhirnya dia akan kalah kalau pertandingan dengan
senjata itu dilanjutkan, tiba-tiba dia melompat ke belakang
dan berseru nyaring, "Tahan senjata!"
Brajamusti menghentikan gerakannya dan tertawa. "Ha-ha-
ha, belum lecet kulitmu engkau mengajak berhenti. Apakah
engkau hendak mengaku kalah, Haryosakti?"
"Siapa yang kalah" Aku tidak kalah. Akan tetapi karena
dalam pertandingan adu senjata kita sama kuat, bagaimana
kalau sekarang diganti dengan pertandingan tangan kosong"
Kita mengadu tebalnya kulit dan kerasnya tulang, tidak lagi
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mengandalkan senjata melainkan mengandalkan kadigdayaan.
Beranikah engkau?"
Brajamusti kembali tertawa. Dia sendiri sudah merasa
bingung tadi karena sekian lamanya tidak mampu mendesak
lawan. Kini lawannya mengusulkan untuk bertanding tanpa
senjata, maka tentu saja dia merasa senang sekali. Dia
memiliki tubuh yang kebal dan tenaga yang besar. "Bagus,
siapa takut padamu" Mari kita lanjutkan dengan tangan
kosong!" Dia lalu menyerahkan goloknya kepada seorang
pengawal. Haryosakti juga menyerahkan tombaknya kepada Saroji
dan kedua orang ketua jagoan ini kini saling berhadapan lagi
dengan tangan kosong. Diam-diam keduanya mengerahkan
tenaga sakti disalurkan ke dalam ke dua lengan, dan
Haryosakti berteriak, "Lihat pukulan!" dan tubuhnya sudah
menerjang ke depan, tangan kanannya menampar ke arah
dagu lawan sedangkan tangan kirinya sudah siap menyusulkan
serangan kalau tamparannya tidak berhasil.
"Hemm ... !" Brajamusti mengelak dengan menarik
mukanya ke belakang hingga tamparan itu luput dan ketika
tangan kiri Haryosakti menyusulkan tonjokan ke arah
dadanya, tangan kanannya membuat gerakan berputar dan
dia sudah menangkis pukulan ke arah dadanya itu.
"Dukk ... !" Kedua lengan bertemu dan keduanya mundur
selangkah. Kini Brajamusti membalas serangan lawan dengan
tendangan kakinya yang mencuat dengan cepat sekali ke arah
perut Haryosakti, akan tetapi ketua Jambuko Cemeng inipun
sudah dapat mengelak. Serang menyerang kembali terjadi di
antara keduanya.
Mereka mengerahkan tenaga dan
mengeluarkan jurus-jurus terampuh mereka dalam usahanya
untuk merobohkan lawan.
Saroji dan Sarmini menonton dengan alis berkerut. Mereka
berdua maklum bahwa pihak lawan sungguh amat tangguh
dan mereka tadi sudah melihat keringat membasahi leher
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
ayah mereka ketika berhenti sebentar. Mereka berdua tidak
dapat membantu ayah mereka karena hal itu akan dianggap
curang. Maka dengan jantung berdebar tegang mereka hanya
dapat menonton.
Kekhawatiran dua orang muda itu ternyata terbukti tidak
lama kemudian. Setelah pertandingan berlangsung limapuluh
jurus lebih, mulai tampaklah betapa Ki Haryosakti terdesak
mundur. Sudah beberapa kali dia terkena tamparan dan
pukulan lawan yang membuat dia terhuyung. Dan beberapa
kali pukulannya juga bersarang kepada tubuh lawan, akan
tetapi ternyata tubuh itu kebal, membuat pukulannya mental
kembali seperti mengenai benda dari karet saja.
"Robohlah!" Tiba-tiba Bajramusti berseru dan sebuah
tendangan kakinya mengenai perut lawan. Ki Haryosakti tidak
dapat menghindar. Perutnya tertendang dan dia-pun roboh
terjengkang! Bajramusti bertolak pinggang sambil menertawakan
lawannya. Para pembantunya ikut pula tertawa dan anak
buahnya yang berada di belakang bersorak melihat
kemenangan ketua mereka. Sebaliknya, di pihak Jambuko
Cemeng orang-orangnya hanya berdiam saja dengan hati
tegang. "Ha-ha, Ki Haryosakti. Engkau sudah kalah! Akuilah
kekalahanmu dan mulai sekarang kalian semua harus menaati
Jago Kelana 1 Pedang Tanpa Perasaan Karya Khu Lung Istana Kumala Putih 2
^