Pencarian

Hong Lui Bun 15

Hong Lui Bun Karya Khu Lung Bagian 15


"Pletak" sebuah bola perak jatuh dipermukaan genteng.
Menyusul sebuah gerungan kumandang dari tempat gelap:
"Kepandaian bagus," tahu-tahu dua laki-laki tua berusia lima
puluhan melompat keluar mengadang didepannya. Dengan
mendelik salah seorang diantaranya menegor: "Kepandaian
saudara amat tinggi, malam buta rata keluyuran di istana,
kalau bukan maling pasti rampok atau pembunuh gelap. lekas
sebutkan namamu, supaya kami tidak kesalahan tangan." '
Liok Kiam-ping mendangus ejek: 'Kalau salah tangan
memangnya kenapa"' "Hehe, agaknya kau memaksa Losiu turun tangan
menahanmu." "Memangnya kau yakin dapat menahan aku, Dalam tiga
jurus bila kau dapat mengalahkan aku, boleh terserah
tindakan apa yang ingin kau lakukan terhadapku ."
Kedua orang tampak gusar, "Bangsat takabur.' serempak
mereka membentak, empat tangan bergerak dari kiri kanar,
memukul ke berbagai Hiat-to mematikan ditubuh Liok Kiamping.
Empat jalur tenaga menderu seperti mengurung Liok
Kiamping ditengah arena, perbawa serangan kedua orang ini
memang cukup mengejutkan-
Namun kungfu Liok Kiam-ping tinggi, nyalinyapun besar,
meski dikeroyok dua dengan serangan gencar lagi. dia tetap
berdiri sekokoh gunung, bila tepukan tangan kanan hampir
menyentuh tubuhnya baru mendadak dia mengembangkan
Leng-hi-pou-hoat. sekali berkelebat tubuhnya lenyap dan
menyelinap keluar darijangkauan tenaga pukulan lawan-
Bahwa jejaknya sudah konangan maka diapun tidak mau
membuang waktu, kedua lengan melingkar, lengan kanan
bergerak danggan jurus Llong-kiap-sin-gan. Pukulan Wi- liongciang-
hoat adalah ilmu warisan sejak jaman dulu, kapan kedua
lawan ini pernah melihat ilmu sehebat ini, disaat mereka
melenggong karena serangan sendiri mengenai tempat
kosong, pukulan Liok Kiam-ping sudah menerpa tiba, mau
berkelit sudah terlambat, seorang menggeram perlahan,
tubuhnya terjungkal roboh keping gir. Seorang lagi sempat
berkelit sehingga jiwanya lolos dari lobang jarum, lekas dia
berusaha melompat pergi melarikan diri.
Sudah tentu Liok- Kiam-ping tidak memberi kesempatan dia
melarikan diri, kembali dia gerakan dua tangan, kali ini,
menyerang dengan jurus Llong-hiau-king-thian, baru saja
ujung kaki orang tua itu menyentuh genteng, tubuhnya
seketika tersuruk mumbul karena lambungnya terkena telak
pukulan Kiam-ping, tubuhnya terlempar jauh melayang jatuh
kebawah. Tanpa hiraukan korbannya Liok Kiamping kerahkan seluruh
kekuatannya mengembangkan Leng-hi-pou-hoat, tubuhnya
meluncur lebih kencang lagi kedepan. Bila orang-orang
dibawah gedung menjadi geger. Sementara dia sudah
meluncur ratusan tombak jauhnya.
Liok Kiam-ping meluncur turun ketanah dan menyelinap
ketempat gelap. untung letak Ling- hong-khek sudah diketahui
arahnya, meski putar kayun belak belok kian kemari
menghindari kawanan ronda dan para penjaga Liok Kiam-ping
masih bisa maju dengan leluasa. Dikala dia menyelinap
kebelakang sebuah pohon besar, dari tempat gelap dipojok
sana mendadak menerobos kelua sesosok bayangan hitam
besar, sebelum kedua cakarnya tiba, dengan napasnya yang
memualkan sudah menyampuk hidung.
Mendengar suara Kiam-ping lantas bersiaga, sebat kakinya
menggeser kekiri sehingga tubrukan bayangan itu mengenai
tempat kosong, sekilas melirik baru dia melihatjelas yang
menyergap dirinya adalah seekor anjing Tibet yang tinggi
kekar sebesar anak kerbau, bila mendekam ditanah panjang
tubuhnya ada delapan kaki, kedua matanya menatap jalang
siap menerkam pula. Dari cerita Jian-li-tok-heng dapat diketahui bahwa anjing
Tibet ini segarang harimau, tangkas dan kuat, cerdik pula,
cakarnya beracun, buasnya luar biasa, meski badan sudah
terluka selama badan masih bisa bergerak akan terus
melawan dan menyerang sampai ajal. Kaum Bulim kelas satu
juga kewalahan menghadapinya. Terutama anjing yang satu
ini kelihatannya sudah terlatih baik sekali, untuk
membunuhnya pasti memerlukan tenaga.
Mungkin penasaran karena terkamannya barusan luput,
sambil menggeram kembali dia menerjang. Tapi gerakan
anjing kali ini memang cukup cerdik, kelihatannya tubuhnya
menerkam padahal gerakan tubuhnya masih sempat berobah
sambil menunggu reaksi lawan, bila lawan berkelit kekiri
sekaligus gerak perobahan tubuhnya akan mengikuti gerakan
lawan- Untung menghadapi anjing yang sudah terlatih baik ini,
sedikit banyak Kim-ping sudah punya pengalaman, tahu
betapa buas dan jahatnya anjing ini, bahwa dua kali tubruknya
tidak mengenai sasaran, anjing ini berjalan melingkar
mengelilingi dirinya, jelas anjing ini sedang mencari posisi dan
siap menerkam pula bila sudah mendapatkan peluang, maka
Kiam-ping tumplek perhatian dan mengerahkan tenaga.
Bahwa pancingannya tidak berhasil anjing buas ini naik
pitam, mendadak dia mendekam pula terus meraung, kaki
belakang menjejak tubuhnya lantas menerkam mumbul
keatas, betapa besar tenaga yang dikerahkan untuk tubrukan
dahsyat ini sampai mengeluarkan deru angin kencang.
Tujuan Kiam-ping memang memancing amarahnya, begitu
anjing itu menerkam pula dengan buas, mendadak dia
menggeser kekanan satu langkah, kedua kaki menutul bumi,
tubuhnya melejit mumbul delapan kaki, ditengah udara dia
menekuk pinggang, secara berputar dia sudah melejit diatas
anjing kedua tangannya terus menepuk kebawah.
Tahu batok kepalanya ditempiling anjing buas ini memang
cerdik, begitu kedua kakinya menerkam kosong pula, kontan
dia menjatuhkan badannya kekiri, tubuh sebesar anak kerbau
itu menggelinding lima kaki kepinggir.
"Blum." karuan tepukan telapak tangan Kiam-ping yang
dahsyat membuat lobang besar di atas tanah sedalam dua
kaki, sungguh dia tidak habis mengerti bahwa seekor anjing
ternyata secerdik ini dapat meluputkan diri dari serangan
telapak tangannya, sekilas dia melenggong lekas dia menarik
napas lagi, meminjam daya pantul dari pukulan telapak tangan
kebawah, kedua kaki memancalpula sehingga tubuhnya
melejit minggirjuga ke samping, di mana kedua lengannya
ditekuk lalu digentak. dua jalur tenaga pukulan yang mampu
meremukkan batu raksasa melanda kedepan.
Anjing besar itu sedang bergulingan ditanah, keempat
kakinya terangkat diudara, belum sempat membalikkan tubuh
dan berdiri diatas kakinya, dan dadanya sudah kena pukulan
telak: "Bluk, dua kali, tubuhnya yang besar seketika gepeng
dan remuk seperti ditindih benda berat ribuan kati tanpa
mengeluarkan suara jiwanya melayang seketika.
Meski berhasil membinasakan anjing lihay ini, tak urung
Liok Kiam-ping merasa bersyukur pula dapat merobohkannya.
Segera dia kembangkan pula Ginkangnya, melesat lebih
dalam. Begitu mencapai seberang Ai-pong-sut sudah kembangkan
ketangkasan gerak tubuhnya terus meluncur kepusat istana,
sekali lompatan sepuluh tombak dicapainya, badannya
memang pendek sehingga lebih leluasa bergerak diantara
pucuk pohon. Dibawah memang pernah kepergok para
penjaga, namun karena gerakan tubuhnya teramat cepat,
mereka berkepandaian rendah lagi. maka para penjaga itu
merasa kabur pandangan, kapan pernah menyangka bahwa
seseorang telah menyelundup kedalam.
Beberapa kejap lamanya Ai-pong-sut meluncur dengan
kecepatan tinggi tanpa menemukan rincangan apapun,
ternyata keadaan sebelah depan makin rata dan lebar,
sunyijuga hening, keadaan tidak seperti didalam lingkungan
istana, maka dia menduga kemungkinan dirinya salah arah,
segera dia menghentikan langkah melompat tinggi kepucuk
pohon lalu menerawang sekitarnya.
Seketika dia berdiri melenggong dipucuk pohon, karena
keadaan yang dilihatnya sekarang jauh berbeda dengan apa
yang digambarkan oleh Jian-li-tok-heng, mungkin setelah
dirinya keluar hutan tadi sudah kesasar, apalagi telah dia
menggenjot tenaga meluncur dengan kecepatan tinggi,
dengan arah yang ditujupasti lebih jauh lagi, pada hal
lingkungan istana seluas ini, dalam waktu sesingkat ini ke
mana dia harus mencaritahu "
Waktu dia menengak meneliti letak bintang, diduga
sekarang sudah menjelang kentong keempat, saat ini
kemungkinan Liok Kiam-ping danJian-li-tok-heng svdah berada
di Ling-hong-khek, bahwa dirinya datang terlambat jelas bakal
bikin kapiran urusan besar. Satu jam lagi, petugas pagi dari
istana bakal keluar melaksanakan kerja rutin untuk turun
tangan jelas akan lebih sukar. Karuan hatinya bingung dan
gugup, untunglah pada saat itu dikejauhan didangarnya suara
kentong a n peronda, pikirnya: "Untuk. tanya jalan terpaksa
harus memaksa peronda itu," sebat sekali dia meluncur turun
kebawah terus memburu kearah utara dan menyelinap
kebelakang sebuah potlon dan menunogu.
Tak lama kemudian cahaya lentera yang guram mulai
menyorot keluar dari balik hutan-Ai-pong-sot sudah mengincar
tepat, sebat sekali dia melompat keluar, tangan kanan
terangkat, dengan kecepatan kilat dia mencengkram
pergelangan tangan orang. Saking kaget orang yang diaargap
ini membuang galah di mana lenteranya tergantung hingga
lampupun padam. Tahu bahwa dirinya disergap kawanan
maling atau penjahat yang beroperasi didalam istana peronda
waktu ini segera meratap: "Harap Hohan memberi ampun,
lepaskan tanganku, aduh, aduh."
"Ling-hong-khek di mana. Lekas katakan-' desis Ai-pongsot.
"Itulah tempat tinggal kaum Lama, letaknya disebelah
tenggara, melampaui pekarangan besar ini, akan tampak
sebuah menara tunggal yang menjulang tinggi itulah. Tapi di
sana amat berbahaya, malam hari dijaga keras dan dironda
kawanan anjing besar." demikian orang itu menerangkan
sambil menuding kesatu arah.
"Kau memang jujur. tapi maaf, kau harus istirahat sejenak."
ujar Ai-pong-sut lalu menutuk Hiat-topenidurnya, tubuhnya dia
jinjing kepinggir direbahkan dibawah pohon besar.
Kira-kira satu jam lagi hampir terang tanah, waktu sudah
mendesak maka Ai-pongsat tidak ayal lagi melesat kearah
tenggara melewati pagar tembok tinggi. Dipekarangan luar
yang dikelilingi tembok tinggi inilah lingkungan dalam bagi
para petugas istana, tempat tinggal mereka didalam deretan
rumah pendek yang menjurus kebarat, seluruh petugas saat
itu dikerahkan seluruhnya, yang ketinggalan juga yang sudah
kelelahan setelah bertugas.
Terdengar sebuah suara melengking berkata: "Genduk cilik
itu memang manis sekali, siapa pun yang melihatnya pasti
menaksir padanya, sayang dia jatuh ditangan kawanan padri
bengis yang kasar itu, jangan kata perempuan melihat
tampang mereka lelaki siapapun merasa jijik, kalau genduk itu
diserahkan kepadaku, tanggung dalam tiga hari pasti sudah
takluk lahir batin, dengan gaya apa saja juga pasti dengan
senang hati dia melayani."
Seorang lain bertanya: "Kalau pakai kekerasan apa pula
bedanya, kan juga sama-sama senang dan nikmat, kawanan
padri itu justru bermuka-muka, ingin dia menyerahkan
kesucian suka rela. Hm.Jit ko kau cukup ahli main perempuan,
apa bedanya main paksa dengan suka rela?"
Suara melengking itu berkata: "Rasanya tentu berbeda.
sayang genduk itu masih terlalu hijau, kalau tidak. hehehe,
wah, pasti nikmat sekali."
"Konon Jik-lian-coa sedang meramu sejenis arak obat,
cukup minum beberapa tetes perempuan berhati paling
keraspun akhirnya akan menurut kepadamu, apa keinginanmu
pasti dilayani sepuas hati."
Mendengar musuh hendak memperkosa Siau Hong dengan
arak obat, sudah tentu jantung Ai-pong-sut berdebar tegang.
Maklum dia belum tahu kalau arak obat itu sudah dibuang dan
diganti dengan air teh oleh coh-sing-hwi dirumah gendak Jiklian-
coa PekJi-hay. Didengarnya suara melengking itu berkata pula: "Arak obat
apa.Jik-lian-coa hanya ingin bermuka-muka saja didepan Siucongkau,
malam tadi kabarnya arak obatnya itu tidak manjur
sedikitpun, saking gusar padri asing itu persen satu gamparan
di muka Jik-lian-coa, sekarang dia sudah menghadap kepada
Glam-lo-ong di akhirat."
Mendengar Siau Hong selamat lega hati Ai-pong-sut,
segera dia menyusuri tembok menuju keselatan terus
membelok ketimur. Betuljuga tidakjauh setelah dia melampaui
pekarangan besar ini, dilihatnya sebuah bangunan loteng dua
tingkat yang diterangi api lilin besar dan lamplon yang dikerek
tinggi dari kejauhan sudah kelihatan beber bayangan orang
bergerak mondar mandir d iba wah loteng.
Pada hal keadaan sekeliling amat sunyi senyap. Maka Aipong-
sut menduga Liok Kiam-ping danJian li-tok-heng pasti
belum tiba ditempat itu, maka dia tidak ingin bergebrak
mendahului rekan-rekannya, maka dia merunduk lebih maju
sambil menunggu kesempatan ditempat gelap.
---ooo0dw0ooo--- Kini kita ikuti perjalanan Jian-li-tok-heng yang melewati
jembatan gantung membelok kesebuah lorong, dilihat
keadaan sekitarnya, lorong ini seperti menjurus kedalam
perumahan, pengalaman Kangouwnya amat subur, dia tahu
larangan keras bagi setiap orang yang mondar mandir
diperumahan para dayang atau Thaykam, maka penjagaan di
sinijuga pasti lebih keras, sekilas dia celingukan, mendadak dia
mepet dinding, kaki menutul bumi, kedua tangan diulur maju
mundur, dengan Pia-hou-kang dia merambat masuk kedalam.
Disaat dirinya hampir mencapai mulut lorong mendadak
didengarnya suara lambaian baju orang yang berlari
mendatangi, ternyata sekitar sini juga ada penjaga gelap.
diam-diam dia bersyukur dalam hati bahwa dirinya tidak
bertindak gegabah. Namun dalam keadaan seperti dirinya tidak boleh berpeluk
tangan, dengan mengerut alis jari tangannya mengorek batu
dinding terus ditimpukan keluar.
Suara berisik terdengar sepuluh tombak disemak belukar


Hong Lui Bun Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

sana. Suara orang orang kaget terdengar dimulut lorong,
seorang berkata: "Mari kami periksa ke sana." menyusul derap
kaki orang beranjak dari dekat menjauh.
Jian-li-tok-heng tahu para Busu atau pengawal istana yang
ditugaskan didalam istana semua pilihan melalui ujian berat,
rata-rata memiliki kepandaian tinggi, orang tidak mudah
ditipu, maka dia mencomot lagipecahan dinding lebih besar,
dengan tenaga lebih keras dia timpukan ketempat lebih jauh
lagi.. Kedua Busu itu sedang melangkah ke sana, belum lagi
memeriksa keadaan di sini, suara berisik kembali terdengar
disebelah kanan, kali ini mereka tidak ayal lagi, dengan
kesebatan gerak badan mereka terus memburu kearah suara
berisik. Melihat akalnya berhasil mengelabui musuhJian li-tok-heng
mempercepat gerak kaki tangannya terus merambat masuk
dan menyelinap kedalam. Mengikuti serambi panjang ya
berpagar, dari bilangan dalam di mana terdapat bilik-bilik buku
mengitari ruang kembang, maju lebih lanjut adalah istana
kediaman para putri. Dari pengkolan serambi sebelah kiri terdengar langkah
mendatangi, suaranya perlahan, untung malam sunyi, kalau
bukan tokoh setingkat Jian-li-tok-heng susah mendengar jelas.
Serambi hanya ada satu, kekanan kiri tak mungkin menyingkir,
mundur kebelakang juga tiada tempat untuk menyembunyikan
diri, dalam gugupnya jian-li-tok-heng angkat kepalanya,
seketika hatinya bersorak girang. Segera dia menjejak kaki
melejit mumbul keatas pilar yang melintang diatas serambi,
dengan sebelah tangan dia memeluk belandar, kedua kaki
tertekuk sambil bertopang didinding belakang, maka seluruh
tubuhnya mepet dilangit-langit. Kejadian berlangsung dalam
waktu singkat, betapa gesit dan cekatan gerak gerik serta
tindakannya sungguh amat tegas dan berbahaya.
Baru saja Jian-li-tok-heng meyelinap keatas belandar, dua
orang biau berpakaian ketat dengan menyoreng pedang
dipinggang mendadak muncul dari arah dalam dengan
langkah lebar dan cepat mereka lewat dibawahnya.
Setelah bayangan kedua orang ini lenyap dibelokan sana,
lekas Jian-li-tok-heng melompat turun, begitu kedua kaki
menyentuh lantai, selincah kucing tubuhnya terus melesat
kesebelah dalam. Penerangan disebelah dalam agak terang, dua kamar
dideretan depan diterangi dua lampu kaca hingga keadaan
jauh lebih terang mungkin disinilah kamar dinas para peronda
yang sering mondar mandir menunaikan tugasnya.
Jian-li-tok-heng adalah begal budiman yang sering
beroperasi secara tunggal didaerah selatan, sasaran oprasinya
adalah pembesar korup dan hartawan kikir yang menindas
rakyat, segala seluk beluk dalam gedung-gedung besar sudah
biasa dijelajahinya. Sekilas dia menerawang keadaan lalu
melesat langsung kebilangan dalam. tiba didepan sebuah
jendela, meminjam cahaya remang-remang, dari celah-celah
jendela dia mengintip kedalam.
Kebetulan kamar yang diintipnya ini adalah tempat ganti
pakaian setiap Ko-cin-ong hendak melakukan dinas, mepet
jendela, terbentang sebuah meja panjang melintang,
dibelakangnya terdapat sebuah kursi kebesaran warna merah
dengan ukiran serba antik, ditempat duduknya dilembari
kasuran empuk yang disulam gambar bunga mekar.
Jian-li-tok-heng segera ulur tangan kanan sedikit
menjinjing daon jendela, sementara tangan kiri merogoh
secarik sampul, surat yang sudah ditulis dan dipersiapkan
sebelumnya, begitu melompat kedalam kamar, dia tindih
sampul suratnya itu dibawah tatakan tinta, lalu dia menyelinap
keluar pula menutup daon jendela serta mengundurkan diri
dari arah datangnya tadi.
Bahwa separo tugasnya sudah tercapai betapapun lega
juga hatinya, langkahnya juga terasa lebih enteng, sekali
menjejak kaki tubuhnya segera melejit tinggi keatas genteng.
Namun sedikit geseran pakaiannya dipinggir payon telah
mengejutkan orang-orang didalam kamar.
Mendadak dua bayangan orang melesat keluar dari dalam,
tanpa bersuara dengan kencang menguntit dibelakang Jian-litok-
heng . Jian-li-tok-heng sedang mengayun langkah dengan
kecepatan tinggi, kupingnya yang tajam mendengar lambaian
pakaian disebelah belakang, segera dia insyaf sedikit
kelalaiannya barusan sudah mengundang perhatian musuh
sehingga dirinya dikuntit. Dia tidak berani lari kearah Linghong-
kek karena kuatir menggagalkan rencana besar, lekas
dia membelok kekanan terus melesat kebelakang gunungan
yang tersebar dibeberapa tempat.
Kedua biau yang menguntit dibelakangnya juga termasuk
jago kosen di Bulim, meski Jian-li-tok-heng mengembangkan
kemahirannya, mereka juga hanya ketinggalan belasan
tombak saja. Tahu kedua lawan cukup tangguh. setiap
melompat dan menyelinap. Otak Jian li tok-heng berpikir dan
mencari akal cara bagaimana menghadapi kedua lawannya ini.
Setelah melewati jembatan gantung, dia tidak menuju keatas
gunung, malah mengitari gunungan terus menyusur keselatan.
Aksinya ini memang membuat kedua penguntitnya bingung
dan tertegun, maklum sebagai petugas dalam yang menjaga
keselamatan penghuni istana, mereka tidak boleh
meninggalkan tempat tugasnya terlalu jauh, pada hal mereka
sudah berada diluar jembatan gantung. jauh melampaui
lingkungan tugasnya, petugas yang biasa dinas di sini juga
tidak kelihatan muncul maka mereka tahu bahwa urusan tidak
beres. Padahal musuh didepan mata apapun mereka tidak bisa
putar balik, berhenti sejenak kedua orang itu tampak bisikbisik,
agaknya sedang berunding, maka seorang putar balik
kedalam istana yang lain-mengejar lebih lanjut.
Lega hati Jian-li-tok-heng setelah melihat seorang lawannya
mengundurkan diri, kalau satu lawan satu dia tidak perlu
gentar, maka sengaja dia memperlambat langkah, setelah
jarak dekat mendadak dia berhenti dan menunggu. Dilihatnya
pengejarnya ini seorang pendek berusia lima puluh lebih,
langkahnya enteng gerak badannya lincah, dalam sekejap
orang sudah melejit datang berhenti dua tombak didepannya.
Laki-laki pendek ini menyapa dingin: 'Apakah tuan orang
Hong-lui-pang, harap bicaralah terus terang saja."
Jian-li-tok-heng mengangkat kedua tangan, katanya
tertawa: "Tidak setimpal kau tanya siapa diriku, kalau dapat
mengalahkan sepasang telapak tanganku, boleh nanti kau
mengetahui" Laki-laki tua pendek naik pita matanya mendelik gusar,
bentaknya beringas: "Bangsat bernyali besar, memangnya di sini kau kira tiada
hukum. Lihat pukulan' kedua telapak tangannya memukul
dengan gempuran dahsyat kedada jian- li-tok-heng.
Jian-li-tok-heng mendengus hina, kedua lututnya ditekuk
sambil melangkah mundur setengah langkah, delapan bagian
tenaga dikerahkan lalu mendorong sebelah tangannya. Begitu
pukulan kedua pihak saling bentur "Daar." ledakan dahsyat
membuat kedua orang tertolak selangkah.
Jian-li-tok-heng tahu kekuatan lawan masih dibawahnya,
setelah sejurus menjajalnya, dia yakin dirinya lebih unggul,
maka semangat tempurnya makin berkobar, bentaknya: "Nah
sambutjuga pukulanku." dengan seluruh kekuatannya dia
dorong kedua tangan memukul lawan-
Bahwa adu kekuatan segebrak tadi berhasil seri alias sama
kuat, rasa nyeri orang pendek seketika lenyap. Meski
menghadapi damparan pukulan dahsyat kedua tangan lawan,
sedikitpun dia tidak gentar lagi, lekas dia kerahkan setaker
tenaganya pula, dengan berani dia songsong pukulan musuh.
Sudah tentu akibatnya cukup fatal bagi dirinya, bukan saja
tubuhnya terpental mundur lima langkah, darah juga bergolak
dadapun sesak mata berkunang-kunang, jelas dia sudah
terluka dalam. Gebrak kedua berhasil melukai lawan, sudah tentu makin
berkobar semangat Jianli-tok-heng. Baru saja dia
menggerakkan tangan siap menggempur pula. Mendadak di
lihatnya lawan melejit minggir tiga langkah lebar
menempatkan dari pada posisi lebih tinggi membelakangi arah
angin, di mana tubuhnya sedikit melengkung, kedua tangan
memeluk dada lalu berputar kedalam, pelan-pelan telapak
tangannya bergerak menghadap keluar, telapak tangan yang
semula putih lambat laun berobah menjadi merah darah,
Begitu telapak tangannya menekan kedepan, segumpal hawa
panas yang membara seketika menerjang kedepan seperti
lahar gunung berapi. Betapa luas pepgalaman Jian-li-tok-heng melihat telapak
tangan lawan merah membara mengeluarkan suhu panas
pula, karuan hatinya kaget setengah mati, jeritnya: "Jik-yanciang."
. Pukulan telapak tangan sejenis jik-yan-ciang memerlukan
landasan kekuatan murni, kekuatannya mampu membakar
sebatang balok besar, dengan mengerahkan Lwekang tenaga
pukulan dapat disalurkan melalui telapak tangan yang
membara -panas, untuk meyakinkan Jik-yan-ciang harus
diyakinkan sejak kecil dan selama hidup belum pernah kawinbila
kawin ditengah jalan latihannya akan buyar dan salahsalah
membahayakanjiwa sendiri. Siapa saja yang terkena
pukulan ini kulit badannya hangus, isi badannyapun hancur
luluh menjadi abu, tiada obat sakti macam apapun didunia ini
yang mampu menyembuhkan pukulan ini, jikalau bukan
menghadapi musuh besar yang tangguh biasa nya tidak boleh
dilancarkan, karena praktek dari pukulan hebat ini juga
menguras tenaga murni sendiri. Berbeda bila Lwekang lawan
lebih tangguh, seperti sekarang dia menghadapi Jian-li-tokheng
Jian li-tok-heng sendiri juga bersyukur karena dua kali
adu pukulan tadi lawan tidak mengerahkan pukulan jahat nya
ini, apalagi tahu tenaga sendiri masih lebih unggul, maka dia
melayani serbuan lawan dengan tabah.
Suatu kesempatan dia mengerahkan hawa murni dari
pusar, tenaga dikerahkan dikedua tangan terus- memapak
pukulan dahsyat lawan- Ledakan keras mendesis seperti bara
yang menganga h mendadak disiram air, asap mengepul hawa
bergolak. Karena posisinya disebelah bawah, meski suhu
panas tertiup buyar oleh angin lalu, namun sisa kekuatanya
masih menerpa turun mengikuti arah angin sehingga rambut
dan sedikit jenggot Jian-li-tok-heng terbakar hangus.
Setelah sedikit cidera dalam bentrokan pertama tadi, lakilaki
tua pendek kali ini tidak melawan secara keras pula,
setelah melontarkan pukulannya sebat sekali dia sudah
menggeser kedudukan- Melihat betapa kokoh dan hebat daya
pukulan lawan, mau tidak mau mencelos hatinya.
"Dengan geram Jian-li-tok-heng menggerung sekali, sambil
mengudak kembali dia lontarkan pukulan dahsyat pula. LakiTiraikasih
Website laki tua pendek sedang melenggong, apapun tidak menduga
bahwa pukulan tangguh lawan melanda secepat ini, apalagi Jik
yan-ciang terlalu menguras tenaga, dirinya belum sempat
ganti napas, sementara pukulan lawan bagai gugur gunung
sudah menindih dadanya seperti ditumbuk barang ribuan kati,
karuan tubuhnya terlempar delapan kaki, mulut terpentang
darah segar menyembur, badannya terkapar tak mampu
bangun lagi. Jik-yan-ciang memang bukan olah-olah hebatnya, akibat
pukulan dahsyat tadi daon-daon pohon disekitar gelanggang
ternyata sudah rontok hangus dan menguning, mau tidak mau
Jian-li-tok-heng merasa takjup, tapi juga ngeri membayangkan
kedahsyatan pukulan bara ini.
Diperhitungkan, bahwa terang tanah tidak akan lama lagi,
lekas dia kembangkan Ginkang, mengitari gunungan meluncur
langsung kearah Ling-hong-kek
Dalam pada itu Liok Kiam-pingjuga sedang kerahkan Linghi-
pou-hoat pada puncaknya, hanya sekejap dia sudah
melampaui beberapa gedung dan taman kembang. Tengah
berayun langkah, kira-kira sepuluh tombak disebelah depan,
diatas genteng kaca istana, sesosok bayangan orang
berkelebat lantas lenyap. padahal pandangan dan
pendengarannya sudah keliwat tajam, namun gerakan orang
memang teramat cepat sehingga dia tidak melihat dan
mendangar jelas. Pikirnya: Jarang kulihat gerakan tubuh
secepat itu, mungkinkah Hwe-giam-lo sendiri keluar
melakukan inspeksi " Atau Bong Siu yang sengaja hendak
mencegat diriku" Bila bergebrak di sini pihak musuh terlalu
banyak, lebih baik kupancing saja ketempatjauh supaya lebih
leluasa turun tangan" segera dia melejit mumbul keudara,
sengaja dia merandek gerakan sehingga orang didepan itu
sempat melihat gerakannya lalu membelok kekanan
menerobos ke tempat gelap.
Dalam jarak sepanahan dia meluncur, dia menoleh kekiri,
dilihatnya sesosok bayangan orang sedang berputar dari arah
kanan membelok kedepan seperti hendak mencegat dirinya
dari arah lain- Kiam-ping mempercepat langkah. dirinya sudah
melesat keluar dari taman terus meluncur kedalam hutan, lalu
meluncur turun dan menunggu disebuah tanah lapang.
Hanya sekejap bayangan dibelakang itu pun sudah
mengejar tiba dan hinggap tiga tombak didepannya.
Pendatang ini berusia tujuh puluhan, rambut dan jenggotnya
sudah memutih saiju, namun semangatnya masih kelihatan
gagah dan menyala, terutama sorot matanya mencorong
bagai lampu senter, jelas Lwekangnya sudah teramat
tangguh, perawakannya tinggi besar, tampangnya liar dan
buas, dipinggangnya terselip sebatang Giam-ong-pian.
Liok Kiam-ping cerdik pandai, melihat gaman lawan lantas
dia tahu dengan siapa dirinya berhadapan- Menghadapi lawan
tangguh sedikitpun dia tidak berani gagabah, lekas dia himpun
semangat dan konsentrasikan pikiran, siap siaga menghadapi
pertempuran sengit. Seperti tertawa tidak tertawa Hwe-giam-lo siu Jan terlorohloroh,
katanya: "Melihat kepandaianmu yang luar biasa tadi,
pasti kau inilah Pat-pi-kim-liong Pangcu Hong-lui-pang yang
baru. Usiamu masih begini muda, belum ada setahun keluar
kandang, namun sudah membuat geger dunia persilatan,
sehingga ayam anjingpun tak bisa hidup tentram. Malam ini
berani kau meluruk kemari, jangan kau salahkan Lohu kalau
bertindak keji padamu, demi kepentingan kaum persilatan
umumnya, terpaksa aku tuntut jiwa ragamu di sini.'


Hong Lui Bun Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Liok Kiam-ping merasa mual melihat sikap tengik dan mimik
orang yang jelek. tawanyapun lebih mengerikan dari tawa
setan, melihat betapa takabur sikapnya, sungguh tak
terkendali amarah Liok Kiam-ping, segera dia mendongak
tertawa lantang, suaranya laksana genta raksasa yang bertalutalu
diangkasa, sehingga Hwe-giam-lo merasa mendangung
kupingnya. Tahu lawan sengaja pamer Lwekang, lekas Hwegiam-
lo memusatkan tenaga murni untuk bertahan-
Begitu menghentikan tawanya Liok Kiam-ping berkata:
"Dendam permusuhan kaum persilatan sudah lazim
diputuskan dengan adu kekuatan, yang kuat menang yang
lemah binasa, apa kemampuanmu boleh kau tunjukan
kepadaku, apapun kehendakmu pasti kuiringi.'
Siu Jan lulusan perguruan Tiang-pekspay, belakangan dia
terjun dalam kalangan liok-lim, selama beroperasi tiada
korbannya yang ditinggaikan hidup, potlot raja akherat
ditangannya itu sudah diyakinkan hampir lima puluhan tahun,
belum pernah ketemu tandingan, maka dia dijuluki Hwe giamlo
(raja akhirat hidup). Tiga puluh tahun yang lalujago-jago
kosen Bulim bergabung mengganyangnya, untung dia sempat
meloloskan diri, tahu di Tionggoan dirinya sudah tak mampu
bercokol lagi, maka dia minggat ke Se-ek dan masuk Thianllong-
si meyakinkan ilmu yang lebih ganas, dengan Bong Siu
dia seperguruan, sepuluh tahun yang lalu dia turun gunung
dan terjun pula dalam percaturan Kangouw, selama malang
melintang di Tionggoan belakangan ini belum pernah ketemu
tandingan musuh-musuhnya yang lama satu persatu telah
dibunuhnya, sehingga sepak terjangnya semakin telengas.
Liok Kiam-ping menantangnya, karuan dia bergelak tawa
dengan jumawa, katanya: "Asal kau kuat melawan tiga puluh jurus seranganku,
persoalan malam ini boleh sementara di hentikan sampai di
sini saja ?" Liok Kiam-ping menyeringai dinging, jengeknya: Jangan
hanya tiga puluh jurus, seratus jurus juga belum pasti kau
dapat mengalahkan aku, tapi..." sengaja Kiamping merendek
memancing reaksi lawan "Tapi kenapa?" desak Hwe-giam- lo Siu Jan.
"Kalau sebaliknya kau yang bukan tandinganku, bagaimana
pula penyelesaiannya "..
Hwe-giam-lo Siu Jan berpikir sejenak. katanya kemudian:
"Baiklah, persoalan malam ini biar Losiu berpeluk tangan
menjadi penonton saja, kau boleh meluruk ke Ling-hong-kek.
tapi tempat lain dalam lingkungan istana kularang kau
trobosan ke sana." menurut hematnya umpama dalam tiga
puluh jurus dirinya tidak mampu membereskan anak muda ini,
padri Tibet yang berada di Ling-hong-kek juga sudah
mempersiapkan diri menyambut kedatangannya, dirinya tidak
perlu ikut turun tangan, umpama Kiamping berhasil menolong
kekasihnya, begitu dia meninggalkan Ling-hong-kek. dirinya
punya alasan untuk mencegatnya lagi. Di sinilah letak
kelicikannya, muslihatnya memang banyak untuk
menyudutkan Liok Kiam-ping.
Apapun usia Kiam-ping masih muda, pengalaman kurang,
tanpa pikir segera dia berkata: "Begitupun baik, seorang
kuncu pasti menepati janjinya "
Sebelum Kiam-ping habis bicara kedua tangan SiuJan
sudah terangkat kedepan dada, dimana tampak sikutnya
ditekuk turun telapak tangan tertarik mundur, dibarengi
gerungan berat dia tepukan telapak tangannya kedepan-
Melihat gerak pukulan lawan tidak membawa kesiur angin,
Kiam-ping tahu serangan lawanpasti ada susulannya yang
lebih keji, betuljuga belum sempat dia menemukan cara
bagaimana dirinya harus melawan, damparan angin pukulan
yang lunak kuat sudah menerjang datang, secara mendadak
tiga tombak sekitar badannya seperti sudah dilingkupi tenaga
pukulan lawan, betapa dahsyatperbawapukulan ini sungguh
mengejutkan- Lekas Liok Kiam-ping kembangkan Kim-kong-put-hoay-sinkang,
sekujur badan dilindungi rapat dan kokoh, tenaga lunak
pukulan lawan begitu menyentuh hawa pelindung badannya
lantas meletup lirih seperti bunyi gesekan kikir dengan besi,
kekuatan pukulan lawan sirna tanpa bekas. Sementara kedua
telapak tangannya yang sudah siaga dengan tenaga penuh dia
dorong kedepan- Melihat kekuatan Thay-im-ciang yang dilontarkan sirna
seperti kecemplung laut, sungguh bukan kepalang kaget dan
heran SiuJan, tengah dia melenggong, pukulan dahsyat lawan
sudah balas menerjang dirinya laksana amukan gelombang
samudra. Lekas dia menarik napas mengerahkan tenaga serta
memukul kedepan. "Byaaar." dua kekuatan raksasa beradu menimbulkan
goncangan hebat. Kedua lawan tertolak mundur selangkah.
Diluar tahu Hwe-giam-lo bahwa reaksinya barusan cukup
cepat, tangkisan pukulan kedua timbul secara reftek sehingga
dia tidak sampai kecundang, bila hanya sekali adu pukulan,
sudah pasti dia akan kalah dan terluka parah. Namun
demikian dia sudah mendapat firasat bahwa dalam adu
kekuatan tenaga dalam, dirinya memang bukan tandingan
anak muda ini, apalagi dia menduga lawan memiliki ilmu
pelindung badan dari aliran Hud, kalau tidak mana mungkin
Thay-im-ciang yang sudah diyakinkan puluhan tahun tidak
mempan terhadap anak muda ini.
Mau tidak mau mengkirik bulu kuduknya. Lekas dia melolos
potlot bajanya, maju selangkah tangan kanan merogoh
kebawah, potlotnya justru menusuk ke Jian-kin-hiat di pundak
Liok Kiam-ping. Gerakan potlot bajanya ternyata menimbulkan
deru kencang dan samberan angin dingin, jelas latihan ilmu
potlotnya sudah mencapai taraf yang patut dibanggakan
Liok Kiam-ping menyeringai dingin, kaki kanan mundur
setapak. tubuhnya setengah berputar, telapak tangan kiri
tegak menepis miring kelengan orang. Menyambut serangan
dengan perobahan serangan yang mengunci gerakan lawan
selanjutnya. Begitu serangan luput telapak tangan lawan sadah menepis
lengan kanan sendiri, lekas SiuJan menjorok kekanan satu
langkah, di mana potlotnya berputar segera dia kembangkan
Lui-ting poan-hoat yang memiliki tujuh puluh dua jurus
tunggal. Gerak potlotnya secepat kitiran, angin menderu di
selingi gemuruhnya guntur.
Liok Kiam-ping memusatkan lahir batin untuk
mengembangkan Leng-hi-pou-hoat, tubuhnya bergerak
selincah kupu menari selulup timbul diantara samberan potlot
lawan yang gencar, setiap mendapat peluang telapak
tangannya pasti balas menggempur dengan dahsyat.
Kalau rangsakan potlot menimbulkan gemuruh suara,
sebaliknya permainan telapak tangan Kiam-ping berkembang
makin meluas, pusaran tenaga kedua pihak yang bergulat
menggetar rontok daon dan ranting pohon, debu terbang
membumbung keudara. Dalam .sekejap sepuluh jurus sudah lewat. Kedua pihak
merangsak dengan kecepatan tinggi. Gemuruh guntur yang
ditimbulkan dari geseran udara oleh ujung potlot raja akhirat
ditangan SiuJan cukup menggetarkan nyali orang, demi
mempertahankan kejayaan namanya selama puluhan tahun
ini, dia sudah kerahkan seluruh kemahiran permainan
potlotnya untuk merobohkan lawan yang satu ini. Sebaliknya
Liok Kiam-ping harus berjuang demi kebenaran dan
kebangkitan kembali wibawa Hong-lui-pang dipercaturan
dunia persilatan, kedua pihak pantang mundur dan kalah,
sudah logis kalau pertempuran dahsyat ini bukan olah-olah
hebatnya. Tiga puluh jurus sudah hampir jelang, Liok Kiam-ping pikir
perlu mengembangkan ilmu sakti mendadak dia berputar
dengan kedua lengan terkembang dan melingkar, jurus Llongkiap-
sin-ganpun terlontar secara reftek. Wi- liong- ciang-hoat
memangnya peninggalan orang kuno yang sakti mandraguna,
apalagi dilancarkan oleh Liok Kiam-ping yang sekarang sudah
dibekali kekuatan Lwekang tangguh, perbawanya seumpama
malaikat kaget setan menangis, cuacapun berobah oleh
kehebatan permainannya. Ribuan bayangan telapak tangan
sekaligus seperti memberondang kearah Hwe-giam-lo dalam
waktu yang sama. Melihat lawan merobah permainan, bayangan telapak
tangan seketika merabu dari berbagaijurusan, karuan Hwegiam-
lo melengak kaget, lekas dia kerahkan tenaga
menggerakan potlot bajanya, secara beruntun dia menyerang
enam jurus kearah bayangan telapak tangan yang rapat
berlapis-lapis itu, syukur dia sempat menyelamatkan diri.
Serangan balasan potlot siuJan terasa lihay juga oleh Liok
Kiam-ping, sebelum serangan lawan mencapai sasaran,
mendadak dia melejit lima kaki ke udara, ditengah udara
kedua kaki memancal sehingga tubuhnya seperti bertahan
sejenak, kini kepala dibawah kaki diatas, sambil menukik dia
kembangkan kedua lengan, dibantu daya tukikan kebawah dia
lancarkan serangan Llong-hwi-kiu-thian, telapak tangannya
menepuk turun- Tadi SiuJan sudah dipaksa mengerahkan seluruh
kekuatanuya baru berhasil menyelamatkan diri dari serangan
lihay lawan, rasa kejut belum lagi bilang, kini lawan menukik
dengan serangan tak kalah dahsyatnya pula, sudah tentu dia
tidak berani melayani, tubuhnya menjengkan mundur
kebelakang, begitu ujung kaki menutul bumi, tubuhnya lantas
meluncur datang kebelakang.
"Blam." tempat barusan dia berpyak tanahnya seperti
dikeduk pacul berlobang besar sedalam tiga kaki.
Meminjam daya pantul dari pukulan telapak tangannya
ketanah, kembali kedua kaki Liok Kiam-ping memancal,
tubuhnya bersalto di udara, seperti bayangan setan, dia
mengudak ke sana kembali kedua tangannya menyerang
dengan jurus Llong-jiau-king-thiam.
Kedua kaki SiuJan belum menyentuh tanah, sementara
angin pukulan Liok Kiam-ping sudah memburu tiba, untung
Lwekangnya sadah amat tinggi, dalam keadaan kepepet bagi
orang lain sudah tidak mungkin terhindar bencana, SiuJan
sempat kerahkan hawa murninya sehingga tubuhnya mencelat
mumbul keatas hanya dengan sekali sedotan perut, tubuhnya
melayang miring kepinggir, namun demikian, gerakannya
sedikit terlambat, pantatnya keserempet oleh deru angin
pukulan yang dahsyat, seiring dengan daya dorongan yang
kuat tubuhnya terlempar setombak lebih . Untung tubuhnya
tidak cidera, begitu kaki menyentuh bumi sekaligus dia
menutul terus melesat jauh kedepan lenyap ditelan kegelapan-
"Terima kasih," seru Liok Kiam-ping, begitu bergerak pula,
tubuhnya langsung meluncur kearah Ling-hong-kek. Karena
kegaduhan pertempuran Liok Kiam-ping melawan Hwe giamlo,
setelah SiuJan menyingkir, anak buahnya seperti juga
ditarik mundur seluruhnya hingga suasana menjadi sepi
lengang, keheningan yang mencekam ini terasa menyolok oleh
Kiam-ping. Tapi tujuan Liok Kiam-ping menolong orang, apapun yang
terjadi dan keadaan bagaimanapun yang harus dihadapinya,
dia tidak perlu gentar lagi, dia langsung bergerak sesuai
petunjuk Jian-li-tok-heng kearah depan
Lekas sekali sebuah gedung berloteng yang menyendiri
jauh dari bangunan gedung-gedung istana lainnya menjulang
didepanya.Jarak masih jauh hingga sukar melihat jelas tulisan
apa yang terukir diatas pigura raksasa diatas loteng, tapi
dilihat keadaan sekitarnya Kiam-ping yakin gedung tunggal
itulah pasti Ling-hong-kek adanya.
Dengan langkah hati-hati dia menyelinap dari hutan, baru
saja hendak melampaui tanah kosong didepan hutan, dari
kanan kiri hutan mendadak muncul dua padri jubah kuning,
dengan mendelik mata dan bertolak pinggang mereka
mengawasi Liok Kiam-ping.
Padri disebelah kiri sudah dikenal oleh Liok Kiam-ping,
waktu orang meluruk ke Kwi-hun-ceng tempo hari, seorang
lagi pasti adalah salah satu dari sepuluh murid pelindung Pakkim
Tayhud. Padri disebelah kiri membentak: "Bangsat kurcaci hentikan
langkahmu, Tempat suci kediaman Pak-kim Tayhud sedang
tetirah, siapa pun dilarang keluyuran disini, selangkah kau
berani maju lagi, kau akan menyesali hidupmu yang pendek
ini.' Liok Kiam-ping bergelak tawa, katanya, "cayhe memang
ada urusan penting ingin bertemu dengan Pak-kim Tayhud,
tolong sampaikan keinginanku.'
Padri Tebet itu berludah serta menjengek: "Manusia
rendah, tengah malam buta rata berani keluyuran di istana
terlarang, memangnya kau sudah bosan hidup, berani
bermimpi ingin bertemu dengan Tayhud segala. Ketahuilah,
kau berada ditempat penjagalan manusia, lekas kau bunuh diri
saja, aku berjanji tidak akan merusak jazadmu, kalau tidak,
hehehe..." Liok Kiam-ping tertawa geli malah melihat betapa jumawa
sikap padri ini, desisnya dengan nada tinggi: "Kalau tidak
kenapa?" "Hehehe,, akan kucacah hancur dijadikan pergedel untuk
makan anjing peliharaanku."
"cara yang bagus, sekali kerja dua hasil, biarlah cayhe
sempurnakan keinginan kalian,' membarengi habis
perkataannya kedua tangan Kiam-ping menggenjot kearah
kedua padri Tibet itu. Angin pukulannya menerjang dahsyat
setajam pisau, .belum lagi tubuh terkena telak oleh pukulan,
samberan angin pukulannya sudah mengiris perih muka
mereka, karuan kedua padri Tibet meraung kaget terus
menjatuhkan diri menggelundung jauh dengan jurus penolong
jiwa Ui-liong-hoan-sin (naga kuning membalik badan) salah
satu jurus dari Thian-llong-toa-pat sek ajaran Pakim Tayhud,
syukur mereka masih sempat menyelamatkan jiwa, namun
keringat dingin sudah membasahi sekujur badan
Mendapat angin Liok Kiam-ping tidak menyia-nyiakan
kesempatan, segera dia memburu maju, sementara kedua
padri itupun sudah mencelat berdiri. Hanya sejurus dia sudah
bikin kedua padri ini menggelundung jatuh menyelamatkan
jiwa, betapa hati mereka takkan ciut, namun mereka tetap
bandel, setelah saling lirik serentak keduanya angkat tangan,
dari kanan kiri menggempur bersama kearah Kiam-ping.
Kedua padri ini merupakan murid Pakim Tayhud yang
diandalkan, biasanya terlalu mengagulkan kepandaian, meski


Hong Lui Bun Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

gabungan pukulan mereka cukup lihay, tapi menghadapi
permainan Liok Kiam-ping, hakikatnya kedua lawan ini
dipandang sepele olehnya.
Ditengah tawa dingin Kiam-ping, sebat sekali tubuhnya
berkisar keluar arena, sambil membalik badan sebelah
tangannya menepuk kebelakang.
"Blang" kedua padri itu dipukulnya mundur lima langkah.
Tampang mereka yang kasar dan bengis tampak merah lalu
pucat, biji lehernya turun naik seperti menelan darah segar
yang hampir tertuang keluar. Lutut goyah badan
sempoyongan, jelas mereka sudah terluka dalam yang cukup
parah. Ternyata kedua padri ini berkepala batu, tahu dirinya bukan
tandingan, namun mereka pantang mundur, lekas mereka
telan dua butir obat serta mengatur pernapasan, hanya
sekejap mendadak keduanya sudah menghardik bersama,
seperti serigala yang kelaparan serempak mereka menerjang
kearah Liok Kiam-ping. Rangsakan sengit dilancarkan dengan gerakan nekad
seperti ingin mengadu jiwa, Liok Kiam-ping terdesak mundur
selangkah oleh kenekadan kedua lawannya. Tapi begitu dia
menggeser minggir, dibarengi dengus hidung, tangannya
sudah siap menggampar. Pada saat itulah segulung tenaga
angin kencang mendadak menubruk tiba dari belakang.
Belum sempat melontarkan serangan Kiam-ping sudah
melompat minggir kekanan. Meminjam daya lompatan
kepinggir ini, kedua tangannya menepuk kepunggung padri
sebelah kanan. Beruntun disergap dan dibokong, karuan Liok
Kiam-ping naik pitam, maka gempuran kedua tangannya ini
dengan landasan tenaga dahsyat, padri padri yang sudah
terluka ini mana kuat menahan pukulannya. Begitu telapak
tangan kanannya mengenai punggung orang, tulang
pundaknya seketika kemeretak. putus dan hancur, badannya
terbanting roboh bergulingan sambil melolong kesakitan baru
jatuh semaput. Berhasil merobohkan seorang lawan Kiam-ping segera
membalik badan, lima kaki di depannya mendekam seekor
anjing sebesar anak kerbau seperti yang telah dibunuhnya
tadi, anjing yang satu ini lebih besar dan garang, sorot
matanya berkilat hijau siap menerkam.
Melihat kawannya terluka parah padri yang satu tambah
gusar, sambil meraung gusar dia memburu maju sambil
memukul dengan setaker tenaganya dari samping kiri Kiamping.
Dalam waktu yang sama anjing yang mendekam itupun
menyalak sekali terus menerkam juga.
Lekas Kiamping kembangkan Leng-hi-pou-hoat, tubuhnya
mengendap lalu menyelinap serta menjejak. tubuhnya
melambung dua tombak tingginya, ditengah udara dia
menggeliat sekali hingga badannya menukik turun, kedua
tangannya sudah menjulur lurus kebawah merindih batok
kepala anjing besar itu. Tak nyana sebelum pukulannya mengenai sasaran, dari
samping tahu-tahu meluncur datang sesosok bayangan anjing
besar yang lain dengan kecepatan luncuran anak panah,
kedua cakar depannya naik turun seperti hendak menyobek
tangan Liok Kiam-ping Anjing ajak yang dipelihara disini merupakan pilihan dan
terdidik dengan keras, dari kepala hingga ekornya yang
pendek panjang delapan kaki setengah, kalau berdiri dengan
kaki belakang tinggi mencapai satu tombak, maka tubrukan
anjing yang satu ini hampir mencapai sama tingginya dengan
Liok Kiam-ping yang sedang menukik kebawah, sedikit lena
bukan mustahil kedua tangannya kecaplok oleh anjing besar
yang rakus darah ini. Bahwa anjing bergerak sepandai ini sungguh diluar dugaan
Liok Kiam-ping, lekas dia kerahkan tenaga dari pusar,
menyedot hawa meringankan tubuh sehingga daya anjlok
tubuhnya kebawah seperti dihentikan sedetik diudara, begitu
kedua kakinya menyendal, tubuhnya melayang tiga tombak
jauhnya hinggap dengan kedua kakinya.
Begitu Liok Kiam-ping mulai bergebrak disebelah sini,
mendadak Ai-pong sut Thong ciau melompat keluar dari
tempat gelap. tujuannya menerjang kearah loteng ditengah,
mendadak dua bayangan berkelebat, tahu-tahu Keling dan
Kelong sudah menghadang didepannya.
Melihat yang menghadang dirinya adalah kedua penculik
Siau Hong, meski usia Ai-pong-sut sudah lanjut, tak kuat dia
menahan gejolak marahnya, saking gusar dia melotot tertawa
besar: "Kepala gundul yang tidak patuh ajaran agama, kalau
disorga kau tidak akan diterima, biar hari ini kuantar nyawamu
keakhirat saja." Keling mendelik gusar, bentaknya: "Bangsat tua yang ingin
mampus, tempo hari Hudya tidak sempat mencabut nyawamu,
hari ini berani kau menyerahkan jiwa ragamu, agaknya
takdirmu sudah diambang mata."
"Jangan membual, di Kwi-hun-ceng kalian tidak mencawat
ekor, memangnya hari ini kalian sudah mampus. Siapa yang
akan ketimpa ganjaran, nah buktikan saja," sembari bicara
kedua tangannya menggempur Keling dan Kelong. Dia
menyerang dengan gusar, ingin merebut waktu lagi, maka
pukulannya ini tidak tanggung lagi hebatnya.
Kedua padri ini juga jago kosen yang pandai menilai
pukulan lawan, melihat gempuran hebat lawan, serempak
mereka angkat telapak tangan dengan seluruh kekuatan
menangkis. Mereka kira dengan gabungan kekuatan mereka
berdua yakin pasti menang, apalagi mengadu kekuatan
dengan seluruh tenaga yang mereka miliki.
Tak nyana begitu kekuatan pukulan beradu. Kedua padri itu
tertolak mundur selangkah. Tubuh Ai-pong-sut hanya
bergeming sedikit. Untung pukulannya itu ditujukan kedua
jurusan, sehingga kekuatannya terpencar, bila sasarannya
hanya seorang musuh tanggung jiwanya sudah melayang.
Kapan kedua padri jubah kuning mengkirik dibuatnya dalam
gebrak selanjutnya mereka tidak berani main tangkis dan
melawan secara keras. Mengalahkan kekuatan kedua lawannya, Ai-pong-sut
berderai tawa, serunya: "Dengan bekal kalian yang tak
seberapa juga berani membual. Nah, sambut sekali lagi
pukulan Lohu," sembari bicara ia maju selangkah, kedua
tanganpun didorong kedepan.
Lekas kedua padri itu melompat minggir kedua arah.
Pengalaman Aipong-sut sudah puluhan tahun di Kangouw,
cara bagaimana dia harus menggunakan akal mengelabui
musuh sudah terlalu mahir bagi dirinya, setelah mengadu
pukulan segebrak tadi, dilihatnya kedua bola mata kedua padri
ini selalu saling lirik, maka dia tahu bahwa nyali mereka sudah
pecah, maka pukulan serempak dengan kedua telapak tangan
kali ini hanya gerakan gertak sambel belaka, begitu kedua
padri sudah mencelat kepinggir dari pukulan diteruskan
tenagapun disalurkan, sasaran yang dipilih adalah punggung
Keling yang jaraknya lebih dekat.
Padahal kaki Keling belum lagi menginjak bumi, tenaga
pukulan sedahsvat gugur gunung sudah menindih punggung
"Blang" tubuhnya yang kekar besar itu mencelat ke depan dua
tombak jauhnya, mulut terpentang darah segarpun
menyembur, tanpa bersuara dia roboh terkulai.
Karuan serasa terbang arwah Keling saking ketakutan,
lekas dia bersiul panjang pendek dua kali, maka muncullah
dua ekor anjing besar dengan tubrukan sekencang angin les
us, dari kiri kanan moncongnya menggigit kepundak Ai-pongsut.
Tahu kedua anjing ini susah dilawan dengan kekerasan,
otak Ai-pong-sut yang cerdik mendapatkan akal, lekas dia
menjatuhkan diri lalu mengembangkan Te-tong tui, dimana
dengan tendengan dan sapuan kedua kakinya tubuhnya
menggelinding pergi datang. Ternyata kedua anjing ini juga
sudah terlatih cukup pandai, begitu tubrukannya luput,
tangkas sekali sudah putar balik serta menubruk pula dengan
kecepatan kilat. Kelong si padri jahat ikut menyergap dari
samping. Diancam serbuan dari tiga jurusan, bagi seorang jago yang
berkepandaian agak rendah cukup salah satu serangan ketiga
musuhnya mengenai sasaran, kalau tidak binasa juga pasti
luka parah. Tapi lain dengan Ai-pong-sut yang kenyang pengalaman,
meski terancam dia tidak menjadi gugup, dengan tabah dia
hadapi sergapan lawan, namun serangan memang gencar dan
lihay, melejit mumbul keatas jelas tidak keburu, meminjam
daya terjang kedepan dia kembangkan ke dua lengannya
sambil menyedot perut sehingga tubuhnya terangkat lima
kaki. cakar kedua anjing yang menerkam dari kanan kiri
menyerempet lewat dibawah kakinya, keadaannya sungguh
amat berbahaya. Bila tubuhnya anjlok kebawah pula Ai-pongsut
menekuk pinggang menyendal kaki, dengan gerak tubuh
yang indah dia melayang keluar setombak jauhnya.
Dalam pada itu Jian-li-tok-heng juga sudah tiba disebelah
barat Ling-hong-hek, jaraknya masih tiga puluhan tombak dari
kejauhan sudah mendangar benturan senjata dan suara
bentakan dari arah tenggara, dia tahu bahwa Liok Kiam-ping
sudah mulai bergebrak dengan musuh, untuk mencapai
harapan yang sudah direncanakan sebelumnya, sekaligus
untuk memecah kekuatan musuh, maka dia bertekad
menerjang ke Ling-hong-kek dari arahnya. Ternyata
penjagaan di sini memang lebih kendor hingga dia lebih
leluasa maju terus hingga dia dihadang oleh seorang padri
saja, maka terjadilah pertempuran yang cukup sengit, untung
padri lawannya ini berkepandaian lebih rendah dari Keling.
Untuk mengejar waktu, maka Jian-li-tok-heng merabu
lawannya dengan serangan gencar, gerak tubuh
dikembangkan laksana angin puyuh, Siantian ciangpun
dilancarkan secepat kilat, tampak bayangan berkelebat
diselingi bayangan telapak tangan memberondang kesekujur
badan padri jubah kuning itu.
Dalam jangka sepuluh jurus padri itu sudah didesaknya
mundur, keadaannya cukup gawat. Disaat Jian-li tok-heng
melontarkan sejurus serangan telak. mendadak lawannya
menghardik sekali seraya melompat mundur lima kaki Jian-litok-
heng jejak kaki melompat memburu, kedua tangannya
naik turun menggempur dada lawan-
Disaat genting bagi jiwa si padri inilah, dua ekor anjing
besar mendadak menerjang tiba dari kiri kanan- Umpama
pukulan diteruskan, umpama tidak mati padri Tibet ini pasti
terluka parah, namun Jian-li-tok-heng sendiri juga pasti
menjadi korban kebuasan kedua anjing galak itu.
Sebagai penduduk asli daerah selatan Jian-li-tok-heng
cukup tahu akan kebuasan dan keganasan anjing Tibet ini,
apalagi cakarnya dilumuri racun, umpama tidak tergigit, cukup
tercakar juga orang biaa binasa apalagi kedua anjing ini
menubruk bersama dengan moncong dan cakarnya sekaligus.
Sudah tentu menyelamatkan jiwa sendiri lebih penting,
lekas dia ayun kedua lengan keatas sehingga daya luncuran
tubuhnya kedepan seperti direm secara mendadak, berbareng
kaki menutul bumi hingga tubuhnya melejit lebih tinggi dua
kaki, cakar dan dua moncong anjing menyambar lewat d iba
wah kakinya. Jian-li-tok-heng tahu anjing Tibet sebesar anak kerbau ini
memiliki tenaga raksasa tubrukannya tidak kalah dari seekor
singa, tapi menyerang dengan membalik badan gerak geriknya
jauh terganggu dan lamban. Mumpung anjing itu menerkam
kedepan, tubuhnya dimiringkan, kaki kanan menjejak
punggung anjing, dengan ringan tubuhnya melayang
setombak jauhnya. Lalu dia kembangkan cui-pat-sian,
tubuhnya limbung seperti orang mabuk yang gentayangan,
dengan ketangkasannya dia berputar dan pergi datang
ditengah tubrukan dan sergapan kedua anjing galak itu.
Umpama jago kosen kelas tinggi juga susah melayani
permainan cui-pat-sian Jian-li-tok-heng. Apalagi kedua ekor
anjing besar ini, meski tenaga besar betapapun gerakan
berputar dan membalik kalau lincah dan cepat.
Padri jubah kuning yang menonton dari samping selalu
berkaok-kaok memberi aba-aba, lama kelamaan dia menjadi
gelisah dan tak sabar lagi, dibarengi gerungan gusar akhirnya
dia terjun pula ketengah gelanggang. Saat mana kedua ekor
anjing itu berada di kanan kiri, padri jubah kuning menyerang
dari arah depan, jadi sekaligus Jian-li-tok-heng dikeroyok dari
tiga jurusan- Tapi tujuan Jian-li-tok-heng memang memancing ketiga
musuhnya ini menyerang serempak tampak betapa gemulai
gerakan tubuhnya, dengan lincah tahu-tahu dia sudah
menyelinap keluar dari kepungan ketiga lawan, sebat sekali
dia berputar kebelakang padri jubah kuning, telapak
tangannya terus menggablok punggung orang.
Padri jubah kuning hanya merasa bayangan berkelebat,
bayangan lawan telah lenyap. disaat dia melenggong itulah,
pukulan telapak tangan lawan sudah mengancam punggung.
Sebetulnya bekal kepandaiannya juga tidak lemah, maka dia
menjebak kaki melompat ke kanan.
Jian-li-tok-heng memang paksa lawan berkelit ke samping,
maka dia hanya menepuk dengan tangan kiri, begitu lawan
bergerak lebih kencang, tangan kanan menyusul dengan
jotosan meski tenaganya tidak begitu keras, tapi padri jubah
kuning yang berperawakan tinggi besar ini kena ditonjoknya
sampai mencelat beberapa tombak jauhnya.
Celakanya tubuh padri jubah kuning yang besar ini
menubruk anjing yang ada di sebelah kanan. Bahwa
tubrukannya kena tempat kosong, kaki belum lagi menyentuh
tanah, mendadak padri jubah kuning menubruk nya dengan
keras, keruan anjing itu kumat sifat liarnya, sebelum tubuhnya
ketumbuk jatuh secara reftek kedua kaki depannya mencakar.
benda yang menumbuk badannya. "Bret" di susul jeritan
kesakitan, jubah kuning ditubuh padri Tibet tercakar sobek
kulit dagingnyapun ikut tercakar dedel dowel. Saking kesakitan
sekujur badannya gemetar.
Jian li-tok-heng juga tidak kenal ampun lagi, di saat padri
itu sedang merangkak berdiri secepat kilat Jian-li-tok-heng
menubruk kedekatnya serta persen lagi sekali tempilingan
"Plak" Ling-tong hiat dibelakang punggung si padri kena
dipukulnya sekali, tubuhnya yang besar kembali tersungkur ke
depan menubruk anjing, darah yang menyembur dari
mulutnya mencuci moncong dan badan anjing ganas itu.
Mumpung kedua lawan itu berguling saling tindih Jian-litok-


Hong Lui Bun Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

heng kembangkan Ginkang, dengan kecepatan angin
puyuh dia melesat kearah Ling-hong-kek. Tapi anjing yang
disebelah kiri ternyata menyalak sekali terus mengudak
dengan tak kalah kencangnya. Tapi Jian-li-tok-heng tidak
kalah akal, dan berlari secara zig-zag sehingga anjing besar
yang kalah tangkas gerak geriknya ini berhasil ditinggalkan
beberapa tombak dibelakang.
Ling-hong-kek sudah didepan mata, cukup dua kali
lompatan berjangkit lagi Jian-litok-heng yakin dirinya sudah
bisa mencapai gedung berloteng itu, diam-diam hatinya sudah
kegirangan Pada saat itulah segumpal bayangan merah laksana angin
puyuh mendadak menukik turun dari tengah udara mencegat
didepannya, dua tangan didorong dengan kekuatan damparan
badai, menyongsong kedatangan Jian-li-tok-heng yang sedang
mengayun langkah secepat terbang. Kedua pihak sama-sama
mengerahkan tenaga, betapapun tinggi Ginkang Jian-li-tokheng,
dalam keadaan ke pepet seperti ini jelas tidak mungkin
menyingkir. Untung pengalaman tempurnya amat luas, meski
menghadapi bahaya tidak gugup, segera dia kerahkan tenaga
berat hingga tubuhnya anjlok kebawah, begitu kaki
menyentuh tanah langsung menjatuhkan tubuhnya ke kanan
terus menggelundang delapan kakijauhnya. Syukur bentrokan
dahsyat dapat dihindarkan
Ternyata yang menyongsong dirinya bukan lain adalah Pakim
Tayhud, orang tengah berdiri tolak pinggang,
senyumannya sinis seperti menghina dan mencemooh.
Jian-li-tok-heng bergelak tawa lalu berseloroh: "Siapa
nyana seorang guru besar ternyata juga bertindak secara
rendah main bokong, bila tersiar luas didania Kangouw,
memangnya nama baikmu tidak pingin kau pertahankan lagi."
Mendelik mata Pa-kirn Tayhud, bentakmya: "Bangsat, tak
usah kau mengoceh di sini, kau berani keluyuran di sini
melanggar larangan, hukumannya sudah mati, berani melukai
para penjaga lagi, jiwamu tak terampun lagi. Lekas bereskan
dirimu sendiri, kalau jatuh ketanganku, tubuhmu takkan bisa
utuh lagi." "Kepala gundul macam tampangmu yang tidak patuh
ajaran agama, memangnya masih ada hukum dimatamu.
Jangan main tindas karena kekuasaan berada ditanganmu,
memangnya kau kira kami gentar kau gertak dengan
kekuasaan istana. Padri agung apa macammu ini, kau tidak
lebih hanya anjing penjaga pintu belaka."
"Bedebah, agaknya kau sudah bosan hidup. Malam ini
Lolap takkan mengampuni jiwamu. Lihat pukulan-" tangan
kanan terangkat membundar ke kanan, tangan kiri tegak lurus
kedepan membundar ke kiri, gerakan secara aneh ini beradu
ditengah dada lalu di dorong bergantian. Pusaran angin
kencang laksana amukan angin puyuh segera mendampar
kearah Jian-li-tok-heng. Karena pundak keserempet angin pukulan lawan, Jian-litok-
heng sudah berlaku waspada, dia tahu betapa tangguh
pukulan orang kini serangan justru tidak menimbulkan deru
angin kencang, dia kira lawan hanya menggertak untuk
memancing reaksinya, maka dia lebih waspada kaki
menyingkir tiga langkah ke kanan serta bersiap siaga.
Ternyata dugaannya memang tidak meleset, disaat
tubuhnya menggeser kepinggir itulah s eg ulung angin
kencang yang dilancarkan belakangan malah telah menerjang
tiba lebih dulu, kekuatannya sedahsyat ombak menghantam
karang. Lekas kedua kakinya menutul bumi, dengan kerahkan
seluruh tenaga di kedua lengan sekuatnya dia memukul terus.
"Blang" kedua lawan tergentak mundur selangkah. Terasa
oleh Jian-li-tok-heng, tenaga lawan setengah tingkat lebih
tinggi dari dirinya, kalau tadi dia tidak menyingkir kepinggir,
sehingga tenaga inti pukulan lawan menyamber lewat
disamping tubuhnya, jelas dirinya takkan kuat melawan
kekuatan pukulan lawan, akibatnya juga sudah dapat
dibayangkan Perawakan Pa-kim Tayhud kekar tegap dan tangkas,
mendapat angin dia mencecar dengan serangan deras.
Tampakjotosannya samber menyamber, tiga tombak sekeliling
arah seperti dibungkus oleh kepulan debu, hawa kotor udara
bergolak. Menghadapi amukan lawan yang memiliki kekuatan seperti
kerbau mengamuk ini, Jian-li-tok-heng melayani lebih
waspada, dia kembangkan ketangkasan gerak tubuhnya, kelit
sana trobos sini, setiap ada peluang diapun balas menyerang
sehingga lawan kewalahan juga dibuatnya.
Cepat sekali tiga puluh jurus sudah lewat. Selama ini Jian-litok-
heng lebih banyak mengembangkan Ginkangnya dari pada
balas menyerang, sejauh ini keadaan tetap berimbang, dia
yakin kalau pertempuran berjalan secara begini saja, dirinya
masih kuat bertahan cukup lama.
Sementara itu Liok Kiam-ping sedang sibuk melayani
tubrukan-tubrukan anjing yang dikendalikan musuh, d ari
pengalaman tempur akhirnya berhasil ditemukan satu cara
untuk mengatasinya. Segera dia kerahkan kedua kakinya
secepat kilat tubuhnya berputar, dan berkisar kesebelah kiri.
Mengikuti gerakannya, anjing disebelah kiri yang tetap melotot
ikut bergerak membalik. Mendadak Kiam-ping melompat balik
kesebelah kiri anjing, berbareng sebelah tangannya melolos
Liat-jit-kiam, sengaja gerak langkahnya diperlambat, maka
tubrukan kencang dari anjing besar itu sudah menerkam
kepalanya. Liok Kiam-ping berkelebat dengan Leng hi-pou-hoat,
tubuhnya melayang enteng lima kaki, sedikit tumitnya menutul
tanah, badannya melejit setombak, dengan gerakan khusus
ditengah udara badannya berputar arah menerjang balik
kearah padri jubah kuning diarah lain, pedang ditangan kanan
bergerak dengan jurus Jit-lun-jut-seng. Berbareng telapak
tangan kiri menyerang dengan jurus Llong-hwe-kiu-thian,
mengincar batok kepala anjing yang menerkamnya.
Pedang dan pukulan telapak tangan dilancarkan bersama.
Perbawanya memang luar biasa. Liok Kiam-ping, meraung
sekali. Padri jubah kuning sedang berihtiar membokong dikala
lawan terapung, sungguh tak pernah terduga bahwa ditengah
udara Liok Kiam-ping mampu putar balik menerjang dirinya
malah. Mendadak segumpal sinar benderang berbentuk bola
sudah menindih diatas kepalanya, cahaya benderang seterik
sinar matahari membuat silau dan gelap pandangannya,
hakikatnya dia tidak jelas kedudukan Liok Kiam-ping disebelah
mana, tahu jiwa sendiri terancam elmaut, lekas dia gunakan
gerakan naga kuning membalik tubuh, jurus penyelamat dari
Thian-long-toa-patsek. dia menjatuhkan diri terus
menggelundang pergi, semoga jiwanya masih sempat
diselamatkan Kapan pernah diduganya bahwa Liat-jit-kiam-hoat yang
sakti ini bila serangan sudah dilancarkan, kecuali ilmu silat
lawan teramat tinggi dan sudah siaga sebelumnya, mungkin
masih mampu melawan atau menyingkir. Bagi yang
berkepandaian cetek jelas takkan lolos dari renggutan elmaut.
Padri jubah kuning dibanding Liok Kiamping masih
terlampau jauh, sekilas tertegun oleh perbawa Liat-jit-kiam,
meski dia sempat berkelit juga sudah terlambat. Di mana sinar
benderang berkelebat, darah segera muncrat, ditengah jeritan
ngeri batok kepalanya yang gundul terbelah menjadi dua.
Anjing yang menubruk dari sebelah kanan juga secara telak
kena kepruk telapak tangan Liok Kiam-ping, meraung sekali
tubuh nya terlempar berguling-guling. Untung kulit badannya
tebal, agaknya luka nya juga tidak berat, namun pukulan dan
rasa sakit telah mengobarkan sifat liarnya.
Liok Kiam-ping menarik napas, kembali tubuhnya berputar
lurus dengan gaya indah bagai burung terbang dia melesat
kebelakang anjing, kedua tangan terangkap kedua kaki
berkembang dengan kecepatan kilat punggung anjing
diserangnya pula dengan tusukan.
Karena kebesaran badan meski kokoh kuat namun untuk
berputar balik gerakan si anjing agak lamban, sudah tentu dia
sukar melihat lawan yang menukik dari atas, namun dia cukup
cerdik dan tahu kalau dirinya diserang dari atas, lekas dia
menerobos maju kedepan hingga tusukan Kiam-ping
mengenai tempat kosong. Sudah tentu Liok Kiam-ping tidak membiarkan lawan lolos,
kedua kaki kembali menjejak tubuhnya bersalto sekali lagi
kedepan mengudak tiba, kembali pedangnya bergeLar dengan
tusukan telak. Anjing itu sedang melompat kedepan, kaki
depannya belum menyentuh bumi, sementara pedang Liok
Kiam-ping sudah menusuk tiba. "Bles" Liat-jit-kiam menusuk
pantat anjing sedalam satu kaki lebih, saking kesakitan
mulutnya meraung keras, tubuhnya bergetar dan kelojotan,
sedikit kerahkan tenaga Liok Kiam-ping menekan pedangnya
kebawah terus hinggap turun diatas tanah. Karena tekanan
pedang itulah perut dan selangkang anjing terbelah hingga isi
perutnya kedodoran, jiwa anjing melayang seketika.
Baru saja Liok Kiam-ping hendak membalik tubuh, anjing
yang seekor lagi tanpa mengeluarkan suara sudah merunduk
dekat disampingnya, begitu kaki depan terangkat tubuhnya
segera menerkam dengan gerung a n seram.
Melihat terkaman buas dalam jarak dekat lagi, melompat
keatas sudah tidak keburu, terpaksa dia menggoyang kedua
pundak memaksa tubuhnya berputar, namun pedang panjang
yang dipegangnya kesaruk cakar anjing sehingga
berkerontang dan terangkat keatas satu kaki lebih Liok- Kiamping
sendiri juga belum sempat pasang kuda-kuda hingga dia
keterjang mundur tiga langkah.
Kejadian hanya terpaut beberapa detik, namun perobahan
ini sungguh tak terduga, keadaan cukup genting bagi Kiamping.
Disamping kaget amarahnya berkobar, sembari bersiul
panjang dia melambungkan tubuh tiga tombak, laksana
burung rajawali dia menukik turun pula dengan sebelah
telapak tangannya menepuk ke batok kepala anjing buas itu.
Padahal tepukannya ini hanya gerak gertakan belaka, namun
Lwekangnya amat tinggi, maka gerakannya itupun
menimbulkan deru ingin yang cukup berat.
Anjing itu amat cerdik, merasa angin menindih tiba, lekas
dia mengegos ekor tubuhnya berputar menerobos kekanan.
Tapi setelah menyerang dengan telapak tangan kiri, Kiam-ping
meninggikan kedua pundak Liat-jit-kiam ditangan kananpun
membelah tiba. cahaya emas yang berkilau membawa desis
suara yang memekak telinga menyamber secepat kilat.
Padahal anjing itu sedang memutar badan, kaki depannya
sedang terangkat, sinar pedang sudah menyabet tiba, karuan
kedua kaki depannya terpapas putus. "Bluk" badannya yang
besar berat terbanting keras, saking kesakitan anjing itu
bergulingan sambil kaing-kaing.
Menolong lebih penting, maka Liok Kiam-ping tidak
hiraukan korbannya terus berlari kencang pula kedepan
dengan mengembangkan Ling-hi-pou-hoat.
Dalam pada itu Ai-pong-sut Thong cau sudah melayang tiba
dan berdiri setombak jauhnya sejenak dia berhenti, dua ekor
anjing dari kanan kiri kembali menubruk ke arah dirinya.
Tubrukannya jelas lebih garang dan keras dari anjing-anjing
yang menyergap dirinya tadi. Sigap sekali dia kembangkan
ilmu ringan tubuh, bayangan tubuhnya mendadak seperti
berpencar dibeberapa tempat berputar kian kemari seperti
barisan ular diselingi bayangan telapak tangan dan tinjunya.
Betapapun sengit serbuan padri jubah kuning dan kedua
ekor anjing galak itu, namun ujung bajunya saja tidak mampu
disentuhnya. Badan anjing besar dan kaku menubruk balik
dan memutar badan terlalu lamban, Ai-pong-sut menangkap
titik kelemahan ini, dia selalu bergerak kebelakang, karena
tubrukan-tubrukan kedua anjing yang berbadan besar, lama
kelamaan padri jubah kuning sering saling tumbuk dan
keterjang minggir malah, hal ini makin menguntungkan Aipong-
sut juga, sehingga dia tidak perlu menaruh perhatian
terlalu besar untuk melayani kedua anjing ini.
Hanya sebentar kedua anjing itu sudah megap-megap
kehabisan tenaga dan sesak napas, namunjuga makin
membangkitkan sinar buas dan liarnya, setiap kali menerkam
dan menyerang, raungan dan geramannya terasa seram
menggiriskan Ai-pong-sut benar-benar mengembangkan ketangkasan
gerak badannya, setiap posisi tubuhnya boleh di kata tidak
pernah berhenti meski hanya sedetik, gerak g eriknya enteng
dan melayang bagai asap. keruan kedua anjing selalu
menubruk tempat kosong mengamuk sejadi-jadinya, namun
gerak gerik mereka semakin lamban
Melihat kesempatan sudah tiba mumpung lawan kehabisan
napas dan tenaga mendadak Ai-pong-sut melompat keatas
seekor anjing, tenaga dikerahkan dikedua telapak tangannya
terus menggablok punggung anjing.
Anjing ini sedang megap-megap. mana menduga dirinya
bakal disergap. bila dia merasa punggungnya diserang, lekas
dia jejak kaki belakang, tapi dengan telak punggung Ai-pongsut
sudah menindih punggungnya. "Krak" tulang punggungnya
patah. Anjing itu terguling-guling dengan raungannya yang
mengerikan lalu menggeletek tak bernyawa lagi. Seekor lagi
kebetulan berada dibelakang, dengan sisa kekuatannya dia
menerkam datang. Ai-pong-sut sudah mengincar tepat sasarannya, di saat
tubuh anjing itu terapung diudara, telapak tangannya terayun,
badannya merendah dengan telak dia tepuk dadanya. "Bluk"
ditengah jeritan yang menyeramkan, badan besar anjing itu
terlempar setombak lebih, darah menyembur dari
moncongnya yang panjang. Keadaan Ai-pong-sut sendiri juga cukup payah setelah
membinasakan kedua anjing besar itu, sejenak dia berdiri
mengatur napas, waktu dia celingukan padri jubah kuning
ternyata sudah tak kelihatan bayangannya.
Jian-li-tok-heng harus kerahkan seluruh tenaga dan
kemahirannya untuk menempur Pa-kim Tayhud, namun dia
masih terdesak dibawah angin, namun dia tidak patah
semangat, dengan tabah dan berani dia layani serbuan Pa-kim
Tayhud sehingga lawan tidak sempat memecah perhatiannya.
Tengah baku bantam dengan sengit, mendadak terdengar
dua kali lolong anjing yang roboh Pa-kim Tayhud tahu dua
anjingnya sudah binasa, kuatir rencana yang telah diaturnya
berantakan dia perlu memberi bantuan ketempat lain,


Hong Lui Bun Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

beruntun dia lancarkan enam pukulan gencar, sehingga Jianlitok-
heng didesaknya mundur setombak. Baru saja dia
membalik hendak menyingkir, Jian-li-tok-heng tahu maksud
lawan, sudah tentu dia tidak tinggal diam meski dirinya
terdesak mundur terus, apapun dia bertekad untuk
melabraknya untuk mengulur waktu supaya Liok Kiam-ping
punya kesempatan menolong orang. Maka begitu Pa-kim
Tayhud membalik segera dia menubruk majupula seraya
memaki: "Kepala gundul, kau belum mengalahkan aku,
kenapa mau pergi. Hayolah, layani aku tiga ratus jurus, jangan
takut, paling aku hanya menabok kepalamu yang gundul
saja." dengan mengerahkan delapan bagian tenaganya dua
tangannya bergerak. tinju kanan menggenjot dada, telapak
tangan kiri menempiling kepala, tapi begitu serangan
dilancarkan, sebat sekali kakinya sudah melompat minggir
kesamping. "Di sinilah letak kecerdikannya, tahu tenaga sendiri bukan
tandingan lawan, dia tidak mau adu tenaga, tujuannya hanya
melibat lawannya ini supaya tidak masuk kedalam Ling-hongkek.
maka serangannya itupun hanya gertakan belaka, tenaga
yang dikerahkan juga tidak sepenuhnya, begitu menyergap
lantas lompat menyingkir.
"Sebagai seorang guru besar dari suatu aliran sudah tentu
Pa-kim Tayhud harus jaga gengsi dan wibawa, mana dia mau
dicaci maki serendah itu, memangnya dia berdarah panas,
melihat lawan menggenjot dan menempiling, segera dia
mendengus, tubuhnya berputar secepat lesus, tenaga sudah
tersalur dikedua lengan, "Plak" tahu-tahu kedua telapak
tangan sendiri bertepuk didepan dada terus didorong
menangkis jotosan Jian-li-tok heng.
"Blang?" dorongan telapak tangannya menghancurkan batu
gunung sehingga debu terbang krikil mencelat, namun
bayangan lawan tiba-tiba lenyap dari depan matanya.
Tengah dia celingukan, mendadak dari samping kanan
didengarnya gelak tawa lantang.
"Sia-sia kau hidup setua ini, ternyata mata picak kuping
tuli, sejak tadi, cayhe berdiri disini, kenapa batu tidak berdosa
kau pukul hancur. Kalau ditonton kaum persilatan apakah
perbuatan lucu ini ditertawakan orang?" demikian Jian-li-tokheng
mengolok. Bahwa pukulanya luput karuan membara amarah Pa-kim
Tayhud, sebat sekali dia bergerak tanpa bersuara menerjang
kearah Jian-li-tok-heng, dia tahu lawan takkan berani
mengadu tenaga dengan dirinya, maka dia tidak melontarkan
pukulannya. Diluar tahunya jian-li-tok-heng sudah punya
rencana, begitu Pa-kim Tayhud bergerak. dengan kecepatan
gerak tubuhnya dia melompat juga beberapa tombak
kedepan, dengan gerak yang tak kalah cepatnya dia menjejak
mundur pula secara bergantian, bila Pa-kim Tayhud mengudak
dimana barusan dia berada bayangannya ternyata sudah tidak
kelihatan, karuan dia mencak-mencak gusar seperti kebakaran
jenggot Pa-kim Tayhud ahli dalam tenaga dalam, sementara jian- litok-
heng ahli dalam Ginkang, kalau berhantam jelas Pa-kim
Tayhud lebih unggul, namun bermain petak. jelas Jian-li-tokheng
lebih lincah dan unggul. Maka dalam lompat melompat
ini, jarak mereka tetap terpaut beberapa langkah, akhirnya
jian- li-tok- heng pancing lawannya kepinggir hutan, katanya
membalik kearah Pa-kim Tayhud dengan tawa lebar: "Kalau
kau berani dan punya kemampuan, hayolah bertanding
dengan aku didalam hutan jangan suruh anjingmu membantu,
hanya buat menakuti orang saja," habis bicara dengan kekeh
tawa menghina dia menyelinap dulu kedalam hutan
Sebagai cianbunjin suatu aliran besar, selama puluhan
tahun Pa-kim Tayhud disegani didaerah Hay-lam, merupakan
jago kosen yang cukup top diwilayahnya, kapan dia pernah
dicemooh dan dihina begini rupa. Bentaknya "Kunyuk mau
mampus, lari keujung langitpun Hudya tidak akan
mengampuni jiwamu," sembari mengumpat dia memburu
kedalam hutan Daerah itu merupakan hutan kembang Bwe, kembang
sakura yang lebat dan rimbun, luasnya ada belasan hektar.
Begitu menyelinap ke hutan, telinga Jianli-tok-heng yang
tajam mendengar lambaian pakaian dibelakang, maka dia tahu
bahwa padri dari Tibet itu tengah mengudaknya, diam-diam
dia girang, segera dia percepat langkahnya mengembangkan
Ginkang pada puncaknya, badannya bergerak secepat burung
selulupan diantara dahan-dahan pohon
Dengan perawakannya yang tinggi kekar Pa-kim Tayhud
juga kerahkan tenaga dalamnya mengudak dengan kencang.
Dalam pada itu Liok Kiam-ping yang mengembangkan
Leng-hi-pou-hoat cukup beberapa kali tutul kaki tubuhnya
melambung makin tinggi hinggap dilantai kedua gedung besar
tinggi itu. Baru saja kakinya hinggap di pinggir jendela,
serangkum tenaga besar sudah membelah mukanya.
Padahal tubuhnya masih terapung diudara, kedua kakijuga
belum berdiri tegak, serangan sudah tiba, betapapun tinggi
Lwekangmu juga takkan kuat menahan pukulan telak ini,
untung Kiam-ping cerdik dan cermat, cekatan lagi, kedua
tangan menggentak terbuka, badan yang sudah melorot
kebawah secara kekerasan seperti disedotnya keatas pula
hingga mumbul tiga kaki, sekali raih pula kedua tangan
menangkap payon, kedua kakinya menendang pula, segera
dia hinggap diatas daon jendela yang terbuka, betapa lincah
gerak geriknya. Baru saja dia pernahkan diri, serangan angin kencang
menyambar lewat dibawahnya tiba-tiba didengarnya dibalik
jendela suara orang keheranan, seorang padri baju kuning
tiba-tiba muncul d lambang jendela, kepalanya melongok
keluar lalu celingukan dengan pandangan kaget dan heran
Ternyata padri ini bersiaga didalam rumah, dilihatnya
bayangan orang melayang kearah jendela, lekas dia kerahkan
tenaga lalu mernukul dengan kedua tangannya. Terasa
pandangan mendadak kabur, bayangan yang diserangnya
tahu-tahu lenyap. tinggi loteng ini ada beberapa tombak,
dibawah juga tetap sunyi tiada suara gaduh jatuhnya sesuatu,
karuan dia menjerit heran dan tidak percaya, lekas dia
memburu ke jendela dan berdiri melongo.
Liok Kiam-ping geli akan kecerobohan padri dungu ini,
segera dia melompat turun, kedua kakinya menendang dan
menjejak ke batok kepala sigundul ini. Padri jubah kuning
sedang melongo mendadak bayangan berkelebat pula didepan
mata, segulung angin besar menyerang kepala, belum sempat
dia melihatjelas penyerangnya, lekas dia melompat mundur
kedalam kamar. Karena tendangan kakinya luput Liok Kiam-ping melayang
turun kedalam kamar. Kontan dia gerakan kedua lengannya
pula menyerang padri jubah kuning. Lwekangnya tangguh
pukulannya ini mampu meremukan batu gunung, maka
perbawanya sedahsyat amukan gelombang badai.
Padri jubah kuning baru berdiri tegak. bayangan seorang
mendadak melayang masuk disusul pukulan dahsyat menindih
dada. Kamar diatas loteng ini tidak begitu luas, berkelit
kepinggir tidak leluasa, padahal pukulan sudah tiba, lekas dia
angkat kedua tangan sambil kerahkan seluruh kekuatan
memapak pukulan lawan "Duk, krak" benturan keras diselingi suara tulang patah,
pergelangan tangan padri jubah kuning remuk. badannyapun
seperti di lempar menumbuk dinding lalu membal balik pula
tersungkur roboh sambil muntah darah, begitu menyentuh
lantai badan terkulai untuk tidak bangun lagi.
Liok Kiam-ping tidak pedulikan korbannya, lekas dia
memburu kearah kamar sebelah. Kamar ini besar dan mewah,
suasana hening, tiada bayangan lain kecuali Siau Hong yang
terlena diatas sebuah kursi besar beralas bulu tebal,
rambutnya tak karuan, wajahnya pucat dan terkulai lemas,
jelas dia tertutuk Hiat-tonya.
Sigap sekali Liok Kiam-ping sudah melompat kedepannya,
jarinya segera bekerja cepat menutuk beberapa Hiat-to
ditubuh Siau Hong. Sebelah telapak tangan menekan Bingbun-
hiat menyalurkan hawa murni kedalam tubuh Siau Hong.
Tak lama kemudian Siau Hong sudah bersuara perlahan
lalu pelan-pelan membuka mata, sesaat lagi baru dia melihat
jelas siapa yang berada didepannya, Liok Kiamping sedang
memanggil-manggil lirih namanya, sungguh bukan kepala
girang dan sedih hatinya, seperti anak kecil yang aleman
sudah lama berpisah mendadak melihat orang dekatnya,
sambil menjerit segara dia menubruk kedalam pelukan Liok
Kiam-ping sambil sesenggukan.
Jangan kira Liok Kiarn-ping memiliki Lwekang tinggi
membekal ilmu sakti, di arena pertempuran segagah naga
mengamuk. gembong-gembong iblis yang mati ditangannya
tak terhitung lagi, namun menghadapi sifat aleman Siau Hong,
ternyata dia bingung dan gundah hatinya.
"Sudah adik Hong jangan bersedih, sekarang kami masih
berada disarang harimau, musuh tangguh berada disekitar
kita, mari berusaha keluar dulu dari tempat ini, kelak kita
rencanakan lagi menuntut balas supaya teria mpias rasa
penasaran ini." Siau Hong gadis pingitan yang pandai membaca, maka dia
cukup tahu diri, soalnya bila tidak kuasa menahan gejolak
perasannya maka sekedar melampiaskan rasa rindu belaka,
setelah diberi ingat oleh Kiam-ping, cepat diapun sadar akan
situasi yang masih cukup gawat ini. Dari jendela mereka
melompat turun secara bergilir, Kiam-ping melompat duluan
baru Siau Hong mengikuti.
Setelah hinggap diatas tanah Liok-Kiam-ping mendongak
sambil membuka mulut memekik panjang seperti alunan naga
diangkasa, suaranya menembus hutan menggelegar dimaya
pada. Mendadak. sesosok bayangan orang dengan kecepatan
mengejar angin meluncur dari arah timur. Hanya sekejap Aipong-
sut sudah meluncur turun hingga didepannya. Pekik
panjang Liok Kiam-ping memang isyarat yang sebelumnya
sudah dijanjikan Sementara itu Jian-ii-tok-heng sedang kejar mengejar main
petak dalam hutan sambil melabrak Pa-kim Tayhud. jaraknya
dengan Pa-kim Tayhud tetap dipertahankan sejauh satu
tombak. jarak yang tak mungkin terjangkau oleh pukulan
dahsyat macam apapun yang dilontarkan lawan dari belakang.
Dengan ketangkasan gerak badannya kadang-kadang dia
berlari diatas tanah, bila terdesak dia melambung keatas
pohon lalu menyembunyikan diri, Pa-kim Tayhud disergapnya
dari belakang dengan pukulan keras, namun sebelum
mengenai sasaran dia sudah melayang pergi pula. Bila Pa-kim
Tayhud mencaci maki sambil mengejar, sementara dia sudah
menyelinap kebelakang pohon, celakanya mulut Jian-li-tokheng
tidak mau berhenti mengoceh: "Dengan kemampuan
yang tidak seberapa ini berani meluruk ke Tionggoan, lekas
mencawat ekormu kembali ke Lun-pu-si di Tibetmu,
mengasingkan diri menghapus nama, mungkin kau masih bisa
panjang umur, kalau bandel kau akan mampus di sini tanpa
ada liang untuk menguburmu Hweslo gundul, aku bermaksud
baik, jangan kau salah tampa. Bukankah dalam ajaran
agamamu juga ada peringatan yang mengatakan, insafilah
kesalahanmu, kembalilah kejalan benar, falsafat yang baik ini
harus kau resapi benar, jangankan melawan takdir malah, kau
bisa kualat dan menyesalpun kasep."
Pa-kim Tayhud dicaci maki, di goda dan dicemooh, karuan
gusarnya bukan main, tampangnva yang kasar dan berwarna
merah itu kini lebih membara lagi seperti warna darah yang
mengkilap. Sementara kakinya tak pernah kendor mengudak
dengan kencang. Tengah kedua orang ini saling kejar, dari arah Ling-hongkek
terdengar beberapa kali jeritan, beberapa ekor anjing
agaknya terbinasa pula. Seketika Pa-kim Tayhud seperti
dikemplang kepalanya, pikirnya kaget:
"Mungkin anjingku terbunuh mati seluruhnya, itu berarti
Ling-hong-kek terancam bahaya. Keributan di sini sudah
berlangsung sekian lama, kenapa Hwe-giam-lo SiuJan dan
lain-lain tiada yang muncul, memangnya mereka sembunyi
kemana" Padahal karena anjurannya aku meluruk ke Kwi-hunceng
menuntut balas, meski Ling-hong-kek daerah terlarang,
namun di saat musuh menyerbu tiba, memangnya pantas
mereka menyingkir malah, pasti ada sebabnya kenapa mereka
tidak turut membantu Mungkin mereka juga kesamplok musuh
atau menghadapi bahaya lainnya?" makin dipikir makin
gundah, hatinya tidak karuan rasanya.
Yang benar, mana dia mengira bahwa SiuJan sudah
dikalahkan Liok Kiam-ping dan kini sedang mengatur rencana
busuknya" Karena menguatirkan keadaan Linghong-kek, dirinya perlu
segera balik ke sana, lekas dia kerahkan tenaga mempercepat
langkah mengudak Jian-li-tok-heng, begitujarak agak dekat,
kedua telapak tangannya terus didorong, gumpalan tenaga
dahsyat menerjang kedepan.
jian-li-tok-heng sedang lari sambil melompatjauh ke depan,
mendadak deru angin kencang mengudak dari belakang, dia
tahu padri Tibet ini sudah dibuat gusar betul-betul, tujuannya
memang memancing amarah nya supaya, dirinya lebih leluasa
mempermainkan dia, sebelum angin pukulan mendera tiba dia
sudah melayang keping gir terus menyelinap kebelakang tiga
pucuk pohon- Diluar sadarnya, kali ini dia ketipu malah. Setelah
melontarkan pukulannya, Pa-kim Tayhud tidak lagi
mengejarnya dia malah lari terus kedepan menuju keluar
hutan, kearah di mana Ling-hong-kek berada.
Begitu Jian- li-tok- heng membalik badan pula, ternyata Pakim
Tayhud sudah meluncur dua puluhan tombak disebelah
depan- Sudah tentu dia tidak berpeluk tangan dan tidak akan
membiarkan padri asing ini pergi apapun harus dipermainkan
lagi beberapa kejap. lekas dia menyelinap dari jarak dekat
berusaha mencegat orang, serunya: "Hweslo, kalah belum
menang pun tidak kenapa lari." Ginkangnya memang lebih
tinggi maka cepat sekali dia sudah memperpendekjarak
mereka, setelah dikejarnya mencapai jarak lima tombak
mendadak dia ayun tangan menimpukan dua butir biji teratai
besi kedepan Pakim Tayhud.
Mendengar suara Pa-kim Tayhud tahu serangan lawan tiba,
lekas dia mengerem daya luncuran tubuhnya, baru saja dia


Hong Lui Bun Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

mau berputar kesebelah kanan, timpukan biji teratai besi
kedua lawan sudah menyamber tiba pula.
Karuan amarahnya tak tertahan lagi, akhirnya dia nekad
menghentikan langkah serta membalik badan, kedua tangan
dilandasi seluruh kekuatan menggempur Jian-li-tok-heng yang
sedang memburu tiba. Tujuan Jian-li-tok heng menahannya di sini, supaya tidak
balik ke Ling hong kek. setelah menimpukan senjata rahasia
segera dia menghentikan langkah serta mengawasi saja
dengan tersenyum. Begitu Pa-kimTayhud membalik terus
menghantam, cepat dia berkelit kepinggir.
Kali ini Pa-kim Tayhud betul-betul gemas dibuatnya, hawa
nafsu sudah menghantui hatinya, sambil menggerung dia
memburu maju seraya mengembangkan ciam-liong- sengthian
kedua kakinya yang sudah terapung itu menutul pucuk
dahan hingga tubuhnya melejit lima kaki lebih tinggi, ditengah
udara dia membentang kedua tangan serta memancal kaki,
laksana naga terbang tubuhnya melesat lurus. Dipucuk dahan
yang lemas dan tak mungkin bisa menggunakan tenaga dia
mampu mengem-bangkan Ginkangnya, kecuali Pa-kim Tayhud
memiliki Lwekang dan latihan yang tinggi, siapapun takkan
mampu melakukannya. Melihat daya serangan lawan cukup kuat Jian-li-tok-heng
tahu lawan sudah dibuat gusar, serangan kali ini
menggunakan seluruh tenaganya, lekas dia kembangkan
Ginkang tunggalnya, melesat minggir sejauh mungkin- Diluar
tahunya di kala daya luncuran tubuh Pa-kim Tayhud hampir
habis, di saat tubuhnya sudah melorot kebawah, mendadak
kedua tengannya seperti menggapai laksana sepasang sayap
burung, kedua kaki sama injak, sehingga tubuhnya melesat
maju lebih jauh lagi. Masih dalam jarak setombak lebih mendadak Pa-kim
Tayhud mendorong tangan kanan, segumpal cahaya putih
tahu-tahu sudah menindih diatas kepala. Ternyata saking
sengit disaat mengejar dia sudah keluarkan Hiat-te-cu.
Sudah tentu Jian-li-tok-heng kaget dan pecah nyalinya,
namun dia tahu kekuatan Hiat-tocu hanya mampu mencapai
setombak, tapi Pa-kim Tayhud mampu melancarkan Hiat-tocu
dalam setombak lebih, betapa dahsyat tenaga yang
dikerahkan sungguh amat mengejutkan, dimakluminya pula
am-gi sejenia Hiat-te-cu bila sudah dilancarkan, jarak seluas
satu tombak sudah dibawah incarannya, kearah manapun
sudah tiada peluang untuk meloloskan diri. Untung dikala
kepepet otaknya yang encer segera memperoleh akal. Secara
mentah-mentah dia memberatkan badan sehingga tubuhnya
anjlok terus menyelinap ketengah rumpun pohon yang lebat.
Sebelum kakinya menyentuh bumi, suara ribut sudah
terjadi dipucuk pohon diatas kepalanya, ranting daon
beterbangan, sekilas sempat dilihatnya daban-dahan pohon
disekitar dirinya sudah terbabat gundul, karuan mengkirik hati
Jian-li-tok-heng. Setelah menggelundung pergi dan melompat
tinggi kebeberapa pucuk pohon yang lain dia bergelak tawa
serta mengolok: "Kepala gundul kalau marah ternyata
menakutkan. Apa salahnya pohon-pohon di sini hidup subur,
kenapa kau membabatnya roboh, memangnya kau tidak takut
ketimpa dosa." Pa-Kim Tayhud diam saja, mulutnya menggeram, diamdiam
dia bersiap pula hendak menerjang maju.
Sekonyong-konyong didengarnya pekik nyaring yang
mengalun tinggi menembus hutan dan udara dari arah Linghong-
kek. Nadanya tinggi berisi, jelas orang yang memekik
memiliki Lwekang tangguh, kemungkinan murid-muridnya
yang berada di Linghong-kek sudah disikat musuh seluruhnya.
Sekilas melenggong lekas dia memutar balik terus memburu
kearah Ling-hong-kek. Mend engar pekik suara itu, Jian-li-tok- heng tahu bahwa
Liok Kiam-ping sudah berhasil menolong Siau Hong, segera
diapun memburu kearah yang sama.
Setelah memekikan suaranya Liok Kiamping segera raih
pinggang Siau Hong terus dibawanya melompat jauh keluar
diikuti Ai-pong-sut, cepat sekali mereka sudah melayang
puluhan tombak. Ginkangnya memang sudah mencapai taraf
tertinggi, meski memeluk Siau Hong, dengan mengerahkan
tenaganya, daya luncurnya ternyata tetap mengejutkan-
Jian-li-tok-heng menguntit dibelakang Pa-kim Tayhud
seperti berlomba menuju ke Ling-hong-kek tapi Liok Kiam-ping
bertiga sudah melayang pergi lebih dulu, jaraknya ada tiga
puluhan tombak. Kala Pa-kim Tayhud tiba didepan gedung, dipelataran
menggeletak mayat seorang muridnya dan dua ekor anjing.
dia tahu dirinya, terlambat datang. sehingga segala
rencananya gagal total. Lekas dia ayun langkah pula mengejar
kearah Liok Kiam-ping bertiga.
Jian-li tok-heng juga tahu bahwa bayangan yang bergerak
didepan adalah gaya Liok Kiam-ping, maka tanpa berjanji
kedua orang itu berlomba lari pula menyusul ke sana.
Liok Kiam-ping sudah meluncur seratusan tombak. dia
melampaui sebuah balairung, baru saja hendak meluncur
turun ketanah, mendadak sebuah bentakan nyaring
menggelegar: "Bangsat, tinggalkan orang yang kau bawa."
Suara lambaian yang ramai meluncur dari berbagai
penjuru, puluhan orang muncul mencegat didepan mereka.
Karuan Liok Kiam-ping mencelos kaget, dilihatnya yang
mencegatnya dua tombak disebelah depan adalah sebarisan
orang, pemimpinnya adalah dua orang tua beruban, sebelah
kiri berusia delapan puluhan tahun, kedua matanya terpejam,
namun sikapnya kelihatan kereng dan berwibawa, mungkin
orang tua inilah yang bergelar Bong-siu (aki buta), disebelah
kanannya adalah Hwe-giam-lo SiuJan, di kanan kiri mereka
masing-masing berdiri Biau-san-si-sat dan Seng si-ciang Hau
Kong-ki, dibelakang mereka masih berdiri pula serombongan
jago-jago Bulim dengan perawakan campuran, semua
berpakaian seragam, mata menyala Thay-yang-hiat menonjol,
jelas mereka juga memiliki kepandaian yang tidak boleh
dipandang rendah, menghadapi pencegatan dengan jumlah
sebesar ini, mau tidak mau Kiam-ping mengkirik juga.
Liok Kiam-ping cukup cerdik, sekilas berpikir, dia lantas
tahu apa yang terjadi, segera dia tertawa lantang, serunya:
"Kukira siapa, ternyata Siau-tangkeh sendiri, memangnya
janjimu tadi sudah kau jilat kembali, Kau kerahkan bantuan
sebanyak ini memangnya ingin main keroyok "
Hwe-giam lo terkekeh, katanya: "Tadi Losiu hanya berjanji
tidak akan mencampuri urusanmu di Ling-hong-kek saja, bila
kau mencari onar ditempat lain dalam wilayah istana ini, maka
aku tidak boleh berpeluk tangan Lemparlah senjata dan
menyerah saja biar ongya sendiri yang akan menjatuhkan
hukuman kepadamu." Habis dia bicara bayangan merah mendadak berkelebat
tiba. Pa-kim Tayhud sudah meluncur tiba disamping. Matanya
mendelik mukanya beringas, baru saja dia hendak buka suara
menegor Hwe-giam-lo. Hwe-giam-lo lebih licin, melihat tampang mukanya dia
sudah tahu duduk persoalannya, lekas dia memapak
selangkah serta berkata menjura dengan tertawa: "Karena ada
urusan lain, maka Losiu beramai datang terlambat, sementara
kawanan tikus berhasil kami cegat di sini. apapun yang terjadi
malam ini tak boleh membiarkan mereka keluar dari istana.
Harap Taysu tunggu sejenak. Setelah Losiu beramai
membekuk kawanan tikus ini. Boleh terserah bagaimana kau
akan menghukum mereka." jelasnya dia meng umpak tapi
juga menghasut. Maklum tokoh kosen seperti Pakim Tayhud
yang punya kedudukan tinggi, mana dia mau meminjam
tangan orang untuk membekuk musuh.
Maka dia terloroh-loroh, katanya: "Kenapa Siu-tangkeh
bilang begitu, kawanan tikus ini membuat onar di Ling-hongTiraikasih
Website kek, anggaplah aku kurang hati-hati dan kepandaian Lun-pu-si
kurang becus. Tapi Lolap seorang diri tetap tidak akan
membiarkan mereka lolos dari sini."
Mendangar percakapan mereka Liok Kiam-ping menarik
kesimpulan bahwa pertempuran dahsyat takkan bisa
dihindarkan lagi, Situasi setegang ini sudah tidak lagi menarik
urat syaraf bagi Liok Kiam-ping, namun kehadiran Siau Hong
serta keselamatannya mau tidak mau akan merupakan beban
dan menjadi pikirannya juga.
Liok Kiam-ping kumpul ditengah kepungan musuh, dengan
suara berbisik mereka berunding lalu ketiganya berdiri
menghadap ketiga jurusan, Siau Hong berada ditengah
mereka. Liok Kiam-ping serahkan cui-le kiam kepada Siau
Hong supaya gadis ini siaga sendiri dan bila perlu turun
tangan untuk membela diri. Sementara Kiam-ping bertiga
sudah mencopot jubah luarnya serta digulung dan diikat
dipinggang, siap tempur. Maka kakek uban yang berdiri di sana sambil memejam
mata berkata: "Siu-sute, sekarang waktunya sudah hampir
pagi sebentar lagi dinas pagi sudah tiba, untuk turun tangan
sudah tidak leluasa lagi."
Hwe giam-lo mengiyakan perlahan lalu membentak kepada
Liok Kiam-ping: "Bangsat, masih punya pesan apa boleh kau
sampaikan kepadaku, kalau tidak Lohu beramai tidak kenal
kasihan lagi kepadamu."
Liok Kiam-ping terbahak-bahak katanya: "Kalian sampah
persilatan yang tidak tahu malu menculik gadis remaja
berusaha memperkosa dengan obat mesum lagi, diluar tahu
pihak penguasa berbuat sewenang-wenang, beginikah kalian
anggap awak sendiri orang gagah kaum persilatan- Apalagi
kawanan tikus seperti kalian, siapa saja yang tak pernah lolos
dari cengkraman tanganku, dengan tenaga orang banyak
kalian masih mimpi hendak mengeroyokku, sungguh
menggelikan, orang gila yang mimpi dimabuk kepayang.
Karena boroknya dikorek dihadapan umum sudah tentu
Hwe-giam-lo SiuJan naik pitam dampratnya gusar: "Kunyuk,
yang tidak tahu mampus, kematian sudah didepan mata masih
berani mengoceh tak karuan, kalian memang tidak boleh
diberi ampun," kedua tangan diputar kekanan kiri lalu berpadu
didepan dada, perlahan didorong kearah Liok Kiam-ping.
Tekadnya besar membalas kekalahannya tadi, maka kali ini
dia menyerang dengan seluruh kekuatannya.
Liok Kiam-ping menerawang: "Jumlah mereka banyak.
kekuatannya jelas lebih besar, untuk mencapai kemenangan
harus menyelesaikan pertempuran secara cepat, maka
serangannyapun tidak kenal ampun lagi." Melihat betapa
dahsyat pukulan kedua tangan lawan, Kiam-ping tidak ayal
lagi, lekas dia tarik napas kerahkan tenaga dikedua tangan,
dengan sepuluh kekuatannya menepuk maju menyongsong
pukulan lawan- Beberapa kali Liok Kiam-ping ketiban rejeki
dan selalu mujur, maka Lwekangnya sekarang sudah jarang
ada tandingan di Bulim, dengan sepuluh bagian kekuatannya
ini. perbawanya sudah laksana gugur gunung.
"Byaar," ledakan menggelegar mengakhiri adu kekuatan ini.
Liok Kiam-ping tergeliat sedikit. Sementara Hwe-giam-lo
SiuJan tergentak mundur tiga langkah. baru saja dia berdiri
tegak Liok Kiam-ping mendesak setapak^kedua tangannya
kembali menepuk pula. Pukulan kedua ini lebih kuat deras dari tangkisan pertama
tadi. berkelit sudah tidak sempat lagi bagi Hwe-giam-lo SiuJan,
kalau menangkis dengan pukulan juga jelas dirinya bakal
kecundang lebih parah, disaat dia bimbang itulah. Mendadak
didengarnya seorang membentak dibelakang: "Jangan gentar
sute." Segumpal damparan angin kencang laksana amukan lesus
mendampar kearah tenaga pukulan Liok Kiam-ping Kembali
terjadilah ledakan lebih dahsyat, bumi goncang, kedua orang
tertolak selangkah, deru napas kedua orang mendadak
menderu sesak dan berat. Tiga tombak disekitar arena seperti
disibak oleh kekuatan angin lesus yang mendadak meledak
tercerai berai. Penonton disekitar gelanggang seperti ditindih dadanya
sehingga menyurut mundur lebih jauh. Pertempuran adu
kekuatan sedahsyat ini memang belum pernah terjadi.
Bong Siu bergelak tawa, katanya: "Kawanan kunyuk yang
malu dilihat orang, ternyata kau memang sedikit berisi, sayang
malam ini harus tewas disini."
Liok Kiam-ping balas menjengek: "Siapa nyana Bong Siu
dari barat yang diagulkan sebagai Bulim cianpwe ternyata juga
menjadi pesuruh yang tunduk perintah orang, menyerang
secara membokong lagi, apa pula kemampuanmu hayolah
keluarkan, kalian maju bersama juga akan kutandingi seorang
diri." "Bocah sombong, bila kau mampu lolos dari sepasang
tangan Lo-siu, malam ini boleh kau pergi dari sini dengan
bebas, kalau tidak maka kau harus menyerah dan dibelenggu
menunggu hukuman," sembari bicara dia sudah menghimpun
tenaga dan semangat, perlahan kedua tangan bergerak lalu
membentak: "Sambutlah pukulan Lohu."
Liok Kiam-ping tetap kerahkan sepuluh bagian tenaganya
menyambut dengan keras. Kedua orang terhuyung tiga
langkah oleh kekuatan lawan Bong Siu berkunang-kunang.
Sementara napas Liok Kiam-ping memburu.
Kelihatannya kedua pihak sudah sedikit cidera, untung
Lwekang kedua orang sudah mencapai taraf tinggi, istirahat
sejenak. gejolak darah dirongga dada sudah berjalan normal
lagi. Seluruh hadirin menonton sambil menahan napas, rasa
tegang mengencang detak jantung mereka, suasana hening
lengang. Terutama Siau Hong, jantungnya seperti hendak melompat
keluar, saking tegang napas ikut memburu dan berat.
Liok Kiam-ping tahu pihaknya malam ini pihaknya serba
sulit, maka diinsyafinya bahwa pertempuran adu tenaga akan
merugikan pihak sendiri, tapi wataknya angkuh dan tinggi
hati, dihadapan umum betapapun dia tidak mau asor dibawah
orang lain Setelah mengatur napas dan kendalikan kekuatannya,
mendadak dia menghardik: "Sambut juga pukulanku." kedua
tangan membundar lalu menjojoh, kali ini dia kerahkan dua
belas kekuatannya, pukulannya ternyata tidak menimbulkan
gelombang angin deras seperti tadi.
Tak pernah terpikir oleh Bong Siu bahwa lawan ternyata
memiliki kekuatan setangguh ini, jarang dia berhadapan


Hong Lui Bun Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

dengan lawan sehebat dia, konon lawan masih muda belum
genap dua puluh tahun, bagaimanapun dia latihan dan
meyakinkan ilmujuga tak mungkin bisa mencapai taraf setinggi
ini, memangnya tokoh kosen siapa yang menitis dibadannya,
di saat hatinya bimbang dan menimang-nimang itulah.
Hardikan Liok Kiam-ping disertai pukulannya menyentak kaget
lamunannya. Tenaga pukulan lawan semula masih lunak dan enteng,
namun kian lama tambah besar dan mendampar hebat
laksana guntur menggelegar. Betapa dahsyat tenaga
pukularnya sungguh belum pernah selama hidup di lihatnya.
Seluruh hadirin tiada yang tak terpesona dan melelet lidah
oleh kedahsyatan pukulan Liok Kiam-ping.
Walau tahu kekuatan pukulan lawan teramat dahsyat,
namun sebagai seorang tokoh besar yang disegani didalam
Bulim, sudah tentu Bong Siu malu untuk menyingkir. Terpaksa
dia menekuk lutut serta melangkah mundur setengah langkah,
tenaga dari pusar dikerahkan dikedua lengan lalu menangkis
dengan pukulan keras juga.
Ledakan sedahsyat guntur membuat seluruh hadirin pekak
dan tersibak mundur, akibat dari benturan kedua kekuatan
sungguh bukan olah-olah hebatnya. Badan kedua jago yang
berlaga ini seperti dilempar gempa sejauh delapan kaki.
Siau Hong menjerit kaget serta memburu ke sana. Tapi Aipong-
sut lebih cepat sekali raih dia sudah pegang lengan Liok
Kiam-ping yang hampir jatuh serta memapahnya berdiri.
"Bluk" Bong Siu terlempar duduk lalu bersamadi menekan
darah yang hampir menyembur, namun darah sudah meleleh
di ujung mulutnya.Jelas luka-lukanya cukup parah. Hwe-giamlo
SiuJan dari lain-lain memburu maju merubungnya.
Liok Kiam-ping juga menelan kembali darah yang sudah
hampir menyembur keluar meski merasa kepala pusing,
namun daya ingatnya masih tetap jernih, setelah dipapah Aipong-
set sekalian dia duduk bersimpuh, dari dalam kantong
bajunya dia merogoh ke luar selembar kelopak Soat-lian terus
dikulumnya. Setelah itu dia mulai samadi mengerahkan
Lwekang. Soat-lian adalah obat mujarab, begitu masuk mulut lantas
mengeluarkan sari manisnya dan tertelan kedalam mulut,
lekas sekali luka dalamnya sudah diobati. Memangnya
Lwekang Kiam-ping amat tangguh, dengan mengerahkan
tenaga menyalurkan hawa murni sekali putaran, luka-luka
dalamnya boleh dikata sudah sembuh sama sekali.
Demikian pula Kiuyap-ci-lan didalam tubuhnya mulai
menunjukan kasiatnya setelah mengalami gembleng dan adu
kekuatan barusan, dibantu kasiat Soat-lian lagi, makin terbaur
dan senyawa dengan jiwa raganya, tenaga bukan saja pulih
Lwekangnya malah maju setingkat
Hanya sekejap semangatnya sudah pulih, segera dia
melompat bangun dengan gairah, sorot matanyapun lebih
mencorong dibanding sebelum terluka tadi.
Bong Siu juga menelan beberapa butir obat untuk
menyembuhkan luka dalamnya, tapi kasiat obatnya tidak
seampuh Kiu-yap-ci-lan dan Soat-lian. maka dia agak
terlambat dan saat itu masih samadi.
Melihat wajah Liok Kiam-ping cerah dan bergairah, Siau
Hong tahu bahwa luka dalamnya sudah pulih, rasa kuatirnya
tadi seketika sirna, tanyanya penuh perhatian:
"Ping-ko, bagaimana luka-lukamu " Apa sudah sembuh "
keadaanmu tadi sungguh menakutkan. "
Liok Kiam-ping tertawa, katanya: "Luka-lukaku sudah
sembuh, tapi kita masih dalam kepungan musuh, apapun
harus cari akal untuk menjebol kepungan lebih dulu." lalu dia
memberi tanda kepada Ai-pong-sut dan Jian-li-tok-heng,
katanya perlahan: "Sekarang kita maju bersama... " belum
habis dia sudah mendahului bergerak.
Memangnya Ai-pong-sut dan Jian-li-tok-heng sudah tidak
sabar lagi. melihat Liok Kiam-ping memberi aba-aba,
serempak merekapun menyerbu.
Bong Siu masih bersamadi, ketiga musuh tangguh ini sudah
beraksi terpaksa Hwe-giam-lo menyuruh Biau-san-si-sat maju
mencegat Liok Kiam-ping. Sementara dia dan Pa-kim Tayhud
masing-masing menghadapi Ai-pongsut danJian-litok-heng.
Begitu maju ketengah arena Biau-san-si-sat lantas
mengepung Liok Kiam-ping ditengah, mereka bergerak
mengelilingi makin lama makin cepat, lama kelamaan
bayangan tubuh mereka sudah tidak kelihatan, demikian arena
putaran mereka makin mengecil.
Berdiri ditengah kisaran bayangan musuh, perasaan Liok
Kiam-ping menjadi gundah dan risau, mendadak dia maju
setindak. tangannya memukul kearah Nyo Llong. tertua dari
Biau-san-si-kiat yang kebetulan berputar didepannya.
Diluar tahunya keempat saudara Nyo ini menggunakan Susiang-
tin (barisan empat gajah) yang mengutamakan tenang
mengatasi aksi, kalau lawan tidak bergerak diri sendiri harus
diam, maka begitu Liok Kiam-ping melontarkan pukulan
dengan kedua tangannya, orang ketiga dari Biau-san-si-sat
Nyo Hong melontarkan pukulan dari belakang memukul
punggung Liok Kiam-ping menggeram rendah, kedua lengan
terkembang, dengan sebelah tangan dia menangkis pukulan
Nyo Hong. "Blang" Nyo Hong tertolak mundur setapak lebar.
Meminjam benturan keras ini tubuh Liok Kiam-ping
mencelat mumbul tiga kaki, tubuh yang terapung berputar
lurus dan datar, melesat setombak jauhnya, dia kira dengan
lompatan sejauh ini dirinya sudah tolos dari kepungan
keempat lawannya. Tak nyana waktu dia angkat kepala dan melihat
seputarnya. Biau-san-si-sat tetap berdiri diempat penjuru
sekaku batu, d irinya jelas masih dalam kepungan mereka,
karuan hatinya heran dan bingung.
Tapi Liok Kiam-ping cukup cerdik, melihat bentukan dan
keadaan keempat lawannya dia lantas tahu bahwa barisan ini
akan bergerak bila disentuh, maka gerakan selanjutnya dia
amat berhati-hati. Kali ini dia melompat lagi dengan gaya
ciam-llong-seng-thian setinggi tiga tombak ditengah udara dia
mengeliat serta berputar mengembangkan Ginkang yang tiada
taranya, kedua tangan terkembang laksana seekor burung
raksasa yang pentang sayap. Dalam hati dia sudah bertekad
dengan mengincar satu sasaran untuk menggempurnya dari
atas udara. Tak nyana Su Siang-tin memang hebat dan lihay, begitu dia
bergerak, Biau-san-si-sat juga lantas beraksi, mereka
berlompatan dari satu pojok ke pojok lain, gerak gerik mereka
sudah terlatih dan mahir sekali. Karuan Kiam-ping
kebingungan malah, dalam kurungan yang bergerak begini dia
jadi kehabisan akal kesasaran mana dia harus menyerang.
Padahal ginkang Ing-wi-kiu-coan paling banyak hanya bisa
dikembangkan sembilan kali putaran, setelah itu harus anjlok
turun kebumi berganti napas. Liok Kiam-ping sudah terbang
berputar lima kali, keadaan cukup mendesak. dia pantang
bimbang lagi, sekilas berpikir segera dia pilih Nyo Hou yang
berada paling dekat untuk dijadikan sasaran serangannya,
kedua kaki memancal, dengan badan menukik dia menepuk
dari atas. Tak nyana sebelum dia lontarkan pukulannya Nyo Hong
menubruk datang dari kiri kanan-Gerak gerik mereka teramat
aneh dan cepat, hampir susah dikelit dan dihindari.
Bahwa serangan gagal awak sendiri terancam serangan
musuh malah, lekas dia punahkan tenaga pukulannya, kedua
lengan menggentak naik keatas, sehingga tubuhnya
menggeliat mumbul tiga kaki kesamping, syukur sempat
meluputkan diri. Waktu berhantam di Kwi-hun-ceng tempo hari Ai-pong-sut
Thong cau harus banyak memecah perhatiannya sehingga
padri Tibet lawannya sempat memungut keuntungan daripada
dirinya, dalam hati selama ini dia merasa penasaran, maka
begitu menubruk maju dia papak Pa-kim Tayhud serta
melabraknya dengan sengit.
Pa-kim Tayhud sendiri juga sedang uring-uringan,
memangnya rasa dongkolnya tidak terlampias mendadak
bayangan berkelebat segulung angin pukulan sudah menyapu
mukanya. Daya serangan cukup deras, membalik tangan
menang kia sudah tidak sempat, lekas dia melompat pergi ke
sebelah kanan. Menghadapi musuh besar sudah tentu Ai-pong-sut tidak
menyia-nyiakan kesempatan, segera dia kembangkan
Ginkangnya yang tinggi, bagai bayangan setan mengikuti
gerak gerik lawan- Sekali gempur pula dengan kedua tangan
dia cecar lawan dengan damparan angin dahsyat.
Pa-kim Tayhud belum berdiri diatas ke dua kakinya, dari
belakang pukulan lawan sudah menderu tiba, karuan dia
makin beringas, ditengah gerungan gusarnya kedua tangan
terkembang, badannya yang besar dengan jubah kedodoran
itu melayang tinggi setombak ditengah udara dia menekuk
pinggang sambil menendang dengan badan membalik.
Dua jurus pukulan Ai-pong-sut membuat lawannya berkelit
secara runyam, rasa dangkol hatinya sedikit teria mpias, maka
sifat humornya segera kambuh, setelah tawa berkakakan dia
berseloroh: "Sampah persilatan padri jahat yang ingkar ajaran
agama, dengan bekal kepandaianmu yang cukup mahir main
lari dan menyingkirjuga berani bermuka-muka di Tlonggoan.
Gundul tua malam ini adalah saat terbaik kau bertobat dan
minta ampun, untung beberapa peng awalmu itu sedang
menunggumu diperjalanan ke akhirat, sebentar kuantar
jiwamu untuk menyusul mereka"'
Karena terapung diudara Pa-kim Tayhud tidak bisa
bersuara, terpaksa dia hanya melotot sambil mendangus saja,
di mana kedua tangannya menggaria kebawah, dia memutar
balik tubuhnya terus balas menubruk. Serangan yang
dilancarkan dengan rasa gusar memang tangguhnya luar
biasa. Ai-pong-sut berada diaebelah bawah sudah tentu tidak
berani menyambut secara keras, lekas dia geser kedua kaki
kekanan, dengan sebat dia berkiaar kebelakang Pa-kim
Tayhud seperti gerakan gangsing yang berputar, kedua
telapak tangan terus menggempur dan merogoh bagian
bawah badan lawan- Bahwa tubrukan kedua tangan mengenai tempat kosong,
mendadak tenaga merogoh dan menyapu datang kebagian
bawah tubuhnya, lekas kedua kaki memancal berbareng
tinjunya menjotos kebawah, meneruskan daya tubrukan dia
menjerit minggir setombak kesebelah kiri.
Serangan Ai-pong-sut kali ini tidak maksud melukai lawan,
tujuannya hanya memaksa turun lawannya, maka sebelum
mengenai sasaran kedua tangan ditarik. tubuh berputar
kembali dia berkelebat kebelakang Pa-kim Tayhud. Kedua
telapak tangannya ditarikan sekencang angin ribut, beberapa
hiat-to ditubuh Pa-kim Tayhud dirabunya dengan gencar.
Bayangan merah seketika terbungkus oleh bayangan telapak
tangan yang tak terhitung banyaknya.
Tak pernah terpikir oleh Pa-kim Tayhud bahwa orang tua
pendek gemuk yang satu ini gerak-geriknya ternyata begitu
tangkas, sedikit lena dirinya terdangar oleh rangsakan lawan
tapi sebagai maha guru silat suatu aliran, Kungfunya memang
mempunyai kelebihan sendiri dalam alirannya, lekas dia sudah
balas menyerang enam jurus pukulan, keadaan sekarang
berimbang. Hwe-giam-lo SiuJan adalah manusia licik dan munafik, dia
langsung menubruk kearah Siau Hong, tangan kiri bergerak
dengan Kim-liong-jiu mencengkram pundak kanan Siau Hong.
Siau Hong berkelebat mundur sambil mengayun cui-le-kiam
dengan jurus Pak-coa-toh-sim menuruk urat nadi
dipergelangan tangan Sinar pedang berkelebat, cahayanya
ternyata mencorong selebar satu kaki, sekilas pandang bagi
seorang ahli pasti tahu bahwa pedang itu adalah gaman sakti
peninggalan jaman kuno. Cengkraman Hwe-giam-lo itu hanya pancingan reaksi saja,
begitu sinar pedang bergerak dia sudah menekuk sikut
menarik pergelangan, untung gerakannya masih cukup
tangkas, namun keringat dingin sudah membasahi jidatnya,
hatinya rasa kagetpun menggelitik hati. Lekas dia kembangkan
gerakan tubuhnya, secepat kilat jari tangan kanan menggantol
urat nadi Siau Hong yang memegang senjata, gerakannya
cukup gesit dan aneh, jelas dia yakin bahwa cengkramannya
Kisah Si Rase Terbang 13 Heng Thian Siau To Karya Liang Ie Shen Amanat Marga 10
^