Pencarian

Walet Emas Perak 12

Walet Emas Perak Karya Khu Lung Bagian 12


pula. Betapa hati ini takkan merasa sedih.
Pandangan yang pudar tampak berlinang air mata,
menyongsong datangnya sinar matahari, mulut menggumam
seorang diri. "Mungkin terakhir kali inilah aku masih bisa
merasakan kebesaran wibawa T hian-hu."
Ji-ping tahu Thian-hu Suseng merupakan seorang jenis
persilatan dimasa jayanya dulu, diluar tahunya setelah kini
kaum persilatan umumnya sudah mengira dia mati, dengan
sebentuk lencana emas itu, ternyata masih mampu menakuti
tiga gembong penjahat. Maka diam2 dia berpikir: "Mungkinkah
ilmu tunggal aliran Thian hu sudah punya ahli warisnya"
Menegakkan kembali serta memperhatikan kewibawaan pihak
Thian hu adalah tugasnya yang utama," tapi setelah
direnungkan lebih lanjut, dia menumbang sendiri dari
perkiraannya tadi. Bila orang tua ini sudah punya akhli waris,
buat apa jauh2 dia meluruk sendiri kemari dalam keadaan
kondisi selemah itu" Apalagi selama ini belum pernah tersiar
kabar di Bulim sebagai ahli waris Thian-hu.
Setelah sesenggukan sekian lamanya, sorot mata pudar
siorang tua tertuju kemuka Ling Ji-ping, katanya, "Anak muda
banyak pertanyaan yang ingin kau ajukan padaku?"
"Benar, Locianpwe," sahut Ling-Ji-ping sejujurnya sambil
menjura. "Kenapa tidak kau ajukan pertanyaanmu?"
"Wanpwe sedang berpikir, kenapa setelah melihat Thian-
hu-kim-pay, ketiga orang tadi lantas kabur dari sini?"
"Anak muda, kau merasa heran bukan?"
"Kalau dahulu aku mau percaya, tapi sekarang aku jadi
heran." 667 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ai," berkerut kulit muka orang tua renta yang penuh
keriput, dengan jari telunjuknya yang kurus bagai cakar dia
menuding kebawah pohon serta berkata: "Anak muda,
duduklah. Kau memang anak yang jujur dan polos biarlah
kuceritakan kepada kau."
Melihat napas orang ter-sengal2, Ling-Ji-ping maju
mendekat memapahnya duduk tegak, lalu dia sendiri duduk
dihadapan si orang tua renta. Setelah duduk tenang
menggelendot batang pohon, sesaat lamanya orang tua renta
memejam mata menenang hati, pelan2 dia membuka mata
serta berkata, "Lima puluh tahun yang lalu, kecuali enam
aliran besar, situasi Bulim masa lalu dikuasa i oleh jago2 aneh
yang berkepandaian tinggi, mereka terdiri It-hu, Ji-sian, Ji-tok
dan It-kui." Karena orang tua renta tidak menyebut nama Lam-jan,
Pak-koat dan It-si-cin mo, Ling-Ji-ping lantas tanya:
"Locianpwe, kau melupakan tiga orang lagi?"
"Siapa?" "Lam-jan, Pak-koat dan It-ci-sin mo."
Orang tua renta tersenyum lembut, katanya: "Anak muda,
sebutan "jago kosen" tidak mudah diperoleh" Kala itu ketiga
orang ini paling baru termasuk kategori kelas satu."
"O," baru sekarang Ling-Ji-ping sadar akan kesalahannya,
"Baiklah, semula Wanpwe kira....."
"Kau tidak salah anak muda," ujar laki2 renta menghibur,
"Terutama dalam keadaan seperti sekarang dan seusiamu,
logis kalau kau berpikir demikian."
"Ya, Locianpwe."
"Anak muda, keenam tokoh2 aneh yang kusebutkan tadi,
apa kau tahu semuanya?"
668 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Tian-hu, Ing-yan-siang-sin, It-kui....bukan kah yang
dimaksud Kui-tiap sin?"
"Betul anak muda."
"Lalu Ji-tok "dua racun".
"Yaitu Tok sian nio dari Tok-kiong dan Tok-sin-kun yang
tadi kukatakan kau belum pernah dengar nama mereka?"
"Tidak banyak yang wanpwe ketahui tentang riwayat para
angkatan tua." "Ya, maklum tidak bisa salahkan kau, guru mu sendiri pada
masa itupun masih kanak2." Setelah banyak bicara kembali
napas orang tua renta sengal2, agak lama dia beristirahat
baru meneruskan pembicaraan, "Kala itu, It-hu-ji-sian dan Ji
tok it kui menjadi saling bertentangan seumpama api dan air."
"Ya, wanpwe tahu, dahulu dipuncak Tong pek sa, Cianpwe
pernah mengalahkan Kui-tiap-sin dengan Mo im samkik."
Terbayang rasa riang wajah dan sorot mata orang tua
renta." Darimana kau tahu?"
"Waktu Kui-tiap-sin meluruk kemaren dulu aku dengar Ang
hoa kaucu mengoloknya."
"O," merandek sebentar orang tua renta alias Thian-hu
Suseng menambahkan."Waktu itu bulan tiga disaat bunga
berkembang biak, keenam tokoh2 aneh itu sama kumpul di
Thian-hu tempat kediamanku, kala aku mengalahkan Kui-tiap-
sin dengan Mo im-sam-kik itu. Watak Kui-tiap-sin memang
paling berangasan diantara Ji-tok-it-kui, Ji-tok justeru lebih
cerdik, licik dan berbahaya. Pertemuan itu diadakan karena
mereka mendengar aku sudah berhasil meyakinkan Mo im-
sam-kik. Mereka tidak percaya akan berita yang membesar2kan kedahsyatan lagu maut itu, lahirnya mereka
datang memberi selamat kepadaku, yang terang tujuan
mereka ingin menguji dan menjajal kepandaianku. Dalam
perjalanan yang kuadakan, Kui-tiap-sin terlalu mengagulkan
669 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kekuatan batinnya, dia menantang untuk mengadu ketenangan, terpaksa Lohu memetik harpa untuk mengiringi
kehendak para tamu yang tidak ku undang itu, tapi baru bait
kedua aku memetik laguku, Kui-tiap-sin sudah memperlihat
kan gejala2 tidak normal, saking malu dia naik pitam, lalu
melabrak aku." Heran Ling Ji-ping, katanya, "Bahwa Kui-tiap-sin tidak
kuasa melawan irama iblis yang Cianpwe mainkan, itu terbukti
bahwa Lwe-kangnya bukan tandingan Cianpwe, kenapa dia
masih berani bergebrak melawan Cianpwe?"
"Anak muda, kenapa hal ini dibuat heran" Itulah lantaran
manusia gila nama, kehormatan, Kui-tiap-sin dapat mengangkat namanya didalam urutan terakhir dari enam
tokoh2 aneh masa itu, dihadapan keempat rekan lainnya,
mana sudi dia mengaku kalah apalagi dia terlalu percaya
bahwa ilmu kampaknya terlampau ganas dan hebat tiada
bandingan." "Akhirnya bagaimana?"
"Lohu menggunakan dahan pohon yang kupungut saat itu
melawan sepasang kampaknya itu. Dalam seratus jurus dia
tidak mampu merontokkan selembar daunpun yang melekat
diatas dahan pohon yang kubuat senjata, syukur dia tahu diri
dan mundur teratur."
Diam2 bercekat hati Ling-Ji-ping, pikirnya. "Inilah rahasia
Bulim yang jarang diketahui orang banyak, dahan pohon
digunakan sebagai pedang, bagi yang memiliki Lwekang
tangguh memang bisa menggunakan, tapi betapa hebat
Lwekang Kui-tiap-sin, bergaman kampak lagi. Bagaimana
dahan pohon dapat melawannya" Apalagi setelah seratus
jurus, ternyata selembar daunpun tiada yang di rontokan,
sungguh sukar dibayangkan dan di percaya." Tapi mau tidak
mau dia harus percaya. 670 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Locianpwe diberkahi ilmu tinggi yang tiada taranya, bahwa
dia tahu diri dan mundur teratur terbukti akan kecerdikannya."
Orang tua jelek berkata : "Sejak kali itulah berkat mereka
sudi memberi muka terhadap Lohu, mereka bergabung
membuatkan sebentuk lencana emas dihaturkan kepadaku,
selanjutnya memberi peringatan kepada anak muridnya, setiap
kali melihat lencana emas ini mereka harus segera menyingkir
dan tidak boleh melawan, kalau berani melanggar akan
dihukum sesuai peraturan perguruan."
Ling-Ji-ping manggut2. Orang tua jelek berkata pula. "Mereka yang mengenal
lencana dan tahu akan persoalannya pasti segera menyingkir,
tapi Lohu tidak pernah menggunakan lencana itu, tak nyana
hari ini Lohu justru terlindung oleh kebesaran lencana yang
tidak pernah luntur ini kewibawaannya."
Kini Ling-Ji-ping sudah jelas persoalannya, hati ikut haru
dan kasihan, pikirnya. "Sampai detik ini orang lain masih
segan dan menjunjung tinggi kewibawaan perguruan T han-hu,
sayang sekali murid didiknya justeru mengkhianati dan
mencelakainya," maka dia bertanya. "Maaf bila Wanpwe
kurang ajar, karena apa Lo-cianpwe kehilangan Kungfu?"
Orang tua jelek geleng2 kepala, lalu menarik napas
panjang, kepalanya menengadah tak bersuara sekian
lamanya. "Kejadian sudah sembilan belas tahun berselang,"
demikian ujar laki2 tua jelek setelah menghela napas rawan,
agak lama kemudian baru dia menyambung dengan suara
sendu, "Ai, untuk mengenang peristiwa masa lalu yang melukai
sanubari orang sungguh bukan suatu yang mudah, apalagi
kenangan pahit getir yang berakibat fatal."
"Lo-cianpwe," kata Ling-Ji-ping, "kenangan itu bakal
menambah derita batinmu lebih baik tidak usah kau keduk
671 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kenangan yang menyedihkan itu. Wanpwe akan ikut merasa
tidak tentram." "Tidak, anak muda, umpama tidak tanya, akupun akan
ceritakan kepadamu. Tadi aku sudah bilang, aku ingin kau
menunaikan tugas bagiku?" Entah karena lelah, atau karena
terpengaruh kenangan masa lalu yang menyedihkan, kedua
bola matanya yang redup pelan2 dipejamkan, suara riak
ditenggorokannya semakin jelas dan mengiriskan. Agak lama
kemudian baru dia membuka mata pula lalu berkata perlahan.
"Anak muda, pernahkah kau mendengar sepatah kata?"
"Kata apa Lo-cianpwe?"
"Perempuan racun dunia."
"Ya, pernah dengar, ada sementara perempuan memang
demikian." Kata Ling Ji-ping, "maksud Cianpwe adalah Ui Bwe-
ing?" "Oh, dua kali kau pernah kemari, pernahkah kau melihat
putri Ui B we-ing?" "Mungkinkah Pek-hoa Kongcu?"
"Berapa usianya?"
"Ya, kira2 delapan belas atau sembilan belas tahun."
"Itu benar, dia adalah puteriku."
Mendadak tergetar sanubari Ling Ji-ping, agak bimbang dia
menatap wajah laki2 jelek sekian lamanya, setelah di amat2i
lebih seksama, tiba2 didapatinya, bentuk dan raut tampang
orang jelek ini memang persis dengan Pek-hoa Kongcu.
Pikirnya : "Kalau demikian kau memang memperoleh hukuman
sesuai pembuatanmu, guru memperkosa murid adalah
perbuatan yang bejat, pantas Ui Bwe-ing bertindak kejam
terhadapmu, hingga kungfu nya dipunahkan, dalam hal ini Ui
Bwe-ing tidak boleh disalahkan."
672 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Orang tua jelek menatap muka Ling-Ji-ping katanya setelah
menghela napas. "Anak muda agaknya kau kira aku telah
melakukan perbuatan terkutuk terhadap murid sendiri bukan,
adalah setimpal kalau sekarang aku memperoleh ganjaranku
ini?" Sudah tentu Ling-Ji-ping rikuh bertanya" Terpaksa dia diam
saja. Orang tua jelek menghela napas, "Yang benar semua itu
adalah suatu muslihat jangka panjang yang telah direncanakan sejak lama dan amat sempurna sekali."
"Muslihat jangka panjang?" Teriak Ling-Ji-ping kaget.
"Sejak kapan kau orang tua menerima Ui Bwe-ing sebagai
muridmu?" "Sejak dia berusia sembilan tahun."
"Berarti sepuluh tahun kau mengasuh dan membesarkan
dia, kenapa pula dia tega mencelakai kau dengan muslihat keji
itu?" "Anak muda," ujar orang tua jelek, "Lohu yakin, dulu aku
seorang yang tidak mudah dipedaya apalagi terjeblos kedalam
muslihat orang lain, soalnya sejak kecil Ui Bwe-ing
mendampingi aku, sekali2 tidak pernah terpikir olehku bahwa
ada seorang telah memberi petunjuk kepadanya. Memangnya
siapa yang menaruh curiga dan selalu waspada terhadap anak
perempuan yang selama sepuluh tahun diasuh dan
dibimbingnya" Karena itu, tanpa sadar, aku telah masuk
perangkap mereka." "Oh.", Ling-Ji-ping bersuara tegang, "siapakah biang keladi
dari muslihat ini?" "Ji-tok." "Maksud Lo-cianpwe adalah Tok sin nio dan Tok sin kun?"


Walet Emas Perak Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

673 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Betul," ujar orang tua jelek manggut2, "tadi Lohu sudah
bilang Ji-tok orangnya keji dan telengas, mereka tahu bahwa
ilmu silat mereka selama hidup ini takkan mungkin
mengungguli diriku, maka mereka membenci Lohu setengah
mati, lalu mereka mengatur rencana jangka panjang, Ui Bwe-
ing ditanam disisiku."
Baru sekarang Ling-Ji-ping jelas duduk persoalannya, kesan
buruknya terhadap orang tua ini seketika luntur, pikirannya:
"Memang benar, Ji-tok memang cerdik dan jahat penuh
perhitungan dan berbuat licin, siapa pun takkan bersiaga
menghadapi muslihat keji seperti itu.."
Orang tua jelek berkata pula: "Peristiwa terjadi pada
tengah malam hujan lebat, seperti biasa di saat2 seperti itu
Lohu selalu bersamadi diruang latihan, mendadak dia berlari
masuk kekamarku, begitu mendengar langkahnya aku lantas
tahu bahwa dia yang datang, dengan memejam mata aku
bertanya: "Apakah Ing-ji ?"
Dengan napas tersengal dia mengiakan, katanya." Ya,
benar, Suhu." "Ada urusan?" Aku tanya.
"Suhu, aku takut," sahutnya gemetar. "Waktu itu meski
Lohu bukan seorang raja tapi kebesaran dan kewibawaan
nama Thian-hu yakin tiada seorang kaum persilatan didunia ini
berani melanggar laranganku, karena Lohu punya keyakinan
yang tak tergoyahkan maka aku tetap memejam mata, secara
tak acuh aku bertanya apa yang kau takuti?"
"Murid cabul itu mendadak menubruk ke dalam pelukanku
seraya berteriak. " Suhu, lebat sekali hujan malam ini."
Aku tertawa geli pikirku. "Memang anak bodoh, hujan
geledek kenapa dibuat takut?"
"Pada saat itulah mendadak Lohu mencium bau harum
yang tidak begitu harum, namun bau itu amat menggelitik
674 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
perasaan, mendadak tergerak hatiku, tak tahan aku membuka
mata." Sampai di sini ceritanya, tiba2 orang tua jelek menghela
napas, lalu geleng2 kepala.
Terpaksa Ling-Ji-ping bertanya. "Locian-pwe, apa yang kau
lihat?" Berkerut muka orang tua jelek, katanya pedih. "Murid cabul
itu berpakaian amat minim, pahanya yang mulus panjang
terbuka, buah dadanya yang montok menantang dihadapanku,
dengan kencang dia mendekapku. Lohu memiliki ketabahan
luar biasa sejak latihan berpuluh tahun, kontan aku naik pitam
dan menghardiknya, "Ing-ji, apa2an perbuatanmu ini?". Murid
cabul itu malah berani angkat tangan memeluk leherku,
mulutnya mengoceh. "Suhu, entah kenapa, mendadak aku jadi
ketakutan, semula aku sudah pulas, suara guntur membuatku
terjaga, saking ketakutan maka aku lari kemari, Suhu, lekas
kau peluk Ing-ji, aku amat takut."
"Ai, memang Lohu agak lena tidak berpikir cermat lagi,
apalagi kulihat wajahnya memang pucat, suara gemetar, maka
timbul rasa kasihanku, sudah tentu tidak pernah terpikir
sesuatu dalam benakku, maka akupun memeluknya, serta
membujuknya: "Suara guntur kenapa ditakuti, sia2 kau belajar
silat selama ini." "Di kala aku bicara itulah, serangkum bau wangi kembali
merangsang hidungku, sudah menjadi pembawaan seorang
gadis, badannya mengeluarkan bau perawan yang memabukkan maka bau harum itu sama sekali tidak Lohu
perhatikan." Ling-Ji-ping asyik mendengarkan, mendadak dia tanya.
"Jadi Locianpwe terpengaruh oleh bau harum itu?"
Orang tua jelek menghela napas, katanya, "Sudah puluhan
tahun Lohu meyakinkan ilmu, tidak gampang aku perpengaruh
oleh paras ayu, meski bau harum seorang gadis perawan
675 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
yakin tidak bakal mempengaruhi ketenangan batinku,
sekarang bila kupikir2 akan kejadian waktu itu, aku jadi
maklum dibelakang kejadian waktu itu memang banyak yang
agak ganjil." "Maksud Lo-cianpwe, bau harum itu adalah bau sejenis
obat2an yang memabukkan?"
"Betul, bahwa muridku yang durhaka itu sengaja ditanam
disisiku oleh Ji-tok, padahal Ji-tok terkenal sebagai ahli racun
di Kang-ouw, siapa saja bila pernah bertemu, atau ajak bicara
beberapa patah kata, tanpa disadari kau telah terkena racun
jahat. Dalam hal ini, obat yang digunakan untuk menjebak aku
yakin sudah diproses sedemikian rupa, jangan kata aku tidak
pernah memperhatikan umpama selalu waspada juga sukar
membedakannya." Ling-Ji-ping manggut2. Kembali terbayang siksa derita dan
duka cita orang tua jelek, lama dia tidak bersuara.
Hembusan angin lalu menyegarkan, rambut dan jenggotnya
yang beruban melambai2 namun perasaan orang tua jelek
adalah sedemikian rawan dan penuh penyesalan. Agak lama
kemudian setelah menghela napas, baru dia buka suara pula.
"Anak muda, diluar sadarku, Lohu terpengaruh oleh obat
perangsang itu, bukan saja segala kebesaran, kekayaan dan
seluruh milikku runtuh total, aku pun ma lu berhadapan
dengan orang. Yang paling menyedihkan, tapi juga teramat
kejam adalah muridku yang murtad itu. Dalam keadaan
lunglai, seluruh Kungfuku telah dipunahkan olehnya."
Tiba2 timbul pula suatu tanda tanya dalam benak Ling-Ji-
ping, katanya. "Sebagai guru dan murid, hubungan intim
seperti ayah dan anak, setiap hari berkumpul dalam satu
rumah, kapan saja dia bisa turun tangan bila dia mau, hal itu
memang sukar dijaga, lalu kenapa pula Ui-Bwe-ing rela
mengorbankan dirinya?"
676 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Anak muda berdiri sebagai jago kosen Bulim, pandanganmu memang benar, tapi lain pula dipandang dari
segi Lohu, semuanya salah."
"Lo-cianpwe yakin penjagaanmu teramat keras"''
"Bukan anak muda, siapa bakal curiga dan selalu siaga
terhadap murid sendiri yang diasuh dan dibesarkannya sendiri
sejak kecil?" "Wanpwe jadi tidak mengerti?"
"Kau kira ilmu mujijat dari Thian-hu hanya Mo-im sam-kik
belaka" Pernahkah kau dengar dahulu Lohu pernah
meyakinkan semacam ilmu sakti yang dinamakan Tay-lo-sian-
kang?" "Tay-lo-sin-kang?"
"Bila ilmu mujijat ini berhasil diyakinkan, manusia bisa
menjadi sekeras baja, tanpa siaga, pukulan, golok atau
pedang serta senjata tajam lainnya tidak akan bisa
melukainya. Segala senjata akan patah bila membentur
badannya, pukulan Khikang atau Iwekang juga bakal sirna
dalam jarak lima kaki,"
Ling-Ji-ping melenggong, pikirnya, "Betulkah ada ilmu
mujijat selihay itu dalam dunia ini" Kalau betul, mana mungkin
muridmu itu mencelakai dirimu?"
Sekilas orang tua jelek me lirik kearah Ling-Ji-ping, setelah
mengatur napas, dia berkata pula: "Di sini dapatlah kita nilai
betapa lihay dan licin rencana Ji-tok. Agaknya mereka tahu
akan seluk beluk itu, maka membuat rencana jangka panjang
serta menanti dengan sabar untuk memungut hasilnya. Bagi
orang jago silat, peduli kau membekal ilmu sakti apapun,
dikala bersetubuh pertahanannya paling lemah, seluruh Hiat to
ditubuh orang seumpama balon yang melembang dan
mendadak kempes setelah nafsu birahi terlampias, apalagi
677 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dibawahi pengaruh obat. Di saat itulah murid murtad itu turun
tangan." Kini Ling-Ji-ping mulai paham, pikirnya: "Sungguh suatu
muslihat yang paling sempurna dan di rencanakan dengan
seksama pula. Untuk mencelakai jiwa seorang, ternyata
diperlukan waktu sepuluh tahun, sungguh keji telengas benar
tujuannya." Karena bercerita panjang lebar, napas orang tua jelek
sengal2, mendadak badannya mengejang terus tersungkur
jatuh dan berkelejetan. Karuan Ling-Ji-ping kaget, lekas dia memburu serta
memapahnya, teriaknya. "Lo-cianpwe, kenapa kau?"
Mungkin saking kesakitan, bentuk muka orang tua jelek
berubah seburuk itu, hampir tidak menyerupai wajah manusia
lagi, mulutnya megap2, tangan menggapai2, dan kaki
kelejetan, sesaat lamanya dia bergulingan di tanah. Ling-Ji-
ping tidak tega melihat keadaannya yang tersiksa, namun dia
tidak tahu cara bagaimana dia harus menolong. Sebetulnya
ada niatnya menutuk tiga Hiat-to penidurnya, tapi melihat
kondisi badannya yang lemah seperti berada diambang
kematian, bila tutukannya kurang perhitungan, salah2 jiwanya
melayang seketika, padahal orang tua ini ada pesan yang
belum sempat diutarakan, bukankah dia akan mati penasaran"
Terpaksa Ling-Ji-ping menunggu mondar mandir sambil
meremas jari2, kira2 semasakan air sampai mendidih, siksa
derita mulai mengendor, badannya tidak bergulingan lagi,
pelan2 keadaannya mulai tenang, namun kepalanya penuh
ditaburi keringat dingin. Setelah sengal2 pula sekian lamanya,
baru pelan2 dia merambat duduk serta menggelendot pada
dahan pohon, setelah agak reda pernapasannya dia berkata
dengan suara lirih. "Anak muda, jangan kuatir, hari ini aku
belum akan mati." 678 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Apakah siksa derita yang Cianpwe alami ini pasti terjadi
setiap hari?" "Betul," ujar orang tua jelek lemah, "setiap hari kumat
sekali." "Apa betul tiada obat yang dapat menyembuhkan penyakit
ini?" "Kalau bisa diobati, selama dua puluh tahun ini, aku sudah
berusaha dan mungkin sudah sembuh."
"Lo-cianpwe te lah mengalaminya selama dua puluh tahun,"
Ling-Ji-ping menegas dengan kaget.
"Tidak salah." Suaranya agak keras setelah istirahat cukup
lama, "derita selama dua puluh tahun ini, sungguh lebih parah
dari masuk keliang kubur, tapi Lohu tidak akan mati meski
kenyang disiksa sedemikian rupa bila c ita2ku belum terkabul."
"Maksudmu mencari murid murtad itu?"
"Benar," kata orang tua jelek sambil menegakkan
duduknya, "dan lagi, aku ingin bertemu sekali dengan anakku
itu." "Apakah Ui Bwe-ing tahu bila kau orang tua masih hidup?"
Orang tua jelek geleng2, katanya. "Dia tidak tahu, setelah
memunahkan Kungfuku dan membuatku cacat begini, dia lalu
menyeretku ditengah hujan lebat itu serta melemparku
kelembah serigala. Dalam lembah entah betapa banyak
serigala2 buas, mungkin dia kira aku sudah menjadi santapan
kawanan serigala didalam lembah itu."
"Cara bagaimana kau orang tua dapat meninggalkan
lembah serigala itu?"
"Ai, mungkin Thian Yang Maha Kuasa masih ingin
menghukumku selama dua puluh tahun ini" Atau hukum alam
tidak akan memberi ampun kepada murid murtad itu. Anak
muda, mungkin kau tidak percaya bila mendengar ceritaku,
679 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dalam itu terdapat seekor Srigala putih, srigala putih inilah
yang menyelamatkan jiwa ragaku, aku diseret kesuatu lembah
yang lain, disana terdapat sebuah gua entah berapa lamanya,
lambat laun aku mulai s iuman."
Cerita ini justeru tidak dibuat heran oleh Ling Ji-ping, tidak
sedikit dalam dunia ini; ada burung atau hewan yang
mempunyai kecerdikan luar biasa melebihi kawan sejenisnya.
Ada kalanya binatang yang paling buas pun bisa menolong
jiwa orang. Orang tua jelek berkata. "Untung Lohu bekas seorang jago
kosen yang pernah meyakinkan ilmu sakti, setiap hari kerjaku
hanya semedhi dan menenangkan pikiran, syukurlah usahaku
berhasil sehingga jiwaku tetap bertahan sampai sekarang.
Belakangan Lohu berhasil membekuk seekor orang hutan,
orang hutan yang cerdik dan berhasil kudidik sempurna, dialah
yang menyediakan rangsumku setiap hari, tanpa terasa
delapan belas tahun lamanya Lohu hidup dalam gua itu."
Sampai disini orang tua jelek menengadah pula, bola
matanya yang guram kembali mengawasi gumpalan mega di
angkasa seperti mengenang kehidupan sengsara tidak kenal
siang atau malam selama delapan belas tahun didalam gua,
raut mukanya tampak haru sedih dan lega pula.
Ling-Ji-ping menarik napas panjang, katanya kemudian:
"Agaknya Lo-ciapwe memang diberkahi Tuhan, menurut
pendapat Wanpwe, ada kalanya Lo-cianpwe pasti dapat
memulihkan kesehatan dan latihan kungfu mujijatmu dulu."
"Tidak mungkin anak muda." Ucap orang tua jelek dengan
muka guram, "hari itulah yang Lohu nantikan selama hidup
delapan belas tahun didalam gua itu, tapi dengan cara apapun
yang mampu kulaksanakan, bukan saja tiada harapan, malah
luka2ku semakin parah. Makin hebat pula siksaan yang harus
kurasakan. Dulu hanya sekali kumat setiap hari, tapi
belakangan sehari kumat beberapa kali, makin lama kumatnya
makin banyak, sekarang setiap dua jam kumat sekali. Karena


Walet Emas Perak Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

680 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
itu Lohu tahu hidupku tidak akan lama lagi, maka dengan
badan yang tidak keruan aku berusaha meninggalkan gua itu
dan kemari mencarinya."
"Jarak ribuan li bagaimana Locianpwe bisa menempuhnya?"
"Soalnya aku memelihara seekor orang hutan yang amat
setia padaku. Ai, binatang kadang2 tidak melupakan budi tapi
manusia, ai.." "Apa yang dikatakan memang benar, manusia memang
punya otak pandai berpikir, tapi karena manusia sering dirasuk
oleh harta benda dan pangkat, maka mereka ber-cita2
mencapai harapan, tanpa segan2 menggunakan akal muslihat
merugikan orang lain mencari keuntungan sendiri, binatang
lebih baik, lebih akrab dan hidup dalam kerukunan."
Setelah napasnya mereda orang tua jelek bertanya.
"Sekarang kau sudah mengerti anak muda?"
"Ya, Ji-ping sudah mengerti."
"Baiklah, apa kau sudi melakukan untukku?"
"Tadi aku sudah berjanji dihadapan Locian-pwe,"
"Bagus sekali." Ucap orang jelek sambil merogoh kantong
mengeluarkan sebuah bungkusan kain kecil lalu ditimang
ditelapak tangan katanya, "Tugas yang harus kau selesaikan
amat mudah anak muda, yaitu berikan benda ini kepadanya."
"Kepada Ui Bwe-ing maksudmu?"
"Bukan, untuk putriku yang belum pernah kulihat itu."
Tiba2 terbayang oleh Ling-Ji-ping kematian Yong-yong
yang mengenaskan, pembunuhnya bukan mustahil adalah
Pek-hoa Kongcu, tiba2 dia tertawa dingin katanya: "Baiklah
aku memang ingin mencarinya."
"Kau juga ingin mencarinya ?" Si orang tua melengak.
681 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sudah tentu Ling-Ji-ping tidak mau jelaskan permusuhannya dengan Pek-hoa Kongcu, supaya orang tua
jelek ini tidak terketuk sanubarinya, dengan kaku dia tertawa,
secara samar2 dia menjawab: "Aku akan minta suatu
keterangan dari dia."
"Kalian sudah kenal ?"
"Pernah bertemu tiga kali."
Tiba2 terbayang rasa riang di rona muka orang tua jelek,
sorot matanya yang guram juga seperti berbahaya, setelah
tertawa geli dia berkata:
"Anak muda, berpikir putriku itu pasti seorang anak baik,
tapi dia dibesarkan ikut ibunya, bila ketularan kebiasaan buruk
ibunya, maka ayah bundanyalah yang berdosa, kuharap kau
menilik keadaannya."
Agaknya orang tua jelek salah paham. Melihat sikap betapa
besar cinta kasih orang tua terhadap putri tunggalnya, Ling-Ji-
ping tidak tega untuk membeber persoalan, tegakah dia
melukai hati seorang tua yang sudah mendekati ajal" Itulah
perbuatan kejam. Maka dia alihkan pembicaraan; "Locianpwe,
apa isi buntalan itu?"
Dengan tangan kanannya yang gemetar orang tua jelek
membuka bungkusan kain, maka cahaya kuning seketika
memancar terang. Buntalan kain itu tenyata berisi sebatang
pedang emas panjang lima dim, lebar setengah dim, ditelapak
tangan orang tua jelek tampak kemilau seperti melonjak2
hendak terbang. Ling-Ji-ping melenggong, katanya, "Pedang apakah ini
Locianpwe ?" Lekas Orang tua jelek bungkus pula pedang kecil itu, lalu
digenggamnya kencang, katanya: "Inilah pedang terbang yang
kuyakinkan kala Kungfuku masih utuh, dalam jarak seratus
682 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
langkah dapat membunuh orang atas dorongan kehendak
hati." Ji-ping tanya penuh curiga, "Sekarang masih bisa
digunakan?" "Sudah tentu tidak bisa, memangnya kau lupa sekarang
Lohu sudah tanpa daksa?"
"Lalu apa gunanya kau serahkan pedang ini kepada
putrimu?" "Ai, anak muda, "ujar orang tua jelek, "bukankah kau
saksikan sendiri, pedang ini seperti ingin terbang saja" Itulah
sukses yang Lohu capai sete lah menggembleng diri selama
puluhan tahun, sekarang Lwekang Lohu sudah tuntas, tapi
pedang itu sendiri masih membawa kekuatan gaib, bila kau
sudi menurunkan ajaran teori yang sebentar kuajarkan kepada
kau, dalam jangka pendek sudah bisa digunakan. Untung
waktu aku meyakinkan ilmu pedang terbang berada dikamar
rahasia yang tertutup rapat, sehingga rahasiaku ini tidak
ketahuan oleh murid murtad itu."
Bekerja benak Ling-Ji-ping, pikirnya. "Bila Yong-yong
memang dibunuh Pek-hoa Kongcu kalau aku menerima
permintaan orang tua jelek menurunkan ilmu pedang ini
kepadanya bukankah dia bakal tumbuh sayap dan sukar
dilayani?" Orang tua jelek menatapnya lekat melihat alis Ling-Ji-ping
bertaut, sekian lama tidak bersuara, maka dia bertanya. "Anak
muda, kau punya kesulitan?"
Dengan tawa kaku Ji-ping menegakkan alis katanya tegas.
"Apakah yang pernah kujanjikan, Wanpwe pasti menepati
janji." "Syukurlah," ujar orang tua jelek menghela napas lega, lalu
menarik napas panjang. 683 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ling-Ji-ping tertawa kaku, tanyanya. "Semudah ini Lo-
cianpwe mempercayai Cayhe?"
"Anak muda, aku tahu kau adalah pemuda polos, jujur dan
bajik, sudah tentu untuk tugasmu itu, Lohu menyediakan pula
hadiahnya untuk kau."
"Kukira tidak usah, Wanpwe tidak ingin mendapat imbalan."
"Ini kehendak Lohu sendiri," ucap orang tua jelek, "Tay-lo-
sin-kang hanya Lohu saja yang menguasai, tiada orang kedua
dalam Bulim ini yang pernah mempelajarinya, bukankah amat
sayang bila mujijat ini ikut terkubur bersama Lohu?"
Tergerak hati Ling-Ji-ping tadi orang tua jelek bilang, bila
berhasil meyakinkan Tay-lo sin-kang badan orang bisa sekeras
baja dan tidak gampang dilukai oleh senjata tajam macam
apapun, jikalau dirinya dibekali Ilmu sakti, kelak bukan soal
rumit lagi untuk me licinkan jalan kearah penuntunan dendam
sakit hati gurunya. "Anak muda," ujar orang tua jelek menghela napas, tiba2
air matanya berkaca2, "masih ada satu keinginanku, sudah
puluhan tahun kebesaran nama Thian-hu menggetar dunia
persilatan, Lohu tidak ingin karena masukku ke liang kubur,
kebesaran dan kejayaan Thian-hu ikut terkubur pula. Hm, bila
kau mau kau bakal menjadi pewaris yang bertahta di Thian-
hu, seluruh ilmu yang pernah kupelajari kutulis dalam sejilid
buku, kusembunyikan disuatu kamar rahasia di istana Thian-
hu. Jikalau kau mau dan suka rela, kau bakal menjadi pewaris
murni dari T hian-hu kita."
Ling-Ji-ping menjerit kaget dan gelagapan, katanya:
"Maksud Lo cianpwe mau angkat aku jadi murid pewarismu?"
"Thong Thayhiap berjiwa besar, kukira dia tidak akan
menentang maksud baikku."
"Tapi aku..... "Ada kesulitan pula" Atau kau tidak mau?"
684 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Bergolak pikiran Ling-Ji-ping. Demi menuntut balas, tumben
dirinya memperoleh bekal ilmu mujijat dari Thian-hu, satu hal
yang tak mungkin dicapai meski di impikan setiap malam, dan
hal ini bakal dicapainya didepan mata. Tapi bila dia teringat
akan kematian Yong-ji, umpama kematiannya adalah
perbuatan Pek-hoa Kongcu, padahal Pek-hoa Kongcu adalah
putri tunggal orang tua jelek ini, lalu bagaimana dirinya harus
menyelesaikan persoalan berganda ini"
"Anak muda," ujar orang tua jelek menghela napas, "Ada
kesulitan apa boleh kau beberkan dihadapanku, aku tak akan
salahkan kau." "Bukan Wanpwe tidak mau, soalnya ada yang belum
kumengerti." "Katakan anak muda."
"Aku curiga putri tunggal Lo-cianpwe, Seng Lo-cianpwe
telah menitipkan cucu perempuannya itu kepadaku."
"Tadi kau bilang hanya curiga?"
"Ya, Wanpwe hanya menduga."
"Curiga belum tentu merupakan suatu kenyataan, coba
ceritakan persoalannya."
Maka Ling-Ji-ping bercerita bagaimana dulu dia pernah dua
kali bertemu dengan Pek-hoa Kongcu, terakhir dia ceritakan
nasib jelek yang menimpa Yong-yong.
Orang tua jelek menepekur, katanya sambil menghela
napas "Bukan Lohu mengeloni puteri sendiri, anak muda,
kukira dalam peristiwa ini banyak keganjilannya."
"Wanpwe memang bodoh, mohon penjelasan."
Dua kali orang tua jelek menarik napas panjang, lalu
bertanya : "Batok kepala adik Yong-yong mu itu digorok
orang, bukan?" 685 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ling-Ji-ping mengiakan. "Sebelum kau menemukan mayatnya, kau mendengar
cekikik tawa seorang perempuan" Lalu kau mengudaknya
tanpa hasil, waktu kau kembali kau saksikan kawanan serigala
tengah berpesta pora memakan mayat wanita itu."
Ling-Ji-ping mengangguk. "Hanya berdasar warna dan potongan pakaian yang
dikenakan mayat itu, maka kau beranggapan bahwa mayat itu
adalah jenazah adik Yong-yong, padahal kau melihat sepintas
lalu, belum sempat memeriksanya dengan seksama ?"
"Ya, betul Locianpwe."
"Nah, takkan salah lagi," ujar orang tua jelek setelah
istirahat sejenak, "menurut penglaman Lohu selama
berkecimpung di Kang-ouw puluhan tahun, biar kuberikan
analisa yang terperinci pertama, ada orang ingin membunuh
Yong-yong, umumnya bila orangnya sudah mati, maka
dendampun himpas, bila bukan musuh pembunuh ayah bunda
atau sanak keluarga, untuk apa harus memotong kepalanya?"
Ling-Ji-ping tertegun, "ini........" sesaat dia gagap.
Orang tua jelek goyang tangan melarang dia bicara,
katanya: "Karena itu Lohu berani pastikan, pembunuh ini
merupakan fitnah untuk orang lain, tujuan memotong batok
kepalanya adalah supaya kau yakin bahwa yang jadi korban
betul adalah adik Yong-yong."
Ling-Ji-ping manggut2, sekarang dia mulai paham
persoalannya. Orang tua jelek berkata pula : "Bila membunuh orang
secara diam2, setelah berhasil harus tinggal pergi diam2, buat
apa dia mengeluarkan suara tawa" Jikalau tidak kepergok
olehmu, kenapa setelah kau pergi, baru dia melarikan diri,
supaya kau tidak melihat siapa dirinya?" Berhenti sejenak lalu
menyambung. "Baiklah, kedua kejadian itu cukup gamblang,
686 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
suara tawa itu untuk memancing dirimu menemukan mayat
itu, bukankah persoalan jadi lebih jelas lagi."
Penjelasan ini betul2 membuka tabir gelap yang
menyelimuti otak Ling-Ji-ping, segalanya menjadi jelas
sekarang. "Memancingmu pergi sehingga kawanan serigala berpesta
pora, itupun sudah direncanakan lebih dulu, inipun dapat
dimengerti." "Kuatir aku memeriksa mayat itu?"
"Betul, anak muda, agaknya perencana itu cukup tahu bila
keadaan mayat itu makin mengerikan, emosi akan lebih tak
terbendung lagi, dalam keadaan emosi jelas kau tidak akan
sempat memeriksa mayat itu.
Ling-Ji-ping berpikir sejenak, tinju tangan kanan memukul
telapak tangan kiri, pikirnya, "Iya, pakaian yang dikenakan
Yong-yong adalah kiriman majikan sepasang burung walet
yang suruh Liok-cu mengantarnya kepada ku, dari mana pula
datangnya sapu tangan bersulam kembang segala?" Sampai
disini dia lebih jelas lagi. "Urusan padahal tiada sangkut
pautnya dengan kau, namun aku sudah kebingungan sendiri,
begitu melihat sapu tangan bersulam itu, aku lantas sangka
saputangan itu milik Yong-yong, itu membuktikan bahwa
Yong-yong memang benar terbunuh, entah ke mana
ketenanganku selama ini?"
"Itulah yang dinamakan yang bersangkutan kelelap, si
penonton melihat jelas, sekarang kau sudah mengerti anak
muda?" Ling-Ji-ping malu diri, katanya mengangguk. "Ya, Wanpwe
memang bodoh, banyak terima kasih akan petunjuk Cianpwe."
"Karena itu, Lohu menarik suatu kesimpulan."
"Kesimpulan apa?"
687 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Perencana pembunuhan pasti yakin kau akan curiga
terhadap putriku, maka tidak sukar untuk meraba jejaknya,
siapa sebenarnya dia, yakinlah bahwa yang jadi korban bukan
Yong-yong." "Hah", Ling-Ji-ping berjingkrak kegirangan rasa duka dan
amarahnya seketika sirna, katanya keras. "Kalau demikian,
Wanpwe sudah tahu siapa perencana pembunuhan ini."
"Kau tahu siapa dia"
"Ya, pasti Lenghou Ho." dengus Ling-Ji-ping.
"Siapa itu Lenghou Ho?"
"Putri Tiang-pek-hwi-hou yang tadi kemari itu, nama
gelarnya Hwi-hou Kongcu."
"Lebih betul lagi," ucap tua jelek, "rase tua itu memang


Walet Emas Perak Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

licin, banyak muslihatnya, selama hidup paling suka menonton
dua harimau berkelahi."
"Tanpa penjelasan Locianpwe, hampir saja Wanpwe
terjeblos dalam perangkap adu domba musuh keji."
"Baiklah anak muda. Persoalan sudah jelas, apakah kau
masih perlu memikirkan keinginan Lohu tadi?"
Berpikir sejenak akhirnya Ling-Ji-ping berkata: "Sebesar ini
cinta kasih Locianpwe terhadapku, mana Wanpwe berani
menampik kebaikan ini, namun Wanpe terlalu bodoh, kuatir
bila menyia2kan maksud baik dan harapan Cianpwe yang
luhur." "Anak muda, jadi kau menerima?"
Lekas Ji-ping berdiri lalu bertekuk lutut dan menyembah
dihadapan orang tua jelek, "Suhu," panggilnya.
Bercucuran air mata orang tua jelek, saking senang tapi
juga haru, lekas dia bimbing Ling-Ji-ping berdiri, kepalanya
menengadah pula lalu menggumam. "Semula aku kira ilmu
688 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mujijat dari perguruan thian-hu kita bakal putus turunan, aih,
sekarang matipun aku bisa meram," lalu dia alihkan
pandangannya ke wajah Ling-Ji-Ping, pelan2 dengan tangan
gemetar dia keluarkan sebuah panji kecil dari bajunya, panji
sepanjang enam dim berbentuk segi tiga memanjang, terbuat
dari sutra merah diplisiri benang kuning emas, ditengah panji
bersulam seekor naga emas, gagang panji terbuat dari emas
murni, diujung tonggak dihiasi sebutir mutiara yang kemilau.
Sambil mengangkatnya tinggi diatas kepala, orang tua jelek
berkata dengan berlinang air mata "Nak, inilah Thian-hu ling-ki
atau panji kebesaran Thian-hu, sekarang kuserahkan kepada
kau, sejak kini, kau adalah majikan dari T hian-hu."
Dengan berlutut Ling-Ji-ping terima panji itu dengan kedua
tangan. Sesaat orang tua jelek masih mengawasi panji itu
dengan perasaan haru dan lega pula, akhirnya dia berkata
dengan suara lantang dan serius. "Nak, kebesaran dan
kewibawaan Thian-hu sejauh ini masih disegani oleh segala
lapisan kaum persilatan, kau harus tetap mengembangkan dan
mengembannya, kewajiban berat sudah kau pikul, kuharap
kau tidak mengecewakan harapanku."
"Murid patuh dan berjanji akan melaksanakan cita2 guru."
Tiba2 orang tua jelek berkata dengan nada berat tertekan:
"Ui-Bwe-ing mendurhakai guru dan mengkhianati perguruan,
dosanya tidak terampun, nak, tugas berat ini kuserahkan pula
kepadamu." Ling-Ji-ping melengak, katanya; "Bekal kepandaian Tecu
masih terbatas, sekarang mungkin belum mampu menunaikan
perintah guru." Orang tua jelek manggut, katanya: "Hal itu aku tahu, nak,
berdirilah." Terpaksa Ling-Ji-ping berdiri dan menyimpan Thian-hu-ling-
ki kedalam kantong. 689 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sekilas orang tua jelek melirik ke arah pedang emas yang
terbungkus kain di tangannya, katanya setelah menghela
napas. "Biarlah pedang emas ini kuwariskan kepada kau pula."
Lekas Ling-Ji-ping menjura, katanya: "Bukankah Suhu
bilang hendak mewariskan kepada Sumoy?"
Orang tua jelek-geleng2, katanya: "Putri dibesarkan oleh
Ui Bwe-ing, dari ceritamu tadi tentang hubungannya dengan
Lenghou Ho, serta dugaanmu akan perbuatan putriku tentang
pembunuhan yang direncanakan itu, dapat kusimpulkan,
bahwa anak muda itu tentu sudah terpengaruh oleh kebiasaan
rusak dan bejat, sekarang berubah niatku semula, pedang
emas ini kuberikan kepada kau, dengan pedang emas ini kau
harus membersihkan anasir2 jahat dalam perguruan, kelak
bila kau berhadapan dengan anakku itu, boleh kau beritahu
pesan ini kepadanya, bila dia tahu salah dan mau insaf serta
bertobat, boleh kau membawanya pulang ke Thian-hu, kau
wajib mengajarkan ilmu perguruan padanya, jikalau dia sudah
tidak bisa diinsafkan pula, kuanjurkan supaya
kau membunuhnya atas perintahku, supaya tidak mendatangkan
bibit bencana dan merusak nama baik perguruan."
Baru Ling-Ji-ping hendak bicara, orang tua jelek telah
melanjutkan. "Dan lagi tanpa pedang emas ini, kau takkan
mampu menumpas murid itu, beberapa hari ini orang hutan
pemeliharaanku yang cerdik ini memberi laporan, digunung ini
banyak berkumpul orang pandai, yakin pasti ada sebabnya,
dengan pedang sakti ini, dapat menambah kekuranganmu,
nah kau terimalah nak."
Terpaksa Ling-Ji-ping menerimanya dengan kedua tangan
pula. Orang tua jelek merogoh keluar pula lencana emas tadi,
katanya : "Lencana emas ini pemberian Ngo-ki, bagi anak
murid Ngo-ki atau perguruan silat lainnya, besar gunanya. Nah
kaupun terimalah." 690 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Setelah menerima lencana emas, Ling-Ji-ping menjura,
katanya: "Apakah Suhu ingin pergi ke Cui hwe kok?"
Orang tua jelek batuk2 lagi sekian lamanya akhirnya
berludah sekumur darah, katanya setelah napasnya mereda :
"Tidak usah nak. Jongkoklah, akan kubeberkan letak kamar
rahasia di T hian hu serta perundang2 di sana. Dengarkan pula
pelajaran teori cara untuk mengendalikan pedang emas ini
serta prakteknya." Orang tua jelek meraih dahan pohon kering lalu mencorat-
coret diatas tanah menggambarkan letak dan denah Thian hu,
serta dijelaskan pula seluk beluk dalam istana secara
terperinci. Setelah beristirahat beberapa kejap, kembali dia
mengajarkan cara mengendalikan pedang emas itu dengan
kekuatan batin yang dilandasi pengaturan napas. Lalu berkata
: "Suhu akan pulang dulu ke Thian-hu bersama Leng hou kera
sakti, nak, jaga dirimu baik2."
Sebelum Ling-Ji-ping bersuara, dahan kering ditangannya
menggores tiga kali ditanah mendadak terdengar sebuah
pekik suara keras dari dalam hutan, segulung tenaga besar
kontan menggulung tiba, dia kira ada musuh menyergap,
secara reflek dia pasang kuda2 serta menggempor dengan
mendorong kedua tangan menggempur kebayangan yang
menerjang tiba. "Blang" kontan Ling-Ji-ping rasakan suara arus tenaga
besar menolak dirinya, tanpa kuasa dia terjengkang mundur
kebelakang sejauh lima langkah baru berdiri tegak pula.
Setelah berdiri tegak baru dia me lihat di samping gurunya
telah berdiri seekor orang utan yang tingginya hampir sama
dengan dirinya, bulu sekujur tubuhnya berwarna putih perak,
bola matanya merah seperti nyala api, kedua tangannya
teracung tinggi keatas, mulutnya menyeringai dengan taring
giginya yang menjijikkan, pandangan buas dan marah
menatap kepada Ling-Ji-ping.
691 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ling-Ji-ping melenggong, pikirnya. "Orang hutan sebesar
ini, tak heran dia kuat menggendong Suhu menempuh
perjalanan jauh." Orang tua jelek mengelus kepala orang hutan serta
berceloteh entah apa yang dikatakan kepadanya, mendadak
orang hutan besar ini menyeringai sekali lalu memekik keras
ke-arah Ling-Ji-ping. terus menubruk maju. Karuan Ling-Ji-
ping kaget, dia tahu tenaga Orang hutan umumnya amat
besar, cepat sekali dia berkelit kekiri terus menggeser kekanan
setombak lebih. Tak kira gerakannya sudah amat cepat, tapi gerak gerik
orang hutan besar ini ternyata lebih cepat lagi, sambil
meringkik rendah belum lagi kaki Ling-Ji-ping menyentuh
tanah, kedua tangan orang hutan yang berbulu dan berkuku
tajam telah menahan kedua pundak Ling-Ji-ping.
Sudah tentu tersirap darah Ling-Ji-ping, untung dia
mendengar suara orang tua jelek berseru : "Jangan takut nak,
dia ingin bersahabat dengan kau."
Segera Ji-ping kendorkan tenaga dan membuyarkan
Lwekang yang telah dikerahkan dan diam saja tidak bergerak.
Setelah berjingkrak dua kali mendadak orang hutan itu
menarik kedua tangan Ling-Ji-ping mulutnya berceloteh sambil
menyeringai dan bersuara rendah. Ling-Ji-ping kebingungan
dan tidak tahu bagaimana dia harus bersikap" Mendadak kera
besar itu menjejak kaki belakang hingga tubuhnya melenting,
Ling-Ji-ping tidak siaga tahu2 tubuhnya terseret terbang
keudara setinggi dua tombak, ditengah udara kera sakti
memekik panjang pula lalu jumpalitan ke arah kiri.
Dua kali Ling-Ji-ping meronta tapi tidak berhasil
membebaskan diri, tahu2 tubuhnya terbawa jungkir balik dan
melesat kearah kiri sejauh lima tombak, daya luncuran tubuh
692 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mereka begitu cepat, jarang Ling-Ji-ping menyaksikan
kecepatan gerak tubuh seperti ini.
Membawa Ling-Ji-ping, kera sakti itu menutul kakinya
dipucuk sebatang pohon lalu me lambung balik pula dan
melayang ringan disamping orang tua jelek.
Ling-Ji-ping jadi aseran, namun dihadapan sang guru tak
enak dia melahirkan perasaan kekinya.
Namun orang tua jelek sudah menggeram gusar lalu
berceloteh kepada keranya, agaknya sedang memarahi.
Akhirnya kera besar itu ulur tangan menuding Ling-Ji-ping,
lalu menuding dirinya serta berceloteh pula panjang lebar
entah apa yang dikatakan"
Akhirnya orang tua jelek manggut2, katanya berpaling
kepada Ling-Ji-ping. "Nah kera sakti ini ternyata juga senang
terhadapmu.'' Baru sekarang Ling-Ji-ping maklum bahwa gurunya sedang
bicara dengan binatang peliharaannya dengan bahasa kera.
Tapi seekor kera memiliki Ginkang yang tinggi tidak perlu
dibuat heran, namun dari mana dia memiliki Lwekang
setangguh itu" Mungkin hanya beberapa gelintir jago kosen
dalam Bulim ini yang mampu menandinginya.
Agaknya orang tua jelek dapat meraba pikiran Ling-Ji-ping,
katanya: "Nak, kera sakti ini berbadan kebal, segala macam
senjata takkan bisa melukainya, Lwekang juga amat tangguh
setaraf jago kosen kelas wahid. Kaum persilatan dahulu tiada
yang berani memasuki Thian-hu yang terlarang, bukan hanya
lantaran aku memiliki Kungfu sakti, terhadap kera sakti ini
merekapun amat takut. Tentunya kau sudah mengerti
sekarang, dengan kondisi tubuh yang pantas masuk liang
kubur ini, gurumu masih bisa menempuh perjalanan jauh
adalah berkat bantuan kera sakti ini." Lalu dia menoleh ke
puing2 yang sudah rata dengan tanah, serta berkata dengan
berlinang air mata: 693 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Nak, segala sesuatunya sudah kuserahkan kepada kau
untuk mengurusnya, umpama gurumu mati juga akan mati
dengan tentram dan lega, baiklah aku akan segera pulang."
Pilu hati Ling-Ji-ping, dia tahu, hidup gurunya tidak akan
lama lagi, maka dia merasa perlu pulang ke Thian-hu,
perpisahan kali ini bukan mustahil menjadi perpisahan untuk
selamanya, kini dirinya sudah diangkat jadi murid, sudah tentu
hatinya lebih tidak tega lagi, lekas dia menyembah dan
berkata. "Harap Suhu menjaga kesehatan dan menanti Tecu
pulang setelah menunaikan tugas. Apapun yang akan terjadi
Tecu akan berusaha untuk menyembuhkan kau orang tua."
"Nak, itu jelas tidak mungkin, puaslah hatiku kau punya
tekad yang luhur ini. Aku tahu kau mengemban banyak tugas
untuk dibereskan. Hanya satu harapanku, setelah selesai
menunaikan tugas, kau harus lekas pulang ke Thian-hu.
Jangan ikut mencampuri urusan Bulim, kau harus ingat aku,
sebab kau adalah satu2nya pewaris Thian-hu kita."
Orang tua jelek membalik tubuh menepuk kepala kera sakti
katanya." Hayolah kita pulang."
Kera itu menyeringai sekali kepada Ling-Ji-ping serta ulur
sebelah tangannya menuding ketimur, lalu berlompat dua kali
serta berceloteh panjang lebar.
"Nak, kera bilang dia mengharap kau lekas pulang ke T hian
hu." Orang tua jelek menyambung lidah.
"Tecu akan perhatikan," sahut Ling-Ji-ping.
Sekali lompat gesit sekali sikera sudah berada didepan
orang tua jelek, pelan2 dia menggendong orang tua itu,
sambil menyeringai segera dia melompat keatas pohon hanya
beberapa kali lompatan tubuhnyapun berkelebat lenyap.
Pelan2 Ling-Ji-ping berdiri, sekarang dia mengemban
dendam sakit hati dua guru yang harus dituntutnya. Betapa
berat kewajibannya, namun dia tidak putus asa, jiwa ksatria
694 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
nya justru berkorbar. Dengan langkah lebar dia melangkah
keluar dari hutan. Setiba diluar hutan dia jadi kebingungan, entah jurusan
mana yang harus ditempuhnya.
Ssaat lamanya dia berdiri celingukan, tiba2 rasa perutnya
lapar, baru sekarang dia ingat perutnya belum diisi. Tiba2 dia
teringat akan aliran sungai disebelah kanan tak jauh disana,
disebrang sungai kalau tidak salah dia pernah melihat pohon
buah. Diatas pegunungan sebelukar ini, kecuali mencari
buah2an, makanan apa yang bisa mengenyangkan perut.
Dengan langkah enteng segera dia beranjak arah selatan
menuju kealiran sungai, sungai kecil tapi airnya dalam, namun
airnya jernih kelihatan dasarnya. Kelopak kembang yang
rontok berjatuhan dipermukaan air dan hanyut terbawa arus
tenang. Terlebih dulu dia minum beberapa teguk air sungai
yang dingin segar, lalu beranjak kearah hulu. Sungai ini
berliku2, namun pemandangan alam disini memang permai
seindah lukisan. Kira2 setengah li Ling-Ji-ping menyusuri
sungai, disebelah depan lapat2 didengarnya suara percakapan
orang. Sekilas Ji-ping tertegun, dengan hati2 lekas dia menyelinap
kedalam hutan dipinggir sungai, dari belakang pepohonan dia
mengintip kearah datangnya suara.


Walet Emas Perak Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Kira2 belasan tembok disebelah sana, keadaan tanah
pegunungan ternyata berubah, di sebelah depan adalah tanah
lapang, sungai kecil itu menjulur jauh berliku2 ditanah tegalan
nan luas. Dipinggir sungai dibawah sepucuk pohon besar,
menghadap kesungai membelakangi hutan, duduk berjajar
tiga orang, dari bayangan punggung mereka dapat dikenali
mereka adalah Ban-tok Pocu, Jian-sin thong dan Tiang-pek-
hwi hou. Terdengar percakapan ketiga orang kadang keras seperti
berdebat, tiba2 lirih seperti ada rahasia yang sedang mereka
695 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
rundingkan. Kaum persilatan siapapun tiada yang berani
mengusik jago2 racun yang jahat ini, meski bertemu bila bisa
menghindar mereka berusaha menyingkir, kalau tidak
terpaksa, siapa mau cari perkara dengan mereka.
Apalagi diantara Jitok yang jahat ini masih tercampur
seorang Tiang-pek-hwi-hou yang licik dan naka. Kalau orang
lain mungkin kuatir terlambat menyingkir, tapi lain dengan
Ling-Ji-ping yang berwatak angkuh, melihat ketiga orang ini,
dengan menyeringai dingin dia ma lah menggeremet maju
beberapa tombak lebih dekat.
Terdengar Ban-tok Pocu ter-kekeh2, katanya "Rase tua,
apa benar gelang naga berada ditangan buyung keparat itu?"
"Memangnya Lohu ngapusi kalian?" Tiang-pek-hwi-hou
tertawa lebar. Melengking tawa Jian-tok-sin-thong katanya. "Peduli ada
tidak padanya, kita ringkus dia saja. Bukankah Kaucu juga
sedang mencarinya?" Tiang-pek-hwi-hou menyeringai licik, katanya. "Makanya.
Kalian segera kabur setelah melihat lencana emas itu,
sungguh perbuatan yang mengecewakan, padahal tua bangka
itu kelihatan sudah dekat liang kubur, apa pula yang ditakuti."
"Kau kunyuk tua tahu apa?" Kata Ban-tok Pocu, "lencana
emas itu adalah pemberian guru kami yang termasuk dalam
Ngo-ki kepada T hian-hu, kaum persilatan mungkin tidak tahu,
tapi demi menjaga gengsi dan kebesaran nama perguruan,
terpaksa kami harus menyingkir, siapa bilang kami takut?"
Jian-tok-sin-thong menimbrung dengan tawa dingin :
"Entah siapakah tua bangka yang hampir mampus ini" Tapi
nada bicaranya besar sekali, kau tua2 keladi ini biasanya
munafik dan banyak akal, selalu mengagulkan diri banyak
pengetahuan, tentu kau tahu siapa dia ?"
696 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Pujian, pujian," ujar T iang-pek-hwi-hou, "T hian-hu Suseng
sudah mati dua puluh tahun belum pernah tersiar adanya
murid pewarisnya, maka menurut pendapat Lohu, mungkin dia
salah seorang kenalan lama Thian-hu Suseng, tapi
kelihatannya tua bangka itu mengidap suatu penyakit yang
berat." "Seperti kentut saja ucapanmu, tidak guna." Jengek Jian-
tok-sin-thong, "coba jawab kalau kau tahu akan hal itu,
kenapa pula kau takut ngacir bersama kami" Kenapa tidak kau
turun tangan membekuk bocah itu."
Tiang-pek-hwi-hou tertawa kering katanya kikuk: "Hehe,
soalnya, akupun menghargai guru kalian, kalau tidak, umpama
orang tua renta itu adalah tokoh besar juga aku tidak akan
takut menghadapinya."
Rase tua ini memang licin, jelas dirinya tidak yakin dapat
menang, tapi ada2 saja alasan yang dikemukakan, sehingga
kedua kawannya tak mampu banyak bicara.
Sesaat kemudian terdengar Ban-tok Pocu berkata setelah
cekikik geli. "Rase tua, aku jadi lupa tanya kepada kau. Diam2
kau ada kontak dengan Ang-hoa-kau, bila rahasiamu ketahuan
Kui-tiap-sin si setan tua itu, bukan mustahil kulit rasemu bakal
dibeset olehnya." Tiang-pek-hwi-hou tertawa gelak, katanya. "Dalam dua hari
ini, dia tidak akan keluar."
"Kenapa?" tanya Jian-tok-sin-thong.
Sengaja Tiang-pek-hwi-hou tersenyum penuh arti, katanya:
"Sudah tentu ada sebabnya, tapi tidak boleh kuterangkan."
Ban-tok Pocu menjengek dihidung, tapi tidak bicara lagi.
Jian-tok-sin-thong melengking tawa, katanya: "Rase tua,
tak usah kau jual mahal, aku tahu apa sebabnya."
"Kau tahu apa ?" Tiang-pek-hwi-hou menegas.
697 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Bukankah pentolannya datang?"
"Dari mana kau tahu ?"
"Sudah tentu aku tahu," kini Jian-tok-sin-thong yang
tertawa penuh arti, "sekarang dia sudah mengekor pada
puncak iblis dan menjadi salah satu duta lampu, betul tidak?"
O0odwo0O Karya : Khu Lung Saduran : Gan KH
Sumber DJVU : Manise & Paulustjing
Editor : Paulustjing dan Dewi KZ
Ebook by : Dewi KZ Tiraikasih website http://kangzusi.com/ http://kang-zusi.info/
http://tiraikasih.co.cc/ http://cerita-silat.co.cc/
Jilid ke 20 AGAKNYA Ban-tok Pocu juga tahu akan hal ini, maka dia
tidak kelihatan heran, katanya dengan terkekeh. "Biarkan dia
jual mahal, Rase tua ini kira kami ini orang2 bodoh, cuma dia
saja yang pintar. Hmmm."
Bukan saja licik dan picik, ternyata Tiang-pek-hwi-hou juga
tebal muka, tidak ma lu dia malah tertawa bangga, katanya :
"Agaknya kalian sudah tahu, apakah Kaucu sudah mengatur
rencana untuk menghadapinya?"
"Rase tua, memangnya kau jadi mata2 pihak sana?" tanya
Jian-tok-sin-thong. "Bukan, bukan. Kalian jangan salah paham meski aku ini
banyak muslihat, tapi terhadap kalian dan Kaucu sekali2 aku
698 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tak berani main. Hehe, setulus hati aku ingin kerja sama
supaya ketika pusaka itu dapat kita rebut, dari salah satu
pusaka itu aku mohon diberi sedikit pelajaran Kungfunya, bila
aku punya akal busuk, biarlah Thian menghukumku
seberat2nya." Ditempat sembunyinya Ling-Ji-ping menjengek dingin
pikirnya, "Agaknya rase munafik ini berpinjak pada dua
perahu, pihak manapun yang memperoleh ketiga pusaka itu,
dia mengharap bisa ikut mencicipinya. Hmm, mustahil bisa
terlaksana keinginanmu."
Ternyata Ban-tok Pocu juga menduga akan akalnya itu,
katanya." Kalau demikian tentu kau juga sudah mengadakan
kontak rahasia dengan pihak Yu bing kau dan Thian te hwe,
kalau tidak bila pihak mereka yang merebut ketiga pusaka itu,
mana kau bisa dapat bagian,?"
"Hehehe," kembali Tiang-pek-hwi-hou tertawa kering
dengan sikap kikuk, "mana berani aku bertindak sejauh itu,
kalian terlalu curiga, bahwa secara diam2 aku ada kontak
dengan Kaucu kalian, hehe, mungkin kalian belum tahu,
soalnya....soalnya....."
"Rase tua, belum mendapat alasan bukan?" jengek Jian-
tok-sin-thong. Ban-tok Pocu mencemooh juga sambil meludah.
Kata Tiang-pek-hwi-hou tertawa kering : "Masa kalian
belum tahu bagaimana hubungan puteraku dengan Pek hoa
Kongcu?" Kontan Jian-tok-sin-thong terkial2 keras, katanya, "O, jadi
kau tua bangka ini kelak adalah besan Kaucu kami, wah
agaknya aku berlaku kurang sopan."
"Mungkin, mungkin. Selanjutnya mohon bantuan kalian
suka bicara baik dihadapan Kaucu supaya perjodohan ini
terungkap." 699 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ling-Ji-ping berpikir. "Cepat juga perobahan daya pikir rase
tua ini, pintar juga dia memanfaatkan setiap kesempatan,
kedengarannya lancar tutur katanya, kedua bangkotan racun
ini salah2 terjeblos oleh muslihatnya."
Ban-tok Pocu terkekeh, katanya: "Sebal aku bicara soal itu
melulu. Hehe, bila kau rase tua ini berani bertingkah
didepanku, puyer racunku yang meremuk tulang menyedot
sukma, paling tidak akan kupersen satu genggam kepadamu."
"Betul," teriak Jian-tok-sin-thong tepuk tangan, "akupun
akan persen Ji-tok-ciang kepada rase tua ini, supaya
selanjutnya kau tidak mencelakai orang lain."
Habis bicara kedua gembong racun pelan2 berdiri, sambil
menunduk seperti memikirkan sesuatu satu kekanan yang lain
kekiri masing2 beranjak, satu tombak lebih.
Ling-Ji-ping sedang berpikir. "Kenapa ke dua gembong
racun ini mondar mandir, seperti memikirkan urusan pelik?"
Tak nyana belum habis dia berpikir, mendadak didengarnya
ketiga orang itu tertawa bersama. Tiang-pek-hwi hou didepan,
Ban-tok Pocu dikanan dan Jian-tok-sin-thong disebelah kiri,
pelan2 mereka menghampiri tempat persembunyian Ling-Ji-
ping. Sekilas tertegun Ling-Ji-ping lantas tahu bahwa jejaknya
sudah konangan, dengan tawa dingin segera dia melangkah
keluar dua tindak lalu berdiri tegak bertolak pinggang.
Kira2 setombak lebih dari Ling Ji-ping, ketiga orang itu
menghentikan langkah, enam jalur sorot mata berkilat sama
menatapnya. Ji-ping balas menyapu pandang mereka,
sebelum buka suara dia menyeringai sinis, katanya lantang.
"Bukankah kalian hendak mencari aku?"
"Besar juga nyalimu, bocah keparat," teriak Jian-tok-sin-
thong. "Selamanya orang she Ling tidak pernah takut."
700 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Mana laki2 tua renta hampir mampus itu?" tanya Ban-tok
Pocu. Ling Ji-ping meliriknya hina, jengeknya. "Kalian takut
terhadapnya bukan" Baiklah Bayhe beritahu, beliau sudah
pergi, sekarang tinggal aku seorang, kalian bertiga boleh turun
tangan bersama." "Bagus," seru Tian-pek-hwi-hou senang, "buat apa kalian
adu lidah, ayolah ringkus dulu habis perkara."
Ling Ji-ping menjengek hidung, tanpa hiraukan Ban-tok
Pocu dan Jian tok sih thong, dua langkah dia maju
menghampiri T iang-pek-hwi-hou, alisnya tegak, sorot matanya
sudah di lembari nafsu, desisnya. "Rase tua, kenapa tidak kau
saja yang turun tangan" Jangan orang lain kau ajukan untuk
menjual jiwanya, sementara kau memungut hasilnya, apa kau
tidak merasa bosan?" Tujuan Ling-Ji-ping menghina Tiang-
pek-hwi-hou, diluar dugaannya justru menimbulkan reaksi.
Ban-tok Pocu menggeram sambil melangkah mundur dua
langkah. Sebaliknya Jian-tok-sin thong tertawa besar, katanya.
"Bagus, bagus, Rase tua, baiklah kami menonton kebolehan
mu lebih dulu, bila kau bukan tandingannya baru kita turun
tangan." Tersiap hati Tiang-pek-hwi-hou, bicara soal Kungfu, dia
tidak perlu gentar menghadapi Ling-Ji-ping, cuma biasanya dia
suka menjadi nelayan yang mengambil untung kerugian orang
lain, tujuannya menghasut kedua gembong racun ini memberi
perkara terhadap Ling-Ji-ping adalah supaya mereka bantu
mengganyang pemuda yang satu ini, syukur bila ketiganya
gugur bersama, tanpa mengeluarkan banyak tenaga dirinya
akan merebut gelang naga itu.
Tak nyana begitu berhadapan Ling-Ji-ping langsung
menantang dirinya serta membongkar muslihatnya yang
bertujuan mengadu domba tadi, jelas kedua gembong racun
701 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
itu juga tidak mudah tertipu lagi. Keadaan sudah mendesak
kecuali dirinya turun tangan sendiri.
Betapapun rase memang licin meski situasi tak
menguntungkan namun lahirnya tetap bersikap wajar, katanya
dengan gelak tawa. "Keparat she Ling, kau kira aku tidak
berani membekuknya?"
Ling-Ji-ping memandang kelangit sikapnya dingin dan
angkuh. "Selama hidup Cayhe menggunakan satu peraturan.
Setiap orang yang ingin kutantang berlaga, pasti kuberikan
sesuatu benda kepadanya bila kau berani menerima, belum
lambat untuk bergebrak melawanku."
Sengaja Tiang-pek-hwi-hou menoleh kekanan kiri, dilihatnya kedua gembong racun itu berdiri memeluk dada,
sikapnya kaku dingin tak bergerak kelihatannya tidak mau ikut
turun tangan, maka dalam hati dia berpikir:
"Hm, kurcaci betul kedua gembong racun ini. Akan datang
saatnya, pasti aku bisa membereskan kalian," lekas dia sudah
menghadapi Ling-Ji-ping pula serta berkata dengan tawa
lebar. "Anak, keparat, kau mau pamer undangan penyabut
sukma itu" Memang apanya sih yang perlu ditakuti pada Cui-
hun-tiap itu?" Pelan2 Ling-Ji-ping merogoh kantong mengeluarkan secarik
kartu undangan warna hitam, panjang tiga dim lebar dua dim,
dibagian atas pojok kanan bergambar sebuah tengkorak
dengan silang tulang warna putih, katanya dengan
menyeringai dingin. "Baiklah boleh kau coba menyebutnya,
buktikan apakah undangan ini benar2 mampu mencabut
sukma. Selama hidup bila tidak mengeluarkan Cui-hun-tiap,
aku tidak akan membunuh orang."
Agaknya Tiang-pek-hwi-hou tidak menduga bahwa Ling-Ji-
ping betul mengeluarkan Cui-hun-tiap, walau hatinya tidak
gentar, tapi dia tahu kekuatan Tin-thian-ciong Ling-Ji-ping
702 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
teramat hebat dan dalam pertempuran kali ini agaknya dia
harus menguras banyak tenaga.
Apalagi kedua

Walet Emas Perak Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

gembong racun menonton diluar gelanggang, mereka adalah gembong2 iblis yang culas. Celaka
bila maksud tujuannya justeru dimanfaatkan kedua orang ini,
berarti sia2 rencananya selama ini. Tapi urusan sudah
terlanjur, namun sebagai rase yang tamak dan nakal, setiap
kesempatan tak pernah diabaikan, dengan tawa lebar dia
berkata "Cui-hun-tiap kau berikan kepadaku seorang atau
untuk kita bertiga?" Matanya mengeling kearah kedua
gembong racun itu, maksudnya merekapun kebagian.
Melengak Ling-Ji-ping dibuatnya. "Memang rase yang licik,
kalau mereka tidak termasuk mungkin aku bisa disindir bahwa
aku takut menghadapi mereka, apalagi s ikap kedua orang ini
memang memusuhi aku, cepat atau lambat aku toh harus
menghadapi mereka," maka dengan jumawa dia tertawa.
Tapi sebelum Ling-Ji-ping bersuara, tiba2 Ban-tok Pocu
mendengus, serunya. "Rase tak usah kau menghasut kami,
yang terang hari ini kami tidak akan memberi ampun
padanya." Jian-tok-sin-thong ter kial2, katanya sambil menengadah.
"Cui-hun-tiap apa, kentut anjing. Di hadapanku sukma sendiri
nanti yang bakal direnggutnya."
Mendadak Ling-Ji-ping ter-bahak2 sambil mendongak,
serunya. "Betul, selama malang melintang, peduli betapa
banyak musuh yang hadir, cukup aku mengeluarkan secarik
Cui-hun-tiap, entah siapa diantara kalian yang ingin
menyambutnya lebih dulu?"
"Nah dengar tidak?" kata Ban tok Pocu sambil me lirik ke
arah Jian-tok-sin-thong, "ada juga manusia yang berani
gembar gembor dihadapan kita."
"Orang mau kentut, biarkan saja. Jelasnya sekarang kita
jadi penonton saja, jangan ketipu oleh rase tua itu."
703 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sudah tentu Tiang-pek-hwi-hou mengeluh dalam hati
gelagatnya rencananya bakal menghadapi jalan buntu, bukan
dia takut menerima Cui-hun-tiap Ling-Ji-ping, soalnya
pertempuran mati hidup ini bakal menentukan nasibnya. Kalau
dirinya kalah, benda yang di incar kemungkinan tak berhasil
direbut, kalau menang, masih ada dua orang lain yang tak
akan berpeluk tangan bila dirinya merampasnya, celaka bila
dirinya diperalat, orang lain yang memungut keuntungannya.
Sudah biasa otaknya yang cerdik mengatur tipu daya selama
hidup, tidak pernah melakukan sesuatu yang tidak bermanfaat
bagi pribadinya. Jelas pantang memberi kesempatan orang
lain ikut menarik untung, sekilas dia berpikir. Suatu akal
diperolehnya pula, katanya dengan gelak tawa. "Anak muda,
jikalau aku gentar menghadapi Cui-hun-tiap buat apa jauh2
dari luar perbatasan aku meluruk ke sini. Boleh kita bergebrak
lebih dulu, tapi perlu aku tanya satu hal kepadamu."
"Aku tahu soal apa yang ingin kau tanyakan, biarlah
kuterangkan. Memang Gelang naga berada dikantongku, bila
kau bisa mengalahkan aku dengan kedua tanganku akan
kuhaturkan kepadamu."
Maksud Tiang-pek-hwi-hou memang ingin memancing
keterangan ini, tak kira Ling-Ji-ping membeber secara terang-
terangan. Karuan hatinya senang, katanya menoleh kepada
Jitok. "Baiklah, tolong kalian menjadi saksi, bocah keparat itu
telah menjanjikan sendiri."
"Betul perhitunganmu memang memuaskan." Jengek Jian-
tok-sin-thong, "memangnya kami kemari hanya untuk menjadi
saksimu?" "Rase tua," sentak Ban-tok Pocu. "akan kau kangkangi
sendiri, atau orang lain boleh ikut mengecapnya bersama?"
Tiang-pek-hwi-hou melengak, dalam hati dia mengumpat.
"Kedua gembong racun ternyata lebih sulit dilayani, agaknya
704 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mereka jauh lebih pintar dari Kui-tiap-sin," Dia tertawa gelak2,
katanya "Mana berani aku mengangkangi sendiri" akulah yang
menerima Cui-hun-tiapnya, gelang naga berhasil kurebut,
berarti memperolehnya dengan mempertaruhkan nyawa, kelak
bila urusan berjalan lancar, dahan Kongcu kuharap kalian
sudi,...hehe." "Apakah kau ingin memperoleh satu per tiga bagian?" Jian-
tok-sin-thong menyela sambil meliriknya hina.
"Hahaha, tidak perlu diperhitungkan sejelas itu, haha,
cukup bagiku asal bagianku ada saja."
Ban-tok Pocu hilang sabarnya, bentaknya. "Rase tua, jika
kau tidak berani menerima tantangannya, lekas menyingkir
saja, buat apa cerewet melulu?"
Memangnya T iang-pek-hwi-hou tidak pernah me-nyia2kan
kesempatan memperoleh keuntunggn dari kerugian orang lain,
mendengar cemooh Ban-tok Pocu, kebetulan ma lah bagi
dirinya, katanya. "Bukan aku jeri menghadapi bocah ini, tapi
aku ini adalah tamu dan kalian tuan rumahnya, tamu tidak
boleh mendahului tuan rumah, apalagi dihadapan kalian mana
boleh aku turun tangan lebih dulu, hehe, silahkan, silahkan."
Sebelum Tiang-pek-hwi-hou mengutamakan tujuan tanpa
pikirkan cara, meski dengan cara paksa dan jahat, dengan
alasan yang di putar balik bila perlu, sedapat mungkin dia
mencari peluang untuk mengundurkan diri.
Jian-tok-sik-thong terkial2 pula, serunya. "Nenek tua kau
ketipu lagi " Ban-tok Pocu mendengus katanya. "Nenek tua macamku ini
bila suka main ya lantas melabraknya, aku paling benci orang
yang cerewet ngomong melulu.''
Pada hal Tiang-pek-hwi-hou sudah tenar sejak puluhan
tahun yang lampau di Kwan-gwa, sungguh tak nyana setebal
itu mukanya. Kontan Liang Ji-ping menjengeknya hina,
705 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
katanya kepada Ban tok Pocu. "Jelas nanti kalian pun akan
mendapat giliran tapi sekarang orang she Ling ingin
menempur dulu rase tua yang bicik ini, kalau kalian tidak
sabar menunggu, boleh sekaligus maju bersama saja."
Peluang untuk mengundurkan diri sudah nampak didepan
mata, sungguh Tiang-pek-hwi-hou tidak menyangka bahwa
Ling-Ji-ping membuat persoalan mentah kembali, pikirnya.
"Anak keparat kau memang ingin mencari perkara denganku"
Kalau kedua gembong racun tidak di sini, sejak tadi aku sudah
menghajarmu sampai mampus."
Ban tok Pocu sudah maju dua langkah, mendengar
pernyataan Ling-Ji-ping, dilihatnya pula Jian-tok-sin-thong
memberi kedipan mata kepadanya maka dia menyurut
mundur pula, katanya. "Cuh, anak kemarin sore macammu juga setimpal kami
keroyok. Rase tua, orang memilih kau, yah apa boleh buat."
"Betul. Rase tua," teriak Jian-tok-sin-thong "Silahkan
tunjukkan kehebatan Ban siang ciang dan gerak tubuh Hwi
hou supaya kami puas menyaksikan."
Betapapun licik dan licinnya Tiang-pek-hwi-hou , tapi orang
tidak gampang ditipu, akhirnya dia mati kutu, insaf bahwa
dirinya terpaksa harus terjun ke medan laga, maka dia tertawa
gelak2, katanya." Kalau demikian, baiklah, Lohu akan main2
barang dua gebrak." Ling-Ji-ping tertawa lebar, katanya." Hehe rase ada kalanya
kepepet juga, nah sambut lah," dengan dua jari tangannya dia
menyentik, Cui-hun-tiap segera meleset kencang dengan
menderu keras kearah Tiang-pek-hwi-hou. Sekali raih Tiang-
pek-hwi-hou menerima kartu undangan itu. Belum lagi dia
siap, Ling-Ji-ping sudah menghardik. "Awas serangan,"
dimana lengan kanan terayun dia menyerang dengan jurus
Thian-mo-pi. 706 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sebat sekali T iang-pek-hwi-hou berkelit ke samping, dalam
keadaan seperti ini tidak bisa tidak dia harus berani
menyambut secara keras, namanya sudah kesohor di Kwan-
gwa, meski selamanya tidak pernah bertempur bila dirinya
tidak yakin pasti menang. Tapi bicara soal Kungfu, tarafnya
memang tidak lemah. Dalam Bulim dia sudah termasuk tokoh
top. Maka dia lintangkan kedua telapak tangan, seiring
dengan gelak tawa panjang berbareng dia melambaikan kedua
telapak tangan. "Pyaaar!" ledakan keras menimbulkan pergolakan hawa
yang dahsyat, debu pasir menjulang ke angkasa, sepucuk
pohon sepelukan orang yang tidak jauh dari arena kontan
roboh dengan dahan patah menjadi dua. Daun pohon
bertebaran keempat penjuru, kedua lawan tetap berdiri tanpa
bergeming, gebrak pertama ini belum kelihatan siapa lebih
unggul. Ternyata gebrak pertama ini hanya saling menjajaki
sampai dimana kekuatan lawan, tak nyana kekuatan mereka
setanding. Ban-to Pocu menjengek dingin.
Han-tok-sin-thong ma lah melengos ketempat lain, seperti
tidak sudi menyaksikan pertempuran ini.
Setelah gebrak pertama ini, kira2 Ling-Ji-ping sudah
mengukur sampai dimana taraf kekuatan si rase tua yang
kesohor di luar perbatasan ini, yakin dirinya masih mampu
menandingi, maka sambil gelak tawa tiba2 dia menyelinap
maju, kedua tangan bersilang terus di tepuk kedepan, itulah
jurus Ngo-ting kay-san yang terlihay dari Cap-ji-te-sat-jiu,
apalagi Lwe-kangnya sekarang dua puluh prosen lebih maju
dari dahulu. Tiang-pek-hwi-hou menyambut dengan gelak tawa,
serunya "anak keparat, bekalmu juga begini saja." Sembari
bicara pundak m iring langkah serong kesamping, Ban-siang-ci-
ang segera dilontarkan menimbulkan lapisan bayangan tangan
berlaksa banyaknya, sekaligus meluruk ke arah Ling-ji-ping.
707 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Gebrak selanjutnya kedua lawan ini seperti hendak merebut
kesempatan, serang menyerang berlomba mengadu, tipu
lawan tipu, pukulan lawan tinju, ditendang balas disepak,
keduanya tidak memberi kesempatan lawan, deru angin
bergolak. Mereka bukan berebut nama dan gengsi, tapi
mengadu jiwa karena Ling-Ji-ping sebagai tunas harapan yang
menonjol beberapa tahun terakhir ini. Cui-hun-jiu tak pernah
memberi ampun kepada lawan yang diundangnya, maka kali
ini dia harus kerahkan setaker tenaganya untuk menjatuhkan
lawan. Tiang-pek-hwi-hou tahu akan hal itu, bahwa dirinya berani
menerima Cui-hun-tiap, berarti diapun mempertaruhkan jiwa
raganya dalam pertempuran ini, apalagi dengan bekal
kepandaian dan ketenarannya selama ini, bila angkatan muda
macam Ling-Ji-ping tidak mampu dikalahkan, nama baiknya
selama puluhan tahun di Kwan-gwa bakal ludes, tujuan kali ini
ke Ceng-seng-san pun bakal gagal total.
Maka kedua lawan yang bertarung ini tidak kenal ampun,
seluruh kemampuan dicurahkan untuk menjatuhkan musuh,
maka permainan mereka teramat seru dan menegangkan.
Kalau kedua orang itu sedang berlaga diarena, meski Ban-
tok Pocu menyaksikan dengan tak acuh, adalah Jian-tok-sin-
thong ternyata melengos kearah lain, seperti tidak sudi
menyaksikan. Kira2 semasakan air kemudian, tiba2 Ling-Ji-ping
mengumandangkan gelak tawanya, tiba2 tubuhnya mencelat
mundur setombak lebih, begitu kaki menyentuh tanah, lutut
agak ditekuk, kaki memasang kuda2 telapak tangan seperti
menyanggah langit, sementara telapak tangan seperti
menahan bumi, berdiri diam tidak bergerak.
Keadaan Tiang-pek-hwi-hou ternyata lebih seram lagi,
rambutnya awut2an jenggotnya pun tak karuan, matanya
mendelik bundar memancarkan cahaya dingin, agaknya tua
bangka ini pitam setelah melabrak lawan sekian lama tetap tak
708 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
berhasil merobohkannya. Tapi begitu dia melihat gaya yang
dilakukan Ling-Ji-ping, serta merta dia menggerem gerakan
yang sudah siap menubruk maju pula, sikapnya seketika
berubah bingung. Ternyata puluhan tahun yang lalu Tiang-pek-hwi-hou
pernah dilukai Lam-jam dengan Tin-thian-ciang di Kwan-gwa
sehingga sebelah kakinya pincang. Walau sekarang dia tahu
bekal Lwekang Ling-Ji-ping sekarang belum memadai sebagai
landasan pukulan dahsyat ini, tapi hati sudah kebacut jeri
menghadapi ilmu pukulan ini, kini dilihatnya ilmu yang ditakuti
itu digunakan pula melawan dirinya, meski hati amat murka,
mau tidak mau dia ragu2 jadinya.
Disebelah sana Ban-tok Pocu juga bersuara heran.
Mendengar pertempuran mendadak terhenti, didengarnya pula
Ban-tok Pocu bersuara heran, terpaksa Jian-tok-sin-thong
menoleh, seketika rona mukanyapun berobah.
Maklum kedua gembong racun ini juga sudah mengenali
gaya permainan Ling-Ji-ping itu adalah gerak permulaan dari
Tin-thian-ciang. Seperti diketahui Tin-thian-ciang adalah ilmu
pukulan tunggal Lam-jam yang membawa namanya ke puncak
ketenaran, mereka berdua yakin belum tentu unggul
menghadapi serangan Tin-thian-ciang yang dhasyat itu.
Cepat sekali, di kala Tiang-pek-hwi-hou terlongong itulah
Ling-Ji-ping bersiul panjang, kedua telapak tangannya
mendadak membalik keluar, terdengar gemuruh keras seperti
guntur menggelegar, seperti damparan gelombang pasang
yang mengamuk. Tiang-pek-hwi-hou tersentak sadar, insaf dirinya tetap
bukan tandingan Tin-thian-ciang yang dhasyat itu. Sambil
menjerit tinggi tiba2 dia menjejak bumi, tubuhnya melambung
tinggi dengan lompatan jauh sembari membentang kedua
lengan, seperti naik kuda terbang kelangit layaknya, tubuhnya
melesat kepucuk pohon. 709 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Hwi-hou-sin-hoat atau gerak rase terbang memang cepat
luar biasa, damparan angin keras ternyata melesat dibawah
kakinya, sedikitpun dirinya tidak terluka apa2, celaka adalah
pohon2 dibelakangnya, di tengah suara berisik lima batang


Walet Emas Perak Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

pohon tumbang seperti dicabut raksasa, dahan patah dan
beterbangan diangkasa. Di kala Tiang-pek-hwi-hou melesat kepucuk pohon itu,
Ling-Ji-ping juga bersiul panjang tubuhnya meluncur tidak
kalah pesatnya, gerakannya malah gemulai lebih indah seperti
sang naga mengegot ditengah angkasa. Begitu tenaga
dikerahkan ditelapak tangan, pukulan kedua segera dia dorong
dari depan dada, cepatnya laksana samberan guntur.
Baru saja ujung kaki menyentuh dahan, kuping Tiang-pek-
hwi-hou sudah mendengar samberan angin deras dari
samping, karuan tersirap darahnya, lekas dia enjot kaki sambil
memekik keras, tak nyana Ling-Ji-ping seperti sudah menduga
apa yang bakal dia lakukan, dikala melancarkan tepukan
tangan telapak tangannya sedikit ditolak keatas, jadi sasaran
pukulannya kira2 enam kaki lebih tinggi diatas T iang-pek-hwi-
hou, dalam seribu kerepotannya, Tiang-pek-hwi-hou tidak
perhatikan arah pukulan lawan, begitu kakinya menggenjot
dan tubuh me lambung keatas pula, berarti dia menyongsong
pukulan lawan malah, terdengar suara keras dari pukulan
telak yang mengenai sasaran di susul jeritan menyayat hati
berkumandang diangkasa, tubuh Tiang-pek-hwi-hou tampak
jungkir balik terus melayang jatuh ke sungai kecil sana.
Di tengah udara Ling-Ji-ping bersalto seperti naga
berenang, dengan enteng dia melayang balik ketempat
semula. Tapi gebrak babak pertama ini sudah banyak
menguras tenaganya, tak urung napasnya sedikit memburu.
Padahal dua musuh tangguh masih ada di depan, tapi dia
tidak mau melarikan diri, setelah berdiri tegak dia hadapi
kedua gembong racun ini dengan pandangan angkuh.
710 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kedua gembong racun itu saling pandang sejenak,
hakikatnya mereka tidak peduli mati hidup T iang-pek-hwi-hou.
Terdengar Jian-tok-sin-thong berkata: "Nenek reyot, boleh
juga bocah ini, kalau tidak mana dia berani mengeluarkan
undangan penyabut sukma?"
"Aah, masih cetek, tak usah takut menghadapinya." Jengek
Ban-tok Pocu. "Lalu kita bagaimana nenek tua" Kau yang maju atau aku
yang tampil?" "Puyer peremuk tulangmu itu lebih baik kau simpan saja,
sayang kalau dibuang percuma," demikian goda Jian-tok-sin-
thong, tahu2 dia sudah didepan Ling Ji ping.
Sikap Ling-Ji-ping tetap kaku dingin, angkuh, namun diam2
dia kerahkan hawa murni berusaha memulihkan tenaganya,
dia tahu ke dua gembong racun ini lebih sukar dilayani dari
rase tua yang licik tadi, bukan saja Kungfu mereka tinggi,
permainan racunnya pun sukar dijaga. Dilihatnya Jian-tok-sin-
thong maju berhadapan, tapi dia tetap berdiri tegak, rona
mukanya tak pernah berobah.
Ban-tok Pocu maju dua langkah, serunya: "Anak muda,
pernah apa kau dengan Seng-lokoay ?"
"Aku tidak punya sangkut paut apapun dengan Seng-lo-
cianpwe, silahkan kalian maju bersama."
"Bukan itu maksud kami, kalau tiada sangkut paut dengan
dia, kami hanya ingin tanya satu hal, bila kau menjawab jujur,
persoalan hari ini boleh dianggap selesa i sampai disini."
Ling Ji-ping menyeringai sombong katanya: "Bicaralah yang
genah, memangnya Cui-hun-tiap boleh dianggap mainan."
"Haaait, bedebah kau," maki Jian-tok-sin-thong, "agaknya
kau lebih sukar dilayani bicara malah."
"Ya, memang demikian."
711 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kau yakin, dapat melawan kami?"
"Ling Ji-ping selalu percaya pada diri sendiri."
"Bagus." Teriak Jian-tok-sin-thong, "percaya pada diri
sendiri adalah suatu keberanian yang patut dihargai, tapi
betapa banyak manusia pintar didunia ini yang konyol karena
keyakinan akan diri sendiri itu."
"Apakah keyakinanku tidak berguna untuk menghadapi
kalian?" Kelihatannya perawakan Jian-tok-sin-thong kecil, tapi
usianya sudah empat puluhan, sejak kecil dia pernah menelan
buah teratai emas dengan sembilan pucuk pentilnya, maka
wajahnya tetap kelihatan seperti anak2, perawakannya kecil
tapi sikap bicaranya seperti orang tua. "Jadi kami dua
gembong racun hari ini harus mampus ditanganmu ?"
Ling Ji-ping tertawa, katanya. "Kecuali aku mati lebih dulu
dari kalian." Mendadak Jian-tok-sin-thong melengking tawa bingar,
suaranya seperti lolong serigala kedengarannya menusuk
kuping dan menggiriskan. Setelah tawa orang berhenti, Ling-Ji-ping membentak
dengan suara berat. "Apa yang kau tawakan" Bangga" Atau
mau pamer gelak tawamu yang jelek kedengarannya?"
"Aku geli me lihat tampangmu yang tidak tahu tingginya
langit tebalnya bumi, baru s| dikit mempelajari T in-thian-ciang
Seng-lo koay, lantas sombong dan angkuh, tapi..., " berganti
nada dia meneruskan perkataannya, "siapa hidup siapa mati
boleh tidak usah peduli, sebelum kita bertanding dimedan laga
apa yang kutanyakan kau harus menjawabnya."
"Kalau aku tidak sudi menjawab?"
"Kalau hanya soal sepele ini aku tidak mampu, buat apa
aku dinamakan Jian tok seribu racun?"
712 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Diam2 Ling-Ji-ping membatin. "Entah apa yang hendak
ditanya mereka" Biarlah meminjam kesempatan ini aku
berusaha memulihkan tenagaku yang terkuras, kalau nanti
melabrak ke dua gembong racun ini, jadi aku punya bekal
tenaga lebih kuat." Maka dengan tawa angkuh dia berkata,
"Baik, kecuali kalianpun harus menerima satu syaratku."
"Adil, itu adil," ujar Jian-tok-sin-thong tertawa, "baiklah,
boleh kau bertanya lebih dulu. Manusia racun seperti aku tidak
suka memungut keuntungan dari orang lain."
Berputar bola mata Ling-Ji-ping tanyanya, "dimana Tok bu
siang sekarang?" "O, bangkotan racun tua itu".....Kau mencarinya?" Jian-tok-
sin-thong menyeringai. "Ya, dimana dia?"
"Ingin memperoleh sesuatu dari dia?"
"Sekarang aku yang tanya kau."
"Bagaimana"'' Jian-tok-sin-thong menoleh kearah Ban-tok
Pocu sambil mengangguk, "tepat bukan dugaanku?"
"Bluk" tiba2 Ban-tok Pocu mengetuk tongkatnya diatas
tanah, ujung tongkatnya amblas beberapa dim kedalam bumi,
katanya terkekeh dingin. "Kau bocah ini ternyata punya ambisi
besar, memangnya kau juga mampu campur tangan?"
Ling-Ji-ping maklum yang dimaksud adalah Thian tiok sam
po, ujung mulut nya menyungging senyum dingin katanya."
Setimpal atau tidak setelah diuji baru tahu," lalu berpaling
kearah Jian-tok-sin-thong, "kau belum jawab pertanyaanku?"
"Tidak jadi soal kuberitahu kepadamu. Karena kau keparat
ini takkan bisa melihatnya lagi."
"Dia sudah mati?"
713 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Bukan dia tapi kau karena kau tidak akan bisa pergi dari
sini dengan tetap bernyawa."
"Mati hidup ditangan Thian, dua persoalan yang berbeda
dengan pertanyaanku."
Ban-tok Pocu membentak." Sekarang dia berada disamping
Kaucu, umpama kau keparat ini tidak mampus kukira kau
tidak akan berani meluruk kesana."
"Jawabanmu ini kukira belum jelas?"
"Kaucu sekarang sudah pindah ke Kun-hoa kip, keparat,
puas belum?" "Ya, kenapa aku lupa akan tempat itu?" demikian batin
Ling-Ji-ping, Yong-ji pernah disekap disana, setelah Bwe-tun
hancur dan pesanggrahan bambu kuning diatas puncak itu
juga menjadi puing, hanya tempat itulah satu2nya yang bisa
dijadikan sarangnya, maka dengan tertawa dia berkata:
"Baiklah, banyak terima kasih akan keteranganmu."
"Sekarang giliranku tanya kau," seru Jian-tok-sin-thong.
"Boleh." "Seng lokoay sekarang dimana?"
"Tidak tahu." "Dia punya satu barang, kepada siapa dia serahkan barang
itu?" Ling-Ji-ping tahu yang dimaksud adalah gembok emas yang
diberikan kepadanya oleh Lam-jan, kalau dijawab tidak tahu"
Biasanya dia tidak pernah bohong, bila dijawab berada di
tangannya, berarti mendatangkan kesulitan, seluruh jago2
silat yang meluruk kepegunungan ini bakal mengincar dirinya,
itu bukan soal, celaka adalah tujuan Seng-locianpwe mungkin
bakal gagal total, nama baiknyapun akan runtuh dan dicaci
maki orang. 714 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dikala dia serba salah itulah, tiba2 dari dalam hutan
seorang bergelak tertawa, katanya : "Dari pada kau tanya
bocah itu, lebih baik kau tanya kepadaku, hanya aku yang
tahu tentang barang itu."
Berjingkrak girang Ling-Ji-ping mendengar suara orang.
Tapi kedua gembong racun sama berjingkrak kaget. Dengan
mengetuk tongkat Ban-tok Pacu menghardik: "Siapa ?"
"Yang tidak punya lengan kiri." Belum lenyap suara
jawabannya, tiba2 bayangan orang berkelebat, dihadapan
mereka tahu2 sudah berdiri seorang tua buntung lengan
kirinya. "Locianpwe, kau datang." ter sipu2 Ling-Ji-ping menjura.
Kedua gembong racun itu menyurut dua langkah, sikapnya
tampak kaget dan gugup. Kakek tangan buntung ini bukan lain adalah Lam-jan Seng
Thian-hoat. "Anak bagus, mana orang yang kuserahkan kepada kau?"
dampratnya dengan suara ketus. Ling Ji-ping melengak tak
tahu bagaimana harus menjawab, sebelum ini dia kira Y ong-ji
telah meninggal, tapi setelah mendengar uraian Thian hu Su
seng pagi tadi, baru dia insaf bahwa Yong-yong belum mati,
namun belum melihat dan berjumpa sendiri dengan Yong-
yong, hatinya masih ragu2. Oleh karena itu mulutnya hanya
bergerak dua kali tanpa bersuara.
Lam-jan menggerung gusar, bentaknya: "Kau keparat ini
ternyata ingkar janji, janji yang telah kau ucapkan kepadaku
ternyata hanya bualan belaka. Hehe, coba apakah aku akan
mengampuni jiwamu, hayo sekarang juga cari dia."
Ling-Ji-ping berkata: "Urusan Wanpwe disini belum beres."
"Cuh." Lam-jan berludah, "urusan apa yang lebih penting
dari menemukan dia" Memangnya kau ingin kuhajar baru
mau enyah dari sini?"
715 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sudah dibentak di maki lagi, tapi Ling-Ji-ping tetap
membandel tak mau pergi, soalnya bila dia pergi lalu
bagaimana pertanggungan jawabnya terhadap Cui-hun-tiap
yang kebacut telah dia keluarkan. Tak kira Lam-jan jadi sengit
dan murka, lantas dia ayun sebelah tangannya menampar
kearah Ling-Ji-ping, kelihatannya dia menampar seenaknya,
tapi deru angin keras laksana amukan badai menerjang ke
arah Ling-Ji-ping. Lekas Ling-Ji-ping berkelit sambil melompat jauh tapi
gerakannya terlambat setindak namun ternyata dia tidak
kurang suatu apa. Setelah dia berdiri tegak lagi baru dia
mengerti, ternyata tamparan Lam-jan diperhitungkan dengan
persis, tenaganya tepat hanya mendorong tubuhnya ketempat
jauh tanpa melukai sedikitpun, kalau serangan sungguhan,
mungkin jiwanya sudah melayang.
Tanpa kelihatan kakinya bergerak, ternyata Lam-jan
menubruk pula kehadapan Ling-Ji-ping, bentaknya. "Tidak
lekas kau pergi mencarinya, bila dia terjun keair dan mati
tenggelam, coba saja kalau tidak kupuntir lehermu dan
kubeset kulitmu." Sembari bicara tangan yang tinggal satu itu kembali
menampar. Kini Ling-Ji-ping maklum, Lam-jan sengaja memberi
peluang dirinya supaya meninggalkan tempat itu, apalagi
mendengar Yong-yong akan bunuh diri terjun ke air, maka,
dia duga disekitar sini pasti ada sungai dan Yong-yong tidak
jauh dari sini. Pikirnya: "Memang lebih penting aku
menemukan Yong-yong lebih dulu." Sengaja dia lompat
berkelit lalu berkata kepada dua gembong racun yang berdiri
melongo disana, "persoalanku dengan kalian belum selesai,
kelak akan kutuntut terhadap kalian." Habis berkata tubuhnya
berkelebat menyelinap kedalam hutan dari mana tadi arah
datangnya Lam-jan. 716 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Diam2 Ling-Ji-ping mereka dalam hati, "selama ini Yong-
yong pasti bersama Lam-jan, kalau tidak mana mungkin Lam-
jan bilang Yong-yong mau terjun ke air" Dari arah datangnya
Lam-jan yakin dia dapat menemukan Yong-yong, maka segera
dia tancap gas berlari kencang kedepan sana bagai terbang.
Sekaligus dia lari belasan li jauhnya, tiba2 jauh didepan
didengarnya suara gemuruh, itu lah suara air terjun.
Ling-Ji-ping girang, pikirnya. "Didepan ada air terjun, Yong-
ji ada disana," segera dia percepat larinya, langsung menuju
kearah air terjun. Beberapa kali lompat berjungkir lalu
melinting tinggi keudara, kaki Ling-Ji-ping hinggap diatas
sebuah batu gunung, ternyata dirinya berada didepan sebuah
ngarai, suara gemuruh air terjun ternyata berada disebelah
kanan ngarai ini, lekas dia berputar kesana. Ternyata keadaan
disebelah sini jauh berbeda, disana terdapat sebuah selat
sempit, air terjun yang menderojok turun dengan airnya
yang membuih keputihan tampak tergantung setinggi ratusan
tombak, kabut air masih meliputi selat ini sehingga
pemandangan disebelah dalam tidak kelihatan jelas, tapi
lapat2 kelihatan dibawah ngarai sana terdapat sebuah rawa2
yang cukup besar.

Walet Emas Perak Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Agak lama Ling-Ji-ping meneliti keadaan sekitarnya,
sejauh matanya dapat memandang tidak terdapat bayangan
orang di sini, maka dia menghimpun tenaga lalu berteriak
lantang. "Yong-yong, dimana kau?"
Empat kali dia ber-kaok2 tanpa memperoleh reaksi,
akhirnya dia teringat, gemuruh air terjun bagai geledek
mengguntur, kalau Yong-yong berada didekat air terjun jelas
tidak mungkin dia mendengar teriakannya.
Bergegas dia melompat kesana terus menerobos kedalam
kabut air, terasa serangkum hawa dingin merangsang
tubuhnya berada di tengah kabut. Pandangan matanya lebih
terbatas lagi, susah menentukan arah dan membedakan
benda. 717 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Batu karang yang diinjaknyapun berlumut licin sekali,
hampir tak kuasa Ji-ping menggerakkan langkahnya terpaksa
dia menggereret maju pelan2 kearah rawa2. Semakin dekat
hawa dingin yang membekukan darah terasa semakin tebal,
belum lagi dia sampai dirawa, pakaiannya sudah basah.
Hembusan angin dingin terasa deras menyampuk muka,
hingga lebih susah maju. Untung Ling-Ji-ping memiliki Kungfu tinggi, hembusan
angin deras nan dingin tidak mempengaruhi dirinya, meski
pelan tapi pasti dia terus maju melangkah, sementara mata
tidak ketinggalan memeriksa sekelilingnya. Puluhan tombak
kemudian tibalah dia dipinggir rawa, keadaan di sini lebih
pekat oleh kabut air yang tebal, Ji-ping kerahkan Lwe-kangnya
memandang kedepan, tampak air bergolak dan membuih
didalam rawa, keadaan sekelilingnya sukar dilihat dalam jarak
jauh. Ji-ping periksa keadaan sekeliling di mana dia berdiri,
bayangan Yong-yong tetap tidak kelihatan, di panggil juga
tiada gunanya, terpaksa dia menyusuri pinggir rawa terus
menuju kesebrang sana. Rawa ini memang tidak begitu besar,
garis tengahnya kira2 lima belas tombak, namun hampir
setanakan nasi baru Ji-ping tiba disebrang, bayangan Yong-
yong tetap tidak ditemukan, karuan hatinya makin gelisah.
Padahal pakaiannya sudah basah kuyup, rasa dingin sukar
ditahan lagi lekas dia salurkan hawa murni keseluruh tubuh
untuk menahan serangan dingin dari luar, pelan2 dia baru
akan memutar tubuh. Tiba2 telinga nya yang tajam seperti
mendengar helaan napas rawan yang lirih sekali ditengah
gemuruhnya air terjun dari atas.
Ling-ji-ping melenggong, lekas dia berdiri dan pasang
kuping namun yang didengar hanya gemuruh air terjun, entah
dia salah dengar" Sukar dia menentukan dari mana arah suara
helaan napas tadi" Sesaat lamanya dia berdiri diam serta
memperhatikan, dinantikan suara helaan napas tadi mungkin
718 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
terulang lagi namun kecuali gemuruh air terjun, tiada yang
didengarnya pula. Akhirnya dia menghela napas sendiri, pikirnya. "Mungkin
aku salah dengar mana mungkin Yong-yong mau berada
ditempat seperti ini, lebih baik aku mencarinya ketempat lain,"
maka dia memutar badan lalu melangkah pula, tak nyana baru
beberapa langkah, suara helaan napas itu terdengar pula.
Kali ini terdengar lebih jelas, diapun berhasil membedakan
arah, suara datangnya dari bawah air terjun sana.
Begitu dia menoleh dan angkat kepalanya lapat2 diatas
ngarai disebelah kanan setinggi seratusan tombak sana, diatas
sebuah batu yang menonjol keluar, kelihatan ada sesosok
bayangan orang pakai baju putih, sayang Ji-ping berada
ditengah kabut sehingga tak bisa melihat jelas wajah
bayangan putih diatas. Baju putih, menghela napas panjang, siapa pula kalau
bukan Yong-ji, sayang ngarai di sebelah atas tingginya ada
enam puluhan tombak dari tempat Ling Ji-ping berdiri
sekarana, bukan saja dindingnya lurus terjal, apalagi ditengah
kabut dan selalu kecipratan air, tentu dindingnya amat licin,
untuk merambat keatas jelas tidak mungkin.
Tapi rasa girang Ling-Ji-ping bukan main segera dia tarik
suara berteriak: "Yong-yong, apakah kau Yong-yong" Aku
adalah Ping-koko." Hampir serak suara Ling-Ji-ping, tapi bayangan putih diatas
ngarai itu diam saja tidak bergerak, seperti tidak mendengar
teriakannya. Baru saja dia hendak meninggalkan rawa serta
cari jalan untuk manjat keatas, tiba2 dilihatnya bayangan
putih diatas ngarai bergerak, sayup2 didengarnya pula dia
menghela napas panjang. Kali ini Ji-ping mendengar jelas dan nyata, helaan napas
memang benar keluar dari mulut orang baju putih diatas
ngarai itu, suaranya yang rawan dan memilukan kalau bukan
719 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Yong-yong yang lagi dirundung rasa sedih, siapa pula yang
bisa menghela napas sepilu itu".
Seperti terpukul sanubari Ling-Ji-ping, namun kedua
matanya tetap menatap lekat ke arah bayangan putih diatas.
Tiba2 dilihatnya bayangan putih diatas pelan2 bergerak
kepinggir batu, angin lalu menghembus pakaian sutranya
sehingga kelihatan bak bidadari yang lagi turun dari
kahyangan. Bercekat hati Ling Ji-ping, ucapan Lam-jan seketika
membuatnya kaget. "Kalau dia terjun keair, coba saja kalau
tidak kubeset kulitmu?"
Sekarang kata2 itu laksana geledek menyambar kepala,
tanpa terasa bergetar sekujur badannya, lekas dia mendongak
pula, dilihatnya bayangan putih itu sudah berdiri dipinggir
jurang, air terjun berada dibawahnya, entah berapa dingin dan
dalamnya air rawa2 ini, bila dia terjun dari ketinggian itu,
didorong kekuatan curahan air terjun lagi, mungkin tubuhnya
bakal terseret arus kedasar paling dalam dan hancur lebur
tubuhnya" Saking gugup lekas dia berteriak pula, "Awas Yong-yong,
jangan maju lagi" Tunggu dulu tunggu aku naik keatas," kali
ini dia salurkan kekuatan hawa murninya, meski suara serak
tapi suaranya menjulang tinggi keatas.
Bayangan putih diatas seperti mendengar teriakannya,
sesaat dia melenggong, kepalanya lantas tertunduk melengok
kebawah. Melihat, orang mendengar suaranya, lekas Ji-ping
goyangkan kedua tangannya supaya orang diatas melihat
dirinya. Agaknya orang diatas telah melihat orang yang ditelan
kabut tebal dibawah air terjun, tiba2 dia menengadah keatas
sambil menghela napas panjang pula, kakinya ternyata
menggeremet lebih maju pula kepinggir jurang.
720 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kini jelas terlihat oleh Ling-Ji-ping, orang itu sudah
berpindah kedepan dimana ada batu karang kecil yang
menonjol lebih kedepan, kakinya telanjang, agaknya siap
terjun ke bawah. Ling-Ji-ping makin gelisah, padahal hawa dingin ditengah
kabut lagi, namun badannya berkeringat dingin. Tiba2 dia
teringat sesuatu, batinnya: "Wah celaka, kenapa aku begini
ceroboh, kalau Yong-yong masih dongkol dan julas
terhadapku, bukankah teriakanku malah mendorong tekadnya
membunuh diri, bukan saja aku tidak mampu merintanginya,
bukan mustahil dia akan terjun lebih cepat lagi?"
Jantungnya melonjak lebih kencang, untuk manjat keatas
lewat jalan lain jelas sudah tidak keburu lagi, tapi bila
menunggu dia terjun kebawah baru akan berusaha
menolongnya juga tidak mungkin, dalam keadaan kritis begini
dia jadi kelabakan kehabisan akal. Mau menyingkir tidak bisa,
menunggu tidak sabar, tak bisa mencegah pula, akhirnya dia
berdiri telongong ditengah kabut, pandangannya kabur kearah
bayangan diatas ngarai. Hanya satu harapannya, yaitu Yong-
yong sadar serta membatalkan niatnya bunuh diri.
Pada saat itulah, mendadak dilihatnya melayang pula
sesosok bayangan hitam hinggap dipuncak ngarai itu, semula
Ji-ping kira yang datang adalah Lam-jan Seng thian hoat, tapi
setelah ditegasi, karena orang itu berdiri membelakangi
jurang, yang terlihat hanya bayangan punggungnya saja, jadi
tidak terlihat wajahnya, perawakan tinggi berpakaian serba
hitam. "Siapa dia?" Pikir Ling-Ji-ping.
Mendadak didengarnya gelak tawa bernada aneh yang
menggetar kuping, jelas laki2 baju hitam diatas ngarai itulah
yang bergelak tawa. Dari nada tawanya, Ling-Ji-ping dapat
merasakan bahwa laki2 baju hitam punya rasa permusuhan
terhadap Yong-yong. Belum lenyap rasa kaget Ling-Ji-ping dilihatnya pula dua
bayangan orang melayang tiba pula, tiga orang berdiri jajar
721 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
diatas ngarai, mereka berbisik2 sambil saling tuding kearah
Yong-yong. Dari s ikap dan tindak tanduk mereka, jelas bahwa
tiga orang ini punya maksud jahat terhadap bayangan putih
dipinggir ngarai itu. Sudah tentu bertambah besar rasa kuatir Ling-Ji-ping, kalau
ketiga orang itu mau mendesak Yong-yong jatuh kebawah,
jelas mudah dilakukan, dari tempat atas menyerang kebawah,
cukup asal mereka menjatuhkan batu2 besar, mana mungkin
Yong-yong dapat menghindar"
Agaknya Yong-yong, bayangan putih diatas ngarai juga
sudah tahu bahwa dipuncak sebelah atasnya kedatangan
orang, sekilas dia menoleh keatas. Laki2 baju hitam diatas
puncak kembali tertawa aneh, padahal gemuruh air amat
keras, namun gelak tawanya tetap memekak telinga, agaknya
Lwekang laki2 baju hitam berperawakan kekar ini amat
tangguh. Kejap lain terdengar suara ribut2 percakapan orang,
agaknya laki2 baju putih diatas puncak mengajak bicara
bayangan putih di sebelah bawahnya, suaranya keras, tapi
dibawah kurang jelas soal apa yang dipercakapkan.
Dengan perasaan tegang Ling-Ji-ping mengawasi Yong-
yong, tampak dia menoleh keatas pula, tapi tidak hiraukan
ocehan orang2 di atas, pakaiannya melambai2, berdiri tak
bergerak, tak ubahnya sebuah patung cantik.
Tampak ketiga laki2 baju putih diatas puncak bisik2 pula
sekian lamanya, mungkin sedang berunding cara bagaimana
menghadapi kebandelan Yong-yong.
Melihat ketiga laki2 baju putih punya maksud jahat
terhadap Yong-yong, sudah tentu makin gugup hati Ling-Ji-
ping, namun dia kehilangan akal, cara bagaimana dia harus
berusaha menolong Yong-yong, akhirnya tak tertahan lagi,
tanpa pikir segera dia me lompat kedepan sana menuju kaki
dinding dibawah ngarai. 722 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tapi cipratan air terjun dibawah ternyata amat deras,
tubuhnya seperti dibrondong panah2 air yang kuat daya
semprotnya, sekujur badan terasa sakit seperti diiris2.
Jing-ping nekat, dia tahan dan tak hiraukan rasa sakit,
begitu dia mendongak keatas, seketika dia menghela napas
panjang. Ternyata dinding gunung ini lurus seperti diiris, berlumut
lagi, dipegang terasa licin, betapa tinggi Ginkang seseorang
juga tak mungkin bisa merambat keatas. Sebelah kiri adalah
air terjun yang dituang dari seratusan tombak tingginya,
sebelah kanan merupakan aliran sisa air terjun yang
merembes kebawah, hanya tempat di mana dirinya sekarang
berdiri adalah tumpukan batu2 karang yang menjulang tinggi
beberapa tombak. Tapi dari tempatnya sekarang, Ji-ping tidak
mampu melihat keadaan disebelah atas. Dia ingin melompat
balik ketempatnya semula, tapi kuatir bila Yong-yong terjun
dari atas, susah atau terlambat memberi pertolongan kepada
Yong-yong. Pada saat itulah, gelak tawa yang bernada aneh itu
berkumandang pula dari atas, lenyap suara tawa, diganti
suara geludukan seperti batu didorong menggelinding ditanah.
Ling-Ji-ping kaget, pikirnya.
"Agaknya ketiga laki2 baju hitam sedang mengumpulkan
batu mau dijatuhkan kebawah, bukan saja Yong-yong yang
terancam bahaya, aku yang dibawahpun bisa celaka
karenanya," Belum habis dia berpikir, beberapa batu besar berat
ratusan kati sudah menggelundung jatuh kebawah, kabut
tebal jadi susah melihat jelas, tapi Ling-Ji-ping mahir
mendengar suara membedakan arah, beberapa kali dia harus
lompat sana kelit sini, hampir saja dia kejatuhan batu2 besar
itu. 723 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Mumpung batu besar terhenti menggelundung, lekas Ling-
Ji-ping menarik napas mengerahkan hawa murni, tubuhnya
segera melesat keluar sana, beruntun dua kali lompatan dia
sudah menyingkir puluhan tombak jauhnya, namun tetap
berada di pinggir rawa. Dari sini dia mendongak keatas, kelihatan bayangan Yong-
yong tetap berdiri diatas ngarai yang menonjol keluar, tiga
laki2 baju hitam diatas puncak masih terus menjatuhkan batu2
besar, namun semua dapat dikebut menyingkir oleh lengan
bajunya yang panjang, batu besar itu seperti bola saja
disampok pergi. Ling-Ji-ping menghela napas lega, pikirnya tak nyana sejak
meyakinkan Hian-cin khisat Lwekang Yong-yong ternyata maju
setangguh itu" Batu sebesar itu melayang jatuh dari puluhan
tombak, betapa hebat daya luncurnya, ternyata cukup dia
kebut pergi dengan lengan baju belaka, dalam hal ini jelas
dirinya tidak mampu melakukan.
Karena kedatangan ketiga orang baju hitam, niat Yong-
yong terjun kebawah jadi terhalang, keadaan tegang
sementara menjadi kendor malah, maka Ling-Ji-ping berpikir:
"Sebelum orang2 baju hitam itu pergi, yakin Yong-yong tidak
akan bertindak bodoh, kenapa tidak segera aku memburu
keatas mumpung ada kesempatan?"
Setelah tetap tekadnya segera dia meluncur kearah kanan
terus melesat puluhan tombak cepat sekali dia sudah tiba


Walet Emas Perak Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

diujung selat sana, meski arus deras merintangi didepan tapi
lebarnya hanya tiga tombak, sekilas Ling-Ji-ping melongok
keatas, dilihatnya ke tiga orang baju hitam berobah jadi tiga
titik bayangan yang bergerak2, ngarai di mana Yong-yong
berdiri diatas ngarai yang menonjol keluar teraling puncak
gunung dan tidak terlihat dari sini.
Ling-Ji-ping tidak berani ayal, sebat sekali dia sudah
melompati arus deras didalam selat terus menarik napas
menjejak bumi, tubuhnya melambung keatas hinggap
724 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
didinding yang agak doyong kesamping, begitulah secara
bertahap kakinya ganti berganti melompat dari karang yang
satu kekarang yang lain, tubuhnya terus melambung semakin
tinggi, kira2 seperempat jam kemudian, dia berhasil mencapai
puncak ngarai bagian belakang, meski tubuh basah kuyup,
keringat tercampur dan napas tersengal lagi, tapi Ling-Ji-ping
tidak berani berhenti, langsung dia tancap gas lagi ke ngarai
sebelah depan. Waktu dia tiba dibawah sebuah tonggak batu diatas ngarai,
sayup2 seperti didengarnya percakapan dan gelak tawa orang,
lekas dia mendekam serta melongok kebawah tonggak batu
dibawah sana. Ternyata dalam sekejap ini, dua orang telah tiba pula diatas
puncak, malah kini lebih jelas lagi bahwa orang2 itu semua
mengenakan seragam biru tua potongan ketat, semua
panggul pedang, dipinggang kiri tergantung kantong kulit,
ditengah kantong tersulam dua huruf Thian-tie, dari jarak
terlalu jauh, maka Ling-Ji-ping me lihat mereka berpakaian
serba hitam. Ling-Ji-ping melengak pikirnya, "Kiranya kawanan Thian-te-
hwe, bukankah mereka tiada permusuhan dengan Yong-yong"
Kenapa hendak membunuhnya?"
Satu diantara kelima orang itu memiliki sorot mata yang
berkilat, Thay-yang-hiat menonjol besar, kelihatan memiliki
Kungfu yang tidak lemah. Kebetulan laki2 disebelah kiri tengah berkata : "Tongcu,
cukup asal kami membekuk perempuan itu sebagai sandera,
pihak Ang-hoa kau pasti akan menukarnya dengan barang
yang kita kehendaki?"
Ling-Ji-ping melongo, pikirnya. "Buset jadi bayangan baju
putih yang berada di ngarai bukan Yong-ji" Tapi Pek-hoa
Kongcu malah." 725 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Maka orang kedua disebelah kiri mendukung: "Betul,
sekarang dia berada diposisi terdesak, tidak bisa naik tak
mampu turun, jiwanya takkan lolos dari tangan kita, lekas kita
bekuk dia saja." Laki2 ditengah yang dipanggil Tong-cu memutar bola
matanya, katanya terkekeh senang, "Perempuan itu memiliki
kepandaian tidak lemah, walau berada ditempat bahaya, kamu
juga sukar menangkapnya kebawah, dipaksa diapun tidak mau
naik kemari, Pun-tongcu sedang berusaha membekuknya
hidup2, sayang senjata api tidak leluasa digunakan, jadi sukar
dan pelik juga." Ditempat sembunyi Ling-Ji-ping berpikir, "Buat apa aku
mencampuri urusan Pek-hoa Kong-cu, lebih penting aku
mencari Yong-yong," baru dia membalik, tiba2 bayangan
orang tua jelek seperti muncul didepan mata terpaksa Ling-Ji-
ping batalkan niatnya pergi, pikirnya:
"Thian hu Suseng sudah kuangkat jadi guru. Walau Pek-
hoa Kongcu adalah orang pihak Ang hoa kau, betapapun dia
terhitung Sumoay ku, urusan sudah kebentur ditanganku,
pantas kah aku berpeluk tangan" Mumpung ada kesempatan
biar nanti kuceritakan riwayat hidupnya," lalu dia melongok
pula kearah kelima laki2 seragam biru.
Tiba2 seorang disebelah kanan si Tongcu berkata." Hamba
membawa Bi-hun-tam pelor asap pemabuk, entah bisa tidak
digunakan?" Sejenak sang Tongcu menepekur akhirnya geleng kepala,
katanya. "Tidak bisa, dia berada dipinggir jurang, jikalau
terbius, tubuhnya pasti terjungkal jatuh kebawah, bukankah
badannya bakal hancur lebur. Cara ini tidak tepat."
Seorang lagi yang berdiri paling kanan menimbrung.
"Biarlah kita jaga diatas sini saja biarkan dia lapar dahaga,
setelah lemas kehabisan tenaga baru kita turun kebawah
membekuknya?" 726 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sekilas sang Tongcu melirik kearah pembicaraan, katanya
dengan tawa dingin: "Kau lupa akan perintah Hwecu" Hwecu memberi batas
waktu, dalam sebelum malam tiba, kita sudah harus
membekuknya dan dibawa pulang."
Dari percakapan kelima orang ini dapatlah Ji-ping menduga
Thian-te-hwe Hwecu Ban-tiam-liu-ing Li Sin juga sudah berada
dipegunungan Ceng-seng ini. Pikirnya : "Orang2 gagah
seluruh pelosok dunia sekaligus kumpul di Ceng-seng-san,
kekuatan Thian-the hwe tersebar diutara dan selatan sungai
besar, demi mencapai tujuan kali ini, jago2 kosen mereka
pasti dikerahkan seluruhnya."
Karena itu dia jadi ragu2, dan kuatir, terasa usaha
menolong Pek-hoa Kongcu jadi agak pelik. Bukankah dia takut
menghadapi kelima orang ini, soalnya orang Thian te hwe
pandai menggunakan pelor berapi yang bisa meledak pula,
bila dirinya muncul, bukan mustahil ke lima orang bisa
menyambutnya dengan timpukan pelor berapi itu.
Tiba2 didengarnya Tong-cu Thian te hwe itu terkekeh,
agaknya dia sedang kebingungan mencari akal namun tidak
berhasil mengatasi keadaan. Ling-Ji-ping sendiri juga gelisah,
dia harus cepat2 menemukan Yong-ji, namun urusan disini
juga tidak boleh ditinggalkan pergi begini saja, sesaat diapun
bingung. Kecuali sekali gebrak dia bisa merobohkan kelima orang2
ini, kalau sampai senjata rahasia lawan ditimbulkan bukan saja
dirinya sukar melawan mungkin Pek-hoa Kongcu yang berada
di ngarai juga bisa celaka maka dia tidak berani bertindak
secara gegabah. Sesaat lagi, tiba2 sang Tongcu terkekeh dingin lalu
membalik tubuh kearah tonggak batu, jengeknya. "Sahabat
sudah datang kenapa tidak keluar saja?"
727 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ling-Ji-ping tertegun, pikirnya. "Mereka tahu aku berada
dibelakang tonggak batu?"
Di kala Ling-Ji-ping tertegun inilah, dari belakang sebuah
batu besar beberapa tombak dibelakangnya tiba2 berkumandang suara aneh dengan perkataan sumbang, "Kau
menganggapku sahabat" Ilmu kau masih terlampau jauh."
Ling-Ji-ping kaget, pikirnya: "Kapan orang itu sembunyi
dibelakang batu itu?"
Terdengar Tongcu itu tertawa dingin pula katanya: "Mulut
besar. Agaknya kau agulkan diri sebagai jago kosen, kenapa
main sembunyi?" Suara sumbang itu mendesis. "Lekas kalian enyah dari sini,
kalau tidak kupandang kalian adalah anak buah Li Sin, jiwa
kalian hari ini harus kuganyang semuanya."
Tongcu baju biru menggerung gusar seraya mengulap
tangan, empat anak buahnya serempak menggerakkan tangan
melolos senjata masing2, semua bersenjata pedang panjang,
langsung mereka menubruk kearah tonggak batu.
Bahwasanya Ling-Ji-ping sudah merasa kepepet dan apa
boleh buat akan menampakkan diri, tak nyana seorang musuh
lawan telah menampilkan diri lebih dulu, suatu kesempatan
baik ma lah bagi dirinyanya, sebat sekali dia berkelebat ke
samping terus menyelinap kedalam semak2 rumput.
Baru saja dia sembunyi, keempat laki-laki seragam biru
telah menubruk tiba, terdengar hardikan keras berkumandang
Tusuk Kondai Pusaka 12 Kisah Si Pedang Kilat Karya Kho Ping Hoo Kisah Sang Budha Dan Para Muridnya 4
^