Pencarian

Pedang Penakluk Iblis 6

Pedang Penakluk Iblis ( Sin Kiam Hok Mo) Karya Kho Ping Hoo Bagian 6


bekas anggauta Im-yang-bu-pai" Sin Hong, biarpun kau sudah
mempelajari ilmu yang tinggi, namun kita terkurung oleh orang
orang jahat yang berilmu tinggi dan keselamatanmu masih
terancam. Apalagi kalau Ba Mau Hoat tahu bahwa kau adalah
keturunan dari Wan-yen Kan tentu kau akan dibunuhnya. Oleh
karena itu mari kita pergi mencari Hwa I Enghiong Go Ciang Le, hanya dia lah kiranya yang akan dapat melindugimu. Apalagi, dia juga murid Pak Kek Siansu, jadi masih terhitung Suhengmu. Dia
pasti akan suka memberi bimbingan padamu kalau kau ceritakan
bahwa kau yang mendapatkan kitab peninggalan Pak Kek Siansu."
261 Akan tetapi Sin Hong menggelengkan kepalanya. "Tidak Gi-hu.
Sudah terang bahwa sehingga kini Hwa I Enghiong yang tersohor
sebagai pendekar gagah budiman, tidak muncul, biarpun dunia
sudah kotor oleh orang-orang jahat. Untuk apa kita mencari-cari dia.
Aku bahkan ingin memperdalam kepandaianku di tempat
persembunyianku itu, karena aku sudah merasa bahwa kepandaian
See-thian Tok-ong dan yang lain-lain amat tinggi. Marilah kau ikut dengan aku, Gi-hu."
Lie Bu Tek tentu saja tidak mau berpisah lagi dari putera
angkatnya setelah kini bertemu, maka ia tidak membantah ketika Sin Hong mengajaknya pergi ke Luliang-san. Tadinya Lie Bu Tek
masih ragu-ragu untuk percaya bahwa anak angkatnya ini, memiliki kepandaian tinggi, akan tetapi setelah Sin Hong membawanya lari cepat, terutama sekali ketika mereka harus melompati jurang "
jurang lebar, bukan main kagumnya hati pendekar Hoa-san-pai ini.
Tidak saja kepandaian anak itu jauh melebihi dirinya sendiri bahkan Sin Hong tanpa ragu-ragu memegang tangannya dan menariknya
melompat, jurang yang terlalu lebar dan berbahaya bagi Lie Bu Tek.
"Hebat sekali, anakku. Memang Suhu Liang Gi Tojin sendiri agaknya takkan mampu melompat sambil menarik aku seperti yang
kaulakukan ini." Sin Hong tersenyum bangga dan girang mendengar pujian ayah angkatnya.
"Gihu, aku telah menerima budi mendiang Pak Kek Siansu.
Kepandaian Suhu Pak Kek Siansu tak terbatas, dan kitab
peninggalannya itu mengandung sari pelajaran yang takkan ada
habisnya biarpun kumelatih diri sampai puluhan tahun. Oleh karena itu, biarlah kita berdua bersembunyi di sana dan selain aku
memperdalam ilmu silatku, Gi-hu bisa mempelajari ilmu silat yang sesuai de ngan Gi-hu."
Lie Bu l ek menarik napas panjang mukanya memperlihatkan
sinar kecewa. "Tak mungkin, Hong-ji. Ilmu silat mengandalkan kecepatan gerak kaki tangan, terutama sekali gerakan kedua tangan untuk
mengimbangi gerakan tubuh. Dengan tanganku tinggal sebelah,
biarpun andaikata aku mempelajari ilmu silat amat tinggi, kiranya takkan dapat mainkan ilmu silat itu dengan sempurna."
262 "Gi-hu terlalu memandang rendah kepada diri sendiri. Mengapa Gi-hu harus berputus asa" Ilmu yang ditinggalkan Suhu Pak Kek
Siansu, jangankan dipelajari oleh seorang seperti Gi-hu yang
biarpun sudah kehilangan sebelah lengan, akan tetapi memiliki
bakat dan kepandaian silat, bahkan andaikata dipelajari oleh
seorang yang sudah buntung dua lengannya dan tidak sepandai Gi-hu, orang itu tentu akan memetik sari pelajaran yang amat berguna bagi dirinya."
Lie Bu Tek tertegun. la mcndapat kenyataan bahwa biarpun anak
angkatnya ini masih belum dewasa, namun cara bicaranya demikian keras, bersemangat, dan juga berisi. Ia dapat menduga bahwa ini semua dilahirkan oleh pengalaman pengalaman dan derita-derita
pahit getir yang dialami oleh anak itu.
"Baiklah, Hong-ji," katanya dan memaksa supaya suara dan mukanya mengandung kegembiraan. "Aku akan belajar lagi dan kaulah sekarang yang harus memberi pimpinan kepadaku dalam
ilmu silat'"
Padahal kata-kata ini bagi Lie Bu Tek hanya untuk menghibur
dan menyenangkan hati Sin Hong belaka, karena ia masih tidak
percaya kalau ia akan dapat mewarisi ilmu silat tinggi setelah tangan kanannya buntung.
Setelah tiba di puncak Luliang-san Sin Hong mengajak Lie Bu Tek menuju ke Jeng-in-thia (Ruang Awan Hijau), dan jago Hoa-san-pai ini mengagumi keindahan tempat itu.
"Benar-benar patut menjadi tempat kediaman seorang sakti dan suci seperti Pak Kek Siansu," ia memuji berkali-kali. "Sin Hong, di manakah tempat rahasia yang menjadi tempat tinggalmu selama
lima tahun itu?"
"Di sana, Gi-hu. Di dasar sana itu." Sin Hong menunjuk ke jurang yang tidak kelihatan dasarnya.
Lie Bu Tek terkejut. "Jadi kau telah dilempar oleh Giok Seng Cu ke dalam jurang ini?" Ia memandang ke dalam jurang dan bergidik.
"sekarang... bagaimana kita bisa masuk ke sana" Kau sendiri bilang bahwa jalan menuju ke sana sudah tertutup ketika kau keluar dari gua."
263 "Memang tadinya aku berpikir demikian, Gi-hu. Akan tetapi aku telah mempelajari keadaan di dasar jurang dan kurasa dengan
menggunakan akal, aku dapat turun ke dasar jurang ini."
"Apa katamu" Turun dari sini" Kau bilang dasar jurang ini dari sini jauhnya tak dapat diukur!"
"Memang betul demikian, Gi-hu. Ketika kim-tiauw terbang
membawaku ke dalam jurang, mengingat waktunya yang lama
sebelum ia tiba di dasar, kiranya dalamnya jurang ini tidak kurang dari pada setengah li! Akan tetapi, aku mempunyai akal untuk turun ke bawah, mempergunakan sebatang tambang yang kuat dan
dibantu dengan sebatang pedang yang tajam."
"Tentang pedang, kiraku pedang ini cukup tajam, kalau
dugaanku cocok bahwa pedang itu hendak kaupergunakan untuk
membacok batu karang atau pohon di lereng jurang. Akan tetapi
tentang tambang di manakah kita bisa mendapatkan tambang yang
panjangnya sampai tengah lie" tanya Lie Bu Tek sambil lebarkan matanya, karena ia menganggap akal dari anak angkatnya itu tak masuk akal dan tak mungkin dilaksanakan lagi pula amat
berbahaya. "Di sini terdapat akar pohon yang amat kuat, Gi-hu. Memang panjangnya tidak mungkin ada yang sampai setengah lie, akan
tetapi kiranya ada yang panjangnya sampai lima tombak. Dengan
akar itu pun sudah cukup bagiku. Harap Gi-hu jangan khawatir, aku sudah perhitungkan masak-masak bahwa aku pasti akan dapat
mencapai dasar jurang dengan aman dan selamat. Kemudian aku
akan membuka gua itu dari terowongan agr Gi-hu dapat masuk.
Baiklah sekarang Gi-hu melihat gua rahasia tempat bertapa
mendiang Suhu Pak Kek Siansu dan menunggu aku di sana."
Dengan perasaan tidak nyaman, Lie Bu Tek mengikuti Sin Hong
ke gua yang menjadi pintu masuk ke tempat persembunyian dan
yang kini tertutup oleh tempat tidur baja yang tak mungkin digeraki dan dipindah karena menjadi satu dengan palang baja penutup
pintu gua itu. 264 "Harap Gi-hu menanti di sini, dengan sabar dan tenang, tak lama tentu aku akan datang membukakan pintu rahasia untuk Gi-hu,"
kata Sin Hong. Akan tetapi ketika ia hendak meninggalkan ayah angkatnya, Lie
Bu Tek berkata,
"Sin Hong, biarpun aku percaya penuh akan kecerdikan dan
kemampuanmu, namun usaha menuruni jurang yang hendak
kaulakukan itu amat berbahaya. Bagaimana kalau... sampai terjadi sesuatu yang mengerikan" Apakah tidak lebih baik kita tanggal di puncak yang indah ini saja dan kau pun dapat menyempurnakan
pelajaranmu di sini" Bukankah seluruh isi kitab itu telah kauhafal semua?"
"Maksud Gi-hu ini memang baik. Akan tetapi kurang tepat. Gi-hu sendiri maklum bahwa orang-orang jahat seperti See thian Tok-ong itu amat berbahaya. Kita tidak tahu apakah mereka takkan
menyusul ke tempat ini, dan kalau sampai mereka mendapatkan
kita di sini sebelum kita membuat persiapan dan kepandaian kita belum maju, apakah hal itu takkan lebih berbahaya lagi" Tidak, Gi-hu harap tenang. Lebih baik kita menyembunyikan diri di dasar
jurang. Di sana aman, buktinya aku berada di sana sampai lima
tahun tanpa ada gangguan dari siapapun juga."
"Akan tetapi kalau gagal... kalau tambang itu putus...."
Sin Hong tersenyum. Sepasang matanya yang tajam itu bersinar-
sinar penuh semangat. "Jangan khawatir, Gi-hu. Aku akan menjaga diri baik-baik dan bukankah ujar-ujar kuno menyatakan bahwa,
siapa yang bercita-cita dan berkemauan baik, selalu akan mendapat perlindungan dari pada Thian Yang Maha Kuasa?"
Akhirnya Lie Bu Tek tak dapat membantah lagi dan ia hanya
menarik napas panjang dan diam-diam berdoa untuk keselamatan
anak angkatnya itu ketika dengan gerakan lincah sekali Sin Hong berkelebat pergi dari situ.
Sin Hong membawa pergi pedang Lie Bu Tek, sebuah pedang
yang cukup baik dan tajam. Ia mencari sebatang akar pohon yang kuat dan ulet, memilih yang paling panjang. Betapapun panjangnya sebatang akar, tidak lebih dari empat tombak. Dengan hati tabah ia 265
lalu menghampiri jurang, mencari batu karang yang kuat lalu
membuat pengait. Ujung akar itu ia talikan sedemikian rupa
sehingga merupakan lingkaran yang dapat dikaitkan pada batu
karang. Kemudian ia merayap turun melalui tambang akar itu.
Setelah tiba di ujung akar yang tergantung di udara, ia lalu
mempergunakan kakinya menginjak batu karang di lereng jurang,
dengan pedangnya ia membuat tempat untuk mengaitkan tambang.
Pedang yang tajam itu baik sekali untuk membacok batu karang
sehingga terdapat tempat untuk mengaitkan akar yang cukup kuat.
Setelah kepastian bahwa tempat itu kuat, ia lalu menancapkan
pedang pada lereng jurang, bergantung dengan tangan kiri pada
gagang pedang kedua kaki menekan batu karang di lereng jurang
dan tangan kanan digerakkan sedemikian rupa pada akar yang
masih bergantung sehingga ujung akar atas yang tadi dikaitkan
pada batu karang terlepas ke bawah.
Dengan amat cekatan, Sin Hong kembali memasang ujung
tambang itu pada batu karang ke dua dan meluncurlah ke bawah
seperti tadi. Usaha ini ia lakukan berulang kali, lebih dari lima belas kali sebelum ia berhasil menginjakkan kaki di dasar jurang.
Pekerjaan sehebat itu memang amat berbahaya. Sekali saja
tambang putus atau kakinya tergelinci pasti tubuhnya akan hancur di bawah jurang. Untuk dapat melakukan hal seperti itu, tidak hanya membutuhkan kecerdikan, keuletan dan kepandaian tinggi, akan
tetapi juga membutuhkan ketabahan yang luar biasa. Agaknya sukar mencari orang ke dua, apa lagi yang masih belum dewasa seperti Sin Hong yang berani melakukan pekerjaan seperti itu.
Lie Bu Tek merasa tidak enak sekali menanti di gua itu.
Tubuhnya sebentar panas sebentar dingin kalau ia membayangkan
bahaya yang dapat mengancam diri anak angkatnya selagi
menuruni jurang yang demikian curamnya. Hatinya angin sekali
membawa dia keluar dari gua, berlari ke tepi jurang untuk melihat keadaan Sin Hong, akan tetapi ia menguatkan hatinya dan tetap
menanti di situ sambil berdoa kepada Thian agar supaya anak
angkatnya itu selamat.
Tentu saja ia harus menunggu lama. Tidak saja pekerjaan
menuruni jurang dengan cara seperti yang dilakukan oleh Sin Hong itu memakan waktu lama juga setelah anak itu berhasil mendarat di 266
dasar jurang, ia harus mempergunakan waktu yang cukup lama
untuk berjalan memasuki terowongan sehingga tiba di gua di mana Lie Bu Tek menantinya dengan hati tidak karuan rasanya.
Akhirnya Lie Bu Tek mendengar sesuatu di balik tempat tidur
bekas tempat Pak Kek Siansu. Batu karang yang menjadi dinding di belakang tempat tidur bergerak dan terbuka dan... muncullah Sin Hong dengan wajah berseri.
"Hong-ji...!" Lie Bu Tek melompat dan memeluknya dengan kedua mata basah dan muka pucat.
"Gi-hu, kau amat khawatir dan cemaskah" Lihat, anakmu Sin Hong tidak kurang sesuatu!" kata anak itu dengan jenaka, padahal kedua telapak tangannya masih ada tanda darah karena betapa pun kuatnya, kulit telapak tangannya lecet-lecet ketika ia menuruni tambang dari tempat setinggi itu.
Cepat mereka masuk ke dalam pintu rahasia dan Sin Hong lalu
menutup kembali pintu rahasia gua itu dari sebelah dalam.
Lenyaplah mereka dari pandangan mata, bahkan lenyap dari dunia ramai, berada di tempat yang tak mungkin didatangi oleh manusia lain.`
-oo0mch-dewi0oo-
Sebagaimana telah dituturkan di dalam cerita Pendekar Budiman, pemerintah penjajah Kin makin lama menjadi makin lemah karena
gempuran- gempuran perjuangan rakyat jelata yang patriotik yang dipimpin oleh orang-orang gagah di seluruhnya propinsi yang
terjajah. Serangan dari barisan-barisan rakyat yang memberontak di mana
mana membuat pemerintah Kin menjadi lemah sekali sehingga
terpaksa Raja Kin menarik kembali bala tentaranya dari selatan, timur dan barat, lalu mengumpulkan kekuatan induk pasukan untuk menjaga keselamatan istana dan daerahnya yang terdekat. Hanya di daerah utara saja mereka aman.
Akan tetapi, pemerintah Kin yang sudah berada di jurang
keruntuhan itu tidak tahu atau tidak mengira sama sekali bahwa 267
justru dari daerah utara inilah datangnya malapetaka yang akan menamatkan sejarah kejayaan mereka. Bagaikan awan-awan hitam
yang kecil-kecil bertemu dan berkelompok lalu berkumpul menjadi satu gumpalan awan besar menghitam, kekuatan baru ini
mengancam angkasa di sebelah utara.
Kekuasaan baru ini bukan lain adalah orang-orang Mongol yang
tadinya tidak dipandang mata oleh pemerintah Kin. Bangsa Mongol adalah suku bangsa pengembara dan pemburu yang gagah berani.
Mereka hidup berkelompok, tidak mempunyai tempat tanggal
tertentu, melainkan menjelajah di sepanjang tapal batas Mongol.
Mereka hidup bebas menguasai daerah yang amat luas, daerah
yang dijadikan tempat mereka mendapatkan makanan, daerah di
mana mereka hidup berkeluarga berpindah-pindah, sesuka hati
mereka, menurut keadaan. Apabila di suatu tempat mereka
mendapatkan penghasilan cukup, pindahlah mereka di daerah lain dalam wilayah itu juga untuk mencari hasil yang lebih mencukupi untuk keluarga mereka. Wilayah mereka ini, dari Pegunungan Altai-san di barat sampai ke pegunungan yang subur dan yang cocok
untuk pekerjaan mereka.
Suku bangsa Mongol ini, sebagaimana telah dituturkan di atas,
adalah pemburu-pemburu yang gagah berani. Di samping memburu
binatang hutan, mereka melihara hewan ternak, terutama lembu,
domba dan kuda. Oleh pekerjaan inilah mereka rata-rata merupakan penunggang kuda yang pandai.
Keadaan hidup mereka yang boleh di bilang sukar kalau
dibandingkan dengan orang-orang di pedalaman Tiongkok sebelah
selatan, penghidupan yang penuh kekerasan dan penderitaan itulah agaknya yang menjadikan mereka sebagai bangsa yang keras hati, bersatu dan kuat. Kekuatan mereka semata-mata hanyalah hewan
ternak dan kuda. Makanan mereka yang terutama adalah daging
sapi atau domba dan susu merupakan kegemaran mereka pula,
terutama sekali susu domba.
Betapapun kasar dan keras hati, suku bangsa Mongol ini harus
diakui mempunyai semangat persatuan yang kokoh kuat, berdisiplin dan jujur. Semboyan mereka "bersatu kita kokoh, bercerai kita roboh". Hal ini memang bukan hanya semboyan kosong belaka, 268
namun sudah sering kali terjadi sebagai kenyataan. Daerah itu
merupakan daerah pegunungan yang amat sukar, dan agaknya
orang akan sukar hidup menyendiri saja, selain sukar mendapatkan makan, juga sukar karena bahaya mengintai dari mana-mana,
bahaya diterkam binatang buas, diterkam kelaparan dan kehausan.
Tadinya suku bangsa Mongol memang tidak begitu kuat, bahkan
bisa disebut lemah. Bukan lemah saja, melainkan suku bangsa
Mongol pernah tunduk kepada suku bangsa lain yang lebih besar
dan kuat seperti suku bangsa Kerait dan Naimad. Akan tetapi,
semenjak akhir abad ke sebelas terjadi perubahan hebat pada suku bangsa Mongol yang tadinya hidup berkelompok-kelompok dan
berpencar itu. tiba tiba saja mereka menjadi amat kuat bahkan
suku-suku bangsa lain satu demi satu digempur dan ditundukkan
dan ditarik menjadi anggauta sehingga suku-suku bangsa itu
bersatu dan menjadi satu bangsa!
Mengapa demikian" Tak lain oleh karena di dalam keluarga suku
bangsa Mongol ini lahir seorang Mongol yang berjiwa besar seorang yang oleh mereka dianggap mendapat wahyu dari sekalian Dewa.
Orang inilah yang dalam usia kurang lebih lima belas tahun, sudah dapat merampas kekuasaan dan menjadi pimpinan suku bangsa
Mongol dan membawa bangsanya itu ke arah kemajuan dan
kekuatan yang maha hebat. Siapakah dia" Bukan lain adalah Temu Cin, pemuda perkasa yang bercita-cita tinggi. Temu Cin inilah
pemuda yang kelak akan menggemparkan dunia Tiongkok dan
namanya takkan pernah terhapus dari catatan sejarah, karena
dialah kelak terkenal sebagai Khan atau raja besar, raja pertama dari sekalian suku bangsa di wilayah Mongol!
Pada suatu hari, ketika matahan baru saja muncul dan
memancarkan cahayanya yang kemerahan di permukaan Padang
Pasir Gobi, kelihatan serombongan manusia berjalan, didahului oleh bayangan mereka. Dari letak bayangan yang berada di depan
mereka, dapat diketahui bahwa rombongan ini sedang menuju ke
barat. Mereka itu terdiri dan seratus orang lebih, semua laki-laki dan masih muda-muda. Melihat dan cara mereka berjalan, dapat diduga bahwa mereka adalah sebarisan orang muda yang terlatih baik.
269 Biarpun pakaian mereka tidak seragam namun jelas tampak dan
mudah diduga bahwa mereka adalah sepasukan tentara atau orang-
orang yang sedang dalam perjuangan.
Memang benar demikian. Mereka itu adalah rombongan orang
Mongol dan ialah pasukan pilihan yang dipimpin sendiri oleh Temu Cin, seorang pemuda yang berusia paling banyak dua puluh tahun.
Temu Cin kelihatan gagah sekali dengan tubuhnya yang kekar kuat, wajahnya yang segi cmpat dengan dagu jelas memperlihatkan
kekerasan hatinya. Dadanya membusung, pundaknya bidang dan
langkahnya seperti seekor harimau. Sepasang matanya sipit dan
kecil, namun selalu seperti ada dua titik api bernyala dalam
sepasang mata itu. Telinganya lebar dan panjang dan biarpun
wajahnya tak dapat disebut tampan, namun ia benar-benar
kelihatan gagah.
Rombongan itu nampak lelah. Biarpun pagi hari itu matahari
belum naik tinggi, namun hawa panas dart lautan pasir itu
membakar dan membuat napas menjadi sesak. Telah semalam
penuh mereka berjalan, didahului oleh Temu Cin yang berjalan terus tanpa berhenti, juga tak pernah mengeluarkan kata-kata.
Seorang Mongol yang tinggi besar akan tetapi kurus, dengan
jenggot pendek, mendahului kawan-kawannya menyusul Temu Cin.
"Kawan-kawan sudah kelihatan lelah sekali. Apakah tidak baik kalau kita beristirahat sebentar?" ia melapor sambil mengusulkan kepada pimpinan muda itu.
Tanpa menghentikan langkahnya, Temu Cin menjawab, matanya
mengerling tajam penuh celaan kepada kawan yang melapor ini,
"Obika, kita takkan mengaso sebelum sampai di Telaga Gasyun Nor, di mana kawan-kawan kita menanti dengan kuda-kuda yang
sudah dipersiapkan. Kalau kita berjalan cepat, menjelang tengah hari kita akan sampai di sana."
"Akan tetapi lihatlah, kawan-kawan kita sudah lelah". Boleh jadi kita berdua kuat, akan tetapi mereka tidak sekuat kita. Apakah kau tidak kasihan?" kata-kata ini diucapkan keras oleh Obika sehingga terdengar oleh semua anak pasukan yang segera mengeluarkan
suara menggumam, tanda setuju dengan usul Obika.
270 Temu Cin ketika mendengar betapa suara derap kaki pasukannya
menjadi kacau dan mehhat mereka ragu-ragu untuk melanjutkan
perjalanan tiba-tiba berhenti dan membalikkan tubuhnya. Ia melihat beberapa orang sudah amat payah dan kelelahan, akan tetapi masih saja terus berjalan. Tiba-tiba tangan kanan Temu Cin bergerak dan tahu-tahu telah mencabut sebatang golok yang bersinar merah.
Semua orang terkejut, terutama sekali Obika, akan tetapi sebelum ada yang sempat menduga-duga, golok itu bergerak dan leher
Obika telah putus kena sambaran golok. tubuhnya terhuyung dan
sebuah tendangan dari Temu Cin membuat tubuh itu terlempar.
Darah mengalir keluar, diisap oleh pasir yang kehausan.
"Dia ini pengecut dan pengacau. Kata-katanya beracun,
melemahkan semangat kawan-kawan, tak patut pengecut ini berada di barisan kita! Kita terkalahkan oleh musuh yang ribuan jumlahnya, yang sampai sekarang masih mengejar kita. Kalau kita beristirahat berarti kita akan mampus semua di tangan musuh. Kita berjalan
cepat selama setengah hari lagi dan kalau kita sudah tiba di Telaga Gasyun Nor, tidak saja kita akan selamat, bahkan kita akan dapat menggempur dan menghancurkan musuh yang telah menghina kita.
Siapa sekarang mau bicara tentang mengaso" Siapa.?""
Semua orang diam, tak berani bergerak. Mereka semua tahu
bahwa tak seorang pun yang mampu melawan Temu Cin, baik
dalam ilmu berkelahi, dalam ilmu berperang, maupun dalam
perdebatan. "Yang masih kuat bantu kawan yang lemah, kalau perlu yang sudah tidak kuat boleh digendong, dipanggul, atau di seret.
Betapapun juga, kita harus cepat-cepat tiba di Gasyun Nor!"
Kembali rombongan itu maju, bahkan lebih cepat dari tadi. Katakata pemimpin muda itu membangkitkan semangat anak buah dan
jenazah Obika ditinggalkan di situ, terlentang dengan leher putus, membuat tempat yang sesunyi itu nampak makin sepi.
Ketika rombongan ini tiba di dekat Telaga Gasyun Nor, dari jauh Temu Cin sudah melihat bahwa di situ terjadi suatu. Ia melihat orang-orangnya bertempur, mengeroyok beberapa orang yang


Pedang Penakluk Iblis ( Sin Kiam Hok Mo) Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

bermain pedang secara luar biasa hebatnya. Banyak sudah kawan-
kawannya yang mengeroyok menggeletak mandi darah. Temu Cin
271 yang biarpun sudah melakukan perjalanan semalam suntuk dan
setengah hari, masih dapat berlari cepat menghampiri tempat
pertempuran di dekat telaga itu. Dan ia melihat pertempuran yang amat menarik hatinya. Sepasang orang muda bangsa Han sedang
dikeroyot oleh puluhan orang anak buahnya, akan tetapt anak
buahnya itu dapat diumpamakan sebagai nyamuk-nyamuk
menyerang dua nyala api lilin. Pemuda dan gadis bangsa Han itu bukan main hebatnya, di mana juga pedang mereka berkelebat,
tentu seorang pengeroyok roboh.
"Tahan semua senjata...!" Suara Temu Cin memang amat berpengaruh dan seketika itu juga, semua pengeroyok
mengundurkan diri.
Siapakah adanya pemuda dan gadis yang demikian luar biasa
ilmu silatnya hingga anak buah Temu Cin yang terkenal gagah
perkasa itu seakan-akan nyamuk menghadapi api bagi mereka"
Pemuda itu berusia kurang lebih dua puluh tahun, tubuhnya
jangkung kurus wajahnya tampan akan tetapi kepucatan, sepasang matanya bersinar-sinar dan selalu bergerak-gerak bola matanya, menandakan bahwa ia amat cerdiknya, pakaiannya mewah dan
menambah anggun sikapnya yang memang gagah. Adapun gadis itu
paling banyak berusia tujuh belas tahun, lincah dan manis, pada wajah yang jelita itu terbayang kejenakaan dan kegembiraan hidup, sepasang matanya bersinar terang membayangkan hati yang jujur
dan terbuka, mulutnya mungil kemerahan selalu tersenyum akan
tetapi kadang-kadang tertarik garis yang membayangkan kekerasan hati luar biasa. Kadang-kadang sikap gadis cilik ini agak kasar dan tidak pedulian, bahkan masih kekanak-kanakan, namun semua ini
tidak mengurangi kelucuannya dan membikin orang menaruh rasa
sayang. Pemuda ini bukan lain Liok Kong Ji, sedangkan gadis itu adalah Go Hui Lian. Bagaimanakah dua orang muda ini bisa tiba-tiba
berada di dekat Telaga Gasyu Nor, di tempat yang demikian
jauhnya, jauh di utara di perbatasan Negara Mongol" untuk
mengetahui semua ini baiklah kita mundur dulu dan mengikuti
perjalanan Liok Kong Ji, anak yang amat cerdik itu.
272 Telah dituturkan di bagian depan betapa dengan akal dan
kecerdikannya Kong Ji dapat menarik hati Pendekar Besar Go Ciang Le dan isterinya sehingga dia kemudian dibawa oleh Ciang Le untuk dididik sebagai muridnya! Dengan hati girang sekali Kong Ji ikut dengan Ciang Le dan isterinya, juga bersama Hui Lian, menuju ke tempat tinggal pendekar besar itu.
Ciang Le tinggal bersama isteri dan puteri tunggalnya di atas
sebuah pulau kecil di selatan. Pulau ini disebut Pulau Kim-bun atau Pulau Pintu Emas karena pulau ini memang seakan-akan merupakan pintu dari daratan Tiongkok sebelah selatan. Disebut pintu emas karena para saudagar yang datang berlayar membawa barang-barang dagangan yang amat berharga yang membuat perdagangan
di situ ramai sekali sehingga pintu berupa pulau ini amat penting kedudukannya, amat berharga seperti emas. Di atas pulau ini
tinggal seratus lebih keluarga dan merupakan tempat yang ramai.
Rumah pendekar ini berada di sebelah utara dari pulau itu,
dengan pekarangan yang amat luas karena Cilang Le sengaja
membeli tanah yang luas di mana ia menghibur diri dengan hidup bercocok tanam. Selain itu, ia memang memilih tempat yang sunyi, jauh dari kota dan di tempat ini ia hidup berbahagia dengan
isterinya yang tercinta, yakni Liang Bi Lan, dan puterinya yang mereka sayang Go Hui Lian. Selain mereka bertiga masih ada
seorang gadis cantik yang bernama Gak Soan Li karena memang
bakatnya besar luar biasa. Juga anak ini amat penurut, dan biarpun ia seorang murid terkasih dari Ciang Le dan isterinya, namun ia seorang anak tahu diri dan hidup di dalam rumah gurunya tak
pernah menganggur. Setiap saat orang melihat dia bekerja
membantu pekerjaan para pelayan sehingga boleh dibilang bahwa
semua pekerjaan rumah tangga berada di tangan Soan Li. Bi Lan
atau. Nyonya Go suka sekali melihat kerajinan anak itu, dan semua pekerjaan rumah tangga beres oleh Soan Li tanpa dia sendiri turut campur, sedangkan semua pelayan amat taat kepada gadis ini yang memang manis budi dan pandai mengatur rumah tangga.
Seringkali, kalau sedang bercakap-cakap, Ciang Le menyatakan
kekagumannya terhadap murid tunggalnya ini dan di samping ini ia menyatakan kekerasan hatinya melihat puterinya sendiri semakin manja dan malas, sungguhpun harus mereka akui bahwa watak Hui
273 Lian jauh lebih gembira dan jenaka daripada Soan Li yang pendiam.
Tanpa adanya Soan Li di situ, pekerjaan rumah tangga akan repot sekali. Sebaliknya tanpa adanya Hui Lian di situ, kegembiraan akan lenyap karena kejenakaan anak ini seakan-akan cahaya matahari
yang menyinar dan menggembirakan hati semua orang. Kalau Hui
Lian anaknya gembira dan jenaka, cerewet dan manja, adalah Soan Li amat pendiam, halus gerak geriknya, dan amat sopan santun
terhadap suhu dan subonya.
Gak Soan Li adalah seorang anak yatim piatu. Rumah ayah
bundanya yang bekerja sebagai buruh di Pulau Kim-bun, pada
waktu ia baru berusia enam tahun, terbakar dan kedua orang
tuanya tewas dalam malapetaka ini. Hanya Soan Li seorang diri
yang selamat. Karena menaruh hati kasihan terhadap anak yatim
piatu ini, Bi Lan dan Ciang Le lalu mengulurkan tangan dan
menolong anak ini membawanya ke rumah mereka dan Ciang Le
yang melihat bakat baik anak ini lalu mengambilnya sebagai murid.
Peristiwa itu terjadi belum lama sejak Ciang Le dan isterinya
tinggal di pulau itu dan pada masa itu, Hui Lian baru berusia
setengah tahun. Soan Li memperlihatkan sikap baik sekali dan ia mencinta Hui Lian setelah Hui Lian menjadi besar. Akhirnya, setelah Ciang Le dan Bi Lan berkali-kali menegurnya, baru ia mau menyebut
"sumoi" kepada Hui Lian, sedangkan Hui Lian menyebutnya "suci"
(kakak seperguruan).
Bakat Soan Li dalam ilmu silat luar biasa sekali sehingga ia
mendapat kemajuan pesat. Bersama dengan Hui Lian ia berlatih
silat, juga ia menerima pelajaran pekerjaan kerajinan tangan seperti nyulam dan lain lain. Hui Lian selalu mendapat petunjuk dari Soan Li, maka tidak mengherankan apabila hubungan kedua orang gadis cilik itu menjadi makin erat saja. Di luar dugaan semua orang makin besar Soan Li kelihatan makin cantik manis, dan Ciang Le serta Bi Lan sendiri menjadi kagum dan girang. Mereka mempunyai seorang murid yang tidak mengecewakan. Slapakah yang takkan bangga dan girang melihat dua orang gadis cilik itu" Masing-masing memiliki keistimewaan sendiri. Soan Li lemah lembut tidak akan ada yang menduga bahwa dia mempunyai kepandaian silat yang tinggi,
gerak-geriknya halus, pakaiannya seperti wanita lemah, bicaranya halus dan sikapnya pendiam. Sebaliknya, Hui Lian lincah sekali, baru 274
dari gerak-geriknya saja. orang tentu akan tahu bahwa gadis ini memiliki kepandaian tinggi, bicaranya terus terang dan jujur, suka ketawa mudah menangis. Kalau Soan Li boleh diumpamakan
setangkai bunga teratai putih yang indah dan tenang, adalah Hui Lian seperti setangkai mawar hutan yang merah, penuh semangat.
Ketika Ciang Le dan Bi Lan sambil mengajak Hui Lian pergi
meninggalkan pulau untuk merantau dan mengunjungi Luliang-san, Soan Li menunggu di rumah untuk menjaga rumah. Hati gadis amat kecewa dan berduka. Baru kali ini ia ditinggal seorang diri dan ia merasa amat kehilangan. Setelah tiga orang itu pergi barulah ia tahu bahwa mereka bertiga itu amat disayangi, bahwa ia merasa
seperti menjadi sebagian daripada keluarga Go, dan hidupnya akan sengsara tanpa mereka.
Oleh karena itu, alangkah girang hati Soan Li ketika beberapa
bulan kemudian Ciang Le bersama anak isterinya datang kembali
dari perjalanan mereka. Dan bersama tiga orang ini, Soan Li melihat seorang pemuda tanggung yang sebaya dengan dia, yakni Liok
Kong Ji. Pada waktu itu, Kong Ji telah berusia empat belas tahun dan Soan Li telah berusia lima belas tahun, sedangkan Hui Lian baru berusia sepuluh tahun. Kalau Soan Li menyambut kedatangan guru seanak isteri itu dengan penuh kegembiraan akan tetapi sama sekali tidak memperhatikan kepada Kong Ji, adalah sebaliknya Kong Ji
berdebar hatinya dan diam-diam pemuda cilik ini mengaku bahwa ia berhadapan dengan seorang bidadari yang lemah lembut. Ia
menduga-duga siapakah gerangan gadis yang cantik dan halus
gerak-geriknya ini.
Hui Lian yang amat gembira bertemu dengan Soan Li segera
memeluk dan berkata, "Soan Li Suci, lihatlah dia ini adalah murid baru dari Ayah. Namanya Liok Kong Ji, orangnya cerdik dan
kepandaiannya sudah lihai sekali. Eh, Kong Ji Suko, inilah Gak Soan Li Su-ci, murid Ayah Ibu yang cantik lemah lembut dan dalam hal kepandaian, ia tidak kalah olehmu'"
Ciang Le hanya menggeleng-geleng kepala saja menyaksikan
kejenakaan putrinya sedangkan Bi Lan hanya tersenyum akan tetapi diam-diam ia memperhatikan muka kedua orang murid itu.
275 Kong Ji berseri wajahnya dan dari sinar matanya dapat
tertangkap kekaguman besar, sebaliknya Soan Li bersikap dingin, bahkan tidak melirik ke arah Kong Ji. Akan tetapi ia balas menjura ketika Kong Ji memberi hormat dan berkata.
"Gak-sumoi, aku yang bodoh kelak mohon banyak petunjuk
darimu." Soan Li tidak menjawab, hanya tersenyum hormat. Di dalam
hatinya ia tidak senang mendengar sebutan sumoy yang diucapkan dengan nada manis dibuat-buat itu.
-oo0mch-dewi0oo-
Hui Lian menghadapi Kong Ji sambil tertawa. "Kong Ji Suko, bagaimana sih kau ini. Biarpun kau nampaknya lebih jangkung,
namun kau bilang bahwa usiamu lebih tua empat tahun dari aku,
sedangkan Suci lebih tua lima tahun, jadi kau lebih muda setahun dari Suci. Maka kau harus menyebut Suci pula, tidak boleh Sumoi.
Apalagi baru sekarang kau menjadi murid Ayah, sedangkan Suci
sudah delapan tahun'"
"Benarkah begitu?" Kong Ji berkata sambil tersenyum, lalu menjura kepada Soan Li. "Suci, mohon maaf sebanyaknya atas kekeliruan siauwte."
Soan Lt merah mukanya, dan ia hanya menjawab lambat, "Tidak mengapa." Kemudian gadis ini berpaling kepada Ciang Le dan berkata,
"Suhu kemarin ada datang seorang tamu yang mengaku sebagai kenalan baik dari Suhu. Sekarang dia menanti di kamar tamu.
Namanya...."
Tiba-tiba dari dalam rumah gedung keluar berlari seorang laki-
laki setengah tua dan begitu melihat Ciang Le, ia berseru girang.
"Go-taihiap, akhirnya kau pulang juga...!"
Ciang Le menengok, demikian pun semua orang dan yang hebat
adalah Kong Ji. Begitu melihat orang ini, mukanya berubah pucat, namun dengan ketabahannya yang luar biasa serta tenaga lwee-276
kang yang sudah dimilikinya, ia dapat menekan perasaannya dan
dapat menyalurkan darah ke mukanya sehingga muka ini menjadi
merah kembali. "Liok San-twako, kiranya kau yang datang" Kebetulan sekali. lihat siapa yang ikut datang bersama ini!" Ciang Le menunjuk kepada Liok Kong Ji. Liok San laki-laki setengah tua menengok ke arah Kong Ji dan kalau sekiranya ia melihat iblis, agaknya ia tak demikian kaget seperti ketika ia memandang kepada Kong Ji.
"Kau...?"" Tiba-tiba, bagaikan seekor harimau ganas yang melihat mangsanya, ia menubruk dan mengirim pukul keras ke arah dada Kong Ji yang sedang berdiri tegak.
Ciang Le dan Bi Lan
terkejut sekali. Ciang Le
hendak mencegah, namun
tidak keburu karena serangan
ini memang tidak terduga
sama sekali. Sedangkan Kong
Ji semenjak tadi sudah
mengawasi gerak- gerik
pamannya ini, akan tetapi
melihat cara Liok San
memukul, ia tidak
menghindar dan memasang
dadanya. "Bukk...!" Dada Kong Ji
terpukul keras dan akibatnya,
anak itu terpental dan
bergulingan sampai dua
tombak lebih, akan tetapi Liok
San meringis kesakitan sambil
memegangi tangan kanannya.
Liok Kong ji tidak terluka hanya terpental saja. Ia lalu melompat berdiri maju menghampiri Liok San dan menjatuhkan diri berlutut sambil menangis. "Siokhu (Paman), kalau anak bersalah,
bunuhlah...."
277 Liok San memandang dengan mata terbelalak. Dari pukulannva
tadi maklumlah ia bahwa kepandaian keponakan ini sudah amat
tinggi, jauh leblh tingi daripada kepandaiannya sendiri!
"lblis". setan...." Kemudian ia berpaling kepada Ciang Le yang memandang keheran-heranan "Go taihiap, harap maafkan aku akan tetapi... bolehkah bicara dengan kau dan anak ini bertiga saja?" Ia lalu berpaling kepada Bi Lan dan menjura. "Go-hujin, maafkan aku sebanyak-banyaknya atas tingkah laku yang, amat tidak sopan ini."
Liang Bi Lan nampaknya tidak senang akan tetapi ketika melihat isyarat mata suaminya, ia menggerakkan pundak. "Tidak apa... mari Hui Lian, dan Soan Li kita masuk ke dalam dan istirahat!" Maka tanpa mengeluarkan sepatah kata terhadap tamu itu, Bi Lan lalu berjalan masuk diikuti oleh Hui Lian dan Soan Li, juga para pelayan yang tadi ikut menyambut, sekarang disuruh masuk semua. Hanya
Hui Lian yang mengomel panjang pendek, terdengar oleh Liok San karena cukup keras, "Benar-benar tamu yang aneh dan kasar!" Akan tetapi Bi Lan mendelik kepadanya dan gadis cilik tidak berani
membuka mulut lagi.
Kini Ciang Le tinggal di luar bersama Liok San dan Liok Kong ji.
Anak ini masih berlutut sambil menangis sedih, tidak berani
mengangkat mukanya. Hatinya berdebar penuh kekhawatiran
karena masih belum tahu apa sebabnya pamannya datang-datang
memukulnya. Namun otaknya yang licin bekerja keras dan tangisnya itu adalah siasat untuk melemahkan pamannya yang sedang marah
itu. Liok San tidak mempedulikan keadaan Kong Ji sebaliknya lalu
berpaling kepada Ciang Le sambil berkata, "Go-tayhiap, tentu kau merasa heran melihat perbuatanku." Ia menghela napas dan
memandang ke arah Liok Kong ji yang masih berlutut sambil
membuka telinganya baik-baik, "Sebetulnya kedatanganku ke pulau ini untuk mencarimu justru hubungan dengan setan ini, siapa ia malah datang bersamamu."
"Apakah yang terjadi, Liok-toako. Terangkanlah dulu apa
sebabnya kau datang mencariku dan apa sebabnya marah-marah
kepada Kong Ji."
278 "Belum lama ini aku naik ke Hoa-san untuk menengok bocah ini yang sudah lama kutinggalkan untuk berguru kepada Liang Gi Tojin dan Lie Bu Tek Taihiap. "Siapa kira di Hoa-san telah kosong aku tidak mendapatkan siapapun juga di puncak itu. Tidak kusangka
bahwa Hoa- san-pai yang begitu besar telah musnah.
"Aku pun tahu akan hal itu, Liok twako," kata Ciang Le karena melihat tamunya itu menunda bicaranya.
"Kemudian aku mendengar Hoa-san-pai telah dimusnakan oleh dua orang tokoh Im-yang-bu-pai. Liang Gi Tojin telah tewas oleh mereka dan Lie Bu Tek Taihiap "...." Liok San memandang kepada Kong Ji dengan sinar mata penuh kebencian.
Kong Ji diam-diam terkejut sekali. Dengan kepala tunduk ia
mendengarkan semua cerita ini dan kini otaknya yang sangat cerdik dapat menduga bahwa pamannya tentu telah mendengar tentang
perbuatannya membuntungi lengan Lie Bu Tek. Akan tetapi secepat kilat, otaknya sudah mempersiapkan jawaban yang tepat. Memang
anak ini lihai luar biasa.
Adapun Ciang Le yang mendengar kata-kata Liok San kemudian
melihat orang itu memandang kepada Kong Ji menjadi terheran,
maka ia lalu berkata, "Bukanlah Lie Bu Tek Toako juga telah terluka hebat" Tahukah kau di mana adanya dia sekarang?"
Liok San menggeleng kepalanya dengan sedih, "Aku tidak tahu dia berada di mana, akan tetapi yang hebat sekali adalah berita yang kudengar bahwa ketika orang-orang Im-yang-bu-pai itu
menyerbu ke Hoa-san dan membasmi Hoasan-pai, anak ini, iblis
kecil yang tak berjantung ini, dia telah... telah membuntungi sebelah lengan kanan Lie Bu Tek Taihiap!"
Kembali Liok San bernafsu sekali dan amarahnya meluap-luap.
Scpasang matanya menjadi merah dan ia seperti hendak menelan
bulat-bulat bocah yang berlutut di depannya. "Kau keparat jahanam.
Ketika masih kecil, Ayah Bundamu tewas oleh orang-orang Im-yang-bu-pai, kemudian kau kubawa ke Hoa-san-pai, ditolong oleh Liang Gi Tojin dan Lie Bu Tek Taihiap, diterima menjadi murid. Bagaimana kau begitu keji untuk membantu orang-orang Im yang bu pai
musuh-musuh besarmu dan bahkan kau berani sekali membuntungi
279 lengan Lie Bu Tek Taihiap?" Setelah berkata demikian, Liok San sudah mengangkat tangannya untuk memukul kepala Kong Ji yang
masih tunduk. Akan tetapi Ciang Le cepat menangkap tangannya dan
mencegahnya. Pendekar ini juga berubah air mukanya. Hatinya
berguncang dan berita ini adalah berita yang luar biasa hebatnya.
"Kong Ji, kau bangkitlah. Berdirilah dan jawab tuduhan Pamanmu tadi. Benar-benarkah kau telah melakukan hal keji itu?" kata Ciang Le.
Dengan perlahan Kong Ji bangun berdiri. Lalu ia berdiri tegak
dengan tenang menghadapi Ciang Le dan Liok San. Ia telah mencari jalan dan otaknya yang cerdik sudah mendapat siasat yang
berbahaya namun berani sekali. Dengan pandang mata tenang
penuh keberanian untuk membuktIkan kejujuran hatinya, ia
menghadapi Ciang Le. Anak ini maklum bahwa Ciang Le memiliki
pandangan mata yang tajam dan seandainya mulutnya dapat
membohong, namun kalau pandang matanya tidak diatur lebih dulu, mungkin akan dapat diketahui oleh Ciang Le. Maka sebelum
membuka mulut, lebih dulu ia menenteramkan hati dan
mengerahkan tenaga sehingga sepasang matanya memandang
tenang penuh kejujuran. Bahkan kini bibirnya tersenyum sedikit sehingga wajahnya nampak cakap dan senang.
"Suhu dan Siokhu, seorang laki-laki harus berani bertanggung jawab atas semua perbuatannya, apalagi kalau perbuatan itu
berdasarkan sesuatu yang memaksanya melakukannya. Teecu juga
tidak akan menyangkal, memang teecu telah mempergunakan
pedang dari Siang mo-kiam Lai Tek tokoh Im-yang-bu-pai untuk
menabas putus lengan kanan dari Lie Bu Tek Twa-suheng!" Kata-kata ini diucapkan dengan sikap begitu sewajarnya dan berani
sehingga Ciang Le dan Liok San berdiri ternganga keheranan.
"Setan jahat, kau benar-benar keji dan tidak punya liangsim!"
Liok San membentak, suaranya tergetar saking marahnya.
Akan tetapi Ciang Le berkata dengan suaranya yang
mengandung pengaruh hebat. "Kong Ji mengapa kaulakukan itu"
Hayo lekas katakan apa alasannya dan bagaimana hal itu terjadi!"
280 Liok Kong Ji merasa lebih gentar menghadapi kata-kata Ciang Le ini dari pada bentakan Liok San, namun ia dapat menguasai diri dan tetap tenang.
"Suhu dan Siokhu, andaikata jiwi (Anda berdua) yang menjadi teecu pada waktu seperti itu apakah yang jiwi lakukan" Anak
tanggung ini bertanya, sikapnya seakan-akan dia bukan sedang
diperiksa dan dituntut, melainkan seperti ia bercakap-cakap
seenaknya dengan dua orang tua itu.
"Lebih baik aku mati daripada berlaku pengecut'" Liok San berseru marah.
"Teruskan saja ceritamu dan majukan alasanmu, Kong ji, dan
jangan menyinggung yang bukan-bukan!" Kini suara Ciang Le mulai mengancam.
"Suhu, agaknya Suhu lebih mengerti akan keadaan daripada
Siokhu yang tak dapat mengendalikan hawa kemurahan. Seperti
telah teecu tuturkan kepada Su-hu, dua orang tokoh Im-yang-bu-
pai, yakni Siang-mo-kiam Lai Tek dan Thian-te Siang-tung Kwa
Siang, tokoh ke dua dan ke tiga dari Im-yang-bu-pai, menyerbu
Hoa-san-pai. Suhu Liang Gi dan Suhu Lie Bu Tek membela diri,
namun mereka kalah. Suhu Liang Gi Tojin tewas Sian Suheng
sendiri terluka hebat. Tinggal teecu dan Sin Hong yang berada di sana menghadapi mereka."
"Kau maksudkan Sin Hong putera angkat Lie Bu Tek Toako?"
tanya Ciang Le penuh perhatian.
"Ya, betul dia, Suhu. Karena Adik Sin Hong yang dibawa ke Hoasan untuk belajar bersama-sama teecu."
"Hayo teruskan!" Ciang Le mendesak. "Setelah begitu, mengapa kau membuntungi lengan Suhengmu itu dengan pedang lawan?"
"Suhu, teecu seringkali mendengar nasehat dari Suhu Liang Gi Tojin dan Suheng Lie Bu Tek bahwa siapa yang lemah harus
berakal, sehingga kekalahan tenaga dapat ditebus dengan
kemenangan siasat. Teecu pada saat itu maklum bahwa nyawa
Suheng takkan dapat ditolong lagi dan pasti akan terbunuh oleh dua orang Im-yang-bu-pai itu, demikian pula nyawa teecu dan Sin Hong 281
pasti akan tewas. Oleh karena itu terpaksa teecu mempergunakan siasat, menyatakan kepada dua orang lm-yang-bu-pai itu bahwa
teecu dan Sin Hong menaruh hati dendam kepada Hoa-san-pai,
teecu sengaja memutar balikkan kenyataan dan menyatakan hendak berguru kepada Im- yang-bu-pai."
"Bangsat rendah!" Liok San memaki marah, akan tetapi Ciang Le memberi isyarat agar supaya Kong Ji melanjutkan ceritanya.
"Sebelum mereka itu menyatakan sesuatu teecu mendahului
mereka agar mereka jangan membunuh Suheng, akan tetapi agar
mereka memberi kesempatan kepada teecu untuk membunuhnya
membalas sakit hati teecu."
"Keparat jahanam!" kembali Liok San memaki.
"Teecu lalu dicoba oleh dua orang takoh lm yang-bu-pai, diberi pinjam pedang oleh Siang-mo-kiam Lai Tek untuk melakukan
pembunuhan itu. Teecu tidak membunuh Suheng Lie Bu Tek,
melainkan membuntungi sebelah lengannya yang sudah terluka itu."
"Setan kecil, kau memang jahat!" Liok San tak dapat menahan kemarahana lagi. "Kalau kau memang seorang yang mengenal budi, seharusnya kau melawan sekuat tenaga dan lebih baik kau mati
dalam membela Hoa-san-pai daripada kau melakukan hal yang amat pergecut dan khianat itu!"
Adapun Ciang Le memandang kepada Kong Ji penuh kekaguman.
Ia heran sekali melihat keberanian anak ini, berani mengaku semua perbuatan itu seakan-akan tidak merasa bersalah. Apakah anak ini mempunyai alasan yang kuat mengapa ia melakukan semua itu.
"Kong Ji, sekarang ceritakan mengapa kau lakukan hal yang sekeji itu."
"Suhu, seperti sudah teecu sebut tadi, seorang yang lemah harus dapat mempergunakan siasat halus. Pada waktu itu, Suhu sudah
tewas dan Suheng terluka berat. Teecu sendiri bersama Sin Ho ada mempunyai daya apakah" Kalau teecu menurutkan nafsu seperti
dinyatakan oleh Siokhu tadi, tentu teecu dan Sin Hong dalam


Pedang Penakluk Iblis ( Sin Kiam Hok Mo) Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

sejurus saja akan tewas pula, dan Suheng Lie Bu Tek juga tentu akan mereka bunuh. Kalau terjadi demikian, bukankah itu berarti 282
bahwa semua murid Hoa-san-pai akan terbinasa dan siapakah kelak yang akan membalaskan sakit hati itu" Harap Suhu suka
pertimbangkan dengan adil. Kalau teecu menurutkan nafsu hati dan melawan, tidak akan ada gunanya sama sekali kecuali
mengantarkan nyawa dengan sia-sia. Sebaliknya, dengan siasat
yang telah teecu lakukan, tidak saja Suheng Lie Bu Tek terlepas daripada bahaya maut dan hanya kehilangan lengan sebelah, juga tee-cu dan Sin Hong selamat."
"Akan tetapi, dengan berbuat demikian kau telah merendahkan diri dan menyeret namamu ke dalam lumpur kehinaan, Kau dapat
dianggap pengecut besar dan orang berkhianat yang amat rendah!
Ini lebih hebat daripada maut!" kata Ciang Le dan hati pendekar ini berdebar, heran dan kagum ia mendengar siasat yang amat cerdik itu, namun ia pun ragu-ragu karena hanya orang yang rendah budi saja yang kiranya dapat mempergunakan dan menjalankan siasat
seperti itu. "Apa boleh buat, Suhu. Sakit hati teecu terhadap Im-yang-bu-pai begitu besar, cita-cita teecu untuk kelak membalas dendam
demikian hebat sehingga tee-cu berani mengorbankan apa saja.
Teecu berani mengorbankan nama baik, berani mengorbankan
perasaan yang hancur ketika teecu membuntungi lengan Suheng.
Bahkan kalau sekarang Suhu dan Siok menganggap teecu berdosa
dan harus bunuh, teecu rela karena dalam kematian ini pun
merupakan pengorbanan teecu yang hendak membalas dendam
kepada musuh-musuh kita itu. Suheng sendiri pasti akan
memaafkan teecu karena dengan perbuatan itu tidak saja Suheng
bebas dari kematian, juga telah memberi kesempatan kepada
Suheng, teecu dan Sin Hong untuk kelak mencari musuh- musuh
besar dan membalas dendam."
Ciang Le kini merasa kagum sekali. Liok San sendiri bengong,
karena setelah ia pikir-pikir, memang apa yang dilakukan oleh Kong Ji itu masuk akal dan bahkan cerdik sekali! Oleh karena itu sekarang ia tidak dapat mengeluarka kata-kata, hanya memandang kepada
keponakannya dengan mata terbelalak dan kadang-kadang ia
menoleh kepada Ciang Le untuk melihat apa yang akan dikatakan
oleh pendekar besar ini.
283 "Kong Ji, jadi kau melakukan semua itu bukan karena kau ingin hidup dan menyelamatkan diri sendiri?"
"Bukan, Suhu. Demi Tuhan Yang Maha Kuasa, teecu melakukan itu bahkan demi kelamatan Suheng, keselamatan Sin Hong, dan
agar teecu mendapat kesempatan membalas dendam."
"Jadi kau benar-benar bercita-cita membalas dendam atas
kehancuran Hoa-san-pai?"
"Teecu bersumpah, bukan hanya untuk membalas dendam atas
kehancuran Hoa-san-pai, akan tetapi juga untuk luka yang diderita oleh Suheng Lie Bu Tek, untuk kematian Suhu Liang Gi Tojin, untuk kematian Ayah Bunda teecu dan untuk kejahatan orang- orang Imyang-bu-pai." kata Liok Kong Ji penuh semangat, kemudian ia menjatuhkan diri berlutut lagi dan menangis. Tangisnya demikian sedih dan sama sekali tidak kelihatan dibuat-buat sehingga Ciang Le yang demikian awas pandangan matanya, masih kalah dan dapat
tertipu oleh anak yang memang lihai dan berbahaya sekali itu.
"Liok toako, kau mendengar sendiri keterangan Kong Ji. Anak ini bersemangat besar, dan menurut pendaputku. perbuatannya atas
diri Lie Bu Tek Toako itu bukanlah hal yang jahat, bahkan
menunjukkan bahwa ia cerdik sekali. Aku berani tanggung bahwa
Lie Bu Tek Toako pasti takkan marah kepadanya.
Liok San menarik napas, kelihatan lega sekali. "Sesungguhnya, Taihiap, tiada kesenangan yang lebih besar bagiku daripada
mendengar keponakanku bebas dari kesalahan. Akan tetapi, tidak ada kedukaan yang lebih besar bagiku dari pada mendengar dia
berdosa. Kalau dia dianggap berdosa, aku sendiri yang akan
membunuhnya, akan tetapi sukurlah kalau Taihiap berpendapat
demikian. Aku hanya menyerahkan anak kakakku ini kedalam
bimbingan Taihiap."
Ciang Le memandang kepada Kong Ji yang masih berlutut. "Kong Ji, selanjutnya apa yang terjadi dengan Lie Bu Tek Toako dan
dengan Sin Hong?"
"Tentang Lie Bu Tek Suheng, teecu tidak tahu lagi karena
semenjak itu, teecu dibawa pergi oleh orang-orang Im-yang-bu-pai dan ketika teecu pergi, Suheng masih rebah di puncak Hoa-san
284 dalam keadaan pingsan. Adapun Adik Sin Hong memang karena
tertarik dan percaya kepada teecu, dua orang tokoh lm-yang-bu-pai itu membawa teecu dan Sin Hong pergi, dengan maksud untuk
diambil murid. Akan tetapi Adik Sin Hong ternyata tidak dapat
menahan nafsunya. sepanjang jalan ia memaki-maki dua orang
tokoh Im-yang-bu-pai itu sehingga mereka menjadi hilang
kesabaran. Tentu Adik Sin Hong dibunuh oleh mereka kalau saja
tidak keburu datang orang-orang Hek-kin-kaipang yang
menolongnya dan membawanya pergi."
"Hek-kin-kaipang" Siapa yang memimin mereka?" Ciang Le bertanya.
"Teecu tidak kenal, hanya pemimpinnya seorang wanita cantik, dan pemimpin itu berhasil membawa lari Sin Hong, akan tetapi anak buahnya, puluhan orang yang tewas dalam tangan kedua tokoh Imyang-bu-pai itu."
"Kiang Cun Eng"." Ciang Le berkata lirih dan terkenanglah ia akan pengalamannya ketika masih muda. Pernah ia digoda oleh Cun Eng yang cantik genit (baca Pendekar Budiman). Ia menarik nafas panjang dan merasa bersukur bahwa akhirnya wanita itu melakukan sesuatu yang baik, yakni menolong Sin Hong putera dari Wan-yen Kan.
"Jadi kau selama ini menjadi murid Im-yang-bu-pai?" tanya Liok San di hatinya tetap saja tidak senang kalau mengingat betapa anak ini, yang orang tuanya terbunuh oleh Im-yang-bu-pai, bahkan
menjadi murid musuh besar mereka.
"Tidak, Siokhu, anak hanya sebentar saja tinggal di sana.
Kemudian datang See-thian Tok-ong yang menghancurkan Im-yang-
bu-pai." Ia lalu menceritakan secara singkat kepada pamannya ini tentang semua pengalamannya tentu saja ia atur demikian rupa
sehingga ia tidak melakukan sesuatu pelanggaran yang
memburukkan namanya. Ia bahkan menceritakan betapa dengan
akalnya ia dapat membikin musuh besar yang membunuh ayah
bundanya, yakni Sin-chio Thio Seng, tokoh ke lima dari Im-yang bupai, terbunuh sendiri oleh Giok Se Cu.
285 "Demikianlah, Siokhu. Dengan masuknya anak di dalam Im-yangbu-pai, tidak saja anak dapat membalas dendam kepada orang yang membunuh Ayah Bunda, juga dengan pertolongen See-thian Tok
ong, Im-yang bu-pai dapat dihancurkan." Selanjutnya ia
menceritakan pengalamannya ketika ikut See-thian Tok-ong dan apa kemudian ia tertolong oleh Go Ciang Le ketika hendak dibunuh oleh Raja Racun itu dan kemudian ikut dengan Ciang Le sebagai
muridnya. Liok San menarik napas panjang, hatinya lega sekali. "Sudahlah, baiknya Go Taihiap berpemandangan luas. Aku merasa tenteram
hatiku kalau kau berada di bawah pengawasannya. Belajarlah baik-baik dan kau harus taat kepada Suhumu."
Ciang Le yang masih teringat akan nasib Lie Bu Tek dan Sin
Hong berkata kecawa. "Sayang sekali kita tidak tahu bagaimana dengan nasib Lie-twako dan anak Sin Hong. Apakah mereka masih
hidup" Kalau masih hidup di mana mereka bersembunyi?"
"Go-talhiap, biarlah aku akan mengembara dan mendengar-
dengar. Kita agak mudah untuk mencari Sin Hong, biarlah aku
mencari di mana adanya Kiang-kaipangcu, ketua Hek kin-kaipang
itu. Mungkin anak itu dapat ditemukan, hanya aku masih bingung ke mana harus mencari Lie Bu Tek Taihiap."
Ciang Le girang sekali. Ia baru datang di rumah dan tak dapat ia pergi lagi dalam waktu dekat.
"Terima kasih kalau kau mau menyelidiki tempat mereka,"
katanya. Liok San hanya satu hari tinggal di Pulau Kim-bun, dan pada
keesokan harinya setelah banyak meninggalkan nasihal bagi
keponakannya ia lalu pergi. Sebelum ia pergi, lebih dulu Ciang Le diam-diam mengajak ia berembuk tentang maksud hati Ciang Le
dan isterinya, yakni hendak menjodohkan Liok Kong Ji dengan Gak Soan Li. Tentu saja Liok San menerima dengan girang dan segera menyetujui, maka antara dua orang tua ini telah mengadakan ikatan perjodohan yang belum saatnya diberitahukan kepada dua orang
muda yang bersangkutan.
-oo0mch-dewi0oo-
286 Kong Ji berlatih ilmu silat di bawah gemblengan Ciang Le dengan penuh ketekunan. Sebegitu jauh ia dapat menyembunyikan
kepandaiannya sehingga Ciang Le sendiri tidak tahu bahwa anak itu telah pandai ilmu silatnya, bahkan telah dapat mempelajari Ilmu Pukulan Tin-san-kang yang lihai dan ilmu silatnya yang aneh dari See-thian Tok-ong. Bersama-sama Hui Lian dan Soan Li, Kong Ji
berlatih siang malam dan ketekunannya benar-benar mengagumkan
hati Ciang Le dan isterinya. Dalam kelicinan dan kecerdikan, Kong Ji dapat membuat dirinya seakan-akan paling bodoh antara tiga orang anak muda yang belajar ilmu silat dari Hwa I Enghiong Go Ciang Le.
Makin lama, Kong Ji merasa makin tertarik kepada Soan Li akan
tetapi sebaliknya gadis ini entah mengapa mempunya i rasa tidak suka kepada pemuda mi. Kalau dekat dengan Kong Ji, ia merasa
seakan-akan dekat dengan seekor ular yang berbahaya dan sukar
dimengerti isi hatinya. Namun di luarnya ia tentu saja bersikap biasa seperti lajimnya seorang terhadap saudara seperguruannya.
Kong Ji adalah seorang yang cerdik, biarpun Soan Li tidak
menyatakan isi hatinya namun pemuda ini dapat menduga bahwa
gadis cantik itu tidak suka kepadanya. Maka ia pun dapat
membatasi diri, dan pada umumnya, sikap Kong terhadap siapapun juga amat sopan dan menghormat serta taat terhadap Ciang-Le dan Bi Lan, pendiam dan tak pernah berkelakar di hadapan Soan Li,
akan tapi ia amat rapat hubungannya dengan Hui Lan. Memang Hui Lan berwatak gembira dan jujur dan Kong Ji adalah seorang ahli dalam mengatur sikap, seorang yang dapat menyesuaikan diri
dengan siapapun juga ia berhadapan, maka ia dapat mengambil hati semua orang. Bahkan Soan Li sendiri tidak mempunyai alasan
mengapa ia tidak suka kepada Kong Ji. Pemuda itu cukup tampan, sikapnya baik dan sopan santun, namun ada sesuatu yang
mengganjal hatinya dan membuat ia merasa tidak enak kalau
berhadapan dengan Kong Ji.
Setelah mendengar penuturan Kong Ji tentang peristiwa di Hoa-
san. Ciang Le berlaku amat hati-hati. Diam-diam ia sering kali mengamat-amati kelakuan Kong-Ji, dan biarpun selama bertahun-tahun Kong Ji tidak pernah memperlihatkan watak yang jahat,
287 namun pendekar ini tetap berlaku hati-hati dalam memberi
pelajaran ilmu silat. Kalau ia mwnurunkan seluruh kepandaiannya kepada puterinya dan kepada Soan Li, dan bahkan menurunkan ilmu silat Pak-kek Sinkang kepada dua orang gadis ini, adalah pada Kong Ji ia hanya memberi latihan ilmu silat. Ia tidak berani menurunkin Pak-kek Sin-ciang kepada murid ini, hanya menurunkan Ilmu Silat Thian-hong ciang-hoat yang juga lihai. Namun selihai-lihainya Thian-hong-ciang-hoat, tentu saja tidak dapat menyamai kehehatan ilmu Silat Pak-kek Sin-Ciang. Sebagaimana telah dituturkan di dalam cerita Pendekar Budiman. Go Ciang Le hanya menerima sedikit saja Ilmu Silat Pak-kek sin-Ciang, namun bagian yang tidak seberapa ini sudah cukup untuk mengangkat tinggi namanya dan jarang ada
orang kang-ouw yang dapat menghadapi ilmu silat ini.
Kong Ji bukan seorang yang mempunyai kccerdasan luar biasa
kalau ia tidak tahu.bahwa ia dibeda-bedakan oleh gurunya. Namun ia tidak berkecil hati.
-oo0mch-dewi0oo-
Jilid XI KU sudah tahu di mana tempat penyimpanan kitab peninggalan
Pak Kek Siansu, biarpun aku tidak diberi pelajaran Ilmu Silat Pak-kek Sin-ciang, kelak ia dapat mempelajari sendiri." pikirnya. Akan tetapi ia masih belum puas kalau belum dapat "mencuri" pelajaran ini, maka ia pada suatu hari mendekati Hui Lian. Bercakap-cakap di
dalam taman yang luas sambil berlatih silat seperti biasa.
"Sumoi, aku heran sekali mengapa sampai sekarang aku belum mendapat latihan Ilmu Silat Pak-kek Sin-ciang," demikian Kong Ji memancing.
"Jangan kecil hati, Suheng. Ilmu silat itu tidak mudah. dan untuk dapat mainkan ilmu silat itu, diperlukan dasar yang kuat. Kau baru beberapa tahun berlatih di bawah bimbingan Ayah, tentu saja belum waktunya bagimu untuk mempelarinya. Menurut Ayah, ilmu silat ini kalau dipelajari oleh orang yang belum kuat dasarnya, bukannya mendatangkan keuntungan, bahkan amat berbahaya, akan merusak
dasar yang sudah ada dan yang masih lemah."
288 Melihat betapa gadis itu bicara sunguh-sungguh, tidak seperti
biasanya bergurau, Kong Ji percaya bahwa Hui Lian bicara
sebenarnya. "Sumoi, biarpun aku tidak akan berlatih ilmu silat itu, akan tetapi aku ingin sekali mempelajari kauw-koatnya (teori silatnya). Apa sih salahnya mempelajari teorinya saja" Sumoi, bcrlakulah murah
kepadaku dan harap kau suka mengajarkan teorinya kepadaku."
"Aku tidak berani, Suheng."
"Tidak berani" Mengapa tidak berani Sumoi?"
"Ayah akan marah. Aku dan juga Suci sudah bersumpah takkan membuka rahasia Pak-kek Sin-ciang kepada orang lain."
"Akan tetapi, Sumoi, aku toh bukan orang lain" Kelak aku pun tentu akan menerima ilmu itu dari Suhu. Kalau kau memberi tahu tentang teorinya kepadaku, itu bukan berarti kau melanggar
sumpah, karena aku bukan orang lain"
Hu Lian orangnya jujur sekali. Memang ia berotak terang dan
cerdik, akan tetapi bukan kecerdikan seperti yang dipunyai oleh Kong Ji, yakni kecerdikan yang sifatnya curang. Kecerdikan Hui Lian hanya untuk mempelajari sesuatu, dan karena wataknya jujur, maka sekali ia percaya orang ia akan percava habis-habisan. Demikian pun terhadap Kong Ji yang pandai membawa diri, ia sudah menaruh kepercayaan sebulatnya.
"Kalau dipikir-pikir memang betul kata-katamu, Suheng. Akan tetapi sebaiknya kutanyakan dulu kepada Ayah."
"Tak usah, Sumoi. Kalau begatu lebih baik kau jangan
mengajarku. Suhu tentu akan marah kepadamu dan kepadaku yang
dianggap lancang. Sebetulnya aku pun tak amat terburu-buru,
karena...." Kong Ji menghentikan sebentar kata-katanya dan memandang kepada Hui Lian seakan-akan hendak menyampaikan
sesuatu yang penting. "Sumoi, dapatkah kau menyimpan rahasia?"
"Tentu saja!" Pada waktu itu, Hui Lian baru berusla empat belas tahun sifatnya masih kekanak-kanakan, maka ia ingin sekali
mendengar apa yang akan dikatakan oleh Kong Ji.
289 "Sumoi, harap jangan katakan kepada siapa juga. akan tetapi sebetulnya, ketika ikut dengan See-thian Tok-ong, aku pun
menerima beberapa pelajaran ilmu silat yang kiranya tidak kalah lihai oleh Pak-kek Sin-ciang. Kalau kau mau menuturkan kepadaku tentang teori Pak-kek Sin-ciang aku akan mengganti dengan
beberapa ilmu pukulan yang aneh-aneh. Boleh kaupilih, kalau kau menolak, bagiku tidak ada ruginya karena kelak aku pun pasti akan menerima Ilmu Pak-kek Sin ciang dari Suhu, sebaliknya kaulah akan rugi karena kau tidak jadi mempelajari ilmu dari See-thian Tok-ong."
Hui Lian bukan anak bodoh, dia maklum bahwa kepandaian Kong
Ji masih jauh kalau hendak dibandingkan dengan kepandaiannya
sendiri, maka kata-kata ini tentu saja menimbulkan senyumannya.
"Suheng, ilmu aneh apakah yang kau sebutkan tadi" Coba
kauperlihatkan dulu, hendak kulihat apakah cukup berharga untuk ditukar dengan Pak-kek Sin-ciang?"
Kong Ji menunjuk kepada sebatang pohon yang berbunga.
Bunganya berwarna, putih dan berada agak tinggi, paling rendah tiga tombak dari tanah.
"Sumoi, kalau kau mengambil bunga di tangkai pohon itu,
bagaimana caramu yang terbaik?" tanyanya.
Hui Lian menggerakkan sepasang alisnya sambil memandang ke
atas, lalu tersenyum. "Banyak caranya, Suheng. Pertama kali dengan jalan memanjat pohonnya."
"Tidak pantas bagi seorang gadis memonjat pohon!" Kong Ji mencela.
"Aku dapat melompat ke atas dan memetik bunga-bunga itu
sambil duduk di atas cabang." Hui Lian berkata lagi.
"Memang bisa dengan jalan itu, akan tetapi cabang pohon itu basah dan kotor, pakaianmu tentu akan kotor. Belum lagi banyak semutnya, kau dikeroyok dan digigit."
"Habis, kalau kau bagaimana akan kaulakukan, Suheng?" tanya Hui Lian.
"Itulah, aku mempunyai semacam ilmu pukulan yang sambil
duduk di sini aku dapat dipergunakan untuk memukul runtuh semua 290
bunga yang kauinginkan tanpa memanjat pohon atau membiarkan
diri dikeroyok semut."
Hui Lian tertawa dan merasa kasihan kepada Kong Ji. Baru
kepandaian seperti itu saja dibanggakan, pikirnya. "Ah, Suheng. Apa sih sukarnya itu" Kalau yang kaumaksudkan aku pun dapat
runtuhkan semua kembang itu dengan pukulan-pukulan lweekang
dari tempat ini."
"Dengan pukulan Pak-kek Sin-ciang?" tanya Kong Ji tertarik.
"Ya, dan kau boleh saksikan ini!" Hui Lian menggerak-gerakkan kedua lengannya secara aneh, tiba-tiba ia memukul ke arah atas pohon. Angin pukulan dahsyat menyambar, cabang- cabang pohon
bergoyang-goyang seperti ada tangan kuat yang menggoyangnya.
Beberapa kembang jatuh ke bawah, bersama banyak yang
melayang-layang.
"Tidak baik, tidak balk!" Kong Ji menggeleng-geleng kepalanya mencela.pukulan itu terlalu kasar, hanya baik untuk membinasakan musuh dan mengusir ulat dari pohon. Kalau untuk memetik bunga
terlalu kasar dan merusak bungga-bunga. Lihat bunga-bunga yang runtuh itu pada rusak, bukan?"
"Apa kau bisa memukul dan menjatuhkan kembang-kembang
seperti yang lakukan tadi, Suheng?" Hui Lian penasaran karena dicela, padahal pukulannya hebat sekali dan patut dipuji, sedangkan ia tahu bahwa ilmu kepandaian Kong Ji belum sampai pada tingkat penggunaan tenaga lweekang seperti tadi. Ia telah mempergunakan jurus pukulan dari Pak-kek Sin-ciang yang disebut Angin Laut
Memukul Ombak", dan dengan tenaga lweekang yang dikerahkan, hawa pukulannya telah berhasil merontokkan bunga-bunga dan
daun. "Kau!that saja Sumoi, dan nanti boleh menilai sendiri apakah ilmu pukulanku ini patut untuk ditukar dengan teori Pak- kek Sin-ciang!"
Sambil berkata demikian, Kong Ji duduk bersila di bawah pohon, menahan napas, mengerahkan tenaga Tin-san-kang, kemudian dua
tangannya digerak-gerakkan mengeluarkan bunyi seperti tulang
patah patah setelah itu, dengan gerakan halus dan lambat ia
291 meluncurkan tangan dengan telunjuk ke atas, gerakannya cepat dan ia hanya menudingkan telunjuknya ke arah setangkau bunga.
Benar-benar aneh dan seperti ilmu sihir apa yang dilakukan oleh pemuda itu. Tiap bunga yang ditunjuk oleh jarinya, segera patah tangkainya dan melayang perlahan ke bawah, lalu diterima dengan tangannya dan benar saja bunga-bunga itu masih utuh! Kong Ji
dengan gerakan seperti itu telah meruntuhkan sepuluh tangkai
bunga, kemudian ia tersenyum, memegang bunga-bunga itu pada
tangkainya menjadi satu dan memberikannya kepada Hui Lian.
"Kaulihat, bukankah bunga-bunga ini seperti baru habis dipetik saja!"
Hui Lian menerima bunga-bunga itu dan terkejut dan heran
bukan main. tidak percaya bahwa apa yang diperlihatkan tadi
adalah demonstrasi tenaga lwekang yang luar biasa, dan mengira bahwa Kong Ji memang mempelajari ilmu sihir.
"Itulah hoatsut (ilmu sihir)!" seru gadis cilik ini.
Kong Ji tertawa. "Boleh kausebut apa saja, akan tetapi bukankah ilmu ini berguna sekali dan sukakah kau mempelajarinya untuk
ditukar dengan teori Pak-Sin-ciang"
"Iloatsut termasuk ilmu sesat atau ilmu hitam, dan Ayah
melarangku mempelajari ilmu sesat!" katanya dengan mata masih terheran-heran.
"Jangan bilang begitu, Sumoi. Yang kuperithatkan tadi sama sekali bukan hoatsut, melainkan ilmu pukulan yang amat berguna."
"Berguna untuk pertandingan" Bukan hanya untuk mengambil
kembang?" "Ya, berguna untuk menghadapi yang bagaimanapun juga."
"Bagus, kalau begitu, mari kita coba. Kau hadapi Pak-kek Sinciang dengan ilmu yang aneh tadi, kalau benar-benar kulihat ilmu itu berguna, aku tidak keberatan untuk menukar dengan teori Pak-kek Sin-ciang."
Sebetulnya Kong Ji hendak menyembunyikan kepandaiannya dan
ia merasa takut sekali kalau-kalau suhunya melihat dia telah mahir 292
ilmu Tin-san-kang Giok Seng Cu dan ilmu silat barat dipelajarinya dari See-thian Tok-ong. Akan tetapi ia tidak takut kalau Hui Lian akan membocorkan rahasianya ini karena kalau gadis itu sudah
menukarnya dengan Pak-kek Sin-ciang, bukankah berarti gadis itu melanggar larangan ayahnya dan tentu tidak berani membocorkan
rahasia itu"
"Baik, marilah kita main-main sebentar, Sumoi. Akan tetapi, Pak-kek-sin-ciang amat berbahaya dan hebat, jangan kau memukul
benar-benar sehingga aku akan tewas dt tanganmu!"
Hui Lion tersenyum manis. "Orangnya gagah akan tetapi takut mati! Suheng, kau belum tahu akan sifat Pak-kek-sin-ciang. Ilmu ini adalah ilmu bersih, ilmu silat yang luar biasa ciptaan seorang suci seperti Sucouw Pak Kek Siansu, mana dapat disamakan dengan ilmu memukul dan membunuh orang" Jangan kamu khawatir, aku hanya
akan melihat sampai di mana gunanya ilmu yang hendak kau
ajarkan kepadaku itu. Bersiaplah!"
Kong Ji slap dengan kuda-kuda yang dipelajarinya dari See-thian Tok-ong. Ia gemmbira sekali karena sebelum mempelajari kauwkoat dari Pak--kek Sin-ciang, ia memang hendak lebih dulu menguji
sampai di mana kehebatan ilmu yang amat terkenal namun amat
dirahasiakan ini. Pertama-tama ia hendak menghadapi Hui Lian
dengan ilmu silat barat yang empat tahun lamanya ia pelajari dari Raja Racun itu. Kuda-kudanya kuat sekali dan tubuhnya miribf,
kedua lengan diatur sedemikian rupa sehingga seluruh bagian tubuh yang berbahaya atau lemah terlindung rapat-rapat.
Hui Lian memandang sebentar, kemudian Kong Ji mehhat
sesuatu yang aneh. Gadis itu berdiri tegak lalu meramkan mata, tak bergerak seperti patung untuk beberapa detik, kemudian tanpa
membuka matanya ia berseru, "Suheng, terimalah seranganku!"
Baru saja kata-kata ini habis diucapkan, tubuhnya bergerak
secepat kilat dan sebelum Kong Ji tahu apa yang terjadi, telinganya terasa pedas dan panas karena sudah kena disentil oleh tangan Hui Liab! Ia kaget setengah mati, gerakan gadis itu tidak terduga sama sekali dan biarpun matanya masih belum dibuka gadis itu ternyata telah dapat menyentil telinganya!
293 Hui Lian sudah melompat mundur dan berkata, "Hati-hatilah, Suheng, jaga baik- baik dan pergunakan ilmumu yang tadi!"
Kong Ji mendongkol sekali kepada See-thian Tok -ong. ia sudah
melatih diri selama empat tahun dengan ilmu silat yang diajarkan oleh See-thian Tok-ong akan tetapi sekarang ilmu silat itu sewaktu menghadapi Hui Lian, baru segebrakan saja sudah kelihatan tidak ada gunanya!
Tentu saja ia tidak tahu bahwa bukan ilmu silat dan See thian
Tok-ong yang kurang lihai, yang menjadi sebab adalah karena dia belum tahu akan sifat Ilmu silat Pak Kek Sin-ciang. Kalau ia tidak berlaku sembrono, baru melihat Hui Lian bergerak dengan mata
meram saja, ia sudah akan berlaku lebih hati-hati. Memang Ilmu Silat Pak kek Sin-ciang bukanlah ilmu silat biasa saja. Latihannya amat berat dan benar seperti dikatakan oleh Hui Lian, tidak
sembarangan orang dapat mempelajarinya. Harus memiliki dasar
yang kuat dulu, bukan dasar jasmaniah saja melainkan terutama
sekali dasar yang kuat dalam batinnya.
Ketika Soan Li dan Hui Lian mulai melatih untuk mempelajari ilmu ini, dengan susah payah barulah mereka berhasil. Tiga hari tiga malam tak pernah bergerak pindah dari tempatnya, hidup hanya
dari udara yang dihisap saja, ini masih belum hebat, yang paling berat adalah menjalankan latihan menghindarkan cahaya matahari selama tiga hari tiga malam. Si murid harus tinggal dalam kamar atau gua yang gelap dan tidak dapat ditembusi sinar matahari, dan bersamadhi di situ. Dan di dalam latihan itu, yang menjadi guru lalu menggoda murid itu dengan berbagai jalan.
Setelah kuat menghadapi semua ini dan karenanya kekuatan
batin si murid sudah cukup teguh, barulah perlahan-lahan ia boleh menerima latihan Ilmu Silat Pak-kek Sin-ciang! Inilah sebabnya maka tadi Hui Lian bersilat sambil menutup matanya, oleh karena tingkat gadis ini masih rendah dalam ilmu ini. Tanpa menutup
matanya, ia kurang dapat memusatkan perhatiannya dan makin
rapat matanya ditutup, gerakan ilmu silatnya makin sempurna.
Seluruh panca indera dapat dipusatkan dan dengan pendengaran
dan perasaan saja ia sudah dapat menghadapi lawan yang
294

Pedang Penakluk Iblis ( Sin Kiam Hok Mo) Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

bagaimana tangguhpun. Oleh karena itu, biarpun matanya meram,
dengan mudah ia dapat menyentil telinga suhengnya!
"Balk, Sumoi, kau boleh menyerang lagi." kata Kong Ji dan kini ia memasang kuda-kuda rendah sekali dan mulailah mainkan Ilmu Silat Tin-san-kang! Hui Lian mulai menyerang lagi, cepat dan dahsyat sekali, akan tetapi sifatnya lemah dan lembut. Memang Ilmu Silat Pak-Sin-ciang itu dapat dimainkan menurut sikap pemainnya, dan sesuai pula dengan wataknya. Hui Lian seorang wanita, maka sifat ilmu silatnya itu lemah-lembut, namun ia berwatak gembira dan
jenaka, maka cepat dan dahsyat gerakan kaki tangannya.
Kong Ji cepat mengelak dan menggerakkan lengan untuk
menangkis, sambil mengerahkan tenaga Tin-san-kang, namun tidak sepenuh tenaga. Dalam gebrakan pertama ini, akibatnya keduanya terkejut bukan main. Biarpun sudah mengelak dan menangkis, tetap saja tangan Hui Lian menyerempet pundak Kong Ji, demikian cepat dan tidak terduga serangan ilmu dilat itu. Sebaliknya, ketika hawa tangkisan tangan Kong Ji menolaknya Hui Lian merasa ada tenaga luar biasa mendorongnya, sehingga kuga-kuda kakinya sang teguh itu menjadi miring.
Hui Lian tidak membuang waktu dan menyerang terus karena
tangkisan tadi membuat ia penasaran, juga gembira. mulai
menduga bahwa ilmu silat yang diperlihatkan oeh Kong Ji ini "ada isinya" juga ia heran melihat ilmu silat yang dilakukan dengan kuda-kuda demikian rendahnya sehingga kadang-kadang Kong Ji sampai
hampir menyentuh tanah.
Kini terjadilah pertandingan yang hebat sekali. Biarpun hanya
latihan yang sifatnya main-main atau hanya menguji ilmu silat, namun keduanya benar-benar bersilat dengan baiknya sehingga
bagi orang yang tidak begitu paham dengan ilmu silat tinggi pasti mengira bahwa mereka sedang bertempur mati-matian!
Kong Ji kagum bukan main oleh ilmu silat itu. Gerakannya
demiklan sepat dan aneh, sama sekali tidak dapat diduga
perubahannya dan tahu-tahu setiap gerakan merupakan ancaman
hebat. Kalau saja tidak memiliki tenaga Tin-san- kang yang memang sudah ia pelajari secara mendalam dan sempurna pasti takkan
mampu menghadapi Hui Lian secara berimbang. Tidak ada ilmu silat 295
yang pernah dipelajarinya, yang akan dapat menandingi Pak-kek
Sin-ciang ini. Sebaliknya Hui Lian juga kagum dan terheran-heran.
Memang, gerakan dari Kong Ji tidak begitu lihai, kurang cepat dan banyak terdapat lowongan-lowongan, namun yang membikin ia
terkejut dan heran adalah hawa pukulan yang keluar dari sepasang lengan suhengnya. Hawa itu demikian kuat sehingga tanpa
menyentuh tangannya, suhengnya sudah dapat menangkis dan
menolak semua serangannya!
Hal ini tIdak aneh, Kong Ji pernah diberi penjelasan yang amat lengkap dari Giok Seng Cu tentang Tin-san-kang dan pemuda Ini
sudah melatih diri dengan amat tekun sehingga biarpun belum
boleh dikatakan bahwa ilmunya Tin-san-kang sudah dapat
mengimbangi Giok Seng Cu, namun sedikitnya ia telah mempelajari delapan bagian dan tenaganya sudah terkumpul sedikitnya enam
bagian. Kalau dia mau, dengan pukulan maut agaknya ia dapat
merobohkan Hui Lian. Sebaliknya, biarpun sudah bertahun-tahun
belajar Pak-kek Sin-ciang, namun ilmu ini amat luas dan sukar
dipelajari sehingga kepandaian Hui Lian, dalam ilmu ini masih
kurang baik. Ilmunya bermain pedang warisan ayahnya jauh lebih baik dari ilmunya bertangan kosong.
Ilmu Silat Pak-kek Sin-ciang bukan sembarang ilmu, Go Ciang Le sendiri yang mendapat julukan pendekar besar dan semua orang
takluk menghadapi ilmu silatnya Pak kek Sin-ciang, sebetulnya, belum mempelajari seluruh ilmu silat hebat ini. Ketika ia berguru kepada Pak Kek Siansu dan menerima latihan ilmu silat ini, ia
mencapai tingkat enam atau tujuh bagian, karena keburu disuruh turun gunung oleh suhunya (baca Pendekar Budiman). Apalagi,
setelah mendekati kematiannya, Pak Kek Siansu memperbaiki lagi ilmu silatnya yang semuanya ia tuliskan di dalam kitab rahasia yang akhirnya ditemukan oleh Wan Sin Hong.
Kembali pada pertandingan antara Kong Ji dan Hui Lian,
keduanya saling mengagumi dan pada suatu detik, Hui Liang
mendesak hebat dengan pukulan kearah lambung Kong Ji dengan
tangan kanan, dibarengi dengan tangan kiri menotok pundak. Kong Ji terkejut menghadapi serangan hebat ini, terpaksa melompat ke belakang dan mendorong dengan kedua tangannya ke depan.
namun kurang cepat, pundaknya masih terkena totokan, namun
296 meleset dan hanya bajunya di pundak yang robek, sedangkan Hui
Lian terkena dorongan hawa pukulan itu sehingga tersentak mundur sampai tiga tindak!
Kong Ji tertawa sambil memegangi baju yang robek di bagian
pundaknya. "Sumoi, benar-benar hebat Pak kek-Sin- ciang tadi. Aku takluk benar-benar!"
Akan tetapi Hui Lian tidak tertawa, bahkan memandang dengan
tajam dan sikapnya sungguh-sungguh. "Suheng, kau hebat.
Bagaimana kau dapat
menyembunyikan ilmu
kepandalanmu yang sudah tinggi
itu" Kalau kau mau memukul
kiranya aku takkan kuat
melawanmu, bahkan Suci Soan
agaknya tidak bisa menangkan
kau! Ilmu silat apakah yang
dimainkan sambil merendahkan
tubuh seperti itu?"
Kong Ji tertawa sambil
memegangi baju yang robek di
bagian pundaknya.
Kong Ji berpikir bahwa kalau
dia menyebut Tin-san-kang dari
Giok Seng Cu, boleh jadi gadis
ini akan terkejut, maka sengaja memutarbalikkan kenyatan dan
membohong, "Ah, itulah ilmu silat yang dipelajari dari Sce-thian Tok ong, entah apa namanya, akan tetapi ilmu silat ini dari barat
datangnya dan sama sekali bukan ilmu sesat."
Memang, Tin-san-kang bukan ilmu sesat, berbeda dengan ilmu
silat yang ia pelajari dari See-thtan Tok-ong, karena pukulan dari ilmu silat Raja Racun itu mengandung hawa beracun yang jahat dan yang tentu saja tidak diperlihatkan oleh Kong Ji.
"Hebat benar ilmu silat itu, hawa pukulannya tidak kalah oleh Pak-kek Sin-ciang." Hui Lian memuji.
297 "Sumoi, kuharap dengan sangat kau sudi memegang teguh
perjanjian, dan jangan membocorkan hal ini kepada Suhu. Aku takut Suhu akan marah. Bagaimana sekarang pendapatmu" Sukakah kau
belajar ilmu silat ini dan sebagai gantinya kau memberi tahu
kepadaku tentang teori Pak-kek Sin-ciang. Setujukah?"
"Boleh, dan ini bukan berarti bahwa aku mengajar PaK-kek Sinciang kepadamu, Suheng, karena kau pun kelak akan diberi
pelajaran oleh Ayah. Dan tentu ilmu silatmu itu aku senang sekali kau dapat mempelajarinya." Hui Lian memandang ke wajah
suhengnva yang kini sudah merupakan pemuda berusia delapan
belas tahun itu dengan kagum. Ia kini mulai mempunyai pandangan lain terhadap Kong Ji, tidak lagi berani memandang rendah bahkan ia kagum sekali karena keadaan pemuda itu benar-benar jauh
daripada persangkaannya semula.
Demikianlah, dengan diam-diam, tanpa diketahui oleh Go Ciang
Le dan yang lain-lain, kedua orang muda ini saling menukar ilmu silat dan mereka mempunyai hubungan yang makin erat. Setelah
merima Ilmu Silat Tin-san-kang dari Kong Ji, sikap Hui Lan terhadap pemuda ini- lebih erat dan rapat, dan ia yang berwatak jujur benar-benar percaya akan kebaikan dan kesayangan hati Kong Ji
terhadapnya. Bahkan dalam usahanya untuk membalas kebaikan
Kong Ji, Hui Lian seringkali bertanya kepada Soan Li tentang Sinciang yang ia belum tahu betul, untuk kemudian diberikan dan
dijelaskan kepada Kong Ji. Dengan jalan inilah, Kong Ji yang amat cerdik itu akhirnya dapat mengenaI Pak-kek Sin-ciang, walaupun hanya teorinya.
Setelah tahu dari Hui Lian betapa sukarnya mempelajari Pak-kek Sin-ciang, Kong Ji merasa kecewa sekali. Memang betul ia telah mencoba menjalani syarat-syaratnya, akan tetapi memang pada
dasarnya watak pemuda ini tidak bersih, maka ia selalu gagal
menghadapi godaan daripada nafsu dan perasaan sendiri dalam
samadhi. Oleh karena itu ia memang dapat mainkan Pak-kek Sin-
ciang yang ia pelajari dari Hui Lian, akan tetapi yang ia miliki hanya
"kulitnya" saja dan isinya bukan Pak-kek Sin-ciang sesungguhnya, melainkan ia isi dengan tenaga Tin-san-kang dan lweekang yang ia dapat pelajari. dari See-thian Tok ong. Oleh campuran ini, maka ilmu silat Pak-kek-sin-ciang yang dimiliki oleh Kong Ji menjadi 298
berubah sifatnya, sudah menyeleweng daripada aselinya, namun
harus diakui bahwa tidak berkurang kelihaiannya bahkan boleh
dibilang lebih ganas dan berbahaya bagi lawan, sungguhpun intinya tidak sekuat aselinya.
Empat tahun telah lewat dengan cepatnya. Kong Ji telah menjadi seorang pemuda dua puluh dua tahun, tubuhnya jangkung dan
wajahnya tampan. Soan Li telah menjadi seorang gadis yang
usianya dua puluh tiga tahun, sifatnya lemah-lembut, namun pada wajahnya yang cantik itu terbayang kematangan jiwa yang
membuat ia makin pendiam dan hemat dengan kata-kata.
Sebaliknya Hui Lian Iaksana sinar matahari yang bercahaya terang, telah menjadi seorang gadis berusia delapan belas tahun yang tentu saja cantik jelita, namun juga manja, nakal dan gembira.
Dalam waktu empat tahun ini, kepandaian mereka bertiga telah
meningkat tinggi. Selama delapan tahun Kong Ji menerima latihan-latihan dari Ciang Le dan selain itu, ia pun telah menguasai ilmu Pak-kek Sin-ciang yang dapat ia pelajari dari Hui Lian. Hatinya diam-diam mendongkol sekali dan timbul kebencian, terhadap Ciang Le karena ternyata bahwa suhunya ini benar-benar tidak menurunkan Pak-kek Sin-ciang kepadanya! Namun, dengan amat pandainya ia
menyembunyikan perasaannya itu, bahkan makin mendekati Hui
Lian. Terhadap Soan Li, diam-diam hatinya masih menaruh cinta, namun karena Soan Li makin dingin terhadapnya, lama-lama
perhatian itu ditujukan kepada Hui Lian. gadis yang jujur dan
berhati polos itu.
Adapun Hui Lian seorang gadis remaja yang masih hijau, tidak
dapat menangkap maksud buruk di hati Kong Ji, dan menghadapi
rayuan dan sikap mengasih dari Kong Ji pun percaya bahwa hatinya telah terpikat oleh pemuda ini.
Pada suatu malam, Hui Lian tidak dapat tidur karena hawa terlalu panas. Musim panas telah tiba dan kamarnya demikian panas tidak enak sehingga ia membuka pintu dan berjalan ke belakang, dengan maksud hendak pergi ke taman mencari hawa segar. Ketika ia lewat dekat ruangan belakang, ia mendengar ayah bundanya bercakap-cakap dengan Soan Li. Ia mendengar Soan Li terisak, maka
tertariklah hatinya. Dian-diam mendekati pintu dan mendengarkan 299
percakapan itu. Kalau saja sucinya tidak menangis, tentu dia tidak mau melakukan pengintaian, akan tetapi karena sucinya menangis, sebagai seorang wanita, sudah sewajarnya kalau ia ingin tahu
sekali. tidak berani muncul begitu saja, maka tiada lain jalan baginya kecuali berdiri di luar pintu dan mendengar percakapan mereka.
"Soan Li mengapa kau menangis. Ingat kau sudah berusia dua puluh tiga tahun, sudah lebih cukup bagimu untuk berumah
tangga," kata Bi Lan dengan suaranya yang halus.
"Semenjak kau berusia tujuh belas tahun, banyak sudah orang ternama di dunia kang-ouw dan orang-orang bangsawan kaya raya
di daerah ini datang meminangmu, akan tetapi kau selalu menolak.
Hal itu memang kami anggap betul, karena kami sendiri pun ingin memilihkan seorang suami yang baik untukmu, Soan Li. Akan tetapi, menurut pandanganku, Kong Ji seorang yang cukup baik dipandang dari sudut kepandaiannya maupun dari sikapnya. Dia tepat sekali menjadi suamimu, dan ketahuilah, semenjak kami bertemu dengan
Kong Ji, memang aku dan Subomu telah merencanakan hendak
menjodohkan kau dan Kong Ji. Hanya karena kami menganggap
bahwa sebelum kalian tamat belajar belum tepat melangsungkan
perjodohan, maka baru sekarang ini kami memberitahukan
padamu," kata Ciang Le panjang lebar sehingga Soan Li dan Bi Lan merasa agak heran. Tidak biasanya Ciang Le bicara demikian
banyaknya. Mendengar ini, Soan Li makin terengah-engah menangisnya.
Kemudian ia dapat menguasai dirinya dan berkata lirih,
"Suhu, dan juga Subo, mohon ampun sebanyaknya. Suhu dan
Subo maklum bahwa teecu tidak hanya menganggap Suhu dan
Subo sebagai guru, bahkan teecu menganggap sebagai ayah bunda
sendiri." Sampai di sini, Soan Li kembali mengalirkan air mata karena terharu. Adapub Hui Lian yang mendengarkan percakapan
dari luar, wajahnya berubah pucat sekali, hatinya perih dan tak terasa pula dua titik air mata melompat ke atas sepasang pipinya. Ia merasa telah jatuh cinta kepada Kong Ji, dan percaya pula bahwa pemuda itu suka kepadanya, ada pun hubungan Kong Ji dengan
Soan Li demikian jauh dan dingin. Sekarang mendengar bahwa
300 Kong Ji hendak dijodohkan dengan Soan Li, maka ia merasa terkejut sekali. Dadanya berdebar-debar dan ia ingin sekali mendengar apa yang akan dikatakan oleh Soan Li.
"Muridku yang baik, kau pun kami anggap sebagai anak sendiri.
Kami menganggapmu sebagai kakak dari Hui Lian oleh karena itulah maka kami sengaja memilih-milih jodoh yang tepat untukmu," kata Bi Lan dengan suara menghibur dan ia mengelus-elus rambut gadis itu yang duduk di atas bangku rendah di sebelahnya.
Mendengar ini, makin membanjir air mata dari mata Soan Li.
Gadis ini menjatulikan diri berlutut dan menyembunyikan mukanya di pangkuan Bi Lan.
"Anak. mengapa kau kelihatan begItu berduka" Apakah yang
mengganggu pikiranmu?" tanya Ciang Le yang bermata tajam dan
yang dapat menduga bahwa tentu ada sesuatu yang terkandung di
dalam hati muridnya ini.
"Teecu, layak dipukul mati...." kata Soan Li. "Seharusnya teecu berterima kasih atas budi kecintaan Suhu dan Subo, rela untuk
mengorbankan nyawa teecu yang tidak berharga untuk Suhu dan
Subo, akan tetapi sekarang, baru urusan perjodohan saja teecu
sudah memperhkatkan sikap tidak menyenangkan...."
"Katakanlah, apa yang kaupikirkan, Soan Li?" tanya Bi Lan, kini ingin tahu juga apa yang hendak diajukan Soan Li sebagai alasan keberatan terhadap perjodohan itu.
"Sesungguhnya amat sukar teecu bicara, dan seyogyanya teecu minerima saja tanpa banyak rewel. Akan tetapi, karena teecu
anggap bahwa hal ini harus teecu kemukakan demi kebaikan Suhu
dan Subo sendiri, terutama demi kebaikan Adik Hui Lian, terpaksa teecu memberanikan diri membuka mulut. Teecu rela menerima
hukuman setelah teecu bicara, dan setelah Suhu mendengar
keterangan teecu, teecu pun siap menerima semua keputusan."
Hui Lian makin terkejut dan detak jantungnya menghebat. Apa
maksud Soat Li maka membawa-bawa namanya dalan urusan itu"
"Semenjak Liok-sute datang ke sini entah mengapa teecu selalu merasa tidak suka kepadanya. Teecu sering kali menegur perasaan 301
sendiri dan menganggap bahwa teecu tentu keliru. Akan tetepi
akhir-akhir ini, ternyata perasaan teecu itu tidak membohongi teecu.
Ada sesuatu yang membuat teecu terpaksa harus berterus terang
kepada Suhu dan Subo tentang din Liok-sute...."
Sampai di sini, kembali Soan Li kelihatan ragu-ragu dan pada
saat itu tiba-tiba Ciang Le menengok ke arah pintu sambil
membentak dengan alis berkerut, "Hui Lian sejak kapan kau belajar menjadi pengintai" Hayo kau masuk saja!"
Hui Lian kaget bukan main. ia memang tahu betul akan kelihaian ayahnya, namun dapat mengetahui kedatangannya biarpun ia telah mempergunakan ginkangnya, itulah hebat! Ia makin kagum kepada
ayahnya dan dengan muka merah sekali ia masuk melalui pintu ke dalam ruang belakang ini.
"Ayah, aku merasa panas di kamar dan hendak ke taman...."
katanya gagap. "Aku tahu, kau mendengar percakapan kami dan berdiri di luar pintu. Hui Lian, jangan sekali-kali kau berbuat hal seperti itu lagi. Kalau mau masuk, masuk saja, kalau tidak lebih baik pergi menjauh, jangan mendengar percakapan orang!" kata
ayahnya. Hui Lian menundukkan mukanya dan ia lalu duduk di atas sebuah
bangku rendah tak jauh dan ayahnya.
Melthat munculnya Hui Lian, Soan menjadi makin tidak enak hati.
Ia berkali-kali memandang kepada Suhunya kemudian kepada Hui
Lian, hatinya berat sekali untuk bicara.
"Soan Li kauteruskan keteranganmu. Tak usah kau berlaku
sungkan dan tak usah kau menyembunyikan sesuatu. Biar pun Hui
Lian berada di sini, namun adalah Sumoimu atau seperti Adikmu
sendiri. Kita semua adalah sekeluarga dan sekarang ini adalah
percakapan keluarga yang tak boleh diadakan segala macam
rahasia!" kata pula Ciang Le dan biarpun suaranya halus dan tenang, namun mengandung pengaruh besar dan membuat hati
Soan Li dan Hui Lian tunduk dan takut.
"Suhu dan Subo, demi kebahagian rumah tangga Suhu, teecu
akan berterus- terang. Ada sesuatu dalam diri Liok-sute yang ganjil, 302
seakan-akan dia menyembunyikan sesuatu rahasia yang aneh dan
menakutkan."
Ciang Le mengangguk. "Sejak dulu aku pun mempunyai
keraguan, dari sinar matanya memang ada sesuatu yang aneh.
Karena itu aku tidak mau menurunkan Ilmu Pak kek Sin-ciang
kepadanya. Akan tetapi sikapnya selama delapan tahun ini baik
sekali sehingga keraguanku lenyap dan dia mendatangkan kesan
baik dalam hatiku."
"Akan tetapi Suhu, belum lama ini tecu kebetulan sekali melihat dia... melatih diri dengan Pak-kek Sin-ciang!"
Keterangan ini demikian mengejutkan hingga keadaan di situ
sunyi, Hui Lian menundukkan mukanya. Ciang Le memandang
kepada Soan Li dengan mata terbelalak, sedangkan Bi Lan
mengerling ke arah puterinya.
'Apa kaubilang" Betul-betulkah itu" Apakah boleh jadi dia
mengintai ketika aku memberi latihan kepada kau dan Hui Lian?"
"Entahlah, Subo. Hanya teecu mellhat gerakannya itu, biarpun boleh dibilang baik sekali, namun isinya tidak seperti sebagaimana mestinya. Isi pukulan dan jurus-jurus Pak-kek Sin ciang yang dia mainkan itu adalah hawa pukulan yang aneh dan dahsyat."
"Aneh, aneh sekali. teruskan keteranganmu, Soan Li. Apa pula yang kau ketahui tentang Sutemu itu."
"Teecu memberitahukan hal ini karena itu adalah sesuatu yang amat ganjil sehingga teecu pikir Suhu akan dapat berlaku hati-hati.
Dan soal ke dua, membuat teecu berani menyatakan tidak setuju
akan perjodohan itu, bukan sekali kali hanya berdasarkan rasa tidak suka teecu kepadanya, akan tetapi sesungguhnya...." Sampai di sini Soan Li memandang kepada Hui Lian dan mukanya menjadi sedih.
"Teruskan saja, Soan Li. Kau tidak mengadu atau bicara jahat, akan tetapi demi kebaikan bersama," kata Bi Lan. Nyonya ini
maklum bahwa tentu ada suatu dengan diri Hui Lian, dan ia sudah merasa tegang dan cemas.
"Sumoi, kauampunkan Cicimu ini yang jahat dan rendah budi.
Namun aku terpaksa... demi kebaikanmu sendiri...." Hu Lian 303
mengangkat mukanya. Gadis ini mempunyai kejujuran dan di
samping ini juga ketabahan, maka sambil tersenyum akan tetapi
mukanya pucat ia berkata,'
"Teruskanlah Suci. Tak usah khawatir kalau memang yang keluar
dari mulut adalah hal-hal yang sebenarnya."
"Suhu, dan juga Subo. Teecu melihat bahwa hubungan antara Adikku Hui Lian dan Liok Sute amat erat, amat rukun dan baik.
Bahkan, kalau teecu tidak salah kira di antara mereka ada rasa suka yang besar. Dan selain itu... mereka sering kali berlatih bersama dan Sumoi seakan-akan amat tertarik kepadanya. Hal inilah yang menggelisahkan hati teecu selama ini. Menurut anggapan teecu,
Sute hendak mempermainkan Sumoi, sangat boleh jadi dia sengaja menarik hati Sumoi yang masih amat muda ini untuk".. untuk dapat belajar Pak-kek Sin-ciang."
"Suci kau tak tahu malu!" Hui Lian membentak sambil berdiri, mukanya merah dan matanya bersinar-sinar. "Kau... kau iri hati...!!"
"Hui Lian, diam kau!!" Ciang Le membentak marah. Pendekar ini sekarang lenjadi pucat wajahnya, sedangkan Bi Lan juga pucat
sekali. Terdengar Soam Li menangis. "Suhu dan Subo, juga kau Adikku
Hui Lian, aku bersumpah kepada Thian bahwa tidak sekali-kali
dalam hatiku ada maksud jahat Suhu, sesungguhnya teecu khawatir kalau sampai Adik Hui Lian masuk perangkap dan teecu khawatir
kalau kalau Suhu salah pilih ketika mengambil Sute sebagai murid.
Kalau semua dugaan teecu keliru boleh bunuh teecu sekarang juga!
Sebaliknya kalau Suhu tetap hendak menjodohkan teecu dengan
dia, biarpun tercu tidak suka kepadanya, teecu akan menerima
dengan hati berdarah. Apa saja untuk membalas budi Suhu dan
Subo'" Hati Ciang Le tidak karuan rasanya. Seakan-akan hendak
meledak dadanya, Ia marah sekali, marah kepada Kong Ji kepada
Hui Lian, juga kepada Soan Li.
"Hui Lian, apakah engkau memberi pelajaran Pak-kek Sin-ciang kepadanya?"' tanyanya kepada puterinya itu yang membelalakkan
mata, takut kalau-kalau ayahnya akan memukulnya saking marah.
304 Hui Lian menjadi pucat sekali, namun ia tidak gentar. ia berdiri menghadap ayahnya dan berkata tegas.
"Memang betul, Ayah! Akan tetapi bukan sekali-kali anak
membuka rahasia Pak-kek Sin-ciang karena anak sengaja tidak
membocorkannya dan melanggar sumpah. Anak pikir bahwa
akhirnya sebagai murid Ayah, Suheng tentu akan menerima
pelajaran Pak-kek Sin-ciang pula. Dan selain ini, Suheng tidak menerima begitu saja, hanya mendengar teorinya dari anak dan
sebagai imbalannya, anak diberi pelajaran olehnya..." Sampai di sini Hui Lian tiba-tiba menghentikan kata-katanya karena baru ia ingat bahwa ia tidak boleh membocorkan rahasia suhengnya itu!
Akan tetapi sudah terlanjur dan tak dapat ditarik kembali.
Ayahnya menahan kemarahannya dan di dalam hatinya, pendekar
yang bijaksana ini memang dapat menganggap bahwa alasan Hui
Lian memang tepat.
"Pelajaran apakah yang dapat ia berikan kepadamu?" tanyanya.
Terpaksa Hui Llan mengaku terus terang karena ia sudah tak
dapat mundur lagi. "Ayah, sesungguhnya Suheng bukanlah seorang yang bodoh seperti yang kita kira. Dia mempunyai banyak ilmu silat yang aneh-aneh, dan teecu menerima sebuah di antaranya, yakni
Ilmu silat yang mempunyai kelihatan hampir sama dengan Pak kek Sin-ciang, bahkan dalam penggunaan tenaga agaknya lebih hebat.
Ciang Le mengerutkan alisnya, nampaknya tertarik sekali. ia lalu melompat berdiri.
"Coba kauserang aku dengan ilmu aneh itu!" perintahnya.
Hui Ltan tidak ragu-ragu lagi karena ia maklum akan kelihaian


Pedang Penakluk Iblis ( Sin Kiam Hok Mo) Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

ayahnya di dalam kesempatan ini ia hendak memperlihatkan
kehebatan ilmu pukulann yang ia peroleh dari Kong Ji, maka ia lalu mengerahkan tenaga Tin-san-kang dan menyerang dengan
sungguh-sungguh. Dengan begini ia harap ayahnya akan
menghargai ilmu ini dan tidak akan terlalu menyalahkannya bahwa ia telah menukarnya dengan teori Pak kek Sin ciang.
305 "Jagalah, Ayah!" katanya gembira dan ia lalu memukul, dengan kedudukan tubuh rendah. Dengan kedua tangan ia mendorong dada
ayahnya, inilah pukulan yang terkuat daripada Tin-san-kang.
Ciang Le terkejut sekali ketika merasa sambaran hawa pukulan
yang amat dahsyat ke arah dadanya. Ia lalu mengerahkan tenaga
lweekang, mempergunakan hawa murni menjadi tenaga lemas dan
dadanya menerima dorongan itu.
Dada itu terasa oleh kedua tangan Hui Lian amat lunak, akan
tetapi tenaga Tin-san-kang di tangannya dihisap lenyap dan ia
sendiri yang terhuyung-huyung setelah terpental ke belakang oleh kembalinya tenaganya sendiri'
"Pukulan apakah ini" Ciang Le benar-benar terkejut karena dengan Pak-kek-sin-ciang, tak mungkin putertnya mempunyai hawa dorongan yang demikian dahsyatnya. ia memang belum pernah
melihat Tin-san-kang yang diciptakan oleh Giok Seng Cu belum lama berselang, sedangkan dahulu ketika ia menghadapi Seng Cu (baca Pendekar Budtman). Giok Seng Cu belum mempunyai Tin-san-kang.
"Coba kau bersilat dengan ilmu itu sampai habis." perintahnya kepada Hui Lian. Gadis ini tadi terkejut sekali karena ternyata bahwa pukulan Tin-san-kang itu tidak ada artinya bagi ayahnya, maka kini ia bersilat sebaiknya mainkan ilmu silat yang selalu mengambil kedudukan rendah itu.
"Cukup!" kata Ciang Le. "Dari mana dia mendapatkan ilmu silat ini?"
"Menurut Suheng, katanya ia belajar dari See-thian Tok-ong,"
jawab Hui Lian perlahan.
Ciang I.e berpikir keras. ia tahu bahwa See-thian Tok-ong adalah orang dari See-thian (barat) sedangkan ilmu silat yang baru saja dimainkun oleh puterinya itu, biarpun gerakan-gerakan aneh,
namun kedudukan kakinya jelas sekali menunjukkan gaya dari utara bahkan satu sumber dengan Pak-kek Sin-ciang!
"Panggil Kong Ji ke sini. Lekas!" bentaknya kepada Hui Lian.
Gadis ini segera berlari keluar menuju ke kamar Kong Ji yang
306 terletak di bangunan sebelah kiri, agak jauh dari bangunan pusat, terhalang oleh taman.
Akan tetapi, ketika Hui Lian tiba di kamar Kong Ji melihat kamar itu kosong. Sunyi sekali di situ karena memang situ tidak ada
pelayan dan biasanya Kong Ji berada seorang diri saja di kamarnya.
Hui Lian berdiri bagaikan patung, hatinya tidak karuan rasanya.
"Liok-suheng...!" ia memanggil perlahan, keluar dari kamar itu, berdiri di tengah taman.
"Sumoi, aku di sini. Kau keluarlah...!" terdengar suara Kong Ji dari luar pagar tembok taman!
Hui Lian berlari dan melompat tembok pagar itu. Ketika ia tiba di luar pagar tembok, ia melihat bayangan Kong Ji di situ, dan pemuda ini telah menggendong buntalan pakaian yang besar.
"Sumoi, hayo kita pergi agak jauh untuk bicara!" Sambil berkata demikian pemuda itu lalu berlari cepat menuju ke utara di mana terdapat sebuah hutan kecil.
Hui Lian ragu-ragu. "Suheng, Ayah hendak bicara denganmu...."
"Marilah ikut sebentar, kita dapat bicara di tempat agak jauh,"
kata Kong Ji tanpa menoleh.
Terpaksa Hui Lian berlari mengejar Setelah tiba di dekat hutan, barulah Kong Ji menghentikan larinya.
"Sumoi, aku tak dapat bertemu dengan Ayahmu. Suhu tentu
marah besar kepadaku. Suci sudah mengadu yang bukan-bukan,
sungguh memalukan dan menyedihkan." Sampai di sini Kong Ji
terisak, dan karena keadaan gelap Hui Lian tidak dapat melihat wajah suhengnya, namun ia tahu bahwa suhengnya menangis
saking sedihnya.
"Kau tahu semua yang dibicarakan Suheng?"
"Aku tahu, aku sudah sejak tadi mendengar dari atas genteng."
Diam-diam Hui Lian memuji dan kagum sekali. Dia yang hanya
berdiri di luar pintu, ayahnya tahu akan kehadirannya. Akan tetapi suhengnya ini dapat mengintai dari atas genteng tanpa diketahui ayahnya!
307 "Lebih baik kau berterus terang kepada Ayah. Kau toh tidak ada kesalahan apa-apa. Kau belajar Pak kek Sin ciang dariku, dan akulah yang bersalah," kata Lian Hui menghibur.
"Tidak, Sumoi. Biarpun Suhu tidak akan marah kepadaku, akan tetapi aku malu dan sakit hati sekali kepada Suci yang sudah
menghinaku dan mengira yang akan-bukan. Lagi pula aku... aku
tidak suka dijodohkan dengan dia...." suara Kong Ji perih sekali karena mendengar penolakan Soan Li. Ketika ia mendengar bahwa
ia akan dijodohkan dengan Soan Li, ia, bisa berjingkrak-jingkrak saking girangnya, akan tetapi alangkah hancur hatinya ketika ia mendengar betapa Soan Li tidak saja menolak, bahkan memburuk-burukkan namanya dan dengan jelas sekali menelanjangi dadanya
sedemikian rupa. Berbahaya benar Soan Li agaknya yang dapat tahu segala isi hatinya itu.
"Suheng, Suci adalah seorang yang baik...."
"Tidak, Sumoi, apakah kau masih belum tahu bahwa bukan dia yang menawan hatiku?"
Berdebarlah hati Hui Lian mendengar ini. Ia maklum bahwa
suhengnya ini sayang atau cinta kepadanya, hal ini sering dapat ditangkap dari kata-kata dan sikap pemuda itu terhadapnya. Diam-diam ia bersyukur mendengar kata-kata terakhir ini.
"Habis, kalau pergi. bagaimana, Suheng...." hendak ke manakah kau, dan apakah Ayah takkan marah...?"
"Sumoi, aku benar-benar sakit terhadap hinaan Suci. Aku harus melakukan sesuatu, melakukan sesuatu untuk membuktikan kepala
Suhu bahwa tidak percuma aku menjadi muridnya. Aku hendak
pergi mencari orang-orang jahat dari Im-yang-bu-pai, hendak
kuhancurkan Im yang-bu-pai, hendak kubasmi Bu-cin pang yang
sudah menjadi biang keladi kehancuran Hoa-san-pai, hendak kucari See-thian Tok-ong dan Giok Seng Cu, akan kukalahkan mereka
untuk menjunjung nama besar Suhu. Juga akan kucari di mana
adanya Lie Bu Tek Suheng, akan kucari pula Adik Sin Hong dan
terutama sekali... akan kucari kitab-kttab rahasia peninggalan Sucouw Pak Kek Siansu. Akulah yang akan menjadi ahli warisnya
308 dan aku yang akan menjunjung tinggi nama Luliang-san juga nama Suhu."
Hui Lian mendengarkan dengan hati berdebar. Alangkah gagah
dan mulianya hati suhengnya ini. Sucmya, Soan Li benar-benar tolol dan salah duga. Orang begini mulia dan gagah dicaci maki
sedemiktan rupa!
"Sumoi, kalau kau... suka turut kepadaku kau pun akan
mengambil bagian dalam tugas-tugas suci ini. Siapa tahu kita
berdua yang akan mendapatkan kitab rahasia itu, kita berdua yang akan menghancurkan musuh-musuh besar yang dibenci Ayahmu.
Marilah kau ikut dengan aku, Sumoi."
Berdebar lebih keraslah hat; Hut Lian.
"Akan tetapi, Ayah...."
"Sumoi, bukan aku saja yang dihina oleh Suci Soan Li. Kau pun dihinanya, dibuka rahasiamu mengajar Pak-kek Sinkang kepada
Suhu. Suci ternyata memunyai hati yang penuh iri dan dengki, dan celakanya, agaknya Suhu dan Subo percaya kepadanya. Biarlah
Suhu dan Subo kelak melihat bahwa kau dan aku yang betul, bahwa Suci tidak bisa apa-apa hanya bisa mengacaukan saja. Marilah kita pergi, Sumoi."
Pada saat itu bulan tersembul di balik awan dan Hui Lian melihat pedang tergantung di pinggang Kong Ji.
"Eh, kau membawa Pak-kek-sin kiam?" tanyanya terkejut.
"Hanya pinjam untuk menunaikan tugas ini, Sumoi. Pedang ini dahulu aku yang mendapatkan, bahkan kalau tidak aku yang
memberi tahu, Suhu juga tidak akan tahu bahwa pedang ini berada di tangan See-thian Tok-ong. Sekarang aku bukan mencuri, hanya akan meminjam dan mewakili Suhu menghajar kepada orang-orang
jahat itu, untuk membalas dendam ayah bundaku, membalas
dendam Ayah Bunda Adik Sin Hong, dan membalas dendam Hoa-
san-pai serta kematian Suhu Liang Gi Tojin. Hayo ikut saja, Sumoi.
Akulah yang menjamin bahwa kelak Ayahmu tidak akan marah
bahkan bangga melihat puterinya demikian gagah perkasa dan
berjiwa pendekar seperti ayahnya!"
309 Hui Lian memang masih berhati kanak-kanak. Ia mudah sekali
dibujuk dan timbulnya ialah karena ia sudah menaruh kepercayaan sepenuhnya kepada Kong Ji.
Melihat keraguan Hui Lian, Kong Ji mulai merasa mendapat
angin. "Sumoi, tanpa bantuanmu, mungkin aku kurang kuat. Mungkin aku akan tewas dalam melakukan tugas ini. Akan tetapi dengan kau di sampingku, aku merasa kuat sekali, biar raja iblis keluar dari neraka, dengan kau di sampingku, aku akan sanggup
mengalahkannya. Kalau kau tidak mau ikut, aku pun tidak dapat
memaksa, dan dalam setiap pertempuran berbahaya, aku hanya
akan membayangkan wajahmu dan menganggap kau disampingku
sehingga aku akan kuat. Kalau aku kalah dan tewas.... sudahlah, kita takkan bertemu kembali, Sumoi. Selamat tinggal...." Kembali suara Kong Ji terdengar seperti orang terisak menangis dan pemuda ini lalu berjalan pergi.
Untuk beberapa lama Hui Lian berdiri termenung, kemudian ia
memanggil: "Tunggu dulu, Suheng...."
Kong Ji cepat membalikkan tubuhnya. "Jadi kau mau ikut,
Sumoi...?" tanyanya girang.
"Akan tetapi Ayah dan Ibu... tak mungkin aku pergi begini saja tanpa. memberi tahu mereka..."
"Kalau memberi tahu, tentu Ayah Bundamu mencegah. Kita pergi bukan untuk berbuat jahat, kita berjuang, menunaikan tugas suci, mengapa harus ragu-ragu dan memberi tahu" Lebih baik tidak
memberi tahu dan kelak kalau kita sudah berhasil pulang, tentu mereka akan lebih bangga lagi."
"Hui Lian.....!. terdengar panggilan. Itulah suara Soan Li.
Agaknya gadis itu menyusul dan mencarinya, tentu disuruh oleh
Ciang Le untuk menyusul Hui Lian yang begitu lama belum juga
kembali dari memanggil Kong Ji.
Memang benar demikian, Soan Li tadinya disuruh menyusul Hui
Lain, akan tetapi ketika mendapatkan sumoinya itu tidak ada,
sedangkan Kong Ji juga tidak dapat dicari, Soan Li menjadi curiga 310
dan gelisah sekali. ia melompat ke atas pagar tembok dan
memandang ke sekelilingnya, akan tetapi karena malam itu agak
gelap, ia tidak melihat sesuatu, juga tak mendengar suara orang.
Soan Li lalu melompat turun dan mengejar ke utara, karena ia
pikir bahwa hanya di utara terdapat hutan, jadi kalau ada orang melarikan diri, hutan itulah yang paling tepat untuk dituju. Dengan gerakannya yang gesit dan ringan sekali, Soan Li bergerak maju. Di dalam gelap, ia kelihatan seperti bayangan iblis menghitam yang terbang karena kedua kakinya tertutup oleh pakaian yang panjang dan longgar. Akan tetapi, di waktu bulan muncul keluar dari balik mega dan meyinari gadis yang baru lari cepat ini, nampak seperti seorang bidadari yang turun dari bulan untuk bermain-main di
tempat sunyi itu. Sambil berlari, Soan Li menengok ke sana ke mari dan memasang telinga, kadang-kadang memanggil nama Hui Lian,
"Hui Lian...! Hui Lian Sumoi...!!"
Tiba-tiba dari belakang sebatang pohon berkelebat bayangan
hitam dan Kong Ji muncul di hadapannya. "Gak-suci, mencari siapakah?" tanya pemuda ini.
Melihat munculnya pemuda ini begitu tiba-tiba mau tak mau Soan Li menjadi terkejut juga dan hatinya berdebar.
"Kau..." Suhu memanggilmu lekas pulang. Di mana Hui Lian
Sumoi yang tadi mencarimu atas perintah Suhu?"
Akan tetapi sebagai jawaban tiba-tiba kedua tangan Kong Ji
bergerak menyerangnya! Tangan kiri pemuda ini dengan jari
terbuka menotok ke arah lambungnya, dilakukan dengan cepat dan bertenaga.
Soan Li kaget sekali. Di dalam gelap ia tidak begitu dapat melihat gerak Kong Ji namun gadis ini telah terlatih baik, pendengarannya amat tajam, dan dari sambaran angin yang dahsyat, maklum bahwa Kong Ji telah menyerang lambungnya dengan tenaga yang akan
dapat menewaskannya, sedikitnya melukainya dengan hebat.
"Bangsat!" bentaknya dan gadis ini cepat menggunakan lengan kanan menangkis mengerahkan tenaga lwekangnya dan siap untuk
menyusulkan tangan kiri membalas serangan Kong Ji.
311 Akan tetapi, ia tadi tidak melihat gerakan tangan kanan pemuda itu yang tiba-tiba mengebutkan sesuatu di depan mukanya. Soan Lt mengelak dan dengan mudah kebutan itu dapat dihindarkan dan
mukanya tidak terkena serangan aneh itu. Namun tiba-tiba Soan Li mengeluh, matanya berkunang, hidungnya mencium bau harum
yang amat menyesakkan dada dan kepalanya seperti berputar. Ia
kaget bukan main dan biarpun ia belum mempunyai banyak
pengalaman pertempuran dan tidak pernah menghadapi orang-
orang kang-ouw, namun ia sudah banyak mendengar penuturan
Suhunya. Oleh karena itu ia maklum bahwa ia telah terkena hawa beracun yang disebar oleh Kong ji. Dengan sekuat tenaga ia
menahan napas dan mengerahkan hawa murni di dalam tubuh
untuk mengusir pengaruh bisa itu, namun Kong Ji sudah
mendahuluinya. Sekali saja tangan Kong Ji bergerak, jalan darah thi hu-hiat di tubuhnya telah kena ditotok dan seketika itu juga
lemaslah tubuh Soan Li.
Kong Ji memeluknya, memeluk dengan erat lalu berbisik di dekat telinganya.
"Soan Li, kau sungguh kejam, kau menghinaku semau dan
seenaknya saja. Kau keterlaluan, Soan Li. Semenjak dulu aku
tergela-gila kepadamu. Alangkah cantiknya wajahmu, akan tetapi hatimu kejam terhadapku. Biarpun demikian, Soan Li aku tetap cinta padamu dan aku bersumpah bahwa pada suatu hari kau tentu akan
tunduk kepadaku, kau pasti akan menjadi kekasihku yang taat."
Terdenga Kong Ji tertawa menyeramkan, tertawa perlahan dan
lambat dan tangannya membelai-belai muka yang halus itu,
membelai rambut yang lemas dan hitam itu.
Bergidiklah Soan Li ketika mendengar suara ketawa ini. Semenjak kenal dengan Kong Ji belum pernah ia mendengar pemuda itu
tertawa seperti ini, seperti suara ketawa iblis. Terpaksa ia
meramkan mata ketika merasa betapa pemuda itu meraba-raba
mukanya, membelai-belai rambutnya. Selama hidupny ia belum
pernah Soon Li tersentuh oleh tangan laki-laki, dan sekarang berada dalam pelukan Kong Ji dan dirayu sedemikian itu, ia hampir pingsan karena muak dan benci!
312 "Suheng, lekaslah, aku khawatir kalau-kalau Ayah akan menyusul ke sini," terdengar suara Hui Lian dan dalam hutan.
Kong Ji tersentak kaget dan sadar kembali dari pengaruh hawa
nafsunya yang membuatnya seperti iblis.
"Baik, Sumoi, tunggu sebentar!" jawabnya kemudian ia mendckatkan mukanya di telinga Soan Li dan berbisik, "Soan Li, kau tinggi hati dan sombong, Kau memandang rendah kepadaku, akan
tetapi kelak aku akan mematahkan kesombonganmu itu. Kelak kau
Kisah Bangsa Petualang 7 Pendekar Remaja Karya Kho Ping Hoo Pedang Dan Kitab Suci 10
^