Pencarian

Jala Pedang Jaring Sutra 10

Jala Pedang Jaring Sutra Seri Thiansan Kiam Bong Cian Sie Karya Liang Ie Shen Bagian 10


ini" Kau berhutang nyawa dan beuda, aku harus membuat
perhitungan denganmu!"
Bok Koan-koan mendengar Coh Thian-su berkata dengan serius,
dia malah merasa aneh, dia memelototi Coh Thian-su dan berkata:
"Anak muda, apakah kau sudah gila" Pemuda setampan dirimu,
bils aku pernah bertemu denganmu, aku pasti akan ingat, siapa
namamu" Di mana dan kapan aku pernah bertemu denganmu?"
Coh Thian-su merasa sangat aneh, dalam hari dia berpikir, 'Dia
sedang mempermainkanku atau dia punya rencana lain" Tapi
melihat dari cara bicaranya, dia tidak seperti main-main!'
Coh Thian-su merasa sangat aneh, dalam hati dia berpikir, 'Dia
sedang mempermainkanku atau dia punya rencana lain" Tapi
melihat dari cara bicaranya, dia tidak seperti main-main!'
Tiba-tiba dia teringat kepada Tuan Kiam-ta, ada orang yang
berani memalsukan dia, apakah memang benar Tuan Kiam-ta itu
ada yang palsu atau dia sendiri yang membuatnya seperti itu" Coh
Thian-su menjadi curiga. "Apakah Gin-ho pun ada kembarannya?"
Tapi Bok Koan-koan dan Tuan Kiam-ta tidak sama, Coh Thian-su
percaya kepada Tuan Kiam-ta bahwa dia adalah orang yang benar,
dia tidak percaya kepada Bok Koan-koan kalau dia tidak mempunyai
niat jahat kepadanya, dia lebih curiga bahwa Bok Koan-koan sedang
mempermainkannya. 'Baiklah, aku akan lihat dia akan melakukan apa lagi" Sementara
aku menunggu dulu,' pikir Coh Thian-su.
Bok Koan-koan sangat berhubungan erat dengan beberapa
masalah di dunia persilatan, salah satunya adalah teka teki Kie Lek-
beng, masih hidup ataukah sudah mati, dia paling tahu dengan
jelas, kematian ketua Hoa-san Pai juga pasti ada hubungan
dengannya. Bok Koan-koan tertawa dan berkata:
"Hai anak muda, mengapa kau jadi pendiam" Apakah kau sudah
tahu bahwa kau sudah salah lihat orang?"
Sebenarnya pendirian Coh Thian-su mulai goyah, tapi dia
berusaha menjawab dengan tegas,
"Kau dibakar hingga menjadi abu pun aku masih kenal! Kau
merebut barangku dan hampir mencelakaiku, kau masih
menganggap bahwa aku sudah melupakanmu"!"
Bok Koan-koan tertawa dan berkata:
"Apakah benar" Mengapa aku tidak tahu kejadian itu?"
"Bukan hanya hal itu, masih ada hal yang lain yang terjadi dalam
waktu 10 hari ini." Kata Bok Koan-koan: "Baiklah, coba kau ceritakan, kapan dan di mana aku pernah
mencelakai Bo-tan mengapa aku harus mencelakaimu?"
"Melakukan apa" Tanyalah pada dirimu sendiri! Terjadi 7 hari
yang lalu tempatnya adalah di tempat rumah Kie Yan-gan."
Bok Koan-koan tampak terkejut, setelah lama dia baru berkata:
"Apakah Kie Yan-gan yang kau maksud adalah pesilat nomor satu
itu?" "Benar, memang ada berapa Kie Yan-gan di dunia ini?"
"Kau mempunyai hubungan apa dengan Kie Yan-gan" Apakah
kau adalah Wie Thian-hoan, cucu murid Kie Yan-gan?" J
awab Coh Thian-su: "Bukan, aku dan tidak Kie Yan-gan tidak mempunyai hubungan
saudara." Kata Bok Koan-koan: "Bagaimana caraku mengancam jiwamu?"
"Kau menggunakan jarum beracun dari keluarga Tong dan
menotok 3 jalan darahku!"
Kata Bok Koan-koan: "Apakah benar kau sudah melihatku?"
"Aku tidak dapat melihat dengan jelas, setelah terkena jarum itu
aku sempat pingsan, tapi aku yakin orang itu adalah seorang
perempuan, aku tidak akan salah melihatnya!"
Kata Bok Koan-koan: "Di dunia ini begitu banyak perempuan, mengapa harus
menuduhku?" Dengan dingin Coh Thian-su menjawab:
"Karena perempuan yang bisa menggunakan jarum beracun dari
keluarga Tong, tidak ada orang ketiga, dan aku yakin orang itu
dirimu!" Kata Bok Koan-koan: "Mengapa bukan orang yang satu lagi?"
"Kau bisa berbohong mengenai hubunganmu dengan keluarga
Kie kepada orang lain, tapi tidak akan mempan terhadapku aku tahu
dari pelayan keluarga Kie yaitu Ting Po, orang yang satu lagi tidak
mungkin tanpa sebab akan datang ke rumah Kie!"
Wajah Koan-koan berubah kemudian berkata:
"Kau sudah tahu identitasku! Aku beritahu kepadamu, kau boleh
percaya atau tidak, yang kau tuduhkan malam itu semua salah, saat
itu aku berada 300 li jauhnya dari keluarga Kie."
Dengan dingin Coh Thian-su tertawa sinis, kemudian berkata:
"Apakah aku harus mempercayai mulut setanmu" Bila aku
percaya kepadamu, berarti yang kulihat malam itu adalah setan!"
Kata Bok Koan-koan: "Kau bukan bertemu dengan setan..."
Dari cara bicaranya terlihat dia ingin mengatakan
yang sebenarnya, tapi baru saja bicara sedikit, tiba-tiba dia tampak
enggan untuk berkata lagi.
Kata Coh Thian-su: "Yang aku lihat malam itu bukan setan tapi seekor rase!"
Dengan marah Bok Koan-koan berkata:
"Kau tidak perlu mengejekku! Memang benar, aku berasal dari
keluarga Bok dan dijuluki Gin-ho, aku juga pernah menjadi kekasih
putra Kie Yan-gan yaitu Kie Lek-beng. Aku mengakui ini di
depanmu, apakah kau puas sekarang"!"
Coh Thian-su tidak menyangka bahwa Bok Koan-koan akan
begitu terus terang, Coh Thian-su pun menjadi bengong.
Kata Bok Koan-koan: "Aku berkata jujur kepadamu, tapi kau juga harus jujur
kepadaku!" Kata Coh Thian-su: "Yang aku ceritakan tentang kejadian malam itu memang benar!"
Kata Bek Koan-koan: "Mungkin kau tidak sengaja berbohong, tapi bagiku semua itu
banyak yang tidak benar!"
"Apa yang tidak benar?"
"Jarum beracun keluarga Tong bila sudah terkena jalan darah,
tidak akan obat penawarnya, mengapa sampai sekarang kau masih
hidup?" Coh Thian-su tertawa dingin:
"Aku memang tidak bisa menawarkan racun itu tapi kau jangan
meremehkan kemampuan orang lain!"
Kata Bok Koan-koan: "Kalau begitu, orang nomor satu di dunia persilatan hingga di
masa tuanya, ilmunya semakin maju bukan mundur."
Coh Thian-su menatapnya dan berkata:
"Apakah sewaktu Kie Yan-gan masih muda ilmu silat yang
dikuasai sudah sangat lihai" Aku tidak tahu, tapi sekarang aku tahu
bahwa orang yang paling lihai adalah putranya, Kie Lek-beng!"
Tanya Koan-koan: "Mengapa kau bisa tahu?"
"Kie Yan-gan sendiri yang mengatakannya." Coh Thian-su
mengamati wajah Bok Koan-koan.
Wajah Koan-koan tidak menunjukkan ekspresi apa pun dan dia
berkata: "Tapi aku tidak percaya kepada kata-katamu."
Coh Thian-su menjawab: "Aku tidak butuh kepercayaanmu!"
Bok Koan-koan seperti tidak mendengar kata-kata Coh Thian-su,
dia melanjutkan: "Dua puluh tahun yang lalu Kie Yan-gan sudah lenyap dari dunia
persilatan, kau dan dia tidak ada hubungan keluarga, mengapa dia
harus menghabiskan tenaga dalamnya untuk menolongmu?"
Coh Thian-su tertawa dingin dan berkata:
"Kau anggap semua orang seperti dirimu, hanya bisa mencelakai
orang, tapi tidak mau menolong orang!"
Bok Koan-koan tertawa terbahak-bahak, tapi tawanya penuh
amarah dan juga kesedihan
Coh Thian-su bertanya: "Kau menertawakan apa?"
Bok Koan-koan menghentikan tawanya dan berkata:
"Kau sudah tahu mengenai diriku seberapa banyak" Berani
menasihatiku" Tapi aku beritahu kepadamu, aku lebih tahu seorang
Kie Yan-gan daripada dirimu!
"Aku tidak mau berdebat denganmu!"
Dalam hati dia berpikir, 'Aku sudah tahu alasannya, tidak
mungkin aku bisa memberitahumu!'
Kata Bok Koan-koan: "Dari tadi aku terus bicara denganmu, tapi tidak tahu siapa
dirimu. Apakah nama pun aku tidak boleh tahu?"
Jawab Coh Thian-su: "Kau pernah mencelakaiku, apakah benar kau tidak tahu
namaku" Kau sengaja balik bertanya, baiklah aku akan beritahu,
aku adalah Coh Thian-su dari Yang-ciu!"
Bok Koan-koan hanya bengong, kelihatannya dia benar-benar
tidak tahu siapa itu Coh Thian-su, kemudia dia berkata:
"Yang-ciu itu siapamu?"
"Dia adalah ayahku, ada urusan apa dengan ayahku?"
Bok Koan-koan tertawa terbahak-bahak.
Coh Thian-su menjadi marah dan berkata:
"Kau jangan bertindak tidak sopan!"
Tanya Bok Koan-koan: "Di bagian mana aku tidak sopan?"
"Aku mengatakan nama ayahku, mengapa kau malah tertawa!"
"Apakah Coh Kim-sung itu benar-benar ayahmu?"
"Kurang ajar! Kau mengira aku mengakui orang lain menjadi
ayahku"!" Kata Bok Koan-koan: "Memang patut dicurigai, hei, kau jangan marah! Setelah
mendengar dengan jelas baru bertarung, itu pun belum terlambat,
aku tanya sekali lagi, apakah kau tahu perselisihan antara keluarga
Kie dan Coh Kim-sung?"
Kata Bok Koan-koan lagi: "Coh Kim-sung adalah musuh keluarga Kie dan kau adalah putra
Coh Kim-sung, walaupun Kie Yan-gan menganggapmu masih kecil,
dia tidak membuatmu susah pun sudah sangat beruntung. Mengapa
dia mau begitu saja menghabiskaa tenaga dalamnya untuk
menolongmu?" Tiba-tiba dia melambaikan tangannya.
Coh Thian-su semenjak tadi sudah siap dan waspada. Dia segera
pindah posisi dan Poan-koan-pit sudah berada di tangannya.
Semenjak diserang dengan jarum beracun oleh Bok Koan-koan,
dia sudah memikirkan cara untuk menangkis serangan itu. Di ujung
Posn-koan-pit sudah terpasang batu magnet, batu itu bisa
menghisap jarum beracun itu.
Coh Thian-su mengayunkan kedua penanya, dan segera maju ke
arah Bok Koan-koan, tidak terdengar suara jarum perak yang
beradu dengan batu magnet, ternyata yang dilemparkan oleh Bok
Koan-koan pun bukan senjata rahasia berbentuk jarum.
Ilmu meringankan tubuh Coh Thian-su sangat tinggi, tapi Bok
Koan-koan lebih tinggi lagi, dia bisa mengelak, pena Coh Thian-su
sama sekali tidak dapat mengenai sasarannya.
Bok Koan-koan segera mundur 10 langkah, dia tertawa dan
berkata: "Lihat dengan jelas dulu, bila aku ingin melukaimu dengan
senjata rahasia tidak perlu menunggu hingga saat ini, tadi kau
berada di tempat terang dan aku berada di tempat gelap. Kau tidak
dapat melihatku dengan jelas dan saat itu bila aku mau aku bisa
menyerangmu!" Coh Thian-su melibat kuasnya, dia tidak melihat ada jarum yang
menempel di batu magnet itu, tapi di dadanya ada sisa-sisa tanah,
ternyata yang dilontarkan Bok Koan-koan adalah bulatan-bulatan
tanah. Coh Thian-su terkejut, dalam hati dia berpikir, 'Senjata rahasia
keluarga Tong benar-benar sangat aneh, walau aku sudah bersiap-
siap, tetap saja masih mengenai tubuhku.'
Bok Koan-koan tertawa dan berkata:
"Maafkan aku atas kata-kata yang sudah kuucapkan. Sekarang
aku yakin kau adalah putra Coh Kim-sung. Baiklah, kau mau
membuat perhitungan apa lagi denganku?"
Dengan ragu Coh Thian-su bertanya:
"Kau bilang malam itu yang menyerangku dengan jarum beracun
bukan kau. Tapi aku percaya 4 hari yang lalu kau juga merebut
kudaku, apakah itu adalah dirimu?"
Bok Koan-koan terpaku, segera dia tertawa terbahak-bahak, "Kau
bilang aku berhutang nyawa dan hutang benda. Aku tidak bisa
bayar hutang nyawa, untung saja kau percaya yang ingin mencabut
nyawamu waktu itu bukan aku. Bila berhutang barang aku bisa
bayar. Tapi harus ada bukti aku tidak mau disalah sangka lagi."
Kata Coh Thian-su: "Aku tidak tahu di mana kau menyembunyikan kudaku, tapi bila
kau ingin bukti dan saksi itu tidak sulit."
"Siapa yang bisa menjadi saksi?"
"Bu-tong Tianglo, Yu He-cu"
Kata Bok Koan-koan: "Kau bilang aku merebut kudamu di Hoa-san, orang yang terluka
di bawah pedang Kie Lek-beng yaitu Yu He-cu bukankah dia sudah
mundur dari dunia persilatan" Mengapa dia bisa tahu?"
Jawab Coh Thian-su: "Memang benar, 10 tahun lebih dia tidak turun dari gunung Bu-
tong, tapi hari itu dia kebetulan sedang berada di Hoa-san Ini
adalah pertama kalinya dia meninggalkan Bu-tong dan pergi ke Hoa-
san." Coh Thian-su masih ragu: "Apakah aku sudah salah melihat orang" tapi aku yakin orang itu
adalah dia! Bila kakak beradik pasti akan ada perbedaannya, tidak
ada yang benar-benar mirip."
Coh Thian-su tertawa dingin dan berkata:
"Kau pura-pura bingung, Yu He-cu benar-benar menyaksikannya
dan malah sempat bertarung denganmu, bila bukan karena
kesalahanku, kau sudah mati dibunuhnya!"
Kata Bok Koan-koan "Kalau begitu kau pernah menolongku" Aku benar-benar tidak
tahu balas budi. Maaf, tapi kau membuatku bingung,
sepengetahuanku, Yu He-cu dan ayahmu bersahabat, dia mau
membunuhku, mengapa kau malah menolongku?"
Kata Coh Thian-su,

Jala Pedang Jaring Sutra Seri Thiansan Kiam Bong Cian Sie Karya Liang Ie Shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Bila aku tahu dia adalah Yu He-cu dan kau adalah Gin-ho, aku
tidak akan membantumu!"
Bok Koan-koan tertawa dan berkata:
"Ternyata kau belum tahu jelas identitas kedua belah pihak,
mungkin kau melihat perempuan itu cantik maka kau menolongnya,
benar-benar membuatku kagum tapi sayangnya perempuan itu
malah mencuri kudamu!"
Coh Thian-su tampak marah dan berkata:
"Kau balas air susu dengan air tuba kau berani bilang bahwa
perempuan itu bukan dirimu?"
Bok Koan-koan menjawab dengan serius: "Memang bukan aku!"
Dia berkata lagi: "Kau pikir 5 Bu-tong Tianglo sangat benci kepada Kie Lek-beng,
jadi yang kau katakan tadi tentu bukan pura-pura karena Kie Lek-
benglah aku dibenci oleh Yu He-cu. Sebenarnya setelah merebut
kudamu aku harus pergi, apakah kudamu adalah kuda yang bagus?"
Coh Thian-su berkata: "Walaupun kuda itu bukan kuda yang terbaik tapi bila sehari bisa
menempuh jarak sepanjang 200 U itu sudah cukup."
Kata Bok koan-koan. "Benar, bila mempunyai kuda mengapa harus berjalan kaki?"
Kata Coh Thian-su dengan dingin: "Mana aku tahu semua
siasatmu?" "Jarak dari sini dengan Hoa-san hanya 3 hari bila ditempuh
dengan berjalan kaki, bila menunggang kuda, sehari pun kau sudah
sampai di sini, bila aku adalah perempuan yang akan ditangkap oleh
Yu He-cu, mengapa aku masih berada di sini?"
Coh Thian-su tidak dapat menjawab, dia hanya menatap Gin-ho.
Bok Koan-koan berkata lagi:
"Apakah hal itu sudah terjadi 4 hari yang lalu?"
"Benar, ketua Hoa-san Pai pun dibunuh pada hari itu juga"
Coh Thian-su tidak dapat menjawab, dia hanya menatap Gin-ho.
Bok Koan-koan berkata lagi:
"Apakah hal itu sudah terjadi 4 hari yang lalu?"
"Benar, ketua Hoa-san Pai pun dibunuh pada hari itu juga."
Kata Coh Thian-su lagi: "Berita yang kau dapat sangat cepat, mungkin berita ini bukan
kau sendiri yang mendengar."
Bok Koan-koan tertawa dan berkata:
"Kau mencurigaiku sebagai pembunuh ketua Hoa-san Pai?"
Kata Coh Thian-su: "Kau masih belum mampu untuk membunuh dengan tangan
sendiri, tapi kau adalah orang yang membantu pembunuhnya!"
Bok Koan-koan tertawa: "Kau punya pikiran seperti itu, orang-orang Hoa-san dan Yu He-
cu pun pasti berpikiran seperti itu, terima kasih kau sudah
memberitahuku, aku harus meninggalkan Hoa-san semakin jauh
semakin bagus." Coh Thian-su menatapnya, wajahnya terlihat ragu dan dia
berkata: "Apakah kau benar-benar bukan perempuan itu?"
"Apakah kau belum merasa jelas" Tidak perlu terburu-buru aku
memang harus cepat-cepat meninggalkan tempat ini, tapi kau masih
mempunyai kesempatan untuk menelitinya dengan jelas!"
Coh Thian-su menatap Bok Koan-koan
dengan melotot, sepertinya dia sudah tahu perbedaannya.
Kata Bok Koan-koan: "Apakah kau sudah melihatnya dengan jelas"
Wajahku mempunyai satu kelebihan dibandingkan perempuan itu."
Ucap Coh Thian-su, "Benar, wajahmu ada tahi lalat berwarna merah, tapi..."
Bok Koan-koan tertawa: "Kau curiga bahwa tahi lalat ini palsu" Kau boleh menyentuhnya,
maka kau kan tahu ini palsu atau bukan!"
Wajah Coh Thian-su menjadi merah dengan dingin dia berkata,
"Kita sedang membicarakan masalah yang serius!"
"Aku pun serius, kau sudah percaya bahwa aku bukan
perempuan itu?" "Jadi dia, dia adalah..."
"Dia adalah ciciku."
Jawaban ini membuat Coh Thian-su bertanya-tanya lagi. "Aku
dan cirimu tidak mempunyai hubungan apa pun, mengapa dia mau
mencelakaiku?" tanya Coh Thian-su.
Bok Koan-koan malah balik bertanya:
"Apakah aku juga mempunyai alasan untuk membunuh atau
mencelakaimu?" Coh Thian-su tidak menjawab, tapi dalam hati dia menganggap
karena Kie Lek-beng bermusuhan dengan ayahnya dan Bok Koan-
koan "Aku tahu bagaimana pendapatmu tentang diriku, tapi kau hanya
tahu sebagian saja."
Bok Koan-koan sepertinya ingin mengatakan sesuatu tapi
akhirnya dia berkata: "Ini adalah masalahku, tidak ada hubungannya denganmu, kau
pun tidak perlu tahu. Akan kuberitahu kepadamu bahwa
pemikiranmu salah, aku tidak berniat mencelakai keluarga Coh."
Kata Coh Thian-su: "Terima kasih, tapi aku masih ingin tahu, mengapa cicimu ingin
mencelakaiku" Bila aku tahu alasannya, aku akan membantu, bila
bukan karena terpaksa aku tidak akan membalas dendam kepada
cicimu." "Aku percaya kepada kata-katamu, aku pun berterima kasih
kepadamu, tapi aku tidak dapat memberitahumu karena aku
sendiripun tidak tahu alasannya"
Kata Coh Thian-su: "Kalian adalah kakak beradik, mengapa kau tidak tahu?"
"Sepertinya kau salah perkiraan, kau mengira dia mau berunding
denganku sebelum bertindak" Kau salah! Memang aku dan dia
adalah saudara kembar, dari kecil terus bersama, sejak dia menikah,
aku dan Kie Lek-beng bersembunyi di tempat terpencil, kami tidak
pernah bertemu lagi."
Dia seperti berpikir, tiba-tiba dia berkata:
"Apakah Pek-toh-san..."
Coh Thian-su pun tidak tahu di mana letak gunung itu, kemudian
dia bertanya, "Kau mengatakan gunung apa" Di mana itu?" Pikiran Koan-koan
sepertinya sedang kacau, dengan ringan Coh Thian-su bertanya
"Siapa kakak iparmu?"
Wajah Bok Koan-koan langsung berubah menjadi dingin dan
berkata, "Kau terlalu banyak ingin tahu!"
Bok Koan-koan tertawa lagi dan berkata:
"Apakah kau masih mau membuat perhitungan denganku?"
Coh Thian-su sudah berjanji kepada Yu He-cu, dia akan
menangkap kembaran Gin-ho dan perempuan yang berdiri di
hadapannya adalah Gin-ho, tapi dia dengan perempuan yang
ditemui di Hoa-san tidak sama.
Coh Thian-su tampak ragu, dia harus mempercayai Gin-ho
berapa banyak" "Tapi paling sedikit dia tidak berniat jahat kepadaku, aku tidak
boleh membuat masalah dengannya."
Bok Koan-koan menjadi diam, kemudian dia tertawa:
"Kau tahu, banyak orang ingin membunuhku, tapi hanya kau
yang tidak boleh membunuhku! Karena belum tentu kau bisa
membunuhku!" Bok Koan-koan menjadi diam, kemudian dia tertawa: "Kau tahu,
banyak orang ingin membunuhku, tapi hanya kau yang tidak boleh
membunuhku! Karena belum tentu kau bisa membunuhku!"
Kata Coh Thian-su, "Memang benar, ilmu meringankan tubuhmu lebih tinggi dari
diriku, senjata rahasiamu pun lebih hebat dari diriku bila kau mau
membunuhku, tentu itu hal yang mudah, tapi aku tidak mengerti
mengapa hanya aku yang tidak boleh membunuhmu?"
"Bila aku terus hidup, akan sangat berguna untukmu."
Coh Thian-su merasa aneh dan bertanya:
"Kau berguna untuk apa?"
"Apakah kau tahu mengapa
ayahmu dan Kie Lek-beng bermusuhan?" "Aku ingin tahu lebih detil." Kata Coh Thian-su.
"Baiklah, aku akan memberitahumu, ibu tirimu adalah istri Kie
Lek-beng." Sebenarnya Coh Thian-su sudah tahu, tapi dia mendengar sendiri
dari mulut Bok Koan-koan, masih membuatnya terkejut. Bok Koan-
koan tertawa dan berkata:
"Karena aku, Kie Lek-beng berpisah dengan istrinya, tapi dia
tetap tidak dapat melupakan istrinya, bila di dunia ini tidak ada
diriku, istri Kie Lek-beng tidak akan menikah dengan ayahmu.
Walaupun sudah menikah dengan ayahmu, pasti akan direbutnya
kembali, karena itu bila kau mau menjadi anak yang berbakti, kau
harus mendoakan aku panjang umur!"
Alasan Koan-koan malah membuat Coh Thian-su tertawa tapi
setelah dipikir-pikir kata-katanya masuk akal juga Coh Thian-su
berkata: "Bila kau hidup terus di dunia ini, apakah kau akan menjamin Kie
Lek-beng tidak akan membuat susah ayahku?"
Bok Koan-koan menarik nafas dan berkata:
"Posisiku di hati Kie Lek-beng tidak seperti istrinya aku tidak
dapat menjaminnya tapi kau juga harus tahu, di dunia tidak ada
seorang perempuan pun yang mau meninggalkan laki-laki yang dia
cintai. Apalagi dia pernah telah mengorbankan segala-galanya."
Coh Thian-su pun merasa tidak enak hati, dalam hati dia berpikir,
'Dia benar-benar mencintai Kie Lek-beng, mungkin sebenarnya dia
tidak mau ditakdirkan menjadi perempuan cabul, mungkin dia
mencintai laki-laki itu, tapi laki-laki itu tidak mencintainya, dia tahu dia tidak berarti apa-apa di hati laki-laki yang dia cintai dan ini
membuatnya uring-uringan.'
Kata Bok Koan-koan: "Aku tidak dapat menjamin dia tidak akan mencari ayahmu, dia
selalu curiga istrinya bermain belakang dengan ayahmu sewaktu
mereka masih menjadi suami istri. Sekarang istrinya sudah menjadi
ibu tirimu, antara dia dan keluargamu tidak akan bisa berdamai, aku
tidak dapat melarangnya merebut kembali istrinya tapi aku pun akan
membuatnya tidak mudah mencapai apa yang dia inginkan!"
"Tunggu dulu!" "Ada apa?" "Kita bukan teman, tapi tujuan kita sama, apakah itu benar?"
"Memang benar, lalu kenapa?"
"Aku minta bantuanmu, membantuku berarti membantu ayahmu
juga, apakah kau mau?"
"Kalau benar-benar bisa membantu ayah, kenapa tidak?"
Bok Koan-koan mengeluarkan sebuah botol kecil dan berkata:
"Mudah sekali, kau ambil sedikit bubuk ini dan masukkan ke
dalam teh dan suruh Kie Lek-beng minum, dia tidak akan mencari
ayahmu lagi!" "Ini racun apa?"
"Tenanglah, ini tidak akan membuat Kie Lek-beng mati keracunan, hanya memusnahkan ilmu silatnya. Ini adalah racun
buatan keluargaku, namanya Su-kut-san, racun ini terdiri dari 2
macam obat lebih dahsyat dari racun keluarga Tong. Walaupun
tubuh orang itu seperti besi, bila sudah meminumnya dia tidak akan
mempunyai tenaga lagi."
Coh Thian-su tertawa dan berkata
"Sepertinya terdengar
sangat mudah, bagaimana caraku meracuni dia?" Jawab Bok Koan-koan: "Kau tidak akan bisa meracuni dia tapi kau bisa menyuruh orang
lain meracuni dia!" Kata Coh Thian-su: "Ilmu silat Kie Lek-beng lebih tinggi dari ayahku, sekarang dia
adalah pesilat nomor satu, bagaimana aku bisa menyuruh orang lain
meracuni dia" Orang itu pun akan dibunuh oleh Kie Lek-beng."
Jawab Bok Koan-koan: "Walaupun Kie Lek-beng tahu bahwa orang
itu akan membunuhnya, dia tidak akan membunuh orang itu!"
"Siapakah dia?" tanya Coh Thian-su.
"Dia adalah putri Kie Lek-beng."
Coh Thian-su tertawa terbahak-bahak dan berkata:
"Pikiranmu terlalu jauh. Apakah putrinya mau meracuni dia ?"
"Kau minta bantuannya, dia pasti akan mau, kau beritahu semua
ini demi ayahnya, dia pasti akan mau."
Coh Thian-su menggelengkan kepalanya dan tertawa kecut dan
berkata: "Mengapa kau punya pikiran aneh-aneh, pasti otakmu ada
penyakit, bila tidak kau pasti sok pintar!"
Kata Bok Koan-koan: "Mungkin bukan aku yang sok pintar tapi kau yang pura-pura
bodoh!" "Pura-pura bodoh bagaimana?" Tanya Coh Thian-su.
"Pura-pura tidak mengetahui isi hati orang lain."
Coh Thian-su dibuat tertawa oleh Bok Koan-koan dan dia
berkata: "Aku hanya tamu di keluarga Kie, dengan Nona Kie tidak
mempunyai hubungan apa pun, aku sudah memberitahumu!"
Tanya Bok Koan-koan: "Apakah benar hanya sebagai tamu biasa" Mengapa kakeknya
mau menolongmu" Apakah kau berani mengemukakan alasanmu?"
Kata Coh Thian-su: "Bila aku mengatakannya kau pasti tidak akan percaya, lebih baik
kau sendiri saja yang mengira-ngira!"
Bok Koan-koan tertawa dingin dan berkata:
"Aku tidak main-main denganmu, jangan kira karena ilmu silat
ayahmu tinggi maka tidak takut kepada Kie Lek-beng. Kau akan
menyesal nanti!" Kata Coh Thian-su: "Tapi caramu ini tidak dapat dijalankan!"
"Belum melakukannya mana bisa

Jala Pedang Jaring Sutra Seri Thiansan Kiam Bong Cian Sie Karya Liang Ie Shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

tahu tidak akan bisa dilakukan?" "Ngomong pulang pergi akhirnya kau tetap memaksa aku
melakukannya." Coh Thian-su mulai merasa kesal.
Kata Bok Koan-koan: "Melihat dirimu, aku jadi tidak mengerti, kau benar-benar bodoh
atau pura-pura bodoh" Tadi aku berkata sampai mana" Oh ya,
sampai mengapa kakeknya begitu baik kepadamu" Aku paling tahu
seorang Kie Yan-gan, dia tidak akan mau menolong orang tanpa
sebab, mungkin dia sudah tahu bahwa cucunya mencintaimu.
Seorang perempuan selalu mau melakukan apa yang diminta oleh
laki-laki yang dia cintai, apalagi kau bertujuan menolong ayahnya,
bukan membunuh ayahnya, aku jamin dia akan mau!"
Dia tidak mendegar kata-kata Coh Thian-su lagi, botol Su-kut-san
langsung dia lempar ke arah Coh Thian-su dan dia langsung lari.
Terpaksa Coh Thian-su mengambil botol itu.
Dari jauh Bok Koan-koan berteriak:
"Cepat ke rumah Kie, cari Nona Kie dan bersama-sama pergi ke
ibukota, dengarkan kata-kataku dan kau tidak akan salah langkah
setiba di ibukota kalian muncullah di tempat keramaian, Kie Lek-
beng akan mencari putrinya. Kau jalankan rencanaku dan jangan
bocorkan rahasia ini. Kau pun harus melarang 5 Bu-tong Tianglo
untuk membalas dendam kepadanya, begitu ilmu silatnya musnah,
kau antar dia pulang." Belum habis bicara Bok Koan-koan sudah
menghilang. Walaupun tenaga dalam Gin-ho tidak begitu dalam,
tapi semenjak ikut dengan Kie Lek-beng kemajuannya cukup pesat
Coh Thian-su melihat botol yang dipegangnya dan dia tertawa
kecut: Dia mulai merindukan Hiat-kun, walaupun tahu bahwa Hiat-kun
mempunyai seorang yang dia sukai, tapi dia tetap ingin bertemu
Hiat-kun. Tapi dia lebih khawatir kepada ayahnya, dia menganggap
rencana Bok Koan-koan sangat tidak masuk akal, dia tidak mau
kembali lagi ke rumah Kie, karena waktu tempuhnya untuk ke
ibukota akan lebih lama lagi.
Dia ingin membuang Su-kut-san itu, tapi setelah dipikir-pikir Su-
kut-san sangat sulit didapat, asal tidak untuk melukai orang,
disimpan pun tidak ada salahnya.
Karena sudah terlalu banyak hal yang sudah terjadi, baru
sekarang ini dia baru bisa mendinginkan kepalanya, dia pun baru
ingat harus mencari seekor kuda.
Di Leng-pau dia sudah mencari kuda, tapi tidak ada yang cocok,
sekarang dia akan ke kota Bu-hoan, kota yang lebih besar dari
Leng-pau untuk mencari kuda. Dari sana ke Bu-hoan jaraknya
kurang lebih 80 kilometer, bila berjalan kaki menghabiskan waktu
setengah hari dan Coh Thian-su sudah bisa tiba di kota itu.
Baru saja dia berjalan satu jam, sudah menemui hal yang tidak
disangkanya. Pada saat dia melewati sebuah gunung kecil, tiba-tiba
di bawah pohon dia menemukan seekor kuda yang tidak ada
tuannya dan di pohon itu terselip sepucuk surat dan tertera
namanya di amplop surat itu.
Benar-benar menghindari kecurigaan. Mendengar lagu sedih.
Siluman rubah sekarang memberikan seekor kuda. Apa yang akan
terjadi" ---ooo0dw0ooo--- BAB 11 Dengan gagah menolong gadis cantik
Dengan cara licik menipu Mengikuti ibu angkat Memasuki perangkap orang jahat
A. Menolong Gadis Cantik di Tengah Jalan
Begitu surat itu dibuka, sudah tercium wangi yang sangat manis.
Hurufnya merah mencolok, ternyata ditulis oleh pensil alis yang
sudah dibubuhi oleh pemerah pipi. Coh Thian-su terkejut, dia takut
wangi itu mengandung racun, segera dia mengatur nafas untuk
berjaga-jaga. Setelah agak lama tidak terasa ada hal aneh, baru dia
berani membuka surat itu dan mulai membaca.
Surat itu terdiri dari 2 baris kalimat:
"Aku mewakili ciciku menggantikan kuda yang dicuri. Segera cari
Nona Kie dan bersama-sama pergi ke ibukota."
Tidak ada nama pengirimnya, tidak perlu ditanyakan lagi, yang
menulis adalah Gin-ho, Bok Koan-koan
Dalam hati Coh Thian-su berpikir, 'Gin-ho bergerak sangat
cekatan dan dia sudah membawakanku seekor kuda, seperti tahu
cara berpikirku saja' Tapi dia sudah mengambil keputusan, walaupun dia merasa
berterhnakasih untuk kebaikan Gin-ho, tapi dia tidak mau mengubah
rencana semula dalam hati dia berpikir,
"Kuda ini datang tepat pada waktunya dia mewakili kakaknya
menggantikan kuda untukku, jika aku menerimanya rasanya wajar-
wajar saja dan tidak perlu merasa malu, aku tidak berjanji apa pun
kepadanya bila bertemu dengannya lagi, dia pun tidak berhak
marah-marah kepadaku."
Kuda itu tidak kalah dengan kudanya yang hilang itu, awalnya dia
mengira Bok Koan-koan akan menunggunya di tempat
pemberhentian berikutnya dan bila bertemu dengannya akan
membuat Coh Thian-su pusing lagi. Tapi setelah berjalan beberapa
hari, Coh Thian-su ternyata tidak bertemu dengannya.
"Dia mencarikan kuda untukku, dia pun pasti akan mencari kuda
untuk dirinya sendiri, mungkin dia juga terburu-buru pergi untuk
mencari Kie Lek-beng dan dia akan segera juga pergi ke ibukota"
pikir Coh Thian-lu, dia sudah cukup pusing tidak mau berpikir yang
macam-macam lagi. Dia tidak mencari Kie Su-giok, dia tidak tahu bahwa Kie Su-giok
pun sudah ke ibukota. Ternyata setelah Ting Po pulang, dari mulut Ong Toanio dia tahu
buhwa Wie Thian-hoan sudah pergi ke ibukota
Dia secara sembunyi-sembunyi meninggalkan rumah, dia pun
mencuri kuda kesayangan kakeknya.
Suatu kali ketika dia sedang menempuh perjalanan, ada orang
yang berada di belakang mengikutinya.
Karena dia ingin cepat-cepat sampai, jadi dia menempuh jalan
pintas, di jalan itu tidak ada orang, hanya ada dia dan orang yang
sedang mengikutinya. Orang itu bertubuh kurus, dahinya seperti mempunyai tanduk,
begitu melihat orang itu, walaupun dia tidak mempunyai kesalahan,
perasaan yang timbul adalah rasa tidak suka.
Dalam hati Kie Su-giok tertawa dingin, "Mungkin karena
melihatku hanya sendiri jadi dia mengejarku!'
Sengaja dia mulai berjalan perlahan-lahan.
Tapi di luar dugaan orang itu melewatinya, dan hanya meliriknya
sebentar. Kie Su-giok kecewa, dalam hati dia berpikir,
"Orang itu sangat aneh, bila dia bukan penjahat pasti dia bukan
orang baik-bak. Untung dia tidak mengangga, bila tidak aku akan
menhajamya sekalian melampiaskan kekesalanku."
Baru saja dia berjalan beberapa langkah, orang itu sudah kembali
lagi dan di sisinya sudah bertambah satu orang lagi, perawakan
temannya itu kebalikan dari dia, sangat pendek dan gendut.
Mereka berdua begitu saja lewat di depan Kie Su-giok, tapi tidak
terjadi sesuatu! Hanya pada waktu mereka lewat, mereka terus
menatap Kie Su-giok dan tertawa.
Ini membuat Kie Su-giok menjadi marah, dan bertanya, "Kalian
mondar mandir, apa tujuannya?"
Yang kurus berkata: "Jalan ini untuk umum, aku ingin berjalan ke sini ya akan lewat
sini, mau ke sana ya ke sana, mengapa kau melarangku?"
Yang pendek berkata: "Aku ingin tertawa ya tertawa, kau bukan seorang gadis,
mengapa mesti merasa risih?" ternyata Kie Su-giok telah belajar
mengubah wajahnya, ketrampilaimya ini didapat dari Ting Po,
sekarang dia sedang menyamar menjadi seorang laki-laki muda
yang tampan Kira-kira sudah berjalan sejauh 5 kilometer, tiba-tiba terdengar
bunyi derap kuda. Yang datang adalah orang tadi juga, sekarang
sudah dbertambah lagi dengan seorang pelajar.
Kuda Kie Su-giok walaupun kuda itu kuda kesayangan kakeknya
karena sudah tua bila dibandingkan dengan 3 ekor kuda itu,
kecepatannya jauh berbeda. Ketiga ekor kuda itu segera mengurung
Kie Su-giok, dengan dia marah dan berkata,
"Apakah kalian mencari gara-gara?"
Orang seperti pelajar itu mahir menunggang kuda, dia meloncat
ke depan dan berkata, "Dia sangat wangi! Aku tidak tega memukul pemuda yang begitu
tampan'" Kie Su-giok marah dan mengayunkan pecut kudanya. Pecut itu
bukan pecut biasa, pecut itu berasal dari Tibet, terbuat dari rotan
dan direndam ramuan sangat lama kemudian baru dikeringkan.
Pecut itu pun terbungkus oleh kawat yang sangat kuat dan lurus.
Pecut itu bernama Ting-coa-pian (Pecut Ular Rotan).
Ting-coa-pian diberikan oleh orang seorang Dalai lama dari Tibet
kepada Kie Yan-gan. Begitu Kie Yan-gan berumur 50 tahun dia
sudah tidak memerlukan senjata itu lagi dan Ting-coa-pian diberikan
kepada Kie Su-giok. Dia mengayunkan pecut ke arah si pelajar, tapi si tinggi langsung
menggerakan tangannya menjepit pecut itu dengan dua jarinya,
ternyata si tinggi kurus itu tangannya terlatih ilmu silat jari besi. Bila golok atau pedang biasa pasti akan putus karena dijepit oleh
jarinya. "Untung aku tidak kena," kata si tinggi kurus sengaja mempermainkan Kie Su-giok, dan jari-jarinya sudah mengerahkan
tenaganya, bila pecut itu adalah pecut biasa pasti sudah putus
menjadi 2, tapi karena itu adalah Ting-coa-pian, jarinya tidak dapat
merusak pecut itu. Kata pelajar itu sambil menolehkan kepalanya:
"Aku telah salah lihat, dia bukan laki-laki!" Si tinggi kurus yang tidak dapat memutuskan pecut itu, dia memakai tenaga telapak tangan
ingin menarik Kie Su-giok turun dari kudanya. Perubahan dari pihak
Kie Su-giok pun sangat cepat, dia mengulurkan pecut itu dan segera
meloncat dari punggung kuda, di tengah udara dia berputar dan
mendekati si tinggi kurus, dan langsung menendangnya.
Si tinggi kurus tidak menyangka kaki Kie Su-giok bisa begitu
kuat, begitu Kie Su-giok mengulurkan pecut itu, si tinggi kurus ingin
menangkap pecut Kie Su-giok, tidak disangka kaki kiri Kie Su-giok
sudah menendang mengenai pundaknya dan dia segera berteriak,
kali ini dia tidak pura-pura, sekarang kaki kanan Kie Su-giok sudah
menyusul menendang lagi dan si tinggi kurus sudah jatuh dari
kudanya, Kie Su-giok ingin merebut kudanya, tapi tangannya tidak
sampai. Kuda itu sudah lari, walaupun dia tidak mendapatkan kuda itu
tapi pecutnya sudah kembali ke tangannya.
Waktu itu si pendek tepat lewat di depan Kie Su-giok, dia
berkata: "Lo-toa, kau sudah salah lihat, dia bukan seorang pemuda yang tampan, dia adalah seorang gadis yang cantik, kami berikan
gadis cantik ini untukmu!"
Kie Su-giok sangat marah mendengar kata-kata si pendek, dia
berkata: "Kentut kau!" dan langsung mengayunkan pecutnya.
Kuda si pendek terus berlari dan pecut itu melilit ke kaki
kudanya, walaupun tidak ditarik oleh Kie Su-giok, tapi kuda itu
hanya dapat berlari di tempat.
Kie Su-giok segera menahan pecut itu dan si pendek pun turun
dari kuda dengan meloncat, dia meloncat sangat jauh. Seperti
sebuah bola daging yang bisa memantul dan melewati kepala Kie
Su-giok lalu turun di belakangnya.
Kie Su-giok tidak bisa melihat ke belakang tubuhnya tapi dia
merasakan bahwa si pendek ada di belakangnya, dan sedang
bersiap-siap memegang kakinya.
Kie Su-giok sudah tidak mempunyai waktu untuk merebut kuda
dia hanya bisa berbalik tubuh berhadapan dengan di pendek!
Pecutnya yang masih melilit di kaki kuda itu terlepas dan dibawa lari
oleh kuda itu. Si pendek tertawa dan berkata:
"Hei gadis cantik! Kau menahanku di sini untuk apa" Aku tahu di
tempat ini ada sebuah adat kebiasaan menarik laki-laki untuk diajak
kawin, tapi aku tidak percaya bahwa kau yang begitu cantik akan
suka kepadaku, bila kau ingin menarik laki-laki untuk dijadikan
suami, kau harus memilih kakak tertuaku!"
Kie Su-giok tidak ada waktu bersilat lidah dengannya, dia
mencabut pedang dan menusuk ke arah si pendek, segera si pendek
dibuat kalang kabut oleh Kie Su-giok.
Dalam hati Kie Su-giok sedikit tergetar, dia merasa orang-orang
ini terlihat seperti pesilat tangguh, 'Aku tidak boleh mengubar
amarah sendiri, aku harus tenang.'
Begitu hatinya sudah tenang, dengan cepat serangannya berhasil
melukai si pendek. Si pendek berteriak: "Gadis lihai, aku serahkan padamu, aku akan tidur!"
Dia mengelak pedang Su-giok dan langsung menjatuhkan
tubuhnya. Senjata si pendek adalah pisau pendek dan pisau panjang, dia
berbaring hanya untuk berpura-pura menyerah, tapi ternyata
gerakannya lebih lincah pada saat dia berbaring. Beberapa kali Su-
giok hampir terkena senjatanya.
Terlihat tubuh si pendek seperti bola, semua tubuhnya
berlepotan oleh tanah, tapi dia bisa meloncat kapan pun, walau
bagaimanapun senjatanya menyerang yang terkena hanya tanah,
tubuhnya tidak terkena. Kie Su-giok dipaksa mundur oleh si pendek. Si tinggi kurus sudah
berdiri, sambil mengurut-urut lukanya dia menyaksikan pertarungan
itu, dia hanya luka ringan, tapi wajahnya merah karena menahan
marah. Kata si pelajar itu: "Lo-sam, kau sudah mendapatkan pecut Ting-coa-pian, itu
adalah benda yang langka, apakah kau tahu asal usul pecut itu?"
"Aku tahu!" Kata si tinggi kurus.
Kata si pelajar: "Kau jangan marah-marah, kau terluka sedikit tapi mendapatkan
benda yang berharga, dagang semacam ini sulit didapat!" Jawab si
tinggi kurus: "Aku tahu itu, tapi... sepertinya kau sangat membela perempuan
itu?" Kata pelajar itu dengan marah:
"Mana mungkin" Kita adalah Kim-leng-sam-eng (Tiga Pendekar
dari Kim-leng). Meskipun Gadis itu sudah tidak sopan kepada kita
tapi kita pun tidak boleh berbuat tidak sopan kepada seorang
perempuan!" Si kurus tertawa dan berkata:
"Lo-ji, hati-hati, jangan potong kaki gadis itu, nanti si cantik


Jala Pedang Jaring Sutra Seri Thiansan Kiam Bong Cian Sie Karya Liang Ie Shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

berubah menjadi dewi Kwan-im yang tidak punya kaki!" Kata si
pendek: "Lo-toa, kau jangan khawatir, aku akan memberikan gadis yang
cantik dan sempurna untukmu!"
Kie Su-giok sangat marah dan berkata: "Apakah kentut kalian
sudah habis?" Segera Kie Su-giok mengubah posisinya, jurus Wan-yo-kim-pu-
lian-hoan-tui(BurungWan-yoMenendangBerturut-turut)
dikeluarkan, jurus ini membuat si pendek yang tadinya tenang-
tenang sekarang menjadi kalang kabut.
Jurus ini baru dipelajari oleh Kie Su-giok, walaupun belum
sempurna tapi bisa mengatasi jurus si pendek, yaitu jurus Te-tong-
to (Gerak Pisau Bawah tanah).
Jurus Te-tong-to adalah jurus pisau yang khusus menyerang
bagian bawah, tapi Wan-yo-kim-pu-lian-hoan-tui juga khusus bisa
mengatasi jurus Te-tong-to, si pendek sekarang tidak bisa
mengalahkan Kie Su-giok, malah tubuhnya harus berguling-guling di
bawah. Si pelajar sangat terkejut, dalam hati dia berpikir, 'Ilmu silat
keluarga Kie memang luar biasa, kelihatannya aku harus turun
tangan.' Belum habis pikirannya, pisau si pendek sudah ditendang oleh
Kie Su-giok dan terbang ke udara, dia ingin menendang pisau yang
satu lagi, tiba-tiba sudah dihalangi oleh sebuah kipas, tubuh Kie Su-
giok hampir hilang keseimbangannya dan si pendek pun sudah
terguling beberapa meter.
Yang menghalangi Kie Su-giok adalah si pelajar, dia mengibas-
ngibaskan kipas emasnya dan berkata,
"Aku ingin mencoba ilmu silat keluarga Kie, Lo-ji, Lo-sam, kalian hanya boleh menonton, tidak boleh membantu, nanti orang-orang
akan menertawakan kita!"
Kata si pendek: "Bila Lo-toa sendiri yang turun tangan pasti tidak akan
membutuhkan bantuan kami, nona ini begitu cantik, bila didapatkan
sendiri oleh kakak tentu lebih bagus."
Hati Kie Su-giok bergolak marah, tapi dia pun terkejut,
"Pantas mereka berdua memanggilnya kakak, karena gerakan
ilmu silat yang dikeluarkannya tadi lebih tinggi dari mereka, tapi
umurnya belum mencapai 30 tahun, panggilannya malah terbalik,
yang muda menjadi kakak tertua, yang tua malah menjadi Lao San."
Si pelajar itu menutup kipasnya, dengan lembut dia berkata:
"Silakan keluarkan seranganmu!"
"Kau sudah tahu identitasku, mengapa berani masih berlaku tidak
sopan?" Kata si pelajar itu: "Semenjak tadi aku belum pernah bicara tidak sopan kepadamu,
mereka berdua adalah orang yang kasar, harap Nona mau
memaafkan mereka." "Kau sudah tahu salah, mengapa masih tidak mau pergi?"
"Kau yang menyerang mereka dulu, pantas bila mereka tidak
sopan kepadamu!" Dengan tawa dingin Kie Su-giok berkata:
"Sebenarnya aku juga ingin memukulmu, mulutmu terlalu
lancang!" Si pelajar pura-pura terkejut dan berkata:
"Apanya yang lancang" Aku hanya bilang kau harum, apakah itu
berasal dari tubuhmu" Ini adalah pujian, mengapa kau malah mau
memukulku?" Seru Kie Su-giok: "Kurang ajar!" segera dia menyerang, si pelajar itu mengelak dan tertawa,
"Aku belum pernah melihat seorang gadis yang begitu tidak tahu
aturan, tapi aku akan menjelaskan kepadamu, Nona Kie, kau sudah
memukul 2 saudaraku, bila kau bukan cucu Kie Yan-gan aku tidak
akan memaafkanmu, tapi karena kau adalah cucu Kie Yan-gan aku
harus balas kekalahan ini. Bila tidak orang lain akan
menertawakanku, jangan kau kira aku takut kepada kakekmu!"
Kie Su-giok sudah menyerang 7 jurus bertutur-turut, tapi semua
bisa dielakkan oleh si pelajar, sambil bertarung dia masih bisa
bicara, agaknya ilmu silat orang itu lebih tinggi dari Kie Su-giok.
"Aku pun tidak ingin membuatmu susah, aku hanya ingin kau
mengikutiku pulang, aku akan menulis surat untuk kakekmu asal
kakekmu sendiri yang minta maaf untuk Kie Lek-beng, aku akan
melepaskanmu," kata si pelajar itu.
Kie Su-giok tertawa dingin dan berkata:
"Siapa kau" Tidak pantas bicara tidak sopan tentang kakekku!"
Pelajar itu tertawa dingin dan berkata,
"Kakekmu tidak mau minta maaf pun tidak apa-apa, asal dia bisa
membebaskanmu dari tanganku!"
Sepertinya dia sudah menganggap Kie Su-giok
adalah saudaranya, Kie Su-giok sangat marah dan berkata:
"Kau mau menangkapku, itu tidak mudah!"
Segera dia mengeluarkan serangan mengadu jiwa, dia sudah
bertekad, sama-sama terluka atau sama-sama mati, karena itu
jurusnya sangat cepat seperti kilat.
Kata si pelajar: "Hati-hati dengan jarimu!" Kipas yang tadi tertutup sudah dibuka, kipas itu mengkilat, ternyata kipas itu terbuat dari tulang baja,
pinggiran kipas penuh dengan pisau kecil yang tajam. Tusukan
pedang Kie Su-giok ke arahnya dikibaskan begitu saja olehnya Kipas
itu menempel pada pedang dan membelok kan arahnya ke atas,
gerakan ini membuat Su-giok terkejut, tenaganya tidak dapat
mengikuti kehendaknya, tenaganya malah dipinjam oleh lawan
sebagai alat, tampaknya dia harus cepat-cepat melepaskan pedang
dan menarik tangan bila tidak jari-jarinya akan terkelupas.
Si pelajar agaknya ingin cepat-cepat menyelesaikan pertarungan,
serangannya seperti angin topan
Kie Su-giok tahu dia tidak akan bisa memenangkan pertarungan
ini maka dia meloncat mundur sejauh beberapa meter dan bersiul.
Kuda yang ditungganginya adalah kuda yang bagus dan sudah
dilatih oleh kakeknya sangat mengerti kemauan majikannya begitu
mendengar siulan Kie Su-giok dia segera datang menghampiri Su-
giok. Dengan lincah Su-giok mundur dari kalangan itu, dia ingin cepat
meninggalkan tempat itu. Karena si pendek dan si kurus tidak
berada di atas kuda, maka dia bisa dengan cepat melarikan diri.
Tapi dia masih terlambat, si pelajar sudah melepaskan panah dari
kipasnya Panah itu berasal dari tulang kipas, hanya saja ujungnya
tidak tajam. Walaupun ujungnya tidak tajam tapi sangat kuat, terdengar
suara 'PUSS' dan kuda yang ditunggangi oleh Su-giok terjatuh dan
langsung mati, ternyata panah itu dilepaskan ke arah kepada kepala
kuda. Waktu itu tiba-tiba terdengar ada suara kereta kuda, jalan di
gunung itu sebenarnya jarang ada yang lewat, tidak disangka saat
itu bisa ada kereta mewah yang lewat. Siapa yang berada di dalam
kereta" Tidak ada yang bisa melihat hanya terdengar suaranya.
"Anak Hoo, siapa yang berkelahi di sana?" suara itu seperti suara perempuan setengah baya.
Yang dipanggil 'Anak Hoo' adalah seorang pemuda berusia
sekitar 20 tahun, bajunya terbuat dari sutra putih, sepatunya
terbuat dari kulit beruang. Jubahnya yang berbunga sekali dilihat
akan langsung tahu bahwa dia seorang yang jago menulis, jago silat
dan juga anak orang kaya tapi pemuda itu menjadi kusir dari
perempuan setengah baya itu. Dilihat-lihat kedua ekor kuda yang
menarik kereta adalah kuda dari bibit unggul dan sangat mahal.
Jawab pemuda itu: "Sepertinya ada 3 orang perampok sedang menodong seorang
pemuda. Kedua perampok lainnya sedang menunggu, yang
bertarung adalah perampok yang bersenjata kipas, pemuda itu tidak
dapat mengimbanginya."
Kata perempuan separuh baya itu:
"Dari mereka bertiga ada yang menggunakan kipas. Tentu
mereka bertiga adalah Kim-leng-sam-eng, sampaikan kepada
mereka, tidak boleh mengeroyok yang lebih lemah, dan sampaikan
kepada yang tertua, bahwa aku yang bertanya bagaimana bisa
terjadi hal ini?" Si kurus dan si pendek tertawa terbahak-bahak, dan berkata:
"Nenek tua datang dari mana" Mengapa tahu julukan kami" Kau
anggap kami adalah pelayanmu, huh berani-beraninya bertindak
sombong!" Pemuda itu marah dan berkata:
"Siapa kalian, berani menghina ibuku!" setelah berkata langsung dia mencakar ke arah si tinggi.
Si kurus sudah mengeluarkan Ting-coa-pian dan tertawa:
"Aku baru dapat barang yang mahal ini, aku belum sempat
mencoba, baiklah kau jadi kelinci percobaanku saja!"
Segera dia mengayunkan pecut itu, walaupun dia disebut Lo-
sam, tapi dia sangat berpengalaman dalam bertarung, dia
memandang sebelah mata kepada pemuda itu, karena di tangan
pemuda itu tidak ada senjata, dia berpikir dia pasti akan menang.
Pemuda itu sangat lincah, begitu pecut menggulungnya ujung
pecut itu malah -diinjak dan tangannya menarik, hanya dalam
sekejap mata Ting-coa-pian sudah berpindah tangan, si tinggi
terkejut segera dia pun mengeluarkan pisaunya.
Pemuda itu tertawa dingin dan berkata:
"Apa itu Kim-leng-sam-eng" Menjadi pelayan di rumahku pun
belum tentu pantas!"
Sekarang si pendek pun ikut menyerang dengan jurus Te-tong-
to, dia menyerang kaki si pemuda. Pemuda itu mengambil pecut
yang sudah direbut dari tangan si kurus, segera dia mengayunkan
pecut itu, tapi ilmu silat si pendek lebih tinggi dari si kurus, biarpun dia dapat menghindari pecut itu, dia tetap tidak dapat mendekati
pemuda itu Walaupun Kie Su-giok dalam keadaan bertarung, tapi dia masih
sempat melihat sebentar-sebentar, dan dia sangat terkejut,
"Cara dia memainkan pecut lebih hebat dariku, kata kakek yang
mengetahui tentang Ting-coa-pian tidak banyak, apalagi yang bisa
menggunakannya,mengapapemudaitubisamahir
menggunakannya begitu dia memegang pecut itu" Bahkan lebih
mahir dariku?" Dia belum selesai berpikir, terlihat pisau si tinggi sudah lepas dari
tangannya. Kata pemuda itu: "Pecut ini adalah barang mahal, kau tidak dapat memakainya,
jadi tidak dapat menyalahkan pecut ini!"
Dia memecut ke arah si tinggi, bajunya langsung robek dan di
tubuhnya tertinggal bekas lecutan. Mereka berdua segera lari kabur.
Kata si pemuda itu: "Kembali!" pecut sudah melilit kaki kanan si tinggi dan
menariknya. Si pendek melihat ada kesempatan segera membantu
temannya menyerang ke arah kaki pemuda itu.
Tapi gerakan pemuda itu lebih lincah, pecut ditarik dan diulur, si
Tinggi sudah terjatuh dan terguling ke arah si pendek dan
menghalangi kedua pisau si pendek.
Si pendek dengan cepat menarik pisaunya dan marah: "Kau
terlalu menghina!" dia ingin memapah si tinggi tapi tidak bisa,
ternyata kakinya sudah ditotok oleh pemuda itu.
Pecut diayunkan lagi ke arah si pendek tapi matanya terus
menatap si tinggi dan berkata:
"Kau sudah tidak sopan, harus minta maaf dulu, baru aku akan
melepaskanmu!" dia juga menghimpit si pendek hingga jatuh
terguling-guling ke bawah, dan dia berkata:
"Kau pun sama!"
Si pendek marah dan berkata: "Toako, maafkan aku, kau..."
Dia ingin kakak besarnya bertarung dengan pemuda itu, ternyata
sudah terjadi perubahan lagi.
Si pelajar itu bukan takut kepada pemuda itu, walau ilmu silatnya
sangat tinggi, belum tentu bisa mengalahkan pemuda itu. Yang dia
takuti adalah perempuan yang duduk di dalam kereta kuda, walau
dia tidak tahu siapa perempuan itu, tapi setidaknya dia tahu bahwa
perempuan itu pasti orang yang sangat menakutkan karena itu dia
tidak dapat berkonsetrasi, yang tadinya menang pada saat
bertarung dengan Su-giok, malah jadi berimbang.
Begitu si tinggi dikalahkan oleh pemuda itu, si kakak pun tidak
dapat menolongnya, terpaksa dia melepaskan panah lagi.
Sebenarnya dia tidak ingin melukai Su-giok tapi dia terpaksa
melakukannya. Sekali bergerak 3 panah sudah keluar. Apakah Kie
Su-giok akan terluka atau mati" Dia sudah tidak peduli lagi
Pemuda itu sedang memukul si pendek dan si pendek terguling-
guling di bawah. Tapi dia belum berhasil menotok si pendek. Tiba-
tiba terdengar suara panah yang dilepaskan.
Walaupun pecut itu cepat tapi sudah tidak dapat menolong Kie
Su-giok lagi. Terdengar 3 kali bunyi dentingan, 3 anak panah jatuh di depan
Su-giok begitu juga dengan 3 butir mutiara dan berbareng mutiara
itu jatuh di ilcpan Su-giok.
Nyonya yang berada di dalam kereta seperti tidak melihat
gerakan Su-giok, berkata:
"Anak Hoo, pungutlah mutiara-mutiara itu!"
"Ibu, tidak perlu dipungut lagi." Kata pemuda itu.
Nyonya itu tertawa dan berkata:
"Kau jangan malas, aku tidak mau kehilangan mutiaraku."
Kie Su-giok terpaku dan segera sadar langsung dia
mengembalikan mutiara itu kepada pemuda itu. Awalnya pemuda
itu terlihat ragu akhirnya dia mau menerimanya dan berkata:
"Terima kasih."
"Kau sudah menolongku, seharusnya aku yang berterima kasih
kepadamu." Kata Kie Su-giok
Ketiga mutiara itu bisa menghalangi 3 panah, dan mutiara-
mutiara itu tidak rusak, dapat ditebak bagaimana tingginya tenaga
dalam nyonya itu. Dalam hati Kie Su-giok berpikir, 'Kata Paman
Ting, bila tenaga dalam sudah tinggi, daun dan bunga pun bisa
melukai bahkan membunuh orang, kupikir selama ini yang paling
mahir hanya kakek, begitu aku lahir kakek sudah mengundurkan diri
dari dunia persilatan, sepertinya nyonya itu hampir sama hebatnya
seperti kakek, apakah dia sudah berusia 50 tahun"*
Dengan gemetar pelajar itu bertanya:
"Siapakah Cianpwee ini" Apakah aku bisa bertemu dengan
Anda?" "Aku sudah menyuruhmu berhenti, kau malah hampir melukai
orang, apakah kau mau bertarung denganku?"
Si pelajar itu berkata: "Aku tidak berani, aku berharap bisa bertemu dengan Nyonya!"
Nyonya itu tertawa dingin dan berkata:
"Ternyata kau sangat ingin tahu siapa aku ini, baru mau
menghentikan pertarungan, baiklah, kita bertemu sekali!"
Nyonya itu membuka tirai, mata Kie Su-giok menjadi bercahaya,
ternyata dia adalah nyonya setengah baya yang berpakaian sangat
mewah dan tusuk kondenya pun terbuat dari emas dihiasi dengan
mutiara berbentuk bunga, dia juga memakai rok panjang yang
berlipat. Dia terlihat sangat anggun tapi agak sedikit genit, dalam
hati Kie Su-giok berpikir, 'Bila tadi tidak melihatnya menggunakan
senjata, pasti dia akan disangka sebagai istri seorang pejabat.'
Kie Su-giok masih meragukan identitas nyonya itu, si pelajar pun


Jala Pedang Jaring Sutra Seri Thiansan Kiam Bong Cian Sie Karya Liang Ie Shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

tampak hanya bengong. Begitu tirai dibuka terlihat ada sebuah lukisan panjang disulam
dengan gambar seekot unta.
"Apakah kalian sudah tahu siapa kami ini?" tanya pemuda itu.
"Apakah Toako adalah Siauya Pek-toh-san (Gunung unta putih)?"
Dia tidak berani bertanya kepada nyonya itu, hanya berani bicara
kepada pemuda itu Pemuda itu tertawa dan menjawab:
"Lumayan juga pengetahuanmu"
Si pelajar tiba-tiba menampar pipinya sendiri dan berkata:
"Aku tidak tahu bahwa U-bun hujin yang datang, aku berdosa!"
Kali ini Kie Su-giok malah bengong, dia terkejut sekaligus tidak
senang kakeknya adalah pesilat nomor satu di dunia ini tapi Kim-
leng-sam-eng sama sekali tidak peduli, kepada nyonya ini dia malah
sangat ketakutan! "U-bun hujin ini berasal dari mana" Ilmu silatnya tidak setinggi
kakek, apakah dia bisa mengalahkan kakek?"
Nyonya itu melihat si Lo-toa begitu hormat kepadanya, dia
sangat puas dan berkata: "Seharusnya aku menghukummu, tapi kau sudah tahu bahwa kau
salah dan sudah memukul dirimu sendiri. Aku akan memaafkan
kalian!" Si pendek sudah membantu si kurus membuka totoknya, mereka
berjalan menghampiri Lo-toa.
"Begitu mendengar permintaan maaf kalian, sekarang kalian baru
boleh pergi" Mereka langsung menghampiri nyonya itu. Si pelajar itu marah
dan berkata: "Kalian mengapa tidak sopan?"
Dia langsung berlutut kepada U-bun hujin. Mereka berdua pun
dengan cepat berlutut kepada nyonya itu, mereka mengikuti Lo-toa
menampar pipi mereka sendiri dan berkata:
"Kami yang bersalah, maafkan kami!"
"Kalian pergilah!" kata U-bun hujin.
Setelah mereka pergi, pemuda itu berkata,
"Sheku U-Bun bernama Hoo, siapa nama Toako" Apakah pecut
ini milikmu?" Kata Kie Su-giok: "She ku Kie bernama Giok, pecut itu memang milikku." Dia
menghilangkan nama 'Su' nya karena nama itu adalah nama
perempuan, bila nama 'Giok' laki-laki pun banyak yang memakainya.
Tapi Ting-coa-pian adalah senjata yang jarang ada, ditambah lagi
she nya adalah Kie, bila orang sering berkelana di dunia persilatan,
dia akan tahu dan menghubung-hubungkannya dengan Kie Yan-
gan. Kie Su-giok pun sempat memikirkan hal ini, tapi karena ibu dan
nnak ini adalah dewa penolongnya, maka Su-giok tidak ingin
membohongi mereka, di lain pihak dia pun bangga bisa menjadi
cucu Kie Yan-gan, mengubah nama boleh-boleh saja, tapi tidak
untuk mengubah marga! Dia sudah siap bila nyonya itu bertanya tentang hubungannya
dengan Kie Yan-gan. Tapi nyonya itu hanya tertawa dan berkata:
"Kie Siauya, kau masih begitu muda, tapi ilmu silatmu lumayan
juga!" Kelihatannya U-bun hujin tidak tahu bahwa dia adalah seorang
gadis. Wajah Kie Su-giok menjadi merah dan berkata: "Bila bukan
karena bantuan dari Cianpwee, mungkin aku sudah mati, dipuji oleh
Cianpwee membuatku malu saja."
Kata U-bun hujin: "Jangan terlalu merendahkan hati, mereka bertiga adalah pesilat
tangguh, apalagi si Lo-toa, bila aku tidak membantu kau ditambah
lagi anakku pun belum tentu bisa mengalahkannya. Mereka bertiga
sebenarnya tidak terlalu jahat, tidak merampok dan juga tidak
membunuh orang. Mengapa Tuan Kie bisa bermusuhan dengan
mereka?" Jawab Su-giok: "Aku tidak kenal dengan mereka, juga tidak tahu julukan mereka
adalah Kim-Ieng-sam-eng."
U-bun hujin menjelaskannya:
"Lo-toa itu bernama Ceng Jauw-yang, yang pendek adalah Lo-ji
bernama Lok Hong, yang tinggi adalah Lo-sam bernama Lu Cu-kau."
Tanya U-bun hujin lagi: "Kau tidak mengenal mereka, mengapa mereka mencari ribut
denganmu?" "Aku pun tidak tahu." Jawab Kie Su-giok.
Karena nyonya itu tidak menanyakan identitasnya maka Kie Su-
giok pun tidak dapat bercerita.
Kata U-bun Hoo: "Orang yang berkecimpung di dunia hitam dan pernah belajar
ilmu silat, yang mereka cari adalah, pertama, senjata yang langka,
kedua, kuda yang bagus. Mungkin dia melihat pecutmu hingga ingin
memilikinya." Begitu dia mengatakan kuda yang bagus, Kie Su-giok langsung
mencari kudanya yang sudah mati.
Sengaja U-bun Hoo bertanya:
"Kie-heng, di mana kudamu?"
Dengan sedih Kie Su-giok berkata:
"Dibunuh oleh perampok itu!"
Kie Su-giok menjadi sedih mengatakan tentang kudanya.
Kata U-bun Hoo, "Aku mempunyai obat yang bagus, bisa mengobati orang juga
mengobati kuda, coba aku akan lihat apakah kudamu masih bisa
ditolong?" Kie Su-giok sangat berharap kudanya bisa ditolong, begitu
melihat U-bun Hoo berkata: "Sayang kudamu terluka otaknya dan sudah mati, kuda ini adalah
kuda unggulan, walaupun sudah sedikit tua, tapi bila dibandingkan
dengan kuda biasa, dia masih unggul."
Jawab Kie Su-giok dengan tawa kecut:
"Dari kecil kuda ini sudah berteman denganku, karena aku tidak
mau berpisah dengannya, maka aku membawanya, tidak kusangka
dia akan mati di sini."
Kata U-bun Hoo: "Kau kehilangan kuda yang bagus, mau mencari kuda yang lain
pun akan sulit, sepertinya kau pun ingin cepat-cepat pergi, apakah
benar?" Kie Su-giok mengangguk. Kata U-bun Hoo:
"Sayang kudaku hanya ada 2, bila tidak aku akan memberikan
satu untukmu." Dia bertanya lagi, "Kie-heng, kau mau ke mana sebenarnya?"
Jawab Kie Su-giok, "Aku mau ke ibukota, tapi tidak tergesa-gesa, hanya sudah
berjanji dengan teman untuk bertemu di ibukota, dia sudah pergi 5
atau 6 hari yang lalu aku takut bila dia tidak bertemu denganku, dia
akan pergi begitu saja."
Kata U-bun hujin: "Kau tidak perlu khawatir, kami kebetulan akan pergi ke ibukota,
bila kau mau ikut, ikutlah bersama kami."
Kie Su-giok tampak ragu dan berkata:
"Kita baru berkenalan, aku takut menganggu"
Kata U-bun hujin: "Benar, kita memang baru bertemu, tapi kita bukan tidak kenal
sama sekali." Walaupun pengalaman Kie Su-giok di dunia persilatan tidak
banyak, tapi Kie Su-giok tidak tahu siapa nyonya itu, dia terlihat
sangat misterius. "Tapi pasti dia bukan orang jahat, bila tidak dia tidak akan mau
membantuku." Segera Kie Su-giok tertawa dan berkata:
"Aku berhutang budi kepada kalian, sekarang
harus menyusahkan kalian lagi, itu sangat tidak pantas."
U-bun Hoo tertawa dan berkata:
"Kie-heng, aku lihat kau adalah seorang pendekar muda,
mengapa perilakumu seperti seorang gadis" Kita sangat cocok,
mengapa kau begitu sungkan" Di rumah kita bisa mengandalkan
orang tua, bila di luar kita mengandalkan teman, mungkin suatu hari
nanti aku akan minta bantuan kepadamu!"
U-bun hujin tertawa dan berkata:
"Bila Kie Siauya tidak keberatan, kalian berdua jadilah saudara
angkat yang berbeda she, bagaimana menurutmu?"
Usul ini datang secara tiba-tiba dan tidak pernah terpikir oleh Kie
Su-giok Pertama, dia berhutang budi kepada mereka, kedua, Kie Su-
giok pun menyukai ibu dan anak ini, ketiga, dia ingin cepat-cepat
tiba di ibukota untuk mencari Wie Thian-hoan. Dalam keadaan
seperti ini dia tidak mempunyai banyak waktu untuk berpikir,
akhirnya dia setuju umur U-bun Hoo lebih tua 4 tahun darinya, dia
dan U-bun Hoo dengan memberi Pai (hormat) sebanyak 8 kali,
setelah itu dia memanggilnya Toako, kemudian berlutut kepada U-
bun hujin dan memanggilnya Gi-bo (ibu angkat).
U-bun hujin sangat senang dan berkata:
"Anakku, aku tidak mempunyai hadiah untukmu, bunga mutiara
ini akan kuberikan untukmu"
Kata Kie Su-giok "Hadiah ini terlalu mahal, aku tidak berani menerima"
"Aku memberikan hadiah ini bukan tanpa alasan, tadi aku
menjatuhkan panah Kin Lo-toa dengan mutiara ini. Mutiara ini boleh
kau simpan untuk kenangan nanti kau bisa memberikannya kepada
menantuku!" U-bun Hoo tertawa dan berkata:
"Ibu sangat teliti, hadiah untuk menantu pun sejak sekarang
sudah dipersiapkan."
Wajah Kie Su-giok menjadi merah karena takut mereka curiga,
dia jadi menerimanya. Dengan tertawa U-bun hujin berkata:
"Mulai saat ini hubungan kita adalah ibu dan anak. Biarlah
Toakomu yang menjadi kusir, kau temani aku saja."
Kie Su-giok baru tahu mengapa U-bun hujin ingin Kie Su-giok
menjadi saudara angkat anaknya karena U-bun hujin tidak mau
dicurigai oleh orang lain.
Kie Su-giok sangat senang karena U-bun hujin tidak tahu bahwa
dia adalah seorang perempuan Kata U-bun hujin:
"Kau tidak perlu sungkan, Toakomu jadi kusir karena kedua ekor
kuda itu sangat menurut kepadanya."
Kie Su-giok duduk di dalam kereta benar saja kereta itu ditarik
dengan kuda yang berlari dengan cepat dan mantap.
Sepanjang jalan mereka mengobrol hal-hal yang biasa begitu Kie
Su-giok menanyakan Pek-toh-san berada di mana" Segera dia
menjawab, "Pek-toh-san sangat jauh, berada di Tibet, aku memberitahumu
pun kau belum tentu tahu, ayah angkatmu bernama Lui, kami
punya seorang anak dan itu adalah kakakmu. Dia tidak pernah ke
selatan, kali ini aku membawanya ke ibukota untuk melihat-lihat
karena kami mempunyai keluarga yang baru pindah ke ibukota."
Dalam hati Kie Su-giok berpikir,
"Pantas kakek tidak mengenal keluarga U-bun karena mereka
tinggal sangat jauh."
Tapi Kie Su-giok merasa aneh dan dia bertanya: "Apakah ayah
angkatku adalah suku bangsa Han?"
U-bun hujin tertawa dan berkata:
"Apakah kau melihat kami memakai baju aneh maka kau mengira
kami adalah suku bangsa Tibet?"
U-bun hujin berkata lagi:
"Nenek moyang ayah angkatmu adalah orang Tibet, tapi mereka
lebih senang beristri orang Han, maka kami seperti bangsa Han"
Dia hanya bercerita sedikit mengenai keluarganya tentang dunia
persilatan sepatah kata pun dia tidak bercerita.
Kata Su-giok: "Sejak kecil ayah dan ibuku sudah meninggalkanku. Aku diajar
ilmu silat oleh kakek dan pelayan tua keluarga kami."
Dalam hati Su-giok berpikir, 'Kakek sudah mengundurkan diri jari
dunia persilatan, kecuali beberapa orang teman, yang lain tidak
pernah dia ceritakan. Bila ibu angkat menanyakannya aku tetap
harus bercerita!' Di luar dugaan Su-giok, U-bun hujin sama sekali tidak bertanya-
tanya dia hanya berkata, 'Di dunia persilatan banyak orang aneh,
mungkin kakekmu sudah bosan dengan kehidupan yang ramai dan
dia ingin menenangkan diri,' dia pun tidak menanyakan nama
kakeknya. Kereta kuda berjalan sangat cepat, hari kedua mereka sudah tiba
di pinggiran Huang-ho. Kata U-bun hujin, "Kita bisa melihat keindahan sungai Huang-ho dari tempat tinggi
tapi sayang kita tidak punya waktu untuk menikmatinya. Tapi kita
bisa berjalan lebih lambat untuk melihat-lihat gunung dan dataran
yang rendah." Mereka menggulung tirai dan melihat pemandangan indah di
luar. Kie Su-giok merasa sangat senang karena dia sudah mulai
merasa bosan berada di dalam kereta terus.
Tiba-tiba terdengar bunyi derap kuda, ternyata di persimpangan
jalan itu ada 5 orang yang sedang menunggang kuda dengan cepat.
Kata U-bun Hoo: "Di sini adalah persimpangan dari 3 propinsi, mereka berjalan
begitu terburu-buru sepertinya mereka orang-orang dunia hitam."
Tanya Kie Su-giok: "Dari mana kau bisa tahu?"
kata U-bun Hoo: "Karena ini adalah persimpangan 3 propinsi, pemerintah daerah
sering menimpakan tanggung jawab kepada masing-masing daerah." Kata Kie Su-giok: "Kali ini kau salah lihat karena dari pakaian mereka dapat
dipastikan bahwa mereka adalah kaum pendeta To!"
Kata U-bun hujin Hao, "Siapa pun mereka, kita jalan terus jangan urusi mereka!"
Tiba-tiba seorang tosu yang berada di paling belakang berkata:
"Apakah kalian lihat siluman perempuan itu?"
Yang satu lagi berkata: "Mengapa siluman itu bisa muncul disini" Apakah kita..." dia takut didengar orang, suaranya semakin kecil, kata-kata yang di belakang
tidak terdengar lagi. Kie Su-giok adalah orang yang bisa ilmu silat, telinganya sangat
tajam walaupun suara mereka tidak besar, tapi semua terdengar
oleh Kie Su-Giok. Kata U-bun Hoo: "Mereka sudah tidak sopan, apakah kita harus memberi pelajaran
keada mereka?"

Jala Pedang Jaring Sutra Seri Thiansan Kiam Bong Cian Sie Karya Liang Ie Shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

U-bun hujin menggelengkan kepala dan berkata:
"Kita bukan takut kepada mereka, pertama aku hanya cemas
kepada sifat pemarahmu, bila sudah mengatakan hal yang tidak
baik pasti akan membuat keributan. Kedua, adikmu juga buru-buru
ingin ke ibukota, jangan karena masalah kecil, perjalanan kita jadi
terganggu." Terpaksa U-bun Hoo menjalankan keretanya lagi, tapi 5 tosu itu
malah mendekat mereka dan menghadang kereta kuda itu.
"Apakah kalian mau merampok?" Tanya U-bun Hoo.
Kelima tosu itu melihat bahwa dia adalah Siauya yang kaya,
mereka pun terkejut, tosu yang agak tua berkata,
"Kami adalah tosu Hoa-san, bukan perampok!"
"Apakah kalian ingin minta makan?" tanya U-bun hoo.
"Kami juga bukan ingin meminta makan."
"Lalu kalian mau apa?"
"Maafkan kami, kami ingin..."
"Ingin apa" Cepat katakan saja!"
"Melihatmu membawa pedang sepertinya kau pun orang
persilatan." Kata tosu itu
"Bila benar, lalu mau apa?"
Tosu itu bertanya lagi: "Siapa orang yang berada dalam kereta?"
"Apa maksudmu?" Tanya U-bun Hoo.
"Anak Hoo, beritahu saja kepada mereka!" Kata U-bun hujin.
Kata U-bun Hoo: "Dia adalah ibuku dan masih ada adikku, mengapa kau tanya-
tanya?" matanya melotot, bila mereka tidak sopan dia akan segera
bergerak. "Apakah kami bisa bertemu dengan adik dan ibumu?"
U-bun Hoo marah dan berkata: "Jangan tidak sopan kepada
ibuku!" Kata U-bun hujin: "Tanya kepada mereka, mengapa harus bertemu denganku?"
Jawab tosu itu: "Siauya jangan marah, kami adalah tosu, perempuan dan laki-laki
adalah sama di mata kami. Kami akan sopan kepada ibumu."
Kata U-bun Hoo: "Kalian adalah tosu, mengapa harus bertemu dengan ibuku?"
"Kami adalah murid Hoa-san, kali ini diperintahkan untuk turun
gunung oleh ketua kami. Untuk mencari seorang perempuan yang
ada hubungannya dengan perkumpulan kami."
"Ada hubungan apa?" Tanya U-bun hujin.
Jawab tosu itu dengan ragu-ragu,
"Ketua tidak menjelaskan penyebabnya, kami juga tidak tahu."
Kie Su-giok mengintip dari dalam, dalam hati dia berpikir,
"Kelihatannya dia tahu hanya tidak mau mengatakannya, mengapa
keluarga Pek-toh-san yang jauh bisa ada kaitannya dengan Hoa-
san-pai" Thian Koan tojin dan Thian Hian tojin berteman dengan
kakeknya, bila antara Hoa-san-pai dengan keluarga Pek-toh-san ada
perselisihan, mereka pasti akan memberitahu kakeknya. Kakek
sering bercerita tentang orang-orang terkenal di dunia persilatan,
mengapa tidak pernah mendengar nama U-bun hujin" Apakah
mereka benar mencari ibu angkatku?"
Terdengar U-bun Hoo bertanya:
"Kau mencurigai ibuku?"
"Kami hanya akan bertemu sebentar dan akan menjelaskan apa
sebabnya." Kata U-bun Hoo: "Aku dan ibuku baru datang dari Tibet, di mana Hoa-san pun
kami tidak tahu, kami pun tidak tahu bagaimana bisa ada hubungan
dengan Hoa-san-pai?"
Kata tosu itu, "Kita sama-sama orang persilatan, aku adalah seorang tosu biar
bagaimanapun, ijinkan kami bertemu dengan nyonya!"
Tanya U-bun hujin: "Apakah kalian pernah bertemu dengan perempuan itu?"
"Beberapa hari yang lalu kami pernah bertemu dengannya karena
tidak dapat mengejarnya, tugas kami tidak dapat diselesaikan."
Kata U-bun hujin: "Baiklah, kita temui mereka. Anak Giok, kau pun ikut keluar,
nanti mereka akan curiga bila kau tidak keluar."
Tosu itu menyuruh temannya yang lain turun dari kuda, karena
itu adalah cara yang sopan menghadapi orang.
Kedua belah pihak saling melotot, seperti keluar hawa ingin
membunuh. U-bun hujin seperti kebingungan, karena ditatap oleh 5 pasang
mata. Ada satu tosu berteriak "Siluman yang..."
"Jangan sembarangan bicara!" Kata tosu yang lebih tua.
Tanya U-bun hujin: "Yang kau sebut siluman itu apakah yang dia maksud siluman
perempuan?" Tosu tadi menjawab, "Benar!"
"Apakah kalian sudah melihat dengan jelas" Apakah aku adalah
siluman perempuan itu?" tanya U-bun hujin.
Tosu tua itu tampak ragu dan tidak langsung menjawab, dalam
hati dia berpikir, 'Wajahnya sama tapi cara berpakaiannya tidak
sama, sikapnya pun tidak sama walaupun ilmu meringankan
tubuhnya sangat tinggi dia pun tidak akan dengan cepat sampai ke
sini. Perempuan ini sangat anggun dan kaya, siluman perempuan itu
tidak mungkin bisa menirunya"
"Tidak benar, tidak benar!" Katanya.
"Apa yang tidak benar?" Kata U-bun Hoo.
"Maaf, kami salah mengenali orang."
Dengan tertawa dingin U-bun hujin berkata:
"Ternyata aku mirip dengan siluman perempuan itu, hari ini aku
baru tahu!" Kata U-bun Hoo: "Apakah kalian akan pergi begitu saja?"
"Aku sudah minta maaf!" Kata tosu itu.
"Aku mau kalian menampar diri sendiri sebanyak 50 kali dan
berlutut hingga kepala menyentuh tanah sebanyak 10 kali."
Tosu yang pemarah itu berkata:
"Murid Hoa-san hanya bisa dihukum oleh ketua, tidak terima
hukuman dari siluman...'"
Belum habis kata-kata tosu itu, U-bun Hoo sudah berada di
depannya. Tosu itu bernama Leng Siau, dia adalah murid Thian Ki
tojin, begitu dia tahu U-bun Hoo ada di depannya langsung
memutar tubuhnya dan menangkap U-bun Hoo untuk dibanting tapi
U-bun Hoo lebih cepat menangkapnya dan lebih telengas
membantingnya. Terdengar suara 'KRETAK' dan tangan Leng Siau
sudah patah. Tosu yang lebih tua ingin menolongnya tapi sudah terlambat dan
Leng Siau sudah terbanting ke tanah.
Tosu yang agak tua adalah murid Thian Koan, ilmu silatnya lebih
tinggi dari Leng Siau, dia bernama Leng Hi, dia melihat U-bun Hoo
begitu telengas dia pun mulai marah.
Segera Leng Hi berkata: "Bocah kecil, kau berani melukai orang, aku akan
menghadapimu!" jarinya segera ditekuk berbentuk kait dan
mencengkram pundak U-bun Hoo.
U-bun hujin yang berada di pinggir melihat pertarungan ini
berkata: "Itu adalah ilmu silat Hoa-san yang bernama Liong-jiauw-jiu
(Cakar Naga)." Kie Su-giok merasa aneh, rumah mereka begitu jauh, mengapa
bisa tahu jurus dari Hoa-san, yaitu Liong-jiauw-jiu" Liong-jiauw-jiu
adalah salah satu dari 3 jurus ilmu silat Hoa-san yang paling
dahsyat. Murid-murid Hoa-san bila tidak bertemu dengan musuh
kuat, mereka tidak akan mengeluarkan jurus ini, Kie Su-giok pernah
mendengar cerita ini dari kakeknya.
U-bun hujin seperti tahu pikiran Kie Su-giok dan berkata: "Hoa-
san-pai adalah perkumpulan besar, walau kami tinggal di tempat
jauh, tapi kami pun tahu ilmu mereka yang paling dahsyat"
Sepertinya dia tidak khawatir putranya bertarung dengan musuh
yang kuat Kata U-bun Hoo: "Liong-jiauw-jiu milik Hoa-san memang bagus, tapi tosu busuk ini
belum sempurna menguasai semua jurus ini." Sambil bicara dia
sudah menghindari 3 jurus Liong-jiauw-jiu, dia malah balik
menyerang Ling Hi, dia tahu bahwa serangan itu sangat lihai, dia
merebah jurus serangannya dan ini adalah jurus mematikan yang
bernama Ngo-seng-koan (Kepalan Tangan 5 Arah)."
Jari U-bun Hoo menusuk ke arah tenggorokan Leng Hi. Leng Hi
sudah bertekad bertarung untuk hidup dan mati, dia sudah tidak
memikirkan untuk melindungi dirinya sendiri, dia terus menyerang,
dia bertarung sepertinya, dia sudah siap untuk mati bersama.
Dengan tertawa dingin, U-bun Hoo berkata: "Mau mengadu
nyawa, baru saja bisa ilmu silat sedikit sudah begitu sombong, kau
seperti mimpi di siang hari bolong!"
U-bun Hoo pun merebah jurusnya lagi, jarinya diganti menjadi
telapak tangan, kecepatannya tidak dapat dilukiskan. Segera dua
telapak tangan bentrok, Leng Hi seperti lilin yang ditiup angin
bergoyangan, tenaga telapak U-bun Hoo tidak berubah posisi tubuh
sedikit pun, dia berteriak:
"Berlutut!" tangannya ditarik dan menekan pundak Leng Hi. Leng Hi mundur beberapa meter dan muntah darah, tapi dia tetap tidak
mau berlutut Kata U-bun Hoo: "Siapa yang tidak mau berlutut, aku akan bunuh orang itu!"
Tosu yang pertama dibanting adalah Leng Siau, karena sudah
retak dan patah tulang tangannya sekarang dia kesakitan hingga
berguling-guling di tanah, sambil menahan sakit dia berkata:
"Hoa-san-pai tidak pernah akan mau dihina!" dia bangun dan
berusaha melawan, tapi dia sudah kehabisan tenaga dan roboh.
Di antara mereka berlima, yang paling tinggi ilmu silatnya adalah
!x;ng Hi, tapi baru saja mengeluarkan 5 hingga 6 jurus, sudah
kalah. Sekarang yang tersisa hanya ada 3 orang, walaupun tahu
tidak bisa menahan serangan U-bun Hoo, mereka tetap maju terus,
mereka bertiga adalah murid Thian Bu tojin, mereka mempunyai
barisan Sam-cai-kiam-hoat (Siasat 3 Pedang).
Tiga pedang panjang seperti hujan menyerangnya. Mereka juga
tidak melindungi diri lagi, mereka maju begitu cepat membuat hati
Kie Su-giok tergetar dan sekaligus terkejut
Dia ingin maju membantu, tapi tiba-tiba terdengar suara pedang
yang patah, ternyata U-bun Hoo sudah mengeluarkan pedangnya
dan memotong hingga putus pedang mereka bertiga.
Kie Su-giok tidak menyangka serangan U-bun Hoo begitu cepat,
kie Su-giok mengira U-bun Hoo akan membunuh mereka, maka dia
berleriak, "Toako, kau tidak boleh membunuh mereka!" tapi sudah
terlambat, ketiga tosu itu sudah terkena sabetan pedangnya dan
roboh. Hati Kie Su-giok merasa tidak enak, tapi bila dilihat lebih teliti lagi mereka bertiga tidak terluka dan tidak keluar darah, U-bun Hoo
bertanya: "Mengapa tidak boleh membunuh mereka?"
"Aku mengira kau mau membunuh mereka, ternyata kau hanya
menotok jalan darah mereka."
Pada saat itu tosu Leng Hi sudah datang menyerang, sambil
bicara U-bun Hoo mencengkram tulang pundak Leng Hi dan
berkata: "Aku sudah mengatakan bila tidak mau berlutut untuk minta
maaf, aku tidak akan melepaskan kalian!"
"Aku yang paling tua, kau bunuh saja aku!" Kata Leng Hi.
"Demi aku, tolong lepaskan mereka!" Kata Kie Su-giok.
"Apakah kau kenal dengan tosu-tosu bau itu?" Kata U-bun Hoo.
"Aku tidak mengenalnya."
"Mengapa kau membela mereka?" tanya U-bun Hoo.
"Tapi mereka adalah tosu-tosu dari Hoa-san!"
"Apakah tosu-tosu Hoa-san tidak boleh dibunuh?"
Kie Su-giok tidak ingin mengatakan bahwa Hoa-san-pai adalah
teman kakeknya, dia hanya berkata:
"Hoa-san-pai adalah perkumpulan lurus, harap beri kelonggaran
kepada mereka!" "Bagaimana caranya?"
"Tanyakanlah kepada ibu angkat!"
Kata U-bun hujin: "Anak Hoo, adikmu benar, jangan karena masalah kecil harus
sampai membunuh orang!"
Jawab U-bun Hoo: "Ibu, mereka sudah mengeluarkan
kata-kata kotor dan menghinamu, ini bukan masalah kecil!"
Kata U-bun hujin: "Aku pun tidak tahu, mereka menganggapku sebagai siluman
perempuan, aku pun merasa aneh, tapi sekarang mereka tidak perlu
berlutut untuk minta maaf."
Dia melemparkan 3 keping uang logam perak dan tepat
mengenai 3 jalan darah tosu-tosu itu dan totokan jalan darahnya
segera dibuka oleh tiga keping uang logam itu. Leng Hi sangat
kagum melihat kemampuan nyonya itu. Dalam hati dia berpikir,
'Yang aku dengar siluman perempuan itu tidak mempunyai anak
walaupun dia sedikit genit, belum tentu dia ini adalah siluman itu!'
Leng Siau mengangkat tangannya yang sudah putus berjalan
menghampiri mereka, kata U-bun hujin:
"Anak Hoo, berilah obat kepadanya dan balutlah lukanya!"
Itu adalah obat buatan Pek-toh-san, khasiatnya sangat manjur.
Leng Siau tidak melihat ibu dan anak itu lagi, langsung berjalan
menghampiri Leng Hi, dia berkata:
"Suheng, tolong sambungkan lenganku!"
Leng Hi menatap Leng Siau, dia merasa tidak enak hati maka dia
pun berkata: "Terima kasih, Nyonya. Kami sudah mempunyai obat-obat jadi
tidak perlu obat kalian lagi."
Cara mengobati tulang yang patah ternyata sangat mahir dalam
waktu singkat tulang Leng Siau sudah tersambung dan segera
diobati. Setelah selesai Kie Su-giok bertanya:
"Ibu angkatku bertanya, apakah kalian bersedia menceritakan hal
sebenarnya?" 'Tanyalah apa yang ingin kau ketahui. Yang bisa aku jawab pasti
aku akan jawab!" Kata Leng Hi.
U-bun hujin tidak menyuruh mereka berlutut untuk minta maaf
ini pun sudah membuat mereka malu, dia pun tidak berani berbuat
tidak sopan dan sombong lagi.
"Guruku adalah Thian Koan tojin." Kata Leng Hi.
"Bukankah Thian Koan adalah ketua Hoa-san?"
"Benar, tapi guruku sudah meninggal, sekarang ini digantikan
sementara oleh Thian Bu tojin."


Jala Pedang Jaring Sutra Seri Thiansan Kiam Bong Cian Sie Karya Liang Ie Shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Tanya Kie Su-giok: "Kapan dan mengapa?" dalam hati dia berpikir, 'Kakek dan Thian Hian tojin adalah teman, bila ketua Hoa-san-pai meninggal, Thian
Hian tojin pasti akan memberitahu kakek, kecuali hal ini baru
terjadi!" "Bulan ini tanggal 3." Jawab Leng Hi.
Tanya Kie Su-giok: "Apakah kematian gurumu ada seseorang yang dicurigai?"
Jawab Leng Siau dengan marah:
"Dia dibunuh oleh orang, yang kami kejar saat ini adalah siluman
itu, dia patut dicurigai!"
Dia menatap curiga kepada U-bun hujin bahwa dia adalah
siluman itu, dalam hati dia berpikir, 'U-bun hujin tidak pernah
mengaku, lebih baik aku marahi dia saja!'
Kata U-bun hujin: "Sepertinya aku mirip dengan siluman perempuan itu?"
Tanya U-bun hujin lagi: "Siapa nama siluman perempuan itu?"
Leng Siau dan Leng Hi tidak mau menjawab.
Kata U-bun hujin: "Bila kalian tidak ingin mengatakannya, aku tidak akan memaksa,
kita sebut dia siluman perempuan saja. Ketua kalian dibunuh,
apakah kalian pernah melihat pembunuhnya di Hoa-san?"
Jawab Leng Siau dengan mata melotot kepada U-bun hujin,
"Satu jam yang lalu sebelum bertemu denganmu!"
Tanya U-bun hujin: "Apakah kalian jelas melihatnya?"
Jawab Leng Hi: "Ilmu meringankan tubuhnya sangat tinggi, begitu kami
menemukan jejaknya, dia sudah melepaskan senjata rahasia yang
mengandung asap beracun. Dia melarikan diri dalam kabut asap itu,
jujur bicara kami hanya sekilas melihatnya."
Dia takut adiknya membuat masalah lagi, dia sendiri yakin bahwa
U-bun hujin bukan perempuan siluman itu.
Tapi dia sudah dapat menebak hubungan di antara kedua orang
itu sangat erat. Kie Su-giok tidak tahu identias perempuan siluman itu. Setelah
mendengar mereka bercerita, hatinya kembali tenang, dia tertawa
dan berkata: "Kalian hanya dengar dari orang lain dan tidak melihat jelas
wajahnya, kalian bilang siluman itu wajahnya mirip dengan wajah
ibu angkatku, ini hanya dugaan kalian saja!"
kata Leng Hi: "Siauya memang benar karena kami ingin balas dendam hingga
salah melihat orang," dia tidak ingin terjadi hal lain lagi. Asal tidak dihina itu sudah cukup, dia akan kembali segera ke Hoa-san dan
melapor, guru mereka akan memberi petunjuk.
Leng Siau mengerti maksud kakaknya, dia tidak mau melihat U-
bun hujin lagi, bila melihat kemarahannya akan muncul kembali.
Kata Kie Su-giok: "Mereka mengatakan 1 jam sebelumnya bertemu dengan siluman
itu, apakah mereka tidak salah?"
Leng Siau dan Leng Hi bersamaan menjawab: "Tidak salah!"
Kie Su-giok tertawa terbahak-bahak.
Leng Siau dan Leng Hi melihat Kie Su-giok tertawa menjadi aneh.
"Sejam yang lalu kami sedang bertarung dengan Kim-leng-sam-eng,
perempuan siluman itu pasti bukan ibu angkatku." Kata Kie Su-giok.
Leng Siau merasa aneh mengapa Kim-leng-sam-eng bisa berada
di sana juga Kata Kie Su-giok: "Apakah kalian tidak mempercayai kata-kataku?"
"Kami tahu kami sudah salah mengenal orang, maafkan kami
sudah tidak sopan." Kata Leng Hi, Leng Siau pun mengikuti dia
minta maaf. "Tidak apa-apa "Kata U-bun hujin tersenyum.
"Terima kasih nyonya sudah mau berlapang dada dan tidak
marah kepada kami, apakah bisa memberitahu nama kedua Siauya
ini?" Leng Hi tidak berani langsung menanyakan nama dan she
suami U-bun hujin, maka dia bertanya kepada putranya.
U-bun Hoo melihat ibunya dan U-bun hujin mengangguk.
Dengan dingin U-bun Hoo berkata:
"Aku tidak takut kalian akan balas dendam. Kalian dengan baik-
baik margaku adalah U-bun namaku Hoo. Kami ibu dan anak berasal
dari Pek-toh-san, dia adalah adik angkatku, she nya Kie bernama
Giok" Leng Hi tertawa dan berkata:
"Kesalahan kami sudah dimaafkan. Aku mengucapkan banyak
icrima kasih." Tiba-tiba dia bertanya kepada Kie Su-giok: "Kie Siauya, siapa
nama ayahmu?" "Ayahku sudah lama meninggal, mengapa menanyakan nama
ayahku?" Jawab Kie Su-giok
U-bun Hoo sudah tidak sabar dan berkata:
"Ibuku sudah memaafkan kalian, mengapa masih banyak
omong?" Leng Hi menjawab: "Kami hanya merasa aneh," dia langsung berjalan. Dia berkata seperti itu malah membuat U-bun Hoo merasa curgia, dia berseru:
"Berhenti!" Jawab Leng Hi sambil membalikkan tubuh:
"Siauya ada pesan apa?"
"Mengapa kau merasa aneh?"
Leng Hi tampak ragu kemudian dia menjawab:
"Apakah Kie Siauya dan pesilat nomor satu Kie Yan-gan adalah
satu keluarga?" Jawab Kie Su-giok, "Apakah ada she Kie yang begitu terkenal" Aku baru pertama kali
mendengarnya." Kata Leng Hi: "Kalau begitu, Kie Siauya dan keluarga Kie tidak mempunyai
hubungan apa-apa, sungguh sangat disayangkan!"
Kie Su-giok menjadi bengong dan bertanya, "Apa yang disayangkan?" Leng Hi berkata lagi: "Aku bertanya tentang satu orang lagi, orang itu adalah putra
Coh Kim-sung yaitu Coh Thian-su dari Yang-ciu, apakah Siauya
kenal dengannya?" sengaja dia memperhatikan raut wajah Kie Su-
giok Kekasih Kie Su-giok bukan Coh Thian-su, tapi dia sangat
memperhatikan Coh Thian-su, mendengar Leng Hi menanyakannya,
hati Kie Su-giok menjadi terkejut, dalam hati dia berpikir, 'Apakah
sudah terjadi sesuatu kepada Coh Thian-su"' tapi dengan segera dia
menjawab: "Bila kenal dengannya bagaimana" Bila tidak kenal bagaimana
juga?" "Bila tidak kenal tidak perlu dibicarakan lagi." Terpaksa Kie Su-giok menjawab:
"Aku dan dia hanya bertemu satu kali, apakah ini termasuk
teman juga. Bagaimana keadaannya sekarang?"
"Pada waktu guruku meninggal, dia pun ke Hoa-san untuk
memberi ucapan bela sungkawa. Dia ingin ke ibukota untuk mencari
ayahnya karena ada berita buruk menyangkut keselamatan
keluarganya. Dia tahu bahwa berita ini ada hubungannya dengan
orang nomor satu di dunia persilatan!" Jawab Leng Hi.
Kie Su-giok ingin tertawa:
"Berita dunia persilatan menyebar sangat cepat, mungkin berita
mengenai Coh Thian-su diserang di rumahku sudah sampai di Hoa-
san dan dia mendengar dari gurunya."
Coh Thian-su sudah diwanti-wanti oleh kakeknya untuk tidak
menyebarkan berita ini, mungkin dia hanya menceritakannya secara
singkat. Nyawa Coh Thian-su pun ditolong oleh kakeknya, mengapa
keluarganya menjadi ancaman untuk keluarga Coh Thian-su"
Belum habis berpikir, Leng Hi berkata lagi: "Apakah Siauya tahu
bahwa 20 tahun yang lalu, di dunia persilatan ada seorang penjahat
besar bernama Kie Lek-beng, dia adalah putra dari pesilat nomor
satu di dunia persilatan" Dia sudah menghilang selama beberapa
tahun, sekarang dia sudah kembali lagi ke dunia persilatan
Kudengar Kie Lek-beng merasa dendam kepada Coh Kim-sung dari
Yang-ciu, dia ingin membunuh seluruh keluarga Coh Kim-sung."
Walaupun Kie Su-giok tidak pernah bertemu dengan ayahnya tapi
dari mulut kakeknya dia tahu bahwa nama ayahnya adalah Kie Lek-
beng, dia terkejut dan dia berpikir, 'Bukankah ayahku sudah
meninggal" Apakah dia bisa hidup kembali"'
"Walaupun Coh Kim-sung masuk ke dalam 10 besar pesilat
tangguh karena yang akan membunuhnya adalah Kie Lek-beng, Coh
Kim-sung pun susah melepaskan diri dari ancaman ini! Kie Siauya,
bila kau adalah saudara dari keluarga Kie Lek-beng aku ingin
menasihati Kie Lek-beng, lepaskanlah keluarga Coh! Sayangnya kau
bukan keluarga Kie Lek-beng!" Kata Leng Hi.
Kie Su-giok tertawa kecut dan berkata:
"Yang sangat kau sayangkan, apakah mengenai hal ini?"
"Apakah masih ada cerita lain yang ingin kau ceritakan kepada
kami?" kata U-bun hujin.
Leng Hi tertawa dan menjawab:
"Maafkan aku karena sudah terlalu banyak omong sehingga
membuat nyonya merasa terganggu, sekarang aku pamit dulu!"
U-bun hujin tertawa dan berkata:
"Walaupun ceritamu itu tidak ada hubungannya dengan kami,
tapi aku bisa menambahkan kabar yang bisa kuperoleh, aku tidak
akan mengganggu kalian lagi, bila mau pergi, pergilah!"
Kelima tosu itu sudah pergi, hati Kie Su-giok masih tidak tenang.
Dia berpikir, 'Apakah ada orang yang namanya sama dengan
nama ayahku" Orang ini membuat Hoa-san-pai percaya bahwa Kie
Lek-beng bisa membunuh Coh Kim-sung.' Dia berpikir lagi, 'Bila
ayah memang benar-benar masih hidup dan mau membunuh
keluarga Coh Kim-sung, aku harus bagaimana"'
Dia terus berpikir, 'Tapi itu tidak mungkin, sebelum aku lahir ayah
sudah meninggal, kakek dan Paman Ting selalu berkata seperti itu,
bila ayah masih hidup, mengapa dia tidak pulang"'
Dia sangat bingung, di satu sisi dia ingin ayahnya hidup, di sisi
lain dia takut apa yang diceritakan oleh Leng Hi semua itu adalah
benar, Kakeknya menolong Coh Thian-su karena ayahnya ingin
membunuh Coh Kim-sung. Sewaktu dia masih dalam keadaan bingung, terdengar U-bun
Hoo berkata: "Tosu-tosu itu ternyata ilmu silatnya biasa-biasa saja, tapi dia
senang bercerita berlebihan, membuat orang ingin tertawa."
Kata U-bun hujin: "Kau selalu memberi komentar yang tidak benar, aku tidak
merasa cerita mereka itu menggelikan!"
"Ibu kau selalu mengatakan bahwa setiap perkumpulan
mempunyai ilmu silat unggulan, mana yang dia sebut sebagai
pesilat nomor satu itu?"
Dia membalikkan tubuh dan berkata kepada Su-giok: "Adik Giok,
bukan aku menghina keluarga Kie, aku hanya tidak percaya bahwa
di dunia ini ada pesilat nomor satu, apakah kau percaya?"
Jawab Kie Su-giok: "Aku pun tidak percaya, tosu-tosu bau itu tahu apa" Yang
mereka sebut keluarga Kie itu, mungkin ilmu silatnya lebih tinggi
dari gurunya, mereka kira itu adalah ahli silat nomor satu. Aku
percaya mungkin ayah angkatlah yang layak menyandang julukan
orang nomor satu di dunia persilatan."
U-bun Hoo tertawa dan berkata:
"Kau belum pernah bertemu dengan ayahku, mana bisa tahu?"
Kata Kie Su-giok: "Ilmu silat ayah angkat memang belum pernah kulihat tapi ilmu
ikakak lebih tinggi dari tosu-tosu itu, dan ilmu silat ibu angkat lebih tinggi dari Toako, menurutku ilmu silat ayah angkat pasti lebih tinggi dari ibu angkat."
U-bun hujin tertawa dan berkata:
"Ilmu silatku kebanyakan kuperoleh setelah aku menikah
tagannya. Aku belajar darinya, ilmu silat Anak Hoo hanya 30 % dari
ayahnya, sedangkan aku hanya 50 % saja."
---ooo0dw0ooo--- B. Mati Terkena Racun Kelima tosu itu sudah berjalan cukup lama, sekarang mereka
baru merasa agak tenang. Tiba-tiba Leng Siau berkata:
"Pemuda she Kie itu, seperti perempuan yang menyamar menjadi
laki-laki, apakah kalian tahu?"
Mereka berjalan melewati jalan gunung, Leng Hi melihat keadaan
sekelilingnya kemudian melambatkan jalannya. Dia tertawa dan
berkata: "Adik, biasanya kau sangat kasar, kali ini kau pun bisa melihat
dengan jelas." Kata Leng Siau: "Walaupun aku kasar, tapi aku tidak bodoh. Jujur bicara, bila
kalian tidak bilang, aku masih curiga bahwa aku yang salah. Kakak,
kau sudah tahu bahwa dia adalah perempuan, mengapa kau tidak
mengatakannya?" Kata Leng Hi: "Bila waktu itu aku mengatakannya, mungkin kalian akan
menghabisi nyawanya, aku tanya kepadamu, kau bisa lihat dia
adalah perempuan, apakah kalian tahu dia itu putri siapa?"
"Mungkinkah Suheng sudah tahu siapa dia?"
Jawab Leng Hi: "Benar, aku tahu bahwa dia adalah putri Kie Lek-beng, cucu Kie
Yan-gan yang bernama Su-giok."
"Mengapa kau bisa tahu?" Tanya Leng Siau.
Tosu yang satu lagi menjawab:
"Pada waktu gadis itu meloncat dari kereta kuda, ilmu
meringankan tubuhnya menggunakan jurus keluarga Kie," Tosu itu
bernama Leng In, dia adalah murid dari Thian-hoan tosu.
Kata Leng Hi: "Masih ada lagi, pada waktu U-bun Hoo mau pura-pura
membunuh kita, Kie Su-giok cepat-cepat turun dan melarangnya,
bila dia bukan cucu Kie Yan-gan, dia tidak akan membela kita, dia
tahu bahwa kakeknya berteman dengan Hoa-san-pai."
Leng Siau baru mengerti dan berkata:
"Pantas Suheng terus mengatakan hal yang menyangkut
keluarga Kie dan keluarga Coh, apakah untuk membentahu
kepadanya?" "Jujur saja aku melakukan hal itu sudah sangat berbahaya, bila
aku membocorkan rahasianya, U-bun hujin pasti akan membunuh
kita." Kata Leng Siau: "Apakah dia yang dijuluki Gin-ho (Rase perak)" Suheng, tadi kau
mengatakan salah melihat orang, apakah itu hanya pura-pura?"
"Kau hanya menebak setengah, memang aku sengaja mengakui
bahwa kita sudah salah lihat orang, tapi U-bun hujin itu bukan Gin-
ho, tapi kakaknya yang bernama Kim-ho ( Rase Emas)."
"Mengapa putri Kie Lek-beng bisa bersama dengannya" Ini
membuatku tidak mengerti." Kata Leng Siau. Kata Leng Hi:
"Gin-ho adalah kekasih gelap Kie Lek-beng, apakah kau tahu


Jala Pedang Jaring Sutra Seri Thiansan Kiam Bong Cian Sie Karya Liang Ie Shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

itu?" Jawab Leng Siau:
"Aku pernah dengar, tapi Kim-ho tidak mempunyai hubungan
apa-apa dengan keluarga Kie, apalagi Gin-ho adalah kekasih gelap
ayahnya, bila dia tidak menganggap kekasih gelap ayahnya sebagai
musuh, dia pun tidak mungkin menganggap cici dari kekasih
ayahnya menjadi ibu angkat"
Kata Leng Hi: "Ada yang mengatakan bahwa ibunya menghilang karena kawin
lari dengan orang lain, apakah itu benar" Tidak ada yang tahu,
keluarga Kie membohonginya bahwa ibunya sudah meninggal,
mungkin Gin-ho ingin menyenangkan Kie Lek-beng Dia sendiri tidak
akan dimaafkan oleh Kie Yan-gan, dia menyuruh cicinya menjemput
Su-giok, umur Kie Yan-gan sudah tua, dia pun ingin berdamai
dengan putranya, dia menerima Kim-ho dan mengijinkan Kim-ho
menjadi ibu angkat cucunya."
Pengalaman hidup Leng Hi lebih banyak, cara berpikirnya pun
lebih dalam, semua tampak masuk akal, tapi kali ini dia salah besar.
Dia hanya benar satu dalam tebakannya yaitu Kim-ho adalah cici
dari Gin-ho, nama Kim-ho adalah Hoo Hoo.
Kim-ho dengan teliti memasang perangkap dan memancing Kie
Su-giok masuk ke dalam perangkapnya, akhirnya malah dengan
sukarela menjadikan Kim-ho sebagai ibu angkatnya. Semua ini
direncanakan olehnya, karena dia mempunyai rencana tersendiri.
Leng Hi sudah salah besar dia tidak tahu bahwa perempuan
siluman itu adalah Kim-ho.
Lima Cianpwee Hoa-san dan Yu He-cu semua salah, yang mereka
lihat di Hoa-san bukan Gin-ho, Bok Koan-koan melainkan Kim-ho,
Bok Hoo-hoo. Mereka mengira Bok Koan-koan lah yang membunuh
ketua mereka, sebenarnya orang itu adalah Bok Hoo-hoo, biarpun
bukan pembunuh sebenarnya setidaknya dia membantu
pembunuhan itu. Setelah Leng Hi mengemukakan pendapatnya, Leng Siau tertawa
kecut dan berkata: "Masalah ini terlalu rumit, kita seperti harus
mengupas kepompong baru mengetahui rencana busuknya!"
Di antara kelima tosu itu, Leng In lah yang paling teliti tiba-tiba
dia berkata: "Tidak baik!" "Apa yang tidak baik?" Tanya Leng Siau.
"Bila Kie Yan-gan dan Kie Lek-beng berdamai, berarti Kie Yan-
gan mengakui Gin-ho sebagai menantunya, ini menjadikan hal yang
dikhawatirkan oleh Cianpwee kita."
Kata Leng In lagi: "Yang membunuh ketua kita mungkin ada hubungannya dengan
keluarga Kie." Kata Leng Hi: "Benar, awalnya Paman Thian Ki curiga bahwa Kie Yan-gan yang
melakukannya tapi Coh Thian-su bisa membuktikan bahwa
pelakunya bukan Kie Yan-gan, sedangkan Kie Yan-gan berteman
dengan ketua kita." Tanya Leng In: "Dengan alasan apa Paman Thian Ki mencurigai Kie Yan-gan?"
"Yang bisa membunuh ketua kita dengan diam-diam tidaklah
banyak, yang paling mencurigakan adalah Kie Yan-gan." Kata Leng
In: "Mereka kurang mencurigai satu orang, dia adalah Kie Lek-beng."
"Waktu itu keenam Cianpwee belum tahu bahwa Kie Lek-beng
masih hidup." "Karena kita baru tahu bahwa Yu He-cu dari Bu-tong baru datang
ke Hoa-san." Kata Leng In.
"Kudengar Kie Lek-beng sudah pergi ke ibukota." Kata Leng Hi.
"Itu belum tentu, bila Kim-ho dan anaknya pergi ke ibukota, itu
sudah pasti." Kata Leng In.
Leng In berkata lagi, "Bila anak dan ayah itu berdamai, Kim-ho dan Gin-ho akan satu
keluarga dengan-Kie Lek-beng. Mereka tidak takut dimarahi oleh Kie
Yan-gan, dan dia bisa dengan tenang membunuh ketua kita dengan
bantuan Gin-ho." Tanya Leng Hi, "Apakah benar Kie Yan-gan mau memaafkan putranya?"
Jawab Leng In, "Perasaan di antara ayah dan anak, pasti lebih dari seorang
teman, Kie Yan-gan membiarkan cucu tercintanya dibawa oleh Kim-
ho untuk mencari ayahnya, Kie Lek-beng. Kie Lek-beng pasti sudah
memperhitungkan akibatnya, paling-paling dia hanya dimarahi oleh
Kie Yan-gan, tidak akan sampai membunuhnya. Kau jangan lupa
bahwa Kie Yan-gan bukan pendekar, dia adalah orang yang berada
di tengah-tengah garis hitam dan garis putih"
Kata Leng Siau, "Bila Kie Yan-gan tidak menyetujui, mana mungkin cucunya bisa
dibawa pergi oleh Kim-ho, keluarga Kie sudah bersekongkol dengan
sepasang rase itu, menurutku Kie Yan-gan adalah pembunuhnya,
cepat kita pulang dan laporkan kepada guru!"
Baru habis bicara, dia sudah menunggang kudanya dan bersiap-
siap untuk pergi. Tiba-tiba dia jatuh dari atas kuda, Leng Hi terkejut dan bertanya,
"Adik, kau kenapa?"
Belum habis kata-katanya, tosu yang paling muda pun sudah
roboh disusul dengan tosu yang lain.
"Suheng, ada yang salah, aku, aku..." Kata leng In.
Leng In pun bergoyang-goyang, tidak lama dia pun jatuh dari
atas kuda. Waktu itu Leng Hi mulai merasa pusing, tenaganya seperti
terkuras habis. Ilmu silat Leng Hi paling tinggi, walaupun merasa pusing tapi dia
masih sadar, dia berusaha merangkak ke arah Leng In, wajah Leng
In yang tadinya pucat berubah menjadi hitam dan dia sudah tidak
bernafas. Leng Hi terkejut, dia tahu mereka sudah terkena racun begitu
juga dengan dirinya. Dia merangkak lagi mendekati tosu yang paling
muda, tubuh tosu itu pun sudah menjadi kaku.
Dia ingin tahu apakah Leng Siau masih hidup" Tapi dia sudah
tidak mempunyai tenaga lagi, dia tahu dia pun sudah terkena racun!
Yang membuatnya tidak mengerti adalah di antara mereka tidak ada
yang berada di dekat Kim-ho, mengapa Kim-ho bisa meracuni
mereka" Bila yang meracuni mereka adalah orang lain siapakah
orang itu" Kie Su-giok kah" U-bun Hoo kah" Sepertinya tidak
mungkin, cara orang itu meracuni mereka tekniknya sangat tinggi,
walaupun ilmu silat U-bun Hoo lebih tinggi dari mereka, tapi bila
meracuni S orang dalam waktu bersamaan, U-bun Hoo belum
sampai pada tingkatan seperti itu, apalagi Leng Hi sudah hampir
tidak bisa bernafas, dia sudah tidak mempunyai waktu untuk
berpikir siapa yang membunuh mereka. Dia hanya punya satu
pikiran, bagaimana cara memberitahu kepada guru mereka bahwa
Kie Lek-beng lah yang membunuh mereka Leng Hi ingin menulis
kata-kata terakhir di tanah, tapi jarinya sudah tidak bertenaga lagi.
Sewaktu dia hampir putus asa, ada 2 ekor kuda yang datang ke
arah mereka. Orang yang menunggang kuda sudah melihatnya dan
berteriak: "Leng Hi, Leng In, mengapa kalian seperti ini?"
Yang datang adalah murid Hoa-san-pai lainnya, yang depan
adalah Han Ku yang di belakang adalah Leng-pau.
Leng Hi berteriak: "Kalian cepat ke sini!" Teriak Leng Hi.
Tapi hanya hatinya yang bisa berteriak, dia sendiri pun sudah
tidak dapat mendengar suaranya lagi, lidahnya sudah beku
Han Ku dan Leng-pau segera turun dari kuda untuk melihat,
"naranya gemetar, Leng-pau berteriak:
"Mereka semua sudah mati!"
Leng-pau sedang memegang dada Leng Hi.
Dalam hati Leng Hi berpikir, 'Aku tidak boleh mati sekarang!'
Dia mengumpulkan tenaga dan menggigit jarinya dengan darah
ynng mengalir dia menulis sesuatu di tanah, dia menulis huruf 'Kie'.
Walaupun hanya menulis huruf 'Kie', Han Ku dan Leng-pau sudah
mengerti maksudnya, tanya Leng-pau:
"Dia adalah Kie Yan-gan atau Kie Lek-beng?"
Tenggorokan Leng Hi terus berbunyi, tapi dia tidak dapat bicara
lagi, dia ingin menyebut nama pembunuh ketua mereka.
Han Ku sudah mengerti, dia berkata kepada Leng Hi:
"Leng Hi, kau dengar, apakah Kie Lek-beng yang membunuh
ketua kita, bila benar anggukkan kepala, kalau bukan kau gelengkan
kepala." Tapi Leng Hi sudah tidak bisa menggerakkan kepalanya
lagi. Hanya jarinya saja yang masih bisa bergetar, dengan cepat
Han Ku berkata: "Kalau benar, kau goreskan dengan jari garis horisontal bila
bukan kau goreskan garis vertikal."
Jari Leng Hi menggores garis horisontal, Han Ku bertanya lagi:
"Apakah yang membunuh kalian juga Kie Lek-beng?"
Jari Leng Hi tidak menggores garis apa pun hanya diam.
Pikir Leng Hi, 'Kim-ho dan Gin-ho mempunyai hubungan erat
dengan keluarga Kie." Dia tidak punya cara lain dan tidak
mempunyai tenaga lagi, dia menggunakan tenaga terakhir menulis
'Heng" (satu). Setelah menggores huruf Heng, dia sudah berhenti bernafas,
goresan yang paling mudah sudah cukup untuk dilihat oleh Han Ku
dan Leng-pau. Kata Han Ku: "Keluarga Kie hanya terdiri dari 3 orang, Kie Yan-gan, Kie Lek-
beng dan Kie Su-giok, tapi melihat waktu kematian Leng Hi
sepertinya bukan Kie Lek-beng, begitu juga dengan Kie Su-giok,.
Apalagi Kie Yan-gan, tapi dia tidak pantas turun tangan sendiri!"
"Suheng melupakan satu orang." Leng Piau.
"Siapa?" "Hui-thian, Wie Thian-hoan, dia tumbuh besar di keluarga Kie
dan dia dilatih langsung oleh Kie Yan-gan, di atas nama dia ada
cucu murid Kie Yan-gan."
Han Ku sadar dan berkata:
"Benar, Wie Thian-hoan termasuk dalam keluarga Kie, yang
membunuh saudara-saudara kita pasti Wie Thian-hoan."
Kata Leng-pau: "Pembunuhnya belum tentu Wie Thian-hoan, tapi dia patut
dicurigai. Yang kita curigai sekarang ini ada 4 orang, mari cepat kita kembali ke Hoa-san dan melapor pada guru!"
---ooo0dw0ooo--- C. Tertipu Kereta kuda yang dinaiki Kie Su-giok sudah melewati jalan
gunung dan sekarang sedang melewati dataran rendah
Kuda berlari dengan cepat, tapi Kie Su-giok masih mengomel dia
merasa kuda-kuda itu berlari kurang cepat.
Hatinya sudah melayang ke ibukota. Dia ingin mencari Wie
Thian-hoan, ingin menanyakan kepadanya mengapa dia tidak
pulang. Dia ingin tahu rahasia teka-teki hidup dan mati ayahnya, dia ingin
tahu apakah ayah yang selama ini belum pernah dia temui, seperti
yang diceritakan oleh orang-orang Hoa-san, apakah memang benar
dia berada di ibukota"
Dia pun ingin mencari Coh Thian-su di ibukota, dia akan
membantu keluarga Coh Thian-su dengan sekuat tenaga untuk
mencegah terjadinya musibah itu.
"Mengapa ayahnya harus membunuh keluarga Coh Kim-sung?"
dia tidak mengerti, tapi dia pun harus mempercayai kata-kata Leng
Hi, dia lahu kakeknya tidak pernah bercerita mengenai ayahnya. Dia
terus berpikir. "Apa salah ayahku" Setelah meninggal pun tetap tidak bisa
dimaafkan oleh kakek. Benar-benar kakek tidak punya perasaan!"
Tiba-tiba dia mendengar U-bun hujin dengan lembut memanggilnya: "Anak Giok, kau sedang memikirkan apa?"
"Aku tidak memikirkan apa-apa." Jawab Kie Su-giok.
"Aku lihat kau sepertinya banyak pikiran, apakah kau mau
menceritakannya kepada ibu?"
"Tidak ada pikiran apa-apa, hanya ingin cepat tiba di ibukota."
U-bun hujin tersenyum dan berkata: "Apakah yang sudah berjanji
denganmu itu Coh Thian-su?"
"Bukan, bukan!" Jawab Kie Su-giok.
U-bun hujin tidak bertanya lagi, malah Kie Su-giok-yang merasa
tidak enak dan dia berkata:
"Sebenarnya aku harus memberitahu kepada ibu, temanku itu..."
Kata U-bun hujin: "Bila kau tidak ingin memberitahuku nama orang itu, tidak apa-
apa. Dalam hari Kie Su-giok berkata, 'Ibu angkat benar-benar
pengertian.' Tapi dia memang harus menjelaskannya dan dia
berkata: "Temanku itu mempunyai hubungan dengan pemberontak jadi
aku harus menjaga rahasia ini, tapi ibu bukan orang lain bila aku
berhasil menemuinya di ibukota, aku akan mengajaknya menemui
ibu." U-bun hujin tertawa dan berkata:
"Ternyata temanmu itu pemberontak, orang seperti dia tidak
pantas muncul di depan orang banyak, kau pun jangan terlalu
banyak mengurusnya."
U-bun hujin berkata lagi:
"Sebenarnya aku pun tidak ingin tahu nama temanmu itu, aku
hanya tertarik dengan Coh Thian-su karena dia adalah seorang
Siauya yang ternama, apakah dia juga adalah pemberontak?"
"Aku tidak tahu, mungkin bukan."
Dia merasa aneh dan bertanya:
"Ibu angkat, kau datang dari Tibet di Pek-toh-san pun tahu
bahwa di Kang-lam ini ada keluarga Coh."
U-bun hujin berkata: "Aku pernah bilang walaupun aku tinggal di tempat jauh tapi
kadang-kadang temanku juga datang dari selatan. Coh Tayhiap di
Yang-ciu adalah pendekar nomor satu di Kang-lam, masa kami tidak
tahu?" Kata Kie Su-giok: "Benar, keluarga Coh di Kang-lam memang sangat terkenal
karena Coh Tayhiap sudah mempunyai nama jadi begitu Coh Thian-
su masuk ke dunia persilatan, dia langsung terkenal!"
"Anak Giok, mungkinkah kau dan Coh Thian-su tidak begitu
kenal?" "Kami hanya bertemu sebanyak satu atau dua kali."
"Pantas kau tidak tahu dia itu seperti apa"
U-bun hujin berkata lagi:
"Orang-orang mengatakan bahwa dia adalah seorang laki-laki
mata keranjang yang luwes dan tampan, suka main perempuan,


Jala Pedang Jaring Sutra Seri Thiansan Kiam Bong Cian Sie Karya Liang Ie Shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

melebihi ilmu silatnya."
Tanya Kie Su-giok: "Benarkah dia seperti itu" Baru pertama kali aku mendengarnya."
Dalam hati dia ingin tertawa 'Sewaktu dia bersamaku, aku tidak
melihatnya dia merayuku dengan cara apa pun, tidak disangka di
mata orang lain dia seorang-laki-laki yang mata keranjang, bila dia
disebut orang yang humoris aku percaya, bersama dengannya
perasaan menjadi lebih senang dibandingkan saat bersama dengan
Wie Toako.' Berpikir sampai di sini, dia pun terkejut:
"Mengapa aku berpikir seperti itu, bila Hoan Toako tahu aku
membanding-bandingkan dia dengan Coh Thian-su, pasti dia akan
marah. Coh Thian-su bisa membuatku gembira tapi orang yang aku
cintai adalah Wie Toako."
Dia masih berpikir, ketika U-bun hujin berkata lagi:
"Apakah kau tahu terakhir-terakhir ini dia melakukan apa?"
"Memangnya dia melakukan apa?" Tanya Kie Su-giok.
"Katanya dia sudah merebut pengantin perempuan Hie Tiong-
gwee, kabar ini sudah tersebar ke mana-mana."
Kata Kie Su-giok: "Aku jarang berkelana di dunia persilatan, aku tidak tahu."
Dalam hati dia ingin tertawa Padahal hari itu yang membuat.
keributan di rumah Hie Tiong-gwee adalah aku dan Wie Toako,
hingga membuat Hiat-kun tidak dapat menjalankan upacara adat,
aku paling tahu hal ini. Terakhir cici Kang sudah melarikan diri dari
rumah Hie Tiong-gwee dan bersama dengan Coh Toako dan tinggal
di rumahku, tapi bukan Coh Thian-su yang merebut pengantin
perempuannya " Bila di dunia persilatan ada gosip yang mengatakan bahwa Wie
Thian-hoan yang merebut pengantin perempuan, itu baru masuk
akal. Teringat demi Kang Hiat-kun, Wie Thian-hoan melakukan hal
yang menggegerkan dunia persilatan, membuat Kie Su-giok merasa
sedih lagi. Kata U-bun hujin: "Kali ini aku ke Tiongkok di mana-mana orang mengatakan
bahwa Coh Thian-su adalah seorang laki-laki mata keranjang, aku
jadi ingin bertemu dengannya. Aku sudah nenek-nenek, aku tidak
takut orang-orang akan menertawakanku, apalagi mengatakan
bahwa aku suka daun muda!"
U-bun Hoo pun ikut tertawa dan berkata:
"Aku dan adik pun adalah pemuda yang tampan tidak takut
berteman dengan Coh Thian-su, bila dia gadis cantik, nah dia harus
waspada. Adik, bila sudah tiba di ibukota dan bertemu dengan Coh
Thian-su, kau harus memperkenalkannya kepada kami!"
Kata Kie Su-giok: "Pasti akan kukenalkan, aku hanya takut kalian akan kecewa."
"Memangnya kenapa?" Tanya U-bun Hoo.
"Dia tidak seperti yang dikatakan oleh orang-orang sebagai laki-
laki mata keranjang."
Kata U-bun Hoo: "Adik, kau benar-benar kurang ajar, aku bukan gadis yang baru
besar, apakah Coh Thian-su itu laki-laki mata keranjang atau bukan,
aku udak akan peduli."
Dalam hati dia tertawa terbahak-terbahak, mereka bertiga
masing-masing menutupi pikirannya.
Kie Su-giok bingung karena ayahnya .ingin membunuh keluarga
Coh, dia mengatakan ingin memperkenalkan Coh Thian-su kepada
ibu .ingkarnya, bukan hanya sembarangan berjanji, karena dia
berpikir, bila perlu dia ingin minta tolong kepada ibu dan kakak
angkatnya untuk menolong Coh Thian-su dan keluarganya. Dia tahu
ibu angkatnya tidak akan melukai ayahnya tapi hanya menghalangi
saja, itu pun sudah lumayan. Pada saat itu dia akan mempunyai
kesempatan berkenalan dengan ayahnya.
Yang dipikirkan oleh U-bun Hoo adalah, 'Aku tidak perlu tergesa-
gesa, dari sini ke ibukota masih harus 10 hari lagi, aku harus
berpura-pura tidak tahu bahwa dia adalah seorang perempuan, asal
dia percaya bahwa Coh Thian-su bukan orang yang jujur dan baik,
aku akan mendapatkan dirinya, walaupun Coh Thian-su adalah
orang terpelajar dan ilmu silatnya tinggi, aku tetap akan percaya
diri, aku tidak akan kalah dengannya. Bila gadis ini masih tidak
dapat melupakan Coh Thian-su, tidak perlu kubunuh sendiri, ibu pun
akan turun tangan dan membuatnya menjadi seorang idiot'
Ternyata di dalam hati ibu dan anak U-bun ini dikarenakan Kie
Yan gan pernah menolong Coh Thian-su, mereka pun seperti Gin-ho
dan Yu He-cu menyangka bahwa Coh Thian-su adalah calon
menantu cucunya. Yang dipikirkan oleh U-bun hujin adalah, 'Coh Thian-su pernah
lolos sekali, kali ini bila bertemu dengannya di ibukota, aku tidak
akan membiarkan dia lolos lagi, dunia ini memang luas tapi tidak
ada orang ketiga yang bisa mempunyai tenaga dalam yang begitu
kuat untuk menawarkan jarum beracunku kecuali ayah dan anak
Kie, kali itu ada Pak Tua Kie yang membantunya, tapi nanti dia bisa
mengandalkan siapa lagi" Walaupun Kie Lek-beng ada di ibukota
tapi ada dendam antara Kie Lek-beng dan keluarga Coh, dia tidak
akan mau menolongnya, apalagi bila tahu putrinya menyukai bocah
itu, Kie Lek-beng tidak membunuhnya pun itu sudah sangat
beruntung apalagi bila dia mau menolongnya, rasanya tidak
mungkin!" Kie Su-giok ingin agar ibu angkatnya mau menolong keluarga
Coh, dia tidak tahu bahwa ibu angkatnya adalah orang yang malam
itu melepaskan jarum beracun kepada Coh Thian-su dan hampir
membuat Coh Thian-su mati, dia adalah Kim-ho, Bok Hoo-hoo. Su-
giok tidak mengetahuinya bahkan kakek dan Ting Po yang sudah
banyak pengalaman di dunia persilatan pun menganggap Kim-ho
adalah Gin-ho. Ibu dan anak U-bun ini dengan cara unik memasang perangkap
membuat Kie Su-giok terjebak ke dalamnya. Mereka masing-masing
Bentrok Rimba Persilatan 10 Pendekar Gila Karya Kho Ping Hoo Patung Emas Kaki Tunggal 1
^