Patung Emas Kaki Tunggal 14
Patung Emas Kaki Tunggal ( Unta Sakti ) Karya Gan K H Bagian 14
bertahan sama menghabiskan tenaga.
Bagaimana juga Jin kau merupakan binatang yang tidak
sepintar manusia, yang di incar melulu racun dari ular yang
berada di tangan Coa sin. rasanya tidak terima sebelum
berhasil menghisapnya, maka dia terus berusaha merebutnya.
Karena itu Koan San gwat jadi berkesempatan menunaikan
tugasnya. Akan tetapi tangannya tidak pegang senjata, terpaksa ia
meniru cara Coa sin mengunakan tenaga pukulan tangannya
menghadapi ular ular itu, cuma lwekangnya terpaut jauh
dibanding Coa sin. Baru puluhan ekor yang dia bunuh, tangan
sudah pegal dan napas memburu, ia sudah kepayahan.
Soalnya ular ular itu berlari terpencar, sekali pukul hanya
membinasakan seekor, sudah tentu amat makan tenaga.
Koan San gwat merasa caranya ini kurang praktis, ribuan
ekor banyakanya belum lagi satu persepuluhnya yang ia
bunuh, ia sendiri pasti sudah mampus keletihan Maka sambil
bekerja terpaksa dia berseru kepada Coa sin. "Coa sin,
dapatkah kau memancing mahluk aneh itu keluar" Tempat
buntu macam ini, cukup asal kita menutup lubangnya seluruh
ular ular beracun bukankah sudah beres semuanya?"
Coa sin menggerung gusar, dampratnya "Kau tak usah
cerewet. Kalau caramu itu bisa berhasil, sejak tadi sudah aku
laksanakan, masakah perlu aku minta bantuanmu?"
Koan San gwat masih tidak terima, serunya pula. "Cara
demikian menghemat tenaga dan waktu. Kenapa tidak dapat
dilaksanakan?" "Memangnya aku menggunakan gerombolan ular ular ini
mengurung mahluk aneh ini disini, setelah dia kehabisan
tenaga dan tele tele baru perlahan lahan meringkus dan
membinasakannya, bila sudah berada diluar ...." baru bicara
sampai disitu, air beracun mengalir keluar dari taring ular
sudah habis, lenyaplah daya tariknya terhadap Jin kau,
mendadak ia putar badan terus memburu keular ular
disebelah sana. Coa sin setindak telah terlambar, Jin kau sudah berhasil
menggigit putus kepala ular serta menghisap racunnya,
dengan mendapat tambahan racun Jin kau jadi bergerak lebih
lincah dan semangat, gairahnya lebih besar, sekali putar
tubuhnya dia mengejar seekor ular yang lain lagi. Tapi
hantaman Coa sin lebih dulu memukul mampus ular itu, ia
cepat cepat menangkap seekor yang lain pula dengan cara
semula ia menarik perhatian Jin kau lagi, begitulah mereka
mulai saling berkutet dan pergi datang dan nuju mundur.
Suatu kesempatan Coa sin segera berseru. "Bocah keparat!
Jangan cerewet, betapa sulitnya aku mempermainkan ia,
menguras tenaganya, sekali kau menggangu, aku harus
bekerja dari permulaan lagi silahkan kau melakukan tugasnya
sendiri"." Begitu juga Koan San gwat tidak mercecokinya lagi, tapi
setelah ia membunuh puluhan ekor lagi, terasa kiranya ini
memang terlalu berat, tak tahan ia berteriak pula "Coa sia!
Cara ini memang kurang praktis, aku seorang diri kekuatanku
amat terbatas, jelas tidak mungkin bisa membunuh sekian
banyak ular, kenapa kau tidak bisa keluar" "
"Bila sampai diluar, dia tinggal pergi tanpa kembali, siapa
yang bisa mengejarnya?" teriak Coa sin pula dengan gusar.
Alasan ini seketika membuat Koan San gwat melenggong,
kekuatiran Coa sin memang masuk di akal. Kalau Jin kau
terbang keluar dan entah kemana, bencana yang ditimbulkan
tentu tidak terbatas. Apa boleh buat terpaksa ia mengepos semangat,
pukulannya mulai berjatuhan lagi menghantam kearah ular
ular itu. -oo0dw0oo- JILID 28 SETELAH KOAN SAN Gwat membunuh dua tiga ratus,
saking keletihan tangan terasa susah digerakan lagi,
sementara Coa Sin sudah berganti empat lima ekor, selama ini
ia berkutet terus dengan Jin kau. Gerak gerik Jin kau tampak
tidak segesit dan selincah tadi, namun ia masih begitu besar
gairahnya, begitulah saking ngiler ia menubruk dan berusaha
terus mendesak maju, namun setiap kali tentu kena digempur
terpental mundur oleh pukulan Coa Sin. Terpaksa Koan San
Gwat beahenti istirahat, namun Coa Sin tidak memberi
kesempatan padanya, dengan penuh kebencian matanya
melotot dan beringas, serunya mendesak. "Anak muda!
Jangan berhenti, bencana ini kaulah yang menimbulkan,
akulah yang kena getahnya, kalau kau tidak lekas bekerja mati
matian, akupun boleh cuci tangan."
Koan San Gwat naik pitam, serunya gusar. "Mahluk ini
adalah peliharaanmu."
"Tapi aku tidak suruh kau menguntungi lehernya, sampai
dia meninggalkan badan kasarnya!"
"Menggunakan dia kau hendak bunuh aku! Masakah aku
harus mandah terima kematian begitu saja!"
"Kentut!" maki Coa Sin tertawa, "Aku mengurungnya
didalam kamar, toh bukan aku yang memaksa kau masuk,
seumpama kau terbunuh oleh dia, kau salah sendiri."
Koan San Gwat melengak, serunya "Kau berbuat tidak
senonoh kepada Ling koh bagaimana aku bisa tidak turut
campur." "Apa benar kau mampu mengurusnya! Kalau bukan aku
sendiri yang membatalkan niatku, budak kecil itu sejak tadi
sudah menjadi korban, tahumu sih hanya main gagah
gagahan dan main jempolan, kebanyakan urusan cuma
mencelakai jiwa orang melulu."
Tersumbat mulut Koan San gwat, sekian lama ia tidak
mampu bersuara lagi. Namun Coa Sin tidak memberi hati, katanya lebih lanjut
sambil tertawa dingin "Kalau toh kau hendak menjadi
pendekar menolong yang lemah menumpas yang jahat,
sekarang justru bukan saatnya kau istirahat main malas
malasan, mesti lelah sampai mati juga setimpal, karena
pekerjaanmu ini menyangkut laksaan jiwa insan hidup, kalau
sampai mahluk keparat ini keluar, adalah kesalahanmu
seorang, meski aku memelihara binatang ganas ini, kalau kau
tidak banyak urusan, dia tentu tidak akan sembarang melukai
orang !" Benak Koan San Gwat bergelora penuh amarah, namun
sepatah katapun tidak mampu diucapkannya.
Sesosok bayangan berkelebat dimulut lubang, ternyata Ling
koh sedang menyelinap masuk, segera ia berkata dingin. "Coa
Sin! Kau salah! Kalau Koan kongcu tidak berbuat kesalahannya
itu, Jin kau peliharanmu ini pun tidak akan lepas menjadi
incaran Cia Ling Im untuk memperalatnya. Ketahuilah sejak
mula mereka sudah mengatur segala sesuatunya dengan
sempurna." "Kau membual apa !" sentak Coa Sin gusar.
"Sedikit pun aku tidak membual, pengetahuan Thio Hun cu
mengenai Jin kau jauh lebih banyak dari kau, rencana mereka
semula adalah menggunakan Jin kau itu untuk menundukan
kau cuma persiapannya saja yang terlambat dan belum lagi
mereka sempat bekerja Koan kongcu sudah bergerak lebih
dulu...." Coa Sin tertegun, tanyanya heran. "Mereka mampu
mengekang mahluk keparat ini?"
"Tidak salah!" "Menggunakan cara apa?"
"Daun jatuh kembali keakarnya, sudah tentu menggunakan
kelongsong telurnya yang keras waktu dia dilahirkan dulu,
konon kabarnya kelongsong telurnya itu bila dibubuk lembut
ditebarkan diatas badannya, dia pasti bisa menjadi jinak!"
Coa Sin terbahak bahak, serunya "Hal itu akupun sudah
tahu, tapi kelongsong telurnya itu jauh lebih keras dari besi
baja, dibakar dua ribu tahun dalam bara api juga tidak akan
terbakar menjadi abu ...."
"Terserah kau mau percaya, aku tidak ngapusi kau,
sekarang Thio Hun cu sedang menggunakan tungku raksasa
untuk membakar kelongsong telur itu, malah sebentar lagi
bakal selesai, waktu aku datang, kelongsong itu tinggal sedikit
lagi ..." Karuan berubah air muka Coa Sin, cepat ia bertanya. "Apa
benar" Cara bagaimana dia bekerja?"
"Mana aku tahu, yang terang dia sudah menyelesaikan
kerjaannya dengan baik?"
Berubah pula air muka Coa Sin, serunya "Hal itu tidak boleh
terjadi! Aku harus segera mencegah usahanya itu." Sembari
bicara ia lempar ular di tangannya terus menerjang kemulut
lubang. Cepat Jin kau menyongsong lemparan itu terus membuka
mulut dan menggigit kepalanya sampai putus menghisap
racunnya dengan lahapnya, setelah memuntahkan kepalanya,
ia mengejar ekor yang lain pula.
Baru saja Koan San Gwat bergerak hendak merintang, Ling
koh sudah menarikanya. "Koan kongcu! Kau tidak akan
mampu merintangi dia. Lwekangmu jauh tidak ungkulan
dibanding Coa Sin." "Lalu bagaimana baikanya?"
"Tidak cara apapun, malah kau harus cepat mengundurkan
diri bila Jin Kau sudah kenyang menghisap racun, untuk
mundur kau pun sudah terlambat."
"Tidak!" sahut Koan San Gwat menggeleng, "Binatang
ganas ini betapapun tidak bisa dibiarkan hidup, bila terjatuh
ketangan Cia Ling im, akibatnya bakal lebih celaka."
"Lebih baik terjatuh ketangan Cia Ling Im dari pada dia
beterbangan kemana mana mencelakai orang orang tidak
berdosa, paling tidak keganasannya masih ada orang yang
bisa mengendalikan, tidak akan sembarangn terbang dan main
terjang." "Tapi bila Cia Ling Im memiliki binatang ganas pembunuh
orang dan malang melintang bersimaharaja, siapa pula yang
kuasa mengendalikan dia" Apakah benar Thio Hun cu
membakar kelongsongan kura kura itu?"
"Benar, Cia Ling Im menyoreng pedang sedang berjaga
dipinggiran, aku ingin mengganggu dan menggagalkan usaha
mereka tapi aku kewalahan, dan lagi aku sendiri ragu ragu
untuk mengganggu karena aku tidak bisa berbuat dosa?"
disaat mereka bercakap cakap inilah beruntun Jin kau sudah
menghisap puluhan racun ular, semangatnya terbangkit gerak
gerik nya semakin lincah dan gesit.
Gerak terbangnya pun menjadi cepat sekali gigit satu ekor,
segampang orang makan kwaci saja. Lama kelamaan Koan
San Gwat menjadi merinding dan mencelos hatinya.
Ling kohpun amat prihatin, serunya. "Kau sudah lihay
belum. Betapa hebat lwekang Coa Sin, sedikitpun ia tidak
kuasa menundukan, kalau dia betul betul kehilangan belenggu
yang mengekang dirinya, dapatlah kau bayangkan akibatnya!"
"Kalau sejak mula tahu begini akibatnya aku lebih suka
disembur oleh hawa beracun dari mulutnya!" demikian ujar
Koan San Gwat gegetun. "Tiada gunanya, bila kau mampus hanya sia sia belaka,
setelah Cia Ling Im gagal menggunakan ilmu sihirnya untuk
mempengaruhi Coa Sin, langkah selanjutnya adalah
menggunakan rencana ini ...."
Koan San Gwat menerawang sebentar, lalu bertanya. "Apa
Kang Pan masih bergebrak dengan Lau Yu hu diluar?"
"Tidak, waktu aku masuk kemari, bayangan seorangpun
tidak kulihat." "Aku punya akal, mari lekas kita keluar," bergegas ia seret
Ling koh menerjang keluar dari mulut sarang yang kecil itu.
Kang Pan dan Lau Yu hu memang tidak kelihatan lagi diapun
tidak sempat pikirkan mereka. Lekas ia berkata kepada Ling
koh. "Lekas kau bantu aku menutup rapat lubang ini."
"Tiada gunanya, orang lain masih membukanya lagi!"
"Adakah cara lain untuk menggugurkan lamping gunung
ini?" Ling koh berpikir sebentar, mendadak berkata. "Tidak
bisa! Tapi aku punya cara lain, kita bisa naik kepuncak sana,
dimana ada lubang angin dari sana kita memasukkan bahan
belerang sebanyak mungkin. Marilah kita sumbat dulu lubang
ini, baru memasukkan belerang dan membakarnya habis
perkara Mungkin Jin kau bisa terbakar mampus cuma kita
bekerja cepat." Koan San Gwat tidak berani berayal lagi lekas ia salurkan
tenaga terus menggempur mulut lubang, namun batu batu
gunung disini amat keras, hanya sebagian kecil saja yang
runtuh. Ling koh menjadi gugup teriaknya "Cara itu mana bisa,
biasanya Coa Sin menggunakan sebuah batu besar untuk
menyumbat lubang ini, tuh disana, mari kita kerja sama,
mungkin kuat memindahkannya kemari."
Tampak oleh Koan San Gwat bentuk batu dan besarnya
memang tepat dan pas menyumbat mulut lubang ini, cuma
terlalu tebal mungkin beratnya ada laksaan kati, maka
sedikitpun tidak terpikir olehnya.
Biasanya ia menggunakan senjata peninggalan garunya
yang beratnya ribuan kati, maka ia percaya didalam dunia ini
dalam adu tenaga tiada seorangpun yang akan kuasa
menandingi dirinya. Maka meski mendengar seruan Ling koh
ia berusaha menggeser batu itu, namun sedikitpun tidak
bergeming. Di saat napasnya sudah ngos ngosan dengan
muka merah padam, lekas Ling koh maju membantu, kedua
tangannya ikut mendorong dari sisi yang lain, untunglah batu
bisa bergeser sedikit. Begitulah dengan kerja sama meski
makan tenaga dan waktu akhirnya mereka bisa juga menutup
lubang dengan batu besar itu.
Lingkoh menarik napas serta berkata tertawa. "Sungguh
berat batu ini perlu dua orang baru mampu menggesernya,
Coa Sin hanya seorang diri saja sudah bisa melakukannya,
kekuatan raksasanya memang tiada bandingannya!"
Koan San Gwat menghela napas pelan pelan, katanya.
"Ling koh, tidak usah menyinggung Coa Sin, kenyataan kau
lebih kuat dari aku!"
Melihat sikap orang yang mendelu dan malu, cepat Ling
koh menjelaskan. "Koan kongcu, di bawah bimbingan Coa Sin,
dan petunjuknya sekarang aku kira kira mampu mengguakan
tenaga sampai lima ribuan kati, baru itu berat laksaan kati,
meski kita harus kerja sama baru bisa menggesernya, dihitung
hitung tenagamu masih jauh lebih besar, kenapa kau bicara
Patung Emas Kaki Tunggal ( Unta Sakti ) Karya Gan K H di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
begitu sungkan dan merendah?"
"Aku hanya menyesal pada diriku sendiri bahwa kau bisa
lebih kuat dari aku, sudah tentu aku harus senang"
"Kekuatan seseorang tidak bisa dijadikan pertanda, kau
tidak usah senang bagi diriku dan tidak perlu menyesal pada
diri sendiri! Masih perlu manjat kepuncak?"
"Marilah sudah tentu harus kesana. Hal ini justru paling
penting." "Kukira kau sudah lupa, seumpama tenagaku memang
lebih kuat dari kau, tidak perlu kau harus menyesal
sedemikian rupa, tujuan mu kemari kan bukan hendak main
gagah gagahan dan menang sendiri bukan!"
Kata katanya laksana obat mujarab, dan telak menusuk
lubuk hati Koan San gwat, seketika pikiran jadi jernih dan
terang. Bersama Ling koh mereka berlompatan terbang naik
keatas lereng gunung, terus menuju kesebelah bangunan
rumah kecil diatas sana. Didalam rumah batu ini ternyata
banyak benar ada disimpan bahan bahan belerang yang tidak
terhitung banyaknya yang gampang dibakar.
Di tengah tengah rumah batu itu ada sebuah lubang
jendela yang menembus kebawah itulah lubang angin yang
dimaksud, lubang itu menembus kebawah dan bisa melihat
keadaan sarang ular. Jin kau masih mengejar ular ular dan
menghisap racunnya tanpa merasakan capai dan
kekenyangan. Urusan tidak boleh main lambat lambat tepat mereka
melemparkan belerang belerang yang tersedia dibawah
lubang, setelah cukup banyak mereka mengumpulkan kayu
bakar serta menyumbatnya terus dilempar kebawah. Begitu
terjilat api belerang lantas terbakar, dimana bara apinya
mengeluarkan asap biru menyala, ular ular dimana berlarian
saling terjang, sekejap saja kira kira ada setengahnya sudah
putus nyawanya. Sisa lain yang masih hidup sama berebutan menyingkir
kepinggir sambil mendesis dan bersuara ribut, bila bata api
belerang itu merambat keempat penjuru, tentu merekapun
menunggu giliran belaka. Mau tidak mau Koan San Gwat
merasa sedih dan tidak tega pula. Ular beracun memang
pantas dibunuh, namun dengan cara pembakaran sekaligus
dengan sedemikian banyaknya, seolah olah cara ini terlalu
kejam. Melihat mimik wajah Ling koh pun dapat merasakan
kerawanan hati orang. Katanya dengan tertawa. "Koan
kongcu! Kau tidak usah bersedih, ular dalam sarang yang
penuh ini, seumpama tidak kita bunuh dengan membakarnya,
akhirnya toh akan dibakar orang lain. Ketahuilah simpanan
belerang disini adalah Cia Ling Im yang membawanya."
"Dia yang membawa kemari" Untuk apa dia membawa
sedemikian banyak?" "Menurut anggapan Cia Ling Im semula pasti dia berhasil
mengundang Coa Sin keluar, lalu dikatakan ular sedemikian
banyak ini tiada gunanya lagi, dia sulit untuk melenyapkannya
semua. Semula Coa Sin sendiripun sudah setuju?"
"Lantas kenapa mereka tidak segera turun tangan?"
"Lantaran Cia Ling Im salah langkah dia hendak main licik,
disaat Coa Sin menjalani oprasi dia hendak menggunakan ilmu
sihirnya mempengaruhi pikiran Coa Sin, alhasil tipu dayanya
ini gagal karena kenangan oleh Coa Sin...."
"Bukankah Coa Sin tadi bilang bahwa mereka sudah
teringkus dan terkurung dalam sarang ular dibawah ini?"
"Memang benar, namun dia hanya membekuk Cia Ling Im
dan Lau Yu hu dua orang masih ada Thio Hun cu tidak ikut
terkurung, tentu dialah yang melepas mereka keluar!" Saat
mana ular ular didalam sarang di bawah ada sudah banyak
yang mampus, hanya Jin kau masih dengan semangat
menyala nyala menerjang kian kemari, mengejar dan
membunuh serta menghisap racun mereka.
Tampak oleh Koan San Gwat dipojokan sana masih ada
beberapa bongkah belerang besar, ia hendak mengangkatnya
dan dilempar kebawah untuk menambah bara api. Segera ia
membakar mampus Jin kau sekalian, namun Ling koh dengan
tegas mencegahnya. Segara ia menyumbat beberapa bongkah
belerang diantaranya didalam kamar batu itu. Namun tidak
dilemparkan kebawah. Baru saja Koan San Gwat tidak habis
mengerti, Ling koh sudah menjemput sebuah diantaranya dan
dipegangi. Lama kelamaan Jin kau merasa kepanasan dan pengap
oleh bara belerang itu, akhirnya tak tertahankan lagi,
mendadak ia menggetar ekornya yang panjang, badannya
lantas meluncur keatas menerjang kearah lubang angin di atas
ini. Keruan mencelos hati Koan San Gwat lekas ia lontar
pukulan deras untuk menutup lubang menghalang halangi,
tapi gerakan Ling koh lebih cepat lagi, belerang besar yang
menyala itu ditangannya itu lekas ia sumbatkan kelubang
angin. Terpaksa Jin kail terdesak mundur pula oleh bara belerang,
segera mulutnya menyeringai seram mengeluarkan suara
aneh, sikap nya sungguh amat mengerikan.
Serta merta Koan San Gwat berseru memuji. "Kiranya kau
sudah memikirkan cara yang baik ini, sungguh cerdik kau!"
"Belum tentu Jin kau takut api, namun bau belerang punya
kasiat untuk memusnahkan racun ular, maka sementara masih
bisa merintangi dia, kalau tidak tamparan pukulanku tidak
mungkin kuat membendung terjangannya!"
Koan San Gwat tidak banyak bicara lagi, dijemputnya
sebuah belerang besar terus di lempar kedalam sasarannya
kebetulan adalah tempat yang belum terbakar, Jin kau
terdesak untuk melompat kesana sini"
Melihat orang masih hendak menimpukkan belerang lagi,
lekas Ling koh mencegah "Koan kongcu, perangai mahluk ini
cukup sabar dan tahan uji, sisa belerang tidak banyak lagi,
jangan kau terlalu boros, yang terpening kita harus
menjaganya upaya tidak melarkan diri!"
Koan Sao Gwat mengerut alis, ujarnya. "Bukankah lebih
baik melenyapkannya secepat mungkin?"
"Jangan, bila tidak mampu membunuh nya dan tidak kuasa
menghalangi dia melarikan diri bukankah lebih celaka" Apa
guna nya cepat cepat kalau tidak membawa hasilnya, biarlah
kita tunggu saja kalau dia sudah kelelahan dan semaput
karena pegal!" Dihitung sisa belerang yang ada, menurut perhitungan
Koan San Gwat paling lama malah kuat bertahan satu jam
lamanya, maka ia tidak berani terlalu boros lagi. Dari lubang
angin itu ia dapat melihat Jin Kau disebelah bawah sedang
terjang sana terjang sini, gerak geriknya sudah tidak selincah
tadi kalau kepanasan dan diuap lagi satu jam mungkin sudah
dibereskan. Maka timbullah semangatnya katanya senang. "Jika Jin kau
dapat dibunuh, Cia Ling Im tidak akan mampu mengekang
Coa Sin lagi malah dia mengikat permusuhan dengan Coa Sin
yang merupakan lawan tangguh memang setimpal dengan
perbuataanya." Sebalikanya Ling koh tidak sependapat, katanya. "Apakah
kau sendiri tidak takut sama Coa Sin" Bukan mustahil dia lebih
jahat dari Cia Ling im!"
Koan San Gwat melongo, ujarnya. "Rasa nya belum tentu
tindak tanduk Coa Sin sedikit masih kenal prikemanusiaan."
"Kukira sulit dikatakan, sejak lama ia menetap ditempat
pengasingan, tidak pernah bergaul dengan khalayak ramai,
tindak tanduk selalu menuruti kemauan hatinya. Cukup asal
ada seseorang dapat mempengaruhi pikirannya maka dia bisa
merubah sikap dan menuruti yang lebih matang . Lalu siapa
yang mampu mempengaruhinya?"
"Kesempatan orang orang jahat jauh lebih banyak dari
orang orang bijaksana, karena perbuatan jahat yang
membawa dosa hakikatnya jauh lebih gampang dilakukan dan
lebih menyenangkan, maka dosa dosa dialam baka ini sulitlah
diberantas!" Koan San Gwat menggeleng, ujarnya "Dosa hanya bisa
dikecap sementara saja, adalah kemenangan bagi seorang
yang bajik adalah kehormatan yang tidak akan luntur, abadi
sepanjang masa maka sesat tidak lebih unggul dari kelurusan
atau kemurnian, keadilan akan selalu bisa ditegakkan...."
"Teorimu ini boleh kau uraikan kepada orang lain, jangan
kau lupa kondisi Coa Sin yang bara saja kembali normal dari
dunia setengah binatangnya, didalam sanubarinya, bakal
kesenangan yang berfoya foya mungkin jauh lebih besar dari
kenormalan "!" Koan San Gwat jadi gelisah, mendadak dilihatnya mimik
muka Ling koh menampilkan perasaan yang aneh, seketika
tergerak hatinya, cepat ia berkata. "Ling koh, soal ini hanya
kau seorang yang mampu menunaikannya!"
Ling koh menghela napas katanya. "Kenapa, harus diriku
yang melakukan nya?"
"Hanya kau yang punya pengaruh paling mendalam
terhadap Coa Sin Ling koh...."
Berlinang air mata Ling koh, katanya terisak "Mungkin aku
bia menuntunnya kejalan benar, namun pengorbananku
teramat besar, selama hidupku aku harus mendatangi orang
aneh ini, tiada kehidupan sendiri yang bahagia!"
"Kemudian orang itu jikalau dia terpengaruh oleh perbuatan
jahat, mungkin dia bisa jadi lebih jahat, maka seluruh dunia
bakal tidak aman lagi ..."
"Memang hal itu perlu suatu pemikiran."
"Ling koh! Aku tahu pengorbananmu teramat besar dan
suci, tapi manusia hidup di alam semeta ini bukan untuk diri
sendiri, ku kira kau paham akan pengertian ini."
"Aku tidak paham! Sejak kecil aku diasuh oleh Lim siancu,
pendidikan yang kuterima di Bu san, tidak pernah ada
pelajaran yang mengharuskan aku hidup untuk dan bagi
siapa"." Koan San Gwat gelisah, katanya membujuk. "Kenapa kau
tidak mengerti" Seperti Lim siancu dan guruku, semula
mereka bisa saja hidup tanpa segala gangguan tapi demi
menindas ambisi Cia Ling im, mereka...."
Ling koh mendengak kepala, katanya tegas "Mereka toh
tidak mendirikan pahala, disaat urusan mencapai saat yang
paling genting, sebalikanya mereka tinggal ngumpat hidup di
pengasingan di tempat Lolo...."
"Itulah karena mereka belum mampu untuk mengendalikan
Cia Ling im, maka harus menunggu sekian lamanya, sampai
pada waktu aku bisa menanggulangi tugas berat ini, baru
mereka mundur dan mengasingkan diri. Jikalau mereka
mencari hidupnya sandiri, sejak lama sudah bisa tinggal pergi
tanpa mengurus tugas tugas ini di Liong hwa hwe, kenapa
pula harus mandah diserang penyakit rindu pada tempat yang
sedemikian jauh dengan hidup merana"."
"Meski mereka menderita akhirnya toh menemukan akibat
dari imbalannya. Kalau aku ikut Coa Sin, sepanjang masa ini,
aku harus hidup dalam kesengsaraan, akibat apa yang harus
kuterima?" Berkata Koan San Gwat sungguh. "Akibatnya bakal menjadi
mendapat kehormatan dan sanjungan puji insan hidup
diseluruh jagat !" "Kau kelana Kangouw tanpa hiraukan mati hidup, apakah
tujuanmu juga hanya itu itu saja ?"
Koan San Gwat tertawa getir, ujarnya "Aku sendiri tidak
berani punya harapan seperti itu, karena aku sadar tenaga
dan kemampuanku amat terbatas, masakah setimpal
mendapat kehormatan yang begitu tinggi dari kalayak ramai,
aku hanya bermodal dengan tekad hatiku, melakukan apa saja
yang kuanggap pantas."
"Baklah!" Akhirnya Ling koh berkata setelah melongo
sebentar, "Sedapat mungkin aku akan mendekati Coa Sin,
akan kukasihkan untuk mempengaruhi dia, supaya dia tidak
diperalat oleh manusia manusia durjana. Tapi aku bekerja
bukan demi orang lain, hanya untuk kau."
"Demi aku?" tanya Koan San Gwat melengak.
"Ya, demi kau! Waktu dikamar betul hampir saja aku
diperkosa oleh Coa Sin, kau pernah berlaku begitu nekad
menempuh bahaya hendak menolong aku untuk membalas
budi kebaikanmu ini, aku tidak bisa menolak segala
permintaanmu, Coa Sin amat benci dan dendam terhadap kau,
jikalau sampai kena dipengaruhi orang lain, tindakan pertama
yang dia lakukan pasti membunuh kau. Aku harus menghalang
halangi perbuatannya!"
Belum lagi Koan San Gwat bicara lebih lanjut, terdenr suara
ribut ribut dibawah gunung, pertama tama terdengar suara
Coa Sin yang berteriak gugup "Celaka! Kenapa lubang ini
tersumbat" Tercium bau belerang lagi"."
Selanjutnya terdengar lagi jeritan Kang Pan. "Celaka dua
belas, Koan toako dan Ling koh masih ada di dalam..."
Begitu batu penyumbat dipindahkan dan terbuka, Jin kau
yang sudah bertele tele setengah sekarat itu mendadak
menegakan ekornya terus menerjang keluar. Hal ini terjadi
sangat cepat, Koan San Gwat tidak keburu berseru mencegah.
Waktu Koan 8an Gwat dan Ling koh buru buru turun tiba
dibawah gunung, seketika mereka sama menjublek dihadapi
situasi didepan mata ini, karena disini hadir seorang yang
benar benar di luar dugaan mereka.
Keadaan Coa Sin tidak berubah, cuma sekarang
menggunakan celana pendek yang terbuat dari kulit ular
keadaannya memang enak dipandang dari pada sebelumnya,
sementara Cia Ling Im dan Lau Yu hu menjublek juga d
sebelah samping sana. Kang Pan terlihat sedang menerobos ke luar dari sarang
ular, pakaian putihnya berlepotan kotoran hitam dan hanya
sekilas pandang melihat Koan San Gwat dan Ling koh tidak
kurang sesuatu apa seketika ia berjingkrak kegirangan,
serunya "Koan toato! Kukira kau sudah binasa terbakar
didalam...." Dengan mendelik Cia sin mengawasi Ling koh, tapi kedua
orang ini sedikitpun tidak mempelihatkan reaksi apa apa
perhatian mereka sama tertuju seorang yang lain,
halaman 30 n 31 gak ada ia tangannya memukul batu besar untuk menyambur
lubang itu, lwekangnya memang amat mengejutkan, batu
besar berat laksana kati seketika kena dipukulnya pecah
menjadi beberapa potong. Liu Ih Yu malah terloroh loroh kesenangan ujarnya. "Bagus
Patung Emas Kaki Tunggal ( Unta Sakti ) Karya Gan K H di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
sekali pukulaamu! Dengan seorang tokoh selihay ini, tidak
perlu aku takut manusia diseluruh kolong langit ini tidak
tergengam dalam telapak tanganku. Selanjutnya aku bisa
berbua apa saja menurut keinginan hatiku, tidak akan ada
orang yang bisa merintangiku lagi."
"Jangan takabur," semprot Coa Sin gusar, "Seekor Jin kau
memangnya bisa berbuat apa terhadapku!"
Liu Ih Yu menyeringai, ejeknya. "Apa kau ingn
mencobanya!" "Labrak dia!" sembari memberi aba aba tangannya segera
terangkat, Jin kau segera terbang mumbul ketengah udara.
Dengan mengerahkan setaker tenaga Coa Sin menyongsong
keatas menghantam kemuka Jin kau, namun pukulan maha
dahsyat itu sedikit pun tidak membawa pengaruh terhadap Jin
kau. "Wut" tahu tahu Jin kau hinggap diatas pundakanya,
dimana kedua pipinya melembung terang dia hendak
menyemburkan hawa beracunnya, karuan Coa Sin tersirap
darahnya, lekas ia ajukan tangannya, menutupi muka dan
hendak menangkis. Liu Ih Yu terloroh loroh, serunya. "Dapatkah kau
bertahan?" Pucat pasi muka Coa Sin terpaksa ia turunkan kedua
tangannya, ia insaf akan kelihayan binatang ganas ini, didalam
sarang ular dia sudah menghisap anti racun yang diperlukan
sehingga dia laksana harimau tumbuh sayap, tiada sesuatu
benda yang mampu melukainya.
"Kau usah takut!" cemooh Lau Ih Yu tertawa, "Aku tidak
menghendaki kau binasa Halaman 34 n 35 gak ada kan sudah lama pula kupikirkan !"
"Sudah lama kau pikirkan?" tanya Coa Sin tidak percaya,
"untuk dapat menjinakkan dan terima menghamba kepadaku
kau hanya menggunakan abu dari kelongsongnya itu baru bisa
berhasil. Kukira kalian tidak akan memberi sepakat tindakan
ini sebelumnya bukan?"
"Coa Sin kukatakan pengetahuanmu memang terlalu cetek
!" demikian cemooh Liu Ih yu, kecuali kelongsong kura kura
itu, masih ada sebuah benda lain yang manfaatnya jauh lebih
besar, yaitu yang sudah kugunakan untuk menaklukan dan
menjinakan Jin kau tadi"."
"Apakah itu" tanya Coa Sin tertegun.
"Tidak menjadi soal, sekarang kuberi tahu kepada kau,
waktu kau pertama kali memelihara Jin kau ini, kau lupa
menyimpan barang pusaka itu?"
Coa Sin memeras otak dan berpikir, akhirnya, dia berkata
menggeleng. "Aku masih punya barang pusaka...."
Liu Ih Yu terloroh loroh lagi, ujarnya. "Bahwa abu dari
kelongsongan kura kura itu bisa menundukan Jin kau, yang
penting karena kelongsongan kura kura itu adalah modal dari
tulang punggung jiwanya, adalah barang pusaka itu
sebalikanya adalah sumber dan asal mula jiwanya!"
"Aku tahu sekarang!" tetiak Coa Sin, "maksudmu adalah
kelongsongan telurnya setelah dia dilahirkan ?"
"Tidak salah," sahut Liu Ih Yu manggut. "Kelongsongan
telurnya itu justru merupakan titik tolak dari asal mula jiwanya
yang murni, binatang kembali kesarangnya, burung pulang
kepucuk pohon yang lama, kasiat dari kelongsongan telur itu
bukankah lebih besar dari kelongsongan kura kura itu" Apalagi
kelongsongan kura kura itu sendiri teramat keras, dibakar
tidak akan luluh. Meski ilmu pengobatan Thio Han cu teramat
tinggi, juga tidak akan mampu melakukan hal itu..."
Cia Ling Im segera juga berkata tidak percaya. "Lalu
bagaimana Thio Hun cu bisa membakarnya menjadi abu
didepan mata hidungku !"
Coa Sin menimbrung. "Benar! Waktu aku menyusul kesana
kebetulan kerjaannya selesai"."
"Kalian sudah tertipu oleh permainan ilmunya yang bisa
mengaburkan pandangan orang, sebetulnya diatas kelongsong
kura kura ia sudah meneteskan semacam obat, obat itu bisa
melenyapkan kelongsong kura kura ini sehingga tidak
berbekas lagi, abu yang kalian dapatkan bukan lain hanyalah
daging dan isi perutnya yang sudah terbakar hangus, sudah
tentu abu itu tidak membawa pengaruh apa apa terhadap Jin
kau !" Coa Sin menjublek diam Cia Ling Im pun tertegun melongo.
Berkata pula Liu Ih yu. "Kemaren Thio Hun cu sudah
mendatangi lubang dimana dulu Jin kau dilahirkan dan
mengambil keluar kelongsong telurnya itu. Karena kalian
selalu menguntit setiap jejaknya, sehingga ia tidak
berkesempatan membakarnya, maka secara diam diam Jian
coa kok. Hari ini aku baru kembali dan kebetulan aku masih
sempat memburu waktu!"
Lalu ia berputar kearah Koan San Gwat serta katanya
tersnyum. "Dalam hal ini aku harus berterima kasih kepada
kau, meski kami punya barang pusaka untuk menaklukkan Jin
kau, tapi tidak kuasa mendekati Jin kau, karena Coa Sin
sendiri menjaganya begitu ketat, tabasan pedangmu justru
telan membantu banyak pada kami!"
Koan San Gwat mendengus, katanya. "Kuharap kau
menaklukkan Jin kau dan memeliharanya baik baik, jangan
kau memperalat dia untuk mencelakai jiwa manusia, kalau
tidak aku tidak akan memberi ampun kepada kau!"
Liu Ih Yu menyeringai dingin, jengeknya. "Mati hidupmu
sendiri sekarang berada ditanganku, masih kau sembarang,
kau tahu cukup aku memberi perintah saja, tulang
belulangmupun tidak akan tersisa lagi."
Tegak alis Koan San gwat, baru saja ia hendak mengumbar
amarah, Liu Ih Yu sudah menghela napas dan berkata. "Tapi
legakan saja hatimu, aku tidak akan membunuh kau, malah
karena permintaan Thio Hun ca, dia berpikir demi masa depan
putrinya, Thio Ceng Ceng si nona cilik itu sudah amat kepincut
terhadap kau, tapi bila dia sudah tahu bahwa kau sudah
setuju memperistri Coa ki, mungkin keadaanmu sekarang
tidak seenak dulu!" Koan San Gwat melenggong, Liu Ih Yu segera
menambahkan. "Maka kukatakan demi keselamatan
pribadimu, lebih baik kau berpisah dengan Kang Pan."
Berubah air muka Kang Pan, serunya dengan sedih. "Koan
toaku! Kau tidak akan meninggalkan aku bukan!"
Koan San Gwat menariknya lebih dekat katanya "Tidak
akan tejadi! Kalau toh mereka sudah tahu kau adalah calon
istriku, masakah aku berpeluk tangan tanpa melindungi
keselamatanmu. Legakan saja, mati hidup kita tetap
bersama!" Kang Pan amat terhibur dan tersenyum bahagia. Adalah
beringas muka Liu Ih Yu bentaknya. "Koan San gwat! Kau
tidak ingin hidup?" "Liu Ih yu! Mungkin hanya maksud hatimu sendiri belaka.
Menurut apa yang kuketahui Thio Ceng Ceng adalah seorang
gadis jujur polos dan bajik, tidak mungkin dia punya jalan
pikiran yang sesat itu!"
Semakin beringas muka Liu Ih yu, teriaknya kalap "Tidak
salah, memang maksudku sendiri, kau mau apa" Toa suci
berkeputusan menjodohkan aku kepada kau, kau berani
menolak mentah mentah, jikalau lantaran Thio Ceng Ceng
bolehlah aku memberi maaf kepada kau. Karena kalian kenal
jauh lebih dulu dan diapun berulang kali pernah menolong
jiwamu, tapi Kang Pan baru saja kau kenal, mana boleh kau
memperistri dia." "Kan toako memang belum mengetahui aku, tapi dia sudah
setuju untuk memperistrikan aku..."
"Tak usah kau cerewet, mengandal apa kau hendak
menjadi istrinya, masakah aku tidak lebih unggul dari kau?"
"Liu Ih yu!" Koan San Gwat menyeringai dingin. "Terhadap
nona Kang Pan kami baru mengikat jodoh dalam pembicaraan
tapi karena ucapanmu tidak bisa tidak aku harus
mengawininya!" "Akan kulihat masakah pernikahan kalian bisa terjadi?"
ancam Liu Ih yu. "Kenapa tidak jadi biar sekarang juga aku menikah dengan
dia dihadapanmu." Lalu ia menghadap orang banyak serta
berseru lantang. "Para hadirin harap dengar, sejak sekarang,
nona Kang sudah kuakui mtnjadi istrku, kuharap kalian suka
menjadi saksi. Meski upacara ini terlalu sederhana, tapi aku
percaya pernikahan ini sudah boleh dianggap resmi, dan tekad
kami tidak akan berubah...."
Lau Yu hu segera mengolok ngolok dengan sindiran tajam.
"Kiong hi! Kiong hi! Koan San Gwat meski diantara kita ada
pertikaian yang belum diselesaikan, tapi aku mengharap bisa
menyuguhkan arak bahagia kepada kau".."
"Benar!" Cia Ling Im menimbrung, "Koan San Gwat kau
bisa mengawini seorang isteri sedemikian cantik molek laksana
bidadari, akupun ikut gembira, apalagi aku bisa menjadi saksi
didalam upacara perkawinan yang begini sederhana dan tiada
keduanya dikolong langit ini, sungguh hatiku amat senang dan
ikut bangga, keadaan memang serba menyulitkan, silahkan
kau pinjam secawan arak kepada Coa Sin, marilah kira
rayakan bersama!" Koan San Gwat melotot dingin kepada mereka, ujarnya.
"Kebaikan kalian sungguh kuterima dengan setulus hati. Arak
kebahagiaan tidak kupersiapkan, tapi pedang ucapan terima
kasih justru sudah kupersiapkan, siapa diantara kalian yang
suka terima kematian dulu!"
Cia Ling Im bergelak tertawa, serunya "Upacara
perkawinan baru saja selesai, kau lantas berniat membunuh
jomblang, wah terlalu tergsa gesa kau ini...."
Koan San Gwat menarik muka dengus nya "Cia Ling im,
tidak usah putar bacot, kaulah yang mengundang aku kemari
untuk menentukan mati hidup, marilah bekerja jangan
kepalang tanggung lawanlah pedang ku ini!"
"Meski hari ini adalah waktu yang dijanjikan, sungguh aku
pun tidak menduga hari ini merupakan hari bahagiamu juga,
bolehlah kita mengganti waktu lain saja!"
"Tidak usah diubah!" seru Koan San gwat. "Hari ini juga
kita harus selesaikan pertikaian ini!"
Mata Cia Ling Im menyapu kearah Koan San Gwat katanya.
"Tidak bisa! Sungguh aku tidak tega hari ini mengadu jiwa
dengan kau, apalagi bila mempelai perempuan sampai
menjadi janda. Lebih baik setelah kalian mengecap malam
pertama perkawinan bahagia ini baru dilangsungkan
pertempuran yang menentukan!"
Dari tangan Kang Pan Koan San Gwat merebut Ui tiap
kiam, teriaknya "Kalau kau tidak tampil kedepan aku tidak
sungkan lagi !" Berubah muka Liu Ih yu, mengangkat tangan memberi aba.
"Ayolah! Bunuh saja perempuan itu !"
Jin kau mencelat mumbul ketengah udara terus menubruk
kearah Kang Pan, lekas Koan San Gwat menghadang
disebelah depan pedang terayun kontan ia membacok kearah
Jin kau, lekas Jin kau mengabitkan ekornya panjangnya
membelit batang pedang. "Cras" ekor panjang yang lembut itu
tiba tiba terputus sebagian.
Lekas Coa ki berteriak memperingatkan. "Kalau seluruh
ekor panjangnya kau kutungi gerak geriknya akan lebih cepat
dan bebas, tatkala itu jauh lebih sulit dihadapi, sekali kali kau
tidak boleh sembarangan?"
Liu Ih Yu menyeringai dingin ujarnya "Meski ia membawa
ekor panjang, tiada seorangpun yang akan mampu
menghadapinya !" Setelah ekornya putus sebagian gerak gerik Jin kau jauh
lebih gesit, mencelat mumbul lagi lagi ia menukik kearah Kang
Pang. Kali ini Koan San Gwat tidak berani melancarkan serangan
pedangnya secara teledor. Setelah mengincar tepat sebuah
sasaran, secepat Kilat mendadak ia menusuk batok kepala
bagian belakang Jin kau, tapi belakang punggung Jin kau
seakan akan juga tumbuh mata, dimana ekornya melejit
miring, lagi lagi berhasil menyampok miring pedangnya. Dan
karena benturan ini, ekornya lagi lagi putus sebagian pula, kini
tinggal dua kaki lebih panjangnya.
Dikala untuk ketiga kalinya dia menubruk kearah Kang Pan,
Kang Pan menjerit ketakutan sambil putar tubuh terus lari
terbirit birit. Jin kau mencelat terbang mengejar dengan
kencang, kecepataanya jauh lebih gesit.
Maka baru saja Kang Pan lari puluhan langkah, Jin kau
sudah mengudak tiba dibelakangnya, membuka mulut, terus
menyemburkan segulang kabut berbisa, Koan San Gwat
ketinggalan rada jauh, untuk menolong terang tidak mungkin.
Disaat keadaan kritis itu, jelas Kang Pan bakalan melayang
jiwanya oleh semburan hawa yang berbisa itu, sekonyong
konyong dari samping menerjang datang sesosok bayangan
putih menghadang ditengah antara mereka, beruntunglah
Kang Pan terhindar dari ancaman elmaut.
Adalah bayangan putih itu yang tersembur jatuh oleh hawa
beracun itu bayangan putih itu bukan lain adalah Siau giok,
ular kesayangan Kang Pan yang sakti itu. Begitu badannya
menyentuh tanah, dengan nekad ia terus menerjang kearah
Jin kau malah. Begitu melihat Siau giok, Jin kau malah menyeringaikan
mulutnya dan melelehkan lidah, kelihatannya amat senang,
lenyap hasratnya membunuh Kang Pan, sasaran kini dialihkan
kepada Siau giok. Tadi Koan San Gwat sudah mendengar kelihayan Jin kau,
dalam hari ia sudah rada jeri serta dilihatnya Siau giok
ternyata mampu hadapi semprotan hawa beracunnya, tak
terduga terasa ia menjerit "Bagus Siau giok! Lekas kau gigit
mampus mahluk ganas ini!"
Dalam pada itu Kang Pan pun menghentikan larinya,
dilihatnya Jin kau terbang berputar putar mengelilingi Siau
giok, sementara Siau giok menegakkan kepalanya, lidahnya
terjulur keluar masuk, mulutnya mendesis garang dan sengit.
Lekas Koan San Gwat mengejar kesamping Kang Pan,
tanyanya. "Apa yang dikatakan Siau giok?"
Seketika Kang Pan mengalirkan air mata terisak sedih.
"Demi menolong jiwaku Siau giok rela berkorban jiwa apapun
yang terjadi aku tidak akan tinggal pergi meninggalkan dia
begini saja, mau mati biarlah kami mati bersama...." sembari
berkata dia terus menerjang kearah Jin kau, kebetulan Jin kau
sudah memperoleh suatu kesempatan dan sedang menukik
Patung Emas Kaki Tunggal ( Unta Sakti ) Karya Gan K H di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
turun menyergap keperut Siau giok, tidak sempat melawan,
tiba tiba ekor Siau giok menyamber keluar mengubat kedua
kaki Kang Pan terus disendal pergi sampai Kang Pan terpental
mundur beberapa langkah, sementara dia sendiri secara
kebetulan malah bisa terhindar pula dari tubrukan Jin kau.
Karena tusukannya mengenai tempat kosong Jin kau jadi
mengamuk, putar haluan ia mengincar kepada Kang Pan lagi.
Ditengah udara sekonyong konyong menerjang datang pula
sesosok bayangan orang menghadang dihadapan Jin kau,
tanpa perduli tiga kali tujuh puluh dua kali, membuka mulut
Jin kau lantas mematuk kearah orang itu.
Tapi lekas orang itu mengayun tangan menaburkan
segenggam bubuk abu. Kalau dikatakan memang aneh, begitu
Jin kau terkena bubuk abu itu, seketika ia menghentikan
serangannya, begitu orang itu menjulurkan tangan menggapai
kepada Jin kau serta memanggilnya dengan suara halus.
"Kemari! Kau dilarang melukai orang !"
Dengan jinak Jin kau menurut terbang dan hinggap diatas
tangan orang itu. Baru sekarang semua melihat jelas orang itu
ternyata adalah seorang perempuan yang sedih dan sendiri
dirundung kepedihan, dia tak lain tak bukan adalah Thio Ceng
ceng yang dicari ubek ubekan oleh Koan San gwat.
Pertama tama Lau Yu hu memburu maju kearahnya serta
berseru. "Ceng ceng! Kenapa kaupun datang kemari ..."
Thio Ceng ceng mengacungkan tangannya, serta berteriak
bengis. "Aku larang kau mendekat, kalau tidak dengan kata
biar kusuruh dia menggigit mampus kau." Jin kau sudah
bergerak garang siap menerjang, karuan Lau Yu hu menceles
hatinya, cepat cepat dia menghentikan langkahnya, Liu Ih Yu
segera tampil kedepan serunya. "Thio siocia" Apa yang
sedang kau lakukan ?"
Sekilas Thio Ceng ceng meliriknya, segera katanya "Sejak
tadi aku sudah tiba, ayah amat kuatir terhadap kau, katanya
tentu kau menggunakan Jin kau malang melintang melakukan
perbuatan tercela, suruh aku menyusul kemari mencegah
perbuatanmu, memang tepat jaga dugaan ayah?"
"Aku kan melanggar perjanjian, perempuan ini adalah"."
Air muka Thio Ceng ceng amat kalem dan sabar katanya.
"Aku tahu, dia adalah istri Koan toako, tadi waktu ikatan jodoh
mereka kebetulan aku tiba disini. Untuk tidak mengganggu
kalian terpaksa aku menyembunyikan diri. Liu siancu,
perbuatanmu memang keterlaluan, kalau toh kami tidak
bermusuhan dengan Koan toako, mana boleh kau mencelakai
istrinya?" Liu Ih Yu pucat pasi lalu berubah merah padam pula, tiba
tiba ia ulurkan tangan hendak merebut Jin kau ditangan Thio
Ceng ceng. Tapi Thio Ceng ceng menarik muka serta mengancam
dengan suara berat "Liu siancu! Kau rebutpun tiada gunanya,
kadar obat yang ayah berikan kepada kau tidak begitu benar,
asal aku hadir disini, jangan harap Jin kau mendengar
perintahmu." Agaknya Liu Ih Yu tidak percaya, Thio Ceng ceng berkata
pula "Selamanya ayah bekerja pasti dengan parhitungan
cukup matang, tidak mungkin dia mau menyerahkan seekor
binatang ganas seperti Jin kau ini padamu maka lebih baik
urungkan saja rencana jahatmu!"
Beruntun Liu Ih Yu sudah manggil dan memberi aba aba
kepada Jin kau, namun Jin kau tidak perdulikan, terpaksa
dengan lesu dan kecewa akhirnya ia mundur kesamping, sorot
matanya memancarkan dendam kebencian yang menyala
nyala. Baru sekarang Koan San Gwat ada kesempatan maju
kehadapan orang, cuma ia jadi kemekmek, tak tahu apa yang
hendak diucapkan. Malah Thio Ceng ceng bersuara lebih dulu sambil
tersenyum getir "Koan toako, aku haturkan selamat pada kau,
mempelaimu sungguh amat cantik."
"Ceng ceng!" seru Koan San Gwat gugup dan tersipu sipu.
"Kau... kau tak tahu."
"Memang aku tidak tahu, dan sekarang pun tidak perlu
tahu," ujar Thio Ceng ceng mendelu. "Nona ini jauh lebih
cantik dari aku, aku ikut gembira akhirnya kau memperoleh
seorang jodoh idaman yang sangat setimpal."
Koan San Gwat menjublek di tempatnya, sepatah katapun
tidak kuasa diucapkan. Thio Ceng ceng mengacungkan Jin
kau, lalu menyapu pandangan keseluruh hadirin, lalu berkata
pula kepada Koan San gwat. "Koan toako! Jin kau berada di
tanganku, kau boleh seratus persen melegakan hatimu, aku
tak akan menggunakan dia untuk melakukan kejahatan.
Pertikaianmu dengan Cia Ling Im dan Lau Yu hu, aku tidak
bisa ikut campur lagi. Tapi Coa Sin dan kau tiada punya
permusuhan dendam yang mendalam, aku bisa membatasi dia
supaya tidak mempersulit dirimu. Coa Sin sekarang juga kau
ikut aku pergi!" Coa Sin berdiri menjublek tidak bergerak dan tidak
bersuara. Thio Ceng ceng segera mangangkat Jin kau katanya
bengis "Jika kau tidak mendengar ucapanku, segera akan
kubuat kau konyol, sebetulnya bila kau ikut aku banyak
manfaatnya yang bakal kau dapatkan, kedua kaki yang
disambungkan ayah diatas badanmu itu sebelumnya sudah
dibubuhi racun, dalam waktu satu bulan, kau akan menjadi
seorang yang lumpuh cacat dan tidak akan bisa berjalan lagi,
marilah kucarikan tempat untuk memusnahkan racun itu..."
Coa Sin berjingkrak murka, makinya. "Thio Hun cu memang
keparat..." "Soalnya ayah terpaksa," demikian ujar Thio Ceng ceog
kalem. "Ilmu silatmu teramat tinggi, watakmu tidak menentu
lagi maka dia harus meninggalkan suatu cara supaya dapat
menekan segala tindak tandukmu, sekarang aku sudah
memperoleh Jin kau, cukup berkelebihan menghadapi kau,
maka tidak perlu harus mengganggu gerak gerikmu, sekarang
kau mau ikut aku?" Meski Coa Sin tidak memberi jawaban, namun reaksinya
terang bahwa dia sudah tunduk dan patuh.
Thio Ceng ceng lalu berkata pula kepada Liu Ih yu.
"Serahkan kembali Pek hong kiam mu kepada Koan toako, ikut
aku meninggal tempat ini!"
Ternyata Liu Ih Yu tidak berani membangkang,
menurunkan pedang yang tersanggul dibelakang
punggungnya terus dilempar kedepan kaki Koan San gwat,
adalah Thio Ceng Ceng yang membungkuk tubuh
menjemputnya dan diserahkan kepada Koan San gwat,
katanya. "Koan toako! Aku harus pergi! Ayah berkeputusan
kembali kepadang pasir di Thian san lagi bersama aku, kalau
ada waktu kuharap kalian suami istri bermain kesana?" habis
berkata dengan sorot matanya ia suruh Liu Ih Yu dan Coa Sin
pergi, begitulah mereka mengintil dibelakangnya, Lau Yu hu
juga hendak ikut, segera Thio Ceng ceng membentak dengan
bengis , "Orang she Lau! Apakah belum cukup kau
mempersulit aku" Kuperingatkan yang terakhir kepada kau,
jangan sekali lagi kau terlihat olehku, kalau tidak aku tidak
kenal kasihan lagi kepada kau!"
Lau Yu hu menghentikan langkahnya dengan lesu dan
putus asa, sebetulnya Koan San Gwat hendak bicara beberapa
patah kata kepadanya, tapi mendadak ia berkeputusan tidak
bicara saja, melolos Pek hong kiam ia tantang Cia Ling im.
"Sekarang tibalah saatnya menyelesaikan urusan kita!"
Agaknya Cia Ling Im tidak menduga bahwa situasi bakal
berubah sedemikian rupa, setelah terlongong sekian saat baru
ia menyeringai dingin, katanya. "Koan San gwat, selamanya
nasibmu agaknya selalu beruntung, sudah kuperas otak
dengan berbagai daya upaya namun nasibmu masih juga kau
lebih unggul, naga naganya untuk membunuhmu memang
bukan soal gampang."
Dengan memicingkan mata dan air muka membeku bengis
Lau Yu hu membalik badan katanya penuh kebencian. "Untuk
membunuh anjing kurap ini segampang mengangkat tangan
belaka, waktu di Ngo tai san sebetulnya aku sudah bisa
membunuhnya, gara garamu memancingnya kemari hendak
mempamerkan tipu muslihat segala ..."
"Lau lote." ujar Cia Ling Im tersenyum. "Tujuan kita bukan
hanya membunuh dia lantas urusan selesai, kau masih harus
merebut Thio Ceng ceng yang molek itu, sedang aku hanya
ingin membuat Thian mo kau sebagai kumpulan terbesar yang
menguasai Bulim merajai dunia, maka bila harus memikirkan
urusan kelanjutannya, umpamanya kalau Coa Sin tidak
dibereskan, kau dan aku tidak akan tidur nyenyak ..."
"Kau terlalu mengagulkan dirimu sebagai cerdik cendekia
dengan berbagai akal muslihat, selamanya tidak pernah gagal
segala. Bagaimana buktinya sekarang?" dengus Lau Yu hu.
Cia Ling Im tertawa getir, katanya. "Dalam hal ini tidak bisa
salahkan aku, yang terang rencanaku sudah sukses, soalnya
kita terlalu percaya akan obrolan Thio Hun Cu, sehingga
begitu mudah ditipu mentah mentah olehnya!"
"Aku tidak peduli segala tetek bengek itu," seru Lau Yu hu,
"Yang terang aku tidak bisa memiliki Thio Ceng ceng, maka
tujuanku terakhir hanyalah membunuh anjing kurap ini..."
Cia Ling Im menyeringai sadis, katanya membakar. "Benar,
menurut gelagat sekarang hal ini merupakan urusan yang
tepenting bagi kita Lote, perlukah aku membantu kau?"
"Tidak perlu, aku sendiri sudah lebih cukup?"
"Aku percaya memang kau sendiri sudah cukup dulu aku
dikalahkan dia karena ketajaman pedang tidak sebading,
sekarang kita sama membekal dua pedang pusaka yang
terunggul diantara Ngo Ih kiam perduli siapa, kita tidak perlu
gentar dan pasti gampang membunuhnya Lau lote, dendam
kesumat kalian jauh lebih mendalam terpaksa babak pertama
ini kuserahkan kepada kau!"
Sambil menenteng Ci seng kiam Lau Yu hu maju kedepan,
sebalikanya Koan San Gwat berteriak "Kau minggir dulu,
persoalan kita cepat atau lambat pasti bisa diselesaikan.
Sekarang aku tak punya semangat untuk menghadapi kau,
aku ingin membunuh durjana itu dulu."
"Sebalikanya aku beranggapan urusan kita perlu segera
diselesaikan lebih dulu."
"Lau Yu hu, persoalan kita hanyalah urusan pribadi,
sebalikanya membunuh Cia Ling Im adalah demi keamanan
dan kesejahteraan umat manusia diseluruh dunia ini,
kepentingan umum harus diutamakan, kau tahu sepak terjang
Thian mo kau..." Mendadak Lau Yu hu bergelak tertawa.
Melihat orang tidak berniat mundur, Koan San Gwat
semakin murka. "Apa yang kau tertawakan" Aku bicara
dengan jujur, kuharap kau bisa membedakan kepentingan
umum dan pribadi." Tiba tiba Lau Yu hu menghentikan tawanya, ujarnya dingin.
"Kutertawakan mulutnya yang suka mengundal teori lapuk itu,
namun tidak menunjukkan sasarannya yang tepat, ketahuilah
pertempuran kita sekarang ini sekaligus menyelesaikan
kepentingan umum dan pribadi sekaligus, jangan kau lupa
bahwa aku adalah Hu kaucu dari Thian mo kau."
Koan San Gwat tercengang, katanya. "Kukira karena
hendak mencari permusuhan dengan aku baru kau menjadi
anggota Thian mo kau."
Lau Yuhu menarik muka desisnya. "Koan San gwat, kau
terlalu pandang dirimu sendiri, jikalau hanya untuk
menghadapi kau, mengandal pedang ditanganku ini sudah
cukup berkalebihan, buat apa aku harus meminjam tenaga
orang lain!" "Lalu apa tujuanmu?"
"Demi usaha, selama hidup ayahku ilmu pedangnya tiada
bandingan dan menjagoi dunia akhirnya dia tenggelam begitu
saja tanpa meninggalkan nama, malah cara kematiannya
bagiku konyol, maka aku harus melampiaskan penasarannya."
"Bedebah, kemana saja kau bisa membangun usahamu,
justru kau menggunakan komplotan sesar sebagai tulang
punggungmu." "Tutup mulutmu. Memang kau anggap dirinya paling murni
dan menempuh jalan lurus?"
"Paling tidak aku tidak pernah melakukan perbuatan
melangar zas prikemanusiaan."
"Tidak salah, kau lebih beruntung dari aku, kelana di
Kangouw jauh lebih pagi dari aku, segala urusan seolah olah
sudah kurebut seluruhnya, kalau aku berjuang didalam jalan
lurus dan murni, sukses yang kucapai tentu tidak akan lebih
ungul dari kau.... ketenaran namaku pasti juga tidak akan
kumandang dari namamu....."
"Tegak sebagai laki laki dan berjuang demi pardamaian
dunia bukanlah untuk angkat nama dan menanam gengsi."
"Itukan pikiranmu. Ayahku mati jengkel gara gara ayahmu,
putra Liu Ih Yu tidak bisa kelelap dan kena kau ungkuli begitu
saja, aku harus memperjuangkan dan melampiaskan
penasaran ini!" "Jadi hanya karena alasan itu belaka?" damprat Koan San
Gwat berubah mukanya. "Itu hanyalah alasan yang bisa dikatakan saja, masih
banyak unsur unsur lain yang sukar kukemukakan dengan
kata kata, yang terang sejak aku belum pernah melihat kau
sudah amat membencimu. Dalam arti kata lain sejak aku
mengetahui seluk beluk urusan, lantas kucantumkan kau
sebagai musuh hebatku yang terutama, maka aku harus
bertentangan dengan kau disetiap tempat diberbagai bidang."
-oo0dw0oo- JILID 29 "Dari mana asal mula alasanmu ini" Untuk membenci aku
kan kaupunya alasan."
"Tanyakan kepada ibumu."
"Apa sangkut paut hal ini dengan beliau!"
"Amat besar hubungannya, sebelum dia melihat kau,
hatinya selalu dirundung kesedihan dan yang dibayangkan
selalu adalah putranya yang hilang, mungkin dia anggap aku
tidak tahu, sebetulnya sejak lama Hwi kak sudah memberi
tahu kepadaku, sejak saat itu aku sudah mulai benci kau,
akhirnya ditambah persoalan Thio Ceng Ceng, maka aku tidak
bisa berdiri sejajar dengan kau."
Koan San gwat menjublek mendengar uraian yang
dianggap gila ini. Lau Yu hu meneruskan dengan suara
gegetun dan benci. "Selamanya kalian dipihak yang unggul,
ayahku terima diperhina dan hidup merana, rela rujuk kembali
Patung Emas Kaki Tunggal ( Unta Sakti ) Karya Gan K H di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
demi kebahagiaan rumah tangga, namun ia tidak bisa menarik
kesenangan hati ibu, setelah generasi mendatang keadaan
lebih parah lagi, didalam sanubari ibu kedudukannya jauh
lebih berat dan disayang, didalam lubuk hati Ceng ceng, aku
malah tidak bisa menempati posisi yang kuharapkan, apakah
aku tidak pantas membenci kau?"
"Kau salah...." ujar Koan San gwat menghela napas.
"Sedikitpun aku tidak salah, apa yang kuuraikan adalah
kenyataan, suruh aku meningalkan Thian mo kau adalah
kumpulan sesat, akupun tahu Cia Ling im adalah seorang
durjana, tapi tanpa banyak pikir aku rela masuk menjadi salah
satu dari kelompok mereka, malah tidak kepalang tanggung
kubongkar kuburan ayah almarhum, kuberikan sebarang
pedang Ceng so kiam kepadanya kau tahu apa sebabnya?"
"Aku tidak tahu." sahut Koan San gwat menggeleng. "Aku
hanya tahu bahwa kau sudah gila!"
Lau Yu hu menyeringai seram, ujar nya. "Boleh dikatakan
demikan, aku gila karena penyebabnya, setiap orang yang
menjadi musuhku, adalah sahabat karibku, apapun yang bakal
menjadi milikmu aku akan menempuh jalan yang berlawanan
dari kau!" Koan San gwat berpikir sejenak, mendadak ia berkata
dengan sikap serius. "Lau yu hu, tidak kata kata yang perlu
kukatakan pula kepada kau, sebetulnya aku sudah berjanji
kepada ibu untuk mengampuni jiwamu, sekarang aku terpaksa
mohon pengampunannya..."
"Kau tidak perlu minta pengampunannya hakikatnya dia
hanya punya kau sorang putra dia, kau dan Bing Gwat yang
sudah mampus itu, kalian bertiga baru satu keluarga...."
"Lalu kau ini apa?" damprat Koan San gwat naik pitam.
Lau Yu hu menarik muka dan berkata. "Aku hanyalah bibit
pembalasan dendam yang ditinggalkan ayahku, biar kuberi
tahu kepada kau, setelah kubunuh kau, lawan yang kedua
yang kuincar adalah ibu!"
"Keparat dan durhaka! Apakah beliau bukan ibumu?"
"Bukan!" teriak Lau Yu hu beringas. "Lau Yu hu tidak punya
ibu, Liu Ih yu pun tidak punya istri, walau ayahku menyuruh
aku memaafkan dia, sebaliknya tidak pernah kupikirkan hal
ini." Amarah Koan San gwat tidak tertahan lagi, mengayun
pedang kontan ia menusuk ke dada orang, lekas Lau Yu hu
melintangkan pedang, tenaga yang dikerahkan cukup kuat.
"Trak" kedua senjata beradu amat keras dan berbunyi nyaring,
seketika Koan San gwat terhentak mundur dua tapak, dan lagi
Pek hong kiamnya bukan lawan kesaktian Ci seng kiam, tajam
pedangnya tergumpil pecah sebesar kacang.
Lekas Kang pan mengansurkan Ui tiap kiam kepadanya,
serta berteriak. "Koan toako gunakanlah pedang yang ini!"
"Yang mana bolehlah, didalam Ngo ih kiam, Ci seng
merupakan yang terunggul."
Koan San gwat sudah keretak gigi, sambil menenteng Pek
kong kiam ia sedang menghimpun tenaga murni siap
melancarkan Pek hong kiam itu, salah satu jurus terganas
yang mematikan dari Hu mo kiam hoat.
Mendadak dari samping sana menerobos keluar dua sosok
bayangan, mereka ternyata Li Sek hong dan Gwat hoa Hujin
adanya. Kang Pan berdiri melongo, cepat Gwat hoa Hujin sudah
melejit tiba terus rebut Ui tiap kiam dari tangannya. Koan San
gwat terkejut dan heran, cepat ia memapak maju, serunya.
"Bu, kenapa kaupun kemari ?"
Gwat hoa Hujin tidak menghiraukan seruannya, matanya
berkilat melata Lau Yu hu. Adalah Li Sek hong memberi
jawaban sambil datang menhampiri. "Hujin amat kuatir akan
keselamatanmu. Jing Tho disuruh memimpin orang orang lain
menuju, ke Tay pa san menunggu di sana, lalu dia mengajak
aku untuk membaatu kau! bagaimana keadaan disini?"
Koan San gwat tidak sempat menjawab pertanyaannya,
dengan gelisah ia berseru kepada Gwat hoa Hujin. "Bu biar
aku saja..." "Tidak usah!" sahut Gwat hoa Hujin tegaz dan perihatin.
"Dengan tanganku sendiri akan kubunuh anak durhaka ini!"
Waktu Koan San gwat memburu menghadang diantara
mereka, Gwat hoa Hujin lantas menghardik bengis. "Anak
Gwat! Kaupun tidak mendengar ucapanku lagi!"
Tampak oleh Koan San gwat muka orang pucat dingin lagi,
hatinya menjadi luluh, terpaksa ia mundur kesamping, adalah
Lau Yu hu Sa mundur beberapa langkah didesak oleh Gwat
hoa Hujin yang maju menghampirinya.
"Bukankah kau hendak bunuh aku?" damprat Gwat hoa
Hujin beringas. "Kenapa tidak berani turun tangan?"
Lau Yu hu tidak mundur lagi, matanya pun memancarkan
rasa penasaran dan berteriak kalap. "Tak usah tergesa gesa
kau ingin mampus, tunggulah setelah aku membinasakan
bocah she Koan itu, akan datang giliranmu nanti, sekarang
jangan kau desak aku turun tangan!"
Gwat hoa Hujin tertawa pedih dan seram. "Aku paksa kau"
Kalau aku tahu kau seorang yang berhati lebih kejam dari
binatang, masakah aku bisa membiarkan kau tumbuh dewasa
sebesar ini" Sungguh aku menyesal kenapa diwaktu
melahirkan aku tidak mencekik mati kau saja!"
Pancaran kilat Lau Yu hu yang sudah kesetanan itu semakin
menyala, pekiknya. "Menyesalpun sekarang kau sudah
terlambat." lenyap suaranya pedang ditangannya kontan
menyambar kedepan, ujung Ci seng kiam seketika
memancarkan cahaya ungu yang menyala dimana sinar
pedang berelebat, hanya terdengar kesiur angin deras yang
melengking, rambut panjang yang tersanggul diatas kepala
Gwat hoa Hujin seketika rontok dan terpapas berhamburan
separuh diantaranya. Sembari melintangkan pedang dengan kedua tangannya,
berkata Lau Yu hu tertawa. "Sudah kulihat sendiri belum inilah
Bau hun sam sek peninggalan ayahku, hanya permainan
pedang jurus jurus itu barulah bisa mengembangkan wibawa
dan keampuhan Ci seng kiam. Jurus pemainan merontokkan
rambut sebagai ganti memenggal kepala, anggap saja sebagai
balas budi akan kebaikanmu melahirkan aku ...."
Belum lenyap suaranya, sinar ungu memancarkan dan
berkelebat pula, ia memapas kutung lengan baju Gwat hoa
Hujin pula, katanya tertawa dingin. "Jurus kedua, aku
memotong pakaian sebadai ganti badan sebagai penebus
budimu membimbing dan mengasuh aku, maka jurus ketiga
ini akan menagih pembalasan ayahku. Yang hidup merana
bersanding dosa...."
Sekonyong konyong seperti kesurupan Gwat hoa Hujin
menerjang dengan kalap dimana Ui tiap kiam menyambar,
tampak bayangan kupu kupu menari nari mengitari Lau Yu hu,
dalam sekejap bayangannya sudah lenyap terbungkus libatan
sinar pedang. Setiap hadirin sama tertarik perhatiannya akan kejadian
yang tegang dan serius ini, sehingga tiada seorangpun yang
memperhatikan Cia Ling im secara diam diam menggeremet
pergi dan menghilang seperti bayangan setan.
Ditengah bayangan kupu kupu yang sedang menari nari itu
terdengarlah suara berdenting berulang ulang. Tentulah Lau
Yu hu sedang berjuang mati matian demi keselamatan jiwa
didalam kepungan hawa pedang yang deras dan tajam itu.
Bagi penonton di luar arena hanya melihat ditengah cahaya
kuning itu menggulung gulung ceplok ceplok kabut ungu yang
semakin menebal, laksana didalam rumpun kembang yang
mekar dimusim semi sedang dirubung oleh kupu kupu yang
mesari nari tak terhitung banyakanya.
Kedua pihak terus berkutet dan bertahan cukup lama,
rangsakan berantai Gwat hoa Hujin selama itu tidak mampu
menjebol musuh tabir penjagaan Ci Sek Kiam yang kokoh
rapat. Sebalikanya selama ini Lau Yu hupun belum lagi
melancarkan jurusnya yang ketiga.
Akhirnya Koan San gwat tidak sabar lagi, sambil bersuit
nyaring pedang ditangannya dengan tipu Pek hong kiam jit,
membawa cahaya memanjang seperti sabuk kemala
menerjang masuk dalam arena. Begitu hawa ungu kena
diterjang oleh cahaya putih menyala seketika melembang
besar dan meluas, seolah olah angin lesus yang deras dan
mendampar dengan kekuatan yang tiada taranya melandai
datang, yang pertama tama kena di diterjang adalah
bayangan kuning yang membelit disekelilingnya, lalu
menggulung seperti damparan ombak samudra kearah cahaya
putih menyala. "Trang" terdengar benturan nyaring menusuk
ketelinga, tahu tahu Pek hong kiam ditangan Koan San gwat
sudah tinggal separuh, badannyapun tergentak mencelat
setengah tumbak. Rambut Gwat hoa Hujin awut awutan, ia berdiri tegak
ditempatnya tanpa bergerak ujung pedang Ui tiap kiam
menjulur keatas Bumi, kedua tangannya lemas semampai dari
pinggangnya mengalir darah deras tepeiti sumber air.
Sementara Lau Yu hu masih menentang Ci seng kiam,
mukanya yang beringas tadi sudah hilang sekarang, sekarang
terlihat seperti mimik aneh yang sulit diraba bagaimana
perasaan hatinya, seperti hampa menyesal dan rawan pula.
Kang Pan menjerit ketakutan sambil menutupi mulutnya
dengan muka pucat pias, akhirnya tak tertahan rasa
amarahnya, teriakanya. "Siau giok, gigit mampus manusia
durhaka yang lebih kejam dari binatang itu !"
Siau giok siular sakti secepat kilat segera menerjang keluar,
lekas Lau Yu hu menebaskan pedangnya, namun gerak gerik
Siau giok teramat cepat lincah dan gesit, cukup badannya
melengkung dan melinting, tahu tahu giginya sudah mematuk
pergelangan tangannya. Lekas Koan San gwat melangkah lebar memburu kedepan,
pedang kutungan ditangannya kontan terayun. "Cras" tangan
sebatas sikunya ia tebas kutung, lalu ia menjemput Ci seng
kiam dan diserahkan kepada Lau Yu hu, katanya. "Kau
pergilah lalu dipaksa untuk bertindak begini, racun berbisa
Siau giok tiada obat pemunahnya, tunggulah setelah luka luka
mu sembuh, biar kita mencari perhitungan lagi."
"Koan toako." ujar Kang Pan terbelak, "Kenapa kau
menolong dia" Kenapa melepasnya pergi pula?"
Koan San Gwat tidak hiraukan pertanyaan, ia memburu
kedepan Gwat hoa Hujin dan berlutut didepan kakinya,
suaranya tersendat "Ibu, anak"."
Darah mengucur semakin deras dari pinggang Gwat hoa
Hujin, tapi agaknya ia sudah lupa merasakan sakit, sebelah
tangannya terulur mengelus kepalanya. "Nak, bukan salahmu
kalian adalah putra putraku yang baik... aku amat girang,
betapapun Yu hu masih punya perasaan, kuharap kau bisa
memberi maaf kepadanya."
Koan San gwat mengadahkan mukanya yang berlinang air
mata, sahutnya terisak. "Bu! Aku patuh akan pesanmu...."
Memancar terang sinar mata Gwat hoa Hujin, mukanya
menampilkan senyum lebar yang terhibur, katanya. "Watak
asli Yu hu masih bajik dan welas asih, ayahnyalah yang
dipersalahkan, tidak pantas dia menanam bibit dendam
kesumat kedalam relung hatinya, dialah yang membuatnya
menjadi seperti sekarang, tapi dia...." bicara sampai disini
agakanya dia sudah tidak kuat bertahan lagi, namun ia
menguatkan hati dan meneruskan kata katanya. "Betapapun
dia adalah anak yang baik hati, kau.... bukan saja harus
memaafkan dia, harus pula membimbingnya ke jalan lurus,
jangan kau biarkan dia bergaul dengan orang orang jahat ...."
Akhirnya badan rubuh juga, tapi Koan San gwat berada
dihadapannya, lekas ia memeluknya, Gwat hoa Hujin menekan
tangannya katakan pula. "Nak! Cabutlah kutungan pedang
dalam pinggangku!" "Jangan bu," lekas Koan San gwat mencegah. "Luka luka
mu masih ada harapan disembuhkan."
Dengan lemah Gwat hoa Hujin menggeleng kepala,
ujarnya. "Tidak mungkin nak. Tusukan pedang ini amat
kebetulan memutuskan urat nadiku lekas cabut keluar. Aku
masih punya dua pesan yang amat penting?"
Tapi Koan San gwat mash belum berani menyentuh
potongan pedang itu. terpaksa Gwat hoa Hujin mengerakkan
sisa tenaganya mencabut potongan pedang yang menghujam
kedalam pinggangnya dengan kekerasan. Darah segar
memancar deras. Lekas dengan sebelah tangannya ia
menekan luka lukanya, tangan yang lain mengangsurkan
kutungan pedang kepada Koan San gwat ujarnya "Anak ku!
Ambil dan simpanlah. Kalau Lau Yu hu meluruk datang
mencari kau pula, atau bila kau teringat hendak mencari dia,
boleh kalian melihat pedang kutung ini, bayangkan
kematianku?" mulutnya menyemburkan darah juga, diwaktu
Koan San gwat gerung gerung memeluk dm sesambatan
memanggil namanya, lambat laun ia sudah kehilangan
kesadaran kutungan pedang itupun tidak kuat dipegangnya
lagi. Orang lain yang menonton dipinggiran termasuk Li Sek
hong Kang Pan dan Ling koh sama heran dan tidak habis
mengerti. Gwat hoa Hujin sudah meninggal mati diujung kutungan
pedang itu, kutungan pedang adalah Pek hong kiam yang
dibekal oleh Koan San gwat, apakah Koan San gwat yang
membunuh ibu kandungnya sendiri"
Sudah tentu tidak mungkin terjadi, lalu cara bagaimana
kutungan pedang itu bisa berada didalam pinggang Gwat hoa
Hujin" Mereka tiada yang bisa menjawab. Meski sejak tadi
mula dengan penuh perhatian dan cermat mereka mengikuti
pertempuran sengit tadi akan tetapi sulit diikuti oleh
pandangan mata, sehingga apa yang terjadi mereka sama
tidak tahu. Tangisan Koan San Gwat yang gerung gerung dan
melolong seperti pekikan serigala kesakitan yang terkena
panah, air mata berderai membasahi selebar mukanya. Orang
orang lain yang hadir menjadi ikut sedih dan mencucurkan air
mata pula. Berselang agak lama, Ling koh baru maju menarik
narik tangannya katanya. "Koan kongcu, kau jangan menangis
lagi. Orang meninggal tidak akan bisa hidup lagi, kau bersedih
tiada gunanya, yang penting sekarang harus mengurus
pemakaman Hujin"."
Li Sek hong yang mendekat, katanya. "Koan kongcu
serahkanlah jenasah ibumu kepadaku menghadapi
kematiannya ini, aku jauh lebih sedih daripada kau! Tidak
Patung Emas Kaki Tunggal ( Unta Sakti ) Karya Gan K H di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
lebih hanya kehilangan seorang ibu?"
Meski sedang dirundung yang tak terhingga, mau tidak
mau Koan San gwat tercengang mendengar katanya ini.
Li Sek hong tertawa pilu, ujarnya rawan. "Mungkin kau
tidak akan bisa memahami ucapanku bicara soal cinta, sudah
tentu aku tidak lebih berat dari hubungan kalian ibu dan
anak, tapi semula kau tahu bahwa kau punya seorang ibu,
setelah kau dapatkan kini kau ditinggalkan pula. jadi tidak
akan membawa banyak pengaruh terhadap kelanjutan
hidupmu, sebalikanya aku kehilangan saudara hidup yang
terakhir?" Koan San gwat bingung mendengar kata kata orang. Li Sek
hong mengusap air mata lalu berkata pula "Kau tahu sejak
mening galkan Sin ti hong, seperti perahu terombang ambing
ditengah samudra, aku tidak punya tempat berteduh lagi,
akhirnya secara kebetulan berjumpa dengan ibumu dia begitu
baik laksana adik kandung sendiri terhadap ku, dia ingin
selanjutnya kami bisa hidup berdampingan mengecap hari tua
yang penuh penderitaan ini. Siapa tahu nasib telah
mempermainkan kita setitik harapan kinipun tidak bisa
kunikmati lagi." Koan San gwat amat haru, tak tertahan ia menekuk lutut
dan berkata pelan. "Li sian cu kau sebetulnya memang angkat
tuaku, mengikat persahabatan yang begitu mendalam lagi
dengan ibuku, selanjutnya kau adalah bibiku yang terdekat."
Li Sek hong menerima Gwat hoa Hujin dari tangan Koan
San gwat, lalu ia menariknya bangun, setelah menatap
sebentar ia berkata pelan "Aku amat senang punya famili
seperti kau, tapi aku tidak mau mengakui keponakan macam
kau ini, sebab aku akan mengajukan berbagai pertanyaan
yang mempersingkat jawabanmu?"
"Persoalan apa?"
"Dengan ibumu aku sudah angkat saudara kali ini dia ajak
aku kemari seolah olah sudah mendapat firasat bahwa
umurnya tidak akan panjang maka sebelumnya sudah
memberi pesan kepadaku, seluruh milik dan persoalannya ia
serahkan padaku termasuk Khong ham kiong di Tay pa san
dan kalian pelayannya?"
Cepat Koan San gwat berkata. "Hal itu tidak menjadi soal,
biar aku memberi tahu mereka supaya mereka ikut kau saja!"
"Tidak perlu, mereka sudah tahu karena bibimu sudah
berpesan langsung dihadapan mereka tapi yang harus kuberi
tahu kepada kau bukan paroalan ini"
"Persoalan apa saja?"
"Pertama tama aku harus tahu cara bagaimana
kematiannya?" "Kenapa kau harus menanyakan hal ini?"
"Ini sangat penting aku harus berpegang pada hal ini baru
berkeputusan untuk mengurus pesan pesannya, karena dia
ada memberi dua pesan yang berlainan. Pesan yang kau tidak
perlu tahu." Koan San gwat berpikir sebentar, lalu katanya "Boleh dikata
beliau mati ditanganku tapi boleh dikatakan mati ditangan Yu
hu?" Tegak alis Li Sek hong. "Sebenarnya siapa yang membunuh
dia?" "Sudah tentu aku."sahut Koan San gwat terisak.
Berubah air muka Li Sek hong, berkata pula Koan San gwat
"Jurus ketiga dilancarkan Yu hu memang bukan olah olah
hebatnya, mungkin tiada tandingan diseluruh jagat. Waktu
mengharap ibu ia masih ragu ragu dan segan menggunakan
jurus itu, tapi setelah ku kejar kedalam gelangang, baru ia
melancarkan jurus yang lihay itu, sasarannya adalah aku, ibu
melihat aku akan kehebatan dan mara bahaya yang
mengancam jiwaku, lekas ia menghadang kedepan, akhirnya
dia sendiri yang menjadi korban?"
Li Sek hong bingung tanyanya. "Jadi pedangnya yang
membunuhnya..." "Benar, melihat ibu memapak keputaran pedangnya, Yu hu
didesak menarik kembali ditengah jalan, di saat ia menarik
pedangnya itulah ia mengutungi pedangku?"
"Jadi kutungan pedang itulah yang menusuk pinggang
ibumu ?" Koan San gwat menunduk diam. Li Sek hong menghela
napas perlahan lahan, gumamnya. "Serba salah kalau begitu."
"Sebetulnya pesan apa yang ibu katakan kepada kau?"
"Bahwa akhirnya ia pasti mati di tangan putranya sendiri
hal ini sebelumnya dia sudah duga, cuma tidak duga adalah
kau, dia selalu menyangka adalah Lau Yu hu."
Tak tahan Ling koh menyeletuk bicara "Kalau teliti secara
keseluruhan, kita harus menyalahkan Lan Yu hu, kalau dia
tidak turun tangan kepada Hujin, mana bisa terjadi peristiwa
ini" Koan kongcu hanya?"
"Keduanya tidak bisa disalahkan" Li Sek hong menukas.
"Hanya nasiblah yang harus disalahkan. Urusan selanjutnya
yang belum terlaksana dia minta aku mengerjakan, ia merasa
berdosa terhadap Lau Yu hu, kalau dia mati ditangan Lau Yu
hu dalam sakit hati ini boleh dikata terlampias. dan tidak perlu
banyak mulut, sekarang terpaksa aku harus melaksanakan
pesannya yang terakhir."
"Pesan terakhir apa, mungkin aku bisa"."
"Kau tidak bisa, apalagi kau tidak akan mampu
mengerjakan!" Koan San gwat tertegun, kata Li kek hong lebih lanjut "Ia
minta dikubur bersama ayahmu !"
"Sudah tentu, ayahku dikubur di Chang ya san, paman
bungkuk tahu..." "Ibumu pernah menyinggung orang itu, tapi dia minta
dikubur setelah menunaikan sebuah urusan kau tahu urusan
apa yang dia minta."
"Aku tidak tahu!"
"Pertama dia ingin menemui gurumu, kedua, hendak
menuntut balas bagi Lau Ih yu mencari orang yang
melukainya dulu!" "Itulah"." Koan San gwat menjadi gugup.
"Itulah Sinio, sekarang beliau berada bersama gurumu
kedua urusan ini bisa dikerjakan bersama, tapi dapatkah kau
mewakili aku mengerjakan kedua urusan ini?"
"Aku tidak bisa aku dan oen lolo. .."
"Aku tahu kau tidak mungkin bisa ibumupun tidak mau
suruh akan menyelesaikan urusan ini."
"Memangnya kau sendiri bisa?"
"Tiada soal bisa atau tidak bisa bagi aku sebab aku tidak
punya hubungan hutang budi dengan perguruan sebaliknya
persahabatan dengan ibumu amat kental dan mendalam aku
harus bekerja demi menentramkan arwahnya dialam baka."
"Tapi Lim siancu dan guruku berada disana, jikalau
mereka?" "Melihat aku, mereka tidak akan berani merintangi aku
bekerja, pendek kata jelaskanlah dimana tempat itu kepada
aku. Demi ketentraman arwah ibunya kau harus memberi tahu
kepada aku!" Koan San Gwat tenggelam dalam pikiran yang serba
menyulitkan, mengawasi jenasah ibunya, lalu ia pandang pula
Sek hong sekian lama ia sulit ambil kesulitan.
Melihat orang tidak memberi reaksi yang tegas, Li Sek hong
menjadi jengkel katanya "Ibumu cukup bijaksana dalam
menghadapi persoalan antara dendam dan budi, semasa
hidupnya dan setelah meninggal, sedikitpun ia tidak suka
hutang dan berbuat salah terhadap seseorang kenapa kau
begitu tele tele tidak punya pendirian"
Berkata Koan San Gwat dengan pedih "Lau Yu hu adalah
putra Lau Ih hu, soal balas dendam boleh diserahkan
kepadanya?" "Kalau Lau Yu hu minta kepada kau supaya mengantar
manemukan Oen lolo bagaimana"
"Aku akan mengajak kesana, karena dia punya alasan yang
kuat." "Justru akupun punya alasan yang lebih kuat lagi," dengus
Li Sek hong dongkol. "Karena ibumu sudah menyerahkan
persoalan ini kepadakau, kalau tidak dia harus dikubur
bersama Lau Ih yu, apa kau rela melaksanakan hal ini?"
"Sudah tentu tidak sudi, tapi bibi tidak perlu memberi
kepastian ini?" "Sebalikanya ibumu harus berbuat demikian, karena secara
resmi dia adalah istri Lau Ih yu, dia harus berbuat menurut
tugas dan kewajiban seorang janda."
"Mengasuh dan membimbing Lau Yu hu sampai dewasa,
dia sudah menunaikan kewajibannya itu!"
"Pengertianya terhadap ibumu terlalu cetek, megasuh anak
adalah kewajiban seorang ibu, menuntut balas bagi kematian
suami justru adalah tanggung jawabnya, kalau urusan ini
belum sempurna masakah dia ada muka dikubur bersama
ayahmu. Dimasa hidup sudah berbuat salah, setelah mati
arwah tidak bisa tenang". Lihatlah kedua mata tidak mau
terpejam, kau sebagai putranya ini sebenanya mengandung
maksud apa?" Memang kedua mata Gwat hoa Hujin hanya setengah
terpejam, lekas Ling koh coba mengusap wajahnya pelan
pelan, sudah terpejam lalu membuka lagi.
Sambil meneteskan air mata Kang Pan maju mendekat,
katanya "Koan toako katakan saja, kau harus memberi
ketentraman kepada bibi."
Li Sek hong tertawa dingin, ujarnya "Sebetulnya ibumu
cukup bijaksana dan sayang kepada kau. Coba kau pikir kalau
urusan ini dia serahkan kepada kau, apakah kau bisa
menolakanya" Umpama dia mohon kau sebelum ajalnya tadi."
Koan San gwat berlutut lagi, katanya sambil menangis.
"Ibu, kuharap kau suka memaafkan, aku benar benar tidak
bisa, bukan persoalan Oen lolo seorang, masih ada guruku,
aku pernah berjanji tidak akan memberitahukan tempat itu,
kuharap arwahmu dapat memaapkan aku, bu" kau minta aku
segera mampus juga bolehlah."
Li Sek hong menarik napas, ujarnya. "Terpaksa aku
membawanya pulang ke Khong ham kiong dan menguburnya
bersama Lau Ih yu" Kiok ci, sungguh aku tidak nyana kau
melahirkan anak seperti?"
KoanSan gwat amat terpukul oleh kata kata ini,
mengangkat pedang kutung ia sudah bergerak hendak
menghujam ke ulu hati sendiri, untunglah Kang Pan mencegah
perbuatannya ini. "Koan toako, apa yang hendak kau
lakukan?" "Kalau kukatakan aku tidak setia dan ingkar janji, kalau
tidak dikatakan aku menjadi anak durhaka yang tidak berbakti
kepada orang tua, begini sukar menjadi manusia, lebih baik
mati saja." "Koan kongcu!" mendadak Ling koh menyela dingin.
"Silahkan kau mati saja silakan bunuh diri. Kalau kau sudah
mati Cia Ling im tentu tertawa lebar sampai mulut nya sukar
terkatup seluruh dunia ini tiada seorang pun yang akan
mampu menundukan dia."
"Cia Ling im" Dimana dia?" baru sekarang Koan San gwat
tersentak sadar. "Sudah pergi sejak tadi! masakah dia harus tetap disini
menunggu kematiannya?"
"Oh, Thian!" jerit Coan San gwat sambil memukul kepala.
"Apakah yang harus kulakukan !"
"Cara yang amat gampang! Kau tidak usah mati, tidak perlu
menjadi putra yang tidak setia tidak berbakti, angan angan ibu
mupun bisa terkabul !"
"Kau punya cara apa?" tanya Koan San gwat terlongong.
"Biar aku yang kawani Li siancu, menemui Lolo!"
"Kau ..." teriak Koan San gwat berjingkrak.
"Tidak salah! Hanya aku yang tahu tem pat itu meski
beritahu belum tentu Li sian cu bisa menemukan tempat itu
ada lebih baik aku saja yang membawanya?"
Dengan nanar. Koan San gwat mengawasi gadis cilik ini,
hampir ia tidak percaya akan pendengarannya.
"Bukankah begitu lebih baik?"
"Tapi?" Koan San gwat tersendat bicaranya."
"Terhadap kejadian melukai Lau Ih yu Lolo amat menyesal
dan selalu menjadi beban pemikirannya, sabagai seorang
beribadah yang memperdalam ajaran Thian, dia paling
mengutamakan sebab dan akibat, beliau menghadapi
persoalan ini lekas dibereskan, supaya tanpa membawa
ganjelan hati meninggalkan dunia fana ini. Maka sebetulnya
kau tidak perlu merahasiakan tempatnya, waktu aku keluar
kalian pernah berpesan wanti wanti kepada aku, suruh aku
hati hati dan menyirapi urusan ini?"
Koan San gwat masih belum percaya, terpksa Ling koh
berkata pula, "Silahkan kau tanyakan Li siancu, waktu aku
pertama kali aku bertemu dengan ibumu, kami pernah
membicarakan soal ini waktu itu aku sudah berjanji
kepadanya." Sorot mata Koan San Gwat beralih ke arah Li Sek hong
dilihatnya orang tersenyum manggut manggut, serta merta ia
meng hirup napas panjang katanya masgul "Li sian cu, kau
sudah tahu, kenapa pula harus bertanya kepada aku ?"
Li Sek heng tersenyum, katanya "Ibumu sendiri yang
menyuruh aku berbuat begini."
"Ibuku?" tanya Koan San gwat menegas heran "Kenapa ?"
"Cara ini baru bisa menyelesaikan angannya tentu tidak
akan sia sia, lihatlah bukankah kedua matanya sudah
tertutup?" Koan San gwat menunduk, betul juga kedua kelopak mata
Gwat hoa Hujin sudah tertutup rapat, raut wajahnya tenang
dan wajar, ujung mulutnya malah mengulum senyum manis
dan tertawa. Koan San gwat garuk garuk kepala dan tidak
habis mengerti. "Kenapa kau tidak berpikir." ujar Li Sek hong kalem,
"Ibumu menyerahkan tugas terakhir ini kepada aku,
mengandal kemampuanku masakah bisa ungkulan melawan
Sunio" Kalau aku tidak bisa menang, apa pula gunanya?"
"Lalu bagaimana sekarang ?"
"Sekarang aku percaya pasti bisa, kalau Ling koh
menceritakan sikapmu terhadap Sunio, demi putra Kiok cici,
Sunio pasti akan menyempurnakan keinginannya."
"Benar," Ling koh menimbrung. "Kesan Lolo terhadapmu
amat baik dan luar biasa aku percaya bila dia tahu sikap
setiamu tanpa hiraukan hubungan kekeluargaan tentu beliau
Patung Emas Kaki Tunggal ( Unta Sakti ) Karya Gan K H di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
akan suka rela mengabulkan cita cita ibumu."
"Cara bagaimani mengabulkannya?" tanya Koan San gwat
tidak mengerti. Berkata Ling koh sungguh sungguh "Pandanganku, paling
tidak pasti memberi sebelah tangannya untuk dipapas kutung
oleh Li siancu, lengan dikorbankan untuk menebus kesalahan,
tapi juga untuk menentramkan hatinya."
"Bukankah cara ini malah aku .."
"Tidak mungkin! Lolo sendiri suka membebaskan
kesalahannya diwaktu hidup, sudah tentu tujuannya juga demi
kau, usahanya ini sebenarnya mengandung suatu makna yang
amat mendalam." Koan San gwat menjadi bingung, tanyanya "Cara begitu
terhitung Lolo menyempurnakan diriku?"
"Tepat!" sela Li Sek hong. "Beliau menyempurnakan supaya
tulang belulang ayah mu bisa terkubur sama ibundamu, sebab
kalau hal ini tidak sampai terlaksana betapapun ibumu tidak
akan mau berbuat demikian."
Muka Koan San gwat menampilkan senyum dikulum,
katanya "Jadi ibu mem peralat aku untuk mewakili Lau Ih yu
menuntut balas?" "Kehendak ibu terhadap anak tidak termasuk "memperalat"
apalagi seumpama tiada unsur unsur yang menentukan dari
kau ini, toh belum tentu rencana ibumu tidak bakal sukses.
Bukankah tadi sudah kau dengar ucapan Ling koh Sunio
sendiri juga ingin menyelesaikan kejadian yang selalu
mengganjal dalam sanubarinya, kena terpengaruh oleh kau
pula sehingga urusan ini lebih gampang diselesaikan."
Berubah air muka Koan San gwat, Li Sek hong lekas
menambahkan "Kau tidak perlu merasa janggal, ayah
bundamu memang rada keterlaluan terhadap Lau Ih yu, kau
sebagai putranya adalah jamak menunaikan, tugas dan
mewakili mereka untuk penebus kesalahan kesalahan ini."
Sekilas Koan San gwat terlengong, akhirnya berkata kepada
Ling koh dengan sikap kereng "Ling koh! Kau boleh pergi dan
dihadapan Lolo kau harus bicara jujur apaadanya secara terus
terang kepada beliau. Tapi kaupun harus memberi satu hal
kepadanya, dia suka cara bagaimana menyelesaikan terserah
kepadanya, jangan karena aku jadi ragu ragu dan serba salah.
Bukan saja aku tidak sudi menerima kebaikannya, sabaliknya
aku akan membenci selama hidup ini?"
Li Sek hong melengak, ujarnya "Cara bagaimana kami
harus menjelaskannya?"
"Begitulah maksudku, dalam segala tindak tandukku
selamanya aku berpegang kepada nurani dan kelurusan hati,
aku paling ben ci kepada orang yang suka membual dan
tukang menjilat, menggunakan tipu daya dan lain lain cara."
Li Sek hong terdiam mematung, Koan San gwat segera
menambahkan "Li Siancu aku tidak ingin memberikan
penilaian terhadap mu, tapi aku tidak percaya bahwa kau suka
menerima tugas terakhir, cita cita ibuku ini hanya karena
persahabatanmu saja dengan beliau."
Berubah rona wajah Li Sek hong, Koan San gwat tertawa
serta berkata pula "Selama ini kau diam diam mencintai
guruku, tapi dia tinggal menyembunyikan diri dengan Lim
siancu kan hendak menggunakan kesempatan ini untuk
melihatnya. Aku tidak menentang keinginan dan perbuatanmu.
Tapi perlu ku beri nasehat kepada kau, bahwa meski kau
bertemu dengan mereka tidak akan membawa manfaat
kepadamu, beginilah perasaan dan nurani manusia, jodoh
tidak bisa dipaksakan"."
Li Sek hong tersenyum getir, sesaat kemudian baru dia
berkata pilu "Aku sudah tahu mungkin kali ini aku bisa jauh
lebih sedih, tapi aku harus kesana. Pertama luka hatiku biarlah
luka lebih parah dan padam. Kedua aku akan menentang
uraianmu tadi bahwa hubunganku dengan ibumu memang
amat intim laksana kakak adik sekandung, tugas yang pernah
kujanjikan harus kulaksanakan."
Dengan hormat tersipu sipu Koan San gwat menjura
kepadanya. katanya "Kalau begitu akulah yang salah, setulus
hati aku mohon maaf kepada kau, dengan setulus hati aku
memanggik (bibi) kepada kau. Setelah tugasmu selesai,
setelah aku membrantas Cia Ling im serta kamrat kamratnya,
tentu aku akan kembali dan hidup berdampingan bersama
sampai hari tuamu!" Dengan berlinang air mata dan tidak bicara Li Sek hong
tinggal pergi. Dengan terlongong Ling koh berkata "Koan
kongcu, adakah omongan yang perlu kau sampaikan kepada
gurumu?" "Ling koh," ujar Koan San gwat perlahan lahan "Usiamu
masih kicil namun kutlihat kau sudah pandai berpikir dan tahu
urusan, hal itupun tidak bisa disalahkan, guruku dan Lim
sianculah yang medidikmu menjadi begini nakal?"
Berubah aia muka Ling koh, mulutnya sudah terbuka
hendak bicara, lekas Koan San gwat menyela "Tidak perlu
banyak bicara, semua aku sudah paham, kalau ketemu guruku
sampaikan salamku, ucapan banyak terimakasih akan asuhan
dan bimbingannya yang berbudi, katakan bahwa akang
datand suatu kerika aku akan membalas kebaikannya ini...."
"Hanya kata kata itu saja?"
"Kedua patah kata ini sudah lebih dari cukup sungguh aku
tak mengerti kenapa kehidupan dalam dunia ini saling
memperalat" Dan sampai antara ibu beranak, guru dan murid
pun tidak terkecuali."
Lingkoh tertegun tanyanya."Maksudku Ui ho Sianjing juga
sedang memperalat dirimu?"
"Tidak salah !" sahut Koan San gwat tersenyum getir,
"sejak mula guruku sudah mengatur diriku sebagai wakilnya
didalam Liong hwa hwe, supaya cita citanya bisa terkabul
mengasingkan diri dan hidup bahagia bersama Ting siancu.
Baru hari ini aku paham akan tetapi aku masih simpatik dan
salut kepada beliau akupun akan membalas budinya, lekasilah
kau pergi, Li siancu sudah jauh."
Dengan mendelong Ling koh memandang jauh kedepan
lalu berkata menekan suara "Koan Kongcu adakah orang yang
bersahabat secara suci murni terhadapmu, tanpa punya
maksud memperalat dirimu?"
"Sudah tentu ada. Umpamanya Thio Ceng ceng, demi aku
dia melakukan banyak pekerjaan, namun terhadapku tiada
sesuatu yang diinginkan, aku jadi serba susah malah, entah
cara bagaimana aku harus membalas kebaikannya."
Berubah air muka Kang Pan mendengar ucapannya, lekas
ia menyeletuk. "Koan toako! Bagaimana dengan aku" Meski
aku belum pernah melakukan sesuatu kepada kau, tapi aku"."
"Kaupan temasuk satu diantaranya. Akupun amat berterima
kasih kepadamu, ku harap selama kau berlaku polos jujur dan
murni" "Koan Kongcu!" mendadak dengan suara linu yang hampir
tidak terdengar Ling koh berkata. "Jangan kau lupakan aku?"
habis berkata ia terus lari memburu di belakang Li Sek hong.
Koan San gwat menjadi merasa hampa Kang Pan mendekat
disampingnya, katanya "Koan toako, maukah kau percaya"
Ling koh pun sedang mencintai kau."
Koan San gwat menggeleng, ujarnya."Aku tidak tahu, dia
masih bocah kecil" "Tidak, ia tidak kecil lagi, aku berani katakan sejak lama dia
sudah jatuh cinta kepada kau, tempo hari dia rela tinggal disini
menemani Coa sin, adalah demi kau pula."
Koan San gwat menjadi , uring uringan sentaknya. "Jangan
peduli janji tetek bengek segala macam, marilah kitapun
pergi!" "Pergi kemana ?"
"Akupun belum ambil kepastian, meski dunia amat luas,
seolah olah tiada suatu tempat yang benar benar menjadi
tempat tujuan ku, tapi, marilah kita menuju ke Ngo tai san
dulu." "Ya, Cia Ling im tentu sudah kembali kesana lebih dulu!"
"Sulit dikatakan, tapi peduli dia ada tidak disana kerjaannya
tentu bukan urusan yang baik."
Kang Pan bingung dan tidak paham. Koan San gwat
menjelaskan. "Cia Ling im bukan orang goblok, tahu bahwa
pasti tidak akan melepas dia, kalau dia masih tinggal di Ngo
tai san, itu pertanda dia punya cukup tenaga untuk
menghadapi aku, atau sebalikanya tentu dia sudah
menyembunyikan diri, kemungkinan pula Thian mo kaupun
tidak menunjukkan aktivitasnya lagi."
"Kalau begitu tak usah kau meluruk kesana tempat itu
cukup berbahaya bagi kau kalau dia tidak disana. Thian mo
kaupun sudah diboyong kelain tempat, apa pula gunanya kita
menyusul kesana?" Koan San gwat tertawa lantang, ujarnya. "Kalau dia masih
disana ku ingin melabrakanya, kalau sudah pindah tempat
akan kucari sumber penyelidikkan disana untuk mengejar
jejaknya lebih lanjut. Kalau durjana itu tidak dibrantas dunia
tidak akan aman." Kang Pan memasukan Siau giok kedalam kain kantongnya,
katanya "Entahlah, yang terang kemanapun kau pergi kesitu
pula aku ikut!" Koan San gwat menarik napas panjaug Ui tiap kiam milik
Gwat hoa Hujin ia masukkan kedalam sarungnya terus
diserahkan kepada Kang Pan, menunjuk kantong kainnya
berkata "Kang Pan! Aku tidak perlu menggunakan senjata, ada
Siau giok sudah lebih dari cukup, kau saja yang bawa Cia Ling
im dan Lau Yu hu masing masing punya sebilah pedang
mustika, kaupun perlu membawa pedang tajam ini.
Koan San gwat menimang nimang pedang ditangannya,
katanya. "Selama hayat dikandung badan, aku akan membekal
pedang ini tidak menggunakan senjata lainnya."
Kang Pan maklum bahwa perasaan hati orang sedang risau
maka ia diam saja tak berani banyak bicara mengganggu
ketenangan nya, lekas ia bantu menggantung Ui tiap kiam
dipiggangnya, namun Koan San gwat tertunduk menjublek
mengawasi tanah. Tampak oleh Kang Pan kutungan lengan itu, itulah lengan
Lau Yu hu yang ditebas kutung oleh Koan San gwat, tak urung
berdetak jantungnya, dengan rasa was was ia berkata. "Koan
toako! Aku tidak tahu keadaan pertempuran, kukira...."
"Bukan salahmu. Lau Yu hulah yang harus memikul
pertanggungan jawab terbesar akan kematian ibuku, terhadap
ibu kandung sendiri mana boleh ia bersikap begitu?"
Kang Pan berpikir lalu bertanya. "Koan toako! Menurut
omonganmu jadi Lau Yu hu belum terhitung terlalu bejat,
yang jahat adalah ayahnya serta pengasuh yang membimbing
nya sampai besar bemama Hwi kak itu. Merekalah yang
menanamk n bibit, dendam kesumat didalam sanubarinya
sampai tumbuh dewasa."
"Semua salah, semua juga tidak salah mungkin perbuatan
Hwi kak memang tidak dapat dibenarkan, berdiri pada
pihakanya adalah demi kesetiaannya terhadap Lau Yu hu, lalu
siapa pula yang bisa mengatakan dia salah?"
"Koan toko, aku tahu banyak urusan ucapanmu ini
membuat bingung hatiku, jadi dalam persolan ini pihak siapa
yang benar dan pihak mana yang salah?"
"Sulit untuk menjelaskannya ayahku menyintai nyonya
muda yang sudah bersuami hal ini memang boleh dibenarkan,
tapi cinta mereka adalah suci dan murni. Setelah mati Lau Ih
yu masih mengatur langkah langkah jahatnya, namun dia pula
orang yang langsung terkena getahnya, melihat istri tercinta
direbut orang adalah jamak kalau dia teramat benci dan sakit
hati, kalau dinilai keseluruhannya mereka sama tidak
bersalah!" "Aku tahu sekarang! Kodratlah yang akan permainkan
manusia, jikalau ibumu sudah berkenalan lebih dulu dengan
ayahmu sebelum menikah dengan Lau Ih yu, peristiwa ini
tentu tidak akan terjadi !"
"Terpaksa hanya begitu kesimpulan kita."
"Ibumu memang seorang tua yang patut dihormati, ia jelas
membedakan dendam dan budi."
"Apa yang diatur oleh ibu dalam persoalan ini memang
betul, cuma tidak seharusnya dia memperalat aku....."
"Koan toako, pikiranku amat sederhana tidak dapat
kupikirkan aturan besar apa apa, tapi naluriku bicara aku tidak
percaya bahwa hal itu adalah maksud langsung dari bibi!"
"Memangnya kenapa?" tanya Koan San gwat tersirap.
"Jikalau ia hendak memperalat kau untuk menuntut balas
bagi Lau Yu hu, bukankah lebihh baik ia menyerahkan
persoalan ini kepada kau. Kalau toh dia hendak membedakan
budi dan dendam, kenapa pula harus bertindak putar balik....."
"Tepat! Tapi kenapa Li Sek hong harus berbuat demikian."
"Kukira Li Sek hong hendak mengabulkan kepintarannya,
dia mendapat pesan wanti wanti dari ibumu, tapi kuatir dirinya
tidak bisa menunaikan tugas yang diberikan itu, maka dia pikir
hendak mengajak dirimu"."
Sebentar Koan San gwat terlongong, mendadak berjingkrak
dan berteriak. "Betul! Kenapa tidak kupikirkan kearah itu!
Marilah lekas kejar!"
"Untuk apa?" "Akan kubongkar akal licik Li Sek hong ini, akan ku cegah
dia bekerja menggunakan nama baikku, supaya ibuku tidak
meninggal dengan rasa was was."
Lekas Kang pan menarikanya, katanya "Kukira tidak
perlulah, Li Sek hong berbuat demikian juga demi ibumu,
kalau dia tidak menempuh cara ini, tulang belulang ayahmu
tidak bisa akan di kubur bersama ibumu?"
Koan San gwat masih hendak bicara, lekas Kang pan bicara
dahulu "Cukup asal kau paham bahwa ibumu tidak
mengandung maksud maksud seperti itu, kenapa kau haru
mempersulit Li Sek hong, semua bekerja demi keyakinan
sendiri sendiri, hubungan Li Sek hong dengan ibumu tidak
lebih hanyalah saudara angkat, bahwa dia rela melaksanakan
tugas tugasnya ini, dan kau sebagai putra keturunannya,
masakah tidak rela menerima sedikit getahnya?"
Koan San gwat menjublek sekian lamanya, akhirnya
berkata menarik napas. "Kang Pan ucapanmu memang betul,
agaknya pikiranmu jauh lebih tinggi dari aku!"
"Aku tidak mengenal akan licik dan tipu muslihat, semua ku
gunakan keringanan, secara lincah dan tulus kupandang maya
pada ini, maka didalam pandang aku maya pada ini jauh lebih
indah, lebih elok dari apa yang kau lihat?"
Koan San gwat tidak bersuara. Kang Pan berkata lebih
Patung Emas Kaki Tunggal ( Unta Sakti ) Karya Gan K H di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
lanjut. "Li Sek hong sendiri kurang pengertian terhadap kau,
jikalau dia memaparkan maksud keinginan ibumu secara blak
blakan kepadamu, mungkin kau suka rela akan mewakilinya
menyelesaikan urusan itu."
Koan San gwat menghela napas, ujarnya. "Mungkin
ucapanmu benar, yang terang Li Sek hong tidak pantas
berbuat demikian, karena maksud ibuku tidak ingin aku
terlibat dalam persoalan ini" Kang Pan! Ucapanmu memang
benar, sekarang aku jadi simpatik dan berterimakasih kepada
Li Sek hong, tujuan dan maksudnya memang jujur, tadi tidak
pantas aku bersikap demikian terhadapnya!"
"Asal kau seperti diriku, pandanglah maya pada ini dengan
nurani yang suci murni, akan segera kau dapatkan dimana
mana penuh bertaburan bunga bunga mekar semerbak, alam
semesta ini diliputi cinta dan kehangatan...
Koan San gwat dan Kang Pan kembali sudah berdiri
didepan gunung Ngo tai san, sikap mereka kelihatan melengak
dan heran. Bendera kebesaran Thian mo kau ternyata sudah
lenyap dari tempatnya berkibar, yang ada hanyalah selarik
panji panjang yang tersulam sebatang pedang dan satu huruf
Im yang besar dibelakang pedang adalah sebuah lukisan Pat
kwa. Gambar Pat kwa ini cukup dikenal oleh Koan San gwat,
karena itu tanda kebesaran dan keluarga In dari Bu khek pay.
Bu khek pay hanyalah sebuah sendikat kecil yang bercokol
ditengah arus gelombang pertikaian didunia persilatan,
masakah mereka mampu merobohkan atau menumbangkan
kekuatan Thian mo kau yang besar dan kokoh serta
menggantikan kedudukannya. Hal inilah yang membuat orang
heran dan melengak. Adalah pertanda yang terukir diatas panji itu menjadi
kenyataan dan tidak biaa disangkal lagi, mau tidak mau
mereka harus percaya akan kenyataan ini.
Disaat mereka melenggong dan kebingungan, dari jalan
pegunungan sana tampak lari mendatangi seekor kuda yang
ditunggangi seorang laki laki bertubuh kekar, golok tersoreng
dipinggangnya sikapnya kereng dan angker.
Begitu melihat orang ini semakin heran dan menjadi curiga
hati Koan San gwat. Laki laki ini adalah Cit sing to Lau Sam thay, dulu waktu
orang menyelidiki persoalan Hwi tho ling cu baru berkenalan
dengan dirinya, dan karena orang ini pula sehingga dirinya
timbul persengketaan dengan pihak Bu khek pay.
Sungguh tidak nyana, ditempat ini dan saat ini pula ia bisa
bertemu dan melihatnya dan karena inilah, maka Koan San
gwat lebih yakin bahwa panji panjang itu jelas pasti ada
sangkut paut yang erat dengan Bu khek pay dari keluarga Im.
Badan Lau Sam thay rada gemuk dari dulu, sikapnya lebih
gagah dan bersemangat, muka tampak berseri tawa bercokol
diatas tunggangannya cuma sikapnya saja yang masih sopan
santun dan sungkan sungkan, dari kejauhan lantas turun dari
punggung kuda dan menjura memberi hormat, sapanya
"Lingcu! Sejak berpisah apakah dia baik baik saja. Kabarnya
dalam satu tahun ini kau sudah melakukan perjuangan besar
yang menggemparkan seluruh jagat, sekarang namamu tenar
sampai keseluruh pelosok dunia, sebagai pendekar yang tiada
bandingannya. Koan San gwat tertawa tawar, ujarnya. "Lau Samcu, kau
sendiri juga tambah gemuk dan hidup senang agaknya!
Tempat ini adalah...."
"Teima kasih! Masakah aku berani menerima pujian Lingcu.
Disini akupun beruntung bisa bercokol berkat muka dan nama
Lingcu belaka...." "Karena nama dan mukaku apa?" tanya Koan San gwat
tidak mengerti. Lau Sam thay berseri tawa, sahutnya "Tempo hari
beruntunglah karena Ling cu sudi mengangkat hamba menjadi
pengiring Ling cu, maka nona Im baru sudi mengundang
hamba disini aku mendapat tugas sebagai penerima dan
menyambut tamu." Koan San gwat lebih heran, tanyanya. "Nona Im" Nona Im
yang mana?" "Ling cu memang sering agung yang suka melupakan
urusan, nona Im adalah putri terkecil dari Ciangbujin Im Siok
kun dari Bu khek pay di Im san yang bernama Im Lee hoa.
Bukankah dulu Ling cu pernah melihatnya satu kali?"
Teringat oleh Koan San gwat dulu Thio Hun cu pernah
memincut Im Le hoa ini, sehingga pihak Bu khek pay salah
paham hendak mencari perhitungan dan adu jiwa pada
dirinya. Dan karena peristiwa itulah maka Thio Ceng Ceng
tanggal lari dengan jengkel dan malu.
Kenapa Im Le hoa bisa berada ditempat ini"
Lau Sam thay masih tertawa tawa ujar nya. "Nona Im
sekarang cukup jempolan, kedudukannya jauh lebih tinggi
entah berapa lipat dari ibunya sekarang dia adalah
Ciangbunjin dari Tay khek pang oh ya, mungkin kau belum
tahu akan Thay khek pang bukan?"
Koan San gwat menggeleng, sahutnya "Betul, aku belum
mengetahuinya!" "Hal ini tidak perlu dibuat heran, Thay khek pang selalu
bekerja secara diam diam baru pertama kemarin menerima
peninggalan Thian mo kau ini, baru pertama kali ini kita
kibarkan panji kebesaran ini!"
"Cara bagaimana Thian mo kau sudi menyerahkan markas
besarnya ini" Dimana Cia Ling im?"
"Selama ini Cia Ling im tidak pernah muncul, seluruh
anggota Thian mo kau kemarn dipimpin oleh Ki Houw semua
mengundurkan diri, dengan leluasa kita lantas menempatinya"
"Bicaramu semakin tidak genah! Cara bagaimana Ki Houw
mau menyerahkan pangkalannya kepada kau?"
Lau Sam thay tertawa kesenangan, sahut nya. "Sudah
tentu Ki Houw tidak sudi, tapi setelah dia melihat Liu tongcu,
terpaksa mencawat ekor seperti halnya dengan Bu khek pay,
Thay khek pang seluruhnya dipegang oleh kaum perempuan!"
Koan San gwat keheranan, tanyanya. "Siapa pula Liu
tongcu itu?" "Semua adalah kenalan lamamu, dia ber nama Liu Ih yu,
sekarang menjabat sebagai Cong tongcu juga kenalanmu yang
paling rapat, kau tahu siapa dia?"
Koan San gwat berpikir sebentar, lalu berkata "Thio Ceng
ceng!" "Sekali tebak kena betul. Orang orang dalam Thay khek
pang yang banyak kau kenal seperti Sing tong Tongcu Lok
Siang kun, Kong kun tong Tongcu Lok Heng kun, Sian hong
tongcu Lok Sia hong dan masih banyak lagi."
Semakin bingung dan tak mengerti Koan San gwat
dibuatnya, setelah terpekur ia berkata "Coba katakan cara
bagaimana Im Lee hoa bisa diangkat menjadi Ciang bun jin?"
"Sudah tentu karena adanya sangkut paut dengan Thio
loyacu, sebetulnya hak kekuasaan Ciang bun jin ini tidak lebih
besar dari berkuasa dari Lwe tong Tongcu, karena didalam
tingkatan dia lebih tinggi satu angkatan?"
"Dia lebih tinggi seangkatan dari Ceng Ceng. Jadi dia...."
Lau Sam thay menekan suara, katanya "Soal ini tiada
halangan kuberitahu kepada kau toh kau memang sudah tahu,
nona Im adalah nyonya muda dan Thio loyacu, jadi ibu tiri
nona Thio....." Berubah air maka Koan San gwat, katanya. "Jadi kejadian
dulu itu memang kenyataan?"
"Bagaimana duduk perkara sebenarnya?"
"Dulu Thio loyacu pernah berkunjung ke berbagai golongan
dan partai silat yang tersebar di mana mana, merebut buku
rahasia pelajaran silat mereka, hal ini kau sendiri tentu tahu,
kejadian itu...." "Jadi betul dia adanya!" bentak Koan San gwat. "Tua
bangka ini masih pura pura welas asih di Liong hwa hwe dulu
terhadapku!" Lekas Lau Sam thay menggoyang tangan katanya. "Ling cu
salah paham, dalam hal ini Thio loyacu mempunyai maksud
maksud tertentu, sudah tentu hal ini amat erat sangkut
pautnya dengan Liong hwa hwe , ilmu silat Bu tong dan Siau
lim merupakan yang lain dari yang lain, sejak lama Cia Ling im
sudah mengincer mereka dan hendak melebar kedua partai ini
masuk kedalam kekuasaannya. Thio loyacu mendapat bisikan
dulu, membunuh kedua Ciang bun jin kedua partai ini,
terhadap luar disiarkan kabar bahwa dia merebut buku rahasia
pelajaran silat mereka, sebetulnya hanya buku tiruan saja
yang dia bawa buku aslinya masih berada ditempatnya
semula!" Koan San gwat mendengus jengeknya. "Lalu kenapa ia
harus membunuh ke dua Ciang bun jin kedua partai itu?"
Kedua Ciang bun jin itu insaf mereka tiada kekuatan untuk
melawan kehendak Cia Ling im, demi melindungi ilmu silat
peninggaalan cikal bakal mereka supaya tidak terjatuh
ketangan orang luar, dengan suka rela mereka mengorbankan
diri!" "Aku tidak percaya !"
"Ciang bun jin angkat bahu dari kedua partai itu, sedikitpun
tidak menaruh dendam sakit hati terhadap Thio loyacu dari hal
ini kau akan mendapat bukti bukti yang cukup banyak !"
"Lalu bagaimana pula persoalannya dengan Im Le hoa?"
"Bicara soal ini jauh lebih mengesankan Thio loyacu
mendapat kabar bahwa Bu khek pay merekapun termasuk
dalam daftar yang ditundukan, tapi waktu itu tiba insaf dan
melihat kenyataan, terasa bahwa ilmu pedang mereka
bahwasannya tiada sesuatu keanehan nya, maka ia
membatalkan niatnya semula. Tapi, dasar ilmu pengobataanya
teramat tinggi, sekilas pandang ia melihat bahwa Im Le hoa
semacam penyakit aneh yang cukup gawat."
"Penyakit apa?"
"Katanya penyakit Hoa cit!"
"Bohong! Kenapa ibunya tidak tahu?"
"Hoa cit adalah semacam penyakit yang aneh, penyakit ini
sejak dilahirkan sudah mengeram dalam tubuh anak
perempuan akan kumat setelah dia berusia delapan belas
tahun. Waktu Thio loyacu tiba disana kebetulan penyakitnya
itu kumat, kalau penyakit itu sedang gawat, seperti gila saja
dia mencari laki laki, karena Thio loyacu tidak kenal dengan
keluarga Im, maka sulit ia memberi penjelasan, terpaksa dia
bekerja diam diam memberi pengobatan."
Koan San gwat terlongong sekian saat, sungguh tidak kira
dalam persoalan ini mengandung seluk beluk yang liku liku.
"Tapi tugas dan kerjaan Thio loyacu amat banyak dan sibuk
sekali, tanpa menunggu penyakit orang disembuhkan dia
lantas tinggal pergi, tapi dia sudah menyembuhkan sebagian
penyakit itu" akhinya"."
"Akhirnya terjadilah peristiwa yang kita alami dulu!"
"Benar! Penyakit Im Lee hoa waktu itu belum sembuh
seluruh nya, mulutnya mengoceh kalang kabut, ibunya tidak
tahu duduk perkaranya lantas main tuduh dan bertekad
hendak menuntut balas kepada Thio loyacu!"
Ilmu pengobatan Thio Ceng Ceng pada waktu itu sudah
cakup baik juga, kenapa ia tidak melihat adanya penyakit aneh
itu pada diri Im Lee hoa" Kalau tidak mungkin dia mengalami
pukulan batin yang begitu berat."
"Nah disitulah letak kesalahannya, penyakit Im Le hoa baru
sembuh separuh, lahirnya sukar diketahui, maka semua orang
mau percaya obrolannya, sebetulnya Thio loycu tidak berbuat
tidak senonoh terhadapnya, kau masih ingat hari itu bukankah
nona Thio memberikan sebutir obat" Obat itu justru
menyembuhkan seluruh penyakit nona Im secara tidak
sengaja." " Selanjutnya bagaimana?"
"Setelah penyakit Im Lee hoa sembuh ia tuturkan duduk
perkara sebenarnya kepada ibu nya, barulah Im Siok kun insaf
bahwa dia salah menuduh Kepada Thio loyacu, tapi waktu itu
semua berada di Bu san!"
"O, jadi begitulah duduk perkatanya, tapi waktu di Sio li
hong disaat pembukaan Liong hwa hwe, kenapa Thio loyacu
tak memberi penjelasan kepada aku?"
" Sebelumnya dia sudah mendapat pesan dari Go hay ci
hang, dia disuruh masuk kelompok orang orang Cia Ling im,
sudah tentu menjadi sulit memberi keterangan kepada kau
sehingga terjadilah peristiwa berbuntut panjang ini!"
"Kejadian selanjutnya aku sudah mengerti, tapi kenapa Im
Lee hoa bisa betul betul menikah dengan Thio lopek" Cara
bagaimana pula bisa mendirikan Thay khek pay disini?"
"Karena disembuhkan oleh Thio loyacu Im Lee hoa
bersumpah kecuali menikah dengan Thio lopek" Cara
bagaimana pula bisa mendirikan Thay khek Pang disini?"
"Karena disembuhkan oleh Thio loyacu. Im Lee hoa
bersumpah kecuali menikah dengan bulim, selama hidup tidak
mau kawin, kebetulan akupun ikut kau pergi ke Bu san aku
hanya jelas mengetahui keadaan kalian, waktu Im Siok kun
mencari aku membawa putrinya, minta aku menemukan Thio
loyacu, aku tahu Thio loyacu berada didalam Thian mo kau,
namun tidak berani aku menemui dia, sampai kira kira
beberapa selang nona Thio Ceng eeng ketemu aku dan
bertemu pula dengan nona Im, setelah mendapat penjelasan
duduk perkaranya, baru hilanglah kesalah pahamnya terhadap
ayahnya. Saat itu pula ia membuat satu keputusan!"
"Keputusan apa?"
"Ia keputusan hendak mendirikan satu kekuatan lain untuk
menandingi Thian mo kau. Dia suruh aku mencari bala
bantuan dan mengumpul tenaga, yang kukenal hanyalah
keluarga Lok ibu beranak, maka kucari mereka akhirrnya
urusan terjadi perubahan, entah dengan cara apa Thio loyacu
berhasil menundukan seorang aneh, kepandaian silat orang
aneh itu cukup berkelebihan untuk menundukkan Cia Ling im.
Koan San gwat tahu orang aneh yang dimaksud tentulah
Coa sin adanya, cepat ia bertanya. "Apakah mereka berkumpul
diatas gunung?" "Betul! Thio loyacu tidak mau berkecimpung dalam urusan
dunia lagi, ia berkeputusan hendak hidup dalam pengasingan
diatas gunung sampai hari tua, nona Im bertekad menjadi
istrinya, nona Thio Ceng ceng juga mengharap belaian orang
tua ada yang merawat dan melayani, dia ikut menyokong dan
memberi dorongan, dan lagi ia mengusulkan supaya nona Lu
menjadi Ciang bun jin dari Thay khek pang."
"Kenapa harus menggunakan nama ini?"
"Itulah hasil dari pemikiran nona Thio dari Bu khek ke Thay
Patung Emas Kaki Tunggal ( Unta Sakti ) Karya Gan K H di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
khek pertanda bahwa Thay khek kun adalah bersumber dari
Bu khek karena dulu diapun pernah membunuh beberapa
anggota keluaga Im, dengan cara ini ia hendak melimpahkan
rasa penyesalannya terhadap Bu khek tay, sebetulnya
mengandal kekuatan Thay khek pay sekarang, jelas Bu khek
pay bukan apa apanya lagi!"
-oo0dw0oo- JILID 29 "Dari mana asal mula alasanmu ini" Untuk membenci aku
kan kaupunya alasan."
"Tanyakan kepada ibumu."
"Apa sangkut paut hal ini dengan beliau!"
"Amat besar hubungannya, sebelum dia melihat kau,
hatinya selalu dirundung kesedihan dan yang dibayangkan
selalu adalah putranya yang hilang, mungkin dia anggap aku
tidak tahu, sebetulnya sejak lama Hwi kak sudah memberi
tahu kepadaku, sejak saat itu aku sudah mulai benci kau,
akhirnya ditambah persoalan Thio Ceng Ceng, maka aku tidak
bisa berdiri sejajar dengan kau."
Koan San gwat menjublek mendengar uraian yang
dianggap gila ini. Lau Yu hu meneruskan dengan suara
gegetun dan benci. "Selamanya kalian dipihak yang unggul,
ayahku terima diperhina dan hidup merana, rela rujuk kembali
demi kebahagiaan rumah tangga, namun ia tidak bisa menarik
kesenangan hati ibu, setelah generasi mendatang keadaan
lebih parah lagi, didalam sanubari ibu kedudukannya jauh
lebih berat dan disayang, didalam lubuk hati Ceng ceng, aku
malah tidak bisa menempati posisi yang kuharapkan, apakah
aku tidak pantas membenci kau?"
Perguruan Sejati 4 Ilmu Ulat Sutera Karya Huang Ying Misteri Lukisan Tengkorak 4
bertahan sama menghabiskan tenaga.
Bagaimana juga Jin kau merupakan binatang yang tidak
sepintar manusia, yang di incar melulu racun dari ular yang
berada di tangan Coa sin. rasanya tidak terima sebelum
berhasil menghisapnya, maka dia terus berusaha merebutnya.
Karena itu Koan San gwat jadi berkesempatan menunaikan
tugasnya. Akan tetapi tangannya tidak pegang senjata, terpaksa ia
meniru cara Coa sin mengunakan tenaga pukulan tangannya
menghadapi ular ular itu, cuma lwekangnya terpaut jauh
dibanding Coa sin. Baru puluhan ekor yang dia bunuh, tangan
sudah pegal dan napas memburu, ia sudah kepayahan.
Soalnya ular ular itu berlari terpencar, sekali pukul hanya
membinasakan seekor, sudah tentu amat makan tenaga.
Koan San gwat merasa caranya ini kurang praktis, ribuan
ekor banyakanya belum lagi satu persepuluhnya yang ia
bunuh, ia sendiri pasti sudah mampus keletihan Maka sambil
bekerja terpaksa dia berseru kepada Coa sin. "Coa sin,
dapatkah kau memancing mahluk aneh itu keluar" Tempat
buntu macam ini, cukup asal kita menutup lubangnya seluruh
ular ular beracun bukankah sudah beres semuanya?"
Coa sin menggerung gusar, dampratnya "Kau tak usah
cerewet. Kalau caramu itu bisa berhasil, sejak tadi sudah aku
laksanakan, masakah perlu aku minta bantuanmu?"
Koan San gwat masih tidak terima, serunya pula. "Cara
demikian menghemat tenaga dan waktu. Kenapa tidak dapat
dilaksanakan?" "Memangnya aku menggunakan gerombolan ular ular ini
mengurung mahluk aneh ini disini, setelah dia kehabisan
tenaga dan tele tele baru perlahan lahan meringkus dan
membinasakannya, bila sudah berada diluar ...." baru bicara
sampai disitu, air beracun mengalir keluar dari taring ular
sudah habis, lenyaplah daya tariknya terhadap Jin kau,
mendadak ia putar badan terus memburu keular ular
disebelah sana. Coa sin setindak telah terlambar, Jin kau sudah berhasil
menggigit putus kepala ular serta menghisap racunnya,
dengan mendapat tambahan racun Jin kau jadi bergerak lebih
lincah dan semangat, gairahnya lebih besar, sekali putar
tubuhnya dia mengejar seekor ular yang lain lagi. Tapi
hantaman Coa sin lebih dulu memukul mampus ular itu, ia
cepat cepat menangkap seekor yang lain pula dengan cara
semula ia menarik perhatian Jin kau lagi, begitulah mereka
mulai saling berkutet dan pergi datang dan nuju mundur.
Suatu kesempatan Coa sin segera berseru. "Bocah keparat!
Jangan cerewet, betapa sulitnya aku mempermainkan ia,
menguras tenaganya, sekali kau menggangu, aku harus
bekerja dari permulaan lagi silahkan kau melakukan tugasnya
sendiri"." Begitu juga Koan San gwat tidak mercecokinya lagi, tapi
setelah ia membunuh puluhan ekor lagi, terasa kiranya ini
memang terlalu berat, tak tahan ia berteriak pula "Coa sia!
Cara ini memang kurang praktis, aku seorang diri kekuatanku
amat terbatas, jelas tidak mungkin bisa membunuh sekian
banyak ular, kenapa kau tidak bisa keluar" "
"Bila sampai diluar, dia tinggal pergi tanpa kembali, siapa
yang bisa mengejarnya?" teriak Coa sin pula dengan gusar.
Alasan ini seketika membuat Koan San gwat melenggong,
kekuatiran Coa sin memang masuk di akal. Kalau Jin kau
terbang keluar dan entah kemana, bencana yang ditimbulkan
tentu tidak terbatas. Apa boleh buat terpaksa ia mengepos semangat,
pukulannya mulai berjatuhan lagi menghantam kearah ular
ular itu. -oo0dw0oo- JILID 28 SETELAH KOAN SAN Gwat membunuh dua tiga ratus,
saking keletihan tangan terasa susah digerakan lagi,
sementara Coa Sin sudah berganti empat lima ekor, selama ini
ia berkutet terus dengan Jin kau. Gerak gerik Jin kau tampak
tidak segesit dan selincah tadi, namun ia masih begitu besar
gairahnya, begitulah saking ngiler ia menubruk dan berusaha
terus mendesak maju, namun setiap kali tentu kena digempur
terpental mundur oleh pukulan Coa Sin. Terpaksa Koan San
Gwat beahenti istirahat, namun Coa Sin tidak memberi
kesempatan padanya, dengan penuh kebencian matanya
melotot dan beringas, serunya mendesak. "Anak muda!
Jangan berhenti, bencana ini kaulah yang menimbulkan,
akulah yang kena getahnya, kalau kau tidak lekas bekerja mati
matian, akupun boleh cuci tangan."
Koan San Gwat naik pitam, serunya gusar. "Mahluk ini
adalah peliharaanmu."
"Tapi aku tidak suruh kau menguntungi lehernya, sampai
dia meninggalkan badan kasarnya!"
"Menggunakan dia kau hendak bunuh aku! Masakah aku
harus mandah terima kematian begitu saja!"
"Kentut!" maki Coa Sin tertawa, "Aku mengurungnya
didalam kamar, toh bukan aku yang memaksa kau masuk,
seumpama kau terbunuh oleh dia, kau salah sendiri."
Koan San Gwat melengak, serunya "Kau berbuat tidak
senonoh kepada Ling koh bagaimana aku bisa tidak turut
campur." "Apa benar kau mampu mengurusnya! Kalau bukan aku
sendiri yang membatalkan niatku, budak kecil itu sejak tadi
sudah menjadi korban, tahumu sih hanya main gagah
gagahan dan main jempolan, kebanyakan urusan cuma
mencelakai jiwa orang melulu."
Tersumbat mulut Koan San gwat, sekian lama ia tidak
mampu bersuara lagi. Namun Coa Sin tidak memberi hati, katanya lebih lanjut
sambil tertawa dingin "Kalau toh kau hendak menjadi
pendekar menolong yang lemah menumpas yang jahat,
sekarang justru bukan saatnya kau istirahat main malas
malasan, mesti lelah sampai mati juga setimpal, karena
pekerjaanmu ini menyangkut laksaan jiwa insan hidup, kalau
sampai mahluk keparat ini keluar, adalah kesalahanmu
seorang, meski aku memelihara binatang ganas ini, kalau kau
tidak banyak urusan, dia tentu tidak akan sembarang melukai
orang !" Benak Koan San Gwat bergelora penuh amarah, namun
sepatah katapun tidak mampu diucapkannya.
Sesosok bayangan berkelebat dimulut lubang, ternyata Ling
koh sedang menyelinap masuk, segera ia berkata dingin. "Coa
Sin! Kau salah! Kalau Koan kongcu tidak berbuat kesalahannya
itu, Jin kau peliharanmu ini pun tidak akan lepas menjadi
incaran Cia Ling Im untuk memperalatnya. Ketahuilah sejak
mula mereka sudah mengatur segala sesuatunya dengan
sempurna." "Kau membual apa !" sentak Coa Sin gusar.
"Sedikit pun aku tidak membual, pengetahuan Thio Hun cu
mengenai Jin kau jauh lebih banyak dari kau, rencana mereka
semula adalah menggunakan Jin kau itu untuk menundukan
kau cuma persiapannya saja yang terlambat dan belum lagi
mereka sempat bekerja Koan kongcu sudah bergerak lebih
dulu...." Coa Sin tertegun, tanyanya heran. "Mereka mampu
mengekang mahluk keparat ini?"
"Tidak salah!" "Menggunakan cara apa?"
"Daun jatuh kembali keakarnya, sudah tentu menggunakan
kelongsong telurnya yang keras waktu dia dilahirkan dulu,
konon kabarnya kelongsong telurnya itu bila dibubuk lembut
ditebarkan diatas badannya, dia pasti bisa menjadi jinak!"
Coa Sin terbahak bahak, serunya "Hal itu akupun sudah
tahu, tapi kelongsong telurnya itu jauh lebih keras dari besi
baja, dibakar dua ribu tahun dalam bara api juga tidak akan
terbakar menjadi abu ...."
"Terserah kau mau percaya, aku tidak ngapusi kau,
sekarang Thio Hun cu sedang menggunakan tungku raksasa
untuk membakar kelongsong telur itu, malah sebentar lagi
bakal selesai, waktu aku datang, kelongsong itu tinggal sedikit
lagi ..." Karuan berubah air muka Coa Sin, cepat ia bertanya. "Apa
benar" Cara bagaimana dia bekerja?"
"Mana aku tahu, yang terang dia sudah menyelesaikan
kerjaannya dengan baik?"
Berubah pula air muka Coa Sin, serunya "Hal itu tidak boleh
terjadi! Aku harus segera mencegah usahanya itu." Sembari
bicara ia lempar ular di tangannya terus menerjang kemulut
lubang. Cepat Jin kau menyongsong lemparan itu terus membuka
mulut dan menggigit kepalanya sampai putus menghisap
racunnya dengan lahapnya, setelah memuntahkan kepalanya,
ia mengejar ekor yang lain pula.
Baru saja Koan San Gwat bergerak hendak merintang, Ling
koh sudah menarikanya. "Koan kongcu! Kau tidak akan
mampu merintangi dia. Lwekangmu jauh tidak ungkulan
dibanding Coa Sin." "Lalu bagaimana baikanya?"
"Tidak cara apapun, malah kau harus cepat mengundurkan
diri bila Jin Kau sudah kenyang menghisap racun, untuk
mundur kau pun sudah terlambat."
"Tidak!" sahut Koan San Gwat menggeleng, "Binatang
ganas ini betapapun tidak bisa dibiarkan hidup, bila terjatuh
ketangan Cia Ling im, akibatnya bakal lebih celaka."
"Lebih baik terjatuh ketangan Cia Ling Im dari pada dia
beterbangan kemana mana mencelakai orang orang tidak
berdosa, paling tidak keganasannya masih ada orang yang
bisa mengendalikan, tidak akan sembarangn terbang dan main
terjang." "Tapi bila Cia Ling Im memiliki binatang ganas pembunuh
orang dan malang melintang bersimaharaja, siapa pula yang
kuasa mengendalikan dia" Apakah benar Thio Hun cu
membakar kelongsongan kura kura itu?"
"Benar, Cia Ling Im menyoreng pedang sedang berjaga
dipinggiran, aku ingin mengganggu dan menggagalkan usaha
mereka tapi aku kewalahan, dan lagi aku sendiri ragu ragu
untuk mengganggu karena aku tidak bisa berbuat dosa?"
disaat mereka bercakap cakap inilah beruntun Jin kau sudah
menghisap puluhan racun ular, semangatnya terbangkit gerak
gerik nya semakin lincah dan gesit.
Gerak terbangnya pun menjadi cepat sekali gigit satu ekor,
segampang orang makan kwaci saja. Lama kelamaan Koan
San Gwat menjadi merinding dan mencelos hatinya.
Ling kohpun amat prihatin, serunya. "Kau sudah lihay
belum. Betapa hebat lwekang Coa Sin, sedikitpun ia tidak
kuasa menundukan, kalau dia betul betul kehilangan belenggu
yang mengekang dirinya, dapatlah kau bayangkan akibatnya!"
"Kalau sejak mula tahu begini akibatnya aku lebih suka
disembur oleh hawa beracun dari mulutnya!" demikian ujar
Koan San Gwat gegetun. "Tiada gunanya, bila kau mampus hanya sia sia belaka,
setelah Cia Ling Im gagal menggunakan ilmu sihirnya untuk
mempengaruhi Coa Sin, langkah selanjutnya adalah
menggunakan rencana ini ...."
Koan San Gwat menerawang sebentar, lalu bertanya. "Apa
Kang Pan masih bergebrak dengan Lau Yu hu diluar?"
"Tidak, waktu aku masuk kemari, bayangan seorangpun
tidak kulihat." "Aku punya akal, mari lekas kita keluar," bergegas ia seret
Ling koh menerjang keluar dari mulut sarang yang kecil itu.
Kang Pan dan Lau Yu hu memang tidak kelihatan lagi diapun
tidak sempat pikirkan mereka. Lekas ia berkata kepada Ling
koh. "Lekas kau bantu aku menutup rapat lubang ini."
"Tiada gunanya, orang lain masih membukanya lagi!"
"Adakah cara lain untuk menggugurkan lamping gunung
ini?" Ling koh berpikir sebentar, mendadak berkata. "Tidak
bisa! Tapi aku punya cara lain, kita bisa naik kepuncak sana,
dimana ada lubang angin dari sana kita memasukkan bahan
belerang sebanyak mungkin. Marilah kita sumbat dulu lubang
ini, baru memasukkan belerang dan membakarnya habis
perkara Mungkin Jin kau bisa terbakar mampus cuma kita
bekerja cepat." Koan San Gwat tidak berani berayal lagi lekas ia salurkan
tenaga terus menggempur mulut lubang, namun batu batu
gunung disini amat keras, hanya sebagian kecil saja yang
runtuh. Ling koh menjadi gugup teriaknya "Cara itu mana bisa,
biasanya Coa Sin menggunakan sebuah batu besar untuk
menyumbat lubang ini, tuh disana, mari kita kerja sama,
mungkin kuat memindahkannya kemari."
Tampak oleh Koan San Gwat bentuk batu dan besarnya
memang tepat dan pas menyumbat mulut lubang ini, cuma
terlalu tebal mungkin beratnya ada laksaan kati, maka
sedikitpun tidak terpikir olehnya.
Biasanya ia menggunakan senjata peninggalan garunya
yang beratnya ribuan kati, maka ia percaya didalam dunia ini
dalam adu tenaga tiada seorangpun yang akan kuasa
menandingi dirinya. Maka meski mendengar seruan Ling koh
ia berusaha menggeser batu itu, namun sedikitpun tidak
bergeming. Di saat napasnya sudah ngos ngosan dengan
muka merah padam, lekas Ling koh maju membantu, kedua
tangannya ikut mendorong dari sisi yang lain, untunglah batu
bisa bergeser sedikit. Begitulah dengan kerja sama meski
makan tenaga dan waktu akhirnya mereka bisa juga menutup
lubang dengan batu besar itu.
Lingkoh menarik napas serta berkata tertawa. "Sungguh
berat batu ini perlu dua orang baru mampu menggesernya,
Coa Sin hanya seorang diri saja sudah bisa melakukannya,
kekuatan raksasanya memang tiada bandingannya!"
Koan San Gwat menghela napas pelan pelan, katanya.
"Ling koh, tidak usah menyinggung Coa Sin, kenyataan kau
lebih kuat dari aku!"
Melihat sikap orang yang mendelu dan malu, cepat Ling
koh menjelaskan. "Koan kongcu, di bawah bimbingan Coa Sin,
dan petunjuknya sekarang aku kira kira mampu mengguakan
tenaga sampai lima ribuan kati, baru itu berat laksaan kati,
meski kita harus kerja sama baru bisa menggesernya, dihitung
hitung tenagamu masih jauh lebih besar, kenapa kau bicara
Patung Emas Kaki Tunggal ( Unta Sakti ) Karya Gan K H di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
begitu sungkan dan merendah?"
"Aku hanya menyesal pada diriku sendiri bahwa kau bisa
lebih kuat dari aku, sudah tentu aku harus senang"
"Kekuatan seseorang tidak bisa dijadikan pertanda, kau
tidak usah senang bagi diriku dan tidak perlu menyesal pada
diri sendiri! Masih perlu manjat kepuncak?"
"Marilah sudah tentu harus kesana. Hal ini justru paling
penting." "Kukira kau sudah lupa, seumpama tenagaku memang
lebih kuat dari kau, tidak perlu kau harus menyesal
sedemikian rupa, tujuan mu kemari kan bukan hendak main
gagah gagahan dan menang sendiri bukan!"
Kata katanya laksana obat mujarab, dan telak menusuk
lubuk hati Koan San gwat, seketika pikiran jadi jernih dan
terang. Bersama Ling koh mereka berlompatan terbang naik
keatas lereng gunung, terus menuju kesebelah bangunan
rumah kecil diatas sana. Didalam rumah batu ini ternyata
banyak benar ada disimpan bahan bahan belerang yang tidak
terhitung banyaknya yang gampang dibakar.
Di tengah tengah rumah batu itu ada sebuah lubang
jendela yang menembus kebawah itulah lubang angin yang
dimaksud, lubang itu menembus kebawah dan bisa melihat
keadaan sarang ular. Jin kau masih mengejar ular ular dan
menghisap racunnya tanpa merasakan capai dan
kekenyangan. Urusan tidak boleh main lambat lambat tepat mereka
melemparkan belerang belerang yang tersedia dibawah
lubang, setelah cukup banyak mereka mengumpulkan kayu
bakar serta menyumbatnya terus dilempar kebawah. Begitu
terjilat api belerang lantas terbakar, dimana bara apinya
mengeluarkan asap biru menyala, ular ular dimana berlarian
saling terjang, sekejap saja kira kira ada setengahnya sudah
putus nyawanya. Sisa lain yang masih hidup sama berebutan menyingkir
kepinggir sambil mendesis dan bersuara ribut, bila bata api
belerang itu merambat keempat penjuru, tentu merekapun
menunggu giliran belaka. Mau tidak mau Koan San Gwat
merasa sedih dan tidak tega pula. Ular beracun memang
pantas dibunuh, namun dengan cara pembakaran sekaligus
dengan sedemikian banyaknya, seolah olah cara ini terlalu
kejam. Melihat mimik wajah Ling koh pun dapat merasakan
kerawanan hati orang. Katanya dengan tertawa. "Koan
kongcu! Kau tidak usah bersedih, ular dalam sarang yang
penuh ini, seumpama tidak kita bunuh dengan membakarnya,
akhirnya toh akan dibakar orang lain. Ketahuilah simpanan
belerang disini adalah Cia Ling Im yang membawanya."
"Dia yang membawa kemari" Untuk apa dia membawa
sedemikian banyak?" "Menurut anggapan Cia Ling Im semula pasti dia berhasil
mengundang Coa Sin keluar, lalu dikatakan ular sedemikian
banyak ini tiada gunanya lagi, dia sulit untuk melenyapkannya
semua. Semula Coa Sin sendiripun sudah setuju?"
"Lantas kenapa mereka tidak segera turun tangan?"
"Lantaran Cia Ling Im salah langkah dia hendak main licik,
disaat Coa Sin menjalani oprasi dia hendak menggunakan ilmu
sihirnya mempengaruhi pikiran Coa Sin, alhasil tipu dayanya
ini gagal karena kenangan oleh Coa Sin...."
"Bukankah Coa Sin tadi bilang bahwa mereka sudah
teringkus dan terkurung dalam sarang ular dibawah ini?"
"Memang benar, namun dia hanya membekuk Cia Ling Im
dan Lau Yu hu dua orang masih ada Thio Hun cu tidak ikut
terkurung, tentu dialah yang melepas mereka keluar!" Saat
mana ular ular didalam sarang di bawah ada sudah banyak
yang mampus, hanya Jin kau masih dengan semangat
menyala nyala menerjang kian kemari, mengejar dan
membunuh serta menghisap racun mereka.
Tampak oleh Koan San Gwat dipojokan sana masih ada
beberapa bongkah belerang besar, ia hendak mengangkatnya
dan dilempar kebawah untuk menambah bara api. Segera ia
membakar mampus Jin kau sekalian, namun Ling koh dengan
tegas mencegahnya. Segara ia menyumbat beberapa bongkah
belerang diantaranya didalam kamar batu itu. Namun tidak
dilemparkan kebawah. Baru saja Koan San Gwat tidak habis
mengerti, Ling koh sudah menjemput sebuah diantaranya dan
dipegangi. Lama kelamaan Jin kau merasa kepanasan dan pengap
oleh bara belerang itu, akhirnya tak tertahankan lagi,
mendadak ia menggetar ekornya yang panjang, badannya
lantas meluncur keatas menerjang kearah lubang angin di atas
ini. Keruan mencelos hati Koan San Gwat lekas ia lontar
pukulan deras untuk menutup lubang menghalang halangi,
tapi gerakan Ling koh lebih cepat lagi, belerang besar yang
menyala itu ditangannya itu lekas ia sumbatkan kelubang
angin. Terpaksa Jin kail terdesak mundur pula oleh bara belerang,
segera mulutnya menyeringai seram mengeluarkan suara
aneh, sikap nya sungguh amat mengerikan.
Serta merta Koan San Gwat berseru memuji. "Kiranya kau
sudah memikirkan cara yang baik ini, sungguh cerdik kau!"
"Belum tentu Jin kau takut api, namun bau belerang punya
kasiat untuk memusnahkan racun ular, maka sementara masih
bisa merintangi dia, kalau tidak tamparan pukulanku tidak
mungkin kuat membendung terjangannya!"
Koan San Gwat tidak banyak bicara lagi, dijemputnya
sebuah belerang besar terus di lempar kedalam sasarannya
kebetulan adalah tempat yang belum terbakar, Jin kau
terdesak untuk melompat kesana sini"
Melihat orang masih hendak menimpukkan belerang lagi,
lekas Ling koh mencegah "Koan kongcu, perangai mahluk ini
cukup sabar dan tahan uji, sisa belerang tidak banyak lagi,
jangan kau terlalu boros, yang terpening kita harus
menjaganya upaya tidak melarkan diri!"
Koan Sao Gwat mengerut alis, ujarnya. "Bukankah lebih
baik melenyapkannya secepat mungkin?"
"Jangan, bila tidak mampu membunuh nya dan tidak kuasa
menghalangi dia melarikan diri bukankah lebih celaka" Apa
guna nya cepat cepat kalau tidak membawa hasilnya, biarlah
kita tunggu saja kalau dia sudah kelelahan dan semaput
karena pegal!" Dihitung sisa belerang yang ada, menurut perhitungan
Koan San Gwat paling lama malah kuat bertahan satu jam
lamanya, maka ia tidak berani terlalu boros lagi. Dari lubang
angin itu ia dapat melihat Jin Kau disebelah bawah sedang
terjang sana terjang sini, gerak geriknya sudah tidak selincah
tadi kalau kepanasan dan diuap lagi satu jam mungkin sudah
dibereskan. Maka timbullah semangatnya katanya senang. "Jika Jin kau
dapat dibunuh, Cia Ling Im tidak akan mampu mengekang
Coa Sin lagi malah dia mengikat permusuhan dengan Coa Sin
yang merupakan lawan tangguh memang setimpal dengan
perbuataanya." Sebalikanya Ling koh tidak sependapat, katanya. "Apakah
kau sendiri tidak takut sama Coa Sin" Bukan mustahil dia lebih
jahat dari Cia Ling im!"
Koan San Gwat melongo, ujarnya. "Rasa nya belum tentu
tindak tanduk Coa Sin sedikit masih kenal prikemanusiaan."
"Kukira sulit dikatakan, sejak lama ia menetap ditempat
pengasingan, tidak pernah bergaul dengan khalayak ramai,
tindak tanduk selalu menuruti kemauan hatinya. Cukup asal
ada seseorang dapat mempengaruhi pikirannya maka dia bisa
merubah sikap dan menuruti yang lebih matang . Lalu siapa
yang mampu mempengaruhinya?"
"Kesempatan orang orang jahat jauh lebih banyak dari
orang orang bijaksana, karena perbuatan jahat yang
membawa dosa hakikatnya jauh lebih gampang dilakukan dan
lebih menyenangkan, maka dosa dosa dialam baka ini sulitlah
diberantas!" Koan San Gwat menggeleng, ujarnya "Dosa hanya bisa
dikecap sementara saja, adalah kemenangan bagi seorang
yang bajik adalah kehormatan yang tidak akan luntur, abadi
sepanjang masa maka sesat tidak lebih unggul dari kelurusan
atau kemurnian, keadilan akan selalu bisa ditegakkan...."
"Teorimu ini boleh kau uraikan kepada orang lain, jangan
kau lupa kondisi Coa Sin yang bara saja kembali normal dari
dunia setengah binatangnya, didalam sanubarinya, bakal
kesenangan yang berfoya foya mungkin jauh lebih besar dari
kenormalan "!" Koan San Gwat jadi gelisah, mendadak dilihatnya mimik
muka Ling koh menampilkan perasaan yang aneh, seketika
tergerak hatinya, cepat ia berkata. "Ling koh, soal ini hanya
kau seorang yang mampu menunaikannya!"
Ling koh menghela napas katanya. "Kenapa, harus diriku
yang melakukan nya?"
"Hanya kau yang punya pengaruh paling mendalam
terhadap Coa Sin Ling koh...."
Berlinang air mata Ling koh, katanya terisak "Mungkin aku
bia menuntunnya kejalan benar, namun pengorbananku
teramat besar, selama hidupku aku harus mendatangi orang
aneh ini, tiada kehidupan sendiri yang bahagia!"
"Kemudian orang itu jikalau dia terpengaruh oleh perbuatan
jahat, mungkin dia bisa jadi lebih jahat, maka seluruh dunia
bakal tidak aman lagi ..."
"Memang hal itu perlu suatu pemikiran."
"Ling koh! Aku tahu pengorbananmu teramat besar dan
suci, tapi manusia hidup di alam semeta ini bukan untuk diri
sendiri, ku kira kau paham akan pengertian ini."
"Aku tidak paham! Sejak kecil aku diasuh oleh Lim siancu,
pendidikan yang kuterima di Bu san, tidak pernah ada
pelajaran yang mengharuskan aku hidup untuk dan bagi
siapa"." Koan San Gwat gelisah, katanya membujuk. "Kenapa kau
tidak mengerti" Seperti Lim siancu dan guruku, semula
mereka bisa saja hidup tanpa segala gangguan tapi demi
menindas ambisi Cia Ling im, mereka...."
Ling koh mendengak kepala, katanya tegas "Mereka toh
tidak mendirikan pahala, disaat urusan mencapai saat yang
paling genting, sebalikanya mereka tinggal ngumpat hidup di
pengasingan di tempat Lolo...."
"Itulah karena mereka belum mampu untuk mengendalikan
Cia Ling im, maka harus menunggu sekian lamanya, sampai
pada waktu aku bisa menanggulangi tugas berat ini, baru
mereka mundur dan mengasingkan diri. Jikalau mereka
mencari hidupnya sandiri, sejak lama sudah bisa tinggal pergi
tanpa mengurus tugas tugas ini di Liong hwa hwe, kenapa
pula harus mandah diserang penyakit rindu pada tempat yang
sedemikian jauh dengan hidup merana"."
"Meski mereka menderita akhirnya toh menemukan akibat
dari imbalannya. Kalau aku ikut Coa Sin, sepanjang masa ini,
aku harus hidup dalam kesengsaraan, akibat apa yang harus
kuterima?" Berkata Koan San Gwat sungguh. "Akibatnya bakal menjadi
mendapat kehormatan dan sanjungan puji insan hidup
diseluruh jagat !" "Kau kelana Kangouw tanpa hiraukan mati hidup, apakah
tujuanmu juga hanya itu itu saja ?"
Koan San Gwat tertawa getir, ujarnya "Aku sendiri tidak
berani punya harapan seperti itu, karena aku sadar tenaga
dan kemampuanku amat terbatas, masakah setimpal
mendapat kehormatan yang begitu tinggi dari kalayak ramai,
aku hanya bermodal dengan tekad hatiku, melakukan apa saja
yang kuanggap pantas."
"Baklah!" Akhirnya Ling koh berkata setelah melongo
sebentar, "Sedapat mungkin aku akan mendekati Coa Sin,
akan kukasihkan untuk mempengaruhi dia, supaya dia tidak
diperalat oleh manusia manusia durjana. Tapi aku bekerja
bukan demi orang lain, hanya untuk kau."
"Demi aku?" tanya Koan San Gwat melengak.
"Ya, demi kau! Waktu dikamar betul hampir saja aku
diperkosa oleh Coa Sin, kau pernah berlaku begitu nekad
menempuh bahaya hendak menolong aku untuk membalas
budi kebaikanmu ini, aku tidak bisa menolak segala
permintaanmu, Coa Sin amat benci dan dendam terhadap kau,
jikalau sampai kena dipengaruhi orang lain, tindakan pertama
yang dia lakukan pasti membunuh kau. Aku harus menghalang
halangi perbuatannya!"
Belum lagi Koan San Gwat bicara lebih lanjut, terdenr suara
ribut ribut dibawah gunung, pertama tama terdengar suara
Coa Sin yang berteriak gugup "Celaka! Kenapa lubang ini
tersumbat" Tercium bau belerang lagi"."
Selanjutnya terdengar lagi jeritan Kang Pan. "Celaka dua
belas, Koan toako dan Ling koh masih ada di dalam..."
Begitu batu penyumbat dipindahkan dan terbuka, Jin kau
yang sudah bertele tele setengah sekarat itu mendadak
menegakan ekornya terus menerjang keluar. Hal ini terjadi
sangat cepat, Koan San Gwat tidak keburu berseru mencegah.
Waktu Koan 8an Gwat dan Ling koh buru buru turun tiba
dibawah gunung, seketika mereka sama menjublek dihadapi
situasi didepan mata ini, karena disini hadir seorang yang
benar benar di luar dugaan mereka.
Keadaan Coa Sin tidak berubah, cuma sekarang
menggunakan celana pendek yang terbuat dari kulit ular
keadaannya memang enak dipandang dari pada sebelumnya,
sementara Cia Ling Im dan Lau Yu hu menjublek juga d
sebelah samping sana. Kang Pan terlihat sedang menerobos ke luar dari sarang
ular, pakaian putihnya berlepotan kotoran hitam dan hanya
sekilas pandang melihat Koan San Gwat dan Ling koh tidak
kurang sesuatu apa seketika ia berjingkrak kegirangan,
serunya "Koan toato! Kukira kau sudah binasa terbakar
didalam...." Dengan mendelik Cia sin mengawasi Ling koh, tapi kedua
orang ini sedikitpun tidak mempelihatkan reaksi apa apa
perhatian mereka sama tertuju seorang yang lain,
halaman 30 n 31 gak ada ia tangannya memukul batu besar untuk menyambur
lubang itu, lwekangnya memang amat mengejutkan, batu
besar berat laksana kati seketika kena dipukulnya pecah
menjadi beberapa potong. Liu Ih Yu malah terloroh loroh kesenangan ujarnya. "Bagus
Patung Emas Kaki Tunggal ( Unta Sakti ) Karya Gan K H di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
sekali pukulaamu! Dengan seorang tokoh selihay ini, tidak
perlu aku takut manusia diseluruh kolong langit ini tidak
tergengam dalam telapak tanganku. Selanjutnya aku bisa
berbua apa saja menurut keinginan hatiku, tidak akan ada
orang yang bisa merintangiku lagi."
"Jangan takabur," semprot Coa Sin gusar, "Seekor Jin kau
memangnya bisa berbuat apa terhadapku!"
Liu Ih Yu menyeringai, ejeknya. "Apa kau ingn
mencobanya!" "Labrak dia!" sembari memberi aba aba tangannya segera
terangkat, Jin kau segera terbang mumbul ketengah udara.
Dengan mengerahkan setaker tenaga Coa Sin menyongsong
keatas menghantam kemuka Jin kau, namun pukulan maha
dahsyat itu sedikit pun tidak membawa pengaruh terhadap Jin
kau. "Wut" tahu tahu Jin kau hinggap diatas pundakanya,
dimana kedua pipinya melembung terang dia hendak
menyemburkan hawa beracunnya, karuan Coa Sin tersirap
darahnya, lekas ia ajukan tangannya, menutupi muka dan
hendak menangkis. Liu Ih Yu terloroh loroh, serunya. "Dapatkah kau
bertahan?" Pucat pasi muka Coa Sin terpaksa ia turunkan kedua
tangannya, ia insaf akan kelihayan binatang ganas ini, didalam
sarang ular dia sudah menghisap anti racun yang diperlukan
sehingga dia laksana harimau tumbuh sayap, tiada sesuatu
benda yang mampu melukainya.
"Kau usah takut!" cemooh Lau Ih Yu tertawa, "Aku tidak
menghendaki kau binasa Halaman 34 n 35 gak ada kan sudah lama pula kupikirkan !"
"Sudah lama kau pikirkan?" tanya Coa Sin tidak percaya,
"untuk dapat menjinakkan dan terima menghamba kepadaku
kau hanya menggunakan abu dari kelongsongnya itu baru bisa
berhasil. Kukira kalian tidak akan memberi sepakat tindakan
ini sebelumnya bukan?"
"Coa Sin kukatakan pengetahuanmu memang terlalu cetek
!" demikian cemooh Liu Ih yu, kecuali kelongsong kura kura
itu, masih ada sebuah benda lain yang manfaatnya jauh lebih
besar, yaitu yang sudah kugunakan untuk menaklukan dan
menjinakan Jin kau tadi"."
"Apakah itu" tanya Coa Sin tertegun.
"Tidak menjadi soal, sekarang kuberi tahu kepada kau,
waktu kau pertama kali memelihara Jin kau ini, kau lupa
menyimpan barang pusaka itu?"
Coa Sin memeras otak dan berpikir, akhirnya, dia berkata
menggeleng. "Aku masih punya barang pusaka...."
Liu Ih Yu terloroh loroh lagi, ujarnya. "Bahwa abu dari
kelongsongan kura kura itu bisa menundukan Jin kau, yang
penting karena kelongsongan kura kura itu adalah modal dari
tulang punggung jiwanya, adalah barang pusaka itu
sebalikanya adalah sumber dan asal mula jiwanya!"
"Aku tahu sekarang!" tetiak Coa Sin, "maksudmu adalah
kelongsongan telurnya setelah dia dilahirkan ?"
"Tidak salah," sahut Liu Ih Yu manggut. "Kelongsongan
telurnya itu justru merupakan titik tolak dari asal mula jiwanya
yang murni, binatang kembali kesarangnya, burung pulang
kepucuk pohon yang lama, kasiat dari kelongsongan telur itu
bukankah lebih besar dari kelongsongan kura kura itu" Apalagi
kelongsongan kura kura itu sendiri teramat keras, dibakar
tidak akan luluh. Meski ilmu pengobatan Thio Han cu teramat
tinggi, juga tidak akan mampu melakukan hal itu..."
Cia Ling Im segera juga berkata tidak percaya. "Lalu
bagaimana Thio Hun cu bisa membakarnya menjadi abu
didepan mata hidungku !"
Coa Sin menimbrung. "Benar! Waktu aku menyusul kesana
kebetulan kerjaannya selesai"."
"Kalian sudah tertipu oleh permainan ilmunya yang bisa
mengaburkan pandangan orang, sebetulnya diatas kelongsong
kura kura ia sudah meneteskan semacam obat, obat itu bisa
melenyapkan kelongsong kura kura ini sehingga tidak
berbekas lagi, abu yang kalian dapatkan bukan lain hanyalah
daging dan isi perutnya yang sudah terbakar hangus, sudah
tentu abu itu tidak membawa pengaruh apa apa terhadap Jin
kau !" Coa Sin menjublek diam Cia Ling Im pun tertegun melongo.
Berkata pula Liu Ih yu. "Kemaren Thio Hun cu sudah
mendatangi lubang dimana dulu Jin kau dilahirkan dan
mengambil keluar kelongsong telurnya itu. Karena kalian
selalu menguntit setiap jejaknya, sehingga ia tidak
berkesempatan membakarnya, maka secara diam diam Jian
coa kok. Hari ini aku baru kembali dan kebetulan aku masih
sempat memburu waktu!"
Lalu ia berputar kearah Koan San Gwat serta katanya
tersnyum. "Dalam hal ini aku harus berterima kasih kepada
kau, meski kami punya barang pusaka untuk menaklukkan Jin
kau, tapi tidak kuasa mendekati Jin kau, karena Coa Sin
sendiri menjaganya begitu ketat, tabasan pedangmu justru
telan membantu banyak pada kami!"
Koan San Gwat mendengus, katanya. "Kuharap kau
menaklukkan Jin kau dan memeliharanya baik baik, jangan
kau memperalat dia untuk mencelakai jiwa manusia, kalau
tidak aku tidak akan memberi ampun kepada kau!"
Liu Ih Yu menyeringai dingin, jengeknya. "Mati hidupmu
sendiri sekarang berada ditanganku, masih kau sembarang,
kau tahu cukup aku memberi perintah saja, tulang
belulangmupun tidak akan tersisa lagi."
Tegak alis Koan San gwat, baru saja ia hendak mengumbar
amarah, Liu Ih Yu sudah menghela napas dan berkata. "Tapi
legakan saja hatimu, aku tidak akan membunuh kau, malah
karena permintaan Thio Hun ca, dia berpikir demi masa depan
putrinya, Thio Ceng Ceng si nona cilik itu sudah amat kepincut
terhadap kau, tapi bila dia sudah tahu bahwa kau sudah
setuju memperistri Coa ki, mungkin keadaanmu sekarang
tidak seenak dulu!" Koan San Gwat melenggong, Liu Ih Yu segera
menambahkan. "Maka kukatakan demi keselamatan
pribadimu, lebih baik kau berpisah dengan Kang Pan."
Berubah air muka Kang Pan, serunya dengan sedih. "Koan
toaku! Kau tidak akan meninggalkan aku bukan!"
Koan San Gwat menariknya lebih dekat katanya "Tidak
akan tejadi! Kalau toh mereka sudah tahu kau adalah calon
istriku, masakah aku berpeluk tangan tanpa melindungi
keselamatanmu. Legakan saja, mati hidup kita tetap
bersama!" Kang Pan amat terhibur dan tersenyum bahagia. Adalah
beringas muka Liu Ih Yu bentaknya. "Koan San gwat! Kau
tidak ingin hidup?" "Liu Ih yu! Mungkin hanya maksud hatimu sendiri belaka.
Menurut apa yang kuketahui Thio Ceng Ceng adalah seorang
gadis jujur polos dan bajik, tidak mungkin dia punya jalan
pikiran yang sesat itu!"
Semakin beringas muka Liu Ih yu, teriaknya kalap "Tidak
salah, memang maksudku sendiri, kau mau apa" Toa suci
berkeputusan menjodohkan aku kepada kau, kau berani
menolak mentah mentah, jikalau lantaran Thio Ceng Ceng
bolehlah aku memberi maaf kepada kau. Karena kalian kenal
jauh lebih dulu dan diapun berulang kali pernah menolong
jiwamu, tapi Kang Pan baru saja kau kenal, mana boleh kau
memperistri dia." "Kan toako memang belum mengetahui aku, tapi dia sudah
setuju untuk memperistrikan aku..."
"Tak usah kau cerewet, mengandal apa kau hendak
menjadi istrinya, masakah aku tidak lebih unggul dari kau?"
"Liu Ih yu!" Koan San Gwat menyeringai dingin. "Terhadap
nona Kang Pan kami baru mengikat jodoh dalam pembicaraan
tapi karena ucapanmu tidak bisa tidak aku harus
mengawininya!" "Akan kulihat masakah pernikahan kalian bisa terjadi?"
ancam Liu Ih yu. "Kenapa tidak jadi biar sekarang juga aku menikah dengan
dia dihadapanmu." Lalu ia menghadap orang banyak serta
berseru lantang. "Para hadirin harap dengar, sejak sekarang,
nona Kang sudah kuakui mtnjadi istrku, kuharap kalian suka
menjadi saksi. Meski upacara ini terlalu sederhana, tapi aku
percaya pernikahan ini sudah boleh dianggap resmi, dan tekad
kami tidak akan berubah...."
Lau Yu hu segera mengolok ngolok dengan sindiran tajam.
"Kiong hi! Kiong hi! Koan San Gwat meski diantara kita ada
pertikaian yang belum diselesaikan, tapi aku mengharap bisa
menyuguhkan arak bahagia kepada kau".."
"Benar!" Cia Ling Im menimbrung, "Koan San Gwat kau
bisa mengawini seorang isteri sedemikian cantik molek laksana
bidadari, akupun ikut gembira, apalagi aku bisa menjadi saksi
didalam upacara perkawinan yang begini sederhana dan tiada
keduanya dikolong langit ini, sungguh hatiku amat senang dan
ikut bangga, keadaan memang serba menyulitkan, silahkan
kau pinjam secawan arak kepada Coa Sin, marilah kira
rayakan bersama!" Koan San Gwat melotot dingin kepada mereka, ujarnya.
"Kebaikan kalian sungguh kuterima dengan setulus hati. Arak
kebahagiaan tidak kupersiapkan, tapi pedang ucapan terima
kasih justru sudah kupersiapkan, siapa diantara kalian yang
suka terima kematian dulu!"
Cia Ling Im bergelak tertawa, serunya "Upacara
perkawinan baru saja selesai, kau lantas berniat membunuh
jomblang, wah terlalu tergsa gesa kau ini...."
Koan San Gwat menarik muka dengus nya "Cia Ling im,
tidak usah putar bacot, kaulah yang mengundang aku kemari
untuk menentukan mati hidup, marilah bekerja jangan
kepalang tanggung lawanlah pedang ku ini!"
"Meski hari ini adalah waktu yang dijanjikan, sungguh aku
pun tidak menduga hari ini merupakan hari bahagiamu juga,
bolehlah kita mengganti waktu lain saja!"
"Tidak usah diubah!" seru Koan San gwat. "Hari ini juga
kita harus selesaikan pertikaian ini!"
Mata Cia Ling Im menyapu kearah Koan San Gwat katanya.
"Tidak bisa! Sungguh aku tidak tega hari ini mengadu jiwa
dengan kau, apalagi bila mempelai perempuan sampai
menjadi janda. Lebih baik setelah kalian mengecap malam
pertama perkawinan bahagia ini baru dilangsungkan
pertempuran yang menentukan!"
Dari tangan Kang Pan Koan San Gwat merebut Ui tiap
kiam, teriaknya "Kalau kau tidak tampil kedepan aku tidak
sungkan lagi !" Berubah muka Liu Ih yu, mengangkat tangan memberi aba.
"Ayolah! Bunuh saja perempuan itu !"
Jin kau mencelat mumbul ketengah udara terus menubruk
kearah Kang Pan, lekas Koan San Gwat menghadang
disebelah depan pedang terayun kontan ia membacok kearah
Jin kau, lekas Jin kau mengabitkan ekornya panjangnya
membelit batang pedang. "Cras" ekor panjang yang lembut itu
tiba tiba terputus sebagian.
Lekas Coa ki berteriak memperingatkan. "Kalau seluruh
ekor panjangnya kau kutungi gerak geriknya akan lebih cepat
dan bebas, tatkala itu jauh lebih sulit dihadapi, sekali kali kau
tidak boleh sembarangan?"
Liu Ih Yu menyeringai dingin ujarnya "Meski ia membawa
ekor panjang, tiada seorangpun yang akan mampu
menghadapinya !" Setelah ekornya putus sebagian gerak gerik Jin kau jauh
lebih gesit, mencelat mumbul lagi lagi ia menukik kearah Kang
Pang. Kali ini Koan San Gwat tidak berani melancarkan serangan
pedangnya secara teledor. Setelah mengincar tepat sebuah
sasaran, secepat Kilat mendadak ia menusuk batok kepala
bagian belakang Jin kau, tapi belakang punggung Jin kau
seakan akan juga tumbuh mata, dimana ekornya melejit
miring, lagi lagi berhasil menyampok miring pedangnya. Dan
karena benturan ini, ekornya lagi lagi putus sebagian pula, kini
tinggal dua kaki lebih panjangnya.
Dikala untuk ketiga kalinya dia menubruk kearah Kang Pan,
Kang Pan menjerit ketakutan sambil putar tubuh terus lari
terbirit birit. Jin kau mencelat terbang mengejar dengan
kencang, kecepataanya jauh lebih gesit.
Maka baru saja Kang Pan lari puluhan langkah, Jin kau
sudah mengudak tiba dibelakangnya, membuka mulut, terus
menyemburkan segulang kabut berbisa, Koan San Gwat
ketinggalan rada jauh, untuk menolong terang tidak mungkin.
Disaat keadaan kritis itu, jelas Kang Pan bakalan melayang
jiwanya oleh semburan hawa yang berbisa itu, sekonyong
konyong dari samping menerjang datang sesosok bayangan
putih menghadang ditengah antara mereka, beruntunglah
Kang Pan terhindar dari ancaman elmaut.
Adalah bayangan putih itu yang tersembur jatuh oleh hawa
beracun itu bayangan putih itu bukan lain adalah Siau giok,
ular kesayangan Kang Pan yang sakti itu. Begitu badannya
menyentuh tanah, dengan nekad ia terus menerjang kearah
Jin kau malah. Begitu melihat Siau giok, Jin kau malah menyeringaikan
mulutnya dan melelehkan lidah, kelihatannya amat senang,
lenyap hasratnya membunuh Kang Pan, sasaran kini dialihkan
kepada Siau giok. Tadi Koan San Gwat sudah mendengar kelihayan Jin kau,
dalam hari ia sudah rada jeri serta dilihatnya Siau giok
ternyata mampu hadapi semprotan hawa beracunnya, tak
terduga terasa ia menjerit "Bagus Siau giok! Lekas kau gigit
mampus mahluk ganas ini!"
Dalam pada itu Kang Pan pun menghentikan larinya,
dilihatnya Jin kau terbang berputar putar mengelilingi Siau
giok, sementara Siau giok menegakkan kepalanya, lidahnya
terjulur keluar masuk, mulutnya mendesis garang dan sengit.
Lekas Koan San Gwat mengejar kesamping Kang Pan,
tanyanya. "Apa yang dikatakan Siau giok?"
Seketika Kang Pan mengalirkan air mata terisak sedih.
"Demi menolong jiwaku Siau giok rela berkorban jiwa apapun
yang terjadi aku tidak akan tinggal pergi meninggalkan dia
begini saja, mau mati biarlah kami mati bersama...." sembari
berkata dia terus menerjang kearah Jin kau, kebetulan Jin kau
sudah memperoleh suatu kesempatan dan sedang menukik
Patung Emas Kaki Tunggal ( Unta Sakti ) Karya Gan K H di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
turun menyergap keperut Siau giok, tidak sempat melawan,
tiba tiba ekor Siau giok menyamber keluar mengubat kedua
kaki Kang Pan terus disendal pergi sampai Kang Pan terpental
mundur beberapa langkah, sementara dia sendiri secara
kebetulan malah bisa terhindar pula dari tubrukan Jin kau.
Karena tusukannya mengenai tempat kosong Jin kau jadi
mengamuk, putar haluan ia mengincar kepada Kang Pan lagi.
Ditengah udara sekonyong konyong menerjang datang pula
sesosok bayangan orang menghadang dihadapan Jin kau,
tanpa perduli tiga kali tujuh puluh dua kali, membuka mulut
Jin kau lantas mematuk kearah orang itu.
Tapi lekas orang itu mengayun tangan menaburkan
segenggam bubuk abu. Kalau dikatakan memang aneh, begitu
Jin kau terkena bubuk abu itu, seketika ia menghentikan
serangannya, begitu orang itu menjulurkan tangan menggapai
kepada Jin kau serta memanggilnya dengan suara halus.
"Kemari! Kau dilarang melukai orang !"
Dengan jinak Jin kau menurut terbang dan hinggap diatas
tangan orang itu. Baru sekarang semua melihat jelas orang itu
ternyata adalah seorang perempuan yang sedih dan sendiri
dirundung kepedihan, dia tak lain tak bukan adalah Thio Ceng
ceng yang dicari ubek ubekan oleh Koan San gwat.
Pertama tama Lau Yu hu memburu maju kearahnya serta
berseru. "Ceng ceng! Kenapa kaupun datang kemari ..."
Thio Ceng ceng mengacungkan tangannya, serta berteriak
bengis. "Aku larang kau mendekat, kalau tidak dengan kata
biar kusuruh dia menggigit mampus kau." Jin kau sudah
bergerak garang siap menerjang, karuan Lau Yu hu menceles
hatinya, cepat cepat dia menghentikan langkahnya, Liu Ih Yu
segera tampil kedepan serunya. "Thio siocia" Apa yang
sedang kau lakukan ?"
Sekilas Thio Ceng ceng meliriknya, segera katanya "Sejak
tadi aku sudah tiba, ayah amat kuatir terhadap kau, katanya
tentu kau menggunakan Jin kau malang melintang melakukan
perbuatan tercela, suruh aku menyusul kemari mencegah
perbuatanmu, memang tepat jaga dugaan ayah?"
"Aku kan melanggar perjanjian, perempuan ini adalah"."
Air muka Thio Ceng ceng amat kalem dan sabar katanya.
"Aku tahu, dia adalah istri Koan toako, tadi waktu ikatan jodoh
mereka kebetulan aku tiba disini. Untuk tidak mengganggu
kalian terpaksa aku menyembunyikan diri. Liu siancu,
perbuatanmu memang keterlaluan, kalau toh kami tidak
bermusuhan dengan Koan toako, mana boleh kau mencelakai
istrinya?" Liu Ih Yu pucat pasi lalu berubah merah padam pula, tiba
tiba ia ulurkan tangan hendak merebut Jin kau ditangan Thio
Ceng ceng. Tapi Thio Ceng ceng menarik muka serta mengancam
dengan suara berat "Liu siancu! Kau rebutpun tiada gunanya,
kadar obat yang ayah berikan kepada kau tidak begitu benar,
asal aku hadir disini, jangan harap Jin kau mendengar
perintahmu." Agaknya Liu Ih Yu tidak percaya, Thio Ceng ceng berkata
pula "Selamanya ayah bekerja pasti dengan parhitungan
cukup matang, tidak mungkin dia mau menyerahkan seekor
binatang ganas seperti Jin kau ini padamu maka lebih baik
urungkan saja rencana jahatmu!"
Beruntun Liu Ih Yu sudah manggil dan memberi aba aba
kepada Jin kau, namun Jin kau tidak perdulikan, terpaksa
dengan lesu dan kecewa akhirnya ia mundur kesamping, sorot
matanya memancarkan dendam kebencian yang menyala
nyala. Baru sekarang Koan San Gwat ada kesempatan maju
kehadapan orang, cuma ia jadi kemekmek, tak tahu apa yang
hendak diucapkan. Malah Thio Ceng ceng bersuara lebih dulu sambil
tersenyum getir "Koan toako, aku haturkan selamat pada kau,
mempelaimu sungguh amat cantik."
"Ceng ceng!" seru Koan San Gwat gugup dan tersipu sipu.
"Kau... kau tak tahu."
"Memang aku tidak tahu, dan sekarang pun tidak perlu
tahu," ujar Thio Ceng ceng mendelu. "Nona ini jauh lebih
cantik dari aku, aku ikut gembira akhirnya kau memperoleh
seorang jodoh idaman yang sangat setimpal."
Koan San Gwat menjublek di tempatnya, sepatah katapun
tidak kuasa diucapkan. Thio Ceng ceng mengacungkan Jin
kau, lalu menyapu pandangan keseluruh hadirin, lalu berkata
pula kepada Koan San gwat. "Koan toako! Jin kau berada di
tanganku, kau boleh seratus persen melegakan hatimu, aku
tak akan menggunakan dia untuk melakukan kejahatan.
Pertikaianmu dengan Cia Ling Im dan Lau Yu hu, aku tidak
bisa ikut campur lagi. Tapi Coa Sin dan kau tiada punya
permusuhan dendam yang mendalam, aku bisa membatasi dia
supaya tidak mempersulit dirimu. Coa Sin sekarang juga kau
ikut aku pergi!" Coa Sin berdiri menjublek tidak bergerak dan tidak
bersuara. Thio Ceng ceng segera mangangkat Jin kau katanya
bengis "Jika kau tidak mendengar ucapanku, segera akan
kubuat kau konyol, sebetulnya bila kau ikut aku banyak
manfaatnya yang bakal kau dapatkan, kedua kaki yang
disambungkan ayah diatas badanmu itu sebelumnya sudah
dibubuhi racun, dalam waktu satu bulan, kau akan menjadi
seorang yang lumpuh cacat dan tidak akan bisa berjalan lagi,
marilah kucarikan tempat untuk memusnahkan racun itu..."
Coa Sin berjingkrak murka, makinya. "Thio Hun cu memang
keparat..." "Soalnya ayah terpaksa," demikian ujar Thio Ceng ceog
kalem. "Ilmu silatmu teramat tinggi, watakmu tidak menentu
lagi maka dia harus meninggalkan suatu cara supaya dapat
menekan segala tindak tandukmu, sekarang aku sudah
memperoleh Jin kau, cukup berkelebihan menghadapi kau,
maka tidak perlu harus mengganggu gerak gerikmu, sekarang
kau mau ikut aku?" Meski Coa Sin tidak memberi jawaban, namun reaksinya
terang bahwa dia sudah tunduk dan patuh.
Thio Ceng ceng lalu berkata pula kepada Liu Ih yu.
"Serahkan kembali Pek hong kiam mu kepada Koan toako, ikut
aku meninggal tempat ini!"
Ternyata Liu Ih Yu tidak berani membangkang,
menurunkan pedang yang tersanggul dibelakang
punggungnya terus dilempar kedepan kaki Koan San gwat,
adalah Thio Ceng Ceng yang membungkuk tubuh
menjemputnya dan diserahkan kepada Koan San gwat,
katanya. "Koan toako! Aku harus pergi! Ayah berkeputusan
kembali kepadang pasir di Thian san lagi bersama aku, kalau
ada waktu kuharap kalian suami istri bermain kesana?" habis
berkata dengan sorot matanya ia suruh Liu Ih Yu dan Coa Sin
pergi, begitulah mereka mengintil dibelakangnya, Lau Yu hu
juga hendak ikut, segera Thio Ceng ceng membentak dengan
bengis , "Orang she Lau! Apakah belum cukup kau
mempersulit aku" Kuperingatkan yang terakhir kepada kau,
jangan sekali lagi kau terlihat olehku, kalau tidak aku tidak
kenal kasihan lagi kepada kau!"
Lau Yu hu menghentikan langkahnya dengan lesu dan
putus asa, sebetulnya Koan San Gwat hendak bicara beberapa
patah kata kepadanya, tapi mendadak ia berkeputusan tidak
bicara saja, melolos Pek hong kiam ia tantang Cia Ling im.
"Sekarang tibalah saatnya menyelesaikan urusan kita!"
Agaknya Cia Ling Im tidak menduga bahwa situasi bakal
berubah sedemikian rupa, setelah terlongong sekian saat baru
ia menyeringai dingin, katanya. "Koan San gwat, selamanya
nasibmu agaknya selalu beruntung, sudah kuperas otak
dengan berbagai daya upaya namun nasibmu masih juga kau
lebih unggul, naga naganya untuk membunuhmu memang
bukan soal gampang."
Dengan memicingkan mata dan air muka membeku bengis
Lau Yu hu membalik badan katanya penuh kebencian. "Untuk
membunuh anjing kurap ini segampang mengangkat tangan
belaka, waktu di Ngo tai san sebetulnya aku sudah bisa
membunuhnya, gara garamu memancingnya kemari hendak
mempamerkan tipu muslihat segala ..."
"Lau lote." ujar Cia Ling Im tersenyum. "Tujuan kita bukan
hanya membunuh dia lantas urusan selesai, kau masih harus
merebut Thio Ceng ceng yang molek itu, sedang aku hanya
ingin membuat Thian mo kau sebagai kumpulan terbesar yang
menguasai Bulim merajai dunia, maka bila harus memikirkan
urusan kelanjutannya, umpamanya kalau Coa Sin tidak
dibereskan, kau dan aku tidak akan tidur nyenyak ..."
"Kau terlalu mengagulkan dirimu sebagai cerdik cendekia
dengan berbagai akal muslihat, selamanya tidak pernah gagal
segala. Bagaimana buktinya sekarang?" dengus Lau Yu hu.
Cia Ling Im tertawa getir, katanya. "Dalam hal ini tidak bisa
salahkan aku, yang terang rencanaku sudah sukses, soalnya
kita terlalu percaya akan obrolan Thio Hun Cu, sehingga
begitu mudah ditipu mentah mentah olehnya!"
"Aku tidak peduli segala tetek bengek itu," seru Lau Yu hu,
"Yang terang aku tidak bisa memiliki Thio Ceng ceng, maka
tujuanku terakhir hanyalah membunuh anjing kurap ini..."
Cia Ling Im menyeringai sadis, katanya membakar. "Benar,
menurut gelagat sekarang hal ini merupakan urusan yang
tepenting bagi kita Lote, perlukah aku membantu kau?"
"Tidak perlu, aku sendiri sudah lebih cukup?"
"Aku percaya memang kau sendiri sudah cukup dulu aku
dikalahkan dia karena ketajaman pedang tidak sebading,
sekarang kita sama membekal dua pedang pusaka yang
terunggul diantara Ngo Ih kiam perduli siapa, kita tidak perlu
gentar dan pasti gampang membunuhnya Lau lote, dendam
kesumat kalian jauh lebih mendalam terpaksa babak pertama
ini kuserahkan kepada kau!"
Sambil menenteng Ci seng kiam Lau Yu hu maju kedepan,
sebalikanya Koan San Gwat berteriak "Kau minggir dulu,
persoalan kita cepat atau lambat pasti bisa diselesaikan.
Sekarang aku tak punya semangat untuk menghadapi kau,
aku ingin membunuh durjana itu dulu."
"Sebalikanya aku beranggapan urusan kita perlu segera
diselesaikan lebih dulu."
"Lau Yu hu, persoalan kita hanyalah urusan pribadi,
sebalikanya membunuh Cia Ling Im adalah demi keamanan
dan kesejahteraan umat manusia diseluruh dunia ini,
kepentingan umum harus diutamakan, kau tahu sepak terjang
Thian mo kau..." Mendadak Lau Yu hu bergelak tertawa.
Melihat orang tidak berniat mundur, Koan San Gwat
semakin murka. "Apa yang kau tertawakan" Aku bicara
dengan jujur, kuharap kau bisa membedakan kepentingan
umum dan pribadi." Tiba tiba Lau Yu hu menghentikan tawanya, ujarnya dingin.
"Kutertawakan mulutnya yang suka mengundal teori lapuk itu,
namun tidak menunjukkan sasarannya yang tepat, ketahuilah
pertempuran kita sekarang ini sekaligus menyelesaikan
kepentingan umum dan pribadi sekaligus, jangan kau lupa
bahwa aku adalah Hu kaucu dari Thian mo kau."
Koan San Gwat tercengang, katanya. "Kukira karena
hendak mencari permusuhan dengan aku baru kau menjadi
anggota Thian mo kau."
Lau Yuhu menarik muka desisnya. "Koan San gwat, kau
terlalu pandang dirimu sendiri, jikalau hanya untuk
menghadapi kau, mengandal pedang ditanganku ini sudah
cukup berkalebihan, buat apa aku harus meminjam tenaga
orang lain!" "Lalu apa tujuanmu?"
"Demi usaha, selama hidup ayahku ilmu pedangnya tiada
bandingan dan menjagoi dunia akhirnya dia tenggelam begitu
saja tanpa meninggalkan nama, malah cara kematiannya
bagiku konyol, maka aku harus melampiaskan penasarannya."
"Bedebah, kemana saja kau bisa membangun usahamu,
justru kau menggunakan komplotan sesar sebagai tulang
punggungmu." "Tutup mulutmu. Memang kau anggap dirinya paling murni
dan menempuh jalan lurus?"
"Paling tidak aku tidak pernah melakukan perbuatan
melangar zas prikemanusiaan."
"Tidak salah, kau lebih beruntung dari aku, kelana di
Kangouw jauh lebih pagi dari aku, segala urusan seolah olah
sudah kurebut seluruhnya, kalau aku berjuang didalam jalan
lurus dan murni, sukses yang kucapai tentu tidak akan lebih
ungul dari kau.... ketenaran namaku pasti juga tidak akan
kumandang dari namamu....."
"Tegak sebagai laki laki dan berjuang demi pardamaian
dunia bukanlah untuk angkat nama dan menanam gengsi."
"Itukan pikiranmu. Ayahku mati jengkel gara gara ayahmu,
putra Liu Ih Yu tidak bisa kelelap dan kena kau ungkuli begitu
saja, aku harus memperjuangkan dan melampiaskan
penasaran ini!" "Jadi hanya karena alasan itu belaka?" damprat Koan San
Gwat berubah mukanya. "Itu hanyalah alasan yang bisa dikatakan saja, masih
banyak unsur unsur lain yang sukar kukemukakan dengan
kata kata, yang terang sejak aku belum pernah melihat kau
sudah amat membencimu. Dalam arti kata lain sejak aku
mengetahui seluk beluk urusan, lantas kucantumkan kau
sebagai musuh hebatku yang terutama, maka aku harus
bertentangan dengan kau disetiap tempat diberbagai bidang."
-oo0dw0oo- JILID 29 "Dari mana asal mula alasanmu ini" Untuk membenci aku
kan kaupunya alasan."
"Tanyakan kepada ibumu."
"Apa sangkut paut hal ini dengan beliau!"
"Amat besar hubungannya, sebelum dia melihat kau,
hatinya selalu dirundung kesedihan dan yang dibayangkan
selalu adalah putranya yang hilang, mungkin dia anggap aku
tidak tahu, sebetulnya sejak lama Hwi kak sudah memberi
tahu kepadaku, sejak saat itu aku sudah mulai benci kau,
akhirnya ditambah persoalan Thio Ceng Ceng, maka aku tidak
bisa berdiri sejajar dengan kau."
Koan San gwat menjublek mendengar uraian yang
dianggap gila ini. Lau Yu hu meneruskan dengan suara
gegetun dan benci. "Selamanya kalian dipihak yang unggul,
ayahku terima diperhina dan hidup merana, rela rujuk kembali
Patung Emas Kaki Tunggal ( Unta Sakti ) Karya Gan K H di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
demi kebahagiaan rumah tangga, namun ia tidak bisa menarik
kesenangan hati ibu, setelah generasi mendatang keadaan
lebih parah lagi, didalam sanubari ibu kedudukannya jauh
lebih berat dan disayang, didalam lubuk hati Ceng ceng, aku
malah tidak bisa menempati posisi yang kuharapkan, apakah
aku tidak pantas membenci kau?"
"Kau salah...." ujar Koan San gwat menghela napas.
"Sedikitpun aku tidak salah, apa yang kuuraikan adalah
kenyataan, suruh aku meningalkan Thian mo kau adalah
kumpulan sesat, akupun tahu Cia Ling im adalah seorang
durjana, tapi tanpa banyak pikir aku rela masuk menjadi salah
satu dari kelompok mereka, malah tidak kepalang tanggung
kubongkar kuburan ayah almarhum, kuberikan sebarang
pedang Ceng so kiam kepadanya kau tahu apa sebabnya?"
"Aku tidak tahu." sahut Koan San gwat menggeleng. "Aku
hanya tahu bahwa kau sudah gila!"
Lau Yu hu menyeringai seram, ujar nya. "Boleh dikatakan
demikan, aku gila karena penyebabnya, setiap orang yang
menjadi musuhku, adalah sahabat karibku, apapun yang bakal
menjadi milikmu aku akan menempuh jalan yang berlawanan
dari kau!" Koan San gwat berpikir sejenak, mendadak ia berkata
dengan sikap serius. "Lau yu hu, tidak kata kata yang perlu
kukatakan pula kepada kau, sebetulnya aku sudah berjanji
kepada ibu untuk mengampuni jiwamu, sekarang aku terpaksa
mohon pengampunannya..."
"Kau tidak perlu minta pengampunannya hakikatnya dia
hanya punya kau sorang putra dia, kau dan Bing Gwat yang
sudah mampus itu, kalian bertiga baru satu keluarga...."
"Lalu kau ini apa?" damprat Koan San gwat naik pitam.
Lau Yu hu menarik muka dan berkata. "Aku hanyalah bibit
pembalasan dendam yang ditinggalkan ayahku, biar kuberi
tahu kepada kau, setelah kubunuh kau, lawan yang kedua
yang kuincar adalah ibu!"
"Keparat dan durhaka! Apakah beliau bukan ibumu?"
"Bukan!" teriak Lau Yu hu beringas. "Lau Yu hu tidak punya
ibu, Liu Ih yu pun tidak punya istri, walau ayahku menyuruh
aku memaafkan dia, sebaliknya tidak pernah kupikirkan hal
ini." Amarah Koan San gwat tidak tertahan lagi, mengayun
pedang kontan ia menusuk ke dada orang, lekas Lau Yu hu
melintangkan pedang, tenaga yang dikerahkan cukup kuat.
"Trak" kedua senjata beradu amat keras dan berbunyi nyaring,
seketika Koan San gwat terhentak mundur dua tapak, dan lagi
Pek hong kiamnya bukan lawan kesaktian Ci seng kiam, tajam
pedangnya tergumpil pecah sebesar kacang.
Lekas Kang pan mengansurkan Ui tiap kiam kepadanya,
serta berteriak. "Koan toako gunakanlah pedang yang ini!"
"Yang mana bolehlah, didalam Ngo ih kiam, Ci seng
merupakan yang terunggul."
Koan San gwat sudah keretak gigi, sambil menenteng Pek
kong kiam ia sedang menghimpun tenaga murni siap
melancarkan Pek hong kiam itu, salah satu jurus terganas
yang mematikan dari Hu mo kiam hoat.
Mendadak dari samping sana menerobos keluar dua sosok
bayangan, mereka ternyata Li Sek hong dan Gwat hoa Hujin
adanya. Kang Pan berdiri melongo, cepat Gwat hoa Hujin sudah
melejit tiba terus rebut Ui tiap kiam dari tangannya. Koan San
gwat terkejut dan heran, cepat ia memapak maju, serunya.
"Bu, kenapa kaupun kemari ?"
Gwat hoa Hujin tidak menghiraukan seruannya, matanya
berkilat melata Lau Yu hu. Adalah Li Sek hong memberi
jawaban sambil datang menhampiri. "Hujin amat kuatir akan
keselamatanmu. Jing Tho disuruh memimpin orang orang lain
menuju, ke Tay pa san menunggu di sana, lalu dia mengajak
aku untuk membaatu kau! bagaimana keadaan disini?"
Koan San gwat tidak sempat menjawab pertanyaannya,
dengan gelisah ia berseru kepada Gwat hoa Hujin. "Bu biar
aku saja..." "Tidak usah!" sahut Gwat hoa Hujin tegaz dan perihatin.
"Dengan tanganku sendiri akan kubunuh anak durhaka ini!"
Waktu Koan San gwat memburu menghadang diantara
mereka, Gwat hoa Hujin lantas menghardik bengis. "Anak
Gwat! Kaupun tidak mendengar ucapanku lagi!"
Tampak oleh Koan San gwat muka orang pucat dingin lagi,
hatinya menjadi luluh, terpaksa ia mundur kesamping, adalah
Lau Yu hu Sa mundur beberapa langkah didesak oleh Gwat
hoa Hujin yang maju menghampirinya.
"Bukankah kau hendak bunuh aku?" damprat Gwat hoa
Hujin beringas. "Kenapa tidak berani turun tangan?"
Lau Yu hu tidak mundur lagi, matanya pun memancarkan
rasa penasaran dan berteriak kalap. "Tak usah tergesa gesa
kau ingin mampus, tunggulah setelah aku membinasakan
bocah she Koan itu, akan datang giliranmu nanti, sekarang
jangan kau desak aku turun tangan!"
Gwat hoa Hujin tertawa pedih dan seram. "Aku paksa kau"
Kalau aku tahu kau seorang yang berhati lebih kejam dari
binatang, masakah aku bisa membiarkan kau tumbuh dewasa
sebesar ini" Sungguh aku menyesal kenapa diwaktu
melahirkan aku tidak mencekik mati kau saja!"
Pancaran kilat Lau Yu hu yang sudah kesetanan itu semakin
menyala, pekiknya. "Menyesalpun sekarang kau sudah
terlambat." lenyap suaranya pedang ditangannya kontan
menyambar kedepan, ujung Ci seng kiam seketika
memancarkan cahaya ungu yang menyala dimana sinar
pedang berelebat, hanya terdengar kesiur angin deras yang
melengking, rambut panjang yang tersanggul diatas kepala
Gwat hoa Hujin seketika rontok dan terpapas berhamburan
separuh diantaranya. Sembari melintangkan pedang dengan kedua tangannya,
berkata Lau Yu hu tertawa. "Sudah kulihat sendiri belum inilah
Bau hun sam sek peninggalan ayahku, hanya permainan
pedang jurus jurus itu barulah bisa mengembangkan wibawa
dan keampuhan Ci seng kiam. Jurus pemainan merontokkan
rambut sebagai ganti memenggal kepala, anggap saja sebagai
balas budi akan kebaikanmu melahirkan aku ...."
Belum lenyap suaranya, sinar ungu memancarkan dan
berkelebat pula, ia memapas kutung lengan baju Gwat hoa
Hujin pula, katanya tertawa dingin. "Jurus kedua, aku
memotong pakaian sebadai ganti badan sebagai penebus
budimu membimbing dan mengasuh aku, maka jurus ketiga
ini akan menagih pembalasan ayahku. Yang hidup merana
bersanding dosa...."
Sekonyong konyong seperti kesurupan Gwat hoa Hujin
menerjang dengan kalap dimana Ui tiap kiam menyambar,
tampak bayangan kupu kupu menari nari mengitari Lau Yu hu,
dalam sekejap bayangannya sudah lenyap terbungkus libatan
sinar pedang. Setiap hadirin sama tertarik perhatiannya akan kejadian
yang tegang dan serius ini, sehingga tiada seorangpun yang
memperhatikan Cia Ling im secara diam diam menggeremet
pergi dan menghilang seperti bayangan setan.
Ditengah bayangan kupu kupu yang sedang menari nari itu
terdengarlah suara berdenting berulang ulang. Tentulah Lau
Yu hu sedang berjuang mati matian demi keselamatan jiwa
didalam kepungan hawa pedang yang deras dan tajam itu.
Bagi penonton di luar arena hanya melihat ditengah cahaya
kuning itu menggulung gulung ceplok ceplok kabut ungu yang
semakin menebal, laksana didalam rumpun kembang yang
mekar dimusim semi sedang dirubung oleh kupu kupu yang
mesari nari tak terhitung banyakanya.
Kedua pihak terus berkutet dan bertahan cukup lama,
rangsakan berantai Gwat hoa Hujin selama itu tidak mampu
menjebol musuh tabir penjagaan Ci Sek Kiam yang kokoh
rapat. Sebalikanya selama ini Lau Yu hupun belum lagi
melancarkan jurusnya yang ketiga.
Akhirnya Koan San gwat tidak sabar lagi, sambil bersuit
nyaring pedang ditangannya dengan tipu Pek hong kiam jit,
membawa cahaya memanjang seperti sabuk kemala
menerjang masuk dalam arena. Begitu hawa ungu kena
diterjang oleh cahaya putih menyala seketika melembang
besar dan meluas, seolah olah angin lesus yang deras dan
mendampar dengan kekuatan yang tiada taranya melandai
datang, yang pertama tama kena di diterjang adalah
bayangan kuning yang membelit disekelilingnya, lalu
menggulung seperti damparan ombak samudra kearah cahaya
putih menyala. "Trang" terdengar benturan nyaring menusuk
ketelinga, tahu tahu Pek hong kiam ditangan Koan San gwat
sudah tinggal separuh, badannyapun tergentak mencelat
setengah tumbak. Rambut Gwat hoa Hujin awut awutan, ia berdiri tegak
ditempatnya tanpa bergerak ujung pedang Ui tiap kiam
menjulur keatas Bumi, kedua tangannya lemas semampai dari
pinggangnya mengalir darah deras tepeiti sumber air.
Sementara Lau Yu hu masih menentang Ci seng kiam,
mukanya yang beringas tadi sudah hilang sekarang, sekarang
terlihat seperti mimik aneh yang sulit diraba bagaimana
perasaan hatinya, seperti hampa menyesal dan rawan pula.
Kang Pan menjerit ketakutan sambil menutupi mulutnya
dengan muka pucat pias, akhirnya tak tertahan rasa
amarahnya, teriakanya. "Siau giok, gigit mampus manusia
durhaka yang lebih kejam dari binatang itu !"
Siau giok siular sakti secepat kilat segera menerjang keluar,
lekas Lau Yu hu menebaskan pedangnya, namun gerak gerik
Siau giok teramat cepat lincah dan gesit, cukup badannya
melengkung dan melinting, tahu tahu giginya sudah mematuk
pergelangan tangannya. Lekas Koan San gwat melangkah lebar memburu kedepan,
pedang kutungan ditangannya kontan terayun. "Cras" tangan
sebatas sikunya ia tebas kutung, lalu ia menjemput Ci seng
kiam dan diserahkan kepada Lau Yu hu, katanya. "Kau
pergilah lalu dipaksa untuk bertindak begini, racun berbisa
Siau giok tiada obat pemunahnya, tunggulah setelah luka luka
mu sembuh, biar kita mencari perhitungan lagi."
"Koan toako." ujar Kang Pan terbelak, "Kenapa kau
menolong dia" Kenapa melepasnya pergi pula?"
Koan San Gwat tidak hiraukan pertanyaan, ia memburu
kedepan Gwat hoa Hujin dan berlutut didepan kakinya,
suaranya tersendat "Ibu, anak"."
Darah mengucur semakin deras dari pinggang Gwat hoa
Hujin, tapi agaknya ia sudah lupa merasakan sakit, sebelah
tangannya terulur mengelus kepalanya. "Nak, bukan salahmu
kalian adalah putra putraku yang baik... aku amat girang,
betapapun Yu hu masih punya perasaan, kuharap kau bisa
memberi maaf kepadanya."
Koan San gwat mengadahkan mukanya yang berlinang air
mata, sahutnya terisak. "Bu! Aku patuh akan pesanmu...."
Memancar terang sinar mata Gwat hoa Hujin, mukanya
menampilkan senyum lebar yang terhibur, katanya. "Watak
asli Yu hu masih bajik dan welas asih, ayahnyalah yang
dipersalahkan, tidak pantas dia menanam bibit dendam
kesumat kedalam relung hatinya, dialah yang membuatnya
menjadi seperti sekarang, tapi dia...." bicara sampai disini
agakanya dia sudah tidak kuat bertahan lagi, namun ia
menguatkan hati dan meneruskan kata katanya. "Betapapun
dia adalah anak yang baik hati, kau.... bukan saja harus
memaafkan dia, harus pula membimbingnya ke jalan lurus,
jangan kau biarkan dia bergaul dengan orang orang jahat ...."
Akhirnya badan rubuh juga, tapi Koan San gwat berada
dihadapannya, lekas ia memeluknya, Gwat hoa Hujin menekan
tangannya katakan pula. "Nak! Cabutlah kutungan pedang
dalam pinggangku!" "Jangan bu," lekas Koan San gwat mencegah. "Luka luka
mu masih ada harapan disembuhkan."
Dengan lemah Gwat hoa Hujin menggeleng kepala,
ujarnya. "Tidak mungkin nak. Tusukan pedang ini amat
kebetulan memutuskan urat nadiku lekas cabut keluar. Aku
masih punya dua pesan yang amat penting?"
Tapi Koan San gwat mash belum berani menyentuh
potongan pedang itu. terpaksa Gwat hoa Hujin mengerakkan
sisa tenaganya mencabut potongan pedang yang menghujam
kedalam pinggangnya dengan kekerasan. Darah segar
memancar deras. Lekas dengan sebelah tangannya ia
menekan luka lukanya, tangan yang lain mengangsurkan
kutungan pedang kepada Koan San gwat ujarnya "Anak ku!
Ambil dan simpanlah. Kalau Lau Yu hu meluruk datang
mencari kau pula, atau bila kau teringat hendak mencari dia,
boleh kalian melihat pedang kutung ini, bayangkan
kematianku?" mulutnya menyemburkan darah juga, diwaktu
Koan San gwat gerung gerung memeluk dm sesambatan
memanggil namanya, lambat laun ia sudah kehilangan
kesadaran kutungan pedang itupun tidak kuat dipegangnya
lagi. Orang lain yang menonton dipinggiran termasuk Li Sek
hong Kang Pan dan Ling koh sama heran dan tidak habis
mengerti. Gwat hoa Hujin sudah meninggal mati diujung kutungan
pedang itu, kutungan pedang adalah Pek hong kiam yang
dibekal oleh Koan San gwat, apakah Koan San gwat yang
membunuh ibu kandungnya sendiri"
Sudah tentu tidak mungkin terjadi, lalu cara bagaimana
kutungan pedang itu bisa berada didalam pinggang Gwat hoa
Hujin" Mereka tiada yang bisa menjawab. Meski sejak tadi
mula dengan penuh perhatian dan cermat mereka mengikuti
pertempuran sengit tadi akan tetapi sulit diikuti oleh
pandangan mata, sehingga apa yang terjadi mereka sama
tidak tahu. Tangisan Koan San Gwat yang gerung gerung dan
melolong seperti pekikan serigala kesakitan yang terkena
panah, air mata berderai membasahi selebar mukanya. Orang
orang lain yang hadir menjadi ikut sedih dan mencucurkan air
mata pula. Berselang agak lama, Ling koh baru maju menarik
narik tangannya katanya. "Koan kongcu, kau jangan menangis
lagi. Orang meninggal tidak akan bisa hidup lagi, kau bersedih
tiada gunanya, yang penting sekarang harus mengurus
pemakaman Hujin"."
Li Sek hong yang mendekat, katanya. "Koan kongcu
serahkanlah jenasah ibumu kepadaku menghadapi
kematiannya ini, aku jauh lebih sedih daripada kau! Tidak
Patung Emas Kaki Tunggal ( Unta Sakti ) Karya Gan K H di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
lebih hanya kehilangan seorang ibu?"
Meski sedang dirundung yang tak terhingga, mau tidak
mau Koan San gwat tercengang mendengar katanya ini.
Li Sek hong tertawa pilu, ujarnya rawan. "Mungkin kau
tidak akan bisa memahami ucapanku bicara soal cinta, sudah
tentu aku tidak lebih berat dari hubungan kalian ibu dan
anak, tapi semula kau tahu bahwa kau punya seorang ibu,
setelah kau dapatkan kini kau ditinggalkan pula. jadi tidak
akan membawa banyak pengaruh terhadap kelanjutan
hidupmu, sebalikanya aku kehilangan saudara hidup yang
terakhir?" Koan San gwat bingung mendengar kata kata orang. Li Sek
hong mengusap air mata lalu berkata pula "Kau tahu sejak
mening galkan Sin ti hong, seperti perahu terombang ambing
ditengah samudra, aku tidak punya tempat berteduh lagi,
akhirnya secara kebetulan berjumpa dengan ibumu dia begitu
baik laksana adik kandung sendiri terhadap ku, dia ingin
selanjutnya kami bisa hidup berdampingan mengecap hari tua
yang penuh penderitaan ini. Siapa tahu nasib telah
mempermainkan kita setitik harapan kinipun tidak bisa
kunikmati lagi." Koan San gwat amat haru, tak tertahan ia menekuk lutut
dan berkata pelan. "Li sian cu kau sebetulnya memang angkat
tuaku, mengikat persahabatan yang begitu mendalam lagi
dengan ibuku, selanjutnya kau adalah bibiku yang terdekat."
Li Sek hong menerima Gwat hoa Hujin dari tangan Koan
San gwat, lalu ia menariknya bangun, setelah menatap
sebentar ia berkata pelan "Aku amat senang punya famili
seperti kau, tapi aku tidak mau mengakui keponakan macam
kau ini, sebab aku akan mengajukan berbagai pertanyaan
yang mempersingkat jawabanmu?"
"Persoalan apa?"
"Dengan ibumu aku sudah angkat saudara kali ini dia ajak
aku kemari seolah olah sudah mendapat firasat bahwa
umurnya tidak akan panjang maka sebelumnya sudah
memberi pesan kepadaku, seluruh milik dan persoalannya ia
serahkan padaku termasuk Khong ham kiong di Tay pa san
dan kalian pelayannya?"
Cepat Koan San gwat berkata. "Hal itu tidak menjadi soal,
biar aku memberi tahu mereka supaya mereka ikut kau saja!"
"Tidak perlu, mereka sudah tahu karena bibimu sudah
berpesan langsung dihadapan mereka tapi yang harus kuberi
tahu kepada kau bukan paroalan ini"
"Persoalan apa saja?"
"Pertama tama aku harus tahu cara bagaimana
kematiannya?" "Kenapa kau harus menanyakan hal ini?"
"Ini sangat penting aku harus berpegang pada hal ini baru
berkeputusan untuk mengurus pesan pesannya, karena dia
ada memberi dua pesan yang berlainan. Pesan yang kau tidak
perlu tahu." Koan San gwat berpikir sebentar, lalu katanya "Boleh dikata
beliau mati ditanganku tapi boleh dikatakan mati ditangan Yu
hu?" Tegak alis Li Sek hong. "Sebenarnya siapa yang membunuh
dia?" "Sudah tentu aku."sahut Koan San gwat terisak.
Berubah air muka Li Sek hong, berkata pula Koan San gwat
"Jurus ketiga dilancarkan Yu hu memang bukan olah olah
hebatnya, mungkin tiada tandingan diseluruh jagat. Waktu
mengharap ibu ia masih ragu ragu dan segan menggunakan
jurus itu, tapi setelah ku kejar kedalam gelangang, baru ia
melancarkan jurus yang lihay itu, sasarannya adalah aku, ibu
melihat aku akan kehebatan dan mara bahaya yang
mengancam jiwaku, lekas ia menghadang kedepan, akhirnya
dia sendiri yang menjadi korban?"
Li Sek hong bingung tanyanya. "Jadi pedangnya yang
membunuhnya..." "Benar, melihat ibu memapak keputaran pedangnya, Yu hu
didesak menarik kembali ditengah jalan, di saat ia menarik
pedangnya itulah ia mengutungi pedangku?"
"Jadi kutungan pedang itulah yang menusuk pinggang
ibumu ?" Koan San gwat menunduk diam. Li Sek hong menghela
napas perlahan lahan, gumamnya. "Serba salah kalau begitu."
"Sebetulnya pesan apa yang ibu katakan kepada kau?"
"Bahwa akhirnya ia pasti mati di tangan putranya sendiri
hal ini sebelumnya dia sudah duga, cuma tidak duga adalah
kau, dia selalu menyangka adalah Lau Yu hu."
Tak tahan Ling koh menyeletuk bicara "Kalau teliti secara
keseluruhan, kita harus menyalahkan Lan Yu hu, kalau dia
tidak turun tangan kepada Hujin, mana bisa terjadi peristiwa
ini" Koan kongcu hanya?"
"Keduanya tidak bisa disalahkan" Li Sek hong menukas.
"Hanya nasiblah yang harus disalahkan. Urusan selanjutnya
yang belum terlaksana dia minta aku mengerjakan, ia merasa
berdosa terhadap Lau Yu hu, kalau dia mati ditangan Lau Yu
hu dalam sakit hati ini boleh dikata terlampias. dan tidak perlu
banyak mulut, sekarang terpaksa aku harus melaksanakan
pesannya yang terakhir."
"Pesan terakhir apa, mungkin aku bisa"."
"Kau tidak bisa, apalagi kau tidak akan mampu
mengerjakan!" Koan San gwat tertegun, kata Li kek hong lebih lanjut "Ia
minta dikubur bersama ayahmu !"
"Sudah tentu, ayahku dikubur di Chang ya san, paman
bungkuk tahu..." "Ibumu pernah menyinggung orang itu, tapi dia minta
dikubur setelah menunaikan sebuah urusan kau tahu urusan
apa yang dia minta."
"Aku tidak tahu!"
"Pertama dia ingin menemui gurumu, kedua, hendak
menuntut balas bagi Lau Ih yu mencari orang yang
melukainya dulu!" "Itulah"." Koan San gwat menjadi gugup.
"Itulah Sinio, sekarang beliau berada bersama gurumu
kedua urusan ini bisa dikerjakan bersama, tapi dapatkah kau
mewakili aku mengerjakan kedua urusan ini?"
"Aku tidak bisa aku dan oen lolo. .."
"Aku tahu kau tidak mungkin bisa ibumupun tidak mau
suruh akan menyelesaikan urusan ini."
"Memangnya kau sendiri bisa?"
"Tiada soal bisa atau tidak bisa bagi aku sebab aku tidak
punya hubungan hutang budi dengan perguruan sebaliknya
persahabatan dengan ibumu amat kental dan mendalam aku
harus bekerja demi menentramkan arwahnya dialam baka."
"Tapi Lim siancu dan guruku berada disana, jikalau
mereka?" "Melihat aku, mereka tidak akan berani merintangi aku
bekerja, pendek kata jelaskanlah dimana tempat itu kepada
aku. Demi ketentraman arwah ibunya kau harus memberi tahu
kepada aku!" Koan San Gwat tenggelam dalam pikiran yang serba
menyulitkan, mengawasi jenasah ibunya, lalu ia pandang pula
Sek hong sekian lama ia sulit ambil kesulitan.
Melihat orang tidak memberi reaksi yang tegas, Li Sek hong
menjadi jengkel katanya "Ibumu cukup bijaksana dalam
menghadapi persoalan antara dendam dan budi, semasa
hidupnya dan setelah meninggal, sedikitpun ia tidak suka
hutang dan berbuat salah terhadap seseorang kenapa kau
begitu tele tele tidak punya pendirian"
Berkata Koan San Gwat dengan pedih "Lau Yu hu adalah
putra Lau Ih hu, soal balas dendam boleh diserahkan
kepadanya?" "Kalau Lau Yu hu minta kepada kau supaya mengantar
manemukan Oen lolo bagaimana"
"Aku akan mengajak kesana, karena dia punya alasan yang
kuat." "Justru akupun punya alasan yang lebih kuat lagi," dengus
Li Sek hong dongkol. "Karena ibumu sudah menyerahkan
persoalan ini kepadakau, kalau tidak dia harus dikubur
bersama Lau Ih yu, apa kau rela melaksanakan hal ini?"
"Sudah tentu tidak sudi, tapi bibi tidak perlu memberi
kepastian ini?" "Sebalikanya ibumu harus berbuat demikian, karena secara
resmi dia adalah istri Lau Ih yu, dia harus berbuat menurut
tugas dan kewajiban seorang janda."
"Mengasuh dan membimbing Lau Yu hu sampai dewasa,
dia sudah menunaikan kewajibannya itu!"
"Pengertianya terhadap ibumu terlalu cetek, megasuh anak
adalah kewajiban seorang ibu, menuntut balas bagi kematian
suami justru adalah tanggung jawabnya, kalau urusan ini
belum sempurna masakah dia ada muka dikubur bersama
ayahmu. Dimasa hidup sudah berbuat salah, setelah mati
arwah tidak bisa tenang". Lihatlah kedua mata tidak mau
terpejam, kau sebagai putranya ini sebenanya mengandung
maksud apa?" Memang kedua mata Gwat hoa Hujin hanya setengah
terpejam, lekas Ling koh coba mengusap wajahnya pelan
pelan, sudah terpejam lalu membuka lagi.
Sambil meneteskan air mata Kang Pan maju mendekat,
katanya "Koan toako katakan saja, kau harus memberi
ketentraman kepada bibi."
Li Sek hong tertawa dingin, ujarnya "Sebetulnya ibumu
cukup bijaksana dan sayang kepada kau. Coba kau pikir kalau
urusan ini dia serahkan kepada kau, apakah kau bisa
menolakanya" Umpama dia mohon kau sebelum ajalnya tadi."
Koan San gwat berlutut lagi, katanya sambil menangis.
"Ibu, kuharap kau suka memaafkan, aku benar benar tidak
bisa, bukan persoalan Oen lolo seorang, masih ada guruku,
aku pernah berjanji tidak akan memberitahukan tempat itu,
kuharap arwahmu dapat memaapkan aku, bu" kau minta aku
segera mampus juga bolehlah."
Li Sek hong menarik napas, ujarnya. "Terpaksa aku
membawanya pulang ke Khong ham kiong dan menguburnya
bersama Lau Ih yu" Kiok ci, sungguh aku tidak nyana kau
melahirkan anak seperti?"
KoanSan gwat amat terpukul oleh kata kata ini,
mengangkat pedang kutung ia sudah bergerak hendak
menghujam ke ulu hati sendiri, untunglah Kang Pan mencegah
perbuatannya ini. "Koan toako, apa yang hendak kau
lakukan?" "Kalau kukatakan aku tidak setia dan ingkar janji, kalau
tidak dikatakan aku menjadi anak durhaka yang tidak berbakti
kepada orang tua, begini sukar menjadi manusia, lebih baik
mati saja." "Koan kongcu!" mendadak Ling koh menyela dingin.
"Silahkan kau mati saja silakan bunuh diri. Kalau kau sudah
mati Cia Ling im tentu tertawa lebar sampai mulut nya sukar
terkatup seluruh dunia ini tiada seorang pun yang akan
mampu menundukan dia."
"Cia Ling im" Dimana dia?" baru sekarang Koan San gwat
tersentak sadar. "Sudah pergi sejak tadi! masakah dia harus tetap disini
menunggu kematiannya?"
"Oh, Thian!" jerit Coan San gwat sambil memukul kepala.
"Apakah yang harus kulakukan !"
"Cara yang amat gampang! Kau tidak usah mati, tidak perlu
menjadi putra yang tidak setia tidak berbakti, angan angan ibu
mupun bisa terkabul !"
"Kau punya cara apa?" tanya Koan San gwat terlongong.
"Biar aku yang kawani Li siancu, menemui Lolo!"
"Kau ..." teriak Koan San gwat berjingkrak.
"Tidak salah! Hanya aku yang tahu tem pat itu meski
beritahu belum tentu Li sian cu bisa menemukan tempat itu
ada lebih baik aku saja yang membawanya?"
Dengan nanar. Koan San gwat mengawasi gadis cilik ini,
hampir ia tidak percaya akan pendengarannya.
"Bukankah begitu lebih baik?"
"Tapi?" Koan San gwat tersendat bicaranya."
"Terhadap kejadian melukai Lau Ih yu Lolo amat menyesal
dan selalu menjadi beban pemikirannya, sabagai seorang
beribadah yang memperdalam ajaran Thian, dia paling
mengutamakan sebab dan akibat, beliau menghadapi
persoalan ini lekas dibereskan, supaya tanpa membawa
ganjelan hati meninggalkan dunia fana ini. Maka sebetulnya
kau tidak perlu merahasiakan tempatnya, waktu aku keluar
kalian pernah berpesan wanti wanti kepada aku, suruh aku
hati hati dan menyirapi urusan ini?"
Koan San gwat masih belum percaya, terpksa Ling koh
berkata pula, "Silahkan kau tanyakan Li siancu, waktu aku
pertama kali aku bertemu dengan ibumu, kami pernah
membicarakan soal ini waktu itu aku sudah berjanji
kepadanya." Sorot mata Koan San Gwat beralih ke arah Li Sek hong
dilihatnya orang tersenyum manggut manggut, serta merta ia
meng hirup napas panjang katanya masgul "Li sian cu, kau
sudah tahu, kenapa pula harus bertanya kepada aku ?"
Li Sek heng tersenyum, katanya "Ibumu sendiri yang
menyuruh aku berbuat begini."
"Ibuku?" tanya Koan San gwat menegas heran "Kenapa ?"
"Cara ini baru bisa menyelesaikan angannya tentu tidak
akan sia sia, lihatlah bukankah kedua matanya sudah
tertutup?" Koan San gwat menunduk, betul juga kedua kelopak mata
Gwat hoa Hujin sudah tertutup rapat, raut wajahnya tenang
dan wajar, ujung mulutnya malah mengulum senyum manis
dan tertawa. Koan San gwat garuk garuk kepala dan tidak
habis mengerti. "Kenapa kau tidak berpikir." ujar Li Sek hong kalem,
"Ibumu menyerahkan tugas terakhir ini kepada aku,
mengandal kemampuanku masakah bisa ungkulan melawan
Sunio" Kalau aku tidak bisa menang, apa pula gunanya?"
"Lalu bagaimana sekarang ?"
"Sekarang aku percaya pasti bisa, kalau Ling koh
menceritakan sikapmu terhadap Sunio, demi putra Kiok cici,
Sunio pasti akan menyempurnakan keinginannya."
"Benar," Ling koh menimbrung. "Kesan Lolo terhadapmu
amat baik dan luar biasa aku percaya bila dia tahu sikap
setiamu tanpa hiraukan hubungan kekeluargaan tentu beliau
Patung Emas Kaki Tunggal ( Unta Sakti ) Karya Gan K H di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
akan suka rela mengabulkan cita cita ibumu."
"Cara bagaimani mengabulkannya?" tanya Koan San gwat
tidak mengerti. Berkata Ling koh sungguh sungguh "Pandanganku, paling
tidak pasti memberi sebelah tangannya untuk dipapas kutung
oleh Li siancu, lengan dikorbankan untuk menebus kesalahan,
tapi juga untuk menentramkan hatinya."
"Bukankah cara ini malah aku .."
"Tidak mungkin! Lolo sendiri suka membebaskan
kesalahannya diwaktu hidup, sudah tentu tujuannya juga demi
kau, usahanya ini sebenarnya mengandung suatu makna yang
amat mendalam." Koan San gwat menjadi bingung, tanyanya "Cara begitu
terhitung Lolo menyempurnakan diriku?"
"Tepat!" sela Li Sek hong. "Beliau menyempurnakan supaya
tulang belulang ayah mu bisa terkubur sama ibundamu, sebab
kalau hal ini tidak sampai terlaksana betapapun ibumu tidak
akan mau berbuat demikian."
Muka Koan San gwat menampilkan senyum dikulum,
katanya "Jadi ibu mem peralat aku untuk mewakili Lau Ih yu
menuntut balas?" "Kehendak ibu terhadap anak tidak termasuk "memperalat"
apalagi seumpama tiada unsur unsur yang menentukan dari
kau ini, toh belum tentu rencana ibumu tidak bakal sukses.
Bukankah tadi sudah kau dengar ucapan Ling koh Sunio
sendiri juga ingin menyelesaikan kejadian yang selalu
mengganjal dalam sanubarinya, kena terpengaruh oleh kau
pula sehingga urusan ini lebih gampang diselesaikan."
Berubah air muka Koan San gwat, Li Sek hong lekas
menambahkan "Kau tidak perlu merasa janggal, ayah
bundamu memang rada keterlaluan terhadap Lau Ih yu, kau
sebagai putranya adalah jamak menunaikan, tugas dan
mewakili mereka untuk penebus kesalahan kesalahan ini."
Sekilas Koan San gwat terlengong, akhirnya berkata kepada
Ling koh dengan sikap kereng "Ling koh! Kau boleh pergi dan
dihadapan Lolo kau harus bicara jujur apaadanya secara terus
terang kepada beliau. Tapi kaupun harus memberi satu hal
kepadanya, dia suka cara bagaimana menyelesaikan terserah
kepadanya, jangan karena aku jadi ragu ragu dan serba salah.
Bukan saja aku tidak sudi menerima kebaikannya, sabaliknya
aku akan membenci selama hidup ini?"
Li Sek hong melengak, ujarnya "Cara bagaimana kami
harus menjelaskannya?"
"Begitulah maksudku, dalam segala tindak tandukku
selamanya aku berpegang kepada nurani dan kelurusan hati,
aku paling ben ci kepada orang yang suka membual dan
tukang menjilat, menggunakan tipu daya dan lain lain cara."
Li Sek hong terdiam mematung, Koan San gwat segera
menambahkan "Li Siancu aku tidak ingin memberikan
penilaian terhadap mu, tapi aku tidak percaya bahwa kau suka
menerima tugas terakhir, cita cita ibuku ini hanya karena
persahabatanmu saja dengan beliau."
Berubah rona wajah Li Sek hong, Koan San gwat tertawa
serta berkata pula "Selama ini kau diam diam mencintai
guruku, tapi dia tinggal menyembunyikan diri dengan Lim
siancu kan hendak menggunakan kesempatan ini untuk
melihatnya. Aku tidak menentang keinginan dan perbuatanmu.
Tapi perlu ku beri nasehat kepada kau, bahwa meski kau
bertemu dengan mereka tidak akan membawa manfaat
kepadamu, beginilah perasaan dan nurani manusia, jodoh
tidak bisa dipaksakan"."
Li Sek hong tersenyum getir, sesaat kemudian baru dia
berkata pilu "Aku sudah tahu mungkin kali ini aku bisa jauh
lebih sedih, tapi aku harus kesana. Pertama luka hatiku biarlah
luka lebih parah dan padam. Kedua aku akan menentang
uraianmu tadi bahwa hubunganku dengan ibumu memang
amat intim laksana kakak adik sekandung, tugas yang pernah
kujanjikan harus kulaksanakan."
Dengan hormat tersipu sipu Koan San gwat menjura
kepadanya. katanya "Kalau begitu akulah yang salah, setulus
hati aku mohon maaf kepada kau, dengan setulus hati aku
memanggik (bibi) kepada kau. Setelah tugasmu selesai,
setelah aku membrantas Cia Ling im serta kamrat kamratnya,
tentu aku akan kembali dan hidup berdampingan bersama
sampai hari tuamu!" Dengan berlinang air mata dan tidak bicara Li Sek hong
tinggal pergi. Dengan terlongong Ling koh berkata "Koan
kongcu, adakah omongan yang perlu kau sampaikan kepada
gurumu?" "Ling koh," ujar Koan San gwat perlahan lahan "Usiamu
masih kicil namun kutlihat kau sudah pandai berpikir dan tahu
urusan, hal itupun tidak bisa disalahkan, guruku dan Lim
sianculah yang medidikmu menjadi begini nakal?"
Berubah aia muka Ling koh, mulutnya sudah terbuka
hendak bicara, lekas Koan San gwat menyela "Tidak perlu
banyak bicara, semua aku sudah paham, kalau ketemu guruku
sampaikan salamku, ucapan banyak terimakasih akan asuhan
dan bimbingannya yang berbudi, katakan bahwa akang
datand suatu kerika aku akan membalas kebaikannya ini...."
"Hanya kata kata itu saja?"
"Kedua patah kata ini sudah lebih dari cukup sungguh aku
tak mengerti kenapa kehidupan dalam dunia ini saling
memperalat" Dan sampai antara ibu beranak, guru dan murid
pun tidak terkecuali."
Lingkoh tertegun tanyanya."Maksudku Ui ho Sianjing juga
sedang memperalat dirimu?"
"Tidak salah !" sahut Koan San gwat tersenyum getir,
"sejak mula guruku sudah mengatur diriku sebagai wakilnya
didalam Liong hwa hwe, supaya cita citanya bisa terkabul
mengasingkan diri dan hidup bahagia bersama Ting siancu.
Baru hari ini aku paham akan tetapi aku masih simpatik dan
salut kepada beliau akupun akan membalas budinya, lekasilah
kau pergi, Li siancu sudah jauh."
Dengan mendelong Ling koh memandang jauh kedepan
lalu berkata menekan suara "Koan Kongcu adakah orang yang
bersahabat secara suci murni terhadapmu, tanpa punya
maksud memperalat dirimu?"
"Sudah tentu ada. Umpamanya Thio Ceng ceng, demi aku
dia melakukan banyak pekerjaan, namun terhadapku tiada
sesuatu yang diinginkan, aku jadi serba susah malah, entah
cara bagaimana aku harus membalas kebaikannya."
Berubah air muka Kang Pan mendengar ucapannya, lekas
ia menyeletuk. "Koan toako! Bagaimana dengan aku" Meski
aku belum pernah melakukan sesuatu kepada kau, tapi aku"."
"Kaupan temasuk satu diantaranya. Akupun amat berterima
kasih kepadamu, ku harap selama kau berlaku polos jujur dan
murni" "Koan Kongcu!" mendadak dengan suara linu yang hampir
tidak terdengar Ling koh berkata. "Jangan kau lupakan aku?"
habis berkata ia terus lari memburu di belakang Li Sek hong.
Koan San gwat menjadi merasa hampa Kang Pan mendekat
disampingnya, katanya "Koan toako, maukah kau percaya"
Ling koh pun sedang mencintai kau."
Koan San gwat menggeleng, ujarnya."Aku tidak tahu, dia
masih bocah kecil" "Tidak, ia tidak kecil lagi, aku berani katakan sejak lama dia
sudah jatuh cinta kepada kau, tempo hari dia rela tinggal disini
menemani Coa sin, adalah demi kau pula."
Koan San gwat menjadi , uring uringan sentaknya. "Jangan
peduli janji tetek bengek segala macam, marilah kitapun
pergi!" "Pergi kemana ?"
"Akupun belum ambil kepastian, meski dunia amat luas,
seolah olah tiada suatu tempat yang benar benar menjadi
tempat tujuan ku, tapi, marilah kita menuju ke Ngo tai san
dulu." "Ya, Cia Ling im tentu sudah kembali kesana lebih dulu!"
"Sulit dikatakan, tapi peduli dia ada tidak disana kerjaannya
tentu bukan urusan yang baik."
Kang Pan bingung dan tidak paham. Koan San gwat
menjelaskan. "Cia Ling im bukan orang goblok, tahu bahwa
pasti tidak akan melepas dia, kalau dia masih tinggal di Ngo
tai san, itu pertanda dia punya cukup tenaga untuk
menghadapi aku, atau sebalikanya tentu dia sudah
menyembunyikan diri, kemungkinan pula Thian mo kaupun
tidak menunjukkan aktivitasnya lagi."
"Kalau begitu tak usah kau meluruk kesana tempat itu
cukup berbahaya bagi kau kalau dia tidak disana. Thian mo
kaupun sudah diboyong kelain tempat, apa pula gunanya kita
menyusul kesana?" Koan San gwat tertawa lantang, ujarnya. "Kalau dia masih
disana ku ingin melabrakanya, kalau sudah pindah tempat
akan kucari sumber penyelidikkan disana untuk mengejar
jejaknya lebih lanjut. Kalau durjana itu tidak dibrantas dunia
tidak akan aman." Kang Pan memasukan Siau giok kedalam kain kantongnya,
katanya "Entahlah, yang terang kemanapun kau pergi kesitu
pula aku ikut!" Koan San gwat menarik napas panjaug Ui tiap kiam milik
Gwat hoa Hujin ia masukkan kedalam sarungnya terus
diserahkan kepada Kang Pan, menunjuk kantong kainnya
berkata "Kang Pan! Aku tidak perlu menggunakan senjata, ada
Siau giok sudah lebih dari cukup, kau saja yang bawa Cia Ling
im dan Lau Yu hu masing masing punya sebilah pedang
mustika, kaupun perlu membawa pedang tajam ini.
Koan San gwat menimang nimang pedang ditangannya,
katanya. "Selama hayat dikandung badan, aku akan membekal
pedang ini tidak menggunakan senjata lainnya."
Kang Pan maklum bahwa perasaan hati orang sedang risau
maka ia diam saja tak berani banyak bicara mengganggu
ketenangan nya, lekas ia bantu menggantung Ui tiap kiam
dipiggangnya, namun Koan San gwat tertunduk menjublek
mengawasi tanah. Tampak oleh Kang Pan kutungan lengan itu, itulah lengan
Lau Yu hu yang ditebas kutung oleh Koan San gwat, tak urung
berdetak jantungnya, dengan rasa was was ia berkata. "Koan
toako! Aku tidak tahu keadaan pertempuran, kukira...."
"Bukan salahmu. Lau Yu hulah yang harus memikul
pertanggungan jawab terbesar akan kematian ibuku, terhadap
ibu kandung sendiri mana boleh ia bersikap begitu?"
Kang Pan berpikir lalu bertanya. "Koan toako! Menurut
omonganmu jadi Lau Yu hu belum terhitung terlalu bejat,
yang jahat adalah ayahnya serta pengasuh yang membimbing
nya sampai besar bemama Hwi kak itu. Merekalah yang
menanamk n bibit, dendam kesumat didalam sanubarinya
sampai tumbuh dewasa."
"Semua salah, semua juga tidak salah mungkin perbuatan
Hwi kak memang tidak dapat dibenarkan, berdiri pada
pihakanya adalah demi kesetiaannya terhadap Lau Yu hu, lalu
siapa pula yang bisa mengatakan dia salah?"
"Koan toko, aku tahu banyak urusan ucapanmu ini
membuat bingung hatiku, jadi dalam persolan ini pihak siapa
yang benar dan pihak mana yang salah?"
"Sulit untuk menjelaskannya ayahku menyintai nyonya
muda yang sudah bersuami hal ini memang boleh dibenarkan,
tapi cinta mereka adalah suci dan murni. Setelah mati Lau Ih
yu masih mengatur langkah langkah jahatnya, namun dia pula
orang yang langsung terkena getahnya, melihat istri tercinta
direbut orang adalah jamak kalau dia teramat benci dan sakit
hati, kalau dinilai keseluruhannya mereka sama tidak
bersalah!" "Aku tahu sekarang! Kodratlah yang akan permainkan
manusia, jikalau ibumu sudah berkenalan lebih dulu dengan
ayahmu sebelum menikah dengan Lau Ih yu, peristiwa ini
tentu tidak akan terjadi !"
"Terpaksa hanya begitu kesimpulan kita."
"Ibumu memang seorang tua yang patut dihormati, ia jelas
membedakan dendam dan budi."
"Apa yang diatur oleh ibu dalam persoalan ini memang
betul, cuma tidak seharusnya dia memperalat aku....."
"Koan toako, pikiranku amat sederhana tidak dapat
kupikirkan aturan besar apa apa, tapi naluriku bicara aku tidak
percaya bahwa hal itu adalah maksud langsung dari bibi!"
"Memangnya kenapa?" tanya Koan San gwat tersirap.
"Jikalau ia hendak memperalat kau untuk menuntut balas
bagi Lau Yu hu, bukankah lebihh baik ia menyerahkan
persoalan ini kepada kau. Kalau toh dia hendak membedakan
budi dan dendam, kenapa pula harus bertindak putar balik....."
"Tepat! Tapi kenapa Li Sek hong harus berbuat demikian."
"Kukira Li Sek hong hendak mengabulkan kepintarannya,
dia mendapat pesan wanti wanti dari ibumu, tapi kuatir dirinya
tidak bisa menunaikan tugas yang diberikan itu, maka dia pikir
hendak mengajak dirimu"."
Sebentar Koan San gwat terlongong, mendadak berjingkrak
dan berteriak. "Betul! Kenapa tidak kupikirkan kearah itu!
Marilah lekas kejar!"
"Untuk apa?" "Akan kubongkar akal licik Li Sek hong ini, akan ku cegah
dia bekerja menggunakan nama baikku, supaya ibuku tidak
meninggal dengan rasa was was."
Lekas Kang pan menarikanya, katanya "Kukira tidak
perlulah, Li Sek hong berbuat demikian juga demi ibumu,
kalau dia tidak menempuh cara ini, tulang belulang ayahmu
tidak bisa akan di kubur bersama ibumu?"
Koan San gwat masih hendak bicara, lekas Kang pan bicara
dahulu "Cukup asal kau paham bahwa ibumu tidak
mengandung maksud maksud seperti itu, kenapa kau haru
mempersulit Li Sek hong, semua bekerja demi keyakinan
sendiri sendiri, hubungan Li Sek hong dengan ibumu tidak
lebih hanyalah saudara angkat, bahwa dia rela melaksanakan
tugas tugasnya ini, dan kau sebagai putra keturunannya,
masakah tidak rela menerima sedikit getahnya?"
Koan San gwat menjublek sekian lamanya, akhirnya
berkata menarik napas. "Kang Pan ucapanmu memang betul,
agaknya pikiranmu jauh lebih tinggi dari aku!"
"Aku tidak mengenal akan licik dan tipu muslihat, semua ku
gunakan keringanan, secara lincah dan tulus kupandang maya
pada ini, maka didalam pandang aku maya pada ini jauh lebih
indah, lebih elok dari apa yang kau lihat?"
Koan San gwat tidak bersuara. Kang Pan berkata lebih
Patung Emas Kaki Tunggal ( Unta Sakti ) Karya Gan K H di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
lanjut. "Li Sek hong sendiri kurang pengertian terhadap kau,
jikalau dia memaparkan maksud keinginan ibumu secara blak
blakan kepadamu, mungkin kau suka rela akan mewakilinya
menyelesaikan urusan itu."
Koan San gwat menghela napas, ujarnya. "Mungkin
ucapanmu benar, yang terang Li Sek hong tidak pantas
berbuat demikian, karena maksud ibuku tidak ingin aku
terlibat dalam persoalan ini" Kang Pan! Ucapanmu memang
benar, sekarang aku jadi simpatik dan berterimakasih kepada
Li Sek hong, tujuan dan maksudnya memang jujur, tadi tidak
pantas aku bersikap demikian terhadapnya!"
"Asal kau seperti diriku, pandanglah maya pada ini dengan
nurani yang suci murni, akan segera kau dapatkan dimana
mana penuh bertaburan bunga bunga mekar semerbak, alam
semesta ini diliputi cinta dan kehangatan...
Koan San gwat dan Kang Pan kembali sudah berdiri
didepan gunung Ngo tai san, sikap mereka kelihatan melengak
dan heran. Bendera kebesaran Thian mo kau ternyata sudah
lenyap dari tempatnya berkibar, yang ada hanyalah selarik
panji panjang yang tersulam sebatang pedang dan satu huruf
Im yang besar dibelakang pedang adalah sebuah lukisan Pat
kwa. Gambar Pat kwa ini cukup dikenal oleh Koan San gwat,
karena itu tanda kebesaran dan keluarga In dari Bu khek pay.
Bu khek pay hanyalah sebuah sendikat kecil yang bercokol
ditengah arus gelombang pertikaian didunia persilatan,
masakah mereka mampu merobohkan atau menumbangkan
kekuatan Thian mo kau yang besar dan kokoh serta
menggantikan kedudukannya. Hal inilah yang membuat orang
heran dan melengak. Adalah pertanda yang terukir diatas panji itu menjadi
kenyataan dan tidak biaa disangkal lagi, mau tidak mau
mereka harus percaya akan kenyataan ini.
Disaat mereka melenggong dan kebingungan, dari jalan
pegunungan sana tampak lari mendatangi seekor kuda yang
ditunggangi seorang laki laki bertubuh kekar, golok tersoreng
dipinggangnya sikapnya kereng dan angker.
Begitu melihat orang ini semakin heran dan menjadi curiga
hati Koan San gwat. Laki laki ini adalah Cit sing to Lau Sam thay, dulu waktu
orang menyelidiki persoalan Hwi tho ling cu baru berkenalan
dengan dirinya, dan karena orang ini pula sehingga dirinya
timbul persengketaan dengan pihak Bu khek pay.
Sungguh tidak nyana, ditempat ini dan saat ini pula ia bisa
bertemu dan melihatnya dan karena inilah, maka Koan San
gwat lebih yakin bahwa panji panjang itu jelas pasti ada
sangkut paut yang erat dengan Bu khek pay dari keluarga Im.
Badan Lau Sam thay rada gemuk dari dulu, sikapnya lebih
gagah dan bersemangat, muka tampak berseri tawa bercokol
diatas tunggangannya cuma sikapnya saja yang masih sopan
santun dan sungkan sungkan, dari kejauhan lantas turun dari
punggung kuda dan menjura memberi hormat, sapanya
"Lingcu! Sejak berpisah apakah dia baik baik saja. Kabarnya
dalam satu tahun ini kau sudah melakukan perjuangan besar
yang menggemparkan seluruh jagat, sekarang namamu tenar
sampai keseluruh pelosok dunia, sebagai pendekar yang tiada
bandingannya. Koan San gwat tertawa tawar, ujarnya. "Lau Samcu, kau
sendiri juga tambah gemuk dan hidup senang agaknya!
Tempat ini adalah...."
"Teima kasih! Masakah aku berani menerima pujian Lingcu.
Disini akupun beruntung bisa bercokol berkat muka dan nama
Lingcu belaka...." "Karena nama dan mukaku apa?" tanya Koan San gwat
tidak mengerti. Lau Sam thay berseri tawa, sahutnya "Tempo hari
beruntunglah karena Ling cu sudi mengangkat hamba menjadi
pengiring Ling cu, maka nona Im baru sudi mengundang
hamba disini aku mendapat tugas sebagai penerima dan
menyambut tamu." Koan San gwat lebih heran, tanyanya. "Nona Im" Nona Im
yang mana?" "Ling cu memang sering agung yang suka melupakan
urusan, nona Im adalah putri terkecil dari Ciangbujin Im Siok
kun dari Bu khek pay di Im san yang bernama Im Lee hoa.
Bukankah dulu Ling cu pernah melihatnya satu kali?"
Teringat oleh Koan San gwat dulu Thio Hun cu pernah
memincut Im Le hoa ini, sehingga pihak Bu khek pay salah
paham hendak mencari perhitungan dan adu jiwa pada
dirinya. Dan karena peristiwa itulah maka Thio Ceng Ceng
tanggal lari dengan jengkel dan malu.
Kenapa Im Le hoa bisa berada ditempat ini"
Lau Sam thay masih tertawa tawa ujar nya. "Nona Im
sekarang cukup jempolan, kedudukannya jauh lebih tinggi
entah berapa lipat dari ibunya sekarang dia adalah
Ciangbunjin dari Tay khek pang oh ya, mungkin kau belum
tahu akan Thay khek pang bukan?"
Koan San gwat menggeleng, sahutnya "Betul, aku belum
mengetahuinya!" "Hal ini tidak perlu dibuat heran, Thay khek pang selalu
bekerja secara diam diam baru pertama kemarin menerima
peninggalan Thian mo kau ini, baru pertama kali ini kita
kibarkan panji kebesaran ini!"
"Cara bagaimana Thian mo kau sudi menyerahkan markas
besarnya ini" Dimana Cia Ling im?"
"Selama ini Cia Ling im tidak pernah muncul, seluruh
anggota Thian mo kau kemarn dipimpin oleh Ki Houw semua
mengundurkan diri, dengan leluasa kita lantas menempatinya"
"Bicaramu semakin tidak genah! Cara bagaimana Ki Houw
mau menyerahkan pangkalannya kepada kau?"
Lau Sam thay tertawa kesenangan, sahut nya. "Sudah
tentu Ki Houw tidak sudi, tapi setelah dia melihat Liu tongcu,
terpaksa mencawat ekor seperti halnya dengan Bu khek pay,
Thay khek pang seluruhnya dipegang oleh kaum perempuan!"
Koan San gwat keheranan, tanyanya. "Siapa pula Liu
tongcu itu?" "Semua adalah kenalan lamamu, dia ber nama Liu Ih yu,
sekarang menjabat sebagai Cong tongcu juga kenalanmu yang
paling rapat, kau tahu siapa dia?"
Koan San gwat berpikir sebentar, lalu berkata "Thio Ceng
ceng!" "Sekali tebak kena betul. Orang orang dalam Thay khek
pang yang banyak kau kenal seperti Sing tong Tongcu Lok
Siang kun, Kong kun tong Tongcu Lok Heng kun, Sian hong
tongcu Lok Sia hong dan masih banyak lagi."
Semakin bingung dan tak mengerti Koan San gwat
dibuatnya, setelah terpekur ia berkata "Coba katakan cara
bagaimana Im Lee hoa bisa diangkat menjadi Ciang bun jin?"
"Sudah tentu karena adanya sangkut paut dengan Thio
loyacu, sebetulnya hak kekuasaan Ciang bun jin ini tidak lebih
besar dari berkuasa dari Lwe tong Tongcu, karena didalam
tingkatan dia lebih tinggi satu angkatan?"
"Dia lebih tinggi seangkatan dari Ceng Ceng. Jadi dia...."
Lau Sam thay menekan suara, katanya "Soal ini tiada
halangan kuberitahu kepada kau toh kau memang sudah tahu,
nona Im adalah nyonya muda dan Thio loyacu, jadi ibu tiri
nona Thio....." Berubah air maka Koan San gwat, katanya. "Jadi kejadian
dulu itu memang kenyataan?"
"Bagaimana duduk perkara sebenarnya?"
"Dulu Thio loyacu pernah berkunjung ke berbagai golongan
dan partai silat yang tersebar di mana mana, merebut buku
rahasia pelajaran silat mereka, hal ini kau sendiri tentu tahu,
kejadian itu...." "Jadi betul dia adanya!" bentak Koan San gwat. "Tua
bangka ini masih pura pura welas asih di Liong hwa hwe dulu
terhadapku!" Lekas Lau Sam thay menggoyang tangan katanya. "Ling cu
salah paham, dalam hal ini Thio loyacu mempunyai maksud
maksud tertentu, sudah tentu hal ini amat erat sangkut
pautnya dengan Liong hwa hwe , ilmu silat Bu tong dan Siau
lim merupakan yang lain dari yang lain, sejak lama Cia Ling im
sudah mengincer mereka dan hendak melebar kedua partai ini
masuk kedalam kekuasaannya. Thio loyacu mendapat bisikan
dulu, membunuh kedua Ciang bun jin kedua partai ini,
terhadap luar disiarkan kabar bahwa dia merebut buku rahasia
pelajaran silat mereka, sebetulnya hanya buku tiruan saja
yang dia bawa buku aslinya masih berada ditempatnya
semula!" Koan San gwat mendengus jengeknya. "Lalu kenapa ia
harus membunuh ke dua Ciang bun jin kedua partai itu?"
Kedua Ciang bun jin itu insaf mereka tiada kekuatan untuk
melawan kehendak Cia Ling im, demi melindungi ilmu silat
peninggaalan cikal bakal mereka supaya tidak terjatuh
ketangan orang luar, dengan suka rela mereka mengorbankan
diri!" "Aku tidak percaya !"
"Ciang bun jin angkat bahu dari kedua partai itu, sedikitpun
tidak menaruh dendam sakit hati terhadap Thio loyacu dari hal
ini kau akan mendapat bukti bukti yang cukup banyak !"
"Lalu bagaimana pula persoalannya dengan Im Le hoa?"
"Bicara soal ini jauh lebih mengesankan Thio loyacu
mendapat kabar bahwa Bu khek pay merekapun termasuk
dalam daftar yang ditundukan, tapi waktu itu tiba insaf dan
melihat kenyataan, terasa bahwa ilmu pedang mereka
bahwasannya tiada sesuatu keanehan nya, maka ia
membatalkan niatnya semula. Tapi, dasar ilmu pengobataanya
teramat tinggi, sekilas pandang ia melihat bahwa Im Le hoa
semacam penyakit aneh yang cukup gawat."
"Penyakit apa?"
"Katanya penyakit Hoa cit!"
"Bohong! Kenapa ibunya tidak tahu?"
"Hoa cit adalah semacam penyakit yang aneh, penyakit ini
sejak dilahirkan sudah mengeram dalam tubuh anak
perempuan akan kumat setelah dia berusia delapan belas
tahun. Waktu Thio loyacu tiba disana kebetulan penyakitnya
itu kumat, kalau penyakit itu sedang gawat, seperti gila saja
dia mencari laki laki, karena Thio loyacu tidak kenal dengan
keluarga Im, maka sulit ia memberi penjelasan, terpaksa dia
bekerja diam diam memberi pengobatan."
Koan San gwat terlongong sekian saat, sungguh tidak kira
dalam persoalan ini mengandung seluk beluk yang liku liku.
"Tapi tugas dan kerjaan Thio loyacu amat banyak dan sibuk
sekali, tanpa menunggu penyakit orang disembuhkan dia
lantas tinggal pergi, tapi dia sudah menyembuhkan sebagian
penyakit itu" akhinya"."
"Akhirnya terjadilah peristiwa yang kita alami dulu!"
"Benar! Penyakit Im Lee hoa waktu itu belum sembuh
seluruh nya, mulutnya mengoceh kalang kabut, ibunya tidak
tahu duduk perkaranya lantas main tuduh dan bertekad
hendak menuntut balas kepada Thio loyacu!"
Ilmu pengobatan Thio Ceng Ceng pada waktu itu sudah
cakup baik juga, kenapa ia tidak melihat adanya penyakit aneh
itu pada diri Im Lee hoa" Kalau tidak mungkin dia mengalami
pukulan batin yang begitu berat."
"Nah disitulah letak kesalahannya, penyakit Im Le hoa baru
sembuh separuh, lahirnya sukar diketahui, maka semua orang
mau percaya obrolannya, sebetulnya Thio loycu tidak berbuat
tidak senonoh terhadapnya, kau masih ingat hari itu bukankah
nona Thio memberikan sebutir obat" Obat itu justru
menyembuhkan seluruh penyakit nona Im secara tidak
sengaja." " Selanjutnya bagaimana?"
"Setelah penyakit Im Lee hoa sembuh ia tuturkan duduk
perkara sebenarnya kepada ibu nya, barulah Im Siok kun insaf
bahwa dia salah menuduh Kepada Thio loyacu, tapi waktu itu
semua berada di Bu san!"
"O, jadi begitulah duduk perkatanya, tapi waktu di Sio li
hong disaat pembukaan Liong hwa hwe, kenapa Thio loyacu
tak memberi penjelasan kepada aku?"
" Sebelumnya dia sudah mendapat pesan dari Go hay ci
hang, dia disuruh masuk kelompok orang orang Cia Ling im,
sudah tentu menjadi sulit memberi keterangan kepada kau
sehingga terjadilah peristiwa berbuntut panjang ini!"
"Kejadian selanjutnya aku sudah mengerti, tapi kenapa Im
Lee hoa bisa betul betul menikah dengan Thio lopek" Cara
bagaimana pula bisa mendirikan Thay khek pay disini?"
"Karena disembuhkan oleh Thio loyacu Im Lee hoa
bersumpah kecuali menikah dengan Thio lopek" Cara
bagaimana pula bisa mendirikan Thay khek Pang disini?"
"Karena disembuhkan oleh Thio loyacu. Im Lee hoa
bersumpah kecuali menikah dengan bulim, selama hidup tidak
mau kawin, kebetulan akupun ikut kau pergi ke Bu san aku
hanya jelas mengetahui keadaan kalian, waktu Im Siok kun
mencari aku membawa putrinya, minta aku menemukan Thio
loyacu, aku tahu Thio loyacu berada didalam Thian mo kau,
namun tidak berani aku menemui dia, sampai kira kira
beberapa selang nona Thio Ceng eeng ketemu aku dan
bertemu pula dengan nona Im, setelah mendapat penjelasan
duduk perkaranya, baru hilanglah kesalah pahamnya terhadap
ayahnya. Saat itu pula ia membuat satu keputusan!"
"Keputusan apa?"
"Ia keputusan hendak mendirikan satu kekuatan lain untuk
menandingi Thian mo kau. Dia suruh aku mencari bala
bantuan dan mengumpul tenaga, yang kukenal hanyalah
keluarga Lok ibu beranak, maka kucari mereka akhirrnya
urusan terjadi perubahan, entah dengan cara apa Thio loyacu
berhasil menundukan seorang aneh, kepandaian silat orang
aneh itu cukup berkelebihan untuk menundukkan Cia Ling im.
Koan San gwat tahu orang aneh yang dimaksud tentulah
Coa sin adanya, cepat ia bertanya. "Apakah mereka berkumpul
diatas gunung?" "Betul! Thio loyacu tidak mau berkecimpung dalam urusan
dunia lagi, ia berkeputusan hendak hidup dalam pengasingan
diatas gunung sampai hari tua, nona Im bertekad menjadi
istrinya, nona Thio Ceng ceng juga mengharap belaian orang
tua ada yang merawat dan melayani, dia ikut menyokong dan
memberi dorongan, dan lagi ia mengusulkan supaya nona Lu
menjadi Ciang bun jin dari Thay khek pang."
"Kenapa harus menggunakan nama ini?"
"Itulah hasil dari pemikiran nona Thio dari Bu khek ke Thay
Patung Emas Kaki Tunggal ( Unta Sakti ) Karya Gan K H di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
khek pertanda bahwa Thay khek kun adalah bersumber dari
Bu khek karena dulu diapun pernah membunuh beberapa
anggota keluaga Im, dengan cara ini ia hendak melimpahkan
rasa penyesalannya terhadap Bu khek tay, sebetulnya
mengandal kekuatan Thay khek pay sekarang, jelas Bu khek
pay bukan apa apanya lagi!"
-oo0dw0oo- JILID 29 "Dari mana asal mula alasanmu ini" Untuk membenci aku
kan kaupunya alasan."
"Tanyakan kepada ibumu."
"Apa sangkut paut hal ini dengan beliau!"
"Amat besar hubungannya, sebelum dia melihat kau,
hatinya selalu dirundung kesedihan dan yang dibayangkan
selalu adalah putranya yang hilang, mungkin dia anggap aku
tidak tahu, sebetulnya sejak lama Hwi kak sudah memberi
tahu kepadaku, sejak saat itu aku sudah mulai benci kau,
akhirnya ditambah persoalan Thio Ceng Ceng, maka aku tidak
bisa berdiri sejajar dengan kau."
Koan San gwat menjublek mendengar uraian yang
dianggap gila ini. Lau Yu hu meneruskan dengan suara
gegetun dan benci. "Selamanya kalian dipihak yang unggul,
ayahku terima diperhina dan hidup merana, rela rujuk kembali
demi kebahagiaan rumah tangga, namun ia tidak bisa menarik
kesenangan hati ibu, setelah generasi mendatang keadaan
lebih parah lagi, didalam sanubari ibu kedudukannya jauh
lebih berat dan disayang, didalam lubuk hati Ceng ceng, aku
malah tidak bisa menempati posisi yang kuharapkan, apakah
aku tidak pantas membenci kau?"
Perguruan Sejati 4 Ilmu Ulat Sutera Karya Huang Ying Misteri Lukisan Tengkorak 4