Pencarian

Badai Awan Angin 22

Badai Awan Angin Pendekar Sejati (beng Ciang Hong In Lok) Karya Liang Ie Shen Bagian 22


"Adik Mi Yun, tak kusangka kita bertemu di sini!" kata Kong-sun Po.
"Kenapa kau berkata begitu" Bukankah kau sudah berjanji bahwa hari ini akan ke mari?" kata si nona. "Ini hari yang kau janjikan pada orang-orang Hay-sah-pang, kan?"
"Ah, ya aku lupa. Kau baik sekali adik Mi Yun," kata Kong-sun Po.
"Bagaimana keadaanmu?" kata si nona.
"Jangan khawarir aku tak apa-apa. Mereka memang meracuni araklu, tapi racunnya sebagian sudah kusingkirkan dari perutku!"
"Bagus, kalau begitu mari kita makan," kata nona Kiong.
"Ini kesempatan baik jangan kita sia-siakan."
1548 Tak lama dari dapur bermunculan para tukang masak.
Kepala tukang masak itu mewakili kawan-kawannya.
"Terima kasih atas bantuan kalian, apakah kalian mau makan?" kata juru masak itu.
"Ya, buatkan kami masakan yang lezat," kata nona Kiong sambil tertawa.
Tak lama masakan yang dipesan sudah dibawa dan disajikan d atas meja karena keduanya sudah lapar, tanpa sungkan-sungkan merekapun mulai makan. Saat makan Kong-sun Po menceritakan pertemuannya dengan Kok Siauw Hong dan nona Han Pwee Eng.
"Bagaimana keadaan mereka?" tanya nona Kiong.
"Mereka telah rukun kembali. Sekembali kita ke Kim-keeleng, mungkin kita bisa menghadiri pesta pernikahan mereka!" kata Kong-sun Po sambil tertawa.
"Kau sudah ke Kang-lam, bagaimana keadaan di sana?"
kata si nona lagi. "Pemandangannya indah sekali. Souw-ciu dan Hang-ciu benar-benar kota yang indah. Saat di Hang-ciu aku juga sempat ciam-si (meramal nasib)." kata Kong-sun Po sambil tertawa.
"Hasilnya bagaimana?"
"Dapat jawaban bagus," kata Kong-sun Po. "Saat itu aku pikir kita akan bertemu lagi!"
Wajah Kiong Mi Yun berubah merah.
"Sejak kapan kau bisa berkelakar?" kata nona Kiong.
"Apa yang kukatakan memang keluar dari lubuk hatiku, apa kau sendiri tidak berpikir begitu?" kata Kong-sun Po.
1549 "Siapa bilang begitu?" kata nona Kiong. "Jika aku tak ingin, untuk apa jauh-jauh aku datang ke mari" Sudah tahu kau pura-pura lagi!"
Kong-sun Po girang. "Makanan dan arak di sini sangat terkenal, mari kita minum lagi!" kata Kong-sun Po.
Dia meneguk secawan arak. Tetapi ketika melihat Kongsun Po minum terus, nona Kiong cemas juga.
"Aneh, tak biasanya kau minum banyak. Sudah jangan teruskan nanti kau mabuk!" kata si nona.
"Jangan takut, aku tak akan mabuk," kata Kong-sun Po.
Tak lama dari kepalanya mengepul asap, rupanya dia sedang mengeluarkan racun yang ada di tubuhnya.
"Lwee-kangmu maju pesat, Toa-ko," kata Kiong Mi Yun. "Entah kapan aku bisa selihay kau?"
"Saat aku melihat kau mengalahkan Pouw Yang Hian, kepandaianmu sudah maju juga," kata Kong-sun Po.
"Maka itu aku perlu guru sepertimu," kata si nona sambil tertawa.
"Aku belum pantas jadi gurumu. Aku juga tak berani menerimamu sebagai murid, tapi yang aku ingin...."
Walaupun Kong-sun Po tak meneruskan kata-katanya, Nona Kiong sudah tahu apa yang akan dikatakan pemuda itu.
"Sudah, jangan ngoceh terus! Aku tahu kau tak berani menerimaku sebagai muridmu, karena takut aku memukulimu, kan?" kata si nona sambil tertawa.
1550 Ketika sedang asyik berbincang, mereka mendengar pelayan berkata.
"Chu Toa-ya, angin apa yang meniupmu sampai ke mari?" kata si pelayan. "Di sini baru saja ter..."
Belum habis kata-kata si pelayan itu, Chu Tay Peng sudah muncul di tangga loteng.
"Aku sudah tahu," kata Chu Tay Peng menjawab katakata si pelayan. "Maka itu aku ke sini!"
Sesudah tertawa sejenak Chu Tay Peng memberi hormat pada Kong-sun Po.
"Kong-sun Siauw-hiap kau seorang yang menepati janji!
Sebenarnya kami memang sedang mengharapkan
kedatanganmu. Eeh, nona kau juga ikut datang!" kata Chu Tay Peng.
"Tapi aku tidak bisa membantu banyak," kata Kiong Mi Yun.
"Malah akulah yang tak bisa membantu kalian," kata Chu Tay Peng. "Tadi kau berhasil mengusir orang she Pouw itu hingga lari terbirit-birit seperti anjing buduk!"
"Jadi kau menyaksikannya?" kata si nona sambil tertawa.
"Lalu kau sembunyi di mana?"
Wajah Chu Tay Peng berubah merah karena malu.
"Harap nona maklum, kami tak berani memusuhi mereka!" kata Chu Tay Peng.
"Bagaimana keadaan kawan-kawanmu?" kata Kong-sun Po
"Masih menderita seperti dulu, hanya Ang Pang-cu agak mendingan!" jawab Chu Tay Peng.
1551 "Jangan cemas segera akan kuobati mereka," kata Kongsun Po memastikan.
Tiba-tiba Chu Tay Peng berkata pada nona Kiong.
"Nona, apakah kau datang bersama Ayahmu?" katanya.
"Tidak, memang kenapa?" tanya si nona. "Apa kalian tahu di mana Ayahku berada?"
"Kami tidak mengetahuinya. Tapi karena kau datang, aku kira kau datang bersama beliau. Kami sangat mengharapkan kedatangan beliau." kata Chu Tay Peng sungguh-sungguh.
"Benarkah?" kata si nona. "Ah, sayang aku tak bilang pada beliau akan ke mari. Aku datang ke mari di luar tahu Ayahku."
Wajah Chu Tay Peng kelihatan kecewa sekali.Dia diam saja.
Kong-sun Po merasa sehat, dia mengajak Chu Tay Peng menemui kawan-kawannya.
"Mari kita berangkat!" kata Kong-sun Po.
Pertanyaan Chu Tay Peng mengenai ayahnya membuat Kiong Mi Yun curiga dan penasaran. Oleh sebab itu dijalan dia bertanya pada Chu Tay Peng.
"Chu Pang-cu, apakah kau pernah mendengar sesuatu tentang Ayahku?" kata si nona.
Dengan agak ragu dan gugup Chu Tay Peng menjawab.
"Benar, tapi itu cuma kabar angin saja." katanya. "Jika aku katakan, harap nona tidak memarahiku."
"Jangan takut katakan saja, aku tidak akan marah," kata Kiong Mi Yun.
1552 "Aku dengar kabar ayahmu kurang senang pada Kongsun Siauw-hiap, apa benar begitu?" kata Chu Tay Peng.
"Jadi masalah kami sudah menjadi rahasia umum?" pikir Mi Yun.
Sesudah itu dia berkata pada Chu Tay Peng. "Kalau ya, lalu kenapa?" "Jadi benar kabar angin itu?" kata Tay Peng.
"Apa pedulimu jika Ayahku tidak senang padanya," kata nona Kiong. "Kalau aku suka, dia mau apa?" Dengan berkata begitu Kiong Mi Yun mengakui terus
terang. Mendengar ucapan si nona Kong-sun Po jadi malu sendiri. "Kami ucapkan terima kasih, jauh-jauh Kongsun Siauw
hiap datang menepati janjinya," kata Chu Tay Peng.
Padahal hatinya cemas bukan main sesudah dia tahu Kiong Cauw Bun tidak datang. Jika See-bun Souw Ya tiba-tiba datang, maka sulit bagi Kong-sun Po menghadapi dia. Tapi tetap dia mengajak Kong-sun Po menemui kawankawannya. Sampai di markas Hay-sah-pang, mereka sudah menunggu kedatangannya. Ketika Ang Kin tak kelihatan, Kong-sun Po merasa heran. Saat tahu yang datang hanya kedua muda
mudi itu, semua anggota Hay-sah-pang kecewa sekali. Ie Kun, salah satu ketua Tiang-keng-pang mulai bicara. "Apa benar menurut nona ayahmu tak akan datang?" kata Ie Kun menegaskan. "Benar," kata si nona. Orang-orang Hay-sah-pang tampak kecewa sekali. Melihat
hal itu nona Kiong kurang senang. "Yang mau mengobati kalian Kong-sun Toa-ko, bukan
1553 Ayahku. Kenapa kelihatannya kalian kecewa?" kata si nona. Dengan agak kaku Ie Kun berkata, "Ya! Ya!"
Kemudian semua diam. Dia mengawasi kawan-kawannya yang terluka untuk mengetahui pendapat mereka.
"Sekarang, siapa yang lebih dulu harus kuobati?" kata Kong-sun Po.
Dia sadar waktu untuk mengobati hanya tinggal beberapa hari saja. Tapi dari ketujuh orang itu tidak ada yang segera maju. Mereka hanya saling dorong menyuruh yang lain lebih dulu. Tapi tidak ada yang mau maju lebih dulu. Kejadian itu mengherankan Kong-sun Po dan Kiong Mi Yun.
"Sudah kalau begitu panggil Ang Pang-cu, biar dia dulu yang kuobati!" kata Kong-sun Po.
Tapi Ang Kin tak muncul. "Kalau begitu untuk apa kita buang waktu di sini, Kongsun Toa-ko mari kita pergi saja!" ajak nona Kiong.
Kong-sun Po ragu, dia berkata.
"Ayo yang paling parah maju lebih dulu," kata Kong-sun Po.
Tiba-tiba Ang Kin muncul memakai tongkat. "Mari Ang pang-cu, aku kira kau yang paling parah..." kata Kong-sun Po.
"Tidak!" kata Ang Kin. "Karena keadaan sudah jadi begini, sebaiknya kalian berterus terang pada Kong-sun Siauw-hiap! Jika tak berterus-terang malah akan mencelakakan kawan sendiri!"
Sesudah itu Ang Kin meneruskan kata-katanya.
1554 "Kong-sun Siauw-hiap, jauh-jauh kau sudah datang ke mari untuk mengobati kami," kata Ang Kin. "Kami bersyukur dan berterima kasih sekali. Tapi kami tak ingin menyusahkanmu, Seperti kata nona Kiong tadi, sebaiknya kalian meninggalkan tempat ini! Jika akhirnya kami harus mati pun, kami tetap berterima kasih padamu."
"Apa kalian tak sayang pada nyawa kalian" Kenapa Ang Pang-cu berkata begitu" Coba kaujelaskan pada kami." kata Kong-sun Po penasaran.
"Akan kukatakan dengan terus-terang, karena kami sayang pada nyawa kami, maka kami tidak berani minta diobati oleh kalian!" kata Ang Kin yang kelihatan ketakutan. Ucapan itu membuat Kong-sun Po bertambah keheranan.
"Apa kalian tak yakin pada kemampuanku?" kata Kongsun Po menegaskan.
"Bukan! Bukan itu alasannya, kami malah yakin sekali kau bisa mengobati kami, tapi terus-terang kami takut pada See-bun Souw Ya!" jawab Ang Kin.
"Jadi dia penyebabnya?" kata Kong-sun Po yang mulai menyingkap tabir misteri itu.
Kiong Mi Yun yang cerdik berkata dengan tegas.
"Jadi dia telah mengancam kalian" Seharusnya sudah kuterka sejak tadi. Aku juga heran kenapa dia mengirim Pouw Yang Hian dan anak buahnya mengganggu kami"
Malah mereka merampas rumah makan segala! Dan meracuni Kong-sun Toa-ko!"
"Benar, Nona Kiong!" kata Ang Kin. "Beberapa waktu yang lalu dia mengancam kami agar tidak diobati oleh siapapun. Malah aku dengar dia sudah sampai di Ouw-shia.
Tak lama lagi dia akan sampai ke tempat ini!"
1555 Kiong Mi Yun kaget, sekarang dia tahu kenapa Chu Tay Peng menanyakan kedatangan ayahnya. Rupanya mereka ingin mendapat bantuan dari ayah si nona.
"Pantas, ketika mendengar Ayahku tidak datang kalian sangat kecewa!" kata nona Kiong.
"Ya, maka itu sebaiknya kalian segera meninggalkan tempat ini," kata Ang Kin.
"Aku malah ingin menemui si Iblis Tua itu!" kata Kongsun Po.
"Kau lain, kau tidak akan diganggunya," kata Ie Kun,
"tapi kepada kami yang berkepandaian rendah dia bisa berbuat semena-mena!"
"Kau dengar, mereka takut kita akan menyulitkan mereka," kata nona Kiong.
"Harap kalian jangan salah mengerti," kata Ang Kin.
"Aku tak takut mati, dan budi kalian sangat kuhormati.
Sudahlah tak ada yang bisa kukatakan lagi, semoga kita...."
"Aku paham maksudmu," kata Kong-sun Po. "Semoga kelak kita bertemu lagi!"
Saat kedua muda-mudi itu akan melangkahkan kaki mereka, terdengar suara tawa yang menyeramkan. Suara itu sudah dikenali oleh kedua muda-mudi itu.
-o0~DewiKZ~Aditya~aaa~0o-
1556 BAB 56 See-bun Souw Ya Berhadapan Dengan
Kong-sun Po; Kiong Cauw Bun dan Wan Ceng Liong
Bertemu Kok-su Mongol Suara tawa itu memang suara See-bun Souw Ya yang tak asing lagi bagi telinga Kong-sun Po. Dia agak terperanjat juga mendengar tawa dingin itu. Tak lama terdengar See-bun Souw Ya berkata nyaring sekali, "Kong-sun Po, kenapa kau terburuburu mau pergi" Ingat anak muda, kau bisa datang tapi aku yakin kau tidak akan bisa pergi begitu saja!"
See-bun Souw Ya muncul diikuti kedua muridnya, Pouw Yang Hian dan The Yu Po. Dua muridnya langsung menjaga pintu keluar menghalangi Kong-sun Po dan Kiong Mi Yun.
Menyaksikan munculnya See-bun Souw Ya, tentu saja hal itu membuat kaget semua yang hadir di tempat itu.
Apalagi Ie Kun, dia sangat ketakutan dan segera menepi ke sebuah sudut. Lalu dia bicara dengan suara agak gemetar.
"Bukan aku yang mengundang mereka, See-bun Sianseng! Aku malah sedang menantikan kedatanganmu bersama anak buahku." kata Ie Kun.
Sesaat si Iblis Tua hanya melirik ke arah Ie Kun, lalu dia tatap Kong-sun Po dengan tajam.
"Bocah untuk kau menyelamatkan diri, rasanya sulit sekali! Kau berani datang hendak menolongi orang segala!"
kata See-bun Souw Ya. Kata-kata si Iblis Tua tidak dihiraukan oleh Kong-sun Po, dia hanya memegangi payungnya erat-erat sambil menatap ke arah See-bun Souw Ya dengan tajam. Saat itu dia sedang mengerahkan tenaga dalamnya, dan siap jika sewaktu-waktu lawan menyerang.
1557 Tiba-tiba Mi Yun mendapat akal bagus untuk mengulur waktu.
"Kedatanganmu sangat kebetulan, See-bun Sian-seng,"
kata si nona. "Ayahku ingin sekali berkenalan denganmu, terutama dia ingin tahu sampai dimana kepandaian Hua-hiattomu!"
"Heh! Apakah ayahmu juga mau datang?" kara See-bun Souw Ya agak terperanjat mendengar ucapan nona Kiong itu.
"Di mana aku berada, Ayahku ada!" jawab nona Kiong sambil tertawa. "Beliau bilang ilmu Hua-hiat-tomu sama terkenalnya dengan Cit-sat-ciang milik kami! Malah ada mulut usil yang bilang bahwa Cit-sat-ciang kami tidak mampu menandingi Hua-hiat-to keluarga Suang, maka itu Ayahku ingin mencoba kehebatannya. Tapi Ayahku bilang, mungkin kau tidak berani bentrok dengan Ayahku. Maka itu aku mengusulkan, biar kami dulu menemuimu. Jika kau sudah muncul Ayahku pun pasti akan muncul!"
Ternyata kata-kata Kiong Mi Yun itu sedikitnya mempengaruhi hati See-bun Souw Ya juga. Maka itu dia jadi ragu-ragu untuk mendahului menyerang.
Kiong Mi Yun memang sengaja berbohong, maksudnya hanya untuk mengulur waktu hingga Kong-sun Po selesai mengumpulkan kekuatannya. Untung si Iblis Tua berhasil digertak. Tapi See-bun juga Souw Ya cukup licin, maka itu bualan si nona hanya mempan sebentar kelihatan dia jadi curiga melompat dan berhasil mencengjram tubuh Ie Kun yang ketakutan setengah mati lalu menyeeretnya ke dekatnya.
"See-bun Sian-seng, ampuni hamba. Hamba tidak bersalah!" ratap Ie Kun.
1558 "Kau mau taat padaku tidak?" bentak See-bun Souw Ya.
"Sekalipun harus melompati api aku bersedia," kata Ie Kun.
"Tidak perlu begitu!" bentak See-bun Souw Ya. "Tapi aku ingin kau bicara terus-terang. Katakan, apa benar Hekhong To-cu sudah datang ke mari?"
"Belum! Dia belum datang, nona Kiong berbohong padamu," kata Ie Kun dengan amat ketakutan.
Sesudah tertawa terbahak-bahak dia lemparkan Ie Kun sambil berkata, "Dasar bocah sial kau berani membohongiku! Kau kira aku takut pada ayahmu?"
Ucapan See-bun Souw Ya menyebabkan Kong-sun Po jadi was-was, dia takut iblis tua itu menyerang nona Kiong, maka buru-buru dia menghimpun tenaga dalamnya lalu melompat akan melindungi si nona.
"Hm! Kubunuh kau lebih dulu!" katanya sambil menyerang Kong-sun Po dengan jurus "Garuda sakti membentangkan sayap". See-bun sudah tahu bagaimana ampuhnya payung di tangan Kong-sun Po, dia kumpulkan seluruh tenaganya dan langsung menyerang.
Harus diakui tenaga Kong-sun Po memang kalah jauh, maka itu dia terdorong mundur. Buru-buru dia tutup payungnya yang runcing untuk digunakan menusuk ke tengah telapak tangan lawan. Tapi See-bun Souw Ya gesit, sesudah berhasil menghindari totokan yang ditujukan ke telapak tangannya, dia menyerang dua kali.
Hanya karena keampuhan payung besi dan kelincahan Kong-sun Po saja, dia berhasil menangkis dua serangan berbahaya itu. Tapi dia tetap berada dalam ancaman sang lawan yang lihay itu.
1559 Menyaksikan Kong-sun Po dalam bahaya, Ang Kin meneriaki kawannya supaya membantu Kong-sun Po.
"Mari kawan kita bantu Kongsun Siauw-hiap!" kata Ang Kin.
Melihat Ang Kin maju See-bun Souw Ya gusar,
"Awas sesudah kubunuh bocah ini kau juga akan kubunuh!" kata See-bun Souw Ya pada Ang Kin.
Ternyata hanya Ang Kin yang maju, sedang kawannya yang merasa jerih tak berani maju. Apa lagi mereka pikir tak ada harapan jika mereka ikut campur. Mereka sadar dalam waktu singkat pasti Kong-sun Po akan roboh di tangan si Iblis Tua. Kawan-kawan Ang Kin yang tak berani maju berteriak.
"See-bun Sian-seng dia kawan Ang Kin bukan kawan kami, harap See-bun Sian-seng jangan salah paham," kata Ie Kun dan kawan-kawannya. Mendengar ucapan itu See-bun Souw Ya tertawa terbahak-bahak. Dia serang Kong-sun Po lebih hebat dari tadi. Bukan main marahnya Ang Kin melihat sikap kawannya yang pengecut itu.
"Sebagai laki-laki sejati aku lebih memilih mati daripada terhina!" kata Ang Kin. "Aku tak bisa membantumu, maka biarlah aku binasa...."
Dia mencabut belati siap akan bunuh diri. Ketika itu Kong-sun Po sedang terdesak mundur, melihat Ang Kin hendak bunuh diri Kong-sun Po kaget. Dia gunakan tangan kanannya menghantam See-bun Souw Ya dari bawah payung besinya dengan keras. Melihat Kong-sun Po nekat, See-bun Souw Ya kaget.
"Mungkin pukulan hua-hiat-tonya lebih lihay dariku.
Tangannya tampak merah membara," pikir See-bun Souw Ya. "Adu jiwa dengannya pun aku rasa tak ada gunanya."
1560 Maka itu si Iblis Tua segera menghindari pukulan Kongsun Po. Saat mengelak itulah Kong-sun Po
menggunakannya untuk menyambitkan uang logam ke arah belati yang hendak dipakai bunuh diri oleh Ang Kin.
"Trang!" Belati itu jatuh ke tanah. Menyaksikan anak muda itu mampu menyelamatkan Ang Kin, Pouw Yang Hian dan The Yu Po geram. Mereka maju hendak menyerang Ang Kin yang kaget karena belatinya jatuh.
"Adik Mi Yun, selamatkan Ang Pang-cu!" teriak Kongsun Po.
"Baik, Toa-ko!" kata Kiong Mi Yun.
Kiong Mi Yun menghunus pedangnya lalu maju
menghalangi majunya Pouw Yang Hian dan The Yu Po.
"Biarkan Ang Kin, serang bocah sial itu dulu!" kata See-bun Souw Ya memberi petunjuk pada muridnya.
"Baik, Suhu!" kata Pouw Yang Hian. Pouw Yang Hian dan Yu Po maju mengeroyok Kiong Mi Yun.
"Jika berani silakan maju! Andaikan aku kalian lukai, Ayahku akan membunuh kalian!" ancam Kiong Mi Yun.
See-bun Souw Ya tertawa terbahak-bahak.
"Hai bocah, jangan kau gertak kami dengan nama besar ayahmu!" kata See-bun. "Aku tahu kau bohong, jika tak kubunuh kau kira aku takut pada ayahmu! Yang Hian, jika perlu kau bunuh!" Sebenarnya ucapan itu tidak bersungguhsungguh menyuruh dia membunuh nona Kiong.
Itu cuma gertakan See-bun Souw Ya agar membuat nona Kiong jerih. Maka waktu Pouw Yang Hian menyerang, dia tidak bersungguh-sungguh. Kiong Mi Yun meladeninya dengan gerakan yang lincah luar biasa.
1561 Tiba-tiba terdengar suara robekan pakaian, ternyata pakaian Pouw Yang Hian robek oleh pedang nona Kiong.
Saat itu Yu Po dengan golok berbentuk sabit sedang menyerang kaki nona Kiong. Saat siku nona Kiong berada dekat ke arah Pouw Yang Hian, dia hajar siku nona Kiong.
"Lepas!" kata Pouw Yang Hian.
Jika nona Kiong tak menghindar maka tangannya akan patah terhajar pukulan Pouw Yang Hian. Pada saat genting nona Kiong melompat menghindari serangan itu. Tebasan The Yu Po ke arah kakinya bisa dia hindari, tetapi serangan Pouw Yang Hian ke arah sikunya, sulit dihindari. Tangan si nona terserang sedikit pukulan lawan dan terasa sakit. Mau tidak mau pedang di tangan si nona terlepas juga. Dua murid See-bun Souw Ya berusaha keras akan menangkap nona Kiong untuk disandera.
"Bagaimana, kau menyerah?" kata Pouw Yang Hian.
Dia maju untuk mencengkram bahu si nona. Tapi Kiong Mi Yun gesit sekali, tak lama terdengar suara keras.
"Plok!" Pipi Pouw Yang Hian tertampar oleh tangan Kiong Mi Yun dengan keras sekali.
Wajah Pouw Yang Hian langsung berubah merah dan bengkak.
"Bocah sial!" bentak Pouw Yang Hian. "Kau berani memukulku" Kubunuh kau!"
Nona Kiong tertawa. "Jika bisa, silakan!"
"Apa kau kira kami tak berani?" kata The Yu Po. "Awas golokku!"
1562 Dia serang nona Kiong dengan gencar hingga nona Kiong seolah terkurung di tengah goloknya. Dengan ilmu cengkramnya yang lihay, Pouw Yang Hian pun maju menyerang. Tapi karena tadi tertampar dia jadi hati-hati dan agak jerih juga. Sekarang Kiong Mi Yun yang melawan dengan tangan kosong mulai kewalahan. Melihat kekasihnya dalam bahaya, Kong-sun Po berusaha akan menolong, tapi selalu dirintangi oleh See-bun Souw Ya.
"Kau sudah hampir mati, tapi kenapa kau masih berniat menolongi dia segala?" ejek See-bun Souw Ya pada Kongsun Po.
Tadi Kong-sun Po bertarung dengan mati-matian, hingga tenaganya terkuras. Melihat Kong-sun Po sudah mandi keringat, See-bun girang sekali.
"Ayo kau keluarkan ilmu Hua-hiat-tomu!" ejek See-bun.
Saat See-bun Siuw Ya menyerang, Kong-sun Po menyambut serangan itu. Kedua tangan mereka beradu keras. Tiba-tiba Kong-sun Po tersentak mundur, wajahnya pucatpasi. Saat Kong-sun Po terdorong tenaga pukulan lawan, dia kelihatan limbung dan berjalan sempoyongan seperti orang mabuk.
"Mau lari ke mana kau?" kata See-bun Souw Ya.
Jika saat itu See-bun Souw Ya melancarkan serangan, maka tamatlah Kong-sun Po. Tapi tiba-tiba terdengar suara suitan nyaring hingga See-bun Souw Ya terperanjat dia menghentikan serangannya. Dengan demikian Kong-sun Po mampu menghindari pukulannya. Sebelum suara suitan itu lenyap, muncul seorang tua berpakaian hijau di tengah gelanggang pertarungan. Kiong Mi Yun mengenalinya.
"Paman Wan!" teriak nona Kiong. "Tolongi kami, si Iblis Tua menyulitkan kami!" kata Kiong Mi Yun.
1563 Orang itu memang Wan Ceng Liong, ayah nona Wan Say Eng.
"Jangan takut!" kata Wan Ceng Liong. "Katakan saja harus kuapakan Iblis Tua ini?"
"Paksa agar mereka berlutut di depanku," kata nona Kiong.
"Baik, itu tidak sulit!" kata Wan Ceng Liong.
Kedua tangan Wan Ceng Liong bergerak, dalam sekejap mata Pouw Yang Hian dan The Yu Po berhasil dia cengkram dengan keras. Kemudian tubuh mereka dibanting ke depan nona Kiong. Mau tak mau tanpa sengaja mereka berlutut di depan nona Kiong sambil menahan sakit.
Melihat dua muridnya berhasil dibekuk dengan mudah, See-bun Souw Ya terperanjat.
Kiong Mi Yun menunjuk ke arahnya.
"Paman Wan, bangsat tua ini membiarkan kedua muridnya mengacau di tempat ini. Kalau bisa aku ingin agar dia berlutut di depanku!" kata Kiong Mi Yun pada Wan Ceng Liong.
"Menyuruh dia berlutut rasanya tidak mudah, mungkin lebih mudah membunuhnya," jawab Wan Ceng Liong.
"Kalau begitu bunuh saja dia!" kata nona Kiong.
"Tak perlu buru-buru, sekalipun aku sengaja datang untuk menghadapinya," kata Wan Ceng Liong.
Di tempat lain Kong-sun Po muntah darah segar. Karena tak tahan dia terjatuh dan duduk di lantai. Melihat keadaan luka Kong-sun Po tersebut, Wan Ceng Liong tertawa dingin.
1564 "Ternyata benar ilmu racun keluarga Suang ada di tanganmu!" kata Wan Ceng Liong. "Tapi sayang kau mempelajarinya belum sempurna!"
"Kita tidak bermusuhan, kenapa kau ikut campur dalam masalahku?" kata See-bun Souw Ya.
"Ucapanmu salah, siapa bilang masalah ini tidak ada hubungannya denganku" Pertama karena nona Kiong keponakanku yang baik, kedua aku telah berjanji menolong seseorang untuk mengambilkan sebuah benda darimu.
Maka mau tak mau aku harus menepati janjiku!" kata Wan Ceng Liong.
"Siapa yang meminta bantuan padamu?" kata See-bun.
"Dalam soal ini kau tak perlu tahu!" jawab Wan Ceng Liong.
Jawaban itu membuat See-bun Souw Ya kurang senang.
"Kau benar di kalangan Kang-ouw musuhku memang banyak," kata See-bun Souw Ya. "Sebaiknya aku tak perlu tahu. Jika kau diminta bantuan untuk mengambil kepalaku, silakan jika bisa!" kata See-bun Souw Ya.
Dia mengira Wan Ceng Liong disuruh mengambil kepalanya.
"Yang akan kuambil darimu bukan kepalamu!" jawab Wan Ceng Liong. "Tetapi sebuah barang berharga. Jika kau tidak mau menyerahkannya, terpaksa aku membunuhmu!"
"Maksudmu barang apa?" tanya See-bun Souw Ya.
"Kitab Racun milik keluarga Suang!" kata Wan Ceng Liong.
Bukan main marahnya See-bun saat mendengar Wan Ceng Liong ingin meminta Kitab Racun itu.
1565 "Baik jika bisa, kau ambil Kitab Racun itu, kalau perlu kedua-duanya kitab dan kepalaku!" kata See-bun Souw Ya.
"Baik, dengan demikian aku bisa mengetahui berapa tinggi kepandaianmu!" kata Wan Ceng Liong.
Baru saja Wan Ceng Liong menghentikan bicaranya, See-bun Souw Ya langsung menyerang. Dia gunakan jurus
"Pengpok-kiu-thian" atau "Rajawali menyambar dari langit", maka dihantamnya kepala Wan Ceng Liong dengan keras.
"Hm! Bagus!" kata Wan Ceng Liong.
Dia menunduk sambil berkelit, alu sambil memutarkan telapak tangannya dia membalas menyerang. Sedikitpun See-bun tidak menyangka kalau Wan Ceng Liong berani menyambut serangannya. Jika kedua tangan mereka berbenturan, maka celakalah keduanya. See-bun berpikir jika serangan pertamanya gagal, dia tak sanggup mengalahkan lawan, dia akan kabur.
Buru-buru dia hindari bentrokan tangannya. Kemudian dengan cara berakrobatik, dia berhasil menghindari serangan Wan Ceng Liong dengan gerakan yang indah.
Wan Ceng Liong memuji kecerdikan dan kelincahan lawannya. Dia juga bersyukurkarena lawan tidak berani menga-du tangan. Karena itu dia jadi ragu, apakah dia mampu mengalahkan See-bun" Di tempat lain Kong-sun Po sedang duduk di lantai, mulutnya mengeluarkan darah.
Melihat hal itu Kiong Mi Yun menghampirinya.
"Bagaimana keadaanmu, Toa-ko?" tanya si nona
"Tak apa-apa, aku butuh sebuah kamar untuk memulihkan tenagaku," jawab Kong-sun Po.
Chu Tay Peng mendengar kata-kata anak muda itu.
1566 "Nona Kiong, ajak Kong-sun Siauwhiap ke belakang bersamaku!" kata Chu Tay Peng.
Dia baru saja mengantarkan Ang Kin ke tempat yang aman.
Melihat kedua muda-mudi itu ikut Chu Tay Peng pergi, See-bun yang melihatnya langsung melompat ke arah mereka. Tapi dengan tak kalah gesitnya, Wan Ceng Liong melompat hendak merintanginya. Wan Ceng Liong menghalangi See-bun karena takut dua muda-mudi itu dicelakai oleh See-bun.
"Hm! Masih ada aku di sini, jangan main gila!" bentak Wan Ceng Liong.
Dengan cepat Kiong Mi Yun membawa Kong-sun Po masuk ke sebuah kamar. Rupanya karena See-bun tak yakin bisa meladeni Wan Ceng Liong, dia hendak menangkap Kong-sun Po dan Mi Yun yang akan dijadikan sandera.
Tapi usahanya itu gagal karena dihalangi oleh Wan Ceng Liong.
"Baik, sekarang kita adu jiwa saja!" bentak See-bun Souw Ya.
"Itu yang kumau!" jawab Wan Ceng Liong.
See-bun mementang kedua tangannya, yang kanan berwarna merah darah yang kiri hitam legam. Itu adalah jurus Hua-hiat-to dan Hu-kut-ciang yang lihay. Melihat hal itu Wan Ceng Liong tak berani menyambut serangan itu.


Badai Awan Angin Pendekar Sejati (beng Ciang Hong In Lok) Karya Liang Ie Shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Saat Wan Ceng Liong bersiap menyambut serangan lawan, tiba-tiba terdengar suara jeritan. Ternyata See-bun Souw Ya berhasil menerkam Ie Kun salah satu rekan Chu Tay Peng.
Ie Kun kaget, maka itu dia menjerit minta tolong.
Tubuhnya terkena racun yang lihay sekali. Tiba-tiba See-bun Souw Ya yang kejam melemparkan tubuh Ie Kun ke 1567
arah Wan Ceng Liong. Tahu tubuh yang dilemparkan itu beracun, Wan Ceng Liong tak berani menyambutnya.
Terpaksa dia gunakan kakinya menendang kembali tubuh Ie Kun ke arah See-bun Souw Ya. Ie Kun pun seketika itu binasa.
Memang di antara kawan-kawannya, Ie Kun sangat pengecut. Dia akhirnya binasa mengenaskan. Saat Wan Ceng Liong sibuk menendang tubuh Ie Kun, See-bun Souw Ya menggunakan kesempatan itu untuk kabur sambil tertawa terbahak-bahak.
"Hai, bangsat! Tak mudah kau lari begitu saja dari tanganku!" bentak Wan Ceng Liong yang segera mengejarnya.
Kejar-mengejar pun terjadi mereka menggunakan ginkang yang tinggi. Dalam sejejap belasan li sudah mereka lalui. Ketika itu See-bun yang sudah sampai di sebuah hutan, langsung masuk ke dalam hutan.
"Ceng Liong, kejar aku kalau berani!" teriak See-bun.
Sebenarnya ada pantangan yang sangat keras untuk seorang jago persilatan memasuki hutan yang tak dikenalnya. Maka itu Wan Ceng Liong ragu untuk terus mengejar lawannya. Tapi dia pikir jika tidak dikejar, kapan lagi dia bisa bertemu dengan si Iblis Tua yang ganas itu"
Dia pikir bagaimana dia bisa segera memenuhi permintaan Kiong Cauw Bun untuk mengambil Kitab Racun itu" Maka itu tanpa pikir panjang Wan Ceng Liong masuk meneruskan pengejarannya.
"Mana Kok-su itu, katanya dia akan datang" Jika dia tak segera tiba, aku bisa celaka di tangan Wan Ceng Liong yang ternyata lihay sekali!" pikir See-bun Souw Ya.
1568 Saat itu sayup-sayup See-bun mendengar teriakan seseorang.
"Benarkah kau saudara Wan" Siapa yang sedang kau kejar?" kata suara itu.
"Bukankah kau Saudara Kiong" Aku sedang mengejar
"Penggali dan pencuri kuburan"!" jawab Wan Ceng Liong yang terus berlari mengejar lawannya.
Sungguh malang dan sial See-bun saat itu, "sudah jatuh tertimpa tangga pula". Belum selesai urusan dengan Wan Ceng Liong, kini muncul Kiong Cauw Bun. Dalam keadaan ketakutan See-bun yang cerdik sudah berhasil memecahkan teka-teki itu, "Kenapa Wan Ceng Liong meminta kitab itu?"
Jelas dia diminta bantuannya oleh Kiong Cauw Bun!
Begitu yang ada di benak See-bun saat itu. Diam-diam dia mencoba mengadu siasat dengan lawan. Orang she Wan menuduhnya sebagai 'penggali kubur', memang Kitab Racun" itu. Karena See-bun mendapatkannya dengan menggali kuburan Kong-sun Khie almarhum.
"Kebetulan," kata Kiong Cauw Bun. "See-bun Souw Ya, ternyata kita bertemu di sini! Kau curi kitab itu dari kuburan sahabat baikku. Aku dengar kau sudah lihay, mari kita coba bertarung!"
Bukan main kagetnya See-bun, sebab melawan Wan Ceng Liong saja dia sudah kewalahan, sekarang dia ketemu dengan Kiong Cauw Bun. Dari belakang dia dikejar Wan Ceng Liong, dari depan dihadang oleh Kiong Cauw Bun.
"See-bun, berhenti dan serahkan kitab itu padaku!" kata Kiong Cauw Bun.
See-bun Souw Ya ketakutan sekali. Tiba-tiba dia punya ide dan berteriak nyaring.
1569 "Saudara Wan, apalagi yang kau inginkan" Kitab Racun sudah kuserahkan padamu!" kata See-bun. "Kenapa kau masih terus mengejarku" Saudara Kiong, kita tidak bermusuhan, buat apa kau menghadangku?"
Kiong Cauw Bun mengetahui kalau See-bun
bersekongkol dengan orang-orang Mongol, Chu Kiu Sek dan Hak-su Mongol. Jika dia membunuh See-bun pun cuma akan mendatangkan kesulitan. Dalam keadaan ragu dia mendengar ucapan licik See-bun Souw Ya.
Maka itu dia sedikit curiga.
"Apa benar begitu Saudara Wan?" kata Kiong Cauw Bun.
Dengan sangat marah Wan Ceng Liong membantah.
"Bohong! Jangan dengarkan ocehan busuknya! Dia ingin mengadu domba antara aku dan kau!" kata Wan Ceng Liong. "Kau jangan percaya padanya!"
"Jika kau tidak percaya padaku, maka kitab itu akan menjadi milik dia!" kata See-bun dengan licik.
Kiong Cauw Bun dan Ceng Liong memang bukan
sahabat sejati. Tapi karena masih ragu dia tidak berani menuduh Wan Ceng Liong curang.
"Saudara Kiong, jika persoalannya ingin jekas kita bekuk dulu dia. Nanti semuanya akan jadi jelas sekali!" kata Wan Ceng Liong.
Karena Kiong Cauw Bun berpikir ucapan Wan Ceng Liong masuk akal, dia berseru pada kawannya itu.
"Baik, kita tangkap dulu dia! Sesudah itu geledah tubuhnya, maka persoalannya akan jelas!" kata Kiong Cauw Bun.
1570 Siasat See-bun hanya mempan sebentar, sekarang kedua jago itu mengejarnya lagi.
See-bun berhasil lari ke lain arah, maka itu Wan Ceng Liong dan Kiong Cauw Bun terus mengejarnya bersamasama. Di suatu tempat See-bun melihat dan mendengar ada seorang paderi Budda yang berseru.
"Omi-to-hud! Buddha Maha Pengasih!" katanya.
Bukan main girangnya See-bun sesudah mengenali paderi Buddha itu. Paderi itu memberi tanda pada See-bun.
"Toa hwee-shio tolongi aku, mereka ingin membunuhku!" kata See-bun Souw Ya.
"Omi-to-hud! Buddha Maha Penyayang!" katanya lagi.
"Buddha Melarang orang saling membunuh! Kau pergi, biar akan kumintakan ampun bagimu!" kata hwee-shio itu.
Sesudah See-bun pergi, kedua pengejarnya tiba. Namun, mereka tak bisa terus mengejar karena terhalang jalannya oleh hwee-shio itu.
"Hwee-shio, lekas menepi! Beri kami jalan!" bentak Kiong Cauw Bun.
"Omi-to-dud! Selama ini pin-ceng (hamba) selalu bertindak adil dan welas asih. Pertemuan kita ini sudah takdir. Jika si-cu bersedia mengampuninya, sungguh berkat besar. Hapuslah permusuhan kalian!" kata si hwee-shio.
Dia tetap berusaha menghalangi kedua pengejar itu.
"Gila, minggir!" bentak Kiong Cauw Bun gusar.
Dari tingkah-lakunya Kiong Cauw Bun mengerti hweeshio ini bukan sembarangan.
1571 "Omi-to-hud!" puji hweeshio itu. "Sabar, kenapa kau kurang sabar" Nafsu membunuhmu sungguh besar".
Saat Kiong Cauw Bun menghantam hwee-shio itu dengan sebuah serangan dahsyat, dengan cepat si hwee-shio mementangkan jubahnya, dia menangkis serangan Kiong Cauw Bun. Jubah itu menggelembung bagaikan layar sebuah perahu di sungai. Kemudian dengan lengan jubahnya si hweeshio mengebut ke arah Kiong Cauw Bun dengan keras. Dia menangkis dan menyerang dengan tetap duduk bersila tak bergeming.
Ternyata serangan kilat Kiong Cauw Bun yang dahsyat, dengan mudah dipunahkannya. Kebutan si Hwee-shio membuat serangan Cauw Bun punah seketika Melihat Kiong Cauw Bun dalam bahaya, Wan Ceng Liong menyerang tangan si Hwee-shio. Tahu-tahu tangan yang lain dipakai menangkis serangan Wan Ceng Liong secara berbarengan.
"Hebat sekali! Aku jadi tidak bisa tenang duduk di sini!"
kata si hwee-shio memuji. Dia bertarung dengan tetap duduk.
Menerima tangkisan lawan itu tubuh Wan Ceng Liong terdorong ke belakang. Rupanya saat itu tenaga si hweeshio seolah-olah menyambar seluruhnya ke arah Kiong Cauw Bun. Maka tak ampun lagi Kiong Cauw Bun terdorong mundur.
"Hm! Siapa sebenarnya kau?" bentak Kiong Cauw Bun.
Sesudah tertawa terbahak-bahak hwee-shio itu berkata.
"Kau sangat terkenal, mengapa tidak kenali siapa aku ini?" katanya.
1572 Sambil bicara dia terus menangkis dan menyerang, karena kedua lawannya itu masih melancarkan serangan mereka.
"Benarkah kau Kok-su dari Mongol" Aku dengar kau jago nomor satu di kalangan Kang-ouw!" kata Kiong Cauw Bun mulai menduga-duga.
Sesudah tertawa lagi, si hwee-shio baru menjawab.
"Benar akulah dia, tapi sebutan jago itu tidak berani aku menerimanya," kata si hwee-shio. "Kalian berdua juga hebat, sesudah kuserang bisa bertahan. Kalian juga hebat!"
"Aku dengan See-bun bermusuhan, kenapa Hoat-ong sengaja merintangi kami?" kata Kiong Cauw Bun.
"Maaf, terus terang kukatakan, dia sekarang sudah menjadi muridku," kata si hwee-shio, "aku harap permusuhan kalian disudahi saja. Kebetulan Khan Agung kami sedang mencari orang gagah, kenapa kalian tidak menemuinya. Apa kalian mau atau tidak?"
Wan Ceng Liong maju sikapnya kelihatan kurang senang.
"Kepandaian kami tidak seberapa, mana mungkin bekerja pada Khan Agung," kata Wan Ceng Liong.
"Benar, aku pun begitu! Aku lebih senang hidup sebagai rakyat biasa," kata Kiong Cauw Bun. "Terima kasih atas kebaikan Toa Suhu!"
Liong Siang Hoat-ong orangnya cerdik. Dia tahu Wan Ceng Liong memang tak mau, tapi Kiong Cauw Bun masih bisa dibujuk. Tapi waktu itu dia tak membujuknya, karena berpikir masih ada waktu lain kali. Sesudah itu dia mohon 1573
diri dan pergi. Sesudah mereka tinggal berdua, Wan Ceng Liong memberi hormat pada Kiong Cauw Bun.
"Saudara Kiong, maaf aku belum bisa menepati janjiku.
Baik lain kali saja hutang budiku kubalas padamu," kata Wan Ceng Liong.
Ketika dia akan meninggalkan Kiong Cauw Bun tiba-tiba terdengar suara aseran.
"Tunggu dulu!" kata Kiong Cauw Bun.
"Ada apa lagi" Apa kau curiga kitab itu ada padaku seperti kata See-bun?" kata Wan Ceng Liong.
"Bukan. Aku harap kau jangan salah sangka," kata Kiong Cau Bun. "Aku hanya ingin bertanya."
"Katakan saja soal apa?"
"Apakah kau tahu atau pernah bertemu dengan puteriku?" kata Kiong Cauw Bun.
"Aah, aku baru ingat. Aku pernah bertemu dengan puterimu, dia ada di tempat orang Hay-sah-pang," kata Wan Ceng Liong. "Dia bersama Kong-sun Po. Jika kau bertemu dengannya tolong sampaikan pesanku. Katakan padanya, aku belum bisa memenuhi keinginannya untuk membunuh See-bun Souw Ya!"
Mendengar keterangan itu Kiong Cauw Bun girang bercampur kecewa. Girang karena dia sudah tahu jejak puterinya, kecewa karena puterinya bersama Kong-sun Po.
Sekarang dia tahu puterinya menyukai Kong-sun Po, tapi sayang anak muda itu ikut musuh besarnya, Hong-lai-mo-li!
Tapi dia juga punya harapan, jika benar Kong-sun Po mencintai anaknya, dari pemuda itu dia bisa belajar ilmu racun keluarga Suang.
1574 "Jika kitab itu tak dapat kurebut dari See-bun, masih ada titik terang. Aku bisa belajar dari calon menantuku!" begitu pikir Kiong Cauw Bu. "Jika dia mau mengajariku, aku tak keberatan dia jadi menantuku. Jika tidak mau menurut kalau perlu kubunuh dia! Sekalipun itu akan membuat puteriku berduka."
Sesudah mengambil keputusan Kiong Cauw Bun
bergegas ke tepi sungai Huang-hoo akan mencari puterinya.
Ketika itu Kong-sun Po berada di sebuah kamar yang sunyi. Dia sedang mengerahkan tenaga dalamnya untuk mengobati lukanya. Untung sejak masih kecil dia sudah terkena racun Hua-hiat-to. Dia bisa bertalian berkat pertolongan Beng Beng Tay-su, hingga daya tahannya terhadap racun cukup baik. Sekalipun belum sembuh benar tapi sekarang dia bisa bergurau dengan Kiong Mi Yun.
Mereka sudah berpisah setahun yang lalu, maka itu mereka mengisahkan pengalamannya masing-masing. Sesudah itu Kong-sun Po berkata pada kekasihnya.
"Dulu kenapa kau tinggalkan aku sendirian?" kata Sun Po.
"Kau ingat ketika di rumah makan ada pencopet?"
"Ya." "Dia bukan copet tapi pengikut Ayahku bernama Thio Kiong, maka kukejar dia. Sesudah terkejar dia memberitahu bahwa Ayahku mencariku. Aku jadi khawatir kita akan ketahuan oleh Ayahku. Maka itu aku sepakat dengan Thio Tiong untuk memancing Ayahku supaya tidak menemui kita agar Ayahku pergi jauh!" kata Kiong Mi Yun.
"Kenapa kau takut kalau kita bertemu dengan Ayahmu?"
kata Kong-sun Po. "Apa ayahmu tak suka padaku?"
1575 "Kisahnya panjang sekali, lain kali saja aku jelaskan padamu," kata nona Kiong.
Sekarang aku ingin tahu, kenapa kau tinggalkan kota kecil itu?"
"Tak lama sesudah kau pergi, seseorang datang menemuiku di penginapan..." kata Kong-sun Po.
"Seorang nona" Siapa dia dan bagaimana rupa nona itu?"
kata nona Kiong agak curiga.
Kong-sun Po memberi penjelasan tentang wajah, tubuh dan gerak-gerik nona itu dengar jelas.Sambil tertawa nona Kiong akhirnya berseru.
"Oh dia! Dia itu Kakak Wan Say Eng, puteri orang tua yang membantu mengusir See-bun Souw Ya tadi!" kata nona Kiong. "Nama ayahnya Wan Ceng Liong, lalu apa saja yang dia katakan padamu?"
"Dia mengatakan sebuah cerita menarik, tetapi aku tidak tahu bolehkah aku mengatakannya padamu?" kata Kongsun Po.
"Kenapa tidak, memang di antara kita harus ada yang dirahasiakan" Katakan saja!" kata nona Kiong.
"Dia... Dia bilang kau sudah ditunangkan sejak kecil denganku, apa benar begitu?" kata Kong-sun Po agak terbatabata.
"Benar, kau tak percaya?" kata Kiong Mi Yun menunduk malu.
"Bukan begitu! Tapi kenapa kau tak bilang dari dulu?"
kata Kong-sun Po. "Dasar bodoh! Dulu kita baru kenal, mana berani aku bicara terus-terang padamu" Tapi setidaknya aku sudah memberi isyarat padamu. Apa kau lupa?" kata nona Kiong.
1576 "Ah, dasar aku ini bodoh," kata Kong-sun Po. "Pantas dulu kau bertanya apakah aku sudah punya tunangan atau belum" Iya kan?" kata Kong-sun Po.
"Waktu itu dengan tegas kaujawab kau belum dijodohkan atau punya tunangan!" kata si nona.
"Memang! Karena Ibuku tidak pernah mengatakannya padaku," kata Kong-sun Po.
Nona Kiong mengelah napas karena agak penasaran.
Saat itu Kong-sun Po ingat bagaimana ayah si nona marah dan akan mencelakakannya. Lalu dia berkata lagi.
"Jika kita sudah ditunangkan sejak kecil, kenapa ayahmu mau membunuhku?" kata Kong-sun Po.
"Dari mana kau tahu dia akan membunuhmu?" kata si nona heran.
"Dulu ketika kau pergi aku sempat bertemu dengan ayahmu," menjelaskan Kong-sun Po. "Tapi memang dia tak mengenaliku...."
Kemudian Kong-sun Po mengisahkan pengalaman pertemuannya dengan ayah si nona. Sesudah itu dia berkata perlahan.
"Yang sial Kakak Ci Giok Phang, karena salah menduga dan mengira dia itu aku, maka Kakak Ci dilukainya." kata Kong-sun Po.
"Masalah kita memang rumit, nanti kuceritakan padamu," kata nona Kiong. "Tapi aku jadi mencemaskan sesuatu...."
"Apa tentang hubungan kita?" kata Kong-sun Po.
1577 "Benar, darimu aku tahu ibumu tidak menyukai hubungan kita, sedang Ayahku pun melarang aku berhubungan denganmu.." kata si nona sedih.
"Bagaimana menurut kau sendiri?"
"Sekalipun nanti Ayah tak mengakuiku sebagai puterinya, jika aku mau, aku mau...." Tapi Mi Yun tak meneruskan katakatanya.
Dia malu sendiri dan menunduk dengan wajah merah.
"Kalau begitu tidak ada masalah," kata Kong-sun Po.
"Asalkan kita sama-sama suka, semua beres. Apa pedulinya dengan mereka?" kata Kong-sun Po.
"Apa yang akan kau katakan pada ibumu?"
"Akan kukatakan kau cantik dan baik, sekalipun ayahnya. Ah, sudahlah." kata Kong-sun Po.
"Kau benar-benar mencintaiku?" kata si nona.
"Apa kau masih sangsi?" tanya Kong-sun Po.
Tak lama keduanya saling berpegangan tangan dan saling bertatap mesra. Saat itu Kiong Mi Yun ingat pengalamannya, saat dia "jatuh cinta" pada Han Pwee Eng yang dia kira seorang pria. Dia jadi malu sendiri dan tersenyum geli.
"Eeh, apa yang kau pikirkan?" kata Kong-sun Po.
"Tidak!" kata si nona malu-malu. "Kau sedang mengobati lukamu, pusatkan saja pikiranmu. Dengan demikian kau bisa segera menolong Ang Pang-cu dan kawan-kawannya."
"Tak lama lagi tenagaku akan pulih, tapi yang aku cemaskan keadaan mereka." kata Kong-sun Po. "Sampai aku sehat butuh waktu sepuluh hari!"
1578 "Sepuluh hari pun tak apa yang penting kau tolongi mereka," kata si nona.
"Justru itu yang aku cemaskan, mereka harus ditolong paling lambat tiga hari, mana bisa selewat sepuluh hari lagi?" kata Kong-sun Po kelihatan gugup.
"Aku mengerti, kau kan sudah berusaha kalau gagal, masakan mereka akan menyalahkanmu?" kata si nona.
"Tapi aku sudah berjanji akan mengobati mereka, jika gagal aku ikut bertanggungjawab," kata Kong-su Po.
"Kalau begitu kita minta bantuan Paman Wan saja!" kata si nona. "Tapi aku jadi heran, kenapa sampai sekarang Paman Wan belum kembali juga?"
Saat mereka sedang bermesraan tiba-tiba ada yang membuka pintu kamar sambil berkata dengan tegas.
"Hm! Pasti kalian tidak mengira aku akan datang menemui kalian?" kata orang itu.
Mereka sedang berharap-harap kedatangan Wan Ceng Liong, tapi yang muncul justru Kiong Cauw Bun, ayah nona Kiong. Tentu saja Kiong Mi Yun dan Kong-sun Po kaget bukan kepalang.
"Eeh, Ayah datang! Apa Ayah bertemu dengan Paman Wan?" kata si nona.
"Dia sudah pergi, dasar anak bandel. Kau tidak mau mendengarkan nasihat ayahmu. Sesudah kau dilabrak orang kau baru tahu rasa!" kata Kiong Cauw Bun.
"Kau benar, Ayah. Tua bangka itu menyusahkan puterimu, kau harus membalaskan sakit hatiku," kata Kiong Mi Yun manja.
"Anak liar macam apa kau ini?" kata sang ayah.
1579 Saat tiba di markas Hay-sah-pang jago tua ini langsung menemui Chu Tay Peng. Tentu Chu Tay Peng tidak berani berbohong lalu menunjukkan kamar anak-muda itu.
Kiong Mi Yun berusaha agar bisa tenang di depan ayahnya.
"Sekarang aku ingin bertanya padamu," kata Kiong Cauw
Bun. Hati nona Kiong berdebar-debar.
"Apa yang Ayah ingin ketahui dariku?" kata Mi Yun.
"Aku tak apa-apa, tapi dialah yang terluka!"
"Hm! Maksudmu dia siapa?" kata sang ayah.
"Apa kau belum mengenalinya, dialah Kong-sun Po!"
jawab Mi Yun. "Padahal Paman Kiong pernah bertemu denganku," kata Kong Sun Po, "cuma waktu itu kita belum saling kenal."
"Tentu aku ingat! Siapa yang bisa lupa pada bocah dungu
seper-timu ini!" kata Kiong Cauw Bun.
"Ayah, kenapa kau marahi dia?" kata Mi Yun.
Wajah Kiong Cauw Bun tetap dingin.
"Kong-sun Po, katakan terus terang, apa kau mau menikahi
puteriku?" kata Kiong Cauw Bun.
1580 "Dulu aku tak tahu masalah perjodohan ini, sesudah tahu, aku bersedia menikahi puterimu," kata Kong-sun Po.
"Kalian sudah saling mencintai setulus hatimu?" kata Kiong Cauw Bun.
Kiong Mi Yun yang sedang memegangi tangan
kekasihnya memijitnya agar Kong-sun Po menjawab dengan panggilan lain selain paman pada ayahnya. Kongsun Po yang lugu itu cukup cerdas, dia langsung memberi hormat.
"Ya, Gak-hu (Ayah mertua)," kata Kong-sun Po. "Aku sedang terluka mohon maaf tidak bisa memberi hormat sewajarnya."
"Hm! Panggilan Gak-hu padaku belum saatnya!" kata Kiong Cauw Bun ketus.
"Ayah, sebenarnya apa maumu?" kata nona Kiong.
"Bukankah kau yang bilang bahwa dia calon suamiku yang ditunangkan sejak kita masih kecil dan Ayah menyetujuinya?"
"Diam kau! Jangan salah paham, aku hanya punya kau satu-satunya. Jika dia ingin jadi menantuku, dia harus tunduk kepadaku!"
"Tunduk sih boleh," pikir Kong-sun Po. "Tapi dalam soal apa aku harus tunduk padamu?"
"Ayah jangan macam-macam, jika dia tak tunduk padamu, aku yang akan membujuk dia supaya menurut padamu! Benar kan, Kong-sun Toa-ko?" kata Mi Yun pada kekasihnya.
Kong-sun Po ketika itu hanya bisa mengangguk mengiakan.
1581 "Baik, aku tanya kau," kata Kiong Cauw Bun pada Kong-sun Po. "Aku dengar kau bergabung dengan Honglay-mo-li, apa benarkah begitu?"
"Benar," kata Kong-sun Po yang tak berani memanggil Gakhu lagi.
"Aah, bagaimana kau ini Ayah" Apa hubungannya perjodohan kami dengan masalah pribadinya?" kata Mi Yun.
"Siapa bilang tak ada sangkut-pautnya! Sekarang aku tanya kau Kong-sun Po, tahukah kau bagaimana cara meninggalnya ayahmu?"
"Ketika Ayahku meninggal aku baru berumur satu tahun, jadi mana aku tahu," kata Kong-sun Po. "Tapi menurut cerita Ibuku, Ayahku meninggal karena keracunan ilmu racun keluarga Suang."
"Salah!" kata Kiong Cauw Bun. "Yang benar ayahmu meninggal dibunuh oleh Hong-lay-mo-li Liu Ceng Yauw!"
Kong-sun Po kaget, sesudah menenangkan diri sejenak dia menjawab.
"Aku tak percaya!" kata Kong-sun Po. "Masakan Ibuku berbohong padaku?"
"Aku tidak bermaksud meremehkan keterangan ibumu,"
kata Kiong Cauw Bun. "Sekarang akan kuceritakan kejadian yang sebenarnya padamu. Dulu memang ibumu tak mau dinikahi oleh ayahmu. Tapi akhirnya mau juga.
Selama mereka jadi suami isteri mereka tak akur hingga akhirnya bermusuhan! Aku yakin ibumu tidak jujur menceritakan tentang kematian ayahmu!"
"Kakekku juga bilang begitu, masakan Kakekku juga bohong"!" kata Kong-sun Po.
1582 Karena terdesak akhirnya Kiong Cauw Bun bicara lagi.
"Memang benar ayahmu meninggal karena ilmu racun,"
kata Kiong Cauw Bun. "Tapi jika tidak dimusuhi oleh Liu Ceng Yauw hingga dia terpaksa harus kabur, aku kira tidak akan meninggal seperti itu! Maka secara tidak langsung dia mati oleh Hong-lay-mo-li. Tapi kau bukan menuntut balas kematian ayahmu, malah bergabung dengan Hong-lai-mo-li pembunuh ayahmu!"
"Ibu memberi nama padaku bekas orang jahat atau Gi Ok," kata Kong-sun Po. "Waktu itu kata Ibuku, Ayahku orang jahat. Maka itu Ibu berharap sesudah dewasa, aku tidak meniru kelakuan Ayahku!"
Mendengar ucapan Kong-sun Po itu, Kiong Cauw Bun jadi gusar bukan main.
"Jadi kau hanya mau berbakti pada ibumu dan tak mau membalaskan sakit hati ayahmu?" kata Kiong Cauw Bun.
"Harap jangan salah paham, jasa Ayah dan Ibu sama besarnya dan harus dibalas. Tetapi antara baik dan jahatpun harus dibedakan!" jawab Kong-sun Po kurang senang.
"Untuk apa Ayah ikut campur urusan keluarganya?" kata nona Kiong.
"Mi Yun, apa kau sudah lupa, aku dan ayahnya bersahabat baik. Bukankah sudah Icukatakan bahwa Honglay-mo-li itu musuh besarku. Jika dia lebih memihak pada Hong-lay-mo-li, kau kira aku bisa mengizinkan dia menikahimu, malah aku harus membu..." bersamaan dengan ucapannya itu, tangan Kiong Cauw Bun terangkat siap menyerang.
"Jika kau anggap aku salah, silakan bunuh aku!" kata Kong-sun Po,
1583 "Hm! Apa kau kira aku tak berani membunuhmu?" kata Kiong Cauw Bun.
Ketika dia mengayunkan tangannya, buru-buru Kiong Mi Yun menubruk pemuda itu untuk melindungi dari hajaran ayahnya. Dia menghadang di depan ayahnya yang tak jadi memukul.
"Kong-sun Toa-ko tutup mulutmu. Ayah, dengar dulu katakataku. .." kata Kiong Mi Yun.
"Apa yang mau kau katakan?" kata sang ayah.
'Jika Ayah akan membunuh dia, bunuh dulu aku!" kata nona Kiong.
"Bagus! Bagus sekali! Ibarat burung sekarang kau sudah tumbuh sayap. Jadi kau berani melawan ayahmu," kata Cauw Bun.
"Aku mau mengikuti saran Ayah dan merawat Ayah, tapi izinkan aku jadi isterinya! Dengan demikian kau tak kehilangan anakmu malah kau mendapat menantu dia."
kata Mi Yun. "Jika dia tidak menganggapku musuh saja sudah bagus, mana berani aku minta dia jadi menantuku!" kata Kiong Cauw Bun.
"Sifat Kong-sun Toa-ko memang keras kepala, tapi jika Ayah baik padanya dia juga akan baik pada Ayah!" kata nona Kiong.
Lalu dia kedipi kekasihnya agar tak ikut bicara.
"Baiklah, karena permintaanmu, maka aku kabulkan.
Tapi dia harus pegang janji!" kata Kiong Cauw Bun.
Kong-sun Po diam tak menyahut.
Sedang Mi Yun berkata. 1584 "Ayah mau agar dia berjanji apa?" katanya.
"Aku minta kalian ikut aku pulang ke Hek-hong-to sekarang juga!" kata sang ayah. "Dia harus tinggal di sana selama tiga tahun. Akan kulatih dia agar tidak keras kepala lagi!"
Sebenarnya Kiong Cauw Bun hanya pura-pura ingin membunuh calon suami puterinya. Sebenarnya tujuannya ingin mendapatkan ilmu racun dari calon menantunya ini.
Jika berhasil maka dia tidak akan mendapat lawan yang lebih tangguh dari dirinya.
"Kong-sun Toa-ko, maukah kau berjanji padanya?" kata si nona.
Tapi kelihatan anak muda itu bingung. Kiong Mi Yun tahu kekasihnya keberatan, lalu menghadap pada ayahnya.
"Tiga tahun terlalu lama Ayah, bagaimana kalau kau ubah waktunya?" kata nona Kiong.
"Berapa tahun?" kata sang ayah.
"Barangkali kalau setahun dia tidak keberatan!" kata nona Kiong.
"Aah, kau tawar-menawar segala memang ini pasar?"
kata sang ayah. Lama dia berpikir. Rasanya setahun pun untuk mempelajari ilmu racun dari akhli warisnya sudah memadai. Akhirnya dia mengangguk.
"Baiklah, aku penuhi permintaanmu!" kata Kiong Cauw Bun.
"Baik, aku mau dengan perjanjian begitu," kata Kongsun Po. "Tapi Paman juga harus berjanji!"
1585 "Pakai nawar segala, apa maumu" Ah aku tahu, kau ingin aku mengobatimu?"
Kong-sun Po menggelengkan kepalanya.
"Bukan itu!" kata dia.
"Lalu apa maumu?" kata Kiong Cauw Bun yang sudah tak sabar dan heran.
"Karena sudah berjanji pada orang-orang Hay-sah-pang aku akan mengobati mereka, aku minta waktu agar Paman bersabar menunggu sekitar sepuluh hari, baru berangkat!"
kata Kong-sun Po. "Menunggu selama sepuluh hari terlalu lama," kata Kiong Cauw Bun tak sabar. "Bagaimana jika aku saja yang mengobati mereka?"


Badai Awan Angin Pendekar Sejati (beng Ciang Hong In Lok) Karya Liang Ie Shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Jadi kau mau mengobati mereka, Ayah?" kata Mi Yun.
"Ilmu Hua-hiat-to hampir mirip dengan Cit-sat-ciang-ku, jadi rasanya aku bisa mengobati mereka!" kata Kiong Cauw Bun.
"Baiklah kalau begitu," kata Kong-sun Po. "Akan kuberi Paman petunjuk mengobati serangan Hua-hiat-to itu!"
"Silakan, mungkin itu lebih baik," kata Kiong Cauw Bun.
Sebenarnya mendengar ucapan calon menantunya itu dia girang bukan main, pucuk dicinta ulam tiba, pikirnya. Tapi sengaja dia tidak menunjukkan kegembiraannya di depan kedua anak muda itu.
-o0-DewiKZ^~^aaa-o0- 1586 BAB 57 Kiong Cauw Bun Dikalahkan Oleh Tam
Yu Cong; Kong-sun Po Mendapat Undangan Dari
Han Hie Sun Sesudah mendapat berbagai petunjuk dari Kong-sun Po dan bagaimana mengobati orang yang terkena Hua-hiat-to, bukan main girangnya Kiong Cauw Bun. Pada saat memberikan petunjuk terpaksa sang calon menantu menerangkan inti ilmu Hua-hiat-to itu pada sang calon mertua. Maka secara tidak langsung Kiong Cauw Bun mendapat inti ilmu Hua-hiat-to yang dia idam-idamkan itu.
Sesudah dirasa cukup paham, Kiong Cauw Bun pergi akan mengobati orang-orang Hay-sah-pang yang terkena racun itu. Tak lama dia sudah kembali lagi menemui kedua anak muda itu. Saat kembali itulah dia mengajak orang-orang yang telah dia obati. Bukan main kagetnya Kong-sun Po, dalam waktu singkat sang calon mertua mampu mengobati orang-orang Hay-sah-pang yang terluka itu.
Orang-orang itu memberi hormat sambil menghaturkan terima kasih pada Kong-sun Po.
"Eeh, kenapa kau berterima kasih padaku" Yang mengobati kalian adalah Kiong Lo-cian-pwee, bukan aku!"
kata Kong-sun Po kaget. "Kami harus mengucapkan terima kasih padamu, karena Kiong Cian-pwee bilang, kaulah yang memohon pada beliau agar beliau mengobati kami!" kata Ang Kin. Chu Tay Peng ikut bicara.
"Kiong To-cu, terima kasih kau mau datang. Apa tidak sebaiknya kau tinggal beberapa hari di tempat kami?" kata Chu Tay Peng dengan ramah.
"Siapa kesudian tinggal di tempatmu!" kata Kiong Cauw Bun ketus. "Kong-sun Po, Mi Yun, ayo kita pergi!"
1587 Tangan kanan meraih tangan Kong-sun Po tangan yang lain menuntun puterinya. Dengan setengah diseret Kongsun Po terpaksa mengikutinya. Diperlakukan demikian di depan orang banyak, tentu saja Korig-sun Po jadi merasa tak enak hati.
"Paman, aku sudah janji akan ikut, maka itu aku tidak akan ingkar janji. Tolong Paman jangan menyeretku karena aku bisa berjalan sendiri," kata Kong-sun Po memohon.
"Baik, tapi ingat jangan coba-coba berbuat macammacam," kata Kiong Cauw Bun. "Ayo, ikuti kami!"
Saat itu tiba-tiba terdengar suara seruling yang berkumandang dari jarak jauh. Di telinga Kong-sun Po suara seruling itu jelas sekali, sedang Mi Yun tidak mendengarnya. Saat itu Kong-sun Po langsung tahu, itu suara seruling Bu-limthian-kiauw Tam Yu Cong. Maka itu Kong-sun Po pun berteriak keras.
"Paman Tam, aku ada...."
Belum selesai teriakan Kong-sun Po.
Suara Kong-sun Po terhenti karena dia langsung ditotok oleh Kiong Cauw Bun yang tak ingin pemuda itu memberitahu tempat mereka berada. Melihat sikap ayahnya itu Kiong Mi Yun yang ada di sampingnya langsung menarik tangan ayahnya. Dengan demikian totokan sang ayah tidak tepat benar mengenai kekasihnya.
"Ayah kenapa kau berbuat begitu?" kata nona Kiong.
Untung dalam kagetnya Kong-sun Po masih sempat melompat.
"Jangan mengeluarkan suara apa-apa!" ancam Kiong Cauw Bun dengan bengis.
1588 "Paman jangan kuatir, aku akan memegang janjiku, suara seruling itu milik Paman Tam yang datang ingin menemuiku!" kata Kong-sun Po.
"Tidak bisa!" ancam Kiong Cauw Bun yang akan segera menarik tangan anak muda itu. Adat Kong-sun Po agak pemarah. Dia tidak mau diperlakukan seperti anak kecil.
"Paman, jika kau main paksa, aku akan menolak ikut denganmu!" kata Kong-sun Po tegas.
Untuk menghadapi segala kemungkinan dia membuka payung besinya, karena kuatir Kiong Cauw Bun menyerangnya.
Ketika mereka sedang adu mulut Tam Yu Cong sudah muncul di antara mereka.
"Ooh! Rupanya si Iblis Tua, jadi kau ada di sini"
Beraninya kau membuat susah keponakanku!" kata Tam Yu Cong.
"Hm! Siapa bilang aku menyusahkan keponakanmu?"
bentak Kiong Cauw Bun. "Paman Tam, kau jangan salah mengerti pada Paman Kiong. Akulah yang suka ikut dengan beliau!" kata Kongsun Po.
"Jadi kau yang bersedia ikut dengannya" Kau mau ke mana?" kata Tam Yu Cong.
"Ke Hek-hong-to memenuhi janjiku dan akan tinggal di sana selama satu tahun," kata Kong-sun Po.
"Kenapa begitu?" desak Tam Yu Cong.
Kiong Cauw Bun tertawa terbahak-bahak.
"Apa kau belum tahu, dia kan calon menantuku!" kata Kiong Cauw Bun.
1589 Tam Yu Cong sudah menduga mungkin karena Kongsun Po telah jatuh cinta pada anak gadis Kiong Cauw Bun, dia jadi lupa pada tugasnya. Maka itu Tam Yu Cong langsung menegurnya.
"Kong-sun Po, sekalipun kau mau ikut dengan calon
"Bukan Paman, bukan untuk menikah. Aku ke sana hanya untuk menepati janjiku!" kata Kong-sun Po.
"Kenapa kau berjanji begitu padanya?" kata Tam Yu Cong.
Mendengar tanya-jawab itu Kiong Cauw Bun kesal juga.
Dia tertawa terbahak-bahak.
"Kong-sun Po, kau boleh mengatakannya terus terang padanya," kata Kiong Cauw Bun. "Dengan demikian dia tidak menuduhku main paksa!"
Kong-sun Po lalu menceritakan apa yang telah terjadi.
Tam Yu Cong agak curiga saat mendengar calon mertua Kong-sun Po bisa mengobati orang terkena jurus Hua-hiatto.
"Eeh, sejak kapan kau bisa mengobati serangan Hua-hiatto?" kata Tam Yu Cong pada Kiong Cauw Bun.
Saat itu Kiong Cauw Bun sadar, Tam Yu Cong tidak bisa dibohongi. Maka sambil mendengus dia menjawab.
"Tam Yu Cong, kau jangan terlalu memandang ringan pada orang lain!" kata Kiong Cauw Bun. "Sekalipun aku tidak bisa, masakan menantuku tak bisa?"
"Kong-sun Po, jadi kau telah mengajari cara mengobatinya?" kata Tam Yu Cong.
"Benar, Paman Tam," jawab Kong-sun Po dengan jujur.
1590 Sambil menggelengkan kepalanya Tam Yu Cong berkata lagi.
"Perbuatan itu tidak benar!" kata Tam Yu Cong.
"Apanya yang tidak benar?" kata Cauw Bun kurang senang.
"Dengar baik-baik," kata Tam Yu Cong. "Dia bisa mengobati luka terkena Hua-hiat-to karena sejak kecil dia sudah tersiksa oleh ilmu itu. Untung Beng Beng Tay-su mengajari dia lweekang hingga lukanya sembuh. Jika tidak karena Beng Beng Tay-su, sekalipun ayahnya hidup kembali dia tidak akan mampu menyembuhkannya!
Apalagi kau yang hanya tahu lwee-kang kaum Shia-pay (golongan sesat). Sekalipun kau sudah diberitahu caranya dan aku yakin kau tidak akan berhasil menyembuhkannya, sekalipun selama setahun kau mempelajarinya. Mana bisa kau menyembuhkan mereka dalam waktu sesingkat itu?"
"Tapi jika buktinya sudah terjadi, apa yang hendak kau katakan?" bentak Kiong Cauw Bun. "Jika kau tidak percaya padaku, silakan kau temui orang Hay-sah-pang yang telah kusembuhkan itu! Sudah aku tak punya waktu lagi untuk bicara denganmu!"
Dia sudah akan menarik tangan Kong-sun Po dan puterinya hendak langsung pergi.
"Tunggu dulu!" kata Tam Yu Cong.
"Eeh, apa maumu sih?" kata Kiong Cauw Bun gemas sekali. "Dia dengan rela mau ikut denganku, lalu apa urusannya denganmu?"
"Maaf, bukan itu masalahnya," kata Tam Yu Cong.
"Aku dengar kau sudah mahir ilmu Cit-sat-ciang, kedatanganku ini justru ingin menjajal ilmu itu!"
1591 "Hm! Rupanya kau sengaja ingin mencari masalah denganku. Dengar baik-baik, aku bukan takut padamu!
Tapi sekarang aku tak punya waktu meladenimu!" kata Kiong Cauw Bun.
"Mengapa kau harus terburu-buru?" kata Tam Yu Cong.
"Di kalangan Kang-ouw saling menjajal ilmu itu soal biasa.
Mari kabulkan permintaanku, beberapa jurus pun tak apa!"
Karena sulit untuk menghindar tantangan itu, Kiong Cauw Bu terpaksa menjawab. ,
"Jika kita hanya saling menjajal, baiklah. Tapi tidak boleh saling melukai!" kata Kiong Cauw Bun menegaskan.
Dari pembicaraan antara Kiong Cauw Bun dengan Tam Yu Cong ada bagian yang membuat Kong-sun Po curiga dan sangsi.
"Mengapa Paman Kiong ingin buru-buru pergi mengajakku ke pulaunya?" pikir Kong-sun Po. "Jelas katakata Paman Kiong karena dia takut Paman Tam menghalangi kepergianku!"
Sesudah saling memberi hormat Kiong Cauw Bun langsung menyerang. Tam Yu Cong menangkis serangan pertama lawan.
"Bagus, seranganmu boleh juga!" kata Tam Yu Cong.
Ketika Tam Yu Cong bergerak menggunakan seruling besinya, tak lama bayangan seruling bergerak ke berbagai arah, sasarannya jalan darah di tubuh Kiong Cauw Bun.Karena Tam Yu Cong tahu Kiong Cauw Bun lihay, dia langsung mengurung lawannya dengan serangan hebatnya. Tapi dia juga sudah berencana, jika dia kalah dia akan segera meninggalkan lawannya itu.
1592 Baik Kong-sun Po maupun Mi Yun yang menyaksikan pertarungan tingkat tinggi itu jadi terpesona. Dalam serangannya Tam Yu Cong sering memakai jurus yang berubah-ubah. Sedang serangan Kiong Cauw Bun terlihat monoton, hanya dengan tujuh jurus sesuai namanya Cit-satciang.
Selang beberapa saat sudah terlihat kewalahan menghadapi serangan Tam Yu Cong yang lihay. Kong-sun Po kagum bukan main.
Dalam benak Kiong Cauw Bun pun sudah direncanakan, jika kalah oleh Tam Yu Cong dia akan mengaku kalah saja.
Dia tidak menduga serangan Tam Yu Cong yang begitu gencar bagaikan badai saja, hingga untuk bicara saja Kiong Cauw Bun kewalahan.
Dari setiap serangan Tam Yu Cong jelas, dia bukan hanya ingin menguji, tapi ingin merobohkan lawannya.
Pertarungan hebat itu berlangsung sampai cuaca mulai remang-remang. Melihat lawan mulai terdesak Tam Yu Cong tertawa.
"Saudara Kiong, bolehkah aku meniup sebuah lagu untukmu?" kata Tam Yu Cong.
Tanpa mendapat jawaban lagi, Tam Yu Cong sudah mulai meniup serulingnya. Dalam sekejap seolah datang gelombang hawa dingin menyerang ke arah Kiong Cauw Bun. Kiong Cauw Bun terperanjat, buru-buru dia gigit lidahnya agar tidak terbuai oleh suara seruling lawan.
Kiong Cauw Bun sadar jika dia gunakan Cit-sat-ciangnya, maka ilmu itu akan punah oleh seruling pusaka yang bernama "Loan-giok-siauw-ling".
Menyaksikan ayahnya mulai terdesak Kiong Mi Yun cemas bukan main. Dia minta pada Kong-sun Po agar anak 1593
muda itu memohonkan ampun bagi ayahnya. Kong-sun Po menghibur kekasihnya.
"Jangan takut, Paman Tam tak akan mencelakai ayahmu," bisik Kong-sun Po.
Saat sedang kritis terdengar suara derap kaki kuda mendatangi. Sesudah dekat penunggangnya adalah Chu Tay Peng yang wajahnya kelihatan cemas bukan main. Dari jauh Chu Tay Peng sudah berteriak-teriak.
"Celaka! Celaka!" katanya.
"Hai, Chu Hiang-cu apa yang terjadi?" kata Kong-sun Po kaget melihat Chu Tay Peng demikian panik.
"Beberapa kawan yang terluka itu penyakitnya kambuh lagi!" kata Chu Tay Peng.
"Mngapa bisa begitu?" kata Kong-sun Po.
"Mereka hanya sembuh sebentar saja, tidak lama kambuh lagi. Semuanya langsung pingsan," kata Chu Tay Peng. "Aku mohon kau mau kembali sebentar untuk memeriksa luka mereka!"
Kong-sun Po segera insaf apa yang dikatakan Tam Yu Cong tadi, bahwa Kiong Cauw Bun tidak mungkin bisa mengobati luka itu dalam sekejap. Maka itu dengan sengaja Tam Yu Cong menantang Kiong Cauw Bun, ternyata itu hanya untuk mengulur waktu sampai ada orang yang menyusul mereka.
Tiba-tiba Tam Yu Cong tertawa terbahak-bahak, dan pertarunganpun terhenti.
"Saudara Kiong, sekarang jelas bahwa ucapanku benar, bukan?" kata Tam Yu Cong. "Mari pertarungan itu kita sudahi saja!"
Dengan napas memburu Kiong Cauw Bun menjawab.
1594 "Benar, ternyata kau lihay. Aku kagum padamu, aku pamit akan segera pergi!" kata Kiong Cauw Bun.
"Silakan! Jika Kong-sun Po bersedia ikut denganmu, mana berani aku mencegahnya! Silakan pergi!" kata Tam Yu Cong.
Kong-sun Po diam saja tidak bergerak.
"Kong-sun Po, mari kita berangkat!" kata Kiong Cauw Bun.
"Maaf Kiong To-cu, orang yang kau obati sekarang kambuh lagi. Maka itu aku mohon kau dan Kong-sun Siauw-hiap jangan pergi dulu!" kata Chu Tay Peng.
Bukan main gusarnya Kiong Cauw Bun. Rasanya dia ingin dengan sekali hajar Chu Tay Peng hingga binasa. Dia tak melakukannya karena Tam Yu Cong masih ada di situ.
"Chu Tay Peng, jika kau mengundang Kiong To-cu kau salah alamat. Karena orang yang bisa mengobati kawankawanmu hanya Kong-sun Po!" kata Tam Yu Cong.
"Harap Kong-sun Siauw-hiap menolong kami," kata Chu Tay Peng sambil menarik lengan baju Kong-sun Po.
"Ayo kita pergi Kong-sun Po!" kata Kiong Cauw Bun.
"Maaf Paman Kiong, aku tidak bisa pergi denganmu sekarang," kata Kong-sun Po.
"Apa kau bilang?" kata Kiong Cauw Bun.
"Harap Paman Kiong jangan salah mengerti, tadi kau bilang sesudah kau mengobati mereka, baru aku ikut denganmu ke Hek-hong-to! Mereka dalam bahaya, mana boleh aku pergi begitu saja!"
1595 Karena sudah tak punya alasan lagi untuk memaksa anak muda itu ikut, Kiong Cauw Bun membalikkan tubuh dia menarik tangan Kiong Mi Yun dan langsung pergi.
Saat itu Kiong Mi Yun kaget.
"Ayah, tunggu dulu!" kata Mi Yun.
Tapi sang ayah membentaknya.
"Kau anak perempuanku satu-satunya, apa kau juga akan melawan tak mau ikut pulang denganku?" bentak Kiong Cauw Bun.
Selama ini Kong Mi Yun belum pernah melihat ayahnya begitu gusar, maka itu dia tidak beran membantah ajakan ayahnya lagi. Maka itu dengan terpaksa dia ikut saja. Saat itu Kong-sun Po hanya mengawasi kepergian mereka sampai mereka berjalan jauh.
"Ayo, nak! Kita harus segera ke markas Hay-sah-pang, di sana menunggu orang-orang yang harus kau obati!" kata Tam Yu Cong.
"Sayang aku sendiri sedang terluka," kata Kong-sun Po.
"Itu sudah kuketahui," kata Tam Yu Cong. "Tapi jangan cemas, aku mampu mengobatimu!"
Mereka segera menuju ke tempat Hay-sah-pang. Begitu tiba Tam Yu Cong mengobati Kong-sun Po dulu. Sesudah Kong-sun Po sembuh dalam tiga hari dia sudah bisa menyembuhkan semua anggota Hay-sah-pang yang terluka.
Mereka girang bahkan berjanji, sewaktu-waktu jika tenaga mereka diperlukan mereka bersedia membantu.
"Kebetulan, kedatanganku memang atas perintah Liu Bengcu untuk mengajak kalian bergabung," kata Tam Yu Cong. "Sekarang karena kita sedang menghadapi serangan musuh, kita wajib bersatu!"
1596 "Ang Kin, sebagai bangsa Han kita harus bersatu mengusir penjajah. Kami dari lima kelompok siap berjuang!"
Sesudah itu mereka mengikrarkan janji mereka, tiap orang mengiris jari mereka dan meneteskan darahnya ke dalam tempat arak. Kemudian mereka bersama-sama meminumnya sebagai tanda persaudaraan.
Esok harinya Kong-sun Po dan Tam Yu Cong pamit meninggalkan daerah kekuasaan Hay-sah-pang. Saat berjalan Tam Yu Cong berkata pada Kong-sun Po.
"Aku akan langsung kembali ke Kim-kee-leng.Apa kau masih akan mengurus masalah lain, jika tidak sebaiknya kau ke Hang-ciu!" kata Tam Yu Cong.
"Mengapa harus ke sana?" kata Kong-sun Po.
"Di Kang-lam tinggal Bu-lim-beng-cu Bun Yat Hoan, aku dengar gurumu juga ada di sana. Kau bisa menemui mereka!" kata Yu Cong.
"Baik, aku dengar Suhu menjadi panglima perang dan bertugas di lembah Tiang-kang. Padahal keadaan sedang gawat, tapi kenapa Suhu meninggalkan daerah Tiang-kang dan datang ke Hang-ciu?" kata Kong-sun Po.
"Aku dengar karena Perdana Menteri Han To Yu memanggil gurumu agar kembali ke Selatan," kata Tam Yu Cong. "Pada saat segenting ini, mungkin Han To Yu ingin mendengar pendapat gurumu!"
"Aku dengar Ibu-kota Kerajaan Song dipindahkan ke selatan dan menunjuk kota Hang-ciu sebagai Ibu-kota dengan berganti nama Lim-an, aku rasa kota raja ini pun jadi kurang aman," kata Kong-sun Po dengan perasaan kurang mengerti..
1597 "Kerajaan Song sepertinya sudah kalah, namun rakyat yang patriotik tetap berjuang melawan penjajah," kata Tam Yu Cong. "Itu sebabnya kau perlu menemui Bun Yat Hoan, agar beliau mengerahkan para patriot negara untukmelawan kaum penjajah. Saat kau di Kang-lam dulu, apakah kau bertemu dengan Bun Yat Hoan?"
"Delapan tahun lamanya aku ikut Suhu, tapi belum pernah bertemu dengan beliau," kata Kong-sun Po.
"Dengan muridnya malah aku sudah bertemu."
"Apa yang kau maksud itu, Seng Liong Sen" Aku dengar dia telah menikah dengan Ci Giok Hian, bukan?" kata Tam Yu Cong.
"Saat bertemu dengan dia dan isterinya, aku juga bertemu dengan Kok Siauw Hong," kata Kong-sun Po.
"Di mana Kok Siauw Hong sekarang?" tanya Tam Yu Cong.
"Semula dia ada di Thay-ouw, kemudian bergi ke Ouwlam bersama Beng Cit Nio. Sesudah itu aku tidak tahu lagi ke mana dia?" kata Kong-sun Po.
"Beng Cit Nio orangnya baik, hanya adatnya saja yang aneh." kata Tam Yu Cong. "Aah, aku hampir lupa sekarang Han Pweee Eng ada di Kang-lam. Jika kau ke Kang-lam aku rasa kau akan bertemu dengannya. Dia tak sabar menunggu kabar dari Kok Siauw Hong, lalu menyusul akan mencari ayahnya."
Sesudah puas berbincang-bincang akhirnya mereka berpisah, Tam Yu Cong kembali ke Kim-kee-leng atau Bukit Ayam Jago Emas, sedangkan Kong-sun Po melanjutkan perjalanan ke Hang-ciu.
Setelah dikalahkan oleh Bu-lim-thian-kiauw Tam Yu Cong, Kiong Cauw Bun bersama Kiong Mi Yun pergi 1598
meninggalkan Kong-sun Po yang hendak mengobati orang Hay-sah-pang. Di tengah jalan Kiong Cauw Bun mendengar ada orang menegurnya.
"Dunia benar-benar sempit, ke manapun kita pergi bisa bertemu lagi," kata orang itu. "Tidak terduga Kiong To-cu bertemu lagi!"
Ketika Kiong Cauw Bun menoleh, orang itu hwee-shio yang pernah bertemu dengannya di tengah hutan, dia Kok-su Mongol.
"Ah, kiranya Anda Hoat-ong, kok Anda kembali lagi ke sini?" kata Kiong Cauw Bun.
"Aku rasa nona ini puterimu, kan?" kata Liong Siang Hoatong. "Aku kembali untuk menemuimu, Kiong Si-cu!"
"Apa maksud Anda mencariku?" kata Kiong Cauw Bun.
"Kuucapkan selamat, kau sudah bertemu dengan puterimu," kata Kok-su Mongol itu. "Tapi ke mana calon menantumu?"
Kiong Cauw Bun heran, bagaimana hwee-shio ini bisa tahu masalahnya. Wajah nona Kiong pun memerah karena malu.
"Oh, yang Anda maksud Kong-sun Po" Memang sejak kecil mereka sudah dijodohkan. Tetapi sekarang sudah putus hubungan karena perjodohannya dibatalkan!" kata Kiong Cauw Bun.
"Mungkin sudah takdir, nasib manusia memang begitu.
Ada suka ada juga duka, tapi biasanya sesudah duka bisa saja jadi bahagia!" kata Kok-su itu.
"Ucapan Anda sungguh dalam artinya, aku mohon kaujelaskan," kata Kiong Cauw Bun.
1599 "Sekalipun baru berkenalan, kita seolah sahabat lama,"
kata Kok-su Mongol. "Baik kita bicara terus terang, aku kira Tam Yu Cong dan bocah itu ada di markas Hay-sah-pang.
Dia tertahan di sana!"
"Aku kira begitu!" kata Kiong Cauw Bun.
"Kalau begitu Anda batal mendapatkan ilmu keluarga Suang, bukan begitu Kiong To-cu?" kata Liong Siang Hoatong.
Bukan main kagetnya Kiong Cauw Bun, ternyata Hak-su Mongol itu bisa menerka seluruh isi hatinya. Dengan tersipusipu dia menjawab.
"Aku punya ilmu dari perguruanku, ilmu milik orang lain mengapa kuinginkan?" kata Kiong Cauw Bun.
Pendeta itu tersenyum penuh arti.
"Setahuku permusuhan Anda dengan See-bun Souw Ya, gara-gara kitab itu, bukan" Terus-terang aku ingin membantumu agar cita-citamu itu terkabul. Sekarang mari ikut denganku!"
"Apa maksud Anda sebenarnya?" kata Kiong Cauw Bun.
"Masih tetap soal lama," kata Hak-su Mongol itu. "Aku harap kau mau memenuhi undangan Khan Agung kami di Holin. Aku pun sudah minta agar See-bun Souw Ya mau menyerahkan kitab racun itu kepadamu. Malah jika kau mau, kau bisa jadi Bu-lim Beng-cu se-Tiong-goan!"
"Mengenai masalah itu..." tapi ucapan Kiong Cauw Bun langsung dipotong oleh puterinya.
"Tidak! Mana boleh kau ke Mongolia?" kata Mi Yun.
"Jangan dikira Mongol itu daerah tandus seperti dugaan bangsa Han. Kota Ho-lin itu daerah makmur. Jika kalian datang, maka kalian akan disambut sebagai tamu agung 1600
kami," kata Hak-su Mongol itu. "Nona kau pasti senang berburu, bukan" Di Mongol banyak binatang yang tak ada di Tiong-goan. Apa kau mau Kiong To-cu?"
Kelihatan ayah Kiong Mi Yun ragu-ragu.
"Terima kasih atas undanganmu, untuk menjadi Bu-limbeng-cu, aku bukan orangnya yang tepat!" kata Kiong Cauw Bun.
"Aku tahu isi hatimu! Kau bukan tidak mau tapi kau takut karena aku mendukungmu, begitu kan" Baik, jika kau mau aku tidak akan membuka rahasia ini!" kata Kok-su Mongol.
"Jika ingin orang lain tidak tahu, kuncinya jangan lakukan pekerjaan itu!" kata Kiong Mi Yun.
"Huss! Orang tua sedang bicara kau jangan ikut campur!"
bentak Kiong Cauw Bun. "Baiklah, masalah ini lain kali saja kita bicarakan lagi!"
"Baiklah, sekarang kalian ikut aku ke Mongol, di sana kita bicarakan lagi soal ini," kata si Hak-su Mongol. "Soal jadi Beng-cu terserah padamu. Tapi untuk masalah Kitab Racun keluarga Suang, aku berjanji akan menyuruh See-bun Souw Ya agar dia memberikannya padamu! Selain itu kau juga bebas jika akan kembali ke sini. Sebab aku cuma ingin bersahabat saja dengan kalian!"
Karena iming-iming kitab racun mau tak mau hati Kiong Cauw Bun tergerak juga. Akhirnya dia berkata, "Baiklah, aku ikut dengan Anda, Hoat-ong!"
"Jadi Ayah mau ke sana?" kata Mi Yun.
"Benar, kau juga harus ikut. Jika tidak kau akan membuat kekacauan lagi kau tidak ikut bersamaku!" kata sang ayah.
1601 Ucapan sang ayah pasti hingga Kiong Mi Yun tak bisa membantah. Terpaksa dia ikut ke Mongol. Tak lama maka berangkatlah Kiong Cauw Bun bersama puterinya ikut Hak-su itu ke Mongol.
Dalam perjalanan Kiong Mi Yun ingat pada kekasihnya.
-o0~DewiKZ~Aditya~aaa~0o-
Saat itu Kong-sun Po yang sedang melakukan perjalanan seorang diri ke Hang-ciu, telah menyeberangi sungai Honghoo. Dia merasakan di sepanjang jalan itu sunyi tanpa Kiong Mi Yun di sampingnya.
Tak lama Kong-sun Po sudah mulai memasuki kota Hangciu atau Lim-an. Perjalanan sebulan yang makan waktu cukup lama, membuat Kong-sun Po lelah dan bosan.
Setiba di Hangciu dia menuju ke selatan See-ouw, telaga yang sangat terkenal itu. Dia lalu menyusuri sepanjang tepi danau sambil menikmati pemandangan yang indah.
"Aah, alangkah bahagianya jika aku bersama Mi Yun,"
begitu anak muda ini melamun.
Saat Kong-sun Po berjalan sambil melamun, tiba-tiba sebuah perahu yang laju meluncur ke arahnya. Tak lama perahu itu sudah ada di depan Kong-sun Po. Di atas perahu kelihatan seorang pemuda diiring dua pengawalnya melangkah turun dari atas perahu itu.
"Hai, dunia ini ibarat hanya seluas daun kelor, ternyata kita bertemu lagi di sini," kata si pemuda. "Pasti kau masih mengenaliku, kan?"
Kong-sun Po mengenali pemuda itu Han Hie Sun, putera perdana menteri. Setengah tahun yang lalu keduanya pernah bertarung, karena pemuda itu menggoda Wan Say Eng. Ketika itu Han Hie Sun ditotok oleh Kong-sun Po yang lihay. Pertemuan lainnya saat Kong-sun Po dan Kok 1602
Siauw Hong mencari Seng Liong Sen dan Ci Giok Hian yang ditahan oleh murid pemuda ini. Tapi kembali Han Hie Sun dikalahkan oleh Kok Siauw Hong. Sekarang mereka tiba-tiba bertemu di tempat itu. Guru Kong-sun Po bawahan ayah pemuda itu. Saat pemuda itu menyapanya dengan ramah, Kong-sun Po pun bersikap ramah pula.
"Mau tak mau kau harus singgah di rumahku, bukankah gurumu kepercayaan Ayahku?" kata Han Hie Sun.
"Ya, apa Guruku ada di tempatmu, Han Kong-cu?" kata Kong-sun Po.
"Kemarin gurumu pun membicarakanmu," kata Han Hie Sun.
"Bagaimana keadaan Guruku, apakah dia sehat-sehat saja?"
"Beliau sehat, aku kagum pada ayahmu. Bukan saja dia seorang panglima yang cakap, tapi dia juga seorang pendekar terkenal di Kang-lam. Tapi sayang besok beliau sudah harus berangkat lagi. Maka itu walau kau siibuk bagaimanapun sebaiknya kau temui dulu beliau." kata Han Hie Sun.
Saat itu dalam hati Kong-sun Po sudah bertekat akan minta bantuan Bun Yat Hoan untuk mempertemukan dia dengan gurunya saat dia berada di Hang-ciu. Jadi ketika mendengar tawaran Han Hie Sun tentu saja dia pikir sangat kebetulan baginya. Tapi hatinya agak cemas juga.
Han Hie Sun yang tak hentinya mengipasi dirinya berkata lagi.
"Kong-sun Siauw-hiap, aku undang kau karena gurumu pun sedang ada di rumahku, kau mau kan" Apakah kau masih ingat peristiwa yang lalu-lalu, maka kau tidak bersedia kuundang?"
1603 "Mana berani aku mengingat kejadian dulu, sedang Kongcu sendiri tidak," kata Kong-sun Po.
"Aku tahu orang Kang-ouw berjiwa besar, walau kita berselisih pendapat, aku kira kau pun sudah melupakannya.
Mari sekarang singgah di rumahku." kata Han Hie Sun.
Kong-sun Po sudah tak sabar lagi ingin bertemu dengan gurunya, dia langsung mengangguk. Han Hie Sun senang lalu minta agar Kong-sun Po naik ke perahunya yang langsung dikayuh. Mereka menuju ke sebuah lereng bukit.
Di sana terletak gedung milik Han To Yu. Begitu perahunya menepi, Kong-sun Po lihat gedung itu merah sekali. Segera Kong-sun Po diajak masuk ke dalam gedung dan disilakan duduk.
"Jangan see-ji (segan) Kong-sun Siauw-hiap, minum dulu, aku sudah memerintahkan orangku mengundang gurumu," kata Hie Sun.
Sesudah Kong-sun Po duduk tak lama pegawai Han Hie Sun menghadap. Orang itu melaporkan bahwa guru Kongsun Po dan perdana menteri belum pulang mereka sedang menghadap pada kaisar.
"Sayang sekali," kata Han Hie Sun seolah menyesal.
"Karena keadaannya sedang gawat disebabkan akan datangnya serangan bangsa Mongol ke selata, aku rasa ayah dan gurumu baru akan pulang malam nanti. Maka untuk mengisi waktu luang, bagaimanakalau kita temui kawankawan dari kaum Kang-ouw?"
Kong-sun Po tidak bisa menolak ajakan itu, dia pikir siapa tahu dia akan bertemu dengan orang she Pek. Maka itu dia setuju pada tawaran Han Hie Sun. Ketika dia menunggu maka berdatanganlah orang-orang Kang-ouw itu, tapi orang she Pek tidak ada bersama mereka. Dari sekian banyak "kawan" itu Kong-sun Po hanya kenal 1604
dengan Su Hong yang dulu pernah mengawal Han Hie Sun ketika bentrok di tepi Telaga See-ouw.
"Oh ternyata kau datang ke mari Kong-sun Siauw-hiap,"
kata Su Hong menyambut. "Mungkin itu sebabnya Han Kongcu meminta kami datang!"
Kong-sun Po memberi hormat. Kemudian Su Hong melanjutkan ucapannya.
"Saudara-saudara, inilah Kong-sun Siauw-hiap.Maka itu kesempatan bertemu dengannya jangan kalian sia-siakan!
Kalian bisa ,emberi petunjuk padanya!" kata Su Hong.
Kong-sun Po jadi curiga, siapa tahu Han Hie Sun punya maksud jahat padanya. Kong-sun Po lalu memberi hormat.
"Saudara Su, kau jangan terlalu memujiku begitu tinggi, ilmu silatmulah yang lebih baik dariku!" kata Kong-sun Po.
"Harap kau jangan salah paham," kata Han Hie Sun.
"Kalau kau bersedia kita saling menunjukkan keahlian masingmasing. Kita hanya ingin belajar kenal dengan kepandaianmu!"
"Mana berani aku menunjukkan kepandaianku yang rendah," kata Kong-sun Po. "Malah akulah yang minta petunjuk dari kalian!"
"Baik, akan kuperkenalkan mereka padamu," kata Hie Sun.
Dia langsung memperkenalkan semua kawannya.
Sesudah semua diperkenalkan, Kong-sun Po menanyakan orang she Pek.
"Ke mana Pek Lo-cian-pwee, kenapa tidak hadir" Ke mana beliau?" kata Kong-sun Po.
"Kebetulan beliau sedang ke kota, jadi tak bisa hadir,"
kata Su Hong. 1605 Keterangan Su Hong membuat Kong-sun Po sedikit curiga. Dia juga jadi cemas kenapa Han Hie Sun ingin kawankawannya memamerkan kepandaian mereka di depan dia.
Sesudah dipersilahkan minum, tak lama Han Hie Sunberkata, "Harap bersabar akan datang seseorang dari tempat yang jauh, dia akan hadir bersama kita di sini!"
"Apa yang kong-cu maksud...."
Tapi ucapan Su Hong segera dipotong.
"Sst, itu dia Yan Kong-cu datang!" kata Han Hie Sun.
Tak lama seorang pemuda berjalan menuju ke ruangan itu. Dia mengenakan jubah berbulu putih, datang dengan dua orang pengikutnya. Han Hie Sun segera menyambut kedatangannya.
Kong-sun Po tidak kenal siapa Yan Kong-cu ini, dia heran kenapa Han Hie Sun begitu hormat kepadanya.


Badai Awan Angin Pendekar Sejati (beng Ciang Hong In Lok) Karya Liang Ie Shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Kong-sun Po mengira Yan Kong-cu ini lebih terhormat kedudukannya dibanding Han Hie Sun. Kong-sun Po yang bingung tak ikut menyambut. Tapi Yan Kong-cu mengawasinya.
"Jadi ini orangnya Kong-sun Siauw-hiap itu?" kata Yan Kong-cun. "Aku dengar kau lihay sekali!"
"Mana berani aku menerima pujian Kong-cu," kata Kong-sun Po. "Jika boleh aku ingin tahu, Kong-cu asal mana?"
"Harap Anda tak sungkan, aku she Yan, namaku Hoo, aku berasal dari Tay-to. Aku dengar Kang-lam indah, maka itu aku datang untuk menyaksikannya." kata Yan Hoo.
"Pantas saja kata-katanya lain, bukan dialek selatan.
Ternyata dia orang yang datang dari Kerajaan Kim. Entah 1606
apa pangkatnya" Aku heran padahal antara Kim dan Song masih berperang, kenapa dia berani datang ke daerah Song, malah dia tinggal di rumah Perdana Menteri Han?" pikir Kong-sun Po bingung.
"Atas kedatangan Yan Kong-cu dan Kong-sun Siauwhiap, aku berharap kalian akan menunjukkan kepandaian kalian di depan kami," kata Han Hie Sun. "Aku mohon petunjuk pada kedua tamu kita ini!"
"Maaf, maaf, mana bisa aku menunjukkan ilmuku yang rendah, jika hanya menonton ya boleh-boleh saja," kata Yan Hoo tersipu-sipu. "Tapi dalam hal ilmu silat, kedua pengawalku ini malah lumayan. Aku bisa minta dia yang memperagakannya."
Su Hong kelihatan kecewa mendengar kata-kata sombong Yan Hoo di depannya.
"Jika pengawal Kong-cu mau, kami senang sekali!" kata Su Hong merendah.
"Mana berani kami memberi petunjuk, apalagi di sini ada Kong-sun Siauw-hiap sekalipun hanya bertukar pengalaman saja!" kata pengawal Yan Hoo yang jangkung.
"Maaf, jangan memujiku," kata Kong-sun Po, "aku senang jika kalian mau menunjukkan barang sejurus pada kami. Itu hitung-hitung pengalaman bagi kami," kata Kongsun Po.
"Kami ini hanya seorang pengawal," kata orang Yan Hoo yang bertubuh pendek kurus. "Mana berani kami melakukannya di depan Kong-sun Siauw-hap.
Ngomongngomong cuaca begini cerah, kenapa kau membawa-bawa payung?"
"Itu bukan payung biasa tapi senjata andalannya, Tok-koh Toa-ko," kata Han Hie Sun menjelaskan.
1607 "Jadi itu senjata andalannya?" kata orang yang dipanggil Tok-koh itu. "Hebat, bolehkah aku melihatnya?"
"Maaf, senjata ini hanya akan membuat orang tertawa saja, tidak ada keistimewanya," kata Kong-sun Po.
Tapi yang ada dalam pikiran Kong-sun Po lain.
"Jika mau melihatnya silakan saja, asal kuat mengangkatnya!" pikirnya.
Si pendek mendekat ke arah Kong-sun Po, lalu mengambil payung itu dan mengangkatnya. Kemudian dia buka dan dijajal.
"Aah berat sekali, pasti ini terbuat dari baja murni!"
katanya. Melihat si kate sanggup menggunakan payungnya Kongsun Po kaget juga. Sebab jika anak buahnya lihay, entah berapa tinggi ilmu silat Yan Hoo" Sebelum Kong-sun Po menjawab kata-kata si pendek, Yan Hoo sudah bicara.
"Pasti gagang payung itu terbuat dari baja murni, bukan begitu Kong-sun Siauw-hiap?" Kata Yan Hoo.
Ternyata pengetahuan Yan Hoo luas, dia tahu payung itu terbuat dari besi apa.
"Aku kagum, pengetahuan Kong-cu sangat luas!" kata Kong-sun Po.
Han Hie Sun tertawa. "Ayo kalian minum dulu. Sambil minum kita saksikan kepandaian Su Kauw-thauw dulu!" kata Han Hie Sun.
"Ya, Kong-cu!" kata Su Hong. "Tapi aku mohon izin Kongcu memakai pohon di taman sebagai sasaran."
"Silakan," kata Han Hie Sun.
1608 Su Hong pergi ke taman lalu dia mulai memukuli pohon itu, terakhir dia tendang. Tak lama daun-daun pohon itu berguguran. Sekarang pohon itu jadi gundul tinggal batang pohonnya saja.
"Tenaga dalam Anda bagus sekali," kata pengawal Yan Hoo memuji.
Yan Hoo diam saja. Padahal Su Hong ingin dipuji Yan Hoo. Ternyata dari pengikutnya dia hanya mendapat nilai sedangsedang saja. Su Hong kesal lalu berkata.
"Memang kepandaianku tidak berarti, masih perlu petunjuk," kata Su Hong.
Tiba-tiba maju seseorang.
"Kalau begitu, aku juga ingin mempertunjukkan kebolehanku di depan Yan Kong-cu, aku akan mainkan ilmu golokku!" katanya.
Orang itu lalu memainkan goloknya dan bergerak membacok kian ke mari, ranting-ranting yang tadi berjatuhan dari pohon akibat pukulan Su Hong, sekarang sudah terpotong-potong dengan cepat.
Anak buah Yan Hoo yang pendek kecil memuji.
"Rupanya Anda ini Kwee Suhu bukan" Ternyata kepandaianmu bukan omong kosong!" katanya.
"Belum, belum hebat. Malah masih harus mohon petunjuk dari Tok-koh Toa-ko!" kata orang she Kwee itu.
Orang yang dipanggil Tok-koh atau si pendek kurus tertawa.
"Aku pernah belajar, baiklah akan kutunjukkan pada kalian. Tapi jangan ditertawakan. Sebaiknya saudara See-bun Chu Sek yang memberi petunjuk sejurus saja!"
1609 Orang yang dipanggil she See-bun itu si jangkung. "Aah, kau sengaja ingin membuat malu aku, baiklah," kata See-bun Chu Sek.
Dia langsung berjalan ke sebuah pohon lain, pohon itu dia tepok dan sedikitpun tidak bergerak. Sesudah itu dia kembali ke tempatnya semula. Ketika itu Su Hong heran, dalam sekejap daun-daun pohon itu berubah kering menguning, kebetulan bertiup angin, maka serentak daun-daun itu berguguran ke tanah.
"Kwee Suhu, jika bersedia mohon kau belah batang kayu itu untuk memeriksa dalamnya," kata See-bun Chu Sek.
Orang she Kwee segera bergerak menggunakan goloknya memotong pohon itu, sesudah terpotong bagian dalam batang pohon itu sudah hancur seperti dimakan kutu bubuk.
"Luar biasa!" kata Su Hong. "Ilmu apa yang kau pelajari itu?"
"Aku pun tak tahu, tapi kata guruku itu jurus Hu-kutciang milik keluarga Suang!" kata See-bun Chu Sek.
"Luar biasa, jika orang yang terhajar entah bagaimana jadinya?" kata Su Hong.
"Benar, ilmu saudara See-bun ini istimewa. Pukulan itu jika mengenai manusia, sekalipun dia tidak langsung mati, paling tidak urat-urat nadinya akan putus dan dia akan lumpuh!" kata Tok-koh.
Mendengar keterangan itu Kong-sun Po kaget, karena ilmu itu diciptakan oleh kakek dari ibunya dan tidak diajarkan pada orang lain. Bahkan ayahnya belajar ilmu itu dari hasil mencuri. Dia heran kenapa See-bun Chu Sek bisa dan lihay. Apakah dia ada hubungannya dengan See-bun Souw Ya" See-bun Souw Ya mengabdi pada bangsa 1610
Mongol, lalu jika dia masih sanak See-bun Souw Ya, sungguh berani dia menjadi tamu perdana menteri"
Kong-sun Po pun memuji kepandaian orang itu.
"Kenapa kau ikut-ikutan memuji, Saudara Kong-sun?"
kata Yan Hoo. "Kenapa tidak boleh?" kata Kong-sun Po.
"Jika mereka yang memuji itu memang pantas," kata Yan Hoo. "Karena mereka belum tahu ilmu itu, sedang kau akhlinya. Jadi tak sepantasmya kau memuji anak buahku karena ilmunya kalah tinggi olehmu!"
"Aku memang bisa ilmu itu, tapi bagian luarnya saja.
Tapi saudara See-bun sudah mengubah Hu-kut-ciang demikian hebat. Aku kira jauh lebih baik dari pengetahuanku. Jika kau ingin petunjuk dariku, malah sebaliknya aku harus belajar dari Saudara See-bun!" kata Kong-sun Po.
"See-bun Chu Sek, ternyata aku kurang beruntung karena Kong-sun Siauw-hiap keberatan mmberi petunjuk," kata Yan Hoo.
"Benar, aku menyesal," kata See-bun Chu Sek.
"Jangan kecewa dulu, mungkin sesudah makan nanti saudara Kong-sun mau memenuhi harapanmu," kata Han Hie Sun. "To-koh Heng, silakan kau tunjukkan ilmu golokmu supaya kami lebih bertambah pengalaman."
"Jika tuan rumah yang memintamu, silakan kau tunjukan Tok-koh Heng!" kata Yan Hoo.
"Baik, aku ingin agar pertunjukanku dianggap sebagai tukar-menukar pengalaman dengan Kwee Suhu, tapi aku mohon kau pinjamkan hambamu untuk menemaniku," kata Tok-koh Heng pada Han Hie Sun.
1611 "Apa, mana ada orangku yang bisa ilmu golok untuk menemanimu?" kata Han Hie Sun.
"Tapi aku menginginkan orangmu yang belum tahu apaapa tentang ilmu golok, harap kau jangan kuatir golokku tidak akan melukainya," kata Tok-koh Heng.
-o0~DewiKZ~Aditya~aaa~0o-
BAB 58 Tamu Han Hie Sun Menunjukkan
Kebolehannya; Kong-sun Po Diperdaya oleh Yan Hoo
Mendengar permintaan tamunya, Han Hie Sun
heranjuga. Jika orangnya tidak tahu tentang ilmu silat, sedangkan tamunya akan menunjukkan ilmu silatnya, bagaimana jika salah tangan. Akibatnya malah anak buah Han Hie Sun bisa celaka. Tapi setelah diyakinkan bahwa tidak akan terjadi apaapa pada anak buahnya, Han Hie Sun tertawa.
"Oh, jika budak yang kau maksudkan itu tidak tahu ilmu silat di sini memang banyak," kata Han Hie Sun. "Siauw Siang Cu, mari kau maju ke depan!"
Pelayan yang bernama Siauw Siang Cu itu adalah pelayan yang selalu melayani dan mengantar serta menuang arak pada cawan tamu-tamu majikannya. Mendengar namanya dipanggil tentu saja pelayan ini ketakutan.
Tubuhnya gemetaran. "Hamba tidak bisa apa-apa, lalu apa yang harus hamba lakukan?" kata si pelayan dengan wajah pucat-pasi.
"Kau tidak perlu takut, lakukan saja apa yang aku perintahkan padamu," kata Tok-koh Heng sambil tertawa riang.
1612 Dia memungut sehelai daun lalu dia lumuri dengan tanah yang sudah dibasahi. Kemudian daun itu dia tempelkan di hidung si pelayan. Sesudah selesai menempelkan daun itu, Tok-koh Heng tibatiba beseru.
"Lihat apa yang ada di belakangmu!" peringatan itu mengagetkan si pelayan yang segera menoleh.
Saat Suaw Siang Cu menoleh itulah, golok Tok-koh Heng berkelebat dan menebas daun yang ada di hidung si pelayan. Si pelayan menjerit kaget, namun sedikit pun dia tidak terluka, sedang daun yang tadi ditempelkan di hidungnyajatuh seketika itu juga.
Tok-koh berseru agar pelayan itu menoleh, jika tidak demikian pasti pelayan itu akan kaget melihat berkelebatnya golok hingga bisa melukai pelayan itu.
Karena dia tidak tahu akan ditebas, maka berhasillah Tok-koh Heng mempertunjukkan keakhliannya.
Orang-orang yang menyaksikan pertunjukkan yang mendebarkan itu semua menghela napas lega. Mereka banyak yang mengkhawatirkan keselamatan pelayan itu.
Tak lama terdengar sorakan para tamu yang gembira menyaksikan kehebatan Tok-koh Heng memainkan ilmu goloknya.
"Memang benar kata pepatah "Di atas langit masih ada langit yang lain; jika ada orang yang pandai pasti akan ada yang terlebih pandai lagi!" kata orang she Kwee kagum.
"TernyataTok-koh Heng menggunakan jurus golok kilat yang lihay!"
"Harap Kwee Suhu jangan merendah, kaulah akhli golok kilat di kalangan Kang-ouw," kata Tok-koh Heng.
1613 Sikap Tok-koh Heng yand tidak congkak dan bersedia memuji kepandaian orang lain, membuat hati orang she Kwee itu lega juga.
"Dengan kehadiran Yan Kong-cu dan Tok-koh Heng ditambah lagi Kong-sun Siauw-hiap, rasanya kalian tidak perlu mempertunjukkan kebolehan kalian," kata Han Hie Sun.
"Benar, kita ingin melihat kepandaian Kong-sun Siauwhiap, coba kau tunjukkan pada kami!" kata para tamu.
"Maaf, kepandaianku tidak seberapa. Jadi tidak pantas dipertontonkan, aku rasa tontonan tadi sudah kita saksikan dengan memuaskan," kata Kong-sun Po merendah.
"Aah, jangan merendah. Kalau Anda belum mau menunjukkan kepandaianmu, sebaiknya harus diberi minum arak dulu supaya bersemangat," kata Yan Hpo sambil tertawa.
Tiba-tiba jari tangan Yan Hoo menyentil sebuah cangkir arak,hingga melejit dan terlontar ke arah Kong-sun Po, sedang araknya tidak tumpah. Cawan arak itu langsung hinggap di depan Kong-sun Po. Semua penonton ternganga keheranan. Semua diam dan sunyi.
Kepandaian Yan Hoo terbilang luar biasa, dia mampu menyentil cawan arak yang berisi penuh dan araknya tidak tumpah. Begitu cawan sampai di depan Kong-sun Po, pemuda ini menggigit tepi cawan dan meminum isinya hingga habis. Sesudah itu perlahan-lahan dia meletakkan cawan itu di atas meja di depannya.
"Terima kasih pemberian araknya," kata Kong-sun Po.
"Maaf aku tidak bisa minum arak terlalu banyak!"
Tiba-tiba semua tamu besorak memuji kepandaian Yan Hoo.
1614 Sebaliknya Yan Hoo tidak kelihatan gembira mendapat sorakan dari para penontonnya itu.
"Apa yang kalian puji, aku ini tidak sehebat Kong-sun Siauw-hiap!" kata Yan Hoo sambil tersenyum sinis.
Su Hong bersama yang lainnya memuji Yan Hoo yang merendah, tapi sebenarnya kepandaian Kong-sun Po sangat luar biasa. Han Hie Sun pun kaget menyaksikan kehebatan kedua tamunya.
"Menyuguhi arak dengan cara unik dan meerimanya dengan cara yang sama uniknya, sungguh suatu kepandaian yang langka!" kata Han Hie Sun sambil tertawa.
Tadi sentilan Yan Hoo luar biasa, jika Kong-sun Po tidak berkepandaian tinggi, maka cawan itu akan menyambar keras ke mukanya dan dia bisa celaka. Tak heran jika Kongsun Po jadi kurang senang. Dia tidak tahu apa maksud Yan Hoo menyerangnya begitu" Semula dia juga akan membalas, tapi dia batalkan karena dia menganggap untuk apa bertengkar dengan orang itu. Saat Han Hie Sun menyu-guhinya secawan arak, dia pun menerimanya sambil tersenyum.
"Terima kasih," kata Kong-sun Po pada Han Hie Sun.
"Ternyata kau hebat saudara Kong-sun, karena itu aku pun ingin memberi secawan arak lagi," kata Yan Hoo.
Kong-sun Po heran melihat orang-orang itu
mendesaknya untuk terus minum. Dia tidak tahu apa maksud mereka itu.
"Terina kasih, mana berani aku menerimanya. Tadi hanya pertunjukan tidak berarti, kenapa harus dipermasalahkan?" kata Kong-sun Po tetap merendah 1615
Melihat Kong-sun Po tetap menolak, Yan Hoo
penasaran. Dia mencari cara lain.
"Tadi yang kau tunjukkan satu jurus yang indah, maka aku yakin kau punya yang lain. Aku mohon kau mau mempertunjukannya pada kami," kata Yan Hoo setengah memaksa.
"Mana aku berani, Andalah yang lihay. Malah aku ingin belajar darimu!" kata Kong-sun Po.
"Sejak awal sudah kukatakan, aku ini penonton yang baik, tetapi jika kau mau mari kita latihan bersama," kata Yan Hoo.
Sekalipun kata-katanya halus itu sebuah tantangan.
"Mana berani, maaf aku tidak berani!" kata Kong-sun Po.
Melihat keadaan mulai "panas" Han Hie Sun ikut bicara.
"Kau benar Yan Kong-cu, ilmunya tadi tak seberapa dibanding ilmu totoknya yang lihay!" kata Han Hie Sun.
"Saudara Han kau jangan bergurau, mana bisa kau kataka lihay?" kata Kong-sun Po.
Saat itu secara kebetulan seorang pelayan membawa nampan berisi makanan berikut alat makannya lengkap.
Masakanku diberi nama Him-ciang (Kaki beruang).
"Ah, mumpung masih hangat, silakan cicipi, Sesudah itu baru kita berbincang lagi!" kata Han Hie Sun berbasa-basi selaku tuan rumah.
Saat itu Yan Hoo mengedipkan matanya pada dua anak buahnya. Tak lama Tok-koh Heng dan See-bun Chu Sek maju, seolah hendak melayani Kong-sun Po. Dengan sumpit di tangannya dia hendak mengambil masakan, seorang lagi akan menuang arak.
1616 "Jangan, jangan layani aku. Aku bisa mengambilnya sendiri!" kata Kong-sun Po.
Melihat Kong-sun Po memegang sumpit akan
mengambil makanan, See-bun Chu Sek membalikkan sumpitnya dengan tujuan menahan sumpit Kong-sun Po.
"Anda jangan sungkan, biar kuambilkan!" kata See-bun Chu Sek. Sambil bicara sumpitnya bergerak hendak menotok pergelangan Kong-sun Po. Melihat sikap kurangajar itu bukan main gusarnya Kong-sun Po. Maka itu dia gunakan sumpitnya untuk membentur sumpit See-bun Chu Sek. Kong-sun Po pun mengerahkan tenaga dalamnya.
Maka tak heran jika sumpit See-bun Chu Sek jadi bergetar keras ke samping. Sedang ujung sumpit Kong-sun Po mengarah ke jalan darah yang ada di telapak tangan See-bu Chu Sek. Bagai disambar petir kagetnya See-bun Chu Sek, buru-buru dia lepaskan sumpit di tangannya dan segera melompat mundur.
Baru saja Kong-sun Po bangun dari kursinya, Tok-koh Heng menahan bahu Kong-sun Po.
"Harap kau terima secawan arak ini, jika kau menolak pasti majikanku akan memarahiku!" kata Tok-koh Heng.
Kong-sun Po sadar Tok-koh Heng ahli jurus Hu-kutciang (ilmu menghancurkan tulang), dia berniat mencelakakan Kong-sun Po.
"Tadi sudah kubilang, aku tak bisa minum banyak!" kata Kong-sun Po.
Sesudah itu terdengar suara jeritan Tok-koh Heng.
"Aduh!" Kong-sun Po telah mengerahkan tenaga dalamnya menolak tekanan Tok-koh Heng dengan jurus Hou-the-sin-1617
kang (ilmu pelindung tubuh). Terpaksa tangan yang tadi ada di bahu Kong-sun Po oleh Tok-koh Heng dilepaskan.
Dalam kesakitan Tok-koh Heng segera mengerahkan tenaga dalamnya untuk memulihkan lukanya.
"Kong-sun Siauw-hiap, aku berniat baik menyuguhimu arak. Jika kau tak mau tak apa, tapi jangan kau membuat aku malu!" kata Tok-koh Heng.
Su Hong bersama kawan-kawannya Cuma melongo heran. Yan Hoo berdiri sambil berkata.
"Jika Anda tak mau dilayani oleh dua pengikutku, biar aku yang melayanimu, kau mau kan" Jika tidak bisa secawan separuhnya pun boleh!" kata Yan Hoo.
"Aku bilang tidak, aku tidak mau minum!" kata Kongsun Po.
"Jika kau tak mau minum, silakan makan," kata Yan Hoo.
Dengan sumpitnya dia jepit masakan kaki beruang itu yang dia sodokan ke arah Kong-sun Po. Begitu cepat gerakan sumpit Yan Hoo ke arah Kong-sun Po, hingga Kong-sun Po kaget. Kong-sun Po pun menggerakkan sumpitnya untuk menangkis serangan itu! Dengan sumpit itu dia balas menyerang menggunakan jurus "Keng-sin-cihoat"nya yang lihay.
"Hm! Kiranya Yan Kong-cu ingin menjajal ilmu silatku, ya?" Kong-sun Po berhasil.
Yan Hoo tertawa terbahak-bahak, sesudah menghindar dari serangan Kong-sun Po.
"Bagus! Bagus, ternyata Anda tidak cuma menyandang nama kosong!" kata Yan Hoo. "Aku memang ingin belajar kenal dengan ilmu totokmu! Jika kau katakan tak ingin 1618
menjajal ilmu totokmu, itu keterlaluan. Aku hanya ingin belajar kenal saja!"
"Hebat! Hebat, ternyata kalian sudah saling tukar-menukar pengetahuan kalian," kata Han Hie Sun ikut bicara.
"Eh, siapa sebenarnya Yan Hoo ini. Apakah su-heng dari Han Hie Sun" Ilmu totoknya lihay sekali," piker Kong-sun Po.
Ilmu totok Keng-sin-ci-hoat yang dipelajari Kong-sun Po dia peroleh dari Tam Yu Cong, tapi "peta tubuh manusia"
aslinya ada di tangan Thio Thay Thian, guru Han Hie Sun.
Yan Hoo terus mendesak ke arah Kong-sun Po, hingga mundur ke taman. Sekarang keduanya sedang a bertarung adu ilmu totok di taman. Kong-sun Po kesal, saat sumpit lawan dia jepit dia kerahkan tenaga dalamnya.
"Krek!" Kedua sumpit mereka akhirnya patah jadi dua.
Yan Hoo kaget, dia buang sisa sumpit di tangannya, dengan jarinya dia menotok.
"Hm! Kiranya kau bukan hanya ingin saling-tukar pengetahuan silat, tapi kau bermaksiu jahat!" pikir Kongsun Po. "Baik kau akan kuladeni!"
Ilmu totok Yan Hoo banyak ragamnya, tapi untung tenaga dalam Kong-sun Po lebih hebat darinya. Saat sumpit mereka patahpun, sebenarnya Kong-sun Po mampu melukai lawan. Tapi Yan Hoo tamu Han Hie Sun, dia tidak enak melukai tamu tuan rumah.
Akibat dari sikap tidak enak itu malah merugikan bagi Kong-sun Po. Sekarang Yan Hoo menyerang Kong-sun Po 1619
dengan jurus mematikan dan sepenuh tenaga, dengan demikian Kong-sun Po sekarang jadi terdesak. Melihat Kong-sun Po mulai terdesak, Su Hong yang memihak pada Yan Hoo bersama kawan-kawannya bersorak girang.
Mendengar sorakan itu bukan main gusarnya Kong-sun Po, lawan yang sudah diberi hati itu sekarang malah ingin mencelakainya. Bahkan Yan Hoo tak jera-jera dan tak tahu malu.
Melihat dia dalam bahaya, dia bermaksud akan menggunakan jurus warisan dari keluarga ibunya. Maka itu dia ubah siasat ber-silatnya dan menyerang dengan tenaga dalam yang tinggi. Hingga lama kelamaan Yan Hoo pun mulai kewalahan. Tapi tiba-tiba Kong-sun Po heran karena dia merasa tenaganya mulai berkurang. Saat pertarungan sedang berjalan dengan hebatnya, Tok-koh Heng mengambil payung Kong-sun Po, dan See-bun Chu Sek mengikutinya.
"Dia bukan lawan cu-kong kita, mari kita mundur saja!"
kata Tok-koh Heng pada kawannya. Melihat Tok-koh Heng mengambil payung orang Han Hie Sun pura-pura tidak tahu. Malah dia bilang dengan nyaring pada meeka.
"Jika Toa-ko mau istirahat, silakan saja," kata Han Hie Sun pada Tok-koh Heng.
"Hai, tinggalkan payungku!" teriak Kong-sun Po. "Yan Kong-cu, suruh anak buahmu menaruh payungku, jika tidak awas mereka akan kuurus sendiri!"
Karena gusar Kong-sun Po mengejar ke arah dua anak buah Yan Hoo itu, tapi dari belakang dia diikuti oleh Yan Hoo. Dengan jarinya dia hendak menotok punggung Kongsun Po.
"Latihan kita belum selesai, kenapa kau mau pergi begitu saja?" kata Yan Hoo mengejek.
1620 Dia tahu diserang tiba-tiba dia membalikkan tubuhnya lalu menangkis serangan Yan Hoo.
"Hm, kiranya kau sengaja mengatur siasat busuk ini!"
kata Kong-sun Po. "Dia hanya mau pinjam, kenapa kau gusar?" kata Yan Hoo.
Su Hong dan kawan-kawannnya ikut meledek. Mereka mengatakan bahwa Kong-sun Po terlalu pelit, payung saja dipersoalkan.
"Tenang Kong-sun Siauw-hiap, jika kau bisa mengalahkan dia, payung itu akan dikembalikan padamu!
Tetapi jika kau kalah, maka payung itu akan kuhadiahkan pada pemenang pertarungan ini!" kata Han Hie Sun sambil tertawa.
Sambil menyerang Yan Hoo merasa heran, dia mengira obat yang dia taruh dalam cawan arak Kong-sun Po belum bekerja" Saat itu datang lagi serangan Kong-sun Po dengan sebuah totokan yang cepat dan dahsyat. Terpaksa Yan Hoo harus mundur untuk menghindari totokan berbahaya itu.
Saat Kong-su Po menotok untuk ketiga kalinya, dia kaget tiba-tiba napasnya sesak. Dia juga terkejut bagian bawah ketiaknya kesemutan. Ternyata dia tertotok oleh Yan Hoo.
Dalam keadaan kepala mulai pening samar-samar Kongsun Po mendengar suara tawa riuh. Dia juga masih mendengar ucapan Han Hie Sun sambil tertawa.
"Ternyata kau pemenangnya Yan Kong-cu, payung ini jadi milikmu. ..." Hanya itulah yang terakkhir didengar Kong-sun Po, sesudah itu dia pingsan.
Sesudah selang sekian lama Kong-sun Po baru sadar. Dia kaget, sekarang dia berada di sebuah kamar batu. Dia gusar 1621
dan berteriak, "Han Hie Sun ternyata sifatmu rendah, kenapa kau jebak aku?" kata Kong-sun Po.
Dia menghajar dinding kamar batu itu sambil berteriakteriak, tapi usahanya membobol kamar itu sia-sia saja.
Sesudah tahu tidak ada hasilnya berbuat begitu, Kongsun Po berkonsentrasi menenangkan pikirannya.
"Heran, bagaimana aku bisa dikerjai mereka, padahal arak yang kuminum dari poci yang sama?" pikir Kong-sun Po.
Rupanya tidak terpikir oleh Kong-sun Po kalau racunnya diletakkan di cawan arak. Jadi sekalipun araknya dari poci yang sama maka yang lain tidak keracunan, karena cawannya bebas dari racun. Racun yang digunakan buatan bangsa Kim yang sengaja dibawa dari negerinya oleh Yan Hoo. Ketika itu terdengar ada langkah orang. Karena gusar Kong-sun Po berteriak.
"Suruh Han Hie Sun menemuiku!" teriak Kong-sun Po.
"Maaf, aku hanya disuruh membawa ini," kata orang itu.
Dia menaruh panggang ayam dan arak untuk Kong-sun Po.
"Bawa lagi makanan itu, aku tidak mau makan!" kata Kong-sun Po.
Dia dorong nampan yang disodorkan itu dengan keras hingga jatuh berantakan. Pelayan itu kaget lalu membersihkan makanan itu dan pergi. Selang sekian lama perut Kong-sun Po mulai lapar, malah hausnya tak tertahankan lagi. Tak lama pelayan itu datang lagi membawa makanan dan arak.
1622 "Tuan, aku tahu kau lapar, silakan makan. Jika Tuan mau bertarung lagi pun Tuan harus menghimpun tenagamu dulu," kata si pelayan.
Lalu dia sodorkan lagi nampan makanan itu pada Kongsun Po lewat jendela kamar batu. Dalam keadaan lapar perlahanlahan otak Kong-sun Po pun jernih sendiri.
"Jika Han Hie Sun ingin membunuhku, sudah sejak tadi bisa dilakukannya. Jadi aku rasa tidak mungkin makanan ini dia bubuhi racun lagi?" pikir Kong-sun Po. "Pelayan itu benar aku harus makan sampai kenyang yang lain nanti baru kupikirkan lagi!"
Tanpa pikir panjang makanan itu ada racunnya atau tidak Kong-sun Po melahap makanan itu. Sesudah makan dia rasakan tenaganya sudah hampir pulih lagi. Dia awasi kamar tahanan itu, selain jendela untuk memasukan makanan tak ada lubang lain.
"Heran, jika mereka menginginkan payungku.
Seharusnya sesudah berhasil dia membunuhku. Tapi kenapa tidak" Malah aku dikurung di sini." pikir Kong-sun Po keheranan.
Saat sedang berpikir pintu tahanan terbuka, dan muncullah Han Hie Sun dan Yan Hoo. Kong-sun Po langsung hendak menerjang keluar.
"Han Hie Sun perbuatanmu hina sekali, apa kau pikir ini perbuatan seorang eng-hiong?" kata Kong-sun Po.
"Sabar, jangan marah dulu Saudara Kong-sun," kata Han Hie Sun. "Apa yang aku lakukan justru demi kebaikanmu sendiri!"
"Hm! Kebaikan" Kalian telah merampas payungku dan menahanku di sini, apa itu yang kau maksud kebaikan"
Seorang anak Perdana Menteri ternyata perbuatannya sama 1623
dengan penjahat murahan! Kenapa kau tidak membunuhku saja?" kata Kong-sun Po.
"Kau keterlaluan, payung itu sudah kukatakan sebagai hadiah untuk pemenang pertarungan tadi!" kata Han Hie Sun.
Mendengar ucapan itu bukan main marahnya Kong-sun Po karena dia tidak pernah bertaruh dengan payungnya itu.
"Jika dia mengalahkan aku dengan jujur, tak apa payung itu untuknya! Tapi kalian berbuat curang dan meracuniku!"
kata Kong-sun Po. "Saudara Kong-sun, bagaimana kau katakan aku curang"
Bukankah kaujatuh oleh totokanku?" kata Yan Hoo.
"Aku tahu kalian curang, jika bertarung secara jujur aku yakin aku tidak akan kalah olehmu!" kata Kong-sun Po gusar.
Kong-sun Po yakin mereka meracuninya, tapi bagaimana caranya dia membuktikannya.
Sambil tertawa Yan Hoo berkata lagi.
"Hm! Jadi kau merasa kurang puas, itu tidak masalah.
Mari kita bertarung lagi. Jika kau berhasil mengalahkan aku, payung itu akan jadi milikmu lagi!" kata Yan Hoo.
"Sabar, baik aku jelaskan maksudku," kata Han Hie Sun.
"Aku terpaksa melakukan semua itu karena aku kuatir kau tidak mau tinggal di rumahku lebih lama. Maka terpaksa kutahan kau di sini agar Yan Kong-cu bisa main-main denganmu! Jika kau penasaran, kau boleh bertanding lagi sampai kau puas. Jika perlu sampai tiga kali! Yan Kong-cu akan terus melayanimu! Dengan demikian kalian jadi bisa saling bertukar pengalaman."
1624 "Kalau begitu, baik. Silakan kau maju!" kata Kong-sun Po yang panas hatinya.
Sesudah itu keduanya sudah bertarung kembali.
Kemelut Kerajaan Mancu 7 Suling Emas Dan Naga Siluman Bu Kek Sian Su 11 Karya Kho Ping Hoo Tiga Mutiara Mustika 1
^