Pencarian

Pahlawan Dan Kaisar 18

Pahlawan Dan Kaisar Karya Zhang Fu Bagian 18


mencari lorong tersembunyi itu. Apakah memang ada sesuatu yang
disembunyikan disana"
Sambil menaiki tangga, Jieji baru menyadari sebuah hal. Sebab bangunan ini
mempunyai batu yang sangat tebal. Mungkin menurutnya batu yang sangat tebal
tidak sepenuhnya adalah batu padat, melainkan di dalamnya pasti ada celah.
Oleh karena itu, dia terus berjalan mendekati tempat dimana tadinya dia
berbaring untuk tidur.
Tidak perlu waktu yang lama, Jieji sudah mendapati tempatnya berbaring adalah
pas di lantai 2 itu. Di tembok tidak terdapat sesuatu hal yang aneh sama sekali.
Tetapi di sana sepertinya pernah di gantungkan sesuatu. Dinding terlihat lebih
putih daripada sekelilingnya. Dan "dinding putih" itu seperti tercetak sebuah benda yang menyerupai lukisan. Lukisan yang seharusnya cukup besar
setidaknya pernah di gantung lama di sana.
Lantas dengan ketokan, Jieji mencoba mencari tahu apakah benar di dalam
dinding adalah kosong adanya. Segera saja dia mendapatkan dan tahu bahwa di
dalam dinding seharusnya pasti ada sesuatu yang di sembunyikan.
Jieji sesaat berpikir bahwa dia hendak menghancurkan dinding itu. Tetapi
baginya ini adalah ruang rahasia kuil suci. Bagaimanapun pasti ada jalan untuk
tembus ke dalam tanpa harus menghancurkannya.
Oleh karena itu, dia berusaha untuk memegang benda apa saja di sana. Mungkin
menurutnya pasti ada sesuatu yang bisa membuka dinding itu.
Ruangan ini adalah tiada lain sebuah ruangan yang cukup luas. Sinar matahari
mampu tembus ke dalam. Disini terlihat ada beberapa lemari yang sudah usang
dan berdebu kotor sekali.
Dia mencoba membuka rak-rak disana dari lemari untuk mencari tahu mungkin
saja ada petunjuk sesuatu di dalam. Sudah 3 buah lemari yang dia buka
kesemuanya. Tetapi di dalam adalah tiada isi alias hanya kosong. Adalah ketika
dia membuka sebuah lemari yang tingginya 7 kaki lebih. Pada bagian
sepinggangnya, dia telah menarik laci yang lumayan besar keluar.
Sesaat... Jieji terkejut luar biasa. Sebab laci ini tidak mirip dengan tempat penyimpanan sesuatu. Melainkan sebuah peta kayu dengan 4 gambar binatang yang sangat
aneh menurutnya.
Dia melihat dengan seksama betul terhadap peta bumi yang merupakan peta 4
daratan. Di utara dia melihat peta mongolia kuno, dan di sana terdapat binatang burung berapi yang berwarna merah.
Sedangkan di selatan terlihat sebuah gambar harimau putih bercahaya. Tiada
lain peta selatan adalah peta daerah Jiangnan.
Di sebelah barat tentu adalah gambar peta India. Yang digambarkan binatang
sebagai lambangnya adalah Sebuah naga berwarna biru.
Sedangkan di bagian timur adalah peta 2 negara yaitu Tongyang, dan Koguryo.
Disini terlihat gambar binatang kuda emas yang berwarna kuning menyala.
Tetapi dari semua peta kayu ini, sepertinya 4 binatang yang tergambar adalah
berada dalam 1 bulatan. Bulatan ini sepertinya memiliki pegas yang bisa diputar.
Jieji sangat girang mendapatinya. Sebab dia nilai ini pasti jalan untuk tembus ke ruang rahasia.
Bersamaan dia mendapati hal aneh ini, dia terasa sebuah hawa di belakangnya
yang sudah sangat dekat padanya. Jieji tahu bahwa hawa ini tiada lain adalah
hawa energinya wanita bertopeng itu. Oleh karena itu, sambil terus meneliti dia tidak menghiraukan datangnya wanita bertopeng.
"Burung berapi warna merah di utara
Harimau putih bercahaya di selatan
Naga biru di barat
Sedangkan Kuda emas berada di timur?"
Wanita bertopeng itu kini berada di sampingnya, di tangannya seperti terpegang
kain berwarna biru tua. Yang dia pegang bersama dengan 2 tangannya, dia juga
ikut serius melihat ke arah format peta aneh ini.
"Apa kamu pernah melihat barang seperti demikian?"
Tanya Jieji melihatnya sambil menunjuk ke peta.
Wanita bertopeng menggelengkan kepalanya saja.
"Ini adalah cara untuk membuka pintu rahasia gedung. Tetapi aku tidak bisa membukanya dengan begitu mudah. Apa perlu kucoba-coba?"
tanya Jieji kembali kepadanya.
Wanita bertopeng terlihat menggelengkan kepalanya. Lantas dia beranjak ke
lemari berdebu di depan, atau bagian atas dari format aneh ini. Dia menuliskan
dua buah kata "Ci Koan". Atau artinya adalah perangkap.
Jieji lantas tersenyum kepadanya.
"Betul.. Mungkin jika salah 1 tindak saja, maka perangkap setidaknya akan
menghampiri... Bagaimanapun kupikir lebih bagus memikir saja..."
Lantas wanita ini menuliskan 2 buah kata lagi.
"Jie Ji..."
Jieji lantas tersenyum sangat kegirangan. Yunying menuliskan bahwa dia yang
bernama Jieji yang artinya pemikiran pesat, pasti ada cara untuk membukanya.
Maka lebih baik daripada mencoba-coba, dia meminta Jieji untuk menggunakan
akalnya. "Burung berapi warna merah di utara
Harimau putih bercahaya di selatan
Naga biru di barat
Sedangkan Kuda emas berada di timur?"
Terdengar kembali Jieji membaca kata-kata ini dengan perlahan. Sambil
membaca, Jieji sedang memutar otaknya dengan sangat hebat. Dia berpikir
bahwa pasti ada sesuatu tentang bait kata-kata ini.
Dia mendapati sesuatu kemudian. Matahari di sebelah timur, tenggelamnya akan
di sebelah barat. Kemudian apa pula utara dan selatan"
Wanita bertopeng ini sebenarnya terus saja tersenyum melihat ke Jieji. Tentu
dari balik topeng, Jieji sama sekali tidak tahu. Dia mengamati Jieji yang sedang serius-seriusnya sambil tersenyum manis. Sebab biasanya, dia tidak izinkan
melihatnya begitu lama saat dirinya berpikir. Karena menurut Jieji, pandangan
Yunying yang melekat terus bisa membuyarkan konsentrasinya.
Sekarang Yunying memakai topeng, dan melihat terus ke arah Jieji. Tentu Jieji
tidak begitu menyadarinya sama sekali.
"Long Feng (Naga Phoenix) adalah 2 buah simbol yang bertolak belakang.
Seorang lelaki sejati diumpamakan sebagai Naga, sedang wanita hebat
diibaratkan sebagai Phoenix. Keduanya jika dihubungkan dengan matahari maka
bisa ada artinya. Yaitu Naga merah dan Phoenix Biru. Tetapi bagaimana pula
dengan kuda dan harimau di utara dan selatan" Sungguh membingungkanku..."
Setelah berpikir, Jieji tidak mendapatkan jawabannya. Lantas dia berpaling ke
arah wanita bertopeng.
Melihatnya mengambil kain berwarna biru, lantas Jieji menanyainya.
Yunying segera membentangkan kain itu. Kain yang berwarna biru tiada lain
adalah sebuah baju. Sambil menunjuk ke arah pakaian Jieji, dia menganggukkan
kepalanya. Jieji melihat ke bajunya sendiri. Ternyata sudah kotor sekali, disebabkan
semalaman dia merangkak melewati lorong yang kotor penuh debu itu. Jieji
lantas mengerti. Dia menerima baju pemberian wanita bertopeng sambil
menghanturkan terima kasihnya.
Tetapi baru saja dia mengambil baju dari wanita bertopeng. Dia segera terkejut
luar biasa. Dia amati baju sesekian lamanya sambil mengerutkan dahi.
Adalah Yunying yang merasa sangat heran mendapati tingkah Jieji. Apakah ada
sesuatu hal yang tidak beres dengan baju pembelian dia tadinya di sebuah
desa" Lantas sambil tersenyum girang, dia melihat ke arah wanita bertopeng.
"Aku sungguh bodoh sekali. Sungguh bodoh...."
Yunying agak heran mendapati tingkah Jieji. Tetapi segera dia mengerti bahwa
setidaknya Jieji pasti sudah mengerti sesuatu tentang peta di depannya.
"Peta ini seharusnya adalah milik Vihara Jetavana sejak dahulu kala.
Mongolia kuno adalah sebuah tempat yang tandus. Aku salah mengira
semuanya. 3 Binatang aneh ini sudah ada jawabannya. Jadi 1 lagi tentu tidak
perlu lagi kita sambungkan melainkan akan terpasang sendirinya."
Lantas dengan girang, dia memutar format pertama.
Naga biru di barat segera saja dia putarkan ke timur. Alhasil, maka Naga biru
sekarang sudah berada di posisi timur. Sedangkan kuda emas berada di sebelah
barat. Dengan memutar yang kedua kalinya dia memilih daerah barat - Kuda emas
segera di pindahkan ke utara. Dengan begitu, Burung berapi telah berada di
barat. Sedangkan Kuda emas berada di utara.
Sekali lagi, dia memutarkan Burung berapi dari arah barat menuju ke selatan.
Dengan begitu posisi burung berapi sudah berada di selatan. Harimau putih
berganti posisi menjadi ke barat.
Secara keseluruhan bisa dilihat bahwa di timur - Naga biru, selatan -
Phoenix/burung berapi, Barat - Harimau putih dan di sebelah utara adalah Kuda
emas. Segera saja terdengar suara "krek" perlahan dan bersambung terus menerus.
Jieji segera berpaling ke arah pintu yang seharusnya terbuka itu. Lantas saja,
Jieji kegirangan.
Memang pintu telah terbuka perlahan-lahan. Suara "krek" tiada lama pun berhenti seiring dengan terbukanya pintu telah mencapai penuh 1 daun pintu.
Jieji segera melangkahkan kakinya berniat kesana. Tetapi, Yunying segera
menarik lengan bajunya.
Dia segera melihat ke arah wanita bertopeng. Dia menganggukkan kepalanya
perlahan sambil menunjuk ke peta.
Jieji yang melihatnya segera tertawa.
"Betul.. Betul..
Tong Nan Xi Bei adalah arti dari Timur, Selatan, Barat dan Utara. Keempat arah
mata angin ini bersifat universal. Jadi setiap lafalan tentu dimulai dari timur dahulu. Dan mengapa Naga biru ada di timur, jawabannya tiada lain adalah di
timur terdapat lautan luas yang berwarna biru. Dan mengapa harus naga maka
tiada lain tidak ada binantang yang bisa hidup di laut di antara 4 itu, itulah yang pertama.
Kenapa Phoenix itu ada di selatan, aku memang tidak mampu menjawabnya
karena seharusnya ada di utara..."
Tutur Jieji yang belum lengkap lantas wanita itu memotongnya. Dia
menggelengkan kepalanya beberapa saat.
Sambil tertawa melihat tingkahnya, kemudian Jieji menjawab kembali.
"Bukan sesuai peta aku menjawab pertanyaan ini. Peta menurutku adalah
sebuah tipuan dan jebakan saja. Sebab bagaimanapun seharusnya burung
berapi ada di utara kan. Yang membuka pintu tiada lain adalah huruf tiap huruf
yang kusambungkan. Tong Nan Xi Bei menjadi Long Feng Hu Ma..."
Sesaat, Yunying memang tidak mengerti arti yang terasa rumit sekali baginya.
Lantas dia menggelengkan kepalanya lagi tanda bahwa dirinya tidak mengerti
sama sekali. Jieji dengan tersenyum kemudian menjawabnya.
"Dahulu aku pernah mendengar bahwa di India terdiri dari 4 kasta. Yaitu
Pendeta, Ksatria, Pedagang dan Budak. Tetapi di buku kuno India, ada tertulis
bahwa manusia sesungguhnya adalah sama saja satu sama lainnya. Yang
membedakan adalah status nasib saja dan karma perbuatan di masa lampaunya.
Maka daripada itu aku mencocokkan saja setiap kasta itu, karena hal ini yang
kuingat saat tadinya mengambil baju biru darimu.
Adalah aku tahu bahwa naga biru adalah sebutan bagi Pendeta kuno India.
Sedangkan Ksatria di baratkan sebagai lambang matahari merah. Maka disini
aku bisa menghubungkannya sebagai Long Feng Hu Ma. Mengenai Harimau
putih tentu klas-nya adalah lebih tinggi daripada Kuda saja. Oleh karena itu bisa dianggap Harimau putih adalah pedagang. Sedangkan Kuda emas tiada lain
adalah budak. Tetapi dari sini kudapatkan bahwa yang membangun ruang bawah
tanah tiada lain bukanlah Sidharta Gautama. Sebab dia-lah yang mencetuskan
tiada perbedaan kelas dan kasta pada sistem kehidupan India saat itu.
Tetapi teka-teki tetaplah teka-teki. Tidak diharuskan bahwa setiap teka-teki ada batasannya dalam menjebak."
Tutur Jieji panjang lebar sambil tersenyum kepadanya.
Yunying lantas menganggukkan kepalanya beberapa kali kepadanya.
Dengan mengertinya wanita bertopeng akan teka-teki ini, Jieji bermaksud untuk
mencari sesuatu di dalam. Apakah memang benar ruang rahasia yang
ditemukannya semalam ruang masuknya adalah seharusnya melalui peta aneh
ini" Atau memang di sana masih terdapat sesuatu hal lagi" Lantas dengan hati
penasaran dan deg-degan Jieji berjalan ke dalam di kuti oleh wanita bertopeng.
BAB CXIV : Yue Liangxu Masih Hidup !"
Dari jauh, Jieji sudah melihat ke ruangan tembok. Ternyata lumayan gelap dia
mendapatinya. Mungkin juga sinar matahari memang tidaklah tembus ke dalam.
Pakaian pemberian wanita bertopeng yang tadinya di tangan segera diletakkan di
atas rak lemari.
Kemudian dia beranjak ke bawah untuk mencari kayu api di lantai pertama
dahulu. Karena menurutnya barang seperti itu pasti berguna. Terutama daerah
misterius ini memang terlihat cukup gelap dari luar.
Sesaat, Jieji sudah berbalik dengan 2 buah tongkat di tangannya. Lantas sambil
tersenyum, dia memberikan kepada wanita bertopeng. Dan wanita bertopeng
lantas mengangguk perlahan sambil menerimanya. Dengan menyalakan tongkat
api terlebih dahulu, keduanya kontan beranjak untuk memasuki ruangan gelap di
depan. Lorong memang terasa gelap benar. Selain itu, bahkan tercium bau yang tidak
sedap sama sekali. Boleh dikatakan terasa adanya bau bangkai. Jieji cukup
heran, karena semalam dia tidak mendapati bau seperti ini. Tetapi dalam
pikirannya mungkin saja bau bangkai adalah tiada lain bau bangkai tikus saja.
Maka dia tidak begitu mempedulikannya selanjutnya.
Lorong aneh ini seakan "berputar". Jieji yang berjalan di depan sudah tahu bawah sepertinya lorong rahasia lantai 2 tiada lain adalah persis susunannya
dengan lorong di lantai bawah tanah yang melingkar. Dia menyinari ruangan
yang cukup gelap ini dari atas dan sesekali ke bawah. Sepertinya lorong
memang tidaklah tinggi dan termasuk cukup sempit juga.
Adalah ketika mereka berdua berjalan sekitar 2 menit-an. Mereka kemudian
menemukan 2 bangkai tikus. Sepertinya kedua ekor tikus baru saja mati tidak
lama. Sehingga bau bangkai masih lumayan menusuk. Dengan berjalan perlahan
terus, keduanya tetap siaga terhadap segala kemungkinan. Tentu kemungkinan
disini yang paling bahaya tentu adalah perangkap.
Kemudian setelah berjalan cukup lama, di suatu tikungan melingkar. Keduanya
tiba-tiba terkejut mendapati sesuatu di depan. Sesuatu benda yang tergolong
cukup menyeramkan adanya telah terpampang di bawah.
Jieji segera menggunakan tongkat berapinya untuk menyinar ke bawah. Maka
disini terlihat 4 susunan kerangka. Setelah ditilik dengan baik, maka Jieji sudah tahu kerangka tersebut tiada lain adalah kerangka manusia.
Sedangkan wanita bertopeng yang melihatnya, segera terkejut. Dia mendekatkan
dirinya dengan pemuda di depan. Sambil mendekat membelakangi pemuda,
sesekali dia melihat ke depan dengan menjulurkan kepalanya.
"Apakah kau takut?"
Dengan segera, wanita bertopeng menganggukkan kepalanya. Kepalanya
membentur bahu Jieji beberapa kali.
"Tidak usah takut. Kesemuanya mungkin sudah lama sekali berada disini."
Seraya berbicara, Jieji berjalan untuk jongkok melihat ke kerangka manusia
pertama. Mendapati kerangka manusia pertama ini, Jieji segera heran. Sebabnya
adalah... Kerangka manusia ini dari tengkorak kepala sampai ke kaki seakan bukanlah
berwarna putih. Melainkan berwarna perak berkelip akibat sinar api dari
tongkatnya. Jieji telah tahu dengan baik cara matinya orang ini.
"Dia mati karena racun pemusnah raga. Mayatnya sepertinya telah lama sekali membusuk. Dan hebatnya, setelah menjadi kerangka pun, racunnya tidaklah
lenyap." Sesudah agak mantapnya pendirian wanita bertopeng, dia juga ikut jalan ke
depan untuk memeriksa. Dia terlihat mengangguk beberapa kali saja mendengar
analisis Jieji.
Setelah melihat jelas, Jieji kemudian memindahkan diri ke kerangka lainnya. Dia juga terkejut mendapati kerangka ini. Karena cara matinya juga adalah persis
sama. Dan bisa dikatakan semua kerangka ini memiliki nasib yang sama,
kesemuanya empat orang adalah tewas akibat racun pemusnah raga.
Lantas setelah berdiri, pemuda cukup heran juga. Kenapa mereka semuanya
bisa tewas disini apalagi teracun hebat pula" Sedang sepertinya tidak ada bekas pertarungan sama sekali disini.
"Kemungkinan besar pasti mereka terkena perangkap racun. Kamu harus
hati-hati." tutur Jieji dengan serius kepada wanita bertopeng itu.
Sementara itu, wanita bertopeng malah terlihat menggelengkan kepalanya.
Melihat tingkah wanita bertopeng, Jieji segera tertawa keras.
"Betul.. Betul.. Racun pemusnah raga sepertinya tidak lagi berlaku untuk kita berdua..."
Lantas sambil berdiri, dia segera mencari dinding sekitar mayat. Apakah
memang ada yang aneh" Atau dia juga mencoba melihat ke langit-langit yang
memanglah tidak tinggi itu. Sepertinya memang tidak ada sesuatu hal yang
janggal. Setelah itu, dia mencoba berjalan perlahan kembali ke depan. Hanya sekitar
beberapa kaki dari tempat posisinya tadi. Jieji kembali terkejut. Sebab dilihatnya ada sesuatu lubang di dinding yang tersinar oleh tongkat berapinya. Meski tidak terang, Jieji tahu benar bahwa lubang disinarinya dari jauh itu pasti terkandung sesuatu benda.
Lantas dengan mendekati sambil hati-hati, Jieji melihat ke arah lubang kosong di dinding. Dan setelah ditilik, ternyata di sana terdapat sebuah buku. Buku yang
berwarna biru tua.
Dan di sampul buku tertulis "Ilmu pelenturan Energi". Setelah melihatnya, Jieji sangat terkejut sekali.
Dia mengambilnya dengan tangan yang cukup gemetar. Setelah benar benda itu
di tangannya. Jieji kembali terkejut dengan segera. Dia merasakan sesuatu rasa
dingin di telapaknya.
Oleh karena itu, dengan tangan yang lainnya dia mengambil buku. Dan dilihat
kembali ke tangannya. Ternyata telah penuh cairan perak.
"Racun pemusnah raga?"
Tanpa perlu berpikir lama, Jieji sudah tahu secara keseluruhannya.


Pahlawan Dan Kaisar Karya Zhang Fu di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Racun ini sengaja di taruh ke kitab, sehingga membuat orang yang
mengambilnya akan terkena racun hebat. Mengenai kematian orang-orang di
belakang sana, sudah pasti kesemuanya telah mencoba mengambil buku."
Yunying mengangguk perlahan mendengar perkataan Jieji.
Jieji segera membuka halaman pertama dari buku yang tertulis judul "Ilmu
pelenturan energi". Dia buka perlahan.
Ternyata buku ini bukanlah buku kitab yang sama dengan buku di balik bajunya
mengenai cara latihan tenaga dalam tingkat tinggi. Melainkan sepertinya buku ini ditulis oleh seseorang. Mungkin juga seseorang yang mengenal latihan buku Ilmu
pelenturan energi.
"Wahai pengambil buku...
Jika anda sempat membaca bait pertama. Maka anda tergolong manusia
dahsyat yang kebal akan racun pemusnah raga. Aku pendeta Liu Zheng sengaja
membuat format aneh untuk menjebak orang-orang yang sama rakusnya dengan
diriku. Untuk mencari buku Ilmu pelenturan energi, maka datanglah ke dapur kuil.
Setelah itu, anda akan menemukan letak susunan yang sesuai dengan peta yang
sudah dibuka tadinya saat anda masuk kemari. Lakukanlah sesuai format, maka
anda akan mendapatkan buku kitab."
Jieji membacanya sampai sini. Lantas dia berpikir.
"Ruang bawah tanah bagian belakang tempat penyimpanan kitab memang
terletak tidak jauh dari dapur. Sepertinya ketika orang partai bunga senja mencuri kitab, mereka telah merusak format itu dan membuka pintu rahasia dengan
paksa." Berpikir sesaat, Jieji kembali membaca buku itu.
"Mengenai cara pelatihan, anda haruslah memilih di antara salah satu. Tidak ada yang mampu mempelajari buku secara lengkap. Buku kitab pelenturan energi
terdiri dari 18 tingkatan dengan dibagi 9 tingkatan Yang, dan 9 tingkatan Yin.
Disini aku memilih "Yin". Setelah melatihnya selama 11 tahun, di jagad tiada orang yang mampu menandingiku lagi."
Jieji berpikir kembali saat dia membaca sampai bait tersebut.
"Liu Zheng mempelajari 9 tingkatan Yin. Terakhir dia dikalahkan oleh Guru besar Ta Mo yang mendalami 9 tingkatan pelenturan energi Yang serta 72 jurus
Jing-gang. Dari sini, kemudian guru besar Ta Mo menciptakan pengolahan
tenaga dalam Jing-gang dan Yu Jingjing. Berarti asal usul kungfu dan tenaga
dalam adalah berasal dari Ilmu pelenturan energi."
Dia terlihat menghela nafasnya yang panjang.
Yunying di belakang yang melihatnya diam saja, segera mendekatinya.
Dia ayunkan tongkat berapi seperti ingin menulis sesuatu kembali.
"Apakah Ilmu pelentur energi adalah ilmu yang ingin kamu latih?"
Jieji mengangguk pelan saja.
"Kamu terkenal sebagai seorang yang menguasai tapak berantai. Kenapa harus mempelajari Ilmu lainnya lagi?"
Jieji segera tersenyum.
"Aku ada janji pertarungan beberapa bulan lagi dengan ketua partai bunga senja, Huo Xiang di Persia." Seraya berkata, Jieji menceritakan beberapa garis besar kenapa dia tidak mampu memakai tenaga dalamnya. Bagaimana tenaga dalam
yang dibentuk menjadi 4 unsur itu telah menyatu, terakhir malah terkikis seiring waktu dan terakhir dia memberikan energi yang sedang terkikis kepada dia untuk
menyelamatkan hidupnya dari ancaman racun terdahsyat, racun pemusnah raga.
Wanita bertopeng terlihat menghela nafas panjang. Dia kemudian menulis lagi.
"Kalau begitu, kamu harus lebih giat berlatih lagi."
Jieji mengangguk pelan saja setelah melihat dia menggores kayu berapinya di
tempat kosong. Kemudian dia meneruskan untuk membaca lagi.
"Dalam setiap inti Ilmu, selalu dibagi 9 tingkatan karena cakra manusia yang mengandung unsur tenaga dalam terdiri dari 9 buah. Mengisi kesemuanya dan
membalikkan kesemuanya juga adalah jalan terbaik dalam melatih ilmu silat.
Dari 9 buah inilah, bisa diciptakan hingga berpuluh.
Sembilan energi diubah menjadi 18 gerakan, 18 gerakan dasar diubah menjadi
36 gerakan lebih rumit. Dari 36 gerakan diubah menjadi 72 gerakan
kesempurnaan. Jika tangan pertama memainkan 72 jenis silat dan tangan kedua
memainkannya secara terbalik maka terdapat 144 jurus yang jauh lebih rumit dan
tiada tanding."
Membaca sampai disini. Kembali Jieji teringat sesuatu. Dia segera tersenyum
saja. Mengenai format 72 iblis dan 144 batu kecil sudah dimengertinya. Sekarang dia sudah mempunyai pegangan dalam menciptakan jurus baru lagi. Setidaknya
dia sudah tahu dalam 144 gerakan bakal muncul dari 9 tingkatan energi awal.
Maka kesempurnaan jurus sudah terbayang di depan matanya.
Tetapi bagaimanapun angan dan lamunan serta pemikiran sesaat tidak adalah
gunanya jika tidak di mbangkan latihan yang tekun.
Terlihat buku memang ditulis sampai disini saja. Lantas, Jieji segera
mengembalikannya ke tempat awal. Dengan mengoyak sedikit lengan baju, dia
segera membersihkan cairan perak yang menempel di telapak tangan tadinya.
Setelah di rasa beres, dia segera membakar lengan baju terkoyak itu bersama
cairan perak yang terhapus dari telapak tangan tadinya.
"Sepertinya memang benar bahwa racun pemusnah raga sudah ada sejak
dahulu kala. Dewa bumi hanya mengubah racun pemusnah raga menjadi jarum
perak, supaya ketika dia menyerang lawan maka dirinya tidak berada dalam
bahaya." tutur Jieji kemudian.
Memang bisa dikatakan Dewa bumi adalah pencipta racun ganas, racun
pemusnah raga. Sebenarnya racun pemusnah raga bisa berupa cairan ataupun
udara ganas. Yang hebatnya adalah bagaimana caranya Dewa bumi itu
mengolah salah satu di antara udara, ataupun cairan perak menjadi sesuatu
yang lebih kental dan tidak berbahaya jika dipegangnya sendiri.
Jieji hanya menggelengkan kepalanya beberapa kali sambil menghela nafas
saja. Lantas dengan mengajak wanita bertopeng dia berniat keluar dari lorong.
Tetapi dia menggunakan jalan ke depan.
Jieji tahu bahwa ruangan ini adalah melingkar, jika dia balik maka dia tidak
temukan apa hal yang di depannya lagi. Maka dia dan Yunying segera berjalan
ke depan saja. Tetapi disini sudah tidak terdapat keanehan lainnya lagi.
Keduanya pun tidak lama kemudian keluar dari lorong misterius tadinya. Lantas
Jieji segera mendorong balik peta di rak itu. Seiring dorongan, maka pintu secara otomatis tertutup kembali.
Wanita bertopeng segera menanyainya. Dia tetap menuliskan tulisan ke laci
besar yang berdebu itu.
"Kamu ingin berlatih silat lagi?"
Jieji melihatnya sambil tersenyum.
"Betul.. Semalam aku telah menyelesaikan 1 tingkatan. Masih ada 8 tingkatan lagi yang tersisa."
Wanita bertopeng terlihat mengangguk perlahan. Kembali dia menulis.
"Aku akan keluar sekaligus mencari makanan siang terlebih dahulu. Kamu
gantilah pakaian yang bersih. Di belakang sepertinya ada sumber air yang cocok
bagimu untuk mandi."
Jieji tersenyum kepadanya, dia terlihat mengangguk perlahan sambil mengambil
baju biru yang tadinya sempat diletakkan di atas rak lemari sebelum memasuki
lorong. *** Persia tengah...
Di sebuah kota yang bernama "An Lu / Jalan damai".
Kota ini diberi nama demikian karena kota inilah yang menghubungkan
perbatasan antara partai bunga senja di utara dan partai surga menari di sebelah selatan.
Dinamakan demikian oleh seorang sastrawan dari India karena dia merasa
sangat jemu menyaksikan pertikaian antara partai di utara dengan partai di
selatan. Tetapi nama hanya-lah sebuah nama. Justru kota ini malah lebih banyak terlihat
pertengkaran. Pertengkaran ataupun perkelahian penduduk malah kadang dirasa
sangat tidak diperlukan sama sekali adanya.
Di sebuah sudut selatan kota...
Suara ramai kali ini kembali telah terdengar. Biasanya keramaian seperti
demikian selalu membawa banyak orang untuk melihatnya. Di sudut ini, mungkin
sudah sekitar lebih dari 100 orang penduduk ikut meramaikan sesuatu.
"Dan dengan satu gerakan..........."
terdengar suara seorang pria yang berteriak sangatlah keras.
"Energinya terhisap!!!!!"
kembali suara terdengar berteriak. Juga suara itu tiada lain masih suara seorang pemuda. Pemuda yang berumur sekitar belasan saja dengan wajah yang ceria
sedang berteriak mengundang orang untuk melihatnya ramai-ramai.
Setelah teriakannya selesai. Lantas terdengar semua orang beramai-ramai
bertepuk tangan.
"Eh...... Yang parahnya, para pendekar dari Liao bahkan tidak tahu bahwa Xia Jieji-lah yang sedang menghisap energinya Yue Liangxu. Kesemuanya bahkan
tergirang tidak terkira ketika melihat Xia Jieji tidak berdaya. Padahal semua
adalah kura-kura dalam tempurung. Ha Ha............"
Begitulah teriakan seorang pemuda itu yang menceritakan kejadian pertarungan
hebat di bawah tembok kota Beiping lebih dari dua tahun itu.
Pemuda usia belasan tahun sama sekali tidak tahu bahwa bahaya sudah
mengintainya sejak tadi.
Adalah seorang pemuda berpakaian sastrawan yang sangatlah tampan sedang
melihat dengan tajam ke arahnya. Pemuda ini tergolong cukup muda, umurnya
mungkin di bawah 30 tahun. Dia memakai baju serba putih dan menggunakan
kipas di tangannya.
Sedang di sampingnya juga berdiri seorang pemuda yang memelihara kumis
tebal. Tingginya seimbang dengan pemuda berpakaian sastrawan dan dari
matanya juga terkandung sesuatu misteri.
"Apa perlu kita bunuh saja?"
tanya seorang pemuda berkumis yang sepertinya gusar kepada pemuda
berpakaian sastrawan.
"Tidak perlu. Dia hanya seorang tukang bual. Kita harus menuju ke utara
secepatnya."
Pemuda berkumis tebal lantas mengangguk pelan saja. Dari sebelah selatan
kota An Lu, kelihatan keduanya bergerak sambil berjalan pelan.
Sedangkan pemuda berusia belasan tahun itu sempat menengok ke arah
keduanya. Kemudian dia terlihat tersenyum sinis melihat kedua orang ini.
*** Markas besar partai bunga senja...
Di balairung utama partai. Banyak terlihat gadis yang berpakaian cukup minim
yang sedang berdiri mematung setelah mereka menyelesaikan tugas mereka
sebagai penjemput tamu.
Dan di salah satu sisi sebelah kanan telah terlihat 2 orang pemuda yang tadinya sempat berada di kota Anlu, perbatasan antara partai utara dan selatan.
Mereka berdua duduk dengan tenang tanpa bersuara apapun. Sambil sesekali
terlihat menikmati teh di dalam cangkir. Mereka hanya menatap ke depan tanpa
mengalihkan pandangan mereka sedikitpun.
Dari sudut pandang mata saja, bisa terlihat apakah orang ini punya pegangan
atau tidak. Keduanya bahkan tidak melirik ke tempat lain yang penuh dengan
wanita yang berpakaian menggiurkan meski mereka adalah 2 orang pemuda.
Sudah 2 jam berlalu mereka berdua duduk dengan tenang. Dan tanpa terasa,
hari pun sudah menjelang sore. Barulah terdengar langkah suara seseorang
yang mendekati balairung. Langkah yang cukup ringan terasa bagi siapapun
yang sanggup mendengarnya. Dari jauh, kedua orang ini sudah tahu bahwa yang
sedang berjalan kemari tiada lain tentu seorang wanita.
Keduanya segera berdiri untuk menantikan di depan pintu.
Dan ternyata tidak salah. Yang masuk ke sana adalah seorang wanita cantik
dengan wajah putih. Bibirnya memerah bak buah delima. Wanita cantik juga
cukup tinggi semampai dengan pakaian yang cukup mirip dengan pakaian
wanita-wanita di sana. Adalah sudah tidak aneh bagi orang persia menyaksikan
pakaian sedemikian. Bahkan mereka menganggap pakaian seperti demikian
memanglah pakaian wanita yang sakral.
"Hormat kepada kedua pendekar..."
tutur wanita ini dengan gaya menghormat kepada kedua orang di balairung.
Keduanya tanpa bersuara, membalas hormat ringan. Begitu mereka
menyelesaikan sikap hormat. Keduanya telah merasakan seseorang juga telah
sampai ke kursi balairung "istana"-nya partai bunga senja.
Seseorang memang sudah tergolong jago luar biasa di zaman ini. Keduanya
belum sempat merasakan penuh kehadirannya, tetapi sudah melihatnya duduk
disana. Tentu membuat keduanya cukup terkejut juga.
"Hormat kepada ketua partai..."
tutur keduanya juga memberi hormat kepadanya.
Sedang, sepertinya ketua partai hanya merapatkan kedua tangannya. Lantas
tanpa bersuara, dia tersenyum.
Sikapnya yang agung-agungan sebenarnya bisa membuat tetamu siapapun yang
tidak senang. Tetapi tidaklah keduanya yang sudah termasuk ahli dalam dunia
persilatan. Melihat sikap yang terasa kurang sopan itu, keduanya malah
sepertinya tiada marah.
"Silahkan duduk..."
tutur wanita cantik itu dan dia sendiri pun lantas bergerak ke arah kursi
kebesaran partai.
"Kalian berdua telah dalam perjalanan sungguh jauh kemari. Sungguh
melelahkan keduanya."
tutur ketua partai alias Huo Xiang tentunya dengan tersenyum ramah. Sepertinya
memang adat Persia cukup berbeda dengan orang daratan tengah. Kedua orang
mungkin sudah menyadarinya.
Biasanya di daratan tengah, sikap hormat adalah terpenting yang harus
ditunjukkan tuan rumah. Tetapi adat persia malah terlihat sebaliknya.
"Aku mendapat kabar bahwa ketua akan bertarung dengan Xia Jieji dalam
beberapa bulan lagi. Sehingga kita berdua datang kemari untuk meramaikan
suasana." tutur pemuda berkumis tebal itu sambil tersenyum.
"Betul... Sekitar 9 bulan lebih lagi maka adalah saat pertarunganku dengan Xia Jieji.
Kalian berdua telah sampai kemari, maka bantuan kalian benar sangat
kuharapkan saat pertarungan itu.
Dan sungguh sebuah hal yang sangat melelahkan bagi anda berdua. Terutama
anda sendiri, Raja Yelu..."
tutur Huo Xiang sambil memberi hormat di atas kursi kebesaran.
Sambil tersenyum, orang ini menjawab.
"Di utara, memang kita sudah mengalami bahaya. Zhao kuangyin, Yuan Jielung dan Sun Shulie bukanlah pendekar yang mudah dihadapi. Selain itu, di kota
Nanpi, Ye, dan Kaifeng. Banyak pendekar dari Tongyang dan Kaipang sedang
menjaga ketat dan sesekali melakukan penyerangan bergerilya. Sekarang sudah
3 bulan kita hanya menutup benteng kota tanpa bertempur."
Orang ini lantas tertawa keras mendengar perkataan Yelu Xian.
"Raja Yelu tidak perlu terlalu berkhawatir. Partai Jiu Qi telah cukup untuk mengacau wilayah timur-nya daratan tengah. Bersama mereka, para muridku
yang berjumlah 1000 orang lebih sudah berada di Tibet. Kesemuanya dipimpin
oleh penasehatku, Fu Sha. Dengan satu gerakan, kesemuanya akan menyerang
ke Chengdu."
"Jadi keponakanku yang memimpinnya" Sungguh bagus sekali.." tutur Yelu Xian sambil tersenyum riang.
"Mumpung kalian berdua telah sampai, akan kukenalkan seseorang." jawab Huo Xiang sambil mengangkat tangannya tinggi.
Wanita pelayan yang berdiri di samping segera bubar. Beberapa lama kemudian.
Terlihat sebuah tandu yang diangkat oleh wanita-wanita tadinya telah masuk ke
ruangan utama. Yelu Xian maupun pemuda tampan di samping tidaklah mengenal orang yang
ditandu masuk. Bagaimana mungkin seseorang sanggup mengenalnya. Sebab
sepertinya orang yang masuk ditandu berpakaian lengkap seperti seorang
Jenderal. Dan hebatnya dia memakai tutup kepala dari besi kokoh.
Pembawaannya terlihat cukup angker sekali dengan besi baja yang mengkilap.
Tetapi sepertinya orang tidaklah bergerak sama sekali. Keduanya cukup heran
melihat orang berpakaian serba baju besi tidak mengeluarkan suara apapun.
"Perkenalkanlah.. Ini adalah ketua dari partai Jiu Qi." tutur Huo Xiang sambil menyilakan tangannya ke depan.
Baru setelah Huo Xiang mengenalkan orang ini. Dia baru berbicara.
"Aku mendengar Yue Liangxu adalah pendekar no.1 sejagad. Melihat saja aku
tidak percaya."
Pemuda tampan segera melihat ke arah baju besi. Lantas sambil tersenyum, dia
menjawab. "Kungfu anda berasal dari India. Kabarnya kau telah menguasai kedelepan jurus tapak buddha Rulai dengan lengkap. Maka kau bukan tandinganku sama sekali."
Sebenarnya mendengar perkataan yang sangat menusuk itu. Ketua partai Jiu Qi
seharusnya marah luar biasa. Tetapi dia hanya tertawa keras mendengar tuturan
kata-kata Yue Liangxu.
Benarkah Yue Liangxu tidak tewas" Lalu kenapa ada gosip daratan tengah yang
menyatakan orang nan hebat itu telah tiada" Dan yang anehnya adalah Dewa
Sakti, Dewa Semesta, Dewi Peramal dan Dewa Lao telah menyatakan Yue
sebenarnya telah tewas. Lalu bagaimana disini terdapat Yue Liangxu yang lain"
*** Empat bulan kemudian...
Kuil Jetavana...
Matahari telah terbit di sebelah timur. Sedangkan terlihat seorang pemuda masih sangat santai dan menutup matanya dalam kondisi tidur-tiduran. Penarikan
nafasnya terlihat sedang-sedang saja. Sambil menikmati suasana yang cukup
damai, pemuda kadang tersenyum sendiri.
Tetapi, suasana damai itu tidak berlanjut meski sudah 2 jam berlalu saat dirinya bangun. Sebab dia segera merasakan hawa tajam menusuk sedang mengarah
ke dadanya. Penyerang menggunakan tongkat yang menghantam ke bawah. Arah yang
diincar adalah dadanya. Kecepatan penyerang sungguh telah sangat tinggi
sekali. Bahkan jauh lebih tinggi kecepatan penyerang daripada kecepatan dirinya sendiri.
Tetapi... Dengan sedikit tarikan nafas, pemuda melayang ke samping.
Tongkat benar menghantam tanah dengan sangat keras sekali. Sehingga
menyebabkan lantai itu retak radius 5 kaki. Tetapi pemuda dalam keadaan


Pahlawan Dan Kaisar Karya Zhang Fu di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

melayang masih tenang sekali.
Gagalnya serangan tongkat, tidak membuatnya berhenti. Penyerang segera
menggunakan kakinya untuk menendang. Tetapi kali ini juga terlihat bahwa
penyerang sama tiada main-main.
Tendangan dahsyat segera menuju ke rusuk pemuda.
Tetapi... Dengan santai kemudian, pemuda mengarahkan tapak tak bertenaga ke arah
tendangan. Suara berbenturan antara tendangan dan tapak segera beradu hebat.
Hasil perbenturan adalah Pemuda sudah berdiri dengan baik. Demikian
penyerang juga terlihat melangkahkan kakinya ke belakang satu tindak.
"Benar hebat jurusmu itu. Hampir saja aku kehilangan jiwa..."
tutur pemuda sambil tertawa keras. Pemuda tiada lain adalah Jieji tentunya.
Sedang penyerang adalah seorang bertopeng. Wanita bertopeng yang dirasakan
Jieji masih misterius.
Dia terlihat mengangguk beberapa kali. Dan sesekali menggoyangkan
kepalanya. Jieji memang bingung dibuatnya. Sudah beberapa kali dia melakukan hal itu
dalam 4 bulan terakhir. Wanita bertopeng ini memang bisu menurutnya, maka
Jieji selalu melayaninya dengan sikap sabar luar biasa.
Begitupula si wanita, dia selalu berusaha membimbing dan melindunginya dalam
saat berlatih kungfunya.
Jieji merasa dia sangat beruntung menjumpai pendekar wanita di depannya.
Sebab dia merasa sangat terlindungi dalam beberapa bulan terakhir. Selain itu
juga, biasanya wanita bertopeng selalu menyiapkan apa-apa yang diperlukannya
setiap hari. Tetapi Jieji selalu teringat Yunying setiap malamnya kembali. Dia
mengingat sang istri yang rajin menemaninya berbicara, mendengar keluhannya
serta mengajaknya saat berbagi kesenangan.
Sebenarnya dia juga merasa iba terhadap wanita bertopeng. Dia, yang bisu
melanglang buana dan jagad persilatan tanpa teman seorangpun. Tetapi, Jieji
juga berpikir. Kungfu dan tenaga dalam wanita ini boleh dikatakan tanpa
tandingnya sekarang. Mengacau wisma dan partai Jiu Qi bukanlah kemudahan
sembarangan. Meski dulunya dia masih berkungfu tinggi sekalipun, maka sepak
terjangnya diyakini masih kalah oleh wanita bertopeng ini.
Sedang Yunying alias wanita bertopeng sebenarnya cukup girang. Mendapati
kungfu suaminya telah maju sangat pesat dalam 4 bulan terakhir membuatnya
merasa pengorbanannya betul tidak sia-sia. Tetapi berbicara pengorbanan,
bukankah dia adalah istrinya. Maka sudah sangat pantas seorang isteri
menemani suaminya dengan tekun.
Masalahnya, dia sendiri tidak tahu apa hal yang sedang dipikirkan pemuda.
"Tadi... Aku telah mengerahkan 80 persen kemampuan. Kamu masih mudah
mengelaknya."
tulis wanita dengan menggunakan tongkat ke lantai.
"Aku memang sudah menyempurnakan 9 tingkatan tenaga dalam Yang Ilmu
pelenturan energi. Hanya saja sudah 3 hari berlalu, aku belum mampu
menemukan jurus yang pas untuk tenaga dalam tingkat tinggi ini."
tutur Jieji sambil berpikir.
"Dalam setiap jurus. Tentu ada beberapa yang sudah mahir dan tanpa celah
sedikitpun. Seperti jurus pedang surga membelah yang kamu ceritakan."
"Betul... Jurus pedang memang sudah sangatlah hebat dan tanpa tanding. Tetapi..." tutur Jieji. Sesaat, dia berpikir tentang sesuatu hal.
"Memang benar. Jurus pedang hebat. Tetapi masih belum bisa menandingi Ilmu pemusnah raga kan?" tulis Yunying kembali.
Jieji hanya mengangguk perlahan. Dia berpikir tentang Ilmu 18 telapak naga
mendekam. Dia memang sudah menghapal semua lisan tentang 18 jurus tapak
hebat ini. Tetapi ketika dia berpikir Ilmu pemusnah raga, dia jadi ragu.
Ternyata apa yang dipikirkan Jieji juga adalah sama hal nya dengan wanita
bertopeng. Kali ini dia menulis panjang lebar.
"Ilmu tapak berantai adalah gabungan 4 unsur tenaga dalam. Sebenarnya untuk membentuk lagi, mungkin masih bisa. Tetapi waktu sudah tidak memungkinkan.
Adalah tinggal 5 bulan lagi. Maka kenapa tidak mencoba saja meneliti 18 telapak naga mendekamnya tetua Pei Nanyang" Sebab tiada Ilmu hebat lagi yang bisa
menadingi tapak pemusnah raga-nya Qin Shih huang selain Jurus hebat ciptaan
2 orang termahsyur di dunia persilatan daratan tengah."
Jieji tersenyum manis melihat tulisan itu. Dia sangat menyadari kondisinya
sekarang. 18 telapak naga mendekam adalah pilihan satu-satunya. Mau tidak
mau dia yang pernah menguasai tapak berantai tentu tahu kekuatan tapak dan
setiap jurusnya. Jika 18 telapak naga mendekam bisa disempurnakannya dan
bisa buat mengalahkan Ilmu paling termahsyur sejagad maka bukan saja dunia
bakal gempar. Tetapi Jieji tentu adalah pencipta jurus pertama yang sanggup
mematahkan mitos dunia persilatan tentang "pemusnah raga" adalah no. 1 setiap hal.
Dia mengingat kembali semua lafalan tetua Pei Nanyang alias Zeng Qianhao
yang pernah dibacakan kepadanya saat di penjara bawah tanah serta saat
dirinya telah keluar. Di ngatnya, Zeng Qianhao memberikan lisanan jurus terakhir yang sudah disempurnakannya sendiri di Persia.
Karena berpikir keras, dia segera duduk dalam posisi bersila. Matanya ditutup
dan diingatnya kembali semua lafalan dari awal ke akhir.
Sesaat... Jieji terkejut.
Dia tidak pernah menyangka bahwa jurus ini sudah sangatlah mantap
sepenuhnya. Zeng Qianhao telah memperkirakan segala kemungkinan dalam
menghadapi lawannya dari segala sisi. Boleh dikatakan jurus 18 telapak naga
mendekam belum ada tandingan dalam setiap jurus-nya yang dikategorikan
"menyerang".
"Penyerangan senjata paling efektif adalah Ilmu pedang surga membelah. Tiada lain karena ilmu pedang bisa menjangkau seluruh sisi di saat bersamaan.
Sedangkan tapak lebih terbatas geraknya, tetapi jurus 18 telapak naga
mendekam memang sudah benar sempurna. Tidak ada lagi lubang yang bisa
memperbaiki kelemahan, tiada lain karena jurus itu tiada punya kelemahan sama
sekali seperti jurus pedang surga membelah."
Memikir sampai disini, Jieji menghela nafas panjang.
Yunying memang sedang asyik-asyiknya memperhatikan Jieji. Adalah ketika saat
dia berpikir serius, maka Yunying semakin senang melihatnya. Dia
mengangankan kembali ke saat dimana dia dan suaminya itu hidup tenang dan
damai. Memikirkan puteranya yang sangat disayangkannya, tetapi dia tidak dapat
menemuinya sekarang.
Jieji berpaling ke arah wanita bertopeng sesegera.
"Aku sudah meneliti. Sepertinya telapak 18 naga mendekam memang sudah
sesempurna. Tetapi dari sini aku sudah mendapatkan sesuatu hal."
Yunying sadar dari lamunannya setelah mendengar suara Jieji. Terlihat dia
mengangguk perlahan. Kembali dia menulis.
"Telapak 18 naga mendekam adalah gabungan 3 tapak termahsyur pertamanya.
Banyak yang menyatakan tapak Pei adalah tapak pemusnah raga. Maka itu
sangatlah keliru sebab jurus telapak berasal dari 1 kali tenaga dalam saja tidak seperti pemusnah raga yang mengandalkan 4 kekuatan unsur utama.
Ilmu telapak disempurnakan pertama kalinya oleh Pei Nanyang dan Yuan Jielung
dengan menambahkan pelatihan Ilmu pelentur otot dan formasi I-ching untuk
perubahan jurus. Lalu kenapa kau tidak menambahkan 2 format kembali yang
seharusnya bisa menguatkan dan menyeimbangkan jurus telapak?"
Ketika Yunying menggoresnya sampai akhir. Jieji terasa terbangun dari mimpi
panjang yang tidak berkesudahan. Dia kemudian menyadari sebuah hal. Sebuah
hal yang sebenarnya tidaklah rumit sama sekali, tetapi tidak pernah dipikirkannya selama ini.
Lantas sambil tertawa terbahak-bahak, dia menjawabnya.
"Benar... Benar... Dalam ilmu telapak sesungguhnya adalah ada 5 hal yang utama. Kecepatan,
gerakan perubahan jurus, kekuatan, Perubahan tenaga dalam dari setiap jurus
dan format urutan setiap telapak."
Yunying langsung mengangguk hebat dan terlihat dirinya girang.
"Dalam 18 telapak naga mendekam; formasi I-ching digunakan sebagai langkah kaki. Disini aku bisa mengubahnya menjadi langkah khas menghindar atau
10.000 gerakan langkah dewa. Sedang dari kekuatan bisa kugantikan tenaga
tapak mayapada menjadi Ilmu Jing-gangnya Shaolin. Mengenai gerakan
perubahan jurus bisa kuambil inisiatif dari Jurus pedang surgawi membelah yang
tanpa tanding itu.
Mengenai Perubahan tenaga dalam, bukankah aku telah mempunyai 9 tingkatan
tenaga dalam Matahari dari Ilmu pelenturan energi.
Dan terakhir format urutan setiap tapak bisa kutiru dari 72 format iblis/silumannya Raja Solomon...."
tutur Jieji sambil senang luar biasanya.
Meski jalan masih panjang. Tetapi apakah dalam 5 bulan, Jieji sudah bisa
menguasai Ilmu yang kedengarannya pasti rumit sekali itu jika digabungkan satu
persatu-nya menjadi sempurna.
BAB CXV : Kisah Cinta Sun Shulie
Daratan tengah...
20 li sebelah utara Kota Shandang...
Pasukan Sung semenjak 2 tahun terakhir sudah menetapkan sekitar 20 buah pos
penjagaan di setiap sisi jalan besar. Sedangkan di hutan kecil, pasukan Sung
menempatkan 5 pos utama.
Setiap pos terdiri dari 500 pasukan darurat untuk memberi kabar.
Zhao kuangyin atau Jenderal besar Yang Ying-lah yang telah mengaturnya
dengan luar biasa baik.
Pasukan gabungan antara Han utara dan Liao tidak sanggup memasuki wilayah
utara kota Shandang. Meski pertempuran telah berlangsung hingga puluhan kali
baik itu perang besar ataupun perang kecil, tetapi koalisi dari pasukan Liao dan Han utara kebanyakan mengalami kekalahan meski adalah kekalahan kecil.
Dengan mampu-nya Jenderal besar Yang Ying menghalau penyerangan suku
ganas Liao ataupun Han utara dalam 2 tahun terakhir, maka nama-nya sudah
menjadi buah bibir bagi setiap masyarakat daratan China. Baik para sastrawan,
cendekiawan sering sekali membicarakan nama besarnya. Dan beberapa puisi
tentang perjuangan kepahlawanannya menggema hebat.
Tetapi jarang sekali ada orang yang tahu benar bahwa Yang Ying adalah Zhao
kuangyin yang telah turun tahta.
Di sebuah perkemahan di tengah pos-pos kecil. Telah terlihat lumayan banyak
orang berkumpul. Kesemuanya duduk di kursi pendek sepertinya sedang
membicarakan sesuatu hal.
Dilihat dari cara berpakaian, sepertinya semuanya adalah pesilat-pesilat.
Adalah di tengah ruangan, telah terlihat seorang berpakaian biasa berwarna
ungu kehitaman sedang duduk. Orang ini memelihara kumis dan jenggot pendek.
Wajahnya nan alimnya bisa dikatakan sangatlah agung. Dengan sinar mata yang
tajam, orang ini terlihat seperti dewa saja.
"Kakak seperguruan. Memang benar informasi yang telah kuterima. Saudara Xia akan bertarung dengan Huo Xiang dalam beberapa bulan ini." tutur seorang di sampingnya tiada lain tentu Sun Shulie.
Orang di tengah mengangguk perlahan saja. Di wajahnya terlihat senyuman yang
puas. "Jika adik kedua benar bertanding silat, maka aku yakin dalam pertarungan tidak mungkin dirinya akan kalah."
Sun Shulie mengangguk perlahan. Lantas dia menjawab.
"Kemampuan si tua Huo Xiang adalah sekitar seimbang denganku beberapa
tahun yang lalu. Tidak mungkin saudara Xia tidak sanggup mengalahkannya."
Pendekar yang berada di kursi samping, segera terlihat berdiri. Di pinggangnya
terselip sebatang tongkat berwarna hijau. Dia merapatkan kedua tangannya
untuk memberi hormat.
"Mengenai pertarungan sepertinya tidak perlu jenderal besar terlalu
mengkhawatirkannya."
Yang Ying alias Zhao kuangyin mengangguk pelan saja ke arah pemuda yang
bernama Yuan Jielung itu.
"Bagaimana dengan kabar Wei Jindu" Apakah pendekar kita yang tersebar di
pelosok daratan tengah mendapat sesuatu?"
tanya Zhao dengan melihat ke arah Yuan Jie Lung.
Yuan menggelengkan kepalanya saja.
Terdengar Zhao kuangyin menghela nafas pendek sekali. Dia cukup heran
mendapati kenapa Wei Jindu tidak pernah kembali sejak kepergiannya 2 tahun
yang lalu. Adalah hal yang cukup aneh baginya. Terakhir dia sendiri mendengar
bahwa Wei bertujuan menyusul Pei Nanyang ke barat dan bertujuan mencari Xia
Jieji atau kakak angkat keduanya.
Zhao sebenarnya berat melepaskan Wei yang termasuk jago tangguh di
pihaknya. Tetapi karena semenjak kepergian Pei ke barat beberapa bulan, tetapi
belum ada kabarnya. Terakhir dia mengizinkan Wei untuk pergi menyelidiki hal
ini. Tidak lama kemudian...
Pendekar-pendekar daratan tengah yang sakti ini telah merasakan hadirnya
beberapa orang. Dirasakan dari desiran perlahan tetapi pasti, mereka tahu
adanya 2 orang yang termasuk jago sedang mendekati kemah dengan gerakan
ringan tubuh yang hebat.
Adalah Yang Ying dan Sun Shulie-lah orang yang berjalan ke depan kemah.
Mereka berdua adalah orang yang girang mendapati "hawa" manusia yang bakal sampai itu. Sepertinya keduanya memang mengenal dengan baik orang yang
datang. Sekejap saja, mereka telah sampai di depan perkemahan. Begitu pula
diikuti oleh Yuan JieLung yang berada dibelakang mereka berdua.
Di dalam kemah, memang terdapat banyak juga pesilat dari Kaibang. Tetapi
mereka cukup heran karena tidak mendapati adanya orang yang datang. Melihat
ketua mereka beranjak ke depan, mereka semua mengikutinya.
Memang benar. Sekira 1/2 Li, mereka sudah mendapatkan 2 orang yang
berpakaian putih sedang beranjak mendekati.
Yang Ying dan Sun Shulie adalah kedua orang yang bergembira. Sebab yang
datang kemari tiada lain adalah gurunya sendiri, Dewa Lao.
"Guru!!!"
teriak mereka sambil berlutut di depan kemah besar.
Memang benar, dengan cepat orang ini telah mendarat.
Di sampingnya tiada lain adalah seorang wanita muda yang cantik.
Dewa Lao masih tetap memakai topeng di wajahnya.
Memang sungguh aneh adanya.
Yumei pernah menanyainya kenapa dia tidak membiarkan wajahnya terlihat
saja" Dan kenapa sejak dia menginjakkan kaki ke China daratan, dia terus saja
memakai topeng anehnya. Semuanya masih terasa misteri bagi setiap orang.
Dan tentunya Zhao Kuangyin dan Sun Shulie juga tidak pernah tahu mengapa
sang guru selalu saja memakai topengnya.
Tetapi orang tua ini tidak pernah menjawab pertanyaan Yumei yang sering di
ulang-ulangnya.
"Berdirilah murid-muridku..."
Keduanya langsung berdiri. Di wajah mereka tampak senyum girang tak
terkatakan. "Guru... Anda sudah balik dari Persia?"
tanya Zhao kuangyin segera kepadanya.
"Betul... Aku mengawal gadis kecil ini kemari?"
tutur Dewa Lao sambil menunjuk ke gadis kecil yang terlihat imut dan cantik.
Adalah keduanya kontan terkejut mendengar perkataan sang guru. Tidak
disangka guru mereka yang sebenarnya selalu bersikap nan dingin dan tidak
peduli banyak hal malah bisa mengawal gadis yang mungkin hanya berusia
belasan tahun. Disini tiada orang yang mengenali Yumei.
Zhao segera mengawasi dengan sorot mata penuh keheranan ketika melihat
Yumei. Seorang gadis kecil yang paling hanya berumur 20 tahun-an. Dan lantas
mengapa sang guru bisa mengawal gadis itu dari jauh-jauh ke utara Kota
Shandang" Zhao kuangyin memang pernah ke Tongyang - Wisma Oda, tetapi itu sudah
lewat 7 tahun yang lalu. Yumei yang dikenal saat itu baru saja menjelang remaja.
Tentu setelah melihat gadis kecil, dia tidak pernah tahu bahwa gadis kecil ini
tiada lain adalah adik terkecil dari adik angkat keduanya.
"Guru... Siapa gadis kecil ini?" tutur Sun Shulie yang juga tentu heran sekali
mendapatinya.Bagaimana mungkin gurunya dari jauh-jauh (Persia) kembali ke
daratan tengah karena hanya ingin membawa gadis kecil kemari. Pertanyaan
seperti inilah yang muncul di otak kedua-nya.
Tetapi ketika Sun Shulie tanpa sengaja menoleh ke arah pinggang gadis kecil,
dia terkejut luar biasa. Pinggang nona tergantung sebilah pedang dengan ukiran
huruf yang cukup kecil tetapi mentereng. Ukiran itu terlihat jelas sekali yaitu
"Pedang Hijau / Qin Kung".
"Pedang ksatria?" tutur Sun Shulie dengan wajah seakan tiada percaya.
Zhao kuangyin yang mendengar kata-kata Sun, kontan terkejut. Dia segera
melihat ke arah pinggang nona kecil. Lantas, segera dia bertanya dengan alis
yang berkerut. "Kamu Xia Yumei" Adik kecil dari adik angkat keduaku?"
Yumei lantas tersenyum. Dia memberi hormat dengan pelan sambil
menundukkan kepalanya.
"Betul... Dia adalah Xia Yumei. Pendekar Xia sendiri-lah yang memintaku untuk
mengawalnya selamat sampai disini." tutur Dewa Lao kepada kedua muridnya.
Semua orang di belakang Zhao segera tersenyum lega. Mendapati bahwa Xia
Jieji tidak mengapa-ngapa tentu membuat mereka semua bahagia. Sejak
kepergian Jieji dari kota Beiping 2 1/2 tahun yang lalu membuat mereka cukup


Pahlawan Dan Kaisar Karya Zhang Fu di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

cemas satu sama lainnya. "Tidak pulang-nya" Xia Jieji juga membuat mereka memperkirakan bahwa "Sang Pahlawan" telah tiada. Tetapi, sekarang
mendengar kata-kata Dewa Lao, mereka tentu senang sekali.
"Guru... Ada sesuatu hal yang ingin kutanyakan..."
tutur Zhao kuangyin kemudian sambil memberi hormat dalam.
"Yang ingin kau ketahui, sudah kuketahui sebelum sampainya diriku kemari. Kau ingin menanya keadaan pendekar Xia?"
tanya Dewa Lao.
Zhao lantas mengangguk pelan saja.
"Dalam beberapa bulan lagi. Xia Jieji sudah mengajak Huo Xiang untuk
bertarung hidup mati. Tepatnya di arah barat kota Lin Qi, hutan format 72 iblis."
Zhao menatap ke arah Sun sambil keheranan. Begitu pula Sun Shulie adanya.
Mereka tidak habis berpikir bagaimana Xia Jieji mengajaknya bertarung bukan
pada saat mereka bertemu, tetapi justru memintanya 1 tahun yang akan datang"
Dewa Lao segera beranjak untuk meninggalkan kemah besar. Dia berjalan ke
arah ujung pos yang tiada orang. Dewa Lao memang termasuk orang yang aneh,
sikapnya jarang sekali bisa ditebak siapapun. Dengan meninggalkan diri dari
perkemahan, kesemuanya merasa heran juga. Karena dia tidak berbicara
sepatah kata apapun sama sekali.
Zhao dan Sun yang melihat gurunya bertingkah cukup aneh. Tetapi keduanya
seperti bisa menebak isi hati sang guru.Menurut mereka, guru mereka sendiri
tidak ingin ada yang mendengar percakapan mereka kemudian.
Maka mereka memilih tempat yang cukup jauh dari kerumunan orang. Yang
mengikuti mereka adalah hanya Yumei.
Setelah sampai di tempat yang terasa kosong dan aman. Dewa Lao berbalik
kembali.Tetapi dia menanyai Yumei dan bukannya kedua muridnya itu.
"Kenapa kau juga mengikuti kami?"
"Apa yang tetua ingin bicarakan sudah kuketahui semuanya. Dan bukankah aku juga berada di sana saat itu" Lantas kenapa aku tidak boleh
mendengarkannya?" tutur Yumei sambil tersenyum kepadanya.
Zhao maupun Sun segera menggelengkan kepalanya. Keduanya menghela
nafas panjang mendengar jawaban Yumei yang pendek tetapi jelas sekali itu.
Keduanya tahu benar bahwa gadis kecil adalah orang nan pintar.
Tetapi Dewa Lao malah tertawa terbahak-bahak mendengar pernyataan Yumei.
Sebenarnya dia hanya ingin menguji gadis kecil ini dan membuktikannya kepada
kedua muridnya betapa pintarnya ia.
Dan dengan segera pula, Orang tua menceritakan jalan cerita bagaimana Xia
Jieji pertama sampai ke Persia. Bagaimana kondisinya pertama-tama saat dia
tidak mampu menggunakan tenaga dalamnya, bagaimana dia kemudian
tertangkap oleh Huo Thing-thing yang cukup mengenalnya. Dan terakhir
diceritakan bagaimana Yumei menyelamatkannya beserta Zeng Qianhao.
Sampai terakhir bagaimana Zeng wafat dan pertarungan antara Xia Jieji dan Huo
Xiang di hutan Lin Qi, format 72 iblis - Persia barat.
Mereka mendengarkannya sambil sesekali terdengar helaan nafas panjang.
Seakan tidak percaya kesemuanya.
Lantas kembali Zhao Kuangyin menanyai gurunya.
"Adik ipar kedua kabarnya sudah meninggalkan Tongyang 2 tahun yang lalu.
Dan sampai sekarang..."
Sebelum diselesaikan kata-katanya, Dewa Lao hanya mengangkat sebelah
tangannya. Zhao segera mengerti maksud gurunya begitu pula Sun.
Yumei yang mengetahui bahwa kakak ipar kelimanya tidak ada kabarnya kontan
cemas luar biasa. Dia segera melihat ke arah Dewa Lao.
"Apa yang terjadi dengan Wu Shao(kakak ipar kelima)?"
Dewa Lao hanya melihatnya beberapa saat. Kemudian dia menjawab.
"Dia tidak apa-apa. Bahkan sangat baik sekali..."
Tetapi Yumei mana mau percaya kata-kata demikian. Dia sepertinya langsung
penasaran sekali. Dia tahu bahwa Dewa Lao pasti bisa memberikan jawaban
yang puas. Lantas dengan semangat dan hati berdebar-debar dia kembali
menanyainya. Zhao merasa tidak enak hati. Dia-lah yang menanyakan hal ini terlebih dahulu.
Sekilas, Zhao terlihat serba salah.
Tetapi Dewa Lao tahu apa yang dipikirkan muridnya. Lantas dia segera berkata.
"Malam ini...
Aku akan menunjukkannya..."
tutur Dewa Lao sambil menghela nafas.
Sementara itu, Yumei terlihat girang. Dia tahu bahwa tetua ini pasti punya cara untuk menenangkan hatinya. Lantas dia terlihat senyum-senyum sendiri saja.
Lantas, Zhao meminta pamit bersama Sun Shulie. Keduanya segera
mengabarkan bahwa tanda perkabungan bagi partai Kaybang. Kesemua murid
terlebih lagi Yuan Jielung seakan tidak percaya. Tidak disangka oleh mereka
bahwa Pei yang melemah akibat hilangnya tenaga dalam, malah tewas kemudian
karena tidak tahan akan siksaan kejam yang berlangsung selama 7 bulan oleh
Huo Thing-thing. Kesemuanya ingin balas dendam terhadap partai bunga senja.
"Ketua!!! Balaskanlah dendam tetua Zeng..."
teriak seorang pemuda yang dipanggil tetua Wu. Dia menangis sambil berlutut
mengerung-ngerung.
Sedangkan Yuan Jielung hanya terlihat berlutut ke arah barat. Dia menyembah
beberapa kali. Dengan air mata berlinang, kemudian dia berkata.
"Tugas negara jauh lebih penting dari segalanya. Jika kita ramai-ramai ke Persia guna membalas dendam. Apa guru bisa tenang di alam baka sana..."
Beberapa tetua dan pendekar kaibang yang melihat ketua mereka sedang
berlutut menyembah. Semuanya juga mengikuti dengan gaya yang hikhmad. Dari
pipi setiap pendekar Kaibang telah turun air mata dan isakan tangis terdengar di seluruh perkemahan.
"Kita hanya bisa berharap pendekar besar Xia membalaskan dendam guru. Oleh karena itu, sungguh kuminta para tetua jangan mengungkit tentang balas
dendam terlebih dahulu, sebab bagaimanapun kita tidak bisa meninggalkan
tempat ini sesuka hati kita... Tugas negara bagai gunung tinggi yang menimpa di bahu kita sebagai seorang lelaki sejati."
tutur Yuan dengan suara yang tegas.
Para tetua Kaibang dan murid-murid kaibang meski menangis mereka
mengiyakannya dengan suara keras. Dilihat dari sini, keputusan ketua dari
Kaibang sungguh sangatlah bijaksana.
Zhao yang mendengar kata-kata Yuan, langsung memberi hormat sangat dalam
kepadanya. Zhao sangat mengagumi keputusan yang bukan berdasarkan emosi
sesaat dari ketua Kaibang, Yuan Jielung. Oleh karena itu, Zhao merasa sungguh
sangat menghormatinya sejak saat itu.
Malamnya... Rembulan tidak begitu bersinar terang. Tetapi digantikan cukup banyak bintang.
Hanya sekitar 2 li dari tempat pos penjagaan. Sudah berdiri 4 orang pria dan
seorang wanita. Angin malam di tanah lapang yang cukup luas benar terasa
dinginnya. Tiada lain adalah Dewa Lao, Zhao Kuangyin, Sun Shulie, Yuan
Jielung dan Xia Yumei berlima sedang menegakkan kepalanya ke arah barat.
Kesemuanya sedang melihat ke atas untuk mengamati bintang-bintang yang
cukup banyak terlihat berkelap-kelip.
Dewa Lao segera menunjuk ke arah bintang yang bersinar terang di sebelah
langit bagian barat. Sesegera, kesemuanya mengamati ke jari-nya.
"Amatilah bintang itu seperti kamu mengamati mata lawan ketika akan
bertarung." tutur Dewa Lao kepada keseluruhan orang di sana.
Kesemua orang juga melakukan hal yang sama dengan melihat ke bintang yang
ditunjuk. Tidak berapa lama...
Yumei seperti berteriak. Dia melihat bintang seakan memancarkan sinar
keemasan di sampingnya. Samar-samar dia merasakan hawa yang cukup
membuatnya tenang dan bersemangat.
"Dapat!!!"
Dewa Lao kontan tertawa mendengar teriakannya.
"Tetapi...."
Yumei yang mendengar sebuah kata pendek "tetapi" , segera mengerutkan alisnya memandang ke arah Dewa Lao.
"Tetapi apa?"?"
tanyanya dengan heran.
"Itu adalah bintang kakak ipar kelimamu...."
tutur Dewa Lao sambil mengamat ke arah nona kecil.
"Itu bintang kakak ipar kelima" Lantas dimana kakak kelimaku?"
tanyanya dengan cukup penasaran.
Dewa Lao tertawa keras. Lantas dia berkata.
"Baik... Baik..."
Zhao, Sun dan Yuan penasaran juga. Mereka melihat ke arah bintang yang
lumayan jauh dari bintang-nya Yunying. Mereka semua mendapati di sana
terdapat 3 bintang yang berkelap kelip. Tetapi setelah diamati, kesemua orang ini heran. 3 Bintang memang berkelap kelip besar, tetapi yang satunya seperti
mengandung hawa ungu yang membuat mereka seakan merasa "gelap" dan
merinding setelah mengamatinya dengan serius.
"Itu adalah bintang iblis dan di sebelahnya, bintang Huo Xiang. Dan yang agak di ujung adalah bintangnya Ketua partai Jiu Qi."
tutur Dewa Lao.
"Bintang iblis?"?""
Kesemuanya seakan tidak percaya.
"Yue Liangxu benar masih hidup" Dan dia ada di sebelah barat Persia?" tanya Zhao yang seakan tersambar geledek.
Dewa Lao tidak menjawabnya. Dia hanya diam sambil menegakkan kepalanya.
Sepertinya dia tidak berniat menjawab pertanyaan dari muridnya. Dia terlihat
menghela nafas panjang sambil sesekali membetulkan letak topeng di wajah.
Sementara itu, Yumei sepertinya tidak begitu peduli akan "bintang Iblis". Dia penasaran ingin menanyai Dewa Lao sesungguhnya dimana bintang kakak
kelimanya. Dewa Lao sudah tahu bahwa si nona sedang mengamati wajahnya
cukup lama, tetapi gadis kecil tidak berani memotong perkataan Zhao kuangyin.
"Kamu tidak usah takut..." tutur Dewa Lao yang seakan mengancangkan jarinya ke bintang Yunying. Setelah tidak lama, dia membaca mantera.
Hebatnya... Sepertinya dari samping bintang Yunying telah muncul sebuah bintang lainnya.
Bintang itu sepertinya "bersembunyi" di belakang bintang-nya Yunying yang berwarna keemasan. Bintang yang ditunjuk itu juga memancarkan sinar emas
dan telah terlihat berkobar indah sekali.
"Itu!!!"
teriak Yunying dengan girang.
"Bintang pahlawan kakak kelimamu tidak gampang dilihat dengan mata kosong.
Oleh karena itu aku membaca mantera dengan Ilmu pembuyar langit. Tetapi
hanya sebentar saja "dia" terlihat."
tutur Dewa Lao.
Yumei tersenyum girang sekali. Dia tidak menyangka orang tua ini ternyata benar menepati janjinya.
"Jadi benar bahwa adik kedua bersama dengan adik ipar?"
tanya Zhao yang cukup heran ke arah gurunya.
Dewa Lao hanya mengangguk perlahan. Sesaat, dia berpaling ke arah Yuan
Jielung. Yuan yang melihat Dewa Lao melihatnya, dia memberi hormat pelan.
"Zeng Qianhao meski sudah wafat. Tetapi dia meninggalkan sesuatu untukmu..."
tutur Dewa Lao sambil melihat ke arah Yumei.
Yumei segera mengerti. Dia merogoh kantong bajunya sesegera. Lantas terlihat
sebuah benda yang berupa kain putih. Dia angsurkan benda ini ke Yuan Jielung.
Yuan heran mendapati gadis kecil sedang memberikan sesuatu kepadanya.
Tetapi dengan hormat dan kedua telapak, dia menerima benda itu.
"Di dalam kain tertulis ilmu penyempurnaan jurus ke 18 dari telapak 18 naga mendekam. Xia Jieji sudah menitip ini jauh hari kepada Yumei. Kamu pelajarilah
dengan betul, dan mengenai tugasmu yang berat sepertinya perlu waktu
beberapa tahun lagi..."
tutur Dewa Lao kepadanya.
Mereka semua tentu heran. Kata-kata Dewa Lao yang sungguh mengherankan
adalah "beberapa tahun lagi". Tetapi kesemuanya memang tidak berani
menanyainya. Terakhir Yuan mengangguk pelan saja. Dia menyampaikan terima kasih
sebesar-besarnya ke arah Dewa Lao.
Dewa Lao langsung saja berjalan menjauh.
Yumei yang melihatnya bertingkah aneh lagi sekali, lantas meneriakinya.
"Tetua... Kamu hendak kemana?""
Dewa Lao tidak berbalik. Dia berjalan tetap tanpa bersuara. Dan anehnya,
dengan sekali gerakan berlari orang belum sempat melihat dirinya. Lantas sudah
menghilang ditelan gelapnya malam.
Mengenai tindakan aneh Dewa Lao memang sudah tidak diherankan oleh Zhao
maupun Sun Shulie. Tetapi disini Yuan dan Yumei yang melihatnya tentu
berkerut alis keheranan saja.
"Sungguh benar Ilmu Dewa Lao tiada tandingan lagi. Dia bisa pergi dan datang sesuka hatinya...." tutur Yuan Jielung sambil menghela nafas mengamat ke
depan. Sun Shulie segera melihat ke arah Yumei. Dia berkerut alis dan terlihat
keasyikan memandang gadis kecil yang cantik ini.
Yumei tentu tahu bahwa dia sedang dipandangi dengan cara "khusus". Tetapi, dia juga tahu mengapa Sun memandangnya dengan cara begituan. Lantas dia
sengaja berjalan ke arah lain dan bukan pulang ke kemah.
Zhao heran mendapati Yumei berjalan sendiri dan terlihat aneh.
Tetapi Sun Shulie dengan wajah tersenyum segera mengangguk pelan
kepadanya. Sesaat, Zhao terlihat mengerti maksudnya.
Sun segera mengikuti Yumei. Dia ingin menanyainya cukup banyak hal tentang
keadaan di Persia. Adalah Yumei sudah tahu maksud dari Sun sendiri, dia tahu
setidaknya pria ini pasti ingin menanyainya tentang keadaan "isterinya" itu.
Dengan wajah tersenyum geli, Yumei berjalan pelan ke arah sebuah pohon.
Setelah dirinya sampai, dia segera berpaling.
"Kakak ingin menanyaiku keadaan isteri kakak yang disana bukan?"
Sun terkejut mendengar ujaran Yumei. Tetapi dia masih bisa menenangkan
hatinya. Yumei lantas berubah serius. Dia berkata kembali.
"Aku boleh menanyai kakak duluan?"
Sun terlihat mengangguk pelan. Di wajahnya terlihat penyesalan yang cukup
dalam. Sinar matanya terlihat sayu kemudian. Mungkin dia mengerti apa hal yang
ingin ditanyanya.
"Apa benar bahwa kakak memperisterinya" Bagaimana bisa?"?"
tanya Yumei dengan nada yang agak kesal dan terlihat cukup marah.
Sun Shulie terlihat menggelengkan kepalanya. Beberapa saat, sepertinya dia
memikirkan sesuatu hal. Dengan kepala yang menunduk melihat ke tanah, dia
berusaha menjawab nona kecil.
"Dahulu...
Aku melakukan sebuah kesalahan fatal...."
Yumei terkejut mendengar kata-katanya. Apa mungkin memperisteri Huo
Thing-thing adalah hal yang benar salah" Begitulah dia berpikir. Tetapi ketika
memikirkan keganasan gadis cantik, dia merasa apa yang disesalkan Sun
mungkin cukup masuk akal.
"Dia telah menipuku dan guru. Baik Huo Xiang maupun Huo Thing-thing
keduanya adalah orang yang benar membuatku insyaf."
Mendengar tuturan Sun Shulie. Yumei segera mengangguk perlahan. Dia
sepertinya mendapat sedikit ilham dari kata-kata Sun.
"Pasti karena ilmu silat atau perdamaian yang tidak masuk akal terasa terakhir.
Bukan begitu?" Tanya Yumei sambil menebak-nebak.
Sun Shulie terkejut. Dia tidak menyangka benar ada seorang wanita kecil yang
secerdas demikian. Apa yang dipikirkannya benar telah diucapkan oleh Yumei, si
gadis cilik nan pintar ini.
Lalu, sambil menghela nafas kembali. Sun mengamat ke arah langit. Dia berkata.
"Dahulu...
Xia Jieji mempunyai isteri pertama yang sangat cerdas luar biasa, Yuan Xufen.
Setelah dipikir-pikir, mungkin kamu-lah orang yang setara kepandaiannya
dengannya."
Yumei tersenyum manis mendengar pernyataannya. Tetapi mendengar tentang
Yuan Xufen, terlihat kemudian matanya sayu. Dia menghela nafas yang panjang.
Bagaimanapun Yumei tentu sudah tidak mengingat Xufen lagi, sebab ketika itu
dia masih sangat kecil. Dan perjumpaan dengan Xufen tidaklah benar banyak,
tetapi ketika dewasa dan bisa memahami masalah. Dia merasa sedih juga kalau
kakak kelimanya kehilangan orang yang sangat dicintainya.
Tetapi, sekarang Yumei sudah bisa lega sebab "Tuhan" ternyata
menganugerahkan kakak kelimanya seorang wanita yang baik juga tiada lain
tentu adalah Wu Yunying yang juga mempunyai hubungan darah dengan Yuan
Xufen. "Apa benar bahwa kakak Sun pernah menikahi Huo Thing-thing?" tanya Yumei kemudian.
Sun tidak menganggukkan kepalanya. Dia menjawab pelan.
"Dahulu, Huo Thing-thing tidak sama dengan yang sekarang. Huo Thing-thing
sebenarnya bukanlah orang dari partai bunga senja awalnya."
Yumei terkejut mendengar pernyataan Sun yang terasa aneh. Lantas dengan
berani dia bertanya kembali.
"Apa benar dahulu gadis itu tidaklah tinggal bersama ayahnya?"
Sun mengangguk pelan. Dia melanjutkan ceritanya.
"Huo Thing-thing adalah orang dari partai Jiu Qi pada awalnya."
"Jiu Qi/ Sembilan keanehan?"
Yumei betul tidak tahu adanya partai ini. Dia tentu heran mendengarnya.
"Partai Jiu Qi adalah sebuah partai yang sungguh misterius. Pusatnya adalah di India atau Tibet. Tidak ada orang yang sesungguhnya tahu. Pertama saat aku
menjumpai Huo Thing-thing, sifatnya juga tidak seperti begituan."
jawab Sun Shulie.
Yumei mengangguk pelan saja. Dia menatap serius ke arah Sun Shulie
menunggunya melanjutkan cerita kisah cintanya itu.
"Dulu, dari bayi sampai usianya ke 17 dia berada di partai Jiu Qi. Tetapi saat usianya yang ke 17, Huo Xiang memintanya pulang untuk membantunya. Saat
itulah sifatnya total berubah." tutur Sun Shulie.


Pahlawan Dan Kaisar Karya Zhang Fu di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Dia berubah" Jadi dahulu dia adalah wanita yang lembut dan tidaklah seperti demikian?" Tanya Yumei dengan penasaran kepadanya.
"Betul... Aku mengenalnya karena dulu guru memintaku ke partai Jiu Qi. Disana aku
pernah berlatih silat sederhana mereka selama setahun lebih...." tutur Sun.
Yumei yang mendengarnya tentu terlihat bersemangat. Bagaimanapun dia
adalah seorang gadis kecil. Tentang masalah seperti demikian tentu
membuatnya semangat mendengarnya dan benar ingin mengetahuinya. Lantas
dengan berani dia menanyai Sun.
"Jadi kakak Sun jatuh cinta kepadanya waktu lawatan kakak kesana?"
Sun Shulie mengangguk. Dari wajahnya sepertinya terlihat sikap malu-malunya.
Tetapi bagaimanapun, dia tetap memberanikan dirinya.
"Benar... Aku jatuh cinta kepadanya. Dia sering mengajakku bercerita banyak. Apapun
yang dibicarakan bukanlah silat, meski dia termasuk orang yang cukup jago
kungfu disana. Dalam setahun, aku dan dia telah berjanji mengikat hubungan cinta lebih dalam.
Tetapi...."
Terdengar dengan segera suara helaan nafas Sun. Dia segera menatap ke
langit. Yumei terlihat berpikir. Dia berpikir seakan dirinya adalah Sun dan Thing-thing.
Dia berpikir bagaimana Sun bisa menyesal terakhir, tetapi Yumei tahu benar
bahwa sisa cinta di dalam hatinya tidaklah terhapus sama sekali.
"Huo Xiang benar membawanya ke partai bunga senja. Dan dalam setahun
kemudian kita tetap saja membina hubungan baik seperti saat berada di partai
Jiu Qi. Saat itu, aku merasa cukup siap untuk melamarnya. Aku meminta guru
sebagai orang penengah untuk bersamaku pergi ke partai Bunga senja. Dan
diluar dugaan, guru menyanggupi permintaanku. Dia berkata bahwa jika saja ada
ikatan keluarga antara kedua partai, maka sepertinya kedua partai bakal hidup
damai kembali...."
Dari sini, Yumei sudah mengetahui hampir keseluruhan hal yang tersembunyi di
belakang. Lantas saja, dia menanyai Sun Shulie.
"Jadi benar....
Setelah Huo Thing-thing pulang ke partai bunga senja, dia telah terobsesi.
Cintanya.... Cintanya...."
Gadis kecil sepertinya tidak berani berbicara lebih lanjut. Tetapi Sun segera
memberikan pernyataannya.
"Ternyata perkawinan yang akan berlangsung beberapa bulan lagi hanya
rekayasa Huo Xiang. Aku memang sempat bersembahyang menyembah langit
dan bumi dengannya. Tetapi dengan cara licik, Huo Thing-thing mencuri kitab
10.000 langkah Dewa." tutur Sun dengan sangat menyesal.
Yumei memang merasa sangat heran mendengar pernyataan terakhir dari Sun
Shulie. Lantas dengan segera, dia menanyainya.
"Benarkah" Tetapi...
Tetapi sepertinya baik Huo Xiang maupun puterinya. Tidak ada satupun yang
menguasainya."
Sun terlihat tersenyum kepada Yumei. Kemudian dia berkata.
"Untung saja...
Untung saja buku itu dicuri oleh pencuri ulung no. 1."
"Pencuri ulung no. 1" Dengan begitu berarti dia mengembalikan kepadamu?"
tanya Yumei yang heran.
"Tidak.. Dia mengembalikan buku kepada guru. Saat itu, aku merasa sangat malu sekali
kepada guru. Lantas aku beranjak pergi dan tinggal cukup lama di arah timur
hutan Lin Qi." tutur Sun.
"Oh.... Rupanya begitu..." tutur Yumei sambil tersenyum kepadanya.
"Benar... Setelah 2 bulan aku meninggalkan Partai Surga menari. Guru akhirnya
mencariku, dia memintaku terus tinggal disana saja untuk mengamati sinar
emas. Jika suatu hari sudah kedapatan "sinar emas", maka aku diminta pergi ke daratan tengah." jelas Sun.
Sekarang Yumei sudah mengerti kesemuanya. Lantas dia berkata.
"Apa kakak Sun ingin menanyaiku. Apakah kakak kelima akan membahayakan
Huo Thing-thing?"
Sun terlihat tersenyum manis kepadanya. Dia mengangguk perlahan.
"Tidak akan...
Tenang saja kak Sun.. Kakak kelima tahu benar bahwa dia adalah isterinya
kakak Sun. Tentu kakak kelima tidak akan menyulitkannya sama sekali..."
Mendengar pernyataan Yumei, sesaat Sun Shulie tersenyum manis. Dia
mengangguk perlahan saja.
*** India, Kuil Jetavana...
Sudah 6 hari berlalu sejak Xia Jieji berusaha meneliti jurus 18 telapak naga
mendekam. Jieji selalu diam saja saat dia meneliti kesemua jurus itu. Dan tidak pernah dia peragakan sekalipun. Dia mengingat semua gerakan yang cukup
rumit itu satu persatu.
Tetapi dalam 6 hari ini. Jieji tidak pernah terlihat mempercepat latihannya. Dia bahkan cukup santai di saat hari-hari latihannya. Dia juga makan tepat pada
waktunya, tidur juga begitu. Sesekali terlihat dia istirahat seperti biasa.
Yunying yang menemaninya memang cukup penasaran juga. Ingin sekali dia
menanyai perkembangan jurus yang dilatih. Tetapi melihat dia cukup santai,
maka dia merasa suaminya yang nan cerdas dan punya perhitungan luar biasa
hebat tentu mempunyai cara yang lebih bagus daripada dirinya.
Adalah di suatu siang.
Jieji tetap dalam kondisi meditasi saja. Dia dengan tenang mengingat jurus
pertama, kedua dan seterusnya. Tidak pernah dia melewatkan bagaimana
gerakan keseluruhan dari setiap jurus. Dia ingin menyisipkan satu persatu dari
gerakan langkah, format, kecepatan dan perubahan itu.
Ketika dirinya sudah benar berkonsentrasi penuh. Dia merasakan hadirnya
beberapa orang yang mendekati kuil. Dari jauh saja, dia sudah tahu orang-orang
yang datang bergerak cukup lambat dengan langkah perlahan tetapi mantap. Ini
adalah langkah para pesilat unggul.
Dengan segera dia membuka kedua matanya. Lantas berdiri.
Tetapi dia sudah melihat wanita bertopeng telah siaga dan menatap keluar. Dia
langsung beranjak mendekati wanita bertopeng. Di dekat telinganya dia berbisik
sangat pelan. "Ini bukanlah orang yang menguasai tapak buddha Rulai yang datang
membalaskan dendam. Tetapi langkah ini terasa lebih ringan, dengan begitu
kemampuan mereka jelas masih di bawah orang partai Jiu Qi." tutur Jieji dengan suara yang sangat pelan nyaris tidak terdengar.
Yunying segera berbalik dengan perlahan. Dia terlihat mengangguk perlahan
saja. Tetapi dengan lantas, dia berjalan ke depan. Jieji ingin mencegahnya, tetapi tidak keburu. Lantas dengan langkah yang sama, dia beranjak mengikuti wanita
bertopeng untuk menuju ke depan.
BAB CXVI : Pencuri Ulung Beraksi
Dengan langkah yang tenang dan gemulai, wanita bertopeng segera mendekati
arah "hawa" yang datang. Adalah sekitar 1 li lebih, wanita bertopeng telah berdiri di samping bukit kuil. Bersamaan itu, di kuti oleh Jieji dari belakang.
Dari atas bukit telah terlihat cukup banyak orang yang sedang berjalan pelan saja sambil mengawasi sekeliling dengan hati-hati. Orang-orang adalah berpakaian
pemburu, wajah mereka pun terlihat merah jambu sedang mata mereka sipit
sekali. Disini telah terdapat 30 orang lebih dan masing-masing terlihat membawa busur sebuah yang digantungkan ke punggung.
Jieji kembali berbisik kepada wanita bertopeng.
"Kamu mengenal mereka semua?"
Jieji merasa jika bukan lawan, maka kemungkinan adalah kawan dari wanita
bertopeng ini. Lantas dia mengajukan pertanyaan tersebut.
Wanita bertopeng alias Yunying terlihat menggoyangkan kepalanya tanda
mengangguk dua kali.
Adalah ketika beberapa orang dari pemburu sempat melihat ke atas. Mereka
mengenali dengan segera orang yang sedang berdiri melihat ke bawah.
Lantas dengan seperti kegirangan, mereka segera menaiki bukit yang tidak
curam itu. Dan sekira telah terpaut 20 kaki dengan Yunying, kesemuanya
berlutut. Wanita bertopeng ini hanya menggerakkan tangan meminta mereka berdiri.
Para pemburu tidak pernah tahu bahwa wanita bertopeng adalah "orang bisu".
Lantas Jieji yang menuturkan kata-katanya.
"Kalian semua berdirilah..."
Adalah salah satu pemburu yang berada di tengah, tubuhnya terlihat kokoh dan
tinggi besar. Dengan segera, dia berdiri dan berjalan pelan ke depan. Dia
memberi hormat dengan teramat mendalam.
"Terima kasih pendekar besar..."
Yunying hanya terlihat menganggukkan kepalanya pelan saja. Tetapi Jieji tidak
mengerti maksudnya. Lantas dia bertanya.
"Apa pendekar wanita ini pernah menolong anda sekalian?"
Pemuda di tengah tadi segera memberi hormat kepada Jieji. Dia bertutur.
"Hal ini sudah terjadi sekitar setengah tahun yang lalu. Pendekar wanita ini menolong kita-kita semua dari keroyokan orang-orang partai Jiu Qi. Hampir saja
desa kita lenyap, dan untung sekali ada pendekar wanita yang menolong."
Yunying hanya menggelengkan kepalanya pelan saja. Dia tidak bisa bersuara
sama sekali. Maka daripada itu, dia juga merasa kikuk. Tetapi disini, Jieji
memang membantunya.
"Lantas mengapa anda kesemua datang kemari?"
"Itu disebabkan karena desa kita sudah kita pindahkan semenjak adanya
perampokan partai Jiu Qi. Kita sudah tinggal di India utara beberapa bulan lalu.
Dan ketika mendengar bahwa partai Jiu Qi ingin balas dendam, maka dalam 3
bulan kita sudah mencari berkeliling untuk memberi informasi kepada pendekar
wanita." tutur pemburu itu.
Yunying terlihat menganggukkan kepalanya pelan. Sedangkan Jieji berterima
kasih kepada para pemburu itu. Dia meminta mereka kesemuanya hati-hati
benar dalam perjalanan pulang mereka.
Dengan berterima kasih secara dalam sekali lagi, kesemua pemburu segera
meninggalkan halaman bukit Kuil Jetavana.
Tidak lama kemudian, Jieji memberi komentar kepada wanita bertopeng.
"Sepertinya kita tidak bisa tinggal lama lagi disini."
Yunying yang berpaling menghadapnya segera mengangkat kedua bahunya,
tanda bahwa dia tidak mengerti.
Sambil tersenyum, Jieji menjawabnya.
"Kamu tahu mengapa dalam 4 bulan terakhir sepertinya tidak ada orang partai Jiu Qi yang datang menuntut balas kepadamu?"
Tentu ini pertanyaan tidak pernah diketahui oleh Yunying. Lantas dia terlihat
menggelengkan kepalanya.
"Ketua partai Jiu Qi mungkin sekarang adalah orang yang paling menginginkan nyawamu. Tetapi berbekal dia sendiri, mungkin sepertinya dia merasa kurang
kuat. Dia sedang menyusun kekuatan untuk kemudian menyerang kita berdua.
Hal ini baru kusadari saat bertemu dengan pemburu tadinya yang diselamatkan
olehmu." jelas Jieji kepadanya.
Yunying terlihat ingin menulis. Tetapi sebelum sempat dia mencari kayu. Dia
kemudian dipotong oleh kata-kata Jieji.
"Adalah Huo Xiang mungkin orang yang mengincar diriku. Sungguh mustahil dia yang mempunyai banyak anak buah tidak tahu kalau kita berdua tinggal disini.
Oleh karena itu, lebih bagus kita tinggalkan saja tempat ini. Bagaimana?"
Yunying yang mendengar penjelasan Jieji, merasa cukup masuk akal juga. Huo
Xiang pertama-tama tentu tidak tahu bahwa energi Jieji terkikis saat bertarung
melawannya. Oleh karena itu, tentunya dia merasa masih keder mendapati
kemampuan sesungguhnya Xia Jieji. Dia tidak pernah mencari urusan
dengannya disebabkan karena dirinya yang merasa mungkin belum sanggup
mengalahkan Xia Jieji yang sesungguhnya kemampuannya jauh sekali di
bawahnya sekarang.
Karena keputusan Xia Jieji, maka wanita bertopeng juga membenarkan keadaan
mereka berdua. Yunying merasa bukan karena dia tidak sanggup menghadapi
lawannya yang banyak. Tetapi jika Kuil Jetavana nantinya bakal ada gangguan,
tentu ini membuat Jieji susah melanjutkan latihan jurus-jurusnya.
Dengan alasan ini, keduanya langsung segera bersiap-siap untuk "pindah".
Anlu... Daerah tengah Persia...
Sudah sebulan lewat semenjak Jieji dan Yunying meninggalkan Jetavana.
Keduanya memilih daerah tengah karena sepertinya daerah ini memang paling
bagus untuk "bersembunyi" sementara. Huo memang mempunyai cukup banyak anak buah disini. Oleh karena itu, Jieji meminta kepada wanita bertopeng untuk
menyamar ke samaran yang lain. Akhirnya Yunying memutuskan untuk memakai
kerudung seperti layaknya orang Persia kebanyakan yang menganut muslim.
Yunying tidak pernah keberatan, meski pakaiannya yang baru ini memang
kelihatan bola matanya. Sedangkan Jieji memilih memakai baju khas Persia
untuk pakaian prianya dan memakai kumis serta jenggot palsu. Dia merasa hal
demikian sedikit banyak mampu mengelabui orang-orang partai bunga senja
sesementara waktu.
Keduanya tinggal di sebuah penginapan kecil.
Adalah di suatu pagi...
Jieji mengajak Yunying keluar untuk menikmati suasana pagi di sana. Latihan
jurus yang berkelanjutan membuat dirinya kadang tidak betah juga karena
pemikirannya otomatis akan terasa kusut cukup lama.
Ketika keduanya berjalan ke sudut kota Selatan. Seperti hari-hari sebelumnya.
Disana masih terdengar seseorang pria muda yang berteriak mengagungkan
"pahlawan dari selatan".
"Yue Liangxu sama sekali tidak tahu......" begitulah tuturan yang mirip persis dengan tuturannya yang terdengar beberapa bulan lalu. Tetapi saking pandainya
orang ini bercerita. Penduduk disana tiap hari juga meramaikan suasana. Dan
bahkan setelah cerita bagian ini selesai. Kembali pemuda belia berkisah tentang kisah detektifnya "Pahlawan Selatan". Beberapa hal disini tentu ditambahkannya dengan karangan sendiri. Tetapi hebatnya, kesemuanya mendengar dengan
sambil duduk dan serius.
Jieji memang sempat mendengarnya beberapa saat. Tetapi karena dirinya
merasa geli, dia beranjak dari tempat dimana pemuda belia itu berada.
Di samping tempat orang muda ini membual. Jieji tertarik sekali melihat toko
yang menjual lukisan. Sebuah toko yang cukup besar dan terlihat bersih dan asri mengundang dirinya seakan ingin memasukinya.
Sebenarnya Jieji adalah termasuk seorang sastrawan yang sangat mengagumi
karya-karya besar orang zaman dahulu. Melihat bahwa toko ini menjual cukup
banyak lukisan. Maka dengan segera, dia mengajak Yunying untuk masuk
menilik toko. Disini terlihat seorang yang cukup tua yang kelihatan adalah penjaga toko. Dia
menyambut kedatangan kedua pembelinya dengan cukup ramah.
Jieji menilik setiap lukisan gambar ataupun kaligrafi dengan cermat. Semuanya
rata-rata adalah kaligrafi maupun lukisan yang cukup terkenal.
Dan adalah ketika dia masuk ke bagian dalam toko tempat penjualan kaligrafi
mahal. Dia segera terkejut luar biasa.
Di samping sebuah kaligrafi cantik karya Tang Tefu, dia menemukan sebuah
tulisan yang membuatnya cukup merinding setelah membacanya.
"Membalas dendam tiada tujuan
Kehidupan pahit menari bersamaku
Meninjau seluruh pelosok mencari keadilan
Dahan pohon Sakura kuamati 4 musim
Menyalahkan segala manusia di dunia
Ternyata diri sendiri penyebab segala dunia berputar
10 Tahun tiada akhir yang berkelanjutan......"
Adalah puisi ini yang membuatnya sungguh terpaku sekali mendapatinya. Sebab
puisi ini adalah tiada lain puisi yang dibuatnya sendiri. Dan puisi ini-lah yang dituliskannya di papan peringatan makam isteri tercintanya.
(Arti puisi di atas adalah bahwa dirinya mencari pembalasan dendam untuk isteri tercintanya dengan mencari arti dari "pemusnah raga" selama 10 tahun lebih.
Yang terakhir dicarinya sampai kemanapun, hasilnya sia-sia sekali. Sebab yang
menyebabkan Xufen meninggal tiada lain adalah dirinya sendiri)
Ternyata disini bukan saja Jieji yang keheranan dan merasa sungguh aneh.
Tetapi Yunying juga merasa sangat janggal sekali. Setelah benar membacanya,
dia merasa kaligrafi di sini sungguh sangat mirip dengan tulisan tangan Xia Jieji.
Hanya Xia Jieji-lah orang yang tahu benar bahwa ini tulisan bukanlah tulisan
akibat goresan kuas dari tangannya.
Sesaat, kemudian Jieji memandang ke sebelah kiri. Ternyata disini juga ada
sebuah kaligrafi. Kaligrafi disini sungguh membuatnya terkejut sekali lagi. Dia kembali heran luar biasa. Kakinya terasa gemetaran dan bahkan kedua
tangannya merasa seperti tidak kuat membaca tulisan demi tulisan yang
digoreskan. Beginilah bunyinya :
"Meniti sebuah jembatan...
Kehidupan surga duniawi tanpa tanding
Angan-angan tertembus belasan tahun
Air mata terbagi seperti aliran sungai
Mendapatkan awan putih bersinar keberuntungan
Hanya sekali berharap tiada penyesalan...."
Ini adalah puisi karangannya sendiri juga. Adalah puisi ini dikarangnya ketika dia berada di Tongyang. Saat dia memulai kehidupan baru dengan isteri keduanya.
Meski puisi ini beberapa kali dilafalkan lewat mulutnya. Tetapi yang pernah
mendengarnya di dunia tiada lain hanya seorang saja, yaitu isteri keduanya Wu
Yunying. (Puisi inilah yang membuatnya berusaha untuk memulai hidup baru dengan
Yunying dan memutuskan mencintai Yunying secara penuh tanpa penyesalan
terhadap keadaan belasan tahun silamnya. Di puisi ini tertulis nama "Yun"(awan) dan "Ying"(beruntung) adalah namanya Yunying. Sedangkan air mata
terbagi(fen-> kata terakhir dari "Xufen") adalah maksudnya cintanya sudah terbagi ke Yunying).
Tetapi disini sudah terasa hal yang sangat janggal sekali baginya. Dia merasa
apakah Yunying-lah yang sengaja membuat puisi ini. Dan anehnya malah dijual
ke toko lukisan terkenal di Persia.


Pahlawan Dan Kaisar Karya Zhang Fu di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Yunying yang berada disini adalah orang yang paling terkejut mendapatinya. Dia
seakan tidak mampu berbicara dan berkeringat dingin sekali. Dia merasa sedang
"difitnah" besar-besaran oleh seseorang yang sama sekali tidak dikenalnya mungkin. Entah apa tujuan dari orang ini, yang jelas tentunya tidak baik.
Jieji yang terpaku demikian lama, sempat berpikir beberapa saat. Dia segera
menuju ke arah pak tua. Kemudian dia menanyainya.
"2 Kaligrafi ini sebenarnya siapa yang menulisnya?"
Pak tua memandang sesaat ke arah yang ditunjuk Jieji, dia lantas memberi
jawaban. "Adalah seorang wanita yang cantik luar biasa di kolong langit yang datang menjualnya."
Terkejut dan heran Jieji semakin menjadi. Dia merasa apakah demikianlah
caranya Yunying mencari dirinya" Atau mungkin Yunying merasa ingin
membalas dendam kepadanya"
Sesaat, wajah Jieji terlihat memerah.
Tetapi membuat dan menjual puisi di papan peringatan Xufen memang sangat
keterlaluan dan membuatnya dongkol. Jika saja yang dijual hanya puisi
karangannya yang terakhir mungkin Jieji tidak akan nampak semarah demikian.
Yunying disini adalah orang yang paling serba salah sekali. Dia lantas berpikir sangat hebat. Tentu dia tidak ingin difitnah sedemikian rupa oleh orang yang
paling dicintainya. Masalah kali ini memang terasa ruwet sekali baginya. Dia
sebenarnya ingin sekali berteriak.
"Bukan aku yang menjualnya!!!!"
Tetapi ini adalah hal yang tidak mungkin. Untung, secara sesaat dia mendapat
ide. Lantas dia keluarkan sesuatu di kantung bajunya. Dan menyerahkan kepada
pak tua. Ternyata adalah sebuah lukisan yang sekira beberapa bulan sudah disimpannya.
Dia memberikan ke pak tua.
Ternyata itulah lukisan yang didapatnya dari Wisma Jiu Qi. Lukisan ini sempat
diambil dan disimpannya. Namun kali ini dia memperlihatkan kepada pak tua.
Jieji yang melihatnya juga terkejut. Dia merasa aneh kenapa wanita bertopeng
bisa menyimpan lukisan isteri pertamanya, Yuan Xufen.
Pak tua meniliknya sebentar saja. Lantas dia menjawab ke arah Yunying.
"Benar... Dialah orangnya yang menjualnya kemari kaligrafi itu."
Yunying kali ini merasa sungguh aneh sekali. Dia berpikir keras, apakah mungkin Yuan Xufen masih hidup" Atau... Ada orang yang berwajah sama lagi
dengannya. Tetapi bagaimana dia bisa tahu kehidupan Xia Jieji, Yuan Xufen dan
Wu Yunying"
Sementara itu, Jieji segera berjalan ke arah Yunying. Dia segera menanyainya.
"Darimana kamu mendapatkan lukisan?"
Yunying segera menjawab. Dia menulis ke arah meja tempat pak tua berada.
"Wisma Jiu Qi..."
Jieji kontan tersenyum saja manis mendapati apa yang ditulis oleh Yunying. Dia
lantas mengeluarkan uang untuk membeli kaligrafi tentunya adalah kaligrafi
karangannya sendiri itu.
Yunying memang heran mendapati tingkah Jieji yang dirasakannya cukup aneh.
Dia sudah melihat senyuman di wajah pemuda. Entah apa maksudnya, tetapi
untuk sementara dia tidak berani bertanya lebih banyak.
Mereka berdua berjalan keluar dari toko dengan perasaan yang bercampur aduk.
Yunying sangat cemas dan khawatir bahwa suaminya ini mungkin sudah salah
paham terhadapnya. Tetapi yang mengherankannya adalah setelah dia melihat
senyuman dari wajah Jieji. Dia sungguh bingung kali ini dan tidak sanggup
menebak hal yang ada di otaknya.
*******************************************************************************
(Berikut adalah tulisan yang tiada berbaca, dan dikarang sendiri oleh pengetik.
Pengetik mengubah bentuk tulisan menjadi Italic / miring adalah karena hanya imajinasi pengetik yang sama sekali tidak sesuai dengan buku aslinya)
Setelah sampai di depan toko penjual lukisan. Yunying yang memang sudah
penasaran luar biasa itu segera menanyainya. Dia menulis ke arah lengan
pemuda dengan jari telunjuknya.
"Apa yang terjadi?"
Jieji masih tersenyum. Dia melihat ke arah mata Yunying, lantas berkata
perlahan. Dia mencoba menjelaskan duduk perkaranya dari awal sampai akhir
apa maksud dia terkejut di toko tadinya. Tentu dari hal ini, Yunying sudah
mengerti semuanya. Tetapi karena dia "memerankan" orang lain, tentu dia harus berpura-pura terlebih dahulu untuk tidak mengetahui duduk persoalannya.
Lantas setelah benar selesai pemuda menerangkan keseluruhan masalah.
Yunying kembali menulis sesuatu di lengan pemuda dengan jarinya tentunya.
"Apa benar menurutmu ini adalah perbuatan isteri kamu?"
Yunying tentu ingin menanyai hal ini sedari tadi. Karena tidak mampunya dia mengeluarkan suara. Maka setelah adanya "kesempatan" seperti sekarang, tentu dia segera menanyainya.
Tetapi Jieji tersenyum manis. Di wajahnya tidak tampak seakan marah
sedikitpun. "Adalah dirikulah yang mengecewakan isteriku sendiri. Jika dirinya marah, sudah sewajarnya. Dan....
Disini aku yakin sekali ini bukanlah perbuatannya. Sebab dari tingkatan
emosinya, Yunying bukanlah orang yang bisa bertindak demikian."
Mendengar kata-kata Jieji, perasaan bersalah dalam dirinya telah hilang
setengahnya. Dari balik kain tebal yang menutupi wajah, sebenarnya Yunying
telah tersenyum sangat manis. Lantas dengan menggerakkan jarinya lagi, wanita ini menulis kembali.
"Lalu menurutmu siapa pelakunya?"
Jieji menjawabnya kembali.
"Kamu mendapat lukisan itu dari wisma Jiu Qi di Chengdu bukan" Jadi
menurutku mungkin karena orang Jiu Qi-lah pelakunya. Tetapi ini hanya
kemungkinan. Selain itu, masih banyak kemungkinan lainnya."
Dengan mencoba menulis kembali. Yunying sebenarnya ingin mengetes hati
pujaan hatinya itu.
"Jadi kemungkinan isterimu masih ada..."
"Tidak...." terdengar kontan Jieji menyela-nya.
"Aku mengenal pembawaan Yunying dengan baik. Meski kadang-kadang dia
bersifat kekanak-kanakan tetapi untuk masalah ini aku berani bertaruh bukanlah perbuatannya sama sekali...." tutur Jieji sambil tersenyum.
Di dalam hati Yunying telah lega sepenuhnya. Sebenarnya dia benar mengerti
bagaimana sifat dan hati suaminya. Dia tahu jika suaminya mengatakan 1 maka seterusnya adalah 1. Bukanlah seorang yang plin-plan adanya, dan mendapat
jawaban terakhir dari pemuda. Tentu Yunying sangat senang sekali meski dia
tidak menunjukkannya.
Apa hal yang dilakukan mereka berdua setelah keluar dari toko ternyata diawasi oleh sepasang mata yang terlihat liar. Atau terlihat sinis mendapati keduanya sedang berbicara dengan cara begituan. Tetapi baik Yunying maupun Jieji,
keduanya tidak pernah tahu bahwa mereka dipandang dengan cara demikian.
Mereka berdua kembali ke penginapan dengan segera. Sebab bagaimanapun
keduanya tidak ingin dilihat khalayak ramai secara lama.
Keesokan harinya...
Seisi kota An lu pagi-pagi sudah gempar sekali...
Banyak terdengar suara teriakan dan suara desas-desus orang di jalanan kota yang tidak seberapa luas itu. Oleh karena merasa cukup aneh, kembali Jieji dan Yunying keluar dari penginapan untuk mendengar apa hal yang sebenarnya
terjadi" Sesampainya mereka keluar. Jieji segera bertanya kepada orang terdekat yang sepertinya tahu sedikit masalah. Disebabkan keduanya terlihat sedang berbicara sangat serius sekali.
"Saudara...
Kenapa kota tiba-tiba bisa gempar seperti demikian?"
Orang ini menengok ke arah Jieji yang menanyainya. Dan lantas dia menjawab.
"Anda pasti bukan berasal dari kota ini?"
Jieji mengangguk perlahan. Kemudian dia menjawab.
"Kita berasal dari wilayah selatan..."
"Oh.. Begitu...
Kalian tahu dalam setahun belakangan sudah muncul seorang pencuri ulung.
Kabarnya pencuri ini telah mencuri di kediaman pejabat An lu tetapi adalah
sekitar 4 bulan yang lalu. Yang hebatnya, dia selalu mengirim surat
pemberitahuan bahwa dia akan mencuri..."
tutur orang ini dengan nada serius.
Jieji yang mendengarnya segera berbalik melihat ke arah Yunying. Dia segera menanyainya.
"Kamu jauh-jauh datang kemari untuk mencari pencuri itu?"
Yunying terlihat menganggukkan kepalanya beberapa kali.
"Apa benar dia pernah mencuri sesuatu darimu?" tanya Jieji dengan alis berkerut kemudian.
Yunying dengan sembarang tentu mengangguk beberapa kali. Jieji telah
mengerti pokok permasalahannya kenapa wanita bertopeng ingin mencarinya.
Lantas dia berbalik lagi ke arah orang yang berbicara.
Kembali dia menanyainya tetapi dengan tersenyum.
"Hari ini kota gempar luar biasa. Tentu ada surat lain bahwa si pencuri ulung akan mencuri lagi bukan begitu?"
"Betul... Kali ini di Wisma Fan di Anlu ini. Pencuri memberi kabar akan mencuri sebuah lukisan terkenal dari zaman dinasti Tang. Dan dia memberi surat
ancaman pencurian itu di depan gerbang Wisma. Dan bahkan setiap rumah di
kota mendapat sebuah surat darinya." tutur-nya seraya memperlihatkan surat yang ditulis di sebuah kertas kecil.
Jieji segera meminta kertas itu dan membacanya. Tanpa perlu waktu yang lama, kembali Jieji sangat terkejut. Beginilah isi dari surat pencuri ulung itu :
"Kepada Xia Jieji yang manis dan kukagumi bertahun-tahun...
Engkau pahlawan dan detektif kokoh tak tergoyahkan bagaikan Gunung Tai
Tiga hari lagi kutantang dirimu
Datanglah ke Wisma Fan sebelah barat kota Anlu
Pas tengah malam tiada berembun aku akan mencuri "Lukisan Dunia No. 1 Heng Shan selatan" dari Dinasti Tang.
Salam manis, Pencuri Ulung No. 1"
(Dari Ilham keindahan Heng Shan selatan yang pernah diungkit di bab
sebelumnya, pengetik menyamakan lukisan itu dengan lukisan 2 buah jembatan
dalam kondisi cerah. Dan di antara kedua jembatan terdapat masing-masing
persanggrahan yang dulunya sempat menjadi tempat Xia Jieji dan Yuan Xufen
menjalin kisah asmaranya yang pendek. Pengetik mengambil ilham lukisan
karena daerah ini akan diceritakan pada bab yang masih cukup jauh ke depan) Setelah sesaat dia membacanya, kembali Jieji tersenyum.
Dahulu, kasus yang dijumpainya bukanlah sesuatu yang sengaja dibuat menjadi tantangan baginya. Sebab bagaimanapun kasus yang dijumpainya adalah
kebetulan maupun permintaan tolong dari kepala polisi Han Yin dan orang-orang lainnya.
Tetapi hari ini...
Adalah pencuri no. 1 di jagad yang menantangnya. Jieji memang pernah tahu
adanya pencuri no. 1 itu. Lokasi operasinya adalah di Tongyang pada 3 tahun masa damainya atau sekitar 6 tahun lalu.
Pencuri di Tongyang memang selalu meninggalkan pesan pencurian dan berlalu
juga dengan pesan pencurian setelah barang berhasil dicuri.
Tetapi setelah gagal di Tongyang, Jieji tidak pernah tahu mengapa sekarang dia muncul di Persia. Dan dia juga berpikir janggal karena apakah mungkin pencuri disini sama dengan pencuri yang mencoba mencuri 3 pusaka kerajaan
Tongyang" "Kita tunggu dengan santai saja selama 3 hari." tutur Jieji seraya melihat ke arah Yunying.
Terlihat Yunying menganggukkan kepalanya secara pelan sambil tersenyum.
Tetapi nyonya Xia ini meminta Jieji mengeluarkan tapak tangannya dan segera menulis sesuatu di sana.
"Tengah malam tiada berembun" Maksudnya?"
Jieji melihatnya beberapa lama. Lantas dengan tertawa dia menjawabnya.
"Kita tidak pergi ke Wisma Fan pada saat malam. Tetapi pada pagi-pagi hari."
Yunying menganggukkan kepalanya perlahan.
Keduanya terlihat balik lagi ke penginapan. Dalam 2 hari kemudian, Jieji tidak pernah mengungkit tentang pencuri itu. Sementara, Jieji dalam 2 hari juga
mempelajari dan menyisipkan Ilmu lain ke jurus 18 telapak naga mendekam. Dia tidak pernah memikirkan tantangan dari Pencuri no. 1 sedikitpun.
Adalah di hari ketiga sungguh pagi sekali.
Yunying sudah mengetuk pintu dimana Jieji tinggal di penginapan yang sama.
Tanpa perlu waktu lama, pemuda sudah membukakan pintu.
"Kita pergi sekitar jam-jam 9-an." tutur Jieji seraya tersenyum.
Tetapi Yunying sungguh bingung. Dia segera ingin bertanya kepada pemuda.
Banyak hal yang ingin ditanyakan sebenarnya kepadanya. Contohnya adalah
kenapa dia bisa berlatih dengan tenang tanpa memikirkan tantangan pencuri
ulung no. 1. Tanpa menjawab, Jieji melangkahkan kaki dari kamarnya. Dia tetap melakukan
hal seperti biasa. Dia mengajak Yunying untuk santai dan pergi bersarapan
seperti pagi-pagi sebelumnya. Yunying hanya menurut saja tanpa banyak
menanyainya. Adalah ketika mereka telah sampai di barat dari kota Anlu. Di kediaman marga Fan sudah cukup banyak orang yang berdiri menantikan di depan gerbang.
Tujuan orang-orang ini tentu adalah kebanyakan ingin melihat "Xia Jieji" ataupun
"Pencuri ulung". Semua sudah tahu bahwa sang pencuri mengirim surat tantangan kepada dirinya. Tentu nama "Pahlawan Selatan" sudah cukup menggema karena "bualan" dari pemuda belia yang setiap harinya mengumbar kisah kepahlawannya di sebelah kota selatan.
Dengan memilih sebuah kios kecil yang menjual mie daging. Keduanya duduk
disana dengan santai. Sambil sesekali Jieji maupun Yunying melihat ke Wisma yang tergolong luas, mereka menikmati sarapan.
Tidak lama kemudian...
Dari jauh sudah kelihatan cukup banyak orang yang berpakaian seragam yang
sama satu sama lainnya. Jieji yang melihat sebentar ke arah mereka, segera
tahu bahwa seragam itu tiada lain adalah seragam para polisi Persia.
"Mereka memanggil polisi untuk menghentikan Pencuri ulung juga." tutur Jieji kepada Yunying dengan suara yang pelan sekali.
Sepelan apapun suara Jieji, sudah barang tentu tiada yang sanggup
mendengarnya lagi kecuali Yunying yang mempunyai tingkat tenaga dalam luar
biasa tinggi. Lantas, dengan menulis di telapak tangan pemuda. Yunying
menanyainya. "Kenapa para polisi pagi sekali datang?"
Jieji tersenyum kepadanya. Lantas dengan dingin dia berkata.
"Tengah malam tiada berembun. Adalah 2 buah kontradiksi kata-kata. Seperti kita ketahui, malam tidak mungkin tiada embun..."
Yunying yang mendengar penjelasan dengan suara pelan pemuda segera sadar.
Lantas dengan semangat, kembali dia menggoreskan kuku dari jari telunjuk ke tapak pemuda lagi.
"Berarti dia mencuri di jam 12 pas. Tentu adalah siang...."
Jieji tersenyum puas mendapati si wanita ternyata mengerti.
"Tetapi para polisi tidak pernah tahu bahwa dia bakal mencuri di jam 12 siang.
Oleh karena itu, kedatangan mereka sepagi ini adalah untuk mencari celah yang bisa dilewati pencuri. Begitulah kira-kira.
Jika mereka sadari bahwa pencuri akan mencuri di saat siang, tidak mungkin
sekarang baru mereka mulai menyelidiki tempat kejadian."
Yunying mengangguk perlahan saja.
Jieji sambil sambil santai tetap meneguk sedikit arak dan makan makanan lezat terlebih dahulu. Tujuannya tentu tiada lain adalah untuk melewatkan waktu yang tinggal 2 jam lebih itu.
Adalah saat siang hampir mencapai tengah hari...
Bangku yang di duduk mereka berdua ternyata telah kosong. Melainkan
digantikan dengan 2 bayangan sudah duduk di atas atap ruangan penyimpanan
lukisan, Wisma Fan. Keduanya terlihat tetap santai saja sambil menyembunyikan diri di antara sebuah sisi gedung yang mirip desainnya dengan cerobong asap.
Oleh karena posisi agak tertutup, maka tiada orang dibawah yang bisa tahu
bahwa ada orang yang berada di atas atap bersembunyi.
"Ini adalah ruangan penyimpanan lukisan. Di bawah terdapat banyak perangkap.
Aku ingin tahu bagaimana pencuri no. 1 sanggup menembusnya." tutur Jieji dengan suara perlahan sekali sambil tersenyum manis. Dia menunggu sambil
melihat melalui lubang kecil yang dibuat dengan tenaga dalam untuk memantau ke bawah.
Disini juga, Jieji sudah sanggup melihat lukisan yang sangat besar. Dan
dibawahnya terlihat sekilas benang yang jumlahnya banyak sekali. Ini adalah perangkap yang sudah dibuat polisi sebelumnya. Dari segala sisi, sepertinya tidak ada cara untuk meloloskan diri.
(Perangkap yang dipasang disini cukup mirip dengan perangkap yang dipasang
di ruangan tidur Kaisar Gwangjong, koguryo. Asalkan ada orang yang menyentuh benang, maka perangkap akan memerangkapi seseorang di dalam. Ataupun bisa
juga dengan adanya pemberitahuan melalui suara. Di ruangan Kaisar
Gwangjong, Jieji pernah mendapati bahwa ketika ruangan dipijak. Maka suara
lonceng bergema satu sama lainnya tiada berhenti. Tetapi disini Jieji tidak tahu bagaimana cara kerjanya, apakah benar sama atau berlainan)
Yunying yang mengetahui bahwa di ruangan tersebut tedapat cukup banyak
perangkap segera mengiyakan.
Sepertinya para polisi yang sudah sampai di sana sebelumnya telah bubar.
Kesemuanya sedang memasang perangkap di dalam ruangan. Apa benar
perangkap hebat itu bisa menangkap pencuri no. 1 "
Di tempat yang agak jauh...
Terlihat rombongan polisi yang jumlahnya lebih dari 50 orang, telah mengelilingi ruangan. Mereka dengan tenang mengawasi ruangan depan maupun belakang
serta samping ruangan kamar tempat penyimpanan lukisan.
Mereka semua berusaha berbicara pelan. Adalah seorang yang berpakaian
petugas kepolisian yang cukup berbeda dengan kesemuanya segera berkata.
"Aku merasa memang benar pencuri akan datang tidak pada tengah malam.
Makanya aku meminta kalian menjaga di siang hari."
Semua polisi disana cukup terkejut mendengar kata-kata pemimpinnya. Ternyata pemimpinnya adalah seorang wanita yang cantik. Tetapi semua memang tahu
bahwa wanita ini tiada lain adalah kepala pasukan polisi disini.
"Kenapa begitu?"
"Tengah malam tiada berembun. Tengah malam adalah jam 12 pas yang
menandakan pergantian hari. Tiada berembun tentu adalah siang hari. Ini adalah kata-kata yang berkontradiksi satu sama lainnya."
Tetapi baru saja wanita berkata selesai. Di ruangan sepertinya terbit sesuatu suara yang tidak sewajarnya.
Yang terdengar disini tiada lain adalah suara petasan yang keras sekali. Dan hebatnya adalah beruntun terjadi suara petasan. Sekilas terdengar seperti
saat-saat Imlek. Saat seperti para masyarakat merayakan hari pertama
penanggalan lunar kalender China.
Tentu para polisi di segala sisi segera beranjak cepat ke ruangan penyimpanan lukisan. Mereka mendekati dengan hati yang sangat berdebar-debar.
Dan ketika kesemuanya membuka pintu. Mereka sangat terkejut. Asap memang
masih terasa samar-samar membumbung keluar dari ruangan setelah pintu
terbuka. Tetapi lukisan di dalam ruangan sudah hilang...
Mereka semua seakan terpaku melongo menyaksikan tempat yang digantungkan
lukisan sebelumnya itu.
Begitu pula Jieji dan Yunying yang sebelumnya berada di atas atap. Mereka
memang mendengar suara ledakan petasan hebat. Tentu keduanya segera
melihat ke bawah, untuk melihat apa hal yang sebenarnya sedang terjadi. Tetapi tiada lain mereka berdua hanya melihat asap yang mengepul luar biasa
banyaknya. Dan ketika asap reda. Keduanya sangat terkejut, sebab lukisan telah hilang dari tempatnya. Bahkan kedua manusia sakti ini sama sekali tidak merasa adanya
gerakan dari ruangan bawah yang mencurigakan.
Bagaimana sesungguhnya lukisan terkenal itu dicuri dengan sangat mudah
sekali" BAB CXVII : Wanita Yang Terlalu Banyak Berbicara
Sebenarnya suara ledakan petasan tadinya bukan saja mengundang para polisi
untuk segera hadir ke ruangan penyimpanan lukisan. Ternyata orang bermarga
Fan pemilik Wisma, Fan Hanzhu dan penghuni wisma pun segera menuju
kesana. Dengan terheran-heran, mereka mendekati tempat penyimpanan
lukisan. Segera terdengar pemilik Wisma berteriak keras seakan tidak percaya mendapati bahwa lukisannya telah raib dengan begitu cepat.


Pahlawan Dan Kaisar Karya Zhang Fu di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Dan anehnya, bukan saja pemilik dan penghuni wisma yang berdatangan. Dari
depan pintu gerbang juga telah menerobos banyak orang. Sepertinya penduduk
yang mendengar suara petasan dari luar segera ikut masuk.
Sifat orang dari Kota Anlu memang cukup terasa aneh. Kalau ada sesuatu hal, mereka maunya saja mendekati dan mencari tahu apa hal yang terjadi.
Maka daripada itu, dalam waktu yang hanya sebentar saja. Tempat sekitar
ruangan penyimpanan Lukisan telah penuh oleh banyak orang. Mungkin
jumlahnya lebih dari 100 orang yang memuat pekarangan depan itu.
Melihat hal demikian, kepala polisi wanita itu segera saja meminta anak buahnya untuk "mengamankan" lokasi kejadian sambil menghentikan orang untuk masuk ke dalam ruangan tempat lukisan itu raib.
Terlihat kesemua polisi telah siaga untuk berjaga dengan angker dan pedang di tangan mengancam siapa saja yang mendekat.
"Tuan Fan... Lukisan itu sudah hilang. Apakah memang di ruangan ini yang hilang hanya lukisan yang diincar oleh pencuri ulung. Bisakah anda datang
masuk untuk memeriksanya?" tutur Kepala polisi wanita segera kepada Fan Hanzhu.
Pemilik Wisma yang masih dalam keadaan "tergoncang" segera masuk ke dalam. Air mukanya memang sudah berubah pucat pasi sedari tadi. Bagaimana
tidak" Karena lukisan ini adalah lukisan terbaiknya yang sudah dikoleksi
keluarganya selama puluhan tahun. Tetapi, mendengar tuturan Kepala polisi
wanita. Dia segera masuk ke dalam untuk memeriksa sekali lagi. Akhirnya dia mengkonfirmasi kepada kepala polisi bahwa di antara 20 lukisan lebih, hanya lukisan berjudul "Lukisan Dunia No. 1 Heng Shan selatan" saja yang tidak berada di tempatnya.
Jieji dan Yunying tentu segera mengambil kesempatan karena melihat sudah
banyak sekali khalayak disana. Dari atap, keduanya turun melalui bagian
halaman belakang. Sesudah itu, keduanya langsung saja "berbaur" dengan orang-orang yang sudah cukup ramai. Dan keduanya sekalian sesekali
menjulurkan kepala untuk mengamat ke dalam.
Kepala polisi wanita yang dilihat oleh Jieji dari agak dekat ini sudah segera dikenalinya. Jieji sama sekali tidak percaya bahwa wanita ini bisa menjadi kepala polisi di Kota Anlu. Dia mengajak Yunying di belakangnya dan segera datang ke tengah untuk menyapanya.
"Nona Lie Hui... Apa kabarnya anda?"
tanya Jieji yang sudah hampir mendekatinya.
Lie Hui adalah kakak perempuan dari Lie Xian. Baik keduanya adalah anggota
15 pengawal sakti yang mengawal Zhao Kuangyi, kaisar dari daratan tengah.
Tetapi anehnya, kenapa kali ini dia bisa muncul disini.
Kepala polisi wanita segera memalingkan wajah ke arah suara yang terdengar
memanggilnya. Tetapi wanita ini tidak mengenal pria di depannya. Dia terheran dan berkerut alis.
Tetapi Jieji segera mendekatinya. Karena merasa bahwa pemimpin mereka
mengenal pria yang datang. Maka pengawalnya tidak bertindak dengan
kekerasan. Mereka membiarkan Jieji untuk mendekat saja.
Setelah tidak lama memperhatikan, Lie Hui segera mengenal pria di depannya
itu. Tetapi dengan wajah yang penuh keheranan, dia segera bertanya.
"Kabar santer tentang pendekar memang pernah kudengar belakangan di Persia.
Tidak disangka benar anda telah berada di sini...."
Jieji memberi hormat kepadanya sambil tersenyum. Kemudian dengan perlahan,
Tusuk Kondai Pusaka 1 Pedang Pusaka Buntung Karya T. Nilkas Pedang Naga Kemala 12
^