Pencarian

Mestika Golok Naga 3

Mestika Golok Naga Karya Kho Ping Hoo Bagian 3


kapan kita akan dapat saling bertemu kembali?" gadis itu
bertanya, suaranya terdengar penuh kecewa dan
penyesalan. "Sekali waktu kita tentu akan dapat bertemu kembali,
nona. Setelah saya merasa bahwa saatnya tiba, saya ten
tu akan menghadap Sribaginda Kaisar kembali untuk
membantu belia u."
"Benarkah, tai-hiap" Saya akan selalu menanti
kedatanganmu. Saya akan merasa kehilangan sekali
kalau taihiap tidak segera datang kembali. Selamat
Jalan, tai-hiap."
"Selamat tinggal, nona."
Mereka berpisah karena sudah nampak beberapa
orang dayang dan pengawal memandang mereka dari
kejauhan dengan sinar mata heran. Dan diam-diam
Tiong Li merasa heran akan sikap gadis puteri kaisar itu.
Kenapa sikapnya demikian ramah dan akrab" Apakah
karena merasa telah ditolongnya" Dia merasa tidak enak
sendiri. Hia ng Bwee adalah puteri kaisar, dan dia hanya
seorang pemuda miskin putera petani dan pemburu
sederhana. Agaknya tidak pantas kalau mereka
bersahabat. Tiong Li sama sekali tidak tahu bahwa ketika dia
bercakap-cakap dengan Hiang Bwee tadi, terdapat
sepasang mata yang mengintai dengan sinar mata
mencorong penuh iri hati dan kemarahan. Mata itu
adalah mata Jin "iat! .
Sebetuliya, sudah lama Jin Kiat tergila-gila kepada
Hiang Bwee dan beberapa kali dia dengan jelas
menyatakan perasaan hatinya kepada gadis itu. Akan
tetapi Hiang Bwee tidak menanggapinya, bahkan
membelakanginya, tidak perduli bahkan kelihatan tidak
suka kepada nya. "arena itu, untuk membalas sakit
hatinya, dia mengusulkan kepada ayahnya agar menculik
dan menyerahkan gadis itu kepada Wu Chu, panglima
Kin itu. Akan tetapi, penculikan itu digagalkan seorang
pemuda dan kini dia melihat dengan mata kepala se ndiri
betapa Hiang Bwee bercakap-cakap dengan pemuda itu,
dengan sikap demikian mesra. Hati siapa takkan menjadi
panas dan cemburu "
0oo-dw-oo0 Jin Kiat mengerahkan pasukan untuk melakukan
pengejaran terhadap Tio ng Li.Akan tetapi dia tidak berani
turun tangan di kota raja. Tiong Li baru saja akan
dihadiahi pangkat oleh kaisar. Kalau dia menyerangnya,
maka tentu kaisar yang berterima kasih kepada pemuda
itu menjadi tidak senang kepada nya. Dia hanya
membayangi dengan dua losi n pasukan dan ditemani
pula oleh seorang ,yang berusia enampuluh tahun, tinggi
kurus dengan muka seperti tengkorak.
Itulah Tang Boa Lu, Manusia Tengkorak, guru dari
mendiang Hak Bu Cu. Manusia Tengkorak ini yang
dahulu bersama Hak Bu Cu telah menyerang ?"" Hong
San jin sehingga mengakibatkan tewasnya hwe-shi"
pertapa di Liong San itu.
Tang Boa Lu ini memang diperbantu kan kepada
Perdana Menteri Jin Kui oleh pang lima Bangsa Kin yaitu
Wu Chu. Melihat sepak terjang Tiong Li, Jin Kiat
menduga bahwa agaknya pemuda yang lihai inilah yang
telah menyelamatkan Hia ng Bwee dari penculikan, yang
dulu pernah mengalahkan dan mengakibatkan kematian
Hak Bu Cu. Menurut para pengawal, pemuda yang mengalahkan
Hak Bu Cu dan menyebabka n Hak Bu Cu tewas di
tangan Ban-tok Sian-li, adalah seorang pemuda yang
terlalu cepat gerakannya sehingga tidak dapat dikenali
wajahnya, akan tetapi para pengawal itu mengetahui
bahwa pemuda itu lihai bukan main. Dan pemuda yang
menolong Hiang Bwee inipun amat lihai sehingga jagoan
istana Ciang Sun Hok tidak mampu menandi nginya.
Inilah sebabnya ketika melakukan pengejaran, dia
mengajak Tang Boa Lu. Dan Manusia Tengkorak ini pun
ikut dengan penuh semangat ketika diberitahu bahwa
mungki n pemuda yang dikejarnya itu yang telah
menewaskan Hak Bu Cu, muridnya.
Betapa senang rasa hati Jin Kiat, ketika dia melihat
Tiong Li pergi ke rumah pengi napan An-lok untuk
mengambil pakaiannya dan membayar sewa kamar,
kemudian pemuda itu langsung saja pergi keluar dari
kota raja. melalui pi ntu selatan.
Terbukalah kesempatannya untuk menyerang dan
membunuh pemuda itu! Mereka segera melakukan
pengejaran dan setelah tiba di tempat yang sunyi, cukup
jauh dari pintu gerbang selatan, Jin Kiat dan Tang Boa
Lu membawa dua losi n pasukan itu menyusul dan
mengepung Tiong Li.
"Berhenti!"
bentak Jin Kiat sambil mencabut pedangnya. Dihadang dan dikepung duapuluh enam orang itu,
Tiong Li bersikap tenang saja, ?"" lagi ketika melihat
?"?" ian para anak buah pasukan itu adalah ?"?"ian
perajurit; Kerajaan Sung. Baru saja dia hendak diangkat
perwira oleh kaisar, maka tentu saja kini dia tidak
berprasangka buruk terhadap pasukan Sung.
"Ciang-kun," katanya kepada Jin Kiat yang berpakaian
panglima. "Ada keperluan apakah cia ng kun menyusul
saya" Apakah ada perintah dari Sribaginda Kaisar-?"
"Benar, Sribaginda Kaisar mengutus kami untuk
menangkapmu!" bentak Jin Kiat.
Tentu saja Tio ng Li merasa terkejut sekali mendengar
ucapan yang ketus ini. Dia mengerutkan alisnya dan
bertanya, ?"?" kesal ahanku?"
"Kesalahanmu
sudah jelas! Engkau s?"?"ng
pemberontak! Engkau membantu dua orang wanita
pemberontak melawan pasukan pemerintah. Engkau
harus ditangkap!"
Tiong Li teringat akan pertempurannya ketika dia
membantu Ban-tok Sian Li dari The Siang Hwi, dan
tentang pertandi nqannya melawan Si Golok Naga.
"Hemm, kalau benar Sribaginda Kaisar memerintahkan untuk menangkap aku, Coba perlihatkan
surat perintahnya " Dia merasa curiga.
"Tidak perlu surat perintah! Engkau menyerah atau
kami akan menggunakan kekerasan membunuhmu!"
bentak Jin Kiat.
"Kukira tidak akan semudah itu, sobat! Tanpa surat
perintah Kaisar, aku tidak akan menyerah!"
Mendengar ini, Jin Kiat lalu b?"seru keras, "Serang!
Bunuh!!" Jin Kiat sendiri sudah menggerakkan pedangnya
menyerang Tio ng Li sedangkan Si Muka Tengkorak juga
sudah menggerakkan kedua tangannya memukul dari
jarak jauh. Melihat Si Muka Tengkorak, walaupun kini mengenakan pakaian panglima, Tio ng Li tiba-tiba
teringat. Orang inilah yang dulu bersama Si Golok Naga
mengeroyok suhunya, ?"" Hong San-jin! Kini mengertilah dia m"ngapa kelompok pasukan ini, yang
dipimpin oleh pemuda tampan dan Si Muka Tengkorak,
menghadangnya dan hendak menangkapnya.
Tentu Si Muka Tengkorak itu akan membalaskan
kematian Si Golok Naga!
0oo-dw-oo0 Jilid V Dengan mudah dia mengelak dari sambaran pedang
Jin Kiat, akan tetapi ketika pukulan jarak jauh dari Muka
Tengkorak itu melandanya, dia terkejut. Kiranya tenaga
Si Muka Tengkorak ini luar biasa kuatnya, maka tidak
heran ketika dahulu dia terkena pukulan jarak jauh itu,
dia sampai pingsan dan ?"" Hong San-jin sampai terluka
parah yang menyebabkan kematiannya.
Cepat dia mengerahkan tenaga Jia n-kin-lat (Tenaga
Seribu Kati) untuk melawan hantaman itu dan ketika
kedua tangan bertemu, keduanya terdorong mundur,
tanda bahwa tenaga yang terkandung dalam dorongan
dan tangkisan itu seimbang kekuatannya.
Si Muka Tengkorak yang menjadi heran dan terkejut
bukan main. Kini diapun teringat setelah memandang
wajah Tiong Li. Tidak salah lagi, pemuda ini adalah
pemuda remaja belasan tahun yang dulu pernah
dilihatnya di Pek-hong San-?"", murid da"i ?"" Hong
San-jin. Dahulu, ketika baru berusia limabelas tahun saja
sudah mampu menandingi Hak Bu Cu, dan sekarang
ternyata telah memiliki tenaga sinkang yang mampu
menandingi pukulan Angi n Badai yang tadi dia lontarkan!
"Kau ..... ?" bentaknya. "Kau murid ?"" Hong San-jin"
Engkau yang telah membunuh muridku?"
"Hemm, kiranya engkau Si Muka Tengkorak yang
dahulu datang bersama Si Golok Naga! Benar aku yang
merobohkan muridmu, dia jahat sekali. Habis engkau
mau ?""!" Bagaimana engkau dapat bergabung dengan
pasukan kerajaan?"
Mendengar percakapan itu, Ji n Kiat sudah membentak
dan memerintahkan anak buahnya, "Cepat, serang dan
bunuh pemuda pemberontak ini "
Dan Tio ng Li sudah diserang dari semua jurusan.
Karena lawannya yang mengeroyok amatlah banyaknya,
Tiong Li lalu mengerahkan ilmu meringankan tubuh
Jouw-sang-hui dan tubuhnya berkelebatan seperti
berubah menjadi bayang-bayang menghindarkan semua
senjata yang menyambar ke arahnya.
Pada saat itu terdengar sorak sorai dan muncullah
duapuluh orang yang berpakaian seperti petani, dipimpin
seorang pemuda tinggi besar yang gagah perkasa.
Pemuda ini bersenjatakan sepasang kapak dan begitu
terjun ke pertempuran, pemuda itu sudah merobohkan
dua orang yang mengeroyok Tiong Li.
Melihat ini, Jin Kiat dan para perajurit menyambut dan
terjadilah pertempuran sengit, sedangkan Si Muka
Tengkorak bertandi ng melawan Tio ng Li.
"Bunuh para pemberontak !"
Jin Kiat berseru nyaring, akan tetapi hatinya gentar
sekali ketika dia mengenal pemuda tinggi besar
bersenjatakan sepasang kapak itu. Pemuda itu bukan
lain adalah Gak Liu, putera mendiang Jenderal Gak Hui
yang semenjak kematia n ayahnya, tetap melanjutkan
perjuangan menghimpun tenaga rakyat dan kadang juga
menentang pasukan Sung sendi"i kalau melihat pasukan
itu melakukan pe- nindasan terhadap rakyat jelata!.
Ketika tadi Gak Liu melihat Jin Kiat dan Orang-
orangnya mengeroyok serang pemuda, tidak sukar
baginya untuk membantu pemuda itu karena dia tahu
si?"" Jin Kiat. Putera Perdana Menteri ini sudah berbuat
dosa yang tak terhitung banyaknya. Terutama sekali
merampas dan menodai wanita-wanita, bai" yang sudah
bersuami maupun gadis-gadis yang dipaksanya, mengandalkan kedudukan, harta benda dan kekuatan.
Gak Liu memang membenci sekali putera Perdana
Menteri ini, sebagai putera musuh besarnya dan dia
segera mengamuk dengan kapaknya, mendekati Jin Kiat.
Jin Kiat mengamuk dengan pedangnya dan dia
mencari jalan untuk meloloskan diri. Setelah merobohkan
dua orang pengikut Gak Liu, dia melompat ke luar dari
pertempuran dan hendak melarikan diri. Memang Jin Kiat
ini mempunya i watak pengecut. Melihat Si Muka
Tengkorak belum juga dapat menang melawan pemuda
itu, dan kemudian melihat Gak Liu, dia menjadi ketakutan
dan ber usaha meloloskan diri.
Akan tetapi dengan tiga kali lompatan jauh, Gak Li u
sudah dapat menghadangnya. Ked ua tangannya memegang kapaknya yang berlumuran darah dan
wajahnya yang gagah itu nampak bengis sekali sehingga
Jin Kiat menjadi semakin jerih.
"Gak Liu, minggir kaul Apakah engkau ingin dlhukum
mati pula seperti ayahmu!"
Bentakan ini sungguh salah alamat. Gak Liu tidak


Mestika Golok Naga Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

menjadi takut atau mundur mendengar bentakan ini,
bahkan amarahnya m?"in berkobar.
"Jahanam busuk, engkaulah yang akan menerima
hukuman mati dari ku!"
Dia menyerang dengan sepasang kapaknya dan Jin
Kiat terpaksa melayaninya bertanding.
Pertandi ngan mati-matian karena keduanya mengerti
bahwa siapa yang kalah tidak akan lolos dari maut. Jin
Kiat mengerahkan seluruh tenganya dan mengeluarkan
semua iImu pedangnya untuk memenangkan pertandi ngan itu.
Sementara itu, rombongan perajurit itu mendapat
serangan hebat dari para pejuang sehingga mereka
terdesak. Juga pertandi ngan antara Tang Boa Lu dengan
Tiong Li berlangsung tidak seim bang lagi.
Betapapun lihainya Si Muka Tengkorak, namun
menghadapi Tiong Li akhirnya dia kewalahan juga. ?""
lagi ketika Tiong Li memai nkan ilmu silat Ngo-heng-lian-
hoan-kun, dia menjadi repot sekali.
Dalam hal tenaga sinkang, dia juga tidak mampu
menandingi pemuda itu. Setelah bertanding lewat
limapuluh jurus, Si Muka Tengkorak mulai terengah-
engah dan mandi keringat. Terlalu banyak tenaga yang
dia kerahkan. Padahal, lawannya masih nampak segar
dan bahkan makin lama tenaganya menjadi sem"kin
kuat. Tahulah Tang Boa Lu bahwa kalau dia nekat
melanjutkan pertandingan itu, dia akan menderita
kekalahan. Dia tidak mau nekat mengadu nyawa karena dia
hanya menjadi orang yang diperbantukan kepada
Perdana Menteri Jin Kui. Untuk ?"" dia membela Jin Kiat
sampai mati" Melihat pemuda itu terus mendesaknya,
dia mengerahkan tenaga terakhir dan mengirim pukulan
jarak jauh sambil mengeluarkan bentakan dahsyat.
Kembali dia telah mengirim dengan pukulan jarak jauh
yang bernama ilmu pukulan Angin Badai !.
Akan tetapi sekali ini Tiong Li tidak mau memberi hati
kepadanya. Dia sudah menyambut pukulan itu dengan
Tal lek-kim-kong-jiu! Dua tenaga sakti bertemu di udara
menggetarkan bumi di sekitarnya dan akibatnya tubuh Si
Muka Tengkorak terpental dan jatuh bergulingan, dari
mulutnya keluar darah segar tanda bahwa dia telah
terluka dalam! Dia tahu akan bahaya, maka tubuhnya bergulingan
terus, lalu dia melompat Jauh dan melarikan diri. Tiong Li
tidak mengejarnya. Biarpun Si Muka Tengkorak itu yang
menyebabka n kematian suhunya, namun dia tidak
mendendam, sesuai dengan ajaran mendiang ?"" Hong
San-jin. Dia hanya membantu para pejuang yang
menghadapi para perajurit.
Tinggal enam orang perajurit yang masih melawan
dan melihat keadaan mereka demikian terdesak, enam
orang ini lalu melarikan diri cerai berai tanpa pimpinan
lagi. Cuma tinggal Jin Kiat kini yang masih melawan Gak
Liu mati-matian. Dia tidak mempunyai kesempatan untuk
melarikan diri lagi karena sepasang kapak di tangan Gak
Liu mendesaknya dengan hebat.
Wajah Jin Kiat sudah menjadi pucat hatinya diliputi
ketakutan yang amat sangat. Si Muka Tengkorak sudah
melarikan diri, semua anak buahnya juga sudah tewas
atau lari, tinggal dia sendiri. Akan tetapi Gak Liu juga
tidak mengandalkan kawan-kawannya. Dia melarang
anak buahnya yang hendak mengeroyok.
"Biarkan aku menghadapinya sendiri!" teriaknya ketika
ada yang hendak membantunya.
Para anak buahnya tidak berani maju dan hanya
menjadi penonton sambiI mengepung tempat itu. Tentu
saja Jin Kiat makin tak dapat lolos karena pengepungan
itu, maka diapun melawan dengan nekat dan mati-
matian. Dia mengeluarkan seluruh ilmu pedangnya untuk
melawan, akan tetapi sepasang kapak di tangan Gak Liu
itu hebat bukan main, seperti sepasang naga berebut
mestika, menyambar-nyambar dari segala jurusan.
"Singggg ...... tranggg ....!!"
Pedang yang menyambar itu ditangkis oleh sepasang
kapak yang menjepitnya dan pedang itu patah menjadi
dua! Sebuah tendangan kaki Gak Liu membuat Jin Kiat
jatuh tersungkur. Kini Jin Kiat tidak dapat lagi menahan
rasa takutnya. Dia merangkak dan berlutut mengangkat
kedua tangannya ke atas dan minta-minta ampun.
"Hemm, ingat engkau ketika para gadis dan wanita itu
minta-minta ampun kepadamu" Apakah engkau mengampuni dan melepaskan mereka! Engkau malah
menertawakan mereka. Rasakan ini!"
Kapak itu menyambar dan mengenai kepala Jin Kiat yang seketika
roboh terpelanting dengan kepala pecah.
"Ini untuk hukumanmu.
Terimalah ini, dan ini, dan
ini ...! "
Kedua kapak itu bertubi-
tubi menghantami tubuh
yang sudah tidak bernyawa lagi Itu. Di antara anak buah Gak Liu
yang memaling kan muka
karena tidak tahan melihat
peristiwa yang mengerikan
itu. Agaknya Gak Liu melampiaskan semua dendam atas kematia n ayah dan saudara-saudaranya'
dan melampiaskan amarahnya kepada putera perdana
Menteri Jin Kui yang dibencinya itu.
Tiba-tiba kapaknya tertahan di udara. Ada orang yang
memegangi kedua lengannya dan dia tidak mampu
menggerakkan tangan lagi walaupun dia sudah
mengerahkan tenaga! Gak Li u terkejut dan menoleh.
Ternyata yang menahan kedua tangannya adalah
pemuda yang tadi bertanding dengan Si Muka
Tengkorak. "Sudah cukup, twa-ko. Menyiksa tubuh yang sudah
menjadi mayat dan yang tak dapat melawan lagi
bukanlah perbuatan seorang gagah, melai nkan perbuatan seorang yang gila karena dendam."
Mendengar perkataan itu, Gak Liu menurunkan kedua
kapaknya dan memandang kepada Tio ng Li penuh
perhatian, lalu dia memandang kepada mayat Jin Ki at
yang hancur, kemudian menghela na- pas panjang.
"Engkau benar, sobat,"
Lalu dia memerintahkan semua anak buahnya untuk
mengubur semua jenazah, bukan hanya jenazah teman-
teman, akan tetapi juga jenazah semua perajurit
termasuk jenazah Jin Kiat.
Kemudian dia mengajak Ti ong Li duduk di bawah
pohon untuk bercakap-cakap dan berkenalan,
"llmu silatmu hebat sekali, sobat muda. Siapakah
namamu dan bagaimana engkau tahu-tahu dapat
dikeroyok oleh Jin Kiat dan anak buahnya?"
"Nama saya Tan Tio ng Li, dan sebelum saya
menceritakan mengapa saya diserang mereka, lebih dulu
saya ingin tahu siapakah twa-ko yang gagah perkasa
ini?" "Hemm, namaku Gak Liu."
"She Gak" Mengi ngatkan aku akan Jenderal Gak
Hui," kata Tiong Li lebih ramah karena melihat Gak Liu
juga ramah kepadanya.
"Mendiang Jenderal Gak Hui adalah ayahku."
Tiong Li terkejut dan cepat bangkit lalu memberi
hormat. "Ah, kirariya putera mendiang Jenderal Gak Hui yang
amat terkenal gaga h perkasa dan budiman itu!" Maafkan
kalau saya bersikap kurang hormat!"
Gak Liu menghela napas panjang, "Aihhh, mendiang
ayahku memang seorang gagah perkasa dan budiman.
Akan tetapi aku .......aku hanya seorang pejuang biasa
yang kadang naik darah, sama sekali tidak budiman. Aku
tidak mau membonceng ketenaran nama ayahku.
Saudara Tio ng Li, aku melihat IImu silatmu tinggi sekali.
Bagaimana sampai engkau tadi dikeroyok oleh iblis kecil
putera Perdana Menteri Jin Kui itu?"
Kembali Tiong Li terkejut, Dia sudah lama mendengar
nama Perdana Menteri Jin Kui yang dibenci, banyak
orang dan dimaki sebagai seorang menteri durna yang
menghasut dan membujuk Kaisar sehingga mau
mengalah terhadap Bangsa Kin, Jadi pemuda yang
dibantai tadi adalah putera Menteri Jin Kui itu" Kini
mengertilah dia. Dia sudah mendengar bahwa kematian
Jenderal Gak Hui adalah gara-gara Perdana Menteri Jin
Kui. Jadi sekarang putera Jenderal Gak Hui membuat
pembalasan terhadap putera Perdana Menteri Jin Kui!
"Hemm, kiranya dia itu putera Perdana Menteri Jin
Kui" Pantas engkau begitu membencinya, Gak-twako,
tentu karena dendam."
"Bukan hanya dendam, Tan-te (adik Tan), akan tetapi
pemuda itu memang seorang yang tidak kalah jahat dari
ayahnya. Dia suka mempermainkan wanita dan diapun
menindas rakyat yang tidak mau menjilat-jilat kepadanya.
Dia sudah pantas mati seperti itu. Lalu bagaimana
engkau sampai dimusuhi olehn dia?"
"Aku sendiri tidak tahu dengan jelas, twa-ko. Aku
pernah menolong seorang puteri kaisar yang diculik
penjahat. Aku mengantarnya pulang ke istana. Kaisar
hendak memberi anugerah pangkat, akan tetapi aku
tidak mau dan aku pergi meninggalkan istana. Eh, tahu-
tahu di sini dikejar oleh rombongan itu dan pemuda tadi
mengatakan bahwa dia diperintah oleh kaisar untuk
membunuhku dengap alasan bahwa aku seorang
pemberontak. Aku minta tanda perintah kaisar, akan
tetapi dia tidak dapat membuktikannya maka aku
melawan ."
"Hemm, bedebah itu! Sama dengan ayahnya.
Menggunakan nama Kaisar yang lemah untuk menuduh
semua orang pemberontak. Tan-te, engkau seorang
yang berilmu tinggi, marilah engkau bergabung dengan
kami!" "Maaf, Gak-twako. Aku setuju sekali dengan perjuangan rakyat menentang Kerajaan Kin dari utara
dan usaha untuk mengusir mereka dari tanah air. Akan
tetapi akupun setia kepada Kerajaan Sung dan
karenanya aku tidak suka memusuhi Kaisar yang harus
kubela. Aku amat setuju dengan si?"" dan tindakan
mendiang Jenderal Gak, ayahmu sendiri."
"Aaahh, itu merupakan suatu titik kelemahan! Karena
kekerasan hatinya mempertahankan kelemahan itulah
ayah sampat diracuni dan menemukan kematia n nya
secara menyedihkan sekali. Tidak, Tan-te, sikap itu
keliru. Musuh besar kita memang Bangsa Kin yang harus
kita usir dari tanah air, akan tetapi banya" sekali pejabat
korup dan penindas rakyat, pejabat yang pada lahirnya
saja setia kepada kaisar akan tetapi pada dasarnya
hanya mencari keuntungan sendiri, pejabat demikian itu
malah melemahkan kerajaan dan perlu dibasmi.
Kerajaan perlu dibersihkan dari para pejabat semacam
itu ! " "Akan tetapi itupun merupakan pemberontakan karena
mereka adalah pejabat pemerintah. Kecuali urusan
pribadi, maka tidak akan melibatkan pemerintah. Kalau
sudah merupakan permusuhan terbuka dengan pasukan
mereka itu merupakan pemberontakan. Pantas saja
kalian dianggap pemberontak."
Gak Liu tertawa. ?""-ha-ha, engkau masih hijau dalam
hal perjuangan, Tan-te. Nanti kalau engkau sudah
mengalami sendiri, ?"" lagi kalau sudah bentrok de ngan
Perdana Menteri Jin Kui, baru engkau mengerti ?"" yang
kumaksudkan dengan membasmi para pejabat korup dan
jahat," "Maaf, Gak-twako. Aku sendiri biarpun bersimpati
kepada para pejuang, belum ingin melibatkan diri. Aku
hanya ingin melangkah sebagai seorang pendekar yang
membela kebenaran dan keadilan, melindungi mereka
yang tertindas dan menentang mereka yang melakukan
ke kerasan untuk memaksakan kehendaknya."
"Baiklah, Tan-te. Aku yakin akhirnya engkau akan


Mestika Golok Naga Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

bergabung juga dengan para pejuang."
Mereka lalu berpisah dan Tiong Li memandang
kepergian orang gagah itu bersama anak buahnya
dengan termenung. Dia sudah banyak mendengar dari
para gurunya tentang Jenderal Gak Hui, dan dia melihat
betapa Gak Liu itupun memiliki kegagahan yang
mengagumkan. Kalau para pejuang seperti Gak Liu itu
pendiriannya, agaknya Bangsa Kin akan dapat di usir
keluar dari tanah air.
Sayang, Kaisar memang lemah dengan adanya
banyak pejabat macam Jin Kui yang mempe ngaruhlnya.
0oo-dw-oo0 Si Muka Tengkorak melarikan diri kembali ke gedung
Perdana Menteri Jin Kui membawa luka dalam dan
membawa berita buruk. Dia masih sempat mengi ntai
ketika Jin Kiat terbunuh oleh Gak Liu dan dia bergegas
kembali ke rumah Perdana Menteri Jin Kui untuk
melapor. Sepasang mata sipit yang biasanya bergerak cepat
dengan cerdiknya Itu kini terbelalak, mukanya sebentar
pucat Sebentar merah ketika dia mendengar laporan
tentang kematian puteranya.
"Apa ....... " Gak Li u membunuh Jin Kiat puteraku"
Celaka......! Jahanam betul ! Ahhhhh ... "
Hampir gila Jin Kui dibuatnya karena marah dan sedi h
hatinya. Dia berjalan hilir mudik di ruangan itu, sebentar
mengepal tinju, sebentar menangis seperti orang gila.Dia
segera mengumpulkan semua orang kepercayaannya
untuk diajak berunding.
Ciang Sun Hok, jagoan yang dipercaya itu, lalu Kui To
Cin-jin yang menjadi guru Jin Kiat, Ma Kiu It panglima
pengawal Jin Kui, dan Tang Boa Lu Si Muka Tengkorak
hadir sambil menundukkan muka karena maklum bahwa
majikan mereka sedang marah dan berduka.
"Celaka....! Mereka membunuh anak ku! ?"" yang kita
perbuat sekarang?" Berulang kali Jin Kui berteriak dan
akhirnya Kui To Cin-jin memberanikan dirinya untuk
bicara. "Tai-jin, karena jelas bahwa pembunuhnya adalah Gak
Liu, maka kita kerahkan pasukan untuk mencari dan
menangkap pemberontak itu."
"Akan tetapi semua ini gara-gara puteri selir itu!, Kalau
Jin Kiat tidak mengejar pemuda bernama Tan Tiong Li itu
tentu dia tidak akan tewas di tangan Gak Liu. P uteri selir
itu harus tetap ditangkap dan terutama Tiong Li itu harus
dapat dibunuh!"
Kui To Cin-jin berkata,
"Maaf,Tai-jin. Untuk menghadapi Tan Tio ng Li tidaklah
mudah. Sa ya sendiri sudah merasakan " kehebatan ilmu
kepandaiannya .seorang pemuda sakti. Karena itu, kalau
tai-jin setuju, saya akan memanggil beberapa orang
kawan yang berilmu tinggi dari utara untuk bersama-
sama menghadapinya."
"Baik, engkau boleh berangkat sekarang juga untuk
memanggil mereka!" kata Jin Kui yang sudah marah dan
bernafsu sekali untuk membalas penyebab kematian
puteranya. "Setelah berunding, dia lalu menetapkan keputusannya. Pertama, puteri Sung Hiang Bwee harus
tetap ditangkap dan diserahkan kepada Panglima.Wu
Chen dari Kerajaan Kin. Kedua, sebarkan fitnah bahwa
yang menculik sang puteri adalah; para pemberontak
yang dipimpin oleh Gak Liu. Ke tiga mengerahkan
pasukan untuk melakukan pembersihan terhadap para
pemberontak. Ke empat, mencari.Tan Tiong Li dan Gak
Liu sampai dapat dan membunuh mereka. Dan kelima
dari para penyidik kini telah diketahui bahwa dua orang
wanita yang membantu para pemberontak adalah Ban-
tok Sian-li dan muridnya dari Lembah Maut dan harus
diserbu. Dan untuk pelaksanaan semua ini, Kui To Cin-jin akan
memanggil dua orang sutenya dari utara. Dua orang
sutenya itu adalah pertapa-pertapa dari Kui-san dan
memiki ilmu kepandaian yang tidak dibawah tingkat ilmu
kepandaian Kui To "in jin sendiri.
Mereka adalah ?"?"" b?"adik, yang tua berusia
limapuluh tujuh tahun dan bernama Ouw Yang "ian
berjuluk Toat-beng-jiauw (Cakar Pencabut Nyawa) dan
adiknya Ouw Yang Sian berusia limapuluh tahun berjuluk
Hek-bin- kwi (Setan Muka Hitam).
Sebagai para sute dari Kui To Cin-jin memang
kepandaian masing-masi ng tidak setinggi kepandaian Kui
To Cin-jin, akan tetapi kalau mereka maju bersama, Kui
To Cin- jin itupun tidak akan mampu menandingi mereka.
Malam yang sunyi. Kembali di Istana ada bayangan
hitam berkelebat cepat sekali dan tahu-tahu dia sudah
berada di atas genteng kamar Sung Hiang Bwee.
Semenjak terjadi penculikan atas diri puteri selir ini,
Kaisar memerintahkan kepada para pengawal agar
setiap malam diadakan penjagaan secara bergantian di
depan kamar sang puteri.
?"?" pada saat itupun nampak empat orang
pengawal berdiri di depan kamar sang puteri, Akan tetapi
bayangan hitam yang memakai kedok ini tidak merasa
gentar, bahkan dia lalu melayang turun di depan empat
orang itu. Sebelum empat orang itu sempat berteriak,
baru menggerakkan senjata mereka, tahu-tahu mereka
trlah roboh semua, tertotok dengan kecepatan luar biasa.
Kemudian si kedok hitam mendobrak daun pintu. Dua
orang dayang yang menemani Hiang Bwee terkejut dan
berteriak, akan tetapi sebelum suara mereka sempat
keluar dengan nyaring, tubuh mereka juga sudah roboh
pingsan. Tinggal sang puteri yang terbelalak memandang, lupa
untuk menjerit saki ng kaget dan takutnya. Orang
berkedok yang amat lihai itu cepat menyambarnya,
menotoknya dan memanggulnya setelah memasukannya
kedalam karung sutera. Seperti yang dilakukan oleh
Ciang Sun Hok dahulu, sekarang ini diapun melarikan diri
melalui jalan rahasia sehingga dia tiba di luar istana
tanpa diketahui orang lain.
Kini, berbeda dengan penculika n terdahulu, di luar
istana sudah menanti sebuah kereta yang ditumpangi
oleh perdana Menteri Jin Kui sendiri! Si kedok hitam lalu
membawa masuk puteri da lam karung sutera hitam itu.
kemudian setelah memberi Isyarat dia lalu berkelebat
lenyap. Pelaku penculIkan yang amat lihai ini bukan lai n
adalah Si Muka Tengkorak sendiri. Kereta lalu dijalankan
oleh kusir kereta menuju ke rumah gedung Perdana
Menteri Jin Kui.
Andaikata ada orang melihat kereta itu, tentu takkan
ada yang berani mencoba untuk menegur atau
menyelidiki karena si?"" orangnya berani menegur
Perdana Menteri Jin Kui " Kereta itu masuk halaman
gedung terus ke belakang, ke arah istana dan di sini,
tanpa terlihat orang lai n, sang puteri diturunkan dan
dimasukkan ke dalam sebuah kamar.
Hiang bwee dikeluarkan dari karung sutera dan
direbahkan di pembaringan dalam keadaa n tertotok,
kemudian kaki tangannya diikat dengan kain sehingga
seandainya totokannya sudah punah, iapun tidak akan
mampu bergerak.
Hiang Bwee hanya melihat dua orang berkedok hitam
yang mengeluarkannya dari dalam karung hitam dan
yang mengikat kaki tangannya. Ketika ia sudah terbebas
dari totokan, ia meronta- ronta-namun usahanya sia-sia
karena ka ki tangannya terikat kuat oleh kain sehingga ia
tidak merasa nyeri, hanya tidak mampu bergerak. ia
membuka mulut hendak mengeluarkan teriakan minta
tolong, akan tetapi seorang berkedok masuk kamarnya
dan berkata, "Nona, sebaiknya nona tidak mengeluarkan suara
kalau tidak ingin kutotok lagi sehingga tidak mampu
bergerak."
Hiang Bwee tentu saja merasa tidak enak kalau
ditotok, maka ia lalu mengangguk. "Kalau nona berjanji
akan diam saja dan menurut, kami tidak akan
mengganggu nona dan tidak akan membe- lenggumu
lagi." "Aku akan menurut. Lepaskan ikatan kaki tanganku,"
kata puteri itu.
Si kedok hitam itu bukan lain adalah Tang Boa Lu Si
Muka Tengkorak. Dia merasa yaki n bahwa gadis ini tidak
akan mampu berbuat sesuatu. Andaikata berteriak
sekalipun, tidak akan terdengar oleh orang di luar
gedung. ?"?", sesuai dengan pesan Perdana Menteri Jin Kui-
bahwa nona yang akan dipersembahkan kepada
Panglima Besar Wu Chu itu jangan sampai menderita,
dia lalu melepaskan ikatan kaki tangannya. Hiang Bwee
lalu bangkit duduk, menggosok gosok kaki tangan bekas
ikatan. la memandang ke kanan kiri. Kamar itu indah dan
besar, bukan kamar orang biasa. Tentu kamar seorang
yang kaya raya, pikirnya. la bangkit dan hendak
menghampiri pintu. Akan tetapi Si Muka Tengkorak
berkata, "Sebaiknya nona tidak beranjak dari kamar ini. Kamar
ini terjaga ketat dan nona tidak akan bisa melarikan diri."
Setelah berkata demikian, Si Mijka Tengkorak yang
berkedok itupun keluar dari kamar itu dan menjaga di luar
kamar bersama para pengawal .
Hiang Bwee membuka daun pi ntu yang segera
ditutupnya kembali ketika la menghadapi todongan
tombak empat orang pengawal. Ketika ia membuka daun
jendela, iapun melihat ujung tombak dan dua orang
penjaga di luar jendela.
Ditutupkannya kembali daun jendela itu dan iapun
duduk di atas kursi. Mengapa ia diculik " Siapa
penculiknya " Tidak, bukan orang berkedok itu. Tentu
orang berkedok itu hanya seorang utusan, dan ada orang
di balik semua ini yang mendalanginya. Akan tetapi ?""
maunya orang itu menyuruh menculiknya" Hatinya mulai
merasa takut dan teringatlah ia kepada Tan Tio ng Li! Ah,
kalau saja Tiong Li menjadi pengawalnya dan berada di
Istana, belum tentu ia akan dapat diculik orang. Akan
tetapi, siapa tahu pendekar itu akan muncul lagi
menolongnya. la ingin berteriak, ingin menjerit minta tolong. Akan
tetapi ia teringat dan menahan keinginannya. Menjerit
belum tentu terdengar orang dan akibatnya ia akan
ditotok kembali. Ah, tidak enak. Lebih baik begini.
Setidaknya ia masih dapat bebas bergerak dan bicara.
Akhirnya sang puteri melupakan segalanya dan
merebahkan dirinya di tempat tidur yang indah itu dan
dapat tidur pulas.
Pada keesokan harinya, pagi pagi sudah muncul dua
orang dayang yang membawa air untuk mencuci badan,
bahkan melayaninya. Akan tetapi ketika ia mencoba
untuk menanyai mereka, keduanya hanya menggeleng
kepala dan tidak mengeluarkan suara, tidak berani bicara
sepatah katapun! Hiang Bwee tidak perduli, setelah
membersihkan badan ia lalu makan sarapan yang
dibawa oleh dua orang wanita pembantu itu. Setelah
selesai, dua orang wanita itu keluar lagi .
?"k lama kemudian, si kedok hitam masuk lagi. Hiang
Bwee segera meregurnya.
"Siapakah engkau" Mengapa engkau menculikku dan
membawaku ke sini" ?""kah engkau tidak takut akan
hukuman berat kalau sampai tertangkap?"
"Nona, harap jangan banyak bertanya dan menurutlah
saja," kata si kedok hitam dan tiba-tiba saja tangannya
menyambar. Hiang Bwee terkulai dalam keadaan
pingsan. la lalu dipondong dan diangkat keluar dari dalam
kamar dan tak lama kemudian la sudah berada di dalam
sebuah kereta, di tengah-tengah antara empat orang
selir Perdana Menteri Jin Kui! Karena dijepit di tengah-
tengah, puteri itu nampaknya seperti seorang di antara
selir-selir itu. Pada hal puteri itu berada dalam keadaan
pingsan. Kereta itu dijalankan menuju ke pintu gerbang utara,
dikawal oleh seorang perwira pengawal yang menunggang kuda. Ketika melewati penjagaan pintu
gerbang, Semua perwira memberltahukan kepada para
penjaga bahwa para selir Perdana Menteri pagi Itu
hendak pergi mengunjungi kuiI yang berada di luar kota.
Para penjaga tidak berani banyak rewel, hanya
menjenguk sebentar ketika tirai kereta disingkap oleh
seorang selir dan melihat bahwa yang berada di dalam
kereta adalah selir-selir yang muda dan cantik. Kereta
lalu malewati plntu gerbang dan menuju ke utra.
Setelah agak jauh dari pintu gerbang, telah menanti
sebuah kereta lain yang lebi h kecil. Kereta ini dikusiri
oleh Ciang Sun Hok sendiri dan bahkan dikawal oleh Si
Muka Tengkorak. Sang puteri lalu dipindahkan ke dalam
kereta dan kemudian kereta para selir melanjutkan
perjalanan ke kuil.
Setelah sang puteri dipindahkan ke dalam kereta kecil,
ditemani Si Muka Tengkorak, dengan cepat tangan Tang
Boa Lu membebaskan totokannya. Hiang Bwee sadar


Mestika Golok Naga Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

kembali, membuka matanya dan ia menahan jerltnya
ketika melihat seorang yang mukanya seperti tengkorak
duduk dl depannya.
"Sssst, tidak perlu menjerit nona. Tidak akan ada yang
mendengar dan kalau engkau menjerit, terpaksa aku
akan menotokmu pingsan lagi. Aku tidak akan
mengganggumu!"
Hiang Bwee memandang muka itu dengan jijik dan
ngeri. "Siapakah engkau" Da n aku.... akan dibawa ke
manakah?" "Aku adalah seorang panglima Kerajaan Kin ....... "
"Ohhh ......... .!" Hiang Bwee terkejut sekali mendengar
bahwa ia telah terjatuh ke tangan musuh!"
"Jangan takut, nona kami tidak akan mengganggumu
engkau hanya dijadikan tawanan dan akan kuserahkan
kepada panglima kami. Kalau nona diam saja dan
menurut, kami akan memperlakukanmu dengan baik."
Hiang Bwee hanya mengangguk-angguk,matanya
masih terbelalak, mukanya masih pucat. la maklum
bahwa untuk sementara ini ia tidak dapat berbuat
sesuatu dan memang lebi h baik menurut saja dari pada
dibuat pingsan seperti tadi.
Kereta lalu dibalapkan menuju ke utara, memasuki
daerah antara Kin dan Sung yang merupakan daerah tak
bertuan. Kereta itu berjalan dengan cepat karena ditarik oleh
empat ekor kuda. Akan tetapi ketika kereta sudah
mendekati daerah Kin, tiba-tiba saja dari balik rumpun
alang-alang dan batang-batang pohon berlompatan
belasan orang, Kereta terpaksa berhenti karena
dihadang orang-orang yang memegang pedang dan
golok, Jumlah mereka ada limabelas orang, dipimpin
seorang pemuda yang tampan dan gagah memegang
pedang. "Berhenti! Siapa di kereta dan hendak pergi ke-
mana?" Bentak pemuda itu.
Mendengar ini, dan melihat ada belasan orang
menghadang kereta Hia ng Bwee berteriak,
"Aku puteri Kaisar diculik ...." Suaranya terhenti karena
Si Muka Tengkorak sudah menotoknyal Tafig Boa Lu
segera meloncat keluar dari dalam kereta dan bersama
Ciang Sun ?"k menghadapi belasan orang itu.
"Kalian Jangan mencampuri urusan ?"mi ...!!" bentak
Ciang Sun Hok. "Aku adalah Seorang panglima
perrgawal dari Perdana Menteri Jin Kui, dan harus
mengantarkan gadis ini ke suatu tempat."
"Bebaskan sang puteri!" terdengar teriakan.
"Bunuh antek Menteri Jin Kui yang jahat!" terdengar
teriakan lain. Akan tetapi pemuda yang memimpi n gerombolan itu
mengangkat tangan kiri ke atas menyuruh anak buahnya
berhenti berteriak, kemudian dia berkata kepada Ciang
Sun Hok. "Benarkah gadis itu puteri kaisar yang diculik" Tidak
mungki n engkau panglima Perdana Menteri kalau
engkau menculik seorang puteri istana!"
Karena didesak demlklan itu, Ciang Sun Hok menjadt
marah dan dia membentak,
"Kalian memang harus dlbasmi!"
Dan dia sudah menubruk kedepan dengan cengkeramannya. Pemuda Itu terkejut melihat serangan
yang amat dahsyat Itu. Dia melompat ke belakang dan
menggerakkan pedangnya menyerang dan begitu dia
malnkan pedangnya, tahulah Ciang Sun Hok bahwa dia
berhadapan dengan seorang murid Kun-lun-pai yang
hebat sekali llmu pedangnya. ?"?" diapun mencabut
pedang dari punggungnya dan mereka sudah terlibat
dalam perkelahia n yang seru.
Sementara itu, belasan orang sudah mengepung dan
hendak membantu pimpinan mereka, akan tetapi Si
Muka Teng korak mengamuk. Amukannya demikian
hebatnya sehingga dalam beberapa detik saja empat
orang sudah roboh oleh hantaman tangannya. ?"" lagi
ketika dia melolos sehelai sabuk rantai baja yang
ujungnya runcing tajam lebih banyak lagi anak buah para
pejuang itu yang roboh bermandikan darah.
Melihat ini, pemuda Kun-lun-pai terkejut bukan main
dan sebelum dia dapat berbuat sesuatu, Si Muka
Tengkorak sudah melompat dekat membantu Ciang Sun
Hok. Rantainya yang panjang sudah melibat pedang
pemuda itu dan sekali renggut pedang itupun terampas
dan di lain saat Ciang Sun Hok sudah mengirim sebuah
tendangan yang membuat pemuda itu terjungkal dan
pingsan! Para anak buah pejuang yang tinggal lima
orang itu lalu melarikan diri, tak sanggup melawan dua
orang yang ilmunya tinggi itu.
"Kita tangkap pemuda Kun-lun-pai ini, bawa menghadap sebagai hadiah kepada panglima!" kata Si
Muka Tengkorak dan Ciang Sun Hok setuju saja.
Pemuda itu lalu dibelenggu dan dilemparkan ke dalam
kereta, sedangkan Si Muka Tengkorak duduk di depan
bersama Ciang Sun Hok. Kereta lalu dibalapkan lagi
menuju ke utara, memasuki perbatasan daerah Kin.
Hiang Bwee terkejut dan juga khawatir sekali melihat
pemuda yang dilempar masuk. Tadinya ia mengira
bahwa pemuda itu Tan Tio ng Li, akan tetapi ternyata
bukan dan hatinya menjadi agak lega.
Kini ia memperhatikan pemuda itu. Seorang pemuda
yang tampan dan dalam keadaan terbelenggu kaki
tangannya. Ketika pemuda itu merintih, Hiang Bwee
membantunya untuk bangkit dan duduk di atas bangku
kereta di depannya. Pemuda itu membuka matanya dan
menjadi bengong ketika memandang wajah seorang
gadis cantik jelita yang duduk didalam kereta.
Kemudian dia teringat dan berusaha untuk meronta
dan melepeskan diri dari ikatan, namun sia-sia, ikatan itu
terlampau kuat, Dia lalu menyadari keadaannya. Ked ua
orang itu terlalu kuat buat dia dan mereka duduk
didepan. Andaikata dia mampu melepaskan ikatannyapun akan percuma saja.
Dia ti dak dapat melepaskan diri dari mereka berdua.
Dia teringat akan teriakan tadi lalu mengangkat muka,
memandang lagi kepada gadis itu. Hiang Bwee juga
sedang memandang kepadanya. Dua sorot mata
bertemu dan Hiang Bwee menunduk.
"Nona, benarkah engkau puteri Sri baginda Kaisar?"
"Benar., aku diculik dari Istana," kata Hiang Bwee lirih.
Akan tetapi betapapun lirihnya mereka bicara, tetap saja
dapat terdengar oleh dua orang yang duduk dl depan.
Dan agaknya kedua orang itu tidak perduli karena yakin
bahwa dua orang tawanan mereka itu tidak akan dapat
berbuat sesuatu untuk membebaskan diri.
"Mau dibawa ke mana, nona?"
"Aku tidak tahu. Siapakah namamu?"
"Saya bernama Souw Cun Ki, murid Kun-lun-pai yang
bergabung dengan para pejuang."
"Souw-enghiong (pendekar Souw), engkau harus
berusaha untuk membebaska n aku namaku Sung Hia ng
Bwee,puteri kaisar ..."
"Ha-ha-ha, jangan bermimpi!" tiba tiba terdengar
Ciang Sun Hok tertawa. "Kalian tidak akan dapat bebas
dan kalau banyak membuat ulah, kami akan memukul
pingsan kalian!"
Mendengar ini, Cun Ki memberi isyarat dengan
matanya kepada puteri itu agar berdiam diri. Dia maklum
bahwa ucapan itu bukan bualan kosong belaka. Ked ua
orang itu memiliki ilmu kepandaian yang sangat tinggi,
dan andaikata dia dapat membebaska n kedua kaki
tangannya sekalipun, dia tidak akan mampu menandingi
mereka. ?"" lagi dia telah kehilangan pedangnya.
Akhirnya kereta dapat mencapai perbentengan di
mana Panglima Besar Wu Chu berada. Panglima ini
seorang laki- laki yang gagah, berusia empatpuluh tahun
lebih, tubuhnya tinggi besar dan wajahnya gagah
perkasa dengan jenggot lebat, matanya lebar dan dia
memang sejak mudanya menjadi perwira. Ketika dia
mendengar laporan pembantunya, Si Muka Tengkorak
bahwa Hak Bu Cu tewas di tangan seorang
pemberontak, dia marah sekali.
"Kenapa Perdana Menteri Jin tidak suruh tangkap
pembunuh itu dan menghadapkannya kepadaku?"
Bentaknya marah.
Ciang Sun Hok yang menjadi utusan Perdana Menteri
Jin Kui segera memberi hormat.
"Harap thai-ciangkun tidak berkecil hati. Kami akan
mencari sampai dapat pembunuh itu dan sekarangpun
sudah menjadi buruan kami. Sementara itu, Jin-taijin
mohon maaf dan untuk menghib ur hati thai-ciangkun, Jin-
tai- jin mengirimkan seorang siuli (wanita cantik) untuk
menghibur hati Ciang- kun."
"Hemm, terima kasih atas perhatian Jin-taijin. Akan
tetapi aku sudah mempunyai cukup banyak selir dan
tidak membutuhkan wanita cantik," kata panglima besar
itu dengan suara masih mengandung kemarahan.
"Akan tetapi thai ciangkun belum tahu siapa yang
dikirimkan kepada thai ciangkun. ia adalah puteri Kaisar
Sung!" "Aha! Puteri Kaisar Sung?"
"Ya, dan puteri yang pernah membuat thai-ciangkun
terkagum-kagum ketika ciangkun berkunjung ke istana,"
tambah pula Ciang Sun Hok.
"Cepat bawa ia masuk ke sini !" perintah panglima
besar itu dengan hati tertarik sekali.
Mendengar bahwa wanita itu adalah puteri Kaisar
Sung, tentu saja persoalannya menjadi lain lagi. Ketika
puteri itu sudah dibawa masuk dan berdiri dengan kepala
tunduk di hadapa nnya, ia tersenyum lebar dan wajahnya
yang gagah itu menjadi berseri-seri. Dia teringat akan
puteri yang pandai menari dan ketika dia berkunjung ke
Istana Kaisar Sung dan disuguhi tarian puteri ini, dia
memang sudah tergila-glla, akan tetapi tidak berdaya
karena penari itu adalah puteri Kaisar! Dan sekarang,
ternyata Perdana Menteri Jin dapat mengirim puteri yang
pernah membuatnya terglila-gila itu kepadanya, bahkah
mempersembahkan kepadanya! .
"Ah, puteri yang pandai menari itu!" katanya sambil
memandang dengan penuh kagum.
Sung Hia ng Bwee mengangkat muka dan memandang
kepada panglima utu dengan alis berkerut.
"Kalau engkau sudah tahu bahwa aku puteri Kaisar,
cepat kirim aku kembali kalau engkau tidak menghendaki
ayahanda Kaisar marah kepadamu ! "
Panglima besar itu hanya tertawa dan memerintahkan
beberapa orang dayang untuk membawa sang puteri ke
dalam gedungnya. Hiang Bwee lalu di iri ngkan beberapa
orang dayang ke dalam, dengan memegang! kedua
lengannya dari kanan kiri.
Kini wajah panglima itu. menjadi cerah dan agaknya
dia sudah melupakan lagi tentang kematlan pembantu
yang di sayangnya, yaitu Hak Bu Cu.
Kini Si Muka Tengkorak yang ingin mendapat pujia n
melaporkan bahwa dia juga menangkap seorang
pemimpin pemberontak yang penting karena pemuda itu
lihai sekali dan masih tokoh Kun-lun- pai .
"Hemm, Kun-lun-pai berani terang-terangan memusuhi
kita" Bawa dia masuk!"
Souw Cun Ki diseret masuk dalam keadaan
terbelenggu. Dia berdiri tegak di depan Panglima Wu
Chu dan baru berlutut setelah dari belakang lututnya
ditendang oleh Si Muka Tengkorak.
"Benarkah engkau seorang tokoh Kun-lun-pai?" tanya
Panglima Wu Chu sambi1 memandang wajah yang
tampan itu. "Siapa namamu dan siapa menyuruh engkau
melakukan perlawanan terhadap Kerajaan Kin?"
"Aku memang murid Kun-lun-pai bernama Souw Cun
Ki, akan tetapi aku melawan penjajah Kin tidak atas
suruhan siapa-siapa, melainkan kehendakku sendiri!
Kalau mau hukum, laksanakanlah, aku tidak takut mati !"
"Hemm, kamipun tidak percaya bahwa Kun-lun-pai
terang-terangan memusuhi kami! Kalau demikian halnya,
kami akan mengutus pasukan untuk membasmi Kun-lun-
pai! Pengawal, masukkan dia dipenjara sambil menanti
penyelidikan apakah benar Kun-lun-pai memusuhi kita!"
Empat orang pengawal lalu maju dan menyeret Cun Ki
untuk dibawa dan dimasukkan ke dalam penjara..
Setelah itu, Panglima Wu Chu menjamu Ciang Sun Hok
sebagai utusan Perdana Menteri Jin Kui sambil
bercakap-cakap membicarakan keadaan di Kerajaan
Sung. "Harap thai-ciangkun jangan khawatir. Jin-taijin
sedang berusaha sekuatnya untuk menghancurkan para
pemberontak itu dan kami yakin akan dapat menangkap
pembunuh Hak Bu Chu," kata Ciang Sun Hok ketika
mereka menghadapi perjamuan.
"Aku percaya akan hal itu dan sampaikan terima


Mestika Golok Naga Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

kasihku kepada Jin-tai jin atas pengiriman puteri itu."
KataWu Chu dengan gembira membayangkan betapa dia
akan dilayani oleh seorang puteri tulen, bahkan puteri
dari Kaisar Sung.
Sebuah penghormatan yang teramat besar! Bahkan
rajanya sendiri tidak memperoleh kehormatan seperti itu!
Akan tetapi, betapa kecewa hati Pangiima besar Wu
Chu. Ketika malam itu dia memasuki kamar Sung Wang
Bwee, puteri itu sama sekali tidak mau menerimanya
dengan ?"ik, ?"" lagi mela- yaninya. Puteri itu bahkan
memaki-ma"i ia sebagai orang tidak tahu malu.
"Engkau dulu menjadi tamu ayahanda Kaisar dan
diterima dengan penuh penghormatan. Siapa tahu
engkau hanya seorang manusia rendah budi, seorang
pengecut besar yang menyuruh orang mencullk aku.
Jangan dekati aku. Kalau sampai meraba tubuhku, aku
akan membunuh diri!"
Panglima Besar Wu Chu adalah seorang jantan.
Selama ini, hampir setiap wanita mengharapkan untuk
menjadi selirnya. Dia adalah orang mempunyai
kekuasaan besar di Kerajaan Kin, menjadi orang kedua
setelah raja. Dia gagah perkasa dan royal, maka mana
ada wanita menolaknya.
Kini, berhadapa n dengan puteri Sung Hiang Bwee, dia
malah dimaki-maki! Dia bukan seorang laki-laki yang
suka memaksa atau memperkosa wanita. Maka tentu
saja dia menjadi marah bukan main karena merasa
terhina. "Bawa ia ke penjara! Jebloskan ke dalam kurungan
sampai ia bersedia melayani aku!" bentaknya dengan
marah setelah dia membujuk-bujuk dengan halus sampai
kasar tidak dapat menundukkan hati puteri itu..
Para pengawal lalu menggiring Hia ng Bwee masuk ke
dalam penjara. Agaknya panglima itu hendak memancing
agar sang puteri dan orang Kun-lun-pai itu bercakap-
cakap mengenai rahasia pemberontakan, maka dia
menyuruh kurung puteri itu berdekatan dengan kamar
tahanan Souw Cun Ki hlngga mereka dapat saling bicara
melalui celah-celah jeruji baja yang memisahkan mereka.
Ketika melihat penolongnya berada di kamar sebelah,
hati Hiang Bwee agak terhibur dan segera ia mendekati
dan memegang jeruji baja itu sambil memandang ke
kamar sebelah. Souw Cun Ki terkejut dan heran melihat sang puteri
dimasukkan dalam kamar penjara sebelahnya.
"Eh, kenapa engkau
Juga dipenjara, nona?"
katanya dan dalam keadaan seperti itu, dia
lupa akan peradatan
bersikap dan berbicara
kepada sang puteri kaisar! Hiang Bwee juga tidak memperdulikan pemuda itu menyebutnya nona dan
berengkau ke padanya.
"Aku menolak kehendaknya yang terkutuk dan dia marah lalu aku
dipenjarakan!"
jawabnya."Biar
aku dibunuh mati sekalipun, aku tidak akan sudi menyerah kepadanya!"
Cun Ki memandang kagum. Heran dia melihat
seorang puteri kaisar demikian tabahnya menghadapi
segala kesulitan yang demikian menyudutkannya.
"Ah, engkau seorang pemberani, nona. Sungguh aku
kagum dan hormat kepadamu."
"Akan tetapi engkau, Souw-enghiong. Demi menolong
aku, engkau sendiri sampai tertangkap dan nyawamu
terancam."
?"?" tidak takut mati, nona. Mati dalam perjuangan
merupakan suatu kehormatan bagiku. Mati bukan apa-
apa bagiku, akan tetapi aku amat memprihatinkan dirimu,
nona.. Engkau terancam bahaya yang hebat, bahkan
mungki n bahaya maut."
Gadis itu tersenyum! Hampir Cun Ki tidak percaya
kepada matanya sendiri. Dalam keadaa n seperti ttu,
gadis itu masi h dapat tersenyum demikian manisnya.
" Dalam hal keberanian menghadapi kematian, engkau
bukan seorang diri, enghio ng. Aku sendiripun tidak takut
mati kalau kehormatanku terancam. Aku lebih menghargai kehormatan dari pada kematian."
"Nona...... engkau.... engkau Seorang Wanita yang
mulia dan bijaksana, aku kagum sekali !" kata Cun Ki
dengan suara terharu.
Panglima Wu Chu marah sekali mendengar laporan
penjaga akan isi percakapan mereka itu dan dia
memerintahkan menahan terus kedua orang itu.
0oo-dw-oo0 Istana gempar lagi pada keesokan harinya ketika
kaisar mendengar laporan para pengawal dan dayang.
Puteri Sung Hia ng Bwee kembali dicuHk orang berkedok
hitam! Kaisar lalu memanggil semua menteri dan
panglima dan memerintahkan mereka semua untuk
berusaha menemukan puteri dan menghukum penculiknya dengan hukuman yang paling berat.
"Ampun, Yang Mulia. Menurut pendapat hamba,
penculiknya pastilah pemuda yang bernama Tan Tiong Li
itu." Kaisar mengerutkan alisnya. "Ah, tidak masuk diakal!
Pemuda itu bahkan yang menolongnya dari penculiknya
yang pertama kali. Bagaimana kini engkau menuduh dia
menjadi penculiknya?"
"Dengan perhitungan yang tepat, Yang Mulia. Menurut
basil laporan para penyelidik, terjalin hubungan antara
pemuda itu dengan tuan puteri sejak ia ditolong. Dan
mengi ngat bahwa pemuda itu belum lama ini bergabung
dengan pemberontak Gak Li u, bahkan mengakibatkan
kematian anak laki-laki hamba, maka hamba yakin
bahwa penculiknya tentulah dia ! Bukan menculik,
melainkan sudah bersekutu dengan sang puteri yang
ingin melarikan diri dari istana untuk dapat berkumpul
dengan pemuda itu!"
"Jin Kui, kalau engkau ternyata tidak mengucapkan
tuduhan yang benar, kami dapat marah sekali kepadamu
! " bentak kaisar.
"Akan tetapi kalau hamba berkata benar bagaimana,
Yang Mulia " Kalau pemuda itu dapat tertangkap, tentu
akan dapat ditemukah di mana adanya puteri paduka."
"Kalau begitu tangkap dia!"
'?""n tetapi, dahulu paduka pernah menjanjika n
kedudukan kepada nya, kalau sekarang tanpa perintah
penangkapan paduka, bagaimana hamba dapat melaksanakannya?"
"Baik, kubuat perintah penangkapan Tan Tio ng Li!"
kata Kaisar yang sedang sedih dan khawatir karena
terculiknya Sung Hia ng Bwee.
Perdana Menteri Jin Kui memang cerdik sekali. Tentu
saja dia tahu bahwa yang menculik Hiang Bwee bukan
Tiong Li melainkan Si Muka Tengkorak, bahkan dia yang
mengatur semua itu. Dan untuk memperkuat pengejaran
terhadap Tio ng Li pertu sekali ada surat perintah Kaisar
sehingga dia dapat mengerahkan seluruh tenaga
pasukan. Bagaimana kalau nanti Tiong Li tertang?"" dan Hia ng
Bwee tidak dapat diajak pulang" Mudah saja. Bunuh
pemuda itu, habis perkara dan katakan kepada Kaisar
bahwa Hia ng Bwee telah terbunuh oleh pemuda itu.
Mulailah Perdana Menteri Jin Kui melaksanakan
semua rencananya untuk membalas kematian puteranya.
Hiang Bwee yang menjadi gara-gara kematian puteranya
sudah terbalas, dan sekarang tentu telah menjadi selir
Panglima Besar Wu Chu, dan Tiong Li sudah dijadikan
buronan pemerintah.
Kemudian dia mengerahkan pasukan yang dipimpin
oleh Kui To Cin-jin dan dua orang sutenya yang sudah
datang dari utara, yaitu ka?"" beradik Ouw Yang,
menyerbu ke Lembah Maut untuk membasmi Ban-tok
Sian-li dan anak buahnya yang dianggap telah
membantu pemberontak! Juga pasukan ini ditugaskan
untuk mencari para gerombolan pemberontak dan
membasminya, terutama sekali yang dipimpin oleh Gak
Liu. Dengan surat perintah penangkapan atas diri Tan
Tiong Li dari Kaisar, maka kini di mana-mana terpasang
pengumuman tentang pelaria n Tan Tio ng Li sebagai
orang buruan. Pada saat itu Tiong Li sedang berkunjung
ke dusun lereng Liong-san untuk bersembahyang
didepan makam ayahnya dan juga untuk ber sembahyang di bekas pondok gurunya, ?"" Hong San-jin
yang dulu dibakarnya bersama jenazah kakek itu.
Setelah selesai bersembahyang dia meninggalkan
pegunungan Liong-san dan beberapa hari kemudian
tibalah dia di kota Cun-keng. Begitu memasuki kola itu,
dia melihat banyak orang berkerumun membaca sehelai
pengumuman yang di tempel di dinding. Dia ikut
berdesakan untuk membacanya dan betapa terkejutnya
melihat wajahnya terpampang di pengumuman itu dan di
situ disebutkan bahwa siapa yang dapat menangkap
Tiong Li, pemberontak dan penculik puteri akan diberi
hadiah oleh Kaisar!.
Tiong Li terkejut bukan main dan pada saat itu dia
mendengar orang berteriak di sebelahnya. "Wah, ini dia
orangnya, pemberontak dan penculik puteri itu!"
"Bukan! Aku bukan pemberontak apalagi penculik
puteri!" bantah Tiomg Li.
Akan tetapi orang-orang itu sudah mengenalnya dari
gambar yang terlukis di pengumuman dan banyak orang
segera mengulur tangan untuk menangkaprnya. Tio ng Li
tidak mau melawan mereka yang hanya bertindak karena
pengumuman itu dia mengelak lalu melarikan diri dengan
cepat keluar kota Cun-keng, dikejar orang banyak dan
tak lama kemudian ada pasukan penjaga kota yang ikut
mengejar. Akan tetapi dia telah lari jauh meninggalkan
kota dan tiba dalam hutan di luar kota.
Dia berhenti berlari dan duduk di atas batu,
termenung. Dia menjadi orang buruan. Dan kaisar sendiri
yang mengumumkan bahwa si?"" dapat menangkapnya
akan diberi hadiah. Puteri telah diculik orang.
Siapakah puteri itu" Apakah Hia ng Bwee kembali
dicilik orang dan kaisar menyangka dia yang me
lakukannya" Fitnah keji ! .
Kata fitnah ini mengingatkan dia kepada Jin Kui.
Orang itu penuh dengari siasat licik dan fitnah keji.
Dahulupun ketika dia menolong Hiang Bwee malah akan
di fitnah sebagai penculiknya, dan ketika dia keluar kota,
dia malah diserang puteranya dengan fitnah memberontak. Perdana Menteri Jin Kui patut dicurigai sebagai
pelempar fitnah dan kalau dia yang melempar fitnah,
tentu dia tahu pula siapa yang menculik sang puteri.
Tidak ada lain jalan, dia harus ke kota raja untuk
melakukan penyelidikan. Akan tetapi karena gambarnya
terpampang di mana-mana, tidak mungkin dia memasuki
kota raja begitu saja. Dia akan ditangkap sebelum dapat
melakukan apa-apa, baru memasuki pintu gerbang saja
dia akan dikepung pasukan dan ditangkap.
Setelah mencari akal, Tio ng Li melanjutkan

Mestika Golok Naga Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

perjalanannya dengan menyamar sebagai pengemis. Dia
mengotori muka dan tangannya, memakai sepatu butut,
pakaiannya juga butut dan penuh tambalan, memakai
sebuah caping butut: yang lebar menutupi mukanya.
Dengan pakaian seperti itu, benar saja dia tidak
diperhatikan orang dan dapat melakukan perjalanan
dengan leluasa.
Siapa orangnya yang akan mencurigai seorang
pengemis berpakaian. butut, bersepatu butut, memakai
caping rusak pula dan kaki tangan dan mukanya kotor
seperti orang yang sudah berhari-hari tidak pernah
mandi" . Demikian pula ketika Tiong Li memasuki pintu gerbang
kota raja Hang-couw, para penjaga keamanan di pintu
gerbang itu tidak memperdulikan, bahkan memandang
jijik dan menghardiknya agar cepat pergi jangan terlalu
lama berada di pintu gerbang! .
Akan tetapi tanpa setahu Tio ng Li, ada seorang yang
memperhatikannya sejak dia memasuki pintu gerbang,
bahkan ketika dia berjalan memasuki kota, orang itu
membayangi nya dari jauh, tanpa sadar bahwa dia
dibayangi orang karena yang berjalan di belakang nya,
agak jauh itu adalah seorang pengemis yang memegang
tongkat hitam. Orang itu masih muda dan wajahnya
tampan gagah biarpun bajunya baju pengemis.
Memang, pengemis muda itu bukan lain adalah Gan
Kok Bu, putera ketua Hek-tung Kai-pang yang pernah
menolong B"n-tok Sian-li dan yang jatuh cinta kepada
The Siang Hwi. Ketika Kok Bu melihat seorang pengemis
baju butut masuk ke pintu gerbang, orangnya tidak
dikenalnya, dan juga tidak ada tanda-tanda dari sebuah
perkumpulan pengemis, dia menjadi curiga
dan membayangi. Dia menduga bahwa pengemis bercaping
butut itu adalah seorang yang menyamar, dan dia tidak
tahu orang itu berdiri di pihak mana.
Seorang pejuang ataukah seorang mata-mata Kerajaan Kin yang menyelundup masuk, Karena curiga,
dia lalu membayangi. Kecurigaannya semakin bertambah
ketika dia tidak melihat pengemis itu pergi ke pasar atau
tempat-tempat ramai melainkan berjalan keliling kota dan
beberapa kali melewati rumah gedung Perdana Menteri
Jin Kui. Kalau sedang lewat di depan gedung ini, pengemis
muda itu memandang penuh perhatian. Juga ketika
melewati papan pengumuman tentang pemberontak
yang akan ditangkap, pengemis muda itu memandang
dengan penuh perhatian. Gan Kok Bu semakin curiga
dan dia kini mendekati, memandang penuh perhatian
dan akhirnya matanya yang tajam mengenal pengemis
muda itu seperti lukisa n orang yang diburu pemerintah,
yang bernama Tan Tiong Li. Mengertilah dia. 0rang ini
adalah buruan itu, seorang pemberontak, berarti seorang
pejuang! Dia harus memperingatkannya karena dalam
kota raja disebar banyak mata-mata Oleh Perdana
Menteri Jin Kui.
Tiong Li menjadi terkejut sekali ketika melihat seorang
pengemis muda mendekatinya dan berbisik,
"Saudara Tan Tio ng Li, mari kau ikuti aku dan kita
bicara ..... "
Karena orang itu jelas sudah mengenalnya, Tiong Li
terpaksa mengikuti ke mana orang itu pergi. Dia tidak
menyangka buruk, akan tetapi tetap bersi?"" waspada
sehingga kalau orang itu berniat buruk, dia sudah dapat
menjaga diri. Orang itu mengajaknya keluar masuk
1orong-lorong sempit yang sunyi kemudian mengajaknya
memasuki sebuah bangunan lama yang kosong. Di situ
berkumpul banyak pengemis dari bermacam usia dan
keadaan. Ada yang timpang, ada yang buta, dan ada
yang membawa anak, ada laki-laki dan perempuan.
Ketika orang itu lewat, para pengemis itu kelihntan
tunduk kepadanya dan mereka memberi jalan dengan
si?"" hormat, bahkan di sebuah ruangan sebelah dalam
ketika orang itu masuk dan memberi isyarat, para
pengemis yang tadinya berada di situ lalu menyingkir
tanpa berkata apapun.
Dalam rumah gedung tua kosong itu terdapat
sedikitnya duapuluh orang pengemis dan agaknya
menjadi Semacam tempat berteduh atau bermalam
mereka. Setelah ruangan itu kosong, orang itu mempersilakan
Tiong Li duduk di lantai, berhadapa n dengan dia.
Sejenak mereka saling pandang dan Tiong Li ber kata
dengan suara berbisik.
"Saudara siapakah dan bagaimana bisa mengenalku?"
"Namaku Gan Kok Bu, putera dari ketua Hek-tung Kai-
pang. Aku dapat mengenalmu karena betapa baikpun
penyamaranmu, kalau orang sudah menaruh curiga dan
mengamati penuh perhatian, tentu akan dapat melihat
persamaan antara saudara dengan gambar di papan
pengumuman itu."
"Dan dengan maksud apa engkau mengundangku ke
sini?" tanya Tio ng Li, memandang tajam.
Kok Bu tersenyum. "Tidak dengan maksud buruk,
sobat. Ketahuilah bahwa kami semua bersimpati dan
membantu perjuangan para pejuang."
"Akan tetapi aku bukan seorang pejuang " kata Tio ng
Li. Gan Kok Bu tersenyum. "Orang yang disebut
pemberontak oleh Perdana Menteri Jin Kui, adalah
seorang pejuang."
"Perdana Menteri Jin Kui?"
"Ya, tentu dia yang berdiri di belakang pengumuman
itu. Entah kesalahan ?"" yang kau lakukan terhadap
dirinya maka dia memasang pengumuman itu atas nama
kaisar. Engkau berhati-hatilah,sobat, karena Perdana
Menteri itu licik sekali dan dia telah menyebar banyak
mata-mata di kota raja."
Maklumlah Tio ng Li bahwa orang ini tentu sudah lama
tadi membayanginya dan melihat dua kali dia lewat di
depan rumah Perdana Menteri. ?"?" dia tidak perlu tagi
pura-pura. "Begini, saudara Gan Kok Bu. Memang benar bahwa
aku hendak melakukan penyelidikan karena sesungguhnya aku, sama sekali tidak bersalah. Aku tidak
menculik puteri istara. Nah, dapatkah engkau memberi
keterangan kepadaku mengenai hal itu" Pertama, puteri
siapakah yang diculik orang" Siapa namanya nya?"
"Puteri yang paling terkenal di kota raja, namanya
Sung Hia ng Bwee. la diculik orang beberapa hari yang
lalu, diculik di waktu malam oleh orang berkedok yang
melumpuhkan para pengawal dan dayang."
Diam-diam Tiong Li merasa khawatir sekali. Kembali
Sung Hiang Bwee di culik orang! Mungkin penculiknya
yang dulu bergerak lagi. Memang orang itu lihai sekali,
dan agaknya tidak sukar bagi orang itu untuk
merobohkan ?""a pengawal dan menculik sang puteri.
Akan tetapi siapa berdiri di bali" Ini semua " Melihat
betapa Perdana Menter Jin Kui yang berdiri di belakang
fitnah yang dilemparkan kepadanya, mungkin juga
pembesar itu yang mengetahui perihal penculikan puteri
itu. "Agaknya kalau Perdana Menteri Jin Kui melakukan
fitnah terhadap diri ku bahwa aku yang menculik sang
puteri, dia tahu. siapa pelakunya."
Gan Kok Bu mengangguk-angguk sangat boleh jadi
walaupun aku masih sangsi apakah dia yang mendalangi
penculika n, Kalau benar demikian, untuk ?"?" Kalau
yang mendalangi itu puteranya, Ji n Kiat, memang sangat
boleh jadi karena puteranya itu mata keranjang. Akan
tetapi Jin Kiat telah tewas oleh Pendekar Gak Liu, maka
sulit lah menduga siapa dalangnya."
"Akan tetapi setidaknya Perdana menteri itu tentu
mengetahuinya ," kata Tiong Li.
"Akupun menduga demikian. Lalu, ?"" yang hendak
kaulakukan, Tan tai- hiap" Aku sudah mendengar pula
bahwa engkau bentrok dengan Jin Kiat dan justeru ketika
engkau dikeroyok itu muncul Gak Liu yang kemudian
berhasil membunuh Jin Kiat. Mungkin juga karena itulah
maka engkau difitnah karena sekarang Perdana Menteri
Jin Kui juga berusaha keras untuk menangkap Gak Liu."
"Aku harus menyelidiki ke rumah Jin Kui ! "
Kok Bu nampak terkejut sekali. ."Akan tetapi itu amat
berbahaya! Rumah itu dikepung dan dijaga ketat sekali!"
"Aku tidak takut dan dapat mengatasi bahaya itu."
"Akan tetapi, kalau engkau masuk ke sana lalu
diketahui dan dikejar-kejar, bagaimana mungkin engkau
akan dapat melakukan penyelidikan"
Ah, aku mempunyai akal dan aku akan membantumu, ?""-
taihiap! Aku akan membawa beberapa orang kawan
untuk mengacau dipintu gerbang, untuk menarik para
penjaga agar berdatangan ke pi ntu gerbang. Nah, dalam
keadaan panik itu tentu engkau dapat menyusup melalui
tembok yang ditinggalkan para penjaganya. Bagaimana
pendapatmu, tai hiap?"
Wajah Tiong Li berseri. "Akal yang bagus sekali !
Terima kasi h banyak atas bantuanmu, saudara Gan.
Akan tetapi hal ini akan merepotkan engkau saja."
"Aih, tidak ada kata repot! Bukankah kita sama-sama
pejuang yang membela kepentingan rakyat jelata"
Malam ini kita bergerak, Tan-taihiap."
Demikianlah, pada malam hari itu,Tiong Li sengaja
mengenakan ?"?"ian serba hitam da n Kok Bu membawa
belasan orang rekan dari Hek-tung Kai-pang tanpa
setahu ayahnya karena sejak ayahnya mencela Siang
Hwi sebagai murid Ban-tok Sian-li dan melarang dia
bergaul dengan gadis itu, Kok Bu masih marah kepada
ayahnya. 0o-dw-o0 JILID VI Dia mencari jejak Siang Hwi namun tidak berhasil
sehingga kembalilah dia ke kota raja. Dengan belasan
orang rekan itu, Kok Bu menyamar dan berpakaian
biasa, tidak seperti ?"k"ian anggauta hek-tung Kai-pang.
Pada saat yang ditentukan, Kok Bu dan kawan-
kawannya membakar api besar di dekat pintu gerbang
rumah kediaman Jin Kui. Ketika melihat api berkobar dan
melihat belasan orang menyerang para penjaga di pintu
gerbang, para penjaga lain datang berlarian ke tempat itu
untuk menghadapi para perusuh.
Akan tetapi setelah para penjaga semua berkumpul
dan tidak kurang dari tigapuluh orang pasukan jaga
melakukan perlawanan, Kok Bu memberi isyarat kepada
kawan-kawannya dan segera melarikan diri. ?"k
seorangpun di antara mereka terluka karena merekapun
tidak menyerang dengan sungguh-sungguh, hanya me
mancing saja agar semua penjaga berdatangan ke pintu
gerbang. Sementara itu, dengan gerakannya yang ringan dan
gesit seperti seekor burung walet, Tiong Li menggunakan
ilmu Jouw-sang-hui, melompat ke atas tembok yang
sudah ditinggalkan penjaganya dan melompat masuk ke
sebelah dalam tembok pagar. Dia menyusup ke dalam
taman sehingga tidak nampak, bersembunyi dan
menyelinap di balik rumpun bunga, atau batang pohon
yang tumbuh di dalam taman itu. Akhirnya, tak lama
kemudian dia sudah berada di atas atap gedung tempat
tinggal Perdana Menteri Jin Kui .
Di atas sebuah ruangan di mana duduk Perdana
Menteri Jin Kui, dia mendekam dan mengi ntai ke bawah.
Dilihatnya Perdana Menteri Jin Kui duduk dijaga oleh
lima orang pengawal dan tak lama kemudian muncullah
seorang yang amat dikenalnya, yaitu Si Muka Tengkorak
yang lihai ! . "Bagaimana ?"" yang terjadi di luar?" tanya Perdana
Menteri Jin Kui kepada Si Muka Tengkorak.
Tang Boa Lu melapor. "Hanya ada belasan orang
pengacau yang membikin ribut di pintu gerbang. Akan
tetapi setelah para penjaga datang menyerang, mereka
kabur dan menghilang di kegelapan malam. Mereka itu
hanya beberapa orang pemberontak pengecut yang
agaknya hendak mencoba untuk menyerang para
penjaga akan tetapi setelah mendapat perlawanan lalu
melarikan diri."
"Ah, para pemberontak itu memperhebat pengacauannya. Jangan-jangan mereka tahu tentang
puteri ....."
"Aih, ?"" yang mereka ketahui, tai-jin" Puteri Sung


Mestika Golok Naga Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Hiang Bwee kini telah berada di tangan Panglima Besar
Wu Chu di Kerajaan Kin, tidak ada seorangpun yaog
mengetahui, harap tai-jin jangan khawatir."
Kemudian bermunculan Ciang Sun Hok, Ma Kiu It, dan
juga Kui To Cin-jin.
"Sungguh celaka. Di kota raja terdapat belasan orang
pemberontak dan kalian tidak mengetahuinya. Ini
sungguh berbahaya sekali."
"Hemm, bagaimana dengan tugas kalian" Apakah
dapat menangkap para pengacau itu?"
"Kami telah melakukan pengejaran akan tetapi mereka
itu lenyap dalam kegelapan malam, tai-jin," Ciang Sun
Hok melapor. Ma Kiu It, panglima pengawal Jin Kui, segera berkata,
"Jangan khawatir, tai-jin. Besok pagi saya akan
mengerahkan pasukan untuk melakukan pembersihan di
dalam kota. Saya juga mencurigai para pengemis Hek-
tung Kai-pang."
"Ada ?"" dengan mereka" Bukankah selama ini para
pengemis Hek-tung Kai-pang tidak pernah melakukan
pelanggaran?" tanya Jin Kui.
"Memang benar, mereka tidak melakukan kejahatan
atau pelanggaran apapun. Akan tetapi saya mendengar
bahwa mereka semua mempelajari iImu silat dan
kabarnya malah mereka memiliki banyak jagoan. Hal ini
amat berbahaya karena si?"" tahu diam-diam mereka itu
membantu para pemberontak!"
"Kalau begitu lakukan penggeledahan dalam sarang
mereka Kalau mendapatkan senjata tajam, sita dan kalau
sikap mereka mencurigakan, lakukan penangkapan!"
"Baik, tai-jin."
Tiong Li sudah mendengar cukup. Pertama, dia sudah
tahu bahwa yang diculik adalah Sung Hia ng Bwee dan
kiranya puteri itu diserahkan kepada Panglima Besar Wu
Chu dari kerajaan Kin. Siapa lagi yang punya ulah seperti
itu kalau bukan Perdana Menteri Jin Kui " Tiong Li
mengepal tinjunya kalau ingat betapa puteri yang cantik
jelita itu telah diserahkan kepada panglima Bangsa Kin!
Dan berita kedua juga amat penting. Besok pagi akan
diadakan penggeledahan di Hek-tung Kai-pang yang mu-
lau dicurigai! Dia harus memberitahu kepada Kok Bu
secepatnya. Karena itu, dengan hati-hati dia meninggalkan gedung itu dan memasuki taman.
Akan tetapi sekarang, jalan keluarnya sudah tertutup.
Semua tembok terdapat penjaganya, di sebelah dalam
dan luar tembok sehingga tidak mungkin dia keluar tanpa
diketahui orang. Akan tetapi dia tidak perduli.
Dengan menggunakan iImu Jouw-sang-hui, dia
melompat ke atas tembok. Para penjaga melihat dan
mengejarnya, akan tetapi dua orang penjaga yang
terdekat segera roboh begitu Tio ng Li menggerakkan
kakinya. Dan sebelum para penjaga lai n dapat
menyerangnya, dia sudah berkelebat dan lenyap ditelan
kegelapan malam.
Tentu saja para penjaga menjadi gempar dan segera
melaporkan kepada Perdana Menteri Jin Kui. Perdana
Menteri Jin Kui menjadi pucat wajahnya mendengar
laporan bahwa baru saja ada orang keluar dari dalam
tembok pagar rumahnya.
Berarti tadi ada orang yang berkeliaran di rumahnya!
Pada hal di situ terdapat Ciang Sun Hok, Ma Ki u It, Kui
To Cin-jin dan bahkan Tang Boa Lu. Dan mereka semua
tidak mengetahuinya. Ini hanya membuktikan betapa
lihainya orang yang menyusup masuk tadi. Dan mungkin
orang itu sudah mendengarkan percakapan antara dia
dan para pembantunya.
" Celaka! Kejar, cari dan tangkap orangnya!" teriaknya
kepada para pembantunya.
Empat orang itu segera berlompatan mengejar, akan
tetapi tentu saja mereka hanya berputar-putar dalam
kegelepan malam tanpa menemukan siapa- siapa!.
Tiong Li yang mengenakan pakaian hitam itu kembali
ke rumah gedung kosong dl mana Gan Kok Bu sudah
menanti nya. "Bagaimana hasilnya, tai hiap?"
"Ada berita amat penting dapat kudengar," kata Tio ng
Li. "Puteri Sung Hia ng Bwee itu ternyata diculik untuk
diserahkan kepada Panglima Besar Wu Chu dari
Kerajaan Kin dan sekarang sudah berada di sana!"
"Jahanam busuk! Puteri kaisar diserahkan kepada
Panglima Kin" Jin Kui memang seorang pengkhianat
busuk!" "Ada berita yang lebih penting sekali untuk kalian,"
kata Tio ng LI. "Besok pagi-pagi panglima pengawal dari
Jin Kui akan mengadaka n pembersihan terhadap Hek-
Tung Kai-pang."
"Ah, ?"" alasannya?" seru Kok Bu terkejut sekali .
"Agaknya Hek-tung Kai-pang mulai dicurigai karena
anggautanya banyak yang mempelajari silat. Besok akan
dilakukan pernggeledahan di sarang Hek- tung Kai-pang.
Kalau bertemu senjata tajam aka n disita dan kalau si k?"
kalian mencurigakan akan dilakukan penangkapan ! "
"Terima kasih, Tan-tai hiap. Berita ini memang penting
sekalI untuk kami. Nah, selamat tinggal. Sekarang juga
aku harus memberitahu ayah dan kawan-kawan agar
mereka bersiap-siap menghadapi pemeriksaan besok
pagi." Kok Bu meninggalkan Tiong Li yang kembali
menyamar sebagai seorang pengemis dan malam itu
juga meninggalkan k"ta raja. Untung baginya bahwa
kecurigaan terhadap para pengemis belum sampai
kepada para petugas jaga di pi ntu gerbang sehingga
dengan mudah dia menyelinap keluar dari pintu gerbang
tanpa banyak halangan.
-o0dw0o- Perkumpulan Ce ng-lio ng-pang yang berpusat di
pegunungan Ceng-lio ng-san adalah sekelompok pejuang
yang gigih. Ketuanya, Gui Kong Sek adalah seorang
patriot sejati. Biarpun usia nya sudah limapuluh tahun
lebih, akan tetapi dia masih menjadi pejuang yang gigih,
memimpin anak buahnya yang sebanyak dua ratus orang
itu untuk melawan dan menentang penjajah Bangsa Kin.
Karena letaknya berada di perbatasan antara Kerajaan
Sung dan Kerajaan Kin, terletak di daerah tak bertuan
yang amat luas, maka mudah bagi para pejuang Ceng-
liong-pang untuk mengganggu pasukan Kin.
Baik pasukan Kerajaan Kin maupun pasukan Sung
yang menganggap mereka itu pemberontak, mengalami
kesulitan untuk membasmi kelompok ini, Setiap kali
diserbu, ketompok ini cerai berai bersembunyi di
pegunungan Ceng-lio ng-san,
dan mengadakan perlawanan gerilya yang merugikan pasukan yang
hendak membasmi mereka.
Gui Kong Sek adalah seorang ahli silat Butong-pai
yang berkepandalan tinggi, juga berwatak gagah. Dalam
waktu luang, kalau tidak ada pertempuran, dia bisa
mengasingkan diri dalam sebuah gua untuk bersamadhi.
Kalau sudah berada di dalam gua itu tak seorangpun
anak buah boleh mengganggunya, kecuali terjadi hal
yang penting sekali dan dia dapat bertahan sampai
beberapa hari bersamadhi di dalam gua itu.
Pada suatu hari Gui Kong Seng menyudahi
samadhinya setelah lima hari berada di dalam gua, dan
semua anggauta Ceng-liong-pang merasa heran melihat
si k?" ketua mereka begitu pendiam, tidak sepertl
biasanya. Bahkan berhari hari ketua itu tidak pernah lagi
mengadaka n pertemuan dengan para murid dan
pembantunya untuk membicarakan ?"rjangan.
Pada suatu hari sang ketua memanggil para murid
dan pembantunya, dan dengan suara tenang dan
berwibawa dia berkata kepada mereka,
"Selama ini kita telah salah jalan. Dalam samadhiku
aku merenungkan semua yang telah kita lakukan selama
ini dan aku merasakan suatu kesalahan yang besar, Kita
harus mencontoh mendiang Jenderal Gak Hui yang setia
kepada kaisar sampai mati. Kita juga harus setia kepada
pemerintah Sung dan kaisar, maka kita harus mencegah
adanya pemberontakan terhadap Kerajaan Sung! Kita
harus membantu kerajaan untuk membasmi para
pemberontak!"
Tentu saja semua murid, dan sute dan pembantu
menjadi heran sekali melihat perubahan ini. Sang Ketua
yang hid up sebatang kara dan tidak berkeluarga itu
kelihatan amat berubah!
"Akan tetapi, pangcu," kata seorang sutenya. "Apakah
itu berarti bahwa kita tidak lagi memusuhi Bangsa Kin?"
"Semua tergantung keputusan pemerintah. Kalau
Kerajaan Sung memusuhi Kin, kita juga harus
memusuhinya. Akan tetapi kalau Kerajaan Sung
berdamai dengan Kin, kita tentu saja tidak boieh
menentangnya. Pendcknya, kita harus bekerja untuk
Kerajaan Sung dan tidak menentang politik dan
pendiriannya!"
Dia lalu membubarkan pertemuan itu dan tentu saja
keputusan ini amat menghebohkan para angguta Ceng-
liong- pang. Selama ini perkumpulan itu disegani kawan
dan lawan sebagai pejuang yang amat gigih, dan kini
tahu-tahu ke tuanya membanting haluan ke arah yang
ber lawanan ! .
Dan keheranan itu bertambah menjadi penasaran
ketika dua pekan kemudian, perkumpulan itu menerima
kunjungan tamu, yaitu para jagoan dari kota raja para
pembantu Perdana Menteri Jin Kui yang membicarakan
tentang pembasmia n para pemberontak!.
Hal i ni tentu saja membuat para anggauta Ceng-liong-
pang menjadi penasaran sekali, terutama dua orang sute
dari Hui Kong Sek. Mereka merasa curiga dan hendak
melakukan penyelidikan. Akan tetapi, pada malam hari
itu, kedua orang sute ini kedapatan tewas di kamar sang
ketua yang segera memanggil semua anggauta dan
menunjuk mayat kedua orang sutenya sambil berkata,
"Lihat, mereka ini hendak berkhianat dan bermaksud
membunuhku! Akan tetapi mereka tidak berhasil dan
berbalik terbunuh olehku. Hendaknya mereka ini menjadi
contoh kepada kalian. Si?"" yang hendak berkhianat
akan mengalami nasib yang sama! Nah, si?"" lagi yang
hendak membantah keputusanku bahwa mulai sekarang
kita harus setia kepada Kerajaan Sung dan membasmi
para pemberontak?"
Semua anggauta menjadi ketakutan dan tidak ada
yang berani membantah, Bukan itu saja. Setelah Gui
Kong Sek bersekutu dengan orang orang kepercayaan
Menteri Jin Kui, mulai berdatangan utusan dari Kerajaan
Kin!. Dan berkat bantuan Gui Kong Sek, banyak kelompok
pejuang yang dapat dibasmi. Sarang mereka diserbu
atas petunjuk ketua Ceng- liong-pang itu, bahkan para
anggauta Ceng-lio ng-pang dipaksa untuk ikut menyerbu .
Pada suatu hari, Tiong Li yang melakukan perjalanan
untuk mencari puteri Sung Hiang Bwee, tibalah di daerah
kekuasaan Ceng-liong-pang. Selagi dia berjalan seorang
diri, kini dia tidak lagi menyamar sebagai pengemis sejak
keluar dari kota raja, mendadak bermunculan duapuluh
orang lebih yang menghadangnya.
Tadinya dia mengira bahwa mereka adalah perampok-
perampok, akan tetapi melihat pakaian mereka yang
pantas, dia mengira mereka itu kelompok pejuang.
Dengan tenang Tiong Li menghadapi seorang tinggi
kurus yang agaknya menjadi pemimpin dari kelompok
orang itu. "Sobat-sobat sekalian,ada keperluan apakah anda
sekalian menghadang perjalananku?"
Mendadak seorang di antara mereka berseru,
"Aku mengenal orang ini. Gambarnya terpampang di
mana-mana. Dia adalah Tan Tiong Li, pemberontak yang
melarikan puteri istana itu!"
"Tangkap dia!"
"Jangan sampai lolos pemberontak ini !"
Orang-orang itu berteriak-teriak dan menghunus
senjata, mengepung Tio ng Li .
Tiong Li berusaha menyabarkan mereka,
"Kawan-kawan, harap jangan terburu nafsu. Memang
benar aku bernama Tan Tiong Li dan memang benar
gambarku terpampang di papan pengumuman di mana-
mana, akan tetapi semua itu hanyalah fitnah belaka. Aku
bukan seorang pemberontak dan aku sama sekali tidak
menculik puteri Istana."
"Bohong ...... !"
"Mana ada maling mengaku pencuri?"
"Serang dia! Bunuh!"
Orang-orang itu sudah tidak terkendalikan lagi,
beramai-ramai mereka menyerang Tiong Li. Pemuda itu
mengelak dari semua serangan itu, tubuhnya berkelebatan dan begitu dia menggerakkan tangan kaki,
para pengeroyok itu berpelantingan seperti daun-daun
kering di terbangkan angi n!
Si Tinggi kurus sendiri menggunakan pedangnya
menusuk dada Tiong Li, akan tetapi dengan mudah


Mestika Golok Naga Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Tiong Li meloncat ke samping dan sebelum si kurus
sempat menyerang lagi, sebuah totokan membuatnya
roboh dengan lemas dan tidak dapat bangkit kembali.
Tiong Li terus mengamuk dan dalam waktu singkat
semua orang yang berjumlah duapuluh tlga orang itu
telah roboh semua! Dia memang tidak bermaksud
membunuh, maka mereka itu hanya mengalami salah
urat atau tertotok saja, tidak ada yang terluka berat
ataupun tewas. Tiong Li mendekati si tinggi kurus dan sekali tepuk
dengan tangannya, dia membebaskan totokannya, lalu
bertanya, "Sebetulnya
kalian siapakah dan mengapa memusuhiku " Kulihat kalian bukan perampok."
Si tinggi kurus maklum bahwa dia berhadapan dengan
seorang pemuda yang memiliki kesaktian. "Kami adalah
anggauta Ceng-lio ng-pang."
"Hemmm.. !" Tiong Li mengerutkan alisnya dengan
heran. "Bukankah menurut pendengaranku Ceng-Iio ng-
pang adalah sebuah perkumpulan para pejuang patriot
yang menentang penjajah Kin" Kenapa menyerang aku
yang difitnah oleh Perdana Menjeri Jin Kui?"
Si tinggi kurus itu menghela napas panjang,
"Ini semua atas perintah pang-cu. Entah ?"" yang
terjadi, pangcu kami telah berubah sama sekali. Bukan
saja berhubungan dengan para utusan Perdana Menteri
Jin Kui, akan tetapi juga dengan utusan dari Kerajaan
Kin!" "Ah ...... !" Tio ng Li terkejut sekali. ?"?" yang telah terjadi?"
Si tinggi kurus ini adalah seorang murid tertua dan dia
sendiri sebenarnya tidak setuju dengan tindakan
gurunya, ?"" lagi setelah kedua orang paman gurunya
tewas oleh gurunya sendiri. Kini, bertemu dengan
seorang pemuda sakti yang dimusuhi Perdana Menteri
Jin Kui, timbul harapannya kalau-kalau pemuda ini dapat
membongkar rahasia ?"" yang terkandung di balik
perubahan sik?" ketua mereka itu.
"Terjadi nya beberapa bulan yang lalu, Setelah keluar
dari tempat samadhinya, pangcu menjadi berubah sama
sekali. Dia melarang kami melakukan gerakan menyerang pasukan Kin, bahkan tak lama kemudian dia
menerima utusan dari Menteri Jin Kui, dan utusan dari
pasukan Kin. Dan kemudian dia bahkan memaksa kami
untuk memusuhi para pejuang yang disebutnya sebagai
pemberontak-pemberontak yang patut dibasmi."
?"?" alasannya?"
"Katanya kita harus mengikuti jejak mendiang Jenderal
Gak Hui yang setia kepada kaisar sampai mati. Kita tidak
boleh menentang kebijaksanaan Kaisar dan kalau Kaisar
berbalik dengan penjajah Kin, kitapun harus mengikuti
jejak Kaisar. Dengan sikapnya itu, dia membantu
pasukan Sung untuk membasmi kaum pejuang. Hal ini
amat mendukakan kami semua akan tetapi kami tidak
berdaya, tai-hiap."
"Ah, sungguh mencu"igakan!" kata Tiong Li. "Mungki n
ketua kalian itu di ancam dan dipaksa. Aku harus
menyelidiki persoalan ini!"
Si tinggi kurus itu menjatuhkan dirinya berlutut di
depan kaki Tiong Li dan perbuatan ini diturut oleh semua
anak buahnya. "Kami akan merasa berterima kasih sekali kalau
taihiap suka menyelidiki. Dua orang paman guru kami
yang hendak menyelidiki masalah itu bahkan dibunuh
sendiri oleh ketua kami."
"Jangan khawatir, aku akan menyelidikinya. Pasti ada
sebabnya yang membuat ketua kalian berubah pendirian
secara mendadak seperti itu. Nah, mari bawa aku
menghadap dia !"
Duapuluh tiga orang itu lalu berramai-ramai mengantar
Tiong Li ke sarang mereka. Kedatangan mereka
disambut oleh para anggauta lainnya yang berjumlah
kurang lebih duaratus orang itu, dan ketika mereka
mendengar bahwa pemuda itu adalah Tan Tio ng Li yang
di cari-cari oleh pemerintah, dan mendengar bahwa
pemuda itu hendak menyelidiki sang ketua yang berubah
pendirian, sebagian besar dari mereka merasa senang
sekali. Ada memang beberapa orang di antara mereka
yang berplhak ke pada sang ketua, akan tetapi. jumlah
mereka tidak banyak dan mereka disuruh diam oleh para
anggauta yang menghendaki agar Tiong Li menyelidiki
perubahan sik?" ketua mereka. Berbondong-bondong
mereka lalu mengantar Tiong Li menghadap Gui Kong
Sek, ketua mereka.
Gui Kong Sek sedang berbincang- bi ncang dengan
seorang tamunya, yaitu utusan dari pasukan Kin yang
datang ke marin. Tamu ini adalah seorang utusan
panglima Besar Wu Chu yang bernama Un Ci Siang,
seorang bertubuh tinggi besar seperti raksasa dan
nampaknya kuat sekal!.
Begitu mendengar suara ribut-ribut di luar, ketua
Ceng-lio ng-pang bersama tamunya lalu berlari keluar.
Mereka melihat para angguta berbondong datang
mengiringkan seorang pemuda tampan. Melihat pemuda
ini, Gui Kong Sek terbelalak dan berteriak sambil
menudingkan telunjuknya kepada Tiong Li.
"Dia pemberontak itu, penculik puteri kaisar! Tangkap
dia!" Akan tetapi anak buahnya tidak ada yang bergerak,
dan Tio ng Li sambil tersenyum melangkah maju
menghampiri Gui Kong Sek.
"Anak buahmu tidak akan menangkap aku, pangcu.
Bahkan mereka mempercayaiku untuk bicara denganmu.
Harap pangcu menjawab terus terang saja semua
pertanyaanku."
Gui Kong Sek mengerutkan alisnya.
"Bicara denganmu" Bicara ?"" lagi !" Engkau seorang
pemberontak laknat !"
"Aku bukan pemberontak dan bukan pula penculik
puteri. Hal ini tentu engkau tahu benar kalau memang
engkau telah bersekutu dengan Perdana Menteri Jin Kui.
Pangcu, aku mewakli para anggauta Ceng-lio ng-pang
untuk bertanya kepadamu. Kenapa engkau mengubah
sik?" mu sebagal seorang pejuang " Engkau bersekutu
dengan Perdana Menteri Jin Kui dan engkau berbaik
dengan orang-orang Kin yang seharusnya kau musuhi.
?"" artinya ini semua?"
"Aku taat kepada Perdana Menteri berarti taat kepada
pemerlntah. Kami bukan pemberontak melai nkan
pejuang yang membela kepentingan. Kerajaan Sung."
"Akan tetapi mengapa bersekutu dengan orang Kin?"
"Kerajaan Sung tidak memusuhi kerajaan Kin,
melainkan ingin bersahabat, kita hanya mendukung
politik yang digariskan oleh Kaisar! Tan Tiong Li, engkau
lancang mencampuri urusan dalam perkumpulan kami!"
"Urusan dalam perkumpulan Ceng-liong-pang adalah
urusan kita semua yang merasa sebagai pejuang yang
hendak mengusir bangsa Kin dari tanah air E ngkau telah
berbalik haluan, mengubah pendirian tentu ada sebab
tertentu. Apakah engkau dipaksa oleh Perdana Menteri
Jin Kui, atau engkau telah makan suapan Bangsa Kin"
Kenapa pula engkau membunuh dua orang sutemu yang
hendak menyelidiki masalah perubahan sikapmu itu?"
Mendengar i ni, Un Ci Siang yang tinggi besar itu telah
menjadi marah dan tidak sabar lagi.
"Pang-cu, kalau bocah ini mengganggumu, biarkan
aku yang mengusirnya untukmu!"
"Jangan usir, melainkan tangkap hid up atau mati
karena dia seorang buronan pemerintah Sung!" kata Gui
Kong Sek. Tiong Li sudah mendengar dari orang-orang Ceng-
liong-pang tadi bahwa tamu inipun utusan panglima Kin,
maka dia memandang dengan mata bersinar.
"Engkau seorang perwira Kin, musuh besar kami!
Engkaulah yang harus menyerah kepada kami!"
Si tinggi besar itu sudah mencabut sebatang golok
yang besar dan mengkilap tajam, membentak,
"Pemberontak laknat, kematian sudah di depan mata,
jangan banyak mulut tagi!" Dan diapun sudah menyerang
dengan goloknya. Serangannya dahsyat sekali karena
memang raksasa ini memiliki tenaga yang besar .
Tiong Li mengelak dan membalas dengan tendangan
yang juga dapat dielakkan lawan.Ternyata raksasa itu
adalah seorang jagoan dari Kin, memiliki ilmu siat yang
cukup tangguh. Akan tetapi lawannya adalah Tio ng Li,
seorang pemuda yang telah memiliki kesaktian, maka
biarpun hanya bertangan kosong, Tiong Li sama sekali
tidak terdesak, bahkan ketika dia memainkan ilmu silat
Ngo-heng Lian-hoan-kun, si raksasa menjadi repot sekali
harus mengelak ke sana sini.
Pertandi ngan seru itu
menjadi perhatian semua
anggauta Ceng-lio ng-pang
dan melihat betapa tamunya belum juga berhasil merobohkan Tiong Li, mendadak Gui
Kong Seng mengeluarkan
teriakan nyaring dan dia
sudah melompat ke depan
menggunakan pedangnya
untuk mengeroyok!
Pada saat itulah para
murid dan anggauta Ce ng-lio ng-pang memandang
heran. Mereka sama sekali tidak mengenal ilmu pedang
yang dimainkan ketua merek"! Bukan ilmu pedang dari
Ceng-Iiong-pang yang dimainkan ketua itu, melai nkan
ilmu pedang yang asing sama sekali bagi para murid
Ceng-Iiong-pang, namun harus diakui bahwa ilmu
pedang itupun dahsyat sekali! .
Biarpun dikeroyok dua oleh orang yang bergolok dan
berpedang sedangkan dia sendiri bertangan kosong,
namun sama sekali Tiong Li tidak pernah terdesak.
Memang kedua orang lawannya memainkan pedang dan
golok dengan dahsyat dan cepat, membentuk dua
gulungan sinar yang melingkar-iingkar, namun tubuh
Tiong Li seperti berubah menjadi bayangan yang
berkelebatan di antara dua gulungan sinar itu.
?"k pernah golok dan pedang itu dapat mengenai
tubuhnya dan ketika dia menggunakan ilmu pukulan
Thai-lek Kim-kong-jiu, golok yang berada di tangan Un Ci
Siang terlepas karena lengannya kena di hantam tenaga
sakti itu sehingga tergetar hebat.
Di lain saat, ketika Tiong Li membalik untuk
menghantam Gui Kong Sek, orang ini sudah meloncat ke
belakang dan bersama tamunya dia melarikan diri !
Agaknya baik Un CI Siang maupun Gui Kong Sek
m"klum bahwa mereka berdua tidak akan mampu
menandingi Tiong LI, maka keduanya segera kabur cerai
berai !. "Jangan biarkan orang Kin itu lolos!" teriak Tiong LI
kepada anak buah Ceng-liong-pang dan dia sendiri
segera mengejar Gui Kong Seng. Orang-orang Ceng-
liong-pang bagalkan baru sadar dari mimpi, Tadi mereka
bengong dan terkagum-kagum melihat betapa Tiong Li
mampu menandi ngi pengeroyokan dua orang itu dan
kini, melihat Un "i Siang melarikan diri, mereka segera
beramai- ramai mengejar dan mengepung sambil me
ngacung acungkan senjata untuk mengeroyok.
Un Ci Siang terkepung dan mengamuk dengan tangan
kosong. Amukannya merobohkan sedikitnya lima orang
anggauta Ceng-liong-pang, akan tetapi karena jumlah
mereka amat banyak, akhirnya jagoan dari Kerajaan Kin
itu jatuh juga menjadi korban puluhan senjata yang
membuat tubuhnya hancur dan tewas.
Setelah menewaskan Un Ci Siang, para anggauta
Ceng-lio ng-pang itu lalu ikut mengejar ketua mereka
sendiri yang dikejar oleh Tiong Li.
Dengan panik Gui Kong Sek lari ke gua di mana dia
biasa bertapa. Akan tetapi Tiong Li tetap mengejarnya
dan melihat bahwa dia tidak dapat melepaskan diri dari
pengejarnya, ketua Ceng-liong-pang ini lalu masuk ke
dalam gua tempat dia biasa bertapa itu.
Gua itu besar dan gelap dan ketika tubuh ketua Ceng-
liong-pang itu masuk ke dalamnya dia segera ditelan
kegelapan gua itu. Dengan berani Tiong Li mengejar
masuk dengan sikap hati-hati dan waspada sekali. Tiba-
tiba dia mendengar desir angin dari depan dan sangat
cepat tubuh nya mengelak ke samping. Tiga batang
piauw (pisau terbang) meluncur lewat tubuhnya dan dia
terus mengejar ke da1am.
Kiranya gua itu bukan hanya lebar, akan tetapi juga
dalam dan merupakan semacam terowongan yang
berlika-liku. Di sebelah dalam keadaannya tidak segelap
di bagian luar karena mendapat sorotan sinar dari atas,
mungki n dari celah-celah di mana sinar matahari dapat
masuk.

Mestika Golok Naga Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Ketika dia masuk terus akhirnya dia tiba di sebuah
ruangan dan Tiong Li berhenti melangkah dan
memandang dengan mata terbelalak. Dia melihat ketua
Ceng-lio ng-pang yang tadi sudah berdiri didekat seorang
laki-laki yang terbelenggu kaki tangannya sambil
menodongkan pedangnya ke dada laki-lakl itu.
Dan laki-laki itu memiliki bentuk wajah yang serupa
benar dengan ketua Ceng-liong-pang itu! Sekarang
mengertilah Tiong Li. Ketua Ceng-liong-pang yang
dikejarnya tadi adalah ketua yang palsu, sedangkan
ketua aselinya menjadi menjadi orang tahanan di dalam
gua ini, dibelenggu kaki tangannya! .
Pantas saja ketua Ceng-liong-pang membawa anak
buahnya menyeleweng dan bersengkongkol dengan
Perdana Menteri Jin Kui dan orang Kin, kiranya dia
adalah ketua palsu! .
"Jangan mendekat, atau orang ini akan kubunuh lebi h
dulu !" bentak ketua palsu itu.
"Hemm, biar engkau membunuhnya juga bagaimana
engkau akan dapat lolos dari sini" " Tiong Li balas
menggertak. Diam-diam mendengar lapat-lapat suara
para anggauta Ceng-liong-pang yang mengejar menuju
tempat itu. "Aku punya usul. Bagaimana kalau engkau membebaskan dia sedangkan aku membebaska nmu,
membiarkan engkau keluar dari sini dan melarikan diri?"
Ketua palsu itu memang menghendaki demikian.
"Bagaimana
aku dapat percaya kepadamu?"
bentaknya. "Aku Tan Tio ng LI bukan orang yang suka melanggar
janji. Aku bersumpah tidak akan mengganggumu dan
membiarkan engkau keluar dari sini kalau engkau
membebaskan tawanan itu! Kalau engkau tidak percaya
dan tidak mau, silakan lakukan ?"" saja akan tetapi
jangan harap dapat lolos dari tanganku! "
Gertakan ini mengenal sasaran. "Baik, aku akan
membebaskan dia dan minggirlah!"
Tiong Li minggir memberi Jalan kepada orang itu yang
segera meloncat melewati Tio ng Li dan berlari keluar
terowongan gua. Tio ng Li tidak memperdulikannya lagi
karena dia percaya bahwa ketua palsu itu tentu akan
bertemu dengan para anggauta Ceng-liong-pang yang
melakukan pengejaran dan sudah tiba di depan gua!
Dia lalu meloncat ke dekat orang yang terbelenggu itu.
"Apakah engkau ini pangcu Gui Kong Sek yang aseli?"
Orang itu mengangguk lemah. "Benar, dan orang tadi
adalah seorang kaki tangan Bangsa Kin yang menyamar
sebagai diriku, ketika aku bersamadhi disini, tiba-tiba aku
diserang dan ditotok sehingga tidak berdaya."
Tiong Li lalu membebaskan kaki tangan orang itu dan
mengajaknya keluar. Mereka mendengarkan suara ribut-
ribut di luar gua .
"Aku adalah ketua kalian! Kalian mau ?"?" Apakah
hendak berkhia nat kepadaku" Apakah kalian semua
minta mati?"
Tiba-tiba Gui Kong Sek yang aseli meloncat ke depan.
"Jangan percaya, dia pembohong. dan dia menyamar
sebagai aku. Akulah Gui Kong Sek yang aseli, yang
selama ini dia tahan, di dalam gua!"
Semua orang terkejut melihat ada dua Gui Kong Sek,
akan tetapi mereka semua percaya kepada Gui Kong
Sek yang pakaiannya kumal dan kurus ini, maka segera
mereka mengepung Gui Kong Sek yang palsu. Orang itu
menggunakan pedangnya mengamuk, akan tetapi dia di
keroyok dan kini Gui Kong Sek yang aseli juga sudah
menerima sebatang pedang dari anak buahnya dan
dengan sengit ikut menyerang.
Tiong Li hanya menonton saja. Dia sudah bersumpah
tidak akan mengganggu Gui Kong Sek palsu itu, dan dia
sudah memperhitungkan bahwa ketua palsu Itu tidak
akan dapat meloloskan diri karena para anggauta Ceng-
liong-pang sudah tlba di depan gua. Perhitungannya
tepat sekali dan kini ketua palsu itu di keroyok oleh
banyak sekali anggauta Ce ng-liong-pang
yang membantu ketuanya yang aseli.
Biarpun ketua palsu itu cukup lihai, akan tetapi kini dia
menghadapi ketua aseli
yang juga hebat
Ilmu pedangnya, ditambah lagi pengeroyokan puluhan orang
anggauta Ceng-Iio ng-pang. Akhirnya diapun roboh dan
menjadi sasaran puluhan batang senjata tajam sehingga
tubuhnya hancur lebur.
Tiong Li hendak mencegah akan tetapi sudah
terlambat. Dia hanya menyatakan penyesalannya kepada
Gui Kong Sek ketua Ceng-liong-pang.
"Sayang sekali, kalau dia ditangkap hid up-hidup tentu
kita dapat bertanya siapa dalang semua ini " "
"Maafkan kami, taihiap. Kami tidak lagi dapat
menahan kemarahan."
"Sudahlah, sekarang pangcu mempunyai tugas baru
yang amat berat dan penting, yaitu membersihkan nama
Ceng-lio ng-pang yang sudah terlanjur buruk di mata para
pejuang." Setelah itu Tiong Li berpamit dan diantar sampai
keluar dari daerah Ceng Iio ng-pang oleh ketuanya dan
para anggautanya yang berterima kasih sekali. Kalau
tidak ada pertolongan pemuda perkasa itu tentu Ceng-
liong-pang terlanjur menjadi sebuah perkumpulan yang
menyimpang dan menyeleweng! .
Tiong Li melanjutkan perjalanannya, hatinya dilip uti
kekhawatiran melihat betapa plhak Bangsa Kin agaknya
berusaha benar-benar untuk bersama Perdana Menteri
Jin Kui menumpas para patriot pejuang.
-0odwo0- Ban-tok Sian li Souw Hia n Li tinggal di Lembah Maut,
sebuah lembah yang curam dan berbahaya di tepi
Sungai Yang-ce, Karena tempat itu memang merupakan
perbukitan dengan lembahnya yang curam dan banyak
terdapat jurang, berbahaya sekali, maka disebut Lembah
Maut. Di tempat berbahaya ini
Ban-tok Sian-li
mempunyai sebuah rumah gedung yang megah, tinggal
di situ bersama muridnya, The Siang Hwi dan beberapa
orang pembantu wanita.
Di sekeliling rumahnya terdapat pondok-pondok
mungil dan ini merupakan tempat tinggal anak buahnya
yang berjumlah sekitar tigapuluh orang. Para anggauta
itu, yang juga merupakan murid-murid yang dilatih oleh
The Siang Hwi yang mewakili gurunya, adalah wanita
yang berusia dari duapuluh sampai tigapuluh tahun.
Biarpun namanya Lembah Maut, akan tetapi tempat ini
mempunyai bagian yang subur sekali sehingga mereka
dapat bercocok tanam di tanah subur itu.Ada pula yang
setiap hari mencari ikan di Sungai Yang-ce.
Pada suatu hari, setelah mandi Siang Hwi bertemu
dengan gurunya di beranda depan, Ba n-tok Sian-li Souw
Hian Li sepagi itu juga sudah mandi dan nam?"k segar
sehingga Siang Hwi menjadi kagum. Gurunya itu nampak
selalu tetap muda, pantas menjadi kakaknya yang hanya
berbeda satu dua tahun. Pada hal, gurunya itu sepuluh
atau sebelas tahun lebi h tua darinya.
"Selamat pagi, subo."
"Selamat pagi, Siang Hwi. Kenapa engkau kelihatan
wajahnya agak pucat dan muram?"
"Semalam aku kurang tidur, subo Aku mendapatkan
mimpi buruk sekali membuat aku sukar tidur."
Gurunya tersenyum. "Ihh, seperti anak kecil saja
engkau, Siang Hwi. Ke?"?" mimpi saja dipikirkan sampai
tidak dapat tidur?"
"Entahlah," subo. Akan tetapi sungguh mimpi itu
membuat teecu tidak dapat tidur dan hati merasa gelisah.
S ngai Yang-ce meluap dan airnya sampa menghanyutkan semua yang berada di sini !"
Senyum Ban-tok Sian-li semakin melebar.
"Anak bodoh! Mana mungkin air Sungai Yang-ce
dapat naik ke lembah ini" Andaikata benar terjadi banjir,
tidak mungkin air sungai dapat naik ke tempat yang tinggi
ini!" Baru saja percakapa n mereka sampai ke situ, tiba-tiba
terdengar suara hiruk plkuk dan sorak sorai. Seluruh
anak buah Lembah Maut menjadi gempar karena tiba-
tiba sekali tempat itu sudah diserbu oleh pasukan yang
besar jumlahnya! Tidak kurang dari seratus orang
perajurit Kerajaan Sung menyerbu tempat itu, dan tanpa
banyak cakap ,lagi telah menyerang.
Siang Hwi dan Ban-tok Sian-li ?"?"t berlari keluar
sambil membawa pedang dan mereka segera disambut
oleh Kui To Cin-jin dan Tang Boa Lu Si Muka
Tengkorak!. Segera terjadi pertempuran hebat antara
Ban-tok Sfan-li dan Tang Boa Lu, sedangkan The Siang
Hwi sudah bertanding melawan Kui To Cin-jin yang
bersenjatakan rantai baja.
"Tangkap pemberontak!"
"Hancurkan mereka!"
Teriakan-teriakan itu terdengar dan Ban-tok Sian-li
tidak merasa perlu untuk bertanya lagi. Memang ia kini
bersimpati kepada para pejuang dan semenjak peristiwa
di kota raja, yaitu tewasnya An Kiong hartawan dl kota
raja yang dibelanya itu, la sudah dianggap sebagai
pemberontak pula.
?"k", iapun mengamuk dan mengerahkan seluruh
kepandaiannya untuk merobohkan lawan, Akan tetapi
lawannya, Si Muka Tengkorak, merupakan lawan yang
setingkat dengannya sehingga pertandi ngan itu men--
jadi amat seru.
Sementara itu, para anggauta pasukan Kerajaan Sung
ketika mendapat kenyataan bahwa lawan mereka semua
adalah wanita yang rata-rata masih muda dan cantik,
mereka merasa gembira sekali dan berusaha keras untuk
menangkap mereka hid up-hidup. Karena jumlah mereka
seratus orang lebi h sehingga jauh lebih besar dari pada
jumlah anak buah Lembah Maut yang hanya tigapuluh
orang, maka dengan cepat mereka dapat mendesak
lawan. The Siang Hwi yang mendapatkan lawan Kui To Cin-
jin, merasa kewalahan. Orang yang berjubah seperti
pendeta dan bersenjata rantai baja ini memang lihai
bukan main. Mukanya yang seperti tikus, kini tersenyum
dan Jenggotnya yang panjang bergoyang-goyang.
Biarpun tubuhnya tinggi kurus, namun rantai yang
menyambar-nyambar dengan amat kuat dan setiap kali
bertemu dengan pedangnya, Siang Hwi merasa betapa
tela?"k tangannya panas dan tergetar hebat .
Setelah lewat limapuluh jurus, Siang Hwi sudah tidak
kuat bertahan lagi.
"Trangggg ..... !"
Dengan keras sekali pedangnya bertemu rantai baja
dan pedang itu terlepas dari pegangannya dan sebelum
sempat menghindar, sebuah tendangan membuat ia
terpelanting dan sebuah totokan menyusul, membuat ia ti
dak mampu bergerak lagi.
Pada saat itu, sebagian besar anak buah Lembah
Maut juga sudah tertawan dan ada pula beberapa orang
yang terluka parah dan tewas. Akan tetapi lebi h banyak
yang tertawan hidup-hid up.
Melihat keadaa n yang tidak menguntungkan ini, Ban-
tok Sian-li memutar pedangnya dengan kecepatan hebat
dan ia dapat membuat lawannya terpaksa mundur.
Kesempatan ini ia pergunakan untuk meloncat jauh ke
belakang dan Ban- tok Sian-li melarikan diri. la tidak ingin
tertangkap atau terbunuh pula karena maklum bahwa
pihaknya sudah menderita kekalahan.
Akhirnya semua anggauta Lembah Maut telah kalah.
Duapuluh orang tertawan hid up-hidup dan mereka itu
berada dalam rangkulan para perajurit yang tertawa-tawa
penuh kemenangan. Kui To Cin-jin menawan Siang Hwi
karena dia tahu bahwa muridnya, mendiang Jin Kiat
pernah tergila-gila kepada gadis ini dan seolah gadis ini
yang patut dimintai pertanggungan jawab. ?"k" dia
bermaksud membawanya kepada Perdana Menteri Jin
Kui untuk diadili karena gurunya dapat melarikan diri.
Sarang itu lalu dirampok habis-habisan, kemudian
rumah gedung dan semua pondok yang mengelilingi nya
dibakar oleh pasukan itu.
Kui To Cin-jin tidak memperdulika n nasib para
anggauta Lembah Maut. Dia menyerahkan mereka
kepada anak buahnya yang bagaikan segerombolan
serigala yang haus darah lalu mempermainkan dan
memperkosa mereka sampai puas dan merekapun di
tinggalkan mati di tempat itu. Melihat ini, Tang Boa Lu Si


Mestika Golok Naga Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Muka Tengkorak juga tidak perduli sama sekali.
The Siang Hwi yang melihat ini merasa sakit sekali
hatinya dan diam-diam ia bersumpah bahwa kelak ia
akan berusaha untuk membalas sakit hati ini kepada
dalangnya yang ia duga bukan, lai n adalah Perdana
Menteri Jin Kui, Ak?" tetapi pada saat itu ia tidak berdaya
sama sekali, menjadi tawanan Kui To Cin-jin.
la memang tidak diganggu dan Kul To " in jin
melarang para perajurit mengganggunya karena ia
hendak diserahkan kepada Perdana Menteri Jin Kui
untuk diadili, akan tetapi ia di ikat kedua tangannya dan
dinaikkan kuda di depan Kui To Cin-jin, ditelungkupkan
melintang di atas punggung kuda .
Kui To Cin-jin dan Tang Boa Lu menunggamg kuda di
depan pasukan itu. Mereka berdua merasa gembira
karena telah berhasil membasmi para pemberontak di
Lembah Maut. Perdana Menteri Jin Kui memerintahkan
jagoannya yang diandalkan, yaitu Kui To Cin-jin untuk
memimpin penyerangan itu, dan mengi ngat bahwa
Bantok Sian-li amat lihai, maka dia minta agar Tang Boa
Lu Si Muka Tengkorak membantunya.
Dan ternyata mereka berhasil. Biarpun Ban-tok Sian-li
dapat melarikan diri, akan tetapi muridnya dapat
ditangkap dan semua anak buahnya dibasmi habis!.
Dua orang jagoan ini sama sekali tidak tahu bahwa
ketika mereka tiba di sebuah jalan sunyi dan berpapasan
dengan seorang pria muda yang memakai caping dan
menutupi mukanya dengan caping, pria muda itu lalu
membayangi mereka dari belakang. Tidak menyangka
sama sekali bahwa pria muda itu adalah orang yang
selama ini mereka cari-cari, yaitu Tan Tio ng Li .
Tan Tio ng Li sedang dalam perjalanan mencari puteri
Sung Hiang Bwee yang terculik orang dan dibawa ke
daerah Kin, dan baru saja dia meninggalkan Ceng-liong-
pang ketika dia dari jauh melihat rombongan pasukan itu.
Dia menutupi mukanya dengan caping dan betapa
kagetnya ketika ia melihat The Siang Hwi rebah
melintang di atas kuda yang ditunggangi oleh Kui To Cin-
jin!. Tahulah dia bahwa gadis itu ditawan, maka dia lalu
membayangi dengan cepat. Bahkan tanpa mereka
ketahui, dengan mengambil jalan pintas dia mendahului
mereka dan naik ke atas pohon tepi jalan.
Dia sudah memperhitungkan dengan cermat sekali,
maka ketika rombongan itu lewat, dan tepat ketika kuda
yang ditunggangi Kui To Cin-jin berada di bawah pohon,
pemuda itu lalu melayang turun. Bagaikan seekor burung
garuda yang besar dia menyambar tubuh Siang Hwi dari
atas kuda Kui To Cin-jin, tanpa pendeta itu dapat
menghalangi karena gerakan dengan ilmu Jouw-sang-hui
itu cepat bukan main dan tahu-tahu Siang Hwi telah
berada dalam pondongan nya ! .
Ketika melihat si?"" orangnya yang merampas gadis
tawanannya itu,Kui To Cin-jin terkejut sekali dan cepat
dia berteriak, "Tangkap orang itu ........ !! "
Tang Boa Lu yang lebih dulu dapat mengejar dengan
loncatannya, akan
tetapi Tiong Li yang sudah
membebaskan ikatan tangan gadis itu, membalik dan
melontarkan pukulan Thai-lek Kim-kong- jiu kepada Si
Muka Tengkorak. Tang Boa Lu terkejut dan menangkis
dengan pengerahan tenaga.
"Desssss ...... !"
Dua tenaga sinkang yang kuat itu bertemu di udara
dan akibatnya Si Muka Tengkorak hampir terpelanting!.
"Mari kita pergi!" kata Tio ng Li sambil menggandeng
tangan Siang Hwi dan membawanya loncat jauh.
Melihat ke tangguhan pemuda itu, Si Muka Tengkorak
menjadi jerih kalau harus melawan sendiri, sedangkan
yang lai n-lai n masih belum cukup kepandaian mereka
untuk dapat melakukan pengejaran.
Terpaksa Kui To Cin-jin hanya dapat menyumpah-
nyumpah dan mengajak mereka melakukan pengejaran.
Akan tetapi semua usaha itu sia-sia belaka. Yang dikejar
sudah lenyap entah ke mana. Dengan uring-uringan Kui
To Cin-jin terpaksa mengajak mereka kembali ke kota
raja, melapor kepada Perdana Menteri Jin Kui bahwa
usaha pembasmian ke Lembah Maut sudah berhasil baik
akan tetapi Ban-tok Sian-li dan muridnya telah berhasil
melarikan diri.
-o0odwo0o- Tiong Li berhenti berlari dan memandang kepada
Siang Hwi yang terengah engah kelelahan karena
dipaksa melarikan diri dengan cepat sekali itu. Dia
melihat wajah gadis itu pucat dan wajahnya yang cantik
jelita itu diliputi kedukaan besar.
"Hwi-moi....." tegurnya sambil memandang kepada
gadis itu dengan penuh iba.
"Li-koko ...... !" Dan tiba-tiba saja gadis itu menangis.
Tiong Li terkejut dan merangkulnya,
"Hwi-moi, ada apakah ...... ?"
Siang Hwi menangis di dada pemuda itu, lupa bahwa
ia telah berada dalam pelukan orang. la hanya ingin
menumpahkan semua kedukaan pada saat itu dan
baginya dada pemuda itu merupakan tempat bersandar
yang sentausa dan aman. Karena maklum bahwa gadis
itu baru saja mengalami hal yang hebat dan mungkin
mendukakan, Tiong Li mendiamkan saja menangis,
bahkan menahan dirinya untuk tidak bertanya tentang
gurunya yang tidak nampak.
Setelah tangis itu mereda, barulah Siang
Hwi sadar bahwa ia berada dalam pelukan
Tiong Li. la menjauhkan
diri, melihat betapa baju
bagian dada Tiong Li
sudah basah air matanya.
"Ah, maaf, koko, bajumu menjadi basah
....... " katanya tersipu.
"Tidak mengapa, Hwi-
moi. Sekarang ceritakan, ?"" yang telah terjadi
denganmu dan bagaimana engkau sampai tertawan oleh
orang-orangnya Perdana Menteri Jin Kui itu " "
"Tempat kami .telah dlserang pasukan tadi, koko.
Semua anak buah telah ...dibunuh ....... " la tidak sampai
hati menceritakan betapa semua anak buah itu dihina
dan diperkosa sebelum di bunuh.
"Ah, dan di mana subomu?"
"Subo dapat melarikan diri akan tetapi aku tertawan.
Tempat kami diram?"k dan dibakar habis. Aku.... ah,
entah ?"" yang akan terjadi dengan diriku kalau saja
tidak ada engkau yang menolongku, koko. Aku berterima
kasih kepadamu...."
"Hussh, tidak perlu bicara tentang terima kasih. Sudah
selayaknya kita saling bantu. Dahulupun kalau bukan
engkau yang menolong, aku sudah lama mati dl tangan
subomu. Sekarang, bagai mana, Hwi-moi" ?"" yang
akan kaulakukan?"
Siang Hwi menghela napas panjang dan memandang
pemuda itu dengan memelas.'"Aku tidak tahu, koko. Aku
sudah tidak mempunyai siapa-siapa lagi. Tempat sudah
dibakar, subo juga entah pergi ke mana. Aku tidak tahu
ke mana harus pergi dan ?"" yang harus kulakukan,"
katanya bingung.
"Kalau engkau hendak mencari subomu, mari
kutemani dan kubantu mencarinya."
"Ke mana kita harus mencarinya"
la melarikan diri dan kami berdua tentu kini menjadi
buruan pemerintah. Ke manapun kita pergi tentu akan
diburu dan kalau ketahuan akan ditangkap. Aih koko, aku
tidak mengira sekali........nasibku akan menjadi begini."
"Sudahlah, moi-moi. Bagaimana kalau engkau kembali
kepada keluargamu" Aku akan mengantarmu ke sana."
Gadie itu memejamkan jnatanya dan kembali
beberapa butir air mata mengalir keluar dan cepat
dihapusnya. "Li koko, aku sudah tidak mempunyai keluarga, sudah
tidak mempunyai orang tua. Aku hidup sebatang kara di
dunia ini, tadinya aku hanya mempunyai subo, akan
tetapi sekarang ... " Gadis Itu memandang sedih sekali.
Tiong Li memegang kedua lengan gadis itu.
"Besarkan hatimu, Hwi-moi, Ketahuilah bahwa aku
sendiri juga seorang yatim piatu yang tidak mempunyai
siapa-siapa lagi, kita sama-sama sebatang kara akan
tetapi.... bukankah kita ini sekarang saling... memiliki "
Aku akan membantumu dalam segala hal, dan akan
melindungimu, kalau perlu dengan taruhan nyawaku,
Hwi-moi...."
"Li-koko ..... engkau begini baik. Sejak dahulu engkau
amat baik kepadaku. Kenapa e ngkau begini baik kepada
ku, koko" Bahkan subo yang biasanya baik kepadaku
meninggalkan aku ketika aku tertawan. Akan tetapi
engkau... ah, mengapa engkau begini baik kepadaku?"
"Mengapa" Aku sejak pertama kali bertemu sudah
amat tertarik kepadamu, Hwi-moi, tertarik karena
kebaikan hatimu ketika engkau mencegah subomu untuk
membunuhku. Aku sudah suka sekali kepadamu dan aku
.... ah, aku cinta padamu, Hwi-moi. Tidak terasakah
olehmu?" Tlba-tiba Siang Hwi menundukkan mukanya yang
menjadi merah sekali. "Aku.... aku merasakan itu.koko."
"Dan bagaimana dengan perasaan hatimu, Hwi moi"
Bagaimana perasaan hati mu terhadap aku?"
Sampai lama Siang Hwi tidak mampu menjawab.
Bagaimana seorang gadis dapat membuka rahasia
hatinya begitu saja " la merasa tersipu dan malu sekali.
"Koko, aku.... aku hanya pasrah kepadamu. Aku....
kalau engkau tidak berkeberatan, aku akan ikut
denganmu ke manapun engkau pergi. Aku akan
membantumu sekuat kemampuanku dan aku.... aku akan
setia kepadamu."
Tiong LI merasa gembira sekali dan berbesar hati
"Akan tetapi bagaimana kalau kita bertemu lagi
dengan.su bomu" Engkau akan meninggalkan aku dan
ikut lagi kepada subomu" "
"Tidak! Subo telah meninggalkan aku ketika aku
tertawan. Aku tidak lagi mau ikut subo. Aku ingin Ikut
engkau, koko!"
"Hanya ikut saja" Sebagai ?"?""
"Terserah kepadamu, aku hanya me nurut. Sebagai
muridmu, atau sebagai pelayanmu, aku tidak akan
menolak." Tiong Li merasa terharu sekalI dan tlba-tlba dia
merangkul lagi gadis Itu, Dikecupnya kening yang halus;
itu dan dia berbisik,
"Bagaimana kalau engkau Ikut denganku sebagai....
tunangan ku, sebagai kekasihku, sebagai calon isterlku"
Aku cinta padamu, Hwi-moi."
Dengan tersip u Siang Hwi menyembu nylkan mukanya
di dada pemuda itu. "Sudah kukatakan aku pasrah dan "
menurut saja semua kei nginanmu, koko."
"Akan tetapi, cintakah engkau kepadaku?" Tiong Li
mencium rambut kepala yang bersandar di dadanya itu.
Siang Hwi tidak menjawab, akan tetapi Tiong Li
merasa dengan dadanya betapa kepala itu mengangguk-
angguk! Dan itu sudah cukup baginya. Hatinya merasa
demikian besar dan gembira. Dia menangkap tubuh itu,
lalu dilemparkannya ke atas, ditangkap dan dilemparkan
lagi. Siang Hwi terkekeh dan menjerit-jerit kecil,akan tetapi
Tiong Li tetap melambungkannya ke atas dan
menangkapnya lagi seperti sebuah bola. Siang Hwi lalu
mengerahkan tubuhnya sehingga berat. Akan tetapi
Tiong LI dapat menangkapnya dan ketika melambungkannya
lagi gadis itu menggunakan ginkangnya untuk meloncat dan berjungkir balik se
hingga ketika ia turun kepalanya terlebi h dulu. la
menjulurkan kedua tangannya untuk menangkis tangkapan kekasihnya sambil terkekeh. Tiong Li
menerimanya dan merangkul, memondongnya seperti
anak kecil dan mengecup kedua pipinya.
"Aih, engkau nakal, Li-ko ! " Siang Hwi berkata, akan
tetapi ia merangkulkan lengannya ke leher pemuda itu.
Demikianlah, kedua orang muda itu bermain-mai n dan
bermesraan dengan hati penuh kasih sayang.
0o-dw-o0 Jilid VII Setelah semua gejolak cinta itu mereda. Siang Hwi


Mestika Golok Naga Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

bertanya, "Sekarang kita hendak pergi ke mana, koko?"
Tiong Li lalu menceritakan tentang lenyapnya puteri
Sung Hia ng Bwee.
"Puteri itu menurut keterangan yang kudapatkan dari
percakapan Perdana Menteri Jin Kui, telah dibawa, ke
utara dan diserahkan kepada Panglima Wu Chu,
panglima besar Bangsa Kin. Akan tetapi Perdana Menteri
melakukan fitnah sehingga Kaisar mengumumkan
penangkapan atas diriku dengan tuduhan menculik puteri
itu." "Ihh, betapa jahatnya Perdana Menteri itu!" kata Siang
Hwi. "Jahat dan licik sekali, Hwi-moi Karena itu, aku harus
menyusul ke utara untuk menemukan kembali sang
puteri dan mengembalikan kepada Kaisar. Barulah
dengan demikian namaku akan bersih dan kedok
Perdana Menteri Jin Kui akan terbuka. Dan engkau ikut
menemaniku mencari sang puteri."
"Ke daerah kekuasaan Kin?"
"Ya benar, ke utara."
Pendekar Naga Mas 10 Kisah Pendekar Bongkok Karya Kho Ping Hoo Kisah Si Rase Terbang 15
^