Pencarian

Si Pemanah Gadis 11

Si Pemanah Gadis Karya Gilang Bagian 11


Kembali Nagagini mengerang manja, mendesah-desah gelisah. Sekujur tubuhnya terasa penuh dengan keinginan yang mendesak-desak. Tidak hanya dadanya ... Nagagini ingin lebih dari sekedar itu.
Ia memang ingin bercinta, sekarang juga, di tempat ini juga!
Meski cuma di atas gubuk di tengah laut!
Apa pun risikonya, ia ingin sekali.
Maka ... memohonlah ia lewat erangan dan desahan!
"Ahhh ... shhh ... !"
Dalam desah kenikmatan dari bibir Nagagini yang berkepanjangan, Jalu berniat menuntaskan pelayaran kali ini.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Hemmm ... sudah waktunya," kata Jalu dalam hati. Kembali Jalu Samudra menggunakan jurus "Perjaka Murni", bukan untuk membuat Nagagini kembali menggeletar dalam kenikmatan tapi untuk mengurangi rasa sakit akibat benteng kegadisannya tertembus ujung pilar tunggal penyangga langit yang super jumbo.
"Tekuk sedikit lututmu," kata lembut Jalu memberikan aba-aba pada Nagagini.
Meski sambil mengerang nikmat, murid Ratu Cambuk Api Lengan Tunggal menekuk sedikit lututnya sehingga daerah di sekitar gerbang istana kenikmatan semakin terkuak.
"Jika kau merasakan sesuatu yang menerobos masuk, nikmati saja," kembali Jalu Samudra memberikan instruksi. "Jangan di lawan. Paham?"
Gadis cantik itu hanya mengangguk pelan.
"Hemm ... pintu gerbangnya yang telah kebanjiran seharusnya memudahkanku untuk menyelinap lebih ke dalam," pikir Jalu sambil tarik-ulur di bagian bawah, namun setelah berulang kali justru tidak mau masuk-masuk.
"Ughh ... sebenarnya punyaku yang kegedean atau punya dia yang kesempitan, sih?" pikir Jalu Samudra setelah berulang kali tidak sukses.
Berulang kali pula ia merasakan sebentuk dinding yang menghalangi jalan.
Akhirnya, Jalu terus menyodok ... sodok lagi terus hingga Nagagini pun merintih-rintih.
"Ahh ... aahh ... "
Akhirnya si Pemanah Gadis merasakan pilar tunggalnya sedikit menekan-menerobos masuk ke dalam belahan gerbang istana kenikmatannya, tapi baru sedikit saja rintihan si gadis sudah berubah jadi jeritan tertahan.
Sedikit demi sedikit Jalu mendorong maju, mundur sedikit, maju lagi, mundur, maju, mundur. Dan akhirnya ...
Cress ... ! Terdengar suara robek lembut di dalam istana kenikmatan. Meski baru masuk seperempatnya namun jeritan Nagagini pun tak tertahankan.
"Kaanngg! Saakiiitt ... !"
Meski Jalu Samudra sudah mendahului dengan hawa keperkasaan dari jurus
"Perjaka Murni", namun tetap saja rasa sakit menjalari ke seluruh tubuh Nagagini, terutama pada bagian yang tersobek. Si gadis yang telah terenggut kegadisannya pun meronta berusaha mengeluarkan pilar tunggal penyangga langit dari dalam gerbang istana kenikmatannya.
Melihat hal itu, Jalu segera menindih tubuh indah si gadis dan memegang kedua tangannya, hingga ia tak bisa bergerak bebas.
Murid Dewa Pengemis sendiri berusaha menenangkannya dan berkata,
"Tahan ... Nagagini ... tahan! Cuman sebentar kok ... "
Terlihat air mata bening meleleh dari sudut matanya.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Sakit ... " desis Nagagini sambil menggigit bibir bawahnya.
Jalu sendiri bergegas menggunakan jurus "Perjaka Murni" untuk mengurangi rasa sakit yang dialami Nagagini.
Srashh ... ! Hawa dingin-sejuk menjalar ke dinding-dinding nun jauh di dalam.
Roman muka Nagagini yang semula meringis-ringis menahan sakit, kini sudah banyak berkurang.
Akan halnya Jalu sendiri begitu menikmati sebentuk jepitan kuat-keras sehingga bagian pilar tunggalnya yang sudah masuk terlebih dahulu seperti diremas-remas rasanya di dalam sana. Bisa dibayangkan rasanya jika "benda sebesar" itu sanggup masuk ke dalam "ruang sekecil" itu.
"Lanjutkan lagi ... ?" tanya Jalu memberi pilihan. " ... atau berhenti ... ?"
Nagagini hanya tersenyum manis. Lalu mengangguk sambil berkata,
"Teruskan, Kang."
Kembali Jalu bergerak. Saat menarik keluar hingga tertinggal kepalanya saja, terlihat cairan merah kental melumuri benda tumpul besar yang baru keluar dari dalam sana.
Serrr ... ! Kemudian menetes keluar dari celah-celah yang ada.
Darah keperawanan!
Dilumatnya bibir ranum Nagagini untuk meredam rintihan yang keluar.
Sejenak yang terdengar dalam gubuk aneh di tengah laut itupun hanya erangan dan rintihan yang tersumbat.
"Nagagini! Kaitkan kakimu ke punggungku," kata Jalu kemudian.
Nagagini segera melakukan apa yang diperintahkan si pemuda bermata putih.
Pelan-pelan, pilar tunggal penyangga langit Jalu Samudra yang luar biasa itu ditarik lalu majukan lagi. Tarik lagi, majukan lagi.
Akan halnya Nagagini, ia merasakan sebuah sensasi luar biasa antara sakit dan nikmat. Ada kalanya ia pun mengernyit kesakitan dan mendesis keras saat sedikit demi sedikit benda bulat kenyal itu semakin lama semakin menerobos masuk ke dalam.
"Aahh ... ahh ... ahhkkhh ... "
Pilar tunggal si pemuda yang bergerak keluar-masuk dengan perlahan, terasa sangat nikmat sekali, seakan-akan Jalu sendiri terbang di antara gumpalan-gumpalan awan berarak.
"Enak?" kata si pemuda.
Nagagini cuma mengangguk pelan sambil tetap mengeluarkan suara-suara kenikmatan.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Aahh ... aahh ... ohhh ... hsshhh ... "
Jalu semakin menambah daya dobrak di bawah sana, yang pelan namun pasti, semakin ia menusuk ke dalam, semakin dalam dan semakin ... dalam!
Hingga akhirnya, benda bulat panjang yang sanggup membawa berjuta kenikmatan itu terbenam sepenuhnya!
Benar-benar perjuangan yang luar biasa!
Perjuangan dari Jalu Samudra dan juga pertahanan dari Nagagini.
Begitu masuk ke dalam secara menyeluruh, Jalu menarik diri dengan sedikit cepat dan menghunjamkan dalam-dalam.
Srakk! Erangan Nagagini pun berubah jadi jeritan. (Jeritan nikmat maksudnya, heheheh ... )
Jalu benar-benar penakluk seorang gadis!
Kenikmatan yang tak ada duanya telah merasuki tubuh mereka masing-masing.
Untuk sesaat dalam tiga-empat helaan napas, Jalu tidak melakukan gerakan apa-apa.
Tidak maju juga tidak mundur!
Sebentar kemudian, barulah bergerak lambat-lambat.
Dengan tetap menjaga irama permainan maju-mundur dengan perlahan sekali menikmati setiap gesekan demi gesekan. Istana kenikmatan itu sempit sekali hingga setiap berdenyut membuat Jalu Samudra seperti melayang. Denyutan demi denyutan membuatnya semakin tak mampu lagi menahan luapan gelora ekaraga (persetubuhan).
Terasa beberapa kali Nagagini mengejankan dinding-dinding istananya, mungkin menahan rasa sakit dan nikmat dari serbuan benda asing yang bergerak keluar masuk "dengan buas" itu, tapi bagi si Pemanah Gadis malah memabukkan karena bagian dalam itu jadi semakin keras menjepit pilar tunggal penyangga langitnya.
Bahkan Jalu sendiri tanpa sadar juga mendesah nikmat.
"Aaaa ... ughh ... "
Erangan, rintihan, dan jeritan gadis murid Ratu Cambuk Api Lengan Tunggal terus menggema, seakan berpacu liar dengan desahan badai angin yang menerpa gubuk mereka. Rupanya ia pun menikmati setiap gerakan maju-mundur pilar tunggal milik Jalu. Rintihannya mengeras setiap kali pilar tunggal melaju cepat ke dasar gerbang istananya dan mengerang lirih ketika si pemuda menarik pilar tunggalnya. Karena sudah terasa licin, Jalu melakukannya dengan kadang cepat, kadang lambat.
Cepat-lambat silih berganti!
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Satu lambat, dua cepat, tiga lambat, empat cepat, lima lambat, enam cepat.
Begitu seterusnya dalam hitungan-hitungan tertentu.
Beberapa saat kemudian, kembali Nagagini mendapatkan titik puncak asmaranya!
"Aaahh ... oooohhh ... "
Jalu Samudra merasakan air hangat menyembur keluar dari dalam istana kenikmatan yang langsung saja mengguyur batang kenyal-keras yang terus bergerak keluar-masuk.
Lalu di saat bersamaan Jalu menggerakkan hawa keperkasaan dengan jurus
"Perjaka Murni".
Srasshh .. ! Jalu mendorong-menekan pilar tunggalnya dalam-dalam sambil menyemburkan hawa keperkasaannya ke dinding paling terujung.
"Ahhh ... ooughhh ... !"
Sontak, Nagagini merasakan sensasi luar biasa bersamaan dengan titik puncak asmaranya.
Tuntas sudah jurus "Lebah Jantan Memetik Sari Kembang"!
Setelah beberapa saat, Nagagini kembali ke jatidirinya.
Posisi Jalu tetap menindih Nagagini dengan pilar tunggalnya masih dijepit oleh dinding-dinding kenyal di dalam istana kenikmatan si gadis meski telah memuntahkan lahar keperkasaan.
Tetap kokoh bagai batu karang!
"Gila, Kakang! Apa begini rasanya bercinta?" tanya Nagagini dengan mata berbinar-binar.
"Seperti yang kau rasakan," sahut Jalu dengan lembut.
"Tapi ... "
"Tapi apa?"
"Apa ... kakang tidak capek dengan posisi seperti itu?"
"Apa kau mau posisi yang lain?"
"Memangnya ada?" tanya Nagagini, heran.
"Bukan hanya ada, banyak malah!"
"Seberapa banyak?"
"Kurang lebih ada 30 jenis posisi ... tepatnya 30 jurus yang kukuasai," kata Jalu Samudra. "Dan puluhan jurus kembangan."
"Hah!" 30 jurus!?" kata Nagagini, kaget. " ... dan puluhan jurus kembangan?"
Tidak pernah terbersit dalam otaknya bahwa dalam bercinta pun ada jurusnya.
Setahunya, jurus hanya berlaku untuk ilmu silat, tidak untuk bercinta. Jika TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
memang seperti itu adanya, Nagagini justru penasaran dengan jurus-jurus yang lain!
"Aku mau jurus yang lain, tapi ... "
"Apalagi?"
"Kakang yakin benar-benar kuat!?"
Jalu justru tertawa lembut, lalu dengan spontan ia menarik mundur, lalu dengan cepat melesakkan dalam-dalam pilar tunggalnya.
"Aoowww ... "
Tentu saja Nagagini menjerit kaget.
Pada tarikan ketiga, Jalu mencabut keluar pilar tunggalnya.
Plokk! Terlihat warna merah melumuri sekujur batang kenyal yang masih tegak dengan gagah.
Nagagini mengerutkan alisnya, "Kok ada merah-merah, Kang" Itu darah!?"
"Ya jelas darah, to! Emangnya saus tomat, apa?"
"Darah darimana?"
"Wuuuhh " bego dipiara!" tukas Jalu sambil tertawa-tawa.
Nagagini mengerucutkan bibir!
Tahu kalau gadis itu bingung, Jalu segera membisiki sesuatu ke telinga Nagagini.
"Hah, jadi ... Nagagini sudah ... tidak perawan lagi?" sentaknya kaget.
"Edan! Ditabrak barang segini gedhe masih bilang perawan," kata Jalu Samudra, tapi tidak ia ungkapkan. Takut menyinggung perasaan gadis yang benar-benar polos dalam hubungan suami-istri ini.
Dengan sabar, pemuda sakti dari Goa Walet ini menerangkan kepada Nagagini tentang ekaraga yang baru saja mereka lakukan.
Semuanya ... dari A sampai Z!
"Nah ... sudah jelas, Neng!?"
Nagagini mengangguk pelan.
"Nah, sekarang kakangmu ini akan mengajarimu jurus ke dua," kata Jalu, sambungnya, " ... sekarang berbaring miring."
"Kenapa harus miring?"
"Udaahhh .. jangan banyak tanya!"
Tanpa banyak tanya lagi, gadis yang baru saja dapat pelajaran kilat ini berbaring miring sedang Jalu sendiri pun ikut berbaring miring di belakang dan TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
mengarahkan batang kenyal-keras dari belakang ke arah belahan gerbang istana kenikmatan yang masih terlihat bercak-bercak darah.
Slepp ... slepp ... slepp ... !
Dengan beberapa kali tarik-ulur, pilar tunggal penyangga langit yang masih perkasa itu kembali menerjang dinding-dinding istana kenikmatan yang kini terasa licin akibat cairan asmara yang semakin membanjir keluar. Jalu menggerakkan pusakanya keluar masuk perlahan-lahan namun semakin lama gerakannya semakin liar, bahkan dipercepat hingga tubuh Nagagini terguncang-guncang akibat terjangan Jalu dari belakang.
Srakk! Srakk! Sesekali ia memutar-putar gerakan pinggul seolah-olah sedang mengaduk-ngaduk bagian dalam dinding istana milik Nagagini.
Jurus yang dilakukan murid Dewi Binal Bertangan Naga ini adalah jurus "Naga Berbaring Sambil Bersalto Ke Belakang". Dimana dalam jurus ini, Nagagini --
menurut ajaran si Pemanah Gadis-- harus menarik kedua kakinya, sehingga pahanya berada di sudut dan tegak lurus dengan badan. Sementara posisi Jalu sendiri tidur menyamping tepat di belakang Nagagini. Variasi pada jurus ini akan memberikan kesan rileks dengan gerakan ringan. Bila Jalu berada di sebelah kiri Nagagini, ia memberi instruksi pada si gadis untuk meletakkan kaki kiri di atas kedua kaki Jalu.
Kembali pertarungan digelar!
Jalu melihat bibir Nagagini terbuka disertai erangan tertahan.
"Errghhh ... !"
Tubuhnya meliuk-liuk binal menyambut gerakan maju-mundur si pemuda bermata putih.
Hingga sekitar sepenanakan nasi kemudian gadis yang pernah putus kakinya akibat gigitan Ikan Gajah Putih ini melengking panjang dan tubuhnya bergetar hebat.
Gelombang asmara datang lagi!
"Eeergghh ... !"
Dan kembali Jalu merasakan air hangat menyempot keluar dari dalam.
Denyutan-denyutan yang kuat memberikan sensasi tersendiri pada pilar tunggal penyangga langit yang masih asyik keluar-masuk dengan ritme yang berbeda-beda di dalam lubang hangat milik Nagagini, hingga akhirnya Jalu sendiri sudah berniat menuntaskan jurusnya kali ini.
Jalu yang merasakan bahwa gelombang asmara akan datang lebih besar lagi dari sebelumnya dan ia ingin bisa saat yang bersamaan menggapai gelombang asmara yang sama dengan pasangannya.
Si Jalu segera menarik mundur seluruh tenaga yang dipakai.
Srepp! TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Begitu tenaga ditarik, ia mengganti dengan sebuah tarikan napas lembut, mengalir cepat melewati pori-pori bawah perut dan pada akhirnya sebuah denyutan kuat berjalan cepat dari bawah pusar ke ujung pilar tunggal penyangga langit.
"Terima ini, sayang!" kata Jalu sambil mempercepat gerakan.
Nagagini sampai terguncang-guncang, tapi justru inilah yang diharapkannya.
Ia pun semakin menggerakkan pinggul dan pantat lebih cepat ... lebih cepat!
"Aaah ... hhh .... hehh ... ssst ... ugh ... "
Bersamaan dengan itu pula, sebentuk denyutan cepat bergerak pada dinding-dinding gua, menjalar cepat menuju ke ujung. Dan akhirnya ...
Jrass ... ! Sebentuk cairan panas menggelegak tersembur keluar diiringi dengan sentakan keras pilar tunggal penyangga langit hingga melesak ke dalam, menekan erat bagian terujung dari dinding dalam gerbang istana kenikmatan.
Dan bersamaan dengan itu pula, Nagagini mengalami hal yang sama untuk kedua kalinya dalam jurus yang sama.
Serr ... ! Cairan asmara memancar kuat, bertemu dengan lahar panas di dalam.
Saling sembur dan saling semprot!
Tubuh Jalu menegang sambil dua tangan mendekap-meremas kencang dada padat-kencang gadis itu semakin membusung sehingga punggung si gadis menempel erat di dada bidang Jalu yang membuat pilar tunggal penyangga langitnya semakin dalam menekan ke gerbang istana terujung, lain halnya dengan Nagagini. Tubuhnya menggeliat-melengkung indah ke depan dengan kepala mendongak ke belakang memperlihatkan sebentuk leher jenjang serta tangan kanan melingkar kuat di leher si Jalu, seakan dengan begitu, ia bisa memperdalam hunjaman pilar tunggal penyangga langit si pemuda dan kandas di dasar jurang, sebuah kenikmatan tanpa cela, sempurna.
Delapan-sembilan helaan napas kemudian, tubuh mereka mulai melemas.
--o0o" BAGIAN 26 Di waktu yang bersamaan ...
Di Perguruan Tanah Bambu terjadi kegemparan!
Kegemparan apakah"
"Wah, suara apa tuh, kayak bayi nangis aja dech " " gerutu kesal seorang pedagang buah. Maklum, dari tadi cuma laku lima dua buah semangka, dua biji nanas dan satu renteng salak hutan.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Suara bayi, mbahmu!" cetus pedagang sayur, " " itu kan suara orang berteriak-teriak."
"Lho, suara teriak kok mirip suara bayi nangis," tukas pedagang buah tak mau kalah. "Ga mungkin-laaahhh ... "
"Lha emang jatah suara dari sononya dah cempreng macam kaleng rombeng, mau diapakan lagi?"
"Wuuuh ... mbok dulu itu milih suara yang bagusan dikit ... " gerutu pedagang buah sambil celingak-celinguk. Entah apa yang dicarinya.
Saat melintas di depannya seorang laki-laki baju hitam, ia bertanya, "Kang, memangnya ada apa, to" Pagi-pagi kok dah pada ribut!?"
Laki-laki baju hitam tanpa berhenti langsung saja menjawab, "Ada yang mati."
"Di mana?"
"Di pintu selatan agak ke utara sedikit."
"Memangnya yang mati siapa?"
"Orang," jawab pendek laki-laki baju hitam sambil terus berjalan tergesa.
"Lho ... memangnya orang mati bisa teriak, to?" kejar pedagang buah dengan muka kebodoh-bodohan. "Aneh juga!?"
Si laki-laki baju hitam yang dikuntit terus, sontak menghentikan langkahnya.
Brugh! Si pedagang buah langsung menabrak punggung orang di depannya.
"Hei, tolol!" bentak si laki-laki baju hitam sambil tangan kanan mencengkeram kerah baju si pedagang buah. "Denger, ya! Dimana-mana orang mati tidak bisa teriak, yang bisa teriak itu cuma yang hidup! Otakmu itu dimana, hah!?"
"E-e-e-e ... kang! Damai, kang ... damai ... " ucap si pedagang buah ketakutan.
"Jangan melotot begitu, lah!"
Tanpa menggubris sama sekali kata-kata pedagang buah, tangan kiri laki-laki baju hitam njulekin jidat makhluk bodoh yang masih dicengkeramnya dengan seenaknya hingga kepala si pedagang buah berulang kali terdorong ke belakang.
Ga" sakit sih, tapi malunya ... minta amplop, eh ... ampun!
"Makanya punya otak dipake!" bentak si baju hitam, "Jika tidak, kepalamu yang soak ini bakal aku ganti dengan buah semangka tanpa biji! Jelas!?"
"Jelas, Kang! Jelas! Pokoknya jelas, dech! Suwer!" sahutnya dengan dua jari kanan membentuk huruf "V".
"Bagus!" sahut si laki-laki baju hitam sambil melepas kerah baju pedagang buah, lalu ngeloyor pergi begitu saja.
Namun, baru saja lima langkah ...
"Kang, emangnya yang mati " "
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Belum lagi suaranya lenyap, laki-laki baju hitam langsung menyambar buah semangka di dekatnya.
Wutt! Lalu dengan "gaya manis" seperti orang memasukkan bola ke dalam keranjang (inget gaya Michael Jordan waktu mau dunk!), ia mengayunkan semangka besar di tangan ke bawah.
Bluss! Buah semangka yang ternyata benar-benar tanpa biji langsung melesak masuk ke kepala pedagang buah dengan sukses.
Tentu saja pedagang buah langsung kaget karena tiba-tiba kepalanya berubah bentuk!
"Emmm ... emmhhh ... " (maksudnya : tolong ... tolong ... ) Beberapa pedagang --terutama pedagang sayur-- tertawa geli melihat kejadian sebabak tadi. Bukannya kasihan, tapi malah ngetawain temannya yang sedang sial!
"Makanya, kalau tanya-tanya lihat-liat orang dong!" serunya sambil tetap ketawa keras.
"Tapi, lama-lama kasihan juga si Karjo," ujar pedagang kain. "Cepat, bantuin.
Ntar kehabisan napas, tuh."
Si pedagang sayur berjalan mendekat, lalu dengan seenaknya ia kemplang si Kepala Semangka dengan keras.
Prakk! Tentu saja buah semangka yang lunak itu, langsung pecah berantakan.
Terlihat roman muka Karjo yang pucat pasi belepotan daging semangka.
"Apa yang terjadi?" katanya heran.
"Ga terjadi apa-apa, cuma tadi ada semangka jatuh dari langit dan tepat menimpa kepalamu," jawab pedagang sayur sambil senyum-senyum geli campur kasihan. "Tapi ... besok lagi hati-hati, ya."
"Hati-hati kenapa?" tanya Karjo, heran sambil mulutnya pulang-balik masukin buah semangka ke dalam mulut. Mungkin saking kagetnya sampai ia lupa dengan kejadian yang barusan terjadi menimpa dirinya.
"Ya ... hati-hati aja!" sahut si pedagang sayur sambil membalikkan badan.
"Lha, iya ... hati-hati kenapa?" kejar Karjo.
"Ya ... hati-hati supaya tidak kejatuhan semangka lagi. Untung semangkanya cuma kecil," sahut pedagang sayur sambil membenahi barang dagangannya, sambung. " ... coba kalau sebesar rumah, tubuhmu langsung hilang di telan bumi."
"Wah, kalau begitu aku jadi orang sakti, dong!" celoteh Karjo makin ngelantur.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Mungkin otaknya terbuat dari kuaci "kali ya!"
Masa" kejatuhan semangka segedhe rumah dianggap sakti"
"Maksudku, kau langsung ... modar!" ucap pedagang sayur, kemudian tertawa terbahak-bahak.
Bahkan beberapa orang yang ada di tempat itu, sontak tersenyum melihat roman muka pucat bin bego si pedagang buah.
Huh ... dasar kepala semangka!
Sementara itu ...
Seorang perempuan usia sekitar enam puluhan tahun berjalan mendekat.
Meski terlihat ringkih dengan usia yang terus menanjak, tapi roman mukanya terlihat muda belia seperti gadis usia dua puluh tahun. Jarang-jarang ditemui nenek muka segar kayak gitu.
Terhitung barang langka, tuh!"
Meski tidak terlalu cantik, tapi raut mukanya cukup sedap di pandang, apalagi dengan roman terlihat santun. Orang-orang Kepulauan Tanah Bambu mengenalnya dengan nama Nyai Gugur Gunung. Julukannya Dewi Kecapi Hitam.
Dewi Kecapi Hitam bertanya dengan lembut, "Ada apa?"
Beberapa orang berseragam hitam yang mengerumuni sesuatu, terkuak membuka jalan saat mengenali sosok perempuan ini.
"Oh, Nyai Gugur Gunung!" kata salah seorang baju hitam mengenali siapa sosok perempuan baju hitam garis-garis putih yang menyandang kecapi di punggungnya. Ternyata laki-laki yang tadi mengerjai Karjo di pasar. "Ada yang tewas. Tepatnya ... terbunuh."
Nyai Gugur Gunung sekilas memandang sosok mayat tanpa kepala yang tergeletak di pinggir jalan. Belum lagi ia mengatakan sesuatu, terdengar lagi teriakan.
"Ada mayat! Ada mayat!"
Namun belum lagi suara pertama hilang, kembali terdengar teriakan dimana-mana.
"Ada lagi ... !"
"Di sini juga ada ... !"
Kadar teriakan bukannya surut, justru sekarang malah tambah banyak.
Orang-orang saling berlarian ke arah suara yang saling sahut menyahut.
Namun, intinya cuma satu. Ditemukan sesosok mayat!
"Wah, disini juga ada. Tapi lumayan kecil," seru orang yang berada di paling timur. "Cuma ... "
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Orang-orang kembali berlarian mendekat sambil berteriak keras, "Mana"
Mana!?" Dengan muka tak bersalah, orang tadi menunjuk sesosok mahkluk kecil di depannya dengan sebatang ranting.
"Ini."
Saat melihat sosok yang ditunjuk, sontak orang langsung jengkel bukan main!
Ternyata cuma ... bangkai kucing!
"Brengsek kau!" sentak salah seorang temannya. "Bangkai kucing aja pakai acara teriak-teriak segala!"
"Dasar kurang kerjaan!" seru beberapa orang dengan kesal.
Nyai Gugur Gunung dengan sigap memberikan perintah.
"Kau! Cepat lapor ke Penguasa Tapal Batas Selatan!" katanya dengan nada cepat namun masih menunjukkan kesantunan seorang perempuan lanjut usia.


Si Pemanah Gadis Karya Gilang di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Dan kau! Panggil Bandar Mayat kemari," kembali Nyai Gugur Gunung memberi perintah. "Dan lainnya, cari mayat-mayat yang kemungkinan masih ada di sekitar tempat ini dan kumpulkan mayat-mayat menjadi satu."
"Siap, Nyi!"
Tanpa diperintah dua kali, satu orang langsung melesat pergi ke tempat kediaman Dewa Periang karena dialah penguasa wilayah Tapal Batas Selatan.
Satunya lagi segera menghubungi si Bandar Mayat. Sedang sisanya mengumpulkan mayat-mayat yang bertebaran dimana-mana.
"Hemm ... " gumam Nyai Gugur Gunung dengan mata mengedar ke sekitar.
Terlihat beberapa orang menggotong sosok-sosok tanpa nyawa dari tempat yang berbeda.
"Lumayan banyak ... " gumamnya lagi setelah melihat sejumlah mayat yang terjajar rapi di depannya.
Sesaat Nyai Gugur Gunung memeriksa mayat satu per satu. Tidak ada luka dalam atau pun luka luar selain sebuah luka lebar pada leher yang menyebabkan kepala bisa terlepas dari tempatnya bertugas sehari-hari.
Kesamaan semua mayat cuma satu : selain kehilangan nyawa, semuanya tanpa batok kepala!
"Penggalan yang rapi ... " gumam Dewi Kecapi Hitam. " ... atau jurus serangannya yang terlalu cepat?"
Total mayat yang berhasil dikumpulkan oleh orang-orang baju hitam ternyata cukup banyak. Jumlahnya mencapai puluhan, tepatnya dua puluh sembilan mayat telah terkumpul menjadi satu. Jadi tiga puluh jika di tambah dengan bangkai kucing.
Beberapa saat kemudian, orang yang diminta memanggil Bandar Mayat telah kembali. Mukanya pucat pasi plus napas terengah-engah.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Dewi Kecapi Hitam mengkerutkan keningnya.
"Mana si Bandar Mayat?"
Sambil mengatur napas yang masih memburu, ia menjawab, "Maaf ... Nyi ... si Ban ... dar Mayat ... telah jadi ... mayat ... "
"Apa?" terdengar suara Nyai Gugur Gunung agak meninggi.
"Kepalanya hi ... lang ... "
Untuk kedua kalinya, Nyai Gugur Gunung terkaget-kaget.
"Kepalanya juga hilang," desisnya sambil memandangi mayat-mayat tanpa kepala yang berjajar rapi. Gumamnya lagi. "Bandar Mayat juga telah pensiun jadi orang."
Sekelebat bayangan datang mendekat dari arah selatan. Kecepatannya laksana angin puyuh, karena setiap ia tempat yang dilewatinya pasti dibelakangnya terlihat debu mengepul tebal. Jelas tenaga peringan tubuhnya tidak bisa dianggap enteng.
Wutt! Jleegg ... !
Roman muka yang kemerah-merahan seperti bayi baru lahir sedikit terkejut, namun cuma sesaat saja sudah berganti dengan roman riang tanpa beban.
Sosok kakek rambut putih yang baru datang adalah Dewa Periang adanya.
"Dewi Kecapi Hitam! Siapa yang punya pekerjaan seperti ini!?" Dewa Periang bertanya. "Weleeh-weleeh-weleeh! Ni kepala pada kemana?"
Mata-matanya berputar-putar lucu memelototi sosok-sosok terbujur kaku dekat kakinya.
"Mana aku tahu?" jawab Dewi Kecapi Hitam.
"Kepalanya dimana?" tanya kembali Dewa Periang.
"Aku juga tidak tahu, masih di cari orang-orang disana," kata Dewi Kecapi Hitam.
"Kenapa kau tidak memanggil si Bandar Mayat?" kejar Dewa Periang. "Dia
"kan paling ahli dalam urusan kayak gini."
"Heh, si Bandar Mayat tidak bisa datang."
"Lho, kok bisa?" sentak Dewa Periang kaget. " ... ini "kan sudah jadi bagian dari tugasnya."
"Karena si Bandar Mayat sudah malas jadi orang."
"Malas?"
"Dia juga ikut-ikutan mati tanpa kepala," jawab Dewi Kecapi Hitam, enteng.
Dewa Periang tersenyum manyun.
Lalu ia memanggil salah seorang yang ada di dekatnya.
"Kau! Ke sini sebentar," katanya.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Saya, Tuan?"
"Iya, kau kesini."
Yang dipanggil tergopoh-gopoh mendekat.
"Ada apa, Tuan."
"Aku mau minta tolong. Bisa?"
"Bisa, Tuan. Bisa!"
"Tolong kau hubungi Galah Mayat dan Ratu Kuburan. Suruh mereka kemari.
Ada pekerjaan buat mereka. Jelas!?"
"Jelas sekali, Tuan."
"Sip, kalau gitu," ucap Dewa Periang sambil menepuk-nepuk pundak tebal si gemuk.
Si gemuk langsung putar badan.
"Eh, tunggu dulu! Siapa namamu?"
Si gemuk membalik badan.
"Jenggrik. Tapi orang-orang disini sering memanggil saya ... Mata Maling, Tuan." terang orang berbadan bongsor bermata bundar kecil yang bernama Jenggrik ini.
Selebar muka Dewa Periang sontak langsung menahan tawa. Pikirnya,
"Pantes aja di panggil Mata Maling. Matanya bundar kecil kayak gitu, mirip mata maling jemuran."
"Baiklah, Ki Jenggrik. Kami tunggu disini," kali ini yang bersuara Dewi Kecapi Hitam karena melihat dari tadi Dewa Periang mukanya merah-padam menahan tawa.
Mata Maling langsung bergegas pergi. Jangan dilihat postur tubuhnya yang besar macam gajah beranak lima, tapi ilmu lari cepatnya bisa dibilang luar biasa.
Blasssh ... ! Dalam empat helaan napas, sosok bundarnya sudah lenyap di tikungan jalan.
"Kenapa kau ini" Telat buang hajat?" ucap Dewi Kecapi Hitam.
Akhirnya ... "Huahahahahaha ... hahahahaha ... !"
Meledaklah tawa keras Dewa Periang yang membuat semua orang yang berkumpul di tempat ini jadi terlonjak kaget. Bahkan laki-laki bermuka kemerahan ini sampai terbatuk-batuk saking keras dan panjangnya ia tertawa.
"Huahahah ... uhukk ... uuhukkk ... "
"Kau ini kenapa" Kesambet!?"
"Huahha ... dia .... huhuh ... matanya ... hahah ... lucu ... sekali ... "
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Dewa Periang tertawa terus, hingga akhirnya ia jatuh kelelahan.
Saat itulah, dari kejauhan terlihat dua sosok tubuh beda tinggi beda jenis.
Yang sebelah kiri terlalu tinggi untuk ukuran laki-laki pada umumnya.
Mengenakan rompi buntung hitam kusam yang dikancingkan sehingga kulit pucatnya terlihat jelas. Wajahnya biasa-biasa saja, tidak ganteng-ganteng amat juga tidak jelek-jelek amat. Sedang-sedang sajalah. Kalau urusan tua, jelas.
Karena warna rambut sudah dua warna pastilah berusia lima puluh tahun ke atas.
Di pinggangnya terdapat galah bambu sepanjang dua tombak sebesar jari kelingking. Fungsi galah bambu ini selain sebagai alat ukur panjang mayat juga sebagai senjata yang memiliki daya bunuh hebat. Konon kabarnya benda antik ini di dapat dari mendiang kakaknya yang tewas terbunuh oleh lawan.
Selain tinggi tubuh menjulai laksana bambu kering tanpa daun, ada yang lebih luar biasa di bagian wajah.
Tepatnya ... di hidung!
Hidungnya terlalu besar untuk ukuran hidung manusia, mirip-mirip paruh burung betet gitulah, warnanya kuning kecoklatan.
--o0o" BAGIAN 27 Sedang yang sebelah kanan, justru tinggi tubuhnya tidak lebih dari bocah usia tiga tahun. Wajahnya terlihat tua dan keriput macam siput minta diurut agar tidak kisut. Mulutnya tidak pernah berhenti bergerak-gerak. Entah apa yang ada dalam mulut nenek berbadan sekelumit ini.
Mereka berdua adalah pasangan tidak serasi yang biasa dipanggil Galah Mayat dan Ratu Kuburan.
"Ketua, dimana Bandar Mayat?" tanya Ratu Kuburan. "Kenapa tidak kelihatan!?"
Dewa Periang hanya menggerakkan tangan kanan sejajar leher dengan pelan.
Ratu Kuburan terlihat menundukkan muka sedih.
Sementara itu, tanpa banyak cakap, Galah Mayat langsung mendekati sosok yang paling kiri. Hidungnya mengendus-endus sesaat, lalu tangan kanan menjulur menekan ke arah urat nadi.
"Ni orang goblok apa tolol, sih! Sudah jadi mayat begitu mana ada denyut nadinya?" pikir Dewi Kecapi Hitam.
"Ratu Kuburan! Sudah jangan sedih!" kata Galah Mayat dengan suara yang tidak sedap di dengar. "Mayat-mayat ini terbunuh menjelang fajar menyingsing.
Denyut nadinya masih terasa bergetar. Gunakan Ilmu "Membalik Sukma"!"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Dengan sigap, Ratu Kuburan mengikuti perintah Galah Mayat. Dia terlihat jingkrak-jingkrak macam nenek sinting kesurupan dengan suara meracau tak karuan (mungkin merapal mantra "kali, ya!"). Belum lagi semua heran dengan tingkah lakunya, si nenek berbadan secuil ini melompati semua mayat dalam satu sentakan.
Wutt! Jleg! Begitu kaki Ratu Kuburan menyentuh tanah, tiba-tiba saja mayat yang paling kanan menggeliat cepat berdiri.
Tentu saja semua orang yang ada di tempat itu terlonjak kaget!
Bagaimana mungkin orang yang sudah tidak punya nyawa dan tidak punya kepala masih bisa bangun dan sekarang berdiri tegak"
Tentu saja ini adalah ulah dari Ratu Kuburan yang mengerahkan ilmu gaib andalannya yang bernama Ilmu "Membalik Sukma" dimana ilmu ini sanggup mengembalikan sukma orang meski untuk beberapa saat. Yang menguasai ilmu ini selain Bandar Mayat adalah dirinya. Namun orang-orang tahunya hanya mendiang Bandar Mayat saja yang menguasainya.
Orang-orang baju hitam kontan lari serabutan sambil berteriak-teriak ketakutan.
"Ada mayat hidup ... !!
"Ada setan kesiangan ... !"
Benar-benar kacau-balau.
Sedang Dewi Kecapi Hitam sendiri yang notabene memiliki ketabahan tinggi merasa ngeri juga, bahkan tanpa sadar kakinya mundur dua langkah.
"Ilmu setan," desisnya tanpa sadar.
Si mayat terlihat membungkuk hormat pada Ratu Kuburan, orang yang membangkitkannya.
Tanpa peduli dengan sekitarnya, Ratu Kuburan bertanya, "Kau tahu yang membunuhmu?"
Karena tidak punya kepala, si mayat hanya menggoyang-goyangkan dua tangan yang artinya tidak tahu.
"Kau bisa jelaskan bagaimana kau kehilangan kepala?" tanya kembali Ratu Kuburan.
Si mayat tiba-tiba menggenggam tangan kiri seperti orang memegang senjata, lalu digerakkan dalam posisi menebas lurus dari kiri kanan.
"Ada yang lain?" kembali si nenek bertanya.
Kembali si mayat menggoyang-goyangkan tangan pertanda tidak tahu.
"Satu lagi pertanyaanku. Ada berapa orang yang melakukan pembunuhan, terutama yang membunuhmu?"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Si mayat hanya menunjukkan jari telunjuk yang artinya cuma satu orang.
"Terima kasih. Kau boleh kembali."
Begitu kata "kembali" terucap, si mayat langsung menggelosoh begitu saja di tanah.
Ratu Kuburan tiba-tiba menghentakkan tanah tiga kali berturut-turut.
Dugh! Dugh! Dugh!
Aneh bin ajaib, si mayat yang tadi nglumpruk begitu saja di tanah, seperti di angkat oleh tangan-tangan gaib, berpindah ke posisi semula.
Dewa Periang dan Dewi Kecapi Hitam dibuat kagum oleh demonstrasi ilmu gaib milik Ratu Kuburan.
"Galah Mayat!" kata Ratu Kuburan dengan muka sedikit mendongak.
"Sekarang bagianmu!"
Galah Mayat yang sedari awal hanya terdiam, segera merangkap tangan di dada sambil bertanya, "Ketua, semua mayat ini mau dikuburkan dimana?"
"Ke pemakaman umum saja," sahut Dewa Periang.
"Baik."
Mulutnya berkomat-kamit sebentar, lalu tangan kanan menarik galah bambu sepanjang dua tombak dari pinggang.
Sett! Bersamaan dengan itu, keluar larikan-larikan benang abu-abu kusam berjumlah hingga ratusan dan yang langsung membelit mayat-mayat yang berjajar.
Sratt! Sratt! Cepat sekali cara kerja benang-benang abu-abu kusam itu, sebab sebentar saja seluruh mayat sudah terbungkus rapi seperti ulat dalam kepompong. Begitu melihat hasil kerjanya selesai, Galah Mayat menghentakkan kakinya ke tanah.
Dugh! Dugh! Pada hentakan yang kedua, tanah di sekitar mayat terlihat bergelombang seperti riak air tersapu angin. Dan tiba-tiba saja ...
Bless ... ! Dalam waktu bersamaan, mayat-mayat itu langsung tenggelam begitu saja ke dalam tanah.
Sontak, keterkejutan semakin melanda semua orang yang ada di tempat itu.
Bahkan orang-orang baju hitam ada yang terkencing-kencing kala para mayat amblas ke dalam tanah.
"Edan! Ilmu macam apa itu?" desis Dewi Kecapi Hitam.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Namun belum lagi keterkejutan semua orang yang ada di tempat itu lenyap, Galah Mayat melanjutkan hentakan kaki ke tanah untuk ketiga kalinya.
Dugh! Belum lagi lenyap suara hentakan, justru kini Galah Mayat yang amblas masuk ke dalam tanah.
"Dewi Kecapi Hitam! Kau tidak perlu khawatir tentang Galah Mayat. Dia sendiri yang mengirim mayat-mayat itu ke pemakaman," suara Ratu Kuburan terdengar.
"Galah Mayat menggunakan jurus "Alam Gaib Di Tengah Bumi" untuk masuk ke dalam tanah."
Dewa Periang tidak begitu terkejut melihat jurus "Alam Gaib Di Tengah Bumi"
yang digunakan Galah Mayat, karena mendiang Bandar Mayat sendiri pernah menggunakan jurus itu, hanya waktu itu Bandar Mayat tidak sempat mengatakan apa nama dari jurusnya.
"Sudahlah!" tukas Dewa Periang. "Lebih baik kita temui Empat Tua Raja Tanah Bambu yang masih di Balairung Ranting Bambu untuk membicarakan masalah ini."
Dewi Kecapi Hitam mengangguk.
"Ratu kuburan! Kau ikut kami atau menyusul Galah Mayat!?" tanya Dewa Periang.
"Saya ikut Ketua saja."
"Baiklah."
Tanpa banyak kata lagi, ketiganya segera melesat pergi.
Sepenanakan nasi kemudian, ketiganya sampai di Balairung Ranting Bambu.
Dan benar dugaan saja, di tempat itu masih terdapat Tua Raja Pedang Bintang dan Tua Raja Tabir Mentari yang sedang bercakap-cakap santai dengan Nini Cemara Putih.
Melihat kedatangan Dewa Periang, Dewi Kecapi Hitam dan Ratu Kuburan, ketiga petinggi Perguruan Tanah Bambu saling berkerut kening.
"Ada apa, Dewa Periang!?" tanya Tua Raja Tabir Mentari.
"Mohon maaf jika kedatangan kami bertiga mengganggu," jawab sopan Dewa Periang.
"Katakan."
"Telah terjadi pembunuhan massal di wilayah selatan," ujar Dewa Periang kembali.
Nini Cemara Putih, Bramageni dan Barka Satya saling pandang satu sama lain.
"Tepat sekali dugaanmu, Nini Cemara Putih," desis Tua Raja Pedang Bintang.
"Rupanya wilayah kita ingin dibuat banjir darah."
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Belum lagi suara desis hilang dari pendengaran, dari arah timur dua sosok bayangan hitam dan kuning bergerak cepat mendatangi. Dan tujuannya adalah dimana orang-orang itu berkumpul. Ternyata mereka berdua adalah guru-murid Kakek Kocak dari Gunung Tugel yang bernama asli Gayam Dompo dan murid cantiknya Kaswari.
"Celaka, celaka, celaka!" begitu datang, suara keluh-kesah Gayam Dompo langsung terdengar. "Lima puluh anak buahku mati tanpa kepala."
"Apa!?" bentak Barka Satya dengan keras.
Tua Raja Pedang Bintang kaget.
Dewa Periang dan Dewi Kecapi Hitam juga kaget.
Semua kaget! Bahkan Gayam Dompo sampai terlonjak kaget sambil mengelus-elus dadanya.
"Buju buneng! Bikin kaget saja," kata Gayam Dompo sambil mengatur napas.
Cuma Barka Satya yang tidak kaget, karena memang dia yang bikin kaget.
"Dewa Periang ... "
Belum lagi kata-kata Barka Satya berlanjut, Dewa Periang langsung memotong, "Tiga puluh orangku juga kehilangan kepala."
Kembali keterkejutan melanda.
Keadaan mendadak terpenggal karena di sebelah timur terlihat luncuran panah api dan meledak di angkasa.
Duaaarr!! "Celaka! Tapal Batas Timur diserang," desis Tua Raja Pedang Bintang.
Tanpa banyak kata, semua orang yang ada di tempat itu langsung melesat pergi kecuali Nini Cemara Putih.
"Kalian bantu Contreng Nyawa! Aku mau melihat daerah terlarang perguruan kita," seru Nini Cemara Putih dengan mengirimkan suara jarak jauh. "Perasaanku mengatakan akan terjadi sesuatu disana."
Sementara itu, di wilayah Tapal Batas Timur, terlihat puluhan orang tergeletak tanpa kepala. Sedang di sudut tenggara terlihat empat laki-laki berbaju hitam-hitam dengan penutup kepala hitam pula sedang berdiri menonton pertarungan yang terjadi. Yang luar biasa, di punggung masing-masing terlihat menggelantung potongan-potongan kepala manusia yang diikat dengan benang putih.
Rupanya mereka berlimalah para penjagal kepala!
Terlihat salah seorang manusia baju hitam berpedang lebar sedang adu nyawa dengan seorang laki-laki baju kuning bersenjata aneh. Sulit sekali mengatakan kalau benda ditangannya adalah senjata tajam karena meski lurus sepanjang setengah tombak, namun bentuknya bulat memanjang bersegi enam TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
dengan ujung runcing hitam mengkilat. Mirip dengan pensil yang telah diraut tajam. Benda itulah yang dikenal dengan nama Pedang Pensil.
Siapa lagi pemilik benda langka itu jika bukan Contreng Nyawa adanya"
Werr! Werr! Srattt! Ujung pedang tajam si baju hitam menggores lengan kiri Contreng Nyawa.
"Hahaha! Lebih baik kau serahkan saja kepalamu sebagai tumbal, Orang Tua!" bentak si baju hitam, "Kami ... Lima Penjagal Kepala akan dengan senang hati melakukannya!"
"Heh, cuma luka kecil mana bisa membunuhku dengan semudah itu!" dengus Contreng Nyawa sambil menudingkan pedang di tangan kanan. "Justru kalian semua yang harus menyerahkan kepala busuk kalian!"
Tiba-tiba, salah seorang dari Lima Penjagal Kepala berteriak, "Jagal Empat!
Cepat selesaikan pekerjaanmu! Waktu kita tidak banyak lagi."
"Tenang, Kakang! Dalam dua jurus dimuka, kepala orang tua usil ini akan menjadi kepala ke seratus!" seru orang yang dipanggil Jagal Empat, lalu sambil mendengus bengis, ia berkata pada Contreng Nyawa, "Orang Tua! Bersiaplah kau menjumpai raja neraka!"
"Justru kau yang harus menjumpai raja neraka!" balas bentak Contreng Nyawa sambil mengayunkan pedang dari bawah ke atas.
Werr! Sebentuk hamparan angin tajam yang sanggup membelah batu menerjang ke arah Jagal Empat yang sambil mengumpat panjang-pendek bergegas menghindar dengan melenting ke atas.
Wutt! Dari arah ketinggian, pedang lebar di tangan jagal empat bergerak cepat.
Dalam satu tarikan napas saja, bayangan pedang telah memenuhi angkasa dan semaunya meluruk tajam ke arah Contreng Nyawa.
"Kurang ajar! Membunuh satu bangsat saja harus mengerahkan jurus "Pedang Memenuhi Delapan Penjuru"!" desis yang paling pojok.
Akan tetapi Contreng Nyawa bukanlah tokoh kemarin sore. Hampir dari tiga puluh tahun malang melintang di rimba persilatan dengan mengukir nama besar si Pedang Pensil. Tentu saja tidak bakalan mudah mempecundangi apalagi membunuhnya. Begitu melihat bayangan pedang tajam yang mengincar nyawanya, Pedang Pensil di tangannya kembali bergerak cepat memutar membentuk kubah.
Wutt! Wutt! Sebentuk hawa padat kekuningan melingkupi tubuh Contreng Nyawa..
Cring! Criing ... criing ... !
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Suara dentingan nyaring terdengar.
"Kurang ajar! Luka beracun di lengan kiriku seperti ulat menggerogoti tulang,"
kata hati Contreng Nyawa. "Jika begini terus, jurus "Kubah Pedang Pelindung Jiwa"-ku rasa-rasanya tidak akan mampu bertahan lebih dari dua helaan napas ...
atau memang inilah saaat-saat terakhirku di tempat ini!?"
Cring! Criing ... criing ... !
Kembali terjadi benturan nyaring dan terlihat kubah yang melindungi Contreng Nyawa retak-retak di beberapa bagian. Dan akhirnya ...
Blarrr ... ! Kubah pelindung hancur berkeping-keping.
Terlihat disana, Contreng Nyawa tergeletak dengan napas kembang-kempis.
Sedang lawan terlihat berdiri angkuh dengan pedang menempel di leher kanan Contreng Nyawa.
"Bagaimana" Ada permintaan terakhir!?" ejek Jagal Empat.
Jika bukan karena luka sayat beracun di lengan kiri, tak bakalan Contreng Nyawa bisa takluk secepat itu. Apalagi ketika ia menggunakan jurus "Kubah Pedang Pelindung Jiwa" yang justru membuat racun cepat sekali menjalari aliran darah.
"Bunuh ... saja ... aku ... tapi aku tidak ... rela ... " kata Contreng Nyawa terbata-bata, "Rohku ... akan mengejar-ngejarmu ... seumur hidupmu ... "
Jagal Empat sedikit terhenyak mendengarnya. Ada rasa aneh menggelayuti di dalam dirinya, namun dalam dua kedipan mata ia menepiskan rasa aneh itu.
"Jika itu permintaanmu ... berangkatlah sekarang ... Orang Tua!" desis Jagal Empat.
Pedang lebar direnggangkan sejarak satu jengkal, lalu dalam satu tarikan saja, kepala Contreng Nyawa menggelinding di tanah.
Sett! Crass! Blugh! Sebentuk kepala menggelinding di tanah.
Contreng Nyawa sendiri yang sudah pasrah memang berniat tidak menutup mata saat pedang tajam lawan menebas lehernya. Di saat terakhirnya ia memang berniat menantang kematian dengan mata terbuka. Benar-benar laki-laki yang tabah.
Namun bagaimana pun juga, penentu hidup mati seseorang adalah hak Yang Maha Kuasa, bukan hak manusia mencabut nyawa seseorang.
Yang menggelinding di tanah bukan kepala Contreng Nyawa tapi justru kepala Jagal Empat!
Lho, kok bisa!"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
--o0o" BAGIAN 28 Satu sosok tubuh gemuk dengan seluruh kulit kuning emas berdiri gagah.
Tangan kirinya yang mengencang rapat terlihat diselimuti bara api berpijar.
Tangan itulah yang tadi memenggal kepala Jagal Empat dalam satu kali tebas.
Jagal Empat tidak menyangka kalau justru kepalanya sendiri tertebas dan jatuh menggelinding di tanah sejauh empat langkah.
Sosok ini menatap tajam ke arah empat orang baju hitam yang berdiri sejarak dua belas langkah dari hadapannya.
"Rupanya kalian yang membuat wilayah Tanah Bambu menjadi tidak tenang akhir-akhir ini," desisnya geram.
Kakinya melangkah dengan berdebam.
Bummm .... bummm ... !
Jelas sekali hawa kemarahan telah menyungkup dalam jiwa si laki-laki gemuk kuning emas yang tidak lain Tua Raja Tabir Mentari. Seluruh tubuhnya memancarkan api berkobar-kobar sehingga hawa di sekitar tempat itu bagaikan matahari diturunkan di atas kepala.
Kepala Jagal Empat diinjak begitu saja.
Kress! Blub! Langsung hancur lumat di sertai bau daging terbakar.
"Kalian mau kepala?" desis kembali Tua Raja Tabir Mentari. "Ini ... ambil kepalaku."
Empat orang itu terpana tidak bisa bergerak untuk beberapa saat. Mereka semua melihat bagaimana kepala Jagal Empat di tebas tangan gemuk seperti orang menebas rumput.
"Kita harus lari," gumam laki-laki yang tengah. "Bersiaplah kalian."
"Memangnya kalian mau lari kemana?"
Terdengar teguran halus di belakang mereka berempat.
Ke empatnya dengan gerak refleks segera berloncatan kesana-kemari.
Wutt! Terlihat satu sosok tubuh seperti baru saja keluar dari alam gaib. Jelas sekali, ilmu ringan tubuh yang dimiliki sosok tinggi kurus berjenggot putih dan berpakaian serba putih tidak bisa dianggap sebelah mata. Buktinya, empat dari Lima Penjagal Kepala tidak menyadari kalau di belakang mereka telah berdiri sosok agung ini.
Terlihat tangan kiri disembunyikan di belakang punggung namun tidak bisa menutupi gagang pedang yang tergenggam. Sosok tua penuh wibawa memakai TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
topi tinggi keperakan seperti pejabat istana ini sulit sekali diterka berapa usianya, karena meski bersosok tua namun paras wajah tampannya seperti pemuda usia puluhan tahun.
Dialah ... Tua Raja Pedang Bintang!


Si Pemanah Gadis Karya Gilang di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Belum lagi ke empatnya berpikir bagaimana cara meloloskan diri dari tempat itu, dalam waktu yang hampir bersamaan telah mengepung rapat Dewa Periang, Dewi Kecapi Hitam, Ratu Kuburan dan Galah Mayat. Menyusul kemudian Kakek Kocak dari Gunung Tugel dan Kaswari.
"Jadi ini keparat-keparatnya!?" sentak Kakek Kocak dari Gunung Tugel.
"Bagus! Kalau begitu aku bisa berpesta pora sekarang."
"Guru, lebih baik kita tolong Paman Contreng Nyawa dulu," bisik Kaswari.
"Kelihatannya dia terluka parah."
"Tapi ... "
"Aaahh ... tidak ada tapi-tapian!" tukas Kaswari sambil menyeret tangan gurunya. "Ayo ... !"
"Iya deh ... iya ... " kata si kakek sambil bersungut-sungut. "Huh ... tidak bisa unjuk gigi di hadapan Nyai Gugur Gunung, nih."
Lagi-lagi Kakek Kocak dari Gunung Tugel memang paling tidak bisa menolak kemauan dari si murid tunggal yang sudah dianggapnya seperti cucunya sendiri ini.
"Tua Raja Tabir Mentari! Aku ambil bagian lebih dulu!" seru Dewa Periang sambil mengebutkan selendang kuning panjang yang semula tersampir di lehernya.
Wutt! Dalam waktu sepersekian detik, sebentuk tongkat tercipta kala tenaga dalam mengalir lepas. Begitu terbentuk sempurna, senjata aneh yang disebut dengan Tongkat Gulungan Kain di tangan Dewa Periang segera menerjang orang paling kiri.
Srazz! "Tongkat Gulungan Kain!" Kau pasti ... Dewa Periang!" seru orang yang diserang sambil memapaki serangan dengan ayunan pedang. "Jagal Lima siap melayanimu!"
Trang! Crang! Orang yang menyebut dirinya Jagal Lima segera mengerahkan jurus-jurus pedang tingkat tinggi.
"Bagus kalau kau sudah tahu siapa diriku!" bentak Dewa Periang sambil memutar tubuh setengah lingkaran dan bersamaan dengan itu tongkat di tangannya bergerak cepat ke arah punggung lawan.
Werr! TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Sebentar saja, Dewa Periang dengan jurus dan senjata Tongkat Gulungan Kainnya saling terjang dengan lawan. Bisa dikatakan Dewa Periang menemui lawan yang seimbang, baik tenaga sakti mau pun jurus-jurus silat bisa dikatakan setara.
Akan halnya Dewi Kecapi Hitam sendiri langsung menyergap salah seorang dari Lima Penjagal Kepala. Namun baru bentrok beberapa jurus, terlihat kalau Dewi Kecapi Hitam berada di bawah angin. Barulah ketika Ratu Kuburan dan Galah Mayat datang membantu, keadaan terlihat seimbang. Perpaduan jurus ketiga penyerangnya membuat Jagal Tiga lintang-pukang menyelamatkan diri.
Tua Raja Tabir Mentari sendiri yang sejak tadi siap mengumbar amarah, justru menatap lawannya dengan tajam.
"Aku menginginkanmu ... menginginkan nyawa busukmu, keparat!" desis Tua Raja Tabir Mentari.
"Tidak segampang itu kau mengambil nyawa milik Jagal Satu, Tua Raja Tabir Mentari!" dengus orang baju hitam yang menyebut diri: Jagal Satu. "Tidak segampang itu!"
"Kita buktikan, siapa yang benar!"
Tubuh Tua Raja Tabir Mentari mendadak berkobar-kobar diselimuti api.
Swoshhh ... ! Jurus "Sinar Matahari Menembus Bumi" adalah jurus ke tiga dari Ilmu "Iblis Matahari" dimana jurus ini sanggup membumihanguskan area sejarak empat tombak bahkan lebih. Semua area yang dirambati hawa sepanas matahari akan langsung terbakar hangus. Kali ini, jurus pembawa maut langsung dikerahkan.
Tua Raja Tabir Mentari paling tidak suka bertele-tele, mengumbar segala macam jurus yang tidak berguna adalah hal paling tidak disukainya. Barka Satya yakin kalau tokoh berselubung hitam di hadapannya berbeda dengan para Penjagal Kepala yang lain. Entah mengapa, dari lubuk hatinya yang paling dalam, ia merasa bahwa laki-laki yang menjuluki diri Jagal Satu merupakan lawan tangguh.
Dua tangan yang dikobari menyala segera mendorong ke depan.
Wuttt! Sebongkah bola api menerabas udara.
Jagal Satu mendengus pelan, lalu di saat berikutnya dua tangan di tarik dari atas ke bawah seperti orang meninju bumi. Berikutnya dengan gerakan seperti mencongkel tanah, kedua tangannya yang telah diselimuti butiran-butiran hitam bernuansa dingin segera di dorong ke depan.
Wesss ... ! Jegerrr ... ! Terdengar benturan keras memekakkan telinga.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Barka Satya terkejut bukan alang kepalang melihat lawan sangguh memapaki jurus pukulan "Sinar Matahari Menembus Bumi". Bahkan yang membuatnya lebih terkejut lagi, tangannya yang masih memendarkan hawa panas api justru terasa dingin membeku.
"Kau ... kau ... !?" bentaknya keras. "Kau memiliki Ilmu "Baju Es Hitam"! Apa hubunganmu Penghuni Gerbang Surga!?"
"Huh! Memangnya yang bisa jurus seperti itu hanya orang-orang sok suci itu!?" ejek Jagal Satu. "Jurus picisan seperti itu apa hebatnya!" Anak kecil saja juga bisa!"
Tua Raja Tabir Mentari yakin sekali bahwa hawa dingin yang menyengat tangannya adalah salah satu rangkaian dari Ilmu "Baju Es Hitam" yang hanya dimiliki orang-orang dari Gerbang Surga.
"Dia berbohong," pikir Tua Raja Tabir Mentari, "Jika begitu, aku harus membuktikan kalau dugaanku benar."
Seiring dengan naiknya porsi kemarahan, hawa panas yang melingkupi Tua Raja Tabir Mentari semakin meningkat tajam. Bahkan dua orang terdekat dari Tua Raja Tabir Mentari harus menjauh beberapa tombak.
Swoshhh ... ! Sekilas, tubuh Tua Raja Tabir Mentari bagai di bakar api menyala-nyala yang kadang menjilat-jilat udara di sekitarnya. Meski begitu, tak satu pun bagian dari bulu rambut Barka Satya terbakar. Itulah hawa sakti tingkat dua dari Ilmu Sakti
"Iblis Matahari" yang bernama jurus "Matahari Tunggal Tanpa Tanding". Untuk menguasai jurus ini, Barka Satya harus berlatih keras di dalam perut kawah gunung berapi selama satu tahun penuh.
Salah sedikit dalam berlatih ... nyawa taruhannya!
Namun hasilnya memang tidak mengecewakan.
Setelah setahun penuh menyabung nyawa demi meningkatkan ilmu kesaktian, Tua Raja Tabir Mentari berhasil menguasai ilmu ini.
Lima tahun kemudian, barulah Barka Satya mencoba masuk ke tahap akhir dari Ilmu Sakti "Iblis Matahari" yang bernama "Kekuasaan Sang Matahari". Jurus ini cara melatihnya justru bertolak belakang dengan jurus "Matahari Tunggal Tanpa Tanding". Jika jurus "Matahari Tunggal Tanpa Tanding" harus berada dalam perut kawah api maka jurus "Kekuasaan Sang Matahari" semakin dalam lagi.
Tepatnya ... di inti kawah gunung berapi!
Benar-benar ilmu sakti yang mempertaruhkan nyawa untuk menguasainya.
Meski waktunya tidak selama mempelajari jurus "Matahari Tunggal Tanpa Tanding", toh tetap saja berbahaya. Tiga kali sudah Barka Satya hampir gagal.
Pada kali ke empat, barulah jurus "Kekuasaan Sang Matahari" bisa dikuasai sepenuhnya.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Selama ini, belum satu kali pun jurus "Matahari Tunggal Tanpa Tanding"
kugunakan selain untuk latihan. Hemm .. ada baiknya manusia busuk ini sebagai tikus percobaan," pikir Tua Raja Tabir Mentari sambil terus mengempos kekuatan terpendam dari jurus "Matahari Tunggal Tanpa Tanding"-nya.
Begitu mencapai hampir delapan bagian, Tua Raja Tabir Mentari melesat cepat laksana peluru meriam lepas dari sarang.
Wuuung ... ! Suara mengaung laksana lebah menggebah.
Jagal Satu sedikit terhenyak.
"Bangsat! Jurus apa yang digunakan manusia buntal ini!" Panasnya bagaikan matahari di atas kepala!" desis Jagal Satu sambil melangkah mundur dua tindak ke belakang tanpa disadarinya. "Brengsek! Satu-satunya ilmu tandingan yang kumiliki cuma Ilmu "Baju Es Hitam" tingkat delapan. Andai saja tingkat sepuluh sudah berhasil kutembus, tak bakalan aku gentar seperti ini."
Kegentaran melanda hati Jagal Satu, namun sebagai salah seorang tokoh persilatan yang disegani tak membuatnya patah arang. Meski ia tahu kemampuannya tidak sebanding dengan lawan, tapi harga dirinya sebagai seorang tokoh silat yang mengharuskannya menghadapi setiap kenyataan yang ada. Ilmu "Baju Es Hitam" tingkat delapan dikerahkan hingga melebihi batas kemampuannya.
Sraaakk! Srakk!
Dalam waktu satu kedip saja, seluruh tubuh Jagal Satu terbungkus lapisan-lapisan es hitam pekat. Inilah Ilmu "Baju Es Hitam" tingkat delapan yang disebut dengan nama jurus "Bongkahan Es Abadi".
Sepasang telapak tangan terpentang lebar digerakkan beruntun dalam gerakan mendorong.
Wutt! Wutt! Wuss!
Tujuh-delapan bayangan tapak es hitam melesat cepat, menyongsong arah kedatangan Tua Raja Tabir Mentari!
Duarrr ... duarr ... jduarrr ... !
Tiga letusan beruntun terdengar saling susul-menyusul di sertai sengatan panas-dingin silih berganti. Benar-benar sebentuk pertarungan tingkat tinggi yang jarang sekali terjadi.
Sosok bola api terpental sejauh enam tombak lebih, menggelinding bagai bola sepak dan akhirnya berhenti setelah melindas hancur sebongkah batu sebesar gajah. Begitu kobaran api padam, terlihat sosok Tua Raja Tabir Mentari dalam posisi berjongkok. Terlihat jelas kalau dirinya baik-baik saja.
Akan halnya nasib Jagal Satu, sudah bisa di tebak.
Begitu benturan pertama terjadi, tubuh yang diselimuti oleh lapisan es hitam seketika hancur menyerpih lembut. Bahkan saking lembutnya, menjadi debu-TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
debu kuning-hitam yang menyebar ke mana-mana. Jelas sudah, jurus "Matahari Tunggal Tanpa Tanding" lebih unggul dari jurus "Bongkahan Es Abadi"!
Pertarungan yang singkat memang, tapi sudah menunjukkan kelasnya sendiri!
Sementara itu, sisa dari Penjagal Kepala masih tarik-ulur dengan masing-masing lawannya. Namun, mengetahui Jagal Satu tewas, bukannya membuat nyali mereka kendor, justru Tiga Jagal yang tersisa semakin gencar membangun serangan. Sebab mereka yakin, kesempatan untuk lolos dari tempat itu sangat kecil. Apalagi yang menjadi lawan mereka bisa dikatakan tokoh silat kelas atas Perguruan Tanah Bambu.
Jagal Dua yang adu tanding dengan Tua Raja Pedang Bintang pun tidak bisa berbuat banyak. Bagaimana pun juga tingkat ilmu kesaktiannya masih dua tingkat di bawah Jagal Satu, sedangkan Jagal Satu saja tewas di tangan Tua Raja Tabir Mentari.
Bisa dipastikan nyawanya juga di ujung tanduk!
Cara bertarung Tua Raja Pedang Bintang pun cukup aneh. Tidak ada gerakan sama sekali dari tubuhnya yang berdiri tenang dengan pedang tetap berada di belakang punggung. Namun setiap kali Jagal Dua menerjang dengan ayunan kapak kembarnya, sebentuk hawa pedang tanpa ujud menghadang.
Crang! Crang! "Gila! Orang macam apa yang ada didepanku ini!?" desis Jagal Dua sambil matanya mengamati lawan. "Dia tidak bergerak sedikit pun, tapi sanggup menyerang balik."
"Kenapa kau bengong, Jagal Dua!?" kata lembut Bramageni. "Bukankah kau menginginkan kepala manusia. Ini kepalaku, silahkan kau ambil."
"Tua Raja Pedang Bintang! Jangan dikira dengan ilmu picisanmu membuatku gentar!" bentak Jagal Dua. "Yang tadi aku lakukan barulah pemanasan!"
"Ooo ... baru pemanasan?" ejek Tua Raja Pedang Bintang. "Lalu kenapa kau lintang-pukang macam monyet buduk menari?"
"Bangsat!"
Jagal Dua segera melemparkan dua kapaknya ke arah Tua Raja Pedang Bintang.
Wutt! Craaang! Traang!
Lagi-lagi sebentuk hawa pedang melesat dan saling tabrak dengan dua kapak hingga terdengar suara nyaring.
Tentu saja Jagal Dua tahu kalau lemparan kapaknya tidak akan sanggup menembus benteng pertahanan lawan. Namun bukan itu tujuannya. Begitu tidak ada senjata di tangan, Jagal Dua memasang kuda-kuda kokoh. Sepasang tangannya di tangkupkan di depan dada dengan mulut berkomat-kamit seperti membaca sesuatu.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Apa yang dilakukan oleh Jagal Dua hanya dipandang saja oleh Tua Raja Pedang Bintang.
"Ilmu apalagi yang digunakan manusia satu ini," kata hati Bramageni.
Belum lagi kecamuk dalam hati bramageni terjawab, dari bawah kaki Jagal Dua tiba-tiba menyembur asap tebal bergulung-gulung dan membungkus sosok lagi-lagi berpakaian hitam-hitam ini.
Blubb ... bluubb ... !
"Duh ... pake main asap pula ... " gumam Tua Raja Pedang Bintang tanpa sadar. "Kayak anak kecil aja."
Tiga-empat helaan napas, asap pun buyar. Dan satu sosok yang diluar perkiraan siapa pun --termasuk Bramageni tentunya-- telah berdiri kokoh menggantikan sosok Jagal Dua.
Bramageni secara tidak sadar mundur dua langkah.
Sosok yang sekarang berdiri kokoh dihadapannya bukanlah sosok yang bisa disebut dengan istilah : MANUSIA, tapi lebih tepat disebut dengan istilah : BINATANG LANGKA!
--o0o" BAGIAN 29 Satu sosok binatang berkaki empat dengan sepasang mata kecil dan ekor belakang yang kecil pula berdiri garang. Mata kecilnya terlihat beringas dengan napas sedikit mendengus. Kulit hitam terlipat dan kasar menunjukkan ketebalannya. Badannya cukup besar untuk ukuran binatang aslinya dimana memiliki ukuran mendekati dua kali dari sosok asli binatang berkaki empat.
Dengan melihat cula putih besar di atas hidungnya, bisa dipastikan dia adalah binatang langka yang disebut orang sebagai ... badak!
"Badak?" desis Tua Raja Tabir Mentari yang tertarik melihat kepulan asap membungkus tubuh Jagal Dua. Saat dirinya sampai dekat Bramageni, barulah sosok badak ini tercipta sempurna.
"Rupanya kau tahu tentang binatang jelek ini, Adi Barka Satya!?"
"Tentu saja, Kakang Bramageni." potong Barka Satya. "Untung saja dia berubah jadi badak, coba kalau jadi tikus sawah. Kutampar moncongnya ... pasti langsung celeng."
"Hahahahah!"
"Silakan kalian tertawa sepuasnya, toh sebentar lagi nyawa kalian akan berpindah tempat," terdengar satu suara menggema.
"Ternyata ini badak ajaib. Buktinya bisa ngomong!"
"Baru kali ini aku ngomong sama binatang," ucap Bramageni sambil tetap tertawa tanpa suara.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Kakang, apa kau sesuatu tentang hewan sial ini!"
"Jeleknya, maksudmu!?"
"Bukan! Apa Kakang Bramageni masih ingat dengan Sepuluh Ilmu Terlarang Rimba Persilatan?" tanya Barka Satya alias Tua Raja Tabir Mentari.
"Ya. Aku ingat. Manusia sinting ini telah bersekutu dengan Setan Badak untuk mendapatkan Ilmu "Raga Badak" yang konon katanya kebal dari senjata apa pun.
Pukulan sakti juga tidak bisa membunuhnya," tutur Bramageni sambil mengamati sosok badak ajaib di depannya.
Belum lagi ia melanjutkan ucapannya, terdengar seruan tertahan.
Terlihat Dewa Periang, Nyai Gugur Gunung, Ratu Kuburan dan Galah Mayat berloncatan menghindari lawan.
Saat itu, ajang tarung hampir mencapai puncak dengan terdesaknya Jagal Tiga dan Jagal Lima oleh lawan masing-masing. Dan di saat kritis, keduanya tiba-tiba diselimuti asap tebal dan begitu asap buyar, terlihat dua sosok binatang yang luar biasa besarnya.
Seekor gajah dan seekor kerbau!
Dua binatang jelmaan ini mendengus keras hampir bersamaan sambil berjalan mendekati si badak dan bergabung dengannya.
Rriiieeeeng ... !
Nggoooekkk ... !
Dewa Periang dan kawan-kawannya berloncatan mendekati Tua Raja Tabir Mentari dan Tua Raja Pedang Bintang.
"Waduh, bagaimana ini?" kata khawatir Nyai Gugur Gunung.
"Apanya yang bagaimana?" tukas Gayam Dompo yang berjalan beriringan dengan Contreng Nyawa yang keadaannya sudah lebih baik. "Tinggal kemplang satu-satu, "kan beres?"
"Kemplang kepalamu!" kata Dewa Periang sambil jari telunjuknya mendorong jidat Gayam Dompo. "Apa kau tidak tahu ilmu apa yang dipakai oleh mereka!?"
"Tidak," kata Kakek Kocak dari Gunung Tugel dengan wajah bego. "Paling juga ilmu sihir."
"Celaka! Tiga dari Sepuluh Ilmu Terlarang Rimba Persilatan ada di depan mata kita!" desis Tua Raja Pedang Bintang. "Entah cobaan apa yang diberikan Yang Kuasa pada wilayah Tanah Bambu ini."
"Tua Raja Pedang Bintang! Cobaan atau bukan, kita tetap harus menghadapinya," kata sopan Dewi Kecapi Hitam.
"Benar."
"Kita hadapi bersama-sama!" kata tegas Dewa Periang.
"Andaikata Adi Dahana Lungit ada disini ... "
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Aku sudah datang dari tadi."
Satu sosok suara terdengar jelas, namun tidak kelihatan batang hidungnya.
Selain Dua Tua Raja, semua orang celingak-celinguk kesana-kemari tapi orang yang dicari tidak kelihatan.
"Sudahlah ... kalian tidak perlu mencari," ujar Tua Raja Pedang Bintang. "Dia sudah ada di belakang tiga makhluk jelek itu."
Benar saja! Satu sosok tubuh tinggi tegap melesat keluar dari dalam tanah dan sebentar kemudian, sosok tinggi besar yang tinggi tubuhnya di atas manusia normal ini telah berdiri kokoh. Baju balutan rompi dari kulit beruang putih tidak kotor sama sekali meski ia baru saja keluar dari dalam tanah. Tanpa banyak kata, sepasang tangan yang mengepal memancarkan cahaya merah terang dan langsung dihantamkan ke arah tiga binatang jelmaan itu.
Bukk! Bukk! Bugh!
Hantaman Tua Raja Bedah Bumi bukan sembarang hantaman biasa, tapi sanggup membuat kubangan besar untuk mengubur empat gajah sekaligus.
Namun luar biasanya, tiga binatang itu hanya bergetar saja, tidak terluka parah sedikit pun.
Benar-benar aneh!
Begitu selesai menghantam, sosok Tua Raja Bedah Bumi langsung amblas bumi begitu saja dan belum sampai satu kedip, sudah muncul begitu saja di samping Tua Raja Pedang Bintang.
"Guru!" sapa Ratu Kuburan dan Galah Mayat hampir bersamaan.
Weit, apa lagi ini!"
Usia Ratu Kuburan dan Galah Mayat bisa dikatakan dua puluh tahun lebih tua dari Tua Raja Bedah Bumi, tapi mereka berdua menyebut Guru pada laki-laki tinggi besar ini.
Kok bisa!"
Masalahnya cuma satu!
Mereka berdua pernah kalah bertarung dengan Tua Raja Bedah Bumi dan jurus "Alam Gaib Di Tengah Bumi" milik Galah Mayat dan mendiang Bandar Mayat adalah ilmu yang diajarkan Tua Raja Bedah Bumi. Meski tidak mau mengakui ke dua orang itu menjadi murid, tapi untuk melegakan hati keduanya (habisnya waktu itu ngancem bunuh diri, sih ... ), laki-laki dengan baju kulit beruang ini hanya ikut saja bahkan dengan senang hati mengajarkan jurus "Alam Gaib Di Tengah Bumi".
Tua Raja Bedah Bumi hanya mengangguk sekilas dan itu lebih dari cukup untuk sekedar sapaan.
"Kalian bisa lihat, bukan!" Aku hantam dengan Ilmu "Tinju Bumi" saja mereka cuma bergoyang saja. Terluka saja tidak," tutur Tua Raja Bedah Bumi.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Hahaha! Kalian semua tidak akan bisa mengalahkan kami!" seru Jagal Dua yang menjelma menjadi badak.
"Betul! Kami bertiga menguasai tiga ilmu sesat paling hebat dan paling sesat yang ada di muka bumi ini!" sambung Jagal Tiga yang menjelma menjadi seekor gajah. "Cuma mimpi saja kalian bisa membunuh kami bertiga."
"Mana bisa kalian membunuh kami?" bentak si kerbau jelmaan Jagal Lima.
"Ilmu sesat "Raga Badak", Ilmu "Sukma Gajah" dan Ilmu "Setan Kerbau"
kembali muncul di rimba persilatan," tutur Tua Raja Bedah Bumi. "Jika benar dugaanku, pastilah tujuh ilmu sesat yang lain telah memiliki penerusnya."
"Jika benar seperti yang Kakang Dahana katakan, maka rimba persilatan akan dilanda prahara besar," sambung Tua Raja Tabir Mentari.
"Benar."
"Kakang Dahana! Jika mereka kubakar hidup-hidup, apa mereka bisa mati!?"
"Tidak."
"Jika menggunakan Pedang Raja Tujuh Langit?"
"Juga percuma."
"Dengan ... Gelang Hitam Belenggu Hawa?" usul Gayam Dompo.
"Apa gelang pusakamu sanggup menahan gempuran Ilmu "Tinju Bumi?""
"Jelas tidak."
"Kalau begitu ... bagaimana cara mengatasinya, Guru?" sela Galah Mayat.
"Aku tidak yakin dengan pemikiranku ini ... tapi ini patut dicoba."
"Katakan saja, siapa tahu kami bisa melakukannya."
"Kalian tidak akan bisa ... cuma Galah Mayat dan aku yang bisa."
Semua yang ada di tempat itu tahu seberapa tinggi kesaktian Galah Mayat.
Hanya lebih tinggi empat tingkat dari murid Gayam Dompo.
"Guru ... tidak main-main!?"
"Tidak."
Galah Mayat semakin bingung.
"Di antara kita semua yang ada di sini, hanya saya dan Kaswari yang rendah ilmunya, kenapa ... "
Tua Raja Bedah Bumi membisikkan sesuatu ke telinga Galah Mayat.
"Benarkah!?"
"Bukankah itu patut dicoba!?"
"Betul."
"Kalau begitu ... lakukan!" lalu bisiknya pada yang lain. "Tolong kalian rapatkan tubuh untuk menutupi Galah Mayat."
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Meski bingung dengan perkataan Dahana Lungit, namun toh melakukan apa diperintahkan oleh laki-laki berbaju kulit beruang putih itu. Galah Mayat segera berpindah tempat ke belakang, lalu tubuh mendadak lenyap amblas bumi.
Sementara itu ...
"Jagal Lima, bagaimana sekarang?" bisik Jagal Tiga.
"Kita serang mereka. Mumpung mereka belum siap."
"Lihat, mereka membentuk barisan," ujar Jagal Dua pada dua kawannya.
"Mungkinkah mereka hendak menyatukan ilmu kesaktian untuk menggempur kita bertiga?"
"Sesakti apapun mereka, tidak akan sanggup membunuh kita. Pokoknya kalian tenang saja," tandas Jagal Lima. "Lagi pula, dengan mereka saling menghimpun kesaktian, justru memudahkan kita untuk membantainya."
"Kalau begitu ... serang!" perintah Jagal Dua.
Dua belas kaki melangkah berdebam menggetarkan bumi.
Badak menerjang cepat dengan cula besar.
Kepala gajah sedikit merunduk, mengedepankan sepasang gading besar berkilau.
Sedangkan kerbau"
Tentu saja setelah menguak panjang dengan kepala digelengkan kanan-kiri, mengikuti langkah gajah dan badak menerjang ke arah tokoh silat dari Perguruan Tanah Bambu. Posisi penyerangan yang dilakukan ketiga binatang jelmaan ini bisa dikatakan teratur. Badak di posisi paling depan sebagai ujung tombak, akan halnya gajah dan kerbau berlari sejajar sejarak tiga jengkal. Jelas bahwa ketiga tokoh sesat ini telah cukup lama berlatih formasi penyerangan seperti ini.
Namun, belum lagi ketiganya mendekati sasaran, tiba-tiba saja ... tanah yang diinjak kerbau mendadak bergelombang seperti air.
Dan akibatnya ...
Blass ... ! Blasss ... !
Dalam sedetik saja, sepasang kaki belakang binatang jelmaan ini telah masuk sebatas paha, dan pelan namun pasti semakin terhisap ke dalam tanah. Sontak, kerbau jelmaan Jagal Lima meronta-ronta, berusaha keluar dari lubang tanah yang tiba-tiba saja ada begitu saja.
"Kawan-kawan! Tolong!" teriaknya disertai dengusan kuat.
Gajah dan badak yang baru sebentar lagi menerjang ke arah para tokoh-tokoh silat tingkat atas Perguruan Tanah Bambu langsung balik badan. Keduanya kaget melihat keadaan si kerbau.
"Keparat! Kenapa bisa seperti ini?" terdengar suara gema dari mulut badak.
Gajah dengan sigap menggunakan belalainya, melilit badan kerbau dan berusaha menarik keluar. Namun tubuh kerbau justru sedikit demi sedikit TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
semakin tenggelam, bahkan kini dua pertiga tubuh hitamnya sudah masuk ke dalam tanah. Gajah dan badak sedikit demi sedikit juga terseret.
Di bawah tanah, Galah Mayat menarik kaki kerbau dengan tenaga luar-dalam hingga mukanya sampai pucat kehijauan.
"Edan! Kerbau sial ini kuat sekali!" pikir Galah Mayat. "Tapi jika kulepas, nasib Guru dan kawan-kawan jadi taruhan. Aku tidak boleh menyerah. Harus bisa!
Harus bisa!"
Kata-kata semangat itulah yang membuat Galah Mayat semakin kesetanan hingga kekuatan yang melebihi batas kemampuannya tercurah hingga urat-urat kehijauan di tangan bersembulan keluar.
Di permukaan tanah ...
"Galah Mayat sudah beraksi!" ucap Dewa Periang. "Tua Raja Bedah Bumi, tampaknya Galah Mayat sedikit kesulitan."
"Aku tahu! Baiknya kalian coba serang pada titik-titik lemah yang barusan kuberikan! Kemungkinan salah satunya bisa berhasil," bisik Tua Raja Bedah Bumi. Belum lagi suaranya lenyap, tubuhnya sudah amblas di telan bumi.
"Hem, enak juga jadi dia," cetus Gayam Dompo tanpa sadar.
"Emangnya apa enaknya?" tanya Dewa Periang.
"Ya enak dong! Coba kalau pas jalan-jalan sore di bawah tanah lalu ketemu janda cantik lagi mandi. Khan rejeki tuh!" Kata Gayam Dompo sambil terkekeh.
"Bisa dilihat dari bawah, komplit lagi!"
"Dasar tua bangka berotak mesum!" bentak Dewi Kecapi Hitam, "Sudah bau tanah, otakmu masih ngeres saja."
Sambil mengendus-endus tubuhnya, Gayam Dompo berkata, "Hidung pesek!
Aku tidak mencium bau tanah, tapi kalau bau kecut ... i-ya!" lalu katanya dengan nada menggoda, "Tapi kau suka, "kan!?"
"Cih! Emang gue pikirin!"
"Kalian kalau sudah pentang bacot, bisa seharian penuh!" bentak Tua Raja Pedang Bintang. "Kita selesaikan dulu dua siluman keparat ini, setelah itu ...
Kalian adu mulut berhari-hari pun tidak ada yang bakal ngurus!"
Tubuh Tua Raja Pedang Bintang segera berkelebat cepat ke arah badak. Lalu sepasang tapak tangannya tepat menghajar ke arah batok kepala si badak.
Bugh! Bugh! Plakk!
Derr! Justru tubuh Tua Raja Pedang Bintang terpental.
"Gila! Delapan bagian hawa saktiku tidak bisa menembusnya!" desis Tua Raja Pedang Bintang sambil mengibas-ngibaskan tangannnya yang ngilu sesaat.
"Jurus "Tapak Bintang Menggusur Awan" kandas begitu saja" Tampaknya saran Tua Raja Bedah Bumi ada benarnya juga."
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Lainnya, dengan serta merta menerjang ke gajah dan juga badak yang baru saja menerima terjangan dari Tua Raja Pedang Bintang.
Bugh! Bugh! Criing! Criing!
Pukulan bertenaga dalam tinggi, hantaman tongkat dan sabetan pedang tidak sanggup menerobos tebalnya hawa pelindung gajah dan badak yang sedari awal cuma cuek bebek sambil sesekali merem-melek meski dihantam begitu rupa.
Keduanya masih asyik membantu kerbau untuk keluar dari jebakan tanah yang dibuat Galah Mayat. Sekarang ini, tubuh kerbau tinggal sebatas leher dan dua kaki depan di luar, sisanya sudah "dimakan" tanah.
"Bagaimana ini?" ucap Jagal Tiga khawatir.
"Brengsek! Siapa keparat yang berbuat seperti ini?" sentak Jagal Dua. "Kita tarik terus!"
Di bawah tanah ...
Begitu Tua Raja Bedah Bumi datang membantu, Galah Mayat bisa bernapas lega.
"Kita tarik sama-sama!"
"Siap!"
"Dalam hitungan ketiga!"
Galah Mayat tidak menjawab tapi justru mempererat pegangan pada dua kaki belakang, sedang Tua Raja Bedang Bumi memegang kencang ekor kerbau.
"Satu ... dua ... tigaaa ... !"
Pada hitungan ketiga, kerbau merasakan sentakan kuat dari bawah. Karuan saja libatan belalai gajah dan kaitan cula badak tidak sanggup menahan hentakan keras dari bawah tanah dan akibatnya ...
Bluuub! --o0o" BAGIAN 30 Tubuh kerbau amblas ke dalam tanah.
Anehnya, tanah bekas tempat kerbau berkutat kembali merapat seperti sedia kala, seolah-olah tidak pernah terjadi apa-apa.


Si Pemanah Gadis Karya Gilang di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Setan!" maki badak sembari cula badaknya didongkelkan ke tanah yang membuat tanah berhamburan ke mana-mana.
Sementara itu, tubuh kerbau meronta-ronta kuat, namun apalah arti kekuatan seekor kerbau jika sudah berada di dalam tanah karena gerakan di dalam tanah TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
tidak sebebas di atas tanah. Sanggup menggerakkan kaki saja sudah bisa dianggap hebat.
"Tarik terus ke bawah, Guru!?"
"Yup!"
Keduanya semakin dalam menarik tubuh kerbau yang semakin lama semakin lemas. Jika kerbau sulit bergerak dan bernapas, justru Galah Mayat dan Tua Raja Bedah Bumi dengan seenaknya bergerak kemana saja mereka mau dan bernapas sebanyak yang mereka butuhkan. Begitu mencapai DBPB alias Di Bawah Permukaan Bumi sedalam dua puluhan tombak, keduanya mendengar suara meletus.
Bluub! Pashh! Asap hitam berbuntal-buntal keluar. Tubuh kerbau diselimuti asap dan pada akhirnya ... jadi orang dech!
Begitu sempurna berubah wujud menjadi manusia, keduanya terkejut!
"Eh!?"
Yang dipegang Galah Mayat yang awalnya kaki belakang berubah menjadi sepasang tangan dan ekor kerbau yang dipegang Tua Raja Bedah Bumi menjadi hidung Jagal Lima!
"Apa dia sudah ... mati, Guru!?"
"Coba kau pastikan."
Galah Mayat memegang leher.
Tidak ada denyut nadinya.
"Dia ... Benar-benar sudah berhenti menjadi setan," kata Galah Mayat.
"Kita ke atas."
"Baik," sahut Galah Mayat cepat, tapi mendadak ia berhenti. "Tunggu sebentar, Guru."
"Apa lagi!?"
"Saya mau melakukan ini ... "
Tangan Galah Mayat bersinar terang, lalu berkelebat cepat ke arah leher, tangan dan kaki si mayat Jagal Lima.
Cras! Crass! Tubuh Jagal Lima terpotong menjadi lima bagian!
Lalu potongan kaki, tangan dan kepala di lempar ke lima arah yang berbeda.
"Kenapa kau lakukan hal itu?" tanya Tua Raja Bedah Bumi melihat aksi sadis Galah Mayat. "Bukankah dia ... "
Galah Mayat segera memotong, "Saya takut dia memiliki ilmu setan yang lain.
Jadi ular misalnya."
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Lalu?"
"Cuma antisipasi saja, Guru."
Tua Raja Bedah Bumi menggeleng lemah sambil berkata, "Seharusnya kau tidak boleh berbuat seperti itu ... "
" ... Maaf guru, saya cuma ... "
" ... Tapi seperti ini ... "
Jari telunjuk Tua Raja Bedah Bumi menunjuk ke arah tubuh buntung itu, lalu dari telunjuk melesat sinar perak terang, dan ...
Buuummm ... ! Hancur deh berkeping-keping!
"Harusnya begini!" kata Tua Raja Bedah Bumi sambil tertawa.
"Ah ... Guru bisa aja," kata Galah Mayat sambil tertawa lepas.
"Antisipasi ... antisipasi ... " tiru Tua Raja Bedah Bumi pada ucapan Galah Mayat sebelumnya.
Perlu diketahui, Galah Mayat adalah jenis manusia langka --langka tertawa maksudnya--. Cuma Tua Raja Bedah Bumi saja yang tahu bagaimana cara membuat Galah Mayat tertawa yaitu dengan membiarkannya berbuat kejam dan diikuti oleh orang terdekatnya, barulah bisa tertawa.
Benar-benar aneh!
Sepuluh Ilmu Terlarang Rimba Persilatan memang bukan sembarang ilmu sesat biasa!
Dahulu kala, sepuluh tokoh kosen aliran sesat yang menggelari diri sebagai Sepuluh Iblis Dasar Neraka bersekutu dengan para penghuni alam gaib Lembah Dasar Neraka untuk menciptakan sebuah ilmu kesaktian paling mengerikan yang belum pernah ada. Meski bersekutu pada alam kegelapan Lembah Dasar Neraka, dalam artian bahwa pengamal harus bersekutu dengan taruhan nyawa dengan para penghuni alam gaib Lembah Dasar Neraka, tetap saja menjadi incaran para pemburu ilmu sesat.
Dan sekarang ini ...
Tiga dari Sepuluh Ilmu Terlarang Rimba Persilatan yaitu Ilmu sesat "Raga Badak", Ilmu "Sukma Gajah" dan Ilmu "Setan Kerbau" yang kini digelar oleh tiga orang dari sisa para Penjagal Kepala --yang entah dari mana asal mereka dan dari mana mereka masuk-- tahu-tahu sudah bikin onar di wilayah Perguruan Tanah Bambu yang selalu diselimuti kabut gaib yang tidak sembarang orang sanggup menembusnya.
Kerbau atau jelmaan dari Jagal Lima tewas terkubur dalam tanah, sedang gajah atau jelmaan Jagal Tiga dan badak jelmaan Jagal Dua masih terlihat santai
"menerima" setiap hantaman yang mampir ke tubuh kebal keduanya.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Akan tetapi, kematian Jagal Lima tidak membuat mereka kecut, bahkan cenderung masa bodo!
"Sobat gajah! Ternyata apa yang digembar-gemborkan selama ini, ternyata cuma tong kosong!"
"Benar, sobat badak! Garukan di tubuhku semakin lama semakin nikmat saja,"
ejek gajah sambil sesekali memekik nyaring.
"Mungkin ... habis makan satu bakul, jadi tenaga mereka berlebih."
"Kalau nasinya sudah jadi kotoran, tentu tenaganya juga jadi angin."
"Benar!"
"Tepatnya angin busuk alias ... kentut! Hahahaha!!"
"Hahahahah!"
Dalam bentuk jelmaan Ilmu "Raga Badak" dan Ilmu "Sukma Gajah" keduanya masih bisa tertawa santai.
"Apa kita tetap membiarkan tubuh kita digaruk seperti ini?" tanya pemilik Ilmu
"Sukma Gajah". "Lama-lama jadi geli, nih."
"Biarkan saja! Toh sebentar lagi kita juga membalas perbuatan mereka," sahut pemilik Ilmu "Raga Badak", sambungnya, " ... setelah itu gantian kita yang menggaruk mereka ... menggaruk nyawa!"
Para tokoh silat yang menyerang dua penyusup ini tidak habis pikir, bagaimana mungkin seantero tubuh lawan bisa menahan segala macam sergapan maut yang mereka lancarkan, bahkan dengan jurus paling mematikan sekali pun.
Tua Raja Tabir Mentari-lah yang berada dalam posisi paling sulit. Jika ia mengerahkan Ilmu Sakti "Iblis Matahari" jelas-jelas akan membahayakan orang terdekat darinya. Peluh membasah, berlomba dengan hawa panas. Tua Raja Tabir Mentari yang tidak bisa mengumbar Ilmu "Iblis Matahari" terlihat marah dengan muka merah padam. Sebentar menguning tembaga, sebentar kemudian memerah saga.
"Ilmu setan ini benar-benar hebat," desisnya dengan napas sedikit terengah-engah. Sementara di samping kanan terlihat Pedang Pensil terduduk di tanah dengan napas kembang-kempis.
Akan halnya Gayam Dompo sudah terkapar tanpa daya dengan napas megap-megap mirip ikan emas terlempar keluar dari air. Sedang Kaswari berdiri bersandar pada sebatang pohon yang sudah sulit disebut pohon karena sudah gosong dan gompal disana-sini.
Dewi Kecapi Hitam pun tergeletak dengan napas senin-kemis saking capeknya,
Hanya Tua Raja Pedang Bintang dan Dewa Periang yang masih ngotot mencari titik lemah lawan.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Huh ... huh ... ! Dasar setan sialan!" maki Gayam Dompo dengan terengah-engah. "Apa mereka ... benar-benar ... tidak bisa mampus!" Brengsek ... betul!"
"Aku ... aku ... lelah sekali," desis Dewi Kecapi Hitam, "Tidur ... "
"Pengin tidur?" potong Gayam Dompo cepat.
"He'eh."
Gayam Dompo sedikit menggeser tubuh dengan susah payah.
"Apa yang ... kau lakukan?"
"Menemanimu tidur, tentu saja."
"Cih! Minggir sana," tukas Dewi Kecapi Hitam sambil bangkit berdiri.
Tanpa sengaja matanya menatap ke arah pertarungan aneh di depan sana.
Mendadak, matanya melebar selebar-lebarnya!
"Apa itu?" gumamnya, lalu diteruskannya ia bangkit berdiri. Gumamnya lagi tanpa sadar, "Aneh, saat jongkok tadi aku lihat sosok bayangan samar sejarak lima tombak dari badak sial itu. Tapi ... kenapa saat berdiri, aku tidak bisa melihatnya lagi."
Tanpa disadari, Dewi Kecapi Hitam kembali berjongkok, lalu berdiri lagi.
Berjongkok-berdiri, berjongkok-berdiri, berjongkok-berdiri.
Begitu terus berulang-ulang.
Gayam Dompo yang melihat tingkah Dewi Kecapi Hitam --yang tanpa sadar pula-- malah ikut-ikutan "ritual jongkok-berdiri" Dewi Kecapi Hitam.
"Tua bangka! Apa yang kau lihat!?"
"Aku hanya melihat bidadari cantik sedang jongkok-berdiri. Makanya aku juga ikut-ikutan ... "
"Brengsek kau!" sentak Nyai Gugur Gunung sembari mengacungkan kecapi hitamnya. Lalu sambungnya dengan nada bisik. "Coba kau jongkok dan lihat ke belakang dua siluman sial itu."
"Hanya itu!?"
"Ikuti saja perintahku!" bisik Dewi Kecapi Hitam sedikit keras.
Gayam Dompo mengikut juga saran sang kawan. Mendadak, matanya yang sebesar jengkol jadi semakin melebar besar. Dewi Kecapi Hitam sampai ngeri melihatnya.
"E-e-e ... Lhadalah... ! Kok bisa begitu?"
"Mana kutahu," ucap Dewi Kecapi Hitam sambil berjongkok.
Begitu Dewi Kecapi Hitam berjongkok, justru Gayam Dompo malah berdiri tegak. Begitu juga sebaliknya. Hingga akhirnya, cuma Gayam Dompo sendiri yang jongkok-berdiri, sedang Dewi Kecapi Hitam hanya berdiri dengan dahi berkerut. Entah apa yang ada dalam pikirannya.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Tentu saja acara jongkok-berdiri yang dilakukan Gayam Dompo membuat si Pedang Pensil yang melihatnya jadi terheran-heran.
"Tingkah sinting apa lagi yang dilakukan manusia brengsek ini?" desisnya seraya bangkit berdiri. Meski harus bertelekan pada pedangnya, si Pedang Pensil bisa juga bangkit berdiri dan dengan langkah diseret seperti halnya ia menyeret pedangnya, beranjak mendekat ke arah Kaswari.
"Gurumu ... sedang main .. gila ... rupanya ... "
"Heh! Tingkah Guru kadang memang suka aneh-aneh," celetuk Kaswari sambil memandang jauh ke langit. "Mungkin Guru lagi stress hingga berbuat begitu."
"Maksudmu ... rada begini," sahut Pedang Pensil sambil membuat garis melintang di dahi.
Kaswari cuma tersenyum tanpa suara. Malu juga gadis baju kuning itu punya guru setengah waras separo gendeng. Tapi bagaimana pun juga, Kakek Kocak dari Gunung Tugel adalah gurunya. Guru yang dikasihinya. Karena jasa Gayam Dompo-lah yang merawat dirinya sejak ia masih bayi merah.
"Tua bangka! Apa kau tidak capek jongkok-berdiri terus seperti itu?" tukas Dewi Kecapi Hitam.
"Capek juga sih ... tapi asyik ... hehehe ... "
"Huh, dasar orang aneh," ujar Dewi Kecapi Hitam, lalu sambungnya. "Apa kau bisa menyimpulkan sesuatu."
Sambil terus melakukan jongkok-berdiri, Gayam Dompo berkata, "Emmm ...
tidak ada ... "
"Sudah kuduga."
"Apa yang kau duga?"
"Kalau isi kepalamu emang ga pernah terpakai."
"Siapa yang bilang?"
"Aku yang bilang!"
"Itu artinya kau sirik dengan kecerdasan otakku," kata Gayam Dompo sambil menunjuk hidungnya.
"Bah! Cerdas apanya?" cibir Dewi Kecapi Hitam.
"Ga percaya?"
"Engga!"
"Aku juga engga, heheheh ... "
Selesai berkata, Gayam Dompo --dengan masih jongkok-berdiri-- segera melesat cepat.
Wutt! TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Tentu kelihatan lucu sekali, orang melesat dengan masih tetap jongkok-berdiri seperti itu.
Larinya bukan ke arah Tua Raja Pedang Bintang dan Dewa Periang tapi justru menerobos begitu saja di tengah-tengah pertarungan. Dan hampir saja kepalanya tersambar ayunan Tongkat Gulungan Kain milik Dewa Periang.
"Brengsek kau!" maki Gayam Dompo sambil bergulingan di tanah.
"Kau yang brengsek!" balas memaki Dewa Periang sambil menarik cepat ayunan tongkat ke atas.
Wutt! Sambil terus memaki panjang-pendek, Gayam Dompo melesat cepat, kali ini dengan sambil berjongkok menyamping. Sekilas mirip kepiting mau beranak.
Begitu sejarak setengah tombak dari bayangan samar, tangan kanannya menggerakkan Gelang Hitam Belenggu Hawa.
Werr ... ! Bayangan hitam tersentak kaget, namun ia terlambat menghindar!
Crass! Dari pangkal lengan kiri hingga leher kanan terpenggal putus!
Crass... crasss ... !
Gelang Hitam Belenggu Hawa kembali beraksi setelah berputar cepat di udara. Kali ini, pinggang dan sepasang kaki bayangan samar hitam menjadi target lanjutan.
Blugh! Blugh! Tapp! Gelang Hitam Belenggu Hawa kembali ke pemiliknya dan berikutnya ...
terdengar suara berdebam meninju bumi. Bersamaan dengan itu pula, badak jelmaan tiba-tiba terpenggal begitu saja menjadi 3 bagian.
Blugh, bukk! Bluuub ... ! Asap hitam menggumpal keluar dan ... sosok badak besar lenyap tanpa bekas.
Dan kini ... di dekat kaki Gayam Dompo berdiri, tergeletak sosok samar yang ternyata perubahan wujud Jagal Dua yang tubuhnya terpotong menjadi 3 bagian.
Tua Raja Pedang Bintang kaget.
Dewa Periang juga kaget.
Tapi ... si Gajah jelmaan justru lebih kaget!
Matanya liar menatap potongan tubuh yang tergeletak dalam potongan besar.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Apa yang terjadi?" ucapnya tanpa sadar. Matanya kembali jelalatan, "Apa yang terjadi?"
Mengulang kata yang sama, tentu saja.
"Kelemahan Jagal Dua telah diketahui," pikirnya Jagal Tiga. "Ada kemungkinan rahasia ilmuku juga telah terkuak. Hemm ... aku harus lari dari sini.
Persetan dengan Tumbal Seratus Kepala yang dibutuhkan Ketua."
"Rrriiieeeng ... rriiienggg ... !"
Gajah mengangkat belalainya tinggi-tinggi diikuti teriakan keras. Untuk pertama kalinya, Gajah melakukan penyerangan.
Arah yang dituju adalah ... Kaswari!
"Kaswari, awas ... !" teriak Gayam Dompo, kaget.
Tanpa pikir panjang lagi, Kakek Kocak dari Gunung Tugel melemparkan Gelang Hitam Belenggu Hawa.
Werr!! Werr! Karena didasari kekhawatiran keselamatan murid cantiknya, membuat lemparan gelang tajam melingkar melesat cepat bagai lejitan cahaya kilat.
Brakk! --o0o" 31 Document Outline
SI PEMANAH GADIS
JILID 3 HUJAN DARAH DI TANAH BAMBU
Oleh : Gilang BAGIAN 1 BAGIAN 2 BAGIAN 3 BAGIAN 4 BAGIAN 6 BAGIAN 7 Bagian 8 Bagian 09 Bagian 10 Bagian 11 Bagian 12 Bagian 13 BAGIAN 14 BAGIAN 15 BAGIAN 16 BAGIAN 17 BAGIAN 18 BAGIAN 19 BAGIAN 20 BAGIAN 21 BAGIAN 22 BAGIAN 23 BAGIAN 24 BAGIAN 25 BAGIAN 26 BAGIAN 27 BAGIAN 28 BAGIAN 29 BAGIAN 30 Manusia Harimau Jatuh Cinta 4 Pendekar Sakti Karya Kho Ping Hoo Jodoh Rajawali 30
^