Pencarian

Hong Lui Bun 23

Hong Lui Bun Karya Khu Lung Bagian 23


Lekas sekali Liok Kiamping sudah berdiri disebelahnya. Aipong-
sut pasang kuping, pekarangan sebesar ini ternyata
sunyi senyap. menurut pengalamannya yang luas, terasa
olehnya keheningan yang mencekam ini agak ganjil dan tidak
beres. Setelah berpikir segera dia berbisik kepada Liok Kiamping.
Dengan enteng mereka meluncur pula ketempat gelap
menuju kearah barat. Dengan mengembangkan Ginkang AiTiraikasih
Website pong-sutjalan didepan, arahnya selalu ketempat-tempat gelap
yang tak mud ah dilihat orang. Liok Kiam-ping terus mengintil
dibelakangnya, namun dia mencari jalannya sendiri Jarak
mereka sekitar tiga puluhan-
Lekas sekali Ai-pong-sut sudah meluncur seratusan tombak
jauhnya. Sekonyong konyong sesosok bayangan gelap
menerjang keluar dari tempat gelap sambil menyalak terus
menubruk kearah Ai-pong-sut.
Sigap sekali A -pong sut mengitar langkah berputar
kebelakangnya, tangan sudah terayun bendak memukul.
Mendadak dirasakan samberan angin dari luncuran dua
senjata tajam dari kiri kanan, terasa bahwa penyerang ini
punya tenaga yang cukup besar. Ai-pong-sut tertawa ringan
menegakkan pinggang kedua tangan menekan kebawah,
tubuhnya melompat tinggi delapan kaki, senjata rahasia
meluncur lewat dibawah kakinya. Ditengah udara dia berputar
sekali kedua kaki memancal sebelah tinju menjotos sehingga
tubuhnya melengkung dengan luncuran setengah bundar,
seperti bola tertendang saja tubuhnya membal setombak
jauhnya. Tapi baru saja kedua kaki menginjak tanah,
samberan angin yang lebih besar telah menerjang mukanya
pula. Sergapan lihay ini membuat Ai-gong-sut naikpitam,
ditengah dengusannya, tubuhnya berkisar ke kiri tangan
kanan menepuk "Plak" sebuah senjat rahasia besi dipukulnya
jatuh membentur batu menerbitkan lelatu api.
Baru saja berputar hendak angkat kaki. benda hitam yang
menubruk tadi telah menerjang tiba dengan gerungan gusar.
Amarahnya makin menyala, kali ini dia tidak menyingkir,
dengan kedua tangan yang bertenaga besar dia menepuk
turun memapak terjangan bayangan hitam itu.
Ternyata yang menubruk dengan garang ini adalah sekor
anjing besar bermoncong pendek dengan taring panjang
menyeramkan, sekali tepuk pecah kepalanya jatuh terguling
setombak jauhnya, kakinya berkelejetan sambil mengerang
kesakitan, jelas luka-lukanya berat, jiwanya sekarat.
Dari tempat gelap terdangar seorang membentak:
"Sahabat, hebat betul pukulanmu, sayang digunakan memukul
binatang apa tidak keterlaluan?" belum lenyap suaranya, tiga
bayangan orang sudah meluncur turun.
Ai-pong-sut tenangkan diri, dengan seksama dia
perhatikan, setombak jauhnya tiga
orang berdirijajar, semuanya orang tua yang berperawakan
tinggipendek tidak rata, sambil tolak ping ang bersikap angkuh
mereka mengawaSi dirinya.
Hwe-giam-lo Siu-Jan ternyata satu diantara ketiga orang
ini. dengan mata mendelik mengawasi dirinya.
Melihat manusia yang satu ini, terbukalah pikiran Ai-pong
sut, pikirnya: "sembilan puluh prosen aku berani bertaruh
bahwa kas3us ini terjadi pasti gara-gara kelicikan orang ini.
Karena keki dengan tertawa dia berkata: "Wah, kurang
hormat, sungguh tak nyana Siu tangkeh sekarang bertugas
disini entah sejak kapan kau bertugas dibawah Kiu bun-te-tok.
dunia seluas ini, namun orang hidup dimanapun bisa bertemu"
Terangkat ails Hwe-giam-lo, jengeknya dengan suara berat:
"setan cebol, jangan cerewet, malam ini, hehehe..."
"Hehehe... kenapa ?"
"Disinilah tamat riwayatmu"
"Kurasa tidak semudah yang kau kira'
'Mudah atau tidak boleh sebentar kita buktikan" belum
habis bicara dengan langkah menyesatkan mendadak dia
menubruk sambil menggerakkan kedua tangan- Memangnya
bencinya sudah kepat-pati terhadap orang Hong-lui-pang. Dia
pernah terjungkal habis-habisan ditangan Liok Kiam-ping
tempo hari waktu lawannya ini meluruk ke istana, jiwanya
hampir amblas. Setelah istirahat tiga bulan baru kesehatannya
pulih. Kasus penggrebekan markas besar Hong-lui-pang oleh
pasukan negeri memang adalah muslihatnya yang hendak
menghancurkan musuh dengan kekuatan pemerintah, musuh
hendak ditipunya pula datang kekota raja, di sini dia sudah
memasang jaring, malam ini musuh betul-betul datang sesuai
yang diharapkan. maka begitu turun tangan dia menyerang
dengan geram. Kepandaian dan lwekang memang tinggi termasuk jago top
dikalangan Bulim, serangan sekuat tenaga ini sudah tentu
hebat bukan main Tapi Ai-pong-sut tidak pandang sebelah
mata lawan yang pernah keok ditangannya namun malam ini
lawan sudah slap seolah-olah ada kaitannya dengan
penyerbuan pasukan negeri kemarkas besar mereka di Kwihun
ceng, apapun yang akan terjadi, kasus ini Harus
dibereskan malam ini juga.
Hati berpikir kaki tangan tidak nganggur, begitu serangan
lawan menindih tubuh, mendadak dia berkelit kepinggir,
dengan langkah pindah posisi selicin belut dia merobah
kedudukan kesebelah kiri, kedua tangan diayun meninju
dengan tenaga raksasa. Perbawa pukulannya kira-kira selipat
lebih dahsyat dari serangan Hwe-giam-lo Siu-Jan tadi.
Hwe-giam-lo Siu-Jan juga seorang yang berkepandaian
tinggi, sudah tentu dia tahu betapa lihay pukulan si kate ini,
lekas dia bergerak dengan langkahnya yang menyesatkan
pandangan lawan, mengegos minggir, dia meluputkan diri dari
serangan telak lawan- Sejurus dapat mendesak lawan- Ai-pong-sut tidak memberi
hati, serangan susulan sudlah, siap dilontarkan. Pada saat
itulah seorang membentak dibelakang: "Rasakan juga
pukulanku." Keras sekali deru serangan lawan yang menerjang
punggung Ai-pong-sut. Sudah tentu menyelamatkan jiwa
sendiri lebih utama, tak sempat melukai musuh lekas Aipong
sut kembangkan gerak tubuhnya yang ajaib seperti
gangsingan dia berputar kesebelah kanan satu tombak
jauhnya, dengan tawa ejek dia mencemooh kepada
pembokongnya: "Tuan bukan kaum kroco, kepandaianmu
begini tinggi, tapi berbuat serendah ini, coba sebutkan siapa
nama juluka nmu" orang tua yang membokong ini bergelak tawa, katanya:
"Berbuat kotor adalah kaum kroco, kenapa harus kusebutkan
nama jelekku tapi menghadapi kurcaci sekejam kau lain
persoalannya. Setan kate, serahkan jiwamu malam ini."
Aipong sut tahu percuma adu mulut dengan mereka, saking
gusar dia menyeringai sadis, desisnya: Agaknya kalian
memang sudah membuat rencana matang, baiklah kalian
maju bersama saja menyingkat waktu menghemat tenagaku."
habis berkata kepala mendongak kedua tangan digendong
dibelakang pantatnya. sikapnya tak acuh seperti tidak
pandang sebelah mata ketiga lawan-
Ketiga orang tua ini terhitung jago-jago kosen yang
terkenal di bulim, selama malang melintang di Kangouw,
kapan pernah dHina dan diremehkan seperti ini. terutama
Hwe-giam-lo Siu-Jan, dendamnya memangnya sudah
membara, amarah memuncak lagi. Maka dia berteriak
beringas: "Saudara Kiong dan Yau, marilah kita ganyang
bersama, terhadap kawanan brandal seperti ini diberi keadilan
juga sia-sia belaka marilah kita tentukan mati hidup dengan
kepandaian sejati. ' Dibawah aba-abanya tiga orang menyerang serentak. enam
telapak tangan berebut memukul ke-arah Ai-pong-sut dengan
tipu serangan lihay masing-masing. Ai-pong-sut mandah
tertawa ejek. dia kembangkan langkah ajaibnya berlompat
setombakjauhnya, beg itu beldiri tegak kedua tangannya
terbuka menyerang dua prang di kanan kirinya. "Blang. blang"
dua benturan keras menyebab tiga orang tergentak mundur,
kekuatan mereka berimbang.
Karena serangan tiga orang serempak mengalami
kegagalan, Siu-Jan bertiga saling pandang lalu mengerdip
mata, dari tiga jurusan pula mereka menerkam buas. Rasa
gusar sudah merasuk hati mereka, maka serangan
menggunakan setaker tenaga, perbawa serangan gabungan
mereka memang cukup mengejutkan.
Mau tidak mau Ai-pong sut berpikir: "Menurut gelagatnya,
mereka sudah kerahkan segala kemampuan, aku seorang diri
kalau dikeroyok begini terus, lama kelamaan tentu kehabisan
tenaga, terpaksa aku harus melawan dengan ketangkasan
gerak tubuh main petak sambil balas menyergap merobohkan
lawan satu persatu. segera dia kembangkan Ginkangnya
bergerak lincah ditengah samba ran pukulan ketiga lawannya.
Ternyata permainan nya cukup lincah dan leluasa.
Liok Kiam-ping saksikan bagaimana Ai-pong-sut layani tiga
pengeroyokan dengan berimbang, maka dia berpikir:
"Mumpung ada kesempatan, kalau tidak sekarang aku
bertindak. bila bala bantuan musuh datang lebih banyak. tentu
lebih b era be." segera dia kembangkan Ling-hi-ou melompat
tinggi keatas wuwungan rumah terus bergerak dengan
kecepatan tinggi menuju kesebelah dalam. Tidak
sedikitpetugasjaga yang melihat bayangannya, namun mereka
tidak curiga bahwa bayangan yang mereka lihat itu adalah
manusia. Liok Kiamping tiba diantara deretan rumah- rumah pendek.
disini Liok Kam-ping memperlambat luncuran tub ah nya lalu
mendekam ditempat gelap. sinar lampu masih terlihat
menyorot keluar dari beberapa kamar dibawah, bayangan
orang juga bergerak didalam kamar, terdengar pula gerutu
serapah orang. Ginkang Liok Kiam-ping amat tinggi, seringan daon jatuh
dia melompat turun dipinggir sebuah jendela lalu mengintip
kedalam. Keadaan kamar ini semrawut tidak karuan, serba
orok yang ada hanya sebuah pembaringan dan satu meja dua
buah kursi, diatas dinding dipasang lentera minyak yang
guram cahayanya, dindingnya juga sudah banyak yang gugur
dan belong. Kamar besar ini kelihatan kosong, agaknya jarang
ditempati orang. Satu persatu Kiam-ping periksa kamarkamar
itu. Dikala dia mendekati kamar terakhir diujung
belakang, didengarnya percakapan orang.
Seorang berkata serak: "Maknya sontoloyo, locu (tuan
besar) memikul tanggung jawab begitu besar dengan
menempuh bahaya lagi baru berhasil menunaikan tugas, tapi
laporan memperoleh jasa direbut mereka semua, sekarang
dengan alasan untuk menjaga keselamatanku dari grebekan
orang-orang Hong-lui pang, aku dikurung di sini dan diawasi
begini ketat, memangnya aku harus menunggu setelah
brandal-brandal Hong-lui-pang itu dibrantas semua baru aku
boleh bergerak bebas dan mendapat anugerah."
Seorang laki berkata dengan suara lantang: "Bukan begini
persoalannya, ketua kita bermaksud baik terhadapmu,
kuatirnya bila kau muncul didepan umum segala rencananya
akan berantakan, maka diminta kau suka bersabar beberapa
hari lagi, untungnya dalam waktu dekat brandal-brandal Honglu-
pang itu sudah berhasil ditumpas habis, bila tiba saatnya
ketua kita menguasai dunia persilatan, bukankah kaupun akan
mendapat pangkat dan kedudukan dan hidup senang.
Dengan nada curiga suara serak itu balias bertanya:
"Waktu aku berangkat menunaikan tugas jadi splon didalam
markas mereka, bukankah begitu janjinya kepadaku, sekarang
tugasku sudah selesai dan berhasil, gerak-gerik malah dibatasi
dan diawasi lagi. coba, siapa tidak penasaran, memangnya
aku harus disekap seumur hidup disini"'
Kini Liok Kiam-ping sudah melihat jelas diatas pembaring
an Celentang, seorang laki-laki tiga puluhan tahun, kedua
matanya melotot besar menatap seorang tua berseragam
perwira berusia lima puluhan-
Sekalian Liok Kiamping menepekur, dapat dia simpulkan
bahwa biang keladi terjadinya musibah bagi Hong lui-pang
adalah orang ini, perwira yang berdiri diambang pintu sedang
menjaga dan mengawasinya.
Mendadak Kiam-ping peroleh akal, tiba-tiba dia melejit
tinggi keatas genteng sengaja waktu menginjak genteng dia
gunakan tenaga lebih besar sehingga mengeluarkan suara,
namun sigap sekali dia lantas mendekam. Laki-lakitua yang
berada didekatpinlu mendengar suara diatas, lekas dia berdiri
dengan waspada menyelinap keluar serta menutup pintu dari
luar, sekali lompat langsung dia memburu kearah datangnya
suara. Tak nyana baru saja tubuhnya terapung diudara, sebelum
dia bergaya, sejalur angin sudah menyambar pinggangnya,
tubuh seketika merasa lemas dan "Bluk" dia terbanting jatuh
ditanah. Deng an gerakan kilat Kiamping menutuk Hiat-tonya
dari jarak jauh, begitu lawan terbanting jatuh dia membuka
pintu lalu menyelinap masuk kedalam kamar.
"orang diatas pernbaringan itu baru saja berjingkat berdiri,
tiba-tiba bayangan orang berkelebat, kontan dia kehilangan
kesadaran- Sekali raih Liok Kiam-ping mengempitnya di bawah
ketiak. berlari keluar dan menjejak kaki meluncur kearah
datangnya tadi. Lwekang nya tangguh Ginkang tinggi, meski
mengepit seorang, Kiam-ping berlari secepat mengejar angin,
hanya sekejap dia sudah melompati tembok. Diatas tembok
itulah dia mencebir bibir mengeluarkan siulan panjang sambil
masih terus berlari menuju keistana cin-ong
Meski melawan tiga musuh, dalam waktu dekat Ai-pong-sot
masih mampu mengimbangi, namun permainanya pantang
lena sedikitpun, dia hanya berkelit sana lompat ini, sukar
memperoleh kesempatan balas menyerang.
Lima puluh jurus kemudian, dia menjadi tidak sabar,
pikirnya: "Kalau bertempur cara begini kapan berakhir, kalau
tidak kerahkan tenaga mana mampu merebut kesempatan,
celaka kalau terlalu lama kehabisan tenaga. maka beruntun
dia cecar musuh nya sembilan jurus pukulan tiga jurus
tendangan. Karena tidak menduga Siu-Jan bertiga terdesak mundur.
Tapi mereka cepat menyadari keadaan yang tidak
menguntungkan, serentak mereka merubung majupula. Tak


Hong Lui Bun Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

nyana Ai-pong sut bertindak lebih cepat, mendadak kedua
tangan terayun, dua jalur bayangan hitam meluncur dari
tangannya, ternyata dia mengeluarkan sepasang bandulan
pelor besinya, terpaksa Siu-Jan bertiga melompat sambil
berkelit, ternyata bandulan pelor besi itu seperti bermata, ke
mana mereka menyingkir, pelor itu bisa mengejar dengan
cepat. "Aduh" seorang tua di sebelah kanan terjungkal roboh
ditengah jeritannya, tulang pundak kanannya remuk tertimpuk
bandulan besi, saking kesakitan dia bergulingan ditanah.
Siu-Jan baru saja selamat dari samberan pelor besi ini,
seketika dia melonjak kaget oleh jeritan rekannya- Pada saat
itulah, pelor besi Hitam itu sudah putar balik menerjang
dirinya pula dari belakang. 'Duk' telak sekali benturan keras ini
Hingga tulang punggung Siu-Jan patah, darah kontan
menyembur dari mulutnya, tubuh nya tersungkur jatuh.
Sisa seorang tua yang masih selamat lekas melompat jauh
menyelinap ke tempat gelap seraya berteriak keras: 'Mundur
lepas panah" Maka terdengarlah suara jepretan-jepretan busur panah,
anakpanah beri hamburan selebat hujan- Tapi Ginkang Aipong-
sut amat tinggi, dengan kecepatan larinya, sebelum
panah meluruk tiba dia sudah menyelinap kedalam hutan. Dia
kuatirkan keadaan Liok Kiam-ping yang diperkirakan
memerlukan bantuannya. maka dia jadi bingung kearah mana
dia harus mencarinya. Disaat dia sedang bingung itulah didengarnya suara siulan
Liok Kiam-ping, tahu sang Pangcu tentu berhasil, hatinya amat
senang, tanpa pikir dia kembangkan Ginkangnya melesat
kearah hutan lebat terus mengundurkan diri. Tak nyana baru
saja tubuhnya bergerak, anakpanah telah memberondong ke
arahnya. Ditengah gerungannya kedua tangan menarikan
lengan baju, anak panah disampuknya jatuh seluruhnya,
disaat tubuh melorot turun dia kebas pula lengan baju
kebelakang sehingga tubuhnya melengkung turun serta
melesat pula kedepan secepat kilat, sekali berkelebat
bayangannya sudah lenyap tidak kelihatan lagi.
Begitu keluar dari bilangan gedung Kiu-bun-te-tok. Aipongsut
menentukan arah terus berlari kencang kearah yang sudah
dijanjikan, dari luar kota dia putar balik melompati tembok
terus meluncur kepusat kota dan berhenti ditengah rimbunnya
pepohonan pendek. Dia bersiul yang segera dijawab siulan pula oleh Liok Kiamping.
Dalam hutan kecil ditengah kota itulah mereka
berunding sejenak. lalu Hiat-to tawanan mereka dibebas kan
dengan tertawa Aipong-sut berkata:
"Kau dari cabang mana, sejak kapan kau menjadi matamata
musuh" Kenapa pula mengkhianat dan bagaimana kau
berhasil menyerap rahasia" Kuharap kau bicara sejujurnya dan
gamblang, tebuslah kesalahanmu dengan penyesalan dan
pengakuan, kami akan memberi keringanan hukum
kepadamu, kalau bandel hukum Hong-lui-pang tidak memberi
ampun kepadamu." Mendengar Ai-pong-sut bilang hukum Hong-lui-pang
seketika pucat muka laki-laki itu, katanya sedih: "Tecu Ya-eng
(elang malam) Ang Seng, atas anjuran Ham-ping Lomo,
masuk jadi anggota Hong-lui-pang di Thong-koan- Waktu
Ham-ping Lomo meluruk ke selatan tempo hari markas cabang
direbut, Tecu dipaksa untuk menyerahkan daftar rahasia
anggota dan diserahkan kepada Hwe-giam-lo Siu-Jan-
Secara diam-diam Siu-Jan masuk istana terlarang
membunuh beberapa anggota bayangkari dan sengaja
meninggalkan dokumen rahasia dari Hong-lui-pang, sehingga
pihak Kiu-bun-te-tok turun tangan mengusut perkara ini.
"Tapi entah bagaimana, pristiwa ini didengar oleh Baginda
raja, sehingga urusan tertunda sampai sekarang .Tecu dipaksa
menjalankan perintah, kejadian inipun sudah membuatku
kapok dan menyesal, tapi kesalahan sudah kulakukan, mohon
Pangcu memberi hukuman setimpaL"
Sejak dikalahkan total segala muslihat Siu-Jan di istana Kacin-
ong dulu, syukur jiwanya masih dapat diselamatkan, dikota
raja tiada tempatnya berpijak lagi, maka dia sembunyi disuatu
tempat merawat luka-luka, namun secara diam-diam dia
masih mengadakan kontak dengan anak buahnya yang masih
bercokol dalam dinas mereka berusaha menuntut balas,
kebetulan Ang Seng berhasil diperalat mencuri dokumen
rahasia Hong-lui-pang, suatu malam dia menyelundup
keistana terlarang, membunuh dengan kejam beberapa
bayangkari dan memfitnah Hong-lui-pang sebagai pelaku
kejahatan itu. Karuan Liok Kiamping benci luar biasa katanya
menggereget: "Jelek-jelek Siu-Jan dan kamprat-kampratnya
punya kedudukan dan nama di Bulim, ternyata tak segan
melakukan-perbuatan kotor dan sehina ini, manusia ma cam
ini tidak boleh diberi ampun."
Thong cau tertawa lebar, katanya: "Ya setiap kejahatan
pasti memperoleh ganjaran setimpal, rencana jahat Siu-Jan
jelas sudah gagal total, jiwa nya sudah melayang dibawah
Bandulan pelor besiku. Untuk merehabilitir nama baik Hong
lui-pang kita terpaksa..." sampai disini dia tarik Kiamping lalu
membisiki beberapa patah baru melanjutkan:
"Ang Seng, syukur kau mengaku dan menyatakan tobat
dan menyesal, harapan masa depanmu masih baik, Hong-luipang
akan memberi pengampunan kepadamu, untuk itu kau
sendiri yang harus mencuci bersih fitnah kotor ini, Hong-luipang
harus dipertahankan kesuciannya, maka kau harus ikut
kami ke ong-hu mempertanggungjawabkan perbuatanmu
dihadapan Ka-cin ong, percayalah bahwa kau tidak akan
memperoleh hukuman berat."
Mendapat pengampunan sang Pangcu, sudah tentu senang
dan lega hati Ang Seng, katanya: "Memang itu tugas Tecu,
terima kasih akan kemurahan Pangcu, sekarang juga boleh
kita berangkat." Liok Kiam-ping mengangguk. kiri kanan Kiam-ping dan
Thong caupegang tanganAng Seng terus meluncur cepat
kearah istana Ka-cin-ong.
cepat sekali mereka sudah tiba didepan pintu istana Ka-cinong.
Waktu itu sudah menjelang kentong ketiga, pintu
gerbang istana ong-hu masih tertutup, keluar masuk harus
lewat pintu samping. Liok Kiamping pernah masuk kemari
maka tidak banyak kesukaran mereka menemukan pintu
samping disebelah timur. Ai-pong-sut Thong cau menjura kedalam serta berkata:
"Kami bertiga datang dari Kwi-hun-ceng dikota Un-ciu, ada
urusan penting mohon menghadap Ka cin-ong, mohon
petugas piket bantu menyampaikan permohonan kami." lalu
dia Angsurkan kartu nama warna merah.
Dari balik pintu seorang bersuara serak tua betkata:
"Belakangan ini ongya tidur lebih dini, boleh kalian tunggu
sebentar, diterima atau tidak tergantung keb eruntung a nmu.
" Semasakan air kemudian, dari dalam pintu keluar seorang
laki-laki setengah baya berpakaianpengurus rumah tangga,
setelah menjura kepada Liok Kiam-ping bertiga berkata:
"Silakan ikut cay he."
Mereka melewati sebuah kebon besar, menyusuri jalan
krikil tiba didepan sebuah ruang kembang. tampak Ka-cin-ong
sendiri datang menyambut menuruni undakan.
Liok Kiam-ping bertiga memburu maju serta menekuk
sebelah lutut memberi hormat katanya: "tengah malam
mengganggu, dosanya sudah tidak ringan, mana berani kami
disambut sebesar ini."
Ka-cin-ong tertawa lebar, katanya: "Liok siansing seorang
serba pintar, Baginda amat rindu kepadamu, hari ini aku dapat
menerima kedatanganmu, sungguh senang hatiku, kalian
adalah orang-orang gagah pada jaman ini, marilah tidak usah
banyak peradatan, silakan masuk." lalu dia mendahului jalan
di depan, Liok Kiam-ping mengintil dibelakangnya.
Setelah berada didalam rumah Liok Kiam-ping berdiri dan
menjura, katanya: "Hamba beramai kena fitnah dan perkara
masih terkatung-katung, sehingga seluruh anggota kita
terlunta-lunta diluar, sekarang duduk perkaranya sudah jelas,
sengaja kami kemari mohon kemurahan Tayjin untuk
membantu meredakan suasana dan membersihkan nama baik
kami. Ka-cin-ong menepekur, katanya kemudian: "Hal inipun
amat diperhatikan dan dikuatirkan oleh Baginda, begini saja,
kalian boleh istirahat saja di sini malam ini, bila sidang pagi
tiba, Liok-siansing boleh ikut aku menghadap langsung dan
melaporkan kejadian ini kepada Baginda, kurasa urusan akan
lebih cepat dibereskan."
Liok Kiam-ping mengiakan dengan rasa lega.
Kira-kira kentongan kelima Ka-cin-ong masuk ke istana raja
bersama Liok Kiam-ping, sementara Ai-pong sut dan Ang Seng
menunggu diistana Ka-cin ong. Setelah fajar menyingsing Liok
-Kiam-ping baru pula ng ke istana Ka-cin-ong dengan seri
tawa lebar dan semangat menyala, katanya kepada Ai-pongsut:
"Syukurlah kita berhasil menunaikan tugas dengan baik,
kini tinggal menunggu kabar baik saja."
Hari itu juga mereka mohon pamit terus ber ngkat pulang
ke Un-ciu. Ditengah jalan Liok Kiam-ping teringat akan
janjinya dengan Le Bun, hitung-hitung waktu yang dijanjikan
sudah dekat didepan mata, maka dia langsung berangkat
menuju ke Te-sat-kok. Ang-Seng disuruh pulang membawa
kabar gembira. Kala itu musim rontok hampir berakhir, menjelang fajar
angin ternyata menghembus kencang hawapun dingin.
Siang malam Liok Kiam-ping dan Thong Cau menempuh
perjalanan, menjelang mag rib hari keempat. mereka sudah
tiba didepan mulut selat Te-sat-kok diBu-tong-san- Batu-batu
gunung yang berserakan dimulut selat yang menyesatkan dulu
terasa segar dan sudah apal baginya. Dengan mud ah tanpa
menemui kesulitan sed ikitpun Liok Kiam-ping langsung masuk
kedalam lembah. Terasa mesra dan indah keadaan lembah nanpermai dan
beri hawa sejuk ini, terbayang oleh Kiam-ping disaat dirinya
meninggalkan lembah ini dengan Le Bun dulu, timbul rasa
manis mesra direlung hatinya. Terbayang lagi takkan lama lagi
dirinya akan segera berjumpa dengan sang pujaan- semakin
bergairah semangatnya, langkahnyapun tegap dan gagah.
Tanpa terasa sudah sehari semalam Liok Kiam-ping berada
didalam Te-sat kok, namun sang pujaan belum juga kunjung
pulang, mau tidak mau perasaannya menjadi mendelu dan
kuatir. Pikirnya: "Biasa nya Le Bun amat teliti dan hati-hati
setiap menghadapi persoalan dan boleh dipercaya. Pertemuan
di Ui-san hanya untuk bertanding Kungfu, demi menepati janji
tiga puluh tahun yang lalu, apa lagi Tang-ling sudah putus
sayapnya, Se bong juga sudah kecundang,jelas mereka takkan
mampu melawan Lam- coat, hanya keturunanBu in-khek
dariBok-pak (padang pasir utara) saja yang mampu
bertanding dengan dia, namun Seng-si-koan Le Bun sudah
tembus, Lwekangnya jelas lebih unggul dibanding generasi
mud a yang sekarang berkecimpung didunia Kangouw, yakin
takkan sukar mengalahkan lawannya.'
Dengan jari dia menghitung waktu, perjanjian di Ui-san
sudah d iamb ang mata. namun sang kekasih belumjuga
kunjung pulang mau tidak mau rasa gugup hatinya menjadi
curiga, namun dia menghibur diri, mungkin ditengah jalan
tersangkut suatu perkara yang tidak terduga, maka Kiamping
menunggu lagi dengan menekan sabar.
Malam itu Liok Kiam-ping gundah gulana, hingga fajar
menyingsing dia tidak memejam mata. Saat itu mondar
mandir gelisah diruang tengah.
Sejak berada di Te-sat-kok kegemaran Ai-pong-sut minum
arak ternyata angot, selama beberapa hari ini dia mabukmabukan,
celentang diatas ranjang tidak ingat diri. Entah
kenapa hari itu pikirannya jernih, begitu siuman dia
membelalakan mata serta berteriak: "Lho, ciangbun, kenapa
kau tidak tidur." Liok Kiam-ping hanya sedikit mengangguk, wajahnya hanya
unjuk senyum getir sebagai ban.
Ai-pong-sut Thong cau tertawa lebar, katanya: "Dari sini ke
Ui-sanjauhnya ada ribuan li, meski kita orang pesilat yang
memiliki kungfu tinggi, sukar diramalkan melakukan
perjalanan sejauh itu tidak akan mengalami aral rintang,
adalah logis kalau kita bakal terlambat tiba ditempat tujuan."
Liok Kiam-ping hanya geleng-geleng, perasaannya makin
tertekan, ditunggu lagHingga mag rib hari kedua, bayangan Le
Bun tetap tidak muncul. Liok Kiam-ping tidak sabar lagi",
katanya kepada Ai-pong-sut:
"Kurasa dia terlib at suatu urusan ditengah jalan hingga
taksempat pulang kemari."
Sehari iniAi-pong- sutpantang minum arak. pikiran jernih,
maka dia merasakan hal ini memang agak ganjil, namun dia
tidak memberi komentar, setelah menepekur, akhirnya dia
berkata sambil geleng kepala: "Dengan bekal kepandaian
Lam-coat, kurasa dalam kalangan Bulim sekarang sukar dicari
tandingan, kurasa tiada alasan orang mencegat mereka.
Kata Liok Kiam-ping: "Kalau demikian, bukan mustahil
mereka menghadapi musibah di Ui san?" lalu dia berjingkrak
berdiri, 'kumohon Tianglo sudi bantu aku menjaga tempat ini,
dalam lima hari kalau nona Le Bun belumjuga pulang, boleh
silakan kau pulang kemarkas besar di Kwi-hun-ceng,
bagaimana pendapat Tianglo"' Ai-pong -sut mengangguk
sambil mengiakan saja. Gugup dan gelisah hati Liok Kiam-ping, saat itu juga dia
mohon diri terus bera ngkat. Sekali jejak tubuhmya meluncurkeluar
selat. Saat itu baru saja kentongan satu, Liok Kiam-ping, tidak
pedulikan keadaan sekelilingnya untuk mengejar waktu, dia
kembangkan Ginkang sekuat tenaganya, semalam suntuk dia
melakukan perjalanan- Dengan kecepatan larinya ternyata
menjalang fajar hari ketiga dia sudah tiba di-Sikssin hong
dipuncak Ui-san- cuaca masih gelap. hawa pegunungan nan
dinginpenuh kabut, kunang-kunang masin kelap kelip
beterbangan diudara. Lwekang Liok Kiam-ping amat tinggi, pandangannya tajam,
meski kabut tebal, kunang-kunang berterbangan, namun dia
masih bis a melihat keadaan sekitarnya.
Dilihatnya Le Bun duduk bersimpuh ditengah lapangan,


Hong Lui Bun Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

tunduk kepala memejam mata seperti sedang sarnadi, sekitar
tubuhnya dibungkus uap nutih yang bergulung gutung
kunang-kunang yang kebetulan terbang menyentuh uapputih
itu seketika padam dan mati. Semula Liok Kiam-ping tidak
ambil perhatian, namun kejap lain dia merasakan adanya
gejala yang tidak beres, kabut hitam makin tebal, kunangkunang
juga makin banyak seperti sengaja memberondong
kearah Le Bun- sehingga pertahanan uapputih Le Bun semakin
susut mengecil, wajah Le Bun nampak pucat Napasnya
tersengal-sengal, kelihatan sudah kepayahan.
Sesaat lagi Liok Kiam-ping perhatikan, akhirnya dia sadar
bahwa Le Bun kekasihnya sedang terkurung didalam barisan,
tanpa terasa dia menjerit kaget "Yu-ling ling-ho-tin"
Seperti diketahui dibagian depan cerita ini, Le Bun diambil
murid oleh Jit-Coat Suseng dan menetap di Ling-lam, dengan
raj in dan tekun dia meyakinkan Kan le cin-khi dan Jit-Coatsiau.
Untung Seng-si-koan dalam tubuhnya sudah tembus, sejak
kecil dia sudah dididik gurunya yang asli menggunakan
seruling, maka untuk mempelajari jit Coat siau dia tidak
menemukan banyak kesulitan, kemajuannya malah lebih pesat
dari yang diperhitungkan semula. Dalam jangka seratus
haridia sudah mahir menguasai Kan le ciH-khi didalam tiupan
serulingnya. Setengah tahun kemudian sesuaijanji yang ditentukan, dia
sudah berhasil menguasai Kan le cin-khi, dengan irama
serulingnya dia dapat membunuh orang tanpa disadari oleh
lawannya, kepandaiannya memang sudah cukup mengejutkan.
Jit Coat Suseng amat lega dan senang bahwa murid
didiknya menjelang akhir hayatnya ini mampu mewarisi
seluruh kepandaiannya. Maka tiga hari menjelang hari yang
dijanjikan Jit-Coat Suseng perintahkan Le Bun berangkat menuju ke
Ulsan. Sudah tiga bulan mereka hidup bersama, laksana kakek
dan cucu, hari ini mereka harus berpisah, sungguh amat berat
dan mengharukan. Jit-Coat Suseng bergelak tawa, katanya: "Anak bodoh,
manusia mana yang takkan berpisah dalam kehidupan dunia
fana ini. Kelak Suhu akan selalu mampir ke Kwi-hun-ceng,
berkumpul dengan kalian, dengan bekal kepandaianmu
sekarang, cukup berkelebihan untuk menepatijanji. Nak,
berangkatlah dengan hati leg a dan lapang."
Mendengar Suhunya menyebut Kwi-huu-ceng, seketika
teringat oleh Le Bun akan kekasihnya tak lama lagi mereka
akan segera bertemu, seketika syuurr hatinya, maka bergegas
dia berlutut dan menyembah kepadalam-Coat terus minta diri
dan berlari keluar gua turun gunung.
Lwekangnya sekarang sudah berlipat tinggi taraf
kepandaiannya termasuk kelas wahid karena hatinya girang
tanpa merasa dia tancap gas, berlari dengan kecepatan tinggi
laksana kilat. Sejak kecil dia menetap di Te satkok, sudah
biasa hid up dipegunungan, maka dia menempuh peejalanan
lewatjalan dekat meski yang dilaluijurang dan selat atau
lembah dan gunung curam sekalipun. Setelah dua hari dua
malam menempuh peejalanan, akhirnya dia tiba di Ui-san,
setengah hari lebih dan dari waktu yang dyanjikan. Betapapun
tinggi Lwekangnya setelah menempuh peejalanan cepat dan
makan banyak tenaga capaijuga Le Bun dibuatnya. Maka dia
mencari tempat sepi bersamadi menghimpun tenaga dan
memulihkan semangat, setelah badan segar baru dia mulai
bergerak kearah Sik sin-hong.
Pertemuan di Ui-san yang kedua kali ini setelah tiga puluh
tahun yang lampau, sebelumnya hanyajanji pertemuan dan
saling mengukur kepandaian dari Su coat secara pribadi. tapi
entah bagaimana tentang janji pertemuan ini bocor dan tersiar
luas dikalangan bulim, golongan hitam atau aliranputih asal
seorang pesilat yang mempunyai nama didunia persilatan.
Meski jauh juga meluruk datang ingin menonton.
vvaktu Le Bun tiba diatas puncak, ribuan orang sudah
berjejal diatas puncak, Ditengah tanah lapang yang masih kosong, di
empatpenjuru sudah disiapkan empat buah batu besar dalam
bentuk sama, batu diarah timur dan utara sudah diduduki dua
orang pemuda lakiperempuan, keduanya duduk bersimpuh
memejam mata seperti menanti dengan sabar.
Sekilas tampak oleh Le Bun, pemuda yang duduk di sebelah
timur adalah Yu ling Kongcu, yang duduk disebelah utara
adalah gadis jelita yang berusia dua puluhan, belum pernah Le
Bun melihat gadis ayu ini, tapi dari tempat duduknya disebelah
utara maka dapat diduga bahwa dia murid keturunan Bu-iukhek
dari padangpasir. Mengingat waktu sudah mendesak begitu tiba Le Bun
langsung melompat tinggi mengembangkan Ling-hi-pou yang
pernah diajarkanLiok Kiam-ping kepadanya, dengan enteng
dia meluncur turun dibatu sebelah selatan. Betapa indah
gemulai gaya Ling-hi-pou yang di demonstrasikan Le Bun,jaun
lebih luwes dan lembut dari gerakan Liok Kiam-ping biasany a,
kapan hadirin pernah melihat pertunjukan Ginkang sehebat
itu, karuan kehadirannya mendapat tampik sorak yang gegap
gumpita. Bila mentari sudah tepat bercokol ditengah cakrawala, Yuling
Kongcu mendahului berdiri sebelum bicara dia menjura
keempatpenjuru: "Cayhe Yu-ling Kongcu dari Tang ling-kiong,
atas perintah orang tua datang menghandiri pertemuan besar
di Uisan ini, sekarang waktu yang dyanjikan sudah tiba,
tinggal murid keturunan Bong Siu dari barat yang belum tiba.
Maka anggaplah dia gugur dan tidak ikut dalam pertemuan ini.
Bagaimana pendapat nona berdua" " Gadis yang duduk
disebelah utara atau murid Bu-ing khek tertawa katanya: "Aku
yang rendah Hoan Kiang soat, atas perintah Bu-in khek
guruku hadir-dalam pertemuan ini, mungkin karena perjalanan
jauh hingga murid Bong Siu dari barat belum tiba, mungkin
sebentar lagi akan tiba, hari baru tepat lohor, kurasa boleh
kita tunggu beberapa kejap lagi, setelah ditunggu tetap tidak
datang, anggaplah dia gugur dan tiada hak ikut dalam
pertandingan ini" Kecuali memperkenaikan dirinya, sudah tentu Le Bun juga
menyatakan akur saja. Karena kalah suara terpaksa Yu ling
kong-cu duduk kembali. Setengah jam kemudian, tiga orang
ini mulai berunding, menentukan urutan dari pertempuran
mereka. Babak pertama Pak-ong melawan Lam-Coat,
pemenang dari pertarungan babak pertama ini diteruskan
bertanding dengan Tang-ling.
Diam-diam Yu-ling kongcu bersyukur dan merasa lega.
beruntung dirinya akan turun gelanggang dibabak kedua. Le
Bun dan Hoan Kiang-soat melangkah maju beberapa langkah
ke tengah gelanggang, keduanya berdiri beri hadapan di
tengah arena. Setelah mengkonsentrasikan diri keduanya menjura sambil
berkata: "Silakan." Sebelah tangan Hoan Kiang-soat merogoh
kebelakang pundak, "Sret" selarik cahaya kemilau biru
melesat, Pedang panjangnya telah dicabutnya keluar.
Berhadapan dengan musuh tangguh Le Bun tidak berani
gegabah atau memandang enteng lawan, sebat sekali dia
mengegos miring, seruling batujadeputih ditangannya sudah
terpegang ditangan. Keduanya mengembangkan gerak kilat menuju ketimur dan
baratujadi mengelilingi arena s a ling berganti tempat, sejenak
mereka berhenti. tanpa beejanji keduanya melompat maju
ketengah arena. Pedang panjang Hoan Kiang soat menepis
miring dan berteriak: "Lihat serangan."
ditengahjalanpedangnya berobah denganjurus Pek- coa tosim
( ularputih menjulurkan lidah ) menusuk lurus keJiau-kin hiat
dipundak Le Bun. "Dengan melangkah Ling-hipou Le Bung mengegos ke
kanan sambil mengendap tubuh, berbareng tangan kanan
menggentak seruling putih untuk mengetuk pedang lawan.
Padahal serangan Hoan Kiang .soat hanya gertakan belaka,
serangan ditengahjalan sementara seruling lawan sudah
mengetuk tiba, lekas dia melintir pedangnya sambil menarik
mundur, berbareng kaki pindah posisHingga tubuh berputar,
maka pedangnya bergerak dengan perubahanjurus Sip llto-so
menusuk cacat nadi dipergelangan tangan Le Bun. Seruling Le
Bun menyerang tempat kosong, sementara ujung pedang
lawan sudah balik mengancam dirinya, lekas dia mengendap
badan menarik tangan sambil berkelit kekanan, berbareng
seruling ditangan kanan terangkat menutuk Thay-yang-hiat
Hoan Kiang soat. Gerak geriknya aneh cepat lagi, serulingnya
membawa desing suara melengking, ternyata Le Bun mulai
kerahkan Ka H"le- ciH"kh i didalam permainan serulingnya.
Belum sempat Hoan Kiang-soat menarik pedang, seruling
lawan sudah menutuk tiba, cepat dia kembangkan Ginkang
tunggal tiada bandingnya Bu-ing-pcu (langkah tanpa
bayangan) berkelebat delapan kakijauhnya tutukan seruling Le
Bun berhasil dihindarkan,
Bahwa dirinya dua kali terancam hati Hoan Kiang-soat
naikpitam, segera dia kerahkan tenaga dalamnya, pedangnya
seperti dibanduli benda berat, batang pedangnya
memancarkan cahaya biru kemilau seluas dua kilo. Ditengah
hardikannya cahaya biru yang mencorong berkelebat, untuk
kedua kali dia merangsak maju.
Le Bunjuga kembangkan Ginkangnya berseliweran diantara
samberan cahaya biru, setiap serulingnya terayun desing
suaranya cukup memekak telinga seperti berkutet dengan
cahaya biru lawan. Maka kedua pihak sama mengembangkan
kecepatan, keduanya s a ling merebut kesempatan ingin
dahulu mendahului. Saking cepat gerakan mereka, hakikatnya
tidak melihat lagi bentuk bayangan mereka. Yang terang
cahaya biru makin menyala, sinar seruling putihjuga
berkilauan seperti dua naga yang saling gubat dengan sengit.
Lima puluh jurus. Setiap gerakpermainan kedua pihak makin deras dan besar
perbawanya, keduanya sudah menampilkan berbagai corak
ragam gerakan danpermainannya, namun lawan terdesak
dirinyapun terancam, sehingga kedua pihak sama-sama sering
menghadapi bahaya yang meng a nca m j iwa.
Tanpa terasa seratus jurus sudah mereka beri hantam.
gerakan masih cepat dan tangkas, seperti tidak kenal lelah,
tiga tombak sekitar gelanggang. hawa seperti bergolak oleh
hamburan angin kencang yang ditimbulkan oleh permainan
senjata kedua orang yang lagi bertempur.
Sekonyong-konyong terdengar suara hardikan nyaring, Dua
bayangan orang yang berkutet mendadak melompat
berpencar. Kalau Hoan- Kiang-soat tampak tersengal-sengal.
Demikian pula Le Bun juga kelihatan payah, Maklum mereka
beejuang demi mempertahankan kebesaran nama perguruan.
sebelum ada ketentuan siapa kalah dan menang, pertempuran
ini tak boleh berhenti. Terutama Hoan Kiang-soat dalam hal tenaga dalam dia
insaf dirinya masih kalah setingkat dibanding lawan. namun
dia masih punya keyakinan tebal dengan Ginkangnya yang
khusus dan tunggal disertai permainan ilmu pedangnva yang
aneh menakjupkan, lawan akan diajak bertempur sampai titik
da rah terakhir. Ditengah cekikik tawanya yang merdu, tak
kelihatan dia menggerakan badan, hanya sekali berkelebat.
tubuhnya sudah melambung delapan kaki tingginya. Ditengah
udara menekukpinggang hingga tubuhnya berputar laksana
seekor burung merakseindah bidadari menari lengan ka nanny
a bergerak, cahaya birupedangnya mencorong benderang
menabas turun keatas kepala Le Bun. Mata Le Bun silau oleh
cahaya biru yang menyala benderang, seolah-olah ada ratusan
batang pedang yang sekaligus memberondang dirinya hingga
susah dibedakan bagian mana ditubuhnya yang diserang.
Lekas dia kembangkan gerakan Lian-hoan-yau-pou,jurus
penyelamat jiwa dari Ling-hi-po yang paling lihay, beruntun
tubuhnya berkelebat lalu melayang keluar setombakjauhnyai
Mau tidak mau Le Bun kagum dan membatin: "Kiam-hoat
darijenis apakah sedemikian lihay ?"
Tengah Le Bun kebingungan, Hoan Kiang-soat sudah
mengejar tiba bagai setan gentayangan menyergap dari
belakang, dengan deru yang keras ujung pedangnya
mengancam Giok-sin-hiat dibelakang batok kepala Le Bun.
Mendengarsuara angin membedakan serangan, Le Bun
melenggong sekilas, untung dia tidak pernah gugup meski
terancam, sebelum kakinya menyentuh tanah. mendadak dia
menarik napas, kedua tangan menekan kebelakang sehingga
tubuh yang melorot turun berhasil didorongnya maju dua kaki
sehingga tusukan lawan luput. Meski melenggong oleh
serangan lawan yang lihay tadi, Le Bun naikpitam dan
membakar keinginannya merebut kemenangan. Begitu ujung
kaki menutul bumi tubuhnya sudah melejit setombak
tingginya, di tengah udara berputar selingkar tubuhnya rebah
celentang laksana naga memutar kepala mengegos ekor, dia
berbalik menubruk ke a rah Hoan Kiang-soat. Gerak tubuhnya
indah gemulai tidak kalah indah dari gerakan Hoan Kiang-soat
tadi. Ginkang Bu iu-khek memang tunggal dan tiada bandingan,
terkenal sejakpuluhan tahun lamanya, Hoan Kiang-soat adalah
ahli warisnya yang sudah mempelajari seluruh ilmunya.
Dalam pertemuan di Uisan ini dia kira dengan langkah
tanpa bayangan ajaran gurunya yang menunggal diBulim,
disertaipermainan pedangnya yang lihay, yakin dapat
menundukkan lawan-lawannya serta menjunjung tinggi
wibawa perguruannya. Tak kira setelah beri hadapan dengan
Le Bun, baru dia sadar kemampuannya masih kalah seurat
dibanding Le Bun, karuan perasaannya menjadi dingin.
semangat tempurnyapun tidak segigih tadi. Sedikit lena bis a
berakibat fatal bagi seorang kosen yang lagi berhantam
ditengah arena. Sekilas melengak itulah seruling putih Le Bun
sudah menutuk kepundak kirinya. Kan le-cin- khi mampu
menghancurkan batu keras, begitu serangan yang mampu
meretakan batu pilar di lontarkan, dengan senrtirinya
kekuatan tenaga dalamnya ikut memberondang keluar karuan
Hoan Kiang-soat seperti dicocoki jarum dingin sekujur
badannya. Serangan teramat cepat, untuk berkelit sambil berputar
jelas tidak keburu, terpaksa dia kerahkan seluruh tenaga
murninya diujung pedang, sekali sendal dengan jurus Hunhoa-
hud-liu dengan kekerasan dia menyampuk seruling lawan.
"Cring?" tidak keras benturan kedua senjata, namun cahaya
biru seketika kuncup satu kaki lebih kecil, bayangan orangpun


Hong Lui Bun Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

melorotjatuh di tengah gelanggang.
Kan le-cin-khi adalah lwekang sakti dari ajaran murni aliran
I fian-bun, Lwekang biasajelas takkan kuat menandangi, tak
heran Hoan-Kiang-soat yang mengerahkan seluruh kekuatan
diujung pedangnya tak mampu menandingi pertahanannya
yang kokoh. Untung Lwekangnya juga tinggi begitu
membentur dan merasakan gelagatjelek lekas dia alihkan
getaran pedangnya miring satu kaki, begitu tenaga dalam
yang dikerahkan buyar kontan dia jatuh ditengah arena. Le
Bun kira gebraksejurus ini cukup menjatuhkan lawan, tak
nyana dikala bahaya pedang lawan berkelebat itulah, Kan-lecin
khi yang dikerahkanjuga mendadak macet ditenganjalan.
Mau-tidak mau diapun kagum akan Lwekang lawan yang
tinggi. Bahwa lawan berhasil dipukul mundur sudah tentu
semangat tempurnya makin menyala. Mumpung tubuh Hoan-
Kiang-soat melorot turun itulah seruling putihnya terangkat,
dengan Kan-le-cin-khi dia merangsak dari belakang. Serangan
susulan ini laksana kilat menyambar, dikala kehabisan tenaga,
betapapun Hoan Kiang-soat sukar berkelit menyelamatkan diri,
dikala kepepet dan tersudut itulah, secara reflek dia berusaha
menolongjiwa dengan menudingkan pedang keatas.
"Cring" dering nyaring bergema diangkasa sampai lama,
pedang panjangnya ternyata mencelat terbang, Cahaya biru
dari pedangnya Hoan-Kiang-soat meluncur satu tombak
menancap diatas batu. gagang pedangnya masih bergoyang
dengan g eta ran keras. Saking kaget Hoan Kiang soat
menjerit ngeri dengan muka pucat, keduamata sudah
terpejam menerima nasib. Tujuan daripertemuan inHanyalah bertanding mengukur
kepandaian, setelah satu pihak ada yang kalah maka
pertempuranpun harus diakhiri, apalagi lawan sudah dilucuti
senjatanya, maka sambil melintangkan seruling dan berdiri
lurus, Le Bun berkata dengan tertawa: "Terima kasih, Cici sudi
mengalah kepadaku." Hoan Kiang-soat kira jiwanya takkan
selamat dalam pertarungan ini, kenyataannya lawan bukan
saja tidak menyakiti dirinya, malah bersikap ramah dan rendah
hati, tidak malu sebagai murid guru ternama, timbullah rasa
simpatiknya, katanya dengan tawa getir: "Akulah yang harus
terima kasih kau menyelamatkan jiwaku, setulus hati aku
mengagumimu, kelak bila ada jodoh, pasti akan kuminta pula
petunjuk darimu, sekarang biar aku mohon diri saja" Setelah
menjura hormat segera dia melejit tinggi meluncur kebawah
gunung seenteng burung walet. Untuk merangsak dengan
permainan serulingnya barusan Le Bun harus kerahkan Kan lecin-
khi dan menguras banyaktenaga maka badan terasa capai.
Disaat dia mengatur napas itulah Yu-ling Kongcu beranjak
maju ketengah gelanggang dengan sikap munaflk dia berkata
"Sungguh tak nyana. hanya berpisah beberapa bulan.
kemajuan Lwekang nona sungguh sukar diukur. Sejak
bertemu pertama kaki tempo hari, selalu terbayang wajahmu
dilubuk hatiku, pertarungan sering merenggangkan hubungan,
maka kuanjurkan pertandingan ini dibatalkan saja-
Selanjutnya kita bersama melanglang-buana sebagai sepasang
pendekar muda, menjagoi dikalangan Bulim, Adik bagaimana
menurut pendapatmu" Berdiri alis Le Bun, sikapnya seperti muak danjijik,
bentaknya marah: "Kuminta kau tahu diri dan bersikap sopan,
siapa adik mu, kalau cerewet lagi jangan menyesal kalau nona
turun tangan keji kepadamu."
Yu-ling Kongcu malah berseri tawa katanya: "Adik Bun
kenapa marah dan gelisah, ketahuilah Ping-kokomu sekarang
sudah ditangkap dan digusur kekota raja untuk dijatuhi
Hukuman, sekarang mungkin sudah berada dalam penjara,
Kwi-hun-ceng sudah ditumpas habis olehpasukan negeri,
sekarang Se-bong sudah runtuh, Ham ping- kiong dan Lo-huto
sudah gugur, dalam Bulim sekarang hanya Tanng ling-s inkiong
yang akan menjadi pimpinannya, kuharap adik Bun
berpikir lagi ' Ngeri perasaan Le Bun mendengar orang berulang
memanggil "adik" kepadanya, amarahnya makin membara,
apalagi mendengar berita tentang Ping-kokonya, entah betul
atau tidak, yang terang kabar ini sudah membuatnya sedih
dan sakit hati, a ma rah yang tak terkendali segera dia
tumplek kepada Yu-ling Kongcu "Anjing kurap." bentaknya
beringas, "lihat serangan." Seruling putih terayun lurus
kedepan menotok Hoakay-hiat didada Yu ling Kongcu.
Yu ling Kongcu menyeringai tawa sadis, katanya: "Tidak
sukar untuk berkelahi, baiklah biar Kongcu menemani kau
berlatih beberapa jurus" sembari mengoceh kaki kiri
menggeser kebelakang meluputkan diri dari serangan lawan.
Disaat tubuhnya bergerak itulah tangannya sudah memegang
sebatang kipas lempit yang terbuat dari besi, dengan jurusJlo
ci-thian lam (menuding langit selatan dengan tertawa)
menjojoh urat nadi tangan kanan Le Bun.
Berkelit, mengeluarkan kipas serta balas menyerang
dilakukan serempak, memang tidak malu sebagai anak tokoh
lihay. Dengan kesebatan langkahnya Le Bun menarik tangan
berputar kepinggir Yu ling Kongcu seruling putih mendesing,
tajam berputar disekeIiiing badan Yu- ling Kongcu. Agaknya
amarahnya sudah memuncak, benci dansengit lagi mendengar
ocehanpemuda bajul ini, maka serangannya menggunakanJitcoat
siau kebanggaan Lam- coat.
Untuk mengembangkan kemurnianJit-coat-siau yang sejati
dituntut bekal Ginkang yang tinggi di landasi tenaga Kan le cin
khi yang ampuh baru betul -betul dapat memperlihatkan
perbawanya.Jangan kata jurus permainannya aneh
menakupkan, desing suaranyapun cukup membisingkan
telinga bagi yang Lwekangnya rendah, dalam jangka setengah
jampasti akan jatuh semaput.
Untung Lwekang Yu-1ing Kongcu cukup tinggi, pengalaman
tempurnyapun cukup banyak, tahu lawan yang dihadapi
memiliki latihan Lwekang kelas tinggi dari a lira n murni, maka
dia tidak berani lengah, seluruh perhatian ditujukan
menghadapi permainan seruling lawan-
Ginkang ajaran "Tang- ling juga menjagoi kalangan
persilatan, dalam setahun ini Yu-ling Kongcu juga berlatih
dengan giat dan tekun, sehingga Lwekang bertambah Kungfu
makin tinggi, sepenuh tenaga danperhatian dia menghadapi
serangan Le Bun, ternyata keadaan sama kuat alias setanding.
Kedua lawan yang bertarung ini merupakanjago-jago top
kelas tinggi, permainan mereka cukup cepat dan lihay, begitu
cepat gerakan mereka sehingga yang kelih atan hanya dua
bayangan hitam dan hitam, perbedaan yang menyolok seperti
dua ekor naga yang lagi bergelut dengan sengit, masingmasing
mengembangkan ketangkasan, kecerdikan dan
kemampuan merebut inisiatif menyerang. Setiapjurus
permainan mereka adalah tipu-tipu lihay yang aneh dan
simpanan dari perguruan masing masing, takpernah mereka
melancarkan serangan sepenuh tenaga saking cepat mereka
bergerak dan menghadapi reaksi lawan disaat menghadapi
serangannya, sungguh merupakan pertempuran yang berbeda
dengan kebanyakan pertempuranjago-jago silat umumnya.
Lekas sekali seratus jurus telah tercapai.
Le Bun termakan oleh obrolan Yu ling Kongcu sehingga
menguatirkan keselamatan sang kekasih, makin serang makin
ganas nafsu membunuh telah membakar sanubarinya,
kekuatan kan-le-cin-khi dia tambah dua bagian lagi.
Karena itu situasi menunjukan sedikit perobahan- terpaksa
oleh Yu-ling Kongcu permainan silat lawan seperti tidak habishabis
permainannya, gerak tubuhnya cepat laksana angin
lesus yang terlihat hanya bayangan putih tidak kelinatan
bentuk badannya. Lebih celaka lagi desing seruling yang
melengking tajam memekak telinga dan seperti menyedot
sukmanya. Karena terdesak, jantung juga tegang, maka seluruh
perhatian Yu-ling Kongcu tumplek untuk menghadapi
serangan lawan disamping mengendalikan diri terhadap
gangguan suara serulingnya dengan berbagai daya upaya dia
terus berjuang mempertahankan diri menyelamatkan diri,
tidak menyerang tapHanya membela diri saja.
Saat itu hari sudah terang benderang, mereka sudah beri
hantam dua ratus jurus banyaknya. Semestinya mereka sudah
merasa lelah danpayah. Terutama Le Bun yang harus
bertempur dua babak, untuk Seng-si-koan dalam tubuhnya
sudah tembus, tenaga dalamnya seperti punya sumber yang
tak pernah habis saja, maka dia hanya merasa sedikit lelah,
tapi tidak sampai kepayahan.
Sebaliknya setelah dua ratus jurus kemudian Yu-ling
Kongcu betul- betul sudah letih dan payah, namun rangsakan
Le Bun teramat gencar sehingga dia tumplek seluruh
perhatian maka tidak disadarinya bahwa kondisinya sudah
makin lemah. Tapi otaknya cerdas banyak akal muslihatnya,
dalam keadaan terdesak melulu, dia membatin: "Kalau begini
terus, keadaanku makin payah, bukansaja tiada harapan
menang, kesempatan melarikan diripun mungkin tiada lagi."
Setelah mengambil ketetapan mendadak dia berkelebat
mundur setombakjauhnya, kedua lengan terulur, ditengah
gerungannya, kedua telapak tangannya mendadak berobah
hijau lalu meng hitam, maka mengepullah dua gulung kabut
gelap dari kedua telapak tangannya. Makin lama kabut hitam
itu makin tebal dan banyak. setelah dia himpun tenaga dan
mendorong maju telapak tangannya, kabut hitam itu menerpa
ke a rah Le Bun. Dari mulut Liok Kiam-ping, Le Bun pernah dengar kelihayan
Heksat-ciang dari Tang- ling jahat dan ganas, namun karena
baru sekarang dia menghadapinya, maka hatinya bimbang
dan setengah percaya, diluar tahunya bahwa ilmu yang
dilancarkan Tangling Kongcu sekarang adalah Heksat-ling-lanling
yang paling ganas dari Heksat-ciang.
Bila tubuh manusia tersentuh oleh pukulan ini, seluruh
tubuh akan membusuk dan jiwapun melayang.
Melihat kabut hitam bergulung-gulung makin melebar
memenuhi angkasa, keadaannya lebih hebat dibanding apa
yang diceritakan oleh Liok Kiamping, maka tahulah Le Bun
bahwa lawan telah memboyong ilmu simpanannya, maka Le
Bun tidak meremehkan serangan lawan, lekas dia kerahkan
seluruh Lwekangnya, dasarotaknya cerdik danpandai melihat
gelagat, Kan-le-cin-khi pun telah dikembangkan untuk
melindungi bad an- Untung sebelumnya dia sudah waspada,
bila kabut hitam itu sudah menyentuh badan baru dia
mengerahkan Kan-le-cin-khi tentu sudah terlambat. Kabut
tebal hitam itu bergolak setengah kaki disekitar badan Le Bun,
seperti tertahan oleh dinding baja yang tidak kelihatan lalu
buyar tertiup angin lalu.
Walau dia berhasil menahan damparan kabut hitam yang
bergolak keras itu, namun IHeksat lan-ling yang membungkus
sekujur badannya itu buyar keempatpenjuru. celaka adalah
penonton yang menjadi korban, tidak sedikit yang terjungkal
roboh keracunan, ada yang mati seketika tapi tidak sedikit
yang sekarat. sisa yang lain la ri kocar kacir turun gunung.
Melihat Heksat-lang-lin yang paling di andalkan juga tidak
mampu merobohkan lawan, Yu-ling Kongcu menjadi nekad,
tekadnya mengalahkan musuh makin besar, mendadak dia
menggerung keras sambil menghamburkan napaspanjang
berulang kali, apipospor laksana kunang-kunang yang
diterbitkan oleh pukulan tangannya bukan saja di bawah
landasan tenaga dalamnya, didorong oleh tiupan mulutnya
yang keras, karuan seluruhnya membrondong kearah Le Bun
selebat hujan deras. Melihat betapa gencar dan dahsyat serangan musuh, kejut
dan kuatir hati Le Bun, lekas dia duduk bersimpuh,
memusatkan pikiran dan semangat mengembangkan Kan-lecin-
khi sampai pada puncaknya untuk menahan serangan
musuh. Betapapun tinggi Lwekangnya, karena sudah
bertempur dua babak. lama kelamaan dia kehabisan tenaga
dan makin lemah, untung Seng-si-koan sudah tembus, maka
sekuat tenaga dia masih kuat melawan.
Tapi damparan kabut hitam segencar gelombang pasang,
makin lama menindih makin berat, jarak yang semula
bertahan setengah kaki kini tinggal dua dim lagi sudah akan
menyentuh tubuhnya, mungkin setengah jam lagi, kalau tidak
mati Le Bun pasti terluka parah.
Disaat genting itulah Liok Kiam-ping tiba dipinggir arena,
diapun melihat keadaan Le Bun yang gawat dan berbahaya,
lekas dia kerahkan Kim -kong-put-hoay-sin-kang. selangkah
demi selangkah beranjak ke tengah gelanggang.
Kim- kong-put-hoay-sin-kang memang bukan olah-olah
saktinya. dimana dia bergerak kabut hitam yang disertai api
kunang-kunang yang beterbangan itu seketika padam dan
buyar, sirna tanpa bekas, seperti uap air mendidih yang sirna
ditengah udara. Padahal Yu ling Kongcu sudah tertawa lebar, dia yakin
dirinya pasti menang lawan akan dikalahkan dan dibekuk,
hanya tinggal waktunya saja, tak nyana disaat yang
menentukan itulah ternyata Liok Kiam-ping muncul
menggagalkan rencana dan usahanya, setelah melihat yang
datang adalah Liok Kiamping, dendam lama sudah membakar
hati. sakit hati baru lebih membakar sanubari, maka dalam
hati dia bertekad, hari ini Harus menentukan kalah menang,
kalau tidak bisa menang juga harus gugur bersama musuh.
Mendadak dia kerahkan pula tenaganya, seluruh Lwekang
yang pernah diyakinkan dia kerahkan sepuluh bagian, maka
kunang-kunang biru bertambah banyak dan sinarnyapun
makin terang, kekuatannya selipat lebih dahsyat dari tadi.
Akan tetapi Kim- kong-put-hoay-sin-kang adalah ilmu sakti
dari aliran Hud yang tiada taranya, umpama Yu-ling Kongcu
memiliki Lwekang berlipat ganda dari yang telah dimiliki
sekarang juga jangan harap Heksat lan-ling dapat menyentuh
badan orang. Kejap lain Liok Kiam-ping sudah berada didepan Le Bun,
legalah hatinya, namun dia harus perhatikan juga Heksat langling-
Yuling- Kongcu. maka belum berani dia buka suara
mengajak kekasihnya bicara.
Padahal Le Bun sudah hampir kehabisan tenaga, mendadak
dia merasakan tekanan disekitar tubuhnya menjadi kendor, dia
tahu seorang telah membantu dirinya, waktu dia mendongak
dan membuka mata, Liok Kiamping seperti datang dari tengah
angkasa, sungguh senang hatinya bukan kepalang, seperti


Hong Lui Bun Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

kejatuhan rejeki nomplok saja layaknya, namun dia sadar
kondisinya sudah cukup payah, maka lekas dia pejamkan mata
pula dan samadhi memulihkan kekuatan.
Yu-ling Kongcu sudah kerahkan seluruh kemampuannya
sehingga Heksat- lan-ling umpama banteng ketaton yang
mengamuk, namunjangan kata unggul, ternyata dia merasa
terdesak malah. Maklum diapun sudah banyak keluar tenaga setelah
ratusanjurus bertempur lawan Le Bun tenaga dan
semangatnya juga sudah loyo, maka Heksat-lan-ling makin
terdesak dan kuncup. Insaf dirinya tiada harapan menang, mendadak kedua
bolamatanya melotot beringas, seperti jago ayam dan keok
ditengah aduan, tanpa pikirkan keselamatan jiwa raga sendiri,
selangkah demi selangkah dia mendesak kearah Liok Kiamping
malah. Tujuannya mendesak masuk ke dalam pertahanan Kim
kong-put-hoay-sin kang lawan, lalu dengan kerahkan setaker
tenaga racun pospor ditubuhnya mengajak gugur bersama
Liok Kim-ping. Tapi makin dekat pertahanan Kim kong-put
hoay-sin-kang langkahnya terasa makin berat, dadanya seperti
ditahan oleh tangan raksasa- yang kokoh kuat hingga
tubuhnya tak kuasa maju lebih dekat lagi.
Kebetulan saat itu Le Bun selesai bersemedi, semangatnya
sudah pulih pikiranpun jernih lekas dia ayun seruling, Kan-le -
cinkhi yang dikerahkan membuat seruling putih mencorong
cemerlang, laksana bintang sapu yang jatuh menyambar lurus
ke dada Yu-ling Kongcu. Padahal Yu-ling Kongcu sedang kerahkan seluruh
tenaganya ingin mendesak maju, tak mungkin dia mampu
menghadapi serangan lain yang dilancarkan dari luar, apalagi
tenaganya juga hampir ludes, maka dia tidak mampu berkelit,
cahaya benderang meluncur tiba, mau berkelit juga tidak
mampu lagi. Kontan mulutnya menjerit kesakitan seperti
binatang liar yang tertembus peluru jantungnya. Seruling jade
putih Le Bun amblas menembus dada Yu ling Kongcu "Bluk"
badannya roboh terkapar, jiwa melayang seketika.
Selincah burung walet pulang kesarangnya Le Bun
menubruk ke dalam pelukan Liok Kiam-ping. keduanya
berpelukan dengan kencang, mungkin karena diburu emosi,
sekujur badan Le Bun bergetar, mata terpejam, namun air
mata meleleh membasahi pipi.
Entah berapa lamanya mereka berpelukan, seolah dunia
milik mereka bersama, akhirnya mereka bergandeng tangan
saling berpandangan penuh kasih mesra. Kejap lain mereka
sudah berlari bagai terbang turun gunung sambil bergandeng
tangan langsung kembali ke Kwi-hun-ceng.
Bila mereka, tiba di Kwi-hun-ceng, markas besar telah
terbuka dan diperbaiki pula, pasukan negeri sudah ditarik
kembali atas perintah Ka cin-ong. Sudah tentu bersorak sorai
seluruh anggota Hong-lui-pang menyambut pulangnya sang
Pangcu bersama Le Bun. Mendengar Ping-koko pulang sudah tentu Siau Hong tidak
mau ketinggalan dengan langkah lebar lekas dia menyongsong
maju seraya berteriak senang: "Ping-koko. Bun-cici, kalian
sudah pulang. Baikkah kalian"
Terhadap adik cilik yang mungil dan jenaka serta welas asih
ini, Le Bun amat sayang, gemas lagi, segera dia peluk Siau
Hong dengan penuh pengertian, lalu bertiga mereka
bergandengan tangan, Siau Hong disebelah kiri, Le Bun
disebelah kanan, mereka berpandangan penuh bahagia.
Beberapa hari kemudian Kwi-hun ceng dipajang secara
semarak. hari yang telah ditentukan untuk merayakan
pernikahan Pangcu mereka Liok Kiam-ping yang sekaligus
mempersunting dua gadis jelita pujaan hatinya, yaitu Siau
Hong dengan Le Bun. Dunia persilatan aman sentosa Kwi-hun-ceng makin
menjulang namanya. Liok Kiam-ping diakui sebagai tokoh
yang disegani dan terpandang.
TAMAT Ksatria Negeri Salju 5 Jaka Galing Karya Kho Ping Hoo Pendekar Pedang Kail Emas 1
^