Hong Lui Bun 14
Hong Lui Bun Karya Khu Lung Bagian 14
waktu dekat pihak Hong-lul-pang masih belum terancam
secara fatal, namun untuk bertahan selamanya diposisi yang
lebih menguntungkan jelas tidak mungkin, apa lagi mereka
harus melindungi orang-orang yang sudah keracunan, balas
menyerang juga serba susah.
Dalam pada itu Gin-ji-tay-beng dengan Hong Kiat sudah
berhantam dua ratus jurus, tenaga kedua belah pihak sudah
hampir ludes, bola mata mendelik bunder, keduanya saling
melotot dengan langkah berat maju setindak demi setindak.
Mendadak Gin-ji-tay-beng menggeram rendah, tenaga
terakhir dia kerahkan dikedua tangan terus menggempur
kedepan, Gumpalan angin pukulan memang menerpa, tapi
kekuatannya sudah jauh berkurang. Hong Kiat juga kertak
gigi, kedua tangan terangkat lurus didepan dada, dari pusar
dia kerahkan sisa tenaganya memapak pukulan lawan-\
"Blang" dua kekuatan beradu.
Kim-kong-ci Hong Kiat terg entak mundur pula tiga
langkah, tubuhnya sempoyongan, tenggorokan terasa anyir,
meski sekuatnya dia menahannya supaya tidak tumpah, tapi
darah tetap meleleh dari ujung mulut, jelas luka-lukanya
tambah parah. Giniji-tay-beng hanya tergentak selangkah, namun darah
bergolak didadanya, matapun berkunang-kunang. Ternyata
kedua musuh ini masih belum kapok, sudah selemah itu
kondisi mereka, tapi masih belum ada yang mau kalah dan
mengakhiri pertarungan adu jiwa ini. Dengan langkah berat
limbung kembali mereka maju selangkah dua langkah akhirnya
berhadapan pula dalam jarak dekat.
Tembakan-tembakan dari sebelah kanan sudah bungkam,
Jian-li-tok-heng dan Kim-ji-tay-beng mendengar pertempuran
ditengah arena bertambah kalut, maka mereka menduga Yuling
Kongcu mengabaikan bedil-bedil, mereka terjun ketengah
arena. Secepatnya mereka menghancurkan bedil rampasan,
lalu meluruk kehutan sebelah kanan. Bedil-bedil yang
ditinggalkan, mereka hancurkan pula, terus terjun ketengah
gelanggang.. Tang-ling-sin-kun sudah mengembangkan Hek-sat-ciang
pada tingkat paling tinggi, bau amis mengarungi seluruh
gelanggang pertempuran, Gin-ji--ay-beng sedang mengadu
kekuatan terakhir dengan Hong Kiat, keadaannya sudah
benar-benar lemah kehabisan tenaga, mana dia sempat
perhatikan keadaan sekelilingnya, kebetulan dia berdiri diposisi
bawah jadi menghadap kearah datangnya angin
Sekilas dia tarik napas, hawa racunpun disedotnya cukup
banyak, kontan badannya limbung dan tersaruk jatuh ditanah.
Kim-kong-ci Hong Kiat mengira ada peluang, mendadak dia
menghimpun tenaga dan semangat, maju dua langkah
tangannya terus diayun Untung Kim-ji-tay-beng terjun kearena
tepat pada waktunya, melihat adiknya terluka dan semaput,
kini hampir dipukul Hong Kiat pula, lekas dia menghardik
sambit mempercepat langkahnya, laksana luncuran anak
panah dia memburu kedepan Hong Kiat.
Sinar emas berkelebat, anginpun menderu kencang
menindih keatas kepala Hong Kiat..
Tapi asap hitam mengebul menghadang jalan, Kim-ji-taybong
harus bergerak secara hati-hati. sehingga gerakannya
banyak tertunda, dengan sendirinya tenaga pukulannya
banyak berkurang, maka Hong Kiat hanya tergentak mundur
jatuh tersungkur. Begitu tiba ditengah gelanggang tampak oleh Jian-li-tokheng,
orang-orang Tang-ling-kiong sudah memburu datang
pula, yang diburu dan diincar adalah orang-orahg Hong-luipang
yang sudah tidak berkutik ditanah, seorang Hiangcu
yang semaput ditanah sudah terbunuh oleh bacokan senjata
musuh, keadaan yang lain juga amat berbahaya. Lekas dia
rogoh segenggam biji teratai besi, kedua tangan menimpuk
dengan gaya hujan kembang di angkasa, dia taburkan biji
teratai besinya kearah orang-orang Tang-ling-kiong.
Orang-orang Tang-ling-kiong tengah kegirangan, pikirnya
dengan mudah dapat mengganyang musuh, tak nyana belum
lagi mereka banyak bertindak jiwa sendiri sudah amblas
disambar biji teratai besi, tidak sedikit yang menjerit roboh,
yang selamat dan hanya terluka segera sipat kuping.
Tapijumlah mereka memang terlalu banyak. yang depan roboh
yang belakang maju pula. Walau biji teratai besi amat ampuh,
betapapun tak mampu membendung arus manusia yang
menyerbu secara bergelombang. jelas situasi amat mendesak.
Menghadapi situasi yang amat kritis coh-siang-hwi tidak
pernah gugup atau bingung otaknya memang encer,
disamping mencari akal dia bantu para Hiangcu dan Thocu,
mumpung Kim-ji-tay beng dan Jian-li-tok-heng memburu datang
membendung serbuan orang-orang Tang-ling-kiong. lekas dia
pimpin beberapa orang mengumpulkan kawan-kawan mereka
yang roboh kesuatu tempat serta dijaga ketat, situasi berobah
lebih enteng dan tidak segawat tadi.
Bukan kepalang benci Liok Kiam-ping akan kelicikan dan
kekejian Yu-ling Kongcu dan bapaknya, begitu menerjang tiba
dia menyerang dengan jurus Llong-kap-sin-gan. Wi- liongciang
adalah ilmu pukulan digdaya, kini dia menyerang
dengan amarah lagi. Maka perbawanya lebih dahsyat. Sekujur
badan Yu-ling Kongcu seperti dikurung oleh lapisan telapak
tangan Dulu Yu-ling Kon-cu pernah kecundang ditangan Liok Kiamping,
Lwekang Liok Kiam-ping sekarang jauh maju berlipat
ganda, sebelum tenaga pukulan tiba, damparan angin sudah
menyapu tiba, karuan pecah nyali Yu-ling Kongcu, lekas dia
kembangkan langkah ajaibnya, sekuatnya mengegos tujuh
kaki kepinggir. Bahwa serangannya luput amarah Liok Kiam-ping semakin
memuncak. segera dia melompat keatas denganjurus Llonghwe-
kiu-thian menyerang musuhnya pula.
Begitu ujung kaki menyentuh tanah, tenaga gempuran
musuh laksana tindihan gunung ambruk telah mengancam
punggungnya pula, untuk berkelit lagi kali ini sudah tidak
keburu, tapi otaknya memang licik, meski terancam bahaya
tidak lupa dia mencari akal menyelamatkan diri, terpaksa dia
menjatuhkan diri dengan gerakan keledai malas bergulingan
dia menggelundung setombak lebih.
Tenaga pukulan Liok Kiam-ping kedua inijauh lebih ampuh,
"Biang" tempat dimara
Yu-ling Kongcu berpijak barusan terpukul bolong, tanahnya
seperti dikeduk rata. Yu-ling Kongcu menggelundung cukup
cepat, tapi sekujur badan teruruk oleh tanah yang terkeduk
oleh kekuatan pukulan tangan Kiamping, keadaannya sungguh
lucu dan ruyam. Melihat putra kesayangannya terancam oleh Liok Kiamping,
lekas Tang-ling-sin-kun memburu kebelakang Liok Kiamping,
tanpa buka suara mendadak dia menggempur
punggungnya. Tujuannya menolong jiwa putranya maka dapat
dibayangkan perbawa kekuatan pukulannya.
Tahu musuh menyergap dengan serangan dahsyat, Kiamping
kerahkan Kim-kong-put-hoay-sin-kang menutup seluruh
badan. Begitu teka nan pukulan Tang-ling-sin-kun tiba
dibelakang tubuhnya, maka terdengarlah letupan beruntun,
seperti riak gelombang yang berbuih terus sirna tanpa bekas.
Karuan saking kaget berobah air muka Tang-ling-sin-kun,
pikirnya: "Sinkang bocah ini agaknya sudah pulih dan maju
berlipat ganda pula malah, pertempuran hari ini agaknya sulit
mempertahankan Tang ling- kiong pula." "karuan merinding
bulu kuduknya, keringat dinginpun bertetesan. mendadak dia
mencebir bibir bersiul sekali, diam-diam dia memberi tanda
rahasia kepada Yu-ling Kong cu putranya supaya lekas
melarikan diri. Sementara kedua tangan dengan segala daya
kemampuannya menggempur Kiam-ping beberapa jurus.
Mendengar suara Yu-ling Kongcu tahu maksud sang ayah,
segera dia putar badan menyerbu kearena pertempuran orang
banyak kembali dia kembangkan Hek-sat-ciang, seperti gila
dia merabu kepada musuh. Kuatir pihak sendiri jatuh korban pula, lekas Kiam-ping
menepuk sejurus serangan kepada Tang-ling-sin-kun, dari
arah samping mendadak dia mencegat ke sana. Ternyata
tindakan Yu-ling- Kongcu hanya pancingan belaka, begitu Liok
Kiam-ping memburu kemari, segera dia menyelinap kedalam
rombongan anak buahnya terus menghilang. Setelah
meluputkan diri dari serangan Kiam-ping, melihat sang putra
sudah berhasil menyelamatkan diri, kuatir Kiam-ping membalik
melibat dirinya dalam pertempuran sengit pula, lekas dia
mencelat mundur, sempatjuga dia meraih tubuh Hong Kiat
yang menggeletak terus lari kepinggir laut dan menghilang.
Kejadian berlangsung sekejap mata orang-orang yang lagi
baku bantam itu ternyata tiada yang tahudan sadar bahwa Yuling
sin-kun bapak dan anak telah melarikan diri.
Melihat tidak sedikit anak buahnya yang menggeletak
keracunan, bila tidak segera diberi pertolongan, racun
menyerang jantung, meski punya obat dewa juga takkan
mungkin bisa ditolang lagi. Maka dia bekerja secara kilat, Hiatto
mereka dia tutuk satu persatu, lalu dia keluarkan tiga
kelopak kembang teratai saiju, serta dibagi-bagikan kepada
semua yang menjadi korban
Soat lian obat mujarab, bagi mereka yang keracunan
membawa khasiat yang luar biasa, untung orang banyak tidak
berat keracunan, tiga kelopak kembang salju itu sudah lebih
dari cukup untuk menolong mereka.
Tengah Kiam-ping sibuk menolong anak buahnya itu,
mendadak didengarnya sempritan melengking sahut
bersahutan, waktu dia angkat kepala, dilihatnya anak buah
Tang-ling-kiong sedang berlompatan mundur kepinggir laut
dan ngacir kedalam hutan. Agaknya baru sekarang mereka
sadar bahwa Tang-ling-sin-kun dan anaknya telah
menyelamatkan jiwa lebih dulu, tahu Tang ling-kiong takkan
kuat bertahan lagi, maka beramai-ramai mereka melarikan
diri. Kim-ji-tay-bengJian-li-tok-heng dan lain-lain sudah
mengudak dan mengganyang musuh, namun Kiam-ping
keburu mencegah dan menarik balik mereka.
Lekas sekali para korban sudah siuman, Kiam-ping sendiri
sudah mandi keringat. Belum lagi mereka sempat mengatur
napas, mendadak dari arah barat daya terdengar dentuman
keras, asap biru tampak meluncur ketengah udara lalu
meledak keras memercikan kembang api dan asap merah.
Itulah tanda bahaya yang sudah dipersiapkan oleh pihak
Hong-lui-pang, karuan hati Kiam-ping beramai kaget dan
gugup, Kiam-ping membatin: Kemungkinan Pa-kim Tayhud sudah
meluruk ke Kwi-hun-ceng, maka markas pusat perlu
memberikan tanda bahaya dan minta bantuan Maka dia
perintahkan Kim-ji-tay-beng dan It-cu-kiam Koan Yong
sementara tetap tinggal diatas pulau ini, menghancurkan
sarang musuh, untuk segera menyusul pulang. lalu Kiam-ping
pimpin semua anak buahnya kembali, dengan tiga kapal yang
mereka bawa lekas sekali mereka sudah berlayar menuju ke
ciok-swi-cun. Dalam perjalanan kembali ke ciok-wi-cun itulah, mendadak
terlihat dari depan meluncur mendatangi sebuah tongkang
kecil sempit yang berlajupesat kearah kapal mereka.
Lwekang Kiam-ping tangguh daya, penglihatannya jauh
lebih tajam dari orang lain, jarak masih jauh, tapi dia sudah
melihat Suma Ling-kong berdiri diujung tongkang sambil tolak
pinggang mengawasi kedua kapal besar yang mendatangi.
Kebetulan cuaca cerah cerah, tiada angin tiada ombak. kapal
berlaju dengan kecepatan tinggi, dalam sekejap tongkang
kecil itu sudah dalam jarak sepanahan Kiam-ping segera
memberi tanda kapal memperlambat daya lajunya. setelah
dekat benar, Kiam-ping memberi aba-aba lalu meraih tambang
panjang yang dilemparkan Suma Ling-khong.
Tongkang kecil itujuga tidak dinaikan, cuma ditambat
disamping kapal hingga berlaju jajar melanjutkan perjalanan
kedepan. Setelah berada di atas kapal Suma Ling-khong lantas
melaporkan keadaan Kwi-hun-ceng. Ternyata Pa-kim Tayhud
dengan ke empat muridnya telah meluruk ke Kwi-hun-ceng,
katanya mau menuntut balas kematian Keting dan Keling. Aipong-
sat Thong cau dan Pi-lik- jiu cin Khay sedang pimpin
seluruh kekuatan yang ada menghadapi tantangan musuh.
Lwekang tangguh, kepandaian tinggi, seorang diri Ai-pongsut
Thong cau masih mampu menghadapi Pa-kim Tayhud
seorang, tapi keempat murid besarnya itujuga memiliki Kungfu
tinggi, beringas dan mahir berperang, jelas Pi-lik-jiu ciu Khay
danpara Hiang-cu yang ditinggalkan susah melawan
ketangkasan mereka. Beruntung jumlah mereka lebih banyak
dengan kekuatan keroyokan yang terpimpin, sementara
serbuan musuh masih dapat dibendung.
Melihat situasi amat mendesak. jiwa orang-orang sendiri
terancam bahaya, suatu kesempatan Ai-pong-sut menimpuka
n pelor tanda bahaya. Dalam jarak belasan li orang-orang
Hong-lui-pang dipendam sepanjangjalan antara markas pusat
sampai ke ciokswi-cun, maka secara beruntun, dari satu
penjagaan kepenjagaan yang lain tanda bahaya dan minta
bantuan itu terus disambung sehingga terlihat dari Tang lingkiong.
Terakhir Suma Ling-khong yang melepas tanda s.o.s itu
sehingga terlihat oleh Liok Kiamping dan lain-lain
Segera Kiam-ping suruh coh-siang-hwi dan lain-lain
membantu para kelasi sehingga kapal layar ini laju lebih cepat
lagi, beruntung saat itu ada angin buritan lagi, sehingga
perjalanan yang biasa makan waktu dua jam kali ini bisa
ditempuh dalam satu jam lebih sedikit, lekas sekali orang
banyak sudah mendarat di ciokswi-cun.
Suma Ling-khong kembali menjadi pelopor barisan, dia
menunjukan jalan dan arah sehingga Liok Kiam-ping bisa terus
membedal kuda secara berganti memburu ke Kwi-hun-ceng,
belum setengah perjalanan kuda mereka sudah ambruk
keletihan, terpaksa mereka ganti berlomba lari, semula
rombongan mereka masih bisa bergerombol, namun karena
Ginkang masing-masing berbeda lama kelamaan banyak yang
ketinggalan di belakang, jarakpun makin jauh.
Celaka adalah si gede yang tidak pernah meyakinkan
Ginkang, dia hanya bisa barlari dengan langkah lebar, meski
sudah kerahkan seluruh tenaganya, tetap dia ketinggalan
paling belakang. keringat sudah membasahi badan, napas
Hong Lui Bun Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
juga egos-ngosan. Dua jam lamanya Liok Kiam-ping tancap gas, berlari dalam
keeepatan tinggi, Kwi-hun-ceng sudah tampak dikejauhan-
Jarak masih cukupjauh, namun dia sudah mendengar gegap
pertempuran yang riuh rendah.
Amarah Kiam-ping mendidih dirongga dadanya, segera dia
percepat larinya, tubuhnya meluncur bagaikan anak panah
melampaui sungai pelindung perkampungan Sekilas dilihainya
Ai-pong-sut sedang berhantam sengit melawan seorang padri
Tibet bertubuh tinggi besar berkasa merah dengan gelang
emas melingkar diatas kepalanya yang gundul. Takjauh
dipinggir sana, Pi-likjiu ciu Khay bersama orang-orang Honglui-
pang lainnya sedang mengerubut dua padri Tibet kasa
kuning yang menyerang bagai serigala kelaparan jelas pihak
mereka terdesak payah meski berjumlah lebih banyak.
dipinggir gelanggang menggeletak tiga mayat orang-orang
pihak Hong-lui-pang yang jadi korban keganasan musuh.
---ooo0dw0ooo--- Marilah kita bertolak kebelakang sejenak. Dua hari setelah
rombongan Kiam-ping berangkat, menjelang lohor peronda
kampung jauh diluar garis sungai pelindung berlari tergopoh
mernberi laporan: "Ada lima padri yang tidak diketahui asal
usulnya, tanpa hiraukan peringatan juga tidak mau
menjelaskan maksud kedatangan mereka, tapi Lwekang dan
Kungfu mereka teramat tinggi terus menerjang kedalam
perkampungan, beberapa kawan telah ditutuk mati kutu,
gelagatnya tidak menguntungkan bagi Hong-lui-pang kita."
Ai-pong-sut yang memperoleh laporan melengak kaget,
sejenak dia berpikir tak habis dia berpikir, kawan atau musuh
yang meluruk datang, lekas dia panggil Pi-lik-jiu dan pimpin
para Hiang-cu yang lain keluar menyambut, tak lupa dia
perintahkan perketat penjagaan
Waktu mereka tiba dipintu gerbang perkampungan, tampak
lima padri berdiri jajar menghadang pintu. Yang berdiri
ditengah adalah seorang Thauto (imam berambut) dengan
rambut ubanan muka merah seperti bayi usianya sudah tujuh
puluhan, kedua matanya terpejam, wajahnya yang keriputan
tampak merah, mirip sebuah patung batu, yang diletakan
ditengah jalan. Dikanan kirinya berdiri masing-masing dua
padri berkasa kuning, semuanya beralis tebal, mata melotot
bertampang bengis dan menyeramkan
Ai-pong-sut Thong cau membatin: "orang sering bilang,
bukan naga ngamuk takkan menyebrang kali, kawanan padri
yang tidak memiliki kepandaian tinggi takkan berani bersikap
garang dan berani meluruk ke Kwi-hun-ceng, maksud
kedatangan mereka jelas hendak mencari gara-gara, hari ini
aku harus hadapi mereka dengan hati-hati, apalagi tampang
mereka begitu bengis dan buas, jelas bersikap bermusuhan"
segera dia tampil kedepan serta menyapa lantang: "Harap
tanya siapakah nama-nama gelar Taysu dan tetirah
dikelenteng mana selama ini " Apa maksud kedatangan kalian
ke Kwi-hun-ceng kita " Semoga sudi menjelaskan pula."
Padri berambut dengan tubuh kekar gede ditengah
mendadak membuka kedua matanya, sinar terang mencorong
dari bola matanya, suaranya berat: "Asal Pat-pi-kim- liong
keluar, urusan akan mudah dibereskan, kalian tidak perlu
tanya siapa kami.' Melihat betapa j umawa sikap mereka, "Ai-pong-sut yang
berdarah panas ini amat gusar, tapi latihan Lwekangnya
tinggi, kesaabarannya juga melebihi orang biasa, Sebelum dia
tahu asal usul lawan dan tahu maksud kedatangannya,
sedapat mungkin dia kendalikan emosi, katanya: "Siang
kemaren karena sesuatu urusan penting Liok pangcu sedang
keluar pintu. Taysu boleh jelaskan apa maksud
kedatanganmu, bila dia sudah pulang pasti akan kulaporkan
kepadanya." Padri berambut itu menyeringai: "Masa begini kebetulan,
kami datang dari Lun-put-si di Tibet selatan, dari ribuan li
meluruk kemari, memangnya harus percaya oleh beberapa
patah omonganmu, pulang dengan penasaran, apapun kami
harus masuk menggeledah perkampungan ini. Sicu silakan kau
minggir." habis bicara kakinya bergerak terus melangkah lebar
menerjang kedalam. Padri tibet ini bergelar Pa-kim Tayhud, pemimpin besar
Lun-put-si di Tibet selatan, kedudukannya hanya dibawah
Dalai Lama, Kungfunya merupakan aliran tersendiri dan
menjagoi Tibet Selatan, Thian-liong-toa-patsek yang
diyakinkan pernah menggetarkan Bulim. Waktu mengembara
diBulim dahulu Ai-pong-sut pernah merasakan sendiri
kelihayan lawan, pada hal waktu itu taraf kepandaiannya juga
belum seberapa, dia yakin dengan bekal kemampuannya
sekarang kira-kira dirinya masih mampu mengatasinya. Kini
meski dia agak tercengang menghadapi kekasaran lawan,
jelas dirinya dipaksa untuk turun tangan-segera dia
membentak: "Berdiri Kwi-hun-ceng adalah markas pusat
Hong-lui-pang, mana boleh kau trobosan di tempat suci kita,
agaknya kau memang mencari setori, silahkan pamer
kepandaianmu, Losiu akan melayanimu."
Pa-kim Tayhud gelak tertawa, katanya: "Kakek cilik
ternyata bernyali besar, tentunya kau bukan orang yang tidak
ternama, sebutkan dulu nama gelarmu, akan kupertimbangkan
apakah setimpal menghadapiku."
Sudah puluhan tahun Ai-pong-sut Thong cau melang
melintang di kangouw, kapan pernah dihina begini rupa,
saking gusar dia terbahak-bahak serunya: "Losiu Thong cau,
seorang kroco di Kangouw, marilah kau coba rasakan sekali
pukulanku." kedua tangan segera menyodok dengan delapan
kekuatan tenaganya kearah Pa-kim Tayhud.
Lwekang Pa-kim Tayhud sudah mencapai taraf sempurna,
melihat lawan menyerang, dia hanya sedikit merendahkan
pundak. kedua tangan terangkat, dengan lima tenaganya
balas menepuk kearah serangan musuh. Dua jalur kekuatan
bentrok "Dar." Ai-pong-sut kelihatan limbung tapi tidak
tergeser dari kedudukan, sebaliknya Pa-kirn Tayhud tertolak
mundur tiga langkah. Baru sekarang dia insaf dirinya dirugikan
karena terlalu memandang enteng lawan, dihadapan keempat
muridnya dia kecundang karuan amarahnya membara, saking
murka dia terkial dingin:
"Tidak nyana, kakek kecil seperti kau juga punya bobot,
marilah adu kekuatan sekali lagi." kali ini dia menekuk lutut
pasang kuda-kuda, lengan bawah menempel dada ke dua
telapak tangan terkembang menghadap keluar, dengan
mengerahkan setaker tenaga kedua tangannya mendorong
kearah Ai-pong-sut. Damparan angin badai seketika menggulung menyebabkan
hawa bergolak dengan desis suaranya yang ribut. Dalam
gebrak pertatria beruntung dirinya lebih unggul seurat, kini
melihat lawan menggempur dengan seluruh kekuatannya, tak
berani dia melawan, lekas dia mengegos minggir setombak
sambil berkelit dia merogoh keluar sebutir pelor peringatan
ditimpukan keudara, pelor itu meledak mengeluarkan asap
biru membumbung lebih tinggi ke angkasa, ledakanpelor
minta bantuan ini lekas sekali sudah terdengar oleh komisaris
umum Suma Lingkhong yang berada di clokswi-cun,
selanjutnya meneruskan kepada Liok Kiam-ping dan kawankawan-
Melihat lawan melepas pelor Pa-kim Tayhud tahu bahwa
lawan minta bantuan, maka dia lebih yakin lagi seorang Aipong-
sut cukup dirinya melayaninya, jikalau pihak lawan
kedatangan bala bantuan, pihak sendirijelas akan kalah. Rasa
jeri yang menggelitik sanubarinya seketika sirna, diapun
bersiul memberi aba-aba kepada keempat muridnya, Empat
padri yang menonton dipinggir gelanggang segera merubung
maju melabrak orang-orang Hong-lui pang.
Begitu pertarungan di mulai Pi-lik-jiu ciu Khay sudah
menaruh perhatian terhadap keempat Lama jubah kuning ini,
kini melihat mereka maju serentak. segera dia siapkan anak
buahnya: "Hayo, ganyang musuh.' dia mendahului mencegat
salah satu dari keempat Lama itu. Tiga Lama yang lain
berpencar melabrak orang-orang Hong- lui-pang, pertempuran
menjadi kacau dan suara gegap gumpita.
Pa-kim Tayhud juga pergencar serangannya, dibarengi
gerak langkah yang gesit pula Ai-pong-sut sudah merasakan
kelihayan musuh, maka diapun kerahkan seluruh
kemampuannya, segala pikiran dan semangat dipusatkan,
dengan penuh waspada dia layani rangsakan musuh.
Berhasil mendesak musuh Pa-kim Tayhud bertambah
garang, lawan tidak diberi peluang lagi " Begitu serangan
dilancarkan, segencar baling-baling bayangan telapak
tangannya merabu seluruh Hiat-to mematikan ditubuh Aipong-
sut. Untung ketangkasan gerak Ai-pong-sut cukup lihay,
perawakannya kate kecil dan kurus lagi maka dia leluasa
bergerak diantara samberan pukulan lawan Dalam sekejap
lima puluh jurus telah tercapai, Pa-kim Tayhud insyaf bila
pertempuran berjalan lama pasti tidak menguntungkan
pihaknya, maka dia bertekad selekasnya mengakhiri
pertarungan, maka gerakan kedua kaki tangannya semakin
gencar, disamping dia memberi semangat kepada keempat
muridnya menggasak musuh sebanyak mungkin-
Sekonyong-konyong terdengar jeritan seorang anggota
Hong-lui-pang, sedikit lena punggungnya kena dijambret oleh
ceng krama n seorang Lama, tubuhnya lantas dilempar pergi
lima kakijauhnya, roboh untuk tidak berkutik lagi.
Pik-lik-jiu ciu Khay takjauh dari tempat kejadian, ingin
membantujuga sudah terlambat, apalagi lawan yang
dihadapinya cukup tangguh, seorang diri hakikatnya dia
sendiri merasa berat melayaninya, mana sempat menolong
orang lain, terpaksa dia menyaksikan seorang kawannya
roboh binasa. Namun bola matanya mendelik buas.
Hiiiaaat... ' ditengah pekik liarnya, serentak dia lontarkan
enam jurus pukulan-Lama yang jadi lawannya gelagapanjuga
oleh rangsakan lihay dan mendadak ini, seketika dia terdesak
mundur tiga tindak. Sementara itu Ai-pong-sut yang melabrak Pa-kim Tayhud
sudah mencapai seratus jurus, betapapun ganas dan lihay
serangan Pa-kim Tayhud, namun ujung pakaian lawanpun tak
mampu disentuhnya. Mendadak Pakim Tayhud merobah
permainan, badannya yang segede anak kerbau mendadak
mencelat keudara, kedua lengan terkembang, ditengah udara
berputar laksana seekor naga, pukulan telapak tangannya
membawa gemuruh guntur menindih kearah Ai-pong-sut.
Begitu dia mengembangkan Thian-liong-toa-pat-sek.
perbawanya sungguh laksana guntur menggelegar kilat meny
amber, bayangan pukulan berderai diang kas a, sehingga
susah dijaga atau dibendung.
Dahulu pernah Ai-pong-sut melihat gerakan pukulan tangan
yang khas dan lihay ini, tapi dulu Lwekang lawan masih belum
mencapai taraf yang dikehendaki,jadi perbawanya tidak begitu
hebat, kini setelah puluhan tahun kembali Pa-kim Ta yhud
melancarkan serangan terhadap dirinya, gelagatnya berbeda
pula, mau tidak mau dia kerepotan dan gelagapan pula, waktu
melawannya jug a terasa bimbang dan kurang mantap.
Untung Ginkangnya sudah mencapai tarap tinggi,
langkahnya ajaib pula, sekuatnya dia kembangkan kesebatan
tubuhnya baru selamat dari serangan lawan- Tapi hanya
berkelit dan mandah diserangjuga bukan cara bertempur yang
benar, sehingga dalam melayani serangan lawan terasa makin
terdesak dan payah. Setiap jurus dari permainan Thian-liong-toa-pak-sek ini
mengandung tiga gerakan variasi, setiap gerakan terbagi pula
tiga tipu lihay, setiap tiga jurus dilancarkan harus berganti
napas sekali. Bila ilmu pukulan ini dilancarkan harus dilandasi
kekuatan Lwekang yang sudah diyakinkan puluhan tahun,
tenaga terpusat dipusar kekuatan tersalur ke seluruh tubuh
yang membutuhkan jadi berbeda dengan langkah Ling-hi-poukhong
tubuhnya bergerak diudara.
Pa-kim Tayhud mengejar kemenangan dalam waktu
singkat, maka seluruh tenaga dan
kemampuannya dipertaruhkan, gerak kedua tangannya
menimbulkan damparan angin sekeras amukan badai dig urun
prahara. Melihat betapa dahsyat lawan mempergencar
serangan, sedikit lena pasti jiwa melayang, lekas Ai-pong-sut
konsentrasikan pikiran, sekuat tenaga dia hadapi dan lawan
serangan musuh dengan tabah.
Kedua orang adalah jago kosen Bulim yang jarang ada
tandingan, Lwekang mereka sudah mencapai taraf
kesempurnaannya, dengan adu kekuatan setaker tenaga ini,
maka dapat dibayangkan betapa hebat pertempuran ini.
Benturan demi benturan terus berlangsung, saking dahsyat
akibat dari adu kekuatan ini, pohon-pohon tiga tombak
disekitar arena tersapu gundul daonnya oleh getaran angin
pukulan mereka, ditengah- kepulan debu yang membumbung
tinggi hakikatnya susah dibedakan bayangan kedua orang
yang lagi baku bantam ini.
Sebetulnya Ai-pong-sut Thong cau dapat menundukan
lawan dengan ilmu tunggal perguruannya Yan-yam-tam
(sepasang pelor belibis), namun setelah pertempuran
memuncak sejauh ini, kesempatan mengeluarkan kedua
bandulannya itu sudah tiada, mana mungkin dia melancarkan
ilmu tunggalnya itu, terpaksa dia kembangkan Ginkangnya,
mengikuti situasi dia berlompatan kian kemari.
Dua ratus juras telah tercapai, kedua orang yang baku
hantam ini masih terus berkutet siapapun tidak berani lena.
Keduanya ingin menuntut balas kematian orang pihaknya yang
telah gugur, meski tenaga sudah banyak terkuras, namun
mereka masih terus serang menyerang dengan tenaga berat.
Pertempuran dahsyat yang jarang terjadi dan terlihat di Bulim.
Saking murka otot hyau diatas kepala Pi-lik-jiu ciu Khay
tampak merongkol keluar mulutpun berkaok-kaok, namun dia
tidak mampu membantu anak buahnya yang digasak musuh.
Dua Lama tampak melompat jauh ke depan terus menerobos
kedalam perkampungan Kalau dibagian luar pertempuran berjalan seru, penjagaan
didalam perkampungan juga cukup ketat, namun jago-jago
lihay mereka sudah dikerahkan diluar, maka sisa yang berjaga
didalam tidak berarti sama sekali.
Siau Hong sebetulnya ingin ikut Kiamping dalam
penyerbuan ke Tang- ling- kiong, namun setelah bujuk sana
bujuk sini terpaksa dia mau ditinggalkan, beberapa hari ini
hatinya sedang masgul, maka seharian dia tidak mengunjukan
Hong Lui Bun Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
diri, saat itu dia sedang bermalas-malasan diatas tempat tidur.
Begitu musuh menggrebek datang Ai-pong-sut lantas
melarang siapapun memberitahu kepadanya. Setelah
pertempuran berjalan cukup lama, pekik dan jeritan diarena
pertempuran semakin keras dan mengerikan, dalam
keheningan diatas loteng, Siau Hong dapat mendengarkan
sayup,sayup, semula dia kira orang-orang Hong-lui-pang
sedang latihan secara masal, tapi lama kelamaan dia
mendengar juga suara jeritan yang menyayat hati terasa
gelagat tidak beres, memangnya hati sedang masgul, pikiran
kalut lagi, kepingin melakukan sesuatu. Bergegas dia
melompat turun dari ranjang terus lari keluar.
Baru raja dia sampai di Hong-lul-ting, bentakan dan jeritan
itu terdengar riuh dari pekarangan luar. Segera dia percepat
langkahnya melesat keluar. Sejak menelan soat-lian,
Lwekangnya maju berlipat ganda, mendapat bimbingan
danpetunjuk Kiam-ping lagi serta latihan bersama jago-jago
kosen pula, maka taraf kepandaiannya sekarang sudah cukup
tangguh, kira-kira satu kelas denganjago kosen di Bulim.
Begitu tiba diarena pertempuran, seketika matanya
mendelik gusar, alis tegak berdiri. Dilihatnya dua lama jubah
kuning berperawakan tinggi besar sedang mengganas, korban
sudah berjatuhan dengan mengerikan- Tapi orang-orang
Hong-lui-pang tiada yang takut mati, gugur satu maju dua,
depan roboh yang belakang mendesak maju, semangat
tempur mereka yang tinggi sungguh cukup membuat jeri
musuhnya. Disertai pekik melengking Siau Hong jinjing pedangnya
meluruk kearah salah satu padri Lama terus menusuk.
Bencinya keliwat batas karena Lama ini terlampau ganas dan
keji, maka serangannya ini menggunakan jurus Hian-li-kiamhoat
yang baru saja diyakinkan.
Hian-li-kiam-hoat memang serasi untuk permainan seorang
perempuan, gerakannya gemulal enteng dan lincah, setiap
gerakannya merupakan serangan yang ketat hingga Lama itu
didesaknya mundur. Sayang dia baru belajar dan gerakan
belum sempurna, Lwekangnya belum cukup kuat untuk
melandasi permainan ilmu pedangnya, hanya sekejap
serangannya kuncup ditengah jalan, dari pihak yang
mendesak segera menjadi pihak yang didesak malah. Pada hal
ilmu pedang ini khusus bermanfaat untuk menyerang, kini
terpaksa hanya untuk bertahan, maka keadaannya semakin
parah. Lima puluh jurus kemudian dia sudah terdesak dibawah
angin, sekujur badan basah kuyup oleh keringat, napasnya
pun tersengal berat. Melihat betapa cantik menggiurkan gadis lawannya ini,
timbul niat jahat Lama jubah kuning, untuk membekuknya
hidup - hidup, maka serangannya diperhitungkan sekali, kalau
tidak sejak tadi Siau Hong tentu sudah dikalahkan,
mungkinjiwa juga sudah melayang.
Pertempuran dibilangan luar ternyata masih terus
berlangsung dalam suhu tinggi. Pa-kim Tayhud terpaksa harus
mengulang permainan Thian-liong-toa-pat-sek, kini berbeda
pula cara bertempur mereka, tidak lagi mengembangkan
kelincahan tubuh, tapi melancarkan pukulan berat yang
mengurus tenaga. Jidat basah alis Ai-pong-sutpun sudah lengket. Demikian
pula napas Pa-kim Tayhud menderu seperti babi yang siap
dijagai. Setelah dua Lama menerjang masuk keperkampungan,
tekanan terhadap Pi-lik-jiu ciu Khay jauh berkurang, walau
pihaknya berjumlah banyak, keadaan masih bertahan sama
kuat, namun mereka tidak mampu merobohkan atau memukul
mundur musuh. Disaat orang banyak bertempur mati-matian itulah, sebuah
siulan bernada tinggi mengalun diang kas a, sebelum lenyap
gema suaranya, sesosok bayangan sudah meluncur turun
hinggap ditengah arena. Begitu Liok Kiam-ping tiba, disusul beberapa bayangan
orang berdatangan pula. Karena Lama yang meluruk datang masih asing bagi
dirinya, untuk tahu seluk beluk lawan, maka Kiam-ping
sengaja gunakan hardikan Say-cu-bong: 'Kalian berhenti.'
sementara langkahnya lebar menghampiri Pa-kim Tayhud.
Bentakannya sekeras geledek. hadirin seperti dikemplang
kepalanya, semuanya tergetar mundur, siap bertindak
menurut perintah. Melihat orang orang Hong-lui-pang datang
pada saatnya, sungguh senang dan lega hati Ai-pong sut,
lekas dia bersimpuh menenangkan hati bersemadi, setelah
baku hantam selama dua jam, keadaannya boleh dikata sudah
teramat payah. Begitu berhadapan dengan Pa-kim Tayhud, Liok Kiam-ping
menyeringai dingin, katanya: "orang beribadat harus
mengutamakan welas asih, bebas dari duniawi, menganjurkan
umat Tuhan berbuat bajik dan menjadi teladan kaum
penjabat. Tanpa sebab Taysu menyerbu kemarkas kita, main
bunuh lagi, cayhe mohon tanya kepada Taysu apa alasanmu."
Pa-kim Tayhud menenangkan hatijuga, segera dia menatap
pemuda yang menghampiri, katanya: "Tentu tuan inilah Patpi-
kim- liong Liok Kiam-ping adanya, kami bercokoljauh
diselatan Tibet, tak pernah bersaing atau bermusuhan dengan
semua aliran persilatan di Tionggoan- Beberapa bulan yang
lalu dua muridku keling dan Keting karena sesuatu urusan
datang ke Tionggoan, ternyata keduanya gugur dalam
menunaikan tugas oleh pukulan Liok-pangcu, mohon sudi
kiranya memberi keadilan kepadaku."
Kiam-ping berpikir: Jadi dia inilah Pakim Tayhud, mungkin
dia digosok danperCaya pengaduan muridnya, sengaja
meluruk datang menuntut balas, permusuhan telah terjadi,
pertikaian ini jelas tak mungkin didamaikan lagi." maka
dengan tersenyum dia berkata:
"Sejak dahulu kala, peradaban bangsa kita paling
menentang perbuatan cabul. Bagi kaum persilatan jaga
merupakan kejahatan yang paling kotor danpantas diganyang,
Keling dan Keting sebagai murid Taysu sepantasnya berdarma
bahti kepada umat manusia, banyak menimbun kebajikan, tapi
sebaliknya mereka justru bertindak lalim, mengandal Kungfu
yang tinggi menindas sesama kaum persilatan yang lemah,
ditengah siang hari bolong, menggoda perempuan berbuat
mesum lagi, maka kematiannya setimpal menebus dosanya.
cayhe mewakili pihak yang berdiri di tengah keadilan
menghukum mereka, maka Taysu harap maklum dan periksa
adanya. " Pa-kim Tayhud mendengus hidung, katanya: "Padri
perguruanku, bila benar membuat pelanggaran dia akan
dihukum oleh adat dan undang-undang perguruan, orang lain
tidak pantas menghukumnya, kau sudah lancang bertindak.
tidak memberi penjelasan pula kepadaku, hari ini urusan
terlanjur sejauh ini, kalau kami sudah berani meluruk kemari,
sebelum urusan beres, jangan kira kami takut lantas mau
ngacir." Tahu urusan tidak bisa dijelaskan, saking murka Kiamping
tertawa lebar, katanya: "Kiranya Taysujuga hanya begini saja, kau lebih cenderung
bermusuhan daripada melaksanakan kebajikan, Baiklah,
urusan hari ini terpaksa diselesaikan dengan kekuatan
Kungfu." Mengencang alis Pa-kim Taysud, katanya:
"Memang itulah maksud kedatanganku, entah bagaimana
kau akan bertanding."
Sebagai tuan rumah aku sih menuruti kehendak tamu,
boleh Taysu mengajukan caranya, aku pasti mengiringi."
Pa-kim Taysu membatin: "Bocah ini amat sombong, konon
Liat-jit-kiam-hoatnya ganas dan digjaya, kalau bertanding
senjata mungkin aku tiada harapan." maka dengan tersenyum
dia berkata: "Baiklah, bagaimana kalau kita bertanding tenaga
pukulan ?" "Boleh saja, sekuatnya aku akan melayani."
"Baik, pertama kita mengadu tiga kali pukulan." lalu dia
mengempit ketiak dengan kedua telapak tangan bergerak
membundar terus berjaga didepan dada. Bentaknya: "Nah
silahkan serang lebih dulu."
Kungfu Kiam-ping tinggi, hatinya tabah, musuh tangguh
didepan mata, meski kelihatan sikapnya ramah dan santai, dia
berkata tawar: "cayhe tidak sudi mendahului."
Melihat lawan masih muda belia, umpama sejak dilahirkan
dari rahim ibunya bocah ini sudah belajat silat, paling juga
baru memiliki latihan Lwekang dua puluh tahun, namun berani
bermulut besar dan seangkuh ini, maka bertaut alisnya,
bentaknya gusar: "Sambut pukulan." kedua telapak tangan
menyilang maju terus berputar lurus dengan tepukan delapan
bagian tenaganya. Liok Kiam-ping merasakan betapa dahsyat pukulan lawan,
dia konsentrasikan diri, badan sedikit jongkok kaki setengah
langkah menyurut mundur, kedua tangan menghimpun
delapan puluh prosen tenaganya balas menepuk kedepan.
"Byaar." dentumam keras menggoncang bumi sehingga
menimbulkan reaksi yang bukan kepalang hebatnya. Pa kim
Tayhud tersurut selangkah lebar. Liok Kiam-ping hanya
melangkah setengah tindak pula.
M impipun tak pernah terbayang dalam benak Pa- kim
Tayhud, bocah semuda ini ternyata memiliki Lwekang
setangguh ini, maka dia tidak berani ayal, lekas dia kerahkan
seluruh kekuatan tenaga dalamnya, pelan tapi meyakinkan
disalurkan kedua lengan, gerakan lamban memberi peluang
supaya benaknya berpikir mencari akal, cara bagaimana
dirinya harus menggempur dan menjatuhkan lawan, Kali ini
pukulannya betul-betul menggunakan setaker tenaganya,
kembali pukulan dilontarkan.
Liok Kiam-ping juga sudah bersiap. dia eambutpula dengan
pukulan kedua tangan. Kali ini Liok Kiam-ping coba mempraktekan ilmu pukulan
lengket yang baru dipelajarinya dari Thian-tok-cin-keng,
begitu kedua tenaga raksasa beradu, tenaga yang tersalur
mendadak disedotnya kembali.
Karena benturan dahsyat ini badan Pakim Tayhud
sebetulnya sudah terjengkang kebelakang. mendadak terasa
segulung tenaga besar menyedot sehingga kekuatan
pukulannya yang dahsyat tersirap kedepan, maka tanpa kuasa
tubuhnya tersuruk maju selangkah malah. Tapi dia tidak tahu
bahwa Liok Kiam-ping telah menggunakan akalnya, dia sangka
tenaga land as a n lawan kurang kokoh sehingga terlanda oleh
tenaga pukulannya hingga pertahanannya jebol. Maka hatinya
diam-diam senang, dengan setaker tenaganya pula dia
melontarkan sekali pukulan lagi.
Liok Kiam-ping mempraktekkan manfaat besar untuk
percobaan kecil, ternyata manjur dan berguna, betapa senang
hatinya sungguh sukar dilukiskan- Begitu usahanya berhasil,
semangat tempurnya makin menyala. Melihat lawan
menggempur pula, dari deru suaranya dia tahu pukulan kali ini
lebih dahsyat pula, lekas dia kembangkan pula daya lengket,
kedua tangan yang didorong lurus kedepan mendadak ditarik
mundur. Begitu gempurau dilancarkan, tenaga pukulannya ternyata
seperti tengelam di lautan, bukan saja tidak menimbulkan
reaksi malah tubuhnya tersuruk maju dua langkah pula, lekas
dia kerahkan tenaga diujung jari-jarinya supaya tubuh
terkendali. Saat itulah Liok Kiam-ping kerahkan seluruh tenaga
dikedua telapak tangan terus menggenjot kedada lewan.
Begitu pukulannya sirna Pa- kim Tayhud sudah tahu
gelagat mengancam dirinya, lekas dia melempar tubuh sendiri
kebawah, terus menggelundung pergi dengan gerakan Uihong-
toa-gun sin (naga kuning menggelundung pergi). Tapi
pukulan Kiam-ping memang teramat dahsyat, meski reaksinya
cukup cekatan, tak urung badannya tergentak dua tombak
jauhnya, beruntung dia sempat menggelundung sehingga
luka-lukanya tidak begitu parah, namun nyalinya sudah pecah.
Ternyata Kiam-ping juga tidak mau bertindak terlalu kejam,
maka dia tidak mengudak serta menyusuli serangan pula
sambil berdiri menggendong tangan, dia tersenyum ditengah
arena, lawan ditatapnya tajam.
Begitu kedua kaki mendepak badan Pa-kim Taysu sudah
mencelat berdiri, melihat betapa sikap lawan dirasa
mencemooh dan menghina, amarahnya malah berkobar,
selebar mukanya merah coklat, sambil menggeram buas dia
lancarkan Thian-liong-toa-pat-sek merabu dengan sengit.
Liok Kiam-ping kembangkan Leng-hi-pou-hoat, gerakannya
tampak santai dan tak acuh, berkelebat kian kemari ditengah
samberan pukulan lawan tubuhnya tampak lemah gemulai
tapijuga gagah. Sementara ituSiau Hong melawan seorang Lama bernama
Keping, tenaganya sudah lemah Keping menggoda pula
dengan ceriwis sehingga amarahnya makin menyala, namun
dengan kertak gigi dia mengamuk dengan serangan gencar,
meski langkahnya sempoyongan tak karuan, sering pula
serangan lawan tak sempat dihiraukan lagi boleh dikata, dia
sudah nekat dan ingin adujiwa dengan musuh. Hal ini-justru
membuat keping kerepotanjuga, karena ingin membekuknya
hidup,hidup, dia harus berusaha menyelamatkan diri dari
serangan lawan, dia dipaksa mundur tiga langkah.
Namun Lwekangnya tangguh, kepandaian tinggi, hati tabah
dan tenang, setelah mundur, dia curahkan perhatian, sering
balas menyerang lagi sambil tetap mengoceh dengan olokolok
yang kotor. Seorang Lama lagi bernama Kelu, dengan bahasa Tibet
mendadak dia memberi peringatan kepada Keping, Segera dia
pergencar seraagannya kepada orang-orang Hong-lui-pang
yang mengeroyoknya, lawan dilabraknya kocar kacir.
Tenaga lemah sebaliknya kepala seperti hampir pecah, Siau
Hong masih nekat menyerang membabi buta, karena tanpa
penjagaan sama sekali sudah tentu banyak. kelemahannya
hingga musuh mendapat banyak kesempatan untuh
menyergapnya. Sekonyong-konyong dirasakan pinggang
terasa linu, pedang panjang jatuh ditanah orangnya juga
roboh. Sekali raih Keping berhasil menyambar tubuhnya, sekali
lompat dia lari kepinggir tembok serta melompat keluar sana.
orang-orang Hong-lui-pang berusaha merintangi, namun
mereka digasak oleh Kelu hingga jatuh pontang panting.
Begitu Keping melompat keluar tombok, lekas sekali Kelu
Hong Lui Bun Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
sudah menyusul, nampak dua bayangan kuning berkelebat
diluar tembok terus menyelinap kedalam hutan- Gerakan
mereka teramat cepat, orang banyak yang berkepandaian
biasa tiada yang mampu menyandak apa lagi merintangi.
Dengan langkah ajaibnya Liok Kiamping sementara itu
sedang menghadapi Thianliong-toa-pat-sek Pa-kim Tayhud,
pertarungan hebat yang jarang terjadi dalam Bulim selama ini,
kedua pihak bergerak penuh perincian, setiap serangan sudah
diperhitungkan secara masak disamping menyerang dengan
tipu lihay, sekaligus berusaha memecahkan serangan lawan,
maka adu kekuatan ini memuncak tegang, tiga tombak
disekitar arena hawa terasa mendidih, hingga penonton di luar
gelanggang seperti dihembus angin panpas dari tungku yang
membara. Lima puluh jurus kemudian Thian-liongtoa-pat-sek telah
dikembangkan mencapai puncaknya, dikala tubuhnya
melambung berlegot diudara laksana nags, lapisan bayangan
telapak tangan terus menindih laksana jala besar.
Kiam-ping lebih waspada, seluruh perhatian dia curahkan
untuk melawan serangan disamping dia mencari luang untuk
balas menyerang dengan juras yang mematikan- Sekarang Pakim
Tayhud baru sadar bahwa lawan sejauh ini melawan
masih belum melawan dengan sepenuh tenaga, umpama dia
boyong seluruh kemampuannya melancarkan Thian-liong-toapat-
sekpulajuga tiada artinya lagi.
Celaka adalah bila lawan melontarkan ilmu simpanannya
yang sakti, pasti dirinya akan kecundang dan beroleh malu
besar. Makin dipikir hati makin kecut, jikalau dirinya tidak
mendahului melancarkan ilmu simpanan yang ganas, sebentar
lagi untuk berlalu dari tempat ini kemungkinan sudah
terlambat. Mendadak dia turunkan badannya kepinggir sambil
menggentak lengan kanan, selarik sinar berkelebat meluncur
kebatok kepala Liok Kiam-ping. Melihat serangan lawan belum
mencapai sasaran sudah ditarik balik serta mencelat mundur
hati Kiam-ping sudah curiga, tengah membatin tiba-tiba selarik
sinar putih telah mengancam kepalanya. Lekas dia
kembangkan jurus penyelamat Sui-bong-biau-si (melayang
mengikuti arah angin) dari Leng-hi-pou-hoat, tubuhnya
bergerak laksana setan dalam kecepatan yang tak terukur,
sekali berkelebat bayangannya sudah lenyap.
Pa-kim Tayhud sudah kegirangan bahwa serangan kejinya
bakal melumpuhkan lawan, namun dalam sekejap mendadak
bayangan lawan lenyap dari pandangan mata, karuan dia
melenggong. Seluruh hadirin yang menyaksikan diluar
gelanggang juga tiada yang tahu dengan gerakan apa Liok
Kiam-ping menyingkir Karena melenggong gerakan Pa-kim
Tayhud sedikit merandek, Jian-li-tok-heng banyak
pengalaman, baru sekarang dia melihat sebuah benda
mengkilap bundar berbentuk seperti topi, seketika dia menjerit
kaget: "Hiat-te-cu."
Hiat-te cu adalah senjata ampuh kaum Lama yang punya
kedudukan tinggi diistana raja yang berkuasa sekarang,
biasanya jarang dipertunjukan dimuka umum, hadirin juga
hanya pernah mendengar namanya, belum pernah
menyaksikan sendiri. Am-gi seperti ini hanya dikendalikan oleh
kekuatan hawa murni pemakainya, dalam jarak setombak
lebih masih mampu terjangkau, hanya keserempet saja jiwa
bisa melayang, apa lagi kalau kepala kecaplok, leher putus
jiwa melayang, merupakan senjata rahasia paling jahat masa
itu. Beruntung Liok Kiam-ping berulang kali menemukan rejeki
besar, Lwekangnya sudah bertambah lipat ganda, maka
dengan mudah dia meluputkan diri. Mendengar pekik suara
Jian-li-tok-heng, jantung lantas berdegup, Tapi sikapnya tetap
tenang dan wajar, katanya setelah terkekeh dingin: "Ternyata
TaySu juga punya kedudukan tinggi di istana, sungguh cayhe
berlaku kurang hormat."
Bahwa serangannya luput Pa-kim Tayhud kebingungan
sendiri, mendadak didangarnya lawan bersuara di belakang,
amarahnya semakin membara, kembali tangan kanan
menggentak terus di sendai, berbareng badan berputar, di
mana cahaya putih berkelebat ke belakang, kali ini dia
menyerang dengan setaker tenaga, maka daya luncur Hiat-tecujauh
lebih pesat. Tapi cara yang digunakan justru telah
melanggar pantangan kaum persilatan umumnya.
"Haaaiiiit." Kiam-ping menggembor panjang, Kim- kongput-
hoay-sin-kang dikerahkan, kedua tangan berganti
memukul kearah sinar putih yang meny amber tiba, berbareng
tubuh menggelundang pergi, syukur masih sempat
menyelamatkan diri. Kali ini Pa-kim Tayhud yakin serangan yang dilancarkan
sepenuh tenaga ini pasti dapat merobohkan lawan, tak nyana
baru saja cahaya putih mumbul mencapai ketinggian tertentu,
terasa gerakannya seperti terbendang tembok baja. jelas Hiatte-
cu tak mampu menembus pertahanan Kim-kong-put-hoaysinkang,
lekas dia kerah-kan tenaga menekan tangan kebawah
supaya Hiat-te-cu yang bercahaya kemilau itu menungkrup
kebawah, namun pukulan Liok Kiam-ping sudah menerjang
tiba, ?"Blam" cahaya putih terpukul serong ke pinggir.
Dua kali serangannya tidak berhasil, mengkirik sendiri bulu
kuduk Pa kim Tayhud hal ini belum pernah terjadi selama dia
menggunakan Hiat-te-cu, namun dasar licik dan licin, segera
dia bergelak tawa, katanya:
"Agaknya Sicu sudah meyakinkan ilmu sakti mandraguna
dari aliran Buddha, Kim-kong-put-hoay-sin-kang. Baiklah
selama gunung tetap menghijau, pada tanggal sembilan bulan
sembilan tahun ini, Lolap akan meluruk balik ke Kwi-hun-ceng
guna mohon pengajaran lebih jauh."
Tanpa menunggu jawaban Liok Kiam-ping segera bawa
kedua muridnya terus berlalu masuk kedalam hutan- orang
banyak hendak mengejar, tapi dicegah oleh Liok Kiam-ping.
Waktu mereka beranjak kedalam perkampungan, dari
dalam berlari keluar seram dengan orang semua merubung ke
depan Liok Kiam-ping, sebelum memberi hormat seorang telah
memberi laporan dengan muka pucat: "Pangcu, celaka dua
belas, nona Siau Hong diculik dua orang Lama setelah ditutuk
hiat-tonya. kami beramai tak mampu merintangi dan
mengejarnya, harap Pangcu lekas bertindak."
Mendangar kabarjelek ini karuan semua orang Hong-luipang
kaget dan gusar, semua melenggong saling pandang.
Terutama Liok Kiam-ping, sedihnya bukan main, menyesal
kenapa membiarkan Pa-kim Tayhud bertiga berlalu begitu
saja. Meski otaknya enter namun menghadapi kejadian
mendadak begini, dia jadi kebingungan dan kehabiaan akal.
Sambil meng gereget segera dia bergerak hendak mengudak.
Tapi Ai-pong-sut dan lain-lain membujuk orang banyak
segera kembali keperkampungan, mencari akal untuk
bertindak supaya tindakan tidak sia-sia, kalau mengejar tanpa
rencana, bukan saja tidak berhasil, urusan mungkin b ia a
lebih parah. Liok Kiam-ping menghela napas panjang dengan langkah
berat dia pimpin orang banyak banyak masuk kependopo.
Lekas sinar tabir malam telah menyelimuti alam semesta,
hembusan angin senja terasa semilir memabukan.
Sudah saatnya orang beriatirahat, namun mereka masih
sibuk berunding dan mengatur merancang apa yang harus
dilaksanakan Menjelang tengah malam seluruh Kwi-hunceng masih
kelihatan sibuk. bayangan orang tampak bergerak hilir mudik,
lampu terang benderang di segala pelosok. petugas bekerja
keras, burung-burung merpati pos satu persatu dilepaskan,
bunyi desiran angin sayapnya terdangar ramyai data dalam
sekejap tertelan tabir malam. keadaan agaknya cukup tegang.
Merpati pos itu sudah terlatih sedemikian rupa, meski dihujan
lebat atau malam gelap juga dapat menunaikan kewajibannya
dan baik. Lilin besar menyala didalam Pau-gwat-lou, pimpinan
tertinggi Hong-lui-pang sedang mengadakan sidang darurat,
wajah mereka kelihatan serius, semua menepekur mencari
akal, suasana hening terasa mencekam hingga napas mereka
terdangar berat, petugas ronda diluar jaga mondar mandir
dengan langkah prihatin, bicara tidak berani keras.
Setelah menghela napas Liok Kiam-ping berkata: "Karena
kelalaian cayhe hingga Pa-kim Tayhud pergi dengan bebas,
terjadi pula perobahan tak terduga ini hingga sulit untuk
menolong siau Hong. Betapapun Lama jubah kuning itu
harus dibekuk dan dihukum setimpal, kalau tidak bila hal ini
tersiar diluar, wibawa Hong-lui-pang yang baru berdiri akan
pudar dan mengalami pukulan berat" lalu geleng-geleng dan
menghela napas pula. Jun-lui-tong TongcuJian-li-tok-heng berkata: "Pangcu,
bukan saatnya kau menyalahkan diri sendiri, tadi kita semua
juga hadir, siapapun tidak menduga dalam perkampungan
terjadi periatiwa yang kebetulan ini, yang penting sekarang
kita harus menyelidiki jejak musuh.
Hoat-hi-tong Tongcu Ginju tay.beng angkat bicara: "Siau
Hong terculik dari markas pusat, betapapun kita harus
berusaha sehingga mereka tak mampu lari jauh, menurut
pendapatku lekas kita kerahkan seluruh kekuatan mengudak
ke berbagai arah, umpama tumbuh sayap juga mereka takkan
bisa lolos." Aipong-sat berkata: "Urusan tidak boleh terburu nafsu,
kukira lebih penting kita cari tahu jejak musuh baru
mengejarnya serentak, kalau berpencar mengudak tanpa
tujuan, bukan saja menghabiskan waktujuga membuang
tenaga, hasilnya nihil lagi, musuh punya kesempatan
menyergap kita, maka akibatnya lebih parah."
Gin-ji-tay-beng mendebat: "Dunia seluas ini, dalam waktu
singkat kemana kita harus mencarinya."
Gin-ji-tay-beng gelisah katanya: "Dunia seluas ini, ke mana
kita harus mencarinya "'
Maka Liok Kiam-ping bertanya kepada Jin-bong-tong
Tongcu Kim-ji-tay-beng: "Apakah laporan dari berbagai
cabang sudah tiba." "Burung dara pos yang membawa surat sudah dilepas,
namun paling cepat juga besok pagi baru bisa memperoleh
jawaban" demikian sahut Kim-ji-tay-beng.
Jian-li tok-heng menimbrung: 'Tampang dan dandanan
mereka gampang dikenali, bila berbagai kekuatan cabang kita
dikerahkan, yakin jejak mereka pasti dapat ditemukan
secepainya, semoga sebelum terang tanah, kita sudah
memperoleh laporan yang diharapkan-'
Kata Liok Kiam-ping kemudian setelah terpekur: 'Kalian
sudah bekerja berat semalam suntuk. satu jam lagi sudah
bakal terang tanah, silakan kalian beristirahat saja, pulihkan
dulu tenaga dan semangat supaya besok bekerja lebih baik."
Memang orang banyak sudah letih, segera mereka
berpamitan dan mengundurkan diri, untung mereka memiliki
dasar Lwekang tangguh, hanya samadhi satu dua jam juga
sudah cukup untuk memulihkan kondisi semula.
Kira-kira sejam kemudian, dua suitan berbunyi diudara, dua
ekor burung datang menukik turun kedalam Kui-hun-ceng.
Sementara itu Liok Kiam-ping yang sedang samadi sudah
mengatur pernapasan dan mengerahkan hawa murni satu
putaran, kondisinya boleh dikata sudah pulih seperti sedia
kala, memang Lwekangnya sudah amat tinggi, maka
pendengarannya teramat tajam, mendengar suara burung
dara yang menukik turun, hatinya amat senang, baru saja dia
berdiri. Seorang Hiangcu berseragam biru sudah muncul
diambang pintu ruang langsung memburu kedepan Liok Kiamping
serta mengangsurkan sepucuk surat dengan kedua
tangannya, katanya: "Lapor Pangcu, inilah surat laporan dari
cabang di Tinkang diutara sungai, silakan memeriksanya."
Liok Kiam-ping mengangguk seraya terima surat itu, dia
suruh Hiangcu itu mengundurkan diri. Sementara itu orang
banyak juga sudah memburu datang dari berbagai penjuru,
tampak semangat mereka sudah segar dan gagah. Gin-ji-taybeng
yang berwatak berangasan membuka suara lebih dulu:
"Padri Tibet itu datang dari Lun-pu-si, kenapa sekarang
menempuh perjalanan ke utara, mungkinkah hanya perangkap
belaka?" Jian-li-tok-heng si ahli pikir berkata: 'Pa-kim Tayhud
memiliki Hiat-te-cu, kemungkinan besar dia adalah salah
satujago kosen istana yang baru diundang untuk mengisi
kekosongan jabatan di sana, sekarang kebetulan dalam
perjalanan ke Pak-khia, mumpung ada kesempatan dia ingin
menggunakan kekuatan pemerintah memancing kita masuk
perangkapnya. Kalau dugaanku ini betul, maka urusan
memang cukup genting."
Ai-pong-sut Thong can mengangguk, katanya: "Kota raja
dijaga ketat, kalau padri Tibet itu meminjam kekuatan
pemerintah untuk melawan kita memang patut dipikirkan
secara cermat, urusan hanya boleh di selesaikan dengan akal,
jangan pakai kekerasan yang tanpa perhitungan maka
menurut pendapat Los iu, perbuatan mereka yang rendah dan
hina dina ini pasti takkan berani dilakukan secara terangterangan,
karena perbuatan merekapun termasuk melanggar
hukum." Bertaut alis Liok Kiam-ping, katanya: "Dari kejadian yang
beruntun ini, kedatangan padri Tibet kemari dan membela
pihak orang-orang Glokshoan-to pasti sudah direncanakan
sebelumnya, dibela kang layar pastijuga ada seorang biang
keladinya, tujuannya jelas untuk meruntuhkan Hong-lui-pang
kita, menculik Siau Hong tidak lain hanya untuk memancing
aksi kita saja, bukan mustahil sekarang mereka sudah
mengatur berbagai perangkap keji, namun perangkap apapun
Hong-lui-pang kita pantang mundur"
Mendadak Kim-ji-tay-beng tepuk tangan dan berseru:
"Betul, apakah kalian masih ingat begal tunggal Hwe-giam-lo
SiuJan yang tiga puluh tahun lalu pernah malang melintang di
Say-pak. tiga kali meluruk ke puncak Gobi membunuh Go-bi
ciangbun dan delapan belas muridnya ?"
Jian-li-tok-heng mengangguk, katanya: "Betul, Grmbeng
laknat ini berilmu tinggi, entah dari aliran atau perguruan
mana, konon sejak dua puluh tahun yang lalu sudah
mengasingkan diri entah di mana, untuk apa kau
menyinggung begal jahat itu ?"
"Kukira tidak meleset, Kungfu orang ini basil ajaran orang
barat, kalau tidak salah sealiran dengan Bong-siu, sekarang
Hong Lui Bun Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
penjabat komandan pengawal raja di istana, bukan mustahil
dia berintrik dengan kawanan padri Tibet itu."
"Kalau dugaan ini betul, berartiBongsiujuga sudah berada di
kota raja.Jikalau mereka bergabung, urusan memang cukup
gawat bagi kita." Melotot mata Gln-ji-tay-beng, katanya: "Peduli Hwe-giamlo,
Bong-siu atau siapa saja, bila kebentur ditangan kita
jiwanya pasti tidak terampun lagi, biarlah kita mengobrak
abrik istana raja juga tidak perlu dibuat takut, kalau tidak
sungguh penasaran- "Ji-te," cegah Kim-ji-tay-beng, kau selalu mengumbar adat
melulu, tujuan lawan memang membakar amarah kita,
sekaligus untuk menjaring seluruhnya. Bila masuk kota raja,
sebelum jelas duduknya persoalan, kularang kau mengunjuk
diri dan membuat onar."
Ai-pong-sut Thong cau tertawa, katanya: "Kalau benar
Hwe-giam-lo SiuJan berada di kota raja, dengan dia Losiu
masih ada perhitungan lama yang belum dilunasi, mumpung
kali ini ada kesempatan, biar kubereskan sekalian di kota
raja." BerkataJian-li-tok-heng serius: "Musuh berani membuat
profokasi terhadap kita, pasti sebelumnya sudah ada
persiapan, dalam keadaan kita ditempat terang musuh dipihak
gelap. maka untuk masuk ke kota raja kita harus menyamar
dan dibagi beberapa kelompok, yang penting kita harus
berusaha masuk kekota raja tanpa konangan dan kumpul di
suatu tempat, secara diam-diam bekerja di bawah tanah
mencaritahu situasi di sana, setelah urusan cukup terang baru
turun tangan, yang terang pihak kita harus berusaha supaya
tidak bentrok langsung dengan kekuatan pemerintah, supaya
tidak menimbulkan sesuatu yang tidak kuharapkan-"
Liok Kiam-ping mengangguk menyatakan setuju: "Baiklah,
kita persiapkan secepatnya sekarang kalian boleh
mempersiapkan diri dan terus berangkat. KepadaJin-bongtong
Tongcu kuserahkan tugas dan tanggung jawab untuk
memegang tampuk pimpinan dimarkaspusat ini dibantu Yuhuhoat,
ciu-con-koan dan para Tongcu serta Hiang-cu yang
tidak ikut serta." habis bicara segera dia berbangkit, orang
banyakpun lantas mengundurkan diri mempersiapkan bekal
masing-masing. Tekad Liok Kiam-ping begitu besar untuk lekas menolong
Siau Hong di kota raja sekaligus untuk menegakkan wibawa
Hong lui-pang pula, begitu mengundurkan diri bersama cohsiang-
hwi Ling-khong mereka menyamar pelajar yang akan
ujian ke kota raja. Ai-pong-sat Thong cau seperjalanan
dengan Jian-li-tok-heng menyamar pedagang, mereka
berangkat belakangan dari arah lain.
Gin-ji-tay-beng dan Thi-pi-kim-to Tan Kian-thay bersama Itcu-
kiam Koan Yong beserta beberapa IHiangcu menyamar
orang-orang piauklok yang pulang kekota raja. Sebelumnya
sudah dijanjikan setiba di kota raja akan berkumpul di Thiankic.
Pakkhia adalah kota raja yang sudah dibangun sejak jaman
kuno melalui beberapa kali dynasti, kota kuno yang megah
dan angker ini amat besar, luas dan ramai, penduduk padat,
perdagangan ramai kehidupan makmur, lalu lintas dalam kota
amat ramai bagi orang yang belum pernah datang ke kota raja
pasti gampang kesasar. Menjelang magrib dari pintu barat pelan-pelan masuk tiga
ekor kuda yang dijalankan lambat-lambat, dibelakangnya
mengintil dua orang kacung cilik yang memikul keranjang
berisi buku, alat-alat musik dan pakaian, sambiljalan mereka
bicara riang gembira. Tiga orang penunggang kuda itu masih muda dan gagah
berpakaian pelajar, kebetulan mereka dijalan raya yang ramai
dan merupakan daerah mewah, sepanjang jalan raya ini
berderet toko-toko serba ada dan restoran besar, orang-orang
besar dan kaya sering mondar mandir disini, maka kedatangan
ketiga pemuda inipun tidak menarik banyak perhatian-
Tidak ada yang tahu atau menduga bahwa ketiga pemuda
ini bukan lain adalah samaran Hong -lui - pang Pancu Pat-pikim-
liong Liok Kiam-ping beserta rombongannya. Setiba di
jalan Selatan, Liok Kiam-ping menginap di hotel Si-hay-jun.
Habis membersihkan badan dan makan malam, Liok Kiamping
berpesan kepada kedua kacung cilik supaya menjaga
pintu, lalu bersama coh-siang-hwi Ih Tiau-hlong dan Suma
Ling-khong keluar pintu mencari berita.
Arus manusia yang berlalu lalang dijalan raya penuh sesak.
Liok Kiam-ping bertiga memasuki sebuah Restauran Hoa-inglou,
pelayan menyilakan mereka naik kelantai dua, saat makan
malam, maka restoran ini penuh dikunjungi orang-orang yang
suka merogoh kantong, terpaksa Kiam-ping bertiga mendapat
tempat dipojok timur mepet dinding.
Para tamu restoran ini kebanyakan berpakaian ketat, sambil
makan minum mereka bicara sambil senda gurau, waktu
Kiam-ping bertiga naik keloteng, para tamu menoleh kearah
mereka namun tiada, yang ambil perhatian.
Kiam-ping memilih beberapa masakan dan memasan sepoci
arak. Hatinya dirundung kuatir akan keselamatan Siau Hong,
maka tiada selera makan minum, maka dia hanya menemani
coh-siang-hwi dan Suma Ling-khong makan minum saja,
namun dengan penuh perhatian dia selalu perhatikan para
tamu yang hilir mudik silih berganti.
Dari tempat duduk yang termasuk kelas mewah disebelah
dalam sana, mendadak kumandang gelak tawa, seorang
berkata: "Siko, kau memang hebat, obat mujarab seperti itu,
bila diserahkan ke ong-hu, meski genduk itu terbuat dari
besijuga akirnya pasti luluh, apa kehendakmu dia pasti
menurut saja, bila Siu-ya senang, cukup sepatah katanya,
tanggung seumur hidupmu takkan kekurangan Kami
bersaudara juga pasti dapat ketiban rejeki. Hayolah Siaute
suguh kau secangkir."
Disusul seorang tertawa terloroh sinis, katanya: "Itupun
hanya kebetulan saja, dari seorang teman tanpa sengaja aku
mendengar tentang kasiat obat itu, padahal harganya tidak
seberapa, cuma kalau dicampur dalam suatu ramuan
kasiatnya memang luar biasa, bila kuserahkan kepada siu-ya,
manfaatnya pasti besar bagi beliau. Pagi tadi aku disuruh
bertugas diluar, oh, ya, Li-lote bagaimana dengan tugasmu ke
selatan kali ini ?" Sebuah suara melengking berkata: Jikalau bukan karena
tugas ini, aku masih ingin bersenang-senang di Hang cu
beberapa hari " Konon untuk merebut balik Siau Hong
sigenduk genit itu, pihak lawan mengerahkan seluruh
kekuatannya meluruk kekota raja, menurut perhitungan,
dalam dua hari ini pasti sudah berada di kota raja."
"Semua itu sudah dalam perhitungan Siu-ya. bila mereka
sudah berada dikota raja, saat hong-lui-pang hancurpun
sudan tiba.. ' Pendengaran Liok Kiam-ping amat tajam, pada hal suasana
restoran itu ramai dan ribut, namun percakapan beberapa
orang ini dapat didengarnya dengan jelas. Mendengar mereka
menyinggung Hong-lui-pang, menyebut Siau Hong lagi, maka
dia menduga beberapa orang ini pasti kaki tangan musuh,
mengingat soal obat dan kasiatnya segala, sesaat dia
melenggong dibuatnya. Coh-siang-hwi yang lagi makan dengan lahapnya selalujuga
memperhatikan keadaan sekitarnya, melihat mimik muka
Kiam-ping agak ganjil segera dia bertanya: "Pangcu, kau
melihat apa " "
Kiam-ping memberi kedipan mata, katanya: "Di sini banyak
orang, mari bicara diluar saja." lalu dia mendahului berdiri,
coh-siang-hwi ikut turun kebawah.
Tak lama kemudian Liok Kiam-ping kembali sendirian,
berbisik-bisik sejenak dengan Suma Ling-kheng lalu pura-pura
makan minum dengan kalem pada hal kupingnya
memperhatikan percakapan orang-orang dibilangan dalam.
Agaknya beberapa orang berkerumun lagi dibilik dalam
kelas vip sehingga suasana terdengar lebih ramai, yang jelas
semua menyanjung puji kepada la kolaki yang dipanggil si-ko
tadi, sementara Si-ko selalu terkekeh kesenangan.
Terdengar Si-ko berkata: "Para saudara, orang-orang
seperti kami yang hidup dibawah golok dan pedang, bila tiba
saatnya memang perlu mencari hiburan sepuasnya, bukan aku
Jik-lian coa PekJi-hay mengagulkan diri, selama hidupku tiada
sesuatu keahlianku, namun bicara main perempuan, aku yakin
lebih ahli dan lihay dari kamu semua, perempuan macam apa
saja, h eh e, ditang a nku pasti dia tunduk dan menyerah lahir
batin, demikian pula Siau Hong genduk genit itu, meski dia
berontak dan melawan, cukup lima tetes saja, pasti dia pasrah
dan menyambut hangat kepadamu."
"Pek-siko, apa nama obat mujarabmu itu . "
"O, namanya cong-jun-kiu, siapa saja yang meminumnya,
akan segera melayang ke sorga.'
Mendengar Siau Hong akan dikerjai dengan obat mesum,
bergetar sekujur badan Liok Kiam-ping, dengan menggereget
dia membatin: "Kawanan bangsat itu memang berani
melakukan perbuatan jahat macam apa saja"
"Di mana siau Hong disekap belum berhasil kuselidiki, pada
hal waktu cukup mendesak, terpaksa aku mulai turun tangandari
orang-orang ini, umpama jejak ia sampai konangan
musuh juga apa boleh buat." karena gejolak amarahnya,
alisnya berdiri napaspun memburu, hampir tak terkendali dia
hendak terbang kedalam melabrak orang-orang itu.
Untunglah pada saat itu didengarnya seorang berkata
dengan suara serak: "Kalau demikian berapa lama lagi obat
mujarabmu itu dapat kau ramu Siko ?"
"Dalam dua hari lagi juga pasti sudah manjur."
Mendengar masih ada tempo dua hari cukup untuk
menyelidik dan mengatur rencana, sedikit lega hati Liok Kiamping.
Tak lama kemudian terdengar langkah ribut dari dalam,
seorang laki-laki kurus setengah umur berjubah panjang
tampak melangkah keluar lebih dulu, matanya yang sipit
memicing, langkahnya sengaja dibuat-buat menuju ke anak
tangga, sikapnya ter-lalu pongah. Di belakangnya ada lima
orang lelaki yang beda perawakan, semuanya bersikap garang
dan tengik. Setiba dimulut tangga, seorang lelaki dibela kang yang
bertubuh kekar mendadak berkata kepada laki-laki kurus
didepannya: "Siko, sekarang mau kemara, Siaute masih ada
sedikit urusan harus segera kubereskan, terpaksa tidak dapat
meng iring imu. bila ada persoalan besok pagi kami bertemu
lagi di Siang-hok-teh-lau saja bagaimana ?"
'Li-lote, kenapa terburu nafsu, baru saja tiba sudah kangen
agaknya, tidak kumpul semalam kenapa sih. Baiklah besok
kami bertemu di Siang-hok-teh-lau.' habis bicara terus turun
loteng, Mumpung kedua orang itu sedang bicara, diam-diam Liok
Kiam-ping mengincar punggung si-ko terus menjentik jari,
segulung bayangan hitam segera meluncur menempel dibaju
punggung laki-laki kurus setengah umur itu, lalu Kiam-ping
memanggil pelayan supaya menghitung rekeningnya.
Sementara itu coh-siang-hwi Ih Tiau-hiong sudah
menunggu d iba wah loteng, mendengar suara Liok Kiam-ping
dia sudah maklum, begitu rombongan enam orang itu turun
segera dia mengincar mereka, dilihatnya pula noda hitam
dipunggung laki-laki kurus itu, segera dia tersenyum penuh
arti, segera dia melangkah keluar restoran lebih dulu lalu
menyingkir kepinggir, setelah rombongan orang itu beranjak
beberapa tombak baru dia mengikuti mereka.
Bila Liok Kiam-ping dan Suma Lingk-hong tiba dibawah
loteng, sementara lh Tiau-hiong sudah puluhan tombak
jauhnya. Kuatir Ih Tiau-hiong mengalami bahaya bila jejaknya
konangan musuh, maka dari kejauhan Kiam-ping berdua juga
mengintil sambil pasang mata.
Setiba diujung jalan raya besar Jik-lian-coa PekJi-hay
angkat tangannya berpisah dengan kelima orang yang lain,
langkahnya dlpercepat menyelinap kedalam sebuah gang kecil
dan menghilang ditempat gelap.
Sudah tentu Ih Tiau-hiong tidak mau ketinggalan,
Ginkangnya memang tinggi segera dia melejit ke atas seraya
memberi ulapan tangan kearah Liok Kiam-ping berdua, sebat
sekali diapun menyelinap kedalam gang kecil itu.
Dengan kecepatan langkah Coh-siang-hwi lekas sekali dia
sudah menyusul bayangan didepan, tampak jik-lian-coa terus
mengayun langkah secepat terbang, agaknya dia amat apal
seluk beluk daerah ini, jalan yang ditempuh selalu daerah
gelap dan sempit tersembunyi, gerak geriknya cekatan lagi,
beberapa kali hampir Coh-siang-hwi ketinggalan dan
kehilangan jejaknya. Akhirnya dia tiba didepan sebuah rumah
pendek berpetak disini dia berhenti sejenak lalu Celingukan,
akhirnya angkat tangan mengetuk pintu tiga kali, dari dalam
rumah segera terdengar sebuah suara perempuan berkata:
"Sebentar, Si-ya bukan " kenapa sampai sekarang baru
datang." maka daun pintu terbuka, PekJi hay segera
menyelinap masuk. Sebat sekali ih Tiau-hiong meluncur turun didepan pintu,
dengan kapur dia memberi tanda silang dipinggirpintu lalu
melejit mumbul keatas wuwungan, dia merunduk maju ke
arah sinar lampu yang menyala disebelah dalam. Setelah
melewati sebuah pekarangan, dari arah kamar kiri mendadak
didengarnya suara perempuan tertawa cekikikan, katanya:
"Hihi, tanganmu selalu tidak genah, membuatku geli saja. Hm,
kau minum arak lagi."
"oh, mestikaku, biar kuberitahu kabar gembira padamu,
dua hari lagi aku akan ketiban rejeki, bila uang sudah ditang a
nku boleh sebagian kuberikan kepada Ai-losam, biar dia
mencari bini lain, selanjutnya kau akan menjadi biniku yang
resmi, hehehe." "Sebal aku mendengar ocehanmu. Berapa kali kau bilang
begitu, buktinya sampai sekarang tetap tetap tiada buntutnya,
memangnya aku maupercaya obrolanmu.'
"Hehehehe, kali ini pasti tidak ngapusi lagi, kenyataan
sudah didepan mata, malahan barang yang kuperlukan juga
berada di sini.' "Barang apa, memangnya betul-betul dapat mendatangkan
rejeki ?" "Dua botol arak itulah, Siu-congya dari istana ingin
memakainya, bila dia sudah membuktikan kasiat arak
buatanku itu, bukan saja kami bakal ketiban rejeki, bukan
mustahil aku bakal mendapat jabatan penting di istana. Kalau
Hong Lui Bun Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
aku sudah punya pangkat, apa lagi yang kau kuatirkan.
Hehehe, eh, di mana kedua botol arak itu."
"Ya tetap dirak minuman dikamar sebelah. Aku jadi muak
bila mengendus bauarakdari mulutmu, kau tidur dulu, biar
kubikinkan bubur kuah untuk menghilangkan rasa mabukmu.
lalu perempuan itu keluar pergi kedapur.
Sudah tentu Coh-siang-hwi tidak membuang kesempatan
baik ini, dengan enteng dia meluncur dipekarangan
menyelinap kekamar sebelah kanan, meminjam sedikit cahaya
api dari kamar sebelah, samar-samar dilihatnya pada rak
dipinggir almari ada dua buah botol putih porselin, diperut
botol masing-masing ditempel kertas merah, diatas kertas
merah itu satu ditulis cong-jun-ciu yang lain bertulis coa-cuiciu.
Coh-siang hwi raih botol yang bertulis cong-jun-ciu,
membuka tutup serta mengendus baunya, lalu dia tuang
seluruh isi botol itu dikaki tembok. dari teko yang ada diatas
meja dia tuang air teh kedalam botol, setelah disumbat pula
lalu ditaruh ditempat semula. Sebat sekali tanpa
mengeluarkan suara dia sudah melompat keluar rumah, saat
mana Liok Kiam-ping dan Suma Ling- khong juga sudah tiba
didepan rumah petak itu. Segera Coh-siang-hwi memberi laporan singkat, diam-diam
Liok Kiam-ping bersyukur, mereka bertiga segera balik ke
hotel Si-hay-jun. Besok pagi, mereka bertiga dibagi dua, Coh-siang-hwi
sendirian berangkat menuju ke Thoan-klo, Kiam-ping
seperjalanan dengan Suma Ling-khong.
Thian klo merupakan daerah teramai dikota raja, bagian
utara terdapat Lian-hoa-ti (empang teratai), sebetulnya lebih
cocok kalau dikatakan danau teratai karena empang teratai ini
amat luas dan besar, tepat ditengah empang terdapat
gundukan tanah hingga mirip sebuah pulau, dari pulau ini
dengan sebrang dibangun jembatan yang berliku-liku
keberbagai penjuru, perahu dapat lewat dibawah jembatan-
Saat itu musimnya kembang mekar, berbagaujenis
kembang yang ditanam di sekitar empang teratai seperti
berlomba memampilkan keindahannya, Hawa segar harum
semerbak. Sang-hok-teh-lau terletak di selatan empang teratai, sepagi
itu para tamu sudah memenuhi seluruh restoran berlantai dua
ini, seorang pemuda berjubah biru dengan santai tengah
duduk menikmati secangkir teh dipinggir jendela yang
menghadap kedanau. Tak lama kemudian, tangga loteng bergetar oleh derap
langkah dua laki-laki berpakaian ketat, setiha di atas loteng,
matanya melotot menyapu pandang seluruh hadirin, suasana
yang semula ramai seketika hening, beberapa orang tampak
berdiri menjura kepada kedua orang ini, pelayanpun segera
menyilakan mereka duduk. Salah seorang berkata: "Siapkan
dulu beberapa poci the yang paling baik, nanti sebentar ada
orang yang akan datang."
Pelayan mengiakan terus mengundurkan diri menyiapkan
yang diminta. Belum lama kedua orang laki-laki ini duduk, anak tangga
berderap lagi, kali ini datang lima orang kaum persilatan, yang
terdepan adalah laki-laki setengah abad berkulit muka merah
perawakannya gagah, berpakaianjubah panjang warna kuning
sutra, sepatu pendek bersol tinggi, langkahnya tegap dan
enteng, setiba diatas loteng dia batuk dua kali, suaranya berat
berisi, jelas Lwekangnya cukup tangguh.
Empat orang dibelakangnya adalah orang-orang yang
pernah muncul di Hoa-ing-lau kemarin jik-lian-coa PekJi-hay
diantaranya. Dua laki-laki yang datang duluan bergegas
menyambut dengan laku hormat lalu berdiri di kanan kiri.
Laki-laki tua kekar itu hanya mengangguk sedikit lalu
membuka kedua tangan, katanya: "silakan duduk. kami bicara
dengan santai saja." lalu dia mendahului duduk di kursi
tengah. Yang lain segera menarik kursi di sekeliling meja.
Coh-Siang-hwi ih-Tiau-hiong masih muda, namun
pengalamannya d id a la m Piauklok cukup luas, maka tokohtokoh
Bulim yang terkenal belakangan ini dia cukup tahu dan
kenal, melihat laki-laki kekar muka merah ini, diam-diam
hatinya kaget, batinnya: "Bukankah dia ini Seng-si-ciang IHou
Kongki yang bertangan gapah itu, agaknya dia yang menjadi
pemimpin rombongan orang-orang ini.'
Diluar tahunya bahwa Seng-si-ciang Hou Kong-ki sekarang
adalah tangan kanan Hwe-giam-to SiuJan yang terpercaya,
urusan besar kecil diluar istana dipercayakan kepada Hou
Kong-ki. Belum sempat orang-orang ini berbicara dari bawah loteng
muncul lagi empat orang tua yang berpakaian sama. Begitu
empat orang tua ini muncul, Seng-si-ciang Hou Kong-kipun
berdiri menyambut, setelah basa basi ala kadarnya, orang
banyak duduk pula ditempatnya.
kedatangan empat orang tua ini kembali membuat Cohsiang-
hwi kaget dan bertanya-tanya dalam hati, kenapa BiauTiraikasih
Website san-si-sat inipun sekomplotan dengan mereka, jelas
persoalannya tidak boleh diremehkan.
Biau-san-si-sat sejak kecil hidup didaerah Biau, semula
mereka anak keluarga Nyo yang kelantar ditanah rantau,
setelah ayah bunda mereka mati, sejak kecil mereka dirawat
oleh seorang aneh serta dididik sampai besar, masing-masirg
diberi nama Nyo Llong, Nyo Hou, Nyo Hong dan Nyo in,
seluruh kepandaian orang tua itu diturunkan kepada empat
bersaudara ini, menjelang tua mereka berhasil menciptakan b
arisan pis a u terbang yang dilancarkan bersama, Tokoh lihay
kelas wah id di bulim juga jarang yang mampu mengalahkan
barisan pisau terbang mereka, selama puluhan tahun malang
melintang menjadikan watak mereka terlalu angkuh dan
sombong. Setelah bisik-bisik entah merundingkan apa dengan rekanrekannya,
maka Seng-si-ciang Hou Kong-ki angkat bicara
kepada Blau-san-si-sat: "Kami patut mengucap terima kasih
akan kesudian kalian datang ke kota raja untuk bantu
membasmi orang-orang Hong-lui.pang, Siu-tangkeh sedang
disibukkan urusan dinas hingga tak sempat menyambut
kedatangan kalian, maka kami yang disuruh menyambut dan
menyatakan maaf." lalu dia berdiri dan menjura.
Nyo Llong tertua dari Biau-san-si-sat bergelak tawa,
katanya: "Kami sesama kaum persilatan adalah jamak saling
bantu. Apa lagi Bong Siu Locianpwejuga tulis surat
rnengundang kami, maka kami bersaudara tidak bisa
menampik, apa lagi demi memberantas kejahatan di Bulim
untuk ini Hou-tangkeh tidak usah kecil hati. Apa benar musuh
bernyali begitu besar berani meluruk ke kota raja membuat
onar. Bila perlu biar kami luruk kes arangnya untuk membabat
habis mereka saja." habis bicara keempat saudara itu bergelak
tawa dengan angkuh. Seng-si-ciang IHou Kong-ki segera menjelaskan: "Menurut
laporan, orang-orang Honglui-pang sudah bergerak secara
berpencar, dihitung perjalanan mereka, sekarang mungkin
sudah berada dikota raja." lalu dia berpaling kepada jik-liancoa
PekJi-hay dan bertanya: "Dua hari ini, adakah orangorang
yang patut dicurigai berada dikota raja."
PekJi-hay menjura lalu menjawab hormat: "Sejak kemaren
belum kelihatan orang-orang yang patut dicurigai, namun
laporan diterima, kemaren ada pemuda pelajar yang tiba di
sini, keadaan mereka patut diperhatikan, namun gerak
geriknya seperti tidak pandai silat... " sampai di sini secara
kebetulan dia angkat kepala, mendadak dia beradu pandang
dengan Coh Siang- hwi yang kebetulanjuga sedang
memperhatikan omongannya, segera dia menghentikan
perkataan lalu dilanjutkan dengan bisik-bisik.
Ih Tiau-hiong terlalu asyik mendengar percakapan mereka
hingga tidak menyadari sikapnya yang terlalu menyolok,
setelah beradu pandang dengan PekJi-hay, hatinya mencelos
kaget, lekas dia melengos, namun sudah terlambat, tahu
gelagat tidak menguntungkan, apalagi apa yang iinginkanjuga
sudah diperoleh, maka dia merasa tidak perlu tinggal lamalama
di sini, setelah memanggil pelayan membayar rekening
segera dia meninggalkan restoran itu.
Dengan langkah lebar dia menuju ke timur sesuai petunjuk
yang ditinggalkan Liok Kiam-ping dengan sandi-sandi rahasia
setelah putar kayun dia membelok pula dari arah selatan
kebarat. Setelah keluar dari pintu barat lurus kedepan akan
tiba di Hay-tian, sebuah danau yang dipagari pohon yang-liu
sepanjang pinggirnya. kearab utara danau Coh-siang-hwi
melangkah menuju ke dermaga dibawah pohon ditambat
beberapa buah perahu, berjalan kira-kira sepanahan,
dikejauhan Liok Kiam-ping dan Suma Ling-khong sudah
kelihatan sedang berdiri menikmati keindahan alam permai di
sekitar danau. setelah dekat Coh-siang-hwi memberi tanda
kedipan mata serta menjura, katanya:
"Maaf bikin kalian menunggu lama, perahu sudah tersedia,
silakan naik, biar kutunjukan tempat-tempat tamasya yang
menyenangkan." tanpa menunggu jawaban Kiam-ping dia
mendahului lompat keatas perahu serta memegang galah.
Kiam-ping tahu ada persoalan yang kurang beres, namun
dengan tertawa dia ikut naik ke atas perahu bersama Suma
Ling-khong. setelah perahu dikayuh ketengah danau. Cohsiang-
hwi kerahkan tenaga, setiap galah ditangannya bergerak
perahu laju dengan kencang. Selama ini mereka tiada yang
bicara, setanakan nasi kemudian, perahu sudah beberapa li
ditengah danau. Tak lama kemudian perahu membelok ke selatan memasuki
daerah semak belukar daon-daon welingi di sini tumbuh subur,
para pelancong jarang yang mau mengkayuh perahunya
ketempat ini.. Coh-siang-hwi sengaja membelokkan perahunya
kedalam rumpun doan-daon welingi untuk menghilangkanjejak
mereka. Ditempat belukar ditengah danau inilah coh-siang-hwi
melaporkan apa yang telah dilihat dan didengarnya kepada
Liok Kiamping. Bertaut alis Liok Kiam-ping setelah mendengar laporannya,
katanya menghela napas, tak nyana urusan berbuntut makin
luas, kelihatannya mereka memang sudah mengatur rencana
secara matang, menurut situasi sekarang kekuatan mereka
cukup merepotkan kita, bukan mustahil dibela kang mereka
masih ada lawan dan rencana keji yang sukar diduga."
"Pangcu," kata Coh-siang-hwi, 'menurut pendapatku,
agaknya mereka juga mempersiapkan kekuatan pemerintah
untuk menghadapi kami, namun secara diam-diam
mengumpulkan dulu jago-jago kosen dari berbagai daerah
untuk menjaring kita bersama, jelas tujuan mereka teramat
keji dan jahat.' Suma Ling-khong berkata: "Bahwa mereka sudah
mengerahkan kekuatan untuk melawan kita, tentu sudah
punya rencana yang cukup matang, maka menurut
pendapatku, pihak mereka tentu sudah menaruh curiga
terhadap Ih-heng dan sudah tahujejak kita di sini"'
Ih Tiau-I Hong seperti ingat sesuatu, katanya: "Betul, hal
ini tadi tidak kuperhatikan, waktu PekJi-hay bentrok pandang
dengan aku, orang-orang disekitarnya lantas diam dan saling
bisik-bisik, sepanjang jalan kemari tadijuga rasanya ada orang
menguntit namun beberapa kali aku menoleh tidak pernah
kulihat ada orang yang patut dicurigai."
Liok Kiam-ping menepekur sejenak. katanya kemudian:
"Agaknya daerah Toa-mo-siang sudah tidak mengutungkan
bagi pihak kita, namun rombongan lain belum sempat kita
hubungi, bagaimana mungkin kita menyingkir lebih dulu."
Coh-siang-hwi ih Tlou-hiong memeras otak. katanya
kemudian: 'Dari nada bicara mereka sepanjang jalan
kelihatannya sudah mereka atur mata-mata mengintai yang
tersebar luas diseluruh kota, oleh karena itu... " sampai di sini
mendadak dia berhenti, karena mendadak suara gemericik air
terka y uh terdengar disebelah belukar sana.
Pendengaran Liok Kiam-ping lebih tajam mendadak dia
menjerit kaget: "celaka." begitu kaki menjejak diatas perahu
tubuhnya lantas melambung lima kaki, diudara kedua tangan
terkembang sambil menggeliat pinggang, tuh uh ny a lantas
melesat lebih jauh kedepan Suara keresekan disebelah depan
yang semula lirih ternyata semakin ribut dan cepat seperti
seorang yang sedang lari ketakutan tanpa hiraukan jejak
sendiri yang sudah konangan.
Dengan mengembangkan Ginkangnva Kiam-ping menutul
dipucuk daon-daon welingi, disaat ketiga kali dia melambung
keatas, dilihatnya seorang lelaki kekar sedang melajukan
sebuah sampan kecil menerobos gerombolan daon-daon
welingi. Ditengah gerungan gusarnya, tubuh Kiam-ping
meluncur lebih pesat lagi, dengan jurus Llong-hwi-kiu-thian
kedua lengannya berputar lantas mencomot ke arah kedua
pundak lelaki diatas sampan itu.
Merasa angin kencang menyerang tiba, laki-laki kekar itu
tahu gelagatjelek mengancam dirinya, pada hal diatas sampan
tak mudah bergerak atau berkelit, baru saja dia hendak
tinggalkan sampan terjun keair, ternyata sudah terlambat,
kedua pundak sudah tercengkram oleh Liok Kiam-ping, saking
kesakitan dia menjerit tertahan, sambil kertak gigi.
Lekas sekali Coh-siang-hwi sudah mengkayuh perahunya
menyusul tiba, dia kenal lelaki kekar ini juga berada di Sianghok-
teh-lau datang bersama Seng-si-ciang Hou Kong-ki,
segera dia berbisik kepada Liok Kiam-ping.
Liok Kiam-ping memelintir lengan orang serta membentak
kereng: "Atas perintah siapa kau menguntit kami bertiga lekas
mengaku." Lelaki itu menyeringai sinis, katanya: "cayhe kebetulan
bertamasya diperairan ini, tiada sangkut paut apa dengan
kalian, apalagi daerah ini masih termasuk wilayah kota raja,
siapapun bebas mondar mandir di sini dan patuh akan hukum
kerataan, memangnya kehadiranku di sini melanggar larangan
kalian-" Liok Kiam-ping tak bisa bicara oleh debat orang, sesaat dia
perhatikan roman orang, tampangnya yang kasar, mirip
maling jahat yang sering melakukan kekejaman, sudah tentu
dia tidak percaya bahwa orang kebetulan bertamasya
diperairan ini. Maka Kiam-ping menarik muka serta mendesis:
"Kalau kau tidak merasa berbuat salah, kenapa melihat kami
kau lantas melarikan diri ?"
Hong Lui Bun Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
orang itu mendelik, katanya: "Kapan aku melarikan diri,
bertamasya mengendalikan sampan adalah kejadian biasa,
ditempat seperti ini memangnya harus memilih arah tertentu "
Kurasa kau sendiri yang terlalu curiga terhadap orang lain-"
Liok Kiam-ping tersenyum, katanya: " Debatanmu memang
pintar dan masuk akal tapi dalam posisi kami hari ini, lebih
baik keliru membunuh orang daripada membebaskan jiwamu,
jika tidak mengaku terus terang, boleh kau rasakan Siu-im-nimeh-
jiu-hoat yang cukup nikmat."
Laki-laki inijuga seorang ahli silat, sudah tentu dia tahu
ancaman Liok Kiamping bukan gertak sambel melulu, maka
berobah air mukanya, namun lawan masih berusia begini
muda, tak mungkin memiliki Lwekang tinggi untuk
melancarkan ilmu taraf tinggi yang amat ditakuti bagi kaum
persilatan umumnya, maka dia membungkan sambil memejam
mata. Bertaut alis Liok Kiam-ping menghadapi kebandelan lelaki
ini, pelan-pelan dia rangkap kedua jari tangannya terus
menutuk dua belas hiat-to besar ditubuh laki-laki kekar ini, lalu
sambil tersenyum dia mundur dan menanti.
Semula lelaki kekar itu hanya merasa tubuhnya geli dan
kesemutan sedikit, tanpa ada reaksi lain, maka mendadak dia
melotot dilihatnya Liok Kiam-ping memeluk dada sambil
nlenunduk mengawasi dirinya, dalam hati segera dia
membatin: 'Kesempatan sebaik ini, kalau tidak sekarang lari
kapan lagi." begitu timbul keinginan melarikan diri segera dia
kerahkan tenaga sambil menarik napas panjang, berbareng
kedua kaki menjejak hendak terjun kedalam air.
Tak nyana begitu dia menarik napas dan mengerahkan
tenaga, seketika keram kaki tangan lemas lunglai, seluruh
tenaga tak mampu dikerahkan, tubuh yang seharusnya
mencelat seketika meringkel diatas geladak seperti cacing
kekeringan, napas mulai sesak mulutpun megap-megap. darah
dalam tubuhnya seperti mengalir balik.
Liok Kiam-ping tersenyum, katanya: "Mumpung darah
dalam tubuhmu belum bertolak belakang, lekas kau mengaku
saja, cayhe tidak akan menyiksamu lebih lanjut, supaya
kaupun tidak menderita lebih parah . "
Tapi lelaki kekar ini tetap membandel, katanya: "Bila kalian
meninggaikan danau ini, pihak kita pasti akan memberi
hajaran setimpal kepadamu."
Mendelik mata Kiam-ping, katanya, kereng: "Agaknya
sebelum tersiksa kau belum kapok dan tak mau bertobat,
baiklah rasakan saja betapa nikmat siksaanku."
Seketika laki-laki kekar, sekujur badan seperti ditusuki
jarum hingga tulangpun terasa sakit seperti dipelintir dan
copot, urat nadi seperti digigit semut, pegal linu karena darah
yang mengalir balik, saking kesakitan keringat dingin
membanjir keluar sambil meraung-raung tubuhnya
berkelejetan. Ih Tiau-hiong tertawa dingin, katanya: "Seorang laki-laki
harus pandai melihat gelagat, percakapan kalian semalam di
Hoa-teng-ciu-lau sudah kami dengar seluruhnya, sekarang
kami hanya membuktikan pengakuanmu saja. Lekas kau
mengaku saja supaya tidak tersiksa lebih parah."
Betapapun keras hati laki-laki kekar itu, akhirnya tak tahan
oleh siksaan berat ini, tahu persoalan memang tidak bisa
mengelabui orang, sambil meratap dia berkata: "Tolong di
bebaskan-.. dulu... tutukan Hiat... toku... aku akan .. bicara
jujur... ' 'Goblok.' maki Liok Kiam-ping, kalau sejak tadi kau berterus
terang, kau tidak akan tersiksa seperti ini." lalu dia tutuk
beberapa Hiat-to ditubuhnya.
Setelah napasnya agak tenang baru lelaki kekar itu berkata:
"Aku yang rendah memang diperintah oleh Seng-si-ciang Hou
Kongki untuk menguntit kalian, tujuan kami adalah mencari
jejak orang-orang Hong-lui-pang yang datang kekota raja."
Liok Kiam-ping mengancam: "Siapa perancang rencana
jahat memancing pihak Hong-lui-pang masuk kota raja " Nona
Siau Hong sekarang disekap dimana ?"
"Seluruh rencana dirancang sendiri oleh Bong Siu dan Hwegiam-
lo Siu Jan, secara diam-diam mereka juga mengundang
beberapa benggolan penjahat didaerah Biau untuk bantu
menghadapi musuh, tekad mereka besar untuk memberantas
seluruh orang-orang Hong-lui-pang. Tentang nona Siau Hong
kabarnya ditahan di istana Ka-cin-ong, padri Tibet sudah
beberapa kali hendak menodai kesuciannya, tapi selalu gagal,
tapi tepatnya dimana dia ditahan kami tidak tahu."
Mendengar Siau Hong hampir ternoda dan melawan matimatian
demi mempertahankan kesuciannya, sungguh
bergelora darah Liok Kiam-ping, tanyanya dengan beringas:
"Apa kah Ka-cin ongya tahu akan kejadian ini ?"
"ongya sedang sibuk merebut kekuasaan dengan Sam-pwelek,
maka secara diam-diam diapun sedang menggaruk
banyak jago-jago kosen untuk menunjang usahanya, sebagai
pelindung dan pengawalnya, meski biasanya dia menaruh
kepercayaan kepada Hwe-giam-lo dan Pa-kim Tayhud, tapi
bila dia tahu akan rencana kedua orang ini pasti akan
ditentang dan dilarangnya, maka sejauh ini mereka bekerja
diluar tahu ongya." Lega hati Liok Kiam-ping, dia cukup puas akan jawaban
orang ini, maka timbul niatnya hendak membebaskan jiwanya.
Tapi Ih Tiau-hiong segera tampil kedepan, katanya: "Pangcu,
kami masih berada didaerah berbahaya, ada aku pantang ada
musuh, betapapun orang ini tidak boleh diampuni."
Sudah tentu laki-laki itu meratap dan minta-minta ampun.
Liok Kiam-ping menepekur sejenak. apa boleh buat,
mendadak dia melotot kereng, dengan ujung jari tengah dia
tekan Bing-bun-hiat dikepala orang, jiwanya seketika
melayang. Selanjutnya Coh-siang-hwi. yang bekerja melucuti pakaian
orang serta diseretnya ke dalam sampan serta diikat dengan
ikat pinggang, sebelah tangannya segera memukul hancur
dasar sampan hingga berlobang besar cepat sekali sampan
itupun tenggelam beserta mayat lelaki kekar itu.
Kejap lain Coh-siang-hwi sudah meng kayuh perahu
mereka keluar dari semak semak daon welingi putar balik
kearah datang semula. Setelah mengembalikan perahu di
tempat semula serta meninggaikan beberapa keping uang,
Kiam-ping bertiga langsung mendarat, belum jauh mereka
berjalan, mendadak dilihatnya sandi rahasia Hong-lui-pang
mereka yang menuding kearah selatan-
Jalan raya yang mengitari danau hanya menuju keutara
dan selatan, sesaat mereka perhatikan keadaan sekelilingnya,
setelah di rasa tiada orang yang patut dicurigai, lalu mereka
berlenggang sambil bersenda gurau seperti pelancongan
umumnya menuju keselatan lewat deretan barak-barak
penjual wedang dan makanan-
Kira-kira setengah jam mereka menuju kearah selatan,
diarah teluk danau sebelah timur dari kejauhan sudah
terdangar gelak tawa Ai-pong-sut Thong cau yang lantang.
Mereka mempercepat langkah, diujung warung paling pojok.
mereka melihat Ai-pongsut Thong can sedang duduk
berhadapan dengan Jian-li-tok-heng menikmati teh panas.
Begitu Kiam-ping bertiga datang Aipong-sut lantas bergelak
tawa pula, serunya: "Para KongCuya sejak kapan masuk kota raja " Musim
panas memang saatnya bertamasya di danau. Sungguh
kebetulan cuaca hari ini cukup cerah, bersua pula di sini, biar
nanti aku orang tua menjadi petunjuk jalan, sekarang silakan
nikmati dulu teh panas, biar aku yang traktir."
Dengan tertawa ih Tiau-hiong angkat bicara: "Siau-seng
bertiga kemaren sudah tiba di sini, banyak terima kasih akan
maksud baik Lotiang, bahwa Lotiang harus merogoh kantong,
kami bertiga menjadi sungkan untuk menampik maksud baik
ini.' maka mereka bertiga mencari tempat duduk.
Ai-pong-sot tetap tertawa lebar, katanya: "Ah, kenapa
Kongcu begitu sungkan, selanjutnya bila kalian sudi selalu
mampir ke warung kami, terus terang orang tua seperti aku ini
sudah amat girang dan berterima kasih. Nah, silakan kalian
melepas lelah sambil main catur." lalu dia dorong papan dari
biji catur kehadapan Liok Kiam-ping dan Suma Ling-khong.
Jian li-tok-heng celingukan, melihat sekeliling tiada orang
lain, sambil pura-pura melihat orang main catur dia berbisik:
Jejak kami sudah diketahui musuh, tempat-tempat penting di
dalam kota sudah diawasi pihak musuh, terutama daerah Toamo-
siang dan pintu barat, mata-mata musuh lebih banyak.
tadi kami kemari sesuai petunjuk rahasia Pangcu, hampir saja
kami kepergok dengan mereka ?"
Liok Kiam-ping bertanya: "Kalian kapan tiba " Apa pula
yang kalian ketahui ?"
Jian-li-tok-heng menerangkan: 'Kemaren malam baru tiba,
kebetulan bersua dengan seorang teman baik yang kebetulan
dinas di istana Ka-cin-ong, dari keterangannya sedikit banyak
sudah kami ketahui seluk beluk istana secara lengkap.' Siau
Hong disekap di mana ?" tanya Liok Kiam-ping..
"Konon dipuncak tertinggi Ling-hong-kek. tingkat bawah
adalah kediaman para padri Tibet, bila malam tiba penjagaan
ketat, anjing ajakpun dilepas bebas secara bergerombol,
umpama orang dalamjuga tidak berani bergerak sembarangan
disekitarnya. Kabarnya padri Tibet hendak menggunakan
kekerasan dengan obat mesum, maka kami rasa perlu segera
memberi laporan kepada Pangcu, marilah kita bicarakan
bagaimana untuk mengatasi persoalan pelik ini."
Liok Kiam-ping mengangguk, katanya:
"Sekarang kita pulang dulu ke dalam kota lalu
mempersiapkan diri, nanti malam kita pergi menolong Siau
Hong." Ih Tiau-hong berkata: "Saat ini mereka memang
mengharap kedatangan kita, maka gerakan kita ini harus
seratus persen dirahasiakan, kurasa istirahat saja diluar kota.
malam nanti kita bersama menyelidik ke istana, lalu bekerja
melihat situasi dan kondisi, aku yakin asal kita berlaku hatihati
dengan rencana yang sempurna, pasti berhasil dengan
gemilang. Bagaimana pendapat Pangcu ?"
"Begitupun baik, jikalau mengejutkan musuh tentu mereka
memperketat penjagaan- Kita memang perlu memberikan
kejutan kepada mereka." demikian ujar Liok Kiamping, lalu
bertanya: "Apakah rombongan Hoat-hi-tong sudah tiba, dapat
tidak mengadakan kontak dengan mereka ?"
Jian-li-tok-heng menjawab: 'Mereka bergerak dalam
rombongan piauklok. masuk kota raja secara terang-terangan,
lawan pasti tidak akan menaruh curiga, bila sedikit
diperhatikan kurasa tidak sukar mengadakan kontak dengan
mereka." Saat itu mentari sudah doyong kebarat, hari menjelang
petang. orang banyak meninggalkan warung teh lalu
bermalam di Tay-hud-si diluar kota.
Kentongan kedua baru saja lewat, lima bayangan orang
dengan kedok hitam menutup kepala yang kelihatan hanya
bola mata saja beruntun meluncur keluar dari dalam kuil kecil
kuno diluar kota timur itu. Gerak gerik mereka cekatan dan
tangkas, bagai meteor terbang dalam sekejap mereka sudah
lenyap ditelan kegelapan-
Setiba dikaki tembok kota, satu orang ditinggalkan, empat
yang lain segera melambung tinggi keatas tembok kota
langsung meluncur kedalam. Setiba dijalan raya seorang
ditinggalkan berlari kearah Toa-mo-siang. Sementara tiga
bayangan yang lain belok ke utara terus berlari bagai terbang.
Gerak langkah mereka cepat dan enteng, Ginkang mereka
memang teramat tinggi, selincah kucing tanpa mengeluarkan
suara mereka terus maju kedepa n sebuah istana besar
dengan pintu gerbangnya yang tinggi tebal dan angker.
Saat itu sudah tiba saatnya aplusan penjaga, namun
keadaan di sini amat ketat dan keras, tinggi tembok tiga
tombak lebih, bagipesilat yang ginkangnya biasa jelas tak
mungkin naik keatas tapi bagi ketiga sosok bayangan itu tidak
menjadi soal. Setelah berbisik dan berunding sekian saat ketiga bayangan
itu merunduk kearah barat dari kaki tembok sejauh puluhan
tombak. mendadak menjejak kaki tubuh melambung tinggi
hinggap diatas tembok secara enteng tanpa mengeluarkan
suara sedikitpun, sengaja ketiga orang ini berpencar, jarak
masing-masing ada dua tombak, dengan mengembang
ginkang, memerobos semak belukar, berlindung ditempat
gelap. mereka terus merunduk maju kedalam istana.
Istana yang satu ini luasnya hampir seratus hektar,
gedung-gedung dibangun seperti berlapis-lapis merupakan
sebuah kota kecil didalam sebuah kota besar, bentuk istana
yang satu hampir mirip dengan yang lain, biasanya untuk
mencari alamat seseorang didalam istana jug a memerlukan
waktu setengah hari. Apalagi ketiga orang ini baru pertama
kali ini masuk istana, mereka harus bergerak secara sembunyi,
takut kepergok lagi, maka usaha mereka seperti menggagap
jarum didasar laut. Untung sebelumnyaJian-li-tok-heng sudah
memperoleh informasi yang diperlukan dari temannya yang
berdinas di istana, arah yang dituju sudah cukup jelas maka
mereka maju lebih leluasa, namun karena penjagaan di istana
dengan rombongan rondanya yang ketat, maka mereka tetap
harus berhati-hati, betapapun hal ini merupakan hambatan
yang cukup berarti juga. Setelah melewati dua gedung istana, mungkin sudah tidak
jauh lagi dari kediaman para kerabat istana maka penjagaan
di sini lebih keras, rombongan ronda kaum persilatan terus
hilir mudik. Kiam-ping bertiga berunding sejenak lalu mereka
berpencar ketiga jurusan, timur barat dan selatan, dari tiga ini
serempak melucur kearah Ling-hong-kek.
Jian-li-tok-heng bergerak dari kanan menuju ketimur
dengan kecepatan maksimal, tengah dia mengitari sebuah
empang teratai meluncur kebelakang sebuah gunungan, dari
lobang gua disebelah kanan gunungan menerobos keluar
sesosok bayangan mengadang didepannya. orang ini berusia
tiga puluhan, tubuhnya kuat dan tegap. bergaman golok
punggung tebal, begitu melompat kedepan lantas membentak
kereng: "Kurcaci dari mana malam-malam berani terobosan di
istana, hayo menyerah dan ikut tuanmu menghadap congkau
(guru kepala), mungkin jiwamu bisa diampuni.
Sudah tentu Jian li-tok-heng tidak sempat melayani orang,
jengeknya dingin: Jangan ribut, malam-malam aku kemari
memang hendak mencari orang, kalau kau mau membantu
Hong Lui Bun Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
tolong tunjukan jalannya." sembari bicara tubuhnya terus
menerjang, kedua tangan menepuk kearah Ki-bun dan Tanthian
dua Hiat-to besar ditubuh besar ditubuh orang.
Mendengar orang datang mencari kenalan baiknya, laki-laki
tegap itu melenggong sekejap. baru saja mulutnya terbuka
hendak bicara, mendadak terasa segulung angin kencang
menindih tiba, karuan darahnya tersirap namun sebelum dia
sempat bersuara tubuhnya sudah diterjang pukulan hingga
mencelat tiga tombak dan terbanting mampus dengan darah
menyembur dari mulutnya. Sebat sekali Jian-li-tok-heng memburu ke sana serta meraih
mayat orang, begitu membalik badan dia lempar mayat orang
kedalam gua digunungan sebelah kanan, begitu menutul kaki
pula tubuhnya melambung tinggi laksana burung raksasa.
Dibela kang gunungan ada sebuah jembatan gantung yang
menjurus ke bilangan dalam, baru saja dia hendak melejit
keatas jembatan, mendadak didengarnya suara batuk
perlahan disebrang sana, dengan seksama dia perhatikan,
dilihatnya sesosok bayangan orang kurus tinggi setengah baya
sedang mendekam ditempat gelap dipinggirjembatan.
Jian-li-tok-heng tahu penjagaan istana memang amat
keras, sebelum tugas sendiri terlaksana, apapun jejak dirinya
tidak boleh konangan, bila menerjang secara kekerasan jelas
makan banyak tenaga, salah-salah urusan bisa gagal total
jadinya, maka dia berkeputusan untuk bertindak dengan akal,
pada hal tempat ini sudah dekat dengan kediaman para
kerabat istana, tidak boleh gembar gembor, apa boleh buat,
dengan mengerut alis dia meraih sebutir krikil terus dilempar
ketengah jembatan gantung.
"Klotak" suara batu berdentam diatas jembatan, laki-laki
setengah umur disebrang itu segera menorobos keluar. Begitu
melempar krikil Jian-li tok-heg lantas melompat tinggi kepucuk
gunungan, sengaja dia menggunakan tenaga sehingga
langkahnya mengeluarkan suara.
Kepandaian laki-laki kurus setengah baya itu agaknya tidak
rendah, telinganya tajam pandai membedakan suara lagi,
melihat bayangan orang berkelebat diatas gunungan lekas dia
kembangkan ginkang memburu ke sana. Sebat sekali kakinya
sudah hinggap dipuncak gunungan, selayang mata
memandang sekelilingnya gelap pekat, tiada kelihatan
bayangan atau jejak manusia disaat dia bingung dan
celingukan mendadak terasa kesiur angin kencang dari
samberan Am-gi yang menyerang datang dari arah kanan,
tahu ada orang membokong dirinya, kaki kanan menggeser
mundur selangkah sambil miring tubuh, baru saja dia selamat
dari samberan Am-gi, tahu-tahu segulung angin pukulan yang
belakangan sudah memukul pinggang di mana Hiat-to
pelemas badannya tertutuk dengan telak. pandangan seketika
menjadi gelap, orangnyapun roboh semaput.
Agaknya Jian-li-tok-heng sengaja mengeluarkan suara
untuk menarik perhatian musuh supaya mengejarnya, begitu
musuh mengejar tiba dia sembunyi dibela kang batu lalu balas
menyergapnya . Sementara itu Ai-pong-sut bergerak dari barat menyusup
hutan dengan kecepatan luar biasa pula, daerah yang dilalui
adalah hutan tua yang ditumbuhi pohon-pohon besar dan
rimbun keadaan sunyi dan hening, Ginkangnya sudah
mencapai taraf yang sempurna menginjak dahan atau
menyentuh daon, tubuhnya melayang laksana burung
terbang, hanya sekejap dia sudah melewati hutan lebat ini.
Didepan dia dihadang sebuah empang lebar, ditengah empang
dibangun sebuah panggung batu, diatas panggung ini berdiri
sebuah kopel bundar ada pintu jendela yang yang tertutup
rapat, keadaan gelap gulita tiada penerangan, agaknya sudah
lama tempat ini tidak dihuni orang.
Disekitar empang tertambat beberapa sampan untuk
tamasya. Sejenak Ai-pong-sut berdiri menerawang keadaan,
untuk menempuh perjalanan lebih cepat kedepan,
menyebrangi empang ini lebih cepat dan pendek tengah dia
berpikir mendadak dari dalam hutan didengarnya sebuah
suara serak berkata: "orang sering memuji kungfu Siucongkau
bagaimana lihaynya tapi menghadapi persoalan
ternyata bernyali sekecil tikus, memangnya tempat sepi
terpencil seperti sarang setan di sinijuga harus kita jaga
segala. Huh, sungguh menyebalkan."
Seorang lagi bergelak tawa, katanya: "Memangnya siapa
bilang tidak. Mengingat dahulu betapa kita berdua mondar
mandir di Tionggoan, jelek-jelek juga pernah merebut nama
dan gelaran, walau sekarang aku kehilangan lengan kiri,
kapan aku pernah mengerut alis, siang tadi begitu mendengar
Pat-pi-kim- liong sudah tiba di kota raja, keadaan menjadi
ribut dan gelisah, seluruh kekuatan dikerahkan untuk bersiaga,
Li-lote kurasa persoalan kecil terlalu dibesar-besarkan."
Suara serak itu berkata pula: "Jit-ko, anggaplah nasib kami
yang jelek. kebetulan diwajibkan jaga di tempat ini..."
Ai-pong-sut tahu kedua orang ini adalah penjaga yang
diutus dari istana untuk memperketat keadaan, karena tempat
ini sepi danjauh dari keramaian, maka kedua petugas ini
sedang menggerundel. Segera dia menarik napas menghimpun hawa murni,
langkahnya enteng menghampiri kearah datangnya suara,
Lwekangnya memang sudah tinggi ditempat gelap dapat
melihat jelas seperti diaiang hari, dari kejauhan sudah tampak
olehnya ditanah iapang dipinggir hutan sana, duduk beradu
pundak dua laki-laki berpakaian ketat, mulut mereka masih
terus menggerundel panjang pendek.
Memangnya Ginkang Ai-pong-sut sudah amat tinggi,
bergerak hati-hati meminjam kegelapan dan sembunyi
didahanpohon lagi, secepat kilat dia berkelebat kebelakang
kedua orang, tenaga yang sudah dikerahkan dikedua telapak
tangan terus menggablok punggung mereka. Di mana dua
jalur angin pukulan melanda "Blang" orang disebelah kiri
terpukul roboh terjerembab tidak bergerak lagi, tapi laki-laki
diaebelah kanan yang buntung lengan kirinya berkepandaian
lebih tinggi, begitu merasa angin pukulan menyerang kontan
dia menjatuhkan diri terus menggelundung pergi hingga
jiwanya selamat. Sigap sekali dia melompat bangun terus mencebir bibir
bersuit panjang, sultannya melingking tinggi menembus hutan
terdangar nyaring dimalam hari, maka tampak gerakan
beberapa bayangan orang dari berbagai penjuru memburu
kemari. Berkepandaian tinggi nyali Ai-pong-sut amat tinggi,
sedikitpun dia tidak terpengaruh oleh datangnya bala bantuan
musuh, tangannya tetap menyerang gencar sambil
mengembangkan giniang, gerak geriknya laksana setan,
sebelum laki-laki buntung sempat melihat jelas lawannya,
tenaga pukulan dahsyat kembali telah menerpanya, lekas dia
angkat tangan tunggainya menangkia, "Krak" pergelangan
tangannya seketika patah, tubuhnyapun tersapu lima kaki
jauhnya, saking kesakitan mulutnya hanya sempat menjerit
sekali lantas terbanting semaput.
Cepat sekali beberapa bayangan orang sudah meluruk tiba,
Ai-pong-sut dikepung dari segala jurusan. Melihat kawan
mereka roboh semua, insaf lawan yang dihadapi amat
tangguh, pendatang ini tidak berani segera turun tangan,
sesaat mereka saling melotot hingga keadaan hening sejenak.
Akhirnya seorang laki-laki setengah umur berperawakan
sedang tampil kedepan bentaknya sambil menuding:
"Dari kepandaianmu pasti bukan seorang kroco, berani
meluruk kemari kemari harus main sembunyi-sembunyi
macam panca longok, menyergap orang-orang yang
berkepandaian rendah lagi, memangnya kau tidak merasa
malu." Ji-pong-sut tertawa lebar, katanya: "Menghadapi kawanan
tikus macam kalian, memangnya perlu bicara aturan Kangouw
segala." Laki-laki tengah umur terkekeh dinginjengeknya: "Agaknya
kau memang ingin diaiksa, malam inijangan harap kau biaa
lolos dari sini. Hayo kawan-kawan ganyang dia." lalu dia lolos
pedang panjang serta menyerang dengan jurus Hekscua-tosim,
yang diincar adalah Jian-kin hiat dipundak lawan
Lima orang yang lainjuga menubruk maju, maka sinar
golok dan samberan pedang silih berganti, semua merabu
ketubuh Ai-pong-sut. Ai-pong-sut mendangus geram, serunya:
"Kalian juga belum setimpal bergebrak dengan aku." belum
habia dia bicara mendadak tubuhnya berkelebat, dengan
gerak langkah ajaib tahu-tahu tubuhnya menyelinap keluar
dari samberan golok danpedang musuh. Padahal tenaga
sudah tersalur dikedua tangan, di mana telapak tangannya
menampar dan menggenjot "Blang, bluk" dua orang
menjeritjatuh binasa. Mungkin daerah ini terlalu terpencil
maka petugas yang dinas di sini berkepandaian kelas dua,
maka dengan mudah Ai-pong-sut merobohkan dua lawan
dalam satu gebrak. Sudah tentu empat kawannya yang lain copot nyalinya,
tanpa berjanji serempak mereka sudah siap ngacir selamatkan
jiwa, sayang kesempatan sudah tidak ada lagi, terasa kaki
menjadi goyah, sebuah jeritan kumandang pula, seorang
terpukul terbang dan jatuh kedalam air. Tiga orang lagi makin
tidak karuan perlawanan mereka, jangan kata menyerang,
membela diripun rasanya terlalu repot.
Ai-pong-sut ingat dirinya umpama berada di sarang
harimau, dia perlu segera membantu
Liok Kiam-ping diaebelah depan bersama Jian-li-tok-heng
untuk menolong Siau Hong, maka waktu tidak boleh terbuang
percuma, segera dia pergencar gerakan tangannya, dua orang
dipukulnya luka parah pula. Tinggal laki-laki setengah umur
tadi yang masih melawan dengan nyali pecah, mumpung Aipongsut
merobohkan kedua temannya, segera dia melompat
jauh ke sana menorobos kedalam hutan. Ai-pong-sut tidak
sempat mengejarnya, namun kuatir orang pulang memberi
laporan segera dia timpukan sepasang Yam-yam-tam dengan
tenaga dikerahkan sepenuhnya pelor belibianya bagai meteor
memburu kepunggung laki-laki setengah baya itu.
Yam-yam-tam adalah senjata andalan Aipong-sut yang
terkenal, selama ditimpukan tidak pernah meleset, laki-laki itu
terlalu bernafsu menyela matkanjiwa hingga tidak menduga
bahwa jiwanya diburu peluru lawan
"Blang" punggungnya ketembak secara telak. tenaga
timpukan Ai-pong-sut agaknya teramat besar, pelornya itu
melesak amblas kepunggung orang dan tembus keluar
dadanya, laki-laki itu menjerit lalu tersungkur binasa.
Dengan menggapa tangan kanan pelor baja Ai-pong-sut
telah melesat balik ketangannya. Sejenak dia berdiam diri
memperhatikan keadaan sekelilingnya, lalu melangkah keping
gir empang, melompat keatas sebuah sampan dan duduk
diujung belakang, kedua tangan segera menepuk kebelakang
secara beruntun, sampan kecil itu segera meluncur secepat
panah kearah sebrang. Setengah jam Ai-pong-sut Thong cau sudah mendarat
disebrang, kembali dia mengembangkan Ginlangnya yang
tinggi melesat kearah timur.
Kini mari kita ikuti perjalanan Liok Kiam-ping, setelah
berpisah dengan kedua pembantunya, segera dia kembangkan
Leng-khong-pou-hi, seperti naik mega layaknya meluncur
kepusat istana. Daerah yang dilalui adalah gedung-gedung
istana yang menjulang tinggi bertingkat, maka untuk meluncur
diantara wuwungan istana kemungkinan sekali jejaknya
gampang konangan namun demi menolong orang maka dia
tidak hirauhan akibat ya akan dialaminya namun dia bergerak
secara hati-hati dan main sembunyi juga.
Gerakan tubuhnya laksana segumpal asap yang melayang
diudara, hanya pakaiannya saja berkibar mengeluarkan suara,
namun sekali berkelebat lantas lenyap daripandengan mata.
Bagi orang biasa pasti menyangka yang dilihatnya barusan
adalah burung yang terbang lewat.
Tengah Kiam-ping meluncur dengan keceepatan tinggi,
mendadak dari samping terdangar sebuah suitan lirih, selarik
sinar putih melesat keluar menerjang dirinya.
Lekas Kiam-ping menggentak kedua lengan sehingga
luncuran tubuhnya sedikit diperlambat, sebat sekali, tubuhnya
berputar meluputkan diri, gerak geriknya lemas gemulai,
Bara Diatas Singgasana 27 Jaka Lola Karya Kho Ping Hoo Pedang Kiri Pedang Kanan 4
waktu dekat pihak Hong-lul-pang masih belum terancam
secara fatal, namun untuk bertahan selamanya diposisi yang
lebih menguntungkan jelas tidak mungkin, apa lagi mereka
harus melindungi orang-orang yang sudah keracunan, balas
menyerang juga serba susah.
Dalam pada itu Gin-ji-tay-beng dengan Hong Kiat sudah
berhantam dua ratus jurus, tenaga kedua belah pihak sudah
hampir ludes, bola mata mendelik bunder, keduanya saling
melotot dengan langkah berat maju setindak demi setindak.
Mendadak Gin-ji-tay-beng menggeram rendah, tenaga
terakhir dia kerahkan dikedua tangan terus menggempur
kedepan, Gumpalan angin pukulan memang menerpa, tapi
kekuatannya sudah jauh berkurang. Hong Kiat juga kertak
gigi, kedua tangan terangkat lurus didepan dada, dari pusar
dia kerahkan sisa tenaganya memapak pukulan lawan-\
"Blang" dua kekuatan beradu.
Kim-kong-ci Hong Kiat terg entak mundur pula tiga
langkah, tubuhnya sempoyongan, tenggorokan terasa anyir,
meski sekuatnya dia menahannya supaya tidak tumpah, tapi
darah tetap meleleh dari ujung mulut, jelas luka-lukanya
tambah parah. Giniji-tay-beng hanya tergentak selangkah, namun darah
bergolak didadanya, matapun berkunang-kunang. Ternyata
kedua musuh ini masih belum kapok, sudah selemah itu
kondisi mereka, tapi masih belum ada yang mau kalah dan
mengakhiri pertarungan adu jiwa ini. Dengan langkah berat
limbung kembali mereka maju selangkah dua langkah akhirnya
berhadapan pula dalam jarak dekat.
Tembakan-tembakan dari sebelah kanan sudah bungkam,
Jian-li-tok-heng dan Kim-ji-tay-beng mendengar pertempuran
ditengah arena bertambah kalut, maka mereka menduga Yuling
Kongcu mengabaikan bedil-bedil, mereka terjun ketengah
arena. Secepatnya mereka menghancurkan bedil rampasan,
lalu meluruk kehutan sebelah kanan. Bedil-bedil yang
ditinggalkan, mereka hancurkan pula, terus terjun ketengah
gelanggang.. Tang-ling-sin-kun sudah mengembangkan Hek-sat-ciang
pada tingkat paling tinggi, bau amis mengarungi seluruh
gelanggang pertempuran, Gin-ji--ay-beng sedang mengadu
kekuatan terakhir dengan Hong Kiat, keadaannya sudah
benar-benar lemah kehabisan tenaga, mana dia sempat
perhatikan keadaan sekelilingnya, kebetulan dia berdiri diposisi
bawah jadi menghadap kearah datangnya angin
Sekilas dia tarik napas, hawa racunpun disedotnya cukup
banyak, kontan badannya limbung dan tersaruk jatuh ditanah.
Kim-kong-ci Hong Kiat mengira ada peluang, mendadak dia
menghimpun tenaga dan semangat, maju dua langkah
tangannya terus diayun Untung Kim-ji-tay-beng terjun kearena
tepat pada waktunya, melihat adiknya terluka dan semaput,
kini hampir dipukul Hong Kiat pula, lekas dia menghardik
sambit mempercepat langkahnya, laksana luncuran anak
panah dia memburu kedepan Hong Kiat.
Sinar emas berkelebat, anginpun menderu kencang
menindih keatas kepala Hong Kiat..
Tapi asap hitam mengebul menghadang jalan, Kim-ji-taybong
harus bergerak secara hati-hati. sehingga gerakannya
banyak tertunda, dengan sendirinya tenaga pukulannya
banyak berkurang, maka Hong Kiat hanya tergentak mundur
jatuh tersungkur. Begitu tiba ditengah gelanggang tampak oleh Jian-li-tokheng,
orang-orang Tang-ling-kiong sudah memburu datang
pula, yang diburu dan diincar adalah orang-orahg Hong-luipang
yang sudah tidak berkutik ditanah, seorang Hiangcu
yang semaput ditanah sudah terbunuh oleh bacokan senjata
musuh, keadaan yang lain juga amat berbahaya. Lekas dia
rogoh segenggam biji teratai besi, kedua tangan menimpuk
dengan gaya hujan kembang di angkasa, dia taburkan biji
teratai besinya kearah orang-orang Tang-ling-kiong.
Orang-orang Tang-ling-kiong tengah kegirangan, pikirnya
dengan mudah dapat mengganyang musuh, tak nyana belum
lagi mereka banyak bertindak jiwa sendiri sudah amblas
disambar biji teratai besi, tidak sedikit yang menjerit roboh,
yang selamat dan hanya terluka segera sipat kuping.
Tapijumlah mereka memang terlalu banyak. yang depan roboh
yang belakang maju pula. Walau biji teratai besi amat ampuh,
betapapun tak mampu membendung arus manusia yang
menyerbu secara bergelombang. jelas situasi amat mendesak.
Menghadapi situasi yang amat kritis coh-siang-hwi tidak
pernah gugup atau bingung otaknya memang encer,
disamping mencari akal dia bantu para Hiangcu dan Thocu,
mumpung Kim-ji-tay beng dan Jian-li-tok-heng memburu datang
membendung serbuan orang-orang Tang-ling-kiong. lekas dia
pimpin beberapa orang mengumpulkan kawan-kawan mereka
yang roboh kesuatu tempat serta dijaga ketat, situasi berobah
lebih enteng dan tidak segawat tadi.
Bukan kepalang benci Liok Kiam-ping akan kelicikan dan
kekejian Yu-ling Kongcu dan bapaknya, begitu menerjang tiba
dia menyerang dengan jurus Llong-kap-sin-gan. Wi- liongciang
adalah ilmu pukulan digdaya, kini dia menyerang
dengan amarah lagi. Maka perbawanya lebih dahsyat. Sekujur
badan Yu-ling Kongcu seperti dikurung oleh lapisan telapak
tangan Dulu Yu-ling Kon-cu pernah kecundang ditangan Liok Kiamping,
Lwekang Liok Kiam-ping sekarang jauh maju berlipat
ganda, sebelum tenaga pukulan tiba, damparan angin sudah
menyapu tiba, karuan pecah nyali Yu-ling Kongcu, lekas dia
kembangkan langkah ajaibnya, sekuatnya mengegos tujuh
kaki kepinggir. Bahwa serangannya luput amarah Liok Kiam-ping semakin
memuncak. segera dia melompat keatas denganjurus Llonghwe-
kiu-thian menyerang musuhnya pula.
Begitu ujung kaki menyentuh tanah, tenaga gempuran
musuh laksana tindihan gunung ambruk telah mengancam
punggungnya pula, untuk berkelit lagi kali ini sudah tidak
keburu, tapi otaknya memang licik, meski terancam bahaya
tidak lupa dia mencari akal menyelamatkan diri, terpaksa dia
menjatuhkan diri dengan gerakan keledai malas bergulingan
dia menggelundung setombak lebih.
Tenaga pukulan Liok Kiam-ping kedua inijauh lebih ampuh,
"Biang" tempat dimara
Yu-ling Kongcu berpijak barusan terpukul bolong, tanahnya
seperti dikeduk rata. Yu-ling Kongcu menggelundung cukup
cepat, tapi sekujur badan teruruk oleh tanah yang terkeduk
oleh kekuatan pukulan tangan Kiamping, keadaannya sungguh
lucu dan ruyam. Melihat putra kesayangannya terancam oleh Liok Kiamping,
lekas Tang-ling-sin-kun memburu kebelakang Liok Kiamping,
tanpa buka suara mendadak dia menggempur
punggungnya. Tujuannya menolong jiwa putranya maka dapat
dibayangkan perbawa kekuatan pukulannya.
Tahu musuh menyergap dengan serangan dahsyat, Kiamping
kerahkan Kim-kong-put-hoay-sin-kang menutup seluruh
badan. Begitu teka nan pukulan Tang-ling-sin-kun tiba
dibelakang tubuhnya, maka terdengarlah letupan beruntun,
seperti riak gelombang yang berbuih terus sirna tanpa bekas.
Karuan saking kaget berobah air muka Tang-ling-sin-kun,
pikirnya: "Sinkang bocah ini agaknya sudah pulih dan maju
berlipat ganda pula malah, pertempuran hari ini agaknya sulit
mempertahankan Tang ling- kiong pula." "karuan merinding
bulu kuduknya, keringat dinginpun bertetesan. mendadak dia
mencebir bibir bersiul sekali, diam-diam dia memberi tanda
rahasia kepada Yu-ling Kong cu putranya supaya lekas
melarikan diri. Sementara kedua tangan dengan segala daya
kemampuannya menggempur Kiam-ping beberapa jurus.
Mendengar suara Yu-ling Kongcu tahu maksud sang ayah,
segera dia putar badan menyerbu kearena pertempuran orang
banyak kembali dia kembangkan Hek-sat-ciang, seperti gila
dia merabu kepada musuh. Kuatir pihak sendiri jatuh korban pula, lekas Kiam-ping
menepuk sejurus serangan kepada Tang-ling-sin-kun, dari
arah samping mendadak dia mencegat ke sana. Ternyata
tindakan Yu-ling- Kongcu hanya pancingan belaka, begitu Liok
Kiam-ping memburu kemari, segera dia menyelinap kedalam
rombongan anak buahnya terus menghilang. Setelah
meluputkan diri dari serangan Kiam-ping, melihat sang putra
sudah berhasil menyelamatkan diri, kuatir Kiam-ping membalik
melibat dirinya dalam pertempuran sengit pula, lekas dia
mencelat mundur, sempatjuga dia meraih tubuh Hong Kiat
yang menggeletak terus lari kepinggir laut dan menghilang.
Kejadian berlangsung sekejap mata orang-orang yang lagi
baku bantam itu ternyata tiada yang tahudan sadar bahwa Yuling
sin-kun bapak dan anak telah melarikan diri.
Melihat tidak sedikit anak buahnya yang menggeletak
keracunan, bila tidak segera diberi pertolongan, racun
menyerang jantung, meski punya obat dewa juga takkan
mungkin bisa ditolang lagi. Maka dia bekerja secara kilat, Hiatto
mereka dia tutuk satu persatu, lalu dia keluarkan tiga
kelopak kembang teratai saiju, serta dibagi-bagikan kepada
semua yang menjadi korban
Soat lian obat mujarab, bagi mereka yang keracunan
membawa khasiat yang luar biasa, untung orang banyak tidak
berat keracunan, tiga kelopak kembang salju itu sudah lebih
dari cukup untuk menolong mereka.
Tengah Kiam-ping sibuk menolong anak buahnya itu,
mendadak didengarnya sempritan melengking sahut
bersahutan, waktu dia angkat kepala, dilihatnya anak buah
Tang-ling-kiong sedang berlompatan mundur kepinggir laut
dan ngacir kedalam hutan. Agaknya baru sekarang mereka
sadar bahwa Tang-ling-sin-kun dan anaknya telah
menyelamatkan jiwa lebih dulu, tahu Tang ling-kiong takkan
kuat bertahan lagi, maka beramai-ramai mereka melarikan
diri. Kim-ji-tay-bengJian-li-tok-heng dan lain-lain sudah
mengudak dan mengganyang musuh, namun Kiam-ping
keburu mencegah dan menarik balik mereka.
Lekas sekali para korban sudah siuman, Kiam-ping sendiri
sudah mandi keringat. Belum lagi mereka sempat mengatur
napas, mendadak dari arah barat daya terdengar dentuman
keras, asap biru tampak meluncur ketengah udara lalu
meledak keras memercikan kembang api dan asap merah.
Itulah tanda bahaya yang sudah dipersiapkan oleh pihak
Hong-lui-pang, karuan hati Kiam-ping beramai kaget dan
gugup, Kiam-ping membatin: Kemungkinan Pa-kim Tayhud sudah
meluruk ke Kwi-hun-ceng, maka markas pusat perlu
memberikan tanda bahaya dan minta bantuan Maka dia
perintahkan Kim-ji-tay-beng dan It-cu-kiam Koan Yong
sementara tetap tinggal diatas pulau ini, menghancurkan
sarang musuh, untuk segera menyusul pulang. lalu Kiam-ping
pimpin semua anak buahnya kembali, dengan tiga kapal yang
mereka bawa lekas sekali mereka sudah berlayar menuju ke
ciok-swi-cun. Dalam perjalanan kembali ke ciok-wi-cun itulah, mendadak
terlihat dari depan meluncur mendatangi sebuah tongkang
kecil sempit yang berlajupesat kearah kapal mereka.
Lwekang Kiam-ping tangguh daya, penglihatannya jauh
lebih tajam dari orang lain, jarak masih jauh, tapi dia sudah
melihat Suma Ling-kong berdiri diujung tongkang sambil tolak
pinggang mengawasi kedua kapal besar yang mendatangi.
Kebetulan cuaca cerah cerah, tiada angin tiada ombak. kapal
berlaju dengan kecepatan tinggi, dalam sekejap tongkang
kecil itu sudah dalam jarak sepanahan Kiam-ping segera
memberi tanda kapal memperlambat daya lajunya. setelah
dekat benar, Kiam-ping memberi aba-aba lalu meraih tambang
panjang yang dilemparkan Suma Ling-khong.
Tongkang kecil itujuga tidak dinaikan, cuma ditambat
disamping kapal hingga berlaju jajar melanjutkan perjalanan
kedepan. Setelah berada di atas kapal Suma Ling-khong lantas
melaporkan keadaan Kwi-hun-ceng. Ternyata Pa-kim Tayhud
dengan ke empat muridnya telah meluruk ke Kwi-hun-ceng,
katanya mau menuntut balas kematian Keting dan Keling. Aipong-
sat Thong cau dan Pi-lik- jiu cin Khay sedang pimpin
seluruh kekuatan yang ada menghadapi tantangan musuh.
Lwekang tangguh, kepandaian tinggi, seorang diri Ai-pongsut
Thong cau masih mampu menghadapi Pa-kim Tayhud
seorang, tapi keempat murid besarnya itujuga memiliki Kungfu
tinggi, beringas dan mahir berperang, jelas Pi-lik-jiu ciu Khay
danpara Hiang-cu yang ditinggalkan susah melawan
ketangkasan mereka. Beruntung jumlah mereka lebih banyak
dengan kekuatan keroyokan yang terpimpin, sementara
serbuan musuh masih dapat dibendung.
Melihat situasi amat mendesak. jiwa orang-orang sendiri
terancam bahaya, suatu kesempatan Ai-pong-sut menimpuka
n pelor tanda bahaya. Dalam jarak belasan li orang-orang
Hong-lui-pang dipendam sepanjangjalan antara markas pusat
sampai ke ciokswi-cun, maka secara beruntun, dari satu
penjagaan kepenjagaan yang lain tanda bahaya dan minta
bantuan itu terus disambung sehingga terlihat dari Tang lingkiong.
Terakhir Suma Ling-khong yang melepas tanda s.o.s itu
sehingga terlihat oleh Liok Kiamping dan lain-lain
Segera Kiam-ping suruh coh-siang-hwi dan lain-lain
membantu para kelasi sehingga kapal layar ini laju lebih cepat
lagi, beruntung saat itu ada angin buritan lagi, sehingga
perjalanan yang biasa makan waktu dua jam kali ini bisa
ditempuh dalam satu jam lebih sedikit, lekas sekali orang
banyak sudah mendarat di ciokswi-cun.
Suma Ling-khong kembali menjadi pelopor barisan, dia
menunjukan jalan dan arah sehingga Liok Kiam-ping bisa terus
membedal kuda secara berganti memburu ke Kwi-hun-ceng,
belum setengah perjalanan kuda mereka sudah ambruk
keletihan, terpaksa mereka ganti berlomba lari, semula
rombongan mereka masih bisa bergerombol, namun karena
Ginkang masing-masing berbeda lama kelamaan banyak yang
ketinggalan di belakang, jarakpun makin jauh.
Celaka adalah si gede yang tidak pernah meyakinkan
Ginkang, dia hanya bisa barlari dengan langkah lebar, meski
sudah kerahkan seluruh tenaganya, tetap dia ketinggalan
paling belakang. keringat sudah membasahi badan, napas
Hong Lui Bun Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
juga egos-ngosan. Dua jam lamanya Liok Kiam-ping tancap gas, berlari dalam
keeepatan tinggi, Kwi-hun-ceng sudah tampak dikejauhan-
Jarak masih cukupjauh, namun dia sudah mendengar gegap
pertempuran yang riuh rendah.
Amarah Kiam-ping mendidih dirongga dadanya, segera dia
percepat larinya, tubuhnya meluncur bagaikan anak panah
melampaui sungai pelindung perkampungan Sekilas dilihainya
Ai-pong-sut sedang berhantam sengit melawan seorang padri
Tibet bertubuh tinggi besar berkasa merah dengan gelang
emas melingkar diatas kepalanya yang gundul. Takjauh
dipinggir sana, Pi-likjiu ciu Khay bersama orang-orang Honglui-
pang lainnya sedang mengerubut dua padri Tibet kasa
kuning yang menyerang bagai serigala kelaparan jelas pihak
mereka terdesak payah meski berjumlah lebih banyak.
dipinggir gelanggang menggeletak tiga mayat orang-orang
pihak Hong-lui-pang yang jadi korban keganasan musuh.
---ooo0dw0ooo--- Marilah kita bertolak kebelakang sejenak. Dua hari setelah
rombongan Kiam-ping berangkat, menjelang lohor peronda
kampung jauh diluar garis sungai pelindung berlari tergopoh
mernberi laporan: "Ada lima padri yang tidak diketahui asal
usulnya, tanpa hiraukan peringatan juga tidak mau
menjelaskan maksud kedatangan mereka, tapi Lwekang dan
Kungfu mereka teramat tinggi terus menerjang kedalam
perkampungan, beberapa kawan telah ditutuk mati kutu,
gelagatnya tidak menguntungkan bagi Hong-lui-pang kita."
Ai-pong-sut yang memperoleh laporan melengak kaget,
sejenak dia berpikir tak habis dia berpikir, kawan atau musuh
yang meluruk datang, lekas dia panggil Pi-lik-jiu dan pimpin
para Hiang-cu yang lain keluar menyambut, tak lupa dia
perintahkan perketat penjagaan
Waktu mereka tiba dipintu gerbang perkampungan, tampak
lima padri berdiri jajar menghadang pintu. Yang berdiri
ditengah adalah seorang Thauto (imam berambut) dengan
rambut ubanan muka merah seperti bayi usianya sudah tujuh
puluhan, kedua matanya terpejam, wajahnya yang keriputan
tampak merah, mirip sebuah patung batu, yang diletakan
ditengah jalan. Dikanan kirinya berdiri masing-masing dua
padri berkasa kuning, semuanya beralis tebal, mata melotot
bertampang bengis dan menyeramkan
Ai-pong-sut Thong cau membatin: "orang sering bilang,
bukan naga ngamuk takkan menyebrang kali, kawanan padri
yang tidak memiliki kepandaian tinggi takkan berani bersikap
garang dan berani meluruk ke Kwi-hun-ceng, maksud
kedatangan mereka jelas hendak mencari gara-gara, hari ini
aku harus hadapi mereka dengan hati-hati, apalagi tampang
mereka begitu bengis dan buas, jelas bersikap bermusuhan"
segera dia tampil kedepan serta menyapa lantang: "Harap
tanya siapakah nama-nama gelar Taysu dan tetirah
dikelenteng mana selama ini " Apa maksud kedatangan kalian
ke Kwi-hun-ceng kita " Semoga sudi menjelaskan pula."
Padri berambut dengan tubuh kekar gede ditengah
mendadak membuka kedua matanya, sinar terang mencorong
dari bola matanya, suaranya berat: "Asal Pat-pi-kim- liong
keluar, urusan akan mudah dibereskan, kalian tidak perlu
tanya siapa kami.' Melihat betapa j umawa sikap mereka, "Ai-pong-sut yang
berdarah panas ini amat gusar, tapi latihan Lwekangnya
tinggi, kesaabarannya juga melebihi orang biasa, Sebelum dia
tahu asal usul lawan dan tahu maksud kedatangannya,
sedapat mungkin dia kendalikan emosi, katanya: "Siang
kemaren karena sesuatu urusan penting Liok pangcu sedang
keluar pintu. Taysu boleh jelaskan apa maksud
kedatanganmu, bila dia sudah pulang pasti akan kulaporkan
kepadanya." Padri berambut itu menyeringai: "Masa begini kebetulan,
kami datang dari Lun-put-si di Tibet selatan, dari ribuan li
meluruk kemari, memangnya harus percaya oleh beberapa
patah omonganmu, pulang dengan penasaran, apapun kami
harus masuk menggeledah perkampungan ini. Sicu silakan kau
minggir." habis bicara kakinya bergerak terus melangkah lebar
menerjang kedalam. Padri tibet ini bergelar Pa-kim Tayhud, pemimpin besar
Lun-put-si di Tibet selatan, kedudukannya hanya dibawah
Dalai Lama, Kungfunya merupakan aliran tersendiri dan
menjagoi Tibet Selatan, Thian-liong-toa-patsek yang
diyakinkan pernah menggetarkan Bulim. Waktu mengembara
diBulim dahulu Ai-pong-sut pernah merasakan sendiri
kelihayan lawan, pada hal waktu itu taraf kepandaiannya juga
belum seberapa, dia yakin dengan bekal kemampuannya
sekarang kira-kira dirinya masih mampu mengatasinya. Kini
meski dia agak tercengang menghadapi kekasaran lawan,
jelas dirinya dipaksa untuk turun tangan-segera dia
membentak: "Berdiri Kwi-hun-ceng adalah markas pusat
Hong-lui-pang, mana boleh kau trobosan di tempat suci kita,
agaknya kau memang mencari setori, silahkan pamer
kepandaianmu, Losiu akan melayanimu."
Pa-kim Tayhud gelak tertawa, katanya: "Kakek cilik
ternyata bernyali besar, tentunya kau bukan orang yang tidak
ternama, sebutkan dulu nama gelarmu, akan kupertimbangkan
apakah setimpal menghadapiku."
Sudah puluhan tahun Ai-pong-sut Thong cau melang
melintang di kangouw, kapan pernah dihina begini rupa,
saking gusar dia terbahak-bahak serunya: "Losiu Thong cau,
seorang kroco di Kangouw, marilah kau coba rasakan sekali
pukulanku." kedua tangan segera menyodok dengan delapan
kekuatan tenaganya kearah Pa-kim Tayhud.
Lwekang Pa-kim Tayhud sudah mencapai taraf sempurna,
melihat lawan menyerang, dia hanya sedikit merendahkan
pundak. kedua tangan terangkat, dengan lima tenaganya
balas menepuk kearah serangan musuh. Dua jalur kekuatan
bentrok "Dar." Ai-pong-sut kelihatan limbung tapi tidak
tergeser dari kedudukan, sebaliknya Pa-kirn Tayhud tertolak
mundur tiga langkah. Baru sekarang dia insaf dirinya dirugikan
karena terlalu memandang enteng lawan, dihadapan keempat
muridnya dia kecundang karuan amarahnya membara, saking
murka dia terkial dingin:
"Tidak nyana, kakek kecil seperti kau juga punya bobot,
marilah adu kekuatan sekali lagi." kali ini dia menekuk lutut
pasang kuda-kuda, lengan bawah menempel dada ke dua
telapak tangan terkembang menghadap keluar, dengan
mengerahkan setaker tenaga kedua tangannya mendorong
kearah Ai-pong-sut. Damparan angin badai seketika menggulung menyebabkan
hawa bergolak dengan desis suaranya yang ribut. Dalam
gebrak pertatria beruntung dirinya lebih unggul seurat, kini
melihat lawan menggempur dengan seluruh kekuatannya, tak
berani dia melawan, lekas dia mengegos minggir setombak
sambil berkelit dia merogoh keluar sebutir pelor peringatan
ditimpukan keudara, pelor itu meledak mengeluarkan asap
biru membumbung lebih tinggi ke angkasa, ledakanpelor
minta bantuan ini lekas sekali sudah terdengar oleh komisaris
umum Suma Lingkhong yang berada di clokswi-cun,
selanjutnya meneruskan kepada Liok Kiam-ping dan kawankawan-
Melihat lawan melepas pelor Pa-kim Tayhud tahu bahwa
lawan minta bantuan, maka dia lebih yakin lagi seorang Aipong-
sut cukup dirinya melayaninya, jikalau pihak lawan
kedatangan bala bantuan, pihak sendirijelas akan kalah. Rasa
jeri yang menggelitik sanubarinya seketika sirna, diapun
bersiul memberi aba-aba kepada keempat muridnya, Empat
padri yang menonton dipinggir gelanggang segera merubung
maju melabrak orang-orang Hong-lui pang.
Begitu pertarungan di mulai Pi-lik-jiu ciu Khay sudah
menaruh perhatian terhadap keempat Lama jubah kuning ini,
kini melihat mereka maju serentak. segera dia siapkan anak
buahnya: "Hayo, ganyang musuh.' dia mendahului mencegat
salah satu dari keempat Lama itu. Tiga Lama yang lain
berpencar melabrak orang-orang Hong- lui-pang, pertempuran
menjadi kacau dan suara gegap gumpita.
Pa-kim Tayhud juga pergencar serangannya, dibarengi
gerak langkah yang gesit pula Ai-pong-sut sudah merasakan
kelihayan musuh, maka diapun kerahkan seluruh
kemampuannya, segala pikiran dan semangat dipusatkan,
dengan penuh waspada dia layani rangsakan musuh.
Berhasil mendesak musuh Pa-kim Tayhud bertambah
garang, lawan tidak diberi peluang lagi " Begitu serangan
dilancarkan, segencar baling-baling bayangan telapak
tangannya merabu seluruh Hiat-to mematikan ditubuh Aipong-
sut. Untung ketangkasan gerak Ai-pong-sut cukup lihay,
perawakannya kate kecil dan kurus lagi maka dia leluasa
bergerak diantara samberan pukulan lawan Dalam sekejap
lima puluh jurus telah tercapai, Pa-kim Tayhud insyaf bila
pertempuran berjalan lama pasti tidak menguntungkan
pihaknya, maka dia bertekad selekasnya mengakhiri
pertarungan, maka gerakan kedua kaki tangannya semakin
gencar, disamping dia memberi semangat kepada keempat
muridnya menggasak musuh sebanyak mungkin-
Sekonyong-konyong terdengar jeritan seorang anggota
Hong-lui-pang, sedikit lena punggungnya kena dijambret oleh
ceng krama n seorang Lama, tubuhnya lantas dilempar pergi
lima kakijauhnya, roboh untuk tidak berkutik lagi.
Pik-lik-jiu ciu Khay takjauh dari tempat kejadian, ingin
membantujuga sudah terlambat, apalagi lawan yang
dihadapinya cukup tangguh, seorang diri hakikatnya dia
sendiri merasa berat melayaninya, mana sempat menolong
orang lain, terpaksa dia menyaksikan seorang kawannya
roboh binasa. Namun bola matanya mendelik buas.
Hiiiaaat... ' ditengah pekik liarnya, serentak dia lontarkan
enam jurus pukulan-Lama yang jadi lawannya gelagapanjuga
oleh rangsakan lihay dan mendadak ini, seketika dia terdesak
mundur tiga tindak. Sementara itu Ai-pong-sut yang melabrak Pa-kim Tayhud
sudah mencapai seratus jurus, betapapun ganas dan lihay
serangan Pa-kim Tayhud, namun ujung pakaian lawanpun tak
mampu disentuhnya. Mendadak Pakim Tayhud merobah
permainan, badannya yang segede anak kerbau mendadak
mencelat keudara, kedua lengan terkembang, ditengah udara
berputar laksana seekor naga, pukulan telapak tangannya
membawa gemuruh guntur menindih kearah Ai-pong-sut.
Begitu dia mengembangkan Thian-liong-toa-pat-sek.
perbawanya sungguh laksana guntur menggelegar kilat meny
amber, bayangan pukulan berderai diang kas a, sehingga
susah dijaga atau dibendung.
Dahulu pernah Ai-pong-sut melihat gerakan pukulan tangan
yang khas dan lihay ini, tapi dulu Lwekang lawan masih belum
mencapai taraf yang dikehendaki,jadi perbawanya tidak begitu
hebat, kini setelah puluhan tahun kembali Pa-kim Ta yhud
melancarkan serangan terhadap dirinya, gelagatnya berbeda
pula, mau tidak mau dia kerepotan dan gelagapan pula, waktu
melawannya jug a terasa bimbang dan kurang mantap.
Untung Ginkangnya sudah mencapai tarap tinggi,
langkahnya ajaib pula, sekuatnya dia kembangkan kesebatan
tubuhnya baru selamat dari serangan lawan- Tapi hanya
berkelit dan mandah diserangjuga bukan cara bertempur yang
benar, sehingga dalam melayani serangan lawan terasa makin
terdesak dan payah. Setiap jurus dari permainan Thian-liong-toa-pak-sek ini
mengandung tiga gerakan variasi, setiap gerakan terbagi pula
tiga tipu lihay, setiap tiga jurus dilancarkan harus berganti
napas sekali. Bila ilmu pukulan ini dilancarkan harus dilandasi
kekuatan Lwekang yang sudah diyakinkan puluhan tahun,
tenaga terpusat dipusar kekuatan tersalur ke seluruh tubuh
yang membutuhkan jadi berbeda dengan langkah Ling-hi-poukhong
tubuhnya bergerak diudara.
Pa-kim Tayhud mengejar kemenangan dalam waktu
singkat, maka seluruh tenaga dan
kemampuannya dipertaruhkan, gerak kedua tangannya
menimbulkan damparan angin sekeras amukan badai dig urun
prahara. Melihat betapa dahsyat lawan mempergencar
serangan, sedikit lena pasti jiwa melayang, lekas Ai-pong-sut
konsentrasikan pikiran, sekuat tenaga dia hadapi dan lawan
serangan musuh dengan tabah.
Kedua orang adalah jago kosen Bulim yang jarang ada
tandingan, Lwekang mereka sudah mencapai taraf
kesempurnaannya, dengan adu kekuatan setaker tenaga ini,
maka dapat dibayangkan betapa hebat pertempuran ini.
Benturan demi benturan terus berlangsung, saking dahsyat
akibat dari adu kekuatan ini, pohon-pohon tiga tombak
disekitar arena tersapu gundul daonnya oleh getaran angin
pukulan mereka, ditengah- kepulan debu yang membumbung
tinggi hakikatnya susah dibedakan bayangan kedua orang
yang lagi baku bantam ini.
Sebetulnya Ai-pong-sut Thong cau dapat menundukan
lawan dengan ilmu tunggal perguruannya Yan-yam-tam
(sepasang pelor belibis), namun setelah pertempuran
memuncak sejauh ini, kesempatan mengeluarkan kedua
bandulannya itu sudah tiada, mana mungkin dia melancarkan
ilmu tunggalnya itu, terpaksa dia kembangkan Ginkangnya,
mengikuti situasi dia berlompatan kian kemari.
Dua ratus juras telah tercapai, kedua orang yang baku
hantam ini masih terus berkutet siapapun tidak berani lena.
Keduanya ingin menuntut balas kematian orang pihaknya yang
telah gugur, meski tenaga sudah banyak terkuras, namun
mereka masih terus serang menyerang dengan tenaga berat.
Pertempuran dahsyat yang jarang terjadi dan terlihat di Bulim.
Saking murka otot hyau diatas kepala Pi-lik-jiu ciu Khay
tampak merongkol keluar mulutpun berkaok-kaok, namun dia
tidak mampu membantu anak buahnya yang digasak musuh.
Dua Lama tampak melompat jauh ke depan terus menerobos
kedalam perkampungan Kalau dibagian luar pertempuran berjalan seru, penjagaan
didalam perkampungan juga cukup ketat, namun jago-jago
lihay mereka sudah dikerahkan diluar, maka sisa yang berjaga
didalam tidak berarti sama sekali.
Siau Hong sebetulnya ingin ikut Kiamping dalam
penyerbuan ke Tang- ling- kiong, namun setelah bujuk sana
bujuk sini terpaksa dia mau ditinggalkan, beberapa hari ini
hatinya sedang masgul, maka seharian dia tidak mengunjukan
Hong Lui Bun Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
diri, saat itu dia sedang bermalas-malasan diatas tempat tidur.
Begitu musuh menggrebek datang Ai-pong-sut lantas
melarang siapapun memberitahu kepadanya. Setelah
pertempuran berjalan cukup lama, pekik dan jeritan diarena
pertempuran semakin keras dan mengerikan, dalam
keheningan diatas loteng, Siau Hong dapat mendengarkan
sayup,sayup, semula dia kira orang-orang Hong-lui-pang
sedang latihan secara masal, tapi lama kelamaan dia
mendengar juga suara jeritan yang menyayat hati terasa
gelagat tidak beres, memangnya hati sedang masgul, pikiran
kalut lagi, kepingin melakukan sesuatu. Bergegas dia
melompat turun dari ranjang terus lari keluar.
Baru raja dia sampai di Hong-lul-ting, bentakan dan jeritan
itu terdengar riuh dari pekarangan luar. Segera dia percepat
langkahnya melesat keluar. Sejak menelan soat-lian,
Lwekangnya maju berlipat ganda, mendapat bimbingan
danpetunjuk Kiam-ping lagi serta latihan bersama jago-jago
kosen pula, maka taraf kepandaiannya sekarang sudah cukup
tangguh, kira-kira satu kelas denganjago kosen di Bulim.
Begitu tiba diarena pertempuran, seketika matanya
mendelik gusar, alis tegak berdiri. Dilihatnya dua lama jubah
kuning berperawakan tinggi besar sedang mengganas, korban
sudah berjatuhan dengan mengerikan- Tapi orang-orang
Hong-lui-pang tiada yang takut mati, gugur satu maju dua,
depan roboh yang belakang mendesak maju, semangat
tempur mereka yang tinggi sungguh cukup membuat jeri
musuhnya. Disertai pekik melengking Siau Hong jinjing pedangnya
meluruk kearah salah satu padri Lama terus menusuk.
Bencinya keliwat batas karena Lama ini terlampau ganas dan
keji, maka serangannya ini menggunakan jurus Hian-li-kiamhoat
yang baru saja diyakinkan.
Hian-li-kiam-hoat memang serasi untuk permainan seorang
perempuan, gerakannya gemulal enteng dan lincah, setiap
gerakannya merupakan serangan yang ketat hingga Lama itu
didesaknya mundur. Sayang dia baru belajar dan gerakan
belum sempurna, Lwekangnya belum cukup kuat untuk
melandasi permainan ilmu pedangnya, hanya sekejap
serangannya kuncup ditengah jalan, dari pihak yang
mendesak segera menjadi pihak yang didesak malah. Pada hal
ilmu pedang ini khusus bermanfaat untuk menyerang, kini
terpaksa hanya untuk bertahan, maka keadaannya semakin
parah. Lima puluh jurus kemudian dia sudah terdesak dibawah
angin, sekujur badan basah kuyup oleh keringat, napasnya
pun tersengal berat. Melihat betapa cantik menggiurkan gadis lawannya ini,
timbul niat jahat Lama jubah kuning, untuk membekuknya
hidup - hidup, maka serangannya diperhitungkan sekali, kalau
tidak sejak tadi Siau Hong tentu sudah dikalahkan,
mungkinjiwa juga sudah melayang.
Pertempuran dibilangan luar ternyata masih terus
berlangsung dalam suhu tinggi. Pa-kim Tayhud terpaksa harus
mengulang permainan Thian-liong-toa-pat-sek, kini berbeda
pula cara bertempur mereka, tidak lagi mengembangkan
kelincahan tubuh, tapi melancarkan pukulan berat yang
mengurus tenaga. Jidat basah alis Ai-pong-sutpun sudah lengket. Demikian
pula napas Pa-kim Tayhud menderu seperti babi yang siap
dijagai. Setelah dua Lama menerjang masuk keperkampungan,
tekanan terhadap Pi-lik-jiu ciu Khay jauh berkurang, walau
pihaknya berjumlah banyak, keadaan masih bertahan sama
kuat, namun mereka tidak mampu merobohkan atau memukul
mundur musuh. Disaat orang banyak bertempur mati-matian itulah, sebuah
siulan bernada tinggi mengalun diang kas a, sebelum lenyap
gema suaranya, sesosok bayangan sudah meluncur turun
hinggap ditengah arena. Begitu Liok Kiam-ping tiba, disusul beberapa bayangan
orang berdatangan pula. Karena Lama yang meluruk datang masih asing bagi
dirinya, untuk tahu seluk beluk lawan, maka Kiam-ping
sengaja gunakan hardikan Say-cu-bong: 'Kalian berhenti.'
sementara langkahnya lebar menghampiri Pa-kim Tayhud.
Bentakannya sekeras geledek. hadirin seperti dikemplang
kepalanya, semuanya tergetar mundur, siap bertindak
menurut perintah. Melihat orang orang Hong-lui-pang datang
pada saatnya, sungguh senang dan lega hati Ai-pong sut,
lekas dia bersimpuh menenangkan hati bersemadi, setelah
baku hantam selama dua jam, keadaannya boleh dikata sudah
teramat payah. Begitu berhadapan dengan Pa-kim Tayhud, Liok Kiam-ping
menyeringai dingin, katanya: "orang beribadat harus
mengutamakan welas asih, bebas dari duniawi, menganjurkan
umat Tuhan berbuat bajik dan menjadi teladan kaum
penjabat. Tanpa sebab Taysu menyerbu kemarkas kita, main
bunuh lagi, cayhe mohon tanya kepada Taysu apa alasanmu."
Pa-kim Tayhud menenangkan hatijuga, segera dia menatap
pemuda yang menghampiri, katanya: "Tentu tuan inilah Patpi-
kim- liong Liok Kiam-ping adanya, kami bercokoljauh
diselatan Tibet, tak pernah bersaing atau bermusuhan dengan
semua aliran persilatan di Tionggoan- Beberapa bulan yang
lalu dua muridku keling dan Keting karena sesuatu urusan
datang ke Tionggoan, ternyata keduanya gugur dalam
menunaikan tugas oleh pukulan Liok-pangcu, mohon sudi
kiranya memberi keadilan kepadaku."
Kiam-ping berpikir: Jadi dia inilah Pakim Tayhud, mungkin
dia digosok danperCaya pengaduan muridnya, sengaja
meluruk datang menuntut balas, permusuhan telah terjadi,
pertikaian ini jelas tak mungkin didamaikan lagi." maka
dengan tersenyum dia berkata:
"Sejak dahulu kala, peradaban bangsa kita paling
menentang perbuatan cabul. Bagi kaum persilatan jaga
merupakan kejahatan yang paling kotor danpantas diganyang,
Keling dan Keting sebagai murid Taysu sepantasnya berdarma
bahti kepada umat manusia, banyak menimbun kebajikan, tapi
sebaliknya mereka justru bertindak lalim, mengandal Kungfu
yang tinggi menindas sesama kaum persilatan yang lemah,
ditengah siang hari bolong, menggoda perempuan berbuat
mesum lagi, maka kematiannya setimpal menebus dosanya.
cayhe mewakili pihak yang berdiri di tengah keadilan
menghukum mereka, maka Taysu harap maklum dan periksa
adanya. " Pa-kim Tayhud mendengus hidung, katanya: "Padri
perguruanku, bila benar membuat pelanggaran dia akan
dihukum oleh adat dan undang-undang perguruan, orang lain
tidak pantas menghukumnya, kau sudah lancang bertindak.
tidak memberi penjelasan pula kepadaku, hari ini urusan
terlanjur sejauh ini, kalau kami sudah berani meluruk kemari,
sebelum urusan beres, jangan kira kami takut lantas mau
ngacir." Tahu urusan tidak bisa dijelaskan, saking murka Kiamping
tertawa lebar, katanya: "Kiranya Taysujuga hanya begini saja, kau lebih cenderung
bermusuhan daripada melaksanakan kebajikan, Baiklah,
urusan hari ini terpaksa diselesaikan dengan kekuatan
Kungfu." Mengencang alis Pa-kim Taysud, katanya:
"Memang itulah maksud kedatanganku, entah bagaimana
kau akan bertanding."
Sebagai tuan rumah aku sih menuruti kehendak tamu,
boleh Taysu mengajukan caranya, aku pasti mengiringi."
Pa-kim Taysu membatin: "Bocah ini amat sombong, konon
Liat-jit-kiam-hoatnya ganas dan digjaya, kalau bertanding
senjata mungkin aku tiada harapan." maka dengan tersenyum
dia berkata: "Baiklah, bagaimana kalau kita bertanding tenaga
pukulan ?" "Boleh saja, sekuatnya aku akan melayani."
"Baik, pertama kita mengadu tiga kali pukulan." lalu dia
mengempit ketiak dengan kedua telapak tangan bergerak
membundar terus berjaga didepan dada. Bentaknya: "Nah
silahkan serang lebih dulu."
Kungfu Kiam-ping tinggi, hatinya tabah, musuh tangguh
didepan mata, meski kelihatan sikapnya ramah dan santai, dia
berkata tawar: "cayhe tidak sudi mendahului."
Melihat lawan masih muda belia, umpama sejak dilahirkan
dari rahim ibunya bocah ini sudah belajat silat, paling juga
baru memiliki latihan Lwekang dua puluh tahun, namun berani
bermulut besar dan seangkuh ini, maka bertaut alisnya,
bentaknya gusar: "Sambut pukulan." kedua telapak tangan
menyilang maju terus berputar lurus dengan tepukan delapan
bagian tenaganya. Liok Kiam-ping merasakan betapa dahsyat pukulan lawan,
dia konsentrasikan diri, badan sedikit jongkok kaki setengah
langkah menyurut mundur, kedua tangan menghimpun
delapan puluh prosen tenaganya balas menepuk kedepan.
"Byaar." dentumam keras menggoncang bumi sehingga
menimbulkan reaksi yang bukan kepalang hebatnya. Pa kim
Tayhud tersurut selangkah lebar. Liok Kiam-ping hanya
melangkah setengah tindak pula.
M impipun tak pernah terbayang dalam benak Pa- kim
Tayhud, bocah semuda ini ternyata memiliki Lwekang
setangguh ini, maka dia tidak berani ayal, lekas dia kerahkan
seluruh kekuatan tenaga dalamnya, pelan tapi meyakinkan
disalurkan kedua lengan, gerakan lamban memberi peluang
supaya benaknya berpikir mencari akal, cara bagaimana
dirinya harus menggempur dan menjatuhkan lawan, Kali ini
pukulannya betul-betul menggunakan setaker tenaganya,
kembali pukulan dilontarkan.
Liok Kiam-ping juga sudah bersiap. dia eambutpula dengan
pukulan kedua tangan. Kali ini Liok Kiam-ping coba mempraktekan ilmu pukulan
lengket yang baru dipelajarinya dari Thian-tok-cin-keng,
begitu kedua tenaga raksasa beradu, tenaga yang tersalur
mendadak disedotnya kembali.
Karena benturan dahsyat ini badan Pakim Tayhud
sebetulnya sudah terjengkang kebelakang. mendadak terasa
segulung tenaga besar menyedot sehingga kekuatan
pukulannya yang dahsyat tersirap kedepan, maka tanpa kuasa
tubuhnya tersuruk maju selangkah malah. Tapi dia tidak tahu
bahwa Liok Kiam-ping telah menggunakan akalnya, dia sangka
tenaga land as a n lawan kurang kokoh sehingga terlanda oleh
tenaga pukulannya hingga pertahanannya jebol. Maka hatinya
diam-diam senang, dengan setaker tenaganya pula dia
melontarkan sekali pukulan lagi.
Liok Kiam-ping mempraktekkan manfaat besar untuk
percobaan kecil, ternyata manjur dan berguna, betapa senang
hatinya sungguh sukar dilukiskan- Begitu usahanya berhasil,
semangat tempurnya makin menyala. Melihat lawan
menggempur pula, dari deru suaranya dia tahu pukulan kali ini
lebih dahsyat pula, lekas dia kembangkan pula daya lengket,
kedua tangan yang didorong lurus kedepan mendadak ditarik
mundur. Begitu gempurau dilancarkan, tenaga pukulannya ternyata
seperti tengelam di lautan, bukan saja tidak menimbulkan
reaksi malah tubuhnya tersuruk maju dua langkah pula, lekas
dia kerahkan tenaga diujung jari-jarinya supaya tubuh
terkendali. Saat itulah Liok Kiam-ping kerahkan seluruh tenaga
dikedua telapak tangan terus menggenjot kedada lewan.
Begitu pukulannya sirna Pa- kim Tayhud sudah tahu
gelagat mengancam dirinya, lekas dia melempar tubuh sendiri
kebawah, terus menggelundung pergi dengan gerakan Uihong-
toa-gun sin (naga kuning menggelundung pergi). Tapi
pukulan Kiam-ping memang teramat dahsyat, meski reaksinya
cukup cekatan, tak urung badannya tergentak dua tombak
jauhnya, beruntung dia sempat menggelundung sehingga
luka-lukanya tidak begitu parah, namun nyalinya sudah pecah.
Ternyata Kiam-ping juga tidak mau bertindak terlalu kejam,
maka dia tidak mengudak serta menyusuli serangan pula
sambil berdiri menggendong tangan, dia tersenyum ditengah
arena, lawan ditatapnya tajam.
Begitu kedua kaki mendepak badan Pa-kim Taysu sudah
mencelat berdiri, melihat betapa sikap lawan dirasa
mencemooh dan menghina, amarahnya malah berkobar,
selebar mukanya merah coklat, sambil menggeram buas dia
lancarkan Thian-liong-toa-pat-sek merabu dengan sengit.
Liok Kiam-ping kembangkan Leng-hi-pou-hoat, gerakannya
tampak santai dan tak acuh, berkelebat kian kemari ditengah
samberan pukulan lawan tubuhnya tampak lemah gemulai
tapijuga gagah. Sementara ituSiau Hong melawan seorang Lama bernama
Keping, tenaganya sudah lemah Keping menggoda pula
dengan ceriwis sehingga amarahnya makin menyala, namun
dengan kertak gigi dia mengamuk dengan serangan gencar,
meski langkahnya sempoyongan tak karuan, sering pula
serangan lawan tak sempat dihiraukan lagi boleh dikata, dia
sudah nekat dan ingin adujiwa dengan musuh. Hal ini-justru
membuat keping kerepotanjuga, karena ingin membekuknya
hidup,hidup, dia harus berusaha menyelamatkan diri dari
serangan lawan, dia dipaksa mundur tiga langkah.
Namun Lwekangnya tangguh, kepandaian tinggi, hati tabah
dan tenang, setelah mundur, dia curahkan perhatian, sering
balas menyerang lagi sambil tetap mengoceh dengan olokolok
yang kotor. Seorang Lama lagi bernama Kelu, dengan bahasa Tibet
mendadak dia memberi peringatan kepada Keping, Segera dia
pergencar seraagannya kepada orang-orang Hong-lui-pang
yang mengeroyoknya, lawan dilabraknya kocar kacir.
Tenaga lemah sebaliknya kepala seperti hampir pecah, Siau
Hong masih nekat menyerang membabi buta, karena tanpa
penjagaan sama sekali sudah tentu banyak. kelemahannya
hingga musuh mendapat banyak kesempatan untuh
menyergapnya. Sekonyong-konyong dirasakan pinggang
terasa linu, pedang panjang jatuh ditanah orangnya juga
roboh. Sekali raih Keping berhasil menyambar tubuhnya, sekali
lompat dia lari kepinggir tembok serta melompat keluar sana.
orang-orang Hong-lui-pang berusaha merintangi, namun
mereka digasak oleh Kelu hingga jatuh pontang panting.
Begitu Keping melompat keluar tombok, lekas sekali Kelu
Hong Lui Bun Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
sudah menyusul, nampak dua bayangan kuning berkelebat
diluar tembok terus menyelinap kedalam hutan- Gerakan
mereka teramat cepat, orang banyak yang berkepandaian
biasa tiada yang mampu menyandak apa lagi merintangi.
Dengan langkah ajaibnya Liok Kiamping sementara itu
sedang menghadapi Thianliong-toa-pat-sek Pa-kim Tayhud,
pertarungan hebat yang jarang terjadi dalam Bulim selama ini,
kedua pihak bergerak penuh perincian, setiap serangan sudah
diperhitungkan secara masak disamping menyerang dengan
tipu lihay, sekaligus berusaha memecahkan serangan lawan,
maka adu kekuatan ini memuncak tegang, tiga tombak
disekitar arena hawa terasa mendidih, hingga penonton di luar
gelanggang seperti dihembus angin panpas dari tungku yang
membara. Lima puluh jurus kemudian Thian-liongtoa-pat-sek telah
dikembangkan mencapai puncaknya, dikala tubuhnya
melambung berlegot diudara laksana nags, lapisan bayangan
telapak tangan terus menindih laksana jala besar.
Kiam-ping lebih waspada, seluruh perhatian dia curahkan
untuk melawan serangan disamping dia mencari luang untuk
balas menyerang dengan juras yang mematikan- Sekarang Pakim
Tayhud baru sadar bahwa lawan sejauh ini melawan
masih belum melawan dengan sepenuh tenaga, umpama dia
boyong seluruh kemampuannya melancarkan Thian-liong-toapat-
sekpulajuga tiada artinya lagi.
Celaka adalah bila lawan melontarkan ilmu simpanannya
yang sakti, pasti dirinya akan kecundang dan beroleh malu
besar. Makin dipikir hati makin kecut, jikalau dirinya tidak
mendahului melancarkan ilmu simpanan yang ganas, sebentar
lagi untuk berlalu dari tempat ini kemungkinan sudah
terlambat. Mendadak dia turunkan badannya kepinggir sambil
menggentak lengan kanan, selarik sinar berkelebat meluncur
kebatok kepala Liok Kiam-ping. Melihat serangan lawan belum
mencapai sasaran sudah ditarik balik serta mencelat mundur
hati Kiam-ping sudah curiga, tengah membatin tiba-tiba selarik
sinar putih telah mengancam kepalanya. Lekas dia
kembangkan jurus penyelamat Sui-bong-biau-si (melayang
mengikuti arah angin) dari Leng-hi-pou-hoat, tubuhnya
bergerak laksana setan dalam kecepatan yang tak terukur,
sekali berkelebat bayangannya sudah lenyap.
Pa-kim Tayhud sudah kegirangan bahwa serangan kejinya
bakal melumpuhkan lawan, namun dalam sekejap mendadak
bayangan lawan lenyap dari pandangan mata, karuan dia
melenggong. Seluruh hadirin yang menyaksikan diluar
gelanggang juga tiada yang tahu dengan gerakan apa Liok
Kiam-ping menyingkir Karena melenggong gerakan Pa-kim
Tayhud sedikit merandek, Jian-li-tok-heng banyak
pengalaman, baru sekarang dia melihat sebuah benda
mengkilap bundar berbentuk seperti topi, seketika dia menjerit
kaget: "Hiat-te-cu."
Hiat-te cu adalah senjata ampuh kaum Lama yang punya
kedudukan tinggi diistana raja yang berkuasa sekarang,
biasanya jarang dipertunjukan dimuka umum, hadirin juga
hanya pernah mendengar namanya, belum pernah
menyaksikan sendiri. Am-gi seperti ini hanya dikendalikan oleh
kekuatan hawa murni pemakainya, dalam jarak setombak
lebih masih mampu terjangkau, hanya keserempet saja jiwa
bisa melayang, apa lagi kalau kepala kecaplok, leher putus
jiwa melayang, merupakan senjata rahasia paling jahat masa
itu. Beruntung Liok Kiam-ping berulang kali menemukan rejeki
besar, Lwekangnya sudah bertambah lipat ganda, maka
dengan mudah dia meluputkan diri. Mendengar pekik suara
Jian-li-tok-heng, jantung lantas berdegup, Tapi sikapnya tetap
tenang dan wajar, katanya setelah terkekeh dingin: "Ternyata
TaySu juga punya kedudukan tinggi di istana, sungguh cayhe
berlaku kurang hormat."
Bahwa serangannya luput Pa-kim Tayhud kebingungan
sendiri, mendadak didangarnya lawan bersuara di belakang,
amarahnya semakin membara, kembali tangan kanan
menggentak terus di sendai, berbareng badan berputar, di
mana cahaya putih berkelebat ke belakang, kali ini dia
menyerang dengan setaker tenaga, maka daya luncur Hiat-tecujauh
lebih pesat. Tapi cara yang digunakan justru telah
melanggar pantangan kaum persilatan umumnya.
"Haaaiiiit." Kiam-ping menggembor panjang, Kim- kongput-
hoay-sin-kang dikerahkan, kedua tangan berganti
memukul kearah sinar putih yang meny amber tiba, berbareng
tubuh menggelundang pergi, syukur masih sempat
menyelamatkan diri. Kali ini Pa-kim Tayhud yakin serangan yang dilancarkan
sepenuh tenaga ini pasti dapat merobohkan lawan, tak nyana
baru saja cahaya putih mumbul mencapai ketinggian tertentu,
terasa gerakannya seperti terbendang tembok baja. jelas Hiatte-
cu tak mampu menembus pertahanan Kim-kong-put-hoaysinkang,
lekas dia kerah-kan tenaga menekan tangan kebawah
supaya Hiat-te-cu yang bercahaya kemilau itu menungkrup
kebawah, namun pukulan Liok Kiam-ping sudah menerjang
tiba, ?"Blam" cahaya putih terpukul serong ke pinggir.
Dua kali serangannya tidak berhasil, mengkirik sendiri bulu
kuduk Pa kim Tayhud hal ini belum pernah terjadi selama dia
menggunakan Hiat-te-cu, namun dasar licik dan licin, segera
dia bergelak tawa, katanya:
"Agaknya Sicu sudah meyakinkan ilmu sakti mandraguna
dari aliran Buddha, Kim-kong-put-hoay-sin-kang. Baiklah
selama gunung tetap menghijau, pada tanggal sembilan bulan
sembilan tahun ini, Lolap akan meluruk balik ke Kwi-hun-ceng
guna mohon pengajaran lebih jauh."
Tanpa menunggu jawaban Liok Kiam-ping segera bawa
kedua muridnya terus berlalu masuk kedalam hutan- orang
banyak hendak mengejar, tapi dicegah oleh Liok Kiam-ping.
Waktu mereka beranjak kedalam perkampungan, dari
dalam berlari keluar seram dengan orang semua merubung ke
depan Liok Kiam-ping, sebelum memberi hormat seorang telah
memberi laporan dengan muka pucat: "Pangcu, celaka dua
belas, nona Siau Hong diculik dua orang Lama setelah ditutuk
hiat-tonya. kami beramai tak mampu merintangi dan
mengejarnya, harap Pangcu lekas bertindak."
Mendangar kabarjelek ini karuan semua orang Hong-luipang
kaget dan gusar, semua melenggong saling pandang.
Terutama Liok Kiam-ping, sedihnya bukan main, menyesal
kenapa membiarkan Pa-kim Tayhud bertiga berlalu begitu
saja. Meski otaknya enter namun menghadapi kejadian
mendadak begini, dia jadi kebingungan dan kehabiaan akal.
Sambil meng gereget segera dia bergerak hendak mengudak.
Tapi Ai-pong-sut dan lain-lain membujuk orang banyak
segera kembali keperkampungan, mencari akal untuk
bertindak supaya tindakan tidak sia-sia, kalau mengejar tanpa
rencana, bukan saja tidak berhasil, urusan mungkin b ia a
lebih parah. Liok Kiam-ping menghela napas panjang dengan langkah
berat dia pimpin orang banyak banyak masuk kependopo.
Lekas sinar tabir malam telah menyelimuti alam semesta,
hembusan angin senja terasa semilir memabukan.
Sudah saatnya orang beriatirahat, namun mereka masih
sibuk berunding dan mengatur merancang apa yang harus
dilaksanakan Menjelang tengah malam seluruh Kwi-hunceng masih
kelihatan sibuk. bayangan orang tampak bergerak hilir mudik,
lampu terang benderang di segala pelosok. petugas bekerja
keras, burung-burung merpati pos satu persatu dilepaskan,
bunyi desiran angin sayapnya terdangar ramyai data dalam
sekejap tertelan tabir malam. keadaan agaknya cukup tegang.
Merpati pos itu sudah terlatih sedemikian rupa, meski dihujan
lebat atau malam gelap juga dapat menunaikan kewajibannya
dan baik. Lilin besar menyala didalam Pau-gwat-lou, pimpinan
tertinggi Hong-lui-pang sedang mengadakan sidang darurat,
wajah mereka kelihatan serius, semua menepekur mencari
akal, suasana hening terasa mencekam hingga napas mereka
terdangar berat, petugas ronda diluar jaga mondar mandir
dengan langkah prihatin, bicara tidak berani keras.
Setelah menghela napas Liok Kiam-ping berkata: "Karena
kelalaian cayhe hingga Pa-kim Tayhud pergi dengan bebas,
terjadi pula perobahan tak terduga ini hingga sulit untuk
menolong siau Hong. Betapapun Lama jubah kuning itu
harus dibekuk dan dihukum setimpal, kalau tidak bila hal ini
tersiar diluar, wibawa Hong-lui-pang yang baru berdiri akan
pudar dan mengalami pukulan berat" lalu geleng-geleng dan
menghela napas pula. Jun-lui-tong TongcuJian-li-tok-heng berkata: "Pangcu,
bukan saatnya kau menyalahkan diri sendiri, tadi kita semua
juga hadir, siapapun tidak menduga dalam perkampungan
terjadi periatiwa yang kebetulan ini, yang penting sekarang
kita harus menyelidiki jejak musuh.
Hoat-hi-tong Tongcu Ginju tay.beng angkat bicara: "Siau
Hong terculik dari markas pusat, betapapun kita harus
berusaha sehingga mereka tak mampu lari jauh, menurut
pendapatku lekas kita kerahkan seluruh kekuatan mengudak
ke berbagai arah, umpama tumbuh sayap juga mereka takkan
bisa lolos." Aipong-sat berkata: "Urusan tidak boleh terburu nafsu,
kukira lebih penting kita cari tahu jejak musuh baru
mengejarnya serentak, kalau berpencar mengudak tanpa
tujuan, bukan saja menghabiskan waktujuga membuang
tenaga, hasilnya nihil lagi, musuh punya kesempatan
menyergap kita, maka akibatnya lebih parah."
Gin-ji-tay-beng mendebat: "Dunia seluas ini, dalam waktu
singkat kemana kita harus mencarinya."
Gin-ji-tay-beng gelisah katanya: "Dunia seluas ini, ke mana
kita harus mencarinya "'
Maka Liok Kiam-ping bertanya kepada Jin-bong-tong
Tongcu Kim-ji-tay-beng: "Apakah laporan dari berbagai
cabang sudah tiba." "Burung dara pos yang membawa surat sudah dilepas,
namun paling cepat juga besok pagi baru bisa memperoleh
jawaban" demikian sahut Kim-ji-tay-beng.
Jian-li tok-heng menimbrung: 'Tampang dan dandanan
mereka gampang dikenali, bila berbagai kekuatan cabang kita
dikerahkan, yakin jejak mereka pasti dapat ditemukan
secepainya, semoga sebelum terang tanah, kita sudah
memperoleh laporan yang diharapkan-'
Kata Liok Kiam-ping kemudian setelah terpekur: 'Kalian
sudah bekerja berat semalam suntuk. satu jam lagi sudah
bakal terang tanah, silakan kalian beristirahat saja, pulihkan
dulu tenaga dan semangat supaya besok bekerja lebih baik."
Memang orang banyak sudah letih, segera mereka
berpamitan dan mengundurkan diri, untung mereka memiliki
dasar Lwekang tangguh, hanya samadhi satu dua jam juga
sudah cukup untuk memulihkan kondisi semula.
Kira-kira sejam kemudian, dua suitan berbunyi diudara, dua
ekor burung datang menukik turun kedalam Kui-hun-ceng.
Sementara itu Liok Kiam-ping yang sedang samadi sudah
mengatur pernapasan dan mengerahkan hawa murni satu
putaran, kondisinya boleh dikata sudah pulih seperti sedia
kala, memang Lwekangnya sudah amat tinggi, maka
pendengarannya teramat tajam, mendengar suara burung
dara yang menukik turun, hatinya amat senang, baru saja dia
berdiri. Seorang Hiangcu berseragam biru sudah muncul
diambang pintu ruang langsung memburu kedepan Liok Kiamping
serta mengangsurkan sepucuk surat dengan kedua
tangannya, katanya: "Lapor Pangcu, inilah surat laporan dari
cabang di Tinkang diutara sungai, silakan memeriksanya."
Liok Kiam-ping mengangguk seraya terima surat itu, dia
suruh Hiangcu itu mengundurkan diri. Sementara itu orang
banyak juga sudah memburu datang dari berbagai penjuru,
tampak semangat mereka sudah segar dan gagah. Gin-ji-taybeng
yang berwatak berangasan membuka suara lebih dulu:
"Padri Tibet itu datang dari Lun-pu-si, kenapa sekarang
menempuh perjalanan ke utara, mungkinkah hanya perangkap
belaka?" Jian-li-tok-heng si ahli pikir berkata: 'Pa-kim Tayhud
memiliki Hiat-te-cu, kemungkinan besar dia adalah salah
satujago kosen istana yang baru diundang untuk mengisi
kekosongan jabatan di sana, sekarang kebetulan dalam
perjalanan ke Pak-khia, mumpung ada kesempatan dia ingin
menggunakan kekuatan pemerintah memancing kita masuk
perangkapnya. Kalau dugaanku ini betul, maka urusan
memang cukup genting."
Ai-pong-sut Thong can mengangguk, katanya: "Kota raja
dijaga ketat, kalau padri Tibet itu meminjam kekuatan
pemerintah untuk melawan kita memang patut dipikirkan
secara cermat, urusan hanya boleh di selesaikan dengan akal,
jangan pakai kekerasan yang tanpa perhitungan maka
menurut pendapat Los iu, perbuatan mereka yang rendah dan
hina dina ini pasti takkan berani dilakukan secara terangterangan,
karena perbuatan merekapun termasuk melanggar
hukum." Bertaut alis Liok Kiam-ping, katanya: "Dari kejadian yang
beruntun ini, kedatangan padri Tibet kemari dan membela
pihak orang-orang Glokshoan-to pasti sudah direncanakan
sebelumnya, dibela kang layar pastijuga ada seorang biang
keladinya, tujuannya jelas untuk meruntuhkan Hong-lui-pang
kita, menculik Siau Hong tidak lain hanya untuk memancing
aksi kita saja, bukan mustahil sekarang mereka sudah
mengatur berbagai perangkap keji, namun perangkap apapun
Hong-lui-pang kita pantang mundur"
Mendadak Kim-ji-tay-beng tepuk tangan dan berseru:
"Betul, apakah kalian masih ingat begal tunggal Hwe-giam-lo
SiuJan yang tiga puluh tahun lalu pernah malang melintang di
Say-pak. tiga kali meluruk ke puncak Gobi membunuh Go-bi
ciangbun dan delapan belas muridnya ?"
Jian-li-tok-heng mengangguk, katanya: "Betul, Grmbeng
laknat ini berilmu tinggi, entah dari aliran atau perguruan
mana, konon sejak dua puluh tahun yang lalu sudah
mengasingkan diri entah di mana, untuk apa kau
menyinggung begal jahat itu ?"
"Kukira tidak meleset, Kungfu orang ini basil ajaran orang
barat, kalau tidak salah sealiran dengan Bong-siu, sekarang
Hong Lui Bun Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
penjabat komandan pengawal raja di istana, bukan mustahil
dia berintrik dengan kawanan padri Tibet itu."
"Kalau dugaan ini betul, berartiBongsiujuga sudah berada di
kota raja.Jikalau mereka bergabung, urusan memang cukup
gawat bagi kita." Melotot mata Gln-ji-tay-beng, katanya: "Peduli Hwe-giamlo,
Bong-siu atau siapa saja, bila kebentur ditangan kita
jiwanya pasti tidak terampun lagi, biarlah kita mengobrak
abrik istana raja juga tidak perlu dibuat takut, kalau tidak
sungguh penasaran- "Ji-te," cegah Kim-ji-tay-beng, kau selalu mengumbar adat
melulu, tujuan lawan memang membakar amarah kita,
sekaligus untuk menjaring seluruhnya. Bila masuk kota raja,
sebelum jelas duduknya persoalan, kularang kau mengunjuk
diri dan membuat onar."
Ai-pong-sut Thong cau tertawa, katanya: "Kalau benar
Hwe-giam-lo SiuJan berada di kota raja, dengan dia Losiu
masih ada perhitungan lama yang belum dilunasi, mumpung
kali ini ada kesempatan, biar kubereskan sekalian di kota
raja." BerkataJian-li-tok-heng serius: "Musuh berani membuat
profokasi terhadap kita, pasti sebelumnya sudah ada
persiapan, dalam keadaan kita ditempat terang musuh dipihak
gelap. maka untuk masuk ke kota raja kita harus menyamar
dan dibagi beberapa kelompok, yang penting kita harus
berusaha masuk kekota raja tanpa konangan dan kumpul di
suatu tempat, secara diam-diam bekerja di bawah tanah
mencaritahu situasi di sana, setelah urusan cukup terang baru
turun tangan, yang terang pihak kita harus berusaha supaya
tidak bentrok langsung dengan kekuatan pemerintah, supaya
tidak menimbulkan sesuatu yang tidak kuharapkan-"
Liok Kiam-ping mengangguk menyatakan setuju: "Baiklah,
kita persiapkan secepatnya sekarang kalian boleh
mempersiapkan diri dan terus berangkat. KepadaJin-bongtong
Tongcu kuserahkan tugas dan tanggung jawab untuk
memegang tampuk pimpinan dimarkaspusat ini dibantu Yuhuhoat,
ciu-con-koan dan para Tongcu serta Hiang-cu yang
tidak ikut serta." habis bicara segera dia berbangkit, orang
banyakpun lantas mengundurkan diri mempersiapkan bekal
masing-masing. Tekad Liok Kiam-ping begitu besar untuk lekas menolong
Siau Hong di kota raja sekaligus untuk menegakkan wibawa
Hong lui-pang pula, begitu mengundurkan diri bersama cohsiang-
hwi Ling-khong mereka menyamar pelajar yang akan
ujian ke kota raja. Ai-pong-sat Thong cau seperjalanan
dengan Jian-li-tok-heng menyamar pedagang, mereka
berangkat belakangan dari arah lain.
Gin-ji-tay-beng dan Thi-pi-kim-to Tan Kian-thay bersama Itcu-
kiam Koan Yong beserta beberapa IHiangcu menyamar
orang-orang piauklok yang pulang kekota raja. Sebelumnya
sudah dijanjikan setiba di kota raja akan berkumpul di Thiankic.
Pakkhia adalah kota raja yang sudah dibangun sejak jaman
kuno melalui beberapa kali dynasti, kota kuno yang megah
dan angker ini amat besar, luas dan ramai, penduduk padat,
perdagangan ramai kehidupan makmur, lalu lintas dalam kota
amat ramai bagi orang yang belum pernah datang ke kota raja
pasti gampang kesasar. Menjelang magrib dari pintu barat pelan-pelan masuk tiga
ekor kuda yang dijalankan lambat-lambat, dibelakangnya
mengintil dua orang kacung cilik yang memikul keranjang
berisi buku, alat-alat musik dan pakaian, sambiljalan mereka
bicara riang gembira. Tiga orang penunggang kuda itu masih muda dan gagah
berpakaian pelajar, kebetulan mereka dijalan raya yang ramai
dan merupakan daerah mewah, sepanjang jalan raya ini
berderet toko-toko serba ada dan restoran besar, orang-orang
besar dan kaya sering mondar mandir disini, maka kedatangan
ketiga pemuda inipun tidak menarik banyak perhatian-
Tidak ada yang tahu atau menduga bahwa ketiga pemuda
ini bukan lain adalah samaran Hong -lui - pang Pancu Pat-pikim-
liong Liok Kiam-ping beserta rombongannya. Setiba di
jalan Selatan, Liok Kiam-ping menginap di hotel Si-hay-jun.
Habis membersihkan badan dan makan malam, Liok Kiamping
berpesan kepada kedua kacung cilik supaya menjaga
pintu, lalu bersama coh-siang-hwi Ih Tiau-hlong dan Suma
Ling-khong keluar pintu mencari berita.
Arus manusia yang berlalu lalang dijalan raya penuh sesak.
Liok Kiam-ping bertiga memasuki sebuah Restauran Hoa-inglou,
pelayan menyilakan mereka naik kelantai dua, saat makan
malam, maka restoran ini penuh dikunjungi orang-orang yang
suka merogoh kantong, terpaksa Kiam-ping bertiga mendapat
tempat dipojok timur mepet dinding.
Para tamu restoran ini kebanyakan berpakaian ketat, sambil
makan minum mereka bicara sambil senda gurau, waktu
Kiam-ping bertiga naik keloteng, para tamu menoleh kearah
mereka namun tiada, yang ambil perhatian.
Kiam-ping memilih beberapa masakan dan memasan sepoci
arak. Hatinya dirundung kuatir akan keselamatan Siau Hong,
maka tiada selera makan minum, maka dia hanya menemani
coh-siang-hwi dan Suma Ling-khong makan minum saja,
namun dengan penuh perhatian dia selalu perhatikan para
tamu yang hilir mudik silih berganti.
Dari tempat duduk yang termasuk kelas mewah disebelah
dalam sana, mendadak kumandang gelak tawa, seorang
berkata: "Siko, kau memang hebat, obat mujarab seperti itu,
bila diserahkan ke ong-hu, meski genduk itu terbuat dari
besijuga akirnya pasti luluh, apa kehendakmu dia pasti
menurut saja, bila Siu-ya senang, cukup sepatah katanya,
tanggung seumur hidupmu takkan kekurangan Kami
bersaudara juga pasti dapat ketiban rejeki. Hayolah Siaute
suguh kau secangkir."
Disusul seorang tertawa terloroh sinis, katanya: "Itupun
hanya kebetulan saja, dari seorang teman tanpa sengaja aku
mendengar tentang kasiat obat itu, padahal harganya tidak
seberapa, cuma kalau dicampur dalam suatu ramuan
kasiatnya memang luar biasa, bila kuserahkan kepada siu-ya,
manfaatnya pasti besar bagi beliau. Pagi tadi aku disuruh
bertugas diluar, oh, ya, Li-lote bagaimana dengan tugasmu ke
selatan kali ini ?" Sebuah suara melengking berkata: Jikalau bukan karena
tugas ini, aku masih ingin bersenang-senang di Hang cu
beberapa hari " Konon untuk merebut balik Siau Hong
sigenduk genit itu, pihak lawan mengerahkan seluruh
kekuatannya meluruk kekota raja, menurut perhitungan,
dalam dua hari ini pasti sudah berada di kota raja."
"Semua itu sudah dalam perhitungan Siu-ya. bila mereka
sudah berada dikota raja, saat hong-lui-pang hancurpun
sudan tiba.. ' Pendengaran Liok Kiam-ping amat tajam, pada hal suasana
restoran itu ramai dan ribut, namun percakapan beberapa
orang ini dapat didengarnya dengan jelas. Mendengar mereka
menyinggung Hong-lui-pang, menyebut Siau Hong lagi, maka
dia menduga beberapa orang ini pasti kaki tangan musuh,
mengingat soal obat dan kasiatnya segala, sesaat dia
melenggong dibuatnya. Coh-siang-hwi yang lagi makan dengan lahapnya selalujuga
memperhatikan keadaan sekitarnya, melihat mimik muka
Kiam-ping agak ganjil segera dia bertanya: "Pangcu, kau
melihat apa " "
Kiam-ping memberi kedipan mata, katanya: "Di sini banyak
orang, mari bicara diluar saja." lalu dia mendahului berdiri,
coh-siang-hwi ikut turun kebawah.
Tak lama kemudian Liok Kiam-ping kembali sendirian,
berbisik-bisik sejenak dengan Suma Ling-kheng lalu pura-pura
makan minum dengan kalem pada hal kupingnya
memperhatikan percakapan orang-orang dibilangan dalam.
Agaknya beberapa orang berkerumun lagi dibilik dalam
kelas vip sehingga suasana terdengar lebih ramai, yang jelas
semua menyanjung puji kepada la kolaki yang dipanggil si-ko
tadi, sementara Si-ko selalu terkekeh kesenangan.
Terdengar Si-ko berkata: "Para saudara, orang-orang
seperti kami yang hidup dibawah golok dan pedang, bila tiba
saatnya memang perlu mencari hiburan sepuasnya, bukan aku
Jik-lian coa PekJi-hay mengagulkan diri, selama hidupku tiada
sesuatu keahlianku, namun bicara main perempuan, aku yakin
lebih ahli dan lihay dari kamu semua, perempuan macam apa
saja, h eh e, ditang a nku pasti dia tunduk dan menyerah lahir
batin, demikian pula Siau Hong genduk genit itu, meski dia
berontak dan melawan, cukup lima tetes saja, pasti dia pasrah
dan menyambut hangat kepadamu."
"Pek-siko, apa nama obat mujarabmu itu . "
"O, namanya cong-jun-kiu, siapa saja yang meminumnya,
akan segera melayang ke sorga.'
Mendengar Siau Hong akan dikerjai dengan obat mesum,
bergetar sekujur badan Liok Kiam-ping, dengan menggereget
dia membatin: "Kawanan bangsat itu memang berani
melakukan perbuatan jahat macam apa saja"
"Di mana siau Hong disekap belum berhasil kuselidiki, pada
hal waktu cukup mendesak, terpaksa aku mulai turun tangandari
orang-orang ini, umpama jejak ia sampai konangan
musuh juga apa boleh buat." karena gejolak amarahnya,
alisnya berdiri napaspun memburu, hampir tak terkendali dia
hendak terbang kedalam melabrak orang-orang itu.
Untunglah pada saat itu didengarnya seorang berkata
dengan suara serak: "Kalau demikian berapa lama lagi obat
mujarabmu itu dapat kau ramu Siko ?"
"Dalam dua hari lagi juga pasti sudah manjur."
Mendengar masih ada tempo dua hari cukup untuk
menyelidik dan mengatur rencana, sedikit lega hati Liok Kiamping.
Tak lama kemudian terdengar langkah ribut dari dalam,
seorang laki-laki kurus setengah umur berjubah panjang
tampak melangkah keluar lebih dulu, matanya yang sipit
memicing, langkahnya sengaja dibuat-buat menuju ke anak
tangga, sikapnya ter-lalu pongah. Di belakangnya ada lima
orang lelaki yang beda perawakan, semuanya bersikap garang
dan tengik. Setiba dimulut tangga, seorang lelaki dibela kang yang
bertubuh kekar mendadak berkata kepada laki-laki kurus
didepannya: "Siko, sekarang mau kemara, Siaute masih ada
sedikit urusan harus segera kubereskan, terpaksa tidak dapat
meng iring imu. bila ada persoalan besok pagi kami bertemu
lagi di Siang-hok-teh-lau saja bagaimana ?"
'Li-lote, kenapa terburu nafsu, baru saja tiba sudah kangen
agaknya, tidak kumpul semalam kenapa sih. Baiklah besok
kami bertemu di Siang-hok-teh-lau.' habis bicara terus turun
loteng, Mumpung kedua orang itu sedang bicara, diam-diam Liok
Kiam-ping mengincar punggung si-ko terus menjentik jari,
segulung bayangan hitam segera meluncur menempel dibaju
punggung laki-laki kurus setengah umur itu, lalu Kiam-ping
memanggil pelayan supaya menghitung rekeningnya.
Sementara itu coh-siang-hwi Ih Tiau-hiong sudah
menunggu d iba wah loteng, mendengar suara Liok Kiam-ping
dia sudah maklum, begitu rombongan enam orang itu turun
segera dia mengincar mereka, dilihatnya pula noda hitam
dipunggung laki-laki kurus itu, segera dia tersenyum penuh
arti, segera dia melangkah keluar restoran lebih dulu lalu
menyingkir kepinggir, setelah rombongan orang itu beranjak
beberapa tombak baru dia mengikuti mereka.
Bila Liok Kiam-ping dan Suma Lingk-hong tiba dibawah
loteng, sementara lh Tiau-hiong sudah puluhan tombak
jauhnya. Kuatir Ih Tiau-hiong mengalami bahaya bila jejaknya
konangan musuh, maka dari kejauhan Kiam-ping berdua juga
mengintil sambil pasang mata.
Setiba diujung jalan raya besar Jik-lian-coa PekJi-hay
angkat tangannya berpisah dengan kelima orang yang lain,
langkahnya dlpercepat menyelinap kedalam sebuah gang kecil
dan menghilang ditempat gelap.
Sudah tentu Ih Tiau-hiong tidak mau ketinggalan,
Ginkangnya memang tinggi segera dia melejit ke atas seraya
memberi ulapan tangan kearah Liok Kiam-ping berdua, sebat
sekali diapun menyelinap kedalam gang kecil itu.
Dengan kecepatan langkah Coh-siang-hwi lekas sekali dia
sudah menyusul bayangan didepan, tampak jik-lian-coa terus
mengayun langkah secepat terbang, agaknya dia amat apal
seluk beluk daerah ini, jalan yang ditempuh selalu daerah
gelap dan sempit tersembunyi, gerak geriknya cekatan lagi,
beberapa kali hampir Coh-siang-hwi ketinggalan dan
kehilangan jejaknya. Akhirnya dia tiba didepan sebuah rumah
pendek berpetak disini dia berhenti sejenak lalu Celingukan,
akhirnya angkat tangan mengetuk pintu tiga kali, dari dalam
rumah segera terdengar sebuah suara perempuan berkata:
"Sebentar, Si-ya bukan " kenapa sampai sekarang baru
datang." maka daun pintu terbuka, PekJi hay segera
menyelinap masuk. Sebat sekali ih Tiau-hiong meluncur turun didepan pintu,
dengan kapur dia memberi tanda silang dipinggirpintu lalu
melejit mumbul keatas wuwungan, dia merunduk maju ke
arah sinar lampu yang menyala disebelah dalam. Setelah
melewati sebuah pekarangan, dari arah kamar kiri mendadak
didengarnya suara perempuan tertawa cekikikan, katanya:
"Hihi, tanganmu selalu tidak genah, membuatku geli saja. Hm,
kau minum arak lagi."
"oh, mestikaku, biar kuberitahu kabar gembira padamu,
dua hari lagi aku akan ketiban rejeki, bila uang sudah ditang a
nku boleh sebagian kuberikan kepada Ai-losam, biar dia
mencari bini lain, selanjutnya kau akan menjadi biniku yang
resmi, hehehe." "Sebal aku mendengar ocehanmu. Berapa kali kau bilang
begitu, buktinya sampai sekarang tetap tetap tiada buntutnya,
memangnya aku maupercaya obrolanmu.'
"Hehehehe, kali ini pasti tidak ngapusi lagi, kenyataan
sudah didepan mata, malahan barang yang kuperlukan juga
berada di sini.' "Barang apa, memangnya betul-betul dapat mendatangkan
rejeki ?" "Dua botol arak itulah, Siu-congya dari istana ingin
memakainya, bila dia sudah membuktikan kasiat arak
buatanku itu, bukan saja kami bakal ketiban rejeki, bukan
mustahil aku bakal mendapat jabatan penting di istana. Kalau
Hong Lui Bun Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
aku sudah punya pangkat, apa lagi yang kau kuatirkan.
Hehehe, eh, di mana kedua botol arak itu."
"Ya tetap dirak minuman dikamar sebelah. Aku jadi muak
bila mengendus bauarakdari mulutmu, kau tidur dulu, biar
kubikinkan bubur kuah untuk menghilangkan rasa mabukmu.
lalu perempuan itu keluar pergi kedapur.
Sudah tentu Coh-siang-hwi tidak membuang kesempatan
baik ini, dengan enteng dia meluncur dipekarangan
menyelinap kekamar sebelah kanan, meminjam sedikit cahaya
api dari kamar sebelah, samar-samar dilihatnya pada rak
dipinggir almari ada dua buah botol putih porselin, diperut
botol masing-masing ditempel kertas merah, diatas kertas
merah itu satu ditulis cong-jun-ciu yang lain bertulis coa-cuiciu.
Coh-siang hwi raih botol yang bertulis cong-jun-ciu,
membuka tutup serta mengendus baunya, lalu dia tuang
seluruh isi botol itu dikaki tembok. dari teko yang ada diatas
meja dia tuang air teh kedalam botol, setelah disumbat pula
lalu ditaruh ditempat semula. Sebat sekali tanpa
mengeluarkan suara dia sudah melompat keluar rumah, saat
mana Liok Kiam-ping dan Suma Ling- khong juga sudah tiba
didepan rumah petak itu. Segera Coh-siang-hwi memberi laporan singkat, diam-diam
Liok Kiam-ping bersyukur, mereka bertiga segera balik ke
hotel Si-hay-jun. Besok pagi, mereka bertiga dibagi dua, Coh-siang-hwi
sendirian berangkat menuju ke Thoan-klo, Kiam-ping
seperjalanan dengan Suma Ling-khong.
Thian klo merupakan daerah teramai dikota raja, bagian
utara terdapat Lian-hoa-ti (empang teratai), sebetulnya lebih
cocok kalau dikatakan danau teratai karena empang teratai ini
amat luas dan besar, tepat ditengah empang terdapat
gundukan tanah hingga mirip sebuah pulau, dari pulau ini
dengan sebrang dibangun jembatan yang berliku-liku
keberbagai penjuru, perahu dapat lewat dibawah jembatan-
Saat itu musimnya kembang mekar, berbagaujenis
kembang yang ditanam di sekitar empang teratai seperti
berlomba memampilkan keindahannya, Hawa segar harum
semerbak. Sang-hok-teh-lau terletak di selatan empang teratai, sepagi
itu para tamu sudah memenuhi seluruh restoran berlantai dua
ini, seorang pemuda berjubah biru dengan santai tengah
duduk menikmati secangkir teh dipinggir jendela yang
menghadap kedanau. Tak lama kemudian, tangga loteng bergetar oleh derap
langkah dua laki-laki berpakaian ketat, setiha di atas loteng,
matanya melotot menyapu pandang seluruh hadirin, suasana
yang semula ramai seketika hening, beberapa orang tampak
berdiri menjura kepada kedua orang ini, pelayanpun segera
menyilakan mereka duduk. Salah seorang berkata: "Siapkan
dulu beberapa poci the yang paling baik, nanti sebentar ada
orang yang akan datang."
Pelayan mengiakan terus mengundurkan diri menyiapkan
yang diminta. Belum lama kedua orang laki-laki ini duduk, anak tangga
berderap lagi, kali ini datang lima orang kaum persilatan, yang
terdepan adalah laki-laki setengah abad berkulit muka merah
perawakannya gagah, berpakaianjubah panjang warna kuning
sutra, sepatu pendek bersol tinggi, langkahnya tegap dan
enteng, setiba diatas loteng dia batuk dua kali, suaranya berat
berisi, jelas Lwekangnya cukup tangguh.
Empat orang dibelakangnya adalah orang-orang yang
pernah muncul di Hoa-ing-lau kemarin jik-lian-coa PekJi-hay
diantaranya. Dua laki-laki yang datang duluan bergegas
menyambut dengan laku hormat lalu berdiri di kanan kiri.
Laki-laki tua kekar itu hanya mengangguk sedikit lalu
membuka kedua tangan, katanya: "silakan duduk. kami bicara
dengan santai saja." lalu dia mendahului duduk di kursi
tengah. Yang lain segera menarik kursi di sekeliling meja.
Coh-Siang-hwi ih-Tiau-hiong masih muda, namun
pengalamannya d id a la m Piauklok cukup luas, maka tokohtokoh
Bulim yang terkenal belakangan ini dia cukup tahu dan
kenal, melihat laki-laki kekar muka merah ini, diam-diam
hatinya kaget, batinnya: "Bukankah dia ini Seng-si-ciang IHou
Kongki yang bertangan gapah itu, agaknya dia yang menjadi
pemimpin rombongan orang-orang ini.'
Diluar tahunya bahwa Seng-si-ciang Hou Kong-ki sekarang
adalah tangan kanan Hwe-giam-to SiuJan yang terpercaya,
urusan besar kecil diluar istana dipercayakan kepada Hou
Kong-ki. Belum sempat orang-orang ini berbicara dari bawah loteng
muncul lagi empat orang tua yang berpakaian sama. Begitu
empat orang tua ini muncul, Seng-si-ciang Hou Kong-kipun
berdiri menyambut, setelah basa basi ala kadarnya, orang
banyak duduk pula ditempatnya.
kedatangan empat orang tua ini kembali membuat Cohsiang-
hwi kaget dan bertanya-tanya dalam hati, kenapa BiauTiraikasih
Website san-si-sat inipun sekomplotan dengan mereka, jelas
persoalannya tidak boleh diremehkan.
Biau-san-si-sat sejak kecil hidup didaerah Biau, semula
mereka anak keluarga Nyo yang kelantar ditanah rantau,
setelah ayah bunda mereka mati, sejak kecil mereka dirawat
oleh seorang aneh serta dididik sampai besar, masing-masirg
diberi nama Nyo Llong, Nyo Hou, Nyo Hong dan Nyo in,
seluruh kepandaian orang tua itu diturunkan kepada empat
bersaudara ini, menjelang tua mereka berhasil menciptakan b
arisan pis a u terbang yang dilancarkan bersama, Tokoh lihay
kelas wah id di bulim juga jarang yang mampu mengalahkan
barisan pisau terbang mereka, selama puluhan tahun malang
melintang menjadikan watak mereka terlalu angkuh dan
sombong. Setelah bisik-bisik entah merundingkan apa dengan rekanrekannya,
maka Seng-si-ciang Hou Kong-ki angkat bicara
kepada Blau-san-si-sat: "Kami patut mengucap terima kasih
akan kesudian kalian datang ke kota raja untuk bantu
membasmi orang-orang Hong-lui.pang, Siu-tangkeh sedang
disibukkan urusan dinas hingga tak sempat menyambut
kedatangan kalian, maka kami yang disuruh menyambut dan
menyatakan maaf." lalu dia berdiri dan menjura.
Nyo Llong tertua dari Biau-san-si-sat bergelak tawa,
katanya: "Kami sesama kaum persilatan adalah jamak saling
bantu. Apa lagi Bong Siu Locianpwejuga tulis surat
rnengundang kami, maka kami bersaudara tidak bisa
menampik, apa lagi demi memberantas kejahatan di Bulim
untuk ini Hou-tangkeh tidak usah kecil hati. Apa benar musuh
bernyali begitu besar berani meluruk ke kota raja membuat
onar. Bila perlu biar kami luruk kes arangnya untuk membabat
habis mereka saja." habis bicara keempat saudara itu bergelak
tawa dengan angkuh. Seng-si-ciang IHou Kong-ki segera menjelaskan: "Menurut
laporan, orang-orang Honglui-pang sudah bergerak secara
berpencar, dihitung perjalanan mereka, sekarang mungkin
sudah berada dikota raja." lalu dia berpaling kepada jik-liancoa
PekJi-hay dan bertanya: "Dua hari ini, adakah orangorang
yang patut dicurigai berada dikota raja."
PekJi-hay menjura lalu menjawab hormat: "Sejak kemaren
belum kelihatan orang-orang yang patut dicurigai, namun
laporan diterima, kemaren ada pemuda pelajar yang tiba di
sini, keadaan mereka patut diperhatikan, namun gerak
geriknya seperti tidak pandai silat... " sampai di sini secara
kebetulan dia angkat kepala, mendadak dia beradu pandang
dengan Coh Siang- hwi yang kebetulanjuga sedang
memperhatikan omongannya, segera dia menghentikan
perkataan lalu dilanjutkan dengan bisik-bisik.
Ih Tiau-hiong terlalu asyik mendengar percakapan mereka
hingga tidak menyadari sikapnya yang terlalu menyolok,
setelah beradu pandang dengan PekJi-hay, hatinya mencelos
kaget, lekas dia melengos, namun sudah terlambat, tahu
gelagat tidak menguntungkan, apalagi apa yang iinginkanjuga
sudah diperoleh, maka dia merasa tidak perlu tinggal lamalama
di sini, setelah memanggil pelayan membayar rekening
segera dia meninggalkan restoran itu.
Dengan langkah lebar dia menuju ke timur sesuai petunjuk
yang ditinggalkan Liok Kiam-ping dengan sandi-sandi rahasia
setelah putar kayun dia membelok pula dari arah selatan
kebarat. Setelah keluar dari pintu barat lurus kedepan akan
tiba di Hay-tian, sebuah danau yang dipagari pohon yang-liu
sepanjang pinggirnya. kearab utara danau Coh-siang-hwi
melangkah menuju ke dermaga dibawah pohon ditambat
beberapa buah perahu, berjalan kira-kira sepanahan,
dikejauhan Liok Kiam-ping dan Suma Ling-khong sudah
kelihatan sedang berdiri menikmati keindahan alam permai di
sekitar danau. setelah dekat Coh-siang-hwi memberi tanda
kedipan mata serta menjura, katanya:
"Maaf bikin kalian menunggu lama, perahu sudah tersedia,
silakan naik, biar kutunjukan tempat-tempat tamasya yang
menyenangkan." tanpa menunggu jawaban Kiam-ping dia
mendahului lompat keatas perahu serta memegang galah.
Kiam-ping tahu ada persoalan yang kurang beres, namun
dengan tertawa dia ikut naik ke atas perahu bersama Suma
Ling-khong. setelah perahu dikayuh ketengah danau. Cohsiang-
hwi kerahkan tenaga, setiap galah ditangannya bergerak
perahu laju dengan kencang. Selama ini mereka tiada yang
bicara, setanakan nasi kemudian, perahu sudah beberapa li
ditengah danau. Tak lama kemudian perahu membelok ke selatan memasuki
daerah semak belukar daon-daon welingi di sini tumbuh subur,
para pelancong jarang yang mau mengkayuh perahunya
ketempat ini.. Coh-siang-hwi sengaja membelokkan perahunya
kedalam rumpun doan-daon welingi untuk menghilangkanjejak
mereka. Ditempat belukar ditengah danau inilah coh-siang-hwi
melaporkan apa yang telah dilihat dan didengarnya kepada
Liok Kiamping. Bertaut alis Liok Kiam-ping setelah mendengar laporannya,
katanya menghela napas, tak nyana urusan berbuntut makin
luas, kelihatannya mereka memang sudah mengatur rencana
secara matang, menurut situasi sekarang kekuatan mereka
cukup merepotkan kita, bukan mustahil dibela kang mereka
masih ada lawan dan rencana keji yang sukar diduga."
"Pangcu," kata Coh-siang-hwi, 'menurut pendapatku,
agaknya mereka juga mempersiapkan kekuatan pemerintah
untuk menghadapi kami, namun secara diam-diam
mengumpulkan dulu jago-jago kosen dari berbagai daerah
untuk menjaring kita bersama, jelas tujuan mereka teramat
keji dan jahat.' Suma Ling-khong berkata: "Bahwa mereka sudah
mengerahkan kekuatan untuk melawan kita, tentu sudah
punya rencana yang cukup matang, maka menurut
pendapatku, pihak mereka tentu sudah menaruh curiga
terhadap Ih-heng dan sudah tahujejak kita di sini"'
Ih Tiau-I Hong seperti ingat sesuatu, katanya: "Betul, hal
ini tadi tidak kuperhatikan, waktu PekJi-hay bentrok pandang
dengan aku, orang-orang disekitarnya lantas diam dan saling
bisik-bisik, sepanjang jalan kemari tadijuga rasanya ada orang
menguntit namun beberapa kali aku menoleh tidak pernah
kulihat ada orang yang patut dicurigai."
Liok Kiam-ping menepekur sejenak. katanya kemudian:
"Agaknya daerah Toa-mo-siang sudah tidak mengutungkan
bagi pihak kita, namun rombongan lain belum sempat kita
hubungi, bagaimana mungkin kita menyingkir lebih dulu."
Coh-siang-hwi ih Tlou-hiong memeras otak. katanya
kemudian: 'Dari nada bicara mereka sepanjang jalan
kelihatannya sudah mereka atur mata-mata mengintai yang
tersebar luas diseluruh kota, oleh karena itu... " sampai di sini
mendadak dia berhenti, karena mendadak suara gemericik air
terka y uh terdengar disebelah belukar sana.
Pendengaran Liok Kiam-ping lebih tajam mendadak dia
menjerit kaget: "celaka." begitu kaki menjejak diatas perahu
tubuhnya lantas melambung lima kaki, diudara kedua tangan
terkembang sambil menggeliat pinggang, tuh uh ny a lantas
melesat lebih jauh kedepan Suara keresekan disebelah depan
yang semula lirih ternyata semakin ribut dan cepat seperti
seorang yang sedang lari ketakutan tanpa hiraukan jejak
sendiri yang sudah konangan.
Dengan mengembangkan Ginkangnva Kiam-ping menutul
dipucuk daon-daon welingi, disaat ketiga kali dia melambung
keatas, dilihatnya seorang lelaki kekar sedang melajukan
sebuah sampan kecil menerobos gerombolan daon-daon
welingi. Ditengah gerungan gusarnya, tubuh Kiam-ping
meluncur lebih pesat lagi, dengan jurus Llong-hwi-kiu-thian
kedua lengannya berputar lantas mencomot ke arah kedua
pundak lelaki diatas sampan itu.
Merasa angin kencang menyerang tiba, laki-laki kekar itu
tahu gelagatjelek mengancam dirinya, pada hal diatas sampan
tak mudah bergerak atau berkelit, baru saja dia hendak
tinggalkan sampan terjun keair, ternyata sudah terlambat,
kedua pundak sudah tercengkram oleh Liok Kiam-ping, saking
kesakitan dia menjerit tertahan, sambil kertak gigi.
Lekas sekali Coh-siang-hwi sudah mengkayuh perahunya
menyusul tiba, dia kenal lelaki kekar ini juga berada di Sianghok-
teh-lau datang bersama Seng-si-ciang Hou Kong-ki,
segera dia berbisik kepada Liok Kiam-ping.
Liok Kiam-ping memelintir lengan orang serta membentak
kereng: "Atas perintah siapa kau menguntit kami bertiga lekas
mengaku." Lelaki itu menyeringai sinis, katanya: "cayhe kebetulan
bertamasya diperairan ini, tiada sangkut paut apa dengan
kalian, apalagi daerah ini masih termasuk wilayah kota raja,
siapapun bebas mondar mandir di sini dan patuh akan hukum
kerataan, memangnya kehadiranku di sini melanggar larangan
kalian-" Liok Kiam-ping tak bisa bicara oleh debat orang, sesaat dia
perhatikan roman orang, tampangnya yang kasar, mirip
maling jahat yang sering melakukan kekejaman, sudah tentu
dia tidak percaya bahwa orang kebetulan bertamasya
diperairan ini. Maka Kiam-ping menarik muka serta mendesis:
"Kalau kau tidak merasa berbuat salah, kenapa melihat kami
kau lantas melarikan diri ?"
Hong Lui Bun Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
orang itu mendelik, katanya: "Kapan aku melarikan diri,
bertamasya mengendalikan sampan adalah kejadian biasa,
ditempat seperti ini memangnya harus memilih arah tertentu "
Kurasa kau sendiri yang terlalu curiga terhadap orang lain-"
Liok Kiam-ping tersenyum, katanya: " Debatanmu memang
pintar dan masuk akal tapi dalam posisi kami hari ini, lebih
baik keliru membunuh orang daripada membebaskan jiwamu,
jika tidak mengaku terus terang, boleh kau rasakan Siu-im-nimeh-
jiu-hoat yang cukup nikmat."
Laki-laki inijuga seorang ahli silat, sudah tentu dia tahu
ancaman Liok Kiamping bukan gertak sambel melulu, maka
berobah air mukanya, namun lawan masih berusia begini
muda, tak mungkin memiliki Lwekang tinggi untuk
melancarkan ilmu taraf tinggi yang amat ditakuti bagi kaum
persilatan umumnya, maka dia membungkan sambil memejam
mata. Bertaut alis Liok Kiam-ping menghadapi kebandelan lelaki
ini, pelan-pelan dia rangkap kedua jari tangannya terus
menutuk dua belas hiat-to besar ditubuh laki-laki kekar ini, lalu
sambil tersenyum dia mundur dan menanti.
Semula lelaki kekar itu hanya merasa tubuhnya geli dan
kesemutan sedikit, tanpa ada reaksi lain, maka mendadak dia
melotot dilihatnya Liok Kiam-ping memeluk dada sambil
nlenunduk mengawasi dirinya, dalam hati segera dia
membatin: 'Kesempatan sebaik ini, kalau tidak sekarang lari
kapan lagi." begitu timbul keinginan melarikan diri segera dia
kerahkan tenaga sambil menarik napas panjang, berbareng
kedua kaki menjejak hendak terjun kedalam air.
Tak nyana begitu dia menarik napas dan mengerahkan
tenaga, seketika keram kaki tangan lemas lunglai, seluruh
tenaga tak mampu dikerahkan, tubuh yang seharusnya
mencelat seketika meringkel diatas geladak seperti cacing
kekeringan, napas mulai sesak mulutpun megap-megap. darah
dalam tubuhnya seperti mengalir balik.
Liok Kiam-ping tersenyum, katanya: "Mumpung darah
dalam tubuhmu belum bertolak belakang, lekas kau mengaku
saja, cayhe tidak akan menyiksamu lebih lanjut, supaya
kaupun tidak menderita lebih parah . "
Tapi lelaki kekar ini tetap membandel, katanya: "Bila kalian
meninggaikan danau ini, pihak kita pasti akan memberi
hajaran setimpal kepadamu."
Mendelik mata Kiam-ping, katanya, kereng: "Agaknya
sebelum tersiksa kau belum kapok dan tak mau bertobat,
baiklah rasakan saja betapa nikmat siksaanku."
Seketika laki-laki kekar, sekujur badan seperti ditusuki
jarum hingga tulangpun terasa sakit seperti dipelintir dan
copot, urat nadi seperti digigit semut, pegal linu karena darah
yang mengalir balik, saking kesakitan keringat dingin
membanjir keluar sambil meraung-raung tubuhnya
berkelejetan. Ih Tiau-hiong tertawa dingin, katanya: "Seorang laki-laki
harus pandai melihat gelagat, percakapan kalian semalam di
Hoa-teng-ciu-lau sudah kami dengar seluruhnya, sekarang
kami hanya membuktikan pengakuanmu saja. Lekas kau
mengaku saja supaya tidak tersiksa lebih parah."
Betapapun keras hati laki-laki kekar itu, akhirnya tak tahan
oleh siksaan berat ini, tahu persoalan memang tidak bisa
mengelabui orang, sambil meratap dia berkata: "Tolong di
bebaskan-.. dulu... tutukan Hiat... toku... aku akan .. bicara
jujur... ' 'Goblok.' maki Liok Kiam-ping, kalau sejak tadi kau berterus
terang, kau tidak akan tersiksa seperti ini." lalu dia tutuk
beberapa Hiat-to ditubuhnya.
Setelah napasnya agak tenang baru lelaki kekar itu berkata:
"Aku yang rendah memang diperintah oleh Seng-si-ciang Hou
Kongki untuk menguntit kalian, tujuan kami adalah mencari
jejak orang-orang Hong-lui-pang yang datang kekota raja."
Liok Kiam-ping mengancam: "Siapa perancang rencana
jahat memancing pihak Hong-lui-pang masuk kota raja " Nona
Siau Hong sekarang disekap dimana ?"
"Seluruh rencana dirancang sendiri oleh Bong Siu dan Hwegiam-
lo Siu Jan, secara diam-diam mereka juga mengundang
beberapa benggolan penjahat didaerah Biau untuk bantu
menghadapi musuh, tekad mereka besar untuk memberantas
seluruh orang-orang Hong-lui-pang. Tentang nona Siau Hong
kabarnya ditahan di istana Ka-cin-ong, padri Tibet sudah
beberapa kali hendak menodai kesuciannya, tapi selalu gagal,
tapi tepatnya dimana dia ditahan kami tidak tahu."
Mendengar Siau Hong hampir ternoda dan melawan matimatian
demi mempertahankan kesuciannya, sungguh
bergelora darah Liok Kiam-ping, tanyanya dengan beringas:
"Apa kah Ka-cin ongya tahu akan kejadian ini ?"
"ongya sedang sibuk merebut kekuasaan dengan Sam-pwelek,
maka secara diam-diam diapun sedang menggaruk
banyak jago-jago kosen untuk menunjang usahanya, sebagai
pelindung dan pengawalnya, meski biasanya dia menaruh
kepercayaan kepada Hwe-giam-lo dan Pa-kim Tayhud, tapi
bila dia tahu akan rencana kedua orang ini pasti akan
ditentang dan dilarangnya, maka sejauh ini mereka bekerja
diluar tahu ongya." Lega hati Liok Kiam-ping, dia cukup puas akan jawaban
orang ini, maka timbul niatnya hendak membebaskan jiwanya.
Tapi Ih Tiau-hiong segera tampil kedepan, katanya: "Pangcu,
kami masih berada didaerah berbahaya, ada aku pantang ada
musuh, betapapun orang ini tidak boleh diampuni."
Sudah tentu laki-laki itu meratap dan minta-minta ampun.
Liok Kiam-ping menepekur sejenak. apa boleh buat,
mendadak dia melotot kereng, dengan ujung jari tengah dia
tekan Bing-bun-hiat dikepala orang, jiwanya seketika
melayang. Selanjutnya Coh-siang-hwi. yang bekerja melucuti pakaian
orang serta diseretnya ke dalam sampan serta diikat dengan
ikat pinggang, sebelah tangannya segera memukul hancur
dasar sampan hingga berlobang besar cepat sekali sampan
itupun tenggelam beserta mayat lelaki kekar itu.
Kejap lain Coh-siang-hwi sudah meng kayuh perahu
mereka keluar dari semak semak daon welingi putar balik
kearah datang semula. Setelah mengembalikan perahu di
tempat semula serta meninggaikan beberapa keping uang,
Kiam-ping bertiga langsung mendarat, belum jauh mereka
berjalan, mendadak dilihatnya sandi rahasia Hong-lui-pang
mereka yang menuding kearah selatan-
Jalan raya yang mengitari danau hanya menuju keutara
dan selatan, sesaat mereka perhatikan keadaan sekelilingnya,
setelah di rasa tiada orang yang patut dicurigai, lalu mereka
berlenggang sambil bersenda gurau seperti pelancongan
umumnya menuju keselatan lewat deretan barak-barak
penjual wedang dan makanan-
Kira-kira setengah jam mereka menuju kearah selatan,
diarah teluk danau sebelah timur dari kejauhan sudah
terdangar gelak tawa Ai-pong-sut Thong cau yang lantang.
Mereka mempercepat langkah, diujung warung paling pojok.
mereka melihat Ai-pongsut Thong can sedang duduk
berhadapan dengan Jian-li-tok-heng menikmati teh panas.
Begitu Kiam-ping bertiga datang Aipong-sut lantas bergelak
tawa pula, serunya: "Para KongCuya sejak kapan masuk kota raja " Musim
panas memang saatnya bertamasya di danau. Sungguh
kebetulan cuaca hari ini cukup cerah, bersua pula di sini, biar
nanti aku orang tua menjadi petunjuk jalan, sekarang silakan
nikmati dulu teh panas, biar aku yang traktir."
Dengan tertawa ih Tiau-hiong angkat bicara: "Siau-seng
bertiga kemaren sudah tiba di sini, banyak terima kasih akan
maksud baik Lotiang, bahwa Lotiang harus merogoh kantong,
kami bertiga menjadi sungkan untuk menampik maksud baik
ini.' maka mereka bertiga mencari tempat duduk.
Ai-pong-sot tetap tertawa lebar, katanya: "Ah, kenapa
Kongcu begitu sungkan, selanjutnya bila kalian sudi selalu
mampir ke warung kami, terus terang orang tua seperti aku ini
sudah amat girang dan berterima kasih. Nah, silakan kalian
melepas lelah sambil main catur." lalu dia dorong papan dari
biji catur kehadapan Liok Kiam-ping dan Suma Ling-khong.
Jian li-tok-heng celingukan, melihat sekeliling tiada orang
lain, sambil pura-pura melihat orang main catur dia berbisik:
Jejak kami sudah diketahui musuh, tempat-tempat penting di
dalam kota sudah diawasi pihak musuh, terutama daerah Toamo-
siang dan pintu barat, mata-mata musuh lebih banyak.
tadi kami kemari sesuai petunjuk rahasia Pangcu, hampir saja
kami kepergok dengan mereka ?"
Liok Kiam-ping bertanya: "Kalian kapan tiba " Apa pula
yang kalian ketahui ?"
Jian-li-tok-heng menerangkan: 'Kemaren malam baru tiba,
kebetulan bersua dengan seorang teman baik yang kebetulan
dinas di istana Ka-cin-ong, dari keterangannya sedikit banyak
sudah kami ketahui seluk beluk istana secara lengkap.' Siau
Hong disekap di mana ?" tanya Liok Kiam-ping..
"Konon dipuncak tertinggi Ling-hong-kek. tingkat bawah
adalah kediaman para padri Tibet, bila malam tiba penjagaan
ketat, anjing ajakpun dilepas bebas secara bergerombol,
umpama orang dalamjuga tidak berani bergerak sembarangan
disekitarnya. Kabarnya padri Tibet hendak menggunakan
kekerasan dengan obat mesum, maka kami rasa perlu segera
memberi laporan kepada Pangcu, marilah kita bicarakan
bagaimana untuk mengatasi persoalan pelik ini."
Liok Kiam-ping mengangguk, katanya:
"Sekarang kita pulang dulu ke dalam kota lalu
mempersiapkan diri, nanti malam kita pergi menolong Siau
Hong." Ih Tiau-hong berkata: "Saat ini mereka memang
mengharap kedatangan kita, maka gerakan kita ini harus
seratus persen dirahasiakan, kurasa istirahat saja diluar kota.
malam nanti kita bersama menyelidik ke istana, lalu bekerja
melihat situasi dan kondisi, aku yakin asal kita berlaku hatihati
dengan rencana yang sempurna, pasti berhasil dengan
gemilang. Bagaimana pendapat Pangcu ?"
"Begitupun baik, jikalau mengejutkan musuh tentu mereka
memperketat penjagaan- Kita memang perlu memberikan
kejutan kepada mereka." demikian ujar Liok Kiamping, lalu
bertanya: "Apakah rombongan Hoat-hi-tong sudah tiba, dapat
tidak mengadakan kontak dengan mereka ?"
Jian-li-tok-heng menjawab: 'Mereka bergerak dalam
rombongan piauklok. masuk kota raja secara terang-terangan,
lawan pasti tidak akan menaruh curiga, bila sedikit
diperhatikan kurasa tidak sukar mengadakan kontak dengan
mereka." Saat itu mentari sudah doyong kebarat, hari menjelang
petang. orang banyak meninggalkan warung teh lalu
bermalam di Tay-hud-si diluar kota.
Kentongan kedua baru saja lewat, lima bayangan orang
dengan kedok hitam menutup kepala yang kelihatan hanya
bola mata saja beruntun meluncur keluar dari dalam kuil kecil
kuno diluar kota timur itu. Gerak gerik mereka cekatan dan
tangkas, bagai meteor terbang dalam sekejap mereka sudah
lenyap ditelan kegelapan-
Setiba dikaki tembok kota, satu orang ditinggalkan, empat
yang lain segera melambung tinggi keatas tembok kota
langsung meluncur kedalam. Setiba dijalan raya seorang
ditinggalkan berlari kearah Toa-mo-siang. Sementara tiga
bayangan yang lain belok ke utara terus berlari bagai terbang.
Gerak langkah mereka cepat dan enteng, Ginkang mereka
memang teramat tinggi, selincah kucing tanpa mengeluarkan
suara mereka terus maju kedepa n sebuah istana besar
dengan pintu gerbangnya yang tinggi tebal dan angker.
Saat itu sudah tiba saatnya aplusan penjaga, namun
keadaan di sini amat ketat dan keras, tinggi tembok tiga
tombak lebih, bagipesilat yang ginkangnya biasa jelas tak
mungkin naik keatas tapi bagi ketiga sosok bayangan itu tidak
menjadi soal. Setelah berbisik dan berunding sekian saat ketiga bayangan
itu merunduk kearah barat dari kaki tembok sejauh puluhan
tombak. mendadak menjejak kaki tubuh melambung tinggi
hinggap diatas tembok secara enteng tanpa mengeluarkan
suara sedikitpun, sengaja ketiga orang ini berpencar, jarak
masing-masing ada dua tombak, dengan mengembang
ginkang, memerobos semak belukar, berlindung ditempat
gelap. mereka terus merunduk maju kedalam istana.
Istana yang satu ini luasnya hampir seratus hektar,
gedung-gedung dibangun seperti berlapis-lapis merupakan
sebuah kota kecil didalam sebuah kota besar, bentuk istana
yang satu hampir mirip dengan yang lain, biasanya untuk
mencari alamat seseorang didalam istana jug a memerlukan
waktu setengah hari. Apalagi ketiga orang ini baru pertama
kali ini masuk istana, mereka harus bergerak secara sembunyi,
takut kepergok lagi, maka usaha mereka seperti menggagap
jarum didasar laut. Untung sebelumnyaJian-li-tok-heng sudah
memperoleh informasi yang diperlukan dari temannya yang
berdinas di istana, arah yang dituju sudah cukup jelas maka
mereka maju lebih leluasa, namun karena penjagaan di istana
dengan rombongan rondanya yang ketat, maka mereka tetap
harus berhati-hati, betapapun hal ini merupakan hambatan
yang cukup berarti juga. Setelah melewati dua gedung istana, mungkin sudah tidak
jauh lagi dari kediaman para kerabat istana maka penjagaan
di sini lebih keras, rombongan ronda kaum persilatan terus
hilir mudik. Kiam-ping bertiga berunding sejenak lalu mereka
berpencar ketiga jurusan, timur barat dan selatan, dari tiga ini
serempak melucur kearah Ling-hong-kek.
Jian-li-tok-heng bergerak dari kanan menuju ketimur
dengan kecepatan maksimal, tengah dia mengitari sebuah
empang teratai meluncur kebelakang sebuah gunungan, dari
lobang gua disebelah kanan gunungan menerobos keluar
sesosok bayangan mengadang didepannya. orang ini berusia
tiga puluhan, tubuhnya kuat dan tegap. bergaman golok
punggung tebal, begitu melompat kedepan lantas membentak
kereng: "Kurcaci dari mana malam-malam berani terobosan di
istana, hayo menyerah dan ikut tuanmu menghadap congkau
(guru kepala), mungkin jiwamu bisa diampuni.
Sudah tentu Jian li-tok-heng tidak sempat melayani orang,
jengeknya dingin: Jangan ribut, malam-malam aku kemari
memang hendak mencari orang, kalau kau mau membantu
Hong Lui Bun Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
tolong tunjukan jalannya." sembari bicara tubuhnya terus
menerjang, kedua tangan menepuk kearah Ki-bun dan Tanthian
dua Hiat-to besar ditubuh besar ditubuh orang.
Mendengar orang datang mencari kenalan baiknya, laki-laki
tegap itu melenggong sekejap. baru saja mulutnya terbuka
hendak bicara, mendadak terasa segulung angin kencang
menindih tiba, karuan darahnya tersirap namun sebelum dia
sempat bersuara tubuhnya sudah diterjang pukulan hingga
mencelat tiga tombak dan terbanting mampus dengan darah
menyembur dari mulutnya. Sebat sekali Jian-li-tok-heng memburu ke sana serta meraih
mayat orang, begitu membalik badan dia lempar mayat orang
kedalam gua digunungan sebelah kanan, begitu menutul kaki
pula tubuhnya melambung tinggi laksana burung raksasa.
Dibela kang gunungan ada sebuah jembatan gantung yang
menjurus ke bilangan dalam, baru saja dia hendak melejit
keatas jembatan, mendadak didengarnya suara batuk
perlahan disebrang sana, dengan seksama dia perhatikan,
dilihatnya sesosok bayangan orang kurus tinggi setengah baya
sedang mendekam ditempat gelap dipinggirjembatan.
Jian-li-tok-heng tahu penjagaan istana memang amat
keras, sebelum tugas sendiri terlaksana, apapun jejak dirinya
tidak boleh konangan, bila menerjang secara kekerasan jelas
makan banyak tenaga, salah-salah urusan bisa gagal total
jadinya, maka dia berkeputusan untuk bertindak dengan akal,
pada hal tempat ini sudah dekat dengan kediaman para
kerabat istana, tidak boleh gembar gembor, apa boleh buat,
dengan mengerut alis dia meraih sebutir krikil terus dilempar
ketengah jembatan gantung.
"Klotak" suara batu berdentam diatas jembatan, laki-laki
setengah umur disebrang itu segera menorobos keluar. Begitu
melempar krikil Jian-li tok-heg lantas melompat tinggi kepucuk
gunungan, sengaja dia menggunakan tenaga sehingga
langkahnya mengeluarkan suara.
Kepandaian laki-laki kurus setengah baya itu agaknya tidak
rendah, telinganya tajam pandai membedakan suara lagi,
melihat bayangan orang berkelebat diatas gunungan lekas dia
kembangkan ginkang memburu ke sana. Sebat sekali kakinya
sudah hinggap dipuncak gunungan, selayang mata
memandang sekelilingnya gelap pekat, tiada kelihatan
bayangan atau jejak manusia disaat dia bingung dan
celingukan mendadak terasa kesiur angin kencang dari
samberan Am-gi yang menyerang datang dari arah kanan,
tahu ada orang membokong dirinya, kaki kanan menggeser
mundur selangkah sambil miring tubuh, baru saja dia selamat
dari samberan Am-gi, tahu-tahu segulung angin pukulan yang
belakangan sudah memukul pinggang di mana Hiat-to
pelemas badannya tertutuk dengan telak. pandangan seketika
menjadi gelap, orangnyapun roboh semaput.
Agaknya Jian-li-tok-heng sengaja mengeluarkan suara
untuk menarik perhatian musuh supaya mengejarnya, begitu
musuh mengejar tiba dia sembunyi dibela kang batu lalu balas
menyergapnya . Sementara itu Ai-pong-sut bergerak dari barat menyusup
hutan dengan kecepatan luar biasa pula, daerah yang dilalui
adalah hutan tua yang ditumbuhi pohon-pohon besar dan
rimbun keadaan sunyi dan hening, Ginkangnya sudah
mencapai taraf yang sempurna menginjak dahan atau
menyentuh daon, tubuhnya melayang laksana burung
terbang, hanya sekejap dia sudah melewati hutan lebat ini.
Didepan dia dihadang sebuah empang lebar, ditengah empang
dibangun sebuah panggung batu, diatas panggung ini berdiri
sebuah kopel bundar ada pintu jendela yang yang tertutup
rapat, keadaan gelap gulita tiada penerangan, agaknya sudah
lama tempat ini tidak dihuni orang.
Disekitar empang tertambat beberapa sampan untuk
tamasya. Sejenak Ai-pong-sut berdiri menerawang keadaan,
untuk menempuh perjalanan lebih cepat kedepan,
menyebrangi empang ini lebih cepat dan pendek tengah dia
berpikir mendadak dari dalam hutan didengarnya sebuah
suara serak berkata: "orang sering memuji kungfu Siucongkau
bagaimana lihaynya tapi menghadapi persoalan
ternyata bernyali sekecil tikus, memangnya tempat sepi
terpencil seperti sarang setan di sinijuga harus kita jaga
segala. Huh, sungguh menyebalkan."
Seorang lagi bergelak tawa, katanya: "Memangnya siapa
bilang tidak. Mengingat dahulu betapa kita berdua mondar
mandir di Tionggoan, jelek-jelek juga pernah merebut nama
dan gelaran, walau sekarang aku kehilangan lengan kiri,
kapan aku pernah mengerut alis, siang tadi begitu mendengar
Pat-pi-kim- liong sudah tiba di kota raja, keadaan menjadi
ribut dan gelisah, seluruh kekuatan dikerahkan untuk bersiaga,
Li-lote kurasa persoalan kecil terlalu dibesar-besarkan."
Suara serak itu berkata pula: "Jit-ko, anggaplah nasib kami
yang jelek. kebetulan diwajibkan jaga di tempat ini..."
Ai-pong-sut tahu kedua orang ini adalah penjaga yang
diutus dari istana untuk memperketat keadaan, karena tempat
ini sepi danjauh dari keramaian, maka kedua petugas ini
sedang menggerundel. Segera dia menarik napas menghimpun hawa murni,
langkahnya enteng menghampiri kearah datangnya suara,
Lwekangnya memang sudah tinggi ditempat gelap dapat
melihat jelas seperti diaiang hari, dari kejauhan sudah tampak
olehnya ditanah iapang dipinggir hutan sana, duduk beradu
pundak dua laki-laki berpakaian ketat, mulut mereka masih
terus menggerundel panjang pendek.
Memangnya Ginkang Ai-pong-sut sudah amat tinggi,
bergerak hati-hati meminjam kegelapan dan sembunyi
didahanpohon lagi, secepat kilat dia berkelebat kebelakang
kedua orang, tenaga yang sudah dikerahkan dikedua telapak
tangan terus menggablok punggung mereka. Di mana dua
jalur angin pukulan melanda "Blang" orang disebelah kiri
terpukul roboh terjerembab tidak bergerak lagi, tapi laki-laki
diaebelah kanan yang buntung lengan kirinya berkepandaian
lebih tinggi, begitu merasa angin pukulan menyerang kontan
dia menjatuhkan diri terus menggelundung pergi hingga
jiwanya selamat. Sigap sekali dia melompat bangun terus mencebir bibir
bersuit panjang, sultannya melingking tinggi menembus hutan
terdangar nyaring dimalam hari, maka tampak gerakan
beberapa bayangan orang dari berbagai penjuru memburu
kemari. Berkepandaian tinggi nyali Ai-pong-sut amat tinggi,
sedikitpun dia tidak terpengaruh oleh datangnya bala bantuan
musuh, tangannya tetap menyerang gencar sambil
mengembangkan giniang, gerak geriknya laksana setan,
sebelum laki-laki buntung sempat melihat jelas lawannya,
tenaga pukulan dahsyat kembali telah menerpanya, lekas dia
angkat tangan tunggainya menangkia, "Krak" pergelangan
tangannya seketika patah, tubuhnyapun tersapu lima kaki
jauhnya, saking kesakitan mulutnya hanya sempat menjerit
sekali lantas terbanting semaput.
Cepat sekali beberapa bayangan orang sudah meluruk tiba,
Ai-pong-sut dikepung dari segala jurusan. Melihat kawan
mereka roboh semua, insaf lawan yang dihadapi amat
tangguh, pendatang ini tidak berani segera turun tangan,
sesaat mereka saling melotot hingga keadaan hening sejenak.
Akhirnya seorang laki-laki setengah umur berperawakan
sedang tampil kedepan bentaknya sambil menuding:
"Dari kepandaianmu pasti bukan seorang kroco, berani
meluruk kemari kemari harus main sembunyi-sembunyi
macam panca longok, menyergap orang-orang yang
berkepandaian rendah lagi, memangnya kau tidak merasa
malu." Ji-pong-sut tertawa lebar, katanya: "Menghadapi kawanan
tikus macam kalian, memangnya perlu bicara aturan Kangouw
segala." Laki-laki tengah umur terkekeh dinginjengeknya: "Agaknya
kau memang ingin diaiksa, malam inijangan harap kau biaa
lolos dari sini. Hayo kawan-kawan ganyang dia." lalu dia lolos
pedang panjang serta menyerang dengan jurus Hekscua-tosim,
yang diincar adalah Jian-kin hiat dipundak lawan
Lima orang yang lainjuga menubruk maju, maka sinar
golok dan samberan pedang silih berganti, semua merabu
ketubuh Ai-pong-sut. Ai-pong-sut mendangus geram, serunya:
"Kalian juga belum setimpal bergebrak dengan aku." belum
habia dia bicara mendadak tubuhnya berkelebat, dengan
gerak langkah ajaib tahu-tahu tubuhnya menyelinap keluar
dari samberan golok danpedang musuh. Padahal tenaga
sudah tersalur dikedua tangan, di mana telapak tangannya
menampar dan menggenjot "Blang, bluk" dua orang
menjeritjatuh binasa. Mungkin daerah ini terlalu terpencil
maka petugas yang dinas di sini berkepandaian kelas dua,
maka dengan mudah Ai-pong-sut merobohkan dua lawan
dalam satu gebrak. Sudah tentu empat kawannya yang lain copot nyalinya,
tanpa berjanji serempak mereka sudah siap ngacir selamatkan
jiwa, sayang kesempatan sudah tidak ada lagi, terasa kaki
menjadi goyah, sebuah jeritan kumandang pula, seorang
terpukul terbang dan jatuh kedalam air. Tiga orang lagi makin
tidak karuan perlawanan mereka, jangan kata menyerang,
membela diripun rasanya terlalu repot.
Ai-pong-sut ingat dirinya umpama berada di sarang
harimau, dia perlu segera membantu
Liok Kiam-ping diaebelah depan bersama Jian-li-tok-heng
untuk menolong Siau Hong, maka waktu tidak boleh terbuang
percuma, segera dia pergencar gerakan tangannya, dua orang
dipukulnya luka parah pula. Tinggal laki-laki setengah umur
tadi yang masih melawan dengan nyali pecah, mumpung Aipongsut
merobohkan kedua temannya, segera dia melompat
jauh ke sana menorobos kedalam hutan. Ai-pong-sut tidak
sempat mengejarnya, namun kuatir orang pulang memberi
laporan segera dia timpukan sepasang Yam-yam-tam dengan
tenaga dikerahkan sepenuhnya pelor belibianya bagai meteor
memburu kepunggung laki-laki setengah baya itu.
Yam-yam-tam adalah senjata andalan Aipong-sut yang
terkenal, selama ditimpukan tidak pernah meleset, laki-laki itu
terlalu bernafsu menyela matkanjiwa hingga tidak menduga
bahwa jiwanya diburu peluru lawan
"Blang" punggungnya ketembak secara telak. tenaga
timpukan Ai-pong-sut agaknya teramat besar, pelornya itu
melesak amblas kepunggung orang dan tembus keluar
dadanya, laki-laki itu menjerit lalu tersungkur binasa.
Dengan menggapa tangan kanan pelor baja Ai-pong-sut
telah melesat balik ketangannya. Sejenak dia berdiam diri
memperhatikan keadaan sekelilingnya, lalu melangkah keping
gir empang, melompat keatas sebuah sampan dan duduk
diujung belakang, kedua tangan segera menepuk kebelakang
secara beruntun, sampan kecil itu segera meluncur secepat
panah kearah sebrang. Setengah jam Ai-pong-sut Thong cau sudah mendarat
disebrang, kembali dia mengembangkan Ginlangnya yang
tinggi melesat kearah timur.
Kini mari kita ikuti perjalanan Liok Kiam-ping, setelah
berpisah dengan kedua pembantunya, segera dia kembangkan
Leng-khong-pou-hi, seperti naik mega layaknya meluncur
kepusat istana. Daerah yang dilalui adalah gedung-gedung
istana yang menjulang tinggi bertingkat, maka untuk meluncur
diantara wuwungan istana kemungkinan sekali jejaknya
gampang konangan namun demi menolong orang maka dia
tidak hirauhan akibat ya akan dialaminya namun dia bergerak
secara hati-hati dan main sembunyi juga.
Gerakan tubuhnya laksana segumpal asap yang melayang
diudara, hanya pakaiannya saja berkibar mengeluarkan suara,
namun sekali berkelebat lantas lenyap daripandengan mata.
Bagi orang biasa pasti menyangka yang dilihatnya barusan
adalah burung yang terbang lewat.
Tengah Kiam-ping meluncur dengan keceepatan tinggi,
mendadak dari samping terdangar sebuah suitan lirih, selarik
sinar putih melesat keluar menerjang dirinya.
Lekas Kiam-ping menggentak kedua lengan sehingga
luncuran tubuhnya sedikit diperlambat, sebat sekali, tubuhnya
berputar meluputkan diri, gerak geriknya lemas gemulai,
Bara Diatas Singgasana 27 Jaka Lola Karya Kho Ping Hoo Pedang Kiri Pedang Kanan 4