Pencarian

Hong Lui Bun 7

Hong Lui Bun Karya Khu Lung Bagian 7


seperti di tusuk jarum tak kuasa melek lagi Begitu memejam
mata badannyapun meleset mundur beberapa kaki, kedua
tangan bergerak menimbulkan hawa pertahanan melindungi
badan denganJun-jan-ji-pok ilmu aliran sesat.
Desir hawa pedang menyambar dipinggir telinganya. walau
dia sudah menyurut beberapa kaki, namun pedang panjang
Liok Kiam-ping bagai bayangan mengikuti gerak gerik
bentuknya, tetap mengudak kemana dia berpindah, sebelum
dia mengegos pula, hawa pedang yang dingin tiba-tiba
berkelebat, tangan kirinya terasa perih, tiga jarinya tertabas
kutung, sementara kilat pedang masih menyerang beruntun
pula melukai dadanya. Begitu merasa sakit Hwe- bun-cun-cia lantas insyaf dirinya
telah terluka, saking murka dan penasaran, kaki kiri ditarik,
seluruh kekuatannya dia lontarkan, tubuhnyapun mencelat
pergi beberapa tombak. sekali melejit lagi bayangannya sudah
menghilang di luar rumah.
Begitu berada diluar rumah, mengawasi gedung yang
sudah terjilat api, lekas dia rogoh kantong mengeluarkan
sebuah benda bundar hitam terus ditimpuk kedalam.
"Glegar." sebuah ledakan seperti bom menggetar gedung
terbakar itu hingga runtuh lebih cepat, bumi seperti digoncang
hebat, debu asap dan reruntuhan menyamber ke udara.
Ki-ling-sin yang sejak tadi sudah berada di luar mendadak
menjerit kaget: "Hei, Lui-hwe-pi-lik. Itulah Lui-hwe-pi-lik
(granat guntur api)."
"Hoahahaha... " Hwe-hun-cun-cia tertawa besar sambil
tolak pinggang mengawasi gedung yang terjilat jago merah,
serunya: "Musnah, musnah semua. Mega api (Hwe-hun) menyala
semarak. bintang rembulanpun menjadi guram, biar
seluruhnya terbakar musnah... " wajahnya yang beringas sadis
tampak lebih menyeramkan lagi dibawah pancaran cahaya api
yang berkobar makin besar, segalanya menjadi serba merah,
jubah merah, darah merah, jago merah demikian gumpalan
asap merah, seluruhnya merah...
Diam-diam Le Bun berdoa dalam hati:
"Kiam-ping... " ingin dia menerjang masuk ke dalam
kobaran api, tapi Kim-ji-tay-beng keburu menangkap
lengannya. "Nona, ciangbun tidak akan mengalami bahaya, dia bukan
manusia yang berusia pendek, sekarang mungkin sudah lolos
dari arah lain-.. Le Bun juga yakin apa yang dikatakannya memang benar,
lekas dia berputar lari kearah jendela lain yang belum terjilat
api, Bahwa bujukannya berhasil menahan dan menyadarkan
Le Bun, Kim-ji-tay-beng, katanya: "Mari kita labrak tua bangka
itu, umpama jiwa kita harus berkorban juga biar adu jiwa
dengan dia." kembali mereka saling memegang pundak,
tenaga murni terjalin Kim-gin-sa-ciangpun dilancarkan,
ditengah gemuruhnya lengking suara disertai dua gelombang
pukulan dahsyat seperti gugur gunung melanda.
Hwe-hun-cun-cia terkial-kial. bentaknya: "Keparat yang tak
habis dibunuh. Serahkan jiwa kalian-" sekali lengan baju
mengebas,Jik-yam-ciang yang bersuhu panas tinggi
menerjang kedepan. "Plok" tubuhnya tergeliat, tapi kedua
kakinya amblas sedalam tiga dim didalam tanah.
Tangan Kimji-tay-beng mendorong lalu menyanggah, dia
salurkan tenaga pukulan lawan yang terlontar kearahnya
kepada Gin-ji tay-beng, kebetulan Gin-ji tay-beng juga berbuat
serupa, begitu kedua tenaga dahsyat itu saling bentur lantas
sirna tidak berbekas. Karena yakin Liok Kiam-ping sudah mati oleh am-gi lawan
yang ganas, maka kali ini mereka melabrak musuh
mengajaknya gugur bersama. Selama tiga puluh tahun
belakangan ini kedua orang yang meyakinkan bersama sejenis
ilmu tunggal yang harus dilancarkan dua orang berbareng dan
dinamakan Ho-hap-ut-ki (gotong royong saling bantu)
dilandasi tenaga Thian-te-ci-kio pula, sehingga kedua orang ini
seia sekata, kekuatan dua orang terbaur, menyerang bersama
sehingga gerakanpun serasi dan merata.
Meski taraf kemampuan mereka masih lebih asor dibanding
Hwe-hun-cun-cia, tapi karena tenaga murni lawan juga
terkuras tidak sedikit, maka sekarang mereka berada diatas
angin- Semangat Kimji-tay-beng makin menyala, tangan kanannya
beruntun menyerang dengan Kim-sa-ciang, dimana sinar emas
gemerdep beruntun dia melancarkan delapan pukulan,
demikian pula Gin-ji-tay-beng memukul delapan kali. Sesama
tenaga murni menimbulkan kekebalan, bolak balik sama
membantu, damparan angin seperti amukan gelombang
samudra, bergulung-gulung dengan angin ribut, Hwe-hun-cuncia
terdesak mundur tiga tindak.
Hwe-hun-cun-cia sudah terluka tiga jari dan dadanya oleh
Liat-jit-kiam Liok Kiam-ping, darah segar masih terus
bercucuran, belum sempat memberi obat dan membalut lukaluka,
sudah dikerubut oleh kedua orang ini, karuan dia
kelabakan- Dasar wataknya memang buas dan liar, selama
puluhan tahun sejak taraf kepandaiannya meningkat belum
pernah dia ketemu tandingan, kini terdesak oleh keroyokan
Kim-gin-hu-hoat, maka sifat liarnya menjadi kumat, rambut
kepalanya kaku berdiri, sorot matanya buas, seperti banteng
ketaton- sekuat tenaga dia gerakkan kedua tangannya,
setelah terjadi ledakan keras, angin ribut melanda ke berbagai
penjuru membawa hawa panas yang mengejutkan-
Begitu bentrok pandang dengan mata orang, tak sadar
Kim-ji-tay-beng bergidik seram, lekas Kim-sa-ciang dilontarkan
pula, namun tetap tak kuasa menahan terjangan tenaga lawan
yang ampuh, lekas dia membentak keras: 'Khing-te. Dia sudah
gila, hati-hati.' karena memusatkan perhatian- semangat dan
tenaga mereka terjalin cukup tangguh dan gerak gerik kedua
orangpun terkontrol dengan rapi, tekad menuntut balas bagi
kematian ciangbun mereka menjadikan serangan mereka
semakin tangguh. Maka berulang terjadilah bentrokan yang menimbulkan
ledakan keras, bumi bergetar debu membumbung, pohon
disekitar rumah rontok daunnya.
Dengan badan yang terluka Hwe-hun-cuncia bertempur
mati-matian seperti binatang yang terluka mengamuk dalam
kepungan, di bawah amarah yang menggila, setiap
pukulannya dilandasi setaker tenaganya. Walau Kim-gin-huhoat
sudah menjalin kekuatan dengan Thian-te-ci-kio, karena
lawan mengamuk seperti orang gila. kini berbalik mereka yang
terdesak malah, sekejap lagi jelas mereka takkan kuat
menahan serbuan gencar ini, mereka terus terdesak mundur
ke arah gedung yang lagi menyala panas.
Sementara itu Le bun berputar kesebelah gedung sana,
mulut berteriak-teriak: "Kiamping, Kiam-ping... "
Bocah gede Siang Wi ternyata menangis sedih, katanya
dengan cucaran air mata: "Dia sudah hancur oleh ledakan granat api paman Hwehun-
cun-cia. Huuaaa, bocah cilik kenapa jiwamu sependek
ini... "begitu dia membuka mulut menangis gerung-gerung
sungguh tak terbendung pula cucuran air matanya.
Sudah tentu Le Bun ikut bersedih, katanya penuh
kebencian: "Hayo kita tuntut balas kematiannya . "
Siang Wi angkat pentungan terus mendahului lari balik.
teriaknya: 'Hwe-hun-cuncia tua bangka keparat, serahkan
jiwamu.' Seperti disayat-sayat hati Le Bun, secepat kilat dia
mendahului melesat terbang, berarti dia lari mengitari gedung
besar ini satu lingkar, didapati Kui-Hun-ceng ternyata sepi
lengang, bayangan seorangpun sudah tidak kelihatan lagi.
Hanya suara nyala api saja yang memusnahkan gedung, asap
tebal membumbung keangkasa. Ternyata Angkin-cap-pwe-ki
juga tidak kelihatan batang hidungnya, demikian pula Biau-jiusip-
coan tidak kelihatan bayangannya. Dengan perasaan kebat
kebit dia baru berjalan setengah lingkaran. pandangannya
seperti dibungkus kain hitam saja. kecuali sinar api, tiada
benda lain yang terlihat.
Mendadak sebuah lengking tawa berkumandang
dibelakangnya, dengan tersirap Le Bun membalik, secara
reflek serulingnya bertaburan, cahaya putih telah
membungkus badannya, sekali putar pula seperti kitiran saja
dia sudah membalik badan sambil menyurut mundur.
Waktu pandangannya tertuju ketanah, bola matanya
terbelalak. rasa seram dan ngeri seketika menghantui hatinya,
dihadapannya bertumpuk belasan mayat orang yang masih
melelehkan darah segar. cepat dia melompat maju mendekat,
mayat-mayat ini bukan lain adalah anak buah Liok Kiam-ping,
siapa lagi kalau bukan Ang-kin-cap-pwe-ki, dihitung memang
genap semua ada delapan belas mayat. Tanpa merasa dia
menjerit tertahan sambil mendekap mulut, ditengah jeritannya
itu tiba-tiba didengarnya sebuah jengek tawa kaku
dibelakangnya, sedingin es suara itu sehingga jantungnya ikut
merasa dingin. Begitu dia menoleh dilihatnya bayangan seseorang hitam
gelap terbungkus dalam asap tebal, serunya terkejut. "Siapa
kau ?" Bayangan itu seperti setan yang tidak berbentuk saja,
tubuhnya seperti ikut melambai ditiup angin lalu, Kebetulan
angin menghembus hingga asap agak mernbumbung ke atas,
dibawah cahaya api dia melihat jelas wajah orang itu, seketika
rasa merinding timbul dalam benaknya, kapan dia pernah
melihat seraut wajah seburuk ini.
Wajah itu tidak mirip muka manusia karena dia hanya
memiliki sebuah mata hidung ya bengkok bolong separoh,
bibirnya merekah hingga giginya yang putih kelihatan
merongos dengan gusi yang merah menjijikan, rambutnya
kusut masai menutupi muka, sehingga separo kepalanya
tertutup rapat.Jubah kembang dasar warna hitam tampak
sempit membungkus tubuhnya yang kurus tinggi laksana
galah, lengan bajujusteru longgar dan panjang tampak
melambai tertiup angin sehingga tubuhnya kelihatan melegot,
selintas pandang orang pasti sangka dia ini dedemit. Le Bun
bertanya pula: "Siapa kau "
"Hehehe, genduk ayu, siapa aku.?" suara nan dingin seperti
gerujug air es dari lembah yang paling rendah, hawapun
terasa seperti membeku. Le Bun menarik napas menambahkan hati, seruling
melintang didepan dada, tanyanya pula dengan suara bengis:
'Siapa kau sebetulnya ?"
Orang itu terkekeh, separti melayang saja dia melejit maju,
katarnya dingin: 'Aku adalah Kiong bing.
"Apa Tok-sin-kiong-bing "' pekik Le Bun tersirap. Kiongbing
tertawa dingin, ujarnya: "Ban-tok-ci-ong, ong-tiong-ci-sin-' artinya raja selaksana
racun, raja diantara malaikat. Lalu perlahan dia mengeluarkan
telapak tangan dari balik lengan bajunya. aku datang dari Kosiok-
Kiong, ternyata dua muridku sudah mati, genduk. apa
kau yang membunuh mereka ?"
Tidak menjawab Le Bun bertanya malah: "Apakah kau yang
membunuh mereka?" "Mereka terkena racun tanpa bayanganku, semua sudah
mampus, jikalau kau tidak mau menerangkan, kaupun akan
mampus seperti mereka."
Telapak tangan orang tampak mengkilap biru, dalam gelap
dibawah cahaya jago merah kelihatan begitu mengerikan,
namun Le Bun cukup tabah, katanya: "Darimana kau tahu
bahwa muridmu sudah mati ?"
Tok - sin - Kiong - bing berkata: "Sukma mereka sudah
putus, sudah tentu aku tahu mereka sudah mati..." melihat
kucing pelacak dalam pelukan Le Bun, sorot matanya semakin
menyala, katanya: "Muridku itu pergi ke ouw-lan, kenapa
kucing pelacak miliknya bisa berada ditanganmu ?"
Mendadak dia menghardik: "Serahkan jiwamu," segera dia
menerkam sambil membuka kelima jari tangannya, belum tiba
tapi bau bacin dan amis telah merangsang hidung Le Bun.
"Hait " Le Bun membentak nyaring, serulingnya menggaris
lurus. Suitan pendek memetakan setabir cahaya putih
membungkus tubuhnya. Gerak gerik Kiong-bing betul-betul mirip setan
gentayangan, begitu kelima jarinya menyentuh tabir sinar
putih lawan, sebat sekali orangnya sudah melayang pergi,
ditengah udara dapat membelok arah dan berada dibelakang
Le Bun. Kembali Le Bun taburkan bayangan serulingnya, namun
kembali dia kehilangan jejak Kiong- bing, serulingnya dituntun
setengah lingkar, jurus ceng-hun to-to dari permainan dua
belas jurus seruling mega hijau menciptakan sinar berderai
selaksa banyaknya. Kiong- bing menyeringai, katanya: "Ternyata kau murid
Tokko cu nenek peot yang galak itu" segera dia tambah dua
bagian tenaga dan mengencangkan gerakan tangan, beruntun
dia menjotos sepuluh kali menendang delapan kali. disamping
lincah diapun lancarkan serangan ganas dan keji, Le bun telah
didesaknya hingga tak mampu mengembangkan permainan
seruling tunggal ajaran gurunya.
Sambil terkekeh Kiong bing mengebut tangan kiri hingga
menerbitkan segulung angin kencang menahan gerakan
seruling panjang, sementara kelima jari tangan kanan
menjentik, lima jalur angin panas segera mendesis keluar dari
kuku jarinya. Karena seruling panjang terbendung oleh tenaga lawan,
tangan kiri sudah siap melolos cui-le-loam yang diserahkan
Kiam-ping kepadanya, mendadak bau pedas yang menyengak
hidung telah menyebabkan otaknya seperti linglung. lekas dia
menahan napas. Sekuatnya dia gerakkan serulingnya dengan Jan-hun-piapia,
tangan kiripun telah mencabut cui-le-kiam. Tak nyana
baru setengah jalan, mendadak jantung seperti tersumbat,
mata gelap badanpun roboh terjungkal.
Cui-le-po-kiam yang telah terlolos itu tertindih badannya
hingga amblas seluruhnya kedalam tanah tinggal gagangnya
saja, "Bluk" Le Bun terguling kepinggir, kucing pelacak
melompat kaget, tapi lekas sekali menyusup kedalam tanah.
Melihat kucing pelacak itu hendak melarikan diri, lekas Toksin
pentang kelima cakarnya, begini cepat gerakannya


Hong Lui Bun Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

mencengkram, namun yang berhasil dipegang hanyalah
secomot bulu putih. binatang aneh itupun telah lenyap tak
karuan parannya. Dia tahu bila binatang aneh sejenis ini
terlepas, untuk menangkapnya pula perlu membuang banyak
tenaga, sekarang dia tidak membawa jala atau peralatan lain,
terpaksa biarkan saja dia lenyap.
Sekali raih dia mengempit Le Bun terus melompat
kebelakang rumah sambil tertawa dingin, hakikatnya dia tidak
perhatikan pedang yang terbungkus kain dan seruling putih
milik Le Bun. Kobaran api memang amat besar, lekas gedung besar itu
telah terbakar habis, kini tinggal menunggu padamnya saja,
angin malam yang dingin mulai mengembus datang pula
sehingga terasa malam di musim dingin ini betul-betul terasa
sepi, Ditanah lapang diluar gedung yang terbakar menjadi puing,
Kim-gin-hu-huat dibantu Ki-ling-sin Siang wi masih berhantam
seru melabrak Hwe-hun-cun-cia. Enam belas jurus amukan
gelombang sungai Siang wi dilancarkan dengan mahir, tenaga
kuat pentung berat, maka dari samberan pentung itu sungguh
amat berbahaya, apalagi Siang wi cukup cerdik mengincar
tempat berbahaya ditubuh lawan- Kim-gin-hu-hoat tetap
menggunakan keahlian masing-masing terus menggempur
gencar dari arah berlawanan dengan Siang Wi, keadaan tetap
sama kuat dan serang menyerang terus berlangsung.
Syaraf Hwe-hun-cun cia memang mendekati gila, ada
kalanya beruntun dia melancarkan jurus-jurus aneh dan lihay,
tapi adakalanya gerak geriknya tampak lugu dan hanya
berkelit melulu mengandal ketangkasan gerak tubuhnya,
namun puluhan jurus kemudian napasnya mulai tersengal.
Diantara keempat orang saling labrak ini, Siang wi beradat
paling berangasan-keinginan menuntut balas bagi kematian
Liok Kiam-ping adalah sedemikian mendesak maka dia benarbenar
telah tumplek seluruh tenaga dan kemampuannya.
serangannya seperti nekad dan tanpa perhitungan lagi.
Melihat Siang wi menyerang segencar itu, Kim-gin-hu-hoat
ikut terbakar amarahnya, merekapun tidak mau kalah tenaga,
jadi seperti berlomba saja mereka berusaha merobohkan
lawan lebih dulu, kedua lengan bergandeng laksana jembatan
itu terus pegang memegang makin kencang, tenagapun
dimanfaatkan sesuai kebutuhan sehingga satu sama lain saling
isi tanpa kuatir kehabisan bensin, sementara tangan kanan kiri
mereka melancarkan pukulan andalan mereka dengan lebih
hebat pula. Sementara itu Hwe-hun-cun-cia memutar badannya
sekencang roda, Jik-yam-ciang dikerahkan sampai puncak
kehebatannya, suhu panas terasa membakar kulit dan
mengeringkan hawa, sejauh ini dia tetap tabah dan ketat
mempertahankan diri, betapapun berbahaya serangan ketiga
lawannya, meski agak terdesak dia masih tetap bertahan,
apalagi kedua tangannya masih bebas bergerak meski tiga
jarinya putus, namun membelah mencengkeram, membacok
dan menutuk. pusaran hawa panas laksana mega api yang
membumbung keudara, sehingga kelihatannya dari
pertempuran inipun ditelan kobaran api yang menyala.
Lekas sekali gedung telah menjadi puing-puing dan jago
merah juga sudah padam tapi, mereka masih terus berhantam
puluhan jurus lagi. Siang Wi jadi tidak sabar, teriaknya: "Tua
bangka kecil, kubunuh kau." suaranya bagai petir
menggelegar, hingga Hwe-hun-cun-cia tergetar pekak dan
linglung sesaat, pada saat itulah Kim-ji-tay-beng telah
menegak telapak tangan membelah batok kepalanya dengan
kecepatan luar biasa, berbareng Gin-ji-tay-beng juga menepuk
telapak tangannya ke Khi-hay-hiat di bawah lambung Hwehun-
cun-cia. Belum telapak tangan mereka mendarat desir angin
kencang telah menggetar genderang telinga Hwe-hun-cun-cia,
lekas dia menarik napas mendekuk dada dan perut. Mega
merah tampak berkembang "Plak, plok" ke dua telapak
tangannya memapak dua serangan lawan yang mematikan,
begitu sikutnya menekan kebawah mengikuti gerakan badan
seperti mendadak dia mempunyai belasan tangan saja,
beruntun dia telah melancarkan sepuluh kali pukulan dari
peluang yang diperolehnya dalam adu kecepatan-
Pentung Siang wi juga menderu keras menyodok Bing-bunhiat
dipunggung Hwe-hun-cun-cia dengan jurus Hun-kay-busan
(mega tersingkap kabut buyar). Hwe-hun-cun-cia berhasil
mendesak Kim-gin-hu-hoat mundur puluhan langkah,
mendengar deru pentung yang menyodok datang, sengaja dia
menyerong langkah satu tindak sambil membalik tubuh
menyampuk kebelakang. "Plang" telapak tangan kirinya
berhasil mengemplang pentung Siang Wi.
"Hoooo!" Siang wi memekik, menekuk lutut pasang kudakuda
merendahkan badan sekuatnya dia menyendal ujung
tongkat, kontan mega merah kena disengkelitnya mumbul
secara mentah-mentah Hwe-hun-cun-cia telah dilemparnya
tujuh tombak tingginya. Hwe-hun-cun-cia memperlihatkan kelincahan gerak
tubuhnya, sambil menukik turun dia membentak: ,Siang Wi,
apa yang kau lakukan " Memangnya kau tidak mengenalku
lagi "' Siang Wi melenggong, katanya tergagap: "Tapi bocah cilik
kau... " sampai di sini mendadak dia membelalakkan bola
matanya bukan menatap Hwe-hun-cun-cia tapi melongo
kearah belakangnya, yaitu diantara puing-puing gedung yang
terbakar habis rata dengan bumi.
Hwe-hun-cun-cia menggeser jauh ke sana baru membalik
badan, begitu matanya menangkap esuatu ditengah puingpuing
gedung yang terbakar habis itu, seketika dia berjingkat
eperti dipagut ular beracun, seluruh urat syarafnya menjadi
tegang. Diantara tembok dan belandar yang belum terbakar habis,
dibelakang sebuah dinding yang ambruk separo, muncul
cabaya bundar kehijauan yang remang-remang, ditengah
keremangan cahaya hijau itu kelihatan sesosok bayangan
hitam. Seiring dengan bergeraknya cahaya hijau remangremang
itu sisa api yang masih menyala disekitarnya seketika
padam, seperti takut oleh cahaya hijau remang-remang itu.
"Pi-tok-cu." pekik Hwe-hun-cun-cia tersirap kaget.
Dengus dingin masih berkumandang, mendadak cahaya
remang-remang dari pantulan sebuah mutiara telah
melambung keudara setinggi enam tombak lalu meluncur
turun dihadapan Hwe-hun-cun-cia.
Lekas Hwe-hun-cun-cia menyilang kedua tangan didepan
dada sambil pasang kuda-kuda, bentaknya. "Siapa kau "
Cahaya mutiara yang remang-remang itu mendadak sirna,
dig anti selarik sinar putih berkilat, tampak Liok Kiam-ping
dengan memegang pedang panjang dua kaki lebih, tangan kiri
memegang sebutir mutiara hijau sebesar telur angsa
tergenggam ditengah jari-jarinya.
Siang Wi adalah orang pertama yang berjingkrak
kegirangan, serunya: "Bocah cilik, hahaha ternyata kau tidak
mati. Aku sigede ini sampai menangis karena mengira kau
telah mati." Liok Kiam-ping mengangguk. katanya:
"Hwe-hun-cun-cia, masih mau lari ke mana kau?"
Memancar bayangan ketakutan disorot mata Hwe-hun-cunsia,
sungguh tak pernah terpikir olehnya bahwa Lui hwe-pi-lik
yang dahsyat itu ternyata tidak mampu membinasakan anak
muda ini, dari sorot matanya yang memancar penuh dendam,
nyali sendiri menjadi ciut dan ngeri. Mendadak dia mengumpat
dengan pekik menggila, dua butir benda bundar hitam laksana
paluru melesat dari tangannya menerjang kearah Liok Kiamping.
Liok Kiam-ping juga menghardik rendah sebat sekali dia
bergerak laksana bayangan setan, bayangan pedangnya
tampak bergetar tujuh warna cahaya bertaburan diudara
dengan desir hawa pedang yang berputar, dua butir granat
api petir itu berhasil dibelit oleh cahaya pelangi itu terus
dilempar keluar jatuh d iatas jembatan gantung diluar
perkampungan- Dua kali ledakan dahsyat menghancur lebur jembatan
gantung yang terbuat dari balok-balok besar itu.
Ditengah bentakan Liok Kiam-ping, cahaya pelangi itu
kontan mengubat kedepan dengan jurus Hong siap-bik-hong
(pelangi meluncur dilangit biru), hawa pedang yang
mengembang dilandasi cahaya warna warni itu mengurung
sekujur badan Hwe-hun-cuncia.
Hwe-hun-cun-cia makin mengamuk dengan pekik suaranya
yang buas, menekuk sikut melintang tangan, perawakannya
yang tegap kekar berdiri tegak tak bergeming, di dalam suatu
peluang yang teramat pendek, beruntun dia menenuk delapan
kali, asap merah bagai gelombang pasang, suhu panas yang
mampu menghanguskan kulit badan menerjang kearah Liok
Kiam-ping. Liok Kiam-ping tertawa lantang, tangan yang tertekuk
tampak berputar, sekaligus dia gunakan variasi permainan
pedangnya. menciptakan pertahanan cahaya keremangan di
depan badannya, pukulan membara lawan yang membakar
kulit itu berhasil dibendung diluar garis serta sirna tercerai
berai. Dimana ujung pedangnya mendengung menggetar
deras, maka kuntum demi kuntum sinar pedang seperti
memberondong Hiat-to didepan dada lawan-
Kembali Hwe-hun-cun-cia berteriak seperti lembu
kesakitan- sebat sekali dia menyurut dua langkah, bayangan
telapak tangannya juga berhamburan seperti bunga saiju
pertahanannya cukup ketat dan rapat melindungi seluruh Hiatto
ditubuhnya, sementara kaki masih sempat pula
menendang. Dengan mengamuk dia melancarkan
serangannya, maka perbawanya jelas tidak seperti biasanya
tapi karena terlalu lama bertempur. tenaga dan Lwekangnya
banyak dikorting badannya terluka pula, betapapun gerak
geriknya sudah tidak setangkas tadi.
Liok Kiam-ping terkekeh dingin, ujung pedang
menyelonong lurus serta dipelintir sekalian "Blek" telapak
tangan lawan berhasil ditusuknya bolong, sebelum darah
mengucur keluar, tujuh jalur cahaya warna warni telah
menjadi tabir cahaya benderang menjulang keudara.
Hwe-hun-cun-cia memekik kesakitan- kaki kanannya yang
menendang itu ternyata juga tertabas buntung oleh pedang
lawan dalam samberan kilat tadi, Lebih celaka lagi telapak
tangan kiri yang tertoblos bolong itu juga termakan tajamnya
pedang hingga tersayat-sayat, darah dari kulit dagingnya
berceceran diatas salju, saking kesakitan seluruh badan
menjadi lemas dan terjatuh di atas tanah.
Badannya yang terbungkus jubah merah itu tampak
menggelinding dua kali, lekas tangan kanannya mencomot
segenggam salju untuk menyumbat pergelangan kirinya yang
buntung, sementara paha kiri yang buntung juga digosokgosok
dipermukaan salju, pikirnya dengan salju yang dingin
membekukan darah dan daging supaya rasa sakit hilang atau
berkurang dan darah segar tidak terlalu banyak mengalir, tapi
salju yang dingin itu bukan berhasil menahan rasa sakit dan
menghentikan keluarnya darah, rasa sakit justru bertambah
menyiksa. Setelah merintih dua kali, tangan kanan menyanggah
badan, dengan sebelah kaki kanan dia melompat berdiri,
rambut panjang yang semrawut menutupi muka yang
menyeringai pucat buas dan kesakitan, hingga tampangnya
yang memang jelek bertambah seram menakutkan-
Wajah Liok Kiam-ping dilembari hawa membunuh, tenang
dan dingin dia mengawasi Hwe-hun-cun-cia, dua perasaan
sedang memerangi batinnya, pikirannya menjadi kacau,
terbayang olehnya waktu didalam rumah makan tempo hari,
pengemis cilik itu ternyata amat cocok dengan dirinya, namun
dendam keluarga menuntut dirinya harus turun tangan sendiri
mencabut jiwa musuh besar ini. Terbayang akan betapa kejam
dan mengerikan kematian ayahnya seperti yang diceritakan
ibunya sebelum ajal, rasa benci bertambah menyala terhadap
Hwe-hun-cun-cia yang satu ini, pikirnya: Jika bukan lantaran
kau, aku pun takkan bisa menjadi manusia seperti sekarang "
Tapi imbalan yang harus kupertaruhkan juga tidak kecil
artinya... " mendadak dia menggembor keras panjang,
melimpahkan segala rasa hatinya, entah duka lara, amarah
dan penasaran, gema suaranya mengalun tinggi dan jauh
sampai lama masih berkumandang diudara.
Merah berapi Hwe-hun-cun-cia pandang Liok Kiam-ping,
seperti patung batu tanpa bergeming sedikitpun.
Liok Kiam-ping sebaliknya menghiasi wajahnya dengan air
mata yang meleleh, maju setapak dia membentak. "Apa pula
yang ingin kau katakan "'
Mendadak pandangan Hwe-hun-cun-cia seperti ditutupi
halimun, seolah-olah dirinya berada di kegelapan, menghadapi
dua bola sinar terang yang kelap kelip laksana bintang kejora.
namun sinar kelap kelip itu cukup membuat bola matanya
terasa pedas dan sakit, namun dengan lekat dia tetap
mengawasinya dan tidak rela memejam mata. Mendadak
terbayang olehnya akan cucu perempuannya, mulutnya lantas
menggumam: "Ping-ji, anak sayang...
Menghadapi musuh laknat yang barusan sudah mengamuk
gila sungguh ingin rasanya Kiam-ping menelannya bulat-bulat.
sekarang pertama kali dia saksikan kerut mukanya ya menua,
kasap dan pucat, rambut yang awut-awutan, rasa iba lantas
timbul dalam benaknya "Aih, yang mati sudah mati. terhadap
orang tua yang sudah tanpa daksa kenapa aku harus
membuat perhitungan untung rugi" Keadaannya mirip d ia n
ditengah tiupan angin badai, sekejap lagi juga akan padam
dan tamat riwayatnya, biarlah diampuni saja jiwanya."
"Ah tidak. Dendam orang tua sedalam lautan- selama
beberapa tahun ini betapa derita hidup yang kualami, apakah
tidak patut aku menuntut balas kepadanya " Aku harus
membunuhnya, tak boleh dilepaskan-"
Dua macam jalan pikiran yang berbeda bergelut dalam
lubuk hatinya, tapi akhirnya dia berpaling dan berjalan pergi
tanpa bersuara lagi. "ciangbun,' kata Gin-ji tay-beng. "kenapa
kau mengampuni dia "'
Kiam-ping geleng-geleng kepala, setelah menghela napas
dia bertanya: 'Mana Le Bun " kenapa tidak kelihatan
bayangannya ?" Kim-ji-tay-beng menjawab: 'Dia mencarimu kearah sana.
ciangbun, bagaimana kau bisa selamat dari ledakan granat


Hong Lui Bun Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

lidah api ?" Liok Kiam-ping hendak menjawab, tiba-tiba terdengar
jeritan yang mengerikan, setelah terdengar suara gedebukan
Siang Wi berkaok-kaok: "celaka, bocah cilik, lekas kemari,
paman Hwe-hun mati" Waktu Kiam-ping menoleh dilihatnya Hwe-hun-cun-cia
sudah menggeletak ditanah batok kepalanya pecah, darah dan
otaknya berceceran diatas saiju, jelas dia bunuh diri dengan
memukul pecah kepala sendiri.
Kim-ji-tay-beng berkata: "ilmu sakti ciangbun mulai
memperlihatkan perbawanya yakin sebentar lagi akan
menggemparkan dunia. dia tahu jiwa sendiri takkan bisa
diselamatkan maka rela bunuh diri... "
Liok Kiam-ping menghela napas, katanya: "Kau tidak tahu,
karena dia sekarang merasakan betapa derita orang yang
tersiksa karena kaki tangan buntung, maka dia terbayang
kepada para korbannya yang telah mati, mungkin jiwa
bajiknya menginsyafkan dirinya maka... "
Siang Wi menyela: "Bocah cilik, Sumoaymu yang manis itu,
disebelah sana tadi aku melihatnya ..
"Hayo kita menyusulnya kebelakang, masih ada Ang-kincap-
pwe-ki... "ujar Kiam-ping, lalu mendahului beranjak ke
sana. "Betul," seru Gin-ji-tay-beng, "sampai sekarang belum
kulihat bayangan mereka."
Beramai mereka lompat kebelakang gedung, setelah
mengitari runtuhan tembok, terasa perkampungan sebesar ini
ternyata sunyi lengang, tiada sesuatu suara seperti tiada
kehidupan di sini, sinar apipun tidak kelihatan, setiap penghuni
perkampungan ini seperti pulas dalam mimpi, namunjuga
tidak terdengar suara gerosan mereka.
"Eh. memangnya penghuni perkampungan iri sudah
mampus seluruhnya ?" demikian omel Gin-ji-tay-beng,
"kenapa tidak kelihatan seorangpun ?"
Kim-ji-tay-beng berkata: "Memangnya aku juga heran,
kenapa tiada seorangpun ke luar menolong kebakaran. meski
tiada kelihatan sinar api, tak mungkin mereka tidur selelap
ini?" ---ooo0dw0ooo--- Liok Kiam-ping diam saja terus beranjak kedepan, dia juga
sedang pikirkan keadaan yang aneh ini, terbayang olehnya
waktu dirinya masih berada didalam aula yang terbakar, Hwehun-
cun-cia melemparkan granat lidah apinya. Ledakan
dahsyat menggelegar disamping tubuhnya, secara reflek dia
melompat kebelakang, tapi karena getaran dahsyat dari
ledakan itu dia jatuh semaput. celakanya tanpa terasa dia
roboh diatas balok besar yang sudah menyala. Entah berapa
lama kemudian, terasa ubun-ubun kepalanya seperti diketuk
perlahan sehingga badannya bergetar sekali, tapi orangnya
juga lantas sadar. Begitu dia membuka mata segera dia
menemukan dirinya berada dalam pelukan seseorang, tabir
cahaya hijau yang remang-remang membungkus tubuhnya.
Pada hal seluruh gedung itu sudah ditelan jago merah,
nyala api mengeluarkan suara gemeratak. tapi api dan asap
seperti menyingkir bila menyentuh cahaya remang-remang
hijau itu, seperti sengaja ditahan di luar garis oleh selapis
kaca, suhu panas juga tidak terasakan sama sekali.
Kini dia sudah sadar seratus presen, tapi wajah orang itu
tetap belum dilihatnya, tapi dia sadar telapak tangan orang itu
menekan punggungnya. Bau arak wangi menyengak hidung,
tapi bergerakpun dia tidak berani, kuatir orang tahu bahwa
dirinya sudah siuman, celaka bila orang turun tangan keji
menepuk Bing-bun-hiat,jalan darah mematikan ditubuhnya.
Dia terus bernapas pelan dan merasa, sambil mengerahkan
seluruh tenaganya, dia sudah siaga bila perlu dalam keadaan
tak terduga dia akan menyerang atau turun tangan lebih dulu.
sekaligus berusaha membebaskan diri dari tekanan telapak
tangan orang dibelakang punggungnya.
Tak nyana, baru saja dia kerahkan tenaga dan sikutnya
hampir menyodok Ki-tihiat dilengan atas lawan, kupingnya
mendengar orarg menegur dengan suara rendah berat: 'Kau
sudah siuman anak muda ?"
Telapak tangan itupun ditarik dari punggungnya, begitu dia
membuka lebar kedua matanya pula, dilihatnya dirinya rebah
telentang dipangkuan seorang Hwesio, wajah Hwesio ini
tampak angker dan berwibawa, siapa lagi kalau bukan Hwesio
malas takang gares yang kepalanya penuh borok.
Kiam-ping menjerit kaget, bergegas dia merangkak bangun,
serunya: "Locianpwe, ternyata engkau.'
Hwesio malas tertawa, katanya: "Beberapa hari tidak
ketemu kau, Kungfumu ternyata memperoleh kemajuan lipat
ganda, tidak sia-sia mata lamurku ini meramalkan saatnya kau
akan menonjol. He, dalam sekejap lagi yakin gembonggembong
iblis jahat dari angkatan tua itupun bukan lagi
tandinganmu." Biasanya Hwesio malas ini berkelakar dan bicara malasmalasan-
Kini sikapnya tampak serius dan tekanan suaranya
tandas, entah apa sebabnya. Maka dengan ramah dan
merendah dia tertawa, katanya: "Locianpwe, bagaimana
kaupun berada di sini ?"
Hwesio koreng menghela napas, katanya:
"Ditengah jalan aku bertemu Tok-sin-Kiong-bing,
dikalangan Bulim tersiar luas bahwa seorang jenius Bulim
telah ditemukan mereka, beramai-ramai gembong-gembong
iblis itu hendak memungutnya menjadi murid, dengan
melenyapkan seluruh aliran putih dan lurus, didesak oleh
keadaan terpaksa aku merasa perlu untuk menerimanya
menjadi murid, siapa nyana aku datang terlambat setindak,
kebetulan kupergoki Tok-sin..."
"Tok-sin ?" Liok Kiam-ping menjerit "di mana cianpwe
bersua dengan dia?" "Dikaki Thian-thay-san dipropinsi ciat-kang. Dia membual
katanya orang itu sudah dia temukan- Kini dia sekap didalam
sebuah gua untuk mempelajari beberapa teori ajaran mereka
beberapa orang, didalam gua itu, konon terdapat pelajaran
tunggal serba mulejijat dari peninggalan Hou-hun Siang jin,
gembong silat nomor satu dari golongan sesat."
Setelah menghela napas, lalu melanjutkan:
"Sudah sepuluh tahun aku tidak bertemu dengan Tok-sin,
entah beberapa tahun ini Kungfu beracun apa yang berhasil
diyakinkan sehingga badannya serba kebal dan lihay, hanya
beberapa patah kata dia ajak aku bicara, tahu-tahu aku sudah
keracunan oleh binatang beracun peliharaannya, setelah
seratus jurus, kadar racun sudah merembes kedalam tulang
dan urat nadi, karena tidak kuasa mengendalikan diri terpaksa
aku melarikan diri .."
Dengan menyengir sedih dia melanjutkan: "Sejak aku
Hweshio tua ini keluar dari Lo-han-tong tahun itu, selamanya
belum pernah mencawat ekor melarikan diri, tapi kali ini... ai."
setelah mengoceh napas suaranya lebih berat. "Bakatmu
cukup baik meski tidak terhitung jenius yang sukar ditemukan
selama ratusan tahun, tapi kau merupakan pilihan juga. Jintiok-
ji-meh dalam tubuhmu sudah tembus. maka kemajuan
sehari umpama orang lain seribu hari, tapi manusia berlatih
silat tidak boleh disamakan seperti membangun jembatan,
sekali lompat lantas ingin mencapai taraf yang tiada taranya,
oleh karena itu aku memandang perlu untuk menyalurkan
Lwekang yang kuyakinkan selama hidup ini dengan cara Kayting
tay-hoat dari Siau-lim, membantu kau memupuk dasar
untuk membangun Kim-kong-put-hoan-sin-kang, bila tiba
saatnya badanmu akan terlindung oleh hawa murni. selaksa
jenis racunpun takkan mampu mencelakai jiwamu, bila telah
beratus tahun jiwamu akan copot dari raganya dan terbang
kesorga .." Liok Kiam-ping bingung, dia tidak tahu apa maksud
perkataan Hwesio malas, diapun tidak tahu apa itu Kim-kongput-
hoay-sin- kang segala. maka dia bertanya "Cianpwe,
seluruh omonganmu ini."
Hwesio malas mencegah perkataan selanjutnya, katanya:
"Aku sudah terkena racun Tok-sin, tiada suatu cara atau obat
mustajab apapun dapat menyembuhkan diriku, karena itu aku
ingin menyembuhkan diri dengan Bo-thi-sian-kang yang belum
sempurna kuyakinkan, sayang kebentur lagi dengan peristiwa
Hwe-hun-cun-cia yang menimpuk granat lidah api sehingga
pertahanan hawa murni yang telah kuhimpun disekitar
jantungku tergetar buyar, maka kini usiaku tinggal dua jam
lagi, setelah dua jam aku akan mati.."
"Dimana tadi kau bersamadhi " Kenapa pula bisa berada
diaula ini " oh, ya, bagaimana pula mutiara ditangan
cianpwe..." Hweshio malas mengerut kening, katanya: "Jangan tanya
terlalu banyak. sekarang akan kuajarkan teori dari ajaran
rahasia Kim-kong-put-hoay-sin-kang aliran Hud-bun yang
tulen kepadamu. Lalu seluruh Lwekangku akan kusalurkan
kedalam tubuhmu, setelah kau siuman, berusahalah
menemukan Tok-sin, bunuh dia, lebih penting lagi kau harus
menyelidik jenius silat yang belum pernah ada sejak seratusan
tahun yang lalu, siapa she dan namanya, sekuat tenaga kau
harus merebutnya, atau minimal berusaha supaya dia kelak
tidak terjeblos kejalan sesat..." lalu dia serahkan mutiara
ditangannya kepada Liok Kiam-ping, katanya: "Inilah Pit-hwecu
(mutiara pencegah api), salah satu dari sepuluh mutiara
besar yang tersakti didunia ini, kau harus menyimpannya baikbaik..."
maka dia mulai menurunkan ilmu Kim-kong-put-hoaysin-
kang, secara teliti, sabar memberikan penjelasan dan
contoh. Cepat sekali Liok Kiam-ping sudah memahami dan hapal
diluar kepala, katanya menghela napas: "Kalau sepuluh tahun
aku lebih dini masuk Siau-lim, sekarang tentu sudah berhasil
kuyakinkan kungfu kebal yang tiada taranya, ilmu sakti
mandraguna yang tidak akan mampu melukai diriku,
jiwakupun tidak akan ajal hari ini karena keracunan oleh Toksin
?" air mata tak tertahan meleleh membasahi pipi. Setelah
kau berhasil, kuminta kau banyak memberi bimbingan dan
pengawasan terhadap murid-murid Siau-lim kita, tegakkan
keadilan dan kebenaran kaum persilatan-.. " mendadak
sekujur badannya mengejang terus gemetar, lekas dia
berkata, suaranya mendengung: "Lekas pejamkan matamu."
Masih segar dalam ingatan Liok Kiam-ping, waktu dirinya
menolong Lui Giok dulu orangpun dalam keadaan luka parah
dan keracunan, tak nyana beberapa tahun kemudian dalam
keadaan yang sama, hari ini dia bertemu dengan Hwesio
malas. Kedua orang ini sama-sama rela mengorbankan jiwa
sendiri menyalurkan tenaga kedalam tubuh supaya dirinya
memperoleh kemajuan, tanpa terasa darah seperti mendidih,
hatinya amat haru, teriaknya: "cianpwe jangan kau... "
Hwesio malas membentak: "Aku berusaha demi
kesejahteraan umat persilatan, jikalau jenius silat yang jarang
ada seratusan tahun ini terjatuh ketangan kawanan sesat dan
berhasil meyakinkan ilmu jahat mereka, apakah Siau-lim-pay,
Bu-tong-pay, Hoa-san-pay, Khong-tong-pay dan Hong-lui-bun
bisa tetap hidup jaya ?"
Mulut Liok Kiam-ping sudah terbuka hendak bicara,
dilihatnya sekujur badan Hwesio malas bergidik, tubuhnya
terguncang keras, perlahan mukanya seketika menjadi hitam,
maka tak berani dia banyak mulut lagi, sementara telapak
tangan Hwesio malas telah menekan Pek-hwi-hiat tepat
dibatok kepalanya. Tetesan air sederas hujan lebat gemerujuk diatas
badannya, setelah mengalami proses penggemblengan seperti
Gatotkaca yang digembleng menjadi perkasa mempunyai otot
kawat tulang besi, maka gelombang panas terasa mengalir
sederas arus sungai, tenaga dalam yang menggejolak
merembes keseluruh sendi tulang pembuluh darah dan
menguap lewat pori-pori... Akhirnya Kiam-ping jatuh pingsan-
---ooo0dw0ooo--- Setelah siuman pula, didapati tangannya masih
menggenggam Pit-hwe-cu, sementara Hwesio malas tidak
kelihatan bayangannya, namun disamping tubuhnya
menggeletak seperangkat jubah Hwesio yang penuh,
tambalan dan sepasang sepatu rumput, agaknya sengaja
ditinggalkan untuk dirinya, Kiam-ping lantas menduga bahwa
Hwesio malas telah meninggal.
Kiam-ping masih bingung sampai taraf mana kebolehan
dirinya sekarang, tapi jurus yang dilancarkan baru dari
pancaran cahaya berobah menjadi kalem dan mantap. cukup
satu jurus saja, maka Hwe-hun-cun-cia yang dua puluh tahun
yang lampau diagulkan sebagai salah satu Liok-toa-thian-cu
buntung kaki tangannya, permainan jurus secepat dan ganas
ini, meski mengandal ketajaman Jit-jay-kiam sehingga
mengaburkan pandangan mata, tapi kalau bekal lwekang si
penyerang sendiri belum memadai juga takkan mampu
mengembangkan jurus pedang taraf tinggi itu.
Kiam-ping kegirangan bahwa taraf kepandaiannya sekarang
telah maju berlipat ganda. maka dia membatin: "Aku akan
berantas seluruh orang-orang jahat itu.'
Tabir malam telah menyelimuti jagat alam semesta
sedemikian sepi, bintang-bintang kelap kelip diangkasa raya.
Hembusan angin terasa dingin menyegarkan badan-
Bola mata Liok Kiam-ping tampak menyala ditengah
kegelapan, pandangannya tetap jelas dan terang seperti
ditengah siang hari, setiap tempat atau sudut gelap tetap bisa
dijelajalinya deeganjelas. Mendadak berobah air mukanya,
serunya: 'Nah, disana." secepat kilat dia melejit ke sana.
ditengah udara tangan kirinya seperti meraih sesuatu, tampak
sesosok mayat orang melesat terbang kedalam tangannya.
"Ha, ciu Bun-thong.' Kim-ji-tay-beng menjerit.
Dingin suara Liok Kiam-ping: 'Mati keracunan-'
"Mereka mati semuanya." Gin-ji tay-beng mendesis seram,
suaranya gemetar mukapun berobah.
Bercucuran air mata Kim-ji-tay beng, katanya sedih:
"Mereka mati keracunan oleh Tok-sin, kalau tidak ada
seorangpun dalam dunia ini mampu membunuh mereka
sekaligus." "Tok-sin... Kiong-bing.. ' Liok Kiam-ping mendesis,
mendadak dia lempar mayat serta menggembor sambil angkat
kedua tangannya: "Le Bun, Le Bun ..'
Suaranya terhanyut oleh angin lalu dari tersiar sampai jauh,
namun ditunggu-tunggu tidak mendapat jawaban- Badannya
mendadak berputar, udara mendadak menjadi wangi,


Hong Lui Bun Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

bayangan berkelebat, tiba-tiba jejaknya menghilang.
Siang-wi mengedip mata serta menguceknya beberapa kali,
tapi kenyataan Liok Kiam-ping sudah lenyap. serunya: "Bocah
cilik, kenapa kau menghilang ?"
Gin-ji-tay-beng juga tersirap serunya:
"Ginkang ciangbun kenapa mendadak sehebat ini mencapai
taraf Sip-heng-bu-sing ( menyerap langkah tanpa bayangan),
pergi datang bagai angin lalu " Mungkin... "
Kim-ji-tay-beng berkata: "Tadi kulihat sorot mata ciangbun
meski biasa, tapi setiap merem melek seperti memancarkan
cahaya gemeredep laksana kilat, jelas dia berhasil meyakinkan
entah ilmu sakti apa pula..."
"Ilmu sakti apakah didunia ini yang dapat membuat bola
mata memancarkan cahaya, sungguh mengejutkan-.." Gin-jitay-
beng setengah percaya. Seperti paham tidak paham Siang Wi mengawasi mereka,
serunya: "Apa yang sedang kalian ributkan " Kenapa tidak
lekas mencari bocah cilik, perutku sudah mulai lapar, tak boleh
pergi tanpa urus perutku." segera dia pentang langkah berlari
lebih dulu. Mengawasi mayat yang tertumpuk dari kawan-kawan
sendiri Gin-ji-tay-beng menghela napas: "Bekal Kungfu mereka
memang belum patut untuk menunaikan tugas berat. Ai,
selama puluhan tahun, betapa berat tugas yang dipikul setiap
anggota Hong-lui-bun, akhirnya mereka mengalami nasib
begini." Kim-ji-tay-beng berkata: "Mumpung sudah keluar. aku akan
undang kawan kawan lama serta para Tiang lo kita yang
sudah mengasingkan diri untuk tampil pula kedalam kancah
perjuangan demi mendirikan dan memulihkan kekuasaan
perguruan kita. biarlah kita melakukan tugas bakti dikalangan
Kangouw, demi kesejahteraan umat manusia umumnya,
supaya pupuk dasar yang gemilang kita bangun pula sehingga
cemerlang dikolong langit."
Kejap lain mereka sudah mengejar Ki-ling-sin.
Setelah dua kali menggembor tidak mendapat jawaban,
hati Kiam-ping makin gelisah, tanpa memberi pesan lagi
segera dia kembangkan Ginkangnya tinggal pergi.
Badannya terapung setinggi enam tombak diudara, hawa
murni sambung menyambung terus berputar diseluruh
badannya, sehingga badannya menjadi ringan seperti burung
yang terbang, setiap kali lompatan mencapai delapan tombak
baru badan melayang turun, begitu kaki menginjak tanah
sekali menarik napas pula, tubuhnya sudah melamblung pula
kedepan, pada saat itulah mendadak kupingnya menangkap
suatu gerakan suara yang sudah amat dikenalnya, tampak
sebuah benda putih berbulu melompat keatas terus menyusup
kedalam pelukannya. Waktu Kiam-ping menunduk, itulah
kucing pelacak yang semula berada ditangan Le Bun. karuan
kagetnya bukan main, tanyanya: "Mana Le Bun?" setelah
terucap pertanyaan baru dia sadar, seekor binatang mana bisa
diajak bicara. Dua kali kucing pelacak mengeong lalu melompat turun
ketanah, ekor panjang dengan bulu yang mekar itu tegak
berdiri. Lekas Kiam-ping mengendap hawa murni tubuhpun
meluncur turun, maka dilihatnya ujung jubahnya yang
menggeletak diatas tanah, lekas dia membungkuk dan
memegang pedang terus dicabutnya.
"Cui le-ki-kiam," tiba-tiba dia memekik sedih, "Sreng"
pedang mestika dia cabut, seketika cahaya-pedang memancar
keudara seperti lembayung menembus kelangit. Begitu tangan
kanan terayun, cahaya pedang melebar seperti memenuhi
angkasa, suara geludukpun menggeletar, selarik sinar terang
melesat diudara dan "Trap" sebuah dinding tinggi sebuah
rumah lima tombak didepan sana ditembaknya ambruk.
Ditengah mengepulnya debu Kiam-ping berdiri menjublek
didalam rumah, ternyata tanpa sengaja barusan dia telah
mengembangkan Gi-kiam-ci-sut, taraf tertinggi dari ilmu
pedang. Dalam keadaan risau dan gelisah karena kehilangan Le
Bun, saking gusar dan sedih, tanpa sadar sekenanya Liok
Kiam-ping mengembangkan jurus Gin-ho-can-can seperti yang
terukir digagang pedang terus menimpukkan cui-le-ki-kiam.
Tak nyana begitu dia kerahkan hawa murni seiring dengan
gerakan gaya pedangnya, seluruh semangat dan darah daging
seperti senyawa dengan pedang besar panjang empat kaki
lebih ini melesat kedepan.
Setelah tembok ambruk rumah runtuh baru dia sadar
gerakan jurus itu merupakan Gin-kiam ci-sut (ilmu
mengendalikan pedang) hawa pedangnya bukan saja kuat,
hebat juga tajam sekali, hingga seluruh bangunan rumah itu
runtuh seperti digoncang gempa, hancur lebur rata dengan
tanah, betapa dahsyat jurus pedang ini, sungguh Kiam-ping
melenggong kaget dan tidak berani membayangkan akibatnya
bila dia lancarkan jurus pedang ini kepada sesama manusia.
Sekejap dia berdiri melongo, mendadak pedang berat itu
dia lempar keangkasa, ditengah desir angin tajam cahaya
lembayung seperti menembus angkasa, sementara badannya
juga ikut melambung keudara mengejar cahaya benderang
itu. Begitu kaki tangan bekerja, terdengar pula angin ribut
menimbulkan damparan angin badai, nyata ditengah udara
Kiam-ping kembangkan Liong-hwi-kui-thian, bayangan telapak
tangan yang rapat ketat seperti tabir telapak tangan yang
sengaja dianyam rapi dan teliti, dalam sekejap itu secara
beruntun tanpa ganti napas dia sudah berhasil melancarkan
tiga puluh enam jurus. Begitu selesai gerakan tangannya,
secara sukses berarti dia telah mewarisi ilmu Liong-jiu-kingthian
itu. Beruntun gerak tubuhnya berobah sembilan gaya, dari
jurus Liong-jiau-king-thian berhasil dirobah menjadi Wi-liongting-
gak, angin pukulannya melanda keempat penjuru
sehingga runtuhan puing-puing rumah disapu bersih dari
tempatnya semula. Gerakannya belum berhenti sampai disitu, kedua telapak
tangannya bergerak pula, tubuhnya terapung tiga kaki. di
mana kedua tangannya terayun dengan melompat keluar,
maka terbitlah segulung tenaga dahsyat seperti gunung
meletus gelombang badai mengamuk, rumah disebelahnya
lagi yang berjarak tiga tombak diterjangnya runtuh dan
ambruk, genteng beterbangan, kayu dan balok yang patah
serta debu membumbung keangkasa, suara menjadi gemuruh.
Pada saat itulah cui-le-kiam yang menjulang tinggi
keangkasa sudah meluncur, dengan desing suaranya yang
keras, menukik lurus tetap diatas kepalanya. Kiam-ping tepuk
kedua tangan, dengan mudah dia tangkap pedang berat itu
serta anjlok turun ditanah. Saking girang dia sampai
menangis, karena Wi-liong-ciang telah berhasil diyakinkan
dengan sempurna. Kim-ji-tay-beng berlari mendatangi lebih dulu, serunya:
"ciang bun kau tidak apa-apa"
"Tidak apa. apa," ujar Kiam-ping menggeleng, 'Le Bun pasti
diculik oleh Tok-sin, Aku harus segera mengejarnya."
Gin-ji-tay-beng juga memburu tiba, serunya "ciangbun, apa
kau kuat lawan dia ?"
"Pupuk dasar Kim-kong-put-hoay-sin-kang telah kupelajari
dengan baik, selaksa racun tidak mempan kepadaku, aku
yakin pasti dapat membunuhnya" demikian ujar Kiam-ping
tegas. Gin-ji tay-beng tersirap terbalik, serunya: "Kim-kong-puthoay-
sin kang " Bukankah itu Lwekang tinggi dari aliran Hud,
darimana ciangbun bisa mempelajarinya "
"Dengan Ginkangku sekarang yakin dapat menyusul Toksin-"
kata Kiam-ping, "kalian tunggu aku di sini saja."
Kim-ji-tay-beng berkata: "Perkampungan ini menjadi sepi,
barusan aku sudah memeriksa kesegala pelosok. seluruh
penghuni perkampungan ini tua muda, laki perempuan semua
terbunuh, semua mati karena sebatang jarum diatas jidat
mereka." Bercekat hati Kiam-ping, tanyanya: "Apa kalian
melihat Biau-jiu-sip-coan?"
Kim-gin hu-hoat menggeleng bersama bertanda mereka
tidak melihat juga tidak menemukan mayatnya.
Liok Kiam-ping berpikir sejenak. katanya kemudian: "Toksin
pasti belum jauh, bukan mustahil dia masih berada
diperkampungan ini, kalian jaga di sini aku akan memeriksa.
lenyap suaranya tubuhnya sudah mencelat sepuluh tombak
jauhnya, berlari berlompatan ditengah udara.
Kui-hun-ceng diliputi kegelapan nan senyap. tiada suara
atau tak kelihatan bayangan kecil hidup, Kiamping kembali
ketempat dimana waktu kecil dia tinggal. terbayang masa kecil
dulu, sang waktu ternyata telah berselang tanpa terasa,
sekarang dirinya harus sibuk berkelana di Kangouw, memikul
tugas berat dan mulia. terlibat dalam pertikaian dan
permusuhan yang berkepanjangan. Walau sekarang
Kungfunya sudah tambah hebat, namun...
"Aih," dia menghela napas panjang, rumah kecil yang
terletak disamping gedung besar masih kelihatan berdiri
terpencil di sana, itulah rumah kecil dimana dulu dia tinggal,
timbul rasa kesepian dalam lubuk hatinya, didalam dunia yang
luas ini, dia hidup sebarangkara. tiada sanak tiada kadang.
Maka tanpa disadarinya betapa tersiksa batinnya setelah dia
ditinggalkan Le bun, perasaan sepi dengan gejolak yang tak
karuan kembali merangsang hatinya jelas dulu tidak pernah
dia mengemban perasaan seperti ini. Pikirnya: "Dua anak
yatim piatu bertemu dan hidup berdampingan memang
merupakan pelipur lara... '
Liok Kiam-ping meluncur turun didepan rumah kecil yang
terpencil itu, baru saja dia hendak melangkah maju mendadak
sebuah gerakan perlahan yang sedikit menimbulkan suara lirih
telah tertangkap oleh ketajaman kupingnya, mendadak
dilihatnya sesosok bayangan menyelinap dibelakang pagar
bambu disebelah sana, hidungnya mendengus secepat kilat
tubuhnya mumbul terus meluncur kedepan- Maka dilihatnya
sesosok bayangan dengan tersipu sedang menyelinap kedalam
sebuah lobang, kontan dia membentak: 'Lari ke mana."
"Ser" angin tajam menerjang, sebatang panah melesat
ketenggorokkannya. Dengan kedua jari dia jepit batang
panah, berbareng tangan kirinya menangkap terus ditarik,
seperti menangkap sesuatu, sedikit badan berputar setengah
lingkar lalu anjlok kebawah, maka bayangan itu menjerit kaget
dan panik, tidak menerobos masuk bayangan itu lantas
terbetot keluar menggelundung ke samping.
Ternyata Kiam-ping melancarkan ilmu sakti Hi-khong-ciapin
(menerima dan menuntun diudara kosong) yang
dipelajarinya tanpa sengaja, orang yang menyelinap masuk
kelobang gua itu berhasil dibetotnya keluar oleh tenaga
saktinya dari kejauhan- mendengar jeritan kaget itu baru dia
menyadari bahwa tawanannya ini ternyata adalah seorang
perempuan-Perempuan dengan rambut panjang terurai, maka
dia bertanya dengan suara berat: "Siapa kau?"
Perempuan itu menyingkap rambut yang menutupi
wajahnya, suaranya ketus, jawabnya berani: "Aku manusia
biasa." Tampak jelas oleh Kiam-ping seraut wajah bundar telur dari
seorang gadis belia yang masih bersifat kekanak-kanakan-
Sepasang bola matanya yang bundar hitam jeli
memancarkan cahaya seperti mata seekor kancil yang mungil
ketakutan karena tertangkap oleh pemburu. Wajah nan jelita
dan sudah amat dikenalnya, sorot mata yang pernah
membuat hatinya kesengsem dan rindu, tanpa terasa tercetus
jeritannya: "Siau-hong, kaukah."
Bola mata sigadis tampak terbeliak lalu mengedip dua kali,
tanyanya bimbang: "Kau..."
"Aku ini Kiam-ping, engkoh-pingmu." kata Liok Kiamping
setengah tersendat. Gemetar bibir Siau Hong, cepat dia menerkam kedalam
pelukannya, pekiknya kegirangan: "Ping-koko."
Setelah memeluk badan ramping yang montok berisi ini
baru mencelos hati Kiam-ping dan sadar tidak patut dia
lakukan hal ini, maka dengan tersipu lekas dia kendorkan
pelukannya serta melepas pelukannya.
Agaknya Siau Hong juga sadar terlalu diburu emosi, lekas
diapun mundur, pipinya merah malu kepalapun tertunduk.
Kiam-ping gosok-gosok tangan, katanya:
"Siau Hong, kau baik-baik bukan " Sekian tahun tidak
bertemu, kau sudah tumbuh sebesar ini."
Baru beberapa patah kata pembicaraan mereka diluar
berkumandang suara isak tangis yang ramai terbaur dengan
gelak tawa orang yang riuh pula.
Sesosok bayangan putih denganjubah panjang sempit,
kepala memakai topi tinggal berperawakan tinggi kurus
tertangkap disudut mata Kiam-ping, di kepekatan malam,
selintas pandang orang akan ketakutan disangka ketemu
setan gentayangan. Kiam-ping merangkul Siau Hong yang
menjerit ketakutan serta membentak: "Siapa itu?"
"Hehehe, dikota kematian yang dihuni setan gentayangan
ini, muncul sepasang manusia hidup, serahkan jiwa kalian
perkara beres?" suaranya dingin sumbang menggiriskan-
Seperti berada disatu lembah gunung, hamburan pekik
suara dingin bergema di alam mistik menggabung menjadi
paduan suara yang gegap gempita mendengung dalam
telinganya: "Serahkan jiwamu, mau apa lagi ?" Serahkan
nyawamu. Mau apa lagi ?"
Bayang-bayang putih yang tidak terhitung jumlahnya
mendadak bermunculan disekitarnya makin dekat dan nyata
mereka menggerakkan kaki tangan terus merubung maju
semakin dekat. Kiam-ping mendengus hidung, terasa Siau Hong semakin
merapat dan memeluk kencang badannya, tubuhnya yang
gemetar terasa dingin, dengan penuh kasih sayang dan
kasihan Kiam-ping merangkulnya pula kedepan dada, katanya
perlahan: "Jangan takut, mereka takkan berani melukai kau."
Setan putih didepan merogoh kebelakang menurunkan
sebatang payung kertas warna putih suaranya dingin
memekik: "Serahkan nyawamu, mau apa lagi ?"
Muncul pula sesosok bayangan hitam di belakang Pek-busiang,
dandanannya mirip tinggi dan perawakannya juga
sama, pakaiannya serba hitam, tangan juga memegang
sebatang payung kertas warna hitam, jelas dia ini Hek-busiang.
Hek-bu-siang juga memekik: "Serahkan nyawamu. mau
apa lagi?"

Hong Lui Bun Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Cahaya ungu mulai merembes ditubuh Kiam-ping, sorot
matanya yang berkilat kadang-kadang terlihat tiba-tiba lenyap
seiring dengan meram-meleknya kedua mata, dengan tenang
dan dingin dia saksikan tingkah polah orang-orang yang makin
dekat, lebih jelasnya mereka boleh dianggap sebagai bayangbayang
setan. ---ooo0dw0ooo--- Saat mana Kim-kong-put-hoay-sin-kang telah bekerja dan
mulai mengembang melar sisi tubuhnya dengan hawa murni
yang melindungi tubuhnya Setelah bayang-bayang setan itu
mendekat dalam jarak setombak lebih baru dia membentak:"
Berhenti Siapa diantara kalian berani maju selangkah lagi,
jiwanya akan kurenggut." suaranya seperti benturan logam
keras, begitu keras frekwensinya hingga bayang-bayang setan
serempak menghentikan langkah, tiada satupun yang berani
bergerak gegabah. Kiam-ping bertanya pula: "Siapa yang utus
kalian kemari ?" "Hehehe, hihihi..." berbagai nada gelak tawa berpadu,
tampak Pek-bu-siang maju selangkah.
"Huh," Kiam-ping mendengus sambil mengebas dengan
lengan baju, serangkum tenaga lembut pelan-pelan
mendampar kedepan. Lekas Pek-bu-siang memutar payung
putih, dari samping dia menubruk ke arah Kiamping sambil
menyendal payungnya keatas sehingga tubuhnya yang
terapung tertahan sejenak diudara, mirip para cutis yang
bergantung diudara, tapi baru beberapa kaki tubuhnya
menerjang kedepan, tiba-tiba ditahan oleh serangkum tenaga
lunak itu, seketika dia rasakan tubuhnya seperti terjungkal
kedalam kolam lumpur, kaki tangan seperti terbelenggu
kencang, bukan saja kaki tangan tak mampu bergerak,
bernapaspun terasa berat, karuan kejutnva bukan kepalang,
lekas dia kerahkan seluruh kehuttannya meronta sambil balas
menyerang dengan telapak tangan. Tapi biru saja telapak
tangannya menepuk, sejalur angin sekeras palu godam telah
mengetuk dadanya. Ditengah jeritannya, darah menyembur, tubuhnyapun
melayang seperti burung yang ketembak diudara jatuh tiga
tombak jauhnya "bluk" jiwa melayang seketika.
Pukulan dahsyat Kiam-ping yang hebat cukup menciutkan
nyali kawanan setan itu, semua berdiri terlongong tiada
satupun yang berani maju lagi.
Ketenangan mencekam. Siau Hong tiba-tiba bertanya
perlahan: "Ping koko, kenapa kau menggantung tiga bilah
pedang " Apakah setiap pedang mempunyai ilmu yang
berbeda ?" Liok Kiam-ping mengangguk. tanyanya:" Apa kau pandai
bersilat?" Siau Hong geleng-geleng, tertawa menunduk
dengan malu-malu. Kiam-ping membentak pula: "Siapa mengutus kalian
kemari" Kalau tidak menjawab temanmu itu sebagai
contohnya." tangannya menuding kemayat Pek-bu-siang.
Hek-bu-siang tidak juga jeri setelah melihat jiwa temannya
melayang percuma, mendengar ancaman Kiam-ping dia
mendengus ejek. payung dikembangkan terus menubruk
maju, ujung payung yang runcing malah menerjang ke Jitkian-
hiat didada Kiam-ping, pesat laksana geledek
menyamber, tangkas dan telak pula sasarannya.
Kelima jari Liok Kiamping berkembang memapak tutukan
payung lawan, ditengah jalan, mendadak dirobah dengan
jurus Liong-jiau-king-thian dari Wi-liong-ciang. "Plak" kelima
jarinya tepat memukul ujung payung lawan, tapi seketika
mendesis angin-angin tajam, puluhan batang jeruji payungpayung
menjepret dan melesat bagai panah ke berbagai Hiatto
Liok Kiam-ping. "Kawanan tikus mampus." ditengah bentakan Kiam-ping,
ujung pedang sudah bergerak, menaburkan tabir cahaya yang
rapat menangkis puluhan jari-jari payung yang terbuat dari
baja itu. hingga tersapu rontok di tanah.
Karena pukulan keras menggetar payung hingga seluruh
lengannya lemas dan linu, karuan bukan kepalang kaget
hatinya, namun masih sempat dia menekan tombol digagang
payung hingga kerangka payung menjepret bagai anak panah
menyerang musuh. Berbareng dia jumpalitan kebelakang
melarikan diri, tak nyana baru kaki menginjak tanah, "Siut."
angin pedang yang tajam mendesing tahu-tahu menyamber
tiba. Lekas dia menarik napas, sementara kaki merobah
beberapa kali posisi dari kedudukan, tubuhnya ikut berputar
seiring dengan gerakan kedua telapak tangannya yang
melancarkan Ham-Sat-cin-khi.
Sayang baru saja tubuhnya membalik, pandangan matanya
mendadak terbentur oleh bola cahaya yang mencorong terang
bagai surya, cahaya merah yang menyilau mata membuat
silau pandangan dan pedas matanya Ham-sat-cin-khi yang
dilancarkan ibarat saiju kecemplung bara, seketika sirna tanpa
bekas, belum sempat dia membalik tubuh pula, cahaya
pedang yang dingin telah membelit tubuh.
"Hoaaa... "jeritan ngeri menjelang nyawa terenggut
bergema diangkasa. Darah dan daging muncrat ke berbagai
penjuru, anggota badan yang protol juga berceceran.
cukup sejurus Jit-lun-jut-seng dilancarkan Kiam-ping
berhasil membabat Hek-bu-siang menjadi empat potong,
padahal kejadian sedemikian cepat, pedangnya juga hanya
berkelebat sekali, karuan bayang-bayang setan itu menjerit
jeri terus mundur kebelakang.
Pada saat itulah pekik nyaring memilukan mendadak
kumandang disebelah belakang, seperti datang dari ujung
langit seperti pula kumandang dari neraka, yang jelas suara
pekik itu bergema diangkasa raya sukar diraba asal
juntrungannya. Begitu pekik setan ini bergema, bayangbayang
itupun mulai bergerak lagi sambil berjerit tangis,
makin lama makin tambah, mereka yang sudah mundur kini
berlompatan majupula semakin dekat.
---ooo0dw0ooo--- Terasa oleh Kiam-ping, Siau Hong yang berada dalam
pelukannya gemetar makin keras, pelukannya juga makin
kencang, cepat dia menunduk memberi hiburan beberapa
patah kata. Disaat dia menunduk sekejap itu, matanya
menangkap secercah senyuman licik namun lekas sekali sirna
tak membekas. Kiam-ping bertanya: "Siau Hong adakah
sesuatu yang menyenangkan hatimu ?"
Bergetar tubuh siau Hong, lekas dia menggeleng, katanya:
"Ping koko, aku takut..."
Timbul suatu pikiran aneh dalam benak Kiam-ping. dalam
hati dia mendengus. "Hehehe, kota setan istana iblis."
"Hehehe, setan-setan menari-nari." Bayang-bayang hitam
kembali merubung maju, sedang kakek pendek dengan kepala
sebesar ember bertanya dengan suara dingin: "Kota iblis dan
istana setan mana boleh didatangi manusia hidup. Hek-pekbu-
siang, hayo tangkap dia dan serahkan kepadaku ?"
Pekik dan jerit tangis setan kembali berceloteh, suara
gemetar memberi laporan: "Hek-nek-bu-slang sudah
berpulang keneraka. tak bisa hidup lagi..."
Liok Kiam-ping tertawa terkial-kial, bentaknya beringas:
"Kalian menyaru setan menyamar iblis, kapan akan berakhir"
Memangnya kalian sudah bosan hidup" Hayo maju, biar
kusikat kalian kawanan setan iblis."
Tubuh pendek kecil kakek kepala besar itu mendadak
melayang, kedua telapak tangannya secara aneh dan cepat
memukul dua belas jurus, membelah, menjotos dan
menempiling kearah Liok -Kiam-ping.
Melihat serangan cukup ganas, Kiam-ping berputar untuk
menghindar diri, tak nyana Siau Hong memeluknya terlalu
kencang tak mau lepas sehingga gerak geriknya tidak leluasa
serangkum bau wangi tiba tiba terendus dari rambutnya
menusuk hidung, seketika berobah hebat air muka Kiam-ping.
Mendadak dia membentak keras, begitu lawan menubruk tiba
cahaya pedangnya berkelebat, dengan jurus Liat-jit-yam-yam
dia menciptakan lapisan cahaya pedang dengan arus hawa
murni yang melapisi bayangan pedang.
Begitu serangan dilancarkan sikakek pendek melihat lawan
dipeluk kencang seorang gadis, seperti tidak tahu cara
bagaimana harus melawan, lekas dia menambah tenaga
pukulannya. luncuran tubruknya juga dipergencar. Tak nyana
ditengah bentakan mengeledek, selarik sinar pedang
berkelebat sekali lantas lenyap. tiba-tiba bola cahaya laksana
surya memancarkan sinarnya yang benderang, bola matanya
seketika sakit seperti tertusuk pisau, saking kaget, lekas dia
pejam mata berbareng kakinya menendang beruntun. Kuping
mendengar deru angin sementara kedua telapak tangan
berpencar, telapak tangan kiri laksana gada mengepruk turun.
"Bu-ing-tui bagus." Bentak Liok Kiam-ping memuji
tendangan tanpa bayangan lawan-
Serangan pedangnya laksana kilat, ujung pedang tegak
diatas, gagang pedang berada dibawah, secara melintang dia
menggaris satu kali "Sret, sret" Liat-jit-kiam berhasil
menggaris sobek dua jalur dibaju lawan, dibarengi hardikan
nyaring: "Enyahlah." berbareng kakinya balas menendang secepat
angin lesus. Ham-yang-hiat dibagian lutut lawan
ditendangnya, kakek kate itu menjerit sekali, tubuhnya
mencelat terbang lima tombak dan jatuh terbanting tidak
bangun lagi. Dengan robohnya kakek kate ini suasana mendadak
menjadi sepi, bayang-bayang setan kembali mundur dalam
jarak cukup jauh, maka kumandanglah sebuah suara dingin
berseru: "Yu-Ling Kongcu tiba."
"Yu-ling-kongcu?" Kiam-ping menjengek tiba-tiba dia
menunduk dan tanya: "Kau kenal Yu-ling Kongcu ?"
Terasa tubuh Siau Hong bergetar, meski Siau Hong
menggeleng, tapi dalam hati dia membatin: "Terserah apa
yang ingin kau lakukan, pendeknya Kim-kong-put-hoaysinkang
telah berhasil kuyakinkan, racun tak mempan, takut
apa lagi ?" Waktu dia angkat kepala, tampak seorang pemuda
berpakaian jubah bulu dengan memegang kipas lempit
beranjak mendatangi, wajahnya putih bersih, alis tebal gelap.
gayanya mirip pemuda pemogoran.
Pandangan Liok Kiam-ping beralih kepada seorang aneh
yang berdiri disamping si pemuda, pikirnya: "Ada manusia
seburuk ini didunia ?"
Orang ini hanya punya mata tunggal, memancarkan sinar
yang menyedot sukma orang, katanya dingin: "Kau bocah ini
datang dari mana ?" "Tuan tentu bukan kaum kroco, sebutkan dulu namamu,"
jengek Liok Kiam-ping. orang itu menyeringai tawa, katanya:
"Akulah rajanya racun, kau bocah ingusan yang baru keluar
kandang, masakah Lohu yang terkenal Tok-sin Kiong-bing
juga tidak dikenal lagi "
Terbelalak mata Liok Kiam-ping, bentaknya gusar: "Jadi
delapan belas mayat itu kau yang membunuh ?"
Tok sin terkekeh, katanya: "Selaksa racun berkumpul
ditubuhku, siapa berani melanggar diriku?"
Berobah sadis wajah Kiam-ping, tanyanya: "Tadi ada
seorang gadis apakah kau yang menculiknya ?" "
Tok-sin menyeringai pula, ujarnya: "Ho jadi genduk itu
milikmu" Sekarang dia sudah menjadi gundik Yu-ling Kongcu."
"Apa ?" pekik Liok Kiam-ping, bentaknya beringas: "Berani
kau mengusik seujung rambutnya, biar kau rasakan ketajaman
pedang saktiku?" Yu-ling Kongcu tertawa lirih, katanya:
"Kongcu ini baru datang di Tionggoan, belum pernah aku
melihat pemuda segagah kau. Hehe, agaknya memang berisi.
Hek-pek bu-siang kujuga terbunuh ditanganmu, kenapa tidak
kau mencari tahu lebih dulu, siapa berani menyentuh anak
buahku, siapa bisa lolos dari tanganku?" lalu dia menoleh dan
berkata pula, "Kiong-toasiok. benar tidak perkataanku?"
Tok-sin Kiong-bing terkial-kial. katanya: "Anak muda, kau
telah terkena racunku, paling lama kali masih bisa bertahan
setengah jam lagi, masih berceloteh lagi ?" Liok Kiamping
tertawa besar, katanya: Jangan mimpi disiang hari bolong, racunmu yang tidak
seberapa ini, cayhe tidak peduli, kedua muridmu itu sebagai
bukti, memangnya Liok Kiam-ping semudah itu terbunuh
kalian ?" Beringas mata Tok-sin, mendadak dia menjerit: Jadi kau ini
Liok Kiam-ping " Pat-pi-kim- liong dari Hong- lui- bun "
Serahkan jiwamu." mendadak jari-jari tangannya mencakarcakar,
mulut komat kamit seperti memanjat doa, akhirnya
berteriak: "Anak muda, robohlah."
"Belum tentu." jengek Liok Kiam-ping pedang tegak
didepan dada, seluruh hawa murni dalam tubuh kembali
tersalur merata, Kim-kong-put-hoay-sin-kang aliran Hud telah
melapisi tubunnya dengan selapis hawa murni.
Setelah sekian lama mulut Tok-sin berceloteh tetap tidak
melihat Liok Kiam-ping roboh, mendadak dia menghardik
bengis: "Ing-ing."
Sebuah tangan tanpa bersuara telah menekan punggung
Liok Kiam-ping, demikian pula Tin-siau-hiat didepan dadanya
juga kena dicengkram oleh Siau Hong. Maka Tok-sin tertawa
dingin, katanya: "Anak muda, kau tidak mengira bukan."
Waktu Kiam-ping menunduk. dilihatnya wajah Siau Hong
menampilkan mimik yang sukar dilukiskan, tanyanya dengan
rasa menyesal: "Siau Hong, kenapa kau berbuat demikian ?"
"Apa kau masih kenal Siau Hong?"
"Jadi kau bukan Siau Hong ?"
"Aku berirama Ing-ing, aku menyamar..."
"O, jadi kalian tahu kalau aku kemari?" waktu dia melirik
dilihatnya Yu- ling- kongcu sedang menggoyang kipas,
sementara sorot mata Tok-sin Kiong-bing semakin buas dan
mendekat. Serunya dengan terbahak-bahak:
"Kau kira tidak tahu kalau dia ini Siau Hong palsu "
Memangnya Pat-pi-kim- liong manusia bodoh yang berotak
tumpul ?" Kiong-bing menatapnya dengan tatapan melotot-penuh
tanda tanya. Liok Kiam-ping berkata pula: "Hweslo malas dari Siau-lim
apakah kau yang mencelakai?"
Sebelum Tok-sin menjawab, Yu-ling Kongcu sudah tanmpil
kemuka, katanya: "Terus terang saja, akulah yang memukul
hwesio keparat itu hingga luka parah, dalam dua jam jiwanya


Hong Lui Bun Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

pasti melayang, sekarang yakin tidak tertolong lagi,"
"Bagus, dendam ini boleh diperhitungkan sekalian."
"Jadi ada bagianku " Hahaha, sejak kedatanganku dari Go
cui-ho sampai disini, belum pernah kulihat orang segagah dan
pandang kematian seperti berpulang keharibaan yang Kuasa
seperti dirimu." padahal dua Hiat-to mematikan ditubuh Liok
Kiam-ping sudah terancam ditangan Siau Hong, tapi wajah
tenang air muka tidak berobah, nada perkataannya tetap
lantang, sikapnya wajar berani bicara angkuh lagi, maka
hatinya amat kagum. "Terima kasih akan pujianmu, bila cayhe belum ingin mati,
siapapun dengan menggunakan cara keji pun jangan harap
dapat membunuhku." lalu dia menunduk dan berkata,
"Kuyakin kaupun dipaksa untuk melakukan tugasmu ini, cayhe
tidak akan menuntut balas kepadamu lekas kau menyingkir
saja..." perkataan tegas suara terang, Kiam-ping memang
bicara setulus hatinya. Melihat kedua tangan ing-ing seperti hendak dilepaskan,
cepat Tok-sin membentak: "Ing-ing" bagai gerakan setan,
kelima jari terpentang terus menerkam datang.
Liok Kiam-ping menghardik keras, pedangnya menggaris
lurus, selarik lembayung melesat bagai ular perak. Ing-ing
kertak gigi, tenaga dikerahkan dikedua telapak tantgan terus
menggaplok kedua Hiat-to mematikan ditubuh Liok Kiam-ping,
tak nyana begitu dia kerahkan tenaga, tenaga lunak yang liat
tiba-tiba timbul dari badan Liok Kiam-ping menerjang balik
kepada dirinya. Karuan Ing-ing menjerit kaget, sekujur badan
seperti digenjot keras, tubuhnya membal terbang tiga tombak
dan jatuh semaput. Pukulan Tok-sin sekeras gunung ambruk menindih kepala
lawan- Namun kilat pedang Liok Kiam-ping menggaris miring
menampar tenaga pukulan lawan hingga sirna tanpa bekas,
baru saja pedang didorong hendak menusuk kedepan. Tok-sin
memang tidak malu sebagai kawakan Kangouw, Lwekang,
pengalaman dan Gingkangrya memang sudah tangguh, begitu
melihat cahaya pedang menyerang, saking kaget danjeri lekas
dia menarik serangan sembari memutar badan mundur
ketempat semula. Tanyanya dengan nada kejut: Jadi kau
sudah berhasil mengambil ketiga batang pedang sakti itu" Dan
berhasil meyakinkan Hu-deh-lo-khi (hawa sakti pelindung
badan ?" "Kalau benar mau apa " Sekarang kau sudah takut " Honglui-
bun kita punya permusuhan sedalam lautan dengan kau,
nah serahkan jiwamu."
Hati mulai jeri, tapi lahirnya Tok-sin bersikap wajar, sambil
terkekeh dingin kelima jarinya terbuka, serangkum asap hijau
segera menyebar terus menerjang kearah Liok Kiam-ping.
Terbang melayang lengan baju Liok Kiam-ping, segulung
angin berpusar meluncur keluar dari lengan bajunya,
jengeknya dingin: "Hanya begini saja kemampuanmu."
Sejak malang melintang di kangouw dan disegani kawan
atau lawan, kapan Tok-sin pernah diremehkan seperti ini,
karuan rona mukanya berobah, sekali tepuk dada, seekor ular
kecil warna hijau segera melenting keluar. tampak dia ayun
tangan, ular kecil itu terbang melesat diudara terus menerjang
ke arah Liok Kiam-ping secepat kilat.
Tampak oleh Kiam-ping ular kecil ini tumbuh sayap kecil
dari kulit daging merah, maka ular ini dapat terbang dan
terapung di udara, lekas dia kembangkan gaya pedangnya,
begitu pedangnya dipelintir sinar pedang lantas mengincar
ular kecil yang menerjang tiba.
Agaknya ular kecil ini sudah terlatih baik, menghadapi
serangan balasan tiba-tiba tubuhnya melengkung terus
melenting setengah lingkar, secara lincah dia menghindar dari
tusukan pedang, terus mengegos sekali membelit pergelangan
tangan Kiam-ping. Toksin menjebir bibir bersuit nyaring, sekalian dia copot
jubah besarnya, hingga kelihatan tulang-tulang rusuknya yang
kurus kering, diatas tubuhnya penuh dirambati ular kelabang,
kalajengking, laba-laba dan berbagai binatang beracun
lainnya, semua bergelantung menggigit kulit dagingnya,
kelihatannya memang amat menggiriskan- Begitu dia
menggetar tubuh belasan ekor binatang berbisa ditubuhnya
itu semua mencelat ke udara, mengikuti ular terbang kecil itu
semua meluruk kebadan Liok Kiam-ping.
Binatang berbisa ini sudah terpelihara sejak lama dengan
menghisap darah badannya, maka gerak geriknya semua gesit
dan cekatan, seperti berlomba saja mereka berebutan
mengincar sasaran ditubuh Liok Kiam-ping.
Liok Kiam-ping menggentak tangan, hawa pedangnya
bertambah tebal membungkus tubuh-dimana sinar pedang
berkelebat. "Cras." Ular terbang yang mendahului menerjang itu kena
ditabasnya kutung menjadi dua. Tak nyana ular terbang yang
tinggal separo tubuhnya itu masih melenting terbang kedepan
sambil pentang mulut menggigit dadanya.
Tok-sin sudah membuka lebar mulutnya hendak tertawa.
tapi sebelum suaranya keluar dari tenggorokan, dilihatnya ular
hijau itu tahu-tahu terbalik jatuh, lalu dengan rasa ketakutan
merambat kembali. Gerak gerik Liok Kiam-ping selincah terbang, sinar
pedangnya berputar melindungi badan, tiga kali maju tiga kali
mundur. di mana pedang bergerak kepalapun terpenggal,
setiap binatang berbisa yang memanggut datang pasti rontok
dengan badan terbelah. Tiba-tiba Kiong-bing menjerit tanya:
"Kau membawa Hat-liong-po-giok ?"
Seketika berobah air muka Tok-sin, kaki tangannya tampak
menggigil, maka terdengarlah suara keretekan yang ramai
memanjang, seiring dengan suara yang nyaring itu, tubuhnya
yang kurus kering itu lambat laun mengkeret satu kaki lebih
kecil, telapak tangannya menjadi hitam legam, bau amis
menyerang hidung. Perlahan dia maju selangkah, telapak
tangan kanan tegak didepan katanya: "Lekas serahkan Hiatliong-
po-giok. aku tidak akan membunuhmu."
"Membunuhku " Memangnya kau mampu " Saat
kematianmu sebaliknya sudah di ambang mata."
Kiong-bing menggeram rendah, tangan kiri sedikit tertekuk,
telapak tangan kanan segede kipas mendadak membelah
dengan menyertai segulung hawa hitam menerjang kedepan
terus memenuhi udara. Liok Kiam-ping tahu hawa hitam ini pasti beracun jahat,
kaki melesat mundur sambil berputar ujung pedangnya
menciptakan beberapa sinarperak gemerdep. setiap kuntum
menerjang keluar, menyusup lewat dari tenaga pukulan
tangan lawan terus mengiris dari samping dengan jurus Jitlun-
jit-seng. Laksana segumpal angin dingin yang melayang ditengah
udara, kakinya mengincar lima kaki, Kiong-bing merobah dua
posisi terius menyelinap kesamping lawan, sehingga terhindar
dari pancaran langsung cahaya surya yang cemerlang dari
pedangnya. Berbareng telapak tangannya beruntun
menggempur belasan jurus, didalam jurus sembunyi tipu,
dalam tipu mempunyai variasi pula-, cepat lincah dan lihay
menggaplok Hiat-to mematikan Liok Kiam-ping.
Liok Kiam-ping memutar badan membungkuk punggung,
pedangnya menyelonong dari bawah ketiak kiri, disinilah letak
keanehan darijurus Liat-jit-yam-yam, mutiara diatas pedang
memancarkan cahaya terang secara aneh seiring dengan jurus
ini dikembangkan, terciptalah bola matahari yang benderang
menyilaukan mata, maka ujung pedang secara lincah telah
menusuk kedalam dada Tok-sin Kiong bing.
Kiong-bing menjerit aneh, dadanya mendcadak mendekuk.
mata tunggalnya terpicing, mendadak tubuhnya mumbul
keudara, kedua kakinya terus menjejak keubun-ubun dikepala
Liok Kiam-ping Liok Kiam-ping ganti mencelos hatinya, tak nyana bahwa
Kiong-bing memiliki Ginkang setinggi ini, bukan saja mampu
meluputkan diri dari jurus serangan pedang yang lihay masih
mampu balas menyerang lagi, lekas Kiam-ping berjongkok
seperti orang bercokol dipunggung kuda, sementara pedang
ditarik turun melindungi dada ujungnya siap menunggu diatas
kepala. Dengan menjengkang menekuk lutut, dia menggetar
jurus Liat- jit-kiam-hoat yang ketiga yaitu Sip-yang-say-loh.
Mata kuping Kiong-bing teramat tajam dan jeli, dimana
ujung kakinya menutul seluruh tubuhnya lantas melayang jauh
tiga tombak tapi tangannya sempat menaburkan segenggam
puyer. Serangan pedang dilancarkan Kiam-ping lantas kehilangan
jejak musuh, baru sekarang dia benar-benar meresapi
kehebatan jurus pedang ini dan kagum kepada cianpwe
ciangbun yang dahulu menciptakan Ki-kiam-wi-liong ini.
Maklum ilmu pedang ini serbaguna dan sempurna, semakin
tinggi kepandaian lawan, maka pancaran cahaya, mutiara
diatas pedang semakin terang, bila mata lawan tak berhasil
dibikin silau, maka jurus serangan itu sendiripun takkan
berhasil. Melihat lawan menaburkan puyer putih, Kiam-ping tahu
pasti sebangsa bubuk beracun, jarak sedemikian dekat, Toksin
menaburkan disertai tenaga Lwekang pula, maka
badannya terkena sedikit taburan puyer putih, Tok-sin tertawa
gelak-gelak disaat itulah mendadak Liok Kiam-ping melompat
dengan kecepatan luar biasa, ditengah gemuruh suara guntur
dan badai, selarik lembayung benderang dengan suaranya
yang nyaring melesat kearah Kiong-bing.
"Gi-kiam-king-khong (naik pedang melesat diudara)." Yuling
Kongcu memekik kaget, dengan kecepatan yang sukar
dilukiskan dlapun ikut meluncur kesana.
cahaya pedang berkelebat hanya sekejap lantas sirna,
maka terdengar Tok sin menjerit ngeri, kaki tangannya putus
terbabat, sementara Liok Kiam-ping terdengar mengerang
tertahan, tubuhnya terpental jatuh setombak lebih. Begitu
badan menyentuh tanah, lima jari tahu-tahu sudah
mengancam tiba menutuk berbagai Hiat-to didepan dada.
Karena tertabur sedikit bubuk racun, Liok Kiam-ping diburu
amarah maka dia mencabut cui-le-kiam serta melancarkan
jurus pertama Gin-to-cau-cau dan berhasil membabat buntung
kaki tangan Tok-sin. Namun telapak tangan Tok-sin sebelum
tertabas juga berhasil memukul dadanya, itulah pukulan yang
dilandasi kekuatan dahsyat sebelum ajalnya, maka Kiam-ping
seperti diterjang kekuatan raksasa bagai letusan gunung
berapi, tubuhnya terpental terbang. Sebelum sempat berdiri
tegaki Yu-lihg Kongcu menambahi pula dengan kelima tutukan
jari, kembali mulutnya mengerang, tubuhnya jumpalitan tiga
kali baru berdiri tegak. Berobah air muka Yu-ling Kongcu, katanya: "Kau sudah
meyakinkan Kim-kong-put-hoay-sin kang dari aliran Hud ?"
Jeritan menyayat hati keluar dari mulut Kiong-bing yang
masih meronta-ronta, suaranya terdengar gemetar: "Kongcu,
kemarilah kau." "Ada apa ?" "Thian-tok-bun di In-lam ada semacam ilmu sakti aneh
dapat memecahkan Kim-kong-put-hoay-sin-kang, waktu
Kongcu datang beberapa waktu yang lalu aku belum sempat
beritahu kepadamu soalnya aku sendiri belum tahu
letaknya..." "Aku tahu, kali ini ayah suruh aku ke Tionggoan mencari
paman memang disuruh tanya kepada paman cara bagaimana
untuk membuka tujuh lapis pintu Thian-tok-bun serta kunci
rahasianya, mempelajari ilmu mukjijat itu, karena tahun besok
ayah sudah akan berduel dengan Pek-bi-sin-ceng di Im-san
musim semi yang akan datang..."
Kiong-bing tarik napas dua kali, katanya: "Maka sekarang
aku akan beritahu kepada kau. Thian-tok-bun terletak
diselatan kota Tayli, gambarnya tertera diatas Hiat-liong-pogiok.
bila kau berdiri diujung timur tempat itu, bila sinar surya
terbit dan cahayanya tepat menyinai batu jade itu..." dia batuk
dua kali, diujung cakar naga didalam gambar naga darah itu...
disitulah .. letak dari pintu besarnya..."
Lekas Yu-ling Kongcu tekan punggung Kiong-bing
menyalurkan tenaga dalam mempertahankan hawa murninya,
tanyanya: "cara bagaimana untuk membuka pintu besar itu "
"Hiat-liong-po-giok..." beruntun dia menarik napas dua kali,
"tuntutkan-.. sakit hati... ku..."
Terbayang senyum sinis diwajah Yu-Iing Kongcu, katanya:
"Bila ada Hiat-liong-po-giok. berbagai racun didalam tidak
akan berani melanggarmu. Betul?"
Agaknya Kiong-bing mendapat firasat bahwa Yu-ling
Kongcu mengandung maksud jahat, dengan suara berat dia
berkata megap-megap: "Untung dahulu ayahmu ikut
membantu hingga aku berhasil membunuh ciangkiam-kimling.
pulang dan laporkan kepada ayahmu, aku berterima
kasih kepadanya.." Setelah terpukul dadanya, tertutuk pula Hiat-tonya, kontan
Kiam-ping rasakan dadanya sesaka dia tahu Kungfu kedua
orang ini merupakan jago kelas wahid di Bulim, kuatir terluka
dalam yang parah, lekas dia salurkan hawa murni, setelah
berputar satu kali keseluruh tubuh baru dia sadar akan
kemukjijatan Kim-kong-put-hoay-sin-kang, kenyataan
memang segala racun tidak mampu melukai, pukulan dahsyat
dan tutukan lihay juga tidak mempengaruhi kesehatannya.
Mendengar suara Kiong-bing, Kiam-ping tersirap. lekas dia
melompat maju, tanyanya: "Siapa yang membunuh ciang -
kiam - kim-ling ?" Kontan Yu-ling Kongcu mengebut lengan baju seraya
menghardik: "Kembali "
Kiam-ping menegak telapak tangan membelah:
"Memangnya kau mampu "Plak" benturan keras menggeliat
pundak kedua pihak. Yu ling Kongcu menggerung rendah,
dalam sekejap dia lontarkan dua puluh jurus pukulan,
cepatnya seperti kitiran dahsyatnya laksana damparan ombak
memukul karang, setiap gerak serangan yang setu kejurus
yang lain hakikatnya tidak kelihatan titik kelemahan.
Kiam-ping juga kembangkan kelincahan tubuh, kedua
telapak tangannya menari selincah burung walet, Liong-hwiekiu-
thian dilancarkan, sekaligus dia memukul tiga puluh enam
jurus. Sejak Hweslo malas menyalurkan tenaga dalamnya
menggunakan Kay-ting-tay-hoat kedalam tubuhnya dibawah
kobaran api besar, Lwekangnya sekarang sudah susah diukur
tingginya secara reflek dan lancar dengan mudah dia sudah
mampu mengembangkan Wi- liong- ciang seluruhnya.


Hong Lui Bun Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Plak. plak. plak. plok." ledakan-ledakan kecil yang nyaring
semakin santer dan keras hingga menimbulkan pusaran hawa
yang makin kencang, saiju seluas setombak lebih tersapu
bersih hingga tampak tanah dan pasir.
Karuan hadirin disekitar gelanggang berdiri melongo,
jantung serasa pecah nyali ciut, semua berdiri mematung.
Secara beruntun Yu-ling Kongcu harus menyambut tiga
puluh enam jurus pukulan, hingga kedua tangannya terasa
pegal kesakitan, pundak menurun langkah menyurut dua
undak. Kembali Liok Kiam-ping mendesak: "Siapa pembunuh
Ciang-kiam-kim-ling ?"
Waktu dia menegas kesana, ternyata Tok-sin Kiong-bing
sudah mati sesak napas karena digencet oleh dua tenaga
raksasa yang beradu. Sekilas Liok Kiam-ping menatap dingin kepada seluruh
penonton diluar gelanggang, lalu pandangan dia tujukan
kepada Yu-bing Kongcu, bentaknya: "Mereka itu adalah telurtelur
busuk yang kau bawa kemari ?"
Yu-ling Kongcu terkekeh tawa, katanya:
"Tak pernah terpikir dalam benakku, di Tionggoan juga ada
lawan setangguh kau apakah kau ini jenius silat Bulim yang
sukar diperoleh semenjak ratusan tahun ini ?"
"Aku tidak peduli jenius silat segala." jeng ek Liok Kiamping,
"sekarang serahkan adik Bun kepadaku."
"Pernahkah kau mendengar Yu-ling-giamlo dari Go cui-ho
?" tanya Yu-ling- Kongcu dengan angkuh, "sesuatu yang
diinginkan oleh Yu-ling Kongcu kapan pernah tidak tercapai ?"
Sementara itu Ing-ing yang pingsan d ita nah sudah
siuman, melihat keadaan Kiong bing yang menggiriskan,
berteriak kaget: "Susiok."
Yu-ling Kongcu terkekeh pula, katanya:
"Tugas seringan itu juga tidak becus kau lakukan, untuk
apa kau masih hidup didunia ini ?" dimana kipas lempitnya
berputar segulung hawa dingin berputar terus menggulung
kedepan- Liok Kiam-ping menghardik: "Tidak semudah itu." telapak
tangannya bergerak dengan jurus Wi-liong-ting-gak. mantap
dan kokoh, kuat dan rapat seperti jala memenuhi udara,
ditengah gemuruh suara yang sayup,sayup menerjang kearah
Yu-ling Kongcu. Sebat sekali Yu-ling Kongou ber-putar-putar mengegos dari
terjangan utama, miring tubuh sambil menggempur balik
dengan segulung kekuatan menangkis gelombang akhir dari
tenaga pukulan lawan- "Daar." badannya tergoncang keras
hingga limbung, kedua kakinya melesak kedalam tanah dua
dim, pakaiannya berderai seperti dihempas angin badai
sampai koyak-koyak. Liok Kiam-ping juga merasakan tenaga perlawanan berat
dan sekokok gunung balas menahan tenaganya, tanpa kuasa
dia menyurut setengah tindak baru tegak pula. Hatinya sudah
dibakar amarah. wajahnya dilembari nafsu membunuh, maju
setapak lebar mulut menggerung: "Rasakan pukulanku sekali
lagi." dari arah yang berbeda kedua tangannya menggaris
bundar sementara tenaga murni telah dipusatkan ditelapak
tangan terus menggempur. Pusaran-pusaran hawa kecil
bertambah melebar dan deras cukup kuat untuk merobohkan
gugusan gunung menerjang kearah Yu-ling Kongcu.
Yu-ling Kongcu tertawa enteng, badannya melambung
tinggi tiga tombak menghindarkan diri dari terjangan dahsyat
ini, di udara dia ayun tangan kanan "Cret" tiga batang jari
kipasnya mendadak melesat keluar, dua diantaranya rneng
incar kedua mata Liok Kiam-ping, sementara sebatang lagi
melesat ke tenggorokan Ing-ing.
"Haaak." jeritan Ing-ing terputus seperti tenggorokannya
keselak, jari kipas lempit telak mengenai tenggorokkan Ing
ing. darah tampak mengalir deras, rebah tak berkutik pula.
Bukan kepalang gusar Liok Kiam-ping, lengannya diulur
seperti tangan kera saja, tahu-tahu Cui-le-kiam telah
dilolosnya, di bawah pancaran sinar bintang yang kelap kelip.
pedang panjang tebal dengan punggung lebar seperti tanduk
badak ini laksana kilat menyamber berkilauan berputar laksana
arus... Hanya sedikit menggerakkan pergelangan tangan, kedua
barang jari kipas itu telah diirisnya menjadi beberapa keping,
jiwa Ing-ing jelas tak tertolong lagi. hati agak menyesal, maka
dia berkata: "Pedangku ini sudah kulolos jikalau kau tidak
serahkan Le Bun, hati-hatilah batok kepalamu." nada
bicaranya ternyata tenang dan kalem, tapi mengandung
wibawa yang menciutkan nyali orang.
Sekilas Yu-ling Kongcu melenggong, segera wajahnya
mengulum senyum, kata-nya:
"Baiklah tugasku ke Tionggoan ini boleh di kata sudah
berhasil, tiada sesuatu yang perlu kukuatirkan lagi, seorang
perempuan kenapa harus kuributkan." lalu dia mendongak
serta bersiul aneh, maka jerit dan pekik kawanan setan yang
aneh memilukan itu bersahutan pula, lekas dia membentak:
"Gusur perempuan itu kemari."
Sambil menggendong kedua tangan dengan santai dia
melangkah dua tindak. kaki terangkat dengan lirih dia tendang
punggung kakek kate membuka tutukan Hiat-tonya lalu
membentak: "Goblok. enyah dari hadapanku,
Tersipu-sipu kakek kate itu merangkak bangun serta
munduk-munduh sambil mengiakan, lalu melompat jauh
lenyap ditelan kegelapan-
Liok Kiam-ping membatin: "Keparat ini memang lihay,
usianya masih muda mampu memimpin jago-jago lihay
sebanyak itu, siang tadi aku pasti bukan tandingannya, tapi
sekarang aku yakin sedikit lebih unggul, dalam seratus jurus
jiwanya pasti dapat kutamatkan-" lalu terbayang waktu dirinya
masih berada dibawah kobaran api besar. setelah menghela
napas dia membatin pula, "Jenazahnya terbakar habis tak
berbekas, sehingga aku tak mampu menunaikan tugas baktiku
sebagai tanda terima kasihku kepada beliau. Walau aku sudah
berhasil menuntut balas sakit hatinya, tapi tugas berat yang
akan datang menindih diatas tubuh ku."
Sementara itu enam bayangan orang tampak berlari
mendatanpi secepat terbang.
Liok Kiam-ping bercekat hatinya, teriaknya: . Kalian-.. "
ternyata enam orang yang datang semua mengenakan jubah
hitam alis putih jeng got panjang semua kakek tua, setiap
orang memanggul satu orang. Tampak Le Bun, Kim-ji-taybeng,
Gin-ji-tay-beng, Siang Wi, Biau-jiu-sip-coan dan seorang
perempuan- Yu-ling Kongcu tertawa ramah, katanya: "Inilah Yu-ling-
Liok-lo, hehehe, meski tuan berilmu tinggi, tapi anak buahmu
juga begitu saja, sebaliknya didalam Yu-ling-kiong kami, jagojago
silat tak terhitung banyaknya, satu lebih unggul dari yang
lain, kekuatan kami cukup kuat untuk menguasai dunia."
merandek sejenak lalu menyambung, "enam orang yang kau
inginkan sudah kukeluarkan, lalu mana barang yang
kuinginkan ?" "Kau ingin apa?"
"Hiat-liong-po-giok..."
"Jangan kau mimpi..."
"Kungfumu tinggi, tapi sebilah pedangmu memang mampu
sekaligus membunuh keenam orangku ini " sebaliknya berani
kau bergerak. orang-orang yang kau kenal baik ini bakal
melayang jiwanya, lalu aku akan kumpulkan mereka dengan
keroyokan sekian banyak orang, jangan harap kau dapat
mengalahkan kami, bila tiba saatnya .."
Otak Liok Kiam-ping bekerja secara kilat, dia tahu umpama
dirinya sekaligus melancarkan tiga jurus ilmu mengendali
pedang, paling hanya dapat membunuh dua orang diantara
enam Yu-ling-Liok-lo, sementara jiwa Le Bun berenam masih
susah diselamatkan- Lebih parah lagi Yu ling Kongcu cukup tangguh, dalam
belasan gebrak jelas dirinya takkan mampu merobohkan dia,
kalau dapat membekuk dia dan dijadikan sandera untuk barter
tawanan baru jiwa keenam kawannya itu dapat diselamatkan-
Pada hal Siang Wi berenam semua lunglai, agaknya pingsan
kalau tidak tertutuk Hiat-tonya tentu terbius racun, dalam hati
dia lantas mengomel: "Kalian adalah kawakan Kangouw tapi
juga kecundang begini mengenaskan " Ai, bagaimana aku
harus bertindak ?" berbagai persoalan berkecamuk dalam
benaknya, akhirnya dia menghela napas, katanya: "Kalau aku
sudah serahkan hiat-liong-po-giok, sebaliknya kau ingkar janji,
apa yang harus kulakukan ?"
Yu-ling Kongcu tepuk dada, katanya lantang: "Yu-ling
Kongcu adalah putra jago nomor satu dari aliran sesat
diseluruh jagat Yu-ling-giam-lo, memangnya setiap patahku
kau anggap apa "..."
Belum habis dia bicara, sesosok bayangan hitam tampak
melesat datang dari jarak enam tombak. sebuah suara dingin
kumandang: "orang-orang Yu ling-Kiong kalian semua adalah
manusia jahat yang ingkar janji cuh, masih bermulut besar
dihadapan umum." Waktu Kiam-ping menoleh kearah datangnya suara,
seketika dia memekik kaget . "Tok-sin Kiong-bing."
Yu-ling Kongcu juga menjerit kaget "Kau..."
"Hahahaha... "galak tawa sadis bergema diangkasa seiring
dengan luncuran tubuhnya. Tampak orang inipun bermata
tunggal, bibir tebal, rambut panjang tidak terurus, wajahnya
tampak sadis dan buas, siapa lagi kalau bukan Tok-sin Kiongbing.
Melihat mayat ditanah seketika mendelik liar matanya,
wajahnya makin kelam, pekiknya: "Siapa yang membunuh dia
?" Yu ling Kongcu maju dua langkah, katanya sambil menjura
kepada Kiong Bing: "Kiong-toasiok. bagaimana kaupun datang
kemari ?" Kiong Bing tertawa besar bernada sedih katanya: "Adikku
ikut kau ke Tionggoan memandang muka ayahmu maka dia
mau bekerja, tak nyana kau justru berpeluk tangan melihat
keadaannya begini mengenaskan, memangnya kau tidak takut
aku menuntut kepada kau ?" suaranya sedih, dendam dan
penasaran, dingin dan bengis pula.
"Paman Kiong," lekas Yu-bing Kongcu berkata dengan tawa
kering, kebetulan kau datang Ji-siok terbunuh oleh Pat-pi-kimliong
Siautit memang sedang berusaha menuntut balas
kematian Ji-siok." Berkilat mata Kiong-bing, maju dua langkah dia menekan
suara: "Anak muda, apa betul yang dikatakan ?"
Bahwa Tok-sin Kiong Bing muncul lagi satu sungguh
membuat Liok Kiam-ping kebingungan, susah dia
membedakan kedua Kiong-bing ini, setelah cukup lama
mengamati tetap tidak bisa membedakan mana tulen siapa
yang palsu, dalam hati dia membatin: "Jikalau mereka muncul
bersama, mungkin aku masih bisa membedakan mana Tok-sin
Kiong-bing yang tulen,"
Yang benar kedua Kiong-bing dulu ikut mengeroyok ciangkiam-
kim-ling, tapi kedua orang ini muncul secara beruntun
sehingga ciang-kiam-kim-ling melenggong sekilas, tapi sekilas
itu sudah cukup untuk Kiong-bing menggunakan racun tanpa
bayangan- Mengandal persamaan wajah mereka inilah maka Kiongbing
bersaudara sering berganti posisi dan menyerang silih
berganti mengaburkan pandangan lawan, gerak gerik mereka
seperti setan saja, Ginkang mereka sudah merupakan jago top
lagi sehingga banyak tokoh-tokoh kangouw terjungkal
ditangan mereka, memang pantas kalau akhirnya mereka
diagulkan sebagai salah satu dan Liok-toa-thian-cu.
Melihat Liok Kiam-ping mendelong kearahnya, tak bersuara
pula, saking gusar dia terloroh tawa katanya: "Bocah kemaren
sore seperti dirimujuga berani menantang kepada Tok-sin
Kiong-bing ?" Dengan nada tak acuh Liok Kiam-ping bertanya pula:
"Apakah betul kau ini Tok sin ?"
"Memang nya perlu diragukan ?"
"Dulu waktu ciang-kiam-kim-ling terbunuh, apa kau juga
mengeroyoknya ?" Tok-sin Kiong Bing melengak, katanya kemudian "Oo, jadi
kau inilah ciangbunjin Hong-lui-bun yang baru... "
"Betul, diriku inilah." sahut Liok Kiam-ping mengangguk.
Menghijau kaku muka Tok-sin Kiong-bing, otot hijau diatas
jidatnya merongkol besar, kulit dagingnya yang merongkol
kelihatan jelas diatas kulit dagingnya yang berbeda warna,
begitu seram dan sadis, "Saudara kembarku itu apakah kau
yang membunuhnya ?" "Betul, kawanan setan komplotan siluman, siapapun patut
mengganyangnya" "Anak muda, ternyata kau juga kejam telengas, akan
kusayat-sayat kulit dagingmu sampai hancur lebur."
Sementara itu diam-diam Yu-bing Kongcu sedang
memikirkan satu hal: "Apakah persoalan Hiat-liong-po-giok
harus kuperbincangkan " Posisiku jelas lebih menguntungkan,
kenapa kuatir bocah itu takkan menyerahkan kepadaku, tapi
siluman tua ini ada disini, bila tahu aku yang menggetar mati
adiknya dengan Im-jiu, sulit untuk melawan serangannya yang
nekad lalu bagaimana baiknya"
Beberapa persoalan berkelebat dalam benaknya, akhirnya
dia mengulum senyum licik, maka dia maju selangkah dan
berkata kepada Kiong-bing: "Paman Kiong, bocah ini kebal
segala racun, racunmu yakin takkan berguna terhadapnya,
tadi Kiong-jisiok juga pernah manyerangnya dengan ular
terbang, tapi disabat hancur malah."
Kong-bing melongo, serunya setengah percaya: "Apa " Ular
terbang juga tidak mampu melukai dia ?" lalu dia mengerut
alis. serunya bengis: "Anak muda, apa kau memiliki Hiat-liongpo
giok ?" Tangan kanan Yu-bing Kongcu memegang pundak Kiongbing,
katanya perlahan: "Betul, batu jade mestika itu memang berada ditangannya,
malah diapun tahu rahasia cara membuka kamar batu Thiantok-
bun-.. " "Apa betul?" Kiong-bing menegas dengan suara tinggi.
Seringai sadis menghias wajah Yu-bing Kongcu, katanya:
"Dibawah pancaran sinar matahari pagi, batu jade itu akan
memperlihatkan gambaran naga terbang... " mendadak dia
menghardik, tenaga yang dikerahkan ditelapak tangan segera
menggaplok Bing-bun-hiat dipunggung Kiong Bing.
Sepenuh perhatian Tok-sin Kiong-bing mendengarkan cerita


Hong Lui Bun Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Yu-bing Kongcu tentang rahasia besar kaum persilatan,
sungguh tak pernah terbayang bahwa Yu-bing kongcu bakal
membokong dirinya dengan cara sekeji ini. belum lenyap
suara hardikannya. punggungnva telah digaplok dengan
tenaga raksasa. Dengan jeritan mengerikan tubuhnva
mencelat dua tombak., "Bluk" begitu muka menyentuh tanah
darahpun menyembur dari mulutnya:
Tapi Yu-bing Kongcu juga mengerang tertahan, dia
menyurut dua langkah. lengan kirinya dipegang dan dipijatpijat,
wajahnya tampak menyeringai sadis.
Bola mata Kiong-bing melotot keluar, sekuatnya dia
menyanggah tubuh dengan kedua tangan, tubuhnya setengah
duduk. sorot matanya berapi-api menatap Yu-bing Kongcu
penuh kebencian- suaranya serak: "Kau... kenapa berbuat
sekeji ini ?" Yu-bing Kongcu tertawa sinis. Katanya:
"Selama tiga puluh tahun ayah berusaha mencari rahasia
cara membuka gudang Thian-tok-bun, maka beliau
merendahkan diri berusaha merangkul kalian bersaudara.
siapa nyana kalian licik dan picik, terlalu egois dan temaha
sejak memperoleh keterangan dari mulut ciang-kiam-kim-ling
cara membuka gudang itu kalian tetap merahasiakannya
sampai sekarang. tadi adikmu sudah membeberkan rahasia
itu, untuk apa pula kau masih hidup".
Serasa serak penasaran keluar dari tenggorokan Kiong
bing, pelan-pelan dia merangkak bangun dengan langkah
sempoyongan menghampiri Yu-bing Kong cu terkekeh dingin,
katanya: "sekarang biar kau mampus dengan tenteram, jiwa
adikmu tadi juga aku yang menamatkan."
Mendadak dia melompat maju menerjang ketubuh Kiong
bing, di mana telapak tangannya berkelebat, Kiong-bing telah
dihajarnya mencelat jauh terguling-guling ditanah, Kiong-bing
masih merintih- rintih, darah menyembur pula beberapa kali,
sekujur badan gemetar, namun tetap dapat merangkak berdiri
lagi. Menyaksikan betapa keji dan telengas cara Yu-bing Kongcu
membokong dan berusaha membunuh Kiong-bing, Liok KiamTiraikasih
Website ping mengerut kening, disadarinya bahwa Hiat-liong-po-giok
miliknya itu ternyata mempunyai arti besar didalam percaturan
dunia persilatan, dibalik batu yang sekeping itu ternyata
menyangkut banyak persoalan penting yang terpendam sekian
lama, menyangkut banyak jiwa manusia,
Sudah tentu Kiam-ping amat setuju bila manusia macam
Kiong-bing diberantas dari muka bumi, tapi melihat kakak
beradik itu mati penasaran oleh kawan yang berbuat keji dan
jahat, sebagai seorang ksatria, seorang pendekar yang
menjunjung kebajikan, sebetulnya Kiam-ping tidak bisa
berpeluk tangan sayang dia masih sadar bahwa Le Bun
berenam masih digenggam lawan, maka dia tidak berani
sembarang bertindak, Dengan suara serak Kiong-bing berkata:
"Kau memang kejam, memang tidak malu sebagai murid
Tang-ing..." setelah berganti napas, sorot matanya beralih
kearah Liok Kiam-ping, katanva pula: "Apapun yang terjadi
kau harus pertahankan batu jade itu, karena diselatan kota
Tayli dipropinsi In-lam terdapat sebuah tempat Ngo-tok-sengto
.. " sorot matanya menampilkan mohon belas kasihan, lalu
meratap: "Disana terdapat gudang penyimpanan harta pusaka
Thian-tok-bun, merupakan rahasia besar kaum persilatan yang
diperebutkan sejak beratus tahun lalu, didalamnya tersimpan
sepucuk pohon Kiu-yao-ci-lan yang ditanam oleh Thian-gwa
sinlo dan ada lagi..." dia berusaha ganti napas, tapi mendadak
kepalanya terkulai, napaspun berhenti.
Yu-Ling Kongcu tidak segan membunuh komplotan sendiri
untuk menutup mulutnya supaya rahasia besar itu tidak bocor,
dari sini Liok Kiam-ping meresapi betapa besar sangkut
pautnya Hiat-liong-po-giok itu bagi kaum persilatan
khususnya. Dirasakan pula kehidupan kaum persilatan yang
penuh liku-liku ini ternyata serba berbahaya dan jahat.
Manusia durjana macam Yu-ling Kongcu yang tidak segansegan
mengganyang kawan sendiri, ingkar janji dan lupa budi,
maka patut dirinya selalu waspada dan tidak kenal kasihan
terhadapnya. Yu-ling Kongcu tertawa besar saking senang dan bangga,
katanya anak kura2, sekarang tiba saatnya kau serahkan batu
itu kepadaku." Tidak menjawab langsung Liok Kiam-ping malah balas
bertanya: "Darimana kau datang kemari, Apakah tujuanmu
meluruk ke Kui-hun- ceng ini hanya lantaran batu mestika itu
?" "Ya , .. boleh dikata demikian, tapi sayang .."
"Sayang apa..."
"Dikalangan Kangouw tersiar luas bahwa Pat-pi-kim-liong
adalah tunas muda yang diagulkan sebagai jago diantara jagojago
muda, sebagai ciangbunjin Hong Lui Bun, masakah
tentang datuk-datuk persilatan seperti Lam coat. Pak-ong.
Tang-leng, Say-bong dan Tiong-sin-ceng juga tidak tahu."
"Kenapa aku peduli tetek bengek itu, tugasku adalah
memberantas kawanan siluman jahat, membela kebenaran
mendukung keadilan kaum persilatan "
"Kau bocah masih berbau pupuk bawang juga berani
bermulut besar." "Cayhe hanya tahu bekerja sekuat tenaga, kedengarannya
kau ini datang dari Tangling. "Ah, betul, tuan muda ini
memang putra tunggal Yu-ling-giam-lo..."
"Lwekangmu biasa saja, yakin Giam lo Lokoay juga takkan
lebih hebat seberapa."
Berubah air muka Yu-ling Kongcu, namun cepat sekali
sudah wajar pula,jengeknya tertawa sinis: "Bocah pikun,
memang aku hanya memperoleh dua bagian ilmu sakti Yuling-
giam-lo-saja, tapi kenyataan kau tidak mampu
mengalahkan aku, cuh, lekas serahkan batu mestika itu. Aku
tiada tempo ngobrol denganmu."
Liok Kiam-ping mengawasi orang-orang yang berdiri seperti
patung disekitar gelanggang, tenggorokan Le Bun masih
terancam oleh sepuluh jari-jari setan kakek tua itu.."
"Sebelum kau jelaskan dulu maksud tujuanku kemari,
terpaksa cayhe tidak bisa memenuhi tuntutanmu." jawab Liok
Kiam-ping tegas. "Memangnya kau tidak hiraukanjiwa mereka ?" ancam Yuling
Kongcu. "Mestika Bulim patut dimiliki oleh insan bajik dan bijaksana,
manusia kotor rendah dan hina dina macam dirimu, bila
mendapatkan mestika ini pasti akan lebih mengganas dan
bersimaharaja. Demi kesejateraan umat persilatan, jiwa
beberapa orang itu boleh kukorban, apalagi bila kau bunuh
mereka, bukan saja tiada faedahnya bagi dirimu jiwamupun
harus kaujadikan tumbal."
Yu-ling Kongcu jadi serba salah, katanya dengan wajah
berobah: "Anak muda, kau memang jumawa, memangnya
siapa yang menjadi tulang punggungmu."
Tujuan Liok Kiam-ping mencari posisi yang
menguntungkan, bila nanti terpaksa dia harus melancarkan
tiga jurus sakti dari cui-le-kiam untuk membekuk Yu-bing
Kongcu, maka sengaja dia ajak orang berdebat serunya
dengan gelak tawa: "Lam-coat, Pak-ong, Tang-ling, Say-bong,
Tlong-sin-Ceng pernahkah kau pikir apa hubungannya Tiong
sin-ceng dengan Kim-kong-put-hoay-sin-kang yang
kuyakinkan ?" Betul juga Yu-ling Kongcu tampak tersirap kaget, serunya:
Jadi, kau ini murid didik Hou-bun-sin-ceng " Apa kau bukan
ciangbunjin Hong-lui-bun ?"
Yakin lawan sudah terlibat dalam persoalan yang sengaja
diada-ada, pelan-pelan secara santai dia bergerak kekiri dua
langkah katanya: "Apakah ahli waris beliau tidak patut menjadi
ciangbunjin Hong-lui-bun?"
Bahwasanya Liok Kiam-ping tidak tahu bahwa dikolong
langit ini betul-betul ada Lam-coat, Pak-ong, Tang-ling saybong
dan Tiong-sin-ceng segala, karena kepepet terpaksa dia
membual belaka. Tapi Yu-ling Kongcu menjublek. batinnya: "Hiat-liong-pogiok
adalah mestika Bulim, siapa memiliki dia bakal menjadi
jago nomor satu diseluruh jagat jika benar dia murid Tiongsin-
ceng, sejak lama sepantasnya dia sudah pergi ke Ngo-tokseng-
te di In-lam. Kenapa dia tidak tahu dimana manfaat Hiatliong-
po-giok itu?" Disaat menepekur itulah Liok Kiam-ping sudah
mengeluarkan cui-le-kiam. Ditengah bentakannya secepat kilat
dia melesat, ujung pedang menusuk kearah Yu-ling Kongcu.
Sejak tadi Kiam-ping sudah mempersiapkan diri sekali sergap
harus berhasil membekuk lawan, tampak sinar pedang
memenuhi udara membawa samberan angin tajam
perbawanya sungguh hebat dan mengejutkan-
Reaksi Yu-ling Kiongcu ternyata cukup sigap mesti
disergap. lekas dia kebut lengan baju kiri menimbulkan
segulung angin besar sementara kipas ditangan kanan
terkembang sekuatnya dia tahan serangan pedang sembari
menyurut mundur lima langkah, syukur masih berhasil dia
menyelamatkan diri. Tapi Liok Kiam-ping tidak memberi
peluang kepadanya, sekuatnya dia salurkan segala kekuatan
dan daya mampunya, hawa pedangnya menembus
pertahanan hawa kekuatan lawan sekokoh papan baja dan
bayangan kipas yang sekuat hujan deras.
"cras, eras," beberapa kali suara tabasan disertai bendaberda
halus berjatuhan di tanah, cahaya pedang tampak
berkembang diudara lalu melingkup ke satu jurusan
mengerojok turun- Terdengar Yu-ling Kongcu menjerit seperti
binatang liar terluka, kedua tangannya menghindar serta
menepuk. segera dia mengembangkan Yu - ling-ciang-kang,
tampak halimun putih mulai mengembang makin lama makin
tebal menjadi hawa pertahanan yang membungkus sekujur
badannya. Yu-ling-ciang adalah ilmu pukulan paling ganas dari aliran
sesat, tenaga pukulan yang dingin beracun setiap kena
sasaran, lawan pasti jatuh pingsan dan akhirnya binasa, Yuling
Kongcu memperoleh warisan keluarga, maka
kemampuannya bolehlah diandaikan, begitu mengembangkan
Yu-ling- ciang sungguh perbawanya luar biasa.
Ditengah gemuruh suara guntur dan badai, cu-le-kiam
ditangan Liok Kiam-ping seperti membentur dinding karang
besar, serangannya seperti ditahan dan sukar menembus
pertahanan lawan- Mendadak dia memekik nyaring, semangat
berkobar badanpun melejit keatas, seluruh tenaga dalamnya
disalurkan keujung pedang, secara gencar dan kerap ujung
pedangnya menusuk kelapisan kabut tebal putih itu.
Suara ledakan keras mengakhiri pertahanan sekeras karang
itu, ternyata kabut tebal itu tertusuk bolong dan kempes, asap
tebal terlempar ke segala penjuru, disusul suara orang seperti
tertelan dalam tenggorokan, cahaya pedangpun sirna, tampak
Liok Kiam-ping berdiri tegak ditengah gelanggang, pedang
terpeluk tegak didepan dada, wajahnya tampak semu merah,
napas sedikit memburu. Enam kaki didepannya. wajah Yu-Ling Kongcu tampak
pucat lesi, bibirnya gemetar, sorot matanya melanda penuh
kebencian, darah tampak menetes dari tangan kanan
mengotori saiju putih dibawah kakinya, jelas dia sudah
terluka. Selebar muka Kiam-ping dilapisi hawa sadis, bentaknya
dengan tekanan berat: "Kalau kau tahu diri lekas bebaskan
tutukan Hiat-to mereka, cayhe tidak akan menuntut
kepentingan pribadi, kau boleh pergi dengan hidup, tapi
jangan kau menolak arak suguhan, menyesalpun kau akan
kasep" Hampir saja jiwanya melayang oleh pedang lawan, rasa
takut masih menghantui sanubarinya, tapi sadar watak Yubing
Kongcu memang culas dan telengas, licik dan licin, picik
serta pandai berpura-pura, sekuatnya dia menahan gejolak
hatinya, mendesis kebencian dia berkata: "Mereka tertutuk
oleh Yu-ling-toan-hun-ci, ilmu tutuk tunggal keluargaku,
kecuali aku tiada orang mampu membebaskan."
"Jiwa mu sudah terancam dibawah pedang, masih berani
keras mulut, memangnya ingin lekas mampus." ancaman Liok
Kiam-ping sambil mendekat menuding pedang.
Lekas Yu-ling Kongcu berkelit sambil mundur, tapi sekali dia
bergerak ketahanan hawa murninya ikut buyar, kontan dia
memuntahkan darah segar, wajahnya lebih pucat lagi.
"Isi perutmu sudah tergoncang dan terluka oleh gerakan
hawa pedangku, jikalau tidak lekas samadi menyembuhkan
luka-luka dengan hawa murni sendiri, dalam jangka satu jam,
kau akan mampus tanpa kubur kalau tidak percaya boleh kau
coba tarik napas, apakah Khi-hay hiat tidak sakit?"
Walau tidak percaya tapi Yu-ling Kongcu mencoba menarik
napas dalam, Khi-hay- hiat seketika sakit seperti ditusuk jarum
karuan dendamnya makin membara, timbul akal busuknya.
Mendadak kedua tangan terayun, kabut hitam pekat seperti
menyembur dari kedua tangannya berkembang luas diudara.
bersama dengan melebarnya kabut hitam. maka ramailah
celoteh kawanan setan yang menggiriskan-
Liok Kiam-ping mengendus bau busuk dari mayat, seketika
kepalanya pusing, lekas dia kerahkan hawa murni
melancarkan Kim-kong-put-hay-sin-kang melindungi seluruh
badan dan Hiat-to. Kim- kong-put-hoay-sin-kang adalah ilmu
sakti pengusir iblis dari aliran Hud, begitu tenaga sakti
disalurkan, lahir batin senyawa serta merta timbal suatu
tenaga pertahanan yang hebat didalam batin, jangankan
racun tidak mempan, segala macam senjata tajampun takkan
mampu melukai. Untuk pertama kali ini Liok Kiam-ping mempraktekkan ilmu
sakti ini dalam kancah pertempuran, sembari menghapal teori
yang pernah diajarkan Hwesio sakti, sekaligus dia
kombinasikan pula dengan Kay-ting-tay-hoat yang disalurkan
kedalam tubuhnya, padahal Lwekang Hwesio sakti meliputi
latihan selama seratusan tahun, maka betapa besar kemajuan
yang dicapai Liok Kiam-ping, sungguh merupakan kejadian
yang belum pernah terjadi selama ini.
Kira-kira semasakan air kemudian, kesadarannya telah
jernih, bila dia membuka, kedua mata, sekelilingnya tetap
diliputi abut hitam, kegelapan melulu seolah-olah dirinya
berada dineraka, benda lain tiada yang kelihatan
disekelilingnya. Bau busuk yang memuakkan bertambah tebal,


Hong Lui Bun Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

jeritan-jeritan setan masih terus bersahutan disekitarnya.
dikejauhan tampak sinar kunang-kunang kerlap- kerlip.
suasana mengerikan seumpama menyedot sukma. Maka
Kiam-ping membatin: "Mungkin inilah yang dinamakan Yu
ling-toa-tin ?" Segera Kiam-ping melompat berdiri turun menerjang
kedepan dengan harapan dapat menerjang keluar barisan
meminjam cahaya pedang dari sinar kunang-kunang itu masih
terus terbang seliweran disekitar badannya.
Buddha Pedang Dan Penyamun Terbang 5 Pendekar Wanita Penyebar Bunga Karya Liang Ie Shen Pendekar Latah 7
^