Pencarian

Rahasia Lukisan Kuno 1

Rahasia Lukisan Kuno Seri Pendekar Cinta Karya Tabib Gila Bagian 1


PENDEKAR CINTA Original Author: Tabib_gila
JILID 2. RAHASIA LUKISAN KUNO
1. Bangkitnya Partai Mo-Kauw.
Dunia persilatan gempar dengan tersiarnya kabar meluruknya kembali partai Mo-Kauw dari Persia
ke Tiong-Goan. Lima puluh tahun yang lalu partai ini berhasil di usir oleh gabungan pendekar-
pendekar top dunia persilatan yang di motori tujuh partai utama dunia kangouw yaitu Shao-Lin-
Pai, Bu-Tong-Pai, Thai-San-Pai, Hoa-San-Pai, Go-Bi-Pai, Kun-Lun-Pai, dan Kay-Pang.
Namun dalam bentrokan lima puluh tahun yang lampau, walaupun berhasil membinasakan Mo-
Kauw-Kauwcu (ketua Mo-Kauw), Thian-Te-Lojin (kakek langit bumi) dan mengusir mundur partai
Mo-Kauw, ke tujuh partai utama juga mengalami kerugian yang tidak sedikit. Ciangbujin (ketua
partai) Hoa-San-Pai, Go-Bi-Pai dan Bu-Tong-Pai binasa di tangan ketua Mo-Kauw.
Sedangkan ketua partai Shao-Lin-Pai, Thai-San-Pai, Kun-Lun-Pai dan Kay-Pang mengalami luka-
luka yang serius hingga memaksa mereka mengundurkan diri dari dunia persilatan. Jago-jago
lihai masing-masing partai saat itu banyak yang binasa hingga praktis memaksa mereka
menyerahkan kedudukan ciangbujin kepada angkatan muda mereka seperti Tiang-Pek-Hosiang
dari Shao-Lin-Pai, Kiang-Ti-Tojin dari Bu-Tong-Pai, Master The-Kok-Liang dari Thai-San-Pai,
Master Yu Kang dari Hoa-San-Pai, Ong-Sun-Tojin dari Go-Bi-Pai, Sie-Han-Cinjin dari Kun-Lun-Pai,
Sun Lo-kai dari Kay-Pang.
Saat diserahkan kedudukan ciangbujin oleh guru mereka masing-masing, mereka baru berusia
rata-rata tiga puluh tahunan bahkan Master The-Kok-Liang baru belasan tahun hingga Thai-San-
Pai saat itu mengalami kekosongan pimpinan.
Beruntung angkatan muda ke tujuh partai tersebut memiliki bakat yang sangat bagus hingga
mampu melanjutkan kejayaan partai masing-masing hingga saat ini.
Tidak ada yang tahu alasan apa yang membuat partai Mo-Kauw kembali ke Tiong-Goan.
Berdasarkan kabar burung yang tersiar, partai Mo-Kauw masih berambisi menguasai dunia
persilatan seperti lima puluh tahun yang lalu, ada juga yang mengatakan bergeraknya kembali
partai Mo-Kauw karena mereka mendengar kabar munculnya sebuah lukisan kuno yang
mengandung rahasia ilmu silat peninggalan jago lihai ratusan tahun yang lalu, pedang pusaka,
harta karun dan obat-obat mestika yang mempunyai khasiat seperti meningkatkan tenaga dalam
seseorang, membuat orang awet muda, dan lain-lain. Entah siapa yang menyebarkan berita
tentang lukisan kuno tersebut hingga beritanya sampai ke partai Mo-Kauw yang berada nun jauh
di Persia. Seperti kita ketahui di seri dendam kesumat, lukisan kuno bergambar pemandangan yang asli
berada di tangan Li Kun Liong, pemberian dari siau-Erl. Sedangkan lukisan kuno yang palsu,
jatuh ke tangan Tiong-Cin-Tojin. Tidak ada yang tahu bahwa lukisan tersebut dititipkan Tiong-
Cin-Tojin kepada anaknya di luar nikah.
Tiong-Cin-Tojin sering melakukan perjalanan di dunia kangouw sejak muda, berkelana dan
memiliki hubungan yang luas. Di masa mudanya, ia memiliki hubungan khusus dengan seorang
gadis yang akhirnya meninggal akibat melahirkan anaknya. Tak ada seorang pun yang
mengetahui affairnya tersebut. Sejak itu diam-diam ia menitipkan anak hasil hubungan gelapnya
pada sebuah keluarga petani tidak jauh dari Bu-Tong-San dan sering menjenguknya dengan
mengakui anaknya sebagai murid. Baru setelah cukup dewasa ia memberitahu muridnya hal
yang sesungguhnya. Anak Tiong-Cin-Tojin ini bernama Hok Seng, ilmu silatnya cukup tinggi tapi karena kurang
berbakat, banyak ilmu silat Bu-Tong-Pai hasil pengajaran ayahnya tidak dapat ia kuasai
sepenuhnya. Ketika tahu ayahnya mati membunuh diri, ia segera kabur membawa lukisan kuno tersebut ke
Persia menemui salah satu tetua partai Mo-Kauw sesuai pesan ayahnya. Ia menyerahkan lukisan
tersebut dan menceritakan semua kejadian yang menimpa ayahnya.
Ternyata Tiong-Cin-Tojin merupakan mata-mata partai Mo-Kauw, ibu dari anaknya adalah putri
dari tetua partai Mo-Kauw tersebut. Sejak itu Hok-Seng berdiam di Persia tinggal bersama kakek
luarnya. Tetua Mo-Kauw tersebut lalu melaporkan dan menyerahkan lukisan tersebut kepada ketuanya.
Saat ini ketua Mo-Kauw dijabat oleh murid pertama ketua Mo-Kauw terdahulu, Thian-Te-Lojin,
dia berjuluk Sin-Kun-Bu-Tek (Kepalan Dewa Tanpa Tanding) dan sudah berusia tujuh puluh
tahunan. Ilmu silatnya sangat lihai, kabarnya ia telah mewarisi semua ilmu tertinggi Mo-Kauw, bahkan
tersiar kabar ia telah menguasai tingkat terakhir atau tingkat ke sembilan dari ilmu langit bumi.
Selama ratusan tahun belum pernah ada yang bisa menguasai ilmu ini sampai tingkat terakhir.
Mungkin ini salah satu sebab yang membuat partai Mo-Kauw kembali dengan terang-terangan ke
Tiong-Goan. Suhunya Thian-Te-Lojin yang menguasai tingkat ke delapan ilmu langit bumi ini,
waktu itu sudah di angggap jago nomer satu dan malang melintang tanpa tandingan.
Walaupun ia sudah menerima lukisan kuno tersebut, ketua Mo-Kauw tetap memerintahkan
orang-orangnya yang sudah berada di Tiong-Goan untuk mencari dan merampas lukisan kuno
yang kedua. Tidak ada seorang pun yang tahu mengapa ketua Mo-Kaw begitu bernafsu
menginginkan lukisan tersebut, rahasia ini mungkin hanya ketua Mo-kauw yang tahu.
Sejak beberapa tahun yang lalu, diam-diam ia sudah menyusupkan anggota-anggota partai Mo-
Kauw ke Tiong-Goan untuk mengetahui situasi dunia persilatan saat itu. Ia mengutus salah satu
tetuanya untuk menjalin kontak dengan Tiong-Cin-Tojin.
Untuk membiayai pergerakan, mereka menyamar sebagai perampok yang merampas barang-
barang kawalan piauw-kiok paling terkenal di daratan Tiong-Goan, Harimau Kemala yang di
pimpin oleh Liu Siu Ciang, sute ketua Go-Bi-Pai. Tidak heran bila perusahaan piauw-kiok Harimau
Kemala tidak mampu melindungi barang kawalannya. Beberapa tahun belakangan ini, piauw-kiok
Harimau Kemala semakin mundur, kantor cabang mereka sekarang hanya tinggal lima saja.
Harta Liu Siu Ciang menyusut drastis untuk mengganti barang-barang kawalan yang di begal
perampok. Selain itu para pelanggan piauw-kiok Harimau Kemala berangsur-angsur pindah ke
perusahaan piauw-kiok lainnya.
Ketua Mo-Kauw hanya memiliki dua orang murid saja. Murid pertama bernama Ciang Gu Sik,
berusia empat puluh tahunan, saat ini menjabat sebagai hu-kauwcu (wakil ketua) Mo-Kauw. Dia
sudah menguasai hampir semua ilmu silat gurunya termasuk ilmu langit bumi yang sudah
dikuasainya sampai tingkat ke tujuh. Semua anggota Mo-Kauw memprediksi dialah orang yang
paling tepat sebagai calon pengganti ketua Mo-Kauw. Selain memiliki ilmu silat yang lihai, ia juga
menguasai seluk-beluk partai. Tidak ada seorang pun selain Ciang Gu Sik, yang paling
mengetahui semua rahasia partai Mo-Kauw.
Murid penutup dari ketua partai Mo-Kauw ini bernama Ceng Han Tiong yang baru berumur dua
puluh tahunan. Ia memiliki wajahnya tampan dengan alis yang tebal menambah kegagahannya.
Dia memiliki bakat yang baik sekali bahkan melebihi bakat yang dimiliki toa-suhengnya, terbukti
ia mampu menguasai ilmu andalan partai Mo-Kauw, ilmu langit bumi sampai tingkat ke lima.
Suhengnya baru menguasai tingkat ke lima ini pada usia tiga puluh lima tahun. Sejak kecil, toa
suhengnyalah yang mewakili suhu mereka mengajarinya ilmu silat Mo-Kauw.
Selain mengandalkan kedua muridnya ini, partai Mo-Kauw memiliki dua orang tetua yang
memiliki ilmu silat yang sangat lihai. Mereka berdua merupakan tulang punggung Mo-Kauw dan
sangat misterius. Tetua-tetua ini hanya menerima perintah langsung dari ketua Mo-Kauw dan
jarang tampil di muka umum hingga para anggota Mo-Kauw yang tidak memiliki kedudukan yang
cukup tinggi di partai, tidak akan mengetahui raut wajah mereka. Mereka hanya di kenal sebagai
pelindung kiri dan pelindung kanan.
Ketua Mo-Kauw hanya memiliki seorang putri yang baru berusia delapan belas tahunan bernama
Kim Bi Cu. Setelah hampir putus asa untuk mempunyai keturunan, baru di usia lima puluh
tahunan ia berhasil mendapatkan keturunan dari salah seorang selirnya hingga ketua Mo-Kauw
sangat memanjakan putrinya ini.
Kim Bi Cu sendiri merupakan kembang partai Mo-Kauw, kecantikannya sangat terkenal dengan
paras yang elok, dibalut kulit tubuh kecoklatan khas bangsa Persia, dengan pakaian persia yang
sedikit eksotis mampu menaklukan semua pria.
Sayang karena terlalu di manja, ia memiliki sifat yang angkuh dan mau menang sendiri.
Kegalakannya sudah terkenal seantero partai Mo-Kauw, tidak sedikit pemuda yang dihajarnya
hanya karena mereka terlalu berani menatapnya. Bahkan Ciang Gu Sik yang terkenal sangat
disiplin dan kaku pun sedikit mengalah apabila berhadapan dengan Kim Bi Cu, namun Kim Bi Cu
sendiri merasa segan dengan toa-suhengnya yang kaku ini. Hanya Ceng Han Tiong seorang yang
berani melawan atau berdebat dengannya, mungkin karena sejak kecil mereka merupakan teman
sepermainan hingga mereka terasa lebih akrab di bandingkan dengan anggota partai lainnya.
Diam-diam Ceng Han Tiong menaruh hati terhadap sumoinya ini, ia mengagumi kecantikannya.
Namun sifat Kim Bi Cu yang jinak-jinak merpati cukup memusingkan kepala Ceng Han Tiong,
sudah dekat terbanglah dia, tampaknya mudah didekati ternyata sukar.
Beberapa bulan terakhir ini, ketua Mo-Kauw mengutus murid pertamanya, Ciang Gu Sik ke Tiong-
Goan disertai anggota-anggota partai Mo-Kauw lainnya dengan tugas membantu gerakan partai
mereka kali ini di Tiong-Goan.
Kim Bi Cu yang sudah lama ingin mengunjungi daerah Tiong-Goan merengek-rengek ke ayahnya
untuk di jinkan ikut rombongan toa-suhengnya namun di tolak dengan alasan pergerakan mereka
ini sangat berbahaya. Dia merajuk berhari-hari, baru kali ini ayahnya menolak keinginannya sehingga membuat dirinya
sedih merasa tak di sayang lagi.
Melihat tingkah polah putrinya yang sangat manja, Sin-Kun-Bu Tek sangat pusing, ia meminta
Ceng Han Tiong untuk membujuk putrinya agar tidak ngambek lagi. Dia tahu hubungan putrinya
dengan muridnya ini sangat akrab bahkan diam-diam ia memutuskan untuk menjodohkan Kim Bi
Cu dengan Ceng Han Tiong.
Tapi ketika di cari Ceng Han Tiong, Kim Bi Cu telah pergi tanpa pamit pagi-pagi sekali,
gelagatnya ia pergi menyusul rombongan toa-suhengnya. Bagaikan kebakaran jenggot, Sin-Kun-
Bu-Tek memerintahkan Ceng Han Tiong menyusul kepergian putrinya.
2. Pertemuan yang mengharukan
Negeri Tiongkok dikenal terdapat 4 musim, yaitu musim semi, musim panas, musim gugur dan
musim dingin. Tahun baru Imlek datang bersamaan dengan musim semi, dikenal dengan Festival
Musim Semi (Kuo Chun Ciek). Festival ini berlangsung sangat meriah dan dilangsungkan setiap
tahun secara rutin. Bunga Mei Hwa adalah pertanda datangnya musim semi. Para penduduk menggunakan bunga ini
sebagai hiasan di rumah ketika Imlek tiba, sehingga terkesan suasana yang sejuk, nyaman dan
indah. Dalam festival musim semi ini berlangsung sangat semarak, dimeriahkan mercon, kembang api,
dan lampion merah. Menurut legenda, pada zaman dahulu setiap akhir tahun muncul sejenis
binatang buas Nian Show yang memangsa apa saja yang dijumpainya. Binatang ini muncul tepat
pada saat menjelang tahun baru Imlek. Nian Show berarti tahun (Nian) binatang (Show) dan di
dalam penanggalan Imlek lampiondilambangkan dengan 12 jenis binatang yang dikenal dengan
shio-shio Naga, Ular, Kuda, Kambing, Monyet, Ayam, Anjing, Babi, Tikus, Kerbau, Macan dan
Kelinci. Untuk menjaga diri dari serangan Nian Show, menjelang tahun baru, semua pintu dan
jendela di pemukiman penduduk ditutup rapat hingga hari maut itu berlalu. Masing-masing
keluarga berkumpul di rumah.
Setelah beberapa tahun ternyata Nian Show tidak lagi muncul pada tahun baru Imlek. Hal ini
membuat kecemasan masyarakat hilang dan tahun baru dirayakan dengan leluasa. sampai
akhirnya pada suatu tahun makhluk ini kembali muncul dan membuat kekacauan. Beberapa
rumah penduduk ternyata terhindar dari serangan. Konon hal ini dikarenakan Nian Show takut
pada benda-benda yang berwarna merah, juga pada mercon. Sejak itu setiap akhir tahun
masyarakat Tionghoa menggantung kain, lampion dan kertas merah di rumah-rumah dengan
dilengkapi puisi-puisi indah dalam tulisan, serta memasang mercon dan kembang api untuk
mengusir makhluk Nian Show yang berupa hawa jahat.
Tahun baru juga dimeriahkan oleh atraksi-atraksi barongsai berbentuk naga. Konon naga adalah
binatang lambang kesuburan atau pembawa berkah. Binatang mitologi ini selalu digambarkan
memiliki kepala singa, bertaring serigala dan bertanduk menjangan. Tubuhnya panjang seperti
ular dengan sisik ikan, tetapi memiliki cakar mirip elang. Sedangkan singa dalam masyarakat Cina
merupakan simbol penolak bala. Maka tarian barongsai dianggap mendatangkan kebaikan,
kesejahteraan, kedamaian dan kebahagiaan. Tarian barongsai dilengkapi replika naga (liong),
singa dan qilin (binatang bertanduk). Gerakannya berciri akrobatik seperti salto, meloncat atau
berguling. Tarian barongsai biasanya di ringi musik tambur, gong, dan cymbal.
Salah satu kue khas perayaan tahun baru adalah kue keranjang. Para penduduk percaya bahwa
anglo dalam dapur di setiap rumah didiami oleh Dewa Tungku, dewa yang dikirim oleh Yik Huang
Shang Ti (Raja Surga) untuk mengawasi setiap rumah dalam menyediakan masakan setiap hari.
Kue Keranjang setiap tanggal 24 bulan 12 Imlek (enam hari sebelum pergantian tahun), Dewa
Tungku akan pulang ke Surga untuk melaporkan tugasnya. Maka untuk menghindarkan hal-hal
yang tidak menyenangkan bagi rakyat, timbul ah gagasan untuk menyediakan hidangan yang
menyenangkan Dewa Tungku. Seluruh warga kemudian menyediakan dodol manis yang disajikan
dalam keranjang, disebut Kue Keranjang. Kue Keranjang berbentuk bulat, mengandung makna
agar keluarga yang merayakan tahun baru tersebut dapat terus bersatu, rukun dan bulat tekad
dalam menghadapi tahun yang akan datang. Kue Keranjang disajikan di depan altar atau di
dekat tempat sembahyang di rumah.
Di salah satu sudut kota Gui-Yang, di malam tahun baru Imlek, seorang diri Li Kun Liong duduk
di sebuah loteng warung makan yang sekaligus berfungsi sebagai rumah penginapan,
menyaksikan semua keramaian yang terjadi. Ia sejak kecil paling senang dengan perayaan festival
musim semi, di mana pada malam tahun baru, ia bersama teman-teman sepermainannya
berkeliling kota dan baru pulang pada menjelang pagi. Pada hari itu orang tua masing-masing
membebaskan anak-anak mereka untuk tidur sampai jauh malam. Kenangan yang manis selalu
bermukim di hatinya, tak pernah hilang di telan waktu.
Selagi asyik memandang jalanan yang ramai dengan atraksi barongsai dari atas loteng, tiba-tiba
matanya menangkap wajah sendu seorang gadis di antara kerumunan orang yang sedang
menonton pertunjukan barongsai. Ia tidak akan pernah melupakan wajah gadis ini walaupun
sudah bertahun-tahun mereka tidak bertemu.
"Siau-Erl, siau-Erl?" teriak Li Kun Liong dari atas loteng sambil mengerahkan lweekang untuk
mengatasi suara bising tambur yang di pukul-pukul rombongan barongsai tersebut."
Siau-Erl celingukan mencari suara yang memangil-manggil namanya, sambil menenggok ke atas
ia melihat seraut wajah yang tidak pernah pergi dari sanubarinya selama ini, wajah Li Kun Liong!.
Sepasang matanya yang indah terbelalak kaget, wajahnya yang tadi sendu perlahan-lahan mulai
memerah tanda hatinya sangat gembira berhasil bertemu kembali dengan Li Kun Liong.
Dengan tergesa-gesa ia menerobos kerumunan penduduk menuju ke warung makan di mana Li
Kun Liong berada. Sambil melelehkan air mata kegembiraan, tangannya di pegang erat-erat oleh Li Kun Liong yang
dibalasnya dengan hati yang rindu. Tiada suatu kata pun yang keluar dari masing-masing mulut
mereka untuk mengungkapkan luapan hati mereka. Tiada rasa lain yang mencurah-curah dari
kalbu kecuali cinta. Buat Li Kun Liong, siau-Erl adalah gadis pertama yang pernah ia kenal seakrab ini sedangkan
bagi siau-Erl, Li Kun Liong adalah lelaki pertama yang menambat hatinya yang paling dalam.
Tiada seorangpun yang dapat mengerti dan memahami kesedihan hatinya ketika terpaksa
berpisah , belahan jiwanyapun menjalani nasib yang sama, seorang diri ia mengelana ditengah
hutan dan lautan perasaan. Tatapan mata siau-Erl yang syahdu sudah menceritakan semuanya.
Li Kun Liong melihat pancaran cahaya keindahan itu, jiwanya langsung bergetar...Ia merasakan
keharuman cinta telah menghancurkan ketenangan jiwanya...tiada yang melintas dalam
angannya selain keindahan mata cinta dan tiada suara yang lebih merdu daripada suara cinta...
Saat menatap wajah Li Kun Liong , seolah ribuan kata ingin keluar dari bibirnya, namun apalah
daya bibir tak mampu mampu bergerak untuk melukiskan keagungan cinta. Nyala api asmara
dalam hatinya semakin lama semakin berkobar.
Duhai kekasih....disaat cinta telah mengakar didalam jiwa, serta dari waktu ke waktu cinta itu
telah tumbuh subur dikedalaman hati, kuingin rasa itu hanya kita yang tahu...tahukah engkau
kekasih, tidak ada obat yang mujarab mengobati luka bila tertusuk duri asmara...maka hargailah
dia yang mengasihimu dan diriku yang mencintaimu .
Duhai kekasih hati, dirimu telah kuikat sebagai tawanan cinta diseberang lautan, dimana tiada
suatu wujudpun yang dapat menyembunyikan dirimu dari jiwaku...
Melalui pancaran mata, jiwa kita seolah menyatakan tidak ingin berpisah , Engkaulah pasangan
bagi jiwaku, ruh yang kekal dan abadi...bila panah cinta telah menghujam hati dan jantung-
disana engkau akan mendengar suara bathin kita melantunkan bait-bait cinta yang dihiasi oleh
senyum dan tangis rindu....
Disaat jiwa kita merasa malu-malu menggapai cinta, lidah terasa kelu,dan tiada kata yang
terucap dari bibir, disitulah cinta memandang dari kedalaman jiwa, ..disaat kita saling menatap,
maka sabda jiwa kita -tak mampu menyembunyikan cinta dari hati.
Dalam cinta keindahan menyimpan kepahitan, dan dalam setiap kegetiran terdapat selubung
kebahagiaan. Rasa dimana kita tak dapat membedakan lagi antara siang dan malam, seolah kita berada dalam
taman surgawi yang terbebas dari ruang dan waktu...
Bagi dirinya- diriku adalah pantulan jiwanya ,adakah yang dapat diperbuat dari seorang gadis
yang telah ditawan api cinta yang hatinya telah tercuri,selain ingin bertemu dengan si-pencuri
hati. Yang Syair-syairnya bernyanyi laksana kidung surgawi dan berbisik kedalam telinganya
bagai hembusan angin nan lembut , yang membuatnya terhanyut dalam simponi kerinduan atau
laksana gelombang laut yang menghanyutkan bahtera jiwanya didalam lautan perasaannya yang
tak bertepi dan berdasar..
Tak terasa mereka sudah berjam-jam mengobrol ke sana kemari saling menceritakan
pengalaman masing-masing selama ini.
Ketika mendengar penuturan siau-Erl yang hampir diperkosa Bwe-Hoa-Cat, Li Kun Liong
mengepalkan kedua tangannya dan berjanji akan membalas perbuatan Bwe-Hoa-Cat terhadap
siau-Erl berikut rentenya. Malam semakin larut, keramaian di jalanan mulai mereda, tanpa
sepatah kata pun mereka menuju ke kamar Li Kun Liong. Siau-Erl mengikutinya dengan hati
berdebar-debar, belum pernah ia merasakan hal seperti ini sebelumnya.
Bagaikan sepasang pengantin di malam pertama, keduanya membisu dan merasa kikuk.
Tak enak dengan keadaan ini, Li Kun Liong menggenggam tangan siau-Erl dan melingkarkan
tangannya dipinggang siau-Erl. Siau-Erl menundukkan kepalanya dan masih membisu. Ia seakan
hanyut".suara-suara lembut Li Kun Liong sebentar tadi bermain di telinganya, ia membalasnya
dengan memeluk erat Li Kun Liong.
Kehangatan tubuh siau-Erl membangkitkan gairah kelakian Li Kun Liong, tanpa membuang waktu
secara perlahan ia mulai mencumbu siau-Erl sambil sebelah tangannya memegang bahu siau-Erl
dan sebelah lagi merayap-rayap dibagian dadanya. Siau-Erl cuma membiarkan saja kelakuan Li
Kun Liong terhadap tubuhnya. Li Kun Liong terus mengecup bibir panas siau-Erl dan dia
membalas dengan menghisap lidahnya dan memainkan lidahnya kedalam mulutnya sambil
tangannya tak henti henti meremas kedua dua belah buah dada yang ranum dan segar itu.
Degupan jantung Li Kun Liong masih kuat, masih terkejut dengan apa yang sedang ia lakukan


Rahasia Lukisan Kuno Seri Pendekar Cinta Karya Tabib Gila di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

sekarang ini.. ------------------------------------------------
Sensor untuk menghindari di bawah 17 terpengaruh
Versi Buku & Ebook tidak di sensor
-------------------------------------------------
Keesokan paginya, selagi mereka makan pagi di warung makan, mereka mendengar kabar
bangkitnya kembali partai Mo-Kauw. Li Kun Liong dan siau-Erl saling berpandangan ketika
mereka tahu partai Mo-Kauw pun ingin merampas lukisan kuno. Lukisan tersebut masih berada
di saku baju Li Kun Liong, tapi walaupun ia sudah berulangkali memeriksa lukisan pemandangan
tersebut, ia tidak menemukan sesuatu yang aneh.
Siau-Erl yang lebih mengetahui perihal sepak terjang partai Mo-Kauw di masa lampau,
menceritakan dengan terperinci segala sesuatu yang ia ketahui tentang partai Mo-Kauw kepada
Li Kun Liong. "Aku rasa partai Mo-Kauw pasti mengetahui rahasia yang tersembunyi di dalam lukisan tersebut"
kata Li Kun Liong menarik kesimpulan.
"Kalau begitu untuk mengetahui rahasia lukisan ini, kita perlu mencari tahu dari orang dalam
partai Mo-Kauw" kata siau-Erl.
"Benar, aku rasa cara itu adalah cara terbaik. Cuma masalahnya, kita tidak mengenal satu pun
anggota partai Mo-Kauw"
"Di kota ini, ayahku dulu mempunyai seorang sahabat baik. Waktu kecil aku sering di ajak ke
sana, mungkin Thio pek-pek (paman Thio) masih berdiam di sini. Thio pek-pek memiliki
pergaulan yang sangat luas hingga ia mungkin dapat membantu kita."
"Kalau begitu sebaiknya kita segera ke tempat Thio pek-pekmu tersebut"
Singkat cerita mereka berhasil menemui sahabat baik ayah siau-Erl yang berdiam di kota ini.
Sambil menghela nafas sedih Thio pek-pek berkata kepada siau-Erl "Ayahmu merupakan sahabat
karibku satu-satunya, sejak ia binasa pek-pek sudah berupaya mencari tahu siapa pembunuhnya
tapi hingga sekarang belum berhasil."
"Thio pek-pek apakah sudah mendengar berita kembalinya partai Mo-Kauw di Tiong-Goan?"
"Pek-pek memang mendengarnya, rimba persilatan sejak ini akan mengalami guncangan yang
dahsyat seperti lima puluh tahun yang lalu."
"Apakah Thio-pek-pek mengenal salah satu anggota partai Mo-Kauw?"
"Siau-Erl, mengapa engkau menanyakan hal tersebut?" tanya Thio-pek-pek sambil mengerutkan
dahinya. "Sebenarnya temanku ini yang memiliki urusan dengan partai Mo-Kauw" kata siau-Erl
mengelakkan pertanyaan tersebut.
"Oh begitu.., sebenarnya pek-pek tidak mengenal satu pun anggota partai Mo-Kauw. Hanya dari
seorang kenalan yang dapat dpercaya, pek-pek mendengar kabar bahwa salah satu gembong top
Liok-Lim yaitu Tok-tang-lang (si belalang berbisa) merupakan salah tetua dari partai Mo-Kauw
yang misterius, cuma benar atau tidaknya berita itu susah dipastikan."
Diam-diam dalam hati Li Kun Liong merasa kaget mendengar kabar susioknya si belalang berbisa
ternyata adalah salah satu tetua dari partai Mo-Kauw, tidak heran sejak ia terjun ke dunia
kangouw ia tidak berhasil menemukan jejak susioknya ini.
"Apakah loo-enghiong tahu keberadaan Tok-tang-lang?" tanya Li Kun Liong.
"Tidak, tapi sahabat lohu dari Kay-Pang kemarin mampir ke sini, ia mengatakan Tok-tang-lang
pernah terlihat di kota Peking baru-baru ini"
Setelah berhasil mendapatkan informasi yang mereka inginkan, mereka berpamitan pada Thio-
pek-pek. Li Kun Liong memberitahu siau-Erl hubungannya dengan Tok-tang-lang dan
memutuskan pergi ke kota Peking untuk mencari kabar keberadaan susioknya tersebut.
3. Geger di Markas Besar Kay-Pang
Sesuatu yang baik, belum tentu benar.
Sesuatu yang benar, belum tentu baik.
Sesuatu yang bagus, belum tentu berharga.
Sesuatu yang berharga/berguna, belum tentu bagus.
Peribahasa tersebut tergantung di warung makan terbesar di kota Peking (Beijing sekarang)
tulisan tangan seorang pangeran kepada pemilik warung makan sebagai tanda terima kasih telah
menyediakan hidangan masakan yang paling lezat bagi rombongan tamu dari negeri seberang.
Dengan bangga, pemilik warung makan tersebut memajangnya di tengah-tengah ruangan makan
hingga setiap pelanggan yang datang dapat melihat bahwa seorang pangeran pun memuji
kelezatan masakan dari warung makan ini.
Memang sejak peribahasa tulisan tangan si pangeran di pajang, warung makannya menjadi
sangat laris dan dalam waktu lima tahun berubah dari warung makan menengah menjadi warung
makan terbesar dan terlaris di kota Peking. Para pejabat pemerintah selalu menjamu tamu-tamu
mereka di warung makan ini, membuat warung makan ini makin terkenal.
Siang hari itu cukup terik, sudah beberapa lama hujan tidak turun mendinginkan bumi. Seorang
dara muda dengan dandanan sederhana memasuki warung makan tersebut, langkah kakinya
sangat anggun dan tenang. Wajahnya cantik sekali hingga membuat para pelanggan warung
makan tersebut menghentikan kegiatan makan mereka. Hampir semuanya memandang ke arah
gadis tersebut, mereka sangat kagum melihat kerupawanan wajah si gadis. Ada yang
memandang dengan terang-terangan, mengerling, atau melirik secara diam-diam. Berbagai
macam pikiran timbul di kepala mereka, ada yang memiliki pikiran tak senonoh seolah-olah
hendak menelanjangi si gadis dengan tatapan mata mereka, ada yang hanya mengagumi saja
namun ada juga yang mengkhwatirkan si gadis.
Dengan tenang Cin-Cin " gadis muda itu berjalan menuju ke sebuah meja kosong yang terletak
di sisi jalan dan memesan beberapa macam sayur dan sepoci teh hangat. Ia sudah terbiasa
melihat pandangan pria-pria tadi, sejak turun gunung sudah ratusan kali ia menghadapi tatapan
seperti ini. Pada awalnya ia merasa risih dan malu, namun lama kelamaan terbiasa bahkan ia
merasa bangga akan kecantikannya. Entah sudah beberapa kali ia menghajar pemuda-pemuda
iseng yang berusaha merayu dan menghinanya.
Sambil menunggu pesanannya datang, Cin-Cin memandang ke arah jalanan. Suasana jalanan itu
sangat ramai dengan lalu lalang orang, di sepanjang jalan nampak pedagang-pedagang kecil
berjualan di sisi jalan menawarkan bermacam-macam barang dagangan, mulai dari bakmi, buah-
buahan, permen, dan lain-lain. Dimana ada keramaian biasanya pengemis pun hadir mengais
rezeki. Beberapa pengemis muda tampak berlalu-lalang, mereka mengenakan pakaian pengemis
pada umumnya, tapi bagi kaum kangouw mereka mengetahui para pengemis tersebut
merupakan anggota perkumpulan pengemis terbesar Kay-Pang. Pada jaman itu Kay-Pang sedang
dalam masa puncak keemasannya, anggota Kay-Pang sudah mencapai jutaan orang dan tersebar
kemana-mana. Tak pelak lagi Kay-Pang adalah perkumpulan terbesar di dunia persilatan.
Saat itu Kay-Pang di pimpin oleh Sun-Lokai yang merupakan ketua Kay-Pang terlama dalam
sejarah perkumpulan Kay-Pang. Dalam masa kepemimpinannya pamor Kay-Pang meningkat
pesat dari perkumpulan yang miskin menjadi perkumpulan yang makmur. Dialah orang yang
berhasil menyatukan Kay-Pang menjadi satu kesatuan perkumpulan pengemis, tiada yang lain.
Kalau dahulu penghasilan utama Kay-Pang berasal dari hasil setoran para pengemis yang
menjadi anggotanya namun sekarang penghasilan utama Kay-Pang berasal dari pungutan-
pungutan terhadap toko-toko, warung-warung, penginapan, pedagang-pedagang, hartawan,
perusahan piauw-kiok. Pungutan-pungutan tersebut diberikan secara sukarela sebagai imbalan
dalam menjaga keamanan usaha mereka. Sejak turut sertanya Kay-Pang menjaga keamanan,
dunia bawah tanah menjadi teratur, tidak semrawut seperti dahulu, dimana masing-masing pihak
menjadi raja kecil dan menguasai sepetak wilayah sebagai sumber rejeki mereka. Tidak jarang
timbul bentrokan-bentrokan berdarah
memperebutkan wilayah-wilayah makmur dan
memusingkan pihak kerajaan. Tapi sejak Kay-Pang menguasai dan mengatur dunia bawah tanah,
keributan-keributan mereda. Pengaturan pembagian rejeki dilakukan secara terbuka, masing-
masing pihak merasa berterima kasih akan kehadiran Kay-Pang dan sebagai wujud terima kasih,
mereka memberikan setoran rutin kepada Kay-Pang.
Di samping itu bila kaum kangouw mempunyai sengketa atau membutuhkan informasi tertentu,
mereka terlebih dahulu mencari Kay-Pang karena mereka tahu anggota Kay-Pang memiliki
pengetahuan yang luas dan dapat di percaya. Berita apapun yang hendak di cari, Kay-Pang dapat
menyediakannya. Tidak heran banyak kaum kangouw yang berlomba-lomba mendekati Kay-Pang
dan membuat Kay-Pang makin makmur. Sedangkan bagi partai-partai besar lainnya, kalau tidak
terpaksa mereka enggan bermusuhan dengan Kay-Pang. Semua perselisihan yang timbul yang
melibatkan anggota mereka, mereka selesaikan secara damai.
Saat ini pucuk pimpinan Kay-Pang dipegang oleh wakil pangcu Kay-Pang yaitu Kam-Lokai berusia
enam puluh tahunan, sejak dua puluh tahun terakhir pangcu Kay-Pang Sun-Lokai menghilang tak
ketentuan rimbanya. Sudah belasan tahun semua anggota Kay-pang tidak melihat kehadiran
Sun-Lokai hingga praktis pimpinan tertinggi Kay-Pang saat ini di pegang oleh Kam-Lokai sebagai
wakil pangcu, dibantu oleh beberapa orang tiang-lo dan murid-murid utama mereka.
Seperti yang kita ketahui Kam-Lokai hanya memiliki seorang murid saja yaitu Tiauw-Ki, dia
adalah angkatan muda Kay-Pang yang paling lihai. Dalam usia semuda ini Tiauw-ki telah di beri
kepercayaan memimpin divisi intelijen Kay-Pang, suatu divisi yang memiliki tugas menyerapi
kabar-kabar terbaru dunia kangouw dan dampaknya terhadap dunia persilatan pada umumnya
dan Kay-Pang pada khususnya.
Dari divisi inilah kabar bangkitnya kembali Mo-Kauw berhasil mereka bongkar dan menyiarkannya
ke dunia kangouw. Setiap tahun Kay-Pang selalu melakukan pertemuan tahunan di markas besar Kay-Pang di Peking
yang dihadiri oleh pucuk pimpinan Kay-Pang dan para kepala cabang Kay-Pang di seluruh Tiong-
Goan. Selain melaporkan situasi dan perkembangan masing-masing wilayah yang mereka pimpin, para
kepala cabang Kay-Pang ini juga memanfaatkan pertemuan ini untuk saling silaturahmi dengan
anggota lainnya hingga pertemuan tingkat tinggi ini biasanya diakhiri dengan mabuk-mabukan
sampai pagi. Namun pertemuan kali bukan pertemuan tahunan, dilakukan lebih cepat dan mendadak, semua
kepala cabang mendapat perintah untuk segera berkumpul ke markas besar secepatnya tanpa
menjelaskan agenda yang hendak di bahas.
Demikianlah sekelumit mengenai perkumpulan Kay-Pang dan kebetulan hari ini Cin-Cin tiba di
Peking bertepatan dengan jadwal pertemuan tingkat tinggi Kay-Pang. Dia tahu ayahnya memiliki
hubungan yang akrab dengan ketua Kay-Pang Sun-Lokai, hingga ia hendak memakai
kesempatan ini mengunjungi markas besar Kay-Pang untuk memohon bantuan informasi
keberadaan Li Kun Liong sekaligus menyampaikan kabar dirinya kepada orang tuanya melalui
Kay-Pang. Dia berencana mengunjungi markas Kay-Pang setelah selesai bersantap. Cin-cin tidak menyadari
dirinya sedang diamati oleh sepasang mata yang tajam mencorong dari seorang pemuda yang
duduk agak jauh duduk di sebelah kirinya. Pemuda ini wajahnya biasa-biasa saja, potongan
tubuhnya cukup kekar dengan pakaian yang sangat sederhana tapi bersih. Yang istimewa adalah
sorot matanya, mereka yang bertatapan mata dengannya akan merasakan kewibawaan yang
terpancar dari sorot matanya dan menimbulkan rasa segan. Usianya sekitar akhir dua puluh
tahunan mendekati tiga puluh tahunan.
Pemuda ini duduk bersama seorang tua berusia sekitar tujuh puluh tahunan, tubuhnya kelihatan
sangat lemah dan kurus kering, sesekali ia terbatuk-batuk. Kalau si pemuda sorot matanya
sangat tajam, orang tua ini sinar matanya sangat redup seperti lampu yang kehabisan minyak.
Pakaian yang dikenakannya juga sederhana bahkan boleh di bilang seperti gembel, bila tidak
ditemani si pemuda, ia pasti di tolak masuk ke warung makan ini. Tangannya terlihat gemetaran
sewaktu mengambil makanan. Mereka berdua memang tidak menarik perhatian siapa pun.
Si pemuda yang terus menatap Cin-Cin selain mengagumi kecantikannya juga karena bisikan si
orang tua yang menyatakan mengenal pedang yang dipegang Cin-Cin. Pedang itu adalah pedang
pusaka yang diberikan ayahnya sewaktu ia berulang tahun ke tujuh belas. Pedang ini adalah
pedang yang digunakan Master The-Kok-Liang sewaktu malang melintang di dunia kangouw.
Tiba-tiba si pemuda bangkit berdiri menuju ke arah meja Cin-Cin, sambil menjura ia berkata,
"Maafkan saya nona, kalau tidak salah nona berasal dari Thian-San-Pai bukan?"
Melihat seorang pemuda berjalan ke arahnya dan menyapa dirinya, Cin-cin dengan waspada
berkata "Siapakah anda dan mengapa tahu aku berasal dari Thian-San-Pai ?"
"Kalau nona tidak keberatan, mari silahkan duduk bersama dengan guru cayhe, dia orang tua
yang mengetahui asal-usul nona" kata si pemuda sambil menunjuk ke arah si orang tua.
Cin-cin melihat seorang tua yang lemah dan terbatuk-batuk ke arah sebelah kirinya, tertarik
hatinya ia mengikuti si pemuda kembali ke mejanya dan duduk berhadapan dengan si orang tua.
Sambil terbatuk-batuk si orang tua bertanya "Apa hubungan nona dengan The-Kok-Liang?"
Dengan terkejut Cin-cin menjawab "Dia adalah ayahku, apakah cianpwe mengenal ayahku"
"Sudah kuduga, engkau pasti memiliki hubungan erat dengan The-Kok-Liang kalau tidak, tidak
mungkin pedang pusaka kesayangannya sekarang berada di tanganmu. Engkau benar, lohu
memang mengenal ayahmu cukup baik, cuma tidak leluasa kalau bicara di sini, bagaimana kalau
nona berjalan bersama-sama kami?"
Cin-Cin semakin penasaran apalagi ketika si orang tua mengatakan mengenal ayahnya, serta
merta ia mengangguk setuju. Mereka bertiga lalu pergi meninggalkan warung makan tersebut
dan berjalan menuju keluar kota. Di pinggiran kota mereka beristirahat di sebuah kelenteng yang
sudah tak berpenghuni. Di tempat inilah baru si orang tua mengenalkan dirinya, ternyata dia
orang tua adalah ketua Kay-Pang yang telah lama menghilang sedangkan si pemuda yang
bernama Kok-Bun-Liong adalah murid satu-satunya.
Sambil memberi hormat Cin-cin berkata "Rupanya cianpwe adalah Sun-Lokai sahabat baik ayah,
memang sudah lama ayah mencari-cari keberadaan cianpwe namun entah kemana saja cianpwe
selama ini" Sambil menghela nafas panjang Sun-Lokai berkata "Memang sudah hampir dua puluh tahun ini
lohu menyembunyikan diri, selain untuk mendidik muridku ini juga untuk menghindari sesuatu
hal" Cin-Cin tidak berani bertanya hal apa yang sampai menyebabkan ketua Kay-Pang yang sangat
termashur ini sampai menyembunyikan diri selama dua puluh tahun. Di samping itu ia juga
sangat heran melihat keadaan Sun-Lokai sekarang, hakekatnya ia seolah-olah tidak mempunyai
tenaga lagi bagaikan orang yang tidak memiliki ilmu silat apa pun. Sangat bertentangan dengan
apa yang diceritakan oleh ayahnya mengenai Sun-Lokai, seorang yang gagah perkasa dan
berwibawa serta memiliki ilmu silat yang sangat lihai.
"Kalau boleh tahu cianpwe hendak menuju kemana?"
"Kami hendak ke markas besar Kay-Pang" jawab Kok-Bun-Liong.
"Kebetulan sekali, aku pun hendak menuju ke sana untuk meminta bantuan mereka
mengabarkan keadaanku kepada ayah di Thai-San" kata Cin-Cin gembira.
"Kalau begitu sebaiknya kita pergi bersama-sama" kata Kok-Bun-Liong. Sun-Lokai menganguk-
angguk tanda setuju. --- 000 --- Di bagian lain dari kota Peking nampak sepasang muda-mudi berjalan menuju pusat kota.
Ketampanan dan kecantikan mereka mengundang decak kagum para pejalan kaki lainnya,
mereka tampak sangat serasi di pandang, yang satu cantik yang lain tampan " benar-benar
pasangan yang sangat serasi.
Mereka adalah Li Kun Liong dan siau-Erl yang baru saja tiba di kota Peking ini, bagaikan
sepasang kekasih yang sedang di mabuk cinta mereka tidak menghiraukan tatapan mata oarang-
orang yang lewat. Sorot mata siau-Erl bercahaya berkilauan bagaikan mutiara, ia sangat
berbahagia setelah bertahun-tahun mencari Li Kun Liong akhirnya dapat berkumpul kembali,
belum pernah ia merasa sebahagia ini dalam hidupnya. Dia tidak mau memikirkan masa
depannya dengan Li Kun Liong, yang terpenting saat ini ia sudah merasa puas bertemu kembali
Li Kun Liong dan berjalan bersama-sama.
Mereka berlalu masuk ke dalam warung makan, hari ini mereka bagaikan sepasang kekasih yang
sangat bahagia. Pancaran senyum yang ikhlas bersama gurau senda menghiburkan hati. Bagi Li
Kun Liong sejak bergaul dengan siau-Erl, perlahan tapi pasti benih-benih cinta mulai tumbuh
bersemi bagaikan burung-burung menghampiri, menari dan bernyanyi merdu serta kupu-kupu
berwarna-warni mengepakkan sayap, menghisap madu.
Awalnya ia memandang rendah siau-Erl dengan latar belakang yang gelap namun kekuatan cinta
siau-Erl mampu membuatnya terharu dan merasa bersalah atas cara pandangnya selama ini.
Ia telah memikirkan hal ini berhari-hari lamanya, memang dulu ia seperti orang-orang lain pada
umumnya yang menganggap keperawanan sebagai hal yang mutlak. Namun sejak bergaul
dengan siau-Erl yang notabene bukan gadis lagi dan bukan berasal dari lingkungan baik-baik,
pikirannya terbuka bahwa yang terpenting adalah bukan masalah keperawanan ataupun
lingkungan asal si gadis melainkan hatinya.
Memang keperawanan dianggap sebagai mitos dalam kaca mata orang Timur, virginitas lebih
merupakan persoalan kultural. Hanya saja ada ketimpangan atau ketidakadilan gender disitu,
dimana perempuan cenderung dipojokkan dan dituntut untuk menjaga keperawanannya,
sementara laki-laki tidak pernah dipermasalahkan ke-jantanan-nya. Virginitas kemudian menjadi
sebuah mitos yang sangat sakral, sehingga seolah-olah jika perempuan tidak virgin (perawan)
lagi, habislah seluruh harapan hidupnya. Oleh sebab itu, soal selaput dara tidak bisa menjadi
satu-satunya ukuran moral untuk menentukan baik-buruknya seorang perempuan, sebab bisa
jadi ia tidak virgin karena mungkin diperkosa, padahal di situ perempuan cenderung dalam posisi
lemah, atau mungkin sebab berolah raga dan lain sebagainya. Sehingga sangatlah naif dan tidak
adil, jika mengukur moralitas hanya semata-mata kerena ia tidak perawan, yang biasanya
ditandai oleh robeknya selaput darah. Kalau virginitas itu disebabkan oleh karena ia melakukan
seks bebas sebelum pra nikah, barangkali umumnya orang sepakat, dan khususnya kultur orang
Timur akan mengatakan bahwa hal itu merupakan aib. Namun mestinya stigmatsiasi seperti itu
juga harus diberikan kepada kaum laki-laki, sehingga lebih adil. Oleh sebab itu, harus ada
pergeseran paradigma yang lebih berkeadilan gender.
Artinya bahwa tuntutan untuk menjaga kesucian sebelum pra nikah harus secara adil diberikan
baik kepada kaum laki-laki, tidak hanya perempuan. Memang untuk merubah pola pikir seperti ini
tidak mudah, sebab mitos mengenai keperawanan itu sudah sangat berakar dalam pikiran,
budaya dan kultur masyarakat kita. Tidak berlebihan kiranya jika dikaitkan bahwa masalah
keperawanan nampaknya lebih merupakan persoalan kultur, dimana aroma patriarkhinya sangat
kental. Ia kemudian menjadi mitos yang cenderung merugikan perempuan. Seolah perempuan
kalau sudah tidak perawan lagi dengan serta merta diklaim sebagai perempuan yang tidak baik
dan tidak bisa jadi harapan menjadi istri yang baik. Akibatnya perempuan akan selalu merasa
bersalah dan rendah diri dihadapan laki-laki jika kehilangan selaput daranya. Anehnya tuntutan
seperti itu hampir tidak pernah diberikan kepada laki-laki. Mungkin karena alat kelamin laki-laki
yang sulit dideteksi secara medis. Namun bukankah yang menyebabkan tidak virgin karena
hubungan seks juga laki-laki" Jadi, kultur patriarkhi itulah sebenarnya yang sangat mendominasi
mempermasalahkan soal keperawanan perempuan. Sebagai akibatnya soal keperjakaan seolah
diabaikan sama sekali. Sampai-sampai kadang jika lelaki menikahi perempuan yang tidak
perawan lagi, ia merasa tidak puas, ada sesuatu yang hilang dalam dirinya. Pandangan seperti ini
jelas tidak adil dan sudah selayaknya di tinjau ulang. Untuk itu duperlukan wawasan pikiran yang
terbuka yang bisa di raih hanya melalaui pendidikan. Di sini perlu ditegaskan bahwa masalah


Rahasia Lukisan Kuno Seri Pendekar Cinta Karya Tabib Gila di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

keperawanan perempuan bukan satu-satunya ukuran moral. Masih banyak ukuran moral lain
yang bisa dijadikan tolok ukur untuk mengukur moralitas seorang perempuan, misalnya dari segi
tanggung jawabnya, kepribadian, dan keluhuran akhlaknya. Mempermasalahkan keperawanan
sebenarnya lebih kental dengan bungkus kultur patriarkhi, kemudian hal itu menjadi mitos.
Oleh karenanya perlu dibongkar dengan wacana yang lebih berkeadilan gender. Sehingga
seandainya laki-laki mau menikah dengan perempuan, mestinya tidak perlu hanya terjebak
kepada persoalan keperwanan, apakah selaput darahnya masih utuh atau tidak, sebab boleh jadi
calon istrinya seorang janda. Memangnya laki-laki mau menikah dengan selaput darah" Oleh
sebab itu, bagi kaum laki-kali, hendaklah bisa memandang kaum perempuan secara lebih utuh
dan tidak parsial. Karena cara pandang seperti itu merupakan cara pandang yang lebih
manusiawi dan merupakan salah satu bentuk penghargaan kepada kaum perempuan.
Dalam hal ini Li Kun Liong dan pendekar besar jaman dahulu Yo-Ko selangkah lebih maju
terhadap pandangan kuno di atas, ia telah melewati tahap di mana kita harus dapat melihat
segala sesuatu dengan hati terbuka dan melihatnya dari kedua sisi bukan hanya satu sisi saja.
Kita tidak perlu takut cara pandang kita berbeda dengan kalangan umum sepanjang itu kita
yakini kebenarannya. Masalah moral merupakan masalah abu-abu, di suatu masyarakat saling
berciuman di tempat terbuka dianggap tabu dan kotor sedangkan di masyarakat lainnya di
anggap biasa dan merupakan ungkapan cinta kasih. Mana yang benar dari kedua pandangan ini "
Atau mengenai mati demi membela kepercayaan masing-masing dengan saling membunuh
sesama manusia ciptaan Tuhan, apakah dibenarkan"
Kembalilah ke diri anda masing-masing, tanya hati nurani anda sendiri jangan terpengaruh
indoktrinasi nilai-nilai yang salah yang sejak kecil sudah ditanamkan ke kepala kita. Sebagai
manusia kita memiliki penasehat yang nomer wahid yaitu hati nurani, cuma kadang kali kita
manusia sering mengabaikan penasehat utama ini, dikalahkan oleh nilai-nilai yang dibentuk dari
hasil indoktrinasi sejak kecil tersebut.
Mereka masuk ke sebuah warung makan yang sangat ramai namun mereka berhasil
mendapatkan sebuah meja kosong yang tersedia. Li Kun Liong memandang sekelilingnya, ia
merasa heran melihat cukup banyak kaum kangouw yang ada di warung makan ini, biasanya
cuma satu-dua orang saja namun kali ini hampir semua tempat duduk di warung makan ini
ditempati kaum dunia persilatan. Sambil makan mereka menyerapi kabar terbaru dunia kangouw
dari pembicaraan yang mereka dengar di rumah makan tersebut. Kabar terbaru yang berhasil
mereka dengar adalah pertemuan di perkumpulan Kay-Pang yang berlangsung hari ini di markas
besar Kay-Pang. Kabarnya pihak Kay-Pang mengundang tokoh-tokoh puncak tujuh partai utama
serta jago-jago persilatan kenamaan lainnya untuk membahas masalah bangkitnya partai Mo-
Kauw. Li Kun Liong merasa tertarik, ia ingin sekali dapat hadir di pertemuan tersebut, sayangnya
dia tidak mendapat undangan apa pun. Di sini kembali siau-Erl sangat membantu, tangannya
yang mungil dan langsing secepat kilat beraksi merogoh saku baju seorang pria pertengahan
yang melewati meja mereka. Dengan tersenyum ia menyerahkan undangan dari Kay-Pang
tersebut kepada Li Kun Liong yang terkesima melihat kelihaian tangan siau-Erl. Namun otaknya
yang cerdik sudah dapat meraba rahasia ilmu copet siau-Erl yaitu kejelian memanfaatkan situasi
dan kecepatan yang mengagumkan adalah kunci pokok mempelajari ilmu tersebut, hampir sama
dengan ilmu silat dan ilmu lainnya. Dalam hati ia berniat mencoba gerakan siau-Erl yang berhasil
ia tangkap tadi. Keluar dari warung makan mereka langsung menuju markas besar Kay-Pang yang terletak di
pinggiran sebelah barat kota Peking. Sepanjang jalan mereka melihat kaum persilatan mulai dari
kaum tosu, pendeta, pengemis, pria pertengahan, muda-mudi, dan lainnya berbondong-bondong
menuju markas Kay-Pang. Gelagatnya pertemuan kali ini tidak kalah besarnya dengan perayaan
ulang tahun ketua Bu-Tong-Pai beberapa tahun yang lalu walau pun undangan yang dibagikan
sangat mendadak, bahkan partai-partai yang letaknya sangat jauh tidak sempat di undang
seperti partai Thai-San-Pai
Markas besar Kay-Pang adalah sebuah gedung yang besar dengan kubah di tengah-tengahnya
sebagai tempat berkumpulnya anggota Kay-Pang. Ruangan tersebut mampu menampung ribuan
orang anggota Kay-Pang sehingga sangat cocok buat pertemuan kali ini. Walaupun bukan
merupakan bangunan baru namun untuk sebuah markas pusat Kay-Pang jelas lebih dari cukup.
Nampak di pintu gerbang partai tersebut para pengemis menyambut kedatangan para tamu yang
berdatangan dan mengarahkan mereka ke ruangan di tengah gedung. Para tamu mereka layani
dengan ramah dan disuguhi makanan-minuman yang berlimpah, jauh dari kesan serba
kekurangan seperti yang dibayangkan sebagian dari mereka mengenai pengemis Kay-Pang.
Walaupun hidangan yang mereka pesan bukan dari rumah makan kelas satu namun rasanya
tidak terlalu jauh berbeda, cukup lezat dan cukup untuk memberi makan ribuan orang.
Suasana sangat ramai, mereka yang saling mengenal saling bertukar sapa dan mengobrol
dengan suara keras sambil menikmati makanan dan minuman yang disuguhkan dengan berdiri.
Kay-Pang tidak menyediakan sebuah meja dan kursi apa pun bagi tamu-tamu mereka dan tidak
ada perlakukan yang istimewa bagi tokoh-tokoh penting, semua dilayani seragam. Begitu pula
dengan makanan yang dihidangkan, yang datang pertama dilayani pertama, yang datang
belakangan di layani belakangan. Demikian budaya di Kay-Pang dan sudah diketahui khalayak
umum. Nampak para tamu yang hadir adalah tokoh-tokoh kenamaan dunia persilatan seperti ketua
partai Hoa-San-Pai " Master Yu-Kang, ketua Go-Bi-Pai " Ong-Sun-Tojin, ketua Bu-Tong-Pai "
Tiong-Pek-Tojin serta ketua biara Shao-Lin yang baru " Siang-Jik-Hwesio menggantikan ketua
lama mereka Tiang-Pek-Hwesio yang sudah berusia delapan puluh tahun lebih. Juga hadir kepala
keluarga Tong " Tong Kang Lam, keluarga Tong ini sudah ratusan tahun terkenal dengan amgi
(senjata rahasia)nya. Dunia persilatan sudah mengenal kelihaian amgi bikinan keluarga Tong,
sangat dahsyat dan beracun, entah sudah berapa ribu orang binasa di tangan mereka sejak
keluarga ini berdiri. Tong Kang Lam berusia lima puluh tahunan, ilmu silatnya sangat lihai terutama tentu saja amgi
yang ia miliki. Apabila bertempur dengannya, lawan-lawannya menaruh beberapa bagian
perhatian terhadap serangan senjata rahasianya. Tidak ada yang tahu kapan ia melepaskan
amgi, tahu-tahu lawannya sudah binasa. Kecepatan dan ketepatannya dalam melepaskan amgi
diakui dunia persilatan sebagai nomer satu.
Sedangkan di kalangan yang lebih muda tampak hadir Lu-Gan, jago muda terlihai dari Go-Bi-Pai
yang menyertai suhunya, ketua Go-Bi-Pai Ong-Sun-Tojin. Juga terlihat Tan Sin Liong dari Bu-
Tong-Pai dan Bai Mu An si pedang kilat
Melihat kehadiran Li Kun Liong, Lu Gan, Tan Sin Liong dan Bai Mu An ramai-ramai menghampiri.
"Wah tidak di sangka Li-heng yang namanya sekarang sudah mengetarkan sungai telaga ikut
datang di pertemuan ini, benar-benar merupakan berkah bagi kita semua" kata Bai Mu An
"Ah.. Bai-heng bisa saja, cayhe hanya kebetulan lewat saja"
"Li-heng, cayhe belum mengucapkan kata maaf telah salah prasangka mengenai kejadian Bwe-
Hoa-Cat dulu" kata Lu Gan sambil menjura minta maaf.
"Tidak apa-apa Lu-heng, memang situasinya waktu itu cukup sulit untuk membedakan siapa
Bwe-Hoa-Cat sebenarnya, yang sudah berlalu biarlah disudahi saja"
"Cayhe setuju, sebenarnya sudah sejak awal cayhe ragu-ragu dan tak percaya Li-heng adalah
Bwe-Hoa-Cat" kata Tan Sin Liong.
Mereka lalu memperkenalkan Li Kun Liong pada angkatan tua yang hadir.
"Omitohud, pendekar yang namanya sekarang sangat tenar ternyata masih sangat muda, benar-
benar mengagumkan. Kita-kita ini sebagai angkatan lama memang sudah waktunya memberikan
tempat bagi yang muda-muda" kata ketua Shao-Lin-Pai Siang-Jik-Hwesio.
"Taysu benar, gelombang baru tiangkang memang sudah datang, masa depan dunia persilatan
sudah waktunya dibebankan kepada angkatan yang lebih muda" kata Tiong-Pek-Tojin.
"Yaah, situasi sekarang tambah sulit dengan kembalinya partai Mo-Kauw, lohu masih ingat
tragedi lima puluh tahun yang lalu, benar-benar cobaan yang berat bagi dunia kangouw sekarang
untuk mengatasi partai Mo-Kauw" kata Ong-Sun-Tojin, ketua Go-Bi-Pai sambil menghela nafas
panjang. "Tapi kita tidak perlu patah semangat, angkatan muda kita sekarang jauh lebih lihai daripada
kita-kita dahulu, apalagi Li Kun Liong, menurut lohu sudah mencapai tingkat tertinggi dari ilmu
silat" kata Master Yu-Kang, ketua Hoa-San-Pai dengan semangat. Rupanya sutenya Tong-leng
(pemimpin Gie-lim-kun) " Sun Kai Shek telah memberitahu semua kiprah Li Kun Liong sejak
terjun ke dunia kangouw. "Tidak berani, boanpwe masih harus banyak minta bimbingan dari para cianpwe" kata Li Kun
Liong tersipu-sipu. Mereka lalu mengobrol sambil menyantap hidangan yang tersedia.
Dari pintu gerbang, agak jauh di sebelah kiri Li Kun Liong nampak Cin-Cin beserta si kakek tua
Sun Lokai dan muridnya Kok Bun Liong baru tiba dan di terima murid-murid Kay-Pang.
Anggota Kay-Pang yang bertugas menyambut tamu kebanyakan adalah anggota muda sehingga
tentu saja mereka tidak mengenal ketua mereka yang sudah menghilang selama dua puluh
tahun. Mengetahui rombangan Cin-Cin tidak membawa kartu undangan, murid Kay-Pang tersebut tidak
memperbolehkan mereka masuk.
Selagi mereka berdebat, ketua panitia penyambutan tamu dari Kay-Pang yaitu tiang-lo Han-Lokai
mendatangi. Han-Lokai merupakan salah satu tiang-lo Kay-Pang, usianya sudah enam puluh
tahun lebih, wajahnya kurus pucat dengan sinar mata yang tajam.
Melihat keributan yang terjadi di pintu gerbang, segera ia menghampiri. Matanya tertumbuk
sesosok tubuh tua Sun-Lokai, awalnya ia tidak mengenali ketuanya yang sudah jauh berubah dari
pada dua puluh tahun yang lalu, namun lapat-lapat ia masih mengenali paras muka Sun-Lokai.
Dengan wajah sangat kaget, ia menjatuhkan diri berlutut dan berkata dengan terbata-bata.
"Ti..dak di sangka akhirnya pangcu datang kembali ke markas kita yang tua ini, entah dari mana
gerangan pangcu berada selama ini. Sudah sekian lama kami mencari-cari pangcu tapi tidak
menemukan jejak pangcu sedikit pun".
Dengan wajah terharu, Sun-Lokai mengulurkan tangannya yang gemetaran menepuk pundak
Han-Lokai dan berkata dengan nada sedih "Baik-baikkah engkau Han-Lokai selama ini,
bagaimana kabar yang lain, aku lihat Kay-pang sekarang bertambah maju"
Sambil mengusap air mata yang meleleh di kedua matanya Han-Lokai berkata "Syukur kami
masih ingat petunjuk pangcu hingga selama dua puluh tahun ini Kam-Lokai dan para tiang-lo
lainnya dapat mempertahankan kejayaan Kay-Pang yang sudah dirintis pangcu selama ini"
Kabar kembalinya pangcu Kay-Pang Sun-Lokai yang sudah menghilang selama dua puluh tahun
dengan cepat dikabarkan ke dalam oleh anggota Kay-Pang yang menyaksikan kejadian ini. Tak
lama kemudian nampak muncul wakil pangcu Kam-Lokai di ringi beberapa tiang-lo dengan
terburu-buru menuju ke pintu masuk, tidak mengindahkan sapaan para tamu yang hadir.
Melihat kejadian yang luar biasa ini, para tamu yang hadir tertarik hatinya mengikuti rombongan
tokoh-tokoh Kay-pang ini menuju pintu masuk.
Mereka melihat Kam-Lokai dan para tiang-lo berlutut di hadapan seorang kakek tua yang terlihat
lemah, ringkih dan sesekali batuk-batuk tanpa henti. Kabar kembalinya pangcu Kay-Pang dengan
cepat tersebar di kalangan para tamu undangan.
Melihat para tokoh Kay-Pang yang rata-rata usianya sudah lanjut tersebut bertangisan, sungguh
merupakan pemandangan yang sangat jarang terjadi sekaligus sangat mengharukan. Para tokoh
tua seperti Ong-Sun-Tojin, Tiong-Pek-Tojin, Master Yu-Kang, Siang-Jik-Hwesio tentu saja
mengenal Sun-Lokai, dengan wajah kaget mereka mendatangi kerumunan anggota Kay-Pang
yang mengelilingi Sun-Lokai. Rata-rata mereka sangat kaget melihat perubahan Sun-Lokai
selama dua puluh tahun ini, entah apa gerangan yang terjadi menimpa diri Sun-Lokai selama ini
hingga keadaannya sekarang sangat mengharukan. Mereka tentu saja dapat melihat Sun-Lokai
sudah tidak memiliki kepandaian ilmu silat apa pun alias ilmu silatnya sudah punah bahkan
mengalami penderitaan batin yang cukup parah, terbukti dengan batuknya yang tiada henti.
Beramai-ramai rombongan Kay-Pang mengajak Sun-Lokai memasuki ruangan pertemuan sambil
dipapah oleh Kam-Lokai. Para tamu undangan mengikuti, mereka sangat ingin tahu musibah apa
yang menimpa diri Sun-Lokai selama ini.
Dengan wajah sangat terharu dan suara yang gemetaran sambil sesekali batuk-batuk, Sun-Lokai
menuturkan kejadian yang menimpanya.
Dengan mata sayu ia bertanya kepada Kam-Lokai "Dimana Seng-Lokai, lokai kok dari tadi tidak
melihatnya?" Kam-Lokai memandang sekelilingnya mencari keberadaan Seng-Lokai, dengan heran ia baru
menyadari sedari tadi Seng-Lokai tidak kelihatan batang hidungnya padahal sebelumnya ia
melihat Seng-Lokai di ruangan dalam. Ia menanyakan keberadaan Seng-Lokai kepada para tiang-
lo namun mereka pun tidak tahu di mana adanya Seng-Lokai.
"Mungkin Seng-Lokai ada urusan mendadak hingga sampai sekarang belum menampakkan diri"
kata Kam-Lokai menduga-duga.
Mata Sun-Lokai yang sayu menampilkan kilatan cahaya, ia berkata "Tidak usah dicari, lokai yakin
sekarang ini ia pasti sudah kabur jauh-jauh. Agar kalian tahu yang membuat lokai seperti
sekarang ini, biang keladinya adalah Seng-Lokai"
Perkataan Sun-Lokai di sambut dengan geger dan rasa kaget dari para anggota Kay-Pang serta
para tamu sekalian, mereka tdak bisa mengucapkan sepatah kata pun, lebih-lebih para anggota
Kay-Pang. Selama dua puluh tahun ini Seng-Lokai di anggap orang nomer dua setelah Kam-
Lokai, tindak tanduknya sangat dihormati seluruh anggota Kay-Pang bahkan setahu mereka
selama ini justeru Seng-Lokai lah yang paling getol berusaha mencari keberadaan Sun-Lokai.
Namun apa yang mereka dengar dari Sun-Lokai mau tidak mau harus mereka percayai.
Melihat kekagetan mereka, dengan tersenyum sedih Sun-Lokai berkata "Lokai tahu pasti kalian
kaget dan tak percaya bahwa yang menjebak diriku adalah Seng-Lokai. Lokai tidak menyalahkan
kalian, dulu pun lokai sangat percaya pada Seng-Lokai hingga akhirnya masuk dalam
perangkapnya. Waktu itu di markas ini, Seng Lokai menemuiku, ia memberitahukan sebuah berita yang
mengejutkan kepada lokai bahwa Han-Lokai yang waktu itu masih menjabat sebagai salah satu
ketua cabang kay-Pang di kota Gui-Yang, adalah seorang penghianat, seorang mata-mata partai
Mo-Kauw. Mendengar berita tersebut tentu saja lokai sangat kaget dan tak percaya, namun
dengan kata-katanya yang berbisa Seng-Lokai berhasil mengajakku untuk membuktikannya.
Untuk menghindarkan kebocoran, Seng-lokai memintaku untuk tidak memberitahu tiang-lo yang
lain, karena katanya dia belum yakin bahwa mata-mata Mo-Kauw cuma Han-lokai seorang,
mungkin masih ada yang lain hingga akhirnya lokai menyetujui usulnyatersebut.
Begitulah, berdua dengan Seng-lokai, kami pergi ke kota Gui-Yang untuk membuktikan
perkataannya. Rupanya Seng-Lokai sudah mengatur siasat, di tengah jalan lokai di hadang
beberapa tetua Mo-Kauw dan mengalami pengeroyokan. Waktu itu lokai masih belum tahu
bahwa justeru Seng-Lokai lah sebenarnya mata-mata Mo-Kauw. Kami berdua dengan mati-
matian bertempur dengan anggota Mo-Kauw tersebut, ilmu silat mereka sangat lihai, lokai duga
mereka ini adalah tetua-tetua Mo-Kauw. Selama ratusan jurus lokai berhasil melukai dua orang
pengeroyok, namun karena dikeroyok, kami mulai kehabisan tenaga. Saat itulah selagi lokai sibuk
mempertahankan diri dari serangan lawan, sekonyong-konyong Seng-Lokai berbalik arah, tahu-
tahu lokai merasakan gebukan tongkatnya mengancam punggungku. Kaget dengan perubahan
yang sangat mendadak ini, lokai tidak berhasil mengelakkan diri dari bokongan Seng-Lokai ini
hingga bagian pundak belakang lokai terhajar telak tongkat pemukul anjingnya dan
menghancurkan tulang pundakku. Bokongan tersebut membuat lokai terluka parah hingga
beberapa kali tusukan pedang mereka berhasil mampir di tubuhku. Tapi untungnya dengan
susah payah akhirnya lokai berhasil melarikan diri dari kerubutan mereka. Saat itu keadaan lokai
ibarat lampu yang kehabisan minyak, lukaku sangat parah dan mengeluarkan darah yang banyak
dan membuat lokai pingsan. Untungnya saat itu muridku ini Kok-Bun-Liong yang berusia sepuluh
tahun, menemukan tubuh lokai dan membawanya ke dusun mereka. Di sana dengan bantuan
tabib desa, lokai berusaha memulihkan diri. Tapi sayangnya luka-lukaku berada di bagian-bagian
tubuh yang penting hingga selama beberapa bulan pertama praktis tidak ada kemajuan yang
berarti. Luka yang paling parah adalah bokongan Seng-Lokai yang berhasil menghancurkan
tulang pundakku dan tusukan pedang tetua Mo-Kauw di pundak kanan yang memutuskan
beberapa otot-otot penting serta tusukan pedang di kakiku, dada sebelah kiri dekat jantung,
hingga walaupun sembuh membuat lokai tidak bisa bermain silat lagi. Selama sepuluh tahun
pertama lokai berangsur-angsur sembuh, selama itu lokai untuk berjalan pun lokai tidak dapat,
namun setelah itu perlahan-lahan lokai bisa berjalan walaupun tidak bisa jauh-jauh.
Sekarang walaupun keadaan lokai sudah jauh lebih baik, namun kadang-kadang masih menahan
sakit, susah bernafas dan batuk-batuk. Syukur ada Kok-Bun-Liong yang akhirnya lokai angkat
sebagai murid satu-satunya yang menemani dengan setia hingga sampai sekarang lokai mampu
bertahan hidup dan menceritakan semua ini."
Dengan berlinang air mata, para anggota Kay-Pang mendengarkan penuturan Sun-Lokai, mereka
mengutuk habis-habisan penghianatan Seng-Lokai. Kam-Lokai segera meminta ijin Sun-Lokai
untuk memburu dan menangkap Seng-Lokai hidup atau mati.
Dengan terbatuk-batuk Sun-Lokai berkata "Selama ini boleh di bilang engkaulah yang memimpin
Kay-Pang, dari dulu lokai memang sudah berniat mengangkatmu menjadi penggantiku karena
lokai lihat engkaulah anggota Kay-pang yang paling mengetahui seluk beluk partai selain diriku.
Mulai sekarang engkau adalah pangcu Kay-Pang menggantikan diriku yang sudah tak berdaya
ini" Melihat gelagat Kam-Lokai hendak menolak, Sun Lokai mengangkat tangan kanannya yang
lemah dan berkata "Kam-Lokai harap mendengarkan perintah!"
Dengan tergesa-gesa Kam-Lokai berdiri tegak dan berkata "Siap melaksanakan setiap perintah
pangcu" "Mulai detik ini engkau adalah pangcu generasi ke-18 Kay-Pang menggantikan diri lokai dan
harus berusaha sekuat tenaga mengembangkan kejayaan Kay-Pang"
Sambil berlutut menyembah Sun-Lokai, Kam-Lokai berkata "Siap terima perintah pangcu, lokai
pasti akan berusaha sekuat tenaga memajukan partai kita dan menangkap penghianat partai
Seng-lokai hidup ataupun mati!"
Perkataan Kam-Lokai disambut dengan tepuk tangan gemuruh oleh para anggota Kay-Pang,
mereka menyambut gembira pengangkatan Kam-Lokai sebagai pangcu baru Kay-Pang.
Para tamu undangan pun bertepuk tangan menyambut ketua Kay-Pang yang baru.
Atas desakan Sun-Lokai, upacara pengangkatan pangcu baru dilakukan saat itu juga. Para murid
Kay-Pang buru-buru mempersiapkan segala sesuatu seadanya.
Sambil menerima tongkat pusaka pemukul anjing berwarna hijau dari muridnya Kok-Bun-Liong,
Sun-Lokai menyerahkan tongkat komando tersebut kepada Kam-Lokai yang berlutut di
hadapannya, lalu meludahi Kam-Lokai. Kemudian ritual pengangkatan pangcu baru Kay-Pang
dilanjutkan dengan masing-masing anggota Kay-Pang meludahi pangcu baru mereka. Upacara ini
sudah merupakan tradisi sejak Kay-Pang berdiri, setiap pangcu baru harus menerima tongkat
pusaka pemukul anjing dari pangcu terdahulu dan ludah dari para anggota Kay-Pang sehingga
pengangkatannya menjadi resmi.
Beberapa hari kemudian, Sun-Lokai mulai mengajarkan rahasia Tang-Kaw-Pang-Hoat (ilmu
tongkat pemukul anjing) yang khusus diwariskan secara lisan oleh pangcu sebelumnya kepada
pangcu baru. Ilmu ini hanya diajarkan kepada pangcu Kay-Pang, bahkan muridnya Kok-Bun-
Liong tidak ia ajarkan ilmu ini.
Kok-Bun-Liong sendiri di terima dengan tangan terbuka oleh para murid Kay-Pang bahkan
sekarang ia mengenakan pakaian tambal-tambalan yang merupakan ciri khas anggota Kay-Pang.


Rahasia Lukisan Kuno Seri Pendekar Cinta Karya Tabib Gila di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Para tiang-lo Kay-pang yang menguji ilmu silat Kok-bun-Liong sangat gembira angkatan muda
Kay-Pang memiliki jago baru selain Tauw-Ki. Memang Kok-Bun-Liong sudah menguasai semua
ilmu yang diajarkan Sun-Lokai, bahkan beberapa jurus ilmu Hang-Liong-Si-Pat-Ciang (ilmu 18
tapak penakluk naga) yang sudah lama punah berhasil ia pelajari dari suhunya hingga ilmu
silatnya sekarang susah diukur. Dia dan Tiauw-Ki segera menjadi akrab, mereka saling merasa
cocok satu sama lain. 4. Lika-Liku Asmara Sementara itu, sewaktu para tamu mengerumuni Sun-Lokai, Li Kun Liong melihat kehadiran Cin-
Cin di sebelah Kok-Bun-Liong.
Dengan gembira, ia menghampiri dan mengamit lengan Cin-Cin, merasa seseorang menjawil
lengannya Cin-Cin menoleh, dilihatnya wajah pria pujaan hatinya yang tersenyum-senyum
menatapnya. Sambil terbelialak kaget, Cin-Cin berseru kegirangan "Liong-Ko, akhirnya aku
berhasil menemukanmu, kemana saja selama beberapa tahun ini, kok tidak pernah mengunjungi
Thai-San lagi, tahu tidak mengapa aku sendirian tidak ada yang menemani" berondong Cin-Cin.
Sambil mengeleng-gelengkan kepalanya, Li Kun Liong mengajak Cin-Cin sedikit menjauh dari
kerumunan tersebut, dalam hatinya ia tertawa melihat Cin-Cin yang masih tetap ceplas-ceplos,
tidak berubah sedikitpun.
Sambil menatap Cin-Cin dari atas ke bawah, daari bawah ke atas, Li Kun Liong berseru "Wah Cin-
Cin sekarang engkau sudah menjadi gadis dewasa
dan semakin cantik saja."
Dengan wajah berubah kemerahan menambah kecantikannya Cin-Cin memukul pundak Li Kun
Liong dan berkata dengan nada manja, "Liong-ko, engkau tidak berubah juga, semakin gede
semakin kurang ajar."
Sambil tertawa lepas, Li Kun Liong berkata "Cin-Cin, memangnya kenapa engkau berkelana
sendirian, kemana Tang-heng dan kedua orang tuamu?"
Dengan wajah berubah bagaikan langit cerah menjadi mendung, Cin-Cin berkata singkat "Aku
minggat dari rumah" "Mengapa, apa yang terjadi?"
Sambil mengelengkan kepalanya, Cin-Cin mencoba mengganti topik pembicaran, "Liong-ko, aku
mau memberitahumu berita sedih"
"Berita apa, Cin-Cin, apakah suhu baik-baik saja?"
"Gan-locianpwe sudah meninggal satu tahun yang lalu karena sakit tua" kata Cin-Cin hati-hati.
Berita kematian suhunya diterima Li Kun Liong bagaikan gelegar guntur di siang hari, dengan
mata nanar tak percaya, ia menatap Cin-Cin , "Ja..ddi suhu telah berpulang?"
Cin-Cin mengangguk lemah dan berkata, "Sebelum meninggal Gan-locianpwe berpesan pada
ayah untuk tolong menyampaikan kata-kata perpisahannya kepadamu, Gan-locianpwe berharap
engkau dapat menjaga diri dengan baik"
Sambil menutupi wajahnya dengan kedua tanggannya, Li Kun Liong menjatuhkan dirinya
berlutut, mendoakan arwah gurunya, ia menyesal tidak dapat bertemu kembali dengan suhunya.
Butir-butir airmata kesedihan meleleh dari balik wajahnya mengalir di sela-sela kedua belah
tangannya. "Liong-ko, jangan sedih, Gan-locianpwe pergi dengan hati tenang. Sesuai pesannya, kami
membakar jenasahnya, sementara abunya di simpan di Thai-San-Pai menunggu kepulanganmu"
Perlahan-lahan kesedihan Li Kun Liong mereda, tiba-tiba ia menyadari ketidakhadiran siau-Erl,
saking gembiranya bertemu dengan Cin-Cin, sesaat ia lupa keberadaan siau-Erl. Matanya
mencari-cari siau-Erl, tapi tak ditemukannya, entah kemana siau-Erl.
Melihat Li Kun Liong kebingungan, seolah-olah mencari sesuatu, Cin-Cin bertanya "Liong-ko,
apakah engkau mencari seorang gadis berbaju merah muda, siapakah dia?"
"Dia adalah teman seperjalananku, engkau tadi lihat dia dimana Cin-Cin?"
"Tadi dia sedang berjalan ke arah pintu keluar markas Kay-Pang ini menuju arah Timur" kata Cin-
Cin perlahan. Seolah pisau yang sangat tajam perlahan-lahan menusuk jantungnya, wajah Cin-
Cin sedikit berubah kepucatan. Sang pujaan hati yang ia harapkan menjadi teman setia dalam
mengarungi perjalanan ... berlabuh dihati yang lain, kekecewaan merebak dihatinya.
"Mari kita kejar" kata Li Kun Liong sambil menarik tangan Cin-Cin tiba-tiba.
Terpaksa Cin-Cin mengikuti langkah Li Kun Liong mencari siau-Erl. Li Kun Liong tidak tahu bahwa
Cin-Cin berbohong mengatakan siau-Erl berjalan keluar ke arah Timur yang benar adalah arah
Barat. Jadi setelah sekian lama berlari-lari mengejar, mereka tidak berhasil menangkap secuil
bayangan siau-Erl sedikit pun. Seorang wanita yang sedang jatuh cinta mampu melakukan apa
pun untuk mempertahankan kehendaknya, tak terkecuali Cin-Cin.
"Liong-ko, ilmumu sekarang maju sangat pesat, susah payah aku mencoba mengikutimu
barusan" kata Cin-Cin sambil menyeka keringat di keningnya. Dia berusaha terlihat ceria dan
menghibur Li Kun Liong. Dengan termangu-mangu, Li Kun Liong menatap di kejauhan, pandangannya tak lepas dari arah
timur yang bergaris lurus dengan tempatnya sekarang. Kelopak matanya hampir tak berkedip
sama sekali, di sana ia seperti baru menemukan sesuatu yang hilang darinya. Setelah berdiam
membisu beberapa lama, Li Kun Liong kembali membumi. Dia mengajak Cin-Cin kembali ke kota
Peking, ia berharap dapt menemukan siau-Erl di sana.
Sepanjang jalan mereka membisu, masing-masing sibuk dengan pikirannya sendiri-sendiri.
Tiba-tiba Li Kun Liong memecahkan keheningan dengan bertanya "Cin-Cin tadi engkau belum
menjawab kenapa sampai minggat dari rumah?"
Dengan wajah sedikit berubah, Cin-cin menjawab "Ayah dan ibu mau menjodohkanku dengan
toa-suheng, aku bingung sebab aku masih ingin bebas, tidak mau terikat."
"Lalu bagaimana dengan Tang-heng, apakah dia mencintaimu?"
"Aku tidak tahu, selama ini toa-suheng sudah aku anggap sebagai kakak sendiri" kata Cin-Cin
dengan wajah memerah. "Sebenarnya aku merasa Tang-heng pasti sangat menyukaimu sebab dari dulu sikapnya
terhadapmu sangat baik sekali, engkau beruntung mempunyai pasangan seperti Tang-heng."
"Sudahlah, jangan mendorong-dorong seperti ayah dan ibu" kata Cin-Cin merajuk.
Sambil tertawa Li Kun Liong berkata "Baiklah, semuanya memang terserah engkau. Sekarang
engkau hendak kemana?"
"Aku ikut Liong-ko kemana saja" katanya manja.
"Sebaiknya kita menginap dahulu selama beberapa hari di kota ini, aku sedang mencari susiokku.
Li Kun Liong menceritakan segala tentang susioknya tersebut kepada Cin-Cin."
Selama beberapa hari ke depan mereka berdua tinggal di kota Peking untuk mencari kabar berita
susiok Li Kun Liong namun tetap tiada kabar apa pun. Selama di Peking tentu saja mereka tidak
menyia-nyiakan kesempatan menikmati masakan-masakan khas kota Peking seperti bebek
panggang Peking yang sangat terkenal kelezatannya. Tidak ketinggalan, mereka juga berkeliling
kota Peking dan mengunjungi tempat-tempat pelancongan yang sangat terkenal seperti melihat-
lihat Taman Yihe, Taman Beihai, Gunung Xiangshan, pemandangan indah dan bangunan yang
mengagumkan meninggalkan kesan yang sangat mendalam bagi mereka. Mereka juga menikmati
Opera Peking, opera ini merupakan opera kebanggaan kota Peking. Bentuk persembahan Opera
Peking bermacam-macam, yang meliputi nyanyian, dialog dan aksi. Mekap muka Opera Peking
juga beraneka-ragam dan peranannya jelas. Mekap muka Opera Peking ialah mengecap muka
pelakon Opera Peking dengan pelbagai warna untuk melambangkan perangai dan nasib watak
itu. Merah menandakan taat setia, hitam menandakan berani, biru dan hijau menandakan
pahlawan, kuning dan putih menandakan licik.
Seusai menyaksikan pertunjukan opera, malam semakin tua dan rembulan bulat penuh
menggantung di langit yang sunyi. Purnama, dan indah. Hawa dingin malam semakin menusuk
tubuh, Li Kun Liong dan Cin-Cin berjalan santai melewati jalanan yang sepi menuju rumah
penginapan. Tiba-tiba sesosok bayangan berpakaian ya-heng-ie (pakaian berjalan malam berwarna hitam)
kepergok mata Li Kun Liong yang tajam, berkelabat di atas wuwungan bangunan dan dengan
cepat menghilang di balik bangunan tersebut.
Segera ia mengamit Cin-Cin utuk mengikuti bayangan tersebut. Dengan bingung Cin-Cin
mengikuti Li Kun Liong melayang ke atas wuwungan, dia tidak melihat bayangan yang barusan
berkelabat. Gerakan bayangan tersebut sangat cepat, samar-samar terlihat bayangan tersebut berlari
menuju keluar kota. Cin-Cin merupakan salah satu anggota partai Thai-San-Pai yang terlihai,
tentu saja ilmu meringankan tubuhnya termasuk nomer wahid sehingga dengan mudah ia
mampu mengikuti Li Kun Liong memburu bayangan tersebut.
Segera keluar dari kota Peking, bayangan itu berlari ke arah Selatan menuju sebuah hutan
dengan pepohonan yang lebat.
Dengan hati-hati dan menjaga jarak, mereka terus mengikuti bayangan tersebut masuk ke dalam
hutan. Kira-kira sepertanakan nasi, bayangan tersebut tiba-tiba berhenti di suatu bidang datar
dan menoleh ke sekelilingnya dengan waspada. Untung Li Kun Liong telah menduganya hingga
sewaktu bayangan tersebut menoleh ke belakang, mereka telah bersembunyi di balik semak-
semak lebat yang tumbuh di sekitarnya.
Merasa aman, bayangan tersebut membuka kain hitam yang dikenakannya lalu mengumpulkan
ranting-ranting yang berserakan dan menyalakan api unggun. Ia duduk di dekat api unggun
tersebut sambil sesekali melemparkan ranting-ranting kecil menjaga agar api unggun tetap
menyala. Sinar api unggun menerangi wajah bayangan tersebut, nampak oleh mereka sesosok
wajah pria berusia lima puluh tahunan yang bersih dengan sedikit kerut di mukannya. Wajahnya
terkesan baik dan gagah, menyisakan ketampanan di masa muda.
Li Kun Liong memberi isyarat Cin-Cin utuk tidak sembarangan bergerak, dari ilmu meringgankan
tubuh yang dimiliki pria tersebut, ia dapat menduga ilmu silatnya sangat lihai. Sedikit bunyi saja
dapat membuat mereka konangan, dia ngin tahu siapa yang sedang di tunggu bayangan
tersebut, ia seolah-olah mempunyai firasat kejadian ini berkaitan dengan dirinya.
Beruntung mereka tidak gegabah bergerak, telinga Li Kun Liong yang tajam tiba-tba mendengar
suara keresekan lirih dari ranting yang patah di injak dari kejauhan di sebelah kiri mereka. Cin-
Cin yang masih belum mengetahui hal tersebut, berusaha memperbaiki kedudukannya namun
sebelum sempat ia bergerak, tubuhnya sudah di tarik Li Kun Liong merapat ketat. Dengan
berbisik lirih di telinga Cin-Cin, Li Kun Liong memberitahu mereka.
Benarlah, tak lama kemudian muncul dua sosok bayangan hitam muncul dekat sekali dari tempat
persembunyian mereka, berkelabat menuju pria di dekat api unggun tersebut.
Dengan penuh perhatian Li Kun Liong mengamati kejadian yang sedang berlangsung. Di lain
pihak, hati Cin-Cin berdebar-debar, saking dekatnya mereka ia dapat membaui aroma kelakian Li
Kun Liong, membuatnya mabuk kepayang. Dia dapat melihat semua garis muka Li Kun Liong
yang halus dan tampan. Alis matanya yang lebat berbentuk golok melengkung menambah daya
tariknya. Baru kali ini ia berdekatan dengan seorang pria sedekat ini, seketika gairah
kewanitaannya bangkit, tanpa sadar tubuhnya semakin merapat ke tubuh Li Kun Liong. Li Kun
Liong yang sedang memusatkan perhatiannya ke depan merasakan kedekatan ini, ia mengira
Cin-Cin merasa takut hingga ia pun semakin merapatkan tubuhnya ke tubuh ramping Cin-Cin
untuk menenangkan. Tapi hal tersebut malah membuat Cin-Cin salah paham, ia mengira Li Kun
Liong menaruh perhatian terhadapnya hingga hatinya berbunga-bunga.
Nampak di depan, mereka yang berada di dekat api unggun tersebut mulai melakukan
pembicaraan serius. Malam itu sangat sunyi hingga sangat membantu pendengaran Li Kun Liong
dalam menangkap pembicaraan mereka. Jarak mereka dengan api unggun cukup jauh namun
dengan pendengaran yang tajam di bantu oleh sunyinya malam tersebut pembicaraan mereka
dapat didengarnya dengan jelas.
Mereka yang datang belakangan terdiri dua orang pria. Seorang pria berusia tiga puluh lima
tahunan berbaju hijau, wajahnya kaku tanpa senyum. Orang yang lain adalah seorang pemuda
dua puluh tahunan berbaju biru, berwajah cukup tampan.
Setelah memberi salam hormat, pria berbaju hijau tadi berkata kepada pria yang datang pertama
"Tetua pelindung kiri, kauwcu memerintahkanku untuk mengambil alih pimpinan di Tiong-Goan
ini dan menyuruh tetua untuk kembali ke Persia melaporkan hasil pengamatan terhadap partai-
partai utama selama ini"
"Baiklah Gu Sik, lohu segera terima perintah kauwcu, kebetulan rahasiaku di Kay-Pang sudah
terbongkar hingga untuk sementara kurang leluasa untuk bergerak."
"Apa yang terjadi tetua" tanya pemuda berbaju biru.
"Sun-Lokai yang waktu itu berhasil lohu jebak dan bersama-sama tetua pelindung kanan serta
kawan-kawan yang lain ternyata masih hidup. Lalu ia menceritakan semua kejadian di pertemuan
Kay-Pang beberapa hari yang lalu."
Li Kun Liong menatap pria yang pertama kali datang tadi dengan lebih teliti, ternyata pria inilah
yang di kenal sebagai Seng-Lokai " penghianat Kay-Pang sekaligus sebagai tetua pelindung kiri
dari partai Mo-Kauw. Tanpa disangka-sangka ia berhasil mencuri dengar rahasia percakapan
tokoh-tokoh puncak Mo-Kauw.
"Oh ya tetua, sebelum pergi apakah pernah berjumpa dengan putri kauwcu?" tanya pemuda
berbaju biru. "Tidak pernah, apa yang terjadi Han Tiong?" tanya Seng-Lokai.
"Cu-moi pergi tanpa pamit ke Tiong-Goan, aku di perintah suhu untuk mencari dan membawanya
pulang, namun sampai sekarang tidak berhasil mendengar kabar beritanya" kata pemuda yang di
panggil Han Tiong tersebut.
"Memang Bi Cu sangat manja, sebaiknya engkau segera menemukannya, lohu takut ia membuat
onar dan membahayakan operasi kita di sini" kata Seng-Lokai.
Seng-Lokai lalu memberitahu pria yang dipanggilnya Gu Sik segala sesuatu yang diperlukan
dalam peralihan komando. Semakin lama mendengarnya semakin kaget Li Kun Liong, ternyata
gerakan Mo-kauw memang tidak main-main, terbukti mereka sudah berhail menyusupkan mata-
mata di tubuh ke tujuh partai utama bahkan mata-mata tersebut memiliki kedudukan yang cukup
tinggi hingga akibatnya susah dibayangkan bagi ke tujuh partai utama apabila mata-mata Mo-
Kauw mulai digerakkan untuk mengacaukan keadaan. Seng-Lokai menyerahkan selembar kertas
yang memuat nama-nama dan kedudukan mata-mata Mo-Kauw di tujuh partai utama Tiong-
Goan. Di samping itu, Seng-Lokai juga memberitahu kematian Tiong-Cin-Tojin dan Tiong-Jin-
Tojin, mata-mata yang berhasil mereka susupkan di Bu-Tong-Pai. Dengan kematian kedua mata-
mata tersebut berarti hanya Bu-Tong-Pai dan Kay-Pang yang bersih dari kegiatan intelijen partai
Mo-Kauw. Selagi mendengarkan dengan serius pembicaraan tokoh-tokoh Mo-Kauw, Cin-Cin yang
perhatiannya terpecah akibat berdekatan dengan Li Kun Liong tanpa sengaja bergerak dan
menginjak sepotong ranting kering. Suara patahan ranting tersebut memecahkan keheningan
malam, bagaikan copot jantung Cin-Cin mendengarnya. Rombongan Mo-Kauw ini semuanya
memilki ilmu silat yang sangat lihai, tentu saja mereka tahu ada yang sedang menguping
pembicaraan mereka, dengan sebat mereka bertiga berpencar mengepung dari jurusan yang
berbeda-beda, menghadang jalan perginya si penguping.
Li Kun Liong mengeluh dalam hati melihat kecerobohan Cin-Cin, tapi apa boleh buat nasi telah
menjadi bubur. Mereka keluar dari persembunyian dengan tenang dan bersiap siaga.
Rombongan Mo-Kauw yang mengepung mereka berdua kaget melihat yang menguping
pembicaraan mereka adalah sepasang muda-mudi yang masih keroco.
"He..he.he, kalian mencari kematian buat diri sendiri, terlalu lancang mendengar pembicaraan
kami" kata Ciang-Gu-Sik dengan menyeringai seram.
"Siapa kalian, mengapa menguping pembicaraan kami" tanya Seng-Lokai.
"Hm, rupanya kalian dari Mo-kauw sudah berani mati meluruk kembali ke Tiong-Goan sini" kata
Li Kun Liong geram. "Han Tiong coba engkau hadapi pemuda kurang ajar ini" kata Seng-Lokai memandang enteng.
Sebelum Han Tiong bergerak, Li Kun Liong dan Cin-Cin telah bertindak duluan menyerang
rombongan Mo-Kauw. Cin-Cin menghadang di depan Han Tiong, sinar pedangnya berkelabat mengincar bagian tubuh
Han-Tiong. Ceng Han Tiong tergopoh-gopoh menghindari serangan tersebut. Dia merasa kaget
gadis cantik ini memiliki ilmu pedang yang sangat lihai, hampir ia terjungkal karena terlalu
memandang enteng. Sambil mengelak ke sana kemari, ia berusaha mengenali aliran pedang Cin-
Cin, beberapa jurus kemudian barulah ia mengetahui ilmu pedang Cn-Cin berasal dari aliran Thai-
San-Pai. Ilmu pedang Cin-Cin cukup hebat, jago kelas satu belum tentu dapat dengan mudah
menghindari serangan pedangnya. Sayang kali ini ia berhadapan dengan murid aliran Mo-Kauw
yang terkenal sebagai jagoan tanpa tanding sejak lima puluh tahun yang lampau, lebih-lebih
berhadapan dengn murid penutup ketua Mo-Kauw sekarang. Tapi tentu saja tidak begitu mudah
bagi Ceng-Han-Tiong untuk mengalahkan Cin-Cin, apalagi ia tidak tega bertindak terlalu keras
karena berhadapan dengan seorang gadis yang sangat cantik. Kecantikan gadis ini membuatnya
terpesona, walaupun ia bukan seorang buaya darat namun memang kecantikan Cin-Cin sangat
khas, bahkan sumoinya Kim Bi Cu masih kalah cantik dengan gadis ini. Demikianlah untuk
sementara Cin-Cin mampu bertahan.
Di lain pihak, pertempuran antara Li Kun Liong degan Seng-Lokai berlangsung seru. Masing-
masing pihak mencoba mengambil inisiatif menyerang dan berusaha menjatuhkan lawan masing-
masing secepat mungkin. Dalam gebrakan pertama masing-masing sudah merasa kaget karena
mengenali gaya yang mereka gunakan hampir sama, terutama Seng-Lokai yang mengenali jurus-
jurus serangan Li Kun Liong yang sangat dikenalnya. Begitu pula Li Kun Liong, walaupun jurus
serangan Seng-Lokai campur baur dengan aliran lain seperti Kay-Pang namun gaya aselinya tidak
dapat dipungkiri berasal dari aliran yang sama dengannya.
"Berhenti.." seru Seng-Lokai sambil menyurut mundur.
"Apa hubunganmu dengan Gan Khi Coan yang berjuluk Sin-Kiam-Bu-Tek (Dewa Pedang Tanpa
Tanding)" tanya Seng-Lokai menyelidik.
"Apakah engkau adalah Tan Kin Hong yang berjuluk Tok-tang-lang (si belalang berbisa)?" tanya
Li Kun Liong terbelialak kaget.
"Benar, jadi engkau adalah murid suheng Gan Khi Coan" kata Seng-Lokai atau Tan Kin-Hong.
"Benar susiok" kata Li Kun Liong memberi hormat.
"Hm, tidak berani lohu mengaku sebagai susiokmu, sudah puluhan tahun aku sudah memutuskan
diri dengan suheng. Apakah suhumu sudah mati atau belum" kata Seng-Lokai dengan ketus.
"Suhu sudah berpulang setahun yang lalu" kata Li Kun Liong sedih.
"Ha..ha..ha, akhirnya engkau mampus juga suheng" kata Tan Kin Hong tertawa terbahak-bahak.
Sambil memendam rasa marah suhunya di lecehkan, dengan dingin Li Kun Liong berkata "Suhu
juga berpesan untuk disampaikan kepada susiok untuk bertobat dan kembali ke jalan yang
benar" "Kurang ajar, orang sudah mampus masih berani menasehati orang" kata Tan Kin Hong sinis.
"Sebaiknya susiok bersikap sopan terhadap mendiang suhu, kalau tidak?"
"Kalau tidak kenapa" Apakah engkau berani menghadapi lohu" Sebaiknya engkau belajar dua
puluh tahun lagi sebelum mampu mengalahkan lohu!" kata Tan Kin Hong memandang enteng
sejak ia tahu Li Kun Liong cuma sutitnya saja.
"Kalau tidak, menuruti perintah suhu agar membasmi yang sesat, siapa pun orangnya" kata Li
Kun Liong tegas. "Benar-benar anak naga yang tidak tahu tingginya langit. Gu Sik, coba engkau hadapi sutitku ini"
Perlahan-lahan, Ciang Gu Sik mennghampiri Li Kun Liong. Dalam hatinya ia mengerutu
mendengar perintah tetua kiri, ia merasa sebagai hu-kauwcu Mo-Kauw, kedudukannya sejajar
dengan para tetua Mo-Kauw walaupun kalah senior. Tapi ia sadar sebaiknya Li Kun Liong segera


Rahasia Lukisan Kuno Seri Pendekar Cinta Karya Tabib Gila di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

dibekuk sebelum dapat melarikan diri dan menyebarkan rahasi yang berhasi didengarnya.
"Sebaiknya engkau menyerah saja, paling tidak kematian yang akan engkau terima adalah
kematian yang cepat dibandingkan jika engkau melawan" kata Ciang-Gu-Sik jumawa.
"Jangan banyak omong, jaga serangan" kata Li Kun Liong sambil melancarkan serangan pedang
ke arah pundak kanan Ciang-Gu-Sik. Ciang-Gu-Sik berkelit menghindar dengan gerakan tui-po-
lian-hoan (gerakan mundur berantai), di kuti gerakan balasan Cia-mie-sip-pat-tiat (merubuhkan
musuh dengan kebasan pakaian).
Li Kun Liong maju memapak sambil menghindari serangan lawan, dengan luwes ia melayani
serangan Ciang-Gu-Sik. Semenjak mematangkan semua jurus yang pernah ia pelajari dari
suhunya dan sucouwnya serta hasil pengamatan dari pertempurannya selama ini, kepandaian
silat Li Kun Liong sudah mencapai taraf susah diukur. Sekarang dia mampu menyesuaikan setiap
serangan dengan gaya yang dimiliki lawan dan membuat lawan seolah-olah bertemu tandingan
yang setimpal. Cukup dengan gerakan-gerakan yang dibuatnya sesuai dengan keadaan mampu
membuat Ciang Gu Sik terkesima. Belum pernah ia berhadapan dengan lawan setangguh Li Kun
Liong, perasaan memandang enteng sudah sirna bagaikan asap di langit. Puluhan jurus berlalu
tak terasa, Tan Kin Hong yang menyaksikan jalannya pertempuran juga merasa kaget.
Beberapa jurus serangan Li Kun Liong ia kenal dengan baik, namun yang membuatnya terkejut
adalah jurus-jurus tersebut sudah dimodifikasi menjadi lebih sederhana tapi efeknya jauh lebih
lihai. Diam-diam ia kagum terhadap suhengnya yang mampu memperbaiki jurus pedang aliran
mereka menjadi lebih hebat. Mimpi pun ia tak akan percaya bila jurus-jurus tersebut sebenarnya
diperbaiki oleh sutitnya ini. Di samping itu juga ia melihat beberapa jurus yang tidak ia kenal
sama sekali, dengan heran ia mengira-ngira darimana Li Kun Liong mempelajari jurus-jurus
tersebut yang tak kalah lihainya.
Keadaan masih berimbang, Ciang Gu Sik yang merasa sangat penasaran mulai mengembangkan
ilmu andalan yaitu ilmu langit bumi. Perlahan-lahan daun-daun kering berterbangan ke atas,
berputar mengikuti arus tenaga dalamnya dan membentuk semacam lingkaran mengeliling
sekitar pertempuran. Li Kun Liong merasa terkejut melihat kehebatan ilmu yang dimainkan Ciang
Gu Sik, terasa olehnya segulung hawa hangat mengitari tubuhnya, lama kelamaan makin
mendekat membuat dirinya susah bernafas. Sebisa mungkin ia bertahan tehadap serangan ini,
dengan memejamkan mata, ia mengfokuskan pikirannya. Dikerahkannya tenaga dalamnya
sampai sembilan bagian melawan serangan hawa panas tersebut. Pertarungan semakin
mendekati puncak, ilmu langit bumi Ciang Gu Sik sudah dikerahkannya sampai tingkat ke enam
namun belum berhasil juga menjatuhkan Li Kun Liong. Dia ragu-ragu untuk melancarkan tingkat
ke tujuh dari ilmu langit bumi ini karena kalau tetap tak berhasil menghancurkan Li Kun Liong,
dirinyalah yang berada dalam bahaya besar.
Tan Kin Hong yang menyaksikan Li Kun Liong masih mampu menahan serangan ilmu langit bumi
tingkat ke enam dari Ciang Gu Sik merasa sangat kagum, tapi dia juga menyadari bahaya yang
akan menimpa Ciang Gu Sik jika gagal dengan tingkat ke tujuh.
Segera ia melancarkan serangan untuk membantu Ciang Gu Sik. Dikeroyok oleh kedua tokoh
puncak Mo-Kauw membuat Li Kun Liong kewalahan, sebisa mungkin ia melawan sekuat tenaga.
Dikerahkannya semua ilmu yang selama ini dipelajarinya, ia tidak berani melonggarkan perhatian
sedikit pun. Dalam pertarungan antara ahli silat kelas tinggi, memang diperlukan perhatian yang
tak terpecah belah karena akibatnya sangat fatal bila sampai pikiran tak terfokus.
Sementara itu, pertarungan antara Ceng Han Tiong dengan Cin-Cin juga telah mencapai
puncaknya. Setelah sekian lama bertarung, kelihatan Ceng Han Tiong lebih unggul dari Cin-Cin
baik dari segi tenaga dalam maupun dari segi ilmu silat. Peluh mulai nampak di kening Cin-Cin
menambah kecantikannya, sambil mengigit bibirnya yang mungil, Cin-Cin melancarkan serangan
berantai yang dapat dielakkan Ceng Han Tiong dengan manis. Dia sebenarnya tidak ingin
melukai Cin-Cin, tapi hal tersebut tidak semudah yang dibayangkan, jika mau sejak dari tadi ia
dapat melukai parah Cin-Cin. Akhirnya ia memutuskan menggunakan ilmu langit bumi untuk
menekan Cin-Cin, dikerahkannya ilmu tersebut sampai ke tingkat ke tiga. Sama dengan yang
terjadi dengan Li Kun Liong, Cin-Cin merasakan hawa panas menekan dirinya, semakin lama
semakin menghimpit dan membuatnya susah bergerak leluasa. Gerakan yang mulai melambat
dari Cin-Cin dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya oleh Ceng Han Tiong, dengan kecepatan dan
ketepatan yang mengagumkan, ujung jarinya berhasil menutuk jalan darah di pundak kanan Cin-
Cin, membuat lengan kanan Cin-Cin tiba-tiba menjadi kaku dan tidak mampu lagi memegang
pedang sehingga pedangnya jatuh ke tanah. Tutukan berikutnya membuat Cin-Cin tak mampu
bergerak lagi. Cin-Cin menjerit lirih tanda terkejut namun sudah terlambat baginya untuk
bereaksi, tubuhnya sudah tidak mendengarkan perintahnya lagi.
Pekikan lirih Cin-Cin terdengar oleh Li Kun Liong yang sedang memusatkan perhatian melawan
serangan lawan-lawannya, hampir saja pundaknya terhajar hawa panas dari ilmu langit bumi.
Walaupun tidak kena namun pundak Li Kun Liong terasa sangat perih terkena serempetan hawa
panas tersebut. Dia berusaha memusatkan pikirannya kembali, pertempuran kali ini benar-benar
merupakan terdahsyatnya. Ceng Han Tiong yang sudah berhasil menutuk lumpuh Cin-Cin
mengalihkan perhatiannya ke arah pertempuran Li Kun Liong dan rekan-rekannya. Dia terkesima
melihat serunya pertarungan tersebut, belum pernah ia melihat suheng dan tetua pelindung kiri
sampai harus mengeroyok seorang pemuda secara mati-matian. Di saat ia sedang terkesima
melihat pertarungan tersebut, terdengar sambaran senjata rahasia di balik punggungnya,
kelengahan ini harus dibayarnya mahal. Jalan darah di punggungnya dengan telak terhantam
senjata rahasia tersebut dan membuatnya tak dapat bergerak sama sekali. Dia tidak dapat
menoleh ke belakang untuk melihat siapa yang telah menyerangnya dengan amgi. Dari ujung
sudut matanya, Ceng han Tiong hanya melihat sesosok bayangan menyambar tubuh Cin-Cin
yang tertutuk dan menghilang di balik kegelapan malam. Kejadian tadi hanya berlangsung dalam
waktu sekian detik saja, mereka yang sedang bertempur tidak mengetahui peristiwa barusan.
Ilmu silat Ceng Han Tiong sudah termasuk nomer wahid, bisa dihitung sebelah tangan mereka
yang dapat menutuknya secara telak, walaupun saat itu ia sedang lengah.
Pertarungan terus berlangsung dengan seru, masing-masing pihak tidak berani memecahkan
perhatiannya. Gerakan Li Kun Liong mulai melambat, pundaknya mulai teras susah digerakkan.
Diam-diam Li Kun Liong tercekat, hanya terserempet hawa lawan saja ia sudah terluka apalagi
jika terkena langsung hawa sakti tersebut.
Akhirnya ia memutuskan menggunakan strategi terbaik dari 36 strategi yang ada yaitu melarikan
diri. Memang sial buat Li Kun Liong, sejak terjun ke dunia persilatan, sudah beberapa kali ia
mengalami pertempuran yang semakin lama semakin hebat dan membuatnya beberapa kali
harus melarikan diri untuk menyelamatkan nyawanya. Ia sangat gegetun dengan nasibnya ini.
Fokus yang mulai hilang karena memikirkan hilangnya Cin-Cin dan rasa gegetunnya memnuat
semangat bertanding Li Kun Liong menjadi melemah. Akibatnya segera terasa olehnya, serangan
ke dua tokoh Mo-Kauw tersebut semakin terasa berat baginya.
Memang dalam pertempuran tingkat tinggi, kadang kala kelihaian ilmu silat yang hampir
berendeng membuat menang kalah sering kali ditentukan oleh faktor x seperti keuletan dan
semangat bertanding. Begitu pula kali ini, hampir pada saat yang bersamaan pukulan Tan Kin
Hong dan Ciang Gu Sik berhasil mendarat dengan telak di tubuh Li Kun Liong. Li Kun Liong hanya
merasakan muncratnya darah bergumpal-gumpal dari mulutnya, praktis tubuhnya sudah
tidak terasa lagi nyambung dengan pikirannya. Rasa sakit yang dialaminya telah membuat dirinya
semakin menjauh, perlahan-lahan kegelapan menyelimuti dirinya, sepekat jiwanya yang meronta
lepas ini. 5. Bangkit dari kematian Raungan anjing hutan dan serigala yang kelaparan bergema di kegelapan malam menembus
sela-sela pepohonan lebat di hutan tersebut. Suara raungan itu makin lama makin mendekat ke
arah sesosok tubuh berdarah yang terbaring telungkup di bawah, entah sudah berapa lama
tubuh tersebut mengeletak begitu saja di tengah hutan yang gelap gulita. Binatang mempunyai
penciuman yang tajam, bau anyir darah merupakan tanda bagi serigala-serigala ini bahwa ada
daging segar atau bangkai yang bisa di makan.
Dari balik kegelapan terlihat beberapa kelap-kelip cahaya kecil berkilauan liar muncul mendekati
tubuh yang tergeletak tersebut.
Ternyata cahaya kecil berkedip-kedip tersebut berasal dari mata serombongan serigala hutan,
tampak di paling depan seekor serigala yang paling besar mendekati tubuh tersebut dan
menjilat-jilati darah di tubuh tersebut. Jelas serigala yang paling depan adalah pemimpin
rombangan tersebut. Serigala-serigala yang lain tidak mau ketinggalan, berebutan mereka
menghampiri korban mereka tersebut tapi geraman buas pemimpinnya membuat langkah
mereka terhenti. Pesta-pora gelagtnya segera akan berlangsung, namun di saat-saat kritis
tersebut, tiba-tiba tubuh itu bergerak lemah. Dengan waspada serigala pemimpin mundur
selangkah, menunggu gerakan selanjutnya tapi setelah gerakan tadi tidak ada gerakan lagi.
Serigala pemimpin mulai mendekati kembali tubuh tersebut dan mengarahkan moncongnya ke
arah daging di kaki tebuh tersebut. Gigi-giginya yang tajam menancap dalam-dalam membuat
darah di kaki tersebut keluar dengan derasnya.
Perasaan Li Kun Liong begitu damai, cahaya yang sangat terang, dan kehangatan sinar yang
menerpa membuatnya seperti di surga. Cahaya tersebut terpancar di kejauhan, keindahannya
sungguh sulit diungkapkan dengan kata-kata, mungkin kata tiada tara sedikit mendekati
pengalaman tersebut. Perlahan-lahan ia berjalan mendekati sumber cahaya tersebut, badannya
terasa sangat ringan seolah-olah melayang-layang di atas tanah. Nalurinya berkata dengan
mendekati sumber cahaya tersebut, dia akan merasakan kebahagiaan yang abadi. Dengan wajah
yang berbinar-binar ia mulai mendekati sumber cahaya tersebut, makin lama makin terang
namun tidak menyilaukan mata bahkan terasa teduh dan nyaman. Sekonyong-konyong cahaya
itu menghilang dengan cepat di gantikan rasa sakit yang mendalam, membuat seluruh tubuhnya
gemetar kesakitan. Dengan mata terbuka lebar tiba-tiba, Li Kun Liong sadar dari alam bawah
sadarnya. Matanya tertumbuk dengan seekor serigala yang sedang mengigit dengan buas kaki
kirinya. Walaupun keadaannya saat itu sangat lemah namun entah dari mana semacam kekuatan
hadir melalui tangannya yang melayang ke kepala serigala tersebut.
"Praak.. kepala serigala itu pecah berantakan dan membuat serigala-serigala yang lain kabur
serabutan kembali ke dalam hutan. Agaknya mereka sadar korban yang sedang mereka incar
bukan korban yang lemah, naluri mereka mengatakan untuk kabur secepatnya sebelum
terlambat. Kita manusia sebenarnya memiliki naluri yang sama tajamnya dengan binatang, tapi akibat sering
tak di ndahkan naluri tersebut perlahan-lahan menghilang digantikan dengan logika. Kehidupan
akan jauh lebih baik bila manusia mendengarkan naluri mereka, bukan tidak mungkin
peperangan, kemiskinan, kelaparan akan hilang di muka bumi ini jika kita masih mendengarkan
naluri kemanusiaan kita. Li Kun Liong berusaha duduk dengan susah payah, seluruh tubuhnya lemas tak bertenaga.
Bagaikan bangkit dari kematian, orang lain yang mendapat luka separah ini sudah pasti tidak
akan dapat bertahan lama. Beruntung Li Kun Liong memiliki tubuh yang ulet dan daya tahan
yang tinggi, selama mengikuti sucouwnya si tabib sakti, dia sering meminum berbagai macam
ramuan-ramuan ajaib buatan si tabib sakti hingga khasiatnya terlihat sekarang, daya tahannya
sudah melebihi manusia biasa. Namun tentunya obat-obatan hanya merupakan pelengkap saja,
yang terpenting adalah kemauan atau semangat hidup yang kita miliki. Seseorang yang telah di
vonis tidak akan sembuh dari penyakit kanker yang di dapnya bisa secara ajaib sembuh total.
Bagi orang beragama ini disebut mujijat dari Tuhan, karena keyakinannya yang tinggi, dia
menyerahkan seluruh nasibnya kepada yag di atas sehingga kesembuhan yang ajaib ini tentu
saja dia panjatkan puji syukur kepada yang di atas. Tapi bagaimana dengan orang yang atheis
(tidak percaya Tuhan) yang juga bisa sembuh total dari penyakit kroniknya "
Penjelasan yang paling masuk akal adalah karena semangat hidup yang tinggi mampu membuat
mujijat-mujijat yang sukar ditelaah dengan logika ilmu pertabiban menjadi kenyataan. Sekarang
ini ilmu kedokteran yang berasal dari barat lebih berorientasi pada penyakit fisik, mereka tidak
menganggap penting efek psikologis si pasien, hanya baru belakangan disadari efek psikologi si
pasien juga sangat menentukan sembuh tidaknya suatu penyakit. Jadi sebenarnya ilmu
kedokteran barat ang usianya baru sekitar seratus-dua ratus tahun masih mempunyai
kelemahan-kelemahan fundamental yang sebenarnya telah diketahui oleh ilmu pertabibaban dari
timur beratus-ratus tahun yang lalu. Masalahnya, kelemahan ilmu pertabiban timur adalah
kurangnya pengarsipan atau dokumentasi ilmu tersebut bahkan tidak jarang hanya diturunkan
secara lisan sehingga lama-kelamaan kevalidannya berkurang karena interprestasi masing-
masing berbeda. Tapi sekarang sudah banyak kita temui penggunaan ilmu kedokteran barat dengan ilmu
pertabiban timur bersama-sama dan menghasilkan tingkat kesembuhan yang tinggi.
Kembali ke jago kita Li Kun Liong, kalau jago silat lainnya menderita luka separah dirinya, tentu
sudah binasa. Namun karena Li Kun Liong disamping tubuhnya ulet, semangat hidupnya sangat
tinggi, mungkin ini disebabkan karena ia masih memiliki persoalan-persoalan yang masih banyak
perlu ia selesaikan. Li Kun Liong menarik nafasnya perlahan-lahan sambil meringis menahan sakit di dadanya. Setiap
kali menarik nafas dadanya selalu sakit, ini disebabkan oleh pukulan yang diterimanya dari tokoh-
tokoh Mo-Kauw. Dia tahu dirinya terluka sangat parah, tanpa pertolongan secepatnya dirinya tak
akan tertolong. Mukanya sangat pucat karena darah yang dikeluarkannya sudah melebihi batas.
Dengan menguatkan diri Li Kun Liong berdiri sempoyongan dan berjalan tertatih-tatih menjauhi
tempat pertempuran tadi. Instingnya mengatakan untuk menjauhi tempat pertempuran ini
secepatnya. Li Kun Liong tidak tahu bahwa dirinya sudah dikira mati oleh lawan-lawannya karena
saat itu ia sudah tidak bernafas lagi dan detak jantungnya tidak kedengaran lagi. Ibarat mati suri,
Li Kun Liong sangat beruntung masih bisa sadar kembali, kebanyakan mereka yang mati suri
benar-benar mati akhirnya.
Dia tidak tahu arah yang ditujunya makin masuk ke dalam hutan yang lebat, pikirannya entah
kemana, dibiarkannya langkah kakinya yang sempoyongan yang menentukan arah.
Entah sudah berapa lama Li Kun Liong menyusuri jalanan setapak, tahu-tahu hari menjelang
pagi. Hawa dingin masih terasa pekat menyelimuti.
Mulai samar-samar terdengar alunan kicau burung dari sela-sela rimbunnya pepohonan terasa
begitu romantis. Aroma kehidupan hutan yang alami terasa begitu kental.
Di jalan sempit berliku yang menbelah perbukitan, di antara semak belukar, tak surut langkah jua
Burung Hoo Menggetarkan Kun Lun 3 Sepasang Pedang Pusaka Matahari Dan Rembulan Karya Aminus, B_man, Kucink Jaka Lola 10
^