Pencarian

Buddha Pedang Dan Penyamun 15

Buddha Pedang Dan Penyamun Terbang Naga Bumi Ii Karya Seno Gumira Bagian 15


bernafsu memburuku tanpa menerapkan Jurus Impian Kupu-
Kupu. Begitulah aku berkelebat membubung ke atas sembari
mengayunkan kedua bandul besi beracun di kiri dan kanan
sementara beratus-ratus murid Perguruan Kupu-kupu berkelebat ke bawah tak terbendung lagi. Seperti Pendekar
Kupu-kupu, busana mereka berwarni-warni seperti kupu-kupu,
sehingga bagi yang tidak mengikuti kecepatan ilmu persilatan,
dari jurang ke langit terbentuk tiang cahaya pelangi warna-
warni menjulang sepanjang wilayah pertarungan. Tiang
cahaya pelangi yang kadang ternodai cipratan darah dari
patukan bandul besi ke kepala lawan dengan kejam.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Bukan maksudku tentu untuk bersikap kejam. Namun di
dalam dunia persilatan, kematian dalam pertarungan telah
menjadi pilihan, meski tiada pilihan bagi bentuk kematian
macam apa yang akan menimpa dalam kekalahan. Apakah
terkapar memuntahkan darah segar karena pukulan Telapak
Darah, apakah kepala terpenggal dalam sambaran jian yang
amat tajam, ataukah tertotok jalan darah dan hanya terdiam
tanpa menyadari betapa nyawa sudah melayang. Maka
tiadalah perlu pula kupersalahkan diriku betapa godam cirit
bintang yang kurebut menerbangkan banyak sekali dengan
sempurna, yakni betapa patukan langsung ke kepala yang
melumpuhkan itu memberikan kematian tanpa penderitaan.
Ketika kemudian langit tampak cerah terbuka dengan kilau
pantulan cahaya berkeredapan, murid-murid Perguruan Kupu-
Kupu itu tinggal lima orang, dan tampaknya merupakan
murid-murid pilihan. Kelima murid yang mungkin tingkat
ilmunya hanya sedikit di bawah ilmu Pendekar Kupu-Kupu itu
menggunakan lima senjata yang berbeda. Sembari berkelebat
melayang-layang menghindari segenap serangan mematikan,
kupelajari kelima senjata yang mereka pegang itu.
Murid pertama, sebut saja begitu, menggunakan senjata
yang disebut sekop pendeta atau yueyachan, yang sebenarnya
berarti sekop gigi bulan. Disebut sekop pendeta karena
banyak digunakan para rahib Perguruan Shaolin, perguruan
silat paling ternama di Negeri Atap Langit, dan karena itu juga
disebut sekop Shaolin. Sekop dalam kehidupan sehari-hari
adalah alat untuk menggali tanah, tetapi sekop pendeta ini
kegunaannya lebih dari itu. Sekop pendeta adalah suatu galah
atau tongkat panjang dengan sekop pipih seperti belati, atau
tepatnya belati pipih seperti sekop di satu ujung dan seperti
bulan sabit berujung tajam di ujung lain. Di Negeri Atap
Langit, sejak lama para bhiksu selalu membawa sekop seperti
ini dalam pengembaraannya. Adapun gunanya, selain
menggali tanah untuk menguburkan mayat yang terlantar di
tepi jalan, agar manusia yang meninggal itu disempurnakan
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
dengan upacara Buddha, juga terutama sebagai senjata
beladiri melawan para penyamun. Dari waktu ke waktu
akhirnya sekop yang mereka bawa itu terus menerus dise-
suaikan bentuknya, sampai kini dikenal sebagai sekop pendeta
atau sekop gigi bulan, yang maksudnya tentu taring bulan nan
mengancam. Murid kedua membawa kapak silang atau yang disebut ge.
Bentuknya sama sekali tidak seperti kapak, melainkan seperti
belati yang bersilangan dengan belati lain tetapi berbentuk
sabit. Senjata ini tua sekali usianya, sudah digunakan
semenjak masa pemerintahan Wangsa Shang sampai
setidaknya pemerintahan Wangsa Han. Pada umumnya adalah
Wangsa Qin yang dianggap telah memanfaatkan sebesar-
besarnya senjata ini, mengingat pembuatannya secara besar-
besaran di masa itu.
SEBAGAI benda upacara akan terbuat dari batu giok, tetapi
sebagai senjata terbuat dari perunggu, dan kemudian besi.
Hilang-nya senjata ini karena kemendataran kedua be-lati
yang berhubungan itu bisa ditambah-kan saja kepada tombak,
demi lebih termanfaatkannya lengan yang memegang galah
tombak itu. Justru karena ge atau ko ini sudah sa-ngat jarang
terlihat lagi, jurus-jurusnya menjadi tidak dikenali dan menjadi
berbahaya sekali.
Murid ketiga membawa sheng biao atau anak panah bertali.
Adapun anak panah itu lebih berujud mata tombak. Sebuah
senjata yang gunanya bermacam-macam dalam ilmu silat di
Negeri Atap Langit. Talinya yang panjang itu berujung anak
panah atau mata tombak logam, tidak hanya berguna senjata,
melainkan untuk berayun, memanjat, mengikat, dan banyak
lagi. Tali biasanya dipegang tangan kiri dan tali yang beranak
panah dipegang dan dimainkan tangan kanan. Aku pernah
menyaksikan seorang bhiksu penjaga keamanan Kuil
Pengabdian Sejati memperagakan penggunaan sheng biao ini,
dan memang sangat enak dipandang melihat mata anak
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
panah mematuk seperti ular lewat bawah kaki, lewat samping
leher, dari jarak jauh secara mendadak.
Murid keempat membawa sepasang lujiao dao atau pisau
tanduk rusa yang berbentuk bulan sabit dan dipegang dengan
satu tangan pada bagian tengahnya. Ini membuatnya
bagaikan pisau bermata empat, dan apabila ia berpasangan
pada kedua tangan, mengakibatkan satu gerakan saja
bagaikan telah menjadi delapan serangan. Banyaknya mata
tajam yang membuatnya disebut pisau tanduk rusa tersebut,
sebetulnya lebih ditujukan untuk memerangkap, mematahkan,
atau melepaskan senjata la-wan daripada menyerang, sebagai
apa yang disebut cara lembut seni beladiri Bau-gazhang, yang
dikenal melahirkan berbagai senjata berbeda. Senjata seperti
ini terutama digunakan dalam pertarungan jarak dekat, justru
untuk lawan bersenjata jarak jauh, yang tidak akan bisa
menggunakan panah atau lembing misalnya dalam jarak
dekat. Murid kelima menggunakan tangan kosong, tetapi kutahu
akan sama berbahaya seperti keempat murid Perguruan Kupu-
kupu lain yang memegang berbagai macam senjata itu.
Menurut Iblis Suci Peremuk Tulang, latihan menggunakan
senjata dalam perguruan silat di Negeri Atap Langit,
sebetulnya adalah bagian dari pelajaran tentang cara-cara
bertarung tanpa senjata. Artinya, senjata dianggap sebagai
kelanjutan tangan. Seperti itulah sebenarnya ilmu silat telah
diajarkan selama berabad-abad di Negeri Atap Langit.
Segenap gerakan, siasat, dan pendekatan dalam pengembangan ke arah kematangan memainkan senjata,
segalanya teracu kepada jurus-jurus tangan kosong, karena
setiap jenis senjata menuntut suatu keberdayaan tertentu dari
tangan. Mengingat itu, jika setelah mempelajari segala senjata
seseorang kembali mengandalkan tangan kosong, tentulah
antara lain telah diatas inya segala jurus bersenjata itu, tentu
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
seperti yang telah dikenalnya. Maka sembari masih terus
berkelebat menghindari serangan seribu bayang-bayang yang
tampak merupakan pengembangan Jurus Impian Kupu-kupu,
kujaga diriku untuk tidak sekadar menganggap murid kelima
yang hanya mengandalkan tangan kosong sebagai saIah satu
dari lima sumber serangan mematikan. Seribu bayang-bayang
timbul tenggelam di antara keredap pantulan cahaya serba
berkilau yang membutakan.
Keberadaan murid kelima yang bertangan kosong itu
memang bisa sangat mengecoh, karena di antara ancaman
maut empat senjata hebat seolah-olah menjadi kurang
berbahaya di banding lainnya. Padahal aku tahu justru
serangan-serangan tangan kosong itulah yang akan sangat
menentukan. Serangan-serangan yang terpadu ini sulit
dipisahkan, sementara supaya dapat memusatkan perhatian
kepada murid kelima yang bertangan kosong, aku harus
melum-puhkan, setidaknya memisahkan paduan ke-empat
serangan lainnya. Sedangkan me-misahkan keterpaduan Jurus
Impian Kupu-kupu sesungguhnyalah sesulit memisahkan
persambungan siang dan malam.
Jurus Impian Kupu-kupu mengandalkan pengandaian
bahwa impian dan kenyataan tidak mungkin dipisahkan, yakni
betapa kenyataan itu seperti impian dan impian itu seperti
kenyataan. Adapun artinya betapa kita tidak akan pernah
mengetahui dari seribu bayang-bayang yang terlahirkan dari
keterpaduan serangan lima murid Perguruan Kupu-kupu ini,
tubuh yang menjadikan bayang-bayang tertentu manakah
yang harus dibunuh, sementara serangan tubuh yang semu
pun dapat membunuh. Seperti sihir tetapi bukan sihir, dan
berbeda dari bayangan semu yang dilahirkan kecepatan tinggi,
maka Jurus Impian Kupu-kupu menampilkan ketergandaan
memang karena suatu pedoman dalam filsafatnya, bahwa
impian adalah bagian yang sah dari kenyataan itu sendiri,
tetapi yang tidak dapat dipastikan meski sete lah dapat
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
diuraikan, yang mana kenyataan dan yang mana mimpi,
seperti keraguan seorang Zhuangzi.
JADI aku hanya berpegang berdasarkan pedoman itu pula,
bahwa ada kenyataan dan ada mimpi, dan adalah kenyataan
yang harus kulumpuhkan untuk melenyapkan mimpi itu.
Masalahnya, justru keraguan untuk membedakan mana
kenyataan mana mimpi itulah yang akan dialam i setiap lawan
ketika berhadapan dengan Jurus Impian Kupu-kupu.
Kuingat ujaran Laozi tentang pertarungan dan pertempuran. senjata, betapapun indahnya,
adalah alat-alat penanda iblis,
harus disebut sebagai kebencian
kepada semua makhluk
senjata-senjata tajam ini
bukanlah alat manusia perkasa
ia menggunakannya
hanya jika dipaksa kebutuhan
ketenangan dan kesabaran
adalah senjata sejatinya
sementara kemenangan
dengan kekuatan senjata
adalah usaha menyiksa
mempertimbangkan betapa senjata diinginkan
akan menyenangkan
dalam pembantaian manusia;
dan siapa menjadi senang
dalam pembantaian
tiada akan mendapatkan
kehendak sejatinya di dunia
ia yang membunuh banyak manusia
mesti menangis bagi mereka
dalam sepahitnya kesedihan
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Maka kulepaskan liuxing cui atau godam cirit bintang yang
kupegang, dan kembali kutekuk kedua ke dada dan kupeluk
erat dengan kedua tangan untuk segera berputar dalam Jurus
Naga Meringkuk di Dalam Telur. Namun dalam penggunaan
yang kedua kalinya, meski aku tetap berputar dan melayang-
layang tiadalah sama sekali menghindarkan diri dari serangan,
karena dalam lanjutannya kali ini diriku bagaikan diliputi oleh
putih telur yang kenyal luar biasa. Senjata apa pun yang
membacok, menusuk, atau menjiratku bagaikan menyentuh
lapisan mahalicin yang langsung menggelincirkan dengan
akibat di luar dugaan.
Jika serangan dalam jurus tertentu ditangkis atau berhasil
dihindarkan, biasanya sudah terdapat jurus susulan, tetapi
daya lapisan putih telur dalam Jurus Naga Meringkuk di Dalam
Telur dengan kemahalicinan tak terlawan
ini tidak memungkinkan jurus susulan dilangsungkan, karena keterpelesetan dalam serangan sangat mengacaukan keseimbangan. Pilihan atas kugunakannya jurus ini adalah
karena diriku tidak mungkin menyerang dalam ketiadapastian
perbedaan antara impian dan kenyataan dalam Jurus Impian
Kupu-Kupu yang sungguh menawan. Biarlah mereka
menyerangku dan kuambil peluang dalam hilangnya mereka
punya keseimbangan.
Demikianlah pemegang senjata yueyachan atau sekop
pendeta itu menyerangku dengan sepasang tangan di tengah-
tengah galah, sehingga aku tidak akan diserang oleh ujung
sekop ataukah ujung bulan sabit, bahkan tidak mustahil justru
sepasang kakinya yang terkatup lurus dalam kedudukan
terbang melayang dan menyerang itulah akan menyasar
diriku. Namun serangan dengan titik tajam sasaran yang mana
pun tidaklah harus kuperhatikan, karena telah kusalurkan daya
kelicinan dalam arus udara berputar yang dibentuk oleh
perputaran tubuhku, bagaikan putih telur yang melindungi
kuning telur, tentu dengan tenaga dalam yang mutlak
dibutuhkan untuk itu. Maka gerak tipu yang mana pun tiada
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
gunanya karena serangan apa pun menjerumuskan setiap
penyerang dalam kelemahan.
SEPERTI terjadi dengan penyerang yang tiba pertama ini,


Buddha Pedang Dan Penyamun Terbang Naga Bumi Ii Karya Seno Gumira di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

yang ternyata memang tidak menyambarkan salah satu dari
kedua ujung senjatanya, melainkan kedua kakinya yang
berkelebat terayun dari bawah dengan kedua tangannya
berpegang pada galah seperti anak kecil bermain ayunan.
Kelicinan lapisan daya putih telur membuat jejakan kedua
kakinya melesat terus sehingga membuat ia berputar sendiri.
Semua ini berlangsung dengan amat sangat cepat, tentu jauh
lebih cepat dari susunan kata-kataku yang menceritakannya,
dan karena itu memang diperlukan pembayangan yang agak
lebih diperlambat untuk mengikutinya, seperti bahwa dalam
waktu nyaris bersamaan ketiga murid berikutnya telah tiba
dengan serangannya pula.
Para penyerang berikutnya ini tentu tiada mengira, betapa
murid pertama bersenjata sekop pendeta tadi telah berputar
sendiri di udara, karena tendangan sepasang kaki terkatupnya
menggelincir di tempat diriku seharusnya berada. Begitulah
aku seharusnya berada di sana dalam kelemahan terbuka saat
menghindari gerak tipu serangan yueyachan itu; terajam oleh
hantaman kapak silang yang juga disebut ge atau ko dalam
kelebat sambaran penyerang kedua; terjirat tali sheng biao
atau anak panah bertali pada leherku sementara mata anak
panahnya mematuk kepa-laku, menancap langsung tembus di
ke-ningku dalam kelebat bayangan pe-nyerang ketiga; masih
ditambah pe-nyerang keempat mendekat dengan pencacahan
secepat kilat sepasang lujiao dao atau belati tanduk rusa yang
membentuk sekaligus delapan serangan dari satu penyerang
keempat. Serangan mereka cepat seperti kilat. Namun adalah
saudara seperguruan mereka sendiri yang berada di tempat
diriku seharusnya sudah terajam habis. Dalam sekejap
senjata-senjata tajam itu menancap di tubuh penyerang
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
dengan sekop pendeta yang tendangannya menggelincir
tersebut, tepat seperti yang dimaksudkan untuk diriku. Aku
tidak membuang waktu terlalu lama. Belum sempat ketiga
penyerang itu menyadari dan menyesali betapa senjata dan
serangan mereka yang dahsyat bukan alang kepalang telah
membunuh saudara seperguruan mereka yang malang itu,
mereka telah kehilangan nyawa pula di tanganku, karena telah
kulepaskan pelukan kedua tangan atas kedua lututku, lantas
berkelebat menepuk ubun-ubun ketiga penyerang sasaran
tersebut. Begitulah Laozi pun telah berkata:
mereka yang menyerang dengan titik tajam
sendirinya tiada akan selamat berkepanjangan
Namun aku tidak sempat menyaksikan keempat tubuh yang
dihubungkan senjata-senjata tertancap dalam tubuh itu
melayang ke bawah tanpa daya ditelan kedalaman jurang,
karena di antara kilau pantulan cahaya dinding berlian yang
berkeredapan telah me lesat serangan tangan kosong yang
lebih berbahaya dari senjata manapun di dunia.
Namun aku tidak sempat menyaksikan keempat tubuh yang
dihubungkan senjata-senjata tertancap dalam tubuh itu
melayang ke bawah tanpa daya ditelan kedalaman jurang,
karena di antara kilau pantulan cahaya dinding berlian yang
berkeredapan telah me lesat serangan tangan kosong yang
lebih berbahaya dari senjata manapun di dunia.
Di antara kilau cahaya yang membutakan ia meluncur
dengan dua cakar menyala keperakan. Seperti kupu-kupu ia
tidak meluncur lurus seperti cahaya melainkan naik turun dan
serong kiri kanan seperti kupu-kupu tetapi dengan kecepatan
amat sangat tinggi, begitu rupa sehingga ketika terpandang
sebetulnya ia sudah tidak berada di tempatnya. Ini membuat
penampakannya berganda-ganda,
masih ditambah kemampuan Jurus Impian Kupu-Kupu pada tahap manapun
yang bukan karena kecepatan dapat membingungkan lawan
oleh keraguan pembedaan antara kenyataan dan impian.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Ia melesat dengan Jurus Impian Kupu-Kupu tahap akhir,
tetapi kutahu cakarnya terkembang dalam Jurus Cakar Logam
Menguak Pelangi. Adapun cahaya pelangi itu terbentuk oleh
ekor cahaya yang ditimbulkan busana bak kupu-kupu warna-
warni yang melesat sepanjang langit itu. Tanpa perlu dan
memang tanpa sempat melihatnya lagi, betapapun aku hanya
bisa menyambutnya, tetapi aku tidak ingin menyambutnya
seperti tenaga dalam akan beradu dengan tenaga dalam.
Memang aku sangat mungkin menyambutnya dengan pukulan
Telapak Darah, yang tentu harus kulambari pula dengan Jurus
Cakar Naga Menangkap Bola mengingat ia pun telah
menggabungkan dua ilmu dalam satu pukulan. Namun Jurus
Cakar Naga Menangkap Bola adalah jurus yang menyambut
pukulan, sama sekali tidaklah mengadu tenaga, bahkan
sebaliknya menyerap daya pukulan lawan.
AKU belum memiliki ilmu ini ketika dahulu berhadapan
dengan Pendekar Melati, dan baru mempelajarinya kemudian
dalam pengembaraan, sebelum memperdalamnya secara lebih
bersungguh di Kuil Pengabdian Sejati, hanya dengan ingatan
kepada kitab-kitab yang kutinggalkan kepada Harini di Desa
Balingawan. Tidak ada yang dapat kupikirkan selain
menyambut pukulannya dengan Jurus Cakar Naga Menangkap
Bola itu, yang membuat tubuhku terdorong begitu rupa
sehingga aku berputar ke bawah dan muncul di belakang
punggungnya. Kudorong punggungnya dengan sentuhan
ringan, tetapi lebih dari cukup baginya untuk terjerembab
turun memuntahkan darah segar.
Sebelum nyawanya hilang ia masih mengambang seperti
ikan pingsan di permukaan kolam, tetapi setelah ilmu
meringankan tubuhnya ikut meninggalkan dunia, tubuhnya
jatuh seperti karung penuh barang, menyalip muntahan
darahnya yang masih melayang.
Habis sudah semuanya seribu penyerang. Apakah
Perguruan Kupu-kupu masih akan menuntut balas kepadaku"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Jika murid-muridnya bisa bertarung di udara dengan ringan
selincah kupu-kupu begitu bagaimanakah pula kesaktian
gurunya jika suatu hari akan mencegatku pula untuk balas
dendam" Aku meragukan betapa gurunya berada di tempat ketika
seluruh muridnya keluar untuk ramai-ramai membunuhku
dengan bernafsu. Guru yang bijak, setelah melihat murid
utamanya tewas, akan melarang siapa pun yang tingkat ilmu
silatnya lebih rendah maju menantang pembunuhnya, karena
dalam dunia persilatan mengantarkan nyawa sebetulnya tidak
dianjurkan. Kemungkinan besar ia akan mempelajari lebih
dahulu apa yang menjadi penyebab kekalahan, sedangkan jika
memutuskan bertarung pun ia akan maju sendiri dengan
pesan agar jika kalah maka dendam tidak perlu diteruskan.
Aku merasa sedih untuk mahaguru Perguruan Kupu-kupu itu
nanti, jika menemukan perguruannya kosong dan murid-
muridnya tiada tertinggal satu pun lagi. Membangun
perguruan sampai bermurid seribu orang, di tempat terpencil
pula, membutuhkan waktu tidak sedikit...
(Oo-dwkz-oO) AKU mengarahkan tubuhku yang masih seringan bulu ke
arah gua di dinding berlian dengan cahayanya yang masih
berkeredapan. Di dalam gua kukenakan kembali pakaianku
yang semula kubuka karena Olahgerak Kera yang membuat
manusia seolah-olah gila itu. Baru terasa betapa lelahnya aku
seusai pertarungan melawan seribu murid Perguruan Kupu-
kupu di udara yang penuh pengerahan tenaga dalam demi
ilmu meringankan tubuh agar tidak jatuh ke bawah.
Kutengok ke arah Harimau Perang mestinya masih berjalan.
Kulihat ia masih bersusah payah di atas kudanya dalam
pendakian. Aku bersuit memanggil kuda Uighur yang
menungguku. Nun di bawah gua ia muncul sambil meringkik dan
mengibaskan ekornya. Aku masih punya waktu beristirahat.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Namun sebelum tidur aku ingin menyelesaikan pembacaanku
tentang orang-orang kebiri itu...
(Oo-dwkz-oO) Episode 168: [Prasangka dan Kutukan Orang Kebiri]
Harimau Perang menyebut nama Huang Hao. Jadi
meskipun bapak kedai menyebut nama lain, yakni Y u Chao'en,
aku lebih penasaran mengetahui perihal Huang Ho dahulu,
meski belum kuketahui manakah di antara keduanya yang
lebih penting. Untunglah betapa dalam kitab gulungan
tersebut ada juga riwayat Huang Hao itu.
Seperti yang kubaca, Huang Hao adalah orang kebiri yang
melayani Liu Shan, raja kedua dan terakhir dari Wangsa Shu
ketika Negeri Atap Langit berada dalam masa Tiga Kerajaan
dalam sejarahnya. Karena sangat disukai oleh Liu Shan, ia
sering dianggap telah menyesatkannya sehingga menyerah
kepada Dinasti Wei.
Huang Hao mulai mengabdi kepada Liu Shan sebagai orang
kebiri pada 220. Dikisahkan betapa Huang Haoi itu disukai Liu
Shan berkat kata-katanya yang selalu licin dan penuh pujian.
Saat kepala pelayan istana yang bernama Dong Yun masih
hidup, telah sering dinasehatinya Liu Shan tentang bahaya
puji-pujian di satu pihak, dan bahkan diperingatkannya Huang
Hao atas penyesatan sang maharaja muda di pihak lain.
Setelah Dong Yun meninggal pada 246, ia digantikan Chen
Qi, yang bekerjasama dengan Huang Hao dalam memberi
pengaruh kepada masalah-masalah istana. Kemudian Huang
Hao pun menjadi semakin berkuasa. Bahkan para menteri
lanjut usia seperti Zhuge Zhan dan Dong Jue tidak dapat
melakukan apa pun untuk menyingkirkannya. Kepala para
panglima, Jiang Wei, pernah menasehati Liu Shan untuk
menghukum mati Huang Hao, tetapi sang maharaja menolak,
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
dan menyatakan betapa orang kebiri ini tiada lain adalah
pelayan yang menerima perintahnya.
TAKUT akan terjadinya pembalasan, Jiang Wei meninggalkan Kotaraja Chengdu menuju barak tentara di
Tazhong. Karena ia belum banyak meraih sesuatu selama
bertahun-tahun menghadapi Wangsa Wei, Jiang Wei nyaris
digantikan Y an Yu, seorang teman dekat Huang Ho.
Pada 263, Jiang Wei menulis kepada Liu Shan,
memperingatkannya tentang ber-kumpulnya pasukan Wei di
bawah pimpinan Zhong Hui di dekat perbatasan. Huang Hao,
yang percaya dukun, menyampaikan kepada Liu Shan bahwa
musuh tidak akan pernah datang. Maka Liu Shan mengabaikan
rencana pertahanan Jiang Wei.
Ketika akhirnya Wangsa Shu dikalahkan, Huang Hao
ditangkap oleh Deng Ai yang bermaksud menghukum mati
manusia berbahaya itu. Namun Huang Hao berhasil me-nyuap
mereka yang dekat kepada Deng Ai dan melarikan diri.
Nasibnya setelah ini tidak pernah diketahui.
Sambil membaca cerita tentang Huang Hao ini, aku teringat
kata-kata Harimau Perang yang telah membantai para
pengawalnya sendiri, karena perbincangan mereka yang
penuh prasangka terhadap orang-orang kebiri. Artinya
pandangan Harimau Perang terhadap Huang Hao maupun
orang-orang kebiri jelas berbeda dengan apa yang tertulis
dalam kitab gulungan tersebut, meski orang-orang kebiri di
sana pun tidak lantas dianggap terkutuk.
Sekarang kubaca catatan tentang Yu Chao'en, yang terasa
dekat karena berlangsung selama pemerintahan Wangsa Tang
yang sedang berkuasa sekarang.
Ia dilahirkan tahun 722 semasa pemerintahan Maharaja
Xuanzong. Keluarganya berasal dari wilayah Lu. Semasa akhir
masa pemerintahan Maharaja Xuanzong, pada masa tianbao
yang berlangsung dari tahun 742 sampai tahun 756, Yu
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
adalah orang kebiri yang diperbantukan kepada badan
pengelola ujian pemerintah atau menxia sheng. Dikatakan
betapa ia pandai dan mampu dalam pemeriksaan keuangan
maupun dalam penyampaian maklumat resmi istana.
Pada masa zhide dari tahun 756 sampai tahun 758, ketika
pemerintahan sudah dipegang penerus Maharaja Xuanzong,
yakni Maharaja Suzong, selama Maharaja Suzong tersita
dengan usaha menekan pemberontakan wilayah Yan, Yu
Chaoien sering ditugaskan untuk mengamati pasukan,
termasuk memberi pelayanan sebagai pengamat pasukan Li
Guanjin ketika merebut kembali kotaraja Changian dari
pasukan Yan pada 757. Atas jasanya dalam pertempuran, ia
ditunjuk untuk memimpin badan orang-orang kebiri atau
neishi sheng dan diberi gelar seperti panglima.
Setelah Wangsa Tang juga merebut kembali ibukota
wilayah timut, Luoyang, yang menjadi kotaraja pemberontak
Yan, sehingga Maharaja Yan An Qingxu melarikan diri ke
Yecheng, sembilan panglima pasukan atau jiedushi Wangsa
Tang pun mengepung Yecheng. Dua panglima menonjol di
antara yang sembilan itu adalah Guo Ziy i dan Li Guangbi, yang
merupakan saudara Li Guangjin. Namun karena Maharaja
Suzong tidak ingin terdapat satu panglima yang lebih berkuasa
dari lainnya, ia tidak melantik seorang panglima besar;
melainkan menunjuk Yu sebagai pengamat seluruh pasukan.
Disebutkan bahwa Yu irihati terhadap Guo dan memberi
laporan yang mengecam Guo. Meski disebutkan pula betapa
Guo menghindarkan terjadinya ketegangan, dengan bersikap
rendah hati terhadap Yu.
Pada 759, panglima pihak Yan, Shi Siming, yang sempat
menyerah kepada Wangsa Tang, tetapi kemudian memberontak kembali, menyerang pasukan Tang di Y echang,
dan meski tidak mencapai kemenangan, menyebabkan
pasukan Tang bercerai berai dengan sendirinya. Dengan
segera ia membunuh rajanya sendiri, An Qingxu, dan


Buddha Pedang Dan Penyamun Terbang Naga Bumi Ii Karya Seno Gumira di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
mengambil alih tahtanya. Sementara itu, Y u mempersalahkan
kehancuran pasukan kepada Guo, dan sebagai hasilnya Li
Guangbi didudukkan sebagai panglima. Shi Siming kemudian
menyerang Luoyang, didesak oleh Yu dan dihadapi Li Guangbi.
Shi mencoba menyerang ke barat menuju Changian, tetapi
dipukul mundur oleh panglima Wei Boyu yang berada di
bawah perintah Yu di wilayah Shan. Setelah pasukan Tang
bergabung dengan pasukan Huige dan berhasil merebut
Luoyang kembali pada 762, Yu menempatkan pasukan
terpilihnya, yakni Pasukan Shence, ke wilayah Bian. Atas
jasanya dalam pertempuran ini, ia diberi gelar sebagai Yang
Dipertuan di Fengyi.
PADA akhir 762 ia kembali ke wilayah Shan, dan tahun itu
pula Maharaja Suzong mangkat, untuk digantikan puteranya,
Ma-haraja Daizong. Pada 763, ketika Kerajaan Tufan
melancarkan serangan mendadak ke Chang'an, Maharaja
Daizong terpaksa melarikan diri ke wilayah Shan. Saat itu
sedikit sekali pasukan pengawal istana mengikutinya.
Hanya setelah Yu Chao'en menjemputnya di Huayin maka
sang maharaja dapat dilindungi lagi. Maharaja Daizong
memberi Yu kedudukan sebagai pengawas pasukan di
seantero negeri atau tianxia guanjunrong xuanwei chuzhishi.
Setelah Maharaja Xuanzong kembali ke Chang'an menjelang
akhir tahun, Yu terus memegang tampuk pimpinan Pasukan
Shence dan sangat disukai Maharaja Daizong, sehingga
menerima banyak harta benda.
Yu Chao'en juga diizinkan keluar masuk istana kapan saja
dia menghendakinya. Dengan para panglima yang berada di
bawah perintahnya terus mencapai kemenangan, terutama
dalam bentrok berikutnya melawan panglima pemberontak,
Pugu Huai'en, ia mempertimbangkan dirinya mampu me-
mimpin balatentara, seperti juga menganggap dirinya
menguasai ajaran Kong Fuzi dan mampu pula menulis. Pada
765, selama diserang pasukan Pugu, bersekutu dengan Huige
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
dan Tufan, Yu berusaha menggunakan pasuk-annya untuk
memaksa para pejabat istana bersama-sama memindahkan
kotaraja ke Hezhong, tetapi ketika seorang pejabat bernama
Liu mengumumkan rencana itu meski telah dikeliling para
prajurit Y u, maka Yu membatalkannya.
Masih pada 765, karena menganggap dirinya menguasai
masalah-masalah ke-susastraan, ia pun menjadi pejabat
sementara kepala perguruan tinggi kerajaan atau guozijian. Ia
pun menciptakan gelar Yang Di-pertuan Zheng. Di bawahnya,
perguruan tinggi kerajaan yang telah dihancurkan selama
Pemberontakan Anshi dibangun kembali. Pada 766, ketika
bangunan perguruan tinggi telah berdiri, adalah Yu sendiri
yang mengajarkan perihal Y i Jing, berusaha membuat sindiran
terhadap para ketua penanggungjawab, dengan berbicara
tentang bagaimana suatu ding atau bejana besar lambang
kepemimpinan akan terbalik jika tidak seimbang. Seorang
pejabat perguruan tinggi, Wang Jin, tampak jelas tersinggung,
tetapi yang lebih berkuasa seperti Yuan Zai tetap tinggal
tenang, yang membuat Yu berkata, "Adalah wajar jika yang
disasar marah, tetapi bagi yang tetap tersenyum perlu diberi
perhatian lebih teliti." Yuan, betapapun, diam-diam sangat
marah. Yu tetap menjadi kepala perguruan tinggi sampai 768,
meskipun mendapat perlawanan pejabat Chang Gun, yang
menyatakan bahwa seorang kebiri tidak semestinya memimpin
perguruan tinggi.
Pada 767, Yu menyumbangkan gedung miliknya di luar
kota Chang'an untuk dibangun kembali menjadi kuil Buddha
yang dipersembahkan kepada ibunda Maharaja Daizong yang
sudah meninggal, Yang Diperistri Wu. Seperti juga nama yang
diberikan setelah meninggalnya, Maharani Zhangjing, maka
kuil itu pun dinamakan Kuil Zhangjing. Diceritakan betapa
mewahnya kuil ini dibangun, sehingga hutan di sekitar
Chang'an tidak cukup, dan sejumlah gedung kerajaan harus
dirobohkan, agar kayunya dapat digunakan lagi. Termasuk
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
kayu dari rumah-rumah para pejabat tinggi dan panglima,
yang juga harus dirobohkan.
Sampai di sini, kuletakkan sebentar kitab itu untuk minum
dari air yang mengalir di tepian gua. Tidak dapat kubayangkan
dari mana pula sumbernya air yang mengalir di dalam gua
yang terletak sebagai lubang pada dinding puncak batu
menjulang di antara mega-mega, tetapi jelas betapa
kemurnian ini telah memberikan kepadaku suatu kesegaran.
Kutengok ke kejauhan. Sungguh tepat letak gua dengan
dua mulut di depan dan belakang ini, karena dapat
memandang ke segala arah tanpa terpandang kembali, berkat
pantulan cahaya dari dinding berlian berkilauan yang
membutakan. Harimau Perang baru saja muncul dari balik kelokan di
kejauhan itu, dan masih harus berputar melingkar-lingkar lagi
sebelum sampai ke sini. Kuharap sudah kuselesaikan
pembacaanku dan mampu memperhitungkan dugaan sebelum
Harimau Perang tiba di Celah Dinding Berlian ini.
Aku membaca lagi, dengan susah payah karena membaca
aksara Negeri Atap Langit ini sungguh tidaklah mudah.
Pada 768, Yu Chaoien diangkat sebagai Yang Dipertuan
Han. Tahun itu juga, dalam peringatan meninggalnya
Maharani Wu, Y u menyelenggarakan perjamuan untuk meng-
hormatinya. Saat itu ia bicara terbuka tentang para
penanggungjawab
perguruan tinggi tidak memenuhi kelayakan dan seharusnya mengundurkan diri. Para pejabat
yang disindir tidak berani menanggapi, tetapi pejabat muda
bernama Xiangli Zao dan Li Kan menjawab dan bahkan
memarahi Yu, yang menyebabkan Yu tersinggung dan
menutup perjamuan lebih cepat.
AKHIR tahun itu juga, kuburan ayah Guo Ziyi dibongkar
oleh para penjarah kuburan, tetapi umumnya dipercaya
sebagai tanggung jawab Y u, yang sangat tidak menyukai Guo.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Diperki-rakan Guo akan marah besar, tetapi Guo meredakan
ketegangan dengan menyatakan bahwa para prajurit sendiri
pun merampok banyak kuburan, sehingga tentu ini merupakan
pembalasan dari langit. Pada 769, Maharaja Daizong
menugaskan Yu mengawal Guo dalam perjalanan ke Kuil
Zhangjing, Yuan berusaha memanfaatkan ketegangan antara
keduanya dengan membuat bawahan Guo memperingatkan
Guo bahwa Yu berencana membunuhnya, yang sebetulnya
sama sekali tidak. Guo menolak untuk me lakukan tindak
pencegahan, dan memberitahu Yu tentang desas-desus itu,
yang menurunkan suhu ketegangan antara mereka berdua.
Sementara itu, banyak hal membuat Maharaja mulai
menyukai Yu. Adapun Yu mulai mengira Maharaja Daizong
akan menerima setiap saran yang diberikannya, dan suatu
ketika saat Maharaja Daizong tidak menerimanya, Yu
menyatakan, ''Adakah sesuatu da-lam kerajaan ini yang tidak
bisa kuputuskan"''
Anak pungut Yu, yakni Yu Linghui, yang juga bekerja
sebagai orang kebiri di istana, mengenakan jubah hijau bagi
jabatan peringkat keenam dan ketujuh. Suatu ketika ia
bertengkar dengan teman-teman sejawatnya, dan menceritakannya kepada Yu Chao'en. Maka Yu Chao'en
bertemu Maharaja Dai-zong keesokan harinya dan berkata,
''Peringkat jabatan anak saya terlalu rendah, dan teman-
teman sejawatnya memandang rendah. Mohon ia diizin-kan
mengenakan jubah ungu.'' Me-mang jubah ungu dikenakan
pejabat peringkat ketiga sampai ke atas. Bahkan sebelum
Maharaja Daizong bisa menanggapi, pejabat di dekatnya atas
perintah Yu Chao'en, telah membawa jubah ungu dan
mengenakannya kepada Yu Linghui. Kepada Maharaja Dai-
zong, Yu Linghui membungkuk hormat, dan Maharaja Daizong
terse-nyum sembari menanggapi, ''Anak ini mengenakan
jubah ungu. Semesti-nyalah ia senang.''
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Betapapun maharaja kecewa terhadap berlangsungnya
kejadian ini. Yuan melihat bahwa Maharaja Dai-zong menjadi
tidak suka kepada Yu, dan menyarankan kepada Maharaja
Daizong agar melenyapkan Yu. Mereka pun merancang
alurnya bersa-ma. Yuan mulai dengan menyuap dua
pembantu dekat Yu, Zhou Hao yang memimpin pasukan
panah pengawal istana dan Huangfu Wen yang menjadi
kepala daerah Shan. Mulai saat itu, Zhou dan Huangfu beralih
menjadi pembantu dekat Yuan, dan beserta Maharaja Daizong
pun Yuan dapat mendahului gerakan Yu.
Pada musim semi 770, atas saran Yuan, Maharaja Daizong
melakukan sejumlah tindakan yang dimaksudkan sebagai awal
pelenyapan Yu. Mula-mula memindahkan panglima Li Bao-yu
dari kedudukannya sebagai kepala pasukan atau jiedushi di
wilayah Feng-x iang ke wilayah barat Shan-nan, sementara
memindahkan Huangfu dari Shan ke Fengxiang. Untuk
menghilangkan kecurigaan Yu, maka dipindahkanlah pengawasan empat wilayah di dekat Chang'an kepada
pengawal istana, di bawah pimpinan Yu. Maksud Yuan adalah
menggunakan pasukan Huangfu yang tiba di Chang'an untuk
melawan Yu. Setibanya Huangfu di Chang'an, Yuan memasang
jebakan bagi Y u dengan menggunakan pasukan Huangfui dan
Zhou. Dalam suatu pertemuan rahasia antara Maharaja
Daizong dan Yu, Yuan dan sang maharaja ber-tindak, mereka
pun membunuh Yu.
Maharaja Daizong kemudian mengumumkan kecaman
masyarakat kepada Yu, dan menyatakan bahwa ketika Yu
menerima kecaman tersebut, ia me-la-kukan bunuh diri.
Namun Maharaja Dai-zong masih mengizinkan Yu Chao'en
dikebumikan dengan kehormatan, atas beaya kerajaan...
Angin bertiup menembus gua yang tembus ke belakang,
bagaikan lorong angin yang panjang dan berkelak-kelok,
sehingga tidak menjadi embusan yang terlalu kuat di puncak
menjulang seperti ini. Angin bertiup pelahan dan menidurkan.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Betapapun tubuhku lelah dan begitu pula jiwaku, dilelahkan
oleh kewaspadaan dan ketegangan tiada habisnya yang
sungguh menyita pe-rasaan.
Hari makin cerah dan terang, tetapi cahaya berkilauan
membuat aku me-ngantuk. Kupikir tentunya aku masih
sempat tidur. Kudaku di bawah akan meringkik bahkan jika di
kejauhan terdapat sesuatu yang mencurigakan. Jadi aku ingin
mencoba tidur...
HUANG Hao, Gao Lishi, Li Fuguo, dan Yu Chao'en, kukira
hampir semua cerita tentang mereka menunjukkan suatu
pandangan betapa golongan mereka selalu dipersalahkan.
Bahwa mereka memanfaatkan kebebasan bergerak mereka di
istana, yang terhubung dengan maharaja, permaisuri, para
selir, para pangeran, para puteri, para menteri, para panglima,
para pejabat tinggi, para tamu penting, para dayang, para
pelayan, para pengawal, dan siapapun yang memiliki
pekerjaan dan kepentingan di istana, demi penguasaan
keterangan rahasia yang akan memberi mereka kekuasaan
pula. Selain sang maharaja, memang hanya orang kebiri yang
bebas keluar masuk ke mana pun juga, terutama ke dalam
gedung permaisuri, gedung para selir, dan gedung para
puteri, yang tiada seorang berkelamin jantan pun diizinkan
menjejakkan kakinya.
Aku memperhatikan betapa ketiga orang kebiri yang
terakhir itu secara sambung menyambung terhubungkan
dengan masa pemerintahan Maharaja Xuanzong, Maharaja
Suzong, dan Maharaja Daizong, yang berarti bahwa
kesinambungan jaringan orang-orang kebiri dari masa ke
masa itu memang merupakan kenyataan. Betapapun orang-
orang kebiri memang memiliki kelebihan dalam berhubungan
dengan seluruh bagian, sementara setiap bagian yang saling
dihubungkan menjadi tergantung kepada keberadaan orang-
orang kebiri itu, yang jika ditinggalkan akan membuat
hubungan setiap bagian itu berada dalam keterbatasan,
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
sehingga tidak pernah mendapat kejelasan. Dengan
kedudukan seperti itu jelas orang-orang kebiri memegang
kendali permainan kekuasaan. Mereka dibutuhkan oleh setiap
orang yang mempunyai kepentingan, yang jika kepentingannya dengan kekuasaan tergagalkan, akan
menunjuk orang-orang kebiri sebagai sumber kesalahan!
Dapat kumengerti sekarang betapa catatan-catatan itu
sebenarnya merupakan pembelaan, setidaknya usaha mendudukkan perkara dengan lebih adil, agar keberadaan
orang-orang kebiri dapat dipandang dengan lebih berimbang.
Dari peristiwa yang kusaksikan sendiri juga lebih jelas,
bagaimana sikap para pengawal rahasia istana dan betapa
tegas sikap Harimau Perang dalam menyatakan penolakannya.
Duabelas pengawal rahasia istana dibantainya dengan
seketika, dan telah kudengar pula dari balik kabut pembelaan
apa yang telah diucapkannya.
Jadi apakah hubungan Harimau Perang dengan orang-
orang kebiri"
Kusisir kembali satu persatu peristiwa yang terjadi. Mayat


Buddha Pedang Dan Penyamun Terbang Naga Bumi Ii Karya Seno Gumira di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

orang kebiri yang terpotong-potong disamarkan dalam
berbagai barang yang diangkut kuda beban, yang bahkan para
pengawal barangnya pun tidak mengetahui isi karung-karung
yang disegel dengan cap Wangsa T ang itu. Mengingat bahwa
segelnya resmi, maka yang memotong dan memasukkannya
ke dalam lantas menyegel pasti orang dalam istana.
Bahwa orang-orang kebiri dibenci, dan karena itu
terwujudkan dalam pembunuhan kejam dapat kumengerti,
tetapi karena tidak ada sesuatupun yang berhubungan dengan
orang kebiri tidak mungkin takdiketahui jaringan orang kebiri,
maka aku menganggap dugaanku yang terbaik adalah betapa
orang kebiri malang ini dibunuh dan dipotong-potong justru
oleh jaringan orang-orang kebiri! Pemotongan yang berlanjut
dengan terdapatnya segel resmi pada karung yang
membungkusnya, tidak berlangsung tanpa keberadaan suatu
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
jaringan rahasia. Dalam hal jaringan rahasia istana Wangsa
Tang di Kotaraja Chang'an, hanya jaringan rahasia orang-
orang kebiri yang memungkinkan urutan semacam itu
berlangsung. Aku belum dapat menduga apa hubungannya semua ini
dengan pemanggilan Harimau Perang, ketika tanpa kusadari
aku telah tertidur....
(Oo-dwkz-oO) Episode 169: [Lolos dari Pengintaian]
Dalam mimpiku kulihat Amrita. Berdiri mengambang di
udara dengan busana tembus pandangnya, menatapku
dengan tatapan sendu, tangan kanannya terulur seperti ingin
meraihku. Ia melapisi busana tipisnya dengan jubah berwarna
perak, seolah-olah dunia orang mati merupakan tempat yang
dingin. Dunia orang mati tempat ia sedang berdiri
mengambang itu tampaknya gelap dan di balik kegelapan itu
bagaikan banyak orang-orang mati yang lain, mengambang
dan menatap ke depan, tetapi hanya Amrita yang
mendapatkan cahaya, sehingga ungkapan wajahnya tampak
jelas mengungkapkan kerinduan.
Tidak lama kemudian ia berbalik, dan di udara itu berjalan
menjauh bagaikan terdapat lantai takterlihat di langit
kegelapan, tetapi sisa cahaya masih memperlihatkan lubang-
lubang bekas tusukan senjata tajam di punggungnya yang
masih berdarah.
AKU hanya bisa melihatnya dengan galau. Waktu
terbangun rasanya ia masih begitu dekat. Menyadari ini semua
hanyalah mimpi, aku mengalami kekosongan luar biasa yang
terasa pahit. Kusadari betapa semenjak kematiannya belum kuberi
Amrita ruang dalam diriku, karena peristiwa yang
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
menggelinding terus-menerus menarik perhatianku. Bahkan
ketika enam bulan terbenam dalam ruang pustaka Kuil
Pengabdian Sejati pun tiada ruang dalam diriku untuk
ditempatinya, bukan karena aku tidak merasa kehilangan
dirinya, melainkan usaha pengingkaranku terhadap kesedihan
yang amat dalam. Kualihkan perhatian kepada banyak perkara
yang berbeda, karena perasaan kehilangan itu sendiri
bagaikan suatu jejak yang tapaknya tiada bisa dihapuskan.
Perasaan kehilangan yang menancap sejak senandung lembut
dan usapan menenangkan seketika digantikan guncangnya
dunia sebagai bayi dalam kereta, yang disambar Sepasang
Naga dari Celah Kledung sebelum kereta itu tercampak ke
jurang. Perasaan kehilangan itu bagai teralihkan, karena pasangan
pendekar itu sungguh menjadi orangtuaku dengan pelimpahan
kasih sayang luar biasa yang bagai tidak akan pernah mungkin
dilampaui oleh orangtua mana pun. Namun dalam usia 15
tahun, perasaan kehilangan yang sama berulang, bahkan
menjadi kekosongan menyakitkan, setiap kali teringat olehku
adegan itu: punggung sepasang pendekar yang menyoren
pedang di atas kudanya yang makin lama makin menghilang
dari pandangan.
Mataku terasa basah. Kuingat meski di tengah suasana
pertempuran, kebersamaanku dengan Amrita telah memberikan kehangatan dalam kehidupanku yang nyaris
selalu berjalan sendiri, tiada berkawan maupun berteman.
Kematiannya yang mendadak memberikan ancaman
kekosongan dan kepahitan, yang berusaha kuhindari dengan
pengingkaran dan pelupaan melalui penenggelaman diri ke
dalam segala kegiatan yang menyita perhatian, meski ternyata
tetap saja menyeruak dan menjelma kenyataan bagaikan
tanpa penyebab apa pun yang harus mengingatkan. Air
mataku pun tumpah tak tertahankan.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Mungkinkah hanya karena aku lelah untuk terus menerus
berada dalam kewaspadaan, maka segala sikap yang harus
kuhindarkan sebaliknya menjadi bagian diriku yang tidak
terlepaskan"
Seorang pendekar tidak menangis. Itulah ajaran setiap
perguruan silat. Apakah ini berarti harus kulupakan
hubunganku dengan Amrita, untuk membuatku tidak perlu
bersedu sedan, dan mengembalikannya kepada takdir,
sehingga tidak usah membuatku selalu terpikir"
Kurelakan diriku menangis untuk Amrita, untuk diriku,
untuk segala sesuatu yang tidak memungkinkan kami tetap
bersama. Sampai habis tanpa sisa.
Pepatah tua Negeri Atap Langit memang berkata:
hubungan manusia bisa melukaimu
tetapi takdir tidak begitu
Maka kuanggap kesedihanku tuntas, tinggal kesetiaan yang
membuatku menempuh jalur perjalanan ini, yang tentulah
menuntut kewaspadaanku. Agaknya aku memang telah
tertidur terlalu lama, karena waktu kutengok ke arah Harimau
Perang tadinya berjalan, ternyata ia sudah tidak kelihatan lagi.
Aku terkesiap. Apakah dia telah melewati Celah Dinding
Berlian ini" Kusadari kembali begitu beratnya peran menjadi
pengintai ini, karena jika yang diintai sedang tidur maka
pengintai harus tetap mengawasinya, sebaliknya jika pengintai
tidur, siapa akan pernah tahu yang diintainya bangkit dan
berkelebat pergi"
Aku memang sangat amat terlalu lama tidur, karena
matahari sudah miring ke barat. Segera kutengok ke bawah,
kuda Uighur itu sudah tidak ada lagi! Sebaliknya, justru
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
keduabelas kuda yang semula mengiringinya, ditambah
kudanya sendiri, semuanya berada di situ!
Kuda Uighur yang cerdas, yang kuharapkan memberi
isyarat kepadaku akan segala sesuatu, ternyata lenyap
bersama penunggang baru. Harimau Perang dengan cerdik
berganti kuda, karena tahu menilai kuda dan terutama bahwa
kuda yang ditemukan itu masih segar bugar. Jika ia pun
diburu oleh waktu, maka keputusannya itu memang tepat
sekali. Tidak ada kuda lain yang bisa mengungguli kelancaran
perjalanan bersama kuda Uighur itu.
AKU pernah merasakan diburu oleh gerombolan Naga
Hitam, kini aku yang sebetulnya kutahu masih juga dicari-cari
bahkan sampai Kambuja, mesti memburu Harimau Perang
yang sebetulnya bukan tidak mencariku, mengingat apa yang
dilakukan perkumpulan rahasia Kalakuta di Kuil Pengabdian
Sejati maupun Celah Dinding Berlian. Namun jika Naga Hitam
maupun Harimau Perang memburuku dengan banyak kaki
tangan, aku mesti memburu seseorang yang tahu betul apa
artinya kerahasiaan hanya sendirian, di wilayah yang sama
sekali tidak kukenal, sehingga menimbulkan rasa keterasingan.
Kutahu diriku berada dalam kegelapan, tetapi kubuang
jauh-jauh perasaan putus asa. Aku harus memikirkan segala
sesuatunya dengan tenang. Jika memang Harimau Perang
melakukan perjalanan rahasia atas panggilan istana di
Chang'an, itu tidak berarti aku dapat begitu saja mencegatnya
di istana maupun di kotanya. Bukan sekadar karena aku pun
masih asing dengan seluk beluknya sebagai orang asing,
tetapi karena dalam tugas rahasia tentu terdapat pula jalur
rahasia yang sulit diduga, sehingga tujuan Harimau Perang
tidak dapat dipastikan akan langsung menuju ke istana.
Sejauh yang dapat kutebak dari cara-cara penugasan
rahasia seperti diajarkan Amrita, seseorang akan menunggu
atau menjemput Harimau Perang di suatu tempat, dan dari
sana ia akan diantarkan untuk bertemu dengan siapa pun
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
yang telah memanggilnya untuk menempuh perjalanan
rahasia sejauh ini. Namun untuk sampai kepada yang
mengundangnya pun masih harus melalui cara yang berliku-
liku, karena justru siapa pun yang terlibat penugasan rahasia
juga sangat mengetahui bahaya yang akan datang dari
jaringan rahasia lawannya. Dunia kerahasiaan dengan
demikian memang merupakan tempat pertarungan yang
sangat ketat dalam kebisuannya, karena tidak pernah tampak
di permukaan, meskipun penuh dengan pembunuhan dalam
kegelapan. Dengan segala kerahasiaan pada setiap langkahnya, aku
memang harus mengintainya seperti yang sudah direncanakan. Jika kini ternyata Harimau Perang menghilang,
tentu aku harus melacaknya mulai dari tempat yang terdekat,
sedapat-dapatnya sampai dapat, karena meskipun begitu
sulitnya menduga jalan mana yang akan ditempuhnya,
pencarian yang manapun kuyakin akan menghasilkan
penemuan dan perburuan seharusnyalah menjadi sesuatu
yang menarik untuk mengisi kehidupan.
Jadi untuk memburu Harimau Perang aku harus mampu
membaca cara berpikir Harimau Perang. Misalnya ketika
diputuskannya mengganti kuda dan mengambil kuda Uighur
itu, apakah yang dipikirkannya" Jika ia membutuhkan kuda
yang masih segar, dengan meninggalkan kudanya dan
mengambil kudaku, jelas itu hanya berarti Harimau Perang
ingin sampai secepat-cepatnya ke tempat tujuan.
Namun sementara itu, apakah yang dipikirkannya tentang
kuda Uighur tersebut" Tidakkah ia mengetahui atau
setidaknya menduga bahwa kuda itu mungkin saja apa
pemiliknya" T idak ada kuda liar di gunung-gunung batu. Atau
kiranya ia kenalikah kuda Uighur yang dicuri dari istal kuda
pengawal rahasia di Thang Long itu" Jika kubandingkan
dengan kuda Uighur lain yang tiba-tiba menjadi banyak sekali
di sini, meskipun juga merupakan kuda perkasa pilihan, kuda
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Uighur yang kutunggangi memang jelas lebih menonjol karena
pengertian dan kecerdasannya yang dapat diandalkan.
Sangat besar kemungkinan Harimau Perang mengetahui
keberadaan kuda Uighur yang dapat berpikir sendiri itu.
Bahkan sekarang, teringat bahwa aku tidur terlalu lama dan
tidak mendengar ringkik kuda, tentulah karena kuda itu
mungkin saja tidak meringkik sama sekali. Jika bukan karena
Harimau Perang menguasai mantra kuda, mungkin sekali kuda
itu juga mengenal Harimau Perang. Aku bahkan tidak akan
terlalu heran jika ternyata itu adalah kuda tunggangan
Harimau Perang. Artinya, mungkin setelah seorang anggota
perkumpulan rahasia Kalakuta membunuh mata-mata Uighur
suruhan khagan itu atas pesanan Harimau Perang, lantas kuda
itu diambil pula untuk Harimau Perang sendiri.
Jaringan rahasia para rahib Kuil Pengabdian Sejati telah
melakukan kesalahan dalam memilih kuda yang mereka curi!
Bagiku menjadi penting untuk menyadari, bahwa Harimau
Perang kini tahu dirinya diikuti. Tidak akan tanpa alasan
penting bahwa kuda yang sangat dikenalnya itu berada di
kesunyian dan keterpencilan wilayah lautan kelabu gunung
batu, dan bersama dengan itu mungkin terjawab semua
pertanyaan yang mengganggu benak dalam perjalanannya.
Betapapun, dalam perjalanan rahasia siapapun akan
terpaksa menjadi peka terhadap kemungkinan betapa
rahasianya akan terbongkar. Maka mungkin ia akan waspada
terhadap kemungkinan diikuti atau diintai dari mana-mana.
Apabila te lah diperiksa oleh para pengawalnya sampai jauh ke
belakang, ke samping kiri maupun kanan sampai ke balik
puncak dan jurang, dan memang tiada penguntitan maupun
pengintaian, maka tentunya ia menempuh perjalanan dengan
tenang. MUNGKIN tidak pernah dipikir kemungkinan yang
kulakukan sesuai anjuran Iblis Sakti Peremuk Tulang. Bahwa
seseorang mungkin menunggu dan baru akan mengikutinya
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
setelah melewati Celah Dinding Berlian. Jadi segala sesuatu
yang justru tidak berlangsung di hadapannya meskipun
mumgkin menimbulkan pertanyaan tidak membangkitkan
kecurigaan. Bukankah rombongan dua puluh pengawal yang mengikutinya, gabungan pengawal rahasia istana dan anggota
perkumpulan rahasia Kalakuta, bukan sekadar dimaksudkan
untuk melindungi Harimau Perang dari kemungkinan serangan
gelap para penyelusup, melainkan juga untuk menghadapi dan
membersihkan rintangan serta ancaman bahaya dari depan"
Menyeberang dari Daerah Perlindungan An Nam ke Negeri
Atap Langit melewati lautan kelabu gunung batu seperti itu
sudahlah jelas akan menghadapi kemungkinan diganggu oleh
para penyamun, baik yang berasal dari para pelarian dan
pemberontak yang dari tahun ke tahun semakin menumpuk di
situ, maupun penjahat kambuhan yang terusir dari peradaban,
tiada lagi yang mau menerima mereka selain sesama manusia
sempalan dan terbuang.


Buddha Pedang Dan Penyamun Terbang Naga Bumi Ii Karya Seno Gumira di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Maka jika semula mungkin Harimau Perang sempat
bertanya-tanya dalam benaknya di manakah kiranya para
penyamun atau para pendekar yang suka berkelebatan
mencari lawan ini, kini mungkin ia telah menyimpulkan
dugaan, betapa seseorang yang menunggangi kudanya ini dan
mendahuluinya telah dengan terpaksa membantai dan
membersihkan segala rintangan di depan. Harimau Perang
tentu mengerti bahwa penunggang kuda yang telah
mendahului rombongannya di depan, memang harus menyapu
bersih halangan apapun di depannya untuk menghilangkan
segala jejak yang pasti akan memberitahukan keberadaannya
itu. Harimau Perang tentu juga bisa membayangkan
bagaimana pertarungan antara satu penunggang kuda itu
telah berlangsung menghadapi kawanan penyamun sepanjang
lautan kelabu gunung batu ini.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Harimau Perang betapapun juga akan mengerti betapa
dengan kemampuan seperti itu, bukan hanya gerombolan
penyamun tetapi para pendekar yang mengembara ke mana-
mana mencari lawan demi sebuah pertarungan akan segera
berkelebat menyambar dengan jurus mematikan. Jika
kemudian selama perjalanannya sendiri ternyata memang
tiada lagi yang mencegat dan mengganggunya, maka tentu
jelas pula betapa mereka itu sudah terkalah-kan, dan bahwa
tiada sesosok mayat pun tampak menggeletak sepanjang ja-
lan, maka agaknya memang telah ber-langsung pembersihan
besar-besaran. Tentu Harimau Perang itu akan ber-pikir, siapakah kiranya
penunggang kuda dari Thang-long yang mampu melakukan
semua itu" Tentu ia pun kini mengerti bagaimana caranya
ketujuh anggota perkumpulan rahasia Kalakuta yang
mendahului me laju ke depan untuk memeriksa keadaan itu
tidak kembali setelah terlibat pertarungan, meski memang
tidak diketahuinya jika yang dua orang mati terbunuh olehku,
maka kelima orang yang menyusul teman-teman sejawatnya
itu tewas di tangan bapak kedai, yang dengan penuh rasa
bersalah belum juga kuketahui namanya itu...
Banyaklah yang akan menjadi semakin jelas baginya,
termasuk ketika setelah dilewatinya Celah Dinding Berlian
akan didengar berita tentang runtuhnya Perguruan Kupu-kupu
setelah seribu muridnya tewas menyusul Pendekar Kupu-kupu,
meninggalkan guru mereka yang tua, yang hanya tinggal
sendiri menghuni rumah perguruan mereka yang besar tetapi
kosong. Ia akan bertanya-tanya siapakah kiranya dan apakah
kiranya tujuan sebenarnya mendahului rombongan selain dari
memata-matainya, mengingat bahaya luar biasa yang akan
dihadapi hanya demi sebuah kejelasan atas tujuan
perjalanannya. Apakah ia seorang musuh besar dengan
dendam kesumat tiada terkira" Jika ini alasannya, Harimau
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Perang merasa tidak ada seorang pun yang bisa disebut
musuh dari urusannya sebagai petugas jaringan rahasia mata-
mata harus mempunyai dendam kesumat tiada terkira. T entu
saja ketiadaan jawaban akan membingungkannya, karena
tidak ada orang betapapun saktinya akan sudi menempuh
alam yang berat ditambah ancaman manusia di mana-mana,
tanpa tujuan yang dianggapnya begitu penting. Namun
melihat akibat sapu bersih sepanjang perjalanan, yang
membuatnya bagaikan hanya sedang berjalan-jalan tamasya,
akan menjadikan ia bertanya-tanya siapakah kiranya orang
yang sanggup melakukannya dan sekali lagi apakah kiranya
tujuannya. Sampai di sini ia akan berpikir apakah kiranya yang selama
ini dilupakannya, padahal jelas berada di depan mata"
Mungkinkah akan segera diketahuinya bahwa setelah Amrita
Vighnesvara, perempuan panglima puteri Raja Khmer
Jayavarman II yang perlaya sebagai kepala pasukan gabungan
pemberontak atas kekuasaan Negeri Atap Langit di Daerah
Perlindungan An Nam, masih ada seseorang tak bernama yang
belum pernah berhasil dilumpuhkan"
IA sudah mendengar betapa seseorang yang berasal dari
Kerajaan Ma-taram yang diperintah Wangsa Syai-lendra di
Yawabhumipala itu disebut para panglima pasukan pemerintah
sebagai Pendekar Tanpa Nama, yang mendadak menghilang
dan ditemukan kembali oleh para petugas rahasia di Kuil
Pengabdian Sejati. Harimau Perang akan mengingat betapa
usaha membunuhnya gagal, dan semenjak itu ia menghilang.
Tentu Harimau Perang sangat maklum betapa manusia satu
ini sebetulnya disembunyikan dalam perlindungan para rahib.
Ia tahu benar betapa rahib kepala Kuil Pengabdian Sejati itu
sebetulnya menentang penguasaan Negeri Atap Langit atas
Daerah Per-lindungan An Nam.
Maka dengan sendirinya Harimau Perang akan segera
menghubungkan jaringan rahasia para rahib Kuil Pe-ngabdian
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Sejati yang bukan tak diketahuinya, dengan istal kuda
pasukan pengawal rahasia istana tempat kuda itu berada.
Seorang petugas mata-mata dari U ighur telah membawa kuda
itu telah terbunuh, dan kuda yang diketahuinya memang
hebat itu diambilnya. Ia telah mengucapkan mantra kuda ke
teli-nganya untuk menjamin kepemilikan, meski ternyata kuda
itu masih berhasil dicuri juga. Saat kuda itu hilang ia tidak
terlalu curiga, karena suasana seusai perang memang selalu
penuh dengan kekacauan, lagipula kemudian perhatiannya
terpusat kepada persiapan perjalanan rahasia.
Maka, demikianlah aku mencoba memasuki pikiran Harimau
Perang, mungkinkah orang dari huang-tse ini yang telah
menunggangi kuda Uighur tersebut sampai ke Celah Dinding
Berlian ini" Orang dari Javadvipa yang disebut sebagai
Pendekar Tanpa Nama"
Apakah kiranya yang dipikirkan Harimau Perang sete lah
mempertimbangkan kemungkinan seperti ini" Kukira kali
pertama dirinya akan menghilang. Dalam kepalaku segera
terbayang jalan setapak di tepi jurang yang menghilang di
balik kabut dan semak-semak yang sebagian di antaranya
menuju ke pemukiman penduduk asli, yang untuk sebagian
sebetulnya pelarian juga, bekas pemberontak dari wangsa-
wangsa lama, jauh sebelum berdirinya Wangsa Tang,
sehingga keturunannya lahir di sana juga. Namun terbawa
oleh sifatnya sebagai pelarian dalam kekalahan pemberontakan, maka segenap pe-mukiman di lautan kelabu
gunung batu itu masih seperti tempat persembunyian, dalam
kedudukan yang sangat bagus untuk bertahan jika diserang.
Telah disebutkan betapa pertemuan antarjalan setapak ini
jika terpandang dari atas bagaikan serabut urat saraf yang
tidak terpetakan, tetapi melihatnya dari atas tidaklah
dimungkinkan sama sekali mengikuti jalan setapak itu berarti
memasuki gumpalan kabut di dalam hutan. Jadi aku tahu
Harimau Perang sudah mempunyai tujuan, tetapi TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
membayangkan betapa diriku mungkin masih berkeliaran di
sini, dan akan segera mengejarnya setelah kuda Uighur itu
hilang, maka akan diutamakannya untuk segera melenyapkan
diri dari pan-dangan. Bagaimana dari jalan setapak terdekat
itu ia akan mencapai tempat tujuannya dapat dipikirkan
kemudian. Sementara ini yang penting adalah menghilang.
Kuingat lagi tempat-tempat terdekat dengan garis
perbatasan yang mungkin menjadi tempat tujuan. Di antara
Maguan, Jinghong, Geiju, dan Wen-shan, adalah Maguan yang
paling dekat dengan tempatku berdiri di Celah Din-ding Berlian
ini. Namun jika kukatakan paling dekat itu sama sekali tidak
berarti dekat, dan karena itu arahnya jelas, karena selain jalan
sempit di tepi jurang ini yang menuju ke sana sembari masih
berkelak-kelok dan memutari berbagai puncak pula, terdapat
juga jalan-jalan setapak dalam serabut jaringan jalan setapak
di dalam hutan dan kabut, yang takhanya menuju ke Maguan,
melain-kan ke tujuan mana pun di wilayah perbatasan. Jalan
setapak inilah yang akan tiba-tiba memunculkan pemukiman,
di tepi jurang, di dalam hutan, di atas pohon, di mana pun
tempat itu tidak mudah ditemukan.
Apabila aku melewati pemukiman yang dilewati pula oleh
Harimau Perang, maka aku masih memiliki harapan
menemukan jejaknya. Maka kulepaskan semua kuda itu, dan
bersuit memanggil tujuh kuda yang sebelumnya ditunggangi
anggota Kalakuta. Dua kuda pertama yang ditinggalkan para
penyerangku agaknya sudah lama berkeliaran di sini,
kemudian disusul kelima kuda anggota Kalakuta yang
terbunuh oleh bapak kedai.
Kutunggangi salah satu saja, dan apa yang akan terjadi
pada sembilan belas kuda lainnya kuserahkan kepada nasib
mereka sendiri. Kata pepatah Negeri Atap Langit yang pernah
kudengar: segalanya dari masa lalu mati kemarin
segalanya pada masa depan lahir hari ini
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
(Oo-dwkz-oO) Episode 170: [Petunjuk Sehelai Rambut]
CELAH Dinding Berlian mendapatkan namanya bukan
hanya karena dinding raksasa menjulang yang berkilau-kilauan
memantulkan cahaya matahari seperti berlian, melainkan
karena banyaknya celah yang harus menjadi pilihan untuk
keluar dari wilayahnya. Celah ini tentu mengingatkan diriku
kepada Celah Kledung, tempat aku dibesarkan oleh pasangan
pendekar itu, tetapi selain hanya ada satu celah di sana, juga
tidak terletak di atas gunung batu dengan udara dingin
takterkirakan karena begitu tingginya, sehingga mega-mega
lewat dan hampir selalu penuh kabut menutupi pandangan.
Namun meskipun senja sedang menjelang, kali ini cahaya
terang, seperti membantu pencarian jejakku terhadap
Harimau Perang itu. Segala sesuatunya hanya batu di sini,
maka sangatlah sulit mencari jejak kuda maupun telapak alas
kaki yang disebut sepatu itu di tempat ini. Padahal aku harus
bisa menentukan pilihan atas celah mana yang akan kulewati
itu sekarang, berdasarkan pembacaan tanda-tanda kepastian,
karena jika tidak tentulah pilihanku tidak meyakinkan.
Aku menyapu wilayah itu dengan mata maupun telinga,
karena meskipun hilang dari pandangan, Harimau Perang
kuperkirakan takmungkin terlalu jauh juga, karena betapapun
ia juga hanya menunggang kuda. Bukan berkelebat bagaikan
terbang dengan kecepatan yang tidak bisa diperkirakan. Jika
tidak, kenapa pula ia harus menukarkan kudanya dengan kuda
Uighur itu bukan" Sayang sekali ilmu pendengaranku belum
dapat menembus dinding-dinding raksasa ini, karena memang
tidak memberikan buny i apapun di seberangnya.
Tidak ada jejak, tetapi rumput di sela batu habis dimakan.
Sayang sekali ini tidak menunjukkan arah apapun, karena
tetap tidak menunjukkan arah ke mana kuda itu pergi. Baik
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
atas keinginan Harimau Perang maupun kuda Uighur itu
sendiri, rumput yang tumbuh di sela-sela batu yang tidak
banyak itu memang harus dihabiskan, karena ancang-ancang
bagi sebuah perjalanan jauh dengan perhentian yang belum
dapat ditentukan. Mereka bisa berhenti dan menginap di
sebuah pemukiman, tetapi bisa juga berjalan terus sepanjang
malam. Itulah sebabnya semua rumput tersisa dihabiskan,
mungkin pula tanpa memberi kesempatan kuda lain untuk
makan. Maka aku harus mencari jejak lain dari ce lah ke celah, agar
mendapatkan petunjuk yang tidak bisa lebih tepat lagi, meski
tentu Harimau Perang akan menjaga agar tidak meninggalkan
petunjuk apapun, sekecil apapun, yang dapat membuat
dirinya diikuti. Kubayangkan Harimau Perang yang belum
pernah kulihat wajahnya itu, dengan caping lebar dan
rambutnya yang panjangnya, datang mengganti kuda dan
tergesa. Betapapun ia tergesa-gesa, dan siapa pun yang tergesa-
gesa sedikit banyak akan berkurang kewaspadaannya.
Seorang kepala jaringan mata-mata seperti Harimau Perang
pasti sangat teliti. Apakah yang mungkin tanpa sengaja telah
ditinggalkannya" Ia mungkin akan tetap waspada akan segala
sesuatu yang betapapun tidak boleh lolos dari perhatiannya,
tetapi benarkah ia masih akan waspada juga terhadap sesuatu
yang tidak penting, yang tidak pernah diperhitungkannya
sama sekali akan meninggalkan jejak"
Aku melihat ke sekeliling, menyapu dengan pandangan,
bahkan menyisirnya. Lantas aku sendiri berkeliling. Betapapun
lantai batu-batu alam ini bersih dan tidak mungkin
meninggalkan jejak. Mungkinkah jejak atau sesuatu yang
dapat dianggap sebagai jejak itu berada di salah satu celah"
Namun apakah itu berarti aku harus masuk ke setiap celah
sampai jarak tertentu dan kembali lagi jika tidak menemukan
sesuatu, lantas mengulanginya di ce lah lain"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Waktuku tidak banyak, dan matahari semakin lingsir ke
barat, sebentar lagi segalanya akan sulit dilihat. Jadi
kuperkirakan saat-saat sebelum gelap, lantas kubagi duabelas,
yakni jumlah celah yang mengantar keluar dari Celah Dinding
Berlian ke dunia luar, memasuki Negeri Atap Langit. Aku akan
memasuki setiap celah dan menelitinya, tetapi hanya selama
waktu yang tersedia bagi setiap celahnya, setelah itu aku
harus meneliti celah lainnya. Jadi aku hanya membuka
kemungkinan sebanyak-banyaknya, tanpa tahu apakah itu
pasti akan membawaku kepada suatu petunjuk.
Demikianlah kumasuki celah itu satu persatu. Segenap
rumput di celah batunya utuh, tidak termakan maupun
terinjak. Aku teruntungkan oleh kedudukan matahari yang
semakin miring itu, karena cahaya keemasannya yang kali ini
takterhalang kabut itu memperlihatkan segalanya di lantai
batu. Mulai dari kerikil, lekuk-lekuk batu itu sendiri, bahkan


Buddha Pedang Dan Penyamun Terbang Naga Bumi Ii Karya Seno Gumira di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

juga lapisan debu yang tipis. Dinding-dinding di dalam celah
saling memantulkan cahaya keemasan, sehingga duabelas
celah itu tersiram cahaya emas yang sangat membantu
pandangan. NAMUN setelah aku keluar masuk sebelas celah, hari
menggelap dengan cepat. Tidak ada suatu tanda yang
memberi petunjuk dan jika setelah kumasuki yang kedua belas
itu tak ada petunjuk juga, aku sungguh tidak akan tahu atas
dasar apa keberangkatanku.
Pada pintu masuk celah itu, aku merendahkan tubuh,
menyisir lantai batu dengan kepala miring nyaris menyentuh
bumi. Inilah satu-satunya celah tempat angin bertiup
sepanjang lorong, tak terlalu kencang, tetapi kedudukan
sebelas celah membuat lorong-lorong dengan dinding tinggi
menjulang ke langit itu sunyi. Pada celah kedua belas ini
sebaliknya, selalu terdengar suara-suara, ya suara-suara yang
akan bercampur baur dan menutupi suara-suara lainnya! Pada
sebelas celah yang lain suasana begitu sunyi dan senyap
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
sehingga langkah kuda tentu terdengar berdentang-dentang.
Harimau Perang tidak dapat menduga aku berada di mana,
maka tentu tidak ingin dihadapinya kemungkinan betapa
suara-suara langkah kuda akan terdengar olehku. Ia lebih
mengenal tempat ini dariku, jadi akan segera diambilnya celah
kedua belas itu ke mana pun ia akan menuju.
Pertimbangan ini belum terlalu me-yakinkan aku, karena
jika telah diambilnya salah satu dari sebelas celah yang su-nyi
itu, kurasa aku pun belum tentu men-dengarnya, karena
dalam kenyataannya aku memang tidur pulas seperti itu.
Dalam sempitnya waktu sebelum matahari menghilang di balik
gunung, ku-manfaatkan kemiringan cahayanya yang cemerlang dalam kemiringan kepalaku untuk lebih mendapat
kejelasan. Angin bertiup. Serbuk dan debu tipis dalam udara gunung
yang basah tampak berkeredap di bawa angin menghilang
masuk lorong. Kubayangkan apa yang kiranya dilakukan Harimau Perang
di tempat ini tadi. Mungkin ia telah menunggangi kuda itu,
mencari-cari celah yang memungkinkannya terhindar dari
pengintaian. Lantas mengenali ce lah keduabelas, satu-satunya
tempat yang dilalui angin kencang. Mungkin ia berhenti di
depan pintu celah
ini sejenak untuk meya-kin-kan
pertimbangan. Apakah ia turun dari kuda" Apakah ia
mendongak ke atas, ke arah gua tempat aku tertidur pulas
karena kecapaian, dan ragu-ragu untuk me-meriksa atau tidak
memeriksa, sebab jika ia me layang ke atas belum dapat
diketahuinya apa yang akan terjadi.
Ia harus segera pergi, tetapi ia tidak ingin diikuti. Angin
bertiup lebih kencang. Mungkin ia lantas membuka caping
lebarnya, agar mendapatkan udara segar, dan memutar
kudanya menghadap ke arah datangnya angin.
Menghadap ke arah puncak-puncak gunung yang telah
ditempuhnya, dengan titian-titian batu serba curam
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
menyeberang jurang, ia biarkan angin melambai-lambaikan
rambutnya yang panjang sampai ke pinggang seperti yang
pernah kulihat itu. Rambut yang tebal, lurus, panjang, dan
hitam ... Kepalaku masih miring mengikuti kemiringan cahaya
matahari, ketika angin masih juga bertiup memasuki ce lah itu.
Debu-debu berkilat keemasan dalam pantulan cahaya dari
dinding menjulang sepanjang lorong. Saat itulah terlihat
kilauan tipis yang menempel di dinding, kilauan yang semula
kukira berasa l dari s isa jalinan sarang laba-laba, yang ternyata
sehelai rambut yang menyangkut pada serpihan tajam di
dinding batu, bertahan melambai-lambai dalam tiupan angin.
Rambut itu akhirnya lepas terbawa angin tepat pada saat
aku memiringkan kepala untuk meminjam sudut kemi-ringan
cahaya dan melihatnya. Rambut itu melayang pelahan
berkilauan terbawa angin memasuki lorong. Aku pun segera
melesat untuk melayang dan mengambang sejenak di atas
rambut itu, dan segera menangkapnya sebelum ditelan
kegelapan lorong.
Kembali ke pintu celah, kugenggam rambut itu dengan
mantap sambil melihat matahari menghilang. Jejak Harimau
Perang kutemukan pada saat yang tepat. Setidaknya kali ini
aku tidak hanya sibuk menduga, karena rambut yang agaknya
rontok dan terbawa angin saat Harimau Perang membuka
caping itu menunjuk-kan bahwa ia te lah melewati celah kedua
belas ini. Mungkin ia sudah jauh sekarang, mungkin juga masih
dekat, tetapi aku yakin bahwa ke mana pun manusia pergi,
dengan suatu cara akan meninggalkan jejak yang dapat dicari.
Kunaiki lagi kudaku, dan segera me-masuki celah,
menyusuri lorong dengan dinding-dinding menjulang ke langit
yang dengan pelahan tetapi pasti segera menggelap.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
DALAM kegelapan aku meneruskan perjalanan. Celah ini
sangat panjang, lurus dan panjang, amat sangat lurus dan
amat sangat panjang, bagaikan tiada habisnya begitu rupa
sehingga meskipun kudaku berlari dengan cepat tanpa
kupacu, aku bagaikan tetap berjalan di tempat dan tidak
kunjung maju. Ketika langit sepenuhnya gelap, tiada lagi
cahaya yang dipantulkan dinding, sehingga dinding raksasa
menjulang di kiri dan kanan pun tidak terlihat sama sekali.
Bahkan lantai batu alam pun hanya hitam, yang hanya karena
suara langkah kuda berpantulan saja membuat aku merasa
masih berada di atas bumi.
Jika kedua tanganku kurentangkan maka ujung-ujung
jariku sudah akan menyentuh kedua sisi dinding itu, tetapi
karena begitu gelapnya, di atas kuda yang melaju dengan
ringan bagaikan terbang, aku terkadang merasa bagaikan
melayang dalam semesta tanpa bintang. Gelap, hanya gelap,
dan hanya suara kaki kuda saja menunjukkan perbedaan.
Kuda ini juga kuda dari peternakan orang-orang Uighur, yang
bisa melesat tanpa dipacu, maupun menahan lajunya tanpa
harus dikendalikan. Maka kuda ini pun tahu kapan harus
mengurangi laju, bahkan berhenti berlari, dan hanya
melangkah amat sangat pelahan, melangkahkan kakinya satu
demi satu, ketika dinding pada kedua sisi itu menyempit,
sehingga bahkan kedua sisi luar samping lututku menyentuh
dinding-dinding itu di kiri dan kanan.
Sempit sekali, benar-benar bukan jalan tetapi celah, yang
terbayangkan olehku sebagai rekahan yang terjadi pada
sekian banyak masa yang silam. Bagaimana jadinya jika yang
dahulu kala merekah akan menutup kembali, manakala diriku
sedang berada di dalamnya seperti ini" Namun apakah hanya
jika yang merekah menutup kembali akan menjadi
persoalanku sepanjang celah ini, yang tampaknya hanya akan
berlangsung berlaksa tahun sekali" Harimau Perang telah
menempuh lorong yang sama dan kuduga ia telah mencapai
ujung lorong ini dan melaju di luar menempuh jalur yang sulit
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
dicari. Dengan perasaan berada dalam pengejaran dan diikuti,
tidakkah ia berusaha melakukan sesuatu untuk menghalangi"
Betapapun, celah sempit dan gelap seperti ini adalah tempat
yang tidak bisa lebih tepat lagi untuk melaksanakan
pembunuhan! Teringat berbagai pemukiman yang mungkin dilewati
Harimau Perang, aku teringat suatu siasat yang diterapkan
dari Yi Jing atau Kitab Perubahan, tepatnya dari Bab
41tentang Kerusakan: "Yang lemah menderita kerusakan;
yang kuat berkembang", yang menjadi siasat perang
Meminjam Pedang untuk Melaksanakan Pembunuhanmu:
Ketika musuhmu sudah diketahui,
tetapi sekutumu masih tidak pasti,
arahkan untuk membunuh musuhmu.
Jangan menghunus pedang sendiri.
Ambil kesimpulan dari kerusakan.
Dugaan ini me lentik di benakku dalam kegelapan karena
menyadari kedudukan penduduk pemukiman sebagai keturunan pelarian dari peristiwa Pemberontakan An Lushan
antara tahun 755 sampai 763. Meskipun An Lushan sendiri
terbunuh tahun 757, hanyalah setelah cucu Maharaja
Xuanzong, yakni Maharaja Daizong, naik tahta, maka pada
762 dengan bantuan suku Uighur pemberontakan dapat
diakhiri. Namun sebetulnya pemberontakan itu menimbulkan akibat
yang berbeda di setiap wilayah. Sebagian wilayah menjadi
kosong, wilayah lain menjadi sangat miskin, dan berpindahnya
penduduk juga menimbulkan masalah-masalah
baru, sementara keuangan negara pun telah menjadi hancur. Bagian
timur laut Negeri Atap Langit sebetulnya sudah merdeka dan
berbagai daerah jatuh di bawah penguasaan para panglima
perang. Jatuhnya kotaraja telah sangat mengguncang
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
kebangsawanan Wangsa Tang, sehingga sebagian di
antaranya berpindah ke selatan. Terlibatnya pasukan penjaga
perbatasan dalam perang saudara membuat Kerajaan Tibet
maju menyerbu pada 763 dan menguasai Chang'an sebentar.
Meskipun mereka mundur kembali dengan cepat, serangan-
serangan mereka tetap berlanjut, menandakan betapa
Wangsa Tang tidak lagi berkuasa dalam wilayah yang luas,
melainkan mengalami kesulitan mempertahankan perbatasannya. Seperti dijelaskan oleh para rahib Kuil Pengabdian Sejati,
pemberontakan itu telah menjadi titik balik dalam riwayat
Wangsa Tang, bahkan juga dalam catatan sejarah Negeri Atap
Langit, karena lebih merupakan pendorong daripada penyebab
perubahan besar-besaran. Menurut pengamatan para rahib
atas latar belakang pemberontakan, perubahan amat cepat
dalam perdagangan dan kesejahteraan dalam masa awal
pemerintahan Tang, menggerakkan gelombang besar pertanian ke selatan maupun perpindahan ke lembah Sungai
Yangzi. PERUBAHAN ini mengacaukan kedudukan keuangan
pemerintah dan memperlemah kuasa kebangsawanan di barat
laut. Pentingnya perubahan ini terungkap dengan ambruknya
Wangsa Tang dengan cepat ketika berhadapan dengan
pemberontakan. Maknanya dalam jangka panjang terlihat
dengan tidak mampunya penguasa Tang menyamai apalagi
melebihi pencapaian para pendahulunya.
Kini pada 797, artinya 34 tahun kemudian, dikatakan
bahwa masa setelah pemberontakan ditandai oleh kejatuhan
Wangsa T ang yang tiada terbendung. T idak diragukan bahwa
pemerintahan pusat sudah kehilangan kendali terhadap
penguasa-penguasa daerah, sampai berlangsung keadaan
bahwa Wangsa Tang selamat hanya karena dengan
menjadikan wilayah-wilayahnya tidak terpusat. Betapapun,
setelah pemberontakan kerja pemerintahan yang tetap
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
berlanjut, perubahan penting dilakukan dan pajak serta
tatacara pengaturan diperkenalkan, sementara kebijakan
perbatasan yang baru diterapkan.
Untunglah aku teringat para rahib telah memberitahu
sebelumnya, bahwa terjadi perubahan penting menyangkut
pembentukan kembali kebijakan keuangan. Selama pemerintahan Maharaja Daizong sejak 762 sampai 779,
seorang pejabat bernama Liu Yan menangani masalah
pemenuhan kebutuhan gandum ke Changan dan perbaikan
dana keuangan Wangsa Tang. Penyelesaian yang dilakukannya adalah keuntungan dari penguasaan tunggal
pemerintah terhadap garam digunakan untuk membayar
perawatan kanal-kanal dan kapal-kapal barkas atau tongkang
yang diseret itu. Penyelesaian ini memang mangkus dan
sangkil, mengingat delta Yangzi sebagai pusat pembuatan
garam, dan pusat tatacara pengangkutan adalah di Yangzhou,
tempat kanal bertemu dengan Sungai Yangzi.
Ketika pesaing dan penerusnya,Yang Yan, yang juga kepala
menteri di bawah Maharaja Dezong yang memerintah sejak
779, mulai bekerja, sejumlah pembaruan dibatalkan olehnya.
Betapapun, adalah Yang Yan yang kemudian menerapkan
perubahan perpajakan yang paling penting, yakni yang
tatacara dua pajak. Pajak ini mengatur berbagai pajak menjadi
pajak tunggal, yang harus dibayar dalam dua angsuran setiap
tahun, bukan hanya oleh petani tetapi oleh semua golongan
penghasil. Tujuan kedua dari pembaruan ini adalah
memperbaiki penguasaan istana atas perpajakan, yang telah
jatuh ke tangan para pakar keuangan dari pengaturan garam
dan orang-orang kebiri yang mengawasi perbendaharaan
negara. Tatacara perpajakan tersebut tetap berlangsung


Buddha Pedang Dan Penyamun Terbang Naga Bumi Ii Karya Seno Gumira di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

sampai hari ini.
Kuingatkan kembali diriku bahwa pemberontakan telah
meruntuhkan siasat perbatasan Wangsa Tang. Tatacara
penguasaan wilayah oleh balatentara kemaharajaan telah
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
ditinggalkan. Negeri Atap Langit telah me lepaskan kepada
Kerajaan Tibet wilayah padang rumput, tempat mereka
seharusnya mendapatkan pasokan kuda tempur, yang kini
harus didapatkan dengan harga mahal dari U ighur. Suku-suku
pengembara itu mendapat dana bantuan yang besar, sebagai
imbalan untuk tidak menyerang Negeri Atap Langit. Belum
kulupakan bahwa telah kupelajari, antara tahun 780 dan 787,
Maharaja Dezong berusaha melakukan tawar menawar suatu
wilayah pemukiman dengan Tibet, yang melibatkan
disetujuinya penyerahan wilayah yang luas dan kesepakatan
perbatasan antara kedua negara. Namun orang-orang Tibet
tidak hendak melepaskan cita-cita jangka panjangnya.
Dalam kegelapan, sementara kuda yang kutunggangi
melangkah hati-hati di atas dataran batu yang kini tidak selalu
rata lagi, kuingat bagaimana keadaan seperti itu membuat
Dezong memutuskan untuk melakukan persekutuan resmi
dengan suku Uighur, termasuk menikahkan anak perempuannya dengan pemimpin Uighur. Termasuk dalam
perjanjian persekutuan adalah pertukaran tahunan kuda dari
Uighur dengan sutera yang sangat mahal tersebut. Sampai
hari ini perjanjian itu memegang peran penting dalam
dukungan suku Uighur menghadapi T ibet.
Artinya, wilayah-wilayah perbatasan di selatan ini
sebetulnya tidak dapat dipastikan kesetiaannya terhadap
Wangsa Tang. Justru saat yang tepat bagi Harimau Perang
yang masih harus membuat banyak jasa jika ingin
kedudukannya lebih meyakinkan sebagai bagian dalam
jaringan rahasia istana, untuk menguji kesetiaan. Tenaga
sekutu harus digunakan melawan musuh. Barangkali saja
terdapat sekutu dalam jaringan mata-mata Harimau Perang di
antara para penduduk keturunan pemberontak di berbagai
pemukiman, dan atas nama ujian kesetiaan, bukan
takmungkin mereka ditugaskan membunuhku!
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Aku percaya Harimau Perang penuh dengan perhitungan,
dan karena itu tidak akan melepaskan kemungkinan untuk
memperhitungkan bahwa aku mengikutinya. Keyakinanku
timbul dari kenyataan, bahwa ketika ia mengambil kuda
Uighur itu, ternyata ia tidak membunuh sisa kuda lain yang
telah dibawanya.
SEMULA aku heran kenapa ia tidak melakukannya, tetapi
kusadari bahwa tentunya ia tahu tidak ada gunanya, karena
masih ada kuda lain yang tidak bersamanya. Itulah kuda para
anggota Kalakuta yang tidak kembali karena tewas, dan
tentunya berkeliaran di sekitar Celah Dinding Berlian. Maka
aku merasa tidak terlalu keliru untuk memperhitungkan,
betapa tentunya Harimau Perang akan selalu mengambil
tindakan untuk berjaga-jaga. Mungkin saja ia mengikuti
nasehat dunia persilatan Negeri Atap Langit seperti berikut:
petarung yang baik menghindari keadaan bahaya
(Oo-dwkz-oO) Episode 171: [Lorong Kegilaan]
LORONG sempit dengan dinding-dinding raksasa menjulang
ke langit ini memang gelap, sehingga hanya jika kurentangkan
kedua tanganku maka dapat kurasakan keberadaan dinding di
sisi kiri dan kanan itu. Apabila kedua dinding me i"1/2nyempit,
dengan hanya menggerakkan kedua siku ke sisi luar saja
sudah dapat kurasakan permukaan yang keras seperti berlian,
bahkan ketika sangat amat menyempit kedua sisi luar lututku
pun dapat merasakannya.
Pada saat itu tentu kuda tidak dapat berlari, dan berjalan
cukup lambat, nyaris seperti merayap, karena memang ketika
dinding menyempit itulah lantai lorong penuh dengan cuatan
batu-batu tajam. Untuk melewatinya kuda U ighur yang cerdas
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
menyentuhkan kakinya dulu, seperti meraba-raba dengan
kukunya, untuk memastikan tidak menginjak batu menonjol
dan tajam. Kadang-kadang kuda itu menahan lajunya bukan karena
lorong menjadi sempit, melainkan karena terdapat sesuatu
yang lain. Aku teringat ucapan Iblis Suci Peremuk T ulang.
Lorong itu sendiri bisa menjadi masalah bagi mereka yang
tidak cukup bernyali, karena kesempitan lorongnya memberi
perasaan tertekan yang amat sangat, sehingga yang kurang
kuat menahan ketakutannya akan kehilangan akal, berteriak-
teriak sekeras-kerasnya sampai kehabisan tenaga, tidak
mampu melanjutkan perjalanan dan mati. Bila mati mereka
terjatuh dari kuda dan kudanya akan keluar dari celah tanpa
penunggang. Para penduduk pemukiman di seberang celah
sudah biasa menanti kuda tak bertuan seperti itu, karena kuda
sangat sulit didapatkan di wilayah gunung-gunung batu
berhutan seperti itu..., ujarnya panjang lebar.
Memang kuda itu menjadi pelan karena mayat yang
tergeletak, bahkan kerangka manusia, bisa kudengar kaki
kuda itu menyisihkan tengkorak, yang lantas menggelinding
seperti bola, atau kadang menginjaknya sehingga terdengar
suara seperti kundika yang remuk terinjak sepanjang lorong.
Banyak juga yang berhasil menahan ketakutannya sampai
beberapa saat, tetapi justru menjadi panik ketika kaki kudanya
menyenggol mayat-mayat atau kerangka manusia itu.
Diceritakan betapa rombongan pedagang atau pemain wayang
yang juga harus melewati satu di antara dua belas celah itu
kadang-kadang mendengar suara jeritan tersebut di kejauhan.
Setelah mendengar suara jeritan itu, cepat atau lambat
biasanya mereka akan menemukan mayat tergeletak. Jika
siang mungkin mereka masih bisa melihatnya, tetapi mungkin
memang lebih baik berjalan pada malam hari, jika tidak ingin
melihat pemandangan yang tidak ingin mereka lihat.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Cerita menyedihkan masih terjadi, jika mereka yang
menjadi panik dan kehilangan akal berteriak-teriak sampai
kehabisan tenaga, ternyata tetap hidup tetapi menjadi gila.
Mungkin mereka belum menjadi gila ketika berteriak-teriak,
tetapi ketika di dalam lorong seperti ini terdengar suara orang
meneracau, berbicara sendiri, atau menyanyi-nyanyi,
tampaknya tiada dugaan lain yang lebih tepat selain bahwa
orang malang tersebut telah mengalami keguncangan pikiran,
sehingga berpikir dengan cara yang amat sangat berbeda, dan
disebut sebagai kehilangan kewarasan.
Namun orang-orang yang menjadi gila ini sebetulnya
mengalami keterguncangan dalam taraf berbeda-beda dengan
akibat yang tidak selalu sama. Memang banyak yang lantas
mati begitu saja setelah berteriak-teriak tiada habisnya, tetapi
di antara yang menjadi gila ternyata tidak semua gila
sepenuhnya. Ada yang ibarat kata hanya tiga perempat gila, setengah
gila, seperempat gila, seperenambelas gila, tetapi meskipun
hanya sepertigapuluhdua gila sekalipun, gila adalah tetap gila.
Maka ada yang kadang-kadang memang sembuh kembali
setelah beberapa lama berada di luar gua, dengan kenangan
mengerikan yang selalu mengganggunya, ada pula yang
tampaknya sembuh tetapi begitu senang mengulang kembali
perjalanan keluar masuk celah manapun meski tidak ada
perlunya, dan ada yang tetap hidup di dalam celah itu tanpa
diketahui cara menghidupi dirinya.
KORBAN dari kesempitan celah ini tidak memandang bulu,
bisa dari orang-orang awam, bisa pula dari para penyoren
pedang segala golongan. Nyali yang besar tidak hanya dimiliki
mereka yang memilih jalan hidup di sungai telaga persilatan,
karena mereka yang mengembara di rimba hijau pun
terkadang tidak mengenali dirinya sendiri, bahwa nyali mereka
tidaklah sebesar yang mereka sangka seperti semula. Bahkan
orang awam seperti petani dan pencari madu, bisa saja
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
memiliki nyali yang besar sekali. Orang awam memang tidak
bisa bersilat, tetapi nyali yang besar memang bukan hak
istinewa orang-orang dunia persilatan. Maka di antara para
penyoren pedang yang melewati salah satu dari kedua belas
celah ini pun tidak sedikit yang menjadi gila. Apakah menjadi
gila sebentar lantas mati, maupun menjadi gila tetapi tetap
segar bugar dan selalu berkeliaran sambil tertawa-tawa.
Di antara bentuk kegilaan para penyoren pedang, memang
bertempat tinggal di dalam celah merupakan salah satu
kemungkinan. Seperti juga orang awam, sebagian besar
biasanya cepat mati. Selain tidak terlalu mudah mendapatkan
makanan, tidak terkuasainya hubungan antara jiwa, pikiran,
dan badan agaknya memang lebih cepat menamatkan riwayat
kehidupan karena tiada semangat demi suatu tujuan. Maka
menjadi pertanyaan, demikian cerita Iblis Suci Peremuk
Tulang, jika selalu terdengar suara tawa yang seram, kadang
senandung sebuah nyanyian, dalam beberapa tahun terakhir,
yang kadang muncul kadang menghilang. Setiap kali disangka
sudah mati karena tak pernah terdengar lagi, ternyata ia
muncul kembali.
Adapun muncul bisa berarti hanya terdengar senandung
seraknya, atau suara tawa yang bagaikan berasal dari dalam
kuburan, tetapi juga serangan mematikan. Banyak yang mati
karena perilakunya tersebut, dan hanya para pendekar yang
berilmu sangat tinggi bisa selamat dan meneruskan
perjalanannya. Betapapun ia memang sangat jarang muncul,
dalam setahun mungkin hanya satu atau dua kali, bahkan
hanya sekali dalam dua tahun, sehingga tidak sedikit yang
telah melewati celah
itu tanpa suatu apa hanya
menganggapnya seperti dongeng. Bahkan suatu dongeng
memang telah berkembang tentang sosok yang tidak pernah
muncul secara jelas itu.
Demikianlah Iblis Suci Peremuk Tulang bercerita bahwa
pendekar yang menjadi gila tersebut berasa l dari golongan
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
putih dan berasal dari wilayah Sichuan, bermaksud
menyeberang dan mencari pengalaman dengan mengembara
ke luar Negeri Atap Langit, dan tujuannya adalah Daerah
Perlindungan An Nam. Tidak jelas benar siapa namanya
sebagai pendekar, karena tampaknya ia memang masih muda
dan sedang mencari nama. Barangkali bahkan belum ada
seorang pun lawan yang pernah dikalahkan, meski cita-citanya
sebagai pendekar golongan putih tidaklah luntur, yakni
membasmi golongan hitam. Maka sangat mungkin ia datang
dengan semangat memusnahkan para penyamun di sepanjang
lautan kelabu gunung batu, dan untuk mencapainya memang
harus dilaluinya salah satu dari dua belas celah di Celah
Dinding Berlian ini.
Namun, demikianlah cerita yang didengar Iblis Suci
Peremuk Tulang dari sebuah kedai, konon ia jatuh cinta
kepada seorang gadis keturunan pemberontak ketika melewati
salah satu pemukiman. Konon sang gadis pun menyambut
cintanya, bahkan dengan persetujuan ayah gadis tersebut,
sebuah pernikahan telah direncanakan. Dikisahkan betapa
sepasang muda-mudi ini sangat bahagia dan sudah tidak
sabar menanti-nanti hari pernikahannya. Demi kemeriahan
pesta pernikahan, gadis itu bermaksud menuju pemukiman
yang berada di seberang Celah Dinding Berlian, untuk
memesan baju pengantin kepada pembuat busana yang biasa
melayani permintaan dari permukiman-permukiman di sekitar.
Pendekar golongan putih ini bermaksud mengantarnya, tetapi
kekasihnya keberatan, karena ia tidak ingin calon suaminya
tersebut mengetahui terlebih dahulu baju pengantin macam
apa yang akan dikenakan nanti.
Demikianlah akhirnya gadis itu pun berangkat dengan
berjalan kaki pada suatu pagi, dengan rencana bahwa esok
hari sebelum malam tiba ia sudah kembali pula. Telah
dikisahkan bahwa menyeberangi kedua belas celah tersebut
bagi mereka yang disebut penduduk asli sudah merupakan
sesuatu yang harus untuk saling berhubungan. Permukiman
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
tempat gadis itu tinggal dapat dicapai melalui jalan setapak
pertama yang akan kujumpai nanti setelah keluar dari lorong
ini, sedangkan permukiman yang dituju dapat dicapai me lalui
jalan setapak yang tentu pernah kulihat, yang tampaknya juga
menjadi tempat tujuan rombongan pemain wayang yang
berpapasan denganku. Penduduk asli sudah biasa mondar-
mandir antara permukiman satu dengan yang lain, meskipun
memang tidak berlangsung setiap hari. Betapapun wilayah
lautan kelabu gunung batu bukanlah tempat yang dapat
dikatakan aman sekali.
HARI itu gadis tersebut berangkat. Namun ia tidak pernah
pulang kembali. Kekasihnya ketika hendak berangkat
menyusul telah dihalangi oleh penduduk agar tidak usah
berangkat, karena tidak kembalinya gadis itu bukanlah
pertanda yang baik. Pemuda yang masih bercita-cita menjadi
seorang pendekar itu tetap berangkat, tetapi ia bahkan tidak
pernah keluar lagi di seberang celah itu. Konon setelah
beberapa hari, ayah gadis itu bersama penduduk yang lain
berombongan menyeberangi celah menuju permukiman yang
menjadi tempat tujuan gadis tersebut. Ternyata menurut
pembuat baju pengantin, sang gadis memang telah datang
kepadanya membawa ka-in sutera peninggalan ibunya, dan
setelah makan siang berangkat pulang. Pembuat baju itu
semula memang he-ran, kenapa banyak sekali orang yang
akan mengambil baju pengantin ini.
Baju pengantin itu memang sudah selesai dibuat dan indah
sekali. Terdapat sulaman suatu bunga di dadanya, yang
dimaksudkan sebagai lambang kesetiaan dan cinta. Dise-


Buddha Pedang Dan Penyamun Terbang Naga Bumi Ii Karya Seno Gumira di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

butkan betapa semua orang menangis menyaksikan baju
pengantin tersebut. Adapun calon pengantin pria, memang
tidak pernah muncul di mana pun di seberang celah setelah
memasukinya. Ketika mereka pulang kembali melewati celah
yang sama, terdengarlah senandung serak, suara orang bicara
dengan dirinya sendiri, dan suara orang tertawa yang seperti
datang dari dunia orang-orang mati. Meskipun sudah begitu
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
berbeda, penduduk masih mengenali suara tersebut sebagai
suara calon pengantin malang itu, apalagi nama gadis calon
isterinya juga ia sebutkan dalam perbincangan dengan diri
sendiri maupun syair nyanyiannya. Semula mereka menduganya sebagai suara hantu, dan karena itu dengan
secepat-cepatnya segera berlalu. Mereka tidaklah terlalu
terkejut seandainya pendekar muda itu memang menjadi
korban kesempitan celah gelap yang akibatnya sudah sangat
dikenal. Namun dari para pengembara dan pendekar kelana yang
berhasil lolos dari serangannya, diketahuilah betapa pendekar
golongan putih ini sebetulnya belum mati. Ia hanya menjadi
gila dan hidup di dalam celah bersama segenap kegilaannya,
merindukan kekasih yang pergi tanpa pernah kembali. Pernah
dilakukan usaha membujuknya, meng-ingat ketika masih
berada di permukiman bersama mereka, pendekar muda itu
sungguh santun dan selalu membantu sesamanya. Mereka
berteriak-teriak menyatakan maksudnya, agar kembali ke
permukiman bersama mereka saja, di tempat suara-suara
yang semula mereka kira suara hantu itu berada. Namun
seperti telah disebutkan, keberadaannya tidak dapat
dipastikan. Ia memang masih hidup, tetapi keberadaannya
tidak dapat terlacak, seolah-olah hantu saja layaknya.
Peristiwa itu berlangsung dua puluh tahun yang lalu. Iblis
Suci Peremuk Tulang juga mengaku betapa tidak dapat
dipastikannya, bagian dari cerita itu yang merupakan dongeng
dan bagian yang dapat dipercaya bahwa memang pernah
berlangsung. Namun dari ceritanya yang masih kuingat itu aku
yakin sedang me lewati lorong yang sama, karena memang
kemudian kudengar suara senandung dan suara orang yang
bicara dengan dirinya sendiri.
Tanpa kusuruh kudaku berhenti. Meskipun diandaikan tidak
lebih hebat dari kuda yang sekarang ditunggangi Harimau
Perang, karena kuda Uighur yang digunakan mata-mata
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Uighur sendiri tentunya lebih tinggi mutunya dari kuda Uighur
yang ditukar dengan sutera betapapun mahalnya, kuda ini
adalah milik anggota Kalakuta. Betapapun kuda yang menjadi
andalan kelompok rahasia pastilah kuda yang selalu siap
menghadapi pertarungan penunggangnya.
Ketika ia berhenti, segalanya me-mang menjadi lebih jelas.
Bahkan kudengar suara napas!
Setelah berjalan sepanjang malam di dalam lorong ini, aku
sampai di bagian yang tidak berangin kencang. Dari arah
suara napas, dapat kuperkirakan tempatnya, tetapi tidak ada
sesuatu pun yang dapat kulihat. Memang ini bukan gua, dan
di atas ada langit, tetapi celah ini begitu sempit dan tinggi,
sehingga langit tanpa bintang itu pun hanya selebar lembaran
lontar saja layaknya. Maka aku memejamkan mata dan
kupasang ilmu Mendengar Semut Berbisik di Dalam Liang.
Dalam keterpejamanku tergariskan oleh garis cahaya
buram kehijauan sosok yang sudah dua puluh tahun
menghantui itu. Ia menempel pada dinding, jelas menggunakan ilmu cicak, tapi tidak kuketahui apakah tadi aku
tidak melihatnya karena kegelapan luar biasa lorong ini,
ataukah memang tak mungkin melihatnya disebabkan oleh
ilmu bunglon. Rambutnya panjang terurai dan tampak lengket satu sama
lain. KULITNYA seperti bersisik, tetapi itu bukan sisik, melainkan
daki sangat amat tebal --yang mungkinkah kiranya terkumpul
selama duapuluh tahun itu" Daki itu seperti lapisan tanah,
mungkin itulah yang kurasakan seperti serbuk tanah yang
bertaburan dari atas. Dalam dua puluh tahun, kurasa
pakaiannya sudah hancur. Namun aku bertanya-tanya dalam
hatiku sendiri, benarkah dia gila" Mereka yang merasuk begitu
jauh ke dalam dirinya dan tidak pernah keluar lagi biasanya
terputus juga hubungan dengan tubuhnya sendiri. Jika ia
masih tetap bertahan sampai hari ini, kuragukan terdapat
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
kegilaan yang mengenaskan, sebaliknya ketabahan luar biasa
untuk menerima tanggung jawab dari kehidupan yang telah
dipilihnya. Cerita yang kudengar dari Iblis Suci Peremuk Tulang
memang seperti dongeng, tetapi jika dongeng biasanya
tampak sempurna, karena segala pertanyaan telah terjawab,
terdapat ruang kosong yang tidak terselesaikan dalam
dongeng tersebut. Mengingat dongeng itu masih bertahan dua
puluh tahun dengan cerita yang sama, aku pun bertanya-
tanya, ba-gai-manakah akhir cerita calon pengantin yang
perempuan" Ia disebutkan telah datang ke permukiman di
seberang celah, bahkan menghilangnya sang pengantin ini
telah membuat calon suaminya menyusul, tetapi ketika
pendekar muda itu dianggap telah menjadi gila karena setiap
kali muncul bersenandung dan berbicara dengan dirinya
sendiri, tetap tiada akhir cerita bagi sang gadis.
Ia tidak ditemukan mayatnya, karena seisi permukiman
beramai-ramai mencari dengan obor menyala, dan tidak juga
keluar lagi dengan ketergangguan jiwa. Aku menghela napas,
membayangkan kemungkinan betapa gadis itu hanya pergi
begitu saja dengan sebab yang belum diketahui bersama.
Betapa banyak alur cerita yang terputus sebenarnya, tidak
seperti dongeng yang lingkaran awal dan akhirnya utuh
menyatu. Mataku masih terpejam. Kudengar ia juga menghela napas.
Ia bernapas dengan berat, terdengar jelas dalam kesunyian
dan kegelapan. Suara napas itu dalam keterpantulannya
kemudian terdengar bagaikan kata-kata, seperti semacam
bahasa, tetapi bahasa keterasingan dan kesepian yang amat
sangat mendalam. Aku masih mengerti jika ia bersenandung
dan kata-kata dalam senandungnya tidak terdengar jelas,
ataupun jika ia berbicara dengan dirinya sendiri, bahkan
meneracau begitu rupa bagaikan ia benar-benar terganggu
jiwanya, karena dalam semua itu terdapatlah nada yang
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
sungguh mampu menyampaikan sua-sana hatinya. Namun
aku tidak dapat membayangkan jika bahkan desah napasnya
yang memang berat dapat menjadi sarat dengan kedukaan
yang merambat sepanjang, dan bagaikan berubah menjadi
benda padat terdengar jatuh berdentang-dentang di kejauhan
sana... Membikin perasaan yang men-dengarnya bisa begitu
pedih, sepedih-pedihnya kepahitan dan keperihan yang begitu
beratnya sampai memadat.
Tidak dapat kubayangkan betapa duka dari dalam dada dan
jiwa yang berat dapat keluar bersama napas dan memadat
sebagai benda yang menggelinding jatuh sehingga terdengar
suara berdentang-dentang. Dalam keterpejamanku dentang-
dentang suara dalam kesunyian dan kegelapan menjadi
pedang kegetiran yang menyambar-nyambar dan hanya dapat
kutahan dengan tidak membiarkan perasaan terserap
keadaan. Apakah yang dilakukannya di dalam celah di
ketinggian selama duapuluh tahun ini"
Aku pernah tinggal di dalam gua selama sepuluh tahun,
tetapi karena selama itu aku terserap pendalaman akan
sesuatu dan mempunyai tujuan, selain memang mengatasi
waktu dan ruang dalam pembelajaran, sepuluh tahun bahkan
terasa masih kurang. Maka aku sangat mengerti jika mungkin
saja dua puluh tahun baginya bukan sesuatu yang lama, dan
menengok manusia yang lewat dalam dua atau tiga tahun
baginya sudah sering sekali.
Namun sekarang ini, di lorong gelap dan sempit dengan
dinding-dinding menjulang ke langit, waktu yang hanya
beberapa detik terasakan begitu lama. Seolah-olah bahkan
bumi menunggu kami sebelum berani berputar kembali.
Kudaku masih diam dan aku masih menyisir kedudukannya
dalam keterpejaman ilmu Mendengar Semut Berbisik di Dalam
Liang. Kulihat dalam keterpejamanku itu suatu cahaya redup
yang berpijar-pijar muram di seluruh tubuhnya. Pijar-pijar
muram itu menggetarkan udara, sehingga siapapun yang
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
memiliki kepekaan tinggi, akan dapat merasakan kehadirannya
tanpa harus melihat atau mendengar sesuatu.
Aku berpikir bahwa Harimau Perang telah melewati titik ini,
tetapi dibiarkannya berlalu, kecuali jika kutemukan ma-yatnya
nanti. Namun jika ia hanya muncul setahun, dua tahun,
bahkan tiga tahun sekali, maka Harimau Perang barangkali
memang tidak harus termasuk bagian cerita yang ini.
Kukira ia pun tahu cerita tentang pendekar muda yang
menjadi gila di celah ini dua puluh tahun lalu, dan karena itu
terus secepat-cepatnya melaju dengan harapan agar yang
diganggunya adalah aku. Harimau Perang tentu memperhitungkan itu, dan meski mungkin hanya menduga-
duga ternyata memang itulah yang berlaku.
NAMUN kurasa jika memang seseorang yang menghuni
lorong ini bermaksud menemui Harimau Perang, kuda Uighur
itu akan berhenti. Seperti kudaku sekarang ini. Kuda juga
mampu melihat cahaya redup yang berpijar dari seluruhnya,
meski mata manusia awam tidak dapat melihatnya.
Jadi telah dibiarkannya Harimau Perang pergi, tapi ia
sengaja membuatku berhenti,
dengan helaan napas
kedukaannya yang begitu berat sehingga menjelma benda
padat itu... (Oo-dwkz-oO) Episode 172: [Tubuh yang Diciptakan Jiwa]
Desah napasnya yang berat, sungguh terasa berat bagiku
bagaikan terdapat beban seberat gunung. Aku terkesiap.
Kukira beginilah caranya seseorang menjadi gila, atau lebih
tepat terkacaukan daya pertimbangannya dan tidak dapat
mengendalikan dirinya lagi, karena beban yang berat itu
bukan suatu khayalan, memang beban batin yang
terpindahkan oleh desah napas yang amat sangat berat.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Lantas kudengar apa yang dimaksudkan dengan kata-kata
tidak membentuk makna seperti penceracauan itu. Meskipun
perbendaharaan kata-kata dalam bahasa Negeri Atap Langit
yang kuketahui sangat terbatas, aku mencoba menyimaknya
juga. ''Kita...jiwa.....dari...cipta....adalah...kita...tubuh....''
''Jiwa...dari...cipta...adalah...kita...tubuh...kita...''
''Dari...cipta...adalah...kita...tubuh...kita...jiwa...''
''Cipta...adalah...kita...tubuh...kita... jiwa...dari...''
''Adalah...kita...tubuh...kita...jiwa...dari...cipta...''
''Kita...tubuh...kita...jiwa...dari...cipta...adalah...''
''Tubuh...kita...jiwa...dari...cipta...adalah...kita...''
''Kita...jiwa...dari...cipta...adalah...kita...tubuh...''
Ternyata dengan menyimaknya aku tahu betapa sebetulnya
terdapat suatu keteraturan dalam kata-kata yang lebih
terdengar seperti gumam orang tidur itu. Adapun kata-kata itu
sebenarnya adalah urutan yang selalu berulang dari kita jiwa
dari cipta adalah kita tubuh.
Ia yang telah menghilang dari peradaban selama dua puluh
tahun ini sedang menyampaikan sesuatu! Selama ini
barangkali ia memang selalu menyampaikan sesuatu tetapi
tiada seorang pun memahaminya. Apakah aku akan bisa
memahaminya" Kita jiwa dari cipta adalah kita tubuh adalah
kata-kata yang urutannya tidak dapat membentuk kalimat
yang bisa kumengerti.
Apakah maksudnya"
Ia masih terus meneracau. Kudaku mendengus, tetapi tidak
melangkah maju. Ia berhenti sejenak mendengar dengusan
itu. Mengetahui kuda itu diam, ia meneracau lagi dengan
lambat sekali. Bagiku ini sangat menegangkan, dalam keterpejamanku
cahaya redup di sekujur tubuhnya tampak berubah warna
menjadi biru, seperti siapa pun lawan yang siap menyerang.
Aku merasa, ia tidak menginginkan diriku pergi, dan jika
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
kubiarkan kudaku beranjak ia tidak akan berhenti
menempurku sampai aku mati. Namun bahkan kuda Uighur ini
pun tahu apa artinya cahaya biru yang meliputi tubuhnya itu.
Aku baru dapat melihat cahaya itu dalam keterpejaman ilmu
Mendengar Semut Berbisik di Dalam Liang, tetapi kuda tidak
memerlukan ilmu apa pun, karena pelatihan suku Uighur telah
mengembangkan segenap daya yang akan membuatnya
menjadi kuda unggul.
Kuselusuri ruang yang tidak akan terlihat jika mataku
terbuka. Jika ia menyerang, kecuali kugunakan Jurus Tanpa
Bentuk, aku belum tahu bagaimana caranya bertarung di
tempat seperti ini. Padahal sebagai pendekar, tidak mungkin
belum dilatihnya suatu penemuan jurus baru selama
bermukim di tempat ini.
Ia tidak gila dalam pengertian tiada dapat mengenali


Buddha Pedang Dan Penyamun Terbang Naga Bumi Ii Karya Seno Gumira di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

dirinya lagi. Kurasa ia masih terus bertahan justru karena
memiliki tujuan, dan karena itu sangat memahami apa yang
dikehendakinya; tetapi kehendaknya itulah yang sepenuhnya
berada di dunianya sendiri, sehingga tidak mungkin
dimengerti. Jika ia memang menyampaikan sesuatu, aku harus
memahaminya berdasarkan caranya berpikir.
kita jiwa dari cipta adalah kita tubuh
KATA-KATA itu tidak membentuk kalimat, tetapi karena
telah terus diulang, kucoba membacanya dengan cara lain.
tubuh kita adalah cipta dari jiwa kita
Tentu lebih jelas maksudnya setelah kuluruskan sedikit:
tubuh kita adalah ciptaan jiwa kita
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Aku pun mengucapkannya dalam bahasa Negeri Atap
Langit. ''Tubuh kita adalah ciptaan jiwa kita...''
Kudengar suara tertawa yang aneh, seperti datang dari
dunia orang mati. Namun kurasakan bahwa ini bukan suara
tawa dengan maksud menertawakan, atau mengejek, apalagi
menghina, melainkan suara tertawa bahagia yang membuatku
merasa aman. Suara tertawa itu merayap berpantul-pantulan
dalam udara celah, mungkinkah itu yang membuatnya
bagaikan berasal dari dunia orang mati"
Aku masih memejamkan mata, melihatnya masih diam,
tetapi kemudian terlihat tubuhnya melepaskan diri dari
dinding, tidak untuk jatuh, me lainkan untuk membubung ke
atas dengan tubuh lurus, kaki merapat dan tangan merapat di
samping tubuh. Nyaris tanpa gerakan ia dapat membubung ke
atas. Tentulah ilmu meringankan tubuhnya sudah sangat amat
tinggi. Ia bagaikan manusia yang bisa terbang, meski manusia
tentu saja tidak terbang. Namun bahkan udara saja
sebetulnya tidak tersedia dalam jumlah yang cukup untuk
dijejaknya di celah yang amat sangat sempit ini. Kukira udara
tipis itu pun berpeluang besar menjadikan siapapun tidak bisa
memisahkan bayangan dalam kepala dan penglihatan mata,
yang membuat mereka terguncang daya pertimbangannya,
untuk kemudian disebut gila.
Ia membubung, membubung, dan membubung tinggi
sekali, sampai hanya menjadi noktah cahaya redup dalam
keterpejamanku, untuk kemudian menghilang sama sekali.
Apakah aku harus mengejarnya" Namun aku tidak mempunyai
kepentingan apapun dengan pendekar sakti yang malang itu.
Lagipula aku harus mengejar Harimau Perang secepatnya.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Bagaimanakah caranya membubung tinggi tanpa menjejak
udara seperti itu" Ia telah mendapat daya luncur yang cukup
hanya dengan mengembuskan napasnya, itu pun hanya sekali,
untuk selanjutnya ia bernapas melalui pori-pori sahaja seperti
yang dilakukan murid-murid seni ki kung, karena kulihat
cahaya keabu-abuan dilepaskan tubuhnya.
Bagaimanakah caranya ia hidup di sini" Hanya dengan
udara melalui pernapasan pori-pori" Namun pertanyaanku
bukanlah bagaimana ia bisa tetap hidup, melainkan apakah
kiranya yang berada dalam kepalanya, sehingga ia masih ingin
tetap hidup. Jika pikirannya diluruskan, apakah kiranya tujuan
hidupnya" Dari apa yang bisa kutangkap dari ceracauannya, ia ingin
dimengerti bahwa keberadaannya seperti sekarang mempunyai suatu sebab. Keberadaan yang mana" Bahwa
rambutnya gimbal dan seluruh tubuhnya diliputi tanah" Bahwa
ia berlaku seperti hantu yang membuat orang-orang lewat
ketakutan dan menjadi gila" Ataukah betapa ia masih berada
di sini setelah lebih dari dua puluh tahun dan itu juga
mempunyai tujuannya sendiri"
IA tidak menyerangku meski kedudukanku lemah sekali.
Jika kami bertarung, ia memiliki kelebihan atas penguasaan
Jodoh Si Mata Keranjang 1 Lambang Naga Panji Naga Sakti Karya Wo Lung Shen Peristiwa Merah Salju 12
^