Buddha Pedang Dan Penyamun 14
Buddha Pedang Dan Penyamun Terbang Naga Bumi Ii Karya Seno Gumira Bagian 14
segala arah tanpa harus terpandang kembali, sehingga setiap
pergerakan dapat kuawasi. Namun pemegang pedang yang
ujungnya menempel di punggungku itu mampu menyelinap
tanpa kuketahui sama sekali.
KUHIBUR diriku sendiri betapa aku menjadi lengah karena
terpesona oleh Tarian Pohon Yangliu dan Lagu Rembulan di
Atas Sungai, sehingga tiada kusadari terdapatnya sesosok ba-
yangan yang ber-kelebat dalam selimut kabut yang makin
lama me-mang semakin pekat. Ilmu itu sejenis dengan ilmu
para penyusup yang dapat bersembunyi di dalam gelapnya
malam, tetapi dengan persyaratan yang lebih berat karena jika
gelapnya malam adalah kehitaman kelam yang tidak
memperlihatkan apapun, sepekat-pekatnya kabut maka
kesamaran masihlah sesuatu yang menyarankan keterlihatan.
Hanyalah ilmu halimunan tingkat tinggi mampu membuat
seseorang berjalan-jalan dalam kabut itu sendiri sementara ia
dapat melihat segala sesuatu di luarnya. Jika di dalam
kelamnya malam seorang penyusup bersembunyi di balik
selimut kegelapan sambil melayang, di dalam kabut seseorang
bisa berjalan-jalan tanpa berpijak kepada apapun kecuali
kabut itu sendiri meski tiada sesuatu pun di dalamnya yang
bisa diinjak maupun dipegang.
Ia menekankan pedangnya lebih dalam. Aku ha-rus
mengerti, jika ia berniat membunuhku, maka ia sudah dapat
melakukannya dari tadi.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Ia mengucapkan sesuatu. Suara perempuan!
Baru kusadari bau harum meruap dalam ke-pe-katan kabut
yang mengendap perlahan-lahan. Ke-haruman yang pernah
kukenal, bukan bau minyak wangi, melainkan seperti bau
bunga-bungaan yang tidak menarik
perhatian, tidak
menggoda, dan menenteramkan --keharuman bunga melati,
yang kelak aku akan kuketahui dikenal di Negeri Atap Langit
sebagai bunga moli hua sehingga meski berada di ujung
pedang dalam kelemahan, aku bagai mendapat jaminan tidak
akan mengalami kema-langan.
Ia mengucapkan sesuatu lagi. Sudah jelas aku tidak
mengenalinya, mungkin karena ia berbicara terlalu cepat,
yang bagiku hanya terdengar sebagai kicau burung jadinya.
"Dikau bicara terlalu cepat," kataku, "daku be-lum terlalu
menguasai bahasamu."
Namun ia tetap bicara seperti kicau burung. Apa-kah ia
memang bicara cepat, ataukah ia mengucapkan bahasa yang
lain" Tusukan ujung pedangnya makin tajam mendesak
punggung, pada saat yang sama terasa sebuah tangan
memasuki baju dan menggeledahku. Se-genap belati
melengkung yang kuambil dari para anggota kelompok rahasia
Kalakuta itu segera berada di tangannya.
Ia berkicau lagi panjang sekali. Tidak satu kata pun
kumengerti. Mungkinkah ia berbicara dengan bahasa lain, dan bukan
bahasa Negeri Atap Langit" Namun ba-hasa Negeri Atap
Langit pun, seperti pernah kuce-ritakan, juga bermacam-
macam bukan"
Semestinya tidaklah terlalu aneh bahwa manusia dari
bangsa yang berlain-lainan saling bertemu di sini. Betapapun
ini adalah wilayah perbatasan. Dari Negeri Atap Langit, bukan
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
hanya warga Negeri Atap Langit, justru berbagai bangsa
berniat melanjutkan perjalanan setibanya di Chang'an, untuk
melihat negeri-negeri yang berada jauh di selatan.
Selintas aku teringat Pendekar Melati, tidak mungkin
pendekar yang terakhir kali kulihat dibawa pergi perempuan
gurunya itu berada di tempat ini, apalagi mengucapkan
bahasa kicauan bu-rung seperti itu. Kuingat gurunya juga
berkelebat menghilang meninggalkan bau harum melati
semacam ini. Apakah tenaga dalam mereka ber-hubungan
dengan sesuatu dari bunga melati, se-hingga tubuh harus
terus menerus meruapkan bau melati seperti itu"
Ia masih berkicau. Apakah yang kira-kira dimaksudkannya"
Jika ia berbicara dengan bahasa Viet atau Negeri Atap Langit,
meskipun penguasaanku atas kedua bahasa itu sangat
terbatas, setidaknya ada nada yang seperti kukenal atau
setidaknya terdapat satu kata yang bisa kupahami.
Sejauh kuperhatikan, hanya kata Kalakuta yang kukenali,
itu pun dengan tekanan nada yang berbeda dari bahasa Viet
maupun bahasa Negeri Atap Langit. Apakah ia berbicara
tentang pisau-pisau be-racun yang melengkung itu"
Setelah kata-katanya selesai, tekanan ujung pedang itu
tidak terasa lagi. Namun kewaspadaanku dengan sendirinya
meningkat. Ketika aku menoleh ke belakang seperti kuduga ia
memang telah lenyap, karena memang alasan lainlah yang
membuat aku merasa harus menengok ke belakang.
Tidak kurang dari lima belati melengkung ber-putar seperti
baling-baling tanpa suara dan meluncur langsung ke arahku!
SEPERTI baling-baling! Ya, memang seperti baling-baling
mendatar yang secara berturut-turut siap memenggal kepala
dari lima jurusan. Artinya ke mana pun kepala bergerak
menghindar terdapat baling-baling maut yang sangat beracun
siap membabatnya. Andaikanlah belati yang berputar seperti
baling-baling pertama dapat dihindari, itu hanya agar lehernya
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
disambar yang kedua, dan jika pun yang kedua masih dapat
dihindari pula, pasti tidak mungkin menghindari yang ketiga.
Apalagi masih ada yang keempat dan kelima yang mengunci
segala arah pengelakan.
Apakah riwayatku akan berakhir sampai di s ini"
Saat itulah Jurus Tanpa Bentuk yang sudah lama kutekuni
memperlihatkan apa yang mungkin diperlihatkan suatu ilmu
silat seolah tanpa silat itu sendiri, sehingga tanpa bergerak
pun lima pisau belati yang melesat sembari berputar seperti
baling-baling mendatar itu berada di belakangku.
Aku sudah berada di tempat perempuan itu melemparkan
kelima belati melengkung yang amat beracun tersebut, tetapi
ia sudah menghilang di balik kabut. Hanya keharuman moli
hua dari tubuhnya yang masih tertinggal, bersama diriku
sendiri yang termenung-menung di dalam kabut.
Kemudian dari jauh terdengar suara seruling. Hanya
sejenak, seperti sengaja diperdengarkan hanya untukku, tetapi
segera menghilang seperti dibawa menjauh. Mungkinkah
perempuan pendekar mahasakti yang telah meniup seruling
itu sembari melesat berlari di dalam kabut" Pernah kudengar
dari Iblis Suci Peremuk Tulang tentang keberadaan seorang
perempuan pendekar mahasakti di Negeri Atap Langit yang
sangat jarang menampakkan diri, dan hanya meniup seruling
sebagai cara memberitahukan kehadirannya. Adapun suara
seruling itu hanya akan terdengar setelah ia pergi jauh dan
menghilang, sehingga ia disebut sebagai Pendekar Seruling
Maut. Disebut maut karena ia belum pernah terkalahkan,
artinya selalu berhasil membunuh lawannya; dan juga maut
karena ia juga akan memperdengarkan suara serulingnya lebih
dulu sebelum muncul, menyerang, dan menamatkan riwayat
lawan. Jadi apakah artinya peristiwa ini" Apakah ia mengira aku
tentunya sudah mati karena lemparan lima pisau melengkung
yang berputar mendatar seperti baling-baling dalam
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
kedudukan mengunci" Namun aku pun tentunya harus
mengerti bahwa ketika ujung benda tajam, yang mungkin
bukan pedang melainkan ujung serulingnya yang disebut
runcing sekali, terasa menempel di punggungku, saat itu
sebetulnya aku sudah bisa dibunuhnya. Bahkan jangan-jangan
kelima pisau itu pun dilemparkannya tanpa maksud
membunuh sama sekali.
Sebetulnya ia berbicara panjang, sayang sekali aku tidak
mengerti! Hanya kata Kalakuta yang kukenal, jadi ia mengenali pisau-
pisau itu, yang racun salah satunya telah menewaskan pemilik
kedai kepada siapa aku berutang nyawa.
Ingatan tentang bapak kedai itu membuatku melejit dan
melenting ke atas, bergerak dalam kabut menuju ke gua
tempat berbaringnya jenazah bapak kedai tersebut.
Di sanalah baru kupahami makna tiupan seruling itu.
Gua itu kosong, tiada lagi jenazah bapak kedai itu, hanya
tertinggal gulungan naskah yang telah diberikannya kepadaku.
Naskah yang berkisah tentang jaringan orang-orang kebiri...
Kabut yang luar biasa pekatnya bahkan sampai masuk ke
dalam gua. Padaha gua ini sudah terletak sangat amat tinggi
di bagian atas dinding tebing yang sangat amat curam. Aku
duduk diam karena tidak bisa me lihat apa pun dan mencoba
berpikir. Pendekar Seruling Maut itu mengenali kelima belati beracun
yang diambilnya dariku sebagai milik perkumpulan rahasia
Kalakuta. Sebelum mendatangiku agaknya telah ditemukannya
jenazah bapak kedai tersebut di dalam gua ini. Mengingat ilmu
silat bapak kedai yang tinggi, aku menduga sebetulnya ia
seorang pendekar yang punya nama juga, dan agaknya saling
mengenal dengan Pendekar Seruling Maut. Ketika menemukan
jenazah bapak kedai yang dikenalnya di dalam gua, Pendekar
Seruling Maut telah memeriksa luka dan mengetahui
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
penyebab kematiannya, yakni racun mematikan kelompok
Kalakuta. Hanya itulah yang bisa kusimpulkan. Hubungan keduanya
mungkin cukup dekat, yang membuat Pendekar Seruling Maut
membawa jenazahnya pergi. Bahkan harum moli hua itu pun
masih ada di sini.
Pendekar Seruling Maut itu memang mahasakti. Pada saat
aku menghindari kelima pisau belati tentu ia sudah berada di
gua ini, dan ketika aku berada di tempat ia melemparkan
belati, ia sudah pergi jauh dengan jenazah bapak kedai di
bahunya, melenting dari puncak satu ke puncak lain dengan
ringan sambil meniup serulingnya.
Ia tidak pernah bermaksud membunuhku. Hanya memberi
tahu aku bahwa dialah yang membawa jenazah bapak kedai
itu pergi.... (Oo-dwkz-oO) Episode 164: [Pembuntutan dan Pengintaian]
AKU masih tetap berada di dalam gua sampai malam.
Kubaringkan tubuhku sampai aku tertidur. Dalam mimpi entah
kenapa terbayang kapal-kapal Sriv ijaya. Ketika terbangun
kabut belum juga pergi, tetapi kudengar suara langkah kaki-
kaki kuda, yang meski masih jauh tetapi dengan jelas
perlahan-lahan mendekat.
Mereka berbicara menggunakan bahasa yang bercampur-
campur, antara bahasa Viet dan Negeri Atap Langit, yang
untunglah sebagian dapat kutangkap. Aku menengok ke luar
gua, tetapi kabut yang memang masih pekat membuat aku
tidak mungkin melihat apa pun.
Mungkinkah itu mereka" Agaknya kehilangan tujuh anggota
rombongan membuat mereka memutuskan untuk terus
berjalan sepanjang malam dan kini mendekati Celah Dinding
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Berlian. Aku melompat keluar dari gua dengan membuat
tubuhku seringan mungkin, dan sama seperti yang dilakukan
Seruling Maut aku berjalan-jalan dalam kabut mendekati
suara-suara itu.
Aku bisa mengandalkan ilmu pendengaran Mendengarkan
Semut Berbisik di Dalam Liang, tetapi untuk itu aku harus
memejamkan mata, padahal aku ingin melihat mereka. Aku
belum pernah melihat sosok Harimau Perang, sedangkan
cerita tentangnya pun tidak pernah menyebutkan ciri-ciri
sosoknya, yang membuatku mempertimbangkan bahwa
Harimau Perang adalah nama tanpa sosok yang nyata
Pernah kuceritakan bahwa aku mengira Harimau Perang
adalah nama tanpa sosok, artinya suatu jaringan kerahasiaan,
tetapi mungkin juga memang ada sosoknya tetapi disamarkan
begitu rupa dengan banyak cara, sehingga jika bukan
orangnya tidak mungkin ditemui secara langsung, mungkin
juga bukan hanya satu sosoknya. Harimau Perang bisa hanya
jaringan, tetapi bisa dua, tiga, lima, atau dua belas sosoknya.
Kini ketika tiba saat untuk tinggal melihat sosoknya, kabut
menutupinya pula.
Namun kabut agaknya juga menyulitkan mereka. Kabut
yang pekat membuat rombongan itu juga tak bisa melihat apa
pun. Setiap orang di atas kudanya hanya dapat melihat bagian
belakang dan kadang bahkan hanya ekor kuda di depannya,
menengok ke belakang hanya kepala kuda di belakangnya,
dan melihat ke bawah hanyalah kaki kudanya sendiri yang
menapaki jalanan batu. Kabut pekat yang turun di lautan
kelabu gunung batu pada malam yang dingin dan gelap,
sementara jalan yang ditempuh tiada lebih dan tiada kurang
adalah jalan setapak yang hanya kadang-kadang saja
melebar, di tepi jurang yang sangat curam.
Telah kugambarkan bahwa jalan sempit itu jika di sebelah
kanan terdapat jurang yang dalam, maka di sebelah kirinya
tentu dinding tebing yang tidak memberi riang, karena jalan
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
setapak memang melingkar-lingkar di pinggang gunung-
gunung batu dengan puncak menjulang. Dari gunung yang
satu ke gunung yang lain, jika jalan melingkar-lingkar itu tidak
menurun sebelum naik lagi, tentu menyeberang dari pinggang
yang satu ke pinggang yang lain, atau dari puncak gunung
yang satu ke puncak gunung yang lain, melalui titian batu
yang menghubungkan gunung yang satu dengan gunung yang
lain. Titian batu yang lebarnya hanya cukup untuk satu orang
di atas kudanya ini kadang sangat amat panjang, tentu tanpa
pagar dan pengaman apapun di tepi kiri maupun kanan.
Titian itu sebagian besar diberikan oleh alam, meski kadang
begitu halus, lurus, mulus, dan serba terukur, bagaikan tidak
mungkin terbentuk tanpa sentuhan tangan-tangan manusia.
Namun ada pula sejumlah titian yang jelas disediakan oleh
manusia, seperti titian-titian gantung yang dasar pijakannya
adalah papan-papan kayu yang diikat tali rotan dan memang
kuat sekali, tetapi ada juga titian-titian yang sekadar terbuat
dari bambu, tali rami, dan batang-batang cemara, yang
memang maksudnya hanya menyingkat jalan untuk
Buddha Pedang Dan Penyamun Terbang Naga Bumi Ii Karya Seno Gumira di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
sementara, tetapi terus menerus dipakai juga bertahun-tahun
lamanya, sehingga tidak terjam in
lagi ketahanannya
menopang penyeberang berkuda.
Dalam lingkungan seperti itulah kabut ini turun, yang
membuat rombongan itu merayap perlahan setapak demi
setapak, masih mendaki pula sebelum mencapai Celah Dinding
Berlian. Kabut membuat dinding yang padat, keras, dan halus
seperti berlian itu tidak memantulkan cahaya ke angkasa
diredam kabut yang kepekatannya dalam gelap malam bukan
alang kepalang.
Mereka menempuh perjalanan dengan susah payah, aku
pun susah payah mengikutinya, karena selain hanya suara-
suara yang terdengar dalam kabut, juga harus kujamin diriku
sendiri bahwa napas dan detak jantungku sebaiknya
disembunyikan. Karena apapun alasannya, rombongan ini
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
tidak boleh mengetahui, bahkan meski jika hanya berjaga-jaga
seandainya dibuntuti orang.
MAKA aku pun masih berada di dalam kabut, dan
mengikutinya juga bersama kabut yang bergerak perlahan di
atas jurang, karena dengan cara ini suara apa pun makin kecil
kemungkinannya ditimbulkan. Jalanan sempit berkelak-kelok
di pinggang gunung, tetapi kabut merambat lurus tidak
berbelok-belok, sehingga selama kabut menyelimuti seluruh
lautan kelabu gunung batu dengan kepekatan yang hanya
memperlihatkan pemandangan sedepa di muka, maka aku
bisa bebas bergerak mendekat atau menjauh seperti yang
kubutuhkan dalam pengintaian. Namun aku tak mungkin
mendekat sampai sedepa, itu terlalu dekat dan mereka akan
melihatku pula. Jadi sangat kujaga jarak dengan mereka, dan
hanya terdengar suara percakapan mereka.
"Hhhh. Dingin, gelap, berkabut pula, mengapa kita tidak
tinggal ke pemukiman tempat rombongan itu menuju"
Tidakkah dikau lihat betapa cantiknya perempuan-perempuan
wayang itu" Sebaiknya kita tidur bersama mereka, alangkah
hangat berada dalam pelukan mereka di bawah selimutnya!
Brrrr..." "Ya, dan besoknya dirimu sudah tidak bernyawa. Orang-
orang Kalakuta saja dikau lihat sendiri hanya tinggal kudanya."
"Ah, hanya lima perempuan, dan lima lelaki yang
keperempuan-perempuanan. Orang-orang Kalakuta dibunuh
oleh pengawalnya. Salah sendiri menantang bertarung orang-
orang gunung yang buas."
"Jangan terlalu merendahkan perempuan wayang, dikau
tahu bagaimana banyak mata-mata menyamar
jadi perempuan wayang, atau perempuan wayang itu sendiri
dijadikan mata-mata, dengan perintah membunuh pula."
"Perempuan wayang di pelosok seperti ini, siapa pula yang
harus diawasi" Mereka mengamen dari pemukiman penduduk
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
asli yang satu ke pemukiman yang lain. Karena bayarannya
sedikit, mereka tidur dengan siapa pun yang bersedia
membayar."
"Penduduk asli kata dikau" Penduduk asli" Bagaimana
dikau yakin ada yang masih asli di sini, jika sepanjang sejarah
lautan gunung batu ini para pemberontak yang terkalahkan
mengalir kemari dan tidak pernah pergi lagi, sehingga dikira
lenyap ditelan bumi?"
"Tapi kelima perempuan wayang itu bukan mata-mata!
Memangnya mereka bertugas untuk siapa" Atau dikau lebih
tertarik kepada lima lelaki yang keperempuan-perempuanan
itu. Kuperhatikan salah satunya menatapmu dengan sendu!
Hahahahaha!"
Agaknya kepada siapa kalimat ini ditujukan ternyata
mengakibatkan kemarahan, karena tiada terdengar jawaban.
Suara lain seperti mencoba menjawabkan. "Jangan sembarangan bicara, kita semua anggota pengawal rahasia di
sini, tahu sekali apa yang perlu dan tidak perlu dimata-matai,
dan juga tetap jaga kehormatan pribadi. Tugas kita resmi
sekarang ini, dan memang sejak awal sudah resmi, jadi jangan
sampai ada kejadian lagi. Kita telah mempertimbangkan untuk
kembali, karena kejadian yang diceritakan para pengwal
perjalanan mencurigakan sekali, tetapi kita telah memutuskan
untuk menyelesaikan tugas apa pun yang terjadi. Jadi
waspada dan hati-hatilah, perjalanan ini masih lama sekali.
Celah Dinding Berlian saja belum terlewati."
Kini aku tahu bahwa sisa tiga belas orang dalam
rombongan itu, jika yang tujuh dari yangduapuluh adalah
anggota kelompok rahasia Kalakuta, maka kini tinggal
duabelas anggota pengawal rahasia istana untuk menjaga
keselamatan seorang Harimau Perang.
Di antara orang-orang yang berbicara itu, adakah kiranya
suara Harimau Perang" Aku tidak punya dasar untuk
menebaknya. Namun perbincangan mereka menyadarkan aku
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
kepada pentingnya membongkar dan menyimpan rahasia
dalam persaingan kekuasaan. Bukankah Sun Tzu yang
berkata, bahwa mengetahui lebih dahulu adalah paling utama"
Kuingat kembali yang mungkin pernah kutulis:
yang menyebabkan raja bijaksana dan panglima ulung
bergerak dan mengalahkan musuh
dan mencapai hasil yang melampaui
apa yang dapat dicapai orang banyak
ialah mengetahui lebih dulu
Tentu lantas ia katakan pula betapa orang yang
mengetahui keadaan musuh ini adalah mereka yang
ditugaskan sebagai mata-mata, seperti juga yang dinasehatkan oleh Arthasastra kepada para raja.
INI membuat jaringan rahasia menjadi sangat menentukan,
karena tanpa menjadi bagiannya segenap pengetahuan ibarat
dongeng yang menyesatkan. Harimau Perang yang telah
mendapat segenap keterangan dari segenap jenis mata-mata,
mulai dari mata-mata setempat, mata-mata dalam, mata-mata
rangkap, mata-mata mati, maupun mata-mata hidup, telah
berhasil membuyarkan kepungan pasukan pemberontak, yang
sebetulnya sudah berada di depan pintu kemenangan.
Kini Harimau Perang yang namanya begitu terkenal, tetapi
yang sosoknya tersembunyi berada sangat dekat denganku,
tetapi tidak juga dapat kupandang. Bahkan aku yakin ia juga
belum kudengar suaranya sama sekali. Memang adakah dia"
Atau tidak adakah dia" Aku sendiri belum tahu bagaimana
caranya akan dapat memecahkan teka-teki yang ditinggalkan
Amrita, yang jelas menyebut Harimau Perang sebagai
penyebab segalanya. Aku hanya harus waspada, bahwa
penyebab segalanya tidak langsung bisa ditafs irkan betapa
Harimau Perang itu sendirilah penyebabnya. Apalagi jika
keberadaannya pun ternyata tidak pernah dapat dipastikan.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Kabut yang bergerak membawaku ke sebuah pohon siong
yang sering terdapat di gunung-gunung batu. Batangnya
berkelak-kelok seperti tubuh penari, demikian pula ranting-
rantingnya berbelok-belok seperti tangan menari-nari. Tumbuh
hanya satu-satu di berbagai sudut kelokan jalan, sering
terdapat di dalam lukisan-lukisan gulung yang memanjang,
menjadikan pemanis suasana yang dengan segala kecuraman
jalan di pinggang gunung telah menjadi sangat mencekam.
Aku menempel pada sebuah rantingnya seperti benalu,
sehingga aku dapat menunggu mereka lewat di bawahku, dan
dapat mengikuti dari belakang, karena kabut semula telah
membawaku melewati rombongan itu.
Kuikuti perbincangan mereka sedekat mungkin karena aku
tidak ingin kehilangan kesempatan mengetahui segala
sesuatu, yang pada mulanya mungkin tidak terlalu penting,
tetapi kemudian ternyata sangat menentukan. Sebuah ujaran
dari Ajaran Besar menyebutkan:
apa yang memang berada di dalam
akan terwujud tanpa apa pun
Itulah soalnya, bagaimana kewujudan tanpa apa pun itu
bisa diketahui tanpa pengintaian yang rinci" Mereka lewat di
bawahku. "Hhhhh ! Dingin sekali! Mataku rasa-nya te-rus-menerus
minta dipejamkan!"
"Jangan sampai dikau pejamkan matamu itu!"
"Ya! Jangan! Nanti semuanya akan selesai! Benar-benar
selesai karena mata yang terpejam itu tidak akan pernah bisa
dibuka lagi!"
Kabut lantas berpendar karena angin, dan angin itulah yang
kemudian sungguh-sungguh membekukan tulang.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Seseorang kemudian membicarakan sesuatu yang tampaknya memang harus kuketahui.
"Orang-orang kebiri itu! Mereka sungguh enak berada di
dalam istana yang hangat. Nanti di Changian akan kutanya
mereka, mengapa kita harus melewati gunung gemunung
batu yang tiada habisnya ini, dan tidak melewati laut seperti
biasa." "Apakah dikau lupa bahwa mereka menunggu kita di jalur
pegunungan ini?"
"Ya, tapi di kedai itu tidak ada apa-apa bukan?"
"Mereka mengetahui sesuatu tetapi tidak mengatakannya."
"Aneh, mengapa kita tidak tetap tinggal di sana dan
memastikannya?"
"Ah, dikau pun tahu, jika mereka tidak ingin mengatakannya, tidak ada yang dapat kita ketahui pula."
"Kita bisa memaksanya!"
"Tidakkah dikau lihat kita berada di mana" Kedai itu hanya
tempat mengawasi siapa yang lewat. Orang-orang itu tidak
tinggal di sana tanpa hubungan dengan tempat-tempat
lainnya. Lagipula kita dikejar waktu, kita tidak bisa berhenti
lama-lama."
"Pesan itu mengatakan, jika kita belum sampai di Celah
Dinding Berlian, mereka akan menunggu kita di kedai itu.i
"Jadi kalau mereka belum ada di kedai itu, berarti mereka
menunggu di Celah Dinding Berlian."
"Itu yang kupikirkan. Barangkali orang-orang yang
seharusnya menunggu kita itu sudah tiba di Celah Dinding
Berlian, tetapi karena lama menunggu kita yang belum datang
juga, lantas melanjutkan perjalanan ke kedai, dan di sana
terjadi sesuatu bahkan sebelum orang-orang Kalakuta itu
tiba." TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Darimana dikau bersimpulan seperti itu?"
"Ada banyak sekali jejak kuda di la-pangan rumput itu.
Namun tadi hari sudah mulai gelap dan cuaca begini buruk,
jadi tidak jelas berapa banyak, padahal yang akan menemui
kita juga banyak bukan?"
"Delapan orang."
"Ya, delapan orang dengan kuda be-ban, dan tadi
kuperhatikan terdapat jejak-jejak yang dalam. Itu jejak kuda
beban!" "Dikau sudah mengatakannya dari tadi, tetapi dikau pun
tahu, kita dikejar waktu!"
"Aku rasa kita terlalu gegabah mene-ruskan perjalanan
tanpa tahu apa yang sudah terjadi di kedai itu. Bisa saja
orang-orang itu memang sudah tiba di kedai itu, lantas terjadi
sesuatu." "Ya, tapi bisa saja mereka ternyata se-dang menunggu kita
di Celah Dinding Berlian."
"Rombongan wayang itu juga mengatakan tidak bertemu
siapa pun!"
"Arti-nya bisa saja mereka bahkan be-lum mencapai Celah
Dinding Berlian bu-kan?"
Mereka semakin jauh dari pohon siong tempat aku
menempel di cabangnya seperti benalu. Aku harus berpindah
tempat. Maka aku pun melangkah dengan sa-ngat hati-hati di
dalam kabut, karena mes-kipun memang tidak terlihat sama
sekali, siapa pun yang berilmu tinggi akan men-dengar
sesuatu, bahkan tahu terdapat se-orang penyusup di dalam
kabut itu jika sembarang melangkah tanpa peduli.
Sebetulnya para pengawal rahasia ista-na lebih dari
mengerti perihal ilmu-ilmu penyusupan semacam ini, tetapi
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
keadaaan yang dihadapinya sekarang ini bukanlah sembarang
malam yang sunyi dan sepi, melainkan malam sunyi dan sepi
di lautan kelabu gunung batu dalam perjalanan panjang yang
berat sekali. Malam memang sunyi dan sepi, tetapi dingin
angin, kepekatan kabut, dan kewaspadaan tinggi terhadap
segala kemungkinan berdasar-kan segala cerita tentang para
penyamun dan orang-orang yang tersingkir ke wilayah
perbatasan takbertuan di lautan kelabu gunung batu ini tidak
akan membuat dunia tetap sunyi dan sepi. Sebaliknya, dalam
kesunyian dan kesepian di tengah alam yang begitu luas bagai
takberhingga ini selalu berlangsung pertarungan antarmanusia
yang menegangkan sekali...
Buddha Pedang Dan Penyamun Terbang Naga Bumi Ii Karya Seno Gumira di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Ini bukan tidak disadari rombongan pengawal rahasia
istana yang bertugas menjaga keselamatan Harimau Perang
yang sedang kuikuti, karena mendadak tidak kudengar lagi
percakapan, bahkan langkah kuda pun terhenti. Mereka
memang diam dan berhenti!
Agaknya mereka telah menggunakan bahasa isyarat,
karena tidak terdengar suara apapun, tetapi bagaimana
caranya saling bercakap dengan bahasa isyarat dalam
kepekatan kabut yang tidak memperlihatkan apapun seperti
ini, itulah yang belum kumengerti.
Aku pun menahan napas dan tidak bergerak sama sekali.
Aku diam dan mereka juga diam. Apakah diriku telah
melakukan sesuatu yang membuat mereka seperti mendengar
sesuatu" Kukira tidak, karena aku bukan hanya menjaga gerak
tubuh, melainkan juga embusan nafas dan detak jantungku.
Namun aku mengerti juga apa yang ke-mungkinan telah
terjadi, karena memang sering mengalami meski tidak mampu
menjelaskannya sama sekali.
Mereka yang terlatih membaca ke-adaan, meski tidak
melihat atau mende-ngar apa pun, akan mempunyai firasat.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Aku tidak terlihat dan tidak memperdengarkan suara
apapun, bahkan cuaca dan keadaan alam mengalihkan
perhatian siapa pun kepada apa pun. Namun berada begitu
dekat kepada mereka yang terlatih dan berpengalaman,
terutama justru dalam menghadapi ilmu-ilmu penyusupan,
jelas tidak mungkin berlangsung tanpa menimbulkan akibat
sama sekali. Sebelum mereka yakin terdapat se-orang pengintai di
sekitarnya, dan me-ngambil keputusan tidak terduga, aku
harus mengambil keputusan lebih dulu.
Maka kubiarkan diriku terbawa kabut menjauh, karena jika
tetap berada di tempat dan tetap berada di dekat mereka,
akan sangat berbahaya seandainya kabut meni-pis atau
berpendar tiba-tiba. Apalagi mereka tidak perlu melihat
apapun untuk me-lepaskan pisau-pisau terbangnya secara
mendadak bersama-sama.
Kubiarkan kabut membawa diriku menyeberangi jurang,
sementara jalanan itu berkelok ke dalam, untuk kembali me-
raih cabang sebuah pohon siong dan me-nempel lagi seperti
benalu untuk menanti mereka di situ.
Meski agak jauh, dapat kudengar kuda mereka melangkah
lagi, pelahan mendaki menapaki jalan sempit berbatu-batu.
Jarak ini membuat aku sempat memikirkan sesuatu.
Pertama, yang mereka nantikan tentu para penyoren
pedang yang tujuh orang telah dibunuh oleh Pendekar Kupu-
kupu, dan satu orang terlebih dahulu bunuh diri itu; kedua,
mereka berhubungan dengan orang-orang kebiri di istana
kemaharajaan di Chang'an; ketiga, delapan penyoren pedang
itu ternyata membawa mayat seorang kebiri yang sudah
terpotong-potong; keempat, bapak kedai bercerita banyak dan
menyerahkan kepadaku suatu naskah mengenai orang-orang
kebiri. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Mungkinkah ini dirangkaikan ataukah sebaiknya dianggap
hanya kebetulan" Aku teringat betapa naskah gulungan itu
belum habis kubaca, dan kini aku teringat betapa wajah bapak
kedai itu sebetulnya tidak seperti orang yang menyerahkannya
tanpa maksud apapun. Ia bercerita kepadaku dan
menyerahkan naskah gulungan bertuliskan aksara Negeri Atap
Langit itu memang karena ada tujuannya! Betapa diriku
sangat tidak peka!
Tidak mungkin membaca naskah yang ada di balik bajuku
itu sekarang, lagipula rombongan itu mulai mendekat lagi.
Tampaknya mereka sudah merasa agak lebih aman dan mulai
bercakap-cakap lagi. Harus kuakui, dalam suasana mencekam
seperti ini, bercakap-cakap demi perasaan terdapatnya teman-
teman seperjalanan memang perlu sekali. Sayang sekali
betapa hal semacam itu mesti mereka alami, karena
percakapan mereka itu seharusnya tidak terdengar, meskipun
hanya oleh dinding batu, angin, kuda, pepohonan, apalagi
diriku yang menempel seperti benalu di atas pohon siong ini!
Mereka tampak menjaga agar tidak bicara terlalu keras,
tetapi aku masih mendengarnya. Kepekatan kabut yang
memang tidak memperlihatkan apa pun membuat perjalanan
mereka amat lambat, ibarat kata hanya mengandalkan naluri
kudanya, terutama yang paling depan, yang setiap kali
sebelum melangkah, memastikan dengan ketukan kakinya,
bahwa ada yang dapat dipijak di depannya. Jika tidak, dan
seekor kuda terus saja melangkah, maka bersama
penunggangnya tentu akan langsung masuk jurang. Adapun
jatuh ke dalam jurang adalah bencana yang sangat
mengerikan. Waktu mereka mendaki jalan berbelok di tepi jurang
tempat pohon siong ini berada, sebetulnya tidak kulihat
apapun kecuali suara percakapan mereka.
''Orang-orang kebiri itu, kalian tahu, meskipun boleh
membakar kemenyan, diizinkan berpuasa, dan TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
menyumbangkan uang atau barang, mereka tetap dilarang
mendekati altar pemujaan dewa utama.''
''Kalau begitu mereka disamakan dengan orang pincang,
orang yang tubuhnya berubah bentuk, tidak punya mata, tidak
punya anggota badan..''i
''Bahkan sama dengan perempuan yang datang bulan!''
''Datang bulan seumur hidupnya!''
''Hihihihihihi...''
''Sssstttt!'' Mereka terdiam sejenak, tetapi tidak tahan untuk bercakap
kembali, seperti kataku, karena cuaca ini akan membuat
seseorang tertekan dalam kebisuannya. Kepekatan kabut
seperti ini bisa membuat seseorang merasa sangat amat
sendiri, dan hanya dapat mengatasi keadaan ini dengan
meyakinkan dirinya sendiri betapa ia telah berbicara dengan
seseorang. ''Gara-gara pengebirian itu suara mereka menjadi tinggi,
seperti...'' ''Gagak!'' ''Ya, mereka memang disebut gagak-gagak.''
''Mereka juga segera dikenali karena leher mereka yang
menjulur panjang, perilaku seperti anjing yang ikut ke mana
pun majikannya pergi, maupun bentuk tubuhnya yang
menggelembung.''
''Padahal kalau sudah tua orang kebiri tua tidak seperti itu.''
''Seperti apa"''
''Dalam berbagai bentuk, mereka menjadi kurus dan keriput
seperti perempuan tua!''
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
''Dari cara jalannya saja kita sudah tahu orang itu dikebiri
atau tidak.'' ''Seperti apa jalannya"''
''Kakinya yang kurus kecil itu seperti dempet, langkahnya
pendek-pendek.''
''Apakah pengebirian itu yang membuatnya begitu"
Ataukah memang ada peraturan bagi orang kebiri untuk
berjalan seperti itu"''
''Aku tidak tahu.''
''Tapi benarkah mereka itu tubuhnya mengeluarkan bau
tidak enak"''
"Bau tidak enak" Bilang saja bau kencing!"
"Bau pesing!"
"Ya, bau pesing!"
"Benarkah itu?"
"Lama setelah kelaminnya dipotong tanpa sisa, banyak
orang kebiri muda yang masih membasahi ranjangnya waktu
tidur, karena belum bisa menahan kencing, dan bukan hanya
ranjang, tapi juga baju dan seluruh tubuhnya ikut menjadi
basah. Maka kalian tahu bau seperti akan meruap dari orang
kebiri itu."
"Katanya mereka dihukum cambuk kalau tubuhnya masih
bau." "Memang, sampai mereka sanggup tidak membasahi diri
dengan air kencing mereka sendiri yang bocor ke mana-mana
itu." "Kalau belum sanggup?"
"Mereka akan terus dicambuk. Kadang bekasnya terbawa
sampai tua."
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Makanya mereka disebut juga 'kebiri bau'?"
"Ya, meskipun misalnya sudah tidak bau dan tidak
dicambuki lagi, sebagai bagian dari pendidikannya."
"Kebiri bau... Hehehe..."
"Hehehehehe!"
"Sssstttt!"
Mereka melewati tempatku bersembunyi di atas pohon
siong. Mengingat jarak penunggang kuda terdepan sampai
penunggang kuda di belakang, tentu tidak mungkin
percakapan berlangsung dalam bisikan.
"Oh, maka kemudian dikenal istilah, 'bau seperti orang
kebiri' itu?"
"Ya, asalnya dari masalah seperti itu, sampai disebutkan,
bau mereka bisa tercium dari jarak yang jauh sekali."
"Kasihan sekali mereka ya?"
"Huh! Kasihan" Untuk apa?"
"Karena mereka sudah merelakan diri kelam innya dipotong
demi pengabdian, masih diburuk-burukkan pula."
"Bukankah mereka itu memang buruk?"
"Buruk?"
"Buruk sifatnya, buruk pula kelakuannya, sampai disebut
Kalkun Tua. Tapi jangan katakan ini di depan mereka. Nanti
dikau mati tak jelas sebabnya."
"Ya, hati-hati di hadapan mereka nanti, orang-orang kebiri
sangat peka terhadap apa pun yang berhubungan dengan
kekurangan mereka."
"Ya, hati-hati. Kata-kata seperti 'teko tanpa pipa' atau
'anjing tanpa ekor' tidak akan pernah diucapkan di depan
mereka." TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Dalam kepekatan dan kegelapan aku tersenyum, dapat
dipastikan bahwa mereka memang berurusan dengan, atau
setidaknya melalui, orang-orang kebiri. Untuk seorang
pengintai yang menempuh marabahaya demi sepotong
keterangan, hasil seperti ini sesuai dengan tingkat kesulitan
yang harus kujalankan.
Namun setelah itu aku sungguh terperanjat dan terkejut di
luar dugaan. (Oo-dwkz-oO) Episode 165: [Pekik Kematian di Balik Kabut]
Dua belas pengawal rahasia istana itu masih kudengar
tertawa-tawa, ketika di antara apa yang kudengar
tersampaikan kepada telingaku suara pedang keluar dari
sarungnya. Bukan hanya satu, tetapi dua pedang yang keluar
dari sarungnya, dan dari cara menarik pedang seperti itu aku
tahu, betapa pedang itu akan segera menumpahkan darah.
Dalam sekejap kebisuan dan kesunyian lautan kelabu
gunung batu segera terisi oleh suara-suara jerit kesakitan.
Hanya sekejap. Sebelum akhirnya kesunyian berkuasa
kembali. Rombongan itu belum melangkah terlalu jauh dariku. Jadi
semuanya kudengar dengan jelas, meski sama sekali tidak
dapat kulihat apapun. Dalam kabut seperti ini aku hanya dapat
mendengar suara-suara, dan berdasarkan suara-suara itulah
kubangun peristiwa yang terjadi.
Dua pedang yang dicabut itu tersoren menyilang pada
punggung salah satu penunggang kuda, yang segera melejit
dari atas kudanya, berkelebat secepat kilat ke belakang
dahulu, untuk membantai enam pengawal rahasia istana yang
masih tertawa-tawa, lantas melesat ke depan untuk
menyelesaikan enam orang sisanya.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Pilihan untuk bergerak ke belakang lebih dahulu memang
tepat, karena meskipun yang berada di depan telah lebih
dahulu mendengar pekik kematian yang di belakang,
kedudukan mereka yang sedang berada di atas punggung
kuda dan mendaki ke depan membuatnya sulit untuk langsung
menanggapi. Saat itulah dalam sekejap nyawanya hilang dari
badan. Dengan kedua pedang di tangan itu, ia membabat tiga
penunggang kuda di belakangnya dengan pedang di tangan
kiri, dan membantai lagi sisanya dengan pedang di tangan
kanan. Ada-pun bagi keenam penunggang kuda di depannya,
ia menyerang mereka mulai dari yang paling depan bergantian
antara pedang yang berada di tangan kiri maupun yang
berada di tangan kanan. Siasat ini juga merupakan pilihan
yang baik dari sekian banyak kemungkinan, karena ketika
keenam orang yang berada di depan ini siap berbalik siap
menghadapi serangan dari belakang, ternyata pekik kematian
terdengar lagi justru di depan. Namun tentunya saat mereka
menyadari, gerakan pedang yang tak dapat ditebak arahnya
itu telah membuat mereka memekik kesakitan pula.
Suasana seperti mendadak sunyi, hening tapi mencekam.
Angin terdengar meraung di sebuah lembah yang jauh.
Namun di sini segala sesuatu terdengar dengan jelas. Hilang
sudah suara terta-wa-tawa tadi, hanya desah kuda yang
mendengus-dengus, karena dengan firasatnya tahu belaka
telah berlangsung pertumpahan darah.
Belum kudengar suara yang menunjukkan bahwa kedua
pedang itu di-sa-rungkan. Apakah ia mengetahui kehadiranku"
Aku ganti bernapas melalui pori-pori kulit dan menutupi detak
jantung dengan mengalihkan tenaga prana pohon siong.
Mengingat aku tak dapat melihat apa pun lebih dari jarak
sedepa, sedangkan ia dapat membantai duabelas orang
seketika, menunjukkan betapa ilmunya
tinggi sekali. Betapapun ku-ragukan kemampuan mata manusia me-nembus
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Buddha Pedang Dan Penyamun Terbang Naga Bumi Ii Karya Seno Gumira di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
kabut seperti ini, yang mampu menahan tembusnya cahaya
maupun kegelapan malam. Ini berarti, seperti juga diriku
sekarang, ia mengandalkan pendengaran. Apa yang tidak
terlihat oleh mata, memang kemungkinan besar dapat
didengar oleh telinga yang tajam, tetapi betapapun hanya ilmu
pendengar-an, jika ia memilikinya, yang akan memberitahukan
keberadaan diriku.
Aku segera memejamkan mata dan memasang ilmu
pendengaran Mende-ngar Semut Berbisik di Dalam Liang agar
mengetahui kedudukannya dengan tepat, dan siap menanggapi dengan Ju-rus Tanpa Bentuk jika pemegang
kedua pedang itu tiba-tiba menyerang. Segera tampak dalam
pandangan mataku yang terpejam garis cahaya kehijauan
membentuk sesosok tubuh dengan tangan memegang dua
pedang. Ia memang masih memegang kedua pedang itu dan tidak
menyarungkannya. Ia mengangkat kedua pedang satu demi
satu ke dekat mulutnya, yang segera meniup pedang itu.
Kulihat dalam pandangan yang terbentuk oleh telingaku,
cairan kehijauan tertiup lepas ke udara. Itulah darah para
korban yang bergelimang pada pedang tersebut. Sekali tiup
segera terbang ke udara bagaikan air hujan yang tak mampu
menembus la-pisan beludru dedaunan, dan meng-gelinding ke
bumi tanpa membasahi-nya. Hanya saja darah ini tertiup ke
atas jurang tidak tahu jatuh di mana karena segera lenyap di
balik kabut. Setelah kedua pedang tersebut bersih kembali, ia pun
ternyata belum me-nyarungkannya juga. Mungkinkah ia
mengetahui keberadaan diriku dan menyerangku"
Ia tidak menyerangku, hanya berbi-cara sendirian, seperti
kepada dirinya sendiri.
''Mengapa manusia harus berbicara yang buruk tentang
orang-orang kebiri" Mereka telah merelakan dirinya tidak
menjadi lelaki, karena ingin mengabdi kepada Putera Langit,
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
agar pemerintahannya di bumi takselalu meminta, tetapi juga
memberi. Tanpa orang-orang kebiri, bagaimana mungkin
istana tetap suci, sementara permaisuri, segenap selir, dan
puteri-puteri, tetap dibaluti kemurnian surgawi. Orang-orang
kebiri yang mengorbankan diri, menjamin dirinya sendiri
dalam keterselibatan abadi, demi kepentingan Putera Surga-
wi, selalu dibenci orang-orang yang tidak mengerti, karena
dianggap menghalangi kepentingan mereka, yang ha-nya
menguntungkan dirinya sendiri.
''Bukan hanya Gao Lishi, tapi sejak Huang Hao melayani
Wangsa Shu pada masa Tiga Negara, tidak kurang dari
Maharaja Liu Shan sangat menya-yanginya karena jasa dan
pengabdiannya, tetapi telah dihina begitu rupa dalam sejarah
seolah-olah memang dialah yang telah membuat Liu Shan me-
nyerahkan negerinya kepada Ke-rajaan Wei....''
Ia terus berbicara sambil masih memegang kedua pedang
panjang yang telah bersih dari darah. Aku tidak merasa
mampu menerjemahkan kata-kata selanjutnya, karena
penguasaan bahasa Negeri Atap Langit yang sama sekali tidak
sempurna, tetapi riwayat Huang Hao yang diucapkannya
kulihat terda-pat pada sisa catatan dari bapak kedai yang
belum kubaca. Aku menyesal tidak memiliki kemampuan
membaca yang memadai sehingga tidak bisa membacanya
dengan lebih cepat.
Dengan kedua pedang di tangan itu, ia membabat tiga
penunggang kuda di belakangnya dengan pedang di tangan
kiri, dan membantai lagi sisanya dengan pedang di tangan
kanan. Ada-pun bagi keenam penunggang kuda di depannya,
ia menyerang mereka mulai dari yang paling depan bergantian
antara pedang yang berada di tangan kiri maupun yang
berada di tangan kanan. Siasat ini juga merupakan pilihan
yang baik dari sekian banyak kemungkinan, karena ketika
keenam orang yang berada di depan ini siap berbalik siap
menghadapi serangan dari belakang, ternyata pekik kematian
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
terdengar lagi justru di depan. Namun tentunya saat mereka
menyadari, gerakan pedang yang tak dapat ditebak arahnya
itu telah membuat mereka memekik kesakitan pula.
Suasana seperti mendadak sunyi, hening tapi mencekam.
Angin terdengar meraung di sebuah lembah yang jauh.
Namun di sini segala sesuatu terdengar dengan jelas. Hilang
sudah suara terta-wa-tawa tadi, hanya desah kuda yang
mendengus-dengus, karena dengan firasatnya tahu belaka
telah berlangsung pertumpahan darah.
Belum kudengar suara yang menunjukkan bahwa kedua
pedang itu di-sa-rungkan. Apakah ia mengetahui kehadiranku"
Aku ganti bernapas melalui pori-pori kulit dan menutupi detak
jantung dengan mengalihkan tenaga prana pohon siong.
Mengingat aku tak dapat melihat apa pun lebih dari jarak
sedepa, sedangkan ia dapat membantai duabelas orang
seketika, menunjukkan betapa ilmunya
tinggi sekali. Betapapun ku-ragukan kemampuan mata manusia me-nembus
kabut seperti ini, yang mampu menahan tembusnya cahaya
maupun kegelapan malam. Ini berarti, seperti juga diriku
sekarang, ia mengandalkan pendengaran. Apa yang tidak
terlihat oleh mata, memang kemungkinan besar dapat
didengar oleh telinga yang tajam, tetapi betapapun hanya ilmu
pendengar-an, jika ia memilikinya, yang akan memberitahukan
keberadaan diriku.
Aku segera memejamkan mata dan memasang ilmu
pendengaran Mende-ngar Semut Berbisik di Dalam Liang agar
mengetahui kedudukannya dengan tepat, dan siap menanggapi dengan Ju-rus Tanpa Bentuk jika pemegang
kedua pedang itu tiba-tiba menyerang. Segera tampak dalam
pandangan mataku yang terpejam garis cahaya kehijauan
membentuk sesosok tubuh dengan tangan memegang dua
pedang. Ia memang masih memegang kedua pedang itu dan tidak
menyarungkannya. Ia mengangkat kedua pedang satu demi
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
satu ke dekat mulutnya, yang segera meniup pedang itu.
Kulihat dalam pandangan yang terbentuk oleh telingaku,
cairan kehijauan tertiup lepas ke udara. Itulah darah para
korban yang bergelimang pada pedang tersebut. Sekali tiup
segera terbang ke udara bagaikan air hujan yang tak mampu
menembus la-pisan beludru dedaunan, dan meng-gelinding ke
bumi tanpa membasahi-nya. Hanya saja darah ini tertiup ke
atas jurang tidak tahu jatuh di mana karena segera lenyap di
balik kabut. Setelah kedua pedang tersebut bersih kembali, ia pun
ternyata belum me-nyarungkannya juga. Mungkinkah ia
mengetahui keberadaan diriku dan menyerangku"
Ia tidak menyerangku, hanya berbi-cara sendirian, seperti
kepada dirinya sendiri.
''Mengapa manusia harus berbicara yang buruk tentang
orang-orang kebiri" Mereka telah merelakan dirinya tidak
menjadi lelaki, karena ingin mengabdi kepada Putera Langit,
agar pemerintahannya di bumi takselalu meminta, tetapi juga
memberi. Tanpa orang-orang kebiri, bagaimana mungkin
istana tetap suci, sementara permaisuri, segenap selir, dan
puteri-puteri, tetap dibaluti kemurnian surgawi. Orang-orang
kebiri yang mengorbankan diri, menjamin dirinya sendiri
dalam keterselibatan abadi, demi kepentingan Putera Surga-
wi, selalu dibenci orang-orang yang tidak mengerti, karena
dianggap menghalangi kepentingan mereka, yang ha-nya
menguntungkan dirinya sendiri.
''Bukan hanya Gao Lishi, tapi sejak Huang Hao melayani
Wangsa Shu pada masa Tiga Negara, tidak kurang dari
Maharaja Liu Shan sangat menya-yanginya karena jasa dan
pengabdiannya, tetapi telah dihina begitu rupa dalam sejarah
seolah-olah memang dialah yang telah membuat Liu Shan me-
nyerahkan negerinya kepada Ke-rajaan Wei....''
Ia terus berbicara sambil masih memegang kedua pedang
panjang yang telah bersih dari darah. Aku tidak merasa
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
mampu menerjemahkan kata-kata selanjutnya, karena
penguasaan bahasa Negeri Atap Langit yang sama sekali tidak
sempurna, tetapi riwayat Huang Hao yang diucapkannya
kulihat terda-pat pada sisa catatan dari bapak kedai yang
belum kubaca. Aku menyesal tidak memiliki kemampuan
membaca yang memadai sehingga tidak bisa membacanya
dengan lebih cepat.
KEMUDIAN kudengar kedua pedangnya disarungkan.
Segera kutahu itulah jenis pedang jian, yakni pedang panjang
dengan dua mata atau dua sisi tajam. Pedang yang telah
dibuat selama 1.300 tahun terakhir di Negeri Atap Langit ini
memang untuk digunakan para penyoren pedang, dibuat
untuk ilmu silat, tepatnya untuk ilmu pedang. Seperti apakah
kiranya ilmu pedang yang dimilikinya" Di Jawadwipa atau
Yawabhumipala, ilmu pedang yang banyak digunakan adalah
ilmu pedang untuk pedang dengan satu mata atau satu sisi
tajam, yang lebih tepat disebut golok, karena dalam
kenyataannya juga digunakan demi keperluan sehari-hari
seperti memotong dahan dan ranting atau membelah kayu
bakar. Hanya para pendekar ilmu pedang yang ilmunya sudah
lebih tinggi, akan memegang pedang dengan dua sisi tajam
dan memainkan ilmu pedang yang diciptakan hanya untuk
pedang seperti itu.
Dengan demikian pedang jian disebut juga sebagai pedang
ksatria, karena dibuat hanya demi ilmu pedang. Seperti yang
pernah kudengar dari Iblis Suci Peremuk Tulang, keberadaan
pedang ini sekitar seratus tahun lalu dicatat berawal dari
kekuasaan Masa Musim Semi dan Musim Gugur, dan sejak itu
mulai beredar ke mana-mana di Negeri Atap Langit.
Panjangnya antara dua sampai tiga depa, dan beratnya pun
bermacam-macam, seberat timbangan yang menengah
sampai terberat. Meskipun terkadang tampak sebagai baja
tipis yang hanya tepat untuk hiasan, karena kelenturannya
memberi kesan ringan, tetapi tidak ada pedang baja yang
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
ringan. Hanya tenaga dalam tingkat tinggi dan kecepatan
bergerak melebihi kilat akan memberi kesan ringan itu.
Kudengar ia menaiki kuda dan pergi menjauh, sementara
dua belas kuda lain, yang semua penunggangnya telah tewas,
mengikuti saja kuda yang terdepan perlahan-lahan. Di balik
kabut kudengar ia menggerutu, tetapi tidak jelas bagiku apa
yang diucapkannya. Apakah ia menggerutu tentang kuda,
ataukah para penunggang yang terpaksa dibunuhnya, ataukah
karena suatu rencana yang gagal dan kini ia mendapat
masalah karenanya" Bagiku, yang semula mendapatkan
banyak hal dari percakapan, seperti yang menjelaskan perihal
orang-orang kebiri itu, rasanya bagai tenggelam kembali
dalam kebisuan. Bahkan kebisuan yang berbahaya, karena jika
semula segala percakapan membuat yang berbicara tidak
terlalu peduli kepada suara apa pun jua, kebisuan ini akan
membuat seseorang mendengar segala suara lain.
Kecuali jika betul-betul tenggelam dalam pikirannya sendiri,
dan kemudian bahkan kudengar ia bersenandung.
Orang aneh! Namun betapa yang disenandungkannya
sungguh menggugah. Kata-katanya yang sederhana membuat
diriku dapat mengikutinya:
jika dikau ingin sesuatu mengerut
dikau harus memuaikannya dulu
jika dikau ingin sesuatu melemah
dikau harus menguatkannya dulu
jika dikau ingin sesuatu menyingkir
dikau harus membangunnya dulu
jika dikau ingin mengambil sesuatu
dikau harus memberikannya dulu
inilah yang disebut ketajaman nan halus
yang tunduk dan lemah
akan mengatasi yang keras dan kuat
ikan jangan boleh meninggalkan kedalaman
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
alat kekuasaan negara
jangan diungkapkan ke semua orang
Inikah ujaran Laozi dalam Daodejing yang disebut juga
sebagai Kitab Kebijakan dan Kebajikan itu" Tentu saja aku
pernah mendengar ujaran-ujarannya
dikutip dalam perbincangan tentang pemikiran Dao. Namun tidak seperti
biasanya seperti ketika mendengar ujaran filsafat, ujaran ini
tidak membuat aku berpikir untuk mengolahnya dalam suatu
pembermaknaan, karena lebih tertarik menghubungkan ujaran
tersebut dengan kejadian sebelumnya, bahwa terdapat
perbincangan yang melecehkan orang-orang kebiri sebelum
para pengawal rahasia istana itu dibunuhnya dengan sepasang
pedang jian dalam sekejap mata.
SEBAGAI nasihat kebajikan, pemikir Han Fei telah
menafsirkan ikan sebagai penguasa, dan kedalaman sebagai
daya kekuasaannya. Daya ini tidak boleh lepas dari tangannya,
karena jika demikian, itu
berarti membiarkan
ikan meninggalkan kedalaman, yang tentu saja berarti kedudukannya menjadi lemah. Maksud nasihat ini, alat
Buddha Pedang Dan Penyamun Terbang Naga Bumi Ii Karya Seno Gumira di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
kekuasaan negara seperti penghargaan dan hukuman adalah
senjata kembar, sebagai daya yang tidak boleh diungkapkan
kerahasiaannya kepada pihak yang salah, karena pengetahuan
tentang bagaimana mereka akan diperlakukan justru dapat
menjadi sumber daya itu sendiri. Artinya ini ujaran yang lebih
ditafs irkan sebagai nasihat, bahkan siasat, daripada filsafat,
tetapi bagiku telah bermakna dalam cara berbeda.
Aku memaknainya dalam pengertian seperti berikut: jika
dua belas pengawal rahasia istana itu terbunuh karena ikan
meninggalkan kedalaman, itu adalah rahasia yang tidak
menjadi rahasia lagi. Suatu rahasia memiliki daya, hanya jika
masih tetap merupakan rahasia. Aku tentu tak tahu apakah
kiranya rahasia itu sebelumnya, tetapi aku layak menduga,
bahwa jika setelah keduabelas pengawal rahasia istana itu
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
melecehkan orang-orang kebiri dalam perbincangan mereka,
lantas setelah pembunuh yang membantai mereka bicara
tentang orang-orang kebiri juga dalam arti sebaliknya, maka
masalah dibicarakannya orang kebiri itulah yang dimaksudkan
sebagai ikan meninggalkan kedalaman.
Maka aku pun tidak semestinya merasa keliru jika
menafsirkan betapa orang-orang kebiri itulah yang dimaksudkan sebagai alat kekuasaan, yang di sini tentu
maksudnya kerajaan atau negara. Orang-orang kebiri itu
mungkin tidak harus selalu dihubungkan dengan suatu
pengertian tentang mengerut dan memuai, melemah dan
menguatkan, menyingkirkan dan membangun, atau mengambil dan memberikan, yang kukira memang merupakan
permainan dan pertimbangan kebijakan yang bisa juga
terhubungkan dengan apa saja. Namun kukira, jika mengingat
segala cerita yang kudengar maupun catatan dalam kitab
gulungan dari bapak kedai itu, maka pertentangan pengertian
seperti dalam ketajaman nan halus maupun yang tunduk dan
lemah akan mengatasi yang keras dan kuat sangatlah tepat
dalam hubungannya dengan kedudukan orang-orang kebiri
dalam jaringan rahasia istana.
Terutama bahwa di balik pelecehan terhadapnya, orang-
orang kebiri berperan sangat menentukan dalam menyimpan
rahasia, menyampaikan rahasia, dan membuat semua rahasia
itu tetap tersimpan selama-lamanya. Jika setiap pihak yang
berbagi rahasia hanya mengenal bagian mereka sendiri dalam
jaringan kerahasiaan itu, maka orang-orang kebiri mengetahui
semua dalam keseluruhannya sampai yang sekecil-kecilnya.
Dengan kelebihan pengetahuan ini dapat diterima kelayakannya dalam memberi nasihat, yang pada dasarnya
menjadi nasihat menentukan, karena peluangnya untuk
melakukan pengarahan. Peluang pengarahan ini yang selalu
dicurigai keberadaannya, terutama karena berhubungan
dengan kepentingan diri mereka sendiri. Betapapun memang
peluang inilah yang menjadi ajang perma inan kekuasaan di
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
antara orang-orang kebiri, antara mereka yang memanfaatkannya demi kelanggengan kedudukan mereka di
istana, dengan mereka yang berusaha mencegahnya sebagai
bagian pengabdian dan kesetiaan kepada negara dan raja.
Dapatlah dimaklumi sekarang, bahwa orang-orang kebiri itu
tidak dapat begitu saja dapat disamakan, karena pertentangan
di antara mereka sendiri membuatnya terdapat setidaknya dua
pihak, yakni pihak yang bercokol di istana maupun yang
tersingkir keluar karenanya. Sangat penting dipahami, bahwa
pertentangan dapat berlangsung justru dapat karena
kepentingannya yang sama, yakni ingin tetap bercokol dan
menguasai jaringan rahasia istana.
JADI mereka yang kalah dalam persaingan dan tersingkir
keluar gelanggang, bukan hanya yang berusaha mencegah
persekongkolan jahat dalam kesetiaannya kepada negara dan
raja, melainkan mereka yang juga berusaha mengambil
peluang demi kepentingannya sendiri maupun golongannya.
Sebaliknya, dalam jaringan orang-orang kebiri di istana pun
berlangsung pertarungan tersembunyi antara mereka yang
pada dasarnya ingin berkuasa melalui raja, berhadapan
dengan mereka yang ingin menghindarkan raja dari pengaruh
buruk tersebut.
Demikianlah dari luar orang-orang kebiri ini hanya tampak
sesuai dengan prasangka yang selalu ditimpakan kepada
mereka, tetapi di dalamnya terdapat pertentangan saling
bersilang yang sama sekali tidak sederhana.
(Oo-dwkz-oO) Episode 166: [Olah Gerak Lima Hewan]
Kabut membawaku pergi ke tengah jurang ketika
berpendar menjelang fajar. Aku memang harus menjauh jika
ingin tetap dapat mengamatinya tanpa diketahui sama sekali.
Kabut berpendar karena angin dan terang langit yang meski
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
sama sekali tanpa cahaya matahari secara samar-samar
memperlihatkan pemandangan, dan karena itulah dari
kejauhan dapat kusaksikan punggungnya, yang untuk
sementara kuandaikan saja sebagai Harimau Perang itu,
mengendarai kudanya menempuh jalan sepanjang tepi jurang
yang berkelak-kelok mengikuti lingkar pinggang gunung,
dengan lambat tapi pasti menuju Celah Dinding Berlian.
Seingatku tiada jalan setapak berbelok ke pemukiman di
balik semak-semak dan kabut dari titik pohon siong tempatku
semula bersembunyi sampai ke Celah Dinding Berlian,
sehingga tentunya Harimau Perang itu tidak akan berbelok ke
mana pun. Jalan setapak ke pemukiman penduduk asli yang
belum pernah kulihat, menurut Iblis Suci Peremuk Tulang,
akan sangat banyak setelah Celah Dinding Berlian terlewati.
Selain terdapat lebih dari satu jalan menuju Chang'an, yakni
melalui Kunming maupun Dali, meski kedua-duanya akan
melalui Chengdu, dari jalan yang banyak menuju Kunming dan
Dali itu banyak jalan setapak yang menuju ke pemukiman di
balik semak dan kabut, dan antara pemukiman yang satu
dengan pemukiman yang lain, secara terputus-putus maupun
bersambung, terdapat jalan setapak yang selain saling
menghubungkan masih juga bercabang-cabang. Kiranya itulah
yang membuat Iblis Suci Peremuk T ulang memastikan, bahwa
aku bisa menunggu saja rombongan Harimau Perang di Celah
Dinding Berlian, tetapi dari Celah Dinding Berlian jangan
sampai kehilangan jejak, karena sekali lenyap menemukannya
kembali adalah mustahil.
Ini bagaikan terdapatnya sebuah dunia di balik dunia. Jalan
sempit yang terletak antara dinding tebing dan jurang itu,
meskipun merupakan jalan utama satu-satunya di sepanjang
lautan kelabu gunung batu, tetaplah merupakan jalan sempit
yang meskipun kadang-kadang membesar, dengan segala
jenis titiannya yang serba mengkhawatirkan, sangatlah penuh
bahaya. Bukan hanya jalan yang sempit kadang-kadang
terputus karena batu besar yang longsor, melainkan juga
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
karena berbagai jenis binatang buas mungkin saja menyergap
tiba-tiba tanpa pernah bisa diduga. Maka tiadalah bisa
kubayangkan jika ternyata melalui jalan setapak yang
menghilang di balik semak dan kabut masih terdapat juga
dunia manusia yang lain. Jika seluruh wilayah perbatasan ini
bagaikan hanya terdiri dari dinding, tebing, jalan sempit,
pohon siong di sana-sini, semak-semak, gundukan batu-batu
besar, titian, dan jurang, maka bagaimanakah kiranya
pemukiman yang katanya memang ada itu berbentuk, dan
bagaimanakah manusia yang bertempat tinggal di sana
menjalani kehidupannya"
Jika antara pemukiman yang satu dan pemukiman yang
lain terdapat juga jalan setapak, yang mestinya juga
dihubungkan oleh titian yang satu dengan titian lainnya, yang
dalam kabut semua itu tidak tertampakkan, bukankah tidak
terlalu keliru kukatakan sebagai keberadaan suatu dunia di
balik dunia" Rombongan pemain wayang yang berpapasan itu,
yang dalam kenyataannya mengembara dari pemukiman yang
satu ke pemukiman lainnya, menunjukkan betapa dunia itu
sebetulnya sungguh menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari
juga. Betapapun, menurut Iblis Suci Peremuk Tulang, jika
Harimau Perang masuk ke balik semak dan kabut, dan lolos
dari pengamatanku, tidak akan mungkin menemukannya
kembali ketika menyusul ke sana, karena serabut jalan-jalan
sempit yang saling bersilang antara pemukiman satu dengan
pemukiman lain sepanjang lautan kelabu gunung batu tidaklah
terhitung banyaknya.
Namun hanya ada satu jalan ke Celah Dinding Berlian dan
kabut telah semakin berpendar ketika hari semakin menjadi
terang. Hanya kulihat Harimau Perang menunggang kudanya
dari belakang. Ia berambut panjang yang terurai menutupi
punggungnya, sedangkan kepalanya bercaping lebar.
TERLIHAT juga dua pedang ksatria yang disebut jian
tersoren saling menyilang di punggungnya. Samar-samar
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
terlihat juga kuda-kuda lainnya mengikuti dari belakang. Kuda
yang baik lebih berguna daripada manusia yang jahat.
Begitukah" Kedua belas kuda itu penunggangnya sudah mati
terbunuh. Kini mereka menjadi kuda terlatih tanpa
penunggang, mengikuti saja kuda terdepan ke mana pun
berjalan. Aku bergerak di tengah sisa kabut, yang dibawa angin
langsung ke arah Celah Dinding Berlian, yang sedikit banyak
telah kukenali lekuk liku celah-celahnya. Aku terbawa angin
sampai menempel ke dinding raksasa menjulang yang dengan
sedikit saja cahaya pantulannya akan memancar berkilau-
kilauan. Kegelapan malam telah berubah menjadi kekelabuan
pagi. Aku memasang ilmu cicak dan ilmu bunglon, sehingga
aku bisa merayap cepat menuju kedudukan yang dapat
melihat ke semua jurusan tanpa menarik perhatian. Mengingat
tingginya ilmu silat Harimau Perang, kutunda keinginan
berkelebat di udara dalam pengintaian.
Memang bagaimana aku akan mengintainya menjadi
pikiran berkepanjangan, karena membuntuti dan mengintai
rombongan duapuluh orang berkuda yang saling berbincang,
tentu lebih sulit dipergoki daripada mengikuti hanya satu
orang dengan kewaspadaan terpasang.
Namun aku masih punya waktu untuk berpikir. Kabut ini
membawaku ke Celah Dinding dalam garis lurus, sementara ia
dengan kudanya masih harus mengikuti lingkar pinggang
beberapa puncak sebelum sampai, dan setelah sampai pun ia
masih harus beristirahat sebelum melanjutkan yang masih
akan berat. Betapapun tentu tahu betapa hanya di Celah
Dinding Berlian, tempat siapa pun yang menempuh jalan ini
bisa beristirahat dengan tenang, serta tak jarang memang
menjadi tempat perhentian. Aku sendiri memang perlu
beristirahat tentunya, tetapi aku merasa wajib membaca habis
dulu kitab gulungan yang diberikan bapak kedai itu. Aku
merasa, tanpa pengetahuan secukupnya tentang orang-orang
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
kebiri, aku tidak memahamin sepenuhnya pula sedang terlibat
dengan persoalan macam apa.
Aku merayap dengan cepat seperti cicak ke gua tempatku
telah kehilangan jenazah bapak kedai itu, seperti bunglon
seluruh tampak tubuhku berubah-ubah mengikuti warna
dinding batu yang kurayapi. Tentu aku bisa melenting ke atas
saja meski hanya menjejak udara saja, tetapi perasaan was-
was bahwa aku mungkin saja terlihat dari kejauhan ternyata
lebih besar daripada ketepatan pertimbanganku. Betapapun,
Harimau Perang memang masih cukup jauh, tetapi pada
dasarnya aku harus waspada terhadap segala macam
kemungkinan. Kuingat juga ucapan bapak kedai itu, yang
mengingatkan bahwa di wilayah setelah Celah Dinding Berlian
terdapatlah Perguruan Kupu-kupu, yang meski tidak jelas
bagiku bagaimana caranya mereka mendapat kabar, tidak
akan mungkin membiarkan tewasnya Pendekar Kupu-kupu
dengan cara seperti itu berlalu tanpa pembalasan.
Mengingat segala kemungkinan itu, begitu tiba di dalam
gua, dan melihat cuaca semakin cerah, untuk mengganti
tidurku, aku segera melakukan Olah Gerak Lima Hewan yang
telah diajarkan kepadaku oleh para rahib Kuil Pengabdian
Sejati, yang juga mempelajarinya selama berguru di kuil-kuil
Kaum Dao di Negeri Atap Langit.
(Oo-dwkz-oO) KAUM Dao mengambil lima hewan sebagai contoh lima
olahgerak, dengan mengacu kepada gerakan-gerakannya demi
kepentingan penyembuhan. Artinya, meski aku tidak sakit,
kelelahan tubuh karena kurang tidur untuk sementara dapat
dipulihkan. Kusebut sementara, karena betapapun tidur yang
cukup adalah prasyarat kesehatan. Lima hewan yang
gerakannya diacu berasal dari kehidupan nyata maupun
dongeng. Itulah naga, harimau, beruang, rajawali, dan kera.
Dengan menirukan gerakan masing-masing yang tiada
duanya, seseorang dapat meringankan keadaan tidak
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
seimbang dalam tubuhnya, terutama lima alat tubuh utama
dan alat-alat tubuh lebih kecil yang terhubungkan kepadanya.
Kuingat kata-kata bhiksu pelatihku saat itu.
"Bagi siapa pun yang sehat, yang manapun dari Olahgerak
Lima Hewan ini dapat digunakan untuk memelihara tubuh dan
jiwa agar tetap berimbang. Jika terdapat masalah tertentu,
Buddha Pedang Dan Penyamun Terbang Naga Bumi Ii Karya Seno Gumira di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
dapat dipilih olahgerakmana yang paling mendekati
kebutuhan, sesuai penerapan pemikiran Dao tentang Hukum
Ibu dan Anak. "Adapun Hukum Ibu dan Anak, seperti diterapkan terhadap
tubuh manusia, dilakukan berdasarkan persentuhan kelima
unsurnya. Setiap unsur adalah Ibu dari unsur yang
menggantikannya, dan pada waktu yang sama adalah Anak
dari unsur mendahuluinya dalam lingkaran perjalanan,
menggambarkan terdapatnya aliran daya pada seluruh unsur.
"KETIKA daya beredar di seluruh tubuh, terlintasi setiap
anggota tubuh dan isi perut dalam lingkaran perjalanan yang
jelas. Setiap anggota tubuh atau isi perut adalah Ibu dari alat
tubuh atau isi perut yang menggantikannya dalam perjalanan
berkelilingnya itu. Gejala ini didasarkan kepada Praduga Lima
Unsur, seperti paru-paru mendukung ginjal, maka paru-paru
menjadi Ibu bagi ginjal, ketika terjadi kekurangan daya dalam
ginjal pada kedudukan sebagai Anak, maka menurut Hukum
Ibu dan Anak, merangsang daya paru-paru sebagai Ibu
dengan Olahgerak Rajawali akan menghasilkan peningkatan
daya dengan sendirinya dalam ginjal."
Sampai di sini aku berhenti karena tiba-tiba badanku
menjadi lumpuh kesemutan dan dalam sekejap aku tidak
sadarkan diri. Kemudian segalanya kembali. Aku dilontarkan
angin, tetapi aku merasa terhisap oleh suatu daya yang luar
biasa. Apakah yang harus kulakukan" Pantulan cahaya serba
terang yang sangat menyilaukan membuat aku semakin tidak
dapat berpikir. Celah Dinding Berlian yang cahayanya dari jauh
tampak lembut karena cahaya yang dipantulkannya adalah
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
cahaya keperakan rembulan, ketika mendadak begini dekat
ternyata menjadi sangat cemerlang, begitu berkilauannya
sehingga membutakan. Jika dalam kebutaan bermakna gelap
dapat kukerahkan ilmu pendengaran Mendengar Semut
Berbisik di Dalam Liang yang akan menampilkan garis-garis
cahaya kehijauan dalam keterpejaman, maka dalam kebutaan
bermakna terang seperti kesilauan garis-garis cahaya
kehijauan dalam keterpejaman menjadi tidak kelihatan. Dalam
keterpejamanku hanya terdapat cahaya berkilau-kilauan, yang
justru membuatku tenggelam dalam kebutaan.
Demikianlah peristiwa ini berlangsung cepat sekali, begitu
cepatnya, sehingga lebih cepat dari pikiran. Aku merasa diriku
lenyap di telan cahaya dan hanya cahaya. Kilas-kilas cahaya
berkelebat menelan dan menggulungku, mengunyah dan
meremukkan diriku. Aku tak bertulang, aku tak berdaging,
rasanya diriku tiada bertubuh. Aku menjadi cahaya dan hanya
cahaya, tetapi tetap diriku, ditelan cahaya demi cahaya...
Darah melepaskan diri dari tubuh, juga daging dan tulang
saling berpisah, anggota badan terpencar-pencar, jangan
dikatakan lagi mata, hidung, lidah, telinga, rambut, usus,
ginjal, limpa, dan entah apa lagi...
Ke mana diriku. Ke mana diriku. Ke mana diriku.
Aku hanya cahaya tanpa mata sehingga tidak bisa melihat
apa-apa. (Oo-dwkz-oO) AKU seperti hidup di dalam mimpi. Namun jika setiap mimpi
datang dari dalam diri, apakah makna mimpiku kali ini"
Aku adalah bayi dalam buaian. Tenang dan tenteram dalam
tatapan mata terindah yang memang begitu indahnya
sehingga tiada dapat dirumuskan. Mata yang indah dan suara
yang merdu... Tak kutahu betapa itu terdapat dalam diriku.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Semula hanya sosok baur yang selalu bergerak,
merengkuhku dalam jaminan kehangatan yang menenteramkan, sosok baur kekelabuan yang setiap kali
mengendap ketika diriku menangis dalam keterasingan
memberikan keakraban dan keteduhan.
Mengapa begitu jauh segala kedamaian itu kini, ketika
kutempuh jalan menuju kesempurnaan, yang ternyata begitu
sepi dan sunyi, karena siapa pun yang bertujuan sama harus
disingkirkan" Jika kesempurnaan hanya memberi tempat bagi
satu manusia sempurna, berapa banyakkah manusia harus
menjadi korban sepanjang jalan persilatan dalam perebutan
tempat di puncak kesempurnaan itu"
Tangisan itu tidak pernah pergi dariku. Setiap kali aku
merasa terasing, sendirian, dan ditinggalkan, aku menangis,
dan setiap kali menangis sosok kelabu itu selalu datang lagi
dan datang lagi.
Tangisan itu selalu datang lagi kemudian, ketika sosok
kelabu itu berganti tiba-tiba, menjadi sosok kelabu lain, yang
juga mendekapku setiap kali perasaan terasing yang
mengilukan itu tiba, yang juga mendekap dan menghangatiku,
sangat amat menyayangiku, bagaikan masih terasa olehku
belaiannya yang begitu lembut dan sungguh meneduhkan
itu... Namun aku kemudian diberi pelajaran agar membiasakan
diri dengan keterasingan dan kesendirian itu.
"Dikau tidak harus menjadi seorang pendekar, Anakku,
meski segenap ilmu silat yang kami miliki juga telah menjadi
milikmu, tetapi sekali dikau menempuh jalan persilatan,
Anakku, ketahuilah betapa itu merupakan jalan yang sangat
sepi, karena dikau akan selalu berjalan sendiri. Dikau hanya
akan dicari oleh lawan yang akan menantangmu bertarung
dan membunuhmu pada kesempatan pertama, dan karena itu
dikau harus membunuhnya sehingga dikau akan selalu
berjalan dalam sepi. Begitulah akan selalu terjadi sampai
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
suatu ketika seorang pendekar mengalahkanmu. Namun tak
dapat kami bayangkan ilmu s ilat macam apa yang akan dapat
mengalahkan dirimu, Anakku, apabila telah dikau pelajari
segala kitab ilmu silat yang juga telah kami pelajari...."
Demikian pula kini aku merasa sendiri, melayang-layang
sendiri dalam dunia kelabu masa laluku yang tak pernah
kuketahui meski kualami.
BAGAIMANAKAH kenangan bisa datang seketika dengan
begitu nyata dan hilang lagi dengan begitu cepatnya"
Sebenarnyalah harus ku-katakan betapa kenyataan dan
bayangan itu begitu tipis batasnya, sehingga terlalu sering
bertukar tempat tanpa terasa. Kucari lagi keseim-banganku
dan kujalani saja olah gerak itu.
Dalam Olah Gerak Rajawali, terta-ngani dua anggota tubuh
dalam satu olah gerakan. Selain menjaga daya tahan dan
keseimbangan ang-gota tubuh, olah gerak ini juga secara
mangkus mele-nyapkan ketegangan, perasaan tertekan,
kemarahan, dan kegelisahan. Menurut pemikiran Dao,
perasaan tertekan dan ketegangan adalah musuh-musuh
kesehatan yang paling mengikis jaringan anggota tubuh.
Mereka yang me-nyetujui pemikiran Dao yakin, segenap
masalah kesehatan dapat di-telusuri ke arah perasaan
tertekan dan ketegangan. Meskipun sudah me-nelan makanan
dan obat yang terbaik, perasaan tertekan dan kete-gangan
dapat membahayakan kerja alat-alat tubuh, yakni membuat
zat gizi yang sangat diperlukan untuk perbaikan bagian-bagian
terkecil pembentuk tubuh menjadi tidak terserap.
Tentu peranan daya pembayangan yang tepat sangat
penting dalam olah gerak dari kelima binatang itu masing-
masing. Jika pikiran begitu nyata, sama nyata dengan
keberada-an suatu benda padat, maka keduanya adalah sama,
yakni ujud suatu daya. Maka pembayangan menjadi penting
untuk menyatukan jiwa dan raga, agar bekerja bersama
sebagai sesuatu yang utuh.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
''Bisakah kiranya dibayangkan bagaimana gambaran seekor
bina-tang tertentu dileburkan dengan gambaran tubuh
seseorang akan memperkuat tubuh dan jiwamu"''
Kuingat waktu itu bhiksu kepala mengujiku di ruang teratas
pagoda tingkat tujuh, dan ketika aku belum menjawab, ia pun
melanjutkan. ''Jika seseorang melakukan olah gerak, pikirannya harus
dipusatkan kepada gambaran binatang-binatang itu, dan olah
gerak itu harus dihentikan begitu pikiran mengembara ke
mana-mana. Peniruan gerakan bi-natang juga harus mengalir
bebas. ''Dalam olah gerak binatang jangan salah satu binatang
ditirukan berlebihan dari yang lain, karena de-ngan
mengarahkan perhatian hanya kepada Olah Gerak Rajawali
saja misalnya, yakni logam, maka kerja hati yang terandaikan
sebagai kayu akan terkurangi. Namun jika kegiat-an hati ini
jadi berlebihan, akan dapat ditenangkan oleh Olah Gerak Ra-
jawali. ''Kata kuncinya adalah keseim-bangan,'' demikian bhiksu
kepala me-nutup pengantarnya.
Kulihat di luar gua cahaya matahari berjuang memudarkan
kabut. Angin membawa kabut melewati gua, sehingga
pemandangan di ke-jauhan kadang tampak dan kadang
menghilang. Namun dari kedudukan gua yang sangat bagus
untuk mela-kukan pengawasan ini, masih dapat kulihat
Harimau Perang di atas ku-danya menyusuri jalan sempit di
pinggang tebing raksasa menjulang diikuti dua belas kuda
tanpa penunggang. Betapapun mahirnya ia berkuda, ia tidak
akan tiba dengan segera di Celah Dinding Berlian.
Aku pun berdiri, menarik napas da-lam-dalam, mengembuskannya kembali perlahan-lahan, dan memulainya
dengan Olah Gerak Naga.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Sejak masa yang purba di Negeri Atap Langit, naga adalah
makhluk do--ngeng yang menggambarkan yang dari daya
cipta dengan cahaya ha-lilin-tar dan ledakan guntur.
Adalah Iblis Suci Peremuk Tulang yang menjelaskan
kepadaku. ''Naga terbang selalu dilukiskan bersama dengan hujan,
angin, mega-mega, dan kilat yang berkeredap. Gam-baran ini
hanya demi pribadi Maharaja, Sang Putra Langit, karena naga
mewa-kili gambaran atas kearifan, kekuasaan, dan kemangkusan berma-sya-rakat yang tinggi.
''Tujuan Olah Gerak Naga adalah untuk membangkitkan
sifat naga ke dalam tubuh dan jiwa. Olah Gerak ini memberi
pengaruh dalam menanggulangi rasa tertekan, kemarahan,
ke-bencian, dan segenap kegelisahan yang disebabkan
sulitnya menghadapi permusuhan.''
Lantas kuingat Iblis Suci Peremuk T ulang itu berpuisi.
naga terbang menembus langit
bebas dari segala
persoalan dunia DALAM naskah-naskah tua Kaum Dao, Olah Gerak Naga ini
muncul dengan nama-nama lain. Ternyata itu dimaksudkan
agar orang awam tidak bergolak setelah membacanya, karena
kemungkinan untuk menganggap diri sebagai naga dikhawatirkan membuat mereka berontak, dan berpikir untuk
menggulingkan kekuasaan. Tidak kurang dari Maharaja yang
melarang penggambaran diri sebagai naga ini.
"Karena naga mewakili unsur api," ujar Iblis Suci Peremuk
Tulang, "maka akibat ketubuhan dalam olah geraknya adalah
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
keseimbangan jantung, pembuluh darah, dan penyerapan
dalam usus kecil."
Seperti apakah naga yang tergambar itu" Dalam hal diriku,
segera terbayang naga dengan mata menyala, mulut terbuka
dengan taring-taringnya, sisik-sisik zamrud berkilauan, ekor
melingkar, cakar terbuka memperlihatkan kuku-kuku panjang.
Dikatakan aku harus mengangkat kaki, mengambil sikap
dan sifat naga. Tangan menjadi cakar, sebuah lengan dengan
cakar ke atas, dan turunkan lengan lain dengan cakar ke atas.
Ini bukan sikap yang dipaksakan, dalam derajat tertentu
ungkapan dibebaskan selama memenuhi gambaran. Sikap ini
harus dipertahankan sebisanya tanpa ketegangan, dan terus
diulang selama merasa nyaman. Dalam olahgerak, kesatuan
raga dan sukma adalah yang terpenting, karena itu saat
gambaran memudar dan pikiran berjalan-jalan mesti segera
berhenti untuk mulai kembali. Hanya raga dan sukma itu
menyatu maka daya-daya olah gerak binatang ini akan
bekerja. Begitulah olah gerak ini sama sekali tidak bergerak, tetapi
menggerakkan suatu daya. Aku terus memperagakannya,
sampai berganti kepada Olah Gerak Harimau. Terngiang
kembali kata-kata Iblis Suci Peremuk Tulang tentang Olah
Gerak Harimau ini.
"Jika naga melambangkan maharaja, maka harimau
mewakili panglima. Seorang pemimpin balatentara dengan
cita-cita, pengetahuan, kekuasaan, dan kemangkusan raga
yang melindungi tahta kemaharajaan, serta melaksanakan
kehendak maharaja.
"Padanan harimau adalah unsur kayu, jadi Olah Gerak
Harimau memengaruhi hati dan syaraf. Kaum Dao meyakini
bahwa bangunan syaraf bagaikan tanaman dalam wadah
tembikar yang bertunas dari hati.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Olah Gerak Harimau berguna untuk mengatasi keadaan
jiwa yang merugikan karena kegelisahan atau permusuhan,
keadaan tanpa guna, dan tanpa kehendak. Keadaan jiwa yang
Buddha Pedang Dan Penyamun Terbang Naga Bumi Ii Karya Seno Gumira di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
merugikan ini berasal dari tidak seimbangnya penyerapan
makanan ke dalam darah, karena gangguan kerja hati.
"Olah Gerak ini dianjurkan untuk memunahkan akibat
racun, menenangkan syaraf yang meradang, menyeimbangkan kerja kandung empedu, juga untuk
memunahkan racun dari otak dan bagian-bagian terkecil
tubuh. "Harimau menggunakan tenaganya dalam kemampuan
untuk menangkap sesuatu untuk melompati dan menerkamnya. Sikap harimau adalah tiruan dari gerak
melompat ini."
Lantas kuingat bagaimana Iblis Suci Peremuk Tulang
memperagakannya. Melompat tapi tidak melompat. Diam di
tempat dalam kedudukan harimau siap menerkam. Bergerak
tapi tidak bergerak. Maka gerak apakah kiranya yang diolah"
Berbeda dengan jurus-jurus ilmu silat yang merujuk gerak-
gerik pertarungan binatang, yang kemudian menjadi
rangkaian gerak, maka olah gerak tidak berurusan dengan
gerak melainkan daya-daya dalam tubuh, yang akan bergerak
justru ketika tubuh sama sekali tidak bergerak.
Aku pun berdiri tegak. Bernapas beberapa kali dalam-dalam
sambil membayangkan diri sebagai harimau. Maka dalam
pembayanganku tubuhku sedikit demi sedikit berubah menjadi
tubuh harimau. Mulai kaki, merayap ke betis, paha, sampai ke
pinggang berubah bentuk, memunculkan cakar, keluar bulu,
dari pinggang ke dada, merayapi kedua tangan, memunculkan
cakar lagi, sampai mengubah kepalaku menjadi kepala
harimau dengan mulut menyeringai.
Aku terkejut mendengar raunganku sendiri. Maka buyarlah
pembayangan dan aku harus memulainya lagi. Setelah
pembayangan memunculkan gambaran lengkap, bahkan
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
memunculkan pula ekor harimau dari tulang ekorku, kutekuk
lutut sedikit dan berdiri di atas tumit sambil menggapai-
gapaikan tangan hingga lurus. Cakar tetap mengarah ke
bawah, seperti berusaha menggapai sesuatu.
Aku bertahan selama mungkin dalam kedudukan ini,
sampai gambaran harimau dalam pembayanganku mengabur
dan memudar, untuk setiap kali mengulanginya lagi.
HARUS kuceritakan bahwa ada kalanya aku berhenti bukan
karena gambaran harimau itu memudar, sebaliknya justru
karena pembayangan itu merasuk semakin nyata, begitu rupa
sehingga tidak bisa tinggal tenang seperti harimau yang tegak
diam bertapa, melainkan sebagai harimau yang siap melompat
untuk memangsa!
Itulah yang membuat aku mengerti, mengapa maharaja
masa lalu mengkhawatirkan orang banyak merasa dirinya
sebagai naga, dan ingin menguasai segalanya, karena dalam
pikirannya tentu hanya maharaja yang boleh berkuasa.
Maka aku berhenti tidak selalu karena gambaran yang
memudar, melainkan justru pembayangan yang berpeluang
merasuk jadi kenyataan dan tidak bisa dipisahkan batasnya
lagi, yang tidak akan berhenti sebagai olah gerak demi
keseimbangan sukma raga semata.
Agaknya inilah yang dimaksud bhiksu kepala betapa
keseimbangan adalah kuncinya. Aku harus segera berpindah
kepada Olah Gerak Beruang jika tidak ingin jiwa harimau itu
meragasukma ke dalam diriku.
"Beruang adalah binatang yang kuat, tetapi sangat suka
menikmati kesenangan dunia," ujar Iblis Suci Peremuk T ulang
waktu itu, "enak makan, enak tidur, berkeluyuran perlahan-
lahan, agak malas, dan kurang bergairah."
Terus terang aku belum pernah me lihat beruang. Namun
setidaknya aku tahu bagaimana para bhiksu penjaga
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
keamanan di Kuil Pengabdian Sejati memperagakannya jika
mereka melakukan Olah Gerak Beruang.
"Sebetulnya beruang dibiarkan dan tidak diganggu, karena
memang dianggap memiliki kekuatan, keberanian, dan
kegagahan untuk menghadapi lawan. Beruang mewakili
mereka yang mencapai derajat kemudahan raga dan harta
benda yang tinggi. Mereka melambangkan para pemimpin
dalam perdagangan, dan mengatur perdagangannya dari
suatu rumah besar yang menjadi pusat pengendalian segala
urusan. "Olah Gerak Beruang dianjurkan untuk menunjang kerja
berpikir, membantu penyusunan rancang bangun gagasan,
dan secara berangsur membangkitkan ketegasan ketika
memutuskan. Beruang diandaikan sebagai unsur bumi,
olahgerak ini mempengaruhi keberadaan zat (enzima) dari
limpa kecil atau kelenjar ludah perut, dan bekerjanya otot
perut. Olah gerak ini juga dianjurkan jika untuk percernaan
yang buruk (hiper dan hipoglikemia), maupun sakit kencing
manis. "Tenaga dan kekuatan beruang menjadi jelas ketika ia
berdiri, dan berjalan pada tungkai belakangnya. Dalam
kedudukan ini, raga beruang yang paling menonjol, yakni
perutnya, tampak jelas, karena menyodok ke depan dan
menghalanginya berjalan tegak."
Maka meskipun belum pernah melihat beruang, aku dapat
mengawali Olah Gerak Beruang ini dengan berdiri tegak,
menarik napas dan melakukan pembayangan sebagai beruang
melalui beruang madu kecil yang terdapat di Javadvipa saja.
Dengan kedua tungkai yang kaku, perut menonjol keluar,
lengan condong ke depan, aku berjalan maju perlahan-lahan.
Segera kurasakan gerakan perut maupun rangsangan sekitar
limpa kecil atau kelenjar ludah perut itu. Untuk beberapa saat,
aku berjalan di dalam gua dengan cara ini, mungkin seperti
beruang dalam guanya sendiri.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Angin masih bertiup dingin, membawa burung-burung
elang yang meluncur tanpa mengepak sama sekali. Maka pada
akhir Olah Gerak Beruang, dalam pembayanganku aku
langsung beralih rupa menjadi rajawali. Jadi kaki beruangku
langsung berubah menjadi cakar rajawali, tetapi rajawali yang
terbang diam tanpa mengepak dalam keheningan.
Menurut Kaum Dao, rajawali terbang me lambangkan jiwa
bersifat dewasa, yakni keheningan, ketenangan, dan
ketakterlihatan. Rajawali adalah pemburu ulung, membubung
tinggi tanpa tenaga, matanya tajam dan waspada terhadap
lekuk liku daratan terbentang di bawahnya. Kecerdasan,
kewaspadaan, dan ketenangan adalah sifat yang diperlihatkan
ketika rajawali berburu.
Teringat kembali petunjuk Iblis Suci Peremuk Tulang.
"Rajawali diandaikan sebagai unsur logam, maka Olah
Gerak Rajawali merangsang paru-paru, kulit, dan usus besar.
Olah Gerak ini berguna untuk mengatasi kemurungan jiwa,
putus harapan, dan perasaan tertekan, yang disebabkan
maupun menyebabkan sakit paru-paru. Olah Gerak ini
dianjurkan untuk mengobati busung angin pada penyakit
paru-paru maupun masalah pada kulit."
Aku teringat, bhiksu kepala Kuil Pengabdian Sejati
menyatakan kepadaku, "Bagi Kaum Dao kulit adalah paru-paru
ketiga." ''KEDUA sayap terbentang tanpa tenaga yang membuatnya
bertahan pada ketinggian adalah ciri rajawali,'' sambung Iblis
Suci Peremuk Tulang lagi, ''ingatlah, ketika rajawali terbang,
matanya terbuka dan melihat segalanya.''
Aku mulai dengan berdiri dan diam. Bernapas dalam-dalam
dengan pembayangan seutuhnya sebagai rajawali melayang
tenang. Setelah itu aku berjalan perlahan dengan kedua
tangan terentang miring ke samping; atau dengan kedua
tangan saling menggenggam kendur di belakang. Sambil
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
berjalan terus berlangsung pembayangan diri sebagai rajawali,
melayang tanpa tenaga pada kebiruan langit, tak tersentuh,
agung seperti dewa. T ubuhku tenang tetapi pikiran dan mata
tajam waspada, memperhatikan segala tanpa terpusat kepada
suatu benda. Selama pikiranku tidak terpecah, aku dapat terus
melakukannya, tetapi begitu teralihkan harus memulainya lagi.
Aku berada di tepi gua, di tempat udara terbuka sebagaimana
dianjurkan dalam catatan tentang Olah Gerak Rajawali.
Begitulah berlangsung sampai dari balik kabut nun jauh di
bawah terdengar suara-suara jeritan dan cerecek yang sangat
kukenal, sehingga berhasil menarik perhatian dari sang
rajawali dalam pembayanganku.
Itulah jeritan dan cerecek kera, karena di balik kabut
agaknya terdapat hutan, yang juga berarti mengalihkanku
kepada olah gerak terakhir dari Olah Gerak Lima Binatang,
yakni Olah Gerak Kera.
Menurut Kaum Dao lama, kera melambangkan kegiatan,
keingintahuan, dan kemauan bebas tanpa batas. Kera selalu
bergerak, apakah ia di atas tanah, berayun di pepohonan,
atau melompat ke sana kemari, tidak dibatasi peraturan apa
pun. Iblis Suci Peremuk Tulang menyatakan, ''Kera diandaikan
sebagai air, karenanya Olah Gerak Kera merangsang kerja
ginjal dan kandung kemih. Olah Gerak ini dianjurkan kepada
mereka yang terbatasi oleh ketidakbebasan. Bagi Kaum Dao,
kemauan yang keras berpusat pada ginjal. Maka Olah Gerak
Kera dianjurkan juga untuk masalah pada ginjal, kandung
kemih, dan saluran kemih.
''Sebagai ujud kemauan bebas, kera menjadi sumber
gagasan olah gerak berbentuk bebas dalam arti sebebas-
bebasnya. Sebaiknya dikau me lakukan olah gerak ini sendiri
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
dan betul-betul sendiri, karena kehadiran siapa pun akan
sangat amat mengganggu.''
Seperti diperagakan oleh seorang bhiksu waktu itu, aku
mulai dengan berdiri meski dapat juga dimulai dengan duduk.
Kutarik napas dalam-dalam dan mengembuskan kembali,
demikian berkali-kali, sembari melakukan pembayangan diri
sebagai kera. Ketika gambaran kera itu menjadi lengkap,
kulepaskan segenap busana yang membungkus tubuhku, juga
kulepaskan alas kakiku yang belum juga berganti semenjak
kukenakan dari tanah orang-orang Khmer itu.
Aku duduk di lantai gua, meringkukkan badan di atas batu,
melompat ke sana-sini, berlanting turun naik, bergantung
terbalik pada sela-sela tonjolan di atas gua, bergantungan
satu lengan. Pada dasarnya aku bisa dan boleh melakukan
gerak apa pun, selama melakukannya tanpa ketegangan dan
tidak kehabisan tenaga. Kurasakan betapa Olah Gerak Kera ini
memang paling memberi keriangan. Olah Gerak Kera ini
memang sepenuhnya bebas, semua gerak dan tindakan
menerjemahkan perasaan sesaat tepat pada saat timbulnya itu
juga. Demikianlah Olah Gerak Kera ini bisa meledak-ledak
seperti kera mengungkap perasaan dengan meloncat-loncat
dan bergelantungan di atas dahan, bisa pula menggesekkan
tubuh pada dinding atau menggaruk diri sendiri, terutama di
sekitar ginjal.
Tanpa terasa aku terus bergerak seperti kera gila sampai
keluar gua dan mengambang di udara sebelum kembali masuk
dan keluar lagi dan seterusnya. Kemudian, dengan telanjang
bulat tanpa busana seperti itu rupanya aku juga telah
menjerit-jerit dan mencerecek seperti kera dengan riang
gembira. Telah kuceritakan bahwa gua ini merupakan sebuah ceruk
yang dalam pada ketinggian di lapisan keras Celah Dinding
Berlian. Namun aku bisa memperlakukan dinding tegak lurus
menjulang ke atas, yang makin lama makin menyilaukan
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
karena pantulan cahaya pagi yang menembus kabut itu,
seolah sebagai lantai di bumi saja ketika aku duduk, tidur-
tiduran, meringkuk, meloncat dan melompat-lompat, dan
berlari-lari kian kemari dalam kemiringan tubuhku. Siapa pun
yang melihatku tentu akan bertanya-tanya kenapa aku tidak
jatuh, tetapi dengan napas yang terolah berdasarkan
penggabungan segala gerak ini, aku dapat memanfaatkan
daya dalam gaya tarik bumi yang mengikuti putaran matahari
itu untuk membuatku juga ikut berputar dan tidak jatuh,
meskipun aku tak hanya berputar tetapi juga menari-nari.
Pagi cerah dan cahaya matahari kekuningan menembus
kabut. Aku sudah berlari nun jauh dari gua dan masih tanpa
busana, berlari-lari dan meloncat-loncat dengan punggung
dan kaki setengah menekuk seperti kera, pada dinding tegak
lurus yang kalau dilihat dari bawah tentu saja miring, ketika
titian-titian cahaya yang dibentuk matahari menembus sisa-
sisa kabut itu ternyata membawa mereka yang datang
membalas dendam dari Perguruan Kupu-kupu!
MEREKA datang bersama cahaya kekuningan matahari,
mirip dengan kedatangan Pendekar Kupu-kupu, bedanya kini
bukan kupu-kupu beracun yang berdatangan di atas lapangan,
melainkan para murid Perguruan Kupu-kupu yang bukan alang
kepalang banyaknya berselancar di atas titian-titian cahaya
yang mendadak memenuhi langit dan langsung menyerbuku
dengan serentak dan seketika. Mereka datang berturut-turut
seperti manusia-manusia kembar yang berselancar di atas
cahaya untuk segera menyebar, mengepung, dan menyerang
dengan Jurus Impian Kupu-Kupu yang sungguh membingungkan itu.
Bukan hanya sepuluh, lima puluh, atau seratus. Kuhitung
secepat kilat, tak kurang dari seribu manusia bersenjata, yang
begitu lepas dan melenting dari titian cahaya tampak ringan
seperti kapas yang turun pelahan, tapi hanya sejenak,
bagaikan sekadar untuk dilihat, karena sebentar kemudian
Buddha Pedang Dan Penyamun Terbang Naga Bumi Ii Karya Seno Gumira di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
mereka sudah berkelebatan dengan hanya satu tujuan, yakni
membunuhku! (Oo-dwkz-oO) Episode 167: [Jurus Naga Meringkuk di Dalam Telur]
Dengan Jurus Impian Kupu-kupu yang mendasarkan dirinya
kepada pengolahan filsafat Zhuangzi yang paling dikenal:
Apakah aku Zhuangzi yang bermimpi menjadi kupu-kupu,
ataukah aku kupu-kupu yang bermimpi menjadi Zhuangzi"
Para murid Perguruan Kupu-kupu tanpa membuang waktu
langsung menyerang tanpa tantangan dan peringatan.
Namun jika perguruan ini memilih untuk datang
menyerangku, dan tidak menunggu diriku meninggalkan Celah
Dinding Berlian untuk me lewati wilayah mereka, tentulah
terdapat sesuatu yang mereka andalkan, lebih daripada yang
diandalkan murid uta-ma mereka, yakni Pendekar Kupu-kupu.
Begitulah mereka berkelebatan dengan kecepatan cahaya,
yang membuatku hanya bisa mengatasinya dengan Jurus
Tanpa Bentuk, yang sebenarnyalah hanya bisa kugunakan jika
sekali lagi memecahkan persoalan filsafatnya. Padahal jelas
dengan kedudukan penyerangan seribu orang yang datang
berselancar melalui titian-titian cahaya, dengan lebih dari satu
jenis senjata, dasar filsafat mereka, meski masih mengacu
kepada Zhuangzi, pastilah telah berkembang pula. Jurus
Impian Kupu-kupu dalam permainan satu orang tentu berbeda
dibanding penerapannya dalam serbuan seribu orang di atas
langit Celah Dinding Berlian yang berkilauan.
Namun kecepatan cahaya rupanya bisa mengimbangi
bahkan melebihi kecepatan pikiran. Maka jangankan
memecahkan persoalan filsafat, karena bahkan mengingat
kembali ujaran-ujaran Zhuangzi pun adalah persoalan bagiku.
Bukan sekadar karena bahasa Negeri Atap Langit yang
kukuasai sangat terbatas, tetapi terdapat kekaburan antara
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
ujaran-ujaran Zhuangzi sendiri maupun ujaran-ujaran orang
lain tentang Zhuangzi dalam Kitab Zhuangzi. Perguruan ini
bisa menggunakan hanya ujaran Zhuangzi, tetapi bisa juga
mempelajari segala sesuatu yang berhubungan dengan
Zhuang-zi. Dalam Kitab Zhuangzi juga dikatakan:
terdapat batas bagi kehidupan kita,
tetapi tiada batas bagi pengetahuan.
dengan apa yang terbatas
untuk dikejar, setelah apa yang takterbatas
adalah sesuatu yang berbahaya;
dan setelah mengetahuinya,
kita masih berusaha
mengembangkan pengetahuan kita,
bahaya itu tidak dapat dihindari.
jangan melakukan yang baik
dengan pikiran menjadi terkenal,
atau yang jahat
dengan perkiraan demi hukuman:
berhubungan dengan Pusat Semesta
adalah cara yang wajar
untuk menjaga tubuh, memelihara kehidupan,
merawat harapan orangtua,
dan melengkapi jatah kehidupan kita
Ini berarti aku tidak bisa sekadar memegang pendekatanku
terhadap Jurus Impian Kupu-kupu seperti yang diperlihatkan
Pendekar Kupu-kupu, meskipun tahu betapa filsafat keraguan
merupakan pemikiran yang tidak akan ditinggalkan: Manusia
atau kupu-kupu" Cahaya atau bayangan" Namun aku tidak
bisa berpikir terlalu lama. Menghadapi seribu sosok yang
berkelebat menyerang dari segala jurusan, dalam keadaan
tanpa busana di udara terbuka karena masih memberlangsungkan Olahgerak Kera ketika mendadak
diserang, secara naluriah kutekuk kedua kaki sampai kedua
paha menempel dada, dan kupeluk kedua lututku dengan
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
kedua lengan, rapat erat bagai mulut yang terbungkam,
sehingga diriku bagaikan bongkahan batu yang melayang-
layang. Lantas sementara melayang-layang kian kemari
menghindari sambaran senjata berkelebatan, kuputar-putar
diriku dengan begitu cepatnya, yang membuat setiap usaha
menatapku dengan tegas akan mengalami kegagalan.
Itulah Jurus Naga Meringkuk di Dalam T elur yang baru kali
pertama kugunakan. Meskipun langit penuh tarian maut dari
cahaya berkelebatan, dan segalanya tiada dapat diikuti mata
orang awam, bagiku semuanya tetap jelas karena kecepatan
kutingkatkan berdasarkan pemahaman. Sebenarnyalah jika
bergerak dalam kecepatan cahaya tubuh manusia akan hancur
lebur berantakan, karena itulah ilmu silat menerjemahkan
dirinya dalam kesusastraan, agar pengertian dapat disampaikan dalam pembahasaan. Demikianlah kelebat dalam
kecepatan cahaya para murid Perguruan Kupu-kupu yang
penuh hawa pembunuhan bagaikan keindahan gerak kupu-
kupu bagiku, itu pun yang geraknya dilambatkan. Menjadi
jelas sekarang, betapa mereka manfaatkan suatu jurus tipuan
dalam pembayangan.
Wajahku terbenam di balik lututku, segala senjata
memapas, membacok, dan membabat di atas di bawah di
samping kiri dan kananku, karena dalam Jurus Naga
Meringkuk di Dalam Telur ini segenap daya serangan justru
terubahkan menjadi daya penghindaran. Jadi serangan macam
apapun, selama terdapat daya dalam kandungannya, hanya
membuat diriku yang telah menjadi gumpalan berputar-putar
dan melayang-layang dalam penghindaran seribu bacokan dari
segala jurusan akan terselamatkan. Dalam kecepatanku,
kulihat mereka bergerak dalam tarian lamban. Segera terlihat
jurus tipuan yang membuat seribu orang menjadi dua ribu
orang. Memang jumlah itu tidak pernah bertambah, tetapi
pada saat mendekatiku dari setiap sosok muncul sosok
kembaran, yang akan membabat bersamaan, dan jika
mengenai sasaran tetap mengakibatkan kematian.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Begitulah aku melayang-layang bagai gumpalan batu di
langit di antara seribu orang yang berkelebatan. Setiap kali
dibacok aku melenting dalam putaran, justru karena terdorong
angin serangan. Para murid Perguruan Kupu-kupu telah
menggunakan ilmu meringankan tubuh yang sangat tinggi,
sehingga mereka bisa mengarahkan tubuhnya ke mana-mana
tanpa menjejak apapun lagi, begitu ringan seperti kupu-kupu.
Pagi semakin menguning, kabut menipis, pantulan cahaya
matahari dari dinding raksasa yang berkilauan seperti berlian
itu lambat laun menghadirkan keadaan serba menyilaukan,
sehingga pandangan mata tiada lagi bisa diandalkan.
Dalam pengamatan aku bertanya-tanya, setelah pendekar
utama mereka terkalahkan oleh Jurus Naga Kembar Tujuh,
jurus apalagikah kiranya yang masih akan mereka keluarkan"
Jika filsafat Zhuangzi bisa terkembangkan menjadi Kitab
Zhuangzi, mengapa pula Jurus Impian Kupu-kupu tidak bisa
berkembang menjadi sesuatu yang sangat berbeda" Jurus
Naga Meringkuk di Dalam Telur memang sangat kuperlukan
untuk menyelamatkan, tetapi apakah kiranya yang bisa
kulakukan untuk menyelesaikan pertarungan. Aku merasa
curiga karena sampai saat ini serangan mereka dapat
kuhindarkan dengan terlalu mudah.
Pengertianku tentang yang mudah ini tentu saja bisa salah,
karena dalam salah satu perbincangan Kitab Zhuangzi
disebutkan istilah memiliki bukan pengetahuan, sehingga
orang yang berani sebetulnya bukan berani, melainkan tidak
mengetahui adanya rasa takut. Para pembahasnya memang
menunjuk ini sebagai ketidakmampuan membedakan antara
yang begitu pintarnya sehingga bersikap segala sesuatu tidak
ada bedanya, dengan mereka yang tidak tahu menahu betapa
segala sesuatu itu memang berbeda. Namun bukankah
dengan begitu bisa saja keadaan ini diciptakan untuk
menciptakan kekaburan"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
SALAH seorang di antara mereka kemudian mendekati,
tetapi tidak se-gera menyerangku, dan keadaan se-ma-cam ini
justru menyulitkan di-riku, ka-rena dengan perputaran tubuh
yang le-bih cepat dari cepat seperti ini, sikap diam takbergerak
merupakan lawan yang lebih dari sulit untuk diatas i. Ku-ingat
ujaran dalam Kitab Zhuangzi tadi yang lebih sulit lagi untuk
dime-ngerti: dengan apa yang terbatas, untuk dikejar, setelah
apa yang takterbatas, ada-lah sesuatu yang berbahaya/ dan
setelah mengetahui-nya, kita masih berusaha me-ngem-
bangkan pengetahuan kita, bahaya itu tidak dapat dihindari.
Bahasa filsafat yang rumit seperti ini membuat aku tidak
bisa memecahkan masalah dengan cepat. Jadi mendadak
kuluncurkan dulu diriku jatuh seperti batu, yang membuat
mereka semua, seribu murid Perguru-an Kupu-kupu itu,
terpaksa berkelebat mengejar dengan serabutan. Bahkan ada
kalanya saling bertabrakan. Se-mentara aku berputar pelan,
masih da-lam Jurus Naga Meringkuk di Dalam Telur, meluncur
ke bawah sambil masih memeluk lu-tut-ku, menembus
segalanya langsung ke dasar jurang. Aku meluncur dari
tempat mega-mega tersangkut di puncak-puncak gunung batu
yang menjulang ke langit, jadi tentunya masih lama aku
sampai ke dasar jika memang terdapat dasar, tetapi
betapapun sebelum tiba di sana, persoalan itu sudah harus
kupecahkan, karena aku memang taktahu apakah di dasar
jurang itu terdapat sungai deras dan dalam yang
menyelamatkan, ataukah batu-batu besar yang keras dan
meruncing tajam.
Ujaran itu memberi kesempatan Jurus Impian Kupu-kupu
dikembangkan, tetapi tidak melebihi batas tertentu, sementara
akan membiarkan diriku mencapai batas-batasku, bah-kan
melebihinya, agar diriku berada dal-am keadaan yang tidak
bisa kukuasa i lagi.
Aku tahu kalimat dari Kitab Zhuang-zi itu dapat ditafsirkan
dengan segala cara, tetapi bagiku yang sedang meluncur ke
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
bawah seperti batu ini hanya itulah yang dapat kuingat. Be-ta-
pa-pun ujaran itu tidak memberi ke-pas-tian maupun
pemecahan apapun, ka--rena aku hanya bisa menghu-bung-
kan-nya dengan kemungkinan pe-ngem-bangan Jurus Impian
Kupu-kupu, tetapi bukan jurus-jurus yang telah dikembangkan
itu sendiri, yang sebetulnya belum digunakan kepadaku.
Aku pun sadar, mungkin aku hanya berpikir terlalu jauh!
Mungkin sebetulnya tidak berlangsung pengembangan
apapun. Mungkin ini hanya orang-orang marah yang
menyerbu serentak, karena murid utama mereka terbunuh
dengan tujuh pedang menancap pada tubuhnya, bahkan
mereka tidak me-nungguku melewati daerah mereka.
Jika memang demikian, mengapa aku harus membuang
waktu seperti ini" Masalahnya, bukankah aku me-mang
sebaiknya berhati-hati" Dalam ilmu silat, yang tampak lemah
belum tentu lemah, yang tampak kuat belum tentu kuat. Maka
apakah yang harus kulakukan"
Di kiri kanan dinding-dinding jurang yang gelap
berkelebatan. Aku sudah mencapai tempat cahaya taktembus
lagi. Kuangkat kepalaku sedikit dan para pengejarku masih
memburu dengan tangan yang memegang senjata terjulur
lurus ke depan. Mereka berlomba untuk menembusi tubuhku
dalam kesempatan pertama. Tepian jurang semakin rimbun
dan aku harus mengambil keputusan, karena tidak merasa
harus menunggu sampai tercebur ke sungai untuk
menyelesaikan persoalan.
Ujaran Zhuangzu jua merang-sangku untuk menghadapi
bahaya meski tiada kejelasan.
manusia yang bekerja di laut
tiada mengerut karena bertemu hiu dan paus
itulah keberanian nelayan
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
manusia yang bekerja di bumi
tiada jeri karena bertemu badak dan macan
itulah keberanian pemburu hutan
jika manusia melihat senjata tajam
membabat di depannya
dan melihat kematian sekadar jalan pulang
itulah keberanian seorang prajurit
Teringat kata-kata senjata tajam itu pun mataku terbuka.
Bukankah aku selalu penasaran untuk melihat bagaimana
senjata yang belum kukenal dima inkan" Betapapun karena
terlanjur menempuh jalan sungai telaga, setiap pertarungan
harus kuhadapi dengan riang.
TIDAK semua bisa dipikirkan dan dipecahkan sebelum
menghadapinya, kecenderunganku untuk selalu me-mikirkan
segala sesuatu sebelum ber-gerak dalam dunia persilatan
tidak se-lalu bisa dijalankan. Adakalanya biar-lah tubuh
bergerak dengan sendiri-nya menjawab setiap serangan.
Menghin-dar, menangkis, atau membalas serangan, biarlah
tubuh menjawabnya langsung tanpa pikiran seperti kehidupan
alam. Teringat ujaran dari Kitab Zhuangzi, inikah yang
dimaksud berhubungan dengan Pusat Semesta"
Namun aku tidak bisa berpikir lebih lama lagi. Mendadak
kuputar tubuh seribu kali lebih cepat hanya untuk melenting
kembali ke atas menyambut para pemburu. Seribu murid
Perguru-an Kupu-kupu yang memburuku itu tidak lagi berada
dalam kedudukan menge-pung seperti semula yang penuh
perhitungan. Setiap orang bagaikan ingin menjadi orang
pertama yang menghabisi aku dengan senjata mereka yang
bermacam-macam. Maka orang pertama yang terkejut karena
aku mendadak berada di hadapannya dengan kece-patan kilat
Buddha Pedang Dan Penyamun Terbang Naga Bumi Ii Karya Seno Gumira di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
segera kurebut senjatanya, lantas kutotok ja-lan darah di
tengkuk-nya, sehingga il-mu meringankan tubuhnya hilang be-
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
gitu saja, dan tubuhnya meluncur se-per-ti karung berisi batu-
batu berat ke bawah.
Terdengar gema teriakan panjang dari seseorang yang
sadar betapa tubuhnya akan menjadi begitu remuk dan
redam. Belum berakhir teriakannya aku sudah menghadapi
pemburu ke-dua. Sekilas kulihat senjata yang kurebut, meski
baru kali ini kulihat segera kuketahui cara menggunakannya.
Itulah yang dalam bahasa Negeri Atap Langit disebut hudie
shuang dao atau pedang kupu-kupu, tampaknya memang
dikembangkan secara tersen-diri oleh Perguruan Kupu-kupu.
Pe-dang itu sepanjang lengan manusia, merupakan dua
pedang dengan satu gagang, dengan pelindung bagi tangan
yang memegang. Menilik bentuknya, jelas pedang kupu-kupu
ini sangat berguna untuk mengunci dan merebut senjata
lawan, setidaknya melepas senjata dari pegangan penyerang.
Be-gitu dadao atau kelewang yang dipe-gang dua tangan
membabat dari atas bagai mau membelah tubuhku menjadi
dua dari kepala sampai ke bawah, se-gera kujaga dengan
pedang kupu-ku-pu ini dan dengan sekali putar saja langsung
berpindah ke tanganku. Jus-tru dengan tangan kiriku saja
kelewang itu membuat bekas tuannya terbelah menjadi dua
ketika meluncur ke bawah.
Demikianlah pertarungan ini sebetulnya berlangsung begitu
cepat sehingga tidak dapat dilihat mata orang biasa, tetapi
bagiku setiap gerakan mereka cukup lamban untuk setiap kali
dapat kutangkis senjatanya yang bermacam-macam itu
dengan pedang kupu-kupu di tangan kananku yang mengunci,
se-hingga sambaran kelewang di tangan kiriku tidak
tertahankan lagi. Begitulah setiap kali aku selesa i dengan satu
orang, aku naik lagi ke atas bagai menjadikan banyak korban
tewas sebagai anak tangga pendakian. Namun gerakanku
sebetulnya sangat amat cepat menyambut serbuan tiada
henti-hentinya dari atas. Dengan kelewang di tangan kiri aku
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
membabat kian kemari seperti mengusir lalat, tetapi dalam
setiap sapuan, nyawa dapat dipastikan melayang.
Semakin ke atas cahaya semakin menyilaukan, pantulan
dinding berlian raksasa berkeredap-keredap mengecoh
pandangan. Tidak kuberi kesempatan siapa pun dari murid-
murid Perguruan Kupu-kupu ini untuk memperagakan Jurus
Impian Kupu-kupu mereka yang indah tetapi mematikan,
apalagi jika mengeluarkam jurus-jurus di luar dugaan. Dari
balik cahaya putih berkilau-kilau aku melejit dan me lesat
tanpa terlihat, memanfaatkan titik lemah yang terbuka dari
setiap serangan pertama. Setelah korban yang kelimaratus,
aku tidak lagi menunggu serangan. Ku-buang kedua senjataku
dan kurebut senjata lain yang menarik minatku, yakni liuxing
chui atau godam cirit bintang.
Senjata ini adalah seutas tali dengan panjang secukupnya,
yang pada kedua ujungnya terdapat bandul besi. Talinya
terbuat dari kulit badak yang telah dicelup ramuan pengawet
sementara bandul besinya pun meruapkan hawa racun.
Sebetulnya aku ingin menjauhi perma inan mengingat daya
meru-sak-nya kepada tubuh yang sangat mengerikan, tetapi
aku tidak bisa memeriksa terlebih dahulu senjata itu sebelum
kurebut. Segalanya berlangsung lebih cepat dari cepat meski
bagiku itu berarti lebih lambat dari lambat. Seperti selendang
penari, kedua bandul itu berayun di sekitar tubuhku bagaikan
memiliki mata sendiri. Menangkis dan menjirat segala senjata
yang menyerang, lantas me-nyentaknya lepas dari pegangan,
hanya untuk kembali sete lah membuang senjata itu, dengan
kebutan mematikan.
Memang dengan aku naik membubung kembali berarti
telah kule-paskan Jurus Naga Meringkuk di Dalam Telur, dan
ketika tadi sempat kukembalikan Jurus Impian Kupu-Kupu
melalui Jurus Bayangan Cer-min, kini dengan menjadikan
godam cirit bintang ini selendang bagi tarian berarti sedang
kumainkan Jurus Naga Berjoged di Atas Awan. Namanya saja
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
berjoged, seperti tari pergaulan, tetapi setiap kali selendang
mengibas di kiri dan kanan, tidak sekadar satu atau dua
nyawa melayang.
KECEPATAN para penyerbu yang sangat tinggi ketika
meluncur memburuku ke bawah dengan dua tangan me-me-
gang gagang dao, dadao, maupun jian
lurus ke depan agar langsung meng-hunjam itu membuat
Jurus Naga Ber-joged di Atas Awan akan mengibaskan
selendang dengan kecepatan yang sa-ma. Namun yang
disebut mengibas ada-lah mematuk dan meski jurus berjoged
mengandaikan selendang, inilah senjata godam cirit bintang
dengan bandul besi beracun yang bermata tajam menari-nari
di kiri dan kanan. Da-lam sekejap bisa dua puluh sampai em-
pat puluh nyawa langsung melayang.
Mereka yang meluncur dari atas ke bawah berebutan
menyerbuku itu seperti mengantarkan diri untuk mati. Sekilas
sempat kubayangkan betapa dalam kecepatan begitu tinggi
seperti ini, seseorang tidak akan sempat me-nya-dari ketika
sudah berpindah alam betapa dirinya sudah mati dan meski
te-rus meluncur sudah tak bertubuh lagi...
Dalam beberapa kejap aku sudah hampir mencapai kembali
ketinggian Celah Dinding Berlian. Para penyerbu yang
berjumlah seribu sudah hampir habis hanya karena terlalu
Jaka Lola 13 Burung Hoo Menggetarkan Kun Lun Karya Wang Du Lu Pendekar Bodoh 12
segala arah tanpa harus terpandang kembali, sehingga setiap
pergerakan dapat kuawasi. Namun pemegang pedang yang
ujungnya menempel di punggungku itu mampu menyelinap
tanpa kuketahui sama sekali.
KUHIBUR diriku sendiri betapa aku menjadi lengah karena
terpesona oleh Tarian Pohon Yangliu dan Lagu Rembulan di
Atas Sungai, sehingga tiada kusadari terdapatnya sesosok ba-
yangan yang ber-kelebat dalam selimut kabut yang makin
lama me-mang semakin pekat. Ilmu itu sejenis dengan ilmu
para penyusup yang dapat bersembunyi di dalam gelapnya
malam, tetapi dengan persyaratan yang lebih berat karena jika
gelapnya malam adalah kehitaman kelam yang tidak
memperlihatkan apapun, sepekat-pekatnya kabut maka
kesamaran masihlah sesuatu yang menyarankan keterlihatan.
Hanyalah ilmu halimunan tingkat tinggi mampu membuat
seseorang berjalan-jalan dalam kabut itu sendiri sementara ia
dapat melihat segala sesuatu di luarnya. Jika di dalam
kelamnya malam seorang penyusup bersembunyi di balik
selimut kegelapan sambil melayang, di dalam kabut seseorang
bisa berjalan-jalan tanpa berpijak kepada apapun kecuali
kabut itu sendiri meski tiada sesuatu pun di dalamnya yang
bisa diinjak maupun dipegang.
Ia menekankan pedangnya lebih dalam. Aku ha-rus
mengerti, jika ia berniat membunuhku, maka ia sudah dapat
melakukannya dari tadi.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Ia mengucapkan sesuatu. Suara perempuan!
Baru kusadari bau harum meruap dalam ke-pe-katan kabut
yang mengendap perlahan-lahan. Ke-haruman yang pernah
kukenal, bukan bau minyak wangi, melainkan seperti bau
bunga-bungaan yang tidak menarik
perhatian, tidak
menggoda, dan menenteramkan --keharuman bunga melati,
yang kelak aku akan kuketahui dikenal di Negeri Atap Langit
sebagai bunga moli hua sehingga meski berada di ujung
pedang dalam kelemahan, aku bagai mendapat jaminan tidak
akan mengalami kema-langan.
Ia mengucapkan sesuatu lagi. Sudah jelas aku tidak
mengenalinya, mungkin karena ia berbicara terlalu cepat,
yang bagiku hanya terdengar sebagai kicau burung jadinya.
"Dikau bicara terlalu cepat," kataku, "daku be-lum terlalu
menguasai bahasamu."
Namun ia tetap bicara seperti kicau burung. Apa-kah ia
memang bicara cepat, ataukah ia mengucapkan bahasa yang
lain" Tusukan ujung pedangnya makin tajam mendesak
punggung, pada saat yang sama terasa sebuah tangan
memasuki baju dan menggeledahku. Se-genap belati
melengkung yang kuambil dari para anggota kelompok rahasia
Kalakuta itu segera berada di tangannya.
Ia berkicau lagi panjang sekali. Tidak satu kata pun
kumengerti. Mungkinkah ia berbicara dengan bahasa lain, dan bukan
bahasa Negeri Atap Langit" Namun ba-hasa Negeri Atap
Langit pun, seperti pernah kuce-ritakan, juga bermacam-
macam bukan"
Semestinya tidaklah terlalu aneh bahwa manusia dari
bangsa yang berlain-lainan saling bertemu di sini. Betapapun
ini adalah wilayah perbatasan. Dari Negeri Atap Langit, bukan
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
hanya warga Negeri Atap Langit, justru berbagai bangsa
berniat melanjutkan perjalanan setibanya di Chang'an, untuk
melihat negeri-negeri yang berada jauh di selatan.
Selintas aku teringat Pendekar Melati, tidak mungkin
pendekar yang terakhir kali kulihat dibawa pergi perempuan
gurunya itu berada di tempat ini, apalagi mengucapkan
bahasa kicauan bu-rung seperti itu. Kuingat gurunya juga
berkelebat menghilang meninggalkan bau harum melati
semacam ini. Apakah tenaga dalam mereka ber-hubungan
dengan sesuatu dari bunga melati, se-hingga tubuh harus
terus menerus meruapkan bau melati seperti itu"
Ia masih berkicau. Apakah yang kira-kira dimaksudkannya"
Jika ia berbicara dengan bahasa Viet atau Negeri Atap Langit,
meskipun penguasaanku atas kedua bahasa itu sangat
terbatas, setidaknya ada nada yang seperti kukenal atau
setidaknya terdapat satu kata yang bisa kupahami.
Sejauh kuperhatikan, hanya kata Kalakuta yang kukenali,
itu pun dengan tekanan nada yang berbeda dari bahasa Viet
maupun bahasa Negeri Atap Langit. Apakah ia berbicara
tentang pisau-pisau be-racun yang melengkung itu"
Setelah kata-katanya selesai, tekanan ujung pedang itu
tidak terasa lagi. Namun kewaspadaanku dengan sendirinya
meningkat. Ketika aku menoleh ke belakang seperti kuduga ia
memang telah lenyap, karena memang alasan lainlah yang
membuat aku merasa harus menengok ke belakang.
Tidak kurang dari lima belati melengkung ber-putar seperti
baling-baling tanpa suara dan meluncur langsung ke arahku!
SEPERTI baling-baling! Ya, memang seperti baling-baling
mendatar yang secara berturut-turut siap memenggal kepala
dari lima jurusan. Artinya ke mana pun kepala bergerak
menghindar terdapat baling-baling maut yang sangat beracun
siap membabatnya. Andaikanlah belati yang berputar seperti
baling-baling pertama dapat dihindari, itu hanya agar lehernya
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
disambar yang kedua, dan jika pun yang kedua masih dapat
dihindari pula, pasti tidak mungkin menghindari yang ketiga.
Apalagi masih ada yang keempat dan kelima yang mengunci
segala arah pengelakan.
Apakah riwayatku akan berakhir sampai di s ini"
Saat itulah Jurus Tanpa Bentuk yang sudah lama kutekuni
memperlihatkan apa yang mungkin diperlihatkan suatu ilmu
silat seolah tanpa silat itu sendiri, sehingga tanpa bergerak
pun lima pisau belati yang melesat sembari berputar seperti
baling-baling mendatar itu berada di belakangku.
Aku sudah berada di tempat perempuan itu melemparkan
kelima belati melengkung yang amat beracun tersebut, tetapi
ia sudah menghilang di balik kabut. Hanya keharuman moli
hua dari tubuhnya yang masih tertinggal, bersama diriku
sendiri yang termenung-menung di dalam kabut.
Kemudian dari jauh terdengar suara seruling. Hanya
sejenak, seperti sengaja diperdengarkan hanya untukku, tetapi
segera menghilang seperti dibawa menjauh. Mungkinkah
perempuan pendekar mahasakti yang telah meniup seruling
itu sembari melesat berlari di dalam kabut" Pernah kudengar
dari Iblis Suci Peremuk Tulang tentang keberadaan seorang
perempuan pendekar mahasakti di Negeri Atap Langit yang
sangat jarang menampakkan diri, dan hanya meniup seruling
sebagai cara memberitahukan kehadirannya. Adapun suara
seruling itu hanya akan terdengar setelah ia pergi jauh dan
menghilang, sehingga ia disebut sebagai Pendekar Seruling
Maut. Disebut maut karena ia belum pernah terkalahkan,
artinya selalu berhasil membunuh lawannya; dan juga maut
karena ia juga akan memperdengarkan suara serulingnya lebih
dulu sebelum muncul, menyerang, dan menamatkan riwayat
lawan. Jadi apakah artinya peristiwa ini" Apakah ia mengira aku
tentunya sudah mati karena lemparan lima pisau melengkung
yang berputar mendatar seperti baling-baling dalam
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
kedudukan mengunci" Namun aku pun tentunya harus
mengerti bahwa ketika ujung benda tajam, yang mungkin
bukan pedang melainkan ujung serulingnya yang disebut
runcing sekali, terasa menempel di punggungku, saat itu
sebetulnya aku sudah bisa dibunuhnya. Bahkan jangan-jangan
kelima pisau itu pun dilemparkannya tanpa maksud
membunuh sama sekali.
Sebetulnya ia berbicara panjang, sayang sekali aku tidak
mengerti! Hanya kata Kalakuta yang kukenal, jadi ia mengenali pisau-
pisau itu, yang racun salah satunya telah menewaskan pemilik
kedai kepada siapa aku berutang nyawa.
Ingatan tentang bapak kedai itu membuatku melejit dan
melenting ke atas, bergerak dalam kabut menuju ke gua
tempat berbaringnya jenazah bapak kedai tersebut.
Di sanalah baru kupahami makna tiupan seruling itu.
Gua itu kosong, tiada lagi jenazah bapak kedai itu, hanya
tertinggal gulungan naskah yang telah diberikannya kepadaku.
Naskah yang berkisah tentang jaringan orang-orang kebiri...
Kabut yang luar biasa pekatnya bahkan sampai masuk ke
dalam gua. Padaha gua ini sudah terletak sangat amat tinggi
di bagian atas dinding tebing yang sangat amat curam. Aku
duduk diam karena tidak bisa me lihat apa pun dan mencoba
berpikir. Pendekar Seruling Maut itu mengenali kelima belati beracun
yang diambilnya dariku sebagai milik perkumpulan rahasia
Kalakuta. Sebelum mendatangiku agaknya telah ditemukannya
jenazah bapak kedai tersebut di dalam gua ini. Mengingat ilmu
silat bapak kedai yang tinggi, aku menduga sebetulnya ia
seorang pendekar yang punya nama juga, dan agaknya saling
mengenal dengan Pendekar Seruling Maut. Ketika menemukan
jenazah bapak kedai yang dikenalnya di dalam gua, Pendekar
Seruling Maut telah memeriksa luka dan mengetahui
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
penyebab kematiannya, yakni racun mematikan kelompok
Kalakuta. Hanya itulah yang bisa kusimpulkan. Hubungan keduanya
mungkin cukup dekat, yang membuat Pendekar Seruling Maut
membawa jenazahnya pergi. Bahkan harum moli hua itu pun
masih ada di sini.
Pendekar Seruling Maut itu memang mahasakti. Pada saat
aku menghindari kelima pisau belati tentu ia sudah berada di
gua ini, dan ketika aku berada di tempat ia melemparkan
belati, ia sudah pergi jauh dengan jenazah bapak kedai di
bahunya, melenting dari puncak satu ke puncak lain dengan
ringan sambil meniup serulingnya.
Ia tidak pernah bermaksud membunuhku. Hanya memberi
tahu aku bahwa dialah yang membawa jenazah bapak kedai
itu pergi.... (Oo-dwkz-oO) Episode 164: [Pembuntutan dan Pengintaian]
AKU masih tetap berada di dalam gua sampai malam.
Kubaringkan tubuhku sampai aku tertidur. Dalam mimpi entah
kenapa terbayang kapal-kapal Sriv ijaya. Ketika terbangun
kabut belum juga pergi, tetapi kudengar suara langkah kaki-
kaki kuda, yang meski masih jauh tetapi dengan jelas
perlahan-lahan mendekat.
Mereka berbicara menggunakan bahasa yang bercampur-
campur, antara bahasa Viet dan Negeri Atap Langit, yang
untunglah sebagian dapat kutangkap. Aku menengok ke luar
gua, tetapi kabut yang memang masih pekat membuat aku
tidak mungkin melihat apa pun.
Mungkinkah itu mereka" Agaknya kehilangan tujuh anggota
rombongan membuat mereka memutuskan untuk terus
berjalan sepanjang malam dan kini mendekati Celah Dinding
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Berlian. Aku melompat keluar dari gua dengan membuat
tubuhku seringan mungkin, dan sama seperti yang dilakukan
Seruling Maut aku berjalan-jalan dalam kabut mendekati
suara-suara itu.
Aku bisa mengandalkan ilmu pendengaran Mendengarkan
Semut Berbisik di Dalam Liang, tetapi untuk itu aku harus
memejamkan mata, padahal aku ingin melihat mereka. Aku
belum pernah melihat sosok Harimau Perang, sedangkan
cerita tentangnya pun tidak pernah menyebutkan ciri-ciri
sosoknya, yang membuatku mempertimbangkan bahwa
Harimau Perang adalah nama tanpa sosok yang nyata
Pernah kuceritakan bahwa aku mengira Harimau Perang
adalah nama tanpa sosok, artinya suatu jaringan kerahasiaan,
tetapi mungkin juga memang ada sosoknya tetapi disamarkan
begitu rupa dengan banyak cara, sehingga jika bukan
orangnya tidak mungkin ditemui secara langsung, mungkin
juga bukan hanya satu sosoknya. Harimau Perang bisa hanya
jaringan, tetapi bisa dua, tiga, lima, atau dua belas sosoknya.
Kini ketika tiba saat untuk tinggal melihat sosoknya, kabut
menutupinya pula.
Namun kabut agaknya juga menyulitkan mereka. Kabut
yang pekat membuat rombongan itu juga tak bisa melihat apa
pun. Setiap orang di atas kudanya hanya dapat melihat bagian
belakang dan kadang bahkan hanya ekor kuda di depannya,
menengok ke belakang hanya kepala kuda di belakangnya,
dan melihat ke bawah hanyalah kaki kudanya sendiri yang
menapaki jalanan batu. Kabut pekat yang turun di lautan
kelabu gunung batu pada malam yang dingin dan gelap,
sementara jalan yang ditempuh tiada lebih dan tiada kurang
adalah jalan setapak yang hanya kadang-kadang saja
melebar, di tepi jurang yang sangat curam.
Telah kugambarkan bahwa jalan sempit itu jika di sebelah
kanan terdapat jurang yang dalam, maka di sebelah kirinya
tentu dinding tebing yang tidak memberi riang, karena jalan
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
setapak memang melingkar-lingkar di pinggang gunung-
gunung batu dengan puncak menjulang. Dari gunung yang
satu ke gunung yang lain, jika jalan melingkar-lingkar itu tidak
menurun sebelum naik lagi, tentu menyeberang dari pinggang
yang satu ke pinggang yang lain, atau dari puncak gunung
yang satu ke puncak gunung yang lain, melalui titian batu
yang menghubungkan gunung yang satu dengan gunung yang
lain. Titian batu yang lebarnya hanya cukup untuk satu orang
di atas kudanya ini kadang sangat amat panjang, tentu tanpa
pagar dan pengaman apapun di tepi kiri maupun kanan.
Titian itu sebagian besar diberikan oleh alam, meski kadang
begitu halus, lurus, mulus, dan serba terukur, bagaikan tidak
mungkin terbentuk tanpa sentuhan tangan-tangan manusia.
Namun ada pula sejumlah titian yang jelas disediakan oleh
manusia, seperti titian-titian gantung yang dasar pijakannya
adalah papan-papan kayu yang diikat tali rotan dan memang
kuat sekali, tetapi ada juga titian-titian yang sekadar terbuat
dari bambu, tali rami, dan batang-batang cemara, yang
memang maksudnya hanya menyingkat jalan untuk
Buddha Pedang Dan Penyamun Terbang Naga Bumi Ii Karya Seno Gumira di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
sementara, tetapi terus menerus dipakai juga bertahun-tahun
lamanya, sehingga tidak terjam in
lagi ketahanannya
menopang penyeberang berkuda.
Dalam lingkungan seperti itulah kabut ini turun, yang
membuat rombongan itu merayap perlahan setapak demi
setapak, masih mendaki pula sebelum mencapai Celah Dinding
Berlian. Kabut membuat dinding yang padat, keras, dan halus
seperti berlian itu tidak memantulkan cahaya ke angkasa
diredam kabut yang kepekatannya dalam gelap malam bukan
alang kepalang.
Mereka menempuh perjalanan dengan susah payah, aku
pun susah payah mengikutinya, karena selain hanya suara-
suara yang terdengar dalam kabut, juga harus kujamin diriku
sendiri bahwa napas dan detak jantungku sebaiknya
disembunyikan. Karena apapun alasannya, rombongan ini
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
tidak boleh mengetahui, bahkan meski jika hanya berjaga-jaga
seandainya dibuntuti orang.
MAKA aku pun masih berada di dalam kabut, dan
mengikutinya juga bersama kabut yang bergerak perlahan di
atas jurang, karena dengan cara ini suara apa pun makin kecil
kemungkinannya ditimbulkan. Jalanan sempit berkelak-kelok
di pinggang gunung, tetapi kabut merambat lurus tidak
berbelok-belok, sehingga selama kabut menyelimuti seluruh
lautan kelabu gunung batu dengan kepekatan yang hanya
memperlihatkan pemandangan sedepa di muka, maka aku
bisa bebas bergerak mendekat atau menjauh seperti yang
kubutuhkan dalam pengintaian. Namun aku tak mungkin
mendekat sampai sedepa, itu terlalu dekat dan mereka akan
melihatku pula. Jadi sangat kujaga jarak dengan mereka, dan
hanya terdengar suara percakapan mereka.
"Hhhh. Dingin, gelap, berkabut pula, mengapa kita tidak
tinggal ke pemukiman tempat rombongan itu menuju"
Tidakkah dikau lihat betapa cantiknya perempuan-perempuan
wayang itu" Sebaiknya kita tidur bersama mereka, alangkah
hangat berada dalam pelukan mereka di bawah selimutnya!
Brrrr..." "Ya, dan besoknya dirimu sudah tidak bernyawa. Orang-
orang Kalakuta saja dikau lihat sendiri hanya tinggal kudanya."
"Ah, hanya lima perempuan, dan lima lelaki yang
keperempuan-perempuanan. Orang-orang Kalakuta dibunuh
oleh pengawalnya. Salah sendiri menantang bertarung orang-
orang gunung yang buas."
"Jangan terlalu merendahkan perempuan wayang, dikau
tahu bagaimana banyak mata-mata menyamar
jadi perempuan wayang, atau perempuan wayang itu sendiri
dijadikan mata-mata, dengan perintah membunuh pula."
"Perempuan wayang di pelosok seperti ini, siapa pula yang
harus diawasi" Mereka mengamen dari pemukiman penduduk
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
asli yang satu ke pemukiman yang lain. Karena bayarannya
sedikit, mereka tidur dengan siapa pun yang bersedia
membayar."
"Penduduk asli kata dikau" Penduduk asli" Bagaimana
dikau yakin ada yang masih asli di sini, jika sepanjang sejarah
lautan gunung batu ini para pemberontak yang terkalahkan
mengalir kemari dan tidak pernah pergi lagi, sehingga dikira
lenyap ditelan bumi?"
"Tapi kelima perempuan wayang itu bukan mata-mata!
Memangnya mereka bertugas untuk siapa" Atau dikau lebih
tertarik kepada lima lelaki yang keperempuan-perempuanan
itu. Kuperhatikan salah satunya menatapmu dengan sendu!
Hahahahaha!"
Agaknya kepada siapa kalimat ini ditujukan ternyata
mengakibatkan kemarahan, karena tiada terdengar jawaban.
Suara lain seperti mencoba menjawabkan. "Jangan sembarangan bicara, kita semua anggota pengawal rahasia di
sini, tahu sekali apa yang perlu dan tidak perlu dimata-matai,
dan juga tetap jaga kehormatan pribadi. Tugas kita resmi
sekarang ini, dan memang sejak awal sudah resmi, jadi jangan
sampai ada kejadian lagi. Kita telah mempertimbangkan untuk
kembali, karena kejadian yang diceritakan para pengwal
perjalanan mencurigakan sekali, tetapi kita telah memutuskan
untuk menyelesaikan tugas apa pun yang terjadi. Jadi
waspada dan hati-hatilah, perjalanan ini masih lama sekali.
Celah Dinding Berlian saja belum terlewati."
Kini aku tahu bahwa sisa tiga belas orang dalam
rombongan itu, jika yang tujuh dari yangduapuluh adalah
anggota kelompok rahasia Kalakuta, maka kini tinggal
duabelas anggota pengawal rahasia istana untuk menjaga
keselamatan seorang Harimau Perang.
Di antara orang-orang yang berbicara itu, adakah kiranya
suara Harimau Perang" Aku tidak punya dasar untuk
menebaknya. Namun perbincangan mereka menyadarkan aku
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
kepada pentingnya membongkar dan menyimpan rahasia
dalam persaingan kekuasaan. Bukankah Sun Tzu yang
berkata, bahwa mengetahui lebih dahulu adalah paling utama"
Kuingat kembali yang mungkin pernah kutulis:
yang menyebabkan raja bijaksana dan panglima ulung
bergerak dan mengalahkan musuh
dan mencapai hasil yang melampaui
apa yang dapat dicapai orang banyak
ialah mengetahui lebih dulu
Tentu lantas ia katakan pula betapa orang yang
mengetahui keadaan musuh ini adalah mereka yang
ditugaskan sebagai mata-mata, seperti juga yang dinasehatkan oleh Arthasastra kepada para raja.
INI membuat jaringan rahasia menjadi sangat menentukan,
karena tanpa menjadi bagiannya segenap pengetahuan ibarat
dongeng yang menyesatkan. Harimau Perang yang telah
mendapat segenap keterangan dari segenap jenis mata-mata,
mulai dari mata-mata setempat, mata-mata dalam, mata-mata
rangkap, mata-mata mati, maupun mata-mata hidup, telah
berhasil membuyarkan kepungan pasukan pemberontak, yang
sebetulnya sudah berada di depan pintu kemenangan.
Kini Harimau Perang yang namanya begitu terkenal, tetapi
yang sosoknya tersembunyi berada sangat dekat denganku,
tetapi tidak juga dapat kupandang. Bahkan aku yakin ia juga
belum kudengar suaranya sama sekali. Memang adakah dia"
Atau tidak adakah dia" Aku sendiri belum tahu bagaimana
caranya akan dapat memecahkan teka-teki yang ditinggalkan
Amrita, yang jelas menyebut Harimau Perang sebagai
penyebab segalanya. Aku hanya harus waspada, bahwa
penyebab segalanya tidak langsung bisa ditafs irkan betapa
Harimau Perang itu sendirilah penyebabnya. Apalagi jika
keberadaannya pun ternyata tidak pernah dapat dipastikan.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Kabut yang bergerak membawaku ke sebuah pohon siong
yang sering terdapat di gunung-gunung batu. Batangnya
berkelak-kelok seperti tubuh penari, demikian pula ranting-
rantingnya berbelok-belok seperti tangan menari-nari. Tumbuh
hanya satu-satu di berbagai sudut kelokan jalan, sering
terdapat di dalam lukisan-lukisan gulung yang memanjang,
menjadikan pemanis suasana yang dengan segala kecuraman
jalan di pinggang gunung telah menjadi sangat mencekam.
Aku menempel pada sebuah rantingnya seperti benalu,
sehingga aku dapat menunggu mereka lewat di bawahku, dan
dapat mengikuti dari belakang, karena kabut semula telah
membawaku melewati rombongan itu.
Kuikuti perbincangan mereka sedekat mungkin karena aku
tidak ingin kehilangan kesempatan mengetahui segala
sesuatu, yang pada mulanya mungkin tidak terlalu penting,
tetapi kemudian ternyata sangat menentukan. Sebuah ujaran
dari Ajaran Besar menyebutkan:
apa yang memang berada di dalam
akan terwujud tanpa apa pun
Itulah soalnya, bagaimana kewujudan tanpa apa pun itu
bisa diketahui tanpa pengintaian yang rinci" Mereka lewat di
bawahku. "Hhhhh ! Dingin sekali! Mataku rasa-nya te-rus-menerus
minta dipejamkan!"
"Jangan sampai dikau pejamkan matamu itu!"
"Ya! Jangan! Nanti semuanya akan selesai! Benar-benar
selesai karena mata yang terpejam itu tidak akan pernah bisa
dibuka lagi!"
Kabut lantas berpendar karena angin, dan angin itulah yang
kemudian sungguh-sungguh membekukan tulang.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Seseorang kemudian membicarakan sesuatu yang tampaknya memang harus kuketahui.
"Orang-orang kebiri itu! Mereka sungguh enak berada di
dalam istana yang hangat. Nanti di Changian akan kutanya
mereka, mengapa kita harus melewati gunung gemunung
batu yang tiada habisnya ini, dan tidak melewati laut seperti
biasa." "Apakah dikau lupa bahwa mereka menunggu kita di jalur
pegunungan ini?"
"Ya, tapi di kedai itu tidak ada apa-apa bukan?"
"Mereka mengetahui sesuatu tetapi tidak mengatakannya."
"Aneh, mengapa kita tidak tetap tinggal di sana dan
memastikannya?"
"Ah, dikau pun tahu, jika mereka tidak ingin mengatakannya, tidak ada yang dapat kita ketahui pula."
"Kita bisa memaksanya!"
"Tidakkah dikau lihat kita berada di mana" Kedai itu hanya
tempat mengawasi siapa yang lewat. Orang-orang itu tidak
tinggal di sana tanpa hubungan dengan tempat-tempat
lainnya. Lagipula kita dikejar waktu, kita tidak bisa berhenti
lama-lama."
"Pesan itu mengatakan, jika kita belum sampai di Celah
Dinding Berlian, mereka akan menunggu kita di kedai itu.i
"Jadi kalau mereka belum ada di kedai itu, berarti mereka
menunggu di Celah Dinding Berlian."
"Itu yang kupikirkan. Barangkali orang-orang yang
seharusnya menunggu kita itu sudah tiba di Celah Dinding
Berlian, tetapi karena lama menunggu kita yang belum datang
juga, lantas melanjutkan perjalanan ke kedai, dan di sana
terjadi sesuatu bahkan sebelum orang-orang Kalakuta itu
tiba." TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Darimana dikau bersimpulan seperti itu?"
"Ada banyak sekali jejak kuda di la-pangan rumput itu.
Namun tadi hari sudah mulai gelap dan cuaca begini buruk,
jadi tidak jelas berapa banyak, padahal yang akan menemui
kita juga banyak bukan?"
"Delapan orang."
"Ya, delapan orang dengan kuda be-ban, dan tadi
kuperhatikan terdapat jejak-jejak yang dalam. Itu jejak kuda
beban!" "Dikau sudah mengatakannya dari tadi, tetapi dikau pun
tahu, kita dikejar waktu!"
"Aku rasa kita terlalu gegabah mene-ruskan perjalanan
tanpa tahu apa yang sudah terjadi di kedai itu. Bisa saja
orang-orang itu memang sudah tiba di kedai itu, lantas terjadi
sesuatu." "Ya, tapi bisa saja mereka ternyata se-dang menunggu kita
di Celah Dinding Berlian."
"Rombongan wayang itu juga mengatakan tidak bertemu
siapa pun!"
"Arti-nya bisa saja mereka bahkan be-lum mencapai Celah
Dinding Berlian bu-kan?"
Mereka semakin jauh dari pohon siong tempat aku
menempel di cabangnya seperti benalu. Aku harus berpindah
tempat. Maka aku pun melangkah dengan sa-ngat hati-hati di
dalam kabut, karena mes-kipun memang tidak terlihat sama
sekali, siapa pun yang berilmu tinggi akan men-dengar
sesuatu, bahkan tahu terdapat se-orang penyusup di dalam
kabut itu jika sembarang melangkah tanpa peduli.
Sebetulnya para pengawal rahasia ista-na lebih dari
mengerti perihal ilmu-ilmu penyusupan semacam ini, tetapi
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
keadaaan yang dihadapinya sekarang ini bukanlah sembarang
malam yang sunyi dan sepi, melainkan malam sunyi dan sepi
di lautan kelabu gunung batu dalam perjalanan panjang yang
berat sekali. Malam memang sunyi dan sepi, tetapi dingin
angin, kepekatan kabut, dan kewaspadaan tinggi terhadap
segala kemungkinan berdasar-kan segala cerita tentang para
penyamun dan orang-orang yang tersingkir ke wilayah
perbatasan takbertuan di lautan kelabu gunung batu ini tidak
akan membuat dunia tetap sunyi dan sepi. Sebaliknya, dalam
kesunyian dan kesepian di tengah alam yang begitu luas bagai
takberhingga ini selalu berlangsung pertarungan antarmanusia
yang menegangkan sekali...
Buddha Pedang Dan Penyamun Terbang Naga Bumi Ii Karya Seno Gumira di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Ini bukan tidak disadari rombongan pengawal rahasia
istana yang bertugas menjaga keselamatan Harimau Perang
yang sedang kuikuti, karena mendadak tidak kudengar lagi
percakapan, bahkan langkah kuda pun terhenti. Mereka
memang diam dan berhenti!
Agaknya mereka telah menggunakan bahasa isyarat,
karena tidak terdengar suara apapun, tetapi bagaimana
caranya saling bercakap dengan bahasa isyarat dalam
kepekatan kabut yang tidak memperlihatkan apapun seperti
ini, itulah yang belum kumengerti.
Aku pun menahan napas dan tidak bergerak sama sekali.
Aku diam dan mereka juga diam. Apakah diriku telah
melakukan sesuatu yang membuat mereka seperti mendengar
sesuatu" Kukira tidak, karena aku bukan hanya menjaga gerak
tubuh, melainkan juga embusan nafas dan detak jantungku.
Namun aku mengerti juga apa yang ke-mungkinan telah
terjadi, karena memang sering mengalami meski tidak mampu
menjelaskannya sama sekali.
Mereka yang terlatih membaca ke-adaan, meski tidak
melihat atau mende-ngar apa pun, akan mempunyai firasat.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Aku tidak terlihat dan tidak memperdengarkan suara
apapun, bahkan cuaca dan keadaan alam mengalihkan
perhatian siapa pun kepada apa pun. Namun berada begitu
dekat kepada mereka yang terlatih dan berpengalaman,
terutama justru dalam menghadapi ilmu-ilmu penyusupan,
jelas tidak mungkin berlangsung tanpa menimbulkan akibat
sama sekali. Sebelum mereka yakin terdapat se-orang pengintai di
sekitarnya, dan me-ngambil keputusan tidak terduga, aku
harus mengambil keputusan lebih dulu.
Maka kubiarkan diriku terbawa kabut menjauh, karena jika
tetap berada di tempat dan tetap berada di dekat mereka,
akan sangat berbahaya seandainya kabut meni-pis atau
berpendar tiba-tiba. Apalagi mereka tidak perlu melihat
apapun untuk me-lepaskan pisau-pisau terbangnya secara
mendadak bersama-sama.
Kubiarkan kabut membawa diriku menyeberangi jurang,
sementara jalanan itu berkelok ke dalam, untuk kembali me-
raih cabang sebuah pohon siong dan me-nempel lagi seperti
benalu untuk menanti mereka di situ.
Meski agak jauh, dapat kudengar kuda mereka melangkah
lagi, pelahan mendaki menapaki jalan sempit berbatu-batu.
Jarak ini membuat aku sempat memikirkan sesuatu.
Pertama, yang mereka nantikan tentu para penyoren
pedang yang tujuh orang telah dibunuh oleh Pendekar Kupu-
kupu, dan satu orang terlebih dahulu bunuh diri itu; kedua,
mereka berhubungan dengan orang-orang kebiri di istana
kemaharajaan di Chang'an; ketiga, delapan penyoren pedang
itu ternyata membawa mayat seorang kebiri yang sudah
terpotong-potong; keempat, bapak kedai bercerita banyak dan
menyerahkan kepadaku suatu naskah mengenai orang-orang
kebiri. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Mungkinkah ini dirangkaikan ataukah sebaiknya dianggap
hanya kebetulan" Aku teringat betapa naskah gulungan itu
belum habis kubaca, dan kini aku teringat betapa wajah bapak
kedai itu sebetulnya tidak seperti orang yang menyerahkannya
tanpa maksud apapun. Ia bercerita kepadaku dan
menyerahkan naskah gulungan bertuliskan aksara Negeri Atap
Langit itu memang karena ada tujuannya! Betapa diriku
sangat tidak peka!
Tidak mungkin membaca naskah yang ada di balik bajuku
itu sekarang, lagipula rombongan itu mulai mendekat lagi.
Tampaknya mereka sudah merasa agak lebih aman dan mulai
bercakap-cakap lagi. Harus kuakui, dalam suasana mencekam
seperti ini, bercakap-cakap demi perasaan terdapatnya teman-
teman seperjalanan memang perlu sekali. Sayang sekali
betapa hal semacam itu mesti mereka alami, karena
percakapan mereka itu seharusnya tidak terdengar, meskipun
hanya oleh dinding batu, angin, kuda, pepohonan, apalagi
diriku yang menempel seperti benalu di atas pohon siong ini!
Mereka tampak menjaga agar tidak bicara terlalu keras,
tetapi aku masih mendengarnya. Kepekatan kabut yang
memang tidak memperlihatkan apa pun membuat perjalanan
mereka amat lambat, ibarat kata hanya mengandalkan naluri
kudanya, terutama yang paling depan, yang setiap kali
sebelum melangkah, memastikan dengan ketukan kakinya,
bahwa ada yang dapat dipijak di depannya. Jika tidak, dan
seekor kuda terus saja melangkah, maka bersama
penunggangnya tentu akan langsung masuk jurang. Adapun
jatuh ke dalam jurang adalah bencana yang sangat
mengerikan. Waktu mereka mendaki jalan berbelok di tepi jurang
tempat pohon siong ini berada, sebetulnya tidak kulihat
apapun kecuali suara percakapan mereka.
''Orang-orang kebiri itu, kalian tahu, meskipun boleh
membakar kemenyan, diizinkan berpuasa, dan TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
menyumbangkan uang atau barang, mereka tetap dilarang
mendekati altar pemujaan dewa utama.''
''Kalau begitu mereka disamakan dengan orang pincang,
orang yang tubuhnya berubah bentuk, tidak punya mata, tidak
punya anggota badan..''i
''Bahkan sama dengan perempuan yang datang bulan!''
''Datang bulan seumur hidupnya!''
''Hihihihihihi...''
''Sssstttt!'' Mereka terdiam sejenak, tetapi tidak tahan untuk bercakap
kembali, seperti kataku, karena cuaca ini akan membuat
seseorang tertekan dalam kebisuannya. Kepekatan kabut
seperti ini bisa membuat seseorang merasa sangat amat
sendiri, dan hanya dapat mengatasi keadaan ini dengan
meyakinkan dirinya sendiri betapa ia telah berbicara dengan
seseorang. ''Gara-gara pengebirian itu suara mereka menjadi tinggi,
seperti...'' ''Gagak!'' ''Ya, mereka memang disebut gagak-gagak.''
''Mereka juga segera dikenali karena leher mereka yang
menjulur panjang, perilaku seperti anjing yang ikut ke mana
pun majikannya pergi, maupun bentuk tubuhnya yang
menggelembung.''
''Padahal kalau sudah tua orang kebiri tua tidak seperti itu.''
''Seperti apa"''
''Dalam berbagai bentuk, mereka menjadi kurus dan keriput
seperti perempuan tua!''
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
''Dari cara jalannya saja kita sudah tahu orang itu dikebiri
atau tidak.'' ''Seperti apa jalannya"''
''Kakinya yang kurus kecil itu seperti dempet, langkahnya
pendek-pendek.''
''Apakah pengebirian itu yang membuatnya begitu"
Ataukah memang ada peraturan bagi orang kebiri untuk
berjalan seperti itu"''
''Aku tidak tahu.''
''Tapi benarkah mereka itu tubuhnya mengeluarkan bau
tidak enak"''
"Bau tidak enak" Bilang saja bau kencing!"
"Bau pesing!"
"Ya, bau pesing!"
"Benarkah itu?"
"Lama setelah kelaminnya dipotong tanpa sisa, banyak
orang kebiri muda yang masih membasahi ranjangnya waktu
tidur, karena belum bisa menahan kencing, dan bukan hanya
ranjang, tapi juga baju dan seluruh tubuhnya ikut menjadi
basah. Maka kalian tahu bau seperti akan meruap dari orang
kebiri itu."
"Katanya mereka dihukum cambuk kalau tubuhnya masih
bau." "Memang, sampai mereka sanggup tidak membasahi diri
dengan air kencing mereka sendiri yang bocor ke mana-mana
itu." "Kalau belum sanggup?"
"Mereka akan terus dicambuk. Kadang bekasnya terbawa
sampai tua."
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Makanya mereka disebut juga 'kebiri bau'?"
"Ya, meskipun misalnya sudah tidak bau dan tidak
dicambuki lagi, sebagai bagian dari pendidikannya."
"Kebiri bau... Hehehe..."
"Hehehehehe!"
"Sssstttt!"
Mereka melewati tempatku bersembunyi di atas pohon
siong. Mengingat jarak penunggang kuda terdepan sampai
penunggang kuda di belakang, tentu tidak mungkin
percakapan berlangsung dalam bisikan.
"Oh, maka kemudian dikenal istilah, 'bau seperti orang
kebiri' itu?"
"Ya, asalnya dari masalah seperti itu, sampai disebutkan,
bau mereka bisa tercium dari jarak yang jauh sekali."
"Kasihan sekali mereka ya?"
"Huh! Kasihan" Untuk apa?"
"Karena mereka sudah merelakan diri kelam innya dipotong
demi pengabdian, masih diburuk-burukkan pula."
"Bukankah mereka itu memang buruk?"
"Buruk?"
"Buruk sifatnya, buruk pula kelakuannya, sampai disebut
Kalkun Tua. Tapi jangan katakan ini di depan mereka. Nanti
dikau mati tak jelas sebabnya."
"Ya, hati-hati di hadapan mereka nanti, orang-orang kebiri
sangat peka terhadap apa pun yang berhubungan dengan
kekurangan mereka."
"Ya, hati-hati. Kata-kata seperti 'teko tanpa pipa' atau
'anjing tanpa ekor' tidak akan pernah diucapkan di depan
mereka." TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Dalam kepekatan dan kegelapan aku tersenyum, dapat
dipastikan bahwa mereka memang berurusan dengan, atau
setidaknya melalui, orang-orang kebiri. Untuk seorang
pengintai yang menempuh marabahaya demi sepotong
keterangan, hasil seperti ini sesuai dengan tingkat kesulitan
yang harus kujalankan.
Namun setelah itu aku sungguh terperanjat dan terkejut di
luar dugaan. (Oo-dwkz-oO) Episode 165: [Pekik Kematian di Balik Kabut]
Dua belas pengawal rahasia istana itu masih kudengar
tertawa-tawa, ketika di antara apa yang kudengar
tersampaikan kepada telingaku suara pedang keluar dari
sarungnya. Bukan hanya satu, tetapi dua pedang yang keluar
dari sarungnya, dan dari cara menarik pedang seperti itu aku
tahu, betapa pedang itu akan segera menumpahkan darah.
Dalam sekejap kebisuan dan kesunyian lautan kelabu
gunung batu segera terisi oleh suara-suara jerit kesakitan.
Hanya sekejap. Sebelum akhirnya kesunyian berkuasa
kembali. Rombongan itu belum melangkah terlalu jauh dariku. Jadi
semuanya kudengar dengan jelas, meski sama sekali tidak
dapat kulihat apapun. Dalam kabut seperti ini aku hanya dapat
mendengar suara-suara, dan berdasarkan suara-suara itulah
kubangun peristiwa yang terjadi.
Dua pedang yang dicabut itu tersoren menyilang pada
punggung salah satu penunggang kuda, yang segera melejit
dari atas kudanya, berkelebat secepat kilat ke belakang
dahulu, untuk membantai enam pengawal rahasia istana yang
masih tertawa-tawa, lantas melesat ke depan untuk
menyelesaikan enam orang sisanya.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Pilihan untuk bergerak ke belakang lebih dahulu memang
tepat, karena meskipun yang berada di depan telah lebih
dahulu mendengar pekik kematian yang di belakang,
kedudukan mereka yang sedang berada di atas punggung
kuda dan mendaki ke depan membuatnya sulit untuk langsung
menanggapi. Saat itulah dalam sekejap nyawanya hilang dari
badan. Dengan kedua pedang di tangan itu, ia membabat tiga
penunggang kuda di belakangnya dengan pedang di tangan
kiri, dan membantai lagi sisanya dengan pedang di tangan
kanan. Ada-pun bagi keenam penunggang kuda di depannya,
ia menyerang mereka mulai dari yang paling depan bergantian
antara pedang yang berada di tangan kiri maupun yang
berada di tangan kanan. Siasat ini juga merupakan pilihan
yang baik dari sekian banyak kemungkinan, karena ketika
keenam orang yang berada di depan ini siap berbalik siap
menghadapi serangan dari belakang, ternyata pekik kematian
terdengar lagi justru di depan. Namun tentunya saat mereka
menyadari, gerakan pedang yang tak dapat ditebak arahnya
itu telah membuat mereka memekik kesakitan pula.
Suasana seperti mendadak sunyi, hening tapi mencekam.
Angin terdengar meraung di sebuah lembah yang jauh.
Namun di sini segala sesuatu terdengar dengan jelas. Hilang
sudah suara terta-wa-tawa tadi, hanya desah kuda yang
mendengus-dengus, karena dengan firasatnya tahu belaka
telah berlangsung pertumpahan darah.
Belum kudengar suara yang menunjukkan bahwa kedua
pedang itu di-sa-rungkan. Apakah ia mengetahui kehadiranku"
Aku ganti bernapas melalui pori-pori kulit dan menutupi detak
jantung dengan mengalihkan tenaga prana pohon siong.
Mengingat aku tak dapat melihat apa pun lebih dari jarak
sedepa, sedangkan ia dapat membantai duabelas orang
seketika, menunjukkan betapa ilmunya
tinggi sekali. Betapapun ku-ragukan kemampuan mata manusia me-nembus
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Buddha Pedang Dan Penyamun Terbang Naga Bumi Ii Karya Seno Gumira di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
kabut seperti ini, yang mampu menahan tembusnya cahaya
maupun kegelapan malam. Ini berarti, seperti juga diriku
sekarang, ia mengandalkan pendengaran. Apa yang tidak
terlihat oleh mata, memang kemungkinan besar dapat
didengar oleh telinga yang tajam, tetapi betapapun hanya ilmu
pendengar-an, jika ia memilikinya, yang akan memberitahukan
keberadaan diriku.
Aku segera memejamkan mata dan memasang ilmu
pendengaran Mende-ngar Semut Berbisik di Dalam Liang agar
mengetahui kedudukannya dengan tepat, dan siap menanggapi dengan Ju-rus Tanpa Bentuk jika pemegang
kedua pedang itu tiba-tiba menyerang. Segera tampak dalam
pandangan mataku yang terpejam garis cahaya kehijauan
membentuk sesosok tubuh dengan tangan memegang dua
pedang. Ia memang masih memegang kedua pedang itu dan tidak
menyarungkannya. Ia mengangkat kedua pedang satu demi
satu ke dekat mulutnya, yang segera meniup pedang itu.
Kulihat dalam pandangan yang terbentuk oleh telingaku,
cairan kehijauan tertiup lepas ke udara. Itulah darah para
korban yang bergelimang pada pedang tersebut. Sekali tiup
segera terbang ke udara bagaikan air hujan yang tak mampu
menembus la-pisan beludru dedaunan, dan meng-gelinding ke
bumi tanpa membasahi-nya. Hanya saja darah ini tertiup ke
atas jurang tidak tahu jatuh di mana karena segera lenyap di
balik kabut. Setelah kedua pedang tersebut bersih kembali, ia pun
ternyata belum me-nyarungkannya juga. Mungkinkah ia
mengetahui keberadaan diriku dan menyerangku"
Ia tidak menyerangku, hanya berbi-cara sendirian, seperti
kepada dirinya sendiri.
''Mengapa manusia harus berbicara yang buruk tentang
orang-orang kebiri" Mereka telah merelakan dirinya tidak
menjadi lelaki, karena ingin mengabdi kepada Putera Langit,
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
agar pemerintahannya di bumi takselalu meminta, tetapi juga
memberi. Tanpa orang-orang kebiri, bagaimana mungkin
istana tetap suci, sementara permaisuri, segenap selir, dan
puteri-puteri, tetap dibaluti kemurnian surgawi. Orang-orang
kebiri yang mengorbankan diri, menjamin dirinya sendiri
dalam keterselibatan abadi, demi kepentingan Putera Surga-
wi, selalu dibenci orang-orang yang tidak mengerti, karena
dianggap menghalangi kepentingan mereka, yang ha-nya
menguntungkan dirinya sendiri.
''Bukan hanya Gao Lishi, tapi sejak Huang Hao melayani
Wangsa Shu pada masa Tiga Negara, tidak kurang dari
Maharaja Liu Shan sangat menya-yanginya karena jasa dan
pengabdiannya, tetapi telah dihina begitu rupa dalam sejarah
seolah-olah memang dialah yang telah membuat Liu Shan me-
nyerahkan negerinya kepada Ke-rajaan Wei....''
Ia terus berbicara sambil masih memegang kedua pedang
panjang yang telah bersih dari darah. Aku tidak merasa
mampu menerjemahkan kata-kata selanjutnya, karena
penguasaan bahasa Negeri Atap Langit yang sama sekali tidak
sempurna, tetapi riwayat Huang Hao yang diucapkannya
kulihat terda-pat pada sisa catatan dari bapak kedai yang
belum kubaca. Aku menyesal tidak memiliki kemampuan
membaca yang memadai sehingga tidak bisa membacanya
dengan lebih cepat.
Dengan kedua pedang di tangan itu, ia membabat tiga
penunggang kuda di belakangnya dengan pedang di tangan
kiri, dan membantai lagi sisanya dengan pedang di tangan
kanan. Ada-pun bagi keenam penunggang kuda di depannya,
ia menyerang mereka mulai dari yang paling depan bergantian
antara pedang yang berada di tangan kiri maupun yang
berada di tangan kanan. Siasat ini juga merupakan pilihan
yang baik dari sekian banyak kemungkinan, karena ketika
keenam orang yang berada di depan ini siap berbalik siap
menghadapi serangan dari belakang, ternyata pekik kematian
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
terdengar lagi justru di depan. Namun tentunya saat mereka
menyadari, gerakan pedang yang tak dapat ditebak arahnya
itu telah membuat mereka memekik kesakitan pula.
Suasana seperti mendadak sunyi, hening tapi mencekam.
Angin terdengar meraung di sebuah lembah yang jauh.
Namun di sini segala sesuatu terdengar dengan jelas. Hilang
sudah suara terta-wa-tawa tadi, hanya desah kuda yang
mendengus-dengus, karena dengan firasatnya tahu belaka
telah berlangsung pertumpahan darah.
Belum kudengar suara yang menunjukkan bahwa kedua
pedang itu di-sa-rungkan. Apakah ia mengetahui kehadiranku"
Aku ganti bernapas melalui pori-pori kulit dan menutupi detak
jantung dengan mengalihkan tenaga prana pohon siong.
Mengingat aku tak dapat melihat apa pun lebih dari jarak
sedepa, sedangkan ia dapat membantai duabelas orang
seketika, menunjukkan betapa ilmunya
tinggi sekali. Betapapun ku-ragukan kemampuan mata manusia me-nembus
kabut seperti ini, yang mampu menahan tembusnya cahaya
maupun kegelapan malam. Ini berarti, seperti juga diriku
sekarang, ia mengandalkan pendengaran. Apa yang tidak
terlihat oleh mata, memang kemungkinan besar dapat
didengar oleh telinga yang tajam, tetapi betapapun hanya ilmu
pendengar-an, jika ia memilikinya, yang akan memberitahukan
keberadaan diriku.
Aku segera memejamkan mata dan memasang ilmu
pendengaran Mende-ngar Semut Berbisik di Dalam Liang agar
mengetahui kedudukannya dengan tepat, dan siap menanggapi dengan Ju-rus Tanpa Bentuk jika pemegang
kedua pedang itu tiba-tiba menyerang. Segera tampak dalam
pandangan mataku yang terpejam garis cahaya kehijauan
membentuk sesosok tubuh dengan tangan memegang dua
pedang. Ia memang masih memegang kedua pedang itu dan tidak
menyarungkannya. Ia mengangkat kedua pedang satu demi
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
satu ke dekat mulutnya, yang segera meniup pedang itu.
Kulihat dalam pandangan yang terbentuk oleh telingaku,
cairan kehijauan tertiup lepas ke udara. Itulah darah para
korban yang bergelimang pada pedang tersebut. Sekali tiup
segera terbang ke udara bagaikan air hujan yang tak mampu
menembus la-pisan beludru dedaunan, dan meng-gelinding ke
bumi tanpa membasahi-nya. Hanya saja darah ini tertiup ke
atas jurang tidak tahu jatuh di mana karena segera lenyap di
balik kabut. Setelah kedua pedang tersebut bersih kembali, ia pun
ternyata belum me-nyarungkannya juga. Mungkinkah ia
mengetahui keberadaan diriku dan menyerangku"
Ia tidak menyerangku, hanya berbi-cara sendirian, seperti
kepada dirinya sendiri.
''Mengapa manusia harus berbicara yang buruk tentang
orang-orang kebiri" Mereka telah merelakan dirinya tidak
menjadi lelaki, karena ingin mengabdi kepada Putera Langit,
agar pemerintahannya di bumi takselalu meminta, tetapi juga
memberi. Tanpa orang-orang kebiri, bagaimana mungkin
istana tetap suci, sementara permaisuri, segenap selir, dan
puteri-puteri, tetap dibaluti kemurnian surgawi. Orang-orang
kebiri yang mengorbankan diri, menjamin dirinya sendiri
dalam keterselibatan abadi, demi kepentingan Putera Surga-
wi, selalu dibenci orang-orang yang tidak mengerti, karena
dianggap menghalangi kepentingan mereka, yang ha-nya
menguntungkan dirinya sendiri.
''Bukan hanya Gao Lishi, tapi sejak Huang Hao melayani
Wangsa Shu pada masa Tiga Negara, tidak kurang dari
Maharaja Liu Shan sangat menya-yanginya karena jasa dan
pengabdiannya, tetapi telah dihina begitu rupa dalam sejarah
seolah-olah memang dialah yang telah membuat Liu Shan me-
nyerahkan negerinya kepada Ke-rajaan Wei....''
Ia terus berbicara sambil masih memegang kedua pedang
panjang yang telah bersih dari darah. Aku tidak merasa
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
mampu menerjemahkan kata-kata selanjutnya, karena
penguasaan bahasa Negeri Atap Langit yang sama sekali tidak
sempurna, tetapi riwayat Huang Hao yang diucapkannya
kulihat terda-pat pada sisa catatan dari bapak kedai yang
belum kubaca. Aku menyesal tidak memiliki kemampuan
membaca yang memadai sehingga tidak bisa membacanya
dengan lebih cepat.
KEMUDIAN kudengar kedua pedangnya disarungkan.
Segera kutahu itulah jenis pedang jian, yakni pedang panjang
dengan dua mata atau dua sisi tajam. Pedang yang telah
dibuat selama 1.300 tahun terakhir di Negeri Atap Langit ini
memang untuk digunakan para penyoren pedang, dibuat
untuk ilmu silat, tepatnya untuk ilmu pedang. Seperti apakah
kiranya ilmu pedang yang dimilikinya" Di Jawadwipa atau
Yawabhumipala, ilmu pedang yang banyak digunakan adalah
ilmu pedang untuk pedang dengan satu mata atau satu sisi
tajam, yang lebih tepat disebut golok, karena dalam
kenyataannya juga digunakan demi keperluan sehari-hari
seperti memotong dahan dan ranting atau membelah kayu
bakar. Hanya para pendekar ilmu pedang yang ilmunya sudah
lebih tinggi, akan memegang pedang dengan dua sisi tajam
dan memainkan ilmu pedang yang diciptakan hanya untuk
pedang seperti itu.
Dengan demikian pedang jian disebut juga sebagai pedang
ksatria, karena dibuat hanya demi ilmu pedang. Seperti yang
pernah kudengar dari Iblis Suci Peremuk Tulang, keberadaan
pedang ini sekitar seratus tahun lalu dicatat berawal dari
kekuasaan Masa Musim Semi dan Musim Gugur, dan sejak itu
mulai beredar ke mana-mana di Negeri Atap Langit.
Panjangnya antara dua sampai tiga depa, dan beratnya pun
bermacam-macam, seberat timbangan yang menengah
sampai terberat. Meskipun terkadang tampak sebagai baja
tipis yang hanya tepat untuk hiasan, karena kelenturannya
memberi kesan ringan, tetapi tidak ada pedang baja yang
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
ringan. Hanya tenaga dalam tingkat tinggi dan kecepatan
bergerak melebihi kilat akan memberi kesan ringan itu.
Kudengar ia menaiki kuda dan pergi menjauh, sementara
dua belas kuda lain, yang semua penunggangnya telah tewas,
mengikuti saja kuda yang terdepan perlahan-lahan. Di balik
kabut kudengar ia menggerutu, tetapi tidak jelas bagiku apa
yang diucapkannya. Apakah ia menggerutu tentang kuda,
ataukah para penunggang yang terpaksa dibunuhnya, ataukah
karena suatu rencana yang gagal dan kini ia mendapat
masalah karenanya" Bagiku, yang semula mendapatkan
banyak hal dari percakapan, seperti yang menjelaskan perihal
orang-orang kebiri itu, rasanya bagai tenggelam kembali
dalam kebisuan. Bahkan kebisuan yang berbahaya, karena jika
semula segala percakapan membuat yang berbicara tidak
terlalu peduli kepada suara apa pun jua, kebisuan ini akan
membuat seseorang mendengar segala suara lain.
Kecuali jika betul-betul tenggelam dalam pikirannya sendiri,
dan kemudian bahkan kudengar ia bersenandung.
Orang aneh! Namun betapa yang disenandungkannya
sungguh menggugah. Kata-katanya yang sederhana membuat
diriku dapat mengikutinya:
jika dikau ingin sesuatu mengerut
dikau harus memuaikannya dulu
jika dikau ingin sesuatu melemah
dikau harus menguatkannya dulu
jika dikau ingin sesuatu menyingkir
dikau harus membangunnya dulu
jika dikau ingin mengambil sesuatu
dikau harus memberikannya dulu
inilah yang disebut ketajaman nan halus
yang tunduk dan lemah
akan mengatasi yang keras dan kuat
ikan jangan boleh meninggalkan kedalaman
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
alat kekuasaan negara
jangan diungkapkan ke semua orang
Inikah ujaran Laozi dalam Daodejing yang disebut juga
sebagai Kitab Kebijakan dan Kebajikan itu" Tentu saja aku
pernah mendengar ujaran-ujarannya
dikutip dalam perbincangan tentang pemikiran Dao. Namun tidak seperti
biasanya seperti ketika mendengar ujaran filsafat, ujaran ini
tidak membuat aku berpikir untuk mengolahnya dalam suatu
pembermaknaan, karena lebih tertarik menghubungkan ujaran
tersebut dengan kejadian sebelumnya, bahwa terdapat
perbincangan yang melecehkan orang-orang kebiri sebelum
para pengawal rahasia istana itu dibunuhnya dengan sepasang
pedang jian dalam sekejap mata.
SEBAGAI nasihat kebajikan, pemikir Han Fei telah
menafsirkan ikan sebagai penguasa, dan kedalaman sebagai
daya kekuasaannya. Daya ini tidak boleh lepas dari tangannya,
karena jika demikian, itu
berarti membiarkan
ikan meninggalkan kedalaman, yang tentu saja berarti kedudukannya menjadi lemah. Maksud nasihat ini, alat
Buddha Pedang Dan Penyamun Terbang Naga Bumi Ii Karya Seno Gumira di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
kekuasaan negara seperti penghargaan dan hukuman adalah
senjata kembar, sebagai daya yang tidak boleh diungkapkan
kerahasiaannya kepada pihak yang salah, karena pengetahuan
tentang bagaimana mereka akan diperlakukan justru dapat
menjadi sumber daya itu sendiri. Artinya ini ujaran yang lebih
ditafs irkan sebagai nasihat, bahkan siasat, daripada filsafat,
tetapi bagiku telah bermakna dalam cara berbeda.
Aku memaknainya dalam pengertian seperti berikut: jika
dua belas pengawal rahasia istana itu terbunuh karena ikan
meninggalkan kedalaman, itu adalah rahasia yang tidak
menjadi rahasia lagi. Suatu rahasia memiliki daya, hanya jika
masih tetap merupakan rahasia. Aku tentu tak tahu apakah
kiranya rahasia itu sebelumnya, tetapi aku layak menduga,
bahwa jika setelah keduabelas pengawal rahasia istana itu
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
melecehkan orang-orang kebiri dalam perbincangan mereka,
lantas setelah pembunuh yang membantai mereka bicara
tentang orang-orang kebiri juga dalam arti sebaliknya, maka
masalah dibicarakannya orang kebiri itulah yang dimaksudkan
sebagai ikan meninggalkan kedalaman.
Maka aku pun tidak semestinya merasa keliru jika
menafsirkan betapa orang-orang kebiri itulah yang dimaksudkan sebagai alat kekuasaan, yang di sini tentu
maksudnya kerajaan atau negara. Orang-orang kebiri itu
mungkin tidak harus selalu dihubungkan dengan suatu
pengertian tentang mengerut dan memuai, melemah dan
menguatkan, menyingkirkan dan membangun, atau mengambil dan memberikan, yang kukira memang merupakan
permainan dan pertimbangan kebijakan yang bisa juga
terhubungkan dengan apa saja. Namun kukira, jika mengingat
segala cerita yang kudengar maupun catatan dalam kitab
gulungan dari bapak kedai itu, maka pertentangan pengertian
seperti dalam ketajaman nan halus maupun yang tunduk dan
lemah akan mengatasi yang keras dan kuat sangatlah tepat
dalam hubungannya dengan kedudukan orang-orang kebiri
dalam jaringan rahasia istana.
Terutama bahwa di balik pelecehan terhadapnya, orang-
orang kebiri berperan sangat menentukan dalam menyimpan
rahasia, menyampaikan rahasia, dan membuat semua rahasia
itu tetap tersimpan selama-lamanya. Jika setiap pihak yang
berbagi rahasia hanya mengenal bagian mereka sendiri dalam
jaringan kerahasiaan itu, maka orang-orang kebiri mengetahui
semua dalam keseluruhannya sampai yang sekecil-kecilnya.
Dengan kelebihan pengetahuan ini dapat diterima kelayakannya dalam memberi nasihat, yang pada dasarnya
menjadi nasihat menentukan, karena peluangnya untuk
melakukan pengarahan. Peluang pengarahan ini yang selalu
dicurigai keberadaannya, terutama karena berhubungan
dengan kepentingan diri mereka sendiri. Betapapun memang
peluang inilah yang menjadi ajang perma inan kekuasaan di
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
antara orang-orang kebiri, antara mereka yang memanfaatkannya demi kelanggengan kedudukan mereka di
istana, dengan mereka yang berusaha mencegahnya sebagai
bagian pengabdian dan kesetiaan kepada negara dan raja.
Dapatlah dimaklumi sekarang, bahwa orang-orang kebiri itu
tidak dapat begitu saja dapat disamakan, karena pertentangan
di antara mereka sendiri membuatnya terdapat setidaknya dua
pihak, yakni pihak yang bercokol di istana maupun yang
tersingkir keluar karenanya. Sangat penting dipahami, bahwa
pertentangan dapat berlangsung justru dapat karena
kepentingannya yang sama, yakni ingin tetap bercokol dan
menguasai jaringan rahasia istana.
JADI mereka yang kalah dalam persaingan dan tersingkir
keluar gelanggang, bukan hanya yang berusaha mencegah
persekongkolan jahat dalam kesetiaannya kepada negara dan
raja, melainkan mereka yang juga berusaha mengambil
peluang demi kepentingannya sendiri maupun golongannya.
Sebaliknya, dalam jaringan orang-orang kebiri di istana pun
berlangsung pertarungan tersembunyi antara mereka yang
pada dasarnya ingin berkuasa melalui raja, berhadapan
dengan mereka yang ingin menghindarkan raja dari pengaruh
buruk tersebut.
Demikianlah dari luar orang-orang kebiri ini hanya tampak
sesuai dengan prasangka yang selalu ditimpakan kepada
mereka, tetapi di dalamnya terdapat pertentangan saling
bersilang yang sama sekali tidak sederhana.
(Oo-dwkz-oO) Episode 166: [Olah Gerak Lima Hewan]
Kabut membawaku pergi ke tengah jurang ketika
berpendar menjelang fajar. Aku memang harus menjauh jika
ingin tetap dapat mengamatinya tanpa diketahui sama sekali.
Kabut berpendar karena angin dan terang langit yang meski
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
sama sekali tanpa cahaya matahari secara samar-samar
memperlihatkan pemandangan, dan karena itulah dari
kejauhan dapat kusaksikan punggungnya, yang untuk
sementara kuandaikan saja sebagai Harimau Perang itu,
mengendarai kudanya menempuh jalan sepanjang tepi jurang
yang berkelak-kelok mengikuti lingkar pinggang gunung,
dengan lambat tapi pasti menuju Celah Dinding Berlian.
Seingatku tiada jalan setapak berbelok ke pemukiman di
balik semak-semak dan kabut dari titik pohon siong tempatku
semula bersembunyi sampai ke Celah Dinding Berlian,
sehingga tentunya Harimau Perang itu tidak akan berbelok ke
mana pun. Jalan setapak ke pemukiman penduduk asli yang
belum pernah kulihat, menurut Iblis Suci Peremuk Tulang,
akan sangat banyak setelah Celah Dinding Berlian terlewati.
Selain terdapat lebih dari satu jalan menuju Chang'an, yakni
melalui Kunming maupun Dali, meski kedua-duanya akan
melalui Chengdu, dari jalan yang banyak menuju Kunming dan
Dali itu banyak jalan setapak yang menuju ke pemukiman di
balik semak dan kabut, dan antara pemukiman yang satu
dengan pemukiman yang lain, secara terputus-putus maupun
bersambung, terdapat jalan setapak yang selain saling
menghubungkan masih juga bercabang-cabang. Kiranya itulah
yang membuat Iblis Suci Peremuk T ulang memastikan, bahwa
aku bisa menunggu saja rombongan Harimau Perang di Celah
Dinding Berlian, tetapi dari Celah Dinding Berlian jangan
sampai kehilangan jejak, karena sekali lenyap menemukannya
kembali adalah mustahil.
Ini bagaikan terdapatnya sebuah dunia di balik dunia. Jalan
sempit yang terletak antara dinding tebing dan jurang itu,
meskipun merupakan jalan utama satu-satunya di sepanjang
lautan kelabu gunung batu, tetaplah merupakan jalan sempit
yang meskipun kadang-kadang membesar, dengan segala
jenis titiannya yang serba mengkhawatirkan, sangatlah penuh
bahaya. Bukan hanya jalan yang sempit kadang-kadang
terputus karena batu besar yang longsor, melainkan juga
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
karena berbagai jenis binatang buas mungkin saja menyergap
tiba-tiba tanpa pernah bisa diduga. Maka tiadalah bisa
kubayangkan jika ternyata melalui jalan setapak yang
menghilang di balik semak dan kabut masih terdapat juga
dunia manusia yang lain. Jika seluruh wilayah perbatasan ini
bagaikan hanya terdiri dari dinding, tebing, jalan sempit,
pohon siong di sana-sini, semak-semak, gundukan batu-batu
besar, titian, dan jurang, maka bagaimanakah kiranya
pemukiman yang katanya memang ada itu berbentuk, dan
bagaimanakah manusia yang bertempat tinggal di sana
menjalani kehidupannya"
Jika antara pemukiman yang satu dan pemukiman yang
lain terdapat juga jalan setapak, yang mestinya juga
dihubungkan oleh titian yang satu dengan titian lainnya, yang
dalam kabut semua itu tidak tertampakkan, bukankah tidak
terlalu keliru kukatakan sebagai keberadaan suatu dunia di
balik dunia" Rombongan pemain wayang yang berpapasan itu,
yang dalam kenyataannya mengembara dari pemukiman yang
satu ke pemukiman lainnya, menunjukkan betapa dunia itu
sebetulnya sungguh menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari
juga. Betapapun, menurut Iblis Suci Peremuk Tulang, jika
Harimau Perang masuk ke balik semak dan kabut, dan lolos
dari pengamatanku, tidak akan mungkin menemukannya
kembali ketika menyusul ke sana, karena serabut jalan-jalan
sempit yang saling bersilang antara pemukiman satu dengan
pemukiman lain sepanjang lautan kelabu gunung batu tidaklah
terhitung banyaknya.
Namun hanya ada satu jalan ke Celah Dinding Berlian dan
kabut telah semakin berpendar ketika hari semakin menjadi
terang. Hanya kulihat Harimau Perang menunggang kudanya
dari belakang. Ia berambut panjang yang terurai menutupi
punggungnya, sedangkan kepalanya bercaping lebar.
TERLIHAT juga dua pedang ksatria yang disebut jian
tersoren saling menyilang di punggungnya. Samar-samar
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
terlihat juga kuda-kuda lainnya mengikuti dari belakang. Kuda
yang baik lebih berguna daripada manusia yang jahat.
Begitukah" Kedua belas kuda itu penunggangnya sudah mati
terbunuh. Kini mereka menjadi kuda terlatih tanpa
penunggang, mengikuti saja kuda terdepan ke mana pun
berjalan. Aku bergerak di tengah sisa kabut, yang dibawa angin
langsung ke arah Celah Dinding Berlian, yang sedikit banyak
telah kukenali lekuk liku celah-celahnya. Aku terbawa angin
sampai menempel ke dinding raksasa menjulang yang dengan
sedikit saja cahaya pantulannya akan memancar berkilau-
kilauan. Kegelapan malam telah berubah menjadi kekelabuan
pagi. Aku memasang ilmu cicak dan ilmu bunglon, sehingga
aku bisa merayap cepat menuju kedudukan yang dapat
melihat ke semua jurusan tanpa menarik perhatian. Mengingat
tingginya ilmu silat Harimau Perang, kutunda keinginan
berkelebat di udara dalam pengintaian.
Memang bagaimana aku akan mengintainya menjadi
pikiran berkepanjangan, karena membuntuti dan mengintai
rombongan duapuluh orang berkuda yang saling berbincang,
tentu lebih sulit dipergoki daripada mengikuti hanya satu
orang dengan kewaspadaan terpasang.
Namun aku masih punya waktu untuk berpikir. Kabut ini
membawaku ke Celah Dinding dalam garis lurus, sementara ia
dengan kudanya masih harus mengikuti lingkar pinggang
beberapa puncak sebelum sampai, dan setelah sampai pun ia
masih harus beristirahat sebelum melanjutkan yang masih
akan berat. Betapapun tentu tahu betapa hanya di Celah
Dinding Berlian, tempat siapa pun yang menempuh jalan ini
bisa beristirahat dengan tenang, serta tak jarang memang
menjadi tempat perhentian. Aku sendiri memang perlu
beristirahat tentunya, tetapi aku merasa wajib membaca habis
dulu kitab gulungan yang diberikan bapak kedai itu. Aku
merasa, tanpa pengetahuan secukupnya tentang orang-orang
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
kebiri, aku tidak memahamin sepenuhnya pula sedang terlibat
dengan persoalan macam apa.
Aku merayap dengan cepat seperti cicak ke gua tempatku
telah kehilangan jenazah bapak kedai itu, seperti bunglon
seluruh tampak tubuhku berubah-ubah mengikuti warna
dinding batu yang kurayapi. Tentu aku bisa melenting ke atas
saja meski hanya menjejak udara saja, tetapi perasaan was-
was bahwa aku mungkin saja terlihat dari kejauhan ternyata
lebih besar daripada ketepatan pertimbanganku. Betapapun,
Harimau Perang memang masih cukup jauh, tetapi pada
dasarnya aku harus waspada terhadap segala macam
kemungkinan. Kuingat juga ucapan bapak kedai itu, yang
mengingatkan bahwa di wilayah setelah Celah Dinding Berlian
terdapatlah Perguruan Kupu-kupu, yang meski tidak jelas
bagiku bagaimana caranya mereka mendapat kabar, tidak
akan mungkin membiarkan tewasnya Pendekar Kupu-kupu
dengan cara seperti itu berlalu tanpa pembalasan.
Mengingat segala kemungkinan itu, begitu tiba di dalam
gua, dan melihat cuaca semakin cerah, untuk mengganti
tidurku, aku segera melakukan Olah Gerak Lima Hewan yang
telah diajarkan kepadaku oleh para rahib Kuil Pengabdian
Sejati, yang juga mempelajarinya selama berguru di kuil-kuil
Kaum Dao di Negeri Atap Langit.
(Oo-dwkz-oO) KAUM Dao mengambil lima hewan sebagai contoh lima
olahgerak, dengan mengacu kepada gerakan-gerakannya demi
kepentingan penyembuhan. Artinya, meski aku tidak sakit,
kelelahan tubuh karena kurang tidur untuk sementara dapat
dipulihkan. Kusebut sementara, karena betapapun tidur yang
cukup adalah prasyarat kesehatan. Lima hewan yang
gerakannya diacu berasal dari kehidupan nyata maupun
dongeng. Itulah naga, harimau, beruang, rajawali, dan kera.
Dengan menirukan gerakan masing-masing yang tiada
duanya, seseorang dapat meringankan keadaan tidak
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
seimbang dalam tubuhnya, terutama lima alat tubuh utama
dan alat-alat tubuh lebih kecil yang terhubungkan kepadanya.
Kuingat kata-kata bhiksu pelatihku saat itu.
"Bagi siapa pun yang sehat, yang manapun dari Olahgerak
Lima Hewan ini dapat digunakan untuk memelihara tubuh dan
jiwa agar tetap berimbang. Jika terdapat masalah tertentu,
Buddha Pedang Dan Penyamun Terbang Naga Bumi Ii Karya Seno Gumira di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
dapat dipilih olahgerakmana yang paling mendekati
kebutuhan, sesuai penerapan pemikiran Dao tentang Hukum
Ibu dan Anak. "Adapun Hukum Ibu dan Anak, seperti diterapkan terhadap
tubuh manusia, dilakukan berdasarkan persentuhan kelima
unsurnya. Setiap unsur adalah Ibu dari unsur yang
menggantikannya, dan pada waktu yang sama adalah Anak
dari unsur mendahuluinya dalam lingkaran perjalanan,
menggambarkan terdapatnya aliran daya pada seluruh unsur.
"KETIKA daya beredar di seluruh tubuh, terlintasi setiap
anggota tubuh dan isi perut dalam lingkaran perjalanan yang
jelas. Setiap anggota tubuh atau isi perut adalah Ibu dari alat
tubuh atau isi perut yang menggantikannya dalam perjalanan
berkelilingnya itu. Gejala ini didasarkan kepada Praduga Lima
Unsur, seperti paru-paru mendukung ginjal, maka paru-paru
menjadi Ibu bagi ginjal, ketika terjadi kekurangan daya dalam
ginjal pada kedudukan sebagai Anak, maka menurut Hukum
Ibu dan Anak, merangsang daya paru-paru sebagai Ibu
dengan Olahgerak Rajawali akan menghasilkan peningkatan
daya dengan sendirinya dalam ginjal."
Sampai di sini aku berhenti karena tiba-tiba badanku
menjadi lumpuh kesemutan dan dalam sekejap aku tidak
sadarkan diri. Kemudian segalanya kembali. Aku dilontarkan
angin, tetapi aku merasa terhisap oleh suatu daya yang luar
biasa. Apakah yang harus kulakukan" Pantulan cahaya serba
terang yang sangat menyilaukan membuat aku semakin tidak
dapat berpikir. Celah Dinding Berlian yang cahayanya dari jauh
tampak lembut karena cahaya yang dipantulkannya adalah
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
cahaya keperakan rembulan, ketika mendadak begini dekat
ternyata menjadi sangat cemerlang, begitu berkilauannya
sehingga membutakan. Jika dalam kebutaan bermakna gelap
dapat kukerahkan ilmu pendengaran Mendengar Semut
Berbisik di Dalam Liang yang akan menampilkan garis-garis
cahaya kehijauan dalam keterpejaman, maka dalam kebutaan
bermakna terang seperti kesilauan garis-garis cahaya
kehijauan dalam keterpejaman menjadi tidak kelihatan. Dalam
keterpejamanku hanya terdapat cahaya berkilau-kilauan, yang
justru membuatku tenggelam dalam kebutaan.
Demikianlah peristiwa ini berlangsung cepat sekali, begitu
cepatnya, sehingga lebih cepat dari pikiran. Aku merasa diriku
lenyap di telan cahaya dan hanya cahaya. Kilas-kilas cahaya
berkelebat menelan dan menggulungku, mengunyah dan
meremukkan diriku. Aku tak bertulang, aku tak berdaging,
rasanya diriku tiada bertubuh. Aku menjadi cahaya dan hanya
cahaya, tetapi tetap diriku, ditelan cahaya demi cahaya...
Darah melepaskan diri dari tubuh, juga daging dan tulang
saling berpisah, anggota badan terpencar-pencar, jangan
dikatakan lagi mata, hidung, lidah, telinga, rambut, usus,
ginjal, limpa, dan entah apa lagi...
Ke mana diriku. Ke mana diriku. Ke mana diriku.
Aku hanya cahaya tanpa mata sehingga tidak bisa melihat
apa-apa. (Oo-dwkz-oO) AKU seperti hidup di dalam mimpi. Namun jika setiap mimpi
datang dari dalam diri, apakah makna mimpiku kali ini"
Aku adalah bayi dalam buaian. Tenang dan tenteram dalam
tatapan mata terindah yang memang begitu indahnya
sehingga tiada dapat dirumuskan. Mata yang indah dan suara
yang merdu... Tak kutahu betapa itu terdapat dalam diriku.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Semula hanya sosok baur yang selalu bergerak,
merengkuhku dalam jaminan kehangatan yang menenteramkan, sosok baur kekelabuan yang setiap kali
mengendap ketika diriku menangis dalam keterasingan
memberikan keakraban dan keteduhan.
Mengapa begitu jauh segala kedamaian itu kini, ketika
kutempuh jalan menuju kesempurnaan, yang ternyata begitu
sepi dan sunyi, karena siapa pun yang bertujuan sama harus
disingkirkan" Jika kesempurnaan hanya memberi tempat bagi
satu manusia sempurna, berapa banyakkah manusia harus
menjadi korban sepanjang jalan persilatan dalam perebutan
tempat di puncak kesempurnaan itu"
Tangisan itu tidak pernah pergi dariku. Setiap kali aku
merasa terasing, sendirian, dan ditinggalkan, aku menangis,
dan setiap kali menangis sosok kelabu itu selalu datang lagi
dan datang lagi.
Tangisan itu selalu datang lagi kemudian, ketika sosok
kelabu itu berganti tiba-tiba, menjadi sosok kelabu lain, yang
juga mendekapku setiap kali perasaan terasing yang
mengilukan itu tiba, yang juga mendekap dan menghangatiku,
sangat amat menyayangiku, bagaikan masih terasa olehku
belaiannya yang begitu lembut dan sungguh meneduhkan
itu... Namun aku kemudian diberi pelajaran agar membiasakan
diri dengan keterasingan dan kesendirian itu.
"Dikau tidak harus menjadi seorang pendekar, Anakku,
meski segenap ilmu silat yang kami miliki juga telah menjadi
milikmu, tetapi sekali dikau menempuh jalan persilatan,
Anakku, ketahuilah betapa itu merupakan jalan yang sangat
sepi, karena dikau akan selalu berjalan sendiri. Dikau hanya
akan dicari oleh lawan yang akan menantangmu bertarung
dan membunuhmu pada kesempatan pertama, dan karena itu
dikau harus membunuhnya sehingga dikau akan selalu
berjalan dalam sepi. Begitulah akan selalu terjadi sampai
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
suatu ketika seorang pendekar mengalahkanmu. Namun tak
dapat kami bayangkan ilmu s ilat macam apa yang akan dapat
mengalahkan dirimu, Anakku, apabila telah dikau pelajari
segala kitab ilmu silat yang juga telah kami pelajari...."
Demikian pula kini aku merasa sendiri, melayang-layang
sendiri dalam dunia kelabu masa laluku yang tak pernah
kuketahui meski kualami.
BAGAIMANAKAH kenangan bisa datang seketika dengan
begitu nyata dan hilang lagi dengan begitu cepatnya"
Sebenarnyalah harus ku-katakan betapa kenyataan dan
bayangan itu begitu tipis batasnya, sehingga terlalu sering
bertukar tempat tanpa terasa. Kucari lagi keseim-banganku
dan kujalani saja olah gerak itu.
Dalam Olah Gerak Rajawali, terta-ngani dua anggota tubuh
dalam satu olah gerakan. Selain menjaga daya tahan dan
keseimbangan ang-gota tubuh, olah gerak ini juga secara
mangkus mele-nyapkan ketegangan, perasaan tertekan,
kemarahan, dan kegelisahan. Menurut pemikiran Dao,
perasaan tertekan dan ketegangan adalah musuh-musuh
kesehatan yang paling mengikis jaringan anggota tubuh.
Mereka yang me-nyetujui pemikiran Dao yakin, segenap
masalah kesehatan dapat di-telusuri ke arah perasaan
tertekan dan ketegangan. Meskipun sudah me-nelan makanan
dan obat yang terbaik, perasaan tertekan dan kete-gangan
dapat membahayakan kerja alat-alat tubuh, yakni membuat
zat gizi yang sangat diperlukan untuk perbaikan bagian-bagian
terkecil pembentuk tubuh menjadi tidak terserap.
Tentu peranan daya pembayangan yang tepat sangat
penting dalam olah gerak dari kelima binatang itu masing-
masing. Jika pikiran begitu nyata, sama nyata dengan
keberada-an suatu benda padat, maka keduanya adalah sama,
yakni ujud suatu daya. Maka pembayangan menjadi penting
untuk menyatukan jiwa dan raga, agar bekerja bersama
sebagai sesuatu yang utuh.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
''Bisakah kiranya dibayangkan bagaimana gambaran seekor
bina-tang tertentu dileburkan dengan gambaran tubuh
seseorang akan memperkuat tubuh dan jiwamu"''
Kuingat waktu itu bhiksu kepala mengujiku di ruang teratas
pagoda tingkat tujuh, dan ketika aku belum menjawab, ia pun
melanjutkan. ''Jika seseorang melakukan olah gerak, pikirannya harus
dipusatkan kepada gambaran binatang-binatang itu, dan olah
gerak itu harus dihentikan begitu pikiran mengembara ke
mana-mana. Peniruan gerakan bi-natang juga harus mengalir
bebas. ''Dalam olah gerak binatang jangan salah satu binatang
ditirukan berlebihan dari yang lain, karena de-ngan
mengarahkan perhatian hanya kepada Olah Gerak Rajawali
saja misalnya, yakni logam, maka kerja hati yang terandaikan
sebagai kayu akan terkurangi. Namun jika kegiat-an hati ini
jadi berlebihan, akan dapat ditenangkan oleh Olah Gerak Ra-
jawali. ''Kata kuncinya adalah keseim-bangan,'' demikian bhiksu
kepala me-nutup pengantarnya.
Kulihat di luar gua cahaya matahari berjuang memudarkan
kabut. Angin membawa kabut melewati gua, sehingga
pemandangan di ke-jauhan kadang tampak dan kadang
menghilang. Namun dari kedudukan gua yang sangat bagus
untuk mela-kukan pengawasan ini, masih dapat kulihat
Harimau Perang di atas ku-danya menyusuri jalan sempit di
pinggang tebing raksasa menjulang diikuti dua belas kuda
tanpa penunggang. Betapapun mahirnya ia berkuda, ia tidak
akan tiba dengan segera di Celah Dinding Berlian.
Aku pun berdiri, menarik napas da-lam-dalam, mengembuskannya kembali perlahan-lahan, dan memulainya
dengan Olah Gerak Naga.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Sejak masa yang purba di Negeri Atap Langit, naga adalah
makhluk do--ngeng yang menggambarkan yang dari daya
cipta dengan cahaya ha-lilin-tar dan ledakan guntur.
Adalah Iblis Suci Peremuk Tulang yang menjelaskan
kepadaku. ''Naga terbang selalu dilukiskan bersama dengan hujan,
angin, mega-mega, dan kilat yang berkeredap. Gam-baran ini
hanya demi pribadi Maharaja, Sang Putra Langit, karena naga
mewa-kili gambaran atas kearifan, kekuasaan, dan kemangkusan berma-sya-rakat yang tinggi.
''Tujuan Olah Gerak Naga adalah untuk membangkitkan
sifat naga ke dalam tubuh dan jiwa. Olah Gerak ini memberi
pengaruh dalam menanggulangi rasa tertekan, kemarahan,
ke-bencian, dan segenap kegelisahan yang disebabkan
sulitnya menghadapi permusuhan.''
Lantas kuingat Iblis Suci Peremuk T ulang itu berpuisi.
naga terbang menembus langit
bebas dari segala
persoalan dunia DALAM naskah-naskah tua Kaum Dao, Olah Gerak Naga ini
muncul dengan nama-nama lain. Ternyata itu dimaksudkan
agar orang awam tidak bergolak setelah membacanya, karena
kemungkinan untuk menganggap diri sebagai naga dikhawatirkan membuat mereka berontak, dan berpikir untuk
menggulingkan kekuasaan. Tidak kurang dari Maharaja yang
melarang penggambaran diri sebagai naga ini.
"Karena naga mewakili unsur api," ujar Iblis Suci Peremuk
Tulang, "maka akibat ketubuhan dalam olah geraknya adalah
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
keseimbangan jantung, pembuluh darah, dan penyerapan
dalam usus kecil."
Seperti apakah naga yang tergambar itu" Dalam hal diriku,
segera terbayang naga dengan mata menyala, mulut terbuka
dengan taring-taringnya, sisik-sisik zamrud berkilauan, ekor
melingkar, cakar terbuka memperlihatkan kuku-kuku panjang.
Dikatakan aku harus mengangkat kaki, mengambil sikap
dan sifat naga. Tangan menjadi cakar, sebuah lengan dengan
cakar ke atas, dan turunkan lengan lain dengan cakar ke atas.
Ini bukan sikap yang dipaksakan, dalam derajat tertentu
ungkapan dibebaskan selama memenuhi gambaran. Sikap ini
harus dipertahankan sebisanya tanpa ketegangan, dan terus
diulang selama merasa nyaman. Dalam olahgerak, kesatuan
raga dan sukma adalah yang terpenting, karena itu saat
gambaran memudar dan pikiran berjalan-jalan mesti segera
berhenti untuk mulai kembali. Hanya raga dan sukma itu
menyatu maka daya-daya olah gerak binatang ini akan
bekerja. Begitulah olah gerak ini sama sekali tidak bergerak, tetapi
menggerakkan suatu daya. Aku terus memperagakannya,
sampai berganti kepada Olah Gerak Harimau. Terngiang
kembali kata-kata Iblis Suci Peremuk Tulang tentang Olah
Gerak Harimau ini.
"Jika naga melambangkan maharaja, maka harimau
mewakili panglima. Seorang pemimpin balatentara dengan
cita-cita, pengetahuan, kekuasaan, dan kemangkusan raga
yang melindungi tahta kemaharajaan, serta melaksanakan
kehendak maharaja.
"Padanan harimau adalah unsur kayu, jadi Olah Gerak
Harimau memengaruhi hati dan syaraf. Kaum Dao meyakini
bahwa bangunan syaraf bagaikan tanaman dalam wadah
tembikar yang bertunas dari hati.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Olah Gerak Harimau berguna untuk mengatasi keadaan
jiwa yang merugikan karena kegelisahan atau permusuhan,
keadaan tanpa guna, dan tanpa kehendak. Keadaan jiwa yang
Buddha Pedang Dan Penyamun Terbang Naga Bumi Ii Karya Seno Gumira di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
merugikan ini berasal dari tidak seimbangnya penyerapan
makanan ke dalam darah, karena gangguan kerja hati.
"Olah Gerak ini dianjurkan untuk memunahkan akibat
racun, menenangkan syaraf yang meradang, menyeimbangkan kerja kandung empedu, juga untuk
memunahkan racun dari otak dan bagian-bagian terkecil
tubuh. "Harimau menggunakan tenaganya dalam kemampuan
untuk menangkap sesuatu untuk melompati dan menerkamnya. Sikap harimau adalah tiruan dari gerak
melompat ini."
Lantas kuingat bagaimana Iblis Suci Peremuk Tulang
memperagakannya. Melompat tapi tidak melompat. Diam di
tempat dalam kedudukan harimau siap menerkam. Bergerak
tapi tidak bergerak. Maka gerak apakah kiranya yang diolah"
Berbeda dengan jurus-jurus ilmu silat yang merujuk gerak-
gerik pertarungan binatang, yang kemudian menjadi
rangkaian gerak, maka olah gerak tidak berurusan dengan
gerak melainkan daya-daya dalam tubuh, yang akan bergerak
justru ketika tubuh sama sekali tidak bergerak.
Aku pun berdiri tegak. Bernapas beberapa kali dalam-dalam
sambil membayangkan diri sebagai harimau. Maka dalam
pembayanganku tubuhku sedikit demi sedikit berubah menjadi
tubuh harimau. Mulai kaki, merayap ke betis, paha, sampai ke
pinggang berubah bentuk, memunculkan cakar, keluar bulu,
dari pinggang ke dada, merayapi kedua tangan, memunculkan
cakar lagi, sampai mengubah kepalaku menjadi kepala
harimau dengan mulut menyeringai.
Aku terkejut mendengar raunganku sendiri. Maka buyarlah
pembayangan dan aku harus memulainya lagi. Setelah
pembayangan memunculkan gambaran lengkap, bahkan
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
memunculkan pula ekor harimau dari tulang ekorku, kutekuk
lutut sedikit dan berdiri di atas tumit sambil menggapai-
gapaikan tangan hingga lurus. Cakar tetap mengarah ke
bawah, seperti berusaha menggapai sesuatu.
Aku bertahan selama mungkin dalam kedudukan ini,
sampai gambaran harimau dalam pembayanganku mengabur
dan memudar, untuk setiap kali mengulanginya lagi.
HARUS kuceritakan bahwa ada kalanya aku berhenti bukan
karena gambaran harimau itu memudar, sebaliknya justru
karena pembayangan itu merasuk semakin nyata, begitu rupa
sehingga tidak bisa tinggal tenang seperti harimau yang tegak
diam bertapa, melainkan sebagai harimau yang siap melompat
untuk memangsa!
Itulah yang membuat aku mengerti, mengapa maharaja
masa lalu mengkhawatirkan orang banyak merasa dirinya
sebagai naga, dan ingin menguasai segalanya, karena dalam
pikirannya tentu hanya maharaja yang boleh berkuasa.
Maka aku berhenti tidak selalu karena gambaran yang
memudar, melainkan justru pembayangan yang berpeluang
merasuk jadi kenyataan dan tidak bisa dipisahkan batasnya
lagi, yang tidak akan berhenti sebagai olah gerak demi
keseimbangan sukma raga semata.
Agaknya inilah yang dimaksud bhiksu kepala betapa
keseimbangan adalah kuncinya. Aku harus segera berpindah
kepada Olah Gerak Beruang jika tidak ingin jiwa harimau itu
meragasukma ke dalam diriku.
"Beruang adalah binatang yang kuat, tetapi sangat suka
menikmati kesenangan dunia," ujar Iblis Suci Peremuk T ulang
waktu itu, "enak makan, enak tidur, berkeluyuran perlahan-
lahan, agak malas, dan kurang bergairah."
Terus terang aku belum pernah me lihat beruang. Namun
setidaknya aku tahu bagaimana para bhiksu penjaga
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
keamanan di Kuil Pengabdian Sejati memperagakannya jika
mereka melakukan Olah Gerak Beruang.
"Sebetulnya beruang dibiarkan dan tidak diganggu, karena
memang dianggap memiliki kekuatan, keberanian, dan
kegagahan untuk menghadapi lawan. Beruang mewakili
mereka yang mencapai derajat kemudahan raga dan harta
benda yang tinggi. Mereka melambangkan para pemimpin
dalam perdagangan, dan mengatur perdagangannya dari
suatu rumah besar yang menjadi pusat pengendalian segala
urusan. "Olah Gerak Beruang dianjurkan untuk menunjang kerja
berpikir, membantu penyusunan rancang bangun gagasan,
dan secara berangsur membangkitkan ketegasan ketika
memutuskan. Beruang diandaikan sebagai unsur bumi,
olahgerak ini mempengaruhi keberadaan zat (enzima) dari
limpa kecil atau kelenjar ludah perut, dan bekerjanya otot
perut. Olah gerak ini juga dianjurkan jika untuk percernaan
yang buruk (hiper dan hipoglikemia), maupun sakit kencing
manis. "Tenaga dan kekuatan beruang menjadi jelas ketika ia
berdiri, dan berjalan pada tungkai belakangnya. Dalam
kedudukan ini, raga beruang yang paling menonjol, yakni
perutnya, tampak jelas, karena menyodok ke depan dan
menghalanginya berjalan tegak."
Maka meskipun belum pernah melihat beruang, aku dapat
mengawali Olah Gerak Beruang ini dengan berdiri tegak,
menarik napas dan melakukan pembayangan sebagai beruang
melalui beruang madu kecil yang terdapat di Javadvipa saja.
Dengan kedua tungkai yang kaku, perut menonjol keluar,
lengan condong ke depan, aku berjalan maju perlahan-lahan.
Segera kurasakan gerakan perut maupun rangsangan sekitar
limpa kecil atau kelenjar ludah perut itu. Untuk beberapa saat,
aku berjalan di dalam gua dengan cara ini, mungkin seperti
beruang dalam guanya sendiri.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Angin masih bertiup dingin, membawa burung-burung
elang yang meluncur tanpa mengepak sama sekali. Maka pada
akhir Olah Gerak Beruang, dalam pembayanganku aku
langsung beralih rupa menjadi rajawali. Jadi kaki beruangku
langsung berubah menjadi cakar rajawali, tetapi rajawali yang
terbang diam tanpa mengepak dalam keheningan.
Menurut Kaum Dao, rajawali terbang me lambangkan jiwa
bersifat dewasa, yakni keheningan, ketenangan, dan
ketakterlihatan. Rajawali adalah pemburu ulung, membubung
tinggi tanpa tenaga, matanya tajam dan waspada terhadap
lekuk liku daratan terbentang di bawahnya. Kecerdasan,
kewaspadaan, dan ketenangan adalah sifat yang diperlihatkan
ketika rajawali berburu.
Teringat kembali petunjuk Iblis Suci Peremuk Tulang.
"Rajawali diandaikan sebagai unsur logam, maka Olah
Gerak Rajawali merangsang paru-paru, kulit, dan usus besar.
Olah Gerak ini berguna untuk mengatasi kemurungan jiwa,
putus harapan, dan perasaan tertekan, yang disebabkan
maupun menyebabkan sakit paru-paru. Olah Gerak ini
dianjurkan untuk mengobati busung angin pada penyakit
paru-paru maupun masalah pada kulit."
Aku teringat, bhiksu kepala Kuil Pengabdian Sejati
menyatakan kepadaku, "Bagi Kaum Dao kulit adalah paru-paru
ketiga." ''KEDUA sayap terbentang tanpa tenaga yang membuatnya
bertahan pada ketinggian adalah ciri rajawali,'' sambung Iblis
Suci Peremuk Tulang lagi, ''ingatlah, ketika rajawali terbang,
matanya terbuka dan melihat segalanya.''
Aku mulai dengan berdiri dan diam. Bernapas dalam-dalam
dengan pembayangan seutuhnya sebagai rajawali melayang
tenang. Setelah itu aku berjalan perlahan dengan kedua
tangan terentang miring ke samping; atau dengan kedua
tangan saling menggenggam kendur di belakang. Sambil
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
berjalan terus berlangsung pembayangan diri sebagai rajawali,
melayang tanpa tenaga pada kebiruan langit, tak tersentuh,
agung seperti dewa. T ubuhku tenang tetapi pikiran dan mata
tajam waspada, memperhatikan segala tanpa terpusat kepada
suatu benda. Selama pikiranku tidak terpecah, aku dapat terus
melakukannya, tetapi begitu teralihkan harus memulainya lagi.
Aku berada di tepi gua, di tempat udara terbuka sebagaimana
dianjurkan dalam catatan tentang Olah Gerak Rajawali.
Begitulah berlangsung sampai dari balik kabut nun jauh di
bawah terdengar suara-suara jeritan dan cerecek yang sangat
kukenal, sehingga berhasil menarik perhatian dari sang
rajawali dalam pembayanganku.
Itulah jeritan dan cerecek kera, karena di balik kabut
agaknya terdapat hutan, yang juga berarti mengalihkanku
kepada olah gerak terakhir dari Olah Gerak Lima Binatang,
yakni Olah Gerak Kera.
Menurut Kaum Dao lama, kera melambangkan kegiatan,
keingintahuan, dan kemauan bebas tanpa batas. Kera selalu
bergerak, apakah ia di atas tanah, berayun di pepohonan,
atau melompat ke sana kemari, tidak dibatasi peraturan apa
pun. Iblis Suci Peremuk Tulang menyatakan, ''Kera diandaikan
sebagai air, karenanya Olah Gerak Kera merangsang kerja
ginjal dan kandung kemih. Olah Gerak ini dianjurkan kepada
mereka yang terbatasi oleh ketidakbebasan. Bagi Kaum Dao,
kemauan yang keras berpusat pada ginjal. Maka Olah Gerak
Kera dianjurkan juga untuk masalah pada ginjal, kandung
kemih, dan saluran kemih.
''Sebagai ujud kemauan bebas, kera menjadi sumber
gagasan olah gerak berbentuk bebas dalam arti sebebas-
bebasnya. Sebaiknya dikau me lakukan olah gerak ini sendiri
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
dan betul-betul sendiri, karena kehadiran siapa pun akan
sangat amat mengganggu.''
Seperti diperagakan oleh seorang bhiksu waktu itu, aku
mulai dengan berdiri meski dapat juga dimulai dengan duduk.
Kutarik napas dalam-dalam dan mengembuskan kembali,
demikian berkali-kali, sembari melakukan pembayangan diri
sebagai kera. Ketika gambaran kera itu menjadi lengkap,
kulepaskan segenap busana yang membungkus tubuhku, juga
kulepaskan alas kakiku yang belum juga berganti semenjak
kukenakan dari tanah orang-orang Khmer itu.
Aku duduk di lantai gua, meringkukkan badan di atas batu,
melompat ke sana-sini, berlanting turun naik, bergantung
terbalik pada sela-sela tonjolan di atas gua, bergantungan
satu lengan. Pada dasarnya aku bisa dan boleh melakukan
gerak apa pun, selama melakukannya tanpa ketegangan dan
tidak kehabisan tenaga. Kurasakan betapa Olah Gerak Kera ini
memang paling memberi keriangan. Olah Gerak Kera ini
memang sepenuhnya bebas, semua gerak dan tindakan
menerjemahkan perasaan sesaat tepat pada saat timbulnya itu
juga. Demikianlah Olah Gerak Kera ini bisa meledak-ledak
seperti kera mengungkap perasaan dengan meloncat-loncat
dan bergelantungan di atas dahan, bisa pula menggesekkan
tubuh pada dinding atau menggaruk diri sendiri, terutama di
sekitar ginjal.
Tanpa terasa aku terus bergerak seperti kera gila sampai
keluar gua dan mengambang di udara sebelum kembali masuk
dan keluar lagi dan seterusnya. Kemudian, dengan telanjang
bulat tanpa busana seperti itu rupanya aku juga telah
menjerit-jerit dan mencerecek seperti kera dengan riang
gembira. Telah kuceritakan bahwa gua ini merupakan sebuah ceruk
yang dalam pada ketinggian di lapisan keras Celah Dinding
Berlian. Namun aku bisa memperlakukan dinding tegak lurus
menjulang ke atas, yang makin lama makin menyilaukan
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
karena pantulan cahaya pagi yang menembus kabut itu,
seolah sebagai lantai di bumi saja ketika aku duduk, tidur-
tiduran, meringkuk, meloncat dan melompat-lompat, dan
berlari-lari kian kemari dalam kemiringan tubuhku. Siapa pun
yang melihatku tentu akan bertanya-tanya kenapa aku tidak
jatuh, tetapi dengan napas yang terolah berdasarkan
penggabungan segala gerak ini, aku dapat memanfaatkan
daya dalam gaya tarik bumi yang mengikuti putaran matahari
itu untuk membuatku juga ikut berputar dan tidak jatuh,
meskipun aku tak hanya berputar tetapi juga menari-nari.
Pagi cerah dan cahaya matahari kekuningan menembus
kabut. Aku sudah berlari nun jauh dari gua dan masih tanpa
busana, berlari-lari dan meloncat-loncat dengan punggung
dan kaki setengah menekuk seperti kera, pada dinding tegak
lurus yang kalau dilihat dari bawah tentu saja miring, ketika
titian-titian cahaya yang dibentuk matahari menembus sisa-
sisa kabut itu ternyata membawa mereka yang datang
membalas dendam dari Perguruan Kupu-kupu!
MEREKA datang bersama cahaya kekuningan matahari,
mirip dengan kedatangan Pendekar Kupu-kupu, bedanya kini
bukan kupu-kupu beracun yang berdatangan di atas lapangan,
melainkan para murid Perguruan Kupu-kupu yang bukan alang
kepalang banyaknya berselancar di atas titian-titian cahaya
yang mendadak memenuhi langit dan langsung menyerbuku
dengan serentak dan seketika. Mereka datang berturut-turut
seperti manusia-manusia kembar yang berselancar di atas
cahaya untuk segera menyebar, mengepung, dan menyerang
dengan Jurus Impian Kupu-Kupu yang sungguh membingungkan itu.
Bukan hanya sepuluh, lima puluh, atau seratus. Kuhitung
secepat kilat, tak kurang dari seribu manusia bersenjata, yang
begitu lepas dan melenting dari titian cahaya tampak ringan
seperti kapas yang turun pelahan, tapi hanya sejenak,
bagaikan sekadar untuk dilihat, karena sebentar kemudian
Buddha Pedang Dan Penyamun Terbang Naga Bumi Ii Karya Seno Gumira di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
mereka sudah berkelebatan dengan hanya satu tujuan, yakni
membunuhku! (Oo-dwkz-oO) Episode 167: [Jurus Naga Meringkuk di Dalam Telur]
Dengan Jurus Impian Kupu-kupu yang mendasarkan dirinya
kepada pengolahan filsafat Zhuangzi yang paling dikenal:
Apakah aku Zhuangzi yang bermimpi menjadi kupu-kupu,
ataukah aku kupu-kupu yang bermimpi menjadi Zhuangzi"
Para murid Perguruan Kupu-kupu tanpa membuang waktu
langsung menyerang tanpa tantangan dan peringatan.
Namun jika perguruan ini memilih untuk datang
menyerangku, dan tidak menunggu diriku meninggalkan Celah
Dinding Berlian untuk me lewati wilayah mereka, tentulah
terdapat sesuatu yang mereka andalkan, lebih daripada yang
diandalkan murid uta-ma mereka, yakni Pendekar Kupu-kupu.
Begitulah mereka berkelebatan dengan kecepatan cahaya,
yang membuatku hanya bisa mengatasinya dengan Jurus
Tanpa Bentuk, yang sebenarnyalah hanya bisa kugunakan jika
sekali lagi memecahkan persoalan filsafatnya. Padahal jelas
dengan kedudukan penyerangan seribu orang yang datang
berselancar melalui titian-titian cahaya, dengan lebih dari satu
jenis senjata, dasar filsafat mereka, meski masih mengacu
kepada Zhuangzi, pastilah telah berkembang pula. Jurus
Impian Kupu-kupu dalam permainan satu orang tentu berbeda
dibanding penerapannya dalam serbuan seribu orang di atas
langit Celah Dinding Berlian yang berkilauan.
Namun kecepatan cahaya rupanya bisa mengimbangi
bahkan melebihi kecepatan pikiran. Maka jangankan
memecahkan persoalan filsafat, karena bahkan mengingat
kembali ujaran-ujaran Zhuangzi pun adalah persoalan bagiku.
Bukan sekadar karena bahasa Negeri Atap Langit yang
kukuasai sangat terbatas, tetapi terdapat kekaburan antara
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
ujaran-ujaran Zhuangzi sendiri maupun ujaran-ujaran orang
lain tentang Zhuangzi dalam Kitab Zhuangzi. Perguruan ini
bisa menggunakan hanya ujaran Zhuangzi, tetapi bisa juga
mempelajari segala sesuatu yang berhubungan dengan
Zhuang-zi. Dalam Kitab Zhuangzi juga dikatakan:
terdapat batas bagi kehidupan kita,
tetapi tiada batas bagi pengetahuan.
dengan apa yang terbatas
untuk dikejar, setelah apa yang takterbatas
adalah sesuatu yang berbahaya;
dan setelah mengetahuinya,
kita masih berusaha
mengembangkan pengetahuan kita,
bahaya itu tidak dapat dihindari.
jangan melakukan yang baik
dengan pikiran menjadi terkenal,
atau yang jahat
dengan perkiraan demi hukuman:
berhubungan dengan Pusat Semesta
adalah cara yang wajar
untuk menjaga tubuh, memelihara kehidupan,
merawat harapan orangtua,
dan melengkapi jatah kehidupan kita
Ini berarti aku tidak bisa sekadar memegang pendekatanku
terhadap Jurus Impian Kupu-kupu seperti yang diperlihatkan
Pendekar Kupu-kupu, meskipun tahu betapa filsafat keraguan
merupakan pemikiran yang tidak akan ditinggalkan: Manusia
atau kupu-kupu" Cahaya atau bayangan" Namun aku tidak
bisa berpikir terlalu lama. Menghadapi seribu sosok yang
berkelebat menyerang dari segala jurusan, dalam keadaan
tanpa busana di udara terbuka karena masih memberlangsungkan Olahgerak Kera ketika mendadak
diserang, secara naluriah kutekuk kedua kaki sampai kedua
paha menempel dada, dan kupeluk kedua lututku dengan
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
kedua lengan, rapat erat bagai mulut yang terbungkam,
sehingga diriku bagaikan bongkahan batu yang melayang-
layang. Lantas sementara melayang-layang kian kemari
menghindari sambaran senjata berkelebatan, kuputar-putar
diriku dengan begitu cepatnya, yang membuat setiap usaha
menatapku dengan tegas akan mengalami kegagalan.
Itulah Jurus Naga Meringkuk di Dalam T elur yang baru kali
pertama kugunakan. Meskipun langit penuh tarian maut dari
cahaya berkelebatan, dan segalanya tiada dapat diikuti mata
orang awam, bagiku semuanya tetap jelas karena kecepatan
kutingkatkan berdasarkan pemahaman. Sebenarnyalah jika
bergerak dalam kecepatan cahaya tubuh manusia akan hancur
lebur berantakan, karena itulah ilmu silat menerjemahkan
dirinya dalam kesusastraan, agar pengertian dapat disampaikan dalam pembahasaan. Demikianlah kelebat dalam
kecepatan cahaya para murid Perguruan Kupu-kupu yang
penuh hawa pembunuhan bagaikan keindahan gerak kupu-
kupu bagiku, itu pun yang geraknya dilambatkan. Menjadi
jelas sekarang, betapa mereka manfaatkan suatu jurus tipuan
dalam pembayangan.
Wajahku terbenam di balik lututku, segala senjata
memapas, membacok, dan membabat di atas di bawah di
samping kiri dan kananku, karena dalam Jurus Naga
Meringkuk di Dalam Telur ini segenap daya serangan justru
terubahkan menjadi daya penghindaran. Jadi serangan macam
apapun, selama terdapat daya dalam kandungannya, hanya
membuat diriku yang telah menjadi gumpalan berputar-putar
dan melayang-layang dalam penghindaran seribu bacokan dari
segala jurusan akan terselamatkan. Dalam kecepatanku,
kulihat mereka bergerak dalam tarian lamban. Segera terlihat
jurus tipuan yang membuat seribu orang menjadi dua ribu
orang. Memang jumlah itu tidak pernah bertambah, tetapi
pada saat mendekatiku dari setiap sosok muncul sosok
kembaran, yang akan membabat bersamaan, dan jika
mengenai sasaran tetap mengakibatkan kematian.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Begitulah aku melayang-layang bagai gumpalan batu di
langit di antara seribu orang yang berkelebatan. Setiap kali
dibacok aku melenting dalam putaran, justru karena terdorong
angin serangan. Para murid Perguruan Kupu-kupu telah
menggunakan ilmu meringankan tubuh yang sangat tinggi,
sehingga mereka bisa mengarahkan tubuhnya ke mana-mana
tanpa menjejak apapun lagi, begitu ringan seperti kupu-kupu.
Pagi semakin menguning, kabut menipis, pantulan cahaya
matahari dari dinding raksasa yang berkilauan seperti berlian
itu lambat laun menghadirkan keadaan serba menyilaukan,
sehingga pandangan mata tiada lagi bisa diandalkan.
Dalam pengamatan aku bertanya-tanya, setelah pendekar
utama mereka terkalahkan oleh Jurus Naga Kembar Tujuh,
jurus apalagikah kiranya yang masih akan mereka keluarkan"
Jika filsafat Zhuangzi bisa terkembangkan menjadi Kitab
Zhuangzi, mengapa pula Jurus Impian Kupu-kupu tidak bisa
berkembang menjadi sesuatu yang sangat berbeda" Jurus
Naga Meringkuk di Dalam Telur memang sangat kuperlukan
untuk menyelamatkan, tetapi apakah kiranya yang bisa
kulakukan untuk menyelesaikan pertarungan. Aku merasa
curiga karena sampai saat ini serangan mereka dapat
kuhindarkan dengan terlalu mudah.
Pengertianku tentang yang mudah ini tentu saja bisa salah,
karena dalam salah satu perbincangan Kitab Zhuangzi
disebutkan istilah memiliki bukan pengetahuan, sehingga
orang yang berani sebetulnya bukan berani, melainkan tidak
mengetahui adanya rasa takut. Para pembahasnya memang
menunjuk ini sebagai ketidakmampuan membedakan antara
yang begitu pintarnya sehingga bersikap segala sesuatu tidak
ada bedanya, dengan mereka yang tidak tahu menahu betapa
segala sesuatu itu memang berbeda. Namun bukankah
dengan begitu bisa saja keadaan ini diciptakan untuk
menciptakan kekaburan"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
SALAH seorang di antara mereka kemudian mendekati,
tetapi tidak se-gera menyerangku, dan keadaan se-ma-cam ini
justru menyulitkan di-riku, ka-rena dengan perputaran tubuh
yang le-bih cepat dari cepat seperti ini, sikap diam takbergerak
merupakan lawan yang lebih dari sulit untuk diatas i. Ku-ingat
ujaran dalam Kitab Zhuangzi tadi yang lebih sulit lagi untuk
dime-ngerti: dengan apa yang terbatas, untuk dikejar, setelah
apa yang takterbatas, ada-lah sesuatu yang berbahaya/ dan
setelah mengetahui-nya, kita masih berusaha me-ngem-
bangkan pengetahuan kita, bahaya itu tidak dapat dihindari.
Bahasa filsafat yang rumit seperti ini membuat aku tidak
bisa memecahkan masalah dengan cepat. Jadi mendadak
kuluncurkan dulu diriku jatuh seperti batu, yang membuat
mereka semua, seribu murid Perguru-an Kupu-kupu itu,
terpaksa berkelebat mengejar dengan serabutan. Bahkan ada
kalanya saling bertabrakan. Se-mentara aku berputar pelan,
masih da-lam Jurus Naga Meringkuk di Dalam Telur, meluncur
ke bawah sambil masih memeluk lu-tut-ku, menembus
segalanya langsung ke dasar jurang. Aku meluncur dari
tempat mega-mega tersangkut di puncak-puncak gunung batu
yang menjulang ke langit, jadi tentunya masih lama aku
sampai ke dasar jika memang terdapat dasar, tetapi
betapapun sebelum tiba di sana, persoalan itu sudah harus
kupecahkan, karena aku memang taktahu apakah di dasar
jurang itu terdapat sungai deras dan dalam yang
menyelamatkan, ataukah batu-batu besar yang keras dan
meruncing tajam.
Ujaran itu memberi kesempatan Jurus Impian Kupu-kupu
dikembangkan, tetapi tidak melebihi batas tertentu, sementara
akan membiarkan diriku mencapai batas-batasku, bah-kan
melebihinya, agar diriku berada dal-am keadaan yang tidak
bisa kukuasa i lagi.
Aku tahu kalimat dari Kitab Zhuang-zi itu dapat ditafsirkan
dengan segala cara, tetapi bagiku yang sedang meluncur ke
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
bawah seperti batu ini hanya itulah yang dapat kuingat. Be-ta-
pa-pun ujaran itu tidak memberi ke-pas-tian maupun
pemecahan apapun, ka--rena aku hanya bisa menghu-bung-
kan-nya dengan kemungkinan pe-ngem-bangan Jurus Impian
Kupu-kupu, tetapi bukan jurus-jurus yang telah dikembangkan
itu sendiri, yang sebetulnya belum digunakan kepadaku.
Aku pun sadar, mungkin aku hanya berpikir terlalu jauh!
Mungkin sebetulnya tidak berlangsung pengembangan
apapun. Mungkin ini hanya orang-orang marah yang
menyerbu serentak, karena murid utama mereka terbunuh
dengan tujuh pedang menancap pada tubuhnya, bahkan
mereka tidak me-nungguku melewati daerah mereka.
Jika memang demikian, mengapa aku harus membuang
waktu seperti ini" Masalahnya, bukankah aku me-mang
sebaiknya berhati-hati" Dalam ilmu silat, yang tampak lemah
belum tentu lemah, yang tampak kuat belum tentu kuat. Maka
apakah yang harus kulakukan"
Di kiri kanan dinding-dinding jurang yang gelap
berkelebatan. Aku sudah mencapai tempat cahaya taktembus
lagi. Kuangkat kepalaku sedikit dan para pengejarku masih
memburu dengan tangan yang memegang senjata terjulur
lurus ke depan. Mereka berlomba untuk menembusi tubuhku
dalam kesempatan pertama. Tepian jurang semakin rimbun
dan aku harus mengambil keputusan, karena tidak merasa
harus menunggu sampai tercebur ke sungai untuk
menyelesaikan persoalan.
Ujaran Zhuangzu jua merang-sangku untuk menghadapi
bahaya meski tiada kejelasan.
manusia yang bekerja di laut
tiada mengerut karena bertemu hiu dan paus
itulah keberanian nelayan
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
manusia yang bekerja di bumi
tiada jeri karena bertemu badak dan macan
itulah keberanian pemburu hutan
jika manusia melihat senjata tajam
membabat di depannya
dan melihat kematian sekadar jalan pulang
itulah keberanian seorang prajurit
Teringat kata-kata senjata tajam itu pun mataku terbuka.
Bukankah aku selalu penasaran untuk melihat bagaimana
senjata yang belum kukenal dima inkan" Betapapun karena
terlanjur menempuh jalan sungai telaga, setiap pertarungan
harus kuhadapi dengan riang.
TIDAK semua bisa dipikirkan dan dipecahkan sebelum
menghadapinya, kecenderunganku untuk selalu me-mikirkan
segala sesuatu sebelum ber-gerak dalam dunia persilatan
tidak se-lalu bisa dijalankan. Adakalanya biar-lah tubuh
bergerak dengan sendiri-nya menjawab setiap serangan.
Menghin-dar, menangkis, atau membalas serangan, biarlah
tubuh menjawabnya langsung tanpa pikiran seperti kehidupan
alam. Teringat ujaran dari Kitab Zhuangzi, inikah yang
dimaksud berhubungan dengan Pusat Semesta"
Namun aku tidak bisa berpikir lebih lama lagi. Mendadak
kuputar tubuh seribu kali lebih cepat hanya untuk melenting
kembali ke atas menyambut para pemburu. Seribu murid
Perguru-an Kupu-kupu yang memburuku itu tidak lagi berada
dalam kedudukan menge-pung seperti semula yang penuh
perhitungan. Setiap orang bagaikan ingin menjadi orang
pertama yang menghabisi aku dengan senjata mereka yang
bermacam-macam. Maka orang pertama yang terkejut karena
aku mendadak berada di hadapannya dengan kece-patan kilat
Buddha Pedang Dan Penyamun Terbang Naga Bumi Ii Karya Seno Gumira di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
segera kurebut senjatanya, lantas kutotok ja-lan darah di
tengkuk-nya, sehingga il-mu meringankan tubuhnya hilang be-
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
gitu saja, dan tubuhnya meluncur se-per-ti karung berisi batu-
batu berat ke bawah.
Terdengar gema teriakan panjang dari seseorang yang
sadar betapa tubuhnya akan menjadi begitu remuk dan
redam. Belum berakhir teriakannya aku sudah menghadapi
pemburu ke-dua. Sekilas kulihat senjata yang kurebut, meski
baru kali ini kulihat segera kuketahui cara menggunakannya.
Itulah yang dalam bahasa Negeri Atap Langit disebut hudie
shuang dao atau pedang kupu-kupu, tampaknya memang
dikembangkan secara tersen-diri oleh Perguruan Kupu-kupu.
Pe-dang itu sepanjang lengan manusia, merupakan dua
pedang dengan satu gagang, dengan pelindung bagi tangan
yang memegang. Menilik bentuknya, jelas pedang kupu-kupu
ini sangat berguna untuk mengunci dan merebut senjata
lawan, setidaknya melepas senjata dari pegangan penyerang.
Be-gitu dadao atau kelewang yang dipe-gang dua tangan
membabat dari atas bagai mau membelah tubuhku menjadi
dua dari kepala sampai ke bawah, se-gera kujaga dengan
pedang kupu-ku-pu ini dan dengan sekali putar saja langsung
berpindah ke tanganku. Jus-tru dengan tangan kiriku saja
kelewang itu membuat bekas tuannya terbelah menjadi dua
ketika meluncur ke bawah.
Demikianlah pertarungan ini sebetulnya berlangsung begitu
cepat sehingga tidak dapat dilihat mata orang biasa, tetapi
bagiku setiap gerakan mereka cukup lamban untuk setiap kali
dapat kutangkis senjatanya yang bermacam-macam itu
dengan pedang kupu-kupu di tangan kananku yang mengunci,
se-hingga sambaran kelewang di tangan kiriku tidak
tertahankan lagi. Begitulah setiap kali aku selesa i dengan satu
orang, aku naik lagi ke atas bagai menjadikan banyak korban
tewas sebagai anak tangga pendakian. Namun gerakanku
sebetulnya sangat amat cepat menyambut serbuan tiada
henti-hentinya dari atas. Dengan kelewang di tangan kiri aku
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
membabat kian kemari seperti mengusir lalat, tetapi dalam
setiap sapuan, nyawa dapat dipastikan melayang.
Semakin ke atas cahaya semakin menyilaukan, pantulan
dinding berlian raksasa berkeredap-keredap mengecoh
pandangan. Tidak kuberi kesempatan siapa pun dari murid-
murid Perguruan Kupu-kupu ini untuk memperagakan Jurus
Impian Kupu-kupu mereka yang indah tetapi mematikan,
apalagi jika mengeluarkam jurus-jurus di luar dugaan. Dari
balik cahaya putih berkilau-kilau aku melejit dan me lesat
tanpa terlihat, memanfaatkan titik lemah yang terbuka dari
setiap serangan pertama. Setelah korban yang kelimaratus,
aku tidak lagi menunggu serangan. Ku-buang kedua senjataku
dan kurebut senjata lain yang menarik minatku, yakni liuxing
chui atau godam cirit bintang.
Senjata ini adalah seutas tali dengan panjang secukupnya,
yang pada kedua ujungnya terdapat bandul besi. Talinya
terbuat dari kulit badak yang telah dicelup ramuan pengawet
sementara bandul besinya pun meruapkan hawa racun.
Sebetulnya aku ingin menjauhi perma inan mengingat daya
meru-sak-nya kepada tubuh yang sangat mengerikan, tetapi
aku tidak bisa memeriksa terlebih dahulu senjata itu sebelum
kurebut. Segalanya berlangsung lebih cepat dari cepat meski
bagiku itu berarti lebih lambat dari lambat. Seperti selendang
penari, kedua bandul itu berayun di sekitar tubuhku bagaikan
memiliki mata sendiri. Menangkis dan menjirat segala senjata
yang menyerang, lantas me-nyentaknya lepas dari pegangan,
hanya untuk kembali sete lah membuang senjata itu, dengan
kebutan mematikan.
Memang dengan aku naik membubung kembali berarti
telah kule-paskan Jurus Naga Meringkuk di Dalam Telur, dan
ketika tadi sempat kukembalikan Jurus Impian Kupu-Kupu
melalui Jurus Bayangan Cer-min, kini dengan menjadikan
godam cirit bintang ini selendang bagi tarian berarti sedang
kumainkan Jurus Naga Berjoged di Atas Awan. Namanya saja
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
berjoged, seperti tari pergaulan, tetapi setiap kali selendang
mengibas di kiri dan kanan, tidak sekadar satu atau dua
nyawa melayang.
KECEPATAN para penyerbu yang sangat tinggi ketika
meluncur memburuku ke bawah dengan dua tangan me-me-
gang gagang dao, dadao, maupun jian
lurus ke depan agar langsung meng-hunjam itu membuat
Jurus Naga Ber-joged di Atas Awan akan mengibaskan
selendang dengan kecepatan yang sa-ma. Namun yang
disebut mengibas ada-lah mematuk dan meski jurus berjoged
mengandaikan selendang, inilah senjata godam cirit bintang
dengan bandul besi beracun yang bermata tajam menari-nari
di kiri dan kanan. Da-lam sekejap bisa dua puluh sampai em-
pat puluh nyawa langsung melayang.
Mereka yang meluncur dari atas ke bawah berebutan
menyerbuku itu seperti mengantarkan diri untuk mati. Sekilas
sempat kubayangkan betapa dalam kecepatan begitu tinggi
seperti ini, seseorang tidak akan sempat me-nya-dari ketika
sudah berpindah alam betapa dirinya sudah mati dan meski
te-rus meluncur sudah tak bertubuh lagi...
Dalam beberapa kejap aku sudah hampir mencapai kembali
ketinggian Celah Dinding Berlian. Para penyerbu yang
berjumlah seribu sudah hampir habis hanya karena terlalu
Jaka Lola 13 Burung Hoo Menggetarkan Kun Lun Karya Wang Du Lu Pendekar Bodoh 12