Pencarian

Patung Emas Kaki Tunggal 11

Patung Emas Kaki Tunggal ( Unta Sakti ) Karya Gan K H Bagian 11


melukai aku!" Gwat hoa Hujin membentak pedang pendekanya meluncur
lagi menusuk kelambung sebelah kiri. Lagi lagi Coa sin hanya
menggerakkan kaki panjang yang berbentuk buntut ular,
cepat sekali terbang keatas terus menggulung dan telak sekali
melibat batang pedang sehingga pedang pendek Gwat hoa
Hujin tergubat dan tidak mampu bergerak lagi. Lekas ia
membetot dan menarik mundur sekuatnya namun sedikitpun
tidak bergeming. Coa sin terbahak bahak serunya."Silahkan kau cari bantuan
asal kau dapat pedang mu, boleh aku mengaku kalah."
"Hujin, biar kubantu kau!" tanpa ayal Li Sek hong segera
memburu maju. Gwat hoa Hujin mengeleng kepala menolak, katanya
dengan muka dingin kaku. "Coa sin! Apakah ucapanmu dapat
dipercaya?" Coa sin melengak sahutnya."Sudah tentu kata kataku
selamanya masuk hitungan!"
"Kalau kau benar benar kalah bagaimana?"
"Belum pernah aku memikirkan persoalan demikian"
"Lekas sekarang kau pikirkan dulu, biar kutunggu
jawabanmu!" Melihat orang bicara sungguh Coa sin menjadi sangsi akan
kebenarannya, sejenak ia berpikir lalu berkata."Kalau kau bisa
mencabut pedangmu, apapun yang kau minta bolehlah
kuterima seluruhnya!"
"Baik! Banyak orang menjadi saksi, jangan kau nanti
pungkir janji!" Mendadak ia kerahkan tenaga pada telapak
tangannya, pedang pendek itu mendadak bisa mengkeret
sendiri menjadi lebih kecil. Secara tiba tiba pula ia lalu menarik
sekuat tenaga. Coa sin berteriak. "Barang bagus! Tak nyana pedangmu ini
bisa main sulap juga." ekornya tiba tiba dikencangkan pula
belitan nya, sementara pedang pendek sudah mengkeret
semakin kecil menjadi seutas tali panjang kira kira dua kali
lebih, namun hanya kuasa tertarik separuhnya, ujungnya kena
dibelit lebih kencang pula oleh ekor ular orang.
Akan tetapi dengan pengerahan tenaga menarik dan
membetot, cahaya batang pedang semakin mencorong terang,
tajamnya berlipat ganda pula secara tidak terduga, berhasil
mengiris luka sisik kulitnya yang tebal itu, melalui batang
pedangnya yang panjang mengalir keluar cairan merah
berketes ketes, itulah darah segar.
Seketika muka Coa sin mengunjuk kemurkaan yang luar
biasa, tiba tiba ekornya semakin mengencang, menggulung
kedalam la lu mengendal keluar lagi. Koatan Gwat hoa Hujin
merasa dari batang pedangnya tersalur gelombang tenaga
yang maha kuat melawan! tenaga betotannya, sehingga tanpa
kuasa ia mempertahankan cekalannya pada gagang
pedangnya, sambil menjerit kesakitan badannya mencelat
terpental jauh sekali. Sigap sekali Li Sek hong memburu maju menyanggah
badannya, tampak Gwat hoa Hujin pucat pasi, telapak tangan
kanan yang mencekal gagang pedang lecet berlumuran darah,
tergetar pecah oleh tenaga lawan. Berhasil merebut pedang
Coa sin lalui mengambil pedang itu serta diamat amati bolak
balik, tiba tiba kedua tangan memotes."Kletak" pedang
pendek itu dipuntir kutung menjadi dua potong, tangan
terayun terus dilempar jauh jauh dengan mengeluarkan suara
nyaring membentur batu gunung. Serunya dengan penuh
kebencian."Kiranya kau mengandal pedang aneh itu, maka
berani mengajukan perjanjian dengan aku....."
Sambil menahan rasa kesakitan pada telapak tangannya
lekas Gwat hoa Hujin memburu maju menjemput kutungan
pedangnya, serta berteriak bengis."Mahluk keparat! Berani
kau merusak pedang pusakaku, kalau tidak membikin
badanmu hancur lebur, aku bersumpah tidak jadi manusia!"
"Perempuan jalang!" Coa sinpun menjadi gusar,."Sudah
melukai aku masih berani sesumbar kurang ajar, rasakan
hajaranku yang setimpal!"
Melihat Coa sin marah marah dan hendak melabrak Gwat
hoa Hujin, Kang Pan menjadi gugup, lekas ia berterik maju.
"Coa sin Kau ...."
"Jangan kuatir!" Coa sin menyeringai dingin "Jian coa kok
selamanya tak akan membunuh wanita, aku tidak akan
melanggar undang undangku ini. Hukuman mati boleh
dibatalkan, siksaan berat harus dia rasakan, aku harus
menghukumnya berat untuk melampiaskan rasa
penasaranku!" "Cara bagaimana kau hendak menghukum dia?" tanya
Kang Pan gelisah. "Aku tidak pernah menghukum wanita," demikian sahut
Coa sin setelah tertegun sebentar. "Aku sendiripun tidak tahu
hukuman apa yang cukup setimpal " sudahlah biar
kutampar pipinya pulang pergi saja."
Dengan mendelik dan kereng Gwat hoa Hujin
membentak."Berani kau menyentuh aku!"
Agakanya Coa sin terpangaruh akan wibawa orang, sejenak
ia merandek, akhirnya dia berkata tertawa. "Kenapa aku tidak
berani?" dibarengi ancamannya telapak tangannya melayang
menampar kemukanya. Gwat hoa Hujin insyaf bahwa ilmu
silat lawan teramat tinggi untuk menghindari penghinaan ini,
terpaksa dia berlaku nekad, pedang kutungan sendiri ia
angkat teras menghujan keulu hati sendiri.
Karuan kejut Li Sek hong bukan kepalang, lekas ia
menubruk maju berusaha merebut pedang kutung itu serta
berteriak."Hujin! Kenapa harus cari jalan pendek?"
Tangan Gwat hoa Hujin kena dicengkram oleh Li Sek hong,
sementara telapak tangan Coa sin juga karena adanya
gangguan ini teracung ditengah udara tidak jadi ditamparkan
turun. Sesaat lamanya semua orang sama berdiri terlongong,
akhirnya Gwat hoa Hujin berkata rawan. "Nona Li, lepaskan
tanganku, coba kau pikir, bila mahluk aneh ini benar benar
menampar pipiku, ada lebih baik aku mati saja."
Li Sek hong dapat memaklumi perasaan orang, akhirnya ia
melepaskan tangannya, tak nyana gerak gerik Coa sin teramat
cepat, entah bagaimana jari jari tangannya berkembang dan
berkelebar, tahu tahu pedang kutungan di tangan Gwat hoa
Hujin sudah direbutnya, bersama itu sebelah tangan yang lain
bergerak pula secepat kilat, kontan jalan darah Li Sek hong
dan Gwat hoa Hujin kena tertutuk. Seperti batu batu keduanya
berdiri tegak tidak bergeming lagi.
Coa sin melempar kutungan pedang itu jauh jauh. Lalu
bergelak tertawa sepuas puas nya serunya. "Kau perempuan
ini sungguh bandel dan keras kepala, selamanya aku amat
sungkan menghadapi perempuan, hari ini betapapun harus
kutampar dua kali pipimu, akan kulihat sampai dimana rasa
kebencianmu terhadapku!"
Jalan darah Gwat hoa Hujin tertutuk sehingga badannya
tidak mampu bergerak, namun pendengarannya masih bisa
bekerja, ia tahu penghinaan paling besar tidak mungkin
terhindar lagi terpaksa ia limpahkan rasa gusar hatinya
dengan pelototkan matanya yang berapi api.
Diselangi seringainya yang dingin, Gwat hoa Hujin sudah
angkat telapak tangannya pula, baru saja hampir diturunkan,
mendadak dari sebelah belakangnya membentak sebuah suara
laksana geledek mengguntur . "Mahluk keparat! Berhenti !"
Coa sin berpaling kebelakang dengan melongo, tampak
diambung pintu berdiri tegak Koan San Gwat yang memegang
senjata gada emasnya berkaki satu. Air mukanya
menampilkan kemurkann yang berapi api, sikap nya yang
garang ini mengunjukan wibawa agung yang tidak boleh
ganggu usik. Sekilas dia melongo baru Coa sin bersuara. "Bedebah kau!
Cara bagaimana kau bisa keluar!"
Koan San Gwat tidak hiraukan pertanyaan orang, malah dia
berpaling dan katanya "Ling koh! Lekas kau bebaskan jalan
darah ibuku dengan Li siancu!"
Siapapun tidak akan menduga Koan San gwat bakal muncul
dalam keadaan yang kritis ini, terutama Coa sin, hampir dia
tidak percaya anak muda ini bisa lolos dari kamar tahanan
yang berkepung berbagai jenis ular berbisa tanpa kurang
suatu apa. Secara diam diam Ling koh segera menyelinap kesebelah
sana, beruntun ia membebas jalan darah Gwat hoa Hujin dan
Li sek hong yang tertutuk, tak lama kemudaan mereka sudah
bisa bergerak lagi seperti sediakala.
Kalau Li Sek hong masih berdiri menjublek ditempatnya,
adalah Gwat hoa Hujin segera memburu kearah Koan San
Gwat serta berteriak. "Nak! Kau...." sekali raih ia peluk lengan
anak nya yang besar kuat dan keras berotot, pancaran
matanya penuh rasa prihatin dan rasa cinta kasih yang tak
terhingga. Koan San gwat sendiri juga terpengaruh akan pertemuan
yang tidak terduga ini, sesaat ia menenangkan hati, serta
katanya."Bu! Kau minggir dulu, biar kuhadapi mahluk keparat
ini!" "Hati hati nak! Dia amat lihay!"
"Bukan soal, aku tahu seluruh badannya terbungkus sisik
tebal yang tidak mempan senjata, tapi aku percaya dia tidak
akan kuat menahan pukulan Kim sin kaki tunggal di tanganku
ini." Gwat hoa Hujin masih agak kuatir, namun Coa sin sudah
mendesak maju seraya menyeringai lebar, tidak bisa dia
memeluk lengan Koan San Gwat lagi sehingga mengganggu
gerak geriknya terpaksa ia lepas tangan dan mundur
kesamping. Tujuh delapan kaki dihadapannya Coa sin menghentikan
langkah, matanya memancarkan sinar beringas buas
bentakanya keras."Anak keparat! Cara bagaimana kau bisa
keluar lari dari kamar tahananmu?"
"Masakah ular ular busukmu itu mampu mengurung aku!"
"Bedebah! Jangan kau takabur, ular ular dalam kamar itu
cukup berkelebihan untuk menghadapi pasukan tentara
ribuan orang, kalau kau tidak mendapat bantuan dari luar
sekali kali sulit aku percaya kau dapat meloloskan diri."
"Terserah kau mau percaya, yang terang aku sudah berada
disini." -oo0dw0oo- JILID 22 MATA COA SIN BERKILAT KILAT itu mendadak jelalatan,
mendadak ia mendadak ia mendesak kedepan terus
menerjang maju Koan San Gwat menyangka orang menyergap
kearah dirinya lekas ia angkat patung masnya mengepruk
kearah kepalanya. Tak nyana cukup meliukan badan dan
melejit kesamping Coa sin sudah melesat lewat seperti angin
lesus terus menubruk kearah Ling koh, cukup mengulur
tanpan dengan enteng ia cengkeram dan jinjing keatas,
bentakanya bengis. "Budak busuk! Tentu kaulah yang
membuat gara gara ini!"
Badan Ling koh kontal kantil dijinjing keatas, namun
sedikitpun ia tidak kelihatan menjadi takut, hal ini benar benar
diluar dugaan Koan San gwat lekas ia angkat patung masnya
terus menubruk maju, lekas Coa sin mengangsurkan badan
Ling koh kedepan nampak senjatanya, kuatir melukai gadis
kecil ini, terpaksa Koan San Gwat menyurut mundur dua
tindak, bentakanya. "Lepakan dia!"
"Tidak! Kalau kau ingin berkelahi, akan kugunakan dia
sebagai senjata!" Sungguh gusar Koan San gwat bukan kepalang, namun dia
sendiri tidak bisa berbuat apa apa, terpaksa berteriak. "Mahluk
keparat! Sungguh tidak tahu malu, kau mempermainkan anak
kecil......." "Anak kecil apa. Hmm, budak ini kecil orangnya besar
otakanya, bukankah kau mendapat bantuannya yang
menolongmu keluar!" Koan San Gwat tidak mampu menjawab namun ia berteriak
pula dengan gugup."Kau hendak berbuat apa atas dirinya?"
"Akan kulempar kesumur ular supaya dijadikan hidangan
ular mereka berpesta pora!"
Saking gugup Koan San Gwat sudah hendak menyerang,
menerjang dan melabrakanya, bagaimanapun dia harus
berusaha menolong Ling koh, tapi berulang kali Ling koh
memberi isyarat dengan kedipan matanya, menghalangi
perbuatannya. Lalu dengan seri rawa halus ia berkata kepada
Coa sin. "Paman tua! Peganganmu terlalu keras, tengkukku
sakit sekali." Aneh, suaranya kedengaran kalem dan halus,
tanpa sadar Coa sin mengendorkan pegangannya.
Mata Ling Koh lantas berkedip kedip, katanya pula tertawa.
"Paman tua! Benarkah kau hendak membuang diriku dijadikan
umpan ular?" Coa sin menjadi gusar pula, teriakanya. "Benar! Siapa
suruh kau menjual aku?"
"Tidak! Kapan aku pernah menjual kau?"
"Kau ngapusi aku, katanya takut ular...."
"Kapan aku menipu kau" Ular ular peliharaanmu itu
memang amat menakutkan, terpaksa aku minta obat
penghindar ular itu kepada kau."
"Mana obatnya sekarang?"
Ling koh mengeluarkan sekeping obat warna hitam bundar
sebesar mata uang, katanya."Nih, masih ada padaku bukan?"
Sekali raih Coa sin merebutnya kembali tanyanya.
"Bukankah kau mengandal kasiat obat ini untuk menolong
bocah keparat itu?" Ling koh berpikir sebentar, akhirnya dia manggat manggut
dan mengiakan. Berubah air muka Coa sin, cepat cepat Ling koh
menambahkan. "Diwaktu kau memberikan obat itu kepadaku,
kau ada berkata, asal aku membawa obat penghindar ular ini
segala macam ular tidak akan berani menggigit aku, setelah
kucoba ternyata memang amat manjur, karena iseng dan
ingin coba coba lebih lanjut, sengaja aku ke tempat dimana
saja yang terdapat ular yang banyak, secara tidak sengaja
setelah main terobosan aku tiba ditempat tahanan Koan
kongcu...." Coa sin tertegun, katanya. "Obat ini hanya ada sekeping,
kalian berdua cara bagaima kau bisa keluar?"
"Aku pinjamkan obat ini kepada Koan kongcu, lalu dia


Patung Emas Kaki Tunggal ( Unta Sakti ) Karya Gan K H di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

menggendong aku, akhirnya dengan mudah kami lolos keluar.
Paman tua! Cara ini akulah yang memikirkannya, cobalah kau
nilai bagus tidak?" Dengan gusar Coa sin menyahut tertawa "Baik! Amat baik!
Dengan caramu ini kau menjual kepercayaanku padamu!"
Berputar biji mata Ling koh, katanya "Paman, di waktu kau
memberikan obat itu padaku, kau tidak melarang aku kemana
mana, juga tidak kau jelaskan melarang aku meminjamkan
kepada orang lain. Koan kongcu adalah sahabat karibku, aku
hanya meminjamkan obat itu, mana boleh kau katakan aku
menjual kepercayaanmu !"
"Siapa bilang tidak! Kebetulan bocah keparat ini punya
dendam yang amat besar dengan aku, dia merebut empedu
ular wulung bertanduk tunggalku, jerih payahku selama
bertahun tahun menjadi hampa dan nihil."
"Darimana aku bisa tahu!" sahut Lin koh aleman dan
merengek. "Toh kau tak pernah beritahu kepada aku."
Coa sin melongo sesaat lamanya, sekian lama ia tidak
mampu bersuara lagi, akhirnya ia menghela napas dan lepas
tangan, katanya "Setan kecil, terhitung mulutmu pintar bicara
biar kali ini kuampuni kau!"
Dengan tangannya Lingkoh mengelus elus tengkukanya
yang tercengkram tadi, katanya sambil memonyongkan mulut.
"Paman tua! Kau sungguh kejam. Coba lihat begitu keras
cengkramanmu sampai kulitku lecet dan mengeluarkan darah!
Aduh sakit sekali." Coa sin mendorongnya kesamping beberapa langkah,
katanya. "Nanti, setelah aku membereskan bocah keparat ini,
biar kuberi obat!" Tetapi dengan bandel Ling koh segera memburu maju pula,
serunya. "Paman tua! Kenapa kau tidak sudi melepas Koan
kongcu pergi! Bukankah dia tidak bersalah padamu?"
"Minggir!" sentak Coa sin gusar "Jangan kau cerewet lagi!
Harapanku untuk pulih menjadi manusia normal direnggut
habis oleh bocah keparat ini, bagaimana juga aku harus
mencari gantinya dari anggota badannya."
"Cara bagaimana mencari ganti" Kalau tidak menyangkut
keselamatan jiwa Koan kongcu dan kesehatannya, aku
percaya dia pasti akan memberi ganti kerugianmu."
Koan San Gwat menjadi bingung dan terheran heran,
mengenai soal empedu ular itu memang ia pernah dengar dari
penuturannya Kang Pan, hatinya selama ini selalu tidak
tentram, maka segera, dia menyela bicara. "Cian pwe! Soal
empedu yang kau maksud baru terakhir ini kuketahui, kalau
memang ada cara untuk mengatasi kesulitanmu itu, tanpa
banyak pikir pasti aku......"
"Koan kougcu!" cepat Li Sek hong menyela bicara, "Jangan
sekali kali kau melulusi segala permintaannya, caranya itu kau
tidak akan bisa menerimanya !"
"Kenapa?" tanya Koan San Gwat melengak. "Khasiat
empedu itu sudah terbaur dan menyatukan diri dengan hawa
murnimu cara satu satunya adalah menyedot hawa murnimu
itu, apakah kau masih berjiwa?"
Koan San Gwat menjublek sekian lama nya,
katanya."Ternyata begitu duduk perkaranya, Cianpwe!
Menurut aturan, memang jiwa ku ini tertunjang karena adanya
kasiat empedu ular wulung bertanduk tunggal itu sehingga
aku bisa hidup sampai sekarang. Tapi kasiat empedu itupun
akan berguna bagi Cianpwe bahwa aku harus mengorbankan
jiwa raga sendiri untuk menebus jiwa Cianpwe adalah pantas!"
Coa sin melongo, agakanya ia tidak pernah menduga sifat
Koan San Gwat begitu terbuka tangan dan suka rela
mengorbankan jiwa sendiri, sesaat ia ragu lalu katanya.
"Benarkah kau bisa berbuat begitu bajik dan suka rela?"
"Seorang lak laki sejati harus bisa membedakan baik buruk
dan mana benar dan salah, cuma dalam waktu dekat ini aku
mempunyai tugas tugas yang amat penting harus segera
kuselesaikan, mohon Cianpwe suka menunda sementara
waktu......" "Anak muda !" seringai Coa sin dingin. "Ucapanmu
kedengaran amat merdu, entah apa yang terkandung didalam
benakmu yang busuk itu. Setelah kau meninggalkan Jian coa
kok, masakah sudi kembali lagi mengantarkan jiwa sendiri?"
Koan San Gwat menjadi naik pitam, semprotnya. "Ucapan
Cianpwe ini terlalu memandang rendah orang. Aku orang she
Koan selamanya berani berkata pasti menepati ianji, masakah
kau anggap aku manusia rendah tidak kenal budi!"
Coa sin tergelak tertawa, ujarnya. "Anak muda! Anggap
saja aku sudah percaya akan obrolanmu, kenyataanpun tidak
mungkin bisa terlaksana. Kasiat empedu itu ada batas
batasnya tertentu, setelah setengah bulan, setelah berakar
dan bersatu padu dengan darah daging tubuhmu, begini saja
marilah kira adakan cara tukar menukar!"
"Cara tukar menukar bagaimana?"
"Kau serahkan hawa murni kasiat empedu itu, bantulah aku
menjadi manusia normal kembali. Segala urusan yang hendak
kau selesaikan serahkan seluruhnya kepadaku, terhadap
kemampuanku, aku percaya kau cukup jelas, segala urusan
yang kuselesaikan tanggung jauh lebih sempurna dari kau!"
Koan San gwat menepekur sejenak, mendadak ia berkata
tegas. "Boleh!"
Jawaban ini seketika membuat semua orang berjingkrak
kaget. Terutama Li Sek hong dan Gwat hoa Hujin, mereka
menentang dengan keras, namun dengan serius Koan San
Gwat berkata pula. "Urusan amat sederhana, ti dak lebih
hanya memberantas beberapa orang pentolan jahat,
mengandal kemampuan Cianpwe, pasti dapat memperoleh
kemenangan, dan lagi aku harap Cianpwe sejak saat ini suka
mengutamakan jiwa kependekaran, berhati lurus suka
menegakkan keadilan bagi kaum lemah, dengan demikian
hatiku akan cukup lega..."
"Bagaimana dengan Thio Ceng ceng" tanya Li Sek hong.
"Dapatkah persoalan kau wakilkan orang lain?"
Gwat hoa Hujin juga menimbrung "Kau adalah putraku,
dapatkah diwakilkan orang lain pula?"
Kata Koan San gwat dengan senyum kecut dan rawan "Bu!
Kau masih punya seorang putra lain, anggap saja kau tidak
pernah melahirkan aku. Dan lagi Liu Yu hu amat cinta kepada
Thio Ceng ceng, biar aku menyempurnakan pernikahan
mereka, cuma kau harus membimbing Lau Yu hu kejalan yang
benar dan melakukan pekerjaan genah, mengenai diriku, sejak
tugas dan tanggung jawab Bing tho ling diberikan kepadaku
oleh Suhu, badan kasarku ini seolah olah sudah bukan
menjadi milik pribadiku sendiri, tugas untuk melenyapkan
manusia sebangsa Cia Ling im, aku sendiripun tidak punya
pegangan kuat untuk memberantasnya. Kalau Coa sin sudi
mewakili aku muncul di Kangouw, tentu hasilnya akan jauh
lebih baik." Lalu ia berpaling kearah Coa sin serta menambahkan
dengan serius. "Cianpwe! Tangung jawab Bing tho ling boleh
kuserahkan kepada kau, asal kau berada didunia luar kau
segera umumkan hal ini dikalangan Kangow tentu akan
datang banyak orang yang suka membantu segala
kesulitanmu, mereka akan memberitahu apa saja yang hendak
atau ingin kau lakukan!"
Coa sin melongo sekian saat, ia menjadi bimbang dan
kuatir. Adalah Ling koh berbisik dipinggir telinganya. "Paman tua!
Tanggung jawab dan tugas sebanyak itu dapatkah kau pikul
seorang diri?" Coa sin mengerut kening, katanya "Untuk membunuh
orang sih amat mudah bagi aku, tapi keadaan dunia ramai
diluar sana aku terlalu asing, kudengar bocah ini bicara semua
dan rasanya amat berat, aku jadi merasa kewalahan"."
Tapi dengan halus Koan San Gwat membujuk. "Cianpwe
tidak usah kuatir, cukup asal kau membawa Ling Koh, banyak
dan luas yang dia ketahui, segala persoalan yang
menyusahkan dirimu pasti dia bisa berutahu cara untuk
mengatasinya...." "Nanti dulu! Nanti dalu, kurasa urusan masih perlu ku
pikirkan lebih masak. Sekian lama aku menetap di Jian coa
kok, semua besar keinginanku, setelah pulih menjadi manusia
normal lagi akan keluar berfoya foya dan mengecap
kesenangan dunia, tapi kalau setiap hari aku harus repot
mengurus segala urusan mu yang tetek bengek itu mana ada
kesempatan berfoya foya dengan bebas."
Coa sin berpikir sebentar lalu berkata. "Anak muda! Aku
tidak sudi kau tipu mentah mentah, urusanmu terlalu sukar
dan rumit daripada aku keluyuran diluar, lebih baik aku tetap
tinggal dalan lembah duniaku ini menemani ular ularku."
Ling koh berjingkiak kesenangan, serunya."Paman tua, jadi
kau tidak akan mempersulit Koan kongcu lagi?"
Coa sin menjengek. "Gara gara ku sendiri yang masuk
perangkap jebakan dengan mengajukan syarat penukaran
segala. Sekarang jelas aku tidak akan mampu mewakili dirinya
menanggung berbagai tanggung jawab dan tugas berat itu,
terpaksa harus membiarkannya berlalu?"
Semua orang tidak menduga bahwa urusan akhirnya akan
selesai begitu saja, terutama Ling koh saking kegirangan dia
berjingkrak dan memeluk Coa sin kencang kencang, serunya.
"Paman tua, kau sungguh baik hati."
"Memang kau setan cilik ini yang nakal" omel Coa sin
mendelu. "Kau menimbulkan banyak kesulitan bagi aku, kalau
tidak apapun aku tidak perlu kuatir dan harus
mempertimbangkan segala, tumbuh sayap pun aku tidak perlu
kutir anak muda itu bakal meloloskan diri.... sekarang terpaksa
aku harus mengurung diri selama hidupku didalam lembah
ular ini." "Sebetulnya lebih baik bila kau tidak keluar, dumi diluar
sana bahwasanya tidaklah seindah yang kau khayalkan,
disana banyak tipu muhlihat dan kekejamann rasa jelus iri hati
dan culas ada lebih baik kau berkawan dengan ular ularmu
yang jujur dan mungil mungil ini."
Tiba tiba mata coa sin menyorot terang katanya. "Setan
kecil, jadi kau juga suka kepada ular ularku?"
"Ya! Asal mereka tidak menggigit aku aku merasa mereka
amat menyenangkan." Cepat Coa sin berkata. "Kalau begitu kau tinggal disini saja,
biar kuajarkan kepandaian menjinakkan ular kepada kau!
Bukan saja mereka tidak akan menggigit kau, malah suka
mendengar perintahmu...."
Ling koh melengak, tanyanya "Kau ingin supaya aku
menetap disini?" Coa sin manggut manggut, sahutnya "Ya! Setan cilik kau ini
agakanya seperti amat berjodoh dengan aku, sejak pertama
kali aku berhubungan dengan manusia normal, setiap orang
yang melihat aku pasti anggap aku ini mahluk gila dan aneh.
Cuma kau sekali buka mulut lantas memanggil aku "Paman",
sikapmu cukup simpatik dan suka bicara dan berkelakar
dengan aku, kalau tidak masakah aku sudi memberikan obat
penghindar ular yang amat berharga itu kepada kau..."
Ling koh masih merasa sangsi, Coa sin segera
menambahkan dengan haru. "Hakikatnya kau pun tidak akan
selamanya tinggal di sini. Paling lama aku hanya bisa sepuluh
tahun lagi, sang tempo belalu tanpa terasa, sepuluh tahun
sekejap akan lampau, seterah aku wafat, kau menjadi
bebas..." Terketuk lubuk hati Ling koh oleh kata kata yang
merupakan ini, cepat ia berseru "Paman tua, kau tidak akan
sependek itu hidup."
"Ah, budak bodoh! Usia ular satu sama, jenis lain tidak
sama, ada yang bisa hidup sampai puluhan tahun ada pula
yang hidup sekian tahun. Seperti aku yang berbadan
kombinasi antara manusia dan ular ini berapa lama pula bisa
hidup. Kalau aku bisa mendapatkan empedu ular wulung
tertanduk tunggal dan memulihkan bentuk asliku sebagai
manusia normal, mungkin usiaku bisa lebih tua, sekarang
apapun tidak perlu dibicarakan lagi. Nak sudikah kau tinggal
disini?" Ling koh berpikir sebentar, lalu menjawab "Aku akan
menetap disini menjadi kawan mu, belum tentu hanya sepuluh
tahun, asal kau belum meninggal, selama itu aku tidak akan
meninggalkan tempat ini!"
Harr dan mendelu perasaan Coa sin, sekali raih ia peluk
gadis cilik ini kedalam haribaannya, ia ciumi pipi kanan kiri
Ling koh lalu katanya pula "Anak baik! Terima kasih akan
kesediaanmu, paling lama hanya sepuluh tahun, mungkan
tidak begitu lama, tapi disaat aku masih hidup akan kudidik
kau asuh kau bukan saja akan kujadikan kau ratu dalam negri
ular, akan kujadikan pula kau seorang teraneh didunia."
Koan San Gwat terlengong, tanyanya."Ling Koh! Benarkah
kau suah berkeputusan ?"
"Ya! Secara sukarela aku senang tinggal disini. Koan
kongcu kuharap kau lebih gemilang dalam perjuangan
menegakan keadilan dan kebenaran di Kangouw, mungkin
akan datang suatu ketika setelah aku berhasil mempelajari
ilmu, biarlah akupun keluar membantu kau!"
Koan San Gwat menunduk tidak bicara lagi, kejap lain ia
menjura kepada Coa sin serta berkata. "Harap Cianpwe suka
menyusahkan diri merawatnya baik baik?"
Rasa benci Coa sin terhadap Koan San gwat belum hilang,
semprotnya gusar. "Memangnya perlu kau tegaskan lagi !
Kalau bukan karena dia, masa demikian gampang aku suka
melepas kau demikian saja !"
Kuatir pembicaraan mereka semakin tegang dan bentrok
cepat Ling koh menyela bicara. "Koan kongcu, lekaslah kalian
pergi! It ouw dan Jip hoat dan lain lain masih menunggu
kalian diluar sana, melihat kalian menghilang secara misterius
tentu mereka jadi geger bila ada keselamatan kau bertemu
dengan Lim Siancu, harap sampaikan kabar beritaku disini,
mengenai unta saktimu sebentar akan kuminta paman
melepasnya keluar, dia akan menemukan kau !" Waktu bicara
berulang kali ia memberi tanda kedipan mata kepada semua
orang Gwat hoa Hujin dan Li Sek hong memang sudah gugup
hendak meninggalkan tempat itu, cuma Kang Pan seorang
yang mengunjuk rasa iba dan berat berpisah.
Koan San Gwat segera menjura kepada Coa sin siap
mengundurkan diri. Mendadak Coa ki berteriak kejut. "Aih dimana Ih yu?"
Memang semula Ih yu berlalu ditempat yang dekat dengan


Patung Emas Kaki Tunggal ( Unta Sakti ) Karya Gan K H di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

pintu keluar, di saat semua orang ribut ribut dan suasana
cukup tegang tadi, entah kapan dia mengeloyor pergi secara
diam diam. Segera Coa sin memeluk tangan dan menepekur sebentar,
mendadak ia membuka mata dan berkata. "Dia sudah pergi.
Celakanya tongkat ularkupun dibawanya pergi!"
Kontan Kang Pan menjerit lirih. Sementara Ling koh cepat
bertanya. "Paman, dari mana kau bisa tahu?"
Diatas tongkatku itu ada kupelihara tiga ekor ular yang
paling jahat diseluruh dunia ini, ketiganya sudah dapat
kukendalikan sesuka hatiku dengan kekuatan batinku, tadi aku
mengerahkan lwekang memberikan tanda peringatan,
kuperintahkan ketiga ular diatas tongkatku itu memanggil Ih
yu kemari, namun aku tidak mendapat jawaban. Malah ular
sanca terbesar yang menjaga mulut gua memberi jawaban
katanya dia sudah pergi!"
"Apakah Ih yu bisa mengendalikan ketiga ular itu ?"
"Bisa! Diwaktu kusuruh dia menangkap ular wulung
bertanduk itu kuatir tenaganya kurang memadai maka
kuberikan tongkatku itu supaya ketiga ekor ular itu membantu
padanya." Berubah air muka Li Sek hong.
Ling kohpun ikut gugup. "Celakalah kalau begitu ..."
"Takut apa! Meski ketiga ular teramat jahat, tapi masih
kalah dibanding Ciok tai yang melingkar dibadan Coa ki ini!"
"Bukan takut yang kau maksud, aku menjadi kuatir bagi
keselamatan orang lain. Jiwa Liu siancu itu kurang normal, kini
mendapati tiga ekor ular jahat itu, mungkin banyak orang
akan menjadi korban keganasannya. Yang terang hal ini akan
menjadikan tekananan berat bagi Koan kongcu sendiri!"
Coa sin menggeleng kepala, ujarnya. "Urusan orang lain,
apa sangkut pautnya dengan kita! Aku justru mergharap
bocah keparat itu biar digigit ular berbisa, baru dapat
melampiaskan rasa penasaran hatiku!"
"Paman bagaimana juga kau harus segera meringkus Liu Ih
yu kembali, paling tidak ketiga ekor ular berbisa itu harus
dirampas kembali, supaya Liu siancu tidak mencelakai jiwa
orang dengan ketiga ekor ular itu."
"Tidak mungkin! Aku pernah bersumpah, bila aku tidak
pulih menjadi manusia normal sekali kali aku tidak akan keluar
dari sini." "Kalan begitu berikanlah obat penghindar ular itu
kepadaku, bukankah kau sudah memberikan kepada aku..."
"Tidak! Aku hanya punya sekeping ini kuberikan kau sih
boleh, tapi bila kau berikan pula kepada orang lain, sekali kali
aku tidak setuju. Obat itu merupakan benda pusaka dari
lembah ini, kalau obat itu keluar dari lembah ini, bagaimana
pula aku mengendalikan ribuan ular yang ada disini. Jikalau
mereka melarikan diri, mungkin lebih banyak orang yang akan
menjadi korban?" Saking gelisah Ling kohpun sampai menangis, katanya
membanting kaki "Kalau begitu carilah akal, atau aku tidak
sudi tinggal di sini menemani kau!"
Kata katanya tarakhir ini membuat Coa Sin melengong,
setelah berdiam diri sebentar akhir nya ia berkata. "Terpaksa
kusuruh Coa ki saja yang keluar, hanya Giok tai diatas
badannya itu yang kuasa menundukan ketiga ular diatas
tongkatku itu!" "Aku ...." jerit Kang pan tertegun.
Coa sin manggut manggut, ujarnya. "Bukankah sejak lama
kau sudah ingin keluar" Minggatnya Ih yu ini menjadi
kebetulan bagi kesempatanmu."
Kata Kang Pan ragu ragu."Jadi kau sudah tidak
memerlukan aku lagi?"
"Tidak perlu! Sudah cukup ada setan kecil ini."
"Kemana pula aku harus mencari Ih yu aku masih terlalu
asing mengenai dunia luar!"
"Cukup asal kau mengikuti jejak Koan kongcu," demikian
timbrung Ling koh. "Akan datang suatu ketika Liu Ih yu akan
datang sendiri mencari kalian!"
Baru saja Koan San Gwat hendak menentang saran ini,
cepat Li Sek hong juga berkata. "Koan kongcu, menurut
hematku memang kita perlu minta bantuan nona Kang, kalau
tidak tiada orang yang akan mampu mengatasi Sumoyku, bila
dia mengumbar adatnya, akibatnya pasti amat fatal!"
"Benar!" sela Ling koh pula, "Mungkin kau sendiri tidak
akan menjadi soal, Liu sian cu mungkin tidak akan mencelakai
jiwamu, tapi lain pula bagi orang lain. Liu Sian cu, It ouw dan
Go hay ci hang dan lain lain mereka adalah orang orang yang
amat dibenci oleh Liu Siancu!"
Terpaksa Koan San Gwat berkata. "Nona Kang harap lekas
kau mengemasi bekalmu, segera kita akan berangkat!"
Merah muka Kang Pan sahutnya. "Aku tiada punya barang
apa yang perlu kubawa kecuali ular yang ada diatas badanku
ini, apa pun aku tidak punya!"
Mengawsi tubuh orang yang telanjang bulat Koan San Gwat
mengerut alis, katanya. "Masakan kau harus keluar dengan
keadaanmu seperti itu!"
Baru sekarang Kang Pan sadar bahwa dirinya memang
tidak berpakaian, didalam lembah sudah biasa ia bertelanjang,
memang tidak punya perasaan malu sedikitpun. Kini melihat
Gwat hoa Hujin dan lain lain sama berpakaian, kini ia sendiri
berhadapan langsung dengan Koan San Gwat seketika merah
jengah mukanya. Cepat Li Sek hong menanggalkan pakaian luarnya dan
diberikan kepada Kang Pan. Mendadak Coa sin terbahak
babak. Serunya "Dunia ramai diluar memang tiada apanya
yang menarik dan tiada artinya. Seorang perempuan yang
cantik elok, kenapa pula harus ditutupi pakaian segala, tempat
tempat fital yang paling indah diselubungi segala, agakanya
lebih baik aku tidak usah keluar saja!"
Sudah tentu orang lain sama dongkol mendengar
ocehannya yang tidak genah itu. Tapi mereka toh maklum,
bahwa mahluk aneh setengah manusia setengah ular ini
memang tidak pernah hidup dalam keramaian dunia sehingga
tidak mengenal tata kehidupan orang serta adat istiadatnya.
Lekas Kang Pa menjura hormat serta katanya. "Coa sin
ijinkanlah aku pergi!"
"Ya, pergilah!" ujar Coa sin mengulapkan tangan. "Satelah
kau menyelesaikan tugas ini, kau boleh tidak usah kembali
lagi, disini kau tidak akan merasa kerasan!"
Kang Pan rada bingung dan sangsi, katanya "Coa sin kau
tidak suka padaku lagi"
"Kita sudah hidup berdampingan cukup lama, tidak bisa
kukatakan aku tidak menyukai kau, justru karena menyukai
kau, maka tidak ingin kau selalu memendam diri ditempat
tersembunyi ini selama hidupmu, diluar sanalah tempatmu
hidup senang dan bahagia pergilah kau mulai tempuh hidup
baru!" Beberapa kata kata ini adalah ucapan biasa, bahwa seorang
manusia setengah ular bisa mengeluarkan kata kata seperti
ini, seketika membuat semua orang melenggong, terasakan
betapapun sanubarinya masih penuh diliputi kehangatan
perikemanusiaan. Dikala mereka sudah meninggalkan lembah dan turun
gunung dengan langkah lebar belum jauh mereka menempuh
perjalanan, dari sebelah belakang terdengar suara kelentingan
nyaring, tak lama kemudian tampak unta sakti tunggangan
Koan San gwat sedang berlari mendatangi, kepalanya dielus
elus kelengan Koan San Gwat, sikapnya amat aleman dan
mesra sekali. Koan San Gwat menepuk lehernya, katanya penuh iba.
"Kawan tua, hampir saja kita tidak bisa bertemu lagi. kali ini
untunglah berkat pertolonganmu pula sehingga aku bisa lolos
dari segala kesulitan!"
Kang Panpun manggut manggut, katanya "Unta sakti
tunggangan Koan koncu ani memang binatang yang cerdik
benar henar sakti, Ih yu hanya membawa pedangmu diayun
ayunkan sekitar udara pegunungan sini, dia lantas dapat
mengendus baunya, secepat terbang terus berlari menyusul
kemari, sampai Ih yu yang berlari begitu cepatpun kena
disusul!" Karena orang mengingatkan pedang, sontak Koan San
Gwat menjerit kaget. "Celaka! Dimana pedangku?"
"Wah, keadaan semakin menyulitkan!" demikian timbrung
Li Sek hong, "Kalau pek hong kiam berada ditangannya,
mungkin jauh lebih berbahaya dari ketiga ular itu?"
Kang Pan ikut ketarik, tanyanya. "Apakah pedang itu punya
keistimewaan?" "Ya! Pedang itu peninggalan dari jaman kuno, merupakan
sebilah pedang tajam yang dapat mengiris besi seperti
memotong tahu, masih lebih banyak lagi manfaatnya!"
"Aku tidak sependapat dengan kau!" ujar Kang Pan.
"Dengan mata kepalaku sendiri Coa sin pernah mencoba
ketajaman pedang itu, katanya pedang biasa saja yang tak
maupu menusuk tembus kulit ular yang dikenkan oleh Ih yu
itu. Kukira pedang pendek milik Lehujin yang dipatahkan Coa
sin itu jauh lebih berharga malah!"
Li Sek hong melengak mendadak ia bertanya kepada Gwat
hoa Hujin. "Apakah pedang pendek milik Hujin itu benama
Meh tai?" "Benar! Darimana Li Siancu bisa tahu?"
"Sayang! Sayang sekali! Pedang itu jauh lebih berhanga
dari Pek hong kiam?"
Agakanya Gwat hoa Hujin acuh tak acuh katanya tawar.
"Berhargapun tiada gunanya! Begitu direbut oleh Coa sin
dengan gampang saja dia patahkan menjadi dua. Kau belum
pernah melihat pedang yang dibawa putraku itu."
"Bagaimana dengan pedang yang dibawa Lau Yu hu?"
tanya Koan San Gwat. "Pedang itu dinamakan Ci seng....."
"Ci seng!" Li Sek hong menjerit kaget, "Bagaimana mungkin
Ngo ih kiam beruntun bisa muncul dalam terbuka ini?"
Memang diwaktu Koan San Gwat petama kali melihat Pek
hong kiam ditempat kediaman Cen Kiau dulu pernah
mendengar kisah ini, tapi Gwat hoa Hujin tidak tahu menahu
tentang hal itu, tanyanya heran. "Apa yang dinamakan Ngo ih
kiam?" "Guruku almarhum pernah memperoleh sejilid buku
pelajaran pedang, didalam buku itu, ada tercatat nama nama
aneh dari kelima pedang mustika itu, masing masing
dinamakan. "Ci seng, Ceng so, Meh tai, Ui tiap, dan Pek hong
kiam, Pek hong kiam adalah yang terendah nilainya?"
Sedikit berubah tegang air muka Gwat hoa Hujin, dengan
terlongong mulutnya berkemik menyebut kelima nama nama
pedang itu. Sementara Li sek hong meneruskan berkata. "Ngo
ih kiam merupakan pedang pusaka terbesar pula pada jaman
ini, tak nyana Hujin bisa memperoleh dua diantara kelima
itu?" "Tidak! Salah ucapanmu! Nama Ngo ih kiam menurut yang
kau sebutkan, kecuali Pek hong kiam, empat yang lain semua
terjatuh ditanganku!"
Li Sek hong terbelalak, agakanya ia tidak percaya, kata
Gwat hoa Hujin tertawa. "Keempat pedang itu semua dibawa
pulang oleh Lau Ih yu, sepulangnya merantau."
"Darimana ia mendapatkan keempat pedang itu aku tidak
jelas, mengenai keistimewaan keempat pedang masing
masing aku cukup mengetahui, malah pernah kudengar juga
bahwa pedang pedang itu terbagi dalam lima warna, hijau,
ungu, hitam, kuning dan putih, kalau kelima pedang itu bisa
memperoleh semua menjadi koleksi pribadi seseorang
digunakan bersama oleh lima orang yang memiliki ilmu
pedang tingkat tinggi, seluruh jagat ini tidak akan menemui
tandingan. Bahwa akhirnya dia sampai kena dilukai dan
menanam permusuhan dengan orang karena dia akhirnya
mengetahui bahwa Pek hong kiam terjatuh ditangan seorang
perempuan. Untuk merebut pedang itu sehingga ia bertempur,
tak nyana akhirnya dia sendiri yang kena dikalahkan dan
terkutung sebelah lengan nya...."
"Benar dan orang yang dimaksudkan itu adalah Oen
Cianpwe!" Gwat hoa Hujin lantas melirik kearah Koan San Gwat. Koan
San Gwat tersiap bahwa dia sudah kelepasan omong, lekas ia
tutup mulut dan menundukkan kepala. Gwat hoa Hujin sudah
paham akan maksud hatinya, katanya tertawa. "Nak kau tak
usah merasa sulit, Ling koh sudah menjelaskan Mo li Oen Kiau
kepadaku, kelak bila aku bentrok sama dia, kau sudah tidak
punya tanggungjawab lagi."
Dengan heran Koan San Gwat hendak bertanya, namun Li
Sek hong menyela lebih dulu. "Hujin! Dimana sekarang
keempat pedang itu?"
"Setelah Lau Ih yu meninggal," demikian tutur Gwat hoa
Hujin, "Sekarang Ceng so kiam menemani jenasahnya di
Khong ham kiong, Ci seng dia berikan kepada putranya Lau Yu
hu, Ui tiap diberikan kepadaku sedangkan Meh tai diberikan
kepada Tam kiam, setelah Tam ktam mati, kebetulan waktu
aku hendak turun gunung mencari anak Gwat lantas kubawa
serta, tak kira akhirnya kena dipatahkan oleh Coa sin!"
"Lalu dimana sekarang Ui tiap kiam?" tanya Li Sek hong.
"Wakru berada di Khong ham kiong, aku jarang
menggunakan pedang, maka pedang itu kuberikan pada
Pelayan dekatku Coh bing untuk menyimpannya, sekarang
masih tertinggal di Khong ham kiong...."
"Bagaimana juga harap Hujin segera mengirim orang untuk
membawa Ui tiap kiam itu kemari selekasnya dan diserahkan
kepada Koan kongcu untuk dipakai. Kalau tidak situasi terlalu
menyulitkan bagi kita!"
"Anak Gwat, perlukah kau menggunakan pedang itu?"
tanya gwat hoa Hujin. Koan Sau gwat berpikir sejenak, sahutnya. "Perlu! Tanpa
pedang Tay lo kiam hoat tidak mampu kukembangkan."
"Diantara Ngo ih kiam hanya Ceng so saja yang kuasa
menandingi Ci seng, lebih baik kalau mengeluarkan Ceng so?"
demikian Li Sek hong mengusulkan.
"Jangan, jangan hanya karena sebilah pedang lantas
menbongkar kuburan orang."
"Kalau kita hanya menghadapi Cia Ling im dan Liu sumoy
saja sih cukup menggunakan Ui tiap kiam, tapi dari penuturan
Hujin tempo hari bahwa Koan kongcu hampir saja menemui
ajalnya dibawah tekanan hebat dari Ci seng kiam itu, kalau


Patung Emas Kaki Tunggal ( Unta Sakti ) Karya Gan K H di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

kali ini mereka bentrok sekali lagi, aku jadi tidak berani
membayangkan bagaimana akibatnya." demikian Li Sek hong
coba membentangkan situasi.
Agaknya teregrak hati Gwat hoa Hujin, sesaat ia
menepekur mempertimbangkan.
Adalah Koan San gwat malah berkata "Kukira tidak perlu,
pertandingan pedang tergantung dari kematangan latihan ilmu
pedangnya bukan terletak pada senjatanya."
"Anak Gwat kurasa uraian Li siancu memang cukup
beralasan, Ci seng kiam ditangan Lau Yu hu itu memiliki
dayanguna yang ajaib sikapnya terhadapmu kau sendiri sudah
melihatnya, kalau kelak kalian bentrok lagi, akupun akan tidak
kuasa melerai lagi, jelas aku sudah kehilangan dia, masakah
aku harus kehilangan sekali lagi....."
Koan San Gwat maklum akan maksud hati ibunya, namun
dengan tegas dia berkata "Tidak Bu! Meski Lau Yu hu sakit
hati dengan ayah, namun pertikaian diantara mereka sulit
dijelaskan, sekarang mereka sudah sama meninggal,
pertikaian kesumat ini biarlah turut berlalu ditelan masa "."
Merah muka Gwat hoa Hujin. Sebalikanya Li Sek hong
berkata. "Kongcu, jangan kau lupa, Lau Ya hu tidak berpikiran
seperti kau!" "Aku tahu, banyak alasannya kenapa dia amat membenci
aku, bukan hanya persoalan dendam sakit hati angkatan tua
kami!" "Maka kau harus berlaku hati hati menjaga segala
kemungkinan! Rasa bencinya terhadap kau meresap ketulang
sumsum." "Aku mengerti! Diwaktu pertanding pedang di Khong ham
kiong dulu, dia sudah berniat membunuh aku.. diatas Bong
Gwat hong, sekali lagi dia mengatur tipu muslihat untuk
mencelakai aku..." "Benar diakah yang mengatur muslihat hendak mencelakai
jiwamu" waktu aku memeriksa keadaan tempat itu, aku masih
tidak percaya bahwa dialah yang berbuat."
"Mungkin juga bukan dia, yang terang pasti mendapat
petunjuknya, tapi kejadian itu hanya bisa menyalahkan aku
sendiri, kenapa tidak berlaku hati hati, sehingga tertipu
mentah mentah oleh budak kecil yang bemama Siu hong
itu...." Mereka tidak saling debat lagi, sejak itu mereka turun
ganung tanpa membuka suara, Koan San Gwat disebelah
depan bersama Kang pan diiringi unta sakti, sementara Li Sek
hong dan Gwat hoa Hujin disebelah belakang sedang bisik
bisik, membicarakan banyak persoalan yang serba rahasia.
Waktu cuaca masih remang remang menjelang fajar,
romboagan mereka kembali tiba dipondok desa dimana
mereka menginap. Betul juga Sian yu It ouw, Jip hoat dan lain
lain karena Gwat hoa Hujin, Li Sek hong mendadak
menghilang tanpa karuan mereka sedang ribut dan gelisah.
Setelah melihat Gwat hoa Hujin berdua kembali serta
membawa pulang juga Koan San Gwat, karuan bukan
kepalang girang mereka. Begitulah suasana dalam pondok
desa itu dari suasana ribut dan kalut semula kini menjadi
pesta pora dalam suasana yang riang gembira, betapa mereka
takkan takjub mendengar cerita seperti di dalam dongeng
saja. Untuk mengambil Ui tiap kiam dan diberikan kepada
Koan San Gwat, maka Gwat hoa Hujin mengutus Jip boat
kembali ke Khong ham kiong di Tay pa san.
Untuk menyerapi gerak gerik Cia Ling im yang
berpangkalan di Ngo tay san dengan Thian mo kau nya, Koan
San Gwat merasa tidak leluasa sembarang bergerak diluaran
supaya tidak menimbulkan sesuatu peristiwa yang tidak
diinginkan, mereka beramai terus menetap didalam pondok
desa itu, tak lupa Ban li bu in dan it lun bing Gwat diutus
keluar untuk mencari berita dan menyelidiki situasi di luar.
Soalnya kedudukan mereka di Liong hwa hwe rada rendahan,
seumpama kebentur oleh anggota Thian mo kau tentu tidak
akan membuat perhatian mereka.
Memangnya nganggur dan tiada pekerjaan apa apa, dari
pemilik pondok Gwat hoa Hujin membeli bahan pakaian dan
membuatkan baju dan celana untuk Kang Pan. Karena ada
ular yang membelit badannya itu, jadi Li Sek hong sulit untuk
mengukur badannya terpaksa main raba dan langsung dijahit
begitu saja, tak lupa merekapun membuatkan sebuah kantong
dari karung untuk menyembunyikan ular putih Kang Pan itu.
Saking tegang, kalau tidak bercakap cakap dengan It ouw
dan lain lain tentu Koan San Gwat bercengkerama dengan
unta saktinya, atau dia menceritakan pula adat istiadat dan
tata kehidupan manusia ramai kepada Kang Pan, hari hari
mereka lewatkkan dengan aman dan tenang. Tapi didalam
ketenangan itu ada kalanya hatinya bergejolak pula bila
memikirkan nasib Thio Ceng ceng.
Dikala ia hidup berdampingan dengan Thio Ceng ceng tidak
pernah dirasakan oleh nya batapa besar pengaruh anak gadis
itu terhadap relung hatinya. Kini setelah dia tahu betapa besar
dan murni cinta Thio Ceng ceng terhadap dirinya, baru ia
sadar betapa besar ia mengharap harap cemas akan bertemu
dengannya" Thio Cog ceng berada dicengkeraman Lau Yu hu, tentu dari
mulur Lau Yu hu dia sudah mendengar kematian Koan San
Gwat. Didalam renungannya sering berbagai pertanyaan yang
berbeda beda mengetuk sanubari nya, dan oleh berbagai
pertanyaan itulah hatinya semakin risau dan gelisah. Keadaan
semacam ini belum pernah terjadi selama ini. Sejak dia mulai
berkecimpung di Kangouw dia sudah hidup didalam
perjuangan demi menegakan keadilan dan kebenaran, dalam
lemparan keperwiraan yang gagah berari, belum pernah
terpikirkan olehnya akan persoalan cinta asmara muda mudi.
Serta merta timbul rasa kebencian yang meluap luap
terhadap Lau Yu hu. "Kalau Ceng ceng sampai ajal karena
aku, pasti aku tidak akan mengampuni dia !" ini hanya tekad
dalam sanubarinya saja. "Kalau Ceng ceng merubah haluan, dan merubah cintanya
kepada Lau Yu hu bagaimana" Apakah pantas aku merebut
Ceng ceng dari pelukan Lau Yu hu! Aku akan tinggal pergi
secara diam diam, biar mereka menempuh hidup baru dan
bahagia sampai hari tua biarlah aku mengendam dan
mendambakan cinta kasihnya didalam khayalan belaka, akan
kupersembahkan jiwa ragaku ini demi kepentingan umat
manusia..." Amat sulit untuk mengambil keputusan ini, siapa akan
terima melihat kekasih sendiri di rebut orang lain" Tapi Koan
San Gwat merelakan hal ini, watak lurusnya yang suci murni
membuat ia mengambil keputusan yang cukup bajik dan
mengubah kelapangan jiwanya, dan sebab yang utama dan
keputusan yang drastis ini adalah karena cinta Lau Yu hu
kepada Thio Ceng ceng serta pengorbanannya jauh lebih
besar dan setimpal dibanding apa yang pernah dia berikan
sebagai imbalan cinta Thio Ceng ceng.
Suasana tenang itu mereka lewatkan sepuluh hari. Desa
kecil ditengah pegunungan yang biasanya sunyi sepi
mendadak menjadi ramai dan gaduh. Keramaian ini terjadi
karena berdatangan pula serombongan orang. Terutama
benda mengejutkan yang dibawa pulang oleh It lun bing Gwat
dan Ban li bu in hasil penyelidikkan mereka, yaitu bahwa Hu
kaucu (wakil Kaucu) Thian mo kau ini dijabat Sebun Bu yam,
kini sudah diganti orang. Koan San gwat adalah orang yang
paling kaget dan mencelos hatinya, karena Hu kaucu dari
Thian mo kau ini dijabat oleh saudara lain bapaknya sendiri,
yaitu Lau Yu hu adanya. Tak lama kemudian kelima pembantu Koan ham kiongpun
sama berdatangan, ternyata Jing Tho, Sui Ki pun diajak
datang pula oleh Tay Su. Sedang Jip hoat secara kebetulan
bersuara dengan Coh Bing.
Seperti diketahui Coh Bing ditugaskan untuk menjaga dan
merawat Khong ham kiong, kenapa sekarang diapun ikut
datang" Hal inipun merupakan berita yang amat mengejutkan
bagi Gwat hoa Hujin. Ternyata Lau Yu hu sudah pulang
kandang, langsung dia membongkar kubuaran ayahnya sendiri
dan membawa pergi Ceng so kiam, celakanya pedang pusaka
itu kini sudah diberikan kepada Cia Ling im.
Ada lagi sebuah berita mengenai Thio Ceng ceng, katanya
setelah mendapat berita akan kematian Koan San Gwat setiap
hari kerjanya hanya mengangis dan sesambatan. Wajahnya
menjadi pucat bersih dicucuri oleh air matanya kira kira tiga
hari yang balu dikabarkan dia menghilang secara misterius.
Kemana dia" Cara bagaimana dia menghilang" Tiada
seorangpun yang bisa memberi jawaban.
Kejadian yang beturut turut ini sungguh sungguh
merupakan suatu pukulan berat bagi Gwat hoa Hujin dan
Koan San Gwat beramai terutama perubahan sepak terjang
Lau Yu hu yang keliwat batas ini. Bagaimanapun mereka harus
lekas lekas bertindak dan mempersiapkan diri untuk
menghadapi perubahan ini. Perubahan apapun yang terjadi,
mereka harus benar benar berlawanan dengm pihak Thian mo
kau. Setelah Lau Yu hu menjadi Hu kaucu seperti macan
tumbuh sayap, sekali kali Cia Ling im akan semakin brutal dan
bersimaharaja, jiwa mereka sewaktu waktu terancam bahaya,
apalagi Ceng so dan Ci seng dua pedang terlihay dari Ngo ih
kiam berada ditangan mereka.
Untunglah meski harus mempertaruhkan jiwa Coh bing
berhasil menyelamatkan diri. Membawa lari pula Ui tiap kiam,
hanya pedang pusaka terakhir inilah yang menjadi andalan
terampuh untuk memberantas musuh musuh laknat yang
jahat itu, disamping Ui tiap kiam, Koan San Gwat pun hanya
mengandal Tay oo kiam hoatnya saja.
Adanya perubahan besar diluar dugaan ini, mereka tidak
bisa terlalu lama menetap di desa pegunungan itu lagi, maka
Koan San Gwat pimpin rombongan besar dari puluhan orang
itu siap membuat pertempuran secara berhadapan dengan
orang Thian mo kau. Dari Ki sin menuju ke Ngo tai hanya berjarak ratusan li,
mengandal kekuatan langkah unta sakti, cuma memakan
waktu satu hari, tapi kuda tunggangan orang orang lain tidak
mungkin bisa menempuh jarak sejauh itu dengan cepat,
terpaksa ia harus menunggu dan menunggu dengan sabar
untuk tiba ditempat tujuan bersama.
Waktu berlalu dengan cepat, akhirnya mereka memasuki
daerah pegunungan Ngo tay san, tapi masih amat jauh untuk
tiba dipuncak tertinggi Ngo tai san. Mereka berbondong
dijalan raya yang lebar, menurut terkaan Koan San Gwat,
pihak Thian mo kau sudah tentu mulai begerak lagi , betul
juga di luar kota Hap tai sin dipangkalan Ngo tay san, Ki How
menuggang seekor unta hitam sedang menghadang ditengah
jalan. Liong Hwa hwe sudah bubar, tiada ikatan kedudukan dan
tingkatan lagi diantara mereka, namun sikapnya masih amat
pongah dan takabur, mungkin karena Cia Ling im sudah
mengajarkan Siu lo jit sek kepadanya, jelas bahwa tingkat
kedudukannya didalam Thian mo kau tentu tidak rendah.
Begitu rombongan Koan San Gwat mendekat, unta sakti
segera mengumbar adat menerjang maju lebih dulu. Agaknya
unta hitam itu sudah menjadi takut karena kekalahannya
tempo hari melihat musuh besarnya menerjang tiba ia jadi
gugup dan ketakutan, beruntun mundur lagi.
Dengan mengumpat caci Ki Hou melompat turun terus
menendang pantatnya keras keras makinya. "Binatang tidak
berguna!" Melihat wibawa dan keangkerannya menakutkan
unta hitam itu, unta sakti mendongkol dan mengembor keras
dan panjang sikapnya amat senang dan puas.
Dengan tertawa Koan San gwat menepuk nepuk lehernya
serta katanya. "Kawan tua! Sungguh hebat kau, didalam
negara kebinatangan kau boleh dianggap sebagai jagoan yang
tergagah dan nomor satu, tiada seekor binatang tunggangan
macam apapun yang kuasa menandingi kau?"
Dari punngung unta hitamnya Ki Hau menurunkan sebuah
buntalan, didalamnya terbungkus sebuah senjata yang
berbentuk aneh dan khusus dibuat untuk dirinya. Senjata ini
adalah sebuah patung patung berkaki tunggal warna hitam
legam menyerupai patung mas berkaki tunggal milik Koan San
Gwat. Cuma kepalanya lebih besar, dengan gigi yang
menyeringai muka setan. Untuk senjatanya ini dia menamakan
Tok kak kui ong (raja setan berkaki tuggal). Sambil
mengayunkan senjatanya itu Ki Hauw menantang. "Koan San
Gwat mari turun, lawanlah aku tiga ratus jurus!"
"Aku tiada tempo main main dengan kau lekas panggil Cia
Ling im kemari!" "Tanpa kau bisa menjebol pertahananku ini, jangan harap
kau bisa berhadapan dengan Kaucu kami!"
It ouw merasa sebal melihat kelakuan tengikanya, apalagi
kedudukannya di Liong hwa hwe dulu lebih tinggi dari pemuda
lakanat ini, segera ia maju beberapa langkah serta seraya
"Koan kongcu berikan kepada Lohu, biar kugencet mampus
bocah kurangajar ini!"
Belum Koan San Gwat sempat bersuara, Kang Pan pun
yang jelita segera ikut tampil kedepan, serunya "Lo siansing!
Jangan kau yang maju!"
"Kenapa Lohu tidak boleh maju?"
"Apakah Lo siansing hendak melawannya dengan
bertangan kosong mungkin cukup segebrak saja, jiwamu kau
angsurkan kepadanya?"
"Lohu tidak percaya, biar kucoba coba dulu!" Lenyap suara
tiba tiba badannya betkelebat menerjang kearah Ki Houw
seraya melontarkan sebuah pukulan tangan. Ki Houw mandah
tersenyum ejek pelan pelan ia angkat patung hitamnya
menyapu miring mengetuk kejari It ouw. Disaat kedua lawan
sentuh, dari samping menyelinap sesosok bayangan, entah
bagimana tahu tahu sudah menyela di tengah tengah mereka
seraya mengebutkan lengan bajunya, telak sekali ia
menyampok gada setan Ki Houw menyelonong kesampuag It
ouw menjadi gusar, sahutnya."Apa apaan tingkah lakumu ini
nona Kang?" Kang Pan tertawa sahutnya. "Lo siansing jangan marah,
dengan kosong melawan senjata terang kau tidak akan
ungkulan, apalagi diatas senjatanya ini ada dilumuri racun
jahat, kenapa kau harus mengorbankan jiwa mu dengan sia
sia !" Mencelos hati It ouw, matanya terbelalak. Benar juga


Patung Emas Kaki Tunggal ( Unta Sakti ) Karya Gan K H di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

dilihatnya mata Ki Hou memancarkan sorot tajam dengan
senyum sinis, Tok kak kui ong ditangannya sudah diangkat
pula, cepat Kang Pan berkelebat maju pula menghadang maju
pula didepannya serta kata nya. "Kalau kau memang ingin
berkelahi, hanya akulah yang cocok menghadapi kau, aku
tidak takut menghadapi racunmu!"
Karena kibasan lengan baju orang tadi, senjata Ki Hou kena
disampok menyelonong kesamping maka Ki Hou tahu bahwa
gadis ayu ini memiliki lwekang yang cukup ampuh dan lagi
memang orang benar benar tidak takut pada racunnya, hal ini
benar benar membuat dia mati kutu, hatinya menjadi jeri dan
tidak berani gebrak melawannya. Akan tetapi kali ini
merupakan kesempatan paling baik, ia jadi merasa getol tidak
bisa tercapai keinginannya, tiba tiba biji matanya berputar,
sengaja ia tertawa besar dan sesumbarnya. "Koan San Gwat,
apakah kau ini laki laki sejati, kok menggunakan tenaga
perempuan menjadi anjing pelindungmu?"
Terbakar hati Koan San Gwat, baru saja ia hendak
melabrak maju, lekas Li Sek hong berseru mencegah "Koan
kongcu! Kau harus mementingkan tugasmu yang utama,
segala apa yang harus bisa tahan sabar, rombongan Cia Ling
im masih memerlukan kamu untuk menghadapinya, jangan
kau bekerja membawa adatmu kemari !"
Apa boleh buat Koan San gwat menghela napan, katanya
berpaling kearah Kang pan. "Nona Kang ! Mencapaikan kau
saja!" "Tidak apa! Orang ini memang jahat, aku perlu
menghajarnya supaya kapok. Dihadapanku dia berani
mentang mentang main racun, nanti bila kubekuk biar kusuruh
Siau giok (nama ular putihnya) menggigitnya sekali, biar dia
rasakan betapa nikmat orang kena racun!" sembari berkata ia
melangkah menghampiri Ki Hou melangkah mundur.
"Lho, kenapa lari bukankah mulut cukup garang tadi,
kiranya nyalimu lebih kecil dari pada tikus, bukankah kaupun
seorang laki laki sejati, masakah takut menghadapi anak
perempuan?" Merah padam muka Ki Houw, karena olok olok ini ia tidak
mundur lagi mulutnya gerung sambil mengayun senjatanya.
"Perempuan lakanat! Kau terlalu menghina!"
"Ya, keluarkan segala kemampuanmu, mari lawanlah aku!"
Seperti orang kalap segera Ki Houw mengobat abitkan
senjatanya maju menerjang dengan membabi buta, rangsakan
senjatanya itu boleh di kata cukup hebat dan cepat namun
ujung baju orang saja dia tidak mampu menyentuhnya, suatu
ketika Kang Pan merasa sebal cukup dia kibaskan pula lengan
bajunya, kontan Ki Hou tergentak mundur setengah tumbak.
Kang Pan tertawa ejek. "Bebalmu masih terlalu jauh,
mengandal kepandaian serendah ini sudah berani bermulut
besar mengagulkan diri, menjegal jalan segala, sungguh tidak
tahu diri!" Gerak gerik Kang Pan yang acuh tidak acuh dan
seenakanya itu cukup menggentak mundur terjangan Ki Hou
dengan senjatanya yang dahsyat, bukan saja Ki Hou yang jadi
lawannya amat kaget, Koan San Gwat dan lain lainpun ikut
tercengang, hanya diantara mereka yang secara langsung
pernah bentrok dengan Ki Houw dan tahu mengukur sampai
dimana tingkat lwekang Ki Houw, tak nyana sekarang begitu
kena dipukul gentayangan cukup degnan kebasan lengan baju
belaka, lawan yang semula seganas harimau, begitu
berhadapan dengan Kang Pan menjadi seperti tikus.
Ki Houw merandek sebentar, diam diam ia mengerahkan
tenaga murninya sambil kertik gigi ia melabrak maju pula
sambil mengayun senjatanya. Kali ini Kang Pan bekerja tidak
kepalang tanggung, cepat lengan bajunyapun dikebas keluar
memapak senjata lawan, cukup sekali sendal lengan bajanya
sudah membelit senjata lawan, cukup sedikit angkat
pergelangan tangan, sementara mulut membentak. "Pergilah!"
Bersama senjata beratnya tak terkendali Ki Houw mencelat
terbang ketengah udara seperti layang layang putus benang,
secara kebetulan melayang jatuh keatas kepala Koan San
Gwat melihat gelagat yang jelek ini cepat Li Sek hong melejit
maju sembari berteriak memperingatkan. "Koan kongcu, lekas
minggir!" buru buru ia mengejar tiba, jarinya yang berkuku
panjang segera mencakar ketengah udara mengarah pundak
Ki Houw. Ki Houw menyeringai sadis dan begelak tertawa panjang,
dari atas tubuhnya meluncur turun seraya mengeprukan
senjata yang besar dan berat laksana sebuah batu gunung
menindih keatas kepala Koan San Gwat.
Begitu besar niat Li Sek hong untuk menolong Koan San
Gwat, maka dia dulu yang terkena pulutnya dengan menubruk
maju tanpa hiraukan keselamatan jiwa sendiri. Tapi Koan San
gwatpun tidak tinggal diam, kuatir Li Sek hong terluka oleh
senjata lawan yang berbisa, lekas ia jejakkan kedua kakinya
sembari kerahkan tenaganya, ia ayun kim sin ditanganya
menyanggah keatas. Karena senjata gada patung mas berkaki tunggal panjang
tiga empat kaki meski ia bergerak rada belakang, namun
senjatanya menyambar tiba didepan Li Sek hong, "Trang!"
kembang api beterbangan ditengah udara, badan Ki Houw
seperti seekor burung terbang yang terkena panah ditengah
udara, pertama, tergentak mumbul lagi satu tumbak lebih lalu
menukik turun pula, lekas ia memburu kedepan dan
menyerampangkan patung emasnya dengan setakar tenaga
pula, suatu benturan kedua senjata lebih keras memekakkan
telinga, gada raja setan ditangan Ki Houw kontan berbentur
hancur lebur tercerai berai.
Lekas Ki Houw menjatuhkan diri ketanah terus
mengelundng beberapa tumbak jauhnya, beruntung ia
terhindar dari gempuran ketiga Koan San Gwat yang lebih
dahsyat. Waktu ia berdiri tegak, telapak tangannya berlepotan
darah. Itulah karena tenaga hantaman gada mas Koan San Gwat
teramat hebat, pada benturan kedua, bukan saja Tok kak kui
ong milik Ki Houw, celakanya telapak tangannya tergetar
pecah dan berdarah, lebih mengenaskan lagi dua jari Ki Houw
berpindah dari tangannya.
Ki Houw mengertak gigi, menahan sakit dan merasa geram,
segera ia menyobek lengan bajunya untuk membalut luka
lukanya katanya menyeringai bengis. "Bagus! Koan San Gwat.
Dalam jangka begini pendek, lwekangmu ternyata maju begitu
pesat, waktu bertanding di sin li hong tempo hari, lwekangmu
masih berada dibawahku, tidak lebih kau menang karena
mengandal permainan tipu tipu permainan gada mu sehingga
menang sejurus, tak nyana hari ini kau sudah membekal
lwekang yang begitu hebat sungguh aku harus memuji dan
salut kepada kau!" Koan San Gwat sendiri juga keheranan, sungguh iapun
tidak habis mengerti, dulu memang dirinya bukan tandingan Ki
Houw, tapi kenyataan hari ini dia berhasil mengalahkan Ki
Houw dengan gemilang, jelas bahwa lwekang Ki Houw pasti
sudah lebih maju dari dulu, adalah lwekang sendiri pun maju
berlipat ganda sungguh mengejutkan.
Meski terluka dan kesekitan, sedikit pun Ki Houw tidak
berubah air mukanya, ujarnya "Perduli lwekangmu setinggi
langit, toh kou tidak lepas dari tipu dayaku, beruntun kau
terkena racun Bu ing hoat hiat sin diatas senjataku, kini tentu
sudah meresap masuk kedalam isi perutmu. Aku harus segera
membawa pulang berita baik ini kepada Kaucu , nanti
sebentar biar aku kemari lagi untuk mengantar jenasahmu!"
sehabis berkata segera dia lari sekencang kencangnya tanpa
menoleh lagi. Koan San Gwat tahu orang takut dibalasi oleh Kang Pan,
namun ia tiada minat mengejarnya, lekas dia berkata kepada
Kang Pan "Nona Kang! Bisakah ularmu memunahkan racun?"
"Tidak bisa lagi! Ludahnya sudah kering kalau disuruh
membersihkan racun diatas senjatamu, mungkin jiwanya bisa
terancam bahaya, kau harus hati hati, jangan sampai orang
lain tersentuh olehnya!"
"Bukan racun diatas senjataku, racun dalam tubuhku
maksudku...." Kang pan tertawa geli, ujarnya. "Badanmu mana terkena
racun. Kau pernah menelan empedu ular wulung, minum
darah ular sanca sakti lagi badanmu sekarang sudah kebal
terhadap ratusan jenis racun, kecuali beberapa jenis ular yang
terbatas dapat mengancam jiwamu, segala racun apapun tidak
akan berguna pada dirimu!"
Koan San Gwat terlongong, demikian pula orang lain ikut
merasa lega, kata Li Sek hong sembari menghela napas.
"Kenapa tidak kau jelaskan sejak tadi, hampir saja aku ikut
berkorban jiwa." "Salahmu sendiri yang bertindak terlalu tergesa gesa.
Memang sengaja kulempar kearah Koan kongcu, karena
senjatanya itu hanya Koan kongcu saja yang mampu
menghancukannya karena dia pernah menelan empedu ular
wulung bertanduk tunggal, sehingga tenaga nya amat
besar...." -oo0dw0oo- JILID 23 BARU SEKARANG KOAN SAN GWAT sadar dan paham
duduk perkatanya, katanya. "Tak heran lwekang ku mendadak
maju berlipat ganda ternyata demikian duduk perkaranya!"
"Begitulah!" ujar Kang Pan menjelaskan lebih lanjut
"Sayang diwaktu kau menelannya keadaanmu amat payah,
sehingga kasiat obat itu menjadi berkurang sebagian besar,
karena untuk menolong kehidupan jiwamu, kalau tidak dalam
dunia ini mungkin tiada seorang pun yang kuasa melawan
kekuatanmu!" "Apa yang kumiliki sekarang sudah jauh lebih dari cukup
dan akupun cukup puas. Aku tidak ingin menjadi tokoh kosen
nomor satu diseluruh jagat, cuma besar keinginanku
menyumbangkan kehidupan ini, demi kebahagiaan dan
kesejahteraan umat manusia damai dibumi sentosa dalam
kehidupan. Di kala seluruh orang orang jahat diselusruh dunia
ini sudah tersapu bersih, aku rela memunahkan seluruh
kepandaian silatku, menjadi manusia biasa....."
Semua orang merasa takjup dan tepekur oleh ucapan Koan
San Gwat yang keluas dari relung hatinya yang paling dalam,
timbul rasa hormat dan segan mereka kepadanya. Akhirnya It
ouwlah yang membuka suara. "Marilah lekas kita pergi! Cia
Ling im bersama kamrat kamratnya mungkin sedang
kegirangan mendengar bahwa Koan siheng sudah keracunan
marilah kita melurukanya ke sana biar mereka merasa terkejut
dan heren." "Tidak usah tergesa gesa, mereka sendiri yang akan
meluruk kemari, Cia Ling im pasti akan berusaha merintangi
nona Kang memberi pengobatan kepada Koan kongcu, karena
mereka tidak tahu perkembangan disini, kuduga secepat
mungkin mereka sudah akan tiba, malah yang datang tentu
tidak sediklah jumlahnya,"
"Apakah Lau Yu hu juga pasti ikut datang?" tanya Gwat hoa
Hujin. "Sekarang dia sebagai Hu kaucu, dapatlah kita bayangkan
akan penghargaan Cia Ling im terhadapnya, sudah tentu ia
harus datang!" "Binatang itu, setelah kulihat kedatanpan nya, pasti akan
kubunuh dia !" demikian desis Gwat hoa Hujin geram.
Tengah mereka bicara, dari jalan raya sebelah depan sana
tampak serombongan orang yang berjumlah besar memenuhi
jalan sedang memburu datang dengan langkah lebar. Yang
berjalan paling depan memang Cia Ling im dan Liu Yu hu,
disebelah belakangnya lagi adalah Sebun Bu yam dan Hwi
Kak, dan dibelakangnya lagi Ki Houw dan Ki Cu seng, salah
satu Hwecu yang pernah dikalahkan oleh Koan San Gwat dulu.
Begitu tiba perhatian mereka semua tertuju kepada Koan San
Gwat. Waktu mereka melihat Koan San Gwat berdiri paling
depan dengan masih segar bugar, serempak mereka berpaling
kepada Ki Houw dengan mata mendelik, agakanya
menyaksikan pambicaraannya yang membual. Ki Houw
kelihatan amat gugup dan berkeringat dingin, menggaruk
garuk kepala yang tidak gatal, dengan gelagapan akhirnya ia
menunjuk ketanah, katanya. "Kau cu! Ucapan hamba bukan
bohong belaka, lihatlah besi besi pecahan senjataku yang
hancur tadi...." Cia Ling im hanya mendengus tawar, perhatiannya kini
tertuju pula kepada Koan San Gwat.
Dengan muka tidak menunjukkan perasaan hatinya, Koan
San Gwat menyapa. "Kalian para dedemit kerbau dan siluman
siluman ular tidak sedikit ya jumlahnya."
Cia Ling im tersenyum, ujarnya "Jumlah kalian pun tidak
sedikit bukan" Kita harus main keroyokan atau maju satu
satu?" Koan San Gwat berpaling kearah orang orangnya
dibelakang, meski jumlah pihakanya mungkin kelebihan satu
dua orang, namun bila bertempur secara keroyokan belum
tentu pihaknya bisa menang, terutama pihak musuh
membekal dua pedang pusaka yang hebat perbawanya,
sementara pihak sendiri cuma punya Ui Ciap kiam yang paling
diandalkan. Kalau di pertimbangkan ada lebih baik bertempur
satu lawan satu saja, maka dengan tawar dia menanggapi.
"Thian mo kau hanya kau seorang belaka yang durjana, aku
hanya ingin melenyapkan jiwamu saja, tidak perlu merembet
yang lain." Cia Ling im bergelak tertawa, serunya "Pendapatmu ini
ternyata cocok dengan keinginanku, Thian mo kau belum lama
berdiri, pihak kita sedang perlu tenaga tenaga berbakat,
kulihat beberapa orang di pihakmu bisa kami pakai, soalnya
mereka sama mengandalkan dirimu, setelah kau kami
lenyapkan pasti mereka akan suka rela menghambakan diri
pada pimpinanku!" "Jadi urusan hari ini cukup diselesaikan antara kau dan aku
saja?" "Boleh dikatakan demikian. Tapi masih ada seorang yang
ingin mengadu jiwa pula dengan kau "."
Lau Yu hu tidakatahan sabar lagi segera tampil kedepan,
teriakanya bengis. "Koan San gwat, serahkan Ceng Ceng
kepadaku!" Seketika Koan San Gwat melenggong katanya. "Apa
katamu?" Merah padam muka Lau Yu hu, teriaknya lebih bengis.


Patung Emas Kaki Tunggal ( Unta Sakti ) Karya Gan K H di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Jangan pura pura pikun, bukankah Ceng ceng sudah kau
rebut kembali." Baru sekarang Koan San gwat paham orang anggap
menghilangnya Thio Ceng ceng sebagai perbuataanya, keruan
iapun gusar, dengusnya. "Didalam Khong ham kiong dengan
tipu muslihat tendah kau bendak mecelakai aku, menculik
Ceng ceng pergi pula, sampai sekarang aku belum pernah
melihatnya, belum sempat aku meluruk padamu minta
pertanggungan jawabmu, kini kau mencak mencak di
hadapanku mengenai Ceng ceng, sungguh dunia sudah
terbalik agaknya." Lau Yu hu tampak tercengang, katanya lebih kalem. "Apa!
Jadi orang berkedok malam itu bukan kau."
"Kalau aku datang se Ngo tai san tentu datang secara
terang terangan, tidak bakal mengenakan kedok menutupi
muka segala dan lagi kalau aku berhasil memasuki markas
Thian mo ka kalian, tidak bakal hanya Thio Ceng ceng saja
yang kubawa keluar."
Sekian lama Lau yu hu menjublek di tempatnya tanpa
bersuara lagi, tiba tiba Cia Ling im menyeringai dingin,
ujarnyu. "Lau lote! Jangan kau dengar obrolannya menurut
para penjaga pedang yang dibawa orang berkedok itu adalah
Pek hong kiam, siapa lagi kalau bukan bocah keparat ini?"
"Orang itu membawa Pek hong kiam?"
"Aku tidak tahu, hari kebetulan kami tiada dimarkas kalau
tidak masa kami membiarkan orang itu membawa lari Ceng
ceng?" "Pek hong kiam semula memang berada ditanganku, tapi
sepuluh hari yang lalu Liu Ih yu, jelas orng yang menculik
Ceng ceng pasti Liu Ih yu adanya."
"Siapa itu Liu Ih yu?" tanya Lau Yu hu.
"Dia adalah sumoyku." sahut Cia Ling im. "Lote tidak usah
kuatir kalau begitu, kalau nona Thio jatuh ditangannya,
kutanggung dapat kaudapatkan kembali, cuma satu hal harus
kau ingat, meski nona Thio dapat kami bawa pulang, diapun
tidak akan mau ikut kau....."
Lau Yu hu mamicingkan mata mengawasi Koan San Gwat,
mukanya kaku dan menampilkan perasaan jelas yang
berkelebihan,. "Sheng" tiba tiba ia mencabut Ci eng kiam yang
tergantung dipinggangnya.
"Binatang kau!" segera Gwat hoa Hujin, maju beberapa
langkah sambil menudingnya, "Masihkah kau kenal padaku?"
Sejenak Lau Yu hu menjublek ditempat nya, akhirnya
dengan dingin ia berkata"Ihh, kalau kau hendak merintangi
aku bunuh Koan San gwat aku tidak akan mengakuimu lagi!
Pucat pias selebar muka Gwat hoa Hujin, mendadak ia
mencabut Ui tiap kiam serta makinya pula. "Binatang! Biar
kubunuh kau dulu!" Lau Yu hu mundur selangkah, lalu dengan suara berat
berkata. "Ibu! Kuharap kau tidak mendesakku, meski ilmu
pedangku kebanyakan adalah kau yang mengajarkan, tapi
jangan kau lupa ayahku ada meninggalkan pelajaran ilmu
pedangnya kepadaku, sekarang kau bakan menjadi
tandinganku!" Gemetar seluruh badan Gwat hoa Hujin, desisnya. "Baik,
biar aku mampus dibawah pedangmu!"
"Bila perlu biar kubunuh kaupun tidak menjadi soal,
terhadap ayah, boleh dikata kau sudah bukan menjadi
istrinya!" "Keparat!" tiba tiba Koan San Gwat menghardik dengan
murka. "Apa kau ini manusia begitukan kau berkata terhadap
ibu kandungmu sendiri!"
"Justru karena itulah aku harap kau lekas menampilkan diri,
jangan memaksa aku untuk melawannya!"
"Bu!" ujar Koan San gwat berpaling. "Serahkan pedang itu
kepadaku!" "Tidak!" sahut Gwat hoa Hujin tegas. "Biar aku sendiri yang
menghukumnya, sejak saat ini dia bukan menjadi putraku
sendiri!" "Memangnya sejak dulu aku sudah bukan menjadi
putramu, maka kubongkar tulang tulang belulang ayahku dan
membakar habis seluruh Khong ham kiong karena tempat itu
milik Ban Sin Gwat, aku tidak akan membiarkan tulang
belulang ayahku diselubungi rasa malu."
Saking murka badan Gwat hoa Hujin sampai bergetar dan
berkeringat dingin, Koan San Gwat hendak merebu
pedangnya, namun kena didorong minggir, begitu
pergelangan tangan dipelintir ujung pedangnya tahu tahu
menusuk kearah Lau Yu hu. Lekas Lau Yu hu angkat
pedangnya menangkis, Cia Ling im segera melolos pedang,
dan maju ketengah gelanggang, katanya. "Lau lote!
Betapapun kau rada kurang leluasa gebrak ini berikan saja
kepadaku!" Lekas Liu Yu hu melompat mundur sambil menjinjing
pedang ia terus menerjang kearah Koan San gwat makinya
"Bedebah mari...."
Apa boleh buat terpaksa Koan San gwat gerakkan Tok kak
kiam sin menyambut kedatangannya, maka terjadilah dua
babak pertempuran dari ke empat orang ini, serang
menyerang dengan kalap dan seru.
Pertempuran kedua kelompok ini bukan saja adu kekuatan,
yang jelas adalah berlawanan antara lurus dan sesat, jahat
dan baik, dari pertempuran kali ini akan mejadikan titik tolak
keselamatan dan kesejahteraan bagi umat persilatan seluruh
dunia. Dengan berdirinya Thian mo kau merupakan puncak
kejayaan kaum sesat yang secara langsung dikepalai oleh Cia
Ling im yang merupakan gembong penjahat terbesar dan kiai
muncul pula seorang wakilnya yang terjeblos kedalam jurang
kesesatan sehingga kekuatan mereka bertambah lipat ganda.
Terjunnya Gwat hoa Hujin didalam percaturan tegang
antara sesat dan lurus ini sungguh merupakan suatu hal yang
diluar dugaan adalah Koan San gwat tempat dimana seluruh
kaun persilatan yang berjiwa lurus dan luhur mendambakan
kemenangan atas dirinya. Maka seluruh perhatian semua
orang tertuju kepada babak pertarungan mereka berdua kakak
beradik sama ibu lain bapak.
Akan tetapi pertempuran pihakanya jauh tidak setegang
dan sesengit pertempuran antara babak yang lain, soalnya
senjata perlawanan kedua pihak jauh berbeda, senjata Lau Yu
hu adalah Ci seng kiam, merupakan pedang mestika terampuh
pada jaman ini. Mski pedang itu mengandung keajaiban,
namun kebentur Tok kak kim sin milik Koan San Gwat yang
tidak kalah ampuhnya segala keajaiban itu sirna tanpa guna.
Entah terbuat dari babat apa pula Tok kak kim sin senjata
Koan San gwat itu, keras dan liat sekali, tajam pedang pusaka
membacok telak diatas kepala patung emas berkaki tunggal,
hanya meninggalkan segaris bekas geresan belaka. Dari taraf
karuan tidak berarti yang diderita oleh senjata Koan San gwat
ini paling tidak harus dibacok dan diiris untuk berapa ribu kali
baru bisa membacokanya kutung, tapi sudah jelas bahwa
pertempuran antara kedua lawan setanding ini tidak akan kuat
betahan sampai sedemikian banyak jurus.
Sebaliknya demikian juga bagi Koan San gwat, tok kak kim
sin merupakan senjata pondasi yang amat kokoh dasarnya.
Justru karena terlalu berat bobotnya, maka diapun tidak
mampu mengembangkan seluruh kemampuannya dengan
sempurna. Untunglah Kim sin tidak kena pengaruh oleh ketajaman Ci
seng kiam serta keajaibannya, sehingga banyak orang berlega
hatinya maka segera ia, kembangkan ilmu ajaran gurunya
memainkan senjata beratnya ini dengan tenang, tanpa bura
buru mengejar kemenangan maka semua jurus permainannya
boleh dikata jarang menyerang daripada membela diri dengan
rapat mengandal latihan dan tenaga raksasa
pembawaan sejak lahir, dengan mantap dan tenang
dia layani rangsakan pedang lawan yang gencar.
Adalah pertarungan antara Cia Ling im dengan Gwat hoa
Hujin jauh lebih seru dan ramai, menarik lagi keduanya adalah
ahli ahli dalam ilmu pedang senjata yang dipakai pun pedang
mestika. Hawa pedang Ceng so kiam menguap berwarna
kehijaun sementara cahaya pedang Ui tiap kiam cemerlang
seperti bulu bangau kekuningan dan keajaiban kedua pedang
masing masing sesuai benar dengan namanya.
Hawa pedang Ceng so kiam berwarna kehijauan melintir
lintir seperti seutas tali tambang besar, bergerak aneh dengan
segala perubahannya mengikati tipu tipu pedangnya yang
lihay, liku liku tidak dalam satu garis melingkar besar seperti
sebuah gubatan besar, lambat laun mengkeret manjadi kecil
dan ketat jikalau lwekang lawan lebih rendah dan kalah kuat,
sejak tadi tentu sudah terkekang dan terikat tidak mampu
bergerak lagi, namun Gwat hoa Hujin bukanlah seorang lawan
yang biasa yang berkepandaian rendah.
Memang wibawa atau kekuatan Ui tiap kiam memang lebih
asor dibandingkan dengan Ceng so kiam.
Untunglah pedangnya ini mempunyai suatu keanehan yang
amat berguna, hawa pedang ini ternyata merupakan titik titik
besar kecil yang menyerupai kupu kupu kuning yang sedang
menari dan berloncatan timbul tenggelam dalam sangkar,
maka ia jauh lebih leluasa bergerak menghindar daya lengket
dari kekuatan lwekang lawan yang dilancarkan melalui batang
Ceng so kiam, maka sedemikian jurus dia masih dapat
melawan dengan tenang dan mantap, tapi untuk menjebol
keluar dan meloloskan diri dari kepungan hawa pedang Ceng
so kiam yang ketat itu agaknya merupakan suatu perjuangan
yang amat berat baginya. Bahwa keempat orang itu bertempur mati matian, para
penontonpun ikut menjadi tegang, karena pertempuran ini
adalah tokoh utama dari kedua pihak yang Sedang
mempertaruhkan jiwa dan raga, menang atau kalah dalam
pertempuran ini bakal menjadikan keputusan nasib mereka.
Begundal begundal yang dibawa Ca Ling im tidak banyak,
Hwi Kak datang ikut Lau Yu hu, yang termasuk menjadi kaki
tangannya yang paling diandalkan cuma Sebun Bu yam dan
Kik Hoa serta Kik Cu seng. Kepandaian Sebun Bu yan masih
setingkat dibawah Li Sek hong, sementara Sian yu it ouw jelas
dapat menglahkan Kik Cu seng, cuma kepandaian Ki Houw
saja agakanya jauh lebih tinggi dan keluar batas
kedudukannya, tapi belum tentu dia bisa menang melawan
keroyakan Ban li bu in dan It lun bing gwat. Setelah terluka
melawan Koan San Gwat tadi.
Soal Hwi Kak kiranya cukup dihadapi oleh dayang dayang
Goat kiong yang dikepalai oleh Jip Hoat apalagi pihak sini
masih ada seorang senderan yang cakup kuat dan ampuh
yaitu Kang Pan. It ouw dapat melihat gelagat yang mengutungkan ini, diam
diam segera ia berbidik kepada Li Sek hong. "Li siancu, untuk
memberantas kaki tangan Cia Ling im, kinilah saatnya yang
paling tepat, Cia Ling im terlihat tak mampu membagi awak,
musuh musuh yang lain tiada artinya bagi kita...."
Sudah tentu Li Sek hong juga maklum akan hal ini, namun
baru saja ia hendak bicara, pihak sana didahului oleh Hwi Kak
sudah tampil ke depan sambil menjinjing pedang, serunya.
"Kalau kalian hendak main keroyokan marilah silahkan maju
rasakan betapa tajam pedangku ini."
Watak Sui Ki berangasan, segera ia memburu kedepan,
dampratnya. "Perempuan jalang, sebagai dayang Gwat kiong,
berani kau membangkang majikan mendurhakai dunungan.
Melawan Hujin, dosamu tidak terampunkan, serahkan
jiwamu!" Senjatanya adalah sebuah papan catur yang selalu
dibawanya kemana ia pergi, sekali kepruk ia hendak gecak
kepala orang. Tapi Hwi Kak mandah tersenyum dingin, pedang
panjangnya terangkat miring terus disendal kesamping dengan
gampang ia sampok catur Sui Ki, terpental beberapa jauhnya.
Sui Ki amat keget diantara sepuluh dayang dari Khong ham
kiong, bicara soal pedang termasuk Tam Kiam saja yang
paling hebat dan tinggi, setelah Tam Kiam meniggal dunia
hanya Jip Hoat saja yang berkepandaian paling matang dan
lihay. Bicara soal ilmu silat kepandaian Hwi Kak paling rada
unggul sedikit dari Coh Bing yang berusia paling tua, namun
tangkisan pedang atas senjata Sui Ki tadi agakanya cukup
lihay dan jauh lebih unggul.
Jing Hoat dan Tay Su juga merasakan akan hal ini, tanpa
berjanji segera melabrak maju, Jing Tho mennggunakan
harpanya, sedang Tay Su menggunakan senjata potlot,
masing masing adalah senjata khusus sesuai dengan bakat
dan pembawaan mereka, bersama papan Catur Sui Ki, tiga
macam senjata yang aneh aneh itu memberondong gencar
menghujani Hwi Kak, tapi gerak gerik Hwi Kak amat lamban
dan seperti berlenggang saja ditengah gempuran gencar
ketiga lawannya, pedangya balas menyerang amat leluasa dan
berkecukupan menghadapi ketiga rangsakan musuh.
Akhirnya Jip Hoatpun takatahan lagi, ajaran silatnya paling
banyak ragamnya, kini dengan bertangan kosong ia ikur terjun
dalam arena pertempuran, kekuataanya seorang agakanya
tidak dibawah ketiga kawannya.
Tapi dengan empat melawan satu, mereka tetap
terbendung diluar kiblatan sinar pedang Hwi Kak yang kokoh
dan rapat, paling paling hanya mampu bertahan ditempat
masing masing tidak sampai tersurut mundur namun mereka
tidak kuasa menerjang masuk meski sejurus tipu serangan
yang bagaimana lihaynya. Melihat adu kekuatan secara menyeluruh sudah dimulai, It
ouw segera melolos pedang pula terus menentang Kik Cu
seng. "Marilah kitapun jangan nganggur!"
Kik Cu seng tidak hiraukan tantangannya, malah Ki Houw
lah yang menandingi seringainya. "Tua bangka! Kau ingin mati
mari biar aku saja menyempurnakan kau!"
Sian yu it ouw menggerung gusar, dampratnya. "Bedebah
kau! Kau ini terhitung barang apa?"
Ki Houw menjadi murka, tanpa ayal lagi segera ia gerakkan
pedangnya terus menerjang dengan serangan yang cukup
ganas dan keji, It ouwpun tidak berani pandang rendah
lawannya, cepat iapun menggerakan pedangnya melawan
dengan sengit, pertempuran menjadi kacau balau, dimana
mana terdengar berdentingnya senjata tajam dan teriak keras
memberi semangat dan kesakitan.
Tanpa ditantang Sebun Bu yam segera menantang Li Sek


Patung Emas Kaki Tunggal ( Unta Sakti ) Karya Gan K H di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

hong seraya mencabut pedangnya, "Li suci! Kita termasuk
satu perguruan, tapi kalian yang cantik rupawan selalu
merendahkan derajat aku yang bermuka, buruk, selama ini
memang aku mencari kesempatan untuk melampiaskan
penasaranku hari inilah tiba kesempatan itu, marilah beri aku
beberapa gebrak petunjuk, biar kenyataan menentukan kau
lebih unggul atau aku asor! Li Sek hong tidak banyak suara ia
pun mengeluarkan senjata, kejap lain merekapun sudah
berhantam dengan main kekerasan, tidak peduli hubungan
seperguruan segala, yang jelas mereka serang menyerang
dengan tidak kalah sengitnya.
Situasi semakin gaduh dan ramai seluruh gelanggang
terbagi lima kelompok pertempuran, dengan tiga belas orang
saling labrak dan terjang. Babak yang kelihatan enteng adalah
pihak Li Sek hong yang melawan Sebun Bu yam, maklum
mereka berdua tamat dari ajaran perguruan yang sama, meski
ajaran yang mereka terima berlainan namun satu sama lain
dapat menyelami intisari permainan lawannya maka selintas
pandang, seoloh olah mereka sedang berlatih belaka.
Yang paling ramai adalah kelompok di mana Hwi Kak
dikeroyok empat sekoleganya pedang panjang diputar secepat
angin lesus menunjukan perbawa yang amat hebat. Waktu
berada di Khong ham kiong, meski Hwi Kak membekal
kepandaian silat yang dipelajari secara diam diam, namun
tidak berani ia mengunjukan kemampuan sendiri, maka
keempat temannya ini selalu memandangnya rendah, diapun
mandah saja dihina dan menelan rasa penasaran selama
ini, maka pedangnya berkali kali memantulkan jurus jurus
aneh dengan tipu serangan yang cukup keji dan culas,
untunglah keempat pengeroyoknya dapat bekerja sama secara
ketat dan rapat, kalau tidak mungkin sejak tadi satu diantara
mereka sudah mampus ditembus pedangnya.
Yang tinggal menganggur kini cuma empat orang, pihak Cia
Ling im tinggal Kik cu seng, sementara pihak Koan San Gwat
masih ada Ban li bu in dan It lun bing gwat serta Kang Pan.
Watak Kang Pan masih kekanak kanakan dan lincah, tidak
pernah ia memikirkan diman dirinya berpihak, ia minggir saja
menjauh menonton dengan penuh perhatian dan kesenangan,
peduli pihak manapun yang kena serangan atau terluka dan
kena pukulan hingga terjungkir segera ia berjingkrak sambil
tepuk tangan. Setelah menonton sebentar, Ban li bu in dan it lun bing
gwat hanya Kik Cu seng, seorang saja yang menjadi
musuhnya, namun agaknya mereka tiada minat turun
gelanggang itulah karena mereka terpengaruh oleh kata kata
It ouw tadi. Didalam Liong hwa hwe dulu kedudukan Kik Cu seng jauh
lebih tinggi dari mereka, namun setelah melihat tampapang
dan sikap serta kedudukannya sekarang, mereka jadi segan
tidak sudi turun tangan melawannya. Seolah hanya mengotori
tangan belaka. Adalah Kik Cu seng sendiri yang akhirnya tidak
kuat menahan sabar katanya menantang. "Kalian berdua
apakah tiada minat melemaskan otot?"
Ban li bu in menyeringai dingin ejekanya "Sebetulnya kami
tidak bersedia nganggur, namun tiada semangat untuk
melabrak manusia macam tampangmu ini"
Dari malu Kik Cu seng menjadi murka, dampratnya. "It ouw
bicara demikian masih bisa kuterima, kalian berdua teramasuk
barang permainan apa?"
"Meski kami bukan barang permainan masakah sudi
berhantam dengan angkatan muda tak berguna seperti
tampangmu ini, justru karena kau tuan besar ini terlalu besar
dan agung, maka kami jadi segan minta petunjuk!" demikian
olok It lun bing gwat. Membesi muka Kik Cu seng, ejekanya tiada kalah
pedasnya, "Jadi kalian sendiri yang cukup ternama dan
berkedudukan tinggi, kenapa terlalu mengekor dan berontak
mengikuti jejak Koan San Gwat, bukankah dia pun seorang
anak hijau yang masih berbau bawang apakah karena terima
menjadi anak buyut Ui ho yang setaraf lebih rendah dari
muridnya?" Ban li bu in tertata bergelak, ujarnya. "Apakah Ki Houw
cukup setimpal dijajarkan dengan Koan San Gwat" Ingat kami
ikut dalam rombongan Koan kongcu ini bukan untuk menerima
perintahnya, Koan kongcu selalu menyapa aku dengan
sebutan Cinpwe! Bagaimana dengan Ki Houw" Tak ku dengar
secara langsung dia memanggil nama kasarmu namun toh
rada rada kedengaran cukup sungkan terhadap kau...."
Menggelap air muka Kik Cu seng, tanpa bicara lagi tiba tiba
mengeluarkan sebuah senjata yang berbentuk amat aneh,
seluruh nya terwarna hitam legam, bentuknya membulat
menyerupai batok yang peranti untuk wadah nasi bagi kaum
Hwesio, cuma disebelah belakangnya disambung dengan
sebuah gagang kayu yang pendek, Ban li bu in bergelak tawa
menjadi jadi serunya. "Kik Cu seng, kenapa semakin tua kau
semakin celaka dan rudin agaknya. Apakah pihak Thian ko kau
tidak memberi makan sedekah padamu, sehingga kau haru
mengemis dikota dari rumah kerumah...."
Kik Cu seng tidak hiraukan olok olok yang tajam dan
memalukan ini, mukanya semakin gelap membesi, tangan kiri
perlahan lahan diangkat, dimana pada jari kelingkingnya
mengenakan sebentuk cincin terbuat dari besi baja, dengan
ringan saja ia ketukan di atas gagang pendek itu, disusul
dengan terdengarnya suara jepretan yang berbunyi aneh dari
dalam batok yang bermulut rada kecil membundar itu terbang
melesat segulung bayangan hitam, dengan cepat dia tidak
bersuara sedikitpun melesat kearah Ban li bu in.
Acuh tak acuh segera Ban li bu in mengebaskan lengan
bajunya, meski ia tidak melihat jelas benda hitam apa yang
menyambar kearahnya, tapi karena daya luncurannya tidak
begitu keras dan kuat pikirnya cukup dengan sekali kebas saja
untuk menyampoknya jatuh.
Akan tetapi kenyataan justru jauh diluar dugaannya, titik
hitam itu seperti berbentuk namun tiada kelihatan nyata jadi
sulit dibedakan, yang terang titik hitam itu menerjang tembus
kebasan lengan bajunya, dan tahu tahu terporot tepat
mengenai hidungnya. Tanpa mengeluarkan suara sedikitpun, badan Ban li bu in
kontan terbanting terjengkang ke belakang. Waktu It lun bing
Gwat memburu maju memeriksanya, ternyata jiwanya sudah
melayang. Cara membunuh orang macam ini sungguh amat aneh dan
menakjupkan serta menakutkan sekali, kejut dan murka pula
It lun bing Gwat dibuatnya, begitu angkat kepala matanya
mendelik kearah Kik Cu seng seperti kelereng yang hampir
mencelat keluar dari kelopak matanya, teriakanya beringas.
"Dengan cara apa kau turun tangan keji..."
Kik Cu seng angkat batokanya sembari menyeringai sadis,
ejeknya. "Mainan inilah apakah kau pernah lihat?"
Mengawasi batok besi hitam legam di tangan orang It lun
bing gwat terlongong, sekian lamanya, sekilas pandang batok
besi ini tidak menimjukan suatu keanehan tapi kenyataan jiwa
Ban li bu in melayang tanpa dia sempat membela dari.
Dengan nenangkat senjata anehnya Kik Cu seng dengarkan
tawa panjang yang mengiriskan, nada tawanya mengandung
kegetiran hati dan sendu, namun mengandung kepuasan hati
pula sesaat kemudian baru dia bersuara. "Kukira kaupun tidak
akan mengenalnya senjata kuno sejak Ko Ciam le dulu,
sampai sekarang sudah tiada orang yang mengenalnya lagi,
kalau jaman dulu Ko Ciam le dapat melatih diri sampai
ketingkat seperti keadaanku sekarang, kukira meski Cin Si ong
mempunyai pasukan pelindung laksaan jumlahnya juga tidak
akan terhindar dari kematiannya.
Dengan meninggalnya Ban li bu in yang aneh ini, serta
merta dua pihak yang sedang bertarung menghentikan
perkelahiannya masing masing, mereka terbagi dua
rombongan pula yang saling berhadapan, masing masing
menunggu perkembangan lebih lanjut. Mendengar penjelasan
Kik Cu seng orang orang dari dua pihak sama mencelos dan
kejut. Pertama tama Koan San Gwat yang bersuara heran.
"Itukan Cu ...."
"Benar," tukas Kik Cu seng, "Kalau tidak darimana namaku
"Kik Cu seng" kuperoleh?" semua orang sama bungkam.
Semua orang yang hadir sama pernah mendengar cerita
sejarah ini dimana seorang patriot bangsa dari negeri Tio Cian
le pada suatu pertunjukkan dihadapan Cin si ong yang lalim
itu berusaha membunuhnya menggunakan kepandaian
mengetuk batok manyambitkan peluru besinya yang amat
lihay, sayang dia seorang yang buta sehingga tujuannya tidak
tercapai malah harus berkorban diri dengan badan hancur
lebur batok kepalanya dibacok ratusan golok para pasukan
pengawal raja. Adalah diluar dugaan tahu mereka bahwa begituan bentuk
senjata yang aneh dan pernah menggemparkan jagat itu, tak
mereka nyana pula bahwa Kik Cu seng berhasil mempelajari
ilmu aneh dengan menyambitkan pelor dari dalam batokanya,
malah Cia Ling im sendiri juga merasa terheran heran, maka
air muka nya pun seperu juga orang lain mengunjuk rasa
heran dan kagum. Kata Koan San Gwat. "Mesti Ko Ciam le gagal dalam usaha
membunuh raja lalim namun dia meninggalkan nama harum
dalam sejarah, meski kau sekarang membekal kepandaian
yang lebih hebat dari dia, namun terima bertekuk lutut
dibawah tekanan manusia jahat dan laknat, bukan saja harus
malu diri terhadap pahlawan bangsa yang telah mendahului
kita kaupun harus malu terhadap senjata aneh yang berada
ditanganmu itu." "Binatang kecil!" Tidak perlu kau mengudar teori
falsafahmu, selamanya aku berpihak terjang menurut
keinginan hatiku sendiri, selamanya tidak perduli lurus atau
jahat, hanya ketentraman jiwa dan kesenangan hati saja yang
kukejar. Siapa berani menghina aku kepada dialah aku tidak
menaruh kasihan lagi."
It lun bing gwat segera menyela. "Begitu hina dan rendah
penghargaan Cia Ling im terhadapmu, apakah termasuk dia
memandang tingi harga dirimu?"
Berubah pula air muka Kik Cu seng diam diam Cia Ling im
berlaku waspada dan siap siap, siapa tahu air muka Kik Cu
seng pulih seperti biasa pula, katanya tawar. "Didalam Liong
hwa hwe dulu, kalian suka main sindir dan mengolok
kepadaku, hanya Kau cu seorang yang selalu membujuk dan
mengendalikan diriku sungguh aku amat berhutang budi
terhadapnya, maka akupun tidak perdulikan lagi situasi
selanjutnya...." Berlega hati Cia Ling im, katanya. "Kim Cu seng! Kau
sungguh bisa mengendalikan diri, kalau sejak lama aku tahu
kau membekal kapandaian yang lain dari yang lain ini,
betapapun tidak ku kesampingkan bakatmu ini, sekarang aku
sedang membutuhkan tenaga untuk membangun dasar Thian
Mo kun kita, ku kira kau bisa memaklumi kesulitanku"."
"Kaucu tidak perlu menjelaskan, hati ku sudah cukup
paham sendiri," demikian sahut Kik Cu seng. "Kalau tidak
masakah aku sudi tetap berteduh didalam Thian mo kau!"
Kata Cia Ling im "Kalau sejak lama kau pertunjukan bekal
kepandaian tunggalmu ini sudah tentu sejak lama pula
kumanfaatkan kepandaianmu ini"."
"Bukan hamba sengaja hendak menyembunyikan
kepandainku ini maksudku hanya untuk digunakan perlu saja,
bila perlu biar ku sumbangkan tenagaku ini disaat Kaucu
menghadapi bahaya yang paling besar, soalnya aku tidak kuat
menahan gejolak hati mendengar olok olok mereka yang
keterlaluan sehingga kuumbar amarah hatiku"."
Tak tahan It lun bing gwat segera berteriak. "Kepandaian
mu ini terhitung ilmu tinggi apa" Tadi kumaki kau, sekarang
tetap kumaki kau juga...."
Kik Cu seng tidak memperlihatkan perubahan mimik wajah,
angkat batok besinya sememtara cincin ditangan kiri segera
mengetuk gagangnya kontan setitik bayangan hitam melesap
keluar dari mulut bundar yang rada kecil terus menerjang
kearah It lun bing gwat. Kali ini banyak orang sudah berjaga jaga, sebelum titik
hitam itu melayang datang, Koan San Gwat, It ouw dan enam
tujuh orang serempak tanpa janji sebelumnya masing masing
angkat senjata untuk menangkis dan m nyampok jatuh titik
hitam itu. Jelas sekali jalan lewat titik hitam itu sudah tertutup rapat,
namun semua orang sama menubruk tempat kosong, entah
cara bagaimana titik hitam itu bisa menembus pertahanan nan
rapat dari berbagai senjata yang menyerang itu. Detik lain
terdengar It lun bing gwat menjerit ngeri, kedua tangan
mencakar cakar diatas mukanya, sementara badanpun jatuh
terjengkang kebelakang, setelah berkelejetan sebentar,
badannya tidak bergerak lagi.
Yang mengherankan semua orang tampak ditengah tengah
hidungnya telak sekali terporot sebuah pelor bundar terbuat
dari besi berwarna hitam legam, seolah olah mukanya kini
tumbuh sebuah mata ketiga diatas hidangnya.
Kejadian kali ini benar benar membuat seluruh hadirin
berjingkrak kaget. Cara Kik Cu seng membunuh orang
ternyata begitu ganjil, boleh dikata tidak mampu bertahan dan
tidak bisa dihindari lagi, bukankah berarti semua orang bakal
menjadi sasaran empuk untuk mudah digasak habis habisan
jiwanya. Mata Cia Ling im memancarkan cahaya luar biasa tajam,
namun hanya sekejap saja sirna ditutupi seri tawa lebarnya,
katanya sambil mengacungkan jempol kepada Kik Cu
seng."Kepandaian tunggal yang sakti saudara sungguh tiada
bandingannya dengan senjata lain ini, kau tiada lawan
diseluruh jagad Thian mo kau kita punya seorang tokoh kosen
macammu ini, masakah kuatir seluruh jagat ini tiada bakal
masuk dalam genggaman tanganku. Kuharap saudara
menggunakan senjata aneh ini sekaligus berantas habis
seluruh musuh, seluruh anggota Thian mo kau akan bisa tidur
nyenyak dalam buaian mimpi..."
Siapa tahu Kik Cu seng malah menyimpan senjata
tunggalnya itu, sahutnya. "Maaf hal ini hamba tidak bisa
menuruti kemauan kaucu !"
"Kenapa?" Cia ling im menegas heran.
"Kalau kelinci yang lincah dan licik itu sudah habis


Patung Emas Kaki Tunggal ( Unta Sakti ) Karya Gan K H di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

terbunuh, maka anjing pemburu pun tidak berguna lagi, kalau
Kaucu benar benar sudah dapat hidup tenang dan tidur
nyenyak tanpa ada yang menggangu, mungkin jiwa hamba
inipun tidak akan dapat diperhankan lagi."
"Apa apaan ucapanmu ini?" tanya Cia Ling im.
"Hamba amat jelas terhadap seluk beluk Kaucu, mungkin
kata kataku ini terlalu kurang ajar, namun aku bicara secara
kenyataan kukira Kaucu tidak akan menyangkal kata kataku
ini" Cia Lim im berditi terlongong tanpa bergerak tidak
menunjukan reaksi. Kata pula Kik Cu seng tertawa "Tapi harap Kauca banyak
berlega hati, meski hamba punya sikap yang kurang hormat,
namun tiada keinginan untuk berbuat durhaka dan main
menghianat, bahwa aku harus meninggalkan beberapa musuh
tangguh ini, barulah akupun basa mempertahankan
keselamatan jiwamu sendiri. Adapula sebuah hal yang perlu
Kaucu ketahui kecuali kepandaian dengan senjata aneh ku ini,
aku tidak membekal ilmu kursus lain nya yang lihay, maka
tiada pula aku punya angan angan untuk merajai dunia, jiwa
ragaku selanjutnya bisa kukorbankan demi kejayaan dan
kedudukan Kaucu sekali kali aku tidak akan saling berikut
kekuasaan atau jabatan, kuharap Kaucupun tidak perlu main
jaga dan waspada secara berkelebihan terhadapku"."
"Saudara terlalu kuatir, masih banyak tenaga yang
kuperlukan dari bantuan saudara masakah perlu ragu ragu lagi
akan kesetiaanmu, dulu memang akulah yang ceroboh, tidak
tahu bahwa saudara memiliki kepandaian hebat kelak apapun
yang menjadi miliku akan berarti pula menjadi milik saudara,
apapun yang kukecap akan menjadi kesenanganmu pula?"
"Tidak perlu sedemikian jauh, Kaucu adalah seorang
benggolan sakti yang tiada taranya, dapat bekerja
menunaikan bakti kepada Kaucu adalah menjadi cita citaku,
maka bila Kaucu sudi mandang diriku, ingin aku punya
kedudukan setingkat dengan saudara Lau ini, kiranya cukup
puas dan tercapailah cita citaku selama ini, karena Kaucu tidak
boleh dijabat dua orang. Kalau Ha Kaucu bertambah seorang
lagi rasanya tidaklah menjadi soal!."
Cia Ling im segera manggut magggut, sahutnya cepat.
"Kenapa tidak boleh, setelah kita pulang kemarkas segera
kuundang berkumpul seluruh anggota kita, akan kuumumkan
jabatan baru bagi saudara Kik,..."
Sembari seri tawar lebar, lekas Kik Cu seng menjura. "Kalau
begitu silahkan Kaucu segera kembali kemarkas!"
Cia Ling im tertegun, serunya. "Sekarang juga kembali!
Bagaimana kita menghadap mereka?"
Sekilas melirik kearah rombongan Koan San Gwat
barkatalah Kik Cu seng dengan angkuh. "Asal mereka berani
mati, silahkan meluruk datang satu li dekat markas kita, biar
hamba seorang yang menghadapi mereka, tapi hamba
percaya mereka tidak akan punya nyali begitu besar untuk
seluruh meluruk datang"
Melihat semua lawanya agaknya kena gertak oleh kata kata
Kik Cu seng, Cia Ling im tertawa terpingkal pingkal, serunya.
"Benar! Satu hari saudara Kik bekerja bagi kepetingan Thian
mo kau kita, siapapun jangan harap berani melangkah didalam
markas kita, para musuh ini memang ada yang berisi dan ada
yang kosong, apa pula yang harus ku kuatirkan lagi." Habis
berkata didalam iringan gelak tawa yang ramai menusuk
pendengaran, beramai ramai mereka putar balik kearah
datangaya semula. Sebun Bu yam dan Ki Houw mengintil dibelakang Cia Ling
im tinggal pergi, hanya Lau Yu hu saja yang masih bertengger
ditempatnya dengan tawar hidung Kik Cu seng segera
mendengus, katanya. "Saudara Lau kau masih punya urusan
apa yang belum sempat diselesaikan?"
Jawab Lau Yu hu sambil menatap Koan San Gwat.
"Persoalan aku dengan orang she Koan itu, bagaimanapan
harus kami selesaikan hari ini juga."
Jengek Kik Cu seng dingin "Cayhe bakal diangkat menjadi
Hu kaucu, jikalau tidak hadir, rasanya amat mengecewakan
sekali, masakan saudara Lau tidak sudi memberi muka dan
ikut meramaikan upacara pengangkatan diriku?" Sembari
berkata tangannya merogoh kedalam bajunya pula, agakanya
hendak mengeluarkan senjata ampuhnya itu, dibawah
ancaman dan tekanannya, terpaksa Lau Yu hu mengundurkan
diri dengan penasaran, lekas ia memberi perintah kepada Hwi
Kak. "Pulanglah! Hari ini sementara kita lepas mereka pulang!"
Setelah mereka berdua berjalan pergi barulah Kik Cu seng
terbahak bahak, baru saja ia hendak putar tubuh tinggal pergi
mendadak Koan San gwat memburu maju beberapa langkah,
serunya bengis "Berhenti! Aku tidak percaya pelor besi dalam
alat senjatamu itu betul betul lihay!"
Kik Cu seng tetap langkahkan kakinya kedepan sementara
acuh tak acuh ia berkata. "Kalau kau tidak percaya silahkan
mengikuti jejak asal satu li sebelum kau tiba dimarkas besar
akan kubuat kau mampus tanpa ada tempat untuk liang
kuburmu......." Benar benar Koan San Gwat memburu dengan langkah
lebar, sudah tentu yang lain menjadi kuatir dan mengintil
dibelakangnya, terpaksa Kik Cu seng menghentikan langkah
serunya. "Jadi kalian benar benar sudah bosan hidup."
"Benar!" sahut Koan San Gwat angkuh, "Kalau kau mampu
silahkan kau bunuh kami semua?"
Kik Cu seng berpaling kebelakang, dilihatnya Lau yu hu dan
Hwi Kak sudah berjalan cukup jauh, buru buru ia merogoh
kantong mengeluarkan segulungan kertas, terus di selentikan
kearah Koan San Gwat, serunya. "Usiamu masih amat muda,
kenapa buru buru ingin mampus?" sembari bicara, beruntun
ia memberi isyarat dengan kedipan mata.
Koan San gwat menjadi heran dan tidak mengerti, namun
Kik Cu seng sudah berlalu pergi dengan langkah cepat,
soalnya jarak mereka berhadapan tadi cukup dekat, gulungan
kertas yang disambitkan Kik Cu seng langsung terbang masuk
kedalan tangannya, jadi tiada orang lain melihatnya, waktu It
ouw memburu datang, di lihatnya Koan San gwat masih
berdiri menjublek ditempatnya, tak tahan ia bertanya. "Koan
kongcu, apakah kita mudah membiarkan mereka pergi begitu
saja?" Lekas Koan San gwat mengulapkan tangannya pelan pelan
ia membeber gulungan kertas itu, setelah dibaca dengan
cepat leka lekas ia masukan kedalam mulutnya lalu dikunyah
dan ditelan kedalam perut.
Semua orang hanya melihat giginya berkecamuk, seperti
mengunyah sesuatu meski mereka tidak paham akan tingkah
lakunya ini, namun melihat sikapnya yang serius maka mereka
pun tidak terlalu banyak tanya lagi, satu persatu mereka
cemplak naik keatas kuda. Koan San Gwat naik kepunggung
untanya, serta merta mukanya menampilkan perasaan lega
dan senyum dikulum. Setelah rombongan mereka meninggalkan Ngo tai san,
akhirnya Koan San Gwat menghentikan rombongannya
didalam sebuah hutan untuk istirahat tak tahan lagi Gwat hoa
Hujin segera bertanya lebih dulu katanya "Anak Gwat!
Sebetulnya tindakan apa yang hendak kau lakukan?"
Sebalikanya berkatalah Koan San gwat terhadap Jip hoat
berempat dengan sungguh sungguh dan prihatin. "Toaci!
Harap kalian suka mencapaikan diri berjaga disekitar hutan,
hati hati jangan membiarkan seorangpun mendekat hutan ini,
soalnya kaki tangan Thian mo kau tersebar luas, persoalan
yang akan rundingan amat penting, sedikit bocor saja bakal
menimbulkan bencana bagi kita semua...."
Sebetulnya Jip hoat berempat juga ingin tahu persoalan
apa yang hendak dijelaskan dan dirundingkan oleh Koan San
Gwat, namun melihat sikap Koan San Gwat yang serius dan
penuh prihatin, membuat mereka sungkan untuk menampik,
maka bersama Sui Ki, Tay su dan Jing Tho berpencar
menunaikan. Setelah mereka menenpati posnya masing
masing, maka Koan San Gwat mengumpulkan seluruh orang
yang masih tinggal, dengan kalem ia menjelaskan persoalan
yang hampir saja sulit dapat dipercayai oleh mereka bersama.
Ternyata gulungan kertas sambitan Kik Cu seng itu ada
bertulisan beberapa baris huruf yang berbunyi. "Saudar
sekalian sudah terjebak masuk bahaya, Cia dan Lau dua orang
bila tidak mampu menang dalam adu kekuatan hendak
menggunakan akal muslihat yang amat keji untuk menjebak
kalian. Aku mendapat pesan dari Ui ho, sementara
menyerahkan diri terima menghamba kepihak musuh untuk
menjadi mata mata dipihak sana, silahkan segera mandur lima
puluhan li, nantikan kedatanganku atau akan kukirim seorang
untuk memberi kabar lebih lanjut."
Setelah mendengar surat itu dibacakan Li Sek hong
menanggapi. "Mana mungkin bisa terjadi begitu ?"
Sebalikanya Sian yu it ouw berkata dengan penuh
keyakinan. "Mungkin adalah benar, kalau tidak, masakah Ui ho
sudi memilih dia sebagai Hwe cu diantara sekian calon calon
lain yang lebih tinggi kepandaian silatnya, dan lagi dilihat dari
sepak terjangnya tadi ?"
"Sepak terjangnya tadi masakah menunjukkan bahwa dia
dapat dipercaya, bahwa dia membekal ilmu hebat yang
tunggal itu seharusnya sejak dulu harus sudah membunuh Cia
Ling im, akan tetapi dia malah membunuhi dua orang pihak
kita?" demikian bantah Li Sek hong.
Belum lenyap suaranya, dari atas kepala mereka terdengar
seseorang menjawab. "Kematian Ban li bu in dan It lun bing
Gwat cukup setimpal, bahwasannya mereka adalah mata mata
Cia Ling im yang terpendam dipihak kalian, khusus bertugas
mencari berita dan membocorkan segala rahasia..." seiring
dengan kata katanya ini, dari atas pohon melayang turun
seorang yang berjubah hijau, jenggot panjang menjulai
dipehan dada, kiranya bukan lain Go ay ci hang yang serba
misterius itu. Melihat siapa adanya, baru legalah hati It ouw makinya.
"Kepala gundul, kenapa kau selalu bertindak main
selundup...." Go ay ci hang tersenyum segera ia mencampurkan diri
dalam percakapan mereka. "Perhitungan semua ini memang
sudah dalam genggaman Lolap, soalnya kedatangan kalian
terlalu menempuh bahaya Lolap tidak keburu mencegah
terpaksa aku harus kirim kabar kepada Kik Cu seng kusuruh
dia bekerja melihat gelagat serta memberi bantuan dan
petunjuk kepada kalian betul juga tua bangka ternyata bisa
bersandiwara dengan amat baikanya, maka Lolappun tidak
perlu unjukkan diri lagi?"
"Jadi kau sudah menyaksikan apa yang terjadi tadi?" tanya
Li Sek hong. Go hay ci hang manggut manggut ujar nya. "Lolap selalu
berada dibelakang kalian sampai saja kalian mengundurkan
diri baru lolap mendahului menyembunyikan diri disini."
Segera It ouw ikut menyeletuk bicara. "Memang Ki Cu seng
masuk Liong hwa hwe atas perkenalan Ui ho, namun setelah
dia menjadi anggota, ternyata bergaul lebih rapat dengan Cia
Ling im, waktu itu aku sudah amat curiga"."
"Tiada sesuatu yang perlu dicurigai, kecerdikan Tokko Bing
seluas lautan, kalau sahabat yang tidak dia pujikan, tidak
mungkin dia mau bersahabat kental padanya tapi usahanya ini
menang merupakan tugas berat dan sulit, hanya orang
macam Kik Cu seng saja yang baru bisa mendapat
kepercayaan langsung dari Cia Ling im...."
"Sudahlah, kenapa ngelantur panjang lebar, bicarakan saja
mengenai bantuan Kik Cu seng secara rahasia?" demikian
tugas Li Sek hong. Dengan penuh perhatian Go hay ci hang menggeleng
kepala, ujarnya "Kik Cu seng sendiri tiada persoalan yang
perlu dibicarakan Ui ho Sianjin dan Lim Hiang ting Sian Cu
tahu bahwa Cia Ling im, punya ambisi besar hendak pegang
kekuasaan, tahu bahwa pihak sendiri tidak akan kuat
menumpasnya, maka dia mengatur dua rencana untuk
menghadapinya. Pertama yaitu Kik Cu seng bersahabat
sekental mungkin dengan Cia Ling im, lama kelamanan
menjadi tangan kanan yang paling dipercaya. Kedua adalah
menuntun Koan si heng masuk menjadi anggota Liong hwa
hwe, atas prakasanya dia mendapat pelajaran Hu mo kiam
sek dan mendapat Pek hong kiam dapat mengekang Cia Ling
im, betapapun harus memakan latihan selama tiga tahun,
setelah pedang dapat bersatupadu dengan batin dan raga,
baru bisa mengembangkan perbawanya yang tulen. Menurut
maksud semula Ui ho hendak mempertahankan berdirinya
Liong hwa hwe sampai dua tiga tahun lagi, setelah Koan San
Gwat tempat mempelajari ilmu pedangnya, barulah
mengambil keputusan positif, siapa tahu Cia Liam im ternyata
meletuskan pemberontaan dengan segala muslihatnya,
terpaksa harus bekerja cepat mengganti siasat dan
mengundurkan diri dari pertemuan besar Liong supaya aku
bisa memberi penjelasan kepada kalian."
"Utusan yang dikatakan Kik Cu seng apakah Lo siansu
adanya?" tanya Koan San gwat.
"Bukan !" sahut Go hay ci hang menggeleng. "Cuma rada
tahu sedikit mengenai seluk beluk ini, baiklah kujelaskan
persoalan yang kuketahui, soal tipu muslihat apa yang diatur
Cia Ling im, untuk menjebak kalian terpaksa harus kita tunggu
dari penjelaaan utusannya, karena Lolap tiada kesempatan
bisa berhadapan langsung dengan Kik Cu seng paling paling
hanya bisa kabar kepadanya kepada, sebalikanya, tidak bisa
memperoleh jawabannya..."
Segera Li Sek nong bertanya. "Sebetulnya bagaimana
dengan asal usul Kik Cu seng?"
hwa hwe tahun ini jadi Koan sihenglah yang ditugaskan
untuk bertindak menguasai suasana secara untung untungan
dan menyerempet bahaya...."
"Tak heran dengan mengerahkan seluruh kekuatan masih
belum kuasa membunuh Cia Ling im," demikian ujar Koan San
Gwat. "Suhu dan Oen lolo kenapa tidak memberi tahu lebih
pagi kepadaku...." "Dalam bertempur melawan musuh tangguh bukan saja
tergantung pada latihan tinggi rendahnya ilmu silat itu sendiri,
juga harus dilandasi keberanian yang berlimpah, kalau
sebelumnya memberi tahu kepada kau, muugkin bisa
memupuk kepercayaan dan keyakinan hatimu sendiri,
perjuangan menyangkut banyak jiwa manusia, terpaksa harus


Patung Emas Kaki Tunggal ( Unta Sakti ) Karya Gan K H di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Kisah Pedang Di Sungai Es 19 Kisah Pedang Bersatu Padu Karya Okt Naga Kemala Putih 1
^