Patung Emas Kaki Tunggal 15
Patung Emas Kaki Tunggal ( Unta Sakti ) Karya Gan K H Bagian 15
"Kau salah...." ujar Koan San gwat menghela napas.
"Sedikitpun aku tidak salah, apa yang kuuraikan adalah
kenyataan, suruh aku meningalkan Thian mo kau adalah
kumpulan sesat, akupun tahu Cia Ling im adalah seorang
durjana, tapi tanpa banyak pikir aku rela masuk menjadi salah
satu dari kelompok mereka, malah tidak kepalang tanggung
kubongkar kuburan ayah almarhum, kuberikan sebarang
pedang Ceng so kiam kepadanya kau tahu apa sebabnya?"
"Aku tidak tahu." sahut Koan San gwat menggeleng. "Aku
hanya tahu bahwa kau sudah gila!"
Lau Yu hu menyeringai seram, ujar nya. "Boleh dikatakan
demikan, aku gila karena penyebabnya, setiap orang yang
menjadi musuhku, adalah sahabat karibku, apapun yang bakal
menjadi milikmu aku akan menempuh jalan yang berlawanan
dari kau!" Koan San gwat berpikir sejenak, mendadak ia berkata
dengan sikap serius. "Lau yu hu, tidak kata kata yang perlu
kukatakan pula kepada kau, sebetulnya aku sudah berjanji
kepada ibu untuk mengampuni jiwamu, sekarang aku terpaksa
mohon pengampunannya..."
"Kau tidak perlu minta pengampunannya hakikatnya dia
hanya punya kau sorang putra dia, kau dan Bing Gwat yang
sudah mampus itu, kalian bertiga baru satu keluarga...."
"Lalu kau ini apa?" damprat Koan San gwat naik pitam.
Lau Yu hu menarik muka dan berkata. "Aku hanyalah bibit
pembalasan dendam yang ditinggalkan ayahku, biar kuberi
tahu kepada kau, setelah kubunuh kau, lawan yang kedua
yang kuincar adalah ibu!"
"Keparat dan durhaka! Apakah beliau bukan ibumu?"
"Bukan!" teriak Lau Yu hu beringas. "Lau Yu hu tidak punya
ibu, Liu Ih yu pun tidak punya istri, walau ayahku menyuruh
aku memaafkan dia, sebaliknya tidak pernah kupikirkan hal
ini." Amarah Koan San gwat tidak tertahan lagi, mengayun
pedang kontan ia menusuk ke dada orang, lekas Lau Yu hu
melintangkan pedang, tenaga yang dikerahkan cukup kuat.
"Trak" kedua senjata beradu amat keras dan berbunyi nyaring,
seketika Koan San gwat terhentak mundur dua tapak, dan lagi
Pek hong kiamnya bukan lawan kesaktian Ci seng kiam, tajam
pedangnya tergumpil pecah sebesar kacang.
Lekas Kang pan mengansurkan Ui tiap kiam kepadanya,
serta berteriak. "Koan toako gunakanlah pedang yang ini!"
"Yang mana bolehlah, didalam Ngo ih kiam, Ci seng
merupakan yang terunggul."
Koan San gwat sudah keretak gigi, sambil menenteng Pek
kong kiam ia sedang menghimpun tenaga murni siap
melancarkan Pek hong kiam itu, salah satu jurus terganas
yang mematikan dari Hu mo kiam hoat.
Mendadak dari samping sana menerobos keluar dua sosok
bayangan, mereka ternyata Li Sek hong dan Gwat hoa Hujin
adanya. Kang Pan berdiri melongo, cepat Gwat hoa Hujin sudah
melejit tiba terus rebut Ui tiap kiam dari tangannya. Koan San
gwat terkejut dan heran, cepat ia memapak maju, serunya.
"Bu, kenapa kaupun kemari ?"
Gwat hoa Hujin tidak menghiraukan seruannya, matanya
berkilat melata Lau Yu hu. Adalah Li Sek hong memberi
jawaban sambil datang menhampiri. "Hujin amat kuatir akan
keselamatanmu. Jing Tho disuruh memimpin orang orang lain
menuju, ke Tay pa san menunggu di sana, lalu dia mengajak
aku untuk membaatu kau! bagaimana keadaan disini?"
Koan San gwat tidak sempat menjawab pertanyaannya,
dengan gelisah ia berseru kepada Gwat hoa Hujin. "Bu biar
aku saja..." "Tidak usah!" sahut Gwat hoa Hujin tegaz dan perihatin.
"Dengan tanganku sendiri akan kubunuh anak durhaka ini!"
Waktu Koan San gwat memburu menghadang diantara
mereka, Gwat hoa Hujin lantas menghardik bengis. "Anak
Gwat! Kaupun tidak mendengar ucapanku lagi!"
Tampak oleh Koan San gwat muka orang pucat dingin lagi,
hatinya menjadi luluh, terpaksa ia mundur kesamping, adalah
Lau Yu hu Sa mundur beberapa langkah didesak oleh Gwat
hoa Hujin yang maju menghampirinya.
"Bukankah kau hendak bunuh aku?" damprat Gwat hoa
Hujin beringas. "Kenapa tidak berani turun tangan?"
Lau Yu hu tidak mundur lagi, matanya pun memancarkan
rasa penasaran dan berteriak kalap. "Tak usah tergesa gesa
kau ingin mampus, tunggulah setelah aku membinasakan
bocah she Koan itu, akan datang giliranmu nanti, sekarang
jangan kau desak aku turun tangan!"
Gwat hoa Hujin tertawa pedih dan seram. "Aku paksa kau"
Kalau aku tahu kau seorang yang berhati lebih kejam dari
binatang, masakah aku bisa membiarkan kau tumbuh dewasa
sebesar ini" Sungguh aku menyesal kenapa diwaktu
melahirkan aku tidak mencekik mati kau saja!"
Pancaran kilat Lau Yu hu yang sudah kesetanan itu semakin
menyala, pekiknya. "Menyesalpun sekarang kau sudah
terlambat." lenyap suaranya pedang ditangannya kontan
menyambar kedepan, ujung Ci seng kiam seketika
memancarkan cahaya ungu yang menyala dimana sinar
pedang berelebat, hanya terdengar kesiur angin deras yang
melengking, rambut panjang yang tersanggul diatas kepala
Gwat hoa Hujin seketika rontok dan terpapas berhamburan
separuh diantaranya. Sembari melintangkan pedang dengan kedua tangannya,
berkata Lau Yu hu tertawa. "Sudah kulihat sendiri belum inilah
Bau hun sam sek peninggalan ayahku, hanya permainan
pedang jurus jurus itu barulah bisa mengembangkan wibawa
dan keampuhan Ci seng kiam. Jurus pemainan merontokkan
rambut sebagai ganti memenggal kepala, anggap saja sebagai
balas budi akan kebaikanmu melahirkan aku ...."
Belum lenyap suaranya, sinar ungu memancarkan dan
berkelebat pula, ia memapas kutung lengan baju Gwat hoa
Hujin pula, katanya tertawa dingin. "Jurus kedua, aku
memotong pakaian sebadai ganti badan sebagai penebus
budimu membimbing dan mengasuh aku, maka jurus ketiga
ini akan menagih pembalasan ayahku. Yang hidup merana
bersanding dosa...."
Sekonyong konyong seperti kesurupan Gwat hoa Hujin
menerjang dengan kalap dimana Ui tiap kiam menyambar,
tampak bayangan kupu kupu menari nari mengitari Lau Yu hu,
dalam sekejap bayangannya sudah lenyap terbungkus libatan
sinar pedang. Setiap hadirin sama tertarik perhatiannya akan kejadian
yang tegang dan serius ini, sehingga tiada seorangpun yang
memperhatikan Cia Ling im secara diam diam menggeremet
pergi dan menghilang seperti bayangan setan.
Ditengah bayangan kupu kupu yang sedang menari nari itu
terdengarlah suara berdenting berulang ulang. Tentulah Lau
Yu hu sedang berjuang mati matian demi keselamatan jiwa
didalam kepungan hawa pedang yang deras dan tajam itu.
Bagi penonton di luar arena hanya melihat ditengah cahaya
kuning itu menggulung gulung ceplok ceplok kabut ungu yang
semakin menebal, laksana didalam rumpun kembang yang
mekar dimusim semi sedang dirubung oleh kupu kupu yang
mesari nari tak terhitung banyakanya.
Kedua pihak terus berkutet dan bertahan cukup lama,
rangsakan berantai Gwat hoa Hujin selama itu tidak mampu
menjebol musuh tabir penjagaan Ci Sek Kiam yang kokoh
rapat. Sebalikanya selama ini Lau Yu hupun belum lagi
melancarkan jurusnya yang ketiga.
Akhirnya Koan San gwat tidak sabar lagi, sambil bersuit
nyaring pedang ditangannya dengan tipu Pek hong kiam jit,
membawa cahaya memanjang seperti sabuk kemala
menerjang masuk dalam arena. Begitu hawa ungu kena
diterjang oleh cahaya putih menyala seketika melembang
besar dan meluas, seolah olah angin lesus yang deras dan
mendampar dengan kekuatan yang tiada taranya melandai
datang, yang pertama tama kena di diterjang adalah
bayangan kuning yang membelit disekelilingnya, lalu
menggulung seperti damparan ombak samudra kearah cahaya
putih menyala. "Trang" terdengar benturan nyaring menusuk
ketelinga, tahu tahu Pek hong kiam ditangan Koan San gwat
sudah tinggal separuh, badannyapun tergentak mencelat
setengah tumbak. Rambut Gwat hoa Hujin awut awutan, ia berdiri tegak
ditempatnya tanpa bergerak ujung pedang Ui tiap kiam
menjulur keatas Bumi, kedua tangannya lemas semampai dari
pinggangnya mengalir darah deras tepeiti sumber air.
Sementara Lau Yu hu masih menentang Ci seng kiam,
mukanya yang beringas tadi sudah hilang sekarang, sekarang
terlihat seperti mimik aneh yang sulit diraba bagaimana
perasaan hatinya, seperti hampa menyesal dan rawan pula.
Kang Pan menjerit ketakutan sambil menutupi mulutnya
dengan muka pucat pias, akhirnya tak tertahan rasa
amarahnya, teriakanya. "Siau giok, gigit mampus manusia
durhaka yang lebih kejam dari binatang itu !"
Siau giok siular sakti secepat kilat segera menerjang keluar,
lekas Lau Yu hu menebaskan pedangnya, namun gerak gerik
Siau giok teramat cepat lincah dan gesit, cukup badannya
melengkung dan melinting, tahu tahu giginya sudah mematuk
pergelangan tangannya. Lekas Koan San gwat melangkah lebar memburu kedepan,
pedang kutungan ditangannya kontan terayun. "Cras" tangan
sebatas sikunya ia tebas kutung, lalu ia menjemput Ci seng
kiam dan diserahkan kepada Lau Yu hu, katanya. "Kau
pergilah lalu dipaksa untuk bertindak begini, racun berbisa
Siau giok tiada obat pemunahnya, tunggulah setelah luka luka
mu sembuh, biar kita mencari perhitungan lagi."
"Koan toako." ujar Kang Pan terbelak, "Kenapa kau
menolong dia" Kenapa melepasnya pergi pula?"
Koan San Gwat tidak hiraukan pertanyaan, ia memburu
kedepan Gwat hoa Hujin dan berlutut didepan kakinya,
suaranya tersendat "Ibu, anak"."
Darah mengucur semakin deras dari pinggang Gwat hoa
Hujin, tapi agaknya ia sudah lupa merasakan sakit, sebelah
tangannya terulur mengelus kepalanya. "Nak, bukan salahmu
kalian adalah putra putraku yang baik... aku amat girang,
betapapun Yu hu masih punya perasaan, kuharap kau bisa
memberi maaf kepadanya."
Koan San gwat mengadahkan mukanya yang berlinang air
mata, sahutnya terisak. "Bu! Aku patuh akan pesanmu...."
Memancar terang sinar mata Gwat hoa Hujin, mukanya
menampilkan senyum lebar yang terhibur, katanya. "Watak
asli Yu hu masih bajik dan welas asih, ayahnyalah yang
dipersalahkan, tidak pantas dia menanam bibit dendam
kesumat kedalam relung hatinya, dialah yang membuatnya
menjadi seperti sekarang, tapi dia...." bicara sampai disini
agakanya dia sudah tidak kuat bertahan lagi, namun ia
menguatkan hati dan meneruskan kata katanya. "Betapapun
dia adalah anak yang baik hati, kau.... bukan saja harus
memaafkan dia, harus pula membimbingnya ke jalan lurus,
jangan kau biarkan dia bergaul dengan orang orang jahat ...."
Akhirnya badan rubuh juga, tapi Koan San gwat berada
dihadapannya, lekas ia memeluknya, Gwat hoa Hujin menekan
tangannya katakan pula. "Nak! Cabutlah kutungan pedang
dalam pinggangku!" "Jangan bu," lekas Koan San gwat mencegah. "Luka luka
mu masih ada harapan disembuhkan."
Dengan lemah Gwat hoa Hujin menggeleng kepala,
ujarnya. "Tidak mungkin nak. Tusukan pedang ini amat
kebetulan memutuskan urat nadiku lekas cabut keluar. Aku
masih punya dua pesan yang amat penting?"
Tapi Koan San gwat mash belum berani menyentuh
potongan pedang itu. terpaksa Gwat hoa Hujin mengerakkan
sisa tenaganya mencabut potongan pedang yang menghujam
kedalam pinggangnya dengan kekerasan. Darah segar
memancar deras. Lekas dengan sebelah tangannya ia
menekan luka lukanya, tangan yang lain mengangsurkan
kutungan pedang kepada Koan San gwat ujarnya "Anak ku!
Ambil dan simpanlah. Kalau Lau Yu hu meluruk datang
mencari kau pula, atau bila kau teringat hendak mencari dia,
boleh kalian melihat pedang kutung ini, bayangkan
kematianku?" mulutnya menyemburkan darah juga, diwaktu
Koan San gwat gerung gerung memeluk dm sesambatan
memanggil namanya, lambat laun ia sudah kehilangan
kesadaran kutungan pedang itupun tidak kuat dipegangnya
lagi. Orang lain yang menonton dipinggiran termasuk Li Sek
hong Kang Pan dan Ling koh sama heran dan tidak habis
mengerti. Gwat hoa Hujin sudah meninggal mati diujung kutungan
pedang itu, kutungan pedang adalah Pek hong kiam yang
dibekal oleh Koan San gwat, apakah Koan San gwat yang
membunuh ibu kandungnya sendiri"
Sudah tentu tidak mungkin terjadi, lalu cara bagaimana
kutungan pedang itu bisa berada didalam pinggang Gwat hoa
Hujin" Mereka tiada yang bisa menjawab. Meski sejak tadi
mula dengan penuh perhatian dan cermat mereka mengikuti
pertempuran sengit tadi akan tetapi sulit diikuti oleh
pandangan mata, sehingga apa yang terjadi mereka sama
tidak tahu. Tangisan Koan San Gwat yang gerung gerung dan
melolong seperti pekikan serigala kesakitan yang terkena
panah, air mata berderai membasahi selebar mukanya. Orang
orang lain yang hadir menjadi ikut sedih dan mencucurkan air
mata pula. Berselang agak lama, Ling koh baru maju menarik
narik tangannya katanya. "Koan kongcu, kau jangan menangis
lagi. Orang meninggal tidak akan bisa hidup lagi, kau bersedih
tiada gunanya, yang penting sekarang harus mengurus
pemakaman Hujin"."
Li Sek hong yang mendekat, katanya. "Koan kongcu
serahkanlah jenasah ibumu kepadaku menghadapi
kematiannya ini, aku jauh lebih sedih daripada kau! Tidak
lebih hanya kehilangan seorang ibu?"
Meski sedang dirundung yang tak terhingga, mau tidak
mau Koan San gwat tercengang mendengar katanya ini.
Li Sek hong tertawa pilu, ujarnya rawan. "Mungkin kau
tidak akan bisa memahami ucapanku bicara soal cinta, sudah
Patung Emas Kaki Tunggal ( Unta Sakti ) Karya Gan K H di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
tentu aku tidak lebih berat dari hubungan kalian ibu dan
anak, tapi semula kau tahu bahwa kau punya seorang ibu,
setelah kau dapatkan kini kau ditinggalkan pula. jadi tidak
akan membawa banyak pengaruh terhadap kelanjutan
hidupmu, sebalikanya aku kehilangan saudara hidup yang
terakhir?" Koan San gwat bingung mendengar kata kata orang. Li Sek
hong mengusap air mata lalu berkata pula "Kau tahu sejak
mening galkan Sin ti hong, seperti perahu terombang ambing
ditengah samudra, aku tidak punya tempat berteduh lagi,
akhirnya secara kebetulan berjumpa dengan ibumu dia begitu
baik laksana adik kandung sendiri terhadap ku, dia ingin
selanjutnya kami bisa hidup berdampingan mengecap hari tua
yang penuh penderitaan ini. Siapa tahu nasib telah
mempermainkan kita setitik harapan kinipun tidak bisa
kunikmati lagi." Koan San gwat amat haru, tak tertahan ia menekuk lutut
dan berkata pelan. "Li sian cu kau sebetulnya memang angkat
tuaku, mengikat persahabatan yang begitu mendalam lagi
dengan ibuku, selanjutnya kau adalah bibiku yang terdekat."
Li Sek hong menerima Gwat hoa Hujin dari tangan Koan
San gwat, lalu ia menariknya bangun, setelah menatap
sebentar ia berkata pelan "Aku amat senang punya famili
seperti kau, tapi aku tidak mau mengakui keponakan macam
kau ini, sebab aku akan mengajukan berbagai pertanyaan
yang mempersingkat jawabanmu?"
"Persoalan apa?"
"Dengan ibumu aku sudah angkat saudara kali ini dia ajak
aku kemari seolah olah sudah mendapat firasat bahwa
umurnya tidak akan panjang maka sebelumnya sudah
memberi pesan kepadaku, seluruh milik dan persoalannya ia
serahkan padaku termasuk Khong ham kiong di Tay pa san
dan kalian pelayannya?"
Cepat Koan San gwat berkata. "Hal itu tidak menjadi soal,
biar aku memberi tahu mereka supaya mereka ikut kau saja!"
"Tidak perlu, mereka sudah tahu karena bibimu sudah
berpesan langsung dihadapan mereka tapi yang harus kuberi
tahu kepada kau bukan paroalan ini"
"Persoalan apa saja?"
"Pertama tama aku harus tahu cara bagaimana
kematiannya?" "Kenapa kau harus menanyakan hal ini?"
"Ini sangat penting aku harus berpegang pada hal ini baru
berkeputusan untuk mengurus pesan pesannya, karena dia
ada memberi dua pesan yang berlainan. Pesan yang kau tidak
perlu tahu." Koan San gwat berpikir sebentar, lalu katanya "Boleh dikata
beliau mati ditanganku tapi boleh dikatakan mati ditangan Yu
hu?" Tegak alis Li Sek hong. "Sebenarnya siapa yang membunuh
dia?" "Sudah tentu aku."sahut Koan San gwat terisak.
Berubah air muka Li Sek hong, berkata pula Koan San gwat
"Jurus ketiga dilancarkan Yu hu memang bukan olah olah
hebatnya, mungkin tiada tandingan diseluruh jagat. Waktu
mengharap ibu ia masih ragu ragu dan segan menggunakan
jurus itu, tapi setelah ku kejar kedalam gelangang, baru ia
melancarkan jurus yang lihay itu, sasarannya adalah aku, ibu
melihat aku akan kehebatan dan mara bahaya yang
mengancam jiwaku, lekas ia menghadang kedepan, akhirnya
dia sendiri yang menjadi korban?"
Li Sek hong bingung tanyanya. "Jadi pedangnya yang
membunuhnya..." "Benar, melihat ibu memapak keputaran pedangnya, Yu hu
didesak menarik kembali ditengah jalan, di saat ia menarik
pedangnya itulah ia mengutungi pedangku?"
"Jadi kutungan pedang itulah yang menusuk pinggang
ibumu ?" Koan San gwat menunduk diam. Li Sek hong menghela
napas perlahan lahan, gumamnya. "Serba salah kalau begitu."
"Sebetulnya pesan apa yang ibu katakan kepada kau?"
"Bahwa akhirnya ia pasti mati di tangan putranya sendiri
hal ini sebelumnya dia sudah duga, cuma tidak duga adalah
kau, dia selalu menyangka adalah Lau Yu hu."
Tak tahan Ling koh menyeletuk bicara "Kalau teliti secara
keseluruhan, kita harus menyalahkan Lan Yu hu, kalau dia
tidak turun tangan kepada Hujin, mana bisa terjadi peristiwa
ini" Koan kongcu hanya?"
"Keduanya tidak bisa disalahkan" Li Sek hong menukas.
"Hanya nasiblah yang harus disalahkan. Urusan selanjutnya
yang belum terlaksana dia minta aku mengerjakan, ia merasa
berdosa terhadap Lau Yu hu, kalau dia mati ditangan Lau Yu
hu dalam sakit hati ini boleh dikata terlampias. dan tidak perlu
banyak mulut, sekarang terpaksa aku harus melaksanakan
pesannya yang terakhir."
"Pesan terakhir apa, mungkin aku bisa"."
"Kau tidak bisa, apalagi kau tidak akan mampu
mengerjakan!" Koan San gwat tertegun, kata Li kek hong lebih lanjut "Ia
minta dikubur bersama ayahmu !"
"Sudah tentu, ayahku dikubur di Chang ya san, paman
bungkuk tahu..." "Ibumu pernah menyinggung orang itu, tapi dia minta
dikubur setelah menunaikan sebuah urusan kau tahu urusan
apa yang dia minta."
"Aku tidak tahu!"
"Pertama dia ingin menemui gurumu, kedua, hendak
menuntut balas bagi Lau Ih yu mencari orang yang
melukainya dulu!" "Itulah"." Koan San gwat menjadi gugup.
"Itulah Sinio, sekarang beliau berada bersama gurumu
kedua urusan ini bisa dikerjakan bersama, tapi dapatkah kau
mewakili aku mengerjakan kedua urusan ini?"
"Aku tidak bisa aku dan oen lolo. .."
"Aku tahu kau tidak mungkin bisa ibumupun tidak mau
suruh akan menyelesaikan urusan ini."
"Memangnya kau sendiri bisa?"
"Tiada soal bisa atau tidak bisa bagi aku sebab aku tidak
punya hubungan hutang budi dengan perguruan sebaliknya
persahabatan dengan ibumu amat kental dan mendalam aku
harus bekerja demi menentramkan arwahnya dialam baka."
"Tapi Lim siancu dan guruku berada disana, jikalau
mereka?" "Melihat aku, mereka tidak akan berani merintangi aku
bekerja, pendek kata jelaskanlah dimana tempat itu kepada
aku. Demi ketentraman arwah ibunya kau harus memberi tahu
kepada aku!" Koan San Gwat tenggelam dalam pikiran yang serba
menyulitkan, mengawasi jenasah ibunya, lalu ia pandang pula
Sek hong sekian lama ia sulit ambil kesulitan.
Melihat orang tidak memberi reaksi yang tegas, Li Sek hong
menjadi jengkel katanya "Ibumu cukup bijaksana dalam
menghadapi persoalan antara dendam dan budi, semasa
hidupnya dan setelah meninggal, sedikitpun ia tidak suka
hutang dan berbuat salah terhadap seseorang kenapa kau
begitu tele tele tidak punya pendirian"
Berkata Koan San Gwat dengan pedih "Lau Yu hu adalah
putra Lau Ih hu, soal balas dendam boleh diserahkan
kepadanya?" "Kalau Lau Yu hu minta kepada kau supaya mengantar
manemukan Oen lolo bagaimana"
"Aku akan mengajak kesana, karena dia punya alasan yang
kuat." "Justru akupun punya alasan yang lebih kuat lagi," dengus
Li Sek hong dongkol. "Karena ibumu sudah menyerahkan
persoalan ini kepadakau, kalau tidak dia harus dikubur
bersama Lau Ih yu, apa kau rela melaksanakan hal ini?"
"Sudah tentu tidak sudi, tapi bibi tidak perlu memberi
kepastian ini?" "Sebalikanya ibumu harus berbuat demikian, karena secara
resmi dia adalah istri Lau Ih yu, dia harus berbuat menurut
tugas dan kewajiban seorang janda."
"Mengasuh dan membimbing Lau Yu hu sampai dewasa,
dia sudah menunaikan kewajibannya itu!"
"Pengertianya terhadap ibumu terlalu cetek, megasuh anak
adalah kewajiban seorang ibu, menuntut balas bagi kematian
suami justru adalah tanggung jawabnya, kalau urusan ini
belum sempurna masakah dia ada muka dikubur bersama
ayahmu. Dimasa hidup sudah berbuat salah, setelah mati
arwah tidak bisa tenang". Lihatlah kedua mata tidak mau
terpejam, kau sebagai putranya ini sebenanya mengandung
maksud apa?" Memang kedua mata Gwat hoa Hujin hanya setengah
terpejam, lekas Ling koh coba mengusap wajahnya pelan
pelan, sudah terpejam lalu membuka lagi.
Sambil meneteskan air mata Kang Pan maju mendekat,
katanya "Koan toako katakan saja, kau harus memberi
ketentraman kepada bibi."
Li Sek hong tertawa dingin, ujarnya "Sebetulnya ibumu
cukup bijaksana dan sayang kepada kau. Coba kau pikir kalau
urusan ini dia serahkan kepada kau, apakah kau bisa
menolakanya" Umpama dia mohon kau sebelum ajalnya tadi."
Koan San gwat berlutut lagi, katanya sambil menangis.
"Ibu, kuharap kau suka memaafkan, aku benar benar tidak
bisa, bukan persoalan Oen lolo seorang, masih ada guruku,
aku pernah berjanji tidak akan memberitahukan tempat itu,
kuharap arwahmu dapat memaapkan aku, bu" kau minta aku
segera mampus juga bolehlah."
Li Sek hong menarik napas, ujarnya. "Terpaksa aku
membawanya pulang ke Khong ham kiong dan menguburnya
bersama Lau Ih yu" Kiok ci, sungguh aku tidak nyana kau
melahirkan anak seperti?"
KoanSan gwat amat terpukul oleh kata kata ini,
mengangkat pedang kutung ia sudah bergerak hendak
menghujam ke ulu hati sendiri, untunglah Kang Pan mencegah
perbuatannya ini. "Koan toako, apa yang hendak kau
lakukan?" "Kalau kukatakan aku tidak setia dan ingkar janji, kalau
tidak dikatakan aku menjadi anak durhaka yang tidak berbakti
kepada orang tua, begini sukar menjadi manusia, lebih baik
mati saja." "Koan kongcu!" mendadak Ling koh menyela dingin.
"Silahkan kau mati saja silakan bunuh diri. Kalau kau sudah
mati Cia Ling im tentu tertawa lebar sampai mulut nya sukar
terkatup seluruh dunia ini tiada seorang pun yang akan
mampu menundukan dia."
"Cia Ling im" Dimana dia?" baru sekarang Koan San gwat
tersentak sadar. "Sudah pergi sejak tadi! masakah dia harus tetap disini
menunggu kematiannya?"
"Oh, Thian!" jerit Coan San gwat sambil memukul kepala.
"Apakah yang harus kulakukan !"
"Cara yang amat gampang! Kau tidak usah mati, tidak perlu
menjadi putra yang tidak setia tidak berbakti, angan angan ibu
mupun bisa terkabul !"
"Kau punya cara apa?" tanya Koan San gwat terlongong.
"Biar aku yang kawani Li siancu, menemui Lolo!"
"Kau ..." teriak Koan San gwat berjingkrak.
"Tidak salah! Hanya aku yang tahu tem pat itu meski
beritahu belum tentu Li sian cu bisa menemukan tempat itu
ada lebih baik aku saja yang membawanya?"
Dengan nanar. Koan San gwat mengawasi gadis cilik ini,
hampir ia tidak percaya akan pendengarannya.
"Bukankah begitu lebih baik?"
"Tapi?" Koan San gwat tersendat bicaranya."
"Terhadap kejadian melukai Lau Ih yu Lolo amat menyesal
dan selalu menjadi beban pemikirannya, sabagai seorang
beribadah yang memperdalam ajaran Thian, dia paling
mengutamakan sebab dan akibat, beliau menghadapi
persoalan ini lekas dibereskan, supaya tanpa membawa
ganjelan hati meninggalkan dunia fana ini. Maka sebetulnya
kau tidak perlu merahasiakan tempatnya, waktu aku keluar
kalian pernah berpesan wanti wanti kepada aku, suruh aku
hati hati dan menyirapi urusan ini?"
Koan San gwat masih belum percaya, terpksa Ling koh
berkata pula, "Silahkan kau tanyakan Li siancu, waktu aku
pertama kali aku bertemu dengan ibumu, kami pernah
membicarakan soal ini waktu itu aku sudah berjanji
kepadanya." Sorot mata Koan San Gwat beralih ke arah Li Sek hong
dilihatnya orang tersenyum manggut manggut, serta merta ia
meng hirup napas panjang katanya masgul "Li sian cu, kau
sudah tahu, kenapa pula harus bertanya kepada aku ?"
Li Sek heng tersenyum, katanya "Ibumu sendiri yang
menyuruh aku berbuat begini."
"Ibuku?" tanya Koan San gwat menegas heran "Kenapa ?"
"Cara ini baru bisa menyelesaikan angannya tentu tidak
akan sia sia, lihatlah bukankah kedua matanya sudah
tertutup?" Koan San gwat menunduk, betul juga kedua kelopak mata
Gwat hoa Hujin sudah tertutup rapat, raut wajahnya tenang
dan wajar, ujung mulutnya malah mengulum senyum manis
dan tertawa. Koan San gwat garuk garuk kepala dan tidak
habis mengerti. "Kenapa kau tidak berpikir." ujar Li Sek hong kalem,
"Ibumu menyerahkan tugas terakhir ini kepada aku,
mengandal kemampuanku masakah bisa ungkulan melawan
Sunio" Kalau aku tidak bisa menang, apa pula gunanya?"
"Lalu bagaimana sekarang ?"
"Sekarang aku percaya pasti bisa, kalau Ling koh
menceritakan sikapmu terhadap Sunio, demi putra Kiok cici,
Sunio pasti akan menyempurnakan keinginannya."
"Benar," Ling koh menimbrung. "Kesan Lolo terhadapmu
amat baik dan luar biasa aku percaya bila dia tahu sikap
setiamu tanpa hiraukan hubungan kekeluargaan tentu beliau
akan suka rela mengabulkan cita cita ibumu."
"Cara bagaimani mengabulkannya?" tanya Koan San gwat
tidak mengerti. Berkata Ling koh sungguh sungguh "Pandanganku, paling
tidak pasti memberi sebelah tangannya untuk dipapas kutung
Patung Emas Kaki Tunggal ( Unta Sakti ) Karya Gan K H di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
oleh Li siancu, lengan dikorbankan untuk menebus kesalahan,
tapi juga untuk menentramkan hatinya."
"Bukankah cara ini malah aku .."
"Tidak mungkin! Lolo sendiri suka membebaskan
kesalahannya diwaktu hidup, sudah tentu tujuannya juga demi
kau, usahanya ini sebenarnya mengandung suatu makna yang
amat mendalam." Koan San gwat menjadi bingung, tanyanya "Cara begitu
terhitung Lolo menyempurnakan diriku?"
"Tepat!" sela Li Sek hong. "Beliau menyempurnakan supaya
tulang belulang ayah mu bisa terkubur sama ibundamu, sebab
kalau hal ini tidak sampai terlaksana betapapun ibumu tidak
akan mau berbuat demikian."
Muka Koan San gwat menampilkan senyum dikulum,
katanya "Jadi ibu mem peralat aku untuk mewakili Lau Ih yu
menuntut balas?" "Kehendak ibu terhadap anak tidak termasuk "memperalat"
apalagi seumpama tiada unsur unsur yang menentukan dari
kau ini, toh belum tentu rencana ibumu tidak bakal sukses.
Bukankah tadi sudah kau dengar ucapan Ling koh Sunio
sendiri juga ingin menyelesaikan kejadian yang selalu
mengganjal dalam sanubarinya, kena terpengaruh oleh kau
pula sehingga urusan ini lebih gampang diselesaikan."
Berubah air muka Koan San gwat, Li Sek hong lekas
menambahkan "Kau tidak perlu merasa janggal, ayah
bundamu memang rada keterlaluan terhadap Lau Ih yu, kau
sebagai putranya adalah jamak menunaikan, tugas dan
mewakili mereka untuk penebus kesalahan kesalahan ini."
Sekilas Koan San gwat terlengong, akhirnya berkata kepada
Ling koh dengan sikap kereng "Ling koh! Kau boleh pergi dan
dihadapan Lolo kau harus bicara jujur apaadanya secara terus
terang kepada beliau. Tapi kaupun harus memberi satu hal
kepadanya, dia suka cara bagaimana menyelesaikan terserah
kepadanya, jangan karena aku jadi ragu ragu dan serba salah.
Bukan saja aku tidak sudi menerima kebaikannya, sabaliknya
aku akan membenci selama hidup ini?"
Li Sek hong melengak, ujarnya "Cara bagaimana kami
harus menjelaskannya?"
"Begitulah maksudku, dalam segala tindak tandukku
selamanya aku berpegang kepada nurani dan kelurusan hati,
aku paling ben ci kepada orang yang suka membual dan
tukang menjilat, menggunakan tipu daya dan lain lain cara."
Li Sek hong terdiam mematung, Koan San gwat segera
menambahkan "Li Siancu aku tidak ingin memberikan
penilaian terhadap mu, tapi aku tidak percaya bahwa kau suka
menerima tugas terakhir, cita cita ibuku ini hanya karena
persahabatanmu saja dengan beliau."
Berubah rona wajah Li Sek hong, Koan San gwat tertawa
serta berkata pula "Selama ini kau diam diam mencintai
guruku, tapi dia tinggal menyembunyikan diri dengan Lim
siancu kan hendak menggunakan kesempatan ini untuk
melihatnya. Aku tidak menentang keinginan dan perbuatanmu.
Tapi perlu ku beri nasehat kepada kau, bahwa meski kau
bertemu dengan mereka tidak akan membawa manfaat
kepadamu, beginilah perasaan dan nurani manusia, jodoh
tidak bisa dipaksakan"."
Li Sek hong tersenyum getir, sesaat kemudian baru dia
berkata pilu "Aku sudah tahu mungkin kali ini aku bisa jauh
lebih sedih, tapi aku harus kesana. Pertama luka hatiku biarlah
luka lebih parah dan padam. Kedua aku akan menentang
uraianmu tadi bahwa hubunganku dengan ibumu memang
amat intim laksana kakak adik sekandung, tugas yang pernah
kujanjikan harus kulaksanakan."
Dengan hormat tersipu sipu Koan San gwat menjura
kepadanya. katanya "Kalau begitu akulah yang salah, setulus
hati aku mohon maaf kepada kau, dengan setulus hati aku
memanggik (bibi) kepada kau. Setelah tugasmu selesai,
setelah aku membrantas Cia Ling im serta kamrat kamratnya,
tentu aku akan kembali dan hidup berdampingan bersama
sampai hari tuamu!" Dengan berlinang air mata dan tidak bicara Li Sek hong
tinggal pergi. Dengan terlongong Ling koh berkata "Koan
kongcu, adakah omongan yang perlu kau sampaikan kepada
gurumu?" "Ling koh," ujar Koan San gwat perlahan lahan "Usiamu
masih kicil namun kutlihat kau sudah pandai berpikir dan tahu
urusan, hal itupun tidak bisa disalahkan, guruku dan Lim
sianculah yang medidikmu menjadi begini nakal?"
Berubah aia muka Ling koh, mulutnya sudah terbuka
hendak bicara, lekas Koan San gwat menyela "Tidak perlu
banyak bicara, semua aku sudah paham, kalau ketemu guruku
sampaikan salamku, ucapan banyak terimakasih akan asuhan
dan bimbingannya yang berbudi, katakan bahwa akang
datand suatu kerika aku akan membalas kebaikannya ini...."
"Hanya kata kata itu saja?"
"Kedua patah kata ini sudah lebih dari cukup sungguh aku
tak mengerti kenapa kehidupan dalam dunia ini saling
memperalat" Dan sampai antara ibu beranak, guru dan murid
pun tidak terkecuali."
Lingkoh tertegun tanyanya."Maksudku Ui ho Sianjing juga
sedang memperalat dirimu?"
"Tidak salah !" sahut Koan San gwat tersenyum getir,
"sejak mula guruku sudah mengatur diriku sebagai wakilnya
didalam Liong hwa hwe, supaya cita citanya bisa terkabul
mengasingkan diri dan hidup bahagia bersama Ting siancu.
Baru hari ini aku paham akan tetapi aku masih simpatik dan
salut kepada beliau akupun akan membalas budinya, lekasilah
kau pergi, Li siancu sudah jauh."
Dengan mendelong Ling koh memandang jauh kedepan
lalu berkata menekan suara "Koan Kongcu adakah orang yang
bersahabat secara suci murni terhadapmu, tanpa punya
maksud memperalat dirimu?"
"Sudah tentu ada. Umpamanya Thio Ceng ceng, demi aku
dia melakukan banyak pekerjaan, namun terhadapku tiada
sesuatu yang diinginkan, aku jadi serba susah malah, entah
cara bagaimana aku harus membalas kebaikannya."
Berubah air muka Kang Pan mendengar ucapannya, lekas
ia menyeletuk. "Koan toako! Bagaimana dengan aku" Meski
aku belum pernah melakukan sesuatu kepada kau, tapi aku"."
"Kaupan temasuk satu diantaranya. Akupun amat berterima
kasih kepadamu, ku harap selama kau berlaku polos jujur dan
murni" "Koan Kongcu!" mendadak dengan suara linu yang hampir
tidak terdengar Ling koh berkata. "Jangan kau lupakan aku?"
habis berkata ia terus lari memburu di belakang Li Sek hong.
Koan San gwat menjadi merasa hampa Kang Pan mendekat
disampingnya, katanya "Koan toako, maukah kau percaya"
Ling koh pun sedang mencintai kau."
Koan San gwat menggeleng, ujarnya."Aku tidak tahu, dia
masih bocah kecil" "Tidak, ia tidak kecil lagi, aku berani katakan sejak lama dia
sudah jatuh cinta kepada kau, tempo hari dia rela tinggal disini
menemani Coa sin, adalah demi kau pula."
Koan San gwat menjadi , uring uringan sentaknya. "Jangan
peduli janji tetek bengek segala macam, marilah kitapun
pergi!" "Pergi kemana ?"
"Akupun belum ambil kepastian, meski dunia amat luas,
seolah olah tiada suatu tempat yang benar benar menjadi
tempat tujuan ku, tapi, marilah kita menuju ke Ngo tai san
dulu." "Ya, Cia Ling im tentu sudah kembali kesana lebih dulu!"
"Sulit dikatakan, tapi peduli dia ada tidak disana kerjaannya
tentu bukan urusan yang baik."
Kang Pan bingung dan tidak paham. Koan San gwat
menjelaskan. "Cia Ling im bukan orang goblok, tahu bahwa
pasti tidak akan melepas dia, kalau dia masih tinggal di Ngo
tai san, itu pertanda dia punya cukup tenaga untuk
menghadapi aku, atau sebalikanya tentu dia sudah
menyembunyikan diri, kemungkinan pula Thian mo kaupun
tidak menunjukkan aktivitasnya lagi."
"Kalau begitu tak usah kau meluruk kesana tempat itu
cukup berbahaya bagi kau kalau dia tidak disana. Thian mo
kaupun sudah diboyong kelain tempat, apa pula gunanya kita
menyusul kesana?" Koan San gwat tertawa lantang, ujarnya. "Kalau dia masih
disana ku ingin melabrakanya, kalau sudah pindah tempat
akan kucari sumber penyelidikkan disana untuk mengejar
jejaknya lebih lanjut. Kalau durjana itu tidak dibrantas dunia
tidak akan aman." Kang Pan memasukan Siau giok kedalam kain kantongnya,
katanya "Entahlah, yang terang kemanapun kau pergi kesitu
pula aku ikut!" Koan San gwat menarik napas panjaug Ui tiap kiam milik
Gwat hoa Hujin ia masukkan kedalam sarungnya terus
diserahkan kepada Kang Pan, menunjuk kantong kainnya
berkata "Kang Pan! Aku tidak perlu menggunakan senjata, ada
Siau giok sudah lebih dari cukup, kau saja yang bawa Cia Ling
im dan Lau Yu hu masing masing punya sebilah pedang
mustika, kaupun perlu membawa pedang tajam ini.
Koan San gwat menimang nimang pedang ditangannya,
katanya. "Selama hayat dikandung badan, aku akan membekal
pedang ini tidak menggunakan senjata lainnya."
Kang Pan maklum bahwa perasaan hati orang sedang risau
maka ia diam saja tak berani banyak bicara mengganggu
ketenangan nya, lekas ia bantu menggantung Ui tiap kiam
dipiggangnya, namun Koan San gwat tertunduk menjublek
mengawasi tanah. Tampak oleh Kang Pan kutungan lengan itu, itulah lengan
Lau Yu hu yang ditebas kutung oleh Koan San gwat, tak urung
berdetak jantungnya, dengan rasa was was ia berkata. "Koan
toako! Aku tidak tahu keadaan pertempuran, kukira...."
"Bukan salahmu. Lau Yu hulah yang harus memikul
pertanggungan jawab terbesar akan kematian ibuku, terhadap
ibu kandung sendiri mana boleh ia bersikap begitu?"
Kang Pan berpikir lalu bertanya. "Koan toako! Menurut
omonganmu jadi Lau Yu hu belum terhitung terlalu bejat,
yang jahat adalah ayahnya serta pengasuh yang membimbing
nya sampai besar bemama Hwi kak itu. Merekalah yang
menanamk n bibit, dendam kesumat didalam sanubarinya
sampai tumbuh dewasa."
"Semua salah, semua juga tidak salah mungkin perbuatan
Hwi kak memang tidak dapat dibenarkan, berdiri pada
pihakanya adalah demi kesetiaannya terhadap Lau Yu hu, lalu
siapa pula yang bisa mengatakan dia salah?"
"Koan toko, aku tahu banyak urusan ucapanmu ini
membuat bingung hatiku, jadi dalam persolan ini pihak siapa
yang benar dan pihak mana yang salah?"
"Sulit untuk menjelaskannya ayahku menyintai nyonya
muda yang sudah bersuami hal ini memang boleh dibenarkan,
tapi cinta mereka adalah suci dan murni. Setelah mati Lau Ih
yu masih mengatur langkah langkah jahatnya, namun dia pula
orang yang langsung terkena getahnya, melihat istri tercinta
direbut orang adalah jamak kalau dia teramat benci dan sakit
hati, kalau dinilai keseluruhannya mereka sama tidak
bersalah!" "Aku tahu sekarang! Kodratlah yang akan permainkan
manusia, jikalau ibumu sudah berkenalan lebih dulu dengan
ayahmu sebelum menikah dengan Lau Ih yu, peristiwa ini
tentu tidak akan terjadi !"
"Terpaksa hanya begitu kesimpulan kita."
"Ibumu memang seorang tua yang patut dihormati, ia jelas
membedakan dendam dan budi."
"Apa yang diatur oleh ibu dalam persoalan ini memang
betul, cuma tidak seharusnya dia memperalat aku....."
"Koan toako, pikiranku amat sederhana tidak dapat
kupikirkan aturan besar apa apa, tapi naluriku bicara aku tidak
percaya bahwa hal itu adalah maksud langsung dari bibi!"
"Memangnya kenapa?" tanya Koan San gwat tersirap.
"Jikalau ia hendak memperalat kau untuk menuntut balas
bagi Lau Yu hu, bukankah lebihh baik ia menyerahkan
persoalan ini kepada kau. Kalau toh dia hendak membedakan
budi dan dendam, kenapa pula harus bertindak putar balik....."
"Tepat! Tapi kenapa Li Sek hong harus berbuat demikian."
"Kukira Li Sek hong hendak mengabulkan kepintarannya,
dia mendapat pesan wanti wanti dari ibumu, tapi kuatir dirinya
tidak bisa menunaikan tugas yang diberikan itu, maka dia pikir
hendak mengajak dirimu"."
Sebentar Koan San gwat terlongong, mendadak berjingkrak
dan berteriak. "Betul! Kenapa tidak kupikirkan kearah itu!
Marilah lekas kejar!"
"Untuk apa?" "Akan kubongkar akal licik Li Sek hong ini, akan ku cegah
dia bekerja menggunakan nama baikku, supaya ibuku tidak
meninggal dengan rasa was was."
Lekas Kang pan menarikanya, katanya "Kukira tidak
perlulah, Li Sek hong berbuat demikian juga demi ibumu,
kalau dia tidak menempuh cara ini, tulang belulang ayahmu
tidak bisa akan di kubur bersama ibumu?"
Koan San gwat masih hendak bicara, lekas Kang pan bicara
dahulu "Cukup asal kau paham bahwa ibumu tidak
mengandung maksud maksud seperti itu, kenapa kau haru
mempersulit Li Sek hong, semua bekerja demi keyakinan
sendiri sendiri, hubungan Li Sek hong dengan ibumu tidak
lebih hanyalah saudara angkat, bahwa dia rela melaksanakan
tugas tugasnya ini, dan kau sebagai putra keturunannya,
masakah tidak rela menerima sedikit getahnya?"
Koan San gwat menjublek sekian lamanya, akhirnya
berkata menarik napas. "Kang Pan ucapanmu memang betul,
agaknya pikiranmu jauh lebih tinggi dari aku!"
"Aku tidak mengenal akan licik dan tipu muslihat, semua ku
gunakan keringanan, secara lincah dan tulus kupandang maya
pada ini, maka didalam pandang aku maya pada ini jauh lebih
indah, lebih elok dari apa yang kau lihat?"
Koan San gwat tidak bersuara. Kang Pan berkata lebih
lanjut. "Li Sek hong sendiri kurang pengertian terhadap kau,
jikalau dia memaparkan maksud keinginan ibumu secara blak
blakan kepadamu, mungkin kau suka rela akan mewakilinya
menyelesaikan urusan itu."
Koan San gwat menghela napas, ujarnya. "Mungkin
Patung Emas Kaki Tunggal ( Unta Sakti ) Karya Gan K H di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
ucapanmu benar, yang terang Li Sek hong tidak pantas
berbuat demikian, karena maksud ibuku tidak ingin aku
terlibat dalam persoalan ini" Kang Pan! Ucapanmu memang
benar, sekarang aku jadi simpatik dan berterimakasih kepada
Li Sek hong, tujuan dan maksudnya memang jujur, tadi tidak
pantas aku bersikap demikian terhadapnya!"
"Asal kau seperti diriku, pandanglah maya pada ini dengan
nurani yang suci murni, akan segera kau dapatkan dimana
mana penuh bertaburan bunga bunga mekar semerbak, alam
semesta ini diliputi cinta dan kehangatan...
Koan San gwat dan Kang Pan kembali sudah berdiri
didepan gunung Ngo tai san, sikap mereka kelihatan melengak
dan heran. Bendera kebesaran Thian mo kau ternyata sudah
lenyap dari tempatnya berkibar, yang ada hanyalah selarik
panji panjang yang tersulam sebatang pedang dan satu huruf
Im yang besar dibelakang pedang adalah sebuah lukisan Pat
kwa. Gambar Pat kwa ini cukup dikenal oleh Koan San gwat,
karena itu tanda kebesaran dan keluarga In dari Bu khek pay.
Bu khek pay hanyalah sebuah sendikat kecil yang bercokol
ditengah arus gelombang pertikaian didunia persilatan,
masakah mereka mampu merobohkan atau menumbangkan
kekuatan Thian mo kau yang besar dan kokoh serta
menggantikan kedudukannya. Hal inilah yang membuat orang
heran dan melengak. Adalah pertanda yang terukir diatas panji itu menjadi
kenyataan dan tidak biaa disangkal lagi, mau tidak mau
mereka harus percaya akan kenyataan ini.
Disaat mereka melenggong dan kebingungan, dari jalan
pegunungan sana tampak lari mendatangi seekor kuda yang
ditunggangi seorang laki laki bertubuh kekar, golok tersoreng
dipinggangnya sikapnya kereng dan angker.
Begitu melihat orang ini semakin heran dan menjadi curiga
hati Koan San gwat. Laki laki ini adalah Cit sing to Lau Sam thay, dulu waktu
orang menyelidiki persoalan Hwi tho ling cu baru berkenalan
dengan dirinya, dan karena orang ini pula sehingga dirinya
timbul persengketaan dengan pihak Bu khek pay.
Sungguh tidak nyana, ditempat ini dan saat ini pula ia bisa
bertemu dan melihatnya dan karena inilah, maka Koan San
gwat lebih yakin bahwa panji panjang itu jelas pasti ada
sangkut paut yang erat dengan Bu khek pay dari keluarga Im.
Badan Lau Sam thay rada gemuk dari dulu, sikapnya lebih
gagah dan bersemangat, muka tampak berseri tawa bercokol
diatas tunggangannya cuma sikapnya saja yang masih sopan
santun dan sungkan sungkan, dari kejauhan lantas turun dari
punggung kuda dan menjura memberi hormat, sapanya
"Lingcu! Sejak berpisah apakah dia baik baik saja. Kabarnya
dalam satu tahun ini kau sudah melakukan perjuangan besar
yang menggemparkan seluruh jagat, sekarang namamu tenar
sampai keseluruh pelosok dunia, sebagai pendekar yang tiada
bandingannya. Koan San gwat tertawa tawar, ujarnya. "Lau Samcu, kau
sendiri juga tambah gemuk dan hidup senang agaknya!
Tempat ini adalah...."
"Teima kasih! Masakah aku berani menerima pujian Lingcu.
Disini akupun beruntung bisa bercokol berkat muka dan nama
Lingcu belaka...." "Karena nama dan mukaku apa?" tanya Koan San gwat
tidak mengerti. Lau Sam thay berseri tawa, sahutnya "Tempo hari
beruntunglah karena Ling cu sudi mengangkat hamba menjadi
pengiring Ling cu, maka nona Im baru sudi mengundang
hamba disini aku mendapat tugas sebagai penerima dan
menyambut tamu." Koan San gwat lebih heran, tanyanya. "Nona Im" Nona Im
yang mana?" "Ling cu memang sering agung yang suka melupakan
urusan, nona Im adalah putri terkecil dari Ciangbujin Im Siok
kun dari Bu khek pay di Im san yang bernama Im Lee hoa.
Bukankah dulu Ling cu pernah melihatnya satu kali?"
Teringat oleh Koan San gwat dulu Thio Hun cu pernah
memincut Im Le hoa ini, sehingga pihak Bu khek pay salah
paham hendak mencari perhitungan dan adu jiwa pada
dirinya. Dan karena peristiwa itulah maka Thio Ceng Ceng
tanggal lari dengan jengkel dan malu.
Kenapa Im Le hoa bisa berada ditempat ini"
Lau Sam thay masih tertawa tawa ujar nya. "Nona Im
sekarang cukup jempolan, kedudukannya jauh lebih tinggi
entah berapa lipat dari ibunya sekarang dia adalah
Ciangbunjin dari Tay khek pang oh ya, mungkin kau belum
tahu akan Thay khek pang bukan?"
Koan San gwat menggeleng, sahutnya "Betul, aku belum
mengetahuinya!" "Hal ini tidak perlu dibuat heran, Thay khek pang selalu
bekerja secara diam diam baru pertama kemarin menerima
peninggalan Thian mo kau ini, baru pertama kali ini kita
kibarkan panji kebesaran ini!"
"Cara bagaimana Thian mo kau sudi menyerahkan markas
besarnya ini" Dimana Cia Ling im?"
"Selama ini Cia Ling im tidak pernah muncul, seluruh
anggota Thian mo kau kemarn dipimpin oleh Ki Houw semua
mengundurkan diri, dengan leluasa kita lantas menempatinya"
"Bicaramu semakin tidak genah! Cara bagaimana Ki Houw
mau menyerahkan pangkalannya kepada kau?"
Lau Sam thay tertawa kesenangan, sahut nya. "Sudah
tentu Ki Houw tidak sudi, tapi setelah dia melihat Liu tongcu,
terpaksa mencawat ekor seperti halnya dengan Bu khek pay,
Thay khek pang seluruhnya dipegang oleh kaum perempuan!"
Koan San gwat keheranan, tanyanya. "Siapa pula Liu
tongcu itu?" "Semua adalah kenalan lamamu, dia ber nama Liu Ih yu,
sekarang menjabat sebagai Cong tongcu juga kenalanmu yang
paling rapat, kau tahu siapa dia?"
Koan San gwat berpikir sebentar, lalu berkata "Thio Ceng
ceng!" "Sekali tebak kena betul. Orang orang dalam Thay khek
pang yang banyak kau kenal seperti Sing tong Tongcu Lok
Siang kun, Kong kun tong Tongcu Lok Heng kun, Sian hong
tongcu Lok Sia hong dan masih banyak lagi."
Semakin bingung dan tak mengerti Koan San gwat
dibuatnya, setelah terpekur ia berkata "Coba katakan cara
bagaimana Im Lee hoa bisa diangkat menjadi Ciang bun jin?"
"Sudah tentu karena adanya sangkut paut dengan Thio
loyacu, sebetulnya hak kekuasaan Ciang bun jin ini tidak lebih
besar dari berkuasa dari Lwe tong Tongcu, karena didalam
tingkatan dia lebih tinggi satu angkatan?"
"Dia lebih tinggi seangkatan dari Ceng Ceng. Jadi dia...."
Lau Sam thay menekan suara, katanya "Soal ini tiada
halangan kuberitahu kepada kau toh kau memang sudah tahu,
nona Im adalah nyonya muda dan Thio loyacu, jadi ibu tiri
nona Thio....." Berubah air maka Koan San gwat, katanya. "Jadi kejadian
dulu itu memang kenyataan?"
"Bagaimana duduk perkara sebenarnya?"
"Dulu Thio loyacu pernah berkunjung ke berbagai golongan
dan partai silat yang tersebar di mana mana, merebut buku
rahasia pelajaran silat mereka, hal ini kau sendiri tentu tahu,
kejadian itu...." "Jadi betul dia adanya!" bentak Koan San gwat. "Tua
bangka ini masih pura pura welas asih di Liong hwa hwe dulu
terhadapku!" Lekas Lau Sam thay menggoyang tangan katanya. "Ling cu
salah paham, dalam hal ini Thio loyacu mempunyai maksud
maksud tertentu, sudah tentu hal ini amat erat sangkut
pautnya dengan Liong hwa hwe , ilmu silat Bu tong dan Siau
lim merupakan yang lain dari yang lain, sejak lama Cia Ling im
sudah mengincer mereka dan hendak melebar kedua partai ini
masuk kedalam kekuasaannya. Thio loyacu mendapat bisikan
dulu, membunuh kedua Ciang bun jin kedua partai ini,
terhadap luar disiarkan kabar bahwa dia merebut buku rahasia
pelajaran silat mereka, sebetulnya hanya buku tiruan saja
yang dia bawa buku aslinya masih berada ditempatnya
semula!" Koan San gwat mendengus jengeknya. "Lalu kenapa ia
harus membunuh ke dua Ciang bun jin kedua partai itu?"
Kedua Ciang bun jin itu insaf mereka tiada kekuatan untuk
melawan kehendak Cia Ling im, demi melindungi ilmu silat
peninggaalan cikal bakal mereka supaya tidak terjatuh
ketangan orang luar, dengan suka rela mereka mengorbankan
diri!" "Aku tidak percaya !"
"Ciang bun jin angkat bahu dari kedua partai itu, sedikitpun
tidak menaruh dendam sakit hati terhadap Thio loyacu dari hal
ini kau akan mendapat bukti bukti yang cukup banyak !"
"Lalu bagaimana pula persoalannya dengan Im Le hoa?"
"Bicara soal ini jauh lebih mengesankan Thio loyacu
mendapat kabar bahwa Bu khek pay merekapun termasuk
dalam daftar yang ditundukan, tapi waktu itu tiba insaf dan
melihat kenyataan, terasa bahwa ilmu pedang mereka
bahwasannya tiada sesuatu keanehan nya, maka ia
membatalkan niatnya semula. Tapi, dasar ilmu pengobataanya
teramat tinggi, sekilas pandang ia melihat bahwa Im Le hoa
semacam penyakit aneh yang cukup gawat."
"Penyakit apa?"
"Katanya penyakit Hoa cit!"
"Bohong! Kenapa ibunya tidak tahu?"
"Hoa cit adalah semacam penyakit yang aneh, penyakit ini
sejak dilahirkan sudah mengeram dalam tubuh anak
perempuan akan kumat setelah dia berusia delapan belas
tahun. Waktu Thio loyacu tiba disana kebetulan penyakitnya
itu kumat, kalau penyakit itu sedang gawat, seperti gila saja
dia mencari laki laki, karena Thio loyacu tidak kenal dengan
keluarga Im, maka sulit ia memberi penjelasan, terpaksa dia
bekerja diam diam memberi pengobatan."
Koan San gwat terlongong sekian saat, sungguh tidak kira
dalam persoalan ini mengandung seluk beluk yang liku liku.
"Tapi tugas dan kerjaan Thio loyacu amat banyak dan sibuk
sekali, tanpa menunggu penyakit orang disembuhkan dia
lantas tinggal pergi, tapi dia sudah menyembuhkan sebagian
penyakit itu" akhinya"."
"Akhirnya terjadilah peristiwa yang kita alami dulu!"
"Benar! Penyakit Im Lee hoa waktu itu belum sembuh
seluruh nya, mulutnya mengoceh kalang kabut, ibunya tidak
tahu duduk perkaranya lantas main tuduh dan bertekad
hendak menuntut balas kepada Thio loyacu!"
Ilmu pengobatan Thio Ceng Ceng pada waktu itu sudah
cakup baik juga, kenapa ia tidak melihat adanya penyakit aneh
itu pada diri Im Lee hoa" Kalau tidak mungkin dia mengalami
pukulan batin yang begitu berat."
"Nah disitulah letak kesalahannya, penyakit Im Le hoa baru
sembuh separuh, lahirnya sukar diketahui, maka semua orang
mau percaya obrolannya, sebetulnya Thio loycu tidak berbuat
tidak senonoh terhadapnya, kau masih ingat hari itu bukankah
nona Thio memberikan sebutir obat" Obat itu justru
menyembuhkan seluruh penyakit nona Im secara tidak
sengaja." " Selanjutnya bagaimana?"
"Setelah penyakit Im Lee hoa sembuh ia tuturkan duduk
perkara sebenarnya kepada ibu nya, barulah Im Siok kun insaf
bahwa dia salah menuduh Kepada Thio loyacu, tapi waktu itu
semua berada di Bu san!"
"O, jadi begitulah duduk perkatanya, tapi waktu di Sio li
hong disaat pembukaan Liong hwa hwe, kenapa Thio loyacu
tak memberi penjelasan kepada aku?"
" Sebelumnya dia sudah mendapat pesan dari Go hay ci
hang, dia disuruh masuk kelompok orang orang Cia Ling im,
sudah tentu menjadi sulit memberi keterangan kepada kau
sehingga terjadilah peristiwa berbuntut panjang ini!"
"Kejadian selanjutnya aku sudah mengerti, tapi kenapa Im
Lee hoa bisa betul betul menikah dengan Thio lopek" Cara
bagaimana pula bisa mendirikan Thay khek pay disini?"
"Karena disembuhkan oleh Thio loyacu Im Lee hoa
bersumpah kecuali menikah dengan Thio lopek" Cara
bagaimana pula bisa mendirikan Thay khek Pang disini?"
"Karena disembuhkan oleh Thio loyacu. Im Lee hoa
bersumpah kecuali menikah dengan bulim, selama hidup tidak
mau kawin, kebetulan akupun ikut kau pergi ke Bu san aku
hanya jelas mengetahui keadaan kalian, waktu Im Siok kun
mencari aku membawa putrinya, minta aku menemukan Thio
loyacu, aku tahu Thio loyacu berada didalam Thian mo kau,
namun tidak berani aku menemui dia, sampai kira kira
beberapa selang nona Thio Ceng eeng ketemu aku dan
bertemu pula dengan nona Im, setelah mendapat penjelasan
duduk perkaranya, baru hilanglah kesalah pahamnya terhadap
ayahnya. Saat itu pula ia membuat satu keputusan!"
"Keputusan apa?"
"Ia keputusan hendak mendirikan satu kekuatan lain untuk
menandingi Thian mo kau. Dia suruh aku mencari bala
bantuan dan mengumpul tenaga, yang kukenal hanyalah
keluarga Lok ibu beranak, maka kucari mereka akhirrnya
urusan terjadi perubahan, entah dengan cara apa Thio loyacu
berhasil menundukan seorang aneh, kepandaian silat orang
aneh itu cukup berkelebihan untuk menundukkan Cia Ling im.
Koan San gwat tahu orang aneh yang dimaksud tentulah
Coa sin adanya, cepat ia bertanya. "Apakah mereka berkumpul
diatas gunung?" "Betul! Thio loyacu tidak mau berkecimpung dalam urusan
dunia lagi, ia berkeputusan hendak hidup dalam pengasingan
diatas gunung sampai hari tua, nona Im bertekad menjadi
istrinya, nona Thio Ceng ceng juga mengharap belaian orang
tua ada yang merawat dan melayani, dia ikut menyokong dan
memberi dorongan, dan lagi ia mengusulkan supaya nona Lu
menjadi Ciang bun jin dari Thay khek pang."
"Kenapa harus menggunakan nama ini?"
"Itulah hasil dari pemikiran nona Thio dari Bu khek ke Thay
khek pertanda bahwa Thay khek kun adalah bersumber dari
Bu khek karena dulu diapun pernah membunuh beberapa
anggota keluaga Im, dengan cara ini ia hendak melimpahkan
rasa penyesalannya terhadap Bu khek tay, sebetulnya
mengandal kekuatan Thay khek pay sekarang, jelas Bu khek
Patung Emas Kaki Tunggal ( Unta Sakti ) Karya Gan K H di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
pay bukan apa apanya lagi!"
-oo0dw0oo- JILID 30 TERASA lega dan kendor perasaan tegang Koan San gwat
selama ini, katanya tertawa. "Kau sebagai penyambut tamu
dari Thay khek pay, tiada heran kau sekarang lebih gemuk
dan hidup kesenangan."
Lau Sam thay terkekeh geli, katanya "Ling cu terlalu
sungkan bekalku hanyalah cukup banyak makan saja, Thay
khek bu hari ini baru didirikan secara resmi, aku sedang
hendak berangkat menyampaikan undangan kepada para
sahabat Bulim ...." Koan San gwat mendadak bertanya. "Bagaimana nona Thio
membuat penyelesaian dengan Thian mo kun?"
"Nona Thio adalah orang yang bijaksana, dia tidak suka
main bunuh, kemaren waktu Ki Houw membawa kamrat
kamratnya nona Thio pernah memberi nasihat dan ancaman
keras kepadanya, supaya selanjutnya tidak membuat
kejahatan, kalau tidak tentu tidak akan diberi keampunan,
tanpa berani bercuit Ki Houw mencawat ekor."
"Ceng ceng memang seorang yang gagah yang patut diberi
penghargaan, Thian mo kau sudah lenyap, semoga dunia
aman sentosa, jasa jasanya kali ini sukar ditakar, sudah
pantas aku menyampaikan selamat dan salut setingginya."
Lau Sam thay memicingkan mata, katanya tergagap. "Ling
cu! kau...." "Ada persoalan apa" Silahkan tanyakan saja!"
Lau Sam thay tampak ragu ragu dan pelegak peleguk,
katanya "Ling cu! nona Thio pernah berpesan, katanya siapa
saja dia tidak mau menemui termasuk kau pula, dan lagi dia
tidak mendinginkan kau naik ke atas gunung."
"Dia tidak mau menemui aku" "
"Ya, diapun berkata, umpama kau datang, dia hendak
menyampaikan dua patah kata, menurut katakan tugas dan
kewajiban untuk mengamankan dunia silahkan serahkan
kepadanya saja, kau boleh mengejar kehidupan bahagia
bersanding dengan istrimu!"
"Betulkah mereka berkata demikian" "
"Aku punya berapa kepala berani berkata bohong. Ling cu,
aku tahu rasa cintanya terhadap kau amat mendalam,
mungkin hanya karena kedongkolan hati sementara saja, kau
tidak perlu ambil dalam!"
Koan San gwat menjublek di tempatnya.
Lau Sam hay berkata pula. "Penghuni gunung ini
kebanyakan adalah kenalan lama mu, semua ingin bertemu
sekali lagi dengan kau, terutama Liu tongcu dan Lok Siau hong
setiap saat mereka selalu mengenang dan memikirkan dirimu.
Kukira lebih baik kau keatas dulu, meski aku harus dihukum
penggal kepala, aku pun rela memikul tanggung jawab ku ini,
mungkin setelah bertemu muka dengan kau, dia bisa
mengubah pendiriannya!"
Koan San gwat menggeleng kepala, katanya. "Tidak
usahlah! Lebih baik tidak bertemu saja, aku tahu bahwa dia
sudah mencapai maksud yang begitu tinggi akupun ikut
senang dan puas!" lalu ia panggil Kang Pan dan mengajakanya
berlalu. Lau Sam thay lekas mengejar, serunya "Lingcu! Kalau toh
kau tidak mau naik keatas gunung, silahkan tunggu di sini
sebentar, aku bisa mengundang yang lain lain kemari, mereka
benar benar ingin bertemu dengan kau!"
"Tidak usah! Siapapun aku tidak mau menemui, tidak usah
kau bicara dengan mereka bahwa pernah kemari. Lau samko
selamat bertemu, semoga kalian hidup rukun dan senang
semunya lancar dan mendapat sukses lebih besar."
Habis berkata bersama Kang Pan mereka berjalan cpat,
setelah jauh dan keluar dari lingkungan pegunungan Ngo tai
san baru mereka mengendorkan langkah, air muka Kang pan
tampak sungguh, katanya ragu ragu. "Koan toako, apakah
nona Thio bertengkar dia berpisah dengan kau karena gara
garaku?" "Aku percaya karena bukan hal itu."
"Lalu kenapa dia tidak mau menemui kau" "
"Kau tidak akan paham."
Kang Pan membelalakan matanya, namun Koan San gwat
sudah segan bicara lebih lanjut. Sesaat kemudian baru dia
bertanya dengan suara lirih. "Koan toako, kemana sekarang
kita hendak pergi?" Koan San gwat tertegun dunia selebar ini, belum terpikirkan
olehnya suatu tempat yang menjadi tujuannya. Sejak ia
muncul di dunia bebas dengan nama kebesaran Bing tho ling
cu, sampai sekarang belum ada kesempatan istirahat
melepaskan istilah, karena selalu sibuk dan dikejar kejar oleh
tugas dan urusan yang belum bisa diselesaikan selama ini
sekarang agakanya tiada sesuatu yang perlu dikerjakan lagi.
Dia pernah berjanji pada diri sendiri untuk menempatkan
diri sebagai penyelamat kehidupan masyarakat umum dari
tindasan dan kelaliman kelompok kelompok penjahat akan
tetapi berdirinya Thay kek pang sudah merupakan tandingan
pula bagi tugas tugasnya yang bisa dipikul bersama, berarti
tugas tugasnya mendatang menjadi berbagi dua dan rada
ringan namun rasa hati menjadi hampa kosong, setelah
menjublek setengah harian baru ia menarik napas, dan
berkata. "Sekarang terpaksa aku harus menyusul kebelakang
Bu san untuk menengok kerjaan Li sek hong bagaimana, tapi
aku kuatir kedatatanganku sudah terlambat."
"Sudah terlambat" Kenapa bisa terlambat" "
Bahwa Oen lolo suka menyempurnakan diri dalam soal
sebab dan akibat, kerjaan Li Sek hong pasti dapat dilakukan
dengan leluasa maka kukatakan terlambat!!!...."
Koan San gwat manggut manggut, ujarnya "Ya, hanya
tugas itulah yang bisa kulakukan sekarang,"
"Selanjutnya bagaimana ?"
"Kelak kita harus pulang ke Kho ham Kiong di Tay pa san,
disana kita bisa hidup secara tenang dan tentram, persoalan di
kangouw tidak perlu aku yang mengurusnya lagi!" kata
katanya mengandung kehawatiran hati.
Kang Pan dapat merasakan gejolak hatinya ini, katanya
kalem. "Koan toako! kau pasti tidak akan bisa mengecap
kehidupan demikian."
"Bagaimana kau bisa tahu bahwa aku tidak akan bisa
mengecap kehidupan macam itu?"
"Aku pun sulit menjelaskan tapi aku tahu orang macam kau
ini, mutlak tidak akan bisa hidup secara tenang dan tentram,
karena kau laksana seekor kuda liar yang lepas dari pingitan."
"Kuda liar yang lepas dari pingitan" Maksudmu kecuali
hantam menghantam, aku tidak punya cara kehidupan
kehidupan lain yang lebih harmonis, kau tahu watakku paling
membenci pembunuhan!"
"Bukan maksudku hendak mengatakan kau suka
membunuh orang, tapi aku percaya kau tidak bisa hidup
tenang tanpa terlibat urusan, cukup asal mendengar benturan
alat senjata, darah panas dalam rongga dadamu seketika akan
bergolak sifat perjuangan yang perwira selalu melandasi
sanubarimu, apalagi jiwamu masih amat muda."
Baru saja Koan San gwat mendebat uraiannya, mendadak
didengarnya derap kaki kuda dan kelintingan kumandang
disebelah belakang, waktu ia berpaling dilihatnya Thio Ceng
ceng sedang menuggang seekor kuda tinggi besar berlari
mendatangi. Seketika ia mendelong dan berdiri mematung menunggu
orang membedal kudanya lebih dekat, begitu tiba Thio Ceng
ceng lantas melompat turun, kedua matanya memancarkan
sinar terang dan sinar mengawasi dirinya tanpa bersuara.
Menunggu sesaat kemudian baru dia berkata "Koan toako,
kau tidak akan membenciku bukan?" suaranya lirih dan
gemetar. "Tiada alasan aku membenci kau, kebalikannya cukup
alasan kau membenci aku."
"Tidak! Koan toako kau salah sangka bukan karena aku
pribadi aku tidak menemui kau dan bukan karena aku
membenci kau aku tidak mau menemui kau, sedikitpun aku
tiada maksud hendak membenci kau!"
Kata kata orang membuat Koan San gwat melenggong.
Melihat orang berdiri mematung Thio Cen ceng bertanya.
"Koan toako kau paham maksudku"
"Thio Ceng, ceng! sungguh aku tidak paham!"
Thio Ceng ceng tertawa getir. "Koan toako, dalam
perjuangan hidup ini, kau memerlukan wadah kekeluargaan
untak melanjutkan kehidupan dihari tua yang mendatang, tapi
diatas Ngo tai san terlalu banyak permpuan perempuan yang
membawa nasib jelek ada lebih baik kau tidak bersua dengan
mereka!" Seperti diiris iris hati Koan San gwat lekad ia ulapkan
tangan, katanya. "Sudah Ceng ceng, kau tidak perlu
mengutarakan lebih lanjut!"
Sekilas Thio Ceng ceng melirikanya dengan lesu, akhirnya
berkata dengan tegas, dan lirih. "Secara objektif kupandang
situa si Bulim dalam beberapa tahun belekangan ini, kukira
kekuatanku masih kuasa mengendalikannya tapi aku tidak
berani tanggung kuasa menguasai keadaan selamanya."
"Ceng ceng. Aku paham akan maksud mu, tapi kau harus
tahu .." tiba tiba ia sadar bahwa Kang Pan berada
disampingnya lekas ia menghentikan kata katanya, akan tetapi
sorot matanya menampilkan bahwa maksud hatinya masih
belum kuasa melimpahkan isi hatinya.
Namun Ceng ceng cukup paham dan manggut manggut,
katanya. "Koan toako! Aku pun memaklumi isi hatimu, malah
sedikitpun aku tidak menaruh kebencian terhadapmu,
sedikitpun aku tak cemburu atau jelus teerhadap nona Kang
yang bisa selalu mendampingi kau..."
Mendadak Koan San gwat angkat tangan katanya. "Ceng
ceng, aku tak kan melupakan budi kebaikanmu ini selama
hidupku ini, maka akupun tidak perlu banyak kata lagi!
"Koan toako, bagaimana perhitungan langkah langkahmu
selanjutnya" " "Ada sebuah urusan yang belum sempat kulaksanakan,
setelah urusan itu dapat kuselesaikan, mungkin aku akan
menetap di Khong ham kiong sampai di hari tua, selama hidup
tidak akan terjun kedunia ramai."
"Baiklah, aku tak akan lama lama, menahan kau, silahkan.
Cuma kau harus tetap ingat bahwa kita tetap masih
bersahabat, bila kau perlu bantuanku"."
"Aku percanya tidak perlu lagi, urusanku hanya aku sendiri
baru bisa diselesaikan, siapapun tidak akan bisa membantu
aku, tapi aku selalu mengingat ucapanm, kalau kau punya
waktu luang?" "Aku akan menengok kau, entah kapan belum bisa
kutentukan !" Koan San gwat melengak, katanya "Kapan saja kau
merupakan tamu agung paling ku nanti dan kusambut dengan
senang hati." Thio Ceng ceng tertawa getir katanya. "Koan toako, aku
tidak percaya selamanya kau akan menjadi naga sakti yang
tidak bisa dikekang, tapi aku sediri juga tahu lama lama kau
bisa menemukan belenggu dalam bidang asmara, maka akan
kuajakan hari pertemuan kita dalam batas waktu yang tidak
bisa di tentukan, bicara terus terang yang akan ku tengok
bukanlah kau, adalah ...."
"Itu tidak mungkin" sahut Koan San gwat pendek dan
tegas. "Aku tidak percaya, gurumu harus menunggu dua puluh
tahun baru mendapatkan nya, masakah kau akan lebih lama
lagi, tapi aku pecaya dalam masa hidupmu ini, akan datang
suatu ketika terjadilah peristiwa yang kutunggu tunggu."
Sejenak Koan San gwat terlongong akhir nya ia bersaja dan
berkata. "Ceng ceng, selamat bertemu kapan saja!"
Selama itu Kang Pan mendengar percakapan mereka
dengan berdiri mematung, saat itulah mendadak dia berkata!
"Nona Thio Tempat tinggalmu di Ngo tai san apakah masih
bisa menerima seorang lagi?"
Thio Ceng ceng melengak sebentar, sahutnya "Kenapa
mendadak kau bisa berpikir demikian."
"Beruntunglah aku mendengar percakapanmu dengan Koan
toako barusan, sehinga aku menjadi paham karena aku harus
menuju, sepantasnya aku termasuk dalam golongan kalian?"
Koan San gwat tersentak kejut, katanyangugup. "Kang Pan,
darimana kau bisa punya pikiran yang tidak genah ini" "
Thio Ceng cengpun berkata "Nona Kang! Ngo tai san,
adalah tempat penampungan bagi perempuan perempuan
penasaran dalam mengarungi kegagalan hidup, kau adalah
istri Koan toako, hari depan kalian adalah bahagia dan
menyenangkan!" "Koan toako, Thio cici, kalian tidak usah ngapusi aku, meski
urusan yang ku mengerti amat sedikit, tapi aku tidak ceroboh
terhadap sesuatu urusan yang harus kupahami!"
"Nona Kang! Aku tidak tahu apa yang harus kuucapkan
kepada kau, tapi aku tidak menolak bila kau hendak ikut
masuk kedalam kelompok kelompok perempuan perempuan
penasaran di Ngo tai san"."
"Ceng ceng, kau"." Koan San gwat menjadi gugup.
"Koan toako!" kata Ceng ceng dengan serius, "Aku tiada
maksud menggangu dan memecah belah perkawinan kalian
yang bahagia, tapi aku merasa bila nona Kang meninggalkan
kau betapapun adalah suatu pilihan yang harus dimengerti,
dan berani kukatakan pula merupakan jalan pilihan tetap!"
Koan San gwat tidak mampu mendebat.
Dengan berlinang air mata Kan Pan berkata "Koan toako!
Aku sendirilah yang ingin meninggalkan kau, meski pernikahan
kita hanya berlangsung tutur kata dimulut belaka namun aku
tetap akan mengekangmu dan terima kasih kepadamu."
"Kang Pan, aku bukan orang yang suka menjilat ludahku
sendiri..." "Bukan begitu maksudku dan aku paham kau adalah
seorang yang baik hati, kau setuju hendak mengawini aku
meski hanya karena merasa kasihan padaku, tapi aku percaya
kau akan baik baik menghadapi aku, tapi aku sudah
berkeputusan untuk meninggalkan kau"!"
"Aku tak akan menyia nyiakan kau."
"Sudahlah jangan kau berkukuh pendirian peninggalanku
jadi tidak berharga nanti, bahwa aku harus berpisah dengan
Patung Emas Kaki Tunggal ( Unta Sakti ) Karya Gan K H di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
kau adalah untuk memberikan peluang kepadamu untuk
segera bebas memilih jalan yang harus kau tempuh, aku akan
seperti Thio cici selamanya akan menunggu kau!"
Tak tertahan Thio Ceng ceng merangkul erat erat, katanya.
"Nona Kang, cara bagaimana kau bisa berpikiran sedemikian
mendalam" " "Sebetulnya aku hanya setengah paham setelah kudengar
percakapan kalian baru aku paham, ucapanmu memang betul,
Koan toako adalah naga sakti yang sukar dibelenggu, dalam
lubuk hatinya selamanya belum pernah jatuh cinta terhadap
seorang perempuan, sampai sekarang juga, segala sepak
terjangnya, adalah tertekan oleh kesetiaan, keadilan dan
kebenaran! Koan toako, ucapanku tidak salah bukan!"
Koan San gwat tak bicara, adalah Thio Ceng ceng berkata
dengan suara gemetar "Ucapanmu tidak salah, malah kata
katamu lebih tegas lebih menyeluruh, demi aku Koan toako
menempuh bahaya menyusul ke Tay pa san, bahwa dia mau
menyetujui perkawinan adalah benar karena terikat oleh
kesetiaan keadilan, sekali kali tidak pernah tersekap rasa cinta
asmara didalam sanubarinya. Sudah tentu terhadap kita bukan
seluruh tidak punya perasaan cinta macam itu belum bisa
memenuhi kebutuhan kita! Maka?"
Cepat cepat Kang Pan melanjutkan "Maka kita harus
menunggu nunggu didalam harapan kosong!"
Thio Ceng ceng tertawa getir, katanya. "Kau masih belum
mencapai harapan itu, sementara aku sudah putus asa
didalam harapan ini."
"Asal dalam lubuk hati Koan San gwat tiada bayangan
orang lain, meski sedikit kita masih punya setitik harapan.
Thio cici, kau tidak perlu kecewa"."
"Aku paling lama mengenal dia.."
"Kau paling banyak memberikan apa apa kepadanya, juga
paling mendalam mencintainya...."
"Pada titik sekarang ini bolehlah dikatakan demikian!"
"Kelak pun tidak akan ada orang yang melampaui kau!."
"Bagaimana juga tidak akan bisa menggerakan hatinya apa
pula yang harus kuharapkan" "
Kang pan tidak berkata kata lagi..
Berkata Koan San gwat dengan rasa malu dan uring
uringan "Ceng ceng! Kalian menilai aku seolah olah menjadi
manusia dingin tidak berperasaan!"
Ceng ceng menggeleng, katanya dengan suara tegas "Koan
toako! Sekali kali aku tidak punya maksud demikian, aku
percaya, nona Kang Pan tidak punya maksud demikian.
Didalam sanubari kita, kau tetap seorang laki laki yang patut
dihormati, patut bagi kita mengorbankan segala galanya demi
kau, maka kami tidak membenci kau, malah ku sampaikan
selamat dan doa semoga"."
"Terima kasih akan kebaikan kalian selamanya aku tidak
lupa akan ketulusan hatimu."
"Koan toako !" Kang Pan menyeletuk."Kami tak perlu rasa
terima kasihmu, seperti pula kami tidak suka memaksakan
pengetrapan perasaanmu pada kami, aku akan hidup
berdampingan bersama Thio cici sampai ajal."
"Dikala kau sudah menemukan cinta yang murni, kami akan
datang menengok kau."
"Kukira tidak mungkin lagi, dalam dunia ini tiada orang lain
yang lebih paham diriku kecuali kalian!"
"Kalau begitu silahkan kau tengok kami, sudah tentu kala
itu kau harus membekal cinta yang suci dan murni, tidak
perduli terhadap siapa, kami akan tetap menyambut
kedatanganmu." "Itu sih mungkin saja, perasaanku sekarang amat kalut,
berilah aku jangka waktu yang cukup lama untuk
menenangkan pikiran dan menentukan arah, mungkin aku
akan merasakan kepentingan hal itu."
"Didalam memilih sasaran cinta kau punya kebebasan yang
penuh!" "Kalau aku berkepastian untuk mencintai orang, aku akan
memilih satu diantara kalian !"
"Koan toako tidak usah kau membatasi dirimu dalam
lingkungan yang begini sempit, persoaan cinta tidak bisa kau
putuskan sendiri, tapi untuk ucapanmu ini, kami pasti
menuggu kau" "Kalau begitu kalianpun tidak perlu membatasi diri dengan
patokan yang mematikan kalau kalian menemukan?"
"Tidak mungkin! Kita cukup paham terhadap diri sendiri!"
Koan San gwat tidak berani banyak kata lagi, lekas ia
cemplak keatas kuda, serunya. "Selamat tinggal, kuharap
kalian menjaga diri baik baik!" dia tidak berani banyak
berpaling memandang kepada mereka, tidak bicara pula,
cepat cepat ia keprak kudanya tinggal pergi.
Kedua anak perempuan ini mengawasi punggungnya yang
lari semakin jauh dengan berlinang air mata.
Debu mengepul tinggi dan lambat laun menipis dan
akhirnya hilang, setelah bayangan Koan San gwat tidak
kelihatan lagi, baru Kang Pan berkata terisak."Apakah dia bisa
kembali?" Thio Ceng ceng mengusap air matanya, sahutnya. "Siapa
tahu" Tapi jikalau kau sudah melepas pergi janganlah kau
mengandung harapan itu, kalau tidak hanya akan menambah
kesengsaraan hidupmu!"
"Tidak! Kesetiaan Koan toako menjadi jaminan dan harus
dipercaya, aku percaya akan datang suatu hari dia pasti
kembali." Thio Ceng ceng menuntun kudanya, ujarnya. "Sudah
jangan kau mengena-ngena lagi, cukup asal kau
mempersembahkan hatimu untuk menentramkan sanubari,
jangan sekali kali kau memikirkan sesuatu permintaan
terhadapnya, untuk mendapatkan laki laki macam itu, hanya
cara inilah yang harus kau tempuh, aku dapat membenarkan
bahwa kau dapat bertindak tegas untuk berlisan dengan dia,
kalau tidak, kau hanya bisa mendapatkan raganya saja tanpa
bisa memperoleh rasa cintanya, sebetulnya dia"."
"Sebetulnya dia hanya menjadi milik kau sendiri, sebaliknya
sekarang...." Thio Ceng ceng tertawa, katanya. "Benar! sekarang harus
membagi sama rata dengan kau tapi aku sedikitpun tidak
menyesal, tenagaku seorang terlalu lemah, ditambah kau, kita
tidak akan gampang kehilangan dia, marilah pulang, masih
banyak urusan yang perlu diselesaikan di Ngo tai san,
mungkin kita harus menunggu dalam waktu yang cukup
lama." Mereka memutar kuda dan berlalu enteng menuju
kejalan pulang. Koan San gwat mengeprak kudanya kencang dilinkupi debu
tobal yang membumbung tinggi dibelakangnya, beberapa kali
ia hendak berpaling kebelakang, tapi akhirnya ia tahan tahan,
ia tahu bahwa kedua gadis yang memujanya itu sedang
mengantar bayangan tubuhnya.
Setelah melepaskan diri dari beban berat dari Kang Pan, ia
merasa enteng dan bebas kelana, sedikitpun tidak ada
ganjelan dalam hati, hilanglah rasa was was dan kuatir.
Thio Ceng ceng memang orang terdekat yang paling
memahami pribadinya, begitu metan ia melimpahkan isi
hatinya, seperti sebidang kaca bundar yang terang dan jelas
menyoroti segala galanya mengenai dirinya.
Sejak pertama kali ia muncul dikalang kangouw di padang
pasir menggunakan kebesaran nama Bing tho ling cu, dalam
hati nya selalu dihayati oleh semangat juang yang menyala
nyala dan sukar dipadamkan.
Thio Ceng ceng adalah anak perempuan yang dikenalnya
pertama kali, selanjutnya adalah Khong ling ling, dan
kelanjutaanya Lok Siau hong, Liu Ih yu dan Kang Pan, yang
terakhir adalah Ling koh yang melimpahkan isi hatinya didalam
Jian coa kok. Beberapa anak gadis itu entah terus nyerang atau secara
samar samar dan sembunyi sembunyi sama pernah
melimpahkan rasa cintanya terhadap dirinya, yang berani
cukup mendalam seolah olah meresap ketulang sumsum, ada
pula karena cintanya tidak terbalas menjadi benci, ada pula
yang lapat lapat terpaksa mereras diri. Akan terapi diantara
sekian gadis gadis ayu tiada seorangpun yang pernah
menggerakkan hatinya. Setelah dipikir bolak balik ia belum
bisa menemukan keputusan terakhir. Lama kelamaan ia
menjadi curiga pada diri sendiri, kecuali dirinya adalah
makhluk aneh yang tidak mengenal perasaan ___ alasan ___
untuk menjawab, keadaanya yang relatif tidak mengenal cinta
ini. Anehnya sedikitpun ia tidak punya angan angan untuk
membangun keluarga, terhadap keributan dalam dunia ini
iapun seperti sudah bosan. Padang pasir nan luas dan
terbentang luas tanpa ujung pangkal barulah menjadikan
teman hidup abadi, hanya kelana bebas seperti angin tanpa
rintangan, barulah merupakan kebutuhan hidup yang utama.
Masih banyak urusan dunia yang janggal dan tidak kenal
keadilan dan tidak kenal, bahwa Bing tho ling cu belum lagi ia
serahkan kepada generasi mendatang, maka menjadi
keharusan bagi dirinya untuk mempertanggung jawabkan
keluhuran nama besar nan agung dan abadi, terus
mempersembahkan nyawa dan raganya, mungkin masih
banyak berbagai macam kehidupan yang aneka ragam
tanyakanya sedang menunggu dirinya.
Tamat Sejengkal Tanah Sepercik Darah 5 Kemelut Di Cakrabuana Karya A Merdeka Permana Kisah Sepasang Rajawali 22
"Kau salah...." ujar Koan San gwat menghela napas.
"Sedikitpun aku tidak salah, apa yang kuuraikan adalah
kenyataan, suruh aku meningalkan Thian mo kau adalah
kumpulan sesat, akupun tahu Cia Ling im adalah seorang
durjana, tapi tanpa banyak pikir aku rela masuk menjadi salah
satu dari kelompok mereka, malah tidak kepalang tanggung
kubongkar kuburan ayah almarhum, kuberikan sebarang
pedang Ceng so kiam kepadanya kau tahu apa sebabnya?"
"Aku tidak tahu." sahut Koan San gwat menggeleng. "Aku
hanya tahu bahwa kau sudah gila!"
Lau Yu hu menyeringai seram, ujar nya. "Boleh dikatakan
demikan, aku gila karena penyebabnya, setiap orang yang
menjadi musuhku, adalah sahabat karibku, apapun yang bakal
menjadi milikmu aku akan menempuh jalan yang berlawanan
dari kau!" Koan San gwat berpikir sejenak, mendadak ia berkata
dengan sikap serius. "Lau yu hu, tidak kata kata yang perlu
kukatakan pula kepada kau, sebetulnya aku sudah berjanji
kepada ibu untuk mengampuni jiwamu, sekarang aku terpaksa
mohon pengampunannya..."
"Kau tidak perlu minta pengampunannya hakikatnya dia
hanya punya kau sorang putra dia, kau dan Bing Gwat yang
sudah mampus itu, kalian bertiga baru satu keluarga...."
"Lalu kau ini apa?" damprat Koan San gwat naik pitam.
Lau Yu hu menarik muka dan berkata. "Aku hanyalah bibit
pembalasan dendam yang ditinggalkan ayahku, biar kuberi
tahu kepada kau, setelah kubunuh kau, lawan yang kedua
yang kuincar adalah ibu!"
"Keparat dan durhaka! Apakah beliau bukan ibumu?"
"Bukan!" teriak Lau Yu hu beringas. "Lau Yu hu tidak punya
ibu, Liu Ih yu pun tidak punya istri, walau ayahku menyuruh
aku memaafkan dia, sebaliknya tidak pernah kupikirkan hal
ini." Amarah Koan San gwat tidak tertahan lagi, mengayun
pedang kontan ia menusuk ke dada orang, lekas Lau Yu hu
melintangkan pedang, tenaga yang dikerahkan cukup kuat.
"Trak" kedua senjata beradu amat keras dan berbunyi nyaring,
seketika Koan San gwat terhentak mundur dua tapak, dan lagi
Pek hong kiamnya bukan lawan kesaktian Ci seng kiam, tajam
pedangnya tergumpil pecah sebesar kacang.
Lekas Kang pan mengansurkan Ui tiap kiam kepadanya,
serta berteriak. "Koan toako gunakanlah pedang yang ini!"
"Yang mana bolehlah, didalam Ngo ih kiam, Ci seng
merupakan yang terunggul."
Koan San gwat sudah keretak gigi, sambil menenteng Pek
kong kiam ia sedang menghimpun tenaga murni siap
melancarkan Pek hong kiam itu, salah satu jurus terganas
yang mematikan dari Hu mo kiam hoat.
Mendadak dari samping sana menerobos keluar dua sosok
bayangan, mereka ternyata Li Sek hong dan Gwat hoa Hujin
adanya. Kang Pan berdiri melongo, cepat Gwat hoa Hujin sudah
melejit tiba terus rebut Ui tiap kiam dari tangannya. Koan San
gwat terkejut dan heran, cepat ia memapak maju, serunya.
"Bu, kenapa kaupun kemari ?"
Gwat hoa Hujin tidak menghiraukan seruannya, matanya
berkilat melata Lau Yu hu. Adalah Li Sek hong memberi
jawaban sambil datang menhampiri. "Hujin amat kuatir akan
keselamatanmu. Jing Tho disuruh memimpin orang orang lain
menuju, ke Tay pa san menunggu di sana, lalu dia mengajak
aku untuk membaatu kau! bagaimana keadaan disini?"
Koan San gwat tidak sempat menjawab pertanyaannya,
dengan gelisah ia berseru kepada Gwat hoa Hujin. "Bu biar
aku saja..." "Tidak usah!" sahut Gwat hoa Hujin tegaz dan perihatin.
"Dengan tanganku sendiri akan kubunuh anak durhaka ini!"
Waktu Koan San gwat memburu menghadang diantara
mereka, Gwat hoa Hujin lantas menghardik bengis. "Anak
Gwat! Kaupun tidak mendengar ucapanku lagi!"
Tampak oleh Koan San gwat muka orang pucat dingin lagi,
hatinya menjadi luluh, terpaksa ia mundur kesamping, adalah
Lau Yu hu Sa mundur beberapa langkah didesak oleh Gwat
hoa Hujin yang maju menghampirinya.
"Bukankah kau hendak bunuh aku?" damprat Gwat hoa
Hujin beringas. "Kenapa tidak berani turun tangan?"
Lau Yu hu tidak mundur lagi, matanya pun memancarkan
rasa penasaran dan berteriak kalap. "Tak usah tergesa gesa
kau ingin mampus, tunggulah setelah aku membinasakan
bocah she Koan itu, akan datang giliranmu nanti, sekarang
jangan kau desak aku turun tangan!"
Gwat hoa Hujin tertawa pedih dan seram. "Aku paksa kau"
Kalau aku tahu kau seorang yang berhati lebih kejam dari
binatang, masakah aku bisa membiarkan kau tumbuh dewasa
sebesar ini" Sungguh aku menyesal kenapa diwaktu
melahirkan aku tidak mencekik mati kau saja!"
Pancaran kilat Lau Yu hu yang sudah kesetanan itu semakin
menyala, pekiknya. "Menyesalpun sekarang kau sudah
terlambat." lenyap suaranya pedang ditangannya kontan
menyambar kedepan, ujung Ci seng kiam seketika
memancarkan cahaya ungu yang menyala dimana sinar
pedang berelebat, hanya terdengar kesiur angin deras yang
melengking, rambut panjang yang tersanggul diatas kepala
Gwat hoa Hujin seketika rontok dan terpapas berhamburan
separuh diantaranya. Sembari melintangkan pedang dengan kedua tangannya,
berkata Lau Yu hu tertawa. "Sudah kulihat sendiri belum inilah
Bau hun sam sek peninggalan ayahku, hanya permainan
pedang jurus jurus itu barulah bisa mengembangkan wibawa
dan keampuhan Ci seng kiam. Jurus pemainan merontokkan
rambut sebagai ganti memenggal kepala, anggap saja sebagai
balas budi akan kebaikanmu melahirkan aku ...."
Belum lenyap suaranya, sinar ungu memancarkan dan
berkelebat pula, ia memapas kutung lengan baju Gwat hoa
Hujin pula, katanya tertawa dingin. "Jurus kedua, aku
memotong pakaian sebadai ganti badan sebagai penebus
budimu membimbing dan mengasuh aku, maka jurus ketiga
ini akan menagih pembalasan ayahku. Yang hidup merana
bersanding dosa...."
Sekonyong konyong seperti kesurupan Gwat hoa Hujin
menerjang dengan kalap dimana Ui tiap kiam menyambar,
tampak bayangan kupu kupu menari nari mengitari Lau Yu hu,
dalam sekejap bayangannya sudah lenyap terbungkus libatan
sinar pedang. Setiap hadirin sama tertarik perhatiannya akan kejadian
yang tegang dan serius ini, sehingga tiada seorangpun yang
memperhatikan Cia Ling im secara diam diam menggeremet
pergi dan menghilang seperti bayangan setan.
Ditengah bayangan kupu kupu yang sedang menari nari itu
terdengarlah suara berdenting berulang ulang. Tentulah Lau
Yu hu sedang berjuang mati matian demi keselamatan jiwa
didalam kepungan hawa pedang yang deras dan tajam itu.
Bagi penonton di luar arena hanya melihat ditengah cahaya
kuning itu menggulung gulung ceplok ceplok kabut ungu yang
semakin menebal, laksana didalam rumpun kembang yang
mekar dimusim semi sedang dirubung oleh kupu kupu yang
mesari nari tak terhitung banyakanya.
Kedua pihak terus berkutet dan bertahan cukup lama,
rangsakan berantai Gwat hoa Hujin selama itu tidak mampu
menjebol musuh tabir penjagaan Ci Sek Kiam yang kokoh
rapat. Sebalikanya selama ini Lau Yu hupun belum lagi
melancarkan jurusnya yang ketiga.
Akhirnya Koan San gwat tidak sabar lagi, sambil bersuit
nyaring pedang ditangannya dengan tipu Pek hong kiam jit,
membawa cahaya memanjang seperti sabuk kemala
menerjang masuk dalam arena. Begitu hawa ungu kena
diterjang oleh cahaya putih menyala seketika melembang
besar dan meluas, seolah olah angin lesus yang deras dan
mendampar dengan kekuatan yang tiada taranya melandai
datang, yang pertama tama kena di diterjang adalah
bayangan kuning yang membelit disekelilingnya, lalu
menggulung seperti damparan ombak samudra kearah cahaya
putih menyala. "Trang" terdengar benturan nyaring menusuk
ketelinga, tahu tahu Pek hong kiam ditangan Koan San gwat
sudah tinggal separuh, badannyapun tergentak mencelat
setengah tumbak. Rambut Gwat hoa Hujin awut awutan, ia berdiri tegak
ditempatnya tanpa bergerak ujung pedang Ui tiap kiam
menjulur keatas Bumi, kedua tangannya lemas semampai dari
pinggangnya mengalir darah deras tepeiti sumber air.
Sementara Lau Yu hu masih menentang Ci seng kiam,
mukanya yang beringas tadi sudah hilang sekarang, sekarang
terlihat seperti mimik aneh yang sulit diraba bagaimana
perasaan hatinya, seperti hampa menyesal dan rawan pula.
Kang Pan menjerit ketakutan sambil menutupi mulutnya
dengan muka pucat pias, akhirnya tak tertahan rasa
amarahnya, teriakanya. "Siau giok, gigit mampus manusia
durhaka yang lebih kejam dari binatang itu !"
Siau giok siular sakti secepat kilat segera menerjang keluar,
lekas Lau Yu hu menebaskan pedangnya, namun gerak gerik
Siau giok teramat cepat lincah dan gesit, cukup badannya
melengkung dan melinting, tahu tahu giginya sudah mematuk
pergelangan tangannya. Lekas Koan San gwat melangkah lebar memburu kedepan,
pedang kutungan ditangannya kontan terayun. "Cras" tangan
sebatas sikunya ia tebas kutung, lalu ia menjemput Ci seng
kiam dan diserahkan kepada Lau Yu hu, katanya. "Kau
pergilah lalu dipaksa untuk bertindak begini, racun berbisa
Siau giok tiada obat pemunahnya, tunggulah setelah luka luka
mu sembuh, biar kita mencari perhitungan lagi."
"Koan toako." ujar Kang Pan terbelak, "Kenapa kau
menolong dia" Kenapa melepasnya pergi pula?"
Koan San Gwat tidak hiraukan pertanyaan, ia memburu
kedepan Gwat hoa Hujin dan berlutut didepan kakinya,
suaranya tersendat "Ibu, anak"."
Darah mengucur semakin deras dari pinggang Gwat hoa
Hujin, tapi agaknya ia sudah lupa merasakan sakit, sebelah
tangannya terulur mengelus kepalanya. "Nak, bukan salahmu
kalian adalah putra putraku yang baik... aku amat girang,
betapapun Yu hu masih punya perasaan, kuharap kau bisa
memberi maaf kepadanya."
Koan San gwat mengadahkan mukanya yang berlinang air
mata, sahutnya terisak. "Bu! Aku patuh akan pesanmu...."
Memancar terang sinar mata Gwat hoa Hujin, mukanya
menampilkan senyum lebar yang terhibur, katanya. "Watak
asli Yu hu masih bajik dan welas asih, ayahnyalah yang
dipersalahkan, tidak pantas dia menanam bibit dendam
kesumat kedalam relung hatinya, dialah yang membuatnya
menjadi seperti sekarang, tapi dia...." bicara sampai disini
agakanya dia sudah tidak kuat bertahan lagi, namun ia
menguatkan hati dan meneruskan kata katanya. "Betapapun
dia adalah anak yang baik hati, kau.... bukan saja harus
memaafkan dia, harus pula membimbingnya ke jalan lurus,
jangan kau biarkan dia bergaul dengan orang orang jahat ...."
Akhirnya badan rubuh juga, tapi Koan San gwat berada
dihadapannya, lekas ia memeluknya, Gwat hoa Hujin menekan
tangannya katakan pula. "Nak! Cabutlah kutungan pedang
dalam pinggangku!" "Jangan bu," lekas Koan San gwat mencegah. "Luka luka
mu masih ada harapan disembuhkan."
Dengan lemah Gwat hoa Hujin menggeleng kepala,
ujarnya. "Tidak mungkin nak. Tusukan pedang ini amat
kebetulan memutuskan urat nadiku lekas cabut keluar. Aku
masih punya dua pesan yang amat penting?"
Tapi Koan San gwat mash belum berani menyentuh
potongan pedang itu. terpaksa Gwat hoa Hujin mengerakkan
sisa tenaganya mencabut potongan pedang yang menghujam
kedalam pinggangnya dengan kekerasan. Darah segar
memancar deras. Lekas dengan sebelah tangannya ia
menekan luka lukanya, tangan yang lain mengangsurkan
kutungan pedang kepada Koan San gwat ujarnya "Anak ku!
Ambil dan simpanlah. Kalau Lau Yu hu meluruk datang
mencari kau pula, atau bila kau teringat hendak mencari dia,
boleh kalian melihat pedang kutung ini, bayangkan
kematianku?" mulutnya menyemburkan darah juga, diwaktu
Koan San gwat gerung gerung memeluk dm sesambatan
memanggil namanya, lambat laun ia sudah kehilangan
kesadaran kutungan pedang itupun tidak kuat dipegangnya
lagi. Orang lain yang menonton dipinggiran termasuk Li Sek
hong Kang Pan dan Ling koh sama heran dan tidak habis
mengerti. Gwat hoa Hujin sudah meninggal mati diujung kutungan
pedang itu, kutungan pedang adalah Pek hong kiam yang
dibekal oleh Koan San gwat, apakah Koan San gwat yang
membunuh ibu kandungnya sendiri"
Sudah tentu tidak mungkin terjadi, lalu cara bagaimana
kutungan pedang itu bisa berada didalam pinggang Gwat hoa
Hujin" Mereka tiada yang bisa menjawab. Meski sejak tadi
mula dengan penuh perhatian dan cermat mereka mengikuti
pertempuran sengit tadi akan tetapi sulit diikuti oleh
pandangan mata, sehingga apa yang terjadi mereka sama
tidak tahu. Tangisan Koan San Gwat yang gerung gerung dan
melolong seperti pekikan serigala kesakitan yang terkena
panah, air mata berderai membasahi selebar mukanya. Orang
orang lain yang hadir menjadi ikut sedih dan mencucurkan air
mata pula. Berselang agak lama, Ling koh baru maju menarik
narik tangannya katanya. "Koan kongcu, kau jangan menangis
lagi. Orang meninggal tidak akan bisa hidup lagi, kau bersedih
tiada gunanya, yang penting sekarang harus mengurus
pemakaman Hujin"."
Li Sek hong yang mendekat, katanya. "Koan kongcu
serahkanlah jenasah ibumu kepadaku menghadapi
kematiannya ini, aku jauh lebih sedih daripada kau! Tidak
lebih hanya kehilangan seorang ibu?"
Meski sedang dirundung yang tak terhingga, mau tidak
mau Koan San gwat tercengang mendengar katanya ini.
Li Sek hong tertawa pilu, ujarnya rawan. "Mungkin kau
tidak akan bisa memahami ucapanku bicara soal cinta, sudah
Patung Emas Kaki Tunggal ( Unta Sakti ) Karya Gan K H di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
tentu aku tidak lebih berat dari hubungan kalian ibu dan
anak, tapi semula kau tahu bahwa kau punya seorang ibu,
setelah kau dapatkan kini kau ditinggalkan pula. jadi tidak
akan membawa banyak pengaruh terhadap kelanjutan
hidupmu, sebalikanya aku kehilangan saudara hidup yang
terakhir?" Koan San gwat bingung mendengar kata kata orang. Li Sek
hong mengusap air mata lalu berkata pula "Kau tahu sejak
mening galkan Sin ti hong, seperti perahu terombang ambing
ditengah samudra, aku tidak punya tempat berteduh lagi,
akhirnya secara kebetulan berjumpa dengan ibumu dia begitu
baik laksana adik kandung sendiri terhadap ku, dia ingin
selanjutnya kami bisa hidup berdampingan mengecap hari tua
yang penuh penderitaan ini. Siapa tahu nasib telah
mempermainkan kita setitik harapan kinipun tidak bisa
kunikmati lagi." Koan San gwat amat haru, tak tertahan ia menekuk lutut
dan berkata pelan. "Li sian cu kau sebetulnya memang angkat
tuaku, mengikat persahabatan yang begitu mendalam lagi
dengan ibuku, selanjutnya kau adalah bibiku yang terdekat."
Li Sek hong menerima Gwat hoa Hujin dari tangan Koan
San gwat, lalu ia menariknya bangun, setelah menatap
sebentar ia berkata pelan "Aku amat senang punya famili
seperti kau, tapi aku tidak mau mengakui keponakan macam
kau ini, sebab aku akan mengajukan berbagai pertanyaan
yang mempersingkat jawabanmu?"
"Persoalan apa?"
"Dengan ibumu aku sudah angkat saudara kali ini dia ajak
aku kemari seolah olah sudah mendapat firasat bahwa
umurnya tidak akan panjang maka sebelumnya sudah
memberi pesan kepadaku, seluruh milik dan persoalannya ia
serahkan padaku termasuk Khong ham kiong di Tay pa san
dan kalian pelayannya?"
Cepat Koan San gwat berkata. "Hal itu tidak menjadi soal,
biar aku memberi tahu mereka supaya mereka ikut kau saja!"
"Tidak perlu, mereka sudah tahu karena bibimu sudah
berpesan langsung dihadapan mereka tapi yang harus kuberi
tahu kepada kau bukan paroalan ini"
"Persoalan apa saja?"
"Pertama tama aku harus tahu cara bagaimana
kematiannya?" "Kenapa kau harus menanyakan hal ini?"
"Ini sangat penting aku harus berpegang pada hal ini baru
berkeputusan untuk mengurus pesan pesannya, karena dia
ada memberi dua pesan yang berlainan. Pesan yang kau tidak
perlu tahu." Koan San gwat berpikir sebentar, lalu katanya "Boleh dikata
beliau mati ditanganku tapi boleh dikatakan mati ditangan Yu
hu?" Tegak alis Li Sek hong. "Sebenarnya siapa yang membunuh
dia?" "Sudah tentu aku."sahut Koan San gwat terisak.
Berubah air muka Li Sek hong, berkata pula Koan San gwat
"Jurus ketiga dilancarkan Yu hu memang bukan olah olah
hebatnya, mungkin tiada tandingan diseluruh jagat. Waktu
mengharap ibu ia masih ragu ragu dan segan menggunakan
jurus itu, tapi setelah ku kejar kedalam gelangang, baru ia
melancarkan jurus yang lihay itu, sasarannya adalah aku, ibu
melihat aku akan kehebatan dan mara bahaya yang
mengancam jiwaku, lekas ia menghadang kedepan, akhirnya
dia sendiri yang menjadi korban?"
Li Sek hong bingung tanyanya. "Jadi pedangnya yang
membunuhnya..." "Benar, melihat ibu memapak keputaran pedangnya, Yu hu
didesak menarik kembali ditengah jalan, di saat ia menarik
pedangnya itulah ia mengutungi pedangku?"
"Jadi kutungan pedang itulah yang menusuk pinggang
ibumu ?" Koan San gwat menunduk diam. Li Sek hong menghela
napas perlahan lahan, gumamnya. "Serba salah kalau begitu."
"Sebetulnya pesan apa yang ibu katakan kepada kau?"
"Bahwa akhirnya ia pasti mati di tangan putranya sendiri
hal ini sebelumnya dia sudah duga, cuma tidak duga adalah
kau, dia selalu menyangka adalah Lau Yu hu."
Tak tahan Ling koh menyeletuk bicara "Kalau teliti secara
keseluruhan, kita harus menyalahkan Lan Yu hu, kalau dia
tidak turun tangan kepada Hujin, mana bisa terjadi peristiwa
ini" Koan kongcu hanya?"
"Keduanya tidak bisa disalahkan" Li Sek hong menukas.
"Hanya nasiblah yang harus disalahkan. Urusan selanjutnya
yang belum terlaksana dia minta aku mengerjakan, ia merasa
berdosa terhadap Lau Yu hu, kalau dia mati ditangan Lau Yu
hu dalam sakit hati ini boleh dikata terlampias. dan tidak perlu
banyak mulut, sekarang terpaksa aku harus melaksanakan
pesannya yang terakhir."
"Pesan terakhir apa, mungkin aku bisa"."
"Kau tidak bisa, apalagi kau tidak akan mampu
mengerjakan!" Koan San gwat tertegun, kata Li kek hong lebih lanjut "Ia
minta dikubur bersama ayahmu !"
"Sudah tentu, ayahku dikubur di Chang ya san, paman
bungkuk tahu..." "Ibumu pernah menyinggung orang itu, tapi dia minta
dikubur setelah menunaikan sebuah urusan kau tahu urusan
apa yang dia minta."
"Aku tidak tahu!"
"Pertama dia ingin menemui gurumu, kedua, hendak
menuntut balas bagi Lau Ih yu mencari orang yang
melukainya dulu!" "Itulah"." Koan San gwat menjadi gugup.
"Itulah Sinio, sekarang beliau berada bersama gurumu
kedua urusan ini bisa dikerjakan bersama, tapi dapatkah kau
mewakili aku mengerjakan kedua urusan ini?"
"Aku tidak bisa aku dan oen lolo. .."
"Aku tahu kau tidak mungkin bisa ibumupun tidak mau
suruh akan menyelesaikan urusan ini."
"Memangnya kau sendiri bisa?"
"Tiada soal bisa atau tidak bisa bagi aku sebab aku tidak
punya hubungan hutang budi dengan perguruan sebaliknya
persahabatan dengan ibumu amat kental dan mendalam aku
harus bekerja demi menentramkan arwahnya dialam baka."
"Tapi Lim siancu dan guruku berada disana, jikalau
mereka?" "Melihat aku, mereka tidak akan berani merintangi aku
bekerja, pendek kata jelaskanlah dimana tempat itu kepada
aku. Demi ketentraman arwah ibunya kau harus memberi tahu
kepada aku!" Koan San Gwat tenggelam dalam pikiran yang serba
menyulitkan, mengawasi jenasah ibunya, lalu ia pandang pula
Sek hong sekian lama ia sulit ambil kesulitan.
Melihat orang tidak memberi reaksi yang tegas, Li Sek hong
menjadi jengkel katanya "Ibumu cukup bijaksana dalam
menghadapi persoalan antara dendam dan budi, semasa
hidupnya dan setelah meninggal, sedikitpun ia tidak suka
hutang dan berbuat salah terhadap seseorang kenapa kau
begitu tele tele tidak punya pendirian"
Berkata Koan San Gwat dengan pedih "Lau Yu hu adalah
putra Lau Ih hu, soal balas dendam boleh diserahkan
kepadanya?" "Kalau Lau Yu hu minta kepada kau supaya mengantar
manemukan Oen lolo bagaimana"
"Aku akan mengajak kesana, karena dia punya alasan yang
kuat." "Justru akupun punya alasan yang lebih kuat lagi," dengus
Li Sek hong dongkol. "Karena ibumu sudah menyerahkan
persoalan ini kepadakau, kalau tidak dia harus dikubur
bersama Lau Ih yu, apa kau rela melaksanakan hal ini?"
"Sudah tentu tidak sudi, tapi bibi tidak perlu memberi
kepastian ini?" "Sebalikanya ibumu harus berbuat demikian, karena secara
resmi dia adalah istri Lau Ih yu, dia harus berbuat menurut
tugas dan kewajiban seorang janda."
"Mengasuh dan membimbing Lau Yu hu sampai dewasa,
dia sudah menunaikan kewajibannya itu!"
"Pengertianya terhadap ibumu terlalu cetek, megasuh anak
adalah kewajiban seorang ibu, menuntut balas bagi kematian
suami justru adalah tanggung jawabnya, kalau urusan ini
belum sempurna masakah dia ada muka dikubur bersama
ayahmu. Dimasa hidup sudah berbuat salah, setelah mati
arwah tidak bisa tenang". Lihatlah kedua mata tidak mau
terpejam, kau sebagai putranya ini sebenanya mengandung
maksud apa?" Memang kedua mata Gwat hoa Hujin hanya setengah
terpejam, lekas Ling koh coba mengusap wajahnya pelan
pelan, sudah terpejam lalu membuka lagi.
Sambil meneteskan air mata Kang Pan maju mendekat,
katanya "Koan toako katakan saja, kau harus memberi
ketentraman kepada bibi."
Li Sek hong tertawa dingin, ujarnya "Sebetulnya ibumu
cukup bijaksana dan sayang kepada kau. Coba kau pikir kalau
urusan ini dia serahkan kepada kau, apakah kau bisa
menolakanya" Umpama dia mohon kau sebelum ajalnya tadi."
Koan San gwat berlutut lagi, katanya sambil menangis.
"Ibu, kuharap kau suka memaafkan, aku benar benar tidak
bisa, bukan persoalan Oen lolo seorang, masih ada guruku,
aku pernah berjanji tidak akan memberitahukan tempat itu,
kuharap arwahmu dapat memaapkan aku, bu" kau minta aku
segera mampus juga bolehlah."
Li Sek hong menarik napas, ujarnya. "Terpaksa aku
membawanya pulang ke Khong ham kiong dan menguburnya
bersama Lau Ih yu" Kiok ci, sungguh aku tidak nyana kau
melahirkan anak seperti?"
KoanSan gwat amat terpukul oleh kata kata ini,
mengangkat pedang kutung ia sudah bergerak hendak
menghujam ke ulu hati sendiri, untunglah Kang Pan mencegah
perbuatannya ini. "Koan toako, apa yang hendak kau
lakukan?" "Kalau kukatakan aku tidak setia dan ingkar janji, kalau
tidak dikatakan aku menjadi anak durhaka yang tidak berbakti
kepada orang tua, begini sukar menjadi manusia, lebih baik
mati saja." "Koan kongcu!" mendadak Ling koh menyela dingin.
"Silahkan kau mati saja silakan bunuh diri. Kalau kau sudah
mati Cia Ling im tentu tertawa lebar sampai mulut nya sukar
terkatup seluruh dunia ini tiada seorang pun yang akan
mampu menundukan dia."
"Cia Ling im" Dimana dia?" baru sekarang Koan San gwat
tersentak sadar. "Sudah pergi sejak tadi! masakah dia harus tetap disini
menunggu kematiannya?"
"Oh, Thian!" jerit Coan San gwat sambil memukul kepala.
"Apakah yang harus kulakukan !"
"Cara yang amat gampang! Kau tidak usah mati, tidak perlu
menjadi putra yang tidak setia tidak berbakti, angan angan ibu
mupun bisa terkabul !"
"Kau punya cara apa?" tanya Koan San gwat terlongong.
"Biar aku yang kawani Li siancu, menemui Lolo!"
"Kau ..." teriak Koan San gwat berjingkrak.
"Tidak salah! Hanya aku yang tahu tem pat itu meski
beritahu belum tentu Li sian cu bisa menemukan tempat itu
ada lebih baik aku saja yang membawanya?"
Dengan nanar. Koan San gwat mengawasi gadis cilik ini,
hampir ia tidak percaya akan pendengarannya.
"Bukankah begitu lebih baik?"
"Tapi?" Koan San gwat tersendat bicaranya."
"Terhadap kejadian melukai Lau Ih yu Lolo amat menyesal
dan selalu menjadi beban pemikirannya, sabagai seorang
beribadah yang memperdalam ajaran Thian, dia paling
mengutamakan sebab dan akibat, beliau menghadapi
persoalan ini lekas dibereskan, supaya tanpa membawa
ganjelan hati meninggalkan dunia fana ini. Maka sebetulnya
kau tidak perlu merahasiakan tempatnya, waktu aku keluar
kalian pernah berpesan wanti wanti kepada aku, suruh aku
hati hati dan menyirapi urusan ini?"
Koan San gwat masih belum percaya, terpksa Ling koh
berkata pula, "Silahkan kau tanyakan Li siancu, waktu aku
pertama kali aku bertemu dengan ibumu, kami pernah
membicarakan soal ini waktu itu aku sudah berjanji
kepadanya." Sorot mata Koan San Gwat beralih ke arah Li Sek hong
dilihatnya orang tersenyum manggut manggut, serta merta ia
meng hirup napas panjang katanya masgul "Li sian cu, kau
sudah tahu, kenapa pula harus bertanya kepada aku ?"
Li Sek heng tersenyum, katanya "Ibumu sendiri yang
menyuruh aku berbuat begini."
"Ibuku?" tanya Koan San gwat menegas heran "Kenapa ?"
"Cara ini baru bisa menyelesaikan angannya tentu tidak
akan sia sia, lihatlah bukankah kedua matanya sudah
tertutup?" Koan San gwat menunduk, betul juga kedua kelopak mata
Gwat hoa Hujin sudah tertutup rapat, raut wajahnya tenang
dan wajar, ujung mulutnya malah mengulum senyum manis
dan tertawa. Koan San gwat garuk garuk kepala dan tidak
habis mengerti. "Kenapa kau tidak berpikir." ujar Li Sek hong kalem,
"Ibumu menyerahkan tugas terakhir ini kepada aku,
mengandal kemampuanku masakah bisa ungkulan melawan
Sunio" Kalau aku tidak bisa menang, apa pula gunanya?"
"Lalu bagaimana sekarang ?"
"Sekarang aku percaya pasti bisa, kalau Ling koh
menceritakan sikapmu terhadap Sunio, demi putra Kiok cici,
Sunio pasti akan menyempurnakan keinginannya."
"Benar," Ling koh menimbrung. "Kesan Lolo terhadapmu
amat baik dan luar biasa aku percaya bila dia tahu sikap
setiamu tanpa hiraukan hubungan kekeluargaan tentu beliau
akan suka rela mengabulkan cita cita ibumu."
"Cara bagaimani mengabulkannya?" tanya Koan San gwat
tidak mengerti. Berkata Ling koh sungguh sungguh "Pandanganku, paling
tidak pasti memberi sebelah tangannya untuk dipapas kutung
Patung Emas Kaki Tunggal ( Unta Sakti ) Karya Gan K H di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
oleh Li siancu, lengan dikorbankan untuk menebus kesalahan,
tapi juga untuk menentramkan hatinya."
"Bukankah cara ini malah aku .."
"Tidak mungkin! Lolo sendiri suka membebaskan
kesalahannya diwaktu hidup, sudah tentu tujuannya juga demi
kau, usahanya ini sebenarnya mengandung suatu makna yang
amat mendalam." Koan San gwat menjadi bingung, tanyanya "Cara begitu
terhitung Lolo menyempurnakan diriku?"
"Tepat!" sela Li Sek hong. "Beliau menyempurnakan supaya
tulang belulang ayah mu bisa terkubur sama ibundamu, sebab
kalau hal ini tidak sampai terlaksana betapapun ibumu tidak
akan mau berbuat demikian."
Muka Koan San gwat menampilkan senyum dikulum,
katanya "Jadi ibu mem peralat aku untuk mewakili Lau Ih yu
menuntut balas?" "Kehendak ibu terhadap anak tidak termasuk "memperalat"
apalagi seumpama tiada unsur unsur yang menentukan dari
kau ini, toh belum tentu rencana ibumu tidak bakal sukses.
Bukankah tadi sudah kau dengar ucapan Ling koh Sunio
sendiri juga ingin menyelesaikan kejadian yang selalu
mengganjal dalam sanubarinya, kena terpengaruh oleh kau
pula sehingga urusan ini lebih gampang diselesaikan."
Berubah air muka Koan San gwat, Li Sek hong lekas
menambahkan "Kau tidak perlu merasa janggal, ayah
bundamu memang rada keterlaluan terhadap Lau Ih yu, kau
sebagai putranya adalah jamak menunaikan, tugas dan
mewakili mereka untuk penebus kesalahan kesalahan ini."
Sekilas Koan San gwat terlengong, akhirnya berkata kepada
Ling koh dengan sikap kereng "Ling koh! Kau boleh pergi dan
dihadapan Lolo kau harus bicara jujur apaadanya secara terus
terang kepada beliau. Tapi kaupun harus memberi satu hal
kepadanya, dia suka cara bagaimana menyelesaikan terserah
kepadanya, jangan karena aku jadi ragu ragu dan serba salah.
Bukan saja aku tidak sudi menerima kebaikannya, sabaliknya
aku akan membenci selama hidup ini?"
Li Sek hong melengak, ujarnya "Cara bagaimana kami
harus menjelaskannya?"
"Begitulah maksudku, dalam segala tindak tandukku
selamanya aku berpegang kepada nurani dan kelurusan hati,
aku paling ben ci kepada orang yang suka membual dan
tukang menjilat, menggunakan tipu daya dan lain lain cara."
Li Sek hong terdiam mematung, Koan San gwat segera
menambahkan "Li Siancu aku tidak ingin memberikan
penilaian terhadap mu, tapi aku tidak percaya bahwa kau suka
menerima tugas terakhir, cita cita ibuku ini hanya karena
persahabatanmu saja dengan beliau."
Berubah rona wajah Li Sek hong, Koan San gwat tertawa
serta berkata pula "Selama ini kau diam diam mencintai
guruku, tapi dia tinggal menyembunyikan diri dengan Lim
siancu kan hendak menggunakan kesempatan ini untuk
melihatnya. Aku tidak menentang keinginan dan perbuatanmu.
Tapi perlu ku beri nasehat kepada kau, bahwa meski kau
bertemu dengan mereka tidak akan membawa manfaat
kepadamu, beginilah perasaan dan nurani manusia, jodoh
tidak bisa dipaksakan"."
Li Sek hong tersenyum getir, sesaat kemudian baru dia
berkata pilu "Aku sudah tahu mungkin kali ini aku bisa jauh
lebih sedih, tapi aku harus kesana. Pertama luka hatiku biarlah
luka lebih parah dan padam. Kedua aku akan menentang
uraianmu tadi bahwa hubunganku dengan ibumu memang
amat intim laksana kakak adik sekandung, tugas yang pernah
kujanjikan harus kulaksanakan."
Dengan hormat tersipu sipu Koan San gwat menjura
kepadanya. katanya "Kalau begitu akulah yang salah, setulus
hati aku mohon maaf kepada kau, dengan setulus hati aku
memanggik (bibi) kepada kau. Setelah tugasmu selesai,
setelah aku membrantas Cia Ling im serta kamrat kamratnya,
tentu aku akan kembali dan hidup berdampingan bersama
sampai hari tuamu!" Dengan berlinang air mata dan tidak bicara Li Sek hong
tinggal pergi. Dengan terlongong Ling koh berkata "Koan
kongcu, adakah omongan yang perlu kau sampaikan kepada
gurumu?" "Ling koh," ujar Koan San gwat perlahan lahan "Usiamu
masih kicil namun kutlihat kau sudah pandai berpikir dan tahu
urusan, hal itupun tidak bisa disalahkan, guruku dan Lim
sianculah yang medidikmu menjadi begini nakal?"
Berubah aia muka Ling koh, mulutnya sudah terbuka
hendak bicara, lekas Koan San gwat menyela "Tidak perlu
banyak bicara, semua aku sudah paham, kalau ketemu guruku
sampaikan salamku, ucapan banyak terimakasih akan asuhan
dan bimbingannya yang berbudi, katakan bahwa akang
datand suatu kerika aku akan membalas kebaikannya ini...."
"Hanya kata kata itu saja?"
"Kedua patah kata ini sudah lebih dari cukup sungguh aku
tak mengerti kenapa kehidupan dalam dunia ini saling
memperalat" Dan sampai antara ibu beranak, guru dan murid
pun tidak terkecuali."
Lingkoh tertegun tanyanya."Maksudku Ui ho Sianjing juga
sedang memperalat dirimu?"
"Tidak salah !" sahut Koan San gwat tersenyum getir,
"sejak mula guruku sudah mengatur diriku sebagai wakilnya
didalam Liong hwa hwe, supaya cita citanya bisa terkabul
mengasingkan diri dan hidup bahagia bersama Ting siancu.
Baru hari ini aku paham akan tetapi aku masih simpatik dan
salut kepada beliau akupun akan membalas budinya, lekasilah
kau pergi, Li siancu sudah jauh."
Dengan mendelong Ling koh memandang jauh kedepan
lalu berkata menekan suara "Koan Kongcu adakah orang yang
bersahabat secara suci murni terhadapmu, tanpa punya
maksud memperalat dirimu?"
"Sudah tentu ada. Umpamanya Thio Ceng ceng, demi aku
dia melakukan banyak pekerjaan, namun terhadapku tiada
sesuatu yang diinginkan, aku jadi serba susah malah, entah
cara bagaimana aku harus membalas kebaikannya."
Berubah air muka Kang Pan mendengar ucapannya, lekas
ia menyeletuk. "Koan toako! Bagaimana dengan aku" Meski
aku belum pernah melakukan sesuatu kepada kau, tapi aku"."
"Kaupan temasuk satu diantaranya. Akupun amat berterima
kasih kepadamu, ku harap selama kau berlaku polos jujur dan
murni" "Koan Kongcu!" mendadak dengan suara linu yang hampir
tidak terdengar Ling koh berkata. "Jangan kau lupakan aku?"
habis berkata ia terus lari memburu di belakang Li Sek hong.
Koan San gwat menjadi merasa hampa Kang Pan mendekat
disampingnya, katanya "Koan toako, maukah kau percaya"
Ling koh pun sedang mencintai kau."
Koan San gwat menggeleng, ujarnya."Aku tidak tahu, dia
masih bocah kecil" "Tidak, ia tidak kecil lagi, aku berani katakan sejak lama dia
sudah jatuh cinta kepada kau, tempo hari dia rela tinggal disini
menemani Coa sin, adalah demi kau pula."
Koan San gwat menjadi , uring uringan sentaknya. "Jangan
peduli janji tetek bengek segala macam, marilah kitapun
pergi!" "Pergi kemana ?"
"Akupun belum ambil kepastian, meski dunia amat luas,
seolah olah tiada suatu tempat yang benar benar menjadi
tempat tujuan ku, tapi, marilah kita menuju ke Ngo tai san
dulu." "Ya, Cia Ling im tentu sudah kembali kesana lebih dulu!"
"Sulit dikatakan, tapi peduli dia ada tidak disana kerjaannya
tentu bukan urusan yang baik."
Kang Pan bingung dan tidak paham. Koan San gwat
menjelaskan. "Cia Ling im bukan orang goblok, tahu bahwa
pasti tidak akan melepas dia, kalau dia masih tinggal di Ngo
tai san, itu pertanda dia punya cukup tenaga untuk
menghadapi aku, atau sebalikanya tentu dia sudah
menyembunyikan diri, kemungkinan pula Thian mo kaupun
tidak menunjukkan aktivitasnya lagi."
"Kalau begitu tak usah kau meluruk kesana tempat itu
cukup berbahaya bagi kau kalau dia tidak disana. Thian mo
kaupun sudah diboyong kelain tempat, apa pula gunanya kita
menyusul kesana?" Koan San gwat tertawa lantang, ujarnya. "Kalau dia masih
disana ku ingin melabrakanya, kalau sudah pindah tempat
akan kucari sumber penyelidikkan disana untuk mengejar
jejaknya lebih lanjut. Kalau durjana itu tidak dibrantas dunia
tidak akan aman." Kang Pan memasukan Siau giok kedalam kain kantongnya,
katanya "Entahlah, yang terang kemanapun kau pergi kesitu
pula aku ikut!" Koan San gwat menarik napas panjaug Ui tiap kiam milik
Gwat hoa Hujin ia masukkan kedalam sarungnya terus
diserahkan kepada Kang Pan, menunjuk kantong kainnya
berkata "Kang Pan! Aku tidak perlu menggunakan senjata, ada
Siau giok sudah lebih dari cukup, kau saja yang bawa Cia Ling
im dan Lau Yu hu masing masing punya sebilah pedang
mustika, kaupun perlu membawa pedang tajam ini.
Koan San gwat menimang nimang pedang ditangannya,
katanya. "Selama hayat dikandung badan, aku akan membekal
pedang ini tidak menggunakan senjata lainnya."
Kang Pan maklum bahwa perasaan hati orang sedang risau
maka ia diam saja tak berani banyak bicara mengganggu
ketenangan nya, lekas ia bantu menggantung Ui tiap kiam
dipiggangnya, namun Koan San gwat tertunduk menjublek
mengawasi tanah. Tampak oleh Kang Pan kutungan lengan itu, itulah lengan
Lau Yu hu yang ditebas kutung oleh Koan San gwat, tak urung
berdetak jantungnya, dengan rasa was was ia berkata. "Koan
toako! Aku tidak tahu keadaan pertempuran, kukira...."
"Bukan salahmu. Lau Yu hulah yang harus memikul
pertanggungan jawab terbesar akan kematian ibuku, terhadap
ibu kandung sendiri mana boleh ia bersikap begitu?"
Kang Pan berpikir lalu bertanya. "Koan toako! Menurut
omonganmu jadi Lau Yu hu belum terhitung terlalu bejat,
yang jahat adalah ayahnya serta pengasuh yang membimbing
nya sampai besar bemama Hwi kak itu. Merekalah yang
menanamk n bibit, dendam kesumat didalam sanubarinya
sampai tumbuh dewasa."
"Semua salah, semua juga tidak salah mungkin perbuatan
Hwi kak memang tidak dapat dibenarkan, berdiri pada
pihakanya adalah demi kesetiaannya terhadap Lau Yu hu, lalu
siapa pula yang bisa mengatakan dia salah?"
"Koan toko, aku tahu banyak urusan ucapanmu ini
membuat bingung hatiku, jadi dalam persolan ini pihak siapa
yang benar dan pihak mana yang salah?"
"Sulit untuk menjelaskannya ayahku menyintai nyonya
muda yang sudah bersuami hal ini memang boleh dibenarkan,
tapi cinta mereka adalah suci dan murni. Setelah mati Lau Ih
yu masih mengatur langkah langkah jahatnya, namun dia pula
orang yang langsung terkena getahnya, melihat istri tercinta
direbut orang adalah jamak kalau dia teramat benci dan sakit
hati, kalau dinilai keseluruhannya mereka sama tidak
bersalah!" "Aku tahu sekarang! Kodratlah yang akan permainkan
manusia, jikalau ibumu sudah berkenalan lebih dulu dengan
ayahmu sebelum menikah dengan Lau Ih yu, peristiwa ini
tentu tidak akan terjadi !"
"Terpaksa hanya begitu kesimpulan kita."
"Ibumu memang seorang tua yang patut dihormati, ia jelas
membedakan dendam dan budi."
"Apa yang diatur oleh ibu dalam persoalan ini memang
betul, cuma tidak seharusnya dia memperalat aku....."
"Koan toako, pikiranku amat sederhana tidak dapat
kupikirkan aturan besar apa apa, tapi naluriku bicara aku tidak
percaya bahwa hal itu adalah maksud langsung dari bibi!"
"Memangnya kenapa?" tanya Koan San gwat tersirap.
"Jikalau ia hendak memperalat kau untuk menuntut balas
bagi Lau Yu hu, bukankah lebihh baik ia menyerahkan
persoalan ini kepada kau. Kalau toh dia hendak membedakan
budi dan dendam, kenapa pula harus bertindak putar balik....."
"Tepat! Tapi kenapa Li Sek hong harus berbuat demikian."
"Kukira Li Sek hong hendak mengabulkan kepintarannya,
dia mendapat pesan wanti wanti dari ibumu, tapi kuatir dirinya
tidak bisa menunaikan tugas yang diberikan itu, maka dia pikir
hendak mengajak dirimu"."
Sebentar Koan San gwat terlongong, mendadak berjingkrak
dan berteriak. "Betul! Kenapa tidak kupikirkan kearah itu!
Marilah lekas kejar!"
"Untuk apa?" "Akan kubongkar akal licik Li Sek hong ini, akan ku cegah
dia bekerja menggunakan nama baikku, supaya ibuku tidak
meninggal dengan rasa was was."
Lekas Kang pan menarikanya, katanya "Kukira tidak
perlulah, Li Sek hong berbuat demikian juga demi ibumu,
kalau dia tidak menempuh cara ini, tulang belulang ayahmu
tidak bisa akan di kubur bersama ibumu?"
Koan San gwat masih hendak bicara, lekas Kang pan bicara
dahulu "Cukup asal kau paham bahwa ibumu tidak
mengandung maksud maksud seperti itu, kenapa kau haru
mempersulit Li Sek hong, semua bekerja demi keyakinan
sendiri sendiri, hubungan Li Sek hong dengan ibumu tidak
lebih hanyalah saudara angkat, bahwa dia rela melaksanakan
tugas tugasnya ini, dan kau sebagai putra keturunannya,
masakah tidak rela menerima sedikit getahnya?"
Koan San gwat menjublek sekian lamanya, akhirnya
berkata menarik napas. "Kang Pan ucapanmu memang betul,
agaknya pikiranmu jauh lebih tinggi dari aku!"
"Aku tidak mengenal akan licik dan tipu muslihat, semua ku
gunakan keringanan, secara lincah dan tulus kupandang maya
pada ini, maka didalam pandang aku maya pada ini jauh lebih
indah, lebih elok dari apa yang kau lihat?"
Koan San gwat tidak bersuara. Kang Pan berkata lebih
lanjut. "Li Sek hong sendiri kurang pengertian terhadap kau,
jikalau dia memaparkan maksud keinginan ibumu secara blak
blakan kepadamu, mungkin kau suka rela akan mewakilinya
menyelesaikan urusan itu."
Koan San gwat menghela napas, ujarnya. "Mungkin
Patung Emas Kaki Tunggal ( Unta Sakti ) Karya Gan K H di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
ucapanmu benar, yang terang Li Sek hong tidak pantas
berbuat demikian, karena maksud ibuku tidak ingin aku
terlibat dalam persoalan ini" Kang Pan! Ucapanmu memang
benar, sekarang aku jadi simpatik dan berterimakasih kepada
Li Sek hong, tujuan dan maksudnya memang jujur, tadi tidak
pantas aku bersikap demikian terhadapnya!"
"Asal kau seperti diriku, pandanglah maya pada ini dengan
nurani yang suci murni, akan segera kau dapatkan dimana
mana penuh bertaburan bunga bunga mekar semerbak, alam
semesta ini diliputi cinta dan kehangatan...
Koan San gwat dan Kang Pan kembali sudah berdiri
didepan gunung Ngo tai san, sikap mereka kelihatan melengak
dan heran. Bendera kebesaran Thian mo kau ternyata sudah
lenyap dari tempatnya berkibar, yang ada hanyalah selarik
panji panjang yang tersulam sebatang pedang dan satu huruf
Im yang besar dibelakang pedang adalah sebuah lukisan Pat
kwa. Gambar Pat kwa ini cukup dikenal oleh Koan San gwat,
karena itu tanda kebesaran dan keluarga In dari Bu khek pay.
Bu khek pay hanyalah sebuah sendikat kecil yang bercokol
ditengah arus gelombang pertikaian didunia persilatan,
masakah mereka mampu merobohkan atau menumbangkan
kekuatan Thian mo kau yang besar dan kokoh serta
menggantikan kedudukannya. Hal inilah yang membuat orang
heran dan melengak. Adalah pertanda yang terukir diatas panji itu menjadi
kenyataan dan tidak biaa disangkal lagi, mau tidak mau
mereka harus percaya akan kenyataan ini.
Disaat mereka melenggong dan kebingungan, dari jalan
pegunungan sana tampak lari mendatangi seekor kuda yang
ditunggangi seorang laki laki bertubuh kekar, golok tersoreng
dipinggangnya sikapnya kereng dan angker.
Begitu melihat orang ini semakin heran dan menjadi curiga
hati Koan San gwat. Laki laki ini adalah Cit sing to Lau Sam thay, dulu waktu
orang menyelidiki persoalan Hwi tho ling cu baru berkenalan
dengan dirinya, dan karena orang ini pula sehingga dirinya
timbul persengketaan dengan pihak Bu khek pay.
Sungguh tidak nyana, ditempat ini dan saat ini pula ia bisa
bertemu dan melihatnya dan karena inilah, maka Koan San
gwat lebih yakin bahwa panji panjang itu jelas pasti ada
sangkut paut yang erat dengan Bu khek pay dari keluarga Im.
Badan Lau Sam thay rada gemuk dari dulu, sikapnya lebih
gagah dan bersemangat, muka tampak berseri tawa bercokol
diatas tunggangannya cuma sikapnya saja yang masih sopan
santun dan sungkan sungkan, dari kejauhan lantas turun dari
punggung kuda dan menjura memberi hormat, sapanya
"Lingcu! Sejak berpisah apakah dia baik baik saja. Kabarnya
dalam satu tahun ini kau sudah melakukan perjuangan besar
yang menggemparkan seluruh jagat, sekarang namamu tenar
sampai keseluruh pelosok dunia, sebagai pendekar yang tiada
bandingannya. Koan San gwat tertawa tawar, ujarnya. "Lau Samcu, kau
sendiri juga tambah gemuk dan hidup senang agaknya!
Tempat ini adalah...."
"Teima kasih! Masakah aku berani menerima pujian Lingcu.
Disini akupun beruntung bisa bercokol berkat muka dan nama
Lingcu belaka...." "Karena nama dan mukaku apa?" tanya Koan San gwat
tidak mengerti. Lau Sam thay berseri tawa, sahutnya "Tempo hari
beruntunglah karena Ling cu sudi mengangkat hamba menjadi
pengiring Ling cu, maka nona Im baru sudi mengundang
hamba disini aku mendapat tugas sebagai penerima dan
menyambut tamu." Koan San gwat lebih heran, tanyanya. "Nona Im" Nona Im
yang mana?" "Ling cu memang sering agung yang suka melupakan
urusan, nona Im adalah putri terkecil dari Ciangbujin Im Siok
kun dari Bu khek pay di Im san yang bernama Im Lee hoa.
Bukankah dulu Ling cu pernah melihatnya satu kali?"
Teringat oleh Koan San gwat dulu Thio Hun cu pernah
memincut Im Le hoa ini, sehingga pihak Bu khek pay salah
paham hendak mencari perhitungan dan adu jiwa pada
dirinya. Dan karena peristiwa itulah maka Thio Ceng Ceng
tanggal lari dengan jengkel dan malu.
Kenapa Im Le hoa bisa berada ditempat ini"
Lau Sam thay masih tertawa tawa ujar nya. "Nona Im
sekarang cukup jempolan, kedudukannya jauh lebih tinggi
entah berapa lipat dari ibunya sekarang dia adalah
Ciangbunjin dari Tay khek pang oh ya, mungkin kau belum
tahu akan Thay khek pang bukan?"
Koan San gwat menggeleng, sahutnya "Betul, aku belum
mengetahuinya!" "Hal ini tidak perlu dibuat heran, Thay khek pang selalu
bekerja secara diam diam baru pertama kemarin menerima
peninggalan Thian mo kau ini, baru pertama kali ini kita
kibarkan panji kebesaran ini!"
"Cara bagaimana Thian mo kau sudi menyerahkan markas
besarnya ini" Dimana Cia Ling im?"
"Selama ini Cia Ling im tidak pernah muncul, seluruh
anggota Thian mo kau kemarn dipimpin oleh Ki Houw semua
mengundurkan diri, dengan leluasa kita lantas menempatinya"
"Bicaramu semakin tidak genah! Cara bagaimana Ki Houw
mau menyerahkan pangkalannya kepada kau?"
Lau Sam thay tertawa kesenangan, sahut nya. "Sudah
tentu Ki Houw tidak sudi, tapi setelah dia melihat Liu tongcu,
terpaksa mencawat ekor seperti halnya dengan Bu khek pay,
Thay khek pang seluruhnya dipegang oleh kaum perempuan!"
Koan San gwat keheranan, tanyanya. "Siapa pula Liu
tongcu itu?" "Semua adalah kenalan lamamu, dia ber nama Liu Ih yu,
sekarang menjabat sebagai Cong tongcu juga kenalanmu yang
paling rapat, kau tahu siapa dia?"
Koan San gwat berpikir sebentar, lalu berkata "Thio Ceng
ceng!" "Sekali tebak kena betul. Orang orang dalam Thay khek
pang yang banyak kau kenal seperti Sing tong Tongcu Lok
Siang kun, Kong kun tong Tongcu Lok Heng kun, Sian hong
tongcu Lok Sia hong dan masih banyak lagi."
Semakin bingung dan tak mengerti Koan San gwat
dibuatnya, setelah terpekur ia berkata "Coba katakan cara
bagaimana Im Lee hoa bisa diangkat menjadi Ciang bun jin?"
"Sudah tentu karena adanya sangkut paut dengan Thio
loyacu, sebetulnya hak kekuasaan Ciang bun jin ini tidak lebih
besar dari berkuasa dari Lwe tong Tongcu, karena didalam
tingkatan dia lebih tinggi satu angkatan?"
"Dia lebih tinggi seangkatan dari Ceng Ceng. Jadi dia...."
Lau Sam thay menekan suara, katanya "Soal ini tiada
halangan kuberitahu kepada kau toh kau memang sudah tahu,
nona Im adalah nyonya muda dan Thio loyacu, jadi ibu tiri
nona Thio....." Berubah air maka Koan San gwat, katanya. "Jadi kejadian
dulu itu memang kenyataan?"
"Bagaimana duduk perkara sebenarnya?"
"Dulu Thio loyacu pernah berkunjung ke berbagai golongan
dan partai silat yang tersebar di mana mana, merebut buku
rahasia pelajaran silat mereka, hal ini kau sendiri tentu tahu,
kejadian itu...." "Jadi betul dia adanya!" bentak Koan San gwat. "Tua
bangka ini masih pura pura welas asih di Liong hwa hwe dulu
terhadapku!" Lekas Lau Sam thay menggoyang tangan katanya. "Ling cu
salah paham, dalam hal ini Thio loyacu mempunyai maksud
maksud tertentu, sudah tentu hal ini amat erat sangkut
pautnya dengan Liong hwa hwe , ilmu silat Bu tong dan Siau
lim merupakan yang lain dari yang lain, sejak lama Cia Ling im
sudah mengincer mereka dan hendak melebar kedua partai ini
masuk kedalam kekuasaannya. Thio loyacu mendapat bisikan
dulu, membunuh kedua Ciang bun jin kedua partai ini,
terhadap luar disiarkan kabar bahwa dia merebut buku rahasia
pelajaran silat mereka, sebetulnya hanya buku tiruan saja
yang dia bawa buku aslinya masih berada ditempatnya
semula!" Koan San gwat mendengus jengeknya. "Lalu kenapa ia
harus membunuh ke dua Ciang bun jin kedua partai itu?"
Kedua Ciang bun jin itu insaf mereka tiada kekuatan untuk
melawan kehendak Cia Ling im, demi melindungi ilmu silat
peninggaalan cikal bakal mereka supaya tidak terjatuh
ketangan orang luar, dengan suka rela mereka mengorbankan
diri!" "Aku tidak percaya !"
"Ciang bun jin angkat bahu dari kedua partai itu, sedikitpun
tidak menaruh dendam sakit hati terhadap Thio loyacu dari hal
ini kau akan mendapat bukti bukti yang cukup banyak !"
"Lalu bagaimana pula persoalannya dengan Im Le hoa?"
"Bicara soal ini jauh lebih mengesankan Thio loyacu
mendapat kabar bahwa Bu khek pay merekapun termasuk
dalam daftar yang ditundukan, tapi waktu itu tiba insaf dan
melihat kenyataan, terasa bahwa ilmu pedang mereka
bahwasannya tiada sesuatu keanehan nya, maka ia
membatalkan niatnya semula. Tapi, dasar ilmu pengobataanya
teramat tinggi, sekilas pandang ia melihat bahwa Im Le hoa
semacam penyakit aneh yang cukup gawat."
"Penyakit apa?"
"Katanya penyakit Hoa cit!"
"Bohong! Kenapa ibunya tidak tahu?"
"Hoa cit adalah semacam penyakit yang aneh, penyakit ini
sejak dilahirkan sudah mengeram dalam tubuh anak
perempuan akan kumat setelah dia berusia delapan belas
tahun. Waktu Thio loyacu tiba disana kebetulan penyakitnya
itu kumat, kalau penyakit itu sedang gawat, seperti gila saja
dia mencari laki laki, karena Thio loyacu tidak kenal dengan
keluarga Im, maka sulit ia memberi penjelasan, terpaksa dia
bekerja diam diam memberi pengobatan."
Koan San gwat terlongong sekian saat, sungguh tidak kira
dalam persoalan ini mengandung seluk beluk yang liku liku.
"Tapi tugas dan kerjaan Thio loyacu amat banyak dan sibuk
sekali, tanpa menunggu penyakit orang disembuhkan dia
lantas tinggal pergi, tapi dia sudah menyembuhkan sebagian
penyakit itu" akhinya"."
"Akhirnya terjadilah peristiwa yang kita alami dulu!"
"Benar! Penyakit Im Lee hoa waktu itu belum sembuh
seluruh nya, mulutnya mengoceh kalang kabut, ibunya tidak
tahu duduk perkaranya lantas main tuduh dan bertekad
hendak menuntut balas kepada Thio loyacu!"
Ilmu pengobatan Thio Ceng Ceng pada waktu itu sudah
cakup baik juga, kenapa ia tidak melihat adanya penyakit aneh
itu pada diri Im Lee hoa" Kalau tidak mungkin dia mengalami
pukulan batin yang begitu berat."
"Nah disitulah letak kesalahannya, penyakit Im Le hoa baru
sembuh separuh, lahirnya sukar diketahui, maka semua orang
mau percaya obrolannya, sebetulnya Thio loycu tidak berbuat
tidak senonoh terhadapnya, kau masih ingat hari itu bukankah
nona Thio memberikan sebutir obat" Obat itu justru
menyembuhkan seluruh penyakit nona Im secara tidak
sengaja." " Selanjutnya bagaimana?"
"Setelah penyakit Im Lee hoa sembuh ia tuturkan duduk
perkara sebenarnya kepada ibu nya, barulah Im Siok kun insaf
bahwa dia salah menuduh Kepada Thio loyacu, tapi waktu itu
semua berada di Bu san!"
"O, jadi begitulah duduk perkatanya, tapi waktu di Sio li
hong disaat pembukaan Liong hwa hwe, kenapa Thio loyacu
tak memberi penjelasan kepada aku?"
" Sebelumnya dia sudah mendapat pesan dari Go hay ci
hang, dia disuruh masuk kelompok orang orang Cia Ling im,
sudah tentu menjadi sulit memberi keterangan kepada kau
sehingga terjadilah peristiwa berbuntut panjang ini!"
"Kejadian selanjutnya aku sudah mengerti, tapi kenapa Im
Lee hoa bisa betul betul menikah dengan Thio lopek" Cara
bagaimana pula bisa mendirikan Thay khek pay disini?"
"Karena disembuhkan oleh Thio loyacu Im Lee hoa
bersumpah kecuali menikah dengan Thio lopek" Cara
bagaimana pula bisa mendirikan Thay khek Pang disini?"
"Karena disembuhkan oleh Thio loyacu. Im Lee hoa
bersumpah kecuali menikah dengan bulim, selama hidup tidak
mau kawin, kebetulan akupun ikut kau pergi ke Bu san aku
hanya jelas mengetahui keadaan kalian, waktu Im Siok kun
mencari aku membawa putrinya, minta aku menemukan Thio
loyacu, aku tahu Thio loyacu berada didalam Thian mo kau,
namun tidak berani aku menemui dia, sampai kira kira
beberapa selang nona Thio Ceng eeng ketemu aku dan
bertemu pula dengan nona Im, setelah mendapat penjelasan
duduk perkaranya, baru hilanglah kesalah pahamnya terhadap
ayahnya. Saat itu pula ia membuat satu keputusan!"
"Keputusan apa?"
"Ia keputusan hendak mendirikan satu kekuatan lain untuk
menandingi Thian mo kau. Dia suruh aku mencari bala
bantuan dan mengumpul tenaga, yang kukenal hanyalah
keluarga Lok ibu beranak, maka kucari mereka akhirrnya
urusan terjadi perubahan, entah dengan cara apa Thio loyacu
berhasil menundukan seorang aneh, kepandaian silat orang
aneh itu cukup berkelebihan untuk menundukkan Cia Ling im.
Koan San gwat tahu orang aneh yang dimaksud tentulah
Coa sin adanya, cepat ia bertanya. "Apakah mereka berkumpul
diatas gunung?" "Betul! Thio loyacu tidak mau berkecimpung dalam urusan
dunia lagi, ia berkeputusan hendak hidup dalam pengasingan
diatas gunung sampai hari tua, nona Im bertekad menjadi
istrinya, nona Thio Ceng ceng juga mengharap belaian orang
tua ada yang merawat dan melayani, dia ikut menyokong dan
memberi dorongan, dan lagi ia mengusulkan supaya nona Lu
menjadi Ciang bun jin dari Thay khek pang."
"Kenapa harus menggunakan nama ini?"
"Itulah hasil dari pemikiran nona Thio dari Bu khek ke Thay
khek pertanda bahwa Thay khek kun adalah bersumber dari
Bu khek karena dulu diapun pernah membunuh beberapa
anggota keluaga Im, dengan cara ini ia hendak melimpahkan
rasa penyesalannya terhadap Bu khek tay, sebetulnya
mengandal kekuatan Thay khek pay sekarang, jelas Bu khek
Patung Emas Kaki Tunggal ( Unta Sakti ) Karya Gan K H di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
pay bukan apa apanya lagi!"
-oo0dw0oo- JILID 30 TERASA lega dan kendor perasaan tegang Koan San gwat
selama ini, katanya tertawa. "Kau sebagai penyambut tamu
dari Thay khek pay, tiada heran kau sekarang lebih gemuk
dan hidup kesenangan."
Lau Sam thay terkekeh geli, katanya "Ling cu terlalu
sungkan bekalku hanyalah cukup banyak makan saja, Thay
khek bu hari ini baru didirikan secara resmi, aku sedang
hendak berangkat menyampaikan undangan kepada para
sahabat Bulim ...." Koan San gwat mendadak bertanya. "Bagaimana nona Thio
membuat penyelesaian dengan Thian mo kun?"
"Nona Thio adalah orang yang bijaksana, dia tidak suka
main bunuh, kemaren waktu Ki Houw membawa kamrat
kamratnya nona Thio pernah memberi nasihat dan ancaman
keras kepadanya, supaya selanjutnya tidak membuat
kejahatan, kalau tidak tentu tidak akan diberi keampunan,
tanpa berani bercuit Ki Houw mencawat ekor."
"Ceng ceng memang seorang yang gagah yang patut diberi
penghargaan, Thian mo kau sudah lenyap, semoga dunia
aman sentosa, jasa jasanya kali ini sukar ditakar, sudah
pantas aku menyampaikan selamat dan salut setingginya."
Lau Sam thay memicingkan mata, katanya tergagap. "Ling
cu! kau...." "Ada persoalan apa" Silahkan tanyakan saja!"
Lau Sam thay tampak ragu ragu dan pelegak peleguk,
katanya "Ling cu! nona Thio pernah berpesan, katanya siapa
saja dia tidak mau menemui termasuk kau pula, dan lagi dia
tidak mendinginkan kau naik ke atas gunung."
"Dia tidak mau menemui aku" "
"Ya, diapun berkata, umpama kau datang, dia hendak
menyampaikan dua patah kata, menurut katakan tugas dan
kewajiban untuk mengamankan dunia silahkan serahkan
kepadanya saja, kau boleh mengejar kehidupan bahagia
bersanding dengan istrimu!"
"Betulkah mereka berkata demikian" "
"Aku punya berapa kepala berani berkata bohong. Ling cu,
aku tahu rasa cintanya terhadap kau amat mendalam,
mungkin hanya karena kedongkolan hati sementara saja, kau
tidak perlu ambil dalam!"
Koan San gwat menjublek di tempatnya.
Lau Sam hay berkata pula. "Penghuni gunung ini
kebanyakan adalah kenalan lama mu, semua ingin bertemu
sekali lagi dengan kau, terutama Liu tongcu dan Lok Siau hong
setiap saat mereka selalu mengenang dan memikirkan dirimu.
Kukira lebih baik kau keatas dulu, meski aku harus dihukum
penggal kepala, aku pun rela memikul tanggung jawab ku ini,
mungkin setelah bertemu muka dengan kau, dia bisa
mengubah pendiriannya!"
Koan San gwat menggeleng kepala, katanya. "Tidak
usahlah! Lebih baik tidak bertemu saja, aku tahu bahwa dia
sudah mencapai maksud yang begitu tinggi akupun ikut
senang dan puas!" lalu ia panggil Kang Pan dan mengajakanya
berlalu. Lau Sam thay lekas mengejar, serunya "Lingcu! Kalau toh
kau tidak mau naik keatas gunung, silahkan tunggu di sini
sebentar, aku bisa mengundang yang lain lain kemari, mereka
benar benar ingin bertemu dengan kau!"
"Tidak usah! Siapapun aku tidak mau menemui, tidak usah
kau bicara dengan mereka bahwa pernah kemari. Lau samko
selamat bertemu, semoga kalian hidup rukun dan senang
semunya lancar dan mendapat sukses lebih besar."
Habis berkata bersama Kang Pan mereka berjalan cpat,
setelah jauh dan keluar dari lingkungan pegunungan Ngo tai
san baru mereka mengendorkan langkah, air muka Kang pan
tampak sungguh, katanya ragu ragu. "Koan toako, apakah
nona Thio bertengkar dia berpisah dengan kau karena gara
garaku?" "Aku percaya karena bukan hal itu."
"Lalu kenapa dia tidak mau menemui kau" "
"Kau tidak akan paham."
Kang Pan membelalakan matanya, namun Koan San gwat
sudah segan bicara lebih lanjut. Sesaat kemudian baru dia
bertanya dengan suara lirih. "Koan toako, kemana sekarang
kita hendak pergi?" Koan San gwat tertegun dunia selebar ini, belum terpikirkan
olehnya suatu tempat yang menjadi tujuannya. Sejak ia
muncul di dunia bebas dengan nama kebesaran Bing tho ling
cu, sampai sekarang belum ada kesempatan istirahat
melepaskan istilah, karena selalu sibuk dan dikejar kejar oleh
tugas dan urusan yang belum bisa diselesaikan selama ini
sekarang agakanya tiada sesuatu yang perlu dikerjakan lagi.
Dia pernah berjanji pada diri sendiri untuk menempatkan
diri sebagai penyelamat kehidupan masyarakat umum dari
tindasan dan kelaliman kelompok kelompok penjahat akan
tetapi berdirinya Thay kek pang sudah merupakan tandingan
pula bagi tugas tugasnya yang bisa dipikul bersama, berarti
tugas tugasnya mendatang menjadi berbagi dua dan rada
ringan namun rasa hati menjadi hampa kosong, setelah
menjublek setengah harian baru ia menarik napas, dan
berkata. "Sekarang terpaksa aku harus menyusul kebelakang
Bu san untuk menengok kerjaan Li sek hong bagaimana, tapi
aku kuatir kedatatanganku sudah terlambat."
"Sudah terlambat" Kenapa bisa terlambat" "
Bahwa Oen lolo suka menyempurnakan diri dalam soal
sebab dan akibat, kerjaan Li Sek hong pasti dapat dilakukan
dengan leluasa maka kukatakan terlambat!!!...."
Koan San gwat manggut manggut, ujarnya "Ya, hanya
tugas itulah yang bisa kulakukan sekarang,"
"Selanjutnya bagaimana ?"
"Kelak kita harus pulang ke Kho ham Kiong di Tay pa san,
disana kita bisa hidup secara tenang dan tentram, persoalan di
kangouw tidak perlu aku yang mengurusnya lagi!" kata
katanya mengandung kehawatiran hati.
Kang Pan dapat merasakan gejolak hatinya ini, katanya
kalem. "Koan toako! kau pasti tidak akan bisa mengecap
kehidupan demikian."
"Bagaimana kau bisa tahu bahwa aku tidak akan bisa
mengecap kehidupan macam itu?"
"Aku pun sulit menjelaskan tapi aku tahu orang macam kau
ini, mutlak tidak akan bisa hidup secara tenang dan tentram,
karena kau laksana seekor kuda liar yang lepas dari pingitan."
"Kuda liar yang lepas dari pingitan" Maksudmu kecuali
hantam menghantam, aku tidak punya cara kehidupan
kehidupan lain yang lebih harmonis, kau tahu watakku paling
membenci pembunuhan!"
"Bukan maksudku hendak mengatakan kau suka
membunuh orang, tapi aku percaya kau tidak bisa hidup
tenang tanpa terlibat urusan, cukup asal mendengar benturan
alat senjata, darah panas dalam rongga dadamu seketika akan
bergolak sifat perjuangan yang perwira selalu melandasi
sanubarimu, apalagi jiwamu masih amat muda."
Baru saja Koan San gwat mendebat uraiannya, mendadak
didengarnya derap kaki kuda dan kelintingan kumandang
disebelah belakang, waktu ia berpaling dilihatnya Thio Ceng
ceng sedang menuggang seekor kuda tinggi besar berlari
mendatangi. Seketika ia mendelong dan berdiri mematung menunggu
orang membedal kudanya lebih dekat, begitu tiba Thio Ceng
ceng lantas melompat turun, kedua matanya memancarkan
sinar terang dan sinar mengawasi dirinya tanpa bersuara.
Menunggu sesaat kemudian baru dia berkata "Koan toako,
kau tidak akan membenciku bukan?" suaranya lirih dan
gemetar. "Tiada alasan aku membenci kau, kebalikannya cukup
alasan kau membenci aku."
"Tidak! Koan toako kau salah sangka bukan karena aku
pribadi aku tidak menemui kau dan bukan karena aku
membenci kau aku tidak mau menemui kau, sedikitpun aku
tiada maksud hendak membenci kau!"
Kata kata orang membuat Koan San gwat melenggong.
Melihat orang berdiri mematung Thio Cen ceng bertanya.
"Koan toako kau paham maksudku"
"Thio Ceng, ceng! sungguh aku tidak paham!"
Thio Ceng ceng tertawa getir. "Koan toako, dalam
perjuangan hidup ini, kau memerlukan wadah kekeluargaan
untak melanjutkan kehidupan dihari tua yang mendatang, tapi
diatas Ngo tai san terlalu banyak permpuan perempuan yang
membawa nasib jelek ada lebih baik kau tidak bersua dengan
mereka!" Seperti diiris iris hati Koan San gwat lekad ia ulapkan
tangan, katanya. "Sudah Ceng ceng, kau tidak perlu
mengutarakan lebih lanjut!"
Sekilas Thio Ceng ceng melirikanya dengan lesu, akhirnya
berkata dengan tegas, dan lirih. "Secara objektif kupandang
situa si Bulim dalam beberapa tahun belekangan ini, kukira
kekuatanku masih kuasa mengendalikannya tapi aku tidak
berani tanggung kuasa menguasai keadaan selamanya."
"Ceng ceng. Aku paham akan maksud mu, tapi kau harus
tahu .." tiba tiba ia sadar bahwa Kang Pan berada
disampingnya lekas ia menghentikan kata katanya, akan tetapi
sorot matanya menampilkan bahwa maksud hatinya masih
belum kuasa melimpahkan isi hatinya.
Namun Ceng ceng cukup paham dan manggut manggut,
katanya. "Koan toako! Aku pun memaklumi isi hatimu, malah
sedikitpun aku tidak menaruh kebencian terhadapmu,
sedikitpun aku tak cemburu atau jelus teerhadap nona Kang
yang bisa selalu mendampingi kau..."
Mendadak Koan San gwat angkat tangan katanya. "Ceng
ceng, aku tak kan melupakan budi kebaikanmu ini selama
hidupku ini, maka akupun tidak perlu banyak kata lagi!
"Koan toako, bagaimana perhitungan langkah langkahmu
selanjutnya" " "Ada sebuah urusan yang belum sempat kulaksanakan,
setelah urusan itu dapat kuselesaikan, mungkin aku akan
menetap di Khong ham kiong sampai di hari tua, selama hidup
tidak akan terjun kedunia ramai."
"Baiklah, aku tak akan lama lama, menahan kau, silahkan.
Cuma kau harus tetap ingat bahwa kita tetap masih
bersahabat, bila kau perlu bantuanku"."
"Aku percanya tidak perlu lagi, urusanku hanya aku sendiri
baru bisa diselesaikan, siapapun tidak akan bisa membantu
aku, tapi aku selalu mengingat ucapanm, kalau kau punya
waktu luang?" "Aku akan menengok kau, entah kapan belum bisa
kutentukan !" Koan San gwat melengak, katanya "Kapan saja kau
merupakan tamu agung paling ku nanti dan kusambut dengan
senang hati." Thio Ceng ceng tertawa getir katanya. "Koan toako, aku
tidak percaya selamanya kau akan menjadi naga sakti yang
tidak bisa dikekang, tapi aku sediri juga tahu lama lama kau
bisa menemukan belenggu dalam bidang asmara, maka akan
kuajakan hari pertemuan kita dalam batas waktu yang tidak
bisa di tentukan, bicara terus terang yang akan ku tengok
bukanlah kau, adalah ...."
"Itu tidak mungkin" sahut Koan San gwat pendek dan
tegas. "Aku tidak percaya, gurumu harus menunggu dua puluh
tahun baru mendapatkan nya, masakah kau akan lebih lama
lagi, tapi aku pecaya dalam masa hidupmu ini, akan datang
suatu ketika terjadilah peristiwa yang kutunggu tunggu."
Sejenak Koan San gwat terlongong akhir nya ia bersaja dan
berkata. "Ceng ceng, selamat bertemu kapan saja!"
Selama itu Kang Pan mendengar percakapan mereka
dengan berdiri mematung, saat itulah mendadak dia berkata!
"Nona Thio Tempat tinggalmu di Ngo tai san apakah masih
bisa menerima seorang lagi?"
Thio Ceng ceng melengak sebentar, sahutnya "Kenapa
mendadak kau bisa berpikir demikian."
"Beruntunglah aku mendengar percakapanmu dengan Koan
toako barusan, sehinga aku menjadi paham karena aku harus
menuju, sepantasnya aku termasuk dalam golongan kalian?"
Koan San gwat tersentak kejut, katanyangugup. "Kang Pan,
darimana kau bisa punya pikiran yang tidak genah ini" "
Thio Ceng cengpun berkata "Nona Kang! Ngo tai san,
adalah tempat penampungan bagi perempuan perempuan
penasaran dalam mengarungi kegagalan hidup, kau adalah
istri Koan toako, hari depan kalian adalah bahagia dan
menyenangkan!" "Koan toako, Thio cici, kalian tidak usah ngapusi aku, meski
urusan yang ku mengerti amat sedikit, tapi aku tidak ceroboh
terhadap sesuatu urusan yang harus kupahami!"
"Nona Kang! Aku tidak tahu apa yang harus kuucapkan
kepada kau, tapi aku tidak menolak bila kau hendak ikut
masuk kedalam kelompok kelompok perempuan perempuan
penasaran di Ngo tai san"."
"Ceng ceng, kau"." Koan San gwat menjadi gugup.
"Koan toako!" kata Ceng ceng dengan serius, "Aku tiada
maksud menggangu dan memecah belah perkawinan kalian
yang bahagia, tapi aku merasa bila nona Kang meninggalkan
kau betapapun adalah suatu pilihan yang harus dimengerti,
dan berani kukatakan pula merupakan jalan pilihan tetap!"
Koan San gwat tidak mampu mendebat.
Dengan berlinang air mata Kan Pan berkata "Koan toako!
Aku sendirilah yang ingin meninggalkan kau, meski pernikahan
kita hanya berlangsung tutur kata dimulut belaka namun aku
tetap akan mengekangmu dan terima kasih kepadamu."
"Kang Pan, aku bukan orang yang suka menjilat ludahku
sendiri..." "Bukan begitu maksudku dan aku paham kau adalah
seorang yang baik hati, kau setuju hendak mengawini aku
meski hanya karena merasa kasihan padaku, tapi aku percaya
kau akan baik baik menghadapi aku, tapi aku sudah
berkeputusan untuk meninggalkan kau"!"
"Aku tak akan menyia nyiakan kau."
"Sudahlah jangan kau berkukuh pendirian peninggalanku
jadi tidak berharga nanti, bahwa aku harus berpisah dengan
Patung Emas Kaki Tunggal ( Unta Sakti ) Karya Gan K H di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
kau adalah untuk memberikan peluang kepadamu untuk
segera bebas memilih jalan yang harus kau tempuh, aku akan
seperti Thio cici selamanya akan menunggu kau!"
Tak tertahan Thio Ceng ceng merangkul erat erat, katanya.
"Nona Kang, cara bagaimana kau bisa berpikiran sedemikian
mendalam" " "Sebetulnya aku hanya setengah paham setelah kudengar
percakapan kalian baru aku paham, ucapanmu memang betul,
Koan toako adalah naga sakti yang sukar dibelenggu, dalam
lubuk hatinya selamanya belum pernah jatuh cinta terhadap
seorang perempuan, sampai sekarang juga, segala sepak
terjangnya, adalah tertekan oleh kesetiaan, keadilan dan
kebenaran! Koan toako, ucapanku tidak salah bukan!"
Koan San gwat tak bicara, adalah Thio Ceng ceng berkata
dengan suara gemetar "Ucapanmu tidak salah, malah kata
katamu lebih tegas lebih menyeluruh, demi aku Koan toako
menempuh bahaya menyusul ke Tay pa san, bahwa dia mau
menyetujui perkawinan adalah benar karena terikat oleh
kesetiaan keadilan, sekali kali tidak pernah tersekap rasa cinta
asmara didalam sanubarinya. Sudah tentu terhadap kita bukan
seluruh tidak punya perasaan cinta macam itu belum bisa
memenuhi kebutuhan kita! Maka?"
Cepat cepat Kang Pan melanjutkan "Maka kita harus
menunggu nunggu didalam harapan kosong!"
Thio Ceng ceng tertawa getir, katanya. "Kau masih belum
mencapai harapan itu, sementara aku sudah putus asa
didalam harapan ini."
"Asal dalam lubuk hati Koan San gwat tiada bayangan
orang lain, meski sedikit kita masih punya setitik harapan.
Thio cici, kau tidak perlu kecewa"."
"Aku paling lama mengenal dia.."
"Kau paling banyak memberikan apa apa kepadanya, juga
paling mendalam mencintainya...."
"Pada titik sekarang ini bolehlah dikatakan demikian!"
"Kelak pun tidak akan ada orang yang melampaui kau!."
"Bagaimana juga tidak akan bisa menggerakan hatinya apa
pula yang harus kuharapkan" "
Kang pan tidak berkata kata lagi..
Berkata Koan San gwat dengan rasa malu dan uring
uringan "Ceng ceng! Kalian menilai aku seolah olah menjadi
manusia dingin tidak berperasaan!"
Ceng ceng menggeleng, katanya dengan suara tegas "Koan
toako! Sekali kali aku tidak punya maksud demikian, aku
percaya, nona Kang Pan tidak punya maksud demikian.
Didalam sanubari kita, kau tetap seorang laki laki yang patut
dihormati, patut bagi kita mengorbankan segala galanya demi
kau, maka kami tidak membenci kau, malah ku sampaikan
selamat dan doa semoga"."
"Terima kasih akan kebaikan kalian selamanya aku tidak
lupa akan ketulusan hatimu."
"Koan toako !" Kang Pan menyeletuk."Kami tak perlu rasa
terima kasihmu, seperti pula kami tidak suka memaksakan
pengetrapan perasaanmu pada kami, aku akan hidup
berdampingan bersama Thio cici sampai ajal."
"Dikala kau sudah menemukan cinta yang murni, kami akan
datang menengok kau."
"Kukira tidak mungkin lagi, dalam dunia ini tiada orang lain
yang lebih paham diriku kecuali kalian!"
"Kalau begitu silahkan kau tengok kami, sudah tentu kala
itu kau harus membekal cinta yang suci dan murni, tidak
perduli terhadap siapa, kami akan tetap menyambut
kedatanganmu." "Itu sih mungkin saja, perasaanku sekarang amat kalut,
berilah aku jangka waktu yang cukup lama untuk
menenangkan pikiran dan menentukan arah, mungkin aku
akan merasakan kepentingan hal itu."
"Didalam memilih sasaran cinta kau punya kebebasan yang
penuh!" "Kalau aku berkepastian untuk mencintai orang, aku akan
memilih satu diantara kalian !"
"Koan toako tidak usah kau membatasi dirimu dalam
lingkungan yang begini sempit, persoaan cinta tidak bisa kau
putuskan sendiri, tapi untuk ucapanmu ini, kami pasti
menuggu kau" "Kalau begitu kalianpun tidak perlu membatasi diri dengan
patokan yang mematikan kalau kalian menemukan?"
"Tidak mungkin! Kita cukup paham terhadap diri sendiri!"
Koan San gwat tidak berani banyak kata lagi, lekas ia
cemplak keatas kuda, serunya. "Selamat tinggal, kuharap
kalian menjaga diri baik baik!" dia tidak berani banyak
berpaling memandang kepada mereka, tidak bicara pula,
cepat cepat ia keprak kudanya tinggal pergi.
Kedua anak perempuan ini mengawasi punggungnya yang
lari semakin jauh dengan berlinang air mata.
Debu mengepul tinggi dan lambat laun menipis dan
akhirnya hilang, setelah bayangan Koan San gwat tidak
kelihatan lagi, baru Kang Pan berkata terisak."Apakah dia bisa
kembali?" Thio Ceng ceng mengusap air matanya, sahutnya. "Siapa
tahu" Tapi jikalau kau sudah melepas pergi janganlah kau
mengandung harapan itu, kalau tidak hanya akan menambah
kesengsaraan hidupmu!"
"Tidak! Kesetiaan Koan toako menjadi jaminan dan harus
dipercaya, aku percaya akan datang suatu hari dia pasti
kembali." Thio Ceng ceng menuntun kudanya, ujarnya. "Sudah
jangan kau mengena-ngena lagi, cukup asal kau
mempersembahkan hatimu untuk menentramkan sanubari,
jangan sekali kali kau memikirkan sesuatu permintaan
terhadapnya, untuk mendapatkan laki laki macam itu, hanya
cara inilah yang harus kau tempuh, aku dapat membenarkan
bahwa kau dapat bertindak tegas untuk berlisan dengan dia,
kalau tidak, kau hanya bisa mendapatkan raganya saja tanpa
bisa memperoleh rasa cintanya, sebetulnya dia"."
"Sebetulnya dia hanya menjadi milik kau sendiri, sebaliknya
sekarang...." Thio Ceng ceng tertawa, katanya. "Benar! sekarang harus
membagi sama rata dengan kau tapi aku sedikitpun tidak
menyesal, tenagaku seorang terlalu lemah, ditambah kau, kita
tidak akan gampang kehilangan dia, marilah pulang, masih
banyak urusan yang perlu diselesaikan di Ngo tai san,
mungkin kita harus menunggu dalam waktu yang cukup
lama." Mereka memutar kuda dan berlalu enteng menuju
kejalan pulang. Koan San gwat mengeprak kudanya kencang dilinkupi debu
tobal yang membumbung tinggi dibelakangnya, beberapa kali
ia hendak berpaling kebelakang, tapi akhirnya ia tahan tahan,
ia tahu bahwa kedua gadis yang memujanya itu sedang
mengantar bayangan tubuhnya.
Setelah melepaskan diri dari beban berat dari Kang Pan, ia
merasa enteng dan bebas kelana, sedikitpun tidak ada
ganjelan dalam hati, hilanglah rasa was was dan kuatir.
Thio Ceng ceng memang orang terdekat yang paling
memahami pribadinya, begitu metan ia melimpahkan isi
hatinya, seperti sebidang kaca bundar yang terang dan jelas
menyoroti segala galanya mengenai dirinya.
Sejak pertama kali ia muncul dikalang kangouw di padang
pasir menggunakan kebesaran nama Bing tho ling cu, dalam
hati nya selalu dihayati oleh semangat juang yang menyala
nyala dan sukar dipadamkan.
Thio Ceng ceng adalah anak perempuan yang dikenalnya
pertama kali, selanjutnya adalah Khong ling ling, dan
kelanjutaanya Lok Siau hong, Liu Ih yu dan Kang Pan, yang
terakhir adalah Ling koh yang melimpahkan isi hatinya didalam
Jian coa kok. Beberapa anak gadis itu entah terus nyerang atau secara
samar samar dan sembunyi sembunyi sama pernah
melimpahkan rasa cintanya terhadap dirinya, yang berani
cukup mendalam seolah olah meresap ketulang sumsum, ada
pula karena cintanya tidak terbalas menjadi benci, ada pula
yang lapat lapat terpaksa mereras diri. Akan terapi diantara
sekian gadis gadis ayu tiada seorangpun yang pernah
menggerakkan hatinya. Setelah dipikir bolak balik ia belum
bisa menemukan keputusan terakhir. Lama kelamaan ia
menjadi curiga pada diri sendiri, kecuali dirinya adalah
makhluk aneh yang tidak mengenal perasaan ___ alasan ___
untuk menjawab, keadaanya yang relatif tidak mengenal cinta
ini. Anehnya sedikitpun ia tidak punya angan angan untuk
membangun keluarga, terhadap keributan dalam dunia ini
iapun seperti sudah bosan. Padang pasir nan luas dan
terbentang luas tanpa ujung pangkal barulah menjadikan
teman hidup abadi, hanya kelana bebas seperti angin tanpa
rintangan, barulah merupakan kebutuhan hidup yang utama.
Masih banyak urusan dunia yang janggal dan tidak kenal
keadilan dan tidak kenal, bahwa Bing tho ling cu belum lagi ia
serahkan kepada generasi mendatang, maka menjadi
keharusan bagi dirinya untuk mempertanggung jawabkan
keluhuran nama besar nan agung dan abadi, terus
mempersembahkan nyawa dan raganya, mungkin masih
banyak berbagai macam kehidupan yang aneka ragam
tanyakanya sedang menunggu dirinya.
Tamat Sejengkal Tanah Sepercik Darah 5 Kemelut Di Cakrabuana Karya A Merdeka Permana Kisah Sepasang Rajawali 22