Pencarian

Sepasang Garuda Putih 7

Sepasang Garuda Putih Seri Keris Pusaka Sang Megatantra 5 Karya Kho Ping Hoo Bagian 7


perintahku!"
Jilid 11 Tiba-tiba Saruji dengan tombak ayah-nya di tangan
melompat maju. "Ayah sudah kalah akan tetapi aku belum!
Aku yang akan melawanmu, Bajramusti!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Melihat majunya pemuda itu, Bajramusti tertawa bergelak.
"Ha-ha-ha, ayahnya sudah kalah kini maju anaknya. Heh,
orang muda, engkau bukan tandinganku, apakah engkau
sudah bosan hidup?"
Melihat puteranya maju, Ki Haryosakti juga berseru, "Saroji,
mundur kau!" Dia tahu bahwa kalau puteranya maju, sama
halnya dengan membunuh diri.
Pada saat itu terdengar seruan suara wanita, "Ki
Bajraniusti, akulah lawanmu!"
Ki Haryosakti dan kedua orang anaknya terkejut
mendengar suara Retno Wilis, dan kini mereka melihat Retno
Wilis muncul bersama Bagus Seto! Retno Wilis sudah
melompat ke depan dan berkata kepada Saroji,
"Lebih baik andika mundur, biar aku yang menghadapi
raksasa brewok ini!"
Saroji ragu-ragu, tidak tega membiarkan Retno Wilis
melawan ketua Bala Cucut itu, akan tetapi sekali lagi
Haryosakti menghardik kepada puteranya untuk mundur.
Saroji lalu mundur dan menonton bersama adik dan ayahnya
dengan hati tegang dan juga heran. Bagaimana Retno Wilis
akan mampu menghadapi raksasa yang amat sakti itu. Bagus
Seto juga memandang sambil tersenyum dan pemuda ini
menonton di satu pinggiran, tidak mendekati keluarga
Haryosakti. Sementara itu, ketika Brajamusti melihat majunya seorang
gadis yang cantik jelita, dia tertawa bergelak sambil
menengadahkan kepalanya. "Hoa-ha-ha-ha! Jambuko Cemeng
sudah kehabisan jago dan mengajukan seorang perawan
cantik untuk me lawan aku. Wong ayu, jangan andika yang
maju sayang kecantikanmu, sayang kulitmu yang halus kalau
sampai lecet. Lebih baik andika ikut bersamaku dan kujadikan
selir, ha ha-ha!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Brajamusti, tidak perlu bermulut besar. Kalau andika dapat
mengalahkan aku, barulah andika berhak untuk bermulut
besar! Atau barangkali andika takut melawan aku?"
"Takut" Ha-ha, takut" Aku takut kalau sampai membunuh
atau melukaimu, cah ayu."
"Kalau begitu, bersiaplah andika!"
"Ha-ha-ha, aku sudah siap, ha-ha-ha!"
"Lihat seranganku! Haiiiittt ...!" Retno Wilis menerjang ke
depan, tangan kirinya menampar ke arah dada raksasa itu.
Brajamusti hendak memamerkan kekebalannya maka diapun
membiarkan saja dadanya terbuka untuk dihantam. Jari-jari
tangan Retno Wilis yang kecil mungil itu bertemu dengan dada
yang bidang dan kokoh kuat itu. Akan tetapi ia
mempergunakan aji Wisolangking.
"Wuuuttt.....dess ....!!"
"Aduh .... mati aku .....!!" Tubuh yang tinggi besar itu
terjengkang dan roboh terguling-guling. Brajamusti merasa
dadanya seperti pecah. Untung dia tadi mengerahkan ilmu
kekebalannya sehingga dia tidak mati terpukul. Dia melompat
bangun, menggosok-gosok dadanya dengan telapak tangan
kiri sambil memandang kepada Retno Wilis dengan mata
mencorong penuh kemarahan.
Sementara itu, Ki Haryosakti dan kedua orang anaknya,
juga para anggauta Jambuko Cemeng, menonton dengan
mata terbelalak dan mulut ternganga! Baru sekarang mereka
mengetahui bahwa gadis itu memiliki kesaktian yang hebat
sehingga sekali pukul saja dapat membuat raksasa itu roboh
terguling-guling! Terutama sekali Ki Haryosakti. Wajahnya
berubah pucat lalu kemerahan. Dan dia sudah hendak
memperisteri gadis itu! Sekarang baru dia merasa bahwa dia
dipermainkan! Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ki Bajramusti kini marah bukan main. Dengan kedua
tangan membentuk cakar harimau, dia lalu menyerang, kedua
tangannya menyambar dari kanan kiri hendak menerkam
tubuh gadis itu. Akan tetapi tubrukannya luput dan tiba-tiba
saja gadis itu lenyap. Kemudian dari belakang dia mendengar
ada angin menyambar. Cepat dia merendahkan diri untuk
mengelak. Ternyata gadis itu sudah berada di belakangnya.
Demikian cepatnya gerakan gadis itu seolah-olah pandai
menghilang saja. Dia menjadi semakin marah dan dengan
mengeluarkan gerengan-gerengan seperti seekor harimau
marah, dia melanjutkan gerakannya, menyerang secara
bertubi-tubi, mencakar, menampar, menghantam bahkan
kakinya yang panjang besar itu beberapa kali menendang.
Namun, dia seperti menyerang angin saja. Semua
serangannya tidak mengenai sasaran.
Retno Wilis telah mempergunakan ilmu silat Pancaroba
yang membuat tubuhnya bergerak seperti seekor burung
walet, menyambar-nyambar menghindar kesana-sini dan
berputaran. Bajramusti ikut pula berputaran sampai kepalanya
menjadi pening dan beberapa kali dia terhuyung!
Ketika mendapat kesempatan, Retno Wilis kembali
menampar dan tamparannya mengenai leher Bajramusti.
"Wuuuttt..... plak ....!" Biarpun yang menampar hanya
tangan yang kecil mungil, akan tetapi Bajramusti merasa
seperti disambar petir. Hanya kekebalannya yang luar biasa
saja yang masih melindunginya. Tubuhnya berputaran,
kepalanya pening dan akhirnya diapun roboh untuk yang
kedua kalinya. Akan tetapi dia memang kebal dan kuat. Dari keadaan
roboh itu dia melompat dan kedua tangannya yang besar itu
berhasil menangkap pinggang yang ramping itu. Dia
mengeluarkan suara ta wa girang dan dengan sepenuh tenaga
dia hendak mengangkat tubuh yang pinggangnya sudah
dilingkari jari-jarinya yang panjang dan besar itu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Akan tetapi Retno Wilis yang tadi lengah sehingga
pinggangnya dapat disambar, mengerahkan Aji Argoselo yang
membuat tubuhnya seberat batu gunung.
Bajramusti mengerahkan tenaga untuk mengangkat,
namun tubuh itu tidak bergeming sedikitpun juga. Dia merasa
terkejut dan penasaran, lalu mengerahkan lagi tenaga sampai
mulutnya mengeluarkan suara ah-ah-uh-uh, namun tetap saja
sia-sia. Dan Retno Wilis yang marah karena pinggangnya dipegang
orang, lalu menggerakkan kakinya menendang, mengenai
perut yang gendut itu.
"Wuuuttt .....ngekkk ...!" Pegangan Bajramusti terlepas dan
tubuhnya terlempar dan terjengkang ke belakang, terbanting
keras. Kini agak lambat dia merangkak bangun karena kepalanya
terasa pening. Dan setelah diabangkit, dia sudah merampas
golok yang dibawa pembantunya. Sikapnya amat menyeramkan. Rambutnya awut-awutan, mukanya menjadi
merah sekali, matanya melotot dan mengeluarkan busa. Dia
mengangkat goloknya tinggi di atas kepala.
Ki Haryosakti dan dua orang anaknya yang tadinya
terkagum-kagum melihat Retno Wilis berulang kali merobohkan Bajramusti, kini memandang dengan hati
khawatir sekali.
Akan tetapi Retno Wilis tetap bersikap tenang, ia
meloloskan pedang Sapudenta dan menanti serangan lawan
dengan pedang di tangan.
Ketika Bajramusti melihat gadis itu sudah memegang
sebatang pedang yang baginya amat kecil tidak berarti, dia
lalu menggereng seperti seekor harimau terluka dan tubuhnya
sudah menerjang maju, goloknya menyambar-nyambar
bagaikan cakar maut ke arah Retno Wilis.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Akan tetapi gadis ini dengan mudahnya mengelak ke sana
sini, ke mudian ketika golok itu dengan cepat menyambar ke
arah kepalanya, iapun menggerakkan pedang Sapudenta
untuk menangkis sambil mengerahkan tenaga saktinya.
"Singgg ..... trakkk ....!!" Golok itu putus menjadi dua
potong! Ki Haryosakti sampai bersorak me lihat kehebatan gadis itu.
Sebaliknya Ki Bajramusti terkejut bukan main. Dia
melemparkan gagang golok ke arah Retno Wihs. Gadis ini
menangkis dengan pedangnya dan sisa golok itu meluncur ke
bawah dan menancap ke atas tanah.
Tiba-tiba Ki Bajramusti mengangkat kedua tangan ke atas,
mulutnya berkemak kemik membaca mantra dan tiba-tiba saja
ada asap hitam bergulung-gulung keluar dari kedua tangannya
dan asap itu menyerbu ke arah Retno Wilis.
Gadis ini menyimpan pedangnya dan menggunakan kedua
tangannya untuk memukul dengan Aji W isolangking. Akan
tetapi asap itu hanya membuyar dan tetap menyerbu ke
arahnya. ''Diajeng, mundurlah!" seru Bagus Seto dan Retno Wilis
menaati perintah kakaknya. Tubuhnya mencelat ke arah
Bagus Setodan sudah berdiri di samping kakaknya.
Bagus Seto melompat ke depan menghadapi Ki Bajramusti
yang menggunakan sihir itu.
Ketika gulungan asap itu menyelubunginya, Bagus Seto
mengambil setangkai bunga cempaka putih dan mengangkatnya ke atas. Seketika asap hitam itu membalik
dan bergulung-gulung seperti me larikan diri kembali ke arah
kedua tangan Ki Bajramusti!
Kakek ini terkejut bukan main dan memandang kepada
Bagus Seto dengan mata mencorong.
"Siapakah andika?" bentaknya marah.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Namaku Bagus Seto dan karena andika menggunakan ilmu
hitam, akulah yang mewakili adikku menghadapimu," kata
Bagus Seto dengan lembut. "Lebih baik andika pergi saja dari
sini dan bawa semua anak buahmu, Ki Bajramusti. Tempatmu
di lautan, bukan di daratan yang menjadi wilayah Jambuko
Cemeng." Ki Bajramusti merasa penasaran bukan main. Tadi dalam
pertandingan tangan kosong maupun dengan senjata dia telah
dikalahkan seorang gadis muda! Dan sekarang dia
mengandalkan ilmu sihirnya, dia bertemu dengan seorang
pemuda yang dapat menandinginya. Dia masih merasa
penasaran dan ingin mengeluarkan ilmunya yang terakhir dan
yang diandalkannya.
"Bagus Seto, lihat baik-baik siapa yang kaulawan. Aku
adalah Rajanya segala harimau!" Setelah berkata demikian, Ki
Bajramusti melompat jungkir balik tiga kali dan berubahlah dia
menjadi seekor harimau yang amat besar, h.arimau jadi-jadian
itu besarnya hampir seperti seekor lembu!Sambil mengeluarkan suara gerengan, harimau itu membuka
mulutnya dan mengancam Bagus Seto.
Semua orang yang melihat ini menjadi miris hatinya,
kecuali tentu saja Retno Wilis. Gadis ini hanya tersenyum
karena maklum bahwa dalam menghadapi ilmu s ihir, tidak ada
orang yang lebih tangguh dari pada kakaknya.
Dengan gerengan yang menggetarkan seluruh perkampungan itu, harimau jadi-jadian itu kini menubruk ke
arah Bagus Seto yang kelihatan diam saja, tidak mengelak
maupun menangkis. Semua orang melihat betapa harimau
besar itu menerkam Bagus Seto.
Sarmini sampai menjerit saking ngerinya melihat pemuda
yang dikagumi itu diterkam harimau besar. Juga semua orang
memandang kaget dan cemas. Akan tetapi ketika harimau itu
menerkam dan berusaha menggigit dan merobek-robek tubuh
itu, ternyata bahwa yang diterkamnya tadi adalah sebuah batu
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
yang keras! Dan semua orang melihat Bagus Seto sudah
berdiri dengan kedua tangan bersilang di dada, tak jauh dari
situ. Harimau jadi-jadian agaknya baru sadar bahwa yang
diterkamnya adalah batu setelah taring dan cakarnya
menyerang benda keras. Dia menggereng dan memutar
tubuh, melihat Bagus Seto yang sudah berdiri di belakangnya.
Kembali dia menerjang, menubruk dan menerkam dibarengi
auman yang menggetarkan hati.
Kembali dia telah menerkam Bagus Seto seperti tadi, akan
tetapi setelah yang diterkamnya roboh di atas tanah dan
dicakarnya, pemuda itu berubah menjadi batu.
Setelah mempermainkan harimau jadi-jadian itu beberapa
kali, Bagus Seto lalu mengeluarkan setangkai bunga cempaka
putih dan begitu harimau itu untuk sekian kalinyamenubruk,
dia memukulkan bunga cempaka pulih itu ke kepala harimau.
"Dar..........!" terdengar ledakan dan harimau itupun lenyap,
berubah menjadi Ki Bajramusti yang mendekam di atas tanah


Sepasang Garuda Putih Seri Keris Pusaka Sang Megatantra 5 Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

sambil mengeluh.
"Aduh, tobaaatt.......!" Dia memegangi kepalanya yang
rasanya seperti remuk.
"Benarkah andika telah bertobat, Ki Bajramusti?" tanya
Bagus Seto dengan lembut.
"Aku sudah menerima kalah, denmas. Aku sudah bertobat
dan hendak menaati semua perintah andika. Aduh-
aduhhh......!"
Bagus Seto lalu berkata, "Kalau begitu berjanjilah bahwa
engkau tidak akan mengganggu penduduk pantai, menghentikan perbuatanmu yang jahat dan engkau
berjanjilah untuk membantu Panjalu jika saatnya tiba."
"Baik, denmas.....aku berjanji....."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Bagus Seto menyentuh kepalanya dengan bunga cempaka
putih sambil berkata, "Kalau begitu, sembuhlah dan pergilah
membawa anak buahmu kembali ke lautan."
Terkena sentuhan bunga itu, seketika Ki Bajramusti
sembuh dan dia segera bangkit berdiri. Akan tetapi sekarang
dia telah kehilangan kegarangannya. Dia memandang kepada
Bagus Seto dan Retno Wilis yang berdiri di samping kakaknya
dengan sikap hormat.
"Aduh, paduka berdua telah mengalahkan aku. Sebetulnya
siapakah paduka berdua dan mengapa pula menyuruh aku
kelak membantu Panjalu?" tanyanya dengan suara tetap kasar
akan tetapi dengan sikap menghormat. Memang seorang
seperti dia mana dapat berbicara halus"
"Namaku Bagus Seto dan ini adikku Retno Wilis. Kami
adalah putera Kanjeng Patih Tejolaksono di Panjalu."
"Ah, maafkan aku yang telah berani melawan paduka.
Baiklah, aku akan menaati segala perintah paduka. Hayo
kawan-kawan, kita kembali ke lautan!" Dia lalu memutar
tubuhnya dan diiringkan semua anak buahnya meninggalkan
tempat itu. Ki Haryosakti juga membubarkan semua anak buahnya.
Ketika tinggal dia sendiri bersama Saroji dan Sarmini, sambil
membungkuk hormat kepada kedua orang muda itu dia
berkata, "Mari silakan, anakmas berdua, kita bicara di dalam."
Bagus Seto saling pandang dengan Retno Wilis dan mereka
tanpa berkata apa-apa ikut masuk ke ruangan dalam rumah
gedung itu. Setelah tiba di dalam, Ki Haryosakti lalu
menjatuhkan diri berlutut dan menyembah kepada Bagus Seto
dan Retno Wilis.
"Mata saya seperti telah buta dan tidak me lihat bahwa
paduka berdua adalah orang-orang yang sakti mandraguna.
Saya mohon ampun atas semua perbuatan saya terhadap
denajeng."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Bagus Seto cepat membangunkan ketua Jambuko Cemeng
itu dan berkata, "Sudahlah, paman, adalah baik sekali kalau
paman sudah menyadari kesalahan dan tidak akan berbuat
lagi. Silakan berdiri."
Ki Haryosakti bangkit berdiri dan mempersilakan kedua
orang muda itu untuk duduk.
Saroji dan Sarmini juga duduk dan mereka memandang
kepada kedua orang muda itu dengan takjub.
"Saya telah berbuat salah besar. Saya sungguh tidak tahu
diri, akan tetapi sekarangpun saya masih mengharapkan agar
paduka berdua suka menerima permohonansaya."
Bagus Seto tersenyum. "Permintaan apakah itu, paman"
Kalau memang permintaan itu pantas dan kami berdua dapat
melakukannya, tentu kami tidak akan keberatan untuk
memenuhinya."
"Ah, sebelumnya saya menghaturkan banyak terima kasih,
denmas. Akan tetapi harap paduka berdua sudi memaafkan
kalau apa yang hendak saya kemukakan itu dianggap
lancang." "Katakan sajalah, paman, jangan sungkan-sungkan.
Memang sebaiknya kalau ada penguneg-uneg di hati
dikeluarkan dari pada disimpan menjadi dendam."
"Karena sekarang ini paduka berdua berada di sini dan saya
memperoleh kesempatan yang amat baik, kapan lagi saya
kemukakan niat saya ini kalau tidak sekarang karena mungkin
saya tidak akan dapat bertemu dengan paduka berdua lagi."
"Paman Haryosakti, kenapa bicara berputar-putar"
Katakanlah apa yang kaukehendaki!" kata Retno Wilis yang
merasa tidak sabar lagi mendengar kata-kata yang melingkar-
lingkar itu. Mendapat bentakan dari Retno Wilis, ketua Jambuko
Cemeng yang biasanya bersikap gagah itu menjadi pucat
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
wajahnya. Kemudian dia memberanikan diri berkata, "Niat
saya inipun untuk menebus dosa saya terhadap denajeng .....
kalau paduka berdua sudi menerimanya, saya.....saya ingin
sekali menjodohkan anak saya Saroji dengan denajeng Retno
Wilis, dan saya ingin menyerahkan anak saya Sarmini menjadi
jodoh denmas Bagus Seto. Nah, legalah hati saya sudah
mengeluarkan isi hati saya ini dan terserah kepada paduka
berdua." Kakak beradik itu saling pandang, seperti juga Saroji dan
Sarmini saling pandang. Akan tetapi kalau Sarmini
memandang kakaknya lalu tersipu malu dan Saroji juga
menundukkan mukanya yang menjadi kemerahan, Retno Wilis
memandang kepada kakaknya dengan alis berkerut dan muka
berubah merah. Melihat sinar mata adiknya yang marah itu, Bagus Seto
menggelengkan kepalanya kepada adiknya sehingga Retno
Wilis terpaksa menelan lagi ucapan bernada kerasyang hendak
dilontarkan dari mulutnya.
Bagus Seto tersenyum memandang pada Ki Haryosakti lalu
berkata dengan suara lembut, "Permintaan paman untuk
menjodohkan kami berdua dengan putera puteri paman
adalah permintaan yang pantas. Akan tetapi terus terang saja
kami tidak dapat memenuhi permintaan itu, paman. Bukan
sekali-kali kami menolak karena tidak suka. Putera dan puteri
paman adalah dua orang pemuda dan gadis yang elok dan
juga gagah. Akan tetapi kami terpaksa menolak karena pada
saat ini kami berdua sama sekali belum mempunyai pikiran
untuk berjodoh. Kami masih ingin hidup sendiri dan
melanjutkan perantauan kami. Karena itu harap paman
maafkan dan kami percaya bahwa adimas Saroji dan diajeng
Sarmini dapat mengerti alasan kami dan tidak menjadi kecil
hati dan merasa ditolak."
Biarpun merupakan penolakan, namun kalau dikeluarkan
dengan kata-kata halus dan sopan seperti itu, bagaimana Ki
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Haryosakti dan kedua anaknya dapat merasa tersinggung dan
tidak senang hati" Mereka memang merasa kecewa, akan
tetapi dapat memaklumi alasan kedua orang mudasakti itu.
Pada hari itu juga, Bagus Seto dan Retno Wilis berpamit
kepada Ki Haryosakti. Bagus Seto berkata, "Paman Haryosakti,
kami berdua mohon pamit hendak melanjutkan perantauan
kami. Hanya ada satu harapan dari kami, mudah-mudahan
saja paman akan dapat memenuhi harapan kami itu."
"Apakah itu, denmas" Katakan, saya akan berusaha sekuat
tenaga untuk memenuhi harapan itu."
"Nanti kalau sudah tiba waktunya Panjalu dan Jenggala
menggerakkan pasukan untuk menundukkan kembali daerah-
daerah yang bergolak, maukah paman membawa anggauta
Jambuko Cemeng membantu Panjalu?"
"Ah, tentu saja, denmas. Harap jangan khawatir. Biarpun
bagaimana juga, kami bukan pemberontak dan masih
mengakui kekuasaan Jenggala dan Panjalu. Kalau kelak tiba
saatnya, tentu kami akan membantu dengan senang hati."
"Terima kasih, paman."
Setelah berpamit kepada Saroji dan Sarmini, kedua kakak
beradik itu lalu meninggalkan perkampungan Jambuko
Cemeng, diantar oleh keluarga pimpinan Jambuko Cemeng itu
sampai keluar perkampungan.
Saroji dan Sarmini berdiri bagaikan patung memandang
dua bayangan yang semakin jauh itu dan merasa seolah-olah
semangat mereka ikut terbawa pergi. Diam-diam Saroji jatuh
cinta kepada Retno Wilis dan Sarmini juga kagum sekali
kepada Bagus Seto. Akan tetapi mereka merasa seperti
pungguk merindukan bulan.
Cinta asmara memang menjadi sumber kesedihan kalau
hanya bertepuk tangan sebelah. Dan perasaan itu diderita
Saroji dan Sarmini. Mereka merasa betapa hidup ini menjadi
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sunyi dengan perginya orang yang mereka cinta, dan hati
terasa perih sekali mengingat bahwa cinta mereka tidak
dibalas. Ki Haryosakti juga menyadari akan semua kesalahannya
dan semenjak peristiwa itu wataknya berubah, tidak selalu
hendak memaksakan kehendaknya seperti yang sudah-sudah.
(Oo-dkkz-rhg-oO)
Dapat dibayangkan betapa marahnya hati Wasi Shiwamurti
ketika menerima laporan dari Ni Dewi Durgomala dan Ki
Shiwananda telah bertemu dan bertanding dan dikalahkan
oleh Bagus Seto dan Retno Wilis. Ketika itu, Wasi Shiwamurti
berada di Blambangan karena dia dianggap sebagai tamu
agung oleh Adipati Blambangan, yaitu Adipati Menak Sampar.
Blambangan dijadikan pusat penyebaran agama Shiwa-Durgo-
Kolo yang dipimpin oleh Wasi Shiwamurti.
Dia menjadi marah sekali ketika mendengar betapa
penyebaran agama itu terhalang oleh Bagus Seto dan Retno
Wilis. "Bodoh!" Dia memaki kedua orang muridnya itu. "Bodoh
sekali kalian! Dapat dikalahkan oleh seorang pemuda dan
seorang gadis muda! Membikin malu saja kepadaku! Kalau
kalian kalah dalam hal kadigdayaan, apakah kalian tidak dapat
mengalahkannya dengan ilmu sihir" Apa gunanya aku
mengajarkan segala macam ilmu sihir kepada kalian kalau
tidak dapat mengalahkan dua orang muda?"
'"Maafkan kami, Kanjeng Rama," kata Ki Shiwananda
kepada ayah angkatnya yang marah itu. "Kami sudah
mempergunakan sihir, akan tetapi semua ilmu sihir kami
dipunahkan oleh pemuda yang bernama Bagus Seto itu. Ilmu
kedua orang kakak beradik itu memang luar biasa hebatnya."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Hal itu tidaklah aneh sekali, karena mereka adalah anak-
anak dari Endang Patibroto," kata pula Ni Dewi Durgomala
kepada Wasi Shiwamurti yang selain menjadi gurunya juga
menjadi kekasihnya.
"Apa" Anak-anak Endang Patibroto?" bentak Wasi
Shiwamurti. "Kalau begitu mereka adalah musuh-musuh kita
yang harus dibasmi!"
Selagi Wasi Shiwamurti marah-marah, datanglah Wasi
Karangwolo yang menjadi penasihat Blambangan dan bersama
dia datang pula Wasi Surengpati penasihat dari kadipaten
Nusabarung. Sang Wasi Shiwamurti menerima kedatangan dua orang
rekannya ini dan alangkah marahnya ketika dia mendengar
pula dari mereka bahwa dua orang rekannya itu telah bertemu
dengan Endang Patibroto, bertanding dan mereka kalah!
"Babo-babo, Endang Patibroto keparat! Kembali engkau
yang menghalangi pekerjaan kami, bersama kedua orang
anakmu. Aku tidak akan kembali ke Cola sebelum dapat
membunuh engkau dan anak-anakmu!" Wasi Shiwamurti
memukulkan tongkat naganya ke atas lantai dan pecahlah
lantai itu. "Di mana mereka sekarang" Di mana wanita jahanam itu
dan anak-anaknya?" tanya Wasi Shiwamurti.
"Endang Patibroto datang ke Nusabarung untuk mencari
kedua orang anaknya," kata Wasi Surengpati.
"Dan kedua orang muda itu agaknya pergi ke timur dan
kalau tidak salah perhitungan kami, sekarang mereka tentu
sudah berada di daerah Blambangan," kata Ni Dewi
Durgomala. "Bagus! Biarkan mereka semua masuk ke Blambangan
sehingga mudah kita mencarinya. Aku sendiri yang akan turun
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tangan membasmi mereka!" kata Wasi Shiwamurti yang
marah bukan main.
"Sebaiknya kalau kita melapor kepada Kanjeng Adipati agar
diadakan persiapan untuk mencari mereka di daerah
Blambangan. Siapayang melihat mereka diwajibkan memberi
laporan secepatnya, dengan cara demikian kita akan mudah
menemukan mereka," kata Wasi Karangwolo.
Semua rekannya setuju dan mereka berlima lalu pergi
menghadap Adipati Menak Sampar.
Adipati Menak Sampar menerima kedatangan lima orang
tokoh yang dihormatinya itu.
"Paman Wasi Karangwolo sudah pulang?" tanyanya kepada
penasihatnya itu. "Bagaimana kabarnya dengan usaha andika
menyebar agama, dan agaknya ada keperluan penting sekali
maka andika menghadap, didampingi oleh Wasi Surengpati,
Wasi Shiwamurti, Ki Shiwananda dan Ni Dewi Durgomala."
"Sesungguhnya ada peristiwa penting yang telah terjadi,
Kanjeng Adipati.
Agaknya daerah Blambangan telah
kemasukan telik-sandi (mata-mata) yang amat berbahaya,
yaitu Endang Patibroto dan kedua orang anaknya yang
bernama Bagus Seto dan Retno Wilis."
"Ahhhh........!" Wajah sang adipati berubah pucat
mendengar nama itu. Endang Patibroto dan Retno Wilis adalah
nama-nama yang amat terkenal di Blambangan sebagai nama
dua orang wanita yang memiliki kesaktian hebat dan amat
berbahaya. "Benarkah" Bagaimana andika dapat mengetahuinya?"


Sepasang Garuda Putih Seri Keris Pusaka Sang Megatantra 5 Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

tanyanya. "Saya sendiri dan adi Wasi Surengpati sudah bertemu dan
bertanding dengan Endang Patibroto, sedangkan anakmas
Shiwananda dan Ni Dewi Durgomala sudah bertemu dengan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Bagus Seto dan Retno Wilis dan juga sudah bertanding
dengan mereka."
Orang-orang yang bersangkutan itu lalu menceritakan
pengalaman mereka secara terperinci, didengarkan dengan
penuh perhatianoleh Adipati Menak Sampar.
"Karena itulah maka kami datang melapor kepada paduka,
Kanjeng Adipati, agar dapat diambil langkah-langkah yang
perlu untuk dapat menemukan tiga orang itu," kata Wasi
Karangwolo. Adipati Menak Sampar mengangguk-angguk lalu memberi
tanda memanggil seorang pengawal. Setelah pengawal
menghadap, dia lalu memerintahkan, "Kamu pergilah dan
panggil Senopati Rajahbeling dan Senopati Kurdolangit untuk
sekarang juga datang menghadap ke sini!"
Tak lama kemudian dua orang senopati Blambangan itu
muncul dan menghadap Sang Adipati sambil menyembah.
Senopati Rajahbeling adalah seorang senopati yang berusia
limapuluhan tahun yang bertubuh tinggi besar dan tampak
gagah sekali. Dia adalah ayah dari Kalinggo, pemuda
Blambangan yang pernah mengikuti sayembara tanding di
Nusabarung. Adapun yang kedua bernama Senopati
Kurdolangit, orangnya tinggi kurus akan tetapi dia seorang
yang digdaya dan amat terkenal di B lambangan.
"Kedua kakang senopati! Andika berdua terkejut kami
panggil?" "Benar, Kanjeng Adipati. Ini bukan waktunya bersidang,
maka kami tentu saja heran mendapat panggilan ini," jawab
Senopati Rajahbeling.
"Ketahuilah, kakang senopati. Ternyata di daerah kita
Blambangan ini telah kemasukan tiga orang telik sandi yang
berbahaya. Bahkan mereka pernah mengacau di Nusabarung
dan kini mereka menuju ke Blambangan. Tahukah kalian siapa
mereka?" Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dua orang senopati itu saling pandangdan menggelengkan
kepala. "Kami tidak dapat menduganya, gusti."
"Ketahuilah bahwa telik sandi itu adalah Endang Patibroto,
Retno Wilis dan Bagus Seto."
Dua orang senopati itu sudah mendengar nama Endang
Patibroto dan Retno Wilis, bahkan sudah tahu bahwa mereka
itu adalah dua orang wanita yang sakti dari Panjalu.
"Di mana mereka, Kanjeng Adipati" Kami akan
mengerahkan perajurit untuk menangkap mereka."
"Inilah persoalannya. Kami belum tahu mereka kini berada
di mana. Karena itu kutugaskan kalian untuk menyebar
perajurit dan mata-mata. Kalau ada yang melihatnya agar
cepat memberi kabar kepada Paman Wasi Karangwolo
sekalian para Paman Wasi yang berada di sini agar mereka
dapat ditangkap. Mereka itu sakti dan pandai menyamar,
maka setiap ada orang asing memasuki wilayah Blambangan,
harus diperiksa dengan cermat."
Dua orang senopati itu menyatakan kesanggupannya,
kemudian memberi hormat kemudian mengundurkan diri.
Adipati Menak Sampar masih bercakap-cakap dengan para
pimpinan agama Shiwa-Durgo-Kala
itu, membicarakan
persiapan dan rencana mereka untuk penyebaran agama dan
kemudian untuk memberontak terhadap Panjalu dan Jenggala.
Masuknya Endang Patibroto dan Retno Wilis merupakan bahan
pembicaraan mereka yang penting dan Wasi Shiwamurti
sendiri mengatakan bahwa dia akan turun tangan sendiri
terhadap kedua orang wanita sakti itu.
"Mereka adalah orang-orang yang memiliki kesaktian tinggi,
dan kiranya hanya saya yang akan dapat mengatasi mereka,"
kata Wasi Shiwamurti dan hal ini dibenarkan oleh yang lain,
yang telah merasakan kehebatan ilmu kepandaian dua orang
wanita itu. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Jangan dilupakan pemuda yang bernama Bagus Seto itu,
kakang Wasi," kata Wasi Karangwolo. "Biarpun kami belum
mengetahui benar tingkat kadigdayaannya, namun dalam hal
menghadapi ilmu sihir dia tangguh bukan main." Wasi
Surengpati membenarkan pendapat Wasi Karangwolo ini
dengan mengangguk-angguk.
"Heh-heh-heh, jangan khawatir. Selama ini ilmu sihirku
tidak pernah gagal terhadap siapapun juga. Pendeknya, kalau
sudah diketahui dimana adanya Endang Patibroto, Retno Wilis,
dan Bagus Seto, beritahulah kepadaku dan aku akan
menangkap mereka bertiga."
Ucapan Wasi Shiwamurti ini bukan sekedar bualan belaka.
Wasi yang satu ini adalah saudara seperguruan dari mendiang
Wasi Bagaspati dan Wasi Bagaskolo yang memiliki kesaktian
tinggi. Bahkan setelah mendengar betapa dua orang kakak
seperguruannya ini tewas, dia memperdalam ilmunya
sehingga kini ilmu kesaktiannya sudah melebihi kesaktian
kedua orang kakak seperguruannya itu. Terutama sekali dalam
hal ilmu sihir, dia jauh melebihi kedua orang wasi yang telah
tewas itu. Mulai hari itu, ratusan orang perajurit disebar dan di mana-
mana diadakan penjagaan. Bahkan sampai jauh ke luar kota
kadipaten Blambangan para perajurit itu mencari Endang
Patibroto, Retno Wilis dan Bagus Seto, memeriksa semua
orang asing yang kebetulan lewat di situ.
(Oo-dkkz-rhg-oO)
Bagus Seto dan Retno Wilis yang sedang mengadakan
perjalanan dan tiba di perbatasan daerah Blambangan segera
mendengar cerita para penduduk dusun bahwa pasukan
Blambangan sedang mengadakan pencarian terhadap telik
sandi dari Panjalu dan banyak orang yang dicurigai sebagai
pendatang baru dari luar daerah Blambangan ditangkapi.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ah, mereka tentu sedang mencari kita, kakangmas Bagus
Seto. Tentu Adipati Blambangan telah mendengar tentang diri
kita dari Wasi Karangwolo dan Wasi Surengpati ketika kita
berada di kadipaten Nusabarung."
"Kukira bukan hanya kedua orang wasi itu saja, diajeng.
Akan tetapi Ni Dewi Durgomala dan Ki Shiwananda telah
melapor pula ke sana. Agaknya, pusat penyebaran agama
baru itu berasal dari B lambangan."
"Kalau begitu bagaimana baiknya, kakang. Agaknya akan
sukar untuk melakukan perjalanan ke dalam daerah
Blambangan dan menyelidiki keadaan di sana."
"Akan lebih mudah mereka ketahui kalau kita mengadakan
perjalanan berdua. Sebaiknya kita berpencar saja dan masuk
ke Blambangan. Kita saling bertemu di Blambangan.
Bagaimana pendapatmu?"
"Begitu juga baik dan aku akan menyamar sebagai seorang
pemuda." "Akan tetapi engkau harus dapat menahan diri, jangan
menimbulkan keributan, Retno. Pertahankan perasaanmu agar
tidak mudah terpancing untuk berkelahi karena hal itu akan
mudah mengenal kita."
"Sebaiknya kalau di luar pakaian kita yang putih, kita
memakai pakaian lain yang berwarna sehingga tidak menarik
perhatian. Dan jangan memakai nama Joko Wilis karena nama
itu sudah dikenal baik oleh mereka."
"Lalu aku harus memakai nama apa, kakang?"
"Kita menggunakan nama sederhana saja dan menyamar
sebagai pemuda dusun. Aku akan memakai nama Joko Slamet
dan engkau memakai nama Joko Waras."
Retno Wilis tersenyum. "Wah, nama yang mudah sekali
diingat. Baiklah, kakang Slamet, mulai sekarang aku memakai
nama Joko Waras."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Setelah membeli beberapa potong pakaian dari penduduk
dusun, Retno Wilis berdandan sebagai seorang pemuda
dusun. Juga Bagus Seto mengenakan pakaian biasa berwarna
biru untuk menutupi pakaiannya yang serba putih.
Setelah selesai berdandan, Retno Wilis berdiri di depan
kakaknya dan bertanya, "Bagaimana pendapatmu, kakang"
sudah pantaskah aku menjadi Joko Waras?"
Bagus Seto memandang wajah adiknya dan tersenyum.
"Engkau pandai sekali menyamar. Aku sendiri tentu akan
pangling kalau tidak kauberitahu lebih dulu. Ingat, jangan
mencari keributan, adikku, dan kita saling bertemu di
Blambangan."
"Akan tetapi, Blambangan itu besar. Di mana kita akan
bertemu, kakang?"
"Pada hari Respati sore, datang saja ke alun-alun kadipaten
dan aku akan berada di bawah pohon waringin yang berada di
sana." Setelah mengingatkan kepada adiknya agar waspada dan
sabar, tidak membiarkan diri terpancing ke dalam perkelahian,
Bagus Seto lalu berpisah dari Retno W ilis, mengambil jalan
masing-masing memasuki daerah Blambangan.
Sebagai seorang pemuda remaja dusun yang lincah, tidak
ada orang yang mencurigai Joko Waras. Di mana-mana dia
diterima dengan baik sebagai seorang perjaka yang ramah
dan juga pandai membawa diri. Jika malam tiba dia bermalam
di rumah penduduk yang hanya hidup berdua dengan isterinya
sehingga dia mendapat tempat tidur tersendiri. Kalau siang
Joko Waras melakukan perjalanan menuju ke kadipaten
Blambangan dan di sepanjang perjalanan dia mencari
keterangan tentang keadaan kadipaten Blambangan.
Dalam perjalanannya ini, Joko Waras melihat bahwa di
dusun-dusun yang dilewatinya, banyak dibangun candi-candi
kecil yang baru, di mana hanya terdapat arca Shiwa-Durgo-
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kala. Kalau teringat akan perbuatan Ni Dewi Durgomala dan Ki
Shiwananda, rasanya ingin ia menghancurkan candi-candi itu.
Akan tetapi ia teringat akan pesan kakaknya bahwa ia tidak
boleh mencari keributan. Pula, apa salahnya candi-candi itu"
Itu hanya tempat pemujaan, dan orang boleh memuja dewa
mana saja asalkan dalam pemujaan itu tidak mengganggu
orang lain. Iapun beberapa kali melihat serombongan perajurit
Blambangan menghadang dan memeriksa orang-orang yang
berlalu lalang, menanyai mereka, ada pula yang menggeledah
kalau-kalau mereka menyimpan senjata. Ia sendiri yang
bersikap wajar seperti seorang pemuda dusun yang masih
muda, lolos dari kecurigaan. Pernah pula dia ditanyai mereka
seperti seorang pesakitan,
"Siapa namamu?"
"Namaku Joko Waras. Ketika masih bayi sakit-sakitan maka
lalu namaku diubah menjadi Joko Waras dan sejak itu aku
waras terus, tidak pernah sakit," katanya dengan suara lemah
akan tetapi nadanya kasar seperti biasa sikap dan kata-kata
seorang dusun yang tidak terpelajar.
"Apa pekerjaanmu?"
"Penggembala kerbau atau sapi. Aku sudah berpengalaman
sejak kecil menggembala kerbau atau sapi. Kalau andika
membutuhkan penggembala yang baik, aku bersedia....."
"Sudah, sana! Jangan banyak cerewet!" hardik seorang
penanya dan Joko Waras bergegas pergi sambil menyeringai.
Akan tetapi pada suatu pagi ketika dia tiba di suatu dusun
yang sudah masuk perbatasan Blambangan, dusun yang
cukup ramai, dia me lihat banyak sekali orang berkumpul dan
mereka itu sedang diperiksa oleh serombongan perajurit
Blambangan yang dipimpin seorang senopati yang bertubuh
tinggi kurus dengan pandang mata yang tajam bersinar-sinar.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Di antara banyak orang yang dihentikan perjalanan mereka
itu terdapat tiga orang wanita muda yang cantik manis.
Melihat tiga orang wanita itu, senopati yang tinggi kurus
segera berkata, "Biarkan aku yang memeriksa mereka. Siapa
tahu di antara mereka terdapat orang yang kita cari."
Senopati itu adalah Kurdolangit, senopati Blambangan
berusia limapuluh tahun yang terkenal sakti, akan tetapi juga
terkenalmata keranjang. Tubuhnya tinggi kurus, mukanya
seperti tengkorak, akan tetapi sepasang matanya menunjukkan kecerdikan dan kepandaiannya.
Senopati Kurdolangit lalu duduk di atas bangku dan
menggapai tiga orang gadis itu. Setelah menanyakan nama
mereka, tempat tinggal mereka, dia lalu menggeledah tubuh
tiga orang gadis itu, menggerayangi dengan jari-jari
tangannya secara kasar dan kurang ajar sekali. Tentu saja tiga
orang gadis dusun itu merintih dan menjerit kecil ketika
diperlakukan seperti itu.
Tiga orang laki-laki setengah tua, ayah dari para gadis itu,
melangkah maju mendekat dan mohon kepada Senopati
Kurdolangit untuk melepaskan tiga orang puteri mereka.
Mendengar permohonan ini, Kurdolangit menjadi marah.
Dia bangkit berdiri dan tiga kali tubuhnya bergerak, tiga orang
laki-laki itu telah ditamparnya dan mereka terpelanting dan
terbanting keras. Pipi mereka menjadi bengkak oleh tamparan
tadi. "Jangan mencampuri urusanku, atau kalian akan kuhukum
mati! Aku sedang menjalankan tugas dan siapapun yang
kucurigai akan kugeledah. Tak seorangpun boleh mencegahnya!" Dan kembali tangannya dengan nakal
menggerayangi tubuh tiga orang gadis itu yang menggeliat-
geliat sambil merintih.
Tiba-tiba seorang laki-laki keluar dari rombongan orang
dusun itu. Joko Waras melihat laki-laki itu masih muda,


Sepasang Garuda Putih Seri Keris Pusaka Sang Megatantra 5 Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
berusia kurang lebih duapuluh tiga tahun, pakaiannya
sederhana akan tetapi wajahnya tampan dan terutama sekali
matanya demikian terang dan mengandung wibawa. Pemuda
tampan itu bukan lain adalah Jayawijaya, pemuda dari
pegunungan Tengger itu. Seperti kita ketahui, pemuda ini
telah berpisah dari Endang Patibroto setelah dia ditolong oleh
wanita sakti itu.
Pada pagi hari itu, perjalanannya sampai di tempat itu.
Diapun mendengar bahwa di banyak tempat diadakan
pencegatan dan pemeriksaan oleh pasukan Blambangan dan
kadang pemeriksaan itu dilakukan dengan sewenang-wenang.
Kini Jayawijaya melihat dengan mata kepala sendiri perlakuan
yangkurang ajar dari Kurdolangit terhadap tiga orang gadis
itu. Tentu saja dia menjadi marah sekali dan segera
menghampiri senopati Kurdolangit yang tinggi kurus bermuka
seperti tengkorak itu.
"Begitukah cara memeriksa wanita" Sungguh tidak sopan
dan kurang ajar sekali, tidak patut dilakukan seorang senopati,
pantasnya dilakukan seorang anggauta perampok jahat!"
Jayawijaya berkata demikian sambil menudingkan telunjuknya ke arah muka senopati itu.
Kurdolangit terbelalak dan mukanya berubah merah. Dia
dimaki seorang pemuda di depan umum! Dia menghentikan
pemeriksaannya, mendorong tiga orang gadis itu ke luar dari
tempat pemeriksaan, lalu bangkit berdiri dan bertolak
pinggang, memandang kepada Jayawijaya dengan mata
melotot. "Kau bilang apa?"
Agaknya Jayawijaya tidak tahu bahwa senopati itu marah
sekali. Dia berkata dengan tegas. "Aku bilang bahwa engkau
melakukan pemeriksaan terhadap wanita secara kurang ajar
dan tidak sopan sama sekali. Tidak tahu malu!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Jahanam, apakah engkau bosan hidup?" bentak
Kurdolangit dengan muka berubah kemerahan seperti udang
direbus. Joko Waras melihat betapa senopati itu marah sekali dan
dia ingin tahu apa yang akan terjadi selanjutnya. Pemuda
tampan itu kelihatan pemberani bukan main dan tentu
pemuda itu mempunyai kepandaian yang dapat diandalkan
maka dia berani menegur seorang senopati seperti itu.
Kurdolangit yang sudah tidak dapat menahan rasa malunya
dimaki orang di depan umum, sudah menerjang maju dan
kedua tangannya yang kurus panjang itu menyambar ke arah
kepala Jayawijaya.
Pemuda ini agaknya tidak tahu bahwa dia diserang, dia
berdiri tenang-tenang saja dan memandang senopati itu
dengan matanya yang mencorong penuh wibawa dan
kelembutan. Kedua tangan itu menyambar ke arah kepala dengan
tenaga yang dahsyat. Akan tetapi, tiba-tiba kedua tangan itu
seperti bertemu dengan tenaga yang tidak tampak dan tubuh
Kurdolangit terpelanting roboh!
Joko Waras terbelalak! Pemuda itu ternyata seorang yang
memiliki ilmu kepandaian tinggi! Kalau tadinya dia sudah
bersiap untuk membantu agar pemuda yang pemberani itu
tidak sampai celaka, kini diapun hanya menonton saja dengan
terheran-heran. Pemuda itu seolah tidak pernah merobohkan
orang dan berdiri dengan sikap masih tenang saja.
Kurdolangit yang merasa betapa pukulan kedua tangannya
tadi seperti bertemu dengan tenaga dahsyat yang
membuatnya terpelanting, menjadi semakin ma lu dan marah.
Dia melompat bangkit kembali dan sudah mencabut sebatang
kerisnya yang panjang dan dahsyat.
"Bocah kurang ajar! Engkau minta mati!" bentak
Kurdolangit dan kini dia menggerakkan kerisnya dengan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tangan kanan, menusuk ke arah dada Jayawijaya dengan keris
yang besar panjang itu.
Joko Waras kini memandang penuh perhatian kepada pemuda yang diserang
itu. Dia me lihat betapa
pemuda itu tidak membuat gerakan menangkis atau menghindar, melainkan
mengangkat keduatangannya ke atas
seperti orang hendak
menyembah dan terjadilah keanehan yang
kedua kalinya. Keris seperti bertemu dengan
tangkisan kuat sekali dan membalik, me lukai lengan kanan
Kurdolangit sendiri, Senopati ini terhuyung mundur dan
memegangi lengannya yang berdarah.
Kurdolangit masih penasaran walaupun lengankanannya
sudah mengucurkan darah terkena kerisnya sendiri. Dia
bangkit lagi dan menubruk dengan kerisnya, kini serangannya
dilakukan dengan tenaga sepenuhnya sambil menggereng
seperti seekor harimau terluka!
Joko Waras mengamati lagi dengan penuh kewaspadaan.
Dia melihat pemuda itu hanya membuat gerakan seperti
mendorong ke depan dan tubuh senopati itu terpelanting
seperti layang-layang putus talinya, terbanting jatuh dan
bergulingan sampai jauh !
Kini tanpa malu-ma lu Ki Kurdolangit lalu memberi aba-aba
kepada anak-buahnya yang belasan orang banyaknya untuk
melakukan pengeroyokan kepada Jayawijaya. Melihat ini, Joko
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Waras menjadi marah dan dia-pun melompat dan tubuhnya
berkelebatan ke sana ke mari, membagi-bagi tamparan dan
tendangan sehingga belasan orang anak buah Ki Kurdolangit
itu jatuh bangun dan akhirnya tidak ada yang berani melawan
lagi. Joko Waras yang merasa kagum dan heran kepada
Jayawijaya segera memegang tangan pemuda itu dan
menariknya, berkata, "hayo kita cepat lari dari sini!"
Jayawijaya tadi melihat betapa pemuda dusun berpakaian
sederhana, bertubuh ramping kecil namun tampan sekali itu
mengamuk dan merobohkan para perajurit. Dia membiarkan
dirinya ditarik dan ikut lari bersama Joko Waras.
Joko Waras ingin menguji ilmu kepandaian Jayawijaya dan
berlari mempergunakan aji kesaktiannya sehingga kedua
telapak kakinya seolah tidak menyentuh bumi. Akan tetapi,
Jayawijaya tertinggal jauh dan ketika tangannya digandeng
pemuda itu terseret-seret! Joko Waras menjadi semakin
heran. Pemuda ini tidak mahir ilmu meringankan tubuh dan
tidak memiliki aji berlari kencang. Dia lalu berlari biasa lagi
sehingga Jayawijaya dapat mengimbanginya.
Setelah melalui beberapa dusun, dengan terengah-engah
Jayawijaya bertanya, "Ki sanak, kenapa kita berlari terus"
Sampai kapankah kita harus berlari seperti ini?"
Joko Waras tersenyum dan berhenti berlari. Mereka, tiba di
luar sebuah dusun dan saat itu sudah menjelang senja, "Kita
harus melarikan diri dari pasukan tadi, ki sanak," katanya.
"Kenapa harus lari" Kita tidak bersalah," bantah Jayawijaya.
"Hemm, mungkin kita menganggap diri kita tidak bersalah.
Akan tetapi senopati itu dan anak buahnya tidak akan
menganggap demikian. Kita tentu dianggap me lawan dan
memberontak."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Mereka berjalan memasuki dusun itu. Di tepi dusun itu
terdapat sebuah warung nasi yang ramai dikunjungi orang.
Belasan orang pengunjung itu semua laki-laki dan kebanyakan
masih muda. Dari cara mereka bercakap-cakap sambil tertawa
menunjukkan bahwa mereka sedang bergembira.
Joko Waras mengajak temannya untuk duduk di bangku
paling ujung. Sekarang mengertilah Joko Waras mengapa para
pengunjung itu semua laki-laki muda dan suasananya nampak
gembira. Kiranya penjaga warung nasi yang melayani mereka
itu adalah seorang perawan dusun yang cantik manis. Biarpun
dandanannya sederhana sekali namun gadis itu memang
manis sekali dan memiliki daya tarik yang amat kuat.
"Ki sanak, siapakah nama andika?" tanya Joko Waras
berbisik. Jayawijaya menengok dan memandang Joko Waras sambil
tersenyum. Mereka telah lari bersama dan tiba di tempat itu,
memasuki warung itu bersama namun belum saling mengenal
nama! "Namaku Jayawijaya, dan siapa nama andika?"
"Aku Joko Waras dari dusun Selogiri di Gunung Kidul. Dan
andika?" "Aku dari Gunung T engger."
Pada saat kedua orang muda itu saling bercakap dengan
berbisik, kini pelayan warung yang manis itu menunjukkan
perhatiannya kepada mereka. Melihat dua orang muda yang
demikian tampan, Saritem, demikian nama pemilik atau
pelayan warung nasi itu, merasa kagum dan senang. Sikap
kedua orang muda yang bicara dengan bisik-bisik dan sopan
itu saja menunjukkan bahwa mereka bukanlah dua orang
muda dusun sembarangan.
"Ki sanak, andika berdua ingin makan dan minum apakah?"
tanya Saritem kepada mereka sambil memandang wajah Joko
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Waras dengan penuh perhatian. Ketampanan pemuda ini
sungguh menggerakkan hatinya.
"Oh, aku minta sepiring nasi sayur lodeh dan minum teh
manis," kata Jayawijaya.
"Aku juga sama dengan permintaan kakang Jaya," kata
Joko Waras sambil memandang kepada pelayan itu yang
tersenyum manis memperlihatkan deretan gigi putih bersih
dan indah. "Kakang, yang jualan nasi ayu, ya?" kata Joko Waras.
Saritem tersipu dan kedua pipinya berubah kemerahan, lalu
ia menyibukkan diri melayani mereka seolah tidak mendengar
pujian itu. Padahal, jantungnya berdebar keras dan ia sendiri
merasa heran. Sudah setiap hari ia mendengar pujian yang
keluar dari mulut pria, akan tetapi mengapa pujian perjaka
tampan ganteng ini membuatnya tersipu malu "
"Hushh, adi Waras, jangan keras-keras memuji orang.
Lihat, ia tersipu malu," tegur Jayawijaya lirih.
Retno Wilis memang seorang gadis yang lincah dan nakal.
Sebagai Joko Waras, dia sengaja mengerlingkan matanya dan
melirik tajam kepada Saritem, disertai senyum manis
menawan dan ketika Saritem menjulurkan tangan menyerahkan piring nasi lodeh, dengan sengaja Joko Waras
menerima piring itu dan menyentuhkan tangannya kepada
tangan yang lunak lembut dan hangat itu. Saritem tidak
marah, malah tersenyum dan tersipu menarik tangannya
dengan lembut. Joko Waras tersenyum lebar dan ia melihat
betapa Jayawijaya yang melihat perbuatannya itu mengerutkan alisnya. Seorang pemuda yang alim, pikirnya.
Akan tetapi ia merasa seperti menghadapi teka-teki besar
terhadap Jayawijaya. Sudah terbukti betapa pemuda itu dapat
menghindarkan semua serangan yang berbahaya dari senopati
yangmata keranjang itu. Akan tetapi ketika diajaknya berlari,
pemuda itu sama sekali tidak mampu berlari kencang. Dan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
juga ketika menarik tangan pemuda itu, tenaganya biasa-biasa
saja seperti tenaga orang yang tidak memiliki kepandaian
tinggi. Pemuda macam apakah ini, yang tampaknya tidak
memiliki ilmu kepandaian akan tetapi yang berani menentang
kejahatan yang dilalakukan belasan orang pasukan pemerintah
yang dipimpin oleh seorang senopati yang digdaya" Dan
sekarang, dalam menghadapi Saritem, Jayawijaya memperlihatkan sikap seorang pemuda yang alim dan tidak
suka menggoda wanita cantik!
Selagi mereka berdua makan nasi ayur lodeh yang hangat
dan gurih itu, perhatian Joko Waras tidak pernah terlepas dari
keadaan sekelilingnya. Belasan orang laki-laki muda berada di
warung itu, duduk berserakan di bangku-bangku di dalam dan
luar warung. Sebagian besar telah selesai makan dan kini
bercakap-cakap gembira sambil kadang mengerling ke arah
Saritem. Tapi ada seorang pemuda yang tidak sedang makan
dan yang duduk di sebelah dalam warung itu amat
memperhatikan mereka berdua. Joko Waras, memperhatikan


Sepasang Garuda Putih Seri Keris Pusaka Sang Megatantra 5 Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

pemuda ini. Dia seorang pemuda berusia kurang lebih duapuluh lima
tahun. T ampangnya ganteng dan tubuhnya juga tegap kokoh
seperti Raden Gatutkaca.
Kumis tipisnya menambah
kejantanannya dan sepasang matanya mengeluarkan sinar
tajam dan berwibawa.
Sejak Saritem melayani Joko Waras dan Jayawijaya,
pemuda itu terus mengamati mereka berdua, terutama sekali
Joko Waras. Hal yang membuat Joko Waras diam-diam
merasa jengkel karena tidak enak sekali selagi makan ditonton
orang seperti itu. Seolah-olah setiap dia mengunyah makanan,
laki-laki itu mengikuti setiap gerak mulutnya. Tidak enak
sekali! Karena hatinya mendongkol, setelah nasi itu dimakan habis
dan melihat pemuda itu masih saja memperhatikan dia dan
Jayawijaya, Joko Waras memandang kepadanya kemudian
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mengedipkan sebelah matanya seperti memberi isarat dengan
kedip-kedipan. Melihat mata Joko Waras berkedip-kedip
kepadanya, pemuda gagah itu terbelalak lalu alisnya berkerut
dan matanya menyinarkan kemarahan.
Akan tetapi Joko Waras hanya tersenyum kepadanya.
"Semua berapa, nimas ayu ?" tanya Joko Waras dan
sengaja meninggikan suaranya sehingga terdengar semua
orang. Saritem yang disebut nimas ayu itu tersenyum semringah.
"Tidak ditambah tehnya, kakangmas?" tanya Saritem
dengan suaranya yang merdu ditambah kerling tajam dan
senyum memikat.
"Bagiku sudah cukup, nimas. Ah tehmu manis sekali,
semanis penjualnya. Akan tetapi entah kalau kakang Jaya
ingin minta tambah air tehnya."
"Aku juga sudah cukup," kata Jayawijaya yang segera
bangkit dan mengambil uang receh dari saku bajunya dan
membakar harga makanan dan minuman.
"Aih, kakangmas bisa saja memuji orang. Air teh buatan
dusun begini mana bisa lezat dan manis," kata Saritem agak
genit sambil tersenyum.
"Sungguh mati, nasi lodehnya hangat pulen dan gurih, air
tehnya hangat sedap dan manis. Andika bukan saja cantik
jelita dan manis, akan tetapi juga amat pandai memasak.
Beruntunglah kelak orang yang menjadi suamimu, nimas ayu!"
Joko Waras kembali memuji, kini agak berlebihan karena dia
melihat betapa pemuda tadi memandangnya dengan mata
mengandung kemarahan dan bahkan kini telah bangkit berdiri
dari tempat duduknya.
Ucapan Joko Waras itupun terdengar oleh para pemuda
lainnya dan empat orang pemuda yang duduk di luar warung
tertawa-tawa mendengar ini. "Wah, Saritem tentu Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
berkembang cuping hidungnya mendengar pujian setinggi
langit itu!"
"Ha-ha, ia memang pantas mendapat pujian!"
"Siapa yang tidak akan memujinya" Ia cantik, manis dan
dagangannya juga serba enak dan murah!"
"Aku sendiri kalau sehari saja tidak jajan di sini rasanya
kangen sekali!"
Pemuda yang seperti Raden Gatutkaca itu me lompat dari
tempat duduknya dan sudah tiba di luar warung. Sekali dia
menggerakkan kakinya, meja yang dihadapi empat orang itu
terbang terlempar jauh.
"Babo-babo! Siapa berani ma in-ma in dengan Saritem"
Apakah kalian berempat hendak menantangku" Majulah kalian
berempat, keroyoklah aku, aku tidak takut menghadapi kalian
untuk mempertahankan kehormatan Saritem kekasihku!"
Empat orang pemuda itu tampak ketakutan dan seorang
diantara mereka berkata, "Saptoko, kenapa engkau marah-
marah" Bukankah kita semua adalah kawan-kawan sedusun"
Kalau kami memuji-muji Saritem, hal itu bukan karena kami
ingin kurang ajar, melainkan memuji dengan wajar. Siapa
orangnya tidak memuji kecantikan Saritem?"
"Aku melarang kalian sembarangan memuji Saritem seperti
hendak mempermainkannya.
Kalian semua harus menghormatinya atau kalian boleh berantem melawan aku!"
kata pemuda yang bernama Saptoko itu dengan bertolak
pinggang, akan tetapi matanya kini menatap ke arah Joko
Waras. Seorang pemuda tinggi besar, seorang di antara empat
orang pemuda tadi melangkah maju menghampiri Saptoko,
"Saptoko, jangan bersikap seperti itu. Saritem membuka
warung nasi dan kami semua adalah langganannya yang baik,
suka memuji-mujinya akan tetapi tidak ada yang pernah
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
berkurang ajar kepadanya. Kenapa engkau marah-marah"
Kalau tidak ingin Saritem dipuji orang, jangan perbolehkan ia
membuka warung dan biarkan ia bersembunyi terus di dalam
rumahnya."
Saptoko maju dan sekali mendorong dengan tangan
kanannya, pemuda yang bertubuh tinggi besar dan tampak
kuat itu terdorong mundur sampai terjengkang. "Pendeknya,
aku melarang siapa saja yang berani main-main dengan
Saritem, termasuk pemuda yang asing dan berdiri di sana itu!"
katanya sambil menudingkan telunjuknya kepada Joko Waras.
Joko Waras terbelalak dan mengerutkan alisnya. Dengan
lincahnya dia melompat dan menghampiri Saptoko. "Eh, ki
sanak. Kenapa engkau menuding-nuding aku" Apa salahku
kepadamu, heh?"
Saptoko marah sekali dan menudingkan telunjuknya ke
arah Joko Waras. "Andika tadi berani memuji-muji dan
menyebut Saritem nimas ayu, berarti engkau menantangku!"
Saptoko membuka kancing bajunya dan memperlihatkan
dadanya yang kokoh dan bidang.
"Eh-eh, apa-apaan ini" Aku menyebut nimas ayu Saritem,
sedangkan orangnya merasa senang dan tidak marah, kenapa
engkau mencak-mencak seperti orang kebakaran kumis" Aku
datang dan membeli makanan minuman, beramah-tamah
dengan penjualnya, dengan sopan dan tidak melanggar
kesusilaan, apa perdulimu?"
"Apa perduliku" Saritem adalah kekasihku, calon isteriku!"
bentak Saptoko.
"Kalau engkau tidak ingin ia bicara dengan orang lain,
kenapa memperbolehkan berjualan nasi" Suruh ia bersembunyi dikamarnya seperti kata saudara tadi."
"Kakang Saptoko, jangan begitu, kakang!" Saritem kini
keluar dari warungnya dan berdiri di depan Saptoko dengan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
alis berkerut dan mulut cemberut. "Engkau ini ada apakah,
tiada hujan tiada angin mengamuk seperti orang tidak waras?"
Orang tinggi besar yang tadi didorong jatuh, karena merasa
tidak senang lalu berkata, "Kalau saja Ki Blekok yang datang
mengganggu, tentu dia tidak berani apa-apa."
Saptoko menjadi semakin marah mendengar ini. "Aku
memang kalah oleh Ki Blekok, akan tetapi terhadap pemuda
cilik ini, siapa takut" Kalau dia berani banyak rakap, akan
kurobek mulutnya!" Marah benar Saptoko ini sehingga
mengeluarkan ancaman yang demikian mengerikan.
Joko Waras juga menjadi marah. Siapa tidak akan marah
mendengar mulutnya akan dirobek orang" Dia me lompat lagi
dan tiba di hadapan Saptoko.
"Apa kau bilang" Engkau mau merobek mulutku" Aku
berani bertaruh bahwa sebelum engkau mampu menyentuh
mulutmu yang akan lebih dulu robek!"
Saptoko menjadi semakin marah. Dia mengepal kedua
tangannya dan bersikap hendak menyerang. Akan tetapi
Saritem menghalanginya dan memegangi tangannya.
"Kakang Saptoko, jangan berkelahi. Aku akan bersedih
kalau engkau seperti ini dan berkelahi dengan orang lain.
Kakangmas ini sama sekali tidak bersalah, jangan pukul dia!"
Jayawijaya yang melihat Saptoko hendak menyerang Joko
Waras, juga maju menghalangi. "Ki sanak, bersabarlah. Adi
Joko Waras ini tidak mempunyai niat buruk. Tenangkanlah
hatimu." Akan tetapi Saptoko mengira bahwa Jayawijaya hendak
mengeroyok, maka dia memegang tangan Jayawijaya dan
menariknya dengan sentakan. Tubuh Jayawijaya terhuyung
dan dia tentu akan tersungkur jatuh kalau Joko Waras tidak
cepat memegang tangannya dan menahannya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kakang Saptoko, aku akan marah kepadamu!" teriak
Saritem. "Aih, Saritem, setidaknya berilah kesempatan kepadaku
untuk melindungimu dari godaan pria lain!"
Joko Waras sudah tidak mampu menahan kemarahannya
lagi. Boleh jadi Saptoko bukan orang jahat, melainkan hanya
seorang kekasih yang pencemburu, akan tetapi laki-laki kasar
seperti itu pantas dihajar.
"Saptoko, masihkah engkau ada keberanian untuk
bertanding dengan aku" Tanpa keroyokan?"
"Aku seorang laki-laki! Tidak sudi aku melakukan
pengeroyokan."
"Kakang Saptoko "!"
"Saritem, berilah aku kesempatan untuk menandingi
pemuda ini," pinta Saptoko kepada Saritem dengan suara
minta dikasihani. Terhadap gadis itu suara pemuda gagah ini
begitu lembut dan merayu.
Saritem kini menghadapi Joko Waras. "Kakangmas, harap
jangan layani Kakang Saptoko. Dia memang keras hati, akan
tetapi hatinya baik sekali. Engkau akan kalah kalau melawan
dia. Dia seorang kuat dan digdaya, kakangmas."
Joko Waras tersenyum. "Saritem, jangan khawatir. Aku
tidak akan merobek mulut pemuda kasar ini, hanya akan
membuktikan kepadanya bahwa di dunia ini masih terdapat
banyak orang yang lebih pandai dari pada dia. Hayolah,
Saptoko. Majulah dan lawanlah aku!" Joko Waras menantang.
"Baik, sambut seranganku ini!"
Saptoko lalu menyerang dengan pukulan tangan kanannya.
Pukulannya itu dilakukan dengan mantap dan cepat menurut
ilmu pencak silat yang baik. Namun, gerakan itu masih
terlampau lamban bagi Joko Warasdan dengan gerakan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
indahnya dia menangkis sambil memutar tubuh dan tangan
kirinya menampar ke arah kepala lawan.
Saptoko dapat mengelak pula dan kembali dia menyerang
dengan secepat dan sekuatnya. Namun, sernua serangannya
dapat dielakkan oleh Joko Waras. Sampai belasan jurus
Saptoko menyerang, namun tanpa hasil. Semua serangannya
dapat dielakkan atau ditangkis oleh Joko Waras.
"Adi Joko Waras, jangan lukai orang!" kata Jayawijaya yang
menonton pertandingan itu dengan sikap tenang. Dia sudah
maju, bahwa Joko Waras adalah seorang pemuda yang
digdaya, dapat mengalahkan belasan orang perajurit
Blambangan, maka dia dapat menduga bahwa Saptoko
bukanlah lawanya dan dia khawatir kalau-kalau Joko Waras
akan melukainya.
Semua orang muda yang berada di situ kini membentuk
lingkaran dan menonton pertandingan itu. Semua orang
terkagum-kagum kepada Joko Waras. Pemuda yang
tampaknya masih remaja itu ternyata mampu menandingi
Saptoko, pemuda dusun itu yang dianggap paling jagoan.
Setelah belasan jurus dan Saptoko belum mampu
menyentuh ujung baju Joko Waras yang memperlihatkan
kegesitannya seperti seekor burung sikatan, tiba-tiba Saptoko
menggerakkan kaki kanannya menendang dengan sekuat
tenaga. "Wuuuuttt....!" Kaki kanan itu menyambar akan tetapi
dengan enaknya Joko Waras mengelak dan sebelum Saptoko
menarik kembali kakinya yang menendang, kaki itu telah
dapat ditangkap oleh Joko Waras dan didorong ke atas lalu
dilontarkan! Tubuh Saptoko melayang ke atas dan tanpadapat dicegah
lagi, tubuh itu terbanting jatuh dan sialnya, dia jatuh
telungkup sehingga ketika dia bangkit kembali, bibirnya yang
ujung pecah mengeluarkan darah!
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Saptoko berdiri dengan kedua kaki terpentang. Dia masih
belum sadar benar apa yang telah terjadi dengan dirinya. Baru
dia menyadari ketika para pemuda di situ bertepuk tangan
memuji Joko Waras yang berdiri di depannya sambil
tersenyum manis.
"Bagaimana, Saptoko. Apakah engkau masih penasaran?"
tanya Joko Waras. "Aku bukan musuh, akan tetapi kalau
engkau menantangku, tentu akan kulayani. Minta berkelahi
sampai berapa hari akan kulayani!"
Saptoko tercengang dan kini teringatlah dia akan
perkelahian tadi. Baru tiga hari yang lalu, ketika orang yang
menamakan dirinya Ki Blekok menggoda Saritem secara
kurang ajar lalu berkelahi dengannya, dia dikalahkan oleh Ki
Blekok. Akan tetapi dia kalah setelah me lalui perkelahian yang
ramai dan seru. Biarpun dia kalah akan tetapi setidaknya dia
dapat mengimbangi kedigdayaan Ki Blekok yang katanya
merupakan jagoan dari dusun di lereng bukit. Sedangkan apa
yang dia baru saja alami amatlah mengherankan. Dia sama
sekali tidak mampu menyentuh tubuh Joko Waras bagian


Sepasang Garuda Putih Seri Keris Pusaka Sang Megatantra 5 Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

manapun juga, apa lagi hendak merobek mulutnya! Dan tadi
ketika dia mengirim tendangan, sebuah ilmu serangan yang
biasanya tidak pernah gagal, tendangan itu luput dan tiba-tiba
saja tubuhnya terlempar ke atas dan jatuh, terbanting keras!
Saptoko adalah seorang yang berjiwa gagah, dan tahu diri.
Dia tahu pada saatnya dia kalah berhadapan dengan orang
yang lebih kuat, hanya yang membuat dia penasaran,
mengapa dia kalah oleh seorang perjaka tanggung seperti
Joko Waras! "Aku mengaku kalah!" katanya sambil melangkah lebar
keluar dari lingkaran orang-orang itu, memasuki ma lam yang
hampir tiba. "Kakang Saptoko .......!" Saritem keluar dari warungnya dan
mengejar, memanggil. Akan tetapi Saptoko hanya menengok
sebentar dan berkata singkat.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Aku telah kalah dua kali. Aku tidak ada gunanya, Saritem!"
dan diapun melanjutkan langkahnya yang lebar.
Saritem terisak, tak kembali ke dalam warungnya.
Para pemuda yang makan di warung itu ikut merasa tidak
enak dan setelah membayar harga makanan dan minuman,
mereka meninggalkan tempat itu, agaknya merasa curiga dan
tidak nyaman bersama dua orang pemuda asing yang telah
mengalahkan jagoan mereka itu.
Joko Waras dan Jayawijaya berdua tinggal di warung.
"Saritem, sebetulnya siapakah Saptoko itu" Dia itu kekasih
hatimu, calon suamimu?"
"Dahulu memang begitu, kakangmas. Aku mengharapkan
dia untuk menjadi suamiku karena dia baik budi dan
mencintaiku, walaupun wataknya jujur dan kasar. Akan tetapi
semenjak muncul Ki Blekok itu, hubungan kami terganggu
karena dia merasa telah dikalahkan Ki Blekok dan tidak akan
mampu merebut aku dari tangan Ki Blekok."
"Hemmm, dan siapa itu Ki Blekok?" tanya Joko Waras
penasaran. "Dia jagoan dari dusun Benang di lereng bukit itu, orangnya
berusia empatpuluh tahun, galak sombong dan mata
keranjang. T iga hari yang lalu dia makan di sini dan langsung
saja dia melamarku. Aku menolak dan kakang Saptoko marah
sehingga terjadi perkelahian antara kakang Saptoko dan Ki
Blekok. Akan tetapi kakang Saptoko kalah dan K i B lekok pergi
setelah berkata bahwa seminggu lagi dia akan datang untuk
memboyongku ke dusunnya."
"Dan engkau mau?"
"Aku tidak sudi, kakangmas. Akan tetapi apa dayaku" Aku
hanya hidup berdua dengan ibuku yang sudah janda. Ibu juga
tidak mampu berbuat sesuatu. Kami hanya mengandalkan
perlindungan kakang Saptoko, akan tetapi kakang Saptoko
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
bahkan tadi kalah olehmu. Harga dirinya tentu telah terpukul
parah dan aku tidak tahu apa yang harus kulakukan nanti
kalau Ki Blekok muncul. Gadis manis itu lalu menangis
sesenggukan. Jilid 12 "Jangan menangis, Saritem, dan jangan khawatir. Kalau Ki
Blekok datang dan hendak memaksamu menjadi isterinya di
luar kehendakmu, aku yang akan mencegah dan menegurnya.
Tidak ada aturan yang membenarkan seseorang memaksa
seorang wanita untuk menjadi isterinya diluar kehendaknya!"
kata Jayawijaya dengan suaranya yang lembut dan ucapan ini
tentu saja merupakan hiburan besar bagi Saritem.
"Benarkah andika akan melakukan hal itu, kakangmas" Ah,
terima kasih sekali!" kata gadis itu dengan girang.
"Tentu saja kakang Jayawijaya akan melakukan hal itu. Dia
seorang laki-laki sejati yang sekali berjanji pasti akan dipenuhi.
Perkenalkanlah, Saritem. Dia ini kakang Jayawijaya dan aku
adalah JokoWaras. Pekerjaan kami berdua memang
menegakkan yang lurus dan meluruskan yang bengkok,
membela kebenaran dan keadilan dan menentang yang tidak
benar." "Ah ... ah ... terima kasih, kakangmas berdua. Sekarang
aku akan menutup warung ini dan segera menemui kakang
Saptoko untuk memberitahu kepadanya agar hatinya ikut pula
menjadi tenang."
"Mari kami bantu, Saritem!" kata Joko Waras dan diapun
segera membantu tanpa diminta.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Melihat ini, Jayawijaya terpaksa membantu juga. Pada
mulanya Jayawijaya merasa tidak senang menyaksikan Joko
Waras seperti bermanis muka dan merayu si gadis manis itu,
akan tetapi melihat kesungguhan hatinya untuk membantu
gadis itu dan kekasihnya, rasa tidak senangnyapun hilang. Dia
percaya lagi bahwa teman barunya itu bukan golongan
pemuda yang mata keranjang dan suka mengganggu wanita
cantik. (Oo-dkkz-rhg-oO)
Suara suling itu mengalun naik turun. Lengkingannya yang
merdu itu mendendangkan tembang Megatruh yang mengiris
kalbu dan mendatangkan rasa trenyuh bagi siapa yang
mendengarnya. Suara suling bambu yang mendayu-dayu itu
datang dari sebuah gubuk yang berdiri di tengah sawah yang
padinya sedang tumbuh dengan suburnya, menjelang
berbunga dan berbuah. Suara itu seperti rintihan yang
memanggil-manggil jiwa Saritem. Gadis ini tahu belaka siapa
peniup suling bambu itu. Ia sudah mengenal benar tiupan
suling itu. Siapa lagi kalau bukan Saptoko yang pandai
menyuling seperti itu. Lengkingan suara suling seperti
mempercepat larinya di sepanjang pematang sawah, menuju
ke gubuk yang diterangi sebuah-lampu minyak kelapa yang
kecil. Akhirnya tibalah ia di dekat gubuk itu dan dengan hati
penuh perasaan iba ia memandang sesosok tubuh yang rebah
telentang di atas gubuk sambil meniup suling bambu.
Saptoko yang sedang asyik dibuai perasaannya sendiri yang
hanyut oleh tiupan sulingnya, tidak mendengar dan tidak tahu
bahwa gubuknya dihampiri orang. Dia meniup terus sampai
selesai memainkan tembang Megatruh yang mendayu-dayu
itu. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Setelah selesai memainkan tembang itu, dia bangkit duduk
dan hendak meniup lagi tembang yang lain. Akan tetapi pada
saat itu terdengar suara merdu memanggilnya.
"Kakang Saptoko ... !"
Saptoko menaruh sulingnya di dalam gubuk dan dia
meloncat turun, menyambut gadis yang baru tiba.
"Saritem! Kenapa engkau menyusulku ke sini?"
"Kakang, engkau pergi begitu terpukul, aku harus
menemuimu dan membicarakan sesuatu denganmu." Saritem
lalu menghampiri dan iapun naik ke dalam gubuk dan dudukdi
sebelahnya. "Saritem, apa yang dapat dibicarakan lagi" Aku telah
dikalahkan Ki Blekok, tidak berhasil melindungimu dan aku
tidak tahu bagaimana aku harus melindungi nanti kalau Ki
Blekok muncul. Aku seorang laki-laki sejati, Saritem, dan aku
akan mempertahankan kehormatanmu biarpun aku harus mati
di tangan Ki B lekok. Akan tetapi apa yang terjadi" Hari ini aku
kalah pula oleh seorang pemuda remaja yang berani
menggodamu. Ah, sudahlah, apa lagi yang dapat dibicarakan"
Aku siap mati nanti kalau Ki Blekok muncul! Hanya jiwa dan
kematianku yang dapat kupersembahkan kepadamu sebagai
bukti cintaku."
"Kakang Saptoko ... !!" Saritem merangkul leher pemuda
itu dengan kedua tangannya dan menjatuhkan mukanya di
dadanya. Saptoko memeluknya dengan hati terasa sebesar
gunung. "Kakang Saptoko, terima kasih atas cintamu yang demikian
besar kepadaku, akan tetapi dengarlah dulu, jangan putus asa
seperti itu, kakang. Dengarlah, orang yang kaukira
menggodaku itu, pemuda yang masih remaja itu, dia adalah
kakangmas Waras dan sahabatnya bernama kakangmas
Jayawijaya. Mereka sama sekali bukan orang jahat atau orang
kurang ajar, kakang. Bahkan aku telah menceritakan semua
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tentang halnya Ki Blekok dan mereka berdua sudah berjanji
bahwa mereka yang akan menanggulangi kalau Ki Blekok
datang hendak memboyongku ke dusunnya!"
"Saritem, bagaimana aku dapat menerima bantuan itu" Apa
akan kata orang kalau aku mengandalkan dua orang asing
untuk membantuku menghadapi Ki Blekok" Kehormatan dan
harga diriku akan amblas, Saritem. Tidak, aku terpaksa
menolak uluran tangan kedua orang asing itu dan aku harus
dengan kaki tanganku sendiri menghadapi Ki Blekok sebagai
seorang laki-laki sejati yang melindungi dan mempertahankan
kekasihnya!"
Terdengar tepuk tangan menyambut ucapan yang gagah
ini. "Waduh gagahnya, seperti Raden Gatutkaca saja! Hebat
andika, Saptoko. Akan tetapi apa arti semua kegagahan itu
kalau tidak ada isinya" Apa artinya semua pengorbananmu,
bahkan nyawamu, kalau akhirnya Saritem diboyong dan
dipaksa menjadi isteri Ki Blekok" Harga diri dan kehormatan
itu memang perlu bagi seorang laki-laki sejati, akan tetapi
kalau keterlaluan lalu menjadi semacam keangkuhan yang
sama sekali tidak ada manfaatnya bahkan merugikan diri
sendiri!" Saptoko melompat turun dari atas gubuknya dan dia
berhadapan dengan Joko Waras dan Jayawijaya.
"Apa yang dikatakan adi Joko Waras itu benar, ki sanak.
Pengorbananmu itu tidak ada artinya kalau kekasihmu tetap
akan dipaksa menikah dengan orang lain," kata Jayawijaya
dengan suaranya yang lembut.
"Akan tetapi bagaimana aku dapat menentang orang yang
mengganggu Saritem dengan minta bantuan dua orang asing"
Itu akan merendahkan kehormatanku."
"Saptoko yang angkuh!" kata Joko Waras. "Baiklah, kalau
engkau merasa direndahkan kalau kami membantumu, kami
tidak akan membantumu sama sekali. Kalau jahanam Ki
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Blekok itu berani datang di dusun ini, kami yang akan
mengusirnya, tanpa menyebut namamu. Kami akan membuat
dia bertaubat dan tidak akan berani memaksakan
kehendaknya lagi. Dan ada lain jalan yang tidak akan
menyinggung harga dirimu yang demikian mahal, yaitu kalau
besuk pagi-pagi engkau mau datang ke gubuk ini, aku akan
menunggumu dan aku akan mengajarkan semacam ilmu yang
dapat kau pergunakan untuk menundukkan Ki Blekok.
Bagaimana pendapatmu?"
"Kakang! Aku sudah bilang. Mereka ini adalah ksatria-
ksatria yang berbudi. Terimalah penawarannya itu, kakang,
demi aku!"
"Hemm, jalan itu memang baik sekali. Dan alangkah
baiknya kalau aku sendiri yang dapat mengalahkan Ki Blekok.
Baiklah, Joko Waras. Aku terima uluran tanganmu dan besuk
pagi-pagi aku akan berada di tempat ini."
"Bagus! Sekarang, kami akan pergi mencari tempat
menginap!" Joko Waras menggandeng tangan Jayawijaya.
"Mari kakang Jaya, kita pergi dan jangan mengganggu
keasyikan mereka!" kata Joko Waras dengan sikap jenaka
sehingga sepasang muda-mudi yang ditinggalkan itu tersipu
dan menjadi merah mukanya.
Malam itu dengan mudah Joko Waras dan Jayawijaya
mendapatkan tempat untuk bermalam, di rumah kepala dusun
yang sudah mendengar akan sepak terjang mereka. Kepala
dusun sendiri merasa cemas dengan ancaman Ki Blekok dan
diapun tidak berani menghadapi Ki Blekok yang jagoan, maka
mendengar bahwa ada dua orang pemuda asing yang datang
ke dusun itu dan bersedia menolong dengan senang hati dia
menawarkan tempat untuk bermalam bagi kedua orang
pemuda itu. "Kakang Jayawijaya, aku mempunyai kebiasan buruk sekali
yang sudah kubiasakan sejak kecil, yaitu aku tidak dapat tidur
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sepembaringan dengan orang lain. Karena itu, biarlah engkau
tidur di pembaringan itu dan aku akan tidur di lantai saja."
Jayawijaya yang lembut hati itu tentu saja menolak dengan
keras. "Tidak, adi, Joko. Aku yang lebih tua, maka sudah
sepatutnya aku yang mengalah. Aku sudah terbiasa tidur di
tempat dingin. Di Tengger sana, aku dapat tidur di lantai
tanah, apalagi di sini yang hawanya tidak begitu dingin.
Tidurlah di atas, adi Joko dan aku akan tidur di bawah."
"Terima kasih, kakang Jaya, engkau memang seorang
kakak yang baik hati sekali." Joko Waras memberi hadiah
senyuman yang manis.
Pada keesokan harinya, Jayawijaya menyentuh kaki Joko
Waras dan mengguncang tubuhnya. "Adi Joko, ayam telah
berkokok. Ingat akan janjimu kepada Saptoko!"
Joko Waras menggeliat seperti seekor kucing lalu bangkit
dan tersenyum. "Enak sekali tidurku semalam," katanya dan ia
lalu cepat pergi ke sumur di belakang rumah untuk
membersihkan diri dan sudah siap berangkat.
Tanpa mengganggu keluarga Lurah mereka berdua lalu
meninggalkan rumah itu dan menuju ke sawah di luar dusun.
Di gubuk yang semalam, mereka menemukan Saptoko telah
duduk menanti dan dia segera meloncat turun ketika melihat
mereka berdua. "Ilmu apa yang akan andika ajarkan kepadaku, adimas
Joko Waras?" tanya Saptoko dengan sikap ramah setelah
semalam dia mempertimbangkan segalanya dan disadarkan
oleh Saritem bahwa dia te lah bersikap terburu nafsu terhadap
dua orang muda penolong itu.
"Adi Joko yang akan mengajarkan ilmu kepadamu, aku
sendiri tidak bisa apa-apa," kata Jayawijaya.
"Kakang Saptoko, sebelum aku menentukan ilmu apa yang
kuajarkan, aku ingin tanya dulu sampai di mana tingginya ilmu
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kepandaian Ki Blekok itu. Bagaimana kalau dibandingkan
dengan ilmu silatmu?"
Saptoko tersipu. "Sebetulnya selisihnya tidak berapa
banyak, hanya aku kalah dalam hal tenaga, juga kecepatan.
Pertandingan kami berlangsung seru akan tetapi akhirnya aku
kalah."

Sepasang Garuda Putih Seri Keris Pusaka Sang Megatantra 5 Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Joko Waras tersenyum. "Ah, sepele kalau begitu. Hanya
menang sedikit di atas tingkat Saptoko. Dan apakah dia
menggunakan Senjata?"
"Ketika bertanding denganku dia tidak menggunakan
senjata, akan tetapi andaikata dia yang terdesak tentu dia
akan mencabut kerisnya yang besar dan panjang."
"Bagus! Kalau begitu aku akan mengajarkan kepadamu
bagaimana untuk melawan kerisnya dan mengalahkannya."
Saptoko tertegun. "Mengalahkan kerisnya" Dengan senjata
apa?" "Senjatamu yang paling ampuh, ialah sulingmu itu. Mana
sulingmu yang kemarin sore engkau tiup dengan indahnya
itu?" Saptoko semakin heran. "Sulingku" Akan tetapi, adimas.
Sulingku itu hanya sebatang suling bambu. Bertemu tangan
saja dapat patah dan remuk, apa lagi bertemu keris!"
"Hemm, engkau agaknya masih belum percaya padaku.
Ambil sulingmu!"
Saptoko mengambil suling itu dari dalam gubuk dan
menyerahkannya kepada Joko Waras. Sebatang suling bambu
yang panjangnya setengah lengan.
"Apakah engkau memiliki senjata tajam di sini?"
Saptoko menggeleng kepala. "Bukan senjata, hanya
sebatang arit."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Bagus, ambillah arit itu."
Arit diambil dan Joko Waras lalu berkata, "Sekarang
pergunakan arit itu untuk menyerangku, akan kuperlihatkan
bagaimana sebatang suling bambu dapat mengalahkan
sebatang arit!"
Karena masih belum dapat percaya, Saptoko lalu mau
mencobanya. "Lihat seranganku!" teriaknya sambil mengayun
arit itu menyerang, dengan cepat dan kuatnya karena ia
memperhitungkan kalau pemuda remaja itu menangkis
dengan suling, tentu suling bambu itu akan hancur diterjang
aritnya. Akan tetapi arit itu hanya mengenai tempat kosong dan
tiba-tiba saja suling meluncur, ujungnya mengenai sambungan
siku kanan dan seketika tangannya menjadi kaku dan arit
itupun terlepas!
"Nah, kaulihat?" Joko Waras meyakinkan.
Saptoko menjadi bengong akan tetapi dia masih belum
puas. "Kekalahanku demikian mudah karena aku yang lengah.
Kalau aku berhati-hati sehingga sikuku tidak terkena sodokan
suling, tentu aku belum kalah dan kalau suling itu menangkis
arit, tentu sulingnya yang remuk," katanya.
"Engkau masih belum yakin bahwa sulingmu dapat
mengalahkan keris lawan" Tidak baik sekali kalau engkau
belum yakin, itu akan melemahkan dirimu sendiri. Sekarang
coba lagi. Ambil aritmu dan serang lagi aku sesukamu."
Saptoko mengambil aritnya dan kembali dia berseru, "Awas
serangan!" kini dia menyerang dengan hati-hati dan aritnya
menyambar-nyambar ganas.
Namun Joko Waras dengan lincah mengelak ke sana sini
dan sulingnya menyambar-nyambar dengan ganasnya dan
kadang suling itu menangkis arit, mengeluarkan bunyi nyaring
akan tetapi sama sekali tidak pecah atau rusak ketika bertemu
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
arit, bahkan Saptoko merasa lengan kanannya tergetar hebat.
Setelah lewat belasan jurus, tiba-tiba suling itu menotok dua
kali, sekali mengenai pundak kanan Saptoko dan yang kedua
kali mengenai lambung dan tanpa dapat dicegah lagi tubuh
Saptoko terpelanting jatuh, sekali lagi aritnya terlepas dari
tangan. Setelah untuk kedua kalinya kalah, Saptoko baru yakin
bahwa ilmu silat dengan suling itu hebat sekali maka diapun
bangkit dan membungkuk kepada Joko Waras.
"Waduh, hebat bukan main ilmu silat suling itu, adimas
Joko. Akan tetapi apakah dalam beberapa hari ini saja aku
akan dapat memainkannya dengan baik?"
"Tentu saja dapat asal engkau menaati semua pesanku,"
kata Joko Waras.
Dan di tempat itu mulailah Joko Waras mengajarkan ilmu
silat dengan suling kepada Saptoko, juga cara dia
menghimpun tenaga sakti sehingga gerakan sulingnya
mengandung tenaga yang dahsyat. Memang pada dasarnya
Saptoko memiliki bakat yang baik sekali dan dia te lah memiliki
dasar ilmu silat yang cukup tinggi maka tidak terlalu sukar
bagi Joko Waras untuk menurunkan ilmu lagi kepadanya.
Sementara itu, Jayawijaya hanya menonton saja dan dia
merasa semakin kagum kepada Joko Waras yang masih
demikian muda namun telah memiliki kedigdayaan yang
tinggi. Jayawijaya sendiri tidak suka mempelajari aji kesaktian
atau ilmu kedigdayaan. Sejak kecil dia digembleng oleh
ayahnya Tengger untuk tidak menggunakan kekerasan dalam
menghadapi segala sesuatu, melainkan menghadapinya
dengan kelembutan dan kebijaksanaan. Kalau dia terancam
bahaya dia merasa terlindungi oleh Kekuasaan Hyang Widhi
dan dia selalu menyerah dengan penuh keikhlasan dan
kepasrahan. Baginya sudah menjadi kepercayaan yang bulat
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dan mendalam lahir batin bahwa tidak ada apapun atau
siapapun akan dapat mecelakainya selama Hyang Widhi
melindunginya. Dia seakan selalu berlindung di bawah
bayangan Kekuasaan Hyang Widhi dengan penuh iman dan
penyerahan sehingga selalu merasa aman dalam keadaan
apapun, aman seperti bayi dalam gendongan Ibunya.
Akan tetapi Jayawijaya kagum kepada Joko Waras karena
pemuda remaja ini menggunakan semua aji kedigdayaan yang
dimilikinya itu untuk menegakkan kebenaran dan keadilan,
dan menentang yang jahat.
Selama lima hari lima malam, hampir tidak pernah berhenti,
Saptoko melatih dirinya dengan ilmu silat sulingnya di bawah
bimbingan Joko Waras dan setelah lewat lima hari, hati Joko
Waras telah merasa puas dan diam-diam dia memuji
"muridnya" yang berbakat dan amat tekun itu.
Hari yang dinanti-nanti tiba. Pagi hari itu warung Saritem
sudah penuh pemuda, bahkan yang tidak biasa jajan di situ,
hari itu memerlukan datang untuk melihat apa yang akan
dilakukan Ki Blekok terhadap gadis penjual nasi yang manis
itu. Bahkan Ki lurah sendiri juga datang, hanya tidak langsung
memasuki warung itu, melainkan menonton dari sebuah
rumah penduduknya, tidak berapa jauh dari warung nasi itu.
Setelah matahari naik tinggi dan semua orang yang datang ke
warung nasi sudah sarapan pagi, muncullah orang yang
ditunggu-wnggu, yaitu Ki B lekok!
Dia seorang laki-laki berusia kurang lebih empatpuluh
tahun, bertubuh tinggi besar dan jalannya seperti seekor singa
kelaparan, sinar matanya tajam dan penuh keangkuhan,
jenggotnya sekepal sebelah dan setiap gerak geriknya
menunjukkan bahwa dia seorang jagoan tulen! Di
pinggangnya terselip sebatang keris yang panjang dan besar
dan kepalanya memakai ikat kepala wulung.
Dengan sikap congkak dia berjalan di depan, pakaiannya
serba baru dan di belakangnya dia diikuti oleh belasan orang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
yang di antaranya ada yang membawa sebuah joli. Agaknya
dia benar-benar datang hendak mengangkut atau memboyong
Saritem untuk dijadikan isterinya. Karena dia yang menjadi
pimpinan berlagak sombong sekali, maka belasan orang
bawahannya juga semua bersikap sombong.
Setelah tiba di depan warung nasi, Ki Blekok berteriak dari
luar warung dengan suaranya yang parau dan lantang. "Heii,
diajeng Saritem, apakah engkau sudah siap untuk kuboyong
ke Benang" Kenapa warung nasimu masih juga dibuka?"
Semua orang muda yang tadinya duduk di dalam warung
sudah keluar semua dan mereka berdiri di tempat yang cukup
aman. Mereka semua memandang kepada Ki Blekok dan
rombongannya dengan sikap takut-takut.
Karena tidak mendapatkan jawaban, Ki Blekok mengerutkan alisnya yang tebal dan dengan langkah tegap
diapun menghampiri warung nasi itu dan memasukinya.
Warung itu nampak sepi. Saritem duduk di belakang meja
dagangannya seperti biasa dan ia hanya mengangkat muka
memandang tanpa rasa takut sedikitpun kepada Ki Blekok!
Dan di sebelah wanita cantik itu duduk seorang laki-laki yang
bukan lain adalah Saptoko.
Tentu saja Ki Blekok menjadi marah. Dia sudah tahu bahwa
Saptoko mengaku sebagai kekasih Saritem dan pernah
pemuda itu dihajarnya. Sekarang pemuda itu masih berani
duduk di samping Saritem dan tidak memperdulikan
kedatangannya. Ki Blekok maju selangkah sehingga mendekati meja
dagangan Saritem dan memandang kepada gadis itu dengan
kumis bergerak-gerak dan mata terbelalak.
"Saritem! Hayo cepat keluar dan masuk ke joli yang sudah
kusediakan untukmu!" bentaknya.
"Ki Blekok, sejak kapan engkau menganggap aku sebagai
calon isterimu" Aku tidak pernah menerima pinanganmu dan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
aku tidak suka menjadi isterimu. Jangan ganggu aku dan
pergilah dari s ini," kata Saritem dan suaranya sedikitpun tidak
menunjukkan sikap gentar.
"Brakk ... !" Ki Blekok menghantam meja dengan telapak
tangannya dan ujung meja tebal itu menjadi remuk. "Keluar
dan masuk joli atau aku akan meruntuhkan warung nasi ini
dan akan memaksamu dan menyeretmu keluar!"
"Hem, sungguh sikap yang amat tidak patut!" terdengar
seruan halus. Ki B lekok cepat memutar tubuhnya dan baru melihat bahwa
di ujung bangku panjang di sebelahnya duduk dua orang
pemuda, yang seorang pemuda remaja yang memandangnya
dengan sikap mengejek dan senyum cengar-cengir,
sedangkan yang menegurnya adalah seorang pemuda
ganteng yang bersikap lembut.
"Apa katamu?" bentak Ki Blekok menghadapi dua orang
pemuda yang masih duduk di bangku itu. Dia marah sekali
melihat ada orang berani menegurnya.
"Ki sanak, aku mengatakan bahwa sikapmu ini sungguh
tidak patut dan aku mengingatkanmu bahwa perbuatan yang
tidak patut tentu akan berakibat buruk terhadap pelakunya
sendiri. Engkau akan memetik buah dari pada pohon yang
kautanam sendiri, karena itu tanamlah pohon yang berguna
dan baik demi kebaikanmu sendiri."
"Apa perdulimu dengan perbuatanku" setan alas!" Ki Blekok
memaki dan sekali tangannya bergerak, bangku yang diduduki
dua orang pemuda itu telah ditendangnya.
Joko Waras dapat meloncat sebelum tendangan tiba, akan
tetapi Jayawijaya terpelanting jatuh. Akan tetapi dia bangkit
berdiri lagi dan menghadapi K i B lekok dengan sikap sedikitpun
tidak merasa takut.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ki sanak, kuperingatkan sekali lagi. Kalau engkau lanjutkan
perbuatanmu memaksa Saritem menjadi isterinya, engkau
akan menyesal kelak. Bertaubatlah sekarang sebelum
terlambat!"
"Keparat kau! Sudah bosan hidup rupanya!" Ki Blekok
mengepal tangan kanannya dan melontarkan pukulan yang
keras sekali ke wajah Jayawijaya.
Akan tetapi pada saat itu, mangkok yang terisi penuh
sambal pecel telah me layang dan tepat mengenai mukanya.
Tentu saja ini perbuatan Joko Waras.
"Eh, aupp ... aduh pedas ... !" Ki B lekok megap-megap dan
mendesis-desis karena matanya yang kemasukan sambal
pecel terasa pedas dan panas bukan main. Sambil meraba-
raba dia keluar dari warung nasi itu.
Teman-temannya segera datang menolongnya. Ada yang
membersihkan mukanya dari sambal pecel dan ada pula yang
mencari air bersih untuk mencuci muka dan matanya.
Akhirnya Ki Blekok dapat melihat lagi. Mukanya menjadi
kemerahan dan dia sudah bertolak pinggang dan mengamangkan kerisnya ke arah warung sambil membentak.
"Eh, ki sanak yang berada di warung. Kalau memang engkau
laki-laki, keluarlah dan tandingilah aku, Ki Blekok dari dusun
Benang! "Jangan berbuat curang seperti seorang perempuan!"
Suasana menjadi tegang dan hening setelah dia
mengeluarkan tantangan itu dan semua mata ditujukan ke
arah warung itu untuk melihat siapa yang akan keluar
melawan Ki B lekok yang sudah mencabut kerisnya itu.
Semua orang terbelalak heran dan juga khawatir ketika
melihat Saptoko keluar dari warung itu dengan langkah satu-
satu dan sikapnya tenang sekali, sebatang suling bambu
terselip di pinggangnya. Di belakangnya, agak jauh, keluar
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pula Joko Waras dan Jayawijaya, juga Saritem ikut keluar dan
memandang dengan sinar mata-penuh kekhawatiran kepada
kekasihnya. "Ki Blekok! Kalau kedatanganmu untuk memaksa Saritem
menjadi isterimu, akulah yang melarangmu dan akulah yang
akan menandingimu!" kata Saptoko dengan kedua kaki
dipentang lebar dan kedua lengan terlipat di depan dada,
pandang matanya bersinar-sinar tertuju ke arah Ki Blekok.
Semua orang merasa heran dan juga khawatir. Sudah jelas
bahwa beberapa hari yang lalu Saptoko tidak mampu melawan
Ki Blekok dan dihajarnya, padahal ketika itu Ki Blekok hanya
menggunakan tangan kosong belaka. Sekarang Ki Blekok
memegang keris pusaka dan Saptoko hendak maju


Sepasang Garuda Putih Seri Keris Pusaka Sang Megatantra 5 Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

menandinginya" Seperti mencari mati!
"Hua-ha-ha-ha-ha! Andika yang bernama Saptoko itu,
bukan" Tempo hari aku masih menaruh kasihan kepadamu
dan tidak membunuhmu. Sekarang andika berani menantangku lagi" Ingat, baik-baik, orang muda. Aku adalah
Ki Blekok, juara dari dusun Benang gemblengan yang sakti
mandraguna. Kalau andika maju lagi sekali ini andika tentu
akan mati karena aku tidak pernah mau memberi ampun
untuk keduakalinya!"
"Wah-wah-wah, sumbarnya seperti dapat menggugurkan
Mahameru! Padahal baru terkena sambal pecel saja sudah
berkaok-kaok seperti kerbau disembelih. Ini yang namanya
juara dan pendekar sambal pecel, sombongnya kepati-pati
akan tetapi tidak ada artinya, gentong kosong dipukul
nyaring!" tiba-tiba Joko Waras mengejeknya dan semua orang
mau tidak mau tersenyum karena teringat akan peristiwa tadi
ketika Ki Blekok disiram sambal pecel mukanya.
"Jahanam keparat! Jadi engkau anak kecil yang tadi
melemparku dengan sambal pecel" Mari, kubunuh dulu
engkau baru yang lain!" kata Ki Blekok dan dia sudah hendak
mengejar Joko Waras. Akan tetapi Saptoko nenghadangnya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ki B lekok, karena urusanmu mengenai Saritem, maka tidak
ada lain kecuali akulah lawanmu. Saritem adalah milikku, calon
isteriku, dan akulah yang akan mempertahankan kehormatannya!"
Kini kemarahan Ki Blekok sudah mencapai puncaknya, apa
lagi karena ejekan JokoWaras tadi. Keris di tangannya
gemetar saking marahnya dan dia memandang Saptoko
dengan mata seakan hendak menelannya bulat-bulat.
"Saptoko, sekarang engkau mampus!" Dia membentak dan
seperti seekor biruang dia sudah menubruk dan menyerangkan kerisnya ke arah dada Saptoko. Pemuda ini
mengelak ke belakang sambil mencabut sulingnya dan sambil
menggeser langkahnya ke samping dia sudah mengayun
sulingnya menusuk ke arah leher lawan. Melihat pemuda itu
menggunakan sebatang suling menusuk lehernya, Ki Blekok
menyampok dengan tangan kirinya dan dia melangkah
mundur sambil tertawa.
"Heh, Saptoko, apakah engkau sudah menjadi gila" Engkau
melawan kerisku dengan sebatang suling bambu" Ha-ha-ha,
engkau membuat aku menjadi malu! Gantilah senjatamu itu,
aku segan membunuh orang yang tidak memegang senjata!"
"Babo-babo, Ki Blekok. Biarpun aku hanya menggunakan
suling, akan tetapi jangan harap engkau akan dapat menang
dariku. Majulah, aku akan menandingimu!"
"Hemm, jangan salahkan aku kalau lehermu kutebas
berikut sulingmu!" bentak Ki Blekok dan diapun menyerang
lagi, kini lebih hebat dari tadi, mengerahkan seluruh tenaga
dan kepandaiannya untuk merobohkan sa ingannya ini secepat
mungkin agar dia dapat segera memboyong Saritem ke
dusunnya di mana sudah dipersiapkan pesta pengantin.
Akan tetapi, pemuda itu bergerak cepat mengelak dan
kadang menangkis kerisnya dan suling itu sama sekali tidak
remuk, atau patah. Bahkan belasan jurus kemudian ujung
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
suling itu menyerempet urat nadinya, membuat dia hampir
melepaskan kerisnya dan selagi dia kaget, sebuah tendangan
kaki Saptoko mengenai perutnya.
"Bukk!!" T ubuh K i B lekok terpental ke belakang akan tetapi
dia tidak jatuh bahkan menyerang lebih dahsyat karena dia
mendengar orang memuji kemenangan Saptoko itu.
Saptoko mainkan ilmu s ilat sulingnya seperti yang diajarkan
Joko Waras. Akan tetapi karena dia baru berlatih selama lima
hari, tentu saja gerakannya belum mahir benar. Melihat
kekurangan ini, Joko Waras diam-diam mengambil sebuah
batu kerikil dan sekali menyentil dengan batu kerikil itu,
melesatlah kerikil itu dan tepat mengenai bawah telinga kiri K i
Blekok. T ak seorangpun mengetahui akan hal ini dan Ki B lekok
tiba-tiba menjerit dan mengaduh lalu tubuhnya terhuyung.
Kesempatan ini dipergunakan oleh Saptoko untuk menotokkan
ujung sulingnya pada tekukan siku dari lawan. Tak dapat
dicegah lagi, keris itupun terlempar jatuh dan tangan kiri
Saptoko, memukul, mengenai leher Ki Blekok dan betapapun
kuatnya tubuh Ki Blekok, dia terjungkal juga.
Terdengar sorak sorai para pemuda dusun Lentur yang
bangkit kembali semangatnya melihat kemenangan mutlak
Saptoko atas diri Ki Blekok sehingga timbul kembali
keberanian mereka.
Akan tetapi Ki Blekok merangkak bangun, mengambil
kerisnya dan memberi isyarat kepada teman-temannya untuk
mengeroyok Saptoko.
"Hei, jangan main keroyok. Itu tidak adil!" Teriak
Jayawijaya. Akan tetapi Joko Waras sudah melompat ke depan dan
berkata kepada para pemuda dusun Lentur.
"Wahai para pemuda dusun Lentur! Apakah kalian akan
tinggal diam saja melihat Kakang Saptoko dikeroyok" Hayo
maju!" Dan dia sendiri sudah maju dan kaki tangannya
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
bergerak merobohkan dua orang pengeroyok! Ketika
dilihatnya Ki Blekok dengan keris di tangan hendak
mengeroyok Saptoko pula, Joko Waras segera melompat ke
depannya dan menjulurkan lidahnya.
"Ki Blekok pendekar sambal pecel, tidak malukah engkau
mengeroyok?"
Melihat pemuda remaja ini mengejeknya, Ki Blekok lalu
menubruk dengan kerisnya. Tentu saja dia tidak tahu bahwa
Saptoko yang telah mengalahkannya adalah "murid" lima hari
pemuda remaja ini. Tubrukannya mengenai tempat kosong
dan sebelum dia tahu apa yang terjadi, kerisnya sudah
berpindah tangan karena tangan kanannya menjadi lumpuh.
Joko Waras menggunakan keris itu untuk mencoret dua kali ke
arah muka Ki Blekok. Ki Blekok menjerit. Mukanya digores
ujung keris dua kali sehingga tergores dan berdarah.
Kemudian, di depan matanya yang terbelalak ketakutan, dia
melihat betapa pemuda remaja itu mematah-matahkan
kerisnya dengan jari-jari tangannya yang kecil dan membuang
patahan-patahan keris itu ke atas tanah. Dia melihat pula
bahwa teman-temannya kini berbalik dikeroyok banyak sekali
pemuda Lentur. Melihat pihaknya mengalami kekalahan, Ki
Blekok lalu memekik sambil mendesis kesakitan karena
mukanya terasa pedih sekali.
"Kawan-kawan, lari ... !"
Ki Blekok dan kawan-kawannya lari lintang pukang,
meninggalkan jolinya yang segera dihancurkan para pemuda
di situ. Para pemuda itu bersorak gembira melihat
kemenangan di pihak mereka dan mereka memuji-muji
Saptoko. Biarpun Saptoko merasa bangga dan harga dirinya
seolah kembali terangkat, akan tetapi kini dia menyadari tiada
gunanya berbangga diri, maka dja lalu berkata, "Kawan-
kawan, dengarkan dulu ceritaku!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Suara gaduh dari semua orang itu terhenti dan semua
orang memandang kepada Saptoko yang menggandeng
tangan Saritem.
"Kawan-kawan, kalian tentu merasa heran mengapa
sekarang aku dapat menang melawan Ki Blekok. Semua ini
berkat pertolongan adimas JokoWaras dan kakangmas
Jayawijaya, dua orang penolong dan penyelamat kita. Mari
kita haturkan terima kasih kepada mereka!"
Akan tetapi, ke manapun mereka semua mencari-cari, dua
orang pemuda itu telah menghilang. Agaknya Joko Waras
telah dapat menduga apa yang akan dilakukan Saptoko, maka
dia telah menarik tangan Jayawijaya dan diajak pergi
secepatnya dari tempat itu tanpa diketahui siapapun.
Biarpun kedua orang penolongnya itu sudah tidak ada,
Saptoko menceritakan semua pengalamannya kepada mereka.
Dia sekarang menjadi seorang yang rendah hati, tidak angkuh
lagi dan semua orang makin menyukainya dan mengangkatnyaa sebagai pemimpin para pemuda. Dan sejak
saat itu, dusun Lentur menjadi dusun yang terkenal kuat
pemudanya, tidak mudah orang dari lain tempat berlaku
sewenang-wenang di situ. Saritem juga segera menikah
dengan Saptoko, dirayakan orang sedusun.
(Oo-dkkz-rhg-oO)
Mereka berhenti di bawah sebatang pohon beringin yang
besar dan amat tuai. Jayawijaya menyusut keringat yang
membasahi lehernya. Wajahnya yang tampan itu kemerahan
karena sinar matahari yang sudah naik tinggi dan sinarnya
mulai panas membakar. Joko Waras memandang wajah
pemuda itu dengan penuh perhatian dan keheranan"
"Eh, adimas Joko, mengapa engkau memandangi aku
seperti itu?" kata Jayawijaya sambil balas memandang.
Joko Waras menghela napas panjang dan bertanya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kakang Jayawiya, benarkah sejak dahulu engkau tidak
pernah mempelajari ilmu kadigdayaan dan aji kesaktian sama
sekali?" Jayawijaya menggeleng kepalanya. "Menurut kata ayah,
orang yang mempelajari aji kesaktian banyak yang tersesat,
mengandalkan aji kesaktiannya untuk memaksakan kehendaknya. Karena itu, aku tidak suka mempelajarinya.
Banyak macam ilmu yang lebih patut dipelajari, yakni ilmu-
ilmu yang berguna, baik bagi orang lain mau pun bagi diri
sendiri. Juga banyak ilmu yang memperindah kehidupan ini,
seperti ilmu kesenian, seni tari, seni suara, seni rupa dan
masih banyak lagi."
"Akan tetapi tanpa menguasai seni belai diri engkau sudah
diganggu dan dijahati orang, seperti halnya kakang Saptoko
itu. Setelah dia mempelajari suatu ilmu silat dariku, baru dia
dapat menghalau orang jahat yang hendak merampas
Saritem. Kalau dia tidak mempelajari ilmu itu, tentu niat jahat
Ki Blekok akan terlaksana dan ketidak adilanterjadi di dusun
Lentur itu."
"Aku tidak percaya akan terjadi hal itu. Buktinya, engkau
muncul dan menolongnya. Kemunculanmu itulah yang
menolong mereka dan kemunculanmu itulah bentuk
perlindungan dari Hyang Widhi. Kalau Hyang Widhi tidak
menghendaki suatu kejahatan terjadi, tentu ada saja jalan
keluar untuk menanggulanginya."
"Akan tetapi andaikata kita tidak kebetulan lewat di dusun
itu?" "Juga belum tentu kejahatan itu terjadi. Mungkin Sang
Hyang Widhi akan memberikan perlindungan dalam bentuk
lain, mungkin saja ada orang lain yang muncul untuk
mencegah terjadinya kejahatan itu. Akan tetapi juga mungkin
Sang Hyang Widhi sudah menghendaki hal itu terjadi maka
pertolongan dari manapun juga tidak akan berhasil
menggagalkan peristiwa itu."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Wah, kalau begitu sama halnya dengan Sang Hyang Widhi
merestui perbuatan jahat!"
"Jangan dinilai demikian, adi Joko. Rencana dan keputusan
Sang Hyang Widhi merupakan rahasia besar bagi kita. Kita
hanya dapat tunduk dan menyerah dengan pepuh kesadaran
dan kepercayaan bahwa apapun yang dikehendaki Hyang
Widhi pasti terjadi dan kejadian itu tidak dapat dinilai baik
atau buruk, melainkan itulah kasunyataan atau kebenaran
yang bebas dari pada pendapat baik dan buruk, benar dan
salah." "Walah, aku jadi pening kalau begini, kakang Jayawijaya.
Sungguh banyak aku mendengar tentang ilmu kehidupan,
akan tetapi seperti yang kau gambarkan tadi sungguh
membingungkan hatiku. Katanya Gusti itu Maha Suci, Maha
Murah dan Maha Adil. Akan tetapi kalau sampai membiarkan
seorang laki-laki memaksa seorang wanita menjadi isterinya
dan tidak ada yang menolong wanita itu, mana itu dapat
dibilang adil?"
"Dalam hal keadilan pun, Keadilan Sang Hyang Widhi sama
sekali tidak bisa diukur dengan keadilan anggapan manusia.
Anggapan manusia itu selalu berpamrih. Manusia baru
menganggap adil kalau keadilan itu menguntungkan dirinya,
karena itu keadilan versi manusia ini di mana-mana
bertabrakan sesuai dengan kepentingan masing-masing.
Keadilan Sang Hyang Widhi itu maha luas dan tidak terjangkau
oleh akal pikiran manusia. Karena itu, satu-satunya sikapkita
adalah menerima bahwa segala sesuatu yang terjadi itu telah
dikehendakioleh Hyang Widhi dan itu sudah benar dan adil."
"Kalau begitu, kita tinggal diam saja dan tidak melakukan
apa-apa, menyerahkan saja kepada kekuasaan Tuhan untuk
bertindak?"
"Sama sekali salah! Sang Hyang Widhi telah menciptakan
kita dengan serba sempurna dan lengkap, oleh karena itu


Sepasang Garuda Putih Seri Keris Pusaka Sang Megatantra 5 Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

sudah menjadi kewajiban kita untuk mempergunakan segala
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kesempurnaan ini di dalam kehidupan. Untuk menjaga diri,
untuk mempertahankan hidup ini, untuk menikmati kebahagiaan dalam kehidupan dan sudah menjadi kewajiban
setiap orang manusia untuk berusaha membela kebenaran
dan keadilan umum untuk menentang tindak kejahatan."
"Jadi kita harus berusaha. Kalau usaha kita itu gagal, kita
lalu menyerahkan kepada keputusan Sang Hyang Widhi?"
"Begitulah, adi Joko. Ada dongeng yang indah sekali
tentang hal itu."
"Dongeng" Coba ceritakan kakang. Aku suka mendengar
dongeng yang indah-indah."
"Di jaman dahulu hidup seorang janda bersama seorang
anaknya. Mereka hanya hidup berdua saja dan tidaklah aneh
kalau janda itu amat mencinta puteranya. Janda itu hidup
saleh dan beribadah, tak pernah lupa bersembahyang untuk
mohon doa restu dari Sang Hyang Widhi. Pada suatu hari
ketika ia sedang mencari kayu bakar bersama puteranya yang
berusia lima tahun itu, muncul seekor harimau yang
menerkam puteranya sehingga anak itu tewas dengan tubuh
penuh luka. Janda itu merasa hancur hatinya dan ia merasa
bahwa Hyang Widhi tidak adil. Mengapa bukan ia yang
diterkam harimau, melainkan puteranya yang sama sekali
belum mengenal dosa" Dengan tekad besar seorang ibu yang
kehilangan anaknya iapun ke Suralaya, tempat tinggal para
dewata untuk menlohon agar diperkenankan menghadap Sang
Hyang Widhi untuk menyampaikan protesnya, ia diterima oleh
kepala dewa dan ketika janda itu menyampaikan permohonan
dan ulasannya, kepala dewa berkata kepadanya, "Nyi Rondo,
tidak begitu mudah untuk dapat menghadap Sang Hyang
Widhi. Sebelum andika menghadap beliau, marilah lebih dulu
andika melihat layar masadepan, setelah itu baru andika
tentukan apakah andika ingin menghadap Hyang Widhi
ataukah tidak."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Janda itu menurut saja diajak ke sebuah taman. Dari
taman yang letaknya tinggi itu ia dapat melihat kota-kota dan
pedusunan terbentang luas di hadapannya. Kemudian, ia
melihat seorang pemuda menunggang kuda dan pemuda itu
dengan buasnya membunuhi banyak orang sambil merampasi
barang-barang berharga. Pemuda itu kuat sekali, siapa yang
maju melawannya tentu dibunuhnya dan dia tidak pandang,
bulu dalam pembunuhan yang semena-mena itu. Wanita dan
kanak-kanak juga dibunuhnya secara kejam sekali, melihat ini,
janda yang lembut hati itu tidak tega menyaksikan lebih lama
lagi. Ia menutupi kedua matanya dan mengeluh, "Aduh Gusti,
untuk apa saya harus melihat segala kekejaman yang tiada
taranya ini" Apa hubungannya dengan permohonan saya agar
anak saya yang terkasih itu dihidupkan kembali."
Kepala Dewa yang menyertainya segera menutup layar
masa depan" itu dan berkata, "Nyi Rondo, ketahuilah bahwa
anak muda itu bukan lain adalah puteramu sendiri sete lah
menjadi dewasa. Karena andika seorang yang hidup saleh dan
beribadah amal, maka Sang Hyang Widhi tidak tega untuk
menghancurkan perasaan hatimu menyaksikan apa yang akan
terjadi dengan puteramu setelah dewasa. Karena itulah maka
selagi masih kecil puteramu dimatikan, agar andika terbebas
dari derita bathin yang maha hebat. Nah, sekarang terserah
kepadamu. Apakah engkau masih ingin menghadap Sang
Hyang Widhi untuk minta agar puteramu itu dihidupkan
kembali?" "Sambil bercucuran air mata, janda itu menggeleng
kepalanya kuat-kuat dan menjerit, "Tidak! Biarkan anak itu
mati. Aku tidak ingin melihat dia menjadi dewasa dan jahat
seperti itu. Kini mengertilah aku mengapa Sang Hyang Widhi
mematikannya. Segala kehendak Sang Hyang Widhi terjadilah
karena kehendakNya selalu benar!"
Jayawijaya berhenti mendongeng dan memandang kepada
Joko Waras. "Nah, demikianlah dongengnya, adi Joko. Banyak
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
peristiwa di dunia ini terjadi yang tampak bagi pandangan
manusia tidak adil sama sekali. Akan tetapi manusia tidak tahu
apa yang tersembunyi di balik itu semua."
Joko Waras menghela napas panjang. "Ahhh, aku mengerti
sekarang apa yang kau maksudkan, kakang Jaya. Jadi engkau
dalam kehidupan ini berikhtiar sekuat tenagamu, dengan
landasan penyerahan kepada kehendak Sang Hyang Widhi,
dan akan menerima segala yang terjadi dengan ikhlas! Dan
agaknya dengan bekal senjata seperti itu engkau berani
menentang kejahatan dan berani pula menentang orang-
orang sakti!"
"Aku bukan menentang orangnya, melainkan perbuatannya
yang jahat. Tidak mungkin aku membiarkan perbuatan jahat
dilakukan orang di depan mataku tanpa aku berusaha untuk
mencegahnya."
"Kakang Jayawijaya, kita sudah menjadi sahabat baik akan
tetapi aku belum mengenal riwayatmu. Maukah engkau
menceritakan, siapa orang tuamu dimana engkau tinggal dan
sekarang ini engkau hendak pergi ke mana dan apa yang
sedang dan hendak kaulakukan?"
Menghadapi hujan pertanyaan itu, wajah yang selalu
lembut itu tersenyum. "Adi Joko, engkau sudah tahu bahwa
namaku adalah Jayawijaya. Aku berasal dari T engger di mana
ayahku menjadi sesepuh perkampungan Tengger. Ayah
bernama Panji Kelana dan hidup di Tengger sebagai pertapa
dan sesepuh. Banyak orang berguru kepada ayah, akan tetapi
banyak pula yang kecewa karena ayah tidak mengajarkan
apa-apa kecuali ilmu menyerah dengan mutlak kepada
kekuasaan Hyang Widhi seperti yang kuterangkan kepadamu
tadi. Ibuku sudah tiada dan aku meninggalkan Tengger atas
perintah ayah agar aku mencari pengalaman hidup
berkecimpung di dunia ramai. Akan tetapi ayah berpesan agar
aku selalu membela kebenaran dan keadilan karena orang
yang membela kebenaran dan keadilan, yang menentang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tindak kejahatan adalah orang yang akan selalu dilindungi oleh
kekuasaan Hyang Widhi. Dan orang yang merasa yakin bahwa
dirinya dilindungi kekuasaan Hyang Widhi, tidak takut
menghadapi ancaman yang bagaimanapun juga."
"Jadi engkau sekarang sedang dalam perjalanan merantau
untuk meluaskan pengalaman hidupmu?"
Pendekar Panji Sakti 20 Elang Terbang Di Dataran Luas Karya Tjan Id Sejengkal Tanah Sepercik Darah 9
^