Pencarian

Tongkat Rantai Kumala 8

Tongkat Rantai Kumala Seruling Kumala Kim Lan Pay Karya Oh Chung Sin Bagian 8


"Adik Tie selamat tinggal baik-baiklah kau menjaga
dirimu sendiri untuk mengepalai partaimu yang akan
bangun dan jaya dimasa depan Ciciemu selalu mendoa
demi keberuntunganmu."
Tidak henti hentinya ia menyusut air matanya, berat
sekali rasanya untuk ia berpisah dengan adik Tienya itu.
Ini waktu ia malah mengharap harapkan untuk
keluarnya si pemuda yang tentu akan mencegah
kepergiannya. Tapi kejadian tidaklah demikian halnya,
karena Bee Tie sedang meyakinkan Kiu-teng cin-keng
didalam kamarnya sendiri.
Dari kentongan yang ketiga keempat dan akhirnya
sampai pada yang kelima Kim-coa Giok-lie masih berdiri
terus disana. Sebentar lagi waktunya akan menjadi pagi,
tapi ia masih tak berjumpa dengan pemuda impiannya, ia
menahan napas sekali lagi dan meninggalkannya puncak
Cee-tian-hong ini. Dihari kedua Bee Tie sudah mulai kehilangan Enci
Gioknya itu. Begitu bertemu dengan Ie Ceng Koan ia sudah
menanya. "Saudara Ie, apa kau melihat Encie Giok?" Ie Ceng Kung
malah melengak. "Tidak." Hatinya Bee Tie sudah mulai tergetar, cepat ia lari
menuju kearah kamarnya Kim-coa Giok-lIe-yang dilihatnya
masih belum dibuka. Hatinya mulai menjadi lega.
"Encie Gioknya mengapa masih belum bangun juga."
Pikirnya tapi ia tidak berani sembarang memasukinya dan
ia hanya memanggil dari dekat pintunya saja.
"Encie Giok waktu sudah tidak pagi lagi. Mengapa kau
masih belum bangun juga."
Tapi panggilannya Bee Tie ini tidak mendapat jawaban
barang sedikitpun" Setelah berkali-kali, Bee Tie memanggilnya tapi tidak
ada jawaban sama sekali, tahulah ia kini perubahan apa-apa
yang telah terjadi, dengan cepat didorongnya pintu kamar
dan apa yang dilihat olehnya waktu itu"
Ternyata hanya satu kamar yang kosong belaka.
"Kemanakah kepergiannya Enci Gioknya ini?"
Tanyanya didalam hati. Sewaktu bergegas Bee Tie mau keluar lagi dari dalam
kamar ini terlihat olehnya diatas meja terletak satu
potongan kertas yang seperti disengaja ditaruh disitu. Cepat
diambilnya benda tersebut dengan tangan yang sedikit
gemetaran ia sudah dapat menduga apa yang ditulisnya
maka ia tidak berani membukanya untuk dibaca.
Waktu itu mendadak si Pedang Tumpul dan Ie Ceng
Kun sudah turut masuk kedalam, mereka melihat
kelakuannya Bee Tie yang tidak seperti biasa ini sudah
dapat mengerti apa yang sedang dialaminya."
Dari kertas yang sedang dipegang oleh Bee Tie Ie Ceng
Kun masih dapat membaca hurufnya yang kira kira
berbunyi begini. "Adik Bee." "Encie Giok tidak dapat menelantarkan tugasmu, maka
janganlah mengingat lagi diriku yang malang ini."
Ie Ceng Kun sudah lantas menghampiri Bee Tie dan
menghibur: "Saudara Bee. Giok-lie ciecie mau bermaksud sangat
biak terhadap dirimu baik baiklah kau mengurus pekerjaan
Hoa-san-pay sebigai mana mestinya. Setelah selesai semua,
masih belum telat juga untuk kau mencarinya."
Bee Tie membaca berkali-kali kata-kata yang tidak
banyak ini dan perlahan-lahan berjalan menuju keluar
kamar lagi. Begitu melihat Giok Hie sedang mendatangi, ia
sudah menggapaikan tangannya.
Selelah Giok Hie datang cukup dekat padanya dengan
suara yang sangat perlahan sekali, ia berkata.
"Baik-baiklah melayani tamu kita disini, dan sebentar
malam jam tiga datanglah ke kamarku."
Giok Hie memanggutkan kepalanya.
Setelah mengucapkan pesanannya ini, dengan tidak
menolak lagi Bee Tie sudah menuju keluar kelenting Ceethian-
koan ini. Ie Ceng Kua yang memang sangat
mamperhatikan gerak-gerik kawannya ini sudah menanya
lagi. "Saudara Bee Tie kau mau pergi kemana lagi?"
"Saudara Ie, siauwte akan pergi untuk tidak berapa lama
dan akan kembali lagi," Bee Tie dengan singkat
memberikan tubuhnya turun meninggalkan puncak Ceethian
hoan ini menuju kearahnya Siok lie hong kembali. Ia
sudah dapat memikirkan bahwa kepergiannya Kim-coa
Giok-lie itu kecuali kembali ke dalam goanya lagi sudah
tidak ada tempat lainnya yang akan ia tuju.
Disana pintu juga sudah terbuka, di dalamnya tidak ada
satu suara maupun manusia, Bee Tie sudah mulai
memanggil-manggilnya. "Encie Giok Encie Giok ... "
Tapi mana ada jawaban baginya" Biarpun ia telah
mencari cari keseluruh pelosok goa. Tapi apapun tak ada
yang diketemui olehnya. Tapi baru saja ia mau keluar dari
bekas sarangnya Ular Mas ini atau sudah terdengar satu
suara Krik Kraknya pintu yang mulai tertutup dengan
sendirinya. "Celaka." Bee Tie mengeluh dalam hati, dengan cepat ia
mau lari keluar dari dalam sarang Ular Mas ini tapi sudah
telat karena pintu masuknya tadi pun sudah tertutup sama
sekali. Sebentar saja seluruh ruangan yang ditempati olehnya
sudah menjadi gelap sekali, suara "Ser ser"nya ular sudah
terdengar lagi. Tapi Bee Tie yang telah menelan ribuan
nyali ular sudah tak takut dengan segala kejadian seperti ini,
karena ia masih dapat melihat tempat itu dengan terang
sekali. "Pintu ini mengapa dapat tertutup dengan sendirinya?"
Tanyanya dalam hati. Hatinya sudah mulai sedikit curiga mungkin ia telah
masuk kedalam perangkapnya orang lagi, suling pemberian
ayahnya sudah dikeluarkan untuk menjaga segala sesuatu
kemungkinan yang tak menguntungkan bagi dirinya.
Setelah ia menunggu sekian lamanya, masih lidak
terdengar gerakan apa-apa. Ia menjadi heran sekal.
"Jika pintu ini dapat tertutup dengan sendiri, sudah tentu
ada orang yang menggerakkannya alat rahasianya, tapi
kemenakah perginya orang itu?"
Perlahan-lahan ia mulai menghampiri pintu depan tadi
yang ternyata terbuat dari batu yang sangat tebal sekali. Ia
mendorongnya berkali kali, tapi tetap percuma saja biarpun
ia mempunyai kekuatan yang bagaimana besarnya juga
tidak dapat membukanya karena pintu ini tidak dapat
dibuka dengan paksa melainkan harus dengan menggerakan
alat rahasianya dulu. Ia penasaran dan coba untuk memukulnya sekali lagi,
pada waktu itu kepandaiannya Bee Tie yang telah
mendapatkan pelajaran Kiu-teng cin-keng dari dalam. Pintu
terlarang dulu sekarang kekuatannya telah dapat memukul
remuk segala batu, tapi karena tebalnya pintu yang
menghadang didepannya ini. biarpun ia telah memukul
sampai beberapa kali juga tetap masih tidak ada harapan
untuk keluar lagi. Ia menghela napas dan duduk-bersila untuk menjalankan
latihan napasnya, sebentar saja otaknya sudah menjadi
tenang kembali pikirannya menjadi jernih lagi. Tapi tepat
pada waktu itu lapat-lapat ia masih mendengar suara yang
sangat halus sekali. "Adik Tie. Adik Tie ... "
Inilah suaranya Kim-coa Giok-lie, cepat Bee Tie lompat
bangun berdiri dengan mengikuti arah suara tadi ia sudah
meneriaki. "Enci Giok, kau berada disana" Enci kau berada
dimana?" Tapi karena teriakan teriakannya ini ia telah kehilangan
arahnya suara tadi. Sudah tentu suara ini datangnya dari
tempat yang dekat sekali, hanya saja ia tak tahu akan jalan
rahasianya tenpat ini, maka perlahan-lahan ia berjalan dan
meneliti, diperhatikannya segala macam benda yang
dianggapnya dapat mencurigakan keadaan disitu.
Tapi biarpun ia sudah perhatikan segala-galanya, masih
tetap tidak kedapatan suatu bendapun yang dapat
mencurigakannya. perahan lahan ia sudah berjalan menuju
kearahnya kamar batu tempatnya Kim-coa ciangbun yang
darimana dulu ia keluar. Sewaktu ia menginjakkan kakinya dipintu ini. terasa
olehnya tempat yang diinjaknya seperti sedikit demi sedikit
mulai bergerak ambles kedalam. Bee Tie Kaget bukan main,
ia sudah siap untuk lompat pergi atau tidak jadi karena
mendadak pikiran yang baru telah timbul kembali.
"Mengapa aku tidak masuk saja untuk melihatnya,
rahasia apa yang berada dibawah tempat ini?"
Maka ia sudah diam saja ditempatnya melihati
bagaimana tempat yang sedang diinjaknya ini perlahanlahan
malai turun kebawah, entah berapa lama ia berada
didalam kegelapan demikian dengan hati yang berdebaran
keras atau mendadak suatu sinar terang mulai terlihat
dibawahnya. Tidak lama kemudian papan batu yang
diinjaknya tadi sudah sampai didasarnya, cepat Bee Tie
lompat dari tempatnya dan dilihatnya tempat papan batu
yang tadi dinaikinya sudah naik keatas kembali.
Baru sekarang Bee Tie dapat menghela napas lega.
"Tidak kusangka bahwa Golongan Ular Mas ini masih
mempunyai pesawat rahasia yang semacam ini, betul betul
aku tidak menyangka sama sekali."
Baru sekarang ia dapat memperhatikan keadaan
disekelilingnya, ternyata sinar terang tadi berasal dari sinar
sinarnya bermacam-macam batu kumala, berlian dan
barang barang berharga lainnya yang tidak dapat ditaksir
berapa harga nilainya. Ternyata bahwa didalam tanah ini terdapat ruangan
tempat penyimpan barang-barang berharga dari golongan
Ular Mas, inilah kejadian yang sukar sekali untuk diduga.
Tiba-tiba mata Bee Tie sudah menjadi terbelalak karena
melihat satu sapu tangan yang menyelip diantara sela sela
lemari yang terdapat didalam ruangan ini. Sewaktu ditegasi
diujungnya satu sudut dalam saputangan ini terdapat
sulaman yang merupakan huruf "Giok" yang indah sekali
lukisannya, inilah tentunya kepunyaan Kim-coa Giok-lIeyang
terjatuh dan terjepit disini.
"Enci Giok, Enci Giok. inilah sapu tangan
kepunyaanmu yang ketinggalan disini."
Begitu mengingat akan Encie Gioknya ini, Bee Tie sudah
tidak mau memikir panjang lagi ia membuka pintunya
lemari tadi. Ternyata dibaliknya pintu lemari ini terdapat satu lorong
gelap gulita yang panjang sekali, dan pintu lemari ini hanya
merupakan jalan masuk satu-satunya yang tersembunyi.
Dengan tidak memperdulikan akan apa akibatuya lagi. Bee
Tie sudah segera memasukkan dirinya kesana dan setelah
berjalan kira kira satu lie jauhnya tiba-tiba dipinggiran
lorong ini terlihat olehnya sebuah sinar pelita yang dipasang
disana dipergunakan untuk menyinari satu tengkorak
manusia yang sedang bersikap duduk bersila.
"Tengkorak ini tentunya tengkorak salah seorang ketua
dari golongan Ular Mas yang temaha." Pikir Bee Tie
didalam hatinya. Ia memandang kearah tengkorak yang mengambil sikap
berduduk ini dan ia seperti ada merasakan sesuatu apa-apa
yang areh. Dilihatnya tangan kanan ditengkorak disodorkan
kedepan telapak tangannya mengarah kebawah dengan jari
tengahnya ditujukan kearah muka tangan kirinya juga tidak
tinggal diam ia itu seperti menjaga dada dipalangkan
menekuk kearah tangan kanan tadi.
Bee Tie sudah menurutnya akan sikap gerakan tengkorak
tadi didalam lorong gelap ini dan tidak merasakan apa yang
aneh lagi. Berjalan kira kira satu lie lagi. Sikap gerakan tengkorak
yang kedua ini yalah menyodorkan kedua tangannya
semua, kecuali kedua jari tangan yang diluruskan, delapan
buah jari lainnya sudah ditekuk semuanya.
Bee Tie yang seperti merasakan keanehan itu sudah turut
mengikuti sikap gerakannya lagi.
Dengan tidak memperdulikan akan apa artinya sikap
gerakan gerakan tergkorak tadi Bee Tie sudah meneruskan
perjalanannya lagi, demikianlah ia telah menemukan tujuh
buah tengkorak yang sedang membawakan sikap sikap
mereka yang berlainan satu sama lain. Satu persatu Bee Tie
sudah menimnya akan semua sikap gerakannya tengkorak
ini. Bee Tie sudah lupa berapa jauh ia telah berjalan didalam
lorong yang gelap ini karena terus-terusan mengikuti dan
mengingat-ingat akan sikap gerakannya tengkoraktengkorak
tadi. Ia sampai tidak merasa lelah sama sekali
dan ia berjalan terus mengikuti arah lorong yang gelap itu.
Bee Tie tidak tahu bahwa ia telah berjalan dibawah tanah
yang gelap sekali, entah sudah beberapa buah puncak
gunung yang telah dilewati.
Berjalan kira-kira beberapa lie atau di depannya lapatlapat
sudah terdengar suaranya Kim-coa Giok-lie lagi.
"Adik Tie, ... adik Tie ... "
Bee Tie terlompat dan mengeraskan larinya.
"Enci Giok ... Enci Giok ... " panggil anak muda ini.
Jauh didepannya sudah terlihat dua buah titik bayangan
putih yang bergerak-gerak cepat sekali. Bee Tie lari
menyusul semakin lama semakin cepat tapi dengan tiba-tiba
saja bayangan putih tadi lenyap dan kini sebagai gantinya
didepannya sudah terlihat sinar terangnya matahari.
Ternyata ia telah sampai pada sebuah jalan keluarnya
lorong yang gelap tadi. Dengan sekali lompat saja Bee Tie
sudah dapat keluar dari dalam lorong yang panjang ini,
ternyata sekarang ini sudah berada di dasarnya satu lembah


Tongkat Rantai Kumala Seruling Kumala Kim Lan Pay Karya Oh Chung Sin di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

yang terjepit oleh gunung-gunung yang tinggi.
XVII. ISTANA ULAR MAS Pemandangan yang terbentang didepan mata Bee Tie
adalah gunung-gunung yang tinggi, disana terdapat satu kali
kecil yang sedang mengalirkan airnya yang jernih. Tidak
jauh dari kali kecil ini terdapat sebuah gardu tempat
istirahat yang bagus sekali dan di dalam gardu tadi terdapat
beberapa orang gadis kecil yang tertawa terkaka-kikik ramai
sekali. Bee Tie hampir tidak percaya dengan pandangan
matanya sendiri, dikucek kucek matanya sampai beberapa
kali, tapi sewaktu dibukanya lagi, pemandangan yang
dihadapannya tetap seperti tadi, tahulah ia bahwa ia tidak
bermimpi. Ia tidak berani untuk mengganggu kesenangannya gadisgadis
cilik tadi, ia mulai berjalan menuju ke kiri, baru saja
berjalan beberapa langkah atau pandangan matanya sudah
dibikin silau kembali ternyata kini didepannya, diantara
sela-sela pohon-pohon yang tinggi tertampaklah satu
gedung yang indah sekali, dan diatas gedung ini terdapat
tulisan yang berbunyi. ISTANA ULAR MAS "Istana Ular Mas?" Pikir Bee Tie yang betul betul tidak
habis mengerti. "Dan apa pula dengan itu rumah batu diatas puncak
Siok-lie hong yang didiami oleh Kim-coa Giok-lie dan Kimcoa
Sin-lie tadi?" Waktu itu beberapa gadis cilik yang sedang bermain
main tadi, rupanya mereka seperti sudah merasa puas dan
semua kembali menuju kearahnya Bee Tie.
Bee Tie lompat keluar dari tempat sembunyinya,
menghadang dijalan dan menanya kepada mereka berdua.
"Hei. apa kalian tidak ada melihat orang baru yang
datang kemari?" Dengan tindakannya yang tiba-tiba ini. Bee Tie rasa
sudah pasti akan dapat mengejutkan hanya beberapa gadis
cilik yang didepannya tadi. Tapi tidak disangka olehnya
bahwa gerakan mereka itu ada sedemikian lincah lincah
sekali. Segera mereka berpencar menjadi dua bagian, dari
kanan dan kirinya sudah lompat maju, kemudian
bergandengan tangan lagi menuju kearah Istana Ular Mas
tadi dengan tidak menjawab barang sepatah kata, maupun
memandangnya sama sekali.
Bee Tie sudah menjadi kelabakan dengan sendirinya dan
ia tidak dapat berbuat apa-apa lagi.
Diantara sedemikian banyaknya gadis-gadis cilik tadi
meskipun sudah hampir semuanya kembali ketempat
mereka masing-masing, tapi tak urung masih ada juga dua
orang gadis yang rupanya sedang keenakan, sehingga sudah
lupa bahwa mereka telah ditinggalkan oleh kawankawannya
dan kini mereka sedang asyiknya duduk bicara
dengan uplek sekali dalam gardu tadi, Bee Tie cepat menuju
ke sana dan menanya kepada mereka.
"Numpang tanya apa ... "
Tapi gadis cilik yang berada disebelah kiri dari lawannya
sudah cepat memotong pertanyaan si anak muda, sambil
menarik lengan baju kawannya ia sudah berkata.
"Sial, sial, Soat-moay, mari kita cepat-cepat pergi dari
sini." Pergi dari situ dan meninggalkan Bee Tie seorang diri.
Dengan berbareng mereka berdua sudah melesat yang
menjublek terus disana. Bee Tie sudah dibikin naik darah juga dengan
kelakuannya gadis-gadis tadi cepat ia membalikan badan,
menutul ujung kakinya dan melesat untuk mendahului
mereka berdua, lalu ia menghadang didepannya untuk
menunjukan persorlan yang masih belum dimengerti oleh
dirinya. Terlihat si gadis cilik membalikkan badan dan
memandang kearah Bee Tie. Lalu ia mendorong tubuh
kawannya dan dari kanan kiri mereka melesat pergi lagi.
Inilah kepandaian yang tidak berada di bawahnya Kimcoa
Sin-lie atau Kim-con Giok-lie. Bee Tie yang melihat
gerakan mereka yang secepat ini sudah tertarik juga dan ia
tertawa. "Satu Istana Ular Mas yang sangat rahasia ternyata
disini, masih terdapat sedemikian banyaknya orang
pandai." Bee Tie tidak percaya yang kepandaiannya dapat
dikalahkan oleh gadis-gadis cilik yang belum ternama,
dengan menggunakan salah satu gerakan yang didapati
diatasnya sembilan tiang batu ia sudah lompat maju lagi
dan tetap menghadang dihadapannya dua gadis cilik ini,
"Adik kecil, aku hanya akan menanyai satu soal saja,
mengapa kalian tidak mau memberikan jawabannya?"
Inikah Bee Tie sudah mengeluarkan suling hitamnya
yang diputar putar untuk menghalang jalan majunya dua
gadis tadi. Tapi dua gadis cilik ini memang pintar sekali. mereka
tidak mau maju lagi karena tidak mungkin bagi mereka
untuk dapat melewati pagar suling hitamnya si anak muda
sebaliknya dari pada maju malah mereka telah mundur jauh
sekali tidak menghiraukan terhadap pertanyaannya Bee Tie.
Betul-betul Bie Tie tidak habis mengerti mengapa mereka
selalu tidak mau meladeninya sama sekali" Maka dengan
penasaran sekali Bee Tie sudah mendesak maju kearahnya
dua gadis cilik tadi sambil mengeluarkan geramannya.
"Sebelum kalian memberikan jawabannya yang jelas,
jangan harap kalian dapat melarikan diri dari sini."
Tepat pada waktu itu dari jauh tiba-tiba melayang satu
bayangan kelabu yang cepat sesali gerakannya, sekejapan
saja ia telah berdiri disamping Bee Tie dan berkata dengan
perlahan sekali. "Jika kau memaksanya sekali lagi, akan celakalah
dirinya Kim-coa Giok-lie."
Gerakannya orang tadi sangat cepat sekali Bee Tie hanya
dapat melihat selewatannya saja seperti seorang nenek yang
telah tua sekali dan sebentar saja sudah menghilang
kembali. Dua gadis cilik tadi lompat mundur dengan berpencaran
mereka segera lompat dan menghilang dari pandangan
mata Bee Tie. Semua kejadian kejadian yang telah dialaminya didalam
Istana Ular Mas yang tersembunyi ini sangat aneh sekali,
betul-betul membikin Bee Tie pusing kepala, ia tidak habis
mengerti rahasia apa yang tersembunyi didalamnya itu.
"Sudah tentu diantara golongan Ular Mas itu ada
mempunyai hubungan yang aneh sekali, tapi mengapa
semua orang yang berada disini seperti tidak sejahat Kimcoa-
Sin-lie?" Ia berjalan lagi sehingga sampai ditempatnya dua gadis
tadi berdiri, dilihatnya disitu diatas tanah seperti, ada
tertulis sesuatu apa. Cepat-cepat didekatinya dan dibaca.
"Kecuali Kim-coa Kiong-cu dapat bicara denganmu,
semua orang tak diijinkannya."
Bee Tie menjadi heran dan menanya pada diri sendiri.
"Jika dilihat dari katanya ini sudah terang bahwa
tingkatan dari Kim-coa Kiong-cu ini ada lebih tinggi lagi
daripada Kim-coa ciangbun tapi siapakah ia yang
sebenarnya?" Bee Tie menjadi menjublek terus ditempatnya, atau
waktu itu dari jauh tiba-tiba sudah terlihat Kim-coa Sin-lie
dan Kim-coa Jing-lIe-yang sedang mendatangi kearahnya.
Cepat cepat Bee Tie menghapusnya tulisan tadi dan ia maju
menghampiri mereka yang baru datang.
Dua orang itu ketika melihat akan kedatangannya Bee
Tie sudah cepat cepat meningalkannya pergi lagi dengan
pandangan mata mereka yang penuh dengan kebencian dan
dendam. Jika Bee Tie mengingat akan kata-kata orang yang
dibawah tanah tadi, sudah tentu sekarang itu hanya Kimcoa
Kiong-cu seorang saja yang dapat ditanya olehnya.
Dapat dipastikan bahwa Kim-coa Kiong-cu itu sudah tentu
berada didalam istananya yang megah dan angker yang kini
berada dihadapannya. Maka dengan tidak mau memusingkan akan hal-hal yang
lainnya lagi. Bee Tie sudah berjalan menuju ketempat istana
Ular Mas tempat kediamannya Kim-coa Kiong-cu itu.
Sewaktu ia telah sampai didepan pintu Gerbang terlihat
olehnya seorang nenek nenek tua yang membisik padanya
kini sudah muncul keluar, dengan tertawa ia sudah
menghampiri Bee Tie dan berkata.
"Apa kau heran menghadapi semua kejadian ia
sekarang" Kiong-cu sedang sakit, maka ia telah menyuruh
aku Kim-coa Lo-lo menggantikan menyambut dirimu
sebagai wakilnya. Karena Kim-coa Giok-lie telah
menghianati partai, maka ia akan menerima hukumannya
sendiri. Janganlah kau turut campur dalam hal ini karena
menyangkut pada peraturannya.
Bee Tie menggeram keras. "Dimanakah sekarang Kim-coa Kiong-cu yang kau
katakan sedang sakit itu, aku akan bertemu sendiri
dengannya." Kim-coa Lo-lo hanya tertawa saja.
"Setelah menemukan dirinya juga akan percuma saja
karena perkataannya Kiong-cu yang sudah dikeluarkan
tidak pernah ditelan kembali.
"Omong kosong. Jika ia berani mengganggu selembar
rambutnya saja, awaslah dengan pembalasanku dikemudan
hari yang akan meratakan seluruh istananya ini dengan
bumi." "Bee Tie, lebih baik lekaslah kau pergi saja disini sebelum
terlambat dan janganlah campur lagi urusan dalam
golongan kami sendiri."
Bee Tie mana mau dikasih mengerti, ia telah berkali kali
mengucapkan perkataan ingin menemui Kim-coa Kiong-cu
sendiri. Kim-coa Lo-lo ketika itu sudah dibikin marah juga dan
bentaknya. "Bee Tie, janganlah kau coba mengimpi untuk dapat
membuat onar lagi disini yang hanya mengandalkan pada
kepandaianmu sekarang ini, masih belum cukup kuat untuk
menandingi golongan Ular Mas kita."
Bee Tie hanya mengeluarkan suara dinginnya, ia mana
mau percaya akan kata-katanya Kim-coa Lo-lo tadi itu"
Biarpun dirinya Kim-coa ciangbun sendiri terhadapnya
tentu belum tentu heran mengucapkan kata kata yang
seperti ini, apa lagi sekarang baru seorang nenek tua saja
yang seperti ini. Maka ia sudah segera mengeluarkan pukulan kearahnya
Kim-coa Lo-lo. Kim-coa Lo-lo hanya ganda tertawa, ia membuka
mulutnya yang lebar dan berkata.
"Bocah yang belum mengenal akan tingginya langit dan
tebalnya bumi, cobalah kau ingin merasakan kepandaian
asli lari golongan Ular Mas kami."
Tangannya yang sudah keriputan itu digerakan untuk
menahan datangnya angin serangannya Bee Tie tadi.
Satu angin pukulan yang keras telah memaksa Bee Tie
untuk menarik kembali serangannya, ia betul-betul tidak
menyangka bahwa nenek ini. Walaupun Bee Tie telah
memakan nyalinya ribuan ular yang sehingga dapat
menandingi dirinya Hek-ie Sin-kun yang ternama tapi jika
dibandingkan dengan nenek tua yang sekarang ini ia masih
tidak ada pegangan yang kuat untuk menang. Tiba-tiba ia
sudah mengeluarkan sebelah tangannya lagi, berbareng
menyerang dengan kedua tangannya.
"Buum?" Dua pukulan yang dahsyat telah beradu dan
sama-sama mundur dari tempatnya masing-masing.
Kim-coa Lo-lo tertawa tergelak gelak.
"Tidak kusangka bocah yang seperti kau ini ada
mempunyai kekuatan yang dapat melebihi kekuatannya
dari si tosu tua Giok Cin sendiri. Sambutilah seranganku ini
sekali lagi." Betul-betul Kim-coa Lo-lo sudah menyerang lagi.
Tangan kirinya ditarik dan ditekuk untuk menjaga diri
tangan kanannya disodorkan kedepan dengan perlahanlahan
sekali. Bee Tie yang sudah siap untuk menjaga diri, ia heran
dengan serangannya Kim-coa Lo-lo yang tidak bersinara
sama sekali ini. Mana ada cara menyerang musuh yang
semacam ini" Tapi tiba-tibanya sampai setengah jalan, tangannya Kimcoa
Lo-lo tiba-tiba dan dikeraskan dan cepat sekali ditekuk
balik lagi, tangan kiri yang tadi menjaga diri meletik, keluar,
hanya jari tengahnya yang dikeraskan untuk menggantikan
tangannya yang di pakai menyerang lawan.
Bee Tie sudah merasakan suatu angin pukulan yang
halus sekali menyerang kearahnya dan diantaranya terdapat
satu aliran yang seperti pedang tajam sudah keluar dari jari
tengahnya nenek tua ini. Bee Tie marah sekali, dengan tidak menunggu sampai
datangnya serangan musuh, ia sudah lompat kesamping
sedikit, kemudian mengeluarkan dua pukulannya untuk
menahan serangannya dan si nenek tua.
Dua buah angin pukulan yang halus beradu menjadi satu
suara "Buuum", Bee Tie terpukul mundnr sampai dua
tindak, ia melirik kearahnya Kim-coa Lo-lo yang tidak
terpukul mundur oleh pukulannya itu tadi. malah maju lagi
siap untuk mengeluarkan serangan susulannya.
Tunggu sebentar, aku akan menanyakan padamu terlebih
dahulu." Teriak Bee Tie.
Kim-coa Lo-lo tertawa dan menahan serangannya. "Apa
kau masih berani keras kepala ya?" Tanya si nenek kosen
ini. Bee Tie menarik napas panjang membetulkan
pernapasannya yang tidak leluasa. Setelah tenang kembali
terdengar ia menanya. "Kau tadi mengatakan aku ada lebih kuat daripada Giok
Cin sucou, apa kau pernah bertemu dengannya?"


Tongkat Rantai Kumala Seruling Kumala Kim Lan Pay Karya Oh Chung Sin di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Bocah." bentak Kim-coa Lo-lo. Kau kira siapakah yang
menjadi ketua golongannya Ular Mas pada itu masa?"
Bee Tie menjadi tak mengerti. "Apa bukannya Kim-coa
ciangbun!" tanyanya.
"Kim-coa ciaugbun." Kim-coa Lo-lo balik menanya.
"Apa bukan Leng-bin Sian-cIe-yang kau maksud itu! Ah,
ternyata ia juga sudah meniru perbuatan ibunya yang dulu."
"Oh ..." Bee Tie sekarang baru mengerti persoalannya.
"Ternyata yang menjadi Kim-coa ciangbun bernama Lengbin
sian-cie." Pikirnya dalam hati.
Dalam sekejap saja mukanya Kim-coa Lo-lo yang
tadinya tertawa-tawa kini sudah lenyap semua.
"Apa ia juga mempunyai niatan itu juga" Apa ia
mempunyai sifat seperti ibunya yang selalu tidak mau
berunding terlebih dulu dengan diriku?"
Tiba-tiba Kiom-coa Lo-lo membalikkan badan
meninggalkan Bee Tie yang masih tidak mengerti dengan
kata-katanya yang terakhir dan kemudian lenyap dibalik
Istana Ular Mas yang megah tadi.
Bee Tie setelah ditinggal pergi oleh Kim-coa Lo-lo sudah
mulai memasuki kembali istana Ular Mas ini, kecuali
sebuah gambar pemandangan yang besar sekali yang
terdapat disana, ia tidak dapat menemukan sesuatu apa lagi.
Ia terlongong longong ketika melihat gambar yang besar
ini, tentunya mempunyai suatu arti yang dalam atau
dibelakangnya tiba-tiba terasa ada satu angin pukulan yang
keras sekali. Cepat Bee Tie membalikkan kepala dan disitu
dilihatnya Kim-coa Lo-lo yang tadi meninggalkan padanya
telah muncul kembali ditempat itu.
Dipandang Bee Tie sekali lagi, dari kepala sampai ke
kaki dan dari kaki naik keatas kepala lagi, ia seperti
mengoceh berkata seorang diri.
"Mungkin bocah ini akan dapat mengerjakan pekerjaan
yang seberat itu" Cukup kuatkah ia menandingi kekuatan
mereka itu semua?" Bee Tie yang seperti dianggap permainan saja dipandang
terus-terusan menjadi marah juga.
"Apa yang sedang kau perhatikan?" Bentak pemuda ini.
Kim-coa Lo-lo memandang Bee Tie sekali lagi dan
membentak keras. "Bocah, baik-baiklah kau menjaga seranganku sekali ini,
atau kau jangan harap akan dapat meninggalkan Lembah
Ular Mas ini." Biarpun Bee Tie cukup tahu akan lihaynya kepandaian
dari nenek tua ini, tapi keangkuhannya telah memaksa ia
tidak mau mengalah maka dengan tidak kalah kerasnya
iapun turut membentak pula. "Keluarkanlah semua
kepandaiannya yang kau punyai itu, jika aku takut mati
sudah tentu aku tidak akan berani masuk kedalam Lembah
Ular Masmu ini." Kim-coa Lo-lo membuka mulutnya yang lebar seperti
mau tertawa, tapi ia tidak mengeluarkan suaranya. Lima
jari tangannya segera terlihat diayun kedepan mengeluarkan
pukulan, tapi begitu angin pukulan akan keluar ia tidak
meneruskan lagi. Tiba-tiba saja badannya sudah berubah
menjadi seperti lemas sekali, bagaikan seekor ular besar saja
mengeloyor ke sana kesini dan kadang-kadang masih
mengirimkan pukulannya. Bee Tie yang melihat kelakuan seperti ini yang belum
pernah dilihatnya selama hidup sudah berpikir keras.
"Inikah yang dinamakan kepandaian simpanannya
golongan Ular Mas disini?"
Karena tidak tahu harus bagaimana untuk
menghadapinya serangan yang demikian ini maka si
pemuda hanya terdiam ditempatnya saja.
Dua matanya Kim-coa Lo-lo yang tajam tidak henti
hentinya selalu mengawasi perobahan-perobahan dari Bee
Tie, begitu melihat sedikit kelengahannya ia sudah
memberikan pukulannya yang paling ampuh.
Uutuk mengadu kekuatan tenaga Bee Tie masih
merasakan belum cukup kuat menandingi tajamnya angin
dari jari nenek tua ini, maka ia sudah melompat kesamping
sedikit baru dapat ia membalas serangannya si nenek tadi.
Tetapi meskipun demikian pundaknya sudah terasa sakit
sekali terkena serangannya dari jari si nenek kosen ini.
Bee Tie menjadi marah sekali tubuhnya segera membalik
menggunakan kepandaiannya yang didapat dari sembilan
tiang batu dan Kiu tengeln-;eng partai Hoa-san pay.
Tapi biarpun Kin-teng-cin keng sangat lihay, untuk
menghadapi kepandaiannya nenek yang sudah apal dengan
semua gerakan-gerakannya mana dapat berbuat suatu apa"
Sebentar saja Bee Tie sudah terkurung oleh lawannya.
Kupingnya masih terus mendengar suara tertawanya si
nenek tua. "Bee Tie terus terang saja kukatakan padamu bahwa
kepandaian "Lenggang Ular Mas" memang sengaja untuk
menaklukan golongan partai Hoa-san-paymu. Apa kau
masih tidak mau mengaku kalah?"
Bee Tie yang mendengar kata-katanya Kim-coa Lo-lo ini
setengah percaya setengah tidak, tapi satu kemyataan
baginya ialah betul kepandaian Kiu-teng-cin-keng dari Hoasan-
paynya disini sudah menjadi tidak berguna sama sekali.
Maka ia sudah meninggalkan kepandaian Hoa-san aslinya
dan menggunakan kepandaian Thian-san pay yang ia dapat
pelajari dari Lee Thian Kauw semasa kecilnya.
Dengan cara seperti ini ia masih dapat bernapas sedikit,
tapi Kim-coa Lo-lo itu memang orang yang bagaimana"
Sebentar saja Bee Tie sudah dapat didesaknya pula.
Kini sudah terlihat dengan nyata bahwa sebentar lagi Bee
Tie akan dapat dijatuhkan oleh nenek kosen ini atan tibatiba
suatu pikiran yang aneh dari si arak muda sudah
berkelebat satu bayangan yang tidak disangka sangka,
dengan tidak terasa lagi ia telah menarik kembali tangan
kirinya untuk menjaga dada, tangan kanan sonder disuruh
lagi telah menggerakan itu sikap gerakan yang belum lama
ini dilihatnya didalam lorong yang gelap dari golongan Ular
Mas sendiri. Dengan tepat sekali gerakannya ini telah berhasil untuk
menahan rangsekannya Kim-coa Lo-lo.
Bee Tie menjadi berjingkrak mendapatkan penemuan
barunya ini, tangan kanannya sudah segera ditarik kembali,
sebagai gantinya ia menggunakan jari tengah lengan kiri
mengikuti sikap gerakan tengkorak yang terakhir didalam
lorong gelap itu dan betul saja gerakannya ini sudah dapat
memukul lengan kirinya Kim-coa Lo-lo yang belum ditarik
pulang kembali. Kim-coa Lo-lo menjadi kaget dengan perobahan yang
mendadak ini, ia menjerit sekali mengundurkan kakinya,
tapi tidak lama kemudian dengan menggereng keras ia
sudah mulai dengan rangsekannya seperti tadi.
Bee Tie tetap menggunakan gerakan gerakan yang
dilihatnya didalam lorong gelap dan dengan cara ini ia telah
berhasil membikin Kim-coa Lo-lo sampai tidak berdaya
sama sekali. Tidak percuma Kim-coa Lo-lo sebagai jagonya dari
Istana Ular Mas, tahulah ia tak mungkin dapat mengganggu
si anak muda lagi, maka dengan lompat mundur ia telah
berkata. "Tidak disangka, kau bocah yang pintar ini baru sekali
lihat saja sudah dapat mempelajari semua gerakan-gerakan
"Tulang Ular Mas" dari golongan kami yang tersohor.
Biarpun aku sendiri yang telah lebih dari tiga tahun bolakbalik
disitu masih juga tidak dapat menggunakannya
dengan sempurna. Aku harus percaya pada Kiong-cu yang
selalu memuji-muji akan kepandaianmu itu."
"Maka sekarang lekaslah keluarkan dirinya Enci Giokku
yang dikurung disini. Setelah selesai dengan urusan ini. aku
Bee Tie akan segera mengangkat kaki dan pergi dari sini."
Kim-coa Lo lo tertawa dingin sekali lagi ketika
mendengar kata-katanya Bee Tie ini.
"Kau dapat meninggalkan Lembah Ular Mas ini sudah
sukar sekali, apa lagi mau membawa Kim-coa Giok-lIeyang
telah menghianati partainya sendiri" Janganlah kau
mimpi disiang hari."
Baru saja Bee Tie siap untuk menyerang kembali pada si
nenek atau tiba-tiba terdengar satu suara yang garing telah
berkata. "Lo lo, janganlah kau menyusahkan dirinya dulu,
biarkanlah ia berlaku sesuka sukanya."
Bee Tie menjadi tergerak juga batinya, sudah tentu Kimcoa
Kiong-cu inilah yang bicara padanya ini. Maka berkata
pula. "Atas perhatiannya Kiong-cu terhadapku. Bee Tie disini
menghaturkan banyak terima kasih. Tapi harap Kiong-cu
dapat melepaskan Giok-lie cicie juga."
Tapi sebagai jawabannya dari kata-kata ini. Disana
sudah muncul empat orang gadis baju ungu yang sudah
segera memegat jalan masuknya si pemuda.
Kim-coa Lo lo juga sudah siap untuk mengusirnya.
Bee Tie menjadi marah sekali dan bentaknya.
"Hei, apa artinya gerakan kalian ini semua?"
Kim-coa Lo-lo seperti tidak meladeni dan ia berkata
sampai menunjuk kearahnya gambar pemandangan besar
yang terdapat disana. "Bee Tie, lihatlah gambar besar itu dulu."
Bee Tie menjadi lebih marah lagi.
"Apa kebagusannya gambar pemandangan itu?"
Kim-coa Lo-lo tertawa dingin.
"Apa kau tahu penandangan manakah yang tergambar
disitu?" "Tidak perduli pemandangan mana, ada hubungan apa
dengan diriku?" Setelah menahan majunya empat gadis baju ungu tadi,
dengan perlahan Kim-coa Lo-lo mulai berkata lagi.
"Inilah yang disebut Lembah Kodok Perak yang menyidi
saingan keras dari golongan kami tiga Jenggot empat
brewok dan sembilan kumis dan mereka adalah orangorang
yang paling ditakuti oleh golongan Ular Mas. Maka
sebegitu jauh golongau Ular Mas tidak berani keluar dunia
hanya gara-garanya ini saja. Jika ada seorang yang gagah
berani dapat pergi ke sana untuk menyolong Ha-ma-cin-kia
mereka dan dikasih lihat kepada Kim-coa Kiong-cu disini,
sudah tentu golongan Ular Mas dapat segera keluar dunia
pula." Bee Tie hanya tertawa dingin.
"Penjelasan-penjelasanmu ini apa gunanya dikatakan
padaku." Kim-coa Lo-lo tertawa lebar.
"Bee Tie, kau sebagai orang yang berotak cerdas masa
tidak dapat mengerti akan maksudnya kata-kataku ini"
Terus terang saja kukatakan padamu bahwa jika kau
mengingini kami untuk melepaskan dirinya. Kim-coa Gioklie.
kau harus pergi dulu ke Lembah Kodok Perak didaerah
pegunungan Lo-kun-san mengambil Ha-ma-cin-kiap itu
atau sebaliknya janganlah kau dapat menemukan dirinya
cicie Giok-lie mu lagi."
Bee Tie mukanya merah padam saking marahnya ketika
mendengar kata-katanya Kim-coa Lo-lo yang mau
menggunakan tenaganya untuk melawan musuh musuhnya
itu tapi begitu ia akan maju untuk menyerangnya, atau
empat gadis baju ungu tadi sudah cepat menghadang
didepannya semua. Sebentar saja empat macam aliran pukulan yang
kekuatannya tidak berada dibawahnya Kim-coa Lo-lo
sudah menyerang kearahnya.
Bee Tie menjadi kaget dan segera lompat menghindari
serangan-serangan tadi. Maka dengan menggeram ia
mengejek. "Apa diantara sekian banyaknya orang dari tolongan
Ular Masmu ini tidak ada yang berani untuk pergi sendiri?"
Empat orang gadis baju ungu yang tadi melihat Bee Tie
tidak meneruskan serangannya sudah mundur kembali lagi.
Kim-coa Lo-lo tertawa memapaki.
"Bee Tie, janganlah kau banyak tanya lagi. Su cou-mu
sendiri si hidung kerbau Giok Cin itu karena tidak melulusi
permintaan ini, maka ia sampai mati disini. Jika diantara
kita ada yang mempunyai kepandaian untuk
mengambilnya, buat apa akan menyuruhmu lagi" Aku
hanya menginginkan satu jawabanmu saja suduh cukup,
kau mau pergi atau tidak" Keselamatannya Kim-coa Gioklie
hanya tergantung dari jawabanmu ini saja.
Bee Tie mendengar kata-kata ini sudah meajadi marah
sekali jika ia seorang diri yang mati masih tidak menjadi
apa, tapi inilah menyangkut mati hidupnya Kim-coa Gioklie.
suatu kejadian yang sangat menyulitkan sekali bagi
dirinya. Sebelum anak muda ini dapat mengambil keputusannya,
tiba-tiba disana sudah terdengar lagi suaranya Kim-coa
Kiong-cu yang garang itu.
"Lo-lo, aku akan menghitung dari satu sampai sepuluh
jika ia masih membandel juga janganlah banyak rewel lagi
dengannya." Betul betul ia sudah mulai menghitung dengan sebutkan
angka-angkanya, "Satu ... dua ... tiga ... empat ... lima ...
tujuh ... delapan ... "
Bee Tie sudah mulai mandi keringat dingin. Kim-coa Lolo
berdiri didepannnya dengan membuka mulut lebarnya.
Sewaktu Kim-coa Kiong-cu menghitung sampai angka
yang "Sembilan", tiba-tiba Bee Tie sudah lompat menubruk
kearahnya Kim-coa Lo-lo dan ia berteriak.
Lekas berikan kesempatan padaku untuk menemuinya
sebentar, atau sampai matipun tidak nanti aku akan
melulusinya." Kim-coa Lo-lo tertawa lebar, lengannya segera
dikibaskan menghindari tubrukannya Bee Tie ini.
Tapi tiba-tipa diluar istana terdengar suaranya Kim-coa
Giok-lIe-yang berteriak lagi.
"Adik Tie, janganlah kau memusingkan akan diriku
lagi." Bee Tie menjadi kaget sekali, cepat ia lari keluar dari


Tongkat Rantai Kumala Seruling Kumala Kim Lan Pay Karya Oh Chung Sin di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

istana dan dilihatnya disana Kim-coa Sin-lie dan Kim-coa
Jing-lie sedang bersama-sama membopong tubuhnya
seorang gadis yang mengenakan baju putih.
Siapa lagi jika bukannya Kim-coa Giok-lIe-yang sedang
dicari carinya setengah mati itu.
Tapi baru saja Bee Tie sampai diluar istana, empat gadis
baju ungu tadi yang mempunyai kecepatan bergerak tidak
berada di sebelah bawahnya dengan cepat sudah
menghadang lagi didepannya sambil menghunus pedang
mereka yang berupa ular mas sebagai simbul dari mereka!
Kim-coa Lo-lo yang tidak turut mangejar perlahan-lahan
ia menghampiri lagi dan katanya.
"Bagaimana" Apa kau sekarang telah melihat jelas Gioklie
Cie-cie mu" Walaupun orang-orang dari Lembah Kodok
Perak mempunyai tiga Jenggot empat brewok dan sembilan
kumis mereka, dengan kepandaianmu ini yang bukannya
hanya semacam saja. apa lagi kini sudah ditambah dengan
kepandaian Tulang Ular Mas yang kau telah lihat didalam
lorong gelap itu, tidak sukarlah rasanya untuk kau
mengambil kitab Ha-ma-cii-kiap itu. Jika betul kau berniat
untuk menolong Enci Giok mu. kau-harus mencoba untuk
menerjang bahaya ini."
Dalam kedaan yang seperti sekarang ini! Bee Tie tidak
dapat tidak harus meluluskan juga. Maka dengan sengit ia
berkata. "Baiklah. Ini hari aku telah terjatuh ke dalam
perangkapmu, tapi setelah aku mendapatkan itu kitab Hama-
cin-kiap dan diserahkan padamu. Awaslah dengan
pembalasanku ini untuk dimasa yang akan datang nanti."
Lalu ia membalikkan kepala siap berjalan untuk
meninggalkan Lembah Ular Mas.
Dari jauh masih terdengar kata-kata ancamannya dari
Kim-coa Kiong-cu yang tak pernah menongolkan mukanya.
"Bee Tie, didalam waktu sebulan ini, kau sudah harus
dapat membawa itu Han-ma-ciu-kiap kemari atau janganlah
kau balik lagi untuk selama lamanya."
Bee Tie sudah tak mau melayani lagi akan perkataannya
Kim-coa Kiong-cu ini dan ia malah menanya kearahnya
Kim-coa Lo-lo. "Apa aku diharuskau keluar dari lorong gelap itu lagi" "
-2 Kim-coa Lo-lo menggeleng-gelengkan kepalanya.
"Aku akan mengantarkanmu untuk meninggalkan
Lembah Ular Mas ini."
Kemudian Kim-coa Lo-lo mengajak Bee-Tie menuju
kearah Barat dari Lembah Ular Mas ini, dari salah satu
lubang batu sudah keluar lagi, setelah berjalan berliku-liku
sekian lamanya, maka akhirnya mereka berdua telah
sampai pada satu sungai kecil yang berair jernih sekali.
Inilah sungai perbatasannya Hoa-san-pay dan golongan
Ular Mas. Sesampainya mereka disana, Kim-coa Lo-lo
sudah berkata lagi. "Bee Tie, aku hanya dapat mengantarkan untuk dirimu
sampai disini saja. Dalam seumur hidup ini, belum pernah
aku memperhatikan dirinya siapa juga, entah bagaimana
begitu bertemu dengan dirimu, aku telah sedemikian
tertariknya. Biarpun betul kau berkepandaian tinggi, tapi
orangnya dari Lembah Kodok Perak bukannya orang yang
berkepandaian biasa saja, apa lagi itu tiga jenggot empat
bewok dan sembilan kumisnya, hati-hatilah kau jika harus
menghadapi mereka. Diantara mereka hanya si brewok
yang keempat Hoan Cie Bun lah yang paling tidak tegaan
orangnya, berusahalah untuk menemukannya terlebih
dahulu, jika sampai terjadi sesuatu apa, mungkin ia akan
dapat memberikan kelonggarannya."
Bee Tie memandang kearahnya nenek kosen ini yang
sekarang ada sedemikian baik padanya, diatas mukaTiraikasih
Website http://kangzusi.com/
mukanya yang sudah keriputan terlihat wajah yang welas
asih. setelah mengucapkan terima kasihnya maka pergilah
ia meninggalkan si nenek.
Setelah kepergiannya si anak muda, Kim-coa Lo-lo
seperti telah kehilangan sesuatu apa, ia menghela napas dan
berkata seorang diri. "Bocah yang sekecil itu harus menanggung urusan yang
sulit ini. Entah bagaimana pula nanti dengan akibatuya?"
Maka dengan lesu kembalilah ia kedalam istana Ular
Mas. XVII. MUNCULNYA, SETAN GENTAYANGAN DI
DUNIA. BEE TIE mulai meninggalkan Lembah Ular Mas dan
menuju kearah puncak Cee-thian-hong kembali.
Berjalan tidak beberapa jauh ia sudah membalikkan
kepalanya dan berkata kearah Lembah ULar Mas tadi.
"Encie Giok sabarlah untuk menantikan kedatanganku
kembali. Aku akan berusaha mengambil itu kitab Ha ma-cin
kiap di Lembah Kodok Perak dan kembali lagi ke Lembah
Ular Mas-mu ini." Tidak lama kemudian ia sudah sampai di depan Ceethian-
koan, dari jauh sudah dilihatnya seorang tosu tua
yang menanti didepan kelenteng, itulah Giok HIe-yang jadi
tidak sabaran menantikan kedatangannya sang ketua muda.
Begitu melihat ia sudah kembali, dengan kegirangan ia
berkata. "Oh, akhirnya kau kemhali juga. Tadi kawan-kawanmu
itu sudah turun semua untuk mencarimu yang telah begitu
lama belum juga kembali."
Bee Tie memanggutkan kepalanya dan mengajak Giok
Hie untuk masuk kembali kedalam kelentengnya, setelah
sampai diruang belakang, dengan sungguh-sungguh Bee Tie
berkata. "Harap susiokcou dapat duduk menenangkan pikiran
dulu." Giok Hie sudah menurut dan duduk bersila, Bee Tie juga
sudah menuruti jejaknya dan menempelkan kedua telapak
tangannya, dengan perlahan berkata.
"Susiokcou, mulai hari ini, Kiu-teng cin keng akan
kuturunkan padamu." Betul saja Bee Tie sudah mulai menurunkan itu semua
kepandaian Kin-teng cin keng yang didapati olehnya
didalam goa Pintu Terlarang dari golongan Ular Mas.
Demikianlah seharian penuh telah dilewatkan oleh
mereka berdua dengan duduk, pada keesokan harinya,
perlahan-lahan Bee Tie mulai bangun dari duduknya,
dilihatnya Giok Hie masih tekun dengan pelajarannya,
yang baru ini, maka ia tidak mau mengucapkan niatnya.
"Bee Tie karena mempunyai kesukarannya sendiri, maka
dengan terpaksa harus meninggalkan jabatan ketua partai
Hoa-san-pay ini." Perlahan-lahan dibukanya pintu dan dilihatnya disitu
ternyata sudah banyak tosu yang sedang menantikan
dirinya, maka ia sudah segera mengumumkan akan
ketetapannya tadi. "Saudara-saudara harap dapat mendengar kata-kataku
ini, mulai dari hari ini, ketua partai Hoa-san-pay kini dijabat
oleh Giok Hie susiokcou dan baik-baiklahkan semua
mendengar akan segala perintahnya."
Lalu dengan sekali lompatan saja ia sudah meninggalkan
kelenting Cee-thian koan ini dan ia berkata dari tempat
yang jauh sekali. "Selamat tinggal."
Bee Tie sudah turun meninggalkan puncak Cee-thian
hong lagi, tapi baru saja ia berjalan tidak berapa jiuh dari
sana, atau tiba-tiba saja ia sudah dibikin kaget oleh suara
tegorannya seorang gadis pengemis.
"Eh, mengapa kau hanya seorang diri saja meninggalkan
puncak Hoa-san ini" Apa kau telah ribut dengan Encie Giok
mu itu?" Ternyata gadis pengemis ini adalah Ie Siauw Yu adanya,
Bee Tie menjadi kaget juga ketika melihat kedatangannya ia
ini, maka segera ia menanya.
"Oooo, nona Ie. Tadi mereka mengatakan bahwa kau
telah meninggalkan Hoa-san ini, mengapa dapat kembali
lagi kesini" Apa kau mempunyai urusan yang lain maka
datang lagi kemari?"
Ie Siauw Yu menggelengkan kepalanya, dengan tertawa
ia bertata. "Kau duduklah dulu. mengapa sampai begitu tergesagesa"
Umpamanya kau memerlukan bantuanku, katakanlah
saja. Apa kau takut nanti aku tak mau membantunya?"
"Kebaikan nona Ie memang harus dipuji, tapi karena ini
hanya urusanku sendiri, tak berani aku mengganggu orang
lain dan akan menyusahkannya saja."
"Urusan apakah itu sebenarnya?"
Bee Tie tidak berdaya, dengan lesu ia mulai barkata juga.
"Kim-coa Giok-lie kini sedang dikurung didalam istana
Ular Masnya ... " Begitu mendengar katanya Bee Tie ini Ie Siauw Yu
sampai meleletkan lidahnya. Dengan menghela napas ia
berkata. "Oh, lihay sekali ilmu mengentengi tubuhnya dari
mereka itu, baru saja kemarin aku melihat ia dengan
seorang diri saja telah melewati Han-kok-koan menuju ke
arah Timur, dalam setengah harian saja ia sudah dapat
kembali ke Hoa-san lagi?"
"Apa" Apa nona Ie ..." "
"Janganlah panggil aku nona, nona saja. panggillah
dengan Siauw Yu saja."
Bee Tie menganggukkan kepalanya.
"Siauw Yu, apa kau tidak salah lihat?"
"Mana mungkin" Aku berani seratus persen
memastikannya." "Apa kau tidak memanggilnya?"
Ie Siauw Yu tertawa. "Siapa yang berani memanggilnya" Masih untung jika ia
tidak memperdulikan panggilanku, tapi bagaimana jika ia
memberikan beberapa jarum beracun lagi padaku siapakah
orangnya yang harus menolong diriku?"
Bee Tie menjadi sibuk sendiri.
"Siauw Yu, janganlah kau menyesalkan padanya.
Sebenarnya Enci Giok mempunyai sifat yang baik. Hanya
sajakau belum pernah bergaul rapat dengannya, maka tidak
dapat memahami akan sifat pribadinya yang luhur."
Tapi tiba-tiba Bee Tie menjadi kaget sekali dan sambil
berjingkrak-jingkrak ia berkata.
"Apa betul kau melihat dirinya itu" Tidak. Tidak
mungkin. Kemarin dengan kuping dan mata sendiri aku
melihat ia berada didalam Istana Ular Mas, mana bisa jadi
ia telah pergi keluar dan Hak-kok-koan?"
Ie Siauw Yu memandang kearahnya Bee-Tie dan
tertawa. "Sudahlah. Buat apa terlalu memusingkannya. Soal
penting yang aku bawa kali ini adalah tentang
kedatangannya paman guru dari Hek-ie Sin-kun yang telah
mengajak para ketua partai untuk mencarimu hati-hatilah
kau bila menghadapi mereka itu."
Bee Tie menjadi kaget dan menegasi.
"Para ketua partai ..."!"
"Ya, Pek Tie hweshio dan Koap Hian tosu bersama-sama
dengan Pek Lik Tong-ci yang menjadi teman gurunya Hekie
Sin-kun itu sedang menuju kepegunungan Hoa-san ini."
Bee Tie menjadi heran rekali.
"Permusuhan apakah diantara mereka dengan Hoa-sanpay
kita disini!" "Entahlah, tapi yang sudah pasti Pek Lik Tong cielah
yang telah mengojok-ojok mereka sehingga mau untuk
membantunya. Pek Lik Tong cie dari Tiang-pek-pay itu
mempunyai hubungan, yang baik sekali dengan delapan
ketua partai ternama, bukan saja Siauw-lim dan Bu-tong
yang sudah dapat diajak olehnya, lima partai lainnya pun
sudah pada menjajikan bantuan mereka. Awaslah kau
untuk menjaga dari kedatangannya mereka kesini, sampi
disini sajalah dahulu laporanku itu, karena masih ada
urusan yang lainnya lagi, maka aku harus segera pergi dari
sini." Dan setelah melambaikan tangannya betul saja Ie Siauw
Yu sudah meninggalkannya.
Bee Tie hanya dapat memandang bayangan belakang
dari gadis pengemis yang lincah ini, tidak lama kemudian
lenyaplah bayangan tadi itu sama sekali.
Tapi tiba-tiba Ie Siauw Yu telah balik kembali dan
berkata. -oo0dw0oo- Jilid 16 "MASIH ada satu soal lagi yang aku lupa menberi tahu
padamu, kemarin aku juga telah melihat ada lima orang
wanita yang mengenakan baju ungu semua lari dengan
cepat sekali, sehingga aku sukar untuk mengetahui mereka
itu dari golougan mana."
Begitu mendengar disebutnya "Baju ungu" Bee Tie sudah
ingat akan itu empat gadis baju ungu yang berada didalam
Lembah Ular Mas, untuk memastikan akan dugaannya ini
ia harus melihat dulu dengan mata sendiri. Tapi ia juga
ingat akan senjata mereka yang aneh, maka ia sudah
menanya lagi. "Apa mereka menggunakan pedang ular mas sebagai
senjata?" "Entahtah. karena aku tidak begitu memperhatikannya.
Siapakah dugaanmu itu?"
"Menurut dugaanku." Bee Tie berkata. "Di dalam
Lembah Ular Mas aku pernah menemukan empat gadis
baju ungu yang semuanya menggunakan pedang ular mas
sebagai senjata, dan yang satunya lagi mungkin juga Kimcoa
Kiong-cu sendiri. Jika kau ada niatan unttuk
menyelidiki keadaan mereka, pergilah sekarang juga. Tapi
awas! Janganlah kau coba coba untuk membenturnya
karena mereka itu mempunyai kepandaian tinggi dan
telengas sekali. Golongan Ular Mas adalah yang menjadi musuh nomor
satu dari golongan pengemis, maka begitu Ie Siauw Yu


Tongkat Rantai Kumala Seruling Kumala Kim Lan Pay Karya Oh Chung Sin di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

mendengar disebutnya akan nama "Golongan Ular Mas" ia
sudah mengkretek gigi. "Aku tak akan melepaskan mereka lagi."
Lalu ia membalikan badannya dan pergi dari sini.
Bee Tie yang mengingat kata-katanya Ie Siauw Yu yang
mengatakan tentang kedatangannya Pek Lik Tong-cIe-yang
menjadi susioknya dari Hek-ie Sin-kun dan mengajak Pektie
hweshio dan Koan Hian Tojin dari Siauw-lim dan Butong
pay menjadi berkuatir juga. ia masih meragukan akan
kekuatan Giok-HIe-yang sudah tua itu.
Tapi tiba-tiba ia sudah mendapatkan satu akal. dengan
memilih salah satu batu besar yang harus dilalui mereka
menuju kepuncak Cee-thian-hong ini dan ia mulai menulis
dengan tekanan jarinya yang berbunyi.
"Bee Tie dari Hoa-san-pay menunggu para pengunjung
di Lembah Kodok Perak daerah pegunungan Lo kun-san."
Biarpun Bee Tie melatih Kiu teng-cin-keng belum lama,
tapi tulisan tulisan ini masuk kedalam batu sampai beberapa
dim dalamnya, dapatlah dibayangkan betapa hebatuya
tenaga dari jarinya itu. Tapi ia masih takut akan kata-katanya ini nanti tidak
dapat terlihat oleh mereka, maka dengan memilih beberapa
pohon besar yang mudah untuk dilihatnya, ia telah menulis
pula kata-kata yang sama bunyinya.
Setelah selesai mengatur rencananya semua ini, barulah
dapat melegakan diri dan meninggalkan daerah Hoa-san
menuju Lembah Kodok Perak dipegunungan Lo kun san.
Tidak berapa lama ia sudah sampai di kota Lu leng-koau,
setelah menanya kepada beberapa orang tentang letaknya
pegunungan Lo-kun-san yang belum diketahuinya berada di
mana, tapi ia sangat kecewa karena tidak ada yang tahu
sama sekali letaknya tempat itu maka ia menjadi lesu
sendiri. Masih untung batas waktu pengambilan Hi .ni-ciu-kiap
masih sebulan lagi, maka ia dapat mengambil keputusaa
untuk pergi dulu ke kota Lok-yang yang ramai untuk
menyerap nyerapi tentang letaknya Lembah Kodok Perak
ini. Sesampainya dikota Lok-yang langsung ia mencari
sebuah rumah makan untuk menangsel perutnya yang
sudah mulai keroncongan. Tidak lama kemudian pelayan rumah makan sudah
membawakan apa yang diminta olehnya dan ditaruh diatas
mejanya Bee Tie siap untuk mengganyang makanannya
sendiri atau tiba-tiba kupingnya sudah menjadi pengang
karena mendengar seorang yang sedang mengeluarkan
makan yang seperti genta saja.
"Betul aku menemukan. Setan gentayangan itu."
Bee Tie melihat kearah datangnya suara yang seperti
genta ini dan tidak jauh dari mejanya terlihat olehnya ada
duduk tiga orang yang aneh tiga orang itu mempunyai
badan yang hampir sama besarnya, satu sama lain, tapi
tidak sama pakaiannya karena yang satu mengenakan
pakaian hweshio satu tosu dan seorang lagi berpakaian
merah darah. Orang yang mengenakan pakaian merah
inilah yang mengucapkan suara yang seperti genta tadi.
Hampir saja Bee Tie tertawa melihat orang bersinara
seperti genta ini, biarpun tiga orang itu sudah sama-sama
tuanya, tapi suara genta inilah yang paling aneh sekali.
Bukan saja pakaiannya yang tidak cocok dengan umurnya,
malah masih mempunyai kelakuan yang seperti kanak
kanak saja. Sitosu yang melilit kelakuannya kawan tua yang tidak
tahu diri ini yang sudah mau mengamuk lagi. ia mencoba
untuk menghibur. "Saudara Tiang-pek, apa artinya kau marah marah
disini " Orangnya pun telah lama pergi."
"Apa artinya?" Si suara genta berkata lagi" "Apa kau
telah lupa bahwa tadi ia sudah berani menjanjikan lagi
tempat pertemuan untuk yang kedua kalinya dengan kita
bertiga malam ini." "Ya. Dengan kepandaiannya Siauw lim. Bu tong dan
Tiang-pek berharga, aku tidak percaya jika tidak dapat
menangkap. Setan gentayangan itu." Terdengar si tosu
berkata lagi. "O-mi-to- hud." Si hweshio perlahan-lahan membuka
mulutnya. "Ini malam juga kita pasti akan dapat
menangkapnya." "Menangkap" Hmm." Si suara genta kembali berkata.
"Pasti semalam suntuk lagi kita akan dipermainkan terus
olehnya." "Betul-betul aku tidak mengerti." Sambung si kawan
tosunya lagi. "Mengapa ia selalu mengganggu kita bertiga
saja dan kita toh tidak kenal padanya."
Bee Tie yang mendengarkan percakapan mereka ini ia
sudah dapat menduga tiba-tiba adanya mereka, kecuali Pek
Lik Tong-Cie dan Tiang-pek-pay Pek Uie hweshio dan
Siauw-lim-pay dan Koan Hian tojin dari Bu-tong-pay
mereka bertiga yang sedang ia cari-cari tidak a.da orang
yang lain lagi demikian menurut sura hati Bee Tie. Hanya
saja ia masih heran siapa dengan si Setan gentayangan yang
disebut sebut oleh mereka itu masih tidak diketahuinya
sama sekali. Maka begitu mereka telah selesai membayar rekening
makanannya, ia juga sudah buru-buru menghabisi sisa
makanannya dan siap untuk mengikuti mereka.
Masih untung saja yang tiga orang ini tidak
mengenalnya, sehingga ia tidak usah menguatirkan akan
kepergok oleh mereka bertiga. Perlahan-lahan diikutinya
dari kejauhan dengan hati-hati sekali.
Tapi belum juga beberapa jauh ia berjalan mengikuti
mereka atau tiba-tiba saja dibelakangnya sudah terasa
adanya satu angin pukulan yang kuat menyerang padanya.
Cepat ia membalikkan kepala dan kini dilihatnya lima
orang gadis baju ungu sudah berbaris dengai rapi
dibelakangnya. Kecuali itu empat gadis yang pernah
ditemuinya didalam Lembah Ular Mas, kini telah
bertambah lagi seorang gadis yang menutup seluruh
mukanya dengan kerudung ungu.
Inilah tentunya lima wanita baju ungu yang
dimaksudkan oleh Ie Siauw Yu sebelum ia meninggalkan
puncak Hoa-san. Dan ada ke mungkinan besar bahwa si
Kerudung ungu tentu Kim-coa Kiong-cu adanya.
Terdengar si kerudung ungu sudah membentak
kearahnya. "Bee Tie, apa maksudmu yang telah mengikuti mereka
bertiga" mengapa kau masih belum pergi juga ke Lembah
Kodok Perak?" "Hm." Bee Tie mengeluarkan suara dari hidungnya.
Karena Encie Giok ku masih berada didalam tangan
golongan Ular Mas mu sudah tentu saja aku akan menuruti
akan segala perintahmu. Tapi mengapa kau pula telah
mengikuti diriku" Apa kau kira dengan menutupi seluruh
mukamu, aku sudah tidak mengetahni tentang dirimu ini
sebagai Kim-coa Kiong cu?"
Si Kerudung ungu tetawa cekikikan.
"Apa pula yang kau akan perbuat setelah dapat
mengetahui tentang siapa diriku?"
Bee Tie menjadi melongo mendapat pertanyaan yang
setajam ini, tapi tidak berapa lama karena ia sudah berkata
lagi. "Dan apa pula sebabnya kau menghalang-halangi aku
mengikuti tiga orang tadi?"
"Apa kau tahu siapa-siapa adanya mereka itu?"
"Si suara genta yang dipanggil "Saudara Tiang-pek oleh
kawannya tentu tidak salah lagi Pek-Iie Tong cie adanya,
dan itu hweshio dan tosu tentunya dari Butong dan Siauw
lim juga ... " "Betul." Kim-coa Kiong-cu anggukkan kepalanya.
Memang betul mereka adalah Pek Tie hweshio dan Koan
Hian tojin yang akan mencari dirimu. Apa kau berniat
menahan mereka itu disini saja?"
Bee Tie anggukkan kepalanya.
Tentang mereka bertiga, serahkanlah saja padaku dan
kau boleh menenangkan hatimu untuk mengambil itu Hama-
cin-kiap di Lembah Kodok Perak."
Bee Tie manggutkan kepalanya dan siap untuk berlalu
dari situ atau tiba-tiba saja Kim-coa Kiong-cu sudah
mencelat kembali dihadapannya sambil membentak.
"Tidak disangka kau sudah ada sedemikian busuknya
dan mencoba untuk mengurung diri kita semua. Baiklah itu
tiga orang aku tidak mau memusingkannya lagi dan jika
dalam waktu sebulan ini kau masih tidak dapat mengambil
Ha-ma-cin-kiap untuk dibawa ke lembah kami, aku tidak
tanggung dengan jiwanya Encie Giok mu itu.
Bee Tie menjadi tidak mengerti sama sekali dengan
perobahan yang mendadak ini. tapi kupingnya yang tajam
sudah dapat menangkap berkeresekannya beberapa kaki
orang yang sedang bersembunyi disekitar tempat itu dan
seperti yang sedang mengurung mereka.
Ia meneugok kebelakang dan dilihatnya disana Ie Ceng
Kun dan Ie Siauw Yu sedang memimpin golongan
pengemisnya sudah mulai mengurung musuh lama mereka.
Sekarang mengertilah Bee Tie mengapa Kim-coa Kiong-cu
dapat mendadak sudah merubah sikapnya.
Tapi untuk memberikan penjelasannya, tidak mungkin
Kim-coa Kiong-cu Ini mau dikasi mengerti lagi pula tidak
perlu ia juga sampai harus merendahkan diri. Hanya saja
karena melihat akan kepandaiannya empat gadis baju ungu
ini yang sudah cukup sempurna, tapi entah bagaimana pula
dengan kepandaiannya dari Kim-coa Kiong-cu mereka itu.
Jika pihak ia hanya mengandalkan Ie Ceng Kun dua
saudara dan beberapa orang pengemis ini saja. sukar sekali
rasanya untuk menundukkan mereka berlima. Maka
dengan lantang ia sudah meneriak kearah sahabat lamanya
itu. "Saudara Ie, harap tarik muudur kembali semua orangorang
mu ini." Tapi Ie Ceng Kun dan Ie Siauw Yu yang sudah menjadi
kalap ketika melihat musuh besarnya, sudah tidak mau
memperdulikan lagi pada peringatannya Bee Tie tadi.
malah mereka telah menubruk kearahnya Kim-coa Kiongcu
berlima. Sebelum Bee Tie dapat berbuat suatu apa, dia itu telah
terdengar satu jeritan ngeri dan "Sret" kepalanya Ie Ceng
Kun telah terkutung menjadi dua terbabat oleh pedang ular
masnya Kim-coa Kiong-cu yang entah sejak kapan
mengeluarkannya, tahu-tahu sekarang sudah berada dalam
tangannya. Bee Tie menjadi melongok dan kesima waktu melihat
akan kehebatannya dari Kim-coa kiong cu yang lihay ini.
Seorang kawan baiknya telah mati dibawah kekejamannya.
Ie Siauw Yu yang melihat kematian saudara kandung
yang sangat mengenaskan ini sudah menjadi kalap dan
menyerang dengan melupakan penjagaan terhadap diri
sendiri. Bee Tie yang mempunyai pandangan mata tajam
sudah dapat melihat akan bahaya maut apa yang segera
akau menimpanya lagi, maka dengan mencelat maju
kemedan pertempuran ia berkata.
"Kim-coa Kong-cu, aku mohon padamu agar dapat
melepaskan orang ini."
Dengan mulut berkata demikian, tangannyapun tidak
tinggal diam saja, cepat sekali ia lompat naik keatas
kepalanya Ie Siauw Yu, dengan sekali menggerakkan
jarinya ia telah berhasil menotok jalan darahnya gadis
pengemis ini yang segera diangkat pergi dari tempat bahaya
itu. Masih untung yang Bee Tie dapat bekerja dengan cepat
sehingga Ie Siauw Yu dapat terhindar dari bahaya
kematian, ia menaruh tabuhnya gadis pengemis ini dan
berkata. "Siauw Yu, waktu tadi pesanan apa yang aku tinggalkan
padamu" Mengapa kau masih membandel juga dan
sebaliknya malah mengajak rombongan pengemis ini
kemari untuk mengurungnya."
Bee Tie sudah menotok hidup kembali jalan darahnya si
gadis dan dikasi mengerti.
"Lekaslah kau ajak mereka semua itu pergi dari sini.
Untuk kau dapat menandingi orang-orang dari Ular Mas
Ini, sedikitnya harus belajar beberapa tahun lagi."
Disana Kim-coa Kiongcu hanya tertawa dingin.
"Biarpun ia sudah pergi dari sini, aku juga tetap masih
dapat menyusulnya lagi."
Bee Tie yang waktu itu seperti satu binatang serigala
telah menubruk kearahnya Kim coa Kiong cu sambil
membentak. "Kau yang mempunyai hati ular ini jangan harap dapat
melukai dirinya jika aku masih berada disini bentaknya
dengan sengit." Kim-coa Kiong-cu tertawa cekikikan sambil
menghindarkan diri dari serangannya Bee Tie dan lompat
ke kiri kemudian menyusul kearah larinya Ie Siauw Yu tadi.
Tepat pada waktu itu dari arahnya Ie Siauw Yu lari tadi
sedang mendapat seorang pangemis tua yang tidak lain Ie
Tong Sen adanya yang menjadi ketuanya dari perkumpulan
pengemis. Ie Siauw Yu yang ketika melihat akan kedatangan
ayahnya ini sudah menjadi gembira sekali dan ia
memanggilnya. "Ayah ... " Ie Tong Sen yang dapat melihat bahaya yang sedang
mengancam diri anaknya ini cepat mengeluarkan dua buah
pukulannya si-tua memapaki serangannya Kim-coa kiongcu
tadi. "Duk, Duk," dua kali, Ie Tong Sen sudah mundur
sampai dua kali terkena pukulannya Kim-coa Kiong-cu.
Bee Tie yang melihat ke sana. dimnana Kim-coa Kiongcu
dengan tertawa cekikikan telah mengeluarkan ejekannya.
"Oh, ketuanya dari perkumpulan pengemis yang ternama
itu hanya mempunyai kepandaian yang seperti ini saja"
Membiarkan kau hidup didunia juga percuma tak dapat


Tongkat Rantai Kumala Seruling Kumala Kim Lan Pay Karya Oh Chung Sin di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

membuat suatu apa-apa lebih baik kau segera bunuh diri
saja." Ia sudah membalikan badan, dengan mengajak empat
orang pengiringnya telah meninggalkan mereka.
Disana Ie Siauw Yu dengan air mata bercucuran
menceritakan kepada ayahnya tentang kematiannya Ie Cing
Kun. Ie Tong Sen yang mempunyai sifat berangasan sudah
menumplekan semua kemarahannya keatas diri Bee Tie
yang dianggap tak mau menolongnya. Maka dengan marah
ia mengeluarkan bentakan.
"Bee Tie, kau ini sebetulnya kawan atau lawan dari
golongan Pengemis kami?"
"Apa cianpwe masih tidak percaya?" Bee Tie dengan
hati sedih berkata. Ie Tong Sen masih gemetaran jika mengingat akan
kematian anaknya, maka dengan bengis ia mengeluarkan
makian. "Bee Tie, kau ini seperti bukannya kawan, jika sewaktu
anakku menyerang, kau mau membantu, sudah tentu tidak
akan kejadian yang seperti sekarang ini."
Bee Tie-sangat menyesal sekali atas peristiwa ini, tapi ia
tahu percuma saja untuk memberikan penjelasannya, maka
dengan menggereng keras ia lompat kearahnya mayat Ie
Ceng Kun tadi dan memungut kembali pedang kawannya
ini untuk nengeluarkan sumpahnya.
"Locianpwe. jika Bee Tie tak dapat membalas dendam
ini, pedang inilah yang menjadi saksi untuk membunuh diri
sendiri." Lalu badannya sudah membalik dengan tiba-tiba dan
melesat pergi dari situ. Ie Siauw Yu yang melihat akan hal ini sudah menjerit
dan memanggil-manggil. "Bee Tie, janganlah kau berlaku
semberono, dengan seorang diri saja. kau masih bukan
tandingannya mereka berlima."
Tapi Bee Tie dengan tidak menoleh lagi sudah terus pergi
dan menghilang dari pandangan mata mereka.
Ie Siauw Yu lah yang paling bersedih dalam hal ini, baru
saja ia kematian dari saudaranya sudah ditinggal pergi lagi
oleh Bee Tie. ia yang biasanya malang melintang dalam
kalangan Kang-ouw dengan tidak mengenal apa artinya
yang dinamakan kesusahan itu mana tahan menghadapi
semua siksaan yang seperti ini" Maka dengan berlutut di
depan kaki ayahnya ia berkata.
"Ayah anakmu akan pulang terlebih dahulu dan tidak
mau keluar dalam rimba persilatan lagi untuk selamalamanya."
Ie Tong Sen hanya dapat memandangnya dengan penuh
air mata. Kita balik kembali kedalam kota Lok-yang yang mulai
menjadi malam lagi di antara terangnya sinar bintang yang
berkelik-kelik terlihat satu bayangan hitam yang cepat sekali
langsung menuju ketempat penginapannya Pek Lik-Tongcie.
Pek Tie hweshio dan Koan Hian tojin bertiga.
Tidak antara lama bayangan hitam tadi sudah naik
keatas wuwungan satu rumah yang tinggi umuk
memperhatikan segala gerak geriknya tiga orang ini.
Tapi bertepatan dengan waktu itu juga. Bee Tie yang
sedang dirundung malang sudah sampai pula disitu. Ia
memandang ke arahnya peginapan yang ditempati oleh tiga
orang yang mau mencari dirinya, tadi walau pun ia tahu
bahwa mereka berada disini, tapi seperti yang mendapat
suatu pirasat tidak enak ia menjadi ragu ragu didepan pintu
tidak terus masuk kedalamnya.
Bayangan hitam tadi yang melihat akan kedatangannya
anak muda ini sudah menjadi kaget dan mengoceh sendiri.
"Ia juga dalang kemari tapi mengapa ia dapat muncul
pada ini hari juga" Ah. aku harus berusaha agar mereka
tidak dapat bertemu."
Bee Tie yang tadinya merasa ragu-ragu. akhirnya sudah
mulai memasuki juga rumah penginapan tersebut ini.
Pek lik Tong cie, Pek Tie hweshio dan Koan Hian tojin
bertiga yang kebetulan baru mau keluar sudah berpapasan
dengan masuknya pemuda kita.
"Untung saja mereka tidak mengenali dirinya adik Tie,
atau jika tidak tentu ramailah mereka akan bertempur
disini." Pikir bayangan hitam tadi yang berada diatas
mereka. Tapi biarpun bayangan hitam berpikir semacam ini, lain
lagi halnya dengan Pek Lik Tong-cie dan dua kawan yang
ketika melihat sinar matanya dari si anak muda ada
demikian terangnya sudah lantas menyangka akan dirinya
si "Setan gentayangan" yang mengganggu mereka itu.
Setelah memberi tanda dengan lirikan mata kearah dua
kawannya, Pek lie Tong-cie berkata dengan suara gentanya.
"Saudara Bu-tong dan Siauw lim, apa kalian telah lupa
dengan janjinya si "Setan gentayangan" yang kurang ajar
itu" Aku paling benci sekali padanya."
"Hm, hm. jika saja aku dapat menemuinya, tidak
ampun lagi akan kukorek kedua biji matanya itu?"
Bee Tie yang mendengar akan kata-kata ini hanya
tertawa saja dalam hati, jika ia mengingat telah beberapa
malam mereka bertiga tidak dapat tidur karena selalu
diganggu oleh "Setan gentayangan yang seperti berpaling
padanya itu ia menjadi geli dengan sendirinya melihat akan
tingkah lakunya mereka bertiga.
Tentu saja mereka tertawa dengan rasa puas ketika Bee
Tie ini tidak dapat lolos lagi dari pandangan matanya
mereka bertiga, Pek lik Tong cIe-yang berangasan sudah
siap untuk marah atau sudah keburu dicegah oleh kawan
hweshionya yang berkata. "Saudara Ciang-pek, janganlah kau terlalu tidak
memandang mata pada Setan gentayangan yang hanya
mengganggu kita saja. Kurasa ia tidak ada ganjelan apa-apa
dengan kita, bagaimana jika baik-baik saja kita menanyakan
dengan terus terang padanya, tentang sebab-sebabnya yang
membuat ia itu memusuhi kita."
"Saudara dari Siauw-lim yang ternama ini mengapa
dapat yang menjadi sedemikian takutnya?" Tanya Pek Lik
Tong-cie. "Kau sendirilah yang mengatakan bahwa besar
sekali kemungkinannya bahwa si Setan gentayangan itu
adalah si bocah dari Hoa-san Bee Tie adanya, mengapa kau
yang telah berjanji untuk mengikuti surat jadi mau mundur
lagi?" Maka dengan tidak memperdulikan akan cegahan dari
dua kawannya tadi itu Pek-Tong cie sudah menyerang
kearah Bee Tie sambil membentak.
"Hei, Setan Gentayangan, kau masih berani
memperlihatkan dirimu juga" Ada dendam apakah terhadap
kami yang tidak mengenalmu sama sekali sehingga kau
harus mengganggu tidurnya kita bertiga pada setiap
malam?" Bee Tie lompat menyingkir dari serangannya si suara
genta ini. ia tidak perduli dengan tuduhan mereka tadi yang
menyangka ia sebagai Setan gentayangan, karena mereka
tidak mengenal akan dirinya. Maka dengan tidak mau kalah
gertakkan ia pun berkata pula.
"Kau ini setan dari mana" Jangan kira aku takut padamu
dan mudah saja untuk dihina olehmu?"
Pek Lik Tong-cie malah tertawa berkakakan.
"Setan Gentayangan, kau sendirilah yang telah
menjanjikan pertemuan kita disini mengapa sekarang masih
tak mau mengakuinya?"
Tapi Pek Tie hweshio yang lebih sabar sudah menarik
tangannya sang kawan dan ia berkata.
"Saudara dari Tiang pek sabar dulu, kasihlah aku yang
menanyakan padanya."
Terlihat ia sudah memberi hormat kearah Bee Tie dan
berkata. "Harap sicu dapat memaafkan atas kelancangannya
kawanku ini dari mana mau kemana dan bernama siapakah
sicu yang tentunya mempunyai kepandaian tinggi ini?"
Bee Tie hanya berdehem saja mendengar atas
pertanyaannya Pek Tie hweshio yang sampai beberapa kali
telah menanya. "Mana* saja. Biarpun bagaimana ia adalah sebagai ketua partainya
Siauw lim yang ternama. Akhirnya Bee Tie berkata juga.
"Tentu saja tidak dapat dibandingkan dengan
kelakuannya .tpcni Si Genta dari Tnng-pek tadi. aku ini
bukannya si Setan Gentayangan yang kalian cari cari itu,
maka segala pertanyaan yang banyak tadi aku tidak dapat
menjawabnya sama sekali."
Pek Lik Tong cIe-yang disebut "Genta" sudah menjadi
semakin marah, "Siapa yang kau artikan dengan Genta
itu?" Bentaknya. Ia mengayun tangannya lagi dan telah membikin hancur
kursi dan meja sampai berhamburan kemana-mana.
"Sudah tentukau ini orang yang tak ada isi otaknya
seperti Genta yang hanya nyaring suaranya saja."
Pek Lik Tong cie waktu itu mana dapat menahan
kesabarannya lagi, ia sudah siap untuk maju menyerang
atau Pek-Tie hweshio sudah menghalang-halanginya
kembali. "Tunggu dulu dengar penjelasannya dulu." Katanya.
Bee Tie tertawa berkakakan, setelah sekian lamanya baru
ia berkata. "Sebagai orang-orang yang ternama dari Tiang-pek,
Siauw lim dan Bu-tong, bukannya kalian berdiam saja
diatas masing-masing gunungnya mengapa harus jauh jauh
datang mencari Bee Tie digunung Hoa-san" Aku mau
menanyakan dahulu pada kalian permusuhan apakah
diantara Bee Tie dan kalian bertiga."
Pek Lik Toag-cie sudah menjawab.
"Mengapa kau memenggal putus lengan sutitku dan
membunuh beberapa orang encu muridku" Bukankah kau
sendiri yang memulai dengan permusuhan ini?"
Bee Tie hanya tertawa dingin.
"Dan mengapi pula sebabnya Hek-ie Sin-kun jauh jauh
lari kepuncak Kiu teng-hong digunung Hoa-san untuk
mengambil Kiu-teng cin keng, merusak tiang tiang batunya"
Apa itu ia tidak mencari permusuhan juga?"
Pek Lik Tiok-cie berkata dengan suara gentanya lagi.
"Salah Hoa-sanpay sendiri yang tidak mempunyai orang
pandainya. Mengapa tidak ada orang yang dapat
mencegahnya?" Bee Tie tertawa sekali lagi.
"Kau pintar sekali menyalahkan Hoa-san-pay tidak ada
orang pandainya, tapi kau tidak dapat menyalahkan
muridmu sendiri yang tidak berguna sehingga sampai
terkutung sebelah lengannya. Apa artinya semua kau
mengadu suara gentamu itu denganku disini."
Lalu sambil memandang kearah Pek Tie hwesnio dan
Toan Kian Tojin ia berkata.
"Kalian berdua itu, satu hweshio dan tosu dari Siauwlim
dan Butong bukannya membela akan keadilan malah
mencoba untuk membikin keonaran saja. Apa kalian tidak
takut untuk ditertawakan orang-orang dalam rimba
pesilatan?" Pek Tie hweshio dan Koan Hian tojin sudah menjadi
merah sekali mukanya karena malu. Pek Tie yang lebih
berpengalaman sudah mengkerutkan keningnya dan ia
berkata. "Jika tidak salah tentu sicu ini orang dari Hoa-san-pay
atau sedikit-dikitnya juga mempunyai hubungan yang erat
sekali dengan partay itu. Tapi kedatangan kita ke sana itu
bukannya untuk memusuhi Hoa-san-pay dan janganlah sicu
salah menangkap artinya "
Bee Tie menjadi melengak ketika mendengar kata-kata
dari Pek Tie ini. "Jika tidak akan memusuhi Hoa-san pay, mengapa dan
apa maksudnya kalian sudah naik kegunung Hoa-san?"
"Kiu teng cin keng yang lama telah ternama itu hanya
berada digunung Hoa-san." Koan Hian lojin sudah berkata
lagi. It Han Siung-jiu pada tiga puluh tahun yang lalu
sangat terkenal namanya dengan menggunakan kepandaian
itu, sayang sekali karena kita masih tidak mempunyai
kepandaian yang berarti, maka tidak dapat untuk
menandingi dirinya. Tapi ini kali karena munculnya
kembali kepandaian asli dari Hoa-san, maka kami datang
kesana untuk dapat menyaksikannya. Dan bukannya untuk
memusuhi Hoa-san-pay atau membantu pada saudara dari
Tiang-pek ini " Bee Tie yang mendengar perkataan itu hanya terrawa
dingin saja. "Manis sekali ucapannya dari kalian berdua ini, tapi
siapa yang dapat tahu akan kebenarannya dari kata-katamu
itu tadi?" Pek-lik Tong-cIe-yang orangnya paling tidak sabaran
sudah membentak lagi. "Siapakah sebenarnya kau yang masih bocah ini"
Mengapa tidak berani menyebutkan namamu sendiri
disini?" Bee Tie tertawa berkakakan.
"Disebutkan juga tidak akan ada artinya karena akulah
itu orang yang kalian mau cari."
Betul-betul kata-kata ini telah membikin tiga orang itu
menjadi melengak semua. Koan Hian tojin dengan diamdiam
sudah mencegat akan jalan mundurnya dari si
pemuda dan ia berkata. "Tidak disangka bahwa kita dapat menemukan Bee
ciangbunjin disini, bagaimana jika kita minta pelajaran Kiuteng-
cit-keng itu disini saja?"
Bee Tie yaag tahu betul bahwa kepandaiannya dari tiga
orang ini tidak dapat dipandang enteng diam-diam ia sudah
berniat untuk lari dari situ. akan celakalah dirinya jika
mereka menyerang dengan sekaligus bertiga maka ia
dengan diam-diam sudah memperhatikan jalan untuk lari.
Tapi tiba-tiba muncul suatu bayangan yang telah
membuat ia berdiri kesima. ternyata di depan pintu ini
sekarang telah muncul pula lima orang lainnya, Salah satu


Tongkat Rantai Kumala Seruling Kumala Kim Lan Pay Karya Oh Chung Sin di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

yang berjalan dimuka sudah menghampirinya sambil
tertawa berkakakan dan katanya.
"Apa betul Siauw-lim, Bu-tong dan Tiang-pek tiga
partay yang telah ternama mau menghadapi seorang bocah
ini saja?" Pek lik Tong cie Pek Tie hweshio dan Koan Hian tojin
mendengar kata-kata ini jadi melengak semua, tapi begitu
mereka melihat dengan jelas akan siapa adanya mereka Pek
Tie sudah tertawa berkakakan.
"Kukira siapa yang datang, tidak tahunya Ngo-bie.
Kunlun. Khong tong. Thian chong dan Heng-san lima
ketua partai telah tiba semua disini, apa kalian juga tidak
ingin melirut Kiu-teng-cin-keng dari Hoa-San yang ternama
itu" Bee Tie memandang kearah lima orang ketua partay
yang baru datang ini. tapi ia tidak mengucapkan sepatah
kata apapun. "Bee ciangbunjin." Kata Pek Tie hweshio lagi.
"Mari kau kuperkenalkan pada lima kawan ketua partai
kami." sambil menunjuk kearahnya orang yang barusan
berkata ia menberitahukan kepada si-anak muda siapa
sebenarnya orang itu. "Katanya ini adalah Ngo-bie Lo-jin yang menjadi
ketuanya dari partai Ngobie-pay."
Ngo-bie Lo-jin hanya memanggutkan kepalanya.
"Hui-hong Cin-kun,"sebagai ketua partay Kun-lun pay.
Ketua Khong tong-pay Han Yu Cie, ketua Thiam-chong
pay. Ceng Hie Khek dan Ketua Heng san-pay Lang Ouw
Cie," Terdengar Pek Tie hweshio sudah meneruskan katakatanya.
Bee Tie juga turut memandang kearah orang yang
ditunjuk olah Pek Tie tadi dan satu persatu memanggutkan
kepala kearah mereka dengan tak membuka suara
sedikitpun. Terdengar Ngo bie Lo-jin tertawa bergelak gelak.
"Kita juga telah lama mendengar akan nama ketua Bee
yang mulia mengangkat kembali namanya partai Hoa-san
pay." "Apa kalian semua juga ingin membantu pada si Genta
dan Tiang-pek ini?" Bee Tie dengan mem-adem saja sudah
menanya. Ngo bie tojin kembali berkata dengan masih tertawa.
"Dengan adanya ketua partai dari Siauw-lim dan Bu tong
disini, aku mana berani untuk mengganggunya" Aku hanya
ingin mengerat sedikit pelajaran dari Kiu teng-cin-keng saja
sudah dapat bergembira."
Pek lik Tong cie kembali membuka suara gentanya lagi.
"Kebetulan sekali akan kedatangan kalian ini semua,
urusanku sudah tidak usah dikatakan lagi, karena kalian
juga sudah dapat mengetahai akan ada apa dendam aku
terhadap bocah dari Hoa-san ini, yang telah mengutungi
tangan keponakan dari muridku dan membunuh beberapa
orang cucu muridku ini hari aku akan mengadu tiga jurus
pukulan dengannya, untuk menentukan siapa yang akan
mendapat kemenangan. Harap kalian supaya menjadi
saksinya." Dan diantaranya tujuh ketua partai tadi telah
memanggutkan kepala semua.
Pek Lik Tongcie menjadi berjingkrak jingkrak
kegirangan, dengan cepat ia telah memukul kearah si
pemuda sambil membentak. "Bocah, sambutilah seranganku ini."
Bee Tie juga tidak mau kalah gertak dan iapun
mengeluarkan geraman. "Siapa yang takut padamu?"
Dan betul saja ia sudah mendorong kedua belah
tangannya untuk menyambuti serangan dari musuhnya itu.
"Bleduk", Pek Lik Tong cie terdorong mundur dari
tempat berdirinya tadi. tapi Bee Tie masih belum mau
sudah sampai disitu ia memainkan kedua telapak tangannya
sedemikian rupa, sehingga membuat Pek Lik Tong-cie
menjerit jerit saking ripuhnya untuk melayani seranganserangannya
dari sipemuda kita. Dengan melihat akan adanya kesempatan seperti ini tibatiba
Bee Tie membentak keras dan merubah dengan
serangannya dengan jurus yang bernaaja.
"Mendatangkan sembilan langit, ia sudah mengurung
seluruh jalan mundur dari musuhnya, dan pada tengah
jurus tipu ini dengan mendadak telah diganti dengan jurus
"Sambaran papan bunga untuk menggempur orang yang
berada di depannya Pek Iek Tong cie hanya merasakan
sebentar matanya berkunang-kunang dan "Phang" terdengar
satu suara benturan tadi dan Pek-lik Tong cie mana dapat
baginya untuk menahan serangan ini dengan memuntahkan
darah segar, orangnya pun telah mundur sempoyongan.
Bee Tie yang melihat pukulannya tadi telah membawa
hasil yang tidak diduga-duga, sebenarnya waktu itu ia
sudah berniat untuk kembali melakukan serangannya atau
tiba-tiba terdengar seruhannya Pek-Tic hweshio dan Koan
Hoan tojin secara berbareng.
"Pukulan yang bagus sekali biar lolap pinto yang akan
mencoba coba kepandaian Kiu teng cin-keng dari Hoa-san
ini." Dengan secara berbareng mereka telah memajukan
dirinya semua, Bee Tie mengkretek gigi.dengan tidak
kepalang tanggung lagi, ia telah menerobos keluar diantara
bayangannya samua orang itu tadi, tenaga telapak
tangannya dikerjakan kembali melakukan serangan dan
"Phang" untuk yang kedua kalinya menempel didada Pek-lik
Tong-cie. Pak-lik Tong cIe-yang telah terluka mana dapat menahan
getaran yang seperti ini lagi" Darah segar segera muncrat
keluar kembali dari mulutnya dan ia celentang jatuh dengan
tidak sadarkan diri lagi.
Masih untung yang gerakannya Pek-Tic hweshio dan
Koan Hian tojin tadi itu cukup sebat, dari kanan dan kiri
mereka menahan jatuhnya tubuh dari kawan yang apes ini.
Bee Tie menggunakan pada kesempatan ini telah meloncat
mundur menghindari kurungan dari serangan mereka itu.
Waktu mereka menyaksikan akan kelakuannya Bee Tie
tadi yang telah memukul Pek Lik Tong-cie sampai beruntun
dua kali ini mebuat tujuh orang ketua partai itu menjadi
kaget sekali dan mencelos hatinya tidak disangka oleh
mereka semua bahwa anak yang semuda ini mempunyai
kekejaman yang jarang dapat dicari tandingannya.
Perlahan-lanan, tujuh orang ini dari kaget sudah berubah
menjadi satu hawa kemarahan yang meluap-luap.
Dengan hati hati sekali, Pek Tie hweshio dan Koan Hian
tojin sudah meletakan tubuhnya Pek-lik Tong-cIe-yang
terluka tadi di tempat yang aman baginya, kemudian ia
bangun berdiri lagi sambil memandang kearah lima ketua
partai lainnya. Lima ketua partai dibawah pimpinan Ngo-bie Lo-jin
telah mengerti akan artinya pandangan ini dan secara
berbareng telah mengurung kembali semuanya kearah Bee
Tie. Mereka telah mempunyai pendapat yang sama
terhadap ketua partai Hoa-san-pay yang muda dan telengas
ini, dengan adanya Hoasan Kiu teng ciu-keng yang
ternama, sudah tentu akan menambah keganasannya saja,
jika tidak disingkirkan pada hari ini sukarlah nanti untuk
menundukannya. Dalam saat yang segenting ini, tiba-tiba terlihat beberapa
sinar kuning mas berkelebat dan ditengah-tengah mereka
kini telah terlihat beberapa jarum yang tertancap ditanah.
"Ular Mas." Mereka sudah dibikin gaduh dengan
datangnya jarum yang terkenal akan racun jahatnya ini."
Berbareng pada saat ini, terlihat lima orang gadis
berpakaian warna ungu telah berada di hadapan mereka.
"Bee Tie, bagaimana" Apa kau perlu dengan bantuan
tenaganya kami berlima?" Terdengar salah satu dari mereka
itu berkata. "Kim-coa Kiong-cu," bentak Bee Tie dengan keras.
"Maksud apa lagi dengan kedatanganmu disini ini?"
Kim coa Kiong-cu tertawa cekikikan.
"Apa kau telah lupa dengan perjanjian kita yang dulu."
Bee Tie berpikir dalam hati tidak berguna untuk ia
bergaul dengan orang-orang dari golongan Ular Mas ini
mana mau sembarangan menerimanya budinya. maka
dengan karena ia membentak lagi kepada mereka
"Kim-coa Kiong-cu, pergilah kau dari sini aku sebagai
seorang laki laki sejati tidak memerlukan akan bantuanmu."
"Apa kau lupa akan keselamatannya dari Enci Giok mu
yang masih dalam tangan golongan ular mas kami?"
Bee Tie menghela napas panjang, tapi sifat jantannya
telah memaksa untuk ia tidak mau menerima bantuan
mereka yang dapat mengikat dirinya sendiri ini, maka
dengan suara lantang ia sudah memberikan jawabannya
kembali. "Aku lebih suka mati disini dari pada mau menerima
bantuanmu itu." "Dan bagaimana dengan Itu Ha-ma-cin-kiap yang telah
kau janjikan pada kami?"
"Tergantung dari kesudahannya dari pertempuranku
disini ini nanti." "Apa kau sudah tidak mau memperhatikan akan
keselamatannya Enci Giok mu itu lagi."
Bee Tie kembali menghela napas panjang.
"Kim-coa Kiong cu. keselamatannya Enci Giok akan
kuserahkan atas kebijaksananmu saja. Biar bagaimana juga
aku tidak dapat menerima pemberian bantuan dari
golonganmu yang sangat jahat itu. Didalam hatiku tidak
dapat melupakan encie Giok yang bernasib malang, tapi
biarlah nanti di alam baka Ia juga dapat memaafkan akan
kesalahanku ini. Kata-kata ini telah diucapkan sedemikian sedihnya
sampai bayangan hitam yang berada di atas mereka turut
menghela napas juga. "Adik Tie, kau telah tertipu mereka. Aku tidak terjatuh
dalam tangan jahatnya dan kau juga tidak boleh pergi ke
Lembah Kodok Perak yang sangat berbahaya itu, telah
beberapa kali mereka mengirimkan orang-orang pandainya,
tapi akhirnya tidak ada satu pun dari mereka yang dapat
kembali untuk memberi laporan."
Tidak sukar untuk diduga bahwa bayangan hitam yang
berada diatas mereka ini tentu Kim-coa Giok-lie adanya.
Ternyata Kim-coa Giok-lIe-yang telah meninggalkan Bee
Tie dalam keleteng Cee-Thian koan tidak seperti apa yang
diduga oleh Bee Tie yang menyangka ia telah pergi kembali
kepuncaknya, Siok-lie-hong. Begitu turun dari Cee thian
hong, ia lari terus dengan tidak mempunyai arah tujuan
sama sekali, sehingga sampai bertemu dengan dirinya Ie
Siauw Yu di tengah jalan, ia tidak mengetahuinya juga.
Dan akhirnya diketahui olehnya bahwa orang-orang dari
delapan buah partai lain telah siap untuk mencari pada adik
Tienya itu, maka dengan menyamar sebagai "Setan
gentayangan" yang telah terus menerus mengganggu
mereka ditengah jalan sehingga Pek Lik Tong-cie, Pek Tie
hweshio dan Koan Hian tojin sampai tidak dapat tidur
sama sekali dari gangguannya pada setiap malam.
Dan sekarang dibawahnya sudah tujuh orang ketua
partai yang salah menyangka akan semua perbuatannya itu
Bee Tie yang menekukan. Kembali mereka ini semuanya
malai memperkecil karangan, Kim-coa Giok-lie juga waktu
itu telah siap sedia dengan jarum ular masnya untuk
memberi bantuan bilamana perlu.
Tapi Kim-coa kiong-cu yang masih memerlukan
tenaganya dari anak muda pandai ini mana dapat untuk
membiarkan ia mati waktu itu" Maka dengan disertai
tertawa dingin ia berkata.
"Bee Tie, sebetulnya aku belum pernah mengalah kepada
siapapun juga, tapi disini dengan terpaksa aku harus
mengalah juga ke padamu. Baiklah kau tidak mengingini
bantuan dari kami, tapi aku tetap akan terus mau
menolongmu." Betul saja ketika itu ia sudah segera mengeluarkan
pedang Ular Masnya yang aneh diturut olieh empat orang
pengiringnya yang sudah meniru akan perbuatannya dari
kiong-cunya, mereka berbaris dipintu menghalangi jalan
keluarnya dari tujuh ketua partai yang mau mengurung
dirinya si anak muda. Biar bagaimana namanya goloagan Ular Mas yang
menakutkan semua orang ini yang telah cukup lama
menggetarkan dalam dunia persilatan, tujuh ketua partai
tadi ketika melihat kedatangannya dari lima gadis baju
ungu ini yang mengaku sebagai utusannya golongan Ular
Mas, tentu saja mereka tidak berani sembarang bergerak
untuk mencari gara gara. Dengan serentak itu semua
terdiam dimasing-masing tempatnya.
Tapi Bee Tie yang tidak mau direndahkan derajatnya
oleh golongan Ular Mas ini sudah menggeram sambil
berjalan menghadap Kim-coa Kiong-cu yang masih
menutup seluruh mukanya itu ia telah memberikan
ancamannya. "Kim-coa Kiong-cu, jangan harap aku Bee Tie ini takut
terhadap golongan jahatmu, jika kau masih tetap berkukuh
akan mecampuri urusanku disini ini akulah orangnya yang
pertama tama akan menempur dirimu."
Kim-coa Kiong cu hanya mengeluarkan suara dari
hidungnya. "Bee Tie, lihatlah keadaanmu dulu, apa kau kira dengan
hanya mengandalkan kepandaianmu itu seorang saja akan
melawan tujuh orang yang mengepalai ribuan orang ini."
"Lekas pergi dari sini." Bee Tie membentak. "Atau akan
hilangnya semua harapanmu yang mengingini Ha-ma-cinkiap
dari Lembah Kodok Perak itu."
Kim-coa Kiong-cu tidak berdaya, perlahan-lahan ia
menyimpan kembali Pedang Ular Masnya dari balik
kerudung penutup mukanya masih terlihat jelas pada
perobahan mukanya yang penuh dengan kemarahan,
penyesalan, perhatian dan kebencian yang telah bercampur
menjadi satu. Akhirnya dengan tertawa dingin ia berkata.
"Baiklah. Jika betul betul kau ini memang sudah


Tongkat Rantai Kumala Seruling Kumala Kim Lan Pay Karya Oh Chung Sin di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

nasibnya untuk mati disini, siapapun tidak mungkin untuk
dapat menolongmu, tapi jika memang peruntunganmu itu
masih bagus dan dapat meninggalkan kurungannya dari
mereka semua ini, jangan lupa akan itu Ha-ma-cii-kiap yang
telah kau janiikan kepada kami
Terlihat ia mengibaskan lengan bajunya, empat orang
pengiringnya sudah menyimpan pedangnya kembali. Dan
dalam sekejapan mata saja lenyaplah lima gadis dari
Lembah Ular Mas itu. Keadaan telah menjadi sepi kembali.
Tapi tiba-tiba terdengar suara tertawanya Koan Hian
tojin yang memecah kesunyian, "Bee ciangbunjin. jika
dengan mendapat bantuannya dari lima orang Ular mas
tadi. masih ada harapan untuk kau akan dapat
meninggalkan tempat ini. Tapi sekarang setelah
kepergiannya mereka berlima itu, hilanglah harapanmu
yang tinggal satu-satunya itu."
Bee Tie sudah maklum akan bahaya yang masih tetap
mengancam dirinya ini. tapi ia coba tertawa untuk
menenangkan hatinya dan ia berkata.
"Kau jangan terlalu jumawa dulu, masih belum tentu
kekalahan berada dipihak mana. Sebetulnya aku masih ada
urusan yang akan diurus di Lembah Kodok Perak dan aku
sudah siap untuk menantikan akan kedatangan kalian itu
disana, itu waktu walanpun aku kalah juga tidak narti mau
menganggu murid murid dari kalian yang tidak bergna.
Tapi sekarang ini lain lagi karena hanya gara-garanya kalian
yang telah mengganggu urusanku dan menelantarkannya
jika saja aku dapat dari Kepungan ini, hm. hm, awaslah
dengan pembalasanku untuk dikemudian hari." Katakatanya
Bee Tie tadi itu merupakan satu ancaman ngeri
bagi mereka semua, tujuh pasang mata saling pandang
untuk meminta jawaban bersama. Tapi tiba-riba ketua
partai Khong-thong pay telah memajukan ia Dukuhnya dan
tertawa gelak-gelak. "Dengan hanya seorang bocah seperti kau ini saja. aku
tidak percaya dapat lolos dari kepungan kita bersama.
Ia sudah mendahului kawan-kawannya menyerang
kepada si anak muda. Melihat salah satu dari mereka ini
telah melakukan serangan enam orang lainnya juga tidak
ragu-ragu lagi untuk membunuh pemuda yang dianggap
mereka telengas ini. Sebentar saja ramailah pertempuran di antara delapan
ketua partai ternama dari daerah Tiong-goan ini.
Tapi tiba-tiba terdengar satu bentakan nyaring sekali di
tengah udara, satu bayangan hitam terbang turun dari
wuwungan rumah yang disertai oleh berkelebatuya
beberapa sinar kuning uaJgirah kMujah ketua partay yang
sedang mengepung Bee Tie tadi.
"Lari kearah barat." Terdengar satu suara yang halus di
kupingnya Bee Tie. Tujuh orang ketua partai ini tentu saja tidak dapat
disamakan dengan orang biasa, dengan mudah sekali
mereka dapat menghindar dari serangan gelap si bayangan
hitam. Dengan menggunakan kesempatan ini Bee Tie telah
berhasil keluar dari kurungannya musuh musuhnya. Tapi ia
menjadi kaget juga ketika mendengar suara yang tidak asing
lagi baginya. Pek Tie hweshio dan Koan Hian tojin yang tidak kalah
kagetnya waktu mendengar suaranya bayangan hitam ini.
"Oh, ternyata kau "Setan gentayangan masih ada disini?"
Teriak Koan Hian tojin yang segera dapat mengenali orang
yang selalu mengganggu mereka setiap malam.
Kim-coa Giok-lie atau si "Setan gentayangan" begitu
berhasil memberikan pertolongannya kepada si anak muda,
dengan tidak berkata-kata lagi sudah lari meningalkan
tempat yang berbahaya ini.
Bee Tie yang kini terlepas dari bahaya sudah lari
mengikuti di belakangnya bayangan hitam tadi yang
mempunyai suara sudah tidak asing lagi baginya. Tapi
karena ia lari lebih lambat dari orang ini, maka sebentar saja
ia sudah kehilangan bayangan hitam yang dipanggil "Setan
gentayangan" oleh Koan Hoan tadi. tentunya tidak lain dari
Enci Gioknya yang setiap malam selalu dipikirinya itu.
Setelah setengah harian ia mengejar, akhirnya
dikejauhan sudah dapat terlihat bayangan orang yang
sedang dikejarnya ini. tapi didepan orang ini telah terlihat
Kim-coa Kiong-cu dengan empat orang pengiringnya
sedang menghadang untuk jalan larinya.
"Apa kau ingin menangkap diriku untuk menggunakan
tenaganya adik Tie?" si bayangan hitam bertanya kepada
Kim-coa Kiong-cu. Sampai disini teranglah siapa yang menamakan dirinya
"Setan gentayangan" ini Bee Tie menepok kepalanya sendiri
dan berkata. "Pantas saja ia selalu mengganggu orang-orang yang mau
mencari setori dengan diriku."
Dengan beberapa kali loncatan saja ia sudah berada
disana dan memanggilnya. "Encie Giok, Encie Giok."
Tidak salah, memang orang yang sedang dicegah oleh
Kim-coa Giok-lie adanya, Setelah lari dari Hoa-san Cee
thian-koan, ia telah lari kejurusan Lok-yang. di tengah jalan
ia bertemu dengan Ie Siauw Yu. jadi orang-orang yang
dilihat oleh Bee Tie di dalam Istana Ular Mas adalah palsu
belaka, Kim-coa Ciangbun yang menjadi gurunya sudah
tentu saja lebih mudah untuk meniru suaranya murid
sendiri, dan mereka sengaja membuat perangkap ini agar
Bee Tie dapat digunakan untuk mengambil kitab Hama-cin
kiap di Lembah Kodok Perak yang sangat mereka butuhkan
Sekali ... Begitu Kim-coa Giok-lie sampai dikota Lok-yang, ia
telah dapat mendengar berita yang mengatakan bahwa Pek
Lik Tong-cie dengan mengajak kawan-kawannya ingin naik
kegunung Hoa-san untuk mencari setori, maka dengan
menggunakan nama,"Setan gentayangan ia selalu
mengganggu mereka sehingga Koan Hian tojin. pek Tie
hweshio dan Pek Lik Tong-cie bertiga tidak bisa tidur sama
sekali karena gangguannya dari setan gentayangan ini.
Begitu mendengar panggilannya Bee Tie tadi itu Kim-coa
Giok-lie juga sudah meneriakinya.
"Adik Tie. kau telah terkena tipu dari mereka. Tidak
seharusnya kau meninggalkan Hoa-san untuk mencariku
Hoa-san-pay sedang sangat memerlukan sekali akan
tenagamu untuk mengangkat nama baiknya kembali.
XVII. KIM-COA KIONG-CU. BEE Tie yang merasa dirinya tertipu sudah menjadi
marah sekali. "Kim-coa Kiong-cu, ini hari aku akan membunuhbunuhi
semna golongan Ular Masmu disini," Bentaknya.
Kim-coa Kiong-cu yang mau mendengar ini malah
tertawa. "Bee Tie, jangankan sungkan-sungkan lagi, bunuhbunuhlah
dengan sesukamu, dan termasuk Lim coa Gioklie
juga tentunya." Bee Tie tambah berjingrak-jingkrak,
suling pusaka pemberian ayahnya sudah siap di tangan
untuk menghadapi Kim-coa Kiong-cu dengan empat orang
pengikutnya. Tapi Kim-coa Kiong-cu yang sudah tahu sampai dimana
kelihayannya Bee Tie sudah mendahului bergerak dan
menyerang ke arah Kim-coa Giok-lIe-yang berada dekat
sekali dengan dirinya. "Cres," Kim-coa Giok-lIe-yang tidak menyangka sama
sekali akan gerakannya dari Kim-coa Kiong-cu ini sudah
terkena tusukan pedang ular mas dibagian pundaknya.
Hati Bee Tie menjadi panas, dengan memegang suling
ditangannya erat erat ia menubruk kearah Kim-coa Kiongcun
sambil membentak. "Aku akan mengadu jiwa denganmu." Mendengar
derunya senjata istimewa dari si pemuda lihay ini, Kim-coa
Kiong-cu mana berani coba-coba membenturnya, dengan
menjejakkan kakinya ia menyingkir ke kiri menggabungkan
diri dengan empat orang pengikutnya.
Menggunakan kesempatan ini Bee Tie sudah segera
mengangkat tubuh Kim-coa Giok-lie-yang terluka. Tapi
sekarang ia sudah berada didalam kurungannya lima gadis
dari Ular Mas yang langsung berada dibawah pimpinannya
Kim-coa Kiong-cu yang masih mengenakan kerudung
penutup mukanya. Dalam keadaan yang segenting ini tiba-tiba terdengar
suara tindakan kaki deai seorang yang sedang datang
menuju ke tempat mereka. Bee Tie menoleh keasal suara
itu-tfau dilihatnya dimana seorang yang berkulit h ara sekali
dengan tingkah lakunya yang kaku c t g dalang medekati
Untuk Bee Tie. kedatangannya dari orang yang tidak
dikenal ini memang tidak membawa perubahan suatu apa,
tapi tidak demikian dengan dirinya Kim-coa Kiong cu dan
empat pengiringnya yang ketika melihat kedatangannya
dari orang yang baru datang ini sudah menjadi ketakutan
setengah mati dengan tidak mengucapkan kata Ba dan Bu
mereka lari tunggang langgang meninggalkan Bee Tie yang
sedang menggendong Kim-coa Giok-lie.
Bee Tie menjedi tidak habis mengerti, dipandangnya
sekali lagi orang hitam yang mempunyai tingkah bin kaku
seperti orang Heran bin ajaib, si hitam ini seperti bukarnya manusia
hidup saja ia tidak mengejar Kim-Coa Kiong-cu sekalian
dan "Idik menghampin Bee Tia lagi dengan tingkah laku
yang kakunya tadi ia terus berjalan pergi meninggalkan Bee
Tie yang tidak habis babisnya m-ugeni terhadap tingkah
lakunya si hitam. Bee Tie masih merasa bingung karena Kim-coa Giok-lie
sampai saat ini masih tidak sadarkan diri maka ia sampai
lupa mengucapkan terima kasihnya pada orang berkulit
hitam yang mempunyai tingkah laku kaku itu tadi.
Perlahan-lahan ia membantu untuk mengatur jalan
darahnya Kim-coa Giok-lie sampai akhirnya tersadar dari
pingsannya, "Enci Giok akhirnya kau tersadar juga." Kata
Bee Tie dengan gembira. Mendadak saja waktunya itu wajah dari Kim-coa Gioklie
sudah basah dengar air mata, dengan sayu ia berkata.
"Adik Tie, apa kau tidak menyalahkan pada diriku yang
telah meninggalkan dirimu dengan tidak pamit" Sebetulnya
aku juga berat sekali untuk meninggalkan dirimu lagi aku
tidak dapat menggunakan terhadap usaha mu yang akan
mempunyai hari depan yang gilang gemilang, Hoa-san-pay
kini masih memerlukan sekali akan tanganmu. Maka dari
itu aku harus baik-baik mengembangkan ilmunya yang
sudah pasti akan berguna bagi nusa dan bangsa untuk masa
yang akan datang nanti. Bee Tie menjadi bersedih waktu mendengar kata katanya
Kim-coa Giok-lie ini. "Encie Giok," katanya. "Janganlah
kau mengucapkan kata-kata yang macam ini lagi, jika kau
tidak berada disisiku, sukarlah rasanya untuk aku hidup
sendiri, janganlah kau meninggalkan diriku, janganlah kau
pergi dari sisiku lagi." Setelah terdiam sejenak, mendengar
Kim-coa Giok-lie mulai berkata lagi.
"Adik Tie, kau telah terkena tipunya mereka, mereka
ingin menggunakan tenagamu untuk mengambil itu Ha-maciu-
kiap di Lembah Kodok Perak, tapi kau tidak tahu
bahwa orang yang berani pergi kesana tentu tidak dapat
kembali lagi. Masih untung karena kau pergi kekota Lokyang
dan menemukanku di sini. kalau tidak akan celakalah
kau disana." Bee Tie yang mendengar kata-kata ini tidak menyahuti
atau membantah pendapatnya Kim-coa Giok-lie, lama
sekali ia terdiam saja ditempatnya.
Kim-coa Giok-lie menjadi heran dan menanya.
"Adik Tie, apa yang sedang kau pikiri?"
Bee Tie memandang kearahnya Kim-coa Giok-lie
sebentar, dengan mata yang bersinar-sinar ia berkata.
"Encie Giok, aku tetap akan pergi ke Lembah Kodok
Perak itu juga ..." Kim-coa Giok-lie menjadi kaget dan berubah mukanya.
"Adik Tie, tapi mengapa?"
Bee Tie menarik tangannya Kim-coa Giok-lIe-yang
digenggam dengan erat dan ia berkata.
"Enci Giok, janganlah kau menjadi sibuk tidak karuan,
aku pergi ke Lembah Kodok Perak bukan karena
desakannya dari Kim-coa Kiong-cu lagi, tapi kepergianku
ini kali justru berguna untuk menundukannya dengan jalan
meminjam Ha-ma-cin-kiap yang menjadi lawan dari
ilmunya golongan Ular Mas yang jahat itu. Enci Giok apa
aku salah dengan maksud-maksud ini?"
Kim-coa Giok-lie menghela napas panjang dan
memanggutkan kepalanya. "Tentang pendapatmu itu aku tidak dapat lantas
mengatakan kesalahannya, hanya saja jalan yang akan kau
tempuh itu terlalu banyak bahayanya, sehingga sukarlah
untuk melepaskanmu sendiri saja."
Bje Tie malah tertawa manis.
"Mimang betul berbahaya, tapi aku tidak mempunyai
permusuhan suatu apa dengan itu tiga Jenggot, empat
brewok dan tujuh Kumis mereka. Lain dari pada dulu yang
hanya menerima perintahnya dari Kim-coa Kiong-cu saja."
Hatinya Kim-coa Giok-lie menjadi tergetar.
"Baiklah, jika memangkau telah mengambil keputusan
seperti itu. Tapi biar bagaimanapun aku juga akan turut
padamu untuk menjaga segala sesuatu yang tidak diingini."
Kata-katanya Kim-coa Giok-lie ini diucapkan dengan
tegas sekali. Biarpun Bee Tie sendiri juga masih belum ada
kepastian untuk dapat menaklukkan orang-orangnya dari
Lembah Kodok Perak itu. apa lagi kalau ia harus membawa
bawa dirinya Kim-coa Giok-lIe-yang sedang terluka ini" Ia
menjadi ragu ragu sebentar dan terdiam saja.
Kim-coa Giok-lie memandang kepada si pemuda,
dengan tak mengerti ia berkata lagi.
"Bagaimana" Apa kau tidak mengijinkan untuk aku turut
ke sana?" Bee Tie menggeleng gelengkan kepalanya.


Tongkat Rantai Kumala Seruling Kumala Kim Lan Pay Karya Oh Chung Sin di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Bukan maksudku untuk menghalang-halani
maksudmu, tapi kau yang masih dalam keadaan terluka
seperti ini sukarlah rasanya untuk kita menempuh bahaya
yang masih belum diketahui betapa banyaknya itu."
Pada waktu itu tiba-tiba dari jauh terlihat bayangannya
Ie Siauw Yu yang sedang mendatani ke arah mereka, Bee
Tie yang melihat ini cepat mengambil satuputusan dan ia
berpikir dalam hatinya. -oo0dw0oo- Jilid 17 "Mengapa aku tidak meminta bantuannya saja" Biar ia
yang menjaga untuk sementara keselamatannya dari Enci
Giok ini. Setelah aku berhasil mendapatkan itu kitab Hama-
cin-kiap, sudah tentu aku tidak usah takut sama sekali
pada golongan Ular Mas."
Maka dengan keras ia memanggilnya.
"Siauw Yu, Siauw Yu, kemarilah sebentar aku ada katakata
yang mau diucapkan kepadamu."
Lalu dengan perlahan ia berkata kepada Kim-coa Gioklie.
"Itukah anak gadisnya si Pengemis Sakti berjari Sembilan
yang telah kau lukai dulu dan saudaranya baru kemarin
pula telah ter bunuh di bawah tangannya Kim-coa Kiongcu.
Baik-baiknya kau meminta maaf padanya."
Kim-coa Giok-lie hanya menganggukkan kepalanya
tanda setuju atas kemauaunya dari pemuda ini.
Sebentar saja Ie Siauw Yu sudah sampai di depan
mereka ketika ia melihat pada dua orang ini yang waktu itu
masih saling sandar satu sama lainnya menjadi kememek
juga. Bee Tie merasakan keadaan yang kurang baik ini ia
mendorong pergi tubuhnya Kim-coa Giok-lie sambil
berkata. "Kau mengapa dapat datang juga kemari?"
Ie Siauw Yu sedikit gugup juga waktu mendengar atas
pertanyaannya dari si anak muda ini, dengan kikuk ia
berkata. "Kejadian yang kemarin itu memang hanya kesalahanku
yang telah tidak mendengar pada pesanmu itu, sehingga
mengakibatkan kematiannya saudaraku, jika aku
mendengar akan kata-katamu dan menghindari bentrokan
dengan golongan Ular Mas itu tentu saja tidak akan sampai
terjadi semua kejadian yang seperti sekarang ini. Harap saja
kau dapat memaafkan akan kesalahanku ini.
Bee Tie coba untuk tertawa.
"Soal yang sudah kejadian lama buat apa diungkat
ungkat pula" Aku sendiripun tidak luput dari kesalahan."
Ie Siauw Yu tiba-tiba seperti ingat sesuatu apa dan ia
berkata lagi. "Oh, ditengah jalan aku tadi mendengar kabar tentang
bentrokan tujuh ketua partay dengan Hoa-san-pay ... "
Bee Tie yang tidak sabar sudah memotongnya.
"Kabar tentang mereka?"
"Ya Ketua partai Kun-lun-pay Hui liong Cin-kun telah
terbinasa dibawah tangannya Kim-coa Kiong-cu dan enam
ketua partai lainnya mengatakan Hoa-sau pay telah
bersengkongkol dengan golongan Ular Mas dan mereka
bersumpah untuk menuntut balas akan mengobrak abrik
kelenting Cee-thian-koan sampai rata dengan bumi."
Bee Tie hanya tertawa dingin saja.
"Kematiannya dari Hui-liong Cin-kun bukan gara-gara
diriku, tapi mengapa mereka hanya mencari diriku seorang
saja?" Lalu ia memandang kearah Kim-coa Giok-lie dan
berkata. "Enci Giok aku ada satu permintaan yang rasanya sukar
bagimu, entahkau dapat melulusinya atau tidak?"
Kim-coa Giok-lie memandang Bee Tie dengan heran dan
ia menanya. "Permintaan apa?"
Dengan tegas Bee Tie berkata.
"Aku akan segera pergi ke Lembah Kodok Perak dan
demi kepentinganmu sendiri, janganlah kau mengikuti pada
ini waktu." Kim-coa Giok-lie sampai melongo saja, tapi Bee Tie
tidak memperdulikan dan kembali ia berkata kepada Ie
Siauw Yu. "Siauw Yu, bigaimana jika aku minta tolong padamu
untuk menjaga keselamatannya dari Encie Giok yang
sedang terluka ini" Setelah nanti selesai dengan urusanku di
Lembah Kodok Perak, aku akan segera menjemputnya
kembali." Ie Siauw Yu juga tidak menyangka atas permintaan Bee
Tie yang seperti ini, tapi ia segera memberikan jawabannya.
"Inilah bantuan yang sudah seharusnya kulakukan,
bagaimana aku dapat menolaknya."
Kim-coa Giok-lie menjadi malu juga jika ia mengingat
akan kebaikan orang yang dulu pernah dilukainya, maka
dengan menyesal ia berkata.
"Nona Ie, aku sangat menyesal sekali karena dulu telah
melukaimu harap kau dapat memaafkan kesalahanku itu."
Ie Siauw Yu yang sudah tidak mendendam di hati lagi.
begitu melihat luka diatas Pundaknya Kim-coa Giok-lIeyang
waktu ini masih mengeluarkan darah, segera ia
menyobek baju bersih untuk membalutnya. Bee Tie yang
melihat akan kejadian ini menjadi gembira, dengan sekali
jejakkan kaki saja ia sudah loncat keatas salah satu pohon
besar yang ada disana itu dan berkata.
"Encie Giok, nona Siauw Yu, baik-baiklah kalian
Pusaka Negeri Tayli 7 Pedang Bengis Sutra Merah ( Tan Ceng In) Karya See Yan Tjin Djin Kisah Si Bangau Putih 15
^