Pencarian

Kucing Suruhan 2

Kucing Suruhan Karya S B Chandra Bagian 2


Tapi Sumarta memanggilnya:
"Daeng, jangan kaget. Di kamar ada ular!"
Daeng terkejut lagi. Rupanya Sumarta tahu kehadiran ular di dalam kamar. Mengapa ia tidak digigit" Apakah dia pun diam-diam punya ilmu yang membuat ular tidak punya keberanian untuk menggigit dia" Kalau cuma itu tidak apa, asal dia tidak tahu, bahwa ular itu bukan masuk sendiri.
Bahwa dia biang keladinya dalam usaha kedua untuk meniadakan dia di dunia ini.
"Ular dari mana?" tanya Daeng Mapparuka. Sudah bisa belagak bodo lagi. Satu-satunya usaha untuk menutupi dosa, kalau benar Sumarta belum tahu bahwa dia menginginkan dan mengusahakan kematian pemilik kukucing itu.
"Entah, aku juga heran. Bagaimana ular kamak bisa sampai kemari. Tempatnya di hutan-hutan bakau!" kata Sumarta.
"Kiriman orang barangkali," kata Daeng yang sudah wajar kembali dan kini berusaha meyakinkan kawannya bahwa ular itu ular suruhan.
"Aku tidak punya musuh," kata Sumarta.
"Belum tentu Kang Marta. Tidak semua musuh kita ketahui.
Yang kita ketahui hanya musuh terang. Tak sukar menghadapinya. Yang berbahaya adalah musuh gelap. Kita tidak tahu, bahwa dia musuh kita," kata Daeng.
"Entahlah," kata Sumarta singkat. Ia sama sekali tidak menyangka, bahwa Daeng sudah terang-terangan menceritakan yang sebenarnya. Musuh gelap!
Daeng masuk kamar. Tidak perlu berhati-hati, karena dia tak termakan oleh bisa ular. Itulah makanya dia dengan mudah menangkap ular kamak yang hendak dijadikannya
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
algojo itu. Tetapi dia mundur beberapa langkah karena tidak percaya akan apa yang dilihatnya. Ular yang dimaksudkan jadi pembunuh justru telah mati dibunuh. Kepalanya hampir putus.
Setelah diperiksanya, ternyata cedera binatang itu karena gigitan. Dan dia segera tahu. Gigitan si Sati. Betul-betul Sialan! Kucing sakti yang hendak dikuasainya itu telah dua kali menyelamatkan tuannya. Sedangkan untuk menguasainya ia harus menyingkirkan Sumarta lebih dulu. Apa boleh buat. Ia harus bersabar lagi. Hanya bersabar, sebab niat untuk membunuh Sumarta tidak ditanggalkannya. Pada saatnya ia pasti mendapat cara yang tepat dan pasti berhasil.
*** "AKU telah melihatnya Kang Marta. Hebat benar kucing Kakang. Aku yakin ular itu suruhan orang jahil. Bagus dia mati. Aku membayangkan, bagaimana orang yang mengirim ular itu kecewa dan menyumpah-nyumpah bila mengetahui kegagalan ularnya. Tapi itu juga merupakan suatu pelajaran baginya. Bahwa orang yang ditujunya, Kang Marta, bukan orang sembar angan. Dia pikir Kang Marta cuma bisa jual buah. Makanya orang jangan suka memandang enteng pada orang lain!" kata Daeng Mapparuka.
"Sebenarnya saya tidak punya peranan apa pun dalam kematian ular itu Daeng. Aku juga tidak tahu ada ular di kamar. Sati yang melihat dan dia yang membunuhnya. Aku cuma sempat melihat bagian terakhirnya. Barangkali ular itu bukan suruhan orang. Hanya kesasar saja. Dan Tuhan telah melindungi saya dari kematian karena digigit ular melalui Sati," kata Sumarta.
Daeng merasa, bahwa Sumarta benar-benar orang baik.
Buruk sangka saja pun dia tidak mau. Katanya ular itu hanya tersesat. Namun begitu ia harus menyingkirkannya untuk dapat menguasai Sati guna melaksanakan ambisinya.
*** Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
SAMA halnya dengan manusia lain pada umumnya, maka suatu saat yang tidak diduga atau memang telah diperkirakan, pada diri Sumarta pun tiba perubahan. Lebih tepat kalau kita katakan keinginan. Bukan keinginan untuk jadi kaya, seperti yang telah berkali-kali dianjurkan kawannya yang kini merupakan musuh dalam selimut. Sejak ada Sati, dagang buah-buahanny a tambah baik. Ia sudah dapat membeli perabotan rumah yang mutlak diperlukan. Walaupun hanya yang harga murahan. Baginya semua itu sudah merupakan kebahagiaan.
Keinginan yang hampir mendadak menyelinap ke dalam dirinya adalah untuk berumah tangga kembali. Wajar.
Keinginan itu datang setelah ia beberapa kali melihat seorang wanita langganan. Termasuk cantik, cakep dalam umur yang sedang baik bagi siapa yang tahu perkembangan segala yang rahasia bagi seorang wanita. Sekitar tiga puluhan. Orangnya ramah. Terhadap Sumarta yang hanya tukang buah. Bukan hanya itu. Ia senang pula melihat Sati. Tiap datang belanja dielus-elusnya kucing itu. Dan binatang itu sangat senang dengan elusannya. Semua binatang piaraan selalu senang dengan wanita-wanita cantik. Begitu anjing, begitu kucing, begitu pula menjangan dan kambing atau lembu dan binatang kaki empat lainnya.
Ayam tidak termasuk, walaupun bisa menyayangi manusia.
Hanya pada yang memelihara dan memberinya makan sejak kecil.
Tetapi ada kenyataan yang merupakan hambatan besar bagi Sumarta. Tiap datang pasti dengan mobil. Bukan taksi meteran. Juga bukan taksi gelap. Supir kendaraannya selalu turut turun dan mengangkat belanjaan perempuan itu. Tetapi keadaan wanita yang merupakan hambatan itu tidak pula sanggup mematikan perhatian Sumarta. Sebenarnya ia pun merasa malu. Tetapi ini pun tidak sanggup membunuh keinginan yang terus bersemi di dalam hatinya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
*** SEMBILAN SUMARTA yang sudah merasa senang dengan memiliki si Sati dan apa adanya kini mulai termenung-menung. Bukan hanya di rumah Di tempat berjualan juga. Kadang-kadang ia tidak segera mendengar ada calon pembeli menanyakan harga buah yang diingini. Rekan-rekan terdekatnya ada pula yang bertanya apakah yang disusahkannya. Ia selalu menjawab:
"Ah, nggak apa-apa."
Bila mengingat wanita keinginannya itu di rumah ia tidak suka diajak bicara oleh Daeng. Ia merasa terganggu kalau khayalannya terputus oleh pertanyaan siapa pun. Yang membantu dalam kerinduan itu hanya sahabat terbaik dan terakrab-nya Sati. Mungkin kucing itu turut merasa, bahwa majikannya sedang digoda cinta. Aduh, tukang buah jatuh cinta! Tetapi mengapa tidak! Bukankah ia juga manusia seperti manusia lainnya. Punya jantung, punya hati dan punya mata untuk melihat. Semua itu dapat menimbulkan perasaan.
Bisa menyebabkan rasa benci, marah, kasihan dan jijik. Juga rasa cinta yang diawali dengan jatuh hati secara rahasia. Tidak diberitahukan kepada siapa pun.
Dalam hati ia merasa bahwa ia tidak tahu diri. Tukang buah yang inginkan seorang wanita cantik dan diperkirakan cukup berada. Tidakkah ia seperti pungguk merindukan bulan" Atau si cebol yang hendak menjamah bintang di langit! Ia sadar akan hal ini, tetapi kesadaran ini tidak merubah keinginan hatinya. Ia sendiri merasa malu. Apalagi kalau diketahui rekan-rekannya yang tukang buah dan Daeng Mapparuka yang tentu akan merasa geli. Mereka tidak akan terang-terangan mentertawakan, semata-mata supaya dia jangan tersinggung. Tetapi diam-diam mereka tentu merasa lucu sekali. Barangkah ada juga yang kasihan padanya. Di belakangnya tentu ada yang bergunjing. Abang buah jatuh
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
cinta sama perempuan cantik yang hartawan. Kalau importir dan distributor buah-buahan impor seperti anggur, peer, appel dan semacamnya, sih tidak apa. Ini cuma jualan buah kecil-kecilan di kios tidak permanen.
Cinta memang kejam dan melanda manusia tanpa pandang bulu. Ini baru benar-benar tidak pandang bulu. Lain halnya dengan peraturan. Secara tegas terhadap bang Miun tetapi tidak dipakai terhadap Tuan atau Bapak Anu.
Dalam kesadarannya akan tidak adanya keseimbangan, benih cinta yang tumbuh di dalam hatinya' kian besar. Kalau pohon, mulai berpucuk lalu berdaun. Dan dia kian susah.
Bukan karena kejahatan orang lain. Namun begitu, tidak dapat dibantah bahwa ia jadi susah karena wanita cakep yang kaya itu. Di luar pengetahuan wanita itu sendiri. Bagaimana dia bisa tahu, kalau Sumarta tidak pernah mengatakannya. Bahkan memberi isyarat saja dia tidak pernah. Dia takut, dia malu.
Tetapi dia cinta. Betapa tersiksanya dia! Kalau perempuan itu sampai tahu, dia akan bertambah malu. Dia harus merahasiakannya, sedangkan cinta itu* bergejolak terus di dalam dadanya.
Serupa nasibnya dengan bisul atau gunung berapi, pada saatnya, sesuai dengan hukum alam, akan meletus. Tidak terbentung oleh apa pun. Rasa cinta yang membara di dalam diri Sumarta akhirnya tak terkendalikan lagi.
Ceritanya begini. Ia sedang termenung-menung lagi di rumahnya. Sati yang sahabat setianya pun tidak mampu lagi menghibur. Sudah semakin parah. Daeng Mapparuka, yang masih menantikan saat terbaik untuk membunuh kawannya itu bertanya, apakah sebenarnya yang membuat dia sudah lebih sebulan melamun.
"Kalau Kang Marta masih memandang saya sebagai sahabat, ceritakan. Barangkali saya tidak dapat menolong, tetapi kalau diceritakan setidak-tidaknya akan meringankan penderitaan kakang! Kakang seperti orang sedang dimabuk
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
cinta saja!" kata Daeng setengah berkelakar. Darah Sumarta berdesir. Dipandangnya Daeng. Apa yang dikatakannya itu benar. Sekurang-kurangnya akan membuat ringan. Tetapi sekaligus juga membuat dia malu.
"Katakan Kang Marta. Kalau aku dapat menolong pasti aku akan melakukan apa saja yang kakang ingini. Bagiku Kang Marta sudah seperti abang sendiri. Aku tidak punya rahasia apa pun terhadap Kakang. Kuharap Kakang juga begitu.
Ceritakanlah!"
Bujukan Daeng Mapparuka mengena.
"Daeng tidak akan menertawakan aku?" tanya Sumarta.
"Kalau ceritanya tidak lucu, mustahil aku akan tertawa!"
"Tetapi mungkin Daeng akan anggap ini cerita lucu. Bagiku suatu kisah yang amat menyedihkan. Tersedih di dalam hidupku!"
"Aneh. Aku tak melihat sebab sekecil apa pun yang mungkin menyedihkan diri Kakang. Kakang selalu mengatakan puas dengan apa adanya!"
"Itu memang benar. Tidak ada yang kusesalkan. Tapi ada sesuatu yang menekan hatiku. Kian lama kian berat dan aku tidak dapat melepaskan diri dari tekanan itu!"
"Menarik sekali. Apa yang menekan perasaan Kakang"
Peristiwa apa" Kalau manusia, siapa orangnya. Biar aku yang menghadapi. Aku bukan sesumbar. Tetapi sungguh mati aku tidak rela Kakang ditekan oleh siapa pun. Katakan saja, aku yang akan bertindak!"
"Daeng tidak mengerti!
"Aku bisa mengerti kalau diceritakan. Pasti aku akan mengerti!"
"Menceritakan itulah yang paling berat!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kalau sudah diceritakan akan ringan. Percayalah Kang Marta."
"Aku ini benar-benar orang tak tahu diri Daeng. Tetapi aku tak kuasa melawannya!" ,
"Tidak ada orang yang lebih tahu diri dari Kakang. Saya sudah melihat sendiri. Kakang tidak mau menyusahkan orang lain. Bersyukur dengan apa adanya. Jarang orang seperti Kakang!"
"Sekarang tidak lagi. Aku sedang susah, malu dan bingung sekali Daeng."
"Kenapa susah, kenapa malu, apa yang dibingungkan?"
"Biar mati, Aku ini orang tak tahu diri. Malu aku menceritakannya."
"Kakang berteka-teki. Ceritakanlah terus terang!"
"Bagaimana mengatakannya Daeng. Aku sangat tertarik pada seorang wanita. Benar-benar aku tidak tahu diri!"
Daeng tertawa dan menepuk-nepuk bahu kawannya.
"Jatuh hati pada wanita kan wajar. Apalagi cuma tertarik!
Kenapa mesti susah dan malu! Kalau jatuh hati pada kambing, itu boleh malu. Dan mesti malu! Kalau sama perempuan, biasa Kang. Hanya laki-laki tidak normal yang tidak tertarik pada sekurang-kurangnya seorang wanita pilihan matanya!"
"Tapi dia orang kaya dan kelihatannya terpelajar. Aku ini apa! Tukang jual buah kecil-kecilan. Itu kan keinginan gila!"
"Keinginan apa maksud Kang Marta" Yang saya dengar tadi Kakang tertarik. Tertarik sama jatuh hati lain Kang," kata Daeng membuat Sumarta jadi malu karena menyadari bahwa tadi dia ngomong agak terlanjur. Dia mengatakan keinginan.
"Kakang jangan malu-malu, Kakang ingin mendapatkan dia?" tanya Daeng langsung ke pokok persoalan.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sumarta tidak segera menjawab. Padahal cuma bilang
"iya." Lidahnya serasa terganjal.
"Kakang mau nggak sama dia?" tanya Daeng. Seperti orang bertanya pada kawannya mau minum kopi apa tidak. Orang sudah kelimpungan, Daeng masih menganggapnya seperti soal sepele saja.
"Kalau Kakang mau sama dia, itu sih perkara gampang.
Sama gampangnya dengan makan bubur kacang ijo sama ketan item," kata Daeng. Sumarta tunduk saja. Malu mau menatap Daeng. Kayak orang minder.
"Gampang bagaimana?" tanya Daeng tanpa mengangkat kepala.
"Kakang bilang mau saja, dia yang bakal nyamperin Kakang," kata Daeng. Semakin berani. Seperti mau memetik jambu di kebun sendiri.
"Daeng, aku malu sekali. Tetapi, apa mungkin?" tanya Sumarta.
"Ini bukan soal mungkin Kang. Asal kakang bilang mau, kakang akan dapat dia."
"Aku ini benar-benar bingung Daeng. Jangan mengejek aku!"
"Kakang kuanggap seperti saudara sendiri. Kesedihan Kakang berarti kesedihan saya. Kegembiraan kakang akan membuat saya lebih girang dari kakang sendiri. Jadi Kakang ingin mendapatkan dia. Pendeknya supaya dia tertarik dan senang sama kakanglah. Begitu kan" Saya urus," kata Daeng tanpa menunggu jawaban kawannya yang mulai mabuk kepayang itu.
"Urus bagaimana?" tanya Sumarta, kini mengangkat kepala dan memandang Daeng.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Saya bilang gampang. Abang curi sekuntum bunga mawar merah tua," kata Daeng Mapparuka. "Ingat, curi. Bukan beli, bukan minta."
"Curi?" tanya Sumarta. Kenapa mesti curi.
"Mesti curi Kang. Sebab kakang juga mau mencuri hatinya bukan?"
Sumarta tidak menjawab. Apa kaitannya curi mawar dengan hati perempuan itu.
"Begini Kang," kata Daeng.
"Bunga curian itu nanti akan saya isi. Kakang simpan di dalam saku. Bunga itu akan mencurikan hati si wanita untuk Kakang. Dalam ilmu mistik tidak ada yang aneh Kang! Orang di seberang bisa kita panggil kemari, hanya dengan menyebut namanya tujuh puluh tujuh kali. Bila Kakang sudah tenang nanti, saya akan ajarkan lagi beberapa ilmu. Seperti ilmu perabun. Orang yang mau kita hindari tidak akan melihat kita, walaupun kita berdiri di hadapannya. Ada yang namanya ilmu petunduk. Orang yang biasanya garang dan suka marah pun tidak akan sanggup marah pada kita. Walaupun kita bersalah.
Syarat utamanya hanya satu, tetapi berat. Yaitu benar-benar percaya pada keampuhan ilmu yang kita pakai. Kalau kita ragu-ragu, walaupun hanya sedikit, maka kita tidak akan berhasil. Jadi harus khu-suk dan percaya penuh!"
Pada waktu itu Daeng melupakan niatnya untuk membunuh Sumarta. Pembunuhan itu hanya akan dilaksanakannya kalau semua jalan lain sudah tertutup.
Walaupun apa yang dikatakan Daeng Mapparuka seperti omong kosong bagi orang lain, tetapi bagi Sumarta merupakan sebungkah harapan. Bukan hanya karena dia sudah sangat tergila-gila pada wanita kaya itu, tetapi karena orang putus asa biasanya percaya pada cara bagaimana saja yang mengandung harapan. Walaupun hanya secercah.
Walaupun sukar diterima akal. Apalagi Sumarta telah
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
merasakan sendiri, bagaimana Daeng menurunkan ilmu pengobatan padanya dan sudah dicobakannya dengan berhasil. Orang Bugis ini orang hebat, itu tak usah disangsikan lagi. Orang yang suka menyelidiki ilmu mistik di Indonesia akan tahu, .bahwa di antara tidak terlalu banyak orang yang mempunyai ilmu tinggi Mistik termasuk orang Bugis. Sudah tentu tidak semua orang Bugis, sebagaimana tidak semua orang Banten, Cirebon, Dayak, Ambon, Mandailing mempunyai ilmu gaib dengan kekuatan batin dan aneka mantera.
"Kakang mau mencuri bunga yang jadi syarat itu?" tanya Daeng.
"Baiklah, akan kucuri," kata Sumarta. Ia merasa amat malu.
Dia yang seumur hidupnya belum pernah mencuri tiba-tiba harus jadi pencuri bunga mawar. Walaupun hanya sekuntum.
Gara-gara wanita yang digilainya itu. Rupanya cinta bisa bikin orang jadi pencuri.
SESUAI dengan pesan Daeng Mapparuka, penjual buah itu memulai langkah dengan kaki kanan untuk mencari mawar yang akan dicurinya. Di Menteng, Kebayoran Baru dan Kemang banyak bunga mawar. Di pekarangan rumah-rumah mewah. Yang semuanya diberi pagar tinggi. Yang harus dicuri hanya sekuntum, tetapi bagaimana caranya" Harus masuk pekarangan. Cari yang pintu pagarnya sedang terbuka. Atau nekad memanjat pagar, kalau tidak tinggi. Ada yang pagarnya hanya semeter tingginya. Ambil satu, lekas keluar lagi. Mudah, kalau tidak terlihat oleh penghuni rumah atau pemelihara kebun. Bisa diuber dan diteriaki "maling." Kalau lagi naas akan dikerubuti orang banyak, digebuki sampai tak bisa dikenali atau nyawa tercabut dari diri. Mungkin pula diterkam Herder atau Dalmatian. Paling sedikit badan akan koyak-koyak. Atau mati! Risiko mati selalu ada. Bunga curian itu hanya berguna kalau dia hidup.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tetapi berkat kesungguhan, sehingga bajunya basah oleh peluh, akhirnya ia berhasil. Sekuntum bunga mawar merah tua dicurinya dari seorang perempuan tua penjual bunga rampai. Nasib baik, tidak ada orang yang melihat walaupun tangannya belum terlatih seperti tukang copet. Namun begitu dia sudah jadi pencuri. Dengan jantung berdebar ia pulang.
Bunga diserahkan kepada Daeng Mapparuka. Harapannya kini tertumpu kepada orang Bugis itu.
Malam itu juga Daeng "mengerjakan dan mengisi" bunga itu. Keesokan paginya diserahkan kepada Sumarta.
"Apa syaratnya Daeng" Untuk pengeras," tanya Sumarta.
"Tidak ada. Tetapi Kang Sumarta harus benar-benar percaya pada kekuatan bunga ini! Kalau tidak, percuma," kata Daeng.
"Saya percaya penuh, kata Sumarta lalu berangkat ke tempatnya berjualan dengan hati berdegap-bedegup. Wanita kaya itu akan tertarik padanya. Betapa akan senangnya.
Jantungnya kian berdebar.
Setiba di tempat jualan ia gelisah. Menunggu kedatangan si cantik. Kira-kira tiga jam kemudian dilihatnyalah wanita itu seperti biasa turun dari mobilnya. Jantungnya semakin berdebar, bahkan badan turut gemetar.
*** SEPULUH BEGITU turun dari mobil mata perempuan itu memandang ke arah pondok dagang Sumarta. Pandangan mereka bertemu sedetik, wanita itu lalu membuang muka dan berjalan menuju pedagang buah lain. Muka Sumarta yang jatuh cinta seorang diri itu jadi pucat. Dia belanja pada orang lain. Tidak biasanya dia begitu. Apa kesalahannya" Menjual lebih mahal dari orang lain dan perempuan itu mengetahuinya sehingga jengkel
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
padanya" Tidak boleh jadi. Tidak pernah dia memasang harga lebih tinggi dari rekan-rekannya. Apakah dia berkata kasar"
Juga tidak. O, barangkah wanita itu sudah tahu bahwa Sumarta menaruh hati padanya dan ia jadi jijik pada penjual buah yang tak tahu diri itu. Itulah sebab yang paling mungkin.
Tetapi, bukankah dia sudah memakai bunga mawar yang dijampi dan diisi oleh Daeng Mapparuka.
Kenapa justru jadi menjauhkan diri. apakah dia dipermainkan Daeng" Bunga itu justru untuk menimbulkan rasa benci dan muak"
Selesai belanja, wanita itu pergi tanpa menoleh ke arah diri Sumarta. Si Sati memperhatikan tuannya yang seperti salah tingkah. Pandangannya muram, barangkali tahu kegelisahan Sumarta dan ia kasihan melihat tetapi tak kuasa menolong.
Sumarta menitipkan barang dagangannya kepada rekannya yang di sebelah. Ia pulang bersama si Sati. Mau menanyai Daeng Mapparuka. Kalau gara-gara bunga mawar "berisi"nya itu si wanita cakep jadi menghindar, ia akan ambil tindakan.
Kalau karena itu nanti dia masuk penjara, apa boleh buat.
Tapi harus pasti betul, bahwa Daeng sengaja menjauhkan perempuan itu dari dia. Karenanya dia harus sanggup menahan diri. Jangan membunuh karena kalap yang tak beralasan.
Daeng ada. Sedang mengurut-urut keris kecil karatan berhulu besi putih.
"Kenapa pulang sepagi ini Kang Marta?" tanya Daeng.
Yang ditanya tak menjawab. Daeng heran dan jadi kuatir.
Apakah Sumarta sudah tahu, bahwa kopinya tempo hari diracuni" Ataukah dia sudah tahu bahwa ular kamak yang di kamar itu memang dimasukkan Daeng untuk membunuh dirinya" Kalau begitu akan celaka. Dia memang orang Bugis hebat, tetapi seorang Sumarta yang kalap juga sangat berbahaya. Apalagi kucingnya! kalau dia tahu bahwa tuannya
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dijahili, dia pasti akan membalas. Dia ingat anak nakal yang mencuri buah. Dia ingat Jaya Wijaya yang sudah lima puluh hari terdampar di rumah sakit. Hasil karya si Sati. Gigitannya bisa membuat orang jadi gila.
"Daeng aku mau bertanya. Dan jawab dengan benar!" kata Sumarta.
Walaupun menahan diri sekuat daya, namun suaranya itu mengandung amarah dan ancaman. Ini tentu urusan racun dalam kopi atau ular kamak di kamar tidur, pikir Daeng Mapparuka. Mukanya tambah pucat. Rupanya yang busuk itu pasti akhirnya berbau juga.
"Kelihatan Kakang marah! Mengucaplah Kakang dan bicara dengan tenang!" pinta Daeng dari Sulawesi Selatan itu.
"Daeng, jangan ajari bagaimana aku mesti bicara!" kata Sumarta.
Wah, tidak salah lagi, dia pasti sudah tahu. Belum pernah dia semarah ini. Daeng membaca mantera-mantera supaya Sumarta gentar melihat dirinya. Si Sati membungkukkan badan, memandang marah pada Daeng.
Daeng bersiap-siap menunggu yang paling buruk. Akan berakhirlah masa hidupnya, ditamatkan oleh Sati dan majikannya" Pada waktu itu Daeng menyesal telah berbuat sekeji itu terhadap orang yang dikatakannya sahabat paling akrab.
"Bunga mawar itu Daeng, katakan yang sebenarnya!" kata Sumarta.
Astaghfirullah, bunga rupanya. Hatinya lega, seperti terhukum yang sudah berdiri di depan regu tembak, tiba-tiba diberi ampun. Hukuman mati dibatalkan.
"Tak ada yang lebih mujarab daripada itu Kang Marta.
Bunga curian itu untuk mencuri hati orang yang jadi tujuan!"
jawab Daeng tanpa ragu-ragu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Omong kosong. Dia tadi malahan menjauhkan diri. Belanja pada orang lain. Belum pernah dia berbuat begitu!"
"Bersyukurlah Kang Marta. Itu tanda dia sudah kena!"
"Jangan mempermainkan aku Daeng Apanya yang kena.
Melihat aku pun dia buang muka. Ini untuk pertama kali. Lain kali dia barangkali meludahi aku!" kata Sumarta kesal mendengar jawaban yang tak masuk akal itu.
"Kakang belum mengenal sifat wanita rupanya. Hari ini dia jadi lain karena dia pun sudah mulai menjadi wanita lain.
Tadinya dia tidak punya perasaan apa-apa terhadap Kang Marta. Kalau bertepuk, itu yang namanya bertepuk sebelah tangan. Jatuh hati sepihak. Tadinya hanya Kang Marta yang diam-diam jatuh hati. Dia tidak. Tetapi mulai hari ini dia sudah mempunyai perasaan lain. Dia tertarik pada Kang Marta. Ini yang membuat dia malu, takut kalau Kang Marta mengetahui perubahan dirinya. Kalau dia tadi belanja seperti biasa pada Kang Marta tanpa perubahan apa-apa, tandanya bunga itu tidak mengenai sasaran. Tandanya dia pun memakai tangkal penolak," kata Daeng Mapparuka.
Hati Sumarta yang sangat panas telah sejuk kembali seperti disiram dengan se-ember air es. Begitu rupanya kerja bunga itu, katanya di dalam hati. Untung dia tadi bisa menahan marah dan bertanya dulu. Kalau dia kalap dan langsung membunuh Daeng kan tangannya sekarang sudah dibelenggu dan dirinya ditahan. Mati dalam tahanan atau banyak tahun di belakang terali besi.
"Nanti ada perkembangan lain," kata Daeng. "Dan tiga hari lagi bunga itu kita ganti dengan yang lain. Tetapi pada waktu itu nanti Kakang sudah harus mengetahui namanya. Ataukah aku saja yang menyelidiki untuk Kakang." Mendengar kebaikan hati Daeng, tukang jual buah itu jadi sangat terharu dan bertambah malu pada dirinya sendiri. Ia telah buruk sangka terhadap kawan yang begini baiknya. Tak kan ada lagi
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
orang lain yang sebaik Daeng Mapparuka, pikir. Sumarta sekarang.
*** HARI kedua ber-azimat bunga mawar merah tua
menimbulkan dag-dig-dug lagi di dalam hati Sumarta. Kalau perempuan itu datang, belanja lagi di tempat kawannya, tentu dia merasa malu karena tanpa disangka dia tertarik pada Kang Marta tukang buah. Dan sesuai harapan, wanita itu datang.
Kali ini tidak lagi belanja di tempat kawan Sumarta. Dengan senyumnya yang bikin tidak tenang hati Sumarta, ia langsung menghampiri. Ia minta mangga harum manis dua kilo. Sedang Sumarta menimbang ia bertanya:
"Abang sudah punya anak berapa" Isterinya juga dagang?"
Tidak biasanya dia menanyakan rumah tangga Sumarta.
"Nasib saya kurang baik Nya, tidak punya anak. Pernah punya isteri," jawab Sumarta.
"Kasian. Siapa yang ngurusin abang di rumah" Yang ngasih makan kucing abang?" tanya perempuan itu.
"Urus sendiri Nya. Sudah biasa."
"Abang masak sendiri" Pinter masak?"
"Masak sih nggak. Beli nasi bungkus di warung. Kalau kopi dan teh bikin sendiri. Sekali-sekali ngerebus pisang atau ubi."
"Hebat," kata perempuan cantik yang ramah itu.
Dia tertawa. Aduh, kenapa jadi lebih cantik lagi dari biasanya.
"Tapi hidup dengan ada yang ngurusin tentunya lebih enak."
Sumarta jadi girang dan bimbang tidak keruan. Si penawan hati ini sekedar ngomong apa buka jalan" Hidup dengan ada yang ngurusin memang enak, tetapi orangnya yang gimana"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Maunya sih kayak yang ngomong. Sumarta tanya jawab dalam diri sendiri. Apakah sikap lain hari ini bukan suatu usaha pendekatan si wanita yang sudah terkena panah si mawar merah"
"Kapan-kapan saya mau mampir ke rumah si Abang, boleh nggak?" tanya perempuan itu manja ketika akan pergi.
"Jangan Nya, rumah saya terlalu kecil. Malah nggak pantes dikata rumah," kata Sumarta semakin gugup sekarang. Ini perempuan sudah mau mampir segala. Cihui, mawarnya Daeng memang nomor wahid.
"Yang penting kan bukan rumahnya. Rumah kan cuma benda mati, bisa besar bisa kecil. Yang jadi ukuran adalah budi bahasa orangnya," lalu wanita itu naik mobilnya.
*** LAPORAN Sumarta tentang pertemuan dengan wanita idaman hati pada hari itu amat menyenangkan Daeng Mapparuka. Kalau pemilik kucing yang terlalu baik ini bisa ditundukkan dengan jasa dan budi baik, biarlah dia hidup.
Yang penting, Sumarta mau memerintah kucingnya untuk melakukan apa saja yang dikehendakinya. Tujuan pokok memperkaya diri dan mampu mengerjakan apa saja kehendak orang-orang yang punya hajat.
"Kang Marta, Besok hari ketiga. Hari terakhir memakai mawar merah itu. Untuk hari berikutnya mesti ditukar. Dengan azimat pekasih yang akan membuat dia selalu membayangkan Kang Marta saja."
"Daeng baik sekali. Dengan apa aku membayar budi Daeng!"
"Jangan ngomong begitu. Aku tidak mengharapkan apa-apa. Kurasa itu hanya kewajiban wajar kawan terhadap kawannya," ujar Daeng.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sumarta senang. Rupanya Daeng Mapparuka tidak sejahat yang pernah diduganya.
Pada hari ketiga, wanita itu belanja lagi. Ia bertanya kepada Sumarta apakah ia boleh meminta si Sati yang sudah sejak mula pertama dilihatnya sebenarnya amat diingininya.
Permintaan ini diluar dugaan Sumarta. Dan menyulitkan dia.
Mau dikasih, dia sendiri terlalu sayang padanya. Sudah berniat untuk tidak memberikannya kepada siapa pun. Mau ditolak, kuatir wanita itu jadi kecil hati. Maka, ia tidak menjawab.
"Saya akan memeliharanya dengan baik sekali. Abang tak usah kuatir. Di rumah abang pun tidak ada yang mengurusnya," kata Wanita itu.
Wah, ini permintaan celaka. Sumarta diam. Menolak tidak, meng-iyakan juga tidak. Kelihatan benar dia jadi gugup.
Wanita itu pun melihat kegugupan tukang buah yang belum diketahuinya tergila-gila pada dirinya dan sedang dipersenjatai mawar merah untuk memikat hatinya.
Untuk membebaskan Sumarta dari kegugupannya, wanita itu minta ditimbangkan tiga kilo duku Palembang. Setelah itu minta dipilihkan lima durian yang betul-betul masak di pohon.
Sedang kedatangan keluarga yang sudah lama di luar negeri, katanya.
Memilih durian untuk wanita ini tidak semudah memilih untuk pembeli lain. Dia ingin orang yang disayangi secara rahasia ini benar-benar puas. Kasian Kang Marta. Menyayangi seseorang memang bisa indah tetapi juga bisa sangat merikuhkan. Dia sedang terkena yang merikuhkan.
Nyonya itu membayar kemudian pulang tanpa menyebut-nyebut soal kucing itu lagi. Dia tahu, Sumarta tak akan mau melepas kucingnya. Dia mengerti, laki-laki duda itu sangat membutuhkan binatang piaraan yang sangat akrab dengan dirinya. Tapi kasian Sumarta, cara wanita itu bahkan membuat pikirannya jadi sangat terganggu, tidak tenang. Kecil hatikah
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dia, karena Sumarta tidak memenuhi permintaannya" Apakah karena itu harapannya akan putus sama sekali. Ya Tuhan, mengapa kucing itu yang dipintanya" Tak terpikir olehnya, bahwa miliknya yang berharga yang mungkin dipinta wanita itu justru hanya kucing yang seekor itulah. Apa yang kira-kira dapat diingininya selain si Sati" Buah-buahan, dia sanggup beli. Apa lagi yang dimilikinya selain itu" Dirinya" Ah, masa iya seorang wanita mau minta diri laki-laki, bagaimanapun besarnya cinta yang menggelora.
*** SEBELAS SEPERTI tak masuk akal. Bagaimana pula seorang wanita yang begitu cantik dan berpendidikan cukup, kaya pula lagi akan mau sama seorang tukang buah semacam dia, pikirnya.
Tetapi, merupakan suatu kenyataan, bahwa wanita itu telah begitu ramah dan penuh simpati menanyakan cara hidupnya, sampai-sampai tentang isteri. Kalau seorang perempuan bertanya tentang isteri kepada seorang lelaki, biasanya dia sedikit banyak ada menaruh hati, sedikit-dikitnya menaruh perhatian. Itu suatu pertanda baik. Banyak wanita tidak mau dimadu. Mau memiliki sendiri tanpa dibagi-bagi walaupun hanya secuil kepada yang lain. Tetapi di samping yang mau monopoli tanpa bisa ditawar begitu, pada zaman ini ada sejumlah wanita yang tidak peduli jadi isteri atau simpanan keberapa. Yang penting kecukupan. Daripada jadi wanita penjual kehormatan. Ada pula wanita yang mempunyai sifat khas. Dia tidak mau kehilangan seorang lelaki, yang terlalu disenangi atau dicintainya. Walaupun dia tahu, bahwa lelaki itu sudah beristeri atau punya beberapa isteri plus simpanan atau piaraan. Pokoknya dia ikut jadi pemilik. Punya saham atas diri lelaki tersayang.
Sumarta bertanya kepada sahabat dan dukunnya, "Apa benar-benar bisa Daeng" Kedengarannya seperti dongeng!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Lha, kan Kakang sendiri sudah melihat, dia tanya tentang isteri dan siapa yang mengurus rumah Kakang. Tadi-tadinya kan tidak pernah bertanya begitu. Paling-paling tanya harga buah, suruh timbang dan bayar. Kan begitu" Kenapa mendadak tanya isteri dan rumah tangga!" jawab Daeng Mapparuka.
Benar juga. Ngapain dia tanya urusan isteri kalau tidak ada perhatian. Dia manggut-manggut, keyakinan kian membesar.
"Itu semua berkat kembang mawar, Daeng?"
"Ya begitulah kira-kira. Tetapi juga berkat kucing Kakang."
"Jadi besok aku tidak boleh pakai kopiah lagi" Kenapa mesti kopiah Daeng" Apa itu syarat mutlak?"
"Mutlak. Ada dua sebab. Ubun-ubun punya kekuatan gaib tersendiri dalam memikat hati seorang wanita. Kalau memakai kopiah, kekuatan itu terkurung di dalam songkok. Yang kedua, terus terang, Kakang kelihatan lebih ganteng tanpa kopiah.
Misai Kakang itu penyebabnya. Kalau pakai kopiah Kakang kelihatan seperti abang-abang, tetapi tanpa kopiah Kakang seperti bapak-bapak! Kita juga harus menyesuaikan diri dengan keadaan. Wanita terpelajar seperti Christine Julianty Subandrio tentu saja lebih menyukai yang bapak-bapak daripada yang abang-abang. Walaupun banyak bapak-bapak yang moral dan mentalnya jauh di bawah abang-abang.
Banyak orang sekarang menilai dari lahiriah saja. Kakang ngerti kan" Dari luar."
"Ngerti, ngerti," kata Sumarta. Dia tidak keberatan meninggalkan kebiasaan berkopiah untuk mendapatkan wanita permata hati.
Daeng menyuruh Sumarta mencari kemenyan. Tidak perlu banyak. Cukup sebesar induk jari kaki, tetapi harus kemenyan putih.
"Kakang memang bernasib baik. Nanti malam Jum'at, malam terbaik untuk memasang. Kemenyan dari sini nanti
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
selepas magrib. Tetapi menyebut hamanya harus Kakang sendiri. Saya mau gantikan, tetapi tidak boleh. Nanti tidak manjur. Menyebut nama sasaran harus lewat tengah malam.
Tujuh puluh tujuh kali nama lengkap. Segenap pikiran harus dipusatkan pada orang yang dituju. Akan lebih bagus lagi kalau Kakang bisa terus membayangkan wajahnya selama menyebut namanya!"
"Tujuh puluh tujuh kali sih tidak banyak Daeng, tetapi nama sesusah dan sepanjang itu tidak gampang untuk cliingat!" kata Sumarta. Pada waktu itu pun dia sudah lupa nama pujaan hatinya yang baginya cukup panjang dan sulit disebut itu. Daeng mengingatkan lagi. Christine Julianty Subandrio. Dicobanya mengulangi nama itu. Menyangkut pada bagian yang pertama. Sukar baginya menyebut Christine.
Lebih sukar lagi mengingat dan menghafalnya.
"Barangkali hati kakang juga tidak sepenuhnya menginginkan dia," kata Daeng Mapparuka menggoda.
"Sungguh mati Daeng, seumur hidup saya belum pernah jatuh hati begini. Saya akui saya ini tidak tahu diri, tetapi apa mau dikata. Hati ini maunya cuma sama dia. Kalau tidak bener-bener, saya tidak mau buang kopiah," kata Sumarta.
Daeng menyebut lagi nama wanita yang digilai Sumarta.
Masih tetap sukar bagi tukang bual itu untuk mengulanginya.
Selalu tersandung pada Christine. Sumarta jadi gugup. Kalau syarat ini tak terpenuhi tentu wanita itu tidak akan jatuh ke tangannya.
"Boleh juga Kakang sebut sepotong saja asal dengan pikiran yang khusuk. Tetapi harus tujuh ratus tujuh puluh kali!" kata Daeng.
"Sepotong yang mana" Kalau gampang, biar tujuh ribu kali juga saya sanggup," kata Sumarta. Harapannya hidup kembali.
"Sebut Julianti tujuh ratus tujuh puluh kali."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Itu sih rasanya gampang."
Sumarta memang benar-benar dapat menyebutnya dengan mudah. Dan wajahnya jadi berseri-seri lantaran girang. Wanita idaman hati kian dekat ke dalam jangkauannya.
Habis waktu magrib Daeng Mapparuka mengurung diri untuk melaksanakan bantuan yang dijanjikannya kepada sahabatnya yang pada waktunya nanti harus membayar jasa-jasanya. Dan ia bukan main-main, atau mempermainkan Sumarta. Dengan segala kekhusukan yang sudah biasa dipraktekkannya ia memanterai kemenyan' putih sebesar induk jari itu, lalu memotongnya dengan keris tua umur yang bukan sembarang keris menjadi dua potong.
"Engkau yang bernama kemenyan putih dengan daya penunduk dan penggentar, yang kutugaskan untuk melembutkan hati insan wanita bernama Christine Julianty binti Subandrio terhadap insan laki-laki bernama Sumarta, laksanakan tugasmu dengan baik. Selama engkau tertimbun dengan tanah, tempat berdirinya penaungan Christine Julianty binti Subandrio, selama itu hati insan perempuan itu tertimbun dengan ingatan kepada insan laki-laki Sumarta." Daeng meniup kedua potong kemenyan itu.
*** PENGALAMAN hari itu langsung diceritakannya kepada Daeng Mapparuka.
"Aku jadi sangat bingung Daeng. Terlalu berat untuk melepaskan Sati. Tetapi juga tidak mampu melepaskan dia,"
katanya seolah-olah wanita itu sudah berada dalam jangkauannya.
"Bagus, bagus," kata Daeng. "Kakang sudah bersikap paling bijaksana. Kalau tadi kakang berikan Sati, habis kekuatan dan pamor yang ada pada Kakang. Sebab daya tarik yang ada pada Kakang sebenarnya juga oleh kekuatan gaib yang ada pada diri Sati. Kakang kecipratan."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Tapi tentu dia kecil hati," kata Sumarta.
"Dia terpelajar, bisa mengerti. Dia tidak kecil hati. Dan dia tambah tertarik pada Kakang karena kini dia mengetahui, bahwa Kakang berpendirian teguh dalam menyayangi sesuatu.
Dan Kakang sekarang sudah bisa menyebut namanya karena saya sudah menyelidiki dan sudah tahu," kata Daeng.
"Sudah tahu namanya?" tanya Sumarta hampir tak percaya.
Dia yang jatuh hati, Daeng juga yang mendapatkan namanya.
Inilah baru kawan sejati.
"Namanya Christine Julianty Subandrio, panggilannya Juli."
"Aduh, panjangnya. Nama apa itu, kok seperti bukan nama Indonesia.
"Sekarang memang begitu. Kembang mawar kita tukar, besok Kakang tidak boleh pakai kopiah lagi. Ini malam Kakang suruh si Sati bawa kemenyan untuk ditanam di pojok rumah wanita itu! Paling lama tiga hari Kakang akan lihat hasilnya,"
kata Daeng, *** DAENG keluar mendapatkan Sumarta. Kedatangannya mengejutkan laki-laki yang sedang berkhayal itu. Ketika ia memandang Daeng tampak olehnya wajah sahabatnya itu lain daripada biasa. Serem dan angker. Ia tak berani bertanya, agak lama Daeng Mapparuka baru bicara.
"Aku telah lakukan apa yang dapat kubuat. Semoga berhasil. Kakang harus membantu dengan menyebutkan namanya lepas tengah malam ini. Ingat Kang, harus khusuk,"


Kucing Suruhan Karya S B Chandra di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

kata Daeng. "Saya akan khusuk Kang. Dengan sebulat hati. Dan saya akan bayangkan terus wajahnya, dari mulai menyebut namanya sampai selesai. Tujuh ratus tujuh puluh kali," sahut Sumarta. Ia serius sekali.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Daeng menyerahkan kemenyan yang telah di-jampi-jampi itu. Sumarta menerimanya dengan dua belah tangan, bagaikan seorang rakyat kecil menerima bingkisan dari seorang pejabat tinggi yang berkenan mengunjunginya.
"Budi Daeng betul-betul tak dapat saya balas!"
"Jangan berkata begitu. Kita hidup ini untuk saling menolong menurut kekuatan dan kebolehan masing-masing.
Ini hari saya berbuat sedikit untuk Kang Sumarta, barangkali besok saya memerlukan bantuan besar dari Kakang. Makanya hidup tak boleh melupakan hari-hari yang akan datang, yang belum kita ketahui apa yang akan terjadi. Kita pun tak boleh melupakan hari-hari yang sudah berlalu yang telah memberi banyak pengalaman dan pelajaran bagi kita. Kegembiraan dan kepahitan dalam hidup semua ada hikmahnya," kata Daeng.
Sumarta yang merasa berhadapan dengan seorang yang lebih pandai dari dia, mendengarkan dengan penuh perhatian dan semua kata-kata dukun dan guru itu diresapkannya ke dalam hati.
"Lakukan selepas tengah malam. Jadi harus setelah jam dua belas nanti," pesan Daeng lalu ia bergerak hendak pergi.
"Setelah itu, kemenyan itu saya apakan Daeng?" tanya Sumarta.
"Nanti kuterangkan setelah Kakang sebut namanya. Jam 02.00 nanti saat yang paling baik untuk mengirimnya," kata Daeng.
Sumarta tidak bertanya lagi. Takut pula dia jadi salah kalau terlalu banyak tanya. Ia menantikan jam 12.00 yang rasanya tak akan kunjung tiba. Dalam pada itu mulai latihan menyebut nama Juli.
*** LEWAT sedikit tengah malam Sumarta meng-khusukkan diri. Kucingnya tidur di sebelah tempat ia duduk bersila.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Setelah mengkhusukkan diri dan membayangkan wajah pujaan hati, ia mulai menyebut. Digunakannya buah kacang kedelai yang sudah ditaruhnya di dalam sebuah kaleng, banyaknya seratus. Tiap selesai seratus kali menyebut ia memasukkan kacang itu ke dalam kaleng dan menghitung lagi. Karena ia benar-benar berhajat, hitungan itu tidak terasa meletihkan atau menjemukan.
Setelah hitungannya sampai tujuh ratus, ia meneruskan dengan jari. Sebanyak tujuh puluh kali. Akhirnya ia selesai.
Hatinya berasa lega. Walaupun dia tidak melihat, bahwa selama ia menyebut nama itu, Christine Julianti Subandrio jadi gelisah di dalam tidurnya. Pengaruh sebutan nama dengan sepenuh konsentrasi, disertai kemenyan yang sudah dijampi rasanya bukan hanya lumayan. Orang yang punya diri akan gelisah tanpa mengetahui apa sebabnya.
TAK lama setelah Sumarta selesai menyebut, Daeng Mapparuka pun sudah datang. Ia mengetuk pintu tanpa ragu-ragu dan berkata: "Kakang kan sudah selesai!"
"Ya!" kata Sumarta sambil bangkit membukakan pintu.
Dalam hati ia bertanya heran bagaimana Daeng tahu persis bahwa ia telah selesai. Kekagumannya terhadap orang itu jadi tambah besar. Orang ini benar-benar berisi, katanya pada diri sendiri. Daeng duduk di hadapan Sumarta.
"Bagus Kakang telah melakukannya dengan khusuk. Dia pasti gelisah. Sekarang giliran Sati membantu Kakang."
"Sati" Bantuan bagaimana?" Sumarta heran.
"Sati dapat disuruh," kata Daeng.
"Itu kan cuma soal-soal yang kecil. Seperti jaga barang dagangan. Itu memang sudah terbukti. Pernah disuruh mencari anak tikus putih dan ayam berkaki satu. Tapi dalam soal ini, apa yang dapat dilakukannya?"
"Sati dapat mengerjakan semua perintah Kakang!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Apa iya dalam hal Juli ini dia juga dapat membantu?"
tanya Sumarta. "Bantuannya yang paling menentukan. Dan dia akan dapat melaksanakannya. Kakang suruh Sati menanam kedua potong kemenyan ini pada dua pojok rumah Juli. Jadi, diluar rumah, tapi harus pada dua sudut," kata Daeng memberi instruksi.
Sati yang hadir bersama mereka, mengeong dan menggesek-gesekkan tubuhnya pada Sumarta. Tanda kasih.
Lalu ia mengeong lagi.
"Sati, dapatkah kau menolongku sayang?" tanya Sumarta.
Kucing ajaib mengangguk. Seperti manusia saja.
"Kalau begitu, kau tolong tanam kedua potong kemenyan ini di sudut rumah Juli. Jangan kelihatan orang Sati. Kelak perempuan itu yang akan mengurus kau. Memberimu makan dan minum. Dia juga akan memanjakan kau, karena dia sayang sekali padamu!"
"Tak akan ada orang yang melihat, ini sudah lebih jam dua.
Sudah menjelang dini hari. Lagi pula siapa yang akan curiga pada seekor kucing. Kucing tak peduli jam kalau ia mau berjalan," kata Daeng.
Sumarta memberikan kedua potong kemenyan tadi kepada Sati. Kucing itu menerimanya dengan mulut. Gigi-giginya dapat memegang benda itu. Patuh pada perintah majikannya, ia kemudian pergi.
Dan anehnya kucing itu tahu ke mana dia harus pergi, walaupun tadinya dia belum pernah pergi ke rumah Christine Julianty.
Dia tiba di muka pagar yang tertutup rapat. Dari celah-celahnya ia melihat, bahwa di bagian dalam tidak ada rumah jaga seperti yang dijumpainya di pekarangan rumah Jaya Wijaya beberapa waktu yang lalu. Ia dengan mudah masuk dari celah-celah jeruji yang terbuat dari besi. Tanpa ragu-ragu
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
ia langsung menuju ke suatu sudut rumah bagian depan.
Pojok sebelah kanan. Ia menoleh ke kiri dan kanan, seperti orang ya lg sangat berhati-hati dalam menjalankan tugas rahasia. Kemudian ia menggali kubang dengan kaki depan kanan. Tak perlu dalam. Dia tahu. Yang perlu kemenyan itu tertanam, tak tampak oleh siapa pun. Bekas galian, ditutupnya kembali. Rapi.
Dari sana ia pergi ke sudut belakang, kini yang sebelah kiri, bila dilihat dari depan rumah. Seperti di sudut depan tadi, kemenyan itu juga ditanamnya dengan baik. Setelah itu ia tinggalkan. Tidak diketahuinya, bahwa ketika ia pergi dari sana, Christine Julianti bermimpi. Membeli buah di tempat Sumarta dan ngomong-ngomong dengan dia. Tampak olehnya penjual buah itu tanpa kopiah. Tidak seperti biasanya.
Ketika Sati tiba kembali di rumahnya, Sumarta langsung mengangkat dan menggendongnya. Ditanyanya apakah Sati sudah mengerjakan pesannya.
Sati mengeong lalu mengangguk. Sumarta memandang Daeng, yang tersenyum tanda turut senang.
"Juli sedang memimpikan Kakang," katanya.
"Ah, masa iya," kata Sumarta. Dalam hati dia girang sekali.
*** DUA BELAS BAGI Sumarta, menanti hari siang bagaikan akan menunggu seratus hari, begitu tak sabar rasanya hati mau melihat bagaimana hasil nama yang disebut dan kemenyan yang ditanam. Matanya tak mau terpejam. Ia gelisah, bukan hanya memikirkan hari esok, tetapi hari-hari berikutnya yang akan menjadi bulan dan tahun. Ia bayangkan, apa yang harus dilakukannya kalau Juli sudah menyatakan cinta padanya.
Apakah terus jualan buah seperti sekarang, padahal isteri
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
berasal dari keluarga terpelajar dan kaya pula. Tidak mungkin.
Dia akan malu pada mertua dan ipar-iparnya. Mereka akan mengatakan, bahwa dia tak tahu diri dan bahwa Juli bisa jatuh cinta padanya tentu karena diguna-gunai. Wah, kalau sampai begitu ia akan malu, terlalu malu. Mendapat seorang wanita melalui guna-guna bukan hanya tidak terpuji tetapi sangat busuk bagi pandangan orang lain. Tetapi ketika akhirnya hari mulai terang, ia tekan perasaan yang mengganggu itu. Hah, kenapa mesti memikirkan masa depan. Juli nya saja belum di tangan.
MELIHAT Jaya Wjjaya masih saja terbaring di rumah sakit dengan mulutnya selalu mangap-mangap dan kadang-kadang tertawa tanpa sebab, dr Anton yang ingin berbuat baik untuk Lydia Savatsila berdaya upaya menghubungi kawannya yang pernah mendengar tentang dukun muda erwin. Melalui beberapa orang yang diduga bisa menemui dukun itu, telah dikeluarkannya cukup banyak biaya, tetapi tidak berhasil.
Tetapi pada suatu hari, ketika ia sedang duduk-duduk minum teh sore, sambil memikirkan bagaimana caranya menemui Erwin untuk dibawa ke Lydia, pembantu rumahnya memberi tahu bahwa ada seorang kampung hendak bertemu dengan dia.
"Membawa orang sakit?" tanyanya karena merasa terganggu. Itu hari Sabtu dia tidak buka praktek. Dia ingin istirahat. Dia mau berdaya upaya mencari dukun yang dikatakan sangat hebat dan kabarnya punya harimau dan bisa pula jadi harimau. Rasanya tak masuk akalnya, tetapi dia bukan tidak percaya.
"Tidak Tuan, datang sendiri," kata Jajang yang pembantu itu.
"Orang kampung. Tanya dia, kalau mau minta kerja, tidak ada pekerjaan. Tetapi kalau kelihatan butuh pertolongan kasih dia lima ratus perak" kata Anton. Biarpun tidak bisa dikatakan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
halus budi bahasa, tetapi dia bukan orang pelit. Mau membantu sesama manusia.
"Tak lama antaranya Jajang kembali lagi, mengatakan, bahwa orang itu tidak minta pekerjaan dan juga tidak minta bantuan.
"Dia tanya apakah Tuan masih mencari Erwin?" kata Jajang.
Dokter Anton bagaikan disengat kalajengking. Kaget. Dia mendadak menyesal, mengapa tadi dia tidak bicara sendiri.
Jangan-jangan orang ini yang bisa menghubungkan dia dengan dukun yang manusia harimau itu. Ia buru-buru keluar mempersilakan orang kampung yang sudah ditanyai Jajang dalam beberapa persoalan, masuk ke rumah depan yang biasanya hanya untuk menerima kawan-kawannya atau tamu yang pantas dihormati. Tidak untuk seorang kampung. Tetapi karena orang kampung yang satu ini barangkali bisa membantu dia untuk bertemu dengan Erwin dan membuka jalan baginya untuk berhubungan dekat dengan Lydia yang sudah melekat dalam benak dan hatinya, maka ia dapat suatu kehormatan untuk diterima di sana.
Dokter Anton mengulurkan tangan, karena ia yakin orang kampung itu tak akan berani menyalam dia. Tidak layak.
Tamu itu memandang si dokter yang masih bujangan.
Kedua pasang mata bertemu, dokter memandang ke lantai.
Tidak enak atau tidak kuat bertentangan dengan mata tamunya. Tanpa sebab jantungnya berdebar.
"Silakan duduk pak," kata dr Anton.
Tamu itu duduk. Anton menunggu dia bicara, tetapi tamu itu diam saja. Mereka agak gelisah, dr Anton masuk dan membentak Jajang:
"Kenapa tidak dikeluarkan minuman dan roti kaleng"
Jangan yang sudah dipakai. Buka saja Butter Cookies yang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
baru, bawa juice appel. Tapi taroh juga teh susu panas, biar dia pilih mana yang dia suka."
Jajang jadi heran mendengar perintah layanan yang tidak biasa itu. Kok orang kampung disuguhi biskuit mahal dan juice. Ditambah teh susu panas lagi. Tapi perintah dilaksanakan dengan aneka pertanyaan di dalam hati.
"Silakan minum Pak. Mau yang panas atau yang dingin.
Biskuitnya cuma ada itu," kata dr Anton bagaikan tuan rumah yang merendahkan diri pada tamu yang sangat dihormati.
Tamu itu pun heran, mengapa ia mendapat sambutan dan pelayanan begitu istimewa.
"Boleh saya bertanya?" tanya dr Anton.
Tanpa mengatakan iya atau tidak, tamu itu berkata:
"Apakah tuan dokter masih mencari orang yang bernama Erwin itu?"
"Ya, dari mana Bapak tahu, bahwa saya mencari dia?"
"Oh, saya dengar-dengar begitu. Tuan masih ingin bertemu dengan dia?"
"Ya, ingin sekali! Bapak dapat menolong saya. Semua ongkos bapak akan saya tanggung dan tentu saya tidak akan melupakan pertolongan bapak begitu saja," kata dr Anton meyakinkan tamunya.
"Apa perlunya?" tanya si tamu.
"Saya mau minta bantuannya. Saya dengar dia dukun hebat!"
"Ah, itu dilebih-lebihkan orang. Ia orang biasa saja!"
"Bapak mengecilkan dia. Apakah bapak akrab dengan dia sampai berani mengatakan bahwa ia tidak cukup hebat!" Ia mengangap tamu itu besar omong, berani menilai cerita orang berlebih-lebihan.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Maukah bapak mempertemukan saya dengan dia?"
Tamu itu diam, seperti orang yang bimbang akan mengatakan mau atau tidak.
"Bapak mau menolong?" tanya dr Anton penuh harap.
"Ya, bolehlah."
"Kapan kita pergi" Sekarang, biar saya ganti baju."
"Pergi ke mana?"
"Menemui dukun Erwin itu," kata dr Anton hendak berdiri.
"Tak usah pergi. Dia sudah ada di sini," kata tamu itu.
"O bapak sudah membawanya ke mari" Maukah dia datang ke tempat saya ini. Mau bapak menolong panggilkan?" dr Anton girang.
Rupanya tamu itu sudah membawa si dukun. Di mana dia suruhnya menunggu. Barangkali tamu ini segan membawanya langsung, takut kalau-kalau dokter itu sudah tidak membutuhkannya.
Tamu itu memandang heran. Rupanya dokter itu belum mengerti atau tidak menduga. Maka ia berkata:
"Dia sudah ada di sini tuan. Sayalah Erwin yang kata orang dukun. Itu makanya saya katakan, orang melebih-lebihkan tentang diri saya!"
Astagfirullah, ini orangnya. Dr Anton jadi malu. Pada tamunya dan pada dirinya sendiri. Dia merasa dirinya agak tolol.
"Maafkan saya," kata dr Anton. "Bapak tidak mengatakannya dari tadi."
"Tuan tidak bertanya," kata Erwin.
Dokter Anton kini menyadari, bahwa sejak matanya tak kuat menentang mata tamu itu dan jantungnya tadi berdebar,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mestinya dia sudah menduga bahwa tamu ini bukan orang sembarangan.
"Saya sangat memerlukan bantuan bapak," kata dr Anton.
"Panggil saya Erwin saja," kata Erwin, seperti biasa tak suka dipanggil bapak.
Dokter itu terkesan oleh kerendahan hati dukun itu.
Orangnya sederhana sekali, tidak kelihatan seperti dukun dan dia suka merendahkan diri. Ciri-ciri khas bagi seseorang yang benar-benar berilmu tinggi. Yang omong besar biasanya yang kepalang tanggung atau palsu.
"Baiklah kalau begitu keinginan Sdr Erwin. Saya punya seorang pasien di rumah sakit. Sudah lebih dua bulan tak bisa sembuh. Sudah lebih dari lima orang dokter menangani. Tak ada yang berhasil," kata dr Anton.
"Aneh, penyakit apa itu?" tanya Erwin.
Dokter menerangkan, bahwa mereka tidak dapat menentukan penyakit apa, walaupun sudah dilakukan berbagai cara pemeriksaan. Dari pemeriksaan laboratorium sampai ke berbagai macam pembuatan- photo dada dan perutnya. Dia menceritakan apa saja kebiasaan Jaya Wijaya selama sakit. Akhirnya dr Anton berkata, bahwa menurut isterinya, asal mula penyakit itu dari gigitan kucing di dalam gelap!
Erwin heran, bagaimana kucing saja bisa menggigit sampai membawa akibat yang begitu fatal. Dr Anton hanya dapat menceritakan, bahwa menurut isterinya kucing itu secara tak dapat dijelaskan sudah berada di kamar tidur, padahal semua pintu rumah, apalagi pintu kamar tidur dikunci rapat. Saya juga bertanya tanpa bisa menjawab, bagaimana seekor kucing bisa menerobos rumah yang semuanya ditutup.
"Tuan percaya kalau saya bercerita sedikit" Ah, kalau tuan tidak percaya, juga tak apa," kata Erwin tanpa menunggu
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
jawaban dari dr Anton. "Di dunia ini bisa terjadi macam-macam keajaiban yang tak masuk akal. Ada orang-orang pandai yang dapat memerintahkan hewan, mulai dari semut sampai hewan-hewan buas untuk melaksanakan perintah mereka. Kekuatan ilmu orang-orang itu bisa membuat hewan atau binatang piaraannya masuk ke mana saja. Ilmu itu tak dapat dibentangkan dengan hukum akal."
Dr Anton takjub sekali. "Luar biasa," katanya.
"Barangkali kucing itu suruhan seseorang," kata Erwin.
Pada saat itu ia sudah menyadari, bahwa kucing adalah nenek harimau. Tetapi manusia kucing, kalau ada, bukan nenek manusia harimau.
"Sdr Erwin mau tolong menyembuhkannya?" tanya dr Anton.
"Apa hubungan dokter dengan orang sakit itu"
Bersaudara?"
Dr Anton terdiam. Dalam hati malu. Ia mau bersusah payah menghubungi Erwin bukan karena orang yang sakit, tetapi karena diam-diam jatuh hati pada wanita yang dikatakan isterinya. Dia sendiri kurang percaya, bahwa wanita muda cantik dari Muangthai itu isteri Cina yang berpenyakit aneh itu.
"Ah, bukan bersaudara," kata dr Anton.
"Apa kata isterinya?" mendadak Erwin bertanya. Suatu pertanyaan yang sama sekali tak diduga-duga oleh dokter itu.
Dia berdebar, mengapa dukun ini menanyakan isteri si sakit"
"Isterinya yang mengatakan dia digigit kucing."
"Wanita itu cantik ya," kata Erwin membuat dokter itu tambah tidak enak. Apakah dia juga tahu, bahwa ia sudah jatuh hati pada Lydia"
"Mau Saudara tolong menyembuhkannya?" tanya dr Anton lagi.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Saya tidak bisa menyembuhkan. Itu di luar kekuasaan saya."
"Saudara tidak bersedia?"
Erwin mengatakan, bahwa ia akan memberi kabar. Tetapi bukan menyembuhkan, berusaha menormalkannya. Berhasil atau tidak, akan sembuh atau tidak, Tuhan yang menentukan, katanya. Sekali lagi dr Anton kagum atas keberhati-hatian dukun itu dalam bicara. Ia tidak mau sesumbar, takbur. Ia tidak mau mendahului Tuhan.
Pada saat itu Erwin merasa bahwa dirinya akan mengharimau. Tanda-tanda itu tak pernah dusta. Sudah berpuluh kali dirasakannya. Sekian puluh kali ia berubah jadi harimau. Tak pilih tempat. Tak pilih waktu. Dan dia tak mampu menolak, kalau perubahan itu mau datang. Jalan satu-satunya melarikan diri dan bersembunyi supaya jangan sampai dilihat orang banyak. Ia teringat, di Surabaya ia pernah mendadak jadi harimau di suatu pabrik rokok kretek, menimbulkan kegemparan tetapi diselamatkan oleh kemampuannya membuat dirinya tidak kelihatan setelah ia keluar dari pabrik itu.
"Boleh saya meminjam kamar dokter yang tidak terpakai?"
tanya Erwin. Dia sudah gugup. Tak sempat lagi melarikan diri. Sebab dia tidak dapat secara mendadak dapat membuat dirinya tak kelihatan.
Dokter yang percaya akan ketinggian ilmu orang muda itu tanpa ragu-ragu menunjukkan kamar tempat bibliotheeknya.
Tanpa bilang apa-apa lagi Erwin masuk dan mengunci diri.
Dokter itu jadi heran. Tamunya yang sangat sopan santun itu mendadak berubah sifat bagaikan orang yang terburu-buru dan ingin menguncikan diri. Tetapi mulutnya tidak bisa bertanya mengapa Erwin memerlukan kamar. Kemudian datang ingin tahunya. Apa yang hendak dilakukan dukun itu di
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dalam kamar tertutup" Dia belum melihat bagaimana keadaan orang sakit yang diceritakan dr Anton.
*** BEBERAPA detik saja setelah mengunci pintu, perubahan atas diri Erwin datang, seluruh badannya sudah jadi harimau.
Hanya kepalanya yang tidak. Dalam hal-hal yang begini ia menangisi nasib, tanpa dapat merubah nasib itu. Mengapa harus terjadi di rumah seorang dokter yang baru kali itu dikenalnya. Betapa tidak sopannya ia, buru-buru masuk lalu mengunci pintu. Ia mohon supaya segera menjadi manusia biasa kembali. Tetapi harapannya tidak terkabul. Mukanya berkeringat hingga bercucuran ke karpet di lantai. Dia merebahkan diri, letih dan malu.
Dr Anton tambah ingin tahu, apa yang sedang terjadi.
*** TIGA BELAS DIDORONG oleh ingin tahu, akhirnya dokter itu tak dapat menahan diri. Diintipnya dari lobang kunci. Tidak dapat melihat ke dalam karena anak kunci tersumbat di situ. Ia berpikir bagaimana caranya mengetahui apa yang sedang terjadi. Andaikata dukun itu mati di dalam, dia akan terpaksa dimintai Polisi keterangan. Jangan-jangan dituduh sebagai pembunuh. Terpikir olehnya untuk memanggil Jajang. Mau disuruh melihat dari kaca di atas pintu. Untuk itu harus mempergunakan tangga. Kalau waktu Jajang di tangga, Erwin membuka pintu, maka akan tampak olehnya bahwa ia diintip.
Tidak baik. Maksud itu diurungkannya.
Dalam keadaan letih si manusia harimau tanpa sadar tertidur. Dan dalam tidurnya ia mendengkur. Terdengar oleh dr Anton yang memasang telinga di daun pintu. Bukan dengkur biasa. Bukan hanya suaranya besar, tetapi seperti
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
satu sentakan. Semacam sergahan binatang, harimau. Ia ingat pernah mendengar suara semacam itu ketika ia mengunjungi kebun binatang beberapa waktu yang lalu.
Harimau. Pikiran itu terlintas dalam hatinya. Apakah dia menjadi harimau" Apakah dia sedang bicara dengan harimau yang kata orang jadi piaraannya"
Jantung dr Anton berdebar keras, rasanya terdengar ke telinganya. Apa yang harus dilakukannya" Meninggalkan rumah, sehingga dukun itu nanti dengan sendirinya pulang.
Tetapi, bukankah ia yang sangat ingin bertemu karena membutuhkan pertolongannya. Kalau sekarang ditinggal, bukan saja tidak sopan, tetapi bisa membangkitkan amarah dukun itu. Dan kalau ia sampai marah, barangkali bisa berbahaya. Dia pernah mendengar dari kenalannya, bahwa harimau yang katanya jadi-jadian itu tidak akan mengganggu orang yang tidak menyusahkan atau membenci dirinya.
Dr Anton merasa keringat yang sejak tadi keluar telah membasahi bajunya. Takut" Kalau ditanyakan padanya dia akan terus terang mengaku, bahwa dia takut. Walaupun manusia harimau itu tidak akan menyusahkannya. Kemudian ia duduk di kursi yang tadi ditempatinya ketika berhadapan dengan dukun Erwin. Menurut pertimbangannya, itulah yang terbaik.
Manusia harimau yang tertidur tidak merasa, bahwa ia telah kembali jadi manusia. Beberapa saat kemudian baru dia terbangun, kaget, berpikir sudah berapa lama dia di kamar itu.
Badannya bersimbah peluh.
Pelan-pelan ia bangkit, menenangkan hatinya, lalu pelan-pelan memutar kunci. Dr Anton mendadak jadi pucat. Apa yang akan keluar dari kamar itu" Manusia ataukah manusia harimau" Dengan segenap usaha diberanikannya menanti.
Hatinya menjadi agak lega, karena yang keluar adalah Erwin yang tadi ngomong-ngomong dengan dia. Hanya kini kelihatan dia letih dan basah oleh keringat, sebasah dirinya sendiri.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Maafkan saya telah menyusahkan dokter. Meminjam kamar lagi," kata Erwin. Ia melihat bahwa tuan rumah itu gugup dan berkeringat seperti dia sendiri. Tentu karena terkejut dan menahan takut, pikirnya.
"Oh tidak mengapa. Kalau suka Sdr Erwin dapat menginap di rumah ini. Saya merasa beruntung sekali dapat berkenalan dengan saudara," kata dr Anton bijaksana.
Erwin senang melihat tuan rumah bisa mengendalikan diri seolah-olah tidak terjadi suatu apa pun yang aneh.
Tanpa dipersilakan, Erwin duduk di tempatnya tadi.
"Saya telah menyebabkan dokter terkejut dan tertanya-tanya. Saya menyesal, tetapi begitulah saya. Dokter memaafkan saya?" tanya Erwin.
"Tentu, apalagi saya tidak apa-apa.. Seperti saya katakan, saya senang dapat berkenalan dengan saudara Erwin."
"Dokter baik sekali. Kalau saya dapat menolong, pasti akan saya tolong. Tetapi izinkanlah saya bertanya pada ayah saya dulu!" kata Erwin terlanjur menerangkan yang sebenarnya.
Dia memang mau bertanya dulu pada ayahnya.
"Saudara tinggal bersama ayah saudara?"
Tak dapat bohong, ia mengatakan "tidak."
"Sudah berapa umur beliau?" Dokter itu bertanya sekedar sebagai penghormatan dan juga agar pembicaraan jangan jadi kaku.
Erwin menarik napas. "Ayah saya sudah tiada, tetapi saya kadang-kadang bertemu dengan ayah. Saya sangat sayang pada beliau."
Dokter Anton merasa heran tetapi tidak bertanya, kenapa bisa begitu. Ia menduga bahwa inilah salah satu yang dinamakan keajaiban dalam ilmu gaib, tak dapat diuraikan dengan hukum akal. Oleh tiadanya pertanyaan itu Erwin
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
semakin tahu bahwa dokter ini orang yang arif dan sopan.
Kalau ditanya Erwin akan sulit menerangkan.
"Boleh saya pulang" Sehari dua lagi akan saya beri kabar,"
kata Erwin. "Nanti sebentar," kata dr Anton dan ia masuk.
Ketika ia kembali mendapatkan Erwin, ia memegang tangan Erwin, ingin secara sopan memasukkan dua lembar sepuluh ribu yang sudah dilipatnya ke dalam tangan itu. Tapi Erwin mengepalkan tangannya, sehingga dokter itu jadi gugup dan agak malu.
"Apa ini?" tanya Erwin.
"Sekedar biaya kendaraan. Saya yang memerlukan saudara. Wajar kalau saya memberi ongkos." Tetapi Erwin menolak dengan halus.
"Saya datang atas kehendak sendiri. Kan tidak dokter panggil. Rupanya saya bertemu dengan seorang dokter yang sangat baik hati. Keinginan hati dokter akan tercapai, saya mendoakan. Ia juga senang pada dokter," lalu Erwin pergi tanpa menunggu pertanyaan dr Anton yang pasti akan bertanya.
Dokter bujangan itu jadi malu walaupun Erwin bicara dengan kata-kata terselubung. Keinginan hatinya akan tercapai. Tahukah dukun itu apa keinginan hatinya" Dia telah jatuh hati pada Lydia yang orang Muangthai itu, tetapi beberapa bulan yang lalu dia juga pernah bersahabat akrab dengan seorang gadis yang semula diharapkan akan menjadi teman hidupnya. Dukun tadi mengatakan keinginannya akan tercapai. Keinginan yang mana" Lydia atau Rahmi" Tetapi, bagaimanapun, kata-kata dukun itu menyenangkan hati.
Orang ajaib itu tadi berkata, bahwa "ia" juga senang pada dokter. Kalau Rahmi, bukan senang lagi, tetapi sudah memadu kasih dengannya. Yang dimaksudnya juga senang itu tentunya Lydia. Hebat betul orang itu, katanya di dalam hati.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dengan hati penuh harapan itulah ia masuk ke kamar perpustakaannya. Ia memperhatikan ke sekeliling, tidak ada perubahan. Tetapi kakinya yang telanjang merasa bahwa di suatu bagian karpetnya agak basah. Ia jongkok dan memperhatikan dengan seksama. Ia jadi kaget juga. Betapa tidak. Ia menemukan beberapa helai bulu. Dinyatakannya lampu, diperhatikannya dekat-dekat. Bulu harimau. Dia tidak keliru, ini bulu harimau. Rupanya tadi dukun itu memanggil harimaunya. Tetapi dari mana masuknya" Seperti kucing yang diceritakan Lydia, bisa masuk ke kamar terkunci. Tentu harimau ini pun bisa dipanggil dukun itu dan dengan ilmu gaibnya, binatang itu menghadap dia. Ataukah dukun itu sendiri tadi berubah menjadi harimau dan kemudian menjadi manusia kembali.
Apa pun yang telah terjadi di kamar itu, pokoknya segala peristiwa itu merupakan sesuatu yang baru baginya dan sangat menarik, walaupun ia tadi dihantui rasa takut. Ia telah mengalami sendiri suatu kenyataan yang amat sensasionil, yang tak kan pernah ditemukan dokter-dokter lain. Dan kenyataan yang amat ajaib ini masih akan ada lanjutnya.
Bukankah dukun itu akan bertemu dulu dengan ayahnya yang katanya telah tiada dan kemudian akan memberi kabar"
Bagaimana ia dapat bertemu dengan ayahnya itu! Ia jadi ingin tahu, dari kota mana dukun itu berasal dan kapan ayahnya tutup usia, lalu di mana dikebumikan" Betapa besar hasrat dr Anton untuk dapat berkenalan lebih dekat dengan dukun penuh misteri itu dan kalau bisa bersahabat dengannya. Tapi apakah mau seorang dukun yang mempunyai ilmu gaib begitu tinggi berkawan dengan seorang biasa semacam dia" Dokter Anton jadi merasa dirinya kecil. Apa yang diketahuinya hanya ilmu dari sekolah dan universitas. Siapa pun bisa jadi dokter kalau bersekolah untuk itu. Tetapi ilmu gaib yang sehebat milik dukun Erwin, di mana bisa didapat" Tidak ada sekolah setinggi langit pun yang mengajarkan ilmu itu. Bukankah benar dokter jadi kecil artinya, kalau penyakit yang tak
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tersembuhkan oleh dokter dapat disembuhkan oleh seorang dukun seperti Erwin. Sebelum bertemu, ia telah mendengar beberapa cerita tentang kepintaran dukun itu dalam pengobatan. Itulah sebabnya dia menduga bahwa dukun itu tentu akan dapat pula menyembuhkan penyakit aneh Jaya Wijaya yang tidak dapat diatasi sekian banyak dokter. Oh, betapa beruntung dirinya dapat bertemu dengan orang itu. la menyangka, bahwa dukun ajaib itu, walaupun muda, tentu berwajah serem dengan mata berapi-api, berjanggut lebat dan telinga ke telinga tetapi tidak bermisai. Disangkanya pula dukun itu berjubah hitam kepalanya dililit dengan semacam sorban. Entah mengapa dia mengkhayalkan dukun itu penuh kesereman. Mungkin karena cerita-cerita yang terlalu hebat mengenai dirinya. Eee, tidak tahunya orang yang jadi bisikan dan diam-diam ditakuti orang itu, tak lain dari pada manusia biasa, masih muda dengan segala kesederhanaan dan kerendahan hati. Tapi ilmunya, punya harimau lagi, bisa mengatakan bahwa keinginannya akan tercapai dan orang yang diincernya itu juga senang pada dia.
Dia akan rahasiakan pengalamannya. Nanti dia ditertawakan rekan-rekannya yang sok terlalu modern, tidak percaya pada dukun. Atau kalau ada yang percaya akan minta diajak turut berkenalan dengan dukun Erwin. Huh mana bisa, urusannya sendiri pun belum beres. Dokter itu merasa dirinya sangat beruntung.
*** SEPERTI diatur, padahal sebenarnya hanya suatu kebetulan, pada saat Erwin mengunjungi dr Anton, Christine Julianty sedang berbelanja di tempat Sumarta berdagang buah. Hatinya berdebar, apa yang akan terjadi" Wanita muda yang kaya itu pun merasa dirinya lain dari biasanya. Apakah karena mimpinya kemarin malam. Dia lihat Sumarta hari itu tidak memakai kopiah, jadi serupa dengan yang di dalam mimpinya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Abang lain hari ini," kata Juli seenaknya.
"Tidak pakai kopiah begini abang jadi kelihatan lebih keren!" Mendengar ini muka Sumarta memerah, karena malu dan gugup. Mestinya ia girang, bukankah itu pertanda bahwa kemenyan sudah bekerja! Tetapi dasarnya ia berjiwa kecil, ia tetap saja merasa minder menghadapi wanita itu. Rasa rendah diri inilah yang membuat dia jadi kikuk. Jatuh cinta sama orang yang tidak seimbang, rupanya betul-betul sangat menyusahkan.
Untuk pertama kali wanita itu bertanya, siapa nama kucing Sumarta yang selalu setia menunggui buah-buahan majikannya.
"Sati non," jawab Sumarta.
"Kelihatannya pinter dan ngerti. Sama abang tentu penurut, ya," kata Juli. Juga seenaknya saja. Dia tidak tahu bahwa beberapa potong kata itu membuat Sumarta berdebar dan tambah malu. Apakah dia tahu, bahwa kucing ini disuruh menanam kemenyan, makanya dia berkata Sati penurut.
Untunglah Juli tidak menambah pertanyaan. Setelah membayar dia pulang. Dalam hati Sumarta ingin menolak pembayaran, tetapi syukur dia masih bisa berpikir wajar, bahwa perbuatan begitu akan mencurigakan Juli. Apa-apaan dia yang cuma jual buah mau memberi gratis kepada seorang perempuan kaya!
Setibanya di rumah petang itu, Sumarta langsung menceritakan pengalamannya sehari itu.
"Aduh Daeng, betul-betul mujarab. Tapi saya yang jadi bingung. Tidak sari-sarinya kok tadi dia mengatakan Sati pinter dan tentu penurut! Apa kira-kira dia tahu Daeng?"
"Mana mungkin. Dia ingin lebih mengenal Kakang. Dia bicara tentang Sati karena dia tahu
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kakang sayang sekali sama Sati. Dia bilang Kakang jadi lebih keren, itu memang benar. Tapi kalau bukan karena hatinya pun sudah semakin tergoda, dia tidak akan berani bicara begitu," kata Daeng dan Sumarta dapat memahaminya.
Sumarta lalu mengatakan, bahwa dia sekarang jadi susah memikirkan bagaimana menghadapi Juli kalau sampai dia setuju berumah tangga dengannya.
"Itu kan gampang Kang. Kakang persiapkan diri untuk itu.
Bikin usaha lebih besar. Ambil toko, jual buah-buahan luar negeri, seperti anggur, appel, peer, jeruk Taiwan dan lain-lainnya. Buah dalam negeri Kakang jual yang kelas satu saja.
Kakang juga sekalian dagang minuman dan makanan dalam kaleng. Kalau sudah begitu Kakang kan tidak kikuk dan Juli juga tidak perlu malu bersuamikan Kakang. Kakang bukan abang-abang lagi tetapi sudah jadi tauke besar. Semacam cukonglah begitu," tukas Daeng Mapparuka.
Sumarta tertawa. "Daeng sih cuma enak nga-rang. Dari mana saya mau dapat modal. Kudu ngebongkar bank dulu.
Ujungnya bukan mendapat Juli tetapi nginep di belakang trali.
Amit-amit jabang bayi, Daeng. Lebih baik mati laper dari pada jadi garong!"
"Kakang keliru. Kalau Kakang sampai mau berbuat jahat, saya yang lebih dulu menjauhkan diri, memutuskan persaudaraan dengan kakang. Kakang dengan gampang bisa dapat modal yang tidak ada risikonya." Melihat Sumarta tidak percaya dan menganggapnya sebagai berkelakar, Daeng berkata lagi: "Sati bisa mengadakan uang untuk Kakang berapa saja. Dia akan senang sekali melakukan itu untuk Kakang. Karena Sati juga sangat sayang pada Kakang. Nanti saya kasih tahu caranya!"
*** EMPAT BELAS Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
SUMARTA yang tahu kucingnya sudah melakukan beberapa tugas atas perintahnya, dalam hal cari uang ini tidak segera percaya. Mau cari uang dari mana" Nyolong" Pergi ke rumah-rumah orang berduit dan mengambil geblokan-geblokan uang kertas sepuluh ribuan yang tiap gebloknya bernilai sejuta" Lalu dibawanya pulang. Seperti dia membawa kemenyan ke rumah Christine Ju-lianty. Kalau seratus kali mengambil di beberapa gedung atau toko, kan sudah seratus juta. Semua ini terbayang dalam pikiran Sumarta. Itu barangkali yang dimaksud Daeng dengan menyuruh Sati cari duit. Tapi itu kan bukan hanya cari tetapi juga curi! Dengan begitu dialah dalang pencurian. Tidak sudi, Sumarta tidak mau jadi pencuri atau terlibat dalam pencurian. Orang tuanya mengajarnya hidup jujur. Sampai saat itu dia jujur dan sampai akhir hayatnya dia mau terus jujur. Ada tempat yang indah di akhirat kelak bagi orang-orang yang jujur. Kesenangan akhirat akan abadi, sedangkan kesenangan dunia hanya sementara. Sudah disediakan neraka jahanam yang bersuhu sejuta derajat Celcius bagi orang-orang yang menikmati kesenangan duniawi melalui kecurangan.
"Tidak Daeng. Saya tidak bersedia menyuruh Sati mencuri, kalau sekiranya dia bisa mencuri uang ataupun perhiasan-perhiasan mahal untuk dijadikan uang. Saya tidak mau jadi dalang pencuri. Saya tidak mau dibakar api neraka!"
"Kang Sumarta, Kakang memang manusia terlalu baik.
Kalau banyak orang sejujur Kakang negara kita ini akan benar-benar makmur!" kata Daeng. "Sati tidak akan disuruh berbuat kejahatan."
Sumarta heran. Bagaimana Sati bisa disuruh cari kekayaan kalau bukan mencuri uangnya orang-orang dan cukong-cukong kaya. Ia tanya kepada Daeng.
"Ke pokoknya Kang! Itu Cina yang digigit Sati kan sampai sekarang masih tergeletak tidak berdaya. Belum ada dokter yang bisa menyembuhkan. Dan saya kira tidak ada dokter
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
spesialis apa pun yang akan bisa. Entahlah kalau ada dokter yang merangkap pengetahuan tinggi tentang ilmu mistik.
Penyakit Cina ini penyakit kualat. Kualat karena perbuatannya terhadap bangsa dan negara dan ditambah lagi dengan kesombongannya terhadap Kakang. Dia terlalu memandang hina kepada orang-orang macam kita. Dia selalu yakin, bahwa duitnya bisa mencapai apa saja yang jadi keinginannya. Orang yang sombong begitu sekali-sekali tentu akan ketemu batu yang membuat kakinya tersandung. Dalam hal Cina ini, batu itu adalah kucing Kakang!" kata Daeng membuat mukaddimah sebelum mengatakan cara jadi kaya melalui Sati.
"Ya, lalu apa yang bisa membuat kita jadi kaya," kata Sumarta dan Daeng merasa senang kawannya itu mempergunakan perkataan "kita." Artinya dia juga turut di dalam. Pada saat itu datang sesal di dalam hatinya, mengapa dia dulu sampai mencoba membunuh Sumarta.
"Kakang atau saya dapat menyembuhkan penyakit Cina itu.
Tetapi harus bersama Sati. Karena gigitannya yang menyebabkan dia jadi tidak normal!"
Sumarta mendadak menyela: "Apa orang yang jahat dan sombong semacam dia perlu ditolong, andaikata benar tidak dapat menyembuhkannya" Kan itu berarti menghidupkan kembali musuh yang sudah dilumpuhkan?"
Tenang Daeng Mapparuka berkata: "Sedangkan Tuhan selalu mau memberi ampun. Masa kita yang manusia, hamba Tuhan tidak mau memberi maaf. Orang jahat bisa jadi baik kalau ia sudah insyaf. Apalagi kalau sudah merasakan akibat kejahatannya! Kita sembuhkan dia. Tentu saja dengan bayaran tinggi. Jumlahnya harus bisa bikin kita jadi kaya,"
Daeng merasa dirinya merupakan partner Sumarta.
Setelah lama diam, Sumarta menyatakan persetujuan. Bagi Daeng hal itu menyebabkan dia merasa seakan-akan kekayaan sudah berada dalam tangan.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Nanti saya lihat hari yang baik untuk melangkah. Dalam urusan besar begitu hari dan jam melangkah dari rumah harus benar-benar diperhitungkan. Salah hari atau jam saja, maka maksud akan gagal," kata Daeng. Apa yang dikatakannya memang benar. Sama halnya dengan orang yang mau pindah rumah atau berjalan jauh ataupun memilih hari untuk melamar dan nikah. Pindah rumah akan menyebabkan keluarga selalu sakit, kalau salah memilih harinya. Berjalan jauh pada hari yang naas baginya akan membuat orang mendapat kecelakaan yang banyak ragamnya. Jika melamar pada hari dan saat yang keliru, lamaran akan ditolak atau bahkan disambut dengan penghinaan. Begitu juga halnya dengan pernikahan. Kalau nikah pada hari yang sebenarnya pantang atau sial bagi salah seorang di antara pengantin, maka rumah tangga mereka tidak akan pernah tenteram.
Kebahagiaan yang dicita-citakan akan hilang bersama hari-hari yang dilalui. Rezeki akan jauh. Yang menjadi sangat dekat hanya satu: keporak porandaan rumah tangga.
"Tentang hari, tentu terserah kepada Daeng. Saya tidak punya pengetahuan dalam memilih. Tetapi saya banyak mendengar tentang hari baik dan buruk itu," kata Sumarta.
*** SEBELUM Erwin kembali mengunjungi dr Anton untuk menyampaikan bagaimana hasil konsultasi dengan ayahnya, Erwin merasa tidak salah kalau pergi menemui Lydia Savatsila yang cantik itu. Sekedar membawa berita yang bisa memberi harapan. Kepastian tentu bisa. Tetapi yang bukan "hanya sekedar" adalah keinginannya mendekatkan hubungan dengan perempuan Thai itu.
Lydia merasa heran dengan kunjungan dr Anton. Dia belum pernah datang. Apakah akan memberitahukan kematian Jaya Wijaya" Mau menyampaikan sendiri secara bijaksana, agar Lydia jangan sampai terkejut. Jangan-jangan pingsan.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Setelah mempersilakan tamunya masuk, Lydia langsung bertanya, kabar buruk apakah yang dibawa dr Anton.
"Tidak ada kabar buruk Madam," kata dr Anton. Hatinya bergetar melihat Lydia dengan pakaian petang dari bahan halus dan tipis, membuat kulit dadanya jelas kelihatan. Bersih menggelorakan hati. Apalagi warnanya yang aplle green itu.


Kucing Suruhan Karya S B Chandra di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Pada saat itu tak terpikir oleh dr Anton, bahwa segala warna cocok untuk warna kulit dan potongan seindah Lydia.
Hati Lydia biasa-biasa saja. Tidak gembira dan tidak tergoncang. Baginya sebenarnya kematian Jaya Wijaya tidak akan menjadi masalah. Ia dikontrak dan semua uang kontrak sudah dibayar dimuka. Dia tidak pernah merasa cinta pada Cina itu. Tetapi dia tahu betul bahwa dia mempunyai kewajiban karena dirinya dibayar. Dan kewajiban itu dilaksanakannya sebaik mungkin. Dia berikan seluruh tubuh kasarnya tanpa ada pembatasan-pembatasan. Sampai pada suatu saat secara mendadak, tanpa ada pertanda-pertanda lebih dulu, Cina milyarwan itu menjadi tak berdaya. Bukan kehabisan uang. Dia kehilangan potensi seksuilnya. Dia jadi impoten.
Setelah mengalami cidera yang lahiriah tidak kelihatan, Jaya Wijaya menjadi manusia lain. Nafsu birahi yang sudah tak dapat disalurkan secara wajar tetapi selalu membara di dalam dirinya harus diredakan dengan cara-cara baru. Yang tidak normal bagi manusia normal. Lydia harus menyediakan diri untuk itu. Dia harus kerjakan keinginan Wijaya dengan batin yang amat tertekan. Bukan jiwanya tidak berontak.
Tetapi dia tidak dapat berbuat lain daripada mematuhi kehendak lelaki itu. Ia tahu betapa besar kekuasaan Wijaya, walaupun dia hanya pedagang swasta. Banyak orang bersedia melakukan segala perintahnya, seolah-olah dia seorang majikan yang baik dan pantas dipatuhi serta disegani. Mereka ini bukan tidak tahu apa artinya gengsi, harga diri dan martabat manusia apalagi kalau mereka mempunyai
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kedudukan terhormat dan terpandang di mata masyarakat.
Uang Wijaya telah menghanyutkan rasa malu yang tadinya ada, walaupun terhadap diri sendiri.
Melihat nyonya rumah terdiam setelah mengatakan, bahwa ia tidak membawa kabar buruk timbul berbagai macam pertanyaan dan dugaan di dalam hati dr Anton.
"Apakah kedatangan saya mengganggu Madam?" tanya dr Anton.
Wanita Siam itu seperti sadar dari lamunannya. "Tidak, tidak sama sekali. Saya senang sekali dokter suka datang menemui saya. Dari semula kenal saya sudah merasa bahwa dokter seorang yang baik hati dan sangkaan saya itu ternyata benar. Boleh saya dengar sekarang, berita apa yang dokter bawa?"
Dr Anton merasa lega. Orang yang sedang berusaha mendekati seseorang tentu merasa senang kalau dirinya dipuji. Satu langkah mendekati maksud.
Dokter Anton lalu menceritakan, bahwa ia telah berhasil mengadakan kontak dengan seorang dukun yang diharapnya akan dapat menyembuhkan Jaya Wijaya. Lydia mendengarkan, tetapi tidak memperlihatkan bahwa dia tertarik. Karena dia memang tidak tertarik.
"Apakah Madam masih mau mencoba dukun ini?" tanya dr Anton, sama halnya sebagaimana Erwin dulu bertanya kepadanya apakah ia masih mau bertemu dengan dukun yang dicari-carinya.
"O ya, tentu," jawab Lydia bijaksana. Akan sumbang sekali kalau dia mengatakan "sudah tidak perlu." Yang begitu akan membuka belangnya sendiri bahwa ia tidak perduli apakah Wijaya bisa sembuh lagi atau tidak.
"Tetapi saya pun belum mendapat kepastian dari dia. Dia minta tempo satu dua hari," kata dr Anton. Mendengar ini
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Lydia jadi mulai tertarik. Aneh, dukun minta tempo untuk mau atau tidak mengobati pasien. Padahal baginya sudah pasti berarti uang masuk. Berhasil atau tidak, itu soal lain.
"Apakah ada kemungkinan ia tidak bersedia mengobati?"
tanya Lydia. "Barangkali," jawab dr Anton. Dia menerangkan, bahwa dukun yang seorang ini mempunyai sifat-sifat aneh. Kata orang-orang yang sudah pernah berhubungan dengannya ia tidak memandang uang. Ia menolong semata-mata karena kemanusiaan.
"Tentu dia sudah tua sekali," kata Lydia.
"Oh tidak. Saya taksir umurnya baru sekitar 25 atau 26
tahun." "Dokter berjumpa sendiri dengannya?"
"Ya,"' dan dr Anton teringat akan segala apa yang dialaminya saat manusia harimau yang dukun itu mengunjunginya. Tetapi dia tidak menceritakannya, kuatir kalau-1 alau dukun misterius itu tidak menyukai orang yang banyak mulut mengenai dirinya. Padahal ia ingin sekali mengisahkan pengalaman yang penuh sensasi itu. Dr Anton termenung, sementara Lydia menunggu kalau-kalau ada yang akan diceritakan mengenai dukun itu. Dia sendiri teringat akan apa yang pernah dilihatnya sendiri di kampungnya ketika ia mengunjungi kakeknya saat libur sekolah. Kisahnya tentang seorang pandai mistik. Pandai mengobati segala macam penyakit. Tak pernah mau menerima uang. Tetapi beras, ikan asin, daging yang sudah diasap, garam, merica dan kecap, jika diberi akan diterimanya dengan senang hati. Orang pandai itu bukan orang muda seperti dukun yang diceritakan dr Anton, melainkan seorang yang sudah sangat tua. Rambut dan janggutnya yang sampai ke dada telah putih seluruhnya.
Namun begitu jalannya tegap, tidak terbungkuk-bungkuk sebagai umumnya orang yang sudah sangat lanjut usia.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Wajahnya kemerah-merahan menandakan ia sehat dan mungkin tinggal di pegunungan dengan lingkungan yang berhawa sejuk. Pernah kakek itu datang menunggang seekor gajah yang amat besar. Seluruh penduduk merasa takjub, tercengang tetapi tidak berani bertanya walaupun hanya antar mereka. Berbisik-bisik pun mereka tak berani. Orang aneh dengan tunggangan yang tidak wajar itu tentu mengetahui dan mendengar segala-galanya. Yang aneh bukan karena ia menunggang gajah, sebab gajah hewan biasa di Muangthai.
Banyak yang jadi sahabat manusia. Sekedar piaraan atau dipelihara untuk disuruh bekerja. Gajah tunggangan kakek ini bukan hitam, bukan pula putih melainkan belang. Dari belalai, kepala sampai setengah perut warnanya putih, yang selebihnya hitam. Begitu pula kedua kaki depannya putih sementara kedua kaki belakangnya berwarna hitam.
Mengenang kembali apa yang pernah dilihatnya beberapa tahun yang lalu Lydia bertanya apakah dr Anton melihat kelainan pada dukun muda itu.
"Tidak ada," kata dr Anton, tetapi dari gaya ia menjawab tanpa kemantapan itu Lydia menduga bahwa ada sesuatu atau bahkan banyak hal yang dirahasiakannya.
"Naik apa dukun itu datang ke rumah dokter?" tanya Lydia.
Dia teringat lagi pada kakek yang datang menunggang gajah belang dulu. Pertanyaan itu mengherankan dr Anton. Mengapa dia bertanya, dia datang naik apa" Apakah ada perbedaan kalau dia naik minicar, bajaj, taksi atau dokar umpamanya"
"Mengapa Madam tanya dia naik apa?" tanya dr Anton.
"Oh, tidak apa-apa. Saya pernah melihat dan mengenal seorang pandai di negeri saya. Dulu, tatkala saya masih sekolah di Bangkok dan pulang ke kampung masa libur. Orang pandai itu datang dengan naik gajah. Naik gajah di negeri saya hanya hal yang biasa, tetapi dukun tua itu naik gajah belang!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Gajah belang?" tanya dr Anton heran. Baru sekali dia mendengar tentang gajah belang. Dia pernah mendengar negeri Siam atau Thai yang sekarang dinamakan orang juga negeri gajah putih. Tetapi gajah belang, apakah ada gajah belang.
"Di negeri saya banyak yang aneh. Saya pun tidak akan percaya, kalau tidak saya lihat sendiri. Negeri dokter juga terkenal dengan ilmu mistiknya. Saya pernah mendengar, bahwa di negeri tuan ini ada orang pandai yang mempunyai harimau sebagai tunggangannya!" kata Lydia. Darah dr Anton tersirap.
*** LIMA BELAS DR ANTON jadi kian gugup. Mengapa wanita Thai itu menyebut harimau. Erwin memang jadi harimau atau dikunjungi harimau ketika ia di kamar perpustakaan dan ia tidak berani menceritakan keyakinannya itu. Untuk menghindar dari semakin terpojok, maka ia mohon diri dengan mengatakan, bahwa ia harus mengunjungi seorang pasien.
Dia harap Lydia tidak melihat kegugupannya, tetapi harapannya tidak terpenuhi, karena sebenarnyalah wanita dari Thai itu jelas melihat adanya kegugupan pada diri dokter itu.
Namun demikian ia tidak mendesak dr Anton yang menyembunyikan sesuatu. Ia sudah sengaja datang hendak menolong, walaupun baginya tidak peduli apakah Jaya Wijaya akan sembuh atau mangap untuk selama-lamanya. Dokter itu bermaksud baik dan orang yang baik budi begitu tidak layak didesak-desak.
"Terima kasih dokter. Mau dokter memperkenalkan saya dengan dukun muda itu?" tanya Lydia ketika dr Anton mengulurkan tangan.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Saya masih menantikan kabar dari dia. Saya akan tanya apakah dia mau bertemu dengan Madam!"
"Kalau bertemu dengannya, tolong katakan saya sangat mengagumi tiap orang yang pandai ilmu mistik dan saya ingin sekali berkenalan dengannya."
"Akan saya sampaikan," kata dr Anton.
"Tetapi walaupun belum bertemu dengannya, saya akan senang. Kalau dokter besok lusa suka datang lagi. Enak ngomong-ngomong dengan seorang terpelajar yang ramah dan baik hati. Keramah-tamahan bangsa tuan dokter terkenal di negeri saya."
"Bangsa Madam jauh lebih ramah. Keramahan yang tulus.
Saya banyak membaca dan mendengar cerita dari kawan-kawan yang sudah mengunjungi negeri Madam kata dr Anton.
Lydia Savatsila melambaikan tangan.
Ketika berjalan menuju mobilnya, kaki dr Anton seperti tidak menginjak bumi, begitu girang hatinya. Dia yang sudah dokter jadi senang seperti anak kecil diberi coklat. Wanita itu memintanya datang lagi. Biarpun tidak bertemu dengan dukun Erwin. Rupanya Lydia suka, setidak-tidaknya senang atas kedatangannya. Inilah yang dikatakan dukun muda itu" Bahwa wanita itu juga senang padanya. Apakah gunung akan terpeluk oleh kedua tangannya" Kalau nasib baik mungkin saja. Apa yang tidak mungkin di dunia ini! Tetapi, eh, apakah Lydia sudah tahu atau sekurang-kurangnya merasa bahwa dia jatuh hati padanya, wanita yang sudah jadi isteri seorang teramat kaya Jaya Wijaya" Kalau dia sudah tahu, betapa malunya. Kedatangannya memberitahukan tentang dukun itu hanya sebagai suatu jalan untuk coba mendekatkan diri.
Betul-betul malu banget. Itu yang namanya baik budi yang tidak tulus. Punya maksud tertegun. Ah kata dokter itu pada dirinya sendiri, ada juga baiknya wanita itu tahu, bahwa dia tertarik. Supaya bisa mengetahui reaksinya. Kan tidak ada larangan bagi seseorang untuk tertarik pada orang lain,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
walaupun dia sudah isteri atau suami orang lain. Sambil mengemudikan Corolla-nya dokter itu berangan-angan sehingga masuk pekarangan rumahnya. Ia masuk kamar tidur, berbaring sambil menatap langit-langit meneruskan pekerjaannya: mengkhayalkan Lydia Savatsila.
PADA malam setelah mengunjungi dr Anton, si manusia harimau Erwin menyebut-nyebut nama ayahnya agar datang.
Ia mau minta nasehat. Tetapi setelah lebih setengah jam memanggil tanpa hasil, ia tertidur. Oleh keletihan dan harapan yang hampa. Dalam tidurnya ia bermimpi. Didatangi seekor kucing yang teramat bagus dan bersih bulunya. Tak biasanya kucing bermata biru. Inilah yang amat menarik perhatiannya dan membuat ia bertanya, seakan-akan kucing itu dapat diajak bicara.
"Kau cantik sekali, manis. Namamu tentu si Manis, ya," kata Erwin menyapa. "Dan matamu itu, mengapa biru?"
Diluar dugaan, kucing itu menyahut: "Kau keliru. Namaku bukan si Manis. Sati, itulah nama yang diberikan majikanku kepadaku. Dan mataku yang biru ini, tak dapat aku menerangkan kepadamu, karena aku sendiri pun tidak tahu.
Sudah sejak lahir begini!"
"Hai, kau pandai bicara!" kata Erwin.
"Mengapa heran. Kau yang harimau kan juga pandai bicara.
Mengapa pula aku tidak. Aku ini nenekmu dan kau cucuku.
Tahukah kau, ataukah kau tak mau mengakuinya!"
Mendengar ini Erwin terkejut. Mengapa kucing ini sampai tahu dia harimau, maksudnya tentu manusia yang sekaligus juga harimau. Bahwa kucing sebenarnya tau menurut cerita yang tersebar luas, nenek dari harimau, itu diketahuinya. Dan antara nenek dan cucu itu bermusuhan. Si nenek tak mau mengajar cucunya cara memanjat. Karena cucunya buas, pemakan hewan besar kecil yang dapat ditaklukkannya. Mulai dari monyet, sampai babi hutan, kijang, kambing, lembu
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
bahkan kerbau dan kuda. Dan bila perlu, manusia juga dilahap-nya. Harimau yang cucu tetapi merasa dirinya jauh lebih kuat, marah dan mengejar neneknya. Si nenek buru-buru memanjat pohon dan menertawakan si kuat yang hanya mampu menunggu di bawah. Berkata kucing: "Sampai kapan kau tidak akan dapat menangkap aku." Geram karena marah dan jengkel, harimau berkata: "Nenek sombong. Aku akan terus mengejar. Kalau tak dapat diri nenek, tahimu pun jadi.
Sebagai pelepas dendam!" Kucing tertawa lagi, tetapi sejak waktu itu kucing selalu menimbuni kotorannya dengan tanah atau pasir agar jangan sampai tampak dan dimakan oleh harimau.
Setelah agak lama terdiam, barulah Erwin bertanya:
"Mengapa kau berkata begitu" Dari siapa kau dengar dongeng itu?"
"Hah, tak malu kau berkata begitu. Kau bilang dongeng.
Kau mengingkari kenyataan. Salah satu kehinaan dan sifat pengecut di dunia ini adalah tidak mau mengakui apa atau siapa kita yang sebenarnya. Kau tahu benar siapa engkau, mengapa mesti malu. Memang kadang-kadang kau jadi bingung oleh keadaan dirimu, seperti ketika kau pergi ke rumah dokter itu. Tetapi kau juga sering memanfaatkan kelainan dirimu, bukan?" Sati berkata tenang.
"Kau bukan hanya cantik tetapi juga pintar. Banyak sekali yang kau tahu semua yang kau katakan benar, tetapi aku tidak punya sifat buruk!
"Bagus, jauhilah sifat tercela supaya kita disenangi," kata Sati.
"Ngomong-ngomong, dimana rumahmu?"
"Kelak kau akan tahu. Ada satu permintaanku. Kuharap kita, antara nenek dan cucu jangan sampai bertentangan. Kau setuju?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Maksudmu" Mengapa kau berkata begitu" Apakah ada sebab bagi kita untuk bertentangan?" tanya Erwin.
"Kuharap jangan sampai ada! Di jalan hidupmu banyak ranjau. Pandai-pandailah kau menghindarinya. Nah, aku pergi sekarang," kata kucing itu, lalu ia pergi.
Selesai mimpi itu Erwin terbangun. Dia selalu bermimpi, banyak di antaranya yang aneh-aneh.
Ada mimpi yang memberi peringatan atau alamat kepadanya tentang apa yang akan terjadi, sehingga ia bisa bersiap-siap menghadapinya. Tetapi mimpi tentang kucing baru sekali ini.
Masih terdengar-dengar olehnya apa pembicaraannya dengan kucing yang mengatakan dirinya bernama Sati. Aneh, ada pula kucing yang diberi nama Sati. Dan dia tahu, bahwa dirinya manusia harimau. Kalau dia bukan manusia kucing, tentu ia seekor kucing sakti Rupanya bukan hanya harimau yang bisa menjelma jadi manusia, bisa bicara. Apakah kucing itu juga seperti dia, kadang-kadang jadi manusia biasa. Masih punya ayah yang sudah mati tetapi datang bilamana ia menghendaki, punya ompung pula yang juga bisa bangkit dari kuburannya bilamana cucunya memerlukan bantuannya"
Tetapi apakah yang dimaksudkannya dengan peringatannya,
"jangan sampai mereka bertentangan?" Erwin tak dapat menjawab. Ia lalu duduk di bale-bale hendak bangkit mengambil air minum, tetapi ya Tuhan, apakah itu" Mimpi jugakah" Mustahil. Ia sudah berpikir, sudah duduk. Duduk di ruangan yang tak berapa besar itu, tak jauh dari ranjangnya, seekor kucing, lebih besar dari kucing biasa. Hampir sebesar anjing. Penerangan lampu tempel di dinding tidak memberi pemandangan secerah listrik, tetapi cukup juga untuk memberi kepastian kepada Erwin bahwa kucing ini persis kucing yang mendatangi dia di dalam mimpi. Ataukah sejak tadi ia sebenarnya bukan bermimpi, melainkan benar-benar bicara dengan kucing itu. Tetapi kucing yang tadi tidak
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sebesar ini. Tipuan pemandangan sajakah" Kucing itu memandang lurus-lurus ke arah Erwin.
Tidak bergerak-gerak, seperti menantang ataukah menunggu apa yang akan dilakukan Erwin yang diketahuinya manusia harimau.
"Jadi engkau tadi tidak pergi" Seingatku kau sudah pamit!"
kata Erwin memulai pembicaraan kembali. Ia yakin kucing itu akan menjawab, karena ia pandai berkata-kata.
Tetapi kucing itu diam, terus saja menatap dirinya.
"Engkau yang katamu bernama Sati, bukan?" tanya Erwin.
Kucing itu tidak juga menjawab. Hei, mengapa dia diam saja. Menahan amarahkah dia" Apa yang menyebabkan dia marah"
"Kau marah padaku?" Erwin bertanya.
Kucing itu tetap diam, tetapi mengangkat mukanya.
"Kau tadi mengatakan, agar di antara kita jangan ada pertentangan. Sepanjang tahuku, tidak ada pertentangan di antara kita. Malah, kalau kau suka aku ingin jadi sahabatmu.
Persahabatan antara nenek dan cucunya!"
Kucing itu mengeong, menundukkan kepala sedikit dan kelihatan rileks. Tidak lagi tegang seperti tadi.
Erwin merasa heran, mengapa dia mengeong, padahal dia pandai bicara. Apakah kucing ini lain daripada yang datang dalam mimpinya tadi" Ah masa iya, warna dan matanya sama, cuma besarnya lain. Ini kenyataan setelah tadi bermimpi, ataukah sejak tadi semua benar-benar terjadi. Ataukah sekarang dia masih bermimpi"
"Nama Sati?" tanya Erwin.
Kucing itu mengangguk-angguk. Tak salah lagi, dia mengerti dan dia mengiyakan pertanyaan Erwin. Tetapi
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mengapa dia tadi bicara, sekarang tidak, itulah yang tidak terjawab olehnya.
"Sebetulnya apa maksudmu mengunjungi aku. Ada yang menyuruhmu?" Erwin tahu tentang adanya orang-orang pintar yang mempunyai binatang atau senjata tajam suruhan. Dapat diperintah sekehendak hati, karena binatang atau pisau itu tunduk pada semua kemauan dukun atau penyihir yang memilikinya.
Sati menggeleng. Tidak ada yang menyuruhnya. Jadi dia datang atas kemauan sendiri. Untuk apa"
"Boleh aku bertanya" Entah dalam mimpi entah memang kau sendiri tadi berkata padaku, bahwa aku punya kelainan.
Kadang-kadang manusia kadang-kadang jadi harimau. Apakah kau juga begitu" Kadang-kadang menjelma jadi manusia?"
tanya Erwin. Kucing itu menggeleng-geleng. Dia kucing, benar-benar kucing.
Untuk menguji kemampuan kucing itu Erwin bertanya:
"Kau tahu, ayah dan kakekku yang sudah meninggal, kadang-kadang mendatangi aku?"
Kucing itu mengangguk-angguk. Memang Sati bukan sembarang kucing.
"Sahabat," kata Erwin. "Barangkali kau dapat menolongku menjawab satu pertanyaan. Aku mau bertanya kepada ayahku, tetapi kupanggil-panggil, beliau belum juga datang.
Ada seorang dokter punya pasien. Dia minta tolong kepadaku untuk coba mengobati pasiennya itu, karena dokter-dokter sudah menyatakan tidak sanggup. Bagaimana pendapatmu, baiklah kalau kucoba mengobati orang itu" Tentu saja hanya coba. Belum tentu aku akan berhasil."
Mendadak kucing itu membungkukkan badannya dan mendengus. Marah. Sudah pasti kucing itu mengerti. Dari tadi
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dia menjawab semua pertanyaan, walaupun hanya dengan anggukan atau gelengan kepala. Baru sekarang dia marah.
Apakah gerangan sebabnya"
"Kau tak suka! Kau melarang aku?" tanya Erwin.
Kucing itu mengangguk lagi.
"Tetapi mengapa?"
Kucing itu mendengus berulang-ulang, menandakan ketidak setujuannya.
"Baiklah kalau begitu. Akan kukatakan kepada dokter itu bahwa aku tak dapat menolongnya," kata Erwin menguji, apa akan dilakukan kucing itu. Ternyata binatang itu menghampiri dirinya dan menggesek-gesekkan kepalanya pada tangan Erwin.
Kucing itu berdiri biasa kembali, jalan beberapa langkah, menoleh memandang Erwin, seolah-olah hendak mengatakan, ia mohon diri. Setelah itu ia pergi. Erwin diam termangu.
Benar dunia ini penuh dengan keajaiban besar. Dan apa yang baru dialaminya merupakan salah satu dari berbagai macam peristiwa yang ditemuinya dalam perjalanan hidupnya.
SEDANG dia masih tak habis pikir itulah tiba-tiba Dja Lubuk memperlihatkan diri.
"Jangan biarkan dirimu hanyut oleh rasa heran. Dunia ini memang penuh dengan yang musykil-musykil. Kau memanggil ayah, mau bertanya. Tetapi semua sudah dijawab oleh kucing tadi," kata Dja Lubuk.
*** ENAM BELAS ERWIN tidak heran mendengar ayahnya mengetahui apa yang hendak ditanyakannya, karena Dja lubuk memang selalu
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
punya firasat yang tajam sekali. Namun dia minta penegasan, apakah benar ia tidak boleh mencoba menolong orang yang sudah dua bulan sakit tanpa dapat ditolong oleh dokter, karena penyakitnya itu tidak ada dalam kamus kedokteran.
Ayahnya membenarkan.
"Tetapi mengapa tidak boleh?" tanya Erwin.
"Karena kucing yang datang itu tidak menghendaki. Dia tentu punya alasan untuk itu. Dan sepanjang penglihatanku, kucing yang bernama Sati itu, bukan kucing sembarangan, tetapi juga bukan kucing yang ganas. Sama saja dengan kita.
Kita selalu ingin berbuat baik, tetapi ada kalanya manusia yang angkuh atau serakah memaksa kita mengambil tindakan yang kasar. Selalu tidak berkenan di hati kita, tetapi kita terpaksa melakukannya demi keadilan, kebenaran atau setidak-tidaknya keamanan diri kita sendiri. Kau sudah banyak berbuat kebajikan, banyak menolong. Tetapi kau juga sudah beberapa kali membunuh. Karena menurut pendapatmu itulah yang adil atau tiada jalan lain daripada itu," kata Dja Lubuk.
"Ayah tahu, sebelum bertemu dengan kucing itu tadi, ia telah lebih dulu datang di dalam mimpi. Ia bicara, tetapi setelah aku menghadapi dia dalam keadaan sadar, ia tidak bisa bicara," kata Erwin.
"Mengapa kau heran. Dalam mimpi, ular, kalajengking bahkan pohon kayu bisa bicara dengan kita. Tetapi hanya di dalam mimpi. Sati benar-benar kucing, bukan seperti kita yang kadang-kadang mengharimau. Tetapi dia bukan pula kucing biasa. Dia sakti, dapat disuruh. Ada pemiliknya. Tetapi dia bukan hanya kucing suruhan. Dia dapat bertindak atas pemikirannya sendiri. Dia menemuimu bukan karena disuruh majikannya, tetapi karena dia tahu kau dimintai tolong oleh dokter Anton. Kau tahu, kucing itulah yang menggigit Cina itu sehingga mengidap penyakit aneh. Dia tentu punya sebab untuk itu. Ia ke rumah Cina itu bukan atas perintah pemiliknya, tetapi karena dendam pribadi. Sudahlah tak usah
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pikirkan pengobatan orang itu. Kucing memang nenek harimau, bagi kita yang manusia harimau kira-kira jadi setengah nenek. Kalau kau dimintai tolong, dokter Anton itu boleh kau tolong."
"Jadi, urusan dengan Cina yang sakit itu tidak perlu!" kata Erwin.
"Jangan mengobatinya, itu yang dipinta kucing itu. Apakah akan ada urusan tak dapat kita ketahui dari sekarang. Aku pun hanya tahu, bahwa kucing itu tentu punya rencana sendiri.
Apa yang akan dilakukannya ayah tak tahu," kata Dja Lubuk.
"Apakah kau akan selalu bersahabat atau pada suatu hari akan bertentangan dengan kucing sakti itu, entahlah. Tak semua masa depan dapat kita ketahui dari sekarang."
"Apa saja kesaktian kucing itu?" tanya Erwin ingin tahu.
"Banyak. Yang terang, gigitannya bisa membuat orang jadi gila atau berpenyakit aneh yang tidak mudah disembuhkan.
Akan baik, kalau kau bisa bersahabat dengan dia," kata Dja lubuk. Dia pergi setelah memperingatkan anaknya agar hatihati benar dengan wanita. Karena sudah menjadi nasibnya untuk selalu disukai perempuan, walaupun ia tidak punya apa-apa.
Memang telah banyak kesulitan dialami Erwin oleh sikap dan perasaan wanita terhadap dirinya.
Erwin bermaksud untuk pada esok harinya menemui dokter Anton dan menyampaikan jawaban kepadanya. Tidak mudah memang, karena dokter itu baik hati. Ia harus dapat memberi alasan yang dapat diterima oleh orang yang mengharapkan pertolongannya itu.
*** HUBUNGAN antara Sumarta yang masih tetap dagang buah di Slipi dengan Juli yang janda kembang hartawan berjalan cukup menyenangkan dan penuh harapan bagi pemilik kucing
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
bermata biru itu. Wanita itu bertambah ramah dan banyak tanya. Semua tentu berkat kerja jampi dan kemenyan putih yang sudah mengepung dan melembutkan hati wanita terpelajar itu. Begitu kata Daeng dan begitulah pula keyakinan Sumarta.
"Tinggal memperbaiki kedudukan, supaya jalanannya lebih licin," kata Daeng Mapparuka kepada sahabatnya mengulangi anjurannya.
Sumarta menyatakan persetujuannya asal saja jangan melalui jalan yang tidak halal. Sekali lagi Daeng menerangkan bahwa cara memperoleh kekayaan itu bukan sekedar halal, tetapi juga penuh kemanusiaan terhadap sesama manusia.
Diterangkan oleh Daeng bahwa isteri Jaya Wijaya yang sudah lebih dua bulan sakit pasti akan menerima tawaran pengobatan itu dengan sangat senang hati. Yang akan menemuinya Daeng, sedang yang akan mengobatinya nanti Sumarta sendiri. Bisa pula dipinta kepada si sakit agar minta ampun kepada Sumarta atas kesombongannya dahulu.
"Aneh," kata Sumarta. "Dia sakit karena gigitan Sati dan kini aku yang mengobati."
"Di situlah letaknya nilai dari ketinggian ilmu Kakang dan perasaan tidak dendam terhadap sesama insan. Dia akan sangat menghormati kakang dan tidak akan segan-segan membayar tinggi. Itu uang halal. Bukan menipu, bukan merampok. Imbalan jasa. Dia akan memberi dengan senang hati, bahkan dengan terima kasih sebesar gunung.
Pikir saja, lebih dua bulan menderita dan keadaan sudah lebih buruk daripada orang gila, dapat seorang Sumarta mengobati dan menyembuhkan. Apa pun akan dia beri. Tidak akan terasa bagi kekayaannya yang melimpah-limpah itu. Dan kakang juga akan bahagia. Melenyapkan ganjelan yang ada di dalam hati kakang kalau sampai hidup bersama' Juli karena keadaan kakang yang ekonomis belum dapat dikata cukup baik kekayaan kakang nanti bisa pula beramal untuk anak-
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tujuh Pendekar Pedang Gunung Thian San 15 Angrek Tengah Malam Seri Pendekar Harum Karya Khu Lung Lambang Naga Panji Naga Sakti 12
^