Pencarian

Kucing Suruhan 8

Kucing Suruhan Karya S B Chandra Bagian 8


Setelah sekali lagi Jaya Wijaya menekankan agar orang-orang harapannya itu tidak sampai gagal, ia pergi dengan salah satu mobilnya. Kali ini ia mempergunakan sebuah Toyota hardtop dengan Adelin sebagai pengemudi. Orang ini sudah lama bekerja padanya. Umurnya sudah sekitar setengah abad, tetapi Jaya Wijaya mengenalnya sebagai orang yang agak berisi. Walaupun sedikit. Lumayan, daripada tidak sama sekali. Kekuatannya terletak pada feeling atau semacam kepekaan terhadap apa-apa yang akan terjadi. Tentu saja tidak dalam segala hal.
"Tuan sehat-sehat?" tanya Adelin ramah. Jaya Wijaya yang juga punya rasa segan terhadap orangnya yang satu ini menjawab ramah: "Ya, begitu-begitu saja Pak." Hanya yang seorang ini disebutnya dengan bapak. Yang lain semua dengan nama saja.
"Kita menuju ke mana tuan?" tanya pak Adelin.
Orang kaya yang tidak tenang itu menerangkan tujuan.
Rumah saudaranya, Jaya Darmawangsa.
"Apa tidak lebih baik ditunda tuan?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Jaya Wijaya bertanya heran, mengapa perlu ditunda. Adelin mengatakan, bahwa ia punya perasaan kurang enak, kuatir ada apa-apa di perjalanan.
Jaya Wijaya yang biasanya mendengarkan na-sehat Adelin, kali ini mengatakan agar jalan tenis saja. Suaranya datar, tidak memperlihatkan suatu perasaan tertentu. Hati Adelin sebenarnya tidak enak. Tetapi karena begitu kemauan majikan, ia harus menurut. Dengan doa semoga benar-benar tidak ada apa-apa.
Benar saja. Perjalanan berlangsung selamat hingga mereka tiba di tempat Darmawangsa. Ipar Jaya Wijaya, seorang Cina asal Tasikmalaya yang lumayan cantik menyambut dengan gembira. Darmawangsa sedang mandi.
"Ini kue bikinan sendiri Jack," kata wanita yang bernama Sally Ong itu. Panggilan Jaya Wijaya di antara keluarga memang Jack. Atas kehendaknya, entah karena apa.
Pokoknya dia senang dipanggil dengan Jack.
"Tolong suruh kasih minum buat pak Adelin," kata Jaya Wijaya.
Supir itu menerima minuman yang diantarkan pembantu.
Dia merasa malu. Kekuatirannya bahwa di jalan akan terjadi apa-apa, ternyata tidak benar. Pasti Jaya Wijaya jadi kurang percaya kepadanya. Tetapi berbeda daripada biasa, Jaya tidak berkata apa-apa mengenai itu, walaupun mereka sudah tiba tanpa halangan di tempat tujuan. Tampak oleh Adelin bahwa bossnya itu banyak diam dan tidak mau menyinggung hal itu, karena tidak mau menimbulkan perasaan tidak enak pada pak Adelin.
Setelah ngomong-ngomong dengan Darma-wangsa mereka pulang. Sudah senja. Darmawangsa merasa heran atas kunjungan saudaranya, karena tidak ada hal-hal penting yang dibicarakan. Tidak biasanya dia begitu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Maaf tuan, atas kekeliruan saya tadi. Rupanya tidak ada apa-apa," kata Adelin. Jaya Wijaya hanya manggut sedikit.
Tetapi pada saat berikutnya mereka merasa bahwa mobil itu tidak bergerak, padahal mesin hidup terus.
*** LIMA PULUH LIMA
SUPIR yang telah banyak pengalaman itu terkejut juga, tetapi tidak sampai hilang akal atau panik. Persneling masuk gigi, jadi tidak mendadak berubah jadi prei. Mengapa tak bergerak. Diinjaknya gas lebih dalam. Hanya deru mobil itu tambah kuat, namun tidak juga bergerak.
"Kenapa, Pak Adelin?" tanya Jaya Wijaya. Suaranya datar saja. Dia juga tidak panik. Barangkali ada sesuatu yang salah pada mesin kendaraan itu.
"Belum tahu tuan. Gigi masuk gas bekerja, mendadak tidak mau berjalan," kata Adelin. Setelah diam sejenak dia berkata:
"Saya belum pernah dengar ada apa-apanya di daerah ini!"
Jaya Wijaya mengerti maksud Adelin. Itu bukan tempat angker. Tidak pernah ada perempuan yang tiba-tiba kelihatan melintas sehingga supir menekan rem dalam-dalam dan mobil bisa terbalik. Tidak ada wanita cantik atau pemuda ganteng melambai-' kan tangan di pinggir jalan minta mobil berhenti karena ia ingin menumpang. Tidak ada kuntilanak, tidak ada jin. Jadi tidak ada kekuatan gaib yang mendadak menahan gerak mobil itu.
Adelin membaca beberapa jampi penggalau iblis. Siapa tahu ada setan nyasar dan mau main-main sama Adelin yang pandai menjampi atau mau bercanda sama itu orang kaya yang telah menundukkan banyak pejabat hebat yang biasanya tidak punya tempo untuk tamu-tamu biasa, walaupun bangsanya sendiri. Tidak mau tahu, apakah pengunjung itu pernah mempertaruhkan nyawa untuk merebut atau
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mempertahankan kemerdekaan negara ini, sehingga membuat sang pejabat dapat peluang untuk bercokol seperti raja di singgasananya.
"Saya periksa sebentar," kata Adelin sambil turun lalu membuka kap mesin. Dengan lampu senter kecil yang selalu tersedia ia memeriksa dan mengutik-utik di sana sini. Tidak ada apa-apa Kini bulu kuduknya meremang. Dia membaca-baca lagi. Bila bulu tengkuk atau bulu roma berdiri, itu suatu pertanda bahwa di sekitar situ ada orang halus. Bisa jin, bisa setan, bisa kuntilanak yang belum memperlihatkan diri Pokoknya hantu, entah jenis mana. Sebab hantu pun terdiri atas beberapa bangsa dan suku walaupun tidak sebanyak bangsa dan suku yang ada di antara para manusia.
Menyebutkan beberapa di antaranya, yang banyak dikenal adalah hantu pucung, cecengit, hanggau, kuntilanak, langlang dan lainnya Banyak sekali lagi yang lain, tiap daerah dengan nama dan versinya sendiri.
Bacaan yang tidak membuat bulu romanya rebah semula menunjukkan kepada Adelin, bahwa hantu ini termasuk jenis bandel dan punya daya tahan terhadap jampi-jampian. Kalau baru diusir dengan bacaan saja, ia tidak mau pergi Hantu pemberani, tidak mudah digertak dan tidak mudah ditundukkan. Habis sudah segala kekuatan Adelin melalui jampi-jampi Akhirnya dia berkata pelan sekali: "Datuk yang berkuasa di sini. Siapa pun datuk, perkenankanlah kami lalu.
Kami orang-orang baik, tidak pernah menyusahkan orang lain.
Saya hanya supir dengan lima orang anak. Kalau sampai mobil ini tidak bisa jalan lalu saya dipecat, ke mana saya akan mencari pekerjaan. Saya akan menganggur dan anak-anak serta isteri saya akan kelaparan.Kasihani saya datuk!" Adelin menanti beberapa saat, kalau-kalau permintaannya dikabulkan sebab hantu mendengar semua suara, mengerti semua bahasa.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Adelin naik kembali ke mobil, memasukkan gigi persneling yang tadi dipreikan, menekan gas, tetapi mobil tidak juga bergerak. Permintaannya tidak dihiraukan oleh hantu bertenaga luar biasa itu. Hantu apa ini. Kuntilanak tidak biasanya menahan mobil supaya tidak bisa jalan. Ia hanya berdiri di pinggir jalan menyamar sebagai wanita yang sangat rupawan lalu memberi tanda agar mobil berhenti karena dia ingin menumpang. Apakah ini yang dinamakan jin patah hati, karena dulu seorang wanita cantik yang dicintainya dibawa kabur oleh seorang saingan yang punya kendaraan, sedangkan dia, "dimasa hayatnya" hanya seorang miskin yang punya sepeda saja pun tidak.
Kini peluh dingin mulai membasahi baju Adelin. Pada saat putus asa itulah tiba-tiba mobil itu terlompat ke depan, kemudian terhenti lagi. Tiada keliru lagi, hantu ataupun jin itu mempermainkan dirinya. Ia merasa tidak pernah berbuat dosa yang harus dibalaskan oleh hantu atas dirinya. Kemudian ia teringat pada majikannya. Dia tahu benar bahwa boss-nya itu penjahat halus yang mainnya di atas tetapi juga mempergunakan tenaga-tenaga kasar untuk main keras.
Terhadap dirinyakah gangguan ini ditujukan" Ia melirik kepada Jaya Wijaya. Tiba-tiba ia merasa ada tangan di atas bahu kanannya. Cukup berat. Ia menoleh, tak ada siapa pun.
Jelas, sudah semakin jelas. Hantu yang ada di situ tetapi tidak sudi memperlihatkan diri. Tetapi tiba-tiba makhluk atau apa pun namanya itu bersuara: "Memang betul, ini ditujukan untuk majikanmu." Lega hati Adelin mendengar, tetapi pada saat berikutnya suara itu berkata: "Tetapi kau juga turut bersalah Adelin, karena kau mengabdi untuknya." Suara itu jelas sekali, terdengar oleh Jaya Wijaya. Ia semakin pucat. Apa dia yang begitu hebat akan menamatkan riwayat di tangan hantu, kalau hantu mempunyai tangan. Sogok menyogok tidak perlu dipikir, karena hantu bukan jenis yang mau disogok. Yang bisa diajak main begitu hanya hantu-hantu yang bertubuh dan berpakaian seperti manusia. Berseliwerannya pun di antara manusia.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Bukan manusia-manusia kecil lagi! Jadi hantu yang terang-terang kelihatan begitu mah assyiik! Konon hantu-hantu jenis ini didekati dan dikelilingi cewek-cewek.
Kemudian secara tiba-tiba Jaya Wijaya menarik kepalanya dan menahan suatu jeritan. Ia merasa mukanya diraba kemudian di dibekap oleh satu tangan yang membuat dia tidak dapat bersuara. Bukan pula tangan sembarangan. Besar dan kasar. Berbulu lagi.
Adelin melihat gerak dan perubahan majikannya, tetapi hanya itu. Hanya itu. Lalu apa yang membuat boss hebatnya itu sampai megap-megap"
"Ada apa boss?" tanya Adelin. Tiada jawaban. Hanya napasnya yang terdengar. Sulit dan berat. Agak lama kemudian baru dia berkata: "Ayo kita pergi. Kita bisa mati di sini Pak Adelin!" Tanpa disuruh pun pak Adelin juga ingin pergi, tetapi keinginan itu tidak didukung oleh kenyataan.
Sang mobil tidak bisa maju. Setelah itu supir dan majikan mendengar tawa. Bukan cekikikan seperti kuntilanak, tetapi tawa besar terbahak-bahak. Kemudian yang tertawa itu berkata: "Pergilah, nanti kita bertemu lagi!" dan mobil itu melompat lagi beberapa meter ke depan seperti didorong oleh tenaga raksasa. Adelin tidak segera memasukkan gigi. Dia nantikan dulu. Sampai suara tadi berkata lagi: ' "Apa lagi! Kan kalian mau pergi!"
Tanpa ingat mengucapkan terima kasih, Adelin menekan gas. Dia merasa bahwa tangannya belum stabil memegang kemudi; masih gemetaran. Jaya Wijaya masih belum normal, karena semangat yang meninggalkan dirinya, belum kembali.
Pada saat begitu dia merasa dirinya tidak berarti Jin, setan dan segala macam kekuatan gaib tidak takut padanya. Bahkan mengejek dirinya. Pada waktu seperti itu, dia benar-benar menyadari, bahwa ada banyak yang tidak dapat dicapai dengan kekuatan uang. Kekayaan tidak mampu mengatur segalagalanya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Rupanya firasatmu betul Pak Adelin," kata JayaWijaya.
"Firasat apa?" tanya pak supir yang sudah tidak ingat, bahwa dialah tadi yang mengusulkan agar perjalanan petang hingga malam itu ditunda. Keamanan dan ketenangan pada waktu pergi harus mereka bayar dengan ketakutan dan kehilangan seluruh semangat waktu pulang. Jaya Wijaya menerangkan dan supir itu, walaupun masih belum pulih semula merasa bangga juga sedikit bahwa apa yang dikatakannya benar-benar menjadi kenyataan.
"Ya, halangan itu rupanya hanya ditunda oleh," Adelin tidak meneruskan. Takut kalau-kalau sang hantu atau jin mendengar dan marah, lalu kembali lagi. Setelah mengingat itu, dia jadi lesu kembali. Hantu itu tadi mengatakan, bahwa mereka akan berjumpa lagi.
"Dia mengatakan akan bertemu lagi, Tuan ingat?" tanya Adelin.
"Ya," jawab Jaya Wijaya lesu. "Pak Adelin pikir dia benar-benar akan kembali mencari kita?"
"Mudah-mudahan dia hanya menakut-nakuti," kata Adelin pelan-pelan. Seolah-olah dengan begitu sang hantu tidak akan mendengarnya Padahal dia tahu betul, bahwa hantu bisa mengetahui apa yang dipikirkan orang yang jadi sasarannya.
Dan pada waktu itu dia mengambil keputusan untuk minta berhenti saja. Dia dikatakan mengabdi pada seorang jahat.
Lama benar rasanya baru sampai di rumah. Dan ketika mereka memasuki pekarangan, Jaya Wijaya tidak merasa tenang. Ada semacam kegelisahan di dalam hatinya. Ada apa"
Apakah yang menahan mobilnya sehingga tak dapat berjalan tadi sudah menantikan dia" Rasa takut menghantui dirinya kembali.
Dia tak perlu menunggu lama untuk mengetahui, bahwa tadi ada seekor harimau yang bukan benar-benar harimau
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
datang dan membunuh tiga orang andalan yang diharapkan akan menyingkirkan musuh-musuhnya.
"Itu datuk manusia harimau," kata Adelin yang banyak mendengar cerita tentang beberapa pembunuh misterius yang konon dilakukan oleh makhluk yang dinamakan manusia harimau dan berasal dari Sumatra. Ia pun mengetahui, bahwa makhluk itu hanya mengganggu atau membunuh orang-orang yang membawa kesengsaraan atas diri orang lain. Jaya Wijaya yang sudah mengetahui tentang kebenaran cerita-cerita itu tidak menjawab. Dia bahkan menduga, bahwa bukan tidak mungkin mobilnya tadi ditahan oleh makhluk itu, tetapi sengaja tidak mau memperlihatkan dirinya supaya kejadian itu merupakan suatu kenyataan yang amat misterius dan orang hanya bisa menebak-nebak saja.
Di antara tiga korban itu tidak termasuk Bin Seng yang kepala pasukan bayaran. Tatkala makhluk itu datang dia sedang mencari tenaga-tenaga tambahan yang dikehendaki majikannya. Anehnya makhluk itu sama sekali tidak mengganggu tukang kebun, tukang masak, tukang cuci dan keluarga mereka. Mereka ini memang hanya bekerja sesuai dengan jabatannya, bukan penjahat Jaya Wijaya tambah kebingungan. Orang yang biasanya merasa sangat berkuasa itu kini benar-benar mengalami pukulan yang nampaknya tidak akan mengenal henti. Apakah ia akan rujuk saja dengan Sumarta, yang pernah dihinanya tetapi kemudian menyembuhkannya dari penyakit aneh yang tak tertolong oleh dokter" Boleh saja dicoba, walaupun dengan perasaan malu yang amat sangat. Tetapi bagaimana kalau nanti ditolaknya"
Kalau dia malah terang-terangan menyatakan perang kepadanya. Misalnya dia berkata sambil bertolak pinggang:
"Tuan Wijaya, saya memang hanya orang kampung. Tuan orang besar, yang malah bisa menundukkan banyak orang besar bangsa saya. Tetapi bagi saya, uang Tuan tidak laku."
Bilamana Sumarta berkata begitu, ia akan panas, mungkin gemetaran karena panas hati, tetapi dia hanya akan mampu
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
berkata dengan tergugup-gugup: "Kau jadi tambah sombong.
Saya pasti akan menaklukkan kau, Sumarta."
Dan Sumarta akan tertawa sinis lalu berkata: "Itu suatu niat yang baik. Saya juga sangat ingin tuan kalahkan!
Mendengar tantangan begitu pasti amarahnya naik ke kepala.
Mampu menguasai diri untuk mencapai tujuan, Jaya Wijaya memanggil sekretarisnya yang mempunyai tugas khusus dalam hubungan dengan para pejabat yang sudah mau jual diri atau sedang dalam urusan untuk dijadikan sahabat. Itu istilah halusnya. Yang sebenarnya yang dimaksud ialah pejabat yang dapat diperintah untuk membuat rencana jadi kenyataan.
Sunarto alias Tong A Su yang WNI tak dapat berbahasa Cina ini memang seorang yang luwes dan pandai bergaul.
Oleh karenanya ia selalu bersikap seperti ajudan. Pekerjaan yang sudah dimulai Jaya Wijaya dapat diselesaikannya sesuai petunjuk. Bahkan tidak jarang ia mempunyai inisiatip sendiri.
Yakin akan kemampuannya itu, Jaya Wijaya mengutusnya menemui Sumarta dan Daeng Mapparuka untuk menawarkan usul perdamaian, bahkan akan dilengkapi dengan ketentuan tidak serang-menyerang lagi pada masa mendatang.
"Beri dia pujian dan kemudian apa saja yang dikehendakinya. Katakan, bahwa permusuhan hanya akan membawa kerugian bagi kedua pihak. Hidup di dunia ini perlu kedamaian dan ketenangan. Yang terlebih indah, kalau dapat bekerja-sama untuk kemakmuran bersama."
"Usul-usul yang baik sekali," kata Daeng Mapparuka yang dipinta Sumarta untuk jadi jurubicara.
''Kita akan sama-sama rugi kalau meneruskan perang dingin yang kadangkala disertai korban jiwa!" kata Tong A Su.
Daeng dan Sumarta mengangguk. Membenarkan.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sati yang duduk tak jauh dari mereka, tidak ikut berunding tentunya, sesekali memandang atau mengangkat telinganya, pertanda bahwa ia menaruh perhatian atas semua pembicaraan.
"Pintakan kepada kucing tuan-tuan yang sangat sakti itu supaya menghentikan rasa permusuhan!"
Pembicaraan diteruskan, sesekali menyerempet kabar-kabar angin tentang manusia harimau. Ketika masalah Erwin disebut-sebut agak banyak, Sati bangkit lalu mendekat.
"Kata orang Erwin ini manusia yang punyai dua kehidupan dan tidak bisa dilawan oleh siapa pun," kata Tong A Su.
Setelah diam sejenak, sekretaris Jaya Wijaya itu meneruskan:
"Entahlah kalau oleh tuan-tuan!"
Tong A Su memandang kedua tuan rumah yang juga mengarahkan mata padanya. Kucing suruhan juga memandang ketiga orang itu silih berganti.
*** LIMA PULUH ENAM
SUMARTA dan Daeng Mapparuka tidak memberi jawaban.
Tergiur oleh imbalan yang ditawarkan Tong A Su, tetapi juga takut pada kekuatan Erwin. Dukun muda ini bukan hanya berdiri sendiri. Ia didampingi oleh ayah dan kakeknya yang kedua-duanya manusia harimau, yang sudah mati tetapi bila perlu bangkit dari kuburannya di Mandailing sana untuk membantu anaknya yang bermukim, atau lebih tepat berkelana di Jawa
"Tidak ada yang lebih baik di dunia ini daripada perdamaian dan bekerjasama. Tentu saja yang membawa keuntungan bagi kedua pihak. Bapak-bapak kan tahu, bagaimana pemurahnya tuan Jaya Wijaya. Untuk pengobatan dirinya saja dia pernah memberi hadiah lima puluh juta, bukan. Kalau
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
bekerjasama dia pasti akan menyediakan toko di pusat kota untuk bapak-bapak dan mengatur buah-buahan impor buat di perdagangkan. Orang pribumi pertama yang jadi importir buah. dengan bantuan non-pri. Suatu bukti bahwa pribumi dan non-pri bisa bekerjasama dan hidup berdampingan secara keluarga," kata Sunarto alias Tong A Su yang terkenal lihay dengan lidahnya. Makanya dipakai sebagai sekretaris sekaligus ajudan oleh Jaya Wijaya. Tentu saja Sunarto tidak ceritakan, bagaimana atasannya mengumpulkan harta di bumi ini.
Daeng Mapparuka mohon waktu sebentar untuk berunding dengan saudaranya Sumarta.
"Silakan," kata Tong A Su melihat ke dua orang Indonesia teramat sederhana itu masuk kamar, seolah-olah hendak mengadakan permufakatan yang amat rahasia.
"Bagaimana pendapatmu kakang?" tanya Daeng.
"Kedengarannya menarik dan menguntungkan. Tetapi risikonya juga berat. Dia menghendaki kita memusuhi Erwin dan menyingkirkannya. Itu bisa berarti kekerasan!" kata Sumarta.
Setelah berpikir, Daeng berkata: "Tidak mesti pembunuhan.
Bisa juga justeru suatu hasil yang amat berpahala.
Menciptakan perdamaian antara Erwin dengan kelompok tuan Jaya Wijaya itu!"
"Mana mungkin. Kan kita telah melihat kemampuan Erwin."
Daeng tertawa penuh arti, tetapi juga membayangkan kelicikan jalan pikirannya. "Kita gerakkan Erwin untuk kembali ke negerinya di Sumatera. Kita beri dia modal. Tentu saja duitnya dari tuan Jaya Wijaya. Dia bisa buka warung atau usaha kecil lainnya di Sumatera. Penghidupannya di sini juga melarat, kan!"
"Tetapi dia akan curiga dengan usul kita itu!" kata Sumarta yang bukan saja punya rasa segan, tetapi juga takut pada
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Erwin. Lagi pula dia tidak punya akal selicik Daeng yang dulu pernah beberapa kali berusaha membunuhnya untuk merebut kucingnya yang bisa disuruh apa saja.
Setelah agak lama berpikir, Daeng mengusulkan supaya Sumarta mempercayakan urusan itu kepadanya. Dia akan mengatur dengan Tong A Su. Pendeknya tidak akan ada risiko bagi Sumarta. Dalam hati dia berpikir, bahwa urusan ini sama sekali tidak buruk. Hanya mengatur kepin-dahan Erwin ke Sumatera. Dengan penghidupan yang lebih baik. Tidak punya musuh. Bukankah itu suatu amal yang baik" Pasti tidak salah, melainkan berpahala.
Perundingan tidak menemukan jalan keluar. Sumarta tetap menolak, karena kuatir Erwin mengetahui kerjasama antara dirinya dengan Jaya Wijaya. Tetapi setelah Daeng Mapparuka dengan gigih mempertahankan keyakinannya dan berani pula bersumpah, bahwa Sumarta tidak akan menerima risiko apapun akhirnya Sumarta berkata: "Terserah, tetapi aku tidak mau turut campur dan tidak mau turut tanggung jawab!"
"Kalau sudah begitu kata kukang, tahu bereslah. Saya yang mengurus semua. Pasti Erwin mau meninggalkan Jakarta ini.
Buat apa dia di sini tanpa kebahagiaan, bahkan hidup miskin begitu," kata Daeng yang sudah pandai berkata begitu karena telah memiliki jutaan rupiah dari Sumarta. Memang hal biasa saja. Banyak orang, kalau sudah punya duit, jadi berubah sifat. Bahkan ada yang berubah perangai. Apalagi kalau tadinya biasa hidup kere, serba kekurangan. Orang kata, manusia yang begitu seperti orang buta baru melek! Agaknya tepat juga kata-kata itu. Kalau kita menoleh ke sekeliling kita, banyak contohnya.
"Kami sudah berunding," kata Daeng Mappa-ruka kepada Tong A Su yang sudah agak gelisah menunggu. Takut usulnya ditolak dan dia dianggap kurang becus oleh majikannya. "Usul tuan diterima baik. Sekarang juga saya akan bekerja, tetapi tuan tentu tahu sendiri!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Oh, mengenai itu jangan kuatir. Tentu saja kami yang pikul seluruh biaya. Bagaimana caranya bapak akan melakukannya?"
"Itu suatu rahasia," kata Daeng. "Dan urusan saya.
Pokoknya musuh itu saya singkirkan. Tidak akan menyusahkan tuan-tuan lagi. Kan itu ke-mauan tuan-tuan?" Tong A Su membenarkan. Atas permintaan Daeng pesuruh Jaya Wijaya menyerahkan sepuluh juta tunai yang sudah disediakannya.
Dia malah bersedia kalau Daeng minta tiga puluh juta, tetapi orang yang belum biasa dengan uang banyak itu, merasa sepuluh juta sudah terlalu besar. Dia tadi kuatir kalau Tong A Su akan menolak dan dia sudah siap untuk menurunkan permintaannya jadi lima juta saja.
"Kapan saya bisa dapat kabar?" tanya Tong A Su ketika dia mau pulang.
Sati yang sejak tadi mengikuti gerak Daeng Mapparuka, memperhatikan kedua manusia yang memberi dan menerima upah itu. Dia mengerti semua rencana, tetapi tidak memberi komentar karena tidak bisa bicara. Dia mengetahui, bahwa majikannya Sumarta telah terbujuk oleh Daeng yang amat pintar bicara dan kian rakus akan uang.
Ketika Tong A Su bergerak hendak meninggalkan rumah, Sati mendadak melompat langsung ke bahu orang itu. Daeng dan sekretaris Jaya Wijaya itu terkejut bukan kepalang. Cina itu berteriak keras karena sangat terperanjat.
"Mati, mati gua," teriak Tong A Su," tolong pak tolong." Dia menduga, bahwa kuku dan gigi kucing itu pasti akan masuk ke dalam leher dan mukanya, tetapi aneh, kucing itu hanya duduk di atas tengkuknya, lalu menjilat-jilat kepala kemudian pipi Tong A Su.seperti jilat sayang. Jilat cara kucing menunjukkan rasa sukanya kepada seseorang. Namun begitu rasa kaget Cina itu tidak segera lenyap. Tetapi Daeng Mapparuka menarik napas lega. Rupanya kucing suruhan itu
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
setuju dengan semua perjanjian kerjasama yang dimaksud Daeng.
"Kau sungguh kucing sakti amat baik dan pintar Sati," kata Daeng. "Tahu apa yang menguntungkan untuk kita," katanya lagi seolah-olah Sati miliknya dan dengan begitu berada di bawah segala perintahnya. Mendengar ini Sati memandang Daeng dengan pandangan dingin. Tiada ekspresi apa pun.
Timbul juga pertanyaan di dalam hati Daeng, apakah maksud pandangan itu, tetapi dia tidak mau memikirkannya lebih jauh.
Kalau marah biasanya dia langsung bertindak. Kalau dia benci pada Tong A Su tentu sudah diru saknya muka orang itu.
Giginya pasti sudah dibenamkan-nya ke dalam tengkuk Tong yang empuk.
"Sudah, turunlah Sati," kata Daeng. Tetapi kucing itu tetap bertengger di atas tengkuk Tong
A Su. "Turun sayang," bujuk Daeng. Dan kini kucing itu melompat ke lantai sambil mengeluarkan dengus tidak bersahabat.
*** KETIKA Sumarta ke luar dari kamar, Daeng memberikan uang yang sepuluh juta kepadanya. "Ini. Baru persekot. Nanti kita minta tambah, kalau sudah selesai," kata Daeng. Dia tidak berani curang dengan uang, karena takut pada Sati yang mungkin akan marah kalau majikannya ditipu.
Tanpa diduga Daeng, sahabatnya itu menolak.
"Mengapa?" tanya Daeng.
"Sudah kukatakan tadi, aku tidak mau campur dalam urusan ini. Aku takut pada Erwin. Sati bersahabat kental dengannya!" kata Sumarta.
"Aneh kakang ini. Dia tidak akan disakiti. Tergores sedikit pun tidak. Dia malah akan berubah nasib. Jadi orang yang punya duit untuk hidup bahagia!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Nampaknya dia tidak mencari kebahagiaan melalui uang, Daeng. Barangkali dia justeru merasa teramat bahagia dengan cara hidupnya yang seperti sekarang," ujar Sumarta.
"Bukankah kakang membutuhkan uang untuk merubah nasib dan dengan perubahan nasib itu kakang ingin mempersunting wanita cantik yang kaya dan terpelajar itu?"
kata Daeng. Mendengar ini Sumarta malu, tetapi dia tidak jadi emo-sionil. Bahkan berkata: "Benar. Semua itu benar. Tetapi Erwin belum tentu seperti aku. Aku jatuh cinta pada perempuan yang sulit dijangkau, Erwin barangkali tidak!
Berlainan, bukan?"
Dalam hati Daeng mengakui, bahwa cara berpikir sahabatnya itu mungkin benar, tetapi karena dia sudah terlanjur menerima uang dari Tong A Su, ia berniat untuk meneruskan rencananya. Dengan sehalus mungkin. Karena dia pun tidak punya niat untuk membinasakan Erwin. Dia tidak punya modal. Tidak seperti Sumarta yang punya kucing sakti untuk disuruh-suruh.
*** TIBA di rumah Tong A Su menceritakan seluruh
pengalamannya tanpa ada yang dipotong, supaya majikannya tahu betapa berat pekerjaan yang baru diselesaikannya. Jaya Wijaya merasa puas. Akhirnya ia dapat memecah persahabatan antara pemilik kucing suruhan dengan Erwin yang mempunyai ilmu gaib tak terkalahkan dengan senjata.
Orang berilmu memang harus dipunahkan oleh orang lain yang punya ilmu lebih tinggi. Setelah kekuatan yang satu binasa, barulah ia akan membinasakan Sumarta dan Daeng Mapparuka sehingga kucing bersetan itu tidak lagi berdaya karena tidak ada yang memerintahnya.
"Kau memang tangan kanan yang tidak punya tandingan, A Su," kata Jaya Wijaya yang oleh keluarga-keluarga terdekatnya dipanggil Jack.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Terima kasih boss," kata Tong A Su. Bangga sekali dia.
"Kemenangan ini patut kita rayakan," kata Jaya Wijaya.
"Katakan keinginanmu. Jangan malu-malu. Kau kenal aku.
Majikan yang selalu mau bikin senang orangnya yang betul-betul berbakat!"
"Apa saja boleh boss?"
"Tentu, apa saja. Tanpa kecuali. Tapi jangan minta bidadari dari syorga. Itu aku .tak mampu," kata Jaya Wijaya sambil tertawa.
"Aku mau ke nite-club malam ini!"
Mendengar itu Jaya Wijaya heran. Bah, kok cuma minta itu.
Tanpa bikin prestasi besar dia juga saban malam boleh saja bersenang-senang di nite-club.
"Tapi bukan seperti biasa boss. Aku butuh bantuan boss!"
kata A Su. "Bantuan apa?" tanya Jaya Wijaya heran.
"Rekomendasi, boss. Sepotong surat kecil saja. Kayak kattebelletje."
Kian heran Jaya Wijaya bertanya: "Aku tidak mengerti!"
"Aku ingin mencoba penyanyi yang dari Taiwan itu. Sandra Lee!"
Mendengar nama itu, jadi jelas bagi Jaya Wijaya.
Sandra Lee, penyanyi sangat cantik dari Taiwan memang sedang mengadakan show di sebuah klab malam Jakarta Pusat. Dia memang istimewa. Namun masih ada "tapi"nya. Dia bersedia berkenalan dengan tokoh-tokoh berduit alias cukong-cukong yang benar-benar bukan sembarangan. Atau dengan non-cukong yang disuguhi oleh cukong. Orang semacam Tong A Su termasuk di dalam daftar "cukong besar." Tetapi dengan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
rekomendasi dari orang semacam Jaya Wijaya dirinya dapat dipakai untuk memberi hiburan dalam arti kata lumayan luas.
"Kau berselera tinggi A Su. Itu bagus. Tetapi juga harus selalu berprestasi tinggi," kata Jaya Wijaya.
"Tentu boss, seluruh diri dan kemampuanku untuk boss,"
kata Tong A Su menerima secarik kertas kecil dari Jaya Wijaya. Kertas secarik itu sudah cukup untuk memboyong Sandra Lee.
*** MALAM itu Tong A Su mengambil seorang pramuria dari hampir seratus orang yang memajang diri menanti peminat.
Tetapi berbeda dengan malam-malam lainnya ia kurang memperhatikan teman duduknya. Kalau biasanya duduk di box yang "aman" dari pemandangan tamu-tamu lain, sehingga bebas pegang sana, raba sini, malam itu ia duduk di meja paling depan. Untuk dapat melihat si penyanyi sasaran lebih jelas. Kattebelle-tje berisi rekomendasi boss-nya sampai ke tangan si penyanyi ex-Taiwan melalui seorang pelayan wanita yang diberi tip tidak kurang dari lima ribu sekedar menyampaikan kertas berharga itu. Dan malam itu Tong A Su menerima si cantik bersuara merdu di kamar sebuah hotel kelas satu. Tetapi celaka benar, baru saja wanita itu dipersilakannya duduk, masuk pula tamu lain yang entah dari mana datangnya. Seekor kucing yang pada siang harinya dilihatnya di rumah Daeng Mappa-ruka dan telah melompat ke atas kuduknya. Mukanya serta merta jadi pucat dan mulutnya tak terbuka menjawab pertanyaan Sandra Lee yang juga terheran-heran melihat adanya seekor kucing di sana.
"You penyenang dan penyayang kucing ya," kata Sandra,
"suatu tanda bahwa you seorang yang lembut hati." Tetapi setelah melihat perubahan muka Tong A Su, perempuan itu pun jadi kaget dan mulai takut.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
*** LIMA PULUH TUJUH
MENGALAMI sendiri, bahwa kucing itu telah mengenalnya dan melompat ke kuduknya lalu menjilati leher dan mukanya, ditambah dengan kehadiran seorang wanita di hadapannya, ia berdaya upaya untuk memberi keyakinan kepada dirinya, bahwa kucing aneh itu tidak punya maksud buruk. Bahkan barangkali ingin bersahabat dengannya. Bukan tak mungkin binatang yang membenci bossnya tidak punya niat buruk terhadap dirinya, karena ia hanya seorang anak buah. Bukan penjahat. Harapannya menjadi lebih besar, ketika kucing itu mengeong lembut, seakan-akan minta disayangi atau diberi makan.
"Mungkin dia minta makan," kata Sandra Lee yang sudah tidak takut lagi, karena kucing itu bersikap bersahabat, bahkan manis. Perempuan yang punya suara merdu itu menegur si kucing: "Apakah kau lapar, sayang?"
Kucing itu mengeong lagi yang oleh Sandra ditafsirkan, bahwa kucing itu mengatakan "ya", dia memang sedang lapar.
Penyanyi itu minta kepada Tong A Su agar memesan makanan, yang dipatuhi tanpa komentar. Kucing itu jelas ingin bersahabat, maka dia harus bersyukur atas itu. Ayam goreng dipesan. Begitu pula makanan yang dipilih Sandra.
Sebenarnya A Su merasa terganggu, sebab ia ingin buru-buru memulai acara yang sudah dirancang dalam benaknya. Tetapi tertunda sebentar toh jauh lebih baik daripada diterkam oleh kucing yang diketahuinya mempunyai sifat-sifat sadis terhadap orang yang tidak disukainya.
Sandra Lee mengelus-elus Sati dan ia menunjukkan rasa senang dengan belaian tangan halus wanita Taiwan itu. Ia menanyakan nama kucing itu yang disahuti dengan ngeongan manja. Makanan yang dipesan datang, menebarkan bau
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
harum membangkitkan selera. Pelayan pergi setelah menerima tip dan mengucapkan "malam bahagia" kepada kedua orang itu. Ia kenal pada Tong A Su yang bukan baru sekali itu datang ke sana. Tetapi kawannya malam itu tidak dikenalnya, walaupun ia seorang penyanyi kenamaan sehingga didatangkan dari negeri asalnya.
Tong A Su meletakkan piring berisi ayam untuk Sati di atas lantai, lalu mengangkat kucing itu dan mendudukkannya di hadapan piring. Ia membiarkan dirinya diatur Tong A Su, tetapi begitu orang itu duduk kembali, Sati melompat ke tempatnya semula. Di atas meja.
"Dia tak suka makan di bawah," kata Sandra Lee. "Ia ingin punya hak sama dengan manusia," katanya lagi sambil tertawa. Laki-laki yang ingin bermalam gembira itu pun turut tertawa. Piring ayam goreng Sati diletakkan kembali di atas meja. Tetapi kucing itu hanya melihat-lihatnya. Tong mengambil sepotong paha, menyugukannya ke kucing Sumarta, tetapi ia buang muka.
"Coba aku," kata Sandra Lee. "Barangkali dia mau menerima dari tanganku."
Perbuatan mengiringkan kata. Dan mengherankan atau lucu sekali, kucing itu mau menerima Dipagutnya potongan ayam itu. Ia melompat ke lantai, menuju pintu lalu memandang ke Sandra, seolah-olah minta dibukakan pintu.
Penyanyi itu membuka pintu dan benar saja, Sati pergi dengan damai. Meninggalkan rasa damai dan tenteram pula di hati Tong A Su.
"Kucing aneh. Aku belum pernah menemukan kucing seperti itu. Negerimu ini penuh dengan rahasia. Dengan misteri. Di negeriku yang begitu hanya ada dalam dongeng,"
kata Sandra Lee.
"Ya," ujar Tong A Su yang masih bertanya-tanya pada dirinya, apakah artinya semua ini Kucing itu betul-betul aneh.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Barangkali dalam dongeng pun tidak ada. Sekurang-kurangnya ia belum pernah membaca cerita tentang kucing yang berperangai begitu.
"Negeri yang amat menyenangkan. Dengan orang-orangnya yang royal, yang ramah dan baik hjiti. Sampai ke kucing-kucingnya pun begitu baik. Dan pintar. Seperti manusia saja. Hanya berbadan kucing dan tidak bisa bicara. Tetapi kelihatannya mengerti. E, omong-omong apakah kucing tadi bukan milikmu?"
"Bukan," jawab Tong A Su.
"Semakin aneh. Kalau aku lama di negerimu ini mungkin aku akan melihat lebih banyak keajaiban yang tak terlupakan.
Dan kalau kuceritakan kepada keluarga dan kawan-kawanku, tentu mereka tidak percaya. Malah akan mentertawakan aku!"
kata Sandra penuh kekaguman.
Hasrat yang sudah beberapa hari menyala ingin mencicipi sang penyanyi ditambah dengan kejelitaan Sandra yang memang sangat mempesona, membantu Tong A Su untuk lebih cepat normal kembali. Ia mulai mencumbu perempuan itu dan sebagai orang yang sudah mahir dalam pekerjaan sambilan, tetapi mungkin merupakan sumber income utama itu, belagak malu-malu. Tidak menerkam seperti professional kelas murahan. Terkaman yang dibuat-buat untuk menimbulkan pikiran menyenangkan tetapi keliru bagi sang lelaki, terutama yang menyangka dirinya amat disukai segala wanita. Cara ini akan mempercepat penyelesaian proses yang justeru selalu menjadi keinginan tiap wanita professional di bidang tersebut.
Kelihayan Sandra Lee dalam praktek halus membuat Tong A Su tambah kelimpungan.
"Kau laki-laki yang amat menyenangkan," kata Sandra.
"Bau keringatmu merangsang," katanya lagi secara ahli. "Akan lebih merangsang lagi kalau dicampur dengan deo khusus."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sandra bangkit dan mengeluarkan satu botol kecil dari tasnya.
Satu botol mini berisi deodorant anti keringat. Tanpa permisi dulu ia menyemprot kedua ketiak Tong A Su dengan senyum amat ramah.
"Kau baik sekali Sandra," kata Tong A Su.
"Apa merknya. Aku akan membelinya."
"Untuk menarik perempuan lain ya. Ah, kau rupanya mata keranjang," kata Sandra bela-gak cemburu. Suatu cara lagi yang penuh kepalsuan, tetapi disukai oleh laki-laki yang dapat dikibuli. Sebenarnya Sandra menyemprot kedua ketiak laki-laki berpakaian bersih itu semata-mata karena ia tidak tahan dengan baunya yang bisa menyebabkan muntah. Suatu hal yang biasa saja. Banyak laki-laki "dan wanita" yang kelihatan berpakaian atau berdandan rapi, bahkan mewah menyebarkan bau badan yang sangat 'tidak menyenangkan.
Mengganggu orang sekitar dan menjauhkan orang-orang yang mau didekati Bagi Sandra Lee yang penyanyi berdwifungsi itu, pengalaman begitu bukan untuk pertama kali. Bila menghadapi "lawan berat" begitu, ia selalu menggunakan taktik yang sama. Penyemprotan untuk meningkatkan dayarangsang.
"Aku permisi ke toilet sebentar," kata Tong A Su. Sandra mengangguk dan tahu, bahwa adegan berikutnya akan meningkat pada acara utama dalam pertemuan seperti itu.
Yang belum diketahuinya hanyalah apa ia akan bekerja berat atau enteng-enteng saja. Tidak pernah dipikirkannya siapakah orang ini. Ia pun tidak perduli siapa dia, karena yang penting baginya imbalan yang setimpal. Ia kenal orang yang memberi rekomendasi, walaupun orang itu tidak pernah bergaul sangat intim dengannya. Ia pernah bertanya pada diri sendiri mengapa Jaya Wijaya tidak pernah mengajaknya berdua-dua dalam kamar dikunci. Akhirnya ia menarik kesimpulan bahwa orang kaya yang amat disegani itu mungkin punya selera lain. Tidak menyenangi wanita ramping seperti dirinya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Barangkali kegemarannya yang gemuk atau bahkan yang tinggi besar. Selera lelaki dalam hal demikian selalu berbeda-beda. Tidak diketahuinya, Jaya sudah impoten.
Sedang dengan santai saja menunggu acara berikut, mendadak Sandra terkejut lagi. Bagaimana tidak! Kucing yang ke luar pintu tadi kini sudah ada pula di kamar itu, tanpa pernah mengeong minta dibukakan pintu. Sungguh aneh sekali, darimana dia masuk. Kucing itu memandang dia sesaat dengan pandangan ramah, kemudian berjalan menuju kamar mandi. Sebelum tanda tanya itu terjawab, ia terkejut lagi. Kini disertai dengan bulu roma berdiri. Dari kamar mandi didengarnya suatu jerit yang mengerikan. Kemudian suara minta tolong. Suara Tong A Su. Kini hati penyanyi itu jadi kecut sementara jantungnya berdebar kencang. Ia merasa mukanya jadi pucat dan badannya melemah. Didengarnya pula suara meronta-ronta seperti dua manusia sedang berkelahi atau bergumul. Pasti ada orang lain selain Tong A Su di kamar mandi itu. Apakah orang itu sudah menanti di kamar mandi ataukah baru masuk tanpa dilihatnya"
Wanita yang sedang bernasib sial itu tidak dapat menahan jerit ketika Tong A Su keluar dari kamar mandi sambil berteriak-teriak minta tolong. Napasnya terengah-engah, kepala dan tubuhnya yang hanya tinggal berbaju kaos serta celana dalam penuh darah. Yang lebih mengerikan Sandra adalah kucing tadi yang kini berada di tengkuk A Su sambil menggigit dan mencakar leher dan muka orang yang hendak bermalam senang itu. Rasa takut penyanyi itu berubah jadr kepanikan yang amat sangat. Takut pada kucing yang tadi dielus-elusnya. Apakah ini yang dinamakan setan menyamar sebagai kucing! Apakah ia juga akan diserang dan berdarah-darah seperti Tong A Su"
Pintu kamar digedor-gedor dari luar. Rupanya jerit dan lengking kedua orang itu sudah didengar beberapa pelayan dan tamu yang tentu saja jadi sangat terkejut. Gedoran
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tambah keras, tetapi pintu tetap tertutup karena Sandra tidak sanggup berdiri untuk membukanya. Padahal ia ingin agar orang-orang di luar itu segera masuk memberi pertolongan.
"Tolong!" teriak Sandra yang kian takut karena kucing itu kian ganas. Tong A Su jatuh. Seluruh badannya gemetar, tampak jelas oleh Sandra, sehingga ia sendiri pun. turut gemetaran pula.
"Buka pintu!" kata suara keras dari luar. Mereka yang di luar ini pun semakin panik. Tetapi tak lepas dari ingin tahu, apakah yang sedang terjadi di dalam kamar terkunci itu.
Perkosaan" Penodongan ataukah perkelahian" Ataukah telah terjadi pembunuhan oleh pendatang atas diri penghuni kamar"
Tiba-tiba pintu terbuka, seorang berpakaian preman dengan senjata menyerbu. Ia cekatan sekali, matanya memandang keliling. Tajam dan tegang. Tiada musuh yang akan ditembak atau lawan yang menghadapi dia. Hanya ada seorang perempuan di ranjang, setengah berbaju. Yang setengahnya tanpa busana. Di lantai berkarpet menggelepar seorang laki-laki berlumuran darah.
Terutama kepala dan setengah tubuhnya. Dia tidak bersuara, tetapi tubuhnya menyentak-nyentak diselang-seling dengan dengus sapi yang sedang disembelih.
"Ada apa! Kenapa dia!" suara reserse berpistol itu.
Setengah bertanya, setengah heran. Perempuan itukah yang melukainya karena ia tidak sudi melayani lelaki itu"
Perempuan itu tidak menjawab, tetapi sudah menarik selimut menutupi badannya.
Petugas-petugas hotel sudah masuk.
"Ada apa nona" Siapa lelaki itu?" tanya wakil pemimpin hotel.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kucing!" jawab wanita itu. Membuat semua orang jadi sangat heran. Dia tidak menjawab pertanyaan. Siapa orang yang menggelepar itu dan apa yang telah terjadi.
"Orang ini siapa!" tanya reserse. "Penjahat?"
"Bukan. Tong A Su. Kucing," jawab Sandra Lee. Masih saja sangat membingungkan. Mengapa ia menyebut-nyebut kucing. Mengherankan sekali. Apa kaitannya dengan kucing.
Lagi pula di sana tidak ada kucing. Baru nama lelaki itu yang jelas. Tong A Su.
Dua orang dari rumah sakit sudah tiba memeriksa Tong A Su yang masih tersentak-sentak. Apa yang menyebabkan ia berdarah-darah dan tampaknya mendekati kematian"
"Nona berkelahi dengan korban ini?" tanya reserse lagi.
"Tidak. Kucing," jawabnya. Kedua petugas rumah sakit memandang ke arahnya, begitu pula si reserse. "Penonton"
lain sudah disuruh ke luar. Reserse itu kini mulai percaya bahwa peristiwa ini punya hubungan dengan kucing. Cuma, hubungan bagaimana" Apakah ada sengketa mengenai seekor kucing dengan orang lain, sehingga ia ditimpa cedera seperti ini" Ataukah ia diserang kucing. Cerita seperti itu pernah didengarnya. Serangan kucing setan di rumah seorang dukun dan tukang buah. Tetapi mana kucingnya. Ia melihat lagi ke sekitarnya. Kini penuh curiga kembali. Makanya ia mengeluarkan pistolnya lagi. Tidak ada apa-apa. Tetapi mendadak terdengar suara kucing mengeong. Sandra Lee ter-jerit lagi dan suatu letusan keras setengah meng-goncang ruangan itu. Si reserse "oleh kagetnya mendengar jerit Sandra" menembak ke arah suara kucing. Karena panik belaka. Ia sama sekali tidak melihat kucing. Dan memang tidak ada kucing. Hanya suaranya. Petugas-petugas rumah sakit yang sudah siap hendak mengangkut korban dengan sebuah tandu pun jadi ketakutan. Ini benar-benar kucing setan. Ada suara tanpa kehadiran dirinya. Ataukah dia ada di sana hanya tak kelihatan oleh mata kasar manusia"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Bagaimana pun ia pasti kucing setan. Kucing biasa tidak akan mampu melukai orang separah itu. Yang mungkin akan fatal.
Mati. Sedang pak reserse berpikir-pikir dengan hati cemas, mendadak ia terkejut lagi. Semangatnya terbang. Di pojok kamar telah duduk seekor kucing. Biasa saja, seperti kucing-kucing lainnya. Dan ia melangkah tenang, melompat ke atas ranjang.
*** LIMA PULUH DELAPAN
MELIHAT kenyataan ini Sandra Lee yang oelum dapat kesempatan mengenakan pakaian terkejut lagi, tetapi ia tidak menjerit. Mungkin karena takut, kucing itu akan marah. Tetapi bukan mustahil ia sudah tidak mampu lagi menjerit. Binatang ajaib atau bersetan itu memandanginya dengan mata sejuk.
Ramah. Kemudian merebahkan diri, seolah-olah ingin istirahat dari perjalanan jauh yang meletihkan.
Pak reserse yang kini jadi kian bingung berpikir apakah ini kucing yang dimaksud oleh Sandra Lee. Tidak masuk akal. Ini kucing biasa dan sangat jinak. Ia memandang perempuan di atas ranjang itu. Tidak bertanya, tetapi matanya jelas minta penjelasan. Wanita itu pun tahu bahwa orang yang punya senjata itu ingin tahu, apakah ini kucjng yang dimaksudkannya. Tetapi ia tidak mengatakan sesuatu. Tidak berani atau tidak sanggup. Memang ini kucing itu. Tetapi ia mempunyai sifat yang begitu aneh. Bisa sangat ramah, tetapi pada saat berikutnya ia bisa lebih ganas dari binatang buas.
Konon harimau hanya mau menerkam Tong A Su tanpa sebab dan ia pasti bukan hewan pemakan daging manusia. Ataukah, memang ada sebab ia melakukan penyerangan itu" Mengapa tidak sejak semula" Ketika ia baru datang dan kemudian dipesankan daging ayam. Kesempatan menerkam baginya
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sama saja. Terbuka, tiada rintangan. Apakah maksud dan keinginan kucing itu sebenarnya. Bukan hanya dirinya, tetapi kelakuannya pun sangat penuh rahasia.


Kucing Suruhan Karya S B Chandra di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Suasana di kamar itu senyap. Semua orang seperti dipukau oleh kucing aneh itu. Tidak seorang pun mampu buka suara.
Kucing itu bangkit lagi bergerak perlahan-lahan ke dekat kepala Sandra. Berdiri di sana sambil memandangi perempuan itu dengan ramah sekali, seperti mengajak bersahabat akrab.
Mungkin pula dia ingin mengatakan, bahwa antara dirinya dengan penyanyi itu tidak ada apa-apa. Dan dirinya sama sekali tidak perlu ditakuti. Tetapi mengingat apa yang terjadi dengan Tong A Su, wanita cantik itu merasa takut bukan kepalang. Kucing ini tidak dapat diduga-duga. Entah apa rencana dan maksudnya. Bisa juga tenang dengan angin sepoi-sepoi sebelum badai meledak. Memporak-porandakan wajah cantiknya seperti yang dilakukannya terhadap tangan kanan Jaya Wijaya.
Melihat tiada reaksi atas pandangan lembutnya, kucing itu menggesek-gesekkan kepalanya ke dada Sandra Lee.
Kemudian ke wajahnya.
Tidak cukup dengan gesekan, ia kemudian menjilat-jilat muka yang tadi dihujani ciuman oleh Tong A Su menjelang ia ke kamar mandi. Karena ingin menikmati atau dengan maksud membersihkan muka dari jilatan lidah rakus Tong A Su yang telah dicelakakannya.
Suatu instink menggerakkan tangan Sandra Lee, membalas dengan elusan ke kepala dan tubuh kucing itu. Aneh terasa oleh penyanyi itu, kucing yang tak lain dari Sati, berbau harum, harum melati. Elusan itu menyenangkan hati kucing yang punya dua sifat menonjol yaitu kelembutan dan keganasan.
Pada saat tenang dan suasana mulai normal di kamar itu, petugas-petugas rumah sakit mengangkut tubuh Tong A Su
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
yang sesekali tersentak. Hanya itu saja tanda bahwa ia masih hidup.
Pak reserse, dua petugas hotel dan dua perwira polisi yang baru datang memandangi adegan kucing dan penyanyi itu dengan penuh keheranan. Yang biasanya hanya ada dalam buku khayalan kiranya bisa jadi kenyataan dan mereka sedang melihat sendiri kenyataan itu.
Beberapa menit kemudian kucing itu berhenti menjilati lalu memandangi muka Sandra. Setelah itu ia berbalik, melompat ke karpet dan berjalan tenang-tenang ke pintu yang terbuka.
Melalui para petugas dan orang-orang yang berada di luar pintu. Semua orang berdiri tegak, seperti menghormati seorang pembesar tinggi. Dan Sati berjalan terus, tidak tergesa-gesa di koridor hotel yang memisahkan dua baris kamar. Tanpa menoleh ke kiri atau ke kanan, diikuti oleh sekian puluh pasang mata manusia yang kini hanya terheran-heran seperti bermimpi. Kemudian, secara tiba-tiba kucing itu lenyap. Tidak ada lagi. Para penontonnya kaget. Mereka saling pandang. Beberapa saat tanpa kata. Kemudian ada yang berbisik: "Siluman!" Yang lain menyertai: "Barangkali manusia yang jatuh cinta pada wanita itu. Tetapi cintanya ditolak.
Karena ia berilmu, ia menyamar sebagai kucing."
"Lalu mengapa dia menyerang laki-laki tadi sampai hampir mati. Barangkali pun kini sudah mati," kata yang lain.
"Balas dendam, karena cinta lelaki sial itu diterima si wanita," ujar seorang lain.
Sehari itu dan pada hari-hari berikutnya, kisah nyata antara seorang penyanyi, lelaki tak terkenal dan seekor kucing siluman itu menjadi topik pembicaraan di hotel. Baik di kamar, di lobby, maupun di restauran-nya.
*** KEJADIAN yang semula hanya menggemparkan para petugas dan penghuni hotel, dimuat di harian-harian oleh para
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
reporter pemburu berita bertelinga tajam, sehingga jadi pembicaraan masyarakat ramai. Bukan sampai di situ. Rumah Daeng Mapparuka dan Sumarta didatangi polisi. Meskipun Polri mempunyai banyak perwira, namun dalam kasus ini Kapten Sahata Siregar juga yang diberi tugas, karena ia sudah agak berpengalaman dalam perkara-perkara misterius semacam ini. Lagi pula ia sudah kenal dengan kedua orang dukun yang belum punya banyak langganan tetapi sudah lumayan berduit itu.
Siregar mengunjungi Sumarta dan kawannya sebelum berita itu disiarkan koran, sehingga kedua orang itu, terutama Sumarta terkejut bukan buatan ketika mendengar bahwa seorang bernama Tong A Su telah diserang kucing di sebuah hotel kelas mahal. Daeng Mapparuka kebingungan karena ia telah menerima persekot sepuluh juta dari orang yang korban itu. Apakah ia akan dituntut sebagai penipu"
"Mengapa ia melakukan itu pak Sumarta"'' tanya Kapten Siregar.
"Saya tidak tahu. Mendengar ceritanya saja pun baru sekarang," jawab Sumarta.
"Apakah pak Sumarta punya hubungan dengan orang yang jadi korban itu?"
"Tidak!" jawab Sumarta. Ia tidak mengerling ke Daeng Mapparuka yang juga hadir di situ. Namun begitu, jantung Daeng berdebar.
"Kenal juga tidak?" tanya kapten Polisi itu lagi.
Dengan sikap agak ragu-ragu Sumarta mengatakan, bahwa ia pernah melihatnya.
"Dimana?" tanya Siregar.
"Disini. Dia datang ke mari," jawab Sumarta. Jawaban itu tidak menguntungkan, tetapi dia tidak bisa dan tidak suka berbohong.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kapten yang tidak memperlihatkan sikap terkejut atau curiga itu bertanya dengan nada biasa: "Dia sudah pernah ke mari?"
"Sudah pak!"
"Boleh saya tahu untuk apa?"
"Dia mau minta tolong!"
Siregar jadi kian tertarik. "Tolong apa?"
"Tapi saya tidak mau," jawab Sumarta seadanya.
"Pertolongan apa yang dipintanya?"
"Dia minta kami menyingkirkan Erwin!" Kapten Siregar semakin serius dan ingin tahu. Erwin, si manusia harimau sahabatnya. Atau kalau dikatakan sahabat terlalu akrab, sedikitnya kenalan. Orang baik, kalau tidak disakiti atau diancam. Mengapa ia harus disingkirkan"
"Pak Sumarta tadi mengatakan kami. Jadi dia juga bicara dengan pak Daeng?" tanya kapten Siregar.
Sumarta mengangguk. Kini ia tidak dapat menahan matanya dari melirik ke arah Daeng Mapparuka, yang memperlihatkan salah tingkah.
"Betul begitu pak Daeng?"
Daeng membenarkan dengan menambahkan: "Tetapi saya belum berbuat apa-apa!"
"Belum berbuat. Kalau begitu ada niat atau rencana untuk berbuat. Maksud saya mau menyingkirkan Erwin!"
Gugup Daeng menjawab: "Tapi bukan dengan kekerasan.
Saya malah mau menguntungkan Erwin!"
Siregar bertanya, menguntungkan bagaimana yang dimaksud Daeng. Ia lalu mengatakan, bahwa ia mau meminta
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Erwin pindah kembali ke Sumatera. Ia akan memberinya modal. Modalnya dari Tong A Su.
"Bukankah itu baik untuk Erwin" Jadi, maksud saya itu baik," kata Daeng yang ingin meyakinkan kapten Siregar bahwa ia semata-mata hendak berbuat kebaikan. Tidak lain daripada itu. Tidak lain daripada itu.
"Kalau Erwin tidak mau. Daeng akan berbuat apa?"
"Tidak apa-apa," jawab Daeng. Suara menurun. Ia sendiri ragu-ragu, apakah benar-benar ia tidak akan berbuat apa-apa.
"Apakah untuk itu pak Daeng sudah terima apa-apa dari Tong A Su. Siapakah sebenarnya dia?" tanya si petugas hukum.
Pertanyaan ini menyulitkan Daeng dalam memberi jawaban. Mau mengatakan tidak terima apa-apa, ia berbohong. Dan bohong kepada polisi dalam peristiwa yang begitu mengerikan, banyak risikonya. Kalau kebohongannya sampai ketahuan,, maka ia pasti dituduh terlibat di dalam serangan kucing itu. Tetapi mengatakan terima uang panjar juga punya risiko.
"Dia orang kepercayaan tuan Jaya Wijaya," jawabnya setelah berpikir.
"Jadi, tuan Jaya Wijaya itu yang ingin agar Erwin disingkirkan?" tanya kapten Siregar.
"Saya kira begitulah," jawab Daeng. "Apa tujuannya saya tidak tahu."
"Pertanyaan saya tadi. Apakah pak Daeng sudah menerima persekot untuk pekerjaan menyingkirkan orang itu" Saya lebih suka jawaban yang benar pak Daeng!" Suara kapten Siregar sangat serius. Seperti mengandung semacam peringatan.
"Saya tidak mau, tetapi dia memaksa!"
"Lalu pak Daeng menerimanya."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Daeng Mapparuka membenarkan.
"Bolehkah saya tahu berapa .banyaknya?"
Walaupun berat menjawab, Daeng tidak berani bohong.
Maka dengan suara rendah dia berkata: "Sepuluh juta pak!"
"Besar sekali. Maksud saya, bagi saya jumlah sekian besar sekali. Seumur hidup saya belum pernah memiliki uang sebanyak itu. Penyingkiran Erwin itu tentu penting sekali bagi tuan Jaya
Wijaya!" Daeng Mapparuka tidak menjawab.
"Orang yang mau terima persekot tentu yakin akan sanggup melaksanakan tugas yang dibebankan atas bahunya,"
kata kapten Siregar. Lalu ditambahkannya: "Dalam bahasa kriminil, penyingkiran itu berarti pembunuhan. Melenyapkan nyawanya!"
"Tapi saya hanya mau memindahkannya dengan memberikan modal!"
"Apakah tuan Jaya Wijaya mau begitu?"
"Itu bukan urusan saya," kata Daeng Mapparuka yang mulai berani berdebat untuk mengelakkan tuduhan buruk atas dirinya. "Bila dipindahkan dari sini, bagi saya berarti menyingkirkannya. Jadi dia tidak akan di sini lagi!"
"Daeng rupanya sangat mahir berbahasa Indonesia.
Meskinya jadi pengacara, bukan dukun!" kata Siregar. Dia juga mulai sengit.
"Bukan begitu pak," kata Daeng mengendur, merasa bahwa kata-katanya tadi termasuk kasar. Seperti orang ingin menegakkan benang basah. "Saya cuma ingin meyakinkan bapak, bahwa saya tidak akan pernah jadi pembunuh." Pada saat itu, dalam hati Daeng teringat pada usaha-usahanya
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
membunuh Sumarta untuk memiliki dan menguasai kucing sahabatnya itu.
"Baiklah, baik. Saya sudah dengar, pak Daeng tidak akan pernah jadi pembunuh. Hanya mau memindahkan Erwin ke Sumatera. Itu namanya penyingkiran." Menoleh pada Sumarta perwira Polri itu bertanya: "Jadi pak Sumarta tidak mau campur dalam urusan dengan Tong A Su itu. Maksud saya, tidak terlibat?"
"Tidak, saya tidak mau. Saya jelas-jelas menolak!" kata Sumarta.
"Jadi hanya pak Daeng yang berurusan dengan tangan kanan tuan Jaya Wijaya itu?" tanya kapten Siregar. Sumarta terpaksa menguatkan sementara Daeng tidak membantah.
Siregar bertanya kepada Sumarta, apakah Daeng dapat memerintah kucing sakti itu. Sumarta tidak segera menjawab.
Pada saat itulah kucing Sumarta masuk. Ia memandang ke tiga orang yang sedang terlibat pembicaraan serius itu.
*** LIMA PULUH SEMBILAN
JAWABAN Sumarta, bahwa Sati tidak dapat diperintah oleh orang lain, juga tidak oleh Daeng Mapparuka, melegakan hati orang Bugis yang sudah menerima panjer sepuluh juta itu.
Kapten Siregar memandang kepadanya. Dan ia menguatkan, bahwa ia memang tidak punya kekuatan untuk menyuruh kucing sakti itu. Kini Siregar memandang Sumarta yang segera mengerti maksud yang tersirat di dalam benaknya.
"Kalau bapak kapten menduga, bahwa saya menyuruh Sati menyerang orang yang bernama Tong A Su itu, bapak keliru.
Saya tidak mau berurusan dengan dia. Dan tidak pernah akan mau berurusan. Jadi tidak mungkin saya yang memerintah kucing saya untuk melakukan penyerangan itu. Tidak mungkin
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
bukan?" kata Sumarta yang polos dan menarik kesimpulan dari kepolosannya itu.
Tetapi kapten Siregar tentu tidak begitu saja menerima penjelasan pemilik kucing itu.
"Saya ingin percaya pada keterangan pak Sumarta, tetapi tidak tertutup kemungkinan bahwa bapak "kalau mau"
sengaja menyuruh kucing bapak menghabisi Tong A Su, supaya ia juga tidak berurusan dengan Sumarta. Karena bapak tidak menyetujui penyingkiran Erwin. Ketidak setujuan itu karena bapak bersahabat dengan Erwin. Jadi tidak pantas membiarkan dia disingkirkan. Apalagi bapak juga tidak tahu, bagaimana sebenarnya penyingkiran itu akan dilakukan," kata kapten Siregar membantu Sumarta yang diketahuinya merasa dicurigai sambil melirik pada Daeng Mapparuka. Untuk memperlihatkan kepada Daeng bahwa keterangannya belum dapat dipercaya.
"Tetapi demi Tuhan, saya tidak pernah menyuruhnya menyerang orang Cina itu," kata Sumarta menguatkan kebenarannya. Setelah diam sejenak, dia mengatakan, bahwa kucingnya bukan hanya bekerja kalau disuruh, tetapi juga sudah berkali-kali bertindak atas kehendak hatinya sendiri.
Sati yang sejak kedatangannya hanya memandang saja pada ketiga orang itu silih berganti, kini mendekati si kapten polisi.
"Betulkah kau bertindak tanpa disuruh oleh pemilikmu?"
tanya Siregar. Sati mengeong, lalu mengangguk. Kapten polisi itu tak kuasa menahan geleng kepala karena kagumnya.
Kucing ini benar-benar bisa ditanyai. Hanya tidak bisa bicara.
Pertanda bahwa dia bukan siluman, bukan pula manusia yang jadi kucing. Tidak seperti manusia harimau, yang kadangkadang manusia dan senyampang jadi harimau.
"Kau tidak menyesal atas tindakanmu itu?" lanjut Siregar mencoba. Dan kucing itu menggeleng lagi. "Kalau sekiranya
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pak Sumarta menyuruhmu membunuh Jaya Wijaya yang majikan Tong A Su, kau mau?"
Kucing itu mengangguk. Pada saat itu juga Sumarta memprotes: "Mengapa pak kapten bertanya begitu. Saya tidak punya niat apa-apa terhadap orang itu." Sumarta memperlihatkan ketidak senangannya. Dan kapten Siregar dapat memaklumi, katanya: "Maaf, saya hanya hendak menguji kucing bapak. Bukan punya sangkaan apa-apa."
Keterangan Sumarta dapat diterima dan Daeng memang tak mampu memerintah Sati. Kucing sakti itu telah menyerang Tong A Su atas inisiatipnya sendiri. Jadi dia tahu jalan pikiran orang. Dalam hal ini peranan tangan kanan Jaya Wijaya yang dapat perintah untuk menyingkirkan Erwin. Kucing itu tidak mau Erwin disingkirkan karena ia memandangnya sebagai sahabat. Bahkan menurut kepercayaan orang Erwin yang manusia harimau jadi cucunya.
"Kau tidak menyukai orang yang kau serang itu?" tanya kapten Siregar lagi kepada Sati. Kucing itu menggeleng.
Kemudian ia menggesekkan kepalanya pada kaki Siregar.
Perwira polisi itu tahu, bahwa sekali lagi kucing itu menunjukkan sikap persahabatan. Tetapi dalam hati ia menyadari sepenuhnya, bahwa kucing itu tidak akan peduli dengan kedudukannya kalau ia sampai mau menyusahkan Sumarta. Dapat dipastikan, bahwa ia pun akan diserang sebagaimana Sati telah melakukannya atas diri Jaya Wijaya, beberapa anak buahnya yang mau menyusahkan Sumarta dan Erwin. Dan terakhir menyerang Tong A Su, yang barangkali akan bernasib seperti Jaya Wijaya atau pun telah tidak bernyawa lagi.
Siregar mengangkat Sati lalu memandanginya. Kucing itu pun memandangnya dengan mata lembut. Yang tidak mengenal dia, tidak akan percaya, bahwa kucing bermata dan berperangai lembut ini bisa menjadi ganas melebihi harimau.
Sebelum mengetahui sendiri apa yang dilakukan kucing yang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
seekor ini kapten Siregar tidak pernah mengetahui, bahwa kucing bisa sepintar, sebuas dan sesetia itu. Kenyataan yang sangat menakjubkan ini lain lagi hebatnya dengan sifat-sifat manusia harimau yang dibeberapa tempat, terutama di Tapanuli, bukan cerita yang sangat aneh lagi.
"Kalian ini orang-orang yang sangat beruntung," kata kapten Siregar, tetapi kalau kekuatan kalian dan kucing ini disalah gunakan, menyesal sekali, kalian tidak bebas dari jangkauan hukum.
"Saya tidak pernah melanggar hukum," kata Sumarta. "Dan tidak akan pernah melanggarnya." Daeng tidak menyertai atau menanggapi pembicaraan ini.
"Saya mau pergi dulu. Kalau perlu kalian akan saya minta datang ke kantor. Baik-baiklah pak Daeng," kata Siregar.
Kalimat terakhir ditujukannya khusus terhadap Daeng Mapparuka. Setelah bergerak dua langkah ia menoleh lagi dan bertanya: "Pak Sumarta tahu tentang wanita penyanyi yang bersama Tong A Su ketika ia diserang kucing bapak?"
Sumarta menjawab "tidak"
Ia baru mendengarnya dari kapten Siregar. "Dia mengetahui seluruh kejadian, pak Marta. Ada baiknya barangkali bapak menemuinya. Ceritanya mengasyikkan," kata Siregar sambil melangkah pergi.
"Sati tak suka pada cukongmu itu Daeng," kata Sumarta.
"Mungkin dia membenci tiap orang yang punya rencana buruk terhadap Erwin. Lebih baik membatalkan niat Daeng itu."
Mendengar nasehat itu Daeng secara refleks memandang Sati yang juga sedang memandang tepat ke matanya. Tampak olehnya mata Sati seperti memancarkan api, sehingga ia terkejut. Detik berikutnya ia menggeram lalu pergi. Pikiran Daeng Mapparuka terganggu, tidak tenang. Tiada pelak lagi, Sati telah memperlihatkan amarahnya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Pada saat itu pulalah terdengar orang memberi salam dan Erwin masuk. Kedatangan ini membuat hati Daeng tambah tidak enak. Ia merasa bersalah, walaupun ia sesungguhnya hanya ingin berusaha agar Erwin dengan pertimbangan sendiri menyetujui pindah kembali ke Sumatera. Kepindahan itu memberi keuntungan kepadanya.
Mata Erwin yang tajam segera melihat bahwa suasana di rumah itu tidak seperti biasa. Ada sesuatu yang kurang beres.
"Apakah kedatanganku mengganggu pak Marta dan Pak Daeng?" tanya Erwin.
"Ah tidak, kami malah senang sekali," jawab Sumarta.
Tetapi Daeng tidak mengatakan apa-apa. Hanya tertawa.
Suatu tawa tanpa suara yang dipaksakan.
"Aku mendengar Sati baru bertindak. Terhadap kepercayaan Jaya Wijaya. Sebentar ini orang itu telah mati,"
kata Erwin lagi.
"Mati?" tanya Sumarta. Ia terkejut, walaupun mengetahui tidak terlibat. Tetapi bukankah Sati miliknya! Daeng bukan hanya terkejut. Ia jadi gugup. Apakah ia akan dipanggil Polisi"
"Mengapa ia menyerang orang itu?" tanya Erwin.
"Apa sebab sebenarnya kami tidak tahu," kata Sumarta berkami, tandanya ia mengikut sertakan Daeng. "Tetapi orang Cina itu memang pernah ke mari." Erwin memandang tanpa tanya, tetapi dapat dilihat dari mukanya bahwa ia ingin tahu, untuk apa orang itu datang. Sumarta lalu menceritakan apa adanya. Tidak menyembunyikan maksud kedatangan Tong A Su, tetapi tidak menceritakan, bahwa Daeng telah menerima persekot untuk menyingkirkan Erwin. Hal itu agak melegakan hati Daeng yang semula sangat kuatir Sumarta akan menceritakan juga, bahwa ia sudah menerima uang panjar karena menyanggupi untuk menyingkirkan Erwin.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Mungkin Sati marah padanya," kata Sumarta. "Ia sangat menyukai pak Erwin." Manusia harimau itu mengatakan, bahwa ia juga senang sekali pada Sati yang baik hati.
Dalam hati Erwin menyadari, bahwa bahaya atas dirinya tidak kunjung henti. Dan ia mohon diri, karena kuatir kalau-kalau ada pula orang-orang bayaran Jaya Wijaya datang ke rumah dr Anton.
"Baik-baiklah di jalan," pesan Sumarta. Dalam pada itu Daeng yang sejak kedatangan Erwin tidak berkata apa-apa merasa serba tidak tenang.
Erwin bersyukur, karena ternyata dr Anton dan Lydia sedang asyik ngomong-ngomong. Tidak ada gangguan apa pun. Juga tidak melalui telpon. Dia ingin sekali bertemu dengan Sati untuk menyampaikan terima kasihnya. Dia yakin, bahwa Sati "tanpa disuruh Sumarta" telah menyerang Tong A Su, karena orang itu punya rencana buruk terhadap dirinya.
Bukan rencananya sendiri, tetapi dia pelaksana. Dalam hal ini kejahatan terbesar tertimpa atas bahu pelaksana. Perencana tanpa pelaksana tidak akan menghasilkan apa-apa.
Erwin memutuskan di dalam hati untuk membantu Sati dan pemiliknya manakala mereka memerlukan. Tetapi hampir tidak ada kemungkinan Sati membutuhkan bantuannya, karena kucing sakti itu dapat mengetahui dan melakukan segalagalanya. Sama dengan dirinya sendiri. Perbedaan hanya dalam daya pukul. Harimau lebih mematikan. Tetapi Sati punya kelebihan. Gigitannya bisa bikin korbannya sakit tanpa nama, ternganga berbulan-bulan dengan mata terbeliak lebar. Erwin, ayah atau kakeknya tidak dapat menimbulkan akibat yang sampai begitu.
Kedatangan Erwin melegakan hati dr Anton dan Lydia, yang selalu merasa tidak tenteram sejak kedatangan orang-orang Jaya Wijaya yang hendak menculik mereka. Hal itu pula menyebabkan Lydia ingin cepat-cepat pulang ke negerinya.
Memang ia merasa bahwa dr Anton kian sungguh-sungguh
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menyukainya, tetapi sampai sekian jauh ia belum dengan jelas mengatakan, bahwa ia ingin memperisteri dirinya. Kalau sekedar saling mencinta dan hidup bersama, ia tidak mau.
Telah diputuskannya di dalam hati, bahwa ia hanya mau mencintai dan hidup bersama seorang lelaki sebagai isteri.
Tidak sebagai piaraan atau sekedar teman hidup tanpa ikatan yang syah menurut hukum atau agama.
"Mengapa ingin sekali cepat-cepat Lid?" tanya dr Anton.
"Bukankah itu wajar" Pertama-tama karena diriku di sini tidak aman. Begitu pula kau. Kalau aku sudah pergi, mungkin mereka tidak akan memburumu lagi," jawab Lydia polos. Lalu ia menyambung: "Lagi pula apa lagi yang kutunggu di sini?"
tanyanya memancing. Dr Anton tidak memberi jawaban seperti yang dituntut hati Lydia. Katanya: "Apakah kita harus berjalan sampai di sini. Kau tidak suka kita bersama-sama.
Aku cinta padamu sayang. Aku yakin kau mengetahui dan mempercayai itu!"
"Aku yakin," jawab perempuan itu. "Lalu", katanya lagi tidak meneruskan tetapi tentu cukup jelas bagi orang semacam dr Anton, bahwa begitu saja tidak cukup baginya.
Tetapi dokter yang dapat mengenal hampir semua penyakit itu tidak juga mengerti. Ia bukan orang yang cukup ahli di bidang kasih sayang yang sudah mencapai titik sejauh itu.
"Lalu mengapa mau buru-buru kembali Soal keamanan diri kita, sebaiknya jangan kita lebih-lebihkan. Menyiksa diri sendiri. Polisi di sini cukup terampil. Lagi pula ada Erwin.
Sudah berapa kali mereka coba. Tidak berhasil bukan" Bahkan mereka yang terpukul," jawab dr Anton yang kian memperlihatkan, bahwa ia hanya pandai atau sekedar lumayan di bidang penyakit. Tidak di dalam hidup. Ia tidak malu-malu berkata begitu, padahal ia hanya mengandalkan kemampuan Erwin. Ia sendiri tidak berdaya, bahkan beberapa kali Sumarta untuk menyampaikan rencana dan mohon Jaya Wijaya. Dia tidak juga dapat memahami apa kehendak Lydia.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tahu dicintai, menerima cinta itu, tetapi toh mau buru-buru kembali ke tanah airnya.
Sampai Erwin masuk ke ruangan itu, Lydia tidak mendengar apa yang jadi tuntutannya dan dr Anton tidak mengerti jalan pikiran wanita Thai itu.
Dr Anton menceritakan keinginan Lydia yang mau lekas kembali ke Muangthai.
"Baik juga, tetapi hanya untuk sebentar bukan" Lalu kembali ke sini," kata Erwin melirik dr Anton.
"Belum tahu," jawab Lydia. Sebelum dia meneruskan, terdengar mobil berhenti dan tak lama kemudian Christine masuk. Lydia senang. Begitu juga wanita yang telah jatuh hati pada Sumarta oleh kekuatan guna-gunanya dengan bantuan Sati. Tetapi mata Lydia yang tajam dapat melihat, bahwa perempuan itu memandang Erwin dengan cara yang lain.
Padahal Erwin tidak berbuat apa pun dan Christine juga masih dalam pengaruh guna-guna tukang jual buah-buahan itu.
*** ENAM PULUH KEDATANGAN Christine menyenangkan Lydia. Ia merasa simpati atas diri perempuan kaya itu semenjak pertama kali berkenalan. Dia pun menyenangi kedua orang tua Christine yang ramah taman, keramahtamahan yang jadi sifat khas bagi sebagian besar orang Indonesia. Ia merasa heran ketika mendengar dari Erwin beberapa waktu yang lalu bahwa wanita itu akan kawin dengan Sumarta yang diketahuinya hidup dari perdukunan dan jual buah-buahan. Karena itu pula ia tidak merasa heran ketika melihat sinar mata Christine menceritakan perhatian khususnya terhadap Erwin. Memang Erwin pun hanya orang biasa tanpa pekerjaan, tetapi ia begitu sopan dan kelihatan mempunyai pendidikan cukup.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kau jadi turut ke negeriku Tien" Ibaratkan sebagai kunjungan balasan atas kehadiranku yang sudah lebih setahun di negerimu yang indah dan penuh keajaiban ini," kata Lydia.
"Tak lebih indah dan ajaib dari negerimu," kata Christine.
Sambutan ini memperbesar rasa senang Lydia terhadap sahabat barunya itu. Christine pandai bergaul, pikirnya. Dan ia mulai menduga bahwa cinta wanita itu terhadap Sumarta tentu oleh kekuatan ilmu mistik. Di negerinya, termasuk di sekitar kampungnya sendiri ada sejumlah laki-laki yang punya istri tak seimbang dengan rupa dan keadaan mereka.
Kebanyakan karena wanita-wanita itu telah ditundukkan oleh guna-guna. Dan sepanjang tahunya, kekuatan ilmu mistik tidak kekal. Pada suatu saat akan melemah dan kemudian hilang sama sekali. Bahkan ada yang berbalik jadi sangat benci pada lelaki yang semula sangat digilainya.
Christine lalu mengatakan, bahwa ia ingin sekali ke Muangthai, apalagi dengan Lydia. Dan ia mau pergi, kalau orang tuanya mengizinkan.
"Bersama Sumarta tentu mereka tidak keberatan," kata Lydia. Untuk beberapa saat Christine tidak menjawab.
"Kau belum menjawab dengan pasti," kata Lydia yang ingin sekali sahabat baru itu turut
ke negerinya. Setelah menarik napas barulah wanita muda yang kaya itu berkata. "Bagi orang tuaku tidak ada Sumarta. Mereka tidak menyetujui." Pada wajahnya tidak tampak kekesalan atau kejengkelan. Ia mengatakannya seperti tanpa perasaan apa-apa. Dalam keadaan wajar mestinya ia, yang begitu sayang pada Sumarta, merasa jengkel dan sakit hati atas sikap kedua orang tuanya. Memang, kalau di rumah ia selalu menjawab bahwa ia hanya mau kawin dengan Sumarta, bilamana orang tuanya mengusulkan laki-laki lain. Yang menurut mereka pantas dan sesuai untuk wanita seukuran anak mereka.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Erwin dan dr Anton seperti tidak mendengar, tidak mau mengomentari apa-apa. Bagi dr. Anton memang terasa aneh, mengapa seorang Christine jadi jatuh hati pada orang yang hanya se-Sumarta. Erwin tidak heran. Tetapi ia kasihan pada wanita itu. Walaupun bukan urusannya, tetapi ia kasihan pada Christine. Lain halnya kalau ia jatuh cinta karena mengikutkan kehendak hati nuraninya. Tanpa pengaruh atau paksaan siapa pun. Ia tidak terlalu mempersalahkan Sumarta, karena siapa pun boleh saja jatuh cinta atas diri siapa pun. Soal dapat tidaknya, itu sudah soal lain lagi. Dalam kenyataan itu mudah menemukan pasangan yang menurut pendapat kita tidak serasi, tetapi pendapat kita itu bisa saja keliru. Di luar tahu kita mereka sesungguhnya sangat bahagia. Mereka serasi, lebih daripada pasangan yang kita pikir tentu sangat beruntung tetapi dalam kenyataannya penuh penderitaan hati.
Dalam hal Christine sudah pasti perempuan itu jatuh cinta hanya karena kekuatan guna-guna dengan bantuan Sati yang amat sayang pada tuannya. Sati-lah yang selalu membela dan melindungi Sumarta. Dan karena itu jugalah makanya Erwin tidak bersedia menolong keluarga Suban-drio melepaskan anaknya dari pengaruh mistik itu. Ia kasihan pada Christine, tetapi ia juga tidak mau menantang Sati yang pasti akan membela pemiliknya. Erwin juga tahu, bahwa menurut kepercayaan, kucing merupakan nenek harimau.
"Aku akan n mintakan izin kepada orang tuamu, apakah ada kemungkinan mereka mengabulkan?" tanya Lydia yang ingin sekali memenuhi hasrat Christine untuk turut bersamanya ke Muangthai.
"Ya, kau coba bicara dengan orang tua Christine," kata dr.
Anton sementara Erwin tidak memberi tanggapan.
"Sumarta tidak akan mengizinkan," kata Christine. Ia merasa tergantung pada pendapat dan keputusan Sumarta.
Sambil berkata begitu ia memandang Erwin, seolah-olah minta pendapat manusia harimau itu. Tetapi Erwin tidak berkata
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
apa-apa, walaupun dia mengerti makna pandangan itu. Ia sendiri tidak atau belum tertarik pada Christine. Ia hanya kasihan. Rasa kasihan itu tidak membuat ia lupa bahwa wanita itu di bawah kekuasaan Sumarta yang ingin memperistri dia.
"Bagaimana pendapatmu Er, bukankah baik Lydia bicara dengan ibu dan ayah Nona Christine" Tentu saja dengan tidak meninggalkan Sumarta," kata dr. Anton.
"Ya, kurasa begitu," kata Erwin lalu ia permisi masuk ke kamarnya.
Tampak oleh Lydia, bahwa Christine menghela napas.
Menurut taksirannya, Christine mulai tertarik pada Erwin tetapi sahabatnya itu tidak mengetahui atau tidak menghiraukan.
Mungkin tidak sesuai dengan selera Erwin, mungkin pula oleh pertimbangan lain. Dan pertimbangan itu bisa macam-macam, karena merasa dirinya kecil sementara Christine orang kaya yang terpelajar.
Bisa juga karena Sumarta sudah jadi sahabat baiknya dan ia pun bersahabat dengan kucing milik dukun penjual buah-buahan itu.
*** ORANG TUA Christine senang melihat anaknya datang bersama wanita Thai yang sopan dan sangat ramah itu. Orang tua itu tidak keberatan melepas anaknya pergi bersama Lydia.
"Bawalah dia. Semoga ia di sana mendapat angin baru yang menyegarkan. Dia memerlukannya," kata Subandrio.
Ketika Christine masuk, buru-buru Nyonya Subandrio berkata pelan, hampir berbisik. "Tolonglah Christine. Di sana banyak orang pandai. Bebaskan dia dari pengaruh laki-laki yang sekarang menguasai hatinya. Nama orang itu Sumarta.
Christine tergila-gila kepadanya. Bebaskanlah dia. Kau dapat menolong kami Nona."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Lydia tidak sempat menanggapi, karena Christine sudah ke luar membawa sebuah album, memperlihatkannya kepada sahabatnya itu. Jelas baginya, bahwa Lydia tidak diizinkan pergi bersama Sumarta. Bagaimana kalau Christine tidak berani pergi tanpa izin dukun itu. Dan bagaimana kalau Sumarta mengizinkan, tetapi dia harus turut serta"
Atas pertanyaan Nyonya Subandrio, Lydia menerangkan bahwa mereka akan berangkat secepatnya. Dia tidak berani mengatakan apa-apa mengenai Sumarta. Tetapi hal ini pasti menjadi suatu problem yang harus dipecahkan dengan baik.
Christine boleh ikut dengan izin Sumarta tetapi tanpa Sumarta.
Setelah kedua orang tua Christine meninggalkan kedua wanita muda itu, Lydia melihat wajah Christine yang seperti tidak berseri tetapi juga tidak pucat atau lesu. Mau dikatakan seperti robot tidak tepat. Bagi orang yang mengerti akan segera mengetahui, bahwa wanita itu bukan dirinya sendiri lagi. Telah ada kekuatan lain yang menentukan atau bahkan menghambat langkah serta kemauannya. Suatu kekuatan yang tidak tampak, juga tidak oleh yang empunya diri sendiri, tetapi ia mengetahui bahwa kekuatan itu memang sesungguhnya ada dan tak terlawan olehnya. Kadang-kadang terasa bahwa ia berkeinginan lain, tetapi mulutnya mengatakan berlainan dari kehendak hatinya itu. Begitulah keadaan orang yang sudah di bawah pengaruh atau kendali kekuatan guna-guna. Kalau guna-guna itu makan terlalu mendalam, maka orang yang dikuasainya bisa jadi seperti bodoh.
Seperti itu keadaan Christine. Adapun perhatiannya atas diri Erwin adalah karena manusia ini tanpa mempergunakan ilmu apa pun memang sudah mempunyai suatu kekuatan gaib, suatu daya tarik yang alamiah, yang membuat banyak wanita mudah tertarik kepadanya. Setidak-tidaknya simpati. Sudah tentu kelebihan begini bagi seorang laki-laki bisa menyenangkan, tetapi di luar kemampuan juga bisa amat
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menyulitkan serta menimbulkan problem yang sama sekali tidak diingini. Misalnya istri orang kaya di Surabaya itu. Yang suaminya impoten lalu disembuhkan oleh Erwin tetapi tanpa dikehendakinya nyonya itu jatuh hati dan ingin memiliki dirinya. Membuat ia terpaksa melarikan diri walaupun ia merasa sangat sesuai dengan suami si perempuan yang sudah jadi majikannya.
"Sekarang kita minta izin kepada Sumarta," kata Lydia.
"Biar aku yang bicara. Tapi kau mau pergi tanpa dia, kan?"
Christine tidak menjawab. Tidak tahu mau berkata apa, walaupun ia seharusnya dapat mengatakan "ya" atau "tidak".
Ia tertarik pada Erwin, setidak-tidaknya mulai tertarik. Ia tidak tahu apa sebabnya. Sebagaimana ia tidak tahu, mengapa ia terpikat pada Sumarta.
Melihat Christine diam terpaku, dr. Anton menganjurkan supaya mereka pergi menemui Sumarta untuk menyampaikan rencan dan mohon izin. Erwin tetap saja tidak memberi komentar atau anjuran. Hanya di dalam hati ia punya keyakinan, bahwa Sumarta tidak akan mengizinkan, bahkan akan sangat curiga. Orang yang memasang guna-guna terhadap orang yang dicintainya selalu was-was, sebab dialah yang paling mengetahui, bahwa cinta yang diperolehnya itu bukan cinta yang asli. Yang pokok bagi mereka memiliki, bukan nilai cinta itu sendiri. Di situlah salah satu perbedaan antara cinta yang sesungguhnya dan cinta oleh suatu perbuatan melalui kekuatan mistik.
Dengan perasaan tidak menentu, ingin pergi tetapi tidak berani berharap akan mendapat izin, Lydia dan Christine pergi ke rumah Sumarta. Atas permintaan Christine, si manusia harimau ikut. Ia merasa bahwa kehadirannya tidak menguntungkan, tetapi di samping itu ia ingin tahu, bagaimana sambutan Sumarta nanti. Dia akan menarik manfaat dari situ. Melihat sendiri, bagaimana dialog dan sikap kedua orang itu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dan benar seperti yang diduga Erwin, muka Sumarta tidak secerah biasa. Barangkali dia pun sudah punya firasat apa yang hendak dikatakan Christine dan bagaimana perasaan wanita itu sekarang. Barangkali pula dia sudah mulai merasa bahwa hati Christine terhadap dirinya tidak seutuh dulu lagi.
Bukan tak boleh jadi dia pun punya dugaan, bahwa wanita itu sudah dikerjai oleh Erwin yang diketahuinya mempunyai ilmu yang tidak kepalang tanggung pula. Kekalahannya adalah ia tidak memiliki kucing sakti seperti yang dipunyainya.
Benar pula seperti yang diyakini Erwin, lelaki yang tergila-gila pada Christine itu berkata. "Kurasa kepergian ini sebaiknya pada lain kesempatan. Maksudku setelah kita menikah." Ia begitu yakin bahwa ia akan menikah dengan Christine, hanya menunggu saatnya.
Lydia langsung turut bicara. "Kurasa Pak Marta tidak usah khawatir. Perginya dengan saya dan ke rumah saya. Paling lama juga tiga minggu!"
"Apa?" kata Sumarta terkejut. "Tiga minggu?" Gila pikirnya.
Tiga hari saja dia tidak mengizinkan. Sebenarnya dia menyadari, bahwa dia tidak punya hak untuk melarang. Tetapi dia tidak suka Christine pergi dan kekuatan guna-gunanya harus mampu membuat wanita itu tunduk pada larangannya.
Setelah hening sebentar, Sumarta bertanya lagi, siapa saja yang akan pergi. Ketika Lydia menyebut nama Erwin, matanya langsung melirik pada laki-laki muda itu. Suatu perasaan mengatakan kepadanya, bahwa sahabat ini bisa membawa celaka baginya. Dan pada saat itu juga Sumarta menaruh curiga, kemudian cemburu, lalu benci pada Erwin.
"Aku akan turut menjaga keselamatannya untukmu Kang Marta," kata Erwin. Kalimat ini membuat Sumarta semakin benci. Menjaga" Sialan, dia punya kesempatan begitu leluasa nanti, masih berani mengatakan mau turut menjaga. Bah, palsu sekali, pikirnya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kepanasan hati karena curiga ditambah dengan perasaan bahwa Christine merupakan miliknya, ditambah pula lagi bahwa ia punya ilmu dan kucing yang sangat dapat diandalkan, maka setelah berpikir sejenak, Sumarta berkata.
"Baiklah, aku akan menemaninya ke sana, walaupun aku sendiri sebenarnya tidak punya keinginan untuk melihat negeri orang. Apa yang mau dilihat. Aku berpendapat, bahwa di negeriku ini juga semua ada. Tidak akan ada sesuatu yang aneh bagiku di sana."
Lydia kecil hati mendengar. Christine merasa tersinggung dan malu pada Lydia yang baik hati. Tetapi mulutnya tak terbuka untuk menentang kata-kata Sumarta. Ia benar-benar di bawah kekuasaan tukang jual buah itu.
Dengan melapang-lapangkan hati Lydia berkata. "Setidak-tidaknya Pak Marta bisa mengadu ilmu di sana. Atau jadi guru bagi orang-orang sana yang tidak sepintar Pak Marta. Pak Marta akan diagungkan dan Christine tentu akan bangga sekali."
Kini Sumarta bermerah muka. Ia tahu apa makna kata-kata Lydia.
*** ENAM PULUH SATU
DIA ingat Daeng Mapparuka pernah menceritakan tentang kehebatan ilmu kebathinan di beberapa negera tetangga, antara lain di negeri Siam dan Malaysia. Kalau tidak lebih, pasti tidak kalah dari Indonesia. Kata sahabatnya, di sana ada orang-orang pandai yang dapat memanggil binatang-binatang buas seperti harimau, gajah, ular dan dengan mantera saja dapat menjinakkan orang utan, biruang dan babi hutan. Yang di Indonesia dinamakan pawang, tetapi ada pula yang pengetahuannya melebihi kepandaian sekedar pawang. Yaitu dapat memerintah binatang-binatang itu menurut kehendak
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
hatinya dan hewan-hewan itu akan melakukannya tanpa dapat ingkar sedikit pun. Kini Lydia berkata, bahwa setidak-tidaknya dia di sana dapat mengajarkan ilmu. Apa yang mau diajarkan"
Ilmu guna-gunanya pun dibantu Daeng dan Sati. Dan tanpa kucing suruhannya sebenarnya ia tidak punya banyak arti.
Daeng masih lebih dari dia, hanya saja tidak mempunyai kucing yang dapat disuruh.
Sumarta merasa ditantang. Ataukah disindir" Ditantang atau disindir, yang terang ia tidak suka Christine pergi ke Muangthai, sekurang-kurangnya tidak tanpa dirinya.
Dia coba bertanya kepada Christine: "Apakah Juli ingin sekali pergi bersama nona Lydia?"
Berbeda dengan harapannya, Christine menjawab: "Ya, aku ingin sekali ke sana. Dengan nona Lydia tentu akan lebih banyak dapat dili-lihat dan diketahui. Aku juga ingin belajar ilmu dari orang sana. Kata nona Lydia banyak yang pandai.
Dan nona Lydia mau jadi penterjemah. Bukankah begitu nona Lydia?"
"Ya, dengan senang hati. Banyak yang dapat nona Christine pelajari. Misalnya mantera memanggil burung yang sedang hinggap di pohon. Memanggil orang yang tinggal jauh dari kita. Menjaga diri supaya jangan diganggu setan. Juga supaya jangan bisa dimakan ilmu orang jahat yang hendak menjahili kita!" kata Lydia serius. Mendengar itu, Sumarta seperti disambar geledek. Kurang ajar, Juliantinya mau diajari ilmu menjaga diri supaya jangan bisa diterjang guna-guna. Itu kan namanya bencana bagi dirinya. Kalau guna-gunanya tidak punya kekuatan lagi, bagaimana" Kan bisa ditinggal seperti besi karatan yang tidak ada gunanya! Tapi, kalau ditolak, bisa ditafsirkan bahwa dia takut. Tidak punya nyali untuk berhadapan dengan orang-orang pintar di sana. Bukankah dia yang dianggap telah berhasil menyembuhkan Jaya Wijaya yang tidak dapat ditolong oleh sekian banyak dokter"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kalau Julianti ingin sekali, baiklah. Kami akan ikut," kata Sumarta. Mendengar ini, Christine kontan melingkarkan tangannya ke leher Sumarta. Tukang buah itu merasa selangit. Bangga, ennaak dan merasa terjamin. Oleh senangnya ia berkata: "Dengan Juli, ke mana saja pun aku mau!"
Bagi Lydia dan Christine masalah itu tidak selesai hingga di situ. Orang tuanya tidak menyetujui pergaulannya dengan Sumarta yang menurut penilaian mereka hanya tukang buah.
Apalagi bepergian ke luar negeri bersama dia. Pasti akan terjadi hal-hal yang bagi mereka akan merupakan bencana terlalu besar. Yang harus dielakkan dengan segala cara.
Mereka masih saja menyesali, mengapa Erwin yang terkenal amat pandai itu tidak mau membantu.
Lydia dan Julianti Christine tentu saja tidak dapat mengatakan, agar Sumarta jangan ikut saja. Dia bukan hanya akan merasa curiga, tetapi sangat terhina. Christine terang-terangan jatuh hati padanya, mengapa pula dia tidak boleh ikut. Ada rencana dan maksud apa" Dia pasti akan berontak dan berkata keras: "Pokoknya Christine tidak boleh pergi!"
Kalau dia sedang lebih emosi dia akan tambahkan lagi:
"Kepergian Christine aku yang menentukan. Mengerti. Aku, Sumarta yang akan jadi suaminya!"
Setelah Lydia dan Christine pergi, Daeng Mapparuka memberi nasehat kepada sahabatnya agar jangan turut ke Muangthai. Juga Christine tidak boleh pergi.
"Lebih banyak bahaya dari enaknya," kata Daeng.
Menyebabkan Sumarta bertanya, mengapa ia berkata begitu.
"Muangthai negeri hebat kang Marta. Dukun di sana jauh lebih pandai dari kita-kita di sini. Bukan hanya binatang rimba dapat mereka panggil, tetapi benda mati seperti batu-batu besar pun dapat mereka suruh berjalan untuk menerpa rumah orang yang jadi sasaran. Di sana gunung pun dapat digeser
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
orang tempatnya. Jadi, apa yang dikatakan nona Lydia itu betul kang Marta!" kata Daeng.


Kucing Suruhan Karya S B Chandra di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Tapi aku sudah menyetujui. Malu menarik kembali! Yang penting bagiku, tidak terjadi sesuatu yang buruk atas diri Christine. Dan dengan turutnya aku pergi, aku yakin tidak akan terjadi apa-apa."
"Ya, aku cuma memberi pendapat. Tidak dapat melarang.
Kalau kang Marta pergi juga, jagalah diri baik-baik. Negeri Siam itu negeri dengan sejuta keajaiban!"
"Sebaiknya Daeng ikut juga," kata Sumarta. Dengan sahabatnya tentu akan lebih enak. Kalau ada apa-apa, ada bantuan.
"Tidak usah. Aku merasa diriku tidak ada arti apa-apa ditengah begitu banyak orang yang jauh lebih pandai dari kita," kata Daeng. Selain kebetulan tahu diri, dia juga berharap agar Sumarta juga tidak jadi pergi. Dengan kemampuan Sati mereka bisa cari duit. Untuk apa buang-buang uang ke negeri orang! .
*** LYDIA dan Christine bersepakat untuk merahasiakan keikutsertaan Sumarta. Ketika ditanyakan orang tuanya apakah tukang buah itu ikut, dengan suara tegas ia menjawab: "Tidak, mengapa pula dia mesti ikut!" Setelah mengatakan itu Christine sendiri heran, mengapa ia sampai berkata begitu. Karena sudah tambah pandai berdusta ataukah karena hati kecilnya memang kurang setuju Sumarta ikut. Hanya tidak atau belum sanggup menolak terang-terangan. Sedikit banyak hatinya kian tertarik pada Erwin.
Walaupun ia masih bertanya-tanya pada dirinya, apakah laki-laki sederhana itu juga mengingat dia. Ataukah sekedar ramah karena sopan santun, bukan karena terpikat.
Lydia merasa, bahwa keberangkatan mereka bersama Sumarta dan Erwin, bukan tanpa risiko. Sumarta akan sangat
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
waspada. Suatu instink seolah-olah membisikkan kepadanya, bahwa antara Christine dengan Erwin nanti mungkin akan terjalin perhubungan yang lebih erat, hal mana dikuatirkannya akan menggoyahkan hati wanita kecintaannya itu. Terpikir olehnya, apakah nasehat Daeng Mapparuka tidak sebaiknya diturut untuk mencegah segala kemungkinan yang bisa merusak kehidupannya, sehingga dunia akan tidak ada lagi artinya.
Erwin sendiri sedikit pun tidak memikirkan atau mengkhayalkan kemungkinan buruk, karena ia tidak mempunyai maksud lain daripada melihat negeri tetangga dan kalau mungkin memetik sedikit tambahan ilmu di sana. Yang diutamakannya nanti ilmu penyembuhan penyakit supaya ia lebih mampu menolong sesama manusia yang membutuhkan.
Ia telah merasakan. Menyembuhkan orang sakit yang sudah putus asa memberi suatu rasa senang tersendiri. Mungkin lebih senang daripada si sakit yang telah bebas dari penderitaannya.
Dr. Anton ingin memperlihatkan kepada Lydia bahwa baginya, mencintai seorang wanita berarti mencintai pula orang-orang yang disayangi oleh si kekasih. Ia ingin menimbulkan suatu kesan dan keyakinan kepada keluarga Lydia, bahwa dialah laki-laki yang tepat untuk wanita yang pernah mengorbankan diri untuk keluarga itu. Tetapi ada satu hal yang amat penting yang terlupa oleh dr Anton, yaitu berterus terang kepada wanita itu bahwa ia ingin memperisterinya. Sampai saat itu ia telah memperlihatkan kasih sayangnya, tetapi bagi seorang Lydia yang pernah mempersewakan diri dan kapok dengan penderitaannya, kasih sayang saja sudah tidak cukup. Ia ingin punya suami yang syah, ingin jadi istri yang baik, ingin punya anak-anak yang memberi dan menerima kasih sayang.
SETELAH paspor selesai, mereka tinggal memilih hari baik untuk berangkat. Tetapi pada hari-hari menjelang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
keberangkatan itu, Jaya Wijaya yang penasaran sekali dengan kegagalan Tong A Su bertekad untuk kesekian kalinya membinasakan Sumarta dan Daeng. Begitu pula Erwin yang dipandangnya sebagai pelindung dr. Anton. Ia juga berniat untuk melenyapkan Lydia, yang setelah dia impoten, jadi tidak ada lagi gunanya.
Apalagi wanita itu telah beralih ke orang lain walaupun ia sebenarnya masih dalam ikatan kontrak dengan Jaya Wijaya.
Dia juga telah meminta kepada beberapa sahabatnya yang orang Indonesia untuk mencarikan orang pandai yang dapat mengalahkan Sumarta berikut kucing suruhannya. Kalau saja kucing itu dapat dibinasakan, maka anak buahnya akan dengan mudah melaksanakan segala rencana. Tetapi justeru dukun yang mampu menguasai kucing suruhan itulah yang tak kunjung bertemu. Mungkin ada, tetapi di manakah kediaman orang berilmu tinggi itu" Asal saja dia mengetahui melalui informasi dari orang-orang yang pernah memakan uangnya, dia mau mengeluarkan berapa saja untuk dapat melampiaskan dendam yang kian menyakitkan. Jaya Wijaya sendiri bertanya kepada banyak sahabat kenalannya, di mana ada dukun yang ampuh. Katanya untuk mengalahkan seorang berilmu yang telah membuat isterinya Lydia sampai berani meninggalkan dirinya. Dan usaha itu tidak sia-sia. Tak kurang dari seorang pejabat yang mempunyai kedudukan tinggi membawa seorang amat kenamaan dari Cirebon ke rumah Jaya Wijaya. Inilah dukun dan ahli ilmu gaib yang paling terkenal. Yang belum pernah dapat dihadapi oleh orang pintar mana pun.
"Kalau bapak ini pun tidak berhasil, maka tak kan ada lagi manusia yang akan berhasil. Orang ini tidak terkalahkan oleh kekuatan apa pun," kata Ambardi, pejabat tinggi yang punya kekayaan melebihi kekayaan pengusaha terkaya di Jakarta.
Dukun yang terkenal dengan julukan Aki Jagad itu mengangguk-angguk, membenarkan kata-kata pak sponsor.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Jaya Wijaya menyuruh siapkan sebuah kamar besar serba lengkap perabotan mewahnya, sehingga aki dukun terbengong-bengong.
"Di sini bapak bisa bekerja dengan tenang," kata Jaya Wijaya.
Aki Jagad merasa bahwa lawan yang dihadapinya ini lain dari biasa. Tetapi bagaimana pun ia hanya seekor kucing.
Masakan kucing bisa menang dengan dia yang mempunyai piaraan tiga jin. Tak bisa diterima akal sehat. Namun begitu, ia tidak mau gegabah. Nomor satu mengetahui tempat tinggal pemilik kucing itu. Ketepatan tuju sangat banyak menentukan.
Begitu pula namanya. Harus lengkap dengan nama ayah dan ibunya. Dengan bantuan beberapa orang Jaya, semuanya dapat diselidiki. Ia juga harus membaca mantera sambil menghadap pintu depan rumah Sumarta. Sedekat mungkin.
Tidak boleh lebih jauh dari tujuh belas depa.
Ketika Aki Jagad membaca mantera dari seberang rumah Sumarta itu, ia merasa seluruh tubuhnya panas dingin.
Tandanya rumah itu di-paga dengan jimat.
Ketika Aki Jagad membaca itu terjadi kenyataan yang amat aneh di rumah Sumarta. Sati melompat kian ke mari sambil menggeram-geram. Sumarta dan Daeng tahu bahwa Sati tentu sedang sangat gelisah dan marah. Tetapi terhadap siapa" Sumarta sendiri waktu itu tidak dapat berbuat apa-apa.
Hanya keheranan. Kemudian ia merasa seluruh tubuhnya lemas dan tak kuat berdiri "Apakah ini Daeng. Mengapa Sati berperangai lain. Dan mengapa aku jadi lemas. Ini pasti perbuatan musuh. Daeng tidak merasa apa-apa?" tanya Sumarta.
"Tidak," jawab Daeng Mapparuka, tetapi pada detik berikutnya ia sendiri pun jadi lemas dan terduduk di sebuah kursi. "Aku juga lemas kang Marta. Apakah ini?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kalau dua dukun tak tahu apa penyebab kejadian yang belum pernah mereka alami, maka tidak dapat disangsikan lagi, bahwa keadaan memang benar-benar gawat.
"Apakah riwayat kita tamat sampai di sini kang Marta?"
tanya Daeng yang hanya dijawab dengan pandangan putus asa oleh sahabatnya.
Melihat Sumarta tidak memberi jawaban, Daeng semakin kehilangan akal. Agak lama kemudian baru ia bertanya:
"Apakah Sati tidak mau lagi menolong kita" Ataukah orang yang kita hadapi ini lebih kuasa dari Sati. Aku takut kang Marta." Dan ia mengatakan yang sebenarnya. Daeng takut, begitu pula Sumarta. Apa yang menyebabkan kucingnya seperti gila dan mereka berdua lemas mendadak"
Kunjungan Erwin secara tiba-tiba dipandang Sumarta dan Daeng seperti juru penyelamat. Padahal Daeng sudah terima panjar untuk menyingkirkannya sementara Sumarta menaruh curiga besar atas dirinya sebagai manusia yang mungkin akan memisahkan Christine dari dirinya.
Erwin heran melihat kedua orang itu tidak bangkit, Daeng terduduk saja sedangkan Sumarta terbaring di ranjang, menimbulkan kesan seolah-olah kedatangannya tidak disukai.
Dugaan ini berubah jadi keheranan, ketika Daeng bertanya:
"Pak Erwin datang untuk menyelamatkan nyawa kami" Dan memaafkan kesalahan saya?" tanyanya lagi dengan perasaan malu.
*** ENAM PULUH DUA ERWIN tak mengerti apa maksud Daeng tentang penyelamatan dan pemaafan kesalahan. Tidak merasa Daeng punya kesalahan terhadap dirinya. Tetapi dia juga heran melihat Sati melompat kian ke mari sambil menggeram marah.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kalian mengapa dan kucing ini, mengapa gelisah dan marah?" tanya Erwin.
"Itulah yang kami tidak mengerti, kami berdua lemas dan kucing ini sejak tadi melompat-lompat dan beringas!" kata Daeng.
Mendengar itu, Erwin segera mengetahui, bahwa ada sesuatu yang tidak beres. Ada lawan melempar atau menanam kepintarannya di sana. Atau ada orang sedang
"menyerang" seisi rumah itu dari suatu tempat. Mungkin dari rumahnya, tetapi boleh jadi pula orang itu berada tak jauh.
Dirinya tak merasa apa-apa karena tidak atau belum jadi sasaran. Penyerang itu pasti mempunyai kekuatan lebih dari yang dimiliki Daeng Mapparuka dan Sumarta. Kucing itu pun terkena pukulan dari jarak jauh, setidak-tidaknya tidak secara langsung. Tetapi karena ia mempunyai tenaga lebih dari Daeng dan pemiliknya maka ia tidak sampai lemas. Ia hanya gelisah dan marah, karena merasa diserang tanpa mengetahui di mana beradanya lawan itu.
Erwin membaca beberapa mantera dari Tapanuli yang mempunyai hasil lumayan. Kucing Sumarta berhenti melompat dan menggeram. Ia duduk memandang lurus-lurus ke depan seperti berpikir.
Erwin membiarkan Sati menenangkan diri, bertanya kepada Daeng dan Sumarta apakah mereka sudah tidak lemas lagi.
"Masih, tetapi rasa pusingnya agak mereda," kata Sumarta.
Kedua-duanya merasa malu. Berhentinya Sati melompat-lompat dan hilangnya rasa pusing tentu oleh kekuatan gaib Erwin. Dan orang inilah yang hendak disingkirkan Daeng Mapparuka, katanya hanya dengan memintanya pindah ke Sumatera. Pada saat itu Daeng merasa dirinya jadi kecil.
Orang ini terlalu kuat untuk diatur semau hatinya.
Dalam pada itu Aki Jagad yang sedang "menuju" penghuni rumah melalui pintu depan kini merasa mual di dalam perut.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Terjadinya beberapa menit setelah ada tamu masuk rumah itu. Ia melihatnya, tetapi tidak mengetahui siapa dia dan tidak tahu bahwa kedatangan orang itu akan membawa suatu perobahan atas keadaan.
"Binatang," desis Aki Jagad. Kini ia tahu, bahwa orang muda yang baru datang itu bukan orang sembarangan. Punya isi yang lumayan. Bisa membuat dia terkena sambaran angin kepintarannya. Dibaca-bacanya mantera lain sambil memegang batang lehernya dari depan dengan posisi seperti mencekik. Tetapi tidak diketahuinya, bahwa tujuannya untuk membuat kerongkongan para penghuni rumah Sumarta tersumbat, sama sekali tidak berhasil. Sekitar rumah itu telah
"dipagar" Erwin dengan bekalnya dari Mandailing. Sebaliknya jantung Aki Jagad berdebar kencang, pertanda nyata baginya bahwa pendatang itu melancarkan pukulan lain. "Bangsat sialan," kutuknya lalu pergi dengan hati panas tak terhingga.
Sudah tentu Aki Jagad tidak berhenti sampai mengutuk saja. Dengan segala kepintaran yang ada padanya ia akan melacak orang yang telah berani menentang keinginannya.
Sama halnya dengan Erwin. Ia pun ingin tahu siapakah yang telah menuju rumah Sumarta dan Daeng dengan akibat yang cukup menakutkan itu. Mungkin kucing Sumarta yang juga terkena pengaruh tujuan orang itu, tahu siapa si penuju, tetapi ia tidak dapat mengatakannya. Berhentinya ia melompat-lompat setelah Erwin masuk sudah cukup bagi Sati untuk meyakini, bahwa orang muda yang kadang-kadang mengha-rimau inilah yang menyelamatkan mereka serumah.
Ia mendekati kaki Erwin lalu menggesek-gesekkan kepalanya.
Tanda terima kasih dan Erwin pun mengerti apa maksud Sati berbuat begitu.
"Tak usah kau berterima kasih kawan!" kata Erwin.
"Bukankah kau nenekku dan wajarlah kalau seorang cucu mengulurkan tangan bilamana neneknya memerlukan."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Siapakah orang jahil itu pak Erwin?" tanya Daeng Mapparuka.
"Aku belum tahu, tetapi kurasa Sati akan mengetahui dan ia akan membalas pada saat yang tepat. Kemampuannya pasti cukup, tetapi mungkin ia tadi tak sempat menolak, karena musuh kalian itu menyergap dengan cara yang amat tiba-tiba.
Kalau aku tidak keliru ia menyerang kalian dengan kekuatan jarak jauhnya dari sekitar tempat ini," jawab Erwin.
"Apakah pak Erwin tidak merasakan apa-apa ketika masuk tadi" Kalau punya tangkal penolak serangan serupa itu, berilah kami," kata Daeng Mapparuka tanpa malu-malu. Pada saat itu Erwin teringat ucapan Daeng ketika ia baru masuk tadi. Agar Erwin mau memaafkannya. Padahal setahunya orang itu tidak punya dosa terhadap dirinya.
"Tadi Daeng minta aku memaafkan Daeng. Untuk apa" Aku jadi ingin tahu. Itu pun kalau Daeng tidak keberatan mengatakannya," kata Erwin berterus terang.
Melihat Daeng tidak segera menjawab, Sumarta menganjurkan supaya kawannya itu bersikap jujur. "Dia yang menyelamatkan kita, mengapa mau berahasia juga. Perbuatan itu tidak layak," kata Sumarta.
Dengan perasaan amat malu, Daeng menceritakan apa yang telah terjadi. Mulai dari kedatangan Tong A Su yang diutus Jaya Wijaya untuk membinasakan Erwin sampai serangan Sati atas diri orang itu dan juga kunjungan kapten Sahata Siregar yang menanyai mereka sekitar peristiwa menghebohkan di hotel kelas satu itu.
"Itu belum semua Daeng," kata Sumarta, karena ia tidak menceritakan tentang uang panjar sepuluh juta yang sudah diterimanya dari orang Cina itu.
"Aku sudah menerima persekot dari orang itu sepuluh juta.
Tapi sungguh mati aku tidak berniat untuk menyusahkan atau
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menyakiti diri pak Erwin. Apalagi membunuh. Yang kukatakan hanya menyingkirkan," kata Daeng lalu diam.
"Bolehkah aku tahu, bagaimana Daeng akan menyingkirkanku?" tanya Erwin. Dia tidak mengejek atau menyindir. Membuat Daeng jadi tambah salah tingkah. Tetapi dia terpaksa menceritakannya.
"Jadi kau hendak menyogok aku untuk pergi dari pulau Jawa ini" Apakah benar-benar Jaya Wijaya akan puas dengan hanya memindahkan aku" Jadi kira-kira Daeng mau membuat aku jadi transmigran?" tanya Erwin berkelakar. Tetapi justru kelakar ini membuat muka Daeng tambah merah padam oleh malunya. Dia tak menjawab, tambah jelas jadi sangat gelisah.
Dan kegelisahan ini membuat Erwin jadi merasa kasihan.
Bukan dendam yang bangkit di dalam hatinya. Sehingga orang muda itu berkata: "Sudahlah. Kita harus bersyukur, karena kita bertiga dan berempat dengan Sati masih dapat berkumpul di sini dengan selamat. Aku punya dugaan kuat, bahwa orang pandai itu bekerja untuk orang yang membayarnya.
Barangkali Jaya Wijaya juga, siapa tahu."
Mendengar ini, Sati menggeram keras. Ingin mengatakan, bahwa orang itu memang bekerja untuk Jaya Wijaya.
Sedang mereka bercakap-cakap tentang siapa gerangan orang yang menuju (menyerang dengan kekuatan ilmu mistik) rumah itu, mendadak dalam rumah itu bertiup angin amat kencang, sehingga beberapa benda di atas meja bergeser.
Ada yang jatuh ke langit. Angin itu kian lama kian menderu-deru. Sumarta dan Daeng terkejut dan kemudian merasa takut. Tetapi Erwin hanya kaget sesaat, lalu tenang kembali.
Orang yang menyerang tanpa hasil memuaskan tadi, rupanya melancarkan pukulan baru. Paling sedikit untuk membangkitkan rasa takut karena dengan itu ia memperlihatkan, bahwa ia sungguh-sungguh bukan orang sembarangan. Dia melakukan itu dari kamar yang disediakan Jaya Wijaya baginya. Seperti beberapa orang pandai yang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tulen, ia melihat hasil kerjanya melalui mangkok putih berisi air bersih dengan jeruk purut yang telah dipotong tujuh. Ia tertawa melihat air itu bagaikan gelombang dengan jeruk-jeruk yang terumbang-ambing seperti kapal kecil dipermainkan ombak. Tetapi tawa itu hanya sebentar. Pada menit berikutnya ia merasa dirinya terangkat lalu terhempas kembali di lantai tempat ia tadi duduk. Hempasan yang cukup kuat itu menyebabkan pantatnya salat. Semakin jelas baginya, bahwa lawannya betul-betul tidak bisa dianggap ringan. Dan sesungguhnyalah Erwin mengangkat sebuah tempat abu rokok lalu mem-bantingkannya ke lantai. Benda itu diibaratkannya diri orang yang berbuat jahil, sehingga orang itu terangkat dan kemudian terhempas kembali.
Kisah Pedang Bersatu Padu 14 Balada Pendekar Kelana Karya Tabib Gila Wanita Gagah Perkasa 3
^