Pencarian

Tugas Rahasia 8

Tugas Rahasia Karya Gan K H Bagian 8


Diam-diam mencelos hati Cia Ing-kiat, dalam hati dia mengumpat rase tua yang licin ini, namun dia bersikap wajar, /
katanya bersungut marah malah: 'Kenapa kau bilang begitu, jikalau kalian tidak percaya boleh kau geledah tubuhku."
Empat jago silat ini saling pandang, waktu sedemikian singkat, keberhasilan Cia Ing-kiat tidak terduga bakal berlangsung dalam waktu sependek ini, empat orang ini tidak menduga bahwa urusan ternyata berjalan lancar sesuai rencana, apalagi harapan mereka satu-satunya terletak dari bantuan Cia Ing-kiat, sudah tentu mereka tidak berani bertindak kasar serta memaksanya. Maka Liong-bin Siang jin berkata pula Aku hanya menegaskan saja, tak usah kau menganggapnya serius. Hari menjelang fajar, kau harus menyingkir agak jauh bila pintu gerbang Kim hou-po diledakan. pertempuran besar bakal terjadi, bila aku terjepit ditengah adu jiwa ini, tiada manfaatnya bagi kau."
Apa yang diucapkan Liong-bun Siangjm memang kenyataan, namun bagi pendengaran Cia Ing-kiat amat menusuk perasaan, je.las o-rang anggap rendah kepandaian sendiri yang, tidak becus, karuan mukanya merah padam, hatinya amat gusar, namun dia tahan emosi yang hampir meledak, dengan kaku dia mengiakan lalu berlalu tanpa pamit.
Sambil berjalan pikirannya Pmbul leng-am, mendadak satu pikiran merangsang benaknya, sekilas dia menoleh keaiah empat jago top persilatan yang berada diiengah gelap itu, seketika jantungnya berdebar keras. Walau secara mendadak hal itu menggelikan sanubarinya, orang lain pasti tiada yang tahu. namun begitu jantungnya berdebar, Cia Ing-kiat kuatir jejaknya diketahui orang lain, maka dia ingin mencari tempacuntuk menyembunyikan diri. Kira-kira setengah li dia berlari kearah utara, kebetulan ditemukan sebuah gua. lekas dia menyelinap masuk. Gua ini gelap gulita, setelah berada di tengah gelap baru Cia Ing-kiat merasa lega dan tentram, tapi jantungnya masih berdebar keras. Karena pikiran yang menggelitik hatinya itu menyangkut persoalan bcs&r, dia /
sendiri heran dan ngeri kenapa pikiran ini bisa merangsang sanubarinya.
Yang terpikir olehnya adalah, bumbung kumbang itu berada ditanganya berarti dia menggengga jiwa ratusan jago-jago silat itu, mati hidup mereka berada diiangamiya.
Ratusan jago jago silat itu memang jeri terhadap Kungfu Kui bo Hun Hwi-nio. tapi Kui bo sendiri bukan menundukan mereka dengan kepandaian silatnya, tapi karena dia memiliki bumbung kumbang yang bisa mereng gut jiwa jago-jago silat itu maka mereka dipaksa untuk menyerbu ke Kim-hou-po. Umpama bumbung kumbang itu terjatuh ditangan bocah kecil, jago jago top persilatan yang ratusan jumlahnya itupun harus menyembah ke-kepada nya,
Walau Oh-sam Siansing menjajinkan akan memberi imbalan tiga jurus ilmu tunggal dari perguruan masing-masjng, namun untuk mempelajari tiga jurus dari ilmu ratusan jago silat itu paling cepat makan waktu sepuluh tahun, bila sekarang dirinya mampu menundukkan mereka dan ratusan jago jago silat itu tunduk akan perintahnya, bukankah lebih baik lebih manjur dan menguntungkan"
Hal ini membuat hati Cia Ing kiat gundah gulana, namun juga senang dan bersama ngat, jantungnya dag dig dug, dalam jangka sesingkat ini teramat banyak persoalan yang dipikirkan dan harus dipecahkan, semua merangsang benak dan menunggu penyelesaisn secara merdadak. Perlahan dia menarik napas panjang lalu menen ram kan hati, lalumu lai mencerna persoalan tahap demi tahap. ' Pada saat ini fajar telah menyingsing.
Begitu cahaya mentari muncil diufuk timur, dua kepala harimau emas diatas pintu gerbang Kim-hou-po mencorong kemerdip bila orang mau memperhatikan, akan melihat sedikit keganjilan dari keadaan biasa karena dikedua sisi pintu gerbang kini bertambah dua gundukan tanah, tapi kalau tidak diperhatikan orang tidak tahu bahwa dibawah gundukan tanah /
itu terpendam dinamit, itulah buah karya Tan thocu diwaktu masih gelap tadi, Sementara pintu gerbang Kim-hou-po ma s h tertutup rapat. Setiap kali pintu gerbang m terbuka, hanya ada orang masuk, tak per nah terjadi ada orang keluar dan pintu ger bang itu, memang tak pernah ada orang keluar dari Kim-hou-po, hal ini sudah diketahui umum secara meluas.
Cuaca makin terang, namun suasana ma sih sepi lengang d depan pintu gerbang Kim hou-po. Semeniara dijalan raya yang menuju kearah Kim-hou-po, dalam jarak satu li, keadaan ternyata riuh ramai, ratusan orang berderap bersama menjadi ban aa panjang, debu mengepul inggi diangkasa. Barisan ini dipimpin Kui bo, Hun Lian berada dipaling akhir, setiap langkah maju kedepan, perasaan Hun Lian makin tenggelam.
Diantara sekian banyak orang, hanya dia saja yang tahu, pada hakikatnya Kui-bo sekarang sudah tidak punya kekuatan untuk mengendalikan jago-jago silat ko ea itu. Bila rahasia ini sampai bocor, jelas pasti akan menimbulkan banyak keributan yang tidak berani dia bayangkan, sudah tentu orang orang itu akan bubar seketika, Kui-bo akan marah dan bukan mustahil menjadi gila, celaka adalah dirinya yang akan ketimpa akibat nya.
Betapapun jago jago kosen itu tiada yang tahu, mereka terus maju mengikuti langkah Kui-bo,tunduk tanpa suara.
Diam-diam Hun Lian mengharap urusan lekas meledak saja, bila barisan jago jago silat ini sudah mulai menggempur Kim-hou-po baru orang banyak itu timbul niat jahatnya maka dapat dia bayangkan betapa berbahaya posisi Kui-bo saat itu, Tanpa sadar telapak tangan Hun Lian berkeringat dingin, sengaja dia memperlambat langkahnya hingga ketinggalan dibelakang, namun tembok benteng Kim-hou-po yang tinggi kokoh itu sudah kelihatan d depan sana pintu gerbangnya yang besar dan angker juga sudah muncul didepan matanya.
Kira-kira lima puluh langkah didepan pintu, gerbang Kim-hoa-po, barisan btsar itu berhenti, ternyata tiada reaksi /
sedikitpun dari pihak Kim-hou-po seolab-oloh penghuni benteng itu tidak tahu apa yang terjadi diiu ar. sepi dan lengan, berdiri paling depan a ri barisan jaga-jago kosen itu Kui-bo Hun-Hwi-nio mendadak bersuit panjang, suaranya mengalun tinggi, kokoh kuat seperti dapat menembus batn menyusup bumi, bergema di tengah udara menimbulkan getaran gelombang yang memekak telinga, disaat sultannya masih bergema diangkasa, Kui-bo mulai angkat bicara:,,Lui-pocu silakan keluar dan jawab pertanyaanku. '
Kata katanya dilontarkan kearah pintu gerbang bagai gelombang pasang suaranya mengalun kedepan, sehingga daun pintu gerbang yang tebal itu seperti terpukul palu besar hingga mengeluarkan dengung suara keras.
Tapi setelah gema suara Kui-bo semakin lirih dan akhirnya lenyap, keadaan Kim-hou-po masih tetap hening lelap, tetap tiada suara atau reaksi sedikitpun, karuan wajah Kui-bo berubah kelam dan masam, itengah seringai tawanya, perlahan dia mengulap sebelah tangan sambil bersuara rendah berat: "Mundur."
Ratusan orang serempak mundur enam puluhan langkah, jaraknya ada ratusan langkah dari pintu gerbang Kim-hou-po. Maka Kui-bo kembali bersuit nyaring, tapi setelah suitan kali ini sirap dia tidak angkat bicara lagi. Tidak lama setelah sirna suara suitan kedua, terdengarlah desis suara ramai di kanan kiri yang timbul dari bawah tanah mengeluarkan percikan kembang api yang bergerak cepat maju kearah pintu gerbang Kim-hou-po. Kepulan asap putih juga bergerak seiring bunyi desis percikan api itu, hanya sekejap jaraknya tinggal tiga kaki lagi dari p-ntu geibpng Kim-bou-po.
Pada genting itulah mendadik Kui-bo memberi aba-aba : "Tengkurap semua."
Sebelum orang banyak menjatuhkan dirinya rebah ditanah seluruhnya, ledakan dahsyat yang menggoncang bumi terdengar dua kali berturut, begitu dahsyatnya seperti letusan /
gunung merapi. Seberapa orang yang terdepan meski sudah mendekam ditanah, tak urung ada yang tergetar mencelat m umbul beberapa senti. Karuan bukan kepalang kejut dan ngeri jago-jago silat kosen itu, walau sebelumnya mereka sudah tahu dan siap siaga namun tak pernah terbayang dalam benak mereka bahwa ledakan dynamit yang dipasang dikedna sisi pintu gerbang Kim-hou-po itu sehebat itu. Waktu semua orang angkat kepala memandang kedepan ditengah kepulan asap tebal yang membumbung tinggi keudara diseling berkelebatan cahaya kuning kemilau ternyata kedua daun pintu gerbang Kim-hou-po yang kokoh tebal itu juga mercelat tinggi keudara oleh ledakan dahsyat itu.
Konon kedua daun pintu gerbang Kim-hou po itu terbuat dari emas murni, maka dapat dibayangkan betapa beratnya daun pintu sebesar dan setebal itu, umpama bukan terbuat dari emas murni seluruhnya, berat kedua daun pintu itu juga pasti ada laksaan kati, ternyata kedua daun pintu berat dan tebal itu mencelat keudara, maka dapatlah dibayangkan betapa dahsyat kekuatan ledakan kedua dynamit tadi. Kecuali kedua daun pintu yang mencelat terbang keudara itu sudah tentu masih ada pula pecahan batu bata pasir dan debu yang muncrat ke mana-mana, jago jago silat itu masih merebahkan diri tanpa bergerak, maka runtuhan debu dan batu itu berjatuhan ditubuh mereka.
Namun jago-jago kosen itu termasuk tokoh silat kelas wahid Bulim, maka mereka tidak tinggal diam. ada yans mengebas lengan baju, ada yang menjetik jari ada pula yang memukul atau menampar dengan telapak tangan sehingga batu batu yang berhamburan itu dipukulnya mental ketempat lain.
Dengan pandangan mendelong jago-jago kosen itu dengan takjup mengawasi kedua daon pintu emas itu mencelat terbang dua puluhan tombak tingginya, lalu melayang dan berputar turun sepuluhan tombak diluar pintu gerbang, "Biang /
blung", daon pintu yang tebal dan berat itu melesak amblas dipermu-kaan batu sedalam dua kaki.
D saat orang banyak tersirap kaget dan takjup, tiba-tiba Kui-bo Hun Hwi-nio memberi aba aba lalu mendahului menerjang ke-depan, terpaksa jago-jago kosen yang lain lain ikut bergerak maju. Kui-bo suruh beberapa orang menerjang masuk kedalam rumah dipinggir benteng, pintu rumah papan itu sekali tendang telah roboh, beberapa jago menerobos masuk, kejap lain seorang dalam penghuni rumah itu telah terdesak keluar hendak melarikan diri. begitu melompat keluar orang ini lantas menjejak tanah tubuhnya melambung keatas wuwungan rumah, begitu kedua telapak tangan didorong kedepan. pukulannya mengeluarkan deru angin kencang Ada belasan orang jago dibawah komando Kui-bo sendiri berdiri didepan rumah, namun mereka tak sempat mencegah aksi seorang ini hanya Utti Ou saja, meski orangnya gendeng dalam keadaan genting ini ternyata otaknya bekerja secara cerdik, ditengah bentakannya, segera melompat maju memeluk sebatang saka besar, begitu kerahkan tenaga saka itu ditariknya serta dicabut, maka terdengarlah suara gemuruh, atap genteng segera runtuh berhamburan
Karena wuwungan runtuh orang yrng berada diatap rumah sudah tentu ikut terjungkal jatuh, namun dengan sigap begitu kaki
menginjak tanah, segera dia menerobos di-aniara hamburan genteng dan kayu. tubuhnya melejit mumbul pula membawa pusaran angin kencang sehingga genteng yang berhamburan disekitar badannya tersibak menyingkir, kekuatannya memang luar biasa, laksana semburan air deras yang menyemprot dari sumber bawah tanah saja, tubuhnya melenting kencang.
Gerak gerik tubuh orang ini bukan saja gesit lagi tangkas dan cepat, tapi yang mengepung dirinya juga terdiri jago-jago kelas wahid, disaat tubuhnya jatuh dan melejit mumbul itulah, /
terdengar Kui-bo Hun Hwl-nio mengeluarkan siulan keras, di mana kedua tangannya terkembang, tampak sekujur pakaiannya mendadak melembung bergetar, rambutnya yang sudah ubanan tampak berhamburan, laksana seekor burung raksasa tubuhnya meluncur miring langsung menubruk kearah orang itu, kedua telapak tangan didorong dengan sepenuh tenaga. Pada hal jarak Hun
Hwi-nio dengan oraag itu ada pulu'nan rrmbak betapapun tinggi Lwekang Hun Hwi-nio pukulannya takkan mungkin mencapai jarak sejauh itu, tapi saat itu rumah itu sedarg roboh, genteng dan kayu sedang berhamburan, satu tombak dalam jangkauan angin pukulannya, genteng dan pecahan kayu itu seperti disapu angin puyuh dibrondong kearah orang itu, karuan dia seperti d hujan ribnan senjata rahasia.
Terapung diudara orang itu mengebas dengan kedua lengan bajunya, batu bata, genteng dan pecahan kayu yang melesat ke-arahnya berhasil dihalau ronto<, namun tak urung ada beberapa pecahan genteng yang mengenai tubuhnya juga, sehingga tubuh yang melejit mumbul itu sedikit terhambat gera-kaunya, bukan lagi melesat keatas, tubuhnya malah melorot turun.
Begitu tubuh orang ini melorot jatuh, ada dua puluhan orang dari berbagai penjuru serentak merubung datang sehingga dia terkepung rapat tak mampu lari kearah manapun. Pada saat itu pula Kui-bo Hun Hwi-nio d i tengah siulannya melesat diatas kepa la orang banyak, hinggap diatas puing rumah yang barusan ambruk. Kejadian berlangsung dalam sekejap mata, orang itu hanya setapak lebih cepat dari Kui-bo hinggap diatas puing-puing tembok? begitu kaki menyentuh tanah, tubuhnya lantas berputar, menerjang kedua arah, namun dua tiga puluhan orang sudah mengepungnya, mana mung m dia bisa melarikan diri " "Biang, Plak" dua kali dia adu pukulan dengan para /
pencegain>a, tubuhnya terpental balik, pada saat itulah Kui-bo meluncur tiba, jari tangannya lantas menceng-kram.
Centkraman Kui-bo ini mirip orang ulur tangan meraih barang, gerakan biasa yang sederhana saja. namun kenyataan diudara, bertaburan bayangan telapak tangannya, bayangan orang itu terbungkus rapat, entah mengandung betapa banyak probahan dan variasi, jelas orang itu takkan mampu lolos dari cengkraman mautnya.
Tak terduga pada saat itulah mendadak tubuh orang itu mendadak anjlok kebawab, pada hal dia berdiri d atas tumpukan puin , sehingga tubuhnya amblas dan terpendam di tengah guguran tembok dan kayu,, dengan sendirinya cengkraman Kui-bo mengenai tempat kosong, karuan orang banyak melongo heran, namnn setelah melihat kenyataan apa yang terjadi hampir saja orang banyak tergelak tertawa. Ternyata sekujur badan orang itu melesak amblas ditengah puing-puing hanya kelihatan kepalanya saja yang masih menongol diluar, sehingga badannya tak mampu berkutik lagi; siapapun dapat membekuknya dengan mudah, gerak tubuhnya yang lincah dan tangkas serta indah tadi tak berguna lagi. Bahwa cengkraman tangannya luput semula Kui bo Hun Hwi-nio juga melongo, namun setelah melihat apa yang terjadi, tak urung diapun meraba geli juga.
Baru sekarang orang banyak melihat jelas tampang orang ini, ternyata kepalanya gundul plontos, tapi jelas dia bukan Hwesio, kulit mukanya tampak kasar bcwarna n-crah gelap, kedua matanya bundar kecil hidung-nya besar seperti terong, bibirnya tebal mulutnya lebur, biji matanya jehlatan kek nen kiri. sukar ditebak berapa usianya.
Betapa luas pengalaman dan pandangan Kui bo, namun sebelum ini rasanya belum pernah dia melihat tokoh lihay ini, maka bendiri sambil bertolak pinggang dia mengejek dingin: "Sekarang, kau mampu lolos ?"" Jago jago kosen yang mengepungnya juga merubung maju, beberapa orang yang /
tadi menggrebek kedalam -rumah itu juga sudah berlompatan keluar, salah seorang segera memberi keterangan : ,,Waktu kami masuk dan melibatnya didalam rumah tadi, dia sedang menulis, entah apa yang ditulisnya." sambil bicara dia keluarkan selembar kertas tipis lemas yang dilempit kecil langsung diserahkan kepada Kui-bo Hun Hwlnio. Hun Lian berada dipinggir ibunya, msllhat lem-pitan kertas tipis ini, tergerak batinya, bila Kui-bo membeber kertas tipis itu, tanpa kuasa Hun Lian menjerit tertahan.
Ternyata tulisan hitam diatas kertas hitam itu melingkar lingkar seperti cacing kering, hakikatnya mereka tiada yang tahu dan bisa membaca huruf-huruf aneh ini. Tapi huruf sejenis ini pernah Hun Lian melihat-nya, yaitu waktu dia berada d markas besar tong bun pang Maka jelas bagi Hun Lian, bahwa orang gundul ini pasti adalah jago kosen Liong-bun-pang yang sengaja ditanam didalam Kim-hou-po sebagai agen oleh Liong-bun Pangcu
Sekilas Kui-bo melirik kepada putrinya lalu angkat kepala mengawasi orang banyak, tanyanya: "Siapa dapat membaca huruf buru aneh ini?" sembari bicara dia angkat kertas itu serta memperlihatkan tulisan diatas kertas itu kepada orang banyak. Tapi tiada seorangpun yang bersuara.
Kui-bo mendengus hidung lalu melangkah maju setapak, sebelah kaki terangkat menginjak batok kepala orang itu yang gundul. Nyawa orang gundul ini boleh dikata sudah diambang pintu akhirat, bila Kui-bo kerahkan tenaga pasti jiwanya melayang seketika, tapi wajahnya sedikitpun tidak memperlihatkan rasa takut atau ngeri, hanya sepasang bola matanya yang kecil bundar berputar lebih cepat, kelihatannya gugup.
"Siapa kau?" bentak Kui-bo gusar "Apa yang telah terjadi didalam Kim-hou-po " Terangkan sejujurnya."
Kui-bo Hun Hwi-nio bertanya dengan muka bengis, maka orang Itu segera membuka lebar mulutnya mengeluarkan /
suara ' Ah, ah, uh, uh,. Begitn dia membuka mulut urang banyak segera melihat bahwa lidah orang ini ternyata sudah dipotong, karuan mereka bersuara kaget maklum siapapun bila lidah terpotong pasti tak mampu bicara.
Kui bo Hun Hwi-nio juga melenggong, kaki yang menginjak kepala orang segera diturunkan.
Lekas Hun Lian berkata : "Ma. orang ini bukan anggota Kim-hou-po tapi agen rahasia Liong-bun Pangcu yang ditanam di Kim hou-po untuk mengirim kabar kepadanya"
"Dari mana kau tahu"'' tanya Kui bo Hun Hwi-nio.
"Dimarkas besar Liong-bun pernah aku melihat kertas dan tulisan sejenis ini, orang ini mengadakan kontak dengan pimpinannya menggunakan seekor burung kecil, jadi burung kecil itulah alat komunikasi dua arah yang mereka gunakan.'
Kui-bo Hun Hwi-nio menggeram gusar sebelah kakinya digajlokan dipingir kepala orang itu betapa kuat tenaga kakinya hingga puing tembok dipinggir kepala orang itu mendekuk dalam, ternyata badan orang gundul inipun tergetar mumbul ke atas. sekali raib dan tarik badan orang n segera berdiri kaku diatas puing.
Dengan dingin Hun Hwi-nio berkata : "Bagus. Liong bun Pangcu mengutus seorang agennya yang sudah dipotong lidahnya, bila tetangkap musuh juga takkan dapat mengaku dan membocorkan rahasia, tapi dia punya' tangan, pasti dapat menulis,"' sembari bicara Kui-bo Hun Hwi nio mendelik kepada orang gundul didepannya, tapi orang iiu membuka lebar mulutnya seperti ingin berteriak atau bicara.
Liong-bin Siangjin yang berada disam-ping tiba-tiba berkata : "Walau bisa menulis tapi tulisannya huruf asing, tiada orang kita yang bisa membaca tulisannya."
Setelah tahu orang ini anak buah Liong-bun Pangcu, entah kenapa dalam sanubari Hun Lian timbul rasa kasihan dan /
simpati kepadanya, segera dia menimbrung : ,,Ya betul, bukan saja tak bisa bicara, tulisannya juga tak bisa dibaca, apa gunanya, bebaskan saja."
,,Cerewet." sentak Kui-bo Hun Hwi-nio menarik muka, "umpama dia tidak tahu seluk beluk Kim bou-po, pasti tahu ke daan Liong-bun pang mereka, siapa bilang dia tiada gunanya, mana boleh dibebaskan ?"
Seketika berdetak jantung Hun Lian, ingin dia membelanya, tapi takut ibu bagaimana dia harus bicara, karuan hatinya menjadi gundah, sementara habis bicara Hun Hwi nio sudah ulur tangan mencengkram urat nadi orang itu, beruntun dia tutuk pula be betapa Hiat-to di dada dan dipun gungnya sekali dorong dia sorong orang kearah Gin koh, katanya : "Kuserahkan orang ini kepada mu, bila dia melarikan diri, kau harus bertanggung jawab."
Gin koh tertawa getir, sambil membalik dia mencengkram lalu didorong pula kepala gundul itu dia dorong pula kearah Utti Ou
Sekian hari ini. harya Utti Ou yang baru menikah saja yang menunjukan rasa gembira dan bahagia, nada hal jago-jaso koien vang lain prihatin akan nasib hidup mereka agaknya setelah mendapat bini, laki-laki, kasar ini tak peduli ulat beracun yang mengeram dalam tubuhnya lagi.
Melihat Ginkoh dororp orang gundul kerahnya, seger Utti Ou ulur tangan menangkap kuduk kepala gundul itu serta berkata : Jangan kuaur, pasti takkan lolos," lalu dia jinjing tubuh orang terus dipanggulnya.
Sementara itu, Hun Hwi-nlo sudah memberi aba-aba kepada orang banyak lalu dia tarik suara berseru : , Kalau masih ada orang didalam Kim-hou po, kuajurkan lekas keluar saja, jikalau sampai kubekuk dan kuseret keluar, jiwa kalian akan hancur lebur." Betapa hebat tenaga dalamnya, rangkaian katanya dilontarkan dengan tekanan keras dan tinggi jago /
jago kosen yang hadir tidak sedikit yang memiliki Lwekang tinggi, namun tidak sedikit yang berobah rona mukanya. Setelah sirap gema suara Kui-bo keadaan menjadi hening lelap, maka Kui-bo Hun Hwi nio pimpin barisan besar im maju lebih jauh. ternyata mereka tidak memperoleh rintangan atau gangguan apapun, ditengah keheningan itulah, mendadak mereka dengar seperti ada suara aneh yang kumandang dari dasar empang disebelah depan sana.
Kedengarannya suara iiu adalah suitan keras panjang yang menggetarkan bumi , cuma terbenam didalam bumi sehingga kedengaran nya seperti petasan yang melempem karena kena air, maka beramai orang banyak memburu kearah empang besar itu, tapi air empang tenang, ikan mas didalam empang juga berenang santai dan sewajarnya, mana ada bayangan orang "
Gerak gerik Kui-bo Hun Hwi-nio paling cepat, begitu suara itu berkumandang segera dia melompat tinggi, beberapa kali lompatan sudah mendahului hinggap dipinggir empang, orang banyak ikut merubung maju.
Semula suara itu sayup-sayup sampai, namun lama kelamaan makin jelas dan terang, kini orang banyak lebih jelas bahwa suaranya memang kumandang dari dasar em pang, karuan seluruh hadirin melengak heran saling pandang, suitan panjang itu Lr-osih terus berbunyi hingga setengah jam lamanya, lalu terdengar pula suara percakapan orang dari bawah, pembicara jelas menggunakan tekanan Lwekang tinggi, sayang mereka teraling sebuah empang hingga yang berada diatas tidak begitu jtlas mendengarnya.
Ternyata orang dibawah itu berkata. "Kui bo, kalau kau ingin bertemu dengan aku, lekas masuk kelorong bawah tanah, kutunggu kau dibawah sini."
Meski hebat Kwekang orang yang berbicara, namun karena teraling sebuah empang berlapis kaca kristal lagi, orang lain tidak begitu jelas apa yang diucapkan, namun lain dengan Kui-/
bo, Lwekangnya juga tinggi, dia menangkap jelas apa maksud ucapan dibawab seketika berobah air mukanya, orang orang yang berada disebelahnya mengkirik merinding melihat perobahan mimik mukanya.yang bernyali malah menyurut mundur.
Dengan muka beringas segera Kui bo membentak bengis. ,, Kiranya kau tua bangka yang belum mampus, kenapa kau yang menggelinding keluar menemui aku?" Kui bo juga melontarkan perkataannya dengan tekanan Lwekang tinggi, kekuatan iya mamau membuat retak batu raksasa namun setelah dia melontarkan tantangannya, keadaan dasar empang menjadi sepi malah, tiada reaksi a-tau jawaban sama sekali.
Agak lama kemudian, orang banyak baru mendengar helaan napas panjang, lalu suara itu berkumandang pula: "Kalau aku bisa keluar, memangnya aku tidak akan naik ke-atas menemui kau"
Kui-bo Hun Hwi-nio melengak, mendadak dia tertawa besar, katanya : "Setan tua kiranya kau terkurung dibawah empang ini?" suara tawanya seperti bunyi kokok beluk di tengah malam sunyi, kedengarannya bernada sumbang dan mengerikan. Belum berhenti Kui-bo terloroh tawa, dibawah terdengar suara "Biang, blung" dua kali, seperti ada seorang dengan sekuat tenaga memukul suatu benda keras, menyusul air dalam empang mendadak bergolak dan muncrat naik seperti semburan air mancur, dan sini dapat diba yangkan betapa hebat tenaga pukulan dibawah empang itu.
Kui-bo Hun Hwi-nio masih terus tertawa besar hingga se engah jam lamanya, baru dia berkata bengis kepada orang banyak : ..Kuras air dalam empang ini."
Sudah tentu orang banyak tidak tahu apa maksud Kui-bo Hun Hwi-nio ingin menguras air empang besar ini, namun meresa tahu kumbang beracun ditangan Kui-bo sembarang waktu dapat menamatkan jiwanya, mereka tiada yang tahu /
bahwa bumbung kumbang itu kini sudah jatuh d tangan Cia Ing-kiat, mengira mati hidup mereka masih berada ditangan Kui-bo mana berani mereka membangkang. Untung mereka berkepandaian tinggi, bukan kerja beiat secara gotong ro-yong menguras air dalam empang ini.
Setelah memberikan perintahnya, Kui bo menggapai tangan kepada Hun Lian. maka ibu beranak ini segera beranjak kedalam rumah.
Maka ramailah kerja keras puluhan jago silat kosen itu menguras air atau mengeduk parit supaya air mengalir keluar, meski peralatan pacul dan sekop tidak ada, tapi mereka menggunakan golok pedang atau gaman apa saja yang bisa mereka gunakan, bila cuaca sudah mulai gelap air dalam empang iiu pun sudah terkuras menjadi kering.
Bila empang itu sudah kering baru orang banyak melihat jelas, dasar empang ini ternyata terbuat dari kaca kristal, dibawah kaca kristal ada bayangan orang bergerak, tapi hanya dua orang saja. Anak buah Hia -lui-kiong segera lari melapor kepada kui-bo maka kejap lain Kui bo sudah datang dan berdiri dipinggir empang.
Dibawah kaca kristal tampak sinar pelita rrunyala, seraut wajth orang mendongak memandang keatas, dibawah penerangan cahaya api, orang banyak dia as melihat jelas, orang dibawah kaca kristal itu adalah seorang tua, wajahnya kelihatan kereng ber wibawa. namun welas asih, namun seorang yang lain berdiri agak jauh ditempai gelap, hingga tidak kelihaian jelas.
Pembaca tentu sudan tahu. bahwa dua orang d bawah kaca kristal itu bukan lain adalah Bu bing Siansing dan Lui Ang-ing. Terkurung didasar empang, mereka yakin takkan '-isa keluar, ajal mereka tinggal menunggu waktu saja, pada hal mereka sudah beberapa kali berkaok-kaok m tna to'onp. tapi penghuni Kim-hou-po ternyata berpeluk tangan, nada yang /
memberi pertolongan-meski tenggorokan Bu bing Siansing hampir pecah juga sia-sia.
Mereka yakin terkurung dibawah tanah akhirnya pasti akan ajal, setiap manusia bila jelas menghadapi buntu, tahu jiwa sendiri takkan hidup lama lagi, maka segala perbuatan juga berani ia dilakukan, sesuatu yang biasa tidak berani dilakukan, sekarang sudah, bebas dari batas perilaku, agama dan kepercayaan, adat isiiadatpun tak dihiraukan lagi demikianlah yang dilakukan Bu-bing Siansing dan Lui Ang-ing, meski usia mereka terpaut amat jauh. patut menjadi kakek dan cucu. betapapun mereka adalah laki perempuan, dalam menghadapi jalan kematian, apa pula yang takut mereka lakukan "
Didasar empang yang terputus hubungan dengan atas, sudah temu mereka tidak tahu apa yang telah terjadi di Kim-hou-po. Hari kedua bayangan orang yang biasa mancing atau mo dai mandir diatas empang ternyata tidak kelihatan laji, bayangan seorangpun tidak terlihat, berbeda dengan keadaan biasanya, tengah mereka keheranan suara Kui-bo sayup-sayup sampai terdengar dari atas. menyusul Terdengarlah ledakan dahsyat yang menggoncang bumi. tidak lama lagi, suara Kui-bo teraba lebih dekat disertai derap langkah orang banyak semakin dekat. Lekas Bu bing Siansing bersuara, maka bermunculan lan bayangan Kui bo Hun Hwi-nio dan orang banyak diseketiling empang, tapi orang ora g ini jelas bukan penghuni Kim-hou-po semula.
Bila air empang terkuras kering, kini ke dua pihak hanya terbatas oleh kaca kristal saja. maka pandangan terlibat lebih jelas.
Selama dua hari bermain cinta dengan Lui Ang-ing, walau mereka terkurung dibawah tanah menunggu ajal saja, namun ke adaan Bu-bing Siansing justru kelihatan lebih bergairah, lebih bot seperti waktu muda di saat pat-gulipat dengan Hun Hwi-nio di Siau limsi dulu. wajahnya yang penuh keriput dan pucat kini tampak cerah bercahaya, semangat menyala, /
keriput mukanyapun hampir tak terlihat lagi. Maka orang-orang diatas agak pangling melihat wajah yang ke reng berwibawa ini.
Walau banyak yang pangling tapi jago-jago kosen itu masih kenal baik suara Bu-bing Siansing. tahu bahwa dia adalah orang aneh yang pernah membikin ciut yah Kui-bo Hun Hwi-nio waktu masih berada di Hiat lui-kiong tempo hari, maka waktu melihat Kui-bo melayang datang banyak d antaranya mundur memberi jalan kepadanya.
Tampak oleh kui-bo. Bn-bing Siansing berdiri tegak sambil angkat obor ditanganya cahaya obor menyinari wajahnya, tampak merah cerah dan gagah, kelihatan jelas dan amat dikenal o'ebnya. Seketika rona mukanya tampak kaget dan tercengang namun hatinya sekejap berobah pula menjadi kelam dan sinis, berapa kati dia terkekeh dingin, bola ma an a mencorong hijau seperti pandangan Dracila yang haus darah
Sudah beberapa hari lamanya orang banyak bergaul dengan Kui-bo, bukan tidak pernah mereka melihat Kui bo murka, namun rona muka yang diperlihatkan sekarang justru jauh lebih menakutkan dari biasanya, karuan orang orang banyak berdetak tegang, mereka yang berdiri agak dekat segera mun dur dan menyingkir lebih jauh.
Lama Kui-bo berdiri dipinggir empang sambil menrtap kebawah, sesaat kemudian mendadak dia terkial-kial, suaranya seperti lolong serigala, lalu bertanya:,,Kenapakah kau"'
Setelah air empang kering, maka suara Bu bing Siansing dari bawah terdengar jelas katanya:,.Singkirkan dulu kaca kristal ini, biar aku keluar, nanti kami bicara lebih lanjut."
Mendadak Kui-bo mencak mencak seperti joget kera, tingkah tata lakunya amat aneh dan lucu entah senang atau marah yang terang sambil berjoget mulurnya berceloteh tak karuan, suaranya bikin orang banyak merinding dan seram. /
Sikap Bu-bing Siansing tampak berobah hebat, mendadak dia membentak sekeras geledek. Walau dia berada didasar empang ter-paut kaca kristal yang tebal namun bentakan keras ini be ul b tul laksana halilintar hingga kuping orang banyak merasa pekak, menyusul tampak Bu-bing Siansing melompat keatas sambil mendorong kedua tangan ''Blang" dengan dansyat dia menggempur kaca kristal tebal itu.
Kui-bo sedang berjoget dipinggir empang, mimpipun tak mengira bahwa Bu-blng Siansing yang tersekap dibawah bakal menyerangnya. Kekuatan pukulan Bu-bing Siansing sudah disaksikan orang banyak tadi waktu air empang muncrat laksana air mancur sehingga air seisi empang itu bergolak mendidih, jelas bahwa Khi-kang aliran Lwekeh yang dilatihnya sudah mencapai taraf yang paling tinggi. Demikianlah sekarang dia memukul pula dengan ilmu Kek san bak gu (dibalik gunung memukul kerbau).
Orang banyak termasuk Hun Lian tidak tahu apa arti Kui-bo yang mendadak berjoget dan berdendang, hanya Bu-bing Siansing saja yang maklum, betapa senang bati Kui-bo Hun Hwi-nio setelah tahu dirinya terkurung dibawah tanah dan tiada harapan keluar lagi. maka dapatlah diduga babwa perempuan jalang yang jahat ini pasti tidak berpeluk tangan begitu saja, meski dirinya tak mampu keluar, orang akan berusaha mencelakai jiwanya secepat mungkin, joget Kui-bo justru membakar amarahnya, maka pukulan Kek san-bak-gu dilontarkan sekuat tenaga, kebetulan sasaran pukulannya berada aiba-wah kaki Kui-bo. ''Blang'' celoteh Kui-bo mendadak berhenti, tubuhnya mencelat tertiang keudara oleh daya pukulan Bu bing Siansing yang tersalur lewat kaca krisial di bawah kakinya.
Orang banyak menyaksikan dengan jelas, tubuh Kui-bo mendadak mumbul setombak enam kaki dengan kaki tangan terpentang lebar, bukan lantaran cia melompat keatas tapi /
terpental oleh pukulan dahsyat Bu bing Siansing. Setelah jungkir balik ditengahi udara baru Kui-bo memekik.
Pukulan Bu bing Siansing memang tidak terduga dan menyebabkan Kui-bo terpental mumbul keudara namun untuk melukai masih be'um mampu, begitu tubub Kui-bo jungkir balik Kui-bo kembangkan ketangkasan Ginkangnya. dengan gaya indah segera dia menukik turun, kira-kira seteag h tombak menjelang enyentuk tanah tubuhnya terbalik pula hingga kakinya turun lebih dulu ' B lu m begitu kakinya menyentuh kaca kristal terdengarlah getaran yang keras meng goncang bumi, ternyata daya luncurnya kebawah laksana gugur gunung dahsyatnya. Orang-orang yang berdiri disekitar empang juga nira akan goncangan yang cukup keras dibawah kaki mereka.
Begitn berdiri tegak pula Kui-bo terloroh-loroh latah, serunya: ..Bagaimana aku tidak mampu keluar " Biar kami saksikan kau mampus lemas, biar kau mati kelaparan.'' kulit daging muka Kui-bo tampak ber erut-merut, bibirnya kedutan, sorot matanya tampak penuh kebencian, Hun Lian tak pernah melihat sikap ibunya yang menakutkan ini, seketika mengkirik dibuatnya, "Ma ' teriak' nya ngeri.
Kui bo segera membalik badan, bentaknya; "Lekas bawa kemari hidangan yang lezat arak wangi. panggang ayam dan babi, cari seorang tukang bor, bikin sebuah lobang kecil diatas kacara kristal ini, biar dia pun mencium betapa sedap hidanganku pagi ini."
Disaat Kui-bo memberikan perintahnya. Hun Lian memandang kebawah, dilihatnya Bu bing Siansing sudah mundur kepinggir, di sana terdapat sebuah pintu kecil, dipinggir pintu ada bayangan orang berkebebat, walau hanya sekilas pandang, tapi Hun Lian sudah melihat jelas bayangan orang itu. bukan lain adalah Lui Ang-ing. Maka Hun Lian segera berteriak: "Lui Ang-ing, Kim bou-po Sau-pocu juga berada didalam." /
Mendengar teriakan Hun Lian orang banyak merubung maju dan melongok ke bawah pula, namun Bu bing Siansing dan Lui Ang ing sudah menyelinap masuk kebalik, pintu kecil itu. Dari atas bayangan mereka sudah tidak kelihaian.
Sikap Kui-bo kelihatan tidak tenang, matanya jelilatan, bibirnya komat kamit.
Hun Lian mendekat dan tanya berbisik : "Ma, siapakah orang itu, kenapa kau membencinya sedemikian rupa "'*
Kui-bo diam saja, hanya angkat kepala lalu menggeleng Orang banyak tiada yang tahu apa yang dipikir oleh Kui-bo, semua menunggu perkembangan selanjutnya, hingga suasana hening lelap. Ditengah kesunyian itulah tampak bayangan seorang meluncur tiba, langkahnya agak berat, jelas kepandaian silat dan Ginkang orang ini masih kepalang tanggung, begitu dia mendekat orang banyak sudah tahn kedatangannya, namun tiada orang ambil perhatian padanya, setelah dekat yang menghadap keluar sda beberapa orangyang me ngenalnya berseru: "He. Cia-sau cengcu."
Yang baru datang memang Cia Ing-kiat, begitu melihat pemuda ini jantung Hun Lian seketika berdetak keras. Kui-bo sendiri juga menoleh serta memandangnya dengan tatapan heran penuh tanda tanya. Maklum Kui-bo pernah mengutus Gin koh dan Thi-jan Lojin me-luruk ke Kim liong ceng menculik Cia Ing-kiat namun selama ini dia belum pernah melihat tampangnya, betapa tinggi kepandaiannya. Sejauh ini diapun tidak tahu bagaimana kelanjutan hubungan putrinya dengan Cia Ing-kiat, maka begitu Cia Ing-kiat mendekat segera dia menyambut dengan pertanyaan: "Jadi kau inilah, apakah kau melarikan diri dari Liong-bun-pang"
"Tidak," sahut Cia Ing kiat geleng kepala. Sembari bicara kepalanya celingukan a-khirnya matanya menatap kearah Oh-sam Sian sing, serunya dengan nada berat: 'Oh-sam Siansing,akan kutunjukan sesuatu kepadamu." sembari bicara dia merogoh keluar bumbung bambu hijau terus diacung /
tinggi diatas kepala, bumbung bambu hijau mengkilap berisi kumbang beracun itu mirip terbuat dari batu jade. Waktu di Hiat-lut-kiong orang banyak pernah melihat dan tahu bumbung bambu hijau ini berisi kumbang beracun yang menjadi ancaman jiwa mereka, ki.ii diacung tinggi di-tangan Cia Ing-kiat, sudah tentu banyak mengenalnya. Terutama Oh-sam Siansing yang tahu seluk beluk persoalannya, serentak dia berjingkrak girang bersama Pak to Suseng dan Liong-bin Sianjjin.
Begitu Cia Ing kiat angkat bumbung kumbang itu seketika pucat muka Hun Lian badan pun gemetar dan menyurut mundur beberapa langkah. Dengan tatapan melotot sekilas Kui-bo menoleh kepadanya. Sigap sekali mendadak Kui bo mencelat maju, tubuhnya menubruk kearah Cia Ing-kiat.
Tapi jaraknya cukup jauh, meski cepat tubrukannya. Tapi Oh sam Siansing dan Pak-to Suseng juga sudah siaga, bersama Liong-bln Siangjin serentak mereka sudah melompat menghadang. Gerakan Liong bin Siangjin sedikit terlambat, maklum kepandaiannya memang jith lebih rendah, tapi dia sempat berteriak "Hayolah para saudara, lekas kalian ganyang Kui-bo, bumbung kumbang itu sudah tidak berada ditangannya."
Perobahan ini sungguh tak terduga juga amat fatal bagi Kui-bo.
Sebelum Liong bin Siangjin selesai berteriak, terdengar duakali benturan keras
"Plak, plok'', Oh-sam Siansing dan Pak to Suseng kontra Kui-bo adu pukulan dengan satu lawan dua ternyata Kui-bo tidak lebih asor, ketiganya terpental jauh dari udara. Disaat kaki mereka menginjak tanah. Liong-bin Siangjinpuu sudah selesai memberi peringatan kepada orang banyak, seketika sambutan gegap gumpita. /
Selama beberapa hari ini, hidup jago-jago kosen itu boleh dikata amat tertekan, selalu dibayangi langit mendung, rasa penasaran selama ini tak icrlampia kini setelah ta hu ancam jiwa mereka tak berada diangan Kui bo lagi, serempak meiela berteriak dengan paduan suara yang menggemparkan, serempak mereka merubung maju dari berbagai jurusan, Saat itu Kui-bo memangnya berada diatas kaca kristal atau didasar empang bersama Hun Lian. maka dia terkepung oleh or ng banyak,
Dalam pada itu Cia Ing-kiat lompat kepucuk sebuah gunungan yang tak jauh dari empang serta mengacung tinggibumbung bam-bu. Disaat orang banyak merubung maju mengepung Kui-bo Oh Sam siansing segera berseru: "Bagi beberapa orang untuk melindungi keselamatan Cia-sau-cengcu"
Betapapun tinggi kungfu Kui bo, menghadapi kerumunan sekian banyak jago-jago kosen ini tak urung hatinya jeri dan tersirat darahnya, apalagi bumbung kumbang pengendali jiwa mereka sudah tidak berada dita-ngannya, mendengar aba-aba Oh-sam Siansing segera dia gerakkan tangan menyambit dua larik sinar geinerdep kearah Cia Ing-kiat. Begitu pesat luncuran dua larik sinar putih itu bukan saja mengeluarkan desing suara tajam, hakikatnya orang banyak tidak melihat jelas jenis apa senjata rahasia yang disambitkan Kui bo.
Berdiri diatas gunungan, Cia Ing-kiat menyaksikan jelas Kui-bo sudah terkepung rapat hatinya agak lega dan terhibur, namun serta mendengar betapa bebat gemboran sekian banyak orang yang naik pitam ingin mengganyang Kui bo. tak urung mengkirik juga bulu kuduk Cia Ing-kiat, maklum dalam hati dia ada maksud memegang bumbung bambu itu untuk mengendalikan jago jngo kosen itu, disaat dia melenggong itulah, dua larik sinar gemerdep melesat datang, karuan dia menjerit kaget, namun tetap berdiri tanpa menyingkir saking kesima. Bukan Cia Ing-kiat tidak ingin menyelamatkan jiwa, /
tapi selama hidup kapan dia pernah menghadapi adegan yang menegangkan seperci ini, sehingga dia menjublek seperti orang linglung. Untung setelah mendengar seruan Oh-sim Siansing tadi, ada delapan orang segera melompat mundur kearah Cia Ing-kiat, meski mereka tergolong jago kosen, namun gerak gerik mereka jelas kalah cepat dengan luncuran dua senjata rahasia Kui-bo terdengar delapan orang itu berteriak bersama, seoiang diantaranya segera mengayun seutas cemeti lemas panjang dua tombak kearah Cia Ing kiat, seorang lagi juga mengayun tangan, sebatang Kim-ci-pian (ru-yung uang emas) dengan deru angin kencang meluncur diudara juga.
Kim-ci pian yang Htimpukan ini terbuat dari kepingan uang emas yang sengaja digosok mengkilap dan tajam bagian pinggirnya serta direnteng dengan benang emas pula, begttu ruyung lemas ini ditimpukan. laksana naga emas yang terbang diudara, langsung memapak kearah sambitan senjata rahasia Kui bo, daya luncur senjata rahasia kedua pihak kencang dan deras. ..Cring, cring" dua senjata rahasia Kui-bo dengan telak menerjang Kim ci-pian. Seketika Kim ci-pian putus menjadi tiga potong diudara, kepingan mata uang emas seketika berhaburan diudara menjadikan pemandangan yang aneh menakjup-kan. Ternyata timpukan Kui bo memang kuat sekali, kedua senjata rahasianya tidak terhalang meski beradu dengan Kim ci-pian diudara, daya luncurnya masih cukup pesat meski apak berkurang, baru sekarang o:ang banyak melihat jelas, senjata rahasia timpukan Kui bo ternyata dua bilah Lu yap-to setipis kena'. Setelah kebentur Kim-ci-pian, meski tetap meluncur kedepan tapi dua bilah Liu-yap-to ini sudah melenceng arahnya ,,Trap, trap" keduanya menancap amblas samrai gagangnya digunungan karang yang keras.
Pada saat itulah, cemeti lemas panjang itupun telah menyapu tiba dibawah kaki Cia Ing k at, sedikit sendal dan tarik ujung cemeti segera membelit betis Cia Ing-kiat, begitu merasa kaki terbelit, baru saja Cia Ing-kiat menjerit kaget, /
mendadak tubuhnya sudah terangkat naik keudara oleh sendalan tenaga orang yang memegang cemeti.
---ooo0dw0ooo-- Jilid 13 Tamat Ditengah udara Cia Ing-kiat sempat melihat pemegang cemeti panjang ini adalah seorang kakek tua kurus kecil, kalau tidak menyaksikan sendiri, apapun dia tidak mau percaya bahwa kakek kurus sekecil ini ternyata memiliki tenaga raksasa dan mampu memainkan cemeti sepanjang ini begitulihay.
Kakek tua kurus kering ini adalah ahli waris keluarga Tong jaman ini satu-satunya. Tong keh pian-hoat memang tiada tandingan dlkolong langit, Tong-lojl sudah meyakinkan ilmu cemetinya ini selama puluhan tahun sudah tentu hasilnya luar biasa.
Tampak oleh Cia Ing kiat disaat tubuhnya masih terapung diudara dan mulai melorot turun, beberapa orang sudah melompat dari berbagai arah kearab dirinya, sebelum tubuh Cia Ing-kiat terjatuh berantai orang-orang itu ulur tangan memegang lengannya, ada yang memegang pinggang, sehingga dia terjatuh tanpa kurang suaiu apa.
Sebelum Cia Ing-kiat berdiri tegak, ada beberapa orang berserabutan ulur tangan hendak merebut bumbung yang dipegangnya.. Setelah terjadi perobahan yang tak terduga barusan, jantungnya masih berdebar tegang, hakikatnya dia takkan mampu melawan bila jago jago kosen itu mengeroyok serta merampas bumbung ditangannya, namun dasar otak nya encer, dalam keadaan kepepet itu mendadak dia membentak: "Stop kalian ingin mampus y a "'
Karena bentakannya, tangan yang sudah terulur itu ssketika berhenti diudara tak berani bergerak lagi. sambil /
menggenggam bumbung bsmbuitu dengan kedua tangan Cia-Ing-kiat membentak bengis: "Siapa berani bergerak, bila kumbang beracun terlepas, bukan aku yang ketimpa akibatnya."
Lekas orang-orang itu menurunkan tangan serta mundur selangkah. Pada saat yang sama terdengar seruan Oh sam Siansing dari pinggir empang: "Jangan sentuh bumbung itu."
Sementara itu setelah menimpukan dua belah Lui-yap-to, Kui-bo tidak menghentikan gerakannya, dia insaf lawan terlalu banyak kalau tidak menyergap lebih dulu, hari ini nasibnya bisa celaka di sini, namun pengepungan juga sudah bergerak, mereka sudah keba-cut benci kepada iblis perempuan yang jahat ini, seorang laki-laki kekar berewok menggerung sekeras guntur terus menerjang maju seraya mengayun toya tembaga sebesar paha mengemplang kepala Kui-bo. Hebat memang kepandaian km bo setelah merobohkan beberapa orang, segera tangannya terbalik menangkap toya tembaga yang mengemplang kepalanya. Tepat d'saat tangannya menangkap ujung toya, "Ser ,ser, ser." dari kiri kanan dan belakang liga batang pedang menusuk tiba bersama.
Betapa tinggi Kungfu Kui bo disaat menghadapi bahaya inilah dia memperlihatkan ke-lihayan, sebelum jelas siapa penyerangnya, namun mendengar gerak pedang lawan, dia sudrh tahu bahwa yang menyerang dirinya a-dalah Tiam-jong sam kiam.
Tiam-jong-kiam hoat mengutamakan gerak enteng yang lincah, perobahannya tak da-pat dijajagi, sudah lama terkenal bahwa Tiam-jong sam kiam terdiri tiga saudara seperguruan yang meyakinkan bersama ilmu pedang gabungan ini selama puluhan tahun, letak Tiam-jong sam tidak jauh dari Biau-kiang, tempat semayam Kui-bo di Hiat-Iui kiong, maka dia tahu jelas betapa lihay Tiam-jong-kiam-boat, disamping kaget marah pula hatinya, begitu mengencang jari jari tangannya, dia pegang toya yang dipegangnya ditarik sedikit lalu didorong /
kedepan, terdengar "krak" sekali, laki laki gede itu pegang kencang toyanya yang hendak dirampas lawan, tak nyana lawan kerahkan tenaga menyodok balik malah sehingga tulang pergelangan tangannya patah, menyusul "Duk" ujung toya telak menyodok batok kepalanya pula hingga pecah dan meleleh keluar otak darahnya. Bola matanya-pun melotot keluar, kematiannya sungguh mengerikan.
Membunuh seorang lagi tampang Kui bo Han Hwi-nio tampak makin beringas, serangannya juga lebih kejam, sebat sekali dia berputar, terasa hawa pedang menyentuh tubuh, tiga redarg musuh menyerempet le-wat diplnggir tubuhnya. Ketiga penyerangnya berjenggot putih berjubah pertapaan, mereka memang bukan lain Tiam-jong-sam-kian adanya. Begitu serangan luput Tiam-jong-sam-kian menggetar pedang sehingga menimbulkan lapisan bayangan pedang yang kemilau, Kui-bo seperti terkurung didalam jala sinar pedang yang bertaburan menung krup dari atas sehingga Kui-bo tak mampu melompat keatas.
Padahal pengepung Kul-bo Hun Hwi nio hampir seratus orang banyaknya, karena Tiam jong sam kian sudah tampil kedepan mengembut Kui-bo, maka jago-jago lain kurang leluasa campur tangan. Maka orang banyak hanya berkaok-kaok menambah semangat tempur Tiam-jong-sam-kian belaka, kalau otang lain menghadapi teriakan-teriakan yang begitu ribut dan menakutkan pasti pecah nyalinya. Tapi lain halnya bagi Kui bo Hun Hwi-nio. gembong iblis perempuan yang keliwat kejam dan jahat ini, melihat dirinya ditindih oleh jala sinar pedang Ttam jong-sam-kiam. mendadak dia mengendap tubuh sambil membalik sebelah telapak tanean menenuk miring keatas "Plak" dengan telapak tangannya memukul lambung Loji dari salah satu Sam-kiam
Betapa dahsyat tenaga pukulan telapak tangan kui bo ini, karuan tubuh Loji mencelat terbang keudara dan ambruk satu tombak jauhnya. Satu diantnr tiga jago pedang yang sudah /
mahir menggunakan barisan pedang roboh, maka permainan barisan pedang Loioa dan Losam menjadi kacau balau. Begitu menegakkan tubuh kedua tangan Kui-bo bergerak bersama, maka terdengar kedi a orang pengeroyoknya menjerit kaget, tahu tahu pedang mereka sudah direbut oleh Kui-bo Hun Hwi-nio
Serangan yang dilancarkan Kui-bo barusan adalah jurus Siang-liong-jut-hay (sepasang naga keluar laut) merupakan salah satu jurus tunggal ajaran murni Siau-lim-pay yang terdiri tujuh puluh dua jurus Kim-na-jm hoat. ilmn yang berhasil dipelajarinya dari Bu-bing Siansing di waktu Hwesio muda itu kepincut dan terpelet oleh mulut manisnya dulu. Berhasil merampas pedang lawan, sekali berputar arah dua pedang rampasannya segera ditimpukan kepada pemiliknya, belum lagi lenyap jeritan kaget kedua orang itu, pedang sndah tembus menusuk leher, jiwa melayang seketika. Hebat memang kepandaian Kui-bo Hun Hwi-nio, kecepatan gerak tubuhnya memang luar biasa, sebelum tubuh kedua korbannya roboh, mendadak dia uienggentak kedua lengan, gagang pedang berhasil dipegang, pedang tercabut terus diayun balik kebelakang, dua batang pedang sekaligus meluncur kebelakang mengincar Loji yang sedang merangkak bangun setelah terpukul mabur tadi.
Barn saja orang banyak kaget dan merasa ngeri, Loji sudah menjerit ngeri, darah pun muncrat, Loji atau orang kedua dari Tiam-jong sam-kiam tertembus dua batang pedang didada dan perutnya, tnbuhnya yang sudah mulai tegak berdiri terbanting roboh pula, hanya sekejap Tiam-jong sam-kiam sudah ajal ditangan Kui-bo.
Kematian empat orang beruntun ini lebih mengerikan dari korban yang jatuh lebih dulu, betapa cepat dan kejam serangan Kui-bo sungguh belum pernah ada selama ini, karuan sebagian besar jago-jago kosen itu menjadi patah semangat dan jeri, yang semula berkaok-kaok, karena ciut /
nyali nya seketika bungkam dan menyurut mundur. Hanya sekejap situasi telah berobah drastis, kepungan terhadap Kui-bo menjadi kendor dan terpencar, Sementara itu Cia Ing-kiat masih berdiri diatas gunungan dengan beberaoa jago kosen yang berusaha melindunginya, mereka menyaksikan dengan jelas apa yang barusan, terjadi.
Air empang itu semula ada setombak dalamnya setelah air empang terkuras kering, banyak orang sudah melompat turun didasar empang yang bentuknya hampir sebuah wajah raksasa. Kui-bo justru terkurung didasar empang yang licin itu,
Disaat kritis itulah mendadak terdengar jeritan kaget nyaring dianiara rombongan o-rang banyak menyusul dua bayangan orang melambung tinggi melampaui kepala orang banyak meluncur keiengah empang hingga tak jauh didepan Kui-bo, kedua orang ini ternyata Pak-to Sunseng yang berjubah longgar berkibar seorang lagi adalah Hun Lian. Pak-to Suseng tampak mercengkram urat nadi Hun Lian lengannya ditelikung dibelakang punggungnya, sementara tangan yang lain mengancam Toa cui-hiat ditengkuk Hun-Lian Orang banyak maklum bila Pak-to kerahkan tenaganya, tulang leher Hun Lian pasti ter-remas patah atau hancur, jiwanya takkan ter tolong lagi, kecrali Kui-bo Hun Hwi-nio sendiri yang tertegun kaget, orang banyak juga berdiri menjublek.
Begitu melompat turnn Pak-to Suseng dorong Hun Lian maju beberapa langkah pula lalu bentaknya beringas:.,Hun Hwl-nio masih berani kau mengganas?"
Tampak membesi hijau muka Kui-bo Hun hwi nio kulit mukanyatampak kedutan, ram butnya yang sudah nbanan tanmpak menggelembong seperti ditiup angin, sorot matanya memancaikan sinar buas dan penuh kebencian. jelas hatinya murka sekali
Kungfu Pak to Suseng amat tinggi, apa lagi dia tahu lawan sudah tidak memegang bumbung kumbang Kui-bo takkan mengancam jiwanya, dalam keadaan terjepit lagi, umpama /
Hun Hwi-nio memiliki kepandaian setinggi langit juga jangan harap mampu menjebol kepungan jago-jago silat sebanyak ini. Tapi melihat rona muka Kui bo yang bero-bah begini seram menakutkan, tak urung bergetar juga perasaan Pak- to Suseng disamping ngeri diapun merinding.
Sementara waktu kedua pihak berhenti bergerak, semua orang menunggu bagaimana reaksi Kui-bo setelah melihat putrinya dijadi kan sandera. Belasan jago yang berdiri diatas gunungan tambah waspada menjaga keselamatan Cia Ing-kiat, siaga dari sergapan Kui bo Hun Hwi nio yang bukan mustahil masih mengincar jiwa Cia Ing-kiat yang menjadi Mang ke adi perobahan situasi sehingga diri nya kini menjadi sasaran kemarahan orarg banyak.
Perobahan drastis ini tak pernah terbayaig oleh Hun Lian, bahwa ibunya menjadi sasaran kemarahan orang banyak menjadikan hati Hun Lian amat sedih sekali. Sebetulnya, menilai taraf Kungfu Hun Lian, betapapun Pak-to Suseng takkan mampu membekuknya sekali bergebrak, namun sejik me lihat Cia Ing-kiat muncul serta mengacungkan bumbung bambu berisi kumbang beracun tadi. rasa bencinya bukan kepalang sehingga dia kehilangan akal, apalagi ditatap pandang an Kui bo sang ibunda yang biasanya amat sayang kepadanya, terasa olehnya betapa gu sar ibunya, sehingga dia berdiri kebingungan disaat dia menjublek itulah Pak-to Suseng menyergap mencengkram pergelangan tangannya serta menyeretnya kehadapan Km b o
Mengawasi sang ibu, dilihatnya betapa gusar da penasaran serta berci sorot sang ibu. seperti diiris-iris hati Hun L an, sedih bukan main. teriaknya tertahan;" Ma."
Semula tatapan Kui-bo tampak murka jelilatan lagi, terasa oieh Hun Lian, kulit daging sendiri kedutan, tak tertahan air mata bercucuran.
Tapi jahe yang tua memang lebih pedas dalam sekejap ini sikap Kui-bo ternyata sudah wajar gejolak perasaanya sudah /
mered emosinya berhasil ditekan, rambut ubanan yang berdiri bergelombang tadi sudah menjuntai lemas, kini wajahnya malah tersenyum simpul, seolah-olah tiada terjadi sesuatu apa pun, terdengar dia berkata tawar, ,Pak to Suseng, bukankah kau terhitung jago kelas wa bid dalam Bulim?"
Merah jengah muka Pak-to Suseng mendengar olok-olok Kui bo, memang Fak-to Suseng juga tahu bahwa tindakannya hari ini memang tidak patut dipuji. Tapi dia juga sadar, keadaan ini harus tetap dipertahankan dan tidak boleh kendor, Kalau sedikit lena maka akibatnya akan fatal sekarang maupun kelak kemudian, untung jago-jago yang hadir semua membenci perempuan jalang ini, mereka tetap berdiri dipihaknya. Maka dia menyeringai dingin, jengeknya : "Ya, dibanding perbuatan kejimu yang licik itu, aku tetap lebih asor dari kau."
"Haha." Kui bo ngakak, "baiklah, kami ibu dan anak biar pulang saja ke Hiat-lui-kiong selanjutnya aku berjanji takkan menginjak Tionggoan lagi, bagaimana ?"
Kui-bo tabu situasi mcmojokan dirinya bertindak lunak, dia tahudirinya harus memberikan imbalan dan berkorban cukup besar maka sebelum orang mengajukan syarat dia sudah blak-blakan lebih dulu. Sudah tentu Pak to Suseng melengak dibuatnya. sebelum dia menjawab, di tengah kerumunan orang banyak seorang telah berteriak : "Jangan percya obrolan rase tua yang licin ini."
Sikap Kui bo Hun Hwi-nio tampak berubah kereng, serunya keras : "Pak-to Suseng, bagaimana pendapatmu T'
Pak-to Suseng menyeringai, katanya : "Menurut pendapatku, perbuatanmu yang terkutuk ini memang patut dihukum mampus"
Kui-bo Hun Hwi-nio keplok tangan beruntun tiga kali, serunya : .Baiklah, nenek tua ini tak mau menyerah secara percuma, hayolah siapa maju lebih dulu." /
Waktu Pak-to Suseng mencengkram Hun Lian dan dijadikan sandera d depan Kui-bo, orang banyak melihat jelas perobahan rona muka Kui bo. menandakan bahwa hatinya amst kaget, yakin dia ta'ckan berani bertindak, lagi, sungguh tak nyana dalam sekejap ini sikapnya telah berobah pula seperti tak tarjadi apa-apa. Pada hal Hun Lian dijadikan sandera didepan hidungnya, tapi sikapnya seperti tidak menyaksikan kejadian ini. Sambil keplok mulutnya berk&ok-kaok, mendadak tubuhnya melesat mir ng keatas. ditengah udara kedua kakinya menendang beruntun, betapa tangkas, enteng dan lincah gerakannya, terdengar "Duk, duk" dua kali, dua orang yang berdiri paling dekat telah kena tendangannya, ditengah rintihan lirih mereka, jiwa seketika melayang, namun jazadnya masih berdiri tidak bergerak. Sc-bat sekali Kui-bo Hun Hwi-nio telah ulur kedua tangannya pula mencengkram leher mereka "Krak, krak" dua kali suara pula, miang leher mereka telah dipelintirnya patah, sehingga kepalanya seperti mendadak amblas kedalam lehernya, karuan ke i taatnya disamping aneh dan mengerikan, juga seram menakutkan.
Meminjam daya tekanan Jiatas batok kepala kedua korbannya, kembali Kui-bo melambung keudara setinggi dua tombak, di e ngah udara tubuhnya bersalto beberapa kali, lalu meluncur kearah gunungan, yang dikembangkan memang Ginkang lihay, yaitu delapan belas jumpalitan ditengah mega).
Betapa cepat gerakan Kui-bo, hanya sekejap dua jiwa melayang lagi ditangan Kui-bo, begitu tubuhrya melenting miring dia meluncur keluar dari dasar empang, kecepatan gerak tubuhnya laksana hembusan angin puyuh saja, walau Pak-to Suseng membekuk
Hun Lian namun mengingat kedudukan dan gengsinya, apapun dia tidak berani membunuh Hun Lian, bahwasanya sikap Kui-bo seperti tidak ambil peduli, seolah olah tak terjadi apa-apa atas putrinya, maka Hun-Lianyang disandera tidak berguna lagi. Tampak ditengah jumpalitan tubuh Kui-bo, angin /
menderu laksana pusaran angin lesus, tubuh Kui-bo berputar jumpalitan membawa deru angin kencang, maka puluhan jago jago ko-scn itu segera menyongsong kedepan. Tapi gaya delapan belas kait jumpalitan ditengah mega ini tak mungkin dilatih sempurna tanpa membekal Lewekang tangguh, bila seseorang berhasil meyakinkan Ginkang ini, maka perbawanya sungguh luar biasa.
Maklum ilmu Ginkang yang satu ini dapat membuat orang meluncur kencang kedepan sambil bersalto, kecuali harus mengerahkan tenaga pernapa:an, kedua tangan juga harus memukul secara beruntun kc-bumi, meninju daya pantul pukulun telapak tanran sehingga tubuhnya terapnng tidak sampai melorot kebawah, setiap bersalto harus memukul dua kaki ketanah, maka Hoan hun ha cap-lak ciang (tiga puluh enam pukulan membalik mega) merupakan ilmu pukulan telapak tangan yang paling top didunia ini. Karena tepukan tangan yang gencar dan deras itulah sehingga jago-jago kosen yang berusaha mencegat dan menubruk maju tak mampu mendesak maju mendekati tubuh Kui bo, sehingga Kui-bo yang sudah bersalto berulang kali sambil meluncur kedepan itu sudah mendekati gunungan. Maka jago-jago kosen yang berada didasar empang berkaok-kaok mengejar keluar, namun gerakan mereka mana mampu mengejar Kui-bo"
Ada delapan belas jago silat yang berusaha mencegat aksi Kui-bo, namun semua gagal, sarupun tiada yang mampu m~nyen tuh ujung bajunya, melihat betapa lihay dan cepat permainan salto Kui bo Hun Hwi-nio meluruk kearah dirinya. Cia Ing-kiat sampai pesona dan goyah kedua lututnya, hampir saja dia terjungkal jatuh kebawah
Hanya sekejap jarak Kui-bo tinggal satu tombak dari gunungan, dua kali jumpalitan lagi orang pasti sudah menubruk tiba, maka terdengarlai jago-jago yang berjaga diatas gunungan membentak serempak, terutama be.itakat h /
am Siansing paling keras, di mana bayangan orang berkelebat, dia sudah mendahului memapak maju.
Tenaga pukulan Hoan - in sha-cap lak-ciang setiap pukulannya bertambah lebih kuat, maklum pukulan dilancarkan dari tengah udara, kalau tenaga pukulan tidak diperkeras, tubuh bisa melorot kebawab. maka pukulan yang bertambah kuat itu supaya tubuh meluncur secara datar. Saat mana Kui-bo sudah melontarkan tiga puluh pukulan, Ob-sam Siansing tahu betapa lihay tenaga pukulan lawan, namun kalau tidak segera memapak maju, bila Kui bo merebut naik keatas gunungan, bila Cia Ing-kiat lerbekuk oleb orang, entah derita apa yang bakal dialami berbagai pihak, maka sambil bersuit dia menerjang maju.
Betapa dahsyat tenaga Lwekang Oh sam Siansing, begitu menubruk maju dia sudah kerahkan setaker tenaganya, pada hal pukulan tiga puluh enam jurus membalik mega Kui-bo juga saatnya paling tangguh, tampak dua bayangan orang yang terapung setinggi delapan kaki saling terjang diudara, maka terjadilah ledakan keras laksana ledakan dua balon rnk asa, maka Oh saru Siansing dan Kui-bo tertolak balik dan anjlok kebawah.
Begitu kaki manyentuh bumi Oh-sam Siansing tak kuasa berdiri tegak, beruntun dia terhuyung delapan langkah, waktu mundur baru dua langkah, ada beberapa orang maju memapahnya, tapi daya mundur Oh-sam Siansing ternyata kuat sekali sehingga orang-orang yang memapahnya tak kuat berdiri an ikut terdorong jatuh terduduk, masih mending keadaan Oh-sam Siansing, orang-orang yang memapahnya itu ternyata pucat pasi, darah mengalir dari hidung dan kuping serta mulut, jelas mereka tergetar luka dalam.
Demikian juga Kui-bo Hun Hwi-nio,setelah kakinya menginjak bumi sekuatnya dia menahan badan, tapi hanya sekejap saja, menyusul dia terhuyung mundur tiga langkah. Hal ini membuktikan akhir dari adu pukulan kedua jago /
bangkotan ini, Kui bo berada diatas angin, sementara darah tampak merembes diujung mulut Oh-sam Siansing, jelas dia sudah terluka dalam yang cukup parah. Untung Kui-bo tidak merangsak lebih lanjut, bila ditambah sejurus serangan lagi jiwa Oh sam Siansing pasti amblas.
Sayang musuh terlalu banyak. Kui bo hanya berjuang mati- matian seorang diri, begitu dia teruiyung mundur beberapa orang sudah menyergap dari berbagai arah penyer-gap terdekat dan menyerang lebih dulu adalah dua orang kate yang bersenjata sebatang gada segi delapan.
Karena bertubuh kate dan buntak, kedua orang kembar ini menggelinding maju ke-belakang Kui bo. mendadak tubuhnya mencelat keatas sambil mengayun gada besinya, Bluk bluk" dua gada mereka dengan telak memukul tuiggung Kui bo, dari suara pukulan gadt beii itu, sehingga tubuh Kui bo tampak bergetar dan tersuruk maju beberapa langkah sambil menjerit keras mengerikan sambil menyelonong kedepan itulah tangannya meraih balik kebelalang, begitiu cepat cengkraman jari tangannya, dengan tepat kedua gada lawan berhasil ditangkapnya, me-nyusul tangannya menggencet turun kebawah kedua kate pemilik gada besi itu belum sempat membuang senjatanya, tahu-tahu Hun Hwi-nio sudah mengerahkan tenaga sehingga mereka tertekan turun ketanah.
"Bluk bluk' laksana bola raksasa ribuan kati yang jatuh dari angkasa, badan kedua orang kate ini tertekan turun menyentuh bumi sehingga tanah melesak dibagian bawah badan mereka, sementara tubuh buntak mereka seperti terbenam didalam bumi. tak mampu bergerak lagi, ternyata mereka dibanting mampus oleh Kui-bo Hun Hwi-nio.
Setelah adu pukulan dengan Oh-sam Siansing, hakikatnya Kui-bo "belum berdiri tegak tahu-tahu punggung terpukul telak oleh gada kedua kate buntak ini, namun hanya sekali raih dan tekan kedua pembokongnya ini sudah dibantingnya /
mampus dalam segebrak betapa hebat dan gagah perkasa tindakannya, sungguh mengerikan, saruan jago-jago kosen yan lain mengkirik nyalinya meski tahu keadaan Kui-bo Hun Hwi-nio juga pasti sudah payah, namun tampangnya yang beringas dengan tindakannya yang kejam membuat pecah nyali orang banyak.
Mendadak Kui-bo Hun Hwi-nio membalik badan, tampak kulit mukanya berkerut kedutan, kelihatannya seperti ingin tertawa besar, namun begitu dia membuka mulut yang keluar ternyata semburan darah segar. Seiring dengan semburan darah dari mulutnya, kakinya menjadi goyah hingga tubuhnya sempoyongan beberapa langkah, namun sekuatnya dia bertahan mengendalikan tubuh sehingga tidak terjungkal roboh.
Karuan jago-jago kosen yang mengepungnya bersorak girang, terutama Liong " bin Siangjin tarik suara berteriak: "Kui-bo, jangan kau memaksa diri, menyerah saja."
Dengan lengan bajunya Kui-bo Hun Hwi-nio menyeka noda darah diujung mulutnya, lalu terkekeh tawa besar serunya: "Majulah bersama, sebelum nenek tua ini ajal, aku pantang menyerah." jelas dia sudah terluka dalam yang cukup parah, namun masih keras kepala.
Pak-to Suseng sudah melepas cengkraman tangannya diurat nadi Hun Lian, lekas Hun-Lian menyikir orang-orang didepannya terus mendesak maju kedepan serta memburu kearah ibunya, langsung dipeluknya. Tapi Hun Hwi-nio menjengek sengit serta mendorong pergi Hun Lian, Hun Lian tertolak mundur selangkah sambil menjerit: "Ma."
"Jangan panggil aku ibu." hardik Hun-Hwi-nio beringas sadis, "Jikalau kau masih anggap aku ibumu, tak pantas kau serahkan bumbung milikku itu kepada orang lain."
Pandai berdebatpun Hun Lian tak mampu membela diri, apalagi dalam situasi yang mendesak begini, tiada kesempatan /
memberi pen jelasan kepada ibunya. Terpaksa dia celingukan, lalu menatap Cia Ing kiat yang dikerumuni orang banyak, sorot matanya dilembari rasa kebencian yang keliwat batas
Terdengar seorang berteriak dianiara kerumunan orang banyak: "Memberantas kejahatan harus tuntas, kalau sekarang tidak mengganyangnya, tunggu kapan lagi?"
Seruannya ini mendapat sambutan tampik sorak sorai, enam orang segera menerobos keluar, seorang yang menerjang paling depan bergaman golek besar berpunggung tebal, dengan deru angin kencang terayun diuda.a sebelum orangnya tiba.didepan Hun Hwi-nio, ro-lok berat dan tebal itu sudah diputar sekencang kitiran, hanya sekejap bayangan tubuh berpadu dengan sinar golok terus membacok batok kepala.
Hun Lian menghardik gusar, dimana tangannja bergerak, benang merah segera meluncur keluar dari bawah menggulung keatas , Tapi benang kecil lemas itu ternyata mampu menahan bacokan golak sebesar dan seberat itu, hingga golok itu seperti tertahan oleh daya pantul tenaga besar.
Kalau serangan golok disebe ah sini tertahan sejenak, sementara lima orang yang lain sudah menubruk tiba serempak menyerang kepada Hun hwi nio.
Dikeroyok oleh empat lawan yang menyerang dirinya sereaipaK, ternyata Hun hwi nio tetap berdiri diam tak bergerak, bahwasanya bukan dia ingin bergerak melawan, namun kenyataan dia sudah tidak mampu bergerak.
Ternyata setelah adu pukulan dahsyat dengan Oh sam Siansiug, walau diapun terluka parah, tapi bila dia mendapat kesempatan setengah jam untuk bersamadi menyembuhkan diri, dengan ketangguhan Lwekangnya luka lukanya bisa sembuh dan sehat dalam sekejap mata. Sayang baru saja dia terluka dalam, punggungnya sudah dipukul gada pula oleh /
kedua kate kembar tadi. Walau saudara lembar katepun berhasil dibunuhnya, tapi luka dalamnya bertambah parah, jangan kata melawan, tenaga angkat tanganpun sudah tidak mampu dilakukan lagi.
Bagi pesilat ke as tinggi yang meyakinkan Lwekarg tingkat tinggi paling pantang dalam kondisi seperti yang dialami Kui-bo Hun hwi nio sekarang, apalagi tokoh selihay Kui-bo. keadaan yang payah ini seketika terlihat oleh orang banyak karena keadaan yang dialami Kui-tio sekarang adalah Jau-bwe-jip-mo hawa murni dalam tubuhnya tidak lagi berjalan normal sehingga menimbulkan kelumpuhan total disekujur badan. Kecuali terjadi suatu keajaiban, seluruh urat nadi dalam tubuhnya yang buntu berhasil dijebol sehingga hawa murni berjalan lancar kembli seperti biasa, kalau keadaan makin parah, jelas selama hidup dia akan menjadi seorang tanpa daksa.
Untunglah jago jago kosen yang mengepungnya tidak bertindak lebih jauh, dari luari kalangan meidsdak Hun Lian berteriak: ,Ma." sambil menarikan benang merah ditanganya, tiga senjata musuh berhasil disampuknya jatuh, nanun tak urung sebatang pedang masih menyelonong kedepan "Bles" ujung sedang menusuk amblas pundak kanan Kui-bo.
Betapa tangguh kepandaian Kui-bo, akhirnya juga terjungkal olen keroyokan jago-jago lihay itu, apalagi Hun Lian . Melihat ibunya terfuka, karuan hatinya amat gugup, sedikit lena tiga jago dari Bu-tong-pay telah mencegat dan melibatnya dalam serangan gencar bingga tak sempat dia menyerbu ke sana membela ibunya
Sementara itu, jago Kocg tong-pay yang bersenjata pedang setelah menusuk luka pun-dak Kui-bo, pedangnya kini menyerang pula menusuk keulu hatinya. Untunglah pada saat itu karena lemah dan lunglai Kui bo meloso jatuh terduduk sehingga tusukan pedang itu menceng, namun ahli pedang ini juga seorang lihay, mendadak pedangnya bergetar turun serta /
meringis miring kepinggir jelas kali ini Kui-bo takkan mampu menyelamatkan diri pula, lehernya terancam babatan pedang lawan.
Untunglah disaat gawat itu, mendadak kumandang paduan suara orang holobis kun-tul baris yang mendatangi dengan cepat, bukan saja cepat suara holobis kuntul baris itupun keras dan berisi sehingga jago-jago silat yang lagi bersitegang leher itu melengak kaget dan heran, menyusul sebuah lengking suitan panjang bergema mengalun tinggi memekak telinga, maka tampak delapan lelaki memikul tandu sedang berlari kencang bagai terbang. Begitu dekat delapan pemikul tandu itu beriompat serempak keudara, disaat tandu terapung itulah. dari dalam tandu mendadak melesat bayangan seorang menukik turun kebawah, begitu cepat gerakan orang ini, sebelum orang banyak melihat jelas, orang itu sudah hinggap disamping Kui-bo serta ulur Sebelah tangannya, dengan telak dia menjepit ujung pedang jago Kong-tong-pay yang membabat leher Kui bo, ,.Ampunilah dia." lenyap suaranya tandu itu pun sudah meluncur turun di tengah arena. Tepat sekali tubuh Kui bo ternyata terkurung di dalam tandu, betapa cepat, cekatan dan tepat gerak gerik delapan orang ini, sungguh menakjupkan sekali.
Melihat tandu besar ini muncul, orang banyak sudah tahu yang datang adalah Liong bun Pantcu. Tapi sejauh ini belum pernah ada orang melihat jelas bagaimana tampang Liong bun Pangcu sesungguhnya, kini mereka melihat penolong Kui-bo yang menjepit pe dang jago Kong-tong-pay itu ternyata adalah seorang laki-laki tinggi besar berkulit putih bola mata biru, hidung besar seperti betet. rambutnya merah, demikian pula bulu badannya juga merah emas. kapan jago-jago silat yang hadir pernah melihac tampang manusia seaneh ini, karuan semua menyurut kaget sambil terbeliak heran.
Jago Kong-tong-pay yang menyerang Kui-bo dengan pedang itu adalah Lu Gun-pui Lulo enghiong yang bertempat /
tinggal di kota Kilin dalam wilayah Sioatang sebagai ahli pedang namanya sudah menggetarkan dunia persilatan, tapi begitu anjlok turun Liong bun Pangcu berhasil menjepit ujing pedangnya, Lu Gun-pui sudah kerahkan se-taker tenaga menarik pedang, tapi lawan tetap berdiri santai seperti tidak mengerahkan tenaga sedikitpun, namun jago pedang ini tak berhasil malah selebar mukanya merah padam. Untunglah sebelum dia kerahkan sisa tenaganya menarik lagi, Liong-bun Pangcu sudah melepas jepitan tangannya sambil mendorong ujung pedang, katanya : "Simpanlah pedangmu."
Karuan Lu Ban-pul melengak dan terbelalak, bagi orang lain yang menyaksikan tampak Liong bun Pangcu hanya me dorong perlahan ujung pedang yang dijepit kedua jarinya, pada hal Lu Gun-pui masih kerahkan tenaga meski tidak sekuatnya menarik pedang, seketika dia rasakan segulung tenaga besar menerjang dirinya, untunglah hanya tenaga ltnaic, meski dia terhuyung tapi tidak, sampai terjungkal jatuh, namun sebagai jago kosen dia insyaf bahwa lawan menaruh belas-, kasihan kepada dirinya, kalau orang bermaksud kej , kalau tidak mampus oleh getaran tenaga lawan, tentu dirinya sudah terluka dalam yang parah.
Apapun Lu Gun-pui adalah jago kawak-an yang berpengalaman luas, mengingat dtrl sendiri tidak kecundang, pada hal sekian banyak jago yang hadir, hanya dirinya saja yang mampu mulukai Kui-bo, hal ini rasanya patut dibanggakan, mata sambil ngakak segera dia mundur seraya menyarungkan pedang.
Liong-bun Pangcu menjura keempat penjuru, serunya : "Cayhe Liong-bun Pangcu datang dan laut kutub utara." lalu dia menuding ke arah tandu serta menyambung : "Kui bo Hun Hwi nio sudah Jay-hwe- jip-mohon kalian tidak mendesak dan mempersulit dirinya lagi ?"
Delapan pemikul tandu segera siap memikul tandu pula /
Dalam pada itu Oh sam Siansing masih bersemadi menyembuhkan luka dalam, tiga jago kosen bersimpuh dibelakangnya. setiap Orang ulur telapak tangannya mendempel pinggang pinggir, punggung dan dada, agaknya mereka sedang bantu menyembuhkan luka-lukanya dengan menyalurkan teniga murni kedalam tubuh On sam Siansing. Maka pandangan para jago tertuju k arah Pak-to Suseng.
Dengan dingin Pak to Suseng berkata : "Belum pernah kami dengar bahwa Liong bun-pang berserikat atau punya hubungan apapun dengan Hiat-Iui-kiong bukan?" sindiran yang lihay, secara tidak langsung dia tanya berdasar apa dia berani turut campur dan menolong Kui-bo.
Sekilas Liong-bong Panecu meiirik Hui Lian yang berdiri disamping sambil menunduk, tubuhnya tampak gemetar, maka bola, matanya yang biru itu seketika memancar terang, katanya: "Aku adalah sahabat baik nona Hun, kumohon kalian sudi membebaskan ibunya."
Berkerut alis Pak-to Suseng, sudah tentu dia tahu bahwa Kui-bo Hun Hwi nio memang sudah lumpuh karena tidak mampu menangkis atau balas menyerang, untuk selanjutnya jelas tidak akan mampu berbuat jahat lagi, kejadian masa lalu biarlah anggap selesai sampai di sini. sebagai orang yang terpandang d antara sekian jago jago yang hadir, yakin dirinya dapat mengambil keputusan mutlak, sekaligus mengulur tali persahabatan dengan Liong-bun Pangcu
Disaat Pak-to Suseng menepekur itulah, mendadak didengarnya Cia Jng-kiat berteriak: "Tidak boleh, Kui bo yang laknat itu harus dimampuskau, demikian pula marusia bulu emas inipun jangan dibiarkan pergi."
Padahal kungfu setiap hadirin semua lebih tinggi dari Cia Ing-kiat, meski mereka tidak pandang sebelah mata padanya, namun mendengar teriakannya, serempak menoleh kesana Tapi otak Oa Ing-kiat cukup cerdik dia tahu bahwa seruannya tidak diindahkan, karuan hatinya tambah geram, segera /
dengan kedua tangan dia angkat bumbung kumbang diatas kepala serunya pula dengan beringas: "Siapa tidak tunduk kepadaku, biarlah jiwanya melayang."
Melihat bumbung kumbang ditangan Cia log-kiat itu, baru hadirin terbelalak kaget dan menggeram gusar. Liong.bin Siangjin tak jauh didepan Cia Ing-kiat segera dia mem-bentak:"Jangan petingkah." sebat sekail sebelah tangannya terulur mencengkram ke urat nadi pergelangan tangan Cia Ing kiat, sec ra tidak terduga dia hendak merampas bumbung kumbang ditangan Cia Ing-kiat, Tapi Cia Ing kiat tahu diri. kepandaiannya rendah, tidak gampang mengendalikan jago-jago kosen sebanyak ini, maka dia sudah mempersiapkan diri, setelah berteriak tadi, segera dia menggeser kaki pindah kedudukan, karuan cengkraman Liong-bin Siang jin mengenai tempat kosong tangkas sekali Cia Ing-kiat sudah menyingkir setombak jauhnya, lalu berteriak pula lebih beringas:"Siapa berani mendekati aku biar kubuka tutup bumbung ini", otot hijau dijidatnya tampak merongkol keluar, tampang nya tampak seram dan buas. orang banyak tahu bahwa ancaman bukan main-main, karuan hadirin beradu pandang tanpa bergerak tiada yang berani bertindak.
Pak to Suseng maju beberapa langkah katanya:,,Cia-sau-cengcu. Kau bantu- kami membebaskan bencana besar ini, kita amat berterima kasih kepadamu, lekas serahkan bumbung itu kepadaku, kami pasti menepati janji itu kepadamu."
"Jangan cerewet.'" sentak Cia Ing-kiat, "dalam waktu setengah jam. kalian harus bunuh mahluk merah ini."
Karuan Pak to Suseng tertegun, dilihatnya jari jari Cia Ing kiat sudah bergerak membuka sumbat bumbung bambu hijau itu. meski hanya sekejap sumbat bumbung itu ditutupkan kembali, namun terdengarlah dua suara mendegung terbang diudara, ternyata ada dua ekor kumbang beracun sempat lolos dari dalam bumbung terbang diudara. /
Jago jago kosen itu seluruhnya sudah terkena ulat beracun, waktu di Hiat lui kiong tempo hari mereka jugi sudan saksikan sendiri betapa mengerikan akibat seorang yang terkena sengat kumbang beracun ini. Begitu melihat dua ekor kumbang lolos terbang, karuan semua berteriak kaget dan berobah air mukanya, seperti menghadapi duniak amat layaknya' yang berpikir jernih beramal me-lompat menyingkir, tapi ada pula yang terpesona dilemparnya tanpa bergerak.
Baru saji Cia Ing kiat merasa senang dan puas, mendadak didengarnya suara hardikan nyaring, tampak Hui Lian melompat tinggi keudara, berbareng benang merah di tangannya berputar melingkar diudura, dengan iecutan yang tepak dan linay "Tar, tar*' dua kail, kumbang yang lagi terbang satu lingkar itu berhasil dipukulnya mampus dengan benang merah.
Kedua kumbang tadi sudah terbang di-atas kepala dua jago, jaraknya tinggal dua kaki saja, untunglah Hun Lian bertindak cepat, bila kedua kumbang hitam itu terpukul jatuh didepan kaki kedua jago kosen itu, tampak tubuh mereka menggigil, keringat gemerobios, muka pucat.
Agaknya tindakan Hun Lian diluar dugaan Cia Ing kiat melihat kedua ekor kumbang itn terpukul mampus, sesaat dia melengong, maka didengarnya Pak-to Suseng dan Liong-bun Siangjin berseru bersama: "Cia sau ceng-cu, persoalan bisa dirundingkan, harap kau tidak bertindak semberono."
Maklum meski hanya dua ekor kumbang, tapi jiwa semua jago yang hadir boleh di kata terancam elmaut meski Hun Lian berhasil menyelamatkan jiwa mereka.tapi bila Cia lng-kiat naik pitam dan nekad melepas seluruh kumbang yang berada dida ain bambu itu, kalau dua ekor masih berhasil dibnnuh oleh benang merah Hun Lian, kalau jumlahnya banyak, jelas orang banyakpun sukar memberantasnya dalam waktu singkat, beberapa jiwa pasti berkorban. Apa yang diteriakan Pak-to Suseng dan Liong-bin Siangjin juga terpikir dalam benak orang /
banyak, namun perasaan mereka tidak setenang kedua orang ini, sehingga tak kuasa bersuara.
Melihat Hun Lian membunuh kedua kumbang beracun itu. disamping kaget, Cia Ing-kiat juga amat gusar, mendengar teriakan Pak-to Suseng dan Liong bun Siangjin lagi, dia tahu orang banyak masih jeri kepadanya, baru saja dia buka mulut, mendadak didengarnya. Hun Lian menghardik sekali lagi, bayangan berkelebat- sementara benang merah juga melingkar-lingkar diudara menungkrup kepalanya.
Benang merah Hun Lian pernah putns hampir separo waktu berkelahi melawan Lui-Ang-ing di Hiat-lui kiong tempo hari, tapi panjangnya masih ada setombak lebih, memangnya mahir bermain laso. Maka permainan benang merah Hun Lian juga amat menak-jupkan. gemuruh deru anginnya membingungkan Cia Ing kiat, seperti sebuah payung merah terbang dia as kepalanya dan hampir menindih dirinya.
Mendadak Cia Ing-kiat berteriak aneh, sambil menarik napas mengerahkan hawa murni, mendadak dia menjejak kaki, tubuhnya jungkir balik kebelakang, tapi disaat tubuhnya terapung itulah "Cret" benang merah Hun Lian mendadak telah membelit perge-langan tangannya.
Tenaga yang digunakan Hun Lian diujung benang masnya lunak dan kuat begitu pergelangan tangan te lilit benang merah, kontan Cia Ing-kiat rasakan seluruh lengannya lemas lunglai, tanpa kuasa kelima jarinya membuka hingga kumbang yang dipegangnya terlepas dari pegangan dan jatuh ketanah. kembari hadirin menjerit kaget dan kuatir. Untunglah gerak-gerik Hun Lian sebat luar biasa, baru saja bumbung itu melayang jatuh, tubuhnya yang masih terapung diudara mendadak anjlok kebawah seraya menyendal pergelangan ujung benang merahnya selincan ular sakti mendadak melepas lilitan diperga-langan tangan Cia Ing-kiat terus menyambar, tubub dan melilit bumbung itu, kembali dia menyendal tangan /
maka bumbung itu mencelat naik keatas, sekali raih dia berhasil menangkapnya.
Sudah tentu gusar dan penasaran Cia Ing-kiat bukan kepalang, bahwa Hun Lian merampas bumbung itu dari tangannya, sekaligus juga merampas segala harapannya pula, sekilas terbayang olehnya waktu dirinya berhasil mengambil Po-tiok-pit-kip dari tembok benteng Kim-hou po dulu. buku ajaran silat itupun terampas oleh benang merah yang dilakukan oleh Hun Lian, dendam lama bertambah sakit hati didepan mata, karuan amarah Cia Ing-kiat tak terbendung lagi, lekas dia melompat mundur lalu berdiri di atas gunungan.
Dalam pada itu, setelah memegang bumbung, tubuh Hun Lian masih terapung di udara dan sedang melayang turun. Mendadak Cia Ing-kiat memekik panjang, dua kakinya memancal. tubuhnya lantas menerkam turun, di tengah udara dia mencabut sebilah golok pendek langsung menusuk dada Hun Lian. Maksud tujuan Cia Ing kiat saat itu boleh dikata teramat jahat dan keji dia tau, kungfu sendiri bukan tandingan Hun Lian. maka dia nekad menyerang secara membabi buta dengan harapan Hun Lian akan ayun cambuknya menghajar dirinya yang masih terapung diudara. Sudah terteka dalam perhitungannya, bila Hun Lian balas menyerang, bambu yang terbelit diujung benang cambuk merah itu pasti akan jatuh, itu berarti bumbung itu akan pecah beramatan, sementara ratusan kumbang beracun yang terisi dida lin bumbung akan terbang bebas, jago kosen sebanyak ini seluruhnya akan terenggut jiwanya.
Bila pikiran manusia dihinggapi maksud jahat, maka mimik wajahnya akan berobah beringas dan seram. Demikianlah keadaan Cia Ing-kiat saat ini. Tindakannya ini di luar dugaan oiang banyak, gerakannya tangkas dan cepat lagi apalagi orang banyak tadi melompat mundur agak jauh, untuk mencegah perbuatan Cia Ing kiat tak keburu lagi Sementara /
Hun Lian sedang melorot turun, tampak sinar putih berkelebat meny rang dada, karuan dia berteriak ngeri : "Tolong aku."
Sebat sekali dia membalik tangan, maka bumbung diujung benang cambuknya tersendal terbang kedepan, menyusul ujung cambuknya terayun pula kedepan dengan lingkaran yang membulat sehingga golok pendek Cia Ing-kiat tergulung benang dan tersendal lepas dari pegangan.
Langkah Hun Lian jelas diluar dugaan Cia Ing-kiat, namun daya luncur tusukannya memang keras sekali, meski golok pendek tergulung lepas oleh benang cambuk lawan, namun Ing-kiat sudah tak kuasa mengendalikan luncuran tubuhnya lagi, lekas dia menepuk balik dengan telapak tangan, namun sebelum tepukan telapak tangan mengenai sasaran, ujung benang cambuk Hun Lian sudah menghajar punggungnya, "Tar" sakitnya bukan main hingga Ing-kiat menggembor keras. Pada saat itulah didengarnya suitan keras panjang, bayangan merah berkelebat dan jumpalitan turun hinggap dita-nah, tampak tangannya sudah memegang bumbung kumbang itu, siapa lagi kalau bukan Liong-bun Pangcu.
Jarak Liong-bun Pangcu memang paling dekat, mendengar teriakan Hun Lian, melihat bumbung itu melesat terbang lagi, maka Liong-bun Pangcu segera bertindak, satu kaki
Sebelum bumbung itu membentur gunungan, Liong bun Pangcu keburu ulur tangan menangkapnya, sekali jumpalitan pula dia sudah melompat balik ketempat semula.
Segala perobahan terjadi dalam waktu singkat dan tak terduga, karuan orang banyak berdiri menjublek dengan lemas.
Tubrukan Cia Ing-kiat tadi jelas bermaksud adu jiwa. dua kali permainan cambuk Hun Lian lupa bukan pertunjukan yang menakjubkan, namun karena bumbung kum-bang itulah sehingga seluruh hadirin berdiri pesona dan tegang, perasaan mereka seperti bergantung diudara dan sembarang waktu, /
bisa terjungkal mampus saja, setelah bumbung itu jatuh ditangan Liong-bun Pangcu baru mereka menghela napas lega. Tapi rasa lega inipun hanya sekejap saja karena mereka insaf, dari pada ditangan Liong-bun Pang cu yang lihay dan tangguh, lebih baik bumbung itu tetap berada ditangan Cia Ing-kiat yang lugu. cetek pengalaman dan rendah kepandaiannya, lalu siapa diantara jago - jago yang badir mampu merebut bumbung itu dari tangan Liong bun Pangcu" Mengingat keselamatan jiwa mereka masih terancam juga maka jantung mereka dag dig dug tidak tentram, namun suasana justru sepi lengang.
Hun Lian juga insaf betapa genting situasi yang dihadapinya ini, bila salah langkah bencana besar bakal menimpa seluruh insan persilatan umumnya, maka sekuatnya dia tenangkan diri, katanya : "Pangcu, bumbung kumbang yang mengancam jiwa orang ini tolong di hancurkan saja."
Liong bun Pangcu melengak, katanya : " Bumbung ini dapat membantu kau, seluruh jago-jago silat yang hadir di sini akan tunduk oleh perintahmu, kau tega memusnahkan bumbung ini"
Hun Lian tertawa ewa. katanya : ,,Siapa ingin menguasai mereka"'
"Bagus' spontan Liong bun Pangeu berseru memuji. Mendadak dia membanting kaki kanan , Duk , bila dia angkat pula kaki kanannya, tanah di mana barusan kakinya menginjak telah berlobang sedalam satu kaki lebih, segera dia lempar bumbung di tangannya kedalam lobang, dengan ujung kaki lalu dia menguruk lobang itu dengan batu dan tanah, lalu diinjak injak serta diratakannya.
Baru sekarang orang banyak menghela napas lega. separo diantaranya sudah mandi keringat saking tegang. Bila angin pegunungan menghembus lalu, baru mereka sadar karena kedinginan. Dibawah pimpinan Pak to Suseng, beberapa jago kosen segera menimbun" mau kearah Hun Lian serta menjura /
kepadanya, kaianva : .Nona Hun, budi kebaikanmu takkan kami lupakan selama hidup."
Hun Lian tersipu-sipu, katanya : "Mohon kalian tidak: mempersulit ibuku saja.'
Liong bin Siangjin menghela napas, ujarnya : "Permusuhan ini sudah tentu tuntas sampai di sini. Nona Hun. bila kelak kau me-merlukan bantuan kami, tolong beri kabar Saja." sebetulnya ucapan Liong bin Siangjin hanya basa basi belaka, maklum dalam keadaan seperti itu adalah logis kalau dia menyampaikan pernyataan itu sebagai tanda terima kasih.
Tak nyana Liong bun Pangdu yang berada d sebelahnya justru serius, katanya keras: "Bila nona Hun ingin bantuan orang lain, sudah jelas akulah yang akan melakukan."


Tugas Rahasia Karya Gan K H di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Dalam waktu singkat orang banyak tidak tahu apa maksud perkataan Liong bun Pangcu, semua menatapnya dengan heran. Tampak Liong-bun Pangcu membalik setengah badan, pertama .dia menegakkan badan lalu menekuk pinggang membungkuk sembilan puluh derajat sambil meltntangan tangan didepan dada lalu diturunkan keluar, bila dia berdiri tegak pula sebelan tangannya sudah menggandeng lengan Hun Lian.
Sudah tentu orang banyak tidak tahu cara penghormatan sesuai adat orang barat, semua memandang tergolong dan berkecek mulut, sementara Hun Lian menunduk malu dengan muka jengah, namun orang banyak tahu betapa lega, riang dan senang hatinya.
Sambil menggandeng lengan Hun Lian. Liong bun Pangcu maju beberapa langkah lalu mengulap tangan, delapan pemikul tandu serempak bergerak maju kedepan, tetap meng gandeng lengan Hun Lian, Liong-bun Pangcu bergerak disebelah belakang, hanya sekejab bayangan mereka sudah lenyap diluar benteng. /
Perlahan Cia Ing-kiat meronta berdiri, semula dia kira orang banyak akan menghajar dirinya, dengan rasa kaget, gusar dan takut dia mengawasi orang-orang di sekitarnya tubuhnya tampak menggigil.
Diluar dugaan orang banyak tiada yang menghiraukan diri, seolah olah mereka tidak melihat kehadiran dirinya ditengah mereka, setelah hati merasa lega, ramailah percakapan mereka, sesama teman ngobrol serta beranjak pergi dengan bergandeng tangan, ada juga yang lewat didepan Cia Ing-kiat, mereka hanya melirik dengan pandangan hina, karuan malu dan dongkol Cia Ing-kiat bukan main, kalau ada lobang mungkin dia sudah lari sembunyi, hanya sekejap jago jago kosen itu sudah meninggalkan Kim-hou po.
Cia Ing-kiat masih terlongong sekian lamanya, keringat membasahi sekujur badan sesaat !agi baru dia mendengar seruan Bu-bing Siansing dari bawah kaca kristal : "Apa kah orang-orang itu sudah pergi?"
Sekilas Cia Ing-kiat melirik kebawah serta menegakkan badan tanpa bersuara, maka Bu-bing Siansing berkata pula ' "Keluar kan kami, kalau kau ingin mengusai Kim-hou po, akan kuserahkan benteng ini kepadamu, bagaimana?"
Bergetar badan Cia Ing-kiat mendengar tawaran ini, didengarnya Bu-bing Siansing berkata pula : "Seluruh penghnni Kim-hou-po pergi secara tergesa-gesa, pasti tidak sedikit harta benda yang masih ketinggalan, kau hanya kerja sambil lalu saja, hasilnyapnn besar, kenapa tidak lekas kau lakukan permintaanku?"
Perlahan Cia Ing-kiat mendekati pinggir empang la!u melongok kebewah, dilihatnya Bu-bing Siansing sedang mendongak kearas di bawah kaca kristal, Cia Ing-kiat hanya tersenyum getir, maklum dia tahu kepandaian sendiri rendah, Lwekang masih cetek, umpama bersuara juga takkan terdengar dari bawah, maka dia hanya menjawab dengan gerakan tangan. /
Agaknya Bu-bing Siansing tahu maksudnya, segera dia berkata : "Masuklah dari pintu kecil yang terletak ditembok benteng sebelah barat, geserlah meja bundar kekanan lelu tarik kebelakang, mulut lorong akan terbuka dibawah dipan, masuklah kedalam lorong itu sejauh dua puluh tombak kau akan dihadang dua daon pintu besar dan tebal, di atas pinru dipasang palang balok besar, cukup asal kau turunkan palang pintu itu, kami akan bisa keluar.'
Cia Ing hiat manggut - manggut tanda mengerti, namun dia masih berdiri menjublek sekian lamanya, baru perlahan membalik badan, langkahnya lambat dan lemas tak bersemangat.
Keadaan dalam benteng sudah cukup apal bagi Cia Ing-kiat yang pernah menetap beberapa hari di Kim hou-po, kedatangannya tempo hari dengan semangat besar demi memikul tugas rahasia yang dibebankan kepada dirinya oleh sang ayah, kedatangannya menempuh bahaya, kalau tempo hari keadaan dalam benteng dalam suasana hening tenang, demikian pula sekarang cuma bedanya sekarang hanya dirinya seorang, maka sukar dia melukiskan bagaimana perasaan hatinya. Rencana semalam yang muluk-muluk ternyata gagal total, untung jago-jago kosen itu anggap sepele dirinya, kalau tidak tentu dirinya sudah diganyang dan dihajar habis habisan Sekarang dia masih hidup tanpa kurang suatu apa namun dipandang dan dilirik sehina itu, sungguh hatinya meidelu dan sedih.
Meski perlahan namun akhirnya dia tiba didepan pintu yang ditunjuk oleh Bu-bing Siansing, dia bekerja sesuai petunjuk, setelah memasuki lorong gelap, dia memang dihadang sepasang pintu marmer besar dan tebal, pintu marmer yang dihiasi ukiran emas ini memang dipalang sebuah balik besar, tak heran dengan kemampuan Bu bing Siansing yang luar biasa tak mampu menjebol pintu berat ini serta lolos keluar. /
Agaknya Ba-bing Siansing sudnh tak sabar menunggu dibelakang pintu, begitu mendengar langkah kakinya segera berterink dari dalam: "Betul tidak dipalang pintu besar" Apa kau kuat menurunkannya?"
Perlahan Cia Ing-kiat mendekat serta berkata kalem : "Ya, akan kucoba," dengan kedua tangan dia kerahkan seluruh tenaga mengankat ujung sebelah palang pintu itu, ditengah bentakannya yang bergema d dalam lorong, balok besar itu hanya terangkat setengah lalu jatuh dltempatnya pula hingga mengeluarkan suara gemuruh, percobaan Cia Ing-kiat yang pertama ternyata gagal, diluar dugaannya, balok kayu besi ini ternyata berat luar biasa, maka dia beristirahat sejenak menentramkan napas sambil menghimpun tenaga, setelah yakin tenaganya terkerahkan dia berjongkok pasang kuda-kuda, kedua tangan menyanggah keatas, kembali dia membentak sambil mendorong keatas, begitu palang pintu terangkat dia menggeser langkah lalu melompat pergi, maka palang pintu besar itupun jatuh menggelegar menimbulkan getaran dahsyat di dalam lorong, mendadadak Cia Ing-kiat bergelak tawa.
Ditengah gelak tawa Cia Ing-kiat itulah perlahan daon pintu besar itu tedorong terbuka, Bu-bing Siansing melangkah keluar bersama Lui Ang-ing, Cia Ing-kiat masih terus ber gelak tawa sambil melangkah pergi.
Bu-bing Siansing memburu maju seraya berseru : , Kau sudah menolong kami keluar, kecuali Kim hou-po, imbalan apa pula yang masih kau inginkan, boleh kau katakan saja"
Cia Ing-kiat berhenti sambil membalik perlahan, tawanya berhenti, sejenak dia menatap kedua orang ini, lalu berkata : "Apapun tidak kuinginkan"
Berkerut alis Lui Ang-ing, katanya : .Jangan sungkan, katakan aaja apa kehendak mu " /
Cia Ing kiat membusung dada serta angkat kepala, katanya : "Lui-sau-pocu, sebagai pemilik benteng ini, pasti kau masih ingat bagaimana keadaan di Kim hoj-po tempo hari" Seluruh penghuni benteng ini hidup dalam suasana tenang tentram, tiada hasrat atau punya keinginan, hidup bersahaja dalam keheningan, begitulah keadaanku, sekarang, aku ingin hidup seperti mereka dulu."
Lui Ang mg melengak, katanya : ,,Apa kau masih ingin kelana di Kangouw ..."
Belum habis Lui Ang-ing bicara, Cia ing-kiat sudah mengulap tangan, katanya : "Tidak, jikalau ada orang ingin membalas kepadaku, sejak tadi aku sudah mampus ditangan mereka." lalu dia melangkah keluar benteng.
Bila Lui Ang-ing dan Bu-bing Siansing juga beranjak keluar dari Kim-hou-po, hari sudah menjelang magrib, tampak Cia Ing-kiat masih berdiri diianah tandus dikejauhan sana, berdiri kaku melamun ditelan tabir malam.
Sejak peristiwa itu, Kim-pou po akan terbuka untuk umum, siapa pun boleh keluar masuk secara bebas, namun sikap Cia Ing-kiat, justru mendambakan kehidupan yang tentram seperti orang orang yang terbelenggu didalam Kim-hou-po, apa yang terjadi di-dunia ini, seolah-olah sudah tiada sangkut pautnya dengan dirinya lagi.
TAMAT ---ooo0dw0ooo-- / Naga Kemala Putih 2 Nona Berbunga Hijau ( Kun Lun Hiap Kek ) Karya Kho Ping Hoo Bukit Pemakan Manusia 22
^