Patung Emas Kaki Tunggal 7
Patung Emas Kaki Tunggal ( Unta Sakti ) Karya Gan K H Bagian 7
berkumpul satu hari satu malam hari kedua semua orang
bubar, sebetulnya semua orang setuju setiap lima tahun
kumpul satu kali, cuma Ui ho Siangjin seorang yang tidak
setuju, dia mengusulkan supaya dua puluh tahun sekali
berkumpul, Toa suci menyokong usulnya ini, maka akhirnya
diputuskan hari inilah sebetulnya pertemuan yang ketiga."
Koan San gwat kurang paham, tanyanya "Kalau begitu,
sebetulnya Liong hwa hwe tiada sesuatu rahasia yang harus
disembunyikan mengapa terhadap luar berlaku begitu
misterius ?" "Itulah salah satu tipu daya Cia Ling im yang culas, demi
mengekang barisan yang lain maka sengaja ia membuat tata
tertib yang keras, karena kekuasanan tangan Thian ki mo kun,
terhadap sesama kawan dalam satu barisan suka memberi
kelonggaran, tapi cukup berat. Coba pikir dalam jangka waktu
yang sedemikian panjang bukan mustahil banyak mulut usil
yang bakal membocorkan rahasia"."
"Anggota Liong hwa hwe tersebar luas dimana mana, siapa
yang punya kemampuan begitu besar dapat mengawasi
mereka satu persatu"."
"Thian ki mo kun sering berkeliling ke mana mana mata
kupingnya tersebar luas pula setiap gerak gerik dan jejak para
anggota tiada yang lepas dari genggaman tangannya, hanya
beberapa orang terbatas saja yang bebas dari
pengawasannya. Sudah tentu gurumu adalah salah satu
diantaranya." "Tapi guruku belum pernah membocorkan hal itu
kepadaku!" "Tindak randuk Ui ho memang sangat cermat dan teliti, tapi
ia sudah mengatur sempurna bagi kau, ada maksud kau
menjadi anggota untuk menggantikan kedudukan dan
jabatannya, mungkin tidak terpikir bahwa urusan berubah
begini cepat"."
Koan San gwat melengak, kata Li Sek hong pula tertawa
"Untuk tahu lebih jelas silahkan tanya kepada Go hay ci hang,
hubungan gurumu amat kental dengan dia. Hal ini aku dengar
dari bisikan Toa suci."
Koan San gwat menjublek, hatinya sedang menerawang
dan mencari putusan, dia tahu pesan apa saja yang tertera
didalam surat peninggalan Lim Hiang ting, tapi sulit ia mencari
alasan untuk menanyakan hal ini.
Sementam didengarnya Li Sek hong bertanya: "Sekarang
apa pula yang ingin kau ketahui?"
"Aku ingin tahu bagaimana Hiang ting Siancu menarik
guruku sebagai anggota" "
"Hal itu aku kurang jelas, setiap orang menggunakan
caranya sendiri, kebanyakan digunakan kepandaian silatnya
menundukkan atau membujuk pihak lawan, lalu menarikanya
menjadi anggota, tapi ada pula yang mengggunakan cara lain
umpamanya cara aku menarik Hiai Lo Sat, Pek kut sin mo dan
lain lainnya?" "Jadi Sian cu yang menarik mereka jadi anggota ?"
"Benar, bagaimana kau kenal mereka?"
"Aku pernah mewakili mereka melabrak Ouw hay ih siu tua
bangka keparat itu."
"Kalau begitu tentu kau sudah tahu sebab musabab mereka
masuk jadi anggota" "
"Aku tidak tahu, yang jelas permusuhan mereka teramat
mendalam" "Itupun mungkin, selamanya mereka merahasiakan asal
mula permusuhan itu, tapi kau pernah bergebrak dengan Pok
Sian cun, paling tidak sudah paham akan cacad itu!"
"Ya, tapi aku belum mengerti, aku hanya merasa
kepandaian Pok Sian cun merupakan suatu aliran sesat yang
aneh, kebutuhan hari itu aku baru saja minum semacam obat
penenang, maka sedikitpun aku tak terpengaruh."
"Lumayan juga bagi kau," ujar Li Sek hong, "Ilmu silat Pok
Sian cun sebetulnya tidak tinggi, namun dia bisa masuk
barisan Sian pang, karena dia punya keistimewaan. Pertama
dia tidak gampang dilukai atau dibunuh orang. Kedua silatnya
mengandung kekuatan yang dapat mengelabui dan seperti
menyedot sukma lawannya. Waktu muda dia kepincut pada
Lok Heng kun dan adikanya, tapi kedua kakak beradik itu
memandang rendah dirinya setelah berkelahi kedua orang ini
dibikin oleh maunya yang sesat itu seperti terbius secara tidak
sadar kedua kakak beradik ini membuka seluruh pakaian
sendiri sampai telanjang bulat, baru saja Pok Sian cun
bemaksud menodai kesucian mereka, kebetulan Coh san si Lu
Ju yang dan Suhengnya lewat di tempat kejadina kedua
Suhengte ini segera melabrak Pok Sian cun mengusirnya
pergi, karena pertolongan ini maka Lok Heng kun menikah
dengan Si yok hong, sedang Lok Sian kun menikah dengan Li
Ju yang, sejak mana kedua keluarga ini mengikat permusuhan
yang lebih mendalam dengan Pok Siang cun. Pok Sian cun
masuk Liong hwa hwe wajib tolong menolong soal dendam
kesumat dan permusuhan pribadi boleh diselesaikan disaat
pertemuan besar seluruh anggota. Ilmu silat mereka bertiga
rada rendah, terpaksa hanya masuk dalam setan Mo pang,
untuk membalas dendam terbuka harus minta bantuan orang,
mereka jadi anggota tujuannya memang ingin minta bantuan."
Tambah pula sedikit pengertian Koan San gwat mengenai
latar belakang yang rumit ini.
Terdengar Li Sek hong menghela napas : "Bahwasanya
seluruh anggota Liong hwa hwe yang berjumlah seratus lebih
itu. kalau tidak tanam budi tentu saling bermusuhan, maka
sewajarnya terjadi dua kelompok yang saling bertentangan,
karena terkekang oleh aturan aturan dalam perkumpulan
sehingga sulit mereka menyelesaikan urusan pribadi.
Pertemuan besar hari ini kalau benar benar terjadi pasti akan
banyak tontonan yang ramai, Cia Ling im sudah membawa
seluruh kamrat kamratnya, maka perbedaan keda kelompok
yang saling berhadapan ini lebih jelas lagi"."
Koan San gwat tidak ingin tahu budi atau dendam orang
lain, maka ia hanya bertanya "Bagaimana pula hubungan
antara guruku dengan Lim siancu?"
Li Sek hong berpikir sebentar lalu menjelaskan: "Ui ho
menerima undangan Toa suci, ia tinggal diatas gunung sekian
lamanya, setiap hari bergaul erat dan hubunganpun semakin
intim keadaan ini diperhatikan Ca Ling im sudah tentu ia
merasa jelas, karena sejak lama dia sudah menaruh hati pada
Toa suci, dulu karena masih ada suhu, setelah beliau wafat ia
menyangka sikap Toa suci bakal berubah terhadapnya, tak
nyana muncullah Ui ho yang menjadi penentang utamanya
karuan rasa cemburu membakar hatinya, tapi ia masih takut
akan kelihatan Pek hong kiam ditangan Toa suci, maka ia
gunakan cara lain untuk merusak hubungan mesra mereka.
Dia buka rahasia pribadi Toa suci yang dulu sudah pernah
dinodai oleh guru sendiri kepada kepada Ui ho!"
Sek hong manggut manggut, ujarnya "Gagal yang pertama
Cia Ling im menggunakan akal nya kedua, kali ini jauh lebih
keji secara kekerasan ia putuskan hubungan intim mereka."
"Tipu daya keji apa?"
Merah muka Li Sek hong, sesaat ia berdiam diri baru pelan
pelan melanjutkan : "Dalam mengatur tipu daya ini akupun
tersangkut, malah aku sendirilah ya?g melaksankan."
Koan San gwat menatapnya tajam, tapi sikap Li S?k hong
sudah wajar, katanya "Tidak usah malu kau tertawakan, terus
terang sebetulnya ?kupun jatuh hari kepada gurumu sebab
laki laki macam dia memang jarang ada dan sulit
diketemukan, tapi karena dia berhubungan intim dengan Toa
suci, sehingga aku harus menyembunyikan perasaan hatiku,
tapi bisikan hatiku ini tidak dapat mengelabui mata Cia Ling
im, maka dia menggunakan tak tik kelemahanku ini"."
Biji mata Koan San gwat membelak semakin besar.
Tak tertahan Liu Ih yu menimbrung: "Suci! Apa kau harus
membeber rahasia itu?"
"Ya" sahut L? Sek hong manggut manggut "Aku harus
mencurahkan ganjalan hatiku selama ini, apalagi peristiwa
memalukan itu sudah lama mencekam sanubariku, sehingga
aku merasa bersalah terhadap Toa suci, meskipun dia
memaafkan aku, namun ku tak bisa memaafkan diriku
sendiri"." Malam terang bulan, puncak Sin li hong di tabur cahaya
nan redup, di mana sedang berkumpul lima orang makan
riang gembira. Lim Hiang ting elok rupawan laksana bidadari, Li Sek hong
cantik molek seperti kuntum kembang yang baru mekar,
sementata Liu Ih yu seperti seekor burung yang lincah dan
senang mengoceh, suara tawa dan senda gurau kumandang
dalam perjamuan yang meriah ini, Cia Ling im juga bicara dan
senda gurau secara bebas tiada ikatan atau janggalan, Tokko
Bing adalah seorang gagah dan kereng. Pertamuan yang
dihadiri orang orang penting Liong hwa hwe.
Cia Ling im menuang setengah cangkir arakanya seraya
berkata "Sinar rembulan nan cemerlang laksana mencuci
bersih alam semesta, minum arak riang gembira, benar benar
merupakan kejadian yang paling menggirangkan hatiu,
untunglah Ba yan tahu diri tidak keadaan yang semarak ini
akan menjadi janggal karena keburukannya itu."
Toko Bing tersenyum lirih, katanya, "Cia heng sebenarnya
tidak boleh kau berkata demikian, bukankah dia begitu baik
terhadap kau !" "Itu persoalan lain, dalam perjamuan semarak ini tanpa dia
hadir lebih baik, diantara kami berlima dapat dikisahkan dalam
sair dan dilukis pula, kalau terdapat muka buruknya itu,
bukankah menghilangkan selera belaka?"
"Suheng!" tak tahan Liu Ih yu ikut bicara "Omonganmu
tidak adil bagi Sebun suci"
"Buruk ya buruk, memang aku harus membangkang
kenyataan dan mengatakan cantik. Suhu mengganti namanya
menjadi Bu yam (tanpa garam), beliaulah orang pertama yang
berlaku tidak adil, kenapa kau cuma salahkan aku saja?"
Li Sek hong mendengus hidung, selanya : "Begitu merasuk
perhatiannya terhadap kau sikapnya ternyata kasar
terhadapnya, apa kau tidak kuantir dia bersedih
mendengarkan ucapanmu ?"
"Kalau dia sedih karena kukatakan dia jelek, berarti dia
lebih tidak tahu diri, aku boleh berterima kasih akan
perhatiannya itu, ia tidak bisa mengatakan buruk menjadi
cantik"." Tergerak hati Lim Hing ting, "Kemana Bu yam sumoy?"
"Siapa tahu" Mungkin turun gunung, sudahlah jangan
perdulikan dia"."
Tengah mereka bicara tiba tiba didengarnya suara pekik
burung bangau, pekikanya seperti gugup dan gelisah jelas dia
sedang menghadapi bahaya, serempak semua orang pasang
kuping mendengarkan kata Cia Ling im: "Suaranya
kedengaran dari kamar latihan siapa yang berani naik keatas
Bu yam"." "Untuk apa dia kekamar latihan?" tanya Lim Hiang ting.
"Itu kurang jelas," sahut Cia Ling im "Mungkin ingin melihat
lihat Pek hon kiam itu".."
Seketika berubah air muka Lim Hiang ting sebat sekali
tubuhnya mendadak melejit terus berlari kearah datangnya
suara. Cepat Cia Ling im berkata : "Kalau be Bu yam adanya,
terpaksa aku harus mengulangi perbuatannya, supaya dia
tidak bentrok dengan Hiang ting suci!" habis berkata bergegas
iapun tinggal pergi. Li Ih yu adalah gadis kecil yang suka melihat keramaian,
cepat iapun berseru, "Aku ikut kesana!"
Li Sek hong segera menarikanya, sahutnya: "Ui ho! Kamar
latihan Suci merupakan tempat terlarang, meski hubunganmu
kental tapi rasanya kurang pantas kau kesana, dan lagi urusan
kami antara saudara seperguruan, kau kesanapun tak bisa
turut campur!" Terpaksa Tokko bing duduk kembali.
Li Sek hong berkata sambil tertawa "Jangan pedulikan
mereka mari kita minum sepuasnya."
Beruntun mereka menghabiskan beberapa cawan, perasaan
Tokko Bing makin tidak tentrem. Li Sek hong lantas
melirikanya katanya : "Apa kau kuatir akan keselamaran Toa
suci?" Merah muka Tokko Bing, sahutnya: "Siapa bilang?"
"Kalau begitu kenapa tingkah lakumu begitu linglung, mari
tenggak lagi secawan besar ini, selamanya aku belum pernah
senang seperti hari ini! Ui ho! Apa kau sudi mengiringi aku
minum secawan besar ini?"
Tokko Bing tidak tahu kenapa dia menjadi begitu riang,
namun tiada alasan menolak terpaksa ia mengerutkan kening,
katanya sambil menuding saji perjamuan : "Bukan tidak rela,
soalnya tiada cawan besar di sini!"
"Apa kau minum, tentu aku bisa mencari akal!" sembari
berkata telapak tangannya membabat miring kedepan, kontan
dua poci arak yang bundar buntak cakup itu terpapas persis
diperutnya sepeti diiris senjata tajam layakanya, lalu ia ulur
sebelah tangan yang lain memencet mulut poci sehingga
cawan besar, dalam bekas poci arak ini masih ada sisa
setengah cawan arak, sambil mengulum senyum aneh Li Sek
hong mengangsurkan satu diantaranya kepada Tokko Bing,
katanya "Sayang bersua agak lamban, senang dapat minum
bersama?" Tokko Bing melengak heran, katanya : "Sian cu! Apa
maksud ucapanmu?" "Itulah perasaan hatiku" ujar Li Sek hong tertawa getir,
"Mungkin sulit dicari orang kedua seperti kau, tapi sayang kau
sudah terpilih oleh Toa suci lalu ada apa lagi yang perlu
kaucapkan?" Bukan pertama kali Tokko Bing menghadapi pandangan Li
Sek hong yang membawa perih mengandung kamesraan, tapi
tak ia sangka secara berhadapan ia berani melimpahkan isi
hatinya, sesaat lamanya ia melenggong tak tahu bagaimana
harus menjawab. Li Sek hong tertawa tawar, ujarnya : "Ui ho, legakan
hatimu, kecuali secawan arak ini, tanda sesuatu permintaanku
yang lain terhadap kau! Silakan habisi arak ini untuk
selanjutnya kita hidup dalam arah masing masing."
Suaranya begitu sedih memilukan, Tokko Bing jadi iba dan
tak tahan lagi, sekali raih ia angkat cawan terus
Patung Emas Kaki Tunggal ( Unta Sakti ) Karya Gan K H di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
ditenggakanya habis, Li Sek hong juga mengadah kepala,
sekaligus ia habiskan sisa arakanya, lalu membanting cawan
arak itu hancur berantakan diatas lantai.
Dengan gaya yang mempersona ia duduk gemelai, pelan
pelan satu persatu mulai membuka pakaiannya selama ini
Tokko Bing menatap dengan mata terbelak. Li Sek hong
membuka baju luar lalu digelar diatas lantai kiranya bagian
dalamnya ia sedikitpun tidak mengenakan pakaian, pelan
pelan ia merebahkan diri, sepasang matanya memancarkan
cahaya hawa nafsu tenggorokannya berbunyi, genit katanya
"Aku letih, tapi hatiku panas sekali, aku hendak tiduran disini,
Ui ho! Apakah kau tidak merasa gerah?"
Mendengar kata katanya ini, Tokko Bing segera merasa
seluruh badanya seperti dibakar, keringat seperti air hujan
membasahi selurh badan. "Menepuk sisinya yang kosong Li sek hong berkata: "Ayolah
jangan lambat lambat lagi! Temani aku tiduran disini, rasanya
cukup nyanan dan silir?"
Tanpa sangsi sedikitpun bergegas Tokko Bing mencopoti
seluruh pakaiannya, terus rebah disampingnya, Kejap lain dua
badan yang hangat membara, dua hati yang terbakar, saling
peluk dengan mesranya"
Entah berapa lama berselang, disaat pikiran menjadi
jernih, setelah dari impian sorga dunia, beberapa orang sudah
berdiri disekeliling mereka. Maka Cia Lim im dan Sebun Bu yan
mengulum senyum sinis aneh sebaliknya sikap Lim Hiang ting
tenang dan wajar, Cuma Lau Ih yu yang menjerit malu dan
kaget. "Sumoay !" ujar Cia Ling Im seraya menyeringai dingin,
"Kuhaturkan selamat kepada kau, hati nan rindu ini sudah
tercapai?" Li Sek Hong terlolong tak bersuara, pelan pelan ia
mengenakan pakaiannya. Sebaliknya Tokko Bing tersipu sipu mengenakan
pakaiannya, lalu ia menjura kepada Lim Hiang ting katanya:
"Maafkan! Hiang ting"."
Lim Hiang ting mengulapkan tangan, katanya, "Tak apa
apa! kejadian yang sudah kuduga sebelumnya, kau tidak perlu
salahkan dirimu sendiri siapa yang kuat bertahan dibawah
pengaruh obat bius yang keras itu"."
Tokko Bing menghela napas, katanya mendelu "Betapapun
karena aku tidak becus, kalau tidak mana bisa terjadi" ai!
Apapun tidak usah dibicarakan lagi, aka harus segera pergi!
Kelak bicara lebih lanjut!"
Berubah air muka Lim Hiang ting, katanya. "Kau tidak perlu
tergesa gesa. Aku tidak ambil parhatian kejadian ini, secara
kebesaran jiwa dan kelapangan dadamu pernah kau
memaafkan aku, bahwa kejadian lalu karena terpaksa
bukankah keadaanmu sekarang juga demikian! Hatiku malah
senang karena terjadi peristiwa ini, diantara kita bukankah jadi
berimbang"." "Tidak! terima kasih, Hiang ting, bagaimana juga aku tidak
bisa memaafkan diriku sendiri!"
"Kukuh benar kau ini, baiklah, kalau benar tekadmu hendak
pergi terserah, aku pun tidak kuasa menghalangi kau, tapi
dapatkah kau kembali lagi?"
Tokko Bing melirik kearah Li Sek hong tanpa bersuara.
Lim Hiang ting maklum akan maksud orang, katanya
tersenyum : "Baiklah kita batasi sampai dua puluh tahun,
kalau dalam jangka panjang ini kau dapat melupakan
peristiwa ini, aku akan setia menunggu kedatanganmu kalau
tidak terpaksa kita bertemu pula pada pertemuan besar yang
akan datang." Setelah berpikir Tokko Bing berkata. "Aku akan berlatih
mengatasi ikatan mati ini kapan aku dapat memaafkan, sesaat
itulah aku akan datang, atau pada pertemuan besar yang akan
datang aku akan mengutus wakilku kemari, sebab mungkin
saat itu aku sudah tidak didunia fana ini?" habis berkata
segera ia melayang pergi.
"Tujuh bulas tahun sudah berlalu sejak peristiwa itu, kira
kira tiga tahun yang lalu baru dia kembali ketempat ini, tatkala
itu ia sudah berobah, perawakkannya tidak segagah dan
seganteng waktu mudanya dulu, tekad dan watakanya jauh
lebih keras dan tegas agakanya tidak sia sia Toa suci
menunggu dia akhirnya mereka merangkap jodoh yang
setimpal".." demikian Li Sek hong mengakhiri ceritanya.
Koan San gwat terlongong sesaat, lalu katanya "Cerita Sian
cu cukup jelas, tapi aku masih kurang paham, dalam kejadian
ini agaknya tiada persoalan yang menyangkut Cia Ling im
bukan?" "Ketahuilah C?a Ling im dapat menyelami rasa rindu
sepihakku terhadap Ui ho, maka ia mengatur tipu daya ini
bersamaku, perjamuan hari itu dia yang mengandalkan obat
bius yang digunakan itu adalah Hiang bong sim un san yang
keras sekali daya kerjanya, dulu kami pun ternoda karena
obatbius ini, tapi menghadapi kecerdikan dan ketelitian Ui ho,
sengaja ia mengatur rencana dengan sempurnanya, maka
arak itu tidak menunjukkan kegajanjilan apa apa, Toa suci
sendiripun diketahui. Poci ku kupapas jadi dua dan buat
minum sehingga obatbius itu seketika terbuat dalam arak
Sebun Bu yam pura pura membuat onar di kamar latihan,
dikala Toa suci memburu ke sana ternyata dia memang
sedang menggoda sepasang bangau itu, waktu Toa suci tiba
dia merasa dirugikan dan tersinggung lalu merengek kepada
suci, maka aku berkesempatan melaksanakan tipu dayaku"
aku memang ceroboh dan terbawa nafsu, begitu mudah aku
dipedaya?"" "Apa betul Lim sian cu tidak ambil perhatian akan peristiwa
ini?" "Toa suci seorang yang berpandangan luas dan berjiwa
besar, iapun maklum akan lihaynya, obatbius itu, sudah tentu
dia tidak bisa mengalahkan Ui ho, tapi Ui ho adalah seorang
yang jujur dan paling tinggi menjaga gengsi, betapapun ia
tidak akan bisa memaafkan diri sendiri. Cia Ling im sudah
meraba titik kelemahannya ini, tujuannya adalah mendesak
dan mengusir Ui ho, aku sendiri itu memang diapusi olehnya,
kukira apa yang kulakukan bakal memperoleh sedikit bagian
cinta Tokko Bing kepadaku, namun begitu Ui ho pergi, aku
menyesalpun sudah kasep ?"
"Selama tujuh belas tahun guruku pergi, bagaimana sikap
Cia Ling im terhadap Lim Sian cu ?"
Li Sek hong berkata dengan penuh kedongkolan: "Sudah
tentu ia berusaha mengambil hati Toa suci, namun Toa suci
sudah dapat meraba akal bulusnya yang licik itu, dengan setia
dan penuh kepercayaan ia menunggu kedatangan Ui ho,
demikian juga aku teramat benci kepadanya, sejak kejadian
itu aku tidak hiraunan dia lagi, akhirnya jerih payah Toa suci
ternyata tidak sia sia, aku".. malah menelan pil pahit."
Koan San gwat menghela napas, ujarnya "Harap Hian cu
tidak salah paham akan sikap guruku selama berapa lama itu
beliau pun hidup dalam penderitaan, menyembunyikan diri
ditengah gurun pasir, tutup pintu mereres diri, apa yang
kulakukan bakal memperoleh sedikit hati, mungkin diapun
menyesali perbuatannya itu merasa bersalah pula terhadap
Sian cu?" "Tidak perlu dia merasa bersalah terhadapku, karena
akulah yang mengatur tipu daya itu menjebloskan dia, syukur
kalau dia tidak membenci aku."
"Tidak! Suhu hanya kenal kesalahan sendiri selamanya
tidak pernah mengomel terhadap orang lain setelah
meninggalkan tempat ini, dengan tunggangan untanya ia
menjelajah seluruh dunia, dengaja mencari perkara pada
sembilan partai besar, tiga keluarga persilatan besar dan tujuh
lembah empat belas pedepokan tujuannya supaya kaum
persilatan gusar, mengeroyoknya dan membunuhnya. Soalnya
pandangan Suhu terlalu tinggi akan gengsi mesti dengan
berbagai usaha ia mencari kematian namun ia tidak akan
menggunakan cara yang kotor dan tercela, bahwasanya
kepandaian silatnya gembong gembong persilatan di
Tionggoan memang terlalu rendah, bukan saja tercapai
keinginannya beliau nama Bing tho ling cu malah menggetar
kan Kengouw !" Li Sek hong, manggut msnggut ujarnya pelan "Ilmu silat
gurumu saat itu tidak perlu dipersoalkan, berapa banyak tokoh
tokoh kosen dalam Liong hwa hwe, siapa mampu menandingi
dia. Terhitung apa aliran dan golongan besar itu, tiada
seorangpun dari mereka yang setimpal menduduki salah satu
dari barisan kami".."
Sambung Koan San gwat: "Setelah jemu menjelajah
seluruh Tionggoan, tujuanpun tidak tercapai, guru makin
berputus asa, malah beliau menerima aku menjadi murid,
beliau ajarkan semua kepandaiannya kepadaku tanpa
ketinggalan sedikitpun, mungkin beliau ada maksud mengirim
aku sebagai wakil dalam pertemuan besar kali ini, senentara
beliau sendiri berkeputusan menghabisi jiwa sendiri untuk
menyatakan terima kasih kepada Sian cu berdua, entah
bagaimana guru akhirnya sadar dan membatalkan niatnya
itu?" Dengan rasa lega Li Sek hong berkata: "Untung akhirnya
dia sadar, kalau tidak berapa besar rasa benciku terhadap
diriku sendiri, entah bagaimana setelah tujuh belas tahun ini
baru dia berhasil membuka ikatan mematikan yang
mengganjel sanubarinya itu?"
Sampai disiini mendadak dari luar ada orang menyambung
"Karena Lolap turur campur, jauh ribuan li membawa surat
darah Hiang ting Sian cu kepadanya, surat itulah yang
menyadarkan kepalanya yang sekeras batu itu." seiring
dengan suaranya Go hay hang yang gundul pelontos berjalan
masuk. "Hweshlo tua! "Liu Ih yu menghardik, "Tempat apa ini"
Kenapa kau terobosan masuk kemari?"
Go hay ciheng menyengir, ujarnya : "Liong hwa hwe sudah
berantakan, daerah terlarang bagai Thian gwat thian sudah
tidak berlaku lagi."
"Bukankah kau minta waktu dua jam baru datang" " Liu Ih
yu. "Lolap tidak ingkar janji, tampak sang surya doyong
kesebelah barat, pembicaraan yang panjang lebar tanpa
terasa sudah menghabiskan waktu dua jam lebih." Liu Ih yu
mengunjuk rasa malu dan jengah, gugup lagi.
Go hay ci hang tertawa, godanya : "Sian cu tidak usah
gelisah, kutanggung urasan ini bakal beres?"
Bertaut alis Lin Ih yu, semprotnya : "Ada urusan apa yang
aku harus minta bantuanmu?"
"Sudah tentu kenapa harus tanya, hati Sian cu sendiri
sudah paham, urusan ini tidak boleh terburu napsu,
pertemuan Koan Siheng jangan dibanding keadaan Ui ho dulu,
harus di lakukan setapak demi setapak, meleset sedikit bakal
menyesal seumur hidup"."
Gusar Lin Ih yu, dibuatnya baru saja ia hendak mengumbar
adat, cepat Go hay cihang maju kesampingnya, berbisik bisik
dipinggir kupingnya, pelan Pelan Lin Ih yu sabar kembali
katanya terlongo: "Apa benar! lalu bagaimana aku baikanya?"
"Pelan pelan! pelan! pelan kalau air tiba bendunganpun
jadi, kalau lolap sudah berani bertanggung jawab, Sian cu
pasti tidak akan kecewa, kini serahkan Koan siheng selama
dua hari ini?""
Lin Ih yu melengak, katanya : "Satu dua hari, kenapa
begitu lama?" "Kalau Sian cu sudah pernah melihat sabar peninggalan Lim
siancu, seharusnya ku tahu tempo dan hari ini bahwasanya
terlalu cepat batasnya"."
Lin Ih yu tidak banyak bicara lagi, tapi Koan San gwat
sendiri yang dibuat keheranan.
Go hay tertawa nyengir, katanya "Koan siheng, urusan
jangan terlambat, mari ikut Lolap pergi!"
Koan San gwat sangsi, lekas Go hay menambahkan "Kalau
Si heng tidak lekas berangkat, semua rencana yang aku atur
diluar gunung itu bakal kocar kacir semua, agakanya Siheng
terlalu rendah menilai persoalan ini beberapa orang itu mana
bisa menunaikan tugas berat ini. Seandainya mereka bentrok
dengan gerombobrolan Cia Ling im"."
Berubah air muka Koan San gwat, cepat ia berseru "Ya
benar Lo siansu mari lekas berangkat!"
Li Sek hong melengak, tanyanya tidak mengerti "Koan
siheng mengatur rencana apa di luar gunung?"
"Kedatangan Koan siheng sudah bertekad gugur bersama,
disekirar Bu san sudah tersebar kawan kawannya yang berani
mati, bila pada mereka akan melakukan sergapan dengan
nekad"." Merah muka Koan San gwat, katanya : "Lo siansu, jangan
kelakar, waktu itu aku masih buta terhadap seluk beluk Liong
hwa hwe maka timbul angan anganku yaag bodoh itu kini kita
harus cepat keluar!"
Baru sekarang Go hay bicara sungguh sungguh : "Ada
sebuah jalan rahasia dibelakang gunng, lewat jalan itu bisa
menghemat banyak waktu suruh budak kecil ini menunjukkan
jalan!" Ling koh memicingkan mata, godanya "Hweshio tua,
kelihatannya kau amat jelas sekali mengenai segala sesuatu
Thian gwat thian!" Go hay ci hang pelototkan matanya, sentakanya pura pura
marah : "Hus! genduk cilik! jangan mentang mentang, awas,
akan kubeber caramu mencuri daging anjing tempo hari,"
seraya menyabitkan kedua kuncir ramburnya cepat ia
menerobos keluar lebih dulu.
Liu In yu tertegun, ujarnya "Agakanya Ling koh banyak
mengelabui aku!" "Somoy," ujar Li Sek hong, "Kita betul betul orang paling
bodoh, Toa suci dan Cia Ling im sama sama mengelabui kita."
"Sian cu berdua tidak usah banyak curiga," demikian ujar
Go hay, "Ada kalanya mengelabui atau ngapusi seseoang itu
ada manfaatnya, sekarang Lolap tidak sempat beri
keterangan, nanti setelah mengatur beres orang orang
disebelah bawah harap kalian berdua suka mencapaikan diri,
bila datang waktunya Lolap dan Koan siheng akan
menyelesaikan seluruh urusan ini"." lalu sambil menyeret
Koan San gwat ia mendahului melangkah keluar, langkah
kakinya laksana terbang, sekejap saja sudah menghilang
diluar pintu.
Patung Emas Kaki Tunggal ( Unta Sakti ) Karya Gan K H di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Koan San gwat diam saja diseret Hweshio tua ini maju
kedepan menerjang gumpalan mega, tampak Ling koh sedang
duduk di atas batu yang diselimuti awan mengembang
menunggu mereka, begitu mereka mendekat cepat sekali dia
melompat kebalik batu sebelah sana terus terjun didalam
lautan mega yang tebal. Go hay menggandeng Koan San gwat ikut melompat batu
besar itu, telinganya merasa angin menderu keras, tubuhnya
meluncur turun semakin pesat, cepat ia mengempos hawa
meringankan tubuh, sehingga daya luncur tubuhnya menjadi
enteng dan lambat. Maka terdengar Go hay ci hang berkata tertawa : "Tidak
usah gugup ada setan cerdik itu menyambut kedatangan kita,
terbanting ke bawah pun tidak akan luka!"
Tengah mereka berbicara tiba tiba dirasakan kakinya
tergetar seperti menyentuh suatu benda yang lunak, kiranya
itulah sebuah jalan besar yang terbuat dari tali rotan begitu
mereka masuk jala rotan, jala yang besar itut lantas bergerak
kesamping dan meluncur cepat menembus lautan mega, tak
lama kemudian pandangan menjadi terang benderang.
Ternyata, mereka sudah berada dibawah gunung.
-oo0dw0oo- JILID 14 TAMPAK CIONG LAM Ciangbunjin Lu Bu wi dan Lau Sam
thay sedang berdiri di kejauhan dengan terlonjong. Tidak jauh
disebelah kanan Ling koh berdiri dengin cengar cengir bangga.
Disebelah kiri terlihat pula Thian ki mo kun Ki Kouw dan It
ping ketua dari Sip coa ya kun sirasul Ungu sedang bertempur
sengit melawan Ban li bu in dan It lun bing gwat.
Serangan Ki Houw amat culas, kepandaiannya memang
hebat, dengan satu melawan dua ia masih bermain dengan
santai malah balas mendesak lawan hingga kerepotan seperti
badut melucu belaka. begitu Go hay ci hai g muncul Ban li se
gera berteriak : "Hweshio tua! Kau terlambat datang sedetik
lagi, kami berdua sudah tidak kuat bertahan lagi!"
"Genduk cilik!" ujar Go hay ci hang ke pada Ling koh
"Harap kau melelahkan diri menggebah pergi cecunguk iblis
ini!" Ling koh mengiakan terus tampil kedepan. Agaknya Ki
houw tahu kelihayannya, seraya bersuit ia bawa si Rasul Ungu
lari terbirit birit. Lekas Lu Bu wi maju memapak serta bersoja kepada Koan
San gwat, katanya: "Ling cu! Losiu ?"
"Sudah jangan cerewet lagi !" tukas Ban li bu in sambil
terngangah, "Lekas tarik mundur semua anak buahmu serta
bongkar semua bahan peledak yang kalian pendam, kalau
terlambat kita hancur lebur!"
Lu Bu wi menjadi sangsi, lekas Koan San gwat
menimbrung" Silahkan Ciangbunjin keluarkan perintah, duduk
perkaranya nanti kujelaskan lebih lanjut"
"Ya lebih cepat lebih baik, "sela Go hay, "Meski Lolap sudah
minta bantuan orang untuk merintangi segala sepak terjang
para iblis itu, tapi kalau Ciangbunjin atau bentrok dengan bala
bantuanku ini ?" Terpaksa Lu Bu wi membawa Lau Sam thay.
Kata Ban li bu in kepada Koan San gwat: "Anak muda tidak
kuduga kau mengatur sedemikian rapihnya. Untung Hweshio
tua mengetahui segala rencanamu ini, kalau tidak kita bakal
terkubur diatas gunung. Cara bagaimana kau gunakan cara
yang buntu begini!" Merah muka Koan San gwat, sahutnya "Sebelum aku naik
keatas gunung, aku belum paham benar akan seluk beluk
Liong hwa hwe karena kupapari banyak anggota dari Liong
hwa hwe berdiri para gembong gembong iblis, buaya darat
serta gembong gembong penjahat lainnya ?"
"Kau sendiripun diatas gunung, apa kau tidak takut
terkubur bersama mereka" " senggak Ban li bu in.
"Kita dapat memberantas kejahatan bagi umat manusia,
tidak perlu saya adu jiwa sendiri. Soalnya kalian tokoh tokoh
silat lihay dan berkepandaian tinggi, hanya jalan yang
kutempuh inilah satu satunya cara untuk memberantas
gembong gembong iblis itu ?" demikian ujar Koan San gwat
dengan sikap kereng. Go hay ci hang tertawa, karanya :
"Sekarang silahkan buang panah peledak tanda bahaya yang
kau simpan dalam lengan bajumu, meski rencana kerjamu
amar rahasia, namun mana bisa mengelabui anak buah Thian
ki mo kun, untuk Lolap mendapat bisikan, kalau dedak bahan
peledak yang kau sebar diempat penjuru itu, terbalik akan
mereka gunakan untuk menjebak kita, orang gagah yang
tinggal diatas gunung bakal ajal semua, seluruh jagat akan
dikuasai gembong gembong iblis yang bersimaharaja!"
Merah padam muka Koan San gwat, mulutnya terkancing
rapat. "Koan kongcu!" Ling koh menimbrung. "Gurumupun
mungkin berada diatas gunug apa kau tidak kuatir beliau ikut
menjadi korban dari ledakan hebat itu?"
"Berdasar pengertianku semula terhadap Liong hwa hwe,
sebagai organisasi sesat, maka aku siap melaksanakan
rencana aku itu dengan segala tekad dan resiko."
"Tidak sudah Siheng terangkan lagi," ujar Go hay, "Maksud
baikmu memang harus dipuji. Kalau Liong hwa hwe seperti
dugaan mu, sekali meledak seluruhnya bakal hancur lebur,
dunia selanjutnya bakal aman tentram dan sentosa, meski
yang tidak berdosa ikut cidera umpamanya juga setimpal!"
"Agaknya Losiansu dapat menyelan sanubariku!" ujar Koan
San gwat bersoja. "Tekadmu memang baik, cuma caramu yang kurang dapat
dihangai, malah terlalu berbahaya, dan lagi kau mengerahkan
tenaga begitu banyak sehingga menyolok mata dan
membocorkan rahasia. Begitu kau tiba diatas gunung Ki Houw
sudan membekuk seluruh anak buahmu yang kau pendam itu,
malah menggunakan bahan peledak yang sudah tersedia itu
berbalik hendak menghadapi kita beramai.."
Sungguh sesal dan gegetun lagi Koan San gwat d buatnya,
katanya "Wanpwe harus mengakui kesalahan ini, untung
Losiansu cukup cermat dan bisa bertindak cepat lagi, sehingga
kesalahan besar ini bisa terhindar ?"
"Urusan tidak perlu diperbincangkan lagi, masih ada tugas
lain yang lebih penting, kawan kawan tua harap naik
kegunung tunggu disana sementara waktu, harap sampaikan
pula pada sahabat lainnya supaya melegakan hati, tiga hari
lagi bila Cia Ling im meluruk datang Lolap sudah punya cara
mengatasi mereka!" Sekias Ban li dan It lun saling pandang dengan bimbang,
namun tanpa bicara mereka terus putar tubuh tinggal pergi.
Sementara sambil berdiri menjublek hati Koan San gwat
dirundung berbagai pertanyaan yang tidak habis dimengerti,
"entah apa pula yang hendak dilakukan oleh Hweshio tua yang
serba misterius ini!"
Sikap Ling koh serius, cepat ia putar tubuh jalan depan
dengan rasa heran Koan San gwat mengintil dibelakang, kira
kira satu li kemudian tibalah mereka dipinggir sungai Tiang
kang, dari semak alang alang Ling koh menyeret sebuah
sampan kecil terus lompat ke atasnya pegang dayung sudah
siap untuk berangkat, segera Go hay merangkap tangan
bersoja bersabda : "Siheng silahkan naik kesampan, dua hari
lagi Lolap akan tunggu kedatanganmu ditempat ini pula!"
"Losiansu!" tanya Koan San gwat bingung, "Kau tidak ikut"
" "Lolap tiada jodoh! Disebelah depan tentu ada orang
menyambut kedatanganmu, Si heng memikul tugas berat,
kuharap kau dapat menjag diri."
Dengan bingung dan heran Koan San gwat melompat
keatas sampan, cepat Ling koh kerjakan dayungnya, sanpan
kecil itu laju dengan pesatnya menerjang gelombang sungai
Tiang kang yang besar. Koan San gwat bertanya : "Adik cilik, apa yang terjadi,
kemana pula kami hendak pegi" "
Ling oh tertawa cekikikan sambil mengerjakan dayung nya
lebih cepat lagi tanpa suara kira kira satu jam kemudian,
magrib sudah menjelang, mendadak Ling koh membelokan
sampannya kearah tepi, sekilas pandangan daerah ini semak
belukar melulu, daun welingi tumbuh subur setinggi manusia,
menutupi sebuah jalan kecil yang berliku liku.
Sampai disini tiba tiba Ling koh menjura dengan laku
hormat katanya "Hamba hanya bisa menngantar sampai disini,
silahkan Kongcu maju lebih lanjut lewat jalan kecil ini didepan
akan kau temukan sesuatu. Dua hari lagi hamba akan
manunggu ditempat ini menyambut Kongcu! Selamat
bertemu!" Lalu ia putar haluan sekejap saja sampan sudah
menghilang dibawa arus sungai yang deras.
Seorang diri Koan San gwat terlongong dipinggir sungai
yang sunyi senyap, sekian lama ia bingung dan hambar, sebab
pengalaman hidupnya semakin lama semakin aneh dan sulit
dipercaya, dengan segala jerih payah akhir nya ia
membongkar seluk beluk Liong hwa hwe yang serba misterius
itu, kini dia dipermainkan oleh Hwesio tua yang serba
misterius, Ling koh yang nakal dan pintar itu membawanya
ketempat yang asing dan semak belukar begitu, mulailah ia
memasuki suatu persoalan yang serba rahasia lagi.
Tempat apakah ini! Siapa yang menetap ditempat terasing
ini" Sudah tentu sia sia pertanyaan ini, karena tiada orang
yang memberi jawaban. Ada satu kepastian yang tidak bisa d
bantah lagi, yairu tiga hari yang akan datang Siu lo cun sia Cia
Ling im bakal meluruk datang beserta seluruh begundalnya
untuk merebut kekuatan yang sudah ludes di puncak Sin li
hong, kedatangannya itu laksana airbah yang sangat sulit
dibendung, dan agaknya tiada seorangpun yang nampu
mengendalikan serbuan besar ini.
Go hay ci hang bilang punya pegangan yang cukup
diandalkan, kepercayaan ini tergantung pada diriku, akulah
yang bakal dijadikan tameng atau bendungan untuk menahan
arus besar itu. "Dapatkah kekuatanku menahan serbuan Cia
ling im ing itu" "
Sudah tentu tidak mungkin. Pertempuran didepan gunung
Gi hi thia hit Cia Ling im tidak pandang diriku sebelah
matanya, memandang rendah itulah cacat yang terbesar
sehingga dia kukelabuhi. Bila bentrok lagi untuk kedua kalinya
tentu sulit memperoleh kesempatan sebaik itu.
Sudah tentu Go hay ci hang juga maklum akan hal ini,
namun ia masih meletakan harapan satu satunya pada dirinya,
malah sekarang dirinya diantar ketempat ini, seperti dia tahu
dirinya bakal menemukan sesuatu yang berhanga disini.
Pertemuan macam apakah" "Siapapun tidak akan
mungkin, dalan jangka tiga hari menggembleng diriku berlipat
ganda, mencapai setingkat atau unggul dari Ci Ling im."
Meski hatinya diiundung berbagai pertanyaan yang sulit
dijawab, namun kakinya tidak berhenti melangkah, menyusuri
jalan kecil yang sudah belukar itu ia terus maju kedepan
menyibak pohon yang tumbuh subur.
Jalan kecil ini benar benar sudah belukar, agaknya hutan ini
sudah lama tidak diinjak manusia, beberapa kali ia kesasar,
keadan memang seperti sebuah jalanan, namun setelah
diselusuri baru dia tahu jalan itu menuju ke lubang binatang
kecil, seperti kelnci atau musang yang kaget dan lari
seraburan menyembunyikan diri. Terpaksa ia kembali
ketempat semula mulai lagi mencari jalan yang tepat.
Malah setelah pulang pergi bolak balik ia menyadari akan
kesalahannya, sebab setiap kali ia menuju kejalanan yang
salah dihadapinya lantas dihadang gumpnlan kabut tebal dan
tidak mungkin maju lebih lanjut.
Lambat laun ia baru menyadari bahwa semak belukar yang
dihadapi ini bukan semak belukar biasa, jelas didalam semak
belukar ini diatur semacam barisan yang dapat menyesatkan
padangan orang. Diantara sekian banyak jalan jalan itu hanya satu yang
benar, jalan lurus yang benar ini baru ia dapat melepas
pandangannya yang terang benderang dan melalui jalan lurus
yang benar ini pula dia bisa tiba disatu tempat. Karena ia
menginsafi akan kelihayan barisan itu, maka setiap kali ia
masuk kejalan sesat dan sebelum terlanjut lekas mundur balik
ketempat semula sehingga ia tidak terjebak dan mati kutu
ditengah barisan. Setelah mengalami kesalahan langkah berulang kali, lama
kelamaan tersimpul oleh Koan San gwat cara pemecahannya,
teraba olehnya sebuah jalan yang tepat untuk mengatasi
segala kesesatan itu. Setiap kali ia menghadapi jalan sesat
yang membingungkan, setiap kali kepala ia memutar dan
menyelusuri jalan sebelan pinggir kanan dan itulah jalan lurus
yang benar, begitulah jalan punya jalan ia tidak terpengaruh
lagi akan keajaiban barisan yang menyesatkan itu, akhirnya
dengan leluasa ia menyelusuri jalanan yang dia harus tempuh.
Entah berapa lama ia menghabiskan waktu, di ufuk timur
sudah menunjukkan setitik sinar terang, air embun sudah
membasah kuyup seluruh pakaiannya, baru dia lolos dari
semak belukar yang menyesatkan itu dan berdiri di atas
sebuah lereng bukit yang rendah. Selayang pandang
menjelajah, seketika ia terbelalak, dan berjingkrak kaget,
napaspun seperti sulit ditarik.
Dari cahaya pagi yang menerangi jalan raya ini, dikejauhan
sana ia melihat tempat di mana kemarin petang mendarat,
jarak dengan tempatnya berdiri ini cuma satu li lebih,
damparan ombak disungai terdengar jelas olehnya.
Jadi semalam suntuk aku menggerayangi dalam semak
belukar ini tidak lebih hanya tiga empat bau saja.
Semak belukar sekecil ini menghabiskan waktu semalam
suntuk, naga naganya orang yang menciptakan barisan ini
amat lihay, sungguh tidak bisa diukur betapa hebat daya
ciptanya. Untung secara serampangan aku bisa menembus
barisan yang menyesatkan itu.
Setelah terlongong sejenak, ia melanjutkan kesebelah
depan. Pandangan didepan berganti rupa dan bentuknya pula.
Kelompok demi kelompok tanaman kembang seruni sedang
mekar semerbak dan subur sekali, beraneka warna lagi bulan
sembilan memang musim kembang seruni mekar, pandangan
didepan mata tidak perlu dibikin heran, dari deretan kelompok
kembang kembang ttu mengalir air jernih dalam sebuah anak
sungai yang bening, sepanjang sungai pohon itu berbaris
Patung Emas Kaki Tunggal ( Unta Sakti ) Karya Gan K H di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
meliuk dahan dengan lambaian daunnya yang lemah gemulai,
melepas pandang kesebelah depan, di sana keadaan lebih
menakjubkan. Begitu takjub Koan San gwat menghadap keadaan didepan
matanya sampai ia lupa diri dan mulutpun ternganga lebar,
perasaan menjadi nyaman dan lega.
Entah berapa lama ia terlongong, akhir nya ia menghela
napas, ujarnya "Tempat bagus! Dan menetap ditempat
seindah ini sungguh hidup laksana dewata!"
Sekonyong konyong didengarnya suara perempuan berkata
"Angan angan bocah ini ternyata sama dengan kau!"
Lalu disambung oleh suara laki laki berkata: "Keparat ini
terlalu tebal diliputi hawa membunuh dan napsu asmara, tidak
setimpal dia menetap ditempat macam ini."
Suara perempuan itu masih asing bagi pendengaran Koan
San gwat, tapi suara laki laki itu membuat hatinya seperti
terpukul godam, itulah suara gurunya yang berbudi, Tokko
Bing yang selalu dikenangkannya.
Sambil berlinang air mata, suara Koan san gwat gemetar,
teriaknya: "Suhu " dimanakah kau ?"
Percakapan mereka kedengarannya dekat, kemana Koan
San gwat sudah mencari ubek ubekan tidak menemukan jejak
atau bayangannya, saking gugup ia terus berlutut dan berseru
sambil sesenggukan, "Suhu Tecu kangen benar terhadap kau
orang tua, mengapa tidak memberi kesempatan bagi Tecu
untuk menghadap padamu" "
Cukup lama ia menangis, namun sekelilingnya masih sepi.
Entah berapa lama kemudian akhirnya terdengar pula suara
perempuan itu berkata: "Sudah jangan kau permainkan dia,
lihat betapa kasihannya!"
"Biarkan saja !" terdengar sahutan Tokko Bing, "Bocah itu
perlu diajar adat kalau tidak siapa kelak yang mampu
mengendalikan dia." "Kau tidak perlu banyak mulut" Perangaimu dulu lebih jelek
dari dia, hanya selama dia dapat memecahkan Kiu gan toa mi
tin, ini bukti bahwa dia lebih kuat dari kau. Dan lagi dia sudah
letih semalaman, lahir dan batin sudah diperas habis habisan,
kalau terlambat istirahat bila diserang penyakit tentu runyam
akibatnya." "Hiang ting kau selalu tergesa gesa, coba lihat hatimu
masih kamaruk kerinduan duniawi halangan besar yang harus
kita hadapi kuduga sulit ditembus!"
"Kalau memang sudah dekat tentu segera dapat kita
hadapi, aku sendiri sudah jemu dan pasrah nasib saja. Seiring
dengan perkataan ini, pandangan Koan San gwat seperti
kabur, diatas batu dipinggir kali sebelah sana entah kapan
tahu tahu duduk dua orang dengan angker nya yang
perempuan cantik rupawan laksana bidadari, laki lakinya
kereng dan gagah seperti "
Tersipu sipu Koan San gwat memburu maju menjatuhkan
diri berlutut, serunya haru "Suhu ?" mendadak pandangaan
mata menjadi gelap hampir saja ia jatuh semaput. Cepat
perampuan itu mengebaskan lengan baju nya mengangkat
pundaknya, katanya tertawa "Nak, jangan hanyut oleh
perasaan, tuntun hawa muri kedalam pusar ?"
Terasa oleh Koan San gwat kebasan lengan baju orang
mengandung tenaga kuat yang menahan gejolak hawa dalam
dadanya, cepat ia menggiring tenaga dari luar yang merembes
masuk terus berputar sehaluan diseluruh badan, akhirnya
kembali kedalam pusat, sekuat tenaga ia mengendalikan
perasaan hatinya hingga tenang kembali.
Pelan pelan Tokko Bing berdiri, ujarnya "Hiang ting, kau
tergesa gesa lagi lwekang harus dilatih secara tekun dan
makan waktu, hasil yang diperoleh tanpa bekerja ini, hanya
akan mencelakakan dia belaka."
"Banyak sekali persoalan yang harus kuminta bantuannya.
Sudah kau tidak usah turut campur!"
Melihat guru sehat Walafiat tidak kurang suatu apa, gagah
serta jauh lebih matang, sungguh hati Koan San gwat girang
bukan main, baru saja ia hendak buka mulut, didengar nya
Tokko Bing sudah membentak dengan ketus: "Binatang! Lim
sian cu sudah menganugrahi bekal kepadamu, masih kau
melantur kemana lagi!"
Tercekat hati Koan San gwat, lekas ia hilangkan pikiran
tetek bengek, memusatkan semangat serta menyalurkan hawa
digabung dengan tenaga lunak yang merembes dari luar,
kejap lain, terasa segulung hawa hangat menggulung gulung
menyusup kesegala badan dan urat nadinya, perasaan hati
pun terasa sangat segar dan sejuk, Tidak lama kemudian tiba
tiba Tokko Bing mengulur sebelah tangannya mendorong
lengan baju yang menempel di pundak Koan San gwat,
katanya: "Sudah cukup! Kalau di lanjutkan apa kau tidak suka
hidup lagi!" Perempuan itu menarik lengan bajunya, mukanya lesu
seperti keletihan, katanya menghela apas pelan pelan : "Kau
memang suka ngaku sendiri" "
Dengan badan segar dan semangat bergairah lekas Koan
San gwat menyembah kepada gurunya, sapanya: "Suhu "
Tecu ?" Dengan sikap kereng Tokko Bing berkata "Tak perlu banyak
adat lagi, ucapkan terima kasih kepada Sian cu, untuk kau dia
sudah mengeluarkan pengorbanan besar!"
Koan San gwat menggeser badannya menyembah pula
kepada perempuan itu, lekas perempuan itu memapahnya
bangun seraya berkata tertawa : "Sudah, sudah! Lekas
bangun, jangan kau hiraukan ucapan gurumu!"
Tapi Koan San gwat menyembah sekali baru bangkit
berdiri, perempuan itu berkata tersenyum "Nak! Kau lebih baik
dari apa yang pernah kami bayangkan! Mari duduk di sini,
kukira kau sudah tahu siapa aku ini bukan ?"
Koan San gwat menyahut sambil soja : "Tecu sudah dengar
cerita Li siancu, kau adalah ?"
"Aku adalah Lim Hiang ting!" tukasnya perempuan itu
tersenyum, " Perkelahianmu melawan Cia Ling im benar benar
mengagumkan ilmu sadar serta kepandaian otak sama
bagusnya maka segera aku membantu ?"
Koan San gwat unjuk rasa bingung dan tak mengerti. Lekas
Lim Hiang ting menjelaskan tidak tahu. Aku tahu Cia Ling im
terlalu liar dan sulit ditunduk, mana mungkin aku bisa
membiarkan Li sek hong menempuh bahaya! Untuglah
kesulitan itu dapat kau tanggulangi dengan baik sehingga
kami tak perlu unjukan diri."
Baru sekarang Koan San gwat paham namun masih ada
setitik persoalan yang belum dia ketahui. yaitu bahwa bantuan
Lim Hiang ting terhadap dirinya sendiri tadi kelihatannya dia
begitu letih, malah menurut gurunya dia sudah berkorban
besar bagi dirinya entah "
Agaknya Tokko Bing cepat meraba jalan pikiranya ini,
dengan sikep garang ia berkata "Lim Siancu menggunakan In
giok sin kang, menyalurkan tenaga dalam yang dilatih selama
dua puluh tahun kedalam tubuhmu ?"
Dengan rasa haru lekas Koan San gwat berkata : "Terima
kasih Sian cu, begitu baik kau menyempurnakan diriku ?"
"Ai, jangan sungkan, tindakanku ini ada maksudnya lho.
Karena apa yang akan kuminta terhadap kau teramat banyak!"
Tokko Bing menggeleng kepala, ujarnya "Kau serahkan
kepadanya saja, kenapa memberi imbalan dan kebaikan
segala ?" Koan San gwat berkata :" Perintah apapun silakan Sian cu
beritahu kepadaku, seumpama harus berkorban jiwapun Teccu
akan melaksanakan dengan senang hati, kenapa harus
mengorbankan tenaga sendiri ?"
"Ah, bagaimana, bocah keparat ini tidak mau terima
kebaikanmu bukan!" sela Tokko Bing tertawa.
"Sekali kali Teccu tiada maksud demikian," cepat Koan San
gwat menambahkan. Lim Hiang ting mengulapkan tangan, katanya "Ui ho,
jangan kau campur bicara, kau tahu untuk apa aku salurkan
lwekangku kepadanya" "
"Bukankah karena Cia Ling im dan kamrat kamratnya" "
"Bukan! cara untuk menghadapi Siu lo, Lolo sudah memberi
pesan khusus, tidak perlu aku sendiri yang merepotkan diri!"
"Lalu ada urusan lain apa lagi" "
"Demi Ih yu!" "Apa! Soal itu lagi bukankah sudah betapapun tidak
boleh?" "Ui ho, aku mohon kepada kau, hanya inilah satu satunya
permintaanku." "Jangan kau mohon kepada aku," ujar Tokko Bing sedih,
"Urusan ini aku tidak punya hak memutuskan, meski dia ialah
muridku, tapi aku tidak bisa perintahkan dia atau memaksanya
untuk menerima, karena ini ?"
"Aku hanya mohon supaya kau tidak turut campur dan
menentang!" Tokko Bing tenggelam dalam pikirannya, sesaat kemudian
baru menjawab : "Baik, aku tidak akan turut campur, tapi aku
harap kau berpikir lebih cermat, jangan nanti kejadian menjadi
ruwet dan tiada kesudahannya, bukankah menimbulkan
keributan belaka!" "Pernyataanmu sudah cukup. Aku bsa mencari kesempatan
yang paling tepat untuk mengaturnya dengan sempurna dan
rapi!" Koan San gwat garuk garuk kepala keheranan, tanyanya :
"Ada tugas, silakan Sian cu perintahkan kepada Tecu" "
"Suatu tugas tidak perlu banyak mengeluarkan tenaga dan
pikiran." "Asal Tecu mampu dan bisa melaksanakan, Tecu tidak akan
bikin Sian cu kecewa!"
"Anak muda harus bicara hati hati, jangan tergesa gesa
menerima permintaannya, lebih baik kau tanya dulu tugas apa
yang harus kau lakukan !"
"Ui ho!" senggak Lim Hang ting gugup, "Tadi kau sudah
berjanji tidak akan turut campur."
"Baik! Aku tidak perduli lagi, coba kulihat cara bagaimana
kau jelaskan kepada dia!"
Lim Hiang ting tertawa getir, katanya : "Sebenarnya juga
bukan tugas berat, hanya sebuah urusan pribadi, jangan
karena urusan pribadi aku mengabaikan kepentingan umum,
maka lebih baik dibicarakan kelak saja, sekarang kuajak kau
menghadap Lolo!" Tokko Bing manggut manggut. Dengan heran Koan San
gwat bertanya : "Siapakah Lolo?"
"Bukankah kau tahu seluk beluk mengenai persoalan kita?"
tanya Lim Hiang ting. "Lim siancu sudah bercetita kulitnya saja, tapi belum
lengkap seluruhnya!"
"Ada persoalan apa pula yang hendak kau tanyakan" "
"Banyak persoalan, umpamanya kenapa Sian cu dai Suhu
mengundurkan diri dari pertemuan besar itu" Cara bagaimana
pula menyembunyikan diri ditempat ini" Untuk apa pula Go
hay ci bang mengantar aku ketempat ini" "
"Banyak benar pertanyaanmu." ujar Lim Hiang ting tertawa.
"Setelah kau bertemu dengan Lolo, dengan sendirinya kau
akan paham seluruhnya!"
Koan San gwat sudah membuka mulut hendak bertanya,
Lim Hiang ting sudah bicara lebih lanjut: "Lolo adalah
penghuni atau majikan tempat ini, beliau adalah Sunioku (ibu
guru)!" Koan San gwat menjerit kaget, teriaknya:
"Beliau adalah Oen locian we " masih hidup kah beliau?"
"Tidak salah! Agaknya Li Sek hong cu kup jelas
menerangkan kepada kau."
"Li siancu tidak tahu bila Oen locianpwe masih hidup!"
"Benar, kecuali aku dan gurumu, tiada orang ketiga yang
tahu perihal ini." "Sungguh sulit dipercaya, bahwa Oen lo cianpwe ?"
Tokko Bing mengoreksi, katanya "Kau sebut Lolo saja, tidak
perlu dengan istilah Cianpwe segala."
Koan San gwat mengiakan, katanya : "Usia Lolo tentu
sudah amat lanjut." Lim Hiang ting menjawab : "Lolo sudah seratus lebih,
guruku terburu nafsu ingin menjadi dewa, akhirnya malah
celaka dan berumur pendek, sebaliknya Lolo yang
meninggalkan dunia keramaian, menggunakan kesadaran otak
dan kebajikan sanubarinya, membina diri menempuh jalan
suci menuju kesempurnaan jiwa."
"Apakah benar manusia bisa menjadi dewa" " tanya Koan
San gwat bingung. "Pertanyaan ini sulit kujawab. Kalau ku jawab benar, jelas
aku menipu kau, kalau sebaliknya, padahal keadaan Lolo
sekarang tak ubahnya seperti dalam kehidupan kedewaan."
"Jangan kau bikin otaknya butek," timbrung Tokko Bing.
"Dewa hanya terdapat dalam dongeng, kehidupan manusia
tak ubahnya seperti pelita, kalau minyaknya habis maka pelita
itu pun makin guram dan akhirnya padam sendiri, semakin
besar nyala api pelita minyak nya akan lebih cepat kering.
Bahwa Lolo bisa hidup sampai lanjut melampaui orang biasa,
karena beliau paham cara manusia mensucikan diri dan
membina jiwa batinnya, sehingga minyak pelita itu tidak
terhambur percuma, tapi cepat atau lambat akhirnya
beliaupun akan meninggal jua!"
"Pendapat mu betapapun setingkat lebih unggul dari aku,
jadi menutur uraianmu, berarti kedatangan kami
menyembunyikan diri di sini adalah berkelebihan belaka, tiada
artinya!" demikian ujar Lim Hiang ting tertawa. "Juga bukan
begitu saja arti dari ucapan ku, kehidupan itu masing masing
mempunyai dasar dan haluan, selama kehidupan, manusia
tentu mengejar kesempurnaan sendiri, ada kalanya seseorang
hidup sambil meraba raba jalan yang harus ditempuhnya tapi
tanpa hasil, terhitung beruntung, sebelum ajal kami
menemukan suatu cara yang tepat meski penemuan ini agak
terlambat, betapapun masih sempat digunakan untuk
menikmati kehidupan abadi nan suci dan kebahagiaan nan
murni!" Begitu lenggang Koan San gwat mendengar uraian yang
mendalam ini, sampai dia terlongong, mendadak Tokko Bing
menarik muka, sentaknya "Melamun apa kau! Setiap orang
punya pengalaman hidup sendiri sendiri punya cara kehidupan
masing masing, yang cocok bagi kami belum tentu cocok
untuk kau! Kehidupanmu harus kau tempuh dan aku cari dulu
Patung Emas Kaki Tunggal ( Unta Sakti ) Karya Gan K H di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
di Kangouw" Berkatalah Koan San gwat setulus dan jujur hatinya :
"Suhu, Tecu berkelana belum terlalu lama, menghadapi
kehidupan yang penuh nafsu dan angkara murka bunuh
membunuh melulu sudah cukup jemu, bilamana Suhu
mengijinkan, Tecu ingin ikut Suhu disini ?"
Tokko Bing mendengus, ujarnya "Ucapanmu belum
setimpal dengan usiamu, masih terlalu pagi kau berkeputusan
menentukan hidupmu, dua puluh tahun lagi, kalau kau masih
punya pikiran yang sama, akan kusambut kedatanganmu
ditempat ini, tatkala itu kita tidak terikat sebagai guru atau
murid, anggap saja sebagai kawan seperjalanan dalam
menempuh jalan suci itu."
Koan San gwat sudah membuka mulut, namun Lim Hiang
ting mendahului berkata dengan halus "Nak! Ucapan gurumu
memang benar, pengalaman hidup seperti yang kami alami ini
tidak akan bisa diselami oleh orang muda sebaya kau, baru
setelah pertangahan umur kau akan mengerti makna yang
sebenar nya. Kin bila kau melepas pandang tentu merasa
kehidupan disini teramat tenang dan tentram, rasanya tempat
ini sesuai untuk menghabiskan waktu sampai hari tua, namun
lama kelamaan kau akan merasa jemu dan kau tidak akan bisa
menahan sabar lagi!"
"Aku tidak akan berpikir demikian!" sahut Koan San gwat.
Tokko Bing dan Lim Hiang ting hanya tertawa tak bersuara
lagi. Dalam keheningan terdengar suara Bokhi yang nyaring
disebrang kali sana. Cepat Lim Hiang ting berkata : "Tuh Lolo memanggil kami!"
"Ya, Lolo memberi peringatan, supaya kau tidak banyak
bicara." "Lekas turun kebawah, kalau terlambat bisa dimaki nanti!"
demikian desak Lim Hiang ting. Cepat sekali mereka sudah
sampai di pinggir sungai, mereka melesat terbang seperti
burung walet, Tokko Bing pun ikut melesat kedepan dengan
entengnya, baru saja Koan San gwat bergerak hendak melihat
perbuatan mereka di dengarnya Tokko Bing berkata dengan
berteriak : "Lewat jembatan, kau tidak mampu lompat kemari
!" Terlihat oleh Koan San gwat lebar sungai ini tidak lebih
hanya satu setengah tombak, mengandal kekuatan dan
kemampuannya sekarang pasti tidak akan terjadi apa apa.
Bukankah Lim Hiang ting dan gurunya seenaknya melompat
kesebrang. Maka ia kurang percaya akan peringatan Tokko
Bing, cepat ia mengempos semangat dan menarik hawa,
badan seenteng asap melambung kedepan, menurut
tafsirannya sekali lompat sedikitnya mencapai lima enam
tombak jauhnya, dikala badannya merorot turun dilihatnya
dirinya sedang meluncur ditengah sungai.
Disaat tubuhnya hampir kecebur kedalam sungai itulah
cepat dia menggentak kedua lengannya serta mengganti
napas dua kali, sehingga tubuhnya melejit mumbul kembali
satu tombak, sekuat tenaga ia berusaha meluncur kedepan
pula, luncuran kedua ini mencapai dua tiga tombak lagi,
namun dimana kakinya meluncur tempat berpijaknya masih
merupakan sungai yang mengalirkan air bening.
Karuan kejutnya bukan kepalang, padahal hawa sudah
tidak mungkin diempos, tenaga pun sudah ludes, tak mungkin
melejit keatas lagi, terpaksa ia menggerakkan kepala, telapak
kakinya menutul permukaan air, harapannya menggunakan
tenaga tutulan badannya bisa melambung kedepan lebih
lanjut. Tapi begitu kakinya menyentuh air, tempat yang dipijak
ternyata seperti kosong tak bisa buat menggentakkan tenaga,
karuan badan nya amblas kebawah, kakinya sudah basah oleh
dinginnya air sungai, jelas bahwa kakinya sudah menyentuh
air, baru sekarang hatinya menjadi gugup, secara reflek kedua
tangannya berhasil meraih sebuah benda besar cepat ia
kerahkan tenaga terus mengangkat badannya keatas, waktu ia
melepas pandang, hampir ia tidak percaya akan kenyataan ini,
entah kapan tahu tahu dihadapannya di hadang sebuab
jembatan panjang, sementara kedua tangan nya berpegangan
kencang padada tonggak diatas jembatan itu, dikala ia
memanjat naik dan berdiri diatas jembatan baru ia melihat
bahwa kedua kakinya sudah basah.
Maka dapat dipastikan bahwa kakinya sebenarnya sudah
masuk air, tapi kenapa air sungai ini tidak mengandung daya
mengembang" Bagaimana pula cara jembatan ini muncul
secara mendadak dihadapannya" Tadi sama sekali aku tidak
melihat adanya jembatan ini" Akhirnya iapun berpikir dengan
tidak habis mengerti "Sungai kecil yang lebarnya cuma satu
tumbak ini, kenapa aku tidak mampu melompatinya" "
Meski hatinya dirundung berbagai pertanyaan, tapi Tokko
Bing dan Lim Hiang Ting berpeluk tangan sedang mengawasi
dirinya dengan tersenyum senyum, terpaksa mereka
menundukan kepala ia terbang menghampiri dengan beberapa
kali lompat dari jembatan. Kali ini ia berlaku hati hati, menurut
perhitungannya dirinya tepat berada ditengah jembatan,
panjang jembatan ini hanya setumbak lebih, setiap kali
langkah kakinya berjarak dua kaki, tapi ia harus berlari
sebanyak tiga puluh langkah baru sampai diujung jembatan
sebelah sana, maka timbul pula setitik pertanyaan dalam
benaknya. Waktu ia sampai dihadapan Tokko Bing berdua belum lagi
ia bersuata Lim Hiang ting sudah bicara, sambil tersenyum :
"Nak, sekali lompat kau dapat mencapai sepuluh tombak
ginkangmu sudah sulit dicari keduanya ?"
"Sepuluh tumbak lebih" " teriak Koan San gwat terbelalak.
"Mana bisa Tecu cuma meleompat begitu jauh" "
Kata Tokko Bing : "Sudah sepuluh tahu dia belajar,
dasarnya cukup kuat untuk melompat enam tujuh tumbak,
setelah kau tambah dengan salura lwekang selama dua puluh
tabun, lompat sepuluhan tumbak tidak perlu dibuat heran ?"
Semakin lebar mata Koan San gwat memandang.
"Nak, apakah kau masih bingung dan tidak mengerti" "
tanya Lim Hiang ting. "Benar" sahut Koan San gwat mengangguk, Tecu
dirundundung banyak pertanyaan seolah olah aku hidup dalam
impian ?" "Bukan nak, bukan dalam impian, seharusnya kau cukup
bangga akan dirimu menurut perhitunganku, lompatmu
pertama kira kira mencapai dua belas tumbak, waktu badan
mu melambung tinggi untuk kedua kalinya kira kira melesat
pula empat lima tumbak, di seluruh kolong langit ini, hanya
beberapa orang yang dapat menyamai hasil latihan
gingkangmu ini" Kaget dan heran pula Koan San gwat di buatnya, "Lalu
berapa lebar sungai itu?"
"Empat puluh tombak!" sahut Lim Hiang ting tersenyum.
Koan San gvvat hampir berjingkrak saking terkejut, sungai
sekecil ini ternyata seluas empat puluh tumbak, bagaimana ia
hampir percaya! Namun Lim Hiang ting menjelaskan dengan
sikap sungguh bukan kelakar. Melihat sikap kagetnya ini Tokko
Bing lantas menyentaknya lagi "Binatang! Dulu banyak kuajar
berbagai kepandaian dan pengertian kepada kau kenapa kau
lupa sama sekali!" Sebsntar Koan San gwat berpikir, tiba tiba ia berteriak kejut
"Apakah ini yang dinamakan Siok te sut (ilmu mengkerettkan
bumi)." "Didunta ini mana ada Siok te sut," jengekTokko Bing
"Tiada dianggap ada tidak perlu dipercaya, seperti sesuatu
kenyataan yang dihayalkan sama saja brutalnya."
Koan San gwat menjublek, "Nak," ujar Lim Hiang ting,
"agaknya kau makin bingung akan uraian gurumu,
mengkeretkan bumi menjadi pendek adalah tidak mungkin,
yang kau hadapi sekarang ini adalah semacam barisan yang
mengelabuhi pandangan matamu sehingga kau melihat yang
panjang menjadi pendek, demikianlah analisa kenyataan ini, di
mana kau sendiri sudah menghadapi kenyataan, secara
mendadak munculnya jembatan itu. Sejak tadi jembatan
berada di sana, namun dalam aling alingan barisan serba
rumit dan ajaib, sehingga pandanganmu seperti di kelabui.
Semua benda yang kenyatataan didunia ini tidak mungkin
berubah sedemikian saja, yang berubah hanyalah pandangan
manusia itu sendiri ?"
Koan San gwat baru paham dan mengerti, ujarnya "Tak
heran, kau dn Suhu bicara disebrang, tapi Tecu tidak
melihatnya." "Benar! Setelah kami menarik barisan itu baru kau melihat
kami, sebetulnya kalau kau gunakan kecerdikanmu untuk
berpikir secara teliti sebentar saja kau bisa paham. Semalam
bukankah kau meraba raba dan maju mundur semalam suntuk
disemak belukar itu" "
"Hal itu Tecu sudah paham, tapi kenapa air ini tiada punya
daya mengembang" "
"Itulah air lemak Bulu burung pun tak akan mengembang
diatas air!" Ketukan Bokhi berkumandang ditengah udara, jelas
mendengung dipinggir kuping.
"Ketukan Bokhi Lolo makin gencar, menyuruh kita lekas
pulang!" demikian desak Lim Hiang ting lalu ia mendahului
berlari ke depan. Koan San gwat mengintai dipaling belakang,
akhirnya mereka tiba disebuah gubuk yang terbuat dari
anyaman rumput alang alang. Tiba didepan gubuk sikap Tokko
Bing dan Lim Hiang ting menjadi hikmat dan hormat, kata
Tokko Bing: "Lapor Lolo, muridku yang bodoh sudah datang!"
Dari dalam gubuk terdengar sebuah sua a tua yang serak:
"Bawa dia masuk! Ingin aku lihat bocah ini lebih baik dari apa
yang kalian katakan."
Tokko Bing mengiakan, pelan pelan dia menyingkap kerai,
terus menyelinap masuk membawa Koan San gwat.
Dari cerita Li Sek hong, Koan San gwat tahu bahwa Oen
Kiau bermuka amat buruk, tapi disaat ia melihat dengan mata
kepalanya sendiri tak urung dia masih berjingkrak kaget.
Karena wanita tua yang satu ini benar benar amat buruk.
Kepala besar bermuka gepeng, diatas kepalanya tinggal
beberapa lembar rambut saja yang sudah ubanan alisnya
malah banyak dan menjuntai turun memanjang tergantung di
kedua pinggir matanya, sementara kedua biji mata nya
melotot keluar seperti mata ikan mas, hidungnya yang besar
terbalik menghadap ke atas, bulu hidungnya menjulur keluar
beberapa dim, bibirnya tebal giginya prongos tumbuh dua
siung dikedua samping mulutnya, putih mengkilat mengerikan
seperti dracula. Kalau bentuk wajahnya ini diibaratkan betul sesuatu yang
lain tak ubahnya seperti patung kuntilanak dibiara gunung.
Meski hatinya giris namun secara adat dan kesopanan Koan
San gwat tidak berani berlaku lena, cepat ia maju berlutut
serta menyapanya: "Tecu menghadap Lolo."
Oen Kiau mengulurkan lengm tangan yang seperti cakar
burung menghembus pelan pelan, ujarnya : "Nak! Tak usah
banyak peradatan, duduklah biar aku melihat tegas. Hiang
ting, Tokko Bing kalian pun jangan berdiri saja, mari duduk
sekalian. Hari ini terhitung gubukku dikunjungi banyak orang."
Panjang dalam gubuk amat sederhana Oen Kiau duduk
bersimpuh diatas tikar, didepannya terletak sebuah meja kecil
pendek, di atas meja menggeletak sebuah Bokhi kecil, se jilid
buku Hud king, serenteng tasbih beliau pun mengenakan
seperakat pakaian kasa sebagai pemeluk agama Budha.
Sekeliling dinding kosong melompong, kedua sampingnya
menggeletak dua kasur rumput, Tokko Bing dan Lim Hiang
Ting masing masing menduduki sebuah. Sambil tertawa Oen
Kiau berkata : "Tempatku iin tidak siap untuk menyambut
tamu lain, maka terpaksa kau duduk saja diatas lantai untung
tempatku ini cukup kering ?"
Cepat Koan San gwat "Tidak menjadi soal dimana saja Tecu
boleh duduk.!" Sementara itu Lim Hian ting dan Tokko Bing sama
bersimpuh, maka Koan San gwat segera duduk bersila, tapi ia
tidak bisa menerima kata kata kering yang dikatakan oleh tuan
rumah, karena dimana tanah ia duduk lembab dan dingin,
sungguh risi dan tak enak bagi perasaannya.
Dan perubahan air muka Koan San gwat agaknya Oen Kiau
bisa menebak isi hatinya katanya tertawa mengunjuk gigi
yang prongos "Nak! apakah kau tidak merasa bentukku ini
amat menakutkan" "
"Sedikitpun Tecu tidak takut!"
"Kau yang lebih jujur dari gurumu. Waktu pertama kali
gurumu melihat aku, katanya aku ini tidak begitu jelek, kupikir
bila aku tidak jelek, pasti diduma ini tidak akan ada manusia
buruk rupa." Merah jengah muka Tokko Bing sementara Koan San gwat
menjadi kurang tentram katanya : "Tecu memang berdosa,
harap Lolo luka memberi ampun."
"Nak, kaulah orang pertama yang bicara sejujurnya
kepadaku, meskipun bicaramu pakai diplomasi segala, kau
katakan tidak takut kepadaku, padahal kenyataan aku buruk
setengah mati, cakup membuat takut seorang pemberani pun,
betul tidak" " "Lolo," ujar Koan San gwat dengan setulusnya : "
Bagaimana sikap otang lain terhadap kau orang tua aku tidak
tahu, tapi Tecu benar benar tidak takut ?"
Berkata Oen Kiau lemah lembut "Terima kasih Nak! Kau
bicara sejujurnya. Kejadianku mungkin kau sudah jelas!"
Koan San gwat manggut manggut.
Kata pula Oen Kiau seraya menghela napas "Nak,! Jarang
ada orang seperti kau dalam dunia ini, selama hidupku aku
hanya pernah berjumpa dua orang saja. Yang pertama adalah
orang aneh yang mengasuh dan mendidik aku sampai besar,
selalu dia memberi wejangan kepada aku, beliau menyuruh
aku menyembunyikan diri dalam hidupku, aku sudah
melakukan suatu tindakan yang salah "! Untunglah beliau
menyuruh aku menyembunyikan diri dalam hidup kesunyian
saja, aku melanggar petuahnya sehingga begini lah akhir
hidupku, aku sudah melakukan suatu tindakan yang salah!
Untunglah sebelum ajal aku masih bisa jumpa dengan orang
macam kau ?" Baru saja Koan San gwat hendak buka mulut, lekas Oen
Kiau menggoyangkan tangan mencegah, katanya "Nak!
Jangan kau menukas omonganku, masih banyak perkataan
yang perlu kuucapkan, malah semua adalah urusan penting,
Patung Emas Kaki Tunggal ( Unta Sakti ) Karya Gan K H di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
kau harus perhatikan benar benar"
Koan San gwat mengangguk dengan prihatin.
Tapi Oen Kiau tidak membuka suara lagi, sepasang
matanya menatap nanar sekian lamanya kepada dirinya,
akhirnya menarik napas dan berkata terhibur: "Nak! Kau
memang hebat! Ui ho dapat menemukan kau, benar benar
lihay pandangannya."
Cepat Tokko Bing menyahut " Kalau begitu silahkan Lolo
membimbingnya!" Oen Kiau manggut manggut, ia ulur tangan menyingkirkan
meja pendek didepannya lalu menyingkapkan tikar dan
mengeduk tanah dibawah meja, dari dalam tanah ia keluarkan
sebuah buntalan kertas minyak, lalu katanya halus : "Nak, kau
kemarilah!" Bergegas Koan San gwat maju kedepan serta sahutnya :
"Lolo ada petunjuk apa" "
Oen Kiau angsurkan buntalan kertas minyak itu serta
berkata "Kau bukalah!"
Dengan hormat Koan San gwat menerima lalu pelan pelan
membuka buntalan kertas minyak yang terbungkus
didalamnya adalah sebilah pedang berserangka, serangka
pedang terbuat dari kulit ikan hiu yang dibalut tembaga putih,
bentuknya amat kuno, sekilas pandangan dapatlah dinilai
bahwa pedang pusaka kuno yang tidak ternilai.
Sambil memegangi pedang Koan San gwat bingung dan
tidak paham. Kata Oen Kiau sambil tertawa : "Nak, Kau tahu pedang
apakah itu" " Diatas serangka pedang itu terukir dua hurup yang bergaya
kuno dan sudah buram Tokko Bing barteriak "Pek hong kiam!"
Lim Hiang ting juga tidak kalah kejutnya serunya : "Pek
hong kiam! Lolo, sebenarnya apakah yang telah terjadi" "
"Kalau kau sudah tahu perihal Pek hong kiam, masih tanya
apa lagi" " Kata Lim Hiang ting : "Meski suhu mewariskan Pek hong
kiam kepada Tecu, malah beliau juga pernah menjajal
kehebatan pedang ini, tapi pedang itu hanya tiruan belaka!"
"Ya, pedang yang diwariskan kepada kau oleh Suhumu
adalah pedang tiruan, tapi apa yang dia tuturkan mengenai
seluk beluk pedang ini pun tidak salah, ada sejilid buku
pedang dimana ada tercatat sangat jelas?"
"Buku catatan pedang itu kami perlu melihatnya, bahwa Cia
Ling im amat takut terhadap aku karena diapun pernah
membaca buku catatan itu, tapi Tecu"."
Oen Kiau menukas kata katanya : "Karena pedangmu palsu
maka kau anggap catatan buku pedang itupun palsu."
"Benar, maka Tecu bakar buku catatan pedang itu !"
Berubah air muka Oen Kiau agaknya terketuk sanubarinya,
akhirnya ia menghela napas. ujarnya "Baik juga dibakar,
pedang yang tercatat didalam baku pedang itu mungkin tidak
akan muncul dalam dunia ini, bilamana pedang pedang itu
tenggelam ditelan masa, kehilangan buku catatan pedang lagi,
biarlah wibawa dan nilai pedang itu sendiri tersembunyi
selamanya begitupun baiklah."
Tak tahan Tokko Bing lantas bertanya : "Lolo, masih ada
pedang ternama apa saja yang tercantum dalam buku catatan
pedang itu" " "Ui ho, apa kau ketarik pada pedang pedang ternama itu" "
"Tidak! Aku cuma ingin paham terhadap sesuatu yang
belum ku ketahui." "Dalam buku catatan itu ada tercantum lima bilah pedang,
yaitu Ci seng, Ceng so, Bek tai, Ui tiap dan Pek hong, siapa
pencipta serta bentuk dan manfaat dari masing masing
pedang itu ada dijelaskan secara terperinci ?"
"Kenapa hanya lima bilah" " tanya Tok ko Bing heran.
"Seperti Liong cwan, Thay ah, Hu yang, Ceng bing, Ceng sian,
Ci tian, Mo sia, Kan ciang dan lain lainnya bukankah termasuk
pedang pedang kuno ternama" "
"Benar pedang pedang itu memang amat tenar, tapi
pedang pedang itu hanya lebih tajam dan kuat dari pedang
pedang biasa, kecuali dapat memotong besi seperti mengiris
sayur, tiada kemujijatan lainnya, jauh berlainan dengan lima
pedang yang kusebutkan tadi."
Tiga orang menaruh perhatian dan mendengarkan dengan
cermat, tapi Oen Kiau malah menghela napas, katanya :
"Sudahlah, Pedang lain kita tidak perlu persoalkan, karena aku
sendiri tidak tahu apakah yang lain itu kenyataan seperti yang
tertera dalam keterangan buku itu. Tapi Pek hong kiam ini
sesuai dengan apa yang tcrcsuat didalarn buku keterangan
pedang itu" "Dari sini dapatlah dipastikan bahwa keterangan terperinci
mengenai kelima bilah pedang itu tentu bukan bualan belaka."
demikian sela Lim Hiang ting.
Oen Kiau meliriknya sekali. Lekas Lim Hiang ting
menambahkan : "Lolo, bukan Tecu suka mengobrol, buku
catatan pedang itu kami berlima pernah membacanya, Tecu
memang berotak tumpul kini tidak begini ingat lagi keterangan
yang tercatat dalam buku iru tapi Cia Ling im mempunyai
kepandaian yang lain dari yang lain, apa yang pernah
dilihatnya tentu tidak akan terlupakan olehnya."
"Kau kuatir bila dia memperoleh salah satu diantara kelima
pedang itu" " "Tidak bisa Tecu harus menguatirkan hal ini! Karena sesuai
dengan apa yang tercatat di dalan buku itu, Pek hong kiam
ini"." "Wibawa dan ketajaman Pek hong kiam tidak lebih unggul
dari empat bilah pedang yang lain, maka namanya tercantum
pada urutan terakhir. Namun kau tidak usah kuatir, pasti Cia
Ling im tidak bakal memperoleh pedang yang lain!"
Lin Hiang ting. tidak mengerti. Maka Oen Kiau menjelaskan
"Sudah lama gurumu memeras otak tapi hasilnya nihil,
terpaksa ia membuat sebilah pedang tiruan yang diberikan
kepadamu itu, Pek hong kiam adalah yang terakhir dari kelima
pedang itu, kenapa guru mu memilih pedang ini" "
"Tecu bodoh, Tecu tidak tahu!" sahut Lim Hiang ting
"Tecu sebaliknya bisa menerka, entah betul atau tidak?"
ucap Koan San gwat "Coba kau terangkan " ujar Oen Kiau tersenyum.
Berpikir sebentar Koan San gwat lantas menjelaskan: "
Menurut apa yang diuraikan Lolo bahwa ketajaman sinar Pek
hong kiam paling menonjol diantara kelima pedang pusaka itu
sekilas pandang orang akan tahu bahwa itulah sebilah pedang
pusaka, karena itulah sehingga dia masih tetap patuh sampai
sekarang, empat bilah yang lain meski kwalitetnya lebih bagus
namun luarnya tidak begitu menonjol, kalau terjatuh ketangan
seorang yang tidak kenal nilai barang, tentu akan dibuat
memotong kayu atau sebangsa senjata tajam umumnya, Cie
Ling im adalah seorang yang cerdik, untuk mengelabuhi dia,
terpaksa harus membuat tiruan Pek hong kiam, paling tepat.."
"Wah hebat kau bocah ini. Pendpatmu ini benar benar
melebihi pandangan seorang akhli, Ui oh menurut pendapatku
dia lebih kuat dari kau!"
"Benar maka kubawa dia kemari untuk menemui orang
tua." Mata Oen Kiuu mengandung pandangan welas asih,
katanya pelan pelan: "Nak! Sebetul nya masih ada sebuah lain
kenapa Pek li Put ping harus menirukan sebilah pedang Pek
hong Kiam yaitu karena dia tahu bahwa Pek hong kiam yang
asli berada ditanganku, dia pun perah merasakan bahwa dan
pedang pusaka itu, dulu waktu ia bertekad mencelakai jiwa ku
menggunakan pedang itu baru aku menundukan dia,
mengingat hubungan kami suami istri aku tidak bertindak
kejam kepadanya, tapi beberapa tahun ini aku mengasingkan
diri di tempat ini, secara diam diam aku selalu mengawasi
sepak terjangaya yang tidak genah itu?"
Timbul perasaan acuh tak acuh pada muka Koaa San gwat.
Melihat sikapnya ini Oen Kiau tertawa, katanya "Mungkin kau
tidak puas akan tindakanku bukan" "
Terpaksa Koan San gwar manggut manggut, katanya :
"Benar! Kau tidak perlu kasihan dan memberi hukuman
setimpal bagi perbuatananya".
"Benar, Nak! Ucapanmu memang benar "demikian ujar Oen
Kiau, "Tapi masih berliku liku dalam persoalan ini yang tidak
kau pahami, ilmu yang dipelajari Pekli Put ling meski didapati
dari aku, tapi semua ilmu pelajaran itu adalah peninggalan
dari tokoh kosen yang membimbing aku, demi membalas budi
dan kebaikkannya, apalagi aku sendiri tidak mampu
mengembangkan ajaran dan nama perguruan, sebaiknya Pekli
Put ping sudah melaksanakan hal itu dengan baik, betapapun
aku tidak bisa merintangi usahanya!"
Sulit Koan San gwat mengutarakan apalagi, tapi
sanubarinya tidak bisa mengakui sikap dan kelakuan Oen Kiau
bisa dinyatakan benar. Berkata pula Oen Kiau sembari menghela napas "Apalagi
perbuatan Pekli Put piog tidak begitu jahat, karena ajaran
yang ditinggalkan oleh tokoh kosen aneh sendiripun termasuk
aliran sesat, perguruan kita sama, ajaran yang kita pelajaripun
sealiran, sudah tentu secara lahir batin aku tidak merasakan
bahwa apa yang dipelajari itu merupakan ilmu sesat!"
Cepat Koan San gwat menyela : "Ya, sesat atau lurus biar
umum yang memberi penilaian."
"Orang yang pernah kutemui teramat sedikit, pandanganku
terhadap sesuatu soal tidak sama dengan kau, apalagi ajaran
sesat yang kami pelajari secara lahiriah terkekang oleh nalar
kita sendiri, betapapun tidak akan melakukan sesuatu
perbuatan yang durhaka atau jahat. Begitulah tokoh kosen
aneh itu, demikian juga aku, Pekli Put ping pun tidak
ketinggalan yang paling ditakuti hanyalah bila ilmu ini terjatuh
pada seseorang yang benar benar culas dan jahat seratus
persen, kekangan nalar terhadap perbuatannya dengan
sendirinya tak akan membawa hasil lagi!"
"Cia Ling im adalah orang macam itu." kata Koan San gwat
menyambung. "Benar. Pekli Put ping kurang cermat dalam memilih ahli
waris, dia turunkan semua kepandaiannya kepada murid
murtad itu, akhirnya setelah ia insyaf orang macam apa
sebetulnya muridnya itu, Cia Ling im sudah tamat mempelajari
ilmu yang ia turunkan, tidak mampu lagi untuk
mengekangnya." "Cianpwe membawa Pek hong kiam seharusnya bisa
mencegah hal ini terjadi!"
"Aku tidak mampu, latihanku jauh dibandingkan Pekli Put
ping. Pek hong kiam meski berada ditanganku, aku tidak
kuasa menggunakannya."
Koan San gwat mengunjuk rasa tidak percaya. Oen Kiu
lantas melanjutkannya dengan sikap serius : "Aku tidak
membual, bukan saja aku tidak mampu, Hiang ting pun tidak
becus ilmu yang kita latih hanya berguna bagi laki laki kekar
yang kuat. Cia Ling im paham akan intisari tersembunyi ini,
kalau dia tidak gentar adanya Pek hong kiam yang hebat,
sejak lama ia sudah mengumbar kejahatannya. Hanya Hiang
ting seorang yang jelas mengenai seluk beluk ini, cuma
sifatnya lebih tenang dan mantap sehingga selama itu tidak
pernah menunjukkan gejala gejala yang mencurigakan maka
Cia Ling im dikelabui, tapi kertas tidak bisa membungkus api,
urusan akan tiba saat nya dibongkar orang, maka dia sangat
kuatir akan hal ini, akhirnya ia mencari Suhumu, pikirnya
hendak minta bantuan untuk menghadapi Cia Ling im, tapi
Suhumu sendiri memandang rendah ilmu yang kita pelajari ?"
"Agaknya Lolo salah paham." demikian tukas Tokko Bing,
"Bukan aku memandang rendah kalian, adalah karena Kan
thian cin khi yang kulatih jauh berlawanan dengan ajaran
kalian, kalau dipaksakan tentu akibatnya sangat fatal!"
"Aku tahu akan teori ini, maka aku tidak paksa kepada
kau." demikian jawab Oen Kiau tertawa.
"Syukurlah bila Lolo paham, dan lagi aku menerima
muridku ini bukankah sama saja?" demikian ujar Tokko Bing
tertawa. "Suhu!" kata Koan San gwat mengarti, "Tak heran selama
ini kau orang tua tidak mau mengajarkan Kan thian cin khi itu
kepadaku, ternyata ?"
"Tidak salah! Waktu pertama kali aku mengajarkan ilmu
silat, aku memang sudah mengandung maksud ini, apakah
kau sekarang menyesal karena sudah ku peralat?" demikian
tanya Tokko Bing. Koan San gwat termenung sebentar lalu berkata dengan
sungguh : "Tecu menerima budi guru setinggi gunung
sedalam lautan, mana berani punya maksud dan prasangka
demikian, hanya ?" "Hanya apa" " desak Tokko Bing tersenyum.
"Seharusnya jauh jauh hari Suhu beritahu aku, supaya Tecu
punya persiapan." "Waktu itu aku sudah menjadi anggota Liong hwa hwe,
sebagai anggota terkekang dan harus patuh akan segala
aturan aturan yang ada, sudah tentu aku tidak bisa beritahu
kepada kau. Cia Ling im menyebar luar kaki tangannya
kesegala penjuru, mata kupingnya amat tajam, kalau sampai
diketahui olehnya menggunakan undang undang kedisiplinan
organisasi untuk menindak diriku, bukankah bakal
meggagalkan usaha belaka. Tapi untuk memandang kau
masuk kedalam organisasi memang banyak mengorbankan
jerih payahku, malah sengaja aku menandingi berbagai
golongan dan aliran besar kecil diseluruh jagat, ku ciptakan
keagungan Bing tho ling cu yang digjaya menggetarkan dunia
sebagai warisanku kepada kau, tujaanku adalah supaya kau
ternama dan disegani, pasti datang suatu ketika ada
seseorang bakal menarik kau menjadi anggota Liong hwa hwe
pula." Koan San gwat manggut manggut, tanya nya: "Putra Thian
ki mo kun Ki Houw juga membuat Hwi tho ling, tujuannya
adalah menandingi Bing tho ling cu."
"Aku tahu, malah itu usul Go hay ci hang si gila itu"
"Kenapa?" "Belenggu yang mengikat seluruh anggota teramat banyak,
betapa sulitnya untuk menarikmu masuk tanpa menunjukan
sesuatu gejala yang mencurigakan, maka kepala gundul itu
memikirkan suatu akal yang cukup sempurna, secara gosok
dan bujuk ia anjurkan Ki Houw menampilkan diri menjadi
penantang yang utama, menggunakan Ki Houw sebagai
umpan lalu menarikmu menjadi anggota tentu tidak
Patung Emas Kaki Tunggal ( Unta Sakti ) Karya Gan K H di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
menimbulkan curiga orang lain. Kalau tidak Cia Ling im tentu
sudah merintangi dan menghadapi kau lebih dulu"
"Benar, otak Cia Ling im teramat cerdas dan licik sekali,
sulit dilayani, maka dalam surat peninggalanku kepada Li Sek
hong pun hanya kuberitahu bahwa tidak lama lagi bakal
muncul sesorang yang akan berhadapan langsung dengan Cia
Ling im, tidak berani kusebut atau menjelaskan bahwa kau
adanya. Urusan ini kecuali aku dan gurumu, hanya kepala
gundul itu yang tahu!"
-oo0dw0oo- JILID 15 KOAN SAN GWAT terlongong, tanyanya: "Hwesio tua itu,
sebenarnya orang macam apakah dia" "
"Kitapun tidak tahu, sebenarnya betapa kemampuan kepala
gundul itu tiada seorang pun yang dapat meraba secara jelas.
Waktu pertama kali bertanding dengan aku jelas dia lebih
unggul, tapi sebaliknya ia menyerah kepadaku, secara suka
rela mau tunduk dan menjadi anggota. Lolo mengasingkan diri
disini juga kepala gundul itu yang menuntun kami kesini maka
kami sendiri tidak mengerti orang macam apakah dia
sebenarnya!" "Hwesio tua punya asal usul yang luar biasa," demikian sela
Oen Kiau tertawa. "Kalian tidak perlu menyelidiki riwayat
hidupnya kini pembicaraan sudah selesai, tiba Santnya kita
membicarakan pokok penting. Nak, beberapa urusan yang
kuajarkan kepada kau tadi, kau punya pendapat apa" "
Koan San gwat menyembah seraya menyahut: "Tecu tidak
menampik dan akan bekerja sekeras tenaga."
"Bagus! Sejak sekarang kau adalah majikan baru dari Pek
hong kiam ini, kuharap kau bisa memanfaatkannya!" demikian
pesan Oen Kiau. "Tecu bersumpah mati untuk memberantas kawanan iblis
dengan wibawa pedang ini, tanpa sembarangan membunuh
seseorang yang tidak berdosa!"
"Ai," Oen Kiau menghela napas, "Biar kuberitahu pada kau,
pedang ini adalah senjata iblis, begitu pedang ini muncul
pembunuhan berdarah bakal terjadi dimana mana, dikala kau
menggunakannya mungkin kau sendiri tidak akan mampu
mengendalikan diri pula!"
Koan San gwat bercekat tertegun.
Oen Kiau malanjutkan tertawa "Kau tidak usah takut! Dari
hawa ditengah alismu, aku dapat melihat bahwa hatimu suci
dan lurus, mungkin pedang akan mendapat perbaikan sifatnya
dari kemurnian jiwamu, hilangkanlah sifat sifat iblisnya.
Sekarang cabutlah pedang itu!"
Segera Koan San gwat menekan gagang pedang, serangka
pedang segera mencelat lepas. Gubuk yang suram itu seketika
ditaburi cahaya pedang yang gemerlapan menyilaukan mata,
begitu cemerlang cahayanya sehingga hawa terasa dingin.
Berkatalah Oen Kiau dengan kereng : "Sin lo su sek dan
Tay lo jit sek merupakan pedang perguruan kami yang maha
sakti, seluruh ilmu pedang dikolong langit ini, intisarinya sudah
tercakup didalamnya. Sekarang kumulai menurunkan Siu li
kiam sek kepada mu, sementara Hiang ting nanti akan
memberi ajaran Tay lo kiam sek, betapa tumit dan luas
pelajaran ini, temponya teramat mendesak lagi, maka kau
harus rajin, giat dan tekun memperhatikan ajaran ilmu silat
ini, jangan kau menyia nyiasan harapan besar kami kepada
kau!" "Anak muda, kau sudah dengar belum." tiba tiba Tokko
Bing menimbrung, "inilah satu anugrah besar yang tiada
bandingannya bagi kau!"
"Ui ho! Jangan kau berkata demikian," Oen Kiau melirik,
"Siu lo su sek akupun menyelami kulitnya saja, bicara
kesempurnaan dan mendalam aku masih kalah dibanding Cia
Ling im, cuma kuharap dengan bakat dan kecerdikan otaknya
yang melebihi orang lain dapat mempelajari intisarinya, dapat
pula mengembangkannya secara bebas dan lebih luas. Kalau
tidak aku tidak berani tanggung apakah nanti bisa
mengalahkan Cia Ling im!"
"Ucapan Lolo memang benar, biarlah aku mengundurkan
diri lebih dulu, silahkan kalian mulai mengajar kepadanya,"
demikianlah ujar Tokko Bing terus mengundurkan diri. Setelah
dia keluar, Koan San gwat pun mulai menempuh titik tolak
permulaan dari kehidupan selanjutnya.
Puncak Sin li hong di Bun san sedang suasana ketegangan
yang memuncak, pihak lurus dan sesat saling berhadapan,
dua kelompok kekuatan yang sedang berlawanan sedang
bersitegang leher, seumpama air dan api tidak mungkin
bercampur baur menjadi satu. Akan tetapi secara kenyataan
dua kekuatan yang berlawan ini sebelumnya pernah terbentuk
dalam satu badan secara aneh.
Itulah Liong hwa hwe. Diantara ketiga tingkat X susunan dari bagian, anggotanya
yaitu Sian, Mo, Kui, tiga barisan diantara mereka terdapat
kaum pendekar dan para kesatria gagah yang benar benar
berhaluan lurus, tapi adapula gembong iblis dan para penjahat
yang berhaluan sesat dan nyeleweng. Namun mereka
terkekang dan dibatasi oleh undang undang kumpulan,
lahirnya mereka berkumpul dan tercampur aduk dalam satu
wadah. Akan tetapi pergaulan yang tidak wajar ini akan tiba
Santnya bubar. Maka suatu ketika bila kekuatan yang
mengingat dan membelenggu itu hilang, orang orang itu
lantas terpecah menjadi kelompok.
Bahwasannya negatip dan positip tidak mungkin akur,
demikian juga lurus dan sesat tidak mungkin hidup bersama,
maka keadaan yang saling bertentangan ini sudah tidak
mungkin hidup bersama, maka keadaan yang saling
bertentangan ini sudah tidak mungkin dihindari lagi, bentrokan
yang tidak mungkin dielakan hanya bisa daselesaikan dengan
satu cara yaitu berkelahi.
Tapi walau kedua kelompok sudah berhadapan secara
langsung, namun mereka belum bentrok secara kekerasan.
Mereka sedang menunggu. Mengawasi puncak yang terbungkus awan tebal, kelihatan
sikap Cia Ling im sudah tidak tegas lagi, sebaliknya sikap Go
hay ci hang yang ada didepannya kelihatan sangat tenang dan
acuh tak acuh. Suasana yang hening hawa yang panas hanya terdengar
dengus napas orang banyak, sinar surya yang cemerlang dari
warna merah semakin meninggi dan berubah kuning menyorot
makin panas. Akhirnya Cia Ling im tidak tahan lagi, serunya sambil
menggeram "Gundul tua! Pimpinan kalian kapan akan tiba" "
"Segera tiba!" sahut Go hay ci hang membalik mata,
"Sebelum lohor dia akan tiba!"
"Siapakah dia" " tanya Cia Ling im sambil menengadah
melihat cuaca. "Kalau dia datang kau akan tahu sendiri.. Sekarang Lolap
tidak leluasa menjelaskan lebih dulu."
Cia Ling im berpikir sebentar, lalu kata nya mencemooh
"Dapatkah dia menandingi aku" "
"Hal ini Lolap tidak berani memutuskan. Tapi kalau dia
berani memikul tanggung jawab keselamatan jiwa sekian
baayak orang, sudah tentu Lolap pribadi mengharap dia dapat
mengalahkan kau!" Cia Ling im terloroh loroh, serunya : "Harapanmu itu hanya
kosong belaka. Dalam dunia ini, termasuk Ui ho, Lim Hiang
ting, aku percaya tiada seorangpun yang dapat melampaui
kemampuanku!" Dengan tawar Go hay ci hang menatapnya sekilas, ujarnya
"Ucapanmu masih terlalu pagi kau katakan."
Cia Ling im menyeringai dingin, dengar memicingkan mata
ia menyapu pandang semua rombongan orang dihadapannya,
"mungkin pimpinan yang kau istilahkan tadi hanya bualan
belaka, sengaja kau mencari kesempatan untuk mengulur
waktu belaka!" "Berapa lama Lolap dapat mengulur waktu" Kalau hari ini
kita tidak menentukan kalah menang, pasti kau tidak akan
melepas kami semua!"
"Mungkin kau sedang mengatur tipu daya lain, maka
sengaja mengulur waktu, supaya akal muslihatmu itu dapat
diselesaikan dengan sempurna. Kalau demikian
perhitunganmu, kau hanya mencari penyakit sendiri. Kau tahu
bahwa sekitar gunung ini sudah kupasang penjagaan yang
ketat, permainan itu tidak bakal mengelabui aku."
"Apakah Lolap orang macam yang kau maksudkan itu" "
"Sulit dikatakan, kau menamakan diri sebagai orang ibadah
hanya sebagai alasan belaka yang benar perut mu itu penuh
tipu muslihat yang keji. Tiga hari yang lalu bukankah Liong
hwa hwe, bubar gara gara kau?"
Go hay ci hang malah tertawa saja tanpa bicara lagi,
namun timbul prasangka jelek dari rombongannya sehingga
perasaan mereka kurang tertawa, Sian yu it ouw segera tampil
kedepan dan berbisik dipinggir telinganya : "Hweshio tua,
jangan kau berkelakar dalam suasana seperti ini ?"
Entah berapa banyak pasang mata menatap kearah dirinya,
termasuk yang mengandung permusuhan atau tanda tanya
persahabatan yang jelas semua pandangan mata itu juga
mengandung rasa curiga yang berkelebihan "
Akhirnya Go hay menghela napas, katanya : "Mana bisa
Lolap memegang urusan demikian besarnya untuk main
main!" Meski sikapnya sangat teguh dan besar keyakinannya,
nauun pandangan curiga orang orang itu tidak menjadi sirna
karenanya, malah terasa sang waktu terulur semakin lama,
sampai pada akhirnya Go hay ci hang sendiri pun goyang dan
hampir kehilangan kepercayaan. Pada Sant itulah tiba tiba
ditengah angkasa didengarnya pekik burung bangau yang
berkumandang nyaring. Seperti terlepas dari belenggu, Go hay ci han menarik
napas lega, serunya : "Sudah datang! Kenyataannya Lolap
tidak menipu kalian!"
Semua hadirin serempak mengadah memandang awan,
ingin mereka tahu siapakah sebenarnya yang bakal mewakili
keadilan dan menjadi pimpinan pihak golongan lurus ini"
Dari balik awan pelan pelan melayang turun seokor burung
bangau besar, dipunggung nya duduk seorang gadis kecil,
setelah dekat kelihan jelas itulah Ling koh adanya. Menyusul
disebelah belakang melayang pula dua perempuan berpakaian
serba putih, mereka tidak lain adalah Li Sek hong dan Liu Ih
yu. Dan paling belakang melayang turun pula seorang laki laki
muda memanggul pedang, dia bukan lain adalah Koan San
gwat. Pandangan seluruh hadirin maih tertuju keatas. Tapi
setelah Koan San gwat hinggap ditanah, dibelakang tidak
kelihatan pula orang lainnya.
Sementara itu Ling koh sudah melompat turun dari
punggung bangau, wajah Li sek hong dan Liu ih yu
menampakkan perasaan kurang tentram dan was was, meski
mereka sudah berusaha agar tenang dan sewajar mungkin,
namun mimik mereka yang masam itu mana dapat
mengelabui pandangan semua orang.
Setelah mereka maju mendekat, tak tahan lagi segera Cia
Ling im berseru tanya : "Kepala gundul! Mana orang yang kau
maksudkan itu" "
Gu hay ci hang menunjuk Koan San gwat, sahutnya : "Dia
ini bukan" " Seluruh hadirin mengeluarkan suara kaget dan heran
dengan nada yang berlainan, ada yang tertawa mengejek, ada
pula yang menghela napas putus asa.
Gelak tawa yang paling keras adalah Cia Ling im, seSant
kemudian baru dia bicara menuding Koan San gwat : "Kepala
gundul, sudah setengah harian kau bermain sandiwara,
kiranya hanya unruk menonjolkan bocah mestika ini" "
Wajah Koan San gwar tidak menunjukkan perasaan apa
apa. Sebaliknya Ling koh melengking tajam "Cia supek!
Jangan kau memandang ringan Koan kongcu, tiga hari yang
lalu bukankan kau tertusuk oleh pedangnya.
Merah muka Cia Ling im bentaknya mendelik : "Budak
setan! Berani kau cerewet lagi kubeset kulitmu nanti!"
Ling koh meleletkan lidah, ujarnya: "Su pekli! Pintamu
hanya menindas bocah kecil memangnya ucapanku salah ?"
Cia Ling im mengulur tangan hendak mencengkeram
kepadanya, lekas Ling koh sembunyi di belakang Koan San
gwat. Koan San gwac lantas unjuk senyum geli katanya : "Ling
koh! Jangan kau tidak tahu aturan!"
Lalu ia berputar kearah Cia Ling im, katanya: "Kau pentolan
dari kawanan iblis, sedikit banyak tahu aturan dan sikap
berwibawa, buat apa muring murang terhadap anak kecil,
apakah tidak terlalu iseng" "
Karuan Cia Ling im malu, teriaknya keras "Bocah busuk!
Kau menggelinding pergi, Cun cia tak ada semangat ngobrol
dengan kau!" Koan San gwat tertawa lebar, ujarnya "Memangnya kau
sangka aku datang untuk mengobrol kesini" "
"Lalu untuk apa kedatanganmu" "
"Aku datang untuk membunuhmu bila perlu. Watakmu
bejat, kejam dan culas lagi, namun belum menunjukkan
kejahatan keliwat batas, maka kuanjurkan kau ?"
"Tutup mulut!" hardik Cia Ling im murka. "Bocah busuk!
Apa kemampuanmu berani bicara takabur dengan Cun cia,
meski aku sudah pernah kau tipu sekali, karena aku tidak
pandang sebelah matamu ?"
"Benar! Tusukan pedangku tiga hari yang lalu memang
kulakukan untung untugan, namun aku insaf tidak akan ada
keuntungan kedua kali, maka hari ini tiada niatku mencari
kesempatan untung untungan itu ?"
Karena Koan San gwat bicara dengan suara tegas penuh
keyakinan lagi, Cia Ling im melengak, sejenak ia termenung
lalu katanya: "Agaknya dalam tiga hari ini kau banyak
memperoleh kemajuan "."
Koan San gwat tersenyum lebar tidak menanggapi. Maka
Lok Siau hong berkesempatan berteriak dengan riangnya: "
Koan toako, Kemana saja kau tigi hari ini! Wah sulit dan capai
benar aku mencari kau ?"
"Nona cilik," ujar Go hay ci hang, "Sant ini dalam keadaan
tegang, kau tunggu lain kesempatan untuk bicara dengan
Koan toako." Bergegas Lok Heng kun memburu maju menarik mundur
Patung Emas Kaki Tunggal ( Unta Sakti ) Karya Gan K H di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Lok Siau hong kesebelah belakang. Cia Ling im termenung
bimbang, dari sebelah belakangnya Ouw hay ih siu tampil
kedepan serta katanya sambil menyeringai iblis "Cin cia!
Ijinkanlah Losia tampil pada babak pertama ini" "
Cia Ling im manggut manggut. Sebalik nya Koan San gwat
lantas mencegah "Jangan tiada waktu kuberikan kepadamu
untuk campur dalam soal ini."
Pek Sian cun terkekeh dingin, ujarnya "Anak muda! Jangan
terlalu pongah, betapa tinggi kedudukan Siu lo kun cia, masa
beliau sudi bergebrak dengan dedengkot macammu yang tidak
kenal asal usulnya. Lohu terpaksa tampil boleh dikata sudah
memberi muka kepada kau."
Koan San gwat menarik muka, katanya kereng :
"Mengingat perbuatan jahatmu yang tidak senonoh, dosa mu
sudah bertumpuk, hari ini bisa aku potong kepalamu lebih
dulu sebagai hukuman setimpal."
Pek siang cun terkekeh kekeh dingin, jengeknya : "Anak
muda! Jangan sombong. Memang Lohu sudah sebal hidup,
tapi tiada cara untuk membikin mati diriku."
"Pok ciang cun! Jangan terlalu percaya pada ilmu sesatmu
yang aneh itu, kau sangka badanmu kebal dari senjata tajam,
kalau aku segan turun tangan sih menuding sekali turun
tangan kutanggung kepalamu bakal copot dari badan
kasarmu." "Koan San gwat! Thian ki mo kun Ki Houw menimbrung
seraya tertawa ngakak, "Ucapanmu terlalu mengagulkan diru,
jelek Lo po salah satu tokoh dari Sian pang dulu dia pun kuat
menghadapi ujian Lui thing sam ki, masa dia tidak kuasa
menandingi sejurus seranganmu"
"Kau tidakpercaya, silahkan tunggu dan saksikan sendiri!"
ujar Koan San gwat tersenyum lalu ia tampil satu langkah
kedepan serta serunya pula : "Pok Siang cun, kalau kau
hendak menggunakan senjata lebih baik lekas keluarkan,
supaya kau mati dengan rela"
Dibawah pancaran mata Koan San gwat yang berkilat tajam
tanpa sadar Pok Siang cun menyurut mundur selangkah,
suaranya gemetar jeri "Kalau dalam sejurus kau tidak mampu
bunuh aku bagaimana?"
"Kepalaku akan kupotong dan kupersembahkan kepada
kau!" sahut Koan San gwat tertawa lebar.
Kata katanya diucapkan dengan teguh dan kuat, seketika ia
mendapat sambutan berbeda beda, ada yang menjerit kaget,
ada tarikan napas dalam, banyak diantara hadirin yang tiada
percaya akan pernyataan itu, Cia Ling im daa Ki Houw sendiri
pun menarik senyum tawanya.
Tampak Pok Siang cun menunjuk rasa gentar, dia tidak
percaya Koan San gwat mampu membunuh dirinya dalam satu
gebrakan belaka, namun sikap Koan San gwat yang tenang
penuh ketenangan itu bisa tidak bisa ia harus dipercaya.
Dalam suasana hening lelap terdengarlah suara kertakan
yang menyolok pendengaran, Pok Siang cun sedang
mengerahkan tenaga dan menghimpun semangat, tak lama
kemudian suara kertakan itu sudah lenyap. Maka terlihatlah
badan Pok Siang cun yang gemuk itu makin menjadi tambun
dan buntak, itulah pertanda bahwa ilmu khikang dari aliran
sesat yang dia pelajari sudah dikerahkan sampai puncak
kesempurnaannya, demikian pula tenaga Cun yun ci dijari jari
tangannya sudah dikerahkan dengan setekat tenaganya pelan
pelan setindak demi setindak ia meluruk maju.
Koan San gwat berdiri tegak sambil menggendong tangan
tanpa bergeming, katanya tertawa ringan: "Kau tidak
menggunakan senjata ?"
Pok Siang cun membentak "Selama hidup Lohu tidak
pernah menggunakan senjata, akupun tidak gentar
menghadapi senjata apa pun!" lenyap suara kelima jari jari
tangannya sudah berkembang terus menubruk maju, di mana
jari jarinya menyambar, masing masing mengarah lima jalan
darah mematikan didada lawan, Koan San gwat tahu bahwa
Cun yang ci lawan amat lihay, meski dirinya pernah menelan
pil Ping si san dan tidak usah kuatir tarpengaruh hawa nafsu
yang menyesatkan itu, namun demikian, melihat lawan
melancarkan ilmu dengan sepenuh tenaga, berasa hebat
keluaran musuh sungguh mengejutkan, sudah tentu tidak
berani pandang ringan dan menghadapi secara kekerasan.
Sebat sekali badannya melesat, pertama ia berkelit
menghindarkan jari lawan, berbareng dengan kecepatan
melebihi kilat, mencabut pedang, menabas, tahu tahu pedang
sudah kembali kedalam serangkanya mengeluarkan suara
"Tak!" yang menyolok pendengaran hadirin.
Tiga gerak serangkai sekaligus dilannarkan bersama dalam
waktu yang singkat, sementara tubuhnya berdiri tegak seperti
tidak pernah berbuat apa apa, cuma kali ini ia sudah pindah
kedudukan. Pok Siang cun masih menyelonong maju tiga empat
langkah lalu berhenti tidak berggerak, kedua lengannya terulur
kedepan, gayanya masih tetap seperti semula dengan jari jari
tangan mencengkeram. Semetara Koan San gwat sudah
kembali kesamping Li Sek hong dan lain lain.
Beberapa tokoh kosen yang berkepandaian tinggi sempat
melihat tegas apa yang telah terjadi, selebihnya hanya melihat
berkelebatnya selarik sinar putih laksana kilat, siapa menang
siapa kalah belum ada kepastian, mereka tidak paham kenapa
Koan San gwat mengundurkan diri dari gelanggang.
Terdengar Li Sek hong dan Liu Ih yu mengeluarkan jerit
tertahan. Cia Ling im dan Sebun Bu yan berpekik dalam
tenggorokan, jerit dan pekik masing masing kedengaran
berbeda secara nyata karena tiada suara lain yang terdengar.
Tidak lama kemudian baru Cia Ling im bertanya dengan
muka dingin: "Anak muda ! Senjata apa yang kau gunakan" "
Koan San gwat menyahut tawar: "Seharusnya kau sudah
tahu, kenapa tanya segala?"
Berubah air muka Cia Ling im, serunya "Tak heran kau
berani bertingkah, ternyata kau sudah mendapatkan pedang
itu. Tapi belum tentu kau dapat menggertak diriku."
"Kau sendiri yang menentukan!" Koan San gwat, yang
menyahut tawar. Cia Ling im tidak buka mulut lagi, ia tarik Sebun Bu yam
kesamping lalu berbisik bisik entah apa yang sedang mereka
rundingkan. Dalam pada itu Pok Siang cun masih berdiri ditengah
gelanggang mendadak batok kepala diatas lehernya itu
mencelat terbang sendiri, dari lubang lehernya yang kutUng
darah segar menyemprot bagai air ledeng pelan pelan baru
jasadnya rubuh terbanting.
Hadirin gempar dan kaget, baru sekarang hadirin paham
selarik sinar putih tadi adalah pedang Koan San gwat yang
membunuh orang secara gemilang, meski hadirin
menyaksikan dengan mata kepala sendiri namun banyak
diantaranya yang masih tidak percaya akan kenyataan ini.
Maklum ilmu sesat yang dilatih Pok Siang cun sangat kebal
akan segala senjata tajam kekebalan tububnya itu sudah
diketahui oleh hadirin, tapi sesuai apa yang dikatakan Koan
San gwat, cukup segebrak ia benar benar mengatungi batok
kepalanya, jurus apa yang digunakan. Yang digunakan senjata
apa" Tidak seorangpun yang melihat jelas.
Lok Heng kun dan Lok Siang kun mendadak berlutut dan
menyembah, serunya "Syukurlah dendam kematian suami dan
penghinaan kami berdua mendapat bantuan Koan kongcu
sehingga sakit hati ini terlampias ?"
Tersipu sipu Koan San gwat memapah bangun mereka, ujar
nya "Cianpwe lekas bangun. Aku hanya menjalankan
kewajiban saja ?" Mata Li Sek hong terbelalak, Lok Heng kun benar melihat
sikapnya yang ganjil ini lekas mengundurkan diri tidak berani
banyak bicara lagi pada Koan San gwat. Setelah mendengus
terdengar Li Sek hong bersuara : "Yang kau gunakan tadi
adalah Pek hong kiam ?"
Koan San gwat manggut manggut. Berubahlah air muka Li
Sek hong, Koan San gwat maklum apa yang terisi dalam
benaknya, lekas ia menjelaskan : "Pedang milik Lim siancu
adalah barang tiruan, pedang asli ini kuperoleh dari seorang
lain." "Siapa" " bertanya Li Sek hong, suaranya tenggelam dalam
tenggorokan. "Oen Kiau Locianpwe !"
"Apa" Sunio masih hidup. ?" itulah teriakan bersama Li
Sek hong dan Liu Ih yu. "Benar!" sahut Koan San gwat, terpaksa ia menjelaskan.
"Oen locianpwe mengasingkan diri di tempat yang tak jauh
dari sini, guruku itu dan Lim siancu berada disana."
Mendadak Li Sek hong tertawa dingin, katanya . "Aku dapat
membayangkan apa yang hendak kau ucapkan, kau tidak
perlu bicara bagi mereka, dalam dunia mereka bahwasanya
tiada orang macam diriku ini tapi " aku tidak merasa jelas
pada mereka, hidup manusia menurut takdir masing masing "
sekarang bicaralah jujur kepada aku, apakah kau yakin dapat
mengalahkan Cia Ling im" Meskipun kau pegang Pek hong
kiam. Koan San gwat menjawab sejujurnya: "Siu lo su sek dan
Tay lo ji sek hanya kuselami kulitnya saja, soalnya waktu
sangat mendesak jelas latihankn masih kurang matang, maka
pertempuran hari ini, aku sendiri belum berani memastikan
?" Li Sek hong manggut manggut katanya "Bekerjalah
menurut kemampuanmu, bila perlu dari samping aku bisa
membantu kau!" Bergairah semangat Koan San gwat, ujar "Baiklah sekali,
dengin mendapat bantuanmu paling tidak pihak kita tidak
akan terdesak dibawah angin. Sebetulnya Lim sian cu
menyuruh aku jangan bicara sejujurnya, karena kuatir
kausalah paham"."
"Lalu kenapa kau bicara sejujurnya?"
"Aku tidak bisa membual, dan lagi aku pun merasa tidak
enak mengelabui kau."
Li Sek hong terharu, ujarnya: "Terima kasih, Kongcu!
Pengertian Toa suci terhadapku agaknya kurang mendalam
dari pada kau, dengan ketulusan hati, adalah setimpal bila aku
pertaruhkan jiwaku untuk membalas kebaikan budimu."
Hidung Koan San gwat terasa masam, dadanyapun terasa
sesak karena haru. Tapi rombongan Cia Ling im, mulai
bergerak, terpaksa Koan San gwat harus tumplek perhatian
siap untuk menghadapi segala kemungkinan.
Berkata Li Sek hong tertawa "Kau tidak usah tegang, Cia
Ling im tidak akan keluar menghadapi kau sendiri, jiwanya
licik dan licin" "Yang lain masa hanganya dihadapi?"
"Jangan kau pandang ringan orang lain, kalau Sebun Bu
yam Se gak mo sin Pak hong kui si dan Thian ki mo kun
sendiripun adalah musuh utama yang cukup lihay, bila mereka
main keroyok, betapapun tokoh tokoh kosen dari pihak
kitapun sedikit jumlahnya, seperti kau Liu siancu, Go hay
cihang, Sian yu It ouw, malah Ling koh sendiripun boleh di
tampilkan bila perlu, kukira tenaganya cukup menggetarkan
nyali musuh juga." "Cia Ling im tidak sebodoh perkiraan mu, dia pasti
menyuruh orang orangnya satu persatu menantang kepada
kau." "Cara demikianpun tidak usah dikuatirkan, Cia Ling im
sendiri tidak ditakuti apalagi orang lain ?"
"Namun orang orang itu jangan kau anggap seperti Pek
Siang cun, bila setiap orang harus kau layani tiga puluh jurus
baru menentukan kalah menang, seandainya kau dapat
menang seluruh nya, apa kau mampu menandingi Cia Ling im
yang masih bertenaga baru?"
Koan San gwat menggeleng tanda tidak mengerti Li Sek
hong lalu menjelaskan : "Berapa cerdik kepandaiannya Cia
Ling im, setelah kau melawan tiga orang secara beruntun
seluk beluk kepandaianmu sedikit banyak sudah dialami
olehnya, apalagi tenagamu sudah terkuras berapapun tajam
Pek hong kiam, masa kuat merobohkan dia ?"
Tak tertahan Liu Ih yu mejelaskan bicara. "Begitupun tidak
perlu kuatir, bila orang lain menantang biar kami saja ynag
menghadapi mereka." "Dalam hal ini Cia Ling im pun tentu sudah memikir secara
sempurna, bila dia menantang, mungkin Koan kongcu tidak
alasan menolak, lebih tidak mungkin minta bantuan orang lain
mewakilinya." demikian sanggah Li Sek hong.
Koan San gwat bimbang dan memeras otak, sementara dari
rombongan musuh tampil Thian ki mo kun Ki Houw, bibirnya
menyebir tiba tiba ia bersuit nyaring, maka dari belakang sana
menerjang keluar seekor unta besar bertubur kekar warna
hitam, dipunggung unta terselip sebatang tumbak panjang
terbuat dari baja. Ki Houw melayang naik kepunggung unta sambil
mengacungkan tumbak bajanya, ia berteriak dengan bengis :
"Koan San gwat! keluarlah, mari kita selesaikan dulu persoalan
Hwi tho ling dan Cing tho ling cu."
"Nah, bagaimana!" ujar Li Sek hong tersenyum, "Siapakah
yang mewakili tangtangan nya" "
Cepat Kaon San gwat pun bersuit rendah unta sakti itu
segera berlari masuk gelanggang membawa gada mas sakti
berkaki satu, sambil menenteng gada masnya, Koan San gwat
melejit kepunggung tunggangannya, serunya tertawa lantang
"Baik! Memang urusan kita harus diselesaikan lebih dulu!"
Ki Houw melengek, serunya "Aku mohon petunjuk dengan
pedang dipinggangmu itu"
Koan San gwat bersikap tenang, sahutnya tersenyum:
"Bing to ling cu kenamaan dan menggetarkan dunia karena
unta sakti dan gada masku ini, orang lawan orang, unta lawan
unta, itulah cara yang paling baik untuk menyelesaikan
pertikaian ini, meski pedangku ini amat tajam, tapi tidak akan
kugunakan untuk menghadapi kau."
Ki Houw mengertak gigi, untanya segera dikeprak
menarjang kedepan, sementara tumbaknya teracung kedepan
menusuk dengan dahsyat. Lekas Koan San gwat menangkis
dengan gada masnya, "Trang!" benturan kedua senjata berat
mengeluarkan suara keras menusuk kuping, kedua tergetar.
Koan San gwat terkejut, perawakan Ki Houw tidak sekekar
dan segagah dirinya, namun kekuatan lengannya benar benar
diluar perhitungannya.
Patung Emas Kaki Tunggal ( Unta Sakti ) Karya Gan K H di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Mengingat kebesaran Bing tho ling cu pantang dikalahkan,
cepat ia kertak gigi, Kim sia cap pwe lun ajaran guru,
dikembangkan dengan keras, angin mendesu laksana hujan
badai terus merangsak kepada musuhnya.
Mulut Ki Houw mengulum senyum ejek, bahwa Koan San
gwat tidak menggunakan Pek hong kiam memang membuat
kecewa, namun mempertebal keyakinan dirinya pula, tumbak
bajanya dimainkan begitu gencar, seumpama hujan anginpun
tidak akan tembus begitulah ditengah gelanggang diatas
tunggangan, masing masing mereka bertempur sengit mati
matian. Kim sin pap pwe lun sudah seluruhnya dimainkan oleh Koan
San gwat namun ia masih belum mampu menjebol pertahanan
cahaya kuning dan putaran tumbak baja lawan, dalam
perasaan kejut dan heran, lambat laun ia merasa kuatir dan
gugup, sekonyong konyong ia ayun gadanya seraya
menghardik keras, senjatanya mengrpuruk kepala lawan.
Keprukan senjata berat ini mengguna selurah kekuatannya. Ki
Houw tertawa dingin, cepat ia lintangkan tumbak terus
menangkis keatas, maka terdengar pula benturan keras, leletu
api berpercik, benturan keras laksana geledek mengguntur
menggetarkan gelanggang. Tumbak baja besar ditangan Ki Houw terpukul putus
menjadi dua, sementara gada mas Koan San gwat mencelat
lepas dari cekalannya ini pertanda bahwa kedua pihak sudah
mengerahkan seluruh tenaganya.
Imam Tanpa Bayangan 7 Pedang Naga Kemala Karya Kho Ping Hoo Pendekar Riang 2
berkumpul satu hari satu malam hari kedua semua orang
bubar, sebetulnya semua orang setuju setiap lima tahun
kumpul satu kali, cuma Ui ho Siangjin seorang yang tidak
setuju, dia mengusulkan supaya dua puluh tahun sekali
berkumpul, Toa suci menyokong usulnya ini, maka akhirnya
diputuskan hari inilah sebetulnya pertemuan yang ketiga."
Koan San gwat kurang paham, tanyanya "Kalau begitu,
sebetulnya Liong hwa hwe tiada sesuatu rahasia yang harus
disembunyikan mengapa terhadap luar berlaku begitu
misterius ?" "Itulah salah satu tipu daya Cia Ling im yang culas, demi
mengekang barisan yang lain maka sengaja ia membuat tata
tertib yang keras, karena kekuasanan tangan Thian ki mo kun,
terhadap sesama kawan dalam satu barisan suka memberi
kelonggaran, tapi cukup berat. Coba pikir dalam jangka waktu
yang sedemikian panjang bukan mustahil banyak mulut usil
yang bakal membocorkan rahasia"."
"Anggota Liong hwa hwe tersebar luas dimana mana, siapa
yang punya kemampuan begitu besar dapat mengawasi
mereka satu persatu"."
"Thian ki mo kun sering berkeliling ke mana mana mata
kupingnya tersebar luas pula setiap gerak gerik dan jejak para
anggota tiada yang lepas dari genggaman tangannya, hanya
beberapa orang terbatas saja yang bebas dari
pengawasannya. Sudah tentu gurumu adalah salah satu
diantaranya." "Tapi guruku belum pernah membocorkan hal itu
kepadaku!" "Tindak randuk Ui ho memang sangat cermat dan teliti, tapi
ia sudah mengatur sempurna bagi kau, ada maksud kau
menjadi anggota untuk menggantikan kedudukan dan
jabatannya, mungkin tidak terpikir bahwa urusan berubah
begini cepat"."
Koan San gwat melengak, kata Li Sek hong pula tertawa
"Untuk tahu lebih jelas silahkan tanya kepada Go hay ci hang,
hubungan gurumu amat kental dengan dia. Hal ini aku dengar
dari bisikan Toa suci."
Koan San gwat menjublek, hatinya sedang menerawang
dan mencari putusan, dia tahu pesan apa saja yang tertera
didalam surat peninggalan Lim Hiang ting, tapi sulit ia mencari
alasan untuk menanyakan hal ini.
Sementam didengarnya Li Sek hong bertanya: "Sekarang
apa pula yang ingin kau ketahui?"
"Aku ingin tahu bagaimana Hiang ting Siancu menarik
guruku sebagai anggota" "
"Hal itu aku kurang jelas, setiap orang menggunakan
caranya sendiri, kebanyakan digunakan kepandaian silatnya
menundukkan atau membujuk pihak lawan, lalu menarikanya
menjadi anggota, tapi ada pula yang mengggunakan cara lain
umpamanya cara aku menarik Hiai Lo Sat, Pek kut sin mo dan
lain lainnya?" "Jadi Sian cu yang menarik mereka jadi anggota ?"
"Benar, bagaimana kau kenal mereka?"
"Aku pernah mewakili mereka melabrak Ouw hay ih siu tua
bangka keparat itu."
"Kalau begitu tentu kau sudah tahu sebab musabab mereka
masuk jadi anggota" "
"Aku tidak tahu, yang jelas permusuhan mereka teramat
mendalam" "Itupun mungkin, selamanya mereka merahasiakan asal
mula permusuhan itu, tapi kau pernah bergebrak dengan Pok
Sian cun, paling tidak sudah paham akan cacad itu!"
"Ya, tapi aku belum mengerti, aku hanya merasa
kepandaian Pok Sian cun merupakan suatu aliran sesat yang
aneh, kebutuhan hari itu aku baru saja minum semacam obat
penenang, maka sedikitpun aku tak terpengaruh."
"Lumayan juga bagi kau," ujar Li Sek hong, "Ilmu silat Pok
Sian cun sebetulnya tidak tinggi, namun dia bisa masuk
barisan Sian pang, karena dia punya keistimewaan. Pertama
dia tidak gampang dilukai atau dibunuh orang. Kedua silatnya
mengandung kekuatan yang dapat mengelabui dan seperti
menyedot sukma lawannya. Waktu muda dia kepincut pada
Lok Heng kun dan adikanya, tapi kedua kakak beradik itu
memandang rendah dirinya setelah berkelahi kedua orang ini
dibikin oleh maunya yang sesat itu seperti terbius secara tidak
sadar kedua kakak beradik ini membuka seluruh pakaian
sendiri sampai telanjang bulat, baru saja Pok Sian cun
bemaksud menodai kesucian mereka, kebetulan Coh san si Lu
Ju yang dan Suhengnya lewat di tempat kejadina kedua
Suhengte ini segera melabrak Pok Sian cun mengusirnya
pergi, karena pertolongan ini maka Lok Heng kun menikah
dengan Si yok hong, sedang Lok Sian kun menikah dengan Li
Ju yang, sejak mana kedua keluarga ini mengikat permusuhan
yang lebih mendalam dengan Pok Siang cun. Pok Sian cun
masuk Liong hwa hwe wajib tolong menolong soal dendam
kesumat dan permusuhan pribadi boleh diselesaikan disaat
pertemuan besar seluruh anggota. Ilmu silat mereka bertiga
rada rendah, terpaksa hanya masuk dalam setan Mo pang,
untuk membalas dendam terbuka harus minta bantuan orang,
mereka jadi anggota tujuannya memang ingin minta bantuan."
Tambah pula sedikit pengertian Koan San gwat mengenai
latar belakang yang rumit ini.
Terdengar Li Sek hong menghela napas : "Bahwasanya
seluruh anggota Liong hwa hwe yang berjumlah seratus lebih
itu. kalau tidak tanam budi tentu saling bermusuhan, maka
sewajarnya terjadi dua kelompok yang saling bertentangan,
karena terkekang oleh aturan aturan dalam perkumpulan
sehingga sulit mereka menyelesaikan urusan pribadi.
Pertemuan besar hari ini kalau benar benar terjadi pasti akan
banyak tontonan yang ramai, Cia Ling im sudah membawa
seluruh kamrat kamratnya, maka perbedaan keda kelompok
yang saling berhadapan ini lebih jelas lagi"."
Koan San gwat tidak ingin tahu budi atau dendam orang
lain, maka ia hanya bertanya "Bagaimana pula hubungan
antara guruku dengan Lim siancu?"
Li Sek hong berpikir sebentar lalu menjelaskan: "Ui ho
menerima undangan Toa suci, ia tinggal diatas gunung sekian
lamanya, setiap hari bergaul erat dan hubunganpun semakin
intim keadaan ini diperhatikan Ca Ling im sudah tentu ia
merasa jelas, karena sejak lama dia sudah menaruh hati pada
Toa suci, dulu karena masih ada suhu, setelah beliau wafat ia
menyangka sikap Toa suci bakal berubah terhadapnya, tak
nyana muncullah Ui ho yang menjadi penentang utamanya
karuan rasa cemburu membakar hatinya, tapi ia masih takut
akan kelihatan Pek hong kiam ditangan Toa suci, maka ia
gunakan cara lain untuk merusak hubungan mesra mereka.
Dia buka rahasia pribadi Toa suci yang dulu sudah pernah
dinodai oleh guru sendiri kepada kepada Ui ho!"
Sek hong manggut manggut, ujarnya "Gagal yang pertama
Cia Ling im menggunakan akal nya kedua, kali ini jauh lebih
keji secara kekerasan ia putuskan hubungan intim mereka."
"Tipu daya keji apa?"
Merah muka Li Sek hong, sesaat ia berdiam diri baru pelan
pelan melanjutkan : "Dalam mengatur tipu daya ini akupun
tersangkut, malah aku sendirilah ya?g melaksankan."
Koan San gwat menatapnya tajam, tapi sikap Li S?k hong
sudah wajar, katanya "Tidak usah malu kau tertawakan, terus
terang sebetulnya ?kupun jatuh hari kepada gurumu sebab
laki laki macam dia memang jarang ada dan sulit
diketemukan, tapi karena dia berhubungan intim dengan Toa
suci, sehingga aku harus menyembunyikan perasaan hatiku,
tapi bisikan hatiku ini tidak dapat mengelabui mata Cia Ling
im, maka dia menggunakan tak tik kelemahanku ini"."
Biji mata Koan San gwat membelak semakin besar.
Tak tertahan Liu Ih yu menimbrung: "Suci! Apa kau harus
membeber rahasia itu?"
"Ya" sahut L? Sek hong manggut manggut "Aku harus
mencurahkan ganjalan hatiku selama ini, apalagi peristiwa
memalukan itu sudah lama mencekam sanubariku, sehingga
aku merasa bersalah terhadap Toa suci, meskipun dia
memaafkan aku, namun ku tak bisa memaafkan diriku
sendiri"." Malam terang bulan, puncak Sin li hong di tabur cahaya
nan redup, di mana sedang berkumpul lima orang makan
riang gembira. Lim Hiang ting elok rupawan laksana bidadari, Li Sek hong
cantik molek seperti kuntum kembang yang baru mekar,
sementata Liu Ih yu seperti seekor burung yang lincah dan
senang mengoceh, suara tawa dan senda gurau kumandang
dalam perjamuan yang meriah ini, Cia Ling im juga bicara dan
senda gurau secara bebas tiada ikatan atau janggalan, Tokko
Bing adalah seorang gagah dan kereng. Pertamuan yang
dihadiri orang orang penting Liong hwa hwe.
Cia Ling im menuang setengah cangkir arakanya seraya
berkata "Sinar rembulan nan cemerlang laksana mencuci
bersih alam semesta, minum arak riang gembira, benar benar
merupakan kejadian yang paling menggirangkan hatiu,
untunglah Ba yan tahu diri tidak keadaan yang semarak ini
akan menjadi janggal karena keburukannya itu."
Toko Bing tersenyum lirih, katanya, "Cia heng sebenarnya
tidak boleh kau berkata demikian, bukankah dia begitu baik
terhadap kau !" "Itu persoalan lain, dalam perjamuan semarak ini tanpa dia
hadir lebih baik, diantara kami berlima dapat dikisahkan dalam
sair dan dilukis pula, kalau terdapat muka buruknya itu,
bukankah menghilangkan selera belaka?"
"Suheng!" tak tahan Liu Ih yu ikut bicara "Omonganmu
tidak adil bagi Sebun suci"
"Buruk ya buruk, memang aku harus membangkang
kenyataan dan mengatakan cantik. Suhu mengganti namanya
menjadi Bu yam (tanpa garam), beliaulah orang pertama yang
berlaku tidak adil, kenapa kau cuma salahkan aku saja?"
Li Sek hong mendengus hidung, selanya : "Begitu merasuk
perhatiannya terhadap kau sikapnya ternyata kasar
terhadapnya, apa kau tidak kuantir dia bersedih
mendengarkan ucapanmu ?"
"Kalau dia sedih karena kukatakan dia jelek, berarti dia
lebih tidak tahu diri, aku boleh berterima kasih akan
perhatiannya itu, ia tidak bisa mengatakan buruk menjadi
cantik"." Tergerak hati Lim Hing ting, "Kemana Bu yam sumoy?"
"Siapa tahu" Mungkin turun gunung, sudahlah jangan
perdulikan dia"."
Tengah mereka bicara tiba tiba didengarnya suara pekik
burung bangau, pekikanya seperti gugup dan gelisah jelas dia
sedang menghadapi bahaya, serempak semua orang pasang
kuping mendengarkan kata Cia Ling im: "Suaranya
kedengaran dari kamar latihan siapa yang berani naik keatas
Bu yam"." "Untuk apa dia kekamar latihan?" tanya Lim Hiang ting.
"Itu kurang jelas," sahut Cia Ling im "Mungkin ingin melihat
lihat Pek hon kiam itu".."
Seketika berubah air muka Lim Hiang ting sebat sekali
tubuhnya mendadak melejit terus berlari kearah datangnya
suara. Cepat Cia Ling im berkata : "Kalau be Bu yam adanya,
terpaksa aku harus mengulangi perbuatannya, supaya dia
tidak bentrok dengan Hiang ting suci!" habis berkata bergegas
iapun tinggal pergi. Li Ih yu adalah gadis kecil yang suka melihat keramaian,
cepat iapun berseru, "Aku ikut kesana!"
Li Sek hong segera menarikanya, sahutnya: "Ui ho! Kamar
latihan Suci merupakan tempat terlarang, meski hubunganmu
kental tapi rasanya kurang pantas kau kesana, dan lagi urusan
kami antara saudara seperguruan, kau kesanapun tak bisa
turut campur!" Terpaksa Tokko bing duduk kembali.
Li Sek hong berkata sambil tertawa "Jangan pedulikan
mereka mari kita minum sepuasnya."
Beruntun mereka menghabiskan beberapa cawan, perasaan
Tokko Bing makin tidak tentrem. Li Sek hong lantas
melirikanya katanya : "Apa kau kuatir akan keselamaran Toa
suci?" Merah muka Tokko Bing, sahutnya: "Siapa bilang?"
"Kalau begitu kenapa tingkah lakumu begitu linglung, mari
tenggak lagi secawan besar ini, selamanya aku belum pernah
senang seperti hari ini! Ui ho! Apa kau sudi mengiringi aku
minum secawan besar ini?"
Tokko Bing tidak tahu kenapa dia menjadi begitu riang,
namun tiada alasan menolak terpaksa ia mengerutkan kening,
katanya sambil menuding saji perjamuan : "Bukan tidak rela,
soalnya tiada cawan besar di sini!"
"Apa kau minum, tentu aku bisa mencari akal!" sembari
berkata telapak tangannya membabat miring kedepan, kontan
dua poci arak yang bundar buntak cakup itu terpapas persis
diperutnya sepeti diiris senjata tajam layakanya, lalu ia ulur
sebelah tangan yang lain memencet mulut poci sehingga
cawan besar, dalam bekas poci arak ini masih ada sisa
setengah cawan arak, sambil mengulum senyum aneh Li Sek
hong mengangsurkan satu diantaranya kepada Tokko Bing,
katanya "Sayang bersua agak lamban, senang dapat minum
bersama?" Tokko Bing melengak heran, katanya : "Sian cu! Apa
maksud ucapanmu?" "Itulah perasaan hatiku" ujar Li Sek hong tertawa getir,
"Mungkin sulit dicari orang kedua seperti kau, tapi sayang kau
sudah terpilih oleh Toa suci lalu ada apa lagi yang perlu
kaucapkan?" Bukan pertama kali Tokko Bing menghadapi pandangan Li
Sek hong yang membawa perih mengandung kamesraan, tapi
tak ia sangka secara berhadapan ia berani melimpahkan isi
hatinya, sesaat lamanya ia melenggong tak tahu bagaimana
harus menjawab. Li Sek hong tertawa tawar, ujarnya : "Ui ho, legakan
hatimu, kecuali secawan arak ini, tanda sesuatu permintaanku
yang lain terhadap kau! Silakan habisi arak ini untuk
selanjutnya kita hidup dalam arah masing masing."
Suaranya begitu sedih memilukan, Tokko Bing jadi iba dan
tak tahan lagi, sekali raih ia angkat cawan terus
Patung Emas Kaki Tunggal ( Unta Sakti ) Karya Gan K H di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
ditenggakanya habis, Li Sek hong juga mengadah kepala,
sekaligus ia habiskan sisa arakanya, lalu membanting cawan
arak itu hancur berantakan diatas lantai.
Dengan gaya yang mempersona ia duduk gemelai, pelan
pelan satu persatu mulai membuka pakaiannya selama ini
Tokko Bing menatap dengan mata terbelak. Li Sek hong
membuka baju luar lalu digelar diatas lantai kiranya bagian
dalamnya ia sedikitpun tidak mengenakan pakaian, pelan
pelan ia merebahkan diri, sepasang matanya memancarkan
cahaya hawa nafsu tenggorokannya berbunyi, genit katanya
"Aku letih, tapi hatiku panas sekali, aku hendak tiduran disini,
Ui ho! Apakah kau tidak merasa gerah?"
Mendengar kata katanya ini, Tokko Bing segera merasa
seluruh badanya seperti dibakar, keringat seperti air hujan
membasahi selurh badan. "Menepuk sisinya yang kosong Li sek hong berkata: "Ayolah
jangan lambat lambat lagi! Temani aku tiduran disini, rasanya
cukup nyanan dan silir?"
Tanpa sangsi sedikitpun bergegas Tokko Bing mencopoti
seluruh pakaiannya, terus rebah disampingnya, Kejap lain dua
badan yang hangat membara, dua hati yang terbakar, saling
peluk dengan mesranya"
Entah berapa lama berselang, disaat pikiran menjadi
jernih, setelah dari impian sorga dunia, beberapa orang sudah
berdiri disekeliling mereka. Maka Cia Lim im dan Sebun Bu yan
mengulum senyum sinis aneh sebaliknya sikap Lim Hiang ting
tenang dan wajar, Cuma Lau Ih yu yang menjerit malu dan
kaget. "Sumoay !" ujar Cia Ling Im seraya menyeringai dingin,
"Kuhaturkan selamat kepada kau, hati nan rindu ini sudah
tercapai?" Li Sek Hong terlolong tak bersuara, pelan pelan ia
mengenakan pakaiannya. Sebaliknya Tokko Bing tersipu sipu mengenakan
pakaiannya, lalu ia menjura kepada Lim Hiang ting katanya:
"Maafkan! Hiang ting"."
Lim Hiang ting mengulapkan tangan, katanya, "Tak apa
apa! kejadian yang sudah kuduga sebelumnya, kau tidak perlu
salahkan dirimu sendiri siapa yang kuat bertahan dibawah
pengaruh obat bius yang keras itu"."
Tokko Bing menghela napas, katanya mendelu "Betapapun
karena aku tidak becus, kalau tidak mana bisa terjadi" ai!
Apapun tidak usah dibicarakan lagi, aka harus segera pergi!
Kelak bicara lebih lanjut!"
Berubah air muka Lim Hiang ting, katanya. "Kau tidak perlu
tergesa gesa. Aku tidak ambil parhatian kejadian ini, secara
kebesaran jiwa dan kelapangan dadamu pernah kau
memaafkan aku, bahwa kejadian lalu karena terpaksa
bukankah keadaanmu sekarang juga demikian! Hatiku malah
senang karena terjadi peristiwa ini, diantara kita bukankah jadi
berimbang"." "Tidak! terima kasih, Hiang ting, bagaimana juga aku tidak
bisa memaafkan diriku sendiri!"
"Kukuh benar kau ini, baiklah, kalau benar tekadmu hendak
pergi terserah, aku pun tidak kuasa menghalangi kau, tapi
dapatkah kau kembali lagi?"
Tokko Bing melirik kearah Li Sek hong tanpa bersuara.
Lim Hiang ting maklum akan maksud orang, katanya
tersenyum : "Baiklah kita batasi sampai dua puluh tahun,
kalau dalam jangka panjang ini kau dapat melupakan
peristiwa ini, aku akan setia menunggu kedatanganmu kalau
tidak terpaksa kita bertemu pula pada pertemuan besar yang
akan datang." Setelah berpikir Tokko Bing berkata. "Aku akan berlatih
mengatasi ikatan mati ini kapan aku dapat memaafkan, sesaat
itulah aku akan datang, atau pada pertemuan besar yang akan
datang aku akan mengutus wakilku kemari, sebab mungkin
saat itu aku sudah tidak didunia fana ini?" habis berkata
segera ia melayang pergi.
"Tujuh bulas tahun sudah berlalu sejak peristiwa itu, kira
kira tiga tahun yang lalu baru dia kembali ketempat ini, tatkala
itu ia sudah berobah, perawakkannya tidak segagah dan
seganteng waktu mudanya dulu, tekad dan watakanya jauh
lebih keras dan tegas agakanya tidak sia sia Toa suci
menunggu dia akhirnya mereka merangkap jodoh yang
setimpal".." demikian Li Sek hong mengakhiri ceritanya.
Koan San gwat terlongong sesaat, lalu katanya "Cerita Sian
cu cukup jelas, tapi aku masih kurang paham, dalam kejadian
ini agaknya tiada persoalan yang menyangkut Cia Ling im
bukan?" "Ketahuilah C?a Ling im dapat menyelami rasa rindu
sepihakku terhadap Ui ho, maka ia mengatur tipu daya ini
bersamaku, perjamuan hari itu dia yang mengandalkan obat
bius yang digunakan itu adalah Hiang bong sim un san yang
keras sekali daya kerjanya, dulu kami pun ternoda karena
obatbius ini, tapi menghadapi kecerdikan dan ketelitian Ui ho,
sengaja ia mengatur rencana dengan sempurnanya, maka
arak itu tidak menunjukkan kegajanjilan apa apa, Toa suci
sendiripun diketahui. Poci ku kupapas jadi dua dan buat
minum sehingga obatbius itu seketika terbuat dalam arak
Sebun Bu yam pura pura membuat onar di kamar latihan,
dikala Toa suci memburu ke sana ternyata dia memang
sedang menggoda sepasang bangau itu, waktu Toa suci tiba
dia merasa dirugikan dan tersinggung lalu merengek kepada
suci, maka aku berkesempatan melaksanakan tipu dayaku"
aku memang ceroboh dan terbawa nafsu, begitu mudah aku
dipedaya?"" "Apa betul Lim sian cu tidak ambil perhatian akan peristiwa
ini?" "Toa suci seorang yang berpandangan luas dan berjiwa
besar, iapun maklum akan lihaynya, obatbius itu, sudah tentu
dia tidak bisa mengalahkan Ui ho, tapi Ui ho adalah seorang
yang jujur dan paling tinggi menjaga gengsi, betapapun ia
tidak akan bisa memaafkan diri sendiri. Cia Ling im sudah
meraba titik kelemahannya ini, tujuannya adalah mendesak
dan mengusir Ui ho, aku sendiri itu memang diapusi olehnya,
kukira apa yang kulakukan bakal memperoleh sedikit bagian
cinta Tokko Bing kepadaku, namun begitu Ui ho pergi, aku
menyesalpun sudah kasep ?"
"Selama tujuh belas tahun guruku pergi, bagaimana sikap
Cia Ling im terhadap Lim Sian cu ?"
Li Sek hong berkata dengan penuh kedongkolan: "Sudah
tentu ia berusaha mengambil hati Toa suci, namun Toa suci
sudah dapat meraba akal bulusnya yang licik itu, dengan setia
dan penuh kepercayaan ia menunggu kedatangan Ui ho,
demikian juga aku teramat benci kepadanya, sejak kejadian
itu aku tidak hiraunan dia lagi, akhirnya jerih payah Toa suci
ternyata tidak sia sia, aku".. malah menelan pil pahit."
Koan San gwat menghela napas, ujarnya "Harap Hian cu
tidak salah paham akan sikap guruku selama berapa lama itu
beliau pun hidup dalam penderitaan, menyembunyikan diri
ditengah gurun pasir, tutup pintu mereres diri, apa yang
kulakukan bakal memperoleh sedikit hati, mungkin diapun
menyesali perbuatannya itu merasa bersalah pula terhadap
Sian cu?" "Tidak perlu dia merasa bersalah terhadapku, karena
akulah yang mengatur tipu daya itu menjebloskan dia, syukur
kalau dia tidak membenci aku."
"Tidak! Suhu hanya kenal kesalahan sendiri selamanya
tidak pernah mengomel terhadap orang lain setelah
meninggalkan tempat ini, dengan tunggangan untanya ia
menjelajah seluruh dunia, dengaja mencari perkara pada
sembilan partai besar, tiga keluarga persilatan besar dan tujuh
lembah empat belas pedepokan tujuannya supaya kaum
persilatan gusar, mengeroyoknya dan membunuhnya. Soalnya
pandangan Suhu terlalu tinggi akan gengsi mesti dengan
berbagai usaha ia mencari kematian namun ia tidak akan
menggunakan cara yang kotor dan tercela, bahwasanya
kepandaian silatnya gembong gembong persilatan di
Tionggoan memang terlalu rendah, bukan saja tercapai
keinginannya beliau nama Bing tho ling cu malah menggetar
kan Kengouw !" Li Sek hong, manggut msnggut ujarnya pelan "Ilmu silat
gurumu saat itu tidak perlu dipersoalkan, berapa banyak tokoh
tokoh kosen dalam Liong hwa hwe, siapa mampu menandingi
dia. Terhitung apa aliran dan golongan besar itu, tiada
seorangpun dari mereka yang setimpal menduduki salah satu
dari barisan kami".."
Sambung Koan San gwat: "Setelah jemu menjelajah
seluruh Tionggoan, tujuanpun tidak tercapai, guru makin
berputus asa, malah beliau menerima aku menjadi murid,
beliau ajarkan semua kepandaiannya kepadaku tanpa
ketinggalan sedikitpun, mungkin beliau ada maksud mengirim
aku sebagai wakil dalam pertemuan besar kali ini, senentara
beliau sendiri berkeputusan menghabisi jiwa sendiri untuk
menyatakan terima kasih kepada Sian cu berdua, entah
bagaimana guru akhirnya sadar dan membatalkan niatnya
itu?" Dengan rasa lega Li Sek hong berkata: "Untung akhirnya
dia sadar, kalau tidak berapa besar rasa benciku terhadap
diriku sendiri, entah bagaimana setelah tujuh belas tahun ini
baru dia berhasil membuka ikatan mematikan yang
mengganjel sanubarinya itu?"
Sampai disiini mendadak dari luar ada orang menyambung
"Karena Lolap turur campur, jauh ribuan li membawa surat
darah Hiang ting Sian cu kepadanya, surat itulah yang
menyadarkan kepalanya yang sekeras batu itu." seiring
dengan suaranya Go hay hang yang gundul pelontos berjalan
masuk. "Hweshlo tua! "Liu Ih yu menghardik, "Tempat apa ini"
Kenapa kau terobosan masuk kemari?"
Go hay ciheng menyengir, ujarnya : "Liong hwa hwe sudah
berantakan, daerah terlarang bagai Thian gwat thian sudah
tidak berlaku lagi."
"Bukankah kau minta waktu dua jam baru datang" " Liu Ih
yu. "Lolap tidak ingkar janji, tampak sang surya doyong
kesebelah barat, pembicaraan yang panjang lebar tanpa
terasa sudah menghabiskan waktu dua jam lebih." Liu Ih yu
mengunjuk rasa malu dan jengah, gugup lagi.
Go hay ci hang tertawa, godanya : "Sian cu tidak usah
gelisah, kutanggung urasan ini bakal beres?"
Bertaut alis Lin Ih yu, semprotnya : "Ada urusan apa yang
aku harus minta bantuanmu?"
"Sudah tentu kenapa harus tanya, hati Sian cu sendiri
sudah paham, urusan ini tidak boleh terburu napsu,
pertemuan Koan Siheng jangan dibanding keadaan Ui ho dulu,
harus di lakukan setapak demi setapak, meleset sedikit bakal
menyesal seumur hidup"."
Gusar Lin Ih yu, dibuatnya baru saja ia hendak mengumbar
adat, cepat Go hay cihang maju kesampingnya, berbisik bisik
dipinggir kupingnya, pelan Pelan Lin Ih yu sabar kembali
katanya terlongo: "Apa benar! lalu bagaimana aku baikanya?"
"Pelan pelan! pelan! pelan kalau air tiba bendunganpun
jadi, kalau lolap sudah berani bertanggung jawab, Sian cu
pasti tidak akan kecewa, kini serahkan Koan siheng selama
dua hari ini?""
Lin Ih yu melengak, katanya : "Satu dua hari, kenapa
begitu lama?" "Kalau Sian cu sudah pernah melihat sabar peninggalan Lim
siancu, seharusnya ku tahu tempo dan hari ini bahwasanya
terlalu cepat batasnya"."
Lin Ih yu tidak banyak bicara lagi, tapi Koan San gwat
sendiri yang dibuat keheranan.
Go hay tertawa nyengir, katanya "Koan siheng, urusan
jangan terlambat, mari ikut Lolap pergi!"
Koan San gwat sangsi, lekas Go hay menambahkan "Kalau
Si heng tidak lekas berangkat, semua rencana yang aku atur
diluar gunung itu bakal kocar kacir semua, agakanya Siheng
terlalu rendah menilai persoalan ini beberapa orang itu mana
bisa menunaikan tugas berat ini. Seandainya mereka bentrok
dengan gerombobrolan Cia Ling im"."
Berubah air muka Koan San gwat, cepat ia berseru "Ya
benar Lo siansu mari lekas berangkat!"
Li Sek hong melengak, tanyanya tidak mengerti "Koan
siheng mengatur rencana apa di luar gunung?"
"Kedatangan Koan siheng sudah bertekad gugur bersama,
disekirar Bu san sudah tersebar kawan kawannya yang berani
mati, bila pada mereka akan melakukan sergapan dengan
nekad"." Merah muka Koan San gwat, katanya : "Lo siansu, jangan
kelakar, waktu itu aku masih buta terhadap seluk beluk Liong
hwa hwe maka timbul angan anganku yaag bodoh itu kini kita
harus cepat keluar!"
Baru sekarang Go hay bicara sungguh sungguh : "Ada
sebuah jalan rahasia dibelakang gunng, lewat jalan itu bisa
menghemat banyak waktu suruh budak kecil ini menunjukkan
jalan!" Ling koh memicingkan mata, godanya "Hweshio tua,
kelihatannya kau amat jelas sekali mengenai segala sesuatu
Thian gwat thian!" Go hay ci hang pelototkan matanya, sentakanya pura pura
marah : "Hus! genduk cilik! jangan mentang mentang, awas,
akan kubeber caramu mencuri daging anjing tempo hari,"
seraya menyabitkan kedua kuncir ramburnya cepat ia
menerobos keluar lebih dulu.
Liu In yu tertegun, ujarnya "Agakanya Ling koh banyak
mengelabui aku!" "Somoy," ujar Li Sek hong, "Kita betul betul orang paling
bodoh, Toa suci dan Cia Ling im sama sama mengelabui kita."
"Sian cu berdua tidak usah banyak curiga," demikian ujar
Go hay, "Ada kalanya mengelabui atau ngapusi seseoang itu
ada manfaatnya, sekarang Lolap tidak sempat beri
keterangan, nanti setelah mengatur beres orang orang
disebelah bawah harap kalian berdua suka mencapaikan diri,
bila datang waktunya Lolap dan Koan siheng akan
menyelesaikan seluruh urusan ini"." lalu sambil menyeret
Koan San gwat ia mendahului melangkah keluar, langkah
kakinya laksana terbang, sekejap saja sudah menghilang
diluar pintu.
Patung Emas Kaki Tunggal ( Unta Sakti ) Karya Gan K H di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Koan San gwat diam saja diseret Hweshio tua ini maju
kedepan menerjang gumpalan mega, tampak Ling koh sedang
duduk di atas batu yang diselimuti awan mengembang
menunggu mereka, begitu mereka mendekat cepat sekali dia
melompat kebalik batu sebelah sana terus terjun didalam
lautan mega yang tebal. Go hay menggandeng Koan San gwat ikut melompat batu
besar itu, telinganya merasa angin menderu keras, tubuhnya
meluncur turun semakin pesat, cepat ia mengempos hawa
meringankan tubuh, sehingga daya luncur tubuhnya menjadi
enteng dan lambat. Maka terdengar Go hay ci hang berkata tertawa : "Tidak
usah gugup ada setan cerdik itu menyambut kedatangan kita,
terbanting ke bawah pun tidak akan luka!"
Tengah mereka berbicara tiba tiba dirasakan kakinya
tergetar seperti menyentuh suatu benda yang lunak, kiranya
itulah sebuah jalan besar yang terbuat dari tali rotan begitu
mereka masuk jala rotan, jala yang besar itut lantas bergerak
kesamping dan meluncur cepat menembus lautan mega, tak
lama kemudian pandangan menjadi terang benderang.
Ternyata, mereka sudah berada dibawah gunung.
-oo0dw0oo- JILID 14 TAMPAK CIONG LAM Ciangbunjin Lu Bu wi dan Lau Sam
thay sedang berdiri di kejauhan dengan terlonjong. Tidak jauh
disebelah kanan Ling koh berdiri dengin cengar cengir bangga.
Disebelah kiri terlihat pula Thian ki mo kun Ki Kouw dan It
ping ketua dari Sip coa ya kun sirasul Ungu sedang bertempur
sengit melawan Ban li bu in dan It lun bing gwat.
Serangan Ki Houw amat culas, kepandaiannya memang
hebat, dengan satu melawan dua ia masih bermain dengan
santai malah balas mendesak lawan hingga kerepotan seperti
badut melucu belaka. begitu Go hay ci hai g muncul Ban li se
gera berteriak : "Hweshio tua! Kau terlambat datang sedetik
lagi, kami berdua sudah tidak kuat bertahan lagi!"
"Genduk cilik!" ujar Go hay ci hang ke pada Ling koh
"Harap kau melelahkan diri menggebah pergi cecunguk iblis
ini!" Ling koh mengiakan terus tampil kedepan. Agaknya Ki
houw tahu kelihayannya, seraya bersuit ia bawa si Rasul Ungu
lari terbirit birit. Lekas Lu Bu wi maju memapak serta bersoja kepada Koan
San gwat, katanya: "Ling cu! Losiu ?"
"Sudah jangan cerewet lagi !" tukas Ban li bu in sambil
terngangah, "Lekas tarik mundur semua anak buahmu serta
bongkar semua bahan peledak yang kalian pendam, kalau
terlambat kita hancur lebur!"
Lu Bu wi menjadi sangsi, lekas Koan San gwat
menimbrung" Silahkan Ciangbunjin keluarkan perintah, duduk
perkaranya nanti kujelaskan lebih lanjut"
"Ya lebih cepat lebih baik, "sela Go hay, "Meski Lolap sudah
minta bantuan orang untuk merintangi segala sepak terjang
para iblis itu, tapi kalau Ciangbunjin atau bentrok dengan bala
bantuanku ini ?" Terpaksa Lu Bu wi membawa Lau Sam thay.
Kata Ban li bu in kepada Koan San gwat: "Anak muda tidak
kuduga kau mengatur sedemikian rapihnya. Untung Hweshio
tua mengetahui segala rencanamu ini, kalau tidak kita bakal
terkubur diatas gunung. Cara bagaimana kau gunakan cara
yang buntu begini!" Merah muka Koan San gwat, sahutnya "Sebelum aku naik
keatas gunung, aku belum paham benar akan seluk beluk
Liong hwa hwe karena kupapari banyak anggota dari Liong
hwa hwe berdiri para gembong gembong iblis, buaya darat
serta gembong gembong penjahat lainnya ?"
"Kau sendiripun diatas gunung, apa kau tidak takut
terkubur bersama mereka" " senggak Ban li bu in.
"Kita dapat memberantas kejahatan bagi umat manusia,
tidak perlu saya adu jiwa sendiri. Soalnya kalian tokoh tokoh
silat lihay dan berkepandaian tinggi, hanya jalan yang
kutempuh inilah satu satunya cara untuk memberantas
gembong gembong iblis itu ?" demikian ujar Koan San gwat
dengan sikap kereng. Go hay ci hang tertawa, karanya :
"Sekarang silahkan buang panah peledak tanda bahaya yang
kau simpan dalam lengan bajumu, meski rencana kerjamu
amar rahasia, namun mana bisa mengelabui anak buah Thian
ki mo kun, untuk Lolap mendapat bisikan, kalau dedak bahan
peledak yang kau sebar diempat penjuru itu, terbalik akan
mereka gunakan untuk menjebak kita, orang gagah yang
tinggal diatas gunung bakal ajal semua, seluruh jagat akan
dikuasai gembong gembong iblis yang bersimaharaja!"
Merah padam muka Koan San gwat, mulutnya terkancing
rapat. "Koan kongcu!" Ling koh menimbrung. "Gurumupun
mungkin berada diatas gunug apa kau tidak kuatir beliau ikut
menjadi korban dari ledakan hebat itu?"
"Berdasar pengertianku semula terhadap Liong hwa hwe,
sebagai organisasi sesat, maka aku siap melaksanakan
rencana aku itu dengan segala tekad dan resiko."
"Tidak sudah Siheng terangkan lagi," ujar Go hay, "Maksud
baikmu memang harus dipuji. Kalau Liong hwa hwe seperti
dugaan mu, sekali meledak seluruhnya bakal hancur lebur,
dunia selanjutnya bakal aman tentram dan sentosa, meski
yang tidak berdosa ikut cidera umpamanya juga setimpal!"
"Agaknya Losiansu dapat menyelan sanubariku!" ujar Koan
San gwat bersoja. "Tekadmu memang baik, cuma caramu yang kurang dapat
dihangai, malah terlalu berbahaya, dan lagi kau mengerahkan
tenaga begitu banyak sehingga menyolok mata dan
membocorkan rahasia. Begitu kau tiba diatas gunung Ki Houw
sudan membekuk seluruh anak buahmu yang kau pendam itu,
malah menggunakan bahan peledak yang sudah tersedia itu
berbalik hendak menghadapi kita beramai.."
Sungguh sesal dan gegetun lagi Koan San gwat d buatnya,
katanya "Wanpwe harus mengakui kesalahan ini, untung
Losiansu cukup cermat dan bisa bertindak cepat lagi, sehingga
kesalahan besar ini bisa terhindar ?"
"Urusan tidak perlu diperbincangkan lagi, masih ada tugas
lain yang lebih penting, kawan kawan tua harap naik
kegunung tunggu disana sementara waktu, harap sampaikan
pula pada sahabat lainnya supaya melegakan hati, tiga hari
lagi bila Cia Ling im meluruk datang Lolap sudah punya cara
mengatasi mereka!" Sekias Ban li dan It lun saling pandang dengan bimbang,
namun tanpa bicara mereka terus putar tubuh tinggal pergi.
Sementara sambil berdiri menjublek hati Koan San gwat
dirundung berbagai pertanyaan yang tidak habis dimengerti,
"entah apa pula yang hendak dilakukan oleh Hweshio tua yang
serba misterius ini!"
Sikap Ling koh serius, cepat ia putar tubuh jalan depan
dengan rasa heran Koan San gwat mengintil dibelakang, kira
kira satu li kemudian tibalah mereka dipinggir sungai Tiang
kang, dari semak alang alang Ling koh menyeret sebuah
sampan kecil terus lompat ke atasnya pegang dayung sudah
siap untuk berangkat, segera Go hay merangkap tangan
bersoja bersabda : "Siheng silahkan naik kesampan, dua hari
lagi Lolap akan tunggu kedatanganmu ditempat ini pula!"
"Losiansu!" tanya Koan San gwat bingung, "Kau tidak ikut"
" "Lolap tiada jodoh! Disebelah depan tentu ada orang
menyambut kedatanganmu, Si heng memikul tugas berat,
kuharap kau dapat menjag diri."
Dengan bingung dan heran Koan San gwat melompat
keatas sampan, cepat Ling koh kerjakan dayungnya, sanpan
kecil itu laju dengan pesatnya menerjang gelombang sungai
Tiang kang yang besar. Koan San gwat bertanya : "Adik cilik, apa yang terjadi,
kemana pula kami hendak pegi" "
Ling oh tertawa cekikikan sambil mengerjakan dayung nya
lebih cepat lagi tanpa suara kira kira satu jam kemudian,
magrib sudah menjelang, mendadak Ling koh membelokan
sampannya kearah tepi, sekilas pandangan daerah ini semak
belukar melulu, daun welingi tumbuh subur setinggi manusia,
menutupi sebuah jalan kecil yang berliku liku.
Sampai disini tiba tiba Ling koh menjura dengan laku
hormat katanya "Hamba hanya bisa menngantar sampai disini,
silahkan Kongcu maju lebih lanjut lewat jalan kecil ini didepan
akan kau temukan sesuatu. Dua hari lagi hamba akan
manunggu ditempat ini menyambut Kongcu! Selamat
bertemu!" Lalu ia putar haluan sekejap saja sampan sudah
menghilang dibawa arus sungai yang deras.
Seorang diri Koan San gwat terlongong dipinggir sungai
yang sunyi senyap, sekian lama ia bingung dan hambar, sebab
pengalaman hidupnya semakin lama semakin aneh dan sulit
dipercaya, dengan segala jerih payah akhir nya ia
membongkar seluk beluk Liong hwa hwe yang serba misterius
itu, kini dia dipermainkan oleh Hwesio tua yang serba
misterius, Ling koh yang nakal dan pintar itu membawanya
ketempat yang asing dan semak belukar begitu, mulailah ia
memasuki suatu persoalan yang serba rahasia lagi.
Tempat apakah ini! Siapa yang menetap ditempat terasing
ini" Sudah tentu sia sia pertanyaan ini, karena tiada orang
yang memberi jawaban. Ada satu kepastian yang tidak bisa d
bantah lagi, yairu tiga hari yang akan datang Siu lo cun sia Cia
Ling im bakal meluruk datang beserta seluruh begundalnya
untuk merebut kekuatan yang sudah ludes di puncak Sin li
hong, kedatangannya itu laksana airbah yang sangat sulit
dibendung, dan agaknya tiada seorangpun yang nampu
mengendalikan serbuan besar ini.
Go hay ci hang bilang punya pegangan yang cukup
diandalkan, kepercayaan ini tergantung pada diriku, akulah
yang bakal dijadikan tameng atau bendungan untuk menahan
arus besar itu. "Dapatkah kekuatanku menahan serbuan Cia
ling im ing itu" "
Sudah tentu tidak mungkin. Pertempuran didepan gunung
Gi hi thia hit Cia Ling im tidak pandang diriku sebelah
matanya, memandang rendah itulah cacat yang terbesar
sehingga dia kukelabuhi. Bila bentrok lagi untuk kedua kalinya
tentu sulit memperoleh kesempatan sebaik itu.
Sudah tentu Go hay ci hang juga maklum akan hal ini,
namun ia masih meletakan harapan satu satunya pada dirinya,
malah sekarang dirinya diantar ketempat ini, seperti dia tahu
dirinya bakal menemukan sesuatu yang berhanga disini.
Pertemuan macam apakah" "Siapapun tidak akan
mungkin, dalan jangka tiga hari menggembleng diriku berlipat
ganda, mencapai setingkat atau unggul dari Ci Ling im."
Meski hatinya diiundung berbagai pertanyaan yang sulit
dijawab, namun kakinya tidak berhenti melangkah, menyusuri
jalan kecil yang sudah belukar itu ia terus maju kedepan
menyibak pohon yang tumbuh subur.
Jalan kecil ini benar benar sudah belukar, agaknya hutan ini
sudah lama tidak diinjak manusia, beberapa kali ia kesasar,
keadan memang seperti sebuah jalanan, namun setelah
diselusuri baru dia tahu jalan itu menuju ke lubang binatang
kecil, seperti kelnci atau musang yang kaget dan lari
seraburan menyembunyikan diri. Terpaksa ia kembali
ketempat semula mulai lagi mencari jalan yang tepat.
Malah setelah pulang pergi bolak balik ia menyadari akan
kesalahannya, sebab setiap kali ia menuju kejalanan yang
salah dihadapinya lantas dihadang gumpnlan kabut tebal dan
tidak mungkin maju lebih lanjut.
Lambat laun ia baru menyadari bahwa semak belukar yang
dihadapi ini bukan semak belukar biasa, jelas didalam semak
belukar ini diatur semacam barisan yang dapat menyesatkan
padangan orang. Diantara sekian banyak jalan jalan itu hanya satu yang
benar, jalan lurus yang benar ini baru ia dapat melepas
pandangannya yang terang benderang dan melalui jalan lurus
yang benar ini pula dia bisa tiba disatu tempat. Karena ia
menginsafi akan kelihayan barisan itu, maka setiap kali ia
masuk kejalan sesat dan sebelum terlanjut lekas mundur balik
ketempat semula sehingga ia tidak terjebak dan mati kutu
ditengah barisan. Setelah mengalami kesalahan langkah berulang kali, lama
kelamaan tersimpul oleh Koan San gwat cara pemecahannya,
teraba olehnya sebuah jalan yang tepat untuk mengatasi
segala kesesatan itu. Setiap kali ia menghadapi jalan sesat
yang membingungkan, setiap kali kepala ia memutar dan
menyelusuri jalan sebelan pinggir kanan dan itulah jalan lurus
yang benar, begitulah jalan punya jalan ia tidak terpengaruh
lagi akan keajaiban barisan yang menyesatkan itu, akhirnya
dengan leluasa ia menyelusuri jalanan yang dia harus tempuh.
Entah berapa lama ia menghabiskan waktu, di ufuk timur
sudah menunjukkan setitik sinar terang, air embun sudah
membasah kuyup seluruh pakaiannya, baru dia lolos dari
semak belukar yang menyesatkan itu dan berdiri di atas
sebuah lereng bukit yang rendah. Selayang pandang
menjelajah, seketika ia terbelalak, dan berjingkrak kaget,
napaspun seperti sulit ditarik.
Dari cahaya pagi yang menerangi jalan raya ini, dikejauhan
sana ia melihat tempat di mana kemarin petang mendarat,
jarak dengan tempatnya berdiri ini cuma satu li lebih,
damparan ombak disungai terdengar jelas olehnya.
Jadi semalam suntuk aku menggerayangi dalam semak
belukar ini tidak lebih hanya tiga empat bau saja.
Semak belukar sekecil ini menghabiskan waktu semalam
suntuk, naga naganya orang yang menciptakan barisan ini
amat lihay, sungguh tidak bisa diukur betapa hebat daya
ciptanya. Untung secara serampangan aku bisa menembus
barisan yang menyesatkan itu.
Setelah terlongong sejenak, ia melanjutkan kesebelah
depan. Pandangan didepan berganti rupa dan bentuknya pula.
Kelompok demi kelompok tanaman kembang seruni sedang
mekar semerbak dan subur sekali, beraneka warna lagi bulan
sembilan memang musim kembang seruni mekar, pandangan
didepan mata tidak perlu dibikin heran, dari deretan kelompok
kembang kembang ttu mengalir air jernih dalam sebuah anak
sungai yang bening, sepanjang sungai pohon itu berbaris
Patung Emas Kaki Tunggal ( Unta Sakti ) Karya Gan K H di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
meliuk dahan dengan lambaian daunnya yang lemah gemulai,
melepas pandang kesebelah depan, di sana keadaan lebih
menakjubkan. Begitu takjub Koan San gwat menghadap keadaan didepan
matanya sampai ia lupa diri dan mulutpun ternganga lebar,
perasaan menjadi nyaman dan lega.
Entah berapa lama ia terlongong, akhir nya ia menghela
napas, ujarnya "Tempat bagus! Dan menetap ditempat
seindah ini sungguh hidup laksana dewata!"
Sekonyong konyong didengarnya suara perempuan berkata
"Angan angan bocah ini ternyata sama dengan kau!"
Lalu disambung oleh suara laki laki berkata: "Keparat ini
terlalu tebal diliputi hawa membunuh dan napsu asmara, tidak
setimpal dia menetap ditempat macam ini."
Suara perempuan itu masih asing bagi pendengaran Koan
San gwat, tapi suara laki laki itu membuat hatinya seperti
terpukul godam, itulah suara gurunya yang berbudi, Tokko
Bing yang selalu dikenangkannya.
Sambil berlinang air mata, suara Koan san gwat gemetar,
teriaknya: "Suhu " dimanakah kau ?"
Percakapan mereka kedengarannya dekat, kemana Koan
San gwat sudah mencari ubek ubekan tidak menemukan jejak
atau bayangannya, saking gugup ia terus berlutut dan berseru
sambil sesenggukan, "Suhu Tecu kangen benar terhadap kau
orang tua, mengapa tidak memberi kesempatan bagi Tecu
untuk menghadap padamu" "
Cukup lama ia menangis, namun sekelilingnya masih sepi.
Entah berapa lama kemudian akhirnya terdengar pula suara
perempuan itu berkata: "Sudah jangan kau permainkan dia,
lihat betapa kasihannya!"
"Biarkan saja !" terdengar sahutan Tokko Bing, "Bocah itu
perlu diajar adat kalau tidak siapa kelak yang mampu
mengendalikan dia." "Kau tidak perlu banyak mulut" Perangaimu dulu lebih jelek
dari dia, hanya selama dia dapat memecahkan Kiu gan toa mi
tin, ini bukti bahwa dia lebih kuat dari kau. Dan lagi dia sudah
letih semalaman, lahir dan batin sudah diperas habis habisan,
kalau terlambat istirahat bila diserang penyakit tentu runyam
akibatnya." "Hiang ting kau selalu tergesa gesa, coba lihat hatimu
masih kamaruk kerinduan duniawi halangan besar yang harus
kita hadapi kuduga sulit ditembus!"
"Kalau memang sudah dekat tentu segera dapat kita
hadapi, aku sendiri sudah jemu dan pasrah nasib saja. Seiring
dengan perkataan ini, pandangan Koan San gwat seperti
kabur, diatas batu dipinggir kali sebelah sana entah kapan
tahu tahu duduk dua orang dengan angker nya yang
perempuan cantik rupawan laksana bidadari, laki lakinya
kereng dan gagah seperti "
Tersipu sipu Koan San gwat memburu maju menjatuhkan
diri berlutut, serunya haru "Suhu ?" mendadak pandangaan
mata menjadi gelap hampir saja ia jatuh semaput. Cepat
perampuan itu mengebaskan lengan baju nya mengangkat
pundaknya, katanya tertawa "Nak, jangan hanyut oleh
perasaan, tuntun hawa muri kedalam pusar ?"
Terasa oleh Koan San gwat kebasan lengan baju orang
mengandung tenaga kuat yang menahan gejolak hawa dalam
dadanya, cepat ia menggiring tenaga dari luar yang merembes
masuk terus berputar sehaluan diseluruh badan, akhirnya
kembali kedalam pusat, sekuat tenaga ia mengendalikan
perasaan hatinya hingga tenang kembali.
Pelan pelan Tokko Bing berdiri, ujarnya "Hiang ting, kau
tergesa gesa lagi lwekang harus dilatih secara tekun dan
makan waktu, hasil yang diperoleh tanpa bekerja ini, hanya
akan mencelakakan dia belaka."
"Banyak sekali persoalan yang harus kuminta bantuannya.
Sudah kau tidak usah turut campur!"
Melihat guru sehat Walafiat tidak kurang suatu apa, gagah
serta jauh lebih matang, sungguh hati Koan San gwat girang
bukan main, baru saja ia hendak buka mulut, didengar nya
Tokko Bing sudah membentak dengan ketus: "Binatang! Lim
sian cu sudah menganugrahi bekal kepadamu, masih kau
melantur kemana lagi!"
Tercekat hati Koan San gwat, lekas ia hilangkan pikiran
tetek bengek, memusatkan semangat serta menyalurkan hawa
digabung dengan tenaga lunak yang merembes dari luar,
kejap lain, terasa segulung hawa hangat menggulung gulung
menyusup kesegala badan dan urat nadinya, perasaan hati
pun terasa sangat segar dan sejuk, Tidak lama kemudian tiba
tiba Tokko Bing mengulur sebelah tangannya mendorong
lengan baju yang menempel di pundak Koan San gwat,
katanya: "Sudah cukup! Kalau di lanjutkan apa kau tidak suka
hidup lagi!" Perempuan itu menarik lengan bajunya, mukanya lesu
seperti keletihan, katanya menghela apas pelan pelan : "Kau
memang suka ngaku sendiri" "
Dengan badan segar dan semangat bergairah lekas Koan
San gwat menyembah kepada gurunya, sapanya: "Suhu "
Tecu ?" Dengan sikap kereng Tokko Bing berkata "Tak perlu banyak
adat lagi, ucapkan terima kasih kepada Sian cu, untuk kau dia
sudah mengeluarkan pengorbanan besar!"
Koan San gwat menggeser badannya menyembah pula
kepada perempuan itu, lekas perempuan itu memapahnya
bangun seraya berkata tertawa : "Sudah, sudah! Lekas
bangun, jangan kau hiraukan ucapan gurumu!"
Tapi Koan San gwat menyembah sekali baru bangkit
berdiri, perempuan itu berkata tersenyum "Nak! Kau lebih baik
dari apa yang pernah kami bayangkan! Mari duduk di sini,
kukira kau sudah tahu siapa aku ini bukan ?"
Koan San gwat menyahut sambil soja : "Tecu sudah dengar
cerita Li siancu, kau adalah ?"
"Aku adalah Lim Hiang ting!" tukasnya perempuan itu
tersenyum, " Perkelahianmu melawan Cia Ling im benar benar
mengagumkan ilmu sadar serta kepandaian otak sama
bagusnya maka segera aku membantu ?"
Koan San gwat unjuk rasa bingung dan tak mengerti. Lekas
Lim Hiang ting menjelaskan tidak tahu. Aku tahu Cia Ling im
terlalu liar dan sulit ditunduk, mana mungkin aku bisa
membiarkan Li sek hong menempuh bahaya! Untuglah
kesulitan itu dapat kau tanggulangi dengan baik sehingga
kami tak perlu unjukan diri."
Baru sekarang Koan San gwat paham namun masih ada
setitik persoalan yang belum dia ketahui. yaitu bahwa bantuan
Lim Hiang ting terhadap dirinya sendiri tadi kelihatannya dia
begitu letih, malah menurut gurunya dia sudah berkorban
besar bagi dirinya entah "
Agaknya Tokko Bing cepat meraba jalan pikiranya ini,
dengan sikep garang ia berkata "Lim Siancu menggunakan In
giok sin kang, menyalurkan tenaga dalam yang dilatih selama
dua puluh tahun kedalam tubuhmu ?"
Dengan rasa haru lekas Koan San gwat berkata : "Terima
kasih Sian cu, begitu baik kau menyempurnakan diriku ?"
"Ai, jangan sungkan, tindakanku ini ada maksudnya lho.
Karena apa yang akan kuminta terhadap kau teramat banyak!"
Tokko Bing menggeleng kepala, ujarnya "Kau serahkan
kepadanya saja, kenapa memberi imbalan dan kebaikan
segala ?" Koan San gwat berkata :" Perintah apapun silakan Sian cu
beritahu kepadaku, seumpama harus berkorban jiwapun Teccu
akan melaksanakan dengan senang hati, kenapa harus
mengorbankan tenaga sendiri ?"
"Ah, bagaimana, bocah keparat ini tidak mau terima
kebaikanmu bukan!" sela Tokko Bing tertawa.
"Sekali kali Teccu tiada maksud demikian," cepat Koan San
gwat menambahkan. Lim Hiang ting mengulapkan tangan, katanya "Ui ho,
jangan kau campur bicara, kau tahu untuk apa aku salurkan
lwekangku kepadanya" "
"Bukankah karena Cia Ling im dan kamrat kamratnya" "
"Bukan! cara untuk menghadapi Siu lo, Lolo sudah memberi
pesan khusus, tidak perlu aku sendiri yang merepotkan diri!"
"Lalu ada urusan lain apa lagi" "
"Demi Ih yu!" "Apa! Soal itu lagi bukankah sudah betapapun tidak
boleh?" "Ui ho, aku mohon kepada kau, hanya inilah satu satunya
permintaanku." "Jangan kau mohon kepada aku," ujar Tokko Bing sedih,
"Urusan ini aku tidak punya hak memutuskan, meski dia ialah
muridku, tapi aku tidak bisa perintahkan dia atau memaksanya
untuk menerima, karena ini ?"
"Aku hanya mohon supaya kau tidak turut campur dan
menentang!" Tokko Bing tenggelam dalam pikirannya, sesaat kemudian
baru menjawab : "Baik, aku tidak akan turut campur, tapi aku
harap kau berpikir lebih cermat, jangan nanti kejadian menjadi
ruwet dan tiada kesudahannya, bukankah menimbulkan
keributan belaka!" "Pernyataanmu sudah cukup. Aku bsa mencari kesempatan
yang paling tepat untuk mengaturnya dengan sempurna dan
rapi!" Koan San gwat garuk garuk kepala keheranan, tanyanya :
"Ada tugas, silakan Sian cu perintahkan kepada Tecu" "
"Suatu tugas tidak perlu banyak mengeluarkan tenaga dan
pikiran." "Asal Tecu mampu dan bisa melaksanakan, Tecu tidak akan
bikin Sian cu kecewa!"
"Anak muda harus bicara hati hati, jangan tergesa gesa
menerima permintaannya, lebih baik kau tanya dulu tugas apa
yang harus kau lakukan !"
"Ui ho!" senggak Lim Hang ting gugup, "Tadi kau sudah
berjanji tidak akan turut campur."
"Baik! Aku tidak perduli lagi, coba kulihat cara bagaimana
kau jelaskan kepada dia!"
Lim Hiang ting tertawa getir, katanya : "Sebenarnya juga
bukan tugas berat, hanya sebuah urusan pribadi, jangan
karena urusan pribadi aku mengabaikan kepentingan umum,
maka lebih baik dibicarakan kelak saja, sekarang kuajak kau
menghadap Lolo!" Tokko Bing manggut manggut. Dengan heran Koan San
gwat bertanya : "Siapakah Lolo?"
"Bukankah kau tahu seluk beluk mengenai persoalan kita?"
tanya Lim Hiang ting. "Lim siancu sudah bercetita kulitnya saja, tapi belum
lengkap seluruhnya!"
"Ada persoalan apa pula yang hendak kau tanyakan" "
"Banyak persoalan, umpamanya kenapa Sian cu dai Suhu
mengundurkan diri dari pertemuan besar itu" Cara bagaimana
pula menyembunyikan diri ditempat ini" Untuk apa pula Go
hay ci bang mengantar aku ketempat ini" "
"Banyak benar pertanyaanmu." ujar Lim Hiang ting tertawa.
"Setelah kau bertemu dengan Lolo, dengan sendirinya kau
akan paham seluruhnya!"
Koan San gwat sudah membuka mulut hendak bertanya,
Lim Hiang ting sudah bicara lebih lanjut: "Lolo adalah
penghuni atau majikan tempat ini, beliau adalah Sunioku (ibu
guru)!" Koan San gwat menjerit kaget, teriaknya:
"Beliau adalah Oen locian we " masih hidup kah beliau?"
"Tidak salah! Agaknya Li Sek hong cu kup jelas
menerangkan kepada kau."
"Li siancu tidak tahu bila Oen locianpwe masih hidup!"
"Benar, kecuali aku dan gurumu, tiada orang ketiga yang
tahu perihal ini." "Sungguh sulit dipercaya, bahwa Oen lo cianpwe ?"
Tokko Bing mengoreksi, katanya "Kau sebut Lolo saja, tidak
perlu dengan istilah Cianpwe segala."
Koan San gwat mengiakan, katanya : "Usia Lolo tentu
sudah amat lanjut." Lim Hiang ting menjawab : "Lolo sudah seratus lebih,
guruku terburu nafsu ingin menjadi dewa, akhirnya malah
celaka dan berumur pendek, sebaliknya Lolo yang
meninggalkan dunia keramaian, menggunakan kesadaran otak
dan kebajikan sanubarinya, membina diri menempuh jalan
suci menuju kesempurnaan jiwa."
"Apakah benar manusia bisa menjadi dewa" " tanya Koan
San gwat bingung. "Pertanyaan ini sulit kujawab. Kalau ku jawab benar, jelas
aku menipu kau, kalau sebaliknya, padahal keadaan Lolo
sekarang tak ubahnya seperti dalam kehidupan kedewaan."
"Jangan kau bikin otaknya butek," timbrung Tokko Bing.
"Dewa hanya terdapat dalam dongeng, kehidupan manusia
tak ubahnya seperti pelita, kalau minyaknya habis maka pelita
itu pun makin guram dan akhirnya padam sendiri, semakin
besar nyala api pelita minyak nya akan lebih cepat kering.
Bahwa Lolo bisa hidup sampai lanjut melampaui orang biasa,
karena beliau paham cara manusia mensucikan diri dan
membina jiwa batinnya, sehingga minyak pelita itu tidak
terhambur percuma, tapi cepat atau lambat akhirnya
beliaupun akan meninggal jua!"
"Pendapat mu betapapun setingkat lebih unggul dari aku,
jadi menutur uraianmu, berarti kedatangan kami
menyembunyikan diri di sini adalah berkelebihan belaka, tiada
artinya!" demikian ujar Lim Hiang ting tertawa. "Juga bukan
begitu saja arti dari ucapan ku, kehidupan itu masing masing
mempunyai dasar dan haluan, selama kehidupan, manusia
tentu mengejar kesempurnaan sendiri, ada kalanya seseorang
hidup sambil meraba raba jalan yang harus ditempuhnya tapi
tanpa hasil, terhitung beruntung, sebelum ajal kami
menemukan suatu cara yang tepat meski penemuan ini agak
terlambat, betapapun masih sempat digunakan untuk
menikmati kehidupan abadi nan suci dan kebahagiaan nan
murni!" Begitu lenggang Koan San gwat mendengar uraian yang
mendalam ini, sampai dia terlongong, mendadak Tokko Bing
menarik muka, sentaknya "Melamun apa kau! Setiap orang
punya pengalaman hidup sendiri sendiri punya cara kehidupan
masing masing, yang cocok bagi kami belum tentu cocok
untuk kau! Kehidupanmu harus kau tempuh dan aku cari dulu
Patung Emas Kaki Tunggal ( Unta Sakti ) Karya Gan K H di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
di Kangouw" Berkatalah Koan San gwat setulus dan jujur hatinya :
"Suhu, Tecu berkelana belum terlalu lama, menghadapi
kehidupan yang penuh nafsu dan angkara murka bunuh
membunuh melulu sudah cukup jemu, bilamana Suhu
mengijinkan, Tecu ingin ikut Suhu disini ?"
Tokko Bing mendengus, ujarnya "Ucapanmu belum
setimpal dengan usiamu, masih terlalu pagi kau berkeputusan
menentukan hidupmu, dua puluh tahun lagi, kalau kau masih
punya pikiran yang sama, akan kusambut kedatanganmu
ditempat ini, tatkala itu kita tidak terikat sebagai guru atau
murid, anggap saja sebagai kawan seperjalanan dalam
menempuh jalan suci itu."
Koan San gwat sudah membuka mulut, namun Lim Hiang
ting mendahului berkata dengan halus "Nak! Ucapan gurumu
memang benar, pengalaman hidup seperti yang kami alami ini
tidak akan bisa diselami oleh orang muda sebaya kau, baru
setelah pertangahan umur kau akan mengerti makna yang
sebenar nya. Kin bila kau melepas pandang tentu merasa
kehidupan disini teramat tenang dan tentram, rasanya tempat
ini sesuai untuk menghabiskan waktu sampai hari tua, namun
lama kelamaan kau akan merasa jemu dan kau tidak akan bisa
menahan sabar lagi!"
"Aku tidak akan berpikir demikian!" sahut Koan San gwat.
Tokko Bing dan Lim Hiang ting hanya tertawa tak bersuara
lagi. Dalam keheningan terdengar suara Bokhi yang nyaring
disebrang kali sana. Cepat Lim Hiang ting berkata : "Tuh Lolo memanggil kami!"
"Ya, Lolo memberi peringatan, supaya kau tidak banyak
bicara." "Lekas turun kebawah, kalau terlambat bisa dimaki nanti!"
demikian desak Lim Hiang ting. Cepat sekali mereka sudah
sampai di pinggir sungai, mereka melesat terbang seperti
burung walet, Tokko Bing pun ikut melesat kedepan dengan
entengnya, baru saja Koan San gwat bergerak hendak melihat
perbuatan mereka di dengarnya Tokko Bing berkata dengan
berteriak : "Lewat jembatan, kau tidak mampu lompat kemari
!" Terlihat oleh Koan San gwat lebar sungai ini tidak lebih
hanya satu setengah tombak, mengandal kekuatan dan
kemampuannya sekarang pasti tidak akan terjadi apa apa.
Bukankah Lim Hiang ting dan gurunya seenaknya melompat
kesebrang. Maka ia kurang percaya akan peringatan Tokko
Bing, cepat ia mengempos semangat dan menarik hawa,
badan seenteng asap melambung kedepan, menurut
tafsirannya sekali lompat sedikitnya mencapai lima enam
tombak jauhnya, dikala badannya merorot turun dilihatnya
dirinya sedang meluncur ditengah sungai.
Disaat tubuhnya hampir kecebur kedalam sungai itulah
cepat dia menggentak kedua lengannya serta mengganti
napas dua kali, sehingga tubuhnya melejit mumbul kembali
satu tombak, sekuat tenaga ia berusaha meluncur kedepan
pula, luncuran kedua ini mencapai dua tiga tombak lagi,
namun dimana kakinya meluncur tempat berpijaknya masih
merupakan sungai yang mengalirkan air bening.
Karuan kejutnya bukan kepalang, padahal hawa sudah
tidak mungkin diempos, tenaga pun sudah ludes, tak mungkin
melejit keatas lagi, terpaksa ia menggerakkan kepala, telapak
kakinya menutul permukaan air, harapannya menggunakan
tenaga tutulan badannya bisa melambung kedepan lebih
lanjut. Tapi begitu kakinya menyentuh air, tempat yang dipijak
ternyata seperti kosong tak bisa buat menggentakkan tenaga,
karuan badan nya amblas kebawah, kakinya sudah basah oleh
dinginnya air sungai, jelas bahwa kakinya sudah menyentuh
air, baru sekarang hatinya menjadi gugup, secara reflek kedua
tangannya berhasil meraih sebuah benda besar cepat ia
kerahkan tenaga terus mengangkat badannya keatas, waktu ia
melepas pandang, hampir ia tidak percaya akan kenyataan ini,
entah kapan tahu tahu dihadapannya di hadang sebuab
jembatan panjang, sementara kedua tangan nya berpegangan
kencang padada tonggak diatas jembatan itu, dikala ia
memanjat naik dan berdiri diatas jembatan baru ia melihat
bahwa kedua kakinya sudah basah.
Maka dapat dipastikan bahwa kakinya sebenarnya sudah
masuk air, tapi kenapa air sungai ini tidak mengandung daya
mengembang" Bagaimana pula cara jembatan ini muncul
secara mendadak dihadapannya" Tadi sama sekali aku tidak
melihat adanya jembatan ini" Akhirnya iapun berpikir dengan
tidak habis mengerti "Sungai kecil yang lebarnya cuma satu
tumbak ini, kenapa aku tidak mampu melompatinya" "
Meski hatinya dirundung berbagai pertanyaan, tapi Tokko
Bing dan Lim Hiang Ting berpeluk tangan sedang mengawasi
dirinya dengan tersenyum senyum, terpaksa mereka
menundukan kepala ia terbang menghampiri dengan beberapa
kali lompat dari jembatan. Kali ini ia berlaku hati hati, menurut
perhitungannya dirinya tepat berada ditengah jembatan,
panjang jembatan ini hanya setumbak lebih, setiap kali
langkah kakinya berjarak dua kaki, tapi ia harus berlari
sebanyak tiga puluh langkah baru sampai diujung jembatan
sebelah sana, maka timbul pula setitik pertanyaan dalam
benaknya. Waktu ia sampai dihadapan Tokko Bing berdua belum lagi
ia bersuata Lim Hiang ting sudah bicara, sambil tersenyum :
"Nak, sekali lompat kau dapat mencapai sepuluh tombak
ginkangmu sudah sulit dicari keduanya ?"
"Sepuluh tumbak lebih" " teriak Koan San gwat terbelalak.
"Mana bisa Tecu cuma meleompat begitu jauh" "
Kata Tokko Bing : "Sudah sepuluh tahu dia belajar,
dasarnya cukup kuat untuk melompat enam tujuh tumbak,
setelah kau tambah dengan salura lwekang selama dua puluh
tabun, lompat sepuluhan tumbak tidak perlu dibuat heran ?"
Semakin lebar mata Koan San gwat memandang.
"Nak, apakah kau masih bingung dan tidak mengerti" "
tanya Lim Hiang ting. "Benar" sahut Koan San gwat mengangguk, Tecu
dirundundung banyak pertanyaan seolah olah aku hidup dalam
impian ?" "Bukan nak, bukan dalam impian, seharusnya kau cukup
bangga akan dirimu menurut perhitunganku, lompatmu
pertama kira kira mencapai dua belas tumbak, waktu badan
mu melambung tinggi untuk kedua kalinya kira kira melesat
pula empat lima tumbak, di seluruh kolong langit ini, hanya
beberapa orang yang dapat menyamai hasil latihan
gingkangmu ini" Kaget dan heran pula Koan San gwat di buatnya, "Lalu
berapa lebar sungai itu?"
"Empat puluh tombak!" sahut Lim Hiang ting tersenyum.
Koan San gvvat hampir berjingkrak saking terkejut, sungai
sekecil ini ternyata seluas empat puluh tumbak, bagaimana ia
hampir percaya! Namun Lim Hiang ting menjelaskan dengan
sikap sungguh bukan kelakar. Melihat sikap kagetnya ini Tokko
Bing lantas menyentaknya lagi "Binatang! Dulu banyak kuajar
berbagai kepandaian dan pengertian kepada kau kenapa kau
lupa sama sekali!" Sebsntar Koan San gwat berpikir, tiba tiba ia berteriak kejut
"Apakah ini yang dinamakan Siok te sut (ilmu mengkerettkan
bumi)." "Didunta ini mana ada Siok te sut," jengekTokko Bing
"Tiada dianggap ada tidak perlu dipercaya, seperti sesuatu
kenyataan yang dihayalkan sama saja brutalnya."
Koan San gwat menjublek, "Nak," ujar Lim Hiang ting,
"agaknya kau makin bingung akan uraian gurumu,
mengkeretkan bumi menjadi pendek adalah tidak mungkin,
yang kau hadapi sekarang ini adalah semacam barisan yang
mengelabuhi pandangan matamu sehingga kau melihat yang
panjang menjadi pendek, demikianlah analisa kenyataan ini, di
mana kau sendiri sudah menghadapi kenyataan, secara
mendadak munculnya jembatan itu. Sejak tadi jembatan
berada di sana, namun dalam aling alingan barisan serba
rumit dan ajaib, sehingga pandanganmu seperti di kelabui.
Semua benda yang kenyatataan didunia ini tidak mungkin
berubah sedemikian saja, yang berubah hanyalah pandangan
manusia itu sendiri ?"
Koan San gwat baru paham dan mengerti, ujarnya "Tak
heran, kau dn Suhu bicara disebrang, tapi Tecu tidak
melihatnya." "Benar! Setelah kami menarik barisan itu baru kau melihat
kami, sebetulnya kalau kau gunakan kecerdikanmu untuk
berpikir secara teliti sebentar saja kau bisa paham. Semalam
bukankah kau meraba raba dan maju mundur semalam suntuk
disemak belukar itu" "
"Hal itu Tecu sudah paham, tapi kenapa air ini tiada punya
daya mengembang" "
"Itulah air lemak Bulu burung pun tak akan mengembang
diatas air!" Ketukan Bokhi berkumandang ditengah udara, jelas
mendengung dipinggir kuping.
"Ketukan Bokhi Lolo makin gencar, menyuruh kita lekas
pulang!" demikian desak Lim Hiang ting lalu ia mendahului
berlari ke depan. Koan San gwat mengintai dipaling belakang,
akhirnya mereka tiba disebuah gubuk yang terbuat dari
anyaman rumput alang alang. Tiba didepan gubuk sikap Tokko
Bing dan Lim Hiang ting menjadi hikmat dan hormat, kata
Tokko Bing: "Lapor Lolo, muridku yang bodoh sudah datang!"
Dari dalam gubuk terdengar sebuah sua a tua yang serak:
"Bawa dia masuk! Ingin aku lihat bocah ini lebih baik dari apa
yang kalian katakan."
Tokko Bing mengiakan, pelan pelan dia menyingkap kerai,
terus menyelinap masuk membawa Koan San gwat.
Dari cerita Li Sek hong, Koan San gwat tahu bahwa Oen
Kiau bermuka amat buruk, tapi disaat ia melihat dengan mata
kepalanya sendiri tak urung dia masih berjingkrak kaget.
Karena wanita tua yang satu ini benar benar amat buruk.
Kepala besar bermuka gepeng, diatas kepalanya tinggal
beberapa lembar rambut saja yang sudah ubanan alisnya
malah banyak dan menjuntai turun memanjang tergantung di
kedua pinggir matanya, sementara kedua biji mata nya
melotot keluar seperti mata ikan mas, hidungnya yang besar
terbalik menghadap ke atas, bulu hidungnya menjulur keluar
beberapa dim, bibirnya tebal giginya prongos tumbuh dua
siung dikedua samping mulutnya, putih mengkilat mengerikan
seperti dracula. Kalau bentuk wajahnya ini diibaratkan betul sesuatu yang
lain tak ubahnya seperti patung kuntilanak dibiara gunung.
Meski hatinya giris namun secara adat dan kesopanan Koan
San gwat tidak berani berlaku lena, cepat ia maju berlutut
serta menyapanya: "Tecu menghadap Lolo."
Oen Kiau mengulurkan lengm tangan yang seperti cakar
burung menghembus pelan pelan, ujarnya : "Nak! Tak usah
banyak peradatan, duduklah biar aku melihat tegas. Hiang
ting, Tokko Bing kalian pun jangan berdiri saja, mari duduk
sekalian. Hari ini terhitung gubukku dikunjungi banyak orang."
Panjang dalam gubuk amat sederhana Oen Kiau duduk
bersimpuh diatas tikar, didepannya terletak sebuah meja kecil
pendek, di atas meja menggeletak sebuah Bokhi kecil, se jilid
buku Hud king, serenteng tasbih beliau pun mengenakan
seperakat pakaian kasa sebagai pemeluk agama Budha.
Sekeliling dinding kosong melompong, kedua sampingnya
menggeletak dua kasur rumput, Tokko Bing dan Lim Hiang
Ting masing masing menduduki sebuah. Sambil tertawa Oen
Kiau berkata : "Tempatku iin tidak siap untuk menyambut
tamu lain, maka terpaksa kau duduk saja diatas lantai untung
tempatku ini cukup kering ?"
Cepat Koan San gwat "Tidak menjadi soal dimana saja Tecu
boleh duduk.!" Sementara itu Lim Hian ting dan Tokko Bing sama
bersimpuh, maka Koan San gwat segera duduk bersila, tapi ia
tidak bisa menerima kata kata kering yang dikatakan oleh tuan
rumah, karena dimana tanah ia duduk lembab dan dingin,
sungguh risi dan tak enak bagi perasaannya.
Dan perubahan air muka Koan San gwat agaknya Oen Kiau
bisa menebak isi hatinya katanya tertawa mengunjuk gigi
yang prongos "Nak! apakah kau tidak merasa bentukku ini
amat menakutkan" "
"Sedikitpun Tecu tidak takut!"
"Kau yang lebih jujur dari gurumu. Waktu pertama kali
gurumu melihat aku, katanya aku ini tidak begitu jelek, kupikir
bila aku tidak jelek, pasti diduma ini tidak akan ada manusia
buruk rupa." Merah jengah muka Tokko Bing sementara Koan San gwat
menjadi kurang tentram katanya : "Tecu memang berdosa,
harap Lolo luka memberi ampun."
"Nak, kaulah orang pertama yang bicara sejujurnya
kepadaku, meskipun bicaramu pakai diplomasi segala, kau
katakan tidak takut kepadaku, padahal kenyataan aku buruk
setengah mati, cakup membuat takut seorang pemberani pun,
betul tidak" " "Lolo," ujar Koan San gwat dengan setulusnya : "
Bagaimana sikap otang lain terhadap kau orang tua aku tidak
tahu, tapi Tecu benar benar tidak takut ?"
Berkata Oen Kiau lemah lembut "Terima kasih Nak! Kau
bicara sejujurnya. Kejadianku mungkin kau sudah jelas!"
Koan San gwat manggut manggut.
Kata pula Oen Kiau seraya menghela napas "Nak,! Jarang
ada orang seperti kau dalam dunia ini, selama hidupku aku
hanya pernah berjumpa dua orang saja. Yang pertama adalah
orang aneh yang mengasuh dan mendidik aku sampai besar,
selalu dia memberi wejangan kepada aku, beliau menyuruh
aku menyembunyikan diri dalam hidupku, aku sudah
melakukan suatu tindakan yang salah "! Untunglah beliau
menyuruh aku menyembunyikan diri dalam hidup kesunyian
saja, aku melanggar petuahnya sehingga begini lah akhir
hidupku, aku sudah melakukan suatu tindakan yang salah!
Untunglah sebelum ajal aku masih bisa jumpa dengan orang
macam kau ?" Baru saja Koan San gwat hendak buka mulut, lekas Oen
Kiau menggoyangkan tangan mencegah, katanya "Nak!
Jangan kau menukas omonganku, masih banyak perkataan
yang perlu kuucapkan, malah semua adalah urusan penting,
Patung Emas Kaki Tunggal ( Unta Sakti ) Karya Gan K H di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
kau harus perhatikan benar benar"
Koan San gwat mengangguk dengan prihatin.
Tapi Oen Kiau tidak membuka suara lagi, sepasang
matanya menatap nanar sekian lamanya kepada dirinya,
akhirnya menarik napas dan berkata terhibur: "Nak! Kau
memang hebat! Ui ho dapat menemukan kau, benar benar
lihay pandangannya."
Cepat Tokko Bing menyahut " Kalau begitu silahkan Lolo
membimbingnya!" Oen Kiau manggut manggut, ia ulur tangan menyingkirkan
meja pendek didepannya lalu menyingkapkan tikar dan
mengeduk tanah dibawah meja, dari dalam tanah ia keluarkan
sebuah buntalan kertas minyak, lalu katanya halus : "Nak, kau
kemarilah!" Bergegas Koan San gwat maju kedepan serta sahutnya :
"Lolo ada petunjuk apa" "
Oen Kiau angsurkan buntalan kertas minyak itu serta
berkata "Kau bukalah!"
Dengan hormat Koan San gwat menerima lalu pelan pelan
membuka buntalan kertas minyak yang terbungkus
didalamnya adalah sebilah pedang berserangka, serangka
pedang terbuat dari kulit ikan hiu yang dibalut tembaga putih,
bentuknya amat kuno, sekilas pandangan dapatlah dinilai
bahwa pedang pusaka kuno yang tidak ternilai.
Sambil memegangi pedang Koan San gwat bingung dan
tidak paham. Kata Oen Kiau sambil tertawa : "Nak, Kau tahu pedang
apakah itu" " Diatas serangka pedang itu terukir dua hurup yang bergaya
kuno dan sudah buram Tokko Bing barteriak "Pek hong kiam!"
Lim Hiang ting juga tidak kalah kejutnya serunya : "Pek
hong kiam! Lolo, sebenarnya apakah yang telah terjadi" "
"Kalau kau sudah tahu perihal Pek hong kiam, masih tanya
apa lagi" " Kata Lim Hiang ting : "Meski suhu mewariskan Pek hong
kiam kepada Tecu, malah beliau juga pernah menjajal
kehebatan pedang ini, tapi pedang itu hanya tiruan belaka!"
"Ya, pedang yang diwariskan kepada kau oleh Suhumu
adalah pedang tiruan, tapi apa yang dia tuturkan mengenai
seluk beluk pedang ini pun tidak salah, ada sejilid buku
pedang dimana ada tercatat sangat jelas?"
"Buku catatan pedang itu kami perlu melihatnya, bahwa Cia
Ling im amat takut terhadap aku karena diapun pernah
membaca buku catatan itu, tapi Tecu"."
Oen Kiau menukas kata katanya : "Karena pedangmu palsu
maka kau anggap catatan buku pedang itupun palsu."
"Benar, maka Tecu bakar buku catatan pedang itu !"
Berubah air muka Oen Kiau agaknya terketuk sanubarinya,
akhirnya ia menghela napas. ujarnya "Baik juga dibakar,
pedang yang tercatat didalam baku pedang itu mungkin tidak
akan muncul dalam dunia ini, bilamana pedang pedang itu
tenggelam ditelan masa, kehilangan buku catatan pedang lagi,
biarlah wibawa dan nilai pedang itu sendiri tersembunyi
selamanya begitupun baiklah."
Tak tahan Tokko Bing lantas bertanya : "Lolo, masih ada
pedang ternama apa saja yang tercantum dalam buku catatan
pedang itu" " "Ui ho, apa kau ketarik pada pedang pedang ternama itu" "
"Tidak! Aku cuma ingin paham terhadap sesuatu yang
belum ku ketahui." "Dalam buku catatan itu ada tercantum lima bilah pedang,
yaitu Ci seng, Ceng so, Bek tai, Ui tiap dan Pek hong, siapa
pencipta serta bentuk dan manfaat dari masing masing
pedang itu ada dijelaskan secara terperinci ?"
"Kenapa hanya lima bilah" " tanya Tok ko Bing heran.
"Seperti Liong cwan, Thay ah, Hu yang, Ceng bing, Ceng sian,
Ci tian, Mo sia, Kan ciang dan lain lainnya bukankah termasuk
pedang pedang kuno ternama" "
"Benar pedang pedang itu memang amat tenar, tapi
pedang pedang itu hanya lebih tajam dan kuat dari pedang
pedang biasa, kecuali dapat memotong besi seperti mengiris
sayur, tiada kemujijatan lainnya, jauh berlainan dengan lima
pedang yang kusebutkan tadi."
Tiga orang menaruh perhatian dan mendengarkan dengan
cermat, tapi Oen Kiau malah menghela napas, katanya :
"Sudahlah, Pedang lain kita tidak perlu persoalkan, karena aku
sendiri tidak tahu apakah yang lain itu kenyataan seperti yang
tertera dalam keterangan buku itu. Tapi Pek hong kiam ini
sesuai dengan apa yang tcrcsuat didalarn buku keterangan
pedang itu" "Dari sini dapatlah dipastikan bahwa keterangan terperinci
mengenai kelima bilah pedang itu tentu bukan bualan belaka."
demikian sela Lim Hiang ting.
Oen Kiau meliriknya sekali. Lekas Lim Hiang ting
menambahkan : "Lolo, bukan Tecu suka mengobrol, buku
catatan pedang itu kami berlima pernah membacanya, Tecu
memang berotak tumpul kini tidak begini ingat lagi keterangan
yang tercatat dalam buku iru tapi Cia Ling im mempunyai
kepandaian yang lain dari yang lain, apa yang pernah
dilihatnya tentu tidak akan terlupakan olehnya."
"Kau kuatir bila dia memperoleh salah satu diantara kelima
pedang itu" " "Tidak bisa Tecu harus menguatirkan hal ini! Karena sesuai
dengan apa yang tercatat di dalan buku itu, Pek hong kiam
ini"." "Wibawa dan ketajaman Pek hong kiam tidak lebih unggul
dari empat bilah pedang yang lain, maka namanya tercantum
pada urutan terakhir. Namun kau tidak usah kuatir, pasti Cia
Ling im tidak bakal memperoleh pedang yang lain!"
Lin Hiang ting. tidak mengerti. Maka Oen Kiau menjelaskan
"Sudah lama gurumu memeras otak tapi hasilnya nihil,
terpaksa ia membuat sebilah pedang tiruan yang diberikan
kepadamu itu, Pek hong kiam adalah yang terakhir dari kelima
pedang itu, kenapa guru mu memilih pedang ini" "
"Tecu bodoh, Tecu tidak tahu!" sahut Lim Hiang ting
"Tecu sebaliknya bisa menerka, entah betul atau tidak?"
ucap Koan San gwat "Coba kau terangkan " ujar Oen Kiau tersenyum.
Berpikir sebentar Koan San gwat lantas menjelaskan: "
Menurut apa yang diuraikan Lolo bahwa ketajaman sinar Pek
hong kiam paling menonjol diantara kelima pedang pusaka itu
sekilas pandang orang akan tahu bahwa itulah sebilah pedang
pusaka, karena itulah sehingga dia masih tetap patuh sampai
sekarang, empat bilah yang lain meski kwalitetnya lebih bagus
namun luarnya tidak begitu menonjol, kalau terjatuh ketangan
seorang yang tidak kenal nilai barang, tentu akan dibuat
memotong kayu atau sebangsa senjata tajam umumnya, Cie
Ling im adalah seorang yang cerdik, untuk mengelabuhi dia,
terpaksa harus membuat tiruan Pek hong kiam, paling tepat.."
"Wah hebat kau bocah ini. Pendpatmu ini benar benar
melebihi pandangan seorang akhli, Ui oh menurut pendapatku
dia lebih kuat dari kau!"
"Benar maka kubawa dia kemari untuk menemui orang
tua." Mata Oen Kiuu mengandung pandangan welas asih,
katanya pelan pelan: "Nak! Sebetul nya masih ada sebuah lain
kenapa Pek li Put ping harus menirukan sebilah pedang Pek
hong Kiam yaitu karena dia tahu bahwa Pek hong kiam yang
asli berada ditanganku, dia pun perah merasakan bahwa dan
pedang pusaka itu, dulu waktu ia bertekad mencelakai jiwa ku
menggunakan pedang itu baru aku menundukan dia,
mengingat hubungan kami suami istri aku tidak bertindak
kejam kepadanya, tapi beberapa tahun ini aku mengasingkan
diri di tempat ini, secara diam diam aku selalu mengawasi
sepak terjangaya yang tidak genah itu?"
Timbul perasaan acuh tak acuh pada muka Koaa San gwat.
Melihat sikapnya ini Oen Kiau tertawa, katanya "Mungkin kau
tidak puas akan tindakanku bukan" "
Terpaksa Koan San gwar manggut manggut, katanya :
"Benar! Kau tidak perlu kasihan dan memberi hukuman
setimpal bagi perbuatananya".
"Benar, Nak! Ucapanmu memang benar "demikian ujar Oen
Kiau, "Tapi masih berliku liku dalam persoalan ini yang tidak
kau pahami, ilmu yang dipelajari Pekli Put ling meski didapati
dari aku, tapi semua ilmu pelajaran itu adalah peninggalan
dari tokoh kosen yang membimbing aku, demi membalas budi
dan kebaikkannya, apalagi aku sendiri tidak mampu
mengembangkan ajaran dan nama perguruan, sebaiknya Pekli
Put ping sudah melaksanakan hal itu dengan baik, betapapun
aku tidak bisa merintangi usahanya!"
Sulit Koan San gwat mengutarakan apalagi, tapi
sanubarinya tidak bisa mengakui sikap dan kelakuan Oen Kiau
bisa dinyatakan benar. Berkata pula Oen Kiau sembari menghela napas "Apalagi
perbuatan Pekli Put piog tidak begitu jahat, karena ajaran
yang ditinggalkan oleh tokoh kosen aneh sendiripun termasuk
aliran sesat, perguruan kita sama, ajaran yang kita pelajaripun
sealiran, sudah tentu secara lahir batin aku tidak merasakan
bahwa apa yang dipelajari itu merupakan ilmu sesat!"
Cepat Koan San gwat menyela : "Ya, sesat atau lurus biar
umum yang memberi penilaian."
"Orang yang pernah kutemui teramat sedikit, pandanganku
terhadap sesuatu soal tidak sama dengan kau, apalagi ajaran
sesat yang kami pelajari secara lahiriah terkekang oleh nalar
kita sendiri, betapapun tidak akan melakukan sesuatu
perbuatan yang durhaka atau jahat. Begitulah tokoh kosen
aneh itu, demikian juga aku, Pekli Put ping pun tidak
ketinggalan yang paling ditakuti hanyalah bila ilmu ini terjatuh
pada seseorang yang benar benar culas dan jahat seratus
persen, kekangan nalar terhadap perbuatannya dengan
sendirinya tak akan membawa hasil lagi!"
"Cia Ling im adalah orang macam itu." kata Koan San gwat
menyambung. "Benar. Pekli Put ping kurang cermat dalam memilih ahli
waris, dia turunkan semua kepandaiannya kepada murid
murtad itu, akhirnya setelah ia insyaf orang macam apa
sebetulnya muridnya itu, Cia Ling im sudah tamat mempelajari
ilmu yang ia turunkan, tidak mampu lagi untuk
mengekangnya." "Cianpwe membawa Pek hong kiam seharusnya bisa
mencegah hal ini terjadi!"
"Aku tidak mampu, latihanku jauh dibandingkan Pekli Put
ping. Pek hong kiam meski berada ditanganku, aku tidak
kuasa menggunakannya."
Koan San gwat mengunjuk rasa tidak percaya. Oen Kiu
lantas melanjutkannya dengan sikap serius : "Aku tidak
membual, bukan saja aku tidak mampu, Hiang ting pun tidak
becus ilmu yang kita latih hanya berguna bagi laki laki kekar
yang kuat. Cia Ling im paham akan intisari tersembunyi ini,
kalau dia tidak gentar adanya Pek hong kiam yang hebat,
sejak lama ia sudah mengumbar kejahatannya. Hanya Hiang
ting seorang yang jelas mengenai seluk beluk ini, cuma
sifatnya lebih tenang dan mantap sehingga selama itu tidak
pernah menunjukkan gejala gejala yang mencurigakan maka
Cia Ling im dikelabui, tapi kertas tidak bisa membungkus api,
urusan akan tiba saat nya dibongkar orang, maka dia sangat
kuatir akan hal ini, akhirnya ia mencari Suhumu, pikirnya
hendak minta bantuan untuk menghadapi Cia Ling im, tapi
Suhumu sendiri memandang rendah ilmu yang kita pelajari ?"
"Agaknya Lolo salah paham." demikian tukas Tokko Bing,
"Bukan aku memandang rendah kalian, adalah karena Kan
thian cin khi yang kulatih jauh berlawanan dengan ajaran
kalian, kalau dipaksakan tentu akibatnya sangat fatal!"
"Aku tahu akan teori ini, maka aku tidak paksa kepada
kau." demikian jawab Oen Kiau tertawa.
"Syukurlah bila Lolo paham, dan lagi aku menerima
muridku ini bukankah sama saja?" demikian ujar Tokko Bing
tertawa. "Suhu!" kata Koan San gwat mengarti, "Tak heran selama
ini kau orang tua tidak mau mengajarkan Kan thian cin khi itu
kepadaku, ternyata ?"
"Tidak salah! Waktu pertama kali aku mengajarkan ilmu
silat, aku memang sudah mengandung maksud ini, apakah
kau sekarang menyesal karena sudah ku peralat?" demikian
tanya Tokko Bing. Koan San gwat termenung sebentar lalu berkata dengan
sungguh : "Tecu menerima budi guru setinggi gunung
sedalam lautan, mana berani punya maksud dan prasangka
demikian, hanya ?" "Hanya apa" " desak Tokko Bing tersenyum.
"Seharusnya jauh jauh hari Suhu beritahu aku, supaya Tecu
punya persiapan." "Waktu itu aku sudah menjadi anggota Liong hwa hwe,
sebagai anggota terkekang dan harus patuh akan segala
aturan aturan yang ada, sudah tentu aku tidak bisa beritahu
kepada kau. Cia Ling im menyebar luar kaki tangannya
kesegala penjuru, mata kupingnya amat tajam, kalau sampai
diketahui olehnya menggunakan undang undang kedisiplinan
organisasi untuk menindak diriku, bukankah bakal
meggagalkan usaha belaka. Tapi untuk memandang kau
masuk kedalam organisasi memang banyak mengorbankan
jerih payahku, malah sengaja aku menandingi berbagai
golongan dan aliran besar kecil diseluruh jagat, ku ciptakan
keagungan Bing tho ling cu yang digjaya menggetarkan dunia
sebagai warisanku kepada kau, tujaanku adalah supaya kau
ternama dan disegani, pasti datang suatu ketika ada
seseorang bakal menarik kau menjadi anggota Liong hwa hwe
pula." Koan San gwat manggut manggut, tanya nya: "Putra Thian
ki mo kun Ki Houw juga membuat Hwi tho ling, tujuannya
adalah menandingi Bing tho ling cu."
"Aku tahu, malah itu usul Go hay ci hang si gila itu"
"Kenapa?" "Belenggu yang mengikat seluruh anggota teramat banyak,
betapa sulitnya untuk menarikmu masuk tanpa menunjukan
sesuatu gejala yang mencurigakan, maka kepala gundul itu
memikirkan suatu akal yang cukup sempurna, secara gosok
dan bujuk ia anjurkan Ki Houw menampilkan diri menjadi
penantang yang utama, menggunakan Ki Houw sebagai
umpan lalu menarikmu menjadi anggota tentu tidak
Patung Emas Kaki Tunggal ( Unta Sakti ) Karya Gan K H di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
menimbulkan curiga orang lain. Kalau tidak Cia Ling im tentu
sudah merintangi dan menghadapi kau lebih dulu"
"Benar, otak Cia Ling im teramat cerdas dan licik sekali,
sulit dilayani, maka dalam surat peninggalanku kepada Li Sek
hong pun hanya kuberitahu bahwa tidak lama lagi bakal
muncul sesorang yang akan berhadapan langsung dengan Cia
Ling im, tidak berani kusebut atau menjelaskan bahwa kau
adanya. Urusan ini kecuali aku dan gurumu, hanya kepala
gundul itu yang tahu!"
-oo0dw0oo- JILID 15 KOAN SAN GWAT terlongong, tanyanya: "Hwesio tua itu,
sebenarnya orang macam apakah dia" "
"Kitapun tidak tahu, sebenarnya betapa kemampuan kepala
gundul itu tiada seorang pun yang dapat meraba secara jelas.
Waktu pertama kali bertanding dengan aku jelas dia lebih
unggul, tapi sebaliknya ia menyerah kepadaku, secara suka
rela mau tunduk dan menjadi anggota. Lolo mengasingkan diri
disini juga kepala gundul itu yang menuntun kami kesini maka
kami sendiri tidak mengerti orang macam apakah dia
sebenarnya!" "Hwesio tua punya asal usul yang luar biasa," demikian sela
Oen Kiau tertawa. "Kalian tidak perlu menyelidiki riwayat
hidupnya kini pembicaraan sudah selesai, tiba Santnya kita
membicarakan pokok penting. Nak, beberapa urusan yang
kuajarkan kepada kau tadi, kau punya pendapat apa" "
Koan San gwat menyembah seraya menyahut: "Tecu tidak
menampik dan akan bekerja sekeras tenaga."
"Bagus! Sejak sekarang kau adalah majikan baru dari Pek
hong kiam ini, kuharap kau bisa memanfaatkannya!" demikian
pesan Oen Kiau. "Tecu bersumpah mati untuk memberantas kawanan iblis
dengan wibawa pedang ini, tanpa sembarangan membunuh
seseorang yang tidak berdosa!"
"Ai," Oen Kiau menghela napas, "Biar kuberitahu pada kau,
pedang ini adalah senjata iblis, begitu pedang ini muncul
pembunuhan berdarah bakal terjadi dimana mana, dikala kau
menggunakannya mungkin kau sendiri tidak akan mampu
mengendalikan diri pula!"
Koan San gwat bercekat tertegun.
Oen Kiau malanjutkan tertawa "Kau tidak usah takut! Dari
hawa ditengah alismu, aku dapat melihat bahwa hatimu suci
dan lurus, mungkin pedang akan mendapat perbaikan sifatnya
dari kemurnian jiwamu, hilangkanlah sifat sifat iblisnya.
Sekarang cabutlah pedang itu!"
Segera Koan San gwat menekan gagang pedang, serangka
pedang segera mencelat lepas. Gubuk yang suram itu seketika
ditaburi cahaya pedang yang gemerlapan menyilaukan mata,
begitu cemerlang cahayanya sehingga hawa terasa dingin.
Berkatalah Oen Kiau dengan kereng : "Sin lo su sek dan
Tay lo jit sek merupakan pedang perguruan kami yang maha
sakti, seluruh ilmu pedang dikolong langit ini, intisarinya sudah
tercakup didalamnya. Sekarang kumulai menurunkan Siu li
kiam sek kepada mu, sementara Hiang ting nanti akan
memberi ajaran Tay lo kiam sek, betapa tumit dan luas
pelajaran ini, temponya teramat mendesak lagi, maka kau
harus rajin, giat dan tekun memperhatikan ajaran ilmu silat
ini, jangan kau menyia nyiasan harapan besar kami kepada
kau!" "Anak muda, kau sudah dengar belum." tiba tiba Tokko
Bing menimbrung, "inilah satu anugrah besar yang tiada
bandingannya bagi kau!"
"Ui ho! Jangan kau berkata demikian," Oen Kiau melirik,
"Siu lo su sek akupun menyelami kulitnya saja, bicara
kesempurnaan dan mendalam aku masih kalah dibanding Cia
Ling im, cuma kuharap dengan bakat dan kecerdikan otaknya
yang melebihi orang lain dapat mempelajari intisarinya, dapat
pula mengembangkannya secara bebas dan lebih luas. Kalau
tidak aku tidak berani tanggung apakah nanti bisa
mengalahkan Cia Ling im!"
"Ucapan Lolo memang benar, biarlah aku mengundurkan
diri lebih dulu, silahkan kalian mulai mengajar kepadanya,"
demikianlah ujar Tokko Bing terus mengundurkan diri. Setelah
dia keluar, Koan San gwat pun mulai menempuh titik tolak
permulaan dari kehidupan selanjutnya.
Puncak Sin li hong di Bun san sedang suasana ketegangan
yang memuncak, pihak lurus dan sesat saling berhadapan,
dua kelompok kekuatan yang sedang berlawanan sedang
bersitegang leher, seumpama air dan api tidak mungkin
bercampur baur menjadi satu. Akan tetapi secara kenyataan
dua kekuatan yang berlawan ini sebelumnya pernah terbentuk
dalam satu badan secara aneh.
Itulah Liong hwa hwe. Diantara ketiga tingkat X susunan dari bagian, anggotanya
yaitu Sian, Mo, Kui, tiga barisan diantara mereka terdapat
kaum pendekar dan para kesatria gagah yang benar benar
berhaluan lurus, tapi adapula gembong iblis dan para penjahat
yang berhaluan sesat dan nyeleweng. Namun mereka
terkekang dan dibatasi oleh undang undang kumpulan,
lahirnya mereka berkumpul dan tercampur aduk dalam satu
wadah. Akan tetapi pergaulan yang tidak wajar ini akan tiba
Santnya bubar. Maka suatu ketika bila kekuatan yang
mengingat dan membelenggu itu hilang, orang orang itu
lantas terpecah menjadi kelompok.
Bahwasannya negatip dan positip tidak mungkin akur,
demikian juga lurus dan sesat tidak mungkin hidup bersama,
maka keadaan yang saling bertentangan ini sudah tidak
mungkin hidup bersama, maka keadaan yang saling
bertentangan ini sudah tidak mungkin dihindari lagi, bentrokan
yang tidak mungkin dielakan hanya bisa daselesaikan dengan
satu cara yaitu berkelahi.
Tapi walau kedua kelompok sudah berhadapan secara
langsung, namun mereka belum bentrok secara kekerasan.
Mereka sedang menunggu. Mengawasi puncak yang terbungkus awan tebal, kelihatan
sikap Cia Ling im sudah tidak tegas lagi, sebaliknya sikap Go
hay ci hang yang ada didepannya kelihatan sangat tenang dan
acuh tak acuh. Suasana yang hening hawa yang panas hanya terdengar
dengus napas orang banyak, sinar surya yang cemerlang dari
warna merah semakin meninggi dan berubah kuning menyorot
makin panas. Akhirnya Cia Ling im tidak tahan lagi, serunya sambil
menggeram "Gundul tua! Pimpinan kalian kapan akan tiba" "
"Segera tiba!" sahut Go hay ci hang membalik mata,
"Sebelum lohor dia akan tiba!"
"Siapakah dia" " tanya Cia Ling im sambil menengadah
melihat cuaca. "Kalau dia datang kau akan tahu sendiri.. Sekarang Lolap
tidak leluasa menjelaskan lebih dulu."
Cia Ling im berpikir sebentar, lalu kata nya mencemooh
"Dapatkah dia menandingi aku" "
"Hal ini Lolap tidak berani memutuskan. Tapi kalau dia
berani memikul tanggung jawab keselamatan jiwa sekian
baayak orang, sudah tentu Lolap pribadi mengharap dia dapat
mengalahkan kau!" Cia Ling im terloroh loroh, serunya : "Harapanmu itu hanya
kosong belaka. Dalam dunia ini, termasuk Ui ho, Lim Hiang
ting, aku percaya tiada seorangpun yang dapat melampaui
kemampuanku!" Dengan tawar Go hay ci hang menatapnya sekilas, ujarnya
"Ucapanmu masih terlalu pagi kau katakan."
Cia Ling im menyeringai dingin, dengar memicingkan mata
ia menyapu pandang semua rombongan orang dihadapannya,
"mungkin pimpinan yang kau istilahkan tadi hanya bualan
belaka, sengaja kau mencari kesempatan untuk mengulur
waktu belaka!" "Berapa lama Lolap dapat mengulur waktu" Kalau hari ini
kita tidak menentukan kalah menang, pasti kau tidak akan
melepas kami semua!"
"Mungkin kau sedang mengatur tipu daya lain, maka
sengaja mengulur waktu, supaya akal muslihatmu itu dapat
diselesaikan dengan sempurna. Kalau demikian
perhitunganmu, kau hanya mencari penyakit sendiri. Kau tahu
bahwa sekitar gunung ini sudah kupasang penjagaan yang
ketat, permainan itu tidak bakal mengelabui aku."
"Apakah Lolap orang macam yang kau maksudkan itu" "
"Sulit dikatakan, kau menamakan diri sebagai orang ibadah
hanya sebagai alasan belaka yang benar perut mu itu penuh
tipu muslihat yang keji. Tiga hari yang lalu bukankah Liong
hwa hwe, bubar gara gara kau?"
Go hay ci hang malah tertawa saja tanpa bicara lagi,
namun timbul prasangka jelek dari rombongannya sehingga
perasaan mereka kurang tertawa, Sian yu it ouw segera tampil
kedepan dan berbisik dipinggir telinganya : "Hweshio tua,
jangan kau berkelakar dalam suasana seperti ini ?"
Entah berapa banyak pasang mata menatap kearah dirinya,
termasuk yang mengandung permusuhan atau tanda tanya
persahabatan yang jelas semua pandangan mata itu juga
mengandung rasa curiga yang berkelebihan "
Akhirnya Go hay menghela napas, katanya : "Mana bisa
Lolap memegang urusan demikian besarnya untuk main
main!" Meski sikapnya sangat teguh dan besar keyakinannya,
nauun pandangan curiga orang orang itu tidak menjadi sirna
karenanya, malah terasa sang waktu terulur semakin lama,
sampai pada akhirnya Go hay ci hang sendiri pun goyang dan
hampir kehilangan kepercayaan. Pada Sant itulah tiba tiba
ditengah angkasa didengarnya pekik burung bangau yang
berkumandang nyaring. Seperti terlepas dari belenggu, Go hay ci han menarik
napas lega, serunya : "Sudah datang! Kenyataannya Lolap
tidak menipu kalian!"
Semua hadirin serempak mengadah memandang awan,
ingin mereka tahu siapakah sebenarnya yang bakal mewakili
keadilan dan menjadi pimpinan pihak golongan lurus ini"
Dari balik awan pelan pelan melayang turun seokor burung
bangau besar, dipunggung nya duduk seorang gadis kecil,
setelah dekat kelihan jelas itulah Ling koh adanya. Menyusul
disebelah belakang melayang pula dua perempuan berpakaian
serba putih, mereka tidak lain adalah Li Sek hong dan Liu Ih
yu. Dan paling belakang melayang turun pula seorang laki laki
muda memanggul pedang, dia bukan lain adalah Koan San
gwat. Pandangan seluruh hadirin maih tertuju keatas. Tapi
setelah Koan San gwat hinggap ditanah, dibelakang tidak
kelihatan pula orang lainnya.
Sementara itu Ling koh sudah melompat turun dari
punggung bangau, wajah Li sek hong dan Liu ih yu
menampakkan perasaan kurang tentram dan was was, meski
mereka sudah berusaha agar tenang dan sewajar mungkin,
namun mimik mereka yang masam itu mana dapat
mengelabui pandangan semua orang.
Setelah mereka maju mendekat, tak tahan lagi segera Cia
Ling im berseru tanya : "Kepala gundul! Mana orang yang kau
maksudkan itu" "
Gu hay ci hang menunjuk Koan San gwat, sahutnya : "Dia
ini bukan" " Seluruh hadirin mengeluarkan suara kaget dan heran
dengan nada yang berlainan, ada yang tertawa mengejek, ada
pula yang menghela napas putus asa.
Gelak tawa yang paling keras adalah Cia Ling im, seSant
kemudian baru dia bicara menuding Koan San gwat : "Kepala
gundul, sudah setengah harian kau bermain sandiwara,
kiranya hanya unruk menonjolkan bocah mestika ini" "
Wajah Koan San gwar tidak menunjukkan perasaan apa
apa. Sebaliknya Ling koh melengking tajam "Cia supek!
Jangan kau memandang ringan Koan kongcu, tiga hari yang
lalu bukankan kau tertusuk oleh pedangnya.
Merah muka Cia Ling im bentaknya mendelik : "Budak
setan! Berani kau cerewet lagi kubeset kulitmu nanti!"
Ling koh meleletkan lidah, ujarnya: "Su pekli! Pintamu
hanya menindas bocah kecil memangnya ucapanku salah ?"
Cia Ling im mengulur tangan hendak mencengkeram
kepadanya, lekas Ling koh sembunyi di belakang Koan San
gwat. Koan San gwac lantas unjuk senyum geli katanya : "Ling
koh! Jangan kau tidak tahu aturan!"
Lalu ia berputar kearah Cia Ling im, katanya: "Kau pentolan
dari kawanan iblis, sedikit banyak tahu aturan dan sikap
berwibawa, buat apa muring murang terhadap anak kecil,
apakah tidak terlalu iseng" "
Karuan Cia Ling im malu, teriaknya keras "Bocah busuk!
Kau menggelinding pergi, Cun cia tak ada semangat ngobrol
dengan kau!" Koan San gwat tertawa lebar, ujarnya "Memangnya kau
sangka aku datang untuk mengobrol kesini" "
"Lalu untuk apa kedatanganmu" "
"Aku datang untuk membunuhmu bila perlu. Watakmu
bejat, kejam dan culas lagi, namun belum menunjukkan
kejahatan keliwat batas, maka kuanjurkan kau ?"
"Tutup mulut!" hardik Cia Ling im murka. "Bocah busuk!
Apa kemampuanmu berani bicara takabur dengan Cun cia,
meski aku sudah pernah kau tipu sekali, karena aku tidak
pandang sebelah matamu ?"
"Benar! Tusukan pedangku tiga hari yang lalu memang
kulakukan untung untugan, namun aku insaf tidak akan ada
keuntungan kedua kali, maka hari ini tiada niatku mencari
kesempatan untung untungan itu ?"
Karena Koan San gwat bicara dengan suara tegas penuh
keyakinan lagi, Cia Ling im melengak, sejenak ia termenung
lalu katanya: "Agaknya dalam tiga hari ini kau banyak
memperoleh kemajuan "."
Koan San gwat tersenyum lebar tidak menanggapi. Maka
Lok Siau hong berkesempatan berteriak dengan riangnya: "
Koan toako, Kemana saja kau tigi hari ini! Wah sulit dan capai
benar aku mencari kau ?"
"Nona cilik," ujar Go hay ci hang, "Sant ini dalam keadaan
tegang, kau tunggu lain kesempatan untuk bicara dengan
Koan toako." Bergegas Lok Heng kun memburu maju menarik mundur
Patung Emas Kaki Tunggal ( Unta Sakti ) Karya Gan K H di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Lok Siau hong kesebelah belakang. Cia Ling im termenung
bimbang, dari sebelah belakangnya Ouw hay ih siu tampil
kedepan serta katanya sambil menyeringai iblis "Cin cia!
Ijinkanlah Losia tampil pada babak pertama ini" "
Cia Ling im manggut manggut. Sebalik nya Koan San gwat
lantas mencegah "Jangan tiada waktu kuberikan kepadamu
untuk campur dalam soal ini."
Pek Sian cun terkekeh dingin, ujarnya "Anak muda! Jangan
terlalu pongah, betapa tinggi kedudukan Siu lo kun cia, masa
beliau sudi bergebrak dengan dedengkot macammu yang tidak
kenal asal usulnya. Lohu terpaksa tampil boleh dikata sudah
memberi muka kepada kau."
Koan San gwat menarik muka, katanya kereng :
"Mengingat perbuatan jahatmu yang tidak senonoh, dosa mu
sudah bertumpuk, hari ini bisa aku potong kepalamu lebih
dulu sebagai hukuman setimpal."
Pek siang cun terkekeh kekeh dingin, jengeknya : "Anak
muda! Jangan sombong. Memang Lohu sudah sebal hidup,
tapi tiada cara untuk membikin mati diriku."
"Pok ciang cun! Jangan terlalu percaya pada ilmu sesatmu
yang aneh itu, kau sangka badanmu kebal dari senjata tajam,
kalau aku segan turun tangan sih menuding sekali turun
tangan kutanggung kepalamu bakal copot dari badan
kasarmu." "Koan San gwat! Thian ki mo kun Ki Houw menimbrung
seraya tertawa ngakak, "Ucapanmu terlalu mengagulkan diru,
jelek Lo po salah satu tokoh dari Sian pang dulu dia pun kuat
menghadapi ujian Lui thing sam ki, masa dia tidak kuasa
menandingi sejurus seranganmu"
"Kau tidakpercaya, silahkan tunggu dan saksikan sendiri!"
ujar Koan San gwat tersenyum lalu ia tampil satu langkah
kedepan serta serunya pula : "Pok Siang cun, kalau kau
hendak menggunakan senjata lebih baik lekas keluarkan,
supaya kau mati dengan rela"
Dibawah pancaran mata Koan San gwat yang berkilat tajam
tanpa sadar Pok Siang cun menyurut mundur selangkah,
suaranya gemetar jeri "Kalau dalam sejurus kau tidak mampu
bunuh aku bagaimana?"
"Kepalaku akan kupotong dan kupersembahkan kepada
kau!" sahut Koan San gwat tertawa lebar.
Kata katanya diucapkan dengan teguh dan kuat, seketika ia
mendapat sambutan berbeda beda, ada yang menjerit kaget,
ada tarikan napas dalam, banyak diantara hadirin yang tiada
percaya akan pernyataan itu, Cia Ling im daa Ki Houw sendiri
pun menarik senyum tawanya.
Tampak Pok Siang cun menunjuk rasa gentar, dia tidak
percaya Koan San gwat mampu membunuh dirinya dalam satu
gebrakan belaka, namun sikap Koan San gwat yang tenang
penuh ketenangan itu bisa tidak bisa ia harus dipercaya.
Dalam suasana hening lelap terdengarlah suara kertakan
yang menyolok pendengaran, Pok Siang cun sedang
mengerahkan tenaga dan menghimpun semangat, tak lama
kemudian suara kertakan itu sudah lenyap. Maka terlihatlah
badan Pok Siang cun yang gemuk itu makin menjadi tambun
dan buntak, itulah pertanda bahwa ilmu khikang dari aliran
sesat yang dia pelajari sudah dikerahkan sampai puncak
kesempurnaannya, demikian pula tenaga Cun yun ci dijari jari
tangannya sudah dikerahkan dengan setekat tenaganya pelan
pelan setindak demi setindak ia meluruk maju.
Koan San gwat berdiri tegak sambil menggendong tangan
tanpa bergeming, katanya tertawa ringan: "Kau tidak
menggunakan senjata ?"
Pok Siang cun membentak "Selama hidup Lohu tidak
pernah menggunakan senjata, akupun tidak gentar
menghadapi senjata apa pun!" lenyap suara kelima jari jari
tangannya sudah berkembang terus menubruk maju, di mana
jari jarinya menyambar, masing masing mengarah lima jalan
darah mematikan didada lawan, Koan San gwat tahu bahwa
Cun yang ci lawan amat lihay, meski dirinya pernah menelan
pil Ping si san dan tidak usah kuatir tarpengaruh hawa nafsu
yang menyesatkan itu, namun demikian, melihat lawan
melancarkan ilmu dengan sepenuh tenaga, berasa hebat
keluaran musuh sungguh mengejutkan, sudah tentu tidak
berani pandang ringan dan menghadapi secara kekerasan.
Sebat sekali badannya melesat, pertama ia berkelit
menghindarkan jari lawan, berbareng dengan kecepatan
melebihi kilat, mencabut pedang, menabas, tahu tahu pedang
sudah kembali kedalam serangkanya mengeluarkan suara
"Tak!" yang menyolok pendengaran hadirin.
Tiga gerak serangkai sekaligus dilannarkan bersama dalam
waktu yang singkat, sementara tubuhnya berdiri tegak seperti
tidak pernah berbuat apa apa, cuma kali ini ia sudah pindah
kedudukan. Pok Siang cun masih menyelonong maju tiga empat
langkah lalu berhenti tidak berggerak, kedua lengannya terulur
kedepan, gayanya masih tetap seperti semula dengan jari jari
tangan mencengkeram. Semetara Koan San gwat sudah
kembali kesamping Li Sek hong dan lain lain.
Beberapa tokoh kosen yang berkepandaian tinggi sempat
melihat tegas apa yang telah terjadi, selebihnya hanya melihat
berkelebatnya selarik sinar putih laksana kilat, siapa menang
siapa kalah belum ada kepastian, mereka tidak paham kenapa
Koan San gwat mengundurkan diri dari gelanggang.
Terdengar Li Sek hong dan Liu Ih yu mengeluarkan jerit
tertahan. Cia Ling im dan Sebun Bu yan berpekik dalam
tenggorokan, jerit dan pekik masing masing kedengaran
berbeda secara nyata karena tiada suara lain yang terdengar.
Tidak lama kemudian baru Cia Ling im bertanya dengan
muka dingin: "Anak muda ! Senjata apa yang kau gunakan" "
Koan San gwat menyahut tawar: "Seharusnya kau sudah
tahu, kenapa tanya segala?"
Berubah air muka Cia Ling im, serunya "Tak heran kau
berani bertingkah, ternyata kau sudah mendapatkan pedang
itu. Tapi belum tentu kau dapat menggertak diriku."
"Kau sendiri yang menentukan!" Koan San gwat, yang
menyahut tawar. Cia Ling im tidak buka mulut lagi, ia tarik Sebun Bu yam
kesamping lalu berbisik bisik entah apa yang sedang mereka
rundingkan. Dalam pada itu Pok Siang cun masih berdiri ditengah
gelanggang mendadak batok kepala diatas lehernya itu
mencelat terbang sendiri, dari lubang lehernya yang kutUng
darah segar menyemprot bagai air ledeng pelan pelan baru
jasadnya rubuh terbanting.
Hadirin gempar dan kaget, baru sekarang hadirin paham
selarik sinar putih tadi adalah pedang Koan San gwat yang
membunuh orang secara gemilang, meski hadirin
menyaksikan dengan mata kepala sendiri namun banyak
diantaranya yang masih tidak percaya akan kenyataan ini.
Maklum ilmu sesat yang dilatih Pok Siang cun sangat kebal
akan segala senjata tajam kekebalan tububnya itu sudah
diketahui oleh hadirin, tapi sesuai apa yang dikatakan Koan
San gwat, cukup segebrak ia benar benar mengatungi batok
kepalanya, jurus apa yang digunakan. Yang digunakan senjata
apa" Tidak seorangpun yang melihat jelas.
Lok Heng kun dan Lok Siang kun mendadak berlutut dan
menyembah, serunya "Syukurlah dendam kematian suami dan
penghinaan kami berdua mendapat bantuan Koan kongcu
sehingga sakit hati ini terlampias ?"
Tersipu sipu Koan San gwat memapah bangun mereka, ujar
nya "Cianpwe lekas bangun. Aku hanya menjalankan
kewajiban saja ?" Mata Li Sek hong terbelalak, Lok Heng kun benar melihat
sikapnya yang ganjil ini lekas mengundurkan diri tidak berani
banyak bicara lagi pada Koan San gwat. Setelah mendengus
terdengar Li Sek hong bersuara : "Yang kau gunakan tadi
adalah Pek hong kiam ?"
Koan San gwat manggut manggut. Berubahlah air muka Li
Sek hong, Koan San gwat maklum apa yang terisi dalam
benaknya, lekas ia menjelaskan : "Pedang milik Lim siancu
adalah barang tiruan, pedang asli ini kuperoleh dari seorang
lain." "Siapa" " bertanya Li Sek hong, suaranya tenggelam dalam
tenggorokan. "Oen Kiau Locianpwe !"
"Apa" Sunio masih hidup. ?" itulah teriakan bersama Li
Sek hong dan Liu Ih yu. "Benar!" sahut Koan San gwat, terpaksa ia menjelaskan.
"Oen locianpwe mengasingkan diri di tempat yang tak jauh
dari sini, guruku itu dan Lim siancu berada disana."
Mendadak Li Sek hong tertawa dingin, katanya . "Aku dapat
membayangkan apa yang hendak kau ucapkan, kau tidak
perlu bicara bagi mereka, dalam dunia mereka bahwasanya
tiada orang macam diriku ini tapi " aku tidak merasa jelas
pada mereka, hidup manusia menurut takdir masing masing "
sekarang bicaralah jujur kepada aku, apakah kau yakin dapat
mengalahkan Cia Ling im" Meskipun kau pegang Pek hong
kiam. Koan San gwat menjawab sejujurnya: "Siu lo su sek dan
Tay lo ji sek hanya kuselami kulitnya saja, soalnya waktu
sangat mendesak jelas latihankn masih kurang matang, maka
pertempuran hari ini, aku sendiri belum berani memastikan
?" Li Sek hong manggut manggut katanya "Bekerjalah
menurut kemampuanmu, bila perlu dari samping aku bisa
membantu kau!" Bergairah semangat Koan San gwat, ujar "Baiklah sekali,
dengin mendapat bantuanmu paling tidak pihak kita tidak
akan terdesak dibawah angin. Sebetulnya Lim sian cu
menyuruh aku jangan bicara sejujurnya, karena kuatir
kausalah paham"."
"Lalu kenapa kau bicara sejujurnya?"
"Aku tidak bisa membual, dan lagi aku pun merasa tidak
enak mengelabui kau."
Li Sek hong terharu, ujarnya: "Terima kasih, Kongcu!
Pengertian Toa suci terhadapku agaknya kurang mendalam
dari pada kau, dengan ketulusan hati, adalah setimpal bila aku
pertaruhkan jiwaku untuk membalas kebaikan budimu."
Hidung Koan San gwat terasa masam, dadanyapun terasa
sesak karena haru. Tapi rombongan Cia Ling im, mulai
bergerak, terpaksa Koan San gwat harus tumplek perhatian
siap untuk menghadapi segala kemungkinan.
Berkata Li Sek hong tertawa "Kau tidak usah tegang, Cia
Ling im tidak akan keluar menghadapi kau sendiri, jiwanya
licik dan licin" "Yang lain masa hanganya dihadapi?"
"Jangan kau pandang ringan orang lain, kalau Sebun Bu
yam Se gak mo sin Pak hong kui si dan Thian ki mo kun
sendiripun adalah musuh utama yang cukup lihay, bila mereka
main keroyok, betapapun tokoh tokoh kosen dari pihak
kitapun sedikit jumlahnya, seperti kau Liu siancu, Go hay
cihang, Sian yu It ouw, malah Ling koh sendiripun boleh di
tampilkan bila perlu, kukira tenaganya cukup menggetarkan
nyali musuh juga." "Cia Ling im tidak sebodoh perkiraan mu, dia pasti
menyuruh orang orangnya satu persatu menantang kepada
kau." "Cara demikianpun tidak usah dikuatirkan, Cia Ling im
sendiri tidak ditakuti apalagi orang lain ?"
"Namun orang orang itu jangan kau anggap seperti Pek
Siang cun, bila setiap orang harus kau layani tiga puluh jurus
baru menentukan kalah menang, seandainya kau dapat
menang seluruh nya, apa kau mampu menandingi Cia Ling im
yang masih bertenaga baru?"
Koan San gwat menggeleng tanda tidak mengerti Li Sek
hong lalu menjelaskan : "Berapa cerdik kepandaiannya Cia
Ling im, setelah kau melawan tiga orang secara beruntun
seluk beluk kepandaianmu sedikit banyak sudah dialami
olehnya, apalagi tenagamu sudah terkuras berapapun tajam
Pek hong kiam, masa kuat merobohkan dia ?"
Tak tertahan Liu Ih yu mejelaskan bicara. "Begitupun tidak
perlu kuatir, bila orang lain menantang biar kami saja ynag
menghadapi mereka." "Dalam hal ini Cia Ling im pun tentu sudah memikir secara
sempurna, bila dia menantang, mungkin Koan kongcu tidak
alasan menolak, lebih tidak mungkin minta bantuan orang lain
mewakilinya." demikian sanggah Li Sek hong.
Koan San gwat bimbang dan memeras otak, sementara dari
rombongan musuh tampil Thian ki mo kun Ki Houw, bibirnya
menyebir tiba tiba ia bersuit nyaring, maka dari belakang sana
menerjang keluar seekor unta besar bertubur kekar warna
hitam, dipunggung unta terselip sebatang tumbak panjang
terbuat dari baja. Ki Houw melayang naik kepunggung unta sambil
mengacungkan tumbak bajanya, ia berteriak dengan bengis :
"Koan San gwat! keluarlah, mari kita selesaikan dulu persoalan
Hwi tho ling dan Cing tho ling cu."
"Nah, bagaimana!" ujar Li Sek hong tersenyum, "Siapakah
yang mewakili tangtangan nya" "
Cepat Kaon San gwat pun bersuit rendah unta sakti itu
segera berlari masuk gelanggang membawa gada mas sakti
berkaki satu, sambil menenteng gada masnya, Koan San gwat
melejit kepunggung tunggangannya, serunya tertawa lantang
"Baik! Memang urusan kita harus diselesaikan lebih dulu!"
Ki Houw melengek, serunya "Aku mohon petunjuk dengan
pedang dipinggangmu itu"
Koan San gwat bersikap tenang, sahutnya tersenyum:
"Bing to ling cu kenamaan dan menggetarkan dunia karena
unta sakti dan gada masku ini, orang lawan orang, unta lawan
unta, itulah cara yang paling baik untuk menyelesaikan
pertikaian ini, meski pedangku ini amat tajam, tapi tidak akan
kugunakan untuk menghadapi kau."
Ki Houw mengertak gigi, untanya segera dikeprak
menarjang kedepan, sementara tumbaknya teracung kedepan
menusuk dengan dahsyat. Lekas Koan San gwat menangkis
dengan gada masnya, "Trang!" benturan kedua senjata berat
mengeluarkan suara keras menusuk kuping, kedua tergetar.
Koan San gwat terkejut, perawakan Ki Houw tidak sekekar
dan segagah dirinya, namun kekuatan lengannya benar benar
diluar perhitungannya.
Patung Emas Kaki Tunggal ( Unta Sakti ) Karya Gan K H di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Mengingat kebesaran Bing tho ling cu pantang dikalahkan,
cepat ia kertak gigi, Kim sia cap pwe lun ajaran guru,
dikembangkan dengan keras, angin mendesu laksana hujan
badai terus merangsak kepada musuhnya.
Mulut Ki Houw mengulum senyum ejek, bahwa Koan San
gwat tidak menggunakan Pek hong kiam memang membuat
kecewa, namun mempertebal keyakinan dirinya pula, tumbak
bajanya dimainkan begitu gencar, seumpama hujan anginpun
tidak akan tembus begitulah ditengah gelanggang diatas
tunggangan, masing masing mereka bertempur sengit mati
matian. Kim sin pap pwe lun sudah seluruhnya dimainkan oleh Koan
San gwat namun ia masih belum mampu menjebol pertahanan
cahaya kuning dan putaran tumbak baja lawan, dalam
perasaan kejut dan heran, lambat laun ia merasa kuatir dan
gugup, sekonyong konyong ia ayun gadanya seraya
menghardik keras, senjatanya mengrpuruk kepala lawan.
Keprukan senjata berat ini mengguna selurah kekuatannya. Ki
Houw tertawa dingin, cepat ia lintangkan tumbak terus
menangkis keatas, maka terdengar pula benturan keras, leletu
api berpercik, benturan keras laksana geledek mengguntur
menggetarkan gelanggang. Tumbak baja besar ditangan Ki Houw terpukul putus
menjadi dua, sementara gada mas Koan San gwat mencelat
lepas dari cekalannya ini pertanda bahwa kedua pihak sudah
mengerahkan seluruh tenaganya.
Imam Tanpa Bayangan 7 Pedang Naga Kemala Karya Kho Ping Hoo Pendekar Riang 2