Pencarian

Menjenguk Cakrawala 2

Menjenguk Cakrawala Seri Arya Manggada 1 Karya S H Mintardja Bagian 2


Sambil berbaring maka rasa-rasanya ia benar-benar dapat mengendorkan urat-uratnya yang tegang selama dalam perjalanan, bahkan perkelahian yang telah terjadi sepanjang perjalanannya.
Namun dalam keadaan yang demikian, Manggada telah
berniat untuk melihat apa yang akan terjadi di padukuhan itu.
Bahkan iapun merasa wajib untuk membantu jika anak-anak muda padukuhan itu yang ternyata telah berbaik hati kepadanya mengalami sesuatu.
Demikianlah, ketika malam menjadi semakin larut, justru menjelang dini hari, Manggada telah menyentuh Laksana agar ia bangun dan menggantikannya. Manggada telah merasa mengantuk sekali, sehingga jika ia masih saja berbaring dalam keadaan seperti itu, maka ia tentu akan segera tertidur.
Laksana memang segera terbangun. Ia mengerti akan
tugasnya. Ia harus menggantikan Manggada berjaga-jaga, karena mereka tidak tahu apa yang bakal terjadi di gardu itu.
Namun Laksana masih juga berbisik, "Jika kita bermalam di penginapan, kita tidak perlu bergantian berjaga-jaga dan kita mendapat tempat yang lebih baik dari alas gardu yang keras ini."
http://ebook-dewikz.com/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Apakah kita akan pergi ke penginapan?" bertanya
Manggada. "Untuk apa?" bertanya Laksana. "Sebentar lagi hari akan menjadi pagi."
Manggada tersenyum. Namun iapun kemudian
memejamkan matanya sambil berkata perlahan, "Pokoknya kau harus berjaga-jaga sejak sekarang."
Laksana tidak menjawab. Namun ia telah mengusap
matanya. Menggeliat dan bahkan bangkit duduk di sudut gardu itu.
Dua orang anak muda yang berdiri di depan gardu
berpaling. Seorang di antara merekapun berkata, "Masih belum pagi. Kau sudah bangun?"
Laksana menjawab asal saja, "Udara terasa panas di gardu ini."
Anak muda itu mengerutkan keningnya. Tetapi ia
menjawab, "Aku justru merasa sangat dingin."
Laksana menarik nafas dalam-dalam. Namun ia tidak
menjawab. Untuk beberapa saat Laksana masih duduk bersandar
dinding gardu itu. Namun tiba-tiba saja Manggada bergerak dengan tiba-tiba memiringkan tubuhnya dan melekatkan kepalanya di lantai gardu yang bertiang agak tinggi.
Laksana termangu-mangu sejenak. Namun iapun kemudian telah bergeser menepi dan turun pula dari gardu itu, diikuti oleh Manggada. Berdua mereka bergeser ke samping gardu dan menempelkan telinga mereka.
"Kau dengar?" bertanya Manggada.
http://ebook-dewikz.com/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Tetapi tidak begitu jelas," jawab Laksana.
Keduanya kemudian telah bergeser ke tengah jalan sambil berkata kepada anak-anak yang ada di sekitarnya, "Minggir.
Jangan berdiri di jalan."
"Ada apa?" bertanya salah seorang di antara anak-anak muda itu.
"Cepat," teriak Manggada.
Hampir di luar sadar, maka anak-anak muda itu sudah bergeser keluar dari jalur jalan padukuhan itu.
"Kuda," Manggada hampir berteriak. "Aku mendengar derap kaki kuda. Tidak hanya seekor, tetapi beberapa ekor kuda."
Anak muda yang bertanggung jawab di pintu gerbang itu dengan cepat meloncat mendekat. Dengan keras ia bertanya,
"Dari mana kau tahu bahwa ada beberapa ekor kuda berderap di jalan ini" Menjauh atau mendekat?"
"Tentu mendekat," jawab Manggada.
Anak muda itu mencoba menempatkan telinganya di jalan itu, sebagaimana dilakukan oleh Laksana dan Manggada.
Tetapi mereka tidak dapat menangkap derap kaki kuda sebagaimana didengar oleh Laksana dan Manggada.
Karena itu, maka anak muda itupun bertanya, "Kau yakin akan pendengaranmu?"
"Ya," jawab Manggada.
"Jika demikian aku harus memberitahukan kepada Ki Bekel dan Ki Jagabaya," berkata anak muda itu. Lalu iapun berteriak,
"Pukul kentongan."
"Jangan bodoh," potong Manggada. "Dengan demikian
maka mereka tidak akan melanjutkan perjalanan ke
http://ebook-dewikz.com/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
padukuhan ini. Tetapi mungkin mereka memang orang-orang berkuda yang tidak mempunyai kepentingan apa-apa disini atau orang-orang yang tidak ada hubungannya dengan kita.
Sebaliknya, jika mereka berniat jahat dan tidak mengurungkan niatnya memasuki padukuhan ini, maka mereka tentu orang-orang yang berilmu tinggi."
"Lalu, apa yang sebaiknya kita lakukan?" bertanya anak muda yang memimpin kawan-kawannya di gardu itu.
"Panggil Ki Bekel dan Ki Jagabaya. Cepat, tanpa isyarat kentongan," jawab Manggada. "Kuda-kuda itu masih agak jauh. Tetapi jika kuda-kuda itu datang lebih dahulu, kita akan menghentikannya dan bertanya tentang banyak hal kepada mereka, sehingga saatnya Ki Bekel dan Ki Jagabaya datang.
Sementara itu, ada di antara kalian yang menghubungi orang yang merasa dirinya terancam oleh sekelompok orang. Biarlah mereka mengenali orang-orang berkuda itu. Apakah orang-orang berkuda itulah yang mereka maksud atau bukan."
Anak muda yang memimpin kawan-kawannya itu ternyata mampu bergerak cepat. Iapun segera memilih dua orang pelari cepat untuk menghubungi Ki Bekel dan Ki Jagabaya.
Sementara itu, merekapun telah mendapat pesan agar mereka pergi ke penginapan untuk memberitahukan kepada kedua orang yang merasa dirinya terancam.
Sejenak kemudian kedua orang itupun telah berlari
meninggalkan gardu dan menuju ke banjar, karena Ki Bekel dan Ki Jagabaya serta beberapa orang bebahu yang lain memang bersiaga di banjar.
Sementara itu, anak-anak muda yang berada di pintu gerbangpun segera besiap. Manggada tidak jadi tidur di ujung malam. Tetapi bersama Laksana ia perada di antara anak-anak muda padukuhan itu.
http://ebook-dewikz.com/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Beberapa saat lamanya anak-anak muda itu menunggu
dalam ketegangan. Mereka berharap bahwa Ki Bekel dan Ki Jagabaya datang lebih dahulu dari orang-orang berkuda yang tentu menjadi semakin dekat.
Sebenarnyalah sejenak kemudian anak-anak muda itu telah mendengar derap kaki kuda. Mereka tidak perlu melekatkan telinga mereka di atas tanah. Tanpa ilmu apapun juga, merekapun kemudian dapat menduga, bahwa yang datang tentu lebih dari seekor kuda.
"Ki Bekel dan Ki Jagabaya belum datang," berkata anak muda yang memimpin kawan-kawannya yang bertugas di gerbang itu.
"Kau yang mengambil sikap sekarang. Bukankah kau
pemimpin disini saat ini?" bertanya Manggada.
"Tetapi aku tidak tahu apa yang harus kita lakukan," jawab anak muda itu. Namun tiba-tiba saja ia berkata, "Kau sajalah yang mengambil alih pimpinan."
"Aku bukan penghuni padukuhan ini," jawab Manggada.
"Hanya untuk menghadapi orang-orang itu saja. Nanti aku akan memberikan laporan kepada Ki Bekel dan Ki Jagabaya.
Yang lain-lain biarlah kami yang melakukannya," berkata anak muda itu dengan gagap. Lalu katanya, "Bukan karena kami ketakutan. Jika kalian harus mempergunakan kekerasan, maka kami semua akan ikut pula membantu kalian. Itu tugas kami.
Tetapi aku kebingungan menghadapi persoalannya."
Manggada termangu-mangu sejenak. Sementara itu
Laksana berkata, "Ambil alih saja pimpinan. Jika kau tidak mau, aku akan melakukannya."
http://ebook-dewikz.com/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Manggada memang menjadi ragu-ragu. Namun akhirnya
ketika derap kaki kuda itu terdengar semakin jelas, iapun berkata, "Baik. Aku ambil alih pimpinan. Tetapi sebelum Ki Bekel dan Ki Jagabaya datang, semua tunduk kepadaku.
Apakah kalian bersedia?"
"Bersedia," hampir di luar sadar anak-anak muda itu menjawab.
Demikianlah, maka Manggadapun telah berdiri di tengah-tengah pintu gerbang bersama Laksana. Beberapa orang anak muda telah diminta untuk membawa obor dan berdiri di sebelah-menyebelah, sementara itu pintu gerbang padukuhan itu masih terbuka sepenuhnya.
Sementara itu, beberapa ekor kuda memang berlari
kencang menuju ke padukuhan itu. Ketika iring-iringan kecil itu menjadi semakin dekat, maka para penunggang kuda itupun melihat, beberapa orang anak muda berdiri di tengah-tengah pintu gerbang, sehingga karena itu, maka orang yang berkuda di paling depan harus memberikan isyarat agar iring-iringan itu berhenti.
Beberapa orang penunggang kuda itu dengan tangkasnya telah menarik kendali kuda masing-masing, sehingga kuda-kuda itupun dengan serta-merta telah berhenti di depan pintu gerbang. Seekor di antaranya yang agak terkejut telah meringkik sambil berdiri pada kedua kaki belakangnya. Namun penunggangnya yang trampil telah berhasil menguasainya.
"Maaf, Ki Sanak," Manggadalah yang melangkah ke depan.
"Kami adalah anak-anak muda padukuhan ini yang sedang meronda. Kami agak terkejut mendengar derap kedatangan beberapa ekor kuda di malam yang justru hampir sampai pada dini hari."
http://ebook-dewikz.com/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kami juga minta maaf, anak-anak muda," berkata orang yang agaknya memimpin kawan-kawannya. "Kami mohon ijin untuk memasuki padukuhanmu dan bertemu dengan dua
orang yang menurut penyelidikan kami bermalam di sebuah penginapan di padukuhan ini."
"Apakah demikian pentingnya sehingga Ki Sanak harus menemuinya sekarang?" bertanya Manggada.
"Anak muda," jawab pemimpin sekelompok orang berkuda itu, "mereka terlalu licik. Kami takut kalau kami akan kehilangan jejak. Karena itu, ijinkanlah kami datang ke penginapan itu. Kami tidak akan berurusan dengan orang lain, kecuali dengan kedua orang itu."
"Ki Sanak," berkata Manggada, "di padukuhan ini terdapat tatanan dan paugeran. Karena itu, maka kami berharap Ki Sanak mempertimbangkannya. Ki Sanak tidak akan dapat berbuat sesuatu tanpa memperhatikan paugeran itu."
"Apakah yang harus aku lakukan?" bertanya orang itu.
"Bertemu dan berbicara dengan Ki Bekel," jawab
Manggada. "Baiklah. Kami tidak berkeberatan. Tetapi beri kesempatan kami untuk meyakinkan diri, bahwa orang itu tidak akan lari.
Kami akan berada di penginapan itu. Kemudian kami akan berbicara dengan Ki Bekel. Kami berjanji bahwa kami akan bertindak setelah kami berbicara dengan Ki Bekel atau orang yang ditugaskannya," jawab pemimpin kelompok itu.
Manggada mengerutkan keningnya. Menurut pertimbangan nalarnya orang itu tentu bukan sekelompok penjahat. Mereka nampaknya mengenal tertib dan unggah-ungguh. Wajah-wajah merekapun tidak nampak garang dan bengis, bahkan http://ebook-dewikz.com/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sikap mereka memang menjauhkan mereka dari dugaan
bahwa mereka adalah perampok-perampok.
Namun dalam pada itu, Manggada berkata, "Ki Sanak, kami telah mengundang Ki Bekel dan Ki Jagabaya demikian kami mendengar derap kaki kuda kalian. Karena itu, kami mohon kalian menunggu barang sebentar."
"Tetapi apakah anak muda berani menanggung bahwa
kedua orang itu tidak akan lari?" bertanya orang itu.
"Bukan kewajiban kami untuk menahan mereka agar tidak melarikan diri," jawab Manggada.
"Anak muda," berkata pemimpin dari orang-orang berkuda itu, "kami mohon kesediaan anak-anak muda untuk menolong kami. Memberi kesempatan kepada kami untuk menemui kedua orang itu. Dengan syarat apapun juga yang harus kami penuhi."
"Kami mohon Ki Sanak menunggu Ki Bekel," berkata
Manggada. Pemimpin dari orang-orang berkuda itu menarik nafas dalam-dalam. Seorang yang lain mendekatinya sambil berdesis, "Jika mereka berkeberatan apaboleh buat."
Tetapi pemimpin mereka menggeleng. Katanya, "Mereka masih terlalu kanak-kanak. Kita tidak dapat berbenturan kekerasan melawan anak-anak."
"Jadi apa yang harus kita lakukan?" bertanya kawannya.
"Menunggu Ki Bekel yang menurut keterangan mereka
sudah dijemput," jawab pemimpin kelompok itu.
Pembicaraan itu yang meskipun tidak dapat didengar sepenuhnya oleh Manggada dan Laksana, namun mereka dapat mengambil kesimpulan bahwa orang-orang berkuda itu http://ebook-dewikz.com/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
bukan orang-orang kasar, terutama pemimpinnya. Karena itu, maka telah timbul keinginan di hati Manggada untuk mengetahui persoalan apakah yang sebenarnya dihadapi oleh orang-orang berkuda itu.
Karena itu, maka Manggadapun bertanya, "Ki Sanak,
kepentingan apakah yang telah mendorong Ki Sanak untuk dengan segera menemui kedua orang itu?"
"Itu adalah persoalan kami," jawab orang itu.
"Benar," berkata Manggada. "Tetapi persoalan yang kalian hadapi akan dapat menjadi pertimbangan kami, apakah kami akan membiarkan kalian langsung bertemu dengan kedua orang itu atau tidak. Jika kalian akan merampok mereka berdua, apalagi hal itu kalian lakukan di padukuhan kami, maka kami tentu tidak akan membiarkannya. Bagaimanapun juga ketenangan dari padukuhan ini menjadi tanggung jawab kami. Tetapi jika kalian melakukan satu langkah yang benar, maka kami tentu akan mempertimbangkannya."
-oo0dw0oo- JILID 02 PEMIMPIN kelompok itu menarik nafas dalam-dalam.
Dipandanginya Manggada dan Laksana yang berdiri di sebelahnya berganti-ganti. Lalu katanya, "Kalian masih sangat muda, tetapi ternyata kalian memiliki pandangan yang cukup jauh."
"Cepatlah. Jika terlambat, ternyata bukan kamilah yang bersalah," berkata Manggada.
http://ebook-dewikz.com/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Anak-anak muda, hal yang sebenarnya tidak pantas aku katakan di hadapan kalian yang muda-muda, tetapi baiklah.
Aku akan berterus terang. Kedua orang itu telah melarikan anak gadisku," jawab orang itu.
Manggada dan Laksana mengerutkan dahinya. Sementara itu anak-anak muda yang mendengarnya pun terkejut
karenanya. Namun demikian anak-anak muda itu tidak dapat langsung mempercayainya. Karena itu Manggada bertanya,
"Kapan anak gadismu dilarikan" Kedua orang itu tidak bersama-sama dengan seorang gadis ketika ia memasuki padukuhan ini."
"Gadis itulah yang sedang kita cari," berkata orang berkuda yang memimpin kelompoknya itu. "Orang-orang kami hanya dapat mengetahui kedua orang itu tanpa gadis yang telah dilarikannya."
"Tetapi kenapa kedua orang itu sudah mengetahui, bahwa kalian akan mengejar mereka" Kedua orang itu tahu bahwa malam ini akan datang sekelompok orang yang akan
membunuh mereka, sehingga karena itu, maka keduanya telah bersiap menghadapi kalian. Bahkan seisi padukuhan inipun telah bersiap pula," berkata Laksana tiba-tiba.
Pemimpin kelompok itu termangu-mangu. Dengan nada
rendah ia berdesis, "Jadi keduanya sudah mengetahui akan kehadiran kami?"
"Mereka telah menunggu," jawab Laksana.
Orang itu menarik nafas dalam-dalam. Katanya, "Agaknya mereka melihat petugas kami di padukuhan ini. Sementara itu mereka merasa tidak dapat lari lagi dari kejaran kami. Atau bahkan menganggap bahwa padukuhan ini sudah kami
kepung. Aku tidak tahu pasti, kenapa mereka tidak lari lagi http://ebook-dewikz.com/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dari padukuhan ini jika mereka menyadari bahwa kami telah mengetahui persembunyian mereka."
Manggada dan Laksana mengangguk-angguk. Agaknya
kedua anak muda itu dapat mempercayai keterangan dari pemimpin kelompok itu. Namun karena ia sebenarnya bukan anak muda dari padukuhan itu, maka ia tidak dapat
mengambil keputusan yang mutlak.
Karena itu, maka Manggadapun telah mendekati anak muda yang memimpin perondan malam itu dan bertanya,
"Bagaimana menurut pendapatmu?"
"Terserah kepadamu," katanya.
Manggada dan Laksana hanya saling berpandangan saja.
Sementara itu, beberapa orang telah berdesis, "Itu, Ki Bekel dan Ki Jagabaya telah datang."
Sebenarnyalah iring-iringan yang semakin panjang itu menjadi semakin dekat pula dengan pintu gerbang
padukuhan, sementara sekelompok orang-orang berkuda itu telah berloncatan turun.
Orang-orang yang ada di regol padukuhan itupun menjadi tegang. Ki Bekel dan Ki Jagabaya ternyata telah diikuti oleh anak-anak muda padukuhan itu. Mereka yang melihat iring-iringan itu telah ikut pula bergabung, sehingga iring-iringan itu menjadi panjang. Kecuali beberapa orang yang bertugas di gardu-gardu.
Demikianlah, maka sejenak kemudian, Ki Bekel, Ki Jagabaya dan beberapa orang telah menyibak anak-anak muda di gerbang padukuhan itu. Mereka telah maju beberapa langkah untuk menemui orang-orang berkuda yang telah mendatangi padukuhan mereka. Ternyata bersama mereka adalah dua http://ebook-dewikz.com/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
orang yang merasa dirinya terancam oleh orang-orang yang menurut mereka akan membunuh itu.
"Siapakah kalian?" bertanya Ki Bekel yang berdiri di paling depan.
"Apakah aku berhadapan dengan Ki Bekel padukuhan ini?"
bertanya orang yang menjadi pemimpin kelompok itu.
"Ya. Aku adalah bekel dari padukuhan ini," jawab Ki Bekel.
"Adalah kebetulan sekali, Ki Bekel. Sebenarnya aku memang ingin menghadap Ki Bekel," berkata pemimpin sekelompok kecil orang-orang berkuda itu. "Aku memang mempunyai kepentingan dengan Ki Bekel."
"Kepentingan apa?" bertanya Ki Bekel.
"Aku mohon diperkenankan untuk mengambil dua orang yang malam ini bermalam di padukuhan ini," berkata pemimpin dari orang-orang berkuda itu.
Ki Bekel mengangguk-angguk. Katanya, "Jadi benar, bahwa kalian adalah sekelompok orang yang akan menimbulkan kekacauan di padukuhan ini?"
Orang-orang berkuda itu termangu-mangu sejenak.
Pemimpinnyapun kemudian bertanya, "Kenapa Ki Bekel berpendapat demikian?"
"Sebelum kalian datang, kami telah mendapat laporan, bahwa dua orang yang bermalam di padukuhan ini merasa terancam jiwanya. Mereka merasa dikejar-kejar oleh beberapa orang yang ingin membunuh mereka," berkata Ki Bekel.
"Kami sama sekali tidak ingin membunuh mereka, Ki Bekel.
Kami hanya ingin menangkap mereka, karena mereka telah melakukan kesalahan terhadap kami," berkata orang-orang berkuda itu.
http://ebook-dewikz.com/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Tentu kalian dapat saja mengatakan demikian," sahut Ki Bekel. Lalu, "Apakah kau mengenal orang yang kau cari itu?"
"Tentu, Ki Bekel. Orang itu berdiri di belakang Ki Bekel,"
jawab pemimpin kelompok itu.
"Ternyata kau telah memutar balik kenyataan. Katakan, seandainya kau akan menangkapnya, apakah kesalahan mereka terhadap kalian?" bertanya Ki Bekel.
"Anak-anak muda itu tadi telah bertanya demikian pula.
Dan aku telah memberikan jawabanku. Orang-orang itu telah melarikan anak gadisku," jawab pemimpin dari orang-orang berkuda itu. "Karena itu, maka aku mohon Ki Bekel untuk menangkap orang-orang itu."
"Omong kosong," teriak orang yang berdiri di belakang Ki Bekel. "Kau jangan memfitnah orang dengan cara sekasar itu.
Kau dapat mengarang seribu macam fitnah. Tetapi yang kau ucapkan itu terlalu keji dan tidak masuk akal."
Orang-orang berkuda itu mengerutkan keningnya.
Pemimpin merekapun berkata, "Ki Bekel, sudah tentu ia akan dapat mengelak. Tetapi ada saksi yang cukup banyak yang dapat menetapkan kesalahannya. Karena itu, biarlah aku membawanya kembali. Biarlah ia berhadapan dengan para saksi yang akan dapat menudingnya bahwa ia telah melarikan anak gadisku itu."
"Kau jangan asal saja mengucapkan fitnah itu," berkata orang itu. "Disini aku berada di bawah perlindungan paugeran yang adil. Jika kau dapat membuktikan kesalahanku di hadapan Ki Bekel, maka kau akan dapat menangkap aku."
Pemimpin dari orang-orang berkuda itu termangu-mangu.
Katanya, "Yang menentukan apakah kau bersalah atau tidak bukan Ki Bekel disini. Tetapi Ki Bekel dan Ki Demang di rumah http://ebook-dewikz.com/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
ini bukan saja pernah kau lakukan beberapa tahun yang lalu.
Tetapi agaknya memang ada kesengajaanmu menentang
paugeran yang berlaku."
"Kau memang pandai menyusun kata-kata sehingga
meyakinkan orang lain dan seakan-akan telah mensahkan fitnahmu," jawab orang yang minta perlindungan kepada Ki Bekel. "Kau akan dapat mempermainkan orang lain, tetapi tidak dengan Ki Bekel disini."
"Apapun yang kau katakan, tetapi akhirnya kebenaran akan menang," berkata pemimpin dari sekelompok orang berkuda itu.
Namun tiba-tiba Ki Bekel berkata, "Pergilah, Ki Sanak.
Jangan ganggu ketenangan di padukuhan kami. Kami akan melindungi orang-orang yang memang memerlukan
perlindungan di padukuhan kami. Apapun yang mereka lakukan, tetapi kalian tidak akan dapat menangkapnya di daerah kuasaku. Aku tidak mau kehilangan kepercayaan bagi orang-orang yang menginap di padukuhan ini, seolah-olah di padukuhan ini tidak ada paugeran yang berlaku, sehingga kekerasan dapat berlaku atas siapa saja."
"Tetapi kedua orang itu telah bersalah, Ki Bekel. Yakinlah.
Selagi belum terlambat, aku harus mendapatkan anak gadisku itu kembali. Aku yakin, kedua orang itu merupakan alat dari sekelompok orang-orang yang telah memperdagangkan gadis-gadis tanpa belas kasihan. Jika kami berhasil menangkapnya, maka kami kira, kami akan membuka satu jaringan kejahatan yang mungkin akan mencengkam padukuhan itu pula. Ketika ia melakukan kesalahan yang sama beberapa tahun yang lalu, kami mengira bahwa yang dilakukan itu didorong oleh perasaan cintanya yang tidak dapat dikendalikan, sementara orang tuanya tidak menyetujuinya. Karena itu, ketika gadis http://ebook-dewikz.com/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
yang diambilnya telah kembali, maka persoalannya dianggap sudah selesai. Tetapi ketika ia melakukannya sekali lagi atas anak gadisku, maka kami telah mengadakan penyelidikan sambil mengikuti jejak kepergiannya. Ternyata bahwa ia memang alat dari sekelompok pedagang gadis-gadis muda yang jahat. Ternyata bahwa kedua orang itu telah diduga melakukan penculikan pula di beberapa padukuhan yang lain.
Karena itu Ki Bekel, sebelum besok kedua orang itu pergi sambil membawa gadis dari padukuhan ini, maka serahkan orang itu kepada kami," minta pimpinan dari sekelompok orang-orang berkuda itu.
"Fitnah yang keji. Sampai hati kau memfitnah kami dengan cara seperti itu?" geram orang yang berdiri di belakang Ki Bekel itu. "Aku tidak menyangka, bahwa dari mulutmu dapat keluar fitnah yang demikian kasarnya tanpa malu-malu."
"Jangan mengelak lagi," berkata pemimpin dari orang-orang berkuda itu. "Kau telah melakukan kesalahan yang gawat.
Menculik gadis-gadis adalah pekerjaan yang terkutuk. Apalagi kau lakukan atas gadis tetanggamu sendiri."
"Alasanmu tidak meyakinkan," berkata Ki Bekel. "Karena itu, maka aku tidak akan dapat menyerahkan orang ini."
"Ki Bekel," berkata orang berkuda itu, "sayang sekali bahwa Ki Bekel tidak melihat pancaran sorot mata mereka."
"Pergilah, Ki Sanak. Jangan ganggu padukuhanku," berkata Ki Bekel.
"Tidak, Ki Bekel. Aku harus menemukan anak gadisku kembali. Bagiku anakku sama berharganya dengan nyawaku.
Selagi nyawaku masih berada di dalam tubuhku, aku akan mencarinya dengan cara apapun juga," berkata orang itu.
"Tetapi tidak di daerah kuasaku," berkata Ki Bekel.
http://ebook-dewikz.com/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ki Bekel," berkata orang itu, "di hadapanku telah berdiri orang yang aku cari. Karena itu, aku tidak akan
melepaskannya. Aku akan menangkapnya dan membawanya menghadap Ki Demang untuk mendapatkan pengadilan."
"Kau lihat disini anak-anak muda sudah siap. Kami, para bebahu padukuhan inipun telah berada di sini, termasuk Ki Jagabaya. Nah, kau mau apa?" bertanya Ki Bekel.
"Sayang sekali, bahwa Ki Bekel telah terpengaruh oleh mulutnya yang berbisa. Tetapi aku harus mendapatkannya,"
geram orang itu.
Ki Bekelpun menjadi marah. Dengan lantang ia berkata kepada Ki Jagabaya, "Ki Jagabaya, usir mereka. Jika perlu dengan kekerasan. Ki Jagabaya dapat mempergunakan anak-anak muda yang telah bersiap disini. Atau memukul kentongan memanggil anak-anak muda yang lain yang belum ada disini untuk mengusir mereka. Jika mereka benar-benar keras kepala, maka jika terjadi sesuatu, bukan salah kami."
Ki Jagabaya yang bertubuh tinggi kekar itupun melangkah maju. Kumis dan jambangnya membuat wajahnya menjadi semakin menyeramkan.
Suaranya ternyata bagaikan guntur mangsa kesanga, "Ki Sanak, kami tidak mempunyai banyak waktu untuk melayani Ki Sanak. Karena itu, cepat, pergilah."
"Kami memang sangat menyayangkan bahwa hal seperti ini harus terjadi. Tetapi kami tidak dapat berbuat lain. Kami harus menangkap orang-orang itu dan membawanya kembali ke kademangan."
Ki Jagabaya itupun kemudian memberikan isyarat kepada anak-anak muda yang ada di tempat itu untuk bergerak.
Katanya, "Suruh orang itu pergi. Atau seret mereka ke banjar."
http://ebook-dewikz.com/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tetapi orang itu berkata, "Jangan kau umpankan anak-anak muda kalian yang belum berpengalaman. Sebenarnya kami segan sekali berbenturan kekerasan dengan mereka. Karena itu, kalian sajalah yang tua-tua silahkan memasuki arena permainan. Barangkali permainan ini memang permainan orang-orang tua. Apalagi taruhannya cukup berharga. Seorang gadis. Bahkan aku telah mempertaruhkan pula nyawaku untuk keselamatan gadis itu."
Wajah anak-anak muda itu menjadi tegang. Namun sekali lagi Ki Jagabaya berkata, "Usir mereka."
Orang-orang berkuda itu telah bergeser beberapa langkah surut. Mereka sengaja keluar dari regol padukuhan. Seorang di antara mereka telah menambatkan kuda mereka pada
sebatang pohon di pinggir jalan. Sementara pemimpin mereka berkata, "Kami akan berkelahi di luar regol padukuhan ini."
Dalam pada itu, maka beberapa orang anak muda memang mulai bergerak. Namun orang-orang berkuda itupun agaknya telah bersiap melayaninya.
"Jangan menyesal jika terjadi sesuatu atas kalian," berkata pemimpin dari orang-orang berkuda itu, yang nampaknya yakin akan dirinya. Menilik tatageraknya, maka mereka bukanlah orang kebanyakan.
Tetapi orang-orang padukuhan itu nampaknya tidak
menghiraukannya. Beberapa orang anak muda justru telah mulai menyerangnya.
Manggada dan Laksana yang pernah mempelajari olah
kanuragan dapat menduga apa yang akan terjadi. Beberapa orang anak muda tiba-tiba saja telah terlempar jatuh. Bahkan dua di antara mereka rasa-rasanya sulit untuk dapat http://ebook-dewikz.com/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
memasuki kembali arena perkelahian karena punggung mereka rasa-rasanya telah patah.
Namun dalam pada itu, anak-anak muda yang lain telah mengepung mereka dan bersama-sama menyerang mereka dari segala penjuru. Mereka memang tidak mengerti bahaya yang akan dapat terjadi atas diri mereka oleh beberapa orang berkuda itu.
Tetapi beberapa saat kemudian, beberapa orang anak muda telah terbanting jatuh keluar dari arena. Bahkan hampir saja terinjak oleh kawan-kawan mereka sendiri.
Dalam pada itu, terdengar lagi pemimpin sekelompok orang berkuda itu berkata, "Jangan kau paksa anak-anak kalian menjadi tumbal dari kebodohan kalian. Marilah, siapakah di antara kalian yang memang tanggon dan mampu menghadapi kami dalam pertempuran yang seimbang."
Ki Bekel, Ki Jagabaya, dan beberapa orang bebahu
padukuhan itu memang merasa gelisah melihat anak-anak muda mereka yang ternyata akan mengalami kesulitan.
Ternyata sekelompok orang berkuda itu memiliki kemampuan bertempur yang tinggi. Anak-anak muda yang berkelahi bersama-sama melawan mereka, seakan-akan tidak mampu mendekat. Setiap kali ada saja di antara mereka yang berteriak kesakitan. Meskipun mereka memaksa untuk bertempur terus, namun mereka benar-benar mengalami kesulitan. Bahkan beberapa orang anak muda benar-benar telah kehilangan keberanian untuk memasuki arena, karena tulang-tulang iga mereka rasa-rasanya berpatahan.
Para bebahu padukuhan itu memang tidak dapat
membiarkan hal itu terjadi. Apalagi ketika sekali lagi mereka mendengar tantangan, "He, apa kerja kalian yang tua itu"
Seharusnya kalian melindungi anak-anak kalian. Tetapi kalian http://ebook-dewikz.com/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
justru berlindung di balik punggung anak-anak kalian yang jika tidak mau menarik diri, akan mengalami akibat yang parah.
Sudah tentu kalian tidak akan menunggu salah seorang dari anak-anak kalian tidak bangkit kembali untuk selama-lamanya."


Menjenguk Cakrawala Seri Arya Manggada 1 Karya S H Mintardja di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Ki Bekel menggeram. Katanya kepada Ki Jagabaya, "Kita harus menangani sendiri orang-orang keparat ini."
Ki Jagabaya mengangguk-angguk. Katanya, "Memang tidak ada pilihan lain." Lalu sambil berpaling kepada kedua orang yang minta perlindungan di padukuhan itu ia berkata, "Kau jangan melepaskan tanggung jawab. Kalianlah yang menjadi sumber persoalan. Sementara itu kalian mengaku akan melawan mereka jika jumlahnya sama dengan jumlah kalian berdua. Karena itu, marilah kita akan melawan mereka bersama-sama. Kalian berdua dapat memilih lawan dua di antara mereka. Kami memang tidak dapat mengorbankan anak-anak itu dengan semena-mena."
Kedua orang itu mengangguk. Seorang di antara mereka menjawab, "Aku akan membunuh orang-orang itu."
Ki Jagabaya tidak berbicara lagi. Iapun kemudian
melangkah mendekati arena pertempuran yang riuh.
Dilihatnya beberapa anak muda sudah dibawa menepi.
Sebagian di antara mereka telah duduk bersandar dinding padukuhan sambil mengerang kesakitan. Seorang yang lain mengaduh sambil mengusap darah di mulutnya karena tiga giginya berpatahan. Namun ada pula di antara anak-anak muda itu yang telah menjadi pingsan.
Keadaan itu rasa-rasanya telah membakar jantung Ki Jagabaya dan Ki Bekel beserta beberapa orang bebahu.
Mereka telah mengikuti langkah Ki Jagabaya mendekati arena http://ebook-dewikz.com/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pula. Demikian pula kedua orang yang sedang diburu oleh sekelompok orang-orang berkuda itu.
Dengan suara lantang Ki Jagabayapun kemudian berteriak,
"Minggir. Biarlah kami yang tua-tua melayani mereka bermain-main."
Anak-anak muda itu tidak menunggu perintah untuk kedua kalinya. Mereka memang sudah mengerti untuk menghadapi sekelompok orang-orang berkuda itu akan sangat sulit. Karena itu, maka dengan segera merekapun telah menyibak.
Orang-orang berkuda itupun kemudian telah bersiap-siap pula menghadapi segala kemungkinan. Nampaknya mereka tidak lagi harus sekedar bermain-main. Tetapi orang-orang padukuhan itu, terutama para bebahu yang dipimpin langsung oleh Ki Bekel dan Ki Jagabaya itu harus mereka hadapi dengan sungguh-sungguh.
"Jangan menyesal jika kalian tidak dapat pergi dari gerbang padukuhan kami. Bukan salah kami, tetapi kalianlah yang telah datang kepada kami," geram Ki Bekel.
"Sebenarnya kami tidak bermusuhan dengan kalian,"
berkata orang-orang itu, "tetapi kalian telah melindungi orang yang bersalah, sehingga karena itu, maka kami harus mempergunakan kekerasan."
"Persetan," geram Ki Jagabaya. "Masih ada kesempatan bagimu untuk menyingkir."
Tetapi orang-orang berkuda itu tidak beranjak dari tempatnya.
Sejenak kemudian maka para bebahu dan orang-orang lain yang ada di gerbang itu telah mengepung orang-orang berkuda itu. Dalam jumlah yang berlipat, mereka telah siap http://ebook-dewikz.com/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
untuk bertempur. Ki Bekel, Ki Jagabaya dan kedua orang yang dicari oleh orang-orang berkuda itu melangkah semakin dekat.
Dengan geram Ki Bekel berkata, "Marilah, kita akan membuktikan, siapakah yang akan menyesal dalam permainan ini."
Orang-orang berkuda itu tidak menjawab. Sementara itu, maka Ki Bekel dan orang-orangnyapun telah berloncatan menyerang.
Memang berbeda dengan anak-anak muda yang darahnya masih terlalu panas. Tanpa bekal apapun mereka mencoba untuk bertempur melawan orang-orang yang berilmu
kanuragan. Dengan demikian maka mereka bagaikan telah membenturkan dirinya pada dinding batu yang keras.
Tetapi orang-orang yang kemudian bersama-sama Ki Bekel menyerang orang-orang berkuda itu bobotnya memang
berbeda. Mereka pada umumnya juga mengenal ilmu
kanuragan. Apalagi Ki Jagabaya, Ki Bekel sendiri dan kedua orang yang sedang diburu itu. Mereka merupakan orang-orang yang berbahaya bagi orang-orang berkuda itu. Ki Jagabaya yang bertubuh tinggi besar itu memiliki kekuatan melampaui orang kebanyakan. Sementara Ki Bekel memiliki ketangkasan dan kecepatan bergerak bagaikan seekor sikatan. Beberapa bebahu yang lain bersama-sama merupakan kekuatan yang memang sulit untuk dilawan.
Beberapa saat kemudian, maka Ki Jagabaya yang marah itu, bersama-sama dengan para bebahu telah bertempur dengan garangnya. Anak-anak muda mereka yang mengalami kesulitan dan bahkan cidera pada tubuh mereka, telah membuat para bebahu itu semakin garang. Mereka merasa wajib untuk membalas dan bahkan jika mungkin menangkap http://ebook-dewikz.com/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dan mengadili mereka karena mereka telah menyakiti anak-anak mereka.
Beberapa saat kemudian pertempuranpun semakin menjadi keras dan cepat. Orang-orang berkuda itu secara pribadi memiliki kelebihan dari lawan-lawan mereka. Tetapi lawan mereka memang terlalu banyak.
Meskipun demikian, kemarahan Ki Jagabaya semakin
menjadi-jadi karena orang-orang berkuda itu masih saja mampu bertahan meskipun kadang-kadang mereka memang terdesak.
"Menyerahlah," geram Ki Jagabaya, "atau pergilah sebelum kami kehilangan kesabaran. Kau sudah menyakiti anak-anak kami. Menyakiti hati kami. Jika kesabaran kami sampai ke batas, maka kami akan dapat mengambil keputusan lain."
Tetapi pemimpin pasukan berkuda itu menjawab, "Serahkan kedua orang itu. Atau biarkan kami menyelesaikan persoalan kami sendiri. Sebaiknya kalian memang tidak ikut campur sehingga di antara kita tidak akan timbul persoalan."
"Cukup," bentak Ki Jagabaya. "Kami sudah mengambil sikap. Kau terima sikap itu atau kalian akan mengalami bencana di padukuhan ini."
"Kami tidak akan menyerah," berkata pemimpin dari
sekelompok orang-orang berkuda itu, "apapun yang akan terjadi atas diri kami. Gadis yang diambilnya adalah anakku sendiri. Jika aku tidak berhasil mendapatkannya, maka biarlah aku mati disini. Kalian akan dapat merenungi mayat seorang ayah yang mengorbankan nyawanya bagi anak gadisnya.
Saudara-saudaraku yang datang bersamaku adalah orang-orang yang setia kepada harga dan nilai kemanusiaan sehingga merekapun rela mengorbankan nyawanya. Kau akan http://ebook-dewikz.com/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
merenungi korban dari keganasan orang-orang yang tidak berperikemanusiaan karena mereka telah mendapatkan keuntungan justru karena mereka telah sampai hati
mengorbankan gadis-gadis yang diperjual-belikannya tidak lebih dari seekor binatang."
"Omong kosong," teriak salah seorang dari kedua orang yang diburu itu. "Kau dapat memfitnah dengan seribu macam ceritera ngayawara. Tetapi orang-orang padukuhan ini, apalagi Ki Bekel dan Ki Buyut bukan orang-orang yang dungu yang begitu saja mempercayaimu."
"Kau memang pandai berbicara. Kau memang mempunyai kemampuan untuk menyesatkan keyakinan seseorang. Tetapi aku tidak akan menyerah kepada kelicikanmu itu sampai kemungkinan yang terakhir. Jika aku harus mati, aku tidak akan merasa menyesal sama sekali," jawab pemimpin dari orang-orang berkuda itu.
"Jahanam kau," bentak Ki Jagabaya. Yang kemudian
berteriak, "Aku beri kesempatan terakhir. Jika tidak, apaboleh buat."
Tetapi orang-orang berkuda itu memang tidak
meninggalkan medan pertempuran yang semakin menekan mereka.
Sebenarnyalah Ki Jagabaya memang menjadi semakin
marah. Orang-orang itu masih saja berusaha bertahan. Karena itu, maka dalam batas kesabarannya, Ki Jagabaya tiba-tiba saja berteriak, "Jika kalian tidak mau menyerah, kami terpaksa benar-benar membunuh kalian."
"Kematian tidak lagi menakutkan bagi kami," jawab
pemimpin dari orang-orang berkuda itu.
http://ebook-dewikz.com/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Jawaban itu membuat telinga Ki Jagabaya menjadi merah.
Karena itu, maka iapun meneriakkan aba-aba, "Pergunakan senjata kalian."
Orang-orang yang bertempur melawan orang-orang
berkuda itupun kemudian telah menarik senjata mereka.
Serentak mereka telah mengacukan senjata mereka, termasuk Ki Bekel dan kedua orang yang sedang dicari oleh orang-orang berkuda itu.
Orang-orang berkuda itu berloncatan beberapa langkah surut. Tetapi mereka memang tidak melarikan diri. Merekapun telah menarik senjata mereka pula untuk menghadapi orang-orang padukuhan yang telah bersenjata itu.
Dengan demikian maka sejenak kemudian telah terjadi pertempuran bersenjata. Orang-orang padukuhan itu telah mengacu-acukan senjata mereka di seputar orang-orang berkuda itu. Bahkan Kemudian kedua orang yang sedang diburu itu justru telah menyerang orang-orang berkuda itu, diikuti oleh Ki Bekel dan Ki Jagabaya serta para bebahu yang lain.
Namun dalam pada itu, ternyata keadaan orang-orang berkuda itu menjadi semakin sulit. Ujung-ujung senjata yang berputar, terayun dan mematuk rasa-rasanya telah menjadi semakin berbahaya.
Dalam pada itu, Manggada dan Laksana berdiri termangu-mangu. Ia melihat bahwa orang-orang berkuda itu memang berada dalam kesulitan. Lawannya terlalu banyak untuk dapat dilawan. Meskipun mereka berilmu, tetapi ilmu mereka tidak cukup tinggi untuk melawan orang yang sekian banyaknya.
Manggada yang bergeser mendekati Laksana berdesis,
"Bagaimana pendapatmu tentang orang-orang itu?"
http://ebook-dewikz.com/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kau bagaimana?" Laksana justru ganti bertanya.
"Aku lebih percaya kepada mereka daripada kedua orang itu. Agaknya orang-orang berkuda itu berkata dengan jujur.
Sikapnya pun lebih meyakinkan daripada kedua orang yang agaknya sangat licik itu," jawab Manggada.
Laksana mengangguk-angguk. Katanya, "Aku sependapat."
"Jadi bagaimana?" bertanya Manggada pula.
"Kita bantu mereka," jawab Laksana.
Manggada mengangguk-angguk. Dengan nada rendah ia
berkata, "Kita akan mendapatkan pengalaman yang berharga, sekaligus berarti bagi sesama. Tidak sekedar mencari musuh tanpa sebab."
"Ah, kau," Laksana berdesis.
Sementara itu Manggada telah mendekati anak-anak muda yang bertugas. Dengan nada dalam ia berkata, "Berikan pedangmu. Bukankah kau tidak akan ikut bertempur?"
Anak muda itu termangu-mangu. Tetapi karena anak muda itu tidak tahu maksud Manggada, maka iapun telah
memberikan pedangnya, sementara yang lain telah
memberikan pedangnya pula kepada Laksana.
"Lebih baik kita memakai pedang," desis Manggada. "Jika kita menarik keris kita, maka akhirnya akan sangat parah, karena setiap goresan akan berarti maut."
Laksana mengangguk kecil. Sementara itu keduanyapun telah bergerak mendekati arena pertempuran.
Ternyata orang-orang berkuda itu terdesak semakin jauh.
Bahkan orang-orang padukuhan itu, termasuk Ki Bekel, Ki Jagabaya dan kedua orang yang justru sedang diburu http://ebook-dewikz.com/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
berusaha untuk mengepung rapat. Dengan demikian maka orang-orang berkuda itu akan mengalami kesulitan untuk menyelamatkan diri jika keadaan mereka benar-benar terdesak.
Untuk beberapa saat Manggada dan Laksana sempat
memperhatikan pertempuran yang menjadi semakin garang itu. Menurut pengamatan kedua anak muda itu, dua orang yang disebut telah melarikan seorang gadis itu, bertempur dengan keras dan bahkan kasar. Agaknya keduanya benar-benar ingin membunuh orang-orang berkuda itu. Terutama pemimpinnya, yang mengatakan bahwa anaknyalah yang telah diambil oleh kedua orang itu. Bahkan ketika pertempuran menjadi semakin sengit, keduanya telah bertempur bersama-sama melawan pemimpin dari orang-orang berkuda yang kehilangan anaknya itu.
"Keduanya nampaknya benar-benar seperti iblis," geram Laksana.
Manggada mengangguk angguk. Tetapi ia masih sempat melihat bahwa pemimpin dari orang-orang berkuda itu tetap bertahan. Tetapi ketika kemudian dua orang lagi datang melawannya, maka ia benar-benar dalam keadaan yang gawat.
"Menyerahlah," bentak salah seorang dari orang padukuhan itu.
Tetapi salah seorang dari kedua orang yang diburu itu berteriak, "Kita bunuh mereka. Mereka adalah orang-orang yang sangat berbahaya."
Manggada tidak menunggu lebih lama lagi. Iapun telah menggamit Laksana sambil berkata, "Marilah. Jangan terlambat."
http://ebook-dewikz.com/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Keduanyapun kemudian telah meloncat dan menyibak
orang-orang padukuhan itu. Namun tiba-tiba mereka telah berdiri di antara orang-orang berkuda itu. Sementara Laksana berteriak, "Aku berpihak kepada orang yang telah kehilangan anaknya ini. Menurut pendapatku, justru merekalah yang harus mendapat pertolongan. Bukan sebaliknya. Kedua orang yang telah menculik anaknya itu harus ditangkap. Mereka bertanggung jawab atas keselamatan anak gadis yang telah mereka culik itu."
"Setan," teriak salah seorang dari kedua orang itu. "Kau siapa, he?"
"Siapapun kami, tetapi kau harus ditangkap," jawab Laksana.
"Ternyata kau telah membunuh dirimu sendiri. Apakah kau anak muda padukuhan ini" Jika demikian kau termasuk anak-anak muda yang telah memberontak terhadap kekuasaan Ki Bekel dan Ki Jagabaya."
"Kami berdua bukan anak-anak muda padukuhan ini. Tetapi justru karena itu, kami mampu melihat kesalahan Ki Bekel dan Ki Jagabaya yang terlalu percaya kepadamu," jawab
Manggada. Kedua orang itu menjadi semakin marah. Dengan
garangnya seorang di antara mereka berteriak, "Bunuh juga anak itu sebagaimana orang-orang yang lain, yang telah berusaha mencemarkan nama baik padukuhan ini. Termasuk Ki Bekel dan Ki Jagabaya."
"Yang merasa tercemar seharusnya bukan kau jika benar itu terjadi. Ki Bekel dan Ki Jagabaya tidak merasa terjadi pencemaran itu. Kenapa kau justru berteriak-teriak tentang http://ebook-dewikz.com/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pencemaran nama baik padukuhan dan para pemimpinnya?"
sahut Manggada.
Kedua orang itu menjadi semakin marah. Namun agaknya Ki Jagabayapun tersinggung karena kedua anak muda itu ternyata telah menentang kebijaksanaannya. Tetapi Ki Jagabayapun merasa heran atas kehadiran anak-anak muda yang belum pernah dilihatnya. Namun kemudian Ki Jagabaya itupun berteriak, "Tangkap pula kedua anak muda itu. Aku belum pernah melihat mereka. Agaknya mereka telah
disusupkan oleh orang-orang yang memang ingin
mengacaukan padukuhan ini."
"Kau harus lebih bijaksana menanggapi satu peristiwa, Ki Sanak," berkata Manggada. Namun ia tidak sempat berbicara lebih panjang karena salah seorang dari kedua orang yang sedang diburu itu berteriak, "Keduanya harus dibunuh saja."
Manggada dan Laksana tidak menjawab. Namun keduanya benar-benar telah berada di antara orang-orang berkuda itu.
Tetapi yang justru bertanya kemudian adalah pemimpin dari orang berkuda itu, "Siapakah kalian, anak-anak muda" Apakah keuntungan kalian melibatkan diri dalam persoalan kami?"
"Kami merasa tersinggung justru karena ketidak-adilan menurut pendapat kami. Mungkin kami telah melakukan kesalahan dengan langkah kami ini. Tetapi yang kami lakukan ini berlandaskan pada kata nurani kami," jawab Manggada.
Lalu, "Menurut pendapat kami, kalian bersikap jujur, sedangkan kedua orang itu dengan licik telah mempengaruhi seisi padukuhan itu untuk melakukan kesalahan."
"Terima kasih," jawab pemimpin dari orang-orang berkuda itu. Tetapi katanya lebih lanjut, "Namun kalian harus http://ebook-dewikz.com/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menyadari bahwa kalian telah melakukan satu langkah yang sangat berbahaya. Bahkan dapat membahayakan jiwa kalian."
"Kami sedang melakukan Tapa Ngrame. Kami harus
menolong sesama yang mengalami kesulitan, sesuai dengan kata nurani kami," jawab Laksana.
Manggada mengerutkan keningnya. Tetapi ia tidak
mengatakan sesuatu.
Demikianlah, maka sejenak kemudian kedua anak muda itu mulai menggerakkan pedang di tangan mereka. Perlahan-lahan. Namun semakin lama menjadi semakin cepat.
Anak-anak muda padukuhan itu menjadi bingung. Apalagi mereka yang telah menyerahkan pedang mereka kepada Manggada dan Laksana. Mereka sama sekali tidak menyangka bahwa kedua anak itu tiba-tiba saja telah berpihak kepada orang-orang yang dianggap telah menyerang padukuhan mereka.
Ternyata pengaruh keterlibatan Manggada dan Laksana sangat besar. Keduanya telah menuntut ilmu dengan tertib dan bersungguh-sungguh. Karena itu, maka keduanya
meskipun masih terlalu muda, namun sudah menguasai ilmu dengan baik dan mapan. Sehingga karena itulah, maka kehadiran mereka di medan pertempuran itu sangat
mengejutkan. Bukan saja para pemimpin padukuhan serta kedua orang yang sedang diburu itu. Tetapi orang-orang berkuda itupun merasa heran melihat tatagerak kedua orang anak muda itu.
Dengan tangkasnya keduanya berloncatan. Pedangnya
berputaran seperti baling-baling. Sementara itu, keduanya seakan-akan mampu menyusup di antara ujung-ujung senjata lawan-lawan mereka. Dengan tangkasnya pula keduanya http://ebook-dewikz.com/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menangkis serangan-serangan yang mengarah ke tubuh mereka. Sekali-sekali mereka meloncat menghindar, berputar, menggeliat, dan melenting jauh.
Bahkan pada setiap benturan senjata, lawan-lawan mereka merasa sangat terkejut. Kekuatan kedua anak muda itu ternyata terlalu besar dibanding dengan mereka.
Dengan kehadiran kedua anak muda itu di arena, maka keseimbangan pertempuranpun telah berubah. Sambil
berloncatan, Manggada dan Laksana menggerakkan
pedangnya. Sekali-sekali menyambar, terayun mendatar, menusuk dan menebas.
Tetapi Manggada dan Laksana memang tidak ingin
membunuh seorangpun dari antara lawan-lawannya. Meskipun demikian, mereka menyadari, bahwa tidak akan mungkin untuk menghindari sama sekali sentuhan-sentuhan senjata mereka atas satu dua orang lawan. Namun Manggada dan Laksana ternyata menaruh perhatian terbesar kepada kedua orang buruan itu.
Namun dalam pada itu, karena Manggada dan Laksana
berloncatan dari satu lawan ke lawan yang lain, maka pertempuran itupun tidak lagi dapat berlangsung sebagaimana dikehendaki oleh orang-orang padukuhan. Manggada dan Laksana kadang-kadang justru telah menembus kepungan dan bertempur di luar lingkaran. Dengan demikian maka perhatian orang-orang padukuhan itupun telah terpecah. Justru dalam kekalutan itu, keduanya telah memasuki lagi medan yang dibatasi oleh selingkar orang-orang bersenjata sambil mengacu-acukan senjata mereka.
Ki Bekel yang marah itu menjadi semakin marah. Dengan geram ia berkata, "Anak-anak muda, menyingkirlah. Jika kalian memang tidak tersangkut dalam persoalan ini, jangan http://ebook-dewikz.com/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mencari perkara. Apapun yang terjadi, kalian dapat meninggalkan dendam di hati orang-orang padukuhan ini."
"Ki Bekel," berkata Manggada, "aku minta, tangkap kedua orang itu. Serahkan kepada mereka yang memburunya. Jika perlu Ki Bekel dapat meyakinkan kebenaran mereka dengan mengikuti mereka ke padukuhan mereka."
"Aku tidak sebodoh yang kau sangka. Jika kalian ingin menjebakku dengan cara itu, maka kalian akan kecewa,"
berkata Ki Bekel lantang.
"Jangan berkata begitu Ki Bekel," Laksanalah yang
menyahut. Lalu katanya, "Apakah kau sadari, bahwa tuduhan itu merupakan satu penghinaan, seolah-olah kami termasuk manusia licik seperti kedua orang yang telah melarikan gadis itu?"
Ki Bekel memang tertegun sejenak. Tetapi kemudian
katanya dengan suara yang garang, "Cukup. Kau membuat kami semakin marah. Jangan menyesal jika kalian terlibat dalam kesulitan dan bahkan kau telah mempertaruhkan nyawamu untuk sesuatu yang tidak kau ketahui."
"Aku tahu pasti apa yang aku lakukan. Aku yakin, bahwa Ki Bekellah yang mempertaruhkan nyawa untuk suatu hal yang tidak kau ketahui," berkata Laksana. "Karena itu, mulailah berpikir, Ki Bekel. Selagi semuanya belum terlanjur, dan kau juga belum terlanjur mati."
Kemarahan Ki Bekel bagaikan telah membakar ubun-
ubunnya. Karena itu, maka iapun telah berteriak, "Bunuh anak-anak muda itu."
Tetapi yang terjadi justru sangat mengejutkan. Demikian Ki Bekel meneriakkan aba-aba itu, maka Manggada dan Laksana telah berloncatan semakin garang. Senjatanya terayun-ayun http://ebook-dewikz.com/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mengerikan. Beberapa orang telah terlempar dengan luka di tubuh mereka. Meskipun luka itu tidak terlalu dalam, tetapi pakaian merekapun telah dikotori dengan darah.
Sikap kedua anak muda itu memang mengejutkan. Orang-orang padukuhan itu tidak mengira, bahwa kedua anak yang masih sangat muda itu mampu bergerak dengan cepatnya.
Bahkan pada benturan-benturan senjata yang terjadi, orang-orang padukuhan itu merasakan bahwa kekuatan kedua anak muda itu ternyata sangat besar sehingga setiap kali ada saja senjata yang terlepas dari tangan.
Ki Bekel memang menjadi heran. Tetapi ia tidak dapat menentang kenyataan yang telah terjadi itu.
Anak-anak muda yang berada di regol tidak mengira, bahwa kedua anak muda itu justru akan melawan Ki Bekel dan orang-orang padukuhan mereka. Pemimpin dari anak-anak muda yang bertugas itu berdesis kepada seorang kawannya,
"Apakah kedua anak muda itu memang dikirim oleh orang-orang berkuda itu mendahului mereka?"
"Mungkin saja," jawab kawannya. "Keduanya ternyata telah berpihak kepada mereka."
Pemimpin anak-anak muda itu mengangguk-angguk. Tetapi iapun kemudian berkata, "Tetapi mereka hanya berdua.
Kenapa Ki Bekel, Ki Jagabaya dan para bebahu tidak segera dapat menangkap mereka?"
Kawan-kawannya menggeleng. Tidak seorang pun yang
dapat menjawab, meskipun mereka semuanya telah menduga, bahwa kemampuan anak-anak muda itu memang sangat
tinggi. Dalam pada itu, kedua orang yang sedang diburu oleh orang-orang berkuda itupun menjadi cemas melihat kehadiran http://ebook-dewikz.com/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kedua orang anak muda yang memiliki ilmu sangat tinggi itu.
Menurut pengamatan mereka, kemampuan keduanya justru lebih tinggi dari kemampuan orang-orang berkuda itu sendiri.
Namun kedua orang itu masih berharap Ki Bekel dan orang-orang padukuhan itu akan mampu mengatasi keadaan.
Bagaimanapun juga jumlah mereka jauh lebih banyak. Apalagi di antara mereka terdapat Ki Bekel, Ki Jagabaya dan mereka berdua.
Namun kedua orang yang sedang diburu itu ternyata tidak segera mampu mengatasi lawannya. Meskipun kedua orang itu bertempur melawan seorang lawan, pemimpin dari orang-orang berkuda itu, namun ternyata bahwa orang itu memiliki kemampuan yang dapat mengimbangi kedua orang buruannya itu.
Manggada dan Laksana yang mulai kehilangan
kesabarannya telah bergerak lebih cepat. Darahnya yang mulai mendidih di dalam jantungnya telah membakar
kemarahan di dalam dadanya.
Karena itu, maka Manggada dan Laksana itupun telah bergerak lebih cepat.
Betapapun kemarahan bergejolak di dalam dada anak muda itu, namun mereka ternyata masih sempat juga menilai ilmu mereka masing-masing. Mereka masih juga sempat
memperhatikan pengalaman mereka bertempur melawan
banyak orang. Namun kadang-kadang dorongan kemarahan mereka telah menggerakkan senjata mereka, sehingga menyentuh tubuh salah seorang di antara lawan-lawan mereka.
Dengan demikian, maka beberapa orang padukuhan itu telah terluka. Semula, rasa-rasanya lawan orang-orang http://ebook-dewikz.com/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
berkuda yang dibantu oleh Manggada dan Laksana itu mengalir tidak berkeputusan. Namun kemudian, semakin lama lawanpun menjadi semakin tipis. Semakin banyak orang yang terluka, maka orang-orang padukuhan itupun menjadi semakin ngeri.
Ternyata bahwa orang-orang berkuda yang semula
terdesak, telah menjadi bangkit kembali. Dibayangi oleh kecemasan tentang jumlah lawan mereka, maka mereka memang menjadi lebih garang dan bertempur semakin keras.
Ujung-ujung senjata merekapun telah melukai beberapa orang padukuhan. Namun pemimpin orang-orang berkuda yang harus bertempur melawan dua orang buruannya dibantu oleh beberapa orang padukuhan dari salah seorang buruannya ternyata telah menyentuh pundaknya meskipun tidak terlalu dalam.
Manggada yang menjadi semakin jemu melihat
pertempuran itupun kemudian telah mendekati Ki Bekel sambil berkata, "Ki Bekel, sikap Ki Bekel sangat memuakkan. Jika Ki Bekel tidak mau mendengarkan usulku untuk menangkap kedua orang itu, maka aku sendirilah yang akan
melakukannya."
"Aku bekel disini. Akulah yang berhak berbuat demikian.
Tanpa ijinku, tidak ada orang yang dapat berbuat sesuka hatinya," teriak Ki Bekel.
Tetapi Laksana berteriak tidak kalah lantangnya, "Aku tidak percaya. Aku tidak yakin bahwa seseorang akan dapat mencegah apa yang akan aku lakukan."
Laksana tidak menunggu lagi. Tiba-tiba ia bergerak semakin cepat. Pedangnya berputaran semakin garang, sehingga orang-orang yang terlukapun menjadi semakin banyak.
Meskipun hanya goresan-goresan kecil, tetapi darah telah http://ebook-dewikz.com/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
membuat orang-orang itu ketakutan. Di cahaya oncor di regol atau ketika mereka meraba dengan tangannya, maka warna merah dan cairan yang hangat membuat hati orang-orang padukuhan itu semakin berkerut.
Bahkan Manggada yang berhadapan dengan Ki Bekel yang bertempur berpasangan dengan Ki Jagabaya telah bertempur semakin garang. Kedua orang pemimpin padukuhan itu ternyata benar-benar mengalami kesulitan. Ujung pedang Manggada rasa-rasanya telah memburu kemana kedua orang itu menghindar. Seakan-akan ujung pedang anak muda itu melihat kemana sasarannya berkisar.
Ki Bekel benar-benar menjadi bingung. Sementara itu Manggada berkata, "Ki Bekel, aku akan membuktikan, apakah benar Ki Bekel dapat mencegah seseorang berbuat sesuatu jika Ki Bekel tidak mengijinkan. Dengar Ki Bekel, setuju atau tidak setuju, diijinkan atau tidak diijinkan, aku akan melukai Ki Bekel dan Ki Jagabaya."
"Anak iblis," geram Ki Bekel.
Tetapi Manggada tidak menggagalkan niatnya. Ujung
pedangnya berputar dengan cepat. Kemudian terayun
mendatar. Ketika Ki Bekel menghindar, maka tiba-tiba saja ujung pedang itu mematuk seperti mulut seekor ular yang buas.
Ki Bekel meloncat surut. Namun ia benar-benar tidak dapat menghindari sambaran ujung pedang itu. Karena itu, maka Ki Bekel itupun kemudian menyeringai menahan pedih. Tetapi sekaligus mengumpat kasar. Pundaknya ternyata telah terluka.
Belum lagi mulut Ki Bekel terkatub, maka Ki Jagabayapun telah mengumpat pula. Lengannya terkoyak oleh ujung pedang Manggada yang garang itu.
http://ebook-dewikz.com/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ki Bekel," berkata Manggada kemudian, "apa kataku"
Apakah benar tanpa ijin Ki Bekel seseorang tidak akan dapat berbuat sesuka hatinya. Ternyata tanpa ijin Ki Bekel aku telah melukai tubuh Ki Bekel dan Ki Jagabaya. Nanti, jika aku ingin, tanpa ijin Ki Bekel, maka aku akan membunuh Ki Bekel dan Ki Jagabaya, dua orang yang menjadi buruan itu akan dapat ditangkap dan dihadapkan kepada orang yang berhak
mengadilinya. Jika kedua orang itu tertangkap, maka yang akan dapat diketemukan bukan hanya seorang gadis anak orang berkuda itu. Tetapi tentu beberapa orang gadis yang lain yang pernah hilang, akan dapat dikemukakan pula."
Kemarahan Ki Bekel bagaikan membakar ubun-ubunnya.
Tetapi ia menyadari, anak muda itu benar-benar berilmu tinggi.
Sementara itu Laksana telah berada di antara orang-orang berkuda itu. Bersama Laksana, mereka ternyata telah berhasil mendesak orang-orang padukuhan yang mula-mula
mengepung rapat dan berdesakan untuk menyerang mereka.
Tetapi yang terjadi kemudian adalah sebaliknya, justru satu-satu orang-orang padukuhan itu telah meninggalkan arena, bergeser surut yang di antaranya justru telah terluka.
Kedua orang yang sedang diburu itupun telah melihat keadaan itu. Karena itu, maka dengan cerdik mereka telah membuat perhitungan. Mereka sama sekali tidak mengingat lagi akan harga diri mereka, seandainya mereka berbuat licik sekalipun.
Karena itu, maka ketika mereka tidak melihat kesempatan lagi untuk berlindung di belakang punggung Ki Bekel dan Ki Jagabaya yang telah menjadi semakin terdesak, maka kedua orang itu telah memutuskan untuk melarikan diri. Mereka tidak berbicara dengan terang-terangan, namun mereka telah saling http://ebook-dewikz.com/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
memberikan isyarat, sehingga kemudian kedua orang itupun telah bersiap untuk meloncat meninggalkan arena.
Ternyata bahwa kedua orang itu mampu mempergunakan kesempatan dengan baik. Untuk beberapa saat keduanya berusaha untuk memancing kekisruhan dalam pertempuran itu. Namun kemudian, dengan tiba-tiba saja keduanya telah meloncat berlari meninggalkan medan langsung menyusup ke dalam gelap. Mereka telah meloncat ke balik gerumbul liar, dan berusaha mengendap-endap dan menghilang di tanah persawahan.
"Jangan lari," teriak pemimpin dari sekelompok orang-orang berkuda itu.
Orang itu berusaha mengejar. Tetapi beberapa orang masih saja menghalanginya.
"Jangan bodoh," geram pemimpin sekelompok orang
berkuda itu. "Kedua orang itu telah lari."
Tetapi kekisruhan di arena itu memang sulit untuk segera disibakkan. Bahkan telah terjadi pula kebingungan.
Tetapi demikian kedua orang yang meninggalkan arena itu meloncat ke atas pematang yang sudah agak jauh dari arena, maka langkah mereka tertegun. Di hadapan mereka, juga di pematang itu, berdiri dua orang anak muda berurutan menunggu mereka.
Malam memang terasa cukup gelap. Namun kedua orang yang melarikan diri itu masih dapat melihat dalam
keremangan malam, dua orang yang menunggunya itu.
Keduanyapun harus berhenti. Yang terdengar kemudian adalah suara tertawa salah seorang dari kedua orang yang http://ebook-dewikz.com/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menghentikan mereka. Tidak terlalu keras, tetapi menyakitkan hati.
"Kalian akan melarikan diri?" bertanya salah seorang di antara kedua orang itu.
Dua orang yang diburu itu tidak terlalu gelisah menghadapi dua orang yang menghentikan mereka. Sementara itu, mereka menganggap bahwa orang-orang di padukuhan masih sibuk saling bertempur. Keduanya mengharap bahwa orang-orang padukuhan itu dapat menahan agar orang-orang yang
memburu mereka tidak sempat mencari arah mereka
menghindarkan diri.
Tetapi ketika kedua orang yang menghentikan mereka itu maju lebih dekat, sementara yang seorang turun ke sawah dan maju lebih dekat lagi, barulah mereka menyadari, bahwa kedua orang yang menghentikan mereka adalah kedua orang anak muda yang berilmu tinggi itu.
"Setan," geram salah seorang dari kedua orang yang diburu itu.
"Nah, kalian jangan mencoba melarikan diri," desis Manggada. "Kau harus bertanggung jawab atas segala perbuatanmu."
"Anak-anak muda," berkata salah seorang dari mereka,
"kau tentu tahu, bahwa orang-orang seperti kami tentu tidak berdiri sendiri. Kami adalah orang-orang yang bekerja dalam kelompok yang rapi. Karena itu, siapa yang berani
menghalangi kami, maka ia akan berhadapan dengan
kelompok kami yang sudah tersusun dengan baik dan dapat bekerja dengan cepat."
"Tetapi kau bukan orang penting di dalam kelompokmu itu,"
jawab Manggada. "Jika kau termasuk orang penting, kau tentu http://ebook-dewikz.com/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mendapat perlindungan. Kau tentu tidak akan mengalami kejadian seperti sekarang ini. Nah, jika demikian aku dapat menduga, bahwa kalian justru telah diumpankan oleh kelompokmu agar kalian dapat dijadikan tumbal bagi mereka.
Jika kau mati, maka habislah jalur yang akan dapat menelusuri kegiatan mereka."


Menjenguk Cakrawala Seri Arya Manggada 1 Karya S H Mintardja di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Persetan," geram yang lain. "Kau jangan mencoba untuk menakut-nakuti kami dengan mengusik hubungan kami
dengan kelompok kami. Kami adalah orang-orang terpercaya yang akan dapat menentukan hidup mati mereka."
"Jika demikian, maka kalian berdua seharusnya berusaha untuk mencari pelindung yang dapat menyelamatkan hidup kalian dari ancaman kawan-kawan kalian sendiri," berkata Manggada.
"Omong kosong," geram mereka hampir bersamaan.
Tetapi Manggada tertawa. Katanya, "Jangan ingkar. Kau dapat ingkar kepada kami, tetapi apakah kau dapat ingkar kepada dirimu sendiri?" Manggada berhenti sejenak, lalu,
"Menyerahlah. Kau akan mendapat perlindungan justru dari usaha pembunuhan oleh kawan-kawanmu sendiri."
Kedua orang itu saling berpandangan sejenak. Namun kemudian merekapun telah bersiap untuk bertempur. Seorang di antara mereka berkata, "Kami akan membunuh kalian berdua."
Manggada tersenyum. Sementara Laksana tertawa sambil berkata, "Jangan kehilangan akal seperti itu. Kau seharusnya masih sempat memperhitungkan kemampuan kalian."
Memang kedua orang itu tidak mempunyai harapan lagi.
Karena itu betapa sakit hati mereka, namun akhirnya mereka memang terpaksa menyerah kepada kedua orang anak muda http://ebook-dewikz.com/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
itu meskipun mereka mengumpat-umpat di dalam hati.
Kenapa kedua anak muda itu justru melibatkan dirinya.
Dengan demikian, maka Manggada dan Laksana telah
membawa kedua orang itu kembali ke padukuhan.
Sementara itu di padukuhan pertempuran telah terhenti.
Pemimpin kelompok orang-orang berkuda itu nampaknya benar-benar telah berhasil menguasai keadaan. Bukan saja karena pertempuran yang terjadi, tetapi juga karena sikap kedua orang yang melarikan diri itu.
"Kami telah kehilangan mereka," geram pemimpin
kelompok orang-orang berkuda itu. "Keduanya adalah satu-satunya kemungkinan bagiku untuk menemukan kembali anak gadisku."
Ki Bekel yang masih belum dapat meredakan
kemarahannya menjawab, "Itu bukan urusanku. Urusanku adalah ketenangan di padukuhan ini."
"Meskipun di padukuhan ini dipergunakan untuk berlindung perampok, pencuri, penyamun dan juga penculik gadis-gadis?"
bertanya pemimpin kelompok itu.
Namun Ki Bekel membentak, "Persetan. Aku masih memberi kesempatan kalian untuk pergi."
Orang yang kehilangan anak gadisnya itu menggeram.
Katanya, "Aku memang akan pergi karena aku telah
kehilangan buruanku. Dan aku tidak akan melupakan
sepanjang umurku, bahwa Ki Bekel telah berhasil
menyelamatkan dua orang yang telah menculik gadisku, sementara berpuluh-puluh orang tua dari gadis-gadis yang pernah hilangpun akan mengenang kebesaran nama Ki Bekel itu."
http://ebook-dewikz.com/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Cukup," teriak Ki Bekel.
"Ingat, Ki Bekel. Aku akan menyebar-luaskan peristiwa yang telah terjadi disini. Mudah-mudahan nama Ki Bekel benar-benar akan terkenal," geram orang itu.
"Tutup mulutmu. Kau kira kami tidak dapat mencegahmu"
Kami akan dapat membunuhmu. Tanpa dua orang anak muda yang sekarang tidak kelihatan lagi, kalian bukan apa-apa,"
teriak Ki Bekel.
Ternyata Ki Jagabayapun menyambungnya pula, "Aku kira akhir yang paling baik bagi kalian adalah memang kematian.
Kalian akan bungkam dan tidak akan berkata apa-apa."
"Bunuhlah kami semuanya jika kalian ingin. Tetapi ingat, kami tidak akan mau mati sendiri. Paling sedikit sejumlah orang-orang kami dan orang-orang padukuhan ini pun akan mati. Ki Bekel dan Ki Jagabaya yang telah terlukapun akan mati," geram orang itu. Lalu katanya pula, "Bahkan kematian kamipun akan dihargai orang karena kami mati justru dalam tugas kemanusiaan. Bukan saja mencari anakku seorang, tetapi beberapa orang gadis yang lain akan diselamatkan pula.
Tetapi kematian Ki Bekel akan dicemoohkan orang, karena kau telah melindungi para penjahat yang telah terlibat dalam sekelompok penculik gadis-gadis untuk diperdagangkan."
"Persetan," geram Ki Bekel. Namun suaranya tiba-tiba saja telah menurun. Ada sesuatu yang bergerak di dalam hatinya.
Namun Ki Jagabaya masih tetap lantang, "Kita bunuh saja mereka."
Orang-orang berkuda itupun telah bersiap, sementara orang-orang padukuhan itulah yang menjadi ragu-ragu.
Beberapa orang memang telah terluka. Jika tidak terluka http://ebook-dewikz.com/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kulitnya, maka tulang-tulangnyalah yang terasa bagaikan retak.
Karena itu mereka mendengar teriakan Ki Jagabaya dengan jantung yang berdegupan. Namun belum seorangpun di antara orang-orang padukuhan itu yang bergerak.
Dalam keadaan yang demikian itu, maka mereka semua telah dikejutkan oleh kehadiran kedua orang anak muda yang telah membawa dua orang yang sedang diburu oleh orang-orang berkuda itu.
Orang-orang berkuda itupun telah bergerak hampir
serentak menyongsong kedua orang anak muda itu. Pemimpin orang-orang berkuda itupun bertanya, "Kau berhasil menangkap mereka?"
"Kenapa kalian tidak mengejarnya?" bertanya Manggada.
"Kami tertahan oleh orang-orang padukuhan ini," jawab pemimpin dari kelompok orang berkuda yang telah kehilangan anak gadisnya itu.
"Aku yakin bahwa kalian tidak berpura-pura dan tidak sekedar membuat persoalan. Kami percaya bahwa kalian benar-benar sedang memburu kedua orang ini," berkata Manggada.
Ki Bekel dan Ki Jagabaya justru termangu-mangu.
Sementara Laksana berkata, "Kami sudah kehabisan
kesabaran. Siapa yang masih akan berusaha membela dan melindungi orang ini akan kami bunuh."
Wajah Ki Jagabaya menjadi merah. Namun Laksana
seakan-akan melihatnya. Katanya, "Nah, kau masih
mempunyai kesempatan untuk membunuh diri, Ki Jagabaya.
Aku tidak akan berkeberatan membantumu. Kemudian
http://ebook-dewikz.com/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
makammu akan ditulisi dengan huruf-huruf yang indah, bahwa kau adalah seorang pahlawan yang gugur karena melindungi kejahatan. Dan padukuhan ini untuk selanjutnya akan penuh dengan penjahat-penjahat yang mencari perlindungan. Para bebahu padukuhan ini di bawah pimpinan Ki Bekel dan Jagabaya yang baru, akan tetap berperang mengorbankan orang-orangnya atas nama ketenangan dan barangkali pajak dari rumah-rumah penginapan yang ada disini." Laksana berhenti sejenak. Namun kemudian katanya, "Nah, jika ada seorangpun yang mati sekarang ini, maka Ki Bekel dan Ki Jagabayalah yang menjadi pembunuh yang sebenarnya."
"Tutup mulutmu," teriak Ki Jagabaya.
"Aku bunuh kau," geram Laksana.
Tetapi Manggada cepat memegang lengannya ketika
Laksana benar-benar melangkah maju dengan mengacungkan pedangnya.
"Lepaskan aku," geram Laksana. "Orang seperti ini tidak berhak untuk tetap hidup, apalagi menjadi jagabaya dari sebuah padukuhan yang besar."
Sebenarnyalah jantung Ki Jagabaya telah berdesir tajam. Ia menyadari bahwa ia tidak akan dapat melawan jika anak itu benar-benar datang kepadanya dan berusaha membunuhnya.
Dalam pada itu, maka Manggadapun telah berkata,
"Sudahlah. Kedua orang ini sudah tertangkap. Kita serahkan saja kepada yang berkepentingan."
"Terima kasih, anak muda," berkata pemimpin pasukan berkuda itu.
Namun Manggadapun berpesan, "Kalian harus sadar,
bahwa orang-orang seperti kedua orang itu tentu tidak berdiri http://ebook-dewikz.com/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sendiri. Kawan-kawannya mempunyai dua pilihan untuk memutuskan hubungan tentang apa yang diketahuinya
dengan kelompoknya. Mereka dapat berusaha
membebaskannya jika kedua orang ini dianggap penting, bahkan dengan pengorbanan yang tinggi, tetapi dapat juga sebaliknya. Kedua orang ini akan dibunuh dengan berbagai macam cara agar mulutnya tidak lagi dapat berbicara."
Pemimpin dari orang-orang berkuda itu mengangguk.
Katanya, "Kami menyadari. Kami sudah bersiap untuk menghadapinya."
"Jika kalian tidak berkeberatan, maka kami berdua ingin mengikuti kalian sampai ke padukuhan kalian," berkata Manggada.
"Bagus," sahut Laksana. "Hampir saja aku mengatakannya."
"Jika kalian bersedia, kami mengucapkan terima kasih, anak-anak muda," desis pemimpin dari orang-orang berkuda itu. Tetapi katanya, "Namun kami tidak mempunyai kuda bagi kalian."
Laksanalah yang kemudian berkata kepada Ki Bekel, "Ki Bekel, aku meminjam empat ekor kuda. Itu lebih baik daripada kami memenggal empat kepala disini."
Wajah Ki Bekel menjadi merah. Namun nampaknya Laksana berkata dengan sungguh-sungguh.
"Cepat, sebelum pedangku berbicara."
Ki Bekel tidak mempunyai pilihan lain. Kedua orang anak muda itu akan benar-benar dapat melakukannya tanpa dapat dicegah lagi.
Meskipun dengan segan karena harga dirinya yang
tersinggung, namun Ki Bekel terpaksa memberikan isyarat, http://ebook-dewikz.com/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
agar disediakan empat ekor kuda yang akan dipinjam oleh anak-anak muda itu.
Ketika kemudian empat ekor kuda itu tersedia, maka sekelompok orang berkuda itu telah meninggalkan padukuhan itu, diikuti oleh Manggada dan Laksana serta membawa dua orang di antara orang-orang yang memang sedang mereka buru karena mereka sering menculik gadis-gadis.
Sementara itu Manggada sempat berkata kepada Ki Bekel,
"Ingat, Ki Bekel. Kau harus berbuat lebih bijaksana. Jika kau masih saja mementingkan pemasukan uang bagi
padukuhanmu tanpa menghiraukan harga diri, maka kau akan menyesal. Pada suatu saat tempat ini akan dapat menjadi tempat yang paling buruk meskipun dapat memberikan hasil yang baik bagi padukuhanmu. Tempat ini akan dapat menjadi tempat dimana martabat manusia tidak dihargai lagi, karena martabat seseorang akan dapat dibeli dengan uang."
Ki Bekel tidak menjawab. Namun apa yang dikatakan oleh anak muda itu ternyata mampu menyentuh hatinya.
Ketika Ki Jagabaya mengumpat kasar setelah anak-anak muda itu meninggalkan padukuhan mengikuti sekelompok orang-orang berkuda, maka Ki Bekel berkata, "Ki Jagabaya, ternyata kita memang harus merenungi kata-kata anak muda itu."
"Yang mana?" bertanya Ki Jagabaya.
"Tentang harga diri. Apakah harga diri kita memang sudah dibeli dengan uang?" bertanya Ki Bekel.
Ki Jagabaya mengerutkan keningnya. Namun ia tidak
menjawab. Hanya pandangan matanya sajalah yang masih mengikuti beberapa ekor kuda yang berderap sehingga hilang di dalam gelapnya malam.
http://ebook-dewikz.com/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Marilah," berkata Ki Bekel. "Persoalannya sudah selesai.
Akhirnya aku juga percaya, bahwa kedua orang itu adalah orang-orang jahat."
Dalam pada itu, pada saat yang bersamaan, beberapa orang telah mendatangi penginapan yang dicengkam oleh kegelisahan itu. Untuk beberapa saat mereka menunggu.
Tetapi nampaknya penginapan itu masih belum tertidur.
Beberapa orang justru nampak gelisah berjaga-jaga.
Seorang di antara orang-orang yang mendatangi
penginapan itupun kemudian bertanya kepada salah seorang di antara mereka yang berjaga-jaga, "Apa yang terjadi?"
"Nampaknya telah terjadi kerusuhan," jawab orang itu.
"Ki Sanak itu siapa" Apakah Ki Sanak salah seorang petugas di penginapan ini?" bertanya orang itu.
"Ya," jawab orang yang berjaga-jaga itu.
"Baiklah. Tetapi kami berniat minta ijin untuk menemui dua orang sahabat kami yang bermalam di penginapan ini,"
berkata orang itu.
"Dua orang" Seorang di antara mereka berjambang
panjang?" bertanya petugas itu.
"Ya," jawab orang yang datang itu, "seorang berjambang panjang."
"Dua orang yang telah minta perlindungan Ki Bekel karena merasa diburu oleh orang-orang jahat?" bertanya petugas itu.
"Mungkin sekali ia memang memerlukan perlindungan. Aku kawan-kawannya yang ingin menolong mereka. Jika kedua orang itu melihat kami, maka mereka tentu akan mengatakan hal itu kepada kalian," berkata orang itu.
http://ebook-dewikz.com/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ataukah justru kalian yang sedang memburunya?"
bertanya petugas itu.
"Tidak. Jika kau tidak percaya, katakan kepada mereka dengan isyarat sandi. Katakan, bahwa pedang bermata dua telah datang," desis orang itu.
Tetapi petugas itu justru termangu-mangu. Dengan kata-kata sandi itu ia menjadi percaya bahwa orang-orang itu adalah kawan kedua orang yang minta perlindungan Ki Bekel.
Karena itu maka petugas itupun kemudian mengatakan, kemana kedua orang itu pergi bersama beberapa orang anak muda padukuhan dan bahkan dengan Ki Bekel dan Ki
Jagabaya. Orang yang datang itu terkejut. Dengan tegang ia bertanya,
"Jadi kedua orang itu telah pergi ke banjar?"
"Ya. Selanjutnya aku kurang jelas. Menurut pendengaranku orang-orang yang memburunya itu telah datang, sehingga kedua orang yang kau cari itu harus mendapat perlindungan lebih baik," berkata petugas itu.
Orang itu termangu-mangu. Namun iapun kemudian
berkata, "Aku akan berbicara dengan kawan-kawanku."
Orang-orang itu memang menjadi cemas. Tetapi mereka menyadari bahwa Ki Bekel memang ingin memberikan
perlindungan kepada kedua orang kawannya.
"Kita akan menunggu," berkata salah seorang dari mereka.
Orang-orang itupun kemudian telah mendapat ijin dari petugas di penginapan itu untuk menunggu. Nampaknya para petugaspun selalu berjaga-jaga di penginapan itu.
Dari para petugas itu, orang-orang yang datang ke
penginapan itu tahu, bahwa tidak setiap hari diadakan http://ebook-dewikz.com/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
penjagaan yang ketat seperti itu. Justru karena ada sesuatu yang mungkin dapat menimbulkan kegelisahan, maka para petugas di penginapan itu telah bersiap-siap melampaui kebiasaan mereka.
Beberapa saat kemudian, seseorang telah datang dengan tergesa-gesa. Orang-orang yang menunggu kedua orang kawannya itu melihat orang yang baru datang itu berbicara dengan para petugas yang mengerumuninya.
Karena itu, maka orang-orang itupun dengan serta-merta telah ikut pula mengerumuni orang itu.
Jantung merekapun telah menjadi berdebar-debar setelah mereka mendengar cerita orang itu, bahwa kedua orang yang mereka cari itu telah tertangkap dan dibawa oleh beberapa orang berkuda.
"Setan," geram salah seorang di antara mereka yang dengan serta-merta telah mencengkam baju orang itu.
"Kenapa kalian gagal melindungi kawan-kawanku itu?"
"Orang-orang berkuda itu ternyata adalah orang-orang berilmu tinggi. Mereka dibantu oleh dua orang anak muda yang ilmunya justru sangat tinggi. Anak muda itu pulalah yang telah melukai Ki Bekel meskipun tidak parah," jawab orang yang memberikan kabar tentang peristiwa di regol padukuhan.
Ternyata orang-orang yang mencari kedua orang kawannya itupun menjadi marah. Dengan garangnya seorang di antara mereka telah memukul wajah orang yang membawa kabar itu sehingga orang itu terdorong beberapa langkah surut dan bahkan kemudian jatuh terlentang.
Kawan-kawannya serentak telah menolongnya. Namun
orang-orang yang mencari kawannya itu benar-benar sangat marah.
http://ebook-dewikz.com/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Perkelahianpun tidak dapat dihindarkan. Para petugas yang merasa kesulitan menguasai orang-orang itu, maka seorang di antara mereka telah membunyikan kentongan.
Orang-orang yang kebetulan menginap di penginapan itu telah berlari-larian. Sebenarnya mereka memang sudah mempersiapkan diri untuk menghadapi kemungkinan buruk, karena mereka tahu bahwa di antara kedua orang yang menginap di penginapan itu sedang dalam bahaya. Tetapi merekapun tahu bahwa kedua orang itu sudah pergi ke banjar dengan sebagian besar anak-anak muda yang berjaga-jaga.
Namun tiba-tiba di penginapan itu telah terjadi keributan.
Untunglah, bahwa tidak banyak orang yang menginap di penginapan itu, karena agaknya masih belum musimnya memetik hasil sawah yang sering diperdagangkan dan dibawa ke kotaraja.
Suara kentongan itu memang segera terdengar oleh seisi padukuhan. Bahkan suara kentongan yang lainpun segera menyambutnya sehingga seluruh padukuhan itu menjadi gempar.
Namun irama kentongan yang semula bernada empat-
empat ganda itupun segera berubah menjadi tiga-tiga ganda.
Sejenak kemudian apipun telah mulai menjilat langit, sementara Ki Bekel dan Ki Jagabaya berlari-lari ke penginapan setelah mereka mendapat kerusuhan yang terjadi di
penginapan. Tetapi kedatangan Ki Bekel dan Ki Jagabaya telah
terlambat. Penginapan itu telah menyala. Sedangkan orang-orang yang membuat kerusuhan itu telah melarikan diri.
Namun mereka telah meninggalkan tiga orang petugas penginapan itu terluka.
http://ebook-dewikz.com/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Mereka adalah orang-orang berilmu tinggi," berkata salah seorang di antara mereka yang terluka itu.
Ki Jagabaya hanya dapat mengumpat-umpat saja.
Peristiwa-peristiwa yang terjadi berurutan di padukuhan itu merupakan peristiwa yang perlu mendapat perhatian dan penilaian dengan sungguh-sungguh.
Sementara itu orang-orang padukuhan itupun telah bekerja keras untuk berusaha memadamkan api yang menjadi
semakin besar. Bahkan rasa-rasanya sulit untuk dapat dikuasai. Bangunan yang terhitung besar itu berhubungan dengan tempat yang biasanya untuk menyimpan barang-barang yang diperdagangkan oleh para pedagang yang menginap. Sebagaimana tidak terlalu banyak orang yang menginap, maka di tempat barang itupun tidak terlalu banyak bertimbun barang-barang dagangan itu.
Namun perlahan-lahan akhirnya api itu mulai susut.
Beberapa orang yang berani berusaha memisahkan bagian belakang dari bangunan itu agar tidak terbakar. Serambi yang menghubungkan kedua bangunan itu sebelah menyebelah longkangan justru telah dirobohkan, sehingga dengan demikian tidak dapat dipergunakan untuk merambat api dari bangunan induk yang terbakar.
"Mereka membakar penginapan ini. Mereka telah
menumpahkan lampu-lampu minyak di tempat-tempat yang mudah terbakar, sehingga karena itu, maka rumah inipun cepat sekali terbakar di tempat yang hampir merata," berkata orang-orang yang terluka itu.
Tidak ada orang yang dapat menyalahkan mereka. Mereka sudah berusaha sejauh dapat mereka lakukan. Namun mereka memang tidak akan mampu mencegahnya.
http://ebook-dewikz.com/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dalam pada itu, ketika di luar sadarnya, Manggada
berpaling, maka iapun terkejut. Ia melihat warna merah di langit.
"Kebakaran," desisnya.
Orang-orang berkuda itupun telah berpaling pula. Tanpa isyarat apapun, maka mereka telah memperlambat kuda mereka, bahkan kemudian berhenti sama sekali.
"Agak jauh," desis pemimpin dari orang-orang berkuda itu.
Tetapi Manggada menyahut, "Tampaknya dari padukuhan yang baru saja kita tinggalkan. Bukankah arahnya itu tepat pada padukuhan itu?"
"Tetapi kenapa telah terjadi kebakaran?" bertanya salah seorang di antara orang-orang berkuda itu.
Kawan-kawannya menggeleng. Memang tidak seorang pun yang mengetahuinya. Kedua orang yang ditangkap itu pun tidak tahu bahwa kawan-kawan merekalah yang telah
melakukannya. Namun nampaknya kedua orang itu cukup cerdik. Tanpa mengetahui sebenarnya apa yang telah terjadi, seorang di antara mereka berkata, "Nah, hanya untuk diketahui, ternyata aku tidak hanya berdua saja dengan kawanku ini."
"Maksudmu?" bertanya pemimpin dari orang berkuda itu.
"Bahwa kami berdua hilang dari padukuhan itu telah membuat kawan-kawanku marah. Padukuhan itu akan
menjadi karang abang," berkata orang itu.
"Gila," geram pemimpin dari orang-orang berkuda itu.
"Bahwa nyawa kami memang mahal. Kita dapat
membayangkan, berapa puluh orang padukuhan itu yang http://ebook-dewikz.com/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
terbunuh. Mereka adalah orang-orang yang tidak tahu-menahu tentang gadismu yang hilang itu," berkata orang itu.
Orang-orang berkuda itu termangu-mangu. Demikian pula Manggada dan Laksana. Mereka memang membayangkan
sekelompok orang tengah membantai orang-orang padukuhan yang tidak bersalah itu.
"Apakah kita akan membiarkan mereka diperlakukan tidak adil?" tiba-tiba Laksana berdesis.
Manggada mengangguk-angguk, meskipun ia tahu bahwa ada maksud lain di samping usaha untuk menolong orang-orang padukuhan itu. Laksana memang ingin mencari
pengalaman sebanyak-banyaknya dengan ilmu kanuragannya.
Pemimpin dari orang-orang berkuda itupun telah menyahut pula, "Marilah kita lihat. Aku ikut bertanggung jawab jika benar-benar terjadi pembantaian di padukuhan itu atas orang-orang yang tidak bersalah."
"Apakah kita akan kembali?" bertanya salah seorang di antara orang-orang berkuda itu.
"Ya. Mungkin kita dapat bertemu dengan orang-orang yang lebih penting dari gerombolan penculik gadis-gadis itu,"
berkata pemimpinnya.
Demikianlah, maka iring-iringan itu telah memacu kuda mereka kembali ke padukuhan yang terbakar itu. Namun ketika mereka menjadi semakin dekat, maka pemimpin dari orang-orang berkuda itu telah minta kepada kawan-kawannya agar kedua orang tawanan mereka itu diikat pada sebatang pohon yang terlindung di luar padukuhan.
Dua orang di antara mereka harus mengawasi kedua orang itu. Pemimpin orang-orang berkuda itu berpesan, "Jika terjadi http://ebook-dewikz.com/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sesuatu, lepaskan anak panah sendaren. Jangan hanya satu, tetapi beberapa."
Kedua orang itu mengangguk. Namun mereka tidak
mengawasi kedua tawanan itu di tempat terbuka. Tetapi keduanya juga menunggui kedua tawanan itu di tempat yang terlindung.
Sementara itu, kawan-kawannya bersama Manggada dan Laksana telah berpacu memasuki padukuhan.
Namun yang mereka temui bukannya sekelompok orang
yang membantai orang-orang padukuhan itu. Tetapi beberapa orang yang telah membakar penginapan.
"Sukurlah," berkata pemimpin dari orang-orang berkuda itu,
"aku membayangkan beberapa orang padukuhan ini menjadi korban tanpa bersalah. Karena itu aku kembali. Akupun ingin bertemu dan berbicara dengan orang-orang yang aku kira kedudukannya lebih penting dari kedua orang yang telah aku tangkap itu."
"Mereka sudah melarikan diri," jawab Ki Bekel.
Orang-orang berkuda itupun kemudian telah minta diri.
Mereka akan meneruskan perjalanan mereka kembali ke padukuhan mereka untuk mengusut hilangnya beberapa orang gadis, yang mungkin akan mendapat perlakuan yang sangat buruk.
Namun dengan demikian, Ki Bekel dan orang-orang
padukuhan itu semakin percaya bahwa orang-orang itu bukan penjahat. Mereka telah kembali meskipun agaknya mereka sudah agak jauh dari padukuhan itu ketika mereka melihat api. Sebenarnya mereka dapat berpacu terus tanpa
menghiraukan orang-orang padukuhan itu akan mengalami http://ebook-dewikz.com/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kesulitan. Tetapi ternyata bahwa mereka telah kembali ke padukuhan itu untuk membantu.
Setelah mengambil orang-orang yang terikat serta kedua orang kawannya, maka iring-iringan berkuda itu telah melanjutkan perjalanan mereka.
"Berapa korban yang telah jatuh?" bertanya salah seorang dari kedua orang yang tertawan itu.
"Korban apa maksudmu?" bertanya pemimpin dari orang-orang berkuda itu.
"Bukankah kawan-kawanku telah membantai orang-orang padukuhan?" bertanya orang itu pula.
Namun yang menjawab dengan cepat adalah Manggada.
Katanya, "Kami telah kehilangan waktu tanpa arti sama sekali.
Ternyata di padukuhan itu telah terjadi kebakaran. Dua orang pemabuk telah membakar rumah salah seorang di antara mereka, karena pemabuk itu bertengkar dengan isterinya."
Kedua orang tawanan itu termangu-mangu. Ternyata
pemimpin dari orang-orang berkuda itu pun tanggap. Karena itu maka ia telah menyambung, "Ki Bekel yang lagi bingung telah mengambil tindakan yang sangat keras terhadap kedua orang pemabuk itu."
"Apakah mereka dibunuh?" salah seorang dari kedua orang tawanan itu bertanya.
"Tidak. Tetapi keduanya telah diikat pada tiang bambu di halaman banjar," jawab Manggada.
Kedua orang itu terdiam. Tetapi nampaknya mereka
menjadi kecewa. Ternyata kebakaran itu tidak ada
hubungannya dengan langkah-langkah yang diambil oleh kawan-kawannya.
http://ebook-dewikz.com/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kuda-kuda itupun kemudian telah berpacu semakin cepat.
Mereka telah kehilangan waktu beberapa saat karena mereka telah kembali ke padukuhan itu. Tetapi merekapun masih dapat bersukur bahwa tidak ada orang-orang yang menjadi korban dan terbunuh, meskipun ada juga yang terluka.
Namun yang tidak pernah diperhitungkan itupun telah terjadi. Ketika kuda-kuda mereka tengah berpacu di bulak panjang, maka mereka telah melihat dua buah obor yang menyala di tengah-tengah jalan. Bahkan ketika mereka menjadi semakin dekat, maka obor-obor itupun telah digerak-gerakkan oleh tangan yang memegangnya.
"Siapa?" bertanya pemimpin kelompok itu seakan-akan kepada diri sendiri.
Tetapi yang terdengar adalah suara kedua orang tawanan itu tertawa hampir berbareng. Seorang di antara mereka berkata, "Nah, sekarang kalian harus percaya, bahwa kami berdua tidak dibiarkan sendiri menghadapi kesulitan seperti ini."
"Persetan," geram Laksana. Namun tiba-tiba iapun berkata,
"Berhenti. Kita berhenti sebentar."
Meskipun orang-orang berkuda itu tidak mengetahui
maksud Laksana, namun merekapun telah berhenti.
"Untuk apa kita berhenti?" bertanya pemimpin kelompok orang-orang berkuda itu.


Menjenguk Cakrawala Seri Arya Manggada 1 Karya S H Mintardja di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Mungkin yang menghentikan kita di depan itu ialah kawan-kawan kedua orang ini," berkata Laksana.
"Memang mungkin sekali," salah seorang dari kedua orang tawanan itulah yang menjawab. Katanya pula, "Bahkan pasti."
http://ebook-dewikz.com/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Baik, jika demikian maka kita harus mengambil langkah-langkah pengamanan," berkata Laksana.
Kedua orang tawanan itu terkejut. Mereka sama sekali tidak menduga, bahwa anak muda itu ternyata mempunyai
ketajaman penalaran sedemikian jauh.
Namun keduanya tidak sempat menolak ketika Laksana kemudian meloncat turun dan berkata, "Aku akan mengikat mereka."
"Bagaimana kami dapat naik kuda dengan kedua tangan terikat," berkata salah seorang dari mereka.
"Kalian tidak akan naik kuda. Jarak kita dengan obor itu sudah terlalu dekat. Kalian akan berjalan kaki sampai ke tempat itu. Baru jika ternyata yang kita jumpai disana orang lain, maka kau akan kami lepaskan kembali," berkata Laksana yang kemudian membentak, "Turun."
Kedua orang itu harus meloncat turun. Namun dalam pada itu tiba-tiba saja beberapa orang telah berloncatan dari dalam kegelapan.
Laksana menarik nafas dalam-dalam. Ternyata orang-orang yang menghentikan mereka itupun mempunyai perhitungan yang cukup rumit.
Namun demikian Laksana tidak menyerah. Iapun kemudian berkata kepada pemimpin kelompok orang-orang berkuda itu,
"Layani mereka. Aku akan mengikat keduanya."
"Tidak," berkata salah seorang di antara orang-orang yang berloncatan mengepung mereka. "Jika hal itu kau lakukan juga, maka kau akan menyesal."
http://ebook-dewikz.com/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kenapa aku menyesal" Aku mengikat tawananku sendiri.
Apa hubungan kalian dengan tindakanku ini?" bertanya Laksana.
"Kedua orang itu adalah kawan-kawanku. Aku minta kalian serahkan kedua orang itu kepadaku. Kemudian kami akan membiarkan kalian lewat," sahut orang yang agaknya pemimpin kawan-kawannya itu.
Laksana termangu-mangu sejenak. Sementara itu ternyata obor di kejauhan telah padam.
Beberapa saat ketegangan mencengkam sekelompok
orang-orang berkuda yang membawa dua orang tawanan itu.
Namun pemimpin merekapun kemudian berkata, "Jadi kedua orang ini kawan-kawan kalian?"
"Ya," jawab orang yang mencegat mereka itu.
"Adalah kebetulan sekali," jawab pemimpin orang-orang berkuda itu. "Aku menginginkan orang yang dapat
menunjukkan kepadaku, dimana gadis-gadis padukuhanku yang telah kalian culik."
"Jangan terlalu bodoh," berkata pemimpin dari orang-orang yang mencegat itu. "Kau tahu bahwa pertanyaan seperti itu tidak akan dijawab. Sekarang, serahkan kedua orang kawanku itu. Kami tidak mempunyai waktu untuk berbicara panjang lebar tanpa ujung pangkal."
"Tidak," jawab pemimpin kelompok dari orang-orang
berkuda itu. "Kami tidak akan pernah memaafkan orang-orang yang dengan tanpa perikemanusiaan telah menculik gadis-gadis."
"Ada dua kemungkinan," berkata orang itu, "memaafkan mereka yang telah menculik gadis-gadis atau mati disini."
http://ebook-dewikz.com/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Persetan," geram Laksana. "Aku akan mengikat mereka."
"Sekali lagi aku peringatkan. Jangan lakukan."
Tetapi yang dilakukan oleh Laksana justru mengejutkan.
Tiba-tiba saja ia telah mengetuk pundak kedua orang itu, kemudian dengan ujung-ujung jarinya yang merapat ia telah mengetuk punggung kedua orang itu. Demikian cepatnya sehingga kedua orang itu tidak sempat menghindar atau melawan. Pada ketukan yang ketiga di lambung kedua orang itu telah membuat mereka perlahan-lahan berlutut dan kemudian terbaring di tanah.
"Baik," berkata Laksana, "aku tidak akan mengikatnya.
Meskipun demikian mereka telah pingsan untuk beberapa lama."
Orang-orang yang menghentikan sekelompok orang-orang berkuda itu menjadi sangat marah. Pemimpin mereka berkata dengan suara bergetar oleh kemarahan yang membakar ubun-ubunnya, "Kalian telah menghina kami. Karena itu, maka kami tidak akan memaafkan kalian."
"Apakah kau kira kami akan minta maaf?" jawab Laksana.
Lalu dengan nada keras ia berkata, "Nah, sekarang kalian mau apa" Bertempur atau berbicara baik-baik atau apa?"
"Kau memang harus dibunuh," geram pemimpin dari orang-orang yang telah mencegat mereka itu.
Laksana justru membentak, "Lakukan. Kenapa kau hanya berbicara saja?"
Sementara itu pemimpin dari orang-orang berkuda yang mencari anaknya yang hilang itu berkata, "Marilah. Kita akan menentukan siapa yang akan menang. Tetapi ingat, bahwa kami memerlukan kalian untuk menunjukkan dimana gadis-http://ebook-dewikz.com/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
gadis kami kalian sembunyikan. Jika kami membunuh kalian, maka dua atau tiga orang akan tetap hidup. Setidak-tidaknya dua orang yang pingsan itu."
Pemimpin dari orang-orang yang mencegat sekelompok orang-orang berkuda itu menjadi semakin marah. Katanya,
"Kita bunuh mereka."
Orang-orang berkuda itu tidak menjawab lagi. Tetapi merekapun telah mempersiapkan diri. Kuda-kuda mereka telah ditambatkan pada batang-batang pohon di pinggir jalan, sementara yang lain telah bersiap menghadapi kemungkinan.
Ketika orang itu mulai bergerak, maka Manggada tiba-tiba saja berbisik kepada pemimpin dari orang-orang yang mencari gadis-gadis mereka yang hilang itu, "Perintahkan satu dua orang-orangmu menjaga kedua orang yang pingsan itu."
"Bukankah mereka tidak dapat berbuat sesuatu?" desis pemimpin dari orang-orang berkuda itu.
"Jika kawan-kawannya gagal membebaskannya, mereka
justru akan membunuhnya. Dengan demikian maka kita akan kehilangan sumber untuk mengikuti jejak dari gerombolan itu," berkata Manggada perlahan-lahan.
Pemimpin dari orang-orang berkuda itupun mengerti
maksudnya. Iapun kemudian telah memberi isyarat kepada salah seorang pengikutnya untuk mendekat dan berbisik pula kepadanya untuk mengawasi kedua orang yang pingsan itu.
"Mereka harus tetap hidup," desis pemimpinnya itu.
Orang yang mendapat perintah itu mengangguk-angguk. Ia mengerti akan tugas yang dibebankan kepadanya.
Sejenak kemudian, maka orang-orang yang telah
menghentikan sekelompok orang-orang berkuda itu telah http://ebook-dewikz.com/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mengepung rapat dan justru memperketat kepungan mereka.
Sebagian di antara mereka telah turun ke sawah sementara yang lain berdiri di tengah jalan di kedua arah.
"Kalian tidak akan mendapat kesempatan lagi," berkata pemimpin dari orang-orang berkuda itu. Lalu katanya pula,
"Tetapi jika kalian serahkan kedua orang yang pingsan itu, maka sekali lagi aku peringatkan, kalian dapat lewat dengan selamat. Jika kesempatan terakhir ini tidak kalian pergunakan, maka kalian akan mati disini. Semuanya, tanpa kecuali. Aku memerlukan satu atau dua orang di antara kalian untuk melengkapi keterangan tentang gadis-gadis kami yang hilang."
"Persetan," geram pemimpin dari orang-orang yang
mencegatnya. Kemudian maka terdengar aba-abanya, "Bunuh mereka. Bebaskan kawan-kawanmu yang telah mereka tahan itu. Kesempatan terakhir yang aku berikan telah mereka sia-siakan."
Dengan demikian maka sejenak kemudian, maka orang-
orang yang menghentikan sekelompok orang-orang berkuda itu telah menyerang dari segala arah. Mereka yang berada di tengah jalan, mereka yang ada di tanggul parit, di pematang dan mereka yang berada di sawah pun telah bergerak. Dalam keremangan malam, maka senjata mereka berkilat oleh cahaya bintang di langit. Sementara itu beberapa orang telah berloncatan sambil berteriak.
Namun nampaknya suara mereka yang ribut itu tidak akan didengar oleh orang-orang padukuhan yang jaraknya cukup jauh. Bulak itu memang terlalu panjang.
Tetapi orang-orang berkuda itu telah siap menghadapi segala kemungkinan. Jumlah mereka memang lebih sedikit dari orang-orang yang mencegatnya. Tetapi orang yang telah kehilangan anaknya itu memang mempunyai kelebihan dari http://ebook-dewikz.com/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
orang kebanyakan. Sementara beberapa orang kawannyapun menguasai ilmu pedang dengan baik. Sehingga dengan demikian maka meskipun jumlah mereka lebih sedikit, tetapi mereka berharap akan dapat menyelesaikan pertempuran itu sebagaimana mereka harapkan.
Sejenak kemudian, maka senjatapun mulai berdentang.
Orang-orang yang mencegat orang-orang berkuda itu
nampaknya tidak ingin kehilangan banyak waktu. Mereka telah bertempur dengan garang dan kasar. Pada ayunan senjata mereka yang pertama, maka mereka benar-benar telah bertekad untuk membunuh lawan-lawan mereka.
Demikianlah, maka pertempuranpun segera membakar
bulak yang panjang itu. Di antara sekelompok orang-orang berkuda itu terdapat Manggada dan Laksana, dua orang remaja yang baru saja keluar dari sebuah lingkungan kecil yang menempa mereka dalam olah kanuragan.
Namun ternyata bahwa bekal yang telah mereka bawa
cukup memadai. Demikianlah maka kedua anak muda itu telah bertempur dengan tangkasnya di antara orang-orang yang sebelumnya belum pernah mereka kenal. Namun bagi kedua anak muda itu, persoalan yang mereka hadapi telah memberikan pengalaman yang berharga. Bukan saja dalam olah
kanuragan, tetapi juga dari segi yang lain. Dengan demikian maka mereka telah sempat memandang cakrawala tentang kehidupan yang lebih luas. Liku-liku dari perbuatan sesamanya yang kadang-kadang bertentangan dengan martabat mereka.
Pertempuran itu semakin lama menjadi semakin sengit.
Kedua belah pihak telah mengerahkan kemampuan mereka masing-masing. Dentang senjatapun menjadi semakin sering terdengar dan kilatan bunga api berloncatan di udara.
http://ebook-dewikz.com/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ternyata bahwa kedua belah pihak terdiri dari orang-orang yang berpengalaman. Orang berkuda yang kehilangan anak gadisnya itu tidak membawa orang-orang kebanyakan
bersamanya untuk mencari anak gadisnya. Ia tahu pasti, bahwa perjalanannya adalah perjalanan yang berbahaya, sehingga karena itu, maka orang-orang yang pergi
bersamanya adalah orang-orang yang terpilih dan yang menyadari sepenuhnya apa yang akan mungkin mereka
hadapi di perjalanan. Sementara itu, orang-orang yang mencegatnya pun adalah orang-orang terpilih di antara mereka. Apalagi jumlah mereka lebih banyak.
Namun demikian, ternyata Laksana dan Manggada masih memiliki kelebihan dari setiap orang yang sedang bertempur itu. Mereka tidak sekedar mempergunakan ilmu kanuragan.
Tetapi mereka mempergunakan penalaran mereka sebaik-baiknya.
Seperti yang pernah dilakukan, maka Manggada dan
Laksana telah dengan sengaja bertempur berloncatan dari satu lingkaran ke lingkaran pertempuran yang lain. Keduanya telah memisahkan diri dan bertempur pada arah yang berlawanan.
Sebenarnyalah yang dilakukan oleh kedua orang anak muda itu agak membingungkan lawan yang meskipun lebih banyak.
Kedua anak muda itu tiba-tiba saja muncul di semua lingkaran medan, tetapi dengan tiba-tiba saja mereka telah bergeser.
Namun kemampuan mereka yang tinggi dan ilmu pedang mereka yang jauh lebih baik dari lawan-lawannya, telah menimbulkan kegelisahan di seluruh arena. Lawan-lawan mereka selalu dicemaskan oleh kehadirannya yang tiba-tiba dan putaran pedangnya yang sangat berbahaya.
http://ebook-dewikz.com/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Bahkan Manggada dan Laksana dengan kecepatan
geraknya, ternyata telah berhasil menyentuh tubuh lawan-lawannya dengan ujung pedangnya. Pedang yang
didapatkannya di padukuhan yang baru saja mereka
tinggalkan. "Kedua iblis itu harus dihentikan," geram pemimpin dari orang-orang yang telah mencegat mereka itu.
Pemimpin itupun kemudian telah melepaskan lawannya untuk mendapat kesempatan mengatur orang-orangnya
menghadapi kedua anak muda itu. Ketika dua orang
pengikutnya menggantikannya melawan pemimpin kelompok orang-orang berkuda yang kehilangan anak gadisnya itu, maka pemimpin merekapun telah menghilang di medan.
Ternyata orang itu telah memilih tiga orangnya yang terbaik. Dua di antara mereka harus mengikuti salah seorang di antara kedua orang anak muda itu, sedangkan ia sendiri dan seorang lagi akan mengikuti anak muda yang lain.
"Mereka harus diikat dalam satu pertempuran dengan lawan yang tetap," berkata pemimpin dari orang-orang yang telah mencegat sekelompok orang berkuda itu. Lalu katanya pula,
"Jika mereka dibiarkan berkeliaran maka keduanya akan dapat mempengaruhi seluruh medan."
Demikianlah, maka pemimpin orang-orang yang mencegat orang-orang berkuda itupun bersama seorang pengikutnya telah berusaha untuk bertempur melawan salah seorang di antara anak-anak muda yang mendebarkan itu. Ternyata orang itu telah bertemu dengan Manggada yang berloncatan tidak jauh daripadanya, sedangkan dua orang pilihan yang lain telah mencari Laksana.
http://ebook-dewikz.com/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Anak muda," geram orang itu, "kau tidak perlu berkeliaran di medan pertempuran ini. Kau tidak akan dapat melepaskan diri dari tangan kami berdua. Karena itu, kau harus mencoba untuk melindungi dirimu sendiri. Kau harus rela melihat orang-orang lain terbunuh di peperangan ini jika kau tidak ingin kepalamu sendiri terpenggal."
Manggada memandang orang itu sejenak. Meskipun dalam keremangan malam, namun ia segera dapat mengenali bahwa orang itu adalah pemimpin dari orang-orang yang telah menghentikan iring-iringannya dan menuntut agar kedua orang tawanan itu diserahkan kepadanya.
Karena itu Manggada menjadi berhati-hati. Dengan nada rendah ia berkata, "Kau ingin merubah caraku bertempur?"
"Kau akan segera mati," berkata lawannya itu.
"Tidak seorang pun dapat mengikatku dalam satu lingkaran arena. Aku dapat pergi sesuka hatiku dan bertempur melawan siapapun juga. Jika kalian berusaha menahanku untuk tetap berada disini sementara kawan-kawanku terdesak, maka kalianlah yang akan mengalami nasib paling buruk, karena aku akan segera membunuh kalian berdua agar aku dapat terbang kemana aku sukai," jawab Manggada.
Lawannya itu menggeram. Iapun telah bersiap untuk
meloncat menyerang, sementara kawannya pun telah
mendapat isyarat untuk mendesak.
Sejenak kemudian, maka mereka memang benar-benar
telah bertempur. Manggada melawan dua orang lawan. Dua orang lawan yang terbaik di antara lawan-lawannya yang lain.
Dengan demikian maka Manggada benar-benar telah
menguji kemampuannya. Ia telah mengetrapkan ilmu yang telah disadapnya dari gurunya. Sedangkan pengalamannya http://ebook-dewikz.com/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
masih sangat sempit sehingga ia harus menyandarkan kemampuannya pada ilmu yang diwarisinya itu.
Namun ternyata bahwa setelah menempa diri dengan
sungguh-sungguh dan bekerja keras tanpa mengenal lelah, Manggada memang memiliki bekal yang cukup mapan.
Bagi anak muda itu, sebagaimana Laksana, yang terjadi itu justru merupakan pengalaman yang sangat berharga bagi mereka. Bagi anak-anak muda yang baru saja keluar dari perguruan kecil yang tidak banyak dikenal, kemudian turun ke dunia olah kanuragan yang keras.
Kedua anak muda itu seolah-olah dua ekor burung yang menguak dari sarangnya, memandang betapa luasnya
cakrawala. Demikianlah, maka pertempuran yang terjadipun semakin lama menjadi semakin keras. Kedua orang lawan Manggada itu berusaha untuk segera mengakhiri perlawanannya, karena keduanya merasa bahwa tugas mereka masih cukup banyak.
Tetapi ternyata anak muda itu memang sangat liat. Tidak mudah untuk menguasainya, mengalahkannya dan apalagi membunuhnya.
Demikian juga dua orang pilihan yang bertempur melawan Laksana. Anak muda itu tangkas seperti seekor burung sikatan. Dengan cepat menukik menyambar bilalang. Namun kemudian dengan cepat pula meluncur terbang ke udara.
Hilang tanpa bekas.
Karena itu, kedua lawan Laksanapun kadang-kadang
menjadi kebingungan. Namun keduanya telah berusaha sejauh kemampuan mereka agar anak muda itu tidak terlepas dari lingkaran pertempuran melawan keduanya.
http://ebook-dewikz.com/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Namun dalam pada itu, arena pertempuran itu dalam
keseluruhannya telah terpengaruh karenanya. Empat orang terbaik di antara mereka yang mencegat orang-orang berkuda itu terikat dalam pertempuran melawan Manggada dan Laksana. Karena itu, maka kekuatan merekapun rasa-rasanya menjadi jauh berkurang.
Pemimpin dari orang-orang berkuda yang kehilangan
anaknya itu bertempur dengan garangnya. Kawan-
kawannyapun telah menjadi garang pula. Mereka bertempur untuk satu beban yang bagi mereka mempunyai arti yang sangat luhur. Kemanusiaan.
Karena itu, maka merekapun telah mempertaruhkan segala-galanya atas kesadaran mereka terhadap tugas yang mereka sandang itu. Sehingga dengan demikian, maka mereka sama sekali tidak gentar menghadapi apapun juga. Apalagi ketika mereka merasa bahwa perlawanan orang-orang yang
menghentikan mereka itu semakin susut.
Dengan demikian, pemimpin dari orang-orang yang
mencegat orang-orang berkuda itu memang menjadi cemas.
Karena itu, ia telah mengerahkan segenap kemampuannya untuk menghentikan perlawanan anak muda yang ternyata memang berilmu tinggi itu.
Tetapi ternyata bahwa anak muda itu mampu bergerak semakin cepat pula. Bahkan kedua tangannya telah bergerak-gerak dengan tangkasnya. Pedangnya menyambar-nyambar mengerikan. Sekali-sekali pedang itu berada di tangan kanan, namun tiba-tiba pedang itu bergetar di tangan kirinya. Kedua tangan anak muda itu nampaknya memiliki ketrampilan yang sama. Apakah itu tangan kanan apakah tangan kiri.
Kemarahan telah menghentak-hentak di dada pemimpin dari orang-orang yang ingin merebut kedua orang kawannya http://ebook-dewikz.com/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
yang tertawan itu. Tetapi ia tidak dapat mengingkari kenyataan. Kawan-kawannya dalam jumlah yang lebih besar, tidak mampu mengalahkan orang-orang berkuda itu.
Apalagi beberapa saat kemudian, Manggada yang mulai jemu dengan pertempuran itu, telah menghentakkan
senjatanya pula. Ketika ia mendapat kesempatan, maka ujung pedangnya telah menyambar mendatar ke dada pemimpin orang-orang yang telah mencegat perjalanannya itu. Namun ternyata orang itu cukup tangkas. Dengan cepat ia bergeser surut sehingga ujung pedang Manggada tidak mampu
menggapainya. Justru pada saat yang demikian, lawannya yang seorang lagi telah meloncat menyerangnya. Senjatanya mematuk ke arah lambung.
Namun Manggada cukup tangkas. Dengan cepat ia menarik serangannya dan meloncat surut. Dengan pedangnya ia telah memukul senjata lawannya demikian kerasnya.
Tetapi Manggada tidak berhasil menjatuhkan senjata lawannya, meskipun terasa tangan lawannya itu menjadi pedih. Tetapi ia masih mampu mempertahankan senjatanya.
Namun Manggada tidak berhenti menyerang. Pedangnya tiba-tiba saja telah berputar. Dengan cepat pedangnya mematuk lawannya itu.
Lawannya memang terkejut. Tetapi ia masih sempat
meloncat surut.
Pada saat yang bersamaan, pemimpin orang-orang yang ingin membebaskan kedua orang kawannya itulah yang telah menyerang Manggada. Serangannya datang bergulung seperti badai. Demikian garangnya, sehingga Manggada memang harus meloncat beberapa langkah surut.
http://ebook-dewikz.com/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Namun yang tidak disangka-sangka telah terjadi. Ketika serangan itu masih memburu, Manggada telah meloncat dengan cepat hampir tidak kasat mata. Senjatanya dengan ayunan mendatar telah menggapai lawannya yang seorang lagi, yang justru sedang termangu-mangu menyaksikan serangan pemimpinnya itu.
Karena itu, maka orang itu telah terkejut sekali. Ia tidak mempunyai kesempatan untuk berbuat sesuatu. Orang itu memang berusaha untuk menangkis serangan itu. Tetapi ia tidak berhasil. Meskipun senjatanya menyentuh senjata Manggada, namun ia tidak berhasil menahan serangan itu.
Karena itulah, maka sejenak kemudian dada orang itu telah terkoyak oleh ujung pedang anak muda itu.
Sementara itu, Manggada masih juga sempat meloncat menghindari serangan lawannya yang seorang lagi. Bahkan pada serangan berikutnya Manggada telah siap membentur serangan itu.
Demikianlah, dua buah senjata saling berbenturan. Pedang Manggada memang bukan pedang pilihan. Namun dengan kemampuannya yang besar, maka ia berhasil menahan
ayunan pedang lawannya itu. Bahkan dengan menghentakkan seluruh kekuatannya, maka hampir saja senjata lawannya terlepas dari tangannya.
Tetapi lawannya masih sempat meloncat surut. Dengan sisa tenaga yang ada orang itu berusaha mempertahankan
senjatanya. Namun Manggada tidak membiarkannya. Dengan langkah yang panjang ia meloncat memburunya. Sekali lagi pedangnya terayun deras sekali. Manggada memang tidak mengarahkan senjatanya ke tubuh lawannya, tetapi dengan sengaja telah berusaha membentur senjatanya.
http://ebook-dewikz.com/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ketika benturan itu sekali lagi terjadi, maka lawannya tidak mampu mempertahankannya lagi. Senjatanya ternyata telah terlepas dari tangannya dan melenting jatuh di tanah.
Dengan cepat Manggada meloncat mendekat lagi. Satu pukulan tangan kirinya menghantam dada orang itu sehingga ia terdorong beberapa langkah surut. Sebelum ia menyadari apa yang terjadi, maka kaki Manggada telah menyapu kakinya sehingga ia jatuh terlentang.
Ketika orang itu siap melenting berdiri, ujung pedang Manggada telah melekat di dada orang itu.
"Jangan bangkit," berkata Manggada. "Aku ingin menusuk dadamu selagi kau berbaring. Diamlah."
Orang itu menjadi sangat tegang. Namun ia tidak dapat berbuat sesuatu. Ujung pedang itu benar-benar akan dapat menghunjam di dadanya. Karena itu, maka orang itu terpaksa tetap berbaring betapapun jantungnya bagaikan akan meledak.
Sementara itu, Laksana tengah berloncatan memburu
seorang lawannya. Sementara lawannya yang seorang lagi telah terbaring diam. Seperti lawan Manggada, maka dadanya telah terkoyak oleh ujung pedang.
Lawannya yang seorang lagi tidak memiliki kesempatan untuk menyelamatkan diri. Meskipun ia masih mencoba melawan untuk melindungi dirinya, tetapi serangan Laksana datang beruntun. Satu putaran pedang Laksana ternyata telah melemparkan senjata lawannya. Gerakan yang dilakukan kemudian adalah satu tusukan yang menghunjam ke perut lawannya itu.
http://ebook-dewikz.com/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dengan demikian maka kedua lawan Laksana itu telah terbaring diam untuk selama-lamanya.
Laksana yang kehilangan kedua lawannya telah siap untuk melibatkan diri melawan yang lain. Tetapi dalam pada itu, pertempuran itu tiba-tiba telah terhenti ketika terdengar suara pemimpin dari orang-orang yang telah menghentikan orang-orang berkuda itu.
"Letakkan senjata," teriak orang itu.
Para pengikutnya mengenali suaranya. Sementara itu Manggada berteriak, "Hentikan. Kita akan berbicara."
Pertempuran itupun berhenti. Dengan ujung pedang di punggung orang itu berkata kepada para pengikutnya, "Biarlah kita menyerah."
Para pengikutnya termangu-mangu. Mereka saling
berpandangan sejenak. Namun tidak seorang pun di antara mereka yang melepaskan senjatanya.
Ternyata bahwa dugaan Manggada tidak luput. Orang itu tidak benar-benar ingin menyerah. Dalam kesempatan yang terbuka, tiba-tiba saja ia telah menjatuhkan dirinya. Dengan kakinya ia telah menyerang ke arah perut Manggada sambil berteriak dengan lantang, "Bunuh semua orang."
Beberapa orang memang terkejut. Tetapi Manggada yang curiga terhadap sikap pemimpin orang-orang yang
mencegatnya itu, telah siap menghadapinya. Karena itu, maka ia dengan tangkasnya telah melenting surut.
Kesempatan yang ditunggu itupun datang ketika orang itu dengan cepat melenting berdiri. Pada saat yang tepat Manggada telah meloncat dengan tubuhnya yang miring.
Kakinya terjulur lurus menyamping.
http://ebook-dewikz.com/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dengan kekuatan penuh kaki Manggada telah menghantam dada lawannya. Demikian kerasnya sehingga lawannya itu telah terlempar beberapa langkah dan jatuh terbanting di tanah.
Dadanya rasa-rasanya pecah. Nafasnya terhenti mengalir dan matanyapun mulai berkunang-kunang sehingga akhirnya semuanya menjadi gelap.
Para pengikutnya mencoba memanfaatkan kesempatan itu dengan serta-merta. Beberapa orang berhasil mendesak lawannya, bahkan melukai orang-orang berkuda yang
kehilangan kewaspadaan.
Namun dengan demikian mereka telah membuat orang-
orang berkuda itu marah sehingga mereka telah
menghentakkan senjata mereka. Bahkan Laksanapun telah menjadi sangat marah pula. Dalam setiap ayunan, maka ia telah melukai seorang lawannya.
Dengan demikian, maka pertempuran itupun kemudian
telah berakhir dengan sangat pahit. Beberapa orang telah terbunuh. Tubuh mereka malang melintang bahkan saling bertindih.
Beberapa orang berkuda telah pula terluka. Tetapi tidak seorang pun di antara mereka yang terbunuh.
Namun dalam pada itu, Manggadalah yang berteriak,
"Jangan kalian bunuh orang-orang itu. Kita memerlukan keterangannya."
Namun pertempuran itu masih berlangsung beberapa saat.
Orang-orang berkuda itu tidak dapat dengan serta-merta menghentikan pertempuran karena lawan-lawan mereka masih saja menyerang dengan sengitnya.
http://ebook-dewikz.com/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Satu demi satu orang-orang itu telah terkulai. Karena itu, maka Manggada merasa perlu untuk mengambil langkah.
Golok Sakti 2 Rahasia 180 Patung Mas Karya Gan Kl Kisah Si Rase Terbang 9
^